id
stringlengths
36
36
url
stringlengths
46
109
text
stringlengths
5k
1.51M
92a772b8-a110-447d-84d6-1411534ca104
https://bajangjournal.com/index.php/JIRK/article/download/6753/5194
…………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT AND SATISFACTION) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Oleh Wirayudha Fauzan Maulana 1 , Huri Suhendri 2 1,2 Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Indraprasta PGRI Jakarta E-mail: 1 [email protected] , 2 [email protected] Article History: Received: 21-09-2023 Revised: 29-09-2023 Accepted: 24-10-2023 Abstract : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menjawab permasalahan tentang Pengaruh Model Pembelajaran Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction (ARIAS) terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika. Penelitian ini dilaksanakan pada peserta didik kelas VIII di SMP PGRI 285 Jonggol pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 dengan sampel sebanyak 48 peserta didik. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif menggunakan quasi eksperimen dengan teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling . Instrumen penelitian isi berupa soal essay sebanyak 11 soal yang sudah divalidasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t, dengan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, kemudian menggunakan uji liliefors didapat data berdistribusi normal dan uji homogenitas menggunakan uji F didapat data memiliki varians yang sama atau homogen. Berdasarkan pengujian hipotesis didapatkan t hitung = 4,107 > t tabel = 2,013, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan pemahaman matematika dalam menggunakan model pembelajaran ARIAS. Keywords: Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction, Model Pembelajaran ARIAS, Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ## PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia baik dibagian rohani atau dibagian jasmani. Ada juga beberapa orang ahli mengartikan Pendidikan itu adalah suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan melalui pengajaran dan latihan. Dengan Pendidikan, manusia bisa lebih dewasa karena Pendidikan tersebut memberikan dampak yang sangat positif. Selain itu, melalui Pendidikan bisa memberantas buta huruf dan akan memberikan keterampilan, kemampuan mental, dan lain sebagainya. Seperti yang tertera dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah suatu usaha s adar dan terencana untuk mewujudkan suasana …………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Dalam Pendidikan khususnya di jenjang formal, banyak materi pelajaran yang diberikan, salah satu pelajaran yang penting dalam pendidikan adalah matematika. Rachmantika dan Wardono (2019: 440) menyatakan bahwa Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Bahkan matematika disebut sebagai akarnya ilmu karena peran yang besar itu. Besarnya peranan matematika sebagai akarnya ilmu, dapat dilihat pada besarnya tuntutan kemampuan matematis yang harus dimiliki. Tuntutan kemampuan matematis tidak hanya sekedar kemampuan berhitung. Pendidikan matematika merupakan salah satu pondasi dari kemampuan sains dan teknologi. Pemahaman terhadap matematika, dari kemampuan yang bersifat keahlian sampai kepada pemahaman yang bersifat apresiatif akan berhasil mengembangkan kemampuan sains dan teknologi yang cukup tinggi. Maka dapat dikatakan bahwa matematika menjadi landasan perkembangan teknologi. Matematika sering dimanfaatkan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sebagai alat bantu menyelesaikan berbagai masalah. Setiawan (2015: 171) yang menyatakan, ”Ilmu matematika banyak digunakan baik sebagai alat bantu dalam penerapan bidang ilmu lain seperti teknologi, kimia dan ekonomi”. Dari penjelasan tersebut, kita menyadari bahwa matematika sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Mengingat matematika dalam pengembangan generasi melalui kemampuan mengadopsi maupun mengadakan inovasi sains dan teknologi di era globalisasi, maka tidak boleh dibiarkan adanya anak-anak muda yang buta matematika. Kebutaan matematika yang dibiarkan menjadi suatu kebiasaan, membuat masyarakat kehilangan kemampuan berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah-masalah nyata. Kebiasaan yang sudah terjadi turun menurun akan membentuk pola pikir yang tidak berkembang dan menimbulkan ketertinggalan perubahan dunia yang begitu cepat di era globalisasi. Penguasaan terhadap matematika sangat diperlukan, dan pemahaman terhadap konsep-konsep matematika perlu diperhatikan dengan benar. Alasannya, konsep-konsep matematika merupakan rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep- konsep sebelumnya dan akan menjadi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman konsep yang salah akan berakibat pada kesalahan pada konsep selanjutnya. Herlina (2013: 150) menyatakan pemahaman konsep adalah kemampuan memahami ide yang diabstrakkan dari sebuah peristiwa atau contoh konkrit. Pemahaman konsep merupakan pengetahuan awal yang dimiliki seseorang yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan, yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah peserta didik miliki. (Prihandoko, 2006: 63). Dengan demikian, matematika adalah ilmu yang sangat penting dipelajari, yang menjadi dasar untuk mempelajari ilmu yang lain, sehingga pemahaman konsep matematika peserta didik harus dikuasai secara benar. Kenyataan yang terjadi adalah pemahaman konsep matematika belum dikuasai oleh peserta didik. Pencapaian pemahaman konsep bagi peserta didik bukanlah hal yang mudah karena pemahaman terhadap suatu konsep matematika dilakukan secara individu, setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dan memahami konsep-konsep …………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) matematika. Pemahaman konsep yang kuat dalam pembelajaran matematika merupakan hal yang utama dan sangat membantu bagi peserta didik dalam memahami suatu pokok bahasan dalam pembelajaran matematika. Kurangnya pemahaman konsep matematika terjadi di SMP PGRI 285 Jonggol terlihat dari hasil ulangan harian matematika yang dilaksanakan setiap bulan. Terdapat 3 kelas dari 5 kelas yang memiliki nilai rata-rata yang jauh dibawah KKM 75. Rata-rata nilai ulangan harian bulan Oktober adalah 68 dengan KKM 75. Pada bulan November, mengalami penurunan rata-rata nilai ulangan harian yaitu 65. ## METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif, berupa metode quasi ekperimen . Sugiyono (2014: 30) “Tujuan dari penelitian eksperimen adalah untuk memperoleh informasi yang dapat diperoleh dari eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel.” Karena dalam quasi eksperimen ini merupakan model penelitian yang tidak memungkinkan peneliti untuk mengontrol semua variabel maka hanya dilakukan pada satu variabel yang paling dominan. Dalam pelaksanaanya peneliti melibatkan dua kelompok, yaitu kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran ARIAS dan kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran TPS. Dua kelompok tersebut adalah kelas ekperimen sebagai kelas perlakuan dan kelas kontrol sebagai kelas pembanding. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil ## A. Karakteristik Responden Karakteristik dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, jumlah peserta didik dalam satu kelas dan banyak responden yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini ada 48 responden yang terdiri dari 24 orang pada kelas eksperimen dan 24 orang pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen yang digunakan adalah 24 peserta didik dari kelas VIII-D SMP PGRI 285 Jonggol, semua responden berada dalam jenjang pendidikan yang sama dan berada dalam range usia 13 – 15 tahun berjenis kelamin laki-laki 13 peserta didik dan perempuan 16 peserta didik. Sedangkan pada kelompok kelas kontrol, responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 peserta didik dari kelas VIII-E SMP PGRI 285 Jonggol, semua responden berada dalam jenjang pendidikan yang sama dan berada dalam range usia 13-15 tahun berjenis kelamin laki-laki 13 peserta didik dan perempuan 16 peserta didik. ## B. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui data peserta didik SMP PGRI 285 Jonggol tahun ajaran 2021/2022. Pada penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 48 peserta didik kelas VIII, 24 diantaranya peserta didik kelas VIII-D sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS dan 24 peserta didik lainnya yang berada di kelas VIII-E sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan model pembelajaran TPS pada pokok bahasan. Dari 48 peserta didik diperoleh nilai hasil belajar peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS dan peserta didik yang menggunakan model …………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) pembelajaran TPS melalui soal bentuk uraian pemahaman konsep matematika yang terdiri dari 11 soal, dimana untuk masing-masing soal memiliki 10 poin jika peserta didik dapat menjawab dengan benar. Berikut ini disajikan data hasil penelitian berupa hasil perhitungan akhir dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data pada penelitian ini adalah data yang terkumpul dari tes yang telah diberikan kepada peserta didik SMP PGRI 285 Jonggol, berupa data hasil tes pemahaman konsep matematika peserta didik. ## Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih satu bulan di SMP PGRI 285 Jonggol pada kelas VIII dimana para peserta didik ditempatkan di kelas secara merata dengan kemampuan yang sama tanpa adanya pengklasifikasian kelas (kelas unggulan dan biasa). Selama proses pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen pembelajaran tentang lingkaran menggunakan model pembelajaran ARIAS, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran TPS. Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS yang diterapkan pada proses pembelajaran didapat bahwa rata-rata hasil belajar matematika peserta didik sebesar 74,5, sedangkan menggunakan pendekatan pembelajaran TPS memiliki nilai rata- rata 65,37, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS mampu meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik dibandingkan dengan model pembelajaran TPS. Dari penjabaran tentang hasil belajar tersebut maka peneliti melakukan pengujian untuk melihat apakah ada pengaruh yang sama antara model pembelajaran ARIAS terhadap pemahaman konsep matematika peserta didik. Dengan demikian, dari hasil uji hipotesis statistik diperoleh nilai 𝒕 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝟒, 𝟏𝟎𝟕 dan 𝒕 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 = 𝟐, 𝟎𝟏𝟑 , pada taraf signifikan 𝜶 = 𝟎, 𝟎𝟓 yaitu berarti 𝒕 𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 > 𝒕 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 . Hasil berikut menunjukan bahwa 𝑯 𝟎 ditolak dan 𝑯 𝟏 diterima, dengan demikian diperoleh temuan bahwa model pembelajaran ARIAS lebih berpengaruh dibandingkan model pembelajaran TPS terhadap pemahaman konsep matematika peserta didik. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi (2017), model pembelajaran ARIAS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika peserta didik kelas V SD Negeri 1 Candikusuma tahun pelajaran 2016/1017. Model pembelajaran ARIAS terbukti berpengaruh karena dalam proses pembelajaran matematika peserta didik membangun sendiri pengetahuannya dan mengaitkannya pada kehidupan sehari-hari, sehingga mereka menjadi lebih termotivasi, percaya diri, aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar. Dalam hal ini terlihat kemajuan dalam belajar matematika, yang ditunjukkan dengan pemahaman konsep matematika. ## KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran ARIAS berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika peserta didik. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata pemahaman konsep matematika peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pemahaman konsep maematika peserta didik yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TPS. Saran …………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran bagi pendidik, sekolah, peserta didik dan peniliti sebagai berikut: ## 1. Bagi Pendidik Diharapkan kepada guru-guru untuk menggunakan model pembelajaran dalam proses belajar mengajar, sehingga akan membuat peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran dan membuat kegiatan pembelajaran lebih hidup serta dapat meningkatkan pemahaman konsep matematika peserta didik. Diharapkan pendidik lebih kreatif dan bervariatif dalam menggunakan model pembelajaran. Hal ini dikarenakan setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta harus sesuai dengan kondisi kelas dan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. ## 2. Bagi Sekolah Diharapkan bagi sekolah dapat mempertimbangkan dan mengembangkan program pengajaran matematika dengan model pembelajaran yang bervariatif. 3. Bagi Peserta Didik Disarankan untuk lebih aktif dan kreatif lagi dalam mengikuti proses pembelajaran dan termotivasi untuk mengembangkan ilmu yang didapat. 4. Bagi Peneliti Peneliti lain hendaknya termotivasi untuk melengkapi penelitian ini, mengingat hasil penelitian ini memiliki segala keterbatasan. Namun, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan segala keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Afrilianto, M. 2012. Peningkatan Pemahaman Konsep dan Kompetensi Strategi Matematis Peserta didik SMP dengan Pendekatan Methoporical Thinkhing. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika Stkip Siliwangi Bandung. 1(2): 192-202. [2] Agustina, Lisna. 2016. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep dan Pemecahan Masalah Matematika Peserta didik Smp Negeri 4 Sipirok Kelas Vii Melalui Pendekatan Matematika Realistik (Pmr). Jurnal Eksakta . 1(1): 1-7. [3] Agustina. 2014, Pengaruh Gaya Belajar peserta didik dengan Hasil Belajar Biologi Peserta didik SMA. Universitas Negeri: Medan. [4] Amalia, Ata Nayla dan Ani Widayati. 2012. Analsis Butir Soal Tes Kembali Mutu Kelas XII SMA Mata Pelajaran Ekonomi Akuntansi di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia , 10 (1). [5] Amalia. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Statistika Dasar Bermuatan Pendidikan Karakter dengan Metede Problem Based Learning. Jurnal PP. 2(1): 159-165. ISSN 2089-3639 [6] Amaliah, Dini. 2012. Evaluasi Pembelajaran . Jakarta: Unindra Press. [7] Anggraeni, Puspita. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Ips tentang Perkembangan Teknologi Melalui Model Pembelajaran Arias Peserta didik Kelas IV SDN Cilangkap 05 Petang. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta [8] Arikunto. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara [9] Bajari, Atwar. 2015. Metode Penelitian Komunikasi – Prosedur, Tren, dan Etika . Bandung: Simbiosa Rekatama Media. …………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) [10] Benar Dan Menyajikannya Dengan Menarik. Jakarta: Depdiknas. [11] Dewi, Ni Kadek Dina Kusuma. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Arias terhadap Pemahaman Konsep Matematika pada Peserta didik Kelas V SD Negeri 1 Candikusuma. E- Jurnal Pgsd Universitas Pendidikan Ganesha . 5(2): 1-10. [12] Em Zul, Fajri Dan Senja. 2018. Pengertian Pemahaman menurut Para Ahli. [13] Fatqurhohman. 2016. Pemahaman Konsep Matematika Peserta didik dalam Menyelesaikan Masalah Bangun Datar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. 4(2): 127- 133. [14] Haryono, Didi. 2014. Filsafat Matematika. Bandung: Alfabeta. [15] Herlina. 2013. Penggunaan Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe Tgt Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Pemahaman Konsep Matematika. Journal Pendidikan Matematika. 2(2): 148-152. [16] Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelejaran Kooperatif. Surabaya : UNESA- University Press [17] Isjoni. 2013. Cooperative Learning: Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta. [18] Kesumawati, N. (2008). Pemahaman konsep matematik dalam pembelajaran matematika. Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika , 2 (3), 231-234. [19] Kiranawati. 2007. Model Pembelajaram ARIAS. [20] Kusuma, J. W., & Hamidah, H. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS dan Cooperative Script terhadap Minat dan Hasil Belajar Matematika. ANARGYA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika , 2 (1), 62-67. [21] Leonard dan Ningrum, D.S. 2014. Pengembangan Desain Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Kelas 1 . Jurnal Formatif. 4(2). [22] Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning (Memperaktikan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas). Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. [23] Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer . Jakarta: Bumi Aksara. [24] Mardapi, Djemari. 2012. Pengukuran Penilaian & Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika. [25] Mawaddah, Siti dan Ratih Maryanti. 2016.Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta didik SMP Dalam Pembelajaran Menggunakan Model Penemuan Terrbimbing (Discovery Learning). Edu-Mat Jurnal Pendidikan Matematika. 4(1):76-85. [26] Murizal, Angga, Yarman dan Yerizon. 2012. Pemahaman Konsep Matematis dan Model Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Matematika . 1(1): 19-23. [27] Nazir, Mohammad. 2014. Metode Penelitian . Jakarta: Ghalia Indonesia. [28] Ningsih, Sri Yunita. 2017. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Peserta didik Melalui Pendekatan Matematika Realitik di SMP Swasta Tarbiyah Islamiyah. Journal Of Mathematich Education and Science. 3(1):82-90. Issn:2588- 4363. [29] Ningsih, Yunika Lestari. 2016. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Mahapeserta didik Melalui Penerapan Lembar Aktivitas Mahapeserta didik (Lam) Berbasis Teori Apos Pada Materi Turunan. Edumatica . 6(1): 1-8. Issn: 2088-2157. [30] Noor, Juliansyah. 2013. Metodologi Penelitian . Jakarta: Kencana Prenada Media Group. [31] Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan . Rineka Cipta. [32] Novitasari, Lilis Dan Leonard. 2017. Pengaruh Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika . Prosiding Diskusi Panel Nasional …………………………………………………………………………………………………….......................................... ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) Pendidikan Matematika. ISSN: 2581-0812. [33] Permata, Santy Dinar, Satijan Dan M.Ismail Sriyanto. 2013 . Penggunaan Model Pembelajaran Arias Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Perubahan Kenampakan Permukaan Bumi Dan Benda Langit . PGSD FKIP UNS. 4(8):1- 10. [34] Prihandoko, Antonius Cahya. (2006). Memahami Konsep Matematika Secara [35] Priyambodo, Sudi. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Peserta didik Dengan Metode Pembelajaran Personalized System of Instruction. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP Garut , 5(1):10-17. Issn 2086-4280. [36] Pustaka Pelajar. [37] Risnawati. 2008. Strategi Pembelajaran Matematika, Pekanbaru: Suska Press. [38] Sari, Eka Fitri Puspa. 2017. Pengaruh Kemampuan Konsep Matematika Mahapeserta didik Melalui Metode Pembelajaran Learning Starts with A Question. Jurnal Mosharafa. 6(1):25- 34. ISSN:2086-4280. [39] Sastradi, Trisna. 2013. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. [40] Setiawan. 2015. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis Peserta didik Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Itqan. 4(2): 1-10. [41] Setyaningrum, Vivi Fajar, Putriaji Hendikawati Dan Sugeng Nugroho. 2018. Peningkatan Pemahaman Konsep Dan Kerjasama Peserta didik Kelas X Melalui Model Discovery Learning Prisma. Ejournal UMP. 1(1):810-813. [42] Sihombing, Rini Suryani, Drs. Khairudin, M.Si dan Karmila Suryani, M.Kom. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Arias (Assurance, Relevance, Interest, Assessment and Satisfaction) dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi Peserta didik Kelas VIII SMP N 27 Padang. Jurnal Bunghatta. [43] Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif . Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri. [44] Subekti, Agustinus. 2011. Ensiklopedia Matematika Jilid I. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. [45] Sudjana. 2010. Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran . Jakarta: Bumi Aksara Sudjana, Nana. 2012. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: Remaja Rosdakarya. [46] Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D . Bandung: Alfabeta. [47] Sumaryati, Agata Sri Dan Dwi Uswatun Hasanah. 2015. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Di Kelas VII SMP Negeri 11 Yogyakarta. Jurnal Derivat . 2(2):56-64. ISSN:2407-3792. [48] Supardi U.S. 2013. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian . Jakarta: UFUK PRESS [49] Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem . Yogyakarta: [50] Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu . Jakarta: Bumi Aksara. [51] Ulia, Nuhyak. 2014. Peningkatan Pemahaman Konsep Matematika Materi Bangun Datar Dengan Pembelajaran Kooperatif Type Group Investigation dengan Pendekatan Saintifik di SD . Jurnal Tunas Bangsa . ISSN: 2355-0066. [52] Utari, Vivi, Ahmad Fauzan Dan Media Rosha. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konseo Melalui Pendekatan PMR dalam Pokok Bahasan Prisma Dan Limas. Jurnal Pendidikan Matematika. 1(1):33-38. …………………………………………………………………………………………………………………………………… .. Journal of Innovation Research and Knowledge ISSN 2798-3471 (Cetak) ISSN 2798-3641 (Online) ## HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
00081565-0ae8-4612-96a4-eb86f7a28131
https://ejournal.kompetif.com/index.php/diklatreview/article/download/311/261
MYOB Accounting memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan aplikasi jenis software akuntansi yang lain yaitu lebih mudah digunakan ( user friendly), dengan tampilan menu dan aliran transaksi yang sederhana dan mudah diingat.Aplikasi Komputer Akuntansi mudah dimengerti oleh orang awam yang tidak mempunyai pengetahuan mendalam mengenai komputer dan akuntansi sekalipun tingkat keamanan ( security) yang cukup valid untuk semua user karena memiliki fasilitas password yang dapat mengunci keamanan data akuntansi, menampilkan laporan keuangan komparasi (perbandingan) serta menampilkan analisis laporan dalam bentuk grafik Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Tapung yang berlokasi di Kecamatan Tapung kabupaten KAmpar merupakan salah satu Sekolah Kejuruan yang ada di kabupaten Kampar yang memiliki lebih dari 250 siswa Akuntansi . dengan banyaknya peminat mahasiswa akuntansi yang bersekolah di SMK N 1 Tapung seharusnya pihak sekolah menyediakan dan memberikan pengetahuan kepada siswa sesuai dengan Ujian Kompetensi (Ujian Kelulusan) yang memadai. ## Pelatihan Penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi Sebagai Media Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Pembelajaran Bagi Guru Dan Siswa Smk N 1 Tapung Pekanbaru ## INOVA FITRI SIREGAR Universitas Lancang Kuning Jln. Yos Sudarso KM 08 Rumbai Telp. (0761) 52581 E-mail : [email protected] Abstract : Activities devotion was conducted in environment vocational high school ( SMK ) N 1 tapung. The participants consisted of teachers and students of vocational high school ( SMK ), which the school not included the curriculum computer application accounting as a subject that must be given in the to school in smk telkom and computer application accounting as one of the to ease presentation of financial report. Devotion is expected to improve understanding in recording , presentation of and reporting a financial report faster, right and accurate , and to make easy in understand presentation of in financial reporting in accordance with the provisions imposed by vocational high school ( SMK ) N 1 Tapung .Through the increase in the competency and the use of computer software application accounting in improve the ability presentation of financial report, expected teachers and students motivated to study and understand the use of computer software application accounting in supporting performance students on while working later on, and do not find it difficult if i can make accountancy softwares anything in the business. A method of execution for the devotion are socialized , simulated and practice how to do recording any transaction provided and in accordance with a standard generally accepted by using software computer application of accounting for students of vocational high school ( SMK ) N 1 Tapung to be taken by approximately 50 participants that consisted of teachers and students. The result is Knowledge and the understanding of participants to software myob accounting evaluated through answer post test that rises significant where 80 % -90 % already knows myob accounting and he knows benefits, previously only 10 % knew myob accounting and 20 % know of the benefits of myob accounting even with the socialization by means of simulation one case company optimism participants we come to the ability to use application software myob accounting where 80 % said could use application software myob accounting .This was inversely to the answer participants before the socialization where only 30 % said could use application software myob accounting Keywords: Accounting Software 228 ## Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) N 1 Tapung menampung lebih dari 250 siswa , khususnya siswa akuntansi. Karna pada kurikulum akuntansi banyak mata pelajaran yang sangat memerlukan labor akuntansi . kurangnya labor akuntansi menyebabkan tidak maksimalnya proses belajar pada siswa. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya nilai ujian kompetensi rata-rata sekolah. kemudian selain kurangnya sarana prasarana, kurangnya pengetahuan Guru mata pelajaran untuk menguasai berbagai aplikasi komputer. Hal ini sangat berdampak besar sekali bagi siswa, karena selain siswa akan mengikuti ujian kompetensi, lulusan siswa diharapkan menguasai dan menjadi siswa yang siap pakai pada saat bekerja nantinya. Permasalahan potensial yang dihadapi mitra adalah :  Belum adanya pelatihan dan sosialisasi penerapan sistem pencatatan yang terkomputerisasi bagi siswa SMK mengenai Aplikasi Komputer Akuntansi  MYOB Accounting tidak masuk dalam kurikulum SMK, sehingga penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansimasih sesuatu hal yang tidak pernah diaplikasikan oleh siswa SMK  Kurangnya Sarana dan Prasarana untuk melakukan penerapan sistem pencatatan yang terkomputerisasi.  Siswa SMK merasa kesulitan jika harus menggunakan sistem pencatatan yang terkomputerisasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya pedoman atau buku yang dapat dijadikan referensi  Pendidik yang berada disekolah kejuruan kurang memiliki sumber daya manusia yang paham dan mengerti mengenai penerapan sistem pencatatan yang terkomputerisasi yaitu dengan Aplikasi Komputer Akuntansi  Pihak SMK kurang mengetahui bagaimana untuk mendatangkan para praktisi untuk memberikan pelatihan dan sosialisasi mengenai Aplikasi Komputer Akuntansi. Terkait permasalahan mitra dibutuhkan solusi dalam bagaimana meningkatkan kemampuan dalam penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi sebagai berikut :  Diharapkan dapat memberi bekal kepada Guru dan Siswa SMK N 1 Tapung sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai penggunaanAplikasi Komputer Akuntansi  Penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi dengan mudah dan cepat akan memberikan manfaat bagi mereka dalam hal penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan pemahaman guru dan siswa dalam pencatatan, penyajian dan pelaporan keuangan dengan menggunakan software Aplikasi Komputer Akuntansi dengan tingkat pemahaman yang masih kecil dan kurangnya pelatihan dan sangat perlu disosialisasikan, maka memberikan motivasi bagi kami dari dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning. Pelatihan dan sosialisasi yang telah dilaksanakan pada semester gasal mengenai Aplikasi Komputer Akuntansi telah memberikan implementasi yang sangat besar bagi siswa SMK Tapung sehingga dapat memberikan peluang atau kesempatan untuk mempelajari dan memahami aplikasi komputer yang lain, yaitu Aplikasi Komputer Akuntansi. Melalui pelatihan dan sosialisasi kembali yang diberikan dalam meningkatkan kemampuan dalam penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi diharapkan Siswa SMK termotivasi untuk mempelajari dan menggunakan aplikasi akuntansi pada saat bekerja dan menunjang kegiatan bisnis, kemudian tidak merasa kesulitan jika harus menggunakan Aplikasi Komputer Akuntansi dalam kegiatan bisnis. ## Pelatihan Penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi Sebagai Media Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Pembelajaran Bagi Guru Dan Siswa Smk N 1 Tapung Pekanbaru (Inova Fitri Siregar) 229 ## METODE Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dilakukan kepada satu mitra yaitu Siswa SMK N 1 Tapung. Dimana peserta yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat sebanyak 50 orang. Dalam rangka mencapai tujuan yang tercantum di atas, maka pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode yang sistematis dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Pelatihan peningkatan pengetahuan tentang definisi dan bentuk dari Laporan Keuangan. 2. Pelatihan peningkatan pengetahuan tentang jenis perusahaan dilihat dari bidang usaha. 3. Diskusi 4. Pelatihan simulasi 5. Pendampingan dan evaluasi hasil ## HASIL Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan oleh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning. Acara bertempat di Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK) Negeri 1 Tapung Kecamatan Tapung dengan judul “Pelatihan Penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi Sebagai Media Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Pembelajaran Bagi Guru Akuntansi Smk N 1 Tapung ”. Sebelum kegiatan penyampaian materi mengenai bagaimana cara menyusun laporan keuangan dengan mudah, cepat dan akurat menggunakan software MYOB Accounting , tim dosen pengabdian kepada masyarakat memberikan pre test dengan menyebarkan kuesioner kepada anggota pelatihan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman peserta tentang software MYOB Accounting yang sangat membantu dalam mengaplikasikan menyusun laporan keuangan secara mudah, cepat dan akurat Foto 1 : Tim Pengabdian Kepada Masyarakat memberikan Materi Berkaitan dengan Penggunaan Aplikasi MYOB Accounting Tabel 1 Rekapitulasi jawaban kuesioner pre dan post test Kegiatan pengabdian kepada masyarakat No Keterangan Pre Test Post Test 1 Apa yang anda ketahui tentang program MYOB Accounting 20% 90% 2 Sebutkan paling sedikit 5 Jenis Modul yang disajikan dalam program MYOB Accounting 10% 90% 3 Pada Modul Kas dan Bank, hal apa saja yang bisa disajikan pada program MYOB Accounting 10% 80% 4 Pembayaran piutang usaha dapat diinput 10% 80% 230 No Keterangan Pre Test Post Test pada modul bagian mana dari program MYOB Accounting 5 Bagaimana jika ingin menampilkan semua jurnal yang ada didaftar kas keluar pada program MYOB Accounting 10% 80% 6 Daftar piutang usaha mrupakan fitur yang terdapat di program MYOB Accounting. Daftar piutang usaha dapat kita lihat pada modul apa? 10% 80% 7 Jurnal kas masuk digunakan untuk menginput transaksi penerimaan kas, saldo rekening kas dan bank akan bertambah akibat transaksi tersebut. Sebutkan langkah- langkah memasukkan kas masuk? 10% 80% 8 Sebutkan contoh transaksi apa yang harus dimasukkan pada modul kas dan bank 10% 90% 9 Pada modul persediaan, transaksi apa saja yang bisa dimasukkan pada program MYOB Accounting 10% 90% 10 Apa manfaat yang diperoleh dari program MYOB Accounting? 30% 90% Sumber : Pengolahan data Excel 2017 Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan yang sangat signifikan dalam menjawab pertanyaan sebelum dan sesudah kegiatan pengabdian kepada masyarakat (pre dan post test). Pengetahuan dan pemahaman peserta dalam penggunaan software MYOB Accounting sebelum dilakukan sosialisasi MYOB Accounting sangat rendah dimana rata-rata hanya 10% yang menjawab mengetahui MYOB Accounting dan hanya 20% yang menjawab mengetahui manfaat MYOB Accounting serta hanya 10% yang menjawab bisa menggunakan aplikasi software MYOB Accounting. Setelah dilakukan sosialisasi software MYOB Accounting pengetahuan dan pemahaman peserta dalam penggunaan MYOB Accounting meningkat sangat signifikan. Hal ini terlihat bahwa rata-rata hasil jawaban sebesar 80%-90%. ## PEMBAHASAN Pengetahuan dan pemahaman peserta terhadap software MYOB Accounting dievaluasi melalui jawaban post test yang meningkat signifikan dimana 80%-90% sudah mengetahui MYOB Accounting dan mengetahui manfaatnya, sebelumnya hanya 10% yang mengetahui MYOB Accounting dan 20% yang mengetahui manfaat MYOB Accounting Bahkan dengan sosialisasi yang dilakukan dengan cara simulasi satu kasus perusahaan maka terjadi optimisme peserta terhadap kemampuan menggunakan aplikasi software Myob Accounting dimana 80% menyatakan bisa menggunakan aplikasi software MYOB Accounting. Hal ini berbanding terbalik dengan jawaban peserta sebelum dilakukan sosialisasi dimana hanya 30% yang menyatakan bisa menggunakan aplikasi software MYOB Accounting. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kegiatan dapat diidentifikasi faktor pendukung dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat adalah : Adanya kerjasama yang baik antara tim pengabdian kepada masyarakat dengan peserta siswa-siswa SMK dan Para Guru Mata Pelajaran Komputer Akuntansi SMK Negeri 1 Tapung. Adanya kerjasama yang baik antara tim pengabdian kepada masyarakat dengan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tapung beserta jajarannya dalam mensupport terselenggaranya kegiatan ini dalam bentuk pemberian fasilitas ruangan, ## Pelatihan Penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi Sebagai Media Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Pembelajaran Bagi Guru Dan Siswa Smk N 1 Tapung Pekanbaru (Inova Fitri Siregar) proyektor, menghadirkan peserta yang akan diberikan sosialisasi MYOB Accounting serta kesediaan Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Tapung memberikan kata sambutan sekaligus membuka kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut. Partisipasi aktif dan antusiasme yang tinggi dari peserta siswa-siswa SMK dan Para Guru Mata Pelajaran Komputer Akuntansi SMK Negeri 1 Tapung dalam mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. ## SIMPULAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Kelas SMK Negeri 1 Tapung dengan judul “Pelatihan Penggunaan Aplikasi Komputer Akuntansi Sebagai Media Untuk Meningkatkan Kompetensi Dan Pembelajaran Bagi Guru Akuntansi SMK N 1 Tapung” yang diadakan pada hari Sabtu, 20 Februari 2017 yang dihadiri oleh 30 Peserta, terdiri dari Siswa SMK dan Para Guru Mata Pelajaran Komputer Akuntansi SMK N 1 Tapung Provinsi Riau” Sesuai dengan tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : Meningkatkan peran serta Fakultas Ekonomi Universitas Lancang Kuning dalam ikut membantu sekolah sekolah menengah kejuruan yang baru berdiri dengan cara melakukan pembinaan terhadap SMK N 1 Tapung melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk sosialisasi dan peningkatan penggunaan aplikasi software MYOB Accounting untuk pelaporan keuangan bagi Siswa SMK dan Para Guru Mata Pelajaran Komputer Akuntansi SMK N 1 Tapung Provinsi Riau berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan yang diharapkan. Siswa SMK dan Para Guru Mata Pelajaran Komputer Akuntansi SMK N 1 Tapung Provinsi Riau telah memiliki pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya penggunaan aplikasi software MYOB Accounting dalam pelaporan keuangan yang mudah, cepat dan akurat. Pada pelaksanaan sosialisai, peserta diberikan kuesioner dalam bentuk pre dan post test, hasil dari pre dan post test tersebut menunjukkan perubahan yang sangat signifikan terhadap pengetahuan dan pemahaman peserta terhadap software MYOB Accounting Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat kami sarankan hal-hal sebagai berikut: Perlu adanya kegiatan pelatihan penggunaan software MYOB Accounting secara bertahap dan berkelanjutan sebagai lanjutan dari kegiatan sosialisasi ini, agar siswa-siswa SMK tidak hanya sekedar memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap software MYOB Accounting akan tetapi mereka benar-benar menggunakan software ini dalam membantu pelaporan keuangan dengan mudah, cepat dan akurat. Perlu adanya pendampingan dari instansi terkait. ## DAFTAR RUJUKAN Ali Imran. 2009. 17 Jurus MempelajariAplikasi Komputer Akuntansi, Edisi Kesatu. Yogyakarta: Penerbit Andi Hendra Wijaya, 2015. Excel Akuntansi, Jakarta : Penerbit PT Elex Media Komputindo Reeve. 2005. “ Accounting : Pengantar Akuntansi ”. Buku satu. Edisi dua puluh satu. Jakarta; Salemba Empat Siregar. Inova Fitri, 2017. MYOB Accounting, Edisi Kesatu. Pekanbaru : Penerbit Unilak Press Soemarso S. R. 2004. “ Akuntansi Suatu Pengantar ”. Buku satu. Edisi lima. Jakata: Salemba Empat Tanjung, Yulia, Haryani.2009. Analisis Penerapan PSAK No.1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan Pada PT.PLN (Persero) Area 232 Padang . Jurnal Ekonomi dan kewirausahaan. Yenti, Hidayah.2010. Pelatihan Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi bagi kelompok tani wanita “Panen Raya” di Kanagarian Tarok Kecamatan Baso Kabupaten Agam . Artikel Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
dba54b4f-7563-418d-b938-2c9707717a0d
https://journals.usm.ac.id/index.php/jreb/article/download/6844/3769
## Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis ISSN 1979-4800 E-ISSN 2580-8451 Penerapan good governance pada pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa Tengah Mohammad Sholeh *) , Kesi Widjajanti, Rohmini Indah Lestari Program Magister Manajemen, Universitas Semarang, Semarang, Indonesia ## Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima: 01-05-2023 Disetujui: 003-01-2024 Dipublikasikan: 17-01-2024 ## Abstrak Penelitian ini didasari pentingnya penerapan good governance dalam menghasilkan kualitas tata kelola yang baik. Salah satunya pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara elektronik ( e-procurement ) di Biro Administrasi Pengadaan Barang/Jasa Setda Provinsi Jawa Tengah. Metode penelitian kualitatif yang digunakan untuk menghasilkan fenomenologi dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian penerapan good governance pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik ( e-procurement ) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tergolong transparan, akuntabilitas, bersaing, terbuka, efektif dan efisien. Selain itu terdapat faktor yang bisa menghambat pelaksanaan pengadaan antara lain adanya gangguan server / maintanance sistem , padatnya intensitas penggunaan sistem dan indikasi peretasan, kurangnya komputer, terbatasnya anggaran dan potensi intervensi dari pihak lain. Penelitian ini tidak terlepas adanya kesalahan dan kekurangan, dikarenakan keterbatasan waktu informan dalam wawancara dan keterbatasan tempat penelitian guna pengambilan sampel. ## Implementation of good governance in the implementation of procurement of goods and services electronically in the Central Java provincial government Keywords: e-procurement; good governance; implementation ## Abstract This research is based on the importance of implementing good governance in producing quality governance. One of them is the implementation of electronic procurement of government goods/services (e-procurement) at the Regional Secretariat of Central Java Province's Goods/Services Procurement Administration Bureau. The qualitative research method used to produce phenomenology uses data collection techniques through observation, interviews and documentation. The research results on the implementation of good governance in the electronic procurement of goods/services (e-procurement) within the Central Java Provincial Government are classified as transparent, accountable, competitive, open, effective and efficient. Apart from that, some factors can hinder the implementation of procurement, including server/system maintenance problems, heavy system usage intensity and indications of hacking, lack of computers, limited budget and potential intervention from other parties. This research is not free from errors and shortcomings, due to limited time for informants in interviews and limited research space for sampling. 🖂 Alamat korespondensi: *[email protected] ## PENDAHULUAN Terwujudnya tata pemerintahan yang baik ( good governance ) merupakan harapan dan keinginan yang dicita-citakan bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 101 tahun 2000 pengertian good governance tentang pendidikan dan pelatihan jabatan pegawai negeri sipil, pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang mengembangkan dan menetapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisensi, efektifitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Good governance sendiri bisa diartikan sebagai suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab serta sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, menghinadari kesalahan alokasi dana investasi dan mencegah terjadinya korupsi, baik secara politik maupun secara administratif untuk menjalankan disiplin anggaran serta penciptaan legal dan politican framework bagi tumbuhnya aktifitas usaha (Widodo Aris, 2018) Dewi & Suparno, (2022) menjelaskan permasalahan yang dialami bangsa Indonesia saat ini semakin kompleks. Eksistensi Pemerintahan yang baik ( good governance ) yang selama ini dielu-elukan, ternyata masih menjadi mimpi dan hanya jargon belaka. Revolusi di segala bidang harus dilakukan. Transparansi memang bisa menjadi salah satu solusi, namun tidak cukup untuk mewujudkan good governance . Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Penerapan praktik tata kelola yang baik dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kapasitas pemerintah, masyarakat sipil, dan mekanisme pasar. Salah satu pilihan strategis penerapan good governance di Indonesia adalah melalui penyediaan pelayanan publik. (Dewi & Suparno, 2022). Fenomena pelayanan publik oleh birokrasi pemerintah sarat dengan permasalahan, masih adanya praktik calo, prosedur pelayanan masih terkesan bertele-tele, ketidakpastian waktu dan harga membuat pelayanan sulit dijangkau secara wajar oleh masyarakat. Hal ini menimbulkan ketidak percayaan kepada pemberi pelayanan, sehingga masyarakat mencari cara alternatif untuk mendapatkan jasa melalui cara-cara tertentu. Masyarakat ditempatkan sebagai klien yang membutuhkan bantuan aparat birokrasi, sehingga harus tunduk pada ketentuan birokrasi dan kehendak aparat. Hal ini terjadi karena budaya yang berkembang di birokrasi selama ini bukanlah pelayanan, melainkan mengarah pada budaya kekuasaan.(Palangda & Dame, 2020) Belanja barang/jasa pemerintah merupakan salah satu fungsi penting dalam memberikan pelayanan publik, meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Pengadaan saat ini telah memanfaatkan teknologi informasi, yaitu dengan menggunakan sistem pengadaan secara elektronik (SPSE). (Suharti, 2020). Umar et al., (2021) menjelaskan pelaksanaan penggunaan anggaran belanja daerah sangat dimungkinkan terjadinya penyalahgunaan anggaran dalam proses tender proyek- proyek pemerintahan. Pelaksanaan pengadaan barang / jasa yang didanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disadari memang sering terjadi penyalahgunaan anggaran. Kebocoran dana pada proses pengadaan barang / jasa pemerintah dapat mencapai 10% sampai 50% karena sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah di Indonesia sangat rawan KKN (Umar et al., 2021). Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo marah-marah saat mengadakan inspeksi mendadak (sidak) ke SMAN 1 Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Dalam Sidak, Gubernur terkejut melihat kondisi konstruksi bangunan yang terasa dikerjakan seadanya. Padahal, sekolah tersebut digadang-gadang jadi sekolah percontohan di Jawa Tengah dengan desain futuristik. Saat sidak Gubernur Jateng sempat memarahi pimpinan kontraktor proyek SMAN 1 Tawangmangu. Bangunan SMAN 1 Tawangmangu berdiri di atas lahan sekitar 8.420 m2 di Desa Beji Tawangmangu. Nilai kontrak mencapai Rp. 5 Milyar APBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2021. (Darmawan, 2022) Kepolisian Resor Kudus Jawa Tengah, mendalami dugaan peretasan dalam lelang proyek pembangunan gedung Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUD Loemono Hadi Kudus. Penyelidikan dilakukan setelah dokumen kualifikasi yang diunggah peserta tender tidak muncul, sehingga tender terpaksa dibatalkan. Akibat adanya dugaan peretasan itu, akhirnya website LPSE kudus mengumumkan pembatalan tender gudung IBS RSUD Kudus. Alasannya, hasil konsultasi dengan Direktorat Pengembangan SPSE LKPP dinyatakan bahwa terjadi indikasi gangguan pada dokumen kualifikasi SPSE, sehingga menghalangi terjadinya persaingan usaha yang sehat. (Muhardiansyah, 2021). Dengan demikian proses pelaksanaan pengadaan barang / jasa pemerintah menjadi salah satu titik lemah dalam pelaksanaan anggaran belanja daerah. Ketika pengadaan barang/jasa dilaksanakan secara baik dengan menerapkan good governance , maka akan berdampak pada efisiensi anggaran pembangunan. Hal ini menggambarkan betapa sangat pentingnya pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilaksanakan secara transparansi dan akuntabilitas serta memenuhi prinsip-prinsip dari pengadaan barang/jasa. Oktavira, (2021) Pengadaan barang/jasa pemerintah pada hakikatnya merupakan upaya pihak pemerintah yang diwakili oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan panitia untuk mendapatkan barang/jasa yang diinginkan dengan menggunakan metode, proses sesui dengan ketentuan agar dicapai kesepakatan mengenai harga, waktu dan kualitas barang/jasa. Agar pengadaan barang/jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya maka kedua belah pihak yaitu PPK, panitia dan penyedia barang/jasa harus berpedoman pada prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa. Adapun metode/cara pemilihan penyedia barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainya dapat dilakukan dengan cara e-purchasing , pengadaan langsung, penunjukan langsung, tender cepat, tender, swakelola. (Oktavira, 2021) Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah akitifitas pemerintah yang paling rawan dengan korupsi (Malinda & Hardjomuljadi, 2019) Berdasarkan data KPK, dari tahun 2004 sampai dengan 2019 terdapat 1.007 perkara korupsi yang ditangani KPK. Dari jumlah tersebut, 205 perkara korupsi di antaranya merupakan korupsi disektor pengadaan barang/jasa (Satrio, 2021) Perpres Nomor 16 Tahun 2018 yang sudah diubah dalam Perpres Nomor 12 Tahun 2021 bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah wajib malaksanakan pengadaan barang/jasa secara elektronik atau e-procurement baik ditingkat pemerintah pusat maupun ditingkat pemerintah daerah. Adanya e-procurement peluang untuk kontak langsung antara penyedia barang/jasa dengan pokja pemilihan menjadi semakin rendah, sehingga proses pengadaan dapat berlangsung lebih transparan, hemat waktu dan biaya serta mudah dalam mempertanggung jawabkan segi keuangannya. Untuk meningkatkan efisiensi penggunaan anggaran negara yang dibelanjakan melalui proses pengadaan barang / jasa pemerintah, diperlukan upaya untuk menciptakan keterbukaan, transparansi, akuntabilitas serta prinsip persaingan/kompetisi yang sehat dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah yang diabiayai APBN/APBD. Upaya tersebut agar diperoleh barang/jasa yang terjangkau dan berkualitas serta dapat dipertanggung jawabkan baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas pemerintah dan pelayan masyarakat. (Supraba & Bandiyono, 2016) ## Good Governance Lubatkin (2007) dalam (Michaud & Audebrand, 2022) menjelaskan teori tata kelola mencakup teori keagenan ( Agency Theory ), Stewardship theory, Resource dependency theory dan stakeholder theory . Meskipun telah dikritik untuk asumsi yang terlalu menyederhanakan, namun teori keagenan ( agency theory ) sejauh ini yang paling banyak digunakan dalam studi tata kelola dan bahkan tampaknya direkomendasikan oleh banyak orang menjadi identik dengan teori pemerintahan. (Michaud & Audebrand, 2022) Brigham dan Erhardt dalam (Sunardi, 2019) menjelaskan ‘tata kelola perusahaan didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prosedur yang menjamin manajer untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis nilai. Prinsip-prinsip tersebut dalam penerapanya dikenal dengan istilah TARIF yaitu Transparency , Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness . (Sunardi, 2019). ## Agency Theory Agency Theory dikembangkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori tersebut mendasarkan pada konflik yang timbul antara principal dan agen. Principal merupakan pihak memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diamanahkan oleh prinsipal kepadanya. Manajemen sebagai “ agents ” dianggap akan bertindak untuk kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham. Adanya pemisahan kepemilikan dan perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen menimbulkan agency problem (konflik kepentingan). (Theodora Liza, 2022) ## Pengadaan Barang dan Jasa Yusri, (2017) mengatakan bahwa pengadaan barang/jasa pemerintah sesungguhnya merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pelaksanaan pembangunan. Bagi pemerintah, ketersediaan barang dan jasa pada setiap instansi pemerintah akan menjadi faktor penentu keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing unit kerja. Selanjutnya pengadaan barang dan jasa tidak hanya penting bagi jajaran pemerintah, tetapi juga penting bagi masyarakat karena didalamnya terdapat barang dan jasa yang langsung dinikmati oleh masyarakat umum seperti jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah sakit, jasa guru, jasa dokter, jasa pengacara dan sebagainya. Efektifitas pengadaan barang dan jasa dicapai dengan cara mengadakan barang dan jasa yang benar-benar bermanfaat sesuai dengan kebutuhan. (Yusri, 2017) ## E-Procerement Menurut (Sutedi, 2016) e-procurement merupakan sistem lelang dalam pengadaan barang/jasa pemerintah dengan memanfaatkan teknologi, informasi, dan komunikasi berbasis internet agar dapat berlangsung secara efektif, efisien, terbuka, dan akuntabel. Adanya e-procurement ini dikarenakan banyaknya permasalahan yang terjadi dalam pengadaan barang/jasa secara konvensional. (Sutedi, 2016) Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan research gap dan sebagai pendukung didalam penelitian ini adalah penelitian (Umar et al., 2021) menyatakan belum mencapai transparansi, efektif, efisiensi dan kurang terbuka (Umar et al., 2021). Sedangkan Penelitian (Ahmad et al., 2020) menyatakan tender sehat, tetapi non-tender masih rentan terhadap permainan (Ahmad et al., 2020). Penelitian (Lestyowati et al., n.d.) menyatakan lelang memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan melalui katalog elektronik (Lestyowati et al., n.d.). Sedangkan Penelitian (Mulyono, 2017)) menyatakan bahwa penerapan e-Procurement pada dimensi akuntabilitas diketahui berada pada kategori sangat akuntabel atau kategori sangat baik (Mulyono, 2017). Lain lagi penelitian (Adi, 2017) adanya kendala faktor internal dan eksternal yang mengakibatkan beberapa penyedia tidak dapat mengikuti jadwal lelang, tidak adanya Pegawai tetap, kurangnya pengetahuan penyedia dan panitia lelang, jaringan yang kurang memadai dan kurangnya SDM yang kompeten dalam pengadaan barang dan jasa. (Adi, 2017) Penelitian ini akan menfokuskan pada implementasi e-procurement proses pengadaan barang dan jasa, kendala dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e- procurement dan membangun e-procurement yang baik dalam proses pengadaan barang/jasa dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sesuai dengan Perpres No. 12 Tahun 2021. Prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa dalam penelitian ini akan ditinjau dari prinsip-prinsip penerapan Good Governance yang efisien, efektif, transparansi, akuntabilitas, bersaing dan adil/tidak diskriminatif. Agar penelitian ini tetap terfokus, secara skematis, kerangka analisis penelitian ini adalah sebagai berikut: ## Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis ## METODE Metode penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif yang berlandaskan kepada filsafat pospositivisme untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sample sumber data dilakukan secara purposive dan snowbal , teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan kepada makna daripada generalisasi yang digunakan serta menghasilkan femenologi. (Fadli, 2021) Teknik analisis data digunakan untuk mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan data dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusunnya ke dalam pola memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisis data berdasarkan data yang diperoleh, kemudian dikembangkan suatu pola hubungan tertentu atau dikembangkan suatu hipotesis. (Sugiyono, 2017). Sebagaimana dijelaskan oleh Miles dan Huberman bahwa penyajian data dimaksudkan untuk menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data Implementasi E-Procurement Penggunaan Metode Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Gambaran Pelaksanaan atas Prinsip-prinsip Pengadaan Barang/Jasa atau Good Governance yang meliputi Efisiensi, Efektif, Transparansi, Terbuka, Akuntabilitas, Bersaing dan Adil / Tidak Diskriminatif Kendala dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e-Procurement Membangun e-Procurement yang baik sesuai penerapan Good Governance dalam penelitian ini juga dimaksudkan untuk menemukan suatu makna dari data-data yang telah diperoleh. Kemudian disusun secara sistematis dari bentuk informasi yang kompleks menjadi sederhana namun selektif. (Moleong, 2005) Miles & Huberman (1992:16) menyatakan analisis terdiri dari tiga jalur aktivitas yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan data kesimpulan/verifikasi. (Miles et al., 2014) ## HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data kualitatif. Bagian ini akan memaparkan hasil penelitian tentang pelaksanaan kegiatan Pengadaan Barang/Jasa secara E-procurement dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah tepatnya pada kantor Biro Administrasi Pengadaan Barang/Jasa Setda Provinsi Jawa Tengah bertempat Gedung D Jl. Pahlawan No. 9 Semarang. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan pengamatan peneliti telah diperoleh sebagai berikut: ## 1. Implementasi e-procurement pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah sesuai dengan good governance Peneliti telah mendiskripsikan temuan-temuan yang berbentuk tema/katagori. Setiap tema mempunyai hubungan satu dengan lainnya sehingga terbentuk pola yang menjadi inti penelitian. Hasil penelitian Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa secara elektronik ( e- procurement ) menunjukan transparan karena adanya kegiatan pemilihan penyedia berupa pengumuman pemilihan penyedia yang luas dan terbuka melalui aplikasi LPSE, menunjukan akuntabilitas karena adanya arsip dan pencatatan yang lengkap dan mekanisme untuk mengevaluasi, mereview, meniliti dan mengambil tindakan terhadap protes dan keluhan yang dilakukan oleh peserta melalui aplikasi SPSE. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa secara e-procurement di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah juga menunjukan terbuka dan bersaing, diketahui respon penyedia yang mendaftar sangat banyak, menunjukan adil/tidak diskriminatif dengan memberikan kesempatan yang sama kepada peserta dalam pemilihan penyedia selama memenuhi kualifikasi, persyaratanya bersifat terbuka dan dapat dilihat melalui melalui aplikasi SPSE serta menunjukan efektif dan efisien , karena adanya proses pelaksanaan pemilihan penyedia menggunakan elektronik. Sumber: Aplikasi SPSE pada LPSE Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah (2023) Gambar 2. Jumlah penyedia yang mendaftar dan memasukan penawaran Pada hakekatnya pengadaan barang/jasa diselenggarakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan dengan menggunakan metode dan proses tertentu guna tercapainya kesepakatan dengan mutu yang baik, jumlah yang cukup, terpenuhinya persyaratan teknis lainnya, pelaksanaan pengadaan serta penyerahan barang/jasa tepat waktu, dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dengan berpegang pada prinsip pengadaan berdasarkan standar metode dan proses pengadaan yang baku. Melalui penelitian yang dilakukan proses pengadaan barang/jasa secara e-procurement pada Biro Administrasi Pengadaan Barang/Jasa Setda Provinsi Jawa Tengah dengan good governance yaitu: a. Transparansi yang dilakukan dalam pelaksanaan barang/jasa ini adalah dengan membuka informasi melalui http://lpse.jatengprov.go.id , selain itu untuk melihat Rencana Umum Pengadaan (RUP) ada pada pada laman sirup.lkpp.go.id. Responsivitas juga sudah diterapkan dimana Biro Administrasi Pengadaan Barang/Jasa selaku UKPBJ dilingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menindak lanjuti setiap permintaan OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan memerintahkan Pokja Pemilihan untuk segera melaksanakan pemilihan penyedia (Tender/Seleksi/Penunjukan Langsung) bagi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan oleh pengguna pengadaan barang / jasa OPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. b. Akuntabilitas dengan pencatatan-pencatatan pelaksanaan pemilihan penyedia melalui portal http://lpse.jatengprov.go.id dengan dibuatkan berita acara yang diupload pada laman SPSE serta Jawaban sanggah atas komplain/protes dari peserta dengan menjawab melalui sistem aplikasi SPSE sesuai dengan ketentuan. c. Terbuka dan bersaing, informasi tentang paket pekerjaan disampaikan melalui aplikasi SPSE, penyedia manapun dengan mudah bisa mengakses dan ikut berpartisipasi dengan cara mendaftar dan memasukan penawaran. d. Adil / tidak diskriminatif adanya evaluasi yang sama, tidak memihak kepada salah satu penyedia. e. Efektif dan efisien, Biro APBJ Setda Provinsi Jawa Tengah telah menerapkan paperless dalam pelaksanaan pemilihan penyedia dengan membuat aplikasi SILALAPBAJA yaitu aplikasi berbasis Web, memiliki 3 fungsi utama antara lain fungsi Smart Report, Pengadaan dan Pelayanan. Tujuan SILALAPBAJA adalah untuk mendukung proses pengadaan barang/jasa pada provinsi Jawa Tengah agar lebih efisien, efektif dan akuntabel sekaligus memudahkan dalam pengiriman dokumen pengadaan guna dilakukannya reviu persiapan pengadaan. Dengan demikian kesesuaian penerapan good governance pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e-procurement di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dapat digambarkan sebagai berikut: Sumber: Hasil penelitian yang sudah diolah (2023) Gambar 3. Kesesuaian Pengadaan Barang/Jasa melalui e-Procurement Akuntabilitas Terbuka dan Bersaing Adil / Tidak Diskriminatif Efektif dan Efisien Transparan Memberikan Informasi yang lengkap dan jelas Mencapai Sasaran yang baik, tepat dan bermanfaat • Terbuka bagi penyedia yang memenuhi persyaratan, • Memberikan kesempatan kompetisi kepada penyedia Memberikan perlakuan yang sama terhadap semua penyedia • Sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan dan memberikan manfaat • Penggunaan dana dan daya secukupnya untuk mencapai sasaran yang ditetapkan 2. Kendala dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e-procurement Kendala yang mempengaruhi pelaksanaan pengadaan barang/jasa melalui e-Procurement di Biro Administrasi Pengadaan Barang / Jasa Setda Provinsi Jawa Tengah, adalah: a. Terjadinya Gangguan server yang disebabkan oleh maintanance sistem dan padatnya intensitas penggunaan sistem dan indikasi peretasan. b. Kurangnya sarana prasarana berupa seperangkat komputer bagi masing-masing pokja serta keterbatasan ruangan untuk rapat persiapan/reviu maupun untuk pembuktian kualifikasi penyedia yang bisa menghambat pelaksanaan pemilihan penyedia dan mengganggu kenyamanan para penyedia maupun OPD yang memenuhi undangan dari Pokja Pemilihan. c. Pelaku usaha tidak memasukkan penawaran karena persyaratan penyedia sangat kompleks dan sebagian pelaku usaha tidak memahami sistemnya. d. Ketidakcermatan dalam penyusunan dokumen menyebabkan tender gagal/diulang. e. Terbatasnya anggaran guna melakukan klarifikasi lapangan bisa menyebabkan kurangnya optimalisasi dalam evaluasi penawaran calon penyedia. f. Potensi intervensi dari pihak luar yang mencoba mempengaruhi keputusan atau hasil evaluasi Pokja Pemilihan. 3. Membangun e-procurement yang Baik Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Penerapan good governance pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara e- procurement sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa yaitu efisien, efektif, transparan, keterbukaan, bersaing, adil/tidak diskriminatif dan akuntabel, yang bertujuan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap proses pengadaan barang/jasa, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis dan keuangan. Adapun kriteria Membangun e-procurement yang baik dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa adalah sebagai berikut: 1. Transparan , berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa secara e-procurement bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas serta aplikasi SPSE mudah diakses tanpa ada halangan oleh penyedia yang berminat dan oleh masyarakat pada umumnya. 2. Akuntabel , berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan dengan cara mengetahui alur/mekanisme implemantasi yang terkait Pengadaan Barang/Jasa secara e-procurement seperti membuat jadwal pemilihan penyedia secara benar, membuat dan mengaplaud berita acara serta menyimpan history/summary report sehingga dapat dipertanggung jawabkan. 3. Terbuka , berarti Pengadaan Barang/Jasa secara e-procurement dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan /kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas melalui aplikasi SPSE yang mudah diakses. 4. Bersaing , berarti Pengadaan Barang/Jasa secara e-procurement harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh barang/jasa yang ditawarkan secara kompetitif dan tentunya tidak ada intervensi/penghalang yang mengganggu terciptanya mekanisme pasar dalam pengadaan barang/jasa. Agar mendapatkan ketepatan dalam pemilihan penyedia barang/jasa perlu adanya penambahan fitur vendor system pada aplikasi SPSE sebagai penilaian penyedia atas pengalaman-pengalaman sebelumnya sebagai penyedia barang/jasa. 5. Adil / tidak diskriminatif , berarti memberikan perlakuan yang sama kepada semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional. Seperti dengan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan dalam aanwijzing melalui aplikasi SPSE, mengevaluasi penawaran dengan sikap yang sama, menetapkan dan mengumumkan pemenang secara otomatis tersampaikan melaui email masing- masing peserta. 6. Efisiensi , berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan sasaran dengan kualitas maksimum. 7. Efektif , berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesar-besarnya melalui aplikasi SPSE. Hendaknya para pelaku pengadaan dalam melaksanakan pengadaan secara e-procurement masing-masing mengunakan komputerisasi yang terhubung internet untuk memudahkan proses pengadaan secara e-procurement disamping juga memudahkan penyimpanan file dokumen yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa dan memudahkan ketika adanya probity audit . Serta selalu menjaga id dan paswordnya masing-masing untuk menjaga terjadinya indikasi peretasan pada e-procurement. Kriteria membangun e-procurement yang baik dalam pelaksanaan pengadaan barang / jasa tersebut tak lepas dari hal-hal yang berkaitan dengan faktor pendukungnya seperti: a. Pelaku Pengadaan (SDM) yang bersertifikat (mempunyai keahlian pengadaan barang/jasa); b. Anggaran tercukupi guna melaksanakan klarifikasi lapangan sebagai bentuk evaluasi penawaran kepada calon penyedia; c. Memahami regulasi, selalu update perubahan peraturan pengadaan barang/jasa dan ikuti sosialisasi perkembangan pengadaan barang/jasa; d. Tersedianya sarana dan prasarana yang memadai berupa seperangkat komputer bagi pelaku pengadaan, ruangan yang nyaman, tersedianya server khusus LPSE Tengah dan bandwidth internet yang memadai bagi penggunanya; e. Peningkatan insentif bagi SDM yang menjalankan pengadaan barang/jasa secara e-procurement mengingat begitu besarnya tanggung jawab yang diemban juga agar tidak goyah terhadap intervensi; f. Menjaga keamanan digital ( id and password ) agar tidak disalahgunakan oleh pihak luar; g. Pemeliharaan rutin ( maintenance system ), diusahakan pada waktu diluar padatnya penggunaan e-procurement. ## PENUTUP Proses Pengadaan Barang/Jasa di Biro Administrasi Pengadaan barang Jasa Setda Provinsi Jawa Tengah pada prinsipnya sudah menerapkan prinsip good governance dilihat dari partisipasi para penyedia dalam mengikuti pelaksanaan pengadaan barang/jasa, tentu akan menunjukan semakin kompetitifnya persaingan. Meskipun penelitian sudah dilakukan secara optimal, namun penelitian ini tidak terlepas adanya kesalahan dan kekurangan, dikarenakan adanya keterbatasan waktu para informan dalam tugas dan evaluasi penawaran yang padat dan keterbatasan tempat Penelitian guna pengambilan sampel hanya satu lokasi tempat penelitian, sehingga kemungkinan ada perbedaan hasil penelitian apabila penelitian yang sama dilakukan pada objek penelitian yang lain, namun sampel penelitian ini sudah memenuhi prosedur penelitian. Diharapkan pada penelitian mendatang dapat menyempurnakannya baik menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif yang lebih mendalam lagi agar penelitian menjadi lebih sempurna dan akurat. Peneliti selanjutnya dianjurkan pula untuk mengobservasi objek penelitian terlebih dahulu untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam melanjutkan penelitian serta tidak hanya satu obyek penelitian saja, namun perlu ada tambahan observasi obyek OPD/Instansi lain di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. ## DAFTAR PUSTAKA Adi, C. S. W. (2017). Indonesian Treasury Review Analisis Penerapan E-Procurement Menggunakan Sistem Pengadaan Secara Elektronik: Studi Kasus Pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (Lpse) Kementerian Keuangan Papua Barat. Ahmad, Kadir Adys, A., & Haq, N. (2020). Implementasi E-Procurement Dalam Pengadaan Barang. 2 (2). Darmawan, R. K. (2022). Ganjar Marah-marah Saat Sidak ke SMAN Tawangmangu, Bangunannya Bergaya Futuristik, tapi Temboknya Jebol Saat Ditendang . Kompas. https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/31/191150078/ganjar- marah-marah-saat-sidak-ke-sman-tawangmangu-bangunannya-bergaya Dewi, R. C., & Suparno. (2022). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik . 7 (1), 78–90. Fadli, M. R. (2021). Memahami desain metode penelitian kualitatif. Humanika, Kajian Ilmiah Mata Kuliah Umum , 21 (1), 33–54. https://doi.org/10.21831/HUM.V21I1.38075 Lestyowati, J., Diklat, B., & Yogyakarta, K. (n.d.). Analisis Permasalahan E- Purchasing Dalam Pengadaan Barang Dan Jasa Satuan Kerja. Malinda, Y., & Hardjomuljadi, S. (2019). Faktor Dominan Kendala Penggunaan E- Catalogue Pada Proses Pengadaan Proyek Konstruksi Jalan Dengan Metoda Spss & Rii. Rekayasa Sipil , 7 (2), 90. https://doi.org/10.22441/jrs.2018.v07.i2.04 Michaud, M., & Audebrand, L. K. (2022). One governance theory to rule them all? The case for a paradoxical approach to co-operative governance. Journal of Co- Operative Organization and Management , 10 (1). https://doi.org/10.1016/j.jcom.2021.100151 Miles, M. B., Huberman, M. a, & Saldana, J. (2014). Drawing and Verying Conclusions. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook , 275–322. https://books.google.com/books/about/Qualitative_Data_Analysis.html?id=3C NrUbTu6CsC Moleong, L. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif.pdf - Google Drive . https://drive.google.com/file/d/1- HWimTYbLotvY81dB7Bvt_tyZ8TfYGZ7/view Muhardiansyah. (2021). Lelang Elektronik Proyek Rp29 M di Kudus Terindikasi Diretas, Polisi Turun Tangan . https://www.merdeka.com/peristiwa/lelang- elektronik-proyek-rp29-m-di-kudus-terindikasi-diretas-polisi-turun- tangan.html Mulyono, P. E. (2017). Analisis Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik Pada Pemerintah Kabupaten Gresik . https://e- journal.unair.ac.id/ADJ Oktavira, B. A. (2021, November 10). Aturan Tender Dan Tahapannya . Hukum Online. https://www.scribd.com/document/549624963/Aturan-Tender-Dan- Tahapannya Palangda, L., & Dame, J. M. (2020). Penerapan Prinsip Good Governance Terhadap Kualitas Pelayanan Publik. Jurnal Aplikasi Kebijakan Publik & Bisnis , 1 (2). https://stia-saidperintah.e-journal.id/ppj Satrio, A. D. (2021). KPK Tangani 240 Kasus Korupsi Pengadaan Barang dan Jasa Sejak 2004 . https://nasional.sindonews.com/read/616321/13/kpk-tangani-240- kasus-korupsi-pengadaan-barang-dan-jasa-sejak-2004-1638418369 Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuatitatif Kualitatif dan R & D . https://www.scribd.com/document/688009736/Metode-Penelitian-Kuantitatif- Kualitatif-Dan-R-D-Prof-Dr-Sugiyono-2017 Suharti. (2020, November 19). SIARAN PERS Transformasi Digital dan Profesionalisme SDM Pengadaan (Rakor PBJ 2020) – Blog Mirhan Triandi Doe . https://mirhanmorowaliutara.com/2020/11/19/siaran-pers-transformasi- digital-dan-profesionalisme-sdm-pengadaan-rakor-pbj-2020/ Sunardi, N. (2019). JIMF (Jurnal Ilmiah Manajemen Mekanisme Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Leverage Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2018 . 2 (3). Supraba, R. M., & Bandiyono, A. (2016). Penerapan E-Procurement Dalam Proses Pengadaan Barang Dan Jasa. Jurnal Demokrasi Dan Otonomi Daerah , 14 (3), 229–236. https://jdod.ejournal.unri.ac.id/index.php/JDOD/article/viewFile/5847/5401 Sutedi, A. (2016). Aspek hukum pengadaan barang & jasa dan berbagai permasalahannya . Sinar Grafika. Theodora Liza, R. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2020). Diponegoro Journal Of Accounting , 11 (4), 1–10. http://ejournal- s1.undip.ac.id/index.php/accounting Umar, Z., Suadi, & Rasyidin. (2021). Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Melalui E- Procurement Di Kabupaten Bener Meriah Pada Tahun 2020. Jurnal Transparansi Publik , 1 (1), 55–63. Widodo Aris. (2018, October 12). Good Governance Pengelolaan Keuangan Negara - TopBusiness . https://www.topbusiness.id/16940/good-governance- pengelolaan-keuangan-negara.html Yusri. (2017). Garis-Garis Besar Pengadaan Barang Dan Jasa Pemerintah (The Outlines Of Procurement Of Goods And Services Of Government). Anterior Jurnal , 16 (2), 195–206.
03d70c2f-c047-4ede-969b-0ed14c83d8c4
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/JEKO/article/download/235/66
Fakultas Ekonomi – Universitas Kanjuruhan Malang http://ejournal.ukanjuruhan.ac.id Rusno adalah Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Kanjuruhan Malang 1 ## DAMPAK PESATNYA MINI MARKET WARALABA TERHADAP USAHA KECIL (JENIS RITEL) ## Rusno Abstrak: Tujuan penelitian untuk mengetahui apa saja dampak maraknya minimarket waralaba terhadap usaha kecil (jenis ritel) di kecamatan Sukun Malang serta untuk mengetahui langkah-langkah antisipasi apa saja yang perlu dilakukan oleh pengusaha kecil dalam menghadapi maraknya minimarket waralaba. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif, peneliti ingin menjelaskan dampak yang dirasakan pengusaha kecil khususnya yang bergerak dalam bisnis ritel akibat pesatnya pertumbuhan minimarket waralaba di Kota Malang khususnya Kecamatan Sukun. Populasi dalam penelitian ini adalah usaha kecil (toko) jenis ritel di Kecamatan Sukun Kota Malang, jumlah sampel yang diambil adalah 15 usaha kecil di Kecamatan Sukun Kota Malang yang tersebar pada 11 kelurahan. Sampel diambil dengan kriteria : b arang yang dijual memiliki persamaan (minimal 50%) dengan barang yang dijual di minimarket , Jarak toko/usaha kecil tidak jauh dari minimarket (maksimal 300 meter). Pengambilan sampel dilakuakan dengan teknik Purposive Sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) dampak terbesar dari pesatnya minimarket waralaba terhadap usaha kecil jenis ritel adalah pada keberlangsungan usaha dan penurunan omzet penjualan; 2) dampak terkecil adalah pada strategi pemasaran, hal ini disebabkan karena usaha kecil yang menyatakan hal tersebut telah memiliki pelanggan tetap, berada pada lokasi ramai dan juga karena baru berdiri; 3) harapan dari pengusaha kecil ke depan adalah agar lebih mendapat perhatian dari pemerintah, lebih diminati konsumen, tetap survive dan mampu bersaing dengan usaha yang memiliki modal besar; 4) dampak positif yang dapat dirasakan oleh toko ritel adalah dapat menjadikan usaha kecil lebih kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi pemasaran dan menjalankan usahanya. Keyword: Minimarket, Waralaba, Ritel Persaingan bisnis dalam dunia usaha memaksa setiap pelaku bisnis untuk dapat bertahan bahkan mengembangkan usahanya, hal ini disebabkan kebutuhan konsumen yang semakin beragam sehingga para pebisnis harus jeli dalam menggunakan strategi untuk menarik pelanggan. Usaha kecil merupakan salah satu pelaku bisnis yang ikut serta dalam persaingan ini. 1 Salah satu persaingan yang harus di hadapi pebisnis kecil antara lain, pesatnya pembangunan pasar modern yang dirasakan oleh banyak pihak berdampak terhadap keberadaan pasar tradisional yang sebagian besar adalah usaha kecil perorangan. Disatu sisi, pasar modern dikelola secara profesional dengan fasilitas yang serba lengkap. Di sisi lain pasar tradisional masih disibukkan dengan permasalahan klasik seputar pengelolaan yang kurang profesional dan ketidak nyamanan berbelanja. Pasar modern dan pasar tradisional bersaing dalam pasar yang sama, yaitu pasar ritel. Hampir semua produk yang dijual dipasar tradisional seluruhnya dapat ditemui di pasar modern, khususnya hypermarket . Bisnis ritel memang dinilai prospektif sehingga menimbulkan persaingan yang luar biasa, persaingan lain yang juga menjadi permasalahan baru bagi usaha kecil (kali ini toko-toko) adalah pesatnya pertumbuhan minimarket dengan sistem waralaba yang juga bersaing pangsa pasar yang sama yakni pasar ritel. Minimarket dengan sistem waralaba pertama adalah Indomart pada 1988, pada awalnya memang tidak menyolok karena masyarakat cenderung mengandalkan toko-toko kelontong di sekitar pemukimannya untuk belanja sehari- hari. Namun SWA (2004) dalam websidenya menyatakan “sejak tahun 1999, warung ber-AC ini tumbuh subur”. Beberapa fakta membuktikan maraknya ritel waralaba baik dalam skala nasional maupun lokal (kota). berikut beberapa fakta yang muncul di berbagai media: 1. Survei AC Nielsen (TRUST, 2005) menyatakan “dari total 5.000 mini market di Indonesia, Alfamart mampu menguasai pangsa pasar sebesar 33%. Alfamart menduduki posisi ke2 setelah Indomart dengan market share 35%”. 2. (SWA:2004) “Indomart sudah memiliki 1.000 gerai, sedangkan Alfamart sekitar 800-an”. 3. (MalangRAYA:2008) “Saat ini ada 125 toko Indomart yang tersebar di Malang Raya”. 4. Pada usianya yang ke-26 tahun, saat ini total jaringan toko Alfamart telah mencapai 1.250 gerai. Dari total itu, sekitar 70% dikelola langsung oleh SAT (PT. Sumber Alfaria Trijaya) sisanya dimiliki masayarakat dengan system waralaba. Perkembangan luar biasa ritel waralaba dengan pangsa pasar hingga kini mencapai hampir 70% (khusus Alfamart dan Indomaret) tentu mempunyai dampak bagi usaha ritel serupa yang memiliki skala lebih kecil seperti pada toko-toko yang ada di pemukiman. Bagaimana tidak jika kebiasaan belanja masyarakat yang pada awalnya di warung yang berada di dekat pemukimannya untuk kebutuhan sehari- hari, beralih menjadi kebiasaan belanja di warung ber-AC atau mini market yang lebih memberikan kenyamanan dan kebebasan berbelanja. Dampak yang diberikan mungkin dapat berupa dampak positif atau negatif, dampak positif seperti peningkatan kemampuan bersaing, sedangkan dampak negatif dapat berupa penurunan omzet penjulan. Adanya kemungkinan dampak negatif terhadap keberlangsungan kegiatan usaha perlu diantisipasi. Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) apa saja dampak pesatnya minimarket waralaba terhadap usaha kecil (jenis ritel) di kecamatan Sukun Malang? 2) langkah-langkah antisipasi apa saja yang seharusnya dilakukan oleh pengusaha kecil yang menjalani bisnis ritel dalam menghadapi pesatnya minimarket waralaba di kecamatan Sukun Malang?. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja dampak maraknya minimarket waralaba terhadap usaha kecil (jenis ritel) di kecamatan Sukun Malang serta untuk mengetahui langkah-langkah antisipasi apa saja yang perlu dilakukan oleh pengusaha kecil dalam menghadapi . maraknya minimarket waralaba. ## Analisis lingkungan pemasaran Lingkungan perusahaan selalu menimbulkan peluang serta ancaman, perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang selalu menganalisis lingkungan pemasarannya, sehingga mampu menghadapi ancaman dan mengambil peluang yang ada di dalam lingkungan pemasaran. Pentingnya memahami lingkungan pemasaran mendorong setiap perusahaan selalu menganalisis lingkungan perusahaan yang selalu berubah. 1. Lingkungan internal yaitu lingkungan yang dapat dikendalikan oleh perusahaan, faktor-faktor yang dapat dikendalikan meliputi unsur-unsur dalam marketing mix yaitu product, price, promotion , dan place juga faktor lainnya seperti faktor pemasaran, keuangan, operasi perusahaan, penelitian dan pengembangan serta masalah sumber daya manusia. 2. Lingkungan eksternal yaitu lingkungan yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan, meliputi lingkungan makro dan lingkungan mikro. Lingkungan Makro meliputi faktor-faktor dari keadaan ekonomi dan kependudukan (demografi), teknologi dan faktor fisik, sosial budaya, keadaan politik dan hukum. Lingkungan mikro meliputi faktor-faktor dari pemasok ( suplier ), pesaing, perantara yaitu perusahaan yang membantu promosi, penjualan dan pendistribusian produk, serta public (masyarakat umum). ## Jenis Perusahaan Kecil Machfoedz (2005) menyebutkan jenis perusahaan kecil sebagai berikut: a. Usaha dibidang jasa: perusahaan menyediakan jasa untuk konsumen dan perusahaan lain. Usaha jasa perorangan meliputi salon kecantikan, restoran, dan lainnya. b. Perdagangan eceran: usaha ini menjual barang secara langsung kepada konsumen. Di kawasan tempat tinggal yang tidak luas, banyak didapati toko roti, toko buku dan majalah, toko kelontong dan sebagainya, sebagai wujud usaha kecil di bidang bisnis eceran. c. Grosir: Usaha ini merupakan perantara diantara produsen barang dan konsumen. Pengusaha grosir pada umumnya menyalurkan makanan dan minuman, pakaian, bahan bangunan dan berbagai produk lain. Sedangkan menurut Marbun (1996) mengelompokkan perusahaan kecil antara lain: a. Perusahaan kecil yang bergerak di bidang eceran (toko, kios, pasar dan lain- lain) b. Perusahaan kecil yang bergerak di bidang pembuatan barang (pabrik tempe, pabrik mebel dan lain-lain) c. Perusahaan kecil yang bergerak dibidang jasa (tukang sepatu, agen karcis, tukang jam dan lain-lain). ## Peluang Usaha Kecil Menurut Marbun (1996) peluang bagi perusahaan Kecil untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki antara lain: a. Belajar ilmu manajemen sederhana Mungkin kurang adil kalau menuntut pemilik atau karyawan perusahaan kecil supaya belajar menejemen. Tetapi di luar jalur itu banyak lembaga-lembaga atau badan-badan yang menyelenggarakan kursus manajemen sederhana bagi perusahaan kecil. Demikian juga tersedia kursus tertulis kursus sore hari atau dengan membaca buku penuntun bagaimana mengelola perusahaan. Dengan demikian pemilik/ karyawan dapat memahami tentang: manajemen keuangan, perencanaan, pengawasan, dan lain-lain. b. Meminta jasa konsultan manajemen atau penasehat perusahaan Sepintas lalu kedengaran muluk, tetapi menempatkan konsultan dalam merencanakan atau menyelamatkan perusahaan adalah wajar. Carilah konsultan yang tidak terlalu mahal tetapi berpengalaman dalam menangani perusahaan kecil. c. Meminta jasa keluarga/kenalan yang pintar. Para pengusaha kecil biasanya malu atau kurang pantas minta jasa konsultan ulung untuk mengani permasalahan perusahaan kecil, sedangkan siahli merasa sungkan menawarkan jasanya karena takut dianggap menggurui atau ikut mencampuri urusan yang bukan bidangnya. Peluang ini perlu dijajaki pengusha kecil, sehingga permasalahan yang dihadapi akan memperoleh jalan keluar. d. Kembali ke bangku belajar Belajar tidak pernah terlambat, mungkin sudah waktunya bagi pengusaha kecil untuk menyisihkan waktunya untuk belajar terutama untuk “belajar sendiri” karena ilmu dan teknologi terus berkembang. Jika hal ini tidak memungkinkan, mempelajari hal-hal baru dapat di wakilkan kepada karyawan atau anak sendiri untuk mempelajari ilmu-ilmu baru yang cocok dengan usaha yang dijalani. e. Mengalihkan bidang usaha Diperlukan kelenturan atau fleksibilitas dan kemauan keras untuk menerima ilmu, teknologi dan keterampilan baru. Jika usaha yang dijalani kurang relevan atau jika terus dijalani akan mengalami kemunduran maka pilihan untuk mengalihkan bidang usaha tidak perlu dihindari. ## Pengertian Waralaba Peraturan menteri perdagangan (No.12/2006): “Waralaba ( franchice ) adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan atau menggunakan hak kekayaan intektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan jumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba” PP No. 42 yang terbit 23 Juli 2007 mendefinisikan waralaba sebagai hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. ## Sifat Hubungan Waralaba Inti hubungan waralaba berupa perjanjian kontrak yang mengatur kebebasan franchise untuk melakukan atau menggunakan sesuatu yang merupakan milik atau hak franchisor . Ikatan perjanjian ini mengatur hubungan dan pengendalian distribusi produk atau jasa yang dijual oleh franchisee. Franchisee , wirausahawan atau investor membayar sejumlah tertentu yang disetujui untuk memperoleh hak menjual suatu produk atau jasa tertentu, menggunakan merek dagang, cap, teknik pengoperasian, atau proses teknis yang dimiliki oleh franchisor. ## METODE ## Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah Deskriptif, peneliti menjelaskan dampak yang dirasakan pengusaha kecil khususnya yang bergerak dalam bisnis ritel akibat pesatnya pertumbuhan minimarket waralaba di Kota Malang khususnya Kecamatan Sukun. ## Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah usaha kecil (toko) jenis ritel di Kecamatan Sukun Kota Malang, jumlah populasi tidak dapat diketahui secara pasti dan tidak terhitung ( infite). Oleh karena itu, jumlah sampel yang diambil adalah 15 usaha kecil di Kecamatan Sukun Kota Malang. Alasan Peneliti mengambil sampel sebanyak 15 adalah: Jumlah populasi tidak dapat diketahui secara pasti dan tidak terhitung ( infinite ), Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan variabel sehingga jumlah sampel tidak dapat dihitung secara pasti. Pengambilan sampel dilakuakan dengan teknik Purposive Sampling dengan kriteria sebagai berikut: a. Barang yang dijual memiliki persamaan (minimal 50%) dengan barang yang dijual di minimarket . MODERNISASI, Volume 4, Nomor 3, Oktober 2008 199 b. Jarak toko/usaha kecil tidak jauh dari minimarket (maksimal 300 meter). Peneliti menggunakan teknik ini karena mengasumsikan bahwa tidak semua usaha kecil (toko) jenis ritel merasakan dampak dari pesatnya minimarket waralaba, usaha kecil yang berada disekitar atau berada tidak jauh dari minimarket lah yang dinilai paling merasakan dampaknya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode: Angket/kuesioner dan Observasi. ## Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. ## HASIL ## Gambaran Umum Minimarket Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti terhadap minimarket waralaba dapat dikemukakan beberapa kelebihan dan kekurangan minimarket waralaba terkait dengan pemasarannya. a. Kelebihan Kelebihan yang terdapat pada minimarket waralaba dapat dilihat dari beberapa hal seperti dari pelayanan dan fasilitas yang disediakan, produk yang ditawarkan sampai pada promosi yang digunakan. Berikut akan diuraikan secara rinci: 1. Produk yang ditawarkan bervariasi dan lengkap mulai dari kebutuhan pokok seperti sembako sampai pada kebutuhan tambahan seperti makanan ringan. Bahkan dibeberapa minimarket juga menyediakan pengisian pulsa dan penjualan produk lainnya. 2. Pelayanan yang ramah, pramuniaga bersikap sopan dan penuh perhatian. Pramuniaga selalu siaga ketika pembeli membutuhkan bantuan apapun. 3. Pembeli dibebaskan memilih dan mengambil barang yang akan dibeli sesuai kebutuhannya dan kemudian baru membayar kepada kasir. 4. Selalu memberikan harga promo disetiap periode. 5. Daftar harga yang menjadi unggulan (biasanya harga termurah) dipampang di depan toko sehingga pembeli merasa tertarik meskipun bisa jadi sebelumnya tidak ingin membeli. Selain itu juga promosi juga dilakukan melalui penyebaran brosur yang berisi daftar produk dan harga yang memudahkan pembeli untuk merencanakan pembelian di rumah serta mengetahui berapa biaya yang dibutuhkan dalam berbelanja. 6. Penataan barang yang rapi dan dibedakan perproduk sehingga memudahkan pembeli dalam berbelanja. 7. Situasi toko yang dilengkapi AC serta ruangan yang luas menyebabkan pembeli merasa nyaman dalam berbelanja. 8. Kasir lebih dari satu, dengan adanya kasir lebih dari satu pembeli tidak perlu lama mengantri ketika akan melakukan pembayaran. 9. Letak minimarket dekat dengan pemukiman sehingga warga sekitar lebih mudah berbelanja karena berdekatan dengan rumah, sealin itu pembeli dapat lebih berhemat karena tidak perlu ongkos menuju tempat belanja. ## b. Kelemahan Minimarket Waralaba Sekilas minimarket dengan system waralaba seolah tidak memiliki kelemahan karena system yang dijalankan adalah pasti dan sama antar minimarket yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam perjanjian antara franchisee dengan pihak franshisor sudah disepakati, bebarapa hal yang diantaranya yang terkait dengan pemasaran. Ini menjadi kelemahan bagi minimarket waralaba yang diantaranya: 1. Dalam minimarket dengan system waralaba tidak disediakan fasilitas pembelian secara kredit. 2. Minimarket waralaba tidak dapat menyediakan barang-barang secara tertentu sebelum ada ijin dari franchisor. Sehingga pembeli tidak dapat memesan atau membeli barang tertentu seperti elpiji dan minyak tanah yang juga merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat. Deskripsi jawaban responden ini digunakan untuk mengetahui frekuensi dan variasi jawaban terhadap item pertanyaan dalam kuesioner. ## Pertimbangan Responden Menjadi Pengusaha Kecil Jenis Ritel 1. Warisan keluarga 2. Peluang usaha 3. Memenuhi kebutuhan hidup 4. Reuni keluarga 5. Untuk penghasilan tambahan 6. Mempererat silaturrahmi 7. Sebagai mata pencaharian 8. Punya kesibukan 9. Sumber untuk mencari nafkah 10. Melanjutkan usaha orang tua 11. Menambah penghasilan keluarga ## Dampak Pesatnya Minimarket Waralaba Terhadap Usaha Kecil (Jenis Ritel) Pada pertanyaan dampak pesatnya minimarket waralaba terhadap usaha kecil (jenis ritel), terdapat 6 pertanyaan antara lain mengenai jumlah pembelian yang dilakukan konsumen, kontinuitas usaha, strategi pemasaran, dan omzet penjualan dalam unit dan rupiah. Tanggapan responden tentang dampak pesatnya minimarket waralaba terhadap pembelian yang dilakukan konsumen terdapat 3 responden (20%) yang menyatakan berdampak sangat besar, 6 responden (40%) menyatakan berdampak besar, 4 responden (27%) menyatakan berdampak sedikit, 2 responden (13%) menyatakan tidak berdampak. Tentang dampak pesatnya minimarket waralaba terhadap kelangsungan usaha atau kontinuitas usaha terhadap 10 responden (67%) yang menyatakan berdampak besar, 2 responden (13%) menyatakan berdampak sedikit, 3 responden (20%) menyatakan tidak berdampak. Dampak pesatnya minimarket waralaba terhadap prospek usaha terdapat 10 responden (67%) yang menyatakan berdampak besar, 2 responden (13%) menyatakan berdampak sedikit, 1 responden (7%) menyatakan berdampak sangat sedikit, 2 responden (13%) menyatakan tidak berdampak. Dampak minimarket waralaba terhadap strategi pemasaran pada usaha kecil terdapat 1 responden (7%) yang menyatakan berdampak sangat besar, 5 responsen (33%) menyatakan berdampak besar, 4 responden (27%) menyatakan berdampak sedikit, 5 responden (33%) menyatakan tidak berdampak. Dampak pesatnya minimarket waralaba terhadap omzet penjualan (dalam unit) pada usaha kecil terhadap 3 responden (20%) menyatakan berdampak sangat besar, 7 responden (47%) menyatakan berdampak besar, 3 responden (20%) menyatakan berdampak sedikit, 2 responden (13%) menyatakan tidak berdampak. Dampak pesatnya minimarket waralaba terhadap omzet penjualan (dalam rupiah) pada usaha kecil terhadap 2 responden (13%) menyatakan berdampak sangat besar, 8 responden (54%) menyatakan berdampak besar, 3 responden (20%) menyatakan berdampak sedikit, 2 responden (13%) menyatakan tidak berdampak. Dampak terbesar dari pesatnya minimarket waralaba terhadap usaha kecil adalah pada keberlangsungan usaha atau kontinuitas usaha yaitu sebanyak 10 responden atau 67% menyatakan pesatnya minimarket waralaba berdampak besar pada kontinuitas usahanya. Selain dampak besar juga terjadi pada prospek usaha sebanyak 10 responden atau 67% menyatakan berdampak sangat besar. Hal ini dapat berarti juga bahwa jika kontinuitas serta prospek usaha mengalami dampak yang sangat besar maka tidak menutup kemungkinan lambat laun usaha kecil dapat mengalami penurunan bila tidak segera melakukan langkah antisipasi. Sedangkan untuk dampak terkecil adalah pada strategi pemasaran yakni 5 responden atau 33% menyatakan bahwa dampak pesatnya minimarket waralaba pada strategi pemasaran adalah tidak berdampak. Namun sebanyak 5 responden lainnya merasakan dampak sangat besar sari pesatnya minimarket waralaba. Hal ini disebabkan karena bagi usaha kecil yang letaknya di daerah ramai seperti pasar dan telah memiliki pelanggan tetap tidak perlu mengubah strategi pemasarannya, selain itu bagi toko yang masih baru (kurang dari 1 tahun) juga tidak merasakan dampak karena minimarket sudah ada sebelum usahanya berdiri. ## Implikasi Penelitian ## Langkah Antisipasi Tindakan yang dilakukan oleh toko ritel dengan pesatnya minimarket waralaba. Dalam pertanyaan terbuka yang ada pada kuisioner peneliti ingin memperoleh informasi tentang tindakan apa yang perlu dilakukan responden untuk meningkatkan penjualan sebelum minimarket waralaba tumbuh dengan pesat, tindakan tersebut berupa: a. Menjaga harga untuk bersaing b. Pelayanan / memberikan pelayanan yang prima c. Memasang iklan dikoran d. Membuat brosur e. Tidak ada semua berjalan normal saja f. Menambah dan melengkapi barang yang dibutuhkan konsumen g. Menjual barang dengan harga yang murah h. Membuat bosur kecil-kecilan i. Pelayanan ramah j. Melengkapi jumlah produk / item k. Pemberian hadiah Berdasarkan tanggapan responden dapat diketahui bahwa langkah-langkah yang dilakukan guna meningkatkan penjualan sebelum pesatnya minimarket waralaba adalah berupa memenuhi jumlah barang yang dijual sesuai dengan kebutuhan konsumen, pelayanan prima, pemberian hadiah, serta penyebaran brosur. Namun 6 dari 15 responden menjawab tidak ada tindakan yang dilakukan, hal ini berarti pula bahwa beberapa pengusaha kecil sering kali mengabaikan strategi pemasaran guna peningkatan penjualan. Langkah yang dilakukan untuk mengurangi dampak pada pertanyaan terbuka pada kuisioner, peneliti ingin memperoleh informasi tentang tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi dampak dari pesatnya minimarket waralaba. Tindakan tersebut adalah: a. Melayani pengantaran (belanja lewat telepon) b. Merubah status toko dari usaha ritel menjadi usaha grosir tetapi tetap melayani pembelian eceran c. Masih belum terfikirkan, tapi mencoba bertahan dan meningkatkan penjualan saya d. Berusaha menjual dagangan dengan harga yang ditawarkan oleh minimarket- minimarket terdekat e. Buka toko lebih pagi dan tutup lebih malam f. Berusaha menjual lebih murah g. Bersikap lebih ramah pada konsumen Tindakan yang dilakukan oleh pengusaha kecil untuk mengurangi dampak dari pesatnya minimarket waralaba adalah dengan melayani pengantaran belanja, pembelian dalam bentuk grosir, menjual barang yang sama seperti minimarket waralaba, menambah jam buka toko serta bersikap ramah pada konsumen. Dari pertanyaan terbuka ini, 6 responden menjawab tidak ada/tidak tahu. Hal ini dapat berarti juga bahwa beberapa usaha kecil kurang merespon hal tersebut. Meskipun dari table frekuensi banyak yang mengaku bahwa minimarket waralaba berdampak besar pada omzet penjualan. Tindakan Untuk Menarik Konsumen Dalam Menghadapi Persaingan Dengan Minimarket Waralaba Dalam pertanyaan terbuka pada kuisioner peneliti ingin mengetahui informasi tentang tindakan apa saja yang dilakukan pengusaha kecil dalam menarik konsumen dalam menarik konsumen dalam menghadapi persaingan dengan minimarket waralaba. Tindakan tersebut berupa: a. Menjual dengan harga yang lebih terjangkau dengan pertimbangan kondisi ekonomi warga sekitar toko b. Menerima pesanan dari konsumen lewat telefon dan mengantarkannya kerumah konsumen c. Membuat brosur d. Menjual barang dengan diskon e. Penjualan yang tidak ada di mini market, seperti elpiji ## Harapan Responden Dengan adanya minimarket waralaba, ada beberapa harapan ke depan yang disampaikan oleh responden dalam kaitannya dengan penjualan pada usahanya, yaitu: a. Mendapat perhatian konsumen agar lebih laris b. Tetap survive c. Berkembang pesat dan diminati konsumen d. Dapat bersaing dengan sehat di dalam penjualan e. Mendapat perhatian pemerintah f. MakmurUsaha kecil yang sudah ada agar berkembang dan tidak kalah dengan yang memiliki modal besar g. Tidak kalah bersaing dengan minimarket h. Tetap lancar dan tambah maju i. Dapat bersaing dengan usaha yang lebih besar j. Semoga usaha kecil tidak semakin kecil dan hilang ## Dampak Positif Pada pertanyaan terbuka peneliti ingin mengetahui dampak positif yang mungkin dirasakan oleh pengusaha kecil. Dampak tersebut berupa: a. Menjadi semangat dengan adanya persaingan b. Lebih kreatif dalam menjalankan usaha dan strategi pemasaran c. Lebih inovatif d. Timbulnya persaingan sehingga diharapkan usaha kecil semakin kreatif Dalam hal ini sebanyak 8 responden merasa tidak ada atau tidak tahu tentang dampak positif dari pesatnya mini market waralaba. ## PEMBAHASAN ## Kemungkinan Perubahan Dibidang Pemasaran Dari analisis deskriptif yang berdasarkan observasi terhadap minimarket waralaba maka terdapat kemungkinan terjadinya perubahan strategi pemasaran guna meningkatkan penjualan dan mampu bersaing dengan minimarket waralaba agar kontinuitas serta prospek usaha dapat terjaga. Untuk dapat meningkatkan penjualan dalam usaha kecil jenis ritel dapat dilakukan perubahan-perubahan dalam bidang pemasaran, yaitu: ## Di bidang Produk a. Penyedian Barang Penyediaan barang dagangan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, hal ini dapat dilakukan melalui survei atau cara lain. Agar pembelian barang dagangan tidak terlalu banyak maka perlu dianalisis atau dipilih produk dan merk tertentu yang diminati konsumen dan untuk produk dan merk yang tidak banyak diminati, pembelian dapat dilakukan dengan memesan terlebih dahulu. Contoh: seorang pembeli memilih menggunakan produk beras merk x sementara pembeli kebanyakan tidak menggunakan beras merk x, maka pembeli bisa memesan terlebih dahulu barang yang diinginkan. b. Penataan Barang Cara penataan barang harus rapi dan sedapat mungkin terlihat oleh pembeli, hal ini dilakukan agar calon pembeli tertarik untuk melakukan pembelian. Contoh: barang ditata dalam etalase bening/trasparan, barang ditata berdasar jenis barang seperti alat tulis letaknya harus terpisah dengan sembako. ## Di bidang Harga a. Penetapan Harga. Menetapkan harga hendaknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat disekitarnya, memilih merk yang terkenal dengan harga yang terjangkau atau harga mahal dengan kualitas bermutu dapat dijadikan alternatif penetapan harga. b. Memberi Pilihan Harga. Yakni, menyediakan produk yang sama dengan merk dan harga bervariasi, sehingga pembeli dapat menentukan pilihanya. ## Di bidang Promosi a. Promosi dari mulut ke mulut, maksudnya adalah dengan memberikan yang terbaik dari segi pelayanan, penyediaan produk, penetapan harga maupun penyediaan fasilitas kepada pelanggan. Sehingga ketika pelanggan tersebut merasa puas maka dia akan merekomendasikan pada orang lain. b. Memberi potongan harga pada periode-periode tertentu, seperti perbulan atau perdua minggu. c. Memberi hadiah untuk pembelian dalam jumlah tertentu atau pada pelanggan yang rutin berbelanja. d. Memasang iklan, ini dapat berupa penyebaran brosur, memasang iklan pada radio lokal atau stasiun televisi lokal. e. Memasang daftar harga didepan toko. Jika pemasangan iklan memerlukan biaya mahal maka promosi dapat dilakukan dengan memasang daftar produk dan harga produk-produk yang bayak dibutuhkan atau yang sedang diskon. ## Di bidang Fasilitas dan Pelayanan a. Memberikan pelayanan yang ramah dan sopan. Toko ritel biasanya milik warga yang tinggal di daerah setempat, hal ini akan mempermudah mengenal pembeli. Dengan demikian keinginan dan kebutuhan pelanggan akan dapat diketahui. b. Menyediakan ruangan yang nyaman dan memiliki ruang gerak yang cukup dengan cara menata barang seefisien mungkin. c. Tanggap terhadap pembeli agar tidak sampai antri. d. Melayani pesan antar, yaitu pemesanan belanja lewat telephon. Untuk menghindari biaya transport yang mahal maka jarak dan jumlah pembelian ditentukan dalam jumlah tertentu oleh penjual. ## KESIMPULAN Dari aktivitas penelitian, telah dilakukan penelitian terhadap usaha kecil jenis ritel di kecamatan Sukun Malang mengenai dampak yang dirasakan oleh took ritel akibat pesatnya pertumbuhan minimarket waralaba. Adapun kesimpulan- kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1. Dampak terbesar dari pesatnya minimarket waralaba terhadap usaha kecil jenis ritel adalah pada keberlangsungan usaha dan penurunan omzet penjualan. 2. Sedangkan untuk dampak terkecil adalah pada strategi pemasaran yaitu sebanyak 5 responden (33%) menyatakan pesatnya minimarket waralaba tidak berdampak bagi strategi pemasaranya, hal ini disebabkan karena usaha kecil yang menyatakan hal tersebut telah memiliki pelanggan tetap, berada pada lokasi ramai dan juga karena baru berdiri. 3. Harapan dari pengusaha kecil ke depan adalah agar lebih mendapat perhatian dari pemerintah, lebih diminati konsumen, tetap survive dan mampu bersaing dengan usaha yang memiliki modal besar. 4. Dampak positif yang dapat dirasakan oleh toko ritel adalah dapat menjadikan usaha kecil lebih kreatif dan inovatif dalam menentukan strategi pemasaran dan menjalankan usahanya. 5. Suatu perubahan dalam bidang pemasaran dapat dilakukan dalam 4 aspek yaitu: perubahan dari aspek produk adalah melalui penyediaan barang yang sesuai dengan kebutuhan dan penataan barang yang rapi serta menarik, perubahan dari aspek harga adalah dengan menetapkan harga yang sesuai kemampuan pasar dan menyediakan pilihan harga. Sedangkan dari aspek promosi adalah dengan melakukan promosi melalui promosi dari mulut ke mulut, promosi melalui pemasangan iklan, promosi dengan cara memberi potongan harga dan hadiah. Sedangkan dari aspek pelayanan dan fasilitas adalah perubahan berupa peningkatan pelayanan yang ramah dan sopan serta penyediaan ruangan yang nyaman dan penyediaan fasilitas pembelian kredit. ## SARAN 1. Pengusaha kecil di kecamatan Sukun Malang dalam hal ini telah melakukan langkah-langkah antisipasi yang cukup baik dalam menghadapi dampak dari pesatnya minimarket waralaba guna mempertahankan usahanya. Agar penjualan semakin meningkat usaha kecil dapat memanfaatkan usulan perubahan dibidang pemasaran guna memutuskan langkah ke depan bagi usahanya, dari usulan-usulan yang ditawarkan dapat divariasikan dan disesuaikan dengan kondisi toko atau usaha kecil itu sendiri agar hasil lebih maksimal. 2. Tindakan yang dilakukan pengusaha kecil dalam meningkatkan penjualannya adalah dengan menjual barang sesuai kebutuhan konsumen, pelayanan prima, pemberian hadiah, dan penyebaran brosur. 3. Selain itu juga dapat dilakukan langkah antisipasi lain seperti: melayani pengantaran belanja (belanja lewat telpon), melayani pembelian grosir, menjual barang yang sama dengan harga yang sama seperti pada minimarket waralaba, menambah jam buka toko serta lebih ramah pada konsumen. 4. Bagi pengusaha kecil yang mengalami dampak kecil dari pesatnya minimarket waralaba dapat mempertahankan pelanggannya dengan memberi bonus yang biasanya diberikan pada saat menjelang hari raya. 5. Bagi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (KUKM) kota Malang adalah agar lebih memperhatikan dan memberi dukungan atau solusi kepada usaha kecil khususnya jenis ritel dalam menghadapi persaingan dengan minimarket waralaba. 6. Dampak positif hendaknya dapat dijadikan motifasi dalam menjalankan usaha sehingga persaingan dapat berlangsung seimbang. 7. Penelitian ini mengkaji tentang dampak dari pesatnya minimarket waralaba di kecamatan Sukun Malang, pembahasan hanya dalam lingkup pemasaran saja, tidak menjangkau bidang lainya seperti bidang keuangan, sumberdaya manusia, maupun produksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjuatan untuk mencari fakta-fakta lain agar diperoleh informasi dan solusi ilmiah dalam mengatasi dampak dari pesatnya minimarket waralaba terhadap usaha keci (jenis ritel) di kecamatan Sukun Malang. 8. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitiannya pada populasi yang lebih luas misalnya pada seluruh wilayah kota Malang. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, Cetakan XII. PT Rineka citra Jakarta. Griffin, Ricky W. dan Ebert Ronald J. 1999. Bisnis. Pengkaji Materi: Wagiono Ismangil. Prenhallindo. Jakarta Gus Wai. 2008. Kiat Membuka Usaha Ritel (Ringkasan Talk Show Di Radio 103.4fm). http://brilliantchallenge.wikimu.co.id/print.aspx?id=8932. Diakses pada 29 Januari 2008 Indrianto, Nur dan Supomo, Bambang. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Menejemen, Edisi 1, Cetakan 1. BPFE. Yogyakarta Irawan dan Wijaya, Farid dan Sudjoni. 1996. Pemasaran, Prinsip Dan Kasus, Edisi 2. BPFE. Yogyakarta Kotler Philip. 2000. Manajemen Pemasaran. Prenticehall. Jakarta Laksana, Fajar. 2008. Manajemen Pemasaran: Pendekatan Praktek. Graha Ilmu. Yogyakarta Micraf. 2008. Franchice (Waralaba). /bisnismicro.com/. Diakses pada 6 Februari 2008 Marbun. 1996. Manajemen Perusahaan Kecil. Pustaka Bina Marga. Jakarta Mas’ud, Machfoedz dan Mahmud, Machfoedz. 2005. Kewirausahaan: Metode, Manajemen dan Implementasi. BPFE. Yogyakarta Indonesia, Republik (1995). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil Indonesia, Republik (1997). PP No. 16 Tahun 1997 Tentang Waralaba Indonesia, Republik (1997). PP No. 42 Terbit Tanggal 23 Juli Tahun 1997 Tentang Waralaba Indonesia, Republik (2006). Peraturan Mentri Perdagangan No.12 Tahun2006 Tentang Waralaba
730ab308-a341-4270-a591-61601aa4e5dd
https://journal.isi.ac.id/index.php/specta/article/download/2834/1302
Volume 3 Nomor 1, Mei 2019: 30-38 ## Abstrak Kegiatan perjalanan atau travelling merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia sehingga muncul banyak penyedia jasa perjalanan, baik secara offline maupun online .Plunq adalah salah satu aplikasi yang menyediakan layanan untuk saling berbagi perjalanan secara online dan sebagai pasar online ( Online Marketplace ) bagi para pegiat wisata lokal di seluruh Indonesia.Aplikasi ini memiliki beberapa fitur, salah satunya adalah fitur Rencana Perjalanan yang memuat beberapa komponen untuk menciptakan sebuah rencana perjalanan.Penciptaan karya ini bertujuan untuk mengilustrasikan fitur tersebut ke dalam karya foto sehingga foto menjadi penjelas dari fitur-fitur tersebut.Metode yang digunakan pada penciptaan karya tugas akhir ini meliputi tiga tahapan yaitu ekplorasi, improvisasi dan pembentukan.Eksplorasi yang dimaksud adalah sebagai langkah awal dari suatu penciptaan karya seni.Pada tahap improvisasi penulis melakukan berbagai macam percobaan-percobaan (eksperimentasi) dengan berbagai seleksi dan penemuan bentuk-bentuk artistik. Sedangkan pembentukan adalah suatu proses perwujudan (eksekusi) dari berbagai percobaan yang telah dilakukan. Penciptaan karya tugas akhir ini menampilkan ilustrasi dari fitur utama aplikasi Plunq yaitu “Rencana Perjalanan” ke dalam 20 karya foto. Pesan dari fitur tersebut diungkap melalui karya fotografi yang mampu menjelaskan isi dan kegunaan dari fitur “Rencana Perjalanan” melalui proses editing dan unsur semiotika yang disisipkan pada beberapa karya foto. Selain melihat konsep yang sudah ada pada aplikasi, pengkarya juga memasukkan ide- idenya pada saat pemotretan sehingga hasil yang didapatkan selaras dengan konsep dasar aplikasi itu sendiri. Kata kunci : ilustrasi, fitur, Plunq, fotografi komersial ## Abstract Illustration of Plunq Version 3.6.7 Features in Commercial Photography. Travelling is one of the activities needed by the world community so that many travel service providers appear, both offline and online. Plunq is an application that provides services to share trips online and as an online marketplace for local tourism activists throughout Indonesia. This application has several features, one of which is the Travel Plan feature that contains several components to create a travel plan. The creation of this final project aims to illustrate these features into photos so that the photos are not only a form of visualization of the features, but also as an explanation for its Plunq users. The method used in the making of this final project includes three stages, namely exploration, improvisation and formation. Exploration is the first step in creating a work of art. In the stage of improvisation the author carried out various kinds of experiments with various selection and discovery of artistic forms. While the formation is a process of realization (execution) of various experiments that have been carried out. The creation of this final project presents an illustration of the main features of the Plunq application, namely “Travel Plans” into 20 photographs. The message of the feature was revealed through a photographic work that was able to explain the contents and the use of the “Travel Plan” feature through the editing process and semiotic elements that were inserted in several photos. Besides seeing at the concepts that already exist in the application, the author also incorporates his ideas during the shooting so that the results obtained are in harmony with the basic concepts of the application itself. Keywords: illustration, features, Plunq, commercial photography ## ILUSTRASI FITUR APLIKASI PLUNQ VERSI 3.6.7 DALAM FOTOGRAFI KOMERSIAL ## Gressandhy Rangga Irawan Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta [email protected] ## PENDAHULUAN Kegiatan perjalanan atau travelling merupakan salah satu kegiatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dunia, sehingga permintaan dalam kegiatan travelling semakin meningkat.Hal ini menjadi peluang banyak usaha, baik penjualan barang maupun jasa, secara offline maupun online . Salah satu aplikasi smartphone yang juga bergerak dalam bidang perjalanan adalah aplikasi Plunq. Plunq adalah aplikasi yang menyediakan layanan untuk saling berbagi perjalanan secara online dan sebagai pasar online ( Online Marketplace ) bagi para pegiat wisata lokal di seluruh Indonesia dengan jargon “Temukan dan Ciptakan Perjalananmu di Sini” (Anggriawan, 2017). Aplikasi Plunq memiliki fitur-fitur yang dapat menunjang pengguna aplikasi yang akan melakukan perjalanan. Dari sekian fitur yang ada pada aplikasi Plunq, fitur “ Trip Plan ” atau “Rencana Perjalanan” menjadi salah satu bagian terpenting dari aplikasi tersebut untuk membuat rencana perjalanan mulai dari tujuan perjalanan, kendaraan yang dibutuhkan selama melakukan perjalanan di lokasi tujuan, hingga budget /anggaran yang dipersiapkan. Penciptaan karya tugas akhir ini menampilkan ilustrasi dari fitur tersebut ke dalam karya foto. Pesan dari fitur tersebut akan diungkap melalui karya fotografi yang mampu menjelaskan isi dan kegunaan dari fitur “Rencana Perjalanan” tersebut. Berdasarkan pada uraian di atas, terdapat dua rumusan ide dalam penciptaan karya fotografi “Ilustrasi Fitur Aplikasi Plunq Versi 3.6.7 dalam Fotografi Komersial” ini.Pertama, bagaimanakah fitur aplikasi Plunq diilustrasikan ke dalam karya foto?Rumusan kedua yaitu bagaimana teknik fotografi digunakan dalam pemotretan fitur aplikasi Plunq? Sedangkan tujuan dari penciptaan karya ini adalah mengilustrasikan fitur aplikasi Plunq serta mengetahui teknik fotografi yang digunakan dalam pemotretan fitur aplikasi Plunq. Karya foto yang digunakan sebagai tinjauan karya dari penciptaan ini adalah dari aplikasi AirBnB serta karya dari fotografer Roy Genggam. Dalam tulisan Kailla (Coomes, 2018) AirBnB adalah sebuah online marketplace bagi orang-orang yang ingin menyewa dan menyewakan kamar pribadi, apartemen ataupun rumahnya kepada pengguna aplikasi AirBnB yang bertindak selaku traveller .Roy Genggam merupakan salah satu fotografer terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang fotografi komersial. ## Gambar 1 Foto pada aplikasi Plunq Sumber : http://www.airbnbsecrets.com/ wp-content/ uploads/2016/12/Airbnb-co-host-1132x670.jpg (Diakses pada tanggal 10 November 2018) Gambar 2 Karya foto Roy Genggam Sumber : http://www.roygenggamphoto.com/ portfolio- category/kids-family/ (Diakses pada tanggal 10 November 2018) AirBnB menjadi salah satu acuan karena memiliki desain, fitur, dan fungsi yang sejenis dengan aplikasi Plunq, yaitu sama-sama bergerak di bidang perjalanan. Dalam hal ini Roy Genggam dipilih karena dalam beberapa karya komersialnya menggunakan teknik pemotretan yang terpisah dan diolah dengan teknik editing sehingga membentuk sebuah cerita.Teknik inilah yang dipakai dalam penciptaan karya foto Plunq. Sudarma (2014) memberikan pengertian bahwa media foto adalah salah satu media komunikasi, yakni media yang bisa digunakan untuk menyampaikan pesan/ide kepada orang lain. Ilustrasi sendiri didefinisikan sebagai reproduksi dari sebuah gambar, foto, dan sebagainya dalam sebuah buku atau publikasi lainnya (Manser, 2001). Fotografi ilustrasi memiliki tujuan yang berbeda-beda, seperti fotografi komersial ( advertising illustration ), pendamping dari sebuah tulisan atau artikel majalah ( editorial illustration ), dan sebagai bentuk ekspresi dari fotografer untuk menyampaikan pesan atau emosi fotografer melalui karya yang dibuat ( expressive illustration ) (Peres, 2007). Dalam hal ini, fotografi ilustrasi digunakan sebagai media foto untuk menyampaikan pesan/ide dari fitur Plunq kepada penikmat foto. Teori yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah teori semiotika, merujuk pada Zakia(Zakia, 1997) yang mengungkapkan cara lain untuk menemukan makna dalam foto adalah melalui penggunaan semiotika. Sebeok (Sebeok, 1994)mengung-kapkan bahwa tanda, gerakan tubuh, simbol, token, dan lain-lain yang digunakan untuk menunjukkan dan menyampaikan pemikiran, informasi, perintah, dan lain- lain adalah dasar dari pemikiran dan komunikasi manusia (Susan, Petrilli & Ponzio, 2005). Barthes (dalam(Wells, 2004)) menjelaskan bahwa fotografi berisi pesan yang dilambangkan (denotasi) dan dikono-tasikan (konotasi). Pesan denotasi adalah realitas literal yang digambarkan foto itu, sedangkan pesan konotasi adalah salah satu yang ia gambarkan sebagai penggunaan referensi sosial dan budaya. Dengan menggunakan teori semiotika yang dikemukan oleh Barthes, maka penciptaan karya fotografi dapat dibangun dengan menggunakan dua penanda tersebut. Sedangkan metode yang digunakan adalah observasi dan wawancara. ## METODE PENCIPTAAN KARYA Metode penciptaan yang digunakan adalah menerapkan tahapan sesuai dengan yang dituliskan Hawkins (Hawkins, 1998) dalam bukunya “Creating Through Dance”, yaitu tiga tahapan dalam proses penciptaan seni adalah exploration (eksplorasi), improvisation (improvisasi/ eksperimen), dan forming (pembentukan/perwujudan). Hadi (Hadi, 2003) menerjemahkan eksplorasi yang dimaksud adalah sebagai langkah awal dari suatu penciptaan karya seni.Tahap ini termasuk berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespon objek yang dijadikan sumber penciptaan. Dalam tahap improvisasi memungkinkan untuk melakukan berbagai macam percobaan-percobaan (eksperimentasi) dengan berbagai seleksi dan penemuan bentuk-bentuk artistik, sedangkan pembentukan adalah proses perwujudan (eksekusi) dari berbagai percobaan yang telah dilakukan. ## PEMBAHASAN Kegiatan travelling umumnya identik dengan tas punggung dan celana gunung saja. Namun lebih luas lagi, kegiatan travelling jika dilihat mulai dari persiapannya sebelum melakukan perjalanan, banyak hal-hal kecil lainnya yang juga sangat berpengaruh pada kegiatan travelling itu sendiri. Penciptaan karya yang mengilustrasikan komponen- komponen dari fitur “Rencana Perjalanan” justru memuat beberapa hal penting lainnya, lebih dari sekedar ‘tas punggung’ dan ‘celana gunung’. Kegiatan travelling juga memerlukan persiapan yang matang, baik dari finansial, tujuan-tujuan wisata yang akan dikunjungi, maupun teman yang akan menemani selama melakukan perjalanan. Mengilustrasikan fitur “Rencana Perjalanan” menunjukkan beberapa komponen ‘persiapan sebelum perjalanan’ tersebut, sehingga travelling tidak hanya dilihat semata selama melakukan perjalanannya saja, tetapi juga persiapan sebelum melakukan perjalanan itu sendiri. Selain properti yang digunakan, baik untuk menyampaikan pesan secara langsung maupun tersirat melalui simbol- simbol (semiotika), karya-karya ini juga mengemas suasana dan perasaan yang dirasakan sebelum dan selama melakukan perjalanan tersebut. Kegiatan travelling umumnya menghadirkan perasaan senang dan menggairahkan akan perjalanan tersebut, sehingga dalam karya-karya yang dihasilkan juga menunjukkan suasana kegembiraan dan hangat yang dirasakan tidak saja bagi traveller (yang diperankan oleh model foto) namun juga bagi penikmat foto itu sendiri. Konsep yang diciptakan oleh pengkarya ke dalam 5 karya foto ini juga melihat konsep dan karakter aplikasi Plunq, sehingga karya foto yang dihasilkan tetap sesuai dengan tujuan penciptaan aplikasi Plunq dan dapat digunakan pula oleh aplikasi Plunq itu sendiri. ## Foto 1(a) Rencana Perjalanan 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Foto 1(b) Rencana Perjalanan (ketika menjadi aplikasi) 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Plunq adalah sebuah aplikasi mobile yang memungkinkan penggunanya untuk berbagi aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan travelling . Aplikasi ini menyediakan berbagai keperluan yang dibutuhkan selama melakukan perjalanan seperti penginapan, mobil, dan teman perjalanan yang akan menemani pengguna dalam melakukan kegiatan tersebut. Pemotretan berupa tangan yang sedang mengakses aplikasi Plunq pada handphone bertujuan memberi-kan informasi bahwa pengguna dapat langsung membagikan pengalaman perjalanannya pada aplikasi ini dengan cepat dan mudah. Pemilihan background pantai bertujuan untuk memberikan informasi bahwa aplikasi Plunq memiliki kemampuan dapat diakses pada tempat-tempat yang terpencil karena memiliki sistem navigasi yang akurat.Selain itu, background pantai juga bertujuan untuk mendapatkan warna yang sesuai dengan aplikasi Plunq yaitu kebiruan. Teknik pemotretan dilakukan secara terpisah dengan memotret background pantai terlebih dahulu menggunakan diafragma F/10 dilanjutkan dengan memotret objek utama berupa tangan yang sedang memegang ponsel menggunakan diafragma yang sama. Pemotretan objek utama menggunakan alat bantu berupa flash dan reflektor untuk memberikan cahaya tambahan pada tangan yang sedang memegang ponsel. Flash tersebut diletakkan pada sudut 240° kemudian dipantul-kan menggunakan reflektor pada sudut 60° agar cahaya dari flash juga dapat mengisi bagian depan objek utama. Tahap terakhir yang dilakukan adalah menyatukan kedua foto yang telah dipilih menggunakan aplikasi Photoshop agar terbentuk sebuah visual yang mewakili fitur utama dari aplikasi Plunq yang berjudul “Rencana Perjalanan”. Foto 2 (a) Fitur Transportasi Sepeda Motor 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Foto 2 (b) Fitur Transportasi Sepeda Motor (ketika menjadi aplikasi) 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Salah satu fitur yang terdapat di aplikasi Plunq adalah transportasi, baik roda dua maupun roda empat. Aplikasi ini menyediakan pelayanan transportasi kepada pengguna ketika melakukan perjalanan.Berbagai keperluan transportasi tersebut ditawarkan oleh pengguna Plunq selaku penyedia jasa yang menawar-kan kendaraannya untuk disewa oleh pengguna Plunq yang lain (pengguna jasa/ traveller ). Pemotretan menggunakan ken- daraan vespa dikarenakan aplikasi Plunq menggandeng komunitas-komunitas yang ada di suatu daerah untuk ikut berpartisipasi aktif dalam rangka mengenalkan potensi lokal yang ada di daerahnya masing-masing kepada para pengguna aplikasi Plunq. Teknik pemotretan dilakukan secara terpisah dengan memotret background terlebih dahulu menggunakan diafragma F/8 dilan-jutkan dengan memotret objek utama berupa model yang sedang mengendarai sepeda motor menggunakan diafragma yang sama. Pemotretan objek utama meng-gunakan alat bantu berupa flash yang diletakkan pada sudut 280° bertujuan untuk memberikan cahaya pada bagian depan objek pemotretan. Reflektor digunakan pada sudut 50° untuk memantulkan cahaya matahari yang berlawanan arah dengan model agar cahaya pantulan tersebut dapat mengisi bagian-bagian gelap. Tahap terakhir yang dilakukan adalah menyatukan kedua foto yang telah dipilih menggunakan aplikasi Photoshop agar terbentuk sebuah visual yang mewakili fitur dari aplikasi Plunq yang berjudul “Fitur Transportasi Sepeda Motor”. Foto 3 (a) Fitur Transportasi Mobil 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Foto 3 (b) Fitur Transportasi Mobil (ketika menjadi aplikasi) 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Salah satu kebutuhan perjalanan yang juga diperlukan adalah trans- portasi menggunakan mobil.Aplikasi Plunq menyediakan kebutuhan menyewa mobil yang ditawarkan oleh penyedia jasa. Dikarenakan aplikasi ini menggandeng komunitas-komunitas tertentu, maka mobil-mobil yang ditawarkan pun bervariasi.Mobil tersebut dapat berupa mobil keluarga, sport bahkan yang tergolong antik. Pada foto di atas, lokasi pemotretan berada di tengah lapangan rumput kosong yang bertujuan meminimalisir gangguan dari objek-objek lain. Dua orang model sedang melihat peta dan bersandar pada mobil menunjukan rencana kegiatan perjalanan yang akan mereka lakukan. Foto ini dibuat dengan melakukan pemotretan secara terpisah antara background dengan model. Background dipotret terlebih dahulu menggunakan diafragma F/8 dilanjutkan dengan memotret objek utama berupa model yang sedang bersandar pada sebuah mobil menggunakan diafragma yang sama. Pemotretan objek utama mengguna-kan alat bantu flash yang diletakkan pada sudut 280° dengan tujuan untuk memberikan cahaya pada bagian depan objek pemotretan. Reflektor digunakan pada sudut 50° untuk memantulkan cahaya matahari yang berlawanan arah dengan model agar cahaya pantulan tersebut dapat mengisi bagian-bagian gelap. Tahap akhir yang dilakukan adalah melakukan editing dengan menyatukan kedua foto dengan aplikasi Photoshop agar terbentuk sebuah visual yang mewakili kebutu-han transportasi mobil yang terdapat pada fitur “Rencana Perjalanan”. Foto 4 (a) Fitur Transportasi Sepeda 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Foto 4(b) Fitur Transportasi Sepeda (ketika menjadi aplikasi) 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 ## Selain kendaraan bermotor, aplikasi Plunq juga memberikan penawaran kepada penggunanya untuk mencoba berwisata menggunakan sepeda. Pengalaman menjelajahi tempat-tempat wisata menggunakan sepeda menjadi hal yang menarik karena wisatawan dapat menikmati kegiatannya dengan lebih santai. Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia dan memiliki beberapa lokasi terpisah yang tergabung di dalam kompleks Candi Prambanan. Lokasi-lokasi tersebut memiliki jarak yang tidak terlalu jauh, namun akan lebih menarik jika menikmati keindahan tempat tersebut dengan menggunakan sepeda. Pemotretan menggunakan 4 orang model dengan 3 buah sepeda, dengan pose santai sambil bercengkrama ketika sedang berwisata di Candi Prambanan. Untuk mendapatkan kesan hangat, pemotretan sengaja dilakukan pada sore hari. Pemotretan menggunakan flash yang diletakkan pada sudut 330° sebagai sumber utama cahaya kemudian ditambahkan reflektor yang diletakkan pada sudut 40° untuk memantulkan cahaya matahari. Hal ini sangat diperlukan karena cahaya matahari berada pada bagian belakang model.Tahap selanjutnya adalah mengganti langit mengguna-kan stok foto langit yang sudah diambil sebelumnya pada aplikasi Photoshop. Foto 5 (a) Potensi Daerah Wisata 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Foto 5 (b) Potensi Daerah Wisata (ketika menjadi aplikasi) 40 x 60 cm Cetak digital kertas foto laminasi glossy 2018 Salah satu tujuan dari aplikasi Plunq adalah mengangkat potensi-potensi daerah khususnya dalam bidang pariwisata agar dikenal banyak orang. Pemilihan lokasi replika Stonehenge yang terletak di Kepuharjo, Cangkringan, Sleman dikarenakan lokasi tersebut merupakan salah satu tujuan wisata yang sedang populer. Dua orang model menggunakan tas dan koper menandakan kedua wisatawan tersebut merupakan wisatawan luar daerah. Sehingga pemotretan bertujuan untuk memberikan informasi bahwa wisata daerah merupakan hal yang menarik untuk dikunjungi, tidak hanya bagi wisatawan lokal, tetapi juga oleh wisatawan luar daerah yang melakukan perjalanan untuk beberapa hari. Reflektor pada sudut 60° digunakan untuk memantulkan cahaya matahari yang berlawanan arah dengan model sehingga bagian-bagian gelap pada model dapat terisi menggunakan cahaya pantulan tersebut. Selanjutnya pada tahap editing , langit pada foto tersebut diganti menggunakan stok foto yang sudah diambil sebelumnya agar foto tampak cerah. ## SIMPULAN Pemotretan pada fitur aplikasi Plunq adalah salah satu contoh sederhana mengilustrasikan nama dari sebuah fitur ke dalam bentuk visual. Konsep yang sudah dimiliki oleh aplikasi Plunq dijabarkan ke dalam bentuk fotografi komersial dan dikolaborasikan dengan ide-ide dari pengkarya agar foto tersebut mampu memberikan informasi kepada pengguna aplikasi dengan cepat dan mudah. Penggunaan semiotika pada foto merupakan salah satu cara untuk menjelaskan hal-hal yang ingin disampaikan, karena pengguna aplikasi akan lebih cepat memahami fungsi dari sebuah fitur melalui simbol- simbol ringan yang diselipkan ke dalam foto. Unsur-unsur di dalam aplikasi yang cenderung diabaikan oleh pengguna akan tersampaikan jika dikemas menggunakan media visual yang menarik seperti pemilihan lokasi, warna, komposisi, pose dan teknik editing . Upaya mengilustrasikan fitur aplikasi Plunq membutuhkan bebe-rapa tahapan. Selain melihat konsep yang sudah ada pada aplikasi, pengkarya juga harus dapat menen-tukan ide yang akan digunakan pada saat pemotretan. Ide tersebut berupa properti dan lokasi pemotretan yang harus selaras dengan konsep dasar dari aplikasi itu sendiri.Teknik yang digunakan juga disesuaikan dengan kebutuhan.Foto- foto dengan model menggunakan teknik pemotretan terpisah, sedangkan foto still life menggunakan teknik single picture . Saran yang diberikan adalah lakukan survei lokasi sebelum melakukan pemotretan, karena survei lokasi dapat meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Proses kreatif pembentukan ide dan konsep foto dapat disesuaikan seiring waktu pemotretan di lokasi. Selain itu, membawa banyak properti pada saat pemotretan menjadi hal yang sangat pantas untuk dipertimbangkan. Properti tersebut akan banyak membantu ketika terjadi kekosongan ide pada saat memotret di lokasi. Ketika konsep dan ide sudah dipersiapkan dengan baik, maka hal-hal yang dapat menghambat proses pemotretan tersebut dapat terselesaikan dengan mudah. ## KEPUSTAKAAN Coomes, K. (2018). What is AirBnb? Here’s all you need to know about being a guest or host . Diakses pada 12 Januari 2019, dari https://www. digitaltrends.com/home/ what-is- airbnb/ Hadi, S. (2003). Metodologi Research . Yogyakarta: Pustaka Andi. Hawkins, A. M. (1998). Creating Through Dance . New Jersey: Princeton Book Company. Manser, M. (2001). Heinemann English Dictionary . Oxford: Heinemann. Peres, M. R. (2007). The Focal Encyclopedia of Photography . Oxford: Elsevier Inc. Sebeok, T. A. (1994). An Introduction to Semiotics . London: Pinter Publishers. Sudarma, I. K. (2014). Fotografi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Susan, Petrilli & Ponzio, A. (2005). Semiotics Unbounded: Interpretive Routes Through the Open Network of Signs . London: University of Toronto Press. Wells, L. (2004). Photography: A Critical Introduction . New York: Routledge. Zakia, R. D. (1997). Perception and Imaging . Boston: Focal Press.
4f1741d1-1374-46a5-87e5-bbe3a4e81d2a
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JEU/article/download/1156/1019
## PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEMESTER GENAP DI SD NEGERI 6 PANJER TAHUN PELAJARAN2012/2013 Dewa Nyoman Trisna Pradnyana 1 , I Made Tegeh 2 , I Gde Wawan Sudatha 3 123 Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] ## Abstrak Masalah dalam penelitian ini adalah nilai siswa dalam pelajaran Matematika rendah, pembelajaran bersifat konvensional, dan multimedia interaktif yang mendukung pada mata pelajaran Matematika belum tersedia.Tujuan penelitian ini adalah 1) menggambarkan proses rancang bangun multimedia interaktif pada mata pelajaran matematika kelas V semester genap di SDNegeri6 Panjer, dan 2) mengetahui hasil validasi multimedia interaktif. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (research and development). Model pengembangan yang digunakan adalah model ADDIE. Langkah-langkah pengembangannya meliputi: analisis, perancangan, pengembangan, penerapan, dan evaluasi. Setelah mencapai tahap pengembangan dihasilkan produk awal kemudian divalidasi oleh seorang ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, dan ahli media pembelajaran.Selanjutnya produk diujicobakan kepada siswa melalui tiga tahap, yaitu uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket/kuesioner.Pada penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data hasil review ahli dan uji coba siswa.Data dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif.Hasil penelitian menunjukan proses rancang bangun Multimedia Interaktif terdiri dari lima tahapan model ADDIE yaitu analisis, perancangan, pengembangan, penerapan, dan evaluasi. Hasil validasimultimedia interaktif dari: 1) uji ahli isi berada pada nilai 93,3% (sangat baik); 2) uji ahli desain pembelajaran pada nilai 90% (sangat baik); 3) uji ahli media pembelajaran pada nilai 88,75% (baik); 4) uji coba perorangan pada nilai 96,06% (sangat baik); 5) uji kelompok kecil pada nilai 90,92 (sangat baik); 6) uji coba lapangan berada pada nilai 90,62% (sangat baik). Kata Kunci: pengembangan, model ADDIE, multimedia interaktif ## Abstract The problem of this study is scores for students in Mathematics is low, learning conventionally, and interactive multimedia to support the Mathematics yet available.The objective of this study is 1) describing the process of mathematics’ interactive multimedia of fifth grade students in second semester at SDNegeri 6 Panjer, and 2) determining the validation of interactive multimedia. The research and development’s model which is used is ADDIE. The procedures are: analysis, design, development, implementation, and evaluation. Afterreached the development’s step, there will be the first product and then will be validated by an expert in content subject matter, an instructional design expert, and an instructional media expert. Subsequently, the product will be tested to the students through three steps namely individual testing, small group testing, and field trials. A data collection method which is used in this study is questionnaire. In this study, the questionnaires were used to collect the result of the expert review and students test. The data were analyzed by using qualitative descriptive analysis and quantitative descriptive analysis. The result of study showed the process of multimedia interactivedesign that consists of five steps of ADDIE modelare analysis, design, development, implementation, and evaluation. The validation of the multimedia interactive from: 1) the content subject is about 93,3% (very good qualifying); 2) test instructional design is about 90%(very good qualifying); 3) the learning media is about 88,75% (good qualifying); 4) individual testing is about 96,06% (very good qualifying); 5) small group test is 90,92% (very good qualifying);6) field trials is about 90.62% (very good qualifying). Keywords: development, ADDIE model, interactive multimedia ## PENDAHULUAN Pada era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan menjadi salah satu hal yang mendapat perhatian dari pemerintah, khususnya di Indonesia.Pemerintah Indonesia sedang melaksanakan usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.Diharapkan dengan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia, kompetensi siswa dalam pembelajaran juga ikut meningkat.Namun pada kenyataannya, pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna, karena masih banyak anak yang tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini hendaknya mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia mengingat betapa pentingnya proses pendidikan bagi mereka agar mampu menghadapi masa depan dengan lebih baik. Berbicara mengenai pendidikan tentu tidak terlepas dari lembaga penyelenggara pendidikan yaitu sekolah.Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka mencapai tujuan dari pendidikan.Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal, tidak hanya pengetahuan semata tetapi juga memperoleh keterampilan dan kecakapan. Kesemuanya itu akan bermuara dan tercermin dalam prestasi belajarnya. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai gambaran sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pembelajaran.Masalah umum yang sering dihadapi oleh peserta didik adalah masih banyak peserta didik yang belum dapat mencapai prestasi belajar yang memuaskan karena tujuan pembelajaran juga belum sepenuhnya dapat dicapai oleh peserta didik. Jika dikaji lebih dalam, faktor penyebab dari prestasi belajar tersebut belum memuaskan dalam bidang akademik bukan hanya berasal dari faktor-faktor yang berada dalam diri peserta didik, tetapi juga dari faktor-faktor yang berada di luar diri peserta didik, seperti fasilitas yang kurang memadai, bahan ajar yang masih kurang dari pihak sekolah ataupun peran media pembelajaran yang belum dapat dioptimalkan. Media memiliki peranan yang sangat penting dalam menjembatani guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Gagne (dalam Sadiman 2005:6) menyatakan bahwa “media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar”. Kemudian Briggs (dalam Sadiman 2005:6) mengemukakan bahwa:media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan peran serta merangsang siswa untuk belajar. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca.Apa pun batasan yang diberikan, ada persamaan di antara batasan tersebut yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Jadi dalam proses pembelajaran, media merupakan alat yang berfungsi sebagai penunjang proses pembelajaran, sehingga dengan menggunakan media siswa akan lebih mudah memahami pesan yang disampaikan oleh guru. Dengan adanya media, maka komunikasi antara guru dan siswa dapat berjalan lancar dan proses pembelajaran juga dapat berlangsung secara optimal. SD Negeri 6 Panjer merupakan salah satu sekolah yang terletak di Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar dengan latar belakang siswa yang berbeda. Untuk siswa kelas V di SD Negeri 6 Panjer memperoleh mata pelajaran Matematika yang bersifat wajib layaknya di sekolah lain. Sadra, dkk (2007:1) mengemukakan bahwa:matematika sangat berbeda dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya. Matematika merupakan salah satu sistem aksiomatik yang menggunakan penalaran deduktif. Sebagai ilmu yang menggunakan penalaran deduktif, kebenaran suatu pernyataan dalam matematika didasarkan atas pernyataan lain yang sebelumnya sudah dibuktikan atau sudah diyakini kebenarannya. Hasil wawancara pada guru mata pelajaran Matematika kelas V di SD Negeri 6 Panjer Ni Wayan Swasdewi, S.Pd. ditemukan nilai rata-rata pada pelajaran Matematika masih tergolong rendah, karena masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimal yaitu 60.Hal tersebut tercermin dari rekapan nilai Matematika siswa pada semester genap tahun 2011- 2012 dimana 20 dari total 48 siswa masih memperoleh nilai di bawah rata-rata yaitu berkisar antara 40 sampai dengan 58.Siswa baru mencapai ketuntasan minimal setelah mendapatkan ujian ulang dari guru, namun nilai yang diperoleh juga belum memuaskan karena masih ada yang memperoleh nilai 60 sampai dengan 65. Beberapa masalah yang menyebabkan masih rendahnya nilai Matematika siswa menurut Ni Wayan Swasdewi, S.Pd. yaitu karena kurangnya minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Ibu Ni Wayan Swasdewi, S.Pd. menambahkan bahwa di SD Negeri 6 Panjer pada mata pelajaran Matematika kelas V masih menerapkan model pembelajaran konvensional dan menggunakan media cetak berupa buku atau gambar. Media pembelajaran yang digunakan sebagian besar berupa media sederhana, ataupun dengan memanfaatkan benda-benda yang ada di sekitar untuk dijadikan sebagai media.Padahal jika dilihat dari segi fasilitas yang tersedia, SD Negeri 6 Panjer sudah memiliki sebuah laboratorium komputer yang dilengkapi dengan sebuah komputer, LCD proyektor, dan alat pendukung lainnya.Hanya saja media pembelajaran yang relevan dengan penggunaan komputer masih jarang keberadaannya di SD Negeri 6 Panjer, khususnya pada mata pelajaran Matematika. Dilihat dari potensi sumber daya manusia di SD Negeri 6 panjer sudah mendukung penggunaan komputer. Dari pihak guru sebagian besar sudah pernah menggunakan komputer dalam proses pembelajaran. Tidak terkecuali untuk wali kelas V, ibu Ni Wayan Swasdewi, S.Pd. juga sudah pernah mengajar di laboratorium dengan menggunakan komputer.Dalam hal tersebut, komputer dan LCD proyektor digunakan sebagai fasilitas untuk menampilkan media presentasi.Dari pihak siswa, ibu Ni Wayan Swasdewi, S.Pd. mengatakan bahwa sebagian besar siswa sudah pernah menggunakan komputer ataupun laptop.Bahkan ada beberapa siswa yang sudah pernah mengakses internet dengan memanfaatkan situs Google. Terkait dengan proses pembelajaran, siswa juga sudah pernah melaksanakan proses pembelajaran di laboratorium komputer dengan didukung media presentasi dari guru. Hanya saja pelaksanaannya masih jarang karena keterbatasan media pembelajaran yang relevan dengan penggunaan komputer.Media pembelajaran yang tersedia juga sebagian besar adalah media presentasi. Media lain yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa masih jarang ditemui di SD Negeri 6 Panjer. Berdasarkan beberapapermasalahan tersebut, dirasa layak untuk mengembangkan media pembelajaran yang bersifat interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V semester genap di SD Negeri 6 Panjer.Salah satu contoh media pembelajaran interaktif yaitu multimedia interaktif yang merupakan media audio visual yang bisa dikembangkan dalam format berupa Compact Disc (CD).Turban, dkk (dalam Sofyan, 2008:2) Menyebutkan bahwa “multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit 2 media input atau output dari data”.Media tersebut menggabungkan beberapa komponen multimedia yang terdiri dari teks, grafis, foto, video, animasi, musik, narasi, dan interaktivitas yang diprogram sesuai dengan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Keuntungan menggunakan multimedia interaktif dibandingkan dengan media lain adalah memungkinkan siswa untuk dapat belajar secara mandiri, interaktivitas yang tinggi, dan konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa. Penggunaan multimedia interaktif juga dapat dilakukan oleh siswa di luar jam pelajaran di sekolah. Berdasarkan beberapa paparan di atas, maka dalam penelitian ini akan dikembangkan Multimedia Interaktif pada Mata Pelajaran Matematika Kelas V Semester Genap di SD Negeri 6 Panjer Tahun Pelajaran 2012/2013. Secara spesifik, permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) bagaimanakah proses rancang bangun multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V semester genap di SD Negeri 6 Panjer Tahun Pelajaran 2012/2013, 2)bagaimanakah hasil validasi multimedia interaktif menurut para ahli dan uji coba di lapangan. Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses rancang bangun multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V semester genap di SD Negeri 6 Panjer Tahun Pelajaran 2012/2013dan untuk mengetahui hasil validasi multimedia interaktif menurut para ahli dan uji coba di lapangan. ## METODE Dalam pengembangan multimedia interaktif ini menggunakan model ADDIE. Pemilihan model ini didasari atas pertimbangan bahwa model ini dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoretis desain pembelajaran.Model ini disusun secara terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis dalam upaya pemecahan masalah yang berkaitan dengan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik pebelajar. Menurut Anglada (dalam Tegeh dan Kirna, 2010:80) “model ADDIE terdiri atas lima langkah, yaitu: 1) analisis (analyze), 2) perancangan (design), 3) pengembangan (development), 4) implementasi (implementation), dan 5) evaluasi (evaluation)”. Pada tahap analisis, telah dilakukan analisis kebutuhan yang meliputianalisis karakteristik peserta didik, analisis proses pembelajaran, analisis fasilitas sekolah, dan analisis materi yang sesuai dengan kompetensi. Setelah tahap analisis, tahap selanjutnya adalah tahap perancangan.Padatahap ini telah dilakukan penentuan materi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntutan kompetensi. Pada tahap pengembangan telah dilakukan pengumpulan dan pembuatan bahan atau materi ajar yang kemudian disusun dalam sebuah storyboard. Baru kemudian dilanjutkan dengan tahap produksi pengembangan media. Tahap Implementasi merupakan langkah penerapan media yang dikembangkan ke dalam pembelajaran.Dalam tahap penerapan ini pula dilakukan beberapa validasi produk yang meliputi:a) validasi produk oleh para ahli diantaranya ahli isi, ahli media, dan ahli desain pembelajaran, dan b) validasi produk baik uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji lapangan di SD Negeri 6 Panjer. Tahap terakhir yaitu evaluasi dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk berdasarkan saran dan revisi ahli isi, ahli media dan ahli desain pembelajaran, serta berdasarkan dari hasil validasi dari uji coba lapangan. Data yang diperoleh dari pelaksanaan evaluasi formatif dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: (1) data dari evaluasi tahap pertama berupa data hasil uji coba ahli isi bidang studi, data hasil uji coba ahli desain media pembelajaran, dan data hasil uji coba ahli media pembelajaran, (2) data dari hasil uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan berupa hasil review siswa, dan data hasil review guru mata pelajaran Matematika.Seluruh data yang diperoleh dari hasil uji coba dikelompokkan menjadi dua, yaitudata kualitatif dan data kuantitatif. Datatersebut diperoleh dari hasil uji coba ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, hasil uji coba ahli desain pembelajaran dan hasil uji coba ahli media pembelajaran melalui angket tanggapan, dan hasil review siswa serta guru mata pelajaran Matematika. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode angket/kuesioner. Metode angket/kuesioner merupakan suatu pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut (Husein, 2004:49). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket/kuesioner. angket tersebut digunakan untuk mengumpulkan data hasil review dari ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, dan siswa saat uji coba perorangan, kelompok, dan lapangan. Dalam penelitian pengembangan ini digunakan dua teknik analisis data, yaitu teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Adapun yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif yaitu merupakan suatu cara analisis/pengolahan data dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk kalimat/kata-kata, kategori-kategori, mengenai suatu objek (benda, gejala, variabel tertentu), sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, siswa dan guru mata pelajaran. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi- informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, tanggapan, kritik, dan saran perbaikan yang terdapat pada angket dan hasil wawancara. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan.Sedangkan Metode analisis deskriftif kuantitatif merupakan suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka atau persentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Dapat disimpulkan bahwa, teknik analisis deskriptif kualitatif ini digunakan untuk mengolah data hasil review/validasi ahli isi bidang studi atau mata pelajaran, ahli desain produk pembelajaran, ahli media pembelajaran dan uji coba siswa baik perorangan, kelompok kecil maupun uji coba lapangan. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokan informasi dari data kualitatif yang berupa masukan, saran perbaikan dan komentar yang terdapat pada lembar angket/kuesioner penelitian. Hasil analisis ini kemudian digunakan untuk merevisi produk yang dikembangkan. Sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi. (2) Teknik analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk deskriptif persentase.Untuk dapat memberikan makna dan pengambilan keputusan dalam penelitian, digunakan ketetapan seperti tabel 01. Tabel 01. Konversi Tingkat Pencapaian dengan Skala 5 Tingkat Pencapaian (%) Kualifikasi 90 – 100 Sangat baik 80 – 89 Baik 65 – 79 Cukup 55 - 64 Kurang 0 - 54 Sangat kurang (Sumber: Agung, 2010:58) ## HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil dari penelitian ini adalah proses rancang bangun media dapat dikatakan sebagai alur kerja program media yang dibuat oleh pengembang. Rancang bangun media ini berguna untuk memperjelas tentang bagaimana langkah atau alur kerja program dari awal sampai akhir media itu dibuat, agar sampai ke produk yang dihasilkan. Rancang bangun media ini menggunakan model ADDIE. Model ini terdiri atas lima tahapan, yaitu: 1) analisis (analyze), 2) perancangan (design), 3) pengembangan (development), 4) implementasi (implementation), dan 5) evaluasi (evaluation). Pada tahap analisis dilakukan analisis kebutuhan yang meliputi: a)analisis karakteristik peserta didik, b) analisis proses pembelajaran, c) analisis fasilitas sekolah, dan d) analisis materi yang sesuai dengan kompetensi a) Analisis karakteristik peserta didik. Setelah mewawancarai narasumber yang merupakan guru mata pelajaran matematika kelas V di SD Negeri 6 Panjer, diperoleh gambaran umum tentang Karakteristik siswa di SD Negeri 6 Panjer sangat heterogen bila ditinjau dari berbagai sudut seperti tingkat ekonomi, tingkat intelektual, agama, ras dan sebagainya. Disamping itu terdapat juga perbedaan gaya belajar, ada yang berupa gaya belajar visual, audio, maupun kinestesis. Siswa di SD Negeri 6 panjer sebagian besar siswa sudah pernah menggunakan komputer ataupun laptop, sudah bisa mengoperasikan komputer. Bahkan ada beberapa siswa yang sudah pernah mengakses internet dengan memanfaatkan search engine dan jejaring sosial. b) Analisis proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di SD Negeri 6 Panjer, guru masih menggunakan media sederhana serta memanfaatkan benda- benda yang ada di lingkungan sekitar sebagai media. Metode yang digunakan masih berupa metode konvensional yang mana guru lebih banyak berbicara di depan kelas. Hanya beberapa orang guru yang menggunakan media presentasi dalam proses pembelajaran. c) Analisis Fasilitas Sekolah. SD Negeri 6 Panjer sudah memiliki sebuah laboratorium komputer yang dilengkapi dengan sebuah komputer dan fasilitas pendukung lainnya seperti LCD proyektor dan speaker yang dapat digunakan dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran. d) Analisis materi. Berdasarkan hasil rekapan nilai siswa, nilai rata-rata pada pelajaran Matematika masih tergolong rendah, karena masih banyak siswa yang nilainya belum mencapai ketuntasan minimal, sehingga mata pelajaran Matematika dipilih sebagai mata pelajaran yang akan dikembangkan medianya. Dalam tahap perancangan yang telah dilakukan adalah menentukan materi yang sesuai dengan karakteristik peserta didik, strategi pembelajaran, bentuk asesmen dan evaluasi. Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan sebelumnya, dipilih mata pelajaran Matematika sebagai mata pelajaran yang akan dikembangkan medianya. Materi sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang serta hubungan antar bangun dipilih karena pada materi tersebut ada beberapa materi yang sulit dijelaskan tanpa menggunakan media, misalkan materi tentang sifat-sifat bangun datar dan bangun ruang. Strategi yang dipilih dalam penggunaan media dalam proses pembelajaran yaitu dengan merancang sebuah multimedia interaktif, sehingga siswa dapat belajar secara mandiri dengan menggunakan media tersebut. Bentuk asesmen dan evaluasi yang dipilih yaitu dengan memberikan latihan pada beberapa indikator kompetensi, dan sebuah evaluasi di akhir materi yang mencakup isi dari keseluruhan materi. Setelah tahap perancangan dilaksanakan, tahap selanjutnya yaitu tahap pengembangan.Pada tahap pengembangan media dilakukan pengumpulan bahan atau materi pelajaran seperti materi pokok, aspek pendukung (teks, gambar, video, audio dan animasi). Selain itu ada pula beberapa bahan atau materi yang nantinya akan dibuat sendiri. Sebelum mengumpulkan bahan materi pembelajaran, terlebih dahulu dirancang sebuah flowchart.Flowchart dirancang untuk memvisualisasikan alur kerja produk mulai awal hingga akhir, sehingga nantinya dalam pembuatan produk selalu berpedoman pada flowchart yang telah dibuat.Setelah merancang flowchart, berikutnya disusun sebuah storyboard.Storyboard adalah serangkaian sketsa yang dibuat berbentuk persegi panjang yang menggambarkan suatu urutan (alur cerita) elemen-elemen yang diusulkan untuk multimedia interaktif. Dalam kata lain, storyboard dapat diartikan sebagai uraian yang berisikan tentang penjelasan dari masing-masing alur dalam flowchart. Setelah flowchart dan storyboard disusun, baru dilanjutkan dengan pengumpulan bahan atau materi pelajaran, materi pokok diperoleh dari buku pelajaran Matematika kelas V yang digunakan di SD Negeri 6 Panjer dan beberapa dari buku BSE yang digunakan di sekolah tersebut. Sementara aspek pendukung seperti gambar dan teks dibuat sendiri dengan menggunakan program Macromedia Freehand 10 dan Adobe Photosop CS 3.Suara narator dalam media dibuat sendiri dengan merekam suara narator melalui handphone. Setelah itu file suara dikirim ke komputer dan dilakukan editing suara guna memperoleh suara yang diinginkan. Pada editing suara digunakan program Format Factory untuk merubah format file suara, dan Audacity dalam melakukan editing suara seperti menaikkan atau menurunkan volume narator dan memotong suara narator. Setelah selesai dengan perancangan flowchart, penyusunan storyboard, dan pengumpulan bahan materi, baru kemudian dilanjutkan dengan tahap produksi pengembangan media. Seluruh materi dan aspek pendukung (teks, gambar, video, audio dan animasi) digabungkan dalam satu produk media pembelajaran yang utuh menggunakan program Macromedia Flash 8. Dalam Macromedia Flash 8 disisipkan gambar yang telah dibuat, ditambahkan teks, kemudian diberi animasi.Setelah selesai, kemudian ditambahkan suara dengan caraimport suara dari file suara yang telah dibuat sebelumnya.Dalam pemberian suara harus disesuaikan dengan gambar dan gerakan animasi. Selanjutnya file yang sudah terangkum tersebut diubah ke dalam format .exe agar dapat dioperasikan di setiap komputer atau laptop. Setelah itu file yang sudah jadi dikemas dalam bentuk CD dan dibuatkan sebuah cover CD serta label pada keping CD. Pembuatan cover dan label CD menggunakan program Adobe Photosop CS 3. Setelah produk multimedia interaktif tersebut jadi, baru kemudian dilanjutkan pada tahap berikutnya yaitu penerapan. Dalam tahap penerapan ini pula dilakukan beberapa validasi produk yang meliputi: (a) validasi produk oleh para ahli diantaranya ahli isi, ahli media, dan ahli desain pembelajaran, dan (b) validasi produk baik uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji lapangan di SD Negeri 6 Panjer.Pertama media yang telah selesai diproduksi tersebut diujicobakan kepada ahli isi bidang studi Matematika yaitu Ni Wayan Swasdewi, S.Pd. yang merupakan wali kelas sekaligus pengampu mata pelajaran Matematika kelas V di SD Negeri 6 Panjer. Pada uji ahli isi diperoleh tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik dengan persentase 93,3% dan dilakukan revisi menurut saran dan masukan dari ahli isi bidang studi. Berikutnya media diujicobakan kepada ahli desain pembelajaran yaitu Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd. yang merupakan seorang teknolog pembelajaran dengan spesifikasi S2.Pada uji coba desain pembelajaran diperoleh tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik dengan persentase 90% dan dilakukan beberapa revisi berdasarkan saran dan masukan dari ahli desain pembelajaran. Selanjutnya media diujicobakan kepada seorang ahli media pembelajaran yaitu I Kadek Suartama, S.Pd., M.Pd. yang merupakan seorang dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan yang berspesifikasi S2. Pada uji ahli media pembelajaran diperoleh tingkat pencapaian dalam kategori baik dengan persentase 88,75% dan dilakukan beberapa revisi sesuai dengan saran dan masukan dari ahli media pembelajaran, baru kemudian dilanjutkan pada tahap uji coba perorangan.Uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan dilakukan di SD Negeri 6 Panjer. Pada tahap uji coba perorangan, dipilih tiga orang siswa sebagai subjek uji coba yaitu siswa kelas VB SD Negeri 6 Panjer yang terdiri dari satu orang siswa dengan prestasi belajar tinggi, satu orang siswa dengan prestasi belajar sedang, dan satu orang siswa dengan prestasi belajar rendah. Prestasi belajar siswa dilihat dari rekapan nilai Matematika siswa pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Pada uji coba perorangan diperoleh tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik dengan persentase 96,06% dan tidak ada revisiberdasarkan saran dan masukan dari siswa. Berikutnya dilakukan uji coba kelompok kecil dengan subjek coba adalah siswa kelas VB SD Negeri 6 Panjer sebanyak dua belas orang.Keduabelas orang siswa tersebut terdiri dari empat orang siswa berprestasi belajar tinggi, empat orang siswa berprestasi belajar sedang, dan empat orang siswa berprestasi belajar rendah.Prestasi belajar siswa dilihat dari rekapan nilai Matematika tahun pelajaran 2012/2013. Pada uji coba kelompok kecil diperoleh tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik 90,92% dan dilakukan beberapa revisi berdasarkan saran dan masukan dari beberapa siswa. Terakhir dilakukan uji coba lapangan dengan subjek coba adalah seluruh siswa kelas VA SD Negeri 6 Panjer sejumlah tiga puluh delapan siswa.Keseluruhan siswa tersebut sudah termasuk siswa yang memiliki prestasi belajar tinggi, sedang, dan rendah. Dalam uji coba lapangan diperoleh tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik 90,62% dan dilakukan revisi berdasarkan saran dan masukan dari beberapa siswa. Tahap terakhir yaitu evaluasi. Pada tahap ini kembali dilakukan pengecekan dan revisi terhadap media berdasarkan saran dan masukan yang diperoleh dari ahli isi, ahli media dan ahli desain pembelajaran, serta berdasarkan dari hasil validasi dari uji coba demi menyempurnakan produk multimedia interaktif menjadi produk yang layak digunakan dalam proses pembelajaran Matematika kelas V di SD Negeri 6 Panjer. Berikut ini tabel kualifikasi nilai dari masing-masing respoden sesuai PAP skala 5. ## Tabel 02. Kualifikasi Nilai dari Masing-masing Respoden Sesuai PAP Skala 5 No Responden Nilai (%) Kualifikasi 1 Ahli Isi Mata Pelajaran 93,3 Sangat baik 2 Ahli Desain Pembelajaran 90 Sangat Baik 3 Ahli Media Pembelajaran 88,75 Baik 4 Uji Coba Perorangan 96,06 Sangat baik 5 Uji Coba Kelompok Kecil 90,92 Sangat baik 6 Uji Coba Lapangan 90,62 Sangat baik kkk Pengembangan multimedia interaktif ini telah dikembangkan melalui beberapa tahapan yaitu 1) analisis (analyze), 2) perancangan (design), 3) pengembangan (development), 4) implementasi (implementation), dan 5) evaluasi (evaluation). Berdasarkan hasil validasi oleh para ahli dan uji coba siswa, dapat diketahui kualitas multimedia interaktif yang dikembangkan termasuk sangat baik. Hasil pengembangan dapat dipaparkan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penilaian dari ahli isi, terungkap bahwa sebagian besar penilaian guru mata pelajaran Matematika terhadap komponen-komponen multimedia interaktif tersebar pada skor 5 (sangat baik) dan 4 (baik). Kualitas media ditinjau dari isi materi pembelajaran termasuk kriteria sangat baik dengan persentase tingkat pencapaian 93,3%. Multimedia interaktif ini termasuk kriteria sangat baik karena mempunyai materi konsep yang jelas.Pengumpulan materi pokok dilakukan dengan menggunakan buku BSE yang didapatkan disekolah bersangkutan.Media ini juga mempunyai contoh soal yang berguna untuk membantu pemahaman materi.Selain itu, adanya beberapa latihan soal dan evaluasi akhir membuat pengguna dapat mengukur kemampuannya setelah mempelajari materi. Selain memperoleh kualifikasi sangat baik pada aspek isi, ada beberapa saran revisi dari ahli isi bidang studi demi menyempurnakan media.Revisi atau perbaikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas media dari aspek isi bidang studi Matematika, sehingga nantinya layak untuk dipergunakan pada saat proses pembelajaran Matematika. Berdasarkan hasil validasi dari ahli desain pembelajaran, maka diketahui bahwa hasil validasi pengembangan produk multimedia interaktif ini berada pada kualifikasi sangat baik, dengan angka persentase 90%. Selain memperoleh kualifikasi sangat baik pada aspek desain pembelajaran, ada beberapa saran revisi dari ahli desain pembelajaran. Multimedia interaktif ini menurut ahli desain pembelajaran masih memiliki kekurangan atau kelemahan, sehingga perlu untuk direvisi. Revisi atau perbaikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas media dari aspek desain pembelajarannya. Berdasarkan hasil validasi dari ahli media pembelajaran, maka diketahui bahwa hasil validasi pengembangan produk multimedia interaktif ini berada pada kualifikasi baik, dengan angka persentase 88,75%. Selain memperoleh kualifikasi baik pada aspek media pembelajaran, multimedia interaktif juga mendapatkan beberapa saran revisi dari ahli media pembelajaran. Multimedia interaktif ini menurut ahli media pembelajaran masih memiliki kekurangan atau kelemahan, sehingga perlu untuk direvisi. Revisi atau perbaikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas media dari aspek tampilan pembelajarannya. Multimedia Interaktif ini memperoleh tingkat validitas yang sangat baik dari aspek uji coba yang meliputi, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan. Perolehan predikat sangat baik tersebut dapat dirinci menjadi tiga yaitu, uji coba perorangan memperoleh tingkat persentase sebesar 96,06%. Penilaian tiga orang siswa terhadap multimedia interaktif pada uji coba perorangan tersebar pada skor 5 (sangat baik) dan 4 (baik). Ditinjau dari uji coba kelompok kecil, multimedia interaktif memperoleh tingkat persentase sebesar 90,92%. Penilaian dua belas siswa terhadap multimedia interaktif pada uji coba kelompok kecil tersebar pada skor 5 (sangat baik), 4 (baik) dan terdapat tujuh skor 3 (cukup). Ditinjau dari uji coba lapangan, multimedia interaktif memperoleh tingkat persentase sebesar 90,62%. Penilaian tiga puluh delapan orang siswa terhadap multimedia interaktif pada uji coba langan tersebar pada skor 5 (sangat baik), 4 (baik) dan terdapat empat puluh skor 3 (cukup). Berdasarkan masukan, saran, dan komentar uji coba siswa, multimedia interaktif masih memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan. Kelemahan itu dinyatakan oleh beberapa orang siswa pada saat uji coba lapangan. Adanya saran perbaikan tersebut maka multimedia interaktif ini direvisi terlebih dahulu sebelum dapat dinyatakan selesai. Berdasarkan pemaparan kelebihan dan kelemahan multimedia interaktif yang dikaji dari empat aspek yaitu ahli isi bidang studi, ahli desain pembelajaran, ahli media pembelajaran, dan uji coba siswa, maka multimedia interaktif dari aspek isi bidang studi matematika dan desain pembelajaran termasuk kriteria sangat baik. Pada aspek media pembelajaran, kualitas multimedia interaktif termasuk kriteria baik. Sedangkan, pada tahap uji coba siswa, baik itu uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan, dapat disimpulkan bahwa kualitas multimedia interaktif sudah termasuk tingkat kriteria sangat baik. ## PENUTUP Berdasarkan pembahasan maka diperoleh simpulan yaitu rancang bangun media berguna untuk memperjelas tentang bagaimana langkah atau alur kerja program dari awal sampai akhir media tersebut dibuat, agar sampai ke produk yang dihasilkan. Rancang bangun multimedia interaktif ini melalui beberapa tahap sesuai dengan tahapan dari model pengembangan yang digunakan yaitu model ADDIE. Dalam model ADDIE terdiri atas lima tahap, yaitu: 1) analisis (analyze), 2) perancangan (design), 3) pengembangan (development), 4) implementasi (implementation), dan 5) evaluasi (evaluation).Kelima tahap tersebut dilakukan sehingga penelitian ini menghasilkan produk pengembangan berupa multimedia interaktif pada mata pelajaran Matematika kelas V di SD Negeri 6 Panjer. Kualitas multimedia interaktif ini adalah: (1) review ahli isi mata pelajaran dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik dengan persentase 93,3%, (2) review ahli desain pembelajaran dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik dengan persentase 90%, (3) review ahli media pembelajaran dengan tingkat pencapaian dalam kategori baik dengan persentase 88,75%, (4) uji coba perorangan dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik dengan persentase 96,06%, (5) uji coba kelompok kecil dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik 90,92%, dan (6) uji coba lapangan dengan tingkat pencapaian dalam kategori sangat baik 90,62%. Adapun saran yang disampaikan berkaitan dengan pengembangan multimedia interaktif ini adalah sebagai berikut. Kepada siswa agar siswa dapat memanfaatkan produk hasil pengembangan secara aktif baik di dalam ataupun di luar proses pembelajaran di sekolah dan tidak menjadikan media ini sebagai satu-satunya media untuk belajar. Saran bagi guru adalah agar media ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif media dalam proses pembelajaran, sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Namun perlu diingat bahwa media ini bukan satu-satunya media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Media ini hanya sebagai perantara antara guru dan siswa sehingga dapat memudahkan dalam penyampaian materi. Saran untuk kepala sekolah dari pengembangan media ini adalah agar media ini dapat dijadikan sebagai tambahan koleksi media pembelajaran di sekolah. Selain itu sekolah juga perlu melakukan pengadaan media pembelajaran lain yang diperlukan dalam proses pembelajaran siswa. namun bukan hanya sebagai koleksi, melainkan agar media pembelajaran dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Saran bagi peneliti lain adalah agar hasil pengembangan media ini dapat dijadikan motivasi dalam mengadakan atau melakukan penelitian-penelitian lain yang lebih inovatif lagi, sehingga menghasilkan media yang lebih bermanfaat lagi bagi siswa dan guru. ## UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus- tulusnya kepada:Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd. selaku Rektor Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) karena telah diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pada Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan.Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan atas berbagai kebijakannya sehingga studi ini dapat terselesaikan dengan lancar.Drs. I Dewa Kade Tastra, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan yang telah motivasi petunjuk dalam pelaksanaan penelitian. Dr. I Made Tegeh, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk, dan saran dalam pelaksanaan penelitian. I Gde Wawan Sudatha, S.Pd., S.T., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk, dan saran dalam pelaksanaan penelitian, para Dosen di Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha yang telah banyak motivasi dan rekan-rekan mahasiswa Teknologi Pendidikan yang telah ikut membantu dalam penenlitian ini. ## DAFTAR RUJUKAN Agung, Anak Agung Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Undiksha ---------------------. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. I Wayan Sadra, dkk.2007.Modul Materi dan Metodologi Dasar Matematika (bagian pertama). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sadiman, Arief S dkk. 2006. Media Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sofyan, Amir Fatah dan Agus Purwanto. 2008. Digital Multimedia: Animasi, Sound Editing, & Video Editing. Yogyakarta: ANDI. Tegeh, I Made dan I Made Kirna. 2010. Metode Penelitian Pengembangan Pendidikan. Singaraja: Univesitas Pendidikan Ganesha. Umar, Husein. 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
8f85bb58-cb0c-4a76-864d-b4c9ed96f742
https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/medanmakna/article/download/800/394
Vol .5 Hl m.38- -44 Sept ember2008 I SSN1829- 9237 38 ## I DENTI TAS J ATI D I RIDAN D AYA S AI NG B ANGSA I NDONESI A MELALUI P EMAKAI AN B AHASA I NDONESI A T.Si l vanaSi nar DosenSekol ahPascasar j anaUni ver si t asSumat er aUt ar a A BSTRAK : PembangunanBahasaI ndonesi asebagaibagi ani nt egr aldar ipembangunan nasi onaldi l aksanakan secar a ber kel anj ut an dan ber t uj uan unt uk t ur ut mewuj udkan peni ngkat an j at i di r iser t a daya sai ng masyar akatI ndonesi a dengan memanf aat kan i l mu penget ahuan,t eknol ogidan seni .Ker j asama PUSATBAHASAdanuni tdidaer ah- daer ah,Per gur uanTi nggi ,sekol ahdi bangun dengan st r at egi - st r at egi“ bahu membahu”dapatdi r asakan sebagaiupaya unt uk pengembangan bahasa nasi onal .Pengat ur an at au r egul asi - r egul asi dal am ker angka pengembangan ol eh pemer i nt ah per l u di per cepatunt uk menci pt akani kl i m ket aat azasandanhukum yangmendor ongber kembangnya Bahasa I ndonesi a.Fasi l i t as- fasi l i t as pendukung,pengembangan dukungan, i pt eks,met ode yang memadaidan maj u,membangun dat a based yang t er sambungsecar a onl i ne. K ATA K UNCI :i dent i t asj at idi r i ,pembangunan,bahasaI ndonesi a 1.Lat arBel akang ndonesi a mer upakan negar a kepul auan t er besar di duni a dengan gar i s pant aisepanj ang 81. 000 km dan mer upakan negar a dengan gar i spant ait er panj ang nomor dua diduni a set el ah Canada.Sebagai negar a kepul auan t er besar diduni a, I ndonesi amemi l i ki5pul aubesardan30 pul auyangl ebi hkeci l ,dansi sanyapul au keci ldengan t ot alkesel ur uhan 17. 504 pul au,dan bar u seki t ar6000 pul au di ant ar anya yang ber penghuni .Panj ang bent anganI ndonesi a5. 150km t er buj ur ant ar aBenuaAust r al i adanAsi a,ser t a menghubungkanSamuder aPasi f i kdan Samudr aHi ndi adengan gar i sekuat or . ( Qamar uzzman,1998). Dengan posi si geogr af i i t u, I ndonesi a memi l i kipot ensikei ndahan al am dan var i abi l i t as at au ker agaman budaya,bahasa,ser t acor aksenibudaya t r adi si onal yang ber ni l ai . Var i abi l i t as bahasa,mer upakanpot ensiposi t i fyang per l udi j agadandi kembangkankar ena per bedaanant arsukudandaer ahser t a car a pandang dapat meni mbul kan kesal ahpahamanber bahasa. Ol ehkar enaker agamani t u,bangsa I ndonesi a per l u memi l i ki wawasan nasi onal yang kuat sebagai car a pandang bangsa I ndonesi a mer ambui aspek kehi dupan nasi onal unt uk mewuj udkan keul et an, daya sai ng bangsadanket angguhanbangsa. Ber bagaiusaha dan upaya per l u di l akukan unt uk mengembangkan kemampuan j at idi r i( ci r i - ci r i ,i dent i t as, j i wa semangat , dl l )dan kekuat an daya sai ng bangsa.Namun begi t u banyak pengar uhbai kdar il uarnegar amaupun dal am negar a i niyang menghambat t er j adi nya kemaj uan pesatdaya sai ng bangsa I ndonesi a di bandi ng negar a- negar aber kembangl ai nnyaant ar al ai n aki batpr osesgl obal i sasiyangmel anda duni a t i dak dapatdi hi ndar i ,i nt ol er ansi agama, r asi al i sme dan nasi onal i sme sempi t yang di i l hamiol eh f anat i sme et ni k,agama,kej ahat anyangt er or gani si r seper t iancamant er or i smei nt er nasi onal , nar kot i ka, t i ndak kej ahat an yang di l akukan ol eh anggot a whi te col l ar cri me. I Vol .5 Hl m.38- -44 Sept ember2008 I SSN1829- 9237 Sel ai nf akt orl i ngkunganst r at egi sdi at as,I ndonesi aber gabungdal am AFTA dan APEC sehi ngga pemer i nt ah I ndonesi a si buk menyi apkan di r idl m per daganganbebasant arnegar a- negar a Asi a- Pasi f i kdanhali nit ent umempunyai dampakpadaber bagaiaspekkehi dupan nasi onalbai ki deol ogi ,pol i t i k,ekonomi , sosi albudaya,hankam. •Dibi dang i deol ogi ,dasar dan f al safah negar a pancasi l a mengal amai kr i si skeper cayaan bangsa sej ak t er j adi nya r ef or masi di I ndonesi a. Demi ki an pul a l andasan kont i t usi onal UUD1945mengal amiamandemenunt uk menyi kapi per kembangan pol i t i k nasi onalr ef or masi . •Dibi dangpol i t i k,sej akt er j adi nya eufor i a r efor masi pr oses per ubahan si st em pol i t i k dar i demokr asi yang t er kendal i menj adi demokr asi l i ber al , yang dal am mencapai t uj uannya sebagi an komponen masyar akatat au kel ompok t er t ent u menghal al kan ber bagai car a unt uk mencapai kepent i ngannya. •Kr i si s mul t i di mensi ekonomi nasi onalber kepanj angan menyebabkan I ndonesi a t er pur uk dengan hut ang. Ber bagaimusi bahant ar al ai nkebakar an hut an,ker usuhan,keki sr uhan,bencana al am ( banj i r , gempa, Tsunami ) dan pel bagaiper masal ahanl ai nyangdapat meni mbul kani kl i m yangt i dakkondusi f bagisub- subsekt orper ekonomi an. Dengan ber bagai masal ah yang meni mpapemer i nt ahandenganadanya kasuk kor upsidan nepot i sme,negar a I ndonesi aber usahakuatunt ukkembal i pul i h dan dengan kondi si - kondi sii ni sedi ki t nya mempunyaidampakkepada pembi naanbahasaI ndonesi akhususnya dal am pembi yaandanapengembangan danpembi naanbahasa. Pembangunan negar a I ndonesi a menekankan pent i ngnya memel i har a adabbangsadenganpenuhkesadar an menyei mbang ant ar a adab dan ni l ai , pandangan dan car a hi dup unt uk memper t ahankan j at i di r i dan meni ngkat kan daya sai ng bangsa. Di si ni l ah bahasa I ndonesi a ber per an unt uk mewuj udan keut uhan dan kemant apan per adaban bangsa yang ber dayasai ngt i nggi .Dal am kont ekshar i kemer dekaanbangsaI ndonesi ake63. I dent i t asj at idi r idandayasai ngbangsa I ndonesi a mel al uipemakai an bahasa per l udi bi ncangkandal am for um har ii ni . Denganber l andaskanhaki katpent i ngnya membukt i kan bahasa menunj ukkan bangsa, di har apkan adanya pengembangan konsep, i de, met ode, masukan dan t emuan- t emuan bagi per encanaan bahasa yang sudah di l akukan ol eh PusatBahasa beser t a Bal ai - bal aibahasanya. 2.Jat idi r idan daya sai ng bangsa I ndonei a mel al ui pemakai an bahasa I ndonesi a Per kembangan suat u bahasa ber kai t an pr oses per ubahan kepada masyar akatpenggunabahasaant ar al ai n f akt orj at idi r idan dayasai ng bangsa mer upakan fakt or pent i ng dan ber pengar uh dar i per adaban suat u bangsa. Jat idi r iadal ahci r i - ci r i ,gambar an, at au keadaan khusus seseor ang at au suat ubenda;i dent i t as( KBBI ,hal .462) .Di bawahi nibeber apapepat ahdanpant un Mel ayu yang menggambar kan j at idi r i bahasa sebagaidan bangsa sebagai ber i kut : Bahasaadal ahj i wabangsa Bahasamenunj ukkanbangsa Bahasat i dakdi j ualbel i Anakci nameni mbangmadat Dar iMakassarl angsungkeDel i Hi dupdiduni abi arber adat Bahasat i dakt er j ualbel i Per gidi kat akant el aga Tempatanakmenumpangmandi Emasmer ahadaber har ga Budibahasaber ni l aiabadi Vol .5 Hl m.38- -44 Sept ember2008 I SSN1829- 9237 40 Yangkur i kkundi Yangmer ahsaga Yangcant i kbudi Yangi ndahbahasa Ti ngkappapankayuber segi SampansakatdiPul auAngsa I ndaht ampankar enabudi Ti nggibangsakar enabahasa Jat idi r ibahasaI ndonesi a. Bahasamer upakanal atkomuni kasi yangmer upakani nt idanwar i sanbudaya di t ukar kandandi t ul i skanol ehpemakai bahasa. Bahasa mengkukuhkan masyakar at dan menj adi suat u masyar akatunggulmempunyaij at idi r i danmer eal i sasidayasai ng. Bahasa I ndonesi a, f al saf ah, pandangan dan car a mer upakan cer mi nanj at idi r ibangsaI ndonesi a,dan masyar akat membent uk meyaki ni kewuj udan kemanf aat an dan kemakmur an anggot anya. Jat i di r i bahasaI ndonesi ayangsudahki t akenal sej akSumpahPemuda28Okt ober1928 menyepakat ibahasaI ndonesi asebagai bahasa kebangsaan dan t er makt ub di dal am Pasal33ayat( 1)UUNomor20 Tahun2003t ent angSI SDI KNAS“ Bahasa I ndonesi a sebagai Bahasa Negar a menj adi bahasa pengant ar dal am pendi di kannasi onal ”  BahasaI ndonesi aadal ahbahasa nasi onal bangsa I ndonesi a yang di gunakanol ehl ebi hkur ang220j ut aj i wa anggot amasyar akat . •Bahasa I ndonesi a mer upakan i dent i t as bangsa dan negar a yang mer ef l eksij at idi r ibangsadannegar a. •Bahasa I ndonesi a t el ah di pakai menyat ukan l ebi h 240 j ut a or ang penggunanyadi dal am sebuahkomuni t as l i ngui st i k nusant ar a sebagai bahasa per ant ar a sesama bangsa dan ant ar bangsa. •Bahasa I ndonesi a mempunyai kekuat an r aksasa yang dapat memadukan semangat bangsa I ndonesi a •Bahasa I ndonesi a mer upakan war i san budaya ber asaldar ir umpun Bahasa Mel ayu Kl asi k yang sudah ber umurr at usan t ahun secar a sej ar ah dan budaya di pakai sebagai l i ngua francadanbahasapendi di kan. •BahasaI ndonesi asebagaibahasa i l mu penget ahuan di pakai unt uk pendi di kandanpengaj ar an. •Bahasa I ndonesi a mer upakan cer mi nankeper cayaan,j at idi r i ,f al saf ah, pandangan dan car a masyar akat I ndonesi ameyaki nieksi st ensi ,i dent i t as j at i di r i , daya sai ng dan member i kekuat an mor al kepada masyar akat penggunanya. •BahasaI ndonesi aber f ungsiunt uk memot i vasidanmembat asisi kapl aku seseor ang. •Bahasa I ndonesi a memi l i ki konsep budimer angkumiunsur - unsur keunggul an kel uhur an dan ket i nggi an per i l aku dan kewi bawaan seseor ang dal am hubungan mer eka sebagai anggot amasyar akat . •Ter kandung didal amnya j ut aan kosakat a. •Mempunyaiper at ur an l i ngui st i k, sosi ol i ngui st i k,per at ur anpr agmat i k Daya sai ng kemampuan makhl uk hi dupunt ukdapatt umbuh( ber kembang) secar anor maldi ant ar amakhl ukhi dup l ai nnya sebagaipesai ng dal am sat u habi t at( dlsat ubi dangusahadsb)(KBBI , hal .241) Daya sai ng bangsa adal ah kel angsungan, ket ahanan r asa kebangsaan, semangat unt uk maj u, paham kebangsaan yang ber set al i , t er bebas dar ir asa r endah di r i ,mi l i k semuawar gabangsa. Di l i hatdar iukur anobj ekt i fyangada, dayasai ngI ndonesi adiber bagaibi dang masi h r endah. Hal i ni di sebabkan I ndonesi a mempunyai ket er gant ungan yangsangatt i nggikepadai mporsumber - sumber t eknol ogidar inegar a- negar a yangsudahmaj u.Sal ahsat upenyebab kondi si i ni j uga di bi dang i ndust r i ket er gant unganpadai l mupenget ahuan Vol .5 Hl m.38- -44 Sept ember2008 I SSN1829- 9237 dant eknol ogidar il uarneger i Pengembangan i ndust r iI ndonesi a t i dak memi l i kikemampuan r esponsi f dan adapt i f yang mandi r i t er hadap t unt ut an per ubahan pasar .Dibi dang i pt ekyangsangatcepatber ubah,sumber daya bangsa I ndonesi a unt uk mengaksesi pt ekbar ubel um memadai ( Di t j enDi kt i ,2003) 3.Per masal ahan Bahasa I ndonesi a member i kan kont r i busi unt uk pengembangan pembangunan I ndonesi a namun masi h ada beber apa per masal ahan sebagai ber i kut: a.Bel um t er ci pt anya ket er paduanant ar komponen yang t er l i bat .Ker j asama masi h bel um mel i bat kan semua komponen t er kai t , sehi ngga mayar akat bel um opt i mal member i kan kont r i busi yang si gnf i kan dal am pembi naan dan pengembanganbahasaI ndonesi a. b.Lemahnyati ngkatakomodasi .bel um menunj ukkan t i ngkat akomodasi yangt i nggi ,BahasaI ndonesi amasi h di l abel kan sebagai bahasa komuni kasisempi t( bukan bahasa komuni kasil uas),bahasat akl engkap at au bahasa t er bat as. Bahasa I ndonesi a bel um mempunyai data- basedteronl i ne. c.Kual i t as komi t men bel um opt i mal . dal am halpemenuhan kesepakat an dankepat uhanat aukomi t menyang kuat t er hadap pemakai an bahasa ol eh masyar akat l uas. Hali ni di kar enakan fakt or per bedaan pandangandankepent i ngan d.Ter bat asnya mat er i , met ode at au l i ngkupbahasa.Suat ubangsahar us menci pt ast i mul iunt uki novasibar u mel al uipenel i t i andandat akor pus. 4.Konsepsi Membangun masyar akat adal ah t uj uan at au usaha unt uk mengangkat dan meni ngkat kan kual i t as hi dup masyar akat i t u sendi r i . Masa depan masyar akat di I ndonesi a adal ah membangunkekuat andanket angguhan di segal a bi dang unt uk mewuj udkan t uj uan nasi onal . Dal am kai t an i ni l ah upaya menci pt akan bangsa I ndonesi a yang ber kual i t as,ber ci r i kan mor aldan pr of esi onal mer upakan t ant angan bangsa dal am er a gl obal i sasi . Kei kut ser t aan sel ur uh l api san masyar akat mengembangkan bahasa I ndonesi amenghadapier ai ni ,unt uki t u daya sai ng bangsa dan at idi r iper l u di mant apkan dan di t i ngkat kan.Usaha yang dapat di l akukan adal ah membangunbahasaI ndonesi asebagai medi adanpemer sat udanj i wabangsa I ndonesi a. Pembangunan Bahasa I ndonesi a sebagai bagi an i nt egr al dar i pembangunan nasi onal di l aksanakan secar a ber kel anj ut an dan ber t uj uan unt uk t ur ut mewuj udkan peni ngkat an j at i di r i ser t a daya sai ng masyar akat I ndonesi a dengan memanf aat kan i l mu penget ahuan,t eknol ogidanseni . Ker j asama PUSAT BAHASA dan uni tdidaer ah- daer ah,Per gur uanTi nggi , sekol ah di bangun dengan st r at egi - st r at egi “ bahu membahu” dapat di r asakan sebagai upaya unt uk pengembanganbahasanasi onal . Pengat ur an at au r egul asi - r egul asi dal am ker angka pengembangan ol eh pemer i nt ah per l u di per cepat unt uk menci pt akan i kl i m ket aat azasan dan hukum yangmendor ongber kembangnya BahasaI ndonesi a. Fasi l i t as- f asi l i t as pendukung, pengembangan dukungan, i pt eks, met ode yang memadai dan maj u, membangun dat a based yang t er sambungsecar a onl i ne. Ol eh kar ena i t u,konsepsidiat as per l udi wuj udkanmel i put ikebi j aksanaan, st r at egipencapai ansasar andanupaya- upayayangper l udi l aksanakan. 5.Kebi j akandanst r at egi 5. 1Kebi j akan Vol .5 Hl m.38- -44 Sept ember2008 I SSN1829- 9237 42  Mewuj udkan penguatan Jati di ri dan daya sai ng bangsa mel al ui pemakai anBahasaI ndonesi a. 5. 2St r at egi Unt uk mel aksanakan kebi j akan yangt el ahdi usul kandiat asdibawahi ni 4 st r at egiyang akan di l akukan ol eh pemer i nt ah beker j asama dengan ber bagaii nst ansit er kai tsebagaiber i kut :  St r at egi 1 Pengembangan Kemi t r aan dan Pemahaman. Meni ngkat kan ket er paduan semua komponent er kai tunt ukmembangun danmengembangkankemi t r aanyai t u pel i bat an dan pengakt i fan per an ber bagaii nst ansi .  St r at egi2 Membangunkompet ensi menyesuai kan er a i nf ot ekkom, denganst r at egimembangunj ar i ngan hubungan ker j asama dengan kompet ensididal am danl uarneger i .  St r at egi 3 Keper cayaan dan Penghor mat an. Meni ngkat kan kual i t as mel al ui pemahaman, keper cayaan, dan penghor mat an t er hadapkepent i ngandanmar t abat bahasanasi onalmel al uir egul asiUU Kebahasaan dan per at ur an t er kai t l ai nnya.  St r at egi4Pengembanganmat er iaj ar unt uk pmb, sosi al i sasi at au penyul uhan bahasa, dat a- based bahasaser t ai novasibar u. 6.Upaya Unt uk mel aksanakan st r at egi - st r at egidiat as,maka per l u di ambi l upaya- upayasebagaiber i kut: Upaya 1 Pemer i nt ah beker j asama at au mel i bat kan per an ser t a dengan pi hak- pi hakt er kai t 1.Dal am pel i bat an sekt or swast a, pemer i nt ahmember i kankemudahan dan kel onggar an akses yang menggugahper anakt i fpi hakswast a. 2.Pemer i nt ahmendor ongsemuapi hak unt uk t et ap mel est ar i kan bahasa nasi onal ,kar ena memi l i kikekhasan t er sendi r idan dapatdi pakaiant ar negar aser umpunbangsaI ndonesi a. 3.t er buka mener i ma kr i t i k dan sar an yang ber si f at konst r ukt i f dal am r angkapeni ngkat an. 4.Bi l aadaper sel i si hanat auper bedaan pendapatdengan negar a ser ant au di sel esai kan secar a damaidengan t et ap menghor mat ipada ni l ai - ni l ai bangsa dan kedaul at an masi ng- masi ng dan mel akukan MOU dan MOA. 5.meni ngkat kan kual i t as i nt er aksi mel al ui per t emuan- per t emuan bahasaat auyangber kai t an. Upaya 2 : sepakat unt uk mengakomodi rpr ogr am ker j asamadan i novasi data- based bahasa I ndonesi a t er sambungmel al uii nt er net 1.Mel engkapi kor pus dat a bahasa unt uk sekt or - sekt or pendi di kan, swast a, l i ngui st i k komput asi onal mengkodekan data- based bahasa I ndonesi a dal am 3 bahasa duni a ( I nggr i s,Per anci sdanAr ab)sehi ngga secar a onl i nel angsungdi bacadal am 3 bahasa asi ng t er sebut ol eh penggunai nt er net . 2.Ker j asama dengan Kement er i an I pt ek/Bppt ,Di kt i ,Bal i t bang,per gur uan t i nggi ,sekol ah 3.Ker j asama dengan medi a massa dal am mengembangkan bahasa kar ena pengar uhnya cukup kuat mengal i r kan ni l ai - ni l ai t er hadap masyar akatkhususnyakaum muda. Upaya3:pemahaman,keper cayaan, danpenghor mat an 1.unt uk t et ap menghar gaikul t urdan bahasadaer ah. 2.Pemer i nt ah ber sama komponen t er kai t mer umuskan r egul asiyang j el as dan t egas si apa ber buatapa dal am pr oses pel i bat an pi hak- pi hak t er kai t sehi gga t i dak membuka t er j adi nyaper masal ahan 3.Pemer i nt ah member i kan kepast i an Vol .5 Hl m.38- -44 Sept ember2008 I SSN1829- 9237 hukum dan j ami nan keamanan kepada semua pi hak yang t er l i bat , sehi nggapi hak- pi hakt er kai tmer asa aman. 4.MengHAKI semua pr oduk bahasa t er masukhasi lpenel i t i anbahasa Upaya 4 : sepakat unt uk mel aksanakan pr ogr am ker j asama menger j akan dat a- based, mer ancang met ode penyul uhan,kur i kul um Bahasa I ndonesi aunt uksekol ah,PTdanBI PA 1.PusatdanBal aiBahasa,BALI TBANG & DI KTI Depdi knas mel aksanakan secar a ber kesi nambungan dal am sosi al i sasiat aupenyul uhanbahasa, met ode,penel i t i andankar yai l mi ah. MOU dengan per gur uan t i nggi , sekol ah,pempr ov,pemkab,pemko dal am pengembangan mat er iaj ar BahasaI ndonesi a. 2.Asast r adi sibudayadaer ahber kai t an di ni l ai dan pemi ki r an amat per l u di per t ahankan dan di per t eguh mendampi ngibahasanasi onal . 7. Per encanaan Bahasa ol eh Pusat BahasaDepdi knas Per encanaan bahasa sudah di l akukanol ehPusatBahasamempunyai t uj uan pengembangan dan pembi naan bahasa I ndonesi a menj adi bahasa negar a,bahasar esmidanbahasai l mu. Pendi di kan sal ah sat u pendukung pent i ngyangdapatmer eal i sasipr ogr am dan pel aksanaan per encanaan bahasa. Pendi di kanmenyi apkant enagapengaj ar bahasaunt ukmendi di kmasyar akat . Dal am kai t an upaya menci pt akan bangsaI ndonesi ayangber kual i t as,j at i di r iber ci r i kan mor aldan pr ofesi onal , masyar akatdiI ndonesi a membangun kekuat an dan ket angguhan di segal a bi dang unt uk mewuj udkan bahasa I ndonesi a sebagaimedi um pemer sat u danj i wabangsaI ndonesi a. Pembi naan bahasa i ni per l u mel engkapi l ebi h kaya l agi kor pus bahasa ( kosa kat a umum, i st i l ah, t at abahasa,ej aan,penyebut andanl ar as). Pengembangan bahasa mel al ui memasyar akat kan bahasa dan kor pus kepada ber bagai sekt or pengguna bahasabai kdal am negar ai nimaupundi l uar negar a. Pemanf aat an t eknol ogi canggi h mel al ui pr ogr am pengkomput er an.Adal ebi h70j ut akat a dal am kor pus supaya dapat di baca dal am i nt er net . Pener bi t an ber bagai kar ya i l mi ah,pedoman,kar ya kr eat i f, novel , dl l dal am dat a di gi t al dan el ekt r oni ka Unsur - unsur pent i ng dal am per encanaan Bahasa I ndonesi a yang per l udi syahkansecar ahukum • per at ur an l i ngui st i k unt uk menj aga kesempur naan ar t i nya ada kai dah l i ngui st i kyangf or maldal am kondi si f or mal ,l engkapsecar agr amat i kaada subj ekdanpr edi kat . • per at ur an sosi ol i ngui st i k ber kai t an dengan penggunaan bahasa yang meni t i kber at kan hubungan sosi al ant ar apembi car adenganpendengar ( komuni kasi l i san) dan penul i s denganpembaca( komuni kasit ul i san) cont ohnya i al ah penggunaan kat a sapaan,ada kat a gant idi r i ,t ut ur sesuaikont eks dal am masyar akat . Bahasar esmidant i dakr esmit et ap per l u kepat uhan kepada sosi ol i ngui st i k,panggi l ant ut uryang t er hor mat , bapak i bu, saudar a, saudar i( r esmi ) at au kakak,adi k, nama( t i dakr esmi ). • per at ur an pr agmat i k menekankan padapenggunaanbahasayangper l u di sesuai kanunt ukt uj uankomuni kasi agar t uj uan t er capai dan bahasa t er pel i har a dan pembi car a t i dak menyaki t i /di saki t ior ang l ai n seper t i penggunaanbahasayangsopandan ber manf aat ,komuni kasibahasaj ual bel i ,cer amah,di al og,danl ai n- l ai n. • ket ent uan r et or i ka t er masukpi ki r an kat a,ungkapan dan wacana yang sesuai dengan t uj uan pembi car a, seper t i wacana cer i t a, papar an, Vol .5 Hl m.38- -44 Sept ember2008 I SSN1829- 9237 44 buj ukan,danl ai n- l ai n. • ket ent uan keut uhan wacana kar ena dal am bent uk wacana di hasi l kan unt uk memenuhi keper l uan komuni kasi per l u di r eal i sasi kan secar aut uhyai t usuat ukel engkapan unsur - unsuryai t u pendahul uan,i si , penut up, kohesi dan koher ensi wacana. • Ket ent uanunsur - unsurf ungsi( bahwa penut ur bahasa dapat mel akukan ber macam- macam f ungsi , f ungsi ber komuni kasi dal am ber bagai sar ana ( mode) ,f ungsimemer i nt ah, f ungsiber t anya,f ungsimencer i t a. Dengandemi ki anbahasamempunyai kuasadanhakpi l i h. • Ket ent uan unsur - unsur bahasa per hubungan sehar i - har i unt uk komuni kasit er bat as( restri ctedcode) danbahasakomuni kasit ahapt i nggi ( el aboratedcode)ataubahasai l mi ah ( I st i l ahBer nst ei n) . • Ket ent uan kosakat a t eknol ogibar u yangsudahat aubel um di kenaldal am bahasaI ndonesi asebel umnya. • Ket ent uan bahasa sast r a est et i ka yangmengandungaspekkebahasaan, kei ndahandankehal usanbahasa • Ket ent uan kosakat a t eknol ogibar u yangsudahat aubel um di kenaldal am bahasaI ndonesi asebel umnya. 8. Kesi mpul an • Mer encanakanunt ukpembi naandan pengembanganbahasaI ndonesi a  mel engkapikor pusdanmembangun si st em kor pus dat a bahasa ( kosa kat a umum, i st i l ah, t at abahasa, sosi ol i ngui st i k, pr agmat i k, ej aan, penyebut an,est et i kadanl ar as) .  mel akukan networki ng, memasyar akat kan bahasa dan kor pus kepada ber bagai sekt or penggunabahasabai kdal am negar a i nimaupundil uarnegar a.  mel akukan onl i ne mel al uii nt er net unt ukmenyebar kani nf or masibahasa kepadaduni a  mengkodekan data- based bahasa I ndonesi a dal am 3 bahasa duni a ( I nggr i s,Per anci sdanAr ab)sehi ngga secar a onl i nel angsungdi bacadal am 3 bahasa asi ng t er sebut ol eh penggunai nt er net .  mel akukan penel i t i an & pengembangan i novasi , kosakat a t eknol ogibar u yang bel um di kenal sebel umnya, mengHAKI kan hasi l penel i t i an ker j asama Mendi knas, Menr i st ek/BPPT dan Menhukham di dukung per gur uan t i nggi dan l embaga- l embagar i setl ai ndidaer ah • PusatBahasasedangmenyel esai kan Undang- undang Kebahasaan dan Mendi knasmengusul kanper cepat an di syahkan Undang- Undang Kebahasaant er sebutkepadaDPR. • Per anan medi a massa t i dak dapat di hi ndar i dal am mengembangkan bahasadanbudayadanpengar uhnya t er hadap masyar akat khususnya kaum muda cukup kuat .Ni l ai - ni l ai dar ii t u menj adipupuk bagikaum muda sehi ngga mempengar uhi t i ndakan dal am per kembangan budaya masuknya unsur - unsur budayaasi ngyangdi sal ur kanmel al ui medi amassadapatmengal i r kanni l ai - ni l aikepada gener asimuda yang pekadenganper ubahanbudaya. Daft arRuj ukan Ber nst ei n,B.[ ed] .( 1973). Cl ass,Codesand Control:Appl i ed Studi es towards a Soci ol ogy of Language,Routl edge & KeganPaulLt d. ,London,hal .76- 117. KamusBesarBahasaI ndonesi aEdi siKet i ga. 2005. Pusat Bahasa Depar t emen Pendi di kan Nasi onal , Bal ai Pust aka: Jakar t a. Hi gherEducati onLongTerm Strategy2003- 2010.(2003).Di r ect or at e Gener alof Hi gherEducat i on,Mi ni st r yofNat i onal Educat i onR. I . .
5c202339-0f9f-446a-8383-110e42a20f15
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/58/59
## INNOVATIVE: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2021 Research & Learning in Primary Education Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan Metode Problem Based Learning Menggunakan Google Classroom pada Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2020/2021 ## Fitriyanti SMA Negeri 9 Pekanbaru Email: [email protected] ## Abstrak Permasalahan yang ingin dikaji dalam dalam penelitian tindakan ini adalah: apakah metode Problem Based Learning Menggunakan Google Classroom pada Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2020/2021 dapat meningkatkan hasil belajar bahasa inggris? Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah: (a) Mengetahui cara meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris peserta didik kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru dengan menggunakan Google Classroom dengan metode Problem Based Learning.(b) Mengetahui kelebihan penggunaan Google Classroom dengan menggunakan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada peserta didik kelas XI IPA 2 SMA N 9 Pekanbaru dalam meningkatkan hasil belajar.(c) Mengetahui kelebihan metode Pembelajaran Problem baesd learning menggunakan aplikasi Google Classroom dalam pembelajaran bahasa Inggris peserta didik dikelas XI IPA 2 dalam meningkatkan hasil belajar? Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan ( action research ) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas XI IPA2 Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar. Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II yaitu, siklus I 58 % dan siklus II 100 %. Simpulan dari penelitian bahwa Metode Problem Based Learning menggunakan google classroom pada masa pandemi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2020/2021. Kata Kunci: Hasil Belajar, Problem Based Learning, Google Classroom ## Abstract The problems to be studied in this action research are: can the Problem Based Learning method using Google Classroom in Class XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru improve English learning outcomes? The research objectives to be obtained are: (a) Knowing how to improve English learning outcomes for students in class XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru by using Google Classroom with the Problem Based Learning method. (b) Knowing the advantages of using Google Classroom using the Problem Based method. Learning in English learning for students in class XI IPA 2 SMA N 9 Pekanbaru in improving learning outcomes. (c) Knowing the advantages of the Problem based learning method using Google Classroom applications in learning English for students in class XI IPA 2 in improving learning outcomes. This research uses two rounds of action research. Each round consists of four stages, namely: design, activities and observations, reflection, and revision. The targets of this study were students of Class XI IPA2. The data obtained were in the form of formative test results, observation sheets for teaching and learning activities. From the results of the analysis, it was found that student learning achievement increased from cycle I and cycle II, namely, cycle I was 58% and cycle II was 100%. The conclusion from the research is that the Problem Based Learning Method using google classroom during the pandemic can improve student learning outcomes. Class XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru in the 2020/2021 academic year. Keywords: Learning Outcomes, Problem Based Learning, Google Classroom ## PENDAHULUAN Virus yang melanda dunia saat ini yaitu COVID 19 atau Corona Virus Desease termasuk bangsa Indonesia menyebabkan banyaknya perubahan besar dan juga dampak pada kegiatan masyarakat. Salah satu yang terkena dampak pandemi ini yaitu sekolah. Selama pandemi, sekolah diliburkan agar mengurangi penyebaran COVID-19. Dengan ditutupnya sekolah, pembelajaran terpaksa dilakukan dari rumah. Pembelajaran dari rumah tidaklah mudah, banyak hal – hal baru yang dihadapi. Kita terbiasa melakukan pembelajaran di kelas secara langsung, lalu saat ini dilakukan secara tidak langsung, dari jarak jauh yang memerlukan strategi yang berbeda dari yang sebelumnya. Peran seorang guru sangat diperlukan agar orang tua di rumah bisa bekerja sama dalam membimbing dan mendampingi anak-anaknya tetap melakukan aktivitas pembelajaran. Menurut surat edaran Mendikbud nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran Corona virus (Covid-19) yang diperkuat dengan surat edaran Sekjen nomor 15 tahun 2020 tentang pedoman pelaksanaan belajar dari rumah yang memastikan pemenuhan hak peserta didik untuk mendapatkan layanan pendidikan selama darurat Covid-19. Proses pembelajaran saat ini menerapkan kebijakan metode belajar dengan sistem daring, melalui buku teks pelajaran atau buku pegangan guru dan peserta didik, Lembar Kerja Peserta didik (lembar penugasan), mengakses lewat televisi dan radio. Guru melakukan kunjungan ke rumah peserta didik untuk melakukan mengecekan dan pendampingan belajar jika diperlukan dan guru juga membagikan kelas dalam kelompok kecil untuk pembelajaran tatap muka. Sekarang ini perkembangan teknologi dan internet telah banyak mengubah kehidupan masyarakat dan juga membawa perubahan besar di berbagai bidang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berpengaruh terhadap penggunaan alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan lembaga- lembaga pendidikan lainnya. Guru harus pandai dalam memilih media pembelajaran yang cocok dengan materi yang akan diajarkan dengan teknologi.Salah satu kemajuan teknologi yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Inggris saat ini adalah menggunakan Google Classroom. Kelas XI IPA 2 SMAN 9 Pekanbaru cocok diterapkan Metode Problem Based Learning menggunakan google classroom karena peserta dalam kelas tersebut memiliki kemampuan yang berbeda, sehingga mereka mempunyai daya pemahaman yang berbeda antara peserta didik satu dengan peserta didik lainya. Ada peserta didik yang cepat menerima materi yang disampaikan guru, namun ada pula yang lambat memahami materi yang disampaikan guru. Mereka yang memiliki kemampuan tinggi harus bersabar untuk melanjutkan materi selanjutnya karena menunggu sampai peserta didik yang memiliki kemampuan rendah memahami materi yang disampaikan guru. Begitu pula sebaliknya peserta didik yang memilki kemampuan rendah mengalami kesulitan untuk menyetarakan kemampuan karena belum memahami materi sebelumnya. Dengan adanya Metode Problem Based Learning menggunakan google classroom didik saling membantu untuk mempelajari berbagai materi melalui diskusi tim. Melalui diskusi di forum peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dapat membantu peserta didik yang memilki kemampuan rendah supaya dapat memahami materi yang disampaikan guru. Proses pembelajaran di SMAN 9 Pekanbaru selama covid 19 ini cenderung masih menggunakan WA group sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan kemampuannya dimilikinya dan membuat peserta didik kurang termotivasi dalam pembelajaran. Penggunaan WA group membuat peserta didik merasa bosan dan cenderung pasif sehingga dalam proses belajar mengajar.sehingga hasil belajar ikut terpengaruh.Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, peserta didik kelas XI IPA 2 di SMAN 9 Pekanbaru terlihat kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran bahasa Inggris. Beberapa peserta didik kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru. Peserta didik cenderung tidak merespon maupun menanggapi materi yang disampakan guru selama proses pembelajaran. Hanya sebagian kecil peserta didik yang aktif bertanya maupun menanggapi materi yang disampaikan guru. Aplikasi Google Classroom merupakan satu platform asinkron yang disediakan oleh akun Google . Aplikasi ini gratis dan mudah untuk diakses peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru dapat membagikan materi, memberi tugas melalui aplikasi ini. Kelebihan dari aplikasi Google Classroom dibanding aplikasi lain yaitu aplikasi Google Classroom dapat digunakan untuk membuat dan mengelola kelas, tugas, nilai serta dapat memberikan masukan secara langsung. Peserta didik juga dapat melihat materi dan tugas yang diberikan, mengirim tugas, maupun memantau nilai dan masukan dari guru. Adanya kelebihan tersebut diharapkan peserta didik dapat lebih mudah belajar secara madiri menggunakan aplikasi Google Classroom sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. ## METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan ( action research ), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini menngunakan metoda problem based learning, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan menggunakan google classroom dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Selanjutnya penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 9 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2021/ 2022. Subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI IPA 2 Mata Pelajaran Bahasa Inggris.Instrumen pengumpulan data adalah penilaian per siklus. Penilaian per siklus digunakan untuk mengukur variabel yang digunakan dalam penelitian meningkatkan hasil belajar . ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui dua siklus ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana peningkatan hasil belajar peserta didik materi Explanation Text mata pelajaran bahasa Inggris menggunakan metode Problem Based learning melalui aplikasi google classroom kelas XI IPA 2 SMA Negeri 9 Pekanbaru tahun pelajaran 2020 2021 hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat perkembangan yang signifikan pada aktfitas peserta didik hal ini dapat terlihat dari tabel berikut ini: ## Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Aktifitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran No Jawaban Siklus I Siklus II Per. 1 Per. 2 Per. 1 Per. 2 F % F % F % F % 1 Melakukan akses ke dalam platform google classroom tepat waktu. 16 44.44 19 52.78 26 72.22 32 88.89 2 Aktif dalam forum diskusi yang dilakukan melalui grup whatsapp atau platform google classroom 15 41.67 19 52.78 27 75 32 88.89 3 Bertanya atau berkomentar pada platform google classroom terkait dengan materi yang sedang dibahas 16 44.44 20 55.55 27 75 31 86.11 4 Mengerjakan latihan yang ada diplatform google classroom sesuai dengan waktu yang ditentukan lewat classroom 15 41.67 22 61.11 27 75 34 94.44 5 Menyimpulkan diskusi kelompok melalui grup whatsapp atau google classroom 19 52.77 21 58.33 29 80.55 34 94.44 6 Menuliskan hasil diskusi pada platform google 15 41.67 19 52.78 26 72.22 33 91.67 classroom Mengerjakan post-test yang ada di google form sesuai dengan waktu yang ditentukan. Jumlah 96 267 120 333 162 450 196 544 Rata-Rata 16 44.5 20 55.5 27 75 33 90.74 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada Aktifitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran Siklus I pertemuan 1 mendapat rata-rata pada jawaban ya sebesar 16 orang peserta didik dengan persentase sebesar 44.5%. sedangkan ada jawaban tidak sebesar 20 orang peserta didik dengan persentase sebesar 55.5%. pada Aktifitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran Siklus I pertemuan 2 mendapat rata-rata pada jawaban ya sebesar 20 orang peserta didik dengan persentase sebesar 55.5% sedangkan ada jawaban tidak sebesar 16 orang peserta didik dengan persentase sebesar 44.5%. Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II pertemuan 1 siswa dengan didominasi oleh skor rata-rata ya sebanyak 27 orang siswa dengan persentase sebesar 75% dengan skor jawaban tidak sebanyak 9 orang siswa dengan persentase sebesar 25 %. Pada Aktifitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Siklus II pertemuan 2 siswa dengan didominasi oleh skor rata-rata ya sebanyak 33 orang siswa dengan persentase sebesar 90,74% dengan skor jawaban tidak sebanyak 3 orang siswa dengan persentase sebesar 9,26%.. Selain pada aktifitas peserta didik peningkatan juga terjadi pada hasil tes yang dilakukan pada setiap siklus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Tes Peserta didik No Ketuntasan Siklus I Siklus II Jumlah Peserta didik Persentase Jumlah Peserta didik Persentase 1 Tuntas 15 42 36 100 2 Tidak Tuntas 21 58 0 0 Jumlah 36 36 Rata-rata 77 86 Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada siklus I berdasarkan hasil tes yang dilakukan hanya ada 15 orang peserta didik yang dinyatakan tuntas dengan persentase sebesar 42% sedangkan peserta didik tidak tuntas sebanyak 21 orang peserta didik yang dinyatakan tuntas dengan persentase sebesar 58%. Sedangkan pada siklus II peserta didik tuntas sebanyak 36 orang dengan persentase sebesar 100% dengan jumlah peserta didik tidak tuntas hanya sebanyak 0 orang peserta didik dengan persentase sebesar 0%. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa Metode Problem Based Learning menggunakan google classroom pada masa pandemi dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kelas XI IPA 2 SMAN 9 Pekanbaru Tahun Pelajaran 2020/2021. Keberhasilan ini dapat dilihat pada uraian berikut: Pada Aktifitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran Siklus I pertemuan 1 mendapat rata-rata pada jawaban ya sebesar 16 orang peserta didik dengan persentase sebesar 44.5%. sedangkan ada jawaban tidak sebesar 20 orang peserta didik dengan persentase sebesar 55.5%. pada Aktifitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran Siklus I pertemuan 2 mendapat rata-rata pada jawaban ya sebesar 20 orang peserta didik dengan persentase sebesar 55.5% sedangkan ada jawaban tidak sebesar 16 orang peserta didik dengan persentase sebesar 44.5% dan pada Aktifitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran Siklus II pertemuan 1 mendapat rata- rata pada jawaban ya sebanyak 27 orang peserta didik dengan persentase sebesar 75%. sedangkan pada jawaban tidak sebanyak 9 orang peserta didik dengan persentase sebesar 25%. Pada Aktifitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran siklus II pertemuam 2 mendapat rata-rata pada jawaban ya sebesar 33 orang peserta didik dengan persentase sebesar 90.74% sedangkan ada jawaban tidak sebesar 3 orang peserta didik dengan persentase sebesar 9.26%. Pada siklus I berdasarkan hasil tes yang dilakukan hanya ada 15 orang peserta didik yang dinyatakan tuntas dengan persentase sebesar 42% sedangkan peserta didik tidak tuntas sebanyak 21 orang peserta didik yang dinyatakan tuntas dengan persentase sebesar 58%. Pada siklus II peserta didik tuntas sebanyak 36 orang dengan persentase sebesar 100% dengan jumlah peserta didik tidak tuntas hanya sebanyak 0 orang peserta didik dengan persentase sebesar 0%. ## DAFTAR PUSTAKA Afrianti, W. E. 2018. Penerapan Google Classroom Dalam Pembelajaran Akuntansi (Studi Pada Program Studi Akuntansi Universitas Islam Indonesia). Yogyakarta: UII. Chatarina, dkk. 2004 . Psikologi Belajar . Semarang: Unnes Press. Rochiati Wiriaatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas untukmeningkatkan Kinerja Gurudan Dosen . Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sudjana. 1999. Metoda Statistika . Bandung : Tarsito. Suharsimi Arikunto, 2008. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta. Sunarto. 1999. Perkembangan Peserta Didik . Jakarta : Balai Pustaka. Suryabrata. Sumadi. 1971. Psikologi Pendidikan . Yogyakarta: Raja Taufiq Amir.2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning . Jakarta: Kencana Prenada Media Group Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara. Wasty Soemanto.1983. Psikologi Pendidikan . Jakarta: Rineka Cipta. Wina Sanjaya, 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup Winkel. W. S. 1983. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar . Jakarta: Gramedia
9ff5ed81-c53d-4eb9-8125-08da34760c61
http://journal.al-matani.com/index.php/jkip/article/download/701/434
## JKIP : Jurnal Kajian Ilmu Pendidikan Implementation of Citizenship Education: An Analysis of Students' Rights and Obligations in Preventing the Incidence of Brawl and Bullying at SMPN 2 Sunggal ## School Implementasi Pendidikan Kewarganegaraan: Analisis Hak dan Kewajiban Siswa dalam Mencegah Kejadian Tawuran dan Bullying di Sekolah SMPN 2 Sunggal Sri Yunita 1 , Grace Sihombing 2* , Cahaya Marsinta Sri Rezeki 3 , Fitri Ananda Rambe 4 , Ni Nyoman Salwa Khairunnisa 5 1,2,3,4,5 PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Medan Email : 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected], 4 [email protected] , 5 fitrianandarambe4gmail.com *Corresponding Author Received : 12 Oktober 2023, Revised : 21 Oktober 2023, Accepted : 1 November 2023 ## ABSTRACT Brawls and bullying between schools and students have become a habit that is often carried out by students, especially in this modern era. Therefore, Citizenship Education has an important role in shaping the character and behavior of students at school. This research aims to determine the factors that cause brawls and bullying to occur, as well as provide alternative solutions to prevent brawls and bullying in the future. The research method used is a quantitative descriptive approach. Data was collected through observation, interviews and distributing questionnaires to 29 class 87 junior high school students as samples. The results of research at SMPN 2 Sunggal on Jalan Mulyorejo, Kec. Sunggal, Deli Serdang Regency, it was found that the school had prevented incidents of brawls and bullying, but there were still some students who violated this due to internal and external factors. Therefore, further efforts are needed to increase students' awareness of their rights and obligations and prevent such incidents from occurring in the future. Keywords: Brawls, Bullying. Civic education. ## ABSTRAK Tawuran dan bullying antar sekolah dan siswa lakukan sudah menjadi kebiasaan yang sering dilakukan oleh para siswa apalagi di zaman era modern ini. Maka dari itu, Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang penting dalam membentuk karakter dan perilaku siswa di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab tawuran dan bullying itu terjadi, sekaligus memberikan solusi alternatif dalam mencegah tawuran maupun bullying ke depannya. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan penyebaran angket kepada 29 siswa kelas 8 7 SMP sebagai sampel. Hasil penelitian di SMPN 2 Sunggal di jalan Mulyorejo, Kec. Sunggal, Kabupaten Deli Serdang di temukan bahwa pihak sekolah telah melakukan pencegahan kejadian tawuran dan bullying namun masih ada terdapat beberapa siswa yang melanggarnya dikarenakan oleh faktor internal dan eksternal. Maka dari itu, diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran siswa dalam hak dan kewajibannya dan mencegah kejadian itu terjadi di kemudian hari. Kata Kunci: Tawuran, Bullying. Pendidikan Kewarganegaraan ## 1. Pendahuluan Pelajaran yang disebut Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk membangun warga negara Indonesia yang baik dan cerdas. Pendidikan Kewarganegaraan telah berkembang menjadi keilmuan dengan pendekatan interdispiliner, multidisipliner, dan bahkan transdisipliner untuk mencapai tujuan mulia ini dan memenuhi kebutuhan zaman. Menurut Kariadi (2016: 18), "pendidikan kewarganegaraan apabila ditinjau dari perspektif kurikuler pendidikan berwawasan global, serta untuk mengatasi kemajuan zaman, maka kurikulumnya perlu bersifat interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner." Suharno (2016) mengungkapkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan Pendidikan nilai dan moral, karena substansi materinya yang relevan serta tujuannya dalammembentuk warganegara yang berkarakter Pancasila. Dwintari (2017) menegaskan pendidikan kewarganegaraan merupakan pendidikan karakter, karena memiliki tujuan dalam membentuk karakter peserta didik yang pancasilais, seperti percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, adil serta beradab, menjaga persatuan, demokratis, serta membantu negara dalam mewujudkan keadilan sosial. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) membentuk karakter, kesadaran sosial, dan pemahaman akan tanggung jawab sebagai warga negara. Ini penting dalam lingkungan pendidikan untuk membuat lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Tawuran dan intimidasi adalah masalah besar di banyak sekolah, yang berdampak pada kesehatan siswa dan keamanan lingkungan sekolah. Remaja cenderung memiliki sifat agresif. Upaya melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam sekolah dan keluarga menjadi bentuk koordinasi yang bisa mencegah terjadinya tawuran. Selain itu, pendekatan psikologis bisa menjadi alternatif dalam mencegah terjadinya tawuran (Setiawan, 2015). Dalam konteks ini, peran guru Bimbingan Konseling menjadi penting dalam mendampingi para siswa. Tawuran, secara psikologi harus dipahami yaitu perilaku yang tidak terpuji, menanamkan kesadaran bahwa tawuran itu tidak ada segi positifnya. Untuk itu pihak sekolah perlu memberikan pendidikan moral dan etika untuk para pelajar(Gultom, 2016). Penyelesaian tawuran pelajar dengan cara mediasi adalah upaya untuk menyelesaikan dengan melibatkan pihak ketiga, tetapi pihak ketiga yang menjadi mediator tidak berhak mengambil keputusan (Malik, 2017). Menurut (Firdaus, 2019) teman sebaya (genk) yang memiliki masalah di sekolah berdampak negatif terhadap teman lainnya, seperti beberapa anak terkadang membully hanya untuk menunjukkan kepada teman sebayanya bahwa mereka diterima dalam kelompok, meskipun mereka merasa tidak nyaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tawuran bisa terjadi akhir-akhir ini di sekolah dan faktor apa saja yang menyebabkan hal itu terjadi. Dalam konteks ini, penelitian kami akan melihat bagaimana penerapan PKN dapat menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendorong siswa yang bertanggung jawab untuk menghindari perselisihan dan perilaku merugikan. Penelitian akan berfokus pada SMPN 2 Sunggal untuk mengevaluasi seberapa efektif pendidikan kewarganegaraan untuk menghasilkan siswa yang memahami hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara. Penelitian ini akan menganalisis penerapan PKN, interaksi siswa, dan dampaknya terhadap upaya untuk mencegah tawuran dan bullying di lingkungan sekolah. Penting untuk mengetahui bahwa penelitian ini tidak hanya berfokus pada masalah tawuran dan bullying sebagai individu. Sebaliknya, ia berfokus pada bagaimana pendidikan kewarganegaraan dapat membantu siswa memahami hak dan kewajiban mereka dan membantu mencegah hal ini terjadi dan bagaimana pihak sekolah juga bisa menangani masalah yang sudah terjadi. Diharapkan bahwa penelitian ini, dengan memahami peran ini, akan memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana pendidikan kewarganegaraan dapat menjadi alat yang efektif untuk mencegah perilaku negatif ini terjadi di lingkungan sekolah. Diharapkan hasil penelitian ini tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang hubungan antara pendidikan kewarganegaraan, tawuran, dan bullying di SMPN 2 Sunggal, tetapi juga memberikan saran praktis tentang bagaimana PKN dapat meningkatkan peran mereka dalam menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung bagi semua siswa. ## 2. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 2 Sunggal. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, latar penelitiannya merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih. Penelitian kualitatif ini juga dianggap sebagai suatu pendekatan investigasi karena penelitian harus mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian itu dilaksanakan. Penulis memilih metode penelitian kualitatif ini karena sesuai dengan tujuan umum dari penelitian ini, yaitu dengan tujuan mengungkap bagaimana tauran dan bullying di SMPN 2 Sunggal bisa terjadi dan menganalisis apakah para siswa mengetahui kewajiban dan hak mereka sebagai murid dan warga negara. Bentuk penelitian ini adalah deskriptif. Metode deskritif adalah cara untuk memecahkan masalah dengan menggambarkan atau melukis keadaan saat ini subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) berdasarkan fakta yang tampak. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian di mana pengumpulan data untuk mengetes, menggambarkan, atau memecahkan masalah penelitian berupa pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang dan melaporkan keadaan obyek atau subyek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Jelaslah bahwa metode deskriptif merupakan metode yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini. Populasi dan sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas 8 7 SMPN 2 Sunggal yang berjumlah 31 siswa dan 2 orang di antaranya tidak hadir dikarenakan sakit. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan fenomena nyata, realistik dan actual untuk membuat deskripsi secara sistematis mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Gampu et al., 2022). Kualitas, nilai, atau makna yang terdapat di balik fakta disebut sebagai kualitatif. Kualitas, nilai atau makna hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa atau kata-kata (Imam Gunawan,2015:82). Observasi: Kami melakukan observasi langsung di kelas 8 7 dikarenakan saat itu kelas mereka sedang istirahat. Observasi dilakukan untuk melihat bagaimana keadaan mereka di kelas sekaligus mencari tahu salah satu siswa yang mengikuti tauran yang saat itu terjadi di sekolah. Wawancara: Kami melakukan wawancara dengan seluruh siswa untuk mendapatkan informasi mendalam tentang siapa dan bagaimana tawuran disekolah itu bisa terjadi. Wawancara juga dilakukan dengan siswa yang ikut terlibat dalam tauran guna untuk mendapatkan pandangan dan alasan mereka bisa melakukan hal itu. Penyebaran angket: Kami juga memberikan kepada mereka angket guna mengetahui sedalam apa mereka mengetahui tauran dan apakah mereka pernah ikut terlibat tauran maupun bullying di sekolah. Keterbatasan penelitian ini adalah fokus pada satu kelas di satu sekolah dikarenakan di kelas lain sedang melakukan ujian, sehingga generalisasi temuan mungkin terbatas. Namun, penelitian ini dapat memberikan wawasan yang berharga tentang tauran dan bullying di SMPN 2 Sunggal. ## 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian tentang Peranan Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Di SMPN 2 Sunggal. Pendidikan PKN pada dasarnya sudah dilakukan dengan baik, dan hasilnya cukup baik, hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan wawancara secara langsung di lapangan oleh peneliti. Selama siswa tinggal di sekolah, guru bertindak sebagai orang tua kedua mereka. Dalam penelitian ini, kami menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk memahami pernyataan dari siswa yang terlibat dalam tauran dan bullying. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia adalah suatu konsep yang sangat penting dalam membangun identitas nasional, kehidupan berbangsa, dan bernegara. Pancasila sebagai ideologi negara mencakup lima nilai dasar, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Meskipun Pancasila menjadi landasan filosofis bagi bangsa Indonesia, terdapat fenomena yang mengkhawatirkan yaitu rendahnya pemahaman nilai-nilai Pancasila di kalangan pelajar dan mahasiswa. Faktor penyebab rendahnya pemahaman nilai Pancasila ini sangat kompleks dan dapat melibatkan berbagai aspek dalam kehidupan individu dan masyarakat. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab rendahnya pemahaman nilai Pancasila di antaranya adalah perubahan budaya, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, pendidikan yang kurang efektif, serta kurangnya peran aktif institusi pendidikan dan keluarga dalam membentuk kesadaran nilai-nilai Pancasila. Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat juga berdampak pada rendahnya pemahaman nilai Pancasila. Internet dan media sosial memberikan akses informasi yang luas dan cepat, namun juga menghadirkan risiko informasi yang tidak terverifikasi dan berpotensi mempengaruhi pemahaman yang salah tentang nilai-nilai Pancasila. Pada beberapa kasus, munculnya radikalisme dan intoleransi juga dapat dikaitkan dengan rendahnya pemahaman nilai Pancasila di tengah maraknya penyebaran informasi yang tidak akurat. Kurangnya efektifitas pendidikan juga menjadi faktor penyebab rendahnya pemahaman nilai Pancasila. Sistem pendidikan yang terfokus pada penguasaan materi pelajaran dan kurangnya pembelajaran yang mendorong refleksi kritis terhadap nilai-nilai Pancasila dapat mengakibatkan pemahaman yang dangkal atau bahkan tidak ada pemahaman sama sekali tentang nilai-nilai tersebut. Kurikulum yang terlalu padat dan kurangnya penerapan pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai Pancasila juga menjadi tantangan dalam meningkatkan pemahaman nilai-nilai tersebut di kalangan pelajar dan mahasiswa. Kematangan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, di mana kepribadian secara terus-menerus berusaha mencapai keadaan emosi yang lebih baik secara intrafisik maupun interpersonal. Orang yang sudah mengendalikan emosinya dapat mengontrol amarahnya dan berpikir logis tentang apa yang mereka lakukan (Farmer et al., 2015). Pada akhir masa remaja (antara usia 16 dan 18 tahun), seseorang dikatakan sudah mencapai kematangan emosinya jika mereka menahan diri untuk mengungkapkan emosi mereka dengan cara yang lebih dapat diterima daripada menunjukkannya kepada orang lain (Hymel & Swearer, 2015). Dari hasil penelitian yang kami lakukan pada bulan September 2023, diperoleh bahwa kelas 8 7 tidak ikut terlibat dalam aksi tauran melainkan hanya menonton kejadian tersebut di mana kala itu mereka hendak pulang sekolah namun saat menonton kejadian tersebut, para guru mengira mereka mengikuti tauran juga dikarenakan berada di lokasi kejadian. Saat itu murid menyatakan bahwa ada seorang teman yang sudah ramai datang untuk melakukan tawuran tersebut jadi mereka tertarik untuk melihatnya. Saat kami mewawancarai salah satu murid 8 7 yang menonton kejadian tersebut menceritakan masalah menyangkut tentang tawuran yang berada di sekitar wilayah sekolah mereka. Karena sekolah tersebut memiliki permasalahan dengan sekolah yang lain. Dari informasi yang di dapat, Murid SMP 2 Sunggal menyampaikan bahwa pernah mengalami konflik dengan sekolah sekitar wilayah sekolah mereka itu. Seorang abang kelas yang menyampaikan masalah sebelumnya kepada adik kelasnya, dan abang kelas tersebut memancing adik kelasnya agar melakukan permasalahan di wilayah sekolah lain itu. Dan siswa yang terlibat langsung berkompromi untuk menghancurkan sekolah yang akan diserang mereka. Menurut murid, jika membuat masalah kepada sekolah maka akan menyelesaikan permasalahannya dengan melakukan keributan di wilayah sekolah yang di lawan. Salah satu contoh mereka ikut berkumpul dengan abang kelasnya yang sudah tamat dari sekolah SMPN 2 Sunggal guna mengetahui taktik untuk melakukan keributan di dalam wilayah sekolah lawan tersebut. Sedangkan jika masalah itu adalah merupakan masalah yang sudah lama terjadi, abang kelasnya itu akan membalaskan dendamnya melalui adik kelasnya. Murid yang mengikuti tawuran menyatakan bahwa mereka merupakan seorang yang di suruh oleh abang kelasnya agar melakukan kerecokan di wilayah sekolah tersebut. Saat itu murid menyatakan bahwa ada seorang teman yang sudah ramai datang untuk melakukan tawuran tersebut. Menurut murid jika sudah memukul pihak lawan maka dendam mereka selesai dan masalah lama pun juga selesai. Setelah menginterogasi , mereka akan mulai sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan merugikan. Beberapa anak yang sudah dilakukan wawancara, terdapat banyak anak yang tidak setuju bahwasanya di lakukan tawuran tersebut dikarenakan akan menimbulkan hal kekerasan yang mengakibatkan luka-luka pada murid tersebut. Setiap Murid yang terlibat mengatakan bahwa mereka menyesal melakukan tawuran tersebut, dikarenakan mereka selesai mengalami tawuran tersebut mereka terkena sangsi dari pihak sekolah yaitu dengan membuat 1 buku " saya berjanji tidak akan tawuran lagi " dan mereka mendapatkan surat panggilan orang tua, dan itu membuat pihak terlibat jera. Pihak sekolah menekankan jika hal itu terjadi lagi dan lebih berbahaya bagi berbagai pihak, maka akan di kenakan hukuman serius seperti melaporkan kepada pihak berwajib. Sesudah terjadinya tawuran antara sekolah yang satu para guru melakukan bimbingan kepada anak yaitu dengan cara mendatangkan polisi ke sekolah agar anak dapat lebih takut ataupun lebih mengerti penjelasan mengenai tauran ataupun bullying yang sudah di lakukan. Polisi melakukan arahan, di situ polisi tidak sama sekali memeriksa hp siswa yang melakukan tawuran tersebut cuman memberikan arahan sejenak mengenai permasalahan tawuran dan bullying. Menurut penelitian yang kami lakukan yaitu wawancara sesudah datangnya seorang salah satu polisi mereka lebih takut, yaitu terutama takut di tangkap sama polisi. Jadi, seorang siswa berjanji bahwa mereka tidak lagi melakukan tawuran tersebut. Dan di sisi lain di mana Melalui pengalaman pengalam yang sudah terjadi yaitu tawuran ataupun bullying guru harus lebih waspada lagi kepada murid, di mana guru harus lebih bisa lagi mendidik murid-murid melalui strategi yang baru lagi, agar bagaimana caranya siapa ya murid tersebut bisa mendengar akan seorang guru. Dan seorang guru juga lebih melakukan sering dalam berkonsultasi atau komunikasi bersama orang tua mengenai anak didik mereka. Melakukan komunikasi ini menggunakan media seperti via telepon ataupun via chat yang sering di lakukan pada zaman sekarang ini. Pelaku yang diwawancarai diketahui memiliki abang kelas yang memiliki sikap negatif kepada sekolah Farhan .Hal ini kemudian menimbulkan keinginan untuk menggerakkan seorang adik kelas akan menjadi sasaran dalam melakukan tawuran tersebut. Yang di mana seorang abang kelas tidak suka dengan murid sekolah Farhan. Pengaruh teman sebaya dan abang kelas ini dalam menimbulkan keinginan untuk menekan hal yang negatif yang kemudian mengarah pada intimidasi. Ada juga seorang murid yang sempat diwawancarai mengatakan bahwa tawuran tersebut sudah di rencanakan di grup WhatsApp mereka sebelumnya yang belum terbongkar sama sekali apa masalahnya. Itu sebabnya mereka suka menggertak dan menarik perhatian agar adik kelas mereka ikut dalam melakukan tawuran tersebut dan mereka merasa mereka lebih hebat setelah melakukan tawuran tersebut. Dari hasil wawancara kami bahwasanya 33 siswa dari SMP N 2 Sunggal melakukan tawuran tersebut dari kelas 9 sampai dengan kelas 1 SMP. Dikarenakan terjadinya tawuran di sekolah SMP N2 SUNGGAL maka seluruh siswanya di liburkan 2 hari karena supaya meredakan masalah selama 2 hari itu . Media massa yang sekarang di pakai para remaja juga bisa mengakibatkan tawuran dan bullying seperti mereka memakai internet dan media sosial. Dikarenakan media sosial ini para remaja lebih cenderung bebas dengan tanpa batas dengan adanya media sosial menurut para remaja lebih gampang melakukan komunikasi tanpa adanya batasan. Tetapi jadi kurangnya komunikasi secara verbal dengan orang lain secara langsung. Media sosial ini memiliki dampak besar dalam kehidupan kita terutama dalam kehidupan mara anak remaja sekarang ini. Adapun dampak negatifnya dalam kehidupan remaja yaitu menjadi remaja yang egois tidak memikirkan orang lain. Terutama jadi cuek terhadap keluarga yang ada di sekitaran rumah. Murid juga menyalahgunakan media sosial seperti menonton pornografi mengirim hal – hal kotor kepada sesama teman sosial media melalui aplikasi-aplikasi yang sering di gunakan seperti WhatsApp , facebook, twtiter dan lain sebagainya. Dan dampak positifnya dalam kehidupan remaja lebih mudah dalam mencari tugas – tugas di dalam media sosial. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berakhlak mulia." Pendidikan karakter dapat digunakan dalam PKN di setiap jenis dan jenjang pendidikan dengan cara berikut: 1. Pendidikan karakter terintegrasi dalam materi PKN, dengan setiap materi yang ada diberi nilai pendidikan karakter. Pendidik mengaitkan perilaku aspek nilai karakter dengan indikator dan tujuan pembelajaran serta bahan belajar PKN. 2. Pelaksanaan pembelajaran PKN dengan bahan belajar nilai karakter diuraikan dalam tiga tahapan proses belajar, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Dalam pendahuluan, perilaku karakter disajikan melalui apersepsi pada kegiatan sehari-hari peserta didik atau pengalaman mereka dengan perilaku dan sikap. Dalam kegiatan inti, perilaku karakter disajikan melalui contoh atau penugasan, sehingga peserta didik secara langsung maupun tidak langsung belajar berbagai perilaku tentang nilai karakter bersama dengan peserta didik lainnya. Tujuan PKn, menurut Rosyada et al. (2000:10), adalah sebagai berikut: 1) menumbuhkan kemampuan untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat, baik di tingkat lokal, nasional, regional, maupun global; 2) menciptakan warga masyarakat yang baik yang mampu mempertahankan persatuan dan integritas bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, dan demokratis; dan 3) menciptakan siswa yang berpikiran kritis, analitis, dan kritis. 4) Menanamkan kultur demokrasi, seperti kebebasan, persamaan, kemerdekaan, toleransi, kemampuan menahan diri, kemampuan mengambil keputusan, dan keterampilan politik kemasyarakatan; dan 5) Membantu siswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab (warga negara yang baik dan bertanggung jawab) dengan menanamkan moral dan keterampilan sosial, sehingga mereka kemudian dapat memahami dan memecahkan masalah-masalah nyata yang dihadapi oleh warga negara. Peranan guru disekolah adalah sebagai pegawai dalam hubungan kedinasan, sebagai pendidik dalam hubungannya dengan siswa, sebagai pengatur disiplin, dan sebagai pengganti orang tua. Seorang guru difungsikan untuk mengendalikan, memimpin dan mengarahkan events (waktu) pengajaran. Siswa harus terlibat langsung dalam proses pengajaran. Karena siswa dianggap sebagai subjek pengajaran kedua, karena pengajaran dimulai setelah guru memberikan instruksi dan masukan. Selain itu, proses pengajaran sangat bergantung pada kesediaan dan kesiapan siswa. Tawuran ini banyak terjadi di kalangan remaja. Masa remaja adalah masa transisi antara anak-anak dan dewasa, yang terjadi antara usia 12 dan 20 tahun (Papalia & Martorell, 2012). Remaja cenderung agresif. Dari perspektif definisi emosional, agresi dianggap sebagai hasil dari proses kemarahan yang memicu kemarahan. Upaya melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam sekolah dan keluarga menjadi bentuk koordinasi yang bisa mencegah terjadinya tawuran. Selain itu, pendekatan psikologis bisa menjadi alternatif dalam mencegah terjadinya tawuran (Setiawan, 2015). Dalam konteks ini, peran guru Bimbingan Konseling menjadi penting dalam mendampingi para siswa. Tawuran, secara psikologi harus dipahami yaitu perilaku yang tidak terpuji, menanamkan kesadaran bahwa tawuran itu tidak ada segi positifnya. Untuk itu pihak sekolah perlu memberikan pendidikan moral dan etika untuk para pelajar(Gultom, 2016). Penyelesaian tawuran pelajar dengan cara mediasi adalah upaya untuk menyelesaikan dengan melibatkan pihak ketiga, tetapi pihak ketiga yang menjadi mediator tidak berhak mengambil keputusan (Malik, 2017Tawuran pelajar sebenarnya bukan fenomena baru karena sering terjadi di mana-mana, terutama di kota-kota besar. Karena tawuran pelajar ini awalnya merupakan tindakan agresif yang normal di usia remaja, yang sebenarnya memiliki karakter yang labil, egois, dan mengedepankan kesenangan (Unayah dan Muslim, 2015: 136). Kenakalan yang terjadi pada remaja menyebabkan remaja melakukan perilaku menyimpang atau perilaku negatif yang sering kali menyebabkan siswa terkait hukum pidana (Setyawan, 2014:2). Tawuran merupakan perilaku menyerang antar kelompok dengan melakukan tindakan kekerasan di mana hal tersebut telah melanggar nilai sila yang ketiga yaitu persatuan Indonesia sedangkan menjunjung tinggi persatuan merupakan kewajiban warga negara Indonesia (Dianlestari, 2015). Tawuran merupakan tindakan negatif yang seharusnya dijauhi karena dapat merugikan banyak orang. tindakan yang tidak patut dicontoh ini melibatkan kekerasan di dalamnya yang mana akan hilangnya nyawa seseorang kerugian material, dan trauma. Tindakan yang tidak bermoral dan norak ini sangat membahayakan yang dapat menimbulkan kecelakaan, menurunnya prestasi, stabilitas umum, tercorengnya nama instansi, memakan korban jiwa, dan rasa kecewa serta rasa malu. Hal yang dapat memicu terjadinya tawuran yaitu karena ingin diperhatikan, rasa benci, tidak dapat beradaptasi, ingin terlihat keren, faktor lingkungan, faktor pertemanan, ego, dorongan emosional, dendam, dan tekanan dari teman maupun lingkungan. Selama beberapa waktu, bullying telah menjadi bagian dari kehidupan sekolah. Mereka biasanya lebih familiar dengan istilah seperti penggencetan, pemalakan, pengucilan, intimidasi, dan sebagainya. Bullying mencakup berbagai bentuk penggunaan kekuatan atau kekerasan untuk menyakiti seseorang sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya (Wiyani, 2012). Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa di mana perubahan secara fisik dan psikologis berkembang (Monks, 2014). Bullying adalah masalah yang umum bagi anak usia sekolah dan umum (Tsitka et al., 2014). Bullying terbagi menjadi dua bentuk yaitu: 1) Bullying fisik mengacu pada tindakan yang dilakukan pelaku terhadap korban, menggigit korban, menjambak rambut, memukul, menendang, memegang dan menakut-nakuti korban di ruangan dengan memutar-mutar, memukul korban, meremas, mencakar, meludah dan merusak; 2) Bullying non fisik terbagi menjadi dua bentuk, yaitu verbal dan non verbal. Bullying verbal dilakukan dengan cara mengancam untuk berkata kasarkepada korban, pelaku bully membully korban dan menyebarkan kejelekan korban (Nursalim, 2022). Bullying non verbal dilakukan dengan cara menakut-nakuti korban, melakukan gerakan kekerasan seperti memukul, menendang, mengancam korban, membuat wajah mengancam, menghina korban dalam persahabatan(Firdaus, 2019). Efek dari tindakan ini sangat luas jangkauannya. Remaja yang menjadi korban bullying berisiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan fisik dan mental. Selain tauran, murid-murid sekolah SMPN 2 Sunggal juga sering melakukan pembullyan secara verbal. Namun tidak separah tawuran. Tapi dari kata-kata yang dilontarkan sering kali membuat sakit hati yang menerima ejekan tersebut. Dan hal ini juga bisa menyebabkan perkelahian. Sesuai dengan teori Behaviorisme yang di kemukakan oleh B.F Skinner, untuk mengatasi perilaku bullying perlu adanya beberapa strategi yang dapat mengubah perilaku siswa yang menjadi pelaku bullying. Berbagai macam strategi yang dilakukan oleh guru guna mencapai tujuan pembelajaran yang kondusif dan mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik lagi dan dikehendaki. Beberapa strategi yang dilakukan guru dalam mengatasi perilaku bullying harus dijalankan secara serius kepada siswa dan tepat sasaran. Bagaimana guru menangani perilaku pelecehan di sekolah dikenal sebagai strategi guru. Strategi guru digunakan sebagai tolak ukur dari keberhasilan guru dalam mengatasi perilaku bullying di SMPN 2 Sunggal. Adapun strategi yang diterapkan oleh guru dalam mengatasi perilaku bullying di sekolah diantaranya adalah dengan mengetahui terlebih dahulu akar permasalahan, dengan memberlakukan pemberian hukuman (punishment) kepada setiap pelaku bullying, membuat kelompok belajar yang bertujuan untuk menciptakan kerja sama dan hubungan yang baik antar teman, memberikan peringatan lisan, himbauan atau layanan, pemberian penghargaan (rewarding) dan pengawasan (monitoring). Diharapkan bahwa berbagai pendekatan yang digunakan dapat mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik lagi ## 4. Penutup Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sangat penting dalam kehidupan sekolah untuk mencegah tawuran dan pelecehan di sekolah. Menurut studi kasus yang dilakukan di SMP Negeri 2 Sunggal, program PKn telah meningkatkan pemahaman siswa tentang hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Tujuan pendidikan karakter adalah untuk menghidupkan kembali karakter warga negara dengan nilai-nilai Pancasila, seperti ketaqwaan, keimanan, kejujuran, kepedulian, dan etika atau sopan santun. Pendidikan Karakter (PKN) adalah cara terbaik untuk menerapkan nilai-nilai dalam pendidikan karakter kepada siswa karena tujuan PKN pada dasarnya adalah untuk mendidik siswa menjadi warga negara yang demokratis dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, PKN adalah cara yang tepat untuk menerapkan pendidikan karakter dalam membentuk akhlak generasi muda. Siswa telah belajar lebih banyak tentang nilai-nilai kewarganegaraan, toleransi, dan keterlibatan masyarakat melalui program PKn di sekolah. Pemahaman siswa tentang hak dan kewajiban mereka telah sangat penting dalam mencegah tawuran dan pelecehan. Ini telah membantu mereka mengurangi perilaku negatif dan menumbuhkan sikap yang lebih toleran. Tetapi terdapat beberapa hambatan yang harus diatasi. Tidak ada pengawasan yang ketat terhadap perilaku siswa di luar kelas dan hal itulah yang memicu terjadinya tawuran. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas program, perbaikan perlu dilakukan, seperti meningkatkan alokasi waktu untuk PKN dan meningkatkan pengawasan terhadap perilaku siswa. Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Sunggal telah membantu mengurangi tawuran dan Bullying di sekolah. Namun, upaya terus menerus diperlukan untuk meningkatkan kinerja program PKN tersebut agar sekolah menjadi lebih aman, inklusif, dan mendukung pertumbuhan sosial yang positif bagi siswa. Penting untuk mengakui bahwa pengembangan PKn tidak hanya merupakan tugas sekolah; itu juga merupakan tugas bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat secara keseluruhan. Untuk meningkatkan lingkungan pendidikan, semua pihak dapat bekerja sama untuk menekankan pentingnya nilai-nilai kewarganegaraan, toleransi, dan penghargaan terhadap hak dan kewajiban sebagai warga negara. ## Daftar Pustaka Dianlestari, Meidayanti. (2015). Upaya Mengatasi Kenakalan Remaja : Tawuran di SMAN 4 Kabupaten Tangerang. Skripsi. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Dwintari, J. W. (2017). Kompetensi Kepribadian Guru dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Penguatan Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan. 7(2). 51-57. Farmer, T. W., Irvin, M. J., Motoca, L. M., Leung, M.-C., Hutchins, B. C., Brooks, D. S., & Hall, C. M. (2015). Externalizing and Internalizing Behavior Problems, Peer Affiliations, and Bullying Involvement Across the Transition to Middle School. Journal of Emotional and Behavioral Disorders , 23(1), 3–16. Firdaus, F. M. (2019). Efforts to Overcome Bullying in Elementary School by Delivering School Programs and Parenting Programs through Whole-School Approach. Firdaus, F. M. (2019). Efforts to Overcome Bullying in Elementary School by Delivering School Programs and Parenting Programs through Whole-School Approach. Gampu, G., Pinontoan, M., & Sumilat, J. M. (2022). Peran Lingkungan Sekolah Terhadap Pembentukan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa. Gultom, A. F. (2016). Iman dengan akal dan etika menurut Thomas Aquinas. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 16(8), 44-54. Hymel, S., & Swearer, S. M. (2015). Four Decades of Research on School Bullying: An Introduction. American Psychologist, 70(4), 293–299 Imam Gunawan. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik Jakarta: Bumi Aksara. Kariadi, D. (2016). Revitalisasi Nilai-Nilai Edukatif Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Masyarakat Berwawasan Global Berjiwa Nasionalis. Jurnal PIPSI: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia. 1(1). Hlm. 14-23. Leli Ikhsani.(2015). Studi Fenomenologi: Dinamika Psikologis Korban Bullying Pada Remaja. Jurnal: Fakultas Psikologi . Universtitas Muhammadiyah Surakarta. Malik,I.(2017). Resolusi Konflik Jembatan Perdamaian. Jakarta: Kompas Media Nusantara. Monks, A. K. (2014). Psikologi Perkembangan . Yogyakarta: Gajah Mada University Nursalim, M. (2022). Pelatihan Konseling Traumatis untuk Membantu Korban Bullying di SMA Kota Surabaya. Amalee: Indonesian Journal of Community Research and Engagement, 3(2), 251–259. https://doi.org/10.37680/amalee.v3i2.1183 Papalia, D. E., & Martorell, G. (2012). Experience human development (12nd ed.). NY: McGrawHill. Setiawan, E.(2015).Peran Guru Bimbingan Konseling dalam Mengatasi Tawuran Pelajar. Jurnal Psikoislamika, 12(2). Setyawan, Heru. (2014). Kebijakan Sekolah Dalam Mengatasi Tawuran Antar Pelajar di SMA Negeri 2 Ngaglik Sleman. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Tsitsika, A.K et al. (2014). Bullying behavior in children and adolescent and ongoing story. Frontiers in Public Health, 2, 1-4
6970500d-c176-404c-8ac0-f5b54593d61c
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/download/548/385
## SELF CARE BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE ## Afina Muharani Syaftriani, Dedi, Prapti Ningtias Fakultas Farmasi dan Kesehatan, Institut Kesehatan Helvetia, Jln Kapten Sumarsono No. 107 Medan, Sumatera Utara, Indonesia 20124 *[email protected] (+6285360313104) ## ABSTRAK Congestive Heart Failure menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa negara berkembang seperti Indonesia. Angka kejadian Congestive Heart Faliure yang meningkat menimbulkan penurunan kualitas hidup penderita salah satunya kurangnya perawatan diri ( self care) . Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan self care dengan kualitas hidup pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan uji chi-square. Jumlah responden 62 pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan yang diambil menggunakan teknik total sampling . Penelitian ini menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat dengan menggunakan uji chi-square. Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki self care baik (30,6%) dan kualitas hidup baik (32,3%). Hasil analisa bivariat menggunakan uji chi-square terlihat nilai p value sebesar 0,035. Karena nilai p value (0,035) < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self care dengan kualitas hidup pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Kata kunci: congestive heart failure; kualitas hidup; self care ## SELF CARE RELATED TO QUALITY OF LIFE OF CONGESTIVE HEART FAILURE PATIENTS ## ABSTRACT Congestive Heart Failure is a major public health problem in some developing countries such as Indonesia. The increased incidence of Congestive Heart Faliure causes a decrease in the quality of life of patients, one of which is lack of self -care. The study aims to determine the relationship between self care and quality of life of Congestive Heart Failure patients at Mitra Medika Hospital in Medan. This study uses an analytical survey design with a cross sectional approach and uses chi-square test. The number of respondents was 62 Congestive Heart Failure patients at Mitra Medika Hospital in Medan who were taken using total sampling technique. This study uses univariate analysis and bivariate analysis using chi-square test. The results of univariate analysis showed that the majority of respondents have good self care (30.6%) and good quality of life (32.3%). The results of bivariate analysis using chi-square test showed a p value of 0.035. Because the p value (0.035) <α (0.05), it can be concluded that there is a relationship between self care and quality of life of Congestive Heart Failure patients in RSU Mitra Medika Medan. Keywords: congestive heart failure; quality of life; self care ## Jurnal Penelitian Perawat Profesional Volume 3 Nomor 3, Agustus 2021 e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757 http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group PENDAHULUAN Gagal jantung menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama pada beberapa negara industri, maju dan negara berkembang seperti Indonesia. Gagal jantung menjadi satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya Gagal jantung adalah penyakit kronis yang dapat menimbulkan beban yang signifikan bagi klien dan keluarga maupun bila dirawat dirumah sakit karena kondisinya yang mengalami penurunan kualitas hidup (Djamaludin, Tua, & Deria, 2018). Gagal jantung atau yang biasa disebut gagal pompa adalah istilah umum mengenai ketidakmampuan jantung untuk bekerja sebagai pompa secara efektif. Mekanisme kompensasi untuk memenuhi kebutuhan tubuh mungkin dapat dilakukan pada saat istirahat, namun tidak cukup selama menjalani aktivitas fisik. Fungsi jantung akhirnya menurun dan gagal jantung menjadi berat (Agustina, Afiyanti, & Ilmi, 2016). World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menyebutkan bahwa 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler. Prevalensi penyakit Congestive Heart Failure (CHF) meningkat baik di negara maju maupun negara berkembang. Congestive Heart Failure yang terjadi pada negara maju salah satunya adalah Amerika Serikat dengan prevalensinya sebanyak 5.700.000 kasus. Kasus Congestive Heart Failure pada negara Australia sebesar 2,0%. Negara berkembang yang mengalami Congestive Heart Failure adalah Indonesia. Menurut RISKESDAS 2018, prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia sebesar 1,5%, sedangkan berdasarkan diagnosis dokter di Provinsi Sumatera Utara dengan penduduk laki-laki sebanyak 1,3% dan penduduk perempuan sebanyak 1,6% (Fatimah, Nurmainah, & Fajriaty, 2019). Gagal jantung disebabkan karena jantung tidak mampu membawa darah secara efektif untuk kebutuhan metabolik, karena adanya disfungsi bilik jantung yang biasanya terjadi karena adanya aritmia dan karena kelebihan cairan sehingga menyebabkan perubahan fungsi jantung. Penderita gagal jantung akan merasa mudah lelah, orthopnea , dan edema , hal ini bias terjadi karena penderita gagal jantung kurang memahami perawatan mandiri ( self care ) (Anggraheni, 2019). Penelitian Djamaludin, Tua, & Deria (2018) mengenai hubungan self care terhadap kualitas hidup klien gagal jantung di Poli Jantung RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017 didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara self care terhadap kualitas hidup pada klien gagal jantung dengan nilai p- value =0.000 (0.05) dan nilai OR = 9. 062 yang artinya orang yang memiliki self care baik akan 9 kali berpotensi memiliki kualitas hidup yang tinggi. Penelitian Agustina, Afiyanti, & Ilmi (2016) mengenai pengalaman pasien gagal jantung kongestif dalam melaksanakan perawatan mandiri ( self care ) didapatkan hasil empat tema yaitu: (1) melaksanakan perawatan mandiri (2) dukungan yang diperoleh (3) harapan pasien (4) usaha mendapatkan bantuan pengobatan. Penelitian Fatimah, Nurmainah, & Fajriaty (2019) mengenai analisis Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group kepatuhan pengobatan pasien gagal jantung terhadap resiko rehospitalisasi di UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak tahun 2017-2018 didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin dengan resiko rehospitalisasi (Fatimah, Nurmainah, & Fajriaty, 2019). Self care dapat meningkatkan kualitas hidup klien dengan gagal jantung untuk secara efektif mengelola gejala dari gagal jantung. Dukungan sosial membantu seseorang untuk menjalani hidup dan diperlukan untuk menjaga fisik serta kesejahteraan emosional. Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa terdapatnya hubungan yang erat antara kualitas hidup dengan pasien penyakit jantung yang mendapatkan perawatan diri dan dukungan sosial. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa pasien ini membutuhkan lebih banyak dukungan baik internal maupun eksternal, ketika kesehatan fisik mereka memburuk (Djamaludin, Tua, & Deria, 2018). Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Mitra Medika Medan, peneliti mendapatkan data dari rekam medik, jumlah penderita gagal jantung kongestif pada tahun 2019 dari bulan Februari sampai bulan April berjumlah 62 orang. Peneliti juga melakukan wawancara singkat dan observasi terhadap beberapa orang pasien gagal jantung kongestif. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa lima orang pasien menyatakan bahwa perawatan mandiri sangat berpengaruh terhadap kesembuhan, dan dua diantaranya mengatakan kurang memperhatikan perawatan diri mereka. Berdasarkan hasil uraian tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan self care dengan kualitas hidup pasien Congestive Heart Failure di RS Mitra Medika Medan. ## METODE Penelitian ini menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan uji chi-square . Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling yaitu 62 responden dengan congestive heart failure yang dirawat di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Penelitian ini telah lolos uji etik dengan nomor etik 1763/IV/SP/2021. Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa kuesioner selfcare yang telah dilakukan uji validitas dengan nilai 0.361 dan hasil reliabilitas Cronbach Alpha > 0.939, Untuk kuesioner kualitas hidup telah dilakukan uji validitas dengan nilai 0.413 dan hasil uji reliabilitas Cronbach’s Alpha yaitu 0,724 sehingga kuesioner terbukti valid dan reliabel dan dapat digunakan untuk penelitian. pada responden dengan congestive heart failure . Variabel yang dianalisis secara univariat dalam penelitian ini adalah self care dan kualitas hidup. Uji yang digunakan pada analisa bivariat ini adalah uji chi-square . ## HASIL Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan derajat gagal jantung, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan IMT di RS Mitra Medika Medan dapat dilihat dari Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Derajat Gagal Jantung, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, dan IMT (n= 62) Karakteristik f % Derajat Gagal Jantung Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV 15 26 14 7 24,2 41,9 22,6 11,3 Umur Masa Dewasa Akhir = 36-45 Tahun Masa Lansia Awal = 46-55 Tahun Masa Lansia Akhir = 56-65 Tahun Masa Manula = <65 Tahun 22 22 2 16 35,5 35,5 3,2 25,8 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 36 26 58,1 41,9 Pendidikan Terakhir SD SMP SMA Perguruan Tinggi 3 11 29 19 4,8 17,7 46,8 30,6 Pekerjaan Pegawai negeri TNI/POLRI Wirausaha Wiraswasta 6 7 27 22 9,7 11,3 43,5 35,5 IMT Normal : 18,5-22,9kg/m² Gemuk : 23,0-24,9 kg/m² Obesitas : >25 kg/m² 13 39 10 21,0 62,9 16,1 Tabel 1, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 36 responden (58,1%), dengan usia mayoritas 36-45 tahun pada masa dewasa akhir dan 46- 55 tahun pada masa lansia awal yaitu didapatkan sebanyak 22 responden (35,3%). Responden mayoritas berpendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 29 responden (46,8%) dengan tingkat pekerjaan mayoritas responden wirausaha yaitu sebanyak 27 responden (43,5%). Tabel 1 juga menunjukkan mayoritas responden memiliki IMT dengan kategori gemuk (23,0-24,9 kg/m²) yaitu sebanyak 39 responden (62,9%) dan mayoritas responden berada pada derajat gagal jantung kelas II yaitu sebanyak 26 responden (41,9%). ## Self Care Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah self care. Hasil penelitian self care diklasifikasikan menjadi empat kelompok. Berdasarkan hasil analisis univariat, karakteristik responden pasien Congestive Heart Failure berdasarkan self care di Rumah Sakit Mitra Medika Medan dapat dilihat dari Tabel 2 dibawah ini: Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pasien Congestive Heart Failure Berdasarkan Self Care (n= 62) Self Care f % Buruk 18 29,0 Cukup Baik 14 22,6 Baik 19 30,6 Sangat Baik 11 17,7 Tabel 2 didapatkan bahwa mayoritas pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan memiliki self care yang baik yaitu sebanyak 14 responden (22,6%). ## Kualitas Hidup Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas hidup . Hasil penelitian kualitas hidup diklasifikasikan menjadi empat kelompok. Berdasarkan hasil analisis univariat, karakteristik responden pasien Congestive Heart Failure berdasarkan kualitas hidup di Rumah Sakit Mitra Medika Medan dapat dilihat dari Tabel 3 dibawah ini: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pasien Congestive Heart Failure Berdasarkan Kualitas Hidup (n= 62) Kualitas Hidup f % Buruk 16 25,8 Cukup Baik 13 21,6 Baik 20 32,3 Sangat Baik 13 21,0 Tabel 3 didapatkan bahwa mayoritas pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan memiliki kualitas hidup yang baik yaitu sebanyak 20 responden (32,3%). Hubungan antara Self Care dengan Kualitas Hidup Tabulasi silang hubungan antara self care dengan kualitas hidup pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini: Tabel 4. Tabulasi Silang Self Care yang berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien Congestive Heart Failure (n=62) Self Care Kualitas Hidup Jumlah p-value Buruk Cukup Baik Baik Sangat Baik f % f % f % f % f % 0,035 Buruk 7 11,3 5 8,1 4 6,5 2 3,2 18 29,0 Cukup Baik 5 8,1 4 6,5 2 3,2 3 4,8 14 22,6 Baik 2 3,2 2 3,2 12 19,4 3 4,8 19 30,6 Sangat Baik 2 3,2 2 3,2 2 3,2 5 8,1 11 17,7 Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group Tabel 4 dapat dilihat tabulasi silang antara self care dengan kualitas hidup pada pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Dari 62 responden, responden yang memiliki self care buruk sebanyak 18 responden (29,0%) dengan kualitas hidup kategori buruk sebanyak 7 responden (11,3%), cukup baik sebanyak 5 responden (8,1%), baik sebanyak 4 responden (6,5%), sangat baik sebanyak 2 responden (3,2%). Dari 62 responden, responden yang memiliki self care cukup baik sebanyak 14 responden (22,6%) dengan kualitas hidup kategori buruk sebanyak 5 responden (8,1%), cukup baik sebanyak 4 responden (6,5%), baik sebanyak 2 responden (3,2%), sangat baik sebanyak 3 responden (4,8%). Dari 62 responden, responden yang memiliki self care baik sebanyak 19 responden (30,6%) dengan kualitas hidup kategori buruk sebanyak 2 responden (3,2%), cukup baik sebanyak 2 responden (3,2%), baik sebanyak 12 responden (19,4%), sangat baik sebanyak 3 responden (4,8%). Dari 62 responden, responden yang memiliki self care sangat baik sebanyak 11 responden (17,7%) dengan kualitas hidup kategori buruk sebanyak 2 responden (3,2%), cukup baik sebanyak 2 responden (3,2%), baik sebanyak 2 responden (3,2%), sangat baik sebanyak 5 responden (8,1%). Setelah dilakukan uji chi square didapatkan bahwa nilai signifikan atau nilai p-value sebesar 0,035 dan nilai α (0,05), artinya ada hubungan antara self care dengan kualitas hidup pada pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarkan Tabel 1, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 36 responden (58,1%), dengan usia mayoritas 36-45 tahun pada masa dewasa akhir dan 46-55 tahun pada masa lansia awal yaitu didapatkan sebanyak 22 responden (35,3%). Responden mayoritas berpendidikan terakhir SMA yaitu sebanyak 29 responden (46,8%) dengan tingkat pekerjaan mayoritas responden wirausaha yaitu sebanyak 27 responden (43,5%). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Utomo, Ratnasari, & Andrian (2019) dengan judul Hubungan Self Care Management Dengan Kualitas Hidup Pasien Congestive Heart Failure dimana didapatkan hasil bahwa dari 101 responden di RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki (68%), berusia 45-48 tahun (66%), berpendidikan terakhir SMA (67%), dan bekerja sebagai pegawai swasta (55%). Risiko gagal jantung meningkat seiring bertambahnya usia (Ponikowski, 2014). Congestive Heart Failure seringkali ditemukan pada masyrakat dengan usia dewasa akhir karena pada usia tersebut secara fisiologis mulai menurun sehinggan memudahkan timbulnya berbagai penyakit jantung yang kemudian akan menyebabkan gagal jantung (Israwati, 2017). Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki memiliki risiko gagal jantung dua kali lebih besar daripada perempuan (Hamzah, 2016). ## Self Care Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat distribusi frekuensi self care sebanyak 62 responden yaitu kategori buruk sebanyak 18 responden (29,0%), kategori cukup baik sebanyak 14 responden (22,6%), kategori baik 19 responden (30,6%), sedangkan kategori sangat baik sebanyak 11 responden (17,7%). Berdasarkan hasil statistik uji Chi- Square dengan self care pada pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan dengan α = 0,05, diperoleh p value (0,035) > α =0,05. Maka hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan antara self care dengan kualitas hidup pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Djamaludin, Tua, & Deria (2018) dengan judul Hubungan Self Care Terhadap Kualitas Hidup pasien Gagal Jantung di Poli Jantung. Penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa dari 79 responden yang memiliki self care baik berada pada rentang usia > 45 tahun yaitu sebanyak 17 responden (21.51%). Usia dewasa akhir biasanya kehidupan mereka sudah lebih dekat secara rohani kepada Sang Pencipta, sehingga secara fisik dan mental, pasien dapat lebih menerima tentang penyakit yang diderita, dan mampu memilih perawatan yang dijalani. Untuk tingkat pendidikan, self care yang baik lebih banyak dijumpai pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 16 responden (20.25%). Pada tingkat pendidikan, seseorang akan dipengaruhi oleh pendidikan yang diperolehnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang didapat, maka akan semakin banyak informasi yang didapat, sehingga pasien akan lebih baik dalam memilih perawatan apa yang akan dijalani. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square didapat nilai p-value = 0.000 (< 0.05) yang artinya terdapat hubungan antara self care terhadap kualitas hidup pada klien gagal jantung di poli jantung RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017, dengan nilai OR = 9.062 yang artinya orang yang memiliki self care baik akan 9 kali berpotensi memimiliki kualitas hidup yang tinggi (Djamaludin, Tua, & Deria, 2018). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Utomo, Ratnasari, & Andrian (2019) dengan judul Hubungan Self Care Management Dengan Kualitas Hidup Pasien Congestive Heart Failure yaitu berasumsi bahwa self care berpengaruh berat dalam kualitas hidup seseorang. Jika seseorang memiliki self care yang baik maka sudah pasti kualitas hidupnya akan baik juga. Kualitas hidup didefinisikan sepanjang waktu dan kesulitan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Hal tersebut dikarenakan jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh. Tubuh akan mengalihkan darah dari organ yang kurang penting terutama otot. Hasil uji statistik chi square hubungan Self Care Management dengan Kualitas hidup pasien congestive heart failure diperoleh nilai p = 0,017 artinya p. value < alpha (0,05), sehingga dapat disimpulkan hipetosis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau ada hubungan yang signifikan antara Self Care Management dengan kualitas hidup pasien congestive heart failure di RSUD Pesanggrahan Jakarta Selatan Tahun 2019 (Utomo, Ratnasari, & Andrian, 2019). ## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group Menurut asumsi peneliti bahwa penderita yang memiliki perawatan diri yang kurang baik akan mengalami kualitas hidup yang buruk, karena kualitas hidup seorang pasien gagal jantung sangat berpengaruh terhadap perawatan mandiri mereka saat terserang gagal jantung. Juga didapatkan oleh peneliti ini bahwa masih banyak penderita gagal jantung yang memiliki kualitas hidup buruk dikarenakan kurangnya perawatan diri, dan kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga pola hidup sehat. Masih adanya kualitas hidup pada pasien dengan gagal jantung yang kurang baik (rendah), dikarenakan responden pada penelitian ini memiliki aktivitas yang hanya duduk atau tiduran sepanjang hari karena merasa sakit, mengalami kesulitan saat berjalan atau naik tangga, dan kesulitan tidur pada malam hari. Pasien Congestive Heart Failure hendaknya melakukan olahraga kecil agar sirkulasi darah di seluruh tubuh menjadi lancar sehingga minimalkan kondisi serangan jantung, mengurangi kejadian depresi, dan tidak dapat bekerja. Responden menganggap bahwa dengan melakukan aktivitas akan memperberat kondisi tubuh sehingga kualitas hidupnya juga akan menurun, hal ini dapat disebabkan oleh pengetahuan pasien yang kurang mengenai penyakitnya. ## Kualitas Hidup Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat distribusi frekuensi kualitas hidup sebanyak 62 responden yaitu kategori buruk sebanyak 16 orang (25,8%), kategori cukup baik sebanyak 13 orang (21,6%), kategori baik sebanyak 20 orang (32,3%), sedangkan kategori sangat baik sebanyak 13 orang (21,0%). Berdasarkan hasil statistik uji Chi- Square dengan kualitas hidup pada pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan dengan α = 0,05, diperoleh p value (0,035) > α =0,05. Maka hasil yang didapatkan adalah terdapat hubungan antara Self Care dengan kualitas hidup pasien congestive heart failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Djamaludin, Tua, & Deria (2018) dengan judul Hubungan Self Care Terhadap Kualitas Hidup pasien Gagal Jantung di Poli Jantung. Namun pada penelitian ini responden yang memiliki self care baik namun memiliki kualitas hidup rendah terdapat 12 responden, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh lama responden menderita sakit dan pengobatan ataupun kurangnya mendpat dukungan dari keluarga, sedangkan pada self care kurang baik terdapat 8 responden yang memiliki kualtias hidup tinggi, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh keyakinan akan kesembuhan responden sangat baik, responden mendapat dukungan dari keluarga, dengan meningkatkan bimbingan spiritual. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Utomo, Ratnasari, & Andrian (2019) dengan judul Hubungan Self Care Management Dengan Kualitas Hidup Pasien Congestive Heart Failure yaitu berasumsi bahwa masih adanya kualitas hidup pada pasien dengan gagal jantung yang kurang baik (rendah), dikarenakan responden pada penelitian ini memiliki aktivitas yang hanya duduk atau tiduran sepanjang hari karena merasa sakit, mengalami kesulitan saat berjalan atau naik tangga, dan kesulitan tidur pada malam hari. Seharusnya pada pasien gagal jantung ini hendaknya melakukan olahraga kecil agar sirkulasi darah di seluruh tubuh menjadi lancar ## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group sehingga minimalkan kondisi serangan jantung, mengurangi kejadian depresi, dan tidak dapat bekerja. Responden menganggap bahwa dengan melakukan aktivitas akan memperberat kondisi tubuh sehingga kualitas hidupnya juga akan menurun, hal ini dapat disebabkan oleh pengetahuan pasien yang kurang mengenai penyakitnya (Utomo, Ratnasari, & Andrian, 2019). Menurut asumsi peneliti bahwa self care didefenisikan sebagai hal yang berkaitan dengan klualitas hidup pada penderita gagal jantung, hal ini dikarenakan self care sangat berpengaruh besar terhadap baik ataupun buruk nya kualitas hidup pasien gagal jantung, apabila pasien gagal jantung melakukan self care dengan baik, makan akan berdampak baik terhadap kualitas hidupnya. Namun pada penelitian ini responden memiliki self care dan kualitas hidup yang baik yaitu didapatkan sebanyak 19 responden yang memiliki self care yang baik, sedangkan kualitas hidup yang baik didapatkan sebanyak 20 responden, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh derajat gagal jantung yang diderita, lamanya penyakit ini diderita, pengobatan ataupun kurangnya mendapat dukungan dari keluarga, keyakinan akan kesembuhan responden sangat baik, dengan meningkatkan bimbingan spiritual. Hubungan Self Care dengan Kualitas Hidup Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat tabulasi silang antara self care dengan kualitas hidup pada pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan. Dari 62 responden, responden yang memiliki self care baik sebanyak 19 responden (30,6%) dengan kualitas hidup kategori buruk sebanyak 2 responden (3,2%), cukup baik sebanyak 2 responden (3,2%), baik sebanyak 12 responden (19,4%), sangat baik sebanyak 3 responden (4,8%). Setelah dilakukan uji chi square didapatkan bahwa nilai signifikan atau nilai p-value sebesar 0,035 dan nilai α (0,05), artinya ada hubungan antara self care dengan kualitas hidup pada pasien Congestive Heart Failure di Rumah Sakit Mitra Medika Medan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kessing (2017) bahwa terdaat hubungan yang signifikan antara self care dan kualitas hidup dengan didukung adanya depresi, ansietas, dan kepribadian Tipe D. Penelitian yang dilakukan Yunus (2016) juga menyatakan bahwa adanya hubungan erat antara dukungan social dan self care yang akan berpengaruh pada kualitas hidup pasien gagal jantung di Rumah Sakit Serdang, Selangor. Menurut peneliti, self care berpengaruh besar dalam kualitas hidup seseorang. Jika seseorang memiliki self care yang baik maka sudah pasti kualitas hidupnya akan baik juga. Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu sebagai laki-laki ataupun perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteksi budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan hubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan dan perhatian mereka. ## SIMPULAN Mayoritas responden memiliki self care dan kualitas hidup yang baik dalam menjalani kehidupannya dengan penyakit Congestive Heart Failure tersebut. Terdapat hubungan antara self care dengan kualitas hidup pasien Congestive Heart Failure di Rumah ## Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group Sakit Mitra Medika Medan dengan nilai p value 0.035 . ## DAFTAR PUSTAKA Agustina, A., Afiyanti, Y., & Ilmi, B. (2016). Pengalaman Pasien Gagal Jantung Kongestif Dalam Melaksanakan Perawatan Mandiri. Jurnal Keperawatan Suaka Insan , 1(2), 1-13. https://doi.org/10.51143/jksi.v1i2. 35 Anggraheni, A. A. (2019). Gambaran Self Care Behaviour Pada Pasien Gagal Jantung . Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Djamaludin, D., Tua, R., & Deria, D. (2018). Hubungan Self Care Terhadap Kualitas Hidup Pada Klien Gagal Jantung Di Poli Jantung Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2017. Holistik Jurnal Kesehatan , 12(3), 178–188. http://ejurnalmalahayati.ac.id/inde x.php/holistik/article/view/182/12 3 Fatimah, F. H., Nurmainah, & Fajriaty, I. (2019). Analisis Kepatuhan Pengobatan Pasien Gagal Jantung Terhadap Risiko Rehospitalisasi Di UPTD RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Kota Pontianak Tahun 2017–2018. Jurnal Mahsiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN , 4 (1), 1-16. https://jurnal.untan.ac.id/index.ph p/jmfarmasi/article/view/39042/7 5676584983 Hamzah, R. (2016). Hubungan usia dan jenis kelamin dengan kualitas hidup pada penderita gagal jantung di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi . Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Israwati, S. (2017). Analisis faktor- faktor yang berhubungan dengan gaga; jantung kongestif di RSU Bahteremas Provinsi Sulawesi Tenggara. Skripsi . Universitas Halu Oleo/ Kasron. (2012). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler . Yogyakarta: Nuha Medika. Kessing, D., Denollet, J., Widdershoven, J., & Kupper, N. . (2017). Self-care and health- related quality of life in chronic heart failure: A longitudinal analysis‟, European Journal of Cardiovascular Nursing , vol. 16, no. 7, pp. 605-613. doi: 10.1177/1474515117702021 . PERKI. (2015). Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular . Edisi pertama. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Ponikowski, P. (2014). Heart failure preventing disease and death worldwide world heart failure alliance Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI tahun 2013 . Diakses: 19 Juli 2021, dari http://www.depkes.go.id/resource s/download/general/Hasil%20Ris kesdas%20 2013.pdf Utomo, D. E., Ratnasari, F., & Andrian. A. (2019). Hubungan Self Care Management Dengan Kualitas Hidup Pasien Congestive Heart Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group Failure. Jurnal Kesehatan , 8 (2), 98 - 108. https://doi.org/10.37048/kesehata n.v8i2.145 World Health Organization. (2016) Cardiovascular Diseases [Internet]. 2021 [cited 2019 Juli 23]. Available from: https://www.who.int/healthtopics/ cardiovascular-diseases Yunus, H. D. & Sharoni S. K. A. 2016, „Social Support and Self-care Management among Patients with Chronic Heart Failure‟, Malaysian Journal of Public Health Medicine , vol. 16, no. 1, pp. 92-98. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 No 3 Hal 585 - 596, Agustus 2021 Global Health Science Group
175b5457-e263-428d-9a15-c68a14242f02
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/download/7566/5133
Volume 5, Nomor 2, Juli-Desember 2023 e-ISSN: 2684-8988 p-ISSN: 2684-8996 DOI : https://doi.org/10.31539/joting.v5i2.7566 ## EVALUASI PENGELOLAAN EMERGENCY TROLLEY TERHADAP PASIEN GAWAT DARURAT Adifa Yuliana Putri 1 , Elis Cholisah 2 Program Studi Farmasi, Politeknik Piksi Ganesha Bandung 1,2 [email protected] 1 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja input, proses dan output troli darurat RS Sariningsih dan bagaimana pengelolaannya. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek input, proses, dan output penelitian dijelaskan dalam pembahasan. Ruang gawat darurat (96% sesuai; 4% tidak sesuai); klinik rawat jalan (98% sesuai; 2% tidak sesuai); unit gawat darurat rumah sakit (87% sesuai; 13% tidak sesuai); poliklinik (87%) dan rawat inap (87%) semuanya dilibatkan dalam penelitian ini. Simpulan manajemen masukan (input) troli darurat telah melakukan semua yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Manajemen troli darurat tidak perlu memenuhi persyaratan konten eksternal, dan ketersediaan formulir yang relevan sesuai dengan aturan. Manajer yang bertanggung jawab telah mengikuti semua protokol yang tepat dalam mengelola ruangan, termasuk penggunaan troli darurat dan persiapan serta pemberian obat-obatan. Penanggung jawab ruangan memastikan bahwa semua keluaran, berupa dokumen yang sudah lengkap di kereta darurat, dikelola dengan baik dan dicatat. Kata Kunci: Emergency Trolley, Obat Emergency, Pengelolaan ## ABSTRACT This research aims to find out what the input, process and output of the Sariningsih Hospital emergency trolley are and how they are managed. The method used is qualitative using a descriptive design. The research results show that aspects of research input, process and output are explained in the discussion. Emergency room (96% appropriate; 4% not appropriate); outpatient clinics (98% appropriate; 2% not appropriate); hospital emergency department (87% appropriate; 13% not appropriate); Polyclinics (87%) and inpatients (87%) were all included in this study. Conclusion management input (input) emergency trolley has done everything necessary to complete the job. Emergency trolley management does not need to meet external content requirements, and the availability of relevant forms is in accordance with the rules. The responsible manager has followed all appropriate protocols in managing the room, including the use of emergency trolleys and the preparation and administration of medications. The person in charge of the room ensures that all output, in the form of complete documents on the emergency train, is properly managed and recorded. Keywords: Emergency Trolley, Emergency Medicine, Management ## PENDAHULUAN Penetapan daftar obat untuk krisis medis merupakan hal yang penting dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan darurat di praktik mandiri dokter dan klinik yang tidak memberikan pelayanan kefarmasian (Kemenkes RI, 2021). Obat tradisional diartikan sebagai setiap bahan atau bahan penuntun yang digunakan untuk tujuan mendiagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, atau menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, cedera, atau gangguan fisik dan mental pada manusia atau hewan. Menurut Kebijakan Kepala RS Sariningsih (2020), pengobatan darurat adalah obat yang harus mudah diakses apabila terjadi keadaan darurat medis yang tidak terduga. Penting untuk menyediakan peralatan darurat atau troli yang terisi penuh di rumah sakit sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas layanan, khususnya di ruang gawat darurat. Biasa terlihat di Intensive Care Unit (ICU), Ruang Operasi (OR), Ruang Rawat Inap (IR), dan Ruang Poliklinik Rawat Jalan (OPCR), perlengkapan darurat atau troli adalah persediaan obat-obatan dan peralatan medis untuk penggunaan darurat ( Sihotang, 2020; Alfian et al., 2022). Sangat penting untuk memiliki peralatan darurat atau troli jika terjadi keadaan darurat; oleh karena itu, kehati-hatian harus dilakukan untuk menstandardisasi isi troli darurat dan menjaganya agar tetap berfungsi sesuai dengan prosedur operasi standar Rumah (Abdulkadir et al., 2021). Sakit Sariningsih. Hal ini termasuk menyimpan isi perlengkapan darurat atau troli di lokasi yang aman sehingga terlindung dari pencurian namun tetap mudah dijangkau. Oleh karena itu, persediaan dan kereta darurat harus dikelola sesuai dengan protokol yang ditetapkan untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan selama keadaan darurat medis di Rumah Sakit Sariningsih. Pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat diatur berdasarkan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan melalui Keputusan Kepala RS Sariningsih Nomor: Kep/184/VI/2022. Kesan pertama menunjukkan bahwa peralatan gawat darurat atau troli terdapat di unit gawat darurat, ruang operasi, poliklinik rawat jalan, dan ruang instalasi rawat inap RS Sariningsih. Sudah menjadi rahasia umum jika peralatan gawat darurat di RS Sariningsih belum dikelola dengan baik. Secara khusus, belum ada pengawasan dari administrasi rumah sakit atau pengawas peralatan darurat yang ditunjuk. Oleh karena itu penulis tertarik dengan hasil audit terhadap gerobak perbekalan darurat rumah sakit (Kebijakan RS Sariningsih, 2022). Penempatan kereta darurat yang sedemikian rupa sehingga dapat diakses dengan cepat dan mudah oleh tenaga medis, serta kemungkinan kepatuhan petugas dalam mengelola kereta darurat terkadang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), merupakan dua permasalahan dalam pengelolaan kereta darurat ( Nihmaturojaiyah & Adiana, 2023). Beberapa penelitian terkait manajemen pengelolaan trolley gawat darurat telah dilakukan seperti penelitian yang dilakukan oleh ( Sihotang, 2020; Abdulkadir et al., 2021; Nihmaturojaiyah & Adiana, 2023). Menunjukkan bahwa pengelolaan trolley emergency sudah sesuai standard operasional prosedur yang ada, meskipun pada rumah sakit tertentu pengelolaan obat-obat emergency seperti masih belum maksimal. Meskipun memiliki kesamaan tema yang diteliti namun pada penelitian ini, metode yang digunakan adalah kualitatif desktriptif dan lebih focus pada pengelolaan dan manajeman obat-obatan emergency yang ada di trolley emergency . Dari uraian diatas peneliti merasa perlu melakukan penelitian untuk menilai efektivitas manajemen troli darurat pada pasien yang dirawat di RS Sariningsih, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran lebih jauh terkait pa saja input, proses dan output troli darurat RS Sariningsih dan bagaimana pengelolaannya ## METODE PENELITIAN Evaluasi pengelolaan troli darurat di RS Sariningsih menjadi fokus penelitian kualitatif ini dengan menggunakan desain deskriptif. Dengan persetujuan Kepala Apoteker RS Sariningsih, penelitian dilakukan di Ruang Gawat Darurat RS, Ruang OK, Ruang Poliklinik, dan Ruang Rawat Inap pada bulan Maret hingga Mei 2023. Sumber primer dan sekunder digunakan untuk mengumpulkan informasi untuk penelitian ini. Pertama, observasi mingguan di IGD, ruang OK, ruang poliklinik, dan ruang rawat inap RS Sariningsih akan digunakan sebagai metode pengumpulan data utama untuk evaluasi pengelolaan troli darurat. Kedua, kami mengumpulkan data sekunder dengan memeriksa protokol atau prosedur troli gawat darurat RS Sariningsih, Ruang OK, Ruang Poliklinik, dan Ruang Rawat Inap, serta formulir dan laporan penilaian terkait. Instrumen penelitian adalah pedoman observasi (check list) yang diturunkan dari kebijakan yang dibuat oleh kepala apoteker rumah sakit. Baik data primer (diperoleh melalui pengamatan langsung) maupun data sekunder (diperoleh melalui sumber lain) dibandingkan dengan karya-karya yang diterbitkan sebelumnya untuk mengidentifikasi kesenjangan atau kesenjangan antara temuan penelitian dan praktik yang berlaku di lapangan. Temuan penelitian yang mengevaluasi pengelolaan troli darurat di IGD, ruang OK, ruang poliklinik, dan ruang rawat inap RS Sariningsih, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel check list hasil observasi dan sebagai narasi. Masukan, proses, dan hasil akhir semuanya dibahas. ## HASIL PENELITIAN Temuan yang disajikan di sini berkaitan dengan masukan personel, infrastruktur, dan proses (termasuk pelacakan pasokan farmasi, waktu pembukaan dan penutupan kunci sekali pakai, distribusi obat-obatan, dan penyiapan obat untuk pemberian). terkait dengan penyelenggaraan kereta gawat darurat di UGD rumah sakit, Ruang OK, Ruang Poliklinik, dan Ruang Rawat Inap. Tabel 1. Hasil Observasi No Variabel Observasi Ruang IGD OK Poliklinik Ruang Inap Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak 1 V1 100% - 100% - 71% 29% 71% 29% 2 V2 100% - 100% - 75% 25% 75% 25% 3 V3 75% 25% 85% 15% 85% 15% 85% 15% 4 V4 100% - 100% - 83% 17% 83% 17% 5 V5 100% - 100% - 100% - 100% - 6 V6 100% - 100% - 100% - 100% - 7 V7 100% - 100% - 100% - 100% - Hasil 96% 4% 98% 2% 87% 13% 87% 13% Aspek input, proses, dan output penelitian dijelaskan dalam pembahasan. Ruang gawat darurat (96% sesuai; 4% tidak sesuai); klinik rawat jalan (98% sesuai; 2% tidak sesuai); unit gawat darurat rumah sakit (87% sesuai; 13% tidak sesuai); poliklinik (87%) dan rawat inap (87%) semuanya dilibatkan dalam penelitian ini. ## PEMBAHASAN Wahyuni (2020) menemukan bahwa hanya 43,4% troli darurat di RSUD Ulin Banjarmasin yang dikelola dengan baik, sedangkan 56,6% dikelola dengan tidak tepat, berdasarkan penelitiannya tentang Kesesuaian Manajemen dan Deskripsi Penggunaan Logistik Farmasi untuk Troli Darurat di Rumah Sakit Ulin Banjarmasin. Unit perawatan intensif. ## Sumber Daya Manusia Perawat ruangan dan petugas depo farmasi terpantau memberikan pelayanan kepada pasien sesuai dengan SK Kepala RS/SOP di IGD, dimana keadaan berjalan dengan lancar, namun tidak di ruang poliklinik atau ruang rawat inap, dimana segala sesuatunya ternyata berjalan kurang lancer (Afiya et al., 2022). Saat memeriksa isi troli darurat, petugas yang bertugas di depo farmasi terlihat terburu-buru karena mereka juga merupakan petugas pelayanan di apotek. Ada risiko kesalahan dalam pengecekan, maupun pengisian dokumen di troli darurat, jika hal ini terjadi setiap kali bertugas (Akidah, 2020). Petugas depo farmasi mengikuti protokol di ruang gawat darurat dan ruang OK dengan menandatangani berita acara pembukaan dan penutupan kunci sekali pakai pada troli darurat, pengisian kembali perbekalan farmasi, dan memastikan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang dipesan telah sesuai. Karena pasien rawat inap jarang menggunakan troli darurat dan petugas depo farmasi biasanya sibuk mengisi resep, orang- orang tersebut tidak selalu hadir (Anggraini & Merlina, 2020). Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan, beberapa proses yang terlibat dalam pelaksanaannya dikelola sesuai dengan protokol yang telah ditetapkan, sementara proses lainnya belum berada pada tahap tersebut (Kolkailahcet al., 2018).. Hal ini terjadi karena pihak berwenang masih gagal memperhitungkan dan mengatasi sejumlah permasalahan dan tantangan ketika mengisi kembali persediaan farmasi dan memastikan tersedianya jenis dan jumlah persediaan farmasi yang tepat Diana (2016). Umumnya hal ini terjadi karena petugas tidak membuat laporan sehingga menyebabkan pencatatan jumlah narkotika yang masuk dan keluar tidak akurat. Dalam rangka penggunaan troli darurat yang benar dan jelas, yang dapat mencakup obat-obatan dan peralatan medis lainnya, pendokumentasian dan pelaporan pengelolaan troli darurat merupakan suatu kegiatan (Halawa, 2021; Widy, 2021). ## Sarana dan Prasarana Temuan penelitian menunjukkan bahwa troli darurat tidak selalu berada pada posisi yang paling nyaman, yang mungkin menunda perawatan pasien karena staf harus mencari dan memindahkan troli sebelum dapat digunakan (Handojo et al., 2019).. Karena selalu dibutuhkan dalam keadaan darurat, tabung oksigen portabel dan pengaturnya, yang harus disimpan di samping troli, tidak pernah berada di tempatnya; demikian pula gunting untuk memotong kunci darurat di ruang gawat darurat dan ruang OK tidak pernah ada pada tempatnya. situasi darurat. Jika diperlukan tetapi tidak dekat, Anda harus puas dengan kebohongan yang ada. Kegiatan seperti ini memakan waktu dan dapat menunda perawatan medis pasien. Salah satu solusinya adalah dengan menyediakan tabung oksigen portabel cadangan dan pengaturnya di tepi troli darurat; cara lainnya adalah dengan menempelkan gunting pada troli. Namun, hal ini dapat diterima di lingkungan seperti rumah sakit dan klinik, dimana perawatan rutin diberikan kepada pasien dan dimana krisis jarang terjadi (Pratiwi et al., 2021). ## Prosedur Pengelolaan persediaan farmasi di troli darurat oleh petugas dapat disederhanakan jika prosedur operasi standar dipatuhi. Perawat atau dokter yang melakukan observasi harus mematuhi standar operasional prosedur (SOP) rumah sakit yang meliputi protokol penerimaan troli darurat di IGD, ruang OK, poliklinik, dan rawat inap. ## Pendokumentasian Dokumen berupa formulir disediakan di troli darurat RS Sariningsih dan diisi sesuai dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit atau Standar Operasional Prosedur. Perawat dan dokter telah melakukan tugasnya dengan baik dalam menyimpan catatan, dalam artian setelah mereka menyelesaikan suatu prosedur atau aktivitas dengan pasien, mereka segera menuliskannya pada formulir yang sesuai. ## SIMPULAN Manajemen masukan (input) troli darurat telah melakukan semua yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan. Manajemen troli darurat tidak perlu memenuhi persyaratan konten eksternal, dan ketersediaan formulir yang relevan sesuai dengan aturan. Manajer yang bertanggung jawab telah mengikuti semua protokol yang tepat dalam mengelola ruangan, termasuk penggunaan troli darurat dan persiapan serta pemberian obat-obatan. Penanggung jawab ruangan memastikan bahwa semua keluaran, berupa dokumen yang sudah lengkap di kereta darurat, dikelola dengan baik dan dicatat. ## SARAN Rumah sakit ini harus mampu mempertahankan dokumen yang sudah lengkap dan di Kelola dengan baik. ## DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir, W., Tuloli, T. S., & Pakaya, A. (2021). Gambaran Pengelolaan Emergency Kit (Trolley) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hasri Ainun Habibie Kabupaten Gorontalo. Indonesian Journal of Pharmaceutical Education , 1 (1), 47-56. https://doi.org/10.37311/ijpe.v1i1.10122 Afiya, N., Permadi, Y. W., & Ningrum, W. A. (2022). Analisis Pengelolaan Manajemen Logistik Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Qim Batang Tahun 2021. Jurnal Ilmiah Jophus: Journal of Pharmacy UMUS , 3 (02), 138-145. https://www.academia.edu/download/82484747/422.pdf Sidharta, B., & Pramestutie, H. R. (2018). Manajemen Logistik Farmasi dan Pelayanan Kefarmasian Rumah Sakit . CV. Ustara Muria, Malang. Akidah A.N. (2020). Gambaran Penyimpanan Obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUI Mutiara Bunda. Karya Tulis Ilmiah, Politeknik Harapan Bersama, Tegal. http://eprints.poltektegal.ac.id/view/subjects/ Alfian, R. H., Sundu, R., & Fatimah, N. (2022). Gambaran Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Sangatta Tahun 2020. Borneo Journal of Pharmascientech , 6 (2), 60-64. https://doi.org/10.51817/bjp.v6i2.401 Anggraini, D., & Merlina, S. (2020). Analisis Sistem Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2018. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) , 17 (1), 62-70. 10.30595/pharmacy.v17i1.5096 Diana, L. (2016). Kesesuaian Penyimpanan Obat High Alert di Instalasi Farmasi RSUD Ulin Banjarmasin. Karya Tulis Ilmiah, Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin, Banjarmasin . https://stikes-isfi.ac.id/web/berita_by_tag/KTI Halawa, M., & Rusmana, W. E. (2021). Evaluasi Pengelolaan Obat Rusak Atau Kadaluwarsa terhadap Sediaan Farmasi di Salah Satu Rumah Sakit Umum Swasta Kota Bandung. Jurnal Education and Development, 9 (4), 46–50. https://journal.ipts.ac.id/index.php/ED/article/view/3021 Handojo, K. J., Fauziah, V., & Rashati, D. (2019). Evaluasi Pengelolaan Obat pada Emergency Kit di Ruangan Rawat Inap Pada Rumah Sakit Bina Sehat Jember. Jurnal Ilmiah Farmasi Akademi Farmasi Jember , 3 (2), 32-38. https://doi.org/10.53864/jifakfar.v3i2.35.g85 Keputusan Kepala Rumah Sakit Tk. IV 03.07.03 Sariningsih Nomor. Kep / 184/ VI/ 2022. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/Menkes/4799/2021. Tentang Daftar Obat Keadaan Darurat Medis. Kolkailah, A. A., Ghonaimy, S., Cassells, N., & Gillespie, A. (2018). Emergency Trolleys: Available and Maintained, but Are Their Locations Known?–Closing the Loop. In 2 nd Annual International Interdisciplinary Conference, AIIC 2014 (p. 31). Menkes RI, 2016 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. (2016). https://peraturan.bpk.go.id/Download/105431/Permenkes%20Nomor%2072%20Tahu n%202016.pdf Nihmaturojaiyah, E., & Adiana, S. (2023). Gambaran Pengelolaan Emergency Trolley di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit X di Serpong. Indonesian Journal of Health Science , 3 (1), 69-75. https://doi.org/10.54957/ijhs.v3i1.419. Noviani, L., (2018). Implementasi Manajemen dalam Pelayanan Kefarmasian . Jakarta: Isfi. Pratiwi, Y., Latifani, Z., & Swandari, M. (2021). Gambaran Penyimpanan Obat di Instalasi Farmasi Klinik Pratama Rawat Inap Rumkitban 04.08. 01 Cilacap. Pharmaqueous: Jurnal Ilmiah Kefarmasian , 3 (1), 26-34. https://doi.org/10.36760/jp.v3i1.268 Republik Indonesia. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan. Sihotang, F. (2020). Profil Pengelolaan Emergency Trolley di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal Vokasi Keperawatan (JVK) , 3 (1), 50-65 https://doi.org/10.33369/jvk.v3i1.11866 Wahyuni, A., & Khotimah, A. H. (2020). Kesesuaian Pengelolaan dan Gambaran Penggunaan Logistik Farmasi Troli di Ruang Icu Rsud Ulin Banjarmasin. Jurnal Insan Farmasi Indonesia , 3 (2), 209-216. https://doi.org/10.36387/jifi.v3i2.583
0a08661d-5001-4a4d-9865-54e2f2d67c16
https://ojs.jurnaltechne.org/index.php/techne/article/download/148/134
Sistem Pengendali Mesin Tenun GA615 Dwi Cahyo Mahardika 1 , Deddy Susilo 2 , Darmawan Utomo 3 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga 1 [email protected] , 2 [email protected], 3 Program Studi Sistem Komputer, Fakultas Teknik Elektronika dan Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga [email protected] ## Ringkasan Sistem pengendali mesin tenun GA615 ini dibuat dengan tujuan untuk mengganti sistem pengendali yang lama di PT. Panca Bintang Tunggal Sejahtera, karena banyak yang sudah tidak dapat bekerja dengan baik. Sistem yang diusulkan menggunakan mikrokontroler ATMEGA 328P sebagai pengendali utama. Cara kerja sistem adalah menunggu masukan dari operator melalui lima buah tombol yaitu maju, mundur, jogging , start , dan stop . Terdapat dua buah proximity sensor Autonics PR18-5DN untuk menentukan batas depan dan belakang. Tombol masukan dan proximity sensor tersebut diolah dalam sebuah mikrokontroler yang kemudian didapat keluaran untuk menggerakan motor AC tiga fasa sebagai penggerak utama serta rem elektromagnetik sebagai komponen pengereman, melalui relay dan kontaktor. Pengujian sistem yang telah dilakukan sebanyak 30 kali, didapatkan prosentase keberhasilan untuk masing – masing tombol. Untuk tombol maju, mundur, jogging , dan start prosentase keberhasilan 100%. Sedangkan untuk tombol stop prosentase keberhasilan 93.33%, ini disebabkan respon sistem pengereman yang kurang cepat dalam melakukan pengereman saat putaran motor sangat cepat, sehingga saat berhenti masih terlalu maju. Kata kunci: pengendali mesin tenun GA615 , mikrokontroler, proximity sensor ## 1. Pendahuluan Mesin merupakan perkakas untuk menggerakkan atau membuat sesuatu yang dijalankan dengan roda, digerakkan oleh tenaga manusia atau motor penggerak, menggunakan bahan bakar minyak atau tenaga alam. Sedangkan Tenun adalah hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari benang seperti kapas dan sutra, dengan cara memasuk-masukkan pakan secara melintang pada lungsin. Sehingga, Mesin Tenun merupakan suatu alat yang digerakkan oleh motor penggerak atau tenaga manusia untuk menghasilkan suatu kerajinan yang berupa kain. Penunjang kemajuan di bidang industri adalah berkembangnya sistem kontrol untuk mengatur mesin-mesin yang digunakan dalam proses industri. Sistem kontrol ini berfungsi untuk memonitoring kondisi tertentu dalam rangkaian atau mesin tersebut supaya dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan. PT. Panca Bintang Tunggal Sejahtera yang berlokasi di Manang, Grogol, Sukoharjo, merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang industri tekstil. Contoh mesin tenun yang digunakan pada PT. Panca Bintang Tunggal Sejahtera dapat dilihat pada Gambar 1 (a) dan (b). (a) (b) Gambar 1. Mesin Tenun GA615 (a) Tampak belakang, (b) Tampak depan. Untuk meningkatkan produktivitas, PT. Panca Bintang Tunggal Sejahtera telah mendatangkan sejumlah mesin tenun bertipe GA615 dari RRT sejumlah 192 mesin, tetapi sistem pengendali elektronika dari mesin tersebut banyak yang sudah tidak dapat berfungsi. Hanya ada 90 mesin yang masih dapat bekerja. Tidak disertakan skematiknya saat mendatangkan, menyebabkan sulit untuk dibenahi. Oleh karena itu, pada artikel ini akan dibuat sebuah sistem pengendali baru menggunakan mikrokontroler, yang mampu menggantikan sistem pengendali lama, tentunya dengan biaya yang tidak terlalu mahal. Sehingga produktivitas akan meningkat karena ada pertambahan mesin tenun yang dapat berfungsi dengan biaya minimal. Pembahasan dimulai dengan deskripsi sistem, meliputi cara kerja sistem, perancangan perangkat keras, dan perancangan perangkat lunak. Kemudian dilanjutkan dengan ilustrasi dan hasil pengujian dan diakhiri dengan kesimpulan. ## 2. Deskripsi Sistem Sistem pengendali mesin tenun GA615 terdiri dari beberapa masukan dan keluaran. Masukan terdiri dari 5 buah tombol dan 2 buah proximity sensor [1]. Sedangkan keluaran berupa relay dan kontaktor yang akan mengaktifkan motor AC tiga fasa sebagai penggerak utama serta sistem pengereman. Masukan ini kemudian diolah oleh mikrokontroler. Hasil dari olahan masukan tersebut digunakan untuk mengendalikan keluaran. Deskripsi sistem dapat dilihat pada diagram blok yang ditunjukkan pada Gambar 2. ## 2.1 Cara kerja sistem Saat awal, sistem kelistrikan dihidupkan, kemudian setelah kelistrikan hidup, mesin siap digunakan. Mesin bekerja dengan cara menunggu penekanan tombol dari operator. Ada lima buah tombol, yaitu maju, mundur, jogging, start , stop , serta dua buah proximity sensor, yaitu sensor batas depan dan belakang. Ketika ditekan tombol maju, maka motor akan berputar ke arah operator sejauh satu langkah, satu langkah ini ditentukan oleh pewaktuan. Tombol maju dapat ditekan selama sensor batas depan belum mendeteksi logam. Dwi Cahyo Mahardika, Deddy Susilo, Darmawan Utomo ## Gambar 2. Blok diagram sistem Jika ditekan tombol mundur, maka motor akan berputar ke arah menjauhi operator sejauh satu langkah, satu langkah ini ditentukan dengan pewaktuan. Tombol mundur dapat ditekan selama sensor batas belakang belum mendeteksi logam. Jika ditekan tombol jogging , maka sistem akan memeriksa sensor batas belakang sudah mendeteksi logam atau belum, jika sudah mendeteksi, maka motor langsung berputar sejauh satu putaran kembali lagi ke posisi semula, jika belum mendeteksi, maka operator diminta untuk menekan tombol mundur sampai sensor batas belakang mendeteksi logam. Jika ditekan tombol start , maka sistem akan memeriksa sensor batas belakang sudah mendeteksi atau belum, jika sudah mendeteksi, maka motor dapat langsung berputar. Jika belum mendeteksi, maka diperlukan penekanan tombol mundur sampai sensor batas belakang mendeteksi. Jika ditekan tombol stop , maka sistem akan memeriksa, motor dalam keadaan berputar ke depan atau tidak, jika motor dalam keadaan berputar, maka motor langsung dihentikan, lalu dilakukan pengereman saat sensor batas belakang mendeteksi. Sistem pengereman, menggunakan sistem rem elektromagnetik, yang akan aktif ketika dipicu dengan tegangan 75-110 VDC. Dengan tujuan menghentikan putaran motor seketika itu juga. ## 2.2 Perancangan perangkat keras Perancangan perangkat keras terdiri dari beberapa modul, yaitu modul mikrokontroler, tombol masukan, driver sensor, driver relay, serta pengkabelan kontaktor. a. Modul Mikrokontroler Mikrokontroler yang digunakan adalah ATMEGA328P, dengan untai pada Gambar 3. b. Tombol masukan Pada modul tombol masukan, digunakan lima buah tombol bertipe push-ON . Kelima tombol tersebut adalah Tombol Maju, Mundur, Jogging, Start dan Stop . Masing – masing tombol ini terhubung ke pin mikrokontroler dengan konfigurasi seperti pada Gambar 4. Dengan mengaktifkan fitur internal pull-up yang ada pada chip ATMEGA328P maka tidak perlu memakai resistor pull-up ataupun pull-down . Digunakan dioda pengaman untuk membatasi tegangan, jika mendapat tegangan negatif dari induksi/ spike , maka akan dibuang ke ground melalui dioda D3, D5, D7, D9, dan D11, sedangkan jika mendapat tambahan tegangan, maka akan dibuang ke vcc melalui D4, D6, D8, D10, dan D12. Gambar 3. Untai Modul Mikrokontroler. Gambar 4. Untai Tombol Masukan. c. Driver sensor Untuk membaca perubahan state output proximity sensor , digunakan MOSFET N- channel dengan seri 2N7000. Output dari sensor masuk ke kaki Gate MOSFET yang sudah diberi resistor pull-up , kemudian input ke mikrokontroler diambil dari Drain MOSFET menuju ke pin PB4(sensor depan) dan PB3(sensor belakang) . Dengan mengaktifkan fitur internal pull-up yang ada pada chip ATMEGA328P maka tidak perlu memakai resistor pull-up ataupun pull-down pada kaki input mikrokontroler[2]. Saat sensor tak mendeteksi logam, tegangan pada kaki Gate ditarik ke 12V (High) , ini menyebabkan MOSFET aktif, kemudian tegangan pada Drain ditarik ke Ground (Low) maka menghasilkan logika ‘0’ pada input mikrokontroler. Kemudian, saat sensor mendeteksi logam, tegangan pada kaki Gate ditarik ke Ground ( Low ), ini menyebabkan MOSFET tidak aktif, kemudian tegangan pada Drain ditarik ke 5V ( High) maka menghasilkan logika ‘1’ pada input mikrokontroler. Digunakan dioda pengaman untuk membatasi tegangan, jika mendapat tegangan negatif dari induksi/ spike , maka akan dibuang ke ground melalui ## Dwi Cahyo Mahardika, Deddy Susilo, Darmawan Utomo dioda D16 dan D18, sedangkan jika mendapat tambahan tegangan, maka akan dibuang ke vcc melalui D17 dan D19. Gambar 5. Untai Driver Sensor. d. Driver relay Pada modul Driver Relay, digunakan IC Optocoupler PC817 untuk mengisolasi rangkaian antara mikrokontroler dengan relay. Dapat dilihat pada Gambar 6, bahwa ground- nya terpisah/beda dengan ground pada Gambar 5, ini bertujuan untuk memisahkan grounding pada sistem mikrokontroler dengan sistem relay, supaya arus pada mikrokontroler tidak terganggu oleh relay. Sedangkan untuk menggerakkan relay, digunakan IC ULN2003A. Output dari mikrokontroler, yaitu port PD2, PD3, dan PD4 masuk ke anoda dari IC Optocoupler . Saat input optocoupler high, ini menyebabkan phototransistor aktif, maka menghasilkan logika high pada kaki emiter nya. Kemudian saat input optocoupler low, ini menyebabkan phototransistor tidak aktif, maka menghasilkan logika low pada kaki emiter nya yang mana emiter ini terhubung dengan IC ULN2003A pada sisi input sesuai yang tertampil pada Gambar 6. Ketika, input ULN2003A high , maka akan menghasilkan output low . Sedangkan saat input ULN2003A low, maka akan menghasilkan output high . Gambar 6. Untai driver relay. Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 15 No. 2 Oktober 2016 Hal 129 – 139 e. Pengkabelan kontaktor Pengkabelan antara kontaktor dengan relay terdapat pada Gambar 7. Kontaktor yang digunakan merupakan produk dari Scneider seri LC1D09M7 [3]. Kontaktor ini menggunakan tegangan koil 220 VAC. Pada Gambar 7, menggunakan dua buah kontaktor yang kemudian diberi nama K1 ( Forward ) dan K2 ( Reverse ). Label KONTAKTOR_1 dan KONTAKTOR_2 pada Gambar 7, terhubung dengan label KONTAKTOR_1 dan KONTAKTOR_2 pada Gambar 6. M merupakan Motor AC tiga fasa yang digunakan sebagai penggerak utama pada mesin tenun. R, S, T, merupakan sumber tegangan tiga fasa. N menunjukan kabel Netral. Untuk mengaktifkan kontaktor maka diperlukan tegangan fasa dengan netral, karena kontaktor tersebut menggunakan koil 220 VAC pada pin A1 dan A2. Terdapat 2 buah kontak bantu yaitu NO ( Normally Open ), dan NC ( Normally Connect ). Pin A2 (K1) terhubung dengan tegangan sumber fasa R. Pin A2 (K2) terhubung dengan tegangan sumber fasa S. Pin A1 (K1) terhubung pada NC (K2), kemudian dari NC (K2) ini terhubung dengan relay-1 pada Gambar 6. Pin A1 (K2) terhubung pada NC (K1), kemudian dari NC (K1) ini terhubung dengan relay-2 pada Gambar 6. [4] Gambar 7. Pengkabelan kontaktor. ## 2.3 Perancangan perangkat lunak Perangkat lunak digunakan untuk mengendalikan seluruh operasi sistem. Perangkat lunak ditulis dan di- compile menggunakan Arduino IDE 1.6.5 yang kemudian di tanamkan ke mikrokontroler. Pada bagian ini akan dibahas garis besar program sistem yang direpresentasikan melalui diagram alir. Untuk mengatur gerak dan pengereman motor, dibutuhkan tiga buah relay. Relay-1 merupakan relay yang digunakan untuk menghidupkan kontaktor arah maju ( Forward) , Dwi Cahyo Mahardika, Deddy Susilo, Darmawan Utomo Relay-2 merupakan relay yang digunakan untuk menghidupkan kontaktor arah mundur ( Reverse ), sedangkan Relay-3 merupakan relay yang digunakan untuk mengaktifkan Rem. Sedangkan untuk sensor proximity dibutuhkan dua buah sensor, Sensor Belakang merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui batas belakang. Sensor Depan, merupakan sensor yang digunakan untuk mengetahui batas depan. Proses kerja dari sistem pengendali mesin tenun dijelaskan sebagai berikut. Pada saat awal sistem dihidupkan, sistem menunggu masukan yang diberikan oleh operator dengan cara penekanan salah satu tombol. Masukan yang diberikan akan dibandingkan apakah Tombol Maju, Mundur, Jogging , Start , atau Stop . a. Jika ditekan Tombol Maju, maka sistem akan membandingkan, apakah Sensor Depan mendeteksi, jika ya, maka akan kembali meminta masukan, jika tidak, maka akan menjalankan subrutin maju. b. Jika ditekan Tombol Mundur, maka sistem akan membandingkan, apakah Sensor Belakang mendeteksi, jika ya, maka akan kembali meminta masukan, jika tidak, maka akan menjalankan subrutin mundur. c. Jika ditekan Tombol Jogging , maka sistem akan membandingkan, apakah Sensor Belakang mendeteksi, jika ya, maka akan menjalankan subrutin jogging , jika tidak, maka akan kembali meminta masukan. d. Jika ditekan Tombol Start , maka sistem akan membandingkan, apakah Sensor Belakang mendeteksi, jika ya, maka akan menjalankan subrutin start , jika tidak, maka akan kembali meminta masukan. e. Jika ditekan Tombol Stop , maka sistem akan membandingkan, apakah Relay-1 hidup, jika ya, maka akan menjalankan subrutin stop , jika tidak, maka akan kembali meminta masukan. Diagram alir program utama ditunjukkan pada Gambar 8. Diagram alir untuk masing – masing tombol disajikan dalam Gambar 9. Gambar 8. Diagram alir program utama Gambar 9. Diagram Alir Maju(a), Mundur(b), Jogging (c), Start (d), Stop (e) ## 3. Ilustrasi dan Hasil Pengujian Ilustrasi pengujian bertujuan untuk memberi gambaran pada tiap state /posisi dari sensor proximity dan logam. Gambar 10. Arah pergerakan motor. Gambar 10, merupakan gambar arah pergerakan motor, ditunjukkan dengan anak panah. Anak panah yang berwarna hitam, menunjukkan pergerakan motor ke arah mendekati operator. Sedangkan anak panah yang berwarna abu – abu, menunjukkan pergerakan motor ke arah menjauhi operator. Pada Gambar 11, bagian yang berwarna biru menunjukkan bahan logam yang nantinya akan dideteksi oleh sensor proximity . Bagian biru ini menempel pada lingkaran Dwi Cahyo Mahardika, Deddy Susilo, Darmawan Utomo warna kuning, warna kuning ini berotasi. Tanda panah menunjukkan arah rotasi bagian yang berwarna kuning dan biru yaitu ke arah maju/ forward. Bagian lingkaran yang berwarna merah, merupakan sensor proximity yang digunakan. Sensor ini tidak ikut berotasi seperti warna biru dan kuning. Ada dua sensor, yaitu sensor batas depan (ditandai dengan nomor 1), dan sensor batas belakang (ditandai dengan nomor 2). Gambar 11, menunjukkan kondisi sensor batas belakang (2) mendeteksi logam, berarti saat ini motor tidak dapat bergerak ke arah mundur lagi, karena sudah mencapai batas belakang. Tetapi masih dapat bergerak ke arah maju/mendekati operator. Selain itu, kondisi ini juga merupakan syarat Tombol Jogging dan Start agar dapat bekerja, yaitu sensor batas belakang (2) mendeteksi logam dan juga sebagai syarat berhenti yaitu harus pada saat sensor batas belakang (2) mendeteksi logam. Gambar 12, merupakan gambar kondisi nyata pada mesin untuk ilustrasi pertama. Gambar 13, menunjukkan kondisi kedua sensor tidak mendeteksi logam sama sekali, berarti saat ini dapat bergerak maju (mendekati operator) ataupun mundur (menjauhi operator), karena belum mencapai batas belakang/depan. Namun, pada kondisi ini, tombol jogging dan start tidak dapat bekerja sesuai prosedur, karena belum memenuhi persyaratan, seperti yang sudah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Gambar 14, merupakan gambar kondisi nyata pada mesin untuk ilustrasi kedua. Gambar 15, menunjukkan kondisi sensor batas depan mendeteksi logam, berarti saat ini motor tidak dapat bergerak ke arah maju (mendekati operator) lagi, karena sudah mencapai batas depan. Tetapi masih dapat bergerak ke arah mundur (menjauhi operator). Gambar 16, merupakan gambar kondisi nyata pada mesin untuk ilustrasi ketiga. Hasil pengujian disajikan dalam Tabel 1. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan sebanyak 30 kali, didapatkan prosentase keberhasilan untuk masing – masing tombol, yaitu untuk tombol Maju, Mundur, Jogging , dan Start 100%, sedangkan untuk tombol Stop , didapatkan prosentase keberhasilan 93,33%, dikarenakan terjadi dua kali kegagalan dalam berhenti. Kegagalan ini disebabkan mikrokontroler terkena spike sesaat sebelum melakukan pengereman. Tabel 1. Hasil Pengujian tiap tombol. Tombol Maju Tombol Mundur Tombol Jogging Tombol Start Tombol Stop Jumlah Berhasil (√) 30 30 30 30 28 Jumlah Gagal (×) 0 0 0 0 2 Prosentase Keberhasilan 100% 100% 100% 100% 93,33% Gambar 11. Ilustrasi Pertama. Gambar 12.Gambar nyata dari ilustrasi pertama. Gambar 13. Ilustrasi kedua. Gambar 14. Gambar nyata ilustrasi kedua. Gambar 15. Ilustrasi ketiga. Gambar 16. Gambar nyata ilustrasi ketiga ## 4. Kesimpulan Dari hasil pengujian dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Sistem dapat bekerja sesuai masukan tombol dari operator. 2. Dalam pengujian yang telah dilakukan sebanyak 30 kali, didapatkan prosentase keberhasilan untuk tiap tombol sebagai berikut, a. Tombol Maju 100 % b. Tombol Mundur 100 % c. Tombol Jogging 100 % d. Tombol Start 100 % e. Tombol Stop 93,33 % 3. Tombol Stop didapatkan prosentase 93,33%, dikarenakan pada saat berhenti masih terlalu maju dari posisi seharusnya. Dalam 30 kali pengujian didapatkan 2 kali kegagalan dalam berhenti. 4. Sistem pengendali yang telah dirancang dapat diterapkan pada mesin tenun GA615 yang terdapat di PT. Panca Bintang Tunggal Sejahtera, namun mikrokontroler masih rawan terkena spike dari induksi motor AC tiga fasa. ## Daftar Pustaka [1] Anonim, “Cylindrical Type Proximity Sensor.” Autonics, pp. 1–6. [2] Anonim, “8-bit AVR Microcontrollers ATmega328.” Atmel Corporation, 1600 Technology Drive, San Jose, CA 95110 USA, pp. 1–444, 2016. [3] Anonim, “LC1D09M7 - TeSys D contactor - 3P(3 NO) - AC-3 - <= 440 V 9 A - 220 V AC coil.” Schneider Electric, pp. 1–3, 2012. [4] Arochman, “Alat praktikum pengendali motor induksi tiga fasa untuk hubungan star delta dan berurutan,” Tugas Akhir Program Diploma III Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang, 2013. Techné Jurnal Ilmiah Elektroteknika Vol. 15 No. 2 Oktober 2016 Hal 129 – 139
40cf67fc-c648-4c62-ac94-ac6893004541
https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/download/67/46
## Tatalaksana Kista dan Abses Bartholin ## Valentino RyuYudianto, Jason Theola, Kemal Akbar Suryoadji Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia ## ABSTRAK Kista Bartholin merupakan pembesaran duktus kelenjar Bartholin akibat penyumbatan duktus kelenjar Bartholin. Abses Bartholin dapat terjadi pada kista Bartholin yang terinfeksi. Sekitar 2% wanita usia reproduktif mengalami kista/abses Bartholin. Hingga saat ini, masih belum terdapat konsensus manajemen kista dan abses Bartholin yang resmi. Tinjauan pustaka ini membahas berbagai pilihan tatalaksana kista dan abses Bartholin secara komprehensif. ## Kata kunci: Abses Bartholin, kista Bartholin ## ABSTRACT Bartholin cyst is a cystic enlargement of Bartholin gland duct caused by an obstruction. Bartholin abscess may be caused by infection in Bartholin cyst or direct infection to the gland. About 2% of women in reproductive age have Bartholin cyst or abscess. There is no official consensus on the management of Bartholin cyst or abscess. This review discussthe options in comprehensive treatment of Bartholin cyst and abscess. Valentino RyuYudianto, Jason Theola, Kemal Akbar Suryoadji. Management of Bartholin Cyst and Abscess Keywords: Bartholin abscess, Bartholin cyst ## PENDAHULUAN Kelenjar Bartholin merupakan kelenjar berukuran sekitar 0,5 cm yang terletak di dasar kanan dan kiri introitus vagina. Kelenjar ini mensekresikan mukus ke dalam duktus yang bermuara di vestibulum vagina dan berperan dalam lubrikasi vagina. Apabila terdapat penyumbatan duktus kelenjar Bartholin, mukus akan terakumulasi dan menyebabkan pembesaran berisi cairan yang terlihat seperti kantung, disebut kista Bar - tholin. 1,2 Kista Bartholin dapat berkembang menjadi abses Bartholin jika terinfeksi. Abses Bartholin dapat tanpa didahului kista Bartholin apabila kelenjar Bartholin terinfeksi langsung. Abses dapat disebabkan oleh organisme oportunistik tunggal ataupun polimikrobial, dengan penyebab paling umum Escherichia coli dan Staphylococcus aureus . 3 Sekitar 2% wanita usia reproduktif mengalami kista/abses Bartholin. 4 Kista Bartholin banyak ditemukan saat onset pubertas dan meningkat seiring pertambahan usia. 5 Kista dan abses Bartholin dapat menimbulkan keluhan estetika ataupun mengganggu kualitas hidup, seperti nyeri serta rasa tidak nyaman saat berjalan, duduk, dan berhubungan seksual. Hingga saat ini, belum terdapat konsensus manajemen kista dan abses Bartholin yang resmi. 6 Tinjauan pustaka ini akan membahas berbagai pilihan manajemen tatalaksana kista dan abses Bartholini secara komprehensif. ## PEMBAHASAN Tatalak s ana kista dan abses Bartholin tergantung ukuran, usia, gejala, dan riwayat berulang. Kista berukuran kecil tanpa inflamasi umumnya tidak menimbulkan gejala apapun; kista asimtomatik ini tidak membutuhkan penanganan khusus; dapat secara konservatif menggunakan sitz bath dan analgesik. 5 Apabila membutuhkan penanganan lebih lanjut, pembedahan merupakan modalitas terpilih. 1 ## Insisi dan Drainase dengan Kateter Word Insisi dan drainase dengan kateter Word merupakan tatalaksana yang sangat umum karena mudah, efektif secara biaya, tidak membutuhkan waktu lama, serta tingkat kekambuhannya relatif rendah. 3 Insisi dan drainase menggunakan kateter Word dilakukan dengan membersihkan region kista dengan povidone-iodine dan anestesi di tempat insisi. Insisi vertikal kecil sekitar 3 mm dibuat di sepanjang permukaan mukosa labia minor. Discharge purulen yang keluar dapat dikultur; biopsi juga dapat dilakukan setelah insisi. Selanjutnya, kateter Word dimasukkan dengan ujung yang memiliki balon berada di dalam rongga abses; balon diinflasi dengan 3-5 mL saline . Setelah diinflasi, bagian eksternal kateter Word dimasukkan ke dalam vagina untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien dan mengurangi risiko terpindahnya kateter. Kateter Word yang telah terpasang sebaiknya tidak dipindah selama setidaknya 4 minggu untuk memastikan drainase dan epitelisasi berjalan baik. 7 Penggunaan kateter sebaiknya dihindari pada kasus kista/abses Bartholin yang dalam. 8 ## PRAKTIS Gambar 1. Kateter Word 9 cefiksim ditambah klindamisin, atau amoksisilin-klavulanat ditambah klindamisin. 5 Terapi antibiotik juga dapat dilakukan apabila kista/abses Bartholini disertai infeksi saluran kemih, infeksi menular seksual, dan selulitis. 3 ## Insisi dan Drainase dengan Kateter Cincin Tatalaksana ini diawali dengan insisi seperti pada subbab sebelumnya. Namun, sebagai pengganti kateter Word, digunakan kateter cincin sebagai media drainase abses Bartholin. Area yang telah diinsisiakan dimasuki hemostat dan dibentuk saluran yang melintasi rongga abses menuju sisi lain mukosa vagina, tempat insisi kedua dibuat. Di area insisi kedua, hemostat akan mengambil salah satu ujung kateter lalu menariknya ke saluran yang sebelumnya telah dibentuk oleh hemostat tersebut hingga ujung kateter tersebut keluar di area insisi pertama. Kedua ujung kemudian diikat membentuk cincin. Kateter cincin dipasang selama setidaknya empat minggu untuk memastikan epitelisasi berjalan baik. Pemasangan kateter cincin ini memiliki risiko rendah terlepas dan memiliki keuntungan berupa terdapatnya dua saluran drainase. 3,10 ## Marsupialisasi Marsupialisasi merupakan pilihan tatalaksana kista dan abses Bartholin kronik dan berulang. 11 Marsupialisasi dilakukan dengan cara membuat insisi vertikal berukuran 2 cm di sisi lateral cincin hymen. Insisi harus dibuat cukup dalam agar dinding kista ikut teriris. Larutan salin dapat diberikan untuk melembapkan area yang akan dieversi. 1,3 Setelah itu, dinding kista dieversi menggunakan forceps ke tepi dinding, dan dijahit ke permukaan epitel menggunakan benang 3.0 atau 4.0 secara interrupted. Kelebihan marsupialisasi meliputi komplikasi ekstirpasi yang lebih kecil dan dipertahankannya fungsi lubrikasi. Komplikasi marsupialisasi meliputi dispareunia, infeksi, dan hematoma. 5,12, ## Laser Karbondioksida Adanya kekurangan berupa kekambuhan, jaringan parut, hingga perdarahan yang dapat ditemukan pada pilihan-pilihan tatalaksana sebelumnya menjadikan laser CO2 metode alternatif. Tatalaksana ini dilakukan dengan insisi kista menggunakan laser karbon- d ioksida, lalu dinding kista diuapkan dari dalam. Tatalaksana ini menghasilkan kesembuhan yang baik dan tidak menimbulkan jaringan parut dengan tingkat kekambuhan yang rendah. 1,13 ## Skleroterapi Skleroterapi, yang juga dikenal sebagai ablasi, memiliki prinsip destruksi sel epitel yang melapisi kista atau abses Bartholin. Skleroterapi dapat menggunakan alkohol ataupun silver nitrat. Sebuah penelitian randomized controlled trial menunjukkan bahwa keamanan tidak berbeda jauh. 14 Skleroterapi silver nitrat memiliki risiko terbentuknya jaringan parut lebih rendah, namun waktu penyembuhannya lebih lama dibandingkan skleroterapi alkohol. 3 (A) Insisi pertama dibuat. (B) Hemostat membentuk saluran yang melintasi rongga abses menuju insisi kedua. (C) Hemostat mengambil salah satu ujung kateter. (D) Ujung kateter ditarik menuju insisi pertama. (E) Kedua ujung kateter diikat dan membentuk cincin. Gambar 2. Pemasangan cincin Jacobi. 3 Gambar 3. Marsupialisasi kista Bartholin. 3 (A) Insisi vertikal dibuat di tengah kista. (B) Eversi dinding kista dan dijahit ke mukosa vestibulum secara interrupted Skleroterapi alkohol dilakukan dengan cara memasukkan jarum 18-20 gauge ke dalam bagian kista yang memiliki fluktuasi maksimal. Isi kista kemudian diaspirasi hingga kista kolaps, lalu diinjeksikan alkohol 70% dengan volume yang sama dengan volume cairan yang telah diaspirasi. Durasi penyembuhan berlangsung sekitar satu minggu. 15 Pada skleroterapi silver nitrat, pertama-tama dilakukan drainase isi kista/abses hingga terkuras habis. Stik silver nitrat dengan diameter 5 mm dan panjang 5 mm kemudian dimasukkan ke dalam rongga kista/abses. Stik dijahit di area insisi agar tertahan di rongga tersebut dan meneruskan proses drainase. Setelah tiga hari, stik diangkat bersama jaringan nekrotik menggunakan klem. Durasi penyembuhan berlangsung sekitar dua minggu. 3,15 ## Eksisi Eksisi kista/abses Bartholin dapat dilakukan apabila seluruh manajemen tatalaksana sebelumnya gagal. Eksisi juga dapat dilakukan segera setelah kekambuhan pertama, tergantung pertimbangan dokter ataupun keputusan pasien. 3 ## SIMPULAN Terdapat banyak pilihan tatalaksana kista/ abses Bartholin berdasarkan berbagai pertimbangan, seperti ukuran kista, usia pasien, gejala, serta riwayat kista/abses Bartholin berulang. Tatalaksana awal yang paling banyak dilakukan pada kista/ abses Bartholin simtomatik adalah insisi dan drainase menggunakan kateter Word. Terdapat pilihan lain seperti insisi dan drainase dengan cincin Jacobi, marsupialisasi, laser karbondioksida, skleroterapi, hingga eksisi. Pemilihan tatalaksana secara komprehensif penting berdasarkan pertimbangan klinis dan persetujuan pasien. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Lee MY, Dalpiaz A, Schwamb R, Miao Y, Waltzer W, Khan A. Clinical pathology of Bartholin's glands: A review of the literature. Curr Urol. 2015;8(1):22–5. 2. Kallam AR, Kanumury V, Bhimavarapu NN, Soorada B. A report of two cases of “giant Bartholin gland cysts” successfully treated by excision with review of literature. J Clin Diagn Res. 2017;11(6):11-3. 3. Omole F, Kelsey RC, Phillips K, Cunningham K. Bartholin duct cyst and gland abscess: Office management. Am Fam Physician. 2019;99(12):760-6. 4. Kaufman RH. Benign diseases of the vulva and vagina. 4th ed. St Louis: Mosby. 1994. p. 168–248. 5. Lee WA, Wittler M. Bartholin gland cyst [Internet]. 2020 Nov 18. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532271 6. Illingworth BJG, Stocking K, Showell M, Kirk E, Duffy JMN. Evaluation of treatments for Bartholin’s cyst or abscess: A systematic review. BJOG: An Internat J Obstetr Gynaecol. 2019;127(6):671-8. 7. Reif P, Ulrich D, Bjelic-Radisic V, Häusler M, Schnedl-Lamprecht E, Tamussino K. Management of Bartholin's cyst and abscess using the word catheter: Implementation, recurrence rates and costs. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2015;190:81-4. 8. Koc O, Sengul N, Gurel S. Perineal leiomyoma mimicking complex Bartholin mass. Int Urogynecol J. 2010;21(4):495-7. 9. Omole F, Simmons BJ, Hacker Y. Management of Bartholin's duct cyst and gland abscess. Am Fam Physician. 2003;68(1):138. 10. Gennis P, Li SF, Provataris J, Shahabuddin S, Schachtel A, Lee E, et al. Jacobi ring catheter treatment of Bartholin's abscesses. Am J Emerg Med. 2005;23(3):414–5. 11. Mayeaux EJ Jr, Cooper D. Vulvar procedures: Biopsy, Bartholin abscess treatment, and condyloma treatment. Obstet Gynecol Clin North Am. 2013;40(4):759–72. 12. Ozdegirmenci O, Kayikcioglu F, Haberal A. Prospective randomized study of marsupialization versus silver nitrate application in the management of Bartholin gland cysts and abscesses. J Minim Invasive Gynecol. 2009;16(2):149-52. 13. Fambrini M, Penna C, Pieralli A, Fallani MG, Andersson KL, Lozza V, et al. Carbon-dioxide laser vaporization of the Bartholin gland cyst: A retrospective analysis on 200 cases. J Minim Invasive Gynecol. 2008;15(3):327-31. 14. Kafali H, Yurtseven S, Ozardali I. Aspiration and alcohol sclerotherapy: A novel method for management of Bartholin's cyst or abscess. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2004;112(1):98–101. 15. Wechter ME, Wu JM, Marzano D, Haefner H. Management of Bartholin duct cysts and abscesses: A systematic review. Obstet Gynecol Surv. 2009;64(6):395–40.
6a9d1551-ba60-4716-979e-3559ad093dac
https://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JPF/article/download/16247/11675
## PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS PREDICT OBSERVE EXPLAIN PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMP Dhea Silvia Putri*, I Dewa Putu Nyeneng, Ismu Wahyudi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 *email: [email protected] Received: 13 Juli 2018 Accepted: 19 Juli 2018 Online Published: 20 Juli 2018 Abstract: Development of Student Worksheet Based on Predict Observe Explain of Light Topic for Eighth Graders of Junior High School. This research aimed to develop valid Student Worksheet (LKPD) based on Predict Observe Explain (POE) of light topic for eighth graders at junior high school. The Researcher will also describe the attractiveness, easiness, and usefulness of LKPD based on POE developed. The study refers to the design of research and development (R & D) according to Sugiyono with the development procedure consists of the potential and problems, data collection, product design, product validation, product revision, and product testing. LKPD based on POE has been validated the design test with the score 3,74 (very appropriate) and the material test with the score 3,57 (very appropriate). LKPD based on POE has been developed were very attractive with the score 3,54, very easy with the score 3,57, and very useful with the score 3,72. Keyword: Student Worksheet, Predict Observe Explain, Research and Development. Abstrak: Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis Predict Observe Explain Pada Materi Cahaya untuk Siswa SMP Kelas VIII. Penelitian bertujuan untuk mengembangkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Predict Observe Explain (POE) pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII yang tervalidasi. Peneliti juga akan mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD berbasis POE yang dikembangkan. Penelitian mengacu pada desain penelitian dan pengembangan (R&D) dengan prosedur pengembangan terdiri dari potensi dan masalah, pengumpulan informasi, desain produk, validasi produk, revisi produk, dan uji coba produk. LKPD berbasis POE ini telah tervalidasi uji desain dengan skor rata-rata 3,74 (sangat sesuai) dan uji materi dengan skor rata- rata 3,57 (sangat sesuai). LKPD berbasis POE yang dihasilkan sangat menarik dengan skor rerata 3,54, sangat mudah dengan rerata skor 3,57, dan sangat bermanfaat dengan rerata skor 3,72. Kata kunci: Lembar Kerja Peserta Didik, Predict Observe Explain, Penelitian Pengembangan. ## PENDAHULUAN Pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut untuk aktif, kritis, inovatif, dan kreatif selama pembelajaran. Guru diberi kebebasan untuk melaksanakan pembelajaran yang kreatif sehingga dapat merespon siswa untuk aktif atau berpusat pada siswa (Anggraini, dkk., 2017). Alasan kurikulum 2013 di- kembangkan menurut Kusnandar (2014: 21) dikarenakan adanya beberapa faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah penyempurnaan pola pikir. Selama ini pembelajaran di kelas hanya berpusat pada guru, guru lebih aktif selama pembelajaran sedangkan siswa hanya menerima apa yang guru berikan. Kurikulum 2013 mengubah pola tersebut menjadi pola pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa akan lebih aktif selama pembelajaran. Beberapa sekolah di Bandarlampung telah menerapkan kurikulum 2013. Salah satu sekolah tersebut adalah SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Oleh karena sekolah telah menerapkan kurikulum 2013, maka semestinya pembelajaran di kelas berpusat pada siswa. Namun, ber- dasarkan hasil analisis masih ditemukan beberapa kelas yang belum menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013. Salah satunya pembelajaran fisika di kelas VIII yang masih berpusat pada guru. Dalam pembelajaran fisika tersebut, peran guru lebih dominan dibandingkan peran siswa yang hanya mendengarkan dan menerima suatu konsep yang guru berikan. Pembelajaran yang seperti ini dikhawatirkan akan berdampak pada kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep yang telah diberikan. Putri (2016) berpendapat bahwa dalam pembelajaran fisika perlu adanya serangkaian kegiatan ilmiah untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep fisika. Resita, dkk. (2016) juga berpendapat bahwa dalam pembelajaran fisika erat kaitannya dengan penelitiaan, penyelidikan, dan eksperimen. Siswa dapat memahami konsep dengan baik jika disertai dengan eksperimen. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan eksperimen, siswa tidak hanya mendengarkan suatu konsep fisika tetapi juga terlibat langsung dalam melakukan penyelidikan tentang peristiwa yang terjadi sehingga siswa mendapatkan penjelasan tentang konsep tersebut. Pratiwi, dkk. (2017) menambahkan bahwa proses pem- belajaran lebih dipentingkan daripada hasil, dimana siswa belajar mengkontruksikan sendiri, proses belajar berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa melakukan dan mengalami, bukan hanya transfer informasi dari guru ke siswa. Berdasarkan penjabaran tentang pembelajaran fisika, kegiatan eksperimen diperlukan untuk mempelajari dan memahami konsep fisika, meskipun tidak semua materi fisika memerlukan kegiatan eksperimen dikarenakan proses pembelajaran perlu disesuaikan juga dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Salah satu materi pokok fisika yang dapat menerapkan metode eksperimen adalah materi cahaya. Hal ini dilihat dari Komptensi Dasar (KD) yang tercantum dalam Silabus IPA Kelas VIII Kurikulum 2013 yaitu KD 3.12 Menganalis sifat-sifat cahaya, pem- bentukan bayangan pada bidang datar dan lengkung, serta penerapannya untuk menjelaskan proses penglihatan manusia, mata serangga, dan prinsip kerja alat optik. Jika meninjau hasil analisis, langkah-langkah pembelajaran fisika untuk materi cahaya di kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung, antara lain: guru memberikan rumusan masalah kepada siswa, memberi siswa kesempatan untuk menanggapi masalah, selanjutnya guru memberikan penjelasan tentang permasalahan tersebut. Guru tidak memberi kesempatan kepada siswa untuk menguji hipotesis siswa dengan melakukan percobaan dan mem- bandingkan hasil percobaan tersebut dengan prediksi awal siswa. Hal ini menunjukkan bahwa guru tidak menggunakan metode eksperimen untuk mencapai KD 3.12 pada materi cahaya yang disebabkan oleh tidak adanya bahan ajar sebagai penuntun percobaan. Untuk itu, dibutuhkan suatu bahan ajar penuntun percobaan yang dapat disesuaikan dengan materi, pola pembelajaran dan kondisi lingkungan. Salah satu bahan ajar atau sumber belajar yang dapat menunjang pola pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Lembar kerja siswa berperan sebagai bahan ajar yang bisa me- minimalkan peran guru namun lebih mengaktifkan siswa karena berisi serangkaian tugas dan langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang harus dikerjakan siswa dalam pokok kajian tertentu (Putri, 2016). Kemudian, menurut Falah, dkk. (2017) penggunaan lembar kerja siswa (LKPD) menjadikan pembelajaran lebih efektif dan mudah karena LKPD dapat disusun ber- dasarkan kebutuhan pembelajaran. Penyusunan LKPD ini disesuaikan dengan materi, kondisi peserta didik, lingkungan, maupun kemampuan guru. Selain itu, LKPD dapat berupa pemahaman untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. Alternatif pemecahan berbagai masalah tersebut salah satunya dengan menerapkan metode atau model pembelajaran yang sesuai (Puriyandari, dkk., 2014). Model pembelajaran POE ( Predict Observe Explain ) merupakan suatu model yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai konsep ilmu pengetahuan (White dan Gustone dalam Keeratichamroen, 2007). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Ayvaci (2013) yang menyatakan bahwa POE was effective and attractive in learning in science concepts . Kemudian, Model pembelajaran POE menurut Suparno (2007) merupakan model pembelajaran yang menggunakan 3 langkah utama dari metode ilmiah yaitu: (1) Prediction merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa, (2) Observation yaitu melakukan pengamatan apa yang terjadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk menguji kebenaran prediksi siswa dan (3) Explanation yaitu pemberian penjelasan tentang ke- sesuaian antara tahap observasi dengan dugaan hasil eksperimen. Manfaat model POE menurut Ozdemir, dkk. (2011) yaitu model POE dapat meningkatkan pemahaman konsep sains siswa. Model ini dapat digunakan untuk menggali pengetahuan awal siswa, memberikan informasi kepada guru mengenai kemampuan berpikir siswa, mengkondisikan siswa untuk melakukan diskusi, memotivasi siswa untuk mengeksplorasi konsep yang dimiliki, dan membangkitkan siswa untuk melakukan investigasi. Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa model pem- belajaran POE merupakan rangkaian proses pemecahan masalah untuk menggali pemahaman peserta didik melalui tahap prediksi atau membuat dugaan awal ( predict ), pengamatan atau pembuktian dugaan ( observe ), serta penjelasan terhadap hasil pengamatan ( explain ). Pembelajaran dengan model POE merupakan pembelajaran yang dimulai dengan penyajian masalah, siswa diajak untuk menduga atau membuat prediksi dari suatu kemungkinan yang terjadi dengan pola yang sudah ada, kemudian dilanjutkan dengan melakukan observasi atau pengamatan terhadap masalah tersebut untuk dapat menemukan kebenaran atau fakta dari dugaan awal dalam bentuk penjelasan (Indrawati dan Setiawan, 2009: 45). Sehingga, pembelajaran dengan model POE dapat digunakan oleh guru untuk memberikan pengertian yang mendalam pada aktivitas desain belajar dan strategi bahwa start belajar berawal dari sudut pandang siswa, bukan guru (Liew, 2004). Sudiadnyani, dkk. (2013) juga menambahkan bahwa pembelajaran dengan model POE ini dapat melatih siswa untuk aktif terlebih dahulu mencari pengetahuan sesuai dengan cara berpikirnya dengan menggunakan sumber-sumber yang dapat me- mudahkan dalam pemecahan masalah. Pada bagian pertama yaitu tahap predict , guru memberi permasalahan terkait materi yang dibahas dan siswa memberikan hipotesis berdasarkan per- masalahan yang diambil dari pengalaman siswa atau buku panduan yang memuat suatu fenomena terkait materi yang akan dibahas (Liew, 2004). Indrawati dan Setiawan (2009: 45 ) juga berpendapat bahwa Predict merupakan suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa atau fenomena. Siswa memprediksikan jawaban dari suatu permasalahan yang dipaparkan oleh guru, kemudian siswa menuliskan prediksi tersebut beserta alasannya. Tahap selanjutnya yaitu tahap observe , Liew (2004) berpendapat pada tahap ini peserta didik mengobservasi dengan melakukan eksperimen atau demonstrasi berdasarkan permasalahan yang dikaji dan mencatat hasil eksperimen untuk direfleksikan satu sama lain. Kemudian, Hakim dalam Apriliantika (2012) menjelaskan bahwa pada tahap observe , peserta didik diajak oleh guru melakukan pengamatan berkaitan dengan permasalahan yang disajikan di awal. Siswa diminta mengamati apa yang terjadi. Kemudian siswa menguji apakah dugaan yang mereka buat benar atau salah. Tahap akhir yaitu tahap explain , pada tahap ini siswa diminta memberikan penjelasan mengenai kesesuaian antara dugaan dengan hasil pengamatan yang telah mereka dapatkan dari tahap observasi (Indrawati dan setiawan, 2009: 45). Liew (2004) menambahkan bahwa pada tahap explain , siswa diminta berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing tentang fenomena yang telah diamati secara konseptual dan membandingkan hasil observasi dengan hipotesis sebelumnya serta mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas kemudian kelompok lain memberikan tanggapan, sehingga diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang sedang dibahas. Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran dengan model POE adalah pembelajaran yang menggunakan 3 langkah utama, antara lain: Predict atau dugaan yaitu memprediksi hal yang akan terjadi, Observe atau pengamatan yaitu membuktikan prediksi melalui pengamatan dan Explain atau penjelasan yaitu menjelaskan dari apa yang telah diprediksi dan diamati. Implementasi model POE ke dalam lembar kerja peserta didik akan menjadikan lembar kerja lebih variatif. Penerapan Model POE dalam pembelajaran sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas (Kibirige, dkk., 2014). Guru bukan berperan sebagai pengirim informasi, melainkan sebagai fasilitator siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Siswa akan memperoleh pengetahuan melalui eksplorasi dengan alat idera yang dimilikinya. Siswa diarahkan untuk membentuk pengetahuan barunya berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya (Hsu, dkk., 2011). Pengembangan bahan ajar berupa LKPD berbasis POE bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA. LKPD merupakan bagian dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan merupakan alat yang digunakan guru dalam mengajar (Majid, 2015: 372). Pengembangan LKPD berbasis POE dalam kegiatan pembelajaran telah terbukti memberikan pengaruh positif terhadap pembelajaran. Pengembangan LKPD IPA berbasis model pembelajaran POE misalnya penelitian Janah (2013) yang mengungkapkan bahwa penerapan LKPD yang dikembangkannya dengan pembelajaran POE berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa dengan rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Lembar kerja siswa berbasis POE dapat menjadi salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat melatih penalaran dan pemahaman konsep siswa (Falah, dkk., 2017). LKPD berbasis POE merupakan lembar kegiatan yang di dalamnya berisi tentang sintak-sintak pembelajaran POE yaitu predict , observe , dan explain (Janah, 2013). Hal ini senada dengan Syawaludin, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa LKPD IPA berbasis POE merupakan LKPD yang didesain dengan menggunakan model pembelajaran POE pada komponen- komponennya. LKPD yang dikembangkan ini melibatkan siswa dalam kegiatan praktikum IPA, siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui kegiatan predict yaitu memprediksi, observe yaitu mengamati, dan explain yaitu memberikan penjelasan. Siswa akan mencapai kompetensinya secara ilmiah. Berdasarkan penjabaran di atas maka dikembangkan LKPD berbasis POE pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII sebagai bahan ajar yang dapat digunakan untuk mencapai kompetensi dan pemahaman konsep terhadap materi yang diajarkan. ## METODE Metode penelitian ini adalah research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan yaitu pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik berbasis Predict Observe Explain pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Subyek penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIII di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Siswa yang dijadikan sampel penelitian untuk memperoleh data mengenai kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan dari produk LKPD eksperimen fisika yang akan dikembangkan, yaitu siswa kelas VIII sebanyak 28 orang. Sekolah tersebut dipilih karena didasarkan pada hasil observasi pada tahap analisis kebutuhan. Berdasarkan analisis kebutuhan diketahui bahwa dalam pembelajaran guru tidak mengggunakan LKPD eksperimen yang memuat langkah-langkah POE ( Predict- Observe-Explain ). Prosedur penelitian berpedoman pada desain penelitian pengembangan media oleh Sugiyono (2014: 409). Langkah-langkah dari desain penelitian ini meliputi: (1) Potensi dan Masalah, (2) Pengumpulan Informasi, (3) Desain Produk, (4) Validasi Produk, (5) Revisi Produk, (6) Uji coba produk. Penelitian pengembangan ini menggunakan dua macam metode pengumpulan data, yaitu metode observasi dan metode angket. Metode observasi dilakukan untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana di sekolah yang menunjang proses pembelajaran. Hasil observasi digunakan sebagai pendukung analisis kebutuhan yang tertuang dalam latar belakang . Data dalam penelitian ini yang diperoleh dengan menggunakan instrumen angket berupa angket analisis kebutuhan guru dan siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan mengoptimalkan media pembelajaran. Selain angket analisis kebutuhan, peneliti juga menggunakan angket uji ahli dan angket respon pengguna. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data tentang kelayakan produk. Instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk. Uji validasi dilakukan untuk mengetahui apakah desain dan materi yang tertuang dalam produk yang dikembangkan sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuannya. Uji ahli desain dan materi ini dilakukan oleh Dosen Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Lampung dan Guru IPA SMP. Data kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui hasil uji kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan dengan memberikan angket kepada pengguna secara langsung. Angket respon terhadap penggunaan produk untuk uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan memiliki empat pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan yang masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Konversi Penilaian Akhir Uji Internal dan Eksternal Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi 4 3,26 – 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik 2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik ## Suyanto dan Sartinem (2009) ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian pengembangan yang telah dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung adalah LKPD Berbasis POE materi cahaya. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap sesuai dengan prosedur pengembangan yang telah dilakukan. Adapun secara rinci hasil dari setiap tahapan prosedur penelitian pengembangan yang dilakukan sebagai berikut. ## Potensi dan Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung diperoleh masalah bahwa metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang menarik dan sulit dipahami, karena guru jarang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen. Hal ini diperoleh berdasarkan analisis kebutuhan bahwa sebagian besar siswa mengemukakan bahwa guru kurang memotivasi siswa untuk menanggapi dan menjawab pertanyaan, guru tidak memberi kesempatan siswa untuk mengemukakan pendapat, guru tidak memberi kesempatan siswa untuk melakukan percobaan untuk membuktikan jawabannya, padahal 77,50% siswa merasa sangat termotivasi jika pembelajaran fisika dilakukan dengan metode eksperimen. Kemudian di sekolah tersebut memiliki potensi berupa alat praktikum optika namun sangat jarang digunakan. Selain itu tidak adanya bahan pembelajaran seperti LKPD eksperimen sebagai kegiatan penuntun eksperimen. Oleh karena itu, peneliti ingin mengembangkan LKPD berbasis POE pada materi cahaya agar siswa termotivasi dalam pembelajaran dengan adanya kegiatan percobaan dan diharapkan mampu membuat siswa bersikap aktif dan kritis. Hasil analisis angket inilah yang kemudian menjadi acuan penulisan latar belakang dalam penelitian pengembangan ini. ## Pengumpulan Informasi Telah diperoleh informasi bahwa perlu adanya pengembangan LKPD berbasis POE pada materi cahaya yang mencakup aspek prediksi, observasi, dan eksplanasi. Pengumpulan Informasi diperoleh melalui analisis serta kajian pustaka dari buku atau jurnal berkenaan dengan isi/materi dan desain LKPD yang dikembangkan. Informasi yang dikumpulkan mengenai perencanaan pengembangan yang meliputi merumuskan tujuan, memperkirakan hal yang dibutuhkan, dan merumuskan kualifkasi dan bentuk partisipasi. LKPD yang dikembangkan berbasis POE yang terdiri dari tiga tahap, yaitu kegiatan memprediksi, kegiatan mengobservasi, dan kegiatan mengeksplanasi. Topik materi LKPD yaitu cahaya, sehingga memerlukan beberapa alat optika dalam pelaksanaan percobaan. Alat dan bahan yang digunakan disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kedaan siswa. ## Desain Produk Produk awal atau rancangan desain LKPD dibuat dengan mengidentifikasi terlebih dahulu materi dan format LKPD yang dihasilkan. Kegiatan identifikasi materi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran yang dibuat pada LKPD. LKPD yang dikembangkan adalah LKPD eksperimen yang memuat langkah-langkah percobaan dari beberapa kegiatan, yaitu sifat-sifat cahaya, pemantulan cahaya, dan pembiasan cahaya. Pembuatan LKPD ini mengacu kepada fase-fase POE , yaitu kegiatan memprediksi setelah mengidentifikasi fenomena, kegiatan mengobservasi dengan melakukan percobaan (disertai alat dan bahan dan prosedur percobaan), dan kengiatan mengeksplanasi dengan menganalisis dan menyimpulkan. LKPD memuat cover , kata pengantar, daftar isi, petunjuk penggunaan, keterangan KI, KD, indikator, tujuan pembelajaran, dan tugas evaluasi. Selain itu, LKPD dilengkapi dengan gambar fenomena terkait materi cahaya pada setiap subbab, terdapat kalimat pembimbing sebagai penuntun siswa dan gambar percobaan yang memudahkan siswa dalam melakukan percobaan. ## Validasi Produk Uji validasi produk yang dilakukan adalah uji ahli desain dan uji ahli materi pembelajaran. Uji ahli materi dilakukan oleh Dosen Pendidikan MIPA Universitas Lampung dan Guru IPA SMP. Angket hasil uji ahli materi yang terdiri dari 15 pertanyaan dengan rata-rata skor total 3,57 atau diklasifikan sangat sesuai. Rangkuman saran perbaikan dan perbaikan yang dilakukan berdasarkan hasil uji ahli materi dapat dilihat pada Tabel 2. Uji ahli desain dilakukan oleh Dosen Pendidikan MIPA Universitas Lampung dan Guru IPA SMP. Angket hasil uji ahli desain yang terdiri dari 17 pertanyaan dengan pertanyaan dengan rata-rata skor total 3,74 atau diklasifikan sangat sesuai. Rangkuman saran perbaikan dan perbaikan yang dilakukan berdasarkan hasil uji ahli desain dapat dilihat pada Tabel 3. ## Revisi Produk Berdasarkan hasil uji validasi produk, maka dilakukan perbaikan berdasarkan saran perbaikan dari tim ahli. Kemudian hasil revisi produk ini akan diujicobakan pada siswa kelas VIII. ## Uji Coba Produk Uji coba produk dilakukan dalam kelompok kecil dengan 28 orang siswa SMP Muhammdiyah 3 Bandarlampung kelas VIII.C untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD. Hasil uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa LKPD berbasis POE yang dikembangkan ini sangat menarik, sangat mudah, dan sangat bermanfaat. Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi Penguji Aspek Penilaian Saran Perbaikan Perbaikan yang Dilakukan Ahli Materi 1 Kesesuaian Isi a. Fenomena disesuaikan dengan cara berpikir siswa untuk menghindari salah konsep. b. Tambahkan kata pengantar sebelum melakukan percobaan. a. Memilih fenomena yang mudah dipahami siswa agar konsep yang benar tersampaikan. b. Melengkapi LKPD dengan menambahkan kata pengantar sebelum melakukan percobaan. Ahli Materi 2 Kesesuaian Isi Sesuaikan pertanyaan yang diprediksi dengan yang akan disimpulkan. Menyesuaikan pertanyaan yang diprediksi dengan yang akan disimpulkan. Pembahasan dalam penelitian ini menyajikan tentang produk pengembangan yang telah direvisi, meliputi kesesuaian produk yang dihasilkan dengan tujuan pengembangan, serta kelebihan dan kekurangan produk hasil pengebangan. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengembangkan LKPD berbasis POE pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII yang tervalidasi. Selain itu, peneliti juga akan mendeskripsikan kemenarikan, kemanfaatan, kemudahan LKPD berbasis POE pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII. LKPD berbasis POE ini telah melalui tahap uji validasi yang terdiri dari uji ahli materi dan uji ahli desain, serta telah melalui tahap uji coba produk untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan LKPD. Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain Penguji Aspek Penilaian Saran Perbaikan Perbaikan yang Dilakukan Ahli Desain 1 Ukuran unsur pada sampul LKPD Ukuran judul diperbesar dan tambahkan kata penyusun. Memperbesar ukuran judul LKPD agar lebih dominan dan memiliki pusat pandang yang baik. Ahli Desain 2 Ilustrasi Gambar Warna pada gambar ketiga pada cover diperbaiki agar terlihat lebih real . Memperbaiki warna gambar ketiga pada cover agar terlihat lebih nyata. Tabel 4. Hasil Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan No. Jenis Uji Rerata Skor Pernyataan Kualitatif 1. Kemenarikan LKPD 3,54 Sangat Menarik 2. Kemudahan LKPD 3,57 Sangat Mudah 3. Kemanfaatan LKPD 3,72 Sangat Bermanfaat LKPD berbasis POE yang dikembangkan ini sudah tervalidasi dari segi desain maupun materi sebagai bahan ajar yang baik. Berdasarkan hasil uji ahli desain, LKPD berbasis POE memperoleh skor rata-rata 3,74 dengan klasifikasi sangat sesuai. Hal ini dikarenakan tercapainya indikator pengembangan LKPD berbasis POE yang telah ditentukan seperti desain sampul LKPD memiliki pusat pandang ( point center ) yang baik, ukuran unsur tata letak di dalam sampul LKPD proporsional, desain sampul LKPD memiliki tingkat kekontrasan yang baik, warna judul LKPD kontras daripada warna latar belakang, ukuran judul LKPD lebih dominan, sampul LKPD tidak menggunakan terlalu banyak kombinasi jenis huruf, ilustrasi yang disajikan dapat menggambarkan isi/materi LKPD, warna obyek ilustrasi sesuai realita, penempatan unsur tata letak konsisten, setiap penempatan judul bab konsisten, dan memiliki unsur tata lengkap yaitu judul bab, sub judul bab, angka halaman, ilustrasi, dan keterangan gambar. Berdasarkan hasil uji ahli materi, LKPD berbasis POE memperoleh skor rata-rata 3,57 dengan klasifikasi sangat sesuai. Hal ini dikarenakan tercapainya indikator pengembangan LKPD berbasis POE yang telah ditentukan seperti materi yang disajikan sesuai dengan kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dan tahap perkembangan peserta didik. fenomena dalam LKPD mengandung pengetahuan faktual dalam pembelajaran, istilah- istilah yang digunakan dalam LKPD mudah dipahami peserta didik, kalimat yang digunakan dalam LKPD sesuai dengan tata Bahasa Indonesia, kalimat yang digunakan dalam LKPD mudah dimengerti, ejaan yang yang digunakan dalam LKPD sesuai dengan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan, LKPD menyajikan informasi KI dan KD yang harus dikuasai beserta indikator dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, dan susunan LKPD ini sesuai dengan langkah-lagkah POE yaitu memprediksikan, mengobservasi, dan mengeksplanasi. Berdasarkan hasil uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dapat dilihat pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa LKPD berbasis POE yang dikembangkan ini sangat menarik, sangat mudah, dan sangat bermanfaat. Data yang diperoleh ini ternyata sama dengan data hasil penelitian yang dilakukan oleh Putri (2016) yang menyimpulkan bahwa lembar kerja siswa berbasis predict observe explain sangat menarik, sangat mudah, dan sangat bermanfaat. Hal yang membuat LKPD berbasis POE sangat menarik berdasarkan hasil penelitian yaitu variasi penggunaan huruf (ukuran, bentuk, jenis dan warna) membuat LKPD menjadi menarik dipelajari, ilustrasi yang ada dan kesesuaian masalah yang disajikan membuat LKPD lebih menarik dipelajari, desain lay out , penggunaan variasi warna, penggunaan gambar-gambar, dan format keseluruhan LKPD membuat LKPD lebih menarik dipelajari. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Resita, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa LKPD dapat sangat menarik karena beberapa faktor yaitu cover yang dikemas menarik, pemilihan dan pembuatan gambar-gambar terlihat jelas, kesesuaian warna yang digunakan, dan pemilihan jenis huruf dalam LKPD serta desain tampilan LKPD yang mampu menampilkan ketertarikan siswa untuk belajar. Selanjutnya, hal yang membuat LKPD berbasis POE sangat mudah berdasarkan hasil penelitian yaitu cakupan isi yang jelas, alur penyajian yang jelas, dan bahasa yang digunakan dapat dipahami dengan jelas membantu siswa mempermudah penggunaan LKPD. Selain itu, pemaparan fenomena, petunjuk, perintah, dan pertanyaan-pertanyaan dalam LKPD ini dapat dipahami secara jelas sehingga mempermudah siswa menggunakan LKPD. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Resita, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa LKPD dikatakan sangat mudah karena dinilai dari aspek kejelasan isi, alur penyajian, kejelasan penggunaan bahasa, dan kejelasan pemaparan fenomena. Selanjutnya, hal yang membuat LKPD berbasis POE sangat bermanfaat berdasarkan hasil penelitian yaitu kemanfaatan LKPD dalam meningkatkan semangat siswa untuk mempelajari materi, membantu siswa untuk melakukan percobaan dan mengumpulkan data percobaan, dan dapat membantu siswa menganalisis data percobaan sehingga mudah dalam membuat kesimpulan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Resita, dkk. (2016) yang menyatakan bahwa aspek kemanfaatan LKPD dipengaruhi dari fungsi LKPD yang membantu meningkatkan minat siswa dan membantu siswa mempelajari materi secara lebih mudah. Secara garis besar, LKPD berbasis POE ini memiliki unsur-unsur yang sama dengan LKPD pada umumnya. Perbedaan LKPD ini dengan LKPD lainnya terdapat pada susunannya yaitu disusun dengan mengacu pada tahapan- tahapan model pembelajaran POE . Beberapa karakteristik yang dimiliki LKPD berbasis POE ini adalah adanya penyajian fenomena sebagai upaya penemuan konsep secara mandiri, adanya kolom prediksi untuk menuliskan hasil dugaan terhadap suatu fenomena, adanya kegiatan observasi untuk membuktikan prediksi siswa, dan adanya kolom eksplanasi sebagai tempat bagi siswa untuk membandingkan hasil dugaan dan pengamatan mereka. Perbedaan LKPD berbasis POE dengan LKPD lainnya disebutkan pula dalam penelitian yang dilakukan Jannah (2013) yang menekankan bahwa lembar kerja berbasis POE merupakan lembar kegiatan yang di dalamnya berisi tentang sintak-sintak pembelajaran POE yaitu predict , observe , dan explain . Penggunaan LKPD berbasis POE juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, mendorong siswa bekerja sendiri, serta mengarahkan siswa dalam pengembangan konsep, sehingga akan memicu siswa melakukan kegiatan belajar yang lebih efektif dan efisien (Syawaludin, dkk., 2016). Selain itu penggunaan LKPD berbasis POE ini dapat digunakan untuk menemukan ide siswa, dan juga menyediakan informasi bagi guru untuk mengetahui cara berfikir siswa, memicu terjadinya kegiatan diskusi, memotivasi siswa untuk mengeksplor pengetahuan konsepsi siswa, memicu siswa untuk melakukan investigasi (Fannie, dkk., 2014). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan LKPD berbasis POE menjadi salah satu alternatif bagi guru untuk menerapkan sistem belajar aktif dan menjadi bahan pembelajaran yang dapat melatih penalaran dan pemahaman konsep siswa. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran yang muncul pada saat pelaksaanaan uji coba LKPD berbasis POE ternyata sesuai dengan penelitian Ayvaci (2013) yang menyatakan bahwa pembelajaran POE merupakan pembelajaran yang efektif dan dapat memicu siswa untuk aktif terlibat dalam pembelajaran sains. Selain itu, dengan menggunakan LKPD berbasis POE ini siswa bukan hanya dapat membentuk pengetahuan baru tetapi juga dapat mengembangkan kemampuannya dalam kerjasama dan komunikasi. Temuan ini ternyata sesuai dengan hasil penelitian Syawaluddin (2016) yang mendeskripsikan bahwa melalui kegiatan predict , siswa telah diarahkan untuk membentuk pengetahuan barunya, tahap observe telah berperan dalam menumbuhkan sikap kerjasama yang baik antar siswa. Pelaksanaan langkah explain memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan komunikasi. Berdasarkan pembahasan dapat diketahui bahwa LKPD berbasis POE yang telah dikembangkan memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat menuntun siswa belajar secara aktif untuk membentuk pengetahuan sehingga membantu guru dalam menyampaikan konsep yang harus dipahami oleh siswa. Selain itu, dapat melatih siswa untuk mengembangkan aspek yang harus dimiliki dalam proses pembelajaran seperti kemampuan kerjasama dan komunikasi. Kelemahan LKPD berbasis POE yang dikembangkan yaitu secara ruang lingkup hanya teruji dalam skala kecil, belum teruji dalam skala besar. LKPD juga tidak berisi materi secara lengkap, karena LKPD ini hanya merangsang siswa untuk lebih tertarik mempelajari materi cahaya dan menuntun siswa untuk menemukan suatu konsep dari fenomena ringkas dan percobaan yang sederhana, sehingga siswa perlu referensi lain seperti buku atau modul sebagai penguatan materi secara mendalam. ## SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Simpulan dari penelitian pengembangan ini yaitu pertama, dihasilkannya Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berbasis Predict Observe Explain ( POE ) pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII yang tervalidasi dengan skor rata-rata uji ahli desain 3,74 (sangat sesuai) dan uji ahli materi 3,57 (sangat sesuai) dari skor maksimum 4 atau dengan kategori sangat sesuai untuk digunakan sebagai bahan ajar. Kedua, LKPD berbasis POE pada materi cahaya untuk siswa SMP kelas VIII sangat menarik dengan skor rata- rata 3,54, sangat mudah dengan skor rata-rata 3,57, dan sangat bermanfaat dengan skor rata-rata 3,72, dari skor maksimum 4. ## Saran Saran yang dapat diajukan yaitu pertama, pada tahap prediksi dalam pembelajaran berbasis POE beberapa siswa memberikan prediksi tanpa disertai dengan alasan yang kuat, sehingga belum mengindikasikan pengetahuan awal siswa. Oleh karena itu, mintalah siswa menjelaskan alasan yang kuat terhadap prediksi mereka. Hal ini bertujuan untuk mengungkap miskonsepsi dan tingkat kemampuan yang mereka kuasai. Kedua, pada tahap eksplanasi dalam pembelajaran berbasis POE masih ditemukan beberapa siswa kurang memperhatikan siswa lain saat memberikan penjelasan tentang kesesuaian antara prediksi dengan hasil observasi. Oleh karena itu, mintalah tiap-tiap kelompok untuk menanggapi pendapat kelompok lain secara bergantian. ## DAFTAR PUSTAKA Anggraini, S. A. P., Lesmono, D. A., dan Handono, S. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKPD) Fisika berbasis POE Materi Gerak Harmonis Sederhana untuk Siswa Kelas X MAN 1 Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, 2(1), 1-7. (Online) . Diakses melalui https://jurnal. unej.ac.id/index.php/fkipepro/ar ticle/view/6375 pada tanggal 28 Oktober 2017 pukul 09:26 WIB. Apriliantika, P. 2012. Efektivitas Pembelajaran Predict Observe Explain (POE) pada Materi Reaksi Oksidasi-Reduksi dalam Meningkatkan Keterampilan Menyimpulkan dan Mengkomunikasikan. Jurnal Pembelajaran Fisika, 1(2), 21- 31. (Online) . Diakses melalui http://jurnal. fkip.unila.ac.id/index.php/JPF pada tanggal pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:40 WIB. Ayvaci, H. S. 2013. Investigating The Effectiveness of Predict Observe Explain Strategy on Teaching Photo Electricity Topic . Journal of Baltic Science Education, 12(05), 548-564. [Online]. Di akses melalui https://www. researchgate.net/publication/287 553583 pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul 13:25 WIB. Falah, S., Hartono, dan Yulianti, I., 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Listrik Dinamis berbasis POE ( Predict-Observe- Explain ) untuk Meningkatkan Penalaran dan Pemahaman Konsep Siswa. Unnes Physics Education Journal, 6(2), 96-102. (Online). Diakses melalui https:// journal.unnes.ac.id/sju/index.php /upej/article/view/16143 pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul 13:07 WIB. Fannie, R. D. dan Rohati. 2014. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKPD) Berbasis POE ( Predict, Observe, Explain ) pada Materi Program Linear Kelas XII SMA. Jurnal Sainmatika, 8(1), 96-109. (Online). Diakses melalui https://onlinejournal. unja.ac.id/index.php/sainmatika/ article/view/2226 pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:36 WIB. Hsu, C. Y., Tsai, C. C., dan Liang, J. C. 2011. Facilitating preschoolers’ scientific knowledge construction via computer games regarding light and shadow: The effect of the prediction observation explanation (POE) strategy. Journal of Science Education and Technology. 20(5), 482-493. [Online] . Diakses melalui https:// www.learntechlib.org/p/167389 pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 14:00 WIB. Indrawati dan Setiawan, W. 2009. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan untuk Guru SD . PPPPTK IPA, Bandung. Janah, I. 2013. Pengembangan LKPD Berbasis POE pada Materi Pengelolaan Lingkungan di SMP Negeri 3 Welahan. Unnes Physics Education Journal, 2(2), 33-42. (Online). Diakses melalui http:// lib.unnes.ac.id/18686 pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:29 WIB. Keeratichamroen, W. 2007. Using the Predict-Observe-Explain (POE) to Promote Student Learning of Tapioca Bomb and Chemical Reactions. Journal of Science Education and Technology, 4(5), 428-439. [Online] . Diakses melalui http://www.il.mahidol. ac.th/ pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:40 WIB. Kibirige, I., Osodo, J., dan Tlala, K. M. 2014. The Effect of Predict- Observe-Explain Strategy on Learners' Misconceptions about Dissolved Salts. Mediterranean Journal of Soscial Science, 5(4), 300-310. [Online] . Diakses melalui www.mcser.org/journal/index.ph p/mjss pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 04:00 WIB. Kusnandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis disertai dengan Contoh . Rajawali Pers, Jakarta. Liew, C.W. 2004. The effectivenees of Predict-Observe-Explain Technique in Diagnosing Students’ Understanding of science and Identifying Their Level of Achievement: Curtin University of Technology. Science and Mathematics Education CentreI. [Online] . Diakses melalui http://hdl. handle.net/20.500.11937/2432 pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:50 WIB. Majid, A. 2015. Strategi Pembelajaran . Remaja Rosdakarya, Bandung. Ozdemir, H., Bag, H., dan Bilen, K. 2011. Effect of Laboratory Activities Designed Based on Prediction, Observation, Explanation (POE) Strategy on Pre Service Science Teachers’ Understanding of Acid Base Subject. Western Anatolia Journal of Educational Science, 169-174. [Online] . Diakses melalui http://web.deu.edu.tr/baed/giris/ baed/ozel_sayi/169174.pdf pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 13:00 WIB. Pratiwi, R. I., Nyeneng, I D. P., dan Wahyudi, I. 2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Kontekstual Berbasis Multiple Representations Pada Materi Fluida Statis. Jurnal Pembelajaran Fisika, 4(2), 11- 22. (Online) . Diakses melalui http://jurnal.fkip.unila.ac.id/inde x.php/JPF pada tanggal pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:30 WIB. Puriyandari, D., Saputro, A. N. C., dan Masyukri, M. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Prediction, Observation and Explanation (POE) dilengkapi Lembar Kerja Siswa (LKPD) untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan Prestasi Belajar Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Siswa Kelas XI IPA 1 Semester Genap SMA Negeri 1 Ngemplak Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia, 3(1), 24-30. (Online) . Diakses melalui http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index. php/kimia/article/view/3032 pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul 13:07 WIB. Putri, F. E. 2016. Pengembangan LKPD berbasis Predict Observe Explain (POE) pada Materi Fluida Statis di SMA. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5(2), 88-92. (Online) . Diakses melalui http://jurnal. fkip.unila.ac.id/index.php/JPF pada tanggal pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 13:30 WIB. Resita, I., Ertikanto, C., dan Suana, W. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKPD) berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Pokok Cahaya. Jurnal Pembelajaran Fisika, 5(3), 21- 31. (Online) . Diakses melalui http://jurnal.fkip.unila.ac.id/inde x.php/JPF/article/view/11058 pada tanggal pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:30 WIB. Sudiadnyani, P., Sudana, D. N., dan Garminah, N. N. 2013 . Pengaruh Model Pembelajaran Predict- Observe-Explain (POE) terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas IV SD di Kelurahan Banyuasri. Ejournal Universitas Pendidikan Ganesha, 1(1), 1-9. (Online) . Diakses melalui https:// ejournal. undiksha.ac.id/index.php/JJPGS D/article/view/890 pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 04:00 WIB. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RdanD) . Alfabeta, Bandung. Suparno. 2007. Metode Pembelajaran IPA POE . (Online) . Diakses melalui http://www.lembar- kerjasiswalenterakecil.com pada tanggal 31 Oktober 2017 pukul 08:00 WIB. Suyanto, E. dan Sartinem. 2009 . Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandarlampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Lampung: Universitas Lampung. Syawaludin, A., Poerwanti, J. I. S., dan Hadiyah. 2017. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKPD) IPA berbasis Predict, Observe, Explain (POE) di Sekolah Dasar. Jurnal Didaktika Dwija Indria, 5(1), 1-8. (Online) . Diakses melalui http://jurnal.fkip.uns.ac. id/index.php/pgsdsolo/article/vie w/10190 pada tanggal 17 Oktober 2017 pukul 03:53 WIB.
9f1c0d2e-e64f-485a-bb39-c838cf668a2e
https://ejurnal.itenas.ac.id/index.php/rekaracana/article/download/3205/2042
## Desain Rangka Atap Baja Bentang Panjang dengan Memanfaatkan Konsep BIM ## DINA SRI RACHMAWATI, KAMALUDIN Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Bandung Email: [email protected] ## ABSTRAK Saat ini penggunaan konsep BIM dalam prencanaan struktur bangunan sipil sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan konsep BIM adalah suatu konsep pertukaran data informasi antar software salah satu contoh software yang memanfaatkan konsep BIM adalah Tekla Structures dan SAP2000. Untuk pemodelan struktur digunakan Tekla Structures dan untuk proses analisis digunakan SAP2000. Konsep BIM dapat dimanfaatkan untuk menganalisis beban- beban yang terpasang. Penelitian ini dilakukan untuk menghitung beban SDL yang terpasang pada struktur rangka atap secara real yang telah dimodelkan lengkap pada Tekla Strctures. Dilanjutukan dengan menghitung berat SDL kemudian dimasukkan sebagai beban di SAP2000. Tahap ini dilakukan secara terus menerus hingga berat SDL yang terpasang ada Tekla Strctures sesuai dengan data yang diinput pada SAP2000. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa berat penampang yang dirancang menggunakan konsep BIM dan tanpa konsep BIM akurat. Hasil dimensi dari material yang digunakan memenuhi syarat yang telah dilakukan. Kata kunci : Tekla Strutures, BIM, SAP2000 ## ABSTRACT Nowadays, the application of BIM concept in civil structure planning is very necessary. BIM concept allows exchange of data information between softwares. Some of the softwares that use BIM concept are Tekla Structures and SAP2000. For modeling using Tekla Structures and for analysis using SAP2000. BIM concept is applied in order to analyse installed load. This study aims to calculate the installed load by real data. First of the building model of roof truss is completely created in Tekla Structures. Then, we calculate SDL load of the building and input it to SAP2000. This stage is done repeatedly until SDL load in Tekla Structures matches the data in SAP2000. The result shows that there is accurate cross section weight designed with BIM concept or without BIM concept. The dimension of materials that used is eligible. Keywords : Tekla Strutures, BIM, SAP2000 ## 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat diberbagai bidang, khususnya pada i bidang konstruksi i . Memberikan banyak manfaat pada pekerjaan konstruksi yang mempunyai tingkat kesulitan dan komplek dalam proses pengerjaan. Dalam beberapa pekerjaan konstruksi yang berkaitan beberapa disiplin ilmu, misalnya arsitektur, struktur serta mekanikal, elektrikal dan plumbing (MEP). Teknologi virtual building dengan i sistem komputasi yang dikembangkan didasarkan pada prinsip BIM ( Building Information Modeling), mampu menciptakan modeling secara 3D berbagai bidang konstruksi (arsitektur, struktur dan MEP). BIM berfungsi untuk mempermudah pengerjaan perencanaan suatu proyek karena program yang berbasis BIM dapat terintegrasi langsung dengan program analisis pendukung seperti SAP2000 dan ETABS I . Sehingga saat ada perubahan pada analisis tidak perlu merubah gambar rencana secara manual karena sudah terubah secara otomatis. Studi kasus yang dilakukan pada penelitian tugas akhir ini adalah struktur rangka atap baja konvensional banyak digunakan di Indonesia sebagai salah satu material selain rangka kayu. Hal itu dikarenakan material baja konvensional memiliki keunggulan pada bobotnnya yang cukup besar sehingga mampu meningkatkan kekuatan gaya yang diteruskan. Pada saat pengerjaan struktur atap, perhitungan beban tambahan atau SDL seringkali diasumsikan tanpa ada evaluasi pada beban tambahan khususnya pelat dan baut. Dalam menganalisis beban SDL secara real dan akurat digunakan program lunak seperti Tekla Structure dan SAP2000. Tekla Structures merupakan program modeling berbasis BIM ( Building Information Modeling) yang berfungsi untuk membuat model dan menyimpan seluruh informasi sebuah struktur bangunan. ## 2. TINJAUAN PUSTAKA ## 2.1 Struktur Baja Struktur baja merupakan struktur yang terbuat dari kombinasi terorganisir dari baja struktural yang diatur dan dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan arsiterkur dan teknis pemakai. Jenis struktur ini banyak digunakan dalam proyek konstruksi berskala menengah dan besar ( pre-engineered building) oleh kegunaan fitur baja itu sendiri. Struktur baja meliputi sub-struktur atau bagian dalam sebuah bangunan yang terbuat dari baja struktural. ## 2.2 Konsep Bangunan Bentang Panjang Bangunan bentang panjang merupakan bangunan yang memungkinkan penggunaan ruang bebas kolom yang selebar dan sepanjang mungkin. Sistem struktur ini dibuat berdasarkan guna dan fungsi bangunan bentang panjang dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan ruang bebas kolom yang cukup besar, sepeti untuk kegiatan olahraga, gedung pertunjukan, auditorium dan kegiatan pameran atau gedung exhibition. Menurut ahli struktur Schodek, D. L. (1998), struktur bentang panjang dibagi ke dalam beberapa sistem strukrut yaitu: 1. Struktur rangka batang dan rangka ruang. 2. Struktur furnicural, yaitu kabel dan pelengkung. 3. Struktur plan dan grid. 4. Struktur membran, meliputi pneumatil dan struktur tenda dan jaring. 5. Struktur cangkang. ## Desain Rangka Atap Baja Bentang Panjang dengan Memanfaatkan Konsep BIM ## 2.3 Struktur Rangka Atap Bentang Panjang Rangka batang merupakan susunan elemen-elemen linear yang membentuk segitiga menjadi bentuk rangka yang stabil. Struktur rangka batang terbagi menjadi dua jenis, yaitu plane truss dan space struss. Secara umum, perbedaannya adalah: 1. Plane truss merupakan susunan elemen-elemen dalam suatu bidang tunggal (2D). 2. Space truss merupakan susunan elemen-elemen yang membentuk volume 3D (ruang). Bentuk struktur rangka batang banyak digunakan karena mampu menerima beban struktur yang relatif besar dan dapat melayani kebutuhan bentang struktur yang panjang. Keuntungan yang diperoleh dalam penggunaan struktru rangka batang, yaitu: 1. Struktur menjadi lebih ringan, lebih kuat dan lebih kaku. 2. Elemen-elemen yang digunakan dapat disesuaikan jenis dan dimensinya terhadap sifat dan besar gaya yang bekerja. ## 2.4 Variabel Desain Rangka Atap Baja Untuk mendesain rangka atap diperlukan variabel-variabel pendukung yang disyaratkan dalam SNI 1729:2015. Berikut variabel-variabel yang digunakan: 1. Lebar bangunan. 2. Tinggi bangunan. 3. Jenis penutup atap. 4. Kemiringan atap. 5. Bentuk atap. 6. Beban-beban yang digunakan (termasuk beban sendiri dan beban tambahan). 7. Jenis dan kualitas sambungan yang digunakan (baut dan las). 8. Jenis dan kualitas profil baja yang diguunakan. ## 2.4.1 Perencanaan Struktur Rangka Atap Baja Kombinasi yang digunakan dalam perencanaan rangka atap bentang panjang ini adalah beban hidup (L), beban mati (D), beban angin (W), beban hujan (R). Kombinasi pembebanan diatur dalam SNI 1727:2013 pasal 2.2.2 halaman 11 dengankombinasi sebagai berikut: 1. 1,4D. 2. 1,2D + 1,6L + 0,5(Lr atau S atau R). 3. 1,2D + 1,6(Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W). 4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau S atau R). 5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S. 6. 0,9D + 1,0W. 7. 0,9D + 1,0E. ## 2.5 Desain Sambungan Pada penelitian ini sambungan yang digunakan adalah sambungan dengan baut sebagai mateial penyambung komponen baja. Kekuatan baut dihitung berdasarkan tarik, geser, tumpu dan slip dapat dilihat pada Tabel 1 . ## Tabel 1. Kekuatan Nominal Pengencangan dan Bagian yang Berulir Deskripsi Pengencangan Kekuatan Tarik Nominal 𝒇 𝒏𝒕 [MPa] Kekuatan Geser Nominal 𝒇 𝒏𝒕 [MPa] Baut A307 310 168 Baut Grup (misal, A325), bila ulir tidak dikecualikan dari bidang geser 620 372 Baut Grup (misal, A325), bila ulir dikecualikan dari bidang geser 620 457 ## Tabel 1. Kekuatan Nominal Pengencangan dan Bagian yang Berulir lanjutan Deskripsi Pengencangan Kekuatan Tarik Nominal 𝒇 𝒏𝒕 [MPa] Kekuatan Geser Nominal 𝒇 𝒏𝒕 [MPa] Baut A490 dan A490M, bila ulir tidak dikecualikan dari bidang geser 780 457 Baut A490 dan A490M, bila ulir dikecualikan dari bidang geser 780 579 Bagian berulir yang memenuhi persyaratan pasal A3.4, bila ulir tidak dikecualikan dari bidang geser 0,75 𝑓 𝑢 0,450 𝑓 𝑢 Bagian berulir yang memenuhi persyaratan pasal A3.4, bila ulir dikecualikan dari bidang geser 0,75 𝑓 𝑢 0,563 𝑓 𝑢 (Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2015) ## 1. Tahanan Geser Sebagaimana disyaratkan dalam SNI 1729:2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal J3 poin 7 nilai tahanan nominal akibat geser diperhitungkan. Untuk menghitung nilai tahanan geser menggunakan Persamaan 1 . 𝑅 𝑛 = 𝐹 𝑛𝑣 𝐴 𝑏 ...(1) Dalam metode LRFD nilai tahanan geser ini direduksi oleh faktor keamanan ∅ sebesar 0,75. halmana: 𝑅 𝑛 = kekuatan nominal [N], 𝑓 𝑛𝑣 = tegangan geser nominal [MPa], 𝐴 𝑏 = luas bidang baut [in 2 /mm 2 ]. 2. Tahanan Tarik Rumus yang dipergunakan dalam tegangan tarik ini relatif sama dengan tegangan geser. Dengan nilai faktor keamanan ∅ sebesar 0,75. Untuk menghitung nilai tahanan geser menggunakan Persamaan 2 . 𝑅 𝑛 = 𝐹 𝑛𝑡 𝐴 𝑏 ...(2) halmana: 𝑅 𝑛 = kekuatan nominal [N], 𝑓 𝑛𝑡 = tegangan tarik nominal [MPa], 𝐴 𝑏 = luas bidang baut [in 2 /mm 2 ]. ## 3. Tahanan Tumpu Kondisi terlemah pada baut dan pelat yang tersambung memengaruhi nilai tahanan tumpu baut. Sesuai yang sudah disyaratkan pada SNI 1729:2015 pasal J3 poin 10. a. Jika deformasi di lubang baut pada beban layan adalah suatu perhitungan desain digunakan Persamaan 3 . 𝑅 𝑛 = 1,2ℓ 𝑐 𝑡𝐹 𝑢 ≤ 2,4𝑑𝑡𝐹 𝑢 ...(3) b. Jika deformasi pada lubang baut pada beban layan adalah bukan suatu perhitungan desain digunakan Persamaan 4 . 𝑅 𝑛 = 1,5ℓ 𝑐 𝑡𝐹 𝑢 ≤ 3𝑑𝑡𝐹 𝑢 ...(4) halmana: 𝑅 𝑛 = kekuatan nominal [N], ## Desain Rangka Atap Baja Bentang Panjang dengan Memanfaatkan Konsep BIM 𝐹 𝑢 = kuat tarik minimum [MPa], 𝑑 = diameter baut nominal [mm 2 ], ℓ 𝑐 = jarak bersih, dalam arah dari gaya, antara tepi lubang dan tepi yang berdekatan atau jarak tepi dari material [mm], 𝑡 = tebal material yang disambung [mm]. 4. Tahanan Kritis-Slip Tahanan kritis-slip perlu diperhitungkan karenasuatu sambungnan dapat gagal atau runtuh akibat slip. Seperti yangsudah ditentukan pada persyaratan SNI 1729:2015 pasal J3 poin 8 maka rumus yang digunakan Persamaan 5 . 𝑅 𝑛 = 𝜇𝐷 𝑢 ℎ 𝑓 𝑇 𝑏 𝑁 𝑠 …(5) halmana: 𝜇 = koefisien slip rata-rata, 𝐷 𝑢 = rasio rata-rata pratarik [1,13], ℎ 𝑓 = faktor pengisi, Bila tidak ada pengisi atau baut telah ditambahkan ℎ 𝑓 = 1,00, Untuk satu pengisi antara bagian-bagian tersambung ℎ 𝑓 = 1,00, Untuk dua atua lebih pengisi antara bagian-bagian tersambung ℎ 𝑓 = 0,85. 𝑇 𝑏 = gaya tarik minimum menggunakan Tabel 2 , ## Tabel 2. Pratarik Baut Minimum Ukuran Baut, mm Baut A325M Baut A490M M16 91 114 M20 142 179 M22 176 221 M24 205 257 M27 267 334 M30 326 408 M36 475 595 (Sumber: Badan Standardisasi Nasional, 2015) 𝑁 𝑠 = jumlah bidang slip yang diperlukan untuk mengizinkan sambungan dengan slip. ## 5. Jumlah Baut Dalam kasus ini, jumlah dan susunan baut sudah diketahui. Tetapi perlu dilakukan kontrol pada jumlah baut yang sudah direncanakan. Ada dua cara yang dipergunakan dalam perhitungan jumlah baut. Keduanya perlu untuk diketahui perencana. Untuk menentukan jarak tepi menggunakan Persamaan 6 dan untuk jarak antar baut menggunakan Persamaan 7 . a. Jarak baut tepi 1,5𝑑 < 𝑠 < 3𝑑 ...(6) b. Jarak antar baut 2,5𝑑 < 𝑠 < 7𝑑 ... (7) ## 2.6 BIM ( Building Information Modeling) BIM ( Building Information Modeling) adalah suatu proses yang dimulai dengan menciptakan 3D model digital secara real-time dan didalamnya berisi informasi tentang bangunan tersebut yang meliputi bangunan geometri, hubungan spasial, informasi geografis, jumlah dan sifat dari komponen bangunan dan berfungsi sebagai sarana untuk membuat perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan tersebut beserta infrastrukturnya bagi semua pihak yang terkait didalam proyek seperti konsultan, pemilik bangunan ( owner) dan kontraktor. ## 2.6.1 Tekla Structures Menurut Saputri, F. (2012), Program Tekla Structures merupakan revolusi baru dalam bidang rekayasa struktur yang memiliki beberapa keunggulan dibanding program aplikasi lainnya. Rela yang memiliki beberapa keunggulan dibanding program aplikasi lainnya. Tekla BIM ( Building Information Modeling) merupakan program yang berbasis ensiklopedi proyek. Program Tekla Structures merukapan perangkat lunak BIM yang memungkinkan untuk membuat dan mengelola data secara akurat dan rinci, serta dapat membuat model struktur 3D tanpa melupakan material dan struktur yang kompleks. Model Tekla Structures ini dapat mencakup seluruh proses konstruksi bangunan dari konsep desain untuk fabrikasi, pemasangan dan manajemen konstruksi. ## 2.6.2 Integrasi Tekla Structures dengan SAP2000 Detail dan tahap pengintegrasian antara Tekla Structures dengan SAP2000 dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Nama model yang akan dianalisis. 2. Pemilihan obyek model yang akan di ekspor ke SAP2000. 3. Ekspor sebagai sebuah model file IFC. 4. Membuka aplikasi SAP2000 kemudian proses analisis dan desain dilakukan. Pada tahap ini desain seperti acuan kode dapat ditambah dan diatur ulang. Apabila dalam proses desain ditemukan elemen struktur yang gagal, maka perubahan dapat segera dilakukan dalam SAP2000 tanpa perlu mengulang tahapan dari awal. 5. Untuk mengambil kembali struktur yang telah didesain pada SAP2000 impor file IFC ke dalam Tekla Structures. Jika pada tahap analisis dan desain ditemukan adanya pergantian elemen, Tekla Structures akan secara otomatis mengubah desain yang telah dimodelkan sebelumnya. ## 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian ini disusun dengan dasar dari studi yang telah dilakukan sebelumnya yaitu oleh Tangkas, K. (2015) dengan judul penelitian Integrasi Program Tekla Structures & SAP2000 Dalam Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang Dengan Atap Baja. Analisis dan pemodelan dikalukan pada program Tekla structures dengan SAP2000. Dengan hasil proses pengintegrasian yaitu pada ekspor model sudah bekerja dengan baik. Bagian yang diharapkan terekspor seperti kolom, balok, pelat dan rangka atap hingga beban yang diinputkan pada Tekla Structures telah terekspor ke program SAP2000. Kemudian penyajian hasil analisa gaya dalam seperti momen, gaya geser dan gaya normal sudah dapat dilaksanakan dengan bantuan program SAP2000. Namun proses import tidak berhasil karena perbedaan antara versi link integrasi dengan versi SAP2000 yang digunakan. Untuk pemodelan dapat dihilat pada Gambar 1 . ## Desain Rangka Atap Baja Bentang Panjang dengan Memanfaatkan Konsep BIM ## 3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tugas akhir ini terdiri dari beberapa kegiatan yang ditunjukkan pada diagram alir penelitian seperti pada Gambar 2 . Gambar 2. Bagan alir penelitian ## 3.1 Pemodelan Struktur pada Tekla Structures Pemodelan dan detailing struktur rangka atap baja ini dibantu dengan program tekla Structures seperti pada Gambar 3 . Gambar 3. Model 3D rangka atap pada Tekla Structures ## 3.2 Analisis Pemodelan Analisis pemodelan pada program SAP2000 dilakukan setelah didapat berat dan volume rangka atap yang sudah dimodelkan dalam program Tekla Structures seperti pada Gambar 4 . ## 3.3 Run Analysis Pada saat run analysis pengecekan gaya sangat mempengaruhi desain penampang yang digunakan. Sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap penampang dan sambungan agar sesuai standar dan yang sudah direncanakan oleh konsultan, serta ekonomis dalam penggunaan material. Hasil run analysis dapat dihilat pada Gambar 5 . Gambar 5. Hasil analisis model pada SAP2000 ## 3.4 Desain Sambungan Sambungan pada profil baja sangat mempengaruhi kekuatan dan berat struktur yang dirancang. Sehingga pada saat desain sambungan perlu diperhatikan berat dari baut dan pelat yang diguunakan agar dapat memenuhi kapasitas kekuatan yang akurat dan efektif. ## 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ## 4.1 Pemodelan Struktur pada Tekla Structures Sebelum dilakukan pemodelan, setiap material dan dimensi penampang profil baja yang akan digunakan telah tersedia pada Tekla Structures. Berikut data teknis material yang akan digunakan: Bentang atap = 40 m Jarak antar kuda-kuda = 3,25 m = 3,5 m = 4 m Profil kuda-kuda = Profil double siku L Profil Gording = Profil Lipped Chanel (kanal) Mutu Baja = BJ 41 Tegangan putus minimum ( 𝑓 𝑢 ) = 410 MPa Tegangan leleh Minimum ( 𝑓 𝑦 ) = 250 MPa Penutup atap = Zincalume Sudut kemiringan atap = 10º ## 4.2 Ekspor Model Untuk ekspor model ke SAP2000 dari Tekla Structures, yaitu dengan menggunakan panel ekspor impor yang terdapat pada program Tekla Structures. Dikarenakan program Tekla Structures yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini dalam versi edukasi maka model harus diekspor ke bentuk file IFC terlebih dahulu seperti pada Gambar 6 dan Gambar 7 . ## Desain Rangka Atap Baja Bentang Panjang dengan Memanfaatkan Konsep BIM Gambar 6. Panel eksport IFC pada Tekla Structures Gambar 7. Panel import IFC pada SAP2000 4.3 Input Pembebanan Adapun pembebanan yang diinput ke dalam program SAP2000 antara lain: 1. Beban Mati Beban penutup atap zincalume 0,4 m = 4,72 kg/m 2 Jarak Gording = 2 m Beban Mati dari atap = 4,72 * 2 = 9,44 kg/m 2. Beban Hidup Atap Beban pekerja pada beberapa joint = 100 kg 3. Beban Angin Berdasarkan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987, pasal 4.2 menyebutkan tekanan tiup angin harus diambil 25 kg/m 2 minimal yang berjarak lebih dari 5 km dari pinggir pantai. a. Beban di pihak angin Koefisien angin tekan = (0,02 ∗ 𝛼) − 0,4 = (0,02 ∗ 10) − 0,4 = 0,2 P1 = 𝐿 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 ∗ 𝐿 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑢𝑑𝑎−𝑘𝑢𝑑𝑎 ∗ 𝑘𝑜𝑒𝑓 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 ∗ 𝑞 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 = 1,2 ∗ 3,25 ∗ 0,2 ∗ 25 = 32,5 kg Beban angin tekan arah vertikal P1 3,25m = 𝑞 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 ∗ cos 𝛼 = 32,5 ∗ cos10° = 32,01 kg Beban angin tekan arah horizontal P1 3,25m = 𝑞 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 ∗ sin 𝛼 = 32,5 ∗ sin10° = 5,64 kg b. Beban di belakang angin Koefisien angin hisap = -0,40 P1 3,25m = 𝐿 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑔𝑜𝑟𝑑𝑖𝑛𝑔 ∗ 𝐿 𝑎𝑛𝑡𝑎𝑟 𝑘𝑢𝑑𝑎−𝑘𝑢𝑑𝑎 ∗ 𝑘𝑜𝑒𝑓 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 ℎ𝑖𝑠𝑎𝑝 ∗ 𝑞 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 = 1,2 ∗ 3,25 ∗ −0,4 ∗ 25 = - 65 kg Beban angin hisap arah vertikal P1 3,25m = 𝑞 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 ℎ𝑖𝑠𝑎𝑝 ∗ cos 𝛼 = −65 ∗ cos10° = −64,01 kg Beban angin hisap arah horizontal P1 3,25m = 𝑞 𝑎𝑛𝑔𝑖𝑛 ℎ𝑖𝑠𝑎𝑝 ∗ sin 𝛼 = −66 ∗ sin10° = −11,29 kg 4. Beban Hujan Beban air hujan = 40 − 0,8𝛼 = 40 − 0,8(10°) = 32 kg/m 2 Menurut Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung 1987, beban hujan dibatasi maksimal 20 kg/m 2 . ## 4.4 Impor Hasil Analisis SAP2000 ke dalam Tekla Structures Dari hasil analisis berupa gaya-gaya dalam dan dimensi material yang mengalami perubahan akan diambil dari SAP2000 melalui proses ekspor menjadi file IFC seperti pada Tekla Structures. Hasil dari proses integrasi dapat dilihat seperti pada Tabel 3 dan Tabel 4 . Tabel 3. Hasil Berat dari Tekla Structures Part Pos Profile No. Material Length [mm] Area [m 2 ] Weight [kg] Twin Member Column 2L 175*175*15 52 A36 1.700 0,9 2.566,08 Twin Member Column 2L 150*150*15 442 A36 925 0,4 10.108,54 Twin Member Beam 2L 175*175*15 52 A36 4.877 3,3 7.384,52 Twin Member Beam 2L 175*175*15 52 A36 6.009 4,1 8.837,92 Twin Member Beam 2L 175*175*15 104 A36 4.454 3,0 13.500,24 Twin Member Beam 2L 175*175*15 208 A36 4.490 3,1 27.081,08 Twin Member Beam 2L 65*65*6 104 A36 1.797 0,4 804,96 Twin Member Beam 2L 65*65*6 520 A36 1.605 0,3 3.598,40 Gording SSC 200*75*20*3,2 34 A36 47.505 19,70 15.302,55 Trekstang D13 416 A36 1.197 0,04 416,24 Total 2078 89.600,54 Tabel 4. Hasil Berat dari SAP2000 GroupName SelfMass SelfWeight TotalMassX TotalMassY TotalMassZ Text [Kg-s 2 /m] [Kg] [Kg-s 2 /m] [Kg-s 2 /m] [Kgf-s 2 /m] ALL 10.589,14 103.844,04 10.589,14 10.589,14 10.589,14 Hasil perbandingan berat yang didapatkan dari Tekla Structures dengan SAP2000 tidak terlihat berbeda secara signifikan. Akan tetapi pada Tekla Structures terdapat rincian berat tiap material lebih detail dibandingkan dengan SAP2000. ## Desain Rangka Atap Baja Bentang Panjang dengan Memanfaatkan Konsep BIM ## 4.5 Informasi Bangunan dari Tekla Structures Pemodelan struktur pada Tekla bisa dihasilkan informasi bangunan dalam bentuk gambar kerja. Gambar yang akan ditampilkan yakni: gambar detail sambungan kuda-kuda, detail sambungan gording dan detail fabrikasi kuda-kuda seperti pada Gambar 8 . Gambar 8. Hasil gambar kerja dari Tekla Structures ## 5. KESIMPULAN DAN SARAN ## 5.1 Kesimpulan Dari proses pengerjaan model hingga hasil yang telah didapat melalui integrasi Tekla Strucrures dengan SAP2000 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil berat penampang elemen material rangka atap yang didapat dari Tekla Structures sebesar 89.600,4 kg. 2. Hasil berat keseluruhan baut sebesar 3.915,6 kg dan berat plat yang digunakan sebesar 9.212,05 kg. 3. Hasil keseluruhan penampang rangka atap yang didapat dari SAP2000 sebesar 103.844,04 kg. 4. Hasil perhitungan beban pada SAP2000 dengan Tekla Structures tidak terlalu berbeda secara signifikan. 5. Pada proses pengitegrasian Tekla Structures ke SAP2000 tidak dapat menggunakan proses ekpor analysis secara langsung karena program Tekla Structures yang digunakan adalah versi edukasi. Proses integrasi dapat dilakukan dengan mengekspor model menjadi file IFC terlebih dahulu. 6. Informasi bangunan yang dikeluarkan pada Tekla dapat berupa pelaporan dan gambar. Hasil pelaporan yang dikeluarkan Tekla Structures berupa ukuran, berat profil baja, dan jumlah baut. Kemudian pada hasil gambar yang dikeluarkan Tekla berupa gambar perspektif 3D, gambar denah 2D, dan gambar detail 2D. ## 5.2 Saran Adanya saran yang dapat penulis berikan selanjutnya mengenai desain rangka menggunakan Tekla Structures dengan SAP2000 adalah sebagai berikut: 1. Integrasi program Tekla Structures dan SAP2000 memerlukan link integrasi yang lengkap pada Tekla Structures nonedukasi. 2. Untuk penelitian selanjutnya dapat dilanjutkan dengan mendesain struktur 3D truss. ## UCAPAN TERIMA KASIH Bapak Erwin Yuniar Rahadian, S.T,. M.T dan Bapak Heri Kasyanto, S.T., M.Eng selaku instruktur Tekla Structures. ## DAFTAR RUJUKAN Badan Standardisasi Nasional. (2013). SNI 1727:2013 tentang Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Badan Standardisasi Nasional. (2015). SNI 1729:2015 tentang Spesifikasi untuk Bangunan Gedung Baja Struktural. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. Departemen Pekerjaan Umum. (1987). PPPURG 1987 tentang Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Saputri, F. (2012). Penerapan Building Information Modeling (BIM) pada Pembangunan Struktur Gedung Perpustakaan IPB menggunakan Software Tekla Structures 17. Tugas Akhir. Bogor: Jurusan Teknik Sipil - Institut Pertanian Bogor. Schodeck, D.L. (1988). Struktur. Jakarta: Refika Aditama. Tangkas, K. (2015). Integrasi Program Tekla Structures & SAP2000 dalam Perencanaan Struktur Beton Bertulang dengan Atap Baja. Tugas Akhir. Bali: Jurusan Teknik Sipil - Universitas Udayana.
a5164509-28dd-4f17-839e-93a7f72e6437
https://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/download/7978/5263
## Model Pengukuran Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Penggunaan Jasa Transportasi Online di Wilayah Cirebon dengan Metode Fuzzy Servqual Nursaka Putra 1 , Ilwan Syafrinal 2 , Marsani Asfi 3 1,2,3 Fakultas Teknologi dan Informasi, Universitas Catur Insan Cendekia, Cirebon, 45133 1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] Received: 15/11/2020. Reviewed: 06/12/2020. Published: 31/12/2020. Copyright ©2020 by the author (et al) and Jurnal Sosial Humaniora (JSH) *This work is licensed under the Creative Commons Attribution International License (CC BY 4.0). http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ ## Subject Area: Social Statistics ## Abstract Online transportation responds to people's needs in relation to public transport. Online transportation, which in this context is Grab and Go-Jek, is an alternative that is favored by many people, especially in the Cirebon area. This study aims to measure the level of service satisfaction received and future customer expectations of online transportation services. For our purpose, we use Fuzzy Service Quality method which is used to determine the variable customer needs that are not met by calculating the GAP between the services provided and the expectations of the customer as the Voice of Customer, where the data collection technique is carried out by distributing questionnaires. The results are Reliability rank 2 with a value of 0.100, Responsiveness rank 4 with a value of 0.86, Assurance rank 3 with a value of 0.090, Empathy rank 5 with a value of 0.040, Tangibles rank 1 with a value of 0.139. Based on these results, we suggest that an empathy-related policy- making concerning professionalism should not become an obstacle. Keywords: Online Transportation; Fuzzy Servqual; Gap; Satisfaction ## Pendahuluan Transportasi merupakan peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ketempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh mesin atau manusia. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Transportasi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: jalur darat, jalur laut dan jalur udara. Ketergantungan masyarakat tehadap transportasi sangat tinggi, dengan alasan untuk mempersingkat waktu perjalanan. Didalam transportasi terdapat unsur-unsur yang terkait erat dalam berjalannya konsep transportasi itu sendiri, unsur-unsur tersebut adalah manusia yang membutuhkan, barang yang dibutuhkan, kendaraan sebagai alat, jalan dan terminal sebagai prasarana transportasi, organisasi (pengelola transportasi tersebut). Kemajuan yang sangat pesat dibidang teknologi informasi memberikan pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Pengaruh yang paling nyata terlihat pada perubahan mendasar terhadap cara orang melakukan transaksi, terutama dalam dunia bisnis. Salah satu bisnis yang sedang berkembang saat ini adalah bisnis jasa transportasi online. Penelitian mengenai transportasi online diantaranya oleh (Yunus et al., 2019) untuk sistem kerja aplikasi transportasi online dalam peningkatan kinerja driver, oleh (Azizah & Adawia, 2018) untuk analisis perkembangan industri transportasi online di era inovasi disruptif, oleh (Fajar Nugraha, Zulfadhli, 2020) untuk menganalisa dampak perkembangan industri transportasi online terhadap sosial ekonomi pengemudinya, oleh (Arifin, 2011) untuk menganalisa dampak keberadaan transportasi online terhadap kondisi sosial ekonomi transportasi konvesional di kota Kediri, oleh (Fakhriyah, 2020) untuk menganalisa pengaruh layanan transportasi online (gojek) terhadap perluasan lapangan kerja bagi masyarakat di kota Cimahi dan masih banyak penelitian lainnya. Seiring berkembangnya teknologi dan informasi di era globalisasi ini telah menimbulkan perubahan yang cukup signifikan akan persaingan usaha pada setiap perusahaan. Sebagai penyedia jasa, perusahaan ojek online harus mampu mempertahankan kualitas pelayanan terhadap pelanggan untuk memberikan dampak positif khususnya di wilayah Cirebon. Mengingat begitu penting suatu pelayanan bidang jasa yang akan mempengaruhi kuantitas pelanggannya sehingga bisnis dapat terus berjalan. Penilaian kualitas pelayanan sangat penting sehingga dapat membantu bisnis dalam usaha peningkatan kualitas pelayanan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Berawal dari banyaknya jasa transportasi yang bermunculan mengakibatkan semakin kuat pula persaingan yang dihadapi oleh para pengemudi ojek. Hampir disetiap sudut jalan besar di wilayah Cirebon banyak ditemui para pengemudi ini. Apabila dicermati ada banyak hal yang harus dibenahi dalam layanan ojek yang ada saat ini khususnya masalah keselamatan, kesopanan dan kewajaran harga layanan. Kehadiran jasa transportasi berbasis online yang terhubung menggunakan internet sangat berpengaruh bagi masyarakat dalam menjalankan segala aktivitas secara cepat dan efisien. Supaya dapat terus berkembang dan dapat bersaing, transportasi online perlu memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan. Untuk mengukur kualitas pelayanan pada penelitian ini menggunakan metode Fuzzy Service Quality. Metode ini banyak digunakan sebagai metode untuk mengukur kualitas pelayanan, adapun penelitian tersebut adalah seperti berikut: menganalisa kepuasan pelayanan pendidikan pada jurusan ilmu komputer Fakultas Sains dan Teknik Universitas Nusa Cendana yang diteliti oleh (Ligoresi et al., 2017), analisis kepuasan pelanggan travel oleh (Sholikah & Iriananda, 2017), terhadap tingkat kepuasan layanan mahasiswa oleh (Kartika, 2017), analisis kualitas pelayanan pada kantor pos pusat kota Padang oleh (Widia Afriyuni, Rahmiati, 2019), analisis kualitas pelayanan publik oleh (Widyarto et al., 2018) serta masih banyak penelitian lainnya. Metode Fuzzy Service Quality yang digunakan adalah untuk melihat seberapa jauh perbedaan antara harapan atau ekspektasi dan kinerja atau persepsi pelanggan atas pelayanan yang mereka rasakan pada perusahaan jasa transportasi online dalam konteks ini adalah Grab dan Go-Jek, dimana teknik pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada pengguna aplikasi tersebut. ## Tinjauan Pustaka Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu Expected Service dan Perceived Service . Apabila jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka kuliatas jasa dipersepsikan sebagai kualitas yang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah daripada yang diharapkan, maka kualitas jasa dipersepsikan buruk. Dengan demikian baik tidaknya kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggannya secara konsisten (Rimawati, 2016). Ada beberapa pendapat mengenai dimensi kualitas pelayanan, antara lain Parasuraman, Zeithaml dan Berry (2010:103) yang melakukan penelitian khusus terhadap beberapa jenis jasa dan berhasil mengidentifikasi sepuluh faktor utama yang menentukan kualitas jasa. Kesepuluh faktor tersebut adalah: a. Reliability mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (perfomance) dan kemampuan untuk dipercaya (dependbility) . Hal ini berarti perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama. Selain itu juga berarti perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati. b. Responsiveness , yaitu kemampuan atau kesiapan para karyawan untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan. c. Competence artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu. d. Accessibility meliputi kemudahan untuk menghubungi dan ditemui. Hal ini berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi dan lain-lain. e. Courtesy , meliputi sifat sopan santun, respek, perhatian dan keramahan yang dimiliki para kontak personal. f. Communication artinya memberikan informasi kepada pelanggan pada bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengar saran dan keluhan pelanggan. g. Credibility yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi kontak personal dan interaksi dengan pelanggan. h. Security yaitu aman dari bahaya, resiko atau keragu-raguan. Aspek ini meliputi keamanan secara fisik (Physical Safety) , keamanan finansial (Financial Security) dan kerahasiaan (Confidentiality) . i. Understanding/Knowing the Customer yaitu usaha untuk memahami kebutuhan pelanggan. j. Tangibles yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang dipergunakan atau penampilan dari personaliti. ## Metode Penelitian Tahapan penelitian untuk menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan jasa transportasi online ini secara umum dilihat pada gambar 1. ## Gambar 1. Kerangka Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat dilihat diagram alir penelitian pada gambar 2. berikut: ## Gambar 2. Diagram Alir Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Fuzzy Servqual yang digunakan untuk model pengukuran tingkat kepuasan masyarakat terhadap penggunaan jasa transportasi online di wilayah Cirebon. Adapun data yang digunakan berupa hasil kuesioner yang diambil melalui Google Form. Berikut adalah pertanyaan yang digunakan. ## Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 1. Kuesioner RELIABILITY No Pertanyaan 1 Pengendara Ojek Online cepat tanggap dalam melayani pesanan pelanggan 2 Pengendara Ojek Online menunjukkan kesungguhan dalam melayani keluhan pelanggan 3 Kemampuan memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan 4 Pengendara Ojek Online cepat tanggap dalam menangani keluhan atau kesulitan pelanggan 5 Pengendara Ojek Online cepat tanggap dalam menjawab pertanyaan dari pelanggan 6 Merespon dengan cepat kebutuhan pelanggan 7 Adil dalam melayani pelanggan 8 Kesigapan pengendara dalam bekerja ## RESPONSIVENESS No Pertanyaan 1 Pengendara Ojek Online cepat tanggap dalam melayani pesanan pelanggan 2 Pengendara Ojek Online menunjukkan kesungguhan dalam melayani keluhan pelanggan 3 Kemampuan memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan 4 Pengendara Ojek Online cepat tanggap dalam menangani keluhan atau kesulitan pelanggan 5 Pengendara Ojek Online cepat tanggap dalam menjawab pertanyaan dari pelanggan 6 Merespon dengan cepat kebutuhan pelanggan 7 Adil dalam melayani pelanggan 8 Kesigapan pengendara dalam bekerja ## ASSURANCE No Pertanyaan 1 Pengendara Ojek Online memiliki Pengetahuan dan Kecakapan dalam berkendara 2 Pengendara Ojek Online memberikan jaminan keamanan kepada penumpang saat menggunakan jasa Transportasi Online 3 Pengendara Ojek Online memberikan jaminan keselamatan kepada penumpang saat menggunakan jasa Transportasi Online 4 Tingkat kesopanan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan 5 Kemudahan dan kecepatan dalam menghubungi saat dibutuhkan 6 Pengendara mampu menumbuhkan rasa percaya kepada pelanggan 7 Memberikan informasi yang jelas 8 Memberikan pelayanan secara cepat EMPATHY No Pertanyaan 1 Pengendara Ojek Online mudah pada saat dihubungi 2 Pengendara Ojek Online mau mengerti kebutuhan pelanggan 3 Pengendara Ojek Online bertanggung jawab terhadap keamanan dan kenyamanan penumpang 4 Pengendara memberikan perhatian atas keluhan konsumen 5 Tingkat kesabaran dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen 6 Pengendara bersikap sopan dan ramah kepada pelanggan 7 Peduli dengan keinginan pelanggan 8 Pengendara mengucapkan salam pembuka pada awal pelayanan dan mengucapkan terima kasih diakhir pelayanan TANGIBLE No Pertanyaan 1 Kebersihan dan kerapihan pengendara 2 Kondisi fisik/kondisi kendaraan yang digunakan oleh pengendara 3 Kelengkapan atribut yang dimiliki 4 Kebersihan kondisi kendaraan 5 Menggunakan sepeda motor yang aman untuk dikendarai 6 Kelengkapan surat berkendara 7 Ketersediaan atribut tambahan untuk berkendara seperti masker atau jas hujan 8 Pengendara menggunakan peralatan canggih Selanjutnya akan dibentuk nilai Mean dan GAP pada masing-masing kriteria dan juga pertanyaan pada kuesioner seperti tabel 2. ## Tabel 2. Mean dan GAP RELIABILITY MEAN GAP No. Pertanyaan HARAPAN PERSEPSI 1 4,26 4,26 0 2 4,26 4,12 -0,14 3 4,26 4,24 -0,02 4 4,26 4,02 -0,24 5 4,26 4,14 -0,12 6 4,26 4,2 -0,06 7 4,26 4,12 -0,14 8 4,26 4,18 -0,08 RESPONSIVENESS MEAN GAP No. Pertanyaan HARAPAN PERSEPSI 1 4,23 4,23 0 2 4,23 4,15 -0,08 3 4,23 4,14 -0,09 4 4,23 4,04 -0,19 5 4,23 4,16 -0,07 6 4,23 4,09 -0,14 7 4,23 4,19 -0,04 8 4,23 4,17 -0,06 ASSURANCE MEAN GAP No. Pertanyaan HARAPAN PERSEPSI 1 4,25 4,14 -0,11 2 4,25 4,09 -0,16 3 4,25 4,14 -0,11 4 4,25 4,2 -0,05 5 4,25 4,16 -0,09 6 4,25 4,12 -0,13 7 4,25 4,25 0 8 4,25 4,18 -0,07 EMPATHY MEAN GAP No. Pertanyaan HARAPAN PERSEPSI 1 4,22 4,17 -0,05 2 4,22 4,13 -0,09 3 4,22 4,22 0 4 4,22 4,12 -0,1 5 4,22 4,2 -0,02 6 4,22 4,2 -0,02 7 4,22 4,17 -0,05 8 4,22 4,19 -0,03 TANGIBLE MEAN GAP No. Pertanyaan HARAPAN PERSEPSI 1 4,29 4,04 -0,25 2 4,29 4,13 -0,16 3 4,29 4,15 -0,14 4 4,29 4,12 -0,17 5 4,29 4,29 0 6 4,29 4,28 -0,01 7 4,29 4,1 -0,19 8 4,29 3,9 -0,39 ## Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini, digunakan 100 orang responden sebagai data yang akan diolah nantinya dengan menggunakan metode Fuzzy Servqual , berikut hasil kuesioner yang didapatkan yang ditampilkan pada tabel 3. Tabel 3. Data Kuesioner No Reliability Responsiveness Assurance Empathy Tangible Rata-Rata 1 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4,475 2 4 4 5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4 3 4,15 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 2 3 5 2 1 1 4 4 4 2 4 4 3 4 4 4 5 5 5 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 5 4 3 3 4 4 2 5 4 3,575 6 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 8 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4,125 9 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 5 3 5 5 5 3 3 4 5 5 5 5 5 3 5 3 4 5 5 1 2 3,775 10 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4,675 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3,9 Selanjutnya akan dicari nilai rata-rata setiap pertanyaan dari 100 responden yang akan ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4. Rata-Rata Nilai Pertanyaan RELIABILITY Rata-Rata Max No. Pertanyaan 1 4,26 4,160 4.260 2 4,12 3 4,24 4 4,02 5 4,14 6 4,2 7 4,12 8 4,18 RESPONSIVENESS Rata-Rata Max No. Pertanyaan 1 4,23 4,146 4,230 2 4,15 3 4,14 4 4,04 5 4,16 6 4,09 7 4,19 8 4,17 ASSURANCE Rata-Rata Max No. Pertanyaan 1 4,14 4,160 4,250 2 4,09 3 4,14 4 4,2 5 4,16 6 4,12 7 4,25 8 4,18 EMPATHY Rata-Rata Max No. Pertanyaan 1 4,17 4,175 4,220 2 4,13 3 4,22 4 4,12 5 4,2 6 4,2 7 4,17 8 4,19 TANGIBLE Rata-Rata Max No. Pertanyaan 1 4,04 4,126 4,290 2 4,13 3 4,15 4 4,12 5 4,29 6 4,28 7 4,1 8 3,9 Setelah didapatkan nilai rata-rata dan nilai max setiap indikator penilaian maka akan dicari nilai Fuzzyfikasi pada setiap indikator yang akan ditampilkan pada tabel 5. Tabel 5. Hasil Fuzzyfikasi Reliability Reliability No Pertanyaan Mean GAP Fuzzyfikasi GAP Rangking Harapan Persepsi Harapan Persepsi 1 item-1 4,26 4,26 0 0,74 0,74 0 8 2 item-2 4,26 4,12 -0,14 0,74 0,88 0,14 2 3 item-3 4,26 4,24 -0,02 0,74 0,76 0,02 7 4 item-4 4,26 4,02 -0,24 0,74 0,98 0,24 1 5 item-5 4,26 4,14 -0,12 0,74 0,86 0,12 4 6 item-6 4,26 4,2 -0,06 0,74 0,8 0,06 6 7 item-7 4,26 4,12 -0,14 0,74 0,88 0,14 2 8 item-8 4,26 4,18 -0,08 0,74 0,82 0,08 5 RATA-RATA 0,74 0,84 0,1 Tabel 6. Hasil Fuzzyfikasi Responsiveness Responsiveness No Pertanyaan Mean GAP Fuzzyfikasi GAP Rangking Harapan Persepsi Harapan Persepsi 1 item-1 4,23 4,23 0 0,77 0,77 0 8 2 item-2 4,23 4,15 -0,08 0,77 0,85 0,08 5 3 item-3 4,23 4,14 -0,09 0,77 0,86 0,09 3 4 item-4 4,23 4,04 -0,19 0,77 0,96 0,19 1 5 item-5 4,23 4,16 -0,07 0,77 0,86 0,09 3 6 item-6 4,23 4,09 -0,14 0,77 0,91 0,14 2 7 item-7 4,23 4,19 -0,04 0,77 0,81 0,04 7 8 item-8 4,23 4,17 -0,06 0,77 0,83 0,06 6 RATA-RATA 0,77 0,85625 0,08625 Tabel 7. Hasil Fuzzyfikasi Assurance Assurance No Pertanyaan Mean GAP Fuzzyfikasi GAP Rangking Harapan Persepsi Harapan Persepsi 1 item-1 4,25 4,14 -0,11 0,75 0,86 0,11 3 2 item-2 4,25 4,09 -0,16 0,75 0,91 0,16 1 3 item-3 4,25 4,14 -0,11 0,75 0,86 0,11 3 4 item-4 4,25 4,2 -0,05 0,75 0,8 0,05 7 5 item-5 4,25 4,16 -0,09 0,75 0,84 0,09 5 6 item-6 4,25 4,12 -0,13 0,75 0,88 0,13 2 7 item-7 4,25 4,25 0 0,75 0,75 0 8 8 item-8 4,25 4,18 -0,07 0,75 0,82 0,07 6 RATA-RATA 0,75 0,84 0,09 Tabel 8. Hasil Fuzzyfikasi Empathy Empathy No Pertanyaan Mean GAP Fuzzyfikasi GAP Rangking Harapan Persepsi Harapan Persepsi 1 item-1 4,22 4,17 -0,05 0,78 0,83 0,05 3 2 item-2 4,22 4,13 -0,09 0,78 0,87 0,09 2 3 item-3 4,22 4,22 0 0,78 0,78 0 6 4 item-4 4,22 4,12 -0,1 0,78 0,88 0,1 1 5 item-5 4,22 4,2 -0,02 0,78 0,78 0 6 6 item-6 4,22 4,2 -0,02 0,78 0,78 0 6 7 item-7 4,22 4,17 -0,05 0,78 0,83 0,05 3 8 item-8 4,22 4,19 -0,03 0,78 0,81 0,03 5 RATA-RATA 0,78 0,82 0,04 Tabel 9. Hasil Fuzzyfikasi Tangible Tangible No Pertanyaan Mean GA P Fuzzyfikasi GAP Rangking Harapan Persepsi Harapan Persepsi 1 item-1 4,29 4,04 -0,25 0,71 0,96 0,25 1 2 item-2 4,29 4,13 -0,16 0,71 0,87 0,16 5 3 item-3 4,29 4,15 -0,14 0,71 0,85 0,14 6 4 item-4 4,29 4,12 -0,17 0,71 0,88 0,17 4 5 item-5 4,29 4,29 0 0,71 0,71 0 8 6 item-6 4,29 4,28 -0,01 0,71 0,72 0,01 7 7 item-7 4,29 4,1 -0,19 0,71 0,9 0,19 2 8 item-8 4,29 3,9 -0,39 0,71 0,9 0,19 2 RATA-RATA 0,71 0,84875 0,13875 Perhitungan nilai Service Quality (GAP) per kriteria antara persepsi dan harapan menunjukkan sejauh mana pihak penyedia jasa transportasi ojek online yaitu Grab dan Go-Jek telah memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan. Peran GAP perkriteria memberikan tingkat kepentingan seberapa jauh peran kriteria tersebut dalam memberikan peningkatan kepuasan kepada pelanggan. Hasil dari perhitungan nilai Service Quality (GAP) per kriteria antara persepsi dan harapan dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Nilai Service Quality (GAP) No. Pertanyaan MEAN GAP RANKING HARAPAN PERSEPSI 1 0,74 0,74 0 38 2 0,74 0,88 -0,14 8 3 0,74 0,76 -0,02 36 4 0,74 0,98 -0,24 1 5 0,74 0,86 -0,12 15 6 0,74 0,8 -0,06 30 7 0,74 0,88 -0,14 8 8 0,74 0,82 -0,08 26 1 0,74 0,77 -0,03 35 2 0,74 0,85 -0,11 20 3 0,74 0,86 -0,12 15 4 0,74 0,96 -0,22 2 5 0,74 0,86 -0,12 15 6 0,74 0,91 -0,17 4 7 0,74 0,81 -0,07 28 8 0,74 0,83 -0,09 23 1 0,74 0,86 -0,12 15 2 0,74 0,91 -0,17 4 3 0,74 0,86 -0,12 15 4 0,74 0,8 -0,06 30 5 0,74 0,84 -0,1 22 6 0,74 0,88 -0,14 8 7 0,74 0,75 -0,01 37 8 0,74 0,82 -0,08 26 1 0,74 0,83 -0,09 23 2 0,74 0,87 -0,13 13 3 0,74 0,78 -0,04 32 4 0,74 0,88 -0,14 8 5 0,74 0,78 -0,04 32 6 0,74 0,78 -0,04 32 7 0,74 0,83 -0,09 23 8 0,74 0,81 -0,07 28 1 0,74 0,96 -0,22 2 2 0,74 0,87 -0,13 13 3 0,74 0,85 -0,11 20 4 0,74 0,88 -0,14 8 5 0,74 0,71 0,03 40 6 0,74 0,72 0,02 39 7 0,74 0,9 -0,16 6 8 0,74 0,9 -0,16 6 Perhitungan nilai Service Quality (GAP) per dimensi antara persepsi dan harapan menunjukkan sejauh mana pihak penyedia jasa transportasi ojek online yaitu Grab dan Go-Jek telah memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan pelanggan. Peran GAP per dimensi memberikan tingkat kepentingan seberapa jauh peran kelima dimensi tersebut dalam memberikan peningkatan kepuasan pelayanan. Hasil dari perhitungan nilai Service Quality (GAP) per dimensi antara persepsi dan harapan dapat dilihat pada tabel 10. Perhitungan nilai Service Quality (GAP) keseluruhan antara persepsi dan harapan pelanggan bertujuan untuk memberikan informasi seberapa besar tingkat kepentingan dan seberapa jauh peran kriteria tersebut dalam memberikan peningkatan kepuasan. Hasil perhitungan nilai Service Quality (GAP) keseluruhan antara persepsi dan harapan pelanggan dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Nilai Service Quality (GAP) Keseluruhan Dimensi Mean GAP Fuzzy GAP Ranking Harapan Persepsi Harapan Persepsi Reliability 4,26 4,16 -0,100 0,740 0,840 0,100 2 Responsiveness 4,23 4,14625 -0,08375 0,770 0,856 0,086 4 Assurance 4,25 4,16 -0,09 0,750 0,840 0,090 3 Empathy 4,22 4,175 -0,045 0,780 0,820 0,040 5 Tangible 4,29 4,12625 -0,16375 0,710 0,849 0,139 1 0,750 0,841 0,091 Berdasarkan perhitungan nilai Service Quality (GAP) keseluruhan antara persepsi dan harapan pelanggan diatas menunjukkan bahwa semua nilai dari masing-masing dimensi bernilai positif yang artinya apa yang diharapkan pelanggan sudah sesuai dengan apa yang diperoleh pelanggan dari perusahaan penyedia jasa ojek online yaitu Grab dan Go-Jek. ## Kesimpulan Dari hasil penelitian dan dengan metode Fuzzy Service Quality yang dilakukan antara persepsi dan harapan yang didasarkan pada lima dimensi kualitas pelayanan yaitu Reliability (keandalan), Responsiveness (daya tanggap), Assurance (jaminan), Empathy (empati) dan Tangibles (bukti terukur), didapatkan bahwa secara umum dari masing-masing dimensi memiliki nilai GAP (kesenjangan) bernilai positif dikarenakan nilai persepsi lebih besar dari pada nilai harapan pelanggan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa pelanggan puas terhadap pelayanan yang selama ini diberikan oleh pihak Grab dan Go-Jek namun masih perlu dilakukannya perbaikan supaya pelanggan tidak beralih ke model transportasi lainnya. Perbaikan ini terutama harus difokuskan kepada dimensi empati walaupun sebenarnya dari segi profesionalitas usaha perbaikan demikian bisa jadi menimbulkan dilemma. Di satu sisi, profesionalitas mensyaratkan kinerja yang berbasis kompetensi artinya pelayanan diberikan atas hubungan timbal balik. Di sisi lain, menekankan empati apalagi berlebihan dalam profesionalitas pelayanan jelas bisa beresiko. Tidak dapat dipungkiri bahwa dimensi ini tampaknya lebih pada hubungan antar pribadi daripada dalam konteks profesionalitas pelayanan. Jika pun harus mengadopsi dimensi ini sebagai ukuran kepuasaan pelayanan, maka kebijakan yang perlu diambil diharapkan justru tidak menjadi halangan bagi profesionalitas tersebut. ## Daftar Pustaka Arifin, M. A. M. K. Y. M. (2011). Dampak Keberadaan Transportasi On Line Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Transportasi Konvesional Di Kota Kediri. Jimek , 2 (2), 168–181. Azizah, A., & Adawia, P. R. (2018). Analisis Perkembangan Industri Transportasi Online di Era Inovasi Disruptif (Studi Kasus PT Gojek Indonesia). Cakrawala - Jurnal Humaniora , 18 (2), 149–156. https://doi.org/10.31294/JC.V18I2.4117 Fajar Nugraha, Zulfadhli, A. S. F. (2020). Dampak Perkembangan Industri Transportasi Online Terhadap Sosial Ekonomi Pengemudinya Di Kota Banda Aceh . 03 , 345–351. Fakhriyah, P. (2020). Pengaruh Layanan Transportasi Online (Gojek) Terhadap Perluasan Lapangan Kerja Bagi Masyarakat Di Kota Cimahi. Comm-Edu (Community Education Journal) , 3 (1), 34. https://doi.org/10.22460/comm-edu.v3i1.3719 Kartika, N. F. (2017). Implementasi Fuzzy - Service Quality Terhadap Tingkat Kepuasan Layanan Mahasiswa Implementation of Fuzzy – Service Quality for Student Service Level of Satisfaction. Jurnal Ilmiah SISFOTENIKA , 7 (1), 38–49. Ligoresi, R. R., Mola, S. A. S., & Rumlaklak, N. D. (2017). Penerapan Metode Fuzzy Service Quality ( Servqual ) Untuk Menganalisa Kepuasan Pelayanan Pendidikan. Komputer & Informatika , 5 (2), 48– 58. Rimawati, E. (2016). pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan stmik sinar nusantara surakarta. SINUS , 14 (1), 55–66. Sholikah, H., & Iriananda, S. W. (2017). Analisis Kepuasan Pelanggan Travel Menggunakan Metode Fuzzy Service Quality. JOINTECS (Journal of Information Technology and Computer Science) , 2 (2), 53– 58. https://doi.org/10.31328/jointecs.v2i2.468 Widia Afriyuni, Rahmiati, M. R. L. (2019). Analisis Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Fuzzy- Servqual Pada Kantor Pos Pusat Kota Padang . 2 (1), 18–26. Widyarto, W. O., Djamal, N., & Adhim, F. (2018). Analisis Kualitas Pelayanan Publik dengan Metode Fuzzy-Service Quality (F-Servqual) dan Index Potential Gain Customer Value (IPGCV). Jurnal Sistem Dan Manajemen Industri , 2 (2), 101. https://doi.org/10.30656/jsmi.v2i2.769 Yunus, M., Soesilowati, E., Liesnoor, D., & Arsal, T. (2019). Analisis Sistem Kerja Aplikasi Transportasi Online dalam Peningkatan Kinerja Driver. Seminar Nasional Pascasarjana 2019 , 1039–1043.
88d3f4ec-ebaf-48e6-b0af-33439f158de3
http://jurnal.stiksam.ac.id/index.php/jim/article/download/404/200
## UJI AKTIVITAS ANTI DIARE SIRUP LIOFILISAT EKSTRAK BUAH HARENDONG (Melastoma affine D. Don) TERHADAP MENCIT (Mus musculus L.) Submitted : 6 November 2020 Edited : 22 Mei 2020 Accepted : 29 Mei 2021 Imas Maesaroh * , Marini Stikes Muhammadiyah Kuningan Email: [email protected] ## ABSTRACT Harendong fruit (Melastoma affine D. Don) is empirically used by the community in the Mount Ciremai National Park as an anti-diarrheal medicine. Based on the results of research conducted by Safitri, et al, it is known that the extract of raw harendong fruit contains flavonoid and phenolic compound. Phenolic compound that is commonly found in fruit is tannin. Additionally, based on the literature, tannin has been proven to be useful as anti-diarrheal while flavonoid is useful as anti-bacterial. This study aims at determining the activity of harendong fruit extract syrup as anti-diarrheal in mice (Mus musculus L.). The research method in this study is carried out by giving oleum ricini as an anti-diarrheal inducer compared to positive control (loperamid HCl 11 mg / kg bw suspension) and negative control (Na CMC suspension). The harendong fruit lyophilisate syrup is made with different concentrations, namely 0.5%, 1% and 1.5%. Evaluation of the anti-diarrheal effect includes consistency of slimy / watery stools, soft and normal stools (including water absorption diameter, time of occurrence of diarrhea and stool weight), frequency of diarrhea and duration of diarrhea. The results of the test for the antidiarrheal effect of harendong fruit lyophilisate syrup at a dose of 0.5% has a weaker effect in suppressing the occurrence of diarrhea than the positive control. Then, harendong fruit lyophilisate syrup at a dose of 1% shows almost the same antidiarrheal effect compared to the positive control, while harendong fruit lyophilisate syrup with a dose of 1.5% has a stronger effect in suppressing the occurrence of diarrhea than the positive control. Keywords: Anti-diarrheal, harendong fruit, syrup, lyophilisate ## PENDAHULUAN Salah satu penyakit yang sangat umum dan banyak diderita oleh masyarakat di negara berkembang adalah diare. Diare sebagai penyakit penyebab utama kematian kedua pada anak di bawah lima tahun, dan sekitar 525.000 anak setiap tahunnya mengalami kematian. Saat ini, proporsi kematian akibat diare yang diperparah oleh infeksi bakteri septik mengalami peningkatan. Anak-anak yang paling berisiko mengalami diare yang mengancam jiwa adalah anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki kekebalan yang terganggu serta orang yang hidup dengan HIV (1) . Banyak spesies tanaman khas yang mempunyai khasiat dan kegunaannya yang belum diteliti secara mendalam terutama sebagai antidiare, salah satunya adalah tanaman harendong. Di beberapa daerah di Indonesia dan di Negara lain tanaman harendong telah banyak digunakan sebagai obat tradisional (2-5) . Buah harendong dimanfaatkan sebagai pengobatan diare di Kabupaten Kuningan (Wilayah Taman Nasional Gunung Ciremai) (6) . Dari hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak buah harendong yang mengandung total fenol tertinggi adalah ekstrak etanol 70% buah mentah sebesar 189.56c±10.47 mg/g GAE dan total flavonoid tertinggi adalah ekstrak etanol 96% buah mentah sebesar 225.50e±12.63 mg/g CE (7) . Pada bagian buah, senyawa fenol yang umum dijumpai adalah tanin. Tanin berperan dalam melindungi tanaman terutama bagian buah dari serangan herbivora (7) . Tanin dan flavonoid berdasarkan literatur terbukti dapat bermanfaat sebagai anti diare. S e n y a w a tanin bersifat sebagai pengelat dan mempunyai efek spasmolitik yang mengkerutkan usus sehingga gerak peristaltik berkurang. Tanin juga mempunyai daya anti bakteri dengan cara mempresipitasikan protein, karena tanin diduga mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolat. Efek anti bakteri tanin antara lain reaksi dengan membran sel, inaktivasi enzim dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik bakteri (8) . Flavonoid mampu menghambat motilitas usus serta sekresi air dan elektrolit (8) . Penghambatan transit intestinal akan menyebabkan memperlama kontak makanan, cairan dan elektrolit pada intestinal sehingga dapat mengurangi frekuensi defekasi (9) . Pasien diare yang paling banyak secara prevalensi adalah bayi dan balita, maka pasien-pasien tersebut membutuhkan sediaan sirup yang dapat menghasilkan efek yang cepat. Sirup memiliki partikel-partikel zat padat sehingga tidak membutuhkan waktu untuk terdegradasi ataupun teragregasi. Selain itu juga, sirup sangat disukai bayi dan balita karena mempunyai rasa yang manis. ## METODE PENELITIAN Bahan Bahan yang digunakan yaitu Buah mentah harendong, Aquadest, etanol 70%, liofilisat ekstrak etanol buah harendong, sirup simplex, Oleum ricini, Natrium Carboxy Methyl Selululose (Na CMC), Loperamid HCl (Imodium ®). ## Pengumpulan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mentah harendong (Melastoma affine D.Don). Sampel diambil dari Dusun Palutungan Desa Cisantana Sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai Kabupaten Kuningan. ## Pengolahan Sampel a. Buah harendong mentah dicuci bersih dengan menggunakan air mengalir. b. Buah harendong yang telah dicuci ditiriskan hingga kadar airnya sedikit berkurang. Selanjutnya ditimbang untuk dihitung sebagai berat buah harendong basah. c. Buah harendong yang telah dibersihkan dan ditimbang, dirajang tipis untuk mempermudah proses pengeringan. d. Buah harendong yang telah dirajang dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60 o C. ## Pembuatan Ekstrak Buah Harendong Pada pembuatan ekstrak liofilisat menggunakan alat maserator, waterbath dan freeze Dryer (Ilhanil Vac 8). Ekstraksi buah harendong dilakukan dengan cara maserasi, cara kerja yang dilakukan sebagai berikut : Buah harendong ditimbang sebanyak 1 kg dan dimasukkan ke dalam beaker glass. Buah harendong direndam dengan etanol 70% hingga seluruh buah harendong terendam.Beaker glass kemudian ditutup dengan alumunium foil. Beaker glass yang telah ditutup diletakan dalam mesin pengaduk (shaker) dengan laju konstan 130 rpm selama 24 jam kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring. Cairan hasil maserasi kemudian disimpan dan ditampung dalam erlenmeyer pada suhu kamar, ampas hasil penyaringan kembali dimaserasi dengan etanol menggunakan shaker dengan kecepatan 130 rpm selama 24 jam kemudian disaring dengan kertas saring. Ampas hasil penyaringan dimaserasi kembali hingga filtrat yang didapatkan jernih. Seluruh filtrat digabungkan untuk kemudian diliofilisasi. ## Proses Liofilisasi Setelah didapatkan ekstrak etanol buah harendong, kemudian ekstrak etanol buah harendong dikeringkan menggunakan Freeze Dryng hingga mendapatkan ekstrak liofilisat buah harendong. ## Pembuatan Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong Na. CMC sebanyak 0,6% dibuat dispersi dengan cara mendispersikan 0,6 gram Na. CMC dalam 100 mL aquadest (campuran a). Kemudian liofilisat dari ekstrak buah harendong dengan berat 0,05 gram (konsentrasi 0,5%) dilarutkan dalam aquadest secukupnya sambil diaduk sampai larut sempurna (campuran b). Setelah itu campuran b dimasukan kedalam campuran a, dan dicampur hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan sirup simpleks ke dalamnya hingga batas tanda. Hal yang sama juga dilakukan terhadap liofilisat ekstrak buah harendong konsentrasi 1% dan 1,5%. ## Percobaan Efek Antidiare Percobaan efek antidiare meliputi penyiapan hewan percobaan, penyiapan bahan uji, kontrol, obat pembanding, induktor diare dan pengujian efek antidiare. a. Penyiapan Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit jantan sehat berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-35 g. Satu minggu sebelum penelitian mencit diadaptasikan dengan lingkungan percobaan. ## b. Penyiapan Bahan Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi CMC sebagai kontrol negatif, suspensi Loperamid HCl sebagai kontrol positif (pembanding), sirup liofilisat ekstrak buah harendong sebagai bahan uji dan oleum ricini sebagai induktor. c. Pembuatan Suspensi CMC 1% (b/v) Sebanyak 1 g CMC ditaburkan ke dalam lumpang berisi air suling panas sebanyak 20 ml, ditutup dan dibiarkan selama 30 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus lalu diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (10) . d. Pembuatan Suspensi Loperamid HCl Dosis 1 mg/kg bb Tablet Imodium® mengandung 2 mg Loperamid HCl, ditimbang sebanyak 20 tablet. Tablet digerus dan diambil serbuk sebanyak 56,3 mg. Serbuk dimasukkan ke dalam lumpang, kemudian ditambahkan suspensi CMC 1% sedikit demi sedikit sambil digerus homogen lalu diencerkan dengan suspensi CMC 1% hingga 10 ml. e. Pengujian Efek Antidiare Dosis sirup liofilisat ekstrak buah harendong ditentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan terhadap parameternya. Parameter yang diamati yaitu saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare. Dosis yang digunakan yaitu dosis 0,05; 0,1 dan 0,15 mg/ 20 g bb mencit. Sebagai pembanding suspensi Loperamid HCl dosis 0,3 ml/ 20 g bb mencit dan kontrol suspensi CMC dosis 1% bb. 1) Urutan penelitian sebagai berikut: a) Mencit diadaptasikan dengan lingkungan penelitian selama satu minggu. a) Tiga puluh menit sebelum penelitian, mencit dipuasakan, selanjutnya dikelompokkan menjadi 5 kelompok masing- masing 5 ekor. b) Semua mencit diberikan oleum ricini sebanyak 0,5 ml/ekor mencit secara oral. c) Tiga puluh menit setelah pemberian oleum ricini, masing-masing kelompok diberi perlakuan, yaitu kelompok I diberikan suspensi CMC dosis 1% sebagai kontrol negatif, kelompok II diberikan suspensi Loperamid HCl dosis 0,3 ml/ 20 g bb sebagai kontrol positif (pembanding) dan tiga kelompok masing- masing diberikan sirup liofilisat ekstrak etanol buah harendong dosis 0,05 mg, 0,1 mg dan 0,15 mg/ 20 g bb mencit. Semua perlakuan diberikan secara oral. d) Dilakukan pengamatan setiap 30 menit selama 8 jam meliputi saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses (berlendir/ berair, lembek, dan normal), diameter serapan air, berat feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare. 3) Cara pengamatan parameter: a) Diare ditandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat dari keadaan normal dan konsistensi feses yang lebih lembek atau cair. b) Saat mulai terjadinya diare, caranya dengan mancatat waktu mula-mula terjadinya diare (dalam menit) setelah pemberian oleum ricini. c) Konsistensi feses, caranya dengan melihat feses mencit apakah berdarah, berlendir/ berair, lembek dan normal. d) Diameter serapan air, caranya dengan meletakkan feses diatas kertas saring setiap 30 menit setelah pemberian oleum ricini, lalu dibiarkan selama 15 menit dan diukur diameter serapan air pada kertas saring (dalam cm). e) Berat feses, caranya dengan menimbang berat feses (dalam gram) setiap 30 menit setelah pemberian oleum ricini. f) Frekuensi diare, caranya dengan menghitung berapa kali terjadi diare selama pengamatan. g) Lama terjadinya diare, caranya dengan mencatat selisih waktu terakhir terjadinya diare (saat konsistensi feses kembali normal) dengan waktu mula- mula terjadinya diare (saat konsistensi berlendir atau berair) dalam menit (11) . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Terjadinya diare akibat ketidakseimbangan antara absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit pada saluran cerna yang bisa menyebabkan meningkatnya hilangnya air dan elektrolit bersama feses. Diare pada umumnya disebabkan oleh berbagai macam mekanisme, diantaranya karena gangguan pada keseimbangan elektrolit, hipermotilitas, peningkatan osmolaritas dan peningkatan sekresi. Pengujian efek antidiare dari sirup liofilisat ekstrak buah harendong diawali dengan melakukan orientasi dosis. Dosis orientasi yang digunakan yaitu 0,5%, 1%, dan 1,5%. Masing-masing mencit yang telah dipuasakan 30 menit sebelum penelitian, dikelompokan menjadi 5 kelompok dan kemudian diberikan oleum ricini sebanyak 0,5 ml (untuk mencit 20 gram) setiap ekornya. Tiga puluh menit setelah pemberian oleum ricini masing- masing kelompok diberi perlakuan yaitu kelompok kontrol negatif diberikan suspensi CMC 1% bb, kelompok kontrol positif sebagai pembanding diberikan suspensi Loperamid HCl dosis 1mg/kg bb dan kelompok bahan uji diberikan sirup liofilisat buah harendong yang terdiri dari 3 dosis yaitu formula 1 mengandung sirup liofilisat ekstrak buah harendong 0,5%, formula 2 mengandung sirup liofilisat ekstrak buah harendong 1%, dan formula 3 mengandung sirup liofilisat ekstrak buah harendong 1,5%. Oleum ricini sangat logis digunakan sebagai penginduksi diare, hal ini disebabkan karena pemecahan asam rinoleat dari oleum ricini yang bisa menyebabkan iritasi dan inflamasi pada mukosa intestinal. Hal ini dapat menstimulasi pengeluaran prostaglandin sehingga mengakibatkan peningkatan sekresi serta motilitas intestinal. Penentuan efek antidiare dari sirup liofilisat ekstrak buah harendong dilakukan dengan cara mengamati saat mulai terjadinya diare, frekuensi diare, konsistensi feses, diameter serapan air feses, bobot feses dan lama terjadinya diare. ## Penentuan Frekuensi Diare Dari hasil penentuan frekuensi diare, diperoleh nilai rata-rata dari masing-masing kelompok uji yaitu dapat dilihat pada Tabel 1. Dari hasil yang diperoleh menunjukan dengan semakin tinggi frekuensi terjadinya diare maka efek antidiare akan semakin lemah. ## Penentuan Konsistensi Feses Dari hasil penentuan konsistensi feses, diperoleh konsistensi feses normal, feses lembek, feses berair/berlendir dari masing-masing kelompok uji yaitu dapat dilihat pada Tabel 2 dan gambar 1. ## Penentuan Diameter Serapan Air Feses Dari hasil penentuan diameter serapan air feses, diperoleh diameter serapan air feses dari masing-masing kelompok uji yaitu dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 2. ## Penentuan Bobot Feses Mencit Dari hasil penentuan diameter feses, diperoleh diameter feses dari masing-masing kelompok uji yaitu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 1. Data Jumlah Total Frekuensi Diare Pada Masing-masing Kelompok Uji Kelompok Frekuensi Diare Menit Ke- Jumlah Total Diare 0 30 60 90 120 Kontrol Negatif 6 5 4 4 3 22 Kontol Positif 3 2 1 0 0 6 Formula 1 5 4 3 2 0 15 Formula 2 4 2 2 1 0 10 Formula 3 2 1 1 0 0 4 Keterangan: Kontrol Negatif (Suspensi CMC 1%), Kontrol Positif (Suspensi Loperamid HCl 1mg/kgbb), Formula 1 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 0,5%), Formula 2 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%), Formula 3 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%). ## Tabel 2. Data Jumlah Total Frekuensi Diare Pada Masing-masing Kelompok Uji Kelompok Frekuensi Diare Menit Ke- 0 30 60 90 120 Kontrol Negatif +++ +++ +++ ++ + Kontol Positif ++ + + - - Formula 1 +++ ++ ++ + - Formula 2 ++ ++ ++ + - Formula 3 ++ + + - - Keterangan: Kontrol Negatif (Suspensi CMC 1%), Kontrol Positif (Suspensi Loperamid HCl 1mg/kgbb), Formula 1 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 0,5%), Formula 2 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%), Formula 3 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%) + = Feses Normal ++ = Feses Lembek +++ = Feses Berair/Berlendir Gambar 1. Konsistensi Feses Normal, Lembek, dan Berair/Berlendir Tabel 3. Data Diameter Serapan Air Feses Pada Masing-masing Kelompok Uji Kelompok Diameter Serapan Air Feses Menit Ke- 0 30 60 90 120 Kontrol Negatif 1,4 1,4 1,3 - - Kontol Positif 0,5 - - - - Formula 1 1,5 0,8 0,6 - - Formula 2 0,7 0,6 0,5 - - Formula 3 0,6 - - - - Keterangan: Kontrol Negatif (Suspensi CMC 1%), Kontrol Positif (Suspensi Loperamid HCl 1mg/kgbb), Formula 1 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 0,5%), Formula 2 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%), Formula 3 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%) Gambar 2. Diameter Serapan Air Feses Tabel 4. Data Bobot Feses Pada Masing-masing Kelompok Uji Kelompok Diameter Feses Menit Ke- 0 30 60 90 120 Kontrol Negatif 0,24 0,20 0,17 0,16 0,12 Kontol Positif 0,16 0,09 0,04 - - Formula 1 0,22 0,17 0,11 0,08 - Formula 2 0,13 0,08 0,07 0,04 - Formula 3 0,08 0,04 0,04 - - Keterangan: Kontrol Negatif (Suspensi CMC 1%), Kontrol Positif (Suspensi Loperamid HCl 1mg/kgbb), Formula 1 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 0,5%), Formula 2 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%), Formula 3 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%) ## Lama Terjadinya Diare Dari hasil penentuan lama terjadinya diare setelah pemberian oleum ricini, diperoleh perhitungan rata-rata lama terjadinya diare dari masing-masing kelompok uji yaitu dapat dilihat pada Tabel 5. ## Tabel 5. Hasil perhitungan rata-rata lama terjadinya diare, setelah pemberian oleum ricini Perlakuan T 2 (Normal) T 1 (Diare) T 2 -T 1 Kontrol Negatif 120 30 90 Kontol Positif 60 30 30 Formula 1 90 30 60 Formula 2 90 30 60 Formula 3 60 30 30 Keterangan: Kontrol Negatif (Suspensi CMC 1%), Kontrol Positif (Suspensi Loperamid HCl 1mg/kgbb), Formula 1 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 0,5%), Formula 2 (Sirup Liofilisat Ekstrrak Buah Harendong 1%), Formula 3 (Sirup Liofilisat Ekstrak Buah Harendong 1%) Berdasarkan data waktu terjadinya diare, indikator adanya efek antidiare adalah sirup liofilisat ekstrak buah harendong (Mellastoma affine D.Don) dapat menunda waktu terjadinya diare pada mencit yang diinduksi dengan ricini oil dibandingkan dengan mencit kelompok kontrol negatif. Indikator adanya efek antidiare sirup liofilisat ekstrak buah harendong juga ditentukan oleh berat feses berlendir/lembek yang muncul akibat pemberian minyak jarak 0,5 mL yang lebih ringan bila dibandingkan dengan berat feses berlendir/lembek mencit kelompok kontrol negatif. Data berat feses berlendir/lembek yang diperoleh dari mencit kelompok sirup liofilisat ekstrak buah harendong dan suspensi CMC 1% (kontrol negatif) digunakan sebagai dasar untuk menghitung % efek antidiare dengan menggunakan rumus sebagai berikut : % efek antidiare = k-p x 100% k Keterangan: p = Berat feses berlendir/lembek pada mencit kelompok kontrol positif (suspensi loperamid) serta sirup liofilisat ekstrak buah harendong. k = Berat feses berlendir/lembek pada mencit kelompok kontrol negatif. Hasil persentase efek antidiare terlihat pada Tabel 6. Tabel 6. Persentase Efek Antidiare Perlakuan % Efek Antidiare Kontrol Negatif 0 Kontrol Positif 55 Formula 1 15 Formula 2 60 Formula 3 80 Dari hasil persentase efek antidiare didapat hasil formula 1 mempunyai efek antidiare lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif. Sedangkan formula 2 dan formula 3 mempunyai efek anti diare lebih tinggi dibandingkan kontrol positif. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa sirup liofilisat ekstrak buah harendong mempunyai efektivitas sebagai anti diare dengan menurunkan frekuensi defekasi, jumlah feses lembek/cair dan bobot feses. Efek tersebut disebabkan buah harendong mengandung senyawa kimia yang terbukti sebagai antidiare yaitu tanin dan polifenol. Tanin merupakan senyawa kimia tanaman yang dapat berfungsi sebagai adstringen. Adstringen bekerja sebagai antidiare dengan cara mengecilkan pori sehingga menghambat sekresi cairan dan elektrolit. Tanin juga terbukti membantu melindungi usus dari iritasi yang diakibatkan oleh pemberian minyak jarak. Selain tanin, buah harendong mengandung flavonoid yang termasuk ke dalam golongan polifenol. Flavonoid mempunyai kemampuan dalam menghambat motilitas usus dan sekresi air dan elektrolit (8) . ## SIMPULAN Dari hasil penelitian uji aktivitas sirup liofilisat ekstrak buah harendong terhadap mencit (Mus musculus) dilihat dari parameter frekuensi diare, konsistensi feses, diameter serapan air feses, bobot feses dan lama terjadinya diare dapat disimpulkan bahwa sirup liofilisat buah harendong mempunyai aktivitas sebagai anti diare. Efek antidiare didapat hasil formula 1 mengandung sirup liofilisat ekstrak buah harendong 0,5% mempunyai efek antidiare lebih rendah dibandingkan dengan kontrol positif (Suspensi Loperamid HCl), formula 2 mengandung sirup liofilisat ekstrak buah harendong 1% dan formula 3 mengandung sirup liofilisat ekstrak buah harendong 1,5% mempunyai efek antidiare lebih tinggi dibandingkan kontrol positif Suspensi Loperamid HCl). ## UCAPAN TERIMAKASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM) atas diperolehnya hibah Penelitian Dosen Pemula (PDP) Tahun 2020 dengan Nomor kontrak: 26/E1/KPT/2020; 080/SP2H/AMD/LT/DRPM/2020;003/PE/II. 3.AU/D/2020. Terimakasih juga peneliti ucapkan kepada Stikes Muhammadiyah Kuningan yang telah memberikan dukungan fasilitas sehingga terlaksananya penelitian ini dengan baik dan lancar. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Diarrhoeal Disease [Internet]. 2017. Available from: http://www/who.int/news-room/fact- sheets/detail/diarrhoeal-disease 2. Joffry SM, Yob NJ, Rofiee MS, Affandi MMRMM, Suhaili Z, Othman F, et al. Melastoma malabathricum (L.) smith ethnomedicinal uses, chemical constituents, and pharmacological properties: A review. Evidence-based Complement Altern Med. 2012;2012(Table 1):6 – 20. https://doi.org/10.1155/2012/258434 3. Che Omar SN, Ong Abdullah J, Khairoji KA, Chin Chin S, Hamid M. Effects of flower and fruit extracts of Melastoma malabathricum Linn. on growth of pathogenic bacteria: Listeria monocytogenes, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and salmonella typhimurium. Evidence-based Complement Altern Med. 2013;2013(June 2014). https://doi.org/10.1155/2013/459089 4. Samad NA, Mohamed Kamal NNSN, Yahaya N, Aziz MY Bin, Zain NNM, Yusoff NAM, et al. Ethnobotanical, phytochemical, and pharmacological aspects of Melastoma sp. Malaysian J Med Heal Sci. 2018;14(6):153 – 63. 5. Tandirogang N, Paramita S, Yasir Y, Yuniati Y, Aminyoto M, Fitriany E. AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN KARAMUNTING (Melastoma malabathricum L.) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB DIARE. J Sains dan Kesehat. 2017;1(7):345 – 51. https://doi.org/10.25026/jsk.v2i2.54 6. Salsabila PP, Zuhud EAM, Siswoyo. Pemanfaatan Tumbuhan Pangan Dan Obat Oleh Masyarakat Di Dusun Palutungan, Desa Cisantana, Sekitar Taman Nasional Gunung Ciremai. Media Konserv. 2014;19(3):146 – 53. https://doi.org/10.29244/medkon.19.3. 7. Syafitri NE, Bintang M, Falah S. Kandungan Fitokimia, Total Fenol, dan Total Flavonoid Ekstrak Buah Harendong ( Melastoma affine D. Don). 2014;1(3):105 – 15. 8. Fajrin FA. AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN SELEDRI (Apium graveolens L) PADA MENCIT JANTAN. J Ilm Farm. 2012;9(1):1 – 8. https://doi.org/10.20885/jif.vol6.iss1.art 4 9. Fratiwi Y. The Potential Of Guava Leaf (Psidium guajava L .) For Diarrhea. Majority. 2015;4(1):113 – 8. 10. Anief. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gajah Mada University Press; 1995. 11. Musdar TA. UJI AKTIVITAS ANTI DIARE EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Poliyanthi folium) PADA MENCIT (Mus musculus) YANG DI INDUKSI OLEUM RICINI. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR; 2012.
1a656f18-954b-4ad7-a656-052d2a1065b5
http://jurnaltrend.com/index.php/trend/article/download/219/182
## KAJIAN PREFERENSI KONSUMEN BERKUNJUNG KE PALU GRAND MALL (PGM) KOTA PALU Oleh: Muhammad Umar A 1 , Marjun 2 , Albar Alaydrus 3 Kamal 4 , Firza Umar Salim 5 (Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Alkhairaat Palu) ## Abstrak Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengunjung Palu Grand Mall dan ditetapkan sebanyak 153 orang secara aksidental sampling. Hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis deskriptif berupa analisis PCA ( Principle Component Analysis ), menunjukkan bahwa sesuai dengan hasil analisis Principle Component Analysis (Analisis Komponen Pokok) ditemukan 7 (Tujuh) faktor yang menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Mall Tatura, yakni: Faktor 1 (mengisi waktu luang), terdiri dari variabel mencari tambahan pengalaman dalam berbelanja; janjian bertemu dengan teman; mengisi waktu luang bersama keluarga; dan mencoba produk yang ditawarkan. Faktor 2 (harga murah), terdiri dari variabel harga murah; melihat cara kerja karyawan. Faktor 3 (lowongan kerja) terdiri dari variabel mencari lowongan kerja; mencari informasi barang yang di pamerkan; refresing/santai. Faktor 4 (kenyaman berbelanja) adalah variabel area parkir yang luas; banyak pilihan barang. Faktor 5 (Lokasi), adalah variabel berdekatan dengan rumah. Faktor 6 (teknologi, hiburan) adalah variabel mencoba fasilitas tangga berjalan (eskalator), menenton film (XXI). Faktor 7 (prestise) adalah variabel bergengsi; style (gaya terbaru). ## Kata Kunci: Kajian Preferensi, Keputusan Berkunjung Mall ## LATAR BELAKANG Perubahan pola interaksi dan gaya hidup masyarakat berdampak pada perubahan tuntutan kebutuhan hidup yang serba instant. Kebutuhan akan tempat hiburan, pusat perbelanjaan dengan konsep modern dan luxury, menurut (Badjamal & Sakaria, 2021) kebutuhan terhadap teknologi dan lainnya merupakan ciri-ciri yang menggejala. Sehingga, keberadaan Mall tidak lepas dari adanya perubahan pola sosial-budaya masyarakat kota besar. Dewasa ini telah banyak usaha yang bergerak dibidang pusat perbelanjaan seperti Super Market, Department Store dan Mall yang menawarkan beberapa kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan kebutuhanya, menurut (Azis & Alaydrus, 2021) hal ini dikarenakan para pemasar merasa bahwa di era modern saat ini, menuntut adanya perubahan proses dalam memasarkan produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Sebagaimana kesan Mall pada umumnya di kota-kota besar, kesan itu akan ditemui pula di Palu Grand Mall. Kenyamanan, keramahan, keamanan, kemudahan, luxury, lengkap, berkesan modern, dan berkelas tetapi diimbangi harga murah menjadi bagian yang melekat pada Palu Grand Mall. Menyadari fenomena yang terjadi di atas maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang menjadi studi preferensi konsumen kota Palu untuk berkunjung ke Palu Grand Mall. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor-faktor apakah yang menjadikan studi preferensi konsumen berkunjung di Palu Grand Mall. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi studi preferensi konsumen Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall. ## KAJIAN PUSTAKA Perilaku Konsumen Menurut Schiffman dan Leslie (2004 : 8) Costumer behavior is definied as behavior that consumer displays in searching for, purchasing, using, evaluating and disposing of product and service that they expect will satisfy their need . (Perilaku konsumen didefenisikan sebagai perilaku yang diperlihatkan oleh konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan suatu produk dan jasa yang mereka harapkan bisa memuaskan kebutuhannya) . ## Keputusan Konsumen Menurut Engel et.al (2003:83) bahwa keputusan konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan yang mendahuluinya dan menyusuli tindakan itu. Menurut Kotler (1999:57) tahap-tahap yang terjadi dalam proses keputusan membeli yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, penilaian alternative, keputusan pembelian dan perilaku setelah pembelian. ## Pengertian Mall Budiman (2007) menjelaskan bahwa Mall adalah jenis dari pusat perbelanjaan yang secara arsitektur bangunan sifatnya melebar (luas). Sebuah mal memiliki standar paling tinggi sebanyak tiga lantai. Di dalam sebuah Mall, penyewa besar (anchor tenant) lebih dari satu (banyak). Contoh dari sebuah standar Mall adalah Cinere Mall dan Blok M Mall Jika ditinjau dari lokasi, Mall sebenarnya diperuntukkan berada di dekat lokasi perumahan. Karena itulah bangunan Mall melebar, karena dalam pada umumnya lokasi yang dekat perumahan ini, harga tanah relatif lebih murah daripada pembangunan sebuah plaza, yang berada di lokasi pusat Kota. Dalam bangunan Mall juga umumnya terdapat atrium. ## KERANGKA PEMIKIRAN Adapun kerangka pemikiran dapat dikemukakan beberapa alasan yang mendorong pengunjung mengunjungi Palu Grand Mall Palu dengan uraian sebagai berikut: ## METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian riset eksploratori dimana desain riset ini lebih menekankan pada pengumpulan ide-ide dan masukan, hal ini khususnya berguna untuk memecahkan masalah yang luas dan sama menjadi sub masalah yang lebih sempit dan lebih tepat. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengunjung Palu Grand Mall. Namun demikian, jumlah keseluruhan pengunjung Palu Grand Mall tidak dapat diketahui dengan pasti. Sugiyono (2000:62) mengatakan accidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang peneliti temui dilokasi penelitian yang dapat dijadikan sebagai sampel. Sebannyak 153 responden dalam penelitian ini dengan alasan bahwa menurut penggunaan alat analisis faktor dan principle component analysis (PCA) adalah jumlah sampel yang di tarik dari populasi lima (5) kali jumlah variabel penelitian. Berdasarkan jumlah variabel penelitian sebanyak 18, maka sampel minimal yang di bolehkan 18 x 5 = 90 responden. Dengan demikian jumlah sampel yang di tentukan sebanyak 153 responden telah melebihi dari standar manimal. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Hasil penelitian dilapangan dengan menggunakan 153 orang responden pengunjung pada Palu Grand Mall sebagai sampel penelitian, menunjukkan bahwa bila dilihat dari segi umur maka dapat diketahui responden yang datang mengunjungi Palu Grand Mall memiliki kisaran umur 17 – 20 tahun sebanyak 18 orang ; memiliki kisaran umur 21 – 30 tahun sebanyak 81 orang, kisaran umur 31 – 40 tahun sebanyak 24 orang ; dan yang memiliki kisaran umur 41 tahun keatas sebanyak 7 orang. Hal ini cukup realistis mengingat Palu Grand Mall dari hasil survei penulis cukup banyak dikunjungi oleh kalangan remaja dan dewasa yang datang mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut selain untuk keperluan berbelanja juga untuk sekedar rekreasi (jalan- jalan). Kelompok usia remaja dan dewasa ini memiliki kisaran umur 21 – 30 tahun. Dengan menggunakan sampel penelitian sebanyak 153 orang responden pengunjung pada Palu Grand Mall, maka hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa jika dilihat dari jenis kelamin maka nampak responden yang mengunjungi Palu Grand Mall yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 61 orang dan responden yang memiliki jenis kelamin perempuan sebanyak 69 orang. Jika dilihat dari distribusi responden berdasarkan pada jenis kelamin tersebut di atas, maka diketahui bahwa mayoritas responden pengunjung Palu Grand Mall di Kota Palu memiliki jenis kelamin perempuan. Fenomena ini cukup realistis mengingat masyarakat yang mengunjungi Palu Grand Mall dari hasil survei penulis memiliki tujuan utama datang berbelanja dan umumnya kegiatan berbelanja di pusat perbelanjaan biasanya dilakukan oleh kaum perempuan dalam hal ini remaja putri dan ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan melalui pengisian kuesioner, maka dapat diketahui bahwa 153 orang responden pengunjung Palu Grand Mall yang ditetapkan sebagai sampel penelitian memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi yaitu berpendidikan SLTP sebanyak 15 orang ; SLTA sebanyak 73 orang ; dan yang memiliki pendidikan sampai pada perguruan tinggi sebanyak 44 orang. Melihat pada distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan tersebut di atas, maka nampak bahwa mayoritas responden pengunjung Palu Grand Mall di Kota Palu memiliki tingkat pendidikan SLTA. Keadaan ini didukung oleh hasil survei penulis cukup banyak dikunjungi oleh kaum remaja yang rata- rata adalah pelajar SLTA. Mereka mendatangi pusat perbelanjaan ini selain untuk berbelanja biasanya hanya untuk sekedar jalan-jalan beramai- ramai dengan sesama teman mereka. Bila dilihat dari pekerjaan, maka hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa 153 orang responden pengunjung Palu Grand Mall yang ditetapkan sebagai sampel penelitian memiliki pekerjaan bervariasi yaitu mahasiswa/pelajar sebanyak 45 orang ; PNS/TNI/POLRI sebanyak 22 orang ; pegawai swasta sebanyak 12 orang ; wiraswasta sebanyak 37 orang ; dan responden yang memiliki pekerjaan lain-lain sebanyak 14 orang. Distribusi responden berdasarkan pada jenis pekerjaan tersebut di atas, menunjukkan bahwa mayoritas responden pengunjung Palu Grand Mall memiliki pekerjaan sebagai mahasiswa/pelajar dan minoritas memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta. Kenyataan ini cukup realistis karena sesuai hasil survei saat penelitian ini dilakukan banyak dijumpai pengunjung di Palu Grand Mall berasal dari kalangan remaja yang rata-rata memiliki pekerjaan sebagai seorang mahasiswa atau pelajar pada beberapa perguruan tinggi dan sekolah yang ada di Kota Palu. Motivasi utama mereka mengunjungi Palu Grand Mall selain untuk berbelanja juga hanya sekedar untuk datang jalan- jalan melihat keramaian di pusat perbelanjaan terbesar di Kota Palu tersebut. Dilihat dari pendapatan/bulan, dapat diketahui bahwa 153 orang responden pengunjung Palu Grand Mall yang ditetapkan sampel penelitian memiliki pendapatan bervariasi yaitu yang berpendapatan Rp.100.000 s/d Rp.500.000/bulan sebanyak 59 orang ; memiliki pendapatan Rp.500.000 s/d Rp.1.000.000/bulan sebanyak 29 orang ; memiliki pendapatan Rp.1.000.000 s/d Rp.2.000.000/bulan sebanyak 32 orang ; dan responden yang memiliki pendapatan lebih dari Rp.2.000.000 sebanyak 10 orang. Fenomena di atas cukup realistis mengingat sesuai dari hasil survei saat penelitian ini dilakukan, dijumpai banyak pengunjung yang mendatangi Palu Grand Mall berasal dari kalangan remaja yang rata-rata memiliki pekerjaan sebagai seorang mahasiswa atau pelajar. Mereka tiap bulannya memperoleh pendapatan dari hasil uang saku bulanan yang diberikan oleh orang tua berkisar Rp.100.000 sampai dengan Rp.500.000 (Rahman & Kamal, 2021). Uang saku bulanan ini yang menjadi sumber pendapatan mereka yang dibelanjakan saat mengunjungi Palu Grand Mall. Penelitian menunjukkan bahwa bila dilihat dari waktu berkunjung, 153 orang responden pengunjung Palu Grand Mall yang ditetapkan sebagai sampel penelitian memiliki waktu berkunjung berbeda-beda. Dari keseluruhan responden penelitian tersebut, yang mengunjungi Palu Grand Mall di waktu siang hari sebanyak 19 orang ; sore hari sebanyak 43 orang ; dan yang mengunjungi Palu Grand Mall malam hari sebanyak 67 orang. Jika dilihat dari distribusi responden berdasarkan waktu berkunjung tersebut di atas, nampak bahwa saat penelitian ini dilakukan mayoritas responden pengunjung Palu Grand Mall mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut di waktu malam hari dan minoritas mengunjungi Palu Grand Mall di waktu siang hari. Fenomena ini cukup realistis, mengingat di waktu malam hari responden cenderung lebih banyak memiliki waktu luang dari rutinitas aktivitas pekerjaan sehari-hari sehingga mereka memiliki banyak waktu luang untuk mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut untuk keperluan berbelanja dan rekreasi baik bersama keluarga maupun teman-teman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bila dilihat dari hari favorit datang ke Palu Grand Mall, 153 orang responden pengunjung Palu Grand Mall yang ditetapkan sebagai sampel penelitian memberi tanggapan berbeda-beda. Dimana responden penelitian yang menyatakan mengunjungi Palu Grand Mall pada hari Senin sebanyak 6 orang ; hari Selasa sebanyak 6 orang ; hari Rabu sebanyak 7 orang ; hari Kamis sebanyak 7 orang ; hari Jum’at sebanyak 6 orang ; hari Sabtu sebanyak 52 orang ; dan responden yang menyatakan mengunjungi Palu Grand Mall pada hari Minggu sebanyak 47 orang. Bila melihat distribusi responden berdasarkan pada hari favorite datang ke Mall tersebut di atas, maka nampak bahwa mayoritas responden penelitian mengunjungi Palu Grand Mall pada hari Sabtu dan minoritas mengunjungi Palu Grand Mall pada hari Senin, Selasa dan Jum’at. Fenomena ini cukup realistis, mengingat di dalam satu minggu waktu responden beraktivitas, akhir pekan jatuh pada hari Sabtu dimana setiap akhir pekan responden memiliki lebih banyak waktu untuk bersantai (libur dari pekerjaan) sehingga bisa meluangkan waktu lebih banyak baik bersama keluarga maupun teman-teman mengunjungi Palu Grand Mall. Hasil dan Pembahasan Analisis Komponen Pokok (Principle Component Analysis) Penelitian ini menggunakan Principle Component Analysis (Analisis Komponen Pokok) untuk mengukur dan menentukan preferensi (alasan-alasan) konsumen Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall. Analisis Principle Component Analysis (Analisis Komponen Pokok) menggunakan beberapa tahapan sehingga diketahui hasil akhir faktor-faktor yang menjadi studi preferensi (alasan) konsumen berkunjung di Palu Grand Mall. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: Pada tahap pertama pengukuran dilakukan dengan memasukkan 18 faktor penelitian yang dikonstruksikan dalam instrumen penelitian (kuesioner) kedalam pengukuran Principle Component Analysis (Analisis Komponen Pokok). Hasil pengukuran menunjukkan nilai KMO (Keiser-Meyer-Olkin) Measure Sampling Adequecy sebesar 0,717, sedangkan tingkat signifikansi Barlett’s Test of Spericity adalah sebesar 0,000. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang signifikan dari faktor-faktor yang diukur. Hasil ini pula mengindikasikan bahwa model yang diukur memiliki tingkat akurasi yang sangat baik karena nilai KMO (Keiser-Meyer-Olkin) lebih besar dari 0,50 Tahap kedua dalam analisis Principle Component Analysis (Analisis Komponen Pokok) adalah uji komunalitas (communality). Pada bagian ini faktor-faktor penelitian yang memiliki nilai yang paling rendah dikeluarkan dari pengukuran, karena tidak cocok dengan solusi akhir faktor. Dari 18 faktor penelitian, terdapat 11 faktor penelitian memiliki nilai communalities dalam proses ekstraksi mempunyai nilai > 0,50. Ini berarti bahwa variabel mempunyai hubungan yang cukup erat dengan faktor yang terbentuk. Tahap berikutnya adalah dengan memeriksa nilai Eigenvalue dari analisis Principle Component Analysis (Analisis Komponen Pokok) yang telah dilakukan. Nilai Eigenvalue dari Principle Component Analysis menunjukkan bahwa keseluruhan variabel yang diukur membentuk 7 faktor. Hal ini diketahui karena hanya terdapat 7 faktor penelitian yang memiliki nilai Eigenvalue di atas 1,00. Pada data di atas, diperoleh variabel-variabel yang memiliki loading faktor lebih besar atau sama dengan 0,50 (Malhotra, 1993 : 49). Berdasarkan pada nilai loading maka keempat belas (14) variabel yang dianalisis dikelompokkan ke dalam tujuh (7) faktor penelitian. Berdasarkan hasil akhir Principle Component Analysis di atas, maka dapat diketahui: Pada faktor 1 (Mengisi waktu luang), variabel- variabel penelitian yang dinilai menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall adalah mencoba produk yang ditawarkan ; mencari tambahan pengalaman dalam berbelanja ; janjian bertemu dengan teman ; mengisi waktu luang bersama keluarga. Pada faktor 2 (Harga murah), variabel-variabel penelitian yang dinilai menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall adalah harga murah ; melihat cara kerja karyawan. Pada faktor 3 (Lowongan kerja), variabel-variabel penelitian yang dinilai menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall adalah mencari informasi barang yang di pamerkan ; mencari lowongan kerja : refresing/santai. Pada faktor 4 (Kenyamanan berbelanja), variabel- variabel penelitian yang dinilai menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall adalah area parkir luas ; banyak pilihan barang. Pada faktor 5 (Lokasi), variabel-variabel penelitian yang dinilai menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall adalah berdekatan dengan rumah. Pada faktor 6 (Teknologi, hiburan), variabel- variabel penelitian yang dinilai menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall adalah mencoba fasilitas tangga berjalan (eskalator), menonton film di XXI Pada factor 7 (Prestise), variabel-variabel penelitian yang dinilai menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall adalah bergengsi ; style(gaya baru) ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pada hasil dan pembahasan penelitian, penulis akan menarik beberapa kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut : Sesuai dengan hasil analisis Principle Component Analysis (Analisis Komponen Pokok) ditemukan 7 (Tujuh) faktor yang menjadi studi preferensi (alasan) masyarakat Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall, yakni: 1) Faktor 1 (Mengisi waktu luang), terdiri dari variabel mencari tambahan pengalaman dalam berbelanja; janjian bertemu dengan teman; mengisi waktu luang bersama keluarga; dan mencoba produk yang ditawarkan. 2) Faktor 2 (Harga murah), terdiri dari variabel harga murah; melihat cara kerja karyawan. 3) Faktor 3 (Lowongan kerja), terdiri dari variabel refresing; mencari informasi barang yang di pamerkan; mencari lowongan kerja. 4) Faktor 4 (Kenyaman berbelanja), adalah variabel area parkir yang luas; banyak pilihan barang. 5) Faktor 5 (Lokasi), adalah variabel berdekatan dengan rumah. 6) Faktor 6 (Teknologi, hiburan), adalah variabel mencoba fasilitas tangga berjalan (eskalator); menonton film di XXI 7) Faktor 7 (Prestise), adalah variabel bergengsi; style (gaya baru). Produk yang paling sering di beli adalah pakaian, sepatu, kebutuhan sehari-hari, makanan, buku, barang-barang elektronik, perlengkapan rumah tangga, perlengkapan dapur, perlengkapan bayi dan anak, perlengkapan sekolah, HP dan aksesoris, dan perlengkapan kosmetik. ## Saran Dari hasil dan pembahasan penelitian, maka ada beberapa hal penulis sarankan sebagai berikut : 1) Perlunya Palu Grand Mall melakukan perubahan dalam rangka peningkatan kenyamanan belanja, kenyamanan mengisi waktu luang dengan cara meredesain tata letak berbagai fasilitas yang ada. 2) Untuk penulis selanjutnya yang hendak meneliti objek penelitian yang sama hendaknya menambah lebih banyak variabel dan mencoba menerapkan alat analisis yang berbeda agar hasil penelitian tentang studi preferensi konsumen Kota Palu berkunjung di Palu Grand Mall lebih meluas. ## DAFTAR PUSTAKA Assauri, Sofjan, 2002. Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep, dan Strategi), Jakarta: Raja Grafindo,. Azis, A., & Alaydrus, A. (2021). PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN, DAN LINGKUNGANKERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN KOTA PALU. Jurnal Ekonomi Trend , 9 (1), 23–34. https://doi.org/10.31970/trend.v9i1.204 Badjamal, F. A., & Sakaria, M. (2021). PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA WARUNG KOPI CELEBEST DI KOTA PALU. Jurnal Ekonomi Trend , 9 (1), 11–16. https://doi.org/10.31970/trend.v9i1.202 Ferdinand, Augusty, 2002. Kualitas Strategi Pemasaran: Sebuah Studi Pendahuluan, Jurnal Sains Pemasaran Indonesia, Vol I, No.1, (Mei) Kotler, Philip, 2003, Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa, Jakarta: PT Ghalia Indonesia. Lovelock. 2001. Principles of service Marketing and Management. Edisi Bahasa Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: PT. Intermasa. Malhotra, Naresh K, 2005. Riset Pemasaran : Pendekatan dan Terapan, Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia Parasuraman, A.,V.A Zeithaml, dan L.L. Berry, 1998. Servqual: A multiple-item scale for measuring consumer perseptions of service quality. Journal of retailing. Rahman, A., & Kamal, K. (2021). PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP PEMBELIAN TIDAK TERENCANA PADA SWALAYAN MOUZA DI KOTA PALU. Jurnal Ekonomi Trend , 9 (2), 1–13. https://doi.org/10.31970/trend.v9i2.213 Simamora, Bilson, 2001, Re-Marketing 4 bussiness recovery, Jakarta: PT. Gramedia.. Sugiyono, 2008, Statistika untuk Penelitian, Bandung: Edisi ketigabelas.Penerbit Alfaberta. Suparmono dan Jony Oktaviana Haryanto,2005. Desain Proposal Penelitian Studi Pemasaran, Yogyakarta: ANDI. Swastha, Basu, 2000. “Manajemen Pemasaran Modern”, Yogyakarta: Edisi Ke delapan, Lembaga Manajemen AMP. Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Andi Offset. Umar Husein, 2003, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Zeithaml, Valerie A. and Bitner, Mary Jo. 2003. Service Marketing, Integrating Customer Focu Across the Firm. Third Edition (International edition). New York, The Mc Graw-Hill Companies, Inc.
28796be1-4885-4875-8b6e-b235028b4e2d
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Hermeneutika/article/download/13043/8900
## Keputusan Pasangan Subur Untuk Tidak Memiliki Anak Nuria Febri Sinta Rahayu 1 Fatimah Aulia Rahmah 2 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya [email protected] ## Abstrak Setiap hubungan keluarga atau rumah tangga akan lengkap bila terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Sehingga, hubungan rumah tangga antara suami-istri yang tidak dan belum memiliki anak dianggap belum sempurna. Dengan demikian, banyak pasangan suami istri yang merencanakan program kehamilan setelah mereka menikah. Suami-istri rela melakukan segala cara agar mendapatkan anak dari rahimnya sendiri, berbeda dengan beberapa negara yang menjadikan tonggak anak sebagai kesempurnaan dalam pernikahan. Namun, stigmatisasi orang Indonesia terhadap fenomena tersebut sedikit ditepis oleh beberapa orang Indonesia yang menganut paham feminisme dan memegang teguh prinsip childfree atau keinginan untuk tidak menghasilkan keturunan atau tidak memiliki anak, meskipun sudah menikah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Bagaimana keadaan rumah tangga dengan ada atau tidaknya anak, dan untuk mengetahui pula tujuan dari pasangan suami istri yang tidak ingin memiliki anak. Data yang didapatkan dalam penelitian ini menggunakan kualitatif denga metode analisis farming yang diambil melalui platform media massa atau internet. dengan harapan hasil yang didapat dari penelitian ini bisa membedakan tentang stigmatisasi yang kental di Indonesia mengenai ada atau tidaknya anak dalam rumah tangga. Kata-kata Kunci: Childfree, Rumah Tangga, Stigmatisasi. ## Abstract Every family relationship or household will be complete if it consists of father, mother, and children. Thus, the household relationship between husband and wife who do not and do not have children is considered imperfect. Thus, many married couples are planning a pregnancy program after they get married. Husbands and wives are willing to do everything they can to get children from their own wombs, in contrast to some countries that make child milestones as perfection in marriage. However, the stigmatization of Indonesians towards this phenomenon has been slightly countered by some Indonesians who adhere to feminism and adhere to the principle of child-free or the desire not to produce offspring or not have children, even though they are married. The purpose of this study is to analyze how the household is with the presence or absence of children, and to find out the purpose of married couples who do not want to have children. The data obtained in this study uses qualitative farming analysis methods taken through mass media platforms or the internet. with the hope that the results obtained from this study can distinguish the thick stigmatization in Indonesia regarding the presence or absence of children in the household. Keywords: Childfree, Household, Stigmatization. ## Pendahuluan Sebagai warga Indonesia, kita paham betul akan budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini, seperti istilah yang pernah populer jika banyak anak banyak rezeki. Istilah tersebut sudah mendarah daging dan menjadi tren bagi sebagian pasangan suami istri di Indonesia. Akibatnya, sebagian besar masyarakat masih memiliki pikiran kolektif atau pandangan bahwa anak adalah pembawa rezeki, dan sebagian besar masyarakatnya percaya dengan mitos banyak anak banyak rezeki (Anjani et al., 2020). Ketika orang tuanya sudah tua dan tidak bisa melakukan apa-apa sendiri, ini sejalan dengan pemikiran bahwa saat orang tua muda dan masih bisa untuk bekerja keras, maka tugasnya adalah untuk membahagiakan anak. Sehingga, anak berupaya memberikan kenyamanan untuk kedua orang tuanya (Park&Cho, 2011). Dengan demikian, kehadiran anak dapat memberikan manfaat dari segi sosial maupun ekonominya (Nauck, 2014). Maka dari itu sudah pasti banyak orang tua yang berpikir bahwa suatu saat nanti anak harus bisa menyenangkan orang tuanya seperti apa yang orang tuanya berikan kepada sang anak dahulu. Namun, stigma tersebut dewasa ini sudah banyak ditentang oleh sebagian masyarakat Indonesia sendiri, dimana ada sebagian dari masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa anak bukanlah investasi masa tua namun kewajiban untuk memberikan yang terbaik untuk anak adalah sebuah kewajiban sebagai orang tua. Lalu, adanya pandangan jika anak merupakan investasi di masa depan yang akan memberi kehidupan lebih layak bagi orang tuanya (Ulfah dalam https://www.popmama.com/life/relationsh ip/sarrah-ulfah-1/alasan-orangtua-tidak- boleh-menjadikan-anak-investasi-masa- tuanya/4) Kini, Indonesia terpengaruh oleh paham-paham yang telah dikenal dari luar. Salah satunya gerakan feminisme, yang menganggap perempuan bukan objek untuk menghasilkan banyak anak. Anggapan banyak anak banyak rezeki tak selaras dengan kesehatan reproduksi dari seluruh wanita, karena tidak semua wanita memilikirahim yang kuat untuk melahirkan seorang anak. Hubungan Childfree dengan gerakan feminisme adalah tentang memberikan kebebasan pada wanita untuk memilih apakah dirinya mau untuk memiliki anak atau tidak. Sehingga, hal tersebut dapat disepakati oleh pasangan suami-istri yang mendukung prinsip Childfree . Dalam pernyataan lain menyatakan bahwa, ada kondisi tertentu yang menyebabkan pasangan menikah tidak juga memiliki anak meskipun tidak dalam kondisi menunda atau mencegah kehamilan, yang dikenal dengan involuntary childless . Kondisi involuntary childles s berbeda dengan voluntary childless yang memang secara sadar dan sengaja tidak ingin memiliki anak (Patnani et al., 2021). Keberadaan seorang anak memang sepenuhnya menjadi tanggung jawab orang tuanya, maka dari itu sebisa mungkin orang tua senantiasa bekerja keras untuk memenuhi semua kebutuhan primer maupun sekunder seorang anak. Kenyataanya mendapat penghasilan yang tinggi merupakan hal yang masih sulit di Indonesia. Mengingat bahwa Indonesia merupakan negara berkembang dan lapangan pekerjaan menjadi sesuatu yang diperebutkan oleh ribuan bahkan jutaan penduduk Indonesia. Sehingga populasi penduduk di Indonesia sudah melebihi kapasitasnya atau dapat disebut padat penduduk. Dengan demikian, maka prinsip childfree sebenarnya adalah pilihan yang yang tidak salah, karena berpegang dari prinsip tersebut Indonesia sedikit demi sedikit dapat mengurangi populasinya sehingga suatu hari Indonesia bisa menjadi negara maju yang memiliki jumlah populasi yang sedikit seperti di negara Amerika dan Jepang. Berbeda dengan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa ketidakhadiran seorang anak memberikan keuntungan involuntary childless , seperti kepuasan dalam aspek finansial, kesenangan, hubungan lebih dekat terhadap pasangan, teman dan keluarga (Peters, Jackson, dan Rudge, 2011; Hansen, 2012). Namun, semua kembali lagi kepada prinsip masing-masing personal atau prinsip masing-masing keluarga dalam menentukan jumlah anak, jenis kelamin anak, ingin memiliki anak atau tidak dan sebagainya, Semua merupakan hak individu dan tidak diatur dalam pasal perundang-undangan di Indonesia, walaupun sebaiknya setiap keluarga tetap memikirkan dampak psikologis dan psikis seorang anak ketika dia dilahirkan kedunia dengan keadaan orang tua yang seperti saat ini. ## Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis framing, yaitu menganalisis teks media atau analisis konten. Metode analisis framing ialah instrumen sebagai alat untuk menangkap informasi tentang apa yang dirasakan oleh khalayak ramai dari berbagai aspek masalah yang terjadi (Ryan, 1991). Dalam metode ini menggunakan perspektif teori kritis dari Vablen Adorno, dengan fokus kajian media sebagai alat untuk mendapatkan data. Sehingga data didapatkan berupa teks. Metode ini umum digunakan untuk menganalisis penelitian yang mengkaji pokok permasalahan dari media massa dengan diperdalam oleh teori nilai anak yang dikemukakan oleh Hoffman (1973). Pada penelitian yang akan dianalisis ini akan menggunakan platform media sosial seperti tiktok , youtube channel, dan lain sebagainya. Pemikiran mengenai penelitian ini muncul karena beberapa waktu lalu ada seorang public figure yang menyatakan bahwa dirinya beserta sang suami memutuskan untuk memegang prinsip childfree atau tidak ingin memiliki anak setelah menikah, hal tersebut menjadi menarik untuk dianalisis karena dari berita tersebut banyak masyarakat Indonesia yang kemudian membuka suara dan menyatakan dukungan atau penolakan mengenai keputusan sang public figure tersebut. Data yang didapatkan pada penelitian ini bersumber dari situs-situs berita dan media sosial tentang argumen dari beberapa public figure serta artis. Seperti, Cinta Laura, Gita Savitri, dan Chef Juna yang membahas mengenai keputusan untuk memiliki anak maupun tidak memiliki anak. Selain itu, penelitian ini juga dilihat dari beberapa komentar para netizen mengenai beberapa artis tersebut yang memutuskan untuk tidak memiliki anak. Dengan demikian, diharapkan metode yang dilakukan dapat mengulik tentang jawaban yang sempat menjadi perbincangan dari berbagai aspek masyarakat. ## Hasil dan Pembahasan A. Pandangan Para Artis, Pubic figure, dan Pasangan Yang Memutuskan Childfree Nama Artis, public figure , pasangan childfree Channel Youtube Komentar Kategori (pro/kontra/n etral) Gita Savitri Analisa Channel Dengan judul “Cara Gita Savitri Memerdekakan Diri dari EKSPEKTASI” Gita hendak ingin memiliki anak karna takut jika nantinya ia bersikap responsibel kepada sang anak dan melukai anak. Gita sendiri pun memeyakini bahwa keputusannya tidak memiliki anak tidak akan berubah. Bahkan ia ingin usianya segera diangaka 30 tahun keatas. Karna ia merasa dengan usian yang cukup matang tersebut sudah jarang lagi untuk ditanyai untuk ingin memiliki anak atau tidak. Dan ia percaya di usia tersebut dalam pemikiran the princip patriaki dimana wanita sudah seperti kedaluarsa ibarat susu. Dan setiap wanita pun berhak untuk memilih dalm hal ini dan pilihan untuk tidak memiliki anak pun dipilih oleh Gita dan Paulus (Channel Analisa, 2021). Pro/setuju Cinta Laura The Hermansyah A6 Dalam podcast yang di bawakan oleh Ashanty, dengan judul “SHOCK! DITANYA KAPAN NIKAH. CINTA LAURA MEMUTUSKAN GAK MAU MENIKAH DAN PUNYA ANAK” Sebelumnya Cinta Laura sempat berbicara kepada mamanya jika ia tidak akan menikah sebelum puas dalam karirnya. Mamnya pun menjawab “Kalopun kamu tidak ingin untuk menikah dan tidak untuk memiliki anak, it’s okay. Gapapa”. Dan ia sempat menyatakan “Jika kita sendiri belum bisa untuk Pro/setuju membahagiakan diri kita sendiri, lantas bagaimana kita membahagiakan orang lain? Saya tidak utuh dengan orang lain, karna saya lebih utuh dengan sendirinya” saya rasa di dunia sudah banyak sekali manusia. Saya pikir kenapa saya tidak mengadopsi anak saja yang mereka tidak memiliki siapa-siapa dari pada saya melahirkan. (ia merasa bahwa banyak anak-anak disana yang masih terlantar). Ia pun merasa memiliki anak itu kapan saja bahkan menikah pun boleh kapan saja, cinta laura memandang bahwa karirnya lebih penting daripada memutuskan untuk menikah dan memiliki anak. Chef Juna Deddy Corbuzier. Dengan judul, “CHEF JUNA – GAY? JAHANAM? SILAHKAN!!- Deddy Corbuzier Podcast” Chef Juna memiliki komitemen jika dia akan memiliki anak jika istrinya berkenan, jika tidak. Ia tak masalah untuk tidak memiliki anak. “Sebelum menikah sudah memiliki prinsip untuk memiliki atau menunda kehadiran anak” menurutnya jika istri tidak ingin memiliki anak maka ia juga tidak akan memiliki anak. Selain itu,ia merasa bahwa wanita dan pria memiliki kedudukan yang sama. Dan memiliki hak yang sama atas dirinya. Netral, sesuai komitmen dengan pasangan. Angelia Iyenk TirtoID. Dengan judul, “Nikah Tapi Memilih Gak Punya Anak, Kok Bisa?” Angelia berprofesi sebagai guru. Ia telah menikah dengan usia pernikahan 15 tahun. Namun, ia dan suami memutuskan untuk tidak memiliki anak ( childfree ). Pro/setuju Baginya sumber kebahagiaan itu banyak, dan tidak hanya didapatkan dengan memiliki anak. Karena sumber kebahagiaan setiap orang juga berbeda. “Kalo saya, sumber kebahagiaan saya dapatkan dari keponakan-keponakan, dan belajar-mengajar yang saya lakukan” ujar Angelia. Lusi Menjadi Manusia. Dengan judul “Childfree by Choice: Semua Hal Itu Egois.” Latar belakang dari Lusi untuk memutuskan childfree adalah salah satu dari pasangan yang belum siap. Menurutnya memutuskan untuk childfree bukanlah sikap yang egois. Namun, itu sebuah pilihan sebuah pasangan yang didasari oleh pertanggung jawaban. Lusi menyampaikan jika “Kita sebagai wanita memiliki hak atas kemerdekaan pada tubuh kita, dan kita(wanita) bukanlah mesin. Kita juga berhak atas kehendak kita. Kita(wanita) yang menjalankannya, kita yang mengandung anak. Jadi itu juga kewajiban kita.” Dan menurutnya juga seseorang juga bisa memutuskan untuk childfree karena trauma dengan history di masa lalu. Pro/setuju Pernyataan narasumber di atas, didapatkan dalam media youtube melalui beberapa channel, menyatakan bahwa memutuskan untuk childfree atau tidak itu menjadi pilihan dalam sebuah rumah tangga. Dengan memutuskan childfree bukanlah menjadi keputusan yang dianggap egois. Karena dengan seseorang memutuskan untuk memiliki anak, secaraotomatis kita perlu tanggung jawab yang lebih terhadap kehidupan sang anak tersebut (Lusi, 2021). Seorang suami juga tidak bisa memaksa istri untuk memiliki banyak anak, jika istri menolaknya. Istri berhak untuk mengatur dalam tubuhnya. Sehingga, dalam memutuskan untuk childfree atau tidak menjadi komitmen bersama dalam pasangan suami-istri. ## B. Pendapat Para Netizen (pro/kontra) Nama akun Channel Youtube/tikto k Komentar Kategori (pro/kontra /netral) Abeth Novia TirtoID “Aku sendiri memilih untuk childfree karena pernah ada dalam posisi toxic family dan tidak ingin memberikan beban untuk anak. “ Pro(setuju) Illegitimi Non Carborundum TirtoID “Gue ingin memutuskan untuk childfree karna menurut gue itu opsi yang paling bagus daripada harus melahirkan nyawa-nyawa baru untuk merasakan keganasan dunia. Sekalipun guwe punya uang dan gue merasa bisa ngurus semua secara financial. Tapi, itu semua tidak menjamin bahwa anak saya akan hidup bahagia setelah saya meninggal. Anak itu anugerah Tuhan. Tapi, jika kita tidak melakukan hubungan dengan kemauan atau nafsu kita tidak akan memiliki anak. Jadi, ketika kita sudah diberi amanah ya harus siap ngurus dan tanggung jawab. Jadi, punya/tidak memiliki anak itu menjadi pilihan”. Pro(setuju) Thea Olivia TirtoID Alasan aku child free sih simpel, aku terlalu sayang sama diri sendiri, takut neglected aja jadi orang tua tuh pekerjaan terberat menurut aku... di tanya punya trauma sih enggak, orang tua alhamdulillah masih bareng sampe sekarang, keuangan dari kecil sampe sekarang alhamdulillah lebih, perhatian melimpah ke 3 anaknyaa gak dibeda- beda in Pro(setuju) Farihatus Sulfiyah Menjadi Manusia Childfree atau engga itu adalah pilihan, dan hak setiap pasangan. Hanya saja di lingkungan dan budaya kita childfree masih terdengar asing bahkan mungkin beberapa orang menganggap pilihan yg arogan. Tapi ya balik lagi itu sebuah hak dan pilihan setiap pasangan. Jujur aku sedih banget, kupikir cuma tetangga2 julid, ternyata banyak banget orang yang bahkan tidak berkompeten dan berkontribusi di hidup seseorang malah mencampuri pilihan hidupnya. Netral Ele El Menjadi Manusia Gue tidak berpihak kepada "Child Free." Siapa yang mau melakukan silahkan. Tetapi gue sangat-sangat tidak setuju pada ORANG TUA YANG PUNYA ANAK, TAPI NGURUS ANAK ASAL-ASALAN atau NGGAK DI URUS DENGAN BAIK. atau anaknya dijadikan PENOPANG EKONOMI KELUARGA. Padahal anaknya kadang masih di bawah umur, masih waktunya main, belajar, MASA KECIL MEREKA DI RAMPAS, DIPAKSA MENGERTI KEADAAN BAPAK EMAKNYA. Kalau lo hanya berPASRAH, ya rejeki Lo sebatas rejeki berpasrah, beda sama orang yang berusaha. Berapa banyak sih, anak-anak yang berasal dari keluarga hanya BERPASRAH sambil rebahan yang sukses? Hanya sedikit, itupun karena anaknya berusaha keras, menempuh segala cara supaya bisa sukses. Sisanya? Tumbuh minder, merasa nggak sama dengan orang lain. Anak-anak yang sukses, mostly berasal dari orang tua yang berusaha keras, terlepas apapun pekerjaan orang tua itu. Mereka berusaha memenuhi kebutuhan si anak dengan berbagai cara. Jadi sebelum lo memutuskan untuk menikah dan memiliki anak, dipikirkan dulu bener-bener. Apalagi memutuskan sampe memiliki anak 4 atau 5. Kontra Annida Firdayani Menjadi Manusia Menurut saya sih wajar banyak yang nolak childfree ini sendiri karena stigma yang kita kenal selama ini berlawanan banget dengan hal Netral tersebut. Menolak boleh, nggak ada larangan, setiap orang punya hak, tapi nggak harus maksain kehendak ke orang lain juga kan ya seharusnya, apalagi sampe ada yang bilang kalo pasangan yang memilih untuk tidak punya anak kesannya cuma memuaskan hawa nafsu doang. Saya sendiri ada di posisi netral untuk saat ini karena masih banyak yang perlu dipahami terlebih dahulu sebelum pada akhirnya memutuskan untuk menolak atau menerima. Malika Story Menjadi Manusia Saya perempuan, dan saya masih engga bisa nerima sih childfree by choice ini dengan alasan HAK dan KEMERDEKAAN dalam memilih gak punya anak (padahal mampu secara kesehatan), dan dgn alasan MY BODY MY CHOICE, padahal konteksnya sudah menikah, berati ada 1 manusia lagi di suatu hubungan itu yaitu suami. apakah yakin ini keputusan bersama? atau keputusan yang di ada-ada dikarenakan suatu PESIMISME dari salah satu pihak, yg akhir nya meyakinkan pihak yg lain bahwa memiliki keturunan adalah beban? saya sama sekali tidak membenci childfree marriage, hanya saja apa yg ada dipikiran kalian ketika menikah lalu memutuskan untuk tidak punya keturunan? Cinta Sejati? Ingin Berdua selamanya? bagaimana jika salah satu dari kalian meninggal duluan? sendiri? kesepian? Kontra Saaaaaaa Tiktok(dalam komentar Gita Savitri yang memutuskan untuk childfree Tidak ada niat buat ngejudge, karena itu pilihan hidup setiap orang, tapi ketika melihat seseorag yang sedang berupaya untuk memiliki anak. Sedikit sakit hati dengarnya. Kontra Adelaide Analisa Channel Aku di tim pengen punya anak,dan shock juga denger prinsip kak Gita. Tapi kembali itupilihannya, mungkin ia belum berani menghadapi emosi perjalanan memiliki anak. Buat alasan saat tua biar ada yang menemani, seandainya kak Gita memilih childfree sudah berfikir panjang. mungkin dia udah mikirin masa tua dia gimana. Netral Hari hari riri Anaisa Channel Gue rasa Gita punya alasan sendiri untuk memutuskan childfree. Menurut gue gak aneh kok kalo memiliki keputusan itu. Liat aja, di luar sana banyak banget anak-anak yang lahir tapi orangtuanya mengabaikan/melantarkan/nyiksa/ga mampu memberikan hak (moral dan materil)ke anak mereka dan ujung- unjungnya hanya menambah populasi dan masalah. Pro(setuju) Nyi Ipeh Analisa Channel Semua harus ada panduannya. Mungkin, karena terlalu kagum dengan pandangan orang ilmuwan atau orang barat sangat mempengaruhi gaya hidupnya. Kontra Anak Dayak Katingan The Hermansyah A6 Apa yang dipikirkan oleh Cinta Laura sama dengan pemikiran saya. Saya berumur 35 tahun dan saya masih sendiri. Saya lebih memilih untuk mengajar dan menyayangi anak- anakyag ada di Kalimantan. Banyak sekali yang menjudge saya untuk menyuruh segera menikah dan memiliki anak agar dapat mendidik anak sendiri. Tapi saya bahagia dengan cara saya sendiri. Pro(setuju) Sri Widiati The Hermansyah A6 Hidup memang pilihan, masing- masing orang punya hak untuk menentukan jalan hidupnya . asal tidak merugikan orang lain it’s okay. Pro(setuju) Nani Nano The Hermansyah A6 Zaman sudah berubah, nilai-nilai hidup juga sudah mulai berubah. Itulah pentingnya menanamkan nilai-nilai agamis dalam diri. Agar paham-paham modern bisa terfilter. Saya tidak bilang tidak setuju, tapi semoga kita semua bisa belajar. Karena seiring berubahnya zaman, perbedaan antar nilai yang tepat dan tidak tepat sangatlah tipis. Netral Yophia Jelena PUELLA ID Setuju. Merawat orang tua itu bukan kewajiban anak, jangan jadikan anak investasi/jaminan hari tua, tapi kalau dr kecil dia dirawat dgn baik pasti dia sadar diri dan bakal ngelakuin hal yg sama kok ke ortunya saat dewasa Pro(setuju) Hashinatul Fikrial PUELLA ID Disclaimer, ini pemikiran aku ya jgn di hujat. Aku setuju sama pemaparan ibu- ibu yang ditikok. Makanya aku sampai sekarang masih jadi orang yang susah Pro(setuju) untuk pingin punya anak. Karena aku tau anak ga minta dilahirin dan aku rasa aneh klo aku yg bikin dia, mau dia lahir kedunia ini, terus pas dia kecil aku suruh untuk 'ayo patuh sama aku, ikutin peraturan aku, aku marahin klo dia ga nurut, dsb' kayak aku yg mau dia lahir ke dunia masa dia aku penuhi sama beban ini itu gitu. Seseorang yg mutusin utk punya anak, harus siap juga dgn punya anak yg autis, yang disabilitas, yang punya penyakit kesehatan mental, yang memilih lgbtq+ yang nanti berkeinginan utk punya kepercayaan/agama beda, yang punya goals/hobi yang beda. Kalo orang tersebut belum siap dengan itu/ pengen punya anak yang exactly up to her standard, then dont have one. Maynime Emerald PUELLA ID Ketika terakhir podcast bareng om Deddy, banyak yang seolah memojokkan orang yang berniat untuk tidak punya anak dalam suatu pernikahan. Menurutku kembali lagi, itu pilihan masing-masing individu, tiap orang punya hidupnya masing-masing. Yang ngejalanin juga orang tersebut. Jadi janganlah buru-buru menjudge, apalagi belum tau latar belakang masalahnya. Pro(setuju) . C. Keputusan Pasangan Subur Untuk Tidak Memiliki Anak. Dalam sebuah hubungan yang serius, sepasang kekasih perlu memikirkan untuk masa depannya. Termasuk, dalam hal memiliki keturunan. Setiap orang juga berhak atas pilihannya dalam mengambil keputusannya. Ketika sudah berumah tangga pasangan suami-istri menemukan persoalan-persoalan yang paten, yakni memiliki anak. Karena, nilai anak dianggap sangat penting dalam rumah tangga. Kehadiran anak dalam pernikahan juga dipandang oleh subjek (manusia) sebagai tujuan dalam pernikahan (Mardiyan & Kustanti, 2016). Menurut Dariyo (2007), tujuan sebuah pasangan dalam memutuskan menikah ialah mendapatkan keturunan. Sebagian besar pandangan masyarakat, menganggap anak menjadi harapan masa depan guna meneruskan keinginan orang tuanya (Dariyo,2007). Selain itu, kehadiran anak juga dapat memberikan suasana baru dalam pernikahannya. Hal ini dikarenakan, hadirnya anak dalam kehidupan pernikahan menjadikan seseorang mempunyai rasa tanggung jawab baru untuk sang anak (Mardiyan & Kustanti, 2016). Sehingga, seseorang yang menginginkan untuk memiliki anak dengan usia pasangan yang tepat dapat disebut sebagai pasangan subur. Namun, dalam memiliki keturunan itu menjadi anugerah Tuhan. Tingginya penilaian terhadap anak ditunjukkan dengan anggapan bahwa anak merupakan anugerah, yaitu hal yang dianggap sebagai hadiah yang sangat berharga dari Tuhan (Patnani et al., 2021). Menurut pengamatan Moeloek (dalam HAPSARI & SEPTIANI, 2015) anak merupakan anugerah dan amanat Tuhan yang tidak boleh disia- siakan. Contoh pernyataan dari arti pentingnya anak dalam senbuah rumah tangga: “Memiliki anak itu anugerah dari Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan dididik.”(Ayuk) “Anak itu penerus untuk kita(orang tuanya)”(Fath) Namun, pernyataan tersebut berbeda dengan pasangan usia subur yang telah menikah bertahun-tahun namun mengalami involuntary childles. Yakni, sebagai keinginan pasangan suami-istri untuk memiliki anak (the psychic to do so). Penyebab involuntary childless berasal dari masalah kesuburan, pernikahan yang terlalu awal maupun penundaan untuk berkeluarga, penundaan kehamilan, kegagalan mengandung tanpa sebab yang diketahui, kesibukan wanita-wanita yang bekerja di luar rumah (Monach,1993 dalam Putri & Masykur, 2013). Atau juga karena pasangan suami-istri memutuskan untuk childfree (bebas dari anak) seperti pada pasangan muda. Sebagian masyarakat yang memutuskan untuk tidak memiliki anak, menyebutnya dengan istilah childfree . Namun, pernyataan tersebut menimbulkan pro- kontra. Karena, mereka yang memutuskan untuk childfree ada pada usia subur diyakini dapat memiliki momongan secara biologis. Namun, berdasarkan data yang didapatkan, terdapat berbagai alasan pasangan suami-istri memutuskan untuk childfree , yakni: 1. Belum siap untuk memiliki anak secara cepat. 2. Memiliki trauma di masa lalu, hingga tak ingin kelak anaknya merasakan hal yang serupa. 3. Belum berkecukupan dalam urusan financial. Karena, dengan memiliki anak kebutuhan hidup dalam rumah tangga semakin bertambah. 4. Ingin fokus kepada karier, dan ingin membahagiakan diri sendiri. 5. Belum bisa mengontrol emosi. Sehingga, takut jika anak kurang dengan kasih sayang dan orang tua bersikap responsibel. 6. Memiliki hobby yang kuat, hingga tak memikirkan untuk memiiki anak. Keputusan pasangan yang memilih childfree bukanlah keputusan yang egois. Namun, seseorang yang telah memutuskannya tentu telah berfikir sebelumnya bersama dengan pasangan. Sepasang suami-istri juga memutuskan hal tersebut demi kebaikan anak tersebut. Dan tidak ingin untuk memberikan ketertekanan kepada anak itu sendiri (Gita, 2021 dalam Channel Analisa, 2021). Kehadiran anak dalam rumah tangga memang membawa kebahagiaan. Namun, hadirnya kebahagiaan bukan hanya dengan anak. Melainkan, dengan kita berkumpul dengan keluarga, melakukan hobby atau kegemaran kita. Maka kebahagiaan akan ada (Iyenk, 2021 dalam TirtoID, 2021). Childfree bukan hal yang mudah, karena pasti ada yang tidak setuju dalam keluarga. Childfree juga membutuhkan kesiapan mental dan psikis kita. Jika seseorang belum siap dan memutuskan untuk melakukannya. Maka, sikap yang mesti kitaterapkan adalah menghargai pilihan orang lain. Bisa jadi apa yang kita anggap buruk malah menjadi keputusan yang baik untuk orang tersebut. Sehingga, sepatutnya kita menghargai perbedaan, dan bersikap yang netral. Bukan dengan mendiskriminasikan mereka dan menganggap mereka adalah orang yang egois. ## Simpulan Sebagai warga Indonesia, kita paham betul akan budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini, seperti istilah yang pernah populer jika banyak anak banyak rezeki. Istilah tersebut sudah mendarah daging dan menjadi tren bagi sebagian pasangan suami istri di Indonesia. Ketika orang tuanya sudah tua dan tidak bisa melakukan apa- apa sendiri, ini sejalan dengan pemikiran bahwa saat orang tua muda dan masih bisa untuk bekerja keras, maka tugasnya adalah untuk membahagiakan anak. Sehingga, anak berupaya memberikan kenyamanan untuk kedua orang tuanya . Maka dari itu sudah pasti banyak orang tua yang berpikir bahwa suatu saat nanti anak harus bisa menyenangkan orang tuanya seperti apa yang orang tuanya berikan kepada sang anak dahulu. Namun, stigma tersebut dewasa ini sudah banyak ditentang oleh sebagian masyarakat Indonesia sendiri, dimana ada sebagian dari masyarakat Indonesia yang menganggap bahwa anak bukanlah investasi masa tua namun kewajiban untuk memberikan yang terbaik untuk anak adalah sebuah kewajiban sebagai orang tua. Sehingga, sebuah hubungan yang serius, sepasang kekasih perlu memikirkan untuk masa depannya. Termasuk, dalam hal memiliki keturunan. Setiap orang juga berhak atas pilihannya dalam mengambil keputusannya. Ketika sudah berumah tangga pasangan suami-istri menemukan persoalan-persoalan yang paten, yakni memiliki anak. Kehadiran anak dalam pernikahan juga dipandang oleh subjek sebagai tujuan dalam pernikahan . Menurut Dariyo (2007), tujuan sebuah pasangan dalam memutuskan menikah ialah mendapatkan keturunan.Sebagian besar pandangan masyarakat, menganggap anak menjadi harapan masa depan guna meneruskan keinginan orang tuanya. Selain itu, kehadiran anak juga dapat memberikan suasana baru dalam pernikahannya.Sehingga, seseorang yang menginginkan untuk memiliki anak dengan usia pasangan yang tepat dapat disebut sebagai pasangan subur. Namun, dalam memiliki keturunan itu menjadi anugerah Tuhan. Tingginya penilaian terhadap anak ditunjukkan dengan anggapan bahwa anak merupakan anugerah, yaitu hal yang dianggap sebagai hadiah yang sangat berharga dari Tuhan. ## Daftar Pustaka ## Buku Chester, R. (1972). Is there a relationship between childlessness and marriage breakdown? Journal of Biosocial Science,4 (4), 443-454. doi:10.1017/S0021932000008774 Dariyo, A. (2007). Psikologi perkembangan anak tiga tahun pertama . Jakarta: Grasindo Nauck, B. (2014). Value of children and the social production of welfare . Demographic Research, 30 (66), 1793-1824. Doi: 10.4054/DemRes.2014.30.66 Peters, K., Jackson, D & Rudge, T. (2011). Surviving the adversity of childlessness: Fostering resilience in couples . Contemporary Nurse, 40 (1), 130 – 140. Retrieved from https://www.tandfonline.com/Doi/abs/ 10.5172/conu.2011.40.1.130 ## Jurnal ilmiah Anjani, R., Hairunnisa, & Khoirunisa, A. R. (2020). Kampung KB Sebagai Upaya Merubah Paradigma Banyak Anak Banyak Rejeki". Proceedings Universitas Pamulang , 1 (2), 141–146. https://jurnal.umj.ac.id/index.php/SA MASTA/article/view/7226/4454 Channel Analisa. (2021). “Kpn Punya Anak?Aku Pengen Punya Ponakan Online”Jawaban& Alasan GITA SAVITRI utk Pertanyaan Tersebut . www.youtube.com. https://www.youtube.com/watch?v=r wd5i9XXEKM&t=856s HAPSARI, I. I., & SEPTIANI, S. R. (2015). Kebermaknaan Hidup Pada Wanita Yang Belum Memiliki Anak Tanpa Disengaja (Involuntary Childless). JPPP - Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Psikologi , 4 (2), 90– 100. https://doi.org/10.21009/jppp.042.07 Manusia, M. (2021). Childfree by Choice: Semua Hal Itu Egois . www.youtube.com. https://www.youtube.com/watch?v=V qAoFRj_u5E Mardiyan, R., & Kustanti, E. R. (2016). Kepuasan Pernikahan Pada Pasangan Yang Belum Memiliki Keturunan. Empati , 5 (3), 558–565. Patnani, M., Takwin, B., & Mansoer, W. W. (2021). Bahagia tanpa anak? Arti penting anak bagi involuntary childless. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan , 9 (1), 117. https://doi.org/10.22219/jipt.v9i1.1426 0 Putri, M., & Masykur, A. (2013). Penerimaan Diri Pada Istri Yang Mengalami Involuntary Childless (Ketidakhadiran Anak Tanpa Disengaja). None , 2 (4), 256–265. TirtoID. (2021). Nikah Tapi Memilih Gak Punya Anak, Kok Bisa? https://www.youtube.com/watch?v=td jaFevIJPQ
18358f9b-d8ff-4c09-a55d-8851cb66d338
https://ejournal.stit-ru.ac.id/index.php/raudhah/article/download/659/292
Volume 9 Nomor 1 Edisi April 2024 P-ISSN :2541-3686 E-ISSN : 2746-2447 ## ANALISIS IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA PADA PEMBELAJARAN FIKIH DI MADRASAH IBTIDAIYAH 1 A.Zuhruddin Hadi Saputra, 2 Muh Wasith Achadi 1 Prodi Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: [email protected] 2 1 Prodi Magister Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: [email protected] Abstract This research aims to discuss the analysis of the implementation of the independent curriculum in madrasah ibtidaiyah, especially in fiqh learning. This research uses a type of library research or what is known as library reseach. The fiqh learning methodology is a method taken by educators in conveying Islamic law related to human life both related to god and related to human life. In this learning, a way is needed to convey messages to student which will later become guidelines in everyday life. Model and approaches in learning fiqh are interrelated and very influential for the contunity of learning in student. What model is used, what strategi is carried out, and whar approach is chosen determines how the learning outcomes of students in mastering the material taught. The application of each part has a different way but is still in the same goal, namely so that they are active and enthusiastic in learning and understanding the material that is taught, given and reminded during the learning process in class. Keywords: implementation, independent curriculum, fiqh. ## Pendahuluan Menurut Ahmad Susanto dalam bukunya yang berjudul “Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah” pembelajaran adalah penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar, proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar(Ahmad susanto 2016, 19). Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 20 yang menyatakan bahwa pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkup belajar(Undang-Undang Sisdiknas 2009, 1). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dapat dikatakan sebagai kegiatan yang dilakukan pendidik atau guru untuk membantu siswanya agar dapat belajar dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan. Sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus mengetahui kondisi siswanya meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademis, latar belakang ekonomi, dan lain sebagainya supaya guru lebih mudah mengarahkan dan membantu siswa dalam proses belajar mengajar tersebut. Salah satu pembelajaran yang diajarkan dalam pembelajaran adalah fikih. Mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fikih muamalah yang menyangkut pengenalan dan 1 A.Zuhruddin Hadi Saputra, 2 Muh Wasith Achadi pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Secara substansial mata pelajaran Fikih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya ataupun lingkungannya. Setiap mata pelajaran memiliki batasan materi pembahasan atau ruang lingkup. Ruang lingkup mata pelajaran fikih di madrasah ibtidaiyah meliputi fikih ibadah dan fikih muamalah. Fikih ibadah membahas tentang pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji. Sedangkan fikih muamalah membahas tentang pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam. Fikih merupakan bagian dari norma (aturan) yang di dalamnya mengurus hubungan manusia dengan Tuhan-Nya, antar sesama baik manusia maupun makhluk lainnya. Fikih dalam aspek ini menekankan pada kemampuan melaksanakan dan cara bermuamalah dan beribadah serta yang dianggap bauk dan benar sesuai ukurannya. Materi dengan bekal yang baik dalam lingkungan Pendidikan diharapkan dapat membentuk pribadi mandiri yang bertanggung jawab serta memiliki pekerti dan moral yang baik. Hal ini dapat memberi kemudahan peserta didik dalam mengimplementasikan dalam kehidupan sosial. Terlebih dalam konteks hari ini semakin banyak persoalan yang memerlukan pembelajaran fikih beserta hukum-hukumnya. Dengan demikian, peserta didik memerlukan ilmu dasar dan syariah dalam konteks hukumnya guna merespons persoalan dalam kehidupan sosial. Adapun tujuan pembelajaran fikih adalah guna memberi bekal peserta didik agar bisa mengetahui dan memahami inti ajaran Islam yang dasar secara detail dan total, baik berupa dalil naqli maupun aqli yang menjalankan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam secara baik(Nurhayani, 2017). Agar guru berhasil dalam menjalakan tugas sebagai pengajar, maka seorang guru dituntut untuk memiliki kompetensi dalam melaksanakan pembelajaran. Hal yang sangat penting adalah bagaimana seorang guru itu mampu menerapkan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, sehingga membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran , artinya pembelajaran yang ditetapkan dapat mencapai tujuan-tujuan dalam pembelajaran(Mohammad Rizqillah Masykur 2019). Kebijakan kurikulum merdeka di madrasah ibtidaiyah di bawah naungan Kementrian Agama dikatakan masih baru dimulai sejak tahun ajaran baru. Sampai saat ini baru beberapa sekolah yang mengimplementasikan kurikulum merdeka. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menganalisis implementasi kurikulum merdeka pada pembelajaran fikih di madrasah ibtidaiyah. Kajian Pustaka Volume 9 Nomor 1 Edisi April 2024 P-ISSN :2541-3686 E-ISSN : 2746-2447 Kurikulum Merdeka menjadi harapan baru dari kurikulum-kurikulum sebelumnya, yaitu dalam menjawab kompetisi global yang membutuhkan kompetensi yang unggul. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki manusia untuk menghadapi abad 21, berupa kompetensi daya fikir, bertindak dan hidup di dunia. Adapun kompetensi daya fikir terdiri dari bernalar dengan kreatif dan mampu mencari jalan keluar atas masalah yang dihadapi. Sedangkan kompetensi dalam bertindak berupa interaksi, kerjasama, literasi digital dan teknologi. Kompetensi hidup berupa inisiatif, pengontrolan diri, pemahaman global dan memiliki pertanggung jawaban dengan yang lain. Pendidikan memiliki peran yang sangat vital dalam mengubah manusia. Karena pada diri manusia memilki potensi yang baik, jika diproses dan dikembangkang secara baik dan maksimal. Pendidik yang baik bukan saja sebagai pemberi materi, fasilitator dan motivator, namun mampu menggali dan mengembangkan potensi yang terbaik. Penggalian dan pengembangan potensi peserta didik dengan maksimal yang menjadi tugas pendidik (Hakim : 2018). Kesiapan merupakan faktor penting dalam mengantisipasi dan menangani situasi dan kondisi. Terdiri dari komponen mental, fisik, pengetahuan, keterampilan, dan sikap, kesiapan seseorang berkaitan dengan kemauan dan kemampuan untuk menanggapi suatu kegiatan. Dalam hal inovasi, kesiapan seseorang dalam menerapkan atau tidak menerapkan dipengaruhi oleh tahapan pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan verifikasi. Dalam hal guru, kesiapan adalah kondisi yang memungkinkan guru menggunakan teknologi untuk melaksanakan tugas profesionalnya. Persiapan guru untuk menerapkan kurikulum meliputi peningkatan pengetahuan dan sikap, upaya pengembangan diri, dan penyiapan fasilitas. Dalam hal madrasah, kesiapan terdiri dari unsur kepala madrasah, wakil kepala madrasah bidang kurikulum, dan guru dalam menghadapi implementasi kurikulum, yang ditunjukkan melalui kesiapan perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan proses penilaian(Masnun 2023). Menurut M. Hatta dalam jurnalnya yang berujudul “analisis dan implikasi kurikulum merdeka dalam proses pembelajaran dalam kerangka kurikulum operasional madrasah”, menjelaskan bahwa Adapun strategi dalam implementasi Kurikulum Merdeka di madrasah yang bisa diterapkan adalah melakukan pelatihan mandiri di lembaga baik melalui Platform Merdeka Mengajar maupun dengan mendatangkan narasumber Kurikulum Merdeka, menyusun kurikulum opersional madrasah, menyusun perencanaan pembelajaran dan asesmen serta perangkat ajar, menyiapkan strategi pendamping implementasi Kurikulum Merdeka seperti pembelajaran berdiferensiasi, penguatan kemitraan dengan orang tua, dan penguatan moderasi beragama. Prinsip yang harus diperhatikan dalam proses pengembangan dan komponen-komponen kurikulum operasional madrasah yang harus dipenuhi. Ada 4 (empat) komponen kurikulum operasional untuk mengatur sistem pembelajaran yaitu;1) analisis karakteristik madrasah, 2) penyusunan visi, misi dan tujuan Madrasah, 3) pengorganisasian pembelajaran dan 4) perencanaan 1 A.Zuhruddin Hadi Saputra, 2 Muh Wasith Achadi pembelajaran dan proses berpikir. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan pendidikan Islam inklusif yang komitmen memberikan layanan pendidikan tanpa diskriminasi dan setara untuk semua anak bangsa. Sebagaimana dimaklumi, bahwa Kurikulum Merdeka memberikan otonomi, kebebasan dan keluwesan kepada madrasah dalam mengatur praktik pendidikan, agar berani melakukan kreasi, inovasi dan terobosan dalam memajukan madrasah (Hatta 2023). ## Metode Penelitian Penulis menggunakan jenis penelitian pustaka atau yang lebih dikenal dengan library research . Yakni, penelitian yang obyek kajiannya menggunakan data pustaka berupa buku-buku sebagai sumber datanya. Membaca, menelaah dan menganalisis berbagai literatur yang ada, maupun hasil penelitian lainnya yang relevan dengan topik penelitian yang di kaji(Muhammad Mustofa 2023, 189). Kemudian menggunakan pendekatan kualitatif yaitu merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan dari pengaruh social yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau di gambarkan(Abdul Fattah Nasution 2023). Teknik Analisa data digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi ( content analysis ) adalah suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan, menemukan tema dan membuat hipotesis kerja berdasarkan data. ## Pembahasan Kurikulum merdeka merupakan pengembangan dari kurikulum yang sebelmunya. Namun, pada pembelajaran intrakulikuler yang berbeda-beda. Pada kurikulum merdeka kompetensi peserta didik dikembangkan dengan optimal yaitu dengan memperbanyak intrakulikuler di madrasah. Pembelajaran dilakukan dengan berbagai metode, sesuai dengan kebutuhan materi dan pembelajaran. Pendidik diberi kewenangan dalam menggunakan perangkat pembelajaran dalam proses belajar. Dalam upaya pencapaian profil belajar Pancasila pemerintah, proyek pembelajaran tidak diikatkan pada mata pelajaran tertentu. Sehingga target profil pelajar Pancasila pemerintah dapat tercapai(Kemendikbud RI 2022). Implementasi kurikulum merdeka di Madrasah Ibtidaiyah dibagi menjadi tiga bagian/tahap, sebagai berikut: (a). Tahap I terdiri dari kelas 1 dan kelas 2, (b). Tahap II terdiri dari kelas 3 dan kelas 4, (c). Tahap III terdiri dari kelas 5 dan kelas 6. Dalam proses pembelajaran pihak sekolah diberi kewenangan untuk menggunakan tematik atau pendekatan pada mata pelajaran sebagai satuan Pendidikan yang diterapkan. Satuan Pendidikan madrasah ibtidaiyah dapat mengorganisasikan muatan pembelajaran menggunakan pendekatan mata pelajaran atau dikenal dengan teknik, rasio proses pembelajan dibagi menjadi dua bagian yakni: (a). Kegiatan belajar mengajar madrasah ibtidaiyah (intrakulikuler), (b). Pengalokasian waktu dua puluh persen dalam satuan pembelajaran untuk diproyeksikan pada peguatan profil belajar Pancasila di madrasah (Nurani et al : 2022). Pelaksanakan kurikulum merdeka secara bertahap dan penggunaan pendekatan mata pelajaran, serta adanya penguatan profil belajar Pancasila pada kegiatan intrakulikuler memiliki tujuan yang dapat mengembangkan kompetensi peserta didik dengan maksimal. Serta mampu menjadi generasi yang mampu menjadi generasi penerus pada negara sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. ## Mata Pelajaran Fikih Di Madrasah Ibtidaiyah Kurikulum Merdeka di Madrasah adalah kurikulum mata pelajaran selain PAI dan Bahasa Arab yang disusun oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kurikulum Mata Pelajaran PAI dan Bahasa Arab khusus Madrasah yang dikembangkan oleh Kementerian Agama, dan nilai-nilai keunikan Madrasah yang dikembangkan oleh madrasah. Implementasi kurikulum merdeka di madrasah adalah pelaksanaan kurikulum yang memberikan ruang bagi madrasah untuk berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan kurikulum operasional pada tingkat satuan pendidikan (Ramdhani 2022). Fikih sebagai pembelajaran merupakan petunjuk yang dilakukan secara terarah, sadar, dan tertata terkait hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan perilaku mukalaf baik itu yang bersifat nilai di mata Tuhan maupun hal sosial yang memiliki tujuan agar peserta didik dapat memahami, mengetahui dan menerapkan ibadah setiap hari. pada fikih pendidikan tidak saja ketika proses interaksi antara pendidik dan peserta didik di dalam kelas. Akan tetapi juga proses belajar dikerjakan juga dengan berbagai model baik di lingkungan kelas maupun musala sebagai tempat praktik yang menyangkut ibadah. Dalam metodologi fikih khususnya pembelajarannya termasuk cara yang dilakukan oleh pendidik dalam menyampaikan Islam fikih dan hukum-hukum yang terkait di dalamnya yang berhubungan dengan kehidupan manusia baik yang hubungan dengan pencipta maupun yang berhubungan dengan apa diciptakan. Pembelajaran yang ada di dalamnya itu diperlukan cara dengan suatu untuk menyampaikan pesan-pesan kepada peserta didik yang ke depannya bisa menjadi sebuah petunjuk dan pedoman dalam kehidupan sehari-hari (Mohammad Rizqillah Masykur : 2019). Cara tersebut bisa di kenal dengan kata, model, strategi, dan pendekatan pembelajaran yang akan membantu menyukseskan apa yang ingin dicapai oleh setiap guru. Sehingga cukup menarik bila membahas apa model, strategi, dan pendekatan yang sering di gunakan oleh lembaga pendidikan dalam penyampaian pembelajaran fikih(Mansir 2021, 91). Berikut pembahasan terkait analsisis model dan pendekatan dalam pembelajaran mata pelajaran fikih di madrasah ibtidaiyah kelas 4-6. ## Metode Dan Pendekatan Pembelajaran Fikih Kelas 4 metode yang diterapkan guru dalam pengajarannya harus tetap disesuaikan dengan materi, kemampuan guru itu sendiri, dan tidak kalah pentingnya disesuaikan dengan kesiapan anak didik menerima pelajaran. Ada beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran materi ini antara lain metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, dan penugasan. Metode-metode ini dapat 1 A.Zuhruddin Hadi Saputra, 2 Muh Wasith Achadi diterapkan sekaligus dalam satu pertemuan. penerapannya dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: Persiapan : 1. Mempersiapkan kondisi belajar siswa 2. Memberikan informasi/penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi (metode ceramah) 3. Mempersiapkan sarana/prasarana untuk melakukan diskusi (tempat, peserta dan waktu) Pelaksanaan : 1. Siswa melakukan diskusi 2. Guru merangsang seluruh peserta berpartisipasi dalam diskusi 3. Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk aktif Evaluasi : 1. Mencatat tanggapan/saran dan ide-ide yang 2. Memberikan tugas kepada siswa untuk: a). Membuat kesimpulan diskusi, b). Mencatat hasil diskusi, c). Menilai hasil diskusi d. Dan sebagainnya (Khairi : 2021). ## Metode Dan Pendekatan Pembelajaran Fikih Kelas 5 Materi-materi pelajaran fiqh yang diajarkan kepada siswa kelas V baik untuk semester I maupun semester II menuntut kemampuan menghafal dan memahami dan kemampuan praktis. Ketiga kemampuan yang diharapkan tersebut tergambar pada dua semester. untuk semester I penekanannya adalah hafalan dan pemahaman sedangkan untuk kemampuan motorik atau praktiknya ditekankan pada semester II. Penggunaan metode yang tepat untuk materi-materi tersebut, tentu disesuaikan dengan target capaian disamping disesuaikan dengan materi, kesiapan siswa dan kemampuan guru dalam menerapkan metode tersebut. Adapun metode mengajar untuk materi yang menekankan pada hafalan dan pemahaman, misalnya untuk materi semester I yang utama adalah ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Ceramah menekankan pada kemampuan mendengar dan membutuhkan perhatian penuh dari para peserta didik. Dalam hal ini guru dituntut menciptakan kondisi yang memungkinkan anak dapat sepenuhnya memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Misalnya dengan mengatur tinggi rendah suara dalam penyampaiannya, atau dengan membuat penyegaran berupa selingan yang memancing peserta didik fress atau tertawa dalam batas-batas tertentu. Akan tetapi humoris yang dibuat guru jangan sampai menghilangkan esensi dari suatu proses belajar mengajar atau dengan kata lain jangan berlebihan. Tanya jawab dan diskusi menekankan pada keterlibatan aktif dari para siswa dalam proses yang berjalan. Agar tidak terjadi monoton, guru harus mampu menciptakan dan memancing para peserta didik untuk secara aktif terlibat dalam diskusi tersebut. Misalnya dengan cara memantau langsung atau memandu ketua kelompok atau moderatornya agar sedapat mungkin memberi kesempatan kepada semua peserta yang ada didalam kelompok untuk menyampaikan pikiran- pikirannya dengan tanpa menolak atau mengabaikan pendapatnya. salah satu ungkapan yang dipakai dalam menanggapi pendapat yang tidak tepat dengan tema diskusi misalnya” pendapat saudara bagus tapi saya belum bisa mencerna atau memahaminya”. Kalimat seperti ini penting diberikan sebagai masukan buat mereka yang tergabung dalam anggota diskusi. Penugasan (drill) menekankan pada motorik atau gerak aktifitas peserta didik. Tugas yang diberikan tentu harus pula disesuaikan dengan kesiapan dan Volume 9 Nomor 1 Edisi April 2024 P-ISSN :2541-3686 E-ISSN : 2746-2447 kemampuan siswa, misalnya tugas disamping sesuai dengan materi yang disampaikan juga harus diupayakan ketersediaan sarana pendudkung tugas tersebut. Misalnya tugas meresume atau meringkas materi pelajaran dengan tema tertentu. Untuk mendukung pelaksanaan tugas ini tentu harus ada tersedia buku yang membahas materi yang ditugaskan tersebut (Khairi 2021, 80–81). ## Metode Dan Pendekatan Pembelajaran Fikih Kelas 6 Sesuai lingkup materi yang diajarkan untuk siswa kelas VI baik di semester I maupun semester II lebih banyak menekankan pada kesiapan anak menyambut perpindahan fase perkembangan kehidupannya. Pada semester satu misalnya, peserta didik diberikan materi yang menyangkut hal-hal yang bersifat wajib secara hukum dan mereka mengalami langsung peristiwa itu. Seperti khitan, semua laki- laki muslim wajib melewati dan mengalami peristiwa ini. Demikian pula haid, semua wanita mengalaminya. kalaupun ada yang tidak mengalaminya meskipun dalam kenyataannya sangat jarang terjadi, mau tidak mau mereka harus mengenalnya. Sebab apabila peristiwa tersebut terjadi pada diri wanita maka ada tuntutan lain berupa kewajiban mandi untuk menghilangkan hadas besar yang dia kandung. Sehingga pemgenalan terhadap tata cara mandi wajib ini menjadi suatu keharusan bagi mereka, lebih-lebih mereka akan segera bahkan ada yang sudah masuk pada fase dimana haid itu terjadi pada usia yang secara hukum terjadi minimal usia 9 tahun. Adapun anak didik kelas VI rata-rata sudah melewati usia tersebut. Oleh karena itu pemberian materi ini sesuai dengan pengalaman riel yang mereka alami. Sedangkan untuk semester II anak bukan hanya ditekankan pada pengenalan dan pemahaman akan tetapi diarahkan ke hal-hal yang bersifat praktik, seperti praktik jual beli. Untuk materi praktik jual beli ini, guru pembina mata pelajaran fiqh harus bisa membawa anak ke dunia nyata dalam pengertian anak diperkenalkan secara langsung sebagai seprang pedagang dan atau pembeli. Media yang digunakan untuk ini anak-anak secara berkelompok dapat dibuatkan cara dan situasi dimana anak itu dapat melakukan jual beli yang sebenarnya dengan memanfaatkan kantin yang ada di sekolah. Media lain yang dapat disiapkan oleh sekolah dapat berupa koperasi sekolah. Disini para siswa diberi tugas secara bergantian sebagai penjual. Sedangkan sebagai pembeli mereka bertindak sebagai pembeli yang sebenarnya. Tentu praktik semacam ini disesuaikan dengan ketersediaan waktu untuk itu, jangan diberikan tugas sebagai pedagang pada jam belajar di kelas. Praktik semacam ini membutuhkan perencanaan yang matang agar tidan mengganggu perkembangan peserta didik. Oleh karena itu beberapa metode yang dapat diterapkan guru untuk mengajarkan materi fikih kepada siswa kelas VI adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi dan penugasan, atau gabungan dari beberapa metode sekaligus dalam satu pertemuan tertentu ( Khairi 2021, 90–91) . 1 A.Zuhruddin Hadi Saputra, 2 Muh Wasith Achadi ## Kesimpulan Pelaksanaan kurikulum merdeka secara bertahap dan penggunaan pendekatan mata pelajaran, serta adanya penguatan profil belajar Pancasila pada kegiatan intrakulikuler memiliki tujuan dapat mengembangkan kompetensi peserta didik dengan maksimal. Metode pengajaran harus disesuaikan dengan materi, kemampuan guru, dan kesiapan siswa. Beberapa metode yang dapat diterpkan seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Penerapan metode-metode tersebut meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Guru harus menyesuaikan metode pengajaran dengan cakupan materi, kesiapan siswa dan kemampuan mereka untuk menerapkan metode tersebut. Misalnya dalam ceramah. Guru harus menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa untuk memberikan perhatian penuh, sementara dalam diskusi, guru harus menciptakan dan memancing siswa agar terlibat secara aktif. Dalam penugasan, tugas-tugas yang diberikan harus disesuaikan dengan kesiapan dan kemampuan siswa, serta fasilitas pendukung yang diperlukan. ## DAFTAR PUSTAKA Abdul Fattah Nasution. (2023). Metdoe Penelitian Kualitatif. Bandung: Harfa Creative. Ahmad susanto. 2016. Teori Belajar & Pembelajaran Di Sekolah. JAKARTA: PRENADAMEDIA GROUP. Hakim, Lukman dan Mukhtar. 2018. Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. Jambi: Timur Laut Aksara. Hatta, M. (2023). “Analisis Dan Implikasi Kurikulum Merdeka Dalam Proses Pembelajaran Dalam Kerangka Kurikulum Operasional Madrasah.” IQRA’: Jurnal Ilmiah Keislaman 02(01): 1–23. Kemendikbud RI. (2022). Buku Saku Tanya Jawab Kurikulum Merdeka. Jakarta: Kementerian pendidikan dan Kebudayaan. Khairi, ahmad khalakul. (2021). Pembelajaran Fiqh Madrasah Ibtidaiyah. mataram: sanabil. Mansir, Firman. (2021). “Analisis Model-Model Pembelajaran Fikih Yang Aktual Dalam Merespons Isu Sosial Di Sekolah Dan Madrasah.” Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam 10(1): 88. Masnun, Moh. (2023). “Kesiapan Madrasah Ibtidaiyah Dalam Menghadapi Implementasi Kurikulum Merdeka.” Jurnal Cahaya Mandalika: 235–46. Mohammad Rizqillah Masykur. (2019). “Metodologi Pembelajaran Fiqih.” al- makrifat 4(2). muhammad mustofa, Dkk. (2023). Metode Penelitian Kepustakaan (Library Research). padang: get press indonesia. Nurani, Dwi, Lanny Anggraini, Misiyanto, and Rizki K Mulia. (2022). Buku Saku Volume 9 Nomor 1 Edisi April 2024 P-ISSN :2541-3686 E-ISSN : 2746-2447 Serba-Serbi Kurikulum Merdeka Kekhasan Sekolah Dasar.” Direktorat Sekolah Dasar: 2–5. Nurhayani. (2017). “Penerapan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran Fikih Ibadah Bagi Siswa Di Mts Ympi Sei Tualang Raso Tanjung Bala.” Ansiru 1(1). Ramdhani, Muhammad Ali. (2022). “Panduan Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Madrasah.” Direktorat KSKK Madrasah RI: 4. Undang-Undang Sisdiknas. (2009). UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafika. ## Copyrights Copyright for this article is retained by the author(s), with first publication rights granted to the journal. This is an open-access article distributed under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution license This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
522a5fba-97bb-4042-b7db-7212dd4ecd85
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/orbith/article/download/2570/107298
## PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN MEDIA LABORATORIUM MAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS PADA PESERTA DIDIK KELAS XII MIPA 1 SMA NEGERI 1 BELIK SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2019/2020 Oleh : Suminarsih Guru Fisika SMAN 1 Belik Dukuh Silongok RT 013 RW 007 Belik Pemalang E-mail : [email protected] ## Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh aktivitas peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik pada pembelajaran FISIKA masih rendah, terbukti pada setiap pembelajaran peserta didik cenderung diam, pasif, merasa bosan, dan masih bergantung pada penjelasan guru. Hal ini berimbas pada rendahnya pencapaian hasil belajar baik pada kompetensi pengetahuan maupun keterampilan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan aktivitas dan hasil belajar FISIKA materi Listrik Dinamis melalui penerapan model PBL berbantuan media laboratorium Maya pada peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik tahun pelajaran 2019/2020. PTK ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar peserta didik meningkat sebesar 17.18%, dari 73.73% di siklusi I menjadi 90,91% di siklus II . Ketuntasan klasikal hasil belajar kompetensi pengetahuan meningkat dari 51,52% pada prasiklus menjadi 69,70% pada siklus I dan menjadi 90,91% pada siklus II. Sedangkan ketuntasan klasikal keterampilan peserta didik meningkat dari prasiklus 63,64% menjadi 66,67% di siklus I dan meningkat lagi menjadi 100% di siklus II. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar peserta didik, proses mengajar guru juga menjadi lebih baik, guru melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Pembelajaran FISIKA menggunakan model PBL berbantuan media laboratorium maya juga mampu meningkatkan minat belajar peserta didik terbukti pada akhir siklus dari 32 peserta didik, 100% peserta didik menunjukkan minat yang baik terhadap pembelajaran FISIKA. ## Kata Kunci : Model PBL, Media Laboratorium Maya, Hasil Belajar FISIKA ## Abstract This research is motivated by the activities of students in XII Science 1 Grade students of SMA Negeri 1 Belik in physics learning which is still low, it is proven that in every lesson the students tend to be silent, passive, feel boring, and still depend on the teacher's explanation. This has an impact on the low achievement of learning outcomes both in knowledge competencies and skills. The purpose of this research is to describe the increase in the activity and learning outcomes of Physics in the Dynamic Electricity material through the application of the PBL model assisted by Maya laboratory media to XII Science 1 Grade students of SMA Negeri 1 Belik in 2019/2020. This PTK is carried out in 2 cycles, each cycle consisting of two meetings. The results of this study indicate that the learning activity of students increased by 17.18%, from 73.73% in the first cycle to 90.91% in the second cycle. Classical completeness results in the learning competence of knowledge increased from 51.52% in pre-cycle to 69.70% in cycle I and to 90.91% in cycle II. Meanwhile, the completeness of the classics of students' skills increased from 63.64% to 66.67% in cycle I and increased again to 100% in cycle II. In line with the increased activity and student learning outcomes, the teacher's teaching process is also better, the teacher carries out actions according to the lesson plans that have been made. Learning Physics using PBL model assisted by media laboratory media is also able to increase the students' interest in learning. It is proven that at the end of the cycle of 32 students, 100% of the students showed a good interest in learning Physics. Keywords : PBL Model, Virtual Laboratory Media, Physics Learning Outcomes ## 1. Pendahuluan Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari pembelajaran sains (IPA) adalah pembelajaran yang memaparkan banyak fakta tentang peristiwa atau fenomena alam yang berhubungan dengan makhluk hidup maupun benda mati. Pembelajaran yang efektif dapat dicapai melalui usaha dan peran aktif guru dan peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan harus berpusat pada peserta didik ( student centered learning ), dalam hal ini peserta didik bukan sebagai objek pasif tetapi sebagai subjek yang aktif dan guru berperan sebagai fasilitator. Pembelajaran Fiska diharapkan lebih menyenangkan sehingga mengubah anggapan bahwa Fisika itu sulit dipahami, dan banyak rumus. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti selaku guru mapel Fisika di SMA Negeri 1 Belik berupaya semaksimal mungkin memperbaiki proses pembelajaran yaitu melalui penerapan model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran yang dimaksud adalam Problem Based Learning , salah satu model pembelajaran yang direkomendasikan dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 dibantu dengan laboratorium maya ( virtual laboratory) sebagai media untuk melakukan praktikum, memperdalam konsep dan mengaplikasikan teknologi informasi. Dengan harapan melalui penerapan model PBL berbantuan laboratorium maya ini dapat memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. ## 1.2. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana peningkatan aktivitas belajar Fisika materi Listrik Dinamis melalui model pembelajaran PBL berbantuan laboratorium maya pada peserta didik kelas XII MIPA 1 tahun pelajaran 2019/2020? Bagaimana peningkatan hasil belajar Fisika materi Listrik Dinamis melalui penerapan model PBL berbantuan laboratorium maya pada peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik semester I tahun pelajaran 2019/2020. ## 1.1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik semester I tahun pelajaran 2019/2020 pada pembelajaran Fisika materi Listrik Dinamis melalui penerapan model PBL berbantuan media laboratorium maya. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik semester I tahun telajaran 2019/2020 materi Listrik Dinamis melalui penerapan model PBL berbantuan media laboratorium maya. Mendeskripsikap peningkatan ketrampilan dan kreatifitas peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik semester I tahun pelajaran 2019/2020 materi Listrik Dinamis melalui penerapan model PBL berbantuan media laboratorium maya. ## 2. Kajian Pustaka 2.1. Model Problem Based Learning a. Definisi Problem Based Learning Sebagaimana dijelaskan oleh Savery, J. R. (2006 : 12) mendefinisikan PBL is an instructional (and curricular) learner- centered approach that empowers lerners to conduct reseah, integrate theory and practice, and apply knowledge and skills to develop a viable solution to a defined problem, yang artinya PBL adalah instruksi (dan kurikuler) pendekatan yang berpusat pada memberdayakan peserta didik untuk menlakukan penyelidikan, mengintegrasikan teori dalam praktik, menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengembangkan penemuan solusi atau pemecahan terhadap masalah tertentu. Berpijak dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar dari suatu proses pembelajaran. Peserta didik sebagai subjek utama yang berperan sebagai problem solver. Selama berlangsungnya proses pembelajaran peserta didik diberdayakan untuk menemukan sebuah solusi atau pemecahan masalah melalui pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Guru dalam proses pembelajaran hanya berperan sebagai fasilitator bagi peserta didik yaitu menjaga berlangsungnya proses pembelajaran, menantang peserta didik untuk berfikir (probbing), menjaga agar peserta didik terlibat aktif, dan memonitor jalannya pembelajaran agar kondusif. b. Karakteristik Problem Based Learning Karakteristik BPL adalah bermula dari adanya masalah berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, adanya keterkaitan antara berbagai disiplin ilmu, investigasi PBL bersifat autentik, hasil dari PBL berupa produk atau hasil karya misalnya laporan hasil pengamatan, gambar, video, dan sebagainya, dan dalam PBL selalu menuntut adanya kerja sama antar individu untuk berbagi tugas dalam memecahkan masalah sehingga meringankan dan memudahkan menjawab sebuah permasalahan beserta solusinya. c. Tahapan Problem Based Learning Untuk dapat melaksanakan pembelajaran Problem Based Learning tentunya harus mengetahui lebih dulu tahapan – tahapannya. Menurut Ibrahim dan Nur yang ditulis oleh Trianto (2011: 71-72) langkah-langkah PBL meliputi orientasi peserta didik pada masalah, mengorganisir peserta didik untuk belajar, membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan oleh (Arends dalam Kemendikbud, 2015) d. Kelebihan dan kekurangan model Problem Based Learning Sebagaimana model pembelajaran yang lain, PBL tentunya memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan model PBL diantaranya; 1) mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas; 2) mendorong siswa melakukan pengamatan dan dialog dengan orang lain; 3) melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri; dan 4) membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri. PBL juga memiliki beberapa kelemahan/hambatan dalam penerapannya seperti yang dikemukakan oleh (Ricard I Arends dan Ibrahim dalam Rusmiyati, 2007: 17). Kelemahan dari pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut. 1) Kondisi kebanyakan sekolah tidak kondusif untuk pendekatan PBL. Dalam pelaksanaannya, PBL memerlukan sarana dan prasarana yang tidak semua sekolah memilikinya. Sebagai contoh, banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas laboratorium cukup memadai untuk kelengkapan pelaksanaan PBL. 2) Pelaksanaan PBL memerlukan waktu yang cukup lama. Standar 40-50 menit untuk satu jam pelajaran yang banyak dijumpai di berbagai sekolah tidak mencukupi standar waktu pelaksanaan PBL yang melibatkan aktivitas siswa di luar sekolah. 3) Model PBL tidak mencakup semua informasi atau pengetahuan dasar. Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran kontekstual yang mengkaitkan materi pembelajaran dengan konteks dunia nyata peserta didik (Mulyasa, 2009). Oleh karena itu PBL sangat cocok pada materi Fisika sehingga peserta didik dapat belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa model pembelajaran PBL mampu memfasilitasi peserta didik dalam proses pemecahan masalah (Chiang & Lee, 2016) dan berpengaruh bagi pemahaman konsep serta keterampilan berfikir kritis peserta didik (Kartika, 2014). Model pembelajaran PBL juga dapat meningkatkan prestasi peserta didik dan keterampilan proses sains (Ukoh & Enyeneokpon, 2012). Jadi, model PBL merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai diterapkan dalam pembelajaran fisika mengingat bahwasannya materi fisika berupa konsep, hukum, prinsip, dan teori yang berkaitan erat dengan lingkup permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu perlu dipersiapkan bahan ajar yang tepat untuk mendukung model pembelajaran PBL. ## 2.2. Virtual Laboratory (Laboratorium Maya) Media yang dapat digunakan dalam memvisualisasikan materi fisika khususnya pada konsep-konsep abstrak salah satunya adalah laboratorium virtual. Laboratorium virtual disajikan dalam bentuk perangkat lunak (software) berbasis komputer. Laboratorium virtual didefinisikan sebagai suatu bentuk objek multimedia interaktif. Objek multimedia interakif ini terdiri dari berbagai macam format heterogen diantaranya teks, hiperteks, suara, gambar, animasi, video, grafik, dan simulasi. Laboratorium virtual merupakan serangkaian program yang dapat memvisualisasikan fenomena yang abstrak atau percobaan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam upaya mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Menurut Mahanta & Sarma (2012) Laboratorium Virtual (Lab-Vir) memanfaatkan komputer untuk mensimulasikan sesuatu yang rumit, perangkat percobaan yang mahal atau mengganti percobaan di lingkungan berbahaya. Selanjutnya, Tatli & Ayas, (2012) bahwa Lab-Vir sebagai faktor pendukung untuk memperkaya pengalaman dan memotivasi peserta didik untuk melakukan percobaan secara interaktif dan mengembangkan aktivitas keterampilan bereksperimen. Dari beberapa pendapat tersebut maka, Laboratorium Virtual dapat didefiniskan sebagai serangkaian program komputer yang dapat memvisualisasikan fenomena yang abstrak atau percobaan yang rumit dilakukan di laboratorium nyata, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dalam upaya mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dalam pemecahan masalah. Sebuah laboratorium virtual memberikan banyak keuntungan yaitu dapat melakukan percobaan berbahaya tanpa membahayakan diri dan atau orang lain, simulasi yang terjangkau, dapat dilakukan kapan saja, tidak membutuhkan banyak biaya, hasil percobaan yang diperoleh selalu sama, serta laboratorium virtual memungkinkan untuk bekerja independen atau kolaboratif berkaitan dengan pelajaran. Gunawan et al juga mengungkapkan bahwa penggunaan multimedia interaktif efektif dalam mendukung proses pembelajaran fisika. Media laboratorium virtual yang peneliti gunakan dalam penyampaian materi mengenai listrik dinamis adalah simulasi Phet Hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff. Simulasi ini menyediakan alat-alat percobaan listrik yang dirancang sedemikian rupa untuk melakukan kegiatan eksperimen sehingga membantu siswa lebih mudah menemukan konsep-konsep listrik dinamis. ## 2.3. Konsep Fisika Konsep dapat diartikan sebagai kondisi utama yang diperlukan untuk menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental sebelumnya berdasarkan kesamaan ciri-ciri sekumpulan stimulus dan objek-objeknya. Kemampuan seseorang dalam menguasai ciri–ciri atau menggolongkan objek-objek maupun kejadian-kejadian disekitar (lingkungannya) membutuhkan kemampuan penguasaan konsep. Dahar mengartikan penguasaan konsep sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah baik teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Silaban mendefinisikan penguasaan konsep sebagai usaha yang harus dilakukan siswa dalam merekam dan mentransfer kembali sejumlah informasi dari suatu materi pelajaran tertentu yang dapat dipergunakan dalam memecahkan masalah, menganalisis, meginterpetasikan pada suatu kejadian tertentu. Melalui kemampuan penguasaan konsep fisika yang baik akan membantu siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapi. Penguasaan konsep merupakan salah bagian dari kompetensi kognitif. Pengukuran penguasaan konsep dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif siswa yang merujuk pada indikator taksonomi Bloom yang disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl yaitu C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasi), C4 (menganalisis), C5 (evaluasi), dan C6 (mencipta). 3. Metode Penelitian ## 3.1. Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik Kabupaten Pemalang pada semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Pelaksanaan tindakan berdasarkan jadwal kegiatan pembelajaran di semester ganjil yang telah direncanakan oleh guru Fisika sesuai dengan kurikulum SMA Negeri 1 Belik. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua silkus. Setiap siklus dilaksanakan dalam dua kali pertemuan dengan alokasi waktu untuk setiap pertemuan 2 x 45 menit. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 23 Juli dan 26 Juli 2019, dan siklus II dikaksanakan pada tanggal 02 Agustus dan 06 Agustus 2019. Adapun jadwal penelitian ini dapat di tunjukkan pada Tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian No Pelaksanaan Kegiatan 1 15 Juli 2019 Penyusunan proposal dan instrumen 2 23 Juli 2019 Pertemuan pertama siklus I 3 26 Juli 2019 Pertemuan kedua siklus I 4 02 Agustus 2019 Pertemuan pertama siklus II 5 06 Agustus 2019 Pertemuan kedua siklus II 6 November 2019- Januari 2020 Penyusunan laporan Tiap-tiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. ## 3.2. Teknik Penelitian Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan non tes.Teknik tes dihimpun dari data nilai tes peserta didik setelah dilakukan pembelajaran Fisika menggunakan model PBL berbantuan laboratorium maya. Sedangkan data non tesdihimpun melalui observasi, angket, dan dokumentasi pelaksanaan tindakan. a. Teknik Tes Teknik tes dilakukan untuk menghimpun data hasil belajar peserta didik yang di peroleh dari nilai post tes peserta didik. Tes dalam pelaksanaan tindakan ini dilakukan di setiap akhir pembelajaran sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Post tes ini digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan peserta didik. Selain itu untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam penerapan ilmu pengetahuan, juga dilakukan tes kinerja yaitu berupa keterampilan unjuk kerja dalam melakukan kegiatan praktikum dengan laboratorium maya. b. Teknik non tes Teknik non tes digunakan untuk menghimpun data tentang aktivitas peserta didik selama pembelajaran Listrik Dinamis dengan model PBL berbantuan laboratorium maya. Teknik non tes dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi, angket, dan dokumentasi. 3.3. Analisis Data Data yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan disajikan dalam bentuk analisis kualitatif dengan metode pemaparan secara deskriptif komparatif, yaitu mendeskripsikan hasil yang diperoleh dalam penelitian disertai dengan data-data kuantitatif yang dianalisis secara sederhana (persentase) dalam bentuk tabel maupun grafik. ## 4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian Sebelum melaksanakan tindakan dalam siklus ini peneliti bersama observer menyusun skenario pembelajaran. Adapaun rencana tindakan pada siklus I meliputi penyusunan RPP dengan model PBL berbantuan laboratorium maya, menyusun instrumen lembar kerja siswa (LKS), menyusun kisi-kisi dan soal tes individu beserta kriteria penilaiannya, menyususn lembar observasi peserta didik, dan menyiapkan laboratorium maya di laboratorium komputer sekolah. a. Observasi Siklus I Kegiatan observasi atau pengamatan ini dilakukan oleh seorang observer yang dilaksanakan saat proses pembelajaan FISIKA berlangsung. Kegiatan yang diamati oleh observer antara lain: Pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik Indikator aktivitas belajar peserta didik yang diamati adalah kerja sama, bertanya, dan berpendapat. Berdasarkan data hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus I, diperoleh hasil sebagai berikut. Peserta didik yang memiliki aktivitas kerjasama kategori sangat baik tercatat ada 9 anak (27.27%) dan kategori baik ada 22 anak (66,67%) kategori baik, dan 2 (6,06%) anak kategori cukup. Peserta didik yang memiliki aktivitas bertanya kategori sangat baik tercatat ada 3 anak (9,09%), kategori baik ada 21 anak (63,64%), dan kategori cukup ada 9 anak (27,27%). Peserta didik yang memiliki aktivitas berpendapat dengan kategori sangat baik tercatat ada 4 anak (12,12%), kategori baik ada 14 anak (42,42%), dan kategori cukup ada 15anak (45,45%). Secara umum rata-rata aktivitas belajar peserta didik dengan kriteria sangat baik (SB) sebesar 16.15% dan kategori baik (B) sebesar 57.58%. Dengan demikian aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran secara keseluruhan baru mencapai 73,73%, sehingga belum memenuhi indikator keberhasilan sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. b. Hasil belajar peserta didik Setelah pelaksanaan tindakan sikus I peneliti melakukan evalusi melalui post tes secara individu dalam bentuk soal uraian yang berjumlah 5 soal. Post tes dilakukan untuk mengukur sebarapa besar peningakatan kompetensi pengetahuan peserta didik setelah dilakukan tindakan. Nilai post tes peserta didik selama tindakan siklus I dilaporkan sebanyak 5 anak ( 15,15 %) memperoleh nila A (sangat baik), 6 anak (15,15%) memperoleh nilai B (baik), 22 anak (66,67%), dan memperoleh nilai C (cukup). Ketuntasan klasikal peserta didik sebesar 69,69% atau hanya 23 peserta didik yang tuntas mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata post tes 70,91. Jika dibandingkan dengan pembelajaran prasiklus menunjukkan adanya peningkatan sebesar 21,24%. Deskripsi ketuntasan kompetensi pengetahuan peserta didik dapat ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 Grafik Ketuntasan Kompetensi Pengetahuan Peserta Dididk Siklus I Berdasarkan grafik diatas menunjukkan ketuntasan klasikal pengetahuan peserta didik pada siklus I belum tercapai, karena hanya 69,69% peserta didik yang tuntas mencapai KKM (70) sementara indikator keberhasilan pencapaian kompetensi pengetahuan harus mencapai 85%. Selama pelaksanaan tindakan siklusi I peneliti menilai kompetensi keterampilan peserta didik dalam pembelajaran FISIKA menggunakan model PBL berbantuan media laboratorium maya. Keterampilan peserta didik dinilai kepiawaiannya dalam melakukan kinerja yaitu melakukan percobaan PHET Simulation di laboratorium maya. Perolehan data nilai keterampilan peserta didik selama tindakan siklus I menunjukkan sebanyak 4 anak (12,12%) memperoleh nila A (sangat baik), 13 anak (39,39 %) memperoleh nilai B (baik), dan 15 anak (48,48%) memperoleh nilai C (cukup). Peserta didik yang tuntas mencapai KKM (KKM Keterampilan = 70) sebanyak 22 anak dengan ketuntasan klasikal 66,67% dan nilai rata-rata kompetensi keterampilan 71,82. Jika dibandingkan dengan pembelajaran prasiklus nilai keterampilan peserta didik juga mengalami peningkatan dari 63,64% menjadi 66,67%, dan nilai rata-rata keterampilan juga meningkat dari 63,18 menjadi 78,82.Deskripsi ketuntasan kompetensi keterampilan peserta didik dapat ditunjukkan pada gambar 4.2 berikut. Gambar 4.2 Grafik Ketuntasan Kompetensi Keterampilan Peserta Dididk Siklus I Berdasarkan grafik diatas menunjukkan ketuntasan klasikal keterampilan peserta didik pada siklus I belum tercapai, karena baru 66,67% peserta didik yang tuntas mencapai KKM (65) sementara indikator keberhasilan pencapaian kompetensi keterampilan harus mencapai 85%. Berdasarkan hasil di atas meskipun hasil belajar peserta didik pada kompetensi pengetahuan dan keteramilan mengalami peningkatan di siklus I penelitian dilanjutkan pada siklus II, karena indikator kinerja penelitian belum mencapai 85%. Pengamatan terhadap proses pembelajaran FISIKA yang dilakukan guru. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan dan penilaian terhadap guru. Pengamatan dan penilaian ini dilakukan oleh observer dengan mengacu pada lembar observasi aktivitas guru. Berdaskan hasil pengamatan proses pembelajaran yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang baik yaitu 82,35%. Hal-hal yang perlu menjadi catatan dan perhatian guru adalah guru masih kurang memberikan motivasi kepada peserta didik yang pasif dan malas, guru masih kurang merata dalam melakukan bimbingan kelompok, dan guru masih kurang dalam memantau peserta didik yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar. Angket tanggapan/respon peserta didik terhadap pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya. Selain dilakukan observasi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran di kelas dan observasi proses pembelajaran yang dilakukan guru, dalam pelaksanaan tindakan peneliti juga memberikan angket 0,00% 50,00% 100,00% Tuntas Tidak Tuntas 69,69% 30,30% 66,67% 33,33% Tuntas respon peserta didik terhadap pembelajaran FISIKA model PBL berbantuak media laboratorium maya. Merujuk pada rekap hasil angket yang diisi oleh peserta didik pada siklus I peserta didik yang menyatakan sangat berminat terhadap pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya sebanyak 20 (60,61%) anak, yang menyatakan berminat 11(33,33%) anak, dan yang menyatakan cukup berminat 2 (6,06%) anak. c. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil observasi terhadap peserta didik dan peneliti serta angket respon peserta didik dan post tes individu pada akhir siklus I, menunjukkan adanya keberhasilan dan kekurangan selama pelaksanaan tindakan siklus I. d. Keberhasilan Pada siklus I aktivitas peserta didik dalam bekerjasama, bertanya, dan berpendapat sudah mulai terbangun. Peserta didik sudah tidak pasif seperti pada pembelajaran sebelumnya. Selain itu karakter tanggung jawab dan percaya diri peserta didik juga mulai nampak. Melalui pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya peserta didik mulai bisa memecahkan masalah Hukum Ohm. Adanya kompetisi antar kelompok dalam berlatih menyelesaikan soal-soal. Rata-rata aktivitas belajar peserta didik dengan kriteria sangat baik (SB) sebesar 16,15% dan kategori baik (B) sebesar 57,58%. Ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan peserta didik sebanyak 23 anak (69,69% )dengan nilai rata-rata post tes 70,91. Ketuntasan klasikal kompetensi keterampilan peserta didik sebanyak 22 anak (66,67%) dengan nilai rata- rata71,82. e. Kekurangan Pada pembelajaran siklus I peneliti kurang memotivasi peserta didik yang masih pasif. Peneliti masih belum merata dalam melakukan bimbingan kepada peserta didik selama proses pembelajaran. Peneliti masih kurang dalam memantau peserta didik yang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar. Beberapa peserta didik masih belum memahami cara penggunaan media laboratorium maya. Peserta didik ada yang belum paham langkah-langkah menyelesaikan masalah tentang Hukum Ohm. Merujuk pada hasil observasi dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus I indikator kinerja penelitian belum tercapai atau belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, sehingga peneliti bersama observer merencanakan tindakan siklus II dengan mengacu pada kelemahan- kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang terjadi di siklus I dan akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Beberapa hal yang akan dilakukan oleh peneliti diantaranya adalah memotivasi peserta didik yang masih pasif, diam, dan bermain-main sendiri, membimbing peserta didik secara merata kesemua kelompok sehingga, serta memantau peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan observasi atau pengamatan ini dilakukan oleh seorang observer yang dilaksanakan saat proses pembelajaan FISIKA berlangsung. Kegiatan yang diamati oleh observer antara lain: Pengamatan terhadap aktivitas belajar peserta didik Indikator aktivitas belajar peserta didik yang diamati adalah kerja sama, bertanya, dan berpendapat. Berdasarkan data hasil observasi aktivitas peserta didik pada siklus I, diperoleh hasil sebagai berikut. Peserta didik yang memiliki aktivitas kerjasama kategori sangat baik tercatat ada 12 anak (36,36%) dan kategori baik ada 20 anak (63,64%). Peserta didik yang memiliki aktivitas bertanya kategori sangat baik tercatat ada 6 anak (18,18%), kategori baik ada 23 anak (72,73%), dan kategori cukup ada 3 anak (9,09%). Peserta didik yang memiliki aktivitas berpendapat dengan kategori sangat baik tercatat ada 7 anak (21,21%), kategori baik ada 22 anak (69,69%), dan kategori cukup ada 3 anak (9,09%). Secara umum rata-rata aktivitas belajar peserta didik dengan kriteria sangat baik (SB) sebesar 25.25% dan kategori baik (B) sebesar 65,66%. Dengan demikian aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran secara keseluruhan mencapai 90,91%. Data tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar peserta didik pada siklus II sudah memenuhi indikator kinerja penelitian sehingga tidak dilanjutkan ke siklus III. Hasil belajar peserta didik Setelah pelaksanaan tindakan sikus I peneliti melakukan evalusi melalui post tes secara individu dalam bentuk soal uraian yang berjumlah 5 soal. Post tes dilakukan untuk mengukur sebarapa besar peningakatan kompetensi pengetahuan peserta didik setelah dilakukan tindakan. Nilai post tes peserta didik selama tindakan siklus I dilaporkan sebanyak 7 anak ( 21,21 %) memperoleh nila A (sangat baik), 14 anak (45,45%) memperoleh nilai B (baik), 11 anak (33,33%), dan memperoleh nilai C (cukup). Ketuntasan klasikal peserta didik sebesar 90,91% atau hanya 30 peserta didik yang tuntas mencapai KKM (70) dengan nilai rata-rata post tes 79,24. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan peserta didik jika dibandingkan dengan siklus I. Peningkatan hasil belajar kompetensi pengetahuan sebesar 21.22%. Deskripsi ketuntasan kompetensi pengetahuan peserta didik dapat ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut. Gambar 4.3 Grafik Ketuntasan Kompetensi Pengetahuan Peserta Dididk Siklus II Berdasarkan grafik diatas menunjukkan ketuntasan klasikal pengetahuan peserta didik pada siklus I mencapai 90,91%, melebihi indikator kinerja penelitian sehingga penelitian ini berakhir di siklus II. Selama pelaksanaan tindakan siklusi I peneliti menilai kompetensi keterampilan peserta didik dalam pembelajaran FISIKA menggunakan model PBL berbantuan media laboratorium maya. Keterampilan peserta didik dinilai kepiawaiannya dalam melakukan kinerja yaitu menggunakan PHET Simulation laboratorium maya. Perolehan data nilai keterampilan peserta didik selama tindakan siklus II menunjukkan sebanyak 5 anak (15,15%) memperoleh nila A (sangat baik), 18 anak (57,58 %) memperoleh nilai B (baik), dan 9 anak (27%) memperoleh nilai C (cukup). Peserta didik yang tuntas mencapai KKM (KKM Keterampilan = 70) sebanyak 32 atau 100% dengan nilai rata-rata kompetensi keterampilan 82,64. Jika dibandingkan dengan pembelajaran siklus I nilai keterampilan peserta didik juga mengalami peningkatan dari 66,67% menjadi 100% atau meningkatn sebesar 33,33%. Nilai rata-rata keterampilan juga meningkat sebesar 6.82 point dari 75,82 menjadi menjadi 82,64. Deskripsi ketuntasan kompetensi keterampilan peserta didik dapat ditunjukkan pada gambar 4.3 berikut. 0,00% 100,00% Tuntas Tidak Tuntas 90,91% 9,09% 0% 50% 100% Tuntas Tidak Tuntas 100% 0% ## Gambar 4.4 Grafik Ketuntasan Kompetensi Keterampilan Peserta Dididk Suklus II Berdasarkan grafik diatas menunjukkan ketuntasan klasikal keterampilan peserta didik pada siklus II sudah tercapai, yaitu 100% peserta didik yang tuntas mencapai KKM (70). Hasil ini telah melampaui indikator kinerja penelitian sehingga penelitian ini berakhir pada siklus II. Pengamatan terhadap proses pembelajaran FISIKA yang dilakukan guru. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan pengamatan dan penilaian terhadap guru. Pengamatan dan penilaian ini dilakukan oleh observer dengan mengacu pada lembar observasi aktivitas guru. Berdaskan hasil pengamatan proses pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II menunjukkan adanya kinerja guru/peneliti yang sangat baik yaitu guru 100% sesuai dengan rencana pembelajaran. Selama berlangsungnya proses pembelajaran guru telah melakukan bimbingan secara merata, memotivasi peserta didik yang kurang aktif, dan juga memberi bimbingan jika ada peserta didik yang mengalami kesulitan. Sehingga peneliti yakin bahwa pembelajaran FISIKA menggunakan model PBL berbantuan media laboratorium maya dapat meningkatkan aktivitas dan hasi belajar peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik tahun pelajaran 2019/2020. Angket tanggapan/respon peserta didik terhadap pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya. Selain dilakukan observasi aktivitas peserta didik dalam pembelajaran di kelas dan observasi proses pembelajaran yang dilakukan guru, dalam pelaksanaan tindakan peneliti juga memberikan angket respon peserta didik terhadap pembelajaran FISIKA model PBL berbantuak media laboratorium maya. Merujuk pada rekap hasil angket yang diisi oleh peserta didik pada siklus II peserta didik yang menyatakan sangat berminat terhadap pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya sebanyak 24 (72,73%) anak, dan yang menyatakan berminat 8(27,27%) anak. a. Refleksi Siklus II Berdasarkan hasil observasi terhadap peserta didik dan peneliti serta angket respon peserta didik dan post tes individu pada akhir siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran telah berlangsung dengan baik dan tujuan pembelajaran telah tercapai. Aktivitas pembelajaran menunjukkan adanya peningkatan sebesar 17,18% dari 73,73% pada siklus I menjadi 90,91% di siklus II. Nilai post tes peserta didik mengalami peningkatan sebesar 21,25% dengan nilai rata-rata meningkat dari 70,91 menjadi 79,24. Nilai rata-rata keterampilan peserta didik juga meningkat sebesar 6.82 point dari 75.82 menjadi 82,64. Merujuk pada hasil-hasil di atas peneliti dan observer mengambil kesimpulan bahwa penerapan model PBL berbantuan media laboratorium maya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XII MIPA 1 semester ganjil SMA Negeri 1 Belik tahun pelajaran 2019/2020. b. Pembahasan Aktivitas belajar dalam penelitian ini mencakup aktivitas bekerja sama, bertanya, dan berpendapat. Selama pelaksanaan tindakan aktivitas kerjasama peserta didik diamati oleh observer dengan teliti. Peneliti memotivasi peserta didik untuk saling berbagi tugas dalam mengerjakan LKS semua peserta didik dalam kelompok dibimbing untuk aktif. Pada siklus I masih banyak peserta didik yang belum memahami kinerja yang dilakukan, sebagian mengerjakan tugas dan sebagian lagi hanya diam dan bermain-main sendiri. Sehingga dalam satu kelompok hanya ada 1-2 orang yang bekerja menyelesaikan tugas. Maka dari itu peneliti berinisiatif dengan memotivasi peserta didik agar aktif dengan cara didekati dan dibimbing, dan pada akhirnya aktivitas kerja sama peserta didik dengan kategori sangat baik dan baik meningkat sebesar 6.09% dari 93,91% pada siklus I menjadi 100% pada siklus II. Selama pembelajaran berlangsung interaksi antara guru dan peserta didik terjalin sangat interaktif dalam suasana yang menyenangkan, sehingga respon peserta didik terhadap pembelajaran FISIKA dengan model PBL berbantuan media laboratorium maya ini sangat positif. Secara umum aktivitas belajar peserta didik dengan kriteria baik dan sangat baik meningkat dari 73,73% di siklusi I menjadi 90,91% di siklus II. Untuk lebih jelasnya peningkatan aktivitas belajar peserta didik secara rinci dapat divisualisasikan melalui grafik 4.5 berikut. Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Aktivitas Belajar Tiap Siklus Sesuai dengan grafik diatas maka aktivitas belajar peserta didik secara keseluruhan mengalami peningkatan sebesar 17,18%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa penerapan model PBL berbantuan media laboratorium maya ini mampu memotovasi peserta didik, sebagaimana di katakan oleh Nata Wijaya dalam Chaniago (2010:34) bahwa keaktifan peserta didik selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta didik untuk belajar. Sejalan dengan meningkatnya aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran, aktivitas guru juga mengalami peningkatan yang baik. Guru telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang dibuat, yang semula kurang dalam memotivasi dan membimbing peserta didik, di siklus II guru melakukan perbaikan terhadap proses mengajarnya sehingga semua yang dilakukan sudah sesuai dengan lembar observasi tindakan. Motivasi dan bimbingan guru inilah yang kemudian menyebabkan seluruh peserta didik turut terlibat aktif dalam pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan hasil angket respon peserta didik terhadap pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya, semua (100%) peserta didik menyatakan rasa berminat dan sangat berminat. Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan (Post Tes) Peningkatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran FISIKA menggunakan model PBL berbantuan media laboratorium maya ternyata selaras dengan meningkatnya hasil post tes peserta didik yang dilakukan secara individu. Katuntasan hasil belajar kompetensi pengetahuan meningkat dari prasiklus sebesar 51,52% menjadi 69,69% pada siklus I dan menjadi 90,91% pada siklus II. Selain itu nilai rata-rata post tes meningkat dari prasiklus yang memiliki nilai rata-rata 62,42 menjadi 70,91 pada siklus I dan meningkat lagi menjadi menjadi 79,24 pada siklus II. Tabel 4.1 Tabel Perbandingan Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan Nilai Rata -rata Nilai Tertingg i Nilai Terenda h Ketuntasa n Prasiklu s 62,4 2 80 50 51,52% Siklus I 70,9 1 100 50 69,69% Siklus II 79,2 4 100 60 90,91% Mengacu pada tabel diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan klasikan dan nilia rata-rata peserta didik. Peningkatan tersebut terjadi karena penerapan model pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya dalam pembelajaran FISIKA materi Listrik Dinamis ini mendorong peserta didik untuk aktif dan interaktif sehingga proses 0,00% 50,00% 100,00% 57,58% 16,15% 73,73% 65,66% 25,25% 90,91% SIKLUS I pembelajaran berjalan dengan efektif, serta membantu peserta didik dalam memahami materi Listrik dinamis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya dalam pembelajaran FISIKA materi Listrik Dinamis ini terbukti dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XII MIPA 1 SMA Negeri 1 Belik tahun pelajaran 2019/2020. Hasil Belajar Kompetensi Keterampilan Sejalan dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik pada kompetensi pengetahuan, hasil kinerja (proses) peserta didik juga mengalami peningkatan. Nilai rata-rata keterampilan peserta didik meningkat dari 63,18 pada prasiklus meningkat menjadi 71,82 pada siklus II menjadi 78,64 pada siklus II. Ketuntasan klasikal keterampilan peserta didik meningkat dari prasiklus sebesar 63,64% menjadi 66,67% di siklus I dan meningkat lagi menjadi 100% di siklus II. Untuk lebih jelasnya peningkatan kompetensi keterampilan peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Tabel Peningkatan Kompetensi Keterampilan Peserta Didik Nilai Rata -rata Nilai Tertingg i Nilai Terenda h Ketuntasa n Prasiklu s 63,1 8 75 50 63,63% Siklus I 75,8 2 85 70 66,67% Siklus II 82,6 4 90 75 100% Sesuai dengan tabel 4.2 di atas hasil belajar peserta didik kompetensi keterampilan mengalami peningkatan. Selama pembelajaran peserta didik tampak sudah terampil dalam menggunakan media laboratorium maya. Angket tanggapan/respon peserta didik terhadap pembelajaran PBL berbantuan media laboratorium maya. Dari 32 anak, sebanyak 24 (72,73%) anak menyatakan sangat berminat terhadap pembelajaran model PBL berbantuan media laboratorium maya, dan 8(27,27%) anak yang menyatakan berminat. Respon peserta didik dalam menanggapi. Respon yang baik dari peserta didik mewakili jumlah peserta didik yang minat terhadap pembelajaran FISIKA. Pengelolaan proses pembelajaran FISIKA oleh guru Hasil observasi terhadap guru dalam mengelola pembelajaran FISIKA dengan model PBL berbantuan media laboratorium maya menunjukkan hasil yang baik. Pada siklus I awalnya guru masih kurang memotivasi peserta didik yang pasif dan dalam membimbing kelompok belum merata keliling ke semua kelompok. Selain itu guru juga belum memantau kemampuan peserta didik sehingga peserta didik yang masih kurang paham tidak terpantau dan cenderung diam saja. Namun semua kekurangan tersebut akhirnya di perbaiki oleh guru di siklus II, guru memotivasi semua peserta didik, membimbing ke semua kelompok, dan memantau kemajuan peserta didik. Hal ini membuat komunikasi antara peserta didik dan guru terjalin sangat interaktif dan berimbas pada pencapaian hasil belajar peserta didik. Dengan demikian model PBL berbantuan media laboratorium maya dalam pembelajaran FISIKA mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dan penelitian ini berakhir setelah dilaksanakan pembelajaran siklus II karena indikator kinerja penelitian sudah terpenuhi. ## 5. Penutup ## 5.1. Simpulan Simpulan berdasarkan hasil penelitian penerapan model PBL berbantuan media laboratorium maya adalah sebagai berikut. Penerapan model PBL berbantuan media laboratorium maya mampu meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas sebesar 17,18% dari 73,73% di siklusi I menjadi 90,91% di siklus II Ketuntasan klasikal hasil belajar kompetensi pengetahuan (post tes) peserta didik kelas XII MFISIKA 1 SMA Negeri 1 Belik meningkat dari sebesar 51,52% pada prasiklus menjadi 69,69% pada siklus I dan menjadi 90,91% pada siklus II. Sedangkan ketuntasan klasikal keterampilan peserta didik meningkat dari prasiklus 63,64% menjadi 66,67% di siklus I dan meningkat lagi menjadi 100% di siklus II. ## 5.2. Saran Berdasarkan simpulan penelitian tersebut maka saran dari peneliti antara lain: 1) guru mapel FISIKA dapat menerapkan model PBL sebagi alternatif teknik mengajar ; 2) para peneliti hendaknya menerapkan berbagai teknik, strategi, dan media pembelajaran yang inovatif dengan mempertimbangkan kondisi peserta didik, lingkungan masyarakat dan sekolah agar dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan. ## DAFTAR PUSTAKA Angkoro dan Kosasih. Optimalisasi Media Pembelajaran . Jakarta: PT. Grasindo Anni, Chaterina Tri, dkk. 2007. Psikologi Belajar . Semarang : UPT.UNNES Press. Chaniago, Defriachmad. 2010. Aktivitas Belajar . Online: http://id. Shyo- ong.com. Diunduh tanggal 4 Februari 2016. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : PT. Rineke Cipta Fathurohman, P dan Sutikno, M, S.2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Konsep Umum dan Konsep Islami . Bandung : Refika Aditama Hamalik. 2003. Prosedur Belajar Mengajar . Jakarta. Bumi Aksara. Iswantoro, B. 2015 . Penggunaan Model PBL Dengan Metode Qordec Berbasis Kitchen Activity Untuk Meningkatkan Keterampilan Berfikir Kritis Materi Kalor dan Perpindahannya Pada Peserta Didik Kelas VII B SMP Negeri 4 Jatibarang Semester 2 tahun Pelajaran 2014/2015 : Jurnal Pendidikan dasar METODIKA Volume 5 Nomor 16. Semarang: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Karyono. 2014. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Masalah Perbandingan Dengan Menggunakan Model PBL Teknik Scaffolding Peserta Didik Kelas VI B SD Negeri Kebonbatur 2 demak Semester 2 Tahun pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan dasar METODIKA Volume 4 Nomor 13. Semarang: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Muhammad Farchani Rosyid, et al. 2016. Buku Siswa. Kajian Konsep Fisika 3. Solo: PT. Tiga Serangkai Putri Iman sari, et al. (2016). Penggunaan Discovery Learning Berbantuan Laboratorium Virtual pada Penugasan Konsep Fisika Siswa : Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi Volume II No. 4. Universitas Mataram Susilana, R dan Cepi Riana. 2009. Media Pembelajaran. Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian . Bandung. CV. Wacana Prima Tri Anita Nur Hasanah, et al. 2017. Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Problem Based Learning(PBL) pada Materi Gelombang Bunyi Untuk Siswa Kelas XII. Momentum: Physics Educational Journal Vol. 1 No. 1. Malang Wardhana, Y. 2010. Teori Belajar dan Mengajar . Bandung: PT. Pribumi Mekar
5bacdac4-8a00-45a7-ac82-fa99103dc360
https://atrium.ukdw.ac.id/index.php/jurnalarsitektur/article/download/237/201
## Kajian Bentuk Arsitektur Batak Toba dan Toraja sebagai Hasil Memori Kolektif Austronesia Enrico Nirwan Histanto 1 , Josephine Roosandriantini 2 1, 2. Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit No. 94, Bandung, 40141, Jawa Barat, Indonesia Email: [email protected]; [email protected] INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Diterima 26-09-2023 Disetujui 08-01-2024 Tersedia online 01-04-2024 Nusantara (Indonesia) yang kita diami saat ini merupakan persebaran Bangsa Austronesia yang tinggal di daerah pinggir sungai di Cina Selatan dan Vietnam Utara pada pertengahan ke-4 Sebelum Masehi. Perkembangan budaya di suatu daerah hasil pencampuran berbagai hal, intern dan ekstern. Pencampuran budaya dan seni oleh bangsa pendatang awal dan suku pendatang baru menghasilkan keanekaragaman bentuk arsitektur, walaupun memiliki kesamaan prinsip nilai-nilai tradisinya (memori kolektif Austronesia). Arsitektur Batak Toba dan Toraja adalah arsitektur berkolong yang memiliki kemiripan bentuk atap yang menyerupai bentuk perahu, tipologi rumah dan lumbung yang saling berhadapan, dan mempunyai berorientasi kompleks perumahan membentuk sumbu tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan ekploratif-kualitatif, melalui sumber literatur dikombinasikan dengan pengamatan langsung di lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari tingkat kedekatan antara Arsitektur Batak Toba dan Toraja berdasarkan memori kolektif Bangsa Austronesia. Kata kunci: Prinsip desain, Austronesia, Batak Toba, Toraja, memori kolektif. ## Keywords: Design principles, Austronesian, Toba Batak, Toraja, collective memory. ## ABSTRACT Title: Study of Toba and Toraja Batak Architectural Forms as a Result of Collective Austronesian Memory The archipelago (Indonesia) that we live in today is the distribution of the Austronesian people who lived in riverine areas in South China and North Vietnam in the mid-4th BC. Cultural development in an area results from a mixture of internal and external things. The mixing of culture and art by early settlers and new settlers resulted in diverse architectural forms, even though they share the same principles of traditional values (Austronesian collective memory). Toba and Toraja Batak architecture is hollow architecture with a similar roof shape that resembles the shape of a boat, a typology of houses and barns facing each other, and a housing complex oriented to form a particular axis. This research used an exploratory-qualitative approach, using literature sources combined with direct observations in the field. This research aims to find the level of closeness between Toba and Toraja Batak architecture based on the collective memory of the Austronesian people. ## Pendahuluan Rumah adat Nusantara merupakan suatu peninggalan atau artefak yang dapat mendeskripsikan sebuah konteks budaya dan pola sosial serta gaya hidup masyarakat nusantara dalam periode waktu tertentu. Rumah Austronesian merupakan salah satu cara membagikan tradisi budaya dalam suatu proses penyebaran budaya yang dibawa di setiap bagian negara, atau wilayah dan menjadi kebiasaan masyarakat tersebut (Khamdevi, 2021). Perkembangan arsitektur Nusantara yang identik dengan wujud fisik arsitektur Nusantara, merupakan turunan langsung dari rumah orang Austronesia. Hal ini terlihat dari ragam hias pada bagian fasade rumah adat. Ragam hias maupun elemen fisik arsitektur Nusantara berkembang menjadi bagian kebudayaan Nusantara. Elemen fisik pada arsitektur Nusantara dapat menjadi sebuah tanda baik, tanda fungsional dekoratif, kemajuan peradaban, maupun makna yang berasal dari kesepakatan yang berkembang dalam masyarakat itu (Fireza & Nadia, 2020). Bangsa Austronesia merupakan bangsa maritim yang menghabiskan banyak waktu hidup berpindah-pindah dari satu pulau ke pulau lain. Berkelana dan singgah di setiap pulau secara kelompok, pada saat singgah akan memperkenalkan kebudayaan mereka ke masyarakat setempat. Budaya yang diperkenalkan tersebut akan berkembang secara turun temurun dalam masyarakat di pulau yang disinggahi. Periode penyebaran dari Taiwan ke seluruh daerah kepulauan Asia Tenggara, dalam kurun waktu 4500-3000 tahun lalu (Kusuma & Damai, 2019). Persebaran bangsa Austronesia yang tinggal di daerah pinggir sungai di Cina Selatan dan Vietnam Utara pada pertengahan ke-4 sebelum Masehi, dimulai 6000 tahun yang lalu, dan memuncak sekitar tahun 500 M sampai setengah keliling dunia yakni Taiwan, Filipina, Kalimantan, Sulawesi, Bagian Timur Indonesia, Vietnam, Sumatera, Malaysia Barat, Melanesia, Micronesia, dan Polynesia (Hawaii dan Pulau Paskah). Hal ini terjadi secara masif, kemungkinan karena ada bencana besar atau serangan bangsa lain di daerah utara sehingga mereka terpaksa bermigrasi demi menyelamatkan diri ke arah selatan. Sejak dahulu manusia Nusantara dapat bertahan hidup, berkelompok, mengembangkan kebudayaan, serta memiliki kehidupan tidak menetap (berpindah-pindah). Dalam bertahan hidup, timbul pergerakan dan persaingan untuk menentukan sebagai suku bangsa yang lebih berkuasa atas suatu daerah (teritoriolitas). Gambar 1. Pola migrasi bangsa Austronesia berdasarkan pergerakan fauna Sumber: Nawadisa, 2023 Sartono dalam Due Awe (1989) menjabarkan tentang pola migrasi yang sama dari dunia utara ke selatan melalui jalur Barat dan Timur hanya berbeda masa ( Migration Routes during Late Pleistocene dan Migration Routes during Early to Middlle Pleisocene ). Beliau juga menjelaskan pola tersebut dipengaruhi oleh pergerakan perburuan fauna, dimana manusia prasejarah mengikuti perpindahan hewan buruan. Manusia prasejarah memanfaatkan sisa hewan sebagai peralatan, pertukangan dan perhiasan. Bangsa pendatang baru dan suku pendatang yang lebih dahulu mendiami menimbulkan pencampuran budaya dan seni, dalam hal ini arsiktektur lokal. Gelombang kedatangan bangsa Austronesia sangat berdampak terhadap keanekaragaman bentuk bangunan, walaupun memiliki kesamaan nilai- nilai tradisinya, yang menjadi sebuah memori kolektif. Berdasarkan hasil riset Sato (1991), yang merupakan seorang etnografer dari Jepang, menyatakan bahwa konsep rumah di Nusantara berasal dari konsep lumbung. Tipologi rumah dibangun mengikuti prinsip desain sama dengan lumbung. Struktur utama ditopang oleh empat tiang utama dan atap piramida bertumpu di atasnya. Arsitektur Batak Toba dan Toraja adalah arsitektur berkolong, sebagai tempat pernaungan yang memiliki kemiripan bentuk atap menyerupai bentuk perahu, tipologi rumah dan lumbung saling berhadapan, dan mempunyai berorientasi kompleks perumahan membentuk sumbu tertentu. ## Metode Penelitian menggunakan metode kajian pustaka dilengkapi observasi lapangan. Pada bulan Mei 2018 (selama 1 bulan), observasi lapangan dilakukan dengan mengunjungi Desa Adat Batak Toba di Huta Bolon Simanindo, Pulau Samosir, Sumatera Utara dan Desa Adat Toraja bernama Desa Sillanan, Sulawesi Selatan. Pengolahan data lapangan dan data berdasarkan literatur terpaksa dilakukan karena masih dalam pembatasan aktivitas selama pandemi Covid-19 (awal tahun 2023). Arsitektur Batak Toba dan Toraja akan dijadikan objek penelitian dengan analisis terkait dengan prinsip desain, yang ditinjau dari memori kolektif Austronesia. Selain itu, juga untuk memperlihatkan adanya hubungan prinsip desain arsitektur Batak Toba yang disandingkan dengan Toraja yang mendasar pada memori kolektif Austronesia. Perlu diinformasikan bahwa pembahasan dan persandingan arsitektur Batak Toba dan Toraja yang diangkat dalam riset adalah bentuk dan pola arsitektur rumah adat secara umum yang tidak mewakili arsitektur Toba dari kampung tertentu, demikian juga Toraja. Dalam penelitian yang dilakukan kemudian muncul pertanyaan, faktor apa saja yang memengaruhi prinsip desain Arsitektur Batak Toba dan Toraja ditinjau dari memori kolektif Austronesia, serta bagaimana hubungan prinsip desain Arsitektur Batak Toba jika disandingkan dengan Toraja, berdasarkan memori kolektif Austronesia. Tujuan penelitian adalah memahami prinsip-prinsip desain Arsitektur Austronesia, khususnya Batak Toba dan Toraja, serta memahami tingkat hubungan prinsip desain Arsitektur Batak Toba dan Toraja berdasarkan kondisi alam, teknologi, material, dan budaya yang dipengaruhi memori kolektif Austronesia. ## Hasil dan Pembahasan Penelitian dilakukan untuk lebih memahami ruangan dan bentuk arsitektur yang berkaitan dengan arsitektur Batak Toba dan Toraja, yang berfokus pada pemikiran Kurt Dietrich dan Amos Rapoport dari segi antropologi. Objek penelitian dapat dikatakan sebagai sebuah hasil dari memori kolektif Austronesia. (Dietrich, 2005) mengatakan bahwa suatu desain arsitektural yang baik akan mampu menghadirkan solusi atas kebutuhan manusia, menyediakan ruang yang diharapkan dan menggunakan material bangunan tepat. Sebagai tambahan pembahasan, digunakan teori rumah kayu oleh Noble (2009). Tabel 1 berikut ini adalah prinsip desain menurut Dietrich (2005). Tabel 1. Prinsip desain Dietrich Prinsip Desain Penjelasan Keseimbangan ( Balance) Simetris / Asimetris Kontras ( Contrast) & Penekanan ( Emphasis) Perbedaan / Persamaan Bentuk ( Form) Kejujuran Bentuk / Tiruan Material Hubungan ( Connection) Sambungan Struktur Kuat / Lemah Pengelompokkan, Kedekatan, Kesatuan, Variasi Kesatuan & Kedekatan / Keragaman Makna ( Meaning) , Simbol ( Symbolism) , Pencitraan ( Imagery) Kejelasan Bentuk (pembuat) / Kejelasan Bentuk (pengguna) Pola ( Pattern) & Irama ( Rhythm) Pola Teratur / Pola Acak Proporsi (Proportion) & Skala ( Scale) Skala Tubuh Manusia / Angka & Rumus Matematika Sumber: Dietrich, 2005 Noble (2009) menyatakan bahwa rumah Austronesia terdiri dari: rumah berbentuk panggung (berkolong); rumah terbuat dari bahan kayu dan bambu; rumah berbentuk persegi memanjang ke belakang atau ke sisi samping; atap rumah berupa limasan yang berstruktur tinggi dan menyempit ke bagian atas; umumnya tata ruang dibagi dengan landasan adat istiadat dan tradisi setempat (kepala/dunia atas, badan/dunia tengah, kaki/dunia bawah). Sebagai tambahan teori psikologi, ditambahkan pendekatan teori Gestalt oleh Koffka (2013) yang menyatakan teori persepsi sebagai fenomena visual karena melalui persepsi manusia memandang dunianya. Persepsi manusia dibentuk dari pengalaman sensasi (visual, audio, penciuman, pengecapan, dan sentuhan). Dalam dunia arsitektur lebih kepada indra visual dan sentuhan. Rapoport (1969) mengatakan tentang bentuk rumah yang dikaji dengan pendekatan antropologi, terdapat 2 hal yang memengaruhi bentuk rumah yakni faktor pengubah bentuk secara langsung dan faktor sosial budaya. Tabel 2 di bawah menyatakan tentang faktor-faktor pengubah bentuk secara langsung menurut Rapoport (1969). Tabel 2. Faktor pengubah bentuk secara langsung Faktor Langsung Penjelasan Iklim dan kebutuhan tempat tinggal Iklim mempengaruhi bentuk atap bangunan. Selain kebutuhan tempat tinggal, dapat dibangun juga bangunan lain seperti lumbung dan tempat pemujaan leluhur. Material, Konstruksi dan Teknologi Solusi untuk mengatasi gaya grafitasi bahan bangunan yang umumnya berat dan besar. Lokasi Perletakkan suatu bangunan dikaitkan dengan ketersediaan sumber kehidupan, terutama air minum. Pertahanan Bentuk bangunan untuk mengantisipasi serangan atau ancaman faktor luar. Sumber: Rapoport, 1969 Faktor Sosial Budaya sebagai kekuatan sosio-kultural berpengaruh kepada tujuan dan nilai-nilai kehidupan tertentu yang diterima secara umum (Tabel 3). Tabel 3. Faktor sosial budaya Faktor Sosial Budaya Penjelasan Makna rumah Tinggi: berkaitan dengan kosmologi, skema budaya, pandangan dunia, refleksi sistem filosofis Menengah: berkaitan dengan identitas, kekuasaan, status, kekayaan Rendah: berkaitan pola kehidupan sehari-hari, seperti posisi dan perletakan ruang dalam denah rumah Situs dan Pilihan Klasifikasi sikap yang secara historis menunjukkan berbagai keterkaitan antara situs dan masyarakat secara individu dan kolektif: - Religius dan kosmologis: lingkungan dianggap dominan dan manusia lebih rendah dari alam. - Simbiotik: manusia dan alam berada dalam keadan seimbang dan manusia dianggap sebagai pengelola dan pemelihara alam. - Eksploratif: manusia dianggap sebagai penyempurna dan pengubah alam, dan akhirnya menjadi perusak alam. Sumber: Rapoport, 1969 ## Budaya Austronesia Menurut Tjahjono (1999), secara umum orang Nusantara (Indonesia) berbahasa Austronesia, sehingga terdapat kesamaan warisan budaya. Rumpun bahasa Austronesia memiliki jumlah sementara 700 sampai 800 bahasa meliputi banyak pulau di Asia Tenggara, Vietnam Selatan, Taiwan, Mikronesia, Polynesia, dan Madagaskar. Sebagai contoh bahasa Austronesia yang sama dengan Bahasa Indonesia untuk tempat tinggal yakni rumah, tempat pertemuan yakni balai, dan penyimpanan padi yakni lumbung. Kosakata lain umum digunakan dalam masyarakat Austronesia adalah tiang ( hadiri ), tiang bubung ( bubung ), atap/lalang ( qatep ), batu ( batu ), pintu ( qeneb ), kamar ( bilik ) dan perapian/dapur ( dapur ). Kehidupan umum orang Austronesia berburu, bercocok tanam, nelayan dengan menggunakan perahu dan memasak. ## Perahu Austronesia Pada awalnya, Perahu Austronesia menggunakan dayung tidak memiliki cadik, menyerupai perahu lambung tunggal sebagai perahu nelayan dan perang. Bentuk perahu ini umum digunakan oleh orang Austronesia untuk mengarungi Samudra Pasifik dan Hindia sampai Pulau Paskah dan Madagaskar (Gambar 2 dan Gambar 3). ## Gambar 2. Perkembangan bentuk perahu (kano) Sumber: Ali, 2021 Gambar 3. Perahu bercadik dan layar berbentuk segitiga Sumber: Ali, 2021 ## Rumah Austronesia Bangunan rumah Austronesia umumnya terdiri dari bangunan persegi empat, berdiri atas tiang-tiang, dan beratap ilalang. Pintu masuk rumah berupa tangga dari batang pohon yang ditakik, serta terdapat perapian dengan rak di atasnya untuk kayu bakar dan penyimpanan. Secara umum suatu kumpulan bangunan Austronesia terdiri atas rumah tinggal, balai, dan lumbung. Perletakan kumpulan bangunan Austronesia berada dekat sumber air yang dapat diminum, seperti sungai dan danau. Gambar 4 di bawah ini merupakan ilustrasi tentang rumah Austronesia. ## Gambar 4. Sketsa rumah Austronesia Sumber: https://pin.it/2GZXbFA, diakses November 2023 Bagi orang Austronesia, rumah lebih dari sekadar tempat tinggal, tetapi sebagai perlambangan ide-ide penting, seperti perwujudan keramat para leluhur, perwujudan jati diri kelompok, dan kedudukan sosial tertentu. Pada beberapa rumah Austronesia terdapat tambahan batu besar sebagai monumen yang ditujukan dengan kegiatan persemayaman jenazah, pemujaan leluhur, dan penandaan kedudukan sosial, serta penghargaan atas jasa pendahulu (Tjahjono, 1999). ## Arsitektur Batak Toba Rumah Batak Toba sangat sesuai dengan ciri bangunan Austronesia yakni rumah berkolong, terdiri dari tiang rumah (terbuat dari kayu besar yang kuat, berdiri pada pondasi umpak batu), balok-balok kayu yang ditancapkan untuk menopang lantai ruang keluarga, bangunan didominasi oleh atap yang membentuk atap pelana (bagian atas bangunan), bentuk dinding miring keluar (seperti lambung kapal), dan muka bangunan yang dihiasi ukiran (Tjahjono, 1999). Gambar 5 di bawah ini merupakan ilustrasi rumah Batak Toba. Gambar 5. Foto rumah asli Batak Toba (Bolon) Sumber: https://pin.it/2MqoBoh, diakses November 2023 Kosmologi masyarakat Batak disebut Banua na Tolu , secara vertikal yakni: (1) Banua Ginjang , dunia atas tempat tinggal para dewa. (2) Banua Tonga , dunia tengah sebagai tempat hidup manusia, binatang, dan tumbuhan. (3) Banua Toru , dunia bawah sebagai tempat tinggal dewa perusak. ## Arsitektur Toraja Rumah Tongkonan sangat sesuai dengan ciri bangunan Austronesia, dengan denah berbentuk empat persegi panjang yang terdiri dari bagian kaki (kolong), badan rumah, dan atas (atap). Gambar 6 di bawah ini merupakan ilustrasi rumah Tongkonan. Gambar 6. Foto rumah asli Toraja (Tongkonan) Sumber: https://pin.it/4pVBXaJ, diakses November 2023 Menurut Tjahjono (1999), kosmologi masyarakat Toraja membagi alam semesta menjadi 3 bagian: (1) Dunia atas ( ulluna langi ) digolongkan ke dalam dunia atas: Puang Matua /Tuhan. (2) Dunia tengah ( lino ), sebagai area manusia, binatang, dan tumbuhan. (3) Dunia bawah ( Pong Tulak Padang/Deata to Kengkok ) area dewa/roh bawah. Masyarakat Toraja memaknai kosmologi empat arah mata angin dengan pemaknaan sebagai berikut: (1) Utara disebut uluna langi , yang paling mulia. (2) Timur disebut mataalo , tempat matahari terbit, tempat asalnya kebahagiaan atau kehidupan. (3) Barat disebut matampu , tempat matahari terbenam, yakni kesusahan atau kematian. (4) Selatan disebut pollo’na langi , sebagai tempat melepas segala sesuatu yang tidak baik. ## Pola Migrasi Bangsa Austronesia Wulandari (2021) menyebutkan bahwa bangsa Austronesia menuju ke Selatan dari 2 (dua) arah, yakni datang dari arah barat menuju daratan Sumatera, sedangkan dari utara-timur bergerak masuk melalui Sulawesi (Gambar 7). Gambar 7. Peta jalur Austroasiatik Sumber: Wulandari, 2021 Pembahasan berikut adalah prinsip desain Dietrich (2005) dalam melihat objek arsitektur Batak Toba dan Toraja yang tergambarkan pada detail arsitekturalnya. Keseimbangan ( Balance ) Rumah Batak Toba (Bolon) mempunyai keseimbangan simetris dan asimetris. Keseimbangan simetris terlihat dari tampak depan/belakang bangunan (letak tangga masuk di tengah), keseimbangan asimetris terlihat dari tampak samping bangunan (Gambar 8). ## Gambar 8. Tampak depan dan samping rumah Batak Toba (Bolon) Sumber: https://arcadiadesain.com/21-gambar- rumah-adat-batak-toba/, diakses November 2023 Rumah Toraja ( Tongkonan ) cenderung hanya memiliki keseimbangan asimetris baik tampak muka maupun samping (Gambar 9). Letak tangga di samping dan bentuk geladak lantai bangunan tidak rata, membentuk seperti anjuang perahu. ## Gambar 9. Tampak depan dan samping rumah Tongkonan Sumber: https://www.kibrispdr.org/unduh- 26/sketsa-gambar-rumah-adat-toraja.html, diakses November 2023 Kontras ( Contrast ) & Penekanan ( Emphasis ) Tampak muka Rumah Batak Toba (Bolon) dan Tongkonan mempunyai kontras dan penekanan dalam hal detail ornamen dan dekorasi yang menonjol. Tampak depan bangunan memiliki peran sangat penting untuk bangunan adat, karena merupakan orientasi utama massa bangunan dalam suatu kawasan. Menurut Prijotomo (2018), ornamen dan dekorasi menjadi persolekan bangunan sebagai indikator tingkat kemenetapan suatu arsitektur. Jadi, semakin bersolek arsitekturnya, menjadi tanda bahwa masyarakatnya semakin menetap dan semakin kerasan di tempat yang didiami. Warna yang menonjol untuk kedua bangunan tersebut adalah warna coklat, kuning, hitam, dan putih (Gambar 10 dan Gambar 11). Gambar 10. Tampak depan arsitektur Batak Toba Sumber: Simalango, 2023 Gambar 11. Tampak depan Tongkonan Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat- sulawesi-selatan/, diakses November 2023 Bentuk ( Form ) Rumah Batak Toba memiliki bentuk sederhana yang terdiri dari bentuk dasar yakni trapesium, persegi panjang, garis dan segitiga. Menurut Dietrich (2005), bentuk merupakan sebuah keberagaman aspek yang terdiri dari bentuk dasar, ukuran, skala, karakteristik tampilan bangunan, dan material, sehingga dapat menentukan persepsi ringan atau berat suatu bangunan, dan berhubungan dengan “komposisi. Bentuk sebagai elemen desain relatif terhadap prinsip arsitektur mengacu pada representasi dua dimensi dari bentuk. Bentuk adalah garis besar, siluet, atau dasar bentuk struktur yang paling sederhana untuk dilihat dalam bentuk binaan. Bentuk dikategorikan menjadi empat macam, yakni: 1. Bentuk geometris. Jenis ini terdiri dari bentuk dasar – persegi, segitiga dan lingkaran. 2. Bentuk alami. Jenis ini terdiri dari bentuk desain yang meniru, atau meniru barang- barang ditemukan dalam lingkungan alam kita. 3. Bentuk abstrak. Tipe ini menggunakan interpretasi bentuk alami dari bentuk dan kemudian mengubah atau mengabstraksikannya untuk mengurangi bentuk menjadi esensinya yang tampak. 4. Bentuk non-objektif. Tipe ini adalah pecahan dari tiga tipe sebelumnya untuk membuat bentuk yang tidak terkait dengan alam atau dunia geometris. Jika dilihat dari fasad depan, rumah Tongkonan memiliki jenis bentuk geometri segitiga dan segiempat. Jika dilihat dari samping, atap rumah tongkonan terlihat seperti tanduk kerbau dengan kedua ujung pada atap rumah tongkonan lebih menjulang. Gambar 12 menunjukkan bentuk rumah Batak Toba yang menggunakan kombinasi bentuk dasar (trapesium, persegi panjang, garis dan segitiga), serta bentuk rumah Tongkonan dilihat dari depan (segitiga dan segiempat) dan dari samping (menyerupai tanduk kerbau). Gambar 12. Bentuk Rumah Batak Toba & ## Tongkonan Sumber: https://arcadiadesain.com/21-gambar- rumah-adat-batak-toba/; https://www.kibrispdr.org/unduh-26/sketsa- gambar-rumah-adat-toraja.html, diakses November 2023, dengan analisis penulis Hubungan ( Connection ) Rumah Batak Toba dan Tongkonan memiliki hubungan struktural kayu ( rigid frame ) sebagai penahan beban atap dan lantai bangunan. Pondasi kedua bangunan tersebut menggunakan pondasi umpak batu. Rapoport (1990) menyatakan bahwa salah satu faktor pembentuk suatu kearifan lokal ( local genius ) adalah proses dan hubungan konstruksi bangunannya (Gambar 13 dan Gambar 14). Gambar 13. Susunan kolom & pondasi umpak rumah Bolon (Batak Toba) Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Ruma_Bolon, diakses November 2023 Gambar 14. Susunan kolom & pondasi umpak rumah Tongkonan Sumber: Dokumentasi penulis, 2018 Pengelompokan ( Grouping ), Kedekatan ( Proximity ), Kesatuan ( Unity ) dan Variasi ( Variety ) Pengelompokkan bentuk yang jelas keduanya yakni bentuk atap bangunan seperti bentuk perahu, tepatnya bentuk layar perahu. Dari sisi warna bangunan didominasi warna dominan merah dan coklat). Variasi bangunan diwakili oleh ornamen patung dan ukiran (Gambar 15 dan Gambar 16). Gambar 15. Bentuk bangunan rumah Bolon seperti perahu Sumber: Dokumentasi penulis, 2018 Gambar 16. Bentuk bangunan Tongkonan seperti perahu Sumber: Dokumentasi penulis, 2018 Makna ( Meaning ), Simbol ( Symbolism ), Pencitraan ( Imagery ) Pada tampak bangunan rumah Bolon dan Tongkonan, terdapat bentuk dan makna perahu sebagai bagian memori kolektif untuk penghormatan kepada leluhur (Gambar 17 dan Gambar 18). Gambar 17. Bentuk badan dan muka perahu rumah Batak Toba Sumber: SWI Tour, 2022 Gambar 18. Bentuk badan dan muka perahu Rumah Tongkonan Sumber: Dokumentasi penulis, 2018 Pola ( Pattern ) dan Irama ( Rhythm ) Pola dan irama tampak pada motif dan dekorasi bangunan rumah Bolon (Batak Toba) dan Tongkonan. Bentuk, ukuran, maupun tekstur tampak pada satu bangunan. Terjadi pengulangan seperti irama/alunan nada/intonasi nada. Ritme terjadi dengan pengulangan yang dilakukan baik itu struktur (penggunaan jarak kolom, ukuran, dan proporsi), tekstur, warna, dan bentuk. Pengulangan tersebut dapat membentuk sebuah pola duplikasi atau membentuk gerak secara visual. Ritme pada bagian dalam ruangan Tongkonan terlihat pada tatanan jendela dan papan dinding, dengan bentuk ritme jendela (J) - dinding (D) - jendela (J) - dinding (D) - jendela (J)- dinding (D). Tetapi di dalam ritme tersebut terdapat ritme lagi yakni 2-3-3- 2-3-3-2 pada jumlah teralis jendela dan papan dinding (Gambar 19). Gambar 19. Penerapan ritme dan pola di jendela Tongkonan Sumber: Dokumentasi penulis, 2018 Arsitektur dan ekspresi musik sering didefinisikan dalam istilah sama. Ritme menjadi komponen kunci dari kedua aliran artistik. Irama dalam arsitektur berkaitan dengan kejadian teratur (ritmik) dari efek serupa dan serupa. Irama dapat dirasakan melalui rasa gerakan (garis dan bentuk) serta urutan dan pola yang dimasukkan ke dalam solusi desain. Seperti dalam semua prinsip desain, penerapan ritme yang benar dan sensitif harus dikontrol, jangan sampai rasa kekacauan menjadi satu-satunya hasil. Supaya efektif, ritme harus dirasakan melalui penggunaannya yang tepat dan jelas. Pengaruh ritme sebagai prinsip desain dapat memberikan rasa energi yang meningkat atau ditingkatkan relatif terhadap tindakan dalam suatu ruang. Gorga adalah seni ukiran Batak Toba yang memberikan pola dan irama pada tampak bangunan, seperti Barospati (cicak) yang melambangkan melekat dan menyenangkan di mana pun orang Batak berada. Bentuk 8 buah payudara (lambang kesuburan), kepala singa-singa melambangan dewa penjaga dan kewibawaan serta Baringin (pohon beringin) melambangkan kerukunan (Gambar 20). Gambar 20. Makna, simbol, pencitraan pada rumah Bolon Sumber: https://www.kompasiana.com/heriyanto_rantelin o, diakses November 2023 Salah satu seni ukiran Toraja adalah Pa’ssura . Terdapat motif ukiran Pa’tedong berbentuk kepala kerbau (hewan yang sangat bernilai), sebagai lambang kesejahteraan. Pa’bare Allo (matahari sebagai keangungan). Bentuk ayam sebagai lambang kekayaan (Gambar 21). ## Gambar 21. Makna, simbol, pencitraan pada Tongkonan Sumber: Rikyanto et al., 2023 Proporsi ( Proportion ) & Skala ( Scale ) Perbandingan tinggi bangunan Rumah Bolon (Batak Toba) dan Tongkonan dibandingan dengan skala manusia memiliki ukuran hampir sama, yakni: kurang lebih 12 meter atau sekitar 6 kali tinggi manusia dewasa. Hubungan rasio antara elemen desain arsitektur dalam suatu komposisi. Lebih pada perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Proporsi berkaitan dengan dimensi suatu bentuk yakni panjang, lebar dan tinggi. Pada bagian tengah terdapat tangga dan pintu masuk menuju rumah yang berukuran kecil, sehingga orang tidak dapat masuk secara langsung apabila tidak menundukkan kepala dan badannya. Demikian juga dengan ukuran jendela pada rumah adat ini (Gambar 22). Gambar 22. Pintu masuk menuju rumah Tongkonan Sumber: Dokumentasi penulis, 2018 Begitu juga dengan skala arsitektur Batak Toba jika dibandingkan dengan skala manusia, terlihat jelas perbandingan dengan ukuran sangat mencolok. Skala setinggi ini dapat dikategorikan dalam skala monumental dan dapat menjadi emphasis bagi lingkungan sekitar rumah adat itu (Gambar 23 dan Gambar 24). Gambar 23. Skala manusia pada Rumah Batak Toba Sumber: Dokumentasi penulis, 2018 ## Gambar 24. Skala manusia Rumah Tongkonan Sumber: https://makassar.antaranews.com/foto/92727/wis ata-rumah-adat-tongkonan, diakses November 2023 Tabel 4 di bawah merupakan analisis rumah Batak Toba dan Tongkonan berdasarkan faktor-faktor langsung yang terdiri dari iklim, kebutuhan tempat tinggal, material, lokasi dan pertahanan. Tabel 4. Faktor langsung Faktor Langsung Penjelasan Iklim dan kebutuhan tempat tinggal Iklim tropis sangat mempengaruhi bentuk atap bangunan yang cenderung membentuk pola segitiga, sehingga air hujan dapat segera turun ke tanah. Selain kebutuhan tempat tinggal, dibutuhkan juga bangunan lain sebagai penunjang seperti lumbung, tempat pemujaan leluhur, dan dapur. Material, konstruksi dan teknologi Material kayu dan sistem konstruksi lubang/pasak sebagai solusi untuk mengatasi gaya gravitasi bahan bangunan yang umumnya berat dan besar. Ketiganya saling menentukan dan berpengaruh terhadap bentuk bangunan rumah. Lokasi Hal ini dikaitkan dengan ketersediaan sumber kehidupan (air minum, makanan, dan makanan ternak), sehingga umumnya terletak di area aliran sungai atau danau. Pertahanan Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi serangan atau faktor luar, seperti: - Musuh dan binatang buas: dengan meninggikan posisi rumah. - Pertahanan spiritual: dengan menempatkan titik keramat di tempat yang paling tinggi. - Ekonomi: dengan membuat papan anti tikus berbentuk bundar sebelum papan/alas penyimpanan hasil panen (pertemuan tiang atas dengan alas lumbung). Sumber: Analisis penulis, 2023 Tabel 5 di bawah menunjukkan analisis faktor sosial budaya rumah Bolon dan Tongkonan terdiri dari makna rumah, situs dan pilihan. Tabel 5. Faktor sosial budaya Faktor Sosial Budaya Penjelasan Makna rumah Menengah (berkaitan dengan identitas, kekuasaan, status, kekayaan komunal) sampai Tinggi (sangat berkaitan dengan kosmologi, skema budaya, pandangan dunia, refleksi sistem filosofis). Situs dan Pilihan Religius dan kosmologis: (lingkungan dianggap dominan) serta Simbiotik (manusia dan alam berada dalam keadan seimbang dan manusia dianggap sebagai pengelola dan pemelihara alam). Sumber: Analisis penulis, 2023 ## Kesimpulan Prinsip desain arsitektur Batak Toba dan Toraja memiliki hubungan kedekatan prinsip desain sangat kuat. Hal itu didasari oleh nilai-nilai leluhur dan kosmologi sama, yang merupakan memori kolektif dalam waktu yang berlangsung lama. Arsitektur Batak Toba dan Toraja adalah rumah Austronesia, terdiri dari rumah berbentuk panggung (berkolong), terbuat dari bahan kayu dan bambu, berbentuk persegi memanjang ke belakang, atap rumah berupa limasan berstruktur tinggi dan menyempit ke bagian atas, dan terdiri dari 3 pembagian bangunan (kepala/dunia atas, badan/dunia tengah, kaki/dunia bawah). Bentuk memori kolektif Austronesia yang berasal dari bagian dunia utara yang bermigrasi ke selatan dengan menggunakan perahu kayu bercadik dan layar berbentuk segitiga yang terbentuk dalam arsitektur Batak Toba dan Toraja yakni bangunan berkolong, didominasi oleh bentuk atap sebagai penghormatan terhadap leluhur, bentuk atap bangunan seperti bentuk perahu, tepatnya interpretasi bentuk layar perahu, dan keduanya menggunakan kosmologi dunia atas, tengah, dan bawah. Sebuah hal yang sangat wajar ketika terjadi perbedaan perwujudan bentuk atap keduanya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan pola migrasi bangsa Austronesia (utara ke selatan), ke arah barat menuju Sumatera melalui jalur darat dan ke arah timur melalui jalur laut, sesuai dengan kesamaan persepsi dan sensasi yang mereka alami (Gestalt persepsi visual). Perbedaan perwujudan arsitektur merupakan kearifan lokal ( local genius ) berupa kekhasan dalam konstruksi bangunannya (atap, dinding, dan pondasi). Sebuah tempat memiliki arti lebih dari dari sekedar lokasi tetapi mempunyai jiwa ( spirit ) yang muncul dari perbedaan topografi (permukaan tanah) dan kosmologi (sistem kepercayaan dan nilai masyarakat setempat), yang menjadikan identitas. ## Daftar Pustaka Ali, H. (2021, July 7). Teknologi Kapal Austronesia . Kamafib.Wixsite.Com/. https://kamafib.wixsite.com/home/ post/teknologi-kapal-austronesia Dietrich, K. (2005). Architectural Design Elements . https://www.studocu.com/ph/docu ment/university-of-santo- tomaslegazpi/architecture/introduct ion-to-architectural- design/32811104 Due Awe, R. (1989). Analisis Sisa Gajah Dari Kecamatan Tamban, Kabupaten Batola (Kalimantan Selatan): Suatu Pengumuman. Berkala Arkeologi , 10 (2). https://doi.org/10.30883/jba.v10i2. 541 Fireza, D., & Nadia, A. (2020). Kajian Semiotika Ornamen dan Ragam Hias Austronesia pada Arsitektur Tradisional Nusantara. PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi . https://doi.org/10.24164/pw.v9i2.3 38 Khamdevi, M. (2021). The Characteristics Linkage Among Austronesian Houses. AMERTA . https://doi.org/10.24832/amt.v39i2. 147-162 Koffka, K. (2013). Principles of gestalt psychology. In Principles of Gestalt Psychology (First Edition). Routledge. https://doi.org/10.4324/978131500 9292 Kusuma, T. A. B. N. S., & Damai, A. H. (2019). Perkembangan Kebudayaan Austronesia di Kawasan Asia Tenggara dan Sekitarnya (The Development of Austronesian Culture in Southeast Asia and Adjacent Areas). Naditira Widya . https://doi.org/10.24832/nw.v13i2. 320 Nawadisa, N. (2023, November 14). Mengungkap Kisah Migrasi Manusia dan Hewan Purba pada Masa Pleistosen di Museum Sribaduga . Kompasiana.Com. https://www.kompasiana.com/nwds ninditasari/65527073110fce266f2f 9aa2/perjalanan-melewati-waktu- dan-budaya-mengungkap-kisah- migrasi-manusia-dan-hewan-purba- pada-masa-pleistosen-di-museum- sribaduga?page=all#section1 Noble, A. (2009). Traditional Buildings: A Global Survey of Structural Forms and Cultural Functions . I.B. Tauris & Company Limited. Rapoport, A. (1969). House Form and Culture. Prentice-Hall. Rapoport, A. (1990). The Meaning of the Built Environment: A Nonverbal Communication Approach . University of Arizona Press. Rikyanto, R., Maximillian, A., & Darmayanti, T. E. (2023). Filosofi Tallu Lolona sebagai Ide Implementasi Perancangan Interior. Jurnal Desain , 10 (3). https://doi.org/10.30998/jd.v10i3.1 4959 Sato, K. (1991). To Dwell in the Granary: The Origin of the Pile-Dwellings in The Pasific. Antropologi Indonesia , 49 , 31–47. Simalango, S. Y. (2023, June 13). Suku Batak Toba . Https://Medium.Com/@sriyuliasim alango/Suku-Batak-Toba- B612104fd41d. https://medium.com/@sriyuliasima lango/suku-batak-toba- b612104fd41d SWI Tour. (2022, September 15). 10 Rumah Adat Sumatera Utara & Batak, Macam-macam Rumah Tradisional di Sumatera Utara . Https://Www.Switour.Com/Rumah -Adat-Sumatera-Utara/. https://www.switour.com/rumah- adat-sumatera-utara/ Tjahjono, G. (1999). Arsitektur: Indonesian Heritage, Buku antar Bangsa (Vol. 6). Archipelago Press. Wulandari, T. (2021, September 23). Jalur Barat Bangsa Deutro Melayu ke Indonesia, Ini Wilayahnya . Https://Www.Detik.Com/Edu/Deti kpedia/d-5736697/Jalur-Barat- Bangsa-Deutro-Melayu-Ke- Indonesia-Ini-Wilayahnya. https://www.detik.com/edu/detikpe dia/d-5736697/jalur-barat-bangsa- deutro-melayu-ke-indonesia-ini- wilayahnya
29ccccb1-7feb-4b93-8f54-08774e66ff3a
https://ejurnal.stikespantikosala.ac.id/index.php/kjik/article/download/163/123
## ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN INISIASI MENYUSU DINI Warsini 1 , Yunistya Kusuma Wardani 2 ## Abstract Background: IMD means the start of breastfeeding in the first hour after the baby is born. The implementation of IMD helps reduce poverty, reduce hunger and reduce child mortality. Although the benefits are very large, the coverage is still not optimal, which is less than the target of Healthy Indonesia 2010 at 80%. Objective: To find out what factors can influence the success of IMD in Kedunglumbu Village, Surakarta City. Subjects and Methods: Type of observational analytic study with crossectional design. The population of this study is mothers who have children aged 0-6 months in the Kedunglumbu area of Surakarta City in December 2018 to January 2019 with 32 being taken using saturated sampling techniques. Research Results: Most mothers were 29 years old, 5 mothers (15.6%), most of the mother's education levels were graduating from high school, as many as 27 mothers (44%), most of the mother's answer scores showed a good level of knowledge as many as 31 mothers ( 96.9%), most of the mothers did not work (IRT) as many as 16 mothers (50%), most of the mothers did not succeed in implementing IMD as many as 17 mothers (53.1%). The results of the analysis by Chi Square test showed that there was no relationship between the support of health workers and the success of IMD (p = 0.190), there was no relationship between family support and the success of IMD (p = 0.190), and there was no educational relationship with success in IMD (p = 0.340). Conclusion: There is no relationship between health worker support and the success of IMD (p = 0.190), there is no relationship between family support and the success of IMD (p = 0.190), and there is no educational relationship with the success of IMD (p = 0.340). Keywords : IMD, support, health personnel, family, education PENDAHULUAN IMD (Inisiasi Menyusu Dini) merupakan peristiwa yang penting dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. Menurut Astuti, et al . (2015 : 163), IMD memiliki arti permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Pelaksanaan IMD membantu mengurangi kemiskinan, mengurangi kelaparan dan mengurangi angka kematian anak balita (Roesli, 2008 : 32). Bayi yang diberi kesempatan IMD mendapatkan manfaat dari ASI kolostrum (The gift of life) lebih dulu dari pada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum merupakan ASI istimewa bagi daya tahan tubuh dan penting bagi kelangsungan hidup bayi (Roesli, 2008 : 14). IMD mempunyai manfaat untuk ibu dan bayi yaitu mendekatkan ikatan kasih sayang (bonding) , bagi ibu IMD dapat membuat rahim ke ukuran semula, meredakan ketegangan dan stres, IMD dapat menyelamatkan nyawa bayi (Adiningrum, 2014 : 23). Meskipun manfaat pelaksanaan IMD sangat besar, tetapi cakupan bayi yang diberi kesempatan IMD belum optimal. Pelaksanaan IMD di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 adalah 34%, padahal target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%. Sedangkan di Kota Surakarta menunjukkan 30,6% pada tahun 2009, dan tahun 2013 mengalami peningkatan 55,78% akan tetapi masih jauh dari standar 80% (Indramukti, 2013 : 3). Demikian juga di Kedunglumbu yang ada di Kota Surakarta, pada survei awal yang dilakukan peneliti didampingi bidan kampung Kedunglumbu ditemukan 32 ibu yang mempunyai anak usia 0 – 6 bulan. Peneliti melakukan wawancara pada 10 ibu, ternyata hanya 3 ibu yang melaksanakan IMD. Hal ini mengindikasikan bahwa cakupan IMD di Kampung Kedunglumbu Kota Surakarta belum optimal. Menurut penelitian Widiastuti, Rejeki dan Khamidah (2013), IMD dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pengaruh pengetahuan perawat dan bidan terhadap pelaksanaan IMD, pengaruh sikap perawat dan bidan terhadap pelaksanaan IMD dan pengaruh pengalaman perawat maupun bidan terhadap pelaksanaan IMD. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Noer, Fatimah dan Aruben (2011) faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini adalah pengetahuan dan motivasi ibu untuk melakukan praktik IMD, pengetahuan para ibu yang kurang mengenai IMD, kurangnya informasi yang cukup dari penyedia fasilitas kesehatan saat pemeriksaan kehamilan dan informasi dari media massa. Menurut Rosita (2008 : 109), faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD adalah dukungan tenaga kesehatan, dukungan anggota keluarga, pendidikan dan pengetahuan ibu. Pencapaian pemberian IMD di Kampung Kedunglumbu Kota Surakarta yang belum optimal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, akan tetapi belum pernah diteliti sebelumnya. Melihat fenomena di atas, maka peneliti memandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD di Kampung Kedunglumbu Kota Surakarta. ## TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan IMD di Kampung Kedunglumbu Kota Surakarta. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain korelasi untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD. ## POPULASI, SAMPEL DAN TEKNIK SAMPLING Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan di wilayah Kedunglumbu Kota Surakarta pada bulan Desember 2018 sampai Januari 2019 sejumlah 32 sehingga seluruh populasi merupakan sampel yang diambil menggunakan teknik purposive . ## HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik n % Umur Ibu (tahun) 20 - 25 7 21,9 26 - 30 11 34,4 31 - 35 10 31.3 > 35 4 12,4 Tingkat Pendidikan D3 4 12,5 SMA 27 84,4 SMP 1 3,1 Jenis Pekerjaan Swasta 1 3,1 Wiraswasta 14 43,8 PNS 1 3,1 IRT 16 50 Keberhasilan IMD Ya 15 46,9 Tidak 17 53,1 Dari tabel 1 diketahui bahwa : 1. Umur ibu berkisar antara 20 sampai > 35 tahun (38 tahun) dengan umur ibu terbanyak adalah 29 tahun yaitu 5 ibu (15,6%). 2. Pendidikan terakhir ibu bervariasi dari lulus SMP sampai Diploma 3 dan dikategorikan menjadi 2 yaitu tingkat pendidikan rendah jika pendidikan terakhir adalah SD sampai dengan SMP dan tingkat pendidikan tinggi jika pendidikan terakhir adalah SMA, Diploma dan Sarjana. Sebagian besar tingkat pendidikan ibu adalah lulus SMA yaitu sebanyak 27 ibu (44%) dan paling sedikit adalah lulus SMP yaitu 1 ibu (3,1%). 3. Pekerjaan ibu bervariasi dan dikategorikan menjadi 2 yaitu bekerja dan tidak bekerja. Dikatakan bekerja jika ibu memiliki pekerjaan di luar rumah seperti pegawai swasta, PNS dan wiraswasta dan dikatakan tidak bekerja jika mempunyai peran sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Sebagian besar ibu tidak bekerja (IRT) yaitu sebanyak 16 ibu (50%) dan hanya 1 ibu yang merupakan PNS (3,1%) dan 1 ibu (3,1%) yang bekerja swasta sedangkan 14 (ibu 14,8%) bekerja sebagai wiraswasta. 4. Keberhasilan IMD diketahui dari kuesioner dan buku regester persalinan. Keberhasilan IMD pada bayi dikategorikan menjadi 2 yaitu berhasil dan tidak berhasil. Sebagian besar ibu tidak berhasil melakukan IMD yaitu sebanyak 17 ibu (53,1%) dan 15 ibu yang berhasil melakukan IMD (46,9%). Tabel 2. Tabulasi Silang Variabel Variabel Keberhasilan IMD p Berhasil Tidak Dukungan Tenakes Ya 14 13 0,19 0 Tidak 1 4 Dukungan keluarga Ya 14 13 0,19 0 Tidak 1 4 Pendidikan Rendah 0 1 0,34 0 Tinggi 15 16 Dari tabel 2 diketahui tidak terdapat hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan IMD ( p = 0,190), tidak terdapat hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan IMD ( p = 0,190) dan tidak terdapat hubungan pendidikan dengan keberhasilan IMD ( p = 0,340). ## PEMBAHASAN Berdasarkan karakteristik responden penelitian diketahui bahwa usia ibu mayoritas adalah 29 tahun yaitu sebanyak 5 ibu (5,6%), dimana menurut BKKBN (2014) usia yang paling aman untuk melangsungkan kehamilan adalah 20 – 35 tahun sehingga seiring dengan himbauan dari BKKBN tersebut maka sebagian besar ibu yang mempunyai bayi termasuk dalam rentang kategori usia tersebut. Dan himbauan ini diperkuat dengan hasil penelitian menurut Yensi sebagaimana dikutip oleh Wahyuni dan Riyanti (2018) di ruang cempaka RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya bahwa dari 226 ibu bersalin di atas usia 35 tahun, sebanyak 125 orang (55,3%) memiliki riwayat kehamilan yang tidak normal. Hal ini menguatkan teori menurut Manuaba (2007) bahwa jika seorang ibu mempunyai kehamilan berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mempunyai resiko yang kurang menguntungkan baik bagi bayi dan pada usia 20 – 35 tahun seorang ibu telah benar-benar siap untuk mempunyai anak baik secara anatomi maupun secara fisiologi. Dilihat dari karakteristik pendidikan ibu menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan ibu adalah SMA yaitu sebanyak 27 ibu (44%), dimana hal ini menunjukkan bahwa himbauan Pemerintah berupaya untuk meningkatkan taraf hidup melalui sektor pendidikan bagi setiap warga negaranya sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 sebagaimana dikutip oleh Saidah (2016), yang menyatakan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Program Pemerintah tersebut yaitu pendidikan dasar wajib bagi setiap warga negara adalah adalah 9 tahun yang dapat diasumsikan pendidikan sampai tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama). Maka dalam penelitian ini hanya ditemukan 1 ibu saja dengan tingkat pendidikan lulus SMP. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu menurut hasil penelitian ini adalah tinggi yaitu sebanyak 9 ibu (28,1%) yang mendapatkan skor benar 17 sehingga mendapatkan nilai 85 dengan kategori pengetahuan tinggi. Tingkat pengetahuan yang tinggi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain banyaknya informasi di media elektronik dan cetak yang menjelaskan tentang IMD dan gencarnya petugas kesehatan di daerah-daerah yang mempromosikan tentang IMD. Selain itu mayoritas ibu yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi turut mendukung tingkat pengetahuan ibu karena menurut Notoatmojo (2010) menyatakan dengan semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah dalam menerima informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku orang tersebut. Berdasarkan pekerjaan maka sebagian besar ibu merupakan ibu yang tidak bekerja dengan status Ibu Rumah Tangga (IRT), yaitu sebanyak 16 (50%). Hal ini dipengaruhi oleh budaya setempat bahwa wanita akan lebih baik jika berada di rumah dan mengurusi rumah tangga dan anggapan ini diperkuat dengan kenyataan bahwa dengan bekerja maka akan menghabiskan sebagian waktu di luar rumah sedangkan dengan adanya bayi atau anak maka menuntut waktu yang lebih banyak dari para ibu sehingga banyak dari ibu yang memilih untuk tidak bekerja karena menurut Haryono dan Setianingsih (2014) tidak mudah bagi seorang ibu yang harus merawat bayinya meskipun hal ini bukan merupakan suatu pekerjaan akan tetapi cukup menyita banyak waktu ibu. Meskipun demikian masih banyak pula ibu yang bekerja yaitu 16 (50%) karena pada hakekatnya bekerja adalah sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah dan tidak dapat dipungkiri pula dengan adanya bayi akan meningkatkan pembiayaan dalam sebuah keluarga. Berdasarkan tingkat keberhasilan IMD maka diketahui sebagian besar ibu tidak berhasil melaksanakan IMD yaitu 17 (53,1%). Meskipun IMD merupakan program pemerintah tetapi capaian angka keberhasilannya belum sesuai dengan harapan, dimana hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain adalah kondisi ibu seperti pada tindakan operasi sectio caesarea (SC) yang mendapatkan anastesi total ataupun pada keadaan kegawatan ibu maupun bayi. Hal ini seperti hasil penelitian Lestari, Zuraida dan Larasati (2013) di Kelurahan Fajar Bulan Kabupaten Lampung Barat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang termasuk dalam pelaksanaan IMD yang dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif sehingga menyebabkan angka keberhasilan IMD dan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih belum optimal. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan IMD ( p = 0,190). Sebagaimana diketahui bahwa pada saat melahirkan memang petugas kesehatan yang selalu mendampingi ibu dan disaat itulah peran petugas kesehatan dalam mendukung pelaksanaan IMD. Hal ini berbeda dengan yang dikutip oleh Fretti, et al. (2012) menyebutkan bahwa petugas kesehatan tidak dapat bertindak sendiri dalam kegiatan IMD, banyak faktor yang dapat menciptakan peluang terlaksananya IMD antara lain kesediaan ibu bersalin, suami, keluarga, niat serta norma yang berlaku dimana semua hal tersebut akan mempengaruhi secara langsung pada perilaku ibu. Apalagi secara fisiologi ibu yang sedang melahirkan akan mengalami pembukaan mulut rahim melalui kontraksi otot uterus yang kontinyu dimana akibat kontraksi ini para ibu akan mengalami nyeri persalinan. Hasil penelitian oleh Maria, et al (2015) menunjukkan bahwa sebagian besar pasien yang melahirkan termasuk yang melalui SC mengalami nyeri dengan intensitas 4-7, dimana rasa nyari tersebut terkadang tidak tertahankan karena ambang nyeri seseorang yang bervariasi dan situasi yang tidak nyaman tersebut akan mempengaruhi perilaku ibu terkait dengan pelaksanaan IMD. Hal ini dapat dipahami bahwa saat ibu bersalin merasakan nyeri maka ibu hanya akan berfokus pada upaya mengurangi nyeri sehingga mengesampingkan upaya pelaksanaan IMD. Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian oleh Hidayat (2012) dengan hasil bahwa sarana dan petugas kesehatan berpengaruh pada keberhasilan IMD. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian oleh Mesra, Rumdasih dan Fauziah (2013) yang juga menyebutkan bahwa dukungan petugas kesehatan mempengaruhi keberhasilan IMD, serta penelitian oleh Lestari di Klinik Bersalin Asih Waluyo Jati Yogyakarta yang menunjukkan bahwa dukungan petugas kesehatan akan mempengaruhi keberhasilan IMD. Hasil analisis bivariat juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan IMD ( p = 0,190). Meskipun keluarga merupakan orang terdekat tetapi dukungan dari keluarga saja ternyata tidak dapat menjamin terlaksananya IMD. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan IMD, seperti telah dikutip dalam Fretti, et al . (2012) yang menyebutkan bahwa selain dukungan keluarga masih terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan IMD, antara lain kesediaan ibu bersalin, niat serta norma yang berlaku dimana semua hal tersebut akan berpengaruh secara langsung terhadap perilaku ibu. Hasil penelitian ini sejalan dengan Issyaputri (2012) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan keberhasilan IMD di RSIA Siti Fatimah Makasar. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat hubungan pendidikan dengan keberhasilan IMD ( p = 0,340). Secara umum maka semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin mudah bagi seseorang untuk menerima segala informasi yang akan mempengaruhi perilaku seseorang tersebut yang dalam penelitian ini adalah pelaksanaan IMD. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah (Waryana, 2016). IMD (Inisiasi Menyusu Dini) merupakan program yang digalakkan pemerintah dalam rangka meningkatkan upaya pencapaian pemberian ASI Eksklusif. Secara teori ibu dengan tingkat pendidikan tinggi akan mempengaruhi ibu untuk melaksanakan IMD tetapi hasil pada penelitian ini tidak menemukan pengaruh tersebut. Pelaksanaan IMD memang tidak mudah mengingat kegiatan ini dilakukan pada saat ibu tengah melahirkan dan berada pada masa kesakitan akibat proses melahirkan. ## KESIMPULAN Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan dukungan tenaga kesehatan dengan keberhasilan IMD ( p = 0,190), tidak terdapat hubungan dukungan keluarga dengan keberhasilan IMD ( p = 0,190) dan tidak terdapat hubungan pendidikan dengan keberhasilan IMD ( p = 0,340). ## SARAN 1. Bagi masyarakat disarankan untuk selalu aktif dalam mengikuti program-program Pemerintah yaitu IMD dalam meningkatkan pemberian ASI Eksklusif. 2. Bagi tenaga tenaga kesehatan disarankan untuk selalu memberikan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi tentang pelaksanaan IMD pada setiap ibu yang akan melahirkan. ## DAFTAR PUSTAKA Adiningrum, Hapsari. 2014. Buku Pintar ASI Eksklusif . Salsabila Pustaka Alkautsar Group, Jakarta. Astuti, Sri, et al. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Erlangga, Jakarta. BKKBN. 2014. Reproduksi Sehat Sejahtera Remaja . Menteri Negara BKKBN, Jakarta. Fretty, et al. 2012. Faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Kegiatan Inisiasi Menyusu Dinidi Wilayah Kerja Puskesmas Onah HasangKecamatan PahaeJulu Kabupaten Tapanulu Utara. http://download.portalgaruda.o rg/article=13133&val=4108. Diakses 10 Januari 2019. Haryono, R. dan S. Setianingsih. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda . Gosyen Publishing, Yogyakarta. Hidayat, K. A. 2012. Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu DiniBerdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil. Skripsi. Universitas Diponegoro, Semarang. Indramukti, Fifi. 2013. Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Insiasi Menyusu Dini (IMD) pada Ibu Pasca Bersalin Normal di Wilayah Kerja Puskesmas Blado I. Unnes Jurnal Of Public Health . Vol. 1. Semarang. http://journal.unnes.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017. Issyaputri, A. F. 2012. Faktor yang Berhubungan dengan Ibu Melakukan Inisisasi Menyusu Dini (IMD) di RSIA Siti Fatimah Makasar Tahun 2011. The Indonesian Journal of Public Health. Volume 8 Nomor 4. FKM Universitas Hasanudin, Makasar. Lestari, D., R. Zuraida, dan T.A. Larasati. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan . Medical Journal of Lampung University . Volume 2 No. 4. FK Universitas Lampung, Lampung. Manuaba, I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. EGC, Jakarta. Maria, et al. 2015. Pengaruh Terapi Guided Imagery and Music (GIM) terhadap Skala Nyeri Luka Pasien Post Operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD Ende . http://ejournal.unsrat.ac.id. Diakses 12 Januari 2019 Mesra, E., J. Rumdasih dan Fauziah. 2013. Pengetahuan Inisiasi Menyusu Dini Berpengaruh terhadap Proses Laktasi. http://ejurnal.poltekkesjakarta3 .ac.id. Diakses 11 Januari 2019. Noer, E. R., S. Fatimah dan R. Aruben. 2011. “Praktik Insiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI Eksklusif pada Dua Puskesmas Kota Semarang”. Media Medika Indonesia . Semarang. http://ejournal.undip.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017. Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan & Ilmu Prilaku. Rineka Cipta, Jakarta. Wahyuni, S. dan Riyanti. 2018. Perbedaan Luaran Maternal dan Perinatalpada Ibu Bersalin Usia Reproduksi Sehat dan Usia Berisiko. Jurnal Kesehatan . Volume 9 Nomor 1. http://ejurnal.poltekkes- tjk.ac.id/indek.php/JK. Diakses 12 Januari 2019. Roesli, Utami. 2008. Insiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif . Pustaka Bunda, Jakarta. Rosita, Syarifah. 2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Ayyana Mangunnegaran, Yogyakarta. Saidah, U. H. 2016. Pengantar Pendidikan Telaah Pendidikan Secara Global dan Nasional . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Waryana. 2016. Promosi Kesehatan Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat. Nuha Medika, Yogyakarta. Widiastuti, Y. P., S. Rejeki dan N. Khadimah. 2013. “Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Insiasi Menyusu Dini di Ruang Mawar”. Jurnal Keperawatan Maternitas . Vol. 1. Kendal. http://jurnal.unimus.ac.id. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017. 1 Dosen Akper Panti Kosala Surakarta 2 Mahasiswa Akper Panti Kosala Surakarta
12efae48-4240-488e-a5de-48784da8e7bd
https://www.ejurnal.itsi.ac.id/index.php/JAE/article/download/77/77
Agro Estate , 5 (1) Juni 2021 ISSN : 2580-0957 (Cetak) ISSN : 2656-4815 (Online) ## AGRO ESTATE Jurnal Budidaya Perkebunan Kelapa Sawit dan Karet Available online https: //ejurnal.stipap.ac.id/index.php/JAE ## PENGARUH PENGGUNAAN BIOCHAR BIOMASSA KELAPA SAWIT TERHADAP AKTIVITAS MIKROORGANISME PADA TANAH ULTISOL ## EFFECT OF PALM OIL BIOMASS BIOCHAR ON MICROORGANISM ACTIVITY IN ULTISOL SOIL Hidayat B (1) , Nurul A Lubis (2) , T. Sabrina (3) 1,2,3 , Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan 20155 ## Corresponding Author : [email protected] ## Abstrak Biologi tanah merupakan sifat yang mencerminkan kehidupan di dalam tanah. Organisme tanah menjadi indikator kesuburan tanah yang nyata dalam biologi tanah. Keadaan tanah mempengaruhi kehidupan yang ada di dalam tanah. Kehidupan di dalam tanah sangat di pengaruhi oleh status karbon dalam tanah, dan biochar merupakan bentuk karbon organik yang menjadi simpanan karbon pada masa yang lama. Biochar sendiri merupakan bahan organik dari proses pembakaran dengan suhu yang tinggi dan diharapkan menjadi rumah simpanan unsur karbon. Aktivitas dari mikrooreganisme tanah juga sangat bergantung pada keberadaan karbon sebagai sumber makanannya. Dari waktu ke waktu industri kelapa sawit terus berkembang dan melaju pesat terutama dalam menghasilkan minyak kelapa sawit. Dalam proses menjadi minyak kelapa sawit sangat banyak hasil samping yang berbentuk biomassa yang belum dimanfaatkan secara maksimal. Sehingga salah satu pemanfaatan dari biomassa kelapa sawit adalah dengan menjadikannya sebagai biochar. Biochar dari biomassa kelapa sawit sampai saat ini masi sangat jarang digunakan. Biomassa kelapa sawit jika dijadikan biochar bisa menjadi sumber karbon yang dapat dikembalikan lagi ke lahan kelapa sawit, sehingga dapat berkelanjutan. Tulisan ini bertujuan untuk mengali potensi biomassa kelapa sawit sebagai biochar untuk kehidupan di dalam tanah, pengaruhnya terhadap aktivitas mikroorganisme dalam tanah, karena akan berpotensi menjaga kestabilan kesuburan tanah untuk masa yang lama. Kata kunci : Biochar biomassa kelapa sawit, aktivitas mikroorganeisme, kesuburan tanah. ## Abstract Soil biology is a trait that reflects life in the soil. Soil organisms become a real indicator of soil fertility in soil biology. The state of the soil affects the life that is in the soil. Life in the soil is strongly influenced by the status of carbon in the soil, and biochar is a form of organic carbon that became a carbon store for a long time. Biochar itself is an organic material from the combustion process with high temperatures and is expected to be a storehouse of carbon elements. The activity of soil microoreganism also relies heavily on the presence of carbon as its food source. Over time the palm oil industry continues to grow and accelerate, especially in producing palm oil. In the process of becoming palm oil is very much a by-products in the form of biomass that has not been utilized to the maximum. So one of the uses of oil palm biomass is to make it as a biochar. Biochar from palm oil biomass to date is very rarely used. Palm oil biomass if used as biochar can be a source of carbon that can be returned to oil palm land, so that it can be sustainable. This paper aims to multiply the potential of oil palm biomass as a biochar for life in the soil, its influence on the activity of microorganisms in the soil, because it will potentially maintain the stability of soil fertility for a long time. Keywords: Biochar biomass of oil palm, activity of microorganisms, soil fertility. How to cite : Hidayat, B., Lubis, N.A., & Sabrina, T. (2021). Pengaruh Penggunaan Biochar Biomassa Kelapa Sawit Terhadap Aktivitas Mikroorganisme Pada Tanah Ultisol. Jurnal Agro Estate Vol.5(1) : 14-24. ## PENDAHULUAN Produksi total kelapa sawit di Asia Tenggara terus meningkat terutama di Indonesia. Proses untuk menjadi CPO melewati sejumlah proses dimulai dari penganbilan tandan buah segar (TBS) di areal perkebunan hingga masuk kedalam pabrik produksi. Tentunya dalam proses tersebut menghasilkan limbah berbeda seperti meliputi batang pohon, daun, tandan kosong kelapa sawit (TKKS), Palm Oil Mill Sludge (POMS), Palm Kernel Cake (PKC), serat buah, dan cangkang kelapa sawit Dalam proses produksi minyak sawit (Embrandiri, et al., 2013). Indonesia sendiri mengandalkan industry kelapa sawit untuk menyokong perekonomian, oleh karena itu kelapa sawit menjadi salah satu sumber penghasil devisa dari ekspor sektor pertanian. Pada setiap pemanenan kelapa sawit sekitar 25 persen dari hasil pemanenan adalah biomassa yang dapat dikembalikan ke lapangan sebagai bahan organik yang kaya akan hara, yang dapat dikembalikan lagi kelahan yang kurang subur di perkebunan. Pengolaan tersebut dapat dilakukan oleh pihak kebuh sendiri, dan bekerja sama dengan petani untuk meningkatkan produktivitas petani (Sudrajat, 2020). Salah satu teknik pengolaan biomassa kelapa sawit adalah dengan membuat biochar. Biochar dilaporkan dapat memperbaiki aspek fisik tanah diantaranya dapat menurunkan bulk density dan soil strength serta meningkatkan porositas dan kadar air tanah. Aspek kimia, biochar mampu menekan Al dan Fe serta meningkatkan bahan organik (Ichriani et al , 2018). Penyediaan habitat yang baik bagi mikroba tanah meningkatkan aktivitas biota di dalam tanah dan mengurangi pencemaran (Maftu'ah dan Nursyamsi, 2015; Santi dan Goenadi, 2012). Karaktersitik dan kualitas biochar sangat tergantung pada proses pembuatan (pirolisis), bahan baku atau biomassa yang digunakan dan penanganan setelah proses pembuatannya. Ada beberapa metode pembuatan biochar yaitu mulai dari metode secara manual, metode kiln, dan metode Retort. Masing masing metode memiliki keunggulan dan penggunaannya bisa disesuaikan dengan biomassanya (Prasetiyo, 2020; Hidayat et al , 2018). Pemamfaatan limbah pertanian menjadi biochar merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan limbah – limbah tersebut menjadi berguna jika dikembalikan lagi ke dalam tanah terutama pada tanah yang memiliki banyak permasalahan seperti pada tanah ultisol (Rauf et al , 2020). Penggunan biochar sebagai strategi yang dapat digunakan untuk mengelola biota tanah. Penggunaan biochar menjadi penting karena kesehatan dan keanekaragaman populasi mikroba tanah sangat penting bagi fungsi tanah dan jasa ekosistem, yang berimplikasi pada struktur dan stabilitas tanah, siklus hara, aerasi, efisiensi penggunaan air, ketahanan penyakit. , dan kapasitas penyimpanan C (Lehmann et al , 2011). Biochar Sebagai Sumber Karbon ## Organik Istilah 'biochar' mengacu pada karbon hitam yang dibentuk oleh pirolisis biomassa yaitu dengan memanaskan biomassa di lingkungan bebas oksigen atau rendah oksigen sehingga tidak (atau hanya sebagian) terbakar. Salah satu contoh dari biochar adalah arang tradisional yang diproduksi dari kayu. Namun, istilah 'biochar' jauh lebih luas dari ini, mencakup karbon hitam yang dihasilkan dari bahan baku biomassa apa pun. Penggunaan biochar sebagai pembenah tanah telah diusulkan sebagai cara untuk mengurangi perubahan iklim antropogenik sekaligus meningkatkan kesuburan tanah (Woolf, 2008). Biochar dibuat dengan konversi termokimia bahan organik terutama untuk digunakan sebagai bahan amandemen tanah. Pirolisis mengubah senyawa organik menjadi tiga fraksi - yang terdiri dari cincin aromatik terkondensasi, yang dapat disimpan dalam jangka panjang di dalam tanah, penggunaan biochar lainnya digunakan untuk pembangkit energi: bio- oil cair dan gas (syngas) (Bettendorf et al , 2015). Menurut Balai Penelitian Tanah (2019) Pembakaran tidak sempurna dapat dilakukan dengan alat pembakaran atau pirolisator dengan suhu 250-350 o C selama 1- 3,5 jam, bergantung pada jenis biomas dan alat pembakaran yang digunakan. Metode pirolisis merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh asap cair. Pirolisis adalah sebuah proses dekomposisi material oleh suhu. Proses pirolisis dimulai pada suhu tinggi dan tanpa kehadiran O 2 (Ferbiyanti et al , 2019). Proses pirolisis berlangsung proses perombakan bahan baku yang diawali dengan penguapan H 2 O selanjutnya terjadi perombakan hemiselulosa pada suhu 220–315 ºC, selulosa pada suhu 315–400 ºC, dan lignin pada suhu di atas 400 ºC proses ini disebut dekomposisi termal. Pada suhu pirolisis 250 ºC hanya kandungan hemiselulosa dari bahan baku yang mengalami dekomposisi termal sedangkan pada suhu pirolisis 350 ºC kandungan hemiselulosa dan selulosa dari bahan baku telah terdekomposisi (Septiana, 2017). Sifat bahan biochar sangat berbeda dengan bahan organik yang tidak melalui proses pembakaran di dalam tanah. persediaan carbon biochar lebih cepat dari pada bahan organik lainnya. Bahan organik lainnya dalam meyediakan carbon diketahui dapat berubah seiring waktu karena proses pelapukan, interaksi dengan mineral tanah dan bahan organik, serta oksidasi oleh mikroorganisme di dalam tanah (Septiana, 2017). Komposisi biochar secara umum dapat dibagi menjadi C yang relatif rekalsitran, C labil atau dapat larut dan abu. Perbedaan kimia terbesar antara biochar dan bahan organik lainnya adalah proporsi C aromatik yang jauh lebih besar dan, khususnya, terjadinya struktur C aromatik yang menyatu (Lehmann et al , 2011). Biochar merupakan bahan organik karena pada biochar masih ditemukan asam organik berupa fenolik, asam karboksilat, Ether dan lainya, dan cicin aromatik karbon memastikan bahwa karbon biochar dapat bertahan lama, hal ini dapat diketahui dengan menggunakan analisis FTIR. Untuk mengetahui kandungan kelompok fungsional dalam biochar dapat dilihat menggunakan alat Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), yaitu dengan menembakkan energi dalam bentuk cahaya inframerah yang menyebabkan molekul bergetar di mana besarnya energi getaran dari setiap komponen berbeda tergantung pada atom dan kekuatan ikatan molekul (Hidayat el al ., 2018) Menurut Hidayat et al (2018), asam asam organik yg terbentuk karena proses pirolisis bahan organik memastikan bahwa biochar merupakan karbon organik bukan anorganik. Sumber: Hidayat et a l., 2018 Gambar 1. Hasil FTIR tandan kosong kelapa sawit dan beberapa jenis biomassa lainnya Berdasarkan Gambar 1 menjelaskan: - Biochar tandan kosong kelapa sawit bertanda garis biru dan terdapat dua tanda kotak yang yaitu kotak A menyatakan daerah frekuensi cincin aromatik dan kotak B menjelaskan derah frekuensi Alkohol, Eter, Asam Karboksilat dan Ester. - Pada kotak A diketahui frekuensi gelombang cincin aromatik dari tandan kosong kelapa sawit adalah 1586,2 yang menurut dari tabel Principle of Instrumental Analysis Skoog, Holan, Nieman (1998) cincin aromatic d idaerah frekuensi 1500-1600 memiliki insentitas berubah-ubah yang artinya Biochar TTKS dapat mempertahankan karbon yang terikat dengan kuat. - Pada kotak B diketahui frekuensi gelombang dari Alkohol, Eter, Asam Karboksilat dan Ester tandan kosong kelapa sawit adalah 1089,1 yang menurut dari tabel Pprinciple of Instrumental Analysis Skoog, Holan, Nieman (1998) bagi di daerah frekuensi 1050 – 1300 Alkohol, Eter, Asam Karboksilat dan Ester memiliki insentitas kuat yang artinya Biochar TTKS termasuk bahan organik karena terdapat asam organik di dalamnya. ## Biochar dari Biomassa Kelapa Sawit Penggunaan biomassa saat ini sudah banyak dilakukan untuk keberlanjutan ekosistem seperti biomassa kelapa sawit sudah banyak menjadi perhatian dan pengelolaannya. Konversi biomassa dapat dilakukan dengan beberapa proses. Proses yang biasa digunakan adalah densifikasi, karbonisasi, gasifikasi, penguraian anaerobik, dan pirolisis. Potensi biomassa paling besar di Indonesia khususnya dari limbah padat produksi minyak sawit seperti tandan kosong kelapa sawit (TKKS), cangkang sawit, serat kelapa sawit dan pelepah sawit (Kusumaningrum dan Munawar, 2014). Pembuatan biochar dengan bahan baku dari tanaman kelapa sawit merupakan salah satu solusi dalam dalam pemanfaatan limbah kelapa sawit tersebut. Salah satu cara untuk mengolah kembali biomassa yang terbuang tersebut adalah dengan membuat limbah tersebut menjadi biochar. Pemanfaatan bahan organik berupa biochar juga diketahui dapat meningkatkan kesuburan kimiawi, fisik, dan biologis tanah. Di dalam penelitiannya Rauf , et al (2020) yang menyatakan bahwa pemberian biochar dari biomassa kelapa sawit dapat mempengauhi keadaan sifat fisik tanah seperti dalam porositas pemberian biochar dari beberapa jenis bahan baku mampu meningkatkan secara nyata porositas tanah pada perlakuan BP (Biochar pelepah kelpa sawit), BT (biochartandan kosong kelapa sawit). Untuk melihat kemampuan tanah yang ditambahkan biochar dari biomassa kelapa sawit dalam menahan air, maka penelitian Rauf et al (2020) mendapatkan air tersedia tertinggi pada perlakuan BT (Biochar Tandan Kosong Kelapa Sawit) sebesar 4,99% sedangkan untuk nilai air tersedia terendah terjadi pada perlakuan BP (Biochar Pelepah Kelapa Sawit) sebesar 4,14 %. Salah satu faktor yang mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah adalah tekstur tanah. Tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam meretensi air. Biochar cangkang k elapa sawit memiliki kemampuan menyerap air yang tinggi hingga > 50% volume (Rauf et al ., 2020). Pemberian biochar biomassa kelapa sawit juga dapat membantu menaikkan pH yang masam dengan melepaskan kation basa dari biochar. Pada perlakuan biochar yang sudah diaplikasikan ke tanah ultisol selama 30 hari menunjukan baahwa pemberian biochar sekam padi menunjukkan peningkatan sebesar 8,26. Pada perlakuan TKKS menunjukkan peningkatan sebesar 8,38 dan yang tertinggi padaperlakuan biochar sebesar 8,85. Sebelum pemberian variasi perlakuan terhadap tanah, pH tanah sebesar 8,20. Kemudian setelah di lakukan variasi perlakuan, pada perlakuan biochar dan sekam padi, TKKS dan biochar menunjukkan peningkatan sebesar 8,26 –8,85 (Rahmah et al ., 2019). Biochar memiliki daya ikat yang tinggi sehingga dapat berikatan dan melepaskan kation basa OH - dengan menghelat Al 3+ sehingga reaksi hidrolisis Al 3+ tidak terjadi yang merupakan penyebab kemasanaman tanah menghasilkan 3 ion H + (Sahlah, 2017;Rahmah et al ., 2019). ## Aktivitas Mikroorganisme Jenis mikrobia yang banyak hidup di dalam tanah adalah bakteri, aktinomisetes, jamur, ganggang dan protozoa. Walaupun mikrobia tanah porsinya kurang dari 1 % dari volume tanah, namun perannya sangat berpengaruh. Jumlah dan aktifitasmikrobia dalam tanah dan di pengaruhi oleh jenis tanah, pertumbuhan tanaman (komposisi spesies, penutup tanah, penetrasi akar, serasah dan lainnya), perlakuan diberikan kepada tanah, penanaman, iklim makro dan mikro dari setiap lokasi. Udara dan air merupakan faktor pembatas yang membatasi jumlah dan jenis mikrobia. Mikrobia tanah memerlukaan senyawa atau unsur tertentu yang di perlukan mereka untuk memperoleh energi yang dibutuhkan proses-proses vital di dalam selnya (Hanafiah et al , 2009). Mikroba dapat berkembang biak dengan baik pada tanah yang banyak mengandung karbon. Karbon tersebut digunakan sebagai rumah dan sumber energinya. Penambahan Biochar dapat memperbaiki sifat biologi tanah berupa meningkatnya populasi dan aktivitas mikroba dalam tanah, meningkatnya ketersediaan hara, siklus hara tanah serta pembentukan pori mikro dan pori makro oleh organisme tanah (Purbalisa, 2020). Biochar merupakan penyangga karbon organik karena memiliki asam organik yang tinggi, seperti halnya bahan organik, biochar mampu menjaga pH pada setiap perubahan. (Hidayat et al , 2018). Keadaan pH yang baik berpengaruh terhadap respirasi tanah. Pengukuran respirasi tanah berkolerasi baik dengan peubah kesuburan tanah yang berkaitan dengan aktivitas mikroba seperti kandungan bahan organik, hasil antara pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme tanah (Sahputra, 2017). ` Bila dilihat dari Table 1, hasil penelitian Niswati et al (2018) terlihat perbandingan laju respirasi tanah terhadap pemberian biochar di tanah ultisol. Pada perlakuan B 0 (0 %) respirasi tanah sebesar 4,64 CO 2 - g -1 dan laju respirasi tertinggi adalah biochar B 5 (25%) 10,84 CO 2 - g -1 . Dari nilai respirasi tersebut mengindikasikan aktivitas dari mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Tabel 1. Pengaruh beberapa Dosis biochar terhadap peingkatan respirasi tanah. Dosis Biochar Respirasi Tanah (mg CO 2 - g -1 tanah hari -1 ) B 0 (0%) B 1 (5%) B 2 (10%) B 3 (15%) B 4 (20%) B 5 (25%) 4,64 a 8,56 b 7,68 b 8,98 b 9,08 b 10,84 b BNJ 5% 1,54 Sumber: Niswati et al ., 2018 Aktivitas mikroba tanah diukur berdasarkan respirasi tanah. Hasil penelitian Niswati et al (2018) menjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata dalam hal respirasi tanah akibat pemberian Biochar. Salah satu indikator kesehatan tanah adalah respirasi tanah yang menunjukkan aktivitas biologi tanah. Pengaruh Biochar terhadap respirasi tanah Ultisol menunjukkan bahwa pemberian Biochar meningkatkan aktivitas respirasi tanah. Perlakuan Biochar takaran 5% berbeda nyata dengan takaran 0%, tetapi tidak berbeda dengan takaran 10%, 15%, 20%, dan 25%. Perlakuan Biochar takaran 25% memiliki aktivitas mikroorganisme tertinggi dibandingkan dengan kontrol (Niswati et al ., 2018) ## Pemberian Biochar Biomassa Kelapa Sawit Terhadap Aktivitas Mikrorganisme pada Tanah Ultisol Faktor utama yang dipertimbangkan dalam memilih bahan pembawa bioamelioran dalam penelitian yang dilakukan Santi dan Goenadi (2010) adalah kemampuannya dalam menyediakan kombinasi udara dan air. eduanya dibutuhkan untuk menopang kehidupan dan viabilitas mikroba di dalam bahan aktif selama mungkin dalam masa penyimpanan. Porositas ditentukan pula oleh besaran relatif antara Bulk Density dengan Particle Density . besar Bulk Density mendekati nilai Particle Density , makin kecil porositasnya. Bagaimanapun juga, kompos dan gambut memiliki ruang pori total paling tinggi, tetapi persentase kadar air tersedianya rendah. Biochar merupakan rumah simpanan karbon yang stabil. menurut penelitian dari (Santi dan Goenadi, 2010) Bio-char asal cangkang kelapa sawit mengandung 25,6 % C-organik dan C/N 19,4. Rasio C/N tersebut menandakan bahwa bio-char dalam tahap mineralisasi sempurna (stabil). Keunggulan bio-char asal cangkang kelapa sawit yang dimanfaatkan sebagai bahan pembawa sifat fisik yang sangat sesuai sebagai habitat bakteri. Tabel 2. Pengaruh penambahan kompos dan perlakuan Pupuk Organik Hayati (POH) dan biochar pada Respirasi tanah. . Sumber:Sahputra , 2017 Keterangan: *= Pengambilan sampel secara komposit dari 3 ulanga Tingginya nilai respirasi tanah akibat pemberian bahan organik lainnya menandakan bahwa tingginya aktivitas mikroorganisme tanah, dimana aktivitas mikroorganisme tanah salah satunya ditentukan oleh sumber makanan yang terdapat di dalam tanah. Menurut penelitian Sahputra (2017) diketahui bahwa perlakuan dengan penambahan kompos dan perlakuan Pupuk Organik Hayati (POH) dan biochar menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap total respirasi tanah pada 10 MST dan tidak berbeda nyata pada 0 HST dan 6 MST. No Perlakuan Respirasi (mgCO 2 .g -1 .jam -1 ) 0 HST* 6 MST** 10 MST** 1. M0P0 1,98 3,96 1,16 bc 2. M0P1 3,19 4,33 1,29 bc 3. M0P2 1,65 2,75 0,33 a 4. M0P3 1,98 3,19 0,63 ab 5. M1P0 3,30 4,68 1,54 c 6. M1P1 3,96 4,73 4,51 e 7. M1P2 3,08 4,40 3,12 d 8. M1P3 2,20 4,14 3,22 d Sumber: Sahputra, 2017 Keterangan: *= Pengambilan sampel secara komposit dari 3 ulangan **=Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda, pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan taraf 5%; M0P0 (Tanpa Perlakuan), M0P1 (Tanah + POH), M0P2 (Tanah + Biochar), M0P3 (Tanah + POH + Biochar), M1P0 (Tanah + Kompos), M1P1 (Tanah + Kompos + POH), M1P2 (Tanah + Kompos + Biochar), M1P3 (Tanah + Kompos + POH + Biochar). Secara umum pemberian kompos, POH dan biochar berpotensi meningkatkan total bakteri tanah jika dilihat dari perlakuan tanpa pemberian POH dan biochar. Mikroorganisme tanah di lahan sangat dipengaruhi oleh bahan organik, karena semakin banyak bahan organik menunjukkan semakin banyak pula sumber energi bagi organisme tanah. Tabel 3. Pengaruh pemberian biochar biomassa kelapa sawit pada respirasi tanah Penelitian Lubis (2018) menunjukan, bahwa perlakuan pemberian biochar dari berbagai jenis bahan baku kelapa sawit yang di inkubasi selama 2 minggu, 4 minggu, 6 minggu dan 8 minggu berpengaruh nyata meingkatkan respirasi tanah, dan paling berpotensi adlah masa inkubasi 8 minggu. Berdasarkan penelitian Lubis (2018) nilai rataan respirasi tertinggi terdapat pada perlakuan B1 (Batang) yaitu sebesar 3,04 CO 2 /100g tanah dan terendah pada perlakuan B0 (Kontrol) yaitu 0,95 CO 2 /100g tanah Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa perlakuan aplikasi biochar dari berbagai jenis bahan baku pada inkubasi 8 minggu berpengaruh nyata terhadap respirasi tanah. Dari data diketahui bahwa terjadinya peningkatan respirasi tanah, dari berbagai jenis bahan baku disebabkan meningkatnya jumlah total populasi mikroorganisme di dalam tanah, sehingga aktivitas mikroba didalam tanah dapat meningkat. ## KESIMPULAN Pemberian biochar biomassa kelapa sawit dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia pada tanah ultisol dengan berbagai hasil dan berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang di ukur dari respirasi tanah. Ini dibuktikan pada penelitian terdahulu yaitu Lubis (2018) bahwa penambahan biochar batang kelapa sawit dengan inkubasi 8 minggu yang mendapat nilai rataan 3,04 CO 2 /100g dalam tanah. Pemberian biochar dengan bahan organik lainnya juga berpengaruh terhadap Perlakuan Respirasi Tanah CO 2 /100g tanah Kriteria* B0 (Kontrol) 0,95d Sangat Rendah B1 (Batang) 3,04a Ideal B2 (pelepah) 2,19abc Ideal B3 (TKKS) 1,74abc Rendah B4 (Campuran) 1,71abc Rendah Sumber: Lubis, 2018 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % respirasi tanag seperti apda penelitian Saputra (2017) Secara umum pemberian kompos, POH dan biochar berpotensi meningkatkan total bakteri tanah Mikroorganisme tanah di lahan sangat dipengaruhi oleh bahan organik, karena semakin banyak bahan organik menunjukkan semakin banyak pula sumber energi bagi organisme tanah. ## DAFTAR PUSTAKA Balai Penelitian Tanah. 2019. Biochar Pembenah Tanah Yang Potensial. Agroinovasi. Diakses pada tanggal 14 Maret 2021 (http://balittanah.litbang.go.id). Bettendorf, T. et al. (2015). Terra Preta Sanitation 1 - Background, Principles and Innovations. Deutsche Bundesstiftung für Umwelt (DBU). Embrandiri, A., Ibrahim, M. H., & Singh, R. P. 2013. Palm Oil Mill Wastes Utilization; Sustainability in the Malaysian Context. International Journal of Scientific and Research Publications, 3(1), 2250–3153. https://doi.org/2250- 3153 [19 Eptiana, L. M. 2017. Karakteristik dan Kualitas Biochar dari Berbagai Limbah Biomassa Tanaman Pada Pirolisis Suhu Rendah . [Tesis] Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hanafiah, A. S., Sabrina, T dan Guchi, H. 2009. Biologi dan Ekologi Tanah . Medan: Universitas Sumatera Utara. Hidayat B., A. Rauf, T. Sabrina., dan Ali, J. 2018. Potential of Some Biomass as Biochar for Heavy Metal Adsorbent. Journal of Asian Scientific Research 2018. Vol 8. N0.11293-300. DOI 10.18488/journal.2.2018.811.293.3 00. Ichriani, G.I, Fahrunsyah dan Handayanto, E. 2018. Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Sumber Fungi Pelarut Fosfat Indigenus Dan Media Pembawa Fungi. Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan Basah Volume 3 Nomor 1 Halaman 263-266. Kusumaningrum, W. B dan Munaawar, S. S. 2014. Prospect of Bio-pellet as an Alternative Energy to Substitude Solid Fuel Based. Elsevier, Energy Procedia, Vol. 47 (2014), hal. 303- 309 . Lehmann, J., Rillig, M. C, Thies, J., Masiello, C. A, Hockaday,W.C and Crowley, D. 2011. Biochar Effects On Soil Biota A Review. Soil Biology & Biochemistry 43 (2011) 1812e1836. Muzi, I dan Mulasari, S. A. 2014. Perbedaan Konsentrasi Perekat Antara Briket Bioarang Tandan Kosong Kelapa Sawit Dengan Briket BioarangCakang Kelapa Terhadap Waktu Didih Air. KESMAS, Vol.8 No. 1 Maret 2014, hal. 1-9. Niswati, A., Taisa, R dan Suryani, M. 2018. Peningkatan Respirasi Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Jagung Akibat Residu Biochar pada Top Soil dan Sub Soil Tanah Ultisols . Proseding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI) Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Prasetiyo, Y., Hidayat, B dan Sitorus, B. 2020. Karakteristik Kimia Biochar dari Beberapa Biomassa dan Metode Pirolisis . Agrium ISSN 0852-1077 (Print) ISSN 2442-7306 (Online) Oktober 2020 Volume 23 No.1. Prasetyo, B. H dan Suriadikarta, D. A. 2006. Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol Untuk Pengembangan Pertanian Lahan Kering Di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 25(2). Prasetyo, B. H, Subardja, D dan Kaslan, B. 2005. Ultisols Bahan Volkan Andesitik: Diferensiasi Potensi ## Kesuburan dan Pengelolaannya. Jurnal Tanah Dan Iklim No. 23/2005. Rahmah, I. R, Nirtha, I dan Razie. 2019. Pengaruh Kombinasi Sekam Padi dan Biochar Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Ketersediaan Fosfor pada Bahan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit. JTAM Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Vol 2 (1) Tahun 2019. Rauf, A., Supriadi, Harahap, F. S. Wicaksono, M. 2020. Karakteristik Sifat Fisika Tanah Ultisol Akibat Pemberian Biochar Berbahan Baku Sisa Tanaman Kelapa Sawit. J. Solum Vol. XVII No. 2, Juli 2020: 21-28. https://doi.org/10.25077/jsolum.17. 2.21-28.2020. Santi, L. P dan D. H. Goenadi. 2012. Pemanfaatan Biochar Asal Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Bahan Pembawa Mikroba Pemantap Agregat . Buana Sains 12 (1): 7-14. Santi, L. P dan Goenardi, D. H. 2010. Pemanfaatan Bio-Char Sebagai Pembawa Mikroba Untuk Pemantap Agregat Tanah Ultisol dari Taman Bogo-Lampung . Menara Perkebunan 2010, 78(2), 52 60. Sahla, 2017. Pengaruh Kombinasi Sekam Padi dan Biochar Tandan Kosong Kelapa Sawit Terhadap Ketersediaan Unsur Nitrogen Pada Bahan Tanah Ultisol di Perkebunan Sawit . Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru Sahputra, R, D. 2017 . Dampak Biochar dan Pupuk Organik Hayati Terhadap Aktivitas Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman Bawang Merah (Allium Cepa L.) Pada Tanah Ultisol . http://repository.ub.ac.id. Siboro, J. 2019. Pengujian Penggunaan Biochar Berbahan Baku Sisa Pohon Kelapa Sawit Untuk Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guenensis Jacq.). http://repositori.usu.ac.id. Sudrajat. 2020. Kelapa Sawit: Prospek Pengembangan dan Peningkatan Produktivitas . IPB Press Bogor. Woolf, D .2008. Biochar as a Soil Amendment: A Review of the Environmental Implications . Swansea University, School of the Environment and Society.
dc75bf63-903f-4bfa-a238-0e9dd9b56de8
https://jurnal.stmikroyal.ac.id/index.php/jurteksi/article/download/793/414
DOI: https://doi.org/10.33330/jurteksi.v6i3.793 Available online at http://jurnal.stmikroyal.ac.id/index.php/jurteksi ## PERBANDINGAN METODE MFEP DAN MAUT DALAM SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) Dewi Maharani* 1 , Andri Nata 1 1 Sistem Informasi, STMIK Royal Kisaran Email: *[email protected] Abstract : OSN (National Science Olympiad) is a competition in the fields of science and science designed by the government to develop students' talents and achievements. OSN is also one of the annual events that students are very interested in honing their abilities in the fields of science and science. In selecting students to be mentored and included in OSN, strict internal selection needs to be done by schools to be able to deliver students to achieve these achievements. During this time the selection made by teachers tends to be subjective, such as by directly referring participants who will take the selection test. Like in the Tamansiswa Sukadamai SMPS research location, so far the teacher selects OSN participants to only focus on those who get 1-3 in the class. The purpose of this study is to help schools select all students who are interested in the Olympics by using Decision Support System technology. Through a comparison of 2 methods, the Multy Factor Evaluation Process (MFEP) and the Multi Attribute Utility Theory (MAUT), researchers will conduct a comparative analysis to obtain more consistent results. Based on the results that have been done, the MFEP method can produce the best prospective participants namely A13 with a value of 16.96. While the MAUT method can produce the best candidate OSN participants namely A5 with a value of 0.680. This research is expected to be helpful for the selection of prospective OSN participants. Keywords: MFEP; MAUT; National Science Olympiad; decision support system . Abstrak : OSN (Olimpiade Sains Nasional) merupakan kegiatan perlombaan di bidang sains dan ilmu pengetahuan yang dirancang pemerintah untuk mengembangkan bakat dan prestasi siswa. OSN juga menjadi salah satu ajang tahunan yang sangat diminati siswa dalam mengasah kemampuan dibidang sains dan ilmu pengetahuan. Dalam memilih siswa yang akan dibimbing dan dikutsertakan dalam OSN, seleksi internal yang ketat perlu dilakukan sekolah untuk dapat mengantarkan siswa meraih prestasi tersebut. Selama ini seleksi yang dilakukan guru cenderung subyektif seperti dengan menujuk langsung peserta yang akan mengikuti tes seleksi. Seperti halnya dilokasi penelitian SMPS Tamansiswa Sukadamai, selama ini guru menyeleksi peserta OSN hanya fokus dengan yang mendapatkan ranking 1-3 di kelas saja. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membantu sekolah menyeleksi seluruh siswa yang berminat dalam olimpiade dengan menggunakan teknologi Sistem Pendukung Keputusan. Melalui perbandingan 2 metode yaitu Multy Factor Evaluation Process (MFEP) dan Multi Attribute Utility Theory (MAUT), peneliti akan melakukan analisis perbandingnan untuk mendapatkan hasil yang lebih konsisten. Berdasarkan hasil yang telah dilakukan, metode MFEP dapat menghasilkan calon peserta terbaik yaitu A13 dengan nilai16,96. Sedangkan metode MAUT dapat menghasilkan calon peserta OSN terbaik yaitu A5 dengan nilai 0,680. Penelitian ini diharapatkan dapat membantu untuk seleksi calon peserta OSN. Kata Kunci : MFEP; MAUT; Olimpiade Sains Nasional, Sistem Penunjang Keputusan DOI: https://doi.org/10.33330/jurteksi.v6i3.793 Available online at http://jurnal.stmikroyal.ac.id/index.php/jurteksi ## PENDAHULUAN OSN (Olimpiade Sains Nasional) merupakan kegiatan perlombaan dibidang sains dan ilmu pengetahuan yang dirancang pemerintah untuk mengembangkan bakat dan prestasi siswa[1][2]. OSN juga menjadi salah satu ajang tahunan yang sangat diminati siswa dalam mengasah kemampuan dibidang sains dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 2018, 1.433 siswa yang berkompetisi di ajang OSN. Untuk dapat menjadi peserta dan mendapatkan juara dalam dalam kompetisi ini bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya pembim- bingan yang intensif kepada siswa yang memiliki potensi. Dalam memilih siswa yang akan dibimbing dan dikutsertakan dalam OSN, seleksi internal yang ketat perlu dilakukan sekolah untuk dapat mengantarkan siswa meraih prestasi tersebut. Selama ini seleksi yang dilakukan guru cenderung subyektif seperti dengan menujuk langsung peserta yang akan mengikuti tes seleksi. Seperti halnya dilokasi penelitian SMPS Tamansiswa Sukadamai, selama ini guru menyeleksi peserta OSN hanya fokus dengan yang mendapatkan ranking 1-3 di kelas saja. Hal ini dikarenakan minimnya sumber daya untuk melakukan seleksi jika dilakukan bagi seluruh siswa dengan kriteria penilaian yang tidak sedikit. Kondisi ini jelas menghambat siswa lain yang berminat namun tidak juara dikelas. Padahal bisa saja ada siswa yang tidak rangking 1-3 justru memiliki keahlian pada bidang yang diolimpiadekan. Hasilnya, belum ada siswa yang mampu bersaing di tingkat kecamatan. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk membantu sekolah menyeleksi seluruh siswa yang berminat dalam olimpiade tersebut. Berdasarkan uraian dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan proses penelitian dengan menerapkan teknologi yang dapat menentukan siswa yang layak mengikuti seleksi OSN. Teknologi yang dimaksud yaitu dengan menerapkan sistem pendukung kepu-tusan (SPK). SPK banyak diterapkan dalam bidang pendidikan kesehatan dan manajemen dan lainnya. Teknologi SPK secara fungsi berguna membantu manajemen dalam menganalisis factor/kriteria yang kompleks dan rumit terhadap penilaian suatu alternative dengan memberikan rekomendasi preferensi yang secara umum berbentuk perangkingan[3]. Dalam masalah penelitian ini, penerapan tersebut dilakukan dengan proses perbandingan 2 metode untuk mendapatkan hasil perbandingan yang lebih beragam untuk direkomendasikan kepada pengambil keputusan[4]. Adapun metode yang digunakan adalah Multy Factor Evaluation Process (MFEP) merupakan metode yang menimbang beberapa faktor yang berpengaruh terdahap alternatif[5][6]. Sedangkan metode Multi Attribute Utility Theory (MAUT) merupakan metode yang memiliki rancangan evaluasi dengan bobot dan nilai relavan terhadap alternatif [7]. Metode MFEP didefenisikan sebagai sebuah metode dengan pendekatan sistem pembobotan. Pada sebuah masalah pengambilan keputusan dengan multi kriteria, seorang manajer dapat menilai dan menimbang semua kriteria dengan pendekatan intuitif kuantitatif dalam menilai kriteria apa yang paling penting dalam suatu penilaian alternatif [8]. Berikut merupakan prosedur proses perhitungan menggunakan metode MFEP, antara lain: 1. Menentukan kriteria dan bobot DOI: https://doi.org/10.33330/jurteksi.v6i3.793 Available online at http://jurnal.stmikroyal.ac.id/index.php/jurteksi kriteria dengan total bobot adalah sama dengan 1 (Σ pembobotan = 1). 2. Memberikan nilai pada semua kriteria yang akan dinilai/diproses pada perhitungan yang bersumber dari data-data yang telah dikumpulkan.Yaitu nilai evaluasi kriteria terhadap altenatif dengan interval antara 0 - 1. 3. Nilai yang telah didapatkan selanjutnya diproses dengan perhitungan perkalian dengan masing-masing bobotkriteria yang dilanjutkan dengan perhitungan penjumlahan dengan hasil masing- masing perkalian sebelumnya. Evaluasi kriteria diakhiri dengan melihat total dengan ketentuan, total terbesar merupakan yang alternative yang terbaik[9]. Metode MAUT ( Multi Atribute Utility Theory ) didefenisikan sebagai sebuah algoritma dengan pendekatan menghitung evaluasi akhir (x) pada sebuah nilai elemen x yang biasa disebut dengan nilai bobot dengan perhitungan penjumlahan dengan nilai bobot dalam dimensinya atau yang biasa disebut dengan utilitas[10]. Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan normalisasi bobot alternatif melalui persamaan berikut, dimana : 𝑈 ( 𝑥 ) =Alternatif dengan yang telah dinormalisasi, 𝑥𝑖 =bobot masing-masing alternatif, 𝑥𝑖 − = bobot minimum atau terburuk, 𝑥𝑖 + = bobot maximum terbaik Perhitungan utilitas normalisasi atribut didasarkan pada Persamaan 2. dimana : 𝑉 ( 𝑥 ) = nilai keseluruhan dari alternatif pilihan suatu subkriteria, 𝑊𝑗 = bobot kriteria, 𝑋𝑖𝑗 = nilai alternatif pilihan suatu subkriteria, 𝑖 = alternatif pilihan, j = subkriteria, n = jumlah sampel penelitian ## METODE Penelitian dilaksanakan di SMP Swasta Taman Siswa Sukadamai dengan jumlah responden sebanyak 6 orang yang bepengalaman dibidangnya. Adapun prosedur/langkah-langkah dari penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Studi Pustaka Kajian pustaka bertujuan mene- mukan dan mempelajari referensi pendukung dalam permsalahan seleksi calon peseta OSN untuk diterapkan ke dalam metode MFEP dan MAUT. 2. Penyusunan Instrumen Penyusunan instrumen didasarkan pada studi pustaka dan untuk persiapan pengumpulan data. 3. Pengumpulan Data Pegumpulam data dilakukan dengan menggunakan instrument angket yang telah disiapkan dan divalidasi oleh pakar terkait OSN berupa kriteria maupun alternative yang akan dianalisis. 4. Analisis Data Analisis dilakukan dalam penelitian melalui perbandingan antara 2 metode SPK yaitu MFEP dan MAUT. Proses perbandingan dilakukan untuk melihat alternati mana yang terbaik antar metode tersebut atau memiliki alternatif sama yang terbaik. (1) (2) DOI: https://doi.org/10.33330/jurteksi.v6i3.793 Available online at http://jurnal.stmikroyal.ac.id/index.php/jurteksi ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil dari pengum- pulan data di lokasi penelitian, data yang dikumpulkan akan diterapkan ke dalam perbandingan dalam penerapan metode MFEP dan MAUT. Berikut ini merupakan langkah penyelesaian metode MFEP. 1. Menentukan faktor dan bobot faktor dimana total pembobotan harus sama dengan 1 yaitu pada tabel 1. Tabel 1. Factor Weight Kriteria Keterangan Bobot C1 Ranking 0,12 C2 Nilai Matematika 0,27 C3 Nilai Fisika 0,25 C4 Nilai Kimia 0,23 C5 Nilai Kepribadian 0,13 1 2. Mengisi data nilai kriteria dan alternatif calon peserta OSN. Tabel 2. Nilai Faktor dan Alternatif A/C C1 C2 C3 C4 C5 A1 80 100 60 80 90 A2 60 80 95 80 80 A3 60 60 90 70 70 A4 80 100 60 70 70 A5 60 100 80 80 90 A6 100 100 60 60 70 A7 60 80 60 90 80 A8 40 100 80 80 80 A9 100 60 90 70 70 A10 80 100 80 70 70 A11 60 80 80 100 60 A12 60 100 70 70 80 A13 100 80 100 80 60 A14 100 60 80 100 60 A15 80 60 80 60 50 3. Proses menghitung Weighted Evaluation (x) dengan mengalikan nilai alternatif dengan Weight Factor (WF). Berikut perhitungan bobot dan faktor evaluation. a. A1 dengan C1-C5. C1 = 0,12 * 80 = 9,6 C2 = 0,27 * 100 = 27 C3 = 0,25 * 60 = 15 C4 = 0,23 * 80 = 18,4 C5 = 0,13 * 90 = 11,7 Adapun hasil dari perhitungan dari keseluruan alternatif dengan setiap bobot disajikan pada tabel 3. Tabel 3. Weight Evaluation (x) A/C C1 C2 C3 C4 C5 A1 9,6 27 15 18,4 11,7 A2 7,2 21,6 23,75 18,4 10,4 A3 7,2 16,2 22,5 16,1 9,1 A4 9,6 27 15 16,1 9,1 A5 7,2 27 20 18,4 11,7 A6 12 27 15 13,8 9,1 A7 7,2 21,6 15 20,7 10,4 A8 4,8 27 20 18,4 10,4 A9 12 16,2 22,5 16,1 9,1 A10 9,6 27 20 16,1 9,1 A11 7,2 21,6 20 23 7,8 A12 7,2 27 17,5 16,1 10,4 A13 12 21,6 25 18,4 7,8 A14 12 16,2 20 23 7,8 A15 9,6 16,2 20 13,8 6,5 b. Berdasarkan hasil Weighted Evaluation (x) diatas, tahapan akhir metode MFEP adalah menghitung total Weighted Evaluation (x). XA1 = 9,6+27+15+18,4+11,7 = 16,34 XA2= 2+21,6+23,75+18,4+10,4 = 16,27 XA3 = 7,2+16,2+22,5+16,1+9,1 = 14,22 Adapun hasil dari total dari keseluruhan alternatif disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Total Weighted Evaluation (x) A/C Total RANGKING A1 16,34 4 A2 16,27 5 A3 14,22 14 A4 15,36 11 A5 16,86 2 A6 15,38 10 A7 14,98 13 A8 16,12 6 A9 15,18 12 A10 16,36 3 A11 15,92 7 A12 15,64 9 A13 16,96 1 A14 15,8 8 A15 13,22 15 DOI: https://doi.org/10.33330/jurteksi.v6i3.793 Available online at http://jurnal.stmikroyal.ac.id/index.php/jurteksi Setelah selesai melakukan penerapan metode MFEP dan menghasilkan perankingan. Selanjutnya dilakukan penerapan dengan metode MAUT, adapun langkah penyelesaiannya sebagai berikut. 1. Pada penerapan metode MAUT, bobot yang digunakan sama dengan metode MFEP diatas, bobot tersebut sesuai dengan tabel 1. 2. Pada data nilai alternatif dan kriteria, nilai yang diperoleh pun sesuai dengan penerapan metode MFEP sebelumnya, yaitu sesuai pada tabel 2. 3. Selanjutnya melakukan perhitungan matriks normalisasi sebagai berikut. a. Perhitungan A1 dengan C1-C5 C1 = (80-40) / (100-40) = 0,667 C2 = (100-60) / (100-60) = 1 C3 = (60-60) / (100-60) = 0 C4 = (80-60) / (100-60) = 0,5 C5 = (90-50) / (90-50) = 1 Adapun hasil dari keseluruhan perhitungan dari matriks normalisasi disajikan pada tabel 5. Tabel 5. Matriks Normalisasi A/C C1 C2 C3 C4 C5 A1 0,667 1 0 0,5 1 A2 0,333 0,5 0,875 0,5 0,75 A3 0,333 0 0,75 0,25 0,5 A4 0,667 1 0 0,25 0,5 A5 0,333 1 0,5 0,5 1 A6 1 1 0 0 0,5 A7 0,333 0,5 0 0,75 0,75 A8 0 1 0,5 0,5 0,75 A9 1 0 0,75 0,25 0,5 A10 0,6667 1 0,5 0,25 0,5 A11 0,3333 0,5 0,5 1 0,25 A12 0,3333 1 0,25 0,25 0,75 A13 1 0,5 1 0,5 0,25 A14 1 0 0,5 1 0,25 A15 0,6667 0 0,5 0 0 4. Selanjutnya menghitung total dari perkalian matriks normalisasi dengan bobor sebagai berikut. A1=(0,12*0,667)+(0,27*1)+(0,25*0) +(0,23*0,5)+(0,13*1) = 0,595 A2= 0,12*0,333)+(0,27*0,5)+(0,25 *0,875) +(0,23*0,5)+(0,13*0,75) = 0,606 A3 = (0,12*0,333)+(0,27*0)+(0,25 *0,75) +(0,23*0,25)+(0,13*0,5) = 0,350 Adapun hasil dari keseluruhan perhitungan dari matriks normalisasidengan bobot disajikan pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Total Matriks Normalisasi & Perankingan A/C Total RANGKING A1 0,595 6 A2 0,606 4 A3 0,350 14 A4 0,473 10 A5 0,680 1 A6 0,455 11 A7 0,445 12 A8 0,608 3 A9 0,430 13 A10 0,598 5 A11 0,563 7 A12 0,528 8 A13 0,653 2 A14 0,508 9 A15 0,205 15 ## UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih kepada DRPM Deputi Bidang Penguatan Riset Dan Pengembangan Kementerian Riset Dan Teknologi/Badan Riset Dan Inovasi Nasional Sesuai dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2020. DOI: https://doi.org/10.33330/jurteksi.v6i3.793 Available online at http://jurnal.stmikroyal.ac.id/index.php/jurteksi ## SIMPULAN Dari hasil penelitian ini, kriteria- kriteria yang dapat diterapkan dalam seleksi calon perserta OSN adalah Ranking, Nilai Matematika, Nilai Fisika, Nilai Kimia, dan Nilai Kepribadian. Perbandingan metode MFEP dan MAUT dapat membantu untuk seleksi calon peserta OSN. Perbandingan tersebut yaitu metode MFEP dapat menghasilkan calon peserta terbaik yaitu A13 dengan nilai 16,96. Sedangkan metode MAUT dapat menghasilkan calon peserta OSN terbaik yaitu A5 dengan nilai 0,680 ## DAFTAR PUSTAKA [1] N. Halimah, “E-JUPEKhu E- JUPEKhu,” vol. 3, no. September, pp. 41–52, 2014. [2] J. Inovasi et al. , “32 | P a g e 33 | P a g e,” vol. 8, no. 1, pp. 32–38, 2018. [3] M. A. Sembiring, “Penerapan Metode Simple Additive Weighting Sebagai Strategi Pembinaan Kecerdasan Anak,” Jurteksi , vol. 4, no. 1, pp. 65–70, 2017, doi: 10.33330/jurteksi.v4i1.35. [4] B. Prasetyo, W. Laksito, and S. Siswanti, “Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Internet Operator Telekomunikasi Dengan Metode Ahp (Analytical Hierarchy Process),” J. Teknol. Inf. dan Komun. , vol. 1, no. 2, pp. 7–12, 2013, doi: 10.30646/tikomsin.v1i2.125. [5] I. S. Harumy, T.H.F., “Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Jabatan Manager,” Semin. Nas. Teknol. Inf. dan Multimed. 2016 , pp. 6–7, 2016. [6] D. Y. N. Sri Wahyuni, “DOI : https://doi.org/10.33330/jurteksi.v 6i1.392 METODE AHP DAN METODE MFEP Sekolah Tinggi Manajemen Infromatika dan Komputer Royal DOI https://doi.org/10.33330/jurteksi.v 6i1.392,” vol. VI, no. 1, pp. 43– 50, 2019, [7] N. Hadinata, “Implementasi Metode Multi Attribute Utility Theory (MAUT) Pada Sistem Pendukung Keputusan dalam Menentukan Penerima Kredit,” J. Sisfokom (Sistem Inf. dan Komputer) , vol. 7, no. 2, p. 87, 2018, doi: 10.32736/sisfokom.v7i2.562. [8] M. R. Okaviana and R. Susanto, “Sistem Pendukung Keputusan Rekomendasi Pemilihan Program Studi Menggunakan Metode Multifactor Evaluation Process Di Sma Negeri 1 Bandung,” Komputa J. Ilm. Komput. dan Inform. , vol. 3, no. 2, pp. 50–57, 2014, doi: 10.34010/komputa.v3i2.2389. [9] I. Afrianty and R. Umbara, “Sistem Pendukung Keputusan (SPK) Menentukan Kelayakan Calon Penerima Zakat Menerapkan Multi- Factor Evaluation Process (MFEP),” Semin. Nas. Teknol. Informasi, Komun. dan Ind. 8 , no. November, pp. 87–94, 2016. [10] E. Satria, N. Atina, M. E. Simbolon, and A. P. Windarto, “Spk: Algoritma Multi-Attribute Utility Theory (Maut) Pada Destinasi Tujuan Wisata Lokal Di Kota Sidamanik,” Comput. Eng. Sci. Syst. J. , vol. 3, no. 2, p. 168, 2018, doi: 10.24114/cess.v3i2.9954.:
2bde4d52-e09e-4932-8b9f-3e2033ab39e9
https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juprehum/article/download/5580/4119
Jurnal Preferensi Hukum | ISSN: 2746-5039 Vol. 3, No. 3 – November 2022, Hal. 585-591| Available online at https://www.ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/juprehum DOI: https://doi.org/10.55637/jph.3.3.5580.585-591 ## PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KOTA DENPASAR BERBASIS ELEKTRONIK Ni Luh Pingka Priadnyani, A.A Sagung Laksmi Dewi, Luh Putu Suryani, Universitas Warmadewa, Denpasar - Bali, Indonesia ## Abstrak Sistem Pendaftaran Hak Tanggungan Elektronik akan dikelola oleh Menteri Pertanian Perencanaan/Kepala Peraturan Badan Pertanahan Tahun 2020 Nomor 5 Tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terpadu Elektronik (Online System) dan akan menggantikan sistem pendaftaran Hak Tanggungan secara manual. Metode yang digunakannya adalah analisis deskriptif pakai penghampiran kualitatif. Ada dua masalah yang tidak bisa diubah. Dengan kata lain, ini adalah cara untuk mendaftarkan hak tanggungan Anda secara elektronik ke Badan Pertanahan Kota (BPN) Denpasar. Hasil penelitian empiris pendaftaran hak tanggungan yaitu pendaftaran hak tanggungan secara elektronik pada Badan Pertanahan (BPN) Kota Denpasar mengacu pada Peraturan Menteri Penataan Ruang/Sekretaris Badan Pertanahan Nomor 5 Tahun 2020. Layanan KPR Terintegrasi Elektronik. Keterbatasan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendaftaran hipotek elektronik ditinjau dari faktor-faktor yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kota Denpasar seperti proses aplikasi yang agak lama, proses aplikasi atau entri hipotek elektronik dilakukan oleh penanggung jawab penandatanganan tanah. Lama akta, antusias PPAT lemah, Verifikasi catatan KPR Elektronik oleh Kantor Pertanahan memakan waktu lama, dan permintaan elektronik sering cacat. Dan hambatan pendaftaran elektronik hipotek tidak selalu bekerja dengan sempurna. Misalnya, sistem pendaftaran adalah tentang peningkatan layanan dan lebih cepat, lebih nyaman dan lebih mudah bagi masyarakat. Kata Kunci: Hak Tanggungan, Pertanahan, Elektronik ## Abstract The Electronic Mortgage Registration System will be managed by the Minister of Agriculture Planning/Head of Land Agency Regulation of 2020 Number 5 concerning Integrated Electronic Mortgage Services (Online System) and will replace the manual Mortgage registration system. The method used is descriptive analysis using a qualitative approach. There are two irreversible problems. In other words, it is a way to register your mortgage electronically with the Denpasar City Land Agency (BPN). The results of empirical research on mortgage registration, namely the electronic registration of mortgage rights at the Denpasar City Land Agency (BPN) refers to the Regulation of the Minister of Spatial Planning/Secretary of the Land Agency Number 5 of 2020. Electronic Integrated Mortgage Services. The limitations faced in the implementation of electronic mortgage registration are viewed from the factors faced by the Denpasar City Land Office such as the rather long application process, the application process or electronic mortgage entry carried out by the person in charge of the land signing. The certificate is long, PPAT enthusiasm is weak, Electronic KPR record verification by the Land Office takes a long time, and electronic requests are often flawed. And mortgage electronic registration barriers don't always work perfectly. For example, the registration system is about improving services and being faster, more convenient and easier for the people. Keywords: Mortgage, Land, Electronic ## I. PENDAHULUAN ## 1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya lembaga perbankan dan organisasi ekonomi lainnya sebagai wadah masyarakat transaksi keuangan untuk membantu masyarakat mengembangkan usaha dan meningkatkan kesejahteraan. Untuk menjamin kepercayaan lembaga keuangan dengan debitur, lembaga keuangan harus memiliki jaminan kebendaan atas utang dan hak penagihan utang yang disepakati antara debitur dan kreditur. Memasuki era digital dengan perkembangan teknologi saat ini, Kementerian Pertanian dan Perencanaan Wilayah/Badan Kewilayahan Nasional yang selanjutnya disebut Badan Pertanian dan Kewilayahan Nasional gamak mengetengahkan peservis E-land. Layanan elektronik disebut serupa peservis sandar digital atau elektronik. Hal ini ditandai pakai terbitnya Peraturan Menteri Pertanian dan Penataan Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 2019 teruit Pegadaian Elektronik Terpadu, turut Peraturan Menteri Pembangunan Pertanian/Kepala zona nasional. Otorisasi. Kadaster. Otoritas Pertanahan Nasional. Sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku, pada irah-irah selanjutnya dijelaskan bahwa dalam sertifikat Hak Tanggungan tersebut memuat irah-irah dengan kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Dengan di lakukan pendaftaran hak tanggungan maka pemberi hak tanggungan dapat memperoleh pinjaman kredit dari kreditur. Memberikan rasa aman bagi pemegang hak tanggungan apabila dikemudan hari ternyata pemberi hak tanggungan tidak dapat melaksankan kewajibannya sebagimana mestinya. Pendaftaran Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) awak berharap menjelang memperkuatkan servis KPR yang membenarkan tuntunan keterbukaan, kecepatan, fasilitas dan keterjangkauan bagian dalam denah servis publik, turut menuang pakai peredaran perkara perundang-undangan, teknologi dan keperluan masyarakat (Bisma, 2022). (Sujiono, 2009) Kewajiban pendaftaran Hak Tanggungan dapat ditemukannya dalam Pasal 13 dan 14 Undang-Undang Hak Tanggungan. Pasal 13 menentukan bahwa pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. PPAT wajib mengirimkan akta pemberian hak tanggungan kepada Kantor Pertanahan. Pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan membuatkan buku-buku Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atau (Bisama, I. Made Yoga, Anak Agung Istri Agung, 2022) tanah yang menjadi objek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan. Hak Tanggungan atas tanah beserta tanah benda-benda yang berkaitan dengan tanah sebuah hak jaminan yang merupakan satu kesatuan dengan tanah, untuk perhitungan pelunasan hutang kepada kreditor-kreditor tertentu. Pendaftaran sandar itu awak menemukan suatu kewajiban, menerima pemahaman Pasal 13 Undang-Undang Hak Tanggungan, yang mengatur tentang hipotek yang timbul pada saat pendaftaran hipotek dalam daftar barang-barang yang digadaikan. Pemegang hak, atau seseorang yang memperoleh hak lain dengan menjadi pengelola hak, akan menerima sertifikat yang merupakan sertifikat hak yang merupakan salinan dari register. Penerbitan Sertifikat Hak Tanggungan sebagai bukti adanya atau adanya Hak Tanggungan diatur dalam ketentuan Pasal 1. Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia ditetapkan sebagai tempat pelayanan pendaftaran elektronik informasi tanah, salah satunya di kota Denpasar. Menurut Rudy Rubijaya, kini Bali menjadi Provinsi pertama yang menerbitkan Hak Tanggungan Elektronik (HTel) (Danakusuma, 2009) Guna mendukung visi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yaitu berperan konvensi pemimpin peraturan aula dan pertanian yang bertakhta jagat menelusuri kuasa canggaan digital bagian dalam agenda usaha biasa di negeri peraturan aula dan pertanian. Kantor Pertanahan Kota Denpasar mengamalkan awalan menimbrung petunjuk tukar syarat brevet elektronik tambah dipandu oleh Tim Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PUSDATIN) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang wujud tambah dipimpin terus oleh Bapak Kepala Bidang Pengembangan dan Inovasi Sistem Informasi, Idin Yunindra Ibnu Parasu., S.T.,M.T. Konversi peservis pokok ke peservis elektronik bagian dalam struktur peservis Pendaftaran Hak Tanggungan Elektronik (HTel), Informasi Zona Nilai Tanah (ZNT), Pembuatan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT), menimbrung Pengecekan Sertifikat Tanah secara elektronik yang kiamat berdenyut di Kantor Pertanahan Kota Denpasar. Dalam paparannya di hadapan Bapak Kepala Kantor Pertanahan Kota Denpasar beserta Jajaran yang hadir, Bapak Idin Yunindra menjelaskan pentingnya mempersiapkan infrastruktur data siap elektronik serta keamanan data dan informasi sebelum diterapkannya alih media sertipikat elektronik. Dengan semakin dimudahkannya masyarakat dalam mengakses layanan serta informasi pertanahan, salah satunya melalui aplikasi Sentuh Tanahku dan aplikasi berbasis website Loketku, tentunya setiap datadata pertanahan yang ada di masingmasing Kantor Pertanahan harus dipastikan validitasnya. Konsideren huruf a Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2020 memberitahukan peraturan dibuat untuk memberikan pelayanan yang baik, agar proses pendaftaran hak tanggungan berjalan dengan mudah dan aman. Dalam Electronic Mortgage Service (HTel), daftar KPR, Roya, Cessie dan Subrogasi. Service d'Aménagement du Territoire Agricole / Agence Nationale Foncière akan bekerja sama dengan bank dan agen sertifikat tanah. Ketika pemohon hanya perlu pergi ke bank untuk mengajukan aplikasi hipotek, sistem akan secara otomatis memproses aplikasi melalui bank, Departemen Pengelolaan Lingkungan dan Departemen Pertanahan. Sejak diundangkan dan diundangkannya Peraturan Menteri Pertanian dan Pembangunan Pertanahan/BPN Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pelayanan KPR Elektronik Terpadu, hingga saat ini belum berlaku. Wilayah kerja Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Denpasar. Regulasi ini bertahap, terkesan lebih formal, meski pada kenyataannya tidak semulus yang diharapkan dan dibayangkan, karena ditemukan kondisi baru dalam kenyataan, karena ternyata tidak sesuai. Dengan ketentuan prosedur yang berlaku dan para pihak menemui kendala tertentu. Kendala tersebut adalah kesalahan prosedural dan human error. Penerapan layanan hipotek elektronik di Kantor Pertanahan Kota Denpasar diharapkan dapat meningkatkan citra layanan pertanahan di mata masyarakat. Inilah yang menarik minat peneliti. Berdasarkan konteks di atas, kelompok penulis memiliki kebutuhan untuk mencari berdasarkan judul: “PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) KOTA DENPASAR BERBASIS ELEKTRONIK” ## II. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah rencana ilmiah yang terbentuk berpunca uraian dan komposisi metodologis, tersusun dan koheren. Kajian ini akan menyimak tertib perundang-undangan, khususnya Undang- Undang Hak Tanggungan (UUHT), Peraturan Pemerintah perihal Hak Tanggungan Elektronik (Permen Htel) dan tertib lain yang tergantung pakai tertib naungan cara, Undang-Undang Kerahasiaan Penyedia Hak Tanggungan, dan tata hipotek. Sifat analisis yang digunakannya adalah analisis deskriptif pakai penghampiran kualitatif, dimana informasi yang terselip tidak akan berpotongan hukum tetapi bagian dalam pola kata-kata. Penelitian deskriptif dimaksudkan menjelang menerimakan informasi yang paling akurat perihal orang, tentang medis, atau tarak- tarak lainnya. Ini terutama menitikberatkan proposisi menjelang berkukuh kanon-kanon waktu atau menjelang melebarkan kanon-kanon baru. Penelitian ini membeberkan perihal naungan cara peminta bagian dalam pendataan fakta penjualan elektronik dan ganjalan bagian dalam pendataan pakta penjualan elektronik. Lokasi penelitian ditentukan untuk mengidentifikasi dan menentukan batas-batas objek penelitian dan orientasinya, di sini mengidentifikasi dan menganalisis penulis telah memilih tempat penelitian. Gede Perdana Artha, SH., MKN, berkedudukan di Kota Denpasar, Notaris Luh Wayan Eka Prihartini, SH., MKN, berkedudukan di Kota Denpasar dan kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN) Denpasar. Pengolahan dokumen hukum adalah kegiatan menyiapkan dokumen hukum yang telah dikumpulkan untuk dianalisis. Setelah dokumen hukum telah dikumpulkan sepenuhnya, itu akan dianalisis. Winamo Surachmad menyatakan bahwa pengolahan data berarti “kegiatan pengolahan data berdasarkan teknik kualitatif yang hasilnya disajikan dalam bentuk deskriptif”. Teknik pengolahan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif berdasarkan isi dokumen hukum yang terkumpul. Sehubungan dengan pengolahan data ini. Analisis dokumen hukum dilakukan dengan cara analisis deskriptif, yaitu uraian masalah, pernyataan pendapat dan solusi yang diperoleh dari dokumen hukum yang terkumpul, kemudian ditarik kesimpulan. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kendala Internal Pendaftaran Hak Tanggungan Secara Elektronik pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Denpasar. TI hanya sarana, banyak tindakan hukum yang tidak tercakup di sana dan tidak semua tanah yang dijaminkan dapat didaftarkan dengan gadai elektronik. Oleh karena itu, metode konvensional terkadang masih diterima oleh kantor pertahanan. Terdapat hambatan-hambatan yang muncul dalam pengajuan KPR elektronik khususnya bagi pengguna KPR elektronik khususnya PPAT dan kreditur yang perlu diatasi. Kendala atau permasalahan terkait pemanfaatan teknologi diterbitkan oleh Dinas Tata Ruang Pertanian/Tata Pertanahan Nasional pada 29 April 2020. Kendala terkait sistem komputer dan mesin pemilik layanan e-mortgage. Kreditur dan PPAT diwajibkan untuk selalu mengkonfirmasi masalah teknologi informasi (TI) dengan penyelenggara, khususnya dinas pertahanan setempat Apabila terjadi kendala karena sistem teknologi informasi atau penerapan KPR elektronik, maka kantor kadaster akan memberikan solusi teknis kepada PPAT/Bank selaku kreditur, termasuk menghubungi staf kantor kadaster tentang sistem teknologi informasi (TI) (Aguw, 2017). Dalam hal permohonan layanan berupa pendaftaran Hak Tanggungan dalam Sistem HT-el berdasarkan Pasal 10 PMATR Nomor 9 Tahun 2019, tugas atau wewenang PPAT adalah menyampaikan APHT sebagai persyaratan permohonan dalam bentuk Dokumen elektronik kepada Kantor Pertanahan. APHT wajib memenuhi Asas Spesialitas dan Asas Publisitas seperti yang tercantum dalam Pasal 11 UUHT, yaitu: a. Identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan; b. Domisili pemegang dan pemberi Hak Tanggungan; c. Jumlah utang-utang yang dijamin; d. Nilai tanggungan; e. Benda atau yang menjadi objek Hak Tanggungan. f. Sedangkan pemenuhan Asas Publisitas dengan cara wajib didaftarkannya Hak Tanggungan pada kantor pertanahan setempat. (Imanullah, 2017) Berdasarkan UU HT, proses pembebanan HT dilaksanakan melalui 2 tahap kegiatan yaitu: a. Tahap Pemberian HT. Pemberian HT didahului dengan janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut. Pemberian HT dilakukan dengan pembuatan APHT oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sesuai dengan sifat accessoir dari HT, pemberiannya harus merupakan ikutan dari perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang yang dijamin pelunasannya. Perjanjian yang menimbulkan hubungan utang-piutang ini dapat dibuat dengan akta di bawah tangan atau harus dibuat dengan akta otentik, tergantung pada ketentuan hukum yang mengatur materi perjanjian itu. (HS, 2017) Hak Tanggungan merupakan lembaga hak jaminan yang dapat dibebankan pada hak atas tanah, sebagai pengganti lembaga Hypotheek dan Credietverband, UU Hak Tanggungan lahir atas kehendak Pasal 51 UUPA (Mujiburohman, 2020). Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) adalah Pejabat Umum yang diberikan kewenangan untuk membuat akta-akta tanah tertentu sebagai yang diatur dalam peraturan perundangundangan yang bersangkutan. Yaitu akta pemindahan dan pembebanan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun dan akta pemberian kuasa untuk membebankan hak tanggungan. (Harsono, 1999) Untuk layanan KPR melalui aplikasi Whatsaap, Dikarenakan pandemi Covid-19 saat ini dan adanya PPKM (Penegakan Batasan Kegiatan Masyarakat), kantor pertanahan akan dilayani secara langsung Tidak hanya pada jadwal yang tetap. dari Kantor Pertanahan. Sebelum menerbitkan PPKM, jika ada masalah dengan sistem komputer atau catatan hipotek elektronik tidak dapat diselesaikan, kantor kadaster setempat dapat dihubungi langsung dengan bertemu dengan kantor kadaster setempat. elektronik. hak hipotek. layanan dan jika ada masalah lain yang masih dapat diselesaikan melalui aplikasi atau sistem, Anda dapat mengklik tombol tolak yang disertakan dalam aplikasi, agen real estat akan mendokumentasikan masalah atau file yang hilang di tombol tolak dan secara otomatis akan mengirim ke PPAT / email bank (Nurjanah, 2018). 2. Kendala Eksternal Pendaftaran Hak Tanggungan Secara Elektronik pada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Denpasar. Disebutkan Salah satu hambatan pada layanan Hak Tanggungan Elektronik yaitu nir mungkin buat tanah yang nir bersertifikat yang termasuk pada batasan poin di buat PPAT. Apabila melihat Undang-undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996, Pasal 10 (3), yg berbunyi menjadi berikut: “apabila utama hipotek berupa hak atas tanah muncul menurut konversi hak mantan sudah dibentuk permohonan registrasi namun pendaftarannya belum dilakukan, maka hipotek wajib dilakukan bersamaan menggunakan permohonan registrasi hak guna tanah yg bersangkutan. Pasal pada atas sangat tidak selaras menggunakan Pasal 15 Peraturan Menteri Keuangan Peraturan Menteri Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2020. Menurut I Gusti Ngurah Adi Surya, Staf Sub. Bidang Pelayanan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT), dalam Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Denpasar Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan Secara Elektronik ketika ini masih berjalan menggunakan lancar atau secara Efektif, namun terdapat saja hambatan yg pada alami dalam Kantor Badan Pertanahan Nasional contohnya : waktu melakukan update dalam pelaksanaan membutuhkan kurun saat yg usang dan data yg tadinya telah terupload nir sanggup dipandang pulang maka menurut itu disarankan buat melakukan update data yg sudah diperbaiki. (Wawancara menggunakan I Gusti Adi Surya, dalam lepas 27 April 2022, 13.45 WITA). Hak Tanggungan Elektronik, muka praktek dilapangan rekayasa peservis Hak Tanggungan Elektronik tidaklah selalu berfungsi memperuntukkan lancar, induk Hak Tanggungan Elektronik ini adalah perkakas yg baru dan pemberlakuan pelaksanaannya dilakukan tanpa melayani pergantian pengetahuan yang menyedang mendatangkan muncullah berlebihan sekali tegahan muka rekayasa peservis Hak Tanggungan Elektronik berhujah Peraturan Menteri Agraria Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2020 yang tamat dilaksanakan serempak secara Nasional. Kendala tadi seumpama sanggahan terasing hisab Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) & Kreditor. Kepala Kantor Pertanahan memberitahukan telah selesainya penerbitan sertidfikat Hak Tanggungan kepada pemegang hak tanggungan. Sebagai anutan kondisi tambahan ini menemukan misalnya muka rekayasa penyensusan Hak Tanggungan Elektronik Sistem Informasi Tekhnologi yg belum terpendam, server erorr operasi Hak Tanggungan melakoni skandal yg umumnya kelahirannya bagian dalam alarm pekerjaan induk dipakai muka semua Indonesia, gelap mengupload bukti, seumpama akibatnya mesti dilakukan berulang kali, padahal Pejabat Pembuat Akta Tanah semata-mata menyimpan tempo 7 (tujuh) tahun pekerjaan selesainya Akta Pemberian Hak Tanggungan dibentuk. Dan Sertipikat belum terpendam kala angan-angan maka upload, belum tervalidasi, belum terploating, sertipikat nir diketemukan muka sistem, bukti disertipikat nir arah-arah seslat bukti jasad memperuntukkan bukti muka Kantor Pertanahan induk umumnya bukti yg siap muka Kantor Pertanahan adalah bukti tua yg belum diperbaharui. padahal buat surat tadi meratah tempo yg tua (Arba, 2020). Penundaan atau pembatalan pendaftaran hak tanggungan elektronik ini dibatalkan melalui sistem. Jika terjadi pembatalan pendaftaran hak tanggungan elektronik sedangkan hak tanggungan elektronik sudah di bayarkan, maka biaya tersebut di kembalikan kepada pemhon. Berdasarkan hasil wawancara dengan I Wayan Gede Manaryasa penanggung jawab pendaftaran KPR secara elektronik, pelaksanaan program KPR secara elektronik masih menghadapi beberapa kendala, kendala yang ditemui sampai dengan server yang digunakan untuk melakukan pendaftaran KPR secara elektronik. program mengalami error dan data input sering gagal dimuat, terkadang memasukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) juga sering mengalami error. (Wawancara dengan I Wayan Gede Manaryasa, 20 Mei 2022, 16:45 WITA). Dalam hal terjadi kesalahan pemasukan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 (1) Peraturan Menteri Pertanian Nomor 5 Tahun 2020 menyatakan: Dalam hal pemasukan data harus diketahui adanya kesalahan dalam permintaan terjemahan. hipotek elektronik. Setelah hasil layanan hipotek tersedia, pemegang sertifikat hipotek dapat mengklaim kompensasi. Selanjutnya pada ayat (2) disebutkan bahwa: Permohonan perubahan akta hipotek elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan melalui sistem hipotek elektronik selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal di mana sertifikat hipotek diterbitkan. Namun, dalam praktiknya, e- privileges dapat menimbulkan masalah baru yang, alih-alih lebih mudah diselesaikan, malah memperumit tugas declarant sendiri, yang harus terlebih dahulu membuktikan kesalahan input dan kemudian akan diperbaiki. membutuhkan banyak waktu. Karena kesalahan data dalam sertifikat hipotek elektronik, validitas sertifikat hipotek mungkin rendah. Oleh karena itu, pemerintah harus mengkaji ulang peraturan-peraturan tersebut agar tidak tumpang tindih dengan peraturan sebelumnya dengan peraturan yang lebih tinggi dan untuk mengurangi kesenjangan peraturan serta memberikan kepastian hukum dalam perumusan peraturan ini resmi. ## IV. KESIMPULAN DAN SARAN ## 1. Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pendaftaran hak tanggungan yang dilakukan secara elektronik di Kantor Pertanahan Kota Denpasar berjalan cukup baik dan sangat membantu dalam pelaksanaannya penerbitan hak tanggungan, dari segi waktu dan biaya. dan efisiensi energi. Implementasi ini dapat dilihat dari perkembangan beberapa proses permohonan hipotek sejak awal persetujuan yaitu pada tanggal 8 April 2020 yang didahului dengan escrow, telah dilakukan pembuatan akta hipotek oleh kantor PPAT, serta pencatatan kredit hipotek secara elektronik, namun terdapat beberapa kendala dalam melakukan pencatatan arsip hipotek secara elektronik, sehingga proses e-mortgage terhambat. Penyelesaian problem dan kendala yang dihadapi oleh pengguna Hak Tanggunga Elektronik terutama Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Kreditor sebagian besar berkaitan dengan sistem IT dan server layanan Hak Tanggungan Elektronik. Keterbatasan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendaftaran hipotek elektronik ditinjau dari faktor-faktor yang dihadapi oleh Kantor Pertanahan Kota Denpasar seperti proses aplikasi yang agak lama, proses aplikasi atau entri hipotek elektronik dilakukan oleh penanggung jawab penandatanganan tanah. Lama akta, antusias PPAT lemah, Verifikasi catatan KPR Elektronik oleh Kantor Pertanahan memakan waktu lama, dan permintaan elektronik sering cacat. 2. Saran Usul yang dapat penulis rujuk kepada Kantor Pertanahan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan hak gadai elektronik serta kepada pengguna sistem hipotek elektronik, khususnya Badan Pertanahan Nasional (BPN) , penanggung jawab Pertanahan dan masyarakat pembuat akta adalah: Bagi Badan Pertanahan Nasional (BPN), diharapkan Badan Pertanahan Nasional (BPN) dapat mensosialisasikan sepenuhnya perbaikan sistem elektronik tersebut kepada berbagai pemangku kepentingan. Terhadap Pemberi Hak Tanggungan (PPAT), diharapkan PPAT sebagai agen penerima APHT selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam membuat Perjanjian Akta Hak Tanggungan (APHT). hipotek, dan selalu mengikuti sosialisasi dari Kantor Badan Pertanahan Nasional. Bagi para pihak dalam mengajukan hipotek, diharapkan para pihak khususnya penerima APHT selalu memeriksa pokok hak tanggungan (APHT) agar tidak menimbulkan kerugian bagi diri mereka sendiri. Untuk kreditor, khususnya institusi Keuangan Bank dan lainnya agar dapat membuat MOU dengan Pengguna Layanan Hak Tanggungan Elektronik lainnya ( Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional) mengintegrasikan aplikasi mitra kerja. ## DAFTAR PUSTAKA Aguw, G. Y. (2017). Kajian Yuridis Asas Pemisahan Horizontal Dalam Hak Tanggungan Atas Tanah. Lex et Societatis , 6 . Arba, M. H. (2020). Hukum Hak Tanggungan . Sinar Grafika. Bisama, I. Made Yoga, Anak Agung Istri Agung, D. G. D. A. (2022). “Akibat Hukum Batalnya Permohonan Pendaftaran Hak Tanggungan Elektronik menurut Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2020.” Jurnal Konstruksi Hukum , 3 (2), 432–437. Danakusuma, T. (2009). Pendaftaran Hak Tanggungan di Kantor Pertanahan Kota Denpasar. Diss. Harsono, B. (1999). Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi Dan Pelaksanaannya . Djambatan. HS, H. S. (2017). Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia . Raja Grafindo Perkasa. Ak Imron (2017). “Pembebanan Hak Tanggungan Terhadap Objek Tanah Yang Belum Terdaftar Beramaan Permohonan Pendaftaran Tanah Pertama Kali,.” Repertorium , 2 (4), 2. Mujiburohman, A. N. and D. A. (2020). Buku Ajar Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah (S. Press (ed.)). Nurjanah, S. (2018). Eksistensi Hak Tanggungan Sebagai Lembaga jaminan Hak Atas Tanah (Tinjauan Filosofis). Jurisprudentie. Sujiono, Y. N. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Dasar Anak Usia Dini . PT Indeks.
7cfafbe2-f7d3-4108-a3da-4d6c745e1560
https://journal.unimal.ac.id/emabis/article/download/546/347
## EFEK KONTRIBUSI STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN KEPUTUSAN PENDANAAN DALAM MENINGKATKAN NILAI PERUSAHAAN Awaluddin Awaluddin 1 Herman Sjahruddin 2 Masnama Tadjo 2 & Poppy Nahdia Syahrani Pascawati 3 1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar Bongaya, Indonesia 2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar Bongaya, Indonesia 3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar Bongaya, Indonesia Email Corespondent : [email protected] Abstract: Ownership structure and funding decisions are determinants of company value, so this study was conducted with the intent to examine the contribution of ownership structures proxied by institutional ownership and funding decisions through debt to equity ratios as proxies in analyzing company values proxied through price to book values. The unit of analysis used is the financial statements of 18 issuers of the manufacturing sub-sector which were listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in 2015-2018 (nine of them did not meet the sampling criteria). The results of data analysis provide evidence if the contribution of ownership structure that is proxied by institutional ownership is not able to increase the price to book value, the evidence has in common in explaining the contribution of a positive debt to equity ratio in increasing price to book value. Keywords : Ownership structure; debt to equity ratio; prices book value; Abstrak: Struktur kepemilikan dan keputusan pendanaan merupakan determinan dari nilai perusahaan, sehingga studi ini dilakukan dengan maksud untuk menguji kontribusi struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan institusional dan keputusan pendanaan melalui debt to equity ratio sebagai proksinya dalam menganalisis nilai perusahaan yang di proksikan melalui price book value. Unit analisis yang digunakan adalah laporan keuangan 18 emiten sub-sektor manufaktur yang listing pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2018 (sembilan emiten diantaranya tidak memenuhi kriteria sampling). Hasil analisis data memberikan bukti jika kontribusi struktur kepemilikan yang diproksikan dengan kepemilikan institusional tidak mampu meningkatkan price book value, bukti tersebut memiliki kesamaan dalam menjelaskan kontribusi debt to equity ratio yang positif dalam meningkatkan price book value . Keywords : Ownership structure, debt to equity ratio, prices book value E-MABIS: JURNAL EKONOMI MANAJEMEN DAN BISNIS Volume 21, Nomor 2, OKTOBER 2020 P-ISSN : 1412-968X E-ISSN : 2598-9405 ## PENDAHULUAN Banyaknya perusahaan dalam industri, serta kondisi perekonomian di era globalisasi saat ini telah menciptakan persaingan yang ketat antara perusahaan manufaktur. Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai. Perusahaan yang telah go public bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Salvatore, 2005:8; dalam Syamsul Fauzi, 2018). Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan di ikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham and Gapensi, 1996; dalam Dewi 2017). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan di presentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan ( financing ), dan manajemen asset. Perusahaan mempunyai tujuan jangka panjang yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka kemakmuran pemegang saham akan semakin meningkat. Menurut Prasetyo (2011:158) nilai perusahaan merupakan hasil kerja manajemen dari beberapa dimensi diantaranya adalah arus kas bersih dari keputusan investasi, pertumbuhan dan biaya modal perusahaan. Bagi investor, nilai perusahaan merupakan konsep penting karena nilai perusahaan merupakan indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Nilai perusahaan yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik. Salah satunya, pandangan nilai perusahaan bagi pihak kreditur. Bagi pihak kreditur nilai perusahaan berkaitan dengan likuiditas perusahaan, yaitu perusahaan dinilai mampu atau tidaknya mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh pihak kreditur. Apabila nilai perusahaan yang tersirat tidak baik maka investor akan menilai perusahaan dengan nilai rendah. Penjelasan pada teori signal menyebutkan jika informasi yang di publikasikan sebagai suatu pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Perusahaan memberikan dorogan untuk pengguna laporan keuangan. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri merupakan ketidak seimbangan informasi antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham), bahwa pihak manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak pemegang saham (Ross, 1977; dalam Ustiani, 2015). Secara empiris nilai perusahaan berdasarkan financial report perusahaan sub manufaktur sektor makanan dan minuman yang diperoleh pada website Bursa Efek Indonesia (BEI), menunjukkan adanya perubahan yang mengindikasikan terjadinya penurunn, seperi yang dapat ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Nilai Perusahan Kode Emiten Nilai Perusahaan Perubahan 2017 2018 DLTA 3.48 3.75 0.27 ICBP 5.11 5.56 0.45 INDF 1.43 1.35 -0.08 MLBI 27.06 40.24 13.18 MYOR 6.71 7.45 0.74 ROTI 5.39 2.6 -2.79 SKBM 1.23 1.15 -0.08 SKLT 2.46 3.16 0.7 ULTJ 3.59 3.32 -0.27 Ẋ 6.273333 7.62 -1.34667 Sumber: Bursa Efek Indonesia (2020) Pemilihan perusahaan manufaktur disebabkan karena perusahaan manufaktur mencerminkan pertumbuhan dan atau perkembangan ekonomi dan bisnis nasional, disamping itu perusahaan manufaktur merupakan sektor yang memiliki kompleksitas bisnis yang tinggi. Fokus studi laporan tahunan pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi. Alasan penulis memilih sektor industri barang konsumsi karena kegiatan ataupun aktivitas dalam sektor ini sangat aktif dan persaingannya sangat sengit, oleh karena itu sektor ini mampu menarik minat investor untuk melakukan investasi. Di era globalisasi ini permintaan masyarakat akan kebutuhan sehari-hari semakin meningkat, Contohnya semakin meningkatnya kebutuhan makanan dan minuman, serta keperluan rumah tangga. Pernyataan yang dikemukakan pada latar belakang dan adanya permasalahan harga saham perusahaan serta perbedaan temuan peneliti terdahulu, maka permasalahan dari penelitian ini, apakah struktur kepemilikan dan keputusan pendanaan dapat memberikan kontribusi lebih dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufakur Di Bursa Efek Indonesia). ## TINJAUAN PUSTAKA ## Teori Signal Manajer keuangan mempergunakan seluruh sumberdaya perusahaan untuk mencari dana, mengelola dana, dan membagi dana dengantujuan mampu memberikan profit atau kemakmuran bagi para pemegang saham dan sustainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan (Widoatmojo, 2012:15; Irham Fahmi, 2016:2). Sebagai suatu aktivitas bisnis pasar modal memberikan manfaat (Sartono, 2014 : 38) kepada penggunanya, yaitu, kepada emiten, pasar modal sebagai alternatif untuk menghimpun dana masyarakat bagi emiten memberikan banyak manfaat, dan kepada pemilik modal, pasar modal yang telah berkembang baik merupakan sarana investasi lain yang dapat dimanfaatkan investor. Investasi melalui pasar modal dapat dilakukan dengan cara membeli instrumen pasar modal seperti saham, obligasi, ataupun sekuritas kredit. Investasi dipasar modal juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan investasi pasar sektor perbankan. Melalui pasar modal investor dapat memilih berbagai jenis efek yang diinginkan, dan kepada lembaga penunjang, berkembangnya pasar modal juga mendorong perkembangan lembaga penunjang menjadi lebih profesional dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang masing-masing. Keberhasilan pasar modal tidak terlepas dari peran lembaga penunjang. Manfaat lain dari berkembangnya pasar modal adalah munculnya lembaga penunjang baru sehinggaa semakin bervariasi, likuiditas efek semakin tinggi. Kepada pemerintah, perkembangan pasar modal merupakan alternatif lain sebagai sumber pembiayaan pembangunan selain dari sektor perbankan dan tabungan pemerintah. Pembangunan semakin pesat memerlukan dana yang semakin besar pula, untuk itu perlu dimanfaatkan potensi dana masyarakat. Teori signal (signalling theory) menjelaskan bahwa informasi yang di publikasikan sebagai suatu pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Perusahaan memberikan dorogan untuk pengguna laporan keuangan. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi (merupakan ketidak seimbangan informasi antara manajemen perusahaan dengan pemegang saham), bahwa pihak manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak informasi mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak pemegang saham (investor dan kreditor) (Ross, 1977; dalam Ustiani, 2015). ## Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai perusahaan Struktur kepemilikan merupakan pemisahan antara pemilik perusahaan dan manajer perusahaan. Pemilik atau pemegang saham adalah pihak yang menyertakan modal kedalam perusahaan, sedangkan manajer adalah pihak yang ditunjuk pemilik dan diberi kewenangan mengambil keputusan dalam mengelola perusahaan, dengan harapan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik (Sudana, 2011:11). Struktur kepemilikan di proksikan dengan kepemilikan institusional (Masdupi, 2015 dalam Pasaribu, 2016), yaitu : Struktur kepemilikan dalam penelitian ini di ukur oleh kepemilikan institusional yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya. kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer (Bernandhi, 2013). Perusahaan yang memiliki kepemilikaan institusional yang tinggi akan Semakin terkonsentrasi kep emilikan saham dalam suatu perusahaan, maka pengawasan yang dilaksanakan oleh pemilik akan semakin efektif dan efisien sebab manajemen akan semakin berhati-hati bekerja untuk pemilik modal. Hal ini merupakan sinyal negatif bagi pihak luar karena strategi aliansi investor institusional dengan pihak manajemen cenderung mengambil kebijakan perusahaan yang tidak optimal. (Rahma, 2014; Lorenza, dkk., 2020). Pemilihan struktur kepemilikan pada studi ini disebabkan karena struktur kepemilikan merupakan bentuk komitmen dari pemegang saham untuk mendelegasikan pengendalian dengan tingkat tertentu kepada para manajer dan institusi (Rini, 2015). Asthri dkk., (2016) mengkonfirmasi temuannya jika struktur kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut mendapat bantahan, Rahma (2014) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi kepemilikan institusional, semakin tinggi nilai perusahaan, sebaliknya jika semakin rendah maka nilai perusahaan akan berbanding searah. Pernyataan tersebut disandarkan pada kewenangan dalam pengambilan keputusan keuangan H1 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Nilai perusahaan Keputusan pendanaan adalah keputusan mengatur komposisi aktivitas pendanan yang sangat tergantung pada situasi di pasar keuangan (Subramanyam dan Wild, 2010:19). Keputusan pendanaan di proksikan dengan debt to equity ratio (Sudiarto, 2016), yaitu: Beberapa peneliti terdahulu menjelaskan jika nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar investor apabila perusahaan akan dijual. Berkaitan dengan hal tersebut, nilai perusahaan merupakan harga jual perusahaan yang dianggap layak oleh calon investor sehingga investor tersebut mau membayarnya, jika suatu perusahaan akan dilikuidasi (Sartono, 2014:9). Nilai Perusahaan di proksikan melalui price book value (PBV) (Harmono, 2017:114), yaitu: Pemilihan variable keputusan pendanaan karena Keputusan pendanaan ini mencakup cara bagaimana mendanai kegiatan perusahaan agar optimal, cara memperoleh dana untuk investasi yang efisien, dan cara mengkomposisikan sumber dana optimal yang harus dipertahankan (Rahma, 2014) Keputusan pendanaan dalam penelitian ini diukur oleh debt to equity ratio, yang berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal sendiri. Permasalahan dalam pendanaan yaitu bagaimana perusahaan dengan cepat memadukan komposisi dana permanen yang digunakannya dengan mencari paduan dana yang dapat meminimumkan biaya modal perusahaan sehingga memaksimalkan harga saham dengan membuat komposisi sumber pembiayaan yang optimal (Rodoni dan Ali, 2010 : 138; Nelwan, R.,, dkk., 2020; Anggraeni, I. R., dkk., 2020). Pemanfaatan teori signal dalam penelitian ini di dukung oleh beberapa peneliti terdahulu. Hasil temuan peneliti terdahulu Artini dan Puspaningsih (2011) keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan, Liza Yulianti (2014) jika keputusan pendanaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Semakin tinggi DER maka semakin meningkat kepercayaan investor terhadap perusahaan sehingga memberikan dampak yang nyata pada peningkatan nilai perusahaan H2 : Debt to equity ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan ## METODE PENELITIAN ## Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantutatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2017:8). Jenisnya data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa angka atau bilangan absolut dapat dikumpulkan dan dibaca relatif mudah (Sunyoto, 2013:21). ## Data Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari publikasi Laporan Keuangan yang telah dipublikasikan pada halaman website Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu melalui IDX ( Indonesian Stock Exchange). Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mentabulasi laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia melalui https://www.idx.co.id/ serta dari berbagai buku pendukung. ## Metode Analisis Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan model persamaan sebagai berikut : Y= a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + eit Efek Kontribusi Struktur Kepemilikan Dan Keputusan Pendanaan .........Awaluddin, Herman Sjahruddin, Masnama Tadjo, & Poppy Nahdia Syahrani Pascawati Dimana: Y = Nilai perusahaan a = Konstanta b = Koefisien regresi X 1 = Struktur kepemilikan X 2 = Keputusan pendanaan ## HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan regresi ganda untuk menguji secara statisti dua variabel bebas atau lebih mensyaratkan jika seluruh data yang digunakan terbebas dari gangguan data, sehingga untuk itu digunakan Blue- test ( best, linear, unbiased and estimated ). Langkah pertama dilakukan dengan menguji normalitas data, yang dapat ditunjukkan sebagai berikut: Tabel 2. Kenormalan data Uraian Ukuran Banyaknya data 36 Test statistic 0,131 p-value 0,126 Sumber : Data diolah (2020). Unit data yang digunakan sebanyak 36 dan berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov terhadap nilai residual, diketahui bahwa nilai test-statistik sebesar 0.131 dan Asymptotic Significance sebesar 0.126. Dengan demikian, hasil tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakkan dalam studi ini dikatakan berdistribusi normal karena kedua pengukur menunjukkan hasil yang nilainya > 0.05. Tahapan kedua dilakukan pengujian multikolinearitas data yang dilakukan dengan melihat nilai TOL dan VIF pada hasil collinearity statistics , seperti yang ditunjukkan dibawah ini. Tabel 3. Multikol data Pengukur Tolerance VIF KPI .965 1.036 DER .965 1.036 Sumber : Data diolah (2020) Nilai tolerance variable Struktur Kepemilikan (KPI) dan Keputusan Pendanaan (DER) yakni sebesar 0,965 < 1 dan nilai VIF variable Struktur Kepemilikan (KPI) dan Keputusan Pendanaan (DER) sebesar 1,036 < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Multikolinearitas terhadap data yang di uji. Tahapan ketiga dilakukan pengujian hetero dengan melihat nilai p-value, seperti yang ditunjukkan dibawah ini. Tabel 4. Keragamman data Pengukur t-statistik p-value KPI .919 .365 DER 1.241 .223 Sumber : Data diolah (2020) Nilai p-value pada KPI = 0.365 > 0.05 dan DER 223 > 0.05, sehingga berdasarkan uji Glejser maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan adalah homogeny (tidak terjadi heterokedastisitas). Tahapan ke-empat dilakukan pengujian linearitas dengan melihat nilai p-value, seperti yang ditunjukkan dibawah ini. ## Tabel 5. Linearitas data Pengukur KPI  PBV DER  PBV F Sig. F Sig. F-test 2.093 .061 5.300 .057 Linearity 1.652 .213 42.230 .053 Deviation 2.127 .060 4.069 .090 Sumber : Data diolah (2020) Nilai penyimpangan (deviation) p-value pada KPI  PBV = 0,060 dan DER  PBV = 0,090 > 0.05 sehingga dari hasil tersebut memberikan bukti jika data yang digunakan adalah data yang searah (linear) Setelah dilakukan pengujian penyimpangan data dan hasilnya menunjukkan jika keseluruhan data memenuhi (bersyarat), maka dilanjutkan pada analisis statistic deskriptif, sebagai berikut: Tabel 6 . Deskripsi data Pengukur Mean Std. Deviation PBV 5.8877 1.10171 KPI 3.5560 1.14021 DER 3.9652 .96900 Sumber : Data diolah (2020) Pada nilai perusahaan (PBV) diketahui bahwa besarnya nilai mean sebesar 5,8877 dengan standar deviasi sebesar 1,10171 (mean > deviation). struktur kepemilikan (KPI) bahwa besarnya nilai mean sebesar 3,5560 dengan standar deviasi sebesar 1,14021 (mean > deviation) dan untuk keputusan pendanaan (DER) besarnya nilai mean sebesar 3,9652 dengan standar deviasi sebesar 0,96900 (mean > deviation). Berdasarkan fakta tersebut, maka dapat dinyatakan jika data cenderung dapat berkontribusi antara variabel bebas dengan variabel terikat. Penetapan terdapat atau tidak efek kontribusi sekaligus sebagai dasar penerimaan hipotesis dilakukan dengan menggunakan perbandingan pada nilai t-hitung dan p-value pada pengujian regresi ganda, yang ditunjukkan sebagai berikut: Tabel 7. t-hitung regresi Model B (Unst) B (Stand) t-hit. p Konstan 2.414 2.662 .012 Std. Error .907 KPI .284 1.959 .059 DER .554 3.816 .001 Sumber : Data diolah (2020) Hasil regresi ganda menunjukkan jika nilai koefisien regresi ganda struktur kepemilikan (KPI) dan keputusan pendanaan (DER) pada nilai perusahaan (PBV) sebesar 0,284 (KPI) dan 0,554 (DER) dan nilai konstanta sebesar 2,414, sehingga dapat dituangkan kedalam persamaan regresi ganda sebagai berikut: PBV = 2.414 (a) + 0.284 (KPI) + 0,554 (DER) + 0.907 (e) Model ini menunjukkan bahwa koefisien regresi bertanda positif pada kotribusi KPI dan DER yang membuktikan jika terdapat efek kontribusi yang positif dari struktur kepemilikan (KPI) dan keputusan pendanaan (DER) terhadap nilai perusahaan (PBV) yang berarti bahwa semakin tinggi struktur kepemilikan dan keputusan pendanaan, maka semakin memberikan efek kontribusi dalam meningkatkan nilai perusahaan. Sehingga dapat dijelaskan variabel Struktur Kepemilikan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,284 berarti bahwa apabila Struktur Kepemilikan naik sebesar 1%, maka Nilai Perusahaan akan mengalami peningkatan sebesar 0,28% dan untuk keputusan pendanaan memiliki koefisien regresi positif sebesar 0,554 berarti bahwa apabila Keputusan Pendanaan meningkat 1%, maka nilai perusahaan akan mengalami kenaikan sebesar 0,55% pada saat variabel bebas lainnya tidak berubah (konstan) sementara nilai konstanta sebesar 2,414 memberi pengertian jika struktur kepemilikan konstan atau sama dengan nol (0), maka besarnya Nilai Perusahaan sebesar 2,414 satuan atau mengalami peningkatan sebesar 2,41%. Secara keseluruhan dalam pemodelan hasil regresi ganda dapat dihitung efek kontribusinya melalui nilai koefisien determinasi sebagai berikut: Tabel 8. Efek kontribusi Independent Pearson Correlation Stand. Coeff. R 2 =0,329 Kontibusi parsial Struktur kep.(KPI) 0,181 X 0,284 = 0,051 Kep.Penda (DER) 0,501 X 0,554 = 0,278 Efek Kontribusi total = 0,329 Sumber : Data diolah (2020) Hasil pengujian efek kontribusi total sebesar 0,329 atau sebesar 32,90% menunjukkan kontribusi struktur kepemilikan (KPI) dan keputusan pendanaan (DER) dalam meningkatkakan nilai perusahaan (PBV) manufaktur sub-sektor makanan dan minuman, sedangkan selisihnya sebesar 67,10% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dianalisis dalam model regresi pada sudi ini. Secara parsial efek kontribusi yang dominan dibuktikan pada kontribusi keputusan pendanaan (DER) yaitu sebesar 0,278 atau 27,80% dalam menjelaskan nilai perusahaan (PBV). Pengujian pemodelan regresi digunakan untuk melihat apakah model yang digunakan merupakan model yang sesuai ataukah sebaliknya. Pengujian ini bersandar pada nilai Fisher test hit. dibandingkan dengan Fisher test tab, sebagai berikut; Tabel 9. Fisher-test Model F-hitung F-tabel p Regresi 8.089 3,284 0.001 Sumber : Data diolah (2020) Hasil Fisher test menunjukkan jika nilai f- hitung = 8.089 > 3,284 F-tabel, sehingga dapat dinyatakkan jika model yang digunakan sesuai dengan syarat data atau dengan kata lain memenuhi goodness of fit model . Tabel 10. t-hitung hipotesis Model t-hit. t-tabel p KPI 1.959 2,034 .059 DER 3.816 2.034 .001 Sumber : Data diolah (2020) Kriteria pengujian t-test pada menunjukkan jika nilai t hit > nilai t tab , atau nilai α < 0,05 maka H a1 diterima dan H 01 ditolak. Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa besarnya t hit sebesar 1.959 sedangkan besarnya t tab pada tingkat kepercayaan 95% dan derajat bebas =33 maka diperoleh nilai t tab = 2,034. Karena nilai t hit < nilai t tab dengan signifikansi t (0,059) lebih besar dari α = 0,05 maka H 0 diterima dan H a ditolak. Ini berarti efek kontribusi struktur kepemilikan (KPI) berpengaruh positif tidak signifikan dalam menjelaskan nilai perusahaan (PBV) Pada pengujian lainnya, diperoleh besarnya t hit sebesar 3.816, sedangkan besarnya t tab = 2,034. Karena nilai t hit > dari nilai t tab dengan signifikansi (0,001) < α = 0,05 maka H 0 ditolak dan H a diterima. Ini berarti keputusan pendanaan (DER) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Interpretasi dari hasil tersebut dapat diurai sebagai berikut: Efek kontribusi struktur kepemilikan (KPI) dalam menjeaskan nilai perusahaan (PBV) menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional, maka semakin tinggi nilai perusahaan, namun kontribusi tersebut tidak bermakna. Pernyataan tersebut merujuk pada teori signal bahwa pihak manajemen perbankan senantiasa memberikan informasi yang baik kepada stakeholders melalui pencapaian aktivitas keuangan sehingga dengan informasi tersebut berdampak pada permintaan saham yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan yang disebabkan karena investor memperoleh kepercayaan dari aktivitas keuangan yang dilakukan pihak manajemen perusahaan. Kepemilikan institusional berperan penting untuk meminimumkan terjadinya konflik keagenan antara pemilik dengan manajer, keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. (Bernandhi, 2013) Kontirbusi positif dan tidak signifikan berdasarkan temuan penelitian ini berbeda dengan temuan Asthri dkk., (2016) bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Rahma (2014) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Efek kontribusi keputusan pendanaan (DER) dalam menjeaskan nilai perusahaan (PBV) menunjukkan hasil bahwa semakin tinggi debt to equity ratio , maka semakin tinggi nilai perusahaan. Debt to equity ratio berkaitan dengan struktur pembelanjaan permanen perusahaan yang terdiri atas hutang jangka panjang dan modal sendiri. Perusahaan memiliki kemampuan untuk memadukan komposisi dana permanen yang digunakannya dengan mencari sumber dana yang dapat meminimumkan biaya modal perusahaan sehingga berdampak pada price book value Temuan studi ini relevan dengan bukti yang ditawarkan Artini dan Puspaningsih (2011) bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Liza Yulianti (2014) bahwa keputusan pendanaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. ## PENUTUP ## Kesimpulan Struktur kepemilikan memberikan efek kontribusi yang positif tidak signiikan terhadap nilai perusahaan, bahwa kepemilikan institusional merupakan aktivitas keuangan yang penting, namun dalam pelaksanaannya efek kontribusi tersebut belum mampu meningkatkan price book value . Keputusan pendanaan terbukti memberikan efek konstribusi yang tinggi dan nyata dalam meningkatkan price book value, dapat dijelaksan jika perusahaan manufaktur sub-sektor Makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam membiayai operasional perusahaan mengoptimalkannya melalui debt to equity ratio sehingga dengan kondisi tersebut perusahaan dapat memperoleh kepercayaan dari investor melalui proses manajemenisasi yang baik pada price book value . ## Saran Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam mengeksplorasi data yang dimiliki perusahaan, hal ini diakibatkan karena minimnya akses data laporan keuangan perusahaan yang dimiliki peneliti sehingga membatasi hasil temuan, untuk itu disarankan kepada peneliti lanjutan menambah determinan dari nilai perusahaan dengan menggunakan data yang lebih komprehensif . Aspek keuangan terpenting yang harus dibenahi pihak manajemen adalah sruktur kepemilikan agar dapat dimaksimalkan dalam meningkatkan price book value perusahaan. Kepada investor direkomendasikan bahwa walaupun hutang perusahaan tinggi, namun jika dikelolah dengan baik maka dapat memberikan kontribusi yang nyata dalam memaksimalkan nilai perusahaan. ## REFERENSI Agus Sartono. 2014. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi empat . Cetakan ke tujuh Yogyakarta: BPFE. Ahmad, Rodoni dan Herni, Ali. 2010. Manajemen Keuangan . Jakarta : Mitra Wacana Media. Anggraeni, I. R., Sjahruddin, H., dan Astuti, N. P. 2020. Efek Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman . Jurnal Sains Manajemen dan Bisnis Indonesia, 10(1), 1-9. Artini, L. G. S., dan Puspaningsih, N. L. A. 2011. Struktur kepemilikan dan struktur modal terhadap kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan , 15 (1). Asthri, Dian Dwi Parama Asthri., Topowijono, dan Sulasmiyati, Sri. 2016. Analisis Teknikal dengan Indikator Moving Average Convergence Divergence untuk Menentukan Sinyal Membeli dan Menjual dalam Perdagangan Saham. Jurnal Administrasi Bisnis 33(2) Bernandhi, Riza. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Leverage dan Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan . Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. Danang, Sunyoto. 2013. Metodologi Penelitian Akuntansi . Bandung: PT Refika Aditama Anggota Ikapi. Dewi, L. C., dan Nugrahanti, Y. W. 2017. Pengaruh Struktur Kepemilikan dan Dewan Komisaris Independen terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi di Bei Tahun 2011-2013). Kinerja. 18(1). Fahmi, Irham. 2016. Pengantar Manajemen Keuangan . Bandung : Alfabeta. Harmono. 2017. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced . Jakarta: Pt Bumi Angkasa Raya. Lorenza, D., Kadir, M. A., dan Sjahruddin, H. 2020. Pengaruh Struktur Modal Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di BEI . Jurnal Ekonomi Manajemen, 6(1), 13-20. Nelwan, R., Sjahruddin, H., dan Sohilauw, M. I. 2020. Efek Profitabilitas Dan Solvabilitas Pada Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Jurnal Sains Manajemen dan Bisnis Indonesia, 10(1), 10-17. Pasaribu, M. Y., dan Sulasmiyati, S. 2016. Pengaruh Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2011-2014. Jurnal administrasi bisnis , 35 (1), 154-164. Prasetyo, A. H. 2011. Valuasi Perusahaan . Jakarta : PPM . Rahma, A. 2014. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Keputusan Pendanaan dan Nilai Perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2012) Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro. Rini, A. S. 2015. Pengaruh Modal Intelektual Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan . Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah. Sudana. 2011. Manajemen Keuangan PerusahaanTeori dan Praktik . Jakarta: Erlangga Sudiarto, R. E. 2016. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Nilai Perusahaan . Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV. Syamsul Fauzi, Muhammad. 2018. Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Agriculture Tahun 2012-2015. Jurnal Ilmu Manajemen (JIM) , 6 (1). Ustiani, N. 2015. Pengaruh Struktur Modal, Kepemilikan Managerial, Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen, Keputusan Pendanaan dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmiah , 1 . Widoatmodjo, Sawidji. 2012. Cara Sehat Investasi di Pasar Modal.Edisi Revisi. Jakarta: PT. Jurnalindo Aksara Grafika. Yuliyanti, L. 2014. Pengaruh Keputusan Keuangan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2007-2011) . Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta.
45fb74d5-1e9e-42b6-b7eb-9a77c9a79ef9
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/paradikma/article/download/28800/17702
## ANALISIS KESULITAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN TAPPS (THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING) DI SMA IT NUUR AR RADHIYYAH Nur Hasanah 1 , Humuntal Banjarnahor 2 , Yulita Molliq 3 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mengetahui: (1) tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam Pembelajaran TAPPS; (2) Kesulitan proses pemecahan masalah matematis siswa dalam pembelajaran TAPPS. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa SMA Ar Radhiyyah Kelas XI-A yang berjumlah 32 orang, kemudian diangkat subjek wawancara berdasarkan tingkat kemampuan pemecahan masalah, proses jawaban siswa berdasarkan indikator dan aspek kesalahan. Adapun hasil penelitian sebagai berikut : (1) Hasil penelitian pada kemampuan pemecahan masalah dengan interpretasi tingkat tinggi pada indikator memahami masalah sebesar 59%, pada indikator merencanakan masalah sebesar 44% , pada indikator melaksanakan masalah sebesar 19% dan. Pada interpretasi tingkat sedang indikator memahami masalah sebesar 28%, indikator merencanakan masalah sebesar 34%, indikator mengenal dan melaksanak masalah sebesar 50%. Pada interpretasi tingkat rendah indikator memahami masalah sebesar 13%, indikator merencanakan masalah sebesar 22%, indikator melaksanakan masalah sebesar 31%. (2) Kesulitan dalam pemecahan masalah (a) pada kategori tinggi siswa tidak mengalami kesulitan; (b) pada kategori sedang siswa mengalami kesulitan memahami konsep dan mengoperasikan pertidaksamaan linear matematika; (c) pada kategori rendah siswa mengalami kesulitan mensintesiskan ide, siswa kesulitan memahami konsep dan siswa kesulitan prinsip dalam pemecahan masalah. Kata Kunci : Pemecahan Masalah Matematis, Pembelajaran Thinking Pair Problem Solving. ## PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup memegang peranan penting dalam membantu mengembangkan potensi siswa. Pentingnya matematika, didasari oleh kemampuan siswa bermatematika merupakan landasan dan wahana pokok yang menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai untuk dapat melatih siswa berpikir dengan jelas, logis, sistematis, serta memiliki kepribadian dan keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari . Selain itu, matematika juga sarat dengan nilai-nilai yang dapat membentuk kepribadian dan karakter yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan zaman yang kompetitif dan menuntut profesionalitas. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti siswa di sekolah. Mengingat pentingnya matematika terhadap kehidupan manusia. Akan tetapi persepsi siswa terhadap matematika tidaklah sepenting manfaat dari matematika itu sendiri terhadap kehidupan manusia.Banyak siswa yang menganggap bahwa matematika itu adalah momok yang paling menakutkan bagi mereka, seperti yang dikemukakan oleh Turmudi bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari setiap kelasnya. ———————————————— 1 Corresponding Author: Nur Hasanah Universitas Negeri Medan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia E-mail: [email protected] 2 Co-Author: Humuntal Banjarnahor Universitas Negeri Medan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia 3 Co-Author: Yulita Molliq Universitas Negeri Medan, Medan, Sumatera Utara, Indonesia Senada dengan Holmes, Cooney dalam Hudojo mengemukakan bahwa, mengajar siswa menyelesaikan masalah-masalah akan memungkinkan siswa menjadi lebih analitik dalam mengambil keputusan dalam kehidupan. Artinya, siswa yang dilatih dalam menyelesaikan masalah maka siswa itu akan mampu mengambil keputusan, sebab ia mempunyai keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi, dan menyadari betapa perlu meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya. Dari hasil tes dan evaluasi PISA 2015, performa siswa-siswi Indonesia dalam bidang matematika masih tergolong rendah. Rata-rata skor pencapaian siswa- siswi Indonesia untuk matematika berada di peringkat 63 dari 69 negara yang dievaluasi (OECD, 2015). Rata- rata skor negara OECD adalah 490, sedangkan skor Indonesia adalah 386. Peringkat dan rata-rata skor Indonesia tersebut tidak berbeda jauh dengan hasil tes dan survey PISA terdahulu pada tahun 2012 yaitu berada di peringkat 64 dari 65 negara yang dievaluasi (OECD, 2013). Hal ini menunjukkan bahwa prestasi matematika Indonesia masih tergolong rendah. Dari kenyataan yang kurang memuaskan di atas, salah satu faktor penyebabnya adalah karena kemampuan pemecahan masalah siswa yang tergolong rendah. Padahal memecahkan masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Sebagian besar kehidupan adalah berhadapan dengan masalah- masalah. Maka itu, perlu untuk menyelesaikannya. Dalam pembelajaran di sekolah siswa sering dihadapkan dengan masalah-masalah, terutama dalam pelajaran matematika. ## PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA National Council of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah, guru harus memperhatikan lima kemampuan matematika yaitu: koneksi ( connections ), penalaran ( reasoning ), komunikasi ( communications ), pemecahan masalah ( problem solving ), dan representasi ( representations ). Saragih dan Winmery menyatakan, “In the problem-solving is often found that students are only concerned with the final answer without understanding how the process if the answer is correct or not. This often results in the students' incorrect answers“ . Artinya bahwa dalam pemecahan masalah, sering ditemukan bahwa siswa hanya fokus dengan jawaban akhir tanpa memahami bagaimana proses jawabannya benar atau tidak. Lebih lanjut Yuwono mengungkapkan “pentingnya pemecahan masalah dalam kehidupan manusia yang mendasari mengapa pemecahan masalah menjadi sentral dalam pembelajaran matematika di tingkat manapun”. Dengan demikian kemampuan siswa dalam pemecahan masalah merupakan hal yang paling penting. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, di dapati bahwa guru selama mengajar masih menggunakan pembelajaran langsung selama proses pembelajaran. Siswa juga terlihat kurang aktif pada saat pembelajaran. Ketika diberikan latihan dengan bentuk soal yang tidak sama, dengan contoh soal yang dijelaskan guru kebanyakan dari mereka kurang mampu mengerjakan soal tersebut. Kemudian dari hasil wawancara dengan guru matematika menyatakan bahwa matematika masih saja menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Setelah itu peneliti juga melakukan tes kemampuan pemecahan masalah kepada siswa. Untuk tes kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki siswa juga tergolong. Hal ini berdasarkan tes yang diberikan kepada kelas X SMA IT Nuur Ar Radhiyyah Langkat untuk materi sistem persamaan linear dua variabel. Kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis menjadi salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika di sekolah karena melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, serta mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan, gambar, grafik, peta, diagram, dan sebagainya. Upaya-upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang berlangsung di kelas secara terus menerus disosialisasikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat. Murtiyasa menegaskan bahwa “pendekatan pembelajaran matematika yang tepat dapat mendorong para siswa mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang matematika sehingga dapat sukses dalam belajar matematika”. Melalui pendekatan pembelajaran yang tepat akan menciptakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Banjarnahor, H dan Hutabarat menyatakan bahwa “Educational institutions should be considered as the center of excellence in the overall discourse of human resource development” . Ada banyak model pembelajaran yang bisa kita gunakan dalam upaya menumbuh kembangkan kedua kemampuan tersebut, salah satu model pembelajaran yang diduga akan sejalan dengan karakteristik matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah model pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving . Penerapan model pembelajaran yang bervariasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajran yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Pertama , beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan social,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, model pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut,maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki system pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan ( Trianto,) . Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) merupakan suatu pembaharuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematikaa. Melalui Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), peserta didik diarahkan oleh guru melalui pertanyaa-pertanyaan pemecahan masalah yang menuntut siswa menggunakan struktur kognitifnya secara optimal, sehingga siswa dapat menanyakan pada dirinya apa yang berkaitan dengan materi serta soal-soal, dan memahami dimana letak kelebihan dan kekurangan dirinya dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Barkley menjelaskan bahwa: Model thinking aloud pair problem solving (TAPPS) melibatkan siswa bekerja secara berpasangan dengan tugas yang berbeda untuk setiap siswa, satu pihak siswa sebagai problem solver yaitu bertugas menyelesaikan permasalahan yang diberikan dan menjelaskannya kepada listener dan satu pihak siswa lainnya sebagai listener dan ketika menjadi seorang problem solver, siswa harus dapat menemukan ide-ide, memahami konsep matematikaa yang dipelajari untuk dapat menyelesaikan permasalahannya, memahami urutan langkah-langkah yang mendasari pemikiran mereka, dan dapat mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan. Sehingga pada saat siswa menjadi seorang problem solver , siswa dapat melatih kemampuan pemecahan masalah matematika mereka. ## PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA ## KAJIAN TEORI ## Pemecahan Masalah Suatu masalah biasanya membuat seseorang untuk berfikir langsung menyelesaikannya akan tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Masalah bersifat subjektif bagi setiap orang, artinya suatu pertanyaan dapat menjadi masalah bagi seseorang, namun bukan masalah bagi orang lain. Karena itu, masalah yang disajikan kepada peserta didik harus sesuai dengan kemampuan dan kesiapan peserta didik serta proses penyelesaiannya tidak dapat dilakukan dengan prosedur rutin. Surya dan Syahputra (2017: 26) mengatakan pemecahan masalah juga merupakan bagian yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan pemecahan masalah merupakan sarana untuk mengasah penalaran yang cermat, logis, kritis, analitis, dan kreatif. Melalui pemecahan masalah matematis, memungkinkan siswa menjadi lebih analitis dalam mengambil keputusan di dalam hidupnya Masalah matematika dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu masalah rutin dan masalah non rutin (Wardhani, 2010:27), yaitu: (a) masalah rutin dapat dipecahkan dengan mengikuti prosedur yang mungkin sudah pernah dipelajari. Masalah rutin sering disebut sebagai masalah penerjemah karena deskripsi situasi dapat diterjemahkan dari kata-kata menjadi simbol- simbol; (b) masalah non rutin mengarah kepada masalah proses, membutuhkan lebih dari sekedar menerjemahkan masalah menjadi kalimat matematika dan penggunaan prosedur yang sudah diketahui.Masalah non rutin mengharuskan pemecahan masalah untuk membuat metode pemecahan sendiri. Pentingnya pemecahan masalah juga diungkapkan oleh Beigie yang mengatakan bahwa melalui pemecahan masalah, siswa dapat belajar tentang memperdalam pemahaman mereka tentang konsep matematika dengan bekerja melalui isu-isu yang dipilih menggunakan aplikasi matematika untuk masalah nyata. Itu Pengembangan kemampuan pemecahan masalah matematika dapat membekali siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Menurut Hudojo (2005:133) pemecahan masalah merupakan suatu hal yang esensial di dalam pembelajaran matematik, sebab: (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan, kemudian menganalisisnya dan akhirya meneliti kembali hasilnya; (2) keputusan intelektual akan timbul dari dalam merupakan hadiah intrinsik bagi siswa; (3) potensi intelektual siswa meningkat; (4) siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses melakukan penemuan. Menurut NCTM (2010:1) Pemecahan masalah ( problem solving ) merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran matematika, maupun penyelesaiannya. Siswa mungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah. Selain itu, pemecahan masalah juga merupakan aktivitas yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, karena tujuan belajar yang ingin dicapai dalam pemecahan masalah berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. NCTM (2010:1) menambahkan bahwa istilah pemecahan masalah mengacu pada tugas matematika yang memiliki potensi untuk memberikan tantangan intelektual dan meningkatkan pemahaman pengembangan matematika siswa. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru. Pemecahan masalah tidak sekedar sebagai bentuk kemampuan menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan belajar terdahulu, melainkan proses untuk mendapatkan aturan pada tingkat yang lebih tinggi. Apabila seseorang telah mendapatkan suatu kombinasi perangkat aturan yang terbukti dapat dioperasikan sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi, maka ia tidak saja dapat memecahkan masalah, melainkan juga telah berhasil menemukan sesuatu yang baru, berupa perangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir. Untuk memecahkan masalah matematika diperlukan langkah-langkah konkrit yang tepat sehingga diperoleh jawaban yang benar. Penjelasan mengenai empat langkah pemecahan masalah menurut polya adalah sebagai berikut: 1) Memahami masalah ( understanding the problem ) 2) Merencanakan penyelesaian masalah ( devising a plan ) 3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah ( carrying out the plan ) 4) Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian ( looking back) Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika dalam penelitian ini adalah adalah kemampuan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman matematika mereka untuk memecahkan soal berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya yaitu memahami masalah ( understanding the problem ), merencanakan ## PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA penyelesaian masalah (devising a plan), melaksanakan rencana pemecahan masalah ( carrying out the plan ), memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian ( looking back) . ## Pembelajaran TAPPS Joyce dan Weil sebagaimana dikutip oleh Rusman (2014: 133) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Sedangkan Soekamto (Trianto, 2009: 22) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang mengenai prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu serta sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Model pembelajaran mengarahkan para pengajar dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui merupakan hal yang penting bagi para pengajar karena dengan menguasai model pembelajaran maka seorang pengajar akan mendapatkan kemudahan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Menurut Rusman (2014: 133) model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya. Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, salah satu model pembelajaran yang sesuai untuk melatih kemampuan masalah peserta didik adalah model pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Dalam bahasa Indonesia, Think Aloud berarti berpikir keras, pair artinya berpasangan, dan problem solving artinya memecahkan masalah. Sehingga Think Aloud Problem Solving (TAPPS) dapat diartikan sebagai teknik berpikir keras untuk memecahkan masalah secara berpasangan. Sedangkan menurut Pate (2004: 5), “ The thinking aloud pair problem solving (TAPPS) technique is a strategy for improving problem solving performance through verbal probing and elaboration ”. Berdasarkan pendapat tersebut, model TAPPS dapat diartikan sebagai strategi untuk meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah melalui penyelidikan dan perluasan verbal. Dari penjabaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) adalah model pembelajaran yang lebih menekankan pada kemampuan pemecahan masalah dimana peserta didik dilatih untuk berpikir keras secara berpasangan dalam memecahkan masalah. Dalam model pembelajaran TAPPS setelah guru menyampaikan pokok materi dan membahas contoh soal mengenai materi bersama dengan peserta didik, guru membagi peserta didik kedalam kelompok yang terdiri dari 2 peserta didik. Setiap pasangan diberikan suatu permasalahan yang harus dipecahkan. Masing- masing peserta didik memiliki tugas yang berbeda sesuai dengan peran mereka masing-masing. Menurut Stice sebagaimana yang dikutip oleh Rohman (2013: 21) tugas dari problem solver dan listener adalah sebagai berikut: 1. Tugas Problem Solver yaitu: a. Menyiapkan buku catatan, alat tulis, dan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah b. Membacakan masalah dengan suara keras c. Mulai untuk memecahkan masalah sendiri, problem solver mengemukakan semua pendapat serta gagasan yang terpikirkan, mengemukakan semua langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana langkah tersebut diambil agar listener mengerti penjelasan yang dilakukan problem solver . d. Problem solver harus lebih berani dalam mengungkapkan segala hasil pemikirannya, anggaplah bahwa listener tidak sedang mengevaluasi e. Mencoba untuk tetap menyelesaikan masalah tersebut sekalipun problem solver menganggap masalah tersebut mudah. 2. Tugas Listener yaitu: a. Listener adalah seorang penanya bukan pengkritik b. Menuntun Problem Solver agar tetap bicara, tetapi jangan menyela ketika Problem Solver sedang berpikir. c. Memastikan bahwa langkah dari solusi permasalahan yang diungkapkan Problem Solver tidak ada yang salah dan tidak ada langkah yang terlewatkan membantu Problem Solver agar lebih teliti dalam mengungkapkan solusi permasalahannya. d. Memahami secara detail setiap langkah yang diambil Problem Solver . Jika tidak mengerti, maka bertanyalah kepada Problem Solver . e. Jangan berpaling dari Problem Solver dan mulai menyelesaikan sendiri masalah yang sedang dipecahkan ProblemSolver . f. Jangan membiarkan Problem Solver melanjutkan pemaparannya jika listener tidak mengerti apa yang dipaparkan Problem Solver dan jika listener berpikir ada suatu kesalahan g. Memberikan isyarat pada Problem Solver jika Problem Solver melakukan kesalahan dalam proses berpikirnya atau dalam perhitungannya, tetapi listener jangan memberikan jawaban yang benar tetapi berikan pertanyaan penuntun yang ## PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA mengarah ke jawaban yang benar. Setelah permasalahan pertama terselesaikan, kedua peserta didik bertukar peran dan diberikan permasalahan matematika lain yang sejenis dengan tingkat kesulitan yang sama. Hal ini berguna agar setiap peserta didik dapat memberikan analisa mereka sebagai pembicara dan pada tugas lainnya peserta didik tersebut juga belajar menganalisa suatu pekerjaan dari temannya. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dalam penelitian ini, yaitu: a. Tahap 1 1) Guru membuka pelajaran dan menyampaikan pokok materi 2) Guru membahas contoh soal mengenai materi bersama peserta didik b. Tahap 2 1) Guru mengkoordinasikan peserta didik ke dalam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2 peserta didik 2) Peserta didik diminta duduk secara berpasangan dan saling berhadapan 3) Setiap anggota kelompok menentukan siapa yang terlebih dahulu menjadi problem solver dan siapa yang menjadi listener 4) Setelah itu, guru membagikan lembar permasalahan yang terdiri dari 2 permasalahan pada masing-masing kelompok dan yang berperan sebagai problem solver diberikan waktu selama dua menit untuk mempelajari permasalahan tersebut. c. Tahap 3 1) Setelah menerima lembar permasalahan dan mempelajarinya, problem solver membacakan soal dengan jelas dan keras kepada listener. 2) Selanjutnya, problem solver mulai untuk memecahkan masalah sendiri, problem solver mengemukakan semua pendapat serta gagasan yang terpikirkan, mengemukakan semua langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut serta menjelaskan apa, mengapa, dan bagaimana langkah tersebut diambil agar listener mengerti penjelasan yang dilakukan. 3) Sementara itu guru memonitor aktivitas mereka dan jika ada pasangan yang mengalami kesulitan guru dapat membantu pasangan tersebut dengan menjadi listener dan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sebenarnya merupakan bantuan menuju sesuatu yang dibutuhkan peserta didik dan memberikan pertanyaan bantuan yang mengarahkan peserta didik ke sesuatu yang hendak dicari dan memberikan arahan tanpa mengungkapkan seluruh jawaban yang dibutuhkan oleh peserta didik Listener bertugas mendengarkan dan memahami secara detail setiap langkah yang diambil Problem Solver . Jika tidak mengerti, maka bertanyalah kepada Problem Solver . 4) Listener tidak diperkenankan untuk menambahkan jawaban problem solver karena listener hanya berhak untuk memberitahukan apabila problem solver melakukan kesalahan dengan memberikan pertanyaan yang mengarah pada jawaban yang benar. d. Tahap 4 1) Apabila permasalahan yang ada pada lembar permasalahan pertama telah terselesaikan oleh problem solver maka masing-masing peserta didik bertukar peran. Problem solver menjadi listener dan listener menjadi problem solver. 2) Setelah mereka bertukar peran guru membagikan lembar permasalahan yang kedua yang juga terdiri dari dua permasalahan yang sejenis dengan tingkat kesulitan yang sama seperti permasalahan pada lembar permasalahan yang pertama untuk diselesaikan oleh problem solver yang baru. Hal ini dilakukan agar setiap peserta didik dapat memberikan hasil analisa mereka dan berkesempatan menjadi pendengar. 3) Masing-masing kelompok kembali berdiskusi seperti pada tahap 3 untuk menyelesaikan permasalahan yang baru. e. Tahap 5 Guru bersama-sama dengan peserta didik membahas permasalahan yang diberikan dan telah didiskusikan oleh masing-masing kelompok. f. Tahap 6 Guru memberikan penghargaan untuk problem solver terbaik, listener terbaik, dan tim terbaik. ## PENELITIAN RELEVAN Penelitian yang dilakukan oleh Padillah Akbar (2018) Berdasarkan analisis, kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal pemecahan masalah matematik materi peluang dihasilkan dalam proses pencapaian dan kualifikasi dalam memahami masalah 48,75% (rendah), merencanakan penyelesaian 40% (rendah), menyelesaikan masalah 7,5% (sangat rendah), melakukan pengecekan 0% (sangat rendah). Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan bahwa pencapaian indikator dari kemampuan pemecahan masalah belum tercapai sepenuhnya serta kemampuan disposisi siswa yang tergolong rendah. Penelitian yang dilakukan oleh Supriadi (2018) dari 37 siswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah siswa dengan model pembelajaran berbasis masalah diperoleh siswa yang memperoleh interval 80 ≤ SK ≤100 atau kategori penilaian tinggi sebanyak 5 orang (13,51%), yang memperoleh interval 65 ≤ SK < 80 kategori penilaian sedang sebanyak 12 orang (32,43%) dan yang memperoleh interval nilai 0 ≤ SK < 65 atau kategori penilaian rendah sebanyak 20 orang ( 54,06%). Penelitian yang dilakukan oleh Suci (2019) dari 43 siswa yang memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu tingkat kemampuan pemecahan masalah tinggi sebanyak 4 siswa atau 9,3%, tingkat ## PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA kemampuan pemecahan masalah sedang sebanyak 18 siswa atau 41,9%, tingkat kemampuan pemecahan masalah rendah sebanyak 14 siswa atau 32,5%, dan tingkat kemampuan pemecahan masalah sangat rendah sebanyak 7 siswa atau 16,3% ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, penelitian yang menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala, atau tentang suatu keadaan (Arikunto) [9] . Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA IT Nuur Ar Radhiyyah dengan Subjek yaitu siswa kelas XI-IPA yang berjumlah 32 siswa. Kriteria pengambilan subjek berdasarkan indikator kemampuan siswa, kesalahan jawaban. Melalui segi indikator lembar jawaban siswa dikelompokkan menjadi tiga kategori jawaban yaitu (1) lembar jawaban siswa berkemampuan tinggi; (2) lembar jawaban siswa berkemampuan sedang; (3) lembar jawaban siswa berkemampuan rendah. Ketiga kategori lembar Kemudian berdasarkan pola jawaban siswa yang dominan akan dipilih siswa sebagai subjek yang diwawancarai. Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui penerapan pembelajaran TAPPS. Instrumen penelitian ini adalah tes pemecahan masalah matematis siswa dan pedoman wawancara. Analisis data dilakukan dengan model Miles dan Huberman. Hasil jawaban siswa dapat dianalisis dengan mengacu kepada pedoman penskoran pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Indikator Pemecahan Masalah Matematis Siswa Apek yang Dinilai Skor Keterangan Memahami Masalah 0 Tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan 1 Menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan tidak tepat 2 Menuliskan diketahui dan ditanyakan dengan benar tetapi tidak lengkap 3 Menuliskan yang diketahui dan ditanyakan dengan benar dan lengkap Merencanakan Penyelesaian Masalah 0 Tidak merumuskan rencana penyelesaian masalah 1 Merumuskan rencana penyelesaian masalah dengan tidak tepat 2 Merumuskan rencana penyelesaian masalah dengan tepat tetapi tidak lengkap 3 Merumuskan rencana penyelesaian masalah dengan tepat dan lengkap Apek yang Dinilai Skor Keterangan Menyelesaikan Masalah 0 Tidak ada jawaban 1 Menuliskan prosedur penyelesaian yang mengarah ke jawaban yang salah 2 Menuliskan prosedur penyelesaian dengan benar tetapi tidak tuntas 3 Menuliskan prosedur penyelesaian dengan benar tetapi terdapat kesalahan perhitungan 4 Menuliskan prosedur penyelesaian dengan benar dan hasil benar Setelah dianalisis pemecahan masalah matematis siswa maka akan dilanjutkan untuk menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika setelah pelaksanaan pembelajaran melalui pembelajan TAPPS. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan selama empat pertemuan di kelas XI- IPA di SMA IT Nuur Ar Radhiyyah bahwa dalam penelitian ini, siswa akan diberikan tes pemecahan masalah. Dalam tes tersebut masing-masing terdapat 4 soal dengan masing-masing 3 indikator yang ingin dicapai yang sesuai dengan ketentuan. Subjek dipilih berdasarkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa. Kemampuan pemecahan masalah dibagi atas kategori tinggi, sedang, dan rendah. Diperoleh hasil tes pemecahan masalah matematis siswa seperti yang ditunjukkan pada tabel 3 dan tabel 4 dibawah ini Tabel 3 Hasil Tes Pemecahan Masalah Matematis No Interval Nilai Jumlah Siswa Persentase Kategori Penilaian 1 80 ≤ KPMM ≤ 100 15 47% Tinggi 2 65 ≤ KPMM < 80 9 28% Sedang 3 0 ≤ KPMM < 65 8 25% Rendah Nilai Tertinggi 88 Nilai Terendah 55 Rata- Rata 73,98 Standart deviasi 10,017 Tabel 3 menunjukkan hasil tes kemampuan pemecahan masalah dari 32 siswa. Pada tabel 3 ini, hasil kemampuan masalah dikategorikan atas tiga kategori yaitu rendah, sedang, tinggi. Pemecahan masalah ## PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA matematis yang diperoleh siswa dengan kategori berkemampuan tinggi ada sebanyak 15 orang (47%), siswa berkemampuan sedang sebanyak 9 orang (28%), dan siswa berkemampuan rendah ada sebanyak 8 orang (25%) dengan standart deviasi 10,017 dan rata-rata 73,98. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Tingkat kemampuan Pemecahan Masalah siswa dalam kategori tinggi. Tingkat kemampuan tinggi terdapat 15 siswa atau 47%. Tingkat kemampuan sedang terdapat 9 siswa atau 28%. Tingkat kemampuan rendah terdapat 8 siswa atau 25%. 2. Tingkat kemampuan pemecahan masalah pada indikator tahap melihat dan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan yaitu mencapai 59%. Pada indikator tahap merencanakan yaitu mencapai 44%. Sedangkan indikator tahap melaksanakan penyelesaian yaitu mencapai 19%, Berdasarkan hasil persentase yang diperoleh pada tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa tiap indikator dapat dilihat bahwa persentase yang paling rendah berada pada tahap melaksanakan penyelesaian. ## UCAPAN TERIMA KASIH Awal penulisan hingga penyelesaian tesis ini membutuhkan waktu, materi, bimbingan dari para dosen, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak serta doa yang tulus dan semangat. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih Bapak Dr. Humuntal Banjarnahor, M.Pd, selaku pembimbing I dan Ibu Dr. Yulita Molliq Rangkuti, M.Si selaku pembimbing II yang dengan tulus dan sabar dalam membimbing dan memberikan arahan, saran, serta nasehat kepada penulis dalam penyusunan tesis ini dan juga semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan dalam penyelesaian tesis ini ## REPERENSI Abduh, M.,Kartono, danSutarto. H,. 2014. Keefektifan Model Pembelajaran Tapps Berbantuan Facebook Learning Dan Cabri Pada Pencapaian Kemampuan Pemecahan Masalah. Unnes Journal Of Mathematics Education . Abdurahman, M. 2012. Anak Berkesulitan Belajar: Teori, Diagnosis dan Remediasinya . Jakarta: Rineka Cipta. Abdurrahman, M. (2012) . Anak Berkesulitan Belajar Teori, Diagnosis, dan Remediasinya. Jakarta: Rineka Cipta Ansari, B. 1. 2009. Komunikasi Matematika Konsep Dan Aplikasi . Banda Aceh: Yayasan Pena. Arends, R.I. 2008. Learning to Teach, Belajar untuk Mengajar Edisi Ketujuh Jilid Dua . Terjemahan oleh Soedjipto, Helly, P. Dan Soedjipto, Sri, M. Yogyakarta: PustakaPelajar Aries. Y. 2016. Problem Solving Dalam Pembelajaran Matematika.Union: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 4 No 1. Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan . Jakarta: Bumi Aksara. Banjarnhor, S. 2018. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Penalaran Matematis Dalam Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Dikelas VII SMP Brigjend Katamso Medan. Masters thesis, UNIMED. Barkley, E. E, Pratricia, K. C, and Howell. C. M . 2012. Collaborative Learning Techniques (terjemahan). Bandung: Nuansa Media Buschman, L. 2004. Teaching Problem Solving in Mathematics. Teaching Children Mathematics, 10(6), 302–309. Retrieved from. http://www.jstor.org/stable/41199784. Cangara, H. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi . Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Dhlamini, J. J. 2016. Enhancing learnersproblem solving performance in mathematics : A cognitive load perspective. European Journal of STEM Education . https://doi.org/10.20897/lectito.201604 Haryani, D. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Hasratuddin. 2015. Mengapa Harus Belajar Matematika. Perdana Publishing: Medan Heni, P. 2016. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Mahasiswa Dalam Menyelesaikan Masalah Pada Mata Kuliah Program Linear. Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika . Volume 1, Nomor , P-ISSN: 2502-7638; E-Issn: 2502-8391 Hodiyanto. 2017. Kemampuan Komunikasi Dalam Pembelajaran Matematika. ISSN: 2088-687 X Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika . Malang: Universitas Negeri Malang. Hudoyo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang : UM Press. Johnson & Chung. 1999. The Effect of Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) on the Troubleshooting Ability of Aviation Technician Students. Journal of Industrial Teacher Education , Volume 37, Number 1. Tersedia di http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JITE/v37n1/john. html. [diakses 16-01-2021] Kusnandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru . Jakarta: Rajawali Pers. Mangaringan, T. 2016. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematik ## PARADIKMA JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA Siswa Sma Negeri 3 Binjai. Pps Unimed (Tidak Dipubliokasikan) Marzuki. 2012. Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah. FIS UNY Yogyakarta. Maulana. 2011. Dasar-Dasar Keilmuan dan Pembelajaran Matematika (sequel 1 ). Bandung: Royyan Press. Moleong, L. J. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Muchand, dan Suci N. S. L,. 2019. Analisis Kesulitan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VII SMPS Al-Washliyah 4 Medan Pada Materi Aritmetika Sosial. Undergraduate thesis , UNIMED. Murtiyasa, B. 2015. Tantangan Pembelajaran Matematika Era Global . Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika UMS : ISBN: 978.602.361.002 NCTM. 2000. Curriculum and Evaluation Standards For School Mathematics. ( http://www.nctm.org/meetings/ ). NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics . Reston: Virginia Nuraeni, R Dan Luritawaty, Ip. 2016. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Melalui Strategi Think Talk Write. Mosharafa. Jurnal Pendidikan Matematika Stkip Garut . Volume 8, Nomor 2, April 2016 Pate, M. L., Wardlow, G. W., and Johnson, D. M. 2004. Effects of Thinking Aloud Pair Problem Solving On The Troubleshooting Performance of Under Polya, G. 1973. How to Solve It : A New Aspect of Mathematical Method . New Jersey : Princeton University Press. Putri W, Mella. 2008. Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pelajaran Matematika Kelas VII Semester Ganjil SMP Tri Sukses Natar Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Lampung: Unila. Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA . Bandung: Tarsito. Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru) . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sinaga, B. 2007. Buku Model PBM-B3 . Surabaya: PPs Universitas Negeri Surabaya. Siswono, Tatag Y.E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajaran dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya : Unesa Press. Strauss, Anslem dan Juliet Corbin. 2013. Dasar- Dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung: PT Alfabet. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung: PT Alfabet. Sujono. 1988. Pengajaran Matematika untuk Sekolah Menengah . Jakarta: Proyek Pengembangan LPTK, Depdikbud. Surya, E,. 2017. Improving Mathematical Problem Solving Ability and SelfConfidence of High School Students Through Contextual Learning Model. Journal on Mathematics Education . ISSN 2087- 8885. Surya, E. 2012.(b) Berpikir visual, Mathematical Problem Solving And Self-Regulated Learning With Contextual Teaching And Learning Approach. State University Of Medan. Surya, E. dan Rusmini. 2017. The Effect of Contextual Learning Approach to Mathematical Connection Ability and Student Self-Confidence Grade VIII Smp Negeri 8 Medan. International Journal of Sciences: Basic and AppliedResearch (IJSBAR) ISSN 2307-4531 Surya, E. dan Syahputra, E. 2017. Improving High- Level Thinking Skills by Development of Learning PBL Approach on The Learning Mathematics for Senior High School Students. International Education Studies . Tiffany, F. 2017. Analysis Mathematical Communication Skills Student At The Grade Ix Junior High School. JARIIE-ISSN(O)-2395-4396 Vol-3 Issue-2 2017 Trianto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitis . Jakarta: Prestasi Pustaka. Turmudi. 2008 Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika eksploratif dan investigatif) . Jakarta: Leuser cipta pustaka. Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistika : Edisi Kedua. (Alih bahasa: Bambang Sumantri). Jakarta: PT Gramedia Pustka Utama. Wardhani, S. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SD . Yogyakarta: PPPPTK. Wijayanto, D. 2018. Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Smp Pada Materi Segitiga Dan Segiempat. Jurnal Pendidikan Matematika : E-ISSN : 2579-9258 Yuniara, P. 2018. Analysis of Difficulties in Completing Mathematical Communication Problem Solving in Terms of Learning Styles Using Inquiry Learning. Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 200
8be296ae-299a-4050-b17f-97eac03b411c
https://jurnal.sttmcileungsi.ac.id/index.php/infotech/article/download/31/65
Volume 1, Nomor 1, Juni 2020, Hal 29-42 ## INFOTECH: Jurnal Informatika & Teknologi p ISSN 2722-9378 | e ISSN 2722-9386 ## APLIKASI SELEKSI PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PROSES PENERIMAAN KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE WEIGHT PRODUCT Tino Muchlisin 1* , Hedy Ismaya 2 , Pria Sukamto 3 1*,3 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Teknologi Muhammadiyah Cileungsi. 2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK Bani Saleh 1*,3 Jl. Anggrek No.25, Perum. PTSC, Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, Indonesia-16820 2 Jl. Mayor Madmuin Hasibuan No.68, RT.004/RW.004, Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat 17113 Informasi Artikel Abstrak Article History: Submission: 29-05-2020 Revised: 16-06-2020 Accepted: 23-06-2020 Published: 30-06-2020 Kata Kunci: Seleksi, Sistem Pendukung Keputusan, Weight Product. Keywords: Decision, Support System, Selection, Weight Product. * Korespondensi: Tino Muchlisin [email protected] CV XYZ adalah merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang washing. Kendala yang ada di perusahaan ini adalah pada saat proses seleksi penerimaan karyawan, Perusahaan ini dalam proses seleksi karyawan tidak memiliki standar yang cukup, karena proses seleksi hanya dengan proses interview saja, Penilaian kelayakan menjadi pekerja di perusahaan hanya berdasarkan pengalaman kerja saja sehingga keputusan yang diambil sering dipengaruhi oleh faktor subyektifitas dari pengambilan keputusan sehingga kualifikasi pekerja tidak sesuai dengan kebutuhan dilapangan, Tujuan dari penelitian ini adalah dibuatnya metode seleksi penerimaan karyawan secara lebih objektif dengan aplikasi pendukung keputusan menggunakan Metode Weight Product (WP) dimana metode ini dapat mengelola berbagai kriteria atau bersifat multi kriteria sehingga bisa menyeleksi banyak kriteria karyawan sesuai kualifikasi yang dibutuhkan. Selanjutnya dibuatkan Sistem Aplikasi Pendukung Keputusan menggunakan database MysQL supaya kriteria dapat disimpan dan diperbaharui sesuai kebutuhan. Dari hasil pengujian sistem dapat menghasilkan data penyeleksian karyawan yang lebih baik. Sehingga Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan ini dapat membantu manajemen dalam penyeleksian karyawan. APPLICATION OF DECISION SUPPORT SELECTION IN EMPLOYEE ## RECEPTION PROCESS USING THE WEIGHT PRODUCT METHOD Abstract CV XYZ is a company engaged in the field of washing. The obstacle in this company is that during the employee recruitment selection process, the company in the employee selection process does not have sufficient standards, because the selection process is only an interview process, the appraisal of being a worker in the company is only based on work experience, so the decisions taken often influenced by the subjective factor of decision making so that the qualifications of workers are not in accordance with the needs in the field. The purpose of this study is to make a more objective method of employee recruitment selection using decision support applications using the Weight Product Method (WP) where this method can manage various criteria or are multi criteria so that they can select many employee criteria according to the qualifications needed. Furthermore, a Decision Support Application System was created using a MySQL database so that the criteria can be Aplikasi Seleksi Pendukung Keputusan Dalam Proses Penerimaan Karyawan Menggunakan Metode Weight Product ## 1. PENDAHULUAN Karyawan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting di suatu perusahaan. Perusahaan tidak akan dapat berjalan dan berkembang tanpa adanya karyawan. Kualitas karyawan dengan kualifikasi yang berkualitas dapat dilihat dari proses perekrutan dan penyeleksian penerimaan karyawan seperti dilakukan oleh bagian rekrutmen di HRD Department terutama manajer dalam melakukan seleksi sangat dibutuhkan sejak awal dalam proses penerimaan karyawan baru sangat menentukan keputusan yang diambil [1]. Jika terjadi kesalahan dalam menentukan calon karyawan untuk bekerja, maka sangat besar dampaknya bagi perusahaan, karena berpengaruh langsung terhadap kinerja, produktivitas dan finansial perusahaan. CV. XYZ yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan washing. Pada proses seleksi penerimaan karyawan, CV. XYZ dalam melakukan seleksi karyawan baru, tidak memiliki standar yang cukup sebelum dilakukan uji kompetensi pada bidang produk yang ada diperusahaan, karena proses seleksi dilakukan hanya melalui tahapan interview saja. Dari hasil interview, penilaian hanya menitikberatkan pada pengalaman kerja yang dimiliki oleh calon karyawan sehingga keputusan yang diambil sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas dari pengambil keputusan. Selain itu belum adanya sistem yang dapat membantu manajer sumber daya manusia dalam mengambil keputusan untuk menentukan calon karyawan yang sesuai dengan kualifikasi untuk diterima bekerja. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini merancang dan implementasikan sistem pendukung keputusan dalam menentukan seleksi penerimaan karyawan baru dengan menggunakan metode weighted product (WP). Aplikasi pendukung keputusan ini adalah sistem informasi yang berbasis komputer yang digunakan sebagai metode dalam membantu manajemen dalam membuat Keputusan. Adapun kelebihan dari metode Weight product dengan pertimbangan bahwa metode ini dapat menyeleksi lebih cepat dari nilai bobot dari setiap atribut dan selanjutnya dilakukan perangkingan. Jadi dengan harapan metode ini nantinya dapat membantu manajemen dalam seleksi penerimaan karyawan sesuai standar yang dibutuhkan. ## 2. METODE Lokasi penelitian dilaksanakan di CV. XYZ yang terletak di Gang Asem, Lebak Muncang, Cikuda, Wanaherang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari tanggal 15 Februari 2019 sampai dengan 21 September 2019. ## 2.1. Aplikasi Seleksi Karyawan stored and updated as needed. From the results of testing the system can produce better employee selection data. So that this Decision Support System Application can help management in selecting employees. Aplikasi sistem dalam pengambilan keputusan adalah suatu sistem informasi yang mengolah data secara spesifik pada persoalan karyawan yang bersifat semi terstruktur untuk membantu manajemen dalam pengambilan keputusan [2]. ## 2.2. Arti Seleksi Karyawan Seleksi karyawan adalah proses pemilihan karyawan sesuai kualifikasi pada lowongan pekerjaan yang dibutuhkan oleh suatu Institusi/Perusahaan untuk mencapai kualifikasi yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja [3] . ## 2.3. Weighted Product Weighted product merupakan sebuah metode penentuan suatu keputusan berdasarkan dari hasil perkalian dengan menghubungkan atribut, dimana atribut yang bersangkutan harus dipangkatkan dahulu untuk mendapatkan rating pada setiap atributnya. Proses tersebut adalah [4],[5],[6],[7],[8] . Tahapan atau langkah-langkah metode weighted product [9],[10]. 1. Tentukan kriteria yang menjadi acuan dalam pengambilan keputusan Ci, J=1,2 ..n. 2. Menentukan bobot awal masing-masing kriteria. Nilai bobot awal (W) digunakan untuk menunjukkan tingkat kepentingan relatif dari setiap kriteria. Nilai bobot awal ini ditentukan oleh pengambil keputusan yang menentukan tingkat kepentingan relatif setiap kriteria. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menentukan bobot awal. a) Dengan memberikan nilai parameter untuk setiap kriteria b) Memberikan bobot antara 0-100 yang berarti tingkat kepentingan setiap kriteria. 3. Lakukan proses normalisasi pada setiap bobot awal dengan membagi setiap nilai W o dengan Total Nilai W i 4. Proses Normalisasi/perbaikan bobot akan menghasilkan nilai Wi = 1, dimana nilai J = 1,2....n. Yaitu banyak alternatif, dan ∑ 𝑊𝑗 jumlah keseluruhan dari nilai bobot. Nilai normalisasi (W j ) dihitung dengan rumus. 𝑊 𝑗= 𝑊𝑗 ∑𝑊𝑗 [1] Didalam rumus jelaskan nilai bobot awal dan total nilai W i W j = Nilai bobot awal ∑W j = Total nilai W j 5. Proses menentukan nilai Vektor (S). M 𝑆 𝑗 = ∏ 𝑋 𝑖𝑗 𝑤𝑗 , 𝑖 = 1,2, … , 𝑛 𝑛 𝑗=1 [2] Adapun dari nilai didapat, S i , X ij, N, W i . S j = Menyatakan alternatif ke-j dianalogikan seperti vektor (S). X ij = Menunjukan nilai pada setiap alternatif yang dimiliki oleh semua kriteria. N = Banyaknya kriteria. W j = Hasil normalisasi bobot awal. Cara mencari Nilai Vektor (S) adalah dengan memangkatkan nilai atribut pada setiap kriteria dengan hasil normalisasi yang mempunyai nilai bobot yang berpangkat Aplikasi Seleksi Pendukung Keputusan Dalam Proses Penerimaan Karyawan Menggunakan Metode Weight Product positif sebagai kriteria benefit dan nilai normalisasi yang berpangkat negatif sebagai kriteria biaya. 6. Cara menentukan nilai Vektor (V) 𝑉 𝑗 = ∏ 𝑥 𝑖𝑗 𝑤𝑗 𝑛 𝑗=1 ∏ (𝑥 𝑗 ) 𝑤𝑗 𝑛 𝑗=1 [3] Vektor V j adalah sebuah preferensi dari alternatif yang digunakan dalam perangkingan dengan cara membagi dari masing-masing nilai vektor. ## 2.4. ISO 9126 ISO 9126 adalah standar internasional untuk uji kualitas evaluasi perangkat lunak. Pertama kali hadir pada tahun 1991, dan di perpanjang tahun 2004. ISO 9126 menghadirkan 3 aspek yang mana kualitas perangkat lunak untuk internal audit, external quality dan quality yang di gunakan ISO 2004. Lebih dari itu model evaluasi software untuk external maupun internal dari kualitas software yang berhubungan atribut. Keuntungan utama dari model ini adalah model dapat diterapkan pada kualitas produk perangkat lunak [11]. Dikatakan perangkat lunak berkualitas jika software mempunyai kriteria yaitu reliability, usability, efficiency, functionally, maintainability dan portability [12]. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1 Teknik Analisis Dari nilai bobot yang diberikan pada setiap alternatif. Untuk dapat menerima pelamar yang sesuai kualifikasi yang diinginkan perusahaan. Maka nilai kriteria setiap alternatif minimal harus bisa mendekati nilai bobot yang telah diberikan atau bahkan nilai bobot kriteria pada setiap alternatif lebih tinggi lebih baik. Untuk penilaian masing-masing alternatif diberikan kode A1, A2, A3, A4, A5, A6, A7, A8 dan untuk setiap kriteria diberikan kode K1, K2, K3, K4, K5,K6 dan K7. Dari delapan alternatif tersebut hanya satu alternatif yang akan terpilih menjadi alternatif terbaik. Adapun nilai yang dimiliki masing-masing alternatif dijelaskan pada tabel 1. Tabel 1. Data penilaian karyawan Karyawan Kriteria K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 A1 2 1 4 3 3 5 5 A2 2 5 3 4 5 3 2 A3 3 2 3 3 5 1 2 A4 3 5 4 4 5 1 2 A5 3 1 3 3 3 5 5 A6 3 5 4 5 5 3 3 A7 1 5 3 5 5 3 3 A8 2 5 3 5 5 3 3 Kasus pertama untuk penyelesaian masalah dengan menggunakan metode weighted product. 1. Setelah mendapatkan data penilaian dari tabel 1, kemudian dilakukan perbaikan bobot (normalisasi) terlebih dahulu. Bobot awal W = (3,5,3,4,3,3,3) akan diperbaiki sehingga total bobot ∑Wj = 1 𝑊 1 = 3 3 + 5 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 = 0,12500 𝑊 2 = 5 3 + 5 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 = 0,20833 𝑊 3 = 3 3 + 5 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 = 0,12500 𝑊 4 = 4 3 + 5 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 = 0,16666 𝑊 5 = 3 3 + 5 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 = 0,12500 𝑊 6 = 3 3 + 5 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 = 0,12500 𝑊 7 = 3 3 + 5 + 3 + 4 + 3 + 3 + 3 = 0,12500 2. Perhitungan vector S dan vector V dan hasil dari perhitungan tersebut seperti pada tabel 2. Tabel 2. Peringkat alternatif terbaik Kode Nama Nilai Peringkat A1 Kandi 0,07612 Ke-8 A2 Herman 0,13725 Ke-3 A3 Amrido 0,13045 Ke-6 A4 Eko Budiarso 0,17170 Ke-1 A5 Khaerul Khafidz 0,07725 Ke-7 A6 Saeful Bahri 0,14766 Ke-2 A7 Asep Jidoy 0,12417 Ke-5 A8 Ahmid 0,13541 Ke-4 ## 3.2 Use Case diagram Use Case diagram digunakan untuk menggambarkan pengguna aplikasi dan aktivitas apa saja yang dapat dilakukan oleh pengguna aplikasi. Pengguna sebagai aktor sedangkan aktivitasnya sebagai use case. Gambaran use case diagram sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan sesuai gambar 1. Aplikasi Seleksi Pendukung Keputusan Dalam Proses Penerimaan Karyawan Menggunakan Metode Weight Product Gambar 1. Use Case Diagram Seleksi Penerimaan Karyawan ## 3.3 Class Diagram Class diagram digunakan untuk menunjukan interaksi antar kelas dalam sistem. Kelas mengandung informasi dan tingkah laku yang berkaitan dengan informasi tersebut. Berikut adalah rancangan class diagram yang digunakan untuk membangun sistem pendukung keputusan untuk seleksi penerimaan karyawan Gambar 2. Class diagram sistem pendukung keputusa seleksi penerimaan karyawan Implementasi sistem pendukung keputusan pada seleksi penerimaan karyawan merupakan tahapan dari sistem yang dirancang sehingga menjadi sistem yang dapat dioperasikan dan digunakan oleh user. Dimana metode yang digunakan dalam sistem tersebut adalah weight product (WP). ## 3.4 Kebutuhan Perangkat Lunak (software) dan Perangkat Keras (hardware) Untuk membangun dan perancangan aplikasi sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan ini menggunakan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak. a. Perangkat lunak (software) - Sistem operasi menggunakan Windows 10 Enterprise 64 bit. - Database yang digunakan adalah MysQL - Bahasa pemrograman yang digunakan adan PHP - Core editor yang digunakan adalah sublime text b. Perangkat keras (hardware) - Laptop ASUS X441U - Processor intel (R) Core (TM) i3 6006U CPU @ 2.00GHz 1.99GHz - Memory RAM 4GB - Harddisk 500GB ## 3.5 Tampilan Aplikasi Tampilan aplikasi merupakan hasil dari aplikasi yang sudah dibuat berupa aplikasi sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan dengan menggunakan metode weighted product (WP). ## 3.5.1 Tampilan Form Login Tampilan form login menampilkan form yang digunakan untuk dapat masuk kedalam aplikasi dengan cara memasukkan username dan password. Gambar 3. Tampilan Form Login ## 3.5.2 Tampilan Halaman Utama Tampilan halaman utama adalah tampilan awal setelah melakukan proses login. Pada halaman utama terdapat beberapa menu yang dapat dilakukan oleh user. Aplikasi Seleksi Pendukung Keputusan Dalam Proses Penerimaan Karyawan Menggunakan Metode Weight Product ## Gambar 4. Tampilan halaman utama ## 3.5.3 Tampilan halaman laporan Pada tampilan menu laporan WP, user akan diperlihatkan hasil akhir perhitungan SPK seleksi penerimaan karyawan dengan menggunakan metode weighted product dan dapat melakukan proses cetak laporan. Gambar 5. Tampilan halaman laporan ## 3.6 Pengujian Aplikasi Pengujian aplikasi merupakan suatu investigasi yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai kualitas dari produk yang sedang diuji. Untuk mengevaluasi dan menetapkan kualitas sebuah perangkat lunak, pengujian aplikasi ini menggunakan 6 aspek yang terdapat pada ISO 9126 yaitu reliability, usability, efficiency, functionally, maintainability dan portability. ## 1. Factor Functionality Pada faktor functionality terdiri dari 3 pertanyaan, berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skala likert. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui fungsionalitas dari sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan. Dari 20 responden yang menjawab sangat baik sebanyak 10%, menjawab baik 25%, menjawab cukup 16%, menjawab kurang 5% dan menjawab sangat kurang 4%. Berikut ini adalah gambar diagram persentase responden berdasarkan faktor functionality. ## Gambar 6. Diagram functionality Perhitungan nilai persentase dari skor hasil pengumpulan data untuk faktor functionality. Jumlah skor hasil pengumpulan data = 212 Jumlah Jawaban dari 20 responden = 60 Nilai rata-rata = 212 60 = 3,53 Nilai Persentase = 3,53 3 × 100% = 70,67% ## 2. Faktor Reliability Pada faktor reliability terdapat 2 pertanyaan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skala likert. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui kehandalan dari sistem pendukung keputusan seleksi penerimaan karyawan. Dari 20 responden yang menjawab sangat baik sebanyak 4%, menjawab baik 10%, menjawab cukup 14%, menjawab kurang 10% dan menjawab sangat kurang 2%. Gambar 5 Diagram persentase responden berdasarkan faktor reliability. Aplikasi Seleksi Pendukung Keputusan Dalam Proses Penerimaan Karyawan Menggunakan Metode Weight Product Gambar 7. Diagram Reliability Berikut perhitungan nilai persentase dari skor hasil pengumpulan data untuk faktor reliability, didapat nilai dalam perhitungan, Jumlah skor hasil pengumpulan data = 124 Jumlah Jawaban dari 20 responden = 40 Nilai rata-rata = 124 40 = 3,10 Nilai persentase = 3,10 5 × 100% = 62% Berdasarkan perhitungan di atas faktor reliability memiliki persentase sebesar 62% dengan demikian dapat dinyatakan bahwa skala baik. ## 3. Faktor Usability Pada faktor usability terdapat 5 pertanyaan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skala likert. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui kebergunaan dari sistem pendukung keputusan penerimaan karyawan. Dari 20 responden yang menjawab sangat baik sebanyak 10%, menjawab baik 34%, menjawab cukup 41%, menjawab kurang 13% dan menjawab sangat kurang 2%. Berikut ini adalah gambar diagram persentase responden berdasarkan faktor usability. Gambar 8. Diagram usability Perhitungan nilai persentase dari skor hasil pengumpulan data untuk faktor usability. - Jumlah skor hasil pengumpulan data = 337 - Jumlah Jawaban dari 20 responden = 100 - Nilai rata-rata = 337 100 = 3,37 - persentase skor = 3,37 5 × 100% = 67,40% Berdasarkan perhitungan di atas faktor usability memiliki persentase sebesar 67.40% dengan demikian dapat dinyatakan bahwa skala baik. ## 4. Faktor Efficiency Pada faktor efficiency terdapat 3 pertanyaan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skala likert. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui efisiensi sistem pendukung keputusan penerimaan karyawan. Dari 20 responden yang menjawab sangat baik sebanyak 11%, menjawab baik 21%, menjawab cukup 23% dan menjawab kurang 2% dan menjawab sangat kurang 3%. Gambar 7 diagram persentase responden berdasarkan faktor efficiency. Gambar 9. Diagram efficiency Perhitungan nilai persentase dari skor hasil pengumpulan data untuk faktor efficiency. - Jumlah skor hasil pengumpulan data = 215 - Jumlah Jawaban dari 20 responden = 60 - Nilai rata-rata = 215 60 = 3,58 - Persentase skor = 3,58 5 × 100% = 71.67% Berdasarkan perhitungan di atas faktor efficiency memiliki persentase sebesar 71.67% dengan demikian dapat dinyatakan bahwa skala baik. ## 5. Faktor Maintainability Pada faktor maintainability terdapat 2 pertanyaan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skala likert. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh recover sistem pendukung keputusan penerimaan karyawan. Dari 20 responden yang menjawab sangat baik sebanyak 7%, menjawab baik 24%, menjawab cukup 4%, menjawab kurang 2% dan menjawab sangat kurang 3%. Gambar 8 diagram persentase responden berdasarkan faktor maintainability. Aplikasi Seleksi Pendukung Keputusan Dalam Proses Penerimaan Karyawan Menggunakan Metode Weight Product ## Gambar 10. Diagram maintainability Perhitungan nilai persentase dari skor hasil pengumpulan data untuk faktor maintainability. - Jumlah skor hasil pengumpulan data = 150 - Jumlah Jawaban dari 20 responden = 40 - Nilai rata-rata = 150 40 = 3,75 - Persentase skor = 3,75 5 × 100% = 75% Berdasarkan perhitungan di atas faktor maintainability memiliki persentase sebesar 75% dengan demikian dapat dinyatakan bahwa skala baik. ## 6. Faktor Portability Pada faktor portability terdapat 3 pertanyaan berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan skala liker. Pengujian ini berfungsi untuk mengetahui seberapa mudah instalasi sistem pendukung keputusan penerimaan karyawan. Dari 20 responden yang menjawab sangat baik sebanyak 8%, menjawab baik 21%, menjawab cukup 26%, menjawab kurang 4%, dan menjawab sangat kurang 1%. Gambar 9 diagram persentase responden berdasarkan faktor portability. Gambar 11. Diagram portability Perhitungan nilai persentase dari skor hasil pengumpulan data untuk faktor portability. - Jumlah skor hasil pengumpulan data = 211 - Jumlah Jawaban dari 20 responden = 60 - Nilai rata-rata = 211 60 = 3,52 - Presentasi skor = 3,52 5 × 100% = 70,33% Berdasarkan perhitungan di atas faktor portability memiliki persentase sebesar 70.33% dengan demikian dapat dinyatakan bahwa skala baik. Dari hasil perhitungan uji kualitas semua faktor di atas, maka dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 3. Hasil perhitungan uji kualitas. No Faktor Rata-rata Skor tertinggi Hasil persentase % Keterangan 1 Fungsionality 3,53 5 70,67 Baik 2 Reliability 3,10 5 62 Baik 3 Usability 3,37 5 67,40 Baik 4 Efficiency 3,58 5 71,67 Baik 5 Maintainability 3,75 5 75 Baik 6 Portability 3,98 5 70,33 Baik Secara keseluruhan persentase uji kualitas software sistem pendukung keputusan untuk seleksi penerimaan karyawan dengan metode weighted product. Rata-rata = 70,67 + 62 +67,40 + 71,67 + 75 +70,33 6 = 417,07 6 = 69,51% ## 4. SIMPULAN Dari hasil analisis, perancangan, implementasi dan pengujian pada aplikasi sistem pendukung keputusan untuk seleksi karyawan dengan menggunakan metode Weighted Product di CV. XYZ menghasilkan kualifikasi nilai seleksi karyawan sesuai klasifikasi pada yang dibutuhkan perusahaan, selanjutnya sistem diadakan pengujian dengan ISO 9126 menghasilkan performance yang cukup baik yaitu 69,51 % dan efesiensi 71.67% sehingga bisa digunakan sebagai alat bantu oleh manajemen dalam seleksi penerimaan karyawan yang sesuai kompetensi yang dibutuhkan. ## 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Saihudin, Manajemen Sumber Daya Manusia. Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019. [2] Diana, Metode & Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Deepublish, 2018. [3] D. Nofriansyah, Konsep Data Mining Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Deepublish. [4] D. Nofriansyah, Multi Kriteria Decision Making (MCDM) Pada Sistem Pendukung Keputusan. Yogyakarta: Deepublish, 2017. [5] D. M. Khairina, D. Ivando, and S. Maharani, “Implementasi Metode Weighted Product Untuk Aplikasi Pemilihan Smartphone Android,” Infotel, vol. 8, no. 1, p. ISSN : 2085-3688; e-ISSN : 2460-0997, 2016. [6] M. N. H. Siregar, “Implementasi Weight Product Model (Wpm) Dalam Menentukan Aplikasi Seleksi Pendukung Keputusan Dalam Proses Penerimaan Karyawan Menggunakan Metode Weight Product Pemilihan Sepeda Motor Sport Berbasis Spk,” Klik - Kumpul. J. Ilmu Komput., vol. 4, no. 1, p. 59, 2017. [7] R. Roni, S. Sumijan, and J. Santony, “Metode Weighted Product dalam Pemilihan Penerima Beasiswa Bagi Peserta Didik,” J. RESTI (Rekayasa Sist. dan Teknol. Informasi), vol. 3, no. 1, pp. 87–93, 2019. [8] A. Setyawan, F. Y. Arini, and I. Akhlis, “Comparative Analysis of Simple Additive Weighting Method and Weighted Product Method to New Employee Recruitment Decision Support System (DSS) at PT. Warta Media Nusantara,” Sci. J. Informatics, vol. 4, no. 1, pp. 34–42, 2017. [9] S. Lestari, “Penerapan Metode Weighted Product Model Untuk Seleksi Calon Karyawan,” J. Sist. Inf., vol. 5, no. 1, pp. 540–545, 2013. [10] N. Nurjannah, Z. Arifin, and D. M. Khairina, “Sistem Pendukung Keputusan Pembelian Sepeda Motor Dengan Metode Weighted Product,” Inform. Mulawarman J. Ilm. Ilmu Komput., vol. 10, no. 2, p. 20, 2015. [11] H. Wicaksono, “Audit Kualitas Software ERP Axapta Menggunakan Standar,” J. Ilm. Bina Insa. [Terhubung berkala], p. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2H, 2016. [12] T. N. Sari, “Analisis Kualitas Dan Pengembangan Sistem Informasi Akademik Berbasis Web Menggunakan Standard Iso 9126,” JIKO (Jurnal Inform. dan Komputer), vol. 1, no. 1, pp. 1–7, 2016.
7aa0707e-0520-4339-a3b0-8f9b8277c52e
https://journal.sties-purwakarta.ac.id/index.php/EKSISBANK/article/download/410/139
ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) Volume 6 Nomor 2, Desember 2022 DOI: https://doi.org/10.37726/ee.v6i2.410 Perbandingan Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Adia Nur Fadilah 1 , Ahmad Saepudin 2 , Eka Ahadiyat Suryana 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah (STIES) Indonesia Purwakarta Jln Jl. Veteran No.150, Ciseureuh, Kec. Purwakarta, Kab. Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia 1 [email protected] 2 [email protected] 3 [email protected] ## ABSTRAK Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah semakin pesat perkembangan- nya, kebutuhan masyarakat akan teknologi informasi semakin meningkat. Salah satunya di Kabupaten Purwakarta sudah mempunyai salah satu e-commerce yaitu Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) yang melakukan transaksi pembayarannya dengan sistem pembayaran digital (sistem jual beli mudharabah). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui objek Perbandingan pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer Bank dan financial technology (Fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur), untuk mengetahui sistem pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank, untuk mengetahui sistem pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui financial technology (fintech), dan untuk mengetahui perbandingan pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini Pertama, Pembayaran pemesanan produk melalui transfer bank di Aplikasi Topur melalui tiga tahapan yakni: 1. Pemesanan Produk; 2. Resi Pembayaran Produk; 3. Pembayaran Pemesanan Produk. Pemesan akan melakukan pembayaran melalui transfer bank manapun sesuai kebutuhan pemesan. Pembayaran pengirim produk melalui transfer bank di Aplikasi Topur melalui tiga tahapan yaitu:1. Pengirim Produk; 2. Resi Pengirim Produk; dan 3. Pembayaran Pengiriman Produk. ongkos pengiriman barang ke kantor pos Indonesia dilakukan secara tunai dan ditanggung sementara oleh pengirim, nantinya pihak Topur akan mengganti ongkos kirim melalui transfer bank; Kedua, Pembayaran pemesanan produk melalui Fintech di Aplikasi ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) Topur melalui tiga tahapan yakni: 1. Pemesanan Produk; 2. Resi Pembayaran Produk; 3. Pembayaran Pemesanan Produk. Pemesan Produk akan melakukan pemesanan dan akan muncul Resi Pembayaran produk, pemesan melakukan pembayaran pemesanan melalui alfamart dengan melihatkan resi pembayaran. Pembayaran pengirim produk melalui Fintech di Aplikasi Topur melalui tiga tahapan yakni: 1. Pengirim Produk; 2. Resi Pengirim Produk; 3. Pembayaran Pengiriman Produk. Pembayaran pengirim produk di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) melalui aplikasi agen pos; Ketiga, Pembayaran pemesan produk yang melakukan pembayaran melalui transfer bank sebanyak 64,3%, sedangkan melalui fintech sebanyak 14,3%, dan pembayaran tunai sebanyak 14,3%, artinya produk bank masih tetap diminati oleh masyarakat. Karena sistem pembayaran melalui transfer bank dianggap lebih aman. Sedangkan untuk pengiriman produk baik melalui transfer bank ataupun fintech mencapai jumlah yang sama yaitu 50%. Kata kunci —Pemesanan Produk, Pengiriman Produk, Fintech, Transfer Bank. ## ABSTRACT The development of science and technology is currently growing rapidly, society's need for information technology is increasing. One of them in Purwakarta Regency already has one of the e-commerce sites, namely the Purwakarta Store Application (Topur) which makes payment transactions using a digital payment system (mudharabah buying and selling system). This study aims to determine the object of Comparison of payment orders and product delivery via bank transfer and financial technology (Fintech) in the Toko Purwakarta (Topur) application, to determine the payment system for ordering and product delivery via bank transfer, to determine the payment system for ordering and product delivery via bank transfer. financial technology (fintech), and to find out the comparison of payment for ordering and product delivery via bank transfer and financial technology (fintech) in the Toko Purwakarta (Topur) application. The method used in this research is descriptive qualitative. The results of this study First, payment for product orders via bank transfer in the Topur Application through three stages, namely: 1. Product ordering; 2. Product Payment Receipt; 3. Payment for Product Orders. The customer will make payment via any bank transfer according to the customer's needs. Payments for product senders via bank transfer in the Topur Application go through three stages, namely:1. Product Shipper; 2. Product Shipper's Receipt; and 3. Payment for Product Delivery. the cost of sending goods to the Indonesian post office is done in cash and is temporarily borne by the sender, later Topur will reimburse the shipping costs by bank transfer; Second, payment for product orders through Fintech in the Topur Application through three stages, namely: 1. Product ordering; 2. Product Payment Receipt; 3. Payment for Product Orders. The product buyer will place an order and a product payment receipt will appear, the customer makes an order payment through Alfamart by viewing the payment receipt. Payment for product senders through Fintech in the Topur Application goes through three stages, namely: 1. Product sender; 2. Product Shipper's Receipt; 3. Payment for Product Delivery. Payment for product senders in the Purwakarta Store Application (Topur) through the postal agent application; Third, payments for product customers who make payments via bank transfer are 64.3%, while through fintech are 14.3%, and cash payments are 14.3%, meaning that bank products are still in demand by the public. Because the payment system via bank ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) transfer is considered more secure. Meanwhile, product delivery either via bank transfer or fintech reaches the same amount, namely 50%. Keywords— Product Ordering, Product Delivery, Fintech, Bank Transfer. ## I. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sudah semakin pesat perkembangannya, kebutuhan masyarakat akan akan teknologi informasi semakin meningkat. Begitu juga dalam dunia usaha, perusahaan-perusahaan makin dipicu untuk menggunakan teknologi yang baru sebagai alat atau media untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan yang semakin ketat dan keras. Setiap perusahaan harus mampu memanfaatkan dan mengelola data dan informasi perusahaan dengan baik. Pengelolaan yang dulu masih dilakukan secara manual kini mulai berkembang menuju sistem yang terkomputerisasi dengan komplek dan terintegrasi. Sehingga pengelolaan data dan informasi dapat dilakukan cepat, tepat dan akurat. Setiap perusahaan ataupun organisasi pasti mempunyai strategi pemesanan yang berbeda-beda, karena dengan pemesanan diharapkan dapat meningkatkan profit perusahaan yang diperoleh dari peningkatan di berbagai aspek. Dengan peningkatan profit tersebut perusahaan dapat leluasa melakukan ekspansi bisnis dan membuat usaha semakin berkembang (Martono et al., 2017). Begitu juga pada sistem pemesanan barang, perusahaan harus melakukan pengembangan sistem yang lebih efektif dan efisien agar pesanan barang dapat dikelola dengan baik. Dengan perkembangan teknologi yang semakin modern setiap perusahaan bersaing dalam mengembangkan teknologi untuk mengembangkan produk mereka melalui transaksi online . Begitupun dalam hal pemesanan dan mengantarkan barang. Islam pun telah mengatur segala bentuk muamalah khususnya dalam transaksi jual beli baik dalam hal proses pemesanan ataupun pengiriman barang. Pemesanan dalam perspektif ekonomi Islam ialah diartikan dengan kata “ Salam ” dan “ Salaf ” menurut bahasanya mempunyai makna satu, yaitu “pesanan” (Syaikh Syamsuddin Abu’ Asy- Syafi’I, 1983). Pengertian syarak, salam ialah menjual sesuatu (barang) yang telah ditetapkan dengan sifat dalam suatu tanggungan. Tidak sah suatu pesanan, kecuali dengan ijab qabul (serah terima). Sehingga dalam perspektif Islam sistem pemesanan dan pengiriman barang harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist. Dalam ekonomi islam pesanan dan pengiriman barang menggunakan mekanisme ataupun akad salam atau jual beli salam yang penerimaan barangnya ditangguhkan dengan pembayaran harga tunai. Penjualan yang karakteristik tanggungannya (barang) telah telah terdeskripsikan diawal dengan harga atau modal kerja dibayarkan di depan. Dalam mazhab Syafi’i dan Hambali mendefinisikan akad salam adalah sebagai sebuah akad terhadap barang yang teridentifikasikan spesifiknya yang akan dikirimkan pada waktu tertentu dengan penyerahan harga (uang) ketika dalam sesi kontak (majelis akad) (Ab Mumin Bin Ab Ghani & Rachmawati, 2015). Seiring dengan perkembangan financial technology ( fintech ) memunculkan inovasi baru dalam penyelenggaraan transaksi pembayaran suatu pesanan dimana saat dulu kala orang melakukan sebuah transaksi jual beli dilakukan secara langsung artinya membayar secara tunai ketika pesanan tersebut sudah ada dihadapan kita, akan tetapi saat ini di era serba digital pembayaran pesanan dapat dilakukan secara elektronik, ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) guna memaksimalkan penggunaan alat pembayaran non tunai ( less cash ) yang dapat memudahkan para konsumen ketika melakukan pembayaran, sehingga nanti nyarter cipta less cash society yang artinya sebuah instrumen non tunai dalam kegiatan ekonomi. Perkembangan dan inovasi sistem perbankan telah mengarahkan penggunaan uang sebagai suatu komoditas yang tidak berbentuk secara konkrit (Usman, 2017). Hal ini terkait dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dapat meningkatkan efisiensi sistem pembayaran serta mengurangi waktu dan biaya yang diperlukan untuk melakukan transaksi jual beli. Toko Purwakarta (Topur) adalah e- commerce dengan seller lokal seluruh UMKM Purwakarta yang sudah teregistrasi dan divalidasi keberadaan seller dan produk sehingga menjadikan Toko Purwakarta.com sebagai e-commerce terpercaya yang mengedepankan anti fraud selain itu di era serba digital ini tidak memungkiri Toko Purwakarta (Topur) menggunakan sistem pembayaran digital. Toko Purwakarta baru berkembang 1 tahun lalu yang diluncurkan pada 12 Desember 2019 (Istiqomah & Murdaningsih, 2020). Perkembangan Toko Purwakarta (Topur) yang baru satu tahun ini memberikan pencapaian luar biasa dalam dunia bisnis, baik dalam transaksi jual beli dengan sistem pemesanan ataupun pengantaran barang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Salman sebagai pemilik Toko Purwakarta (Farisi, 2020b). Saat ini sudah 130 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) Purwakarta yang bergabung di Toko Purwakarta (Topur). Dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan sebanyak 165 UKM. Dari data tersebut membuktikan bahwa minat masyarakat terhadap Toko Purwakarta begitu antusias. Berikut dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 1.1 Data UKM Toko Purwakarta Tahun Usaha Kecil Menengah (UKM) 2019 130 2020 165 ## Sumber : Toko Purwakarta (Topur) Sebagian besar Usaha Kecil Menengah UKM yang bergabung mengembangkan usahanya di berbagai bidang seperti fashion , elektronik, keperluan kantor dan lain-lain. Di era sekarang yang semakin modern tentu ini merupakan kemudahan bagi masyarakat yang ingin melakukan pemesanan dan pengantaran barang, karena Toko Purwakarta (Topur) tidak hanya sebatas transaksi jual beli barang saja tetapi jasa. Di era ekonomi yang saat ini semakin berkembang dalam melakukan transaksi ekonomi dengan akad syariah serta sistem pembayaran digital. Topur salah satu e- commerce yang melakukan transaksi pembayarannya dengan sistem pembayaran digital serta menggunakan sistem jual belinya dengan akad syariah mudharabah (Janwari, 2015). Mudharabah berarti seorang malik atau pemilik modal menyerahkan modal kepada seorang amil untuk berniaga dengan modal tersebut, dimana keuntungan dibagi di antara keduanya dengan porsi bagian sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam akad. Dalam fatwa al-Azhar disebutkan bahwa yang dimaksud dengan mudharabah adalah akad untuk berserikat dalam keuntungan di mana modal dari satu pihak yang berserikat dan pekerjaan dari pihak lain menurut syarat- syarat tertentu. Dalam sistem syariah yang diterapkan pada sistem Toko Purwakarta (Topur) keuntungan tidak mengikat dengan jumlah nominal atau persentase, melainkan melalui negosiasi kedua belah pihak. Sistem yang digunakan Toko Purwakarta (Topur) dalam pemesanan ataupun pengiriman produk ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) menggunakan sistem COD ( Cash On Delivery) melalui Pos Indonesia dan Mang Jajap, Pos Indonesia sebagai ekspedisi dalam pengantaran barang agar lebih memutakhir- kan transaksi (Farisi, 2020b). Pemesanan dan pengiriman produk melalui Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) mengalami peningkatan yang cukup baik jika dilihat dari tingkat transaksi pesanan dan pengiriman barang di Toko Purwakarta. fakta yang membuktikan perkembangan pengiriman dan pemesanan barang dari tabel dibawah ini : Tabel 1.2 Data Pesanan dan Pengantar Toko Purwakarta Bulan Pemesanan Barang Pengantaran Barang Maret 2020 29 Barang 20 Barang April 2020 40 Barang 31 barang Sumber : Toko Purwakarta (Topur) Dilihat dari data tersebut terbukti bahwa Toko Purwakarta (TOPUR) mengalami peningkatan yang signifikan terhadap pesanan dan pengantaran barang, peningkatan tersebut terlihat dari jumlah Bulan Maret tahun 2020 pesanan 29 barang dan pengantaran barang pada bulan maret 20 barang. untuk di bulan April 2020 pesanan mencapai 40 barang dan pengantaran barang dibulan april mencapai 31 barang yang mengalami peningkatan. Dari tahun 2020 pesanan dan pengiriman barang yang dicapai sebanyak 120 barang, dilihat dari data tersebut minat masyarakat untuk bertransaksi melalui TOPUR begitu antusias, akan tetapi dalam pemesanan dan pengiriman tersebut apakah pembayarannya menggunakan sistem pembayaran tunai atau non tunai melaui transfer via bank atau ada aplikasi online lain yang digunakan oleh Toko Purwakarta (TOPUR), serta seberapa banyak masyarakat yang melakukan transaksi jual beli di Toko Purwakarta (TOPUR)dengan uang digital atau uang secara tunai dalam pembayarannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti tertarik meneliti sistem pembayaran pemesanan dan sistem pembayaran pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (fintech) pada aplikasi Toko Purwakarta (Topur). Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan Pembayaran Pesanan dan Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (TOPUR)” Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sistem pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank pada aplikasi Toko Purwakarta (Topur), untuk mengetahui sistem pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui financial technology (Fintech) pada aplikasi toko purwakarta (Topur), dan untuk mengetahui sistem perbandingan pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (Fintech) pada aplikasi toko Purwakarta (Topur). ## II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembayaran 1. Pengertian Sistem Pembayaran Dalam Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dalam pasal 1 poin ke 6 dijelaskan bahwa Sistem Pembayaran adalah suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi (M. S. Abidin, 2015). Sistem pembayaran dalam masyarakat harus dapat menjamin terlaksananya perpindahan uang secara efisien dan aman sehingga masyarakat merasa nyaman dalam melakukan setiap transaksi dalam kegiatan ekonomi. Menurut Anita menjelaskan bahwa yang dimaksud ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) dengan pembayaran elektronik adalah pembayaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi seperti Integrated Circuit (IC), cryptography dan jaringan komunikasi. Pembayaran elektronik yang kita kenal dan sudah ada di Indonesia saat ini antara lain phone banking , internet banking , kartu kredit dan kartu debit atau ATM. Meskipun teknologi yang digunakan berbeda- beda, seluruh pembayaran elektronik tersebut selalu terkait langsung dengan rekening nasabah bank yang menggunakannya. Dalam hal ini setiap instruksi pembayaran yang dilakukan nasabah, baik melalui phone banking, internet banking, kartu kredit maupun kartu debit atau ATM, selalu melalui proses otorisasi dan akan dibebankan langsung ke dalam rekening nasabah tersebut. ## 2. Pengertian Pembayaran Elektronik dan Perkembangan Financial Technology (Fintech) Pembayaran elektronik adalah pembayaran yang dilaksanakan secara elektronik (Trihasta & Fajaryanti, 2008). di dalam pembayaran elektronik uang disimpan, di proses, dan diterima dalam bentuk informasi digital dan proses pemindahannya di inisialisasi melalui alat pembayaran elektronik. Pembayaran secara tradisional dilakukan melalui uang tunai, cek, atau kartu kredit sedangkan pembayaran elektronik dilakukan mengguna- kan software tertentu, kartu pembayaran, dan uang elektronik. Komponen–komponen utama dari sistem pembayaran elektronik antara lain aplikasi pemindahan uang, infrastruktur jaringan, peraturan dan prosedur yang memerintah kegunaan dari sistem tersebut. Perkembangan teknologi ditandai dengan kemunculan Financial Technology (fintech) serta menjadi salah satu bukti perkembangan teknologi berbasis digital yang merupakan inovasi baru dan berdampak pada semua kegiatan ekonomi (Yarli, 2018). Adapun Financial Technology (fintech) ini merupakan bisnis yang berfokus pada penyediaan layanan keuangan dengan menggunakan software dan teknologi modern. Berkembangnya Financial Technology (fintech) konvensional diikuti pula dengan perkembangan Financial Technology ( fintech) yang berbasis syariah(Yarli, 2018). Tentu saja terdapat perbedaan antara Financial Technology (fintech) syariah dengan Financial Technology (fintech) konvensional. Karena kesesuaian transaksi yang dilakukan tentu saja harus sesuai dengan aturan syariah baik dalam rukun dan juga syarat dalam akad. Kemunculan Financial Technology (fintech) syariah sejalan dengan perubahan akan teknologi yang semakin maju sehingga gaya hidup manusia juga ikut berubah sesuai perkembangan zaman. a. Peer to Peer. Landing Peer to peer landing (P2P) adalah platform pinjam meminjam secara online. Melalui platform online transparansi dan keterbukaan informasi dapat membuat akses terhadap permodalan menjadi lebih mudah dan terjangkau. Peminjam dengan keterbatasan akses bisa mendapatkan kemudahan proses dan rate yang terjangkau. Disisi lain, pendana dapat memperoleh alternatif investasi yang lebih menguntungkan dibanding instrumen investasi . b. Crowdfunding. Crowdfunding adalah proses mengumpulkan dana untuk memulai suatu project atau bisnis yang sumber dananya berasal dari sejumlah besar orang (crowd) pengumpulannya memiliki batas waktu tertentu, misalnya 30-60 hari, dan prosesnya dilakukan melalui online platform. Pendanaan rakyat adalah sebuah inisiatif untuk mengumpulkan uang bagi sebuah ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) proyek baru yang diusulkan oleh seseorang dengan mengumpulkan investasi berukuran kecil hingga menengah dari beberapa orang lainnya yakni orang banyak. c. Digital Payment Definisi dari pembayaran elektronik sebagai “semua pembayaran yang diinisiasi, diproses dan diterima secara elektronik”. Permintaan E-Payment telah muncul karena adanya toko online. Solusi pembayaran elektronik pertama, misalnya perbankan online sangat terinspirasi oleh transfer bank berbasis akun yang telah ditetapkan. Sejak saat itu ada solusi inovatif dan mudah untuk digunakan dan lebih sesuai dengan kebutuhan pedagang dan pelanggan. Proses pembayaran elektronik mencakup transfer sejumlah uang tertentu dari pembayar ke penerima pembayaran melalui mekanisme pembayaran elektronik independen lokasi. ## B. Akad Mudharabah 1. Pengertian Akad Mudharabah Secara bahasa Mudharabah diambil dari kata al-dharb fi al-Ardh , yang berarti perjalanan untuk berniaga. Pengambilan kata ini di sebabkan amil atau mudharib meletakkan di dalam mudharabah untuk bekerja dengan cara berniaga ( tijarah ) dan mencari keuntungan dengan permintaan dari pemilik modal ( rab al-mal ) (Z. Abidin, 2013). Secara istilah, mudharabah berarti seorang malik atau pemilik modal menyerahkan modal kepada seorang amil untuk berniaga dengan modal tersebut, dimana keuntungan dibagi di antara keduanya dengan porsi bagian sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam akad. Sedangkan dalam Fatawa al-Mu ashirah disebutkan bahwa mudharabah dalam fiqh islam merupakan salah satu jenis dari syirkah yang di dalam nya ada pokok modal ( ra’s al-mal ) dari satu pihak dan pekerjaan ( amal ) dari pihak yang lain. Mekanismenya, seseorang menyerahkan harta kepada pihak lain untuk diniagakan dengan keuntungan yang diperoleh dibagi di antara keduanya sesuai nisbah yang disepakati dalam akad (Janwari, 2015). Pengertian akad mudharabah diambil dari kata muqaradhah yang berarti kesamaan, sebab pemilik modal dan pengusaha memiliki hak yang sama terhadap laba. Adapun pengertian akad mudharabah menurut istilah, diantara ulama fiqih apabila rugi, hal itu ditanggung oleh pemilik modal. Dengan kata lain, pekerjaan tidak bertanggung jawab atas kerugiannya. Kerugian pengusaha hanyalah dari segi kesungguhan dan pekerjaannya yang tidak akan mendapatkan imbalan jika rugi (Syafei, 2006). Dari beberapa pengertian tentang mudharabah di atas, maka dapat dipahami bahwa mudharabah itu adalah akad diantara dua belah pihak, dimana pihak yang satu menyerahkan modal dan pihak lainnya memberdayakan modal tersebut untuk usaha, serta keuntungan yang diperoleh dibagi bersama dengan porsi bagi hasil disepakati pada saat akad. 2. Landasan Hukum Akad Mudharabah Mudharabah pada dasarnya dapat dikategorikan kedalam salah satu bentuk musyarakah (perkongsian). Namun para cendekiawan fiqih Islam meletakan mudharabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum tersendiri (Siregar, 2020). a. Landasan Hukum Al-Qur’an Surah Al Muzzammil ayat 20 ٌةَفِئاَطَو ُهَثُلُ ثَو ُهَفْصِنَو ِلْيَّللا ِيَثُلُ ث ْنِم َٰنَْدَأ ُموُقَ ت َكَّنَأ ُمَلْعَ ي َكَّبَر َّنِإ َلْيَّللا ُرِ دَقُ ي َُّللَّاَو ۚ َكَعَم َنيِذَّلا َنِم ُهوُصُْتُ ْنَل ْنَأ َمِلَع ۚ َراَهَّ نلاَو ْمُكْنِم ُنوُكَيَس ْنَأ َمِلَع ۚ ِنآْرُقْلا َنِم َرَّسَيَ ت اَم اوُءَرْ قاَف ۖ ْمُكْيَلَع َباَتَ ف ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) ۙ َِّللَّا ِلْضَف ْنِم َنوُغَ تْ بَ ي ِضْرَْلْا ِفِ َنوُبِرْضَي َنوُرَخآَو ۙ ٰىَضْرَم ِليِبَس ِفِ َنوُلِتاَقُ ي َنوُرَخآَو اوُميِقَأَو ۚ ُهْنِم َرَّسَيَ ت اَم اوُءَرْ قاَف ۖ َِّللَّا ْمُكِسُفْ نَِلْ اوُمِ دَقُ ت اَمَو ۚ اًنَسَح اًضْرَ ق ََّللَّا اوُضِرْقَأَو َةاَكَّزلا اوُتآَو َة َلََّصلا ۖ ََّللَّا اوُرِفْغَ تْساَو ۚ اًرْجَأ َمَظْعَأَو اًْيَْخ َوُه َِّللَّا َدْنِع ُهوُدَِتَ ٍْيَْخ ْنِم َّنِإ ٌميِحَر ٌروُفَغ ََّللَّا Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang- orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang- orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang ( Al-Hadi Al-Quran Terjemahan Per Kata Latin Dan Kode Tajwid , 2013) . b. Landasan Hukum Al-Hadits نيطقرادلا ننس ٣٠٦٢ , ٍبِلاَغ ُنْب ُدَّمَُمُ نا , ٍدَيَِز ُنْب ِلْهَس وُبَأ انث : , ُّيِدْنِكْلا َمَقْرَأ وُبَأ َمَقْرَأ ُنْب ُسُنوُي نا , ُّيِسوُدَّسلا َةَبْقُع ُنْب ُدَّمَُمُ نا ِنْبا ِنَع , ٍراَسَي ِنْب ِبيِبَح ْنَع , ِدوُراَْلْا وُبَأ نا َناَك :َلاَق , ٍساَّبَع ِهِبِحاَص ىَلَع َطََتَْشا ًةَبَراَضُم ًلًاَم َعَفَد اَذِإ ِبِلَّطُمْلا ِدْبَع ُنْب ُساَّبَعْلا ٍدِبَك اَذ ِهِب َيَِتَْشَي َلًَو , ًيَِداَو ِهِب َلِزْنَ ي َلًَو , اًرَْبَ ِهِب َكُلْسَي َلً ْنَأ« اَض َوُهَ ف ُهَلَعَ ف ْنِإَف , ٍةَبْطَر ىَّلَص َِّللَّا ِلوُسَر َلَِإ ُهَطَرَش َعَفَرَ ف , »ٌنِم ٌفيِعَض ِدوُراَْلْا وُبَأ ُهَزاَجَأَف َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُالله Abu Sahl bin Ziyad menceritakan kepada kami, Muhammad bin Ghalib menceritakan kepada kami, Muhammad bin Uqbah As-Sadusi menceritakan kepada kami, Yunus bin Arqam Abu Arqam Al Kindi menceritakan kepada kami, Abul Jarud menceritakan kepada kami dari Habib bin Yasar, dari Ibnu Abbas, dia berkata, "Jika Abbas bin Abdul Muththalib melakukan transaksi mudharabah maka ia memberi syarat kepada mudharib untuk tidak membawanya menyeberangi lautan, tidak singgah di lembah, dan tidak membeli makhluk bernyawa dengan uang itu. Jika ia melanggar maka dia bertanggung jawab bila terjadi apa- apa. Ketika syarat ini dilaporkan kepada Rasulullah SAW, beliau pun menyetujuinya." Abul Jarud adalah perawi dha‘if. ( Sunan Daruquthni 3062). ## 3. Rukun Akad Mudharabah Para ulama berbeda pendapat tentang rukun mudharabah. Ulama Hanafiyah berpendapat bahwa rukun mudharabah adalah ijab dan qabul, yakni lafazh yang menunjukkan ijab dan qabul dengan menggunakan mudharabah, muqaradhah, muamalah , atau kata-kata yang searti dengannya (Iflaha, 2019). Jumhur ulama berpendapat bahwa rukun mudharabah ada tiga yaitu dua orang yang melakukan akad ( al-aqidani ), modal ( ma’qud alaih ), dan shighat (ijab dan qabul) (Syafei, 2006). 4. Syarat Akad Mudharabah Syarat-syarat mudharabah berkaitan ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) dengan aqidani (dua orang yang akan akad), modal, dan laba. Yaitu (Syafei, 2006) : a. Syarat Aqidani Disyaratkan bagi orang yang akan melakukan akad, yakni pemilik modal dan pengusaha adalah ahli dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab mudharib mengusahakan harta pemilik modal, yakni menjadi wakil. Namun demikian, tidak disyaratkan harus muslim. Mudharabah dibolehkan dengan orang kafir dzimmi atau orang kafir yang dilindungi di negara islam. Adapun ulama Malikiyah memakruhkan mudharabah dengan kafir dzimmi jika mereka tidak melakukan riba dan melarangnya jika mereka melakukan riba. b. Syarat Modal 1) Modal harus berupa uang, seperti dinar, dirham, atau sejenisnya, yakni segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian ( Asy-syirkah ). 2) Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran. 3) Modal harus ada, bukan berupa hutang, tetapi tidak berarti harus ada di tempat akad. 4) Modal harus diberikan kepada pengusaha. Hal itu dimaksudkan agar pengusaha dapat mengusahakannya, yakni menggunakan harta tersebut sebagai amanah. c. Syarat-syarat Laba 1) Laba Harus Memiliki Ukuran Ulama Malikiyah membolehkan pengusaha mensyaratkan semua laba untuknya. Begitu pula, semua laba boleh untuk pemilik modal sebab termasuk tabarru (derma). 2) Laba Harus Berupa Bagian yang Umum ( Masyhur ) Pembagian laba harus sesuai dengan keadaan yang berlaku secara umum, seperti kesepakatan di antara orang yang melangsungkan akad bahwa setengah laba adalah untuk pemilik modal, sedangkan setengah lainnya lagi diberikan kepada pengusaha. ## 5. Implementasi pada Lembaga Keuangan Syariah Mudharabah sebagai salah satu instrumen pengganti instrumen bunga telah diimplementasikan di beberapa lembaga keuangan syariah. Implementasi mudharabah di lembaga keuangan syariah itu memiliki spesifikasi yang berbeda antara lembaga keuangan syariah yang satu dengan lembaga keuangan syariah yang lain (Janwari, 2015). ## C. Akad Wakalah Bil Ujrah 1. Pengertian Akad Wakalah Bil Ujrah Wakalah atau wikalah secara bahasa berarti perlindungan ( al-Hafidz ), pencukupan ( al-kifayah ), tanggungan ( ad-dhaman ), dan pendelegasian ( at-tafwidh ) yang bisa juga didefinisikan sebagai pemberian kuasa atau perwakilan. Pengertian ini di nisbatkan kepada firman Allah Q.S. Asy-Syura Ayat 6 yang berbunyi: ْمِهْيَلَع َتْنَأ اَمَو ْمِهْيَلَع ٌظيِفَح َُّللَّا َءاَيِلْوَأ ِهِنوُد ْنِم اوُذََّتَّا َنيِذَّلاَو ٍليِكَوِب Dan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah, Allah mengawasi (perbuatan) mereka dan kamu (ya Muhammad) bukanlah orang yang diserahi mengawasi mereka (Cordova, 2012) . Sedangkan arti wakalah secara terminologi seperti yang telah diungkapkan Menurut ulama Hanabilah, wakalah adalah “Seseorang yang memberikan tasarruf yang seimbang pada pihak yang lain, yang di dalamnya terdapat penggantian pelaksanaan pekerjaan. (Mujahid, 2019)” Berdasarkan definisi ulama diatas, maka dapat ditarik sebuah pengertian tentang ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) wakalah yaitu sebuah proses penyerahan atau pendelegasian urusan atau kekuasaan kepada orang lain yang mana orang tersebut mempunyai kewenangan dan tanggungjawab orang yang diwakilinya. ## 2. Landasan Hukum Akad Wakalah Bil Ujrah a. Al-Quran Dasar dari dibolehkannya praktek wakalah selain terdapat dalam Q.S Yusuf Ayat 55 yang berbunyi: مۡيِلَع ٌظۡيِفَح ۡیِ نِا ۚ ِضۡرَ ۡلًا ِنِئٓاَزَخ یٰلَع ۡیِنۡلَعۡجا َلاَق ٌ Berkata Yusuf "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir) Se- sungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan" (Subarkah et al., 2012) . Ayat di atas menceritakan tentang Nabi Yusuf as. yang mengajukan dirinya untuk menjadi wakil dari raja dan mengemban amanah untuk memegang keuangan negara Mesir pada masa itu dikarenakan keahlian yang dia miliki. Sehingga dapat diketahui bersama bahwa praktek ini telah sejak zaman Nabi Yusuf as. b. Hadist Terdapat hadist yang bercerita tentang perwakilan yang dilakukan oleh Nabi SAW, salah satunya adalah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud r.a yang berbunyi “Dari Jabir r.a ia berkata: Aku keluar pergi ke Khaibar, lalu aku datang kepada Rasulullah SAW, maka beliau bersabda “Bila engkau datang pada wakilku di Khaibar, maka ambillah darinya 15 wasaq” (HR. Abu Daud). c. Ijma Para ulama telah sepakat perihal diperbolehkannya praktek wakalah, bahakan ada beberapa diantara mereka yang mensunnahkannya dengan alasan perbuatan itu merupakan sebuah perkara tolong-menolong dalam rangka perbuatan kebajikan, seperti yang dianjurkan oleh Allah SWT dalam Firman-Nya pada Q.S Al-Maidah 5 ayat 2 yang berbunyi: اوُقَّ تاَوۖ ِناَوْدُعْلاَو ِْثِْْلًا ىَلَع اْوُ نَواَعَ ت َلًَو ۖ ىٰوْقَّ تلاَو ِ ِبْلا ىَلَع اْوُ نَواَعَ تَو باَقِعْلا ُدْيِدَش َٰ للَّا َّنِاۗ َٰ للَّا Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksaNya (Cordova, 2012). ## 3. Rukun dan Syarat Akad Wakalah Bil Ujrah Rukun dan Syarat adalah suatu perkara yang mutlak adanya dalam menentukan sah atau tidaknya suatu perbuatan atau pekerjaan di dalam Islam. Secara sederhananya, rukun adalah sesuatu yang harus ada dalam suatu pekerjaan, sedangkan syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum menjalankan pekerjaan itu. Adapun rukun dan syarat wakalah, yaitu (Suhendi, 2019): a. Orang yang mewakilkan, syarat-syarat bagi orang yang mewakilkan ialah dia pemilik barang atau dibawah kekuasaannya dan dapat bertindak pada harta tersebut. Jika yang mewakilkan bukan pemilik atau pengampu, al- wakalah tersebut batal. Anak kecil yang dapat membedakan baik dan buruk dapat (boleh) mewakilkan tindakan- tindakan yang bermanfaat mahdhah, seperti perwakilan untuk menerima hibah, sedekah, dan wasiat. Jika tindakan itu termasuk tindakan dharar mahdhah (berbahaya), seperti talak, memberikan sedekah, menghibahkan, dan mewasiatkan, tindakan tersebut batal. ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) b. Wakil (yang mewakili), syarat-syarat bagi yang mewakili ialah bahwa yang mewakili adalah orang yang berakal. Bila seorang wakil itu idiot, gila, atau belum dewasa, maka perwakilan batal. Menurut Hanafiyah anak kecil yang sudah dapat membedakan yang baik dan buruk sah untuk menjadi wakil, alasannya ialah bahwa Amar bin Sayyidah Ummuh salah mengawinkan ibunya kepada Rasulullah Saw, saat itu Amar merupakan anak kecil yang masih belum baligh. c. Muwakkal Fih (sesuatu yang diwakilkan), syarat-syarat sesuatu yang diwakilkan ialah : 1) Menerima penggantian, maksudnya boleh diwakilkan pada orang lain untuk mengerjakannya, maka tidaklah sah mewakilkan untuk mengerjakan shalat,puasa, dan membaca ayat Al-Quran, karena hal ini tidak bisa diwakilkan. 2) Dimiliki oleh yang berwakil ketika ia berwakil itu, maka batal mewakilkan sesuatu yang akan dibeli. 3) Diketahui dengan jelas, maka batal mewakilkan sesuatu yang masih samar, seperti seseorang berkata: “Aku jadikan engkau sebagai wakilku untuk mengawinkan salah seorang anakku”. d. Shighat, yaitu lafadz mewakilkan, shigat diucapkan dari yang berwakil sebagai simbol keridhaannya untuk mewakilkan, dan wakil menerimanya. ## D. Akad Istishna 1. Pengertian Akad Istishna Secara bahasa, kata istishna diambil dari kata shana’a yang artinya membuat kemudian ditambah huruf alif, sin dan ta menjadi istashna’a yang berarti meminta dibuatkan sesuatu. Secara terminologi, istishna berarti akad dimana shani membuat sesuatu tertentu dalam perjanjian, yaitu akan menjual sesuatu yang dibuat oleh shani dengan bahan dan pekerjaan berasal dari shani (Janwari, 2015) . Secara etimologi, al-istishna berasal dari kata shana’a yang berarti ja’ala (membuat) atau khalaqa (menciptakan). Penambahan tiga huruf, alif, sin , dan ta kepada kata shana’a mengandung arti permintaan. Sebab dalam tata bahasa Arab, penambahan tiga huruf ini kedalam kata kerja ( fi’il, verb ) memiliki arti permintaan. Dengan demikian, secara bahasa, al-istishna berarti permintaan perbuatan yang berupa pekerjaan. Adapun secara terminologi, al-istishna ialah akad antara pemesan dan produsen untuk mengerjakan suatu barang tertentu atau akad untuk membeli suatu barang yang dibuat oleh produsen yang modal dan segala peralatannya disediakan oleh pembuat (Abd Hakim, 2011). Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam akad istishna pembuatan barang menerima pesanan dari pembeli. Selanjutnya pembuatan barang membuat barang sendiri atau melalui jasa pihak ketiga dengan spesifikasi yang telah disepakati. Kedua belah pihak sepakat atas harga serta sistem pembayaran, apakah akan dibayar di muka, melalui cicilan atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. ## 2. Landasan Hukum Akad Istishna a. Al-Quran Al-Baqarah ayat 282 َنيِذَّلٱ اَهُّ يََٰٓيَ ُهوُبُ تْكٱَف ىًّمَسُّم ٍلَجَأ َٰٓلَِإ ٍنْيَدِب مُتنَياَدَت اَذِإ ۟آوُ نَماَء Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya (Cordova, 2012) . b. Hadist “Dari Sahal bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam menyuruh seorang wanita Muhajirin yang memiliki ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) seorang budak tukang kayu. Beliau berkata kepadanya; "Perintahkanlah budakmu agar membuatkan mimbar untuk kami". Maka wanita itu memerintahkan budaknya. Maka ghulam itu pergi mencari kayu di hutan lalu dia membuat mimbar untuk beliau. “ (HR. Bukhari) (Hidayah et al., 2018) c. Ijma Dalam fatwa DSN-MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia), dijelaskan bahwa jual beli istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu yang disepakati antara pemesan (pemesan, mustashni ) dan penjual (pembuat, shani ) (Hidayah et al., 2018). ## 3. Ketentuan Istishna Dalam Fatwa Adapun menurut MUI Dalam fatwa DSN- MUI (Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia) nomor 06/DSN-MUI /IV / 2000 menjelaskan bahwa ada 3 (tiga) ketentuan dibolehkan: a. Ketentuan tentang Pembayaran, dimana alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau manfaat, pembayaran yang dilakukan sesuai dengan kesepakatan, dan tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang. b. Ketentuan tentang Barang, harus jelas ciri-cirinya dan dapat di akui sebagai hutang, dapat dijelaskan spesifikasinya, penyerahan barang dilakukan kemudian, waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan, pembeli ( mustashni ) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya, tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan, dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad. c. Ketentuan Lain yaitu Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya mengikat, semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak disebutkan di atas berlaku pula pada jual beli istishna , jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. ## 4. Rukun Akad Istishna Adapun rukun-rukun istishna adalah sebagai berikut (Mujiatun, 2013): a. Produsen atau pembuat barang ( shaani ) yang menyediakan bahan bakunya b. Pemesan atau pembeli barang ( Mustashni ) c. Proyek atau usaha barang, jasa yang dipesan ( mashnu ) d. Harga ( saman ) e. Serah terima atau Ijab Qabul. 5. Syarat-Syarat Akad Istishna Syarat-syarat jual beli istishna adalah sebagai berikut (Mujiatun, 2013): a. Pihak yang berakal cakap hukum dan mempunyai kekuasaan untuk melakukan jual beli b. Ridha atau keralaan dua belah pihak dan tidak ingkar janji. c. Apabila isi akad disyaratkan Shani hanya bekerja saja, maka akad ini bukan lagi istishna , tetapi berubah menjadi akad ijarah. d. Pihak yang membuat barang menyatakan kesanggupan untuk mengadakan atau membuat barang itu. ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) e. Mashnu (barang atau obyek pesanan) mempunyai kriteria yang jelas seperti jenis, ukuran (tipe), mutu dan jumlahnya. f. Barang tersebut tidak termasuk dalam kategori yang dilarang syara (najis, haram, samara tau tidak jelas) atau menimbulkan kemudharatan . E. Akad Ijarah 1. Pengertian Akad Ijarah Menurut etimologi, ijarah adalah bai al- manfa’ah (menjual manfaat). Adapun menurut terminologi syara , untuk lebih jelasnya dikemukakan menurut para ulama Ulama Hanafiyah berpendapat ijarah adalah akad atau suatu kemanfaatan dengan pengganti (Syafei, 2006). Sedangkan ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu. Adapun ulama Malikiyyah dan Hanabilah menyatakan bahwa ijarah adalah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti. Menurut fatwa DSN MUI No. 09/DSN- MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah, Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri, dengan demikian akad ijarah tidak ada perubahan kepemilikan, tetapi hanya perpindahan hak guna saja dari yang menyewakan pada penyewa (Fatwa DSN MUI Nomor 112/DSN- MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah, 2017). Adapun pengertian tersebut dapat ditarik pengertian bahwa ijarah adalah suatu jenis perikatan atau perjanjian yang bertujuan mengambil manfaat suatu benda yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar upah sesuai dengan perjanjian dan kerelaan kedua belah pihak dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan. Dengan demikian ijarah itu adalah suatu bentuk muamalah yang melibatkan dua belah pihak, yaitu penyewa sebagai orang yang memberikan barang yang dapat dimanfaatkan kepada si penyewa untuk diambil manfaatnya dengan penggantian atau tukaran yang telah ditentukan oleh syara‟ tanpa diakhiri dengan kepemilikan. ## 2. Landasan Hukum Akad Ijarah a. Al Quran Surah Thalaq Ayat 6 َّنُهَروُجُأ َّنُهوُتاَ َف ْمُكَل َنْعَضْرَأ ْنِإَف Jika mereka menyusukan (anak- anakmu) untukmu, maka berikanlah mereka upahnya (RI, 2009). b. Hadist َ ق ُهَرْجَأ َيِْجَلْا اوُطْعَأ ُهُقَرَع َّفَِيَ ْنَأ َلْب Berikanlah Upah pekerja sebelum keringat nyakering ( HR. Ibnu Majah dari Ibnu Umar) (Syafei, 2006) c. Ijma’ Landasan Ijma’ nya ialah semua umat bersepakat, tidak ada seorang ulama pun yang membantah kesepakatan ( ijma’ ) ini, sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itu tidak dianggap (Suhendi, 2016). ## 3. Rukun Akad Ijarah Menurut ulama Jumhur, rukun ijarah ada 4 yaitu (Janwari, 2015): a. Aqid (orang yang akad). b. Shighat akad. c. Ujrah (upah). d. Manfaat. ## 4. Syarat Akad Ijarah Syarat ijarah terdiri dari empat syarat sebagaimana syarat dalam akad bay’ yaitu syarat in’iqad, syarat nafadz, syarat shihah , ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) dan syarat luzum yaitu (Janwari, 2015): Syarat in’iqad adalah syarat yang berkaitan dengan terjadinya akad. Syarat ini yang paling utama berkaitan dengan syarat aqid. Aqid (orang yang berakad) disyaratkan berakal dan mumayyiz . Syarat nafadz adalah syarat yang berkaitan dengan pelaksanaan akad. Dalam syarat ini ditetapkan bahwa barang yang dijadikan sebagai objek ijarah mesti sesuatu yang dimiliki atau dikuasai secara penuh. Oleh karena itu, akad ijarah itu tidak akan terlaksana apabila dilakukan oleh orang yang tidak memiliki atau menguasai barang. Apabila akad ijarah dilakukan oleh orang yang tidak memiliki atau menguasai barang tersebut dengan ijarah al-fudhuli. Syarat shihah adalah syarat yang berkaitan dengan keabsahan akad, yaitu syarat-syarat yang berkaitan dengan aqid, ma’qud alaih, mahal ma’qud alaih, ujrah, dan nafs al-aqd. F. Teori Pengantaran Barang ## 1. Pengertian Menurut Michael kegiatan pengiriman secara tidak langsung secara aktual sudah sering kali dijumpai dalam kehidupan sehari- hari, dari kebanyakan pihak produsen sendiri tidak mampu untuk menangani masalah pengiriman tanpa dibantu oleh beberapa penyedia jasa pengiriman itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut produsen tentunya membutuhkan mitra bisnis yang mumpuni untuk menangani penyaluran pengiriman yang baik agar produk dan jasa yang diberikan dapat dengan cepat dirasakan dampaknya oleh konsumen selaku target pasar dari produsen itu sendiri (Yuliana et al., 2019). Dalam konsep pengiriman ada dua hal yang berperan mensukseskan pengiriman, yaitu produsen dan konsumen. Dimana produsen sebagai bagian prinsip berperan agar suatu produk dapat dikirimkan secara merata. Sementara untuk sudut pandang konsumen sendiri ingin mendapatkan produk atau jasa yang ditawarkan dengan mudah. Kedua sudut pandang ini yang memiliki benang merah berupa kedekatan dan kemudahan. Dalam mengelola manajemen pengiriman terdapat dua sistem yang beredar yaitu : a. Paradigma Lama, menjabarkan penentuan target penjualan untuk setiap alur pengiriman lebih menyesuaikan pada produsen. Dalam paradigma ini pihak prinsip memiliki wewenang dalam melaksanakan serta menyusun permintaan dari mitra bisnis dalam hal pengiriman barang atau jasa. Kunci keberhasilan pengiriman adalah SCP ( spreading, coverage, penetration ). b. Paradigma Baru, determinasi permintaan dan penjualan produk atau jasa berasal dari kebutuhan pelanggan, jadi pihak principal sebagai sarana pemenuhan sejumlah produk atau jasa yang sesuai dengan permintaan dari konsumen. Keberhasilan dapat diraih dengan Difotef ( delivery in full on time error free ). ## 2. Konsep Optimasi Dan Konsep Jarak Optimasi digunakan untuk menerjemahkan kata optimization . Dewasa ini banyak perkembangan yang mengarah kepada banyaknya variansi teknik – teknik optimasi baru yang dapat menyelesaikan berbagai masalah yang semakin kompleks dari waktu ke waktu. Pengertian dari optimasi sendiri dijelaskan bahwa optimasi adalah sekumpulan formula matematis dan metode numerik untuk mendapatkan dan mengidentifikasikan kandidat terbaik dari sekumpulan alternatif tanpa harus secara eksplisit menghitung dan mengevaluasi semua alternatif, hal ini dapat dinyatakan bahwa metode optimasi berguna untuk ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) membantu dan memudahkan menyelesaikan permasalahan dengan permasalahan yang luas dan komplek dengan beberapa tambahan menyesuaikan permasalahan yang akan dihadapi. Pada pembahasan yang sama menjelaskan keberhasilan penerapan teknik optimasi setidaknya memerlukan tiga syarat yaitu, kemampuan membuat model matematika dari permasalahan yang dihadapi, pengetahuan teknik optimasi dan pengetahuan dengan program komputer (Yuliana et al., 2019). Konsep jarak sendiri menjadi aspek penting dalam pengembangan metode optimasi metaheuristic . Banyak metode dikembangkan berangkat dari konsep jarak. ## 3. Travelling Salesman Problem Salah satu masalah yang timbul dalam kegiatan pengiriman adalah penentuan arah pengiriman yang akan ditempuh. Apabila hanya ada satu kendaraan yang melakukan perjalanan tanpa batasan kapasitas maka masalah penentuan arah tersebut disebut Travelling Salesman Problem (TSP). Dalam konsep Travelling Salesman Problem (TSP), tidak diperhatikan permintaan di tiap titik yang berarti perjalanan tidak dibatasi oleh kapasitas kendaraan. Travelling Salesman Problem (TSP) dikenal juga dengan masalah penyusunan arah dengan titik awal dan titik tujuan yang sama (Yuliana et al., 2019). Tujuan dari Travelling Salesman Problem (TSP) adalah menentukan arah dengan total waktu dan jarak tempuh perjalanan yang minimal. Berbagai macam aplikasi Travelling Salesman Problem (TSP) diantaranya : a. Perjalanan bagian penjualan atau sales sebuah perusahaan. b. Pengantaran makanan dan minuman restoran. c. Jasa penjemputan dan pengantaran anak sekolah d. Kegiatan penjemputan donasi ke rumah- rumah penyumbang e. Pengantar koran f. Perjalanan petugas pos g. Kegiatan pengantaran barang pesanan. G. Perbandingan Penelitian Terdahulu Penelitian tentang Perbandingan Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank dan Financial Technology (Fintech) sudah banyak diteliti oleh peneliti sebelumnya, akan tetapi penelitian ini mempunyai berbagai perbedaan, seperti beberapa penelitian sebagai berikut: 1. Financial Technology (Fintech) Dalam Perspektif Aksiologi (Suryono & others, 2019) Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, pertama, objek kajian penelitian terdahulu mengkaji financial technology (fintech) dalam perspektif aksiologi, sedangkan pada penelitian saat ini mengkaji perbandingan pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (fintech). Kedua, metode penelitian terdahulu menggunakan kajian pustaka sistematik (Systematic Literature Review/SLR) yang diadopsi dari metode Kitchenham versi 1.0 dan 2.3 , sedangkan penelitian saat ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Ketiga, tahun penelitian terdahulu pada tahun 2019, sedangkan pada penelitian ini tahun 2020. 2. Analisis Pengaruh Perkembangan Fintech Dan E-Commerce Terhadap Perekonomi- an Masyarakat (Nurcahya & Dewi, 2019) Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, pertama, objek kajian penelitian terdahulu mengkaji dan menganalisis Pengaruh Perkembangan Fintech Dan E-Commerce Terhadap Perekonomian Masyarakat, sedangkan pada penelitian saat ini mengkaji perbandingan ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (fintech). Kedua, lokasi penelitian terdahulu berlokasi di Dusun Wates, Desa Pucanganom, Kecamatan Srumbung, sedangkan penelitian saat ini berlokasi di Toko Purwakarta (Topur). Ketiga, tahun penelitian terdahulu pada tahun 2019, sedangkan pada penelitian ini tahun 2020. 3. Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technology di Indonesia (Njatrijani, 2019) Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, pertama, objek kajian penelitian terdahulu mengkaji perkembangan regulasi dan pengawasan financial technology di Indonesia, sedangkan pada penelitian saat ini mengkaji perbandingan pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (fintech). Kedua, tahun penelitian terdahulu 2019, sedangkan pada penelitian saat ini pada tahun 2020. ## III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang digunakan pada penelitian adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Noor, 2015, p. 34). Lokasi penelitian ini dilakukan di salah satu aplikasi Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur), yang beralamat di Cibungur Bungursari Purwakarta. Sumber data primer didapatkan langsung dari narasumber terkait dalam praktek pembayaran pemesanan dan pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (Fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur). Sedangkan sumber data sekunder digunakan oleh peneliti dari jurnal, buku-buku, dan sumber data-data lain yang berkaitan dengan penelitian yang dibutuhkan penulis. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti ada 3, yakni observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi data. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) 1. Pembayaran Pemesanan Produk ## Melalui Transfer Bank Di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Untuk pembayaran pemesanan produk melalui transfer bank pemesan harus sudah mempunyai aplikasi Toko Purwakarta (Topur) dan melakukan pemesanan yang akan muncul produk dan harga setelah memesan akan ada keterangan beli sekarang atau hanya tambah ke keranjang saja (Farisi, 2020a), bila pemesanan mengklik beli sekarang berarti di produk yang telah dipilih pemesan akan ada pembayaran pemesan 1 kali 24 jam untuk pembayaran setelah itu akan melakukan pengecekkan alamat, pilih pengiriman kurir, lalu tersedia metode pilihan pembayaran transfer melalui bank. pesanan yang sudah tertera di aplikasi setelah itu pemesan klik order yang menyatakan bahwa akan melaksanakan pembayaran transfer melalui bank dari pihak Toko Purwakarta (Topur) akan langsung ada notifikasi kepada pemesan untuk mengingatkan segera melakukan pembayaran transfer melalui bank. Untuk notifikasi pembayaran pemesanan pihak Toko Purwakarta (Topur) memberitahu melalui email dan Whatsapp kepada pemesan. ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) Berikut alur pembayaran pemesanan produk melalui transfer bank di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.1 Alur Pembayaran Pemesanan Produk Melalui Transfer Bank di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) ## Sumber : Sumber diolah Peneliti Dari bagan 4.1 bahwa alur pembayaran pemesanan produk melalui transfer bank di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) meliputi proses pemesanan produk, resi pembayaran pemesanan, proses pembayaran. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan dari alur pembayaran pemesanan produk melalui transfer bank di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : a. Proses Pemesanan Produk Pemesanan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan pemesan sebelum membeli. Untuk mewujudkan kepuasan pemesan pada perusahaan harus memiliki sistem pemesanan yang baik. Dan berikut ini merupakan alur proses pemesanan produk pada aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.2 Alur Proses Pemesanan Produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) ## Sumber : Sumber Data Oleh Peneliti Dari proses pemesanan produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) memesan produk di Aplikasi Toko Purwakarta sama dengan aplikasi online lainnya, pemesan harus sudah mempunyai aplikasi Toko Purwakarta (Topur) setelah itu pemesan membuka aplikasi Toko Purwakarta (Topur) dan melakukan pemesanan dari aplikasi Toko Purwakarta (Topur) setelah memesan produk pemesan memilih pengiriman produk melalui kurir yaitu oleh kantor pos Indonesia setelah itu akan ada notifikasi otomatis pemesanan dari Toko Purwakarta (Topur) pemberitahuan kepada pemesan bahwa konsumen sudah memesan produk, dan setelah ada pemberitahuan pembayaran dari pemesan maka untuk pemberitahuan pembayaran di aplikasi Toko Purwakarta sudah otomatis berubah sudah dibayar dan sistem ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) pemesanan produk setelah dibayarkan ada keterangan produk sedang dikemas. b. Resi Pembayaran Pemesanan Produk Melalui Transfer Bank Resi pembayaran produk yaitu dilakukan Setelah pemesanan produk, pemesan akan otomatis menerima notifikasi resi pembayaran pemesanan produk melalui email atau whatsapp dari aplikasi Toko Purwakarta (Topur) yang harus dibayarkan oleh pemesan melalui transfer bank. Adapun bukti resi pembayaran pemesanan produk melalui transfer bank yaitu : Gambar 4.1 Notifikasi No Resi Melalui WhatsApp Sumber : Pemesan Cindi Aprilia Produk di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Pada gambar 4.1 dapat kita lihat bahwa gambar di atas merupakan salah satu contoh notifikasi no resi yang dikirim melalui whatsapp. isi notifikasi WhatsApp tersebut meliputi keterangan nama pemesan, no produk, harga produk dan ongkos kirim, alamat, keterangan untuk melakukan pembayaran melalui transfer bank yang dituju beserta nomor resi, nomor resi tersebut dipergunakan untuk proses pembayaran produk melalui transfer bank. c. Proses Pembayaran Pemesanan ## Produk Melalui Transfer Bank Proses pembayaran pemesanan produk mulai banyak bermunculan. Dari institusi-institusi serta metode pembayaran yang sudah ada, muncullah berbagai sistem, metode serta cara-cara pembayaran baru, salah satunya yaitu alat pembayaran non tunai ( cashless ). Adapun alur proses pembayaran pemesanan produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.3 Alur Proses Pembayaran Pemesanan Produk ## Melalui Transfer Bank ## Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti Dari alur Proses pembayaran pemesanan produk diatas bisa dijelaskan proses pembayaran pemesanan produk setelah pemesan melakukan pesanan di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) akan muncul biaya produk yang harus dibayarkan oleh pemesan dan metode pembayaran di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) pemesanan bisa memilih metode pembayaran tunai bila pembayaran tunai bisa datang langsung ke Toko Purwakarta atau non tunai jika ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) melakukan non tunai maka bisa melakukan transfer melalui bank manapun yang sesuai pemesan butuhkan setelah melakukan pembayaran akan ada notifikasi masuk pembayaran pada pemesan karena sudah melakukan pembayaran melalui transfer bank dan produk akan segera dikemas dan dikirim. ## 2. Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank Di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Untuk sistem pembayaran pengiriman produk melalui transfer bank di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) pengirim produk harus sudah mempunyai aplikasi Toko Purwakarta (Topur) setelah itu pengirim produk akan dihubungi oleh pihak Toko Purwakarta (Topur) untuk segera mengemas atau mengirim produk melalui kantor pos Indonesia (Farisi, 2020a). Untuk sistem pembayaran melalui transfer bank, pengirim produk harus sudah mempunyai aplikasi mobile banking di handphone- nya masing- masing. Pihak Toko Purwakarta (Topur) akan memberitahu kepada penjual barang nominal harga pengiriman produk, setelah mendapatkan harga pengiriman barang, penjual akan mentransfer uang pengirim melalui mobile banking ke pihak kantor pos, setelah terjadi transaksi tersebut, pihak penjual menghubungi kantor pos bahwa telah terjadi transaksi melalui bank dengan menunjukan bukti transfer, lalu kantor pos akan memberikan resi pengiriman yang harus ditandatangani oleh pengirim, setelah itu akan ada pengecekan mengenai alamat pemesan, apakah sudah sesuai atau belum, tujuannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pengiriman pesanan. Berikut alur Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank Di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.4 Alur Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) ## Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti Dari bagan 4.4 bahwa alur pembayaran pengiriman produk melalui transfer bank di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) meliputi proses pengiriman produk, resi pembayaran pengiriman, proses pembayaran pengiriman produk. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan dari alur pembayaran pengiriman produk melalui transfer bank di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : a. Proses Pengiriman Produk Proses Pengiriman berbagai macam barang industri, perabotan rumah tangga, alat berat, barang elektronik, dan berbagai jenis barang yang lainnya akan sangat terbantu dengan adanya jasa pengiriman barang yang tentunya proses pengirimannya pun harus dilakukan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Pengiriman barang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis jalur, baik itu melalui jalur darat, laut, maupun udara. Agar proses pengiriman ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) barang dapat berjalan dengan lancar, maka sebaiknya pengirim barang mampun mematuhi segala prosedur yang telah ditetapkan dalam oleh perusahaan pengiriman barang yang dipercayainya. Berikut alur proses pengiriman produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.5 Alur Proses Pengiriman Produk ## Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti Dari alur Proses pengiriman produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) setelah adanya pemesanan dan notifikasi dari admin Toko Purwakarta (Topur) pihak pengirim produk akan segera mengemas produk lalu pihak pengirim produk akan segera mengirim produk melalui kantor pos Indonesia dan mencantumkan alamat pemesan yang ada di aplikasi Toko Purwakarta (Topur), untuk pihak admin Toko Purwakarta (Topur) akan mengupdate data otomatis produk yang telah dibeli atau dipesan sehingga pihak pemesan akan tahu bahwa pesanannya sudah akan dikirim ke alamat yang dituju pemesan akan melihat di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) dan pengirim produk akan diberi resi pengiriman produk sama dengan Toko Purwakarta (Topur). b. Resi Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank Resi pembayaran produk yaitu dilakukan Setelah mengirim produk ke kantor pos Indonesia dan melihatkan bukti pembayaran transfer melalui bank. Resi tersebutkan akan diberikan juga kepada pengirim produk dan Toko Purwakarta (Topur). c. Proses Pembayaran Pengiriman ## Produk Melalui Transfer Bank Salah satu layanan keuangan yang banyak diintegrasikan dengan teknologi adalah layanan pembayaran. Perkembangan teknologi pada layanan pembayaran dapat dilihat dengan lahirnya metode pembayaran menggunakan kartu, pembayaran menggunakan internet, e-money , hingga yang saat ini sedang berkembang yaitu pembayaran menggunakan handphone pembayaran melalui transfer bank. Adapun alur atau flowchart mengenai proses pembayaran pengiriman produk melalui transfer bank yaitu : Flowchart 4.1 Proses Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank http://journal.sties-purwakarta.ac.id/index.php/EKSISBANK/ ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) Dari Alur Proses pembayaran pengiriman produk yaitu dari Pemesan akan melakukan pembayaran melalui transfer bank kepada Toko Purwakarta lalu pihak admin akan memberitahu kepada pengirim untuk segera mengemas produknya lalu dikirim ke kantor pos Indonesia untuk melakukan pengiriman dan dari pembayaran pengirim ke kantor pos Indonesia itu melakukan pembayaran secara tunai lalu akan diganti oleh pihak Toko Purwakarta (Topur) pembayaran melalui transfer bank. B. Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta(Topur) 1. Pembayaran Pemesanan Produk Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Untuk pembayaran pemesanan produk melalui financial technology (fintech) pemesan harus sudah mempunyai aplikasi Toko Purwakarta (Topur) dan melakukan pemesanan yang akan muncul produk dan harga setelah memesan akan ada keterangan beli sekarang atau hanya tambah ke keranjang saja (Farisi, 2020a), bila pemesan mengklik beli sekarang berarti produk yang telah dipilih akan ada pembayaran pemesan 1 kali 24 jam untuk pembayaran setelah itu akan melakukan pengecekkan alamat, pilih pengiriman kurir (Pos Indonesia), lalu tersedia pilihan pembayaran financial technology (fintech) pemesan bisa melakukan pembayaran melalui financial technology (fintech) yang sudah tertera di metode pembayaran financial technology (fintech). Yaitu melalui OVO dan alfamart. Setelah itu klik order yang menyatakan bahwa akan melaksanakan pembayaran melalui financial technology (fintech) metode pembayaran bisa melakukan OVO yaitu dengan aplikasi OVO pemesanan harus mempunyai saldo di apliaksi OVO dan alfamart yaitu pemesan bisa datang langsung ke kasir alfamart dan melihatkan resi pembayaran dari pihak Toko Purwakarta (Topur) atau bisa menyebutkan pembayaran finpay ke pihak alfamart setelah pembayaran akan langsung ada notifikasi melalui memberitahu melalui Email dan Whatsapp kepada pemesan bahwa sudah melakukan transaksi pembayaran melalui aplikasi financial technology (fintech) dan adapun notifikasi ke pihak Toko Purwakarta (Topur) memberitahu melalui Email dan Whatsapp . Berikut alur Pembayaran Pemesanan Produk Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.6 Alur Pembayaran Pemesanan Produk Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti Dari bagan 4.6 bahwa alur pembayaran pemesanan produk melalui financial Technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) meliputi proses pemesanan produk, resi pembayaran pemesanan produk, proses pembayaran pemesanan produk. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan dari alur pembayaran pemesanan produk melalui financial ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : a. Proses Pemesanan Produk Pemesanan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan pemesan sebelum membeli. Untuk mewujudkan kepuasan pemesan pada perusahaan harus memiliki sistem pemesanan yang baik. Dan berikut ini merupakan alur proses pemesanan produk pada aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.7 Alur Proses Pemesanan Produk di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) ## Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti Dari Proses Pemesan produk di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) sama dengan aplikasi online lainnya, pemesan harus sudah mempunyai aplikasi Toko Purwakarta (Topur) setelah itu pemesan membuka aplikasi Toko Purwakarta (Topur) dan melakukan pemesanan dari aplikasi Toko Purwakarta (Topur) setelah pemesanan produk pemesan memilih pengiriman kurir, yaitu oleh kantor pos Indonesia setelah itu akan ada notifikasi otomatis pemesanan dari Toko Purwakarta (Topur) pemberita- huan kepada konsumen bahwa konsumen sudah memesan produk, dan setelah ada pemberitahuan pembayaran dari pemesan maka untuk pemberitahuan pembayaran di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) sudah otomatis berubah sudah dibayar dan sistem pemesanan produk setelah dibayarkan ada keterangan produk sedang dikemas. b. Resi Pembayaran Pemesanan Produk Melalui Financial Technology (Fintech) Resi pembayaran pemesanan produk yaitu dilakukan Setelah pemesanan produk, pemesan akan otomatis menerima notifikasi resi pembayaran pemesanan produk melalui Email atau Whatsapp dari aplikasi Toko Purwakarta (Topur) yang harus dibayarkan oleh pemesan melalui financial technology (fintech) yaitu bisa melakukan pembayaran aplikasi OVO atau datang langsung ke alfamart. Adapun bukti resi pembayaran pemesanan produk melalui financial technology (fintech) yaitu : Gambar 4.2 Notifikasi No Resi Melalui Financial Technology (Fintech) Sumber : Pemesan Asmara Produk di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) Pada gambar 4.3 dapat kita lihat bahwa gambar diatas merupakan salah satu contoh notifikasi no resi yang dikirim melalui whatsapp. isi notifikasi WhatsApp tersebut meliputi keterangan nama pemesan, no produk, harga produk dan ongkos kirim, alamat, tanggal dan batas waktu pembayaran. Keterangan untuk melakukan pembayaran melalui financial technology (fintech) yang dituju beserta nomor resi, nomor resi tersebut dipergunakan untuk proses pembayaran produk melalui alfamart. c. Proses Pembayaran Pemesanan ## Produk Melalui Financial Technology (Fintech) Proses pembayaran pemesanan produk mulai banyak bermunculan. Dari institusi-institusi serta metode pembayaran yang sudah ada, muncullah berbagai sistem, metode serta cara-cara pembayaran baru, salah satunya yaitu alat pembayaran non tunai ( cashless ). Adapun alur proses pembayaran pemesanan produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.8 Alur Proses Pembayaran Pemesanan Produk Melalui Financial Technology (Fintech) Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti Dari alur diatas proses pembayaran pemesanan produk setelah pemesan melakukan pemesanan di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) akan muncul biaya produk yang harus dibayarkan oleh pemesan, dan metode pembayaran di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) pemesanan bisa memilih metode pembayaran melakukan tunai datang langsung ke Toko Purwakarta (Topur) atau non tunai melalui financial technology (fintech) yaitu pembayaran melalui aplikasi OVO pemesanan harus mempunyai saldo di apliaksi OVO tersebut. Atau bisa mendatangi langsung ke kasir alfamart dengan menunjukan resi pembayarannya dari pihak Toko Purwakarta (Topur) atau bisa menyebutkan pembayaran finpay ke pihak kasir alfamart. 2. Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Untuk sistem pembayaran pengiriman produk melalui financial technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) pengirim produk harus sudah mempunyai aplikasi Toko Purwakarta (Topur) setelah itu pengirim produk akan dihubungi oleh pihak Toko Purwakarta (Topur) untuk segera mengemas atau mengirim produk melalui kantor pos Indonesia (Farisi, 2020a). Untuk sistem pembayaran melalui financial technology (fintech) hanya dipergunakan oleh Toko Purwakarta (Topur) sendiri karena untuk pemesanan yang produknya ada di Toko Purwakarta, maka pihak Toko Purwakarta (Topur) mengirim produknya langsung dari Toko Purwakarta (Topur) dan pembayarannya bisa melalui Agen pos yaitu aplikasi pos Indonesia yang bekerjasama dengan Toko Purwakarta (Topur). Pihak Toko Purwakarta (Topur) akan memberitahu kepada penjual produk bila produknya sudah habis di Toko Purwakarta (Topur) dan harus mengirim produknya ke kantor pos Indonesia dan pihak admin Toko Purwakarta (Topur) akan memberitahu nominal harga pengiriman produk pada ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) penjual, setelah mendapatkan harga pengiriman produk, penjual akan langsung datang ke kantor Pos Indonesia untuk pengiriman produk dan akan langsung pembayaran kiriman secara manual atau membayar langsung ke loket Pos Indonesia, lalu kantor Pos Indonesia akan memberikan resi pengiriman yang harus ditandatangani oleh pengirim, setelah itu akan ada pengecekan mengenai alamat pemesan, apakah sudah sesuai atau belum, tujuannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pengiriman pesanan. Berikut alur Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Financial Technology (Fintech) Di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.9 Alur Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti ## a. Proses Pengiriman Produk Proses Pengiriman berbagai macam barang industri, perabotan rumah tangga, alat berat, barang elektronik, dan berbagai jenis barang yang lainnya akan sangat terbantu dengan adanya jasa pengiriman barang yang tentunya proses pengirimannya pun harus dilakukan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. Pengiriman barang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis jalur, baik itu melalui jalur darat, laut, maupun udara. Agar proses pengiriman barang dapat berjalan dengan lancar, maka sebaiknya pengirim barang mampu mematuhi segala prosedur yang telah ditetapkan dalam perusahaan pengiriman barang yang dipercayainya. Berikut alur proses pengiriman produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) : Bagan 4.10 Alur Proses Pengiriman Produk Sumber : Sumber Data diolah Oleh Peneliti Dari Alur di atas Proses pengiriman produk setelah adanya pemesanan dan notifikasi dari admin aplikasi Toko Purwakarta (Topur) pihak pengirim produk akan segera mengemas produk lalu pihak pengirim produk akan segera mengirim produk melalui kantor pos Indonesia dan mencantumkan alamat pemesan yang ada di aplikasi Toko Purwakarta, untuk pihak admin Toko Purwakarta (Topur) akan mengupdate data otomatis produk yang telah dibeli atau dipesan sehingga pihak pemesan akan tahu bahwa pesanannya sudah akan segera dikirim ke alamat yang dituju, pemesan akan melihat di aplikasi Toko Purwakarta (Topur). b. Resi Pengiriman Produk Melalui Financial Technology (Fintech) Resi pembayaran produk yaitu dilakukan Setelah mengirim produk ke kantor pos Indonesia dan melakukan pembayaran. Resi tersebut akan diberikan juga kepada pengirim produk dan Toko Purwakarta (Topur). ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) c. Proses Pembayaran Pengiriman ## Produk Melalui Financial Technology (Fintech) Salah satu layanan keuangan yang banyak diintegrasikan dengan teknologi adalah layanan pembayaran. Perkembangan teknologi pada layanan pembayaran dapat dilihat dengan lahirnya metode pembayaran menggunakan kartu, pembayaran menggunakan internet, e-money , hingga yang saat ini sedang berkembang yaitu pembayaran menggunakan handphone pembayaran melalui financial technology (fintech) yang bisa menggunakan pembayaran melalui OVO atau langsung datang ke alfamart Adapun alur atau flowchart mengenai proses pembayaran pengiriman produk melalui financial technology (fintech) yaitu : Flowchart 4.2 Proses Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Financial Technology (Fintech) Dari Alur Proses pembayaran pengiriman produk diatas yaitu dari pemesan melakukan pembelian di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) dengan jumlah harga produk yang telah tercantum dan estimasi kurir dengan itu Toko Purwakarta (Topur) melakukan pembayaran melalui Agen pos untuk pembayaran pengiriman produk ke Pos Indonesia dan membawa bukti pembayaran bahwa produk sudah dibayarkan melalui Aplikasi Agen pos maka harus dilihatkan kepada petugas pos Indonesia dan membawa produk yang akan dikirim. C. Perbandingan Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Melalui Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) 1. Perbandingan Pembayaran Pemesanan Produk Melalui Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko ## Purwakarta (Topur) Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai perbandingan pembayaran pemesanan produk melalui bank dan financial technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) (Farisi, 2020a), bahwa pemesanan produk melalui Toko Purwakarta (Topur) sangat diminati oleh masyarakat, terutama di era digital saat ini, hal tersebut dikarenakan model aplikasi yang tersedia memudahkan masyarakat untuk melakukan belanja online dengan menggunakan sistem pembayaran yang sangat mudah untuk dijangkau dan dilakukan oleh masyarakat. Sistem pembayaran di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) sendiri masyarakat bisa menggunakan sistem pembayaran melalui transfer bank ataupun melalui financial technology (fintech) sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat. Untuk perbandingan pembayaran pemesanan produk ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) melalui bank dan financial technology (fintech) peneliti sudah melakukan wawancara kepada konsumen atau pemesan yang sudah pernah berbelanja di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) mengenai sistem pembayaran pemesanan produk melalui bank dan Financial Technology (fintech) (Farisi, 2020a). Adapun jumlah sistem pembayaran yang melakukan pembayaran melalui bank dan financial technology (fintech) yaitu : Diagram 4.1 Perbandingan Pembayaran Pemesanan Produk Melalui Transfer Bank dan Financial Technology (Fintech) Dari hasil diagram 4.1 diatas, dapat dijelaskan bahwa pemesan produk yang melakukan pembayaran melalui transfer bank sebanyak 64,3% sedangkan melalui financial technology (fintech) sebanyak 14,3% , dan pembayaran tunai sebanyak 14,3%. Artinya produk bank masih tetap diminati oleh masyarakat meskipun di era digital saat ini sudah banyak aplikasi-aplikasi financial technology (fintech) yang memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi, selain itu dalam financial technology (fintech) ada beberapa aplikasi dengan fitur pembayaran melalui transaksi bank jadi dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa produk bank tersebut masih digunakan, hal ini dikarenakan penggunaan produk perbankan dalam transaksi lebih aman dibandingkan melalui financial technology (fintech) sendiri. Jadi untuk sistem pembayaran melalui transfer bank dan financial technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) konsumen atau pemesan produk masih sangat tinggi untuk sistem pembayaran melalui transfer bank masih sangat diminati oleh konsumen atau pemesan produk online . ## 2. Perbandingan Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko ## Purwakarta (Topur) Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti mengenai perbandingan pembayaran pengiriman produk melalui bank dan financial technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) (Farisi, 2020a), bahwa pengirim produk melalui Toko Purwakarta (Topur) sangat diminati oleh masyarakat dan UKM Purwakarta terutama di era digital saat ini, hal tersebut dikarenakan adanya model aplikasi yang tersedia memudahkan masyarakat dan UKM Purwakarta untuk mengembangkan produknya sampai nusantara adapun sistem pembayaran pengiriman produk melalui transfer bank dan financial technology (fintech) sangatlah memudahkan bagi pengirim produk untuk pembayaran melalui transfer bank dan financial technology (fintech). Sistem pembayaran di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) sendiri pengirim produk bisa menggunakan sistem pembayaran melalui transfer bank ataupun melalui financial technology (fintech) bisa juga datang langsung ke kantor Pos Indonesia sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masyarakat atau pengirim produk. Untuk perbandingan pembayaran pengirim produk melalui bank dan financial technology (fintech) peneliti sudah melakukan wawancara kepada penjual atau UKM Purwakarta yang sudah pernah bekerja sama 64,3% 14,3% 14,3% Transfer Melalui Bank Financial Technology (OVO,GOPAY, dll) Opsi lainnya ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) dengan aplikasi Toko Purwakarta (Topur) mengenai sistem pembayaran pengiriman produk melalui bank dan Financial Technology (fintech) (Farisi, 2020a). Adapun jumlah sistem pembayaran yang melakukan pembayaran melalui transfer bank dan financial technology (fintech) yaitu : Diagram 4.2 Perbandingan Pembayaran Pengiriman Produk Melalui Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Dari hasil diagram 4.2 diatas, dapat dijelaskan bahwa pengiriman produk yang melakukan pembayaran melalui transfer bank sebanyak 50% sedangkan melalui financial technology (fintech) sebanyak 50% , dan pembayaran tunai sebanyak 50%. Artinya untuk sistem pembayaran pengiriman produk itu sendiri sangat relatif sama karena adanya masyarakat yang belum paham dengan adanya pembayaran melalui transfer bank dan financial technology (fintech) akhirnya masyarakat pun memilih pembayaran tunai dengan sistem pembayaran yang masyarakat sudah mengerti dan sudah paham. Adapun produk bank masih tetap diminati oleh masyarakat meskipun di era digital saat ini sudah banyak aplikasi-aplikasi financial technology (fintech) yang memudahkan masyarakat untuk melakukan transaksi, selain itu dalam financial technology (fintech) ada beberapa aplikasi dengan fitur pembayaran melalui transaksi bank jadi dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa produk bank tersebut masih digunakan, hal ini dikarenakan penggunaan produk perbankan dalam transaksi lebih aman dibandingkan melalui financial technology (fintech) sendiri dan masyarakat pun tetap menggunakan pembayaran secara tunai guna jadi untuk sistem pembayaran melalui transfer dan financial technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) pengirim produk masih sangat sama untuk sistem pembayaran melalui transfer bank dan financial technology (fintech) masih sangat diminati oleh pengirim-produk. ## V. KESIMPULAN A. Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Pembayaran pemesanan produk melalui transfer bank di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) melalui tiga tahapan yakni: 1. Pemesanan Produk; 2. Resi Pembayaran Produk; 3. Pembayaran Pemesanan Produk. Pemesan akan melakukan pembayaran melalui transfer bank manapun sesuai kebutuhan pemesan, setelah melakukan pembayaran akan ada notifikasi masuk bukti pembayaran melalui transfer bank, dan tahapan berikutnya produk akan segera dikemas dan dikirim. Pembayaran pengirim produk melalui transfer bank di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) melalui tiga tahapan yakni yaitu:1. Pengirim Produk; 2. Resi Pengirim Produk; dan 3. Pembayaran Pengiriman Produk. Pemesan akan melakukan pembayaran melalui transfer bank kepada Toko Purwakarta (Topur), lalu pihak admin akan memberitahu kepada pengirim untuk segera mengemas produknya, lalu produk dikirim ke kantor pos Indonesia untuk melakukan 50% 50% 50% Melalui Transfer Bank Financial Technology Tunai ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) pengiriman, ongkos pengiriman barang ke kantor pos Indonesia dilakukan secara tunai dan ditanggung sementara oleh pengirim, nantinya pihak Toko Purwakarta (Topur) akan mengganti ongkos kirim melalui transfer bank. B. Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Melalui Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Pembayaran pemesanan produk melalui financial technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) melalui tiga tahapan yakni: 1. Pemesanan Produk; 2. Resi Pembayaran Produk; 3. Pembayaran Pemesanan Produk. Pemesan Produk akan melakukan pemesanan dan akan muncul Resi Pembayaran produk, pemesan melakukan pembayaran pemesanan melalui alfamart dengan melihatkan resi pembayaran kepada pihak kasir alfamart dan menyebutkan pembayaran finpay ke pihak kasir alfamart. Pembayaran pengirim produk melalui financial technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) melalui tiga tahapan yakni: 1. Pengirim Produk; 2. Resi Pengirim Produk; 3. Pembayaran Pengiriman Produk. Pemesan melakukan pembelian produk di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) dengan harga produk yang telah tercantum, Pembayaran pengirim produk di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) melalui aplikasi agen pos. Agen pos sebagai salah satu mitra Toko Purwakarta (Topur) dalam sistem pembayaran. Penjual atau pengirim barang bisa membawa bukti pembayaran melalui Aplikasi Agen pos dan diperlihatkan kepada petugas pos Indonesia. C. Perbandingan Pembayaran Pemesanan dan Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) Pembayaran pemesan produk yang melakukan pembayaran melalui transfer bank sebanyak 64,3%, sedangkan melalui financial technology (fintech) sebanyak 14,3%, dan pembayaran tunai sebanyak 14,3%, artinya produk bank masih tetap diminati oleh masyarakat meskipun di era digital saat ini. Karena sistem pembayaran melalui transfer bank dan financial technology (fintech) di aplikasi Toko Purwakarta (Topur) konsumen atau pemesan produk lebih memilih transaksi melalui transfer bank, oleh sebab itu sistem transfer bank lebih banyak diminati oleh konsumen atau pemesan produk online Topur. Sedangkan untuk pengiriman produk baik melalui transfer bank ataupun financial technology (fintech) mencapai jumlah yang sama yaitu di angka 50%, karena masih terdapat masyarakat yang belum paham dengan sistem pembayaran transfer bank dan financial technology (fintech). ## DAFTAR PUSTAKA Ab Mumin Bin Ab Ghani, E., & Rachmawati, N. (2015). Akad Jual Beli Dalam Perspektif Fikih Dan Praktiknya Di Pasar Modal Indonesia. Al-’Adalah , 12 (4), 785–806. Abd Hakim, A. (2011). Fiqih Perbankan Syariah: Transformasi Fiqih Muamalah Ke Dalam Peraturan Perundang- Undangan . Refika Aditama. Abidin, M. S. (2015). Dampak Kebijakan E- Money Di Indonesia Sebagai Alat Sistem Pembayaran Baru. Jurnal Akuntansi UNESA , 3 (2), 1–21. Abidin, Z. (2013). Akad Derivatif dalam Transaksi Muamalah Kontemporer. Nuansa , 10 (2), 335–360. Al-Hadi al-Quran Terjemahan Per kata Latin dan Kode Tajwid . (2013). Cordova. (2012). Al-Qur’an dan Terjemahnya . CV. Syamil Al-Quran. Fatwa DSN MUI Nomor 112/DSN- ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) MUI/IX/2017 Tentang Akad Ijarah, Pub. L. No. 112/DSN-MUI/IX/2017 (2017). Farisi, S. Al. (2020a). Wawancara Tentang Perbandingan Pembayaran Pesanan dan Pengiriman Produk Melalui Transfer Bank dan Financial Technology (Fintech) di Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) . Pemilik Aplikasi Toko Purwakarta (Topur). Farisi, S. Al. (2020b). Wawancara Tentang Pesanan dan Pengantar Barang pada Aplikasi Toko Purwakarta (Topur) . Pemilik Aplikasi Toko Purwakarta (Topur). Hidayah, M. R., Nawawi, K., & Arif, S. (2018). Analisis Implementasi Akad Istishna Pembiayaan Rumah (Studi Kasus Developer Property Syariah Bogor). Ekonomi Islam , 9 (1), 1–12. Iflaha, N. (2019). Konsep Akad Mudhorobah Musytarokah Dalam Ekonomi Islam. LAN TABUR: Jurnal Ekonomi Syariah , 1 (1), 1–21. Istiqomah, Z., & Murdaningsih, D. (2020). Topur, Marketplace Syariah Produk Lokal dari Purwakarta . Republika.Co.Id. https://republika.co.id/berita/q3oben368/ topur-emmarketplace-emsyariah- produk-lokal-dari-purwakarta Janwari, Y. (2015). Fikih Lembaga Keuangan Syari’ah . Rosda Karya. Martono, A., Solehudin, S., & Putra, F. J. E. (2017). Project Application Untuk Sistem Pemesanan Dan Pengiriman Barang Berbasis Web Pada PT. Arai Rubber Seal Indonesia. Journal Cerita , 3 (2), 162–170. Mujahid, M. (2019). Analisis Penerapan Akad Wakalah bil Ujrah pada Layanan Go-Food. At-Taradhi: Jurnal Studi Ekonomi , 10 (1), 88–98. Mujiatun, S. (2013). Jual Beli Dalam Perspektif Islam : Salam Dan Istisna’. Riset Akuntansi Dan Bisnis , Vol 13 No . https://doi.org/http://dx.doi.org/10.3059 6%2Fjrab.v13i2.149 Njatrijani, R. (2019). Perkembangan Regulasi Dan Pengawasan Financial Technologydi Indonesia. Diponegoro Private Law Review , 4 (1), 462–474. Noor, J. (2015). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah Cet. V . Prenadamedia Group. Nurcahya, Y. A., & Dewi, R. P. (2019). Analisis Pengaruh Perkembangan Fintech dan E-Commerce terhadap Perekonomian Masyarakat. JAB (Jurnal Akuntansi \& Bisnis) , 5 (02), 21–35. RI, D. A. (2009). Al-Qur’an dan Terjemahnya . PT. Sygma Examedia Arkanlemma. Siregar, S. H. (2020). Mudarabah dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah dan Implikasinya terhadap Lembaga Keuangan Syariah. IJTIHAD , 36 (1), 17– 30. Subarkah, A., Tohari, H., Kafiyanto, M., Rahadian, H. F., & Saefudin. (2012). Himpunan Al-Qur’an dan Terjemah New Cordova . Syaamil Quran. Suhendi, H. (2016). Fiqh Muamalah . Raja Grafindo Persada. Suhendi, H. (2019). Fiqih Muamalah . PT Raja Grafindo Persada. Suryono, R. R., & others. (2019). Financial Technology (Fintech) Dalam Perspektif Aksiologi. Masyarakat Telematika Dan Informasi Jurnal Penelitian Teknologi Informasi Dan Komunikasi , 10 (1), 52. Syafei, R. (2006). Fiqih Muamalah . Pustaka Setia. Syaikh Syamsuddin Abu’ Asy-Syafi’I, A. M. bin Q. (1983). Fathul Qorib Al-Mujiib: “Diterjemahkan Oleh Imron Abu Amar” (Jilid 1). Menara Kudus. Trihasta, D., & Fajaryanti, J. (2008). E- payment Sistem. Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer Dan Sistem Intelijen (KOMMIT 2008) . ISSN: 2654-8526 (Media Online) 2599-2708 (Media Cetak) Usman, R. (2017). Karakteristik Uang Elektronik Dalam Sistem Pembayaran. Yuridika , 32 (1), 134–166. Yarli, D. (2018). Analisis Akad Tijarah Pada Transaksi Fintech Syariah Dengan Pendekatan Maqhasid. YUDISIA: Jurnal Pemikiran Hukum Dan Hukum Islam , 9 (2), 1–20. Yuliana, K., Saryani, S., & Azizah, N. (2019). Perancangan Rekapitulasi Pengiriman Barang Berbasis Web. Jurnal Sisfotek Global , 9 (1).
191c1665-1cc0-441e-899a-a51caebb1423
http://www.ejournal.universitasmahendradatta.ac.id/index.php/cakrawarti/article/download/199/188
## WACANA PARIWISATA BALI DALAM PUSARAN PANDEMI COVID-19 ## I Dewa Gede Kusuma ## Fakultas Ilmu Sosia dan Ilmu Politik Universitas Mahendradatta Denpasar email: [email protected] Abstrak - Masyarakat Bali masih mengandalkan ekonomi di sektor pariwisata, tentu saja ini dapat menjadi masalah besar. Sebab, selama pandemi Covid-19 kalangan para tamu mancane- gara belum semua diizinkan negaranya berkunjung ke negara lain, khususnya Indonesia. Penelitian ini menggunakan tiga teori, yaitu Teori Kuasa dan Pengetahuan dari Michel Fou- cault, Teori Dekontruksi Jacques Derrida, dan Teori Hegemoni Antonio Gramsci. Derasn- ya pusaran pandemi Covid-19 berdampak pada industri pariwisata, pertanian, sektor makro dan mikro lainnya di Bali. Beragam keindahan dari objek wisata yang biasa dikunjungi tamu mengalami masa redup. Situasi ini kemudian menjadi wacana pariwisata yang menarik untuk dikaji. Publik Bali yang ramai hingar bingar tamu mancanegara, berbelok haluan mulai menyepi. Akan tetapi, situasi pandemi akan berakhir, mesti tak pasti tentu saja warga Bali memiliki cara tersendiri. Banyak di antaranya berdagang makanan dan aneka usaha mandiri lainnya. Dampak dari pandemi Covid-19 menutup hotel atau restoran, pemutusan atau merumahkan tenaga kerja, dan akhirnya bermuara pada ekonomi masyarakat. Situasi inilah yang digali di luar gemilau pariwisata, bahwa kebutuhan lapangan kerja baru, ketahanan pangan, serta akses pendidikan diperlukan oleh masyarakat Bali di balik persoalan pandemi. Kata Kunci : Pandemi Covid-19, Pariwisata, dan Ekonomi Abstract - Balinese people still depend on economy on tourism sector. This could become big problems because during Covid-19 pandemic, tourists are still not allowed to to visit other countries, especially Indonesia. This research used three theories, namely Michel Foucalt’s Power and Knowledge Theory, Jacques Derrida’s Deconstruction Theory, and Antonio Gramsci’s Hegemony Theory. The big swirl of the Covid-19 pandemic gave impacts to the tourism industry, agriculture, and other macro and micro sectors in Bali. Many tourism attractions experienced a decrease. This situa- tion became a tourism discourse that was very interesting to be studied. The Bali public which was very crowded with tourists has turned into a silent place. However, this pandemic would end although they are not sure when, but the people in Bali have their own way to survive. Many of them sell food and do other business. The effect of the Covid-19 pandemic closes many hotels and restaurants, work termination and finally, this leads to the people’s economy. This situation is explored deeper outside the shining tourism, that the needs of new jobs, food security, and education access are needed by the Balinese behind the pandemic problems. Keywords : Covid-19 pandemic, tourism, culture, and economy ## 1. Pendahuluan Pemprov Bali telah membuka akses pariwisata domestiknya pada 31 Juli 2020, dengan harapan mulai ada kunjungan ta- mu-tamu melancong ke Bali, meski di lap- angan banyak hotel atau objek pariwisata yang merumahkan karyawannya. Namun, rasa optimisme untuk kebangkitan pari- wisata mulai tumbuh di Bali. Sektor pariwisata ini paling nyata ter- dampak di balik pandemi Covid-19. Pe- neliti tertarik mengamati di lapangan, khususnya Daya Tarik Wisata (DTW) di wilayah pariwisata Kuta, Badung. Jenis usaha pariwisata hotel banyak yang tutup. Pasca Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Terawan Agus Putranto, mengu- mumkan ada kasus pertama corona di In- donesia, di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 2 Maret 2020 lalu. Dua warga ne- gara Indonesia (WNI) diketahui sempat melakukan kontak dengan warga negara Jepang yang datang ke Indonesia. Beri- kutnya, warga Jepang tersebut terdeteksi virus corona setelah meninggalkan Indo- nesia dan tiba di Malaysia. Hal tersebut di- ungkapkan Presiden Joko Widodo sebagai berikut: Orang Jepang ke Indonesia bertamu siapa, ditelusuri dan ketemu. Ternyata orang yang terkena virus corona berhu- bu- ngan dengan dua orang, ibu 64 ta- hun dan juga putrinya 31 tahun ( Kom- pas.com, 2020) Dua WNI telah terjangkit virus co- rona dan saat itu pula Presiden Jokowi meminta masyarakat serius dan ketat mengikuti protokol kesehatan. Dampak atas kegelisahan pandemi ini perlahan mulai muncul di Bali dan menjadi pem- bicaraan di kalangan masyarakat. Pasal- nya ketika munculnya kasus virus coro- na di Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok, setiap warga negara telah cepat memper- oleh informasi yang tersebar di media massa. Sebagai daerah pariwisata, Pemprov Bali pun mulai memacu kewaspadaan dini dengan himbauan informasi tentang protokol kesehatan, meningkatkan imu- nitas tubuh, dan menjaga jarak. Masyar- akat bersama-sama wisatawan domestik dan juga mancanegara mulai banyak yang menggenakan masker, saat itu pula banyak wisatawan asing yang turut kembali pulang ke negara asalnya. Per- lahan-lahan masyarakat Bali juga mulai akrab mendengar istilah-istilah baru se- misal PCR (Polymerase Chain Reaction) Swab Test, Rapid Test, Swab Test, New Normal, Protokol Kesehatan, dan se- bagainya. Pariwisata Bali yang banyak mem- berdayakan tenaga kerja dan mengger- akan ekonomi, geliat sektor pariwisa- tanya mendadak menurun. Munculnya Covid-19 berdampak langsung ke warga masyarakat Bali. Promosi destinasi pari- wisata perlahan mulai terhenti, program wisata, revitalisasi fasilitas pariwisata, hingga akselerasi sektor-sektor wisata daerah seketika redup. Pemprov Bali berupaya agar masyar- akatnya tetap bisa produktif di tengah Covid-19 dengan menciptakan wisata yang bersih dan sesuai standar protokol kesehatan. Dari itu, usaha untuk pemuli- han pariwisata seperti sediakala adalah tujuan pemerintah untuk membuka lap- angan pekerjaan baru. DTW yang ada di Bali, gencar terus dipromosikan dengan harapan dapat kembali dikunjungi wisa- tawan. ## 2. Kajian Pustaka Pulau Bali sebagai “surga pariwisa- ta” tiada henti digempur oleh persoa- lan mulai dari Bom Bali I dan II, erupsi Gunung Agung, hingga kini yang terbaru Covid-19. Tidak hanya di Bali, tetapi di sejumlah wilayah di tanah air ada kasus Covid-19. Hal itu membuat ekonomi dan sektor-sektor pekerjaan mikro atau makro menjadi lesu. Masyarakat Bali kini men- cari peluang demi mendapat penghasilan baru. Menurut Michel Picard dalam buku Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata memaparkan langkah awal pariwisata Nusantara dimulai tahun 1908, saat jatuhnya raja Bali terakhir di hadapan tentara kolonial Belanda. Pada tahun itu, perwakilan berbagai bank, asuransi, perkeretaapian, serta maskapai pelayaran di antaranya perusahaan KPM atau maskapai pelayaran kerajaan, yang menikmati posisi monopoli jalur pela- yaran antar pulau Hindia Belanda, yaitu Vereeniging Toeristemerkeer in Neder- landsch Indie. Asosiasi yang disubsidi oleh pemerintah kolonial tersebut pada tahun itu juga membuka suatu Official Tourist Bureu, yang bertugas merintis kerjasama dengan para biro perjalanan terbesar pada zaman itu serta membuka kantor perwakilan di seluruh Jawa, ruang gerak Biro Pariwisata tersebut sejak ta- hun 1914 berkembang hingga ke Bali yang dijuluki dalam brosur-brosurnya sebagai “Mutiara Kepulauan Nusa Teng- gara” (Picturesque Dutch East Indies, 1925) (Picard, 2006 : 30-31). Kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah dinanti untuk memberi suatu pengaruh terhadap para masyarakat di tingkat bawah, bah- kan bilamana kerjasama antar negara hadir untuk dapat saling membantu pari- wisata di tengah pandemi, tentu ini akan bisa dilihat dari kebijakan yang akan di- ambil pihak pemerintah. Kajian penelitian yang terkait Cov- id-19 sebelumnya dilakukan oleh Sil- pa Hanoatubun dari Universitas Kris- ten Satya Wacana dengan judul jurnal; Dampak Covid-19 terhadap Ekonomi Indonesia. Penelitian yang dilakukan mengkaji perekonomian Indonesia di tengah persoalan Covid-19 yang ada di Indonesia. Persamaan penelitian adalah mengkaji tentang isu Covid-19 yang berkembang di masyarakat, perbedaan penelitiannya peneliti lebih mengkaji pada wacana kepariwisataan yang ada di wilayah Kuta, Badung, Bali di dalam pusaran Covid-19. Fokus penelitian yang dikaji men- genai dampak kepariwisataan selama pandemi Covid-19 yang mana sangat jelas mempengaruhi tatanan kehidupan ekonomi masyarakat luas. Melalui po- tensi-potensi pariwisata yang dimiliki, Bali belumlah mampu berbuat lebih jauh tanpa adanya tamu yang datang berkun- jung. Sebab, roda perekonomian ten- tu saja harus tetap berputar. Kebijakan Pemprov Bali diharapkan dapat mem- beri lebih rasa optimisme bagi masyar- akat pelaku pariwisata. ## 3. Metode dan Teori Potensi pariwisata membantu ekonomi masyarakat, di mana roda pere- konomian berputar salah satunya dipen- garuhi sektor pariwisata yang ditunjang sektor makro dan mikro. Selama masa pandemi Pemprov Bali berupaya pari- wisata segera bangkit. Penelitian dilakukan dengan menga- mati daerah di wilayah Kuta, Bali. Se- lanjutnya, pendekatan secara lintas disipliner menunjang kajian yang pe- neliti lakukan dengan cara observasi dan kajian melalui sumber buku-buku ilmiah dan media massa. Penelitian dianalisis bersifat deskrip- tif kualitatif dan interpretatif, di mana melalui proses interpretasi persoalan di lapangan. Berikutnya, data diperoleh di- kumpulkan hasil dari studi dokumen, do- kumentasi foto, observasi lapangan, dan wawancara. Penelitian ini juga ditunjang dengan analisis data dengan teknik ana- lisis kualitatif. Tiga teori yang diguna- kan; Teori Kuasa dan Pengetahuan dari Michel Foucault, Teori Dekontruksi dari Jacques Derrida, dan Teori Hegemoni dari Antonio Gramsci. Se-lanjutnya pe- neliti melakukan kajian-kajian mengenai kebijakan yang telah diambil pemerintah di saat terjadinya pandemi Covid-19 dan dampaknya bagi masyarakat di wilayah- nya. ## 4. Hasil dan Pembahasan Pemprov Bali serius di dalam menanggapi pandemi Covid-19. Ada se- jumlah aturan dikeluarkan lewat Surat Edaran (SE) yaitu, SE Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020 tentang Pen- erapan Tatanan Kehidupan Era Baru, SE Gubernur Bali Nomor 15243 ten- tang Persyaratan Wisatawan Nusantara Berkunjung ke Bali, termasuk SE Gu- bernur Nomor 10925 Tahun 2020 ten- tang Pengendalian Perjalanan Orang Pada Pintu Masuk Wilayah Bali Dan Percepatan Penanganan Covid-19. SE umumnya bertujuan dalam mempercepat penanganan Corona Vi- rus Disease 2019 (Covid-19). Penan- ganan dilakukan Pemprov Bali sesuai protokol kesehatan yang sering sudah dipublikasikan. Pemprov Bali berdasar- kan Harian Tribun Bali, 1 Agustus 2020 secara resmi membuka pariwisata un- tuk wisatawan nusantara atau domestik dimulai pada, Jumat 31 Juli 2020 lalu. Seperti pendapat yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Ar- tha Ardhana Sukawati (Cok Ace) bahwa: Target jumlah kunjungan kita abaikan dulu. Yang jelas, pada awal dibukan- ya pintu masuk Bali bagi wisatawan domestik, terlebih dahulu kita akan memantau dan melakukan evalua- si. Yang kami utamakan bagai mana menanamkan suatu kepercayaan terh- adap Bali ini sebagai destinasi wisata. (Tribun Bali, 2020). Pendapat Wagub Bali Cok Ace, di atas dia mengapresiasi para pelancong yang tiba di hari pertama ketika mu- lai dibuka untuk wisatawan domestik. Wagub Cok Ace sekaligus pula Pan- glingsir Puri Ubud turut juga memberi- kan pendapat bahwa: Saat ini kebanyakan yang datang ke Bali dari Jakarta dan Surabaya, tetapi dari daerah mana saja kami terbuka asal syaratnya ke Bali terpenuhi oleh mereka (Tribun Bali, 2020). Gambar 1 . Wisatawan domestik tam- pak berfoto bersama di depan monument Bom Bali I Ground Zero Bali di Jalan Le- gian-Kuta, Kabupaten Badung, Bali Sumber: Dokumentasi pribadi I Dewa Gede Kusuma, 9 April 2020 Sementara pihak lainnya, Co. Gener- al Manager Comercial PT Angkasa Pura I (Persero) Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Rahmat Adil Indrawan, dia menyampaikan dalam Harian Tribun Bali, 1 Agustus 2020 bahwa Garuda Indo- nesia menjadi maskapai pertama landing di titik Bandara Ngurah Rai begitu pari- wisata Bali dibuka untuk wisatawan nu- santara atau domestik. Hal ini disampai- kan seperti berikut: Flight -nya sekitar 100-an ora- ng yang mulai datang. Dan rata-rata sekarang pergerakan penumpang domestik su- dah di angka 4 ribu-an orang yang da- tang. Meningkat sekitar tiga kali dari bulan-bulan sebelum- nya. Mudah-mu- dahan dengan dibukanya secara resmi ini dan dihadiri oleh Wagub akan men- jadi momentum titik di mana pariwisa- ta di Bali akan bangkit kembali (Tribun Bali, 2020). Tamu domestik dari sejumlah wilayah Indonesia, dominan memilih lokasi ber- libur di Nusa Dua, Kuta, Legian, Sem- inyak, hingga Canggu. Mereka pun lebih dulu mem-booking tempat menginap un- tuk dapat liburan bersama-sama keluarga. Tingkat dari kunjungan para wisatawan domestik diperkirakan melonjak sekitar akhir tahun ini. Pariwisata Bali dan Pandemi Cov- id- 19 Amatlah sulit bisa mengetahui dengan tepat berapa jumlah angka wisatawan yang mengunjungi Bali pada waktu pemerinta- han Hindia Belanda, oleh karena catatan statistik yang ada tidaklah membeda-be- dakan antara wisatawan dan pengunjung yang biasa. Data-data pertama yang dike- luarkan oleh Official Tourist Bureau telah mencatat sekitaran 213 pengunjung pada tahun 1924. Angka yang terus mening- kat secara teratur hingga mencapai 1.428 pengunjung pada tahun 1929. Setelah itu selama beberapa tahun kemudian tidak ada terjadi peningkatan kunjungan, akibat kemelut ekonomi dunia. Kemudian tahun 1934 angka-angka itu naik lagi, hing- ga mencapai jumlah rata-rata 3.000 pen- gunjung per tahun di akhir dasawarsanya (Picard, 2006 : 33). Berdasarkan sumber Harian Nusa Bali dipaparkan mengenai wacana Bali untuk wisatawan nusantara secara resmi dibuka pada, Jumat 31 Juli 2020. Setelah wisata- wan nusantara, pariwisata Bali pun selan- jutnya akan dibuka kembali untuk wisa- tawan mancanegara yang direncanakan, Jumat 11 September 2020. Upaya membangkitkan kunjungan kepariwisataan di Bali, bagi wisatawan nu- santara diumumkan Gubernur Wayan Ko- ster di hadapan Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dan juga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, di dalam ke- giatan ‘Deklarasi Program Kepariwisa- taan dalam Tatanan Kehidupan Bali Era Baru dan Digitalisasi Pariwisata Berbasis Quick Response Code Indonesian Stand- ard (QRIS)’, di ITDC Nusa Dua, Tanjung Benoa Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Kamis 20 Juli 2020 sore. Gubernur Koster mengungkapkan, sebelum Pemprov Bali mem- buka pin- tu masuk untuk wisatawan nusantara, dia bersama para Bupati/ Walikota Se-Bali telah sepakat me- lakukan aktivitas secara bertahap, selektif, dan terbatas. Semua dimulai dengan acara ritual keagamaan di Pura Agung Besakih, Desa Besakih Keca- matan Rendang, Karangasem pada Ming- gu, 7 Juli 2020. Pendapat dari Gubernur Koster seperti berikut ini: Kegiatan ritual keagamaan di Pura Agung Besakih ini kami lakukan un- tuk memohon doa restu agar Ida Bhat- ara Bhatari Sesuhunan (Tuhan Yang Maha Esa) se-Bali memberikan restu, supaya aktivitas pereko- nomian bisa dijalankan de- ngan sebaik-baiknya ( Harian Nusa Bali , 2020). Gambar 2. Situasi sepinya tamu di areal jalan menuju Pantai Kuta, Badung Sumber: Dokumentasi pribadi I Dewa Gede Kusuma, 9 April 2020 Rencana dari Gubernur Koster dilaku- kan bertahap dengan tujuan menarik wisata- wan domestik di tanah air agar berkunjung ke Bali. Dengan begitu perlahan-lahan kunjungan wi- sata di berbagai titik Bali akan kem- bali ramai. Gubernur Koster dalam Harian Nusa Bali, pada Kamis 9 Juli 2020 menyatakan, Pemprov Bali membuka tahap pertama yakni memulai akti- vitas lokal masyarakat Bali. Peneliti me- nilai ke depannya Gubernur tidak hanya me- mikirkan pariwisata, tetapi juga bagi sektor ekonomi masyarakat kecil. Maka dari itulah, dengan tum- buhnya pariwisata akan menja- di awal mula terhadap kebangkitan ekonomi masyarakat pedesaan di pelosok Bali. Hal ini seperti diungkapkan Gubernur Koster: Selanjutnya, untuk tahap kedua, kami membuka aktivitas pariwisata hanya un- tuk wisatawan nusantara yang secara re- smi dimulai pada 31 Juli 2020. Setelah itu, di tahap ketiga akan dilanjutkan aktivitas pariwisata dengan mengundang wisata- wan mancanegara (direncanakan pada 11 September 2020,-Red) ( Harian Nusa Bali , 2020). Wacana Gubernur Koster di atas, bagi peneliti merupakan tahapan yang dirasa tidaklah mudah. Sebab, banyak ada tamu di luar negeri yang terdampak Covid-19 di negaranya, di mana cenderung belum banyak diperbolehkan melancong ke ne- gara lain, salah satunya ke Indonesia. Pan- demi Covid-19 merupakan masalah global dan masih diupayakan instansi pemerin- tahan untuk meminimalisir dampak Cov- id-19, termasuk supaya segera ditemukan vaksin Covid-19. Gubernur Koster seka- ligus politisi senior PDIP dan juga man- tan anggota Komisi X DPR RI Dapil Bali tiga kali periode (2004-2009, 2009-2014, 2014-2018) memaparkan pendapat se- bagai berikut ini: Untuk mendukung pelaksanaan tahapan tersebut, kami su- dah membuat Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020 tentang Penerapan Tatanan Kehidu- pan Era Baru dan Surat Edaran Gu- bernur Bali Nomor 15243 tentang Persyaratan Wisatawan Nusantara Berkunjung ke Bali. Sehingga, semua pelaku khususnya di bidang pariwisata memiliki suatu pe- doman dalam hal pelaksanaan protokol CHSE (Cleanliness, Health, Safety, and Environmental Sustainability) ( Harian Nusa Bali , 2020). Peneliti mengamati pendapat Guber- nur Koster dalam Harian Nusa Bali, pada 1 Agustus 2020, di mana masyarakat Bali akan berusaha untuk mengikuti aturan-aturan berlaku yang sudah disampaikan Gubernur. Kajian pariwisata di tengah pandemi Cov- id-19, bahwa Bali memang terdampak den- gan tidak adanya kunjungan tamu domestik dan mancanegara. Prioritas keran pariwisata yang dibuka oleh Gubernur Koster dan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace, diharapkan protokol kesehatan dapat dijalankan masyarakat, tu- juannya agar pandemi Covid-19 dapat segera mereda. ## Gambar 3. Potret areal Selatan di Jalan di Pantai Kuta, Badung Sumber: Dokumentasi Pribadi I Dewa Gede Kusuma, 9 April 2020. ## Kunjungan Wisatawan Domestik Gubernur Koster menerbitkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020 tentang Penerapan Tatanan Ke- hidupan Era Baru, SE Gubernur Bali Nomor 15243 tentang Persyaratan Wisa- tawan Nu- santara Berkunjung ke Bali, serta SE Gu- bernur Nomor 10925 Tahun 2020 tentang Pengendalian Perjalanan Orang Pada Pintu Masuk Wilayah Bali Dan Percepatan Pena- nganan Covid-19. Dengan mener- bitkan SE, tamu domestik perlahan diharapkan tertarik kembali datang melancong. Gubernur Koster dalam sumber Hari- an Nusa Bali , 3 Agustus 2020 memaparkan bahwa Peraturan Menteri Hukum dan HAM (Permenkum HAM) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Pelarangan Sementara Kedatangan Orang Luar Negeri Masuk Wilayah Indone- sia dapat untuk dievaluasi. Pendapat Guber- nur Koster dipaparkan sebagai berikut ini: Kalau ini (Pemenkum HAM), 11/2020, Red) masih diber- lakukan, tahapan ket- iga di- bukanya kunjungan wisata- wan mancanegara ke Indonesia termasuk ke Bali, tidak akan bisa berjalan. Kami san- gat berharap Bapak Menko Maritim dan Investasi bisa membuka jalan ini (Harian Nusa Bali, 2020). Pendapat Gubernur Koster di atas, pe- neliti amati bahwa pihaknya berharap ada pe- rubahan aturan di tengah persoalan pandemi Covid-19. Permenkum HAM Nomor 11 Ta- hun 2020 tentang Pelarangan Sementara Ke- datangan Orang Luar Negeri Masuk Wilayah Indonesia. Seperti yang harapan dari Guber- nur Koster, pariwisata Bali supaya dapat ber- jalan normal. Menurut Menko Kemaritiman dan In- vestasi Luhut Panjaitan dalam Harian Nusa Bali 1 Agustus 2020, bahwa dampak pan- demi Covid-19 telah menyebabkan perole- han devisa pariwisata turun hingga 97 persen. Tentu ini menjadi pukulan berat terhadap Bali dan Indonesia secara luas. Penerimaan nega- ra dari sektor pariwisata sangat tinggi, hal ini disampaikan Menko Luhut: Oleh karena itu, Presiden sudah berka- li-kali mengingat- kan kami para pemban- tunya bahwa kita harus menangani pari- wisata dengan benar. Ada dua kunci yang harus kita per- hatikan, yaitu penanganan Covid-19 dan penanganan ekonomi harus dijalankan (Harian Nusa Bali, 2020) Sementara Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif, Wishnutama Kusubandio dalam Harian Nusa Bali 1 Agustus 2020, mengatakan bahwa dia apresiasi masyarakat di Bali yang dalam kondisi pandemi ini selalu optimis dan positif untuk membangun kepa- riwisataan ke depannya. Hal itu seperti yang disampaikan berikut ini: Pada sore yang cerah ini, saya sangat ber- bahagia karena besok (Jumat) pariwisata domestik di Bali akan kembali bisa dibu- ka. Pasti kita semua sangat gembira dan berharap besok Bali perlahan segera bang- kit kembali ( Harian Nusa Bali, 2020). Mengenai penanganan Covid-19 dan penanganan masalah ekonomi sebelumnya dikatakan oleh Menko Luhut supaya mendap- at prioritas dan perhatian. Dengan begitu, Covid-19 semakin lama akan usai. Meski- pun pandemi ini belum berakhir, namun Bali mendapatkan apresiasi Menteri Wishnutama, akan tetapi Bali tidak boleh terlalu larut ke dalam pujian. Masyarakat di Bali diharapkan dapat bertahan untuk bangkit dan tumbuh membaik. ## Trend Angka Kesembuhan Trend untuk kesembuhan jumlah pasien Covid-19 di Bali mengalami peru-bahan yang baik, hal ini terdata selama 9 hari secara berun- tun sejak 23 Juli 2020. Sumber Harian Nusa Bali, tingkat ke- sembuhan pasien Covid-19 di Bali mencatat rekor tertinggi yakni 84,41 pers- en, setelah per Jumat, 31 Juli 2020 lalu terdapat ta-mbahan 88 orang sembuh secara bersamaan dengan munculnya 47 kasus baru. Pe- nan- ganan jumlah tambahan pasien sembuh paling banyak ada di Kota Denpasar, yakni mencapai 36 orang. Selanjutnya, penambahan pasien paling banyak kedua ada di Kabupaten Gianyar jum- lahnya 14 orang disusul kemudian di Klung- kung (11 pasien sembuh), Bangli (10 pasien sembuh), Badung (10 pasien sembuh), Karan- gasem (4 pasien sembuh), Jembrana (2 pasien sembuh), dan Tabanan (1 pasien sembuh). Tambahan 88 pasien sembuh, Jumat 31 Juli 2020 maka jumlah kumulatif positif Covid-19 di Bali yang sudah berhasil sem- buh mencapai 2.876 orang atau 84,41 pers- en dari total 3.407 kasus positif. Hal ini naik 1,43 persen dibanding se-hari sebelumnya. Ini adalah rekor kesembuhan tertinggi di Bali semenjak pandemi Covid-19 ber- kecamuk, 4 bulan lalu. Hal tersebut dituangkan ke dalam data tabel dalam Harian Nusa Bali sebagai ## PERSEBARAN POSITIF COVID-19 DI PROVINSI BALI HINGGA 31 JULI 2020 berikut ini: Sumber Harian Nusa Bali , 1 Agustus 2020 memaparkan bahwa penanganan Covid-19 di Bali kembali menjadi yang terbaik se-Indonesia, setelah sebelumnya sempat disalip Sumatera Barat. tingkat kesembuhan Covid-19 di Sumatra Barat melorot ke posisi kedua se-Indonesia setelah Bali, yakni 80,17 persen (760 Sumber: Harian Nusa Bali, 1 Agustus 2020 orang sembuh dari jumlah total 948 kasus positif). Angka kesembuhan di Bali juga jauh melampaui tingkat ke- sembuhan secara nasional yang mana hanya menca- pai 60,81 persen (65.907 orang dari total 108.376 kasus positif). Bali jauh mela- mpaui angka kesembuhan tingkat dunia, yang mencapai 62,61 persen (10.956.538 orang dari total 17.499.767 kasus posi- tif). Meminimalisir dampak dari pandemi diupayakan oleh Gubernur Koster dengan tujuan membangkit- kan kembali keper- cayaan kunjungan wisatawan domestik dan manca- negara. Kerjasama menangani Covid-19 tidak dapat dilakukan sendi- rian, sebab pandemi ini bersifat global dan dampaknya dirasakan hampir di tiap nega- ra. Semua pihak diharapkan bisa mengi- kuti protokol kesehatan dan disiplin sesuai Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 3355 Tahun 2020. Tanpa kerjasama di masyar- akat, pandemi bisa saja tetap ada. ## 5. Penutup Akses pariwisata Bali kembali dibuka oleh Gubernur Koster dengan tujuan ada pertumbuhan positif untuk tamu, khusus- nya tamu domestik agar dapat berkunjung ke Bali. Awal bulan Agustus 2020 masih sepi kunjungan tamu domestik utamanya di daerah Kuta, Legian, Sanur, dan seki- tarnya. Bagi Gubernur Koster, makin lama pariwisata dibuka tentu saja akan sulit un- tuk keadaan perekonomian di Bali. Yang terdampak tentu industri pariwisata dan pelaku usaha berada di Bali. Tingkat kunjungan terhadap objek wisata lain di Bali tidak ubah- nya seperti di daerah Kuta, Badung. Hanya saja pen- gelolanya masih terus berusaha menjaga kunjungan dan menaati kewaspadaan dari pandemi Covid-19. Dari itu, masyarakat yang bekerja di sektor kepariwisataan akan terus mencari usaha yang berbeda, seperti bertani ataupun berjualan hasil kebun agar mampu bertahan minimal hingga Desem- ber 2020. Berikutnya, diharapkan tamu mancanegara dapat bekerja dan setelah itu mengumpul- kan tabungan agar dapat kembali ber- libur di awal atau pertenga- han tahun 2021. ## Daftar Pustaka Dar, 2020. “Cok Ace Sambut 89 Wisdom Pertama di Bandara Ngurah Rai”. Nusa Bali , 1 Agustus, hal: 1. Ind, Nar, 2020. “Penanganan Corona di Bali Terbaik Se-Indonesia--Ang- ka Kesembuhan Tembus 84,41%, Koster Minta Masyarakat Kian Disiplin”. Nusa Bali, 1 Agustus, hal: 1. Kompas.com, 2020. “Presiden Jokowi Umumkan 2 WNI Positif Corona, Sumber: https://www.kompas.tv/ article/69278/breaking-news-presi- den-jokowi-umumkan-2-wni-posi- tif-corona, Diakses 01/08/2020 NB, 2020. “Gubernur Bali Resmi Buka Pintu Masuk Wisatawan Nusantara”. Nusa Bali , 1 Agustus, hal: 1. Picard, Michel. 2006. Bali: Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata . Ja- karta Selatan: Kepusatakaan Populer Gramedia (KPG). Zui, Zae, Ask 2020. “Pemprov Bali Abai- kan Target Kunjungan”. Tribun Bali,
71a49788-06c2-4c34-b8c9-660b926fffdd
https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/ema/article/download/281/226
Pengaruh Loan to Deposit Ratio ( LDR ) dan Loan to Asset Ratio ( LAR ) Terhadap Tingkat Return On Equity Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 – 2010 Disusun Oleh : Pambuko Naryoto Maulidita Novianty ## ABSTRAKSI Kata Kunci: Loan To Deposit Ratio, Loan To Asset Ratio dan Return On Equity. Dengan berkembangnya dunia usaha yang sangat cepat di masa sekarang, terjadi persaingan yang ketat di antara industri sejenis. Untuk dapat bersaing dengan perusahaan lainnya, perusahaan harus dapat mengelola seluruh kekayaan, kewajiban, modal dan modal kerja yang dimiliki semaksimal mungkin, sehingga kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan dengan baik, penelitian ini dilakukan pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008 – 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan dan pengaruh loan to deposit ratio ( LDR ) dan loan to asset ratio ( LAR ) terhadap return on equity ( ROE )pada industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) baik secara simultan maupun parsial, serta untuk mengetahui berapa besar pengaruh dari kedua variabel tersebut terhadap return on equity ( ROE ) industri perbankan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu ada 10 perusahaan. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling, dimana sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan, sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi. Variabel independent (bebas) dalam penelitian ini adalah loan to deposit ratio dan loan to asset ratio sedangkan variabel dependent (terikat) adalah return on equity. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan teknik analisis korelasi dan regresi linier berganda serta uji hipoteisis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama loan to deposit ratio dan loan to asset ratio berpengaruh terhadap return on equity ratio industri perbankan. Secara parsial ada pengaruh yang signifikan antara loan to deposit ratio terhadap return on equity perusahaan, ada pengaruh yang signifikan antara loan to asset ratio terhadap return on equity perusahaan secara parsial. Besarnya koefisien determinasi atau adjusted R 2 adalah 57,6% artinya perubahan return on equity disebabkan oleh variabel loan to deposit ratio dan loan to asset ratio sedangkan sisanya sebesar 42,4% disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. ## 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia sempat mengalami pasang surut sejak terjadinya krisis global yang melanda beberapa negara termasuk di Indonesia. Industri perbankan merupakan salah satu industry yang cukup sensitive terhadap perubahan kondisi perkekonomian. Hal ini disebabkan kondisi perekonomian yang memiliki kecenderungan yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang pada akhirnya mempengaruhi operational suatu industry, terutama industry perbankan. Bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Fungsi bank sebagai intermediasi mengandung resiko. Manajemen bank diharuskan untuk menjaga keseimbangan antara pengelolaan resiko yang dihadapi dengan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Resiko yang dihadapi pada umumnya menyebabkan dikeluarkannya peraturan. Menghadapi kondisi perekonomian yang berubah cepat, beberapa Industri Perbankan tetap fokus pada langkah-langkah strategis untuk mengembangkan kemampuan penyaluran kredit, guna melengkapi keunggulan dalam perbankan traansaksional. Tujuan utama operational bank adalah mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan/memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang digunakan adalah Return On Equity karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas dengan pendekatan ROE bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dikuasainya untuk menghasilkan income . Dengan menggunakan Loan to Deposit Ratio ( LDR ) kita dapat membandingkan seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank unuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio LDR ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagai praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85% - 100%. Selain dengan LDR kita juga dapat menggunakan Loan to Asset Ratio ( LAR ) untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. ## 1.2 Perumusan Masalah 1. Seberapa besar pengaruh Loan to Deposit Ratio ( LDR ) terhadap tingkat Return On Equity pada industri perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2008 – 2010 ? 2. Seberapa besar pengaruh Loan to Asset Ratio ( LAR ) terhadap tingkat Return On Equity pada industri perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2008 – 2010 ? 3. Seberapa besar pengaruh Loan to Deposit Ratio ( LDR ) dan Loan to Asset Ratio ( LAR ) terhadap tingkat Return On Equity pada industri perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2008 – 2010 ? ## 1.3. Batasan Masalah Pokok pembahasan yang akan di bahas dalam penelitian ini hanya pada pengaruh Loan to Deposit Ratio ( LDR ) dan Loan to Asset Ratio ( LAR ) terhadap tingkat Return On Equity pada industri perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia tahun 2008 – 2010. ## METODE PENELITIAN ## 2.1 Analisis Instrumen ( Ratio ) Laporan Keuangan ## 2.1.1 Loan to Deposit Ratio Menurut Lukman Dendi Wijaya ( 2005:66 ) LDR yaitu ratio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperluan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio LDR ini merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%, namun batas toleransi berkisar antara 85%-100%. Rumus: ## LDR = Jumlah pembiayaan yang diberikan X 100% Jumlah dana yang diterima oleh bank Yang termasuk jumlah dana yang diterima oleh bank pada kriteria ini adalah terdiri atas : 1. Giro atau Deposito dan tabungan masyarakat 2. Deposito dan pinjaman dari bank lain yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan 3. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang berjangka waktu lebih dari 3 bulan 4. Modal pinjaman 5. Modal inti 2.1.2 Loan to Asset Ratio ( LAR ) Menurut Lukman Dendi Wijaya ( 2005:66 ) Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat solvabilitasnnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. ## Rumus : LAR = Jumlah pembiayaan yang diberikan X 100% Jumlah asset ## 2.1.3 Return on Equity Ratio Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya profitabilitas dapat dirumuskan: Rumus : Return On Equity = ( Laba Usaha / Modal ) X 100% Profitabilitas suatu bank diukur dengan kesuksesan bank dan kemampuan menggunakan aktiva yang produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu bank dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal bank tersebut. ## 2.2 Analisis Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk laporan keuangan yang harus diuji kualitas datanya normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas. ## 2.2.1 Uji Normalitas Menurut Singgih Santoso (2002:34) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apabila distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati data normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng ( beli shaped ). Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak ke kiri atau ke kanan. Uji normalitas pada multivariat sebenarnya sangat kompleks, karena harus dilakukan pada seluruh variabel secara bersama-sama. Namun uji ini bisa juga dilakukan setiap variabel dengan logika bahwa secara individual masing-masing variabel memenuhi asumsi normalitas, maka secara bersama-sama (multivariat) variabel-variabel tersebut juga dianggap memenuhi asumsi normalitas. ## 2.2.2 Uji Multikolinearitas Menurut Dwi Priyatno (2008:39), uji multikolinearitas ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu hubungan linear antar variabel independen dalam regresi. Beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya (1) dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, (2) dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r 2 ) dengan nilai determinasi secara serentak (R 2 ), dan (3) dengan melihat eigenvalue dan condition index . Pada penelitian ini akan dilakukan uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi. ## 2.2.3 Uji Heteroskedastisitas Menurut Dwi Priyatno (2008:39), uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya Uji Park, uji Glesjer, Melihat Pola Grafik Regresi dan Uji Koefisien Korelasi Spearman. Pada penelitian uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik regresi. ## 2.3 Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode (a) analisis statistik deskriptif, dan (b) analisis jalur ( path analysis ). Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk memberikan informasi secara ringkas mengenai data responden serta variabel penelitian. Menurut Robert D.Rutherford dalam Jonathan Sarwono (2007:1), analisis jalur adalah suatu teknik untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel tergantung baik secara langsung maupun tidak langsung. ## 2.4 Tahap-tahap Pengujian Hipotesis 2.4.1 Analisis Korelasi Berganda Analisis korelasi ini tidak membedakan jenis variabel (tidak ada variable dependen maupun independen), keeratan hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi. Uji korelasi terdiri dari Pearson, Spearman dan Kendall. Menurut Dwi Priyatno (2008:53), uji korelasi bertujuan untuk menguji keeratan hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). Koefisien korelasi sederhana ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel independen yaitu pengaruh tingkat likuiditas (X 1 ) dan tingkat leverage (X 2 ) terhadap variabel dependen yaitu tingkat profitabilitas (Y). Nilai korelasi (r) berkisar antara 0 sampai 1, nilai semakin mendekati 1 berarti hubungan yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai semakin mendekati 0 maka hubungan yang terjadi semakin lemah. Hasil analisis korelasi sederhana dapat dilihat pada tabel Correlations. Analisis korelasi ganda (R) digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau lebih variabel independen (X 1 , X 2 ) terhadap variabel dependen (Y) secara serentak (Dwi Priyatno, 2008:78). Menurut Riduwan dan Kuncoro (2007:61) kegunaannya untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel bebas ( independent ) dengan variabel terikat ( dependent ). Koefisien korelasi memiliki nilai antara -1 dan +1, hal ini menunjukkan arah korelasi, makna dari sifat korelasi. Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif sempurna, r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti korelasinya sangat kuat. Sifat dari korelasi tersebut akan menentukan arah dari korelasi. Keeratan/kekuatan korelasi dapat dikelompokkan menjadi : 1. nilai 0.00 sampai 0.20 berarti korelasi memiliki keeratan yang sangat Lemah. 2. nilai 0.21 sampai 0.40 berarti korelasi memiliki keeratan yang lemah. 3. nilai 0.41 sampai 0.70 berarti korelasi memiliki keeratan yang kuat. 4. nilai 0.71 sampai 0.90 berarti korelasi memiliki keeratan yang sangat kuat. 5. nilai 0.91 sampai 0.99 berarti korelasi memiliki keeratan yang sangat kuat sekali. 6. nilai 1 berarti korelasi sempurna. Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien determinan. Koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi Pearson Product Moment yang dikalikan dengan 100 %. Derajat koefisien determinasi menggunakan rumus : KD = r 2 x 100 % Keterangan : KD = Nilai Koefisien determinan r = Nilai Koefisien korelasi ## 2.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda Menurut Dwi Priyatno (2008:73-79), regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel dependen (X) sedang variabel yang mempengaruhi disebut variabel independen (Y). Penelitian ini menggunakan analisa regresi linier berganda karena memiliki variabel independen lebih dari satu. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mencari hubungan secara linear antara dua variable independen yang diteliti yaitu X1 dan X2 terhadap variable dependen yaitu Y. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variable independen dan variable dependen, apakah masing-masing variable independen berhubungan positif atau negative dan untuk memprediksi nilai dari variable dependen apabila nilai variable independen mengalami kenaikan atau penurunan (Dwi Priyatno, 2008:73). Sebelum melakukan perhitungan dengan menggunakan analisis hubungan kausal, terlebih dahulu melakukan uji korelasi dan uji regresi. Hasil uji korelasi dan uji regresi akan digunakan dalam melakukan analisis hubungan kausal. Dalam uji regresi penulis menggunakan regresi linier berganda untuk mencari pengaruh antar variabel, dengan rumus : Y = α+ β 1 X 1 + β 2 X 2 + + Є Keterangan : X 1 : Variabel tingkat current ratio X 2 : Variabel tingkat debt to equity ratio Y : Variabel tingkat return on equity α : Nilai konstanta nilai Y jika X = 0 β : Nilai arah sebagai penentu ramalan ( prediksi ) yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y Є : Variabel lain yang mempengaruhi Y ## 2.4.3 Rancangan Pengujian Hipotesis Menurut Sekaran ( 2006:135-139), pengujian hipotesis adalah sebuah prosedur penelitian yang digunakan untuk menguji secara ilmiah melalui analisis statistik apakah hubungan yang diteorikan benar berdasarkan sampel yang diperoleh. Uji hipotesis digunakan untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan merupakan pernyataan/ dugaan yang benar sehingga hipotesis tersebut harus diterima atau merupakan pernyataan / dugaan yang salah sehingga hipotesis tersebut harus ditolak. Rancangan pengujian hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: - Ho = Terdapat pengaruh dan atau hubungan antar variabel yang diuji (X1, X 2 , Y). - Ha = Tidak terdapat pengaruh dan atau hubungan antar variabel yang diuji (X 1 , X 2 , Y) ## 2.4.3.1 Tahap Pengujian Hipotesis secara Parsial Uji secara parsial (sendiri) ditujukan oleh tabel Coeficients. Hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: - Ho1 : Tidak ada pengaruh antara X 1 terhadap Y - Ha1 : Terdapat pengaruh antara X 1 terhadap Y - Ho2 : Tidak ada pengaruh antara X 2 terhadap Y - Ha2 : Terdapat pengaruh antara X 2 terhadap Y Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi analisis jalur bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Jika nilai probabilitas 0,05 < nilai probabilitas sig, Ho1 diterima dan Ha1 ditolak, artinya tidak signifikan. 2. Jika nilai probabilitas 0,05 > nilai probabilitas sig, Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, artinya signifikan. ## 2.4.3.2 Tahap Pengujian Hipotesis secara Simultan Uji simultan (secara keseluruhan) ditunjukkan oleh tabel Anova. Hipotesis penelitian yang akan diuji adalah: - H0 = Tidak ada pengaruh antara X dan y - Ha1 = Terdapat pengaruh antara X dan Y Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi analisis jalur bandingkan antara nilai probabilitas 0,05 dengan nilai probabilitas signifikan sebagai dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. H0 diterima jika nilai p-value pada kolom sig > level of significant (α) 2. H0 ditolak jika nilai p-value pada kolom sig < level of significant (α) 3. Ha1 diterima jika nilai p-value pada kolom sig < level of significant (α) 4. Ha1 ditolak jika nilai p-value pada kolom sig > level of significant ## PEMBAHASAN ## 3.1 Penyajian Data Dari 20 perusahaan perbankan yang ada di Indonesia penelitian ini hanya dibatasi pada 10 perusahaan perbankan yang memiliki asset terbesar di Indonesia. Pengolahan data dalam penulisan ini menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package For the Social Science (SPSS) versi 17.0. Data yang diolah adalah laporan keuangan masing – masing bank dengan cara menganalisis rasio laporan keuangan tersebut. Berikut adalah daftar nama bank yang menjadi objek penelitian dalam penelitan kali ini yang terdaftar di bursa efek jakarta, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut : NO BANK ALAMAT 1 BCA Jl. Jend S Parman Kav. 76 Jakarta Barat 2 BRI Jl. Jend Sudirman kav 44-46 Jakarta 3 MANDIRI PLZ Mandiri Jl. Jend Gatot Subroto kav 36- 38 Jakarta 4 BII Maybank Plaza BII Tower II Jl. MH Thamrin kav 2 No.51 Jakarta 5 BTN Gedung Menara BTN Jl. Gajah mada No. 1 Jakarta 6 PERMATA Permata Bank Tower Jl. Jend Sudirman kav 27 Jakarta 7 BNI Gedung BNI Jl. Jend sudirman kav 1 Jakarta 8 CIMB NIAGA Graha Niaga Jl. Jend Sudirman kav 58 Jakarta 9 BTPN Jl. Otto Iskandardinata No 392 Bandung 10 MEGA Menara Bank Mega Jl. Kapt. Tendean Kav. 12 - 14A. Jakarta Dari data diatas ada 10 laporan keuangan bank yang menjadi objek penelitian, dengan data laporan keuangan yang diolah selama 3 tahun terakhir yaitu tahun 2008 – 2010. ## 3.1.1 Analisis Loan to Deposit Rasio Loan to Deposit Ratio ( LDR ) yaitu ratio antara jumlah seluruh kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan untuk membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperluan untuk membiayai kredit semakin besar. Rasio LDR ini merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar 80%, namun batas toleransi berkisar antara 85%-100%. Rumus: LDR = Jumlah pembiayaan yang diberikan X 100% ## Jumlah dana yang diterima oleh bank Tabel 3.1.1 Loan to Deposit Ratio ( Disajikan dalam jutaan rupiah ) NO BANK LOAN TO DEPOSIT RASIO TAHUN LOAN DEPOSIT RASIO 1 BCA 2010 127.768.521 262.651.435 0,49 2009 119.595.661 245.139.946 0,49 2008 110.026.861 209.528.921 0,53 2 BRI 2010 212.154.240 259.342.417 0,82 2009 173.847.817 217.022.107 0,8 2008 162.534.312 199.847.354 0,81 3 MANDIRI 2010 204.768.850 326.577.986 0,63 2009 167.382.434 287.054.369 0,58 2008 148.772.109 232.441.798 0,64 4 BII 2010 43.617.814 52.214.032 0,84 2009 31.781.070 42.390.701 0,75 2008 21.657.903 33.361.072 0,65 5 BTN 2010 42.331.045 40.154.112 1,05 2009 39.997.152 34.216.939 1,17 2008 37.760.913 36.610.112 1,03 6 PERMATA 2010 11.423.742 12.119.801 0,94 2009 10.805.963 11.130.192 0,97 2008 8.997.719 10.112.892 0,89 7 BNI 2010 119.199.521 184.147.609 0,65 2009 111.683.977 167.217.561 0,67 2008 103.931.768 153.672.907 0,68 8 CIMB NIAGA 2010 87.553.263 106.179.710 0,82 2009 80.114.845 86.248.689 0,93 2008 72.790.651 84.051.318 0,87 9 BTPN 2010 19.389.197 22.351.446 0,87 2009 11.765.160 15.926.918 0,74 2008 8.771.254 12.319.867 0,71 10 MEGA 2010 20.856.365 32.790.672 0,64 2009 17.599.457 31.669.206 0,56 2008 16.889.175 28.976.540 0,58 Dari tabel 3.1.1 di atas dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mengelola Loan to Deposit Rasio . Hasil analisis yang dilakukan penulis terhadap 10 Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 Loan to Deposit Rasio terbesar adalah 1,03 dan Loan to Deposit Rasio terkecil adalah 0,53 , pada tahun 2009 Loan to Deposit Rasio terbesar adalah 1,17 dan Loan to Deposit Rasio terkecil adalah 0,43, pada tahun 2010 Loan to Deposit Rasio terbesar adalah 1,05 dan Loan to Deposit Rasio terkecil adalah 0,49 3.1.2 Analisis Loan to Asset Ratio Loan to Asset Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar. Rumus : LAR = Jumlah pembiayaan yang diberikan X 100% Jumlah asset Tabel 3.1.2 Loan to Asset Ratio ( Disajikan dalam jutaan rupiah ) NO BANK TAHUN LOAN TO ASSET RASIO LOAN ASSET RASIO 1 BCA 2010 127.768.521 315.567.421 0,4 2009 119.595.661 282.392.294 0,42 2008 110.026.861 245.569.856 0,45 2 BRI 2010 212.154.240 323.806.574 0,66 2009 173.847.817 267.995.252 0,65 2008 162.534.312 241.725.817 0,67 3 MANDIRI 2010 204.768.850 402.083.563 0,51 2009 167.382.434 358.897.073 0,47 2008 148.772.109 319.235.639 0,47 4 BII 2010 43.617.814 67.639.646 0,64 2009 31.781.070 54.557.875 0,58 2008 21.657.903 44.590.217 0,49 5 BTN 2010 42.331.045 60.946.002 0,69 2009 39.997.152 48.702.375 0,82 2008 37.760.913 45.672.109 0,83 6 PERMATA 2010 11.423.742 62.692.594 0,18 2009 10.805.963 54.042.874 0,2 2008 8.997.719 45.696.701 0,2 7 BNI 2010 119.199.521 225.486.012 0,53 2009 111.683.977 203.618.590 0,55 2008 103.931.768 195.567.921 0,53 8 CIMB NIAGA 2010 87.553.263 126.332.123 0,69 2009 80.114.845 107.104.274 0,75 2008 72.790.651 103.197.574 0,71 9 BTPN 2010 19.389.197 28.023.250 0,69 2009 11.765.160 18.236.425 0,65 2008 8.771.254 14.467.352 0,61 10 MEGA 2010 20.856.365 40.121.387 0,52 2009 17.599.457 36.944.360 0,48 2008 15.779.568 33.587.521 0,47 Dari tabel 3.1.2 di atas dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mengelola modal. Hasil analisis yang dilakukan penulis terhadap 10 Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2010, Loan to Asset Ratio : Pada tahun 2008 Loan to Asset Ratio terbesar adalah 0,83 dan Loan to Asset Ratio terkecil adalah 0,20, pada tahun 2009 Loan to Asset Ratio terbesar adalah 0,82 dan Loan to Asset Ratio terkecil adalah 0,20, pada tahun 2010 Loan to Asset Ratio terbesar adalah 0,40 dan Loan to Deposit Rasio terkecil adalah 0,69. ## 3.1.3 Analisis Return on Equity Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain. Profitabilitas suatu bank diukur dengan kesuksesan bank dan kemampuan menggunakan aktiva yang produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu bank dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal bank tersebut. ## Tabel 3.1.3 Return On Equity ( Disajikan dalam jutaan rupiah ) NO BANK TAHUN ROE NETT PROFIT EQUITY RASIO 1 BCA 2010 8.945.092 27.856.693 0,32 2009 7.720.043 23.279.310 0,33 2008 6.579.867 22.978.562 0,29 2 BRI 2010 5.448.145 30.523.120 0,18 2009 4.513.121 26.148.182 0,17 2008 3.878.091 23.876.122 0,16 3 MANDIRI 2010 5.483.247 36.508.129 0,15 2009 4.500.385 31.439.222 0,14 2008 4.199.361 28.779.013 0,15 4 BII 2010 532.247 6.888.322 0,08 2009 -377.753 4.625.016 -0,08 2008 265.157 3.356.798 0,08 5 BTN 2010 547.498 5.538.653 0,1 2009 313.306 3.097.860 0,1 2008 229.176 2.107.659 0,11 6 PERMATA 2010 723.132 5.450.234 0,13 2009 462.211 4.659.303 0,1 2008 298.701 4.016.597 0,07 7 BNI 2010 2.540.311 19.864.179 0,13 2009 1.606.948 17.499.799 0,09 2008 1.479.937 15.447.921 0,1 8 CIMB NIAGA 2010 1.520.375 12.304.740 0,12 2009 2.165.587 11.210.407 0,19 2008 1.084.303 9.302.467 0,12 9 BTPN 2010 474.776 2.385.193 0,2 2009 200.847 1.757.833 0,11 2008 180.915 1.566.901 0,12 10 MEGA 2010 447.132 1.590.612 0,28 2009 380.091 812.722 0,47 2008 319.872 771.578 0,41 Dari tabel 3.1.3 di atas dapat diketahui kemampuan perusahaan dalam mengelola pendapatan terhadap modal. Hasil analisis yang dilakukan penulis terhadap 10 Perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai 2010, Return on Equity: Pada tahun 2008 Return on Equity terbesar adalah 0,41 dan Return on Equity terkecil adalah 0,08, pada tahun 2009 Return on Equity terbesar adalah 0,47 dan Return on Equity terkecil adalah -0,08, pada tahun 2010 Return on Equity terbesar adalah 0,32 dan Loan to Deposit Rasio terkecil adalah 0,08. 3.2 ## Uji Asumsi Klasik ## 3.2.1 Uji Normalitas Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran titik pada sumbu diagonal dari grafik normal p-plot. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika data atau titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal berarti menunjukkan pola distribusi normal dan model regresi memenuhi asumsi normalitas. Model regresi ini memenuhi normalitas atau tidak, dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini ## Gambar 3.1 ## Uji Normalitas Sumber : Output SPSS Dari gambar diatas terlihat bahwa titik –titik tersebut tersebar mendekati garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, ini membuktikan bahwa model regresi ini telah memenuhi asumsi normalitas. Dengan hasil diatas dapat dikatakan bahwa model yang dibuat merupakan model yang valid dan dapat dipergunakan untuk analisis selanjutnya yaitu regresi berganda. ## 3.2.2 Uji Multikolinearitas Menurut Santoso dalam Dwi Priyatno (2008:39), dalam uji multikolinearitas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada model regresi, jika VIF lebih besar dari 5, maka variabel tersebut mempunyai masalah multikolinearitas. Tabel 3.3 Tabel Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -3,327 19,771 -,168 ,871 LOAN TO DEPOSIT RASIO ,519 ,364 ,555 1,426 ,197 ,311 3,215 LOAN TO ASSET RATIO ,154 ,201 ,297 ,764 ,470 ,311 3,215 Dari tabel 3.3 diatas dapat diketahui nilai VIF kedua variable yaitu Loan to Deposit Rasio dan Loan to Asset Ratio lebih kecil dari 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen tidak terdapat persoalan multikolinearitas. ## 3.2.3 Uji Heteroskedastisitas Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi apakah variasi residual dalam model sama pada semua data. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika data atau titik-titik: 1) Menyebar disekitar angka 0, 2) Tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja, 3) Penyebarannya tidak membentuk suatu pola, Dapat disimpulkan bahwa variable – variable tersebut menunjukkan tidak ada masalah heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar 3.2 dibawah ini. Gambar 3.2 ## Uji Heteroskedastisitas ## Sumber : Output SPSS Dari gambar Scatterplot dapat dilihat bahwa data tidak membentuk pola tertentu, sehingga dapat didimpulkan bahwa model regresi ini terbebas dari masalah heteroskedastisitas. ## 3.2.4 Uji Autokorelasi Uji autikorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara suatu periode t dengan periode sebelumnya ( t-1 ). Berikut adalah gambar output dari variable – variable yang penulis teliti. ## Gambar 3.3 ## Uji Autokorelasi Gambar 3.3 Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa variable yang penulis teliti tidak memiliki masalah autokorelasi, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil gambar yang terbentuk adalah gambar „lonceng terbalik‟ yang sempurna. ## 3.3 Metode Analisi Data ## 3.3.1 Statistik Deskriftif Hasil statistik deskriptif masing-masing variabel yaitu variable Loan to Deposit Rasio dan Loan to Asset Ratio terhadap return on equity yang dilakukan dengan perhitungan SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 3.4 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N RETURN ON EQUITY .1744 .18077 30 LOAN TO DEPOSIT RASIO 4.4303 5.15237 30 LOAN TO ASSET RATIO .9116 .04509 30 Berikut adalah analisis penjelasan dan gambaran mengenai variable : - Return on equity : memiliki nilai rata – rata 0,1744 dan standar deviasi 0,18077 - Loan to Deposit Rasio : memiliki nilai rata – rata 4,4302 dan standar deviasi 5,15237 - Loan to Asset Ratio : memiliki nilai rata – rata 0,9116 dan standar deviasi 0,04509 ## 3.3.2 Korelasi Untuk menganalisa korelasi antara variable Loan to Deposit Rasio dan Loan to Asset Ratio terhadap return on equity dilakukan dengan perhitungan SPSS pada Tabel 3.5 sebagai berikut. Tabel 3.5 Correlations LOAN TO DEPOSIT RASIO LOAN TO ASSET RATIO RETURN ON EQUITY LOAN TO DEPOSIT RASIO Pearson Correlation 1 .214 .069 Sig. (2-tailed) .001 .000 N 30 30 30 LOAN TO ASSET RATIO Pearson Correlation .214 1 .215 Sig. (2-tailed) .001 .000 N 30 30 30 RETURN ON EQUITY Pearson Correlation .069 .215 1 Sig. (2-tailed) .000 .000 N 30 30 30 Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, diperoleh koefisien korelasi sebagai berikut: 1. Koefisien korelasi antara Loan to Deposit Rasio dengan return on equity adalah sebesar 0,069 dengan arah hubungan yang positif dan nilai probabilitas pada kolom Sig. (2-tailed) 0,00 > 0,05, hal ini menunjukkan Loan to Deposit Rasio berhubungan positif dan ada hubungan yang berarti dengan return on equity . 2. Koefisien korelasi antara Loan to Asset Ratio dengan return on equity adalah sebesar 0,215 dengan arah hubungan yang positif dan nilai probabilitas pada kolom Sig. (2-tailed) 0,00 > 0,05, hal ini menunjukkan Loan to Deposit Rasio berhubungan positif dan ada hubungan yang berarti dengan return on equity . ## 4.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda / Koefisien Determinasi Dalam uji regresi linear berganda ini dianalisis pula besarnya determinasi (R 2 ) secara keseluruhan. Koefisein determinasi ini untuk mengetahui besarnya pengaruh semua variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y). Tabel 3.6 Tabel Hasil Analisis Korelasi Berganda Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin- Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .819 a ,670 ,576 ,514 ,670 7,117 2 29 ,021 1,539 Sumber : Output SPSS Berdasarkan Tabel 3.6 hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh nilai Adjusted R 2 sebesar 0,576 atau 57,6 %. koefisien ini menunjukkan bahwa 57,6% perubahan return on equity perbankan disebabkan oleh Loan to Deposit Rasio dan debt to equity , sedangkan sisanya sebesar 42,4% disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. ## 3.3.4 Analisis Regresi Analisis regresi dilakukan untuk menguji apakah ada atau tidaknya pengaruh Loan to Deposit Rasio (X 1 ) dan Loan to Asset Ratio (X 2 ) terhadap return on equity (Y) baik secara parsial maupun simultan. Berikut adalah tabel Variables EnteredRemoved (Tabel 3.7) yang menunjukkan ada atau tidaknya variabel yang dikeluarkan dari penelitian ini : Tabel 3.7 Analisis Regresi Variables Entered/Removed Model Variables Entered Variables Removed Method 1 LOAN TO DEPOSIT RASIO , DEBT TO EQUTY RASIO a . Enter a. All requested variables entered. Sumber : Output SPSS Tabel 3.7 menunjukkan bahwa tidak ada variabel yang dikeluarkan ( removed ) dalam penelitian ini, atau dapat dikatakan bahwa variabel Loan to Deposit Rasio dan Loan to Asset Ratio sebagai variabel bebas dimasukkan dalam perhitungan regresi. Tabel 3.8 Perhitungan Regresi Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -3,327 19,771 -,168 ,871 LOAN TO DEPOSIT RASIO ,519 ,364 ,555 1,426 ,197 ,311 3,215 LOAN TO ASSET RATIO ,154 ,201 ,297 ,764 ,470 ,311 3,215 Berdasarkan Tabel 3.8 didapat persamaan regresi sebagai berikut : Y = -3,327 + 0,519X 1 ( Loan to Deposit Rasio ) + 0,154X 2 ( Loan to Asset Ratio ) Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: - Konstanta sebesar -3,327 ; artinya jika Loan to Deposit Rasio (X 1 ) dan Loan to Asset Ratio (X 2 ) nilainya 0, return on equity (Y) sebesar -3,327. - Koefisien regresi variabel Loan to Deposit Rasio (X 1 ) sebesar 0,519; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan Loan to Deposit Rasio mengalami kenaikan 1, maka return on equity akan mengalami kenaikan sebesar 0,519. - Koefisien regresi variabel Loan to Asset Ratio (X 2 ) sebesar 0,154 artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan debt to equit rasio mengalami kenaikan sebesar 1, maka return on equity akan mengalami kenaikan sebesar 0,154. ## 3.4 Uji Hipotesis Secara Simultan ( Uji F ) Uji F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu dengan membandingkan antara F hitung dengan F tabel pada tingkat kepercayaan 5%. Apabila F hitung > F tabel maka semua variabel bebas berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Sedangkan uji F dengan probabilitas value dapat dilihat dari besar probabilitas value dibandingkan dengan 0,05. Ho ditolak atau Ha diterima jika probabilitas < 0,05 Tabel 3.9 Uji Hipotesis Secara Simultan ( Uji F ) ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression ,006 2 ,003 1,155 .021 a Residual 1,007 29 ,035 Total 1,013 31 Sumber : Output SPSS Analisis pada Tabel 3.9 terlihat uji ANOVA (F test) atau F hitung sebesar 0,090 dengan nilai probabilitas (sig)= 0,021. Karena nilai sig kurang dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa Loan to Deposit Rasio (X 1 ) dan Loan to Asset Ratio (X 2 ) secara bersama-sama mempengaruhi return on equity (Y). Peneliti menggunakan uji-F test untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara simultan antara variabel Loan to Deposit Rasio ( X 1 ) dan Loan to Asset Ratio (X 2 ) terhadap return on equity (Y). Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh bersama- sama variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil F-test menunjukkan variabel independent secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variable dependen jika p-value (pada kolom sig. ) lebih besar dari level of significant yang ditentukan, atau F hitung (pada kolom F) lebih besar dari F tabel . F tabel dihitung dengan cara df1 = k-1, dan df2 = n-k-1, k adalah jumlah variable dependen dan independen. Berdasarkan Tabel 3.9 dimana nilai F hitung 1,155 > F tabel 0,778 dan nilai Sig. 0,021 > 0,05, artinya signifikan. Signifikan disini artinya Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya, variabel Loan to Deposit Rasio (X 1 ) dan Loan to Asset Ratio (X 2 ) secara bersama-sama ( simultan ) berpengaruh terhadap return on equity (Y). ## 3.5 Uji Hipotesis Secara Parsial ( Uji T ) Peneliti menggunakan uji-T test untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh secara parsial antara Loan to Deposit Rasio ( X 1 ) dan Loan to Asset Ratio (X 2 ) terhadap return on equity (Y), signifikan apabila nilai probabilitas < 0,05. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing- masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Hasil uji ini berdasarkan hasil output SPSS yang dapat dilihat pada tabel Coefficients (Tabel 3.10) . Tabel 3.10 Uji Hipotesis Secara Parsial ( Uji T ) Coefficients a Model Unstandardize d Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -3,327 19,7 71 -,168 ,871 LOAN TO DEPOSIT RASIO ,519 ,364 ,555 1,426 ,000 ,311 3,215 LOAN TO ASSET RATIO ,154 ,201 ,297 ,764 ,010 ,311 3,215 Variabel Loan to Deposit Rasio ( X 1 ) memiliki Sig. 0,00 > 0,05 artinya signifikan. Signifikan disini berarti Ho ditolak dan Ha di terima. Artinya, variabel Loan to Deposit Rasio ( X 1 ) secara parsial berpengaruh terhadap return on equity (Y). Variabel Loan to Asset Ratio (X 2 ) memiliki Sig. 0,01 > 0,05 artinya signifikan. Signifikan disini berarti Ho di tolak dan Ha di terima. Artinya, variabel Loan to Asset Ratio (X 2 ) secara parsial berpengaruh terhadap return on equ ity (Y). ## KESIMPULAN Berdasarkan penyajian data, hasil penelitian dan setelah diadakan pengujian hipotesis terhadap permasalahan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Besarnya pengaruh Loan to Deposit Ratio ( LDR ) terhadap Return On Return ( ROE ) adalah sebesar 0,069 atau 6,9%. 2. Besarnya pengaruh Loan to Asset Ratio ( LDR ) terhadap Return on Equity ( ROE )pada industri perbankan adalah sebesar sebesar 0,215 atau 21,5%. 3. Besarnya pengaruh Loan to Deposit Rasio ( LDR ) dan Loan to Asset Ratio ( LAR ) terhadap R eturn on Equity ( ROE ) industri perbankan adalah sebesar 0,576 atau 57,6 %. ## DAFTAR PUSTAKA Buku-buku dan Jurnal Bank Indonesia 2004. Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank. Kasmir 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Balai Pustaka Munawir. 2002:69. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Gramedia Robert Anggoro. 1997:18-23. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Gramedia Bawsir. 1997:173. Manajemen Keuangan. Jakarta: Balai Pustaka Lukman Denda Wijaya. 2005. Manajemen Perbankan. Jakarta: Balai Pustaka Luciana Spica Almilia, S.E., M.si. WinnyHerdiningtyas, S.E “Analisis Ratio Terhadap Prediksi Kondisi bermasalah pada lembaga Perbankan” Jurnal Keuangan Vo.7 No.2 November 2005 ISSN 1411 – 0288. Bambang Subroto SR.2005. Corporate Governance or Good Corruption Governance? . Jakarta:Gramedia Bhuono Agung Nugroho. 2006. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia ., Cetakan - 2. Jakarta: Balai Pustaka. Dwi Priyatno.2008. Mandiri Belajar SPSS : untuk Analisis Data dan Uji Statistik ., Yogyakarta:Mediakom. Jamal, K., P.E Johnson dan R.G. Berryman.1995. “Detecting Framing Effect in Financial Statements”. Contemporary Accounting Research, 12: 85-105. Jonathan Sarwono.2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS . Yogyakarta : Penerbit Andi. Riduwan, Engkos Achmad Kuncoro. 2007. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis) . Bandung : Alfabeta. Riduwan, Engkos Achmad Kuncoro.2008. Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur (Path Analysis) . Bandung : Alfabeta. Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business . Alih bahasa: Kwan Men Yon.Jilid 1. Edisi 4.Jakarta: Salemba Empat. Sekaran, Uma. 2006., Research Methods for Business . Alih bahasa: Kwan Men Yon.Jilid 2. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen . Jakarta : Salemba Empat. Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi VI. Cetakan 13., Jakarta:Rineka Cipta. Syahri Alhusin., 2002. Aplikasi Statistik Praktis dengan Menggunakan SPSS 10 for Windows. Edisi 1. Cetakan 1. Yogyakarta:J&J Learning. Yusuf, Al Haryono. 2001. Analisa Laporan Keuangan . Yogyakarta : YKPN Website : http://www.google.com/search? : http://.google.co.id/search? : http://en.wikipedia.org : http://yahoo.com/search?
dd5772f7-036f-4de8-9ad1-bb5d5e3352b3
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/BIOEDUSAINS/article/download/2630/1697
Volume 4, Nomor 2, Desember 2021 e-ISSN: 2598-7453 DOI: https://doi.org/10.31539/bioedusains.v4i2.2630 POLIMORFISME GEN VEGF-A (rs2010963) PADA TURUNAN PERTAMA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) Aurora Fajria Anwari 1 , Novriantika Lestari 2 , Marisadonna Asteria 3 , Sipriyadi 4 , Ismir Fahri 5 , Elvira Yunita 6 Universitas Bengkulu 1,2,3,4,6 RSUD dr. M. Yunus Bengkulu 5 [email protected] 6 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama penderita penyakit jantung koroner (PJK) dan non-PJK di Kota Bengkulu. Metode yang digunakan yaitu analisis molekuler polimorfisme melalui Polymerase Chain Reaction Restriction Fragment Length Polimorfism (PCR-RFLP). Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa frekuensi genotipe polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama penderita PJK adalah genotipe CC = 11 (52,4 %), GG = 7 (33,3 %) dan CG = 3 (14,3 %). Sebaran genotipe VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama non PJK yaitu GG = 9 (42,9 %), CC = 7 (33,3 %) dan GC = 5 (23,8 %). Hasil analisis statistik memperlihatkan bahwa nilai p yang diperoleh adalah sebesar 0,460 untuk genotipe polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada sampel turunan pertama PJK dan Non-PJK. Simpulan, tidak terdapat perbedaan bermakna polimorfisme gen VEGF-A pada turunan pertama kelompok PJK dan non-PJK di Kota Bengkulu. Kata Kunci: PCR-RFLP, Penyakit Jantung Koroner, Polimorfisme Gen, VEGF-A ## ABSTRACT This study aims to identify the VEGF-A gene polymorphism (rs2010963) in the first generation of patients with coronary heart disease (CHD) and non-CHD in Bengkulu City. The method used is molecular analysis of polymorphism through Polymerase Chain Reaction Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR- RFLP). This type of research is descriptive observational with a cross-sectional research design. The results of this study indicate that the genotype frequency of the VEGF-A gene polymorphism (rs2010963) in the first generation of patients with CHD is genotype CC = 11 (52.4 %), GG = 7 (33.3%) and CG = 3 (14.3%). ). The distribution of the VEGF-A genotype (rs2010963) in the first non-CHD offspring, namely GG = 9 (42.9%), CC = 7 (33.3%) and GC = 5 (23.8%). The statistical analysis results showed that the p-value obtained was 0.460 for the VEGF-A gene polymorphism genotype (rs2010963) in the first CHD and Non- CHD derived samples. In conclusion, there was no significant difference in the VEGF-A gene polymorphism in the first generation of CHD and non-CHD groups in Bengkulu City. Keywords: PCR-RFLP, Coronary Heart Disease, Gene Polymorphism, VEGF-A ## PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, yaitu 71% atau 41 juta dari 57 juta kematian didunia. Penyumbang kematian terbesar dari PTM adalah penyakit kardiovaskular yaitu 17,9 juta kematian atau 31% dari seluruh penyebab kematian di dunia (WHO, 2018). Kejadian PTM di Indonesia menyumbang kematian sebesar 73% dan 35% diantaranya disebabkan karena penyakit kardiovaskular. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi penyakit jantung di Indonesia tertinggi terjadi di provinsi Kalimantan Utara sebesar 2,2% kemudian diikuti oleh provinsi DI Yogyakarta dan Gorontalo dengan 2,0%, DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah dengan 1,9%. Kementrian kesehatan Indonesia mencatat, angka kejadian penyakit jantung koroner (PJK) di provinsi Bengkulu pada tahun 2010 adalah sebanyak 236 kasus, tahun 2011 tercatat 271 kasus, tahun 2012 tercatat 283 kasus dan pada tahun 2015 tercatat lebih dari 1000 kasus. Hal ini menandakan terjadinya peningkatan kasus PJK di provinsi Bengkulu (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau yang biasa disebut Penyakit Arteri Koroner merupakan penyakit kardiovaskular yang terkait dengan arterosklerosis (Ma et al., 2018). Secara garis besar, faktor risiko Penyakit Jantung Koroner (PJK) dibagi menjadi dua, yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi dimana faktor-faktor tersebut saling berkaitan. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi meliputi jenis kelamin, genetik dan usia, serta faktor risiko yang dapat dimodifikasi, antara lain merokok, konsumsi alkohol, hipertensi dan diabetes (Hajar, 2017). Studi sebelumnya mengungkapkan bahwa beberapa variasi genetik gen dengan fungsi angiogenesis memainkan peran penting dalam pengembangan aterosklerosis. Salah satunya yaitu Vascular Endhotelial Growth Factor (VEGF) yang memiliki sifat angiogenik dan proaterosklerotik. Interaksi antara faktor risiko genetik dan nongenetik mungkin memiliki dampak signifikan pada pengembangan PJK (Ma et al., 2018). Penelitian yang dilakukan oleh Moradzadegan et al., (2015) pada pasien di populasi Iran menunjukkan adanya interaksi sinergis antara polimorfisme VEGF (+405 G/C) dan varian ACE yang mengindikasikan signifikansi patofisiologis VEGF dalam perkembangan aterosklerosis oleh pengaruh pada proses pertumbuhan dinding pembuluh darah. Selain itu, tiga SNP dari VEGF-A (rs699947), (rs3025039) dan (rs2010963) secara ekstensif memperlihatkan hubungannya dengan PJK (Lin et al., 2010). Hasil penelitian Ma et al., (2018) menemukan bahwa meta-analisis yang melibatkan 29 studi yang memenuhi syarat mendukung keberadaan hubungan antara polimorfisme gen VEGF dan kerentanan terhadap PJK. Pada temuan ini juga dijelaskan bahwa polimorfisme (rs699947) dan (rs2010963) memiliki efek yang lebih mendalam pada angiogenesis, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap PJK daripada SNP lain. Sejauh ini belum ada data polimorfisme gen VEGF-A pada turunan pertama di Provinsi Bengkulu. Identifikasi terhadap polimorfisme gen tersebut dapat menjadi salah satu langkah deteksi dini pada kejadian PJK, sehingga dapat dilaksanakan tindakan preventif. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mengidentifikasi polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama penderita PJK dan non-PJK di Kota Bengkulu. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan desain penelitian cross sectional, dilakukan dalam kurun waktu November 2020 – Maret 2021. Sampel pada penelitian ini merupakan turunan pertama penderita PJK dan non PJK di Kota Bengkulu. Pengambilan sampel darah dilakukan di kota Bengkulu dan pengelolaan data primer dilakukan di laboratorium Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu menggunakan metode PCR-RFLP. Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu turunan pertama pasien penderita PJK di Kota Bengkulu, turunan pertama pada non-PJK di Kota Bengkulu dan bersedia menjadi subjek penelitian dan menyetujui informed consent . Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu subjek memiliki riwayat gangguan jiwa, subjek mengalami buta huruf dan tuli serta menolak menjadi subjek penelitian. Teknik pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan cara simple random sampling sehingga seluruh populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Sampel penelitian turunan pertama penderita PJK didapatkan dengan rekam medik dari RSUD dr. M. Yunus Kota Bengkulu. Pemilihan calon sampel turunan pertama non-PJK pada penelitian ini dengan mengisi kuesioner WHO Rose Angina melalui formulir elektronik berbasis online yaitu dengan aplikasi Google-form yang telah disiapkan oleh peneliti. Responden yang telah mengisi Google-form dan memenuhi kriteria kemudian akan dihubungi untuk pengambilan sampel darah dan mengisi lembar informed consent . Sampel darah yang telah diperoleh kemudian diisolasi material genetic berupa DNA dan dianalisis polimorfisme gen VEGF-A dengan teknik PCR- RFLP. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 42 subjek. Analisis data kemurnian dan konsentrasi DNA diuji dengan uji analisis saphiro- wilk . Analisis hubungan dua variabel pada penelitian ini dengan uji korelasi ANOVA dan uji t-test independent . Data diolhh menggunakan perangkat lunak program statistik Statistical Product and Service Solutions (SPSS). ## HASIL PENELITIAN Karakteristik Subjek Penelitian Distribusi data karakteristik subjek penelitian meliputi usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit PJK pada orang tua (tabel 1). Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik n % Usia <20 3 7,1 20 – 30 34 81 30 – 40 3 7,1 >40 2 4,8 Jenis Kelamin Laki-laki 14 33,3 Perempuan 28 66,7 Riwayat Penyakit pada Orang Tua PJK 21 50 Non-PJK 21 50 Data tabel 1 menunjukkan bahwa subjek penelitian sebagian besar memiliki karakteristik dengan rentang usia 20–30 tahun (81%) dan didapatkan lebih banyak perempuan (66,7%) dibandingkan dengan laki – laki (33,3 %). Penelitian ini juga menemukan bahwa orang tua subjek dengan riwayat PJK dan tanpa riwayat PJK memiliki persentase yang sama yaitu 50%. ## Optimasi Suhu Annealing dan Amplifikasi Gen VEGF-A (rs2010963) Setelah nilai kemurnian sampel DNA yang akan digunakan dianalisis, suhu annealing yang tepat untuk proses pengerjaan PCR juga dianalisis. Suhu annealing yang digunakan disesuaikan dengan suhu leleh dari primer dan panjang dari primer (Tm). Nilai Tm dihitung dengan menggunakan rumus derta dianalisis juga melalui primer BLAS pada laman National Center for Biotechnology Information (NCBI). Nilai Tm dari primer forward dan reverse adalah 66 o C, dihitung menggunakan rumus Tm = [2(A+T) + 4(C+G)]. Suhu Tm juga dihitung menggunakan Primer-BLAST ( Basic Local Alignment Search Tool ) dari NCBI. Analisis tersebut menunjukkan nilai Tm primer forward 63,8 o C dan primer reverse 62,77 o C, sehingga suhu Tm yang digunakan adalah 62 o C (Tabel 2). Berdasarkan protokol pada primer, suhu Tm primer forward dan reverse adalah 64,6 o C diturunkan 5 o C menjadi 59,6 o C, sehingga suhu Tm yang digunakan antara 59 o C dan 66 o C. Optimasi suhu yang digunakan diantaranya 59 o C, 60 o C, 61 o C, 62 o C dan 66 o C. Tabel 2. Urutan Sekuens Nukleotida pada Primer forward dan reverse Sequence (5’-3”) Jumlah Nukleotida Tm GC % Self Complementarity Forward CGACGGCTTGGGGAGATTGC 20 63.80 65 2.00 Reverse GGGCGGTGTCTGTCTGTCTG 20 62.77 65 1.00 Hasil amplifikasi PCR dengan suhu annealing 60 o C dan 66 o C dengan menggunakan template DNA sebanyak 2μl dan 8μl yang dianalisis dengan elektroforesis tidak memunculkan pita (Gambar 4 A dan B). Hasil tersebut juga terlihat pada suhu 59 o C dengan template DNA sebanyak 2μl (Gambar 4 C). Suhu annealing pada 60 o C dan 61 o C dengan meningkatkan jumlah template DNA yang digunakan menjadi 9μl juga tidak menunjukan adanya pita. Optimasi pada suhu 62 o C menunjukkan 2 pita tipis di bawah 250 bp, sehingga suhu annealing yang digunakan adalah 62 o C (Gambar 5). Gambar 1. Optimasi Suhu Annealing ; Suhu Annealing 66 o C (A); 60 o C (B); 59 o C (C); 60 o C dan 61 o C (D) Gambar 2. Suhu annealing 62 o C Amplifikasi gen VEGF-A (rs2010963) menggunakan primer 5′- CGACGGCTTGGGGAGATTGC-3′ sebagai forward primer dan 5′ GGGCGGTGTCTGTCTGTCTG 3′ sebagai reverse primer . Amplifikasi dilakukan menggunakan mesin PCR Agilent Technologies SureCycler 8800 menggunakan kit Thermo ScientificTM DreamTaq Green PCR . Kondisi PCR yang digunakan disesuaikan dengan hasil dari optimasi suhu yang telah dilakukan, yaitu denaturasi awal 95 o C selama 3 menit, denaturasi 95 o C 30 detik, annealing 62 o C 30 detik, ekstensi 72 o C 1 menit dan ekstensi akhir pada suhu 72 o C selama 10 menit. Hasil produk PCR dilihat dengan metode elektroforesis. Gambar 6 menunjukkan hasil amplifikasi gen VEGF-A (rs2010963) sebelum dilakukan pemotongan dengan enzim restriksi, dianalisis menggunakan elektroforesis dan menunjukkan pita tebal pada lebih dari 300 bp. A B C D 250 bp Gambar 3. Hasil Elektroforesis Produk PCR Gen VEGF-A (rs2010963) Metode Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) Produk PCR tersebut selanjutnya didigesti dengan enzim restriksi BsmFI ( New England Biolabs , USA) gambaran elektroforesis memperlihatkan pita pada 469 bp (alel C) dan 195 bp dan 274 bp (alel G) (Farhangi et al., 2020). Campuran yang digunakan untuk polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) adalah 5 µl 10X NEBuffer, 0,75 µl enzim BsmFI (1-2 U), 10 µl produk PCR, serta penambahan nuclease free water sampai dengan total volume reaksi 50 µl. Reaksi ini kemudian di inkubasi pada suhu 65 o C selama 1 – 2 jam dan dilakukan inaktivasi enzim pada suhu 80 o C selama 20 menit. Hasil inkubasi dilakukan elektroforesis menggunkan gel agarose 1% selama 60 menit dengan voltase 50 volt. Hasil pemotongan enzim restriksi dapat dilihat pada gambar 7, 8 dan 9. Gambar 4. Elektroforesis Hasil PCR-RFLP Sampel Turunan Pertama PJK Gambar 5. Elektroforesis Hasil PCR-RFLP Sampel Turunan Pertama Non-PJK Gambar 6. Elektoforesis Hasil PCR-RFLP Sampel Turunan Pertama Non-PJK Persentase genotipe polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan Non-PJK ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan tabel tersebut, didapatkan sebaran genotipe VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama penderita PJK adalah genotipe CC = 11 (26, 2 %), GG = 7 (16,7 %) dan GC = 3 (7,1 %). Sebaran genotipe VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama non PJK adalah GG = 9 (21,4 %), CC = 7 (16,7 %) dan GC = 5 (11,9%). Sebaran genotipe VEGF-A (rs2010963) secara keseluruhan adalah CC = 18 (42,9%), GG = 16 (38,1%) dan GC = 8 (19%). Penelitian ini mendapatkan hasil genotipe GG, CG dan CC dari polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan bermakna antara turunan pertama penderita PJK dan non PJK dengan uji Chi-Square dengan nilai p =0,525, p =0,432 dan p=0,212. Hasil penelitian ini dikatakan tidak bermakna secara statistik. Didapatkan nilai p pada uji perbedaan kemaknaan ANOVA adalah 0,460 dapat diartikan bahwa genotipe polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada sampel turunan pertama PJK dan Non-PJK tidak berbeda signifikan secara statistik. Tabel 3. Distribusi Genotipe VEGF-A (rs2010963) pada Turunan Pertama PJK dan Non-PJK Variabel Genotipe VEGF-A (rs2010963) GG (%) CG (%) CC (%) Turunan Pertama PJK 7 (16,7) 3 (7,1) 11 (26,2) Turunan Pertama non PJK 9 (21,4) 5 (11,9) 7 (16,7) Total 16 (38,1) 8 (19) 18 (42,9) ## PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini terdapat 42 subjek penelitian yang telah memenuhi krireria inklusi dengan karakteristik subjek, yaitu usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit jantung koroner (PJK) pada orang tua. Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa rentang usia tertinggi adalah 20 – 30 tahun (71,4%) dengan jenis kelamin subjek terbanyak adalah perempuan sebanyak 25 orang (59,5%). Berdasarkan laporan profil PTM kelompok usia tertinggi kasus Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah 45 – 64 tahun dan lebih banyak terjadi pada laki-laki (32.314 kasus) dibanding perempuan (18.846 kasus) (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Namun, berdasarkan RISKESDAS 2018, jenis kelamin terbanyak pada kejadian penyakit jantung adalah perempuan. Hasil yang sama pada penelitian yang dilakukan oleh Woodward (2019) bahwa kejadian PJK lebih tinggi pada perempuan dibanding laki-laki. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa setelah memperhitungkan faktor lain, perempuan beresiko 1,61 kali (95% CI 1,43 – 1,81, P 0,0001) dibanding laki – laki (Woodward, 2019). Perempuan yang belum mengalami menopause risiko terkena PJK lebih kecil dibanding laki – laki. Seiring dengan meningkatnya usia dan menopause kadar estrogen akan menurun, sehingga risiko terkena penyakit jantung meningkat (El Khoudary et al., 2020). Data subjek penelitian ini didapatkan subjek dengan riwayat penyakit jantung koroner pada orang tua yaitu 50%. Analisis data dalam suatu penelitian, menunjukkan bahwa riwayat keluarga yang PJK mempercepat proses aterosklerotik karena diatesis genetik menyebabkan subjek menjadi aterosklerosis pada usia yang lebih muda. Riwayat keluarga yang PJK juga merupakan faktor risiko independen yang kuat untuk pengembangan aterosklerosis, meskipun tidak berkorelasi dengan tingkat keparahan dari lesi aterosklerotik (Jeemon et al., 2019). ## Optimasi Suhu Annealing, Amplifikasi Gen VEGF-A (rs2010963) dan RFLP Penelitian ini menghitung Tm menggunakan rumus berdasarkan panjang dari primer didapatkan suhu 66 o C, namun hasil elektroforesis tidak menunjukkan adanya pita. Berdasarkan protokol pada primer forward dan reverse didapatkan suhu 64,6 o C diturunkan 5 o C sehingga suhu annealing yang didapat 59 o C, 60 o C dan 61 o C, namun juga tidak menunjukkan adanya pita. Hal ini disebabkan karena suhu annealing yang digunakan belum optimum untuk mengidentifikasi gen VGEF-A (rs2010963) (Nurjayadi et al., 2020). Perhitungan suhu Tm yang dihitung menggunakan primer BLAST NCBI yaitu 62 o C dari hasil elektroforesis menunjukkan adanya pita. Suhu 62 o C merupakan suhu yang paling optimum dalam mengidentifikasi gen VEGF-A (rs2010963). Suhu denaturasi yang digunakan untuk DNA cetakan adalah 95 o C disesuaikan dengan panjang DNA template dan fragmen DNA target. Tahap ekstensi primer pada proses PCR dilakukan selalu pada suhu 72 o C karena merupakan suhu yang paling optimum polimerase DNA yang digunakan dalam proses PCR (Kartika, 2018). Penelitian ini mendapatkan hasil menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan bermakna pada genotipe dari polimorfisme gen VEGF rs2010963 antara turunan pertama penderita PJK dan non PJK, hal ini didukung oleh hasil studi meta analisis yang dilakukan Wang, et al (2017) yang menggunakan 8 studi, perbandingan genotipe secara keseluruhan dari polimorfisme gen VEGF (rs2010963) baik dari perbandingan alel maupun homozigot (p=0,182, p=0,160) menunjukkan tidak bermakna secara statistik. Dalam analisis subkelompok menurut jenis PJK, polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) dikaitkan dengan risiko infark miokardium (CC vs. GG P = 0.029; CC vs. CG + GG P = 0,047) (Wang et al., 2017). Begitu juga pada hasil penelitian ini untuk genotipe CG sama dengan penelitian Nia et al., (2017) yang menyatakan tidak ada hubungan signifikan yang ditemukan antara heterozigot CG dari polimorfisme VEGF (rs2010963) dan risiko PJK ( P = 0,175). Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan Ma, et al (2018) yang menggunakan sampel penelitian dengan ukuran yang kecil, didapatkan hubungan antara genotipe CC + GC vs GG dan GC vs GG dari polimorfisme gen VEGF rs2010963 dengan kerentanan terhadap PJK tidak bermakna secara statistik dengan nilai P=0,150 dan P=0,290 (Ma et al., 2018). Hasil penelitian Nia (2017) dengan jumlah sampel sebanyak 520 subjek dengan 347 subjek pasien dengan positif PJK juga mendapat hasil serupa yaitu memiliki hubungan yang kuat antara genotipe CC dari polimorfisme VEGF (rs2010963) dan PJK (P = 0,003). Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan dari distribusi genotipe di situs polimorfik VEGF rs2010963 antara 2 kelompok. Individu dengan genotipe CC lebih rentan terhadap perkembangan gagal jantung setelah IMA. Risiko ditemukan menjadi 7 kali lebih besar jika dibandingkan dengan pasien dengan genotipe CG (p = 0,016) dan 5 kali lebih besar daripada pasien dengan genotipe GG (p = 0,05). Hasil yang berbeda ini dapat disebabkan karena perbedaan jumlah sampel. Penelitian ini menggunakan sampel dengan ukuran yang kecil, sedangkan penelitian-penelitian sebelumnya mengunakan sampel dengan jumlah yang besar, dikarenakan jumlah sampel dari kedua kelompok sampel saat ini terbatas diperlukan studi lebih lanjut yang dirancang dengan baik dengan ukuran sampel yang lebih besar. Dengan demikian, ekspresi genotipe CC dari polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama penderita PJK tinggi dibanding genotipe lain, meskipun tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik. ## SIMPULAN Genotipe dari polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) yang telah dianalisis tidak memiliki perbedaan yang bermakna pada turunan pertama penderita PJK dan non PJK. Meskipun demikian, penelitian ini mengidentifikasi adanya peningkatan ekspresi genotipe CC dari polimorfisme gen VEGF-A (rs2010963) pada turunan pertama penderita PJK. Genotipe tersebut merupakan tipe polimorfisme yang dikaitkan dengan kejadian PJK. ## DAFTAR PUSTAKA El Khoudary, S. R., Aggarwal, B., Beckie, T. M., Hodis, H. N., Johnson, A. E., Langer, R. D., Limacher, M. C., Manson, J. E., Stefanick, M. L., & Allison, M. A. (2020). Menopause Transition and Cardiovascular Disease Risk: Implications for Timing of Early Prevention: A Scientific Statement from the American Heart Association. Circulation , 142 (25), 506–532. https://doi.org/10.1161/CIR.0000000000000912 Farhangi, M. A., Vajdi, M., Nikniaz, L., & Nikniaz, Z. (2020). Interaction between Vascular Endothelial Growth Factor-A (rs2010963) Gene Polymorphisms and Dietary Diversity Score on Cardiovascular Risk Factors in Patients with Metabolic Syndrome. Lifestyle Genomics , 13 (1), 1–10. https://doi.org/10.1159/000503789 Hajar, R. (2017). Risk Factors for Coronary Artery Disease: Historical Perspectives. Heart Views , 18 (2), 109–114. https://dx.doi.org/10.4103%2FHEARTVIEWS.HEARTVIEWS_106_17 Jeemon, P., Chacko, M., Sarma, P. S., Harikrishnan, S., & Zachariah, G. (2019). Family History of Cardiovascular Disease and Risk of Premature Coronary Heart Disease: A Matched Case-Control Study. F1000Research , 8 , 1–14. https://doi.org/10.12688/wellcomeopenres.15829.1 Kartika, A. I. (2018). Optimasi Annealing Temperature Primer mRNA RECK dengan Metode One Step qRT-PCR. Jurnal Labora Medika 2 (1), 22–33. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JLabMed/article/view/3348/pdf Kementerian Kesehatan RI. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia Tahun 2018 . https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/ Lin, T. H., Su, H. M., Wang, C. L., Voon, W. C., Shin, S. J., Lai, W. Ter, & Sheu, S. H. (2010). Vascular Endothelial Growth Factor Polymorphisms and Extent of Coronary Atherosclerosis in Chinese Population with Advanced Coronary Artery Disease. American Journal of Hypertension , 23 (9), 960– 966. https://doi.org/10.1038/ajh.2010.104 Ma, W. Q., Wang, Y., Han, X. Q., Zhu, Y., & Liu, N. F. (2018). Association of Genetic Polymorphisms in Vascular Endothelial Growth Factor with Susceptibility to Coronary Artery Disease: A Meta-Analysis. BMC Medical Genetics , 19 (1), 1–12. https://doi.org/10.1186/s12881-018-0628-3 Moradzadegan, A., Vaisi-Raygani, A., Nikzamir, A., & Rahimi, Z. (2015). Angiotensin Converting Enzyme Insertion/Deletion (I/D) (rs4646994) and VEGF Polymorphism (+405G/C; Rs2010963) in Type II Diabetic Patients: Association with The Risk of Coronary Artery Disease. JRAAS - Journal of the Renin-Angiotensin-Aldosterone System , 16 (3), 672–680. https://doi.org/10.1177/1470320313497819 Nia, S., Ziaee, S., Boroumand, M. A., Anvari, M. S., Pourgholi, L., & Jalali, A. (2017). The Impact of Vascular Endothelial Growth Factor +405 C/G Polymorphism on Long-Term Outcome and Severity of Coronary Artery Disease. Journal of Clinical Laboratory Analysis , 31 (4), 1–7. https://doi.org/10.1002/jcla.22066 Nurjayadi, M., Efrianti, U. R., Azizah, N., Julio, E., Nastassya, L., & Saamia, V. (2020). Optimum Temperature of the Amplification of the fljB Gene of Salmonella typhimurium . Empowering Science and Mathematics for Global Competitiveness , 53–58. https://doi.org/10.1201/9780429461903-9. Wang, Y., Huang, Q., Liu, J., Wang, Y., Zheng, G., Lin, L., Yu, H., Tang, W., & Huang, Z. (2017). Vascular Endothelial Growth Factor A Polymorphisms are Associated with Increased Risk of Coronary Heart Disease: A Meta- Analysis. Oncotarget , 8 (18), 30539–30551. https://doi.org/10.18632/oncotarget.15546 World Health Organization (WHO). (2018). Noncommunicable Diseases Country Profiles 2018 . https://apps.who.int/iris/handle/10665/274512 Woodward, M. (2019). Cardiovascular Disease and the Female Disadvantage. International Journal of Environmental Research and Public Health , 16 (7), 1-13. https://doi.org/10.3390/ijerph16071165
02a2ff98-e8ea-40da-83de-8e6613e3ce8d
https://e-journal.trisakti.ac.id/index.php/tekin/article/download/8398/6019
Perbaikan Fasilitas Taman Bermain Outdoor Santri Raudhatul Atfal Dengan Mempertimbangkan Prinsip Pengendalian Perancangan Yang Ergonomis Wahyudin Wahyudin 1 , Kusnadi Kusnadi 2 , Billy Nugraha 3* 1,3 Program Studi Teknik Industri Universitas Singaperbangsa Karawang Jl. HS. Ronggowaluyo Telukjambe, Karawang 41361 1 [email protected], 2 [email protected] 3* [email protected] ## (Makalah: Diterima Juni 2020, direvisi Juni 2020, dipublikasikan Juli 2020) Intisari— Alat bermain di taman kanak-kanak merupakan salah satu fasilitas dan sarana yang perlu mendapatkan perhatian, mengingat besarnya fungsi dan manfaat alat tersebut dalam aktivitas belajar atau bermain anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk merancang beberapa alat bermain atau belajar, diantaranya; perosotan, panjatan globe, dan jembatan lingkar yang ergonomis menurut data antropometri siswa-siswi Taman Kanak-Kanak R.A Nurul Iman. Data tersebut digunakan sebagai parameter dalam membuat rancangan terbaru yang diusulkan secara ergonomis. Langka-langkah penilitian yang dilakukan dalam merancang alat bermain atau belajar tersebut. Dengan mempertimbangkan prinsip pengendalian perancangan yang ergonomis. Data yang digunakan dalam penelitian terbagi data primer dan data sekunder. Tujuan dan sasaran komponen dalam prinsip pengendalian perancangan yang ergonomis, terdiri dari: lokasi, tata letak, peralatan permainan, kontruksi dan material atau bahan. Selain itu dengan memperhatikan aspek yang dikendalikan (issue of concern), terdiri dari: keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, keamanan, dan keindahan. Kata kunci — komponen, issue of concern , ergonomis, perancangan, keselamatan. Abstract— Play equipment in kindergarten is one of the facilities and facilities that need attention, given the magnitude of the functions and benefits of these tools in learning activities or children's play. This study aims to design several play or learning tools, including; ergonomic slides, globe climbing and ring bridges according to anthropometric data of R.A Nurul Iman Kindergarten students. The data is used as a parameter in making the latest proposed ergonomically proposed. The research steps taken in designing the play or learning tool. By considering the principles of ergonomic design control. The data used in this study are divided into primary data and secondary data. Objectives and component objectives in the principle of ergonomic design control, consisting of: location, layout, game equipment, construction and materials or materials. In addition, taking into account aspects that are controlled (issue of concern), consisting of: safety, health, comfort, convenience, security, and beauty . Keywords — component , issue of concern , ergonomic, design, safety . ## I. P ENDAHULUAN Mengapa manusia melakukan aktivitas bermain?, sejak kecil manusia selalu melakukan aktivitas bermain karena bermain selalu membawa keriangan, kesenangan, dan kegembiraan bagi yang melakukannya. Aktivitas bermain selain memperoleh kegembiraan bagi yang melakukannya, manusia dapat mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, fisik, serta kemampuan emosional yang selalu dibutuhkan saat tumbuh menjadi dewasa. Secara ilmiah aktivitas bermain sangat menunjang bagi perkembangan anak-anak seperti belajar dan beradaptasi dengan pekembangan kemampuan inderanya [1]. Selain itu, anak-anak juga lebih mampu berinteraksi, berhubungan dengan sebaya serta memunculkan persahabatan diantaranya yang merupakan perkembangan utama di tahun- tahun pertama. Perkembangan bagi setiap anak sebagai individu mempunyai sifat yang unik. Masing-masing individu berkembang dengan cara-cara tertentu. Disamping adanya kesamaan umum dalam pola perkembangan anak, pada setiap anak juga mengalami variasi individual yang bisa terjadi pada setiap saat [2]. Hal ini terjadi karena perkembangan itu sendiri merupakan suatu proses perubahan yang kompleks, melibatkan berbagai unsur yang saling berpengaruh satu sama lain. Dikota-kota besar, banyak anak tidak mempunyai halaman untuk bermain sehingga keberadaan taman kota dan taman bermain sangat penting dan sering menjadi satu-satunya tempat anak-anak bermain. Kebutuhan yang tinggi akan ruang bermain beserta fasilitas permainan yang memadai telah menjadi keharusan bagi pemerintah untuk menyediakan jika ingin generasi penerusnya dapat memiliki perkembangan fisik dan mental yang baik [3]. Upaya penyedia taman bermain anak- anak yang baik dengan fasilitas yang memadai telah menjadi kesadaran di banyak negara maju namun belum menjadi perhatian utama di negara berkembang seperti di Indonesia. Namun seiring perkembangan waktu, masyarakat Indonesia mulai menyadari akan kebutuhan serta nilai penting keberadaan taman bermain disekitar tempat tinggal. Hal ini di tandai dengan semakin banyaknya taman bermain anak yang disediakan sebagai nilai tambah (daya tarik) kawasan perumahan baru maupun pusat-pusat perbelanjaan (mal) di perkotaan. Upaya penyediaan taman bermain anak jika tidak disertai dengan perencanaan dan perancangan yang matang, selain tujuan penyediaan taman bermain dapat menyimpang juga memberikan resiko kecelakaan bahkan kematian bagi pengguna khususnya anak-anak [3]. Oleh karena itu perancangan dan pembangunan taman bermain anak harus mempertimbangkan prinsip pengendalian perancangan yang ergonomis untuk memastikan tingkat keselamatannya. Peralatan bermain anak-anak dapat memberikan resiko yang besar jika tidak dirancang dan dipelihara secara hati-hati. Tidak saja di Indonesia yang belum mempunyai peraturan dan standar perancangan dan kontruksi taman bermain, di Amerika Serikat yang termasuk negara maju sekalipun masih banyak terjadi permasalahan sehubungan dengan taman bermain anak. Masih banyak taman bermain yang menyebabkan banyak anak-anak yang terluka setiap tahunnya akibat kesalahan desain, tata letak dan pemeliharaan yang kurang. Berdasarkan data Consumer Product Safety Commission (CSPC) Amerika Serikat di tahun 1999 terjadi 202.970 kecelakaan terkait peralatan taman bermain dengan jumlah 75,8% di ruang publik. Bahkan dalam periode 1990-2000 tercatat 147 kematian di taman bermain [4]. Untuk kasus di Indonesia, data kecelakaan taman bermain anak belum ada sehingga belum dapat parameter tingkat keamanan dan keselamatannya. Anak-anak dapat mengalami luka serius saat bermain di taman bermain, yang bisa terjadi dengan berbagai cara yang berbeda. Penyebab terluka di taman bermain anak antara lain: terjatuh, tertubruk, perlatan yang bergerak, berlari dalam peralatan keseimbangan, pembatas yang tajam, tonjolan pada alat, terjepit, permukaan alat yang panas, dan keruntuhan peralatan permainan. Jenis utama dari cidera yang diderita oleh pasien adalah patah tulang, memar/lecet, melepuh, keseleo, dan geger otak [5]. Namun diantara cidera tersebut yang paling membahayakan adalah cidera yang terjadi di kepala. Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam dan dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering , manajemen dan desain/perancangan [6]. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efesiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya [7]. Bahwa performarsi atau kemampuan kerja seseorang pekerja tergantung dari perbandingan antara besarnya tuntutan kerja terhadap besarnya kemampuan pekerja tersebut [8]: 1. Tuntutan tugas jauh lebih besar dibandingkan kemampuan atau kapasitas pekerja, maka dapat menyebabkan dampak overstress , kecelakaan kerja, kelelahan, cidera, penyakit, rasa sakit dan lain-lain. 2. Tuntutan tugas yang lebih rendah dari kemampuan pekerja, maka akan berakibat understress , kejenuhan, kebosanan dan lain-lain. 3. Tuntutan tugas yang seimbang dengan kemampuan pekerja, maka akan mencapai suatu kondisi keja yang nyaman, aman dan juga produktif. Selain itu, secara umum prinsip-prinsip ergonomi terbagi atas 5 point [7], diantaranya sebagai berikut: 1. Kegunaan atau Utility , artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki manfaat kepada seseorang dalam mendukung aktivitas atau kebutuhan secara maksimal tanpa mengalami suatu kesulitan ataupun masalah dalam kegunaannya. 2. Keamanan atau Safety , artinya setiap produk yang dihasilkan memiliki fungsi dan manfaat tanpa resiko yang membahayakan keselamatan ataupun yang ditimbulkan dapat merugikan bagi pemakainya. 3. Kenyamanan atau Comfortability , artinya produk yang dihasilkan memiliki tujuan yang sesuai atau tidak menggangu aktivitas dan upaya mendukung aktivitas seseorang. 4. Keluwesan atau Flexibility , artinya dapat digunakan untuk kebutuhan dalam kondisi ataupun fungsi ganda. 5. Kekuatan atau Durability , artinya harus awet dan juga tahan lama dan tidak mudah rusak jika digunakan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap peralatan bermain di Taman Kanak-kanak Nurul Iman. Tempat belajar tersebut memiliki fasilitas bermain antara lain adalah perosotan, panjatan globe , dan jembatan lingkar. Fasilitas bermain yang baik harus dirancang dengan aman dan nyaman sehingga tidak menimbulkan potensi bahaya bagi anak-anak [9]. Pada semua fasilitas bermain tersebut akan direkomendasikan rancangan yang ergonomis. Inti dari ergonomi adalah suatu prinsip bahwa pekerjaanlah yang harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh manusia ( fitting the job to the man ) [10]. Ini berarti dalam merancang suatu jenis pekerjaan, perlu diperhitungkan faktor-faktor apa saja yang menjadi kelebihan dan keterbatasan manusia sebagai pelaku kerja. Salah satu faktor keterbatasan manusia yang harus dipertimbangkan adalah keterbatasan dalam ukuran dimensi tubuh [11]. ## II. M ETODOLOGI P ENELITIAN Langkah awal dalam penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan merupakan data antropometri siswa-siswi Taman Kanak-kanak Nurul Iman sebanyak 56 orang. Data antropometri yang dikumpulkan selanjutnya diolah dengan melakukan pengujian statistik meliputi: pengujian keseragaman data, pengujian secara statistik, pengujian kenormalan data, pengujian kecukupan data dan perhitungan atau penentuan persentil. Kemudian dengan memperhatikan konsep perancangan produk dilakukan perancangan alat belajar/bermain dengan menyesuaikan dengan data antropometri yang didapatkan. Langkah terakhir adalah melakukan analisis terhadap hasil rancangan, pada tahap ini dilakukan perbandingan antara alat yang dirancang dengan alat yang sudah ada. Maka kesimpulan akan didapatkan ketika alat belajar/bermain yang dibuat dengan memperhatikan aspek ergonomi. Lalu diuji secara perhitungan statistik. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder [12]. Adapun data primer yang diambil sebagai berikut [8]: 1. Pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung perilaku anak sewaktu anak menggunakan fasilitas bermain outdoor seperti perosotan, panjatan globe , dan jembatan lingkar. 2. Pengumpulan data dengan cara mengukur dimensi fasilitas bermain outdoor menggunakan alat ukur meteran. Data yang didapat dari pengukuran ini nantinya untuk mengevaluasi tingkat keergonomisan fasilitas bermain dengan membandingkan ukuran fasilitas dan dimensi tubuh anak. Adapun data sekunder yang diperoleh dari penelitian pustaka, dengan cara mempelajari teori-teori dan informasi yang erat hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan [13]. Landasan dalam beberapa prinsip pengendalian perancangan untuk mewujudkan taman bermain anak yang sesuai dan ideal. Maka pengendalian terhadap perancangannya dilandaskan fungsi taman bermain sebagai wilayah pengembangan kreativitas, jiwa sosial, indera dan pengembangan diri anak. Sehingga dapat memperoleh kesenangan ( fun ), untuk itu perancangan taman bermain anak harus [3]: 1. Menjamin keselamatan, keamanan dan kesehatan anak untuk bermain di ruang publik. 2. Menciptakan kenyamanan dan kemudahan bagi semua anak (sehat maupun dengan keterbatasan fisik dan mental). 3. Menciptakan keharmonisan estetika visual dengan karakter kawasan disekitarnya. Taman bermain dapat dikembangkan sebagai fasilitas penunjang maupun fasilitas utama di ruang publik. 4. Memberikan kejelasan tentang fungsi peralatan permainan dan kekuatan kontruksinya. Aspek yang dikendalikan ( Issue of Concern ), berdasarkan landasan di atas, maka taman bermain dapat mempengaruhi semua anak yang menggunakannya [3]. Oleh karena itu isu yang menjadi perhatian dalam prinsip pengendalian perancangan yang ergonomis adalah: 1. Keselamatan ( Safety ), bertujuan untuk menjamin keselamatan anak-anak ketika bermain dan menggunakan fasilitas atau peralatan taman bermain dari kecelakaan. 2. Kesehatan ( Healty ), bertujuan untuk menjamin tidak terganggunya kesehatann anak-anak akibat bermain di taman bermain anak. 3. Kenyamanan ( Comfort ), bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi anak-anak untuk melakukan aktivitas bermain. 4. Kemudahan ( Flexibility ), bertujuan untuk memberikan kemudahan bergerak dan beraktivitas bagi semua anak-anak. 5. Keamanan ( Securty ), bertujuan untuk memberikan rasa aman bagi anak-anak yang bermain dengan mudahnya orang tua atau pendamping dalam mengawasi sehingga gangguan keamanan seperti penculikan anak tidak terjadi. 15 11 10 13 19 16 10 17 14 18 Mulai Persiapan Penelitian Studi Literatur Pendahuluan Penelitian 1. Observasi 2. Wawancara 3. Dokumentasi Metode Perancangan Penetuan Rancangan Penetuan Data-Data Data Anthropometri Uji Keseragaman Uji Kenormalan Pengolahan Data Uji Kecukupan Ya Ya Perhitungan Persentil Ya Penyusunan Konsep Analisis Perancangan Kesimpulan dan Saran Selesai 6. Keindahan ( Aesthetic ), bertujuan untuk memberikan nilai keindahan dan daya tarik bagi taman bermain sehingga memberikan keharmonisan dengan lingkungan sekitar, meningkatkan nilai visual dan mampu memperkuat karakter kawasan. Esensi dasar dari evaluasi ergonomi dalam proses perancangan desain adalah sedini mungkin mencoba memikirkan kepentingan manusia agar bisa terakomodasi dalam setiap kreativitas dan inovasi sebuah ‘ man made object [14]. Fokus perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan mengarah ke upaya pencapaian sebuah perancanganan desain suatu produk yang memenuhi persyaratan ‘ fitting the task to the man [15], sehingga setiap rancangan desain selalu memikirkan kepentingan manusia, perihal keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan [14]. ## III. H ASIL DAN P EMBAHASAN Hasil Rujukan pustaka Pengambilan data dilakukan pada 56 siswa-siswi Taman Islam, dan guna memudahkan perhitungan data tersebut. Maka 56 data tersebut dibagi ke dalam delapan sub - group (Kelompok) dan setiap subgrup terdapat tujuh orang. Dimensi tubuh yang diukur dalam menentukan letak dan nilai persentil yang digunakan sebagai parameter. Terdapat 9 dimensi tubuh yang diambil dalam penelitian ini, sesuai dengan alat belajar/bermain yang akan dibuatkan ulang. Dengan penjelasan pada saat posisi tubuh berdiri, data dimensi tubuh yang diambil yaitu: 1. Berat Badan, 2. Tinggi Badan Tegak, 3. Panjang Rentangan Tangan ke Atas, dan 4. Jangkauan Tangan ke Atas. Sedangkan pada saat posisi tubuh duduk, data dimensi tubuh yang diambil yaitu; 1. Tinggi Popliteal, 2. Tinggi Duduk Tegak, 3. Lebar Pinggul, 4. Bahu bagian Atas, dan 5. Panjang Popliteal. Dalam mendapatkan letak dan nilai persentil ada beberapa tahapannya, dimulai dari: uji kenormalan data, uji statistik, uji keseragaman data, uji kecukupan data dan uji persentil. Dalam pengujian tersebut terdapat beberapa langkah-langkah yang semuanya saling berkaitan. Dimulai pada uji kernormalan data, dimulai dari menghitung range , menghitung banyaknya kelas interval dan menghitung panjang kelas interval [16]. Berikut hasil tampilan dalam bentuk 2-dimensi (sekarang) atau yang menunjukkan kondisi alat bermainan sekarang. Dalam ukuran yang masih kurang ergonomis untuk digunakan: Gambar 2. Tampilan 2-D Perosotan (Sekarang) Gambar 3. Tampilan 2-D Panjatan Globe (Sekarang) Gambar 4. Tampilan 2-D Jembatan Lingkar (Sekarang) Namun pada saat ini terdapat beberapa kelemahan dalam artian kurang memperhatikan aspek-aspek ergonomi diantaranya [17]: 1. Pada permainan perosotan, lantai perosotan terlalu lebar dan tidak di sesuaikan dengan lebar pinggul anak-anak dan tinggi pembatas dinding perosotan yang terlalu tinggi. 2. Panjatan globe , jarak antara pegangan tangan atau pinjakan kaki terlalu lebar, yang tidak menyesuaikan dengan tubuh anak-anak pada umumnya. 3. Jembatan lingkar, pegangan tangan pada jembatan tidak sesuai dengan ukuran tinggi tubuh siswa. Berikut hasil tampilan dalam bentuk 2-dimensi (usulan) atau yang menunjukkan kondisi alat bermainan usulan. Dalam ukuran yang mengikuti prinsip ergonomis untuk digunakan: Gambar 5. Tampilan 2-D Perosotan (Usulan) Gambar 6. Tampilan 2-D Panjatan Globe (Usulan) ## Gambar 7. Tampilan 2-D Jembatan Lingkar (Usulan) Komponen pengendalian yang dapat mengkomodasikan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya [3]: 1. Lokasi, pengaturan komponen lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa pengguna taman bermain adalah anak- anak yang belum mempunyai kesadaran tinggi akan lingkungan sekitarnya. Prinsip perancangan untuk komponen pengendalian lokasi adalah: a. Keselamatan: 1.) Lokasi taman bermain anak memanfaatkan ruang publik yang tidak menimbulkan bahaya atau mengancam keselamatan anak-anak. 2.) Penempatan lokasi pada wilayah yang seminimal mungkin anak-anak tidak mendapatkan gangguan atau konflik saat perjalanan mecapai lokasi. b. Kesehatan: 1.) Lokasi taman bermain tidak ditempatkanpada wilayah dengan tingkat gangguan kesehatan yang tinggi terutama polusi udara, air, bunyi, dan penciuman (bau) yang dapat mempengaruhi aktivitas bermain anak-anak. 2.) Lokasi harus dihindari pada wilayah yang sensitif terhadap suara yang ditimbulkan anak-anak saat bermain. c. Kenyamanan: 1.) Penempatan lokasi taman bermain didasarkan kebutuhan dan keinginan stakeholders setempat. 2.) Taman bermain tidak terganggu aktivitas yang terjadi di luar kawasan. d. Kemudahan: 1.) Lokasi taman bermain mudah dijangkau dengan saran aksesibilitas yang baik oleh anak-anak dari semua latar belakang dan kemampuan (termasuk anak dengan keterbatasan fisik dan mental). 2.) Sistem informasi menuju lokasi dan gerbang taman bermain mudah terlihat dan dikenali. e. Keamanan: 1.) Akses masuk lokasi bermain anak-anak dari gangguan fisik dari luar kawasan sehingga kejahatan dapat diminimalisir dan dikontrol dengan baik. 2.) Taman bermain anak harus terlindungi dengan pagar yang secara fisik membatasi pergerakan dari dalam maupun luar. f. Keindahan: 1.) Penempatan lokasi taman bermain memperhatikan keindahan lingkungan sekitar sehingga anak-anak merasa nyaman secara visual . 2. Tata Letak, pengaturan komponen tata letak didasari pada persoalan kesalahan tata letak fasilitas permainan sehingga terjadi konflik antar jenis permainan yang berakibat resiko terjadi kecelakaan. Prinsip perancangan untuk komponen pengendalian tata letak adalah: a. Keselamatan: 1.) Tata letak taman bermain anak didasari zonasi aktivitas bermain aktif-pasif, kelompok umur dan jenis permainan. 2.) Peletakkan fasilitas permainan didasari pergerakan dan meminimalkan terjadi benturan antar anak. b. Kenyamanan: 1.) Tata letak memungkinkan anak-anak bebas bergerak dari satu wilayah permainan ke wilayah permainan lainnya. 2.) Tata letak permainan memberikan pilihan bagi anak- anak untuk bebas memilih jenis permainan yang berbeda. c. Kemudahan: 1.) Tata letak didukung dengan sarana sirkulasi yang mudah dilalui semua anak-anak baik yang datar maupun naik-turun. 2.) Sistem informasi di dalam taman bermain mudah terlihat dan dikenali. d. Keamanan: 1.) Tata letak taman bermain memungkinkan orang tua maupun pendamping dapat mengawasi dengan mudah anak-anak yang sedang bermain. e. Keindahan: 1.) Tata letak memperhatikan keindahan lingkungan sekitar sehingga pada titik tertentu pengunjung taman bermain dapat menikmati pemandangan yang indah di dalam maupun di luar kawasan taman. 3. Peralatan Permainan, pengaturan komponen peralatan permainan yang paling komplek untuk dikendalikan karena anak-anak banyak konsentrasi disekitarnya. Prinsip perancangan untuk komponen pengendalian peralatan permainan adalah: a. Keselamatan: 1.) Wilayah alas atau di bawah peralatan permainan harus dengan bahan yang mampu meminimalkan benturan saat anak terjatuh dari peralatan permainan. 2.) Pengaturan dimensi minimum dan maksimum pada ruang gerak untuk setiap peralatan permainan anak- anak saat bermain. b. Kenyamanan: 1.) Peralatan permainan harus mampu digunakan dengan nyaman oleh semua anak-anak sehingga disediakan fasilitas tambahan bagi anak-anak dengan keterbatasan fisik. 2.) Terdapat pembedaan pemilihan bahan atau material pada wilayah yang ternaungi. c. Kemudahan: 1.) Peralatan permainan harus dengan mudah dimengerti dan digunakan oleh semua anak. d. Keindahan: 1.) Peralatan permainan mempunyai bentuk yang mampu mengeksplorasi daya imajinasi anak-anak. 2.) Peralatan menyesuaikan kondisi fisik lingkungan taman bermain anak. 4. Kontruksi, pengaturan komponen kontruksi didasari pada persoalan kekuatan peralatan sehingga mampu menahan beban kegiatan bermain anak. Prinsip perancangan untuk komponen pengendalian kontruksi adalah: a. Keselamatan: 1.) Kontruksi taman bermain harus memenuhi ketentuan-ketentuan berdasarkan standar SNI seperti beban, rangka, pondasi, dan ketinggian. 2.) Sambungan peralatan permainan harus dipasang dengan meminimalisasi terjadinya tonjolan. b. Keindahan: 1.) Desain struktur harus diperhitungkan sehingga tercipta kesatuan estetika dengan fasilitas taman lainnya serta lingkungan wilayah sekitar. 5. Material atau Bahan, pengaturan komponen material atau bahan didasari pada persoalan sensitivitas tubuh anak-anak terhadap bahan dan material aman sekalipun bagi orang dewasa. Prinsip perancangan untuk komponen pengendalian material atau bahan adalah: a. Keselamatan: 1.) Bahan yang bersetuhan langsung pada kulit anak- anak dengan intensitas tinggi harus mempunyai tingkat tekstur yang halus. 2.) Bahan pijakan harus mampu meminimalisasikan terjadinya slip saat anak-anak melakukan kegiatan bermainnya. b. Kesehatan: 1.) Material atau bahan yang digunakan tidak mengandung racun bagi tubuh anak-anak seperti bahan pestisida pengawet kayu yang berbahaya baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2.) Material atau bahan pelindung karat pada logam harus mempunyai kekuatan yang tinggi sehingga tidak mudah mengelupas dan terhirup yang sangat membahayakan kesehatan anak-anak. c. Kenyamanan: 1.) Pada wilayah dengan intensitas penyinaran matahari tinggi tidak digunakan bahan yang mudah menghantarkan panas. 2.) Material atau bahan yang dipilih harus mempunyai daya tahan tinggi dan mudah secara pemeliharaannya. Untuk hasil kriteria dan indikator dalam prinsip pengendalian perancangan alat bermain yang ergonomis dibuatkan dalam bentuk tabel. Seperti pada Tabel I. di bawah ini: T ABEL I K RITERIA DAN I NDIKATOR DALAM P RINSIP P ENGENDALIAN P ERANCANGAN YANG E RGONOMIS Kriteria Indikator Keselamatan Fisik fasilitas permainan tidak menimbulkan terjadi kecelakaan saat digunakan untuk bermain. Kesehatan Bebas terhadap hal-hal yang menyebabkan terganggunya kesehatan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kenyamanan Kenyamanan fisik: kebebasan dalam penggunaan fasilitas bermain, tidak terganggu dalam beraktivitas. Kenyamanan psikologis: memiliki rasa aman dari lingkungan sekitar. Kemudahan Semua fasilitas permainan dapat dengan mudah digunakan, dimengerti, dan dijangkau oleh semua anak-anak. Keamanan Bebas terhadap hal-hal yang terjadinya tindak kejahatan. Keindahan Menarik secara visual , mendorong orang untuk datang dan memiliki citra dan identitas khusus sebagai taman bermain anak. Sedangkan untuk komponen dan kriteria dalam prinsip pengendalian perancangan yang ergonomis dibuatkan tabel. Bertujuan untuk mengetahui masing-masing komponen dengan kriteria yang sebelumnya telah dijelaskan. Seperti pada Tabel II. di bawah ini: T ABEL II K OMPONEN DAN K RITERIA DALAM P RINSIP P ENGENDALIAN P ERANCANGAN YANG E RGONOMIS Kriteria Ke se la m at an Ke se h at an Ke n yam an an Ke m u d ah an Ke am an an Ke in d ah an Lokasi ∎ ∎ ∎ ∎ ∎ ∎ Tata Letak ∎ ∎ ∎ ∎ ∎ Peralatan Permainan ∎ ∎ ∎ Kontruksi ∎ ∎ Material /Bahan ∎ ∎ ∎ ## IV. K ESIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka didapatkan hasil perancangan ulang untuk alat bermain atau belajar. Rancangan ulang pada permainan perosotan, panjatan globe , dan jembatan lingkar yang disertai dengan ukuran yang sesuai dengan data antropometri siswa-siswi yang didapat. Dengan adanya rancangan alat belajar atau bermain yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa-siswi Taman Kanak-kanak Nurul Iman diharapkan dapat memberikan stimulus untuk pengembangan kemampuan motorik anak-anak, dan bagi orang tua juga lebih merasa lebih aman karena anak- anak dapat bermain dengan alat belajar atau bermain dengan aman dan nyaman [18]. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber ide bagi peneliti-peneliti yang ingin mendalami permasalahan ini selanjutnya untuk menghasilkan suatu penelitian yang lebih tuntas [19]. Penelitian lanjutan dapat dilakukan seperti meneliti jenis dan bentuk yang sesuai untuk digunakan, kekuatan bahan, besar biaya yang dibutuhkan, bentuk rancangan, ataupun produk jadi yang bisa diujikan kepada siswa-siswi tersebut. Sehingga konsep perancangan produk yang diterapkan dalam metodologi penelitian dapat selesai dengan menyeluruh. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengidentifikasi semua fasilitas bermain outdoor yang ada di Taman Kanak- kanak serta diharapkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan dilengkapi prototype dan perhitungan jadwal perawatan pada fasilitas bermain terutama pada besi dan kawat permainan. ## U CAPAN T ERIMA K ASIH Bedasarkan Surat Penugasan Pena 1. Rektor Unisika cq /UNS/ 2. Dekan Fakultas Teknik Unsika ini memberikan apresiasi kepada perorangan maupun organisasi yang memberikan bantuan kepada penulis. Ucapan terima kasih kepada pihak sponsor maupun dukungan finansial juga dituliskan di bagian ini. R EFERENSI [1] S. Rodger dan J. Ziviani, “Occupational Theraphy with Childern: Understanding Childern's Occupations and Enabling Participation,” Backwell Publishing Ltd., Oxford University, 2006. [2] H. B. Sundjaya, F. D. Sitania dan L. D. Fathimahhayati, “Usulan Perbaikan Fasilitas Bermain Outdoor Anak-Anak dengan Metode Besafe (Studi Kasus : TK. Islam Silmi Samarinda),” dalam Seminar Nasional Teknik Industri Universitas Gadjah Mada 2016 , Yogyakarta, 2016. [3] M. Baskara, “Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Bermain Anak di Ruang Publik,” Jurnal Lanskap Indonesia, vol. III, no. 1, pp. 20-28, 2011. [4] D. K. Tinsworth dan J. E. McDonald, Injuries and Deaths Associated with Childern's Playground Equipment, Washington: United State - Consumer Product Safety Commision (CPSC), 2001. [5] Norton, “Playground Injuries to Childern,” Disease in Childhoud, vol. LXXXIX, no. 2, pp. 103-108, 2004. [6] R. S. Bridger, Introduction to Ergonomics, Singapore: McGraw Hill Inc, 1995. [7] G. E. Dieter, Engineering Design : A Material & Processing Approach 3rd Edition, Maryland: McGraw Hill Inc, 2000. [8] Tarwaka, Ergonomi Industri, Surakarta: Harapan Press, 2010. [9] Nofirza dan Z. Infi, “Perancangan Alat Belajar dan Bermain yang Ergonomis di Taman Kanak-Kanak Islam Permata Selat Panjang,” Jurnal Ilmiah Teknik Industri, vol. X, no. 1, pp. 48-58, 2011. [10] S. Gempur, Ergonomi Manusia, Peralatan, dan Lingkungan, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2004. [11] S. Pheasant, Bodyspace, Anthropometry, Ergonomics and Design, London: Taylor & FrancisInc, 1988. [12] I. Z. Sutalaksana, Teknik Tata Cara Kerja, Bandung: MTI ITB, 1979. [13] Tarwaka, Ergonomi Industri Revisi Edisi II, Surakarta: Harapan Press, 2014. [14] S. Wignjosoebroto, Ergonomi (Studi Gerak dan Waktu), Surabaya: Guna Widya, 2008. [15] J. L. Whitten, L. D. Bentley dan K. C. Dittman, Metode Desain dan Analisis Sistem, Yogyakarta: Tim Penerjemah ANDI, 2004. [16] E. R. W. R. H. Myers, Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuan, Bandung: ITB, 1995. [17] E. Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT Guna Wijaya, 2008. [18] M. Baskara, “Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Bermain Anak di Ruang Publik,” Jurnal Laskap Indonesia, vol. III, no. 1, pp. 5-7, 2011. [19] Y. P. Liliana, “Pertimbangan Ergonomi pada Pendisainan,” Jurnal Sekolah Teknologi Nuklir, vol. III, no. 1, pp. 50-62, 2007.
7d3193f5-2e4f-4b90-aad0-1c0ae230d4b5
http://jutif.if.unsoed.ac.id/index.php/jurnal/article/download/628/258
Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) DOI: https://doi.org/10.20884/1.jutif.2023.4.1.628 Vol. 4, No. 1, Februari 2023, hlm. 15-24 p-ISSN: 2723-3863 e-ISSN: 2723-3871 ## DATA WAREHOUSE MODEL BASED ON KIMBALL METHODOLOGY TO SUPPORT DECISION MAKING IN ASSET MAINTENANCE Vasthu Imaniar Ivanoti* 1 , Muhammad Royani 2 , Samidi 3 1,2,3 Magister Ilmu Komputer, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur, Indonesia Email: 1 [email protected] , 2 [email protected] , 3 [email protected] (Naskah masuk: 30 September 2022, Revisi : 05 Oktober 2022, diterbitkan: 10 Februari 2023) ## Abstract ITSM e-Prime is an ICT service management application based on ITSM framework owned by Pusintek that includes service desk, incident management, problem management, change management, release management, and configuration management processes. Currently there is a problem in determining the number of devices that will be included in the device maintenance contract or determining the number of devices that need to be replaced in a given year. The objective of this research is to build an asset management data warehouse so that it can be utilized by the Data Analysis and Presentation Team to produce a dashboard that presents data on network infrastructure assets that need to be maintained or replaced for budget planning needs. This descriptive verification analysis research used nine out of ninety tables from the ITSM e-Prime application and applied dimensional modeling Kimball to build a data warehouse because this methodology offers high query performance and understandable by end-user. The resulting data warehouse were tables in the form of star-schema. The tests were carried out by qualitative methods, namely quality testing by users (user acceptance test and blackbox testing) and quantitative method, namely comparing the number of infrastructure devices included in the maintenance contract in 2022. The final result of this research is a data warehouse consisting of fact table F_infrastructure and dimension table D_Merk, D_Area, D_Kategori, D_EoS, D_Garansi, and D_StatusPemeliharaan with acceptance percentage of 95% based on the test results. Keywords : Assets Management, Data Warehouse, Kimball, Maintenance, Network Device. ## MODEL DATA WAREHOUSE DENGAN METODOLOGI KIMBALL UNTUK MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMELIHARAAN ASET ## Abstrak Aplikasi ITSM e-Prime adalah aplikasi pengelolaan layanan TIK berdasarkan framework ITSM milik Pusintek yang mencakup proses service desk , incident management , problem management , change management , release management , dan configuration management . Saat ini terjadi permasalahan dalam penentuan jumlah perangkat yang akan masuk dalam kontrak pemeliharaan perangkat atau penentuan jumlah perangkat yang perlu diganti pada tahun tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah data warehouse manajemen aset sehingga dapat dimanfaatkan dalam pembuatan dashboard oleh Tim Analisis dan Penyajian Data menjadi dashboard yang menyajikan data aset infrastruktur jaringan yang perlu dilakukan pemeliharaan maupun penggantian untuk kebutuhan perencanaan anggaran. Penelitian analisis deskriptif verifikatif dengan jumlah tabel yang digunakan dari aplikasi ITSM e-Prime sebanyak 9 dari 90 tabel, menggunakan Dimensional Modeling Kimball dalam pembuatan data warehouse karena performa query yang tinggi dan dapat dipahami oleh end-user . Data warehouse yang dihasilkan berupa tabel-tabel berbentuk star-schema . Pengujian dilakukan dengan metode kualitatif yaitu pengujian kualitas oleh pengguna ( user acceptance test dan blackbox testing ) dan kuantitatif yaitu membandingkan jumlah perangkat infrastruktur yang termasuk dalam kontrak pemeliharaan pada tahun 2022. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah data warehouse yang terdiri dari tabel fakta F_Infrastruktur dan tabel dimensi D_Merk, D_Area, D_Kategori, D_EoS, D_Garansi, dan D_StatusPemeliharaan dengan persentase penerimaan sebesar 95% berdasarkan hasil pengujian. Kata kunci : Data Warehouse, Kimball, Manajemen Asset, Pemeliharaan, Perangkat Jaringan. ## 1. PENDAHULUAN Pusintek sebagai Unit TIK Pusat di Kemenkeu mengelola Data Center (DC) dan Data Recovery Center (DRC) Kemenkeu yang mencakup aplikasi, basis data, infrastruktur, serta perangkat pendukung. Dalam pengelolaan layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Pusintek menerapkan framework Information Technology Service Management (ITSM) [1], [2] dan diimplementasikan melalui aplikasi ITSM e-Prime. Salah satu modul pada aplikasi ITSM e-Prime adalah modul CMDB yang digunakan sebagai pencatatan aset-aset TIK milik Pusintek. CMDB diperlukan dalam pengelolaan layanan antara lain untuk penentuan prioritas gangguan, penyelesaian gangguan, dan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk pemeliharaan dan pembelian perangkat yang berpengaruh pada proyeksi kebutuhan dana dimana penelaahan rencana anggaran dilakukan untuk prakiraan maju 3 (tiga) tahun ke depan [3]. Beberapa permasalahan yang dihadapi antara lain pencarian aset untuk menentukan prioritas maupun penanganan insiden membutuhkan waktu lama, serta tidak ada ringkasan ( summary ) aset yang dikelola oleh Pusintek untuk kebutuhan pengambilan keputusan oleh pimpinan. Modul CMDB hanya dapat diakses oleh pegawai dengan hak akses sebagai service desk , incident management, problem management, change management, release management, dan configuration management dalam bentuk menu kategori CI, sedangkan pimpinan tidak memiliki akses. Secara garis besar, CMDB di Pusintek terbagi menjadi beberapa area yaitu aplikasi 363 CI, basis data 455 CI, server fisik 921 CI dan server virtual 1209 CI, storage 419 CI, infrastruktur jaringan 2411 CI, serta perangkat pendukung 416 CI. Dalam pembahasan ini, ruang lingkup kami adalah data CMDB untuk area infrastruktur jaringan karena jumlah perangkat yang banyak dan terdiri dari kurang lebih 50 merek perangkat yang tersebar di berbagai lokasi dan dimanfaatkan oleh 35.832 user . Dalam menyajikan data terkait aset TIK, pegawai perlu mengunduh data dari aplikasi ITSM e- Prime dalam bentuk Ms. Excel kemudian mengolahnya sesuai kebutuhan. Contohnya setiap pembuatan dokumen pengadaan jasa pemeliharaan perangkat jaringan dengan merek Cisco, maka data perlu dilakukan filter berdasarkan merek, status perangkat, status garansi, status end-of-support , dan lain sebagainya. Perbandingan jumlah perangkat yang dipelihara dengan jumlah perangkat yang tercatat untuk merek Cisco berturut-turut pada tahun 2021 sebanyak 949 dibanding 1430 dan pada tahun 2022 sebanyak 1062 dibanding 1489. Dengan banyaknya jumlah perangkat yang dikelola, maka pengolahan data secara manual menggunakan Ms. Excel dapat menimbulkan risiko kesalahan manusia ( human error ) sehingga dibangun data warehouse manajemen aset yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan dashboard oleh Tim Analisis dan Penyajian Data [4] menjadi dashboard yang menyajikan data aset infrastruktur jaringan yang perlu dilakukan pemeliharaan maupun penggantian untuk perencanaan anggaran. Selain itu juga pimpinan dapat memantau perangkat yang dikelola. ## 2. METODE PENELITIAN ## 2.1. IT Service Management Information Technology Service Management (ITSM) adalah sebuah metode pengelolaan teknologi informasi (TI) yang berfokus pada perspektif pengguna layanan TI atau sekumpulan proses yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk memastikan kualitas layanan TI sesuai dengan kebutuhan pengguna [5]. Salah satu proses penting dalam framework ITSM adalah Configuration Management (CM) yaitu suatu proses untuk memastikan adanya dokumentasi yang akurat dan efisien untuk berbagai versi dari infrastruktur baik software maupun hardware , termasuk layanan TI, serta relasi satu dengan yang lain. Penekanan dari configuration management adalah pada hubungan antar komponen TI. CM bertujuan untuk memastikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan tentang konfigurasi layanan serta komponen yang mendukung layanan tersebut tersedia ketika dibutuhkan. Informasi- informasi tersebut dimodelkan sebagai Configuration Item (CI) dan relasi antar CI yang disimpan dan dikelola dalam Configuration Management Database (CMDB) [1], [6], [7]. ## 2.2. Data Warehouse Organisasi dengan proses bisnis heterogen, misalnya kepegawaian, penganggaran, penerimaan, pengelolaan aset, dsb, memiliki pengelolaan data transaksi yang terpisah. Namun dalam pengambilan keputusan oleh manajemen diperlukan data yang terintegrasi untuk dianalisis sehingga dibutuhkan suatu data warehouse . Data warehouse adalah basis data yang menyimpan dan memelihara data analitis secara terpisah dari basis data yang berorientasi pada transaksi untuk mendukung proses pembuatan keputusan oleh manajemen [8]–[11]. Sedangkan database transaksional menyimpan data transaksi dalam jangka waktu tertentu kemudian diarsipkan. Dalam pembangunan data warehouse perlu ditentukan pendekatan pemodelan yang sesuai kebutuhan. Penelitian [12] membandingkan pendekatan pemodelan data warehouse Inmon, Kimball, dan Data Vault berdasarkan filosofi, metodologi dan arsitektur, integrasi data dan proses ETL, pemodelan data serta manajemen siklus hidup data warehouse . Hasil penelitian menyebutkan bahwa pendekatan Kimball lebih cenderung digunakan untuk pembuatan model data mart dengan persyaratan yang telah didefinikan dengan jelas karena performa query yang tinggi dan dapat dipahami oleh end-user . Sedangkan pendekatan Inmon direkomendasikan untuk persyaratan yang belum terdefinisi jelas atau sangat terukur. Namun apabila sering terdapat perubahan sumber data, maka pendekatan Vault lebih direkomendasikan karena memungkinkan fleksibilitas dan skalabilitas yang ekstrim. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan pemodelan dimensi ( the dimensional modeling ) dari Kimball karena kebutuhan telah terdefinisi, yaitu menentukan perangkat yang tercakup dalam kontrak pemeliharaan, dan sumber data yang digunakan tidak mengalami perubahan, yaitu aplikasi ITSM e-Prime sebagai aplikasi pengelolaan layanan TIK Pusintek. Metodologi perancangan data warehouse Kimball terdiri dari 9 tahapan [13] yaitu menentukan proses bisnis, menentukan granula ( Choosing the grain ), mengidentifikasi dan menyesuaikan dimensi, menentukan fakta ( Choosing the fact ), menyimpan hasil perhitungan sementara pada tabel fakta, melengkapi tabel-tabel dimensi, menentukan durasi dimensi, menelusuri dimensi yang berubah secara perlahan, dan yang terakhir adalah memutuskan prioritas dan mode query . Pada Edisi Ketiga The Data Warehouse Toolkit [14] , tahapan tersebut dianggap terlalu kompleks sehingga direvisi menjadi 4 tahapan yaitu menentukan proses bisnis ( Select the business process ), menentukan granula ( Declare the grain ) , mengidentifikasi dimensi ( Identify the dimensions ) dan mengidentifikasi fakta ( Identify the facts . ## 2.3. Studi Literatur Peneliti melakukan studi literatur dalam pembuatan model data warehouse diantaranya [15] yang membahas mengenai implementasi Business Intelligence CMDB (BI-CMDB) sebagai decision support system (DSS) dimana pendekatan yang digunakan adalah bottom-up dengan 5 modul yang terdiri dari data collection , operational CMDB (O- CMDB), analytical CMDB (A-CMDB), reporting , dan web portal. Sumber data yang digunakan berasal dari perangkat pemantauan berupa log file , log database , dan log perintah konsol tertentu. Kesimpulan pada penelitian ini adalah implementasi BI-CMDB sebagai DSS dapat meningkatkan kepuasan pengguna. Penelitian [16] menggunakan metode 4- step Kimball untuk membangun financial data warehouse yang dapat diakses melalui REST API. Kemudian dilakukan pengujian performa query yang menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengakses data rata-rata berkurang 50% dibandingkan dengan menggunakan database operasional. Sedangkan [17] membahas tentang perancangan dan pembangunan data warehouse menggunakan metode Kimball. Tools yang digunakan untuk membuat skema data warehouse adalah Microsoft SQL Server Management Studio dan Microsoft SQL Server Integration Service. Sedangkan dashboard yang menampilkan hasil analisis data warehouse dibuat dengan Microsoft PowerBI dan aplikasi berbasis web . Data dimasukkan ke dalam aplikasi berbasis web dan dilakukan pengujian dengan hasil dengan kelayakan aplikasi sebesar 84%. Adapun [18] membahas pemodelan sales data warehouse menggunakan 9- step design Kimball yang diimplementasikan dengan software Pentaho Kettle. Berdasarkan jurnal-jurnal di atas, maka peneliti akan menggunakan metode 4- step dimensional modeling Kimball untuk merancang data warehouse dengan sumber data yang berasal dari aplikasi dan diimplementasikan menggunakan Microsoft Visual Studio dengan SQL Server Integration Service dan SQL Server Data Tools. Pengujian dilakukan dengan dua metode yaitu pengujian terhadap data dan pengujian oleh pengguna. Model data warehouse divisualisasikan menggunakan Microsoft PowerBI untuk pengujian User Acceptance Test (UAT) [19]. ## 2.4. Kerangka Konsep Berdasarkan pendahuluan di atas, maka dibuatlah kerangka konsep sebagaimana Gambar 1. Dalam rangka menjaga ketersediaan dan kelangsungan layanan TIK, diperlukan kegiatan pemeliharaan perangkat secara rutin [20], [21] serta penggantian perangkat yang telah memasuki masa end-of-support (EoS), atau pada beberapa merek perangkat disebut dengan end-of-life (EoL) [22]– [25]. Data perangkat dicatat dalam aplikasi ITSM e- Prime yang hanya bisa diakses oleh analis saja. Selain itu tidak ada tools monitoring yang dapat digunakan untuk memantau status perangkat, dalam hal ini status EoS perangkat. Untuk menganalisis dan menentukan langkah selanjutnya maka dilakukan wawancara [18] dengan pegawai terkait, kemudian menentukan kategori pemilihan perangkat, serta melakukan verifikasi data EoS. Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data dibuatlah rancangan data warehouse dengan metodologi 4- step dimensional modeling Kimbal dalam bentuk star schema dan dilakukan pengujian. Hasil yang diharapkan adalah sebuah data warehouse yang dapat memberikan informasi perangkat berdasarkan status EoS sebagai dasar dalam merencanakan anggaran. ## 2.5. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan verifikatif [26]–[28] untuk menggambarkan keterkaitan variabel dan menjawab permasalahan penelitian. Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran tentang kriteria pemilihan perangkat yang akan dipelihara. Sedangkan metode verifikatif dilakukan dengan pengujian hasil desain data warehouse dengan data pembanding yaitu daftar perangkat dalam kontrak pemeliharaan tahun 2022. Subjek dalam penelitian ini adalah data perangkat infrastruktur jaringan yang tercatat dalam CMDB sejumlah 2411 record . Langkah-langkah penelitian ini dimulai dengan identifikasi masalah, kemudian dilanjutkan dengan tinjauan literatur untuk merumuskan masalah. Langkah selanjutnya adalah menentukan metodologi perancangan data warehouse sebagai dasar pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara dan akses ke database terkait . Hasil pengumpulan data dianalisis dengan metodologi Dimensional Modeling Kimball sehingga menghasilkan data warehouse. Selanjutnya dilakukan pengujian dan penarikan kesimpulan. Alur tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Tahapan penelitian. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dan akses terhadap database terkait. Wawancara dilakukan kepada pegawai yang terkait dengan pengelolaan CMDB untuk mengetahui alur pengelolaan data aset, pengembang aplikasi untuk mengetahui struktur data, serta penyusun dokumen pengadaan untuk mengetahui kriteria yang digunakan. Selanjutnya dilakukan penarikan data dari sumber ke area staging menggunakan Microsoft Visual Studio sejumlah 9 tabel untuk dilakukan analisis lebih lanjut. ## 3.2. Dimensional Modeling Kimbal (4-step methodology) Proses perancangan data warehouse dengan metodologi Kimball [16], [29], [30] sebagai berikut: 1. Menentukan proses bisnis ( Select the business process ) Dalam penelitian ini, proses bisnis yang dipilih adalah pemantauan status perangkat infrastruktur jaringan. Selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan informasi yang dibutuhkan berdasarkan data yang tersedia dalam CMDB. Informasi tersebut antara lain: a. Mengetahui informasi perangkat dengan pengelompokan sebagai berikut: • Jumlah perangkat berdasarkan merk. • Jumlah perangkat berdasarkan area (DC, DRC, maupun kantor vertikal). • Jumlah perangkat berdasarkan kategori. b. Mengetahui jumlah perangkat berdasarkan dukungan prinsipal di tahun berjalan yang terbagi menjadi: • Dipelihara yaitu perangkat yang termasuk dalam kegiatan pemeliharaan dan mendapatkan dukungan penuh dari penyedia barang/jasa dan principal terkait. • Tidak Dipelihara yaitu perangkat yang masih digunakan, namun telah memasuki masa end of support atau perangkat masih dalam masa garansi. c. Mengetahui jumlah perangkat berdasarkan tahun end-of-support sehingga dapat menjadi masukan dalam proses pengadaan maupun pemeliharaan perangkat pada tahun berikutnya. 2. Menentukan granula ( Declare the grain ) Penentuan granularitas merupakan proses penentuan informasi yang akan ditampilkan dengan tabel fakta. Setelah menentukan tabel fakta, maka selanjutnya dapat menentukan tabel dimensi yang terkait. Berdasarkan proses bisnis yang dipilih, maka informasi yang akan ditampilkan sebagai berikut: a. Jumlah perangkat berdasarkan merk. b. Jumlah perangkat berdasarkan area. Vasthu Imaniar Ivanoti, dkk, Data Warehouse Model Based On Kimball … 19 c. Jumlah perangkat berdasarkan kategori. d. Jumlah perangkat berdasarkan tahun end-of- support . e. Jumlah perangkat berdasarkan masa garansi (tahun). f. Jumlah perangkat berdasarkan status pemeliharaan. 3. Identifikasi dimensi ( Identify the dimensions ) Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dimensi yang berhubungan dengan tabel fakta. Dimensi adalah sudut pandang untuk mendeskripsikan fakta dalam tabel fakta. Dimensi yang teridentifikasi adalah D_Merk, D_Area, D_Kategori, D_EoS, D_Garansi, dan D_StatusPemeliharaan.Berikut rancangan matriks proses bisnis dan dimensi. Tabel 1. Matriks proses bisnis dan dimensi Dimensi Grain Status perangkat Pengadaan perangkat Merk X X Area X Kategori X EoS X X Garansi X X Status Pemeliharaan X 4. Identifikasi fakta ( Identify the facts ) Pada tahapan ini, dilakukan penentuan tabel fakta yang dapat mengimplementasikan semua grain yang digunakan yaitu tabel F_Infrastruktur. ## 3.3. Desain Data Mart Dengan Metode Star Schema Data mart dibuat menggunakan metode star schema [31]–[34] dimana tabel fakta berada di tengah dan dikelilingi dengan tabel dimensi. Metode ini dipilih karena bentuk skemanya mudah dipahami dan digunakan sehingga memudahkan pembuatan query . Rancangan tersebut diimplementasikan menggunakan Microsoft Visual Studio. Berikut tampilan desain star schema dimaksud. ## 3.4. Proses ETL (Extract-Transform-Load) Proses ETL merupakan proses mengambil data dari sumber data, menerapkan standar kualitas dan konsistensi data, menyesuaikan data sehingga beberapa sumber data terpisah dapat digunakan bersama, dan menyampaikan data dalam format yang siap ditampilkan sehingga pengembang dapat membuat aplikasi atau pengguna dapat membuat keputusan [16], [35], [36]. Berikut ini proses ETL yang dilakukan. 1. Extract Menentukan tabel-tabel pada aplikasi ITSM e- Prime yang akan menjadi sumber data kemudian menyalin tabel tersebut ke area staging . Proses extract salah satu tabel ke area staging dapat dilihat pada Gambar 4 sampai 6. Gambar 4. Proses pengecekan data sumber Gambar 5. Proses konversi tipe data Gambar 6. Proses loading data ke tabel di area staging 2. Transform Pada area staging , dilakukan proses cleansing data pada tabel yang telah disalin kemudian mengubahnya menjadi format data mart yang akan ditampilkan. Gambar 7 menunjukkan pembuatan salah satu tabel view dimensi yang selanjutnya dilakukan load ke data mart . Gambar 7. Pembuatan view dimensi EOS ## 3. Load Memasukkan data yang telah diolah (hasil transform ) ke data warehouse (area data mart ) untuk dimanfaatkan dalam bentuk dashboard yang ditunjukkan pada Gambar 8. Gambar 8. Load ke data mart Proses ETL secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Proses ETL Untuk menjaga kemutakhiran data maka proses ETL di atas dijalankan secara periodik menggunakan scheduler. Pengaturan job schedule dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10. Pengaturan job schedule harian. ## 3.5. Dashboard Data mart divisualisasikan dalam bentuk dashboard menggunakan tools Microsoft PowerBI untuk pengujian yang dilakukan oleh pengguna. Beberapa tampilan dashbaord dapat dilihat pada Gambar 11 sampai 13. Adapun data yang ditampilkan dalam masing-masing dashboard tersebut dapat di- export ke dalam file dengan format csv apabila diperlukan data yang lebih detail. Gambar 11. Dashboard jumlah perangkat yang dipelihara Gambar 12. Dashboard pemantauan perangkat berdasarkan status pemeliharaan ## 3.6. Pengujian Pengujian dilakukan dengan dua metode yaitu metode kualitatif yaitu pengujian kualitas oleh pengguna ( User Acceptance Test) [26], [36] dan kuantitatif yaitu membandingkan jumlah perangkat infrastruktur yang termasuk dalam kontrak pemeliharaan pada tahun 2022. Pengujian kualitatif dilakukan oleh 7 (tujuh) orang dengan hasil sebagai berikut: a. Hasil pengujian blackbox terhadap informasi yang akan ditampilkan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil pengujian blackbox No Persyaratan Hasil 1 Menampilkan jumlah perangkat berdasarkan merk. Berhasil 2 Menampilkan jumlah perangkat berdasarkan area. Berhasil 3 Menampilkan jumlah perangkat berdasarkan kategori. Berhasil 4 Menampilkan jumlah perangkat berdasarkan tahun end-of-support . Berhasil 5 Menampilkan jumlah perangkat berdasarkan masa garansi (tahun). Berhasil 6 Menampilkan jumlah perangkat berdasarkan status pemeliharaan. Berhasil b. Pengujian UAT terhadap visualisasi data warehouse menggunakan kuesioner yang terdiri dari 5 (lima) pertanyaan mengenai tampilan dan informasi pada dashboard dengan penilaian dalam 5 skala dari Sangat Setuju sampai Sangat Tidak Setuju. Hasil dari kuesioner tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 dan persentase penerimaan sebesar 95% ditunjukkan pada Tabel 4. Selain itu, responden juga diminta memberikan penilaian terhadap dashboard secara keseluruhan dimana hasilnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 3. Hasil kuesioner UAT No Pertanyaan SS S KS TS STS 1 Data yang digunakan telah sesuai dengan kebutuhan 7 2 Data yang digunakan valid dan tidak ada data eror 1 3 3 3 Informasi dalam grafik sesuai kebutuhan 7 4 Grafik dapat menampilkan informasi dengan jelas 7 5 Informasi yang ditampilkan dalam bentuk grafik mudah dipahami 7 Total 29 3 3 0 0 Tabel 4. Hasil pengujian UAT Skor tertinggi UAT = Jumlah pertanyaan * jumlah responden * skor tertinggi pada setiap pertanyaan 5 * 7 * 5 = 175 Sangat Setuju (SS) 29 * 5 = 145 Setuju (S) 3 * 4 = 12 Kurang Setuju (KS) 3 * 3 = 9 Tidak Setuju (TS) 0 * 2 = 0 Sangat Tidak Setuju (STS) 0 * 1 = 0 Total skor 145+12+9+0+0 = 166 Persentase (166/175) * 100% = 95% Tabel 5. Penilaian secara keseluruhan dari responden Kode Peran Penilaian responden TUH Pengelola CMDB Bermanfaat dalam melakukan pengecekan konsistensi data. EW Pengelola CMDB Dengan banyaknya perangkat yang dikelola secara manual, hal ini sangat berguna dalam pengecekan validitas data. K Pengelola CMDB Setelah ditampilkan seperti ini baru terlihat ada data yang tidak seragam/konsisten. Bisa digunakan sebagai masukan untuk perbaikan data. FN Penyusun dokumen pengadaan Sangat bermanfaat dan mempermudah kami dalam menentukan daftar perangkat yang akan digunakan untuk pengadaan. MAZ Penyusun dokumen pengadaan Sangat mudah untuk memfilter dan mengambil data. AW Penyusun dokumen pengadaan Tidak perlu menunggu olahan data dari pengelola CMDB. Namun terkadang masih diperlukan konfirmasi untuk beberapa data yang terlihat anomali. NA Ketua Tim Jaringan / Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Informasi yang ditampilkan berguna untuk melakukan monitoring perangkat yang dikelola oleh Tim Jaringan. Tidak perlu menunggu tim untuk mengolah data dulu jika sewaktu-waktu diperlukan pimpinan. Perlu dijaga kemutakhiran dan validitas datanya. Sedangkan pada pengujian kuantitatif dengan kriteria merek perangkat Cisco dan Huawei, status CI beroperasi, EoS lebih dari tahun 2022 dan mengecualikan data EoS yang tidak diketahui, serta masa garansi kurang dari tahun 2022, terdapat selisih jumlah perangkat sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6. Selisih jumlah perangkat tersebut dapat disebabkan adanya pertimbangan nonteknis lainnya selain kriteria yang telah ditetapkan. Pertimbangan nonteknis dapat berupa perubahan kebijakan anggaran seperti penghematan anggaran atau pengalihan anggaran untuk hal yang lebih mendesak seperti penanganan pandemi Covid-19. Tabel 6. Hasil pengujian kuantitatif Merek perangkat Jumlah perangkat yang tercatat dalam CMDB Jumlah perangkat yang dipelihara berdasarkan: Selisih Kontrak pemeliharaan tahun 2022 Data warehouse Jumlah Persentase Cisco 1639 1062 1097 36 3,39% Huawei 143 96 100 4 4,17% ## 4. DISKUSI Ketepatan perencanaan anggaran sangat penting agar besaran alokasi anggaran yang diberikan kepada Kementerian/Lembaga (K/L) sesuai kebutuhan dalam mencapai sasaran kinerja K/L dan rencana kerja pemerintah serta digunakan dalam menentukan target penerimaan negara. Salah satu penerapannya adalah menyusun rencana kebutuhan anggaran pemeliharaan dan penggantian perangkat jaringan dalam rangka menjaga ketersediaan dan kelangsungan layanan TIK. Namun dengan banyaknya jumlah perangkat yang dikelola maka pengolahan data secara manual menggunakan Ms. Excel dapat menimbulkan risiko kesalahan manusia ( human error ). Penelitian ini dilakukan untuk membantu pengelola aset maupun perencana anggaran dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Hasil dari penelitian ini berupa data warehouse yang divisualisasikan dalam dashboard pemantauan. Pada subbab studi literatur telah disampaikan beberapa penelitian terdahulu dimana pembangunan data warehouse dilakukan dengan metodologi Kimball, baik 4- step maupun 9- step dan tools yang digunakan beragam antara lain Microsoft SQL Server Management Studio, Microsoft SQL Server Integration Service, Pentaho Kettle, dan Microsoft PowerBI. Hasil pengujian data warehouse menunjukkan peningkatan performa maupun kepuasan pengguna. Dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah 4- step dimensional modeling Kimball dengan sumber data dari aplikasi ITSM e- Prime dan diimplementasikan menggunakan Microsoft Visual Studio dengan SQL Server Integration Service dan SQL Server Data Tools. Untuk pengujian oleh pengguna, data warehouse divisualisasikan menggunakan Microsoft PowerBI. Hasil pengujian oleh pengguna menunjukkan bahwa secara fungsi, yaitu menampilkan informasi berdasarkan dimensi yang dipilih, maupun penyajian secara visual telah sesuai dan dapat diterima. Sedangkan hasil pengujian terkait data menunjukkan bahwa masih terdapat data yang eror, kosong, maupun tidak valid. Hal ini dapat terjadi karena data yang diinput oleh pengelola CMDB kurang lengkap atau proses cleansing data yang kurang baik. ## 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perancangan data warehouse CMDB Pusintek area infrastruktur jaringan yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Data warehouse CMDB Pusintek yang dirancang menggunakan metodologi 4- step Kimball dan metode star schema serta divisualisasikan dalam bentuk dashboard dapat diterima oleh pengguna dengan persentase penerimaan sebesar 95%. 2. Hasil pengujian kuantitatif dengan membandingkan jumlah perangkat yang terdapat pada kontrak pemeliharaan tahun 2022 dengan hasil data warehouse menunjukkan selisih sebesar 3,39% untuk merek Cisco dan 4,17% untuk merek Huawei. Selisih jumlah perangkat tersebut dapat disebabkan adanya pertimbangan non-teknis seperti perubahan kebijakan anggaran. 3. Data warehouse yang dibangun dapat menjadi salah satu dasar awal dalam penentuan jumlah perangkat yang dipelihara maupun diganti karena terdapat pertimbangan teknis maupun nonteknis lainnya yang harus diperhatikan. 4. Masih diperlukan perbaikan pada CMDB dalam hal keseragaman dan konsistensi data misalnya pada penulisan nama merk, nama ruangan, status CI, tanggal end-of-support , dan masa garansi. Hal ini menjadi masukan untuk pengelola CMDB Pusintek agar kedepannya data yang disajikan lebih valid. Selain itu, perlu didukung dengan proses cleansing yang lebih baik. Untuk penelitian lebih lanjut, perlu dilakukan pendalaman kembali terkait pertimbangan teknis yang dapat didukung dengan data yang tersedia dalam CMDB sehingga dapat meminimalkan selisih perangkat. Selain itu, dapat memanfaatkan data perangkat yang berasal dari tools monitoring serta data end-of-support yang disediakan dari beberapa principal dalam bentuk API, misalnya API yang disediakan oleh Cisco [37], sehingga data yang didapatkan lebih valid dan selalu mutakhir. ## DAFTAR PUSTAKA [1] International Organization for Standardization, INTERNATIONAL STANDARD ISO/IEC 20000-1 : Information technology - Service management . 2018. [2] Keputusan Menteri Keuangan Nomor 751/KMK.01/2019 tentang Manajemen Mutu dan Layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Kementerian Keuangan . Jakarta: Kementerian Keuangan, 2019. [3] Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 208/PMK.02/2019 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran . Jakarta: Kementerian Keuangan, 2019. [4] Peraturan Menteri Keuangan Nomor 229/PMK.01/2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/KMK.01/2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan . Kementerian Keuangan, 2019. [5] M. Lubis, R. C. Annisyah, and L. W. L, “ITSM Analysis using ITIL V3 in Service Operation in PT . Inovasi Tjaraka,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng. , vol. 847, 2020, doi: 10.1088/1757-899X/847/1/012077. [6] T. Peftieva, R. Jouravlev, and AXELOS ITIL Practice, Service Configuration Management ITIL® 4 Practice Guide , no. May. 2020. [7] F. Schorr, A. Ghosh, and L. Hvam, “Managerial Challenges in Designing an IT Service Configuration System,” 22nd Int. Config. Work. , pp. 81–88, 2020. [8] R. Elmasri and S. B. Navathe, Fundamentals of Database Systems Seventh Edition , Seventh. Pearson, 2016. [9] T. F. Efendi and M. Krisanty, “Warehouse Data System Analysis PT . Kanaan Global Indonesia,” Int. J. Comput. Inf. Syst. , vol. 01, no. 03, pp. 70–73, 2020. [10] I. M. A. Bhaskara, L. G. P. Suardani, and M. Sudarma, “Data Warehouse Implemantation To Support Batik Sales Information Using MOLAP,” Int. J. Eng. Emerg. Technol. , vol. 3, no. 1, pp. 45–51, 2018. [11] T. B. Arimbi and S. Riyadi, “Implementing of Data Warehouse Data Alumni using the Single Dimensional Data Store method,” vol. 1471, pp. 1–12, 2020, doi: 10.1088/1742- 6596/1471/1/012021. [12] L. Yessad, “Comparative study of data warehouses modeling approaches : Inmon , Kimball and Data Vault Comparative Study of Data Warehouses Modeling Approaches : Inmon , Kimball and Data Vault,” 2016 Int. Conf. Syst. Reliab. Sci. , no. July, pp. 95–99, 2020, doi: 10.1109/ICSRS.2016.7815845. [13] R. Kimball and M. Ross, The Data Warehouse Toolkit: The Complete Guide to Dimensional Modeling (2nd Edition) , Second. John Wiley & Sons, 2002. [14] M. Kimball, R., Ross, The Data Warehouse Toolkit: The Complete Guide to Dimensional Modeling (3rd Edition) , Third. John Wiley & Sons, 2013. [15] V. Nicolicin-Georgescu, V. Benatier, R. Lehn, and H. Bri, “Business Intelligence – CDMB – Implementing BI-CMDB to Lower Operation Cost Expenses and Satisfy Increasing User Expectations,” Effic. Decis. Support Syst. - Pract. Challenges Multidiscip. Domains , pp. 67–82, 2011, doi: 10.5772/16712. [16] E. V. F. Lapura et al. , “Development of a University Financial Data Warehouse and its Visualization Tool Visualization Tool,” Procedia Comput. Sci. , vol. 135, pp. 587– 595, 2018, doi: 10.1016/j.procs.2018.08.229. [17] M. Himami, A. S. Abdullah, I. N. Yulita, and M. Suryani, “Utilization of Data Warehouse in Business Intelligence with Kimball Method at Company XYZ,” in 2021 International Conference on Artificial Intelligence and Big Data Analytics , 2021, pp. 1–6. doi: 10.1109/ICAIBDA53487.2021.9689720. [18] H. Henderi, U. Raharja, and D. Setiyadi, “A Proposed Model for Sales Data Warehouse Using Nine-step Design A Proposed Model for Sales Data Warehouse Using Nine-step Design,” Int. J. Adv. Sci. Technol. , vol. 29, pp. 2127–2136, 2020. [19] I. P. A. E. Pratama, “The Implementation and Testing of Online Self-Diagnose Covid19 Application Using CBR and UAT,” Int. J. Adv. Data Inf. Syst. , vol. 2, no. 2, pp. 73–83, 2021, doi: 10.25008/ijadis.v2i2.1223. [20] T. Satria and A. Indrayanto, “Strategic Study : The Role of Condition-Based Maintenance and Preventive Maintenance of Electrical Reliability,” Int. Sustain. Compet. Advant. , pp. 25–30, 2020. [21] J. Q. Hwang and H. A. Samat, “Maintenance Cost Reduction of Paddy Seed Production Machinery by Implementing Preventive Maintenance System,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng. , 2019, doi: 10.1088/1757- 899X/557/1/012075. [22] K. Yan, H. Lim, P. Zheng, and C. Chen, “A state-of-the-art survey of Digital Twin : techniques , engineering product lifecycle management and business innovation perspectives,” J. Intellegent Manuf. , vol. 31, no. August, pp. 1313–1337, 2020, doi: 10.1007/s10845-019-01512-w. [23] G. Soos, D. Kozma, F. N. Janky, and P. Varga, “IoT Device Lifecycle – a Generic Model and a use case for Cellular Mobile Networks,” IEEE 6th Int. Conf. Futur. Internet Things Cloud , no. August, pp. 176– 183, 2018, doi: 10.1109/FiCloud.2018.00033. [24] “Cisco End-of-Life Policy.” https://www.cisco.com/c/en/us/products/eos- eol-policy.html (accessed Sep. 27, 2022). [25] “Huawei Product Enf of Life Policy.” https://support.huawei.com/enterprise/en/wa rranty-policy (accessed Sep. 27, 2022). [26] I. Virdyna and S. Samidi, “Online Based Memorandum of Understanding (MOU) Data Exchange System Design with EDI Method,” J. Integr. Adv. Eng. , vol. 1, no. 2, pp. 89–100, 2021, doi: 10.51662/jiae.v1i2.19. [27] A. R. Hermawanto, “Pengaruh Kepemimipinan Transpormasional Dan Lingkungan Kerja Terhadap Motivasi Serta Dampaknya Pada Kinerja Dosen,” Sistemik , vol. 2, no. 4, 2016. [28] S. K. Rahayu, “Pengaruh Data Quality Terhadap Business Intelligence System Implikasinya Pada Information Quality Di Organisasi Sektor Publik: Survey Pada KPP Pratama Di Jawa Barat Dan DKI Jakarta,” JBPTUNIKOMPP , 2018. [29] A. . N. Narendra, S. I. Murpratiwi, and M. Sudarma, “Design of E-Grant Application Data Warehouse,” Int. J. Eng. Emerg. Technol. , vol. 2, no. 1, p. 11, 2017, doi: 10.24843/ijeet.2017.v02.i01.p03. [30] A. D. Barahama and R. Wardani, “Data analysis and data warehouse design based on Pentaho data integration ( kettle ) to support the determination of student learning achievement,” Annu. Appl. Sci. Eng. Conf. (AASEC 2020) , no. 5, 2021, doi: 10.1088/1757-899X/1098/5/052089. [31] G. Garani and M. A. Butakova, “A Data Warehouse Approach for Business Intelligence,” 2019 IEEE 28th Int. Conf. Enabling Technol. Infrastruct. Collab. Enterp. , pp. 70–75, 2019, doi: 10.1109/WETICE.2019.00022. [32] I. G. N. W. Partha, P. N. M. Weking, and P. A. Mertasana, “Data Center Data Warehouse Development at Z Bali Clinic Using the Kimball Nine-Step Method,” Int. J. Eng. Emerg. Technol. , vol. 4, no. 1, pp. 53–59, 2019. [33] G. Yu, J. Liu, J. Du, M. Hu, and V. Sugumaran, “An Integrated Approach for Massive Sequential Data Processing in Civil Infrastructure Operation and Maintenance,” IEEE Access , vol. 6, pp. 19739–19751, 2018, doi: 10.1109/ACCESS.2018.2816001. [34] P. Edastama, A. Dudhat, and G. Maulani, “Use of Data Warehouse and Data Mining for Academic Data A Case Study at a National University,” Int. J. Cyber IT Serv. Manag. , vol. 1, no. 2, pp. 206–215, 2021. [35] R. Kimball and J. Caserta, The Data Warehouse ETL Toolkit . Wiley Publishing, Inc, 2004. [36] W. Gede, S. Parwita, N. Luh, W. Sri, R. Ginantra, and I. M. D. Putra, “Retail Data Visualization in Business Intelligence System for Ayu Nadi Group,” 2022, doi: 10.4108/eai.27-11-2021.2315530. [37] “Cisco Support API Docs.” https://developer.cisco.com/docs/support- apis/#!eox (accessed Sep. 27, 2022)..
0eef2823-fcc2-4f75-a309-04a58f4aead8
http://journal.isi-padangpanjang.ac.id/index.php/CARTJ/article/download/942/489
## PEMERANAN TOKOH ROSE NASKAH LAKON “ PERANGKAP” ## KARYA EUGENE O’ NEILL DENGAN METODE AKTING STANISLAVSKY Reza Desiska Sari 1 1 Institut Seni Indonesia Padangpanjang, Indonesia. E-mail : [email protected] ## A RTICLE I NFORMATION ## A B S T R A C T Submitted: Desember 2018 . Review: Januari 2019 . Accepted: April 2019 . Published: April 2019 Penyajian tokoh Rose dalam lakon Perangkap karya Eugene O’Neill terjemahan Faried W Abe merupakan penciptaan seni peran yang dilakukan oleh pemeran untuk memproyeksikan karakter tokoh Rose dalam lakon menjadi lakuan-lakuan yang mampu meyakinkan para audience . Penyajian pemeranan tersebut diawali oleh analisa lakon Perangkap yang meliputi analisa terhadap struktur dan tekstur Penokohan.Bagian-bagian yang menjadi struktur penokohan meliputi kajian identitas tokoh Rose, dan kajian relasi antara tokoh Rose dengan tokoh- tokoh yang lain, juga mengkaji relasi tokoh Rose dengan tema, alur, dan latar lakon.Hasil dari telaah dan analisa penokohan tersebut dijadikan pedoman terhadap pembuatan desain pemeranan yang bertumpu padapendekatan akting presentasi. Pendekatan akting presentasi adalah usaha untuk menampilkan karakter tokoh dalam lakon yang menyatu dalam kondisi batiniah penyaji. Pendekatan akting presentasi tersebut diaplikasikan melalui suatu metode penciptaan peran, yakni suatu metode untuk ‘menyatukan peran dalam kehidupan pemeran’ yang diciptakan Konstantin Stanislavsky. Metode tersebut bertumpu pada dua tahap pemeranan yakni menghadirkan tokoh dalam batin dan memproyeksikan ‘kehadiran’ tersebut dalam instrumen seni peran yakni tubuh dan vokal. K EYWORDS /K ATA KUNCI Tokoh Rose; Gaya Presentasi; Metode Stanislavsky ## C ORRESPONDENCE Phone: "+62 (0752) 12345678" E-mail: [email protected] ## GAGASAN PENCIPTAAN Salah satu tuntutan penting dalam kreativitas teater adalah adanya keterampilan yang harus dipunyai para aktor atau pemerannya. Hal ini dapat dipahami karena tugas seorang pemeran sesungguhnya adalah mewujudkan tokoh- tokoh dalam lakon dengan segala perwatakannya. “Perwujudan tokoh tersebut dicerminkan oleh para pemeran melalui laku (action), susunan pengadegan dan pencapaian dramatik yang terukur, baik secara tempo, irama maupun dinamikanya. Dalam kaitan ini, seorang pemeran harus mampu memperhitungkan motivasi, efek emosional dan gambaran panggung bagi kebutuhan pemeranan” (Anirun, 2002: 15). Pemenuhan keterampilan tersebut pada akhirnya diwujudkan dengan menempatkan instrumen keaktoran, yang terdiri dari emosi, tubuh, vokal dan intelegensi sebagai sasaran penting dalam kreativitas. Kuatnya penampilan tokoh yang dimainkan seorang pemeran sangat ditentukan oleh pilihan lakon yang akan dipentaskan. lakon Perangkap karya Eugene O’ Neill Lakon yang ditulis pada tahun 1913 ini merupakan refleksi atas kondisi sosial-ekonomi dalam masyarakat Amerika Serikat yang sedang mengembangkan bidang industri secara besar-besaran. Dampak dari perkembangan dunia industri yang besar-besaran tersebut, pada akhirnya memunculkan sekelompok masyarakat yang terpinggirkan. Kondisi ini akhirnya menjadi penyebab merebaknya kemiskinan, yang dengan sendirinya juga memicu munculnya berbagai penyakit masyarakat, seperti: tindakan-tindakan kriminal (pencurian, perampokan), pelacuran (prostitusi) dan pertikaian kelompok (geng) dalam masyarakat. Lakon ini menampilkan sisi lain dari dampak marjinalisasi sosial tersebut, dengan menghadirkan sebuah peristiwa yang terjadi di pinggiran kota New York. Sebuah peristiwa yang konfliknya dipicu oleh interaksi yang intim antara seorang tukang pukul dengan seorang pelacur liar di satu sisi, dan interaksi antara seorang pelacur liar dengan seorang perampok (pelarian) di sisi yang lain. Lakon Perangkap karya Eugene O’ Neill tokoh Rose (tokoh utama) dalam lakon ini merupakan seorang pelacur liar yang terlihat tua berumur 30-an walaupun baru berumur 22 tahun. Rose telah memiliki seorang bayi yang bernama Peter hasil dari hubungan gelapnya dengan Steve Rose berpakaian yang terlihat seronok, raut wajahnya seperti pecandu berat, pucat pasi dengan mata celong dan berpenyakitan (TBC) parah dan keras sehingga tubuhnya sedikit terguncang. Lakon ini juga memiliki daya tarik kuat karena kehadiran tokoh Rose, yang sangat memiliki kompleksitas psikologis yang terhitung rumit. Kerumitan tersebut dapat ditandai dari sikap Rose yang berusaha ‘bertahan’ meskipun menghadapi berbagai persoalan. Konflik lakon ini bermula ketika Rose, seorang pelacur liar, menjalin hubungan kasih dengan Steve, seorang tukang pukul. Hubungan tersebut menjadi runyam karena Steve semakin menyadari betapa dirinya telah diabaikan oleh Rose. Pengabaikan itu sangat dirasakan Steve, karena Rose, dalam pandangan Steve, lebih memperhatikan bayi, hasil hubungan gelap mereka, dan ‘pelanggannya’ yang selalu mendatangi Rose di setiap malamnya. Steve yang merasa ‘memiliki’ Rose akhirnya sering mengeksploitasi Rose untuk menambah penghasilan, sementara Rose pun lebih mementingkan pelanggannya dan terlupa pada keberadaan Steve karena tak ingin ‘penghasilannya’ berkurang. Kondisi yang dialami para tokoh, sebagaimana yang dijelaskan di atas, memberikan penajaman tematik dalam lakon Perangkap , bahwa keadaan ekonomi telah merampas harmonisnya interaksi di antara sesama manusia, sehingga hal ini juga turut memicu kompleks psikologis yang dialami para tokoh dalam lakon tersebut. Kompleks psikologis inilah yang akhirnya menjadi peletup ketegangan demi ketegangan dalam jalinan cerita yang menarik untuk disimak. Lakon ini juga menarik karena Eugene O’ Neill juga menyisipkan situasi yang romantis di tengah ketegangan demi ketegangan yang terjadi. Situasi romantis ini dihadirkan dengan mempertemukan Rose dengan seorang perampok yang bernama Tim Moran. Rose dan Tim tidak sekedar dipertemukan dalam kaitan antara dua sosok manusia yang saling membutuhkan tetapi juga dipertemukan dalam situasi ketegangan yang sama. Rose berada dalam ketegangan yang sangat genting karena perlakuan Steve yang makin posesif dan kasar, bahkan mulai mengancam keselamatan bayi hasil hubungan gelap mereka, sementara Tim dihadapkan pada ancaman kekerasan yang dilakukan oleh para penegak hukum yang tengah memburunya. Perasaaan ‘senasib’ inilah yang menimbulkan getaran kasih sayang diantara mereka, sehingga lakon ini pun terasa semakin lengkap karena memadukan antara situasi yang mencekam dan romantisme dalam rangkaian suasana dinamis dan mengharukan. Persoalan pertama yang menimpa Rose adalah sikap Steve yang semakin posesif. Sikap ini di satu sisi sangatlah merugikan Rose, karena telah mendorong perlakuan Steve yang semakin kasar dan semena-mena. Tetapi, di sisi lain sikap posesif ini juga menguntungkan Rose, karena keberadaannya menjadi sangat terlindungi oleh kepedulian Steve. Inilah yang menimbulkan situasi dilematis dalam batin Rose; ia ingin meninggalkan Steve, tetapi di sisi lain, ia juga membutuhkan Steve untuk melindungi keberadaannya. Persoalan yang lain yang dialami Rose adalah kehadiran Tim Moran, seorang perampok yang melarikan diri dari penjara. Kehadiran Tim Moran, yang penuh kasih sayang dan kelembutan tersebut, di satu sisi telah memberikan kesejukan, hal yang tak didapat dari Steve, sehingga hal ini bisa memberikan harapan dan semangat baru dalam hidup Rose, tetapi di sisi lain, kehadiran Tim Moran tentu saja akan menimbulkan persoalan baru bagi Rose. Tim Moran yang masih dalam pengejaran pihak penegak keamanan tersebut secara tidak sengaja telah menghadapkan Rose pada ancaman baru; terseret dalam pelanggaran hukum karena melindungi seorang pelaku kriminal. Tarik menarik antara kebutuhan kasih sayang dan ketakutan pada pelanggaran hukum inilah yang menimbulkan kompleks psikologis dalam diri Rose. Daya tarik lain yang dimiliki tokoh Rose adalah dinamika emosi yang setiap saat berubah-rubah, Rose selain memiliki ketahanan jiwa yang kuat juga harus memperlihatkan emosi yang berbeda-beda di setiap adegannya. Saat menghadapi Steve, emosi Rose dipenuhi rasa ketakutan. Sesekali keberaniannya muncul di saat tekanan Steve sudah tak bisa dicerna lagi dengan akal sehat, Sementara saat menghadapi Tim, Rose seringkali mendapatkan sanjungan, yang membuatnya berbunga-bunga, tetapi juga ketulusan yang mendorongnya rela memberikan pengorbanan demi kesalamatan Tim Moran. Perubahan emosi itulah yang membuat kehadiran tokoh Rose memberikan tantangan tersendiri dalam perwujudannya di atas panggung. Kompleksitas karakter tokoh Rose sebagaimana penjabaran di atas, merupakan bentuk kompleks kejiwaan manusia, yang sebenarnya masih dapat ditemui dalam keseharian. Dalam konteks inilah, maka tokoh Rose akan dihadirkan dengan pendekatan akting atau lakuan secara presentatif. Dalam akting presentatif maka para pemeran dituntut terlibat dalam situasi dan kondisi tokoh dalam lakon untuk disesuaikan dengan kebiasaan dan hal-hal yang khas dalam pribadi pemeran dengan atributnya yang dekat dengan keseharian (Sitorus, 2003: 6) Pemeranan tokoh Rose, dalam lakon Perangkap karya Eugene O’ Neill ini memakai pendekatan presentasi ini menggunakan motede akting sebagaimana yang dicetuskan oleh Stanislavsky. Secara prinsip metode Stanislavsky terbagi adalah dua tahap penting. 1), menghadirkan karakter tokoh dalam batin (mind and feel) pemeran. 2), mewujudkan kehadiran karakter tokoh dalam batin itu melalui alat ekspresi (instrumen) pemeranan, yakni tubuh dan vocal pemeran (Sani, Stanislavsky, 1980: 2). ## DESKRIPSI DAN PROSES PENCIPTAAN Karya-karya drama Eugene O’Neill selalu memperlihatkan hubungan erat antara cara pandangnya sebagai sastrawan dengan gaya penuturan yang menjadi cirri khasnya. Bagi Eugene O’Neill karya sastra adalah penegasan terhadap gagasan filosofis dan penuanganidealogi dengan keyakinan artistik atau estetik yang jadi pilihan pengemasannya. Hal ini terasa wajar, jika melihat biografi Eugene O’Neill dan perjalanan kesenimanannya yang penuh dengan konflik sosial dan pergulatan psikologis, sehingga hal itu pulalah yang menjadi daya dorong Eugene O’Neill dalam melahirkan karya-karya yang mampu mengekspresikan kompleksitas batin manusia. Penuturan cerita lakon Perangkapdimulai dengan mengekspos tokoh Rose, seorang pelacur liar, yang sedang dirundung kegelisahan.Digambarkan juga Rose ternyata telah memiliki bayi, dan sedang terserang sakit TBC. Tak berapa lama datanglah Steve, seorang penagih hutang, yang tak lain adalah ‘kekasih’ Rose. Steve selalu meluangkan waktunya untuk berkunjung ke tempat tinggal Rose, meskipun hidupnya sendiri sedang dalam keadaan kacau karena ketergantungannya pada alkohol dan narkotik. Kunjungan Steve, tak sepenuhnya membahagiakan Rose. Bahkan, kehadiran Steve seringkali justru menimbulkan suasana yang keruh. Steve selalu menumpahkan kecemburuan hatinya yang sebenarnya tak mau ‘diduakan’ dengan ‘para pelanggan’ Rose. Bahkan, Steve seringkali bersikap kekanak-kanakan karena tak mau perhatian Rose terbagi oleh kehadiran bayi Rose. Sikap Steve semakin beringas. Malam itu ia berniat menyingkirkan bayi Rose dari ranjang, karena ia ingin tidur nyenyak di atas ranjang tersebut. Rose berusaha mencegahnya tetapi Steve tak mempedulikan Rose. Akhirnya Rose berniat bunuh diri karena sikap Steve yang makin semena-mena. Steve mulai membujuk Rose agar mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Kepanikan Rose mulai mereda, karena bujukan Steve. Dengan perlahan, Steve mulai membuai Rose agar menyerahkan gunting yang hendak dipergunakan Rose untuk bunuh diri. Rose pun pasrah dan menyerahkan gunting tersebut pada Steve. Setelah berhasil mengendalikan emosi Rose, dengan tiba-tiba, Steve menumpahkan kemerahannya dengan menampar dan mencekik Rose. Ia ungkapkan seluruh isi hatinya yang selalu terluka karena sikap Rose yang tak pernah memperdulikan cintanya. Steve semakin kalap. Akhirnya, di saat Steve sedang menganiaya Rose muncullah secara tiba-tiba, Tim Moran, seorang perampok pelarian yang tak tega melihat perlakuan Steve pada Rose. Rose pun terbebas dari penganiayaan Steve karena kehadiran Tim Moran. Ia kemudian menjalin perbincangan intim, yang secara perlahan membangkitkan rasa saling menyayangi dan rasa saling membutuhkan. Tiba-tiba, datanglah para reserse yang berniat menangkap Tim Moran. Tim Moran dan Rose pun mulai panik. Akhirnya, Tim Moranpun memutuskan untuk meninggalkan Rose dan membawa bayi Rose atas permintaan Rose sendiri. Sebelum pergi, Tim Moran sempat meninggalkan uang pada Rose, dan memohon Rose agar segera menyusulnya. Sayang sekali, Rose justru terluka terkena tembakan para polisi saat keluar kamar dan bermaksud menyerah pada para polisi yang mengepung tempat tinggalnya. Rose limbung, nafasnya tersengal-sengal. Mulutnya merintih karena rasa sakit akibat peluru yang bersarang di perutnya. Polisi pun berusaha menolongnya. Namun sebelum ambulan datang, di saat para polisi telah meninggalkan dirinya, Steve yang datang kembali bersama polisi tersebut, kembali menyerapahi dan menghardiknya. Ia sempet menganiaya Rose. Akhirnya, Rose pun menembak Steve dengan pistol kepunyaan Steve sendiri yang sempat direbut Tim Moran. Steve tersungkur tewas. Tak beberapa lama Rose pun menghembuskan nafasnya yang terakhir. ## 1. Gaya Pemeranan Tokoh Rose Gaya pemeranan tokoh Rose diwujudkan dengan berpedoman pada gaya lakon Perangkap karya Eugene O’Neill yang disajikan dalam pementasan bergaya realisme. Saini KM (2002: 103) menjelaskan teater realisme: Teater realisme sering kali di sebut sebagai teater ilusonis. Di dalam prakteknya teater ini berusaha ”menipu” penonton agar mereka menganggap apa yang terjadi dan terlihat di atas pentas adalah kehidupan nyata. Dapat dipahami kalau para pendukung realisme bukannya menggayakan (menstilisasi) apalagi merusak (mendistorsi) gambar kehidupannya, melainkan menirunya sedapat mungkin agar ilusi tercapai. Merujuk batasan di atas, maka seluruh pendekatan akting tokoh Rose diwujudkan dengan lakuan (aksi) yang mencapai ‘kewajaran’. Penampilan yang ‘wajar’ adalah bentuk lakuan yang mengutamakan pentingnya penghayatan. Usaha mencapai penghayatan tersebut akan dicapai dengan melaui dua tahapan akting (sebagaimana dilansir Stanislavsky), yakni tahap "menghadirkan peran" dalam 'diri' si pemeran dan tahap menampilkan "kehadiran" tersebut dalam instrumen pemeranan yang berujud tubuh dan suara. Yudiaryani (2002: 168) menyebutkan bahwa setidaknya ada enam persyaratan yang harus dimiliki calon aktor (aktor pemula) agar mampu menyempurnakan keaktorannya, yakni hadir dalam lakuan yang sanggup meyakinkan penonton (sebagaimana tujuan lakuan dalam metode pemeranan Stanislavsky). Keenam persyaratan tersebut adalah: “Pertama, aktor harus memilki fisik yang prima, fleksibel dan vocal yang terlatih. Kedua, aktor harus mampu mengobservasi kehidupan sehingga mampu memperkaya lakuannya. Ketiga, aktor harus mengusai psikisnya sehingga mampu mengahdirkan imajinasinya. Keempat, aktor harus mengusai lakon secara tepat. Kelima, aktor harus memilki konsentrasi yang tinggi terhadap lakuan yang dimainkannya dan keenam aktor harus memilki kesanggupan untuk mengasah kemampuannya secara terus-menerus”. Secara umum, pencapaian pendekatan akting dalam pemeranan tokoh Rose harus sanggup memproyeksikan suatu keaktoran yang mampu menyatukan karakter keseharian yang dimiliki pemeran dengan kebutuhan karakter tokoh yang diperankan. Pencapaian tersebut akan ditandai dengan keberhasilan pemeran dalam melibatkan "dirinya“ (sebagai pencipta karakter) pada "situasi dan kondisi baru” yang dialami tokoh dalam naskah. Dengan demikian, proyeksi lakuan yang akan ditempuh dalam pencapaian pendekatan pemeranan tokoh Rose bukan dalam 'kapasitas' untuk menjadi ‘orang lain’, tetapi merupakan ‘penyesuaian’ terhadap “situasi dan kondisi baru” tersebut, melalui potensi dan kekayaan batin yang secara privat telah dimiliki oleh penyaji. Inilah yang dalam istilah Eka D. Sitorus lazim disebut sebagai pendekatan akting presentasi. Eka D. Sitorus (2002: 22) menjelaskan bahwa akting gayapresentasi adalah akting yang mengutamakan identifikasi antara jiwa si aktor dengan jiwa si karakter, sambil memberi kesempatan kepada tingkah lakunya untuk berkembang. Tingkah laku yang dimaksud adalah pengembangan “laku” dalam imajinasi yang berasal dari situasi-situasi yang diberikan penulis lakon. Pengembangan “laku” tersebut akan "dihidupkan" melalui transformasi pengalaman-pengalamanyang dimiliki pemeran untuk disesuaikan dengan "karakter" tokoh yang ada dalam naskah. Hal tersebut diproses sampai terbentuknya ‘motivasi’ yang jelas dalam laku. Indikator penting dari tercapainya akting presentasi adalah pencapaian kecenderungan psikologis tokoh menjadi bagian yang menyatu dengan psikologi pemeran. Hal ini akan tergambar pada ‘isian’ dialog yang diucapkan, ekspresi yang natural dan gesture yang terlihat proporsional. Inilah yang menjadi esensi pendekatan akting presentasi yang dihadirkan dalam perwujudan tokoh Rose. 2. Metode Pemeranan Pemeran dalam mewujudkan karakter tokoh Rose, memilih pendekatan akting presentasi dengan menggunakan metode Stanislavsky adapun metode menurut Stanislavsky tokoh Rose, dalam lakon Perangkap karya Eugene O’ Neill ini yang memakai pendekatan presentasi ini menggunakan motode akting sebagaimana yang dicetuskan oleh Stanislavsky. Metode Pemeranan tersebut meliputi Mengidentifikasi Tokoh, Menubuhkan Tokoh, Menjiwai Tokoh, Mengontrol Emosi Tokoh, Mendandani Tokoh, tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Mengidentifikasi tokoh Rose Tahap Identifikasi adalah tahap dimana pemeran menentukan Identitias Tokoh Rose. Identifikasi tersebut juga meliputi usaha untuk menganalisis dan mengimajinasikan tokoh dengan tajam sehingga kepastian karakteristik Tokoh Tergambar dengan jelas. b. Menumbuhkan tokoh Rose Bagaimana menumbuhkan tokoh Rose hadir diatas panggung sebagai sebuah kebenaran, dibutuhkan tidak hanya menggali kedalaman batiniah namun juga bentuk lahiriah. bentuk lahiriah disini adalah upaya pemeran untuk menggali dan menetapkan fisik tokoh mulai dari ekspresi wajah, berjalan dan gerak-gerak lainnya yang sesuai dengan emosi dan motivasi yang menggerakkannya. pemeran menggunakan ingatan emosinya dengan mengingat kejadian-kejadian dari pengalaman-pengalaman yang terjadi pada diri pemeran dan sekitarnya. c. Menjiwai tokoh Rose Tahapan ini menjadi penentu dimana pemeran harus benar-benar merasakan emosi dan sensasi yang dialami tokoh Rose. d. Mengontrol Emosi Tokoh Rose Tokoh Rose yang sudah sampai pada saat identifikasi penubuhan dan penjiwaan perlu sekiranya melakukan pengontrolan emosi. ## e. Mendandani tokoh Mendandani tokoh, artinya pemeran memberikan tambahan dalam bentuk rias dan kostum kepada diri pemeran. artinya rias dan kostum yang pemeran pakai hanya sesuai dengan karakter si tokoh. melalui rias dan karakter tokoh menjadi terlihat real/ atau nyata. ## PENUTUP Bidang pemeranan merupakan kreativitas paling penting dalam penciptaan pementasan teater. Keberlangsungan dan terwujudnya impresi pementasan sangat ditentukan oleh kemampuan akting para pemerannya. Dengan demikian, Pemeran tidak sekedar harus menguasai aspek-aspek seni peran tetapi juga harus mampu menerjemahkan secara tuntas gagasan-gagasan dasar yang tersirat dalam lakon sebagai titik tolak pembentukan seni perannya. Tugas pemeran adalah mewujudkan tokoh dalam lakon. Perwujudan tokoh diciptakan dengan bertitik tolak pada penafsiran terhadap lakon. Keberadaan lakon, dengan demikian adalah stimulan terciptanya imajinasi terhadap karakter tokoh yang kemudian diekspresikan dalam gerak dan kata sebagai instrumen akting para pemeran. Wujud ekspresi terhadap karater tokoh dalam lakon itulah yang kemudian menjadi bentuk konkrit dari seni peran. Lakon Perangkap karya Eugene O’Neill adalah lakon yang memiliki gaya realisme. Hal tersebut dapat dirunut pada gaya dialognya yang masih keseharian, kejelasan identitas tokoh yang terlibat konflik, ketegasan dalam penggambaran latar cerita, dan suspen-suspen pertunjukan yang menunjukan kausalitas yang jelas. Secara umum, lakon Perangkap karya Eugene O’Neill mengetengahkan konflik psikologi seorang pelacur liar yang bernama Rose. Tokoh Rose tersebut mengalami situasi kecemasan dan penderitaan karena tekanan kekasihnya, Steve, seorang pengawal dan penagih utang. Rose juga dihadapkan pada pilihan yang berat, ketika harus menyelamatkan seorang perampok pelarian, yang diam- diam telah membuatnya jatuh cinta, sehingga keputusannya itu telah mngorbankan hidupnya sendiri. Tokoh Rose, sebagai tokoh kompleks, karena selalu dihadapkan pada situasi dilematis tersebut, ditampilkan dengan pendekatan akting presentasi. Penjabaran pendekatan presentatif tersebut, diwujudkan dengan menempatkan optimalisai keaktoran sebagai pusat perhatian tontonan. Akting akan dihadirkan melaui pengolahan seni peran yang berpedoman pada teori dan metode yang ditelorkan oleh Konstantin Stanislavsky. Teori dan metode tersebut menegaskan pentingnya pencapaian magic if. Pencapaian magic if ditandai dengan keberhasilan pemeran dalam mengadaptasi ‘situasi dan kondisi tokoh’ dalam naskah sebagai situasi dan kondisi yang dialami pemeran sendiri. Perwujudan peran akan dicipta dengan penggunaan dua gesture pemeranan, sebagai gesture yang dominan yang dipakai dalam pementasan. Gesture tersebut meliputi gesture empatik. Gesture empatik dipergunakan saat para tokoh tampil dalam situasi 'wajar', dan pada saat para tokoh didera kesedihan atau kemarahan. Dengan demikian penyajian lakon secara umum dihadirkan secara realis meskipun acting-akting yang terstilir tidak bisa dihindari sebagai konsekuensi dinamika penokohan seperti yang dijelaskan di atas. ## KEPUSTAKAAN Anirun, Suyatna, Menjadi Sutradara , Bandung: STSI Bandung Press, 2002. El Saptaria, Rikrik, Akting Handbook:Panduan Praktis acting film dan teater Bandung: tahun 2006 Mitter, Shomit, Terjemahan Yudiaryani, Stanislavsky, Brecht, Grotowsky, Brook: Sistem Pelatihan Lakon , MSPI dan Arti Yogyakarta, Yogyakarta, 2002. Sitorus, D Eka, The art of acting: Seni Peran Untuk Teater, Film dan TV , Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003. Stanislavsky, Konstantin, Terjemahan Asrul Sani, Persiapan Seorang Aktor , Jakarta: Pustaka Jaya, 1980. Yudiaryani, Panggung Teater Dunia , Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli, 2002. Sumber Internet: www.youtube.com , Pementasan Teater Lakon Perangkap , Karya Eugene O’ Neill, Teater Kalurahan, Sutradara Daniel Godam, tahun 2014 www.youtube.com , Pementasan Teater Lakon Perangkap , Karya Eugene O’ Neill, Teater Sendratasik, Universitas Negeri Surabaya, Sutradara Jihan Nunu wardhani, Tahun 2015 Taxi Driver, Dokumentasi Film Sutradara Martin Scorsese, 1976, Produksi Coloumbia Pictures ## LAMPIRAN FOTO PERTUNJUKAN ## Gambar 1 Penataan Setting Pertunjukan Perangkap, Karya Eugene O’Neill (Dokumentasi : Dido tahun 2018) ## Gambar 2 Pementasan Naskah karya Eugene O’Neill (Dokumentasi : dido tahun 2018) Gambar 3 Pementasan Naskah Perangkap Karya Eugene O’Neill (Dokumntasi : dido tahun 2018) ## Gambar 4 Pementasan Naskah Perangkap Karya Eugene O’Neill (Dokumentasi : Fuja tahun 2018) Gambar 5 Pementasan Naskah Perangkap karya Eugene O’Neill (Dokumentasi : dido tahun 2018) Gambar 6 Latihan Gladi Bersih (Dokumentasi : Deri, tahun 2018)
3be59aa8-9199-4ec3-b24e-3b99f291aa57
https://journal.untar.ac.id/index.php/industri/article/download/6340/4544
## ANALISIS PERENCANAAN PRODUKSI PADA PT. ARMSTRONG INDUSTRI INDONESIA DENGAN METODE FORECASTING DAN AGREGAT PLANNING ## Fristha Ayu Reicita Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Al-Azhar Indonesia e-mail: [email protected] ## ABSTRAK Pada umumnya masalah yang sering muncul tiap perusahaan termasuk PT. Armstrong Industri Indonesia adalah mengalami kendala dalam merencanakan jumlah produksi sesuai kapasitas produksi sehingga penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode peramalan yang tepat dan strategi agregat yang sesuai untuk digunakan dalam perencanaan produksi pada produk Insulation Sheet A, Foot, dan Wire Harness Tie L-80 yang memiliki permintaan berfluktuasi. Metode yang digunakan untuk melakukan peramalan pada ketiga produk tersebut adalah Single Moving Average dan Single Exponential Smoothing, sedangkan untuk perencanaan agregat strategi yang digunakan antara lain Chase Strategy, Level Strategy dan Mixed Strategy yang kemudian dipilih strategi terbaik yang memberikan biaya produksi paling minimum. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa peramalan yang terbaik adalah dengan menggunakan metode Single Exponential Smoothing menggunakan alpha 0,4 dengan total nilai MAPE sebesar 14% dan strategi agregat terpilih adalah Chase dan Level Strategy dengan total biaya produksi paling minimum yaitu sebesar Rp 17,940,300,- Kata kunci : Peramalan, Perencanaan Agregat, Strategi Agregat ## ABSTRACT In general, problems that often arise every company, including PT. Armstrong Industri Indonesia is experiencing difficulties in planning the amount of production according to production capacity so that this study aims to determine the correct forecasting method and the appropriate aggregate strategy for use in production planning on Insulation Sheet A, Foot, and Wire Harness Tie L-80 products that have demand fluctuates. The method used for forecasting the three products is Single Moving Average and Single Exponential Smoothing, while for aggregate planning strategies used include Chase Strategy, Level Strategy and Mixed Strategy, which then choose the best strategy that provides the minimum production cost. The results of the research can be concluded that the best forecasting is to use the Single Exponential Smoothing method using alpha 0.4 with a total MAPE value of 14% and the selected aggregate strategy is Chase and Level Strategy with the minimum total production cost of Rp. 17,940 ,300,- Keywords: Forecasting, Aggregate Planning, Aggregate Strategy ## PENDAHULUAN Dalam kegiatan produksi dibutuhkan peramalan dan perencanaan agregat yang tepat untuk mengatasi masalah peramalan permintaan terhadap kemungkinan terjadinya penurunan atau kenaikan penjualan pada periode yang akan datang. Peramalan adalah suatu usaha memperkirakan keadaan dimasa yang akan datang melalui pengujian keadaan dimasa lalu. Sedangkan, perencanaan agregat merupakan suatu metode pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka waktu menengah. Perencanaan Agregat digunakan untuk menekan biaya produksi yang dikeluarkan yang dilihat dari hasil perhitungan peramalan yang terpilih. Sebagai salah satu perusahaan manufaktur PT. Armstrong Industri Indonesia spesialis teknik presisi terkemuka dan merupakan bagian dari Armstrong Industrial Corp. di Singapura. PT. Armstrong Industri Indonesia merupakan salah satu supplier yang membuat komponen-komponen untuk kebutuhan spare parts perusahaan elektronik. Penerapan metode peramalan dan perencanaan pada PT. Armstrong Industri Indonesia dapat memberikan pengaruh terhadap kapasitas produksi dan biaya-biaya lainnya. Fristha Ayu Reicita Perhitungan peramalan dan perencanaan agregat berdasarkan data penjualan masa lalu (1 tahun sebelumnya) dan data biaya tenaga kerja, biaya material, jumlah tenaga kerja, dan lain-lain. metode peramalan dengan menggunakan Metode Single Moving Average dan Single Exponential Smoothing untuk menghitung peramalan penjualan dari PT. Armstrong Industri Indonesia. Dalam menentukan metode yang digunakan dapat dilihat dari pola grafik agregat penjualan PT. Armstrong Industri Indonesia dari bulan Oktober 2017 sampai dengan Januari 2019. Setelah diperoleh hasil dari metode peramalan yang optimal yang dilihat dari nilai MAPE ( Mean Absolute Percentage Error ) terkecil, dilanjutkan dengan menghitung perencanaan agregat. Pada perhitungan perencanaan agregat menggunakan metode chase strategy , level strategy , dan mixed strategy untuk mendapatkan hasil biaya minimum pada biaya produksi, tenaga kerja, dan lain-lain pada PT. Armstrong Industri Indonesia. ## TINJAUAN PUSTAKA Metode Peramalan Pemilihan model peramalan tergantung pada pola data dan horizon waktu dari peramalan. Model peramalan pada dasarnya terbagi ke dalam tiga kategori yaitu pertimbangan, ekstrapolasi dan kausal. Pertimbangan merupakan model kualitatif, ekstrapolasi dan kausal dikategorikan sebagai model kuantitatif. Metode ekstrapolasi sering disebut juga sebagai Metode Deret Waktu yang menggunakan sekumpulan berdasarkan interval waktu tertentu  1  . 1. Exponential Smoothing Eksponensial Smoothing merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan yang canggih, namun cukup mudah untuk digunakan [2]. Maka ditarik kesimpulan bahwa Metode Exponential Smoothing merupakan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan dan menggunakan pencatatan data masa lalu. Ramalan dari Exponential Smoothing didapat dengan menggunakan persamaan berikut [3],[4],[5]: 𝐹 𝑡 = 𝐹 𝑡−1 + 𝛼 (𝐴 𝑡−1 − 𝐹 𝑡−1 ) (1) Keterangan: 𝐹 𝑡 : Nilai prediksi untuk periode t 𝐹 𝑡−1 : Nilai prediksi untuk periode sebelumnya (t-1) α : Konstanta pemulusan 𝐴 𝑡−1 : Nilai aktual untuk periode sebelumnya (t-1) ## 2. Moving Average Peramalan dengan Metode Moving Average atau rata-rata bergerak dilakukan dengan mengambil sekelompok nilai pengamatan, mencari rata-rata yang kemudian nilai rata-rata tersebut digunakan sebagai ramalan untuk periode berikutnya. Secara sistematik Moving Average didapat dengan menggunakan persamaan berikut [3],[4],[5]: 𝑆 𝑡+1 = 𝑋 𝑡 + 𝑋 𝑡−1 +...𝑋 𝑡−𝑛 +1 𝑛 (2) Keterangan: 𝑆 𝑡+1 : Nilai prediksi untuk periode t+1 𝑋 𝑡 : Data pada periode t n : Jangka waktu Moving Average Nilai n merupakan banyaknya periode dalam Moving Average  6  . ## Ketepatan Metode Dalam peramalan, ketetapan dipandang sebagai kriteria penolakan dalam memilih suatu metode peramalan. Dengan ini ketepatan metode berfungsi untuk mengukur kesesuaian suatu metode peramalan yang memperoleh sebuah data yang telah diolah  7  . Berikut merupakan beberapa ukuran ketetapan metode yang sering digunakan, seperti: 1. Ukuran Statistik Standar Jika Xi merupakan data aktual untuk periode 𝑖 dan 𝐹𝑖 merupakan ramalan untuk periode yang sama, maka e atau kesalahan didefinisikan menggunakan persamaan (3). 𝑒 = 𝑋𝑖 − 𝐹𝑖 (3) Lalu mencari nilai tengah galat absolut metode MAE ( Mean Absolute Error ) menggunakan persamaan berikut: 𝑀𝐴𝐸 = ∑ |𝑒𝑖| 𝑛 𝑛 𝑖=1…𝑛 (4) ## 2. Ukuran-ukuran Relatif Nilai tengah galat persentase absolut metode MAPE ( Mean Absolute Percentage Error ) menggunakan persamaan berikut: 𝑀𝐴𝑃𝐸 = ∑ |𝑃𝐸𝑡| 𝑛 𝑛 𝑖=1…𝑛 (5) ## Strategi Perencanaan Agregat Terdapat tiga strategi dasar dalam perencanaan agregat berdasarkan trade off antara biaya yang berkaitan dengan kapasitas produksi, biaya inventori dan biaya backlog , yaitu  8  : 1. Level strategy ( Level Production ) Strategi yang ditempuh dengan cara menjaga tingkat output, produksi dan tenaga kerja yang konstan. Ciri-ciri Level Strategy adalah mempertahankan tingkat produksi yang tetap dan memfluktuasikan tingkat persediaan, order backlogs dan lost sales . ## 2. Chase strategy ( Chase Demand ) Strategi yang digunakan untuk mencapai tingkat output bagi setiap periode yang memenuhi peramalan permintaan untuk periode tersebut. Strategi ini digunakan untuk meminimalkan dan menstabilkan level inventori. Ciri-ciri Chase Strategy adalah memadankan tingkat produksi dengan tingkat permintaan, menambah/mengurangi tenaga kerja sesuai dengan tingkat permintaan dan jumlah tenaga kerja tetap, tetapi jam kerja tidak tetap ## 3. Mixed Strategy Strategi ini merupakan kombinasi antara level strategy dan chase strategy . Ciri-ciri Mixed Strategy adalah menggabungkan tingkat produksi dengan tingkat permintaan tetap dan menggabungkan dari dua metode level dan chase tingkat persediaan, order backlogs dan lost sales . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan data penjualan terhadap ketiga produk ( Insulation Sheet A , Foot , dan Wire Harness Tie L-80) yang diperoleh dari sumber data-data historis yang diakses dari data perusahaan PT. Armstrong Industri Indonesia yang tersimpan di database pada komputer. Data penjualan untuk produk Insulation Sheet A , Foot, dan Wire Harness Tie L- 80 selama periode September 2017 sampai dengan Januari 2019 dapat dilihat pada Tabel 1. Fristha Ayu Reicita Tabel 1 . Data Penjualan Insulation Sheet A , Foot , dan Wire Harness Tie L-80 September 2017 - Januari 2019 (dalam unit) Gambar 3. Grafik Hasil Data Agregat Produk Insulation Sheet A , Foot , dan Wire Harness Tie L-80 pada PT. Armstrong Indonesia Berdasarkan pola data yang ditampilkan dalam Gambar 3, dari hasil agregat dari ketiga produk PT. Armstrong Industri Indonesia terhadap 20 bulan sebelumnya menunjukkan bahwa grafik tersebut masuk ke dalam pola data horizontal atau stasioner. Maka peneliti mengolah data permintaan terhadap tiga produk dengan menggunakan Metode Single Moving Average dan Single Exponential Smoothing . ## Metode Peramalan Metode peramalan yang digunakan adalah Single Exponential Smoothing dan Single Moving Average , metode ini digunakan berdasarkan pola grafik yang diketahui pada pengelompokan dua jenis produk yaitu pola horizontal sehingga penggunaan dua metode tersebut akan lebih tepat dalam perhitungan peramalan. ## Single Exponential Smoothing Data penjualan periode September 2017 sampai dengan Januari 2019 digunakan untuk menghitung jumlah produksi untuk peramalan 6 bulan kedepan dengan menggunakan metode Single Exponential Smoothing berdasarkan data historis pada produk Insulation Sheet A , Foot , dan Wire Harness Tie L-80. Dalam metode ini menggunakan nilai α secara acak sebagai nilai bobot adalah (α = 0,1), (α = 0,2), dan (α = 0,4) dapat dilihat pada Tabel 2. Insulation Sheet A Foot Stopper Support A 5 Oct-17 537600 618400 103140 1259140 6 Nov-17 370800 650000 107520 1128320 7 Dec-17 508800 232000 70740 811540 8 Jan-18 445200 124400 87260 656860 9 Feb-18 471600 214400 94240 780240 10 Mar-18 510000 240000 91760 841760 11 Apr-18 600000 300000 94910 994910 12 May-18 453600 240000 116385 809985 13 Jun-18 439200 200000 60615 699815 14 Jul-18 500400 230000 135000 865400 15 Aug-18 499200 320000 138000 957200 16 Sep-18 495600 260000 130420 886020 17 Oct-18 505200 500000 145093 1150293 18 Nov-18 499200 250000 132007 881207 19 Dec-18 398400 80000 71760 550160 20 Jan-19 600000 170000 110900 880900 Produk No. Periode Agregat ## Tabel 2. Hasil Perhitungan Peramalan Single Exponential Smoothing ## Single Moving Average Perhitungan Metode Moving Average dipilih karena didasari pada pola data grafik hasil data agregat yang menunjukan pola data horizontal atau stasioner. Tabel 3 merupakan hasil perhitungan peramalan 6 bulan kedepan dengan menggunakan metode Single Moving Average berdasarkan data historis penjualan dari September 2017 sampai dengan Januari 2019 pada produk Insulation Sheet A, Foot , dan Wire Harness Tie L-80. Tabel 3. Hasil Perhitungan Peramalan Single Moving Average ## Rekapitulasi Hasil Peramalan Rekapitulasi dilakukan untuk mempermudah dalam mengetahui kevalidan metode yang digunakan. Hasil rekapitulasi nilai error dapat dilihat pada Tabel 4. α = 0,1 α = 0,2 α = 0,4 α = 0,1 α = 0,2 α = 0,4 t xt Ft ₊₁ Ft ₊₁ Ft ₊₁ Et^2 Et^2 Et^2 1 Oct-17 1259140 1259140.00 1259140.00 1259140.00 - - - - - - - - - 2 Nov-17 1128320 1259140.00 1259140.00 1259140.00 17113872400.00 17113872400.00 17113872400.00 130820.00 130820.00 130820.00 12% 12% 12% 3 Dec-17 811540 1246058.00 1232976.00 1206812.00 188805892324.00 177608302096.00 156239953984.00 434518.00 421436.00 395272.00 54% 52% 49% 4 Jan-18 656860 1202606.20 1148688.80 1048703.20 297838914814.44 241895568509.44 153541093386.24 545746.20 491828.80 391843.20 83% 75% 60% 5 Feb-18 780240 1148031.58 1050323.04 891965.92 135270646318.90 72944848495.64 12482681199.85 367791.58 270083.04 111725.92 47% 35% 14% 6 Mar-18 841760 1111252.42 996306.43 847275.55 72626165515.43 23884599643.93 30421313.86 269492.42 154546.43 5515.55 32% 18% 1% 7 Apr-18 994910 1084303.18 965397.15 845069.33 7991140594.76 871008574.84 22452226026.43 89393.18 29512.85 149840.67 9% 3% 15% 8 May-18 809985 1075363.86 971299.72 905005.60 70425940300.88 26022437753.02 9028914181.11 265378.86 161314.72 95020.60 33% 20% 12% 9 Jun-18 699815 1048825.98 939036.77 866997.36 121808661115.79 57227056765.30 27949941238.38 349010.98 239221.77 167182.36 50% 34% 24% 10 Jul-18 865400 1013924.88 891192.42 800124.42 22059639406.96 665248854.51 4260901926.70 148524.88 25792.42 65275.58 17% 3% 8% 11 Aug-18 957200 999072.39 886033.93 826234.65 1753297066.65 5064608830.68 17151923077.81 41872.39 71166.07 130965.35 4% 7% 14% 12 Sep-18 886020 994885.15 900267.15 878620.79 11851621154.53 202981222.44 54748314.63 108865.15 14247.15 7399.21 12% 2% 1% 13 Oct-18 1150293 983998.64 897417.72 881580.47 27653815459.55 63945908096.79 72206421760.18 166294.36 252875.28 268712.53 14% 22% 23% 14 Nov-18 881207 1000628.07 947992.77 989065.48 14261392558.12 4460339693.86 11633452625.54 119421.07 66785.77 107858.48 14% 8% 12% 15 Dec-18 550160 988685.97 934635.62 945922.09 192305022201.98 147821502151.04 156627632318.35 438525.97 384475.62 395762.09 80% 70% 72% 16 Jan-19 880900 944833.37 857740.50 787617.25 4087475636.99 536362636.29 8701670639.47 63933.37 23159.50 93282.75 7% 3% 11% 17 Feb-19 - 938440.03 862372.40 824930.35 - - - - - - - - - 18 Mar-19 - 1876880.06 1724744.79 1649860.71 - - - - - - - - - 19 Apr-19 - 5630640.19 5174234.38 4949582.12 - - - - - - - - - 20 May-19 - 22522560.76 20696937.52 19798328.46 - - - - - - - - - 21 Jun-19 - 112612803.82 103484687.59 98991642.31 - - - - - - - - - 22 Jul-19 - 675676822.94 620908125.56 593949853.87 - - - - - - - - - 1185853496868.97 840264645723.77 669475854392.56 3539588.41 2737265.43 2516476.29 468% 363% 326% 153895.15 119011.54 109412.01 20% 16% 14% Absolute Percentage Error (PEI) No Periode Data Permintaan Perkiraan Penyimpangan Perkiraan Error (MAE) α = 0,2 α = 0,4 MAPE α = 0,1 α = 0,2 α = 0,4 α = 0,1 Total MAE Periode Data Permintaan Perakiraan 3 Bulanan Error t xt Ft (ei) 1 Oct-17 1259140 - - - 2 Nov-17 1128320 - - - 3 Dec-17 811540 - - - 4 Jan-18 656860 1066333.33 409473.33 62.34% 5 Feb-18 780240 865573.33 85333.33 10.94% 6 Mar-18 841760 749546.67 92213.33 10.95% 7 Apr-18 994910 759620.00 235290.00 23.65% 8 May-18 809985 872303.33 62318.33 7.69% 9 Jun-18 699815 882218.33 182403.33 26.06% 10 Jul-18 865400 834903.33 30496.67 3.52% 11 Aug-18 957200 791733.33 165466.67 17.29% 12 Sep-18 886020 840805.00 45215.00 5.10% 13 Oct-18 1150293 902873.33 247419.67 21.51% 14 Nov-18 881207 997837.67 116630.67 13.24% 15 Dec-18 550160 972506.67 422346.67 76.77% 16 Jan-19 880900 860553.33 20346.67 2.31% 17 Feb-19 - 770755.67 - - 18 Mar-19 - 1541511.33 - - 19 Apr-19 - 4624534.00 - - 20 May-19 - 18498136.00 - - 21 Jun-19 - 92490680.00 - - 22 Jul-19 - 554944080.00 - - 2114953.67 281.37% 151068.12 20.10% MAPE No. Absolute Percentage Error (Pei) Total MAE Analisis Perencanaan Produksi pada PT. Armstrong Industri Indonesia dengan Metode Forecasting dan Agregat Planning Fristha Ayu Reicita ## Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Nilai Error Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat bahwa nilai kesalahan atau nilai error terkecil terhadap MAE dan MAPE metode Single Exponential Smoothing merupakan metode peramalan terbaik karena menghasilkan nilai MAE sebesar 109412,01 dan nilai MAPE sebesar 14,17% yang berarti memiliki nilai bias yang kecil. Tabel 5. Hasil Peramalan dengan Metode Single Exponential Smoothing Pada Tabel 5 merupakan hasil peramalan untuk 6 bulan mendatang dengan metode peramalan terpilih, yaitu metode Single Exponential Smoothing dengan alpha 0,4 terhitung dari bulan Februari 2019 sampai dengan Juli 2019 untuk ketiga produk ( Insulation Sheet A, Foot, dan Wire Harness Tie L-80) pada PT. Armstrong Industri Indonesia. ## Strategi Perencanaan Agregat Setelah dilakukannya peramalan, hal berikutnya yang dilakukan adalah perencanaan agregat. Dalam perencanaan agregat dilakukannya perhitungan menggunakan tiga strategi yaitu chase , level , dan mixed strategy dalam menentukan strategi produksi perusahaan dari perhitungan permalan sebelumnya. Pada perhitungan perencanaan agregat menggunakan data jumlah tenaga kerja, biaya tenaga kerja, dan biaya material. Berikut pengumpulan data untuk menunjang dalam perhitungan perencanaan agregat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data Penunjang Perencanaan Agregat Berdasarkan tabel 6, jumlah tenaga kerja langsung untuk memproduksi tiga produk ( Insulation Sheet A, Foot , dan Stopper Support A) adalah sebanyak 35 pekerja yang diperoleh dari total tenaga kerja pada PT. Armstrong Industri Indonesia. ## Level Strategy Pada Level Strategy jumlah produksi bersifat tetap dan inventori yang timbul dapat digunakan untuk memenuhi kelebihan permintaan produk pada periode tertentu. Berikut adalah hasil perhitungan menggunakan level strategy dapat dilihat pada Tabel 7. Metode Peramalan MAE MAPE Keterangan 153895.15 20.34% α = 0,1 119011.54 15.76% α = 0,2 109412.01 14.17% α = 0,4 Single Moving Average 151068.12 20.10% Single Exponential Smoothing Periode Hasil Peramalan Feb-19 824930 Mar-19 1649861 Apr-19 4949582 May-19 19798328 Jun-19 98991642 Jul-19 593949854 Pekerja Saat Ini 35 Hiring Cost - Rp Firing Cost - Rp Inventory Cost - Rp Gaji Pekerja/org 4,160,000 Rp Material Cost/unit 630 Rp Stockout Cost - Gaji Lembur/hari 179,740 Rp Produk/pekerja/hari 6000 Data Awal ## Tabel 7. Data Hasil Perhitungan Menggunakan Level Strategy Gambar 4. Grafik Hasil Pengolahan Data Menggunakan Metode Level Strategy Berdasarkan Tabel 7 serta gambar grafik Level strategy pada Gambar 4 didapatkan hasil bahwa produksi pada periode awal output produksi dapat menyeimbangi permintaan sampai dengan pada periode keempat output produksi mulai tidak memenuhi permintaan konsumen dan dapat dikatakan bahwa PT. Armstrong Industri Indonesia perlu dapat menambah tingkat produksi sehingga dapat memenuhi permintaan. Adapun biaya total produksi pada perencanaan agregat dengan metode Level Strategy ini sebesar Rp 17,940,300,000,- ## Chase Strategy Strategi chase yang merupakan metode yang digunakan untuk meminimalkan dan menstabilkan level inventori. Berikut adalah hasil perhitungan menggunakan stategi chase dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Data Hasil Perhitungan Menggunakan Chase Strategy Gambar 5. Grafik Hasil Pengolahan Data Menggunakan Metode Chase Strategy Feb-19 120000 4200000 824930 3375069.65 2,646,000,000 Rp 0 145,600,000 Rp 2,791,600,000 Rp Mar-19 126000 4410000 1649861 2760139.29 2,778,300,000 Rp 0 145,600,000 Rp 2,923,900,000 Rp Apr-19 132000 4620000 4949582 329582.12 2,910,600,000 Rp 0 145,600,000 Rp 3,056,200,000 Rp May-19 138000 4830000 19798328 14968328.46 3,042,900,000 Rp 0 145,600,000 Rp 3,188,500,000 Rp Jun-19 120000 4200000 98991642 94791642.31 2,646,000,000 Rp 0 145,600,000 Rp 2,791,600,000 Rp Jul-19 138000 4830000 593949854 589119853.87 3,042,900,000 Rp 0 145,600,000 Rp 3,188,500,000 Rp Total 17,940,300,000 Rp Biaya Inventory Biaya Gaji Total Cost Bulan Produk/Pekerja Produksi (Unit) Demand (Unit) Inventory (Unit) Biaya Produksi Feb-19 35 - - 120000 4200000 824930 3375070 2,646,000,000 Rp - Rp 145,600,000 Rp 2,791,600,000 Rp Mar-19 35 - - 126000 4410000 1649861 2760139 2,778,300,000 Rp - Rp 145,600,000 Rp 2,923,900,000 Rp Apr-19 35 - - 132000 4620000 4949582 329582 2,910,600,000 Rp - Rp 145,600,000 Rp 3,056,200,000 Rp May-19 35 - - 138000 4830000 19798328 14968328 3,042,900,000 Rp - Rp 145,600,000 Rp 3,188,500,000 Rp Jun-19 35 - - 120000 4200000 98991642 94791642 2,646,000,000 Rp - Rp 145,600,000 Rp 2,791,600,000 Rp Jul-19 35 - - 138000 4830000 593949854 589119854 3,042,900,000 Rp - Rp 145,600,000 Rp 3,188,500,000 Rp 0 0 17,940,300,000 Rp Total Gaji Pekerja Total Inventory Cost Total Material Cost Inventory (Unit) Demand (Unit) Total Total Total Produksi Bulan Jumlah Pekerja Hiring Firing Produk / Pekerja Produksi (Unit) Analisis Perencanaan Produksi pada PT. Armstrong Industri Indonesia dengan Metode Forecasting dan Agregat Planning Fristha Ayu Reicita Berdasarkan Tabel 8 serta grafik pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa strategi perburuan ini pada periode awal output produksi dapat menyeimbangi permintaan sampai dengan pada periode keempat output produksi mulai tidak memenuhi permintaan konsumen dan dapat dikatakan bahwa PT. Armstrong Industri Indonesia perlu dapat menambah tingkat produksi sehingga dapat memenuhi permintaan. Adapun biaya total produksi pada perencanaan agregat dengan metode Chase Strategy ini sebesar Rp 17,940,300,000,- ## Mixed Strategy Mixed Strategy ini melibatkan pengubahan lebih dari satu variabel yang dapat dikontrol dan merupakan strategi gabungan dari Chase dan Level Strategy . Berikut Tabel 9 adalah hasil perhitungan menggunakan mixed strategy . Tabel 9. Data Hasil Perhitungan Menggunakan Mixed Strategy Tabel 10. Data Hasil Perhitungan Menggunakan Mixed Strategy (Lanjutan) Gambar 4. Grafik Hasil Pengolahan Data Menggunakan Metode Chase Strategy Berdasarkan Tabel 9 dan 10 serta Gambar 4 mengenai Mixed Strategy adalah tingkat total output produksi yang dihasilkan pada periode awal dapat menyeimbangi permintaan sampai dengan pada periode keempat output produksi mulai tidak memenuhi permintaan konsumen dan dapat dikatakan bahwa PT. Armstrong Industri Indonesia perlu dapat menambah tingkat produksi sehingga dapat memenuhi permintaan. Adapun untuk biaya produksi yang dihasilkan adalah sekitar 2 sampai 3 milyar rupiah selama periode 6 bulan tersebut. Begitu juga dengan total biaya produksi yang cukup besar selama periode 6 bulan tersebut yaitu sebesar Rp 17,114,580,000,- dan total biaya produksi dengan biaya tambahan, seperti biaya lembur dan gaji pekerja mencapai sebesar Rp 18,001,840,240,- Hari Kerja Reguler Feb-19 20 8 120000 1000 35 17 4200000 17000 Mar-19 21 8 126000 1000 35 9 4410000 9000 Apr-19 22 9 132000 1000 35 13 4620000 13000 May-19 23 9 138000 1000 35 10 4830000 10000 Jun-19 20 13 120000 1000 35 18 4200000 18000 Jul-19 23 8 138000 1000 35 9 4830000 9000 Jumlah Pekerja Lembur (orang) Total Produksi Reg.(unit) Total Produksi Lembur (unit) Jumlah Pekerja Reg. (orang) Bulan Hari Kerja Lembur (days) Jumlah Produksi Reg./Pekerja (unit) Jumlah Produksi Lembur/Pekerja (unit) 4217000 824930 - 2,656,710,000 Rp - Rp 3,055,580 Rp 145,600,000 Rp 2,805,365,580 Rp 4419000 1649861 - 2,783,970,000 Rp - Rp 1,617,660 Rp 145,600,000 Rp 2,931,187,660 Rp 4633000 4949582 - 2,918,790,000 Rp - Rp 2,336,620 Rp 145,600,000 Rp 3,066,726,620 Rp 4840000 19798328 - 3,049,200,000 Rp - Rp 1,797,400 Rp 145,600,000 Rp 3,196,597,400 Rp 4218000 98991642 - 2,657,340,000 Rp - Rp 3,235,320 Rp 145,600,000 Rp 2,806,175,320 Rp 4839000 593949854 - 3,048,570,000 Rp - Rp 1,617,660 Rp 145,600,000 Rp 3,195,787,660 Rp 17,114,580,000 Rp 13,660,240 Rp 873,600,000 Rp 18,001,840,240 Rp Biaya Produksi Biaya Inventori Biaya Lembur Gaji Pekerja Total Biaya TOTAL Total Produksi Keseluruhan (unit) Demand (unit) Inventory (U nit) ## KESIMPULAN Berdasarkan pola data terhadap produk Insulation Sheet A, Foot , dan Wire Harness Tie L-80 diperoleh hasil bahwa pola data ketiga produk tersebut memiliki pola data horizontal atau stasioner, karena pola menunjukkan adanya fluktuasi di sekitar rata-rata konstan. Maka dalam mengolah data penjualan terhadap tiga produk dengan menggunakan metode Single Exponential Smoothing dan Single Moving Average dan untuk ketepatan metode digunakannya nilai error untuk mengetahui kevalidan metode yang digunakan. Dari kedua metode yang digunakan, metode peramalan permintaan terbaik adalah Single Exponential Smoothing dengan nilai MAE sebesar 109412,01 dan nilai MAPE sebesar 14,17% yang berarti memiliki nilai bias yang kecil. Sedangkan, dalam pengolahan data yang dilakukan untuk strategi perencanaan agregat yang terpilih adalah menggunakan Chase Strategy dan Level Strategy dengan total biaya terendah dibandingkan dengan strategi lainnya ( Mixed Strategy ) yaitu sebesar Rp 17,940,300,000,- ## DAFTAR PUSTAKA [1]. Gaspersz, Vincent., 2002, Production Planing and Inventory Control, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. [2]. Pakaja, F., Naba, A., Purwanto, 2012, Peramalan Penjualan Mobil Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan dan Certainty Factor , Jurnal EECCIS , Vol.6, No.1, Juni 2012. Malang. [3]. Assauri, Sofyan., 1984, Teknik dan Metode Peramalan : Penerapannya Dalam Ekonomi dan Dunia Usaha, Edisi Pertama, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. [4]. Makridakis, S., Wheelwright, S.C., McGee, Victor E., 1999, Metode dan Aplikasi Peramalan, Jilid Satu, Edisi 2, Terjemahan Andriyanto, U.S., Abdul, A., Jakarta. [5]. Nugraha, Eucharistia Yacoba., dan Suletra, I Wayan., 2017, Analisis Metode Peramalan Permintaan Terbaik Produk Oxycan pada PT. Samator Gresik , Jurnal IDEC 2017, ISSN: 2579-6429, Mei 2017, Surakarta. [6]. Gaspersz, Vincent., 2005, Production Planing and Inventory Control, PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.7 [7]. Kusuma, J, M.A., 2000, Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi 6 Jilid 1, Erlangga: Jakarta [8]. Sule, Ernie Tisnawati., dan Kurniawan Saefullah., 2008, Pengantar Manajemen, Prenada Media Group: Jakarta.
2ceb5254-e383-4eb4-9e97-12fca8a4a10b
https://journal.stieamkop.ac.id/index.php/seiko/article/download/7054/4719
Volume 7 Issue 1 (2024) Pages 653 - 669 ## SEIKO : Journal of Management & Business ISSN : 2598-831X (Print) and ISSN : 2598-8301 (Online) ## Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Nonmedis Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Destri Cicayani Damanik 1 , Winda Fitrisia Sirait 2 , Rumiris Siahaan* , M. Alang Khairunnizar 4 1,2,3,4 Sekolah tinggi ilmu ekonomi bina karya ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh kepuasan kerja pada Rumah Sakit Umum Daerah kumpulan Pane Tebing Tinggi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Sampling Jenuh. Alat uji yang digunakan adalah dengan menggunakan software Statistical Program of Social Science (SPSS) version 25 for windows. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa disiplin kerja, motivasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan, disiplin kerja dan motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja pada Rumah Sakit Umum Daerah kumpulan Pane Tebing Tinggi. Sedangkan kepuasan kerja dapat memediasi hubungan antara disiplin kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai masukan kepada peneliti yang lain untuk dapat dikembangkan. Kata Kunci: disiplin kerja, motivasi kerja, kinerja karyawan, Kepuasan kerja Abstract This research aims to determine the influence of work discipline and work motivation on employee performance which is mediated by job satisfaction at the Pane Tebing Tinggi Regional General Hospital group. This research uses quantitative research methods. The sample in this study was 86 respondents. The sampling technique used was the Saturated Sampling technique. The test tool used is the Statistical Program of Social Science (SPSS) version 25 for Windows software. The results of this research conclude that work discipline, work motivation and job satisfaction influence employee performance, work discipline and work motivation influence job satisfaction at the Pane Tebing Tinggi Regional General Hospital. Meanwhile, job satisfaction can mediate the relationship between work discipline and work motivation on employee performance at the Pane Tebing Tinggi Regional General Hospital group. It is hoped that the results of this research can be used as input for other researchers so that they can be developed. Keywords: work discipline, work motivation, employee performance, job satisfaction Copyright (c) 2024 Destri Cicayani Damanik 🖂 Corresponding author : Email Address : [email protected] ## PENDAHULUAN Rumah Sakit Umum Daerah kumpulan Pane Tebing Tinggi (RSUD) merupakan rumah sakit yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah kota Tebing Tinggi. Sejak awal berdirinya, Rumah sakit ini telah ikut berperan aktif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu pada masyarakat. Rumah Sakit Umum Daerah Tebing Tinggi merupakan sebuah institusi atau sebuah organisasi milik pemerintah yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan. Gambar 1 : Hasil Pra Survey Sumber : Hasil Olah Data Pra Survey (2024) Berdasarkan hasil pra survey bahwa kinerja karyawan nonmedis rumah sakit umum kumpulan pane mengalami naik turun atau tidak stabil, hal itu disebabkan karena kurangnya disiplin kerja dan motivasi kerja. Karyawan kehilangan motivasi kerja karena kurangnya penghargaan yang dapat memengaruhi kinerja karyawan secara keseluruhan. ketidakcocokan peran juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan dengan peran atau tugas yang diberikan kepada karyawan, sehingga kinerja karyawan menjadi tidak konsisten. Kurangnya pelatihan atau dukungan dari manajemen dapat menyebabkan karyawan merasa tidak terbantu dalam melakukan tugas karyawan dengan baik. Perubahan lingkungan kerja seperti perubahan atasan atau tim juga dapat mempengaruhi kinerja karyawan dengan cara yang tidak stabil (Tobing et al., 2022). Maka hasil pra survei di atas menunjukkan bahwa sebanyak 12% dari 30 responden menyatakan bahwa karyawan melakukan pekerjaan dengan dedikasi tinggi sesuai dengan aturan yang diterapkan oleh pihak instansi. Sebanyak 16% karyawan menyatakan bahwa karyawan masuk dan pulang kerja sesuai waktu yang telah ditentukan oleh pihak rumah sakit. Sebanyak 17% karyawan menyatakan bahwa karyawan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu. Sebanyak 10% karyawan menyatakan bahwa karyawan mengutamakan kerja sama dengan rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan. (Hairunnisa & Ali, 2022) Disiplin kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kinerja karyawan. Disiplin kerja yang ditanamkan organisasi atau perusahaan kepada karyawan akan sangat mempengaruhi kesungguhan karyawan dalam bekerja. Disiplin yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja, semangat kerja, dan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Oleh karena itu, setiap manajer selalu berusaha agar para bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Dalam (Susanti & Aesah, 2022) 12% 16% 17% 10% ## Hasil Pra Survey Kinerja Karyawan Non Medis Pada Rumah Sakit Umum Tebing Tinggi pekerjaan dengan dedikasi tinggi mematuhi peraturan jam kerja melakukan pekerjaan tepat waktu ## Tabel 1 Data absensi tiga bulan terakhir karyawan Non medis pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Bulan Jumlah Unit Hadir Tanpa keterangan Sakit Izin Terlambat hadir November 56 Non medis 37 5 - 5 9 Desember 56 Non medis 39 5 3 3 6 Januari 56 Non medis 45 3 1 2 5 Total 13 4 10 20 Sumber: Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi, Diolah Oleh Peneliti (2024) Berdasarkan observasi peneliti disiplin kerja karyawan Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi kurang mematuhi peraturan . Karena adanya karyawan yang terlambat masuk kerja, izin, dan tanpa keterangan sehingga pihak rumah sakit mengharapkan seluruh karyawan dapat mematuhi peraturan kerja yang berlaku di Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Hal tersebut tentu tidak baik bagi rumah sakit, karena apabila terdapat karyawan yang absen atau tidak masuk kerja dan terlambat masuk kerja, maka akan menghambat dalam penyelesaian kerja, serta mengakibatkan pekerjaan yang lain menjadi terbengkalai. Dalam (Muhammad Algessa Pratama, 2023) Berdasarkan hasil pra survey motivasi kerja menunjukkan bahwa motivasi kerja karyawan mengalami penurunan dikarenakan adanya perbedaan pemberian insentif antara karyawan medis dengan non medis yang mana nominalnya lebih kecil dibandingkan yang diterima oleh karyawan medis. lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi motivasi kerja mengalami penurunan, misalnya kurangnya penghargaan atau apresiasi terhadap kontribusi individu yang menciptakan ketidaknyamanan di lingkungan kerja. Dalam (Akbar et al., 2023) Berdasarkan hasil pra survey diketahui bahwa kepuasan kerja pada rumah sakit umum tidak stabil, hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya promosi jabatan pada karyawan sehingga banyak karyawan yang mengeluh karena tidak pernah memiliki kesempatan untuk di promosikan ke jabatan yang lebih tinggi . pengawasan kerja juga membuat kepuasan kerja menjadi tidak stabil , karena karyawan merasa tidak nyaman dengan pengawasan yang ketat (Dewi et al., 2022). untuk menunjang sistem kerja yang baik dibutuhkan keahlian dan skill yang bagus dalam bekerja sehingga target yang ditentukan oleh perusahaan dapat dicapai dengan mudah, oleh karena itu sangat diperlukannya pelatihan untuk karyawan agar menambah pengalaman, mengasah skill yang dimilikinya dan mempelajari bidang yang lainnya (Siti, 2016). Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul " Pengaruh Disiplin kerja dan Motivasi kerja terhadap Kinerja karyawan dengan Kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada Rumah Sakit Umum kumpulan Pane Tebing Tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka masalah-masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: (1) Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi? (2) Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi? (3) Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karywan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi? (4) Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi? (5) Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karywan Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi? (6) Apakah disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening? (7) Apakah motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karywan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening? H3 H6 H1 H5 H2 H7 H4 ## Gambar 2. Model Kerangka Konseptual Berdasarkan model kerangka konseptual diatas, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Disiplin kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. 2. Motivasi kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. 3. Disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. 4. Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. 5. Kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. 6. Disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi dengan kepuasan kerja menjadi variabel intervening Disiplin Kerja (X1) (((xw ( Kepuasan kerja (Z) Kinerja Karyawan (Y ) ## Motivasi kerja (X2) 7. Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi dengan kepuasan kerja menjadi variabel intervening ## METODOLOGI Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan secara kuantitatif. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016) Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat replikasi, karena sebagian teori diambil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Muslih & Nisa Zamara, 2019) dengan judul pengaruh disiplin kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan dengan kepuasan kerja sebagai variabel intervening dan yang menjadi pembeda dari penelitian terdahulu adalah di bagian waktu penelitian, tempat dan objek penelitiannya. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan nonmedis pada rumah sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi yang berjumlah 86 orang yang terdiri dari beberapa bagian yaitu tata usaha sebanyak 15 orang, pengelola SDM sebanyak 20 orang, Customer service (informasi) sebanyak 10 orang, mengelola peralatan kesetahan sebanyak 30 orang dan bagian administrasi sebanyak 11 orang. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan oleh penulis adalah teknik non probability dengan menggunakan metode sampel jenuh. Adapun definisi sampel jenuh yang dikemukakan oleh (Sugiyono, 2019) adalah teknik pemilihan sampel apabila semua anggota dijadikan sampel dalam penelitian. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui kuesioner. Serta Adapun metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji instrumen yang didalamnya terdiri dari uji validitas, dan uji reliabilitas. Selanjutnya, menggunakan uji asumsi klasik yang didalmnya terdapat uji normalitas, uji multikolienearitas, dan uji heteroskedasitas. Uji regresi Linear Berganda, uji koefisien determinasi (R2), dan uji hipotesis yang didalamnya terdiri dari uji signifikan parsial (Uji-t), dan analisis jalur ( path analysis). ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa responden yang memiliki jenis kelamin pria sebanyak 38 responden (44%) dan untuk wanita sebnyak 48 responden (56%). Sedangkan responden yang memiliki lama bekerja 1 – 5 tahun sebanyak 35 responden (40%), dan >5 tahun sebanyak 51 responden (60%) responden, dan responden yang berusia 20-30 tahun sebanyak 25 responden (30%) dan responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 30 responden (34%) dan responden yang berusia >41 tahun sebanyak 31 responden (36%). ## Hasil Penelitian Tabel 2. Hasil uji validitas Variabel Y Kinerja karyawan Pernyataan r hitung r tabel Validitas 1 0,765 0,361 Valid 2 0,785 0,361 Valid 3 0,831 0,361 Valid 4 0,696 0,361 Valid Variabel X1 disiplin kerja Pernyataan r hitung r tabel Validitas 1 0,595 0,361 Valid 2 0,625 0,361 Valid 3 0,513 0,361 Valid 4 0,658 0,361 Valid Variabel X2 motivasi kerja Pernyataan r hitung r tabel Validitas 1 0,589 0,361 Valid 2 0,757 0,361 Valid 3 0,830 0,361 Valid 4 0,358 0,361 Valid Variabel Z kepuasan kerja Pernyataan r hitung r tabel Validitas 1 0,741 0,361 Valid 2 0,864 0,361 Valid 3 0750 0,361 Valid 4 0,851 0,361 Valid 5 0,611 0,361 Valid Tabel 2 menunjukkan bahwa seluruh pernyataan baik variabel disiplin kerja (X1), motivasi kerja (X2), kinerja karyawan (Y), dan kepuasan kerja (Z) memiliki nilai r hitung yang lebih besar dibandingkan nilai r tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan masing-masing variabel dinyatakan valid. Tabel 3 . Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach Alpha Konstanta Reliabilitas Kinerja Karyawan (Y) 0,802 0,6 Reliabel Disiplin Kerja (X1) 0,720 0,6 Reliabel Motivasi Kerja (X2) 0,753 0,6 Reliabel Kepuasan Kerja (Z) 0,793 0,6 Reliabel Menurut nilai Cronbach Alpha dari keempat variabel (Y, X1, X2, dan Z) aman untuk mengatakan bahwa tanggapan pada setiap item kuesioner dapat dipercaya. Hal ini dikarenakan keempat variabel tersebut memiliki nilai yang lebih besar dari 0,6. Faktor yang diukur adalah kinerja karyawan, disiplin kerja, motivasi kerja, dan kepuasan kerja. Semuanya telah ditemukan dapat diandalkan atau dapat dipercaya. ## Uji Asumsi Klasik a. Uji normalitas Persamaan 1 Tabel 4 . Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 86 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.81917014 Most Extreme Differences Absolute .059 Positive .059 Negative -.035 Test Statistic .059 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 c,d Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .919 e 99% Confidence Interval Lower Bound .843 Upper Bound .995 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. e. Based on 86 sampled tables with starting seed 2000000. ## Persamaan 2 Tabel 5. uji normalitas one sample kolmogrov -smirnov test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 86 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation 1.41656761 Most Extreme Differences Absolute .117 Positive .086 Negative -.117 Test Statistic .117 Asymp. Sig. (2-tailed) .086 c,d Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .221 d 99% Confidence Interval Lower Bound .106 Upper Bound .336 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. e. Based on 86 sampled tables with starting seed 2000000. ## Sumber : Data diolah (2024) Dari output dalam tabel 4 dan 5 dapat diketahui bahwa nilai signifikansi ( Monte Carlo Sig. ) seluruh variabel sebesar 0,200 dan 0,086 lebih besar dari 0,05 maka nilai residual tersebut telah normal, sehingga dapat disimpulkan jika seluruh variabel berdistribusi normal. ## b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas dalam penelitian ini dilihat dari nilai tolerance atau variance inflation factor (VIF). Adapun perhitungan nilai tolerance atau VIF dengan program SPSS 25.00 for windows dapat dilihat pada Tabel 6. berikut : Persamaan 1 Tabel 6 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Disiplin kerja .854 1.171 Motivasi Kerja .854 1.171 a. Dependent Variable: Kepuasan kerja Sumber : data diolah 2024 ## Persamaan 2 ## Tabel 7. Hasil Uji Multikolinieritas Berdasarkan tabel 6 dan 7 dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari setiap variabel menunjukkan semuanya lebih besar dari 0,10 sedangkan nilai VIF dari setiap variabel menunjukkan semuanya lebih kecil dari 10. Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai tolerance semua variabel bebas lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF semua variabel bebas juga lebih kecil dari 10 sehingga tidak terjadi gejala korelasi pada variabel bebas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya gejala multikolinearitas antar variabel bebas dalam model regresi. ## c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dari model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadinya heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan Uji Glejser , dalam uji glejser, apabila variabel independen signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 25.00 menunjukkan hasil dalam tabel berikut : ## Persamaan 1 Tabel 8. Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Disiplin kerja .737 1.357 Motivasi Kerja .840 1.191 Kepuasan kerja .799 1.252 a. Dependent Variable: Kinerja karyawan Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3.828 1.796 2.132 .036 Disiplin kerja -.116 .102 -.133 -1.136 .259 Motivasi Kerja -.023 .084 -.033 -.278 .782 a. Dependent Variable: ABS_RES1 sumber : data diolah 2024 ## Persamaan 2 ## Tabel 9. Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) .868 1.233 .704 .483 Disiplin kerja -.008 .073 -.014 -.111 .912 Motivasi Kerja -.052 .056 -.109 -.917 .362 Kepuasan kerja .064 .044 .177 1.459 .148 a. Dependent Variable: ABS_RES2 sumber : data diolah 2024 Berdasarkan tabel 8 dan 9 diperoleh nilai signifikansi setiap variabel lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat gejala heteroskedasitas dalam model penelitian ini . ## Analisis Regresi Linear Berganda Pengujian regresi linear berganda menjelaskan besarnya peranan variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 25.00 for windows . Analisis masing-masing variabel dijelaskan dalam uraian berikut : ## Persamaan 1 Tabel 10 . Hasil Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.794 2.984 Disiplin kerja .617 .170 .385 Motivasi Kerja .166 .140 .126 a. Dependent Variable: Kepuasan kerja sumber : data diolah 2024 Berdasarkan hasil tersebut maka persamaan regresi linier berganda yang mempunyai formulasi : Z = a + β 1 X 1 + β 2 X 2 + ε , sehingga diperoleh persamaan: Y = 7,794 + 0,617 X 1 + 0,166X 2 ## Persamaan 2 ## Tabel 11. Hasil Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil tersebut maka persamaan regresi linier berganda yang mempunyai formulasi : Y = a + β 3 X 1 + β 4 X 2 + β 5 Z + ε , sehingga diperoleh persamaan: Y = 6,559 + 0,158 X 1 - 0,059X 2 + 0,338 Z. ## Uji Hipotesis Uji t (Parsial) Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual. Uji ini menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini, uji hipotesis parsial dilakukan pada setiap variabel independen seperti pada Tabel 12. berikut ini: ## Persamaan 1 Tabel 12. Uji Parsial (t) Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.794 2.984 2.612 .011 Disiplin kerja .617 .170 .385 3.631 .000 Motivasi Kerja .166 .140 .126 3.010 .003 a. Dependent Variable: Kepuasan kerja Sumber : Data diolah (2024) ## a. Pengaruh Disiplin kerja terhadap Kepuasan kerja Dari tabel 12. diperoleh nilai t hitung sebesar 3,631 , dengan α = 5%, t tabel (5%; n-k = 84) diperoleh nilai t tabel sebesar 1,988. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa t hitung 3,631 > t tabel 1,988, demikian pula dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000 < 0,05 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 6.559 2.432 Disiplin kerja .158 .143 .122 Motivasi Kerja .059 .111 .055 Kepuasan kerja .338 .086 .419 a. Dependent Variable: Kinerja karyawan Sumber : Data diolah (2024) maka dapat disimpulkan hipotesis pertama diterima, artinya Disiplin kerja berpengaruh terhadap Kepuasan kerja b. Pengaruh Motivasi kerja terhadap Kepuasan kerja Dari tabel 12. diperoleh nilai t hitung sebesar 3,010 , dengan α = 5%, t tabel (5%; n-k = 84) diperoleh nilai t tabel sebesar 1,988. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa t hitung 3,010 > t tabel 1,988, demikian pula dengan nilai signifikansinya sebesar 0,003 < 0,05 maka dapat disimpulkan hipotesis kedua diterima, artinya variabel Motivasi kerja berpengaruh terhadap Kepuasan kerja . Persamaan 2 Tabel 13. Uji Parsial (t) Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 6.559 2.432 2.697 .008 Disiplin kerja .158 .143 .122 6.088 .001 Motivasi Kerja .059 .111 .055 7.495 .000 Kepuasan kerja .338 .086 .419 3.926 .000 a. Dependent Variable: Kinerja karyawan Sumber : Data diolah (2023) ## c. Pengaruh Disiplin kerja terhadap Kinerja karyawan Dari tabel 13. diperoleh nilai t hitung sebesar 6,088 , dengan α = 5%, t tabel (5%; n-k = 84) diperoleh nilai t tabel sebesar 1,988. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa t hitung 6,088 > t tabel 1,988, demikian pula dengan nilai signifikansinya sebesar 0,001< 0,05 maka dapat disimpulkan hipotesis ketiga diterima, artinya Disiplin kerja berpengaruh terhadap Kinerja karyawan. d. Pengaruh Motivasi kerja terhadap Kinerja karyawan Dari tabel 13. diperoleh nilai t hitung sebesar 7,495 , dengan α = 5%, t tabel (5%; n-k = 84) diperoleh nilai t tabel sebesar 1,988. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa -t hitung 7,495 > - t tabel 1,988 demikian pula dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan hipotesis keempat diterima, artinya variabel Motivasi kerja berpengaruh terhadap Kinerja karyawan. e. Pengaruh Kepuasan kerja terhadap Kinerja karyawan Dari tabel 13. diperoleh nilai t hitung sebesar 3,926 , dengan α = 5%, t tabel (5%; n-k = 84) diperoleh nilai t tabel sebesar 1,988. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa t hitung 3,926 > t tabel 1,988, demikian pula dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan hipotesis kelima diterima, artinya variabel Kepuasan kerja berpengaruh terhadap Kinerja karyawan. ## Analisis jalur Untuk melakukan perhitungan secara langsung dan tidak langsung dilakukan dari nilai standardized coeffients regresi persamaan I dan II berikut : Tabel 14. Nilai Standardized Coeffients Persamaan I Sumber : Data diolah (2024) Tabel 18. Nilai Standardized Coeffients Persamaan II Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 6.559 2.432 Disiplin kerja .158 .143 .122 Motivasi Kerja .059 .111 .055 Kepuasan kerja .338 .086 .419 a. Dependent Variable: Kinerja karyawan Sumber : Data diolah (2024) Selanjutnya nilai standardized coefficients beta akan dimasukkan ke dalam gambar analisis jalur sebagai berikut : Disiplin Kerja (X1) H6 0,122 0,385 0,200 H7 0,055 Gambar 3. Analisis Jalur Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 7.794 2.984 Disiplin kerja .617 .170 .385 Motivasi Kerja .166 .140 .200 a. Dependent Variable: Kepuasan kerja Motivasi Kerja (X2) Kepuasan Kerja (Z) Kinerja Karyawan (Y) 0,419 Pada gambar analisis jalur memperlihatkan pengaruh langsung variabel disiplin kerja terhadap variabel kinerja karyawan sebesar 0,122. Sementara pengaruh tidak langsung melalui variabel kepuasan kerja yaitu 0,385 x 0,419 = 0,161. Dari hasil perhitungan yang didapat menunjukkan pengaruh secara tidak langsung melalui variabel Kepuasan Kerja lebih besar dibanding pengaruh secara langsung terhadap variabel kinerja karyawan. Sehingga hipotesis keenam diterima artinya Disiplin Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Karyawan Nonmedis Di Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Selanjutnya pengaruh langsung variabel motivasi kerja terhadap variabel kinerja karyawan sebesar 0,055. Sementara pengaruh tidak langsung melalui variabel kepuasan kerja yaitu 0,200 x 0,419 = 0,083. Dari hasil perhitungan yang didapat menunjukkan pengaruh secara tidak langsung melalui variabel Kepuasan Kerja lebih besar dibanding pengaruh secara langsung terhadap variabel Kinerja Karyawan . Sehingga hipotesis ketujuh diterima artinya Motivasi Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Karyawan Nonmedis Di Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Tebing Tinggi. ## 1. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kepuasan Kerja Berdasarkan hasil hipotesis 1 menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian secara empiris H1 yang menyatakan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi diterima. Hal ini berarti jika seorang karyawan dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai target maka karyawan tidak akan mendapat teguran dari atasan sehingga karyawan tersebut mengalami Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tobing et al., 2022) menyatakan bahwa variabel disiplin kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karena semakin tinggi disiplin kerja karyawan tidak hanya formalitas bekerja saja di perusahaan tetapi harus mampu merasakan dan menikmati pekerjaannya agar tidak merasa bosan sehingga dapat meningkatkan kepuasan kerjanya. ## 2. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja Berdasarkan hasil hipotesis 2 menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian secara empiris H2 yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi diterima. Hal ini berarti seringnya karyawan termotivasi untuk melakukan pekerjaannya dengan baik akan meningkatkan kualitas dan kepuasan kerja yang diinginkan, karena kuat lemahnya dorongan / motivasi kerja seseorang akan menentukan besar kecilnya kepuasan kerja. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Muhammad Algessa Pratama, 2023) menyatakan bahwa variabel motivasi kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja karena motivasi sebagai pendorong seseorang dalam melaksanakan suatu kegiatan guna mendapatkan hasil yang terbaik, tidak heran jika pegawai / karyawan yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi mempunyai kinerja yang tinggi pula. Dalam hal ini maka perlu dibangkitkan motivasi kerja pegawai agar pegawai dapat menghasilkan kinerja yang terbaik. ## 3. Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil hipotesis 3 menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian secara empiris H3 yang menyatakan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi diterima. Hal ini karena disiplin kerja hanya sebagai penunjang pada sektor terlaksanakannya peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi. Padahal tanpa adanya aturan tertulis karyawan telah mengetahui apa saja yang harus dilakukan dalam perusahaan tersebut (berpakaian rapi, masuk sesuai jam kerja). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (James W, Elston D, 20 C.E.) menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan, dalam hal ini bekerja sesuai aturan perusahaan dan mencapai target akan meningkatkan kinerja karyawan. ## 4. Pengaruh Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil hipotesis menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian secara empiris H4 yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karaywan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi diterima. Hal ini berarti setiap orang yang mendapatkan motivasi secara terus menerus akan meningkatkan kinerjanya pada perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Muslih & Nisa Zamara, 2019) menyatakan bahwa variabel motivasi kerja mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan karena semakin besar motivasi yang diberikan oleh atasan / perusahaan maka akan semakin besar pula kualitas kinerja yang dihasilkan oleh karyawan tersebut. ## 5. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Berdasarkan hasil hipotesis 5 menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Dengan demikian secara empiris H5 yang menyatakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi diterima. Hal ini berarti bahwa seseorang yang telah mengalami kepuasan kerja belum tentu akan meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Muhammad Algessa Pratama, 2023) karyawan telah bekerja dan telah mencapai apa yang telah ditetapkan perusahaan. Tetapi menjadikan apa yang diperolehnya selama ini (termasuk gaji dan penghargaan) dianggap sesuatu yang biasa-biasa saja. Sehingga kepuasan dalam mereka bekerja tidak mempengaruhi kinerja karyawan tersebut. ## 6. Pengaruh Disiplin kerja terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Berdasarkan hasil hipotesis 6 menunjukkan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Dengan demikian secara empiris H6 yang menyatakan bahwa disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi diterima. Hal ini berarti bahwa seseorang yang telah mengalami kepuasan kerja belum tentu akan meningkatkan kinerjanya. . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Susanti & Aesah, 2022) disiplin kerja merupakan suatu kekuatan yang berkembang di dalam tubuh karyawan dan dapat menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri dengan sukarela pada keputusan peraturan, dan nilai tinggi dari pekerjaan dan perilaku. Kepuasan kerja merupakan perasaan pekerja terhadap pekerjaannya, apakah senang atau suka atau tidak senang atau tidak suka sebagai hasil interaksi pekerja dengan lingkungan pekerjaannya atau sebagai presepsi sikap mental, juga sebagai hasil penilaian pekerja terhadap pekerjaannya. ## 7. Pengaruh Motivasi terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja. Berdasarkan hasil hipotesis 7 menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening. Dengan demikian secara empiris H7 yang menyatakan bahwa motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi diterima. Hal ini berarti bahwa seseorang yang telah mengalami kepuasan kerja belum tentu akan meningkatkan kinerjanya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi et al., 2022) mengemukakan bahwa bahwa dengan adanya motivasi kerja yang didapatkan maka akan meningkatkan kinerja karyawan. Peningkatan kinerja karyawan memberikan dampak positif dalam pencapaian tujuan perusahaan dan akan menciptakan kepuasan tersendiri bagi karyawan, maka oleh sebab itu manajemen harus mempelajari sikap dan perilaku para karyawan dalam perusahaan tersebut. Menciptakan kinerja yang baik adalah tidak mudah karena kinerja karyawan dapat tercipta apabila variabel-variabel yang mempengaruhinya seperti motivasi, kompetensi dan kompensasi bahkan kepuasan kerja juga dapat dikelola dengan baik dan diterima oleh semua karyawan di dalam suatu organisasi atau perusahaan. ## KESIMPULAN Berdasarkan uji hipotesis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hipotesis 1 diterima, yang berarti disiplin kerja berpengaruh terhadap kepuasan kerja pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Hipotesis 2 diterima, yang berarti Motivasi Kerja berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Hipotesis 3 diterima, yang berarti Disiplin Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Hipotesis 4 diterima, yang berarti Motivasi Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Hipotesis 5 diterima, yang berarti Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Hipotesis 6 diterima, yang berarti disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi. Hipotesis 7 diterima, yang berarti Motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui kepuasan kerja sebagai variabel intervening pada Rumah Sakit Umum Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Referensi : Abadi, S., & Latifah, F. (2016). Decision Support System Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan Menggunakan Metode Simple Additive Weighting. Jurnal TAM (Technology Acceptance Model). https://doi.org/10.56327/jurnaltam.v6i0.59 Akbar, I., Tulhusnah, L., & Pramesthi, R. A. (2023). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Non Medis Pada Rsud. Asembagus Situbondo Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Mahasiswa Entrepreneurship (JME) , 2 (10), 2256. https://doi.org/10.36841/jme.v2i10.3648 Dewi, K. V., Siahaan, R., & Purba, R. (2022). Pengaruh Jaminan sosial Terhadap Kinerja karyawan dengan Kepuasan kerja sebagai Variabel Intervening. Jesya (Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah) , 5 (1), 173 – 184. https://doi.org/10.36778/jesya.v5i1.572 Hairunnisa, E. E., & Ali, S. (2022). Pengaruh Motivasi, Disiplin Kerja, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian Jakarta. Owner , 6 (2), 2023 – 2037. https://doi.org/10.33395/owner.v6i2.752 James W, Elston D, T. J. et al. (20 C.E.). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Non Medis Pada Rsud. Asembagus Situbondo Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Andrew’s Disease of the Skin Clinical Dermatology. , 6 . Muhammad Algessa Pratama. (2023). Pengaruh Disiplin Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan , Dengan Motivasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT . Surya Bangun Persada Indah Surabaya. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen , 12 (11). Muslih & Nisa Zamara. (2019). Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis , 5 (3), 241. https://doi.org/10.22441/jimb.v5i3.6938 Nurbaya. (2023). Pengaruh Motivasi, Disiplin Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening Pada Sekretariat Badan Litbang Pertanian Jakarta 2023. Cakrawala – Repositori IMWI , 06 , 883 – 892. https://doi.org/10.52851/cakrawala.v6i4.432 Porotu’o, A. C., Kairupan, B. H. R., & Wahongan, G. J. P. (2021). Pengaruh Motivasi Kerja Dan Sikap Profesi Terhadap Kinerja Perawat Di Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Umum GMIM Pancaran Kasih Manado Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. JMBI UNSRAT (Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis Dan Inovasi Universitas Sam Ratulangi). , 8 (1), 567 – 580. https://doi.org/10.35794/jmbi.v8i2.32936 Q, H., Syarif, A., & Alnisa, M. F. (2021). Pengaruh Kompetensi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT Telkom Akses Jakarta Utara. Jurnal Ekoni Dan Bisnis, 110 – 122. https://doi.org/10.59261/inkubis.v3i2.33 Rafika Rachmaniah. (2022). Pengaruh Disiplin Kerja Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Kepuasaan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Manajerial , 09 , 351 – 368. https://dx.doi.org/10.30587/manajerial.v9i03.4037 Siti. (2020). “Pengaruh Pelatihan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Melalui Pengembangan Karir Sebagai Variabel Intervening Pada Pt.Kali rejo Lestari, Lampung Tengah.” Repository institut informatika dan bisnis darmajaya , http://doi.org/repo.damarjaya.ac.id/2455 Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: CV. Alfabeta. Susanti, F., & Aesah, S. (2022). Pengaruh Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan dengan Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja Sebagai Variabel Intervenng pada PT. Rakha Gustiawan. Jurnal Tadbir Peradaban , 2 (2), 101 – 104. https://doi.org/10.55182/jtp.v2i2.150 Tobing, H. M. L., Siahaan, R., & Rajagukguk, R. (2022). Dampak Disiplin Pada Kinerja Dengan Motivasi Sebagai Variabel Perantara . 1 (1), 10 – 18.
e049e75a-9be0-4208-9dd8-52a8645afbca
http://ejournal.uicm.ac.id/index.php/sainteks/article/download/108/36
Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. ## ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN UNTUK MEMBANGUN KERELASIAN PEMBELI, PEMASOK, PRODUK KOMPLEMENTER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA BISNIS Cecep Daryus Darusman Universitas Bandung Raya dpm. UICM Email: [email protected] ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kerelasian pembeli, pemasok, dan produk komplementer serta implikasi terhadap kinerja bisnis. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey deskriptif dan survey eksplanatori dengan ukuran sampel sebesar 200 responden, yaitu para pengusaha Distro di Kota Bamdung. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah SEM ( Structural Equation Modeling ) dengan software pengolahan data LISREL 8.30. Kata Kunci : kewirausahaan, kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, kerelasian produk komplementer, kinerja bisnis ## Abstract This research aimed to examine whether there is the influence of entrepreneurship orientation on relationship with buyers, suppliers, and complementary products and implications on business performance. The research method used is descriptive survey method and explanatory survey with a sample size of 200 respondents, namely entrepreneurs Bandung City Distro. Data analysis method used in this study are SEM (Structural Equation Modeling) with data processing software LISREL 8.30. Key words : entrepreneurship, buyers relationship, suppliers relationship, complementary products relationship, business performance ## LATAR BELAKANG Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), sejak beberapa dekade terakhir ini telah menjadi objek diskusi dan penelitian yang sangat menarik dikuatkan oleh fakta bahwa UMKM telah menjadi penyelamat perekonomian Indonesia pada masa krisis tahun 1997. Walaupun banyak pernyataan dan fakta bahwa UMKM merupakan penyelamat perekonomian bangsa, namun tidak berarti UMKM tidak menghadapi kendala dalam perkembangannya. Dikatakan oleh Siti Fatimah (18 Juni 2011) bahwa, ada beberapa masalah yang dihadapi oleh UMKM, masalah yang paling mendasar dan masih melekat antara lain masih rendahnya produktivitas, keterbatasan akses kepada sumber daya produktif seperti modal, teknologi, informasi dan pasar, kualitas sember daya manudia yang rendah, serta iklim usaha yang belum menunjang secara optimal. Selain itu adanya arus globalisasi dan liberalisasi memperparah kesulitan UMKM untuk dapat dikembangkan secara optimal. Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. Permasalahan di atas, juga dihadapi oleh UMKM dari Kota Bandung. Menurut hasil Cetak Biru Industri Kreatif (4 Juni 2008), Bandung merupakan salah satu kota yang berkontribusi terbesar terhadap industri kreatif, bahwa industry kreatif Bandung yang termaju berasal dari Distro. Salah satu Distro yang berkembang di Kota Bandung adalah Jigle Clothing . UKM ini menitik beratkan usahanya pada kegiatan distribusi sebagai perusahaan dagang. Jigle menjual berbagai jenis replika kaos dan jaket dari berbagai merek terkenal. Keunggulan perusahaan ini adalah mampu menyediakan barang yang mirip, dengan harga hanya 20% nya saja dari produk aslinya. Dengan banyaknya permintaan, kegiatan penjualan Jigle Clothing menjadi fast moving . Jumlah persediaan yang banyak, jenis produk yang beragam serta transaksi yang juga banyak setiap harinya, membuat pengelola usaha sulit untuk menjaga infornasi persediaan tetap update dengan menggunakan sistem manual yang kini digunakan oleh perusahaan. Namun walaupun begitu, target penjualan dari perusahaan Jingle itu sendiri, serta umumnya UKM Distro di Kota Bandung, masih belum sesuai dengan harapan, hal ini terlihat dari tidak seimbangnya antara jumlah produksi dengan jumlah penjualan. Permasalahan yang dihadapi UKM Distro di Kota Bandung adalah penjualan tidak tercapai target karena distro tidak diposisikan sebagai ikon dari Kaos nya Bandung yang merupakan kinerja bisnis dari UKM itu sendiri. Sehingga sangat penting untuk dilakukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor penyebab yang dapat meningkatkan kinerja bisnis UKM Distro di Bandung, yaitu pengaruh orientasi kewieausahaan dalam membangun kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, dan kerelasian produk komplementer, serta implikasinya terhadap kinerja bisnis UKM Distro di Kota Bandung. ## Rumusan Penelitian Upaya untuk meningkatkan kinerja bisnis UKM Distro di Kota Bandung dapat dirumuskan dalam rumusan penelitian sebagai berikut: a) Bagaimana kemampuan UKM Distro dalam berorientasi kewirausahaan, membangun kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, dan kerelasian produk komplementer, serta dapat meningkatkan kinerja bisnis. b) Sejauhmana pengaruh orientasi pasar terhadap kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, dan kerelasian produk komplementer. c) Sejauhmana pengaruh kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, dan kerelasian produk komplementer terhadap kinerja bisnis, baik secara simultan maupun parsial. ## Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian yang diuraikan di atas, maka tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : a) Mengungkapkan hasil deskripsi mengenai kemampuan UKM Distro dalam berorientasi kewirausahaan, membangun kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, dan kerelasian produk komplementer, serta dapat meningkatkan kinerja bisnis. b) Memperoleh hasil kajian mengenai pengaruh orientasi pasar terhadap kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, dan kerelasian produk komplementer. c) Memperoleh hasil kajian mengenai pengaruh kerelasian pembeli, kerelasian pemasok, dan kerelasian produk komplementer terhadap kinerja bisnis, baik secara simultan maupun parsial. Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. ## Kerangka Berpikir Orientasi kewirausahaan merupakan suatu pandangan dari para pengusaha untuk meningkatkan bisnisnya, sehingga agar kinerja bisnis meningkat, maka para pengusaha tentu melihat peluang apa yang harus dimanfaatkan. Peluang tersebut dapat berupa kerjasama/ membangun kerelasian, baik dengan pemasok, pembeli, maupun produk komplementer. Karena dengan melakukan kerelasian, maka dapat meningkatkan nilai tambah yang berarti. Praktek manajemen rantai pasokan dari perspektif pertumbuhan bisnis. Dalam pandangannya setiap perusahaan kecil komponen otomotif perlu menentukan where to compete (posisi relatif terhadap pesaing di dalam supply chain) dan how to compete (fokus strategi). Paul Hong dan Jungsik Jeong (2006) dalam mendefinisikan karakteristik perusahaan kecil didalam kontek supply chain management menggunakan dua dimensi, yaitu : (1) Fokus strategis; dan (2) Posisi kerelasian rantai pasokan. Kapasitas absorptif suatu perusahaan mempengaruhi berbagi knowledge baik dengan konsumen maupun dengan pemasok serta mempengarui kemampuan inovasi perusahaan tersebut. Lingkungan industri (pesaing, konsumen, substitusi, pemasok) mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja non finansial. Ikatan kuat dengan pemasok dan pembeli meningkatkan overall supply chain performance dalam reliabilitas kinerja. Tingkat kolaborasi dengan pemasok yang lebih tinggi mengakibatkan tingkat inovasi produsen menjadi lebih tinggi. Takehiko Isobe menekankan bahwa kapasitas ( interfirm collaboration ) untuk eksploitasi yang lebih besar, kemampuan perusahaan meningkatkan efisiensi operasionalnya lebih besar, dan kapasitas ( interfirm collaboration ) untuk eksplorasi yang lebih besar, kemampuan perusahaan meningkatkan kinerja strategiknya lebih besar. Lebih tinggi perilaku kolaborasi mitra dalam kerelasian pemasok-pembeli, lebih baik kinerja perusahaan. Pertukaran informasi dan kolaborasi struktural dengan pemasok dan konsumen berpengaruh terhadap perbaikan kinerja secara positif. Lingkungan mempengaruhi kinerja pertukaran relasional antara perusahaan dan pemasoknya. Pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap kinerja perusahaan. Dalam ketidakpastian lingkungan teknologi yang tinggi, perusahaan yang melakukan pertukaran relasional dengan pemasok akan mendapatkan benefit berupa kinerja pembelian, kinerja produksi (barang dan jasa) dan produksi knowledge . Sebaiknya dalam ketidakpastian lingkungan teknologi yang rendah, perusahaan hanya mendapatkan benefit berupa produksi knowledge . Dalam ketidaktentuan teknologi dan sumber daya perusahaan, kerelasian juga berpengaruh terhadap perbaikan produksi perusahaan baik produk maupun knowledge. Program peningkatan produktifitas, program komputerisasi, program perbaikan kinerja, program requisite skill berpengaruh terhadap quality, cost, speed delivery, on time delivery, new product dan product variety . Strategi manufakturing infrastruktur ( manajemen manusia dan kepemimpinan) dan strategi manufakturing struktural (manajemen teknologi dan R & D) berpengaruh terhadap kinerja inovasi produk dan proses . Perusahaan yang melakukan penyesuaian spesifik terhadap kebutuhan konsumen ( customer-specific adaptations ) berpengaruh terhadap fungsi-fungsi penciptaan nilai langsung ( Direct value creating functions) seperti fungsi profit dan pencapaian volume penjualan dan fungsi-fungsi penciptaan nilai tidak langsung ( Indirect value creating Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. functions ) seperti fungsi fungsi inovasi. Pengembangan kompetensi perusahaan berkorelasi secara positif dengan kinerja subjektif. Variasi struktur proses pembuatan keputusan ( manufacturer dominated, sipllier dominated, balanced ) berpengaruh terhadap kinerja masing-masing mitra dalam hubungan kolaboratif strategis. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini melakukan dua hal pokok yaitu mencari informasi tentang variabel-variabel penelitian dan melakukan uji sejauhmana hubungan kausalitas antara variabel-variabel tersebut. Unuk mengukur pengaruh dari variabel independen (Kerelasian pembeli, Kerelasian pemasok, dan Orientasi Kewirausahaan ) terhadap variabel dependen (Kinerja Bisnis), maka pendekatan dalam pemodelan serta teknik solusi yang digunakan sebagai alat analisis ( tool analysis ) digunakan Structural Equation Model (SEM). Analisis S tructural Equation Model akan memberikan gambaran kejelasan hubungan dan besarnya pengaruh antara variabel penelitian yang sangat berguna untuk mengupas secara terinci berbagai faktor yang mampu meningkatkan Kinerja Bisnis. Disain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah-langkah yang diperlukan dalam melakukan analisis SEM, yaitu: Langkah 1: Merumuskan Model ; Setelah masalah penelitian berhasil dirumuskan, kemudian dengan basis kerangka teoritis tertentu dan kajian hasil penelitian yang relevan dikemukakan kerangka pemikiran dan selanjutnya diajukan hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian inilah sebagai model yang diusulkan untuk dikonfirmasikan secara empiris melalui penggunaan metode analisis SEM. Langkah 2: Membuat Diagram Jalur ; Ketika model berhasil dirumuskan, maka langkah selanjutnya adalah meragakan model (pengukuran dan struktural) yang hendak diuji ke dalam bentuk diagram jalur lengkap. Diagram jalur lengkap ini dalam program Lisrel disebut sebagai basic model. Langkah 3: Merumuskan Persamaan Pengukuran dan Struktural ; Setelah diagram jalur lengkap berhasil dibuat, maka langkah selanjutnya adalah mengkonversi diagram jalur ke dalam bentuk persamaan, yaitu pengukuran untuk variabel laten eksogen, persamaan pengukuran untuk variabel laten endogen, dan persamaan struktural. Langkah 4: Memilih Data Input dan Estimasi Model ; Dalam SEM data input yang dianalisis adalah berupa matriks kovarians atau matriks korelasi. Sebenarnya matriks korelasi adalah matriks kovarians yang distandarkan, yaitu jika data diset dengan nilai rata sama dengan nol dan simpangan baku sama dengan satu. Karena itu, jika matriks korelasi yang digunakan sebagai data input, maka hasil estimasi statistik SEM akan selalu dinyatakan dalam bentuk standarized units yang nilainya berkisar antara –1,00 dan +1,00. Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. Setelah data input dipilih, maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi model, yaitu memilih metode estimasi dan memilih program komputer yang akan digunakan. Langkah 5: Identifikasi Model ; Identifikasi model berhubungan dengan pertanyaan apakah model yang diusulkan dapat menghasilkan estimasi yang bersifat unik (tunggal) atau tidak. Syarat bahwa suatu model dimungkinkan dapat menghasilkan estimasi yang bersifat unik adalah model tersebut bersifat just-indentified atau overindentified . Suatu model dikatakan just-indentified apabila model tersebut memiliki derajat bebas sama dengan nol, dan dikatakan overindentified apabila derajat bebasnya lebih besar dari nol. Langkah 6: Uji Kesesuaian Model ; Untuk menguji model SEM dapat dilakukan melalui pendekatan dua tahap, yaitu menguji model pengukuran dan setelah itu menguji model pengukuran dan struktural secara simultan. Langkah 7: Interpretasi dan Modifikasi Model ; Interpretasi model pada dasarnya melakukan diskusi atau pembahasan statistik terhadap hasil yang telah diperoleh. Tujuannya adalah menjawab masalah penelitian yang dajukan. Interpretasi hasil dilakukan berdasarkan keluaran program Lisrel yang meliputi: Diagram jalur, Keluaran komputasi statistik model pengukuran, Keluaran komputasi statistik model struktural dan Dekomposisi pengaruh antar variabel. ## HASIL PENELITIAN Pengolahan hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan software Lisrel 8.30 . Berikut output yang dihasilkan dari Lisrel 8.30, yaitu: Dimana: OK = Orientasi Kewirausahaan KP = Kerelasian Pembeli KK = Kerelasian Pemasok KPK= Kerelasian Produk Komplementer Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. ## KB = Kinerja Bisnis Dimana: OK = Orientasi Kewirausahaan KP = Kerelasian Pembeli KK = Kerelasian Pemasok KPK= Kerelasian Produk Komplementer KB = Kinerja Bisnis ## Pengujian Hipotesis 1 Pada bagian ini akan dilakukan pengujian hipotesis pertama tentang pengaruh antara variabel eksogen orientasi kewirausahaan (ξ 1 ), terhadap variabel endogen kerelasian pembeli ( η 1 ) , kerelasian pemasok ( η 2 ) , dan kerelasian produk komplementer ( η 3 ) . Hasil yang diperoleh dengan menggunakan program Lisrel untuk model persamaan struktural, sesuai dengan hipotesis yang diajukan adalah: KP = 0.87*OK, Errorvar.= 0.25, R² = 0.75 (0.100) 8.69 KK = 0.90*OK, Errorvar.= 0.19, R² = 0.81 (0.12) 7.36 KPK = 0.91*OK, Errorvar.= 0.18, R² = 0.82 (0.12) 7.62 Pengujian Hipotesis 2 Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. Pada bagian ini akan dilakukan pengujian hipotesis kedua tentang pengaruh antara variabel endogen kerelasian pembeli ( η 1 ) , variabel endogen kerelasian pembeli ( η 2 ) , dan variabel endogen kerelasian produk komplementer ( η 3 ) terhadap variabel endogen kinerja bisnis ( η 4 ) baik secara parsial maupun simultan. Hasil yang diperoleh dengan menggunakan program Lisrel untuk model persamaan struktural, sesuai dengan hipotesis yang diajukan adalah: MP = 0.30*KP + 0.093*KK + 0.57*KPK, Errorvar.= 0.19, R² = 0.81 (0.099) (0.11) (0.14) (0.007) 2.98 0.86 4.17 27.14 ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka ada beberapa point kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: a) Pada umumnya faktor orientasi kewirausahaan UKM Distro di Kota Bandung sudah cukup baik. Hal ini terjadi karena respon dari responden (pengusaha UKM) terhadap faktor orientasi kewirausahaan mendapat respon yang positif, seperti ketepatan menemukan pasar baru, ketepatan dalam menghindari kegagalan, kemampuan melakukan hubungan kemitraan, Ketepatan dalam mengenalkan pelayanan baru. b) Pada umumnya faktor kerelasian dengan pembeli, pemasok, dan produk komplementer yang dilakukan UKM Distro di Kota Bandung sudah cukup baik. Hal ini terjadi karena respon dari responden (pengusaha UKM)) terhadap faktor kerelasian dengan pembeli, pemasok, dan produk komplementer cukup baik, seperti kelancaran pemesanan secara elektronik, s haring tingkat kebutuhan dengan pembeli mengenai informasi produk, sharing tingkat kebutuhan dengan pembeli mengenai informasi proses pemesanan, sharing tingkat kebutuhan dengan pembeli mengenai informasi pengantaran pesanan, menyediakan asisten bahan baku kepada pemasok, memerlukan sharing informasi harga dari pemasok, berbagi info secara informal mengenai permintaan pasar dengan perusahaan produk pelengkap, berbagi info secara formal mengenai model kaos yang akan dipasarkan, sehingga membutuhkan asesorie tertentu, dan membangun tingkat kepercayaan dengan perusahaan produk pelengkap. c) Pada umumnya kinerja bisnis UKM Distro di Kota Bandung sudah cukup tinggi. Hal ini terjadi karena respon dari responden terhadap kinerja bisnis mendapat respon yang positif, seperti peningkatan volume penjualan dan peningkatan profit penjualan. d) Orientasi kewirausahaan berpengaruh terhadap kerelasian dengan pembeli, kerelasian dengan pemasok, dan kerelasian dengan produk komplementer UKM Distro di Kota Bandung. Namun orientasi kewirausahaan memiliki pengaruh yang paling tinggi adalah terhadap kerelasian dengan produk komplementer, yaitu sebesar 0.91 atau dengan kontribusi 82%. Sementara besar pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kerelasian pembeli hanya sebesar 0.87 atau dengan kontribusi 75%, dan besar pengaruh orientasi kewirausahaan terhadap kerelasian dengan pemasok hanya sebesar 0.90 atau dengan kontribusi sebesar 81%. Sehingga semakin meningkat/ baik orientasi kewirausahaan UKM Distro di Kota Bandung Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. maka akan semakin meningkatkan tingkat kerelasian dengan pembeli, pemasok, dan produk komplementer UKM Distro di Kota Bandung. e) Kerelasian dengan pembeli, pemasok, dan produk komplementer secara simultan berpengaruh terhadap kinerja bisnis UKM Distro di Kota Bandung. Adapun besarnya pengaruh adalah sebesar 81% dengan arah positif. Secara parsial kerelasian dengan produk komplementer dominan mempengaruhi kinerja bisnis UKM Distro di Kota Bandung, dibandingkan dengan faktor kerelasian dengan pembeli dan kerelasian dengan pemasok. Sehingga dengan melihat dari dominasi pengaruh kerelasian dengan produk komplementer maka semakin baik kerelasian dengan produk komplementer maka akan mengakibatkan meningkatnya kinerja bisnis UKM Distro di Kota Bandung. ## DAFTAR PUSTAKA Bose, Ramjit. 2008. Competitive intelligence process and tools for intelligence analysis . Industrial Management & Data Systems. MBC. UK. London. Brown, Stanley A. 2000. Customer Relationship Management: A Strategic Imperative in the World of E-Business . John Wiley & Sons: Canada. Burca Sean de and Fynes Brian. 2010. The Impact of Buyer-Supplier Relationships on Quality Practices and Quality Performance . Centre for Quality & Services Management, University College Dublin, Ireland. Cai Shaohan, Yang Zhilin, Hu Zuohao. 2010. The effect sof volume consolidation on buyer–supplier relationships: Astudy of Chinese firms . Journal of Purchasing & Supply Management. Cravens, David dan Nigel F. Piercy. 2003. Strategic Marketing, Seventh Edition . McGraw-Hill Irwin, Boston. Dhyah Setyorini. 2003. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui Pengembangan Model Pembelajaran Kewirausahaan . Renika Cipta. Jakarta. Ferreira Joao. 2002. Corporate Entrepreneurship: a Strategic and Structural Perspective . International Council for Small Business 47th World Conference San Juan, Puerto Rico. Fill, Chris. 1999. Marketing Communication: Contexts, Contents and Strategies . Second Edition. Prentice Hall: Singapore. Hair, Joseph F., Jr,. Rolph E. Andersen, Ronald L. Tatham, dan William C. Black. 2003. Multivariate Data Analysis . Englewood Clift, NJ : Prentice Hall. Hollensen, Svend. 2003. Marketing Management: A Relationship Approach . Prentice Hall: England. Imanipour Narges, Rahimi Mehdi & Akhondi Nasrin. 2012 . An Empirical Research on Supplier Relationship Management in Automotive Industry . International Journal of Business and Management, Vol. 7, No. 9 Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. Johnston, Jane & Clara Zawawi. 2004. Public Relations Theory and Practice . Second Edition. Allen & Unwin: Sydney. Kent, Tony and Reva Berman Brown. 2006. Erotic Retailing in the UK (1963-2003) The View from The Marketing Mix . Journal of Management History. UK. Kusnaedi. 2005. Konsep dan Aplikasi Model Persamaan Struktural (SEM) dengan Proses Lisrel 8 . Badan Penerbit Jurusan Pendidikan Ekonomi UPI: Bandung. Lages Carmen, Simkin Lyndon. 2003. The dynamics of public relations: Key constructs and the drive for professionalism at the practitioner, consultancy and industry levels . European Journal of Marketing, Vol. 37 Iss: 1/2, pp.298 – 328. Lee Chang Won., 2003. Strategic Supply Chain for Global Customer Relationship in e- Business Management . Management Review: An International Journal , Volume 1, Number 1, Pages: 17-27 ISSN: 1975-8480 Madhousi at all. 2011. Entrepreneurial Orientation and Innovation Performance: The Mediating Role of Knowledge Management . Asian Journal of Business Management 3(4): 310-316, ISSN: 2041-8755 Malhotra, Naresh K. 2002. Basic Marketing Research: Applications to Contemporary Issues . International Edition. Pearson Education, Inc.:Upper Saddle River, New Jersey. Mettler Tobias and Rohner Peter. 2009. Supplier Relationship Management: A Case Study in the Context of Health Care . Journal of Theoretical and Applied Electronic Commerce Research , ISSN 0718–1876 Electronic Version VOL 4 / ISSUE 3, 58-71 Oyedijo Ade, Adekunle A. Idris, Adekunle A. Aliu. . 2012. Impact of Marketing Practices on the Performance of Small Business Enterprises: Empirical Evidence from Nigeria. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences ISSN 1450-2275 Issue 46. Pearce II, John A. dan Richard B. Robinson, Jr., 2003, Formulation, Implementation, and Control Competitive Strategy , Eight Edition, McGraw-Hill Irwin, Boston. Rahab dan Sudjono. 2012. Pengembangan Kapabilitas Keinovasian IKM Berbasis Pada Orientasi Kewirausahaan Dan Pembelajaran Organisasional . Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. Rosady Ruslan. 2003. Manajemen Public Relation dan Media Komunikasi . Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Sekaran, Uma. 2000. Research Methods For Business . Third Edition. Jhon Wiley & Sons, Inc: New York. Sheth, Jagdish N, Atul Parvatiyar & G. Shainesh. 2002. Customer Relationship Management: Emerging Concepts, Tools, and Application . New Delhi: Tata- McGrawHill. Sonny Nirsutan. 2007. Pengukuran Kinerja pemasaran . Rineka Cipta. Jakarta. Darusman, Daryus Cecep. 2019. Orientasi Kewirausahaan untuk Membangun Kerelasian Pembeli, Pemasok, Produk Komplementer dan Implikasinya terhadap Kinerja Bisnis. Sainteks , 1(1): 29-38. Storbacka, Kaj & Jarmo R. Lethtinen. 2001. Customer Relationship Management: Creating Competitive Advantage Through Win-Win Relationship Strategies . McGraw-Hill: Singapore. Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Binis , Alfabeta, Bandung. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian , Rineka Cipta, Jakarta. Sukati Inda, Hamid Abu Bakar, Said Fazila. 2011. A Study of firm Integration and Supply Chain Operation in Consumer Goods Industry . Journal of Business and Management Review Vol. 1(3) pp. 14 – 31. Tiwana, Amrit. 2001. The Essentials Guide to Knowledge Management: E-Business and CRM Applications . Prentice Hall: USA. Ulku Sezer, Schmidt Glen M., 2011, Matching Product Architecture and SupplyChain Configuration . Journal Production and Operations Management Vol.20, No.1, pp.16–31. Uyung Sulaksana. 2003. Integrated Marketing Communications . Pustaka Pelajar: Yogyakarta. William, Baker and Sinkula, James, 1999, The Synergistic Effect Of Market Orientation and Learning Orientation on Organizational Performance . Journal of Academic Marketing Science, Volume 27. Zenovia, Cristiana POP, 2011, Entrepreneurship versus Intrapreneurship . Journal Review of International Comparative Management Vol. 12. Zikmund, William G, Raymond McLeod, Jr, & Faye W. Gilbert. 2003. Customer Relationship Management: Integrating Marketing Strategy and Information Technology . John Willey&Sons, Ltd: USA. Zikmund, William G. 2000, Business Research Methods , Sixth Edition, The Dryden Press, Philadelphia.
690f45d9-e5b2-491c-96e1-30ef9551578d
https://e-jurnal.pnl.ac.id/vokasi/article/download/566/577
## PEMBERDAYAAN EKONOMI KREATIF PENGOLAHAN LIMBAH KAIN PERCA DI DESA ALUE LIM KEC. BLANG MANGAT KOTA LHOKSEUMAWE ## Diana, Yeni Irawan, Halimatussa’diyah, Fakriah, Yuli Anisah Politeknik Negeri Lhokseumawe ## Abstrak Pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan sumber daya wanita yang potensial di Desa Alue Lim Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe melalui kegiatan pengolahan limbah kain perca menjadi asesoris wanita. Pemanfaatan limbah perca yang bersumber dari penjahit di desa dapat dijadikan sebagai komoditi yang memiliki nilai jual dan nilai seni yang tinggi. Pelatihan telah diikuti oleh 20 orang sebagai peserta aktif yang merupakan ibu rumah tangga dan remaja puteri putus sekolah. Peserta mampu berkreasi dan memiliki daya inovasi yang tinggi. Peserta melaksanakan semua tahapan pelatihan dengan sangat baik serta sangat antusias dan termotivasi dengan kegiatan ini. Peserta berharap kegiatan ini dapat membantu peningkatan ekonomi keluarga mereka karena produk yang dihasilkan dipasarkan dengan nilai jual yang tinggi. Dan peserta juga menginginkan kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan lagi di lain kesempatan. Pelatihan dilaksanakan oleh tim penerapan ipteks Politeknik Negeri Lhokseumawe dengan tahapan dimulai dari persiapan, pelaksanaan kegiatan, dan proses evaluasi dan monitoring kegiatan yang dilakukan selama 6 (enam) bulan. Kata kunci : kain perca, asesoris, pemasaran. ## PENDAHULUAN ## Analisis Situasi Usaha peningkatan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan perpindahan ilmu pengetahuan dan keterampilan ( transfer knowledges and lifeskills ). Usaha ini sangat memberikan dampak yang besar, apalagi jika ilmu pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat memanfaatkan sumberdaya yang ada di lingkungan masyarakat tersebut. Misalnya keterampilan pemanfaatan bahan bekas, pengolahan makanan dan obat- obatan dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar, dan pemanfaatan serta pengembangan keterampilan yang selama ini biasa dilakukan dalam rumah tangga. Kain perca atau sisa kain dari proses pembuatan baju banyak ditemukan di tempat penjahit. Setiap hari kain perca dihasilkan 1-5 kg. Jadi selama sebulan kain yang dihasilkan lebih kurang 30-150 kg kain perca yang dihasilkan. Selama ini kain perca belum dimanfaatkan untuk hal yang lebih berguna yang selama ini kain perca yang dihasilkan di buang atau di bakar. Oleh karena itu, tim penerapan iptekl berkeinginan memanfaatkan kain perca lebih memiliki nilai jual seperti aksesoris jilbab. Sumber kain perca yang dihasilkan berasal dari para penjahit yang berada di desa tersebut. Dari analisa situasi diatas, tim pengusul bertujuan untuk memanfaatkan limbah kain perca menjadi aksesoris jilbab yang bernilai ekonomi. Aksesoris jilbab bukannya lagi sebagai alat bantu dalam menggunakan jilbab tapi sudah dimodifikasi menjadi gaya hidup yang sudah menjadi kewajiban penggunaannya dalam berbusana jilbab. Di Aceh, Jilbab juga tidak hanya sekedar penutup aurat kepada wanita, akan tetapi sudah dimodifikasikan sesuai dengan keberadaan aksesoris yang unik dan modis. Sehingga memiliki nilai pasar yang cukup tinggi untuk menghasilkan aksesoris dari kain perca, karena permintaan pasar yang cukup tinggi. ## Perumusan Masalah Kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan masyarakat yang relatif rendah membutuhkan pendampingan dan penyuluhan bagaimana memanfaatkan potensi yang ada di desa dan lingkungannya. Kaum wanita usia produktif merupakan salah satu potensi desa yang dapat dikembangkan dengan membekali keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan sebagai penunjang perkembangan ekonomi masyarakat desa. Wanita yang memiliki waktu menganggur merupakan modal dan kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif yang dapat menghasilkan pendapatan. Keterampilan merangkai asesoris dari limbah perca sekarang ini menjadi trend di kalangan kaum wanita dan sangat berkembang di kalangan masyarakat. Hasil yang didapatkan dari kegiatan ini memberikan daya tarik seni dan keindahan dalam berbusana. Nilai seni yang menarik tersebut memberikan nilai jual yang sangat tinggi. Karenanya bidang keterampilan ini memiliki prospek sangat baik jika dikembangkan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, asalkan dimulai dengan ketekunan dan ketelitian yang baik, bahkan kaum pria pun dewasa ini mulai menekuni bidang keterampilan ini. Hal ini dapat dirasakan dengan semakin berkembangnya industri-industri yang memproduksikan limbah perca menjadi asesoris. Pengembangan keterampilan (lifeskills) yang dimiliki oleh kaum wanita dapat dilakukan melalui pelatihan merangkai asesoris dari limbah perca sehingga dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual dan dapat membantu keluarga dalam meningkatkan pendapatan. ## Target Dalam kegiatan Penerapan Ipteks ini yang akan menjadi mitra dari kegiatan ini adalah kaum wanita usia produktif yang telah terhimpun dalam suatu wadah desa yaitu PKK desa khusus bagi ibu-ibu dan remaja puteri di Desa Alue Lim. Kegiatan PKK desa selalu membutuhkan pengembangan program dan kegiatan, sehingga sangat mudah bagi kita untuk menawarkan suatu program kegiatan yang dapat diikuti oleh seluruh masyarakat terutamnya kaum wanita. Pelatihan ini membutuhkan bimbingan secara menyeluruh baik dari pengenalan bahan hingga pada praktik mengolah kain perca hingga membuat aksesoris Oleh karena itu jumlah peserta ditetapkan 20 orang. Kriteria khusus dari peserta pelatihan yang diurut berdasarkan skala prioritas yang dapat berpartisipasi dalam kegiatan sebagai berikut: 1. Wanita usia produktif, diutamakan kepada wanita yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan memiliki banyak waktu luang, dengan usia 20 sampai dengan 45 tahun. Usia ini dipilih agar kemungkinan mengembangkan usaha menjadi home industry lebih besar. 2. Memiliki kemampuan berkreasi sehingga penyelesaikan kegiatan dapat dilakukan dengan cepat. 3. Memiliki komitmen dan keinginan yang besar untuk mengikuti pelatihan dari awal sampai memiliki kemampuan dalam berkreasi. 4. Bersedia untuk menjadi anggota kelompok yang akan terus dibina di bawah tim penerapan IPTEK Politeknik Negeri Lhokseumawe dengan membuka home industry yang akan dikelola bersama-sama dengan prinsip kebersamaan. ## Luaran Luaran yang akan dihasilkan bagi penjahit rumah tangga dan sekelompok para pemudi dalam memanfaatkan dan mengolah limbah kain perca menjadi aksesoris jilbab yaitu : 1. Memanfaatkan 90 % kain perca yang ada yang selama ini tidak dimanfaatkan. 2. 80% kain perca yang ada dapat dimanfaatkan menjadi aksesoris jilbab yang unik dan modis. 3. Meningkatkan keuangan dari pengrajin dan pemudi tuna karya sekitar 50% dari hasil yang sekarang. 4. Menghasilkan produksi aksesoris jilbab 5 buah dalam sehari 5. Menjual dan memasarkan aksesori jilbab 80% dari produk yang dihasilkan ## Tujuan Kegiatan Program penerapan ipteks ini memiliki tujuan untuk memanfaatkan kain perca menjadi aksesoris jilbab yang memiliki nilai ekonomi dan melatih para pemudi dan penjahit untuk meningkatkan pendapatan mereka dengan mengubah kain perca menjadi aksesoris yang unik dan modis. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi bagi para remaja agar mendapatkan nilai tambah bagi dirinya sebagai modal pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik. ## METODE PELAKSANAAN Khalayak Sasaran Program Hibah Desa Binaan Sasaran dari program hibah desa binaan ini adalah penjahit rumah tangga, dimana para penjahit ini merupakan pekerjaan sampingan selain sebagai ibu rumah tangga yang dapat membantu keuangan rumah tangga. Selain itu sasaran yang lain adalah para pemudi yang sebagian besar bekerja serabutan dan sebagian lagi adalah membantu penjahit rumah tangga untuk mendapatkan keuangan yang dapat digunakan membantu orang tua membayar kebutuhan sekolah. Dengan adanya pelatihan pemanfaatan kain perca dalam menghasilkan aksesoris jilbab yang unik dan menarik, para penjahit dan pemudi rumah tangga dapat memanfaatkan kain perca dan dapat memasarkan aksesoris jilbab tersebut. Dan disini akan di ajarkan sistem pemasaran yang dapat memberikan sistem yang baik dalam memasarkan suatu produk, sehingga dapat meningkatkan nilai juga dari suatu barang yang akan di jual. ## Metode Kegiatan Program Hibah Desa Binaan Tim penerapan Ipteks Program Hibah Desa Binaan melaksanakan kegiatan untuk membantu mitra dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi selama ini dengan beberapa metode. Metode yang akan digunakan dalam kegiatan ini adalah: 1. Metode ceramah atau orasi tentang aksesoris jilbab dan proses pemasaran 2. Metode demonstrasi tentang proses pembuatan aksesoris jilbab 3. Metode praktek langsung bagi kelompok pemudi tuna karya dan penjahit rumah tangga 4. Metode praktek langsung sistem pemasaran yang baik dan efisien ## Prosedur Kerja Prosedur kerja yang akan dilakukan oleh tim pengusul yang terdiri dari (lima) orang yaitu 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang anggota. Setiap tim penerapan Ipteks memiliki keahlian dalam bidangnya masing- masing. Dimana seluruh anggota tim penerapan Ipteks adalah staf dari Jurusan Tata Niaga Politeknik Negeri Lhokseumawe yang memiliki keahlian dalam bidang keuangan dan manajemen. Beberapa anggota tim telah memproduksikan aksesoris jilbab dengan beberapa model. Bahan baku yang digunakan dalam aksesoris jilbab adalah kain perca atau sisa dari pakaian yang tidak digunakan lagi. Oleh karena itu, ketua dan tim penerapan iptek smelakukan pengabdian ke pada masyarakat tentang produksi aksesoris jilbab serta melatih para penjahit rumah tangga dan pemudi tuna karya dalam proses pemasarannya. Prosedur yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama tim pengusul melakukan survei di lapangan. Di sini tim penerapan ipteks melakukan wawancara dengan beberapa penjahit yang ada di sekitar Kecamatan Blang Mnagat Kota Lhokseumawe. Setelah dilakukan survei kemudian tim penerapan ipteks mendiskusikan kelompok yang mana yang bisa dilakukan sesuai dengan justifikasi dan permasalahan yang ada. Tahap ke dua tim penerapan ipteks melakukan kerjasama dengan kelompok yang telah ditentukan. Tahap ketiga dilakukan pengumpulan bahan dan alat yang akan digunakan. Tahap ke empat dilakukan demonstrasi dan praktek langsung kepada masyarakat yang telah ditinjau. Tahap ke lima dilakukan pelatihan proses sistem produksi aksesoris dan sistem pemasaran yang baik sehingga aksesoris yang dibuat dapat terjual sesuai target. Dilakukan evaluasi setiap 2 (dua) bulan sekali sejauh mana telah dilakukan produksi kain perca menjadi aksesoris jilbab yang unik dan modis. Setiap tahap yang dilakukan akan di evaluasi hasil capaian sesuai dengan target indikator capaian. Setiap indikator capaian akan ditinjau secara kesinambungan sesuai dengan target dan luaran yang ingin dicapai. Prosedur kerja penerapan ipteks ini dapat dilihat pada gambar 1. di bawah ini. ## Tahap 1 ## (survei dilapangan, Wawancara, diskusi) Gambar 1. Prosedur Kerja Penerapan Ipteks Pemanfaatan Kain Perca sebagai Bahan Aksesoris Jilbab dan Sistem Pemasaran HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ## Tahap 2 (Kerjasama) ## Tahap 3 (Pengumpulan bahan dan alat) ## Tahap 4 (Demonstrasi dan Praktek) ## Tahap 5 ## Produksi Aksesoris Jilban dan Sistem Pemasaran Evaluasi sesuai dengan Target dan Luaran Pelatihan pemberdayaan ekonomi kreatif ini dilakukan melalui pemanfaatan kain perca sebagai bahan baku pembuatan aksesoris jilbab dan proses pemasaran yang dilaksanakan di desa Alue Lim, Kecamatan Blang Mangat, Kota Lhokseumawe. Para peserta pelatihan ini yang terdiri dari ibu rumah tangga dan pemudi yang telah selesai sekolah tapi belum mendapat pekerjaan .Bahan baku pelatihan ini menggunakan kain perca yang berasal dari penjahit yang ada di sekitar desa tersebut. Selain ibu rumah tangga dan pemudi tuna karya pelatihan ini juga diikuti oleh penjahit. Kain perca yang selama ini masih kurang dimanfaatkan dan belum memiliki nilai ekonomi dapat digunakan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan assesoris jilbab. Pelatihan ini telah dilakukan dengan memberikan ilmu tentang proses pembuatan assesoris jilbab seperti bros dan kalung serta assesoris jilbab di kepala. Selain pelatihan pembuatan assesoris jilbab, para peserta juga mendapatkan ilmu tentang metode pemasaran. Selama pelatihan berlangsung para peserta memahami dan dapat langsung membuat assesoris jilbab. Dimana 90% peserta dapat melakukan pembuatan assesoris jilbab. Selain itu, kain perca yang ada di penjahit dapat digunakan 80% kain perca yang ada. Proses pelatihan yang dilakukan para peserta dapat mengikuti dan menghasilkan lebih kurang 5 jenis assesoris jilbab yang berbeda kreasinya. Pada saat proses pelatihan pembuatan assesoris jilbab, para peserta juga diberikan pengetahuan tentang pemasaran assesoris jilbab. Para peserta bisa memahami dan melakukan proses pemasaran assesoris jilbab yang telah diproduksikan. Setelah melakukan pelatihan ini, diharapkan para peserta masih terus memproduksikan assesoris jilbab sehingga para peserta akan mendapatkan beberapa order dari masyarakat. Para peserta bias saja membuat assesoris jilbab untuk sovernir perkawinan. Selain itu juga kelompok pelatihan ini telah memanfaatkan kain perca yang ada pada penjahit, sehingga kain perca tersebut tidak di buang dan dapat dimanfaatkan dalam menghasilkan assesoris jilbab. Assesoris jilbab yang dihasilkan berharga sekitar 3.000,-sampai 35.000,- rupiah. ## Pembahasan Tim pelaksana penerapan ipteks telah melalui beberpa tahapan sehingga kegiatan dapat berjalan sebagimana yang diharapkan. Tim Pelaksana telah melakukan kegiatan sebagai berikut : a. Survey awal kondisi desa untuk mengetahui banyaknya jumlah peserta pelatihan yang menjadi khalayak sasaran dalam pelatihan ini, terutama remaja putus sekolah dan ibu rumah tangga. b. Melakukan sosialisasi kegiatan dengan para perangkat desa yang bertujuan untuk mendapat izin pelaksanaan di desa binaan. c. Pelaksanaan kegiatan selama 3 hari mulai tanggal 17 Nopember 2016, 26 Nopember 2016, dan 6 Desember 2016, di Meunasah Desa Alue Lim Kecamatan Blang Mangat, yang diikuti oleh 15 orang peserta yang terdiri dari remaja putri dan ibu-ibu rumah tangga. d. Semua bahan dan peralatan disediakan oleh tim pelaksana, dan produk yang telah dihasilkan dapat dibawa pulang oleh peserta, sebagai hasil karya dan partisipasi dalam pelatihan. e. Kaum wanita di desa binaan ini sangat antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini, dan mengharapkan akan terus ada kegiatan-kegiatan yang lainnya dalam bentuk pengembangan bakat dan keterampilan yang dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di desa binaan ini. ## KESIMPULAN Kegiatan aplikasi ipteks Program Hibah Desa Binaan ini telah dilakukan oleh tim penerapan ipteks, dari hasil pelatihan dilakukan bahwa para peserta 90% memahami dalam proses pembuatan assesoris jilbab, dimana 80% kain perca dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam proses pembuatan kain perca. Produk yang dihasilkan diharapkan dapat beredar dan dipasarkan sehingga akan membantu perekonomian keluarga sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa setempat.
0c0f0914-98aa-4bf5-862b-dc81675d4c59
https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/download/552/515
Alamat Korespondensi email: ## Penggunaan Hydroxychloroquine dalam Tatalaksana Covid-19 ## Esther Kristiningrum Departemen Medical PT. Kalbe Farma Tbk. Jakarta, Indonesia ## ABSTRAK Penyakit coronavirus 2019 (Covid-19) telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Saat ini berbagai obat telah diteliti dalam upaya mengobati dan mencegah penularan virus tersebut, salah satunya adalah hydroxychloroquine yang selama ini dikenal sebagai obat antimalaria dan obat penyakit autoimun seperti lupus eritemasosus sistemik. Selain efek imunomodulasi, studi in vitro menunjukkan bahwa hydroxychloroquine juga memiliki efek antivirus, namun studi pada pasien Covid-19 hasilnya bervariasi dalam hal perbaikan outcome . Saat ini pada kondisi pandemi, hydroxychloroquine secara darurat bisa digunakan terbatas dalam pengawasan ketat oleh dokter untuk pengobatan pasien Covid-19 dewasa dan remaja yang memiliki berat badan 50 kg atau lebih dan dirawat di rumah sakit. Kata kunci: Covid-19, hydroxychloroquine ## ABSTRACT The 2019 coronavirus disease (Covid-19) has spread rapidly throughout the world. Various drugs have been studied for treating and preventing virus transmission, including hydroxychloroquine, known as antimalarial and an autoimmune disease drug such as systemic lupus erythematosus. In addition to an immunomodulating effect, in vitro studies have shown that hydroxychloroquine also has antiviral effects, but studies on Covid-19 patients have shown mixed results. Currently, in pandemic conditions, hydroxychloroquine can be limitedly used for emergency under close medical supervision for treating adults and adolescents weighed 50 kg or more with Covid-19 in a hospital setting. Esther Kristiningrum. Hydroxychloroquine for Covid-19 Treatment Keywords: Covid-19, hydroxychloroquine ## PENDAHULUAN Penyakit coronavirus 2019 (Covid-19) yang disebabkan oleh coronavirus baru, yaitu severe acute respiratory syndrome coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dilaporkan pertama kali di Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok, pada 15 Desember 2019. Sejak itu, virus tersebut menyebar dengan cepat ke seluruh dunia dan saat ini sudah mengenai lebih dari 200 negara dengan dampak medis dan ekonomi yang besar. Pada 12 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi. Untuk mengatasi krisis kesehatan masyarakat di seluruh dunia ini, berbagai obat telah diteliti dalam upaya mengobati dan mencegah penularan virus tersebut. 1,2 Obat golongan 4-aminoquinolone seperti chloroquine (CQ) dan derivatnya, hydroxychloroquine (HCQ), secara cepat diidentifikasi sebagai kandidat obat yang potensial mengingat CQ memiliki aktivitas antivirus terhadap Middle East respiratory syndrome (MERS) dan severe acute respiratory syndrome (SARS) in vitro . 3 Penelitian in vitro juga telah mengonfirmasi aktivitas antivirus chloroquine dan hydroxychloroquine terhadap SARS-CoV-2 4 dan penelitian juga telah melaporkan efek sinergistik HCQ dengan azithromycin terhadap SARS-CoV-2. 5 Dengan demikian, obat-obat tersebut dianggap berpotensi untuk terapi Covid-19. 6 ## HYDROXYCHLOROQUINE Chloroquine (CQ) pertama kali disintesis pada tahun 1934 dan telah diresepkan secara luas untuk pencegahan dan terapi malaria Gambar 1. Struktur molekul chloroquine dan hydroxychloroquine (Sumber: https://missouripoisoncenter.org/chloroquine-hydroxychloroquine/) ## ANALISIS serta terapi penyakit autoimun seperti artritis reumatoid dan lupus eritematosus sistemik. 7 Hydroxychloroquine (HCQ) mulai dikenal pada tahun 1955 dan lebih disukai karena profil keamanannya yang lebih unggul dibanding CQ. 7 Selain untuk terapi malaria, HCQ juga digunakan untuk terapi sindrom lupus eritematosus sistemik, artritis reumatoid, juvenile idiopathic arthritis , serta penyakit autoimun lainnya seperti sindrom antifosfolipid dan sindrom Sjögren primer. 7 Kedua obat tersebut juga telah menunjukkan aktivitas terapi atau efek imunomodulasi pada penyakit amebiasis, HIV/AIDS, dan beberapa kanker. 2,7 Namun, oleh BPOM saat ini HCQ hanya disetujui untuk terapi sindrom lupus eritematosus. 8 ## Profil Farmakologi HCQ HCQ merupakan basa lemah, dan sebagai antimalaria, HCQ berakumulasi dalam vesikel asam parasit, meningkatkan pH serta menghambat polimerisasi heme menjadi hemozoin sehingga menyebabkan kematian parasit karena heme bersifat toksik terhadap parasit. 9 Pada penyakit autoimun, HCQ menghambat aktivasi presentasi antigen dan menghambat produksi berbagai sitokin pro-inflamasi seperti IL-1, IL-6, IFN α , dan TNF α . 7.10 HCQ juga merupakan salah satu DMARD ( Disease- modifying Anti-Rheumatic Drug ) yang memiliki efek imunomodulasi yang dapat mencegah flare penyakit dan meningkatkan survival jangka panjang pada pasien lupus. 7 Konsentrasi plasma puncak HCQ tercapai dalam 3-4 jam. 2,9 HCQ memiliki waktu paruh terminal dan eliminasi yang panjang, masing- masing 22 hari dan 20-60 hari. 2 Dalam urin, HCQ terdeteksi hingga 3 bulan sejak konsumsi dosis terakhir dengan sekitar 10% obat diekskresikan sebagai obat asal. 2,9 ## Profil Keamanan HCQ HCQ relatif dapat ditoleransi dengan baik, dengan efek samping paling sering adalah gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare, terutama pada dosis ≥400 mg/hari yang diberikan saat perut kosong. 11,12 Sebuah studi 13 menunjukkan hingga 50% pasien yang mendapat HCQ mengalami gangguan gastrointestinal, yang tampaknya tergantung dosis dan paling sering pada loading dose 800 mg atau lebih. Pada pasien penyakit reumatik, dosis maksimal HCQ 400 mg/hari (atau sekitar 5 mg/kg) dapat ditoleransi dengan sangat baik. 12 HCQ dapat diberikan pada dewasa dan anak semua usia, dan relatif aman digunakan oleh ibu hamil atau menyusui. 12 HCQ mengontrol aktivitas penyakit autoimun selama kehamilan tanpa efek fetotoksik atau embriotoksik, 7 sehingga panduan ACR 14 merekomendasikan semua pasien lupus yang hamil untuk tetap minum HCQ. Namun meskipun demikian, terapi HCQ memerlukan perhatian atas beberapa risiko berikut ini: „ Kardiomiopati dan pemanjangan interval QT yang dapat menyebabkan risiko aritmia ventrikular. 9 Pemanjangan interval QT pada penggunaan HCQ dapat dieksaserbasi jika digunakan bersama obat-obatan yang berpotensi memperpanjang interval QT seperti digoxin , antiepilepsi, antasida, cyclosporine , amiodarone , azithromycin , moxifloxacin , insulin, obat antidiabetik oral, tamoxifen , dan praziquantel . 2 Namun, pemantauan EKG bukan bagian dari praktik standar terapi malaria atau reumatologi jika digunakan sebagai monoterapi. 2 Studi pada pasien Covid-19 15 menunjukkan bahwa terapi HCQ jangka pendek aman dan tidak dikaitkan dengan kelainan irama jantung berat jika di bawah pengawasan yang tepat, termasuk skrining EKG pasien sebelum memulai terapi HCQ dan EKG ulang selama terapi HCQ. „ Kerusakan retina (retinopati) berat dan ireversibel yang dikaitkan dengan dosis tinggi (>5 mg/kg) dan jangka panjang (>5 tahun). 2 Faktor risiko lain meliputi filtrasi glomerulus subnormal, penggunaan bersama tamoxifen citrate atau disertai penyakit makula mata. 9 Retinopati bukan masalah utama pada penggunaan jangka pendek seperti pada pasien Covid-19. 11 „ Perburukan psoriasis dan porfiria sehingga harus mempertimbangkan manfaat dan risikonya pada pasien dengan kondisi tersebut. 2,9 „ Miopati proksimal dan neuropati, sehingga perlu penilaian kekuatan otot dan refleks tendon dalam secara berkala pada pasien dengan terapi HCQ jangka panjang. 2,9 „ Efek samping lain penggunaan akut HCQ meliputi hipoglikemia, neurotoksisitas berupa tinitus, nyeri kepala, dan perubahan mood ; serta anemia hemolitik pada individu defisiensi G6PD. 2,9 HCQ juga dapat menyebabkan fotosensitivitas, ruam kulit, pruritus, dan perubahan warna kulit. 9,11 ## HCQ DALAM TATALAKSANA COVID-19 HCQ telah digunakan dalam terapi Covid-19 baik sendiri atau dikombinasi dengan azithromycin berdasarkan efek imunomodulasi dan antivirusnya. 16 Secara keseluruhan, HCQ mampu memengaruhi beberapa jalur seluler dan oleh karena itu, mempunyai beberapa mekanisme kerja terhadap SARS-CoV-2. 2 Studi in vitro 4 menunjukkan bahwa HCQ memiliki efek antivirus dan dianggap dapat mencegah ARDS terkait Covid-19. 1 Mekanisme HCQ sebagai antivirus adalah menghambat tahap replikasi SARS-CoV-2 yang tergantung pH, berperan sebagai imunomodulator yang menghambat produksi IL-6 dan TNF-, menghambat autofagi dengan mengganggu fusi autofagosom ke lisosom, serta menghambat aktivasi p38 MAPK. 17 HCQ juga berperan sebagai imunomodulator antitumor yang mengganti makrofag dari fenotip M2 ke tumour-killing M1, sehingga menurunkan infiltrasi imunosupresif dan meningkatkan imunitas sel T antitumor. 17 Berdasarkan studi, SARS-CoV-2 diyakini memasuki sel dengan mengikat reseptor ACE- 2. 2 Efek anti-SARS-CoV-2 dari HCQ in vitro juga dikaitkan dengan defisit glikosilasi reseptor permukaan sel virus, angiotensin converting enzyme 2 (ACE2), yang dapat mengganggu masuknya virus yang dimediasi endosom yang bergantung pada pH. 2,11 HCQ juga memiliki efek imunomodulasi melalui penurunan produksi sitokin dan penghambatan autofagi serta fungsi lisosom dan endosom pada sel inang. 11 HCQ juga dapat masuk ke dalam endosom dan lisosom yang menyebabkan peningkatan pH kompartemen intraseluler, padahal organel ini secara normal memerlukan lingkungan asam untuk homeostasis. Peningkatan pH tersebut menyebabkan disfungsi yang mengakibatkan degradasi protein defektif, endositosis, dan eksositosis yang diperlukan untuk infeksi, replikasi, dan penyebaran virus. 2 ## Studi HCQ pada Covid-19 Studi pendahuluan dilakukan untuk menilai efikasi dan keamanan HCQ dalam terapi pasien Covid-19 derajat sedang; dilakukan secara acak dengan kontrol pada 30 pasien terkonfirmasi Covid-19 yang belum pernah diterapi. 18 Kelompok HCQ mendapat HCQ 2 x 200 mg per hari selama 5 hari ditambah terapi konvensional (antivirus dan antibakteri tak spesifik, dan imunoglobulin dengan atau tanpa corticosteroid ), sedangkan kelompok kontrol hanya mendapat terapi konvensional. Hasilnya menunjukkan bahwa outcome pasien tidak berbeda bermakna dengan atau tanpa pemberian HCQ dalam hal konversi asam nukleat SARS-Cov-2 dari usap faring menjadi negatif pada hari ke-7, median durasi sejak dirawat di rumah sakit hingga konversi asam nukleat virus menjadi negatif, median waktu untuk normalisasi suhu tubuh, perbaikan radiologis, klirens virus, serta efek samping diare dan fungsi hati abnormal. 18 Studi label terbuka (n=36) di Méditerranée Infection University Hospital Institute di Marseille, Perancis 19 melaporkan perbaikan klirens SARS-CoV-2 pada pasien yang mendapat HCQ dibandingkan kontrol yang mendapat perawatan suportif standar. HCQ diberikan dengan dosis 200 mg setiap 8 jam (total 600 mg sehari) selama 10 hari. Dari 20 pasien di kelompok HCQ, 6 pasien juga mendapatkan azithromycin 500 mg pada hari ke-1 diikuti dengan 250 mg/hari selama 4 hari. Klirens virus yang diukur dengan usap nasofaring pada hari ke-6 adalah 70% untuk kelompok HCQ vs 12,5% untuk kelompok kontrol (p=0,001). Penambahan azithromycin ke HCQ pada 6 pasien menghasilkan perbaikan klirens virus (100%) dibandingkan monoterapi HCQ (57%). Studi ini adalah studi kecil dengan karakteristik pasien yang tidak jelas dan dengan eksklusi 6 kasus dari kelompok terapi yang dianalisis karena kebutuhan eskalasi perawatan. Juga tidak ada usap nasofaring berulang atau tindak lanjut untuk memastikan eradikasi virus sepenuhnya. 19 Hasil studi acak, label terbuka, multisenter, pada 150 pasien Covid-19 dewasa yang diberi penambahan HCQ 1200 mg/hari selama 3 hari, dilanjutkan dengan 800 mg/hari selama 2-3 minggu pada perawatan standar tidak menghasilkan perbedaan bermakna konversi negatif SARS-CoV-2 di hari ke-4, 7, 10, 14, 21, atau 28 dibandingkan dengan hanya perawatan standar pada pasien Covid-19 ringan hingga sedang. 20 Gejala klinis lebih cepat reda pada pasien yang mendapat HCQ, yang didalilkan oleh penulis terjadi melalui efek antiinflamasi dan pemulihan limfopenia. Tidak ada masalah keamanan yang dilaporkan dalam studi HCQ dosis tinggi ini; diare dilaporkan pada sekitar 10% pasien. 20 Satu studi yang mendukung manfaat HCQ menganalisis 550 pasien Covid-19 kritis yang memerlukan ventilasi mekanik di Tongji Hospital, Wuhan, Tiongkok . 21 Pada studi ini, 48 pasien diberi tambahan terapi HCQ oral (200 mg, 2 kali sehari selama 7-10 hari) selain terapi standar obat antivirus dan antibiotik. Tingkat mortalitas kelompok HCQ 18,8% vs 47,4% pada kelompok non-HCQ (p<0,001). Lama perawatan di rumah sakit sebanding antara kedua kelompok, tetapi HCQ menunjukkan peningkatan lama hidup. Uji laboratorium menunjukkan bahwa terapi HQC secara bermakna menurunkan kadar IL-6 plasma, dan jika terapi HCQ dihentikan, kadar IL-6 kembali meningkat ke kadar kelompok kontrol. Namun, studi ini bersifat retrospektif dan sampel kelompok terapi kecil. 21 Studi cohort retrospektif multisenter telah dilakukan pada 1.438 pasien rawat di rumah sakit di New York yang dikategorikan ke dalam 4 kelompok terapi selama perawatan, yaitu HCQ dengan azithromycin , HCQ saja, azithromycin saja, dan tidak ketiganya. Setelah penyesuaian demografik, rumah sakit spesifik, kondisi sebelumnya, dan keparahan penyakit, hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan mortalitas antara keempat kelompok terapi. 22 ## Rekomendasi Penggunaan HCQ dalam Tatalaksana Covid-19 Saat artikel ini ditulis, menurut BPOM, HCQ tetap bisa digunakan secara terbatas untuk penggunaan darurat dalam pengawasan ketat oleh dokter pada kondisi pandemi untuk pengobatan pasien Covid-19 dewasa dan remaja yang memiliki berat badan 50 kg atau lebih dan dirawat di rumah sakit. 23 Dosis dan durasi optimal untuk terapi Covid-19 belum diketahui. Dosis yang disarankan oleh BPOM untuk mengobati pasien dewasa dan remaja dengan Covid-19 adalah 800 mg pada hari pertama dan 400 mg per hari pada hari selanjutnya hingga empat sampai tujuh hari berdasarkan evaluasi klinis. 23 Dosis dan durasi yang disarankan akan diperbarui apabila sudah ada uji klinik yang disetujui. 23 Menurut Pedoman Tatalaksana Covid-19 edisi kedua yang diterbitkan pada Agustus 2020, 24 HCQ dapat diberikan dengan dosis 400 mg/hari selama 5-7 hari pada pasien Covid-19 derajat ringan jika dirawat di rumah sakit, 400 mg sebanyak 2 kali sehari pada hari pertama dilanjutkan 400 mg/hari selama 5-7 hari untuk derajat sedang, dan 400 mg/hari selama 5 hari dengan kontrol EKG setiap 3 hari untuk derajat berat dan kritis. Pemberian HCQ dan azithromycin secara bersamaan pada beberapa kasus dapat menyebabkan interval ## ANALISIS QT memanjang, sehingga perlu pemeriksaan EKG sebelum pemberian dan selanjutnya dilakukan serial. 24 ## SIMPULAN Hydroxychloroquine (HCQ) merupakan obat yang telah lama dikenal sebagai antimalaria dan untuk beberapa jenis penyakit autoimun. Berbagai studi telah dan sedang meneliti HCQ untuk pengobatan Covid-19, namun hasilnya bervariasi dalam hal efektivitas dan keamanannya terkait pemanjangan interval QT. Saat ini BPOM secara terbatas memperbolehkan HCQ untuk penggunaan darurat dengan pengawasan ketat oleh dokter pada kondisi pandemi untuk pengobatan pasien Covid-19 dewasa dan remaja yang memiliki berat badan 50 kg atau lebih dan dirawat di rumah sakit, dengan dosis 800 mg pada hari pertama dilanjutkan 400 mg per hari hingga empat sampai tujuh hari berdasarkan evaluasi klinis. ## DAFTAR PUSTAKA: 1. Hussain N, Chung E, Heyl JJ, Hussain B, Oh MC, Pinon C, et al. A Meta-analysis on the effects of hydroxychloroquine on COVID-19. Cureus 2020;12(8): e10005. doi:10.7759/cureus.10005 2. Pastick KA, Okafor EC, Wang F, Lofgren SM, Skipper CP, Nicol MR, et al. Review: Hydroxychloroquine and chloroquine for Treatment of SARS-CoV-2 (COVID-19). OFID 2020; 7(4). https://doi.org/10.1093/ofid/ofaa130 3. Dyall J, Gross R, Kindrachuk J, Johnson RF, Olinger GG, Hensley LE, et al. Middle east respiratory syndrome and severe acute respiratory syndrome: current therapeutic options and potential targets for novel therapies. Drugs 2017;77(18):1935-66. doi: 10.1007/s40265-017-0830-1 4. Liu J, Cao R, Xu M, Wang X, Zhang H, Hu H. Hydroxychloroquine, a less toxic derivative of chloroquine, is effective in inhibiting SARS-CoV-2 infection in vitro. Cell Discov.2020;6:16. 5. Andreani J, Bideau ML, Duflot I, Jardot P, Rolland C, Boxberger M, et al. In vitro testing of combined hydroxychloroquine and azithromycin on SARS-CoV-2 shows synergistic effect. Microb Pathog 2020;145:104228. doi: 10.1016/j.micpath.2020.104228. 6. Fiolet T, Guihur A, Rebeaud M, Mulot M, Peiffer-Smadja N, Mahamat-Saleh Y. Effect of hydroxychloroquine with or without azithromycin on the mortality of COVID-19 patients: a systematic review and meta-analysis. Clin Microbiol Infection 2020. https://doi.org/10.1016/j.cmi.2020.08.022 7. Schrezenmeier E, Dörner T, et al. Mechanisms of action of hydroxychloroquine and chloroquine: implications for rheumatology. Nat Rev Rheumatol 2020;16(3):155- 66. 8. Hyloquin tablet salut selaput 200 mg [Internet]. 2020 [cited 2020 May 27]. Available from: http://pionas.pom.go.id/obat-baru/hyloquin-tablet-salut-selaput-200-mg 9. PLAQUENIL ® Hydroxychloroquine sulfate tablets, USP [Internet]. 2020 [cited 2020 May 27]. Available from: https://www.accessdata.fda.gov/ drugsatfda_docs/labe l/2017/009768s037s045s047lbl.pdf 10. Khuroo MS. Chloroquine and hydroxychloroquine in coronavirus disease 2019 (COVID-19). Facts, fiction and the hype: a critical appraisal. Internat J Antimicrob Agents 2020;56: 106101 11. Littlejohn E. Hydroxychloroquine use in the COVID-19 patient. Cleveland Clin J Med 2020. doi:10.3949/ccjm.87a.ccc011 12. Medicines for the prevention of malaria while traveling hydroxychloroquine (Plaquenil™) [Internet]. [cited 2020 May 27]. Available from: https://www.cdc.gov/ malaria/resources/pdf/fsp/drugs/Hydroxychloroquine.pdf 13. Furst DE, Lindsley H, Baethge B, Botstein GR, Caldwell J, Dietz F, et al. Dose-loading with hydroxychloroquine improves the rate of response in early, active rheumatoid arthritis: a randomized, double-blind six-week trial with eighteen-week extension. Arthritis Rheum 1999;42:357-65. 14. Sammaritano LR, Bermas BL, Chakravarty EE, Chambers C, Clowse MBE, Lockshin MD, et al. 2020 American college of rheumatology guideline for the management of reproductive health in rheumatic and musculoskeletal diseases. Arthritis & Rheumatology 2020;72(4):529-56. DOI 10.1002/art.4119 15. Gasperetti A, Biffi M, Duru F, Schiavone M, Ziacchi M, Mitacchione G, et al . Arrhythmic safety of hydroxychloroquine in COVID-19 patients from different clinical settings. Europace . 2020. doi:10.1093/europace/euaa21 16. Arshad S, Kilgore P, Chaudhry ZS, Jacobsen G, Deewang D, Huitsing K, et al. Treatment with hydroxychloroquine, azithromycin, and combination in patients hospitalized with COVID-19. Int J Infect Dis. 2020; 97: 396–403. 17. Cirino G, Ahluwalia A. The many mechanisms of action of Chloroquine-to use or notto use (in COVID-19) that is the question. Br J Pharmacol. 2020;177:3361-2. 18. Chen J, Liu D, Liu L, Liu P, Liu Q, Xia L, et al. A Pilot Study of Hydroxychloroquine in Treatment of Patients With Moderate COVID-19]. Zhejiang Da Xue Xue Bao Yi Xue Ban 2020;49(2):215-9. 19. Gautret P, Lagier JC, Parola P, Hoang VT, Meddep L, Mailhe M, et al. Hydroxychloroquine and azithromycin as a treatment of COVID-19: results of an open-label non- randomized clinical trial. Internat J Antimicrobial Agents. DOI: https://doi.org/10.1016/j.ijantimicag.2020.105949 20. Tang W, Cao Z, Han M, Wang Z, Chen J, Sun W, et al. Hydroxychloroquine in patients with mainly mild to moderate coronavirus disease 2019: open label, randomised controlled trial. BMJ 2020;369:m1849 21. Yu B, Li C, Chen P, Zhou N, Wang L, Li J, et al. Low dose of hydroxychloroquine reduces fatality of critically ill patients with COVID-19. Sci China Life Sci 2020; 1-7. doi:10.1007/s11427-020-1732-2 22. Rosenberg ES, Dufort EM, Udo T, Wilberschied LA, Kumar J, Tesoriero J, et al. Association of treatment with hydroxychloroquine or azithromycin with in-hospital mortality in patients with COVID-19 in New York state. JAMA 2020; May 11. doi:10.1001/jama.2020.8630 23. BPOM. Fact sheet for health care providers emergency use authorization (eua) of hydroxychloroquine sulfate for treatment of covid-19 in certain hospitalized patients. 2020. 24. Burhan E, Susanto AD, Nasution SA, Ginanjar E, Pitoyo CW, Susilo A, et al. Pedoman Tatalaksana Covid-19, edisi 2. Jakarta; 2020.
be35bb7d-e607-4ea2-ba1b-899e9374380a
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/JISPAR/article/download/422/1865
## PERLUKAH BARAM DILEGALKAN? ## Saputra Adiwijaya ## PENDAHULUAN Sebagai bangsa yang kaya beragam akan budaya, Indonesia mempunyai banyak hasil dari kebudayaan yang hingga saat ini mengalami tantangan global sehingga perlu dilestarikan, suatu saat bukan tidak mungkin satu persatu hasil dari kebudayaan itu hanya menjadi cerita dongeng di masa yang akan datang. Sebagaimana diketahui juga bahwa hasil kekayaan kebudayaan yang beranekaragam itu lahir dan terbentuk karena adanya usaha nenek moyang kita pada masa lampau dalam mengatur kehidupan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu hasil dari kebudayaan itu adalah minuman tradisional yang beralkohol ( traditional alcoholic beverages ), bermacam bahan baku menjadi ciri khas dari pembuatan minuman beralkohol ini, dan tergantung dari potensi-potensi alam yang ada di daerah masing-masing di Indonesia. Sebagai contoh misalnya daerah pesisir akan berbeda bahannya dengan yang ada di wilayah penghasil padi (pegunungan). Bagi orang Dayak khususnya, tradisi meminum minuman tradisional beralkohol ( traditional alcoholic beverages ) bisa di katakan sebagai ciri khas dari sebuah acara, biasanya dalam tradisi upacara penyambutan tamu yang datang, upacara tiwah, dan lain sebagainya. Sajian minuman tradisional yang mengandung alkohol ini pasti ada di acara-acara tersebut. Berbagai istilah disematkan bagi minuman tradisional beralkohol ini misalnya baram, anding, atau juga ada menyebutnya arak atau juga tuak. Pada bagian lainnya banyak filosofi yang menjadi semangat dalam pembuatan minuman tradisional beralkohol ini, dan ketika meminumnya pun tidak sembarangan, seperti yang disebutkan diatas ada acara-acara khusus yang menjadi bolehnya minuman tradisional ini. salah satu yang penulis ketahui misalnya bahwa tanda suksesnya sebuah keluarga dalam panen padi yang berlimpah maka baram seperti wajib dibuat oleh keluarga itu, jika panen tidak seberapa maka baram tidak akan dibuat. ## Baram; kondisinya sekarang Penulis berusaha tidak membahas tema tentang baram ini untuk menyentuh wilayah hukum agama (khususnya agama Islam) karena dalam tulisan ini akan berusaha menyajikan secara kajian budaya secara umum bahwa ada makna baram bagi orang Dayak, berikut potensi-potensi baram sebagai salah satu kekayaan hasil budaya suku dayak yang mempunyai nilai jual secara global, dan tantangannya ke depan. Sebagai minuman tradisional beralkohol ( traditional alcoholic beverages ) baram merupakan minuman lokal suku dayak yang jika dilihat dari bahan- bahannya merupakan campuran dari jahe, lengkuas, kunyit, akar alang-alang dan campuran lainnya sehingga jika diminum secara tidak berlebihan bisa dikatakan justru menyehatkan, memang pendapat ini perlu kajian lebih lanjut apakah kemudian jika diminum sesuai takaran menimbulkan efek sehat seperti apa, kemudian jika diminum secara berlebihan apakah keburukannya selain tentunya memabukan. Efek memabukan ini kadang menjadi kontroversi karena dalam beberapa kasus, peminumnya, pedagang atau pembuat baram ditangkap dengan alasan tidak berizin (ilegal), mengganggu ketertiban umum, meresahkan masyarakat. Sementara pada bagian yang lain membeli minuman dari merek tertentu di toko- toko penjual minuman yang berizin (atau tidak) dianggap sebagai hal yang wajar karena yang dijual kadar alkoholnya tidak tinggi, apakah jika diminum dalam jumlah banyak juga memabukkan minuman merek tertentu itu? Kemudian bagaimana dengan misalnya penyalahgunaan pil zenith yang juga banyak beredar kemudian juga digunakan untuk mabuk-mabukan. Sepertinya perlu diskusi yang mendalam untuk menyepakati kata mabuk ini, sehingga ditemukan sebuah jalan tengah yang bisa menjadi kerangka acuan bagi pemerintah (daerah), peminum minuman yang dianggap memabukan, penjual minumannya, dan seluruh pihak yang mempunyai kepentingan dalam memahami permasalahan ini. ## Baram dan Pelestarian Budaya Dayak Meminum minuman tradisonal yang beralkohol bagi orang dayak sebenarnya bukan hal yang asing, apakah kemudian hal ini menimbulkan kemudian stretotipe bahwa orang dayak terkenal peminum ? pada bagian lain seluruh masyarakat yang tinggal di DAS di Kalimantan Tengah untuk minuman tradisional yang mengandung alkohol ini sejak zaman dulu terkenal sebagai pembuat minuman tradisional ini dengan berbagai macam ciri khasnya. Bahkan bisa dikatakan ada perbedaan dari bahan, cara pembuatan dan pengolahannya, dan rasanya hingga efek yang ditimbulkannya. Ada filosofi bahwa baram yang dibuat biasanya sebagai tanda panen padi yang berhasil (berlimpah), apakah jika dihubungkan dengan kondisi sekarang ketika lahan bercocok tanam (padi) semakin tergerus oleh perkebunan semakin mengurangi pembuatan baram, perlu kajian mendalam lagi apakah ada hubungan antara semakin menipisnya lahan persawahan dengan tingkat baram yang diproduksi oleh pembuat baram. Sementara itu para pembuat baram juga sudah tidak menurunkan cara membuat baram ini kepada generasi mudanya, ini lah beberapa hal yang mungkin menjadi renungan bahwa baram bisa jadi sebagai minuman tradisional beralkohol yang hanya tinggal cerita. Penulis pernah mendatangi salah satu Desa di Kabupaten Katingan tepatnya di Desa Tumbang Tanjung, disitu penulis sempat melakukan sedikit observasi tentang minuman tradisional beralkohol ini, ternyata yang membuat sudah tua dan bukan tidak mungkin ketika beliau sudah tidak ada maka yang menjadi penerusnya bisa tidak ada pula. Sementara itu untuk yang mengkonsumsinya biasanya pada saat ada upacara adat, sangat jarang untuk diminum sembarangan untuk mabuk-mabukan. Menjadi hal yang prioritaskah ketika ada nilai budaya yang mulai hilang ini untuk dilestarikan? Pada bagian lain para pembuat, dan penjual baram ini ditangkap dengan alasan tidak berizin. Jika diberi izin apakah kemudian juga bebas menjualnya ? sementara para penjual yang berizin menjual produk-produk yang sebenarnya dari luar (Kalimantan Tengah) dengan alasan lebih higienis, sudah teruji BPOM, lebih bisa mengontrol peminumnya karena kandungan alkoholnya rendah dan berbagai macam argumen yang sebenarnya kesemuanya itu bisa didiskusikan lagi. ## Baram sebagai alternatif bagi pemberdayaan masyarakat Ketika arak Bali bisa dikemas dan mempunyai nilai jual tinggi, apakah kemudian baram bisa seperti itu ? atau orang Korea yang juga menamakan minumannya dengan baram yang dikemas dengan botol yang bagus dan dijual juga di Indonesa saat ini dengan merek Baram Korean Drink (Soju) ? jika kita lihat dari sisi kajian pemberdayaan hal ini bisa menjadi bahan diskusi yang menarik, bahwa pemberdayaan itu secara sederhana bisa dimaknai adanya sebuah kemandirian dari suatu individu atau sekelompok masyarakat agar mempunyai sebuah kekuatan ( power ) agar bisa mempunyai kapasitas dalam membangun dirinya sendiri atau kelompoknya untuk keluar dari ketidakberdayaan baik itu secara ekonomi, sosial, atau politik dan hukum. Jika memang baram ingin dijadikan sebuah komoditi dan menghasilkan berbagai macam sentra kewirausahaan yang bisa menyerap tenaga kerja mandiri dan bisa meningkatkan pendapatan masyarakat kenapa tidak. Maka hal ini perlu berbagai kajian yang nantinya menjadi sebuah peraturan (daerah) yang menjadi acuan bagi semua pihak sebagai aturan main bagi masyarakat pembuat baram, dan juga mengkonsumsinya sehingga tidak ada lagi alasan-alasan yang (mungkin) selama ini dianggap merugikan masyarakat, terutama pembuat baram. Berangkat dari hal tersebut maka yang dibenahi adalah: Pertama, melakukan pemetaan ( mapping ) pembuat baram yang ada di seluruh Kalimantan Tengah dengan menggandeng akademis (peneliti) sebagai sebuah kajian komprehensif, penulis yakin semua DAS yang ada di Kalimantan Tengah mempunyai potensi ini. Jika dipersempit lagi bisa dimulai dari kota Palangkaraya atau Kabupaten Katingan. Ketika hasil pemetaan ( mapping ) para pembuat baram ini sudah dihasilkan maka usulan yang diajukan didiskusikan ke dinas yang berwenang misalnya dinas perindustrian dan perdagangan, BPOM, dinas kesehatan, dinas pariwisata, DPRD, atau pejabat politik yang ada di tiap kabupaten/kota. Kedua, memberikan pelatihan pengemasan dan pengawetan yang baik dan higienis kepada pembuat baram dengan menggandeng pihak BPOM dan dinas kesehatan. Hal ini penting karena akan menambah nilai jual suatu produk ketika dijual ke luar, jika perlu melakukan studi banding ke daerah pembuat minuman tradisional beralkohol (traditional alcoholic beverages) yang berhasil. Ketiga, pemasaran. Pada bagian ini memang diperlukan peraturan daerah (perda) misalnya siapa saja yang boleh meminumnya, di mana boleh produk ini dijual, kandungan alkoholnya disesuaikan juga tentunya dan hal detil lainnya. Keempat, selalu melakukan evaluasi. Evaluasi ini terkait dengan berbagai macam yang menjadi kelemahan ketika sebuah produk sudah dijual di pasaran. Misalnya apakah ada peningkatan pendapatan para pembuat baram, dampaknya kepada masyarakat ketika baram sudah beredar luas dari kajian sosial, hukum, dan kesehatan, tindakan aparat pemerintah jika ada yang melanggar. Namun demikian, keempat hal ini bukanlah hal yang mutlak, perlu diskusi yang tepat agar masalah ini menjadi lebih baik sehingga semua pihak bisa saling memberi solusi. ## PENUTUP Ada sebuah nilai budaya yang perlu dilestarikan, dan sebuah potensi pemberdayaan untuk masyarakat dari baram sebagai minuman tradisional beralkohol ( traditional alcoholic beverages ) khususnya bagi orang Dayak, namun apakah hal tersebut menjadi prioritas ditengah maraknya juga permasalahan sosial yang lainya termasuk tentunya korupsi. Mengurus dan mengelola sebuah pemerintahan (daerah) beserta warganya tidak hanya dari sekedar mengurus urusan baram, banyak hal-hal penting lainnya yang menjadi tugas semua pihak seperti aparat pemerintah sebagai pembuat kebijakan, akademisi (peneliti), dan masyarakat luas seluruhnya. Semoga dimasa yang akan datang wacana-wacana kecil ini bisa bermanfaat bagi semua pihak. ## DAFTAR PUSTAKA FOD. 2015. Filosofi Baram – Minuman Keras Khas Dayak Ngaju. https://folksofdayak.wordpress.com/2015/07/10/filosofi-baram-minuman- keras-khas-dayak-ngaju/ Hikaru. 2011. Baram, Tuak Khas Kalimantan. https://hikarusky.wordpress.com/2011/10/15/baram-tuak-khas-kalimantan/ Mardikanto, Totok. Soebiato, Poerwoko. 2015. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta. Bandung Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat. PT Refika Aditama. Bandung. Suparjan dan Hempri S. 2003. “Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan Sampai Pemberdayaan,” CRS Indonesia, Yogyakarta.
68551399-1d11-46f4-a584-ecd144661c89
https://journal.trunojoyo.ac.id/widyagogik/article/download/7/16
1 Korespondensi: Sulaiman, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Trunojoyo Madura, Jalan Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan, Telp: (031) 3011146, e-mail: [email protected] ## Penyimpangan Seksual dalam Sastra Indonesia Mutakhir ## Sulaiman 1 ## Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Trunojoyo Madura, Bangkalan ## ABSTRACT This research is to desribe gender unequality which happens to woman characters in late Indonesian literature. Women are identified as weak ethnic, irrational, full of emotion, and to be the object of violence. The type of this research is qualitative with gynesis approach. The technique of data collection which is applied is documentation. The data, then, is analyzed through descriptive analysis and content analysis with three stages, which are: (1) identification, (2) comparation, and (3) application. From the analysis, it is found that in late Indonesian literature written by woman-writer, there are sexual divergences. The forms of sexual divergences include sexual abuse, sexual insulting and love dishonesty, gay and lesbian, and sexual violation against women. ## Key Word : sex, sexual abuse, gay, lesbian Ada sebuah kesadaran bahwa dalam masyarakat patriarki, perempuan seolah-olah bukan bagian dari masyarakat sehingga kehadiran, pengalaman, pikiran, tubuh, dan keterlibatannya kurang diakui (Heroepoetri dan Valentina, 2004:vi). Lebih lanjut dikatakan bahwa atas nama objektivitas dan generalisasi, masyarakat patriarki mendefinisikan dan mengatur tata kehidupannya yang menindas dan meniadakan perempuan. Kehidupan seperti inilah yang mengakibatkan ketidaksetaraan jender. Kekerasan ( violence ) adalah serangan atau invasi ( assault ) terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang (Fakih, 2003:17). Kekerasan yang dialami oleh setiap orang dapat berasal dari berbagai sumber sebagai penyebab tindak kekerasan adalah adanya anggapan jender. Dalam hal ini, Fakih (2003:17) dan Handayani (2002:18) menyebut dengan istilah “ gender-related violence ”. Pada dasarnya kekerasan jender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Levi (1994:295) mendefinisikan kekerasan atau violence pada dasarnya merupakan suatu konsep yang makna dan isinya sangat bergantung kepada masyarakat sendiri. Kekerasan terhadap perempuan sering terjadi karena dominasi laki-laki. Kekerasan dipakai laki-laki sebagai rasa tidak puas, bahkan hanya sebagai gengsi belaka bahwa laki-laki berkuasa terhadap perempuan. Di samping itu, laki-laki ingin menunjukkan bahwa mereka mempunyai kekuatan dan kekuatan itu dipakai untuk menunjukkan bahwa laki-laki adalah pemimpin atas perempuan. Adapun bentuk kekerasan terhadap perempuan dapat berupa kekerasan seksual. Yang dimaksud kekerasan seksual adalah kekerasan yang berkaitan dengan sikap atau perbuatan laki-laki yang melecehkan seksual. Memaksa perempuan untuk melakukan hubungan seksual tanpa persetujuan terlebih dahulu, dalam hal ini biasa disebut dengan tindakan pemerkosaan. Dapat juga karena tidak memenuhi kebutuhan istri. Kekerasan-kekerasan tersebut sering disebut dengan pelecehan seksual. Kekerasan dalam rumah tangga bisa menimpa siapa saja, termasuk ibu, bapak, istri, suami, anak, dan pembantu rumah tangga (Kalibonso, 2000:109). Dalam hal ini, kekerasan dapat dilakukan siapa saja dalam anggota keluarga. Suami (ayah) dapat melakukan kekerasan pada istri dan anaknya. Istri (ibu) dapat melakukan kekersan terhadap suami, anak dan pembantunya. Anak dapat melakukan kekerasan terhadap pembantunya. Meskipun demikian, Ciciek (1999:2) berpendapat bahwa kebanyakan korban kekerasan dalam rumah tangga adalah istri. Sementara itu, Murniati (2004:222) memberikan pengertian kekerasan sebagai perilaku atau perbuatan yang terjadi dalam relasi antarmanusia, baik individu maupun kelompok, yang dirasakan oleh salah satu pihak sebagai satu situasi yang membebani, membuat berat, tidak menyenangkan, tidak bebas. Lebih lanjut dikatakan bahwa salah satu bentuk kekerasan terhadap perempuan adalah kekuasaan seks atas dirinya. Misalnya ajakan hubungan seks tanpa rasa hormat (pelecehan), paksaan hubungan seks yang tidak dikehendaki (perkosaan). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pendeskripsian hal- hal yang berkaitan dengan penyimpangan seksual. Adapun bentuk-bentuk penyimpangan seksual adalah pelecehan seksual, perkosaan dan perselingkuhan, homoseks dan lesbian, serta kekerasan seksual terhadap perempuan. ## Metode Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan gynesis. Pendekatan gynesis berlandaskan pada pemikiran bahwa perempuan dapat sangat patriakal dan bisa memberikan efek feminis dan seksis atau menunjukkan bahwa pengalaman perempuan adalah perempuan. Namun, seorang laki-laki sebenarnya dapat menginternalisasikan suara perempuan dan bersimpati terhadap perempuan. Perempuan menulis sendiri sebenarnya merupakan sebuah upaya untuk melakukan penilaian, mempertanyakan dan menolak pola pikir laki- laki yang selama ini ditanamkan kepada perempuan. Sumber data penelitian ini terdiri atas delapan novel, satu kumpulan cerpen, dan satu kumpulan puisi yang ditulis oleh wanita pengarang. Sumber-sumber data tersebut adalah sebagai berikut. (1) Saman karya Ayu Utami, terbit tahun 2003 (cetakan ke-3). (2) Supernova karya Dewi Lestari, terbit tahun 2001 (cetakan ke-5). (3) Jendela-jendela karya Fira Basuki, terbit tahun 2002 (cetakan ke-2). (4) Mahadewa Mahadewi karya Nova Riyanti Yusuf, terbit tahun 2003. (5) Kenanga karya Oka Rusmini, terbit tahun 2003. (6) Garis Tepi Seorang Lesbian karya Herlinatiens, terbit tahun 2003 (cetakan ke-3). (7) Dadaisme karya Dewi Sartika, terbit tahun 2004. (8) Geni Jora karya Abidah El Khalieqy, terbit tahun 2004. (9) Jangan Bermain-main (dengan Alat Kelaminmu) (Kumpulan Cerpen) karya Djenar Maesa Ayu, terbit tahun 2004. (10) Renungan Kloset (Kumpulan Puisi) karya Rieke Diah Pitaloka, terbit tahun 2003. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Menurut Nasution (1996:85) teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan sumber dokumen. Berkaitan dengan sumber dokumen dalam penelitian, Sunarto (2001:51) menyatakan bahwa sumber dokumen mempunyai makna penting dalam berbagai jenis penelitian, terutama berupa catatan tertulis, seperti biografi, otobiografi, buku harian, gambar, dan karya seni. Untuk menganalis data-data di atas, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif dan isi ( content analysis ). Supratno (1999:18) menyatakan bahwa analisis deskriptif merupakan teknik analisis data yang mendeskripsikan data apa adanya sehingga dapat menimbulkan kejelasan dan kemudahan bagi pembaca. Sementara itu, Sumanto (1990:47) memandang analisis deskripsi sebagai teknik analisis data yang mendeskripsikan dan menginterpretasikan kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang berlangsung, akibat yang sedang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang. Moleong (1991:6) memandang analisis deskriptif sebagai suatu teknik pengumpulan data berupa kata-kata, kalimat, serta bukan angka-angka. Teknik ini sangat sejalan dengan penelitian ini karena dalam penelitian ini banyak berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran sastra Indonesia mutakhir karya wanita pengarang. Dengan demikian, akan diperoleh banyak data untuk menguatkan analisis dalam penelitian ini. Adapun teknik isi ( content analysis ) digunakan untuk mendalami setiap isi dalam sastra Indonesia mutakhir yang menjadi objek dalam penelitian ini. Krippendroff (1993:5) mengungkapkan bahwa content analysis adalah suatu teknik penelitian untuk membuat ”inferens-inferens” yang dapat ditiru ( repicable ) dan sahih dengan memerhatikan konteksnya. Dengan demikian, teknik isi merupakan bentuk analisis terhadap sejumlah dokumen untuk diketahui isi dan maknanya. Di samping itu, juga dapat digunakan untuk menganalisis peristiwa-peristiwa dan tanda- tanda yang berupa kata-kata maupun kalimat. Adapun tujuannya adalah untuk memperoleh makna dan pemahaman yang mendalam tentang ucapan, pikiran, serta tindakan para tokoh. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan tiga prosedur, yaitu: (1) identifikasi, (2) membandingkan, dan (3) aplikasi. ## Hasil Sesuai dengan tujuan penelitian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam sastra Indonesia mutakhir yang ditulis oleh para wanita pengarang memaparkan adanya perilaku penyimpangan seksual. Adapun bentuk-bentuknya dapat dikemukakan sebagai berikut. Penyimpangan seksual berupa pelecehan seksual. Bentuk pelecehan seksual dapat ditemukan dalam Supernova, Dadaisme, Jangan Main-main (dengan Kelaminmu), Kenanga, Mandi Sabun Mandi, dan Jendela- jendela. Dalam Supernova, pelecehan seksual terjadi pada Rana atas tindakan suaminya, Arwin. Dalam Dadaisme pelecehan seksual dilakukan oleh tokoh Rendi terhadap istrinya, Isabella. Sementara itu, dalam cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) pun memaparkan sikap suami yang melecehkan keberadaan istrinya. Cerpen ini dominan membicarakan keberadaan seonggok daging , salah satu kemaluan perempuan. Keengganan suami untuk melakukan hubungan seksual juga dapat ditemukan dalam novel Kenanga. Sebagai seorang suami, Bhuana enggan memberikan nafkah batin (menyetubuhi) istrinya, Kencana. Berpalingnya suami ke dekapan perempuan lain juga dapat dilihat pada cerpen Mandi Sabun Mandi. Pelecehan seksual juga dapat dilakukan bukan suami. Dalam Jendela-jendela, June diperlakukan Dean (kekasih gelapnya) sebagai pemuas nafsu belaka. Pelecehan seksual juga dapat diterima laki-laki atas tindakan perempuan. Gambaran ini dapat dilihat pada Jendela-jendela. Dalam novel ini, Jigme dilecehkan oleh istrinya sendiri, June. Penyimpangan seksual berupa perkosaan dan perselingkuhan. Tindak perkosaan dan perselingkuhan dapat ditemukan dalam Kenanga, Geni Jora, Supernova, dan Jendela- jendela. Dalam Kenanga, tokoh utama, Kenanga menjadi korban perkosaan Bhuana, seorang laki-laki yang sangat mengaguminya. Hal serupa juga terjadi dalam Geni Jora. Bedahnya, dalam novel ini tindakan perkosaan belum terjadi karena ketahuan oleh tokoh lain. Lola hendak diperkosa Hasan, pamannya sendiri. Dalam Supernova, perselingkuhan dilakukan oleh Dahlan. Dahlan yang sudah beristri dan mempunyai dua putra, diam-diam menjalin hubungan gelap dengan Diva (seorang peragawati dan model papan atas). Perselingkuhan tidak hanya dilakukan oleh suami, istri pun dapat melakukannya. Tokoh June dalam Jendela-jendela merupakan sosok perempuan yang berpetualang dengan cinta. Penyimpangan seksual berupa homoseks dan lesbian. Perilaku homoseks dan lesbian dapat ditemukan dalam Supernova, Garis Tepi Seorang Lesbian, dan Mahadewa Mahadewi. Dalam Supernova perilaku homoseks ditunjukkan tokoh Rubens dan Dhimas yang menjalin hubungan asmara. Dalam Garis Tepi Seorang Lesbian, Rie, tidak dapat menerima kehadiran laki-laki. Bagi Rie, yang ada dalam dirinya adalah Paria karena dapat memuaskan nafsu seksualnya. Hal yang sama juga dialami Kako dalam Mahadewa Mahadewi. Kako menjalin hubungan asmara dengan Gangga, teman perempuannya. Penyimpangan seksual berupa kekerasan seksual. Bentuk kekerasan seksual dapat ditemukan dalam Saman, Mahadewa Mahadewi, Dadaisme, dan IBU dalam Renungan Kloset. Dalam Saman , perempuan menjadi objek kebiadaban laki-laki. Ia dicambuki dan diperlakukan kasar serta tidak hormat dalam berhubungan seksual. Begitu halnya dalam Mahadewa Mahadewi. Hubungan seksual juga disertai dengan tindak kekerasan secara fisik. Kepuasan seks diperoleh dengan mencambuk atau menyakiti tubuh perempuan. Dalam Dadaisme, seorang istri tidak memeroleh kasih sayang sebagaimana yang diharapkannya. Akan tetapi, ia memeroleh perlakuan kasar yang membuatnya ketakutan. Dalam kumpulan puisi Rieke, Renungan Kloset, kekerasan terhadap perempuan dapat dilihat pada puisi IBU. Dalam puisi ini digambarkan sosok perempuan yang pasrah terhadap keadaan. ## Pembahasan ## Pelecehan Seksual dalam Sastra Indonesia Mutakhir Pelecehan seksual merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual. Pelecehan seksual merupakan bentuk berhubungan seks yang memandang rendah (tidak berharga), menghina, atau mengabaikan perasaan lawan “mainnya”. Pelecehan seksual dapat terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, sebagian besar terjadi pada perempuan. Tindakan ini terjadi karena ada dorongan yang kuat untuk menguasai lawan “mainnya” tanpa memerdulikan keinginan atau perasaan lawan “mainnya”. Semua dilakukan untuk kepuasan pribadi. Dalam Supernova, pelecehan seksual terjadi pada Rana atas tindakan suaminya, Arwin. Hubungan seks yang terjadi antara Rana dan Arwin tidak didasarkan atas cinta, suka sama suka. Ada keterpaksaan dalam diri Rana. Demi lahirnya seorang anak, Rana harus melayani keinginan seksual Arwin yang berlebih-lebihan. Ia dijadikan pemuas nafsu birahi suaminya (Lestari, 2001:79). Hubungan seksual seperti ini sulit untuk mendapatkan kepuasan bersama. Rana sangat dirugikan karena ia melakukan hubungan seksual dengan keterpaksaan. Seks bagi Rana menjadi beban, bahkan dapat menjadi sesuatu yang harus dihindari (op.cit. 2001:80). Arwin selalu memaksa Rana untuk melayani nafsu seksualnya. Rana tidak diberlakukan selayaknya sebagai seorang istri sebagai tumpahan kasih sayang. Sebaliknya, Arwin mengabaikan sikap-sikap tersebut. Arwin menganggap rendah dan tidak memerdulikan perasaan istrinya. Bagi Arwin, Rana hanyalah pemuas nafsu belaka sehingga ia bebas memerlakukan istrinya sesuka hatinya, terutama dalam berhubungan seks. Hal inilah yang menyebabkan hubungan seks yang dilakukan Rana lebih dirasakan sebagai sebuah perkosaan (op.cit. 2001:80). Bentuk pelecehan seksual dapat pula dilihat dalam Dadaisme. Dalam novel ini, pelecehan seksual dilakukan oleh tokoh Rendi terhadap istrinya, Isabella. Rendi selalu memaksa Isabella untuk memuaskan nafsu birahinya. Bahkan yang dilakukan Rendi menjurus pada tindakan yang dapat melahirkan ketakutan dan trauma untuk berhubungan seks pada diri Isabella (Sartika, 2004:59-60). Hal ini dapat terjadi karena keberadaan istri dianggap lebih rendah dan tidak penting. Istri hanya sebagai pemuas nafsu belaka. Seks yang seharusnya mereka nikmati, tidak dapat dirasakannya. Hal ini disebabkan peringai yang kasar dari Rendi terhadap Isabella. Rendi bertindak dan memperlakukan istrinya sekehendak dirinya sendiri: “Rendi mendadak menangkap tubuh Isabella yang mengejang ketakutan, memeluknya dan Isabella hendak menjerit ketika Rendi dengan paksa mengulum bibirnya” (op.cit.2004:60). Seharusnya, hubungan seks antara suami istri seharusnya dilakukan dengan kesadaran berdua. Tidak ada yang merasa terpaksa atau dipaksakan. Tidak ada kuasa-menguasai, tetapi hubungan seksual dilakukan untuk kepuasan bersama. Pada bagian lain, Rendi menganggap pernikahannya dengan Isabella sangat memuakkan. Ia menganggap bahwa pernikahannya tidak memiliki makna. Pernikahan yang dilakukan hanya untuk memuaskan nafsunya belaka. Di hadapan istrinya, ia mengatakan bahwa ia masih bisa mendapatkan gadis yang lebih baik dan masih gadis sekalipun. Yang lebih menyakitkan, ia mengejak Isabella sebagai istri yang tidak pandai di tempat tidur: “Percaya atau tidak, aku bahkan bisa mendapatkan perawan, cemooh Rendi, dan kau tahu?kau tidak pandai di tempat tidur“ (op.cit.2004:61). Hal ini semakin menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan Rendi sangat melecehkan keberadaan istrinya dan kaum perempuan pada umumnya karena dipandang sebagai pemuas nafsu belaka. Ayu dalam cerpen Jangan Main-main (dengan Kelaminmu) pun memaparkan sikap suami yang melecehkan keberadaan istrinya. Cerpen ini dominan membicarakan keberadaan seonggok daging , salah satu kemaluan perempuan. Pelecehan terhadap istri terjadi karena suami enggan menyetubuhi istrinya. Suami tidak memberikan kepuasan seks terhadap istrinya. Kalaupun dilakukan, hubungan seksual itu dilakukan dalam jangka waktu yang lama, yaitu tiga sampai lima bulan, seperti dalam kutipan berikut. “Saya hanya menyentuhnya sekali dalam tiga sampai lima bulan. Itu pun karena kasihan. Juga dengan ritual, terlebih dulu minum ginseng supaya ereksi. Juga dengan catatan, lampu harus mati dan mata terpejam (Ayu, 2004:8). Seorang suami seharusnya memberikan cintah kasihnya dengan sepenuh hati terhadap istrinya. Tidak sebaliknya, istri diperlakukan secara tidak hormat. Hubungan seksual dilakukan dengan kepura-puraan. Hubungan seksual dilakukan sebagai rutinitas, menunjukkan kewajiban suami terhadap istri, meskipun jarang sekali dan jauh dari rasa saling memiliki dan kasih sayang. Adapun puncak dari pelecehan suami dalam cerpen ini adalah ketika ia mengetahui bahwa istrinya hamil, ia tidak dapat memercayainya. Ia tidak percaya bahwa hubungan seksual yang dilakukan dengan istrinya tiga sampai lima bulan sekali itu dapat membuat hamil istrinya (op.cit. 2004:8). Keengganan suami untuk melakukan hubungan seksual juga dapat ditemukan dalam novel Kenanga. Sebagai seorang suami, Bhuana enggan memberikan nafkah batin (menyetubuhi) istrinya, Kencana. Bhuana selalu tidak nyaman apabila bersenggama dengan Kencana. Ketidaknyamanan Bhuana tersebut tidak disebabkan oleh Kencana. Akan tetapi, ketidaknyamanan tersebut terjadi karena Bhuana tidak dapat melepaskan rasa cintanya terhadap Kenanga, kakak Kencana. Bagi Bhuana, Kenangalah yang selalu dirindukan dan mengisi hatinya. Padahal, Kencana lebih cantik daripada Kenanga. Akan tetapi, Kecantikan yang dimiliki Kencana hanya menumbuhkan rasa jemu dan perasaan sia-sia (Rusmini, 2003:50 -- 51). Berpalingnya suami ke dekapan perempuan lain juga dapat dilihat pada cerpen Mandi Sabun Mandi. Tokoh Si Mas sangat enggan melakukan hubungan seks dengan istrinya karena istrinya tidak dapat menggairahkan nafsu seksualnya (Ayu, 2004:22). Keengganan Si Mas untuk menyetubuhi istrinya karena ia memiliki wanita idaman lain (WIL). Si Mas dapat membandingkan bahwa pelayanan WIL-nya jauh lebih menggairahkan, lebih bervariatif sehingga lebih menggairahkannya di tempat tidur. Hal itulah yang tidak dimiliki istrinya. Tindakan suami yang demikian sangat melecehakan sang istri. Gambaran perlakuan tersebut merupakan bentuk ketidaksukaannya. Hal itu juga dapat dipicu oleh dorongan seksual yang berlebihan dan tidak terkontrol. Tidak hanya itu, perbuatan suami yang demikian akan menciptakan arogansi. Istri tidak lagi dipandang sebagai belahan jiwa untuk berbagi kebahagian dan keluh kesah. Akan tetapi, istri dipandang sebagai seonggok daging yang dapat diperlakukan sesuka hatinya. Selain hal-hal di atas, pelecehan seksual juga terjadi pada perempuan yang dilakukan oleh laki-laki, bukan suaminya. Dalam Jendela-jendela, June diperlakukan Dean (kekasih gelapnya) sebagai pemuas nafsu belaka. Padahal June menganggap hubungannya dengan Dean didasari oleh rasa saling mencintai dan kasih sayang. Begitu halnya dalam Dadaisme. Dalam novel ini, Aleda yang menjalin asmara dengan Magnos hanya dijadikan tempat penitipan benih (calon bayi) saja. Magnos perlu wanita lain untuk menyemaikan benihnya karena kandungan istrinya diangkat. Karena itu, ia menjalin asmara dengan Aleda. Hal serupa juga terjadi pada Kejora dalam Geni Jora. Tindakan pelecehan seksual diterima Kejora atas perlakuan tidak senonoh Hasan, pamannya sendiri. Dengan dalih ingin memberikan hadiah kalung kepada Kejora, Hasan mencoba untuk merayu, memeluk, dan memegang- megang bagian tubuh sensitif Kejora. Pelecehan seksual tidak hanya diterima oleh perempuan atas tindakan laki-laki. Pelecehan seksual juga diterima laki-laki atas tindakan perempuan. Gambaran ini dapat dilihat pada Jendela-jendela. Dalam novel ini, Jigme dilecehkan oleh istrinya sendiri, June. June menolak melakukan hubungan seks dengan Jigme karena Jigme tidak sepandai Dean (kekasih gelapnya) di atas ranjang. Persenggamahan dengan Jigme bagi June hanyalah sebuah ritinitas yang membosankan, Jigme selalu monoton. Hal ini seharusnya tidak boleh terjadi karena antara suami istri seharusnya saling terbuka untuk memeroleh kepuasan bersama sehingga terhindar dari tindakan pelecehan seksual. ## Perkosaan dan Perselingkuhan dalam Sastra Indonesia Mutakhir Perkosaan adalah tindakan secara paksa yang dilakukan oleh seseorang terhadap lawan jenisnya dalam berhubungan seks. Perkosaan merupakan gambaran hubungan seks yang terjadi dan tidak dikehendaki oleh salah satu pihak. Pada umumnya yang menjadi korban adalah perempuan. Dalam Kenanga, tokoh utama, Kenanga, meskipun seorang dosen, ia tetap mendapatkan perlakuan yang tidak bermoral tersebut. Kenanga menjadi korban perkosaan Bhuana, seorang laki-laki yang sangat mengaguminya. Bhuana yang cintanya ditolak, memaksa Kenanga untuk menerimanya. Bhuana memaksakan kehendaknya agar Kenanga bisa mencintai dirinya. Akan tetapi, Kenanga tetap menolaknya. Karena penolakan tersebut, Bhuana kecewa. Kekecewaan itu melahirkan rasa dendam. Rasa dendam itulah yang menumbuhkan tindakan untuk menyakiti atau melukai, baik secara fisik maupun psikis sehingga ia memerkosa Kenanga (Rusmini, 2003:50 – 51). Meskipun Bhuana bersedia mempertanggungjawabkan perbuatannya, tidak menjadikan Kenanga terlepas dari penderitaan. Kenanga harus menanggung beban psikis yang berkepanjangan. Kenanga harus menanggung aib karena sudah tidak perawan. Di samping itu, muncul ketakutan baru apabila ia hamil akibat perkosaan tersebut. Hal serupa juga terjadi dalam Geni Jora. Bedahnya, dalam novel ini tindakan perkosaan belum terjadi karena ketahuan oleh tokoh lain. Lola hendak diperkosa Hasan, pamannya sendiri. Kebetulan kedua tokoh ini tinggal serumah. Melihat kemolekan tubuh keponakannya, gairah seksual Hasan menggelorah. Ketika ia hendak memaksa Lola melayani nafsu birahinya, muncul Lek Tiwar sehingga ia mengurungkan niatnya. Tidak hanya pada Lola, ia juga ingin memerkosa Kejora, adik Lola. Akan tetapi, niatnya tidak kesampaian karena ketahuan bibinya sendiri, nenek Lola dan Kejora. Selain perkosaan, perselingkuhan juga dapat dipandang sebagai salah satu bentuk penyimpangan seksual. Perselingkuhan dapat dilakukan dengan sembunyi-sembunyi (tanpa sepengetahuan istri atau suami) maupun secara terang-terangan (sepengetahuan istri atau suami). Perselingkuhan dapat juga terjadi sekali dalam hidup atau berkali-kali. Perselingkuhan dapat dilakukan dengan teman sekerja tanpa imbalan materi (didasari suka sama suka) atau dengan perempuan (WTS) atau pria pemuas nafsu (gigolo) yang memerlukan imbalan (materi). Dalam Supernova, perselingkuhan dilakukan oleh Dahlan. Dahlan yang sudah beristri dan memunyai dua putra, diam-diam menjalin hubungan gelap dengan Diva (seorang peragawati dan model papan atas). Dahlan menganggap pernikahannya mengalami kehampaan, tidak bermakna. Oleh karena itu, ia memerlukan perempuan lain untuk memuaskan hawa nafsunya (Lestari, 2001:80). Hal itu menunjukkan adanya keegoisan suami dalam persetubuhan. Hal yang demikian lebih menunjukkan ego dan dominasi suami terhadap istri. Perselingkuhan tidak hanya dilakukan oleh suami, istri pun dapat melakukannya. Tokoh June dalam Jendela-jendela merupakan sosok perempuan yang berpetualang dengan cinta. Meskipun ia sudah menikah dengan seorang laki-laki Tibet, Jigme, diam-diam ia berselingkuh dengan Dean, teman suaminya. Padahal, suaminya sangat menyayanginya. Ketika sang suami mengetahui bahwa dia berselingkuh, ia tidak menyalakan dirinya. Jigme menyalakan dirinya sendiri karena sering meninggalkan June dalam keadaan kesepian. Tokoh lain dalam novel ini yang berselingkuh adalah Ayano-san. Ayanosan mengkhianati Greg, suaminya karena jatuh cinta lagi pada seorang laki-laki yang baru dikenalnya. ## Homoseks dan Lesbian dalam Sastra Indonesia Mutakhir Homoseks dan lesbian dianggap bagian dari penyimpangan seksual. Homoseks adalah perilaku seksual yang terjadi antara individu yang satu dengan individu lain yang memiliki jenis kelamin yang sama. Dalam hal ini dikhususkan pada jenis kelamin laki-laki. Hubungan sejenis ini dianggap menyimpang karena bertentangan dengan tatanan yang terdapat dalam kehidupan bermasyarakat. Di samping itu, hubungan seks dengan jenis kelamin yang sama dianggap aib dalam masyarakat, bahkan hubungan yang menjijikkan. Begitu halnya dengan lesbian, hubungan seksual yang terjadi antara perempuan dengan perempuan. Dalam sastra Indonesia mutakhir karya wanita pengarang penyimpangan seksual yang berupa homoseks dan lesbian juga ikut mewarnai khasanah sastra di Indonesia. Dalam Supernova dapat ditemukan terjadinya perilaku homoseks tersebut. Tokoh Rubens dan Dhimas menjalin hubungan asmara antara laki-laki dengan laki-laki. Mereka mengikrarkan diri sebagai pasangan kekasih. Bagi mereka apa yang dilakukan bukanlah sebuah dosa atau aib. Mereka menyadari bahwa mereka tidak dapat mencintai atau menerima kehadiran seorang perempuan. Keberadaan Rubens dan Dhimas yang juga rekan sekerja dan berada dalam satu kantor menjadikan hubungan keduanya semakin erat. Mereka dapat melakukan hubungan seksual kapan saja dan di mana saja sepanjang mereka menginginkannya. Perilaku lesbian dapat ditemukan dalam Garis Tepi Seorang Lesbian dan Mahadewa Mahadewi. Dalam Garis Tepi Seorang Lesbian, Rie, tokoh utama dalam novel ini, tidak dapat menerima kehadiran laki-laki. Meskipun ia dipaksa oleh keluarganya untuk menikah dengan laki-laki pilihan keluarganya, ia tidak dapat berhubungan seks dengan laki- laki tersebut. Bagi Rie, yang ada dalam dirinya adalah Paria. Parialah yang dapat memuaskan nafsu seksualnya. Lain halnya dengan Rie, keterlibatan Paria dalam lesbian karena didorong oleh kekecewaannya pada laki-laki. Sebelum menjalin asmara dengan Rie, Paria telah menjalin asmara dengan Mahendra, laki- laki yang dicintainya. Akan tetapi, ia dicampakkan begitu saja. Hal itulah yang menyebabkan Paria membenci setiap laki-laki. Kebencian itulah yang membawanya ke pelukan Rie. Hal yang sama juga dialami Kako dalam Mahadewa Mahadewi. Kako menjalin hubungan asmara dengan Dayat. Akan tetapi, bukan kebahagian yang diterima, melainkan kekerasan demi kekerasan, termasuk dalam hubungan seksual. Hal itulah yang menyebabkan Kako memutuskan berhubungan dengan Dayat dan menjalin asmara dengan Gangga. Dari beberapa uraian di atas dapat dilihat bahwa perilaku homoseks dan lesbian dapat terjadi karena sesuatu yang khodrati, perilaku penyimpangan seksual yang tidak dapat dihindari. Perilaku ini ada karena pembawaan sejak lahir. Di samping itu, perilaku homoseks dan lesbian juga bisa timbul karena ketidakpercayaan terhadap lawan jenis dan seringnya mendapatkan kekerasan dari lawan jenis, terutama dalam hubungan seks. ## Kekerasan Seksual dalam Sastra Indonesia Mutakhir Perempuan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikatakan rentan terhadap tindak kekerasan. Karena posisinya yang lemah, baik secara sosial, ekonomi, maupun politik merupakan sebab utama terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Persoalan kekerasan terhadap perempuan yang semakin kompleks berdampak pada tindakan serupa terhadap perempuan lain. Kekerasan terhadap perempuan dapat timbul karena tindak kekerasan yang dilakukan laki-laki. Laki-laki dianggap memiliki sosok yang dapat menentukan jalan hidup perempuan. Adapun bentuk kekerasan terhadap perempuan dapat berupa kekerasan seksual. Kekerasan seksual adalah kekerasan yang berkaitan dengan sikap atau perbuatan laki-laki dalam berhubungan seks disertai dengan tindakan-tindakan menyiksa, melukai, ataupun menyakiti. Hal itu dapat dilihat pada novel Saman. Dalam novel ini, perempuan menjadi objek kebiadaban laki-laki. Ia dicambuki dan diperlakukan kasar serta tidak hormat dalam berhubungan seksual. Perempuan dianggap bagian dari laki-laki karena ia diciptakan dari rusuk laki-laki. Sementara itu, perempuan hanya terdiam, tidak melawan, dan bersikap pasrah demi memuaskan laki-laki (Utami, 2003:193). Dalam novel Mahadewa Mahadewi hubungan seksual juga disertai dengan tindak kekerasan secara fisik. Kepuasan seks diperoleh dengan mencambuk atau menyakiti tubuh perempuan. Apabila perempuan tersakiti, laki-laki merasa puas dan dapat melampiaskan hasrat seksualnya. Bahkan hubungan seks itu dilakukan terhadap perempuan-perempuan yang belum dewasa, masih anak-anak (Yusuf, 2003:7). Perilaku yang demikian merupakan tindak kekerasan seksual. Hubungan seksual yang tidak didasari rasa cinta tetapi karena nafsu belaka. Ironisnya, kekerasan seksual tersebut juga terjadi pada Kako, seorang dokter. Kako tidak diperlakukan Dayat dengan semestinya. Kepuasan seks dayat akan terpenuhi apabila ia menyakiti Kako terlebih dulu sebelum berhubungan seks (op.cit. 2003:85). Tindakan Dayat tersebut merupakan bagian dari perampasan hak-hak Kako. Kako yang menolak dengan menampar pipi Dayat juga tidak menyurutkan niat Dayat untuk bertindak keras terhadapnya. Dayat tetap memaksa Kako untuk melakukan hubungan seks dengannya. Tindakan Dayat tersebut tidak hanya terjadi sekali, tetapi berulang kali. Apa yang dilakukan Dayat tidak hanya melukai secara fisik, tetapi juga psikis. Tindakan itu dapat menimbulkan trauma, rasa takut, dan kebencian terhadap laki-laki. Hal inilah yang memicu Kako untuk menjauhi laki-laki. Bagi Kako berhubungan seks dengan laki-laki adalah sesuatu yang menyakitkan dan harus dihindari. Kekerasan seksual juga dapat terjadi pada istri. Suami yang seharusnya mengayomi dan memberikan kasih sayang, ternyata menjadikan istri sebagai objek kekerasan untuk memenuhi kebutuhan seksnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Cicik (1992:22) bahwa kebanyakan korban kekerasan dalam rumah tangga adalah istri. Kekerasan itu terjadi karena munculnya penyimpangan seks sang suami. Sang suami akan terpuasi nafsu seksnya apabila ia melihat istrinya merintih kesakitan dan tak berdaya. Hal itrulah yang menyebabkan hubungan seks menjadi beban, terutama bagi seorang istri. Suami kukuh dengan keegoisannya. Gambaran itu dapat dilihat pada kutipan novel Dadaisme berikut: “Mendadak Rendi mendorong tubuh Isabella hingga terlempar di atas peraduan” (Sartika, 2004:60). Apa yang dialami Isabella tersebut tidak hanya kekerasan yang bersifat fisik, tetapi juga sangat berpengaruh pada psikisnya. Sebagai seorang istri, ia tidak memperoleh kasih sayang sebagaimana yang diharapkannya. Akan tetapi, ia memperoleh perlakuan kasar yang membuatnya ketakutan. Dalam kumpulan puisi Renungan Kloset, kekerasan terhadap perempuan dapat dilihat pada puisi IBU. Lebih jelasnya dapat dilihat pada kutipan berikut. Ibu, siapa yang merenggut kasih dalam jiwamu? Menghempaskannya ke dasar laut …. Ibu, apakah kau akan tetap memelihara bongkahan bara itu, hingga ragamu lebur, hangus tanpa cahaya? Atau, katakan siapa yang memperkosamu? (Pitaloka, 2003: 5 – 6) Berdasarkan penggalan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Ibu menggambarkan sosok perempuan yang pasrah terhadap keadaan. Meskipun kasih dalam jiwanya direnggut, ia tidak mengadakan perlawanan. Hal itu semakin menguatkan bahwa di hadapan laki-laki, perempuan tidak berdaya, seperti tersirat dalam larik kedua puisi di atas. Tokoh Ibu dijerumuskan oleh suami atau tokoh laki-laki lain. Tindak kekerasan yang dilakukan suami atau laki-laki dapat berupa tindakan fisik, seperti memukul, menendang, melempar, atau bentuk kekerasan lainnya. Begitu halnya pada larik terakhir dari kutipan di atas semakin menunjukkan terjadinya kekerasan seksual yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan. ## Simpulan Dalam penelitian ini dapat diungkapkan bahwa kekerasan yang terjadi pada perempuan dalam sastra Indonesia mutakhir dominant disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki lebih dominan berkuasa atas perempuan. Temuan ini semakin menguatkan teori “gender-related violence yang dikemukakan Handayani (2002) dan Fakih (2003) bahwa pada dasarnya kekerasan jender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Di samping hal di atas, terjadi beberapa bentuk dari penyimpangan seksual. Penyimpangan seksual tersebut berupa pelecehan seksual, perkosaan dan perselingkuhan, homoseks dan lesbian, serta kekerasan seksual. Yang sangat menarik adalah pelecehan seksual dan perselingkuhan yang lazim dilakukan oleh laki-laki, dalam beberapa sastral Indonesia mutakhir karya wanita pengarang, juga dilakukan oleh perempuan. Istri melecehkan suami dan istri berselingkuh dengan laki-laki lain, padahal suaminya sangat mencintainya. Hal ini menunjukkan adanya upaya dari para wanita pengarang ingin menyejajarkan dirinya dengan laki-laki sehingga apa yang dapat dilakukan oleh laki-laki dapat pula dilakukan oleh perempuan, termasuk pelecehan seksual dan perselingkuhan. ## Saran Berkaitan dengan hasil temuan dalam penelitian ini, pihak-pihak yang laik diberikan saran adalah mahasiswa, dosen, dan sastrawan. Peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi mahasiswa dan dosen sastra untuk lebih mendalami terjadinya penyimpangan seksual dalam sastra Indonesia mutakhir. Di samping itu, hasil penelitian dapat mengilhami untuk melakukan kajian lain karena keberadaan sastra Indonesia mutakhir ini dapat dikaji dari berbagai aspek, misalnya feminisme. Bagi sastrawan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai refleksi untuk menumbuhkembangkan karya sastra yang akan ditulisnya. ## Daftar Rujukan Ayu, Djenar Maesa. 2004. Jangan Main-main (dengan Kelaminmu). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Basuki, Fira. 2002. Jendela-jendela . Jakrta: Grasindo. Ciciek, F. 1999. Ikhtisar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga . Jakarta: LKAJ, PSP, The Asia Foundation. Fakih, Mansour. 2003. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Handayani, Trisakti dan Sugiarti. 2002. Konsep dan Teknik Penelitian Gender. Malang: UMM Press. Herlinatiens. 2003. Garis Tepi Seorang Lesbian . Yogyakarta: Galang Press. Heroeputri, Arimbi dan R. Valentina. 2004. Percakapan tentang Feminisme vs Neoliberalisme. Jakarta:debt WATCH. Khalieqi, Abidah El. 2004. Geni Jorah. Yogyakarta: Matahari. Kolibonso, R.S. 2000. Kekerasan terhadap Perempuan dalam Rumah Tangga sebagai Pelanggaran Hak Asasi Manusia. Dalam A.S. Luhalima (ed.). Pemahaman terhadap Bentuk-Bentuk Kekerasan terhadap Perempuan dan Alternatif Pemecahannya. Jakarta: Kelompok Kerja ”Conventiont Watch”, Pusat Kajian Wanita dan Feweler. Krippendoerff, Klauss. 1993. Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi . (Terj. Farid Wajidi). Jakarta: Raya Grafindo Persada. Lestari, Dewi. 2001. Supernova: Kstaria, Putri, dan Bintang Jatuh. Bandung: Truedee Books. Levi, M. 1994. “Violen Crime”. In Maquire M.R. Morgan & R. Reiner (Eds.). The Oxford Handbook of Criminology. Oxford: Clarendon Press. Moleong, Lexi J. 1991. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Murniati A. Nunuk. 2004. Getar Gender. Magelang: Indonesiatera. Nasution, Johan. 1996. Penelitian Masyarakat. Bandung: Intermasa. Pitaloka, Rieke Diah. 2003. Renungan Kloset. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rusmini, Oka. 2003. Kenanga . Jakarta: Grasindo. Sartika, Dewi. 2004. Dadaisme. Yogyakarta: Matahari. Sumanto. 2001. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Andi off set. Sunarto. 2001. Metodologi Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif). Surabaya: Unesa University Press. Supratno, Haris. 1999. Peranan dan Keteladanan Tokoh Wanita dalam Folklor Lisan Pesisiran di Jawa Timur . Surabaya: Tidak diterbitkan. Utami, Ayu. 2003. Saman. Jakarta: KPG. Yusuf, Nova Riyanti. 2003. Mahadewa Mahadewi. Jakarta Sentra Kreasi Inti.
30a39641-1f77-42d8-a91b-addeef1ab7f9
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/COSTING/article/download/5536/3621
## COSTING:Journal of Economic, Business and Accounting ## ANALYSIS OF THE FACTORS THAT CAUSED NON-PERFORMING CREDIT AT PT. BPR ARTHAGUNA MANDIRI GADOBANGKONG HEAD OFFICE ## ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KREDIT BERMASALAH PADA PT. BPR ARTHAGUNA MANDIRI KANTOR PUSAT GADOBANGKONG Dini Rahayu 1 , Rita Yuniarti 2 Universitas Widyatama, Bandung 1,2 [email protected] 1 , [email protected] 2 ## ABSTRACT This study aims to determine the factors that cause non-performing loans at PT. BPR Arthaguna Mandiri. The method used in this research is descriptive with a qualitative approach. Secondary data collection was obtained from documented sources in the company, namely financial reports, and primary data was obtained from the first source, namely through observation and interviews. The population in this study were 20 credit officers of PT. BPR Arthaguna Mandiri and 15 samples representing credit officer employees. The results showed that the factors causing problem loans at PT. BPR Arthaguna Mandiri which dominates is caused by internal factors where there are deviations from credit granting procedures, inaccurate analysis of the elements and principles of lending and weak supervision of credit granting procedures and oversight of debtors. External factors that cause non-performing loans lie in the use of weak bank supervision by debtors, and the debtor's business sector is unable to generate long-term profits. Keywords: Troubled Loans, Credit Granting Procedures, Rural Banks ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab kredit bermasalah pada PT. BPR Arthaguna Mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data sekunder diperoleh dari sumber terdokumentasi di perusahaan yaitu laporan keuangan, dan data primer diperoleh dari sumber pertama yakni melalui observasi dan wawancara. Populasi dalam penelitian ini ada 20 pejabat kredit PT. BPR Arthaguna Mandiri dan 15 sampel yang mewakili karyawan pejabat kredit. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab kredit bermasalah pada PT. BPR Arthaguna mandiri yang mendominasi disebabkan oleh faktor internal dimana terdapat penyimpangan terhadap prosedur pemberian kredit, analisa yang tidak teliti terhadap unsur dan prinsip pemberian kredit serta lemahnya pengawasan terhadap prosedur pemberian kredit dan pengawasan terhadap debitur. Faktor eksternal penyebab kredit bermasalah terletak pada pemanfaatan pengawasan bank yang lemah oleh debitur, serta bidang usaha debitur tidak mampu menghasilkan profit jangka Panjang. Kata Kunci: Kredit Bermasalah, Prosedur Pemberian Kredit, Bank Perkreditan Rakyat ## PENDAHULUAN Penyaluran dana yang dilakukan oleh BPR dalam bentuk kredit untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Kredit merupakan bagian terbesar dari setiap aset yang dimiliki oleh BPR yang bersangkutan. Dalam memberikan kredit, BPR harus siap menerima risiko kredit yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bermasalah. Risiko kredit merupakan risiko bahwa nasabah tidak dapat atau tidak akan dapat membayar kembali jumlah pinjaman yang diperoleh dari BPR beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Kredit bermasalah merupakan situasi di mana BPR menyetujui pembayaran pinjaman melibatkan risiko kegagalan. Kredit bermasalah menunjukan kemampuan manajemen BPR dalam mengelola kredit yang diberikan, kredit bermasalah dapat dilihat dari rasio Nonperforming Loan suatu perbankan dengan melihat pada laporan keuangannya. Sehingga semakin tinggi NPL, maka semakin rendah kualitas kredit BPR yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar (Handayani, 2014). Isu kredit Bermasalah atau kredit macet selalu menjadi pemberitaan di berbagai surat kabar lokal dan nasional yang terbit di Indonesia. Keberadaan kredit bermasalah di industri perbankan merupakan penyakit kronis yang sangat memprihatinkan dan mengancam sistem perbankan Indonesia dan harus diantisipasi oleh semua pihak yang berperan penting. (Mizwar, 2017) Rasio yang digunakan untuk mengukur risiko kredit bank, yaitu (a) kredit bermasalah-LaR ( Loan at Risk) dan (b) kredit bermasalah-NPL ( NonPerforming Loan ). LAR adalah pengukuran risiko untuk pinjaman yang dibayar, yang terdiri dari kolektibilitas yang direstrukturisasi 1, kolektibilitas 2, atau pinjaman dengan perhatian khusus dan pinjaman bermasalah (NPL). NonPerforming Loan (NPL) merupakan cara untuk mengukur besar kecilnya persentase kredit bermasalah pada suatu bank yang akibat dari ketidak lancaran nasabah dalam melakukan pembayaran angsuran. (maksi binus, 2020) Dalam dunia perbankan, kredit bermasalah dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal seperti: memburuknya kondisi usaha, kegagalan usaha, kesulitan keuangan yang serius, masalah keluarga atau karena sifat buruk dari debitur itu sendiri. Dan juga dampak buruk dari krisis keuangan global tidak hanya mengurangi permintaan agregat , tetapi juga memaksa bisnis ke dalam lingkungan yang semakin kompetitif. Situasi ini membuat perusahaan sulit bertahan di pasar dan memperburuk prospek bisnisnya. Faktor internal seperti: kebijakan bank untuk mempertahankan suku bunga kredit yang tinggi di tengah kondisi perekonomian yang belum stabil juga turut mendorong peningkatan kredit bermasalah. Ketika, pinjaman bank yang pengawasannya masih longgar juga dapat menyebabkan peningkatan kredit bermasalah. Bank tersebut terus mempertahankan suku bunga kredit yang tinggi, secara tidak langsung perbankan justru bermain dengan kemungkinan meningkatkan risiko kredit bermasalah. (Adam, 2009) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan rata-rata kredit bermasalah (NPL) bank meningkat sebesar 3,35 persen pada Juli 2021. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan Juli 2020 sebesar 3,22 persen dan Desember 2020 sebesar 3,06 persen. Josua Pardede mengatakan, kenaikan penyaluran kredit disebabkan penurunan nilai kredit setiap bulan. “Pinjaman bulan Juni Rp5.563,7 triliun sedangkan pinjaman bulan Juli Rp5.438,9 triliun. Sementara kenaikan nilai NPL dalam rupiah Rp180,7 triliun pada Juni dan Rp186,2 triliun pada Juli, meningkat Rp5,4 triliun,” kata Joshua. Tren kredit bermasalah (NPL) terus meningkat sejak akhir tahun lalu, terutama pasca pandemi Covid-19. Pada Juni 2020, rata-rata rasio NPL perbankan naik sebesar 3,11% dibandingkan Desember 2019 sebesar 2,53% secara industri. Kredit modal kerja naik sebesar 3,69%, diikuti oleh kredit investasi bermasalah sebesar 2,58% dan kredit konsumsi sebesar 2,22%. (Seheriadi, 2021) Peningkatan NPL pada PT. BPR Arthaguna Mandiri terlihat pada tabel berikut: Tabel 1. Rasio kredit bermasalah (Nonperforming Loan) PT. BPR ARTHAGUNA MANDIRI (Dalam Jutaan Rupiah ) Tahun Kredit bermasalah (Dalam Jutaan) Total Kredit yang diberikan NPL 2017 Rp. 17.891.174 Rp. 113. 092. 129 15,82% 2018 Rp. 22.545.630 Rp. 129. 871.141 17,36% 2019 Rp. 28.348.384 Rp. 152.903.908 18,54% 2020 Rp. 29.938.635 Rp. 154.482.125 19,38% 2021 Rp. 30.739.427 Rp. 153.620.325 20,00% Berdasarkan tabel 1 diatas memperlihatkan adanya kredit bermasalah di PT. BPR Arthaguna Mandiri dari tahun ke tahun maka fenomena yang diangkat adalah tahun 2021 di karenakan presentase NPL yang sangat tinggi yaitu sebear 20,00%. Meningkatnya kredit bermasalah mengharuskan bank untuk memperkuat struktur permodalannya. Untuk tujuan ini, bank dapat meningkatkan sebagian dari penyisihan Penghapusan Aset Produktif (PPAP). Akibatnya, kemampuan bank untuk menyalurkan kredit otomatis menurun seiring upaya bank untuk memperkuat struktur permodalannya. Pembatasan kemampuan bank untuk menyalurkan kredit berdampak negatif terhadap perekonomian. (Adam, 2009) Kredit bermasalah berpengaruh pada kemampuan BPR untuk mengembalikan semua kewajiban- kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Semakin besar kredit yang bermasalah maka semakin tidak likuid perputaran kas BPR tersebut, karena BPR tidak dapat memenuhi permintaan kredit dari peminjam (Sinaga, 2014). Maka dari itu, BPR memerlukan manajemen perkreditan yang diatur dalam Peraturan OJK No. 11 Tahun 2020 yang berisikan tentang Restrukturisasi Kredit/ pembiayaan oleh Lembaga keuangan dilakukan dengan cara penilaian kualitas aset yakni dengan penurunan suku bunga, perpanjangan jangka waktu kredit, pengurangan tunggakan pokok, pengurangan tunggakan bunga, penambahan fasilitas kredit, serta koversi kredit menjadi penyertaan modal sementara. (Rasbin, 2020). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kredit bermasalah pada PT. BPR Arthaguna Mandiri Kantor Pusat Gadobangkong. Konsep Kredit Menurut (Mulyono, 2002) mendefinisikan kredit sebagai “Suatu penyerahan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan bunga jumlah imbalan atau pembagian hasil keuntungan. Menurut Firdaus dalam (Masrunik, E. dan Andyani, 2017) dan (Kasmir. 2012) yang sejalan dengan (Kosasih & SH, 2021) dalam pemberian kredit terdapat prinsip-prinsip di dalamnya, yaitu prinsip 5C, yaitu character, capacity, capital, condition of economy, dan collateral. Jaminan yang diberikan oleh calon debitur harus melebihi jumlah kredit yang akan diberikan. Keabsahan jaminan pun perlu diperiksa guna tidak masalah di kemudian hari. Menurut (Kosasih & SH, 2021) dan (Thomas, 1997) terdapat beberapa unsur yang harus dipertimbangkan saat memberikan kredit, yaitu kepercayaan, jangka waktu dan risiko. Menurut (Kasmir, 2012) terdapat dua unsur tambahan, yaitu, kesepakatan dan balas jasa. Prosedur peminjaman dan penilaian dunia perbankan biasanya tidak jauh berbeda dari satu bank ke bank lainnya. Perbedaannya hanya terletak pada prosedur dan persyaratan yang ditetapkan. Dalam proses pinjaman, biasanya bisa membedakan antara pinjaman perorangan dan pinjaman badan hukum, kemudian juga bisa mengecek apakah tujuannya dihabiskan atau menguntungkan. Secara umum, tata cara peminjaman badan hukum menurut (Kasmir, 2012) yang sejalan dengan penelitian (Yasman & Afriyeni, 2019) dan (Alanshari & Marlius, 2018), dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengajuan Berkas-berkas Dalam hal ini pemohon kredit mengajukan permohonan pinjaman kredit yang dituangkan dalam suatu proposal. Kemudian dilampiri dengan berkas-berkas yang dibutuhkan. Pengajuan proposal kredit hendaknya berisi antara lain, Latar belakang perusahaan, CV Singkat perusahaan, identitas perusahaan, nama manajemen dengan informasi dan pendidikan, pengembangan bisnis dan hubungan pihak negara dan swasta. 2. Penyelidikan Berkas Pinjaman Tujuannya untuk mengetahui apakah berkas kredit sudah lengkap dan memadai dengan persyaratan dan benar. Jika menurut bank semuanya syarat terpenuhi, pinjaman dapat dilanjutkan dan jika tidak dan setelah pemberitahuan file itu maka tidak selesai kredit akan dibatalkan. Serta dalam tahap ini pejabat kredit melakukan analisis 5C 3. Wawancara I Ini adalah survei tatap muka calon peminjam dengan pejabat kredit. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bank apakah berkas-berkas tersebut adalah benar dan lengkap seperti yang diminta oleh bank. Tujuan wawancara ini juga untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan calon peminjam mengajukan kredit. 4. On The Spot Apakah ada kegiatan pemeriksaan langsung di lapangan secara kontrol berbagai benda yang dijadikan transaksi atau jaminan. Kemudian hasilnya terlihat lokasi digabungkan dengan hasil Wawancara I. setalah melakukan ini peminjam potensial tidak boleh diberitahu sebelumnya. Terus apa yang kami lihat di lapangan sesuai dengan kondisi riil. 5. Wawancara II Apakah ada kegiatan untuk memperbaiki file jika mungkin ada kesalahan di lapangan. 6. Keputusan Kredit Dalam hal ini, keputusan kredit harus menentukan apakah suatu pinjaman tersedia diberikan atau ditolak jika diterima, administrasi selesai, yang termasuk dalam kategori, Jumlah plafond, Jangka waktu kredit, Biaya- biaya administrasi, Waktu pencairan kredit. Penandatanganan Akad Kredit dan Perjanjian Lainnya. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari keputusan kredit yang sebelumnya setelah pinjaman dilunasi, calon nasabah terlebih dahulu menandatangani kontrak kredit, jaminan hipotik yang mengikat dan surat perjanjian atau laporan bank dianggap perlu. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, Populasi dari penelitian ini adalah 20 pejabat kredit PT. BPR Arthaguna Mandiri, Sampel pada penelitian ini 15 pejabat kredit, serta dalam penelitan ini teknik analisis data yang digunakan adalah gabungan dari tiga teknik yaitu metode observasi, wawancara dan dokumentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Hasil penelitian Jenis Kredit PT. BPR Arthaguna Mandiri Tabel 2. Karakteristik Responden Kredit Multiguna Profesi Guru PNS Persyaratan 1. FC KTP Suami Istri 2. FC Kartu Keluarga 3. FC Surat Nikah 4. Pas Foto 3X4 Suami Istri 5. FC SK 80% & 100% CPNS 6. FC NUPTK 7. FC SKGB 8. FC Karpeg 9. FC Taspen 10. FC SK Pangkat Terakhir 11. Ijazah Terakhir Asli 12. Rekening Listrik Terakhir 13. Sertifikat Pendidikan Asli 14. SPPT PBB Terakhir 15. Kartu Tabungan Asli 16. Buku Tabungan Asli 17. Legger Gaji Terakhir di Stampel & di ttd Kepsek 18. Absensi 3 Bulan Terakhir di Stampel & di ttd Kepsek Kredit PNS Multiguna Individu 1. FC KTP Suami Istri 2. SK Golongan Asli 3. FC Surat Nikah 4. Pas Foto 3X4 Suami Istri 5. FC SK 80% & 100% CPNS 6. SKGB Asli 7. FC Karpeg 8. FC Taspen 9. FC SK Pangkat Terakhir 10. Rekening Listrik Terakhir 11. SPPT PBB Terakhir 12. Kartu Tabungan Asli 13. Buku Tabungan Asli 14. Legger & Rincian Gaji Kredit Multiguna Pegawai Swasta 1. FC KTP Suami Istri 2. FC Kartu Keluarga 3. FC Surat Nikah 4. Pas Foto 3X4 Suami Istri 5. Ijazah Terakhir Asli 6. Rekening Listrik Terakhir Kredit Multiguna Profesi Guru PNS Persyaratan 7. FC ID Card/Name Tag 8. FC ATM Gaji 9. FC Butab Gaji/Rek Koran 3 Bulan Terakhir 10. SK Pengangkatan Peg. Kontrak/Tetap 11. Kartu BPJS TK 12. Print Out Saldo BPJS TK 13. Slip Gaji 3 Bulan Terakhir Kredit Modal Kerja & Investasi 1. FC KTP Suami Istri 2. FC Kartu Keluarga 3. FC Surat Nikah 4. Pas Foto 3X4 Suami Istri 5. Rekening Listrik Terakhir 6. Surat Keterangan Usaha SIUP&TDP, NPWP 7. FC SHM/AJB/SHGB/Warkah 8. FC SPPT PBB Terakhir 9. Rek Koran 3 Bulan Terakhir 10. FC Buku Tabungan Asli 11. Surat Keterangan Serbaguna dari Desa/Kelurahan Kredit Renovasi Rumah 1. FC KTP Suami Istri 2. FC Kartu Keluarga 3. FC Surat Nikah 4. FC SK Karyawan Tetap 5. FC SM/AJB 6. FC ID Card 7. Slip Gaji 3 Bulan Terakhir 8. Kartu Tabungan Asli 9. Buku Tabungan Asli 10. SPPT PBB Terakhir 11. Kartu Jamsostek/BPJS TK 12. Rek Koran 6 Bulan Terakhir 13. Pas Foto 3X4 Suami Istri 14. Print Out Saldo Jamsostek/BPJS TK ## Unsur-unsur Pemberian Kredit Kepercayaan Untuk memberikan kepercayaan terhadap calon debitur BPR Arthaguna Mandiri melihat dari awal pengajuan kredit, dengan mengajukan pertanyaan apakah “bapak/ibu memiliki kewajiban atau kredit di bank lain?” Dengan jawaban tersebut kemudian disinkronkan dengan hasil bank checking. Jika hasil jawaban calon debitur tersebut kooperatif maka menjadi satu point dari unsur kepercayaan diberikan, dan sebaliknya jika dari hasil bank checking jawaban tidak koorperatif maka satu point akan berkurang. Dengan keyakinan bahwa calon debitur dapat melaksanakan kewajiban-kewajibannya terhadap bank. Jangka Waktu BPR Arthaguna Mandiri memberikan jangka waktu kredit yang disesuaikan dengan kemampuan nasabah dalam melunasi hutangnya, biasanya calon debitur mengajukan jangka waktu yang cukup lama tentunya dalam hal ini mengandung resiko kemacetan jika tidak dianalisa dengan teliti. Dalam memberikan jangka waktu kami menyesuaikan dengan pokok pinjaman dan pendapatan calon debitur, kadang kala dengan pendapatan yang minim tapi pokok pinjaman nya besar kami memberikan fasilitas kredit dengan menyesuaikan besaran pendapatan. Pada dasarnya jangka waktu pinjaman kredit antara 1-3 tahun dan Bank bisa memberikan kesempatan kepada Nasabah untuk memperpanjang fasilitas kreditnya apabila telah jatuh tempo. ## Resiko Apabila pihak nasabah mengambil kredit nya dengan jangka waktu tertentu pasti ada resiko yang di ambil, di sesuaikan dengan kebutuhan masing- masing, jika jangka waktu pendek lebih aman tapi tidak dengan pinjaman yang besar di bandingkan jangka waktu yang lama. Dengan suatu tenggang pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet dalam pemberian kredit. Maka dari melihat adanya resiko ini BPR Arthaguna Mandiri menyesuaikan dengan kemampuan calon debitur dalam mengembalikan pinjaman besaran pokok pinjaman disesuaikan dengan jangka waktunya. ## Kesepakatan Kesepakatan ini dibuat oleh BPR Arthaguna Mandiri dengan penerima kredit yang disepakati dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak nasabah dan bank menandatangi hak dan kewajiban masing-masing. Hak nasabah yaitu mendapatkan fasilitas kredit dan kewajiban nasabah yaitu membayar angsuran kredit sampai dengan selesai, sedangkan hak BPR adalah mendapatkan kelancaran pembayaran dari nasabah, sedangkan kewajiban BPR adalah memberikan fasilitas kredit. Dalam kesepakatan pemberian kredit dimana pihak nasabah menyetujui prosedur yang sudah di tetapkan SOP nya oleh pihak Bank. ## Balas Jasa Balas jasa diperoleh BPR dengan cara memberikan fasilitas kredit dalam bentuk bunga pinjaman, balas jasa kadang kala tidak selalu mulus karena wanprestasi nasabah terhadap kewajiban pinjaman nya. Keuntungan juga didapat dalam bentuk lain seperti pendapatan lain lain yang diperoleh dari beban administrasi yang dipotong di awal kesepakatan dibuat. Ketentuan bunga di perhitungkan bedasarkan besaran jangka waktu dan jumlah pokok pinjaman yang di ambil untuk jangka waktu kurang dari 2 tahun menggunakan suku bunga flat sedangkan untuk jangka waktu lebih dari 2 tahun menggunakan suku bunga anuitas. Cara menghitung nya untuk suku Bunga flat= pokok pinjaman x suku bunga x jangka waktu / bulan dalam jangka waktu. Ketetapan Suku bunga sebesar 1,5% perbulan dan 18% dalam setahun. Suku bunga anuitas berbeda setiap bulannya, dengan perhitungan suku bunga anuitas= sisa pokok pinjaman bulan lalu x suku bunga tahunan x (30 hari/360 hari). Prosedur Pemberian Kredit Pengajuan Berkas Pinjaman Syarat yang diminta oleh BPR Arthaguna Mandiri pada tahap awal pengajuan kredit yakni dokumen pribadi berupa mulai dari KTP (Kartu Tanda Penduduk) dan juga KK (Kartu Keluarga), Salinan berkas jaminan, dan fotokopi akta nikah, serta laporan keuangan 3 tahun terkahir. Surat keterangan penghasilan (Slip gaji) atau surat keterangan penghasilan menjadi syarat utama dalam pengajuan kredit di BPR Arthaguna Mandiri. Slip gaji ini menjadi bahan pertimbangan utama diterima atau tidaknya pengajuan kredit yang nasabah ajukan. pengajuan permohonan kredit ini biasanya hanya 60% berkas yang dilengkapi calon debitur dengan pokok pinjaman, jangka waktu, serta tujuan kredit. ## Penyelidikan Berkas Pinjaman BPR Arthaguna Mandri dalam melakukan penyelidikan berkas untuk melihat kebenaran berkas tersebut misal KTP, KK kami cek melalui dukcapil kemendagri via WhattsApp, dan slip gaji dengan tanda tangan HRD, dan sertifikat sertifikat yang dijadikan agunan dicek melalui aplikasi BPN jika itu tanah. a. Analisis Jaminan Analisa terhadap jaminan dilakukan BPR dengan cara melihat wilayah tanah jika yang dijadikan jaminan adalah sertifkat tanah karena wilayah juga menentukan nilai dari tanah tersebut. dihitung dengan cara= luas tanah x NJOP/meter tanah. Besaran nilai jual objek pajak atau NJOP didapat dengan cara mengecek nilai NJOP pada situshttps://bapenda.bandungbaratkab.g o.id/, begitupun untuk menghitung nilai dari bangunan. analisis terhadap jaminan ini tentunya harus dilakukan secara teliti dengan melihat langsung terhadap apa yang dijaminkan, kelayakan kendaraan jika jaminannya BPKB, melihat rumah nya apakah kontrak apakah sewa atau bahkan milik orang tua. Tentunya dalam menganalisa jaminan diharuskan nilai jaminan lebih besar dari pinjaman jika jaminan tersebut masih kurang nilainya BPR akan meminta tambahan jaminan lainnya. ## b. Analisis Character Dalam hal ini yang dilakukan PT. BPR Arthaguna Mandiri terhadap pribadi nasabah lama bank dapat menilai dari itikad baik debitur dalam melakukan pembayaran kredit atau pembayaran utang kepada bank, sedangkan untuk nasabah baru berdasarkan unsur kepercayaan melalui BI checking. c. Analisis Capacity Analisis capacity ini membutuhkan pengetahuan tentang bisnis di berbagai bidang untuk mengetahui prospek usaha calon debitur dimasa yang akan datang. Dalam analisis ini kami marketing dan AO melakukan analisis dari laporan keuangan 3 tahun terakhir untuk melihat apakah laba selama ini stabil atau bahkan meningkat, untuk debitur yang usahanya belum tiga tahun kami meminta laporan keuangan minimal 1 tahun untuk melihat bagaimana upaya untuk memperoleh laba di awal tahun membuka usaha. Dan juga untuk debitur yang usahanya tidak membuat laporan keuangan kami melihat catatan pendapatan atau kas masuk dan kas keluar. ## d. Analisis Capital Penilaian dapat dilihat dari hasil laporan keuangan usaha bisnis nasabah selama 3 tahun terakhir dilihat dari laporan perubahan modal Sedangkan untuk menilai capital dari padagang kecil yang tidak melakukan pembukuan maka dapat menilai dari besarnya pengeluaran, pendapatan, dan keuntungan setiap harinya. ## e. Analisis Condition Penilaian ini berhubungan dengan situasi kondisi perekonomian di suatu daerah yang mana dapat mempengaruhi kegiatan usaha calon nasabah dan juga bisa melalui hambatan-hambatan yang akan bisa mengganggu nasabah dalam membayar pelunasan hutangnya kepada PT. BPR Arthaguna Mandiri. Dengan melihat apakah tempat usaha diwilayah tersebut ramai apakah pesaing dengan industri yang sama di wilayah tersebut kuat. Bawasannya penilaian kondisi usaha dapat dilihat dari penggunaan kredit tersebut, bank akan memberikan kredit apabila kredit digunakan untuk menambah modal dalam usaha debitur, akan tetapi bank akan menolak atau berfikir ulang dalam memberikan kredit untuk debitur yang mau mendirikan usaha sejak dini atau awal, karena bank tidak dapat menilai keadaan ekonomi pada saat sekarang. ## Analisis Colleteral Analisis ini dilakukan sama dengan Analisis jaminan diatas Tabel 3. Analisis Colleteral Wawancara I Wawancara dilakukan dua kali pada saat survey dan wawancara kedua lakukan via telepon setelah survey dilaksanakan. Marketing mewawancarai nasabah yang ingin mengajukan kredit dengan menanyakan nama istri/suami dan tanggal lahir di berkas tersebut, apabila ada yang salah menjadi pertimbangan Bank selanjutnya. Wawancara II Account Officer melakukan wawancara tidak selalu terpatok dari SOP dan melakukan wawancara dilaksanakan pada saat survey, jika ada ketidaklengkapan berkas ditindak lanjuti via telepon. On the spot On the spot atau survey dilaksanakan oleh marketing dan AO, survey ini dilakukan berbarengan dengan wawancara kepada calon nasabah. Pada saat survey AO akan membawa from hasil survey yang nantinya akan diisi calon debitur dan di tanda tangani, selain itu survey disini dilakukan untuk memastikan hasil 2338ias2338sa jaminan dengan kenyataan keberadaan jaminan tersebut. Tidak banyak ditemukan setelah hasil Analisa terhadap jaminan dengan kenyataan ditemukan tidak sesuai misalnya jaminan tersebut bukan milik calon debitur rumah nya sewa, kontrak bahkan milik orang tua. Keputusan Kredit Keputusan dalam memberikan kredit kepada nasabah BPR setelah dilakukannya 2338ias2338sa, survey dan perhitungan jumlah pokok pinjaman, jangka waktu, dan besarnya angsuran yang telah disepakati oleh debitur, tentunya dalam memberikan keputusan ini melakukan Jangka waktu yang sesuai dengan kemampuan nasabah, jangka waktu pendek ataupun sebalik nya dengan persetujuan credit comitee (Direktur bisnis dan kualitas kredit dan direktur operasional fungsi kepatuhan). Akad Kredit Akad kredit dilaksanakan di kantor BPR Arthaguna Mandiri dengan pihak pihak terkait yakni debitur dan pihak admin kredit, dengan penandatanganan akta perjanjian kredit diikat oleh materai dan notaris hanya untuk nasabah nasabah tertentu dengan jumlah pokok pinjaman dan jaminan yang rentan dan besar jumlah nya. Pelibatan notaris dalam akad kredit dilakukan untuk pijaman diatas 30 juta. Realisasi Kredit Ketika nasabah sudah melakukan akad, pihak BPR mengharuskan nasabah untuk memilih jenis rekening sesuai dengan keinginan dan kebutuhan semisal rekening giro atau tabungan, rekening ini dibuka untuk kreditnya diatas 5 juta. Penarikan atau Pencairan Kredit Ketika nasabah ingin menarik uang di bank baik giro maupun tabungan dari setiap jenis nya memiliki perbedaan, dimana tabungan setiap saat 2339ias di Tarik tidak perlu ke teller langsung ke ATM berbeda dengan Giro harus langsung ke BPR atau ke teller dan di tariknya secara bertahap tidak 2339ias langsung, ini yang membuat nasabah sesuai dengan keperluan nya masing- masing. Bagi pengusaha biasanya yang giro dan yang non pengusaha biasanya tabungan. Manajemen/Monitoring Kredit Tabel 4. Analisis Monitoring Analisis SWOT Belum terpenuhinya tingkat kesehatan BPR yang diperlukan untuk memperluas jaringan akibat minimnya biaya promosi karena terbatasnya sektor UMKM yang dapat dibiayai merupakan kelemahan yang dimiliki BPR. Tingkat kepuasan pelayanan kepada nasabah yang masih rendah merupakan salah satu ancaman bagi PT. BPR Arthaguna Mandiri. Pengawasan fisik/ aktif Pengawasan dilakukan dengan melihat rekening debitur yang telah terjadinya tunggakan, maka dengan adanya tunggakan tersebut pihak marketing akan mengunjungi tempat usaha debitur untuk mengeetahui penyebab terjadinya tunggakan tersebut karena tidak ada kebijakan dalam pengawasan aktif untuk mengunjungi tempat usaha calon debitur dalam kurun waktu tertentu. Pengawasan pasif Salah satu bentuk pengawasan dalam pemberian kredit, dimana selaku pejabat kredit tidak perlu datang langsung ke lokasi usaha debitur. Hal ini ini bertujuan untuk pengawasan berkelanjutan dengan melihat kondisi laporan keuangan apakah meningkat atau menurun dalam satu periode biasanya dilakukan tiga bulan sekali untuk usaha yang membuat laporan keuangan, dan sebulan sekali untuk pedagang kecil. Dengan pengawasan pasif ini memudahkan BPR dalam mengidentifikasi jika ada kredit macet dari debitur. Contohnya saja ada debitur yang sudah setahun lancar membayar angsuran tanpa kendala, tapi masuk tahun kedua mulai sedikit-sedikit telat membayar angsuran hingga 2 bulan. Ternyata setelah diselidiki melalui laporan keuangannya, penjualannya terus menurun, ditambah debitur ini ada kewajiban lain ke pihak lain yang pengajuannya bukan atas nama dia, sehingga untuk memenuhi kewajibannya sedikit tersendat. ## Penyelesaian Kredit Bermasalah Teknik ini digunakan untuk meringanan debitur dalam masalah jangka waktu pembayaran kredit macet, metode ini merupakan metode pertama yang digunakan untuk menyelsaikan kredit yang mengalami tunggakan lebih dari 90 hari dengan perpanjangan jangka waktu kredit dari dua tahun menjadi tiga tahun sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. Dalam hal ini terdapat cara dalam menyelesaikan kredit bermasalah yaitu rescheduling, restructuring, kombinasi, penyitaan jaminan, hapus buku, dan hapus tagih, Faktor-faktor yang menyebabkan kredit bermasalah pada PT. BPR Arthaguna Mandiri adalah sebagai berikut: Faktor internal Faktor-faktor internal yang menyebabkan kredit bermasalah dari PT. BPR Arthaguna Mandiri berdasarkan hasil penelitian adalah: 1. Penyimpangan yang terjadi pada prosedur pemberian kredit dari PT. BPR Arthaguna Mandiri adalah pada pengajuan berkas pinjaman BPR hanya menjalankan 60% dari kententuan yang berlaku, dimana pada tahap ini berkas pinjaman harus 100% dilampirkan untuk membuat keputusan yang tepat. Diantaranya bagaimana calon debitur mengembalikan pinjaman apakah hanya dari hasil pendapatan atau investasi dan lain sebagainya, NPWP, serta identitas perusahaan. Serta pada perhitungan jumlah plafond, batas maksimum angsuran kredit terlalu besar yakni 85% dari gaji, dimana dalam menentukan maksimum angsuran yang seharusnya hanya 20% dari gaji sehingga nasabah dapat memenuhi kebutuhan 45% dari gaji dan 25% untuk menabung, serta 10% untuk dana darurat. Pada tahap wawancara tidak dilakukan secara terpisah melainkan tahap ini digabung dengan survey, yang mana fokus terhadap tujuan dari wawancara dan survey ini tidak maksimal dijalankan. Dalam melakukan ada kredit tidak semua peminjam diikat oleh notaris sehingga pengikatan tidak autentik dan sempurna, yang selanjutnya pembukaan rekening giro dan tabungan tidak semua peminjam disarankan membuka rekening dimana pada ketentuan ini rentan kecurangan yang dilakukan nasabah karena masih melakukan angsuran secara manual. 2. Manajemen/pengawasan PT. BPR Arthaguna Mandiri yang lemah, ini ditunjukan dengan tidak adanya pencegahan setelah dilakukan analisis SWOT dimana kelemahan dan ancaman BPR telah diketahui dengan bukti tidak ada peningkatan dalam kualitas pelayanan kepada nasabah. Pelaksanaan pengawasan secara fisik atau aktif dengan mengunjungi tempat usaha debitur tidak dilakukan secara berkesinambungan melainkan setelah terjadinya tunggakan pembayaran debitur hal ini mengakibatkan pada kecurangan yang dilakukan oleh debitur karena menganggap tidak adanya pengawasan secara rutin. Dalam melaksanakan pengawasan hendak nya dilakukan juga pengawasan pasif dimana pengawasan ini dilihat dari laporan keuangan, PT BPR Arthaguna Mandiri melakukan pengawasan terhadap laporan keuangan debitur yang melakukan pembukuan dilaksanakan tiga bulan sekali dan untuk usaha yang tidak membuat laporan keuangan diminta pencatatan pendapatan dan pengeluaran sebulan sekali. Dimana pengawasan untuk usaha yang tidak melakukan pembukuan di fokuskan bpr dengan melakukan pengawasan fisik secara kerkesinambungan. 3. Ketidak telitian Analisa terhadap unsur-unsur pemberian kredit yang dimana PT. BPR Arthaguna Mandiri dalam memberikan kepercayaan terhadap calon debitur dilihat dari awal pengajuan kredit hasil dari pertanyaan mengenai kewajiban pada bank lain dengan hasil Bank Checking disinkronkan apabila jawabannya koorperatif maka satu point dari unsur kepercayaan diberikan. Yang seharusnya PT. BPR Arthaguna Mandiri memberikan kepercayaan terhadap calon nasabah selain melihat dari hasil BI Checking juga melakukan survey dimana survey ini dilakukan untuk melihat kebenaran dari berkas-berkas, selain itu dengan menggunakan jaminan yang telah sesuai kebenarannya pada saat survey selanjutnya kepercayaan diberikan. Ketidak telitian Analisa terhadap prinsip pemberian kredit dimana PT BPR Arthaguna Mandiri menilai karakter nasabah lama dengan cara menilai dari itikad baik debitur dalam melakukan kewajibannya, dan nasabah baru berdasarkan unsur kepercayaan melalui BI Checking. Yang seharusnya dalam menilai karakter ini BPR melakukan survey dengan melihat latar belakang calon nasabah, bagaimana gaya hidup, dan kehidupan social nya. BPR Arthaguna Mandiri melakukan analisis capacity dilihat laporan keuangan 3 tahun terakhir dengan melihat posisi laba meningkat atau tidak. Seharusnya untuk analisis ini BPR Arthaguna Mandiri melaksanakan survey ke tempat usaha calon debitur dengan melihat bagaimana calon debitur menjalankan usahanya dan prospek dimasa yang akan datang. Untuk melaksanakan analisis ini hendaknya BPR memilih karyawan dengan pengetahuan bisnis yang luas agar keputusan diambil dengan tepat. 4. Solusi untuk penyelesaian kredit bermasalah yang tidak akurat, BPR Arthaguna Mandiri untuk menyelesaikan kredit bermasalah dalam kategori tunggakan melebihi 90 hari dengan memperpanjang jangka waktu kredit. Metode dengan penangguhan pembayaran bunga untuk jangka waktu tertentu, menurunkan suku bunga serta pembebasan bunga. Metode ini adalah metode kedua yang digunakan BPR Arthaguna, Pada BPR Arthaguna Mandiri restructuring merupakan metode ketiga yang dilakukan jika metode pertama dan kedua tidak mampu mengatasi kredit bermasalah yang terjadi. Dengan menambah jumlah kredit untuk membantu memperbaiki modal usaha debitur agar dapat kembali menjalankan kewajibannya. Hendak nya dalam mengambil keputusan untuk menyelesaikan kredit bermasalah BPR Arthaguna Mandiri menerapkan kebijakan untuk penanggulangan kelompok kredit bermasalah misalnya untuk golongan dalam pengawasan digunakan metode rescheduling, untuk golongan kurang lancar sampai dengan diragukan digunakan metode reconditioning, dan untuk golongan macet di gunakan metode restructuring. Metode dengan menambah jumlah kredit. Faktor eksternal Faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kredit bermasalah dari PT. BPR Arthaguna Mandiri berdasarkan hasil penelitian adalah : 1. Pendapatan menurun, penurunan pendapatan ini diketahui dengan adanya pengawasan yang dilakukan oleh PT. BPR Arthaguna Mandiri melalui pengawasan terhadap laporan keuangan debitur dimana pada sisi laporan laba rugi pendapatan yang tertera menurun dari laporan keuangan triwulan lalu, dengan adanya penurunan pendapat debitur yang berkesinambungan maka BPR hendak nya melakukan survey terhadap tenpat usaha dan menganalisa faktor apa yang menyebabkan pendapatan debitur menurun, dan untuk debitur yang tidak melakukan pembukuan faktor penyebab kredit bermasalah yang terjadi dilihat dari laporan pembukuan kas keluar dan masuk diketahui kas keluar lebih besar dibandingkan kas masuk nya. 2. Wanprestasi yang dilakukan debitur ditunjukan dengan tidak adanya itikad baik debitur dalam melaksanakan kewajibannya setelah dilakukan rescheduling, reconditiong, dan restructuring oleh BPR Arthaguna Mandiri tetapi debitur masih tidak bisa membayar kewajibannya. 3. Pemanfaatan pengawasan bank yang lemah, dengan lemahnya pengawasan BPR Arthaguna Mandiri, nasabah memanfaatkan keadaan tersebut dengan memanipulasi laporan keuangan yang sangat rentan terhadap debitur yang tidak melakukan pembukuan sehingga kebenaran laporan tersebut tidak terjamin. Serta kesadaran untuk membuat skala prioritas yang sangat minim sehingga untuk membayar angsuran kewajiban ke pada BPR tidak mendapatkan prioritas dari debitur. ## PENUTUP Kesimpulan Faktor internal (pihak BPR) dikarenakan Pihak bank tidak teliti dalam melakukan unsur pemberian kredit serta prinsip 5C dan verifikasi data calon debitur, Penyimpangan prosedur kredit sehingga pihak kreditur kurang tepat dalam memberikan keputusan pemberian kredit kepada debitur, Pihak kreditur tidak dapat memberikan solusi kepada debitur sehingga kredit bermasalah atau macet tidak teratasi dengan tepat, kurangnya monitoring dan pengawasan terhadap prosedur kredit dan pengawasan terhadap usaha debitur. Faktor eksternal (pihak nasabah) dikarenakan bidang usaha yang tidak mampu menghasilkan profit jangka Panjang, Tidak ada inovasi yang dilakukan sehingga tidak ada peningkatan pendapatan, Pemanfaatan kebijakan dan pengawasan bank yang lemah oleh debitur, dan manipulasi laporan keuangan. PT. BPR Arthaguna Mandiri hendaknya menjalankan kebijakan secara terperinci dan detail mengenai hal-hal setiap proses pemberian kredit terutama pada analisis unsur-unsur pemberian kredit dan analisis prinsip pemberian kredit serta kebijakan menengenai kriteria penyelesaian kredit bermasalah di golongkan berdasarkan kategori kredit bermasalah. PT. BPR Arthaguna mandiri hendaknya melakukan pelatihan dan pengawasan terhadap karyawan yang terlibat langsung pada proses kredit secara berkesinambungan. Bagi peneliti selanjutnya, saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini diharapkan peneliti selanjutnya dapat menganalisis faktor penyebab kredit bermasalah pada perbankan dalam sudut lebih luas termasuk faktor yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah agar penyebab kredit bermasalah tidak terfokus pada faktor internal bank dan debitur saja . ## DAFTAR PUSTAKA Adam, L. (2009). Retrieved From Lipi.Go.Id: Http://Lipi.Go.Id/Berita/Kredit- Bermasalah-Penyebab-Dan Dampaknya-/3997 Alanshari, F., & Marlius, D. (2018). Prosedur Pemberian Kredit KPR Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) TBK Cabang Pembantu Bukittinggi. Andriani, B., & Susanto, R. (2019). Pengawasan Kredit PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Ophir Pasaman Barat. Damanik, J. A. (2014). Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan petani padi di kecamatan masaran, Kabupaten Sragen. Economics Development Analysis Journal, 3(1). Dewi, O. A. (2014). Analisis Manajemen Kredit Guna Meminimalisir Kredit Bermasalah (Studi Pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Batu). Brawijaya University. Diaz Donatus Palanggan, J. J. (2016). Analisis penyajian, Pengakuan, dan Pengukuran, serta Pengungkapan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Sesuai PSAK Nomor 50, 55, 60 pada PT. Bank Sulutgo (Persero) Tbk. Febrianto, H. G. (2021). Bab 8 Jenis- Jenis Kredit. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, 106. Govanda, J. M. (n.d.). Analisis perlakuan akuntansi kredit bermaslah (Nonperforming Loan) sebelum dan sesudah PSAK Nomor 31 efektif dicabut (Studi kasus pada PT. Bak Internasional Indonesia Tbk Cabang Bandar Lampung). Hakim, M. S., Oktavianti, V., & Gunarta, I. K. (2018). Determining factors that contribute to financial literacy for small and medium enterprises. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering , 337(1), 12064. https://doi.org/10.1088/1757- 899X/337/1/012064 Handayani, E. F. (2014). Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Tingkat Profitabilitas Dan Likuiditas Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung. Hariyani, I. (2010). Restrukturisasi dan penghapusan kredit macet. Elex Media Komputindo. Ismail. (2010). Retrieved from Perkim.id: https://perkim.id/pembiayaan- perumahan/penyebab-kredit- bermasalah/ Jayanti, A. (2012). Perlakuan akuntansi kredit bermasalah (Nonperforming Loan) Kesesuaiiannya sebelum dan sesudah pernyataan standar akuntansi keuangan No. 31 efektif dicabut pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Katili, I. M., Tommy, P., & Untu, V. (2014). Kelayakan Kredit Dan Penetapan Plafon Kredit Modal Kerja Calon Debitor Umkm Di Pt Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Dotulolong Lasut Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi , 2(1). Kosasih, J. I., & SH, M. (2021). Akses Perkreditan dan Ragam Fasilitas Kredit dalam Perjanjian Kredit Bank. Sinar Grafika (Bumi Aksara). Kusnandar, V. B. (2022). Retrieved From Katadata.Co.Id: Https://Databoks.Katadata.Co.Id/ Datapublish/2022/04/14/Kredit- Bermasalah-Perbankan-Masih- Tinggi-Sampai-Awal- 2022#:~:Text=Kredit%20bermasa lah%20(Non%20Performing%20 Loan,93%20triliun%20pada%20J anuari%202022. Maksi Binus. (2020). Retrieved From Maksi Binus.Ac.Id: Https://Maksi.Binus.Ac.Id/2020/0 2/07/Kualitas-Kredit-Kesehatan- Bank-Dan-Kinerja-Ekonomi/# Mardatilla, M. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penjualan pada PT. Mitra Keluarga Sehat. Administraus, 2(3), 161–186. Mizwar, A. (2017). Penyelesaian Kredit Macet Melalui Penjualan Di Bawah Tangan Atas Objek Jaminan Yang Diikat Dengan Jaminan Fidusia Dengan Perusahaan Pembiayaan PT. Bima Multi Finance Cabang Pekanbaru. Muhammad Rizki Rafsanjani, N. S. (2013). Perlakuan akuntansi kredit bermasalah setelah PSAK 31 efektif dicabut pada PT. Bank Tabungan Negara. Nazir. (2022). Retrieved from Media Neliti: https://media.neliti.com/media/pu blications/5423-ID-studi- komparatif-prestasi-belajar- mahasiswa-jurusan-pendidikan- ekonomi-ditinjau.pdf Pentia, D., & Yuniarti, E. (2018). Faktor yang Mempengaruhi Penjualan Toko Kelontong di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Esai, 12(1), 25–32. Rasbin. (2020). Restrukturisasi Kredit Untuk Mendorong Pemulihan Dan Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta Pusat: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Retrieved From Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. Redjalam, P. A. (2020). Retrieved From Bisnis.Com: Https://Finansial.Bisnis.Com/Rea d/20201014/90/1305078/Waduh- Kredit-Bermasalah-Bpr-Terus- Menanjak-Sentuh-Level-834- Persen Saputri, S. A. (2019). Pengawasan Kredit Pada Bank Nagari Cabang Siteba. Senduk, S. (2004). Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya: Lima Kiat Praktis Mengelola Gaji Agar Bisa Kaya . Jakarta : Elex Media Komputindo. Setyaningrum, A. (2021). Analisis Fakto-Faktor Yang Menyebabkan Kredit Macet Pada Primkoppabri Kertasari. Setyaningrum, A. (2021). Analisis Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kredit Macet Pada Primkoppbri Kertasari. Silvy, M., & Yulianti, N. (2013). Sikap pengelola keuangan dan perilaku perencanaan investasi keluarga di Surabaya. Journal of Business and Banking, 3(1), 57–68. Sinaga, A. A. (2014). Pengaruh Kredit Bermasalah Terhadap Perputaran Kas Dan Likuiditas Pada Bpr Konvensional Di Wilayah Regional Jawa Tengah. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Fakultas Ekonomika Dan Bisnis. Suyatno, H. R. M. A., & Sh, M. (2018). Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Macet: Melalui Eksekusi Jaminan Hak Tanggungan Tanpa Proses Gugatan Pengadilan. Prenada Media. Terok, G. (2013). Fungsi Jaminan dalam Pemberian Kredit. Lex Privatum, 1(5). Tryusnita. (2013, November 25). Kredit bermasalah, perputaran kas dan likuiditas. Retrieved from Wordpress.com: https://tryusnita.wordpress.com Wahyono, B. (2017). Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang di Pasar Bantul Kabupaten Bantul. Jurnal Pendidikan Dan Ekonomi , 6(4), 388–399. Warsono, W. (2010). Prinsip-Prinsip dan Praktik keuangan Pribadi. Jurnal Salam, 13(2). Yasman, R., & Afriyeni, A. (2019). Prosedur Pemberian Kredit Pada PT. Bank Pekreditan Rakyat (BPR) Jorong Kampung Tangah (JKT) Pariaman Cabang Padang. Yuniarti, P. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang di Pasar Tradisional Cinere Depok.
33b57a1a-62be-4092-a71c-7823fa087dac
https://savana-cendana.id/index.php/SC/article/download/1377/572
Pengaruh Jenis Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Kultivar Ubi Jalar ( Ipomoea batatas L.) di Lahan Kering Syprianus Ceunfin a dan Maria Goreti Bere b a Fakultas Pertanian, Universitas Timor, Kefamenanu, TTU – NTT, Indonesia, email: beremaria808 @gmail.com Article Info Abstrak Article history: Received 30 Mei 2021 Received in revised form 19 Februari 2021 Accepted 28 Maret 2022 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa kultivar ubi jalar ( Ipomoea batatas L.) di lahan kering. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September-Desember 2020 di Kebun Fakultas Pertanian Universitas Timor, Kelurahan Sasi Kecamatan Kota Kefame nanu Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan menggunakan rancangan Petak Berjalur ( Stripe Plot Design ) 2 faktorial. Faktor pertama adalah jenis pupuk organik yang terdiri dari 3 taraf yaitu: tanpa pupuk organik, pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing. Faktor kedua adalah kultivar ubi jalar yang terdiri dari 2 taraf yaitu ubi jalar warna merah dan ubi jalar warna ungu. Terdapat enam kombinasi perlakuan, diulang se banyak 3 kali, sehingga terdapat 18 unit penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar terhadap parameter pengamatan kadar lengas tanah 80 HST, berat volume tanah 40 HST, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman dan indeks panen. Pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar, jenis pupuk organik kotoran kambing 64 g atau setara dengan 10 t/ha dapat menghasilkan umbi ubi jalar terberat yaitu 4,84 t/ha dan kultivar ubi jalar warna merah menghasilkan berat umbi ubi jalar terberat yaitu 3,49 t/ha. DOI: https://doi.org/10.32938/sc.v7i02.1377 Keywords: Pupuk Organik Kultivar Ubi Jalar Ipomoea batatas L ## 1. Pendahuluan Ubi jalar atau Ketela rambat ( Ipomoea batatas, L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tahan terhadap hama dan penyakit serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap kondisi lahan kering. Ubi jalar sangat potensial jika ditanam di lahan kering seperti di Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya di daerah Timor Tengah Utara (TTU). Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (2004) , Pulau Timor didominasi dengan lahan beriklim kering dengan kandungan bahan organik yang rendah, tingkat keasaman netral, solum tanah tipis sampai sedang, kesuburan kimiawi tanah relatif tinggi, namun karena kekurangan air sehingga tingkat kesuburan tanahnya rendah. Budidaya ubi jalar di lahan kering merupakan salah satu solusi untuk mendukung produksinya di Kabupaten Timur Tengah Utara (TTU).Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur (NTT) (2017) produksi ubi jalar mengalami peningkatan yaitu 79,643 ton namun pada tahun 2018 produksi ubi jalar menurun yaitu 72,954 ton, sedangkan permintaan masyarakat akan bahan pangan semakin meningkat akan tetapi belum diimbangi dengan kualitas umbi yang dihasilkan. Melihat potensi tersebut, ubi jalar dapat dijadikan sebagai pangan yang mampu menyediakan kebutuhan karbohidrat harian untuk masyarakat ( Hasyim & Yusuf, 2008 ). Ubi jalar sangat berpotensi untuk dikembangkan pada lahan kering, dengan cara budidaya yang baik seperti pemberian jenis pupuk organik sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.Dalam berbagai teknologi pengelolaan lahan kering telah tersedia mencakup pengelolaan kesuburan tanah,pengendalian erosi, rehabilitasi lahan,dan pengelolaan sumber daya air yang efisien. Dalam pemanfaatan lahan kering untuk meningkatkan produksi bahan pangan seperti ubi jalar, memerlukan perencanaan dan strategi yang tepat yakni pemberian pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing serta memilih kultivar ubi jalar yang berkualitas dan mampu meningkatkan kesuburan tanah. Direktorat Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian, (2002) , menyatakan bahwa ubi jalar termasuk tanaman yang mudah tumbuh pada daerah tropis. Di NTT umumnya ubi jalar dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk olahan primer seperti ubi bakar, kolak ubi, ubi kukus, dan ubi rebus. Selain dalam bentuk olahan primer, ada juga produk olahan yang memiliki nilai tambah yaitu bithilo yang merupakan jenis makanan olahan ubi jalar dalam bentuk kering seperti rengginang ( Purwaningsih et al ., 2011 ).Selain itu ubi jalar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat makanan karena rasanya yang manis dan teksturnya lembut. Dibeberapa daerah ubi jalar merupakan salah satu makanan pokok bagi masyarakat karena ubi jalar mengandung karbohidrat yang cukup tinggi. Berdasarkan kandungan karbohidratnya ubijalar menduduki urutan ke empat setelah padi, jagung, dan ubi kayu. Selain karbohidrat ubi jalar juga kaya akan kandungan gizi dan senyawa bioaktif yang baik untuk kesehatan, seperti vitamin dan mineral, serat, antioksidan, serta rendah indeks glikemiks ( Kure et al ., 2012 ; Pradhan et al ., 2015 ; Sanoussi et al ., 2016 ). Pigmen warna ungu pada ubi jalar warna ungu bermanfaat sebagai antioksidan karena dapat menyerap polusi udara, racun, oksidasi dalam tubuh, dan menghambat pengumpulan sel- sel darah Sri Kumalaningsih, (2006) . Menurut hasil penelitian Loe, (2015) menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk organik dan beberapa kultivar ubi jalar yang mempengaruhi pada semua pengamatan adalah perlakuan jenis pupuk kandang sapi dan kultivar ubi jalar kuning yang memiliki berat umbi per petak tertinggi dengan berat 6,233 t/ha.Di Kabupaten TTU berpeluang untuk meningkatkan hasil pertanian dengan mengoptimalkan sumberdaya alam yang ada terutama lahan pertanian dan komunitas lokal, salah satunya yaitu ubi jalar. Akan tetapi hasil produksi ubi jalar setiap tahun menurun dikarenakan kebiasaan masyarakat TTU membudidayakan tanaman ubi jalar dengan cara stek batang namun tidak menggunakan pupuk organik pada berbagai jenis tanah sehingga menyebabkan pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar kurang optimal, oleh sebab itu salah satu solusi untuk meningkatkan produksi ubi jalar yaitu menggunakan jenis pupuk organik berupa pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing. Pupuk organik merupakan salah satu komponen sumber dan pengikat hara bagi mikroba tanah. Hasil mineralisasi pupuk organik dapat meningkatkan ketersediaan hara tanah dan nilai tukar kation. Cara mengaplikasikan pupuk organik yaitu dengan menaburkan pada lubang tanam sebelum penanaman. Beberapa jenis pupuk organik yaitu pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing ( Mariani et al ., 2017 ).Untuk meningkatkan produktivitas ubi jalar di lahan kering dengan pemanfaatan musim hujan yang pendek serta pemanfaatan bahan organik limbah sapi dan limbah kambing, dapat dilakukan dengan cara pengaplikasian bahan organik pada lubang tanam sebelum penanaman. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa kultivar ubi jalar ( Ipomoea batatas, L .) di lahan kering. ## 2. Metode Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Desember 2020, di Lahan Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Timor, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Berjalur ( Stripe Plot Design ) 2 faktorial. Faktor pertama adalah jenis pupuk organik (P) yang terdiri dari 3 taraf yaitu tanpa pupuk organik (P 0 ), pupuk kandang sapi (P 1 ) dan pupuk kandang kambing (P 2 ). Faktor kedua adalah kultivar ubi jalar (U) yang terdiri dari 2 taraf yaitu warna merah (U 1 ) dan warna ungu (U 2 ). Terdapat enam perlakuan kombinasi, yaitu P 0 U 1, P 0 U 2, P 1 U 1, P 1 U 2, P 2 U 1 , danP 2 U 2, masing-masing diulang tiga kali, sehingga terdapat 18 unit penelitian. Parameter pengamatan dalam penelitian ini yaitu: Suhu tanah,Kadar lengas tanah (%), Berat volume tanah (%), pH dan DHL tanah, Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Daun (helai), Diameter Batang (cm), Luas Daun (cm 2 ), Bobot daun khas, Luas daun khas, Laju asimilasi bersih, Laju pertumbuhan tanaman, Berat segar berangaksan (g), Berat kering total (g), Jumlah umbi terbentuk, Berat umbi per tanaman (g), Berat umbi per lubang tanam (%), Berat umbi per hektar, Indeks panen (%) dan data hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam anova ( Analisis Of Variance ). Selanjutnya dianalisis menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan tingkat nyata (α) 5 %. Analisa data menggunakan program SAS 9.1. ## 3. Hasil dan Pembahasan Kadar lengas tanah (%) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk kandang dan kultivar ubi jalar pada pengamatan kadar lengas tanah 40 HST. Aras perlakuan pemberian jenis pupuk kandang maupun jenis ubi jalar menunjukkan tidak berbeda nyata antar aras perlakuan pada saat pengamatan 40 HST. Pada pengamatan 80 HST terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk kandang dan perlakuan jenis ubi jalar dengan kombinasi perlakuan tanpa pupuk kandang dengan jenis ubi jalar warna merah menghasilkan kadar lengas tanah tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya ( Tabel 1 ). Hal ini menunjukkan bahwa penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Selain itu model, bentuk dan kerapatan tajuk tanaman mempengaruhi kelengasan tanah dalam hubungannya dengan evaporasi. Tajuk tanaman yang lebar mampu menutupi permukaan tanah sehingga mengurangi evaporasi dan menahan air lebih banyak dibandingkan tajuk yang sempit. ## Berat Volume Tanah Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan berat volume tanah 40 HST tetapi tidak berbeda nyata pada waktu pengamatan 80 HST. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan tanpa jenis pupuk dengan kultivar ubi jalar warna ungu menghasilkan berat volume tanah paling rendah yang tidak berbeda nyata aras perlakuan lainnya ( Tabel 2 ). Hasil uji lanjut DMRT pada berat volume tanah 80 HST menunjukkan bahwa tidak terjadi beda nyata antar aras perlakuan baik perlakuan jenis pupuk kandang maupun jenis kultivar ubi jalar. Tabel 1. Kadar Lengas Tanah (%) Waktu Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu 40 Hst Tanpa Pupuk 32,48 32,78 32,63a Pupuk Kandang Sapi 32,21 29,27 30,74a Pupuk Kandang Kambing 28,83 25,91 27,37a Rerata 31,17a 29,32a (-) 80 Hst Tanpa Pupuk 30,08a 27,62a 28,85a Pupuk Kandang Sapi 27,32a 27,52a 27,42b Pupuk Kandang Kambing 28,64a 25,69a 27,17b Rerata 28,68a 26,94b (+) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkanberbeda pada tingkat nyata (α) 5% menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. (+) terjadi interaksi antar faktor. Tabel 2. Berat Volume Tanah (g/cm 3 ) Waktu Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu 40 Hst Tanpa Pupuk 0,81a 0,40a 0,60a Pupuk Kandang Sapi 0,79a 0,56a 0,68a Pupuk Kandang Kambing 0,69a 0,95a 0,82a Rerata 0,76a 0,64a (+) 80 Hst Tanpa Pupuk 1,06 0,94 1,01a Pupuk Kandang Sapi 1,31 1,51 1,41a Pupuk Kandang Kambing 1,20 0,98 1,09a Rerata 1,19a 1,14a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkanberbeda pada tingkat nyata (α) 5% menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. (+) terjadi interaksi antar faktor. ## pH Tanah Hasil analisis sidik ragam (anova) menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk organik dan kultivar ubi jalar pada pengamatan parameter pH tanah pada semua waktu pengamatan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukan bahwa tidak terjadi beda nyata baik aras perlakuan jenis pupuk kandang maupun aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar ( Tabel 3 ). Proses perombakan bahan organik seperti kotoran sapi menghasilkan asam humat dan asam fulfat sehingga akan membentuk khelat. Pertumbuhan tanaman juga berkontribusi dalam pengasaman tanah, proses penyerapan hara utama kalium, kalsium dan magnesium disertai pertukaran dengan ion hidrogen sehingga menyebabkan terjadinya pengasaman tanah ( Dewi Riniarti et al ., 2012 ). Tabel 3. Potensial Hidrogen Tanah Waktu Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu 40 Hst Tanpa Pupuk 6,64 6,50 6,57a Pupuk Kandang Sapi 6,61 6,64 6,63a Pupk Kandang Kambing 6,59 6,45 6,52a Rerata 6,61a 6,53a (-) 80 Hst Tanpa Pupuk 6,19 6,14 6,16a Pupk Kandang Sapi 6,32 6,31 6,31a Pupuk Kandang Kambing 6,20 6,14 6,17a Rerata 6,24a 6,20a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkanberbeda pada tingkat nyata (α) 5% menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Tinggi Tanaman (Cm) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar terhadap parameter tinggi tanaman pada semua waktu pengamatan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan aras perlakuan jenis pupuk tidak berbeda nyata pada waktu pengamatan 30 HST, dan 60 HST tetapi berbeda nyata pada waktu pengamatan 90 HST dengan aras perlakuan jenis pupuk kandang kambing menghasilkan tinggi tanaman paling tinggi sedangkan aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata dari awal sampai akhir pengamatan ( Tabel 5 ). Bertambah tinggi suatu tanaman dipengaruhi oleh kandungan unsur nitrogen (N) yang terdapat di dalam tanah. Fungsi nitrogen diantaranya mampu merangsang dan memperbaiki pertumbuhan akar, batang dan daun. Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi unsur hara yang terkandung dalam suatu bahan organik maka laju pertumbuhan tanaman nampak semakin tinggi. Rukmana, (1997) bahwa semakin banyak pupuk organik yang diberikan pada tanaman maka semakin lengkap pula unsur hara bagi pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Selanjutnya Fathini, (2014) mengatakan bahwa kandungan unsur hara, seperti N dan P dalam pertumbuhan tanaman sangat penting sehingga ketersediaannya harus sesuai dengan kebutuhan dari tanaman itu sendiri, dan untuk pertumbuhan tanaman khususnya pertumbuhan vegetatif, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang besar untuk setiap tahapan pertumbuhan tanaman. Fahmi, (2010) juga mengatakan bahwa unsur hara nitrogen dan fosfor merupakan unsur hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, apabila tanaman kekurangan nitrogen pertumbuhannya menjadi lambat, dan tanaman menjadi kerdil, sementara kekurangan fosfor menyebabkan perakaran tidak berkembang dengan baik, dan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Tabel 5. Tinggi Tanaman (cm) Waktu Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu 30 Hst Tanpa Pupuk 10,40 9,76 10,08a Pupuk Kandang Sapi 8,23 8,08 8,15a Pupuk Kandang Kambing 8,20 9,78 8,99a Rerata 8,94a 9,21a (-) 60 Hst Tanpa Pupuk 17,08 20,41 18,75a Pupuk Kandang Sapi 16,41 21,16 18,79a Pupuk Kandang Kambing 21,08 20,91 21,00a Rerata 18,19a 20,83a (-) 90 Hst Tanpa Pupuk 24,40 33,73 29,06b Pupuk Kandang Sapi 36,43 33,98 35,20ab Pupuk Kandang Kambing 37,23 38,45 37,84a Rerata 32,68a 35,38a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkanberbeda pada tingkat nyata (α) 5% menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Diameter Batang (cm) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis pupuk kandang dan kultivar ubi jalar terhadap parameter diameter batang. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa aras perlakuan pemberian jenis pupuk kandang menunjukkan tidak terjadi beda nyata antar aras perlakuan dari awal pengamatan sampai akhir pengamatan, sedangkan aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar menunjukkan bahwa waktu pengamatan 30 HST tidak berbeda nyata tetapi pada waktu pengamatan 60 dan 90 HST menunjukkan beda nyata dengan jenis kultivar ubi jalar ungu menghasilkan diameter batang paling besar ( Tabel 6 ). Diameter batang tanaman ubi jalar dipengaruhi oleh kandungan unsur N (nitrogen), P (phosphor) dan unsur K (kalium) yang sangat tinggi yang terdapat di dalam pupuk kandang sapi tersebut. Sehingga diameter batang bertambah lebih besar dan membentuk batang yang lebih kuat. Pupuk kandang sapi berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman ubi jalar. Pemupukan pada hakekatnya yaitu untuk menambah ketersediaan unsur hara yang yang diserap tanaman. Setyamidjaja, (1986) menyatakan bahwa unsur N berperan didalam merangsang pertumbuhan vegetatif. Gardner et al ., (1991) menambahkan bahwa unsur N sangat dibutuhkan tanaman untuk sintesa asam-asam amino dan protein, terutama pada titik-titik tumbuh dan ujung-ujung tanaman sehingga mempercepat proses pertumbuhan tanaman seperti pembelahan sel dan perpanjangan sel. Tabel 6. Diameter Batang (cm) Waktu Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu 30 Hst Tanpa Pupuk 0,31 0,40 0,35a Pupuk Kandang Sapi 0,30 0,30 0,30a Pupuk Kandang Kambing 0,30 0,36 0,33a Rerata 0,30a 0,35a (-) 60 Hst Tanpa Pupuk 0,35 0,43 0,39a Pupuk Kandang Sapi 0,33 0,38 0,35a Pupuk Kandang Kambing 0,31 0,45 0,38a Rerata 0,33b 0,42a (-) 90 Hst Tanpa Pupuk 0,41 0,46 0,44a Pupuk Kandang Sapi 0,33 0,38 0,45a Pupuk Kandang Kambing 0,31 0,45 0,38a Rerata 0,41b 0,49a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkanberbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Jumlah Daun (Helai) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar terhadap parameter jumlah daun pada semua waktu pengamatan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan aras perlakuan jenis pupuk kandang tidak berbeda nyata pada waktu pengamatan 30 HST, dan 60 HST tetapi berbeda nyata pada waktu pengamatan 90 HST dengan aras perlakuan jenis pupuk kandang kambing menghasilkan jumlah daun tertinggi sedangkan aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata dari awal sampai akhir pengamatan ( Tabel 7 ). Unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang kambing khususnya N dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman khususnya jumlah daun. Selanjutnya Azizah et al ., (2016) menyatakan bahwa pupuk kandang kambing mengandung unsur hara N yang dapat meningkatkan pertumbuhan daun sehingga daun akan menjadi lebih banyak jumlahnya. Gardner et al ., (1991) yang menyatakan bahwa jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh faktor genotip dan lingkungan, antara lain unsur hara dan bahan organik. Menurut Ikhtiyanto, (2010) menyatakan bahwa unsur hara yang berperan untuk pertumbuhan vegetatif, pembentukan tunas, pembentukan daun, dan pertumbuhan batang yaitu unsur N, apabila pasokan N tersedia dalam jumlah yang cukup, daun tanaman akan tumbuh besar dan memperluas permukaan yang tersedia untuk proses fotosintesis. Tabel 7. Jumlah Daun (helai) Waktu Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu 30 Hst Tanpa Pupuk 11,00 8,5 9,75a Pupuk Kandang Sapi 12,16 9,5 10,83a Pupuk Kandang Kambing 10,5 13,33 11,91a Rerata 11,22a 10,44a (-) 60 Hst Tanpa Pupuk 23,83 20,66 22,25a Pupuk Kandang Sapi 30,00 27,66 28,83a Pupuk Kandang Kambing 28,83 32,00 30,41a Rerata 27,55a 26,77a (-) 90 Hst Tanpa Pupuk 53,67 44,17 48,92b Pupuk Kandang Sapi 97,67 65,17 81,42ab Pupuk Kandang Kambing 101,83 90,50 96,17a Rerata 84,39a 66,61a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. Luas Daun (Cm 2 ) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk kandang dan kultivar ubi jalar pada parameter luas daun. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa baik perlakuan jenis pupuk kandang maupun jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata ( Tabel 8 ). Namun demikian aras perlakuan pupuk kandang kambing dan jenis kultivar ubi ungu menghasilkan luas daun paling lebar. Daun merupakan organ penting tanaman yang berperan dalam proses fotosintesis karena terdapat klorofil. Luas daun dari setiap tanaman, umumnya dipengaruhi oleh jumlah daun. Semakin banyak jumlah daun maka luas daun dari suatu tanaman juga semakin lebar. Suatu tanaman semakin banyak jumlah daunnya maka luas daunnya akan semakin lebar ( Ifantri dan Ardiyanto, 2015 ). Hal ini sesuai dengan pendapat Gardner et al ., (1991) menyatakan bahwa luas daun mempunyai kaitan yang erat dengan laju asimilasi bersih. Tabel 8. Luas Daun (cm 2 ) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 189,81 187,09 188,45a Pupuk Kandang Sapi 184,08 193,51 188,80a Pupuk Kandang Kambing 214,20 217,98 216,09a Rerata 196,03a 199,52a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 %menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Luas Daun Khas Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk kandang dan kultivar ubi jalar pada pengamatan luas daun khas. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk kandang berbeda nyata dengan aras perlakuan tanpa pupuk menghasilkan luas daun khas paling luas, sedangkan perlakuan jenis kultivar ubi jalar menghasilkan luas daun khas yang tidak berbeda nyata ( Tabel 9 ). Luas daun khas adalah hasil bagi antara luas daun dengan berat daun. Luas daun khas mengandung informasi ketebalan daun yang mencerminkan organella fotosintesis dan berhubungan erat dengan fotosintesis. Daun yang tebal mempunyai khloroplas yang lebih banyak per satuan luas daun, sehingga akan mempunyai kapasitas mengintersepsi energi cahaya dan mereduksi CO 2 yang lebih tinggi dan daun yang tipis. Perbedaan ketebalan daun sering diamati di antara lingkungan yang mendapat kuanta cahaya yang berbeda. Nilai luas daun khas menggambarkan efisiensi daun untuk membentuk bobot kering daun dan memberikan petunjuk tentang tebal tipisnya daun tanaman akibat pengaruh lingkungan ( Kadekoh, 2002 ). Tabel 9. Luas Daun Khas (cm 2 ) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 72,15 43,72 57,93a Pupuk Kandang Sapi 32,07 24,76 28,41b Pupuk Kandang Kambing 23,10 32,62 27,86b Rerata 42,44a 34,70a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. Bobot Daun Khas(cm 2 ) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan bobot daun khas. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa aras perlakuan jenis pupuk kandang berbeda nyata dengan perlakuan pemberian jenis pupuk kandang kambing menghasilkan bobot daun khas tertinggi, sedangkan aras perlakuan kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata ( Tabel 10 ). Hal ini diduga bahwa peningkatan bobot daun khas terjadi karena meningkatnya ketebalan daun. Bobot daun khas merupakan indikator ketebalan daun tanaman. Semakin tinggi nilai bobot daun khas maka daun semakin tebal. Daun yang tebal akan memiliki jumlah sel yang lebih banyak dibandingkan daun yang tipis. Kadar sel yang tinggi mempunyai kekuatan untuk berfotosintesis yang lebih tinggi. Daun yang tebal menyebabkan rasio volume terhadap luas permukaan daun menjadi tinggi, oleh karena itu pada volume jaringan yang sama luas permukaan transpirasi lebih rendah. Dalam keadaan tersebut maka laju transpirasi lebih rendah walaupun kapasitas total tetap tinggi sehingga penggunaan air lebih efisien ( Aziza et al ., 2014 ). Tabel 10. Bobot Daun Khas (cm 2 ) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 0,014 0,028 0,021b Pupuk Kandang Sapi 0,033 0,040 0,036a Pupuk Kandang Kambing 0,043 0,034 0,039a Rerata 0,030a 0,034a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. Laju Asimilasi Bersih (g/cm 2 /hari) Berdasarkan hasil sidik ragam (anova) menunjukkan terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan laju asimilasi bersih. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk kandang sapi dengan jenis kultivar ubi jalar ungu menghasilkan nilai laju asimilasi bersih dengan nilai tertinggi yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lain ( Tabel 11 ). Hal ini diduga bahwa kemampuan pupuk kandang dalam memperbaiki sifat tanah sehingga tercipta lingkungan yang lebih baik bagi perakaran tanaman serta dapat menyediakan unsur hara untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan tanaman termasuk laju asimilasi bersih. Laju asimilasi bersih adalah laju pertambahan berat kering per satuan luas daun, per satuan waktu ( Jawal et al , 2003 ). Laju asimilasi bersih merupakan parameter efisiensi proses fotosintesis pada daun dalam memanfaatkan radiasi matahari dan sumber daya lainnya, yang berakibat pada proses fotosintesis, sehingga semakin banyak energi yang dihasilkan untuk pertumbuhan tanaman ( Capriyanti, 2014 ). Kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang dapat mensuplai unsur hara terutama N, P dan K yang memegang peran penting dalam metabolisme tanaman ( Gardner et al ., 1991 ). Tabel 11. Laju Asimilasi Bersih (g/cm 2 /hari) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 0,003b 0,005ab 0,004b Pupuk Kandang Sapi 0,007ab 0,011a 0,009a Pupuk Kandang Kambing 0,010ab 0,007ab 0,008a Rerata 0,007a 0,008a (+) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (+) terjadi interaksi antar faktor. ## Laju Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan laju pertumbuhan tanaman. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan jenis pupuk kandang sapi dengan jenis kultivar ubi jalar ungu menghasilkan nilai laju pertumbuhan tanaman tertinggi yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya ( Tabel 12 ). Laju pertumbuhan tanaman merupakan kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering hasil asimilasi tiap satuan waktu. Menurut Gardner et al ., (1991) menyatakan bahwa laju pertumbuhan tanaman merupakan pertambahan bobot kering tanaman persatuan luas lahan yang ditempati tanaman dalam waktu tertentu, dimana berat kering merupakan penimbunan hasil bersih fotosintesis selama proses pertumbuhan. Pada tanaman, bahan kering akan dialokasikan untuk pertumbuhan tajuk, akar, dan juga hasil tanaman ( Capriyanti et al., 2014 ). Tabel 12. Laju Pertumbuhan Tanaman Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 0,42b 0,60ab 0,51b Pupuk Kandang Sapi 0,79ab 1,23a 1,01a Pupuk Kandang Kambing 1,08ab 0,77ab 0,92a Rerata 0,76a 0,87a (+) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (+) terjadi interaksi antar faktor. ## Berat Segar Berangkasan (g) Berat segar berangkasan merupakan berat tanaman pada saat tanaman masih segar dan ditimbang secara langsung setelah panen, sebelum tanaman menjadi layu akibat kehilangan air ( Lakitan, 1996 ). Berat segar berangkasan merupakan berat total tanaman yang menunjukkan hasil aktifitas metabolik suatu tanaman. Pertumbuhan organ yang baik akan menyebabkan semakin banyaknya organ tersebut menyerap air dan terjadinya peningkatan pembelahan sel, sehingga berat segar tanaman meningkat. Hasilsidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan berat segar brangkasan. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa perlakuan jenis pupuk kandang maupun jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata ( Tabel 13 ). Namun demikian pupuk kandang kambing serta jenis ubi jalar menghasilkan berat segar paling tinggi. Pupuk kandang kambing mengandung 1,19% N, sehingga semakin tinggi dosis yang diberikan, semakin banyak kandungan nutrisi tanah akan meningkat. Struktur tanah yang baik menjadikan perakaran berkembang dengan baik sehingga semakin luas bidang serapan terhadap unsur hara sehingga menjadikan produktivitas tanaman. Menurut Dwijoseputro, (1992) menyatakan bahwa tanaman yang mempunyai pertumbuhan yang baik akan mengandung hampir 90% air pada jaringannya. Penyerapan air oleh tanaman akan membantu penyerapan hara, sehingga mempengaruhi perkembangan vegetatif tanaman yang juga akan meningkatkan berat tanaman. Saputra, (2010) menyatakan bahwa berat basah tanaman dapat menunjukan aktifitas metabolisme tanaman dan berat basah tanaman dipengaruhi oleh kandungan air jaringan, unsur hara dan hasil metabolisme. Tabel 13. Berat Segar Berangkasan (g) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 47,97 82,74 65,35a Pupuk Kandang Sapi 84,13 84,99 84,56a Pupuk Kandang Kambing 71,98 101,62 86,80a Rerata 68,02a 89,78a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkanberbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Berat Kering Total (g) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan berat kering total. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa aras perlakuan jenis pupuk kandang berbeda nyata antara aras perlakuan yang dimana kombinasi perlakuan pupuk kandang sapi memberikan nilai berat kering total tertinggi sedangkan aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata ( Tabel 14 ). Hal ini terjadi karena pupuk organik yang terdapat di dalam tanah mampu memberikan unsur hara yang cukup sehingga diserap oleh akar tanaman dan memberi konstribusi terhadap pertambahan berat kering tanaman. Penggunaan pupuk kandang sapi dapat memperbaiki dan menjaga keseimbangan unsur hara di dalam tanah sehingga berpengaruh terhadap serapan hara tanaman dan berat kering total tanaman. Menurut Gardner, (2008) menyatakan berat kering total tanaman dipengaruhi oleh jumlah susunan sel pada tanaman itu sendiri, sedangkan menurut Nurdin, (2011) menyatakan bahwa jumlah daun dapat berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering tanaman karena daun merupakan tempat akumulasi hasil fotosintat tanaman. Semakin banyak fotosintat yang dihasilkan oleh tanaman, maka akan semakin tinggi pula bobot kering total tanaman yang diperoleh. Berat kering tanaman adalah keseimbangan antara pengambilan CO 2 (fotosintesis) dan pengeluaran CO 2 (respirasi). Apabila respirasi lebih besar dibanding fotosintesis tanaman itu akan berkurang berat keringnya ( Lakitan, 1996 ). ## Jumlah Umbi Terbentuk Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada parameter jumlah umbi terbentuk. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa aras perlakuan jenis pupuk kandang maupun aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata namun aras perlakuan pupuk kandang kambing serta aras perlakuan kultivar ubi jalar ungu menghasilkan jumlah umbi terbentuk terbanyak ( Tabel 15 ). Hal ini selaras dengan pendapat Osman, (1996) menyatakan bahwa pupuk kandang mengandung unsur K yang dapat meningkatkan hasil karena unsur tersebut sangat membantu dalam pembentukan umbi. Tabel 14. Berat Kering Total (g) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 6,06 8,74 7,40b Pupuk Kandang Sapi 11,39 17,83 14,61a Pupuk Kandang Kambing 15,64 11,12 13,38a Rerata 11,03a 12,56a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Tabel 15. Jumlah Umbi Terbentuk Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 5,00 5,00 5,00a Pupuk Kandang Sapi 4,66 7,00 5,83a Pupuk Kandang Kambing 6,33 5,66 6,00a Rerata 5,33a 5,88a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Berat Umbi Per Tanaman (g) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan berat umbi pertanaman. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa aras perlakuan pupuk kandang berbeda nyata dengan berat umbi per tanaman paling tinggi dihasilkan oleh aras perlakuan pupuk kandang kambing, sedangkan aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata ( Tabel 16 ). Hal ini disebabkan oleh semakin banyak pupuk organik yang diberikan pada tanaman maka semakin meningkat pula berat umbi per tanaman ( Osman, 1996 ). Kandungan unsur hara yang seimbang di dalam tanah mempunyai peranan penting untuk tanaman selama tanaman tersebut tumbuh sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Sudirja, (2007) menyatakan bahwa unsur hara yang cukup dan seimbang sangat diperlukan tanaman. Tanaman dapat tumbuh dengan baik juga didukung oleh kondisi dan sifat tanah yang baik sehingga tanaman dapat menggunakan hara di dalam tanah secara maksimal. Tabel 16. Berat Umbi Per Tanaman(g) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 19,57 16,92 18,24b Pupuk Kandang Sapi 24,45 26,95 25,70b Pupuk Kandang Kambing 39,87 37,65 38,76a Rerata 27,96a 27,17a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Berat Umbi Per Lubang Tanam (g) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan berat umbi perlubang tanam. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa aras perlakuan jenis pupuk kandang berbeda nyata dengan berat umbi perlubang tanaman terberat dihasilkan oleh aras perlakuan pupuk kambing, namun aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata ( Tabel 17 ). Menurut Rubatzky dan Yamaguchi, (1997) menyatakan bahwa hasil umbi yang tinggi tergantung pada kemampuan membentuk umbi dan kondisi yang sesuai dengan laju pertumbuhan dan perkembangan umbi yang dipengaruhi oleh nutrisi, pemberian hara, kompetisi antar tanaman dan intensitas atau kualitas cahaya. Tabel 17. Berat Umbi Per Lubang Tanam (g) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 39,10 33,84 36,47b Pupuk Kandang Sapi 48,91 53,90 51,40b Pupuk Kandang Kambing 79,75 75,29 77,52a Rerata 55,92a 54,34a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Berat Per Hektar (t/ha) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan tidak terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan berat umbi per hektar. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa aras perlakuan pupuk kandang berbeda nyata dengan hasil terberat per hektar dihasilkan oleh aras perlakuan pupuk kandang kambing, namun aras perlakuan jenis kultivar ubi jalar tidak berbeda nyata ( Tabel 18 ). Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman serta dapat meningkatkan kadar humus dan unsur hara dalam tanah. Pupuk kandang mempunyai kemampuan untuk merubah semua faktor-faktor kesuburan tanah seperti unsur hara, menaikkan kandungan humus, dan struktur tanah. Dari aspek fisik pupuk kandang mendorong proses penggemburan tanah, sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman ( Stevenson, 1982 ). Tabel 18. Berat Umbi Per Hektar (t/ha) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 2,44 2,11 2,28b Pupuk Kandang Sapi 3,06 3,36 3,21b Pupuk Kandang Kambing 4,98 4,70 4,84a Rerata 3,49a 3,39a (-) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5% menurut uji DMRT. (–) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## Indeks Panen (%) Hasil sidik ragam (anova) menunjukkan terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar pada pengamatan indeks panen. Hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk kandang kambing dengan jenis kultivar ubi jalar merah yang berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya ( Tabel 19 ). Hal ini disebabkan oleh kualitas dan kuantitas pupuk organik sangat baik untuk pertumbuhan suatu tanaman, pupuk organik sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Tabel 19. Indeks Panen (%) Pengamatan Pemberian Jenis Pupuk Kultivar Ubi Jalar Rerata Warna Merah Warna Ungu Panen Tanpa Pupuk 28,13ab 15,38b 21,76b Pupuk Kandang Sapi 23,73ab 24,11ab 23,92b Pupuk Kandang Kambing 36,71a 26,59ab 31,65a Rerata 29,52a 22,03b (+) Keterangan: Angka pada baris dan kolom diikuti huruf yang sama menunjukkan berbeda pada tingkat nyata (α) 5 % menurut uji DMRT. (+) tidak terjadi interaksi antar faktor. ## 4. Simpulan Terjadi interaksi antara perlakuan pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar terhadap parameter pengamatan kadar lengas tanah 80 HST, berat volume tanah 40 HST, laju asimilasi bersih, laju pertumbuhan tanaman dan indeks panen pada penelitian pemberian jenis pupuk dan kultivar ubi jalar. Kombinasi perlakuan terbaik terdapat pada kombinasi perlakuan pemberian jenis pupuk kandang kambing 10 t/ha dan kultivar ubi jalar warna merah dimana menghasilkan berat umbi tertinggi yaitu 4,84 t/ha, tetapi lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian pemberian jenis pupuk kandang kambing 15 t/ha dan kultivar ubi jalar yang dapat mencapai produksi umbi ubi jalar lebih berat yaitu, 5,05 t/ha. Jenis pupuk kandang yang tepat untuk budidaya tanaman ubi jalar yaitu jenis pupuk kandang kambing. Hal ini dibuktikan dengan nilai tertinggi diperoleh pada parameter jumlah daun, jumlah umbi terbentuk, berat umbi per tanaman, berat umbi per lubang tanam, berat umbi per hektar dan indeks panen. ## Pustaka Azizah, A., B. Zaman, Purwono. 2017. Pengaruh Penambahan Campuran Pupuk Kotoran Sapi dan kambing terhadap Kualitas Kompos TPST UNDIP. Jurnal Teknik Lingkungan UNDIP 6(7): 1-10. Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Timur ( BPS ). (2017). ‘’Produksi Ubi Jalar di Provinsi Nusa Tenggara Timur, 2017-2018. Capriyanti, Rianni., Toharidan Dodi Kastono. 2014. Pengaruh Jarak Tanam dalam Tumpangsari Sorgum Manis (Sorghum bicolor L. Moench) dan Dua Habitus Wijen (Sesamum indicum L.) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Vegetalika Vol.3 No.3, 2014. Dinas Pertanian Tanaman Pangandan Hortikultura. 2004. Rencana Strategis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2005-2006. Jakarta: Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (2002). Pengenalan Budidaya Talas, Garut, Ganyong, Gembili, Ubi kelapa, Iles-Iles, Suweg/Acung. Jurnal Direktorat Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan. Jakarta. Dewi Riniarti, Any Kusumastuty, dan Bambang Utoyo 2012. Pengaruh Bahan Organik, Pupuk P, dan Bakteri. Dwijoseputro. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogyakarta: Kanisius. Fahmi Arifin., Syamsudin., Sri Nuryani H.U., Bostang Radjagukguk. 2010. The Effect of Interaction of Nitrogen and Phosporus Nutrients on Maize (Zea Mays L.) Grown InRegosol and Latosol Soil . ByologicNews10(3). Fathini Dannar Nur., Sriyanto Waluyo., Suci Handayani. 2014. Pengaruh Masa Inkubasi Vinase dan Takaran Pupuk Kalium Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah ( Capsicum Annum L.) Vegetalika Vol. 3 No. 2, 2014: 13-24. Gardner, F. P., 2008 Fisiologi Tanaman Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta. Gardner, F.P. R.B Pearce dan R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya. Universitas Indonesia Press. Hasyim, A. dan M. Yusuf. 2008. Diversifikasi Produk Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan Substitusi Beras. Badan Litbang Pertanian, Malang. Ifantri Johan dan Ardiyanto. 2015. The Effect Of Number Of Leaves And The Type Of Manure On The Growth And Yield Of Melon ( Cucumismelo L.), Fakultas Pertanian, Universitas PGRI. Yogyakarta. Ikhtiyanto Rifka Ernawan. 2010. Pengaruh Pupuk Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tebu ( Sacharum officinarum L.). Skripsi. Departemen Agronomi Dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Jawal, M. A. S., P. J. Santoso., Purnama, T., dan F. Usman. 2003. Hubungan laju pertumbuhan dengan saat berbunga untuk seleksi kegenjahan tanaman pepaya. J. Hort. Vol. 13, No.3. Balai penelitian tanaman buah. Sumatera Barat. Kadekoh I. 2002. Pola pertumbuhan kacang tanah (Arachis hipogea L. ) dengan jarak tanam bervariasi dalam system tumpangsari dengan jagung pada musim kemarau. J. Agrista 6(1): 63-70. Kure OA, Nwankwo L, and Wyasu G. 2012. Production and quality evaluation of garri- like product from sweet potatoes. Journal Natural Production and Plant Resources 2 (2):318-321. Lakitan, Benyamin. 1996. Dasra-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Radja Grafindo Persada. Lakitan, B. 2011. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajagrafindo Persada. Jakarta. 206 Hal. Loe, Marselinus D. (2015) Judul skripsi Pengaruh jenis pupuk organic padat terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa kultivar ubi jalar (ipomoea batatas L). Mariani, S. D., Koesriharti, & N. Barunawati. (2017). Respon pertumbuhan dan hasil tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) varietas permata terhadap dosis pupuk kotoran ayam dan KCL. J. Produksi Tanaman, 5(9), 1505-798. Nurdin. 2011. Penggunaan lahan kering di Das Limboto Provinsi Gorontalo untuk Pertanian Berkelanjutan. Jurnal Litbang Pertanian 30 (3):98 - 107. Osman, F. 1996. Memupuk Tanaman Padi dan Palawija. Penebar Swadaya, Jakarta. Purwaningsih, T. F. Jaafar, N. Cahyaningrum dan Masniah, 2011. Prospek Pengembangan Teknologi Pengolahan Ubi Jalar Menjadi Bithilo. Laporan Hasil Penelitian BPTP Yogyakarta, 2011. Pradhan DMP, Mukherjee A, George J, Chakrabarti SK, Vimala B, Naskar SK, Sahoo B K, Samal S. 2015. High starch, beta carotene and anthocyanin rich sweet potato: ascent to future food and nutrition security in coastal and backward areas. Intl. J. Trop. Agric. 33 (2): 397-400 (Part I). Rubatzky, V. And M. Yamaguchi. 1997. Word Vagetables: Principles, Production, and nutritive Value. Second edition. International Thompson Chapman and Hall Publishing. New York. Rukmana, R. 1997. Ubi Jalar, Budidaya dan pasca panen. Yogyakarta: Kanisius. Sanoussi, A. F., Adjatin A., Dansi1, A., Adebowale A., Sanni, L.O., and Sanni A. 2016. M ineral Composition of Ten Elites Sweet Potato (Ipomoea Batatas [L.] Lam.) Landraces of Benin. Int. J. Curr. Microbiol. App. Sci 5(1): 103-115.501.009. Saputra, D. 2010. Produksi Rumput Raja (Pennisetum purpoides) yang ditanam dalam polybag dengan pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang pada pemotongan pertama. Skripsi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekan Baru. Sudirja, R. 2007. Standar Mutu Pupuk Organik dan Pembenah Tanah. Modul Pelatih Pembuatan Kompos. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Balai Besar Pengembangan dan Perluasan Kerja. Lembang. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta. Sri Kumalaningsih. 2006. Ubi Jalar Ungu dan Proses Pengolahannya. Stevenson, F. J. 1982. Humus Chemistry Genesis, Composition, Reactions. John Wiley & Son. New York.
8a6df5d5-e040-4d48-a81d-b888b1482727
https://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/ekonika/article/download/9/13
## PENERAPAN STRATEGI 7T BISNIS RITEL DALAM ## E - COMMERCE ( ON-LINE SHOP ) OLEH SWALAYAN GOLDEN SEBAGAI MEDIA PEMASARAN ## Ema Nurzainul Hakimah Fakultas Ekonomi, Universitas Nusantara PGRI – Kediri [email protected] Basthoumi Muslih Fakultas Ekonomi, Universitas Nusantara PGRI – Kediri [email protected] ## Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan oleh Ema Nurzainul Hakimah (2015) dengan judul Menciptakan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Berbasis Manajemen Pemasaran Retail Studi pada Pedagang Retail Anggota UMKM Kota Kediri. Pembedanya yaitu penerapan strategi merchandising bisnis ritel dalam e-commerce ( on-line shop/olshop ) oleh swalayan Golden sebagai media pemasaran dan mendeskripsikan respon konsumen atas layanan olshop swalayan pertama yang mampu bersaing dengan peritel modern besar di Kota Kediri yaitu Golden. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana menjelaskan gambaran masing-masing variable penelitian strategi 7T dalam olshop terhadap respon konsumen. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling , dengan metode pengumpulan data menggunakan kuesioner sebagai data primer dan diolah menggunakan SPSS 23 untuk mengetahui respon konsumen dalam strategi 7T serta metode CRI ( Customer Response Index ) untuk mengetahui sejauh mana respon konsumen atas layanan olshop swalayan Golden Kediri. Hasil data kuesioner terhadap strategi merchandising dan layanan olshop Golden Swalayan, dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja dari strategi 7T merchandising yang diberikan oleh Golden Swalayan Kota Kediri dengan adanya olshop telah melebihi nilai rata-rata harapan konsumen. Hasil CRI di tiap tahap respon dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa semua nilai tahap respon berada hampir mencapai 100%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa layanan olshop Golden Swalayan memberikan respon yang positif yaitu mendapatkan kesadaran konsumennya sehingga tertarik melakukan pembelian. Kata kunci : merchandising, strategi 7T bisnis ritel , on-line shop semangat kerja karyawan. ## PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan kondisi pasar dan kemajuan teknologi menuntut para pelaku bisnis/peritel selalu berinovasi untuk merebut dan mengembangkan pangsa pasar di dalam negeri maupun luar negeri. Keunggulan bersaing dalam bisnis bisa dicapai dengan pengelolaan merchandise yang baik, yaitu salah satunya menggunakan strategi 7T. Menurut Ma’ruf (dalam Sopiah, 2008:141), merchandising adalah kegiatan pengadaan barang-barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko untuk disediakan dengan jumlah, EkoNiKa | Vol. 1, No. 2, September 2016 : 91 - 102 waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel. Merchandising merupakan salah satu bidang yang berperan menentukan keunggulan bersaing dari peritel. Merchandising berasal dari kata merchandise . Merchandise artinya barang yang diperdagangkan. Dengan demikian, Merchandising bisa didefinisikan sebagai seni dan ilmu pengelolaan merchandise sehingga dalam distribusi merchandise tersebut tercapai 7T, yaitu: produk yang Tepat, waktu yang Tepat, tempat yang Tepat, harga yang Tepat, kuantitas yang Tepat, kualitas yang Tepat, dijual dengan cara yang Tepat. Bisnis Ritel atau eceran kini semakin berkembang seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Perkembangan ini tentu saja harus disesuaikan dengan kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan entitas bisnis ritel, baik owner maupun para pegawainya. Dalam hal ini maka diperlukan penggunaan media e-commerce sebagai upaya untuk menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Bila masih mengelola bisnis ritel secara tradisional maka lambat laun akan ditinggalkan para pelanggan. Kecenderungan konsumen saat ini dalam mengkonsumsi ataupun membeli berbagai macam produk lebih mudah menggunakan adanya katalog-katalog produk dan informasi berbasis on-line dengan hanya mengakses internet. Pergeseran budaya membeli masyarakat dari membeli produk langsung di toko beralih ke aplikasi-aplikasi toko on-line ( on-line shop ) dalam browser maupun smartphone saat ini, dengan penawaran-penawaran produk yang dikemas lebih menarik dibandingkan toko/swalayan yang tidak menggunakan layanan olshop . Sebagaimana hasil penelitian yang dikemukakan oleh purba (2014) bahwa variasi pembelian secara impulsif ( impulse buying) pada diri seorang konsumen dipengaruhi secara tidak langsung oleh online store beliefs dan secara langsung oleh browsing , sehingga browsing mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan impulse buying. Melihat observasi awal di lapangan, swalayan Golden Kediri merupakan swalayan yang telah berdiri lama dan masih tetap bertahan di antara semakin menjamurnya swalayan- swalayan lain yang lebih besar. Maka peneliti tertarik untuk melanjutkan penelitian ini dan mengangkat judul “Penerapan strategi 7T (produk yang Tepat, waktu yang Tepat, tempat yang Tepat, harga yang Tepat, kuantitas yang Tepat, kualitas yang Tepat, dijual dengan cara yang Tepat) bisnis ritel dalam e-commerce ( on-line shop ) oleh Swalayan Golden sebagai Media Pemasaran”. ## Identifikasi Masalah 1. Pergeseran budaya membeli masyarakat dari membeli barang di tempat menjadi membeli barang melalui media olshop 2. Strategi merchandising 7T menjadi salah satu strategi yang perlu diperhatikan pelaku bisnis ritel. ## Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan penggunaan strategi 7T (produk yang Tepat, waktu yang Tepat, tempat yang Tepat, harga yang Tepat, kuantitas yang Tepat, kualitas yang Tepat, dijual dengan cara yang Tepat) bisnis ritel dalam e-commerce ( on-line shop ) oleh swalayan Golden sebagai media pemasaran 2. Mendeskripsikan respon konsumen atas layanan olshop swalayan Golden Kediri. Penerapan Strategi 7T . . . . (Ema Nurzainul H. & Basthoumi M.) ## Manfaat Penelitian Bagi peneliti a. Memberikan peningkatan pengetahuan yang lebih dalam penerapan strategi merchandising bisnis ritel b. Menjadikan penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Bagi instansi a. Sebagai informasi mengenai harapan konsumennya b. Sebagai acuan pengambilan keputusan mengenai strategi merchandising dalam pemasaran produk bisnis ritel. ## TINJAUAN PUSTAKA Strategi 7T Dalam Manajemen Ritel Menurut Ma’ruf (2005:135), merchandising adalah kegiatan pengadaan barang- barang yang sesuai dengan bisnis yang dijalani toko untuk disediakan dengan jumlah, waktu, dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel. Menurut Sopiah (2008:141), merchandising adalah seni dan ilmu pengelolaan merchandise sehingga dalam distribusi merchandise tersebut tercapai 7T, yaitu: produk yang tepat, waktu yang tepat, tempat yang tepat, harga yang tepat, kuantitas yang tepat, kualitas yang tepat dan dijual dengan cara yang tepat. Menurut Sopiah (2008:141-142) hal-hal yang perlu menjadi perhatian dalam merchandise antara lain: 1. Melakukan pesanan dan menerima kiriman pesanan sebisa mungkinsecara mudah, akurat, dan memuaskan. 2. Meminimalkan jurang waktu antara saat pesanan dan saat menerima barang serta mengkoordinasikan pengiriman barang dari berbagai pemasok yang berbeda. Memiliki cukup persediaan untuk memenuhi permintaan konsumen, tanpa harus menyimpan persediaan berlebihan. 3. Dapat segera memenuhi permintaan konsumen secara efisien. 4. Menerima barang yang dikeluhkan pembeli dan meminimalisir produk- produk yang rusak. Merchandising merupakan salah satu bidang yang berperan menentukan keunggulan bersaing dari peritel. Dalam distribusi merchandise tersebut tercapai 7T, yaitu: 1. Produk yang Tepat. 2. Waktu yang Tepat. 3. Tempat yang Tepat. 4. Harga yang Tepat. 5. Kuantitas yang Tepat. 6. Kualitas yang Tepat. 7. Dijual dengan cara yang Tepat. EkoNiKa | Vol. 1, No. 2, September 2016 : Menurut Taufiq (2005:33), para pelanggan selalu berharap menemukan apa yang mereka cari di setiap toko. Jika pilihan A tidak ada, mungkin mereka juga akan membeli barang lain yang tadinya tidak direncanakan. Kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat beragam, dan toko diharapkan dapat memenuhinya. Untuk bisa memuaskan harapan- harapan diatas, fungsi operasional setiap toko harus saling terkoordinasi secara rapi. Apakah itu fungsi pembelian barang, pengelolaan gudang, keuangan, operasi toko, dan lain-lain. Meskipun semua penting dan harus berjalan dengan baik, kita dapat menyebutkan bahwa fungsi pengelolaan barang dagangan ( merchandising ) merupakan fungsi yang harus kita beri prioritas. Bagaimanapun efektif dan efisiennya bagian lain, bila urusan barang dagangan ini salah, maka hampir dapat dipastikan sukses akan sulit diraih. ## E-Commerce Untuk On-Line Shop Menurut Baum (dalam Purbo, 2000:2), E-commerce merupakan satu set dinamis teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas tertentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan infomasi yang dilakukan secara elektronik. Definisi E-Commerce menurut Laudon dan Laudon (1998), E-Commerce adalah suatu proses membeli dan menjual produk-produk secara elektronik oleh konsumen dan dari perusahaan ke perusahaan dengan komputer sebagai perantara transaksi bisnis. Dapat disimpulkan bahwa e-commerce adalah suatu kegiatan pemasaran secara luas yang meliputi proses pembelian, penjualan, pelayanan dan pengembangan lainnya dengan memanfaatkan media internet sebagai alat komunikasi efektif antara penjual dan pembeli sehingga diharapkan aksesnya dapat dilakukan dengan mudah serta real time-based . Manfaat yang dapat diperoleh dari e-commerce bagi organisasi menurut Suyanto (2003) adalah : 1. Memperluas market place hingga ke pasar nasional dan international. 2. Menurunkan biaya pembuatan, pemrosesan, pendistribusian, penyimpanan dan pencarian informasi yang menggunakan kertas. 3. Memungkinkan pengurangan inventory dan overhead dengan menyederhanakan supply chain dan management tipe “ pull ”. 4. Mengurangi waktu antara outlay modal dan penerimaan produk dan jasa. 5. Mendukung upaya-upaya business process reengineering . 6. Memperkecil biaya telekomunikasi–internet lebih murah dibanding VAN. 7. Akses informasi lebih cepat. Selain mempunyai manfaat bagi perusahaan, menurut Suyanto (2003) e-commerce juga mempunyai manfaat bagi konsumen, yaitu: 1. Memungkinkan pelanggan untuk berbelanja atau melakukan transaksi lain selama 24 jam sehari sepanjang tahun dari hampir setiap lokasi dengan menggunakan fasilitas Wi-Fi. 2. Memberikan lebih banyak pilihan kepada pelanggan. 3. Pengiriman menjadi sangat cepat. 4. Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detail dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu. 5. Memberi tempat bagi para pelanggan lain di electronic community dan bertukar pikiran serta pengalaman. 6. Memudahkan persaingan yang ada pada akhirnya akan menghasilkan diskon secara substansial. Menurut Suyanto (2003), selain manfaat terhadap organisasi dan konseumen, e-commerce juga mempunyai manfaat bagi masyarakat, antara lain : 1. Memungkinkan orang untuk bekerja di dalam rumah dan tidak harus keluar rumah untuk berbelanja. Ini berakibat menurunkan arus kepadatan lalu lintas di jalan serta mengurangi polusi udara. 2. Memungkinkan sejumlah barang dagangan dijual dengan harga lebih rendah. 3. Memungkinkan orang di negara-negara dunia ketiga dan wilayah pedesaan untuk menikmati aneka produk dan jasa yang akan susah mereka dapatkan tanpa e-commerce . ## Temuan Penelitian Terdahulu Yang Relevan Ema Nurzainul Hakimah (2015), Menciptakan Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Berbasis Manajemen Pemasaran Retail Studi pada Pedagang Retail Anggota UMKM Kota Kediri. Dengan hasil bahwa semua kinerja strategi 7T (ketepatan produk, ketepatan waktu, ketepatan tempat, ketepatan harga, ketepatan kuantitas, ketepatan kualitas dan ketepatan pelayanan penjualan yang dilakukan oleh para pedagang ritel anggota UMKM Kota Kediri di pasar induk tradisional sudah diatas harapan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa para pedagang tersebut sudah mempunyai pemahaman bahwa konsumen adalah raja yang harus dilayani dengan sebaik-baiknya sehingga mereka puas dan akan menjadi pelanggan mereka sehingga pelanggan akan merekomendasikan kepada orang lain ( word of mouth ) dan pembelian ulang ( purchase intention ). Bertha Desviani Purba dan Citra Kusuma Dewi (2014), Pengaruh Online Store Beliefs melalui Browsing terhadap Impulse Buying pada Toko Online (Studi pada Lazada.co.id). Dengan hasil bahwa variasi pembelian secara impulsif ( impulse buying) pada diri seorang konsumen dipengaruhi secara tidak langsung oleh online store beliefs dan secara langsung oleh browsing , sehingga browsing mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi konsumen untuk melakukan impulse buying. ## METODE PENELITIAN Pendekatan dan Teknik Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kuantitatif, untuk mendeskripsikan 7T dilakukan dengan teknik survey. ## Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh memalui kuesioner dan diolah menggunakan SPSS 23 untuk mengetahui respon konsumen. Subyek dan Obyek Penelitian Penerapan Strategi 7T . . . . (Ema Nurzainul H. & Basthoumi M.) EkoNiKa | Vol. 1, No. 2, September 2016 : Subyek penelitian ini adalah Golden Swalayan Kediri, dengan obyek penelitian adalah konsumen yang melakukan belanja secara online. ## Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen Golden Swalayan Kediri, sedangkan sampel sejumlah 200 konsumen yang dipilih secara purposive sampling dengan kriteria : 1. Pernah berbelanja secara online 2. Berusia 25 – 35 tahun 3. Memiliki smartphone dan dapat mengakses internet ## Teknik Pengumpulan data Untuk pengumpulan data kuesioner dilakukan secara online dengan menggunakan Google Drive , dimana responden diarahkan mengakses link kuesioner http://goo.gl/ forms/0IE10EEyqDIzRbH03 . Link tersebut dikirimkan ke nomor hp pribadi responden, yang mana nomor hp pribadi ( contact person ) responden diperoleh dari database biodata konsumen Swalayan Golden Kediri. ## Pengujian Instrumen Sebelum dianalisis lebih lanjut instrumen penelitian harus dilakukan uji instrument. Adapun hasil uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian adalah sebagai berikut: ## Tabel 1 Hasil Uji Validitias Dari hasil analisis diatas didapat nilai skor item dengan skor total. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan dengan nilai r-tabel, jika hasil korelasi ( pearson correlation ) > r-tabel dikatakan valid dan sebaliknya jika jika hasil korelasi ( pearson correlation ) < r-tabel dikatakan tidak valid. a. R-tabel dicari pada tingkat signifikansi 5% dan n=200 didapatkan r-tabel sebesar 0,139. b. Maka dapat disimpulkan bahwa semua item telah valid karena memiliki pearson correlation (r-hitung) yang lebih besar dari r-tabel. ## Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas Kriteria yang digunakan adalah Menurut Nunally dalam Imam Ghozali dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya koefisien alpha cronbach lebih besar dari 0.6, dengan demikian kuisioner yang disajikan kepada responden dinyatakan reliabel. ## Teknik Analisa Data Dalam mengukur efektifitas merchandising pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode CRI ( Customer Response Index ). Metode yang digunakan adalah metode survey. CRI merupakan hasil perkalian antara awareness (kesadaran), comprehend (pemahaman konsumen), interest (ketertarikan), intentions (maksud untuk membeli), dan action (bertindak membeli). Menurut Durianto, Sugiarto, Widjaja, dan Supraktikno (2003, p. 48), CRI menampilkan proses pembelian yang berawal dari munculnya awareness (kesadaran) konsumen, yang pada akhirnya mampu mengarahkan konsumen pada suatu Penerapan Strategi 7T . . . . (Ema Nurzainul H. & Basthoumi M.) EkoNiKa | Vol. 1, No. 2, September 2016 : aktivitas action (bertindak membeli). CRI sendiri dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur efektivitas iklan, karena komunikasi pemasaran sangat berperan penting dalam membangkitkan iklan yang efektif. Indikator dari merchandising 7T yaitu produk yang Tepat, waktu yang Tepat, tempat yang Tepat, harga yang Tepat, kuantitas yang Tepat, kualitas yang Tepat, dijual dengan cara yang Tepat. Sedangkan indicator CRI yaitu awareness (kesadaran), comprehend (pemahaman konsumen), interest (ketertarikan), intentions (maksud untuk membeli), dan action (bertindak membeli). Dalam Hierarchy of Effects , tahapan satu dengan tahapan lain memiliki ikatan yang kuat, dimana tahapan awal mempengaruhi tahapan selanjutnya, dan seterusnya hingga tahapan akhir (Kotler & Keller, 2009:516). Hal ini pula yang terjadi dalam CRI. Selain itu, CRI merupakan satu-satunya metode pengukuran efektivitas iklan yang tidak hanya memiliki tahap awareness saja, tetapi juga memposisikan tahap awareness sebagai tahap awal dalam mengukur efektivitas iklan. Apabila suatu iklan tidak dapat melewati tahap awareness maka tahap lain tidak akan tercapai. Berikut adalah model CRI: Gambar 1 Model CRI ( Customer Response Index ) Rumus penghitungan CRI sebagai berikut (Utama, Andadari, dan Matrutty, 2009): 1. Unawareness 2. No Comprehend = Awareness x No Comprehend 3. No Interest = Awareness x Comprehend x No Interest 4. No Intentions = Awareness x Comprehend x Interest x No Intentions 5. No Action = Awareness x Comprehend x Interest x Intentions x No Action 6. Action = Awareness x Comprehend x Interest x Intentions x Action Berdasarkan rumus penghitungan CRI di atas, tahap pertama ialah tahap unawareness atau tidak sadar terhadap keberadaan suatu iklan. Tahap selanjutnya ialah tingkat no comprehend (tidak paham) dimana jumlahnya didapat dari perkalian persentase audience yang awareness (sadar) dan no comprehend (tidak paham) terhadap iklan. Tahap berikutnya ialah tahap no interest (tidak tertarik) berupa perkalian antara persentase audience yang awareness (sadar) dengan yang comprehend (paham) dan no interest (tidak tertarik). Selanjutnya, tahap no intentions (tidak berminat) dimana merupakan hasil perkalian antara persentase audience yang awareness (sadar), comprehend (paham) dengan interest (tertarik) dan yang no intentions (tidak berminat). Tahap berikutnya ialah tahap no action dimana merupakan hasil perkalian antara persentase audience yang awareness (sadar), comprehend (paham), interest (tertarik), intentions (minat) dan no action (tidak bertindak). Tahap terakhir ialah tahap action (tindakan) diperoleh melalui hasil perkalian antara persentase audience yang awareness (sadar), comprehend (paham), interest (tertarik), intentions (minat), dan action (tindakan). Hasil akhir CRI berbentuk persentase jumlah audience yang telah melewati tahapan-tahapan dalam CRI, mulai dari awareness hingga action . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi 7T Golden Swalayan Kota Kediri Menggunakan software SPSS Versi 23, maka diperoleh nilai rata-rata kinerja yang lebih tinggi dari harapan. Berikut tabel skor jawaban masing-masing atribut kinerja dan tingkat harapan dari kinerja strategi 7T merchandising dari Golden Swalayan Kota Kediri: Tabel 3 Kinerja dan Harapan ## Sumber: data primer diolah 2016 Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh bahwa nilai rata-rata kinerja dari strategi 7T merchandising yang diberikan oleh Golden Swalayan Kota Kediri dengan adanya olshop sudah melebihi nilai rata-rata harapan konsumen, yaitu untuk ketepatan produk 4.4152>4.3636; ketepatan waktu 4.2450>4.1270; ketepatan tempat 4.3420>4.2320; ketepatan kuantitas 4.3210>4.1938; ketepatan harga 4.5562>4.5472; ketepatan pelayanan/ cara penjualan 4.4367>4.3385; dan ketepatan kualitas 4.4557>4.3477. ## Customer Response Index (CRI) Berdasarkan hasil data yang disebar pada 100 responden, hasil CRI yang didapat ialah sebagai berikut : EkoNiKa | Vol. 1, No. 2, September 2016 : Gambar 2 Customer Response Index (CRI) konsumen terhadap layanan olshop Golden Swalayan ## Sumber: data primer diolah 2016 Berdasarkan model CRI di atas, dapat dilihat hasil masing-masing persentase responden di tiap tahapan respon CRI dan nilai kelima tahapan respons tersebut di atas 50%. Tahap respon awareness dimana tahap pertama, sebanyak 87% responden menyatakan sadar dengan adanya layanan olshop di Golden Swalayan, sedangkan sebanyak 13% responden menyatakan tidak sadar ( unawareness ) dengan layanan olshop di Golden Swalayan. Pada tahap respon comprehend , sebanyak 93,1% responden yang paham dengan layanan olshop di Golden Swalayan, sedangkan sisanya sebanyak 6,9% responden menyatakan tidak paham. Di tahap respon interest , sebanyak 91,4% responden yang paham menyatakan tertarik dengan apa yang ditawarkan dalam layanan olshop di Golden Swalayan, sedangkan sisanya sebanyak 8,6% responden menyatakan tidak tertarik. Di tahap intentions , sebanyak 83,8% responden yang tertarik menyatakan bahwa berminat pada apa yang ditawarkan dalam layanan olshop di Golden Swalayan, sedangkan sisanya sebesar 6,2% responden menyatakan tidak berminat. Tahap respon terakhir ialah action , sebanyak 74,2% responden yang berminat menyatakan telah menggunakan layanan olshop di Golden Swalayan, sedangkan sisanya sebesar 25,8% responden menyatakan tidak menggunakan layanan olshop di Golden Swalayan. Hasil persentase tiap tahap respon tersebut diproses melalui rumus penghitungan CRI sebagai berikut (Utama, Andadari, dan Matrutty, 2009): 1. Unawareness = Persentase responden yang unawareness = 13% 2. No Comprehend = Awareness x No Comprehend = 87% x 6,9% = 6 % 3. No Interest = Awareness x Comprehend x No Interest = 87% x 93,1% x 8,6% = 7 % 4. No Intentions = Awareness x Comprehend x Interest x No Intentions = 87% x 93,1% x 91,4% x 16,2% = 12% 5. No Action = Awareness x Comprehend x Interest x Intentions x No Action = 87% x 93,1% x 91,4% x83,8% x 25,8% = 16% 6. Action = Awareness x Comprehend x Interest x Intentions x Action = 87% x 93,1% x 91,4% x83,8% x 74,2% = 46% Berdasarkan hierarchy of effects yang ada, terlihat bahwa iklan yang efektif adalah iklan yang dapat membuat audience sebagai konsumen melewati beberapa tahapan respon, mulai dari awareness (kesadaran) hingga tindakan nyata. Berdasarkan pada hasil keseluruhan tahap respons CRI yang didapat dari penelitian ini, terlihat adanya respons yang cukup tinggi di keseluruhan tahap respon CRI, dimulai dari awareness (87%), comprehend (93,1%), interest (91,4%), intentions (83,8%), dan action (46%). Melalui proses penghitungan rumus CRI, di tahap respon comprehend hingga action mengalami pengurangan. Hal ini disebabkan pada adanya responden yang no comprehend sebesar 6%, no interest sebesar 7%, no intentions sebesar 12%, dan no action sebesar 16%. Hasil akhir CRI yang didapat ialah pada tahap action yaitu sebesar 46%. Nilai tahap action sebesar 46% menunjukkan bahwa responden tersebut telah terkena efek stimulus respon dimana efek stimulus respon yang berakhir pada tindakan yaitu pembelian. Layanan olshop di Golden Swalayan juga tergolong efektif dalam menimbulkan efek audience -nya dimulai dari kognitif yang pada tahap respons CRI yaitu awareness (kesadaran) dan comprehend (pemahaman), afektif yang pada tahap respons CRI yaitu interest (tertarik) dan intentions (berminat), konatif (individu melakukan sesuatu menurut anjuran iklan) yang pada tahap respons CRI yaitu action (tindakan). ## Pembahasan Berdasarkan analisis yang dilakukan dapat dinyatakan bahwa nilai rata-rata kinerja dari strategi 7T merchandising yang diberikan oleh Golden Swalayan Kota Kediri dengan adanya olshop sudah melebihi nilai rata-rata harapan konsumen. Hal ini dapat dibuktikan secara langsung bahwa Golden tetap menjadi tempat belanja pilihan masyarakat Kediri dan sekitarnya, baik yang melakukan pembelian secara langsung maupun secara online atau melalui media sosial (facebook, instagram, dan twitter). Adapun hasil masing-masing persentase responden di tiap tahapan respon CRI dan nilai kelima tahapan respons tersebut di atas 50%. Berdasarkan pada hasil keseluruhan tahap respons CRI yang didapat dari penelitian ini, terlihat adanya respons yang cukup tinggi di keseluruhan tahap respon CRI, dimulai dari awareness (87%), comprehend (93,1%), interest (91,4%), intentions (83,8%), dan action (46%). Nilai tahap action sebesar 46% menunjukkan bahwa responden/ konsumen tersebut telah terkena efek stimulus respon dimana efek stimulus respon dari media pemasaran online dan sosial medaia yang digunakan oleh Golden Swalayan berakhir pada tindakan yaitu pembelian atau belanja di Golden Swalayan Kediri. ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan temuan data kuesioner terhadap strategi merchandising dan layanan olshop Golden Swalayan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini bahwa kinerja dari strategi 7T merchandising yang diberikan oleh Golden Swalayan Kota Kediri dengan adanya olshop telah melebihi nilai rata-rata harapan konsumen. Hasil CRI di tiap tahap respon dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa semua nilai tahap respon berada hampir mencapai 100%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa layanan olshop Golden Swalayan memberikan respon yang positif yaitu mendapatkan kesadaran konsumennya sehingga tertarik melakukan pembelian. Penerapan Strategi 7T . . . . (Ema Nurzainul H. & Basthoumi M.) EkoNiKa | Vol. 1, No. 2, September 2016 : Untuk menghadapi masyarakat dan juga pelanggannya, Golden Swalayan perlu melakukan sesuatu yang spesifik terkait dengan online shop nya, yaitu membuatkan system pembelian online shop secara sistematis dan menarik dengan informasi yang selalu up to date, bagi para pecintanya di berbagai media sosial ( fecebook, instagram dan twitter ). System penjualan dan pelayanan online shop yang selama ini ada sangat perlu untuk diperhatikan dan dikelola dengan maksimal, sehingga dapat mengikuti permintaan dan harapan konsumen dan pelanggannya yang dewasa ini memiliki mobilitas yang tinggi. Dengan demikian Golden Swalayan akan tetap menjadi Swalayan pilihan dan legendaris bagi masyarakat Kediri dan sekitarnya ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek . Edisi Revisi V. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek . Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Kotler, P. & Keller, K. L. (2009). Marketing Management 13th ed . New Jersey: Pearson Education, Inc. Kotler, P. & Armstrong, G. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1. Terjemahan Damos Sihombing. Jakarta: Erlangga. Kotler, P & Susanto, A. B. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia . Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Ma’ruf, Hendri. (2005). Pemasaran Ritel. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J.Dr. 2002. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja. Nazir, M. 1985. Metode Penelitian . Jakarta: Ghalia Indonesia. Purbo, Onno W. 2001. Mengenal eCommerce . Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Rangkuti, F. 1997. Riset Pemasaran . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Riduan. 2010. Dasar-dasar Statistik . Bandung: Alfabeta. Setiadi, N. 2003. Perilaku Konsumen . Jakarta: Studia Press. Sopiah dan Syihabudhin. 2008. Manajemen Bisnis Ritel . Edisi 1. Yogyakarta: Andi Offset. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis . Bandung: CV. Alfabeta. Sumarwan, U. 2004. Perilaku Konsumen . Bogor Selatan: Ghalia Indonesia. Taufiq, A. 2005. Manajemen Ritel. Jakarta: Penerbit PPM. Tjiptono, F. 2005. Brand Management & Strategy . Yogyakarta: Andi Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen . Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Utama, S.S., Andadari, R.K., & Matrutty, E.S. (2009). Efektivitas Iklan Televisi Partai Gerindra berdasarkan Metode Customer Response Index (CRI) DI Salatiga . Jurnal Ekonomi dan Bisnis vol. XV no.1 Maret 2009, p.89-102.
7bf6db5f-6dd2-4f6d-8a3b-92c83c6a7fd5
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOMB/article/download/4587/2838
Journal of Management and Bussines (JOMB) Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2022 p-ISSN: 2656-8918 e-ISSN: 2684-8317 DOI: 10.31539/jomb.v4i2.4587 ## KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA PENGAJAR Rahmat Santoso 1 , Alvian Demaz Peramutya 2 , Anicitus Agung Nugroho 3 , Imam Safi’i 4 Politeknik Pelayaran Banten 1,2,3,4 [email protected] 1 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pengajar Politeknik Pelayaran Banten. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan sampel 40 pengajar di Poltekpel Banten. Data dikumpulkan melalui kuisioner yang disebarkan melalui google form. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat pengaruh positif antara kepemimpinan dan kinerja pengajar, antara budaya organisasi dan kinerja pengajar, serta antara kepemimpinan dan budaya organisasi. Kepemimpinan yang baik akan mempengaruhi budaya organisasi dan kinerja pengajar menjadi baik juga. Sama seperti budaya organisasi yang baik juga akan berpengaruh baik terhadap kinerja pengajar. Dengan begitu, pengajar termotivasi dan menjadi loyal terhadap organisasi. Simpulan, kepemimpinan, budaya organisasi, dan kinerja pengajar saling mempengaruhi satu sama lain. Kata Kunci : Budaya Organisasi, Kepemimpinan Kerja, Kinerja Pengajar ## ABSTRACT This study aims to determine the relationship between leadership and organizational culture on the performance of the Banten Shipping Polytechnic instructor. The method used is descriptive quantitative with a sample of 40 teachers at Poltekpel Banten. Data was collected through questionnaires distributed via google form. The results showed that there was a positive influence between leadership and teacher performance, between organizational culture and teacher performance, and between leadership and organizational culture. Good leadership will affect organizational culture and teacher performance will be good too. Just as a good organizational culture will also have a good effect on teacher performance. That way, teachers are motivated and become loyal to the organization. In conclusion, leadership, organizational culture, and teacher performance influence each other. Keywords : Organizational Culture, Work Leadership, Teacher Performance ## PENDAHULUAN Dalam menghadapai persaingan di dunia pelayaran khususnya kapal niaga sangat bergantung kepada sumber daya pelaut yang memiliki kompetensi. Dalam meningkatkan kompetensi dan profisiensi, seorang pelaut memerlukan sebuah lembaga diklat. Peran pemerintah dalam pendidikan dunia kepelautan adalah dengan mendirikan beberapa sekolah atau balai diklat di beberapa daerah dengan harapan dapat menghasilkan pelaut yang berkualitas dan professional, sehingga dapat bersaing dengan negara lain. Seluruh anggota balai pendidikan terutama kepala balai dan tenaga pengajar dapat memiliki kesadaran bahwa suatu balai adalah sistem sosial yang terus berkembang dimana proses pembentukan peserta didik dalam bentuk pembudayaan dan pemberdaayaan secara terus menerus berlangsung. Masalah sumber daya kepelautan yang tidak berkualitas seperti yang disampaikan oleh menteri perhubungan Budi Karya Somadi pada tanggal 7 januari 2018 di sekolah tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta mengatakan bahwa banyak lulusan akademi pelayaran yang menganggur yang jumlahnya lebih banyak dari pilot (Florentin & Hidayat, 2018). Selain itu, pernyataan dari Consortium Indonesian Manning Agency memperkirakan di tahun 2017 terdapat kelebihan pasokan atau oversupply pelaut Indonesia hingga mencapai 120.500 pelaut. Akhmad Subaidi menambahkan bahwa Indonesia tidak kekurangan pelaut karena angka pengangguran SDM pelaut Indonesia terdiri dari 74.000 perwira dan 46.500 pelaut rating bawahan (Maulana & Sidik, 2017). Kurangnya kompetensi dan kurang daya saing ke dunia maritim internasional menjadi permaslahan yang masih terus berlanjut hingga saat ini. Pendidikan selayaknya mampu memberikan dan menumbuhkan kemampuan untuk menghadapi perubahan pada saat ini dan masa yang akan datang baik perubahan itu terjadi di dalam negeri maupun diluar negeri. Salah satu pertimbangan ditetapkannya sistim Pendidikan nasional (UU RI No. 20 tahun 2003) adalah mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi, dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Dengan banyaknya sekolah kepelautan yang diantaranya adalah Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran atau yang disingkat BP2IP, tentunya sangat diharapkan akan lahir pelaut-pelaut yang handal dan berkualitas. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan tenaga pengajar yang mempunyai kinerja yang baik serta professional, maka diperlukan hubungan yang sinergis antara kepala balai dan budaya organisasi. Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap budya organisasi (Daulay et al., 2021). Budaya organisasi memiliki peran yang dapat mempengaruhi kinerja seseorang terhadap sesama atau luar organisasi. Budaya organisasi yang dijaga dengan baik akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam organisasi tersebut (Ramlanto et al., 2017). Pengawasan kepala balai merupakan salah satu cara untuk memotivasi pengajar dalam peningkatan kinerja pengajar. Selain pengawasan, pelaksanaan monitoring kelas juga untuk meningkatkan kinerja pengajar akan tetapi di BP2IP tidak berjalan dengan baik. Sesuai Peraturan Menteri perhubungan (KM 52 tahun 2007) tentang pendidikan dan pelatihan transportasi yang mengamanatkan tujuan dan sasaran diklat transportasi adalah meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan pembentukan sikap prilaku untuk dapat melaksnakan pekerjaan secara professional dengan diladasi moral, disiplin, tanggung jawab dan integritas yang tinggi. Berdasarkan pentingnya kinerja pengajar dalam dunia Pendidikan kemaritiman maka artikel ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa hubungan kepemimpinan kepala balai terhadap kinerja Pengajar di BP2IP Tangerang, mengetahui budaya organisasi dan kinerja pengajar di BP2IP Tangerang, serta mengetahui hubungan antara kepemimpinan kepala balai dan budaya organisasi terhadap kinerja pengajar. ## KAJIAN TEORI ## KEPEMIMPINAN Kepemimpinan adalah satu-satunya faktor yang paling penting dan memotivasi dalam keberhasilan organisasi. Tujuan dari Kepemimpinan adalah untuk memberikan dorongan kepada setiap anggota organisasi agar mereka semua dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Perilaku pemimpin dalam proses memberikan nasihat mempengaruhi kinerja individu. Jika seorang individu diberi umpan balik positif oleh anggota suatu organisasi, maka individu tersebut akan menerima umpan balik yang positif pula, dan sebaliknya (Jalaluddin et al., 2021). Mahmud (2019) menegaskan bahwa kepemimpinan dapat meningkatkan produktivitas kinerja SDM dengan menekankan kemampuan memberikan teladan, memastikan kepatuhan, memberikan otoritas, dan menumbuhkan optimisme tingkat tinggi. Menurut Jalaluddin et al., (2021), agar setiap Kinerja SDM melaksanakan tugasnya secara efektif dan mempertahankan cara pandangnya, pemimpin diharapkan dapat berkomunikasi dengan semua orang secara efektif. Selain meningkatkan efisiensi kinerja SDM, komunikasi yang efektif antara kedua belah pihak juga dapat membantu SDM mencapai tujuan program organisasinya. ## BUDAYA ORGANISASI Menurut Peter dalam Tika (2014) menyatakan bahwa:“Budaya Organisasi adalah pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggotaanggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait seperti diatas. Budaya organisai juga mempengaruhi kinerja SDM di dalam suatu organisasi atau lembaga. Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang telah berlangsung lama dan dipakai serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu untuk meningkatkan kinerja SDM (Komarudin, 2018). ## METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Tangerang, yang beralamat di Jl. Raya Karang Serang No.1, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Karang Serang, Sukadiri, Tangerang, Banten 15530. Populasi penelitian sebanyak 40 pengajar. Data dikumpulkan dengan menggunakan survei angket atau kuesioner. Sebelum angket dibagikan kepada responden dilakukan uji validitas dan reabilitas instrument yang ditunjukkan pada Tabel 1 sebagai berikut: Tabel 1. ## Hasil uji validitas variabel penelitian Variabel Penelitian Alpha (a) Kondisi Keterangan Kepemimpinan 0,897 > 0,60 reliabel Budaya Organisasi 0,927 > 0,60 reliabel Kinerja Pengajar 0,857 > 0,60 reliabel ## HASIL PENELITIAN Untuk menerangkan tanggapan responden terhadap variabel penelitian maka dilakukan analisis terhadap jawaban yang diberikan oleh responden yang berkaitan dengan pernyataan yang ada. Pernyataan terdiri dari 41 item pernyataan, yaitu 15 item berkaitan dengan kepemimpinan, 12 item berkaitan dengan budaya organisasi, dan 14 item berkaitan dengan kinerja pengajar. Berikut Tabel 2 menunjukkan hasil tanggapan responden terhadap variabel kepimpinan: ## Tabel 2. ## Tanggapan Responden terhadap Variabel Kepemimpinan No Pernyataan Pilihan jawaban Skor total Jumlah sampel Rata-rata 5 4 3 2 1 1 24 15 1 0 0 183 40 4.58 2 24 13 2 1 0 180 40 4.50 3 25 13 1 1 0 182 40 4.55 4 24 15 0 1 0 182 40 4.55 5 24 15 1 0 0 183 40 4.58 6 12 8 15 3 2 145 40 3.63 7 5 16 8 7 4 131 40 3.28 8 27 13 0 0 0 187 40 4.68 9 14 22 4 0 0 170 40 4.25 10 22 17 0 1 0 180 40 4.50 11 22 15 3 0 0 179 40 4.48 12 5 16 8 7 4 131 40 3.28 13 14 22 1 3 0 167 40 4.18 14 9 24 4 2 1 158 40 3.95 RATA-RATA 4,21 Keterangan: 1,00 - 1,80 = sangat tidak setuju,sangat tidak baik, sangat rendah 1,81 - 2,60 = tidak setuju, tidak baik, rendah 2,61 - 3,40 = cukup setuju, cukup baik, cukup tinggi 3,41 - 4,20 = setuju, baik, tinggi 4,21 - 5,00 = sangat setuju, sangat baik, sangat tinggi Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa rata-rata jawaban responden sebesar 4,21 yang sebaran kelasnya adalah 4,21 – 5,00 atau dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan kepala balai bagi pengajar di BP2IP Tangerang dinyatakan sangat tinggi dengan nilai rata-rata tertinggi 4,68. Nilai rata-rata tertinggi diperoleh dari item pernyataan “ Menurut Responden kepala balai diklat memperhatikan pengembangan karyawan di BP2IP Tangerag “. Kondisi ini menandakan bahwa kepala balai menerapkan pola kepemimpinan development dimana para karyawan dan pengajar diijinkan menempuh Pendidikan lanjutan sejalan dengan program yang akan dilaksanakan oleh kepala balai diklat yang akan meningkatkan status balai diklat menjadi politeknik, sehingga pengajar mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik dan dapat mengembangkan potensi diri. Kepemimpinan kepala balai juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengambilan keputusan. Sedangkan nilai rata-rata terendah adalah 3,28 diperoleh dari item pernyataan “ Menurut responden kepala balai diklat menaruh kepercayaan pada bawahannya di BP2IP Tangerang ” dan “ Menurut responden kepala balai diklat perhatian rendah pada tugas maupun pada hubungan kerja di BP2IP Tangerang ”. Hal ini menunjukkan rendahnya pengaturan tugas dinas luar yang mewakili kepala balai seringkali tidak sesuai dengan bidangnya sehingga banyak para pengajar yang waktu mengajarnya tidak dapat terpenuhi. ## Tabel 3. ## Tanggapan Responden terhadap Budaya Organisasi No Pernyataan Pilihan jawaban Skor total Jumlah sampel Rata-rata 5 4 3 2 1 1 19 14 6 1 0 171 40 4.28 2 20 18 2 0 0 178 40 4.45 3 11 22 6 1 0 163 40 4.08 4 14 22 2 2 0 168 40 4.20 5 14 22 2 2 0 168 40 4.20 6 10 18 10 2 0 156 40 3.90 7 14 18 7 1 0 165 40 4.13 8 18 11 10 1 0 166 40 4.15 9 13 20 5 2 0 164 40 4.10 10 13 26 0 1 0 171 40 4.28 11 14 22 2 2 0 168 40 4.20 12 10 27 2 1 0 166 40 4.15 RATA-RATA 4,18 Berdasarkan Tabel 3, rata-rata jawaban responden sebesar 4,18 dengan sebaran kelasnya 3,41 - 4,20. Nilai jawaban tersebut berada pada kategori tinggi, jadi dari rata- rata tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa budaya organisasi di BP2IP Tangerang dinyatakan baik. Dapat dilihat dari 12 item pernyataan, item 1 dan 10 memiliki nilai diatas rata-rata keseluruhan, dengan pernyataan “ Menurut responden perlakuan kepala balai diklat terhadap pengajar di BP2IP Tangerang dan Menurut responden dukungan masyarakat terhadap program balai diklat di BP2IP Tangerang ”. Hal ini berarti kepala balai sangat baik dalam memberikan perlakuan terhadap para pengajar dengan memberikan banyak kemudahan termasuk pemberian gaji yang cukup besar terhadap pengajar PNS maupun pengajar honorer. Selain itu, dukungan masyarakat merupakan timbal balik dengan berdirinya balai diklat BP2IP Tangerang dengan meningkatnya ekonomi masyarakat di sekitar BP2IP tangerang. Sedangkan nilai terendah adalah 3,90 dengan item pernyataan “Menurut respoden ketersediaan buku pelajaran di BP2IP Tangerang”, yang artinya sulit mendapatkan buku-buku berbasis kemaritiman khususnya yang terdapat terjemahan Bahasa Indonesia, banyak buku–buku luar yang masih berbahasa asing dan menyulitkan para pengajar dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa, karena tidak seluruh pengajar memiliki kemampuan Bahasa inggris yang baik. ## Tabel 4. Tanggapan Responden terhadap variable Kinerja Pengajar No Pilihan jawaban Skor total Jumlah sampel Rata- rata Pernyataan 5 4 3 2 1 1 18 21 0 1 0 176 40 4.40 2 8 24 5 3 0 157 40 3.93 3 18 18 3 1 0 173 40 4.33 4 3 12 17 5 3 127 40 3.18 5 9 27 4 0 0 165 40 4.13 6 16 18 2 2 2 164 40 4.10 7 19 17 3 1 0 174 40 4.35 8 14 22 4 0 0 170 40 4.25 9 9 10 12 8 1 138 40 3.45 10 17 20 3 0 0 174 40 4.35 11 17 22 1 0 0 176 40 4.40 RATA-RATA 4,08 Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rata-rata jawaban responden sebesar 4,08 dengan sebaran kelasnya 3,41 - 4,20 Nilai jawaban tersebut berada pada kategori cukup tinggi, yang berarti bahwa pengajar memiliki kinerja yang cukup baik , Dengan nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,40 diperoleh dari item pernyataan “ Menurut responden menyusun program pengajaran di BP2IP Tangerang ” dan “ Menurut responden menjalankan kebijakan dan peraturan balai diklat dan prosedur kerja di BP2IP Tangerang ”. Kondisi ini menyatakan bahwa Tanggapan Responden Terhadap Variabel kinerja itu cukup baik. Sedangkan nilai rata-rata terendah 3,18 diperoleh dari item pernyataan “ Menurut responden analisis hasil evaluasi belajar di BP2IP Tangerang ”. Hal ini menyatakan bahwa pengajar di BP2IP Tangerang jarang menganalisis hasil evaluasi belajar siswa, dimana hal ini dimungkinkan oleh beberapa faktor misalnya waktu mengajar yang tidak penuh dan sulitnya mendapatkan referensi dari buku pelajaran pelayaran, serta kesulitan pengajar dalam mengatur waktu dalam menganalisis evaluasi hasil belajar siswa karena banyaknya dinas luar yang sering dibebankan oleh kepala balai. Dengan demikian perlunya kepala balai mengatur dan membagi tugas antara pekerjaan administrasi dan tugas mengajar. BPSDM perhubungan pusat juga berperan dalam mengatur kegiatan agar seluruh kegiatan pusat tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar seluruh balai diklat serta memahami fungsi dan tujuan yang harus dicapai oeleh balai diklat contohnya dalam kasus ini adalah BP2IP Tangerang untuk memberikan output berupa lulusan perwira pelayaran yang berkompeten. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diuraikan, diketahui bahwa Kepemimpinan Kepala Balai dan budaya organisasi di BP2IP Tangerang dalam kategori baik. Hal ini terbukti bahwa nilai rata-rata variabel Kepemimpinan dan budaya organisasi lebih baik dibandingkan nilai variabel kinerja. ## Pengujian Hipotesis ## Uji Regresi Linier Sederhana Kepemimpinan terhadap Kinerja Pengajar Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. ## Tabel 5. Uji Regresi Linier Sederhana Kepemimpinan terhadap Kinerja Pengajar Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.744 4.556 2.139 .039 kepemimpinan .596 .077 .783 7.765 .000 a. Dependent Variable: kinerja Dari tabel diatas nilai a = angka konstan dari unstandaried coefficient adalah sebesar 9.744, angka ini merupakan angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika tidak ada kepemimpinan (X1) maka nilai konsisten kinerja pengajar adalah sebesar 9,744. Sedangkan b = angka koefisien regresi nilainya sebesar 0,596. Angka ini mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % kepemimpinan (X), maka kinerja pengajar akan meningkat sebesar 0,596 Karena nilai regresi bernilai fositif maka dengan demikian dapat dikatakan kepemimpinan (X1) berpengaruh positif terhadapa kinerja pengajar (Y). sehingga persamaan regresinya adalah Y = 9,744 + 0,596 X1. ## Uji Regresi Linier Sederhana Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pengajar Hasil uji regresi linear sederhana budaya organisasi terhadap kinerja pengajar ditunjukkan pada Tabel 6 sebagai berikut: Tabel 6. Uji Regresi Linier Sederhana Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pengajar Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 10.321 4.058 2.543 .015 budaya_organisasi .689 .080 .812 8.580 .000 a. Dependent Variable: kinerja_pengajar Dari table diatas nilai a = angka konstan dari unstandaried coefficient adalah sebesar 10,321, angka ini merupakan angka konstan yang mempunyai arti bahwa jika tidak ada budaya organisasi (X2) maka nilai konsisten budaya organisasi adalah sebesar 10,321. Sedangkan b = angka koefisien regresi nilainya sebesar 0,689. Angka ini mengandung arti bahwa setiap penambahan 1 % budaya organisasi (X2), maka kinerja pengajar akan meningkat sebesar 0,689. Karena nilai regresi bernilai positif maka dengan demikian dapat dikatakan budaya organisasi (X2) berpengaruh positif terhadapa kinerja pengajar (Y). sehingga persamaan regresinya adalah Y = 10,321 + 0,689 X2. ## Uji Regresi Linier Berganda Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga menunjukan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen. Adapun rumus dari regresi linier berganda (multiple linier regression) secara umum adalah sebagai berikut: Tabel 7. ## Uji Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5.502 4.061 1.355 .184 kepemimpinan .297 .102 .391 2.913 .006 budaya_organisasi .436 .114 .514 3.828 .000 a. Dependent Variable: kinerja_pengajar Berdasarkan Tabel 7 maka dapat dibuat persamaan sebagai berikut: Y = 5,502 + 0,297 X1 + 0,436 X2 Koefisien regresi b1 dan b2 yang diperoleh masing-masing adalah 0. 297 dan 0,436 . Persamaan regresi linier berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut, a) nilai koefisien regresi untuk variabel X1 adalah 0,297 ini berarti bahwa variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pengajar. Artinya variabel kepenimpinan semakin baik, maka akan meningkatkan kinerja pengajar; b) nilai koefisien regresi untuk variabel X2 adalah 0,436 ini berarti bahwa variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pengajar. Artinya variabel budaya organisasi semakin baik, maka akan meningkatkan kinerja pengajar. ## Uji F Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan uji F atau uji anova. Uji F dapat dicari dengan membandingkan hasil dari probabilitas value. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada taraf signifikan 5%. Jika probabilitas > 0,05 maka hipotesis ditolak dan jika probabilitas < 0,05 maka hipotesis diterima. ## Tabel 8. Uji Simultan Uji F Anova ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 882.935 2 441.468 48.303 .000 b Residual 338.165 37 9.140 Total 1221.100 39 a. Dependent Variable: kinerja_pengajar b. Predictors: (Constant), budaya_organisasi, kepemimpinan Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yaitu kepemimpinan dan budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang. Pengujian dilakukan dengan Anova yaitu dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel . dari perhitungan dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa koefisien uji F didapat sebesar 48,303. artinya model regresi Y = a + b1X1+ b2X2 dapat digunakan untuk menguji adanya pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang. Dengan F hitung = 48,303, sedangkan nilai F tabel dengan tingkat kepercayaan 95 % atau 0,05 sebeesar 3,24. Dari hasil perhitungan tersebut bahwa , F hitung > F tabel yaitu 48,303 > 3,24. sehingga dapat disimpulkan bahwa, Ho ditolak dan Ha diterima yang menyatakan bahwa adanya pengaruh antara kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang ## Uji T Uji parsial untuk menguji tingkat signifikan pengaruh kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang digunakan uji t dari masing-masing variabel. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel pada taraf signifikan 5 % Tabel 9. ## Uji Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5.502 4.061 1.355 .184 kepemimpinan .297 .102 .391 2.913 .006 budaya_organisasi .436 .114 .514 3.828 .000 a. Dependent Variable: kinerja_pengajar Tabel 9 menunjukkan bahwa, nilai t hitung untuk variabel kepemimpinan sebesar 2,913 dan untuk variabel budaya organisasi 3,828 sedangkan nilai t tabel dengan tingkat kepercayaan 95% atau 0,05 sebesar 2,02. Pada variabel kepemimpinan, karena t hitung > t tabel yaitu 2,913 > 2,02 dengan demikian keputusan yang diambil yaitu Ho ditolak dan Ha diterima berarti kepemimpinan berpengaruh positif terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang. Sedangkan pada variabel budaya organisasi didapatkan bahwa t hitung > t tabel yaitu 3,828 > 2,02 dengan demikian keputusan diambil yaitu Ho ditolak dan Ha diterima, ini berarti variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kenerja pengajar di BP2IP Tangerang. Berdasarkan pengujian secara parsial diatas ,maka dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan dan disiplin mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang. ## Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R ) Koefisien determinasi (R square atau R kuadrat) atau disimbolkan dengan R 2 yang bermakna sebagai sumbangan pengaruh yang diberikan variable bebas atau variable dependent (X1 dan X2) secara Bersama sama terhadap variable terikat atau variable dependent (Y). Table 10. ## Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R ) Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .850 a .723 .708 3.02318 a. Predictors: (Constant), budaya_organisasi, kepemimpinan Berdasarkan tabel output SPSS “Model Summary” diatas, diketahui nilai koefisien determinasi atau R Square adalah sebesar 0,723 atau sama dengan 72,3 %. Angka tersebut mengandung arti bahwa variable kepemimpinan (x1) dan variable budaya organisasi (X2) secara simultan Bersama-sama berpengaruh terhadap variable kinerja pengajar sebesar 72,3 %. Sedangkan sisanya (100% - 72,3% = 27,7%) diengaruhi oleh variable lain diluar persamaan regresi ini atau variable yang tidak diteliti. ## PEMBAHASAN Berdasarkan hasil persamaan Regresi Linier Berganda, menggambarkan keadaan kepemimpinan yang diterapkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja pengajar. Dengan nilai koefisien regresi untuk variabel kepemimpinan adalah 0,297 dan signifikan 0,006< 0,05. Hal ini menunjukkan variabel kepemimpinan mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pengajar. Artinya jika kepemimpinan semakin baik, maka kinerja pengajar pun akan meningkat (Azis & Suwatno, 2019). Kepemimpinan yang baik juga dapat mempengaruhi orang didalam organisasi secara tidak sadar berkorban demi orgaisasinya (Soliha & Hersugondo, 2008). Sedangkan dari hasil kuesioner, diketahui bahwa variabel Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja pengajar di BP2IP Tangerang, dengan nilai rata-rata 4,21 yang berarti sangat baik. Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada item pernyataan “ Menurut Responden kepala balai diklat memperhatikan pengembangan karyawan di BP2IP Tangerang “. Kondisi ini menandakan bahwa kepala balai menerapkan pola kepemimpinan development dengan cara meningkatkan tingkat pendidikan para pengajar dan karyawan sehingga pengajar mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik dan dapat mengembangkan potensi diri. Dan nilai rata-rata terendah terdapat pada item pernyataan “ Menurut responden kepala balai diklat menaruh kepercayaan pada bawahannya di BP2IP Tangerang ” dan “ Menurut responden kepala balai diklat perhatian rendah pada tugas maupun pada hubungan kerja di BP2IP Tangerang ”. Hal ini berarti bahwa kepala balai kurang mempercayai bawahanya dalam memberikan tugas yang berdampak pada penugasan orang lain yang bukan merupakan tanggungjawabnya, termasuk penunjukan para pengajar yang ditugaskan dinas luar hal ini menyababkan proses belajar mengajar menjadi terganggu. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel kepemimpinn mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel kinerja hal ini dibuktikan sesuai dengan Teori Soetopo dan Soemanto (1993) dikutip oleh Farhurohman (2018) yaitu kepemimpinan kepala lembaga dibidang pendidikan merupakan satu kemampuan dan proses mempengaruhi, mengkoordinir, dan menggerakkan orang lain yang ada hubungan dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efisien dan efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran. Ardadiansyah (2017) menambahkan bahwa kepemimpinan dapat menginspirasi kinerja melalui motivasi sehingga kreatifitas seseorang akan berkembang dan meningkatkan kinerjanya. Dengan menggambarkan Kepemimpinan akan meningkatkan pengharapan bawahan bahwa upaya akan mendorong kinerja yang tinggi bila tugas-tugas terstruktur. Keberhasilan suatu lembaga atau instansi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai kelompok dalam suatu lembaga atau instansi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam lembaga atau instansi yang bersangkutan. Selanjutnya hasil perhitungan juga menjelaskan dan memberikan gambaran bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang searah yang sama besar terhadap kinerja pengajar. Nilai koefisien regresi untuk variabel budaya organisasi adalah 0.436 dan signifikan 0,000 < 0,05, ini berarti bahwa variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja pengajar. Artinya variabel budaya organisasi semakin baik, maka akan meningkatkan kinerja pengajar. Sama seperti penelitian Dunggio (2020) yang menyatakan bahwa budaya organisasi yang baik meningkatkan kinerja pegawai. Taurisa & Ratnawati (2012) menyebutkan bahwa indikator budaya organisasi yang paling dominan adalah perasaan dihargai. Perasaan ini membuat kesepakatan yang tinggi antar karyawan mengenai apa yang diyakini organisasi sehingga terbentuk suatu komitmen organisasional dalam diri karyawan itu sendiri. Dari hasil kuesioner, diketahui bahwa variabel budaya organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Pegawai di BP2IP Tangerang, dengan nilai rata-rata 4,18 yang berarti baik. Nilai rata-rata tertinggi terdapat pada item pernyataan yaitu “ Menurut responden perlakuan kepala balai diklat terhadap pengajar di BP2IP Tangerang “. Kondisi ini menyatakan bahwa Tanggapan Responden Terhadap Variabel budaya organisasi itu baik dikarenakan adanya dukungan dan penghargaan kepala balai dalam tercapainya tugas para pengajar dalam target pembelajaran yang dicapai. Dan nilai rata-rata terendah terdapat pada item pernyataan “ Menurut respoden ketersediaan buku pelajaran di BP2IP Tangerang ”. kondisi ini menyatakan bahwa sulitnya mendapatkan buku-buku berbasis kemaritiman khususnya yang terdapat terjemahan Bahasa Indonesia, banyaknya buku-buku luar yang masih berbahasa asing menyulitkan para pengajar dalam menambah referensi untuk dimasukan ke materi bahan ajar. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel budaya organisasi mempunyai pengaruh yang positif terhadap variabel kinerja. Budaya organisasi membentuk perilaku serta membantu seseorang memahami nilai dan makna akan tanggungjawabnya (Jumari et al., 2013). Budaya organisasi perlu di jaga dan di terapkan agar tidak hilang. Tanpa dukungan budaya organisasi yang baik, lembaga atau instansi sulit untuk mewujudkan tujuannya yaitu pencapaian kinerja optimal pengajar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketiga variabel–kepemimpinan, budaya organisasi, dan kinerja pengajar saling mempengaruhi. ## SIMPULAN Kepemimpinan memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang. Budaya organisasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja pengajar di BP2IP Tangerang. Kepemimpinan dan budaya organisasi secara bersama-sama ternyata memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja pegawai. ## DAFTAR PUSTAKA Ardadiansyah, A. (2017). Hubungan Kepemimpinan dan Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru SMA di Kota Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Jurnal “Gerbang Etam” Balitbangda Kab. Kukar , 11 (1), 66–74. https://ejurnal.balitbangda.kukarkab.go.id/index.php/gerbangetam/article/downl oad/30/17/30 Azis, A. Q., & Suwatno, S. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri 11 Bandung. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran , 4 (2), 246-253. https://doi.org/10.17509/jpm.v4i2.18020 Daulay, H. B., Putra, B., Syariah, S., Ayuni, R., & Nafisah, N. (2021). Pengaruh Kedisiplinan, Budaya Organisasi, dan Kompetensi Pegawai terhadap Tingkat Kepuasan Pimpinan pada Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tanjungbalai Asahan. Manajemen Bisnis Jurnal Magister Manajemen , 3 (1), 58–68. https://doi.org/10.30743/jmb.v3i1.3630 Dunggio, S. (2020). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Camat Dungingi Kota Gorontalo. Publik: Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia, Administrasi Dan Pelayanan Publik , 7 (1), 1–9. https://doi.org/10.37606/publik.v7i1.114 Farhurohman, O. (2018). Kepemimpinan dalam Mutu Pendidikan di Sekolah. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. , 4 (1), 45–56. http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tarbawi/article/view/1770 Florentin, V., & Hidayat, A. A. N. (2018). Menhub: Lulusan Sekolah Pelayaran banyak yang Menganggur . Tempo. https://bisnis.tempo.co/read/1048123/menhub- lulusan-sekolah-pelayaran-banyak-yang-menganggur Jalaluddin, J., Milfayetty, S., & Zainuddin, Z. (2021). Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Dosen Universitas Serambi Mekkah. JUPIIS: Jurnal Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial , 13(1), 175-190. https://doi.org/10.24114/jupiis.v13i1.23458 Jumari, J., Yudana, M., & Sunu, I. G. K. A. (2013). Pengaruh Budaya Organisasi, Efikasi Diri, dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Mengajar Guru SMK Negeri Kecamatan Denpasar Selatan. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha , 4 (1), 1-13. https://media.neliti.com/media/publications/74192-ID-pengaruh-budaya- organisasi-efikasi-diri.pdf Komarudin, K. (2018). Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru pada Sekolah Dasar Negeri 06 Ciputat. Jurnal Semarak,1 (2), 78-86. http://dx.doi.org/10.32493/smk.v1i2.1805 Mahmud, A. (2019). Peran Kepemimpinan dalam Meningkatkan Disiplin Kerja Pegawai di Kantor Kecamatan Gandus Kota Palembang. Jurnal Ilmu Administrasi dan Studi Kebijakan (JIASK), 1 (2), 39-47. https://media.neliti.com/media/publications/296501-peran-kepemimpinan- dalam-meningkatkan-di-648562a4.pdf Maulana, R., & Sidik, F. (2017). Pelaut Indonesia Terancam Menganggur Bisnis Indonesia. https://ekonomi.bisnis.com/read/20171206/98/715803/pelaut- indonesia-terancam-menganggur Ramlanto, R., Hadhienata, S., & Sunaryo, W. (2017). The Correlation between Organizational Culture, Transformational Leadership and Work Motivation to Teachers’ Performance. International Journal of Managerial Studies and Research , 5 (4), 22–28. https://doi.org/10.20431/2349-0349.0504005 Soliha, E., & Hersugondo, H. (2008). Kepemimpinan yang Efektif dan Perubahan Organisasi. Fokus Ekonomi , 7 (2), 83–93. https://www.neliti.com/id/publications/24400/kepemimpinan-yang-efektif-dan- perubahan-organisasi Taurisa, C. M., & Ratnawati, I. (2012). Analysis of Effect of Organizational Culture and Organizational Commitment on Job Satisfaction in Improving The Performance of Employees (Study on PT. Sido Muncul Kaligawe Semarang). Jurnal Bisnis Dan Ekonomi , 19 (2), 170–187. https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe3/article/view/1740 Tika, M. P. (2014). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan . Jakarta: Bumi Aksara
43ec55a2-b3c6-4d7b-9924-c161b1d92cab
https://wawasan.bdkjakarta.id/index.php/wawasan/article/download/273/154
## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta P ISSN: 2548-9232; E ISSN: 2775-3573 Volume 5 Nomor 1 Tahun 2024: 49-67 ## UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS ## MATERI DESCRIPTIVE TEXT DAN PARTISIPASI PESERTA DIDIK MELALUI PRAKTIK PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Rini Silvana MAN 1 Kota Tangerang, Indonesia E-mail: [email protected] ## Abstract This research aims to describe how differentiated learning helps improve learning outcomes and learners ’ participation during learning and how learners perceive learning experiences that accommodates their varied learning needs. To achieve this goal, classroom action research was carried out with a process of planning, implementing, developing and reflecting in grade X (ten) IPS 2 MAN 1 Tangerang Municipality. Differentiated learning is applied during the process of learning descriptive texts with local wisdom context. This research used teacher’s journal, tests, and interviews to obtain data. The data was then analyzed descriptively and comparatively to determine the progress of students in learning descriptive tex ts from cycle 1 to cycle 2. Teacher journals and interviews helped record learners’ participation during the process and understand their attitudes towards the implementation of differentiated instruction. The results of the study indicate that differentiated learning helps improve student learning outcomes where, before the intervention, the average score achieved by students was 72.5 with a percentage of 47.5% in the insufficient criteria. This increased to 77.5 with a percentage of 67.5% in the sufficient category in cycle 1. The average student score in cycle 2 was 83.27 with a percentage of 86% in the very good criteria. Observations recorded in the teacher's journal confirmed the increase in learners’ participation as seen in their readiness and prepa ration, participation in discussion as well as response to questions. The interview results reinforced the positive attitude of students towards the experience of learning descriptive texts with differentiated instruction practices. Keywords : differentiated learning, learning outcomes, participation ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana pembelajaran berdiferensiasi membantu meningkatkan hasil belajar dan partisipasi peserta didik serta bagaimana sikap peserta didik terhadap pengalaman belajar yang mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik yang bervariasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas dilaksanakan dengan proses perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan refleksi di kelas X (sepuluh) IPS 2 MAN 1 Kota Tangerang. Pembelajaran berdiferensiasi ini diterapkan selama proses pembelajaran teks Deskriptif dengan konteks kearifan lokal. Penelitian ini menggunakan jurnal guru, tes, dan wawancara untuk memperoleh data. Data kemudian dianalisis secara deskriptif komparatif, untuk mengetahui kemajuan peserta didik dalam mempelajari teks deskriptif dari siklus 1 ke siklus 2. Jurnal guru dan wawancara membantu mencatat partisipasi peserta didik selama proses dan mengetahui sikap peserta didik terhadap pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Hasil penelitian mengindikasikan pembelajaran berdiferensiasi membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik di mana sebelum tindakan nilai rata-rata yang dicapai peserta didik adalah 72,5 dengan persentase 47,5% kriteria kurang, meningkat menjadi 77, 5 dengan persentase 67,5% kategori cukup di siklus 1. Rata-rata peserta didik pada siklus 2 adalah 83,27 dengan persentase 86% kriteria baik sekali. Hasil pengamatan yang dicatat dalam jurnal guru selama tindakan mengkonfirmasi peningkatan partisipasi aktif peserta didik dilihat dari kesiapan dan persiapan, keaktifan dalam diskusi dan respons terhadap pertanyaan. Hasil wawancara menguatkan sikap positif ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta peserta didik terhadap pengalaman belajar teks deskriptif dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi. Penelitian ini merekomendasikan implementasi pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan hasil belajar dan partisipasi peserta didik bahasa inggris materi teks deskriptif. Kata Kunci: pembelajaran berdiferensiasi, hasil belajar, partisipasi ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta ## PENDAHULUAN Memiliki peserta didik dengan kemampuan beragam dalam satu kelas adalah situasi yang lazim namun cukup membuat frustrasi. Pendidik perlu persiapan materi dan aktivitas yang lebih matang serta variasi dalam pendekatan pembelajaran. Pendidik pun perlu mengelola kelas dengan lebih hati-hati agar semua peserta didik berpartisipasi dan terlibat secara efektif dalam proses pembelajaran. Pun pendidik tetap harus memastikan tujuan pembelajaran tercapai dan hasil belajar peserta didik memuaskan. Intinya, kemampuan tidak merata peserta didik dalam satu kelas adalah hal biasa tetapi membuat pendidik terganggu karena kondisi ini dapat mempengaruhi hasil belajar dan keterlibatan aktif peserta didik dalam proses pembelajaran (Tomlinson, C. A. & Moon, 2014) Tidak lepas dari pengecualian pada pembelajaran bahasa Inggris di mana peserta didik memiliki kemampuan yang juga beragam. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang memuaskan sesuai target perlu implementasi metode yang tepat. Pembelajaran berdiferensiasi dianggap pendekatan pembelajaran yang tepat untuk mengakomodasi baik kemampuan peserta didik yang tidak seragam, maupun gaya belajar, minat, serta pengetahuan sebelumnya yang juga bervariasi (Aliakbari & Haghighi, 2014). Dalam penelitiannya, pembelajaran berdiferensiasi sangat direkomendasikan kepada sekolah dan para guru karena telah terbukti efektif untuk meningkatkan pemahaman membaca peserta didik, di mana praktik pembelajarannya disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan tingkat kemampuan peserta didik yang beragam. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang diyakini Tomlinson (2014) bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah praktik yang dapat digunakan pendidik untuk memfasilitasi pengelolaan kelas yang lebih efektif, dengan mengakomodir keberagaman peserta didik serta menempatkan peserta didik sebagai pusat proses pembelajaran. Penelitian lain berkenaan dengan efektivitas pembelajaran berdiferensiasi di kelas di antaranya adalah Suwartiningsih (2021), yang hasil penelitiannya memastikan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik untuk mata pelajaran IPA di kelas IX SMP, di mana selama proses pembelajaran itu motivasi belajar peserta didik turut meningkat. Selanjutnya, penelitian Magableh & Abdullah (2020) yang menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas-kelas dengan kemampuan campuran meningkatkan motivasi, interaksi, dan tingkat kemahiran peserta didik, serta meningkatkan pencapaian belajar secara keseluruhan. Di kelas di mana peneliti adalah guru mata pelajaran untuk 36 peserta didik, telah berusaha menerapkan ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta pembelajaran yang menyenangkan peserta didik, dengan aktivitas berpasangan, berkelompok dengan dibantu dengan kuis-kuis interaktif. Namun hasilnya kurang maksimal karena ada peserta didik mendapat hasil sangat memuaskan dan tampak menikmati proses, sementara mayoritas berjuang untuk mencapai nilai sesuai kriteria tuntas dan sebagian besar pasif di kelas, menyerah pasrah pada peserta didik yang mereka anggap unggul di mata pelajaran bahasa inggris. Dengan membaca data nilai yang ada dan pengamatan selama proses pembelajaran, peneliti sementara membuat simpulan ke-tidakefektif-an ini karena kemampuan bahasa inggris peserta didik yang tidak merata, penyampaian materi yang hanya mengakomodir gaya belajar visual saja, dan aktivitas kelompok yang monoton. Merujuk dari hasil penelitian tentang efektivitas penerapan pembelajaran berdiferensiasi, peneliti memilih pendekatan ini untuk diterapkan. Dalam praktiknya, pembelajaran berdiferensiasi ini mengakomodasi kebutuhan belajar peserta didik baik dari kemampuan beragam, gaya belajar dan dinamika belajar berkelompok, berpasangan serta individu agar setiap peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar masing-masing pun optimal (Imbeau & Tomlinson, 2013). Dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi ini, diharapkan pendidik dapat membantu peserta didik meningkatkan hasil belajar dan partisipasi mereka di kelas. Penelitian tindakan kelas selanjutnya didesain karena sesuai tujuan intinya, meningkatkan praktik pengajaran dan hasil belajar peserta didik, secara langsung di lingkungan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat memantau, mengevaluasi efektivitas pembelajaran berdiferensiasi, dan mengambil keputusan berbasis bukti untuk penyesuaian yang cepat dan tepat bagi kebutuhan belajar peserta didik. Selain itu, kemampuan reflektif peneliti menjadi terlatih dan pada akhirnya membantu meningkatkan hasil belajar peserta didik dan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan (Suryadi, Asip & Berdiati, 2018). Penelitian ini menjawab tiga rumusan masalah berikut ini: (1) Bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi diterapkan di kelas bahasa Inggris dengan profil peserta didik yang beragam? (2) Bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi membantu meningkatkan hasil belajar dan partisipasi peserta didik? dan 3) Bagaimana pandangan peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran berdiferensiasi di kelas bahasa Inggris mereka? Penelitian tindakan kelas dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas bertujuan untuk membantu peserta didik, tidak hanya mendapat hasil belajar maksimal, tetapi juga meningkatkan partisipasi mereka ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta dalam proses pembelajaran. Bagi peneliti yang juga guru, penelitian ini tentunya membantu guru memperbaiki pembelajaran di kelas yang juga berimbas pada tercapainya tujuan pembelajaran secara maksimal. Akademisi Amerika Carol Ann Tomlinson (2001) mempopulerkan konsep pembelajaran berdiferensiasi ini dan mendefinisikannya sebagai pembelajaran yang responsif, di mana guru secara proaktif merencanakan berbagai pendekatan terhadap apa yang peserta didik perlu pelajari, bagaimana mereka mempelajarinya, dan/atau bagaimana mereka menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dan memungkinkan setiap peserta didik belajar sebanyak yang mereka bisa, seefisien mungkin. Artinya dalam penerapannya di kelas, perencanaan yang matang dan fleksibilitas pendidik sangat diperlukan. Perencanaan dalam penelitian ini di antaranya menyiapkan bahan ajar beragam dan pilihan tugas untuk direspon peserta didik. Selain itu, pembelajaran berdiferensiasi sangat melibatkan pemahaman mendalam tentang setiap peserta didik yang direspon oleh peneliti dengan melakukan tes kemampuan awal dan mengetahui gaya belajar peserta didik. Dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat men- diferensiasi; (1) isi, (2) proses, (3) produk dan (4) lingkungan belajar. Modifikasi dan penyesuaian isi, proses, produk, dan lingkungan pembelajaran tersebut didasarkan pada evaluasi guru terhadap kesiapan peserta didik, minat peserta didik, dan profil peserta didik (Tomlinson, 2001). Pada praktikya diferensiasi isi dilakukan pendidik dengan menyediakan berbagai sumber seperti buku, artikel, video, dan bahan online untuk mengajarkan konsep yang sama agar peserta didik nyaman memilih sumber yang paling sesuai dengan gaya belajar mereka. Untuk diferensiasi proses, pendidik memberi tingkat bantuan yang berbeda; peserta didik yang membutuhkan lebih banyak bantuan mendapat instruksi langsung, sementara siswa yang lebih mandiri bekerja sendiri atau dalam kelompok. Kemudian untuk diferensiasi produk, pendidik memberi pilihan tugas akhir. Peserta didik diberikan pilihan untuk menunjukkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran, misalnya memilih antara membuat video, menulis esai, membuat poster, atau produk lainnya. Terakhir adalah diferensiasi lingkungan belajar, yaitu dengan Pengaturan kelas yang fleksibel: pendidik mengatur area dalam kelas untuk berbagai jenis kegiatan, seperti area untuk kerja kelompok, area untuk belajar mandiri, dan area untuk diskusi kelas. Beberapa penelitian yang signifikan, memaparkan penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam konteks EFL ( English as a Foreign Language ), Bahasa Inggris sebagai bahasa asing, untuk membantu pemelajar meningkatkan pembelajaran mereka. Pertama, Aliakbari & Haghighi ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta (2014) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi secara signifikan meningkatkan pemahaman membaca peserta didik lebih baik daripada peserta didik yang menerima pengajaran konvensional. Penelitian ini mendukung penggunaan pembelajaran berdiferensiasi sebagai metode yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar, khususnya dalam konteks pemahaman membaca. Pembelajaran berdiferensiasi mencakup penyesuaian dalam materi, proses, dan produk belajar untuk memenuhi kebutuhan individual siswa berdasarkan tingkat kemampuan, minat, dan gaya belajar mereka . . Penelitian lain dilakukan oleh Saleh (2021) yang membuktikan bahwa pembelajaran berdiferensiasi efektif dalam meningkatkan hasil belajar, motivasi, keterlibatan, dan keterampilan berpikir kritis. Terkonfirmasi bahwa siswa termotivasi untuk membaca secara lebih efektif. Pembelajaran berdiferensiasi ini mempraktikkan variasi tidak hanya pada materi, tetapi juga metode pengajaran, dan penilaian yang disesuaikan dengan kebutuhan, minat, dan kemampuan siswa. Selanjutnya, Ismail & Al Allaq, (2019) menemukan bahwa meskipun praktik penerapan pembelajaran berdiferensiasi bukan hal sederhana, tetapi bukan juga hal sulit karena untuk efektivitas hasil. Guru memerlukan banyak sumber, beragam media dan keterampilan mengelola kelas yang akan ‘mudah’ jika mendapat dukungan. Disarankan agar guru menerima pelatihan lebih lanjut dalam menerapkan pendekatan ini untuk menentukan variasi dalam materi pelajaran, metode penyampaian, dan aktivitas pembelajaran untuk merespons perbedaan kemampuan dan minat siswa. Pada penelitian ini, praktik pembelajaran berdiferensiasi berhasil dalam mengajarkan proses menulis bahasa Inggris sebagai bahasa asing kepada mahasiswa yang memiliki kemampuan beragam. Simpulan dari uraian diatas, bahwa kelas Bahasa Inggris yang dipelajari sebagai bahasa asing memiliki kelompok pemelajar dengan kemampuan beragam, gaya belajar yang berbeda, minat, preferensi, latar belakang, dan motivasi belajar yang tidak sama. Situasi seperti ini berdampak pada ke-tidakmaksimal-an capaian tujuan pembelajaran yang ditargetkan. Praktik pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi yang layak dipraktikkan untuk membantu mengoptimalkan proses dan hasil pembelajaran bahasa Inggris pada kelompok pemelajar yang heterogen. Pada akhirnya, harapan dari hasil penelitian ini adalah bertambahnya dukungan untuk penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas bahasa Inggris dan juga kelas yang menghadapi tantangan serupa. ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta ## METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menurut Suryadi & Berdiati (2018) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran. PTK melibatkan proses reflektif yang sistematis dalam siklus perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, yang bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan. PTK merupakan alat yang efektif bagi guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka dengan cara yang sistematis dan berbasis bukti.. Proses penelitian meliputi: 1) perencanaan, untuk mengembangkan rencana tindakan yang dianggap kritis untuk diperbaiki, 2) tindakan, untuk melaksanakan rencana, 3) observasi, untuk mengamati dampak dari tindakan, dan 4) refleksi, untuk merefleksikan hasil-hasil yang diamati selama tindakan sebagai dasar perencanaan selanjutnya. Prosesnya terdiri dari 2 (dua) siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari 2 (dua) pertemuan. Penelitian ini melibatkan peneliti sebagai guru mata pelajaran dan peserta didik kelas X IPS 2 Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Tangerang. Peserta didik berjumlah 36 orang, terdiri dari 16 orang peserta didik laki-laki dan 20 orang peserta didik perempuan. Kurikulum yang digunakan di madrasah ini adalah Kurikulum 2013, di mana pendidik harus membantu peserta didik mencapai nilai ketuntasan minimum yang ditetapkan, yaitu 75. Penelitian dilakukan pada saat proses belajar mengajar bahasa Inggris. Durasi pembelajaran adalah 3 jam pelajaran di mana satu sesinya berlangsung selama 45 (empat puluh lima) menit. Intervensi berlangsung dalam sesi pembelajaran bahasa Inggris materi descriptive text , selama 2 bulan, di semester 1 tahun pelajaran 2022/2023, tepatnya terhitung mulai 15 September sampai dengan 17 November 2022. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal guru, tes, dan wawancara. Jurnal mencatat refleksi pribadi peneliti, mencatat apa yang telah dilakukan dengan baik, apa yang perlu diperbaiki, serta catatan pengamatan selama intervensi. Adapun tes berupa tes awal, tes siklus 1 dan tes siklus 2 berupa penilaian harian. Tes yang diberikan adalah tes pengetahuan objektif dengan bentuk pilihan ganda berjumlah 20 soal. Wawancara berupa pertanyaan terbuka kepada peserta didik di akhir siklus 1 dan siklus 2. Peserta didik yang di wawancara adalah 3 peserta didik di nilai tinggi, 5 peserta didik di nilai tengah dan 5 peserta didik di nilai belum tuntas. untuk mendapatkan data yang tidak terekam atau bias di jurnal guru. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan model analisis deskriptif komparatif. ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta Penelitian ini menggunakan metode analisis data yang terintegrasi antara data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh melalui jurnal dokumentasi, dan wawancara sedangkan data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar. Hasil belajar dianalisis dengan teknik analisis hasil evaluasi, untuk mengetahui ketuntasan belajar dengan cara menganalisis data hasil tes dengan kriteria ketuntasan belajar, persentase hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditentukan. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel. Partisipasi aktif peserta didik selama proses intervensi dianalisis secara deskriptif dari data jurnal dan wawancara. Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila kriteria hasil belajar dan partisipasi aktif peserta didik terpenuhi dengan ketentuan; 1) adanya peningkatan hasil penilaian harian terhadap hasil belajar dari pra-siklus ke siklus satu, dan ke siklus dua; 2) adanya peningkatan partisipasi belajar peserta didik yang dilihat dari kesiapan dan persiapan, keaktifan dalam diskusi dan respon terhadap pertanyaan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut ini adalah deskripsi proses pembelajaran dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi mulai dari pra-siklus, siklus 1 dan siklus 2. ## Kegiatan Pra siklus Observasi awal di kelas X IPS 2 menjadi awal penelitian ini. Dari beberapa kelas, kelas ini memiliki rata- rata nilai ulangan paling kecil di antara kelas X lainnya. Catatan pengamatan yang dibuktikan dengan penilaian harian menunjukkan bahwa terdapat rentang tingkat kemampuan peserta didik kelas X (sepuluh) IPS 2. Sejumlah 6 peserta didik (17%) yang dikategorikan sebagai peserta didik di atas level (mahir) karena mereka mendapat nilai ulangan harian 85 sampai 100, 19 peserta didik (52%) peserta didik berada sesuai level (sedang) karena hasil tes mereka yang berkisar antara 70 sampai 80 dan 11 peserta didik (31%) berada di bawah level (kurang) dengan nilai tes di bawah 50. Berikutnya, kelas yang terdiri dari 16 peserta didik laki-laki dan 20 peserta didik perempuan, memiliki gaya belajar pilihan yang bervariasi. Dari hasil tes yang dengan sukarela mereka ikuti secara online di website https://www.learningstylequiz.com/ mengungkapkan bahwa 12 peserta didik (33%) adalah peserta didik dengan gaya belajar auditori, 15 peserta didik (42%) memiliki gaya belajar visual dan 9 peserta didik lainnya (25%) mempunyai gaya belajar kinestetik. Untuk mengetahui lebih jauh profil peserta didik, selanjutnya dilakukan wawancara. Peserta didik yang ada pada level mahir (6 dari 36 peserta didik) mengatakan bahwa ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta mereka menyukai bahasa Inggris dan mereka telah mengenal bahasa Inggris sejak mereka duduk di bangku Sekolah Dasar. Namun, mereka mengatakan bahwa pembelajaran tersebut tidak terlalu menantang dan terkesan sedikit membosankan. Sedangkan peserta didik dengan level sedang (19 dari 36 peserta didik) mengaku sejauh ini mereka baik-baik saja dengan pembelajaran, walaupun terkadang mereka menganggap kegiatan yang dilakukan sangat monoton sehingga kehilangan minat untuk belajar bahasa Inggris. Wawancara lebih lanjut dengan peserta didik dengan kemampuan kurang (11 dari 36 peserta) menegaskan bahwa mereka sebenarnya memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar bahasa Inggris. Akan tetapi, mereka mengalami kesulitan untuk mengingat apa yang mereka pelajari di kelas bahasa Inggris. Penyelidikan lebih lanjut dari 11 peserta didik ini menunjukkan bahwa; pertama, 3 peserta didik mengatakan bahwa mereka hanya mendapat sedikit manfaat dari mendengarkan guru, kedua, 5 peserta didik menganggap bekerja secara individu itu membuat frustrasi dan ketiga, 3 peserta didik merasa terlalu malu untuk bertanya atau berdiskusi dengan teman sebayanya. Dengan berdasar temuan pra- siklus di atas, tindakan perbaikan perlu didesain secara cermat dan menyeluruh dengan menerapkan praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas X IPS 2 untuk materi teks deskriptif. ## Deskripsi siklus 1 Siklus 1 ini diawali dengan penyusunan rencana pembelajaran, termasuk menyiapkan lembar kerja, media dan 20 soal tes pilihan ganda. Pertemuan 1 ini guru mengawali pembelajaran dengan kuis interaktif online untuk menyiapkan peserta didik pada kegiatan pembelajaran inti. Setelahnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada saat intervensi, pendidik melakukan praktik diferensiasi konten (isi materi) dan proses. Tujuan pembelajaran adalah (1) peserta didik dapat membedakan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan teks deskriptif tentang tempat wisata dan bangunan bersejarah, dan (2) peserta didik dapat menangkap makna beberapa teks deskriptif tentang tempat wisata dan bangunan bersejarah. Untuk konteks kearifan lokal, teks yang disiapkan adalah teks tempat wisata dan bangunan bersejarah yang ada di Kota Tangerang pada Tabel 1. Tabel 1 Teks Deskriptif Teks 1: Mesjid Jami Kali Pasir Teks 2: Benteng Heritage Museum Teks 3: Pasar Lama Culinary Tour Teks 4: Boen Tek Bio Chinese Temple Setelahnya, peserta didik merespon lembar kerja untuk menilai pemahaman mereka terhadap teks yang diberikan. Hasilnya dibahas secara klasikal di kelas. ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta Jurnal reflektif pendidik mencatat (1) pendidik berusaha untuk melakukan diferensiasi pembelajaran pada isi materi dengan memberikan teks deskriptif sederhana untuk kelompok bawah, teks yang lebih panjang untuk kelompok menengah dan teks menantang untuk kelompok atas, (2) partisipasi peserta didik belum memperlihatkan peningkatan dilihat dari peserta didik yang bertanya masih dari kelompok atas dan sebagian kecil kelompok menengah yang aktif pada saat diskusi kelas. (3) hasil kuis akhir dengan teks yang berbeda masih didominasi oleh kelompok atas, ada peningkatan tetapi belum dapat dikatakan signifikan. Pada pertemuan ke-2, kegiatan pembelajaran dimulai dengan me- review pembelajaran, peserta didik mengerjakan kuis sederhana dengan Kahoot . Kemudian pendidik menyampaikan tujuan pembelajaran sambil menanyakan peserta didik jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut tentang materi sebelumnya. Untuk intervensi di pertemuan ke- 2 ini, peserta didik dikelompokkan sesuai dengan kemampuan. Ada sembilan kelompok, yang masing- masing terdiri dari empat peserta didik. Dari sembilan kelompok ini, dua kelompok terdiri dari peserta didik dengan kemampuan di atas rata-rata, empat kelompok adalah kelompok peserta didik dengan kemampuan menengah dan tiga kelompok terakhir adalah peserta didik dengan kemampuan di bawah rata rata. Kemudian kelompok-kelompok ini diberi teks deskriptif dengan tingkat kesulitan yang berbeda. Siswa yang lebih mampu diberi teks yang lebih kompleks, sedangkan siswa yang membutuhkan dukungan diberi teks dengan detail yang lebih sederhana. Guru juga menyediakan sumber belajar tambahan berupa gambar dan video dari youtube/tiktok/ig reels untuk membantu peserta didik memahami teks dengan lebih baik. Sumber belajar tambahan ini untuk mengakomodir gaya belajar peserta didik yang auditori, visual dan kinestetik. Bagi peserta didik dengan gaya belajar visual video bisa membuat mereka lebih fokus dan memahami materi lebih mudah. Peserta didik dengan gaya belajar auditori terbantu dengan sumber belajar video pendek karena ada narasi yang jelas dengan musik yang menarik. Mereka tertarik untuk mengulang audionya dan mendengarkan narasi dengan variasi suara, intonasi dan tekanan yang beragam. Bagi peserta didik dengan gaya belajar kinestetik, video pendek yang mereka lihat bisa menjadi inspirasi pembuatan tugas akhir, mereka tertarik pada gerakan atau mencoba tutorial yang ditampilkan. Setelah itu guru menyediakan task cards (kartu tugas). Task cards terdiri dari delapan pilihan yang dipilih oleh siswa secara sukarela untuk menunjukkan pemahamannya ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta terhadap teks. Task cards berisi seperti pada Gambar 1. Gambar 1 Task cards Task card atau kartu tugas ini dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan peserta didik yang di kelompokkan tadi, cara merespons task card beragam, dari yang sederhana untuk memotivasi kelompok peserta didik di bawah rata-rata dan hingga yang menantang peserta didik yang di atas rata rata. Task card 1, 2 dan 3 untuk kelompok bawah, task card 4, 5 dan 6 untuk kelompok tengah dan task card 6, 7 dan 8 untuk kelompok atas. Tujuan penggunaan task card ini adalah agar peserta didik terlibat secara aktif dalam membaca dan memahami teks deskriptif. Mereka perlu melakukan itu agar bisa merespons kartu tugas yang disediakan. Mereka diarahkan untuk fokus pada detail penting, membuat kesimpulan, berpikir kritis dan berbagi pemahaman mereka dengan teman sekelas. Setelah selesai merespons task card ini secara individu, peserta didik dikelompokkan dengan teman yang berbeda. Satu kelompok terdiri dari enam peserta didik campuran dari kelompok bawah, menengah dan atas. Tugas kelompok ini adalah masing- masing anggota mempresentasikan task card yang telah mereka pilih dan respon kepada teman sekelompoknya. Tujuan dari pengelompokan campuran peserta didik dengan berbagai tingkat kemampuan adalah; (1) peserta didik kemampuan lebih rendah dapat belajar dari teman-teman mereka yang lebih mampu, baik melalui pengamatan maupun bantuan langsung dalam memahami materi; (2) peserta didik dengan kemampuan menengah dapat menjelaskan konsep kepada teman-teman mereka yang berada di bawah rata-rata sehingga memperdalam pemahaman mereka sendiri; (3) Peserta didik dengan kemampuan di atas rata-rata dapat belajar untuk bekerja sama dengan teman mereka yang berkemampuan rata-rata atau di bawahnya, belajar menemukan cara terbaik menjelaskan konsep, mengembangkan empati, kesabaran, dan keterampilan sosial penting lainnya. ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta Hasil catatan jurnal guru; (1) pengelompokkan pertama, ketika peserta didik dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan ada manfaatnya, kelompok bawah percaya diri untuk diskusi dan bertanya di kelompoknya. Ini berdasarkan pengamatan di kelompok kelompok itu masing-masing anggota bersuara, bertanya mendiskusikan lembar kerja dan kartu tugas, (2) ketersediaan sumber belajar yang variatif membuat peserta didik termotivasi untuk mengaksesnya. Hasil pengamatan mencatat tidak ada peserta didik yang duduk diam, masing-masing sibuk, ada yang mengakses sumber belajar, merespon kartu tugas, berdiskusi dengan teman dan bertanya kepada pendidik atau teman kelompoknya. Pada saat pengelompokan kedua, yaitu pengelompokan campuran, peserta didik di kelompok bawah sudah terlihat percaya diri, mereka memegang kartu tugas yang mereka pilih dan dari hasil pengamatan, terlihat tenang dan berani membacakan hasil pengerjaan tugasnya. Refleksi dari dua pertemuan di siklus 1 ini adalah hasil catatan lapangan di jurnal pendidik dan hasil wawancara kepada lima peserta didik yang mewakili kelompoknya untuk perbaikan proses pembelajaran di siklus selanjutnya. Masukan dari peserta didik adalah agar pendidik secara kreatif mencari sumber belajar yang menarik, dari video tiktok, ig reel, website maupun cetak dan jika memungkinkan, diberikan sebelum pertemuan di kelas agar peserta didik lebih siap saat tatap muka di kelas. Pendidik juga sebaiknya juga menyediakan sumber belajar yang untuk dipelajari siswa secara mandiri di luar jam kelas yang disebut dengan flipped materials berupa kuis yang membantu peserta didik mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang akan dipelajari, bisa juga berupa link yang dapat di akses kapan saja dan disematkan, misalnya di worldwall.net. Tujuannya agar peserta didik lebih siap belajar pada saat tatap muka di kelas. ## Deskripsi Siklus 2 Siklus 2 juga terdiri dari dua pertemuan. Pada pertemuan ke-1, pendidik memberikan flipped material mengenai format penulisan teks deskriptif dengan beberapa soal yang dapat direspons siswa dengan mudah (LOTS questions ) secara mandiri. Saat tatap muka di kelas, pendidik memastikan semua peserta didik telah mengakses materi di rumah dan merespons pertanyaannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kesiapan belajar peserta didik, di pertemuan ke-1 ini ada 29 peserta didik yang mengerjakan latihan di google form tersebut. Tujuan pembelajaran pada siklus 2 ini adalah (1) peserta didik dapat menyusun teks deskriptif tentang tempat wisata dan bangunan bersejarah dengan fungsi sosial, struktur teks dan unsur kebahasaan yang tepat dan (2) ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta peserta didik dapat mempublikasikan hasil teks deskriptif. Diferensiasi pembelajaran di pertemuan 1 berfokus pada proses. Strategi intervensinya adalah learning station atau Pos Pembelajaran, yaitu satu aktivitas pembelajaran di mana peserta didik berkeliling ke berbagai stasiun atau pusat aktivitas yang masing- masing berfokus pada aspek atau tujuan berbeda. Cara ini efektif untuk differensiasi proses, memungkinkan pendidik untuk menyesuaikan tugas sesuai dengan kebutuhan, minat, gaya belajar dan kemampuan individu peserta didik. Sesuai fokus diferensiasi proses, masing-masing stasiun atau pos dilengkapi media pembelajaran yang yang mengakomodir gaya belajar peserta didik untuk dapat menyusun teks deskriptif. Di stasiun/pos 1, peserta didik bisa mengakses gambar, video, teks bacaan cetak dan link website . Pada stasiun/pos 2, disediakan model mind map kertas, sticky notes dan mind map online seperti canva. Untuk mengakses link, pendidik menyediakan QR code. Di stasiun 3, pendidik menyediakan panduan penulisan kalimat dan contoh deskriptif di layar infocus dan di kertas (hard copy), peserta didik juga bisa mengakses di link Worldwall. Peserta didik mendatangi setiap pos dan mengerjakan menyelesaikan tugas secara individu. Namun, mereka diberi keleluasaan untuk berdiskusi baik secara berpasangan, berkelompok atau bekerja secara individu dan berdiskusi dengan pendidik jika diperlukan. Gambar 2 menunjukkan aktivitas di pos pembelajaran. Gambar 2 Learning Stations 1-3 Selanjutnya, di pertemuan ke 2, pendidik mengawali aktivitas proses pembelajaran dengan kuis yang memotivasi sekaligus mengulang materi di pertemuan sebelumnya dengan aplikasi Quizziz. Sebelum ke pembelajaran inti atau intervensi, pendidik dan peserta didik membahas kesulitan yang dihadapi saat menyusun teks deskriptif. Semua kendala ditulis oleh pendidik di papan tulis, dan kemudian meminta peserta didik untuk merespons kendala ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta tersebut berdasarkan pengalaman atau barangkali dengan ide baru. Aktivitas ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Ketika kendala yang mereka hadapi dianggap serius dan dibahas secara kolektif, keterlibatan dan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran meningkat. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Rovai (2002) yang membuktikan ketika peserta didik merasa didengar dan dipedulikan, mereka cenderung lebih terlibat aktif dalam diskusi kelas. Perasaan memiliki dan hubungan yang kuat dalam komunitas kelas meningkatkan partisipasi peserta didik. Pada kegiatan inti dengan intervensi pembelajaran berdiferensiasi, pendidik mempraktikkan diferensiasi produk. Peserta didik disediakan Stasiun Pilihan Produk; (1) stasiun proyek, hasil tulisan teks deskriptif berbentuk poster iklan wisata atau a blog post ; (2) stasiun penulisan: peserta didik menulis teks deskriptif seperti esai sederhana, menggabungkan konsep yang telah mereka pelajari di kertas atau buku; (3) Stasiun Multimedia: peserta didik membuat vt (video tiktok), podcast , atau presentasi digital untuk menunjukkan produk tulisan teks deskriptif mereka. Peserta didik menuju station 4 untuk mengetahui tugas mereka. Kemudian mereka boleh memilih untuk bekerja individu, berpasangan atau berkelompok dan menyunting teks deskriptif yang telah mereka susun. Pendidik memastikan peserta didik yang bekerja secara individu ini atas kenyamanan sendiri atau ada alasan lain. Pendidik memberi bantuan yang diperlukan. Setelahnya, peserta didik menuju stasiun 5, membaca tugas di stasiun 5, lalu berkumpul di tempat yang telah disediakan guru. Guru menyediakan tiga lokasi di kelas, 1 untuk kelompok poster atau iklan, 2 untuk kelompok konvensional yang menulis di buku atau kertas, 3 untuk kelompok multimedia. Learning stations 4 dan 5 dapat dilihat pada Gambar 3. ## Gambar 3 Learning Stations 4-5 Catatan jurnal menunjukkan ada 17 peserta didik yang memilih poster dan iklan. Mereka memanfaatkan canva untuk teks deskriptif yang mereka susun. Ada 11 peserta didik memilih menulis di kertas dan buku mereka dan tujuh peserta didik memilih membuat vt dan ig reel untuk menunjukkan hasil teks deskriptif mereka. Catatan lainnya adalah, setiap peserta didik fokus ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta dengan tugasnya, dan berkelompok dengan mereka yang memiliki interest yang sama. Tidak ada peserta didik yang tidak menyelesaikan tugas hari itu. Pertemuan ke-2 ini diakhiri pemberian motivasi, refleksi dan tes untuk penilaian harian. Indikator keberhasilan penelitian ini berdasar pada (1) Jika nilai hasil belajar dari 70% peserta didik (25 peserta didik) mendapat nilai minimal 75 (tuntas) maka penelitian telah berhasil, (2) Jika partisipasi belajar peserta didik meningkat yang diukur dengan melakukan wawancara dengan peserta didik untuk mendapatkan pandangan mereka tentang partisipasi mereka di kelas serta jurnal reflektif pendidik yang mencatat pengamatan harian tentang partisipasi siswa. Penelitian ini menemukan hasil belajar peserta didik meningkat dengan praktik pembelajaran berdiferensiasi. Tabel 2 menunjukkan nilai yang diperoleh peserta didik dari kondisi pra siklus, siklus 1 dan siklus 2. Tabel 2 Data Penilaian Peserta Didik No Keterangan Jumlah Pra Siklus 1 Siklus 2 1 KKM 75 2 Nilai rata rata 72,35 77,5 83,27 3 Siswa tuntas 17 24 31 4 Siswa tidak tuntas 19 12 5 5 Nilai tertinggi 90 90 100 6 Nilai terendah 40 55 60 7 Prosentase 47,5 67,5 86 8 Kriteria kura ng cuku p Baik Sekali Nilai tes hasil belajar peserta didik sebelum intervensi cukup banyak yang di bawah kriteria ketuntasan, tetapi ada peningkatan setelah intervensi di siklus 1 dan siklus 2 Data ini mengindikasikan adanya perubahan pemahaman peserta didik pada materi deskriptif teks dengan menerapkan praktik pembelajaran berdiferensiasi. Peningkatan hasil belajar peserta didik dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat di lihat dari Gambar 4. ## Gambar 4 Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Dengan merujuk nilai hasil tes di mana pada akhir siklus 2 ada 35 peserta didik yang mendapat nilai minimal 75. Artinya 86% dari jumlah keseluruhan peserta didik telah memenuhi kriteria tuntas. Maka indikator keberhasilan penelitian ini terpenuhi. Kriteria spesifik untuk mengukur partisipasi peserta didik yaitu mengamati kesiapan dan persiapan, keaktifan dalam diskusi dan respon terhadap pertanyaan. Rekapitulasi 0 20 40 60 80 100 120 Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Pra Siklus 1 Siklus 2 ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta partisipasi peserta didik tercatat pada Tabel 3. Tabel 3 Partisipasi Peserta Didik Kriteria Jumlah peserta didik Pra Siklus 1 Siklus 2 Kesiapan dan persiapan 4 13 29 Keaktifan dalam diskusi 8 36 36 Respon terhadap pertanyaan 13 23 34 Tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan jumlah peserta didik yang berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Perubahan partisipasi peserta didik ke arah yang lebih baik dapat juga di lihat dari Gambar 5. Gambar 5 Peningkatan Partisipasi Peserta Didik Dari hasil wawancara kepada peserta didik yang mewakili kelompoknya ditemukan bahwa; (1) peserta didik lebih mudah memahami materi dan mendapat nilai tes yang lebih baik; (2) peserta didik menjadi lebih siap mengantisipasi materi, aktif berdiskusi di kelompoknya dan dapat merespons pertanyaan pendidik karena aktivitas aktivitas dalam pembelajaran ‘mengharuskan’ mereka melakukan itu; (3) peserta didik merespons positif praktik pembelajaran berdiferensiasi, terutama dengan ketersediaan sumber belajar dengan berbagai format, kebebasan memilih merespons tugas juga kebebasan menentukan bekerja baik secara individu, berkelompok ataupun berpasangan. Masukan peserta didik yang perlu dipertimbangkan adalah agar pendidik menyediakan kuis satu hari sebelum tatap muka untuk kesiapan belajar saat pertemuan tatap muka. Akan sangat membantu peserta didik, jika guru menyediakan sumber belajar, video link kuis atau materi yang dapat diakses peserta didik kapan saja. ## Pembahasan Hasil refleksi selama praktik pembelajaran berdiferensiasi pada penelitian ini adalah pendidik ‘harus’ memperhatikan kebutuhan belajar individual setiap peserta didik, termasuk gaya belajar, minat, dan tingkat kesiapan sehingga peserta didik lebih terlibat dan termotivasi karena materi dan kegiatan disesuaikan dengan profil mereka. Sesuai dengan hasil penelitian Roy, A., Guay, F., & Valois ( 2013) bahwa peserta didik yang belajar dengan metode pembelajaran berdiferensiasi menunjukkan tingkat partisipasi yang lebih tinggi dan hasil akademis yang lebih baik. Pada akhirnya membantu tercapainya tujuan pembelajaran. Refleksi selanjutnya adalah untuk keterlibatan aktif semua peserta didik yang lebih tinggi, pendidik 0 20 40 Pra siklus Siklus 1 Siklus 2 Jumlah Siswa Partisipasi belajar peserta didik Kesiapan dan persiapan Keaktifan dalam diskusi Respon terhadap pertanyaan ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta menggunakan berbagai strategi pengajaran, seperti kegiatan kelompok, tugas individual, dan penggunaan teknologi. Partisipasi aktif peserta didik menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam yang berpengaruh positif pada hasil belajar. Selaras dengan penelitian Suprayogi et al., (2017) yang mengevaluasi hubungan antara penerapan strategi pembelajaran berdiferensiasi pendidik dan tingkat partisipasi peserta didik. Hasilnya menunjukkan bahwa pendidik yang menerapkan diferensiasi dalam pembelajaran mereka cenderung melihat peningkatan partisipasi peserta didik, terutama dalam hal diskusi kelas dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Untuk maksimalisasi praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas, diperlukan sumber daya tambahan, seperti variasi sumber pembelajaran, media dan peralatan, dan yang paling penting adalah pelatihan tambahan bagi pendidik mengenai bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Pernyataan ini didukung oleh Smets & Struyven (2020) yang dalam mengeksplorasi efek pelatihan profesional tentang pembelajaran berdiferensiasi pada kualitas guru dan pencapaian siswa. Penelitian mereka menunjukkan bahwa pelatihan yang tepat dapat meningkatkan kemampuan guru untuk melaksanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa Penelitian ini berhasil memperbaiki pembelajaran di kelas peneliti. Tujuan penelitian pun tercapai. Namun, hal ini bersifat spesifik untuk situasi dan konteks kelas peneliti saja. Temuan hasil penelitian tidak bisa digeneralisasi ke situasi atau konteks kelas yang berbeda. ## KESIMPULAN Penelitian mengenai praktik pembelajaran berdiferensiasi untuk meningkatkan hasil belajar dan partisipasi aktif peserta didik ini telah menjawab 3 pertanyaan penelitian, yaitu (1) Penerapan pembelajaran berdiferensiasi membantu meningkat hasil belajar peserta didik. Ada peningkatan hasil belajar yang signifikan dari sebelum penelitian pada kedua siklus. (2) praktik ini telah membantu peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Dari catatan jurnal membuktikan bahwa partisipasi peserta didik meningkat dengan adanya aktivitas dan media yang disediakan guru sebagai upaya pemenuhan kebutuhan belajar peserta didik yang bervariasi. (3) Peserta didik menilai pengalaman belajar mereka secara positif, mereka diberi pilihan yang meskipun belum sangat sesuai, setidaknya mendekati minat dan sesuai profil mereka. Terkait temuan penelitian, ada dua poin utama yang perlu kemukakan oleh peneliti. Pertama, mengenal profil peserta didik dan menghormati peserta didik sebagai individu yang berbeda ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta adalah hal pertama dan utama untuk berhasilnya praktik pembelajaran berdiferensiasi, yang menjadi tugas bukan hanya pendidik tetapi juga tugas pengambil kebijakan dan bahkan staf administrasi di madrasah. Kedua, inovasi yang melibatkan pendidik, peserta didik, dan pengambil kebijakan di madrasah terkait pembelajaran berdiferensiasi sebaiknya didukung dan difasilitasi, salah satunya dengan memberi pelatihan kepada para pendidik tentang bagaimana praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas besar dengan tingkat kemampuan beragam. ## DAFTAR PUSTAKA Aliakbari, M., & Haghighi, J. K. (2014). On the Effectiveness of Differentiated Instruction in the Enhancement of Iranian Learners Reading Comprehension in Separate Gender Education. Procedia - Social and Behavioral Sciences , 98 , 182 – 189. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.03.405 Imbeau, M. B., & Tomlinson, C. A. (2013). Managing a differentiated classroom. Breaking the Mold of Classroom Management: What Educators Should Know and Do to Enable Student Success , January , 11 – 18. Ismail, S. A. A., & Al Allaq, K. (2019). The Nature of Cooperative Learning and Differentiated Instruction Practices in English Classes. SAGE Open , 9 (2). https://doi.org/10.1177/2158244019856450 Magableh, I., & Abdullah, A. (2020). The Effect of Differentiated Instruction on EFL Learners: Teachers’ Perspective. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences , 10 (5). https://doi.org/10.6007/ijarbss/v10-i5/7235 Rovai, A. P. (2002). Development of an instrument to measure classroom community. Internet and Higher Education , 5 (3), 197 – 211. https://doi.org/10.1016/S1096- 7516(02)00102-1 Roy, A., Guay, F., & Valois, P. (2013). Teaching to address diverse learning needs: Development and validation of a differentiated instruction scale. International Journal of Inclusive Education , 17 (11), 1186 – 2104. Saleh, A. H. A. E. (2021). The Effectiveness of Differentiated Instruction in Improving Bahraini EFL Secondary School Students in Reading Comprehension Skills. REiLA : Journal of Research and Innovation in Language , 3 (2), 135 – 145. https://doi.org/10.31849/reila.v3i2.6816 Smets, W., & Struyven, K. (2020). A teachers’ professional development programme to implement differentiated instruction in secondary education: How far do teachers reach? Cogent Education , 7 (1). https://doi.org/10.1080/2331186X.2020.1742273 Suprayogi, M. N., Valcke, M., & Godwin, R. (2017). Teachers and their implementation of differentiated instruction in the classroom. Teaching and Teacher Education , 67 (December), 291 – 301. https://doi.org/10.1016/j.tate.2017.06.020 Suryadi, Asip & Berdiati, I. (2018). Menggagas Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru (1st ed.). Remaja Rosdakarya. Suwartiningsih, S. (2021). Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Tanah dan Keberlangsungan Kehidupan di Kelas IXb Semester Genap SMPN 4 Monta ## Wawasan: Jurnal Kediklatan Balai Diklat Keagamaan Jakarta Tahun Pelajaran 2020/2021. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Indonesia , 1 (2), 80 – 94. https://doi.org/10.53299/jppi.v1i2.39 Tomlinson, C. A., &, & Moon, T. (2014). Assessment in the differentiated classroom. Classroom Management and Assessment , 4 (1), 1 – 5. https://us.corwin.com/sites/default/files/upm-binaries/63569_Chapter_1.pdf Tomlinson, C. A. (2001). How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classrooms (2nd ed.). ASCD. https://rutamaestra.santillana.com.co/wp- content/uploads/2020/01/Classrooms-2nd-Edition-By-Carol-Ann- Tomlinson.pdf
c5c13e95-4a31-4b45-b9d9-89dec8734d3e
https://e-journal.metrouniv.ac.id/tapis/article/download/7523/3460
Volume 7 Number 1, June 2023, page 93-106 Pengembangan Bahan Ajar Sejarah Kebudayaan Islam berbasis Higher Order Thinking Skill di MTS Diniyyah Pasia Ranti Melvarisa 1* , Junaidi 2 , Hidra Ariza 3 1 2 3 Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, Indonesia [email protected] * ## ARTICLE INFO Article history: Received May 17, 2023 Revised May 20, 2023 Accepted June 30, 2023 ## Abstract Learning material of Islamic Cultural History (SKI) in class VII MTs Diniyyah Pasia only came from books which were not relevant to students' needs. Therefore, the development of valid, effective and practical SKI based on Higher Order Thinking Skill (HOTS) teaching materials is absolutely necessary. This study aims to develop SKI teaching materials based on higher order thinking skills. The methodology used in this research is research and development. The development technique uses a case based reasoning system. The series of learning activities use a scientific approach that is integrated with the 2013 curriculum. The learning models used are problem-based learning, contextual-based learning, and comprehensive concept understanding. The teaching materials that have been developed have met the validity test requirements with a test score of 96% based on expert/lecturer assessments. This teaching materials module has a practicality test score of 91.4% and is declared very practical. This teaching material module is also declared effective with a correlation value of 0.78 and has an influence of 78% on improving student learning outcomes. Keywords : Research and Development, Islamic Cultural History, Higher Order Thinking Skills Published by Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah Website http://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/tapis/index This is an open access article under the CC BY SA license https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ ## PENDAHULUAN Peran pendidik profesional dalam pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar peserta didik dan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Pendidik profesional adalah pendidik yang kompeten dalam membangun dan mengembangkan proses pembelajaran yang baik dan efektif sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang pintar dan pendidikan yang berkualitas. Hal tersebut menjadikan kualitas pembelajaran sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam meningkatkan mutu pendidikan terutama menyangkut kualitas lulusan peserta didik. Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2018), dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan kualitas lulusan. Program ini dikembangkan mengikuti arah kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang pada tahun 2018 telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter ## Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah dan pembelajaran berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi atau Higher Order Thinking Skill (HOTS). Peningkatan kualitas peserta didik salah satunya dilakukan oleh pendidik yang berfokus pada peningkatan kualitas pembelajaran di kelas dengan berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Desain peningkatan kualitas pembelajaran ini merupakan upaya peningkatan kualitas peserta didik yang pada akhirnya meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, maka diperlukan sebuah buku pegangan pendidik yang memberikan keterampilan mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas peserta didik. Pengetahuan faktual berisi elemen-elemen dasar yang harus diketahui para peserta didik jika mereka akan dikenalkan dengan suatu disiplin atau untuk memecahkan masalah apapun di dalamnya. Elemen-elemen biasanya merupakan simbol-simbol yang berkaitan dengan beberapa referensi konkret, atau "benang-benang simbol" yang menyampaikan informasi penting. Sebagian besar bahan ajar hanya memuat pengetahuan teoritis saja belum sampai pada pengetahuan faktual. Kelemahan bahan ajar saat ini adalah minimnya pengetahuan prosedural, " pengetahuan mengenai bagaimana " melakukan sesuatu. Hal ini dapat berkisar dari melengkapi latihan-latihan yang cukup rutin hingga memecahkan masalah-masalah baru. Pengetahuan prosedural sering mengambil bentuk dari suatu rangkaian langkah- langkah yang akan diikuti. Hal ini meliputi pengetahuan keahlian-keahlian, algoritma- algoritma, tekhnik-tekhnik, dan metode-metode secara kolektif disebut sebagai prosedur-prosedur. Peneliti membayangkan jika peserta didik hanya mengetahui materi sebatas isi buku saja, akan berakibat pada lemahnya kemampuan peserta didik dalam memproses data-data baru. Dari sisi lain juga mengenai Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara umum sama halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran pribadi seseorang. Penekanan kepada peserta didik untuk lebih sadar dan bertanggung jawab untuk pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri. Perkembangan para peserta didik akan menjadi lebih sadar dengan pemikiran mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka mengetahui kesadaran secara umum, dan ketika mereka bertindak dalam kewaspadaan ini, mereka akan cenderung belajar lebih baik. Menurut Herry Widyastono (2015), bahan ajar merupakan sumber pengembangan potensi menjadi kemampuan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pendapat ini didukung oleh S. Nasution (2011), menurutnya pengalaman belajar merupakan interaksi antara peserta didik dan pendidik sedangkan kurikulum hanyalah program administrasi pendidikan berupa perencanaan, mengorganisir, mengawasi, dan mengevaluasi. Herry Widyastono juga menjelaskan (2015), bahwa interaksi dan program tersebut dipandu oleh bahan ajar yang administratif. Pelaku pendidikan harus menyamakan persepsi kurikulum adalah program pembelajaran. Muhaimin (2018) mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan bentuk kurikulum yang langsung bersentuhan dengan peserta didik. Bahan ajar dibuat sebagai program pembelajaran menjadi kebutuhan bagi PAI. Program pembelajaran PAI yang ada di Indonesia adalah kurikulum Kementrian Agama yang berlaku pada lembaga pendidikan Islam yaitu madrasah. Pembelajaran menggunakan bahan ajar berupa buku peserta didik. Dalam konteks (PAI), saat ini harus menyadari bahwa ada empat trend yang akan dihadapi dan sekaligus merupakan tantangan, yaitu keragaman internal ( internal diversity ), keragaman struktural ( structural diversity ), kemajemukan budaya ( cultural pluralism ), dan kritik ilmu pengetahuan terhadap penjelasan agama yang masih tradisional atau konvensional ( scientific criticism ). Peneliti memiliki pandangan bahwa terdapat tren lain berupa kekuatan global yang hendak membentuk manusia di masa depan, kemajuan IPTEK di bidang informasi serta inovasi-inovasi teknologi yang mempermudah kehidupan manusia, masyarakat yang serba kompetitif, dan meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusia serta kewajiban manusia dalam kehidupan bersama dalam alam demokrasi. Ditambah lagi dengan globalisasi. Peneliti memiliki pendapat bahwa materi yang terdapat dalam bahan ajar sangat bagus namun belum disajikan secara ilmiah dan menarik daya kritis dan berpikir peserta didik. Penyajian bahan ajar secara ilmiah dengan mengembangkanya menjadi produk bahan ajar praktis untuk digunakan seperti buku peserta didik, LKS, modul dan diktat. Peneliti menggunakan pendekatan saintifik dalam mengembangkan bahan ajar SKI menjadi bahan ajar terintegrasi yang relevan dengan kebutuhan belajar peserta didik yaitu Higher Order Thinking Skill . Azyumardi Azra (2002) menyebutkan pengembangan bahan ajar berbasis HOTS ini tentunya membutuhkan kajian mendalam. Berhubung zaman itu terus berkembang, hal ini mulai responsif terhadap tuntutan zaman dan lebih adaptif terhadap kecenderungan global. Seiring perkembanganya kurikulum KEMENAG pembelajaran berbasis buku peserta didik diajarkan dengan pendekatan scientific membutuhkan alokasi waktu yang berbeda dengan substansi yang sama. Adanya beban belajar HOTS ini menuntut pengembangan silabus berdasarkan HOTS pula dan mengembangkanya menjadi bahan ajar yang relevan dan praktis. Menurut Junaidi dan Muhiddinur Kamal (2018), bahan ajar atau materi pembelajaran ( instructional materials ) adalah segala sesuatu pengetahuan, sikap maupun keterampilan yang harus dipelajari seorang peserta didik dalam rangka mencapai kompetensi inti dan kompetensi dasar yang diharapkan dalam pendidikan. Sedangkan jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Menurut Junaidi dan Wedra Aprison (2017), latar belakang lahirnya pendekatan saintifik dan menyebabkan HOTS menjadi sangat dibutuhkan dalam pendidikan adalah upaya melakukan perbaikan kurikulum dengan melahirkan kurikulum 2013. Hasil survey trends in international math and science tahun 2007 menyatakan bahwa hanya 5% peserta didik Indonesia yang mampu berfikir kritis dan melakukan analisa sedangkan kecenderungan peserta didik di Indonesia hanya mampu menyelesaikan soal hafalan berkategori rendah. Pembelajaran Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih mengedepankan penalaran induktif ( inductive reasoning) ketimbang penalaran deduktif ( deductive reasoning ). Penalaran deduktif melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Metode ilmiah menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk merumuskan simpulan umum. ## METODE Penelitian ini berlokasi pada MTs Diniyah Pasia, yang terletak pada kecamatan IV Angkek, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Peneliti melakukan observasi awal pada 5 September 2019 dengan memperhatikan fenomena yang terjadi pada pembelajaran SKI mulai dari pembelajaran, isi proses, dan evaluasi. Peneliti menemukan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, yakni bahan ajar SKI belum dikembangkan sesuai dengan prinsip pengembangan integrasi bahan ajar sehingga dibutuhkan desain khusus untuk mengintegrasikannya dengan pendekatan higher order thinking skill . Menurut Benny A. Pribadi (2011) bahwa pengembangan merupakan rangkaian aktivitas yang dirancang agar dapat memfasilitasi berlangsungnya proses menganalisis dan menghasilkan produk yang efektif dan efisien. Pengembangan yang sukses didesain secara bertahap (sistematik) dan menyeluruh (sistemik). Pengembangan dalam pembelajaran merupakan kegiatan menganalisis kebutuhan peserta didik dan menghasilkan produk yang sesuai dengan kebutuhan. Peneliti berpendapat bahwa proses sistematik dan sistemik dalam merancang aktivitas pengembangan pada umumnya diungkapkan dalam bentuk model desain pengembangan. Sebuah model pada dasarnya menggambarkan urutan langkah atau kegiatan yang dilakukan secara holistik atau menyeluruh untuk menciptakan sebuah proses pembelajaran. Pada penelitian ini menggunakan model pengembangan CBR. Menurut Nusa Putra (2015) bahwa tipe ini merupakan pemecahan masalah baru berdasarkan pengalaman seorang/ individu peneliti yang didasarkan pada penanganan atau eksplorasi berbasis kasus. Penelitian ini melibatkan banyak orang dan dikenal dengan istilah belajar dari pengalaman jika pengalaman tersebut digunakan dengan tepat, akurat dan benar. Model ini, secara garis besar disimpulkan dalam empat fase kegiatan, yaitu: fase studi penelitian ( invention ), fase pembentukan model ( advancement ), fase uji validitas model ( examination trial ), dan fase inovasi produk ( product innovation ). Model CBR ini memiliki enam komponen yaitu: disposition (keterbukaan pandangan), criteria (isi konten dan konteks), argument (pernyataan), reasoning (alasan logis), point of view (sudut pandang), dan applying criteria (prosedur). Peneliti memandang bahwa CBR merupakan konsep pengembangan pembelajaran yang sesuai dengan prinsip high order thinking skill sebagaimana yang dikembangkan saat ini. Kegiatan yang diterapkan melalui bahan ajar tidak hanya membaca, melainkan mengembangkan skill membaca begitu juga menalar dengan sistem high thinking atau critical thinking . Melalui pegembangan bahan ajar menggunakan metode ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk menganalisa dan menerjemahkan fenomena secara ilmiah. Suharsimi Arikunto mengemukakan (2013) dalam konsepnya bahwa penelitian R&D memiliki tiga sistem yaitu sistem linear yang relevan dengan dunia pendidikan, sistem circular yang banyak digunakan pada industri dan sistem random yang sering digunakan dalam bidang teknologi. Dengan memilih sistem linear peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan menggunakan eksperimen sebagai dasar pengerjaanya. Menurut Suharsimi Arikunto (2013), konsep dasar R&D merupakan penelitian yang membutuhkan eksperimen. 3 kata kunci dalam penelitian R&D adalah control, effect, experiment in research and development. Hal ini memberikan indikasi bahwa beberapa metode yang serupa dengan pendekatan model penelitian eksperimen merupakan adopsi mendasar dalam melakukan serangkaian metode penelitian R&D. Peneliti melakukan eksperimen pada kelas yang diteliti dengan menerapkan model bahan ajar yang telah dikembangkan. Peneliti berupaya melakukan inovasi yang sungguh-sungguh baru baik dalam bentuk tampilan bahan ajar dan penggunaannya juga sangat baru dikarenakan pada pesantren yang diteliti belum pernah melakukannya sebelumnya. Peneliti melakukan kegiatan pengembangan ini menggunakan beberapa tahapan kegiatan sesuai yang disampaikan oleh Suharsimi Arikunto (2013) sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Model Pengembangan CBR Populasi dalam penelitian ini adalah semua santri Kelas VII MTs Diniyyah Pasia yang berjumlah 112 orang. Sedangkan untuk sampel, peneliti menggunakan teknik sampel total. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai teknik, seperti observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan tahapan pada model pengembangan CBR, maka hasil yang diperoleh oleh peneliti adalah sebagai berikut: ## Menemukan Ide dan Merancang Ide Potensial Tahapan ini dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara awal kepada waka kurikulum, guru bidang studi, dan santri. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa: 1) dalam proses belajar mengajar membutuhkan adanya bahan ajar berbasis HOTS yang berguna untuk menunjang proses belajar mengajar agar kegiatan belajar mengajar terjadi dalam suasana belajar yang bermutu, bermakna dan menyenangkan. Suasana yang menjemukan dapat ditekan sampai sekecil mungkin dan jika memungkinkan dapat ditiadakan sama sekali dengan menggunakan bahan ajar pembeljaran yang menyenangkan dan menarik; 2) dalam menggunakan bahan ajar berbasis HOTS pendidik itu harus perlu mempersipakan segala materi yang diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar berbasis HOTS. Dengan persiapan yang matang dalam kegiatan belajar mengajar akan menghasilkan pembelajaran yang bermutu dan menyenangkan kemudian dikembangkan agar berkualitas dengan basis komprehensif dan konstruktivis; 3) dalam pembelajaran SKI di MTsS Diniyah Pasia bahwa: tujuan penggunaan bahan ajar berbasis HOTS pada mata pelajaran SKI dapat menciptakan kualitas pembelajaran yang bermutu, bermakna, dan menyenangkan sekaligus menstimulasi daya berfikir krits dan konstruktivis. Dalam menggunakan bahan ajar berbasis HOTS tidak digunakan secara asal-asalan, tetapi melalui perencanaan yang matang agar pembelajaran berlangsung efektif dan efisien sekaligus menajdi paduan bagi pendidik dalam mengimplementasikanya; 4) pendidik sebelum mengajar wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang di dalamnya tertuang bahan ajar yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Selain itu pendidik juga memberikan motivasi yang sifatnya memberi semangat peserta didik dalam belajarnya. Persiapan yang lain menyiapkan bahan ajar berupa LCD proyektor yang akan dipakai dalam kegiatan belajarnya. ## Mengeksplorasi Ide Potensial Dari paparan data hasil wawancara tersebut dapat diketahui, bahwa adanya bahan ajar berbasis HOTS akan mengatasi kesulitan yang terjadi di dalam kelas dan membantu peserta didik untuk memahami materi yang sulit. Pihak sekolah terutama kepala madrasah juga memiliki kebijakan maupun wewenang untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Ustadz/ibu pendidik. ## Mengumpulkan Data Menurut pengamatan peneliti dalam menggunakan bahan ajar berbasis HOTS terutama pada mata pelajaran SKI menunjukkan, bahwa: “pendidik tidak hanya asal menggunakan satu bahan ajar berbasis HOTS saja, namun pendidik juga menggunakan bahan ajar berbasis HOTS yang sesuai dengan sub bab materi yang sesuai. Bahan ajar yang digunakan hanya bahan ajar visual saja dan belum menggunakan bahan ajar power point sebagaimana peneliti ingin melakukan pengembangan. Padahal menurut pengamatan peneliti pendidik bisa menggunakan bahan ajar berbasis HOTS berupa gambar, video, dan power point yang dibantu dengan metode ceramah”. Dari paparan data hasil wawancara dengan Ustadz Syafrudin Nasution tersebut dapat diketahui, bahwa penggunaan bahan ajar berbasis HOTS selain berguna bagi pendidik dan peserta didik untuk membantu dan menyampaikan materi, bahan ajar juga berfungsi untuk membangkitkan motivasi peserta didik. Menggunakan bahan ajar tidak hanya pada mata pelajaran SKI tapi untuk mata pelajaran lain bisa menggunakan bahan ajar pembelajaran. Meski dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan bahan ajar pendidik juga menyelingi dengan metode seperti ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan. Dari paparan data hasil wawancara dengan Ustadz Fauzidri selaku wakil kepesertadidikan tersebut dapat diketahui, bahwa untuk mengembangkan bahan ajar berbasis HOTS pada mata pelajaran SKI harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kegiatan belajar mengajar. Di MTsS Diniyah Pasia mayoritas pendidik menggunakan bahan ajar LCD proyektor dan laptop. Hal ini sangat menunjang pengembangan bahan ajar berbasis HOTS bukan hanya untuk peneliti melainkan untuk seluruh eleman pendidik yang berada pada Madrasah. ## Membuat Design Produk Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, peneliti membuat design produk, dengan catatan sebagai berikut: 1. Cover dibuat dengan menggunakan kalimat yang lugas sehingga menimbulkan asumsi awal yang positif, dan dilengkapi dengan gambar yang menarik minat peserta didik untuk mempelajari bahan ajar tersebut. Warna cover juga soft colour, dan huruf yang digunakan juga menarik. 2. Judul Materi/ Judul bab sesuai dengan judul yang terdapat dalam buku peserta didik. Pada awal bab juga dicantumkan referensi materi buku, halaman materi ini ditemukan dan pada baris ke berapa dalam kitab tersebut. 3. Kompetensi Inti menggunakan Peta konsep tidak mengalami perubahan istilah. 4. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan pendahuluan dimulai dengan salam, motivasi dan (mengamati) dengan istilah al-I’tibar menggunakan bahan ajar gambar dan peserta didik mengisi kolom tanggapan (sebagaimana kegiatan mengamati dalam K-13). Setelah peserta didik menanggapi gambar lalu bahan ajar berbasis HOTS dilanjutkan dengan peserta didik mengutarakan sisi positif dan negatif dari gambar yang telah ditanggapi. 5. Pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan inti. Pendidik membatasi teks kitab tarekh. Pad kitab ini terdapat rincian materi berbasis HOTS sehingga menjadikan peserta didik mampu menganalisa setiap bahan ajar secara detail. Sedangkan materi selanjutnya menggunakan buku peserta didik dan teks berbahasa Indonesia. 6. Pembelajaran dilanjutkan dengan pendidik menjelaskan materi berupa penjabaran, contoh-contoh, dan materi pelengkap, sedangkan peserta didik memperhatikanya, menanyakan hal-hal yang dikeragui dan membuat catatan singkat dari penjelasan pendidik pada kolom yang telah disediakan. ## Melakukan Validasi Design Pada tahapan ini, pakar dan praktisi diminta menilai bahan ajar yang sudah dibuat. Dalam penilaian ini mecakup beberapa aspek yaitu: aspek materi, aspek prosedur penggunaan, dan aspek bahasa yang semuanya itu di rinci dalam aspek : cover bahan ajar, pendahuluan, topik, kompetensi dasar, peta konsep, kegiatan pembelajaran, perintah mengerjakan lembar kerja, tes formatif, dan sumber pengambilan materi yang digunakan. Peneliti memberikan lembar validasi kepada validator. Validator memberikan penilain dan saran perbaikan terhadap bahan ajar yang telah dirancang agar dilakukan revisi sebaik mungkin. Proses penilaian validasi oleh pakar (Dosen) dalam bentuk penyebaran angket penilaian. Hasil penilaian dari validator yang terdiri dari dua orang dosen terhadap bahan ajar berbasis HOTS menyatakan bahwa bahan ajar dinyatakan valid dengan beberapa revisi sehingga dapat diuji cobakan, hasil validasi bahan ajar berbasis HOTS oleh dosen dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Hasil Validasi Bahan Ajar No. Kriteria Bahan ajar Kategori 1 Aspek materi Valid 2 Aspek pembelajaran Valid 3 Aspek desain Valid Tabel 1 menunjukkan bahwa bahan ajar yang dirancang berada pada kategori valid. Nilai validasi dua orang dosen pakar menunjukkan nilai validasi sebesar 96% sehingga bahan ajar yang diujicobakan dapat dilaksanakan setelah diadakan sedikit revisi. Dengan memakai formula Aiken, ## V = ∑s / Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil sebagai berikut ini: (3,9 +3,8)-3 = 4,7 = 0,78 2 (4-1) 6 Berdasarkan penujian tersebut dapat disimpulkan bahawa nilai coefisien sebesar 0,78 > 0,6 maka produk penelitian telah diuji sebagai produk yang valid. Selanjutnya dilakukan praktikalitas bahan ajar terhadap pendidik untuk mendapatkan data respon kepraktisan bahan ajar yang telah divalidasi oleh pakar. Pendidik pada bidang studi SKI memberikan penilaian praktikalitas pada bahan ajar yang telah diterapkan dengan skor 93,5%. ## Melakukan Uji Design Pengujian desain ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama dengan uji praktikalitas. Peneliti memberikan lembaran uji praktikalitas bahan ajar ini kepada pendidik bidang studi SKI. Uji praktikalitas berfungsi untuk menguji kesesuaian desain dengan kemampuan peserta didik dalam menggunakan bahan ajar. Peneliti memaparkan hasil uji praktikalitas tersebut melalui Tabel 2 berikut: Tabel 2. Hasil Uji Praktikalitas No. Evaluator Saran Tindak Lanjut 1 Sri Wahyuni Pembagian kelompok belajar materinya dinaikan tingkat kesulitanya Sudah diperbaiki berdasarkan saran dari Pakar 2 Syafrudin Nasution Bagaimana jika bahan ajar membutuhkan penggunaan kertas yang sama dengan bahan ajar buku saat latihan? Sudah diperbaiki berdasarkan saran dari Pakar Peneliti menyimpulkan berdasarkan hasil uji praktikalitas bahwa dengan menggunakan desain ini bahan ajar dapat dikembangkan sebagai bahan ajar berbasis HOTS yang praktis dengan nilai persentase sebesar 93,5%. ## Formulanya adalah Ƙ = Pr (ɑ) – Pr (e) 1-Pr (e) Nilai Kappa antara -1 s/d 1 Dalam hasil analisis terdapat hasil angket praktikalitas yang dinilai oleh pendidik, hasilnya sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3: Tabel 3. Hasil Angket Praktikalitas Jumlah Soal Praktikalitas dua penilai = 48 butir soal Penilai A Layak Tidak Layak Penilai B Layak 14 4 Tidak Layak 4 17 Maka: Pr (a) = 14 + 17/ 48 = 0,65 Hasil Pengukuran layak oleh: B= 14 + 4/ 48 = 58%, A= 17 + 4/ 48 = 44% Hasil Pengukuran tidak layak oleh: B= 4 + 17/ 48 = 44%, A= 4 + 17/ 48 = 44 % Total perubahan = (58%x44%)+(44%x44%)= 44,8%(36%) Maka hasil uji formula Kappa diperoleh sebagai berikut ini: 0,65-0,58/ 1-0,36=0,54 Peneliti selanjutnya melakukan tahapan uji efektifitas. Uji efektifitas adalah pengujian ketepatan desain yang akan dirancang menjadi bahan ajar dengan alokasi waktu yang tersedia. Peneliti memperkenalkan desain ini kepada peserta didik dan menyebarkan angket kepada peserta didik untuk menguji kemampuan peserta didik menggunakan desain sebelum bahan ajar dibuat menjadi produk massal. Peneliti mendapatkan hasil persentase sebanyak 78% peserta didik menyatakan bahwa desain tersebut dapat mereka gunakan dan fahami jika dijadikan bahan ajar pembelajaran. Pengujian efektifitas juga dilakukan dengan memberikan soal tes kepada peserta didik. Peneliti melakukan pengolahan data menggunakan aplikasi SPPSS versi 16.0 dan diperoleh hasil bahwa terdapat nilai korelasi yang cukup baik sebesar 0.87 dengan kesimpulan bahan ajar ini sangat efektif dan memberikan pengaruh peningkatan hasil belajar sebesar 87% pada peningkatan nilai hasil belajar pada kelas eksperimen. Formulanya adalah N Gain = skor posttest - skor pretest ## Skor Ideal – Skor pretest = 88-76,5/ 78-75= 0,87 ## Melakukan Revisi Design Menjadi Produk Setelah dilakukan validasi design dan uji design, produk direvisi sesuai dengan catatan-catatan revisi, lalu dilanjutkan dengan finalisasi design menjadi produk yang sudah siap untuk dilakukan uji pemakaian. ## Melakukan Uji Pemakaian Dalam uji pemakaian, tahapan kegiatan yang dilakukan peneliti dapat dilihat pada Tabel 4: Tabel 4. Tahapan Kegiatan Uji Pemakaian No. Alokasi Waktu Kegiatan 1 24 September 2020 Melakukan pembelajaran materi ke 1 tentang peristiwa hijrah ke Madinah 2 25 September 2020 Melakukan pembelajaran lanjutan dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan HOTS. Materi dikembangkan menjadi tema peristiwa Gua Tsur 3 1 Oktober 2020 Melakukan pembelajaran lanjutan dilakukan oleh peneliti dengan tema HOTS peristiwa Ikhwaanul Muslimiin 4 8 Oktober 2020 Melakukan pembelajaran materi ke 2 tentang Perang Badar dan Ekspansi Islam Pertama 5 15 Oktober 2020 Melakukan pembelajaran lanjutan dilakukan oleh peneliti dengan tema HOTS pelanggaran strategi perang uhud 6 22 Oktober 2020 Melakukan evaluasi pembelajaran menggunakan bahan ajar power point ## Melakukan Revisi Produk Setelah dilakukan uji pemakaian, maka produk direvisi sesuai dengan catatan- catatan yang diperoleh dalam tahapan uji pemakaian. ## Membuat Produk secara Massal Setelah tahapan revisi produk dilakukan, maka peneliti membuat produk pengembangan bahan ajar berbasis HOTS SKI menggunakan power point secara massal untuk dapat digunakan oleh peserta didik. Kelebihan yang dirasakan dengan penelitian ini adalah menciptakan sebuah rancangan yang mampu menunjang proses pembelajaran. Rancangan tersebut berupa bahan ajar berbasis HOTS SKI. Dengan tidak langsung mengantarkan peserta didik yang mempelajarinya kepada persoalan-persoalan yang muncul terutama terkait dengan materi yang ada. Secara lebih rincinya kelebihan yang dirasakan oleh peneliti dari bahan ajar berbasis HOTS SKI tersebut adalah: 1. Dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan daya ingat dan pemahamannya secara komprehensif dan konstruktivis. 2. Peserta didik lebih aktif saat belajar maka pembelajaran semakin efektif dan efisien karena menaggabungkan materi kitab tarekh dengan bahasan SKI dalam satu proses pembelajaran. 3. Pendidik dapat berperan sebagai pembimbing bukan semata-mata sebagai pengajar. 4. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi seperti untuk meningkatkan motivasi atau gairah belajar peserta didik mengembangkan kemanpuannya dengan berinteraksi langsung dengan bahan ajar pembelajaran. 5. Peserta didik lebih mudah memahami konsep dasar yang terkait dengan materi yang diajarkan, karena didukung oleh gambar-gambar atau bagan - bagan yang mendukung materi yang akan disampaikan serta slide yang berisikan materi singkat dan detail sehingga memudahkan untuk memahami materi dengan cepat. ## KESIMPULAN Modul bahan ajar ini memiliki nilai uji praktikalitas sebesar 91,4% dan dinyatakan sangat praktis. Modul bahan ajar ini juga dinyatakan efektif dengan nilai korelasi sebesar 0,78 dan memiliki pengaruh sebesar 78% terhadap peningkatan hasil belajar santri. Penelitian pengembangan ini telah menghasilkan modul bahan ajar SKI berbasis HOTS. Penelitian ini memberikan gambaran dan masukan kepada pihak Pondok Pesantren untuk terus meningkatkan mutu pembelajaran khususnya pada pembelajaran SKI. Modul ini dikembangkan dapat menciptakan suasana belajar menjadi lebih bermakna dalam situasi yang menyenangkan kemudian memberikan analisis komprehensif terhadap materi. Pengembangan ini tidak hanya dilakukan oleh peneliti tetapi juga ustadz/ ustadzah yang ingin mengembangkan modul ini untuk pembelajaran di sekolahnya masing-masing sebagai kreativitas Pendidik PAI. Penelitian ini memiliki kontribusi terhadap dunia pendidikan baik secara teoritis maupun secara aplikatif. Secara teoritis berkontribusi terhadap pengembangan konsep integrasi bahan ajar pada Pondok Pesantren dengan menggunakan bahan ajar berbasis HOTS dapat menjadi solusi untuk pembelajaran multi analisis dan analisis komprehensif. Sedangkan secara aplikatif pengembangan model bahan ajar ini dapat digunakan untuk menumbuhkan budaya literasi kitab kuning dan menganalisisnya melalui pendekatan saintifik. ## UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada para pihak yang telah ikut berkontribusi dalam terselesainya penelitian ini. ## PERNYATAAN KONTRIBUSI PENULIS Penelitian ini dilakukan oleh RM sebagai peneliti pertama, J sebagai peneliti 2 dan HA sebagai peneliti ketiga. Ketiga peneliti sama-sama memberikan kontribusi tenaga dan pemikiran dalam pengumpulan, pengolahan dan penyajian data hingga tulisan ini dapat diterbitkan. ## REFERENSI Al-Quraanul Kariim, 2018. Departemen Agama Republik Indonesia , Jakarta: Diponegoro. Abbas, Afifi, Fauzi, 2010. Metodologi Penelitian , Ciputat: Adelina Bersaudara. Abd. Halim Soebahar, Abd, 2013. Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonansi Pendidik Sampai UU Sisdiknas , Jakarta: Rajawali Pers. A. Pribadi, Benny, 2011. Model Assure: Untuk Mendesain Pembelajaran sukses , Jakarta: Dian Rakyat. Amar, Imron, Abu, 2013 . Terjemah Khulasat Nurul Yaqin Edisi Revisi , Kudus: Menara Kudus. Abdul Aziz, Amka. 2012. Pendidik Profesional Berkarakter . Bandung: Cempaka Putih Arifin, Zainal, 2011. Konsep dan Model Pengembangan Bahan ajar, Bandung: Rosdakarya. Ali Mudlofir, 2011. Aplikasi Pengembangan KTSP dan bahan ajar dalam Pendidikan Agama Islam, Jakarta: rajawali Pers. Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian , Jakarta: Rineka Cipta. Ali, Muhammad Daud, 2000. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Azra, Azyumardi, 2002. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta: Logos. Aziz, Amka, Abdul, 2012, Pendidik Profesional Berkarakter , Klaten: Cempaka Putih. Baihaqi , 2019. Integrasi Ilmu Ushul, Fiqih dan Tasawwuf dalam Membangun Karakter Mukmin pada Peserta Didik. JRTIE: Journal of Research and Thought of Islamic Education . vol. 2, No. 1. Cortrell, 2011. Developing Effective Analysis an Argument in Higher Education sebagaimana dalam jurnal Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 5 Mei 2018 , New York: Palgrave Mc Millan. Daradjat, Zakiah, 2001. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Bumi Aksara. De Potter, Bobby, 2003. Quantum Learning:Unleashing The Genius In You , Diterjemahkan oleh Alwiyah Abdurrahman, Bandung, Kaifa. Daryanto, 2013. Pembelajaran Tematik Terpadu Terintegrasi , Yogyakarta: Gava Media. Fadillah, M, 2015. Implementasi Bahan ajar 2013 Kajian Teori dan Praktis , Fogarti, Robin, 1991. How To Integrated The Curricula, New York, Columbia University. Gani, Erizal, 2013. Komponen-Komponen Karya Tulis Ilmiah , Bandung: Pustaka Reka Cipta. Hamalik, Oemar, 2010. Manajemen Pengembangan Bahan ajar, Bandung: Rosdakarya. Hariyanto MS, Suyono, 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar , Bandung: Remaja Rosdakarya. Haryati, Mimin, 2007. Model dan Teknik Penilaian Pada Tingkat Satuan Pendidikan , Jakarta, Gaung Persada Press. Hosnan, M, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 , Bogor: Ghalia Indonesia. Idi, Abdullah, 2008. Pengembangan Bahan ajar; Teori dan Praktik, Yogyakarta: Ar- Ruz Media. Jamali, Sarodi, 2008. Metodologi Studi Islam , Bandung: Pustaka Setia. Judiani, Sri. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Melalui Penguatan Pelaksaan Bahan ajar , dalam Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan. 2010. Jakarta: Balitbang Kemendiknas, vol. 16 Edisi Khusus III Kesuma, Dharma. dkk. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktek di Sekolah. 2011. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Koesoema, Doni. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global . 2010. Jakarta: Grasindo. Kontjaraningrat , Metode-metode Penelitian Masyarakat. 1991. Cet: III. Jakarta, Gramedia. Majid, Abdul, 2007. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Pendidik , Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Majid, Abdul dan Dian Andayani, 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Melani, Melyann, 2017. An Integrated Model Of Intensive and Extensive Reading in Teaching Reading For EFL University Students : Current Practice nd Future Possibilities , journal elixir. Muhaimin, 2008. Paradigma Pendidikan Islam : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah , Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E, 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Pendidik , Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Musfah, Jejen, 2012. Pendidikan Holistik: Pendekatan Lintas Perspektif, Jakarta; Kencana prenada Media Group. Nasar, 2006. Merancang Pembelajaran Aktif dan Kontekstual Berdasarkan “SISKO” 2006 , Jakarta: PT Gramedia Widiasarana. Nasution, S, 2011. Asas-Asas Bahan ajar , Jakarta: Bumi Aksara. Nizar, Syamsul, 2005. Sejarah dan Pergolakan Pemikiran Pendidikan Islam Potret Timur Tengah Era Awal dan Indonesia, Jakarta: Quantum Teaching. Nurdin, Syafruddin, 2010. Pembinaan dan Pengembangan Bahan ajar, di Sekolah, Madrasah dan PerPendidikan Tinggi, Jakarta: Quantum Teaching. Nurdin, Syafruddin dan Adriantoni, 2016. Bahan ajar dan Pembelajaran , Jakarta: Rajawali Pers. Prastowo, Andi, 2014. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif , Yogyakarta: Diva Press. Putra, Nusa, 2015. Research and Development Penelitian dan pengembangan Suatu Pengantar , Jakarta: Raja Grafindo Persada. R Borg Walter, Meredith D Gall, 2003. Educational Research: an Introduction, Boston: Longman Pearson. Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur . Jakarta: Kencana. Sanjaya, Wina, 2013. Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur , Jakarta: Kencana. Sitepu, Penulisan Teks Pelajaran , 2012. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak Peran Moral, Intelektual, Emosional, dan Sosial sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. 2006. Jakarta: PT Bumi Aksara. Sudjana, Nana dan Awal Kusumah, Proposal Penelitian di PerPendidikan Tinggi. 2000, Bandung: PT Sinar Baru Algensindo. Soebahar, Halim, Abdul, 2013. Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonansi Pendidik Sampai UU Sisdiknas , Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana, Nana, 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar , Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suparno, Paul, 2001. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget , Yogyakarta: Kanisius. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya. Thobroni, M, 2015. Belajar dan Pembelajaran , Yogyakarta: Ar-Ruz Media. Trianto, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif , Jakarta: Kencana. Usman, Husaini. Metodelogi Penelitian Sosial. 1996. Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara Widyastono, Herry , 2015. Pengembangan Bahan ajar Di Era Otonomi Daerah , Jakarta, Bumi Aksara. William, Anthony, 2010. Teaching In a Digital Age dalam jurnal prosiding seminar Nasional Pendidikan Pangkep 5 Mei 2018 , Contact North: CN Research Association. Wahyuni, Sri dan Abd. Syukur Ibrahim, 2012. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Berkarakter . Bandung: Refika Aditama. Zubaedi, 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan . Jakarta: Kencana. Copyright Holder : © Ranti Melvarisa, Junaidi Junaidi, Hidra Ariza, (2023). First Publication Right : © Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah This article is under: CC BY SA
2084406b-2e25-4081-b7cc-673c87298ec6
https://ojs.stkippgri-lubuklinggau.ac.id/index.php/JB/article/download/1614/863
## STUDI KEANEKARAGAMAN MIKROALGA DI SUNGAI DAN DANAU BENGKULU SEBAGAI BIOINDIKATOR PERAIRAN Oktaria Silviani 1 *, Bhakti Karyadi 1 , Sipriyadi 1 , Dewi Jumiarni 2 , Abdul Rahman Singkam 2 1 Pascasarjana Pendidikan IPA Universitas Bengkulu, 2 Pendidikan Biologi Universitas Bengkulu *Corresponding author, e-mail: [email protected] ## A B S T R A C T This exploratory study aims to analyze the water quality of Selagan River and Tes Lake based on diversity of microalgae. Sampling was done by systematic purposive sampling. Results of study found 38 species (8 classes) of microalgae in Selagan River and 48 species (9 classes) in Tes Lake. The bundance of microalgae at the upstream, middle, and downstream stations of Selagan River were 3714 ind/ml, 105 ind/ml, and 315 ind/ml, with diversity index 0.25; 1.93; and 1.72. The microalgae dominance index in river is 0.95; 0.58; and 0.75 low to high criteria. The evenness index value for each station is 0.09; 0.78; and 0.63 low to high categories. Meanwhile, abundance of microalgae in Tes Lake at the inlet, middle, and outlet stations were 192 ind/ml, 204 ind/ml, and 200 ind/ml, with diversity index of 2.70; 2.55; and 2.05. The microalgae dominance index was 0.10; 0.28; and 0.2 low category. The evenness index value for each station is 0.78; 0.75; 0.64 high category. Conclusion, condition of Selagan River at the upstream station is classified as heavily polluted, the middle and downstream stations are classified as clean. Meanwhile, condition of Tes Lake is clean and shows normal tolerance range for microalgae life. Keywords : Microalgae, Selagan River, Tes Lake, Bioindicator ## PENDAHULUAN Perairan merupakan satu kesatuan antara komponen-komponen biologi, kimia, dan fisika dalam suatu media air pada wilayah tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi dan saling berpengaruh terhadap perubahan satu sama lain (Basmi, 2000). Perairan sebagai bagian permukaan bumi secara permanen digenangi oleh air, baik air laut, air payau, maupun air tawar. Perairan tawar merupakan lingkungan perairan yang terletak di daratan dan umumnya lebih tinggi dari permukaan laut (Utomo & Chalif, 2014). Perairan tawar dibedakan menjadi dua kategori, yaitu sistem lentik (tergenang), seperti danau dan sistem lotik (mengalir), seperti sungai. Sungai merupakan saluran terbuka yang terbentuk secara alami atau buatan di atas permukaan bumi yang menampung dan mengalirkan air dari bagian hulu menuju ke hilir dan muara (Junaidi, 2014). Sungai di Indonesia tersebar di seluruh pulau, termasuk pulau Sumatera. Berdasarkan data BPDAS (2018) wilayah Sumatera memiliki 3.459 Daerah Aliran Sungai (DAS). Salah satu provinsi yang berada di pulau Sumatera adalah Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki 86 DAS (BPDAS, 2018) diantaranya adalah Sungai Ketahun dan Sungai Selagan. Sungai Ketahun sebagai sungai terbesar di Provinsi Bengkulu dimanfaatkan sebagai aliran irigasi dan pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pemanfaatan air untuk PLTA Tes berasal dari bagian hilir Sungai Ketahun yang sumber airnya berasal dari Danau Tes. Danau Tes berada pada Sub DAS Ketahun hulu (Usman & Suhartoyo, 2021). Danau Tes mengalami alih fungsi lahan, berupa galian batu dan pasir, aktivitas pariwisata, aktivitas nelayan, serta tempat kerambah ikan. Kawasan aliran Sungai Ketahun juga dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan sawit, pertambangan batu baru, serta pembuangan limbah tambang emas. Hal sama terjadi pada Sungai Selagan yang dialih fungsikan sebagai tempat Mandi Cuci Kakus (MCK), memancing, bahkan pembuangan sampah. Bantaran Sungai Selagan juga dimanfaatkan untuk perkebunan sawit dan persawahan. Aktivitas- aktivitas tersebut berdampak pada perubahan struktur ekosistem, terutama biota- biota yang hidup pada sungai dan danau tersebut. Salah satu biota yang mendiami sungai dan danau adalah mikroalga. Rosmawati (2011) juga menyebutkan bahwa jenis biota terbanyak pada perairan tawar adalah alga atau ganggang. Bertolak dari fenomena tersebut, dampak terhadap kualitas perairan sungai maupun danau dapat ditinjau dari kelimpahan dan komposisi organisme akuatik, salah satunya mikroalga. Mikroalga memiliki respon yang cepat terhadap perubahan lingkungan. Kombinasi antara faktor fisika kimia lingkungan akan menghasilkan komunitas mikroalga yang berbeda. Faktor fisika kimia, seperti cahaya, suhu, pH, kedalaman dan kecerahan, oksigen terlarut (DO), dan padatan tersuspendi (TDS) merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi keanekargaman, kelimpahan, dan dominansi biota, termasuk mikroalga di suatu perairan. Penelitian Kalor & Paiki (2017) menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar nitrat dan fosfat di suatu perairan, maka semakin tinggi pula kelimpahan mikroalganya. Keberadaan mikroalga bisa dijadikan sebagai pantauan terhadap kondisi dan keberlangsungan ekosistem perairan (Pelczar & Chan, 2008). Mikroalga dapat dijadikan sebagai indikator kualitas perairan karena memiliki siklus hidup yang pendek dan respon yang sangat cepat terhadap perubahan lingkungan (Nugroho, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa mikroalga memiliki fungsi ekologis yang sangat menentukan stabilitas ekosistem perairan. Perubahan lingkungan yang kurang menguntungkan akan menyebabkan penurunan keragaman spesies, jumlah kelimpahan individu, dan menyebabkan dominansi mikroalga tertentu. Jukri & Emiyati (2013) menyatakan bahwa adanya dominansi mikroalga pada perairan dapat dijadikan sebagai bioindikator perairan. Oleh karena itu, mikroalga dapat digunakan sebagai parameter kualitas suatu perairan. Selain itu, kelimpahan mikroalga pada suatu perairan juga dapat dijadikan patokan tingkat kesuburan suatu perairan. Tingginya keberadaan spesies tertentu dapat menjadi indikator perairan yang bersih atau tercemar. Penelitian terkait mikroalga di Bengkulu telah dilakukan oleh Rasyid et al. (2018) di Sungai Hitam, menunjukkan bahwa Sungai Hitam telah mengalami pencemaran bahan organik dan anorganik ringan. Penelitian lain oleh Jumiarni et al. (2019) di Sungai Bengkenang, menunjukkan bahwa hulu sungai mengalami pencemaran sangat ringan, sedangkan bagian tengah an hilir sungai telah mengalami pencemaran bahan organik cukup berat. Data tersebut menunjukkan bahwa perairan Bengkulu memiliki potensi keragaman mikroalga yang dapat dijadikan sebagai bioindikator. Akan tetapi, hingga saat ini belum ada penelitian terkait mikroalga di Sungai Selagan dan Danau Tes. Hal ini berarti belum adanya data konkrit terkait pencemaran pada perairan tersebut ditinjau dari komposisi mikroalga. Mengingat mikroalga berperan sebagai salah satu parameter ekologi yang dapat memberikan gambaran keadaan perairan dan merupakan produsen primer di rantai makanan ekosistem perairan (Samudra et al., 2013), maka perlu dilakukan penelitian keanekaragaman mikroalga di lokasi tersebut sebagai langkah awal pengelolaan sungai maupun danau danau. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas Sungai Selagan dan Danau Tes ditinjau dari komposisi mikroalga sebagai bioindikator perairan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi barometer kualitas Sungai Selagan dan Danau Tes saat ini. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjadi langkah pengelolaan sungai maupun danau agar terjaga kualitas airnya. ## METODE Penelitian dilakukan pada dua lokasi, yaitu di Sungai Selagan pada bulan Februari 2020 dan di Danau Tes pada bulan Februari 2022. Metode yang digunakan adalah eksplorasi. Penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan secara systematic purposive sampling. Penentuan lokasi sampling bertujuan agar titik pengambilan sampel dapat mewakili keseluruhan bagian Sungai ataupun Danau. Pengambilan sampel di Sungai Selagan ditentukan tiga stasiun, yaitu hulu (Lubuk Bangko), tengah (Lubuk Sahung), dan hilir (Tanah Rekah) (Gambar 1.a). Sedangkan penelitian di Danau Tes ditentukan tiga stasiun yaitu inlet (Suka Sari), tengah (Kutei Donok), dan outlet (Tes) (Gambar 1.b). Pengambilan sampel mikroalga dengan teknik filtering menggunakan plankton net nomor 10 sebanyak 100 liter. Penyaringan dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap stasiun. Hasil saringan air dimasukkan dalam botol sampel 100 ml dan ditambahkan formalin 4% sebanyak 3 tetes. Pengamatan morfologi mikroalga menggunakan mikroskop trinokuler. Hasil pengamatan diidentifikasi berdasarkan beberapa referensi, seperti Easy Identification of the Most Common Freshwater Algae, Freshwater Algae, How to Know the Freshwater Algae, dan sumber artikel lainnya. Data hasil identifikasi dianalisis secara deskriptif kualitatif meliputi kelimpahan, indeks keanekaragaman, indeks dominansi, dan indeks kemerataan. Data kelimpahan mikroalga dianalisis menggunakan metode sapuan Sedgwick Rafter Counting Cell (SRCC). Indeks keanekargaaman dianalisis menggunakan indeks Shannon-Wiener. Indeks dominansi dianalisis menggunakan indeks dominansi Berger-Parker. Sedangkan indeks kemerataan dianalisis menggunakan indeks kemerataan ( Evenness ) menurut (Ludwig et al., 1988). (a) (b) Gambar 1. (a) Titik Stasiun Sungai Selagan, (b) Titik Stasiun Danau Tes ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian di Sungai Selagan diperoleh 8 kelas mikroalga yang terdiri atas 38 spesies (Tabel 1). Sedangkan di Danau Tes diperoleh 9 kelas mikroalga yang terdiri atas 48 spesies (Tabel 2). Hasil analisis parameter ekologis keragaman mikroalga yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 1. Keanekaragaman Mikroalga di Sungai Selagan No. Kelas Jumlah (Ind/ml) 1 2 3 Chlorophyceae 1. Kirchneriella acuminata 8 2. Monoraphidium circinale 177 3. Scenedesmus quadricauda 3576 4. Scenedesmus dimorphus 4 5. Oedogonium sp 4 6. Chlamydomonas sp 4 7. Westella botryoides 4 Bacillariophyceae 8. Navicula gregaria 20 9. Sellaphora pupula 4 10. Surirella robusta 4 11. Gomphonema acuminatum 8 12. Synedra acus 4 13. Pinnularia sp 8 14. Tabellaria fenestrate 5 15. Cocconeis plasentula 4 16. Gyrosigma acumninatum 4 17. Fragilaria pennsylvanica 8 18. Fragilaria sp 4 19. Nitzschia microcephala 8 Mediophyceae 20. Cyclotella meneghiniana 8 6 14 21. Stephanodiscus sp 4 Dinophyceae 22. Glenodinium sp 4 Cyanophyceae 23. Microcystis aeruginosa 30 50 24 24. Microcystis wesenbergii 4 25. Merismopedia punctata 16 26. Oscillatoria rubescens 12 27. Chroococcus turgidus 24 28. Coelosphaerium sp 4 Trebouxiophyceae 29. Botryococcus sp 4 30. Chlorella sp 12 20 Zignematophyceae 31. Closterium moniliferum 4 32. Spirogyra hyalina 4 Euglenophyceae 33. Trachelomonas sp 4 34. Euglena acus 4 35. Euglena spirogyra 4 4 4 36. Euglena splendens 4 37. Phacus pyrum 4 38. Phacus triqueter 4 Total Individu 3714 105 315 Tabel 2. Keanekaragaman Mikroalga di Danau Tes No. Nama Jumlah (Ind/ml) Inlet Tengah Outlet Chlorophyceae 1. Golenkinia sp 12 56 16 2. Chlamydomonas reinhardtii 12 56 40 3. Scenedesmus quadricauda 16 4. Tetraedron triangulare 4 5. Oedogonium sp 8 6. Monoraphidium griffithii 4 7. Monoraphidium mirabile 4 8. Stigeoclonium sp 4 Cryptophyceae 9. Cryptomonas ehrenberg 12 Bacillariophyceae 10. Nitzschia linearis 4 8 11. Nitzschia gracilis 4 12. Nitzschia palea 12 13. Eunotia pectinalis 8 4 40 14. Diploneis littoralis 4 4 15. Surirella robusta 8 16. Surirella linearis 4 17. Gomphonema olivaceum 4 18. Synedra ulna 4 12 19. Synedra acus 8 20. Pinnularia subcapitata 8 21. Pinnularia viridis 8 4 22. Pinnularia acrosphaeria 4 23. Tabellaria flocculosa 4 24. Achnanthes lanceolata 20 25. Navicula cuspidata 4 26. Navicula transitans 4 27. Navicula subtilissima 4 28. Diatoma vulgaris 8 29. Fragilaria tenera 4 8 30. Fragilaria crotonensis 4 8 31. Fragilaria pennsylvanica 4 32. Cymbella affinis 8 16 33. Epithemia gibba 4 34. Frustulia saxonica 4 35. Craticula acidoclinata 4 36. Ulnaria ulna 8 Mediophyceae 37. Eunotogramma laeve 4 38. Stephanodiscus hantzchii 4 Cyanophyceae 39. Microcystis aeruginosa 12 32 8 40. Merismopedia punctata 4 41. Anabaena circinalis 4 Trebouxiophyceae 42. Chlorella vulgaris 4 Zignematophyceae 43. Closterium cornu 8 16 44. Closterium acerosum 8 Concinodiscophyceae 45. Melosira varians 4 Euglenophyceae 46. Trachelomonas hispida 4 ## Tabel 2. Keanekaragaman Mikroalga di Sungai Selagan Tabel 3. Parameter Ekologis Keragaman Mikroalga di Sungai Selagan Aspek Ekologis Stasiun Hulu Stasiun Tengah Stasiun Hilir Kelimpahan (Ind/ml) 3714 105 315 Indeks Keanekaragaman (H’) 0,25 1,93 1,72 Indeks Dominansi (Pmax) 0,95 0,58 0,75 Indeks Kemerataan (E) 0,09 0,78 0,63 Tabel 4. Parameter Ekologis Keragaman Mikroalga di Danau Tes Aspek Ekologis Stasiun Inlet Stasiun Tengah Stasiun Outlet Kelimpahan (Ind/ml) 192 204 200 Indeks Keanekaragaman (H’) 2,70 2,55 2,05 Indeks Dominansi (Pmax) 0,10 0,28 0,2 Indeks Kemerataan (E) 0,78 0,75 0,64 Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa kelimpahan mikroalga pada ketiga stasiun secara berurutan adalah 3714, 315, dan 105 Ind/ml (Tabel 3). Kelimpahan mikroalga tertinggi ditemukan pada stasiun hulu, yaitu sebanyak 3714 Ind/ml. Stasiun hulu memiliki kondisi yang mendukung hidup dan pertumbuhan mikroalga. Stasiun ini berada dekat pemukiman dengan pengaruh berbagai aktivitas masyarakat sekitar, seperti membuang sampah ke sungai, menggembala ternak, dan penggunaan detergen. Aktivitas menggembala ternak di pinggiran sungai diduga berperan menambah kesuburan sungai dengan jatuhnya kotoran sapi yang menjadi zat hara bagi pertumbuhan mikroalga. Kotoran sapi mengandung unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium. Nitrogen dan fosfor merupakan unsur esensial dalam pertumbuhan mikroalga. Nitrogen amonium merupakan unsur yang disukai oleh mikroalga sebagai sumber nutrien (Ding el al., 2020). Kelimpahan mikroalga terendah ditemukan pada stasiun tengah, yaitu sebanyak 105 Ind/ml. hal ini kemungkinan karena kondisi habitat stasiun tengah kurang mendukung bagi kehidupan mikroalga. Stasiun ini memiliki tingkat kecerahan terendah, yaitu sebesar 82 cm. rentang nilai kecerahan 0,25-1 m termasuk dala perairan keruh (Arthington, 1980). Selain itu, pengambilan sampel di stasiun tengah dilakukan pada cuaca yang mendung diduga mempengaruhi kelimpahan mikroalga. intensitas cahaya matahari yang rendah dapat mengakibatkan penurunan jumlah mikroalga. Hutabarat & Evans (1985) menyatakan bahwa cahaya matahari merupakan faktor yang dibuuhkan oleh mikroalga dalam proses fotosintesis. Semakin sedikit intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan, maka jumlah mikroalga juga akan berkurang. Keanekaragaman mikroalga di Sungai Selagan secara umum berada pada kondisi tekanan ekologis sangat rendah hingga sedang. Hal ini ditunjukkan oleh nilai H’ yang berk isar antara 0,25-1,93 dengan indeks dominansi bekisar antara 0,58-0,95 dan indeks kemerataan berkisar antara 0,09-0,78 (Tabel 3). Indeks keanekaragaman tertinggi berada pada stasiun tengah sungai, yaitu sebesar 1,925 dengan indeks dominansi sebesar 0,58 dan indeks kemerataan 0,78 (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa stasiun tengah tergolong memiliki kategori keanekaragaman dan jumlah individu tiap spesies sedang, ekosistem cukup stabil, serta keadaan perairan tercemar No. Nama Jumlah (Ind/ml) Inlet Tengah Outlet 47. Euglena gracilis 8 8 48. Cryptomonas ehrenberg 4 Total individu 192 204 200 ringan. Stasiun tengah berada sedikit jauh dari pemukiman, sehingga aktivitas masyarakat sekitar sungai tergolong rendah. Oleh sebab itu, kestabilan ekosistem pada tengah sungai dikategorikan cukup baik. Hal ini juga didukung oleh indeks kemerataan tertinggi juga berada di stasiun tengah, yaitu sebesar 0,78 dengan kategori tingkat kemerataan tinggi, artinya jumlah setiap spesies merata atau tidak ada spesies dengan jumlah yang mendominansi. Hasil analisis juga menunjukkan indeks dominansi terendah berada di stasiun tengah, yaitu sebesar 0,09 dengan kategori dominansi rendah. Artinya tidak ada spesies yang mendominasi pada stasiun ini. Indeks keanekaragaman terendah ditemukan pada stasiun hulu, yaitu sebesar 0,25 dengan indeks dominansi sebesar 0,95 dan indeks kemerataan sebesar 0,09 (Tabel 3). Berdasarkan nilai-nilai tersebut, mikroalga pada stasiun hulu tergolong memiliki keanekaragaman dan jumlah individu tiap spesies yang rendah, kestabilan komunitas rendah, serta perairan dikategorikan tercemar berat. Keanekaragaman mikroalga yang rendah di stasiun hulu diduga karena adanya keberadaan individu masing-masing spesies yang tidak merata dan terdapat spesies tertentu yang memiliki jumlah kelimpahan relatif tinggi dibandingkan spesies lainnya. Scenedesmus quadricauda (Gambar 2) menjadi spesies yang sangat dominan di stasiun ini dengan nilai kelimpahan sebesar 3576 Ind/ml atau 96,2%. Spesies ini juga hanya ditemukan di stasiun hulu. Keberadaan Scenedesmus quadricauda dapat menjadi petunjuk bahwa stasiun hulu sungai Selagan sudah tercemar. Scenedesmus sp merupakan alga hijau yang menjadi bioindikator dari lingkungan air yang sedang mengalami stress. Bellinger & David (2010) menyatakan bahwa genus Scenedesmus merupakan spesies spesifik pada perairan eutrofik dan hipertrofik. Alga ini menyukai habitat yang kaya akan unsur hara, seperti nitrat dan fosfat. Hal yang sama dilaporkan oleh Hanin et al. (2016) di Sungai Brangkal Mojokerto yang menemukan dominansi Scenedesmus sp pada stasiun I, II, dan III dengan jumlah total individu mencapai 2.344.710 sel/liter. ## Gambar 2. Scenedesmus quadricauda Hasil analisis data mikroalga di Danau Tes, diketahui bahwa kelimpahan mikroalga pada ketiga stasiun secara berurutan adalah 204, 200, dan 192 Ind/ml (Tabel 4). Kelimpahan mikroalga tertinggi ditemukan pada stasiun tengah, yaitu sebanyak 204 Ind/ml. Stasiun tengah memiliki kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan mikroalga. Stasiun ini berada di wilayah wisata alam, sehingga banyak aktivitas pedagang dan pengunjung, seperti membuang sampah dan limbah domestik ke danau. Pembuangan limbah diduga menjadi penyebab bertambahnya jumlah unsur hara di danau yang berpengaruh terhadap perubahan struktur komposisi mikroalga. Limbah domestik berpengaruh terhadap kualitas perairan karena mengandung unsur nitrat dan fosfat. Seiring dengan penelitian Kalor & Paiki (2017) menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar nitrat dan fosfat di suatu perairan maka semakin tinggi pula kelimpahan mikroalganya. Kandungan nitrat dan fosfat dalam perairan menjadi faktor keberadaan dan pertumbuhan mikroalga (Rumanti el al., 2014). Kelimpahan mikroalga terendah ditemukan pada stasiun inlet, yaitu sebanyak 192 Ind/ml. Namun jumlah ini tidak jauh berbeda dengan stasiun tengah yang memiliki jumlah kelimpahan 200 ind/ml. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi habitat stasiun inlet kurang mendukung bagi kehidupan mikroalga. Pada stasiun ini terdapat aktivitas penambangan pasir oleh masyarakat setempat. Selain itu, daerah inlet juga merupakan muara dari sungai ketahun yang merupakan tempat galian pasir dan batu. Aktivitas ini diduga berdampak pada kerusakan ekologi danau dan menyebabkan terganggunya keanekaragaman hayati di perairan, baik dalam pendistribusiannya maupun kelimpahan spesies yang berada di sekitar pertambangan. (Sukkandarrumidi, 1999) mengemukakan bahwa pengerukan bahan galian, seperti batu, kerikil, maupun pasir berakibat turunnya kualitas dan kuantitas perairan. Kualitas air menurun karena menjadi keruh, sehingga jumlah cahaya yang mampu menembus air sangat sedikit. Berbanding lurus dengan nilai TDS di stasiun inlet yang tinggi, yaitu sebesar 19 ppm yang berpengaruh terhadap kekeruhan air. Hal ini berpengaruh terhadap proses fotosintesis biota air, terutama mikroalga sebagai produsen utama di perairan. Hal ini diduga menjadi penyebab rendahnya kelimpahan mikroalga di stasiun inlet. Keanekaragaman mikroalga di Danau Tes secara umum berada pada kondisi tekanan ekologis sedang. Hal ini ditunjukkan oleh nil ai H’ yang berkisar antara 2,05- 2,71 dengan indeks dominansi berkisar antara 0,10-0,28 dan indeks kemerataan berkisar antara 0,64-0,78 (Tabel 4). Indeks keanekaragaman pada ketiga stasiun danau dikategorikan keanekaraagaman tingkat sedang berdasarkan indeks keanekaragaman Shannon-Wiener. Berdasarkan nilai tersebut, maka kondisi ekosistem Danau Tes berada pada tekanan ekosistem dengan kategori sedang dengan jumlah individu tiap spesies sedang, ekosistem cukup stabil, serta keadaan perairan tercemar ringan. Kono et al. (2021) menyebutkan nilai H’ umumnya berkisar antara 1,5- 4. Nilai H’ yang semakin rendah menunjukkan kondisi ekosistem yang semakin tidak stabil. Indeks keanekaragaman yang diperoleh pada ketiga stasiun Danau Tes memiliki keserasian dengan nilai indeks dominansi dan indeks kemerataan. Indeks dominansi yang berkisar antara 0,10-0,28 dikategorikan dominansi rendah yang artinya tidak ada spesies yang mendominansi, ekosistem stabil, dan tekanan ekologis rendah berdasarkan indeks dominansi Berger-Parker. Lestari et al. (2020) menjelaskan jika nilai indeks dominansi mendekati nilai nol, maka tidak ada spesies yang mendominansi pada perairan tersebut dan menunjukkan bahwa kondisi lingkungan juga relatif baik. Indeks kemerataan yang berkisar antara 0,64-0,78 dikategorikan tingkat kemerataan tinggi. Hal ini berarti penyebaran jumlah individu tiap spesies merata dan tidak ada spesies yang mendominasi. Spesies mikroalga yang paling banyak dan konsisten ditemukan pada kedua ekosistem adalah kelompok Bacillariophyceae , yaitu sebanyak 27 spesies di Danau Tes dan 12 spesies di Sungai Selagan. Penelitian di Perairan Sepempang (Tarigas et al., 2020), Air Terjun Sando (Harmoko et al., 2019), dan Sungai Manna (Dwirastina & Arif, 2015) juga menemukan kelompok Bacillariophyceae sebagai kelompok terbanyak. Dominasi kelas Bacillariophyceae (diatom) di perairan disebabkan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, bersifat kosmopolit, tahan terhadap kondisi ekstrim, mempunyai daya reproduksi tinggi, dan termasuk fitoplankton yang paling mudah ditemukan pada berbagai perairannsebagai indikator pencemaran perairan (Putra & Hasan, 2012; Arifin el., 2015). Diatom mengalami pertumbuhan cepat pada perairan dengan ketersediaan nutrien tinggi. Aktivitas sekitar Sungai Selagan dan Danau Tes, seperti pembuangan limbah rumah tangga berperan penting dalam pertambahan nutrien di perairan tersebut. Keberadaan dan keanekaragaman mikroalga di Sungai Air Selagan dan Danau Tes juga dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia perairan. Pengukuran faktor fisika kimia perairan merupakan salah satu cara untuk mendeteksi kualitas perairan, baik sungai maupun danau. Hasil pengukuran faktor fisika kimia Sungai Air Selagan dan Danau Tes dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Pengukuran Faktor Fisika Kimia Sungai Air Selagan dan Danau Tes No. Parameter Sungai Air Selagan Danau Tes Hulu Tengah Hilir Inlet Tengah Outlet 1. Suhu udara ( o C) 27 32 31 30 28 28 2. Suhu air ( o C) 24 27 27 23 24 26 3. DO (ppm) 11.1 10.5 8.7 19 12,1 19,2 4. pH 7.6 7.7 6.9 8,6 8,2 8 5. TDS (ppm) 14 16.5 13 19 21 22 6. Ketinggian (m) 77 68 5 571 576 581 Parameter lingkungan merupakan faktor pembatas keberadaan dan pertumbuhan mikroalga. Perairan yang tidak tercemar memiliki keanekaragaman jenis biota yang tinggi, sebaliknya perairan tercemar memiliki keanekaragaman biota yang rendah (Astuti et al., 2012). Data hasil pengukuran faktor fisika dan kimia (Tabel 5) menunjukkan bahwa secara umum Sungai Air Selagan dan Danau Tes berada dalam kondisi baik. Nilai suhu, DO, dan pH pada kedua perairan tersebut berada pada kisaran normal. Nilai suhu pada kedua perairan berkisar antara 23-27 o C. (Harmoko et al., 2019) menyatakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan mikroalga adalah 20 o C-30 o C. Nilai DO pada kedua perairan berkisar antara 8,7-19,2 ppm. Angka ini menunjukkan bahwa kedua perairan memiliki kadar oksigen terlarut yang baik untuk kehidupan mikroalga. Apabila kadar oksigen terlarut berada diatas 6,5 ppm, maka perairan tersebut masih dapat menampung organisme akuatik (Hamuna et al., 2018). Tingginya nilai DO pada perairan mengindikasikan bahwa perairan tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui perairan tersebut telah tercemar. Nilai pH pada kedua perairan berkisar antara 6,9-8,6. Jelizanur et al. (2019) mengatakan pH optimum yang tergolong produktif untuk pertumbuhan mikrolaga adalah 4-11. Nilai TDS pada Sungai Air Selagan tergolong normal dengan kisaran antara 13- 16,5 ppm, sedangkan pada Danau Tes tergolong tinggi dengan kisaran antara 19-22 ppm. Tingginya nilai TDS akan mempengaruhi tingkat kecerahan air. Semakin tinggi nilai TDS maka tingkat kekeruhan air juga semakin tinggi yang menyebabkan terhalangnya sinar matahari masuk kedalam perairan untuk proses fotosintesis mikroalga (Sastrawijaya, 2000). Tingginya nilai TDS di Danau Tes disebabkan oleh kandungan limbah domestik, pupuk dari pertanian, serta aktivitas pertambangan pasir dan batu oleh masyarakat setempat yang menyebabkan bertambahnya nutrien ke badan danau. Secara keseluruhan, berdasarkan data hasil analisis parameter ekologis keragaman mikrolaga dan faktor fisika kimia Sungai Selagan dan Danau Tes menunjukkan adanya persamaan dan perbedaan. Secara umum parameter ekologis di kedua ekosistem dikategorikan baik. Namun terdapat perbedaan yang signifikan antara indeks keanekaragaman, indeks dominansi, dan indeks kemerataan di stasiun hulu Sungai Selagan dengan stasiun lainnya baik di Sungai Selagan maupun di Danau Tes. Bagian hulu Sungai Selagan dikategorikan tercemar berat, sedangkan stasiun lainnya masih tergolong bersih berdasarkan komposisi mikroalga yang ditemukan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat pencemaran berat di hulu Sungai Selagan adalah mengurangi aktivitas yang dapat memicu pertambahan unsur hara nitrat dan fosfat ke badan sungai, seperti aktivitas pertanian menggunakan pestisida dan pembuangan limbah domestik. ## SIMPULAN Spesies paling banyak dan konsisten ditemukan di sungai dan danau adalah kelompok Bacillariophyceae. Indeks keanekaragaman mikroalga di Sungai Selagan dikategorikan rendah hingga sedang dengan indeks dominansi berada pada kategori rendah hinggi tinggi, dan indeks kemerataan dikategorikan rendah hingga tinggi. Sedangkan di Danau Tes indeks keanekaragaman tergolong sedang dengan indeks dominansi dikategorikan rendah dan indeks kemerataan dikategorikan tinggi. Perbedaan parameter ekologis pada kedua ekosistem menunjukkan kondisi ekologis yang berbeda ditinjau dari keragaman dan komposisi mikroalga. Perbedaan spesies paling mencolok pada kedua ekosistem adalah Scenedesmus quadricauda. ## REFERENSI Arifin, S. M., Izmiarti, I., & Chairul, C. (2015). Komunitas Fitoplankton di Sekitar Sungai Utama Di Zona Litoral Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat. Natural Science: Journal of Science and Technology, 4 (3), 290-299. https://doi.org/10.22487/25411969.2015.v4.i3.5134 Arthington, A. (1980). The Freshwater Environment. Quennsland: Kelvin Grove College. Astuti, R. P., Imanto, P. T., & Sumiarsa, G. S. (2012). Kelimpahan Beberapa Jenis Mikroalga Diatom Di Perairan Pulau Gumilamo-Magaliho, Halmahera Utara Abundance Of Diatom At The Gumilamo And Magaliho Island, North Halmahera. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 4 (1), 97-106. https://doi.org/10.29244/jitkt.v4i1.7810 Astuti, W., Suripto, S. P., & Japa, L. (2017). Komunitas Mikroalga di Perairan Sungai dan Muara Sungai Pelangan Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Jurnal Biologi Tropis, 17 (1), 76-86. https://doi.org/10.29303/jbt.v17i1.401 Basmi, H. J. (2000). Planktonologi: Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan. Bogor: IPB. Bellinger, E. G., & David, C. S. (2010). Freshwater Algae : identifition and Use as Bioindicators. UK: Wiley-Blackwell. BPDAS. (2018). DAS di Wilayah Sumatera. Yogyakarta: Unversitas Gajah Mada. Ding, Y., Guo, Z., Mei, J., Liang, Z., Li, Z., & Hou, X. (2020). Investigation into the novel microalgae membrane bioreactor with internal circulating fluidized bed for marine aquaculture wastewater treatment. Membranes, 10 (11), 353. https://doi.org/10.3390/membranes10110353 Dwirastina, M., & Arif, W. (2015). Karakteristik Fisika Kimia dan Strutur Komunitas Plankton Perairan Sungai Manna. Limnotek, 22 (1), 76-85. http://dx.doi.org/10.14203/limnotek.v22i1.33 Hamuna, B., Tanjung, R. H., & Maury, H. (2018). Kajian kualitas air laut dan indeks pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di perairan Distrik Depapre, Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16 (1), 35-43. https://doi.org/10.14710/jil.16.1.35-43 Hanin, N. A., Herlina, R. F., & Laily, A. N. (2016). Kualitas Perairan Sungai Brangkal Kabupaten Mojokerto Setelah Tercemar Limbah Kebakaran Berdasarkan Bioindikator Mikroalga. Proceeding Biology Education Conference (hal. 736- 741). Malang: Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Harmoko, H., Lokaria, E., & Anggraini, R. (2019). Keanekaragaman Mikroalga di Air Terjun Sando, Kota Lubuklinggau, Sumatra Selatan. Limnotek: perairan darat tropis di Indonesia, 26 (2), 77-78. http://dx.doi.org/10.14203/limnotek.v26i2.261 Hutabarat, S., & Evans, S. M. (1985). Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press. Jelizanur, J., Padil, P., & Muria, S. R. (2019). Kultivasi Mikroalga Menggunakan Media AF6 Pada Berbagai pH. Jurnal Online Mahasiswa FTEKNIK, 6 (2), 1-5. Jukri, M., & Emiyati, K. S. (2013). Keanekragaman Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan Watubangga Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Mina Laut Indonesia, 1 (01), 12-25. Jumiarni, D., Rani, S., Utomo, A. B., & Singkam, A. R. (2019). Status Kualitas Sungai Bengkenang Ditinjau dari Komunitas Plankton. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Biologi Indonesia XXV. Bandar Lampung. Junaidi, F. F. (2014). Analisis Distribusi Kecepatan Aliran Sungai Musi (Ruas Jembatan Ampera Sampai Dengan Pulau Kemaro). Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 2 (3), 542-552. Kalor, J. D., & Paiki, K. (2017). Nitrate and Phosphate Distribution Related to Fitoplankton Abundance in East Yapen Coastal Water. JFMR (Journal of Fisheries and Marine Research), 1 (2), 65-71. http://dx.doi.org/10.21776/ub.jfmr.2017.001.02.3 Kono, S., Tiopo, A. K., Pasisingi, N., & Kadim, M. K. (2021). Kelimpahan dan Indeks Ekologis Perifiton di Sungai Bone Kabupaten Bone Bolango Gorontalo. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik, 5 (3), 235-244. https://doi.org/10.46252/jsai-fpik-unipa.2021.Vol.5.No.3.137 Lestari, R. D., Apriansyah, A., & Safitri, I. (2020). Struktur Komunitas Mikroalga Epifit Berasosiasi Pada Padina sp. di Perairan Desa Sepempang Kabupaten Natuna. Jurnal Laut Khatulistiwa, 3 (2), 40-47. http://dx.doi.org/10.26418/lkuntan.v3i2.37844 Ludwig, J. A., Reynolds, J. F., Quartet, L., & Reynolds, J. F. (1988). Statistical ecology: a primer in methods and computing (Vol. 1). . Canada: John Wiley & Sons. Nugroho. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Trisakti. Pelczar, M. J., & Chan, E. C. (2008). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Putra, A. W., & Hasan, Z. (2012). Struktur Komunitas Plankton di Sungai Citarum Hulu Jawa Barat. Jurnal Perikanan Kelautan, 3 (4), 313-325. Rasyid, H. A., Purnama, D., & Kusuma, A. B. (2018). Pemanfaatan fitoplankton sebagai bioindikator kualitas air di perairan muara Sungai Hitam Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Jurnal Enggano, 3 (1), 39-51. https://doi.org/10.31186/jenggano.3.1.39-51 Rosmawati, T. (2011). Ekologi Perairan. Jakarta: Hilliana Press. Rumanti, M., Rudiyanti, S., & Nitisupardjo, M. (2014). Hubungan antara kandungan nitrat dan fosfat dengan kelimpahan fitoplankton di Sungai Bremi Kabupaten Pekalongan. Management of Aquatic Resources Journal (MAQUARES), 3 (1), 168- 176. https://doi.org/10.14710/marj.v3i1.4434 Samudra, S. R., Soeprobowati, T. R., & Izzati, M. (2013). Komposisi, Kemelimpahan dan Keanekaragaman Fitoplankton Danau Rawa Pening. Bioma, 15 (1), 6-16. https://doi.org/10.14710/bioma.15.1.6-13 Sastrawijaya, A. T. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta. Sukkandarrumidi. (1999). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Tarigas, M. T., Apriansyah, A., & Safitri, I. (2020). Struktur Komunitas Mikroalga Epifit Berasosiasi Pada Sargassum sp. di Perairan Desa Sepempang Kabupaten Natuna. Jurnal Laut Khatulistiwa, 3 (2), 61-68. http://dx.doi.org/10.26418/lkuntan.v3i2.37932 Usman, M., & Suhartoyo, H. (2021). Danau Tes dalam Pengelolaan Taman Wisata Alam di Hulu DAS (Daerah Aliran Sungai) Ketahun Provinsi Bengkulu. Lake Tes in Natural Park Management in The Upstream Katahun’s Watershed of bengkulu Province. International Lake Environmental Commite (Indonesia- Jepang) Training-Indonesian Lake Conservation Programme , 1-6. Utomo, S. W., & Chalif, S. A. (2014). Praktikum Ekologi. In: Ekosistem Perairan. Jakarta: Universitas Terbuka. Widiyanti, L. D., Iskandar, Z., & Herawati, H. (2021). Distribusi Spasial Plankton di Sungai Cilalawi, Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Limnotek: Perairan Darat Tropis di Indonesia, 27 (2), 117-130. http://dx.doi.org/10.14203/limnotek.v27i2.299
f4db3a89-fb90-4f53-8b08-5e7bc9b1f6d1
https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/jurnalwave/article/download/3358/2810
## Optimalisasi Penempatan Sensor Untuk Pengukuran Distribusi Tekanan Model Kapal Bersayap Mochammad Nasir 1 , Ahmad Syafiul M 1 , Endah Suwarni 1 ## Abstrak Efek fenomena hidrodinamika yang perlu dikaji dalam perancangan operasional proses pendaratan model WISE (Kapal bersayap) di air adalah masalah hydrodynamic impact pada konfigurasi badan ( main hull ) dan pontoon , untuk itu perlu dilakukan uji model proses landing pada model kapal bersayap tersebut. Untuk mengetahui hydrodynamic impact pada main hull dan pontoon model kapal bersayap di pasang beberapa sensor tekanan. Sebelum dilakukan pemasangan sensor perlu dilakukan Simulasi pemodelan dengan menggunakan program komputer dengan menggunakan metode elemen hingga (FEM). Pada simulasi pemodelan ini main hull dan pontoon model kapal bersayap digambarkan dalam bentuk 3 Dimensi. Dari hasil simulasi dapat diperoleh distribusi tekanan yang terjadi pada main hull dan pontoon pada saat model dijatuhkan ke air, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk optimalisai penempatan sensor tekanan pada model kapal bersayap. Kata kunci : Kapal Bersayap, Optimalisasi, hydrodynamic impact, Distribusi tekanan. ## Abstract Assesment of phenomena effect of hydrodinamic in operational landing process of Wise Craft in the water design related to hydrodinamic impact at the main hull is needed, and landing process model test of WISE Craft should be carry out. For the test landing process at the model test should be placed several sensors that used as impact sensor. Prior to the installation of the sensor need to do simulation modeling using the computer program using the finite element method (FEM). On simulation modeling, main hull and pontoon decsribed in the form of 3D. Simulation result can be obtained from the pressure distribution that occurs on main hull and pontoon at the time the model was dropped into the water, so it can be used as a reference for placement optimalization pressure sensor on Wise Craft model. Keywords : Wise Craft, Optimalization, hydrodynamic impact, pressure distribution ## Pendahuluan Sebagai Negara maritim, maka transportasi laut memegang peranan yang sangat penting. Kapal merupakan sarana transportasi laut yang banyak digunakan diseluruh penjuru dunia. Sejalan dengan perkembangan teknologi maka telah dikembangkan bermacam-macam jenis Kapal, baik kapal jenis displasment Hull maupun Planning Hull, mulai dari yang tradisional sampai yang modern. Pada saat ini di beberapa negara telah dikembangkan alat transportasi laut sejenis kapal yang bisa melayang diatas permukaan laut dengan memanfaatkan effek ground. WISE atau Kapal bersayap adalah sejenis kendaraan angkutan barang maupun penumpang yang dapat diklasifikasikan antara tipe hovercraft dan aircraft. Kapal bersayap ini mempunyai kecepatan yang tinggi ( 42 Knots ) dan dapat melayang diatas permukaan air dengan menggunakan efek permukaan air ( Surface effect ) pada ketinggian antara 1 sampai 2 meter diatas permukaan air. Gaya angkat yang bekerja pada kapal bersayap adalah hydro lift dan aero lift . Hydro lift dihasilkan oleh badan kapal bersayap sedangkan aero lift ditimbulkan oleh sayap kapal bersayap , dimana sayap ini dirancang dengan sedemikian rupa sehingga gaya angkat yang dihasilkan tidak seperti pesawat udara, akan tetapi dengan memanfaatkan beda tekanan antara sayap bagian bawah dengan bagian permukaan air. Efek fenomena hidrodinamika yang perlu di kaji dalam perancangan operasional pendaratan kapal bersayap di air adalah masalah hydrodynamic impact pada konfigurasi main hull . Beban impact yang ditimbulkan pada proses tumbukan antara dua media pada pendaratan di air merupakan salah satu fenomena yang menjadi faktor pertimbangan dalam suatu rancang bangun, khususnya pada kekuatan struktur dari material kapal bersayap serta kenyamanan penumpang. Dengan mengetahui respon yang ditimbulkan oleh beban luar, khususnya beban impact air, maka kenyamanan penumpang atau keamanan instrumentasi didalam kapal bersayap bisa semaksimal mungkin dijaga. Dalam rangka untuk mengkaji karakteristik proses pendaratan Kapal bersayap di air, maka perlu dilakukan pengujian proses landing model Kapal bersayap di air. Pada pengujian landing ini perlu dirancang sistem pengukuran distribusi tekanan pada main hull Kapal bersayap, oleh karena itu dibutuhkan beberapa sensor yang digunakan untuk mengukur beban impact air yang terjadi pada main Hull Kapal bersayap pada saat landing di air. Untuk optimalisasi penempatan posisi sensor pada main hull dan pontoon model Wise craft atau kapal bersayap, maka perlu dilakukan simulasi pemodelan dengan menggunakan program komputer ANSYS dengan menggunakan metode elemen hingga (FEM). Pada simulasi pemodelan ini main hull dan pontoon model kapal bersayap digambar kan dalam bentuk 3 Dimensi dengan meng gunakan program komputer Auto Cad 3D . ## Metodologi ## Penelitian ini bertujuan untuk optimalisasi penempatan posisi sensor tekanan pada model WISE Craft atau kapal bersayap yang akan digunakan untuk pengujian model pada saat Landing di air . Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Study literatur. 2. Pembuatan gambar 3 dimensi kapal bersayap. 3. Pemodelan numerik dengan komputer 4. Analisa hasil Simulasi ## Model Kapal Bersayap Pada simulasi pemodelan pengujian proses landing model kapal bersayap ini rencananya menggunakan model kapal bersayap yang pernah digunakan untuk pengujian tahanan model kapal, dimana model ini menggunakan material dari kayu balsa dan dilapis dengan kaca film. Pemilihan bahan model ini karena mempertimbangkan displacement dari model yang akan digunakan untuk pengujian. Model ini menggunakan skala 1 : 9, dengan ukuran prototype seperti pada Tabel 1. ## Tabel 1 Prototype Value Kapal Bersayap Gambar 2. Ukuran Model Kapal Bersayap Dari gambar model tersebut dibuat gambar 3 dimensinya agar dapat digunakan untuk simulasi pemodelan dengan menggunakan program komputer. Gambar 3. Gambar Model 3 Dimensi ## Pemodelan Numerik dengan Program Komputer Pemodelan Numerik dilakukan dengan menggunakan program ANSYS. Desain yang telah di gambar dengan program gambar 3D ditransfer ke program computer perhitungan numerik, kemudian model diperiksa dimensinya dan bentuk geometri untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan geometri dan perubahan ukuran akibat proses transfer gambar 3D tersebut atau tidak. Setelah geometri benar, maka dilakukan pengaturan dan pemberian meshing element pada model, meshing yang digunakan adalah automatic quadrilateral. Lalu disusun boundary condition dan degree of freedom model sebesar 15 derajat, pemberian beban internal berupa berat kapal di lokasi titik berat CG kapal bersayap, kemudian dihitung dan ditempatkan beban-beban force yang bekerja pada model yakni pada daerah hull dan ponton pada model kapal bersayap. Distribusi beban statis pada model ini dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 4. gambar 4 Grafik Pembebanan statik struktural pada Model kemudian ditentukan jenis analisa dan output yang diinginkan. Jenis analisa yang digunakan adalah structural analysis. Hasil output dari pemodelan numerik dengan program komputer dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 5 s/d gambar 6. Tabel 4 Hasil Static Structural Gambar 5 Hasil Simulasi Distribusi Tekanan pd model Gambar 6 Hasil Simulasi Distribusi Tekanan ## pada Pontoon ## Hasil dan Pembahasan Dari hasil simulasi Pemodelan tersebut distribusi tekanan yang terjadi pada hull dan pontoon kapal bersayap tersebut yang dijatuhkan dengan sudut kemiringan saat landing sebesar 15 derajat diketahui besarnya tekanan hampir sama dimana tekanan yang terbesar terletak pada bagian midship sedangkan tekanan yang paling besar pada posisi pontoon kapal sebesar 42790 Pa, tetapi karena faktor kesulitan pemasangan Posisi sensor tekanan, maka penempatan sensor tekanan diletakkan pada model pada posisi yang mudah untuk pemasangan sensor yang dinotasikan sebagai berikut: - F1 : pada area depan midship bagian kanan - F2 : pada area depan midship bagian kanan - F3 : pada area midship bagian kanan - F4 : pada area midship bagian kiri - F5 : pada area belakang midship bagian kanan - F6 : pada area belakang midship bagian kiri - F7 : pada pontoon bagian starboard - F8. : pada pontoon bagian portside. Gambar 8 Sket Posisi Sensor pada Model kapal bersayap Gambar 9 Posisi Penempatan Sensor pada Model ## Kesimpulan Dari hasil simulasi pemodelan numerik yang telah dilakukan dapat diketahui distribusi tekanan yang terjadi pada bagian hull dan pontoon kapal bersayap pada saat di jatuhkan ke air pada posisi jatuh bebas dari ketinggian tertentu. Dengan hasil simulasi pemodelan tersebut maka pemasangan sensor tekanan yang akan digunakan untuk pengukuran distribusi tekanan model kapal bersayap pada saat pendaratan di air akan lebih optimal. ## Daftar Pustaka Saeed Moaveni, (2000), “Finite Element Analysis, Theori and Application with ANSYS, Second Edition, Minnesota State University, Mankato. Chang-Hua Yuan, Yong Lin Ye, “Study on The Space Motion of Wing in Ground Effect Craft”, China Ship Scientific Center-China. Nasir Mochammad (2011), “Sistem Pengukuran Distribusi Tekanan Menggunakan Sensor PVDF Film pada Pengujian Landing Model WISE (Wing In Surface Effect) Craft”.
5848964f-598b-4c49-ae19-484ab1394931
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/907/736
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 2 Tahun 2023 Page 5369-5377 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Pembelajaran IPA Materi Perkembangan Teknologi Produksi Sandang ## Kelas 3 SDN Masangan Kulon Elizah Setia Wahyuni 1 🖂 , Delia Indrawati 2 , Posvita 3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Surabaya Email : [email protected] 1 🖂 ## Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik melalui pembelajaran berbasis proyek (PjBL) kelas 3 SDN Masangan Kulon yang memiliki mayoritas karakteristik gaya belajar kinestetik. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Desain PTK menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan tes uraian. Teknik analisis data yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian berjumlah 24 peserta didik. Pada saat pra siklus rata rata motivasi belajar didapatkan 54,96%. Sedangkan siklus I didapatkan hasil 69,57% dan siklus II didapatkan 77,51%. Kata Kunci: Motivasi, Pembelajaran Berbasis Project, Pembelajaran IPA ## Abstract This research was conducted to increase students' learning motivation through project-based learning (PjBL) for grade 3 at SDN Masangan Kulon, which has the majority of kinesthetic learning style characteristics. This type of research is classroom action research (CAR). The PTK design uses the Kemmis and Mc models. Taggart. Data collection techniques using observation, and description tests. The data analysis technique used is descriptive quantitative. The research subjects totaled 24 students. During the pre-cycle the average motivation to learn was 54.96%. While the first cycle obtained 69.57% results and the second cycle obtained 77.51% Keywords: Motivasion,Project Basic Learning, IPA Learning ## PENDAHULUAN Proses belajar adalah aktivitas pendidik yang terstruktur dalam desain intruksional untuk menjadikan peserta didik belajar secara aktif dan menekankan pada pengelolaan sumber belajar. Pengelolaan sumber belajar salah satunya dengan peningkatan mutu pendidikan. Pengembangan mutu pendidikan berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh satuan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran demi tercapai tujuan yang diinginkan. Kita mengetahui bahwasannya kurikulum di Indonesia mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Saat ini, Indonesia menggunakan 2 kurikulum yakni kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka yang baru baru ini dinaungkan oleh pemerintah. Pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu dengan menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran, sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi siswa (Majid, 2014: 80). Kurikulum 2013 melatih siswa untuk mengeksplore sendiri pengetahuannya mulai dari mengamati hingga dapat mengkomunikasikan baik lisan, tulisan, maupun perbuatan. Merdeka didefinisikan sebagai kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi (Kemdikbud, 2022). Pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum merdeka ini, siswa lebih condong bisa memilih sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk menguatkan kompetensi awal peserta didik. Karena siswa menjadi subjek utama dalam sebuah pembelajaran, faktor keberhasilan dalam pembelajaran salah satunya yakni motivasi. Motivasi belajar mempunyai peranan penting karena tanpa motivasi belajar hampir tidak akan mungkin peserta didik bisa mengikuti aktivitas pembelajaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain faktor dari dalam dan dari luar (Djamarah, 2011: 177). Faktor dari dalam dibedakan menjadi dua yaitu fisiologis dan psikologis. Faktor psikologis terdiri dari minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan aspek kognitif. Faktor dari dalam dibagi menjadi dua yaitu fisiologis dan psikologis. Faktor psikologis terdiri dari minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan kognitif. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwasannya faktor psikologi seperti motivasi belajar mempengaruhi kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran juga berpatokan pada modalitas peserta didik salah satunya adalah gaya belajar menurut Russel (2011: 40) menjelaskan model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran dengan mengadopsi potensi/gaya belajar dengan cara melatih dan mengembangkan secara optimal gaya belajar agar hasil belajar meningkat . Menurut Bloom,dkk (Dimyati & Mudjiono, 2013: 26) terdapat enam jenis ranah kognitif siswa, salah satunya yaitu pemahaman konsep. Salah satu muatan pembelajaran yang dapat mengembangkan pemahaman konsep dengan eksperimen yang melibatkan siswa adalah muatan pembelajaran IPA. Sejalan dengan pendapat Samatowa (2006: 1) bahwa IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam. Dikarenakan IPA erat hubungannya dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan memiliki sifat ilmiah. Berdasarkan observasi dan wawancara guru dan siswa kelas III SDN Masangan Kulon peneliti menemukan berbagai masalah, sebagai berikut. Sebagian peserta didik kelas 3 memiliki gaya belajar berupa kinestetik yang mana peserta didik didik tersebut mampu belajar dengan melakukan, namun dalam pelaksanaan pembelajarannya peserta didik belum terfasilitasi dengan hal tersebut,dikarenakan guru tersebut mengajar dengan metode dan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan modalitas peserta didik. Sehingga motivasi belajar peserta didik menurun selama pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa siswa yang keluar kelas untuk pergi ke kamar mandi saat pembelajaran, siswa mengobrol dengan teman sebangkunya saat guru menjelaskan, dan siswa cenderung pasif dan tidak antusias selama pembelajaran. Peneliti tertarik mengangkat permasalahan tersebut karena motivasi belajar memiliki peranan yang penting dalam pelaksanaan belajar. Dari uraian permasalahan di atas salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh guru adalah menggunakan model pembelajaran yang menarik perhatian siswa dan memfasilitasi siswa dengan modalitas gaya belajar yang dimiliki siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan mendorong siswa untuk aktif dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menjadikan suasana kelas lebih menyenangkan dan menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar, selain itu model pembelajaran berbasis proyek mengajak siswa dalam sebuah proyek yang mana peserta didik bisa mendapatkan kreativitas dan mampu memecahkan masalah . Sejalan dengan pendapat Sani ( 2014: 172) pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melaksanakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk memecahkan permasalahan masyarakat dan lingkungan. Model pembelajaran berbasis proyek berpedoman pada filosofi konstruktivisme. Peserta didik menciptakan konsep sendiri pengetahuan yang telah ditelaah. Metode proyek berasal dari gagasan John Dewey tentang konsep “learning by doing” merupakan prosedur mendapatkan hasil belajar dengan melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu sesuai dengan tujuannya, terutama pada saat prosedur penguasaan siswa tentang bagaimana melakukan aktivitas pekerjaan yang terdiri atas serangkaian tingkah laku untuk mencapai tujuan Hal tersebut menjadikan proses Upaya Meningkatkan Motivasi untuk menggapai pengetahuan menjadi lebih bermakna, sehingga pemahaman konsep siswa akan tertanam erat dalam diri siswa. Selain itu pembelajaran berbasis proyek juga mengharapkan hasil akhir dari pembelajaran adalah suatu produk nyata atau konkret yang sesuai dengan tahapan usia Piaget yaitu operasional konkret. Selain itu model pembelajaran berbasis proyek ini mampu memfasilitasi peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik. Hal ini berbanding lurus dengan kegiatan atau sintaks-sintaks model pembelajaran berbasis proyek yang mengharuskan peserta didik belajar dengan melakukan ( learning by doing) sehingga peserta didik dapat termotivasi dalam belajar sehingga bisa mempengaruhi hasil belajar. Sani (2014: 173) mengatakan bahwa karakteristik model pembelajaran PjBL atau pembelajaran berbasis proyek berfokus pada masalah dan penguasaan konsep pokok dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu untuk meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa kelas 3 SDN Masangan Kulon, peneliti memilih untuk menggunakan model belajar berbasis proyek atau Project Based Learning (PjBL). Hasil penelitian yang relevan dari penenlitian diatas yakni penelitian oleh Novita Purwandari tahun 2015 yang bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan proses IPA siswa kelas IV dengan model pembelajaran berbasis proyek. Adapun keterampilan proses IPA meningkat dari kategori kurang (58,75%) ke kategori baik (84,2%). Hasil belajar rata-rata IPA meningkat dari kategori cukup (72,08) ke kategori baik (84,09). Tuntas belajar klasikal meningkat dari kategori kurang sekali (32,3%) ke kategori sangat baik (90,6%). METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model ini dilaksanakan dalam beberapa siklus hingga kriteria keberhasilan tindakan tercapai. Berikut gambar prosedur rancangan penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988) (Pardjono, 2007). ## Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di semester II pada tema 7 tahun ajaran 2022/2023 pada bulan Maret 2023. Pelaksanaan penelitian dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. ## Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas 3 SDN Masangan Kulon yang berdomisili di desa Masangan Kulon Kecamatan Sukodono Kab.Sidoarjo, Jawa Timur. Sekolah ini berada di tepi jalan raya dan berdampingan dengan kantor kepala desa Masangan Kulon. ## Subyek Penelitian Subyek penelitian ini yakni peserta didik kelas 3 SDN Masangan Kulon tahun ajaran 2022/2023 dengan peserta didik yang berjumlah sebanyak 24 peserta didik. Yang terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 14 peserta didik perempuan. Karakteristik peserta didik di kelas 3 memiliki karakteristik berupa gaya belajar yang sama seperti gaya belajar kinestetik. ## Prosedur Prosedur pada penelitian ini menggunakan dua tahapan tindakan. Skenario tindakan tersebut antara lain perencanaan, tindakan & observasi, dan refleksi. ## 1. Perencanaan Pada tahap ini peneliti berdiskusi dan bekerjasama dengan guru untuk merancang desain pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada pembelajaran tematik bermuatan IPA dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. Instrumen yang perlu disiapkan yaitu angket sikap, tes uraian, lembar observasi, dan mempersiapkan perangkat pembelajaran yang dibutuhkan. ## 2. Tindakan dan Observasi Pada tahap ini guru melakukan tindakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat berupa perangkat dan instrument penilaian yang telah disiapkan. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pengamatan keterlaksanaan pembelajaran dan motivasi belajar siswa. Selama pelaksanaan ini, observasi dapat dilakukan oleh peneliti atau orang lain yang membantu. Teknik observasi ini menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dan motivasi belajar siswa serta mendokumentasikan proses tindakan. Selain itu, digunakan sebagai dasar kegiatan refleksi. Teknik pengambilan data untuk mengukur motivasi dan pemahamn konsep yakni, terdapat skala motivasi dan tes uraian pemahaman konsep. ## 3. Refleksi Pada tahap ini peneliti akan menyaring dan memilah hasil maupun proses dari kegiatan yang telah dilakukan. Peneliti bersama guru menganalisis hasil lembar observasi, skala maupun hasil tes secara bersama-sama. Jika pada tahap I kurang mencapai kriteria keberhasilan, maka peneliti dan guru kelas merpendapat untuk mengadakan siklus II sebagai bahan perbaikan hasil yang diperoleh. ## Teknik Analisis Data Pada penelitian ini akan digunakan teknik analisis data deskriptif kuantitatif. Teknik analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis data observasi penggunaan model pembelajaran berbasis proyek dalam meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi pada siswa dan observasi motivasi belajar. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk memperoleh hasil peningkatan tes uraian pemahaman konsep setelah dilakukan tindakan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN m Pembelajaran pada pra siklus dilaksanakan dengan ceramah dan penugasan. Pada pra siklus diperoleh rata-rata persentase motivasi 69,53%. Hasil skala menunjukkan bahwa secara keseluruhan motivasi belajar siswa dalam kategori sedang. Sedangkan untuk hasil tes pemahaman konsep memperoleh rata – rata 54,96% dan menunjukkan pada kategori rendah. Data yang diperoleh pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar maupun pemahaman konsep siswa kelas V SD Sendangsari. Hasil penelitian mengenai motivasi belajar mengalami peningkatan dari pra siklus 69,57% menjadi 74,87% pada siklus I dengan kenaikan 7,82%. Sedangkan untuk hasil tes pemahaman konsep mengalami peningkatan dari pra siklus 54,96% menjadi 72,71% pada siklus I dengan kenaikan 14,70%. Adapun peningkatan motivasi belajar dan pemahaman konsep dikarenakan siswa telah melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. ## PEMBAHASAN Model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa dapat membuat produk dengan inovasinya sendiri. Pada tahap ini siswa dapat bersaing dengan teman untuk menunjukkan produk dalam bentuk sebaik – baiknya pada proses pameran. Selain itu model pembelajaran berbasis proyek dalam sekali proses. pembelajaran dapat menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan. Pemahaman konsep siswa juga meningkat dengan model pembelajaran berbasis proyek. Dalam pembelajaran berbasis proyek siswa dapat memahami materi secara berulang. Pada saat menentukan ide, merancang proyek dan menyetel proyek, siswa berlatih memecahkan masalah mengenai siklus air serta saat pembuatan proyek siswa dapat memahami kembali materi yang dibuat untuk diwujudkan dalam sebuah produk. Model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan pemahaman konsep dikarenakan siswa dapat memahami materi secara berulang serta dapat menyelesaikan masalah, mengambil keputusan dalam waktu yang singkat. Hal di atas sejalan dengan dengan pendapat Wena (2009: 147) dengan keuntungan pembelajaran berbasis proyek yang yaitu increased motivation atau pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar. Selain itu Sani (2014: 172) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek (PjBL) merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mengerjakan sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat dan lingkungan. Model pembelajaran berbasis proyek atau PjBL melatih siswa untuk menyelesaikan masalah, mengambil keputusan, melakukan investigasi, dan membuat suatu karya untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga dengan menerapkan pembelajaran berbasis proyek pemahaman siswa mengenai konsep dan prinsip akan lebih mendalam. Berdasarkan siklus yang kedua setelah adanya perbaikan pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis proyek terjadi peningkatan baik motivasi belajar maupun pemahaman konsep. Hasil penelitian mengenai motivasi belajar mengalami peningkatan dari siklus I 74,87% menjadi 77,51% pada siklus II dengan kenaikan 2,64%. Sedangkan untuk hasil tes pemahaman konsep mengalami peningkatan dari siklus I 72,71 menjadi 80,10 pada siklus II dengan kenaikan 7,39 dengan diagaram peningkatan dari pra siklus, siklus I, dan siklus II Dikarenakan siklus kedua sudah mencapai kriteria keberhasilan, siklus kedua dihentikan. Peningkatan dikarenakan pada siklus II sudah mengalami perbaikan pada model pembelajaran berbasis proyek. Guru mewajibkan kelompok untuk membagi tugas agar setiap siswa mendapatkan tanggung jawab. Selain itu pameran dilakukan dengan cara presentasi kelompok agar tujuan dari mengkomunikasikan produk dapat tercapai dan siswa dapat lebih paham untuk materi yang dijelaskan oleh kelompok lain. Pada saat persentasi siswa dan guru memberikan tanggapan atau masukan kepada kelompok yang presentasi. Selain itu dengan presentasi siswa lebih termotivasi untuk menampilkan yang terbaik. Hal ini sejalan dengan pendapat Wena (2010: 45) bahwa pada hasil akhir yang berupa produk, dievaluasi kualitasnya. Selain itu Sani (2014: 177) mengatakan bahwa model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam dalam mengelola sumber daya. Back Institute for Education (Wena, 2010: 145) juga mengemukakan bahwa karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan, ## SIMPULAN Model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran tematik tentang materi Teknologi Pangan Sederhana siswa kelas 3 SDN Masangan Kulon . Tahapan proses pembelajaran berbasis proyek dimulai dari tahap memperoleh ide, merancang proyek, menyetel proyek, membuat proyek, dan memamerkan proyek. Model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan motivasi sendiri. Pada tahap ini siswa dapat bersaing dengan teman untuk menunjukkan produk dalam bentuk sebaik – baiknya. Selain itu model pembelajaran berbasis proyek dalam sekali proses pembelajaran dapat menggunakan berbagai variasi metode pembelajaran sehingga siswa tidak mudah bosan. Pemahaman konsep siswa juga meningkat dengan model pembelajaran berbasis proyek. Dalam pembelajaran berbasis proyek siswa dapat memahami materi secara berulang. Pada saat menentukan ide, merancang proyek dan menyetel proyek, siswa berlatih memecahkan masalah mengenai siklus air serta saat pembuatan proyek siswa dapat memahami kembali materi yang dibuat untuk diwujudkan dalam sebuah produk. Perbaikan atau refleksi dilakukan pada beberapa tahap, diantaranya pada tahap pameran. Pelaksanaan pameran terlaksana dengan kurang kondusif dan tujuan dari pameran tidak tercapai. Peneliti melakukan perbaikan atau refleksi untuk tahap pameran dengan cara presentasi setiap kelompok dan kelompok lain memperhatikan dan kemudian dilanjutkan dengan unjuk karya. ## DAFTAR PUSTAKA Dimyati & Mudjiono. (2015). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S. B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Majid, A. (2014). Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset. Pardjono. (2007). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: UNY. Samatowa. (2006). Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.Jakarta: Direktorat Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Sani, R.A. (2014 ). Pembelajaran Saintifik untuk implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. Wena,M. (2010). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
ef457913-ae45-4ef9-bac9-4d94501bd5a6
https://jrpb.unram.ac.id/index.php/jrpb/article/download/241/176
DOI: 10.29303/jrpb.v9i2.241 ISSN 2301-8119, e-ISSN 2443-1354 Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/ ## IDENTIFIKASI JENIS KOPI MENGGUNAKAN SENSOR E-NOSE DENGAN METODE PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Identification of Coffee Types using E-Nose Sensor with Backpropagation ## Artificial Neural Network Learning Method Dwi Dian Novita 1*) , Akhmad Bangsawan Sesunan 1 , Mareli Telaumbanua 1 , Sugeng Triyono 1 , Tri Wahyu Saputra 2 1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Dr. Ir. Sumantri Brojonegoro, Bandar Lampung, Lampung, Indonesia 2 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember Jember, Jawa Timur, Indonesia Email *) : [email protected] atau [email protected] Diterima: Juli 2021 Disetujui: September 2021 ## ABSTRACT Electronic Nose is a tool that can imitate the workings of the human nose. Coffee has several types including robusta coffee, arabica coffee and luwak coffee. Each type of coffee has its own distinctive aroma, so a tool is needed to differentiate it quickly and precisely. This study aims to identify the types of coffee based on the different aromas contained. This study used Lampung's natural robusta coffee beans (coffee 1), natural robusta (coffee 2), semi-wash robusta (coffee 3), natural arabica (coffee 4), fullwash arabica (coffee 5). The research used JST backpropagation method with a network architecture of 1 input, 2 hidden layers, and 1 Output. The best activation function in the JST model training is logsig-logsig-tansig with an RMSE value of 0.003602368 and R 2 of 0.991. The classification results of coffee types using the E-Nose sensor with the JST Backpropagation method showed the percentage of successful identification of 5 types of coffee, that is: 100% natural robusta Lampung coffee, 100% natural robusta coffee, 72% semiwash robusta coffee, 100% natural arabica coffee, and coffee arabica fullwash 100%. Keywords: E-Nose; Artificial Neural Network; coffee; microcontroller ## ABSTRAK Electronic Nose merupakan sebuah alat yang dapat menirukan cara kerja hidung manusia. Kopi memiliki beberapa jenis antara lain kopi robusta, kopi arabika dan kopi luwak. Setiap jenis kopi memiliki aroma khas tersendiri sehingga dibutuhkan suatu alat untuk dapat membedakannya secara cepat dan tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis – jenis kopi berdasarkan perbedaan aroma yang terdapat didalamnya. Penelitian ini menggunakan biji kopi natural robusta Lampung (kopi 1), robusta natural (kopi 2), robusta semiwash (kopi 3), natural arabika (kopi 4), arabika fullwash (kopi 5). Penelitian menggunakan metode JST backpropagation dengan arsitektur jaringan 1 input, 2 hidden layer , dan 1 Output . Fungsi aktivasi terbaik pada pelatihan model JST adalah logsig-logsig- tansig dengan nilai RMSE sebesar 0,003602368 dan R 2 sebesar 0,991. Hasil klasifikasi jenis kopi menggunakan sensor E-Nose dengan metode JST Backpropagation menunjukkan persentase keberhasilan identifikasi 5 jenis kopi, yaitu: kopi natural robusta lampung yaitu 100%, kopi natural robusta 100%, kopi robusta semiwash 72%, kopi arabika natural 100%, dan kopi arabika fullwash 100%. Kata kunci: E-Nose ; Jaringan Syaraf Tiruan; kopi; mikrokontroler ## PENDAHULUAN Kopi merupakan salah satu komoditas hasil perkebunan yang banyak dinikmati di kalangan masyarakat. Produk yang terbuat dari kopi sangat diminati oleh masyarakat sehingga semakin banyak usaha masyarakat yang menyediakan produk olahan kopi. Kopi memiliki beberapa jenis antara lain kopi robusta, kopi arabika dan kopi luwak. Kafein merupakan salah satu kandungan senyawa dalam kopi. Senyawa ini pada kondisi tubuh yang normal memiliki beberapa khasiat salah satunya yaitu merupakan obat analgetik yang mampu menurunkan rasa sakit dan mengurangi demam (Arwangga, et al. , 2016). Kandungan gas amonia, hidrogen sulfida, dan karbonmonoksida pada kopi arabika lebih tinggi dibandingkan kopi robusta (Rabersyah, 2016). Untuk dapat mengenali jenis kopi perlu diketahui perbedaan pada setiap jenis kopi yang ingin diketahui seperti warna, tekstur, aroma dan juga kualitas rasanya (Toko, 2000). Terdapat tiga jenis pemalsuan pada kopi yaitu, pemalsuan dengan mencampur kopi dengan sekam kopi, jerami, jagung dan kedelai, sehingga dibutuhkan suatu teknologi yang dapat mengenali kopi (Briandet, et al. , 1996). Berdasarkan permasalahan tersebut maka dibutuhkan teknologi yang dapat digunakan untuk mengetahui jenis kopi secara cepat dan akurat yang akan diperjualbelikan sehingga mengurangi peluang terjadinya penipuan serta mempermudah mengidentifikasi kopi tersebut. E-Nose dengan metode JST backpropagation merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi jenis kopi secara cepat dan lebih efisien karena bentuknya yang dirancang portable sehingga dapat membantu dalam mengidentifikasi jenis- jenis kopi yang ada di pasaran. Pengembangan E-Nose umumnya menggunakan mikrokontroler sebagai pengolah informasi digital dan analog. Penggunaan mikrokontroler dalam rancangbangun sistem E-Nose disebabkan karena kecepatan akusisi dan pengolahan informasi yang unggul dan stabil. Saat ini, banyak tipe mikrokontroler yang tersemat dalam board arduino. Mikrokontroler pada board Arduino berfungsi sebagai pusat pengolah data atau Central Proccesing Unit (CPU), yang memiliki tugas mengolah semua data masuk dan data keluar. Bagian ini bertugas memeriksa input dari keypad berupa kode dan memberikan perintah ke bagian LED, dan relay (Guntoro & Somantri, 2013) . Kelebihan yang lainnya mikrokontroler dapat mengkonversi sinyal analog menjadi digital (ADC) (Lelono & Chairiawan, 2013). Electronic Nose ( E-Nose ) merupakan sebuah alat yang meniru cara kerja hidung manusia. Electronic Nose disusun oleh beberapa sensor gas yang memiliki fungsi mendeteksi bau/aroma yang meniru struktur larik syaraf penciuman dalam olfaktori manusia. Keluaran E-Nose dapat berupa pola-pola yang mewakili masing- masing bau/aroma sehingga dapat diterapkan untuk identifikasi, perbandingan, kuantifikasi dan klasifikasi berdasarkan aroma (Telaumbanua, et al. , 2021; Baskara, et al. , 2016). Berbagai reseptor yang dapat mengidentifikasi aroma bau terdapat di dalamnya. Reseptor ini fungsinya digantikan oleh sensor pada teknologi E-Nose . Setiap reseptor memberikan respon yang berbeda dari uap aroma yang sama (Kusumadewi, 2004). Perangkat ini telah mengalami banyak pengembangan serta digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri dan lain-lain (Sitohang, 2012). Jaringan Syaraf Tiruan (JST) tercipta sebagai suatu generalisasi model matematis dari pemahaman manusia ( human cognition ) yang didasarkan atas asumsi bahwa pemrosesan informasi terjadi pada elemen sederhana yang disebut neuron. Isyarat mengalir di antara sel saraf atau neuron melalui suatu sambungan penghubung. Sambungan penghubung memiliki bobot yang bersesuaian. Sel saraf merupakan fungsi aktivasi terhadap isyarat hasil penjumlahan berbobot yang masuk kepadanya untuk menentukan isyarat keluarannya (Wuryandari & Afrianto, 2012). JST merupakan salah satu teknik yang banyak digunakan untuk masalah pengenalan karakter dan merupakan classifier yang kuat karena tingkat perhitungan dan keakuratannya yang tinggi (Matondang, 2013). JST tidak diprogram untuk menghasilkan keluaran tetentu. Semua keluaran atau kesimpulan yang dihasilkan oleh jaringan berdasarkan pada pengalaman selama proses pembelajaran (Puspitaningrum, 2006). JST mampu melakukan pengenalan kegiatan berbasis data masa lalu. Data masa lalu akan dipelajari oleh JST dan menghasilkan kemampuan untuk memberikan keputusan terhadap data yang belum pernah dipelajari (Fitryadi & Sutikno, 2016). ## METODE PENELITIAN ## Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah chamber , sensor TGS826 (sensor 1), sensor MQ136 (sensor 2), sensor TGS813 (sensor 3), sensor TGS2602 (sensor 4), Mikrokontroler Atmega 2560, LCD Karakter 16 x 2, Power Supply , kamera, kipas angin dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kopi natural robusta Lampung (kopi 1), robusta natural (kopi 2), robusta semiwash (kopi 3), natural arabika (kopi 4), arabika fullwash (kopi 5). ## Prosedur Kerja Metode yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan model Backpropagation . Prosedur penelitian dimulai dengan mencari sumber pustaka tentang identifikasi jenis kopi menggunakan E-Nose . Proses pengambilan data kopi yaitu dengan meletakan kopi pada chamber yang telah disiapkan, aroma yang akan keluar akan ditangkap menggunakan sensor E-Nose dan diteruskan ke dalam mikrokontroler menjadi sinyal analog yang dikonversi menjadi sinyal digital (Telaumbanua, et al ., 2021). Beberapa jenis kopi yang digunakan antara lain kopi robusta natural, robusta semiwash , arabika natural, arabika fullwash , dan robusta natural Lampung. JST dapat mengolah data yang telah didapat yang berupa sinyal ADC pada setiap jenis kopi. Prosedur kerja alat ini, yaitu biji kopi dimasukkan pada wadah pengujian. Setelah alat diaktifkan, sensor pada wadah pengujian akan melakukan identifikasi aroma biji kopi. Empat unit sensor gas dipasang di dalam wadah pengujian yang berguna untuk mendeteksi aroma biji kopi. Sensor akan terus memonitoring perubahan bau yang terjadi pada wadah pengujian tersebut. Data sensor yang termonitoring kemudian disimpan ke dalam PC pengguna dalam bentuk format .txt. Data tersebut digunakan untuk menjadi data input untuk proses identifikasi menggunakan jaringan saraf tiruan pada software Matlab. Hasil pembelajaran akan terus dilakukan pada proses identifikasi hingga sistem dapat mendeteksi bau kopi yang sesuai berdasarkan input kopi yang diuji. Proses tersebut berakhir saat hasil identifikasi sesuai dengan target yang diinginkan ( Output = Target). Proses ini akan terus menerus berulang hingga didapatkan identifikasi jenis kopi berdasarkan tingkat aroma yang dikeluarkan kopi tersebut yang berhasil dideteksi oleh sensor. JST dirancang dengan mengganti nilai node dan fungsi aktifasi untuk mendapatkan komposisi terbaik dengan melihat R 2 terbesar dan RMSE terkecil. Bobot dan bias akan didapatkan setelah mendapatkan nilai R 2 dan RMSE dari proses JST. Bobot dan bias digunakan sebagai konstanta perhitungan untuk membuat model matematika yang akan diintegrasi ke dalam program arduino untuk melakukan validasi. Validasi merupakan tahap akhir dari penelitian ini yaitu dengan melakukan pengambilan data kembali dengan menggunakan program yang telah didapat dari hasil JST untuk mengetahui tingkat keberhasilan alat dalam mendeteksi kopi. ## Nilai Analog to Digital Converter (ADC) Sensor analog adalah sensor yang menghasilkan sinyal Output analog yang kontinu atau berkelanjutan. Sinyal analog adalah sinyal data dalam bentuk gelombang kontinyu, yang memiliki parameter amplitudo dan frekuensi. Frekuensi adalah jumlah getaran putaran ulang sinyal analog dalam satu siklus lengkap per satuan detik. Nilai ADC adalah nilai sinyal analog yang didapat dari pengubahan nilai masukan data tegangan listrik atau sinyal lainnya menjadi nilai keluaran sinyal digital (angka). ADC banyak digunakan sebagai pengatur proses industri, komunikasi digital, rangkaian pengukuran dan pengujian. Biasanya ADC digunakan untuk perantara antara sensor analog dengan sistem komputer seperti sensor suhu, tekanan, cahaya, berat, atau yang lainnya, kemudian diukur dengan menggunakan sistem digital komputer (Ikhsan, 2018). ## Perancangan Jaringan Syaraf Tiruan (JST) Pada perancangan software dirancang gambaran pemograman sistem dan desain aplikasi yang akan digunakan untuk melakukan perintah-perintah tertentu agar Output sistem dapat bekerja sesuai dengan program yang telah dibuat. Perancangan program ini menggunakan software Matlab. Jaringan Syaraf Tiruan disusun dengan menentukan arsitektur jaringan terlebih dahulu, sebagai langkah untuk mempermudah proses kalibrasi dan validasi identifikasi jenis kopi. Arsitektur jaringan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 . Diagram arsitektur jaringan Perancangan JST terdapat dua proses yang harus dilakukan yaitu proses pelatihan dan proses pengujian. Proses Backpropagation terdiri dari beberapa proses yang dapat di lihat pada Gambar 2 tentang diagram alir dari Backpropagation . Gambar 2. Diagram Prosedur Penelitian X 1 X 3 X 2 A3 A2 A1 Y 1 Input Hidden Layer 1 Output X 3 B3 B2 B1 Hidden Layer 2 Bias A2 Bias A3 Bias A1 Bias B2 Bias B3 Bias B1 Setelah perancangan struktur JST Backpropagation selesai dirancang, langkah selanjutnya adalah perancangan proses pembelajaran JST Backpropagation . Proses pembelajaran dimulai dari perancangan proses training seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3. Proses training backpropagation Setelah proses training di atas terselesaikan, didapatkan nilai bobot input, nilai bobot hidden, dan nilai bobot Output . Proses training dapat membutuhkan waktu yang banyak karena perancangan sistem yang harus mencapai target yang diberikan. Tahapan selanjutnya adalah proses identifikasi setiap jenis kopi. Pada penelitian ini digunakan 5 jenis kopi yaitu: kopi natural robusta Lampung (kopi 1), robusta natural (kopi 2), robusta semi wash (kopi 3), natural arabika (kopi 4), arabika full wash (kopi 5). Proses ini dilakukan dengan mendeteksi aroma tiap jenis kopi sehingga mendapatkan kriteria nilai sensor yang akan menjadi bantuan untuk JST dalam mengidentifikasi jenis kopi. ## Pembentukan Persamaan Matematika dari Model JST yang Dihasilkan Pembentukan persamaan model matematika dilakukan dengan menghitung ulang bobot dan bias yang telah didapatkan dari fungsi aktivasi terbaik dengan ketentuan perhitungan sebagai berikut: 1. Persamaan fungsi aktivasi logsig adalah y = 1/(1+exp(-x)) .......................... (1) 2. Persamaan fungsi aktivasi tansig: y = (1-exp(-2x))/(1+exp(-2x)) ....... (2) 3. Persamaan fungsi aktivasi purelin adalah: y = x .............................................. (3) Penginputan Model ## Persamaan ## Matematika Ke dalam Mikrokontroler Model persamaan matematika yang telah dihitung akan dimasukkan ke dalam mikrokontroler untuk melakukan validasi aktual terhadap setiap jenis kopi. Di dalam program arduino dibuat klasifikasi setiap jenis kopi berdasarkan nilai JST yang didapatkan sehingga dapat mempermudah pengelompokan setiap jenis kopi. ## Rancangan Pengambilan Data Tahapan pengambilan data dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Prosedur Penelitian Backpropagation Training Bobot Aroma Kopi ## Analisis Data Data yang didapatkan dari hasil penelitian akan dianalisis untuk melihat Koefesien Determinan (R 2 ) dan Root Mean Square Error (RMSE). Koefisien Determinan (R 2 ) Besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat ditentukan menggunakan Koefisien Determinasi. Nilai determinasi terletak diantara 0 dan 1. Nilai koefesien determinasi mendekati 1 saat semua nilai obesevasi terletak sangat dekat dengan garis regresi. Nilai koefesien determinasi semakin kecil saat nilai observasi semakin menjauh dan berpencar. Untuk mengetahui seberapa besar nilai koefesien determinasi maka perlu dilakukan pengeplotan grafik antara jenis – jenis kopi menggunakan nilai prediksi sebagai variabel tergantung (Y) dengan nilai validasi sebagai variabel bebas (X) dengan menggunakan software Microsoft Excel (Dewangga & Laksito, 2015). ## Root Mean Square Error (RMSE) RMSE adalah metode alternatif untuk mengevaluasi teknik peramalan yang digunakan untuk mengukur tingkat akurasi hasil prakiraan suatu model. RMSE merupakan nilai rata-rata dari jumlah kuadrat kesalahan, yang juga menyatakan ukuran besarnya kesalahan yang dihasilkan oleh suatu model prakiraan. Nilai RMSE rendah menunjukkan bahwa variasi nilai yang dihasilkan oleh suatu model prediksi mendekati variasi nilai obeservasinya. Akar kesalahan kuadrat rata-rata ( Root Mean Square Error ) merupakan suatu ukuran kesalahan yang didasarkan pada selisih antara dua nilai yang didefinisikan pada persamaan 4. RMSE = |∑ ∑ √ (𝑇̂ 𝑖𝑑 − 𝑇 𝑖𝑑 ) 2 𝑁.(𝑁−1) 𝑑 𝑖 | .............. (4) (untuk i ≠ d) Perhitungan deviasi standar dari selisih kedua nilai tersebut didefinisikan pada persamaan 5. 𝜎 = |∑ ∑ √ (𝑇̂ 𝑖𝑑 − 𝑇 𝑖𝑑 ) 2 𝑁.(𝑁−1)−1 𝑑 𝑖 | ................... ( 5) (untuk i ≠ d) Dapat dilihat bahwa untuk nilai N yang besar, persamaan kedua rumus akan menghasilkan nilai yang bisa dikatakan sama. RMSE bisa disebut sebagai deviasi standar (σ) atau sebaliknya. Indikator RMSE dan σ tidak dapat membandingkan sebuah model yang sama jika diterapkan pada kajian yang berbeda, karena nilai-nilainya tergantung pada ukuran besarnya matriks, T dan sebagainya. Persentase dari akar kesalahan kuadrat rata- rata (% RMSE) dapat didefinisikan sesuai persamaan 6. %RMSE = RMSE 𝑇 1 × 100% ................... (6) Dalam bentuk yang identik koefisien variasi Cv ( coefficient of variation ) didefenisikan melalui persamaan 7 dan 8. 𝐶 𝑣 = 𝜎 𝑇 1 × 100% ................................. (7) 𝑇 1 = 1 𝑁.(𝑁−1) ∑ ∑ 𝑇 𝑖𝑑 𝑑 𝑖 untuk i ≠ d ....... (8) Semakin kecil nilai RMSE, %RMSE, σ, dan Cv berarti hasil estimasi model yang dihasilkan semakin tinggi saat dibandingkan dengan pengamatan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil Perancangan Sensor E-Nose Hasil dari perancangan sensor E-Nose yaitu berupa sensor gas yang diletakkan di dalam kotak akrilik dengan ukuran 15 cm dan ruang chamber dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 22 cm. Gambar 5. Ruang Kendali dan chamber sensor electronic nose Hubungan antara nilai sensor dan jenis kopi Hubungan nilai sensor dengan jenis kopi dapat dilihat pada Gambar 6. Hasil ini menampilkan perbandingan antara nilai sensor (ADC) dengan jenis-jenis kopi. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan empat jenis sensor yang diletakkan di dalam kotak kaca di sekitar biji kopi pengamatan. Terdapat perbedaan rentang nilai pada empat jenis sensor dari setiap jenis kopi. Gambar 6. Hubungan nilai sensor ADC (sumbu y) dengan jenis kopi (sumbu x) Pada jenis kopi pertama rentang nilai sensor ADC 1 antara 389-474, ADC 2 antara 202-301, ADC 3 antara 235-332, ADC 4 471-551. Pada jenis kopi kedua rentang nilai sensor ADC 1 antara 442-547, ADC 2 antara 217-394, ADC 3 antara 233- 351, ADC 4 antara 532 – 607. Pada jenis kopi ketiga rentang nilai sensor ADC 1 antara 386-520, ADC 2 antara 200-249, ADC 3 antara 298-399, ADC 4 antara 529- 617. Pada jenis kopi ke-empat rentang nilai sensor ADC 1 antara 500-597, ADC 2 antara 356-521, ADC 3 antara 267-364, ADC 4 antara 553-637. Pada jenis kopi ke- lima rentang nilai sensor ADC 1 antara 520-636, ADC 2 antara 297-506, ADC 3 antara 304-431, ADC 4 antara 587-670. ## Pengembangan Model Jaringan Syaraf Tiruan Pengembangan model JST dilakukan dengan melakukan 2 langkah yaitu pelatihan dan pengujian. Pelatihan model JST merupakan salah satu langkah dalam melakukan pengembangan model JST. Pelatihan ini merupakan tahapan proses kalibrasi sensor untuk menentukan model JST. Pelatihan model JST dilakukan dengan cara menggunakan Software Matlab. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan input data dari hasil pengamatan untuk diolah menggunakan JST. Pelatihan model JST yang dilakukan menggunakan dua hidden layer dengan node 3-3-1, learning rate 0,001, dan tipe pelatihan tranlm. Proses pelatihan dilakukan menggunakan 27 variasi fungsi 0 100 200 300 400 500 600 700 800 0 1 2 3 4 5 A D C ( V ol t) Penomoran Jenis Kopi sensor 1 sensor 2 sensor 3 sensor 4 aktivasi dari varian rumus matematika logsig, tansig, purelin. Setelah pelaksanaan input data, tahap selanjutnya adalah memasukkan variasi fungsi aktivasi ke dalam software MATLAB dan menekan tombol running pada software. Nilai koefisien determinasi (R 2 ) yang tinggi dan nilai Root Mean Square Error (RMSE) yang rendah mengindikasikan bahwa model tersebut merupakan model terbaik. Pada JST, nilai R 2 yang tinggi dan RMSE yang kecil yang menjadi pilihan. Hasil proses pelatihan model JST yang telah dilakukan. fungsi aktivasi logsig, logsig, tansig menunjukkan nilai RMSE yang kecil dan nilai R 2 yang mendekati 1. Pengujian model JST merupakan hal selanjutnya yang dilakukan setelah pelatihan model JST. Pengujian model JST dilakukan sama halnya dengan pelatihan model JST. Data prediksi merupakan keluaran yang dihasilkan oleh pengujian model JST. Fungsi aktivasi terbaik diambil berdasarkan nilai RMSE terkecil dan koefesien determinasi (R 2 ) terbesar pada pengujian model JST. Hasil data pengujian memiliki model yang akurat dengan nilai R 2 yang didapatkan adalah 0,991, sedangkan nilai RMSE yang didapat adalah 0,003602368 dengan fungsi aktivasi logsig, logsig, tansig. Hal tersebut menunjukkan bahwa model prediksi tersebut akurat dalam memprediksi jenis – jenis kopi. Persamaan Matematika dari Pengembangan Model Jaringan Syaraf Tiruan Salah satu tujuan penelitian ini adalah mendapatkan persamaan model matematika yang dihasilkan dari proses pengembangan model JST. Nilai bobot dan bias diperlukan untuk mendapatkan persamaan model matematika. Nilai bobot dan bias didapat dari hasil menjalankan fungsi aktivasi terbaik di dalam JST. Persamaan model matematika dicari dengan menggunakan bobot dan bias yang telah terekam setelah pengembangan model JST. Sebelum menggunakan persamaan matematika dari bobot dan bias, harus dilakukan normalisasi nilai input tiap sensor terlebih dahulu. Normalisasi merupakan penskalaan terhadap nilai-nilai input dan target hingga nilai-nilai tersebut masuk dalam suatu range tertentu yang disebut preprocessing atau normalisasi data (Chandra, et al. , 2016). Proses perhitungan normalisasi didapat dengan cara membagi nilai Xi (input) dengan nilai input yang paling besar (Xb). Nilai input yang telah dinormalisasi kemudian dimasukkan ke dalam persamaan model matematika yang telah didapatkan dari pengembangan model JST. Tabel 1, 2, dan 3 menunjukkan persamaan model matematika yang didapat dari hasil bobot dan bias setelah melakukan pengembangan model JST. Tabel 1. Persamaan Hidden Layer 1 Persamaan Hidden Layer 1 Per sa m aan M at em at ika a. Y1 = 41,048512*(x1) - 30,44243*(x2) -9,7968371*(x3) + 36,658894*(x4) -37,970218 b. Y2 = 24,033112*(x1) + 38,932876* (x2) + 9,7773412*(x3) – 139,71404 *(x4) + 70,593521 c. Y3 = -13,926055*(x1) + 11,388524* (x2) - 2,9738792*(x3) + 8,6389223* (x4) - 0,061823729 d. Y4 = 1/(1+exp(-y1)) e. Y5 = 1/(1+exp(-y2)) f. Y6 = 1/(1+exp(-y3)) B obot H 1 a. 4,1048512e+001 -3,0442430e+001 -9,7968371e+000 3,6658894e+001 b. 2,4033112e+001 3,8932876e+001 9,7773412e+000 -1,3971404e+002 c. -1,3926055e+001 1,1388524e+001 -2,9738792e+000 8,6389223e+000 B ias H 1 a. -3,7970218e+001 b. 7,0593521e+001 c. -6,1823729e-002 Pada Tabel 1, fungsi aktivasi yang digunakan adalah logsig, sehingga didapatkan perubahan nilai Y4 hingga Y6 mengikuti y=1/(1+exp(-x)). Persamaan pada Tabel 2 fungsi aktivasinya adalah logsig, sehingga terjadi perubahan nilai Y10 - Y12 mengikuti persamaan y=1/(1+exp(-x)). Persamaan pada Tabel 3 memiliki fungsi tansig, sehingga terdapat perubahan pada nilai Y13 dan Y14 mengikuti rumus y = (1-exp(-2x))/(1+exp(- 2x)). Tabel 2. Persamaan Hidden Layer 1-2 Persamaan Hidden Layer 1-2 Per sa m aan M at em at ika a. Y7 = 153,44313*(y4) + 100,26152 * (y5) + 39,321225*(y6) - 177,94293 b. Y8 = 12,348554*(y4) + 3,3155519* (y5) + 53,723096*(y6) - 53,115088 c. Y9 = 23,973155*(y4) + 80,165*(y5) + 39,091537*(y6) - 43,732103 d. Y10 = 1/(1+exp(-y7)) e. Y11 = 1/(1+exp(-y8)) f. Y12 = 1/(1+exp(-y9)) B obot H 1 -H2 a. 1,5344313e+002 1,0026152e+002 3,9321225e+001 b. 1,2348554e+001 3,3155519e+000 5,3723096e+001 c. 2,3973155e+001 8,0165000e+001 3,9091537e+001 B ias H 1 -H2 a. -1,7794293e+002 b. -5,3115088e+001 c. -4,3732103e+001 Tabel 3. Persamaan Hidden Layer 2 Persamaan Hidden Layer 2 Per sa m aan Ma tem at ika a. Y13 = 37,398977*(B13) + 0,95055342 *(B14) – 0,49542024 *(B15) + 0,69859456 b. Y14 = (1-exp(-2*y13))/(1+exp(-2 * y13)) B obot H2 3,7398977e+001 9,5055342e-001 -4,9542024e-001 B ias H2 6,9859456e-001 Setelah mendapatkan Y14 atau nilai akhir (Ya), langkah selanjutnya adalah mengembalikan nilai-nilai yang ternormalisasi terlebih dahulu ke nilai aslinya untuk mendapatkan nilai pada range yang sebenarnya (denormalisasi). Proses perhitungan denormalisasi didapatkan dengan cara pengalian antara nilai akhir dengan nilai Output paling besar (Yb). Sebagai contoh, Output dalam penelitian ini ialah jenis-jenis kopi, dan nilai Output paling besar ialah 5. Setelah dilakukan normalisasi nilai dari hasil keseluruhan model matematika, maka nilai dan persamaan inilah yang diinput ke dalam mikrokontroller melalui program Arduino. Klasifikasi jenis kopi dan Integrasi Model JST Ke dalam Mikrokontroller Setelah didapatkan hasil pelatihan dan pengujian terbaik dengan menggunakan model JST dan Software Matlab maka langkah selanjutnya yaitu mengklasifikasi tiap jenis kopi berdasarkan hasil JST yang telah didapat, yaitu: 1. Nilai 0-1 untuk jenis kopi 1 (natural robusta Lampung) 2. Nilai 1,01-2 untuk jenis kopi 2 (natural robusta) 3. Nilai 2,01-3 untuk jenis kopi 3 (robusta semiwash ) 4. Nilai 3,01-4 untuk jenis kopi 4 (natural arabika) 5. Nilai 4,01-5 untuk jenis kopi 5 (arabika fullwash ) Integrasi Model JST dengan mikrokontroller dilakukan dengan cara memasukkan rumus model matematika yang telah didapatkan ke dalam mikrokontroller dengan bantuan software arduino. Proses pemrograman yang digunakan pada arduino untuk pemasukkan rumus model matematika menggunakan pemrograman bahasa C sederhana. Nilai akhir dari rumus model matematika perlu dilakukan juga proses normalisasi kembali yaitu dengan pengalian nilai tertinggi dari nilai Output . Setelah proses input model matematika, tekan tombol verify dan uploading di dalam Arduino untuk mengetahui bahwa bahasa C yang digunakan tidak memiliki kesalahan. Headline berwarna kuning/merah akan muncul apabila terjadi kesalahan pada proses tersebut yang menunjukan adanya error pada proses pemrograman. Pemeriksaan pada taskbar tools pada Software Arduino perlu dilakukan untuk memastikan port dan board pada Arduino telah terpasang dan terkoneksi dengan komputer. Hal ini untuk meminalisir kesalahan dalam proses upload . ## Validasi Rancangan Alat Sensor Pada tahap validasi proses ini dilakukan dengan memberikan pola data baru yang didapatkan dengan menggunakan program validasi dari hasil proses pelatihan dan pengujian dalam model JST. Perhitungan dan grafik statistik hasil validasi dilakukan dengan menggunakan Software Microsoft Excel 2007. Pengujian dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan JST yang telah dibuat. Gambar 7-11, merupakan grafik validasi setiap jenis kopi dengan keterangan: 1. Kopi 1 Robusta Lampung memiliki nilai rentang 0,01<y≤1,00 2. Kopi 2 Natural Robusta 1,01<y≤2,00 3. Kopi 3 Robusta Semiwash 2,01<y≤3,00 4. Kopi 4 Natural Arabika 3,01<y≤4,00 5. Kopi 5 Arabika Fullwash 4,01<y≤5,00 Gambar 7 menunjukkan validasi nilai aroma kopi pertama yaitu robusta lampung selama 25 menit. Nilai validasi menunjukkan kopi 1 yang memiliki arti bahwa nilai validasi sudah sesuai. Gambar 8 menunjukkan validasi kopi 2 yaitu natural robusta dengan rentang nilai validasi berada diantara 1 dan 2. Nilai tersebut sudah sesuai dengan perhitungan pada JST dan membuktikan bahwa hasil validasi tersebut menunjukkan kopi natural robusta. Gambar 7. Validasi kopi 1 atau kopi robusta Lampung Gambar 8. Validasi kopi 2 atau kopi natural robusta 0 1 2 3 4 5 0 10 20 30 N il ai v al idas i ( Jeni s k opi ) Waktu (Menit) 0 1 2 3 4 5 0 10 20 30 N il ai v al idas i (J eni s k opi ) Waktu (Menit) Gambar 9. Validasi kopi 3 atau kopi robusta semiwash Gambar 10. Validasi kopi 4 atau kopi arabika natural Gambar 11. Validasi kopi 5 atau kopi arabika ## fullwash Gambar 9 menunjukkan validasi kopi 3, yaitu robusta semiwash . Dilihat dari Gambar 9, nilai kopi yang menunjukkan robusta semiwash berada pada rentang 15- 25 menit. Gambar 10 menunjukkan validasi kopi 4, yaitu arabika natural ; nilai validasi menunjukkan kopi arabika natural pada waktu 15-25 menit. Gambar 11 menunjukkan validasi kopi 5, yaitu arabika fullwash ; dapat dilihat rentang waktu yang menunjukkan nilai arabika fullwash berada pada menit 10-25 menit. Berdasarkan gambar 7-11 waktu identifikasi terbaik terletak pada menit ke 15-25. Berdasarkan gambar 7-11 dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase keberhasilan identifikasi 5 jenis kopi, yaitu kopi natural robusta lampung (Kopi 1) yaitu 100%, kopi natural robusta (Kopi 2) 100%, kopi robusta semiwash (Kopi 3) 72%, kopi arabika natural (Kopi 4) 100%, dan kopi arabika fullwash (Kopi 5) 100%. ## KESIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian adalah JST telah disusun menggunakan arsitektur 4 layer . Layer 1, yaitu 4 input, layer 2 memiliki 3 node , layer 3 memiliki 3 node , layer 4 memiliki 1 Output (keluaran). Fungsi aktivasi terbaik ialah logsig-logsig- tansig dengan nilai RMSE sebesar 0,003602368 dan R 2 sebesar 0,991. Nilai ADC (tegangan sensor) terendah terdapat pada sensor MQ 136, yaitu 202 untuk mendeteksi kopi robusta lampung dan ADC tertinggi dari sensor TGS 2602 yaitu 670 yang mendeteksi aroma kopi robusta semiwash. Klasifikasi jenis kopi telah dilakukan menggunakan sensor E-Nose dengan metode Backpropagation menunjukkan hasil cukup baik terutama pada identifikasi di waktu menit ke 15-25. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase keberhasilan identifikasi 5 jenis kopi pada menit ke 15-25, yaitu: kopi natural robusta lampung (Kopi 1) 100%, kopi natural robusta (Kopi 2) 100%, kopi robusta semiwash (Kopi 3) 72%, kopi arabika natural (Kopi 4) 100%, dan kopi arabika fullwash (Kopi 5) 100%. ## Saran Perlu adanya penelitian lanjutan dari hasil yang didapat untuk mengidentifikasi jenis kopi dengan sensor lain yang lebih peka terhadap kandungan gas yang dikeluarkan oleh biji kopi. Sehingga dapat 0 1 2 3 4 5 0 10 20 30 N il ai v al idas i (J eni s kopi ) Waktu (Menit) 0 1 2 3 4 5 0 10 20 30 N il ai v al idas i (J eni s k opi ) Waktu (Menit) 0 1 2 3 4 5 6 0 10 20 30 N il ai v al idas i (J eni s k opi ) Waktu (Menit) dihasilkan perbandingan nilai prediksi JST dalam sensor yang berbeda. ## UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih Kepada LPPM Universitas Lampung atas bantuan pendanaan penelitian tentang aplikasi E-Nose pada pendeteksian keaslian kopi luwak yang telah selesai dilaksanakan. ## DAFTAR REFERENSI Arwangga, A. F., Asih, I. A. R. A., & Sudiarta, I. W. (2016). Analisis Kandungan Kafein pada Kopi di Desa Sesaot Narmada menggunakan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Kimia (Journal of Chemistry) , 10 (1), 110-114. Baskara, S., Lelono, D., & Widodo, T. W. (2016). Pengembangan Hidung Elektronik untuk Klasifikasi Mutu Minyak Goreng dengan Metode Principal Component Analysis. IJEIS (Indonesian Journal of Electronics and Instrumentation Systems) , 6 (2), 221–230. Briandet, R., Kemsley, E. K., & Wilson, R. H. (1996). Discrimination of Arabica and Robusta in instant coffee by Fourier transform infrared spectroscopy and chemometrics. Journal of Agricultural and Food Chemistry , 44( 1), 170–174. Chandra, M., Sovia, R., & Permana, R. (2016). Analisis Metode Backpropagation Untuk Memprediksi Indeks Harga Saham Indofood Sukses Makur TBK. (INDF). Komputer Teknologi Informasi , 2 (1), 47-61. Dewangga, A., & Laksito, H. (2015). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap audit report lag. Diponegoro Journal of Accounting, 4 (3), 1-8. Fitryadi, K., & Sutikno, S. (2016). Pengenalan Jenis Golongan Darah Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Perceptron. Jurnal Masyarakat Informatika , 7 (1), 1-10. Guntoro, H., & Somantri, Y. (2013). Rancang bangun magnetic door lock menggunakan keypad dan solenoid berbasis mikrokontroler arduino uno. Jurnal Electrans , 12 (1), 39–48. Ikhsan, M. A. (2018). Pendeteksi Kekeruhan Air di Tandon Rumah Berbasis Arduino Uno. Jurnal Qua Teknika , 8 (2), 17–29. Kusumadewi, S. (2004). Membangun Jaringan Syaraf Tiruan: Graha Ilmu . Lelono, D., & Chairiawan, M. A. (2013). Karakterisasi Pola Aroma Salak Pondoh dengan E-Nose Berbasis Sensor Metal Oksida. IJEIS (Indonesian Journal of Electronics and Instrumentation Systems) , 3 (1), 71–82. Matondang, Z. A. (2013). Jaringan Syaraf Tiruan dengan Algoritma Backpropagation untuk penentuan kelulusan sidang skripsi. Pelita Inform. Budi Darma , 4( 1), 84–93. Puspitaningrum, D. (2006). Pengantar jaringan syaraf tiruan . Rabersyah, D. (2016). Identifikasi Jenis Bubuk Kopi menggunakan Electronic Nose dengan Metode Pembelajaran Backpropagation. Jurnal Nasional Teknik Elektro , 5 (3), 333-338. Sitohang, M. E. (2012). Analisis Sinyal Electronic Nose Berbasis Wavelet Menggunakan Support Vector Machine untuk Identifikasi Jenis Teh Hitam. Jurnal Sistem Komputer , 2 (2), 47–53. Telaumbanua, M., Novita, D. D., Triyono, S., Saragih, C. 2021. Tipe chamber dan posisi sensor e-nose untuk mendeteksi aroma biji kopi robusta menggunakan mikrokontroler. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem , 9 (1), 84-95. Toko, K. (2000). Biomimetic sensor technology . Cambridge University Press. Wuryandari, M. D., & Afrianto, I. (2012). Perbandingan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Dan Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Wajah. Jurnal Komputer Dan Informatika (Komputa) , 1 (1), 45-51.
4a7153df-0e22-4cca-813e-157a42c1d0e8
https://ojs.serambimekkah.ac.id/jse/article/download/2173/1777
p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 Desinfeksi Novel Corona Virus di Dalam Air Minum PDAM dan Air Limbah Untuk Fase Normal Baru Gede H. Cahyana Universitas Kebangsaan Republik Indonesia, Bandung Koresponden email: [email protected] Diterima: 8 Juli 2020 Disetujui: 1 Agustus 2020 ## Abstract The purpose of this literature review is to review the effectiveness of chlorination in eradicating viruses (and bacteria) in drinking water and wastewater so that people can get scientific information on the practice of eradicating the new Corona virus. The research method was carried out by reviewing scientific articles obtained from the search engine scholar.google.com, the National Library website and textbooks. Chlorine is able to deactivate the virus on objects that are splashed by the patient's saliva. Giving chlorine doses of 0.2–40 mg / l and remaining free chlorine 0.2–0.5 mg / l, chlorination is effective in eradicating viruses and bacteria in drinking water. When the bacteria die, the virus dies or is inactive. The new Corona virus blanket can also be destroyed by chlorine. Researchers have also found genetic traces of the new Corona virus in wastewater. The genetic traces of the new Corona virus found in wastewater could be a latent danger for a new outbreak in the post-pandemic or new normal period. PDAM water that contains chlorine becomes important during the new normal period so it must be provided in public and social facilities . Keywords : COVID-19, chlorination, disinfection, drinking water, wastewater ## Abstrak Literatur review ini bertujuan mengulas keefektifan klorinasi dalam membasmi virus (dan bakteri) di air minum dan air limbah agar masyarakat memperoleh informasi ilmiah dalam praktek pembasmian virus Korona baru. Metode penelitian dilakukan dengan mereview artikel-artikel ilmiah yang diperoleh dari mesin pencari scholar.google.com, situs Perpustakaan Nasional dan buku teks. Klor mampu menonaktifkan virus pada benda yang terkena percikan liur pasien. Pemberian klor dosis 0,2–40 mg/l dan sisa klor bebas 0,2–0,5 mg/l, klorinasi efektif membasmi virus dan bakteri dalam air minum. Apabila bakterinya mati, virus ikut mati atau nonaktif. Selimut virus Korona baru juga bisa dihancurkan oleh klor. Para peneliti juga sudah menemukan jejak genetis virus Korona baru di air limbah. Jejak genetis virus Korona baru yang ditemukan di air limbah bisa menjadi bahaya laten wabah virus baru pada masa pasca pandemi atau new normal . Air PDAM yang mengandung klor menjadi penting pada masa normal baru sehingga harus disediakan di fasilitas umum dan sosial. Kata Kunci : air minum, air limbah, COVID-19, desinfeksi, klorinasi ## 1. Pendahuluan World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa virus Novel Coronavirus pertama kali muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China pada Desember 2019. Tipe virus Korona baru ini termasuk subfamili Coronavirinae dalam famili Coronaviridae dan ordo Nidovirales ([1]. Virus baru yang disebut SARS-CoV-2 ini masih satu famili dengan Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus (SARS-CoV atau SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV atau MERS). SARS-CoV-2 tersebut diduga berasal dari anjing yang biasa dimakan oleh penduduk Wuhan. Kejadian tersebut sama dengan epidemi SARS tahun 2003 dengan lebih dari 8.000 kasus di seluruh dunia dan mortality rate 10% [2]. Pada kasus SARS 2003 tersebut dinyatakan bahwa musang dan kelelawar sebagai sumber dan reservoir virus [3][4][5]. Ketiga jenis virus tersebut memiliki sifat fisika dan biokimia yang sama, semuanya virus berselimut ( enveloped ) dengan genom RNA utas-tunggal ( single-stranded ). [6] menyatakan bahwa bentuk fisik virus tersebut juga sama, yaitu memiliki mahkota (Latin: corona , Inggris: crown ) dengan bentuk bola berdiameter 60–220 nm. Virus tersebut sering menginfeksi burung, mamalia dan manusia dengan transmisi lewat aerosol atau jalur fekal-oral. Sebarannya semakin cepat dan luas lewat muncratan liur ( droplets ) pasien. Namun bukti muncratan liur ini dulu diragukan oleh [6], “ there is no direct p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 evidence to support this . Sebaliknya WHO berpendapat lain sejak epidemi SARS (2003), MERS (2012) hingga pandemi COVID-19 (CO: Corona , VI: virus , D: disease , 19 adalah tahun mulai wabah 2019). WHO menyatakan bahwa muncratan liur pasien makin meluaskan sebaran virus Korona. Kontak fisik antara dokter, paramedis, dan pasien juga interaksi fisik ( social - physical distancing ) masyarakat dan pasien mengakibatkan jumlah orang sakit tumbuh secara eksponensial [7][8]. Di Indonesia wabah ini secara resmi diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. Saat itu Presiden menyatakan bahwa ada dua orang WNI terinfeksi virus Korona baru. Setelah pengumuman tersebut penduduk di Jakarta, Bandung dan Surabaya menjadi panik dan memborong kebutuhan pokok harian. Sembilan kebutuhan pokok, masker, dan sanitangan ( hand sanitizer ) menjadi langka dan mahal harganya akibat panic buying atau rush buying (beli-rusuh). Kemudian pada 11 Maret 2020 WHO menetapkan wabah ini sebagai pandemi, yaitu berjangkit serempak di mana-mana, meliputi geografi yang luas di seluruh dunia. Sampai 7 Juli 2020 sudah terjadi di 216 negara. Jumlah yang sakit hingga 7 Juli 2020 lebih dari 11.764.000 orang, yang meninggal lebih dari 541.000 orang dan sembuh 6.753.000 orang. Di Indonesia terjadi di semua provinsi, pasien berjumlah lebih dari 66.266 orang, meninggal 3.309 orang, sembuh lebih dari 30.785 orang [7][8]. ## 2. Metode Penelitian Artikel ini membahas kemampuan disinfektan senyawa klor seperti khlorin, kaporit, sodium hipoklorit dalam membasmi bakteri dan virus. Pembahasan difokuskan pada pemanfaatan senyawa klor untuk desinfeksi di dalam air minum yang diolah oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), perusahaan daerah yang ada di hampir semua kabupaten-kota di Indonesia. Artikel ini juga mengulas desinfeksi di dalam pengolahan air limbah, yaitu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang dikelola oleh PDAM. IPAL yang dianalisis adalah IPAL Bojongsoang yang dikelola oleh PDAM Kota Bandung. Semua artikel yang dijadikan rujukan diperoleh dari internet dengan fokus pada wabah yang disebabkan oleh virus Korona seperti wabah SARS dan MERS, termasuk wabah Covid-19 yang dirilis di portal berita internasional dan website WHO antara bulan Maret dan Juni 2020. Artikel diperoleh dengan memanfaatkan scholar.Google.com, fasilitas di website Perpustakaan Nasional, dan website berita dan rubrik sainstek portal berita internasional. Adapun sumber ilmiah lainnya adalah buku-buku teks di bidang Teknik Penyehatan ( Sanitary Engineering ) dan Teknik Lingkungan ( Environmental Engineering ). Buku teks tersebut menjadi rujukan utama dalam perkuliahan dan penulisan artikel ilmiah. Artikel dan buku teks dikelompokkan ke dalam materi yang membahas pemanfaatan klor sebagai disinfektan untuk membasmi bakteri dan virus Korona SARS dan MERS dan hipotesis untuk novel Corona virus penyebab COVID-19. Uraian ditulis dalam bentuk narasi deskriptif yang dipisahkan menjadi beberapa sub bab sehingga dapat memberikan alur penjelasan yang runtut, mulai dari pengenalan zat kimia desinfektan, proses klorinasi di dalam air minum, klorinasi di dalam air limbah dan persistensi virus korona di dalam air limbah. ## 3. Hasil Dan Pembahasan ## 3.1. Upaya Preventif dan Kuratif Karakteristik virus Korona baru sedang diteliti di sejumlah negara dan dikaji dalam aspek virologi lingkungan ( environmental virology ), yaitu kajian yang fokus pada transmisi virus ke dalam air minum, air limbah, tanah dan udara. Kajian virologi lingkungan ini berawal dari kasus infeksi virus yang menimbulkan wabah penyakit hepatitis di New Delhi, India pada Desember 1955 hingga Januari 1956 [9]. Virus hepatitis tersebut menginfeksi 30.000 orang karena air Sungai Jumna (Yamuna) sebagai sumber air minum penduduk terkontaminasi oleh air limbah domestik. Air limbah domestik ini mengandung lebih dari 100 spesies virus, baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya [10]. Potensi bahaya virus Korona baru terjadi dalam kontak sosial dan fisik di masyarakat. Percikan atau muncratan ( droplets ) liur seseorang ketika batuk atau bersin, juga cairan hidung, telinga, ludah yang menempel di benda-benda pada fasilitas umum seperti tombol lift , pagar tangga dan eskalator, lavatory, faucet, urinal, water closet bisa menjadi sumber virus. Semua permukaan alat plambing ( plumbing fixtures ) di ruang toilet bandara, stasiun kereta api, terminal bis juga bisa menjadi sumber virus. Bahkan bagian dalam pipa air yang berupa endapan kimia dan biofilm juga mengandung virus [11]. Karena virus Korona baru mudah menyebar maka pemerintah setiap negara berupaya membasmi dengan berbagai cara. Pemerintah pusat dan daerah di Indonesia mengeluarkan peraturan dan mengajak ulama, tokoh agama untuk menghimbau masyarakat agar bekerja, belajar dan beribadah di rumah. p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 Salah satu himbauan yang disampaikan pemerintah untuk mengurangi risiko penularan COVID-19 adalah dengan memperkuat daya tahan tubuh, kekebalan atau imunitas. Upaya pertama ini adalah upaya preventif atau pencegahan. Makin sehat seseorang akan makin sulit diinfeksi oleh virus. Agar tubuh sehat maka seseorang harus cukup makan makanan bergizi, asupan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air bersih. Selain makanan pokok, beberapa makanan yang disarankan adalah madu, sayur, dan buah-buahan bervitamin C seperti tomat, jambu biji, jeruk lemon atau nipis. Juga mengonsumsi rempah, rimpang seperti jahe, kunyit, dan kencur. Ditambah dengan olah raga rutin seperti jalan kaki, senam atau gerak badan lainnya. Upaya kedua adalah tindakan kuratif untuk orang yang positif Korona yaitu pengobatan dan isolasi. Upaya kuratif ini dilaksanakan oleh dokter, paramedis di rumah sakit khususnya rumah sakit yang memiliki ruang isolasi. Pasien COVID-19 diisolasi dan dirawat di ruang khusus. Virus Korona diupayakan mati di dalam ruang perawatan pasien sehingga sebaran virus bisa dihentikan. Sementara itu imunitas pasien terus diperkuat dengan obat, asupan suplemen vitamin, makanan bergizi sehingga pasien bisa bertahan dan melewati masa kritisnya sampai sehat kembali. Dalam proses pengobatan ini hanya dokter dan perawat yang boleh kontak dengan pasien dan harus mengikuti standar protokol penyakit menular, yaitu mengenakan alat pelindung diri (APD) seperti hazmat, sarung tangan, dan masker N95 [12]. Namun demikian, sebaran COVID-19 ke seluruh dunia menandakan bahwa tidak mudah menghentikan virus ini. Faktor ekonomi dan hubungan sosial satu orang dengan orang lain menjadi salah satu sebab. Satu bulan pertama setelah diumumkan oleh pemerintah Republik Indonesia nyaris tidak ada s ocial - physical distancing yang ditaati oleh masyarakat. Penduduk tidak menjaga jarak dalam komunikasi langsung dan berperilaku seolah-olah tidak ada wabah. Sebaran virus ini makin luas lantaran ada orang yang tampak sehat tetapi di dalam tubuhnya berisi virus. Orang yang harus diwaspadai adalah yang positif COVID-19 dengan cara menghindar dari muncratan liur dan cairan hidung yang melekat di benda- benda sekitar. The New England Journal of Medicine edisi 17 Maret 2020 merilis surat dari Van Doremalen, Bushmaker dan Morris. Surat tersebut menyatakan bahwa Korona bisa bertahan tiga jam di dalam aerosol, empat jam di permukaan tembaga, 24 jam di permukaan karton dan bertahan tiga hari di permukaan plastik dan logam stainless [13]. Upaya preventif dan kuratif ternyata belum cukup untuk melawan Korona. Penguatan kekebalan tubuh seseorang perlu ditambah dengan upaya ketiga yaitu tindakan mekanis. Tindakan mekanis ini dilakukan dengan cara memanfaatkan biosida zat kimia. Zat kimia yang bisa digunakan ialah fenol, logam berat, hidrogen peroksida, asam, alkali (basa), dyes , sabun, deterjen sintetis [14]. Sabun dan deterjen mudah diperoleh dan banyak digunakan masyarakat untuk membasmi bakteri dan virus. Sabun padat yang dibuat dari alkali natrium hidroksida dan sabun cair yang dibuat dari alkali kalium hidroksida efektif untuk membunuh bakteri dan virus. Kedua wujud sabun tersebut ada yang dilengkapi dengan antiseptik seperti senyawa triclosan atau triclocarban meskipun kedua senyawa ini masih diperdebatkan bahaya atau risikonya terhadap manusia. Bisa juga menggunakan senyawa lain, yaitu alkohol 70% atau produk komersial yang berisi alkohol seperti sanitangan ( hand sanitizer ). Ada satu lagi yang bisa digunakan, yaitu air olahan PDAM yang mengandung klor. ## 3.2. Instalasi Pengolahan Air Minum PDAM mengolah air baku dari sungai, waduk, danau, atau muara (air payau) menggunakan Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) yang terdiri atas unit proses dan unit operasi prasedimentasi, aerasi, kogulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi [15]. Tentu masih ada lagi unit proses dan unit operasi lainnya, bergantung pada kualitas air baku yang diolah dan kualitas air minum yang diinginkan. Adapun unit untuk membasmi bakteri dan virus disebut unit proses desinfeksi atau lebih khusus lagi disebut klorinasi apabila zat kimia yang digunakan adalah klor. Menurut sejarahnya, proses klorinasi menggunakan gas klor pertama kali dilaksanakan pada tahun 1887 di Amerika Serikat sedangkan klor cair digunakan sejak 1914. Di Jersey City, New Jersey, USA senyawa klor ini digunakan sebagai disinfektan di dalam penyediaan air minum pada tahun 1908 oleh George Johnson dan John Leal [16]. Adapun di London pertama kali digunakan pada tahun 1854 tetapi berupa kaporit atau chlorinated lime [17]. Senyawa klor ditemukan oleh ahli kimia dari Swedia bernama Scheele (1742-1786). Dalam sistem periodik, klor termasuk golongan halogen (VIIA) yang memiliki 7 elektron di kulit terluar. Senyawa halogen lain yang bisa digunakan untuk desinfeksi adalah bromine dan iodine [14]. Tujuh elektron di kulit terluar sangat stabil sehingga cenderung sebagai oksidator pada setiap reaksi kimia. Maka klor yang dilarutkan di dalam air PDAM akan mengoksidasi atau membunuh mikroba yang ada di dalam air tersebut. Semua PDAM di Indonesia menggunakan klor dalam proses desinfeksi airnya. Bisa dikatakan, p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 sejarah desinfeksi identik dengan sejarah klorinasi. Jenis senyawa klor yang biasa digunakan untuk desinfeksi di PDAM adalah kaporit (kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2). Sebutan lain kaporit adalah bleaching powder atau chlorinated lime . Desinfektan lainnya yang juga biasa digunakan adalah natrium hipoklorit (NaOCl), klor (chlorine, Cl2), chloramines [18]. Klor diinjeksikan ke dalam air bersih di reservoir dengan kisaran waktu kontak (t, time ) antara 15–30 menit. Dosis klor yang biasa digunakan adalah 0,2–40 mg/l. Keuntungan menggunakan klor untuk desinfeksi adalah adanya sisa klor bebas antara 0,2–0,5 mg/l [19]. Sisa klor bebas ini dibutuhkan apabila di pipa distribusi yang ditanam dalam tanah terjadi rekontaminasi bakteri dan virus akibat kebocoran pipa. Sisa klor inilah yang diharapkan membasmi bakteri dan virus di dalam air yang masuk melalui pipa bocor. Klor bisa dijadikan desinfektan karena memenuhi karakteristik sebagai biosida yaitu: (1) toksik bagi mikroba pada konsentrasi yang tidak berbahaya bagi manusia dan hewan; (2) cepat bereaksi membunuh virus dan bakteri dengan waktu kontak yang singkat; (3) tahan lama sehingga mampu menanggulangi infeksi akibat rekontaminasi di zone distribusi; (4) murah dan mudah diperoleh; (5) mudah dianalisis di laboratorium; dan (6) mudah menentukan dosisnya [20]. Adapun WHO memberikan rekomendasi klorinasi yang mengacu pada hasil kali antara konsentrasi C dan waktu kontak t sebesar 15 mg.menit/liter. Rumusan hasil kali konsentrasi klor dan waktu kontak ini diberikan oleh hukum Watson [21]. Angka ini dapat dilihat pada Gambar 1 , yaitu 0,5 mg/l sisa klor bebas dengan waktu kontak 30 menit. C adalah konsentrasi klor dan t adalah waktu kontak [22]. Keefektifan ( effectiveness ) klorinasi juga bergantung pada bentuk ruang reservoir. Bentuk berkelok dengan sekat ( baffle ) adalah bentuk terbaik karena dapat menghasilkan jenis aliran plug flow [23]. Oleh sebab itu, reservoir air bersih PDAM hendaklah didesain berkelak-kelok mulai dari zone inlet (bagian air masuk) hingga di zone outlet (bagian air keluar). Gambar 1. Kemampuan Klor dan sinar UV dalam membasmi virus [22] Rekomendasi [22] tersebut dikutip lagi oleh EHS Water pada 5 Maret 2020 dalam sebuah catatan ( note ) untuk pembasmian virus Korona baru. Isi catatan tersebut tentang kemampuan klor sebagai oksidator yang mampu merusak DNA bakteri dan RNA virus. Bakteri biasanya dijadikan inang oleh virus sehingga virus bisa hidup dan bertahan. Apabila bakterinya mati maka virusnya juga mati. Mengutip [22], rilis EHS Water tersebut menyatakan bahwa Coxsackievirus, Poliovirus dan Rotavirus adalah virus tidak berselimut ( non-enveloped virus ) yang bisa dibasmi pada nilai Ct kurang dari 15 mg.menit/liter ( Gambar 1 ). Karena Korona adalah virus berselimut ( enveloped virus ) maka bisa dibasmi dengan nilai Ct yang lebih rendah. Prosedur untuk memperoleh parameter Ct ini sangat kompleks atau rumit karena bergantung pada sistem pengolahan air, tipe dan jumlah titik aplikasinya, dan konsentrasi sisa disinfektan [24]. Agar klorinasi makin efektif, WHO juga menetapkan nilai pH air p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 antara 6,5–8,5 dan yang paling efektif adalah pH 8,0 [12]. Keefektifan klorinasi juga dipengaruhi oleh waktu kontak teoretis ( theoretical contact time ) dan waktu kontak ini bergantung pada volume tangki dan debit air yang diolah [25]. Volume atau debit air yang diolah oleh PDAM sangat besar karena melayani ratusan ribu pelanggan. Sebagai contoh, kapasitas pengolahan PDAM Kota Bandung di satu IPAM saja yaitu di IPAM Badaksinga sekitar 1.800 liter per detik. Apabila kebutuhan air setiap orang perhari adalah 150 liter dan asumsi kehilangan air 20% maka air yang diolah di IPAM Badaksinga tersebut bisa untuk melayani 829.440 orang. Untuk kapasitas sebesar itu maka yang paling layak digunakan adalah gas klor ( chlorine ). PDAM juga disarankan menambah dosis klor selama wabah COVID-19 dan masa normal baru ( new normal ) agar air masih memiliki sisa klor di lokasi terjauh dari instalasi. Sisa klor inilah yang akan membasmi bakteri dan virus pada waktu seseorang mencuci tangan. Dalam upaya melawan virus Korona baru, PDAM Kota Bandung sudah memanfaatkan air produksinya untuk membersihkan fasilitas umum. Senyawa yang digunakan sebagai desinfektan adalah natrium atau sodium hipoklorit 0,5% (NaOCl). Enam truk tangki dengan volume total 30.000 liter menyemprotkan air berkonsentrasi 10 mg/l klor ke fasilitas umum seperti halte bis, terminal bis, stasiun kereta api. Penyemprotan dilaksanakan setiap malam selama tujuh malam pada pekan keempat Maret 2020. Adapun untuk kapasitas kecil, misalnya untuk kebutuhan rumah tangga, masjid, gereja, vihara, pura, kantor bisa dengan memanfaatkan kaporit tablet yang dijual bebas di toko kimia. Satu kaporit tablet bisa untuk 500–1.000 liter air. Dilarang menarik napas dalam-dalam di atas tangki air karena klor bersifat korosif, bisa menimbulkan iritasi pada paru-paru. Sebaiknya gunakan masker kalau ingin melihat apakah kaporit tablet masih ada atau sudah habis. Dapat disimpulkan bahwa selain upaya preventif dan kuratif, tindakan mekanis untuk pencegahan sebaran virus Korona baru bisa dilaksanakan dengan air yang mengandung senyawa klor yang diproduksi PDAM di seluruh Indonesia. Untuk skala kecil bisa dengan air sumur yang diolah dengan kaporit tablet sehingga memiliki sisa klor bebas ( free chlorine residual ) [26]. ## 3.3. Instalasi Pengolahan Air limbah Jejak genetis novel Coronavirus sudah ditemukan di dalam air limbah dimana pernyataan ini dirilis oleh peneliti di RIVM National Institute for Public Health and the Environment di laman situsnya pada 19 Maret 2020. Jejak virus dalam air limbah domestik ( sewage ) tersebut diperoleh dari sampel di instalasi pengolahan air limbah pelabuhan udara Schiphol, Amsterdam dan di IPAL Kaatsheuvel, Belanda. Peneliti RIVM memberikan indikasi bahwa jejak itu adalah novel Coronavirus . Memang tidak semua sampel yang dianalisis menghasilkan data positif jejak genetis virus Korona baru. Tetapi beberapa sampel yang positif itu memberikan kesimpulan sementara bahwa air limbah berpotensi menjadi sumber biakan virus Korona. Jejak genetis virus tersebut berasal dari tinja (feses) pasien atau orang yang sehat tetapi di dalam tubuhnya ada virus Korona baru. Kondisi ini akan berpotensi menjadi bahaya laten wabah COVID-19. Temuan jejak genetis novel Coronavirus di IPAL bandara Schiphol dan di IPAL Kaatsheuvel adalah pengulangan temuan jejak genetis virus SARS ( severe acute respiratory syndrome ) di dalam air limbah beberapa tahun lalu. Dengan uji PCR ( polymerase-chain reaction ) asam nukleat dari SARS-CoV tersebut ditemukan di dalam air limbah sebelum proses desinfeksi di 309th Hospital of Chinese People's Liberation Army dan di Xiao Tang Shan Hospital Beijing. Setelah proses desinfeksi ternyata RNA SARS- CoV masih dapat dideteksi dari beberapa sampel air limbah rumah sakit 309th Chinese People's Liberation Army tetapi tidak ditemukan di dalam sampel air limbah dari Xiao Tang San Hospital . Penelitian itu menyatakan bahwa virus mampu bertahan selama 14 hari di dalam air limbah pada temperatur 4 derajat Celcius, 2 hari pada 20 derajat Celcius dan RNA virus dapat dideteksi selama 8 hari meskipun virus sudah dinonaktifkan. Penelitian ini sekali lagi menunjukkan bahwa RNA SARS-CoV dapat dideteksi kehadirannya di dalam air limbah rumah sakit sebelum dan sesudah proses desinfeksi [27]. Selama epidemi SARS tahun 2003, merujuk pada laporan WHO tanggal 5 Juli 2003, terjadi 8.439 kasus di 32 negara dan 812 orang di antaranya meninggal. Pada waktu itu mekanisme transmisi SARS- CoV terbatas pada interaksi sosial antara orang-orang yang dekat dengan pasien. Penelitian tersebut juga menyatakan bahwa ada jejak genetis RNA Corona virus di dalam tinja (feses) yang air limbahnya berasal dari pasien di Amoy Gardens Housing Estate di Hong Kong [27]. Kasus tersebut terjadi karena ada pipa plumbing air limbahnya yang rusak, yaitu pipa berbentuk U atau di Indonesia disebut pipa “leher angsa” yang fungsinya sebagai trap (perangkap) yang berisi air ( water seal ). Kerusakan pipa tersebut menyebabkan virus dari percikan atau muncratan liur pasien dapat masuk ke sistem plumbing yang kemudian menginfeksi orang lain di kamar mandi yang lain. Akibatnya di kompleks gedung Amoy Gardens tersebut terjadi 300 kasus dan 42 orang meninggal [28]. p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 Epidemi SARS pada 2003 tersebut juga memiliki kaitan kuat dengan sistem air limbah apartemen yang buruk di Hong Kong dengan populasi 300 orang seperti dinyatakan oleh [29]. Air limbah domestik dengan feses dari pasien menjadi sumber sebaran virus SARS-CoV. Virus ini mampu replikasi di saluran pencernaan pasien sehingga terdeteksi dalam kasus diare sebesar 8 sampai 73% [30]. Penelitian [30] juga menyatakan bahwa masih ada virus di saluran pencernaan pasien SARS yang sudah sembuh. Virus ini terdeteksi di feses pasien SARS yang diambil sampelnya hingga tiga pekan setelah terinfeksi [31]. Begitu pula [31] meneliti perihal ketahanan virus Korona di dalam air bersih dan air limbah domestik. Setiap kota besar di Indonesia memiliki fasilitas pengolahan air limbah. Jenis unit operasi dan unit proses yang digunakan bisa berbeda-beda. Ada activated sludge dan modifikasinya, ada trickling filter , ada oxidation pond . Semuanya adalah pengolahan sekunder ( secondary treatment ) secara bioproses. Ada juga unit pengolahan yang khusus menerima air limbah dari septic tank yang disebut Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan diolah secara aerob dengan menggunakan aerator mekanis ( mechanical surface aerator ). Semua bioproses tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Instalasi pengolahan air limbah yang akan dianalisis adalah instalasi milik PDAM Kota Bandung, yaitu oxidation pond . ## 3.4. Oxidation Pond Bojongsoang adalah nama desa di tepi Sungai Citarum, Kabupaten Bandung. Di desa ini ada IPAL domestik jenis oxidation pond terluas (85 hektar) di ASEAN. Merujuk pada nomenklatur, ada dua nama lain kolam oksidasi ( oxidation pond ), yaitu kolam stabilisasi ( stabilization pond ) dan lagoon . Klasifikasi kolam oksidasi berdasarkan metabolisme terdiri atas kolam anaerobik, kolam fakultatif, kolam aerobik (maturasi), dan laguna aerasi atau aerated lagoon [32]. Jenis metabolisme yang terjadi di dalam kolam- kolam tersebut bergantung pada aktivitas biologi yang dominan dan reaksi biokimianya serta dipengaruhi oleh kecepatan pembebanan organik atau organic loading rate yang diterapkan di dalam kolam [19]. Kolam pertama yang menerima air limbah adalah kolam anaerobik. Di kolam ini terjadi proses pengolahan air limbah tanpa oksigen. Ada dua fenomena di kolam anaerobik, yaitu (1) fenomena fisika berupa sedimentasi zat padat di dalam air limbah menjadi lumpur ( sludge ); (2) fenomena biokimia, yaitu degradasi zat organik oleh bakteri anaerob [19]. Proses biokimia di kolam dengan kedalaman 2,5–5 m ini berlangsung dua tahap. Pada tahap pertama zat organik kompleks (makro-molekul) diubah menjadi mikromolekul dengan proses hidrolisis, asidogenesis dan asetogenesis. Pada tahap ini belum terjadi reduksi BOD dan COD secara signifikan. Setelah archae metanogenik mengubah asam asetat dan asam- asam rantai pendek lainnya menjadi gas metana dan karbondioksida maka reduksi BOD dan COD menjadi besar. Perubahan polutan organik yang mayoritas adalah feses menjadi gas CH 4 dan CO 2 adalah indikator efisiensi pengolahan anaerobik [33]. Ilustrasi dan penjelasan tentang transportasi feses dan virus di dalam air limbah dapat dilihat pada Gambar 2 . Titik awal feses pasien COVID-19 yang berisi virus Korona bermula dari water closet (WC). Feses bersama air kemudian mengalir di dalam pipa riul ( riool, sewer ) menuju kolam anaerobik. Seperti namanya, air limbah di dalam kolam anaerobik hanya diolah oleh bakteri strict anaerobes seperti Clostridium butyricum, Clostridium pasteurianum, Butyrivibrio fibrisolvens [34]. Archae , istilah ini lebih tepat daripada bakteri, yang ikut mengolah air limbah adalah metanothrix atau methanosaeta dan metanosarcina [33]. Merujuk [35], mikroba anaerob ini tidak mampu mereduksi persistensi virus dibandingkan dengan mikroba aerob yang ada di tanah. Ref [36] juga menyatakan bahwa mikroba mampu mereduksi persistensi virus pada temperatur tinggi tetapi kurang mampu pada temperatur rendah. Pada temperatur satu derajat Celcius dinyatakan bahwa poliovirus , sebagai salah satu jenis virus, mampu stabil selama 70 hari. Apabila mikroba anaerob tersebut tidak mampu dinonaktifkan oleh virus maka virus akan menjadikan mikroba sebagai inang untuk replikasi. Proses di kolam anaerobik tersebut berlangsung selama 24 jam sehari, yaitu selama air limbah dari penduduk mengalir ke dalam IPAL. Pada Gambar 2 juga dijelaskan tentang air limbah yang langsung masuk ke sungai tanpa diolah. Ada penduduk yang langsung membuang air limbah WC-nya ke selokan atau sungai. Artinya, pada faktanya di masyarakat, virus yang ada di dalam feses akan masuk ke lingkungan melalui air limbah yang diolah dan air limbah yang tidak diolah maka tidak mungkin ada efluen air limbah yang bebas virus ( unable to provide virus-free wastewater effluent ). Konsentrasi virus di dalam air limbah mentah antara 5,000–100,000 pfu/L [37] dan virus tersebut mampu direduksi oleh unit pengolahan. Persentase reduksinya bergantung pada unit bioproses yang diterapkan tetapi tidak ada unit bioproses yang memiliki efisiensi 100%. Oleh karena itu, konsentrasi virus antara 50–100 pfu/L ditemukan di effluent IPAL yang menuju ke sungai [37]. Ada juga sejumlah peneliti yang menyatakan bahwa konsentrasi virus di dalam feses manusia adalah rendah dan bisa cepat dinonaktifkan di dalam air. Tetapi beberapa bukti menunjukkan bahwa asumsi ini tidak selalu benar [38]. Gambar 2. Transmisi virus Korona dari tinja pasien ke sistem penyaluran air limbah, sungai, dan air bersih [22] Keterangan: A. Virus yang ada di dalam tinja, urin dan muntahan masuk ke sistem penyaluran air limbah. Aerosol di dalam ruang toilet banyak berisi virus. B. Virus mengalir bersama air di riul atau sewerage menuju IPAL dan pekerja sanitasi bisa terinfeksi. C. Ada air limbah yang bervirus langsung mengalir ke sungai. D. Virus masuk ke IPAL sehingga pekerja bisa terinfeksi virus dari air limbah yang belum diolah dan yang sudah diolah, juga terinfeksi dari virus di dalam lumpur ( sludge, biosludge, biosolid ). E. Efluen atau air limbah olahan yang masuk ke sungai masih berpotensi berisi virus. F. Virus yang bertahan ( survive ) di dalam lumpur ( sludge, biosludge, biosolid) yang diolah atau dibuang bisa menginfeksi pekerja dan orang lain yang bersentuhan dengan lumpur tersebut. G. Virus bisa menginfeksi orang yang berenang atau menggunakan air sungai yang menerima efluen IPAL. H. Pipa air limbah yang bocor bisa menginfeksi penduduk yang menggunakan air PDAM yang pipanya bocor. I. Air baku PDAM yang berasal dari sungai bisa berisi virus karena menerima efluen IPAL atau karena Buang Air Besar Sembarang (BABS). J. Penduduk bisa terinfeksi virus karena berasal dari air PDAM yang terinfeksi virus atau dari rembesan air limbah yang pipanya bocor dan masuk ke pipa distribusi yang juga bocor [39]. Dengan mendahulukan precautionary principle (prinsip kehati-hatian) maka dapat dikatakan bahwa ada sejumlah konsentrasi virus yang mampu hidup dan bertahan di kolam anaerobik. Juga mampu replikasi di dalam sel mikroba anaerob, termasuk archae metanogenik. Kolam oksidasi adalah kolam yang berlimpah dengan mikroba strict anaerob dan aerotolerants anaerob sehingga makin banyak virus yang bisa melakukan replikasi. Kolam ini harus mendapat perhatian khusus dari operator IPAL karena air limbah dan lumpurnya ( sludge ) kaya dengan virus yang berpotensi menginfeksi pekerja. Apabila sejumlah konsentrasi virus di kolam anaerobik ini mampu bertahan maka selanjutnya virus tersebut mengalir dan masuk ke kolam fakultatif. Kolam fakultatif adalah kolam yang menerima air limbah dengan tingkat polusi medium dan kecepatan pembebanan organiknya lebih kecil daripada kolam anaerobik. Kolam fakultatif juga biasa disebut wastewater lagoon (sebuah misnomer atau salah kaprah) dengan kedalaman air antara 1,2–2,5 m. Secara alamiah kolam ini terbagi menjadi dua lapisan, yaitu lapisan anaerobik di bawah dan lapisan aerobik di atas. Di antara kedua lapisan tersebut ada lapisan fakultatif. Waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan air limbah di kolam fakultatif ini antara 5–30 hari. Adapun endapan zat organik di kolam ini diolah oleh bakteri anaerob yang menghasilkan gas metana, karbondioksida, hidrogen sulfida, ammonia [32]. [19] menjelaskan bahwa di dalam kolam fakultatif terjadi proses utama dalam reduksi zat organik dengan kehadiran simbiosis mutualisme antara bakteri heterotrof dan algae. Bakteri heterotrof ini serupa p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 dengan bakteri di unit activated sludge atau trickling filter yang bertugas mengolah pencemar organik di dalam zone aerobik menjadi produk akhir oksidasi. Di bagian atas kolam fakultatif terjadi proses aerobik sehingga kaya oksigen. Oksigen di lapisan aerobik ini berasal dari dua proses alamiah yaitu reaerasi dari atmosfer dan hasil fotosintesis algae dengan bantuan sinar matahari. Algae menggunakan nutrisi dan karbondioksida yang dihasilkan oleh bakteri aerob dan archae anerob untuk proses fotosintesis. Simbiosis mutualisme inilah air limbah diolah dalam kolam fakultatif. Merujuk pada karakteristik kolam fakultatif tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kondisinya mendukung untuk pertumbuhan virus Korona baru. Proses yang terjadi tidak jauh berbeda dengan proses di kolam anaerobik yaitu di bagian bawah kolam fakultatif yang kondisinya anaerob. Sedangkan bagian atas kolam bersifat aerob sehingga persistensi virus Korona baru bisa lebih mudah direduksi dan lebih mudah dinonaktifkan. Kondisi aerobik yang banyak mengandung oksigen hasil fotosintesis algae ikut memberikan peluang hidup bagi bakteri aerob sehingga berpeluang menonaktifkan virus [35]. Operator IPAL juga harus waspada karena aliran air limbah yang masuk ke dalam kolam bisa saja teraduk ( mixing ) secara alamiah sehingga bagian atas yang aerob bisa pindah ke bawah dan bagian bawah yang anaerob bisa pindah ke atas. Perbedaan densitas air karena perubahan temperatur atmosfer dan cuaca bisa menjadi penyebabnya. Seperti dinyatakan oleh [37], ada potensi efluen kolam fakultatif ini mengandung banyak bakteri dan virus. Efluen ini kemudian masuk ke kolam maturasi dimana sesuai dengan namanya, di kolam ini terjadi proses pematangan ( maturation ) zat padat tersuspensi dan zat organik terlarut dan terjadi reduksi bakteri dan virus. Kolam maturasi ini memiliki kedalaman antara 30–45 cm sehingga sinar matahari dapat menembus ke semua lapisan kedalaman air. Sinar ultraviolet mampu membasmi bakteri dan virus seperti dinyatakan pada Gambar 1 . Sinar ultraviolet mampu mendestruksi virus tetapi kemampuan destruksinya berkurang apabila virus berada makin dalam dari permukaan air [40]. Temperatur air di kolam maturasi juga lebih tinggi daripada di kolam fakultatif dan kolam anaerobik karena air di kolam maturasi lebih jernih, sedikit mengandung zat padat tersuspensi yang dapat menghalangi sinar matahari masuk lebih dalam. Kenaikan temperatur dapat mengurangi daya tahan virus karena terjadi denaturasi protein dan kenaikan aktivitas enzim extraselular [36] [41]. Begitu pula kolam maturasi banyak mengandung oksigen sehingga bakteri aerob berkembang pesat yang diharapkan mampu mereduksi persistensi virus [35]. Dapatkah dikatakan bahwa efluen kolam maturasi sudah bebas dari bakteri dan virus? Jawabannya, belum bisa bebas bakteri dan virus karena efluen IPAL masih mengandung virus 50–100 pfu/L [37]. Sedikit saja bakteri dan virus yang ada di kolam maturasi terbawa ke luar menuju sungai maka dapat menyebarkan virus ke masyarakat. Potensi kontak virus dengan manusia menjadi mudah karena air sungai digunakan untuk mandi, sikat gigi, mencuci beras dan sayur dan aktivitas lainnya. Apalagi air limbah yang masuk ke IPAL Bojongsoang adalah air limbah mentah tanpa klorinasi. Proses pengolahan di IPAL milik PDAM Kota Bandung ini hanya mengandalkan peran archae anaerob, bakteri fakultatif, bakteri aerob dan cahaya matahari, tidak ada preklorinasi dan postklorinasi. Apabila dilengkapi dengan preklorinasi apakah pembasmian mikroba dan virus akan maksimum? Pembasmian tidak bisa optimal karena air limbah mentah berlimpah dengan zat padat serpihan feses. Serpihan dalam ukuran satu milimeter akan dijadikan tempat berlindung bagi bakteri dan virus sehingga sulit disentuh oleh disinfektan klor. Klor akan sulit mencapai bakteri dan virus yang berada di bagian dalam serpihan feses tersebut. Bakteri, virus, dan kista protozoa terlindungi oleh zat padat yang ada di dalam air limbah [42]. Daya tahan virus juga dipengaruhi oleh temperatur, zat organik (seperti feses), dan adanya mikroba aerob [41][43] [44]. Selain air limbah, apakah lumpur ( sludge ) di IPAL juga berbahaya? Sludge adalah endapan bioflok yang terdiri atas banyak jenis mikroba dan virus. Operator IPAL sebisa mungkin tidak kontak langsung dengan sludge tanpa Alat Perlindungan Diri (APD). Sludge atau biosludge di tiga jenis kolam tersebut berpotensi menyebarkan patogen ke dalam air sungai, air tanah, dan tanah yang dapat meningkatkan risiko terhadap kesehatan manusia [45]. Semua endapan sludge di dasar kolam anerobik, fakultatif dan maturasi berisiko karena cahaya matahari hanya mampu mencapai bagian permukaan air. Sinar matahari tidak mampu menembus zat padat serpihan feses yang mengadsorbsi virus apalagi kalau berada di bagian bawah permukaan air. Begitu juga pada waktu malam ketika tidak ada sinar matahari yang mengenai air limbah. Padahal air limbah yang berisi virus mengalir ke sungai siang dan malam selama 24 jam sehari. Di negara-negara yang sistem riulnya memenuhi syarat teknis dan operasional karena diawali oleh perencanaan dan perancangan yang memenuhi kaidah hidrolika dan biokimia maka strategi pemantauan bisa menjadi mudah dan tepat. IPAL-nya juga menggunakan proses aerob seperti activated sludge dan modifikasinya sehingga lebih mampu membasmi virus. Penggunaan activated sludge memang lebih mahal dibandingkan dengan kolam oksidasi. Masih ada masalah sanitasi lainnya di Kota Bandung yaitu p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 Buang Air Besar Sembarang (BABS) atau buang air besar di water closet (WC) di dalam rumah tetapi disalurkan langsung ke selokan atau sungai. Perilaku seperti ini pernah menimbulkan wabah penyakit hepatitis di India di sekitar Sungai Jumna (Yamuna). Jangan sampai pada masa depan terjadi wabah yang berawal dari air limbah oleh virus baru yang lebih persisten dan resisten terhadap zat kimia klor. Peneliti menyimpulkan bahwa IPAL Bojongsoang milik PDAM Kota Bandung belum mampu mencegah sebaran virus. Apabila ada virus Korona baru yang masuk ke sistem riul kota dari feses pasien COVID-19 maka belum ada mekanisme pengolahan yang optimal untuk menonaktifkan virus Korona baru. Namun demikian masih ada upaya yang bisa ditempuh yaitu dengan melengkapi kolam oksidasi dengan proses klorinasi, terutama setelah kolam maturasi. Meskipun tidak maksimum dalam membasmi virus tetapi masih bisa bermanfaat daripada tidak ada sama sekali proses klorinasi. Pemakaian fasilitas APD untuk operator dan kedisiplinan operator dalam memakai APD juga perlu ditingkatkan. Upaya pencegahan tersebut perlu dilaksanakan untuk mencegah virus-virus baru lainnya pada masa depan yang dapat menginfeksi penduduk yang memanfaatkan air sungai. ## 3.5. New Normal Pada masa new normal diperlukan sikap dan perilaku baru yang berbeda dengan masa normal sebelumnya. Secara mikrobiologi, new normal adalah kondisi setelah wabah (pascapandemi) yang sudah melewati fase decline (decrease) . Di dalam jurnal Annu. Rev. Microbiology, 1949: 3: 371-394 Jacques Monod menjelaskan tentang pola pertumbuhan bakteri. Kurva pertumbuhan mikroba ini bisa dijadikan analogi untuk persebaran wabah COVID-19. Sekali lagi, kurva ini adalah analogi pertumbuhan dan pengurangan jumlah penderita COVID-19. Gambar 3. Fase pertumbuhan mikroba [22] Keterangan: 1. Lag phase: growth rate null , adalah fase adaptasi; 2. Acceleration phase: fase percepatan laju pertumbuhan; 3. Exponential phase : fase laju tinggi, growth rate constant 4. Retardation phase : fase perlambatan pertumbuhan, growth rate decreases 5. Stationary phase: fase stabil, growth rate null 6. Phase of decline : fase penurunan, growth rate negative [46] Kurva dimulai dari fase lag, yaitu fase adaptasi dengan laju pertumbuhan nol. Kemudian fase akselerasi, yaitu laju pertumbuhan mulai meningkat. Berikutnya adalah fase eksponensial yaitu laju pertumbuhan tinggi dan lajunya konstan tinggi selama beberapa waktu sampai memasuki fase perlambatan ( retardation ) ketika laju pertumbuhan mulai menurun. Selanjutnya adalah fase stationary , yaitu fase pertumbuhan nol sehingga jumlah penderita relatif konstan. Terakhir adalah fase decline atau decrease , yaitu laju pertumbuhan negatif yang artinya jumlah penderita berkurang seiring dengan pergantian hari. Pengurangan ini membutuhkan waktu relatif lama sampai tercapai kondisi seperti semula pada waktu yang baru. Pada titik inilah bisa disebut fase awal yang berada di depan gerbang new normal . p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 Masuk ke fase new normal secara makna harfiah adalah setelah ditemukan vaksin yang bisa digunakan di seluruh dunia, diproduksi masal, dan murah harganya bagi mayoritas penduduk dunia. New normal adalah keadaan atau kondisi yang diharapkan normal dalam kehidupan sosial masyarakat tetapi konsisten melaksanakan protokol kesehatan dalam beberapa tahun ke depan. Bisa disebut sebagai tatanan dunia baru karena terjadi di seluruh dunia. Pada masa new normal ini maka peran PDAM menjadi signifikan dalam menyediakan air bersih untuk cuci tangan tanpa sabun karena sudah berisi klor, untuk membersihkan lantai, meja, kursi tempat ibadah dan semua benda lainnya. PDAM juga hendaklah berupaya mengelola IPAL yang mampu membasmi bakteri dan virus Korona baru serta senantiasa menerapkan protokol kesehatan untuk operator IPAL. ## 4. Kesimpulan Semua artikel yang membahas virus Korona penyebab SARS dan MERS menegaskan bahwa virus Korona bisa menyebar lewat percikan atau muncratan liur ( droplets ) yang mengenai orang lain dan bertahan aktif di benda-benda termasuk air minum. Karakteristik demikian juga berlaku untuk novel Corona virus penyebab COVID-19. Semua virus bisa dinonaktifkan dengan zat kimia seperti sabun, deterjen dan senyawa klor. Air PDAM diolah dengan proses klorinasi dan memiliki sisa klor bebas sehingga efektif membasmi bakteri dan virus. Klorinasi efektif menonaktifkan virus Korona baru dan jenis virus lainnya sehingga air PDAM layak digunakan untuk mencuci benda-benda di fasilitas umum yang diduga berisi virus. Dosis klor yang bisa diterapkan adalah 0,2–40 mg/l dengan sisa klor bebas 0,2– 0,5 mg/l. Air sumur yang digunakan untuk fasilitas umum sebaiknya diolah dengan kaporit tablet pada masa wabah COVID-19 dan pada masa normal baru. Jejak genetis virus Korona baru ditemukan di dalam sampel air limbah di Belanda. Virus korona baru masih satu famili dengan virus penyebab SARS dan MERS. Virus SARS sudah menyebar di dalam air limbah yang mengalir di dalam pipa-pipa gedung dan menginfeksi banyak orang yang menggunakan fasilitas alat plumbing tersebut. Jejak genetis virus SARS juga ditemukan di dalam air limbah mentah dan di dalam air limbah yang sudah diolah dengan disinfektan. Instalasi pengolahan air limbah kolam oksidasi tidak optimal dalam membasmi bakteri dan virus. Kemampuan archae anaerob lemah dalam mereduksi persistensi virus apabila dibandingkan dengan kemampuan bakteri aerob sehingga kolam yang optimal dalam membasmi bakteri dan virus adalah kolam maturasi. Sinar ultraviolet dari matahari juga mampu masuk lebih dalam ke dasar kolam maturasi. Tetapi pada waktu malam ketika tidak ada sinar matahari maka kemampuannya berkurang. Kolam oksidasi di IPAL Bojongsoang milik PDAM Kota Bandung tidak dilengkapi dengan proses klorinasi sehingga harus diwaspadai oleh masyarakat pengguna air Sungai Citarum sebagai badan air yang menerima efluen IPAL Bojongsoang. Prinsip kehati-hatian ( precautionary principle ) diperlukan agar terhindar dari bahaya laten virus baru pada masa new normal atau tatanan baru kehidupan pascapandemi. Peran PDAM sebagai penyedia air bersih yang berisi disinfektan klor menjadi makin penting pada masa normal baru. ## 5. Daftar Pustaka [1] Schoeman dan Fielding. Coronavirus envelope protein: current Knowledge , Virology Journal , 16:69. 2019 [2] Manocha, S., Walley, K.R., Russell, J.A. Severe acute respiratory distress syndrome (SARS): A critical care perspective . Critical Care Medicine , 31, 2684–2692. 2003 [3] Guan, Y., Zheng, B. J., He, Y. Q., Liu, X. L., Zhuang, Z. X., Cheung, C. L. Isolation and characterization of viruses related to the SARS Coronavirus from animals in Southern China . Science , 302, 276–279. 2003 [4] Lau, S. K. P., Woo, P. C. Y., Li, K. S. M., Huang, Y., Tsoi, H. W., Wong, B. H. L. Severe acute respiratory syndrome coronavirus-like virus in Chinese horseshoe bats . Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America , 102(39), 14040–14045. 2005 [5] Wang, L. F., Shi, Z., Zhang, S., Field, H., Daszak, P., & Eaton, B. T. 2006. Review of bats and SARS. Emerging Infectious Diseases , 12(12), 1834–1840. [6] Belshe, R. B. 1984. Textbook of human virology . Littleton: PSG Publishing Co, Inc. [9] Bosch, A., Rosa M. Pintó, and F. Xavier Abad. Survival and Transport of Enteric Viruses in the Environment. (www.ub.edu). 2006 [10] Bosch , A., Human enteric viruses in the water environment: a mini review International Microbiology, Vol. 1: 191–196, © Springer-Verlag Ibérica. 1998 p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 [11] Treado, S., M. Kedzierski, S. Watson, K. Cole. Contamination and Decontamination of Building Plumbing Systems . National Institute of Standards and Technology Gaithersburg, AIChE Annual Conference . 2006 [12] WHO. Guidelines for drinking water quality , 4th ed. World Health Org. Geneva, pp 1–541. 2011 [13] Doremalen, N. V., Bushmaker, Morris. The New England Journal of Medicine edisi 17 Maret 2020, a letter to the Editors of NEJM.org. 2020 [14] Tchobanoglous, G., Metcalf & Eddy. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal, Reuse , McGraw-Hill. 2003 [15] Reynold, T., Richard, P, A. Unit Operation and Processes in Environment Engineering Second Edition. PWS Publishing Company. 1996 [16] Fair G. M., J. C. Geyer, D. A. Okun. Water and Wastewater Engineering . Wiley, Vol.2. 1968 [17] Developments in Water Science. Waste Water Disinfection . Wastewater and Sludge Chlorination for Various Purposes , Chapter 11, Vol. 23, pp. 438-456. 1985 [18] Snoeyink, V dan Jenkins, D. Water Chemistry , John Wiley & Sons, New York. 1980 [19] Droste. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment . John Wiley, USA. 1997 [20] Cahyana, G. H. PDAM Bangkrut, Awas Perang Air , Sahara Golden Press Indonesia. 2004 [21] Clark, R. M., E. J. Read, J. C. Hoff. 1989. Analysis of Inactivation of Giardia Lamblia by Chlorine . Journal of Environmental Engineering , ASCE, 115: 80-90 [22] USEPA. Water Treatment Manual Disinfection . 2011 [23] Lawler D. F. dan P. C. Singer. Analyzing Disinfection Kinetics and Reactor Design: a Conceptual Approach versus the SWTR , J. American Water Works Association , 85, 11, pp. 67-76. 1993 [24] Pontius, F. W. Configuration, operations of system affect C x T value , Opflow 19(8): 7-8. 1993 [25] Lin, D. S. Water and Wastewater Calculation Manual , McGraw-Hill, USA. pp. 447-450. 2001 [26] Sawyer, C. N., McCarty P. L. Chemistry for Environmental Engineering , McGraw-Hill Book, Singapore. 1989 [27] Wang XW, Li J, Guo T, Zhen B, Kong Q, Yi B, Li Z, Song N, Jin M, Xiao W, Zhu X, Gu C, Yin J, Wei W, Yao W, Liu C, Li J, Ou G, Wang M, Fang T, Wang G, Qiu Y, Wu H, Chao F, Li J. Concentration and detection of SARS coronavirus in sewage from Xiao Tang Shan Hospital and the 309th Hospital of the Chinese People's Liberation Army . Water Sci Technol. 52(8):213-21. 2005 [28] Murphy, H dan B. Soule. Water Quality & Health Council . (Akses 20 April 2020) [29] Peiris, J. S. M., Chu, C. M., Cheng, V. C. C., Chan, K. S., Hung, I. F. N., Poon, L. L. M. Clinical progression and viral load in a community outbreak of coronavirus-associated SARS pneumonia: A prospective study . The Lancet , 361, 1767–1772. 2003 [30] Leung, W. K., To, K. F., Chan, P. K. S., Chan, H. L. Y., Wu, A. K. L., Lee, N. Enteric involvement of severe acute respiratory syndrome-associated coronavirus infection . Gastro-enterology , 125, 1011–1017. 2003 [31] Chan, K. H., Poon, L. M., Cheng, V. C. C., Guan, Y., Hung, I. F. N., Kong, J., Detection of SARS coronavirus in patients with suspected SARS . Emerging Infectious Diseases , 10, 294–299. 2004 [32] Horan, N. J. Biological Wastewater Treatment Systems , John Wiley & Sons. 1990 [33] Speece. R. E. “ Anaerobic Biotechnology for Industrial Wastewaters”. Archae Press. 1996 [34] Gottschalk, G. Bacterial Metabolism, Springer-Verlag , 2 nd . Ed., New York. 1986 [35] Hurst, C. J. Influence of aerobic microorganisms upon virus survival in soil . Can. J. Microbiol . 34: 696–699. 1987 [36] Hurst, C. J., Gerba, C. P., and Cech, I. Effects of environmental variables and soil characteristics on virus survival in soil . Appl. Environ. Microbiol . 40: 1067–1079. 1980 [37] Rao, V. C., Melnick, J. L. Environmental virology , in: Aspects of Microbiology 13 (J.A. Cole, C. J. Knowles, and D. Schlessinger, eds.), American Society for Microbiology , Washington, DC. 1986 [38] Yinyin, Y, Ellenberg, R. M., Graham, K. E., Krista R. Survivability, Partitioning, and Recovery of Enveloped Viruses in Untreated Municipal Wastewater , Environ. Sci. Technol ., 50, 5077−5085. 2016 [39] Wigginton K. R, Y. Ye and R. M. Ellenberg. Emerging investigators series: the source and fate of pandemic viruses in the urban water cycle , Environ. Sci.: Water Res. Technol , 1, 735. 2015 [40] Bitton, G. Introduction to Environmental Virology , John Wiley & Sons, New York. 1980 [41] John, D. E., Rose, J. B. Review of factors affecting microbial survival in groundwater . Environmental Science & Technology , 39 (19), 7345–7356. 2005 [42] Chen Y. S. R., O. J. Sproul, A. J. Rubin. Inactivation of Naegleria gruberi cysts by chlorine dioxide . Water Research , 19 (6): 783-789. 1985 p-ISSN : 2528-3561 e-ISSN : 2541-1934 [43] Melnick, J. L., & Gerba, C. P. The ecology of enteric viruses in natural waters . Critical Reviews in Environmental Control , 10, 65–93. 1980 [44] Sobsey, M. D., & Meschke, J. S. Virus survival in the environment with special attention to survival in sewage droplets and other environmental media of fecal or respiratory origin. Report for the World Health Organization , Geneva, Switzerland, p. 70. 2003 [45] Zhao, Q., Y. Liu. Is anaerobic digestion a reliable barrier for deactivation of pathogens in biosludge? Sci. Total Environ . 893–902. 2019 [46] Monod, J, Annu. Rev. Microbiol., 3: 371-394, Pasteur Institute, Paris, France, diunduh dari www.annualreviews.org. 1949
aced50ff-5c53-4938-9a24-fc481c771654
https://pusdikra-publishing.com/index.php/jetl/article/download/33/25
## JOURNAL OF EDUCATION AND TEACHING LEARNING Journal of Education and Teaching Learning, 2019 Vol. 1, No. 1, 30-37 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN P ADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK Dina Haloho SMP Negeri 1 Patumbak ## ABSTRAK Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Patumbak di Jalan Perjuangan II No 112, Desa Sigaragara, Kecamatan Patunbak, Kabupaten Deli Serdang. Materi Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelas adalah Sistem Pencemaan dan Sistem Penaparan pada Manusia. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sarnpai dengan Desember 2013. Subjek dalarn penelitian ini sebanyak I (satu) kelas yaitu kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Patumbak sebanyak 40 orang. Pemilihan kelas ini sebagai tempat penelitian karena hasil belajar dan aktivitas belajar siswa di kelas ini masih kurang memuaskan, dan di kelas ini tersedia instalasi listrik sehingga memungkinkan menggunakan media infokus. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berrnain peran hasil belajar siswa dari Siklus ke Siklus berikutnya mengalami peni ngkatan. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif bermain peran pada Formatif I dan Forrnatif II menunjukkan 24 orang tuntas individu dan tuntas kelas sebesar 60% dan 34 orang tuntas individu dan kelas 85% tuntas kelas. Ini berarti siklus I belum mencapai ketuntasan minimum, namun pada siklus II telah mecapai ketuntasan minimum. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis, membaca (29,6%), mengerjakan LKS (3 1,5% ), bertanya sesama teman (15,8%), bertanya kepada guru (15%), dan yang tidak relevan dengan KBM (8,1%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain menulis, membaca (25%), mengerjakan LKS (48%), bertanya sesama teman (12%), bertanya kepada guru (9%), dan yang tidak relevan dengan KBM (6%). Minat belajar siswa dari sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif bermain peran mengalami peningkatan setelah diterapkkannya model pembelajaran kooperatif bermain peran. Berdasarkan data yang diperoleh dengan memberikan angket kepada siswa, sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif bermain peran rata-rata sikap senang terhadap pelajaran IPA Terpadu yakni 67,9 meningkat menjadi 80,5 setelah penerapan model pernbelajaran PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK kooperatif bermain peran, sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif berrnain peran rata-rata sikap ingin tahu siswa terhadap pelajaran IPA Terpadu 71,9 meningkat menjadi 81,2 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif bermain. Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Pembelajaran Bermain Peran ## PENDAHULUAN Apa yang sebenarnya yang diharapkan guru dalam mengajar? Sebagai pendidik, peran guru di dalam kelas menghadapi 25 sampai 40 anak didik dan mungkin saja menghabiskan lebih kurang lima jam setiap hari. Bahkan para guru melakukan komunikasi dengan para peserta didik, secara individu atau kelompok dalam keberagaman bentuk interaksi untuk mencapai tujuan pengajaran. Para guru diharapkan dapat mengendalikan, mengarahkan, membimbing, menyampaikan materi pelajaran, menjelaskan dan membawa peserta didik pada situasi pembelajaran yang mendekati kepuasan peserta didik. Meburut Bloom dalam Syafaruddin (2005:38) dari hasil penelitian ditemukanbahwa dalam peristiwa pembelajaran, yaitu: 1) Ada pelajar-pelajar yang baik dan kurang baik, 2) Ada pelajar yang cepat dan pelajar yang lambat, dan 3) Kebanyakan pelajar menjadi sangat erat keberhasilannya dengan kemampuan belajar, tingkat pembelajaran lebih tinggi, dan motivasi pembelajaran lebih tinggiyang diberikan dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan. Tentu saja mengajar bukan tugas mudah. Hal yang diharapkan adalah guru melaksanakan pembelajaran efektif. Guru mengajar dengan efektif dan murid belajar secara efektif pula dengan memperoleh keterampilan khusus, pengetahuan dan terbentuk sikapnya. Karena itu pengajar efektif adalah juga pengajar yang siswanya merasa senang dan bermakna. Para guru harus memperbaiki sistem, strategi dan manajemen pembelajaran yang cenderung menekankan aspek kognitif semata, sebab dengan cara seperti itu nilai hanya sampai pada dataran pengetahuan atau diketahui saja tapi kurang sampai pada dataran pengalaman atau keahlian. Penerapan pembelajaran IPA di kelas VIII-1 SMP Negeri 1 Patumbak yang berlangsung hampir monoton tidak lagi terasa menantang bagi siswa kelas VIII-1 sehingga minat belajarnya menurun. Keadaan ini ternyata berujung pada ketidaktercapaian ketuntasan belajar siswa kelas VIII-1 secara klasikal. Beberapa siswa yang unggul nilainya PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK memuaskan narnun tidak sedikit siswa yang nilainyadi bawah ketuntasan. Kemudian sikap individualisme siswa masih tinggi, dan aktivitas siswa dalam belajar masih banyak yang tidak relevan dengan KBM Dalam mempelajari IPA di SMP Negeri 1 Patumbak selama ini, aktivitas belajar siswa juga belum dapat dikatagorikan aktif. Memang siswa selalu mengumpulkan tugas (PR) mereka, namun pada saat proses pembelajaran siswa masih pasif. Jarang siswa yang bertanya dan hanya beberapa siswa (3 siswa) yang menjawab pertanya yang diajukan oleh peneliti. Pada saat peneliti (guru) melakukan pembelajaraan kooperatif$un siswa sering melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM, seperti bercerita pada saat diskusi, mengganggu teman, ataupun keluar masuk kelas yang mana sikap dan aktivitas belajar siswa ini mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa kurang Memuaskan/kurang baik. Sebagai contoh nilai harian I siswa yang dilakukan pada bulan Agustus hanya 45% siswa yang mendapat nilai lulus KKM IPA (75) yang ditetapkan di SMP Negeri 1 Patumbak, tempat peneliti (guru) bertugas. Siswa kelas VIII-1 kurang dituntut mengembangkan kemampuan berpikir tinggi sehingga siswa akan mengalami kesulitan bila siswa dihadapkan kepada bahan pembelajaran baru yang menghendaki penalaran intelektual. Sedangkan pembelajaran saat ini sangat menuntut kemampuan siswa dalam berpikir. Bukanhanya sekedar memiliki kemampuan prosedural menyelesaikan soal-soal. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mengupayakan perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan dengan cara menerapkan model pembelajaran bermain peran. Pada penelitian ini, peneliti (guru) akan membuat skenario yang menjelaskan materi ajar kepada siswa. ## METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Patumbak di Jalan Perjuangan II No 112, Desa Sigaragara, Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deli Serdang. Materi Pembelajaran yang diterapkan selama pengambilan data di kelas adalah Sistem Pencemaan dan Sistem Pemaparan pada Manusia. Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2013 sarnpai dengan Desember 2013. Subjek dalarn penelitian ini sebanyak I (satu) kelas yaitu kelas VIII- 1 SMP Negeri 1 Patumbak sebanyak 40 orang. Pemilihan kelas ini sebagai tempat penelitian karena hasil belajar dan aktivitas belajar siswa di kelas ini masih kurang memuaskan, dan di kelas ini tersedia instalasi listrik sehingga memungkinkan menggunakan media infokus. ## PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Siklus I Nilai terendah Formatif 1 adalah 40 dan tertinggi adalah 90 dengan 16 orang mendapat nilai dibawah knteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 60%. Nilai ini berada di sedikit bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus 1 kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 72. Data hasil Formatif 1 ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut: ## Data Aktivitas Belajar Siswa Selain hasil belajar siswa pada siklus I juga ditemukan skor aktivitas belajar siswa. Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat seiama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit dalam satu siklus. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai yang teramati untuk satu kategori aktivitas selama 40 menit adalah 20 kali. Pada siklus 1 rata-rata aktivitas 1 yakni menulis dan membaca memperoleh proporsi 29,6%. Nilai ini menunjukkan bahwa penerapan model masih asing bag siswa, sebagian besar siswa belurn memahami kegiatan apa yang dikerjakanya sehingga aktivitas individual dalam diskusi yang pasif masih mendominasi. ## Refleksi Setelah Peneliti (guru) melaksanakan tindakan pada siklus I, dengan Model Pembelajaran Bermain Peran kemudian di evaluasi maka ditemukan kekurangan- kekurangan antara lain: 1. Guru sudah mengolahan pembelajaran dengan cukup baik, hanya saja ada dua aspek yang meninggalkan nilai hxrang baik yakni menghubungkan pelajaran sekarang dengan pelajaran terdahulu dan pengelolahan waktu. 2. Siswa pada saat bermain peran masih tergantung untuk membaca teks skenario, sehlngga masih tersendat-sendat mengungkapkan dialognya. Hal ini mengakibatkan penampilan siswa kurang menarik, dan siswa yang memperhatikan inenjadi kurang serius dan antusias. 3. Nilai yang diperoleh siswa pada tes formatif 1 yang mencapai KKM (75) masih sebanyak 24 siswa dari 40 siswa atau sebesar 60%. Namun hasil belajar siswa ini sudah meningkat di bandingkan dengan hasil pretes siswa. ## PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK 4. Aktivitas belajar siswa sudah terjadi peningkatan, namun masih dikatagorikan kurang aktif karena, tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM yakni 8,1% dan masih tingginya anktivitas individual membaca dan menulis 29,6%. Berdasarkan hasil tersebut Peneliti (guru) merasa masih kwang memuaskan, karena tindakan pada siklus I belum berhasil. Maka Peneliti berencana pada tindakan tindakan pada siklus II dengan merevisi beberapa tindakan pada siklus I agar menjadi lebih maksimal pada siklus II. ## Siklus II Merujuk pada Tabel 4.6, nilai terendah untuk Formatif II adalah 30 dan tertinggi adalah 90 dengan 6 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 85%. Nilai ini sudah mencapai kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus 2 berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 77. ## Aktivitas Belajar Siswa Selain hasil belajar siswa pada siklus II juga ditemukan skor aktivitas belajar siswa. Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM atau 40 menit dalam satu siklus. Dengan pengamatan setiap 2 menit, maka nilai yang teramati untuk satu kategori aktivitas selama 40 menit adalah 20 kali. ## Minat siswa Sikap konstrukiif siswa terhadap mata pelajaran diidentifikasi melalui kuisioner yang diberikan kepada siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif bermain peran dan setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe bermain peran. Kuisioner yang diberikan terdiri dari dua puluh item yang terbag dalam tiga indikator. Penilaian dilakukan melalui skala penilaian yang terdiri dari empat skala mulai dari 1 sampai 4. Berdasarkan analisis kegagalan siklus I memiliki beberapa kekurangan, oleh karena itu sebelum pelaksanaan siklus II peneliti harus terlebih dulu merencanakan revisi (tindakan perbaikan). Adapun kekurangan dan revisi siklus II yang dilaksanakan ialah: ## Kekurangan siklus I 1. Siswa pada saat bermain peran masih tergantung untuk membaca teks skenario, sehingga inasih tersendat-sendat mengungkapkan dialognya. Hal ini mengakibatkan ## PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK penampilan siswa kurang menarik, dan siswa yang memperhatikan menjadi kurang serius dan antusias. 2. Nilai yang diperoleh siswa pada tes formatif 1 yang mencapai KKM (75) masih sebanyak 24 siswa dari 40 siswa atau sebesar 60%. Namun hasil belajar siswa ini sudah meningkat di bandingkan dengan hasil pretes siswa. 3. Aktivitas belajar siswa sudah terjadi peningkatan, namun masih dikatagorikan kurang aktif karena, tingginya aktivitas yang tidak relevan dengan KBM yakni 81% dan lnasih tingginya anktivitas individual membaca dan menulis 29,6%. Perbaikan yang dilakukan adalah: 1. Meningkatkan pengawasan terhadap proses diskusi siswa. Siswa yang ribut dikenai hukuman agar tidak mengganggu temannya yang lainnya. 2. Agar siswa tidak tersendat-sendat lagi, pada saat bermain peran, maka peneliti (guru) memilih siswa yang dianggap mampu untuk memerankan tokoh pada skenario yang sudah disiapkan guru dan membentuk 2 grup yaitu grup A dan grup B. Guru tidak lagi menyuruh setiap kelompok untuk melakukan drama/ penampilan melainkan melalui dua grup yang nantinya grup tersebut digilir tampil pada petemuan 3 dan 4. 3. Agar siswa lebih memahami materi pelajaran system pernapasan peneliti (guru) di akhir pembelajaran untuk memberikan penguatan dengan memutar video Sistem Pernapasan Manusia, jadi guru tidak llanya menampilkan gambar-gambar atau charta. Untuk aktivitas belajar siswa dari siklus I mengalami peningkatan pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan observer pada siklus I aktivitas siswa yang paling dominan yakni mengejakan LKS (31,5%), aktivitas menulis, membaca (29,6%), akbvitas bertanya pada teman (1 5,8%), aktivitas bertanya pada guru (15%), dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM (8,1°A). Pada siklus II aktivitas menulis,membaca menurun menjadi 25% yang mana menunjukkan siswa lebih bersifat kooperatif sehingga menurun aktivitas individualisme menulis dan membaca. Aktivitas mengerjakan LKS naik menjadi 48% yang menunjukkan siswa lebih antusias terhadap pembelajaran, lebih kondusif mengikuti pelajaran, dan lebih aktif. Aktivitas bertanya pada teman menjadi 12%, hal ini kurang baik menurut peneliti, seharusnya aktivltas ini meningkat agar menunjukkan sifat kooperatif siswa meningkat. Aktivitas bertanya pada guru turun menjadi 6% yang menunjukkan siswa lebih terampil PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK berpikir sendiri dan berkurang keterganluilgannya kepada gurunya. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM turun menjadi 6% yang menunjukkan siswa lebih kondusif dan serius mengikuti pelajaran. Minat belajar siswa dari sebelum pelaksanaan peinbelajaran dengan model pembelajaran kooperatif bermain peran mengalami peningkatan setelah diterapkkannya model pembelajaran kooperatif bermain peran. Berdasarkan data yang diperoleh dengan memberikan angket kepada siswa, sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif bermain peran rata-rata sikap senang terhadap pelajaran IPA Terpadu yakni 67,9 meningkat menjadi 80,5 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif bermain peran, sebelum dilakukan peinbelajaran kooperatif bermain peran rata-raia sikap ingin tahu siswa terhadap pelajaran IPA Terpadu 71,9 meningkat menjadi 81,2 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif bermain peran. Sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif bermain peran rata- rata sikap ingin membantu yang kesulitan belajar IPA Terpadu yakni 61,6 meningkat menjadi 80,9 setelah penerapan metode pembelajaran kooperatif bermain peran. ## KESIMPULAN Setelah data-data tes hasil belajar, dan aktivitas belajar siswa, selama belajar terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif bermain peran hasil belajar siswa dari Siklus ke Siklus berikutnya mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif bermain peran pada Formatif I dan Forrnatif II menunjukkan 24 orang tuntas individu dan tuntas kelas sebesar 60% dan 34 orang tuntas individu dan kelas 85% tuntas kelas. Ini berarti siklus I belum mencapai ketuntasan minimum, namun pada siklus II telah mecapai ketuntasan minimum. 2. Data aktivitas siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain menulis,membaca (29,6%), menge rjakan LKS (31,5%), bzrtanya sesama teman (15,8%), bertanya kepada guru (15%), dan yang tidak relevan dengan KBM (8,1%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain menulis, membaca (25%), mengerjakan LKS (48%), bertanya sesama teman (12%), bertanya kepada guru (9%), dan yang tidak relevan dengan KBM (6%). ## PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN PADA BIDANG STUDI IPA TERPADU MATERI SISTEM PENCERNAAN DAN PERNAPASAN MANUSIA DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 1 PATUMBAK 3. Minat belajar siswa dari sebelum pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif bermain peran mengalami peningkatan setelah diterapkkannya model pembelajaran kooperatif bermain peran. Berdasarkan data yang diperoleh dengan memberikan angket kepada siswa, sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif bermain peran rata-rata sikap senang terhadap pelajaran IPA Terpadu yakni 67,9 meningkat menjadi 80,5 setelah penerapan model pernbelajaran kooperatif bermain peran, sebelum dilakukan pembelajaran kooperatif bermain peran rata-rata sikap ingin tahu siswa terhadap pelajaran IPA Terpadu 71,9 meningkat menjadi 81,2 setelah penerapan model pembelajaran kooperatif bermain. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., (2003), Munajen~enP enelilian, Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 200 1. Dasur-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta Fogg, P. (2001). A history professor engages students by givrng them a role in the action.Chronicle of figher Education. Jill Hadfield (1 986). Classroom Dynamic. Oxford University Press Joyce, B. R., & Weil, M. (2000). Role Playing; Studying Social Behavior and Values. In Models of Teaclzing. Allyn and Bacon. Joyce,B., Weil, M. & Calhoun, E. (2009), Model-Model Pentbefajaran, Edisi Delapan, Pustaka Belajar, Yogyakarta. Nur, Moh. 200 1. Pemolivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press. Universitas Negeri Surabaya. Poorman, P. B. (2002. Biograplzy and role-playing:fostering empathy in ubnornzal psycholoa. Teaching of Psychology. Sardiman, (2001), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Relajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara. Slameto, (2003), Belajur dun Faktor-Faktor yang Menzpengurulzinya, hneka Cipta, Jakarta. Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suaru Pen~lekutan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Trianto, (2007), Model-Model Pem belajaran Inovalrf Berorientasi Kotzstruktivistik, restasi Pustaka, Jakarta.
bfb1194d-42c0-4a78-b116-136d21e327b4
https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam/article/download/1992/855
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan https://jurnal.stiq-amuntai.ac.id/index.php/al-qalam P-ISSN: 1907-4174; E-ISSN: 2621-0681 DOI : 10.35931/aq.v17i2.1992 ## PEMBANGUNAN POLITIK HUKUM ISLAM PADA MASA ORDE BARU, REFORMASI DAN PASCA REFORMASI ## Syafruddin Syam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara [email protected] Syahrul Institut Agama Islam Daar Al Uluum Asahan [email protected] Siti Ameliyah Institut Agama Islam Daar Al Uluum Asahan [email protected] ## Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi pembangunan politik hukum Islam di Indonesia pada masa orde baru, masa reformasi dan setelah reformasi temasuk juga mengenai sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam di Indonesia. Hubungan antara Islam dan pemerintah juga mengalami pasang surut selama kepemimpinan Indonesia. Ada masa ketika Islam memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan, meski seringkali negara mengambil alih dan mendominasi peran politik Islam. Pendekatan penelitian yang pilih pada penelitian ini adalah model deskriptif kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah studi kepustakaan, di mana kegiatannya dilakukan dengan menghimpun data yang bersifat kepustakaan dan berkaitan dengan judul penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akomodasi politik pemerintah kepada umat Islam yang jumlahnya mayoritas—baik pada masa orde baru maupun masa reformasi dan setelahnya—hukum Islam digunakan untuk memperlancar pelaksanaan kebijakan pemerintah. Selain itu, terbitnya kebijakan-kebijakan yang populis bagi umat Islam terjadi akibat baiknya hubungan antara agama dan negara. Hal itu terlihat dengan lahirnya sejumlah produk hukum nasional yang mengakomodasi kebutuhan umat Islam seperti UU Perkawinan, UU Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, dan UU Zakat. Kata Kunci: politik hukum Islam, akomodasi politik pemerintah, produk hukum. ## Abstract The purpose of this research is to analyze the condition of the political development of Islamic law in Indonesia during the New Order era, the reform period and after the reform including the history of the growth and development of Islamic law in Indonesia. Relations between Islam and the government also experienced ups and downs during Indonesia's leadership. There were times when Islam played an important role in the decision-making process, although often the state took over and dominated the political role of Islam. The research approach chosen in this research is a qualitative descriptive model, while the type of research is a literature study, in which the activities are carried out by collecting data that is of a literary nature and is related to the title of this research. The results of the research show that the government's political accommodation to the majority of Muslims—both during the New Order era and the reform period and after—Islamic law was used to facilitate the implementation of government policies. In addition, the issuance of populist policies for Muslims has occurred as a result of the good relationship between religion and the state. This can be seen from the birth of a number of national legal products that accommodate the needs of Muslims such as the Marriage Law, the Religious Courts Law, the Compilation of Islamic Law, the Hajj Implementation Law, and the Zakat Law. Keywords: Islamic legal politics, government political accommodation, legal products. ## 1 ## PENDAHULUAN Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang pedomani dan ditaati oleh mayoritas penduduk dan rakyat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam yang eksis dalam kehidupan nasional serta merupakan bahan dalam pembinaan dan pengembangannya. 1 Hal ini yang oleh Nur Ahmad Fadhil Lubis dikatakan bahwa perjuangan untuk mewujudkan hukum Islam menjadi fokus dan perhatian segenap umat Islam. 2 Demi melaksanakan tuntunan ajaran agama secara kaffah, umat Islam akan terus berusaha untuk memperjuangkan supaya nilai-nilai ajaran Islam dapat dimasukkan ke dalam hukum positif Indonesia. Perjuangan itu tentunya penuh dengan berbagai dinamika. Dan dinamika politik hukum Islam dalam perjalanan sejarah di Indonesia menghadapi situasi pasang surut yang banyak bergantung pada keselarasan hubungan antara Islam dan negara. 3 Singgungan antara politik dan hukum Islam sebenarnya telah muncul sejak pada masa awal Islam. Sebagaimana dinyatakan Abd. Shomad, perkembangan hukum Islam sangat erat kaitannya dengan persoalan politik, karena masalah yang yang muncul dalam Islam pertama kali memang bekisar pada permasalahan politik yaitu masalah suksesi kepemimpinan dan dosa besar yang kemudian melebar ke dalam masalah teologi dan hukum. 4 Masuknya hukum Islam ke Indonesia berbarengan dengan datangnya orang Islam ke bumi nusantara. 5 Secara umumnya, orang Indonesia menerima Islam karena meyakini bahwa Islam akan memenuhi kebutuhan materi dan alamiah mereka. 6 Dengan masuknya Islam ke nusantara maka berdirilah kesultanan- kesultanan Islam. Setelah itu, lahirlah badan peradilan yang berlandaskan hukum Islam yang beberapa di antaranya mendapatkan bentuk ketatanegaraan pada zaman kerajaan-kerajaan Islam tersebut. 7 Pasca kemerdekaan Indonesia, hubungan antara Islam dan pemerintah mengalami pasang surut, pada banyak keadaan Islam berperan penting dalam proses pengambilan keputusan, meskipun sering juga negara berperan penting dan menutup peran politik Islam. Hal tersebut di atas yang memikat penulis untuk membahasnya dalam penelitian ini, yaitu bagaimana 1 Sofyan, “Prospek Hukum Islam Di Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional”, tulisan dalam Majalah An-Nida’, yaitu Majalah Ilmu Pengetahuan Agama Islam yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian IAIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/358284331 tanggal 25 Desember 2022. 2 Nur Ahmad Fadhil Lubis, “Aktualisasi Hukum Islam: Beberapa Catatan Pendahuluan”, dalam Akhmad Mujahidin, Aktualisasi Hukum Islam: Tekstual dan Kontekstual (Pekanbaru: PPS UIN Suska Riau, 2008), h. x. 3 Lihat: Leli Salman Al-Farisi, “Politik Hukum Islam Di Indonesia; Membedah Kerancuan Bukan Negara Agama dan Bukan Negara Sekuler”, Volume 11, Noomor 2, Jurnal Aspirasi (Agustus 2021), h. 20. 4 Abd. Shomad, Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Islam (Jakarta: Kencana, 2012), h. 3-4. 5 Ibid. 6 Dedi Ismatullah, Sejarah Sosial Hukum Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), h. 357. 7 Shomad, Hukum Islam, h. 4. pembangunan politik hukum Islam yang terjadi Indonesia terutama pada masa orde baru dan masa reformasi dan pasca reformasi? Ada banyak penelitian terdahulu mengenai politik hukum Islam di Indonesia walaupun belum penulis temukan satu judul penelitian yang menjelaskan mengenai pembangunan politik Islam di Indonesia pada masa orde baru, reformasi dan pasca reformasi. Beberapa penelitian terkait yang penulis temukan antara lain seperti penelitian Syaifullahil Maslul dan Achmad Arif yang berjudul “Hukum Islam dan Politik Hukumnya dalam Hukum Nasional” menyimpulkan bahwa hukum Islam merupakan bagian dari tiga sumber hukum mainstream yang membangun hukum nasional, yaitu hukum Islam, hukum adat dan hukum barat. Dasar positivisasi dari hukum Islam adalah Pancasila yang merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Pancasila telah memberikan ruang hukum Islam untuk dijadikan sebagai sumber hukum nasional. Penelitian ini juga menjelaskan bahwa politik hukum Islam di masa mendatang haruslah diorientasikan kepada dua hal, pertama membina kelompok yang secara sadar mau memperjuangkan hukum Islam. Kedua , politik hukum Islam harus diprioritaskan untuk membangun dan memperjuangkan hukum Islam termasuk juga pembaharuan hukum Islam (tajdid) dalam konteks keindonesiaan pada masa mendatang. 8 Kemudian ada penelitian Muhsin Aseri yang berjudul “Politik Hukum Islam Di Indonesia”. Temuan penelitian ini menyatakan bahwa konfigurasi politik biasanya akan berpengaruh kepada sifat dan karakter produk hukum Islam yang dihasilkan. Selain itu, di Indonesia, politik hukum sangat berpengaruh terhadap kedudukan dan fungsi hukum Islam. Penerapan hukum Islam di Indonesia juga merupakan refleksi kajian politik hukum Islam. 9 Kemudian ada juga penelitian Ahmad Suganda yang berjudul “Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum Indonesia (The Implementation of Islamic Law and Its Influence on Indonesian Legal Politics ). Penelitian ini menyimpulkan bahwa hukum Islam mempunyai peluang besar untuk dapat diimplementasikan terhadap politik hukum di Indonesia secara gradual, sehingga terpolarisasi dalam pembentukan sistem hukum yang berlaku di Indonesia. 10 Ketiga penelitian terdahulu tersebut tidak secara rinci menjelaskan mengenai pembangunan politik hukum di Indonesia. Penelitian Syaifullahil Maslul dan Achmad Arif misalnya hanya menjelaskan dasar hukum positivisasi hukum Islam dan politik hukum Islam dalam ius constituendum yang memaparkan berbagai teori dalam penerapan hukum Islam di 8 Syaifullahil Maslul & Achmad Arif, “Hukum Islam dan Politik Hukumnya dalam Hukum Nasional”, Volume 3, Nomor 1, Al-BayyinaH: Jurnal Islamic Law (Tahun 2019). 9 Muhsin Aseri, “Politik Hukum Islam di Indonesia”, Volume 9, Nomor 17, Al Qalam (2016). 10 Ahmad Suganda, “Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum Indonesia (The Implementation of Islamic Law and Its Influence on Indonesian Legal Politics ), Volume 29, Nomor 02, Jurnal at-Tadbir (Juli 2019). Indonesia. Penelitian Muhsin Aseri juga tidak memaparkan apa yang akan dijelaskan dalam penelitian ini. Penelitian Aseri hanya memaparkan konseptualisasi politik hukum Islam di Indonesia meliputi tiga konsep yaitu hukum Islam, konfigurasi politik, dan karakter produk hukum. Sisanya Asei lebih fokus pada uraia mengenai teori pemberlakuan hukum Islam di Indonesia sebagaimana juga penelitian Syaifullahil Maslul dan Achmad Arif di atas. Kemudian penelitian Ahmad Suganda juga lebih fokus pada uraian mengenai penerapan hukum Islam di Indonesia namun tidak secara rinci menjelaskan polarisasi pembangunan hukum Islam di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan sangat berbeda dengan beberapa penelitian di atas. Pertama , penelitian ini hanya akan fokus pada masalah pembangunan politik hukum Islam di Indonesia. Kedua, scope kajian hanya dibatasi pada masa orde baru dan masa reformasi dan setelah reformasi saja. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam di Indonesia dan kondisi pembangunan politik hukum Islam di Indonesia pada masa orde baru, masa reformasi dan setelah reformasi. ## STUDI LITERATUR Istilah politik hukum di dalam bahasa Belanda diterjemahkan dari istilah rechtpolitiek yang mulai populer pada awal abad 20 setelah kebangkitan kaum liberal dalam usahanya mereformasi tatanan hukum liberal. 11 Menurut Moh. Mahfud MD, makna politik hukum bisa bermacam-macam. Namun karena banyaknya kesamaan substansif antara beberapa definisi yang ada, maka ia berpendapat bahwa politik hukum adalah legal policy yang akan dibuat atau telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia secara nasional, meliputi pertama, pembangunan hukum yang intinya adalah memperbaharui materi hukum sesuai kebutuhan, kedua , pelaksanaan ketentuan yang ada, termasuk penguatan tanggung jawab lembaga dan pengembangan lembaga penegak hukum. 12 Politik hukum adalah “policy behind the legal policy”, demikian Bagir Manan mendefinisikan istilah politik hukum . Menurutnya sifat politik hukum terbagi dua, yaitu politik hukum yang bersifat tetap dan politik hukum yang bersifat sementara. 13 Ia juga membagi dua jenis politik hukum kepada dua jenis, yaitu: 1) politik hukum pembentukan hukum yang meliputi tata cara, prosedur maupun penentuan isi dari suatu produk hukum yang hendak dibuat, 2) politik 11 Syahriza Alkohir Anggoro, “Politik Hukum: Mencari Sejumlah Penjelasan”, Volume 10, Nomor 1, Jurnal Cakrawala Hukum (Juni 2019), h. 79. 12 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet.-6, 2018), h. 17. 13 Anggoro, “Politik Hukum: Mencari Sejumlah Penjelasan”, h. 81. hukum penegakan hukum, yang meliputi kebijakan di bidang pengadilan, tata cara penyelesaian di luar proses pengadilan (negosiasi, arbitrase dan rekonsiliasi) serta kebijakan pelayanan hukum. 14 Politik hukum menurut Mahfud MD termasuk proses pembuatan dan penegakan hukum yang dapat menunjukkan cara dan arah di mana hukum itu akan dibangun dan ditegakkan 15 Ahmad Hafidh berpendapat bahwa politik hukum juga merupakan produk dari dinamika sosial, politik, dan budaya yang hidup dan berkembang. Politik hukum buka hanya sekedar suatu rumusan kebijakan yang bebas nilai, akan tetapi juga hasil dari sebuah proses tarik-menarik kepentingan antar kelompok yang ada dalam suatu negara, termasuk juga adanya pengaruh sejarah, filosofi, dan karakteristik kehidupan yang dianut di dalamnya. 16 Di dalam bahasa Arab, istilah politik hukum Islam (al-siyasah al-syar’iyyah) merupakan aplikasi dari “maslahah mursalah” , 17 yaitu mengatur kesejahteraan manusia melalui hukum yang ketentuannya tidak termuat di dalam hukum syara’. 18 Menurut Abdul Wahab Khallaf dalam perspektif politik hukum Islam, sistem hukum terbagi menjadi dua macam: 1. Produk hukum yang dihasilkan oleh mujtahid fikih yang didasari oleh metodologi yang mereka ciptakan, 2. Kebijakan pakar-pakar politik dalam merealisasikan kemaslahatan untuk menghadapi perkembangan zaman. Mengutamakan kemaslahatan menurut para ahli dapat diprioritaskan sejauh tidak menyimpang dari batasan-batasan yang dibenarkan oleh agama. 19 Dari penelitiannya, Aseri menyimpulkan istilah politik hukum Islam adalah legal policy yang akan atau telah dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dalam mengatur dan melindungi masyarakat Indonesia dengan dibentuknya undang-undang serta aturan permanen bagi umat Islam melalui legislasi atau bentuk akomodasi politik lain. 20 ## METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang pilih adalah model deskriptif kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah studi kepustakaan, di mana kegiatannya dilakukan dengan menghimpun data 14 Ibid . 15 Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, h. 17. 16 Ahmad Hafidh, “Pertarungan Wacana Politik Hukum Islam di Indonesia”, Volume 3, Nomor 3, Yustisia (September-Desember 2014), h. 109. 17 Maslahah mursalah adalah metode ijtihad yang sama dengan metode ijtihad yang lain. Maslahah Mursalah adalah metode istinbath hukum yang perkaranya tidak diatur secara khusus dalam Alquran dan Hadis Nabi. Metode ini lebih mengutamakan pada aspek kemaslahatan secara langsung. Lihat: Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 141. Mengenai kehujjahan maslahah mursalah baca: Nawawi, Ushul Fiqh: Sejarah, Teori Lughawy, dan Teori Maqashidy (Batu Malang: Literasi Nusantara, 2020), h. 86-89. 18 Aseri, “Politik Hukum Islam di Indonesia”, h. 145-146. 19 Ibid. 20 Ibid. yang bersifat kepustakaan dan berkaitan dengan judul penelitian ini. Kajian deskriptif kualitatif adalah gabungan penelitian deskriptif dengan penelitian kualitatif. Penelitian tersebut menunjukkan hasil data secara apa adanya dan tidak dengan proses manipulasi maupun perlakuan lain. Studi kepustakaan sendiri merupakan penelitian kepustakaan dengan mengkaji sejumlah bahan-bahan pustaka. Dalam arti yang lebih spesifik adalah suatu teknik pengumpulan data melalui penelaahan terhadap berbagai literatur, buku, catatan, dan laporan-laporan yang erat kaitannya dengan masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian. Sumber data diperoleh dari berbagai buku, jurnal dan literatur serta bahan pustaka yang juga diperkaya dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan sumber berita dari media atau internet yang terkait dengan masalah penelitian. Pola deskriptif-analitis penulis pilih dalam menganalis dan menyimpulkan data penelitian. ## HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Hukum Islam Indonesia Suparman Usman membagi sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam ke dalam lima periode, yaitu: 21 a. Periode Pertama, Masa Nabi Muhammad Saw (610-632 M/ 1-10 H). Pada periode ini, segala persoalan yang dihadapi umat Islam diselesaikan langsung oleh Rasulullah Saw, baik melalui wahyu maupun melalui sunnahnya yang selalu berpedoman pada bimbingan wahyu. Pada periode ini, dalil hukum Islam kembali kepada Alquran dan Sunnah Nabi. 22 b. Periode Kedua, Masa Khulafa al-Rasyidin (632-662 M/ 11-41 H). Pada periode ini setiap permasalahan yang dihadapi oleh umat Islam diputusakan berdasarkan Alquran dan Sunnah Rasulullah Saw. Mengenai setiap permasalahan yang tidak ditemukan di dalam Alquran dan Sunnah diselesaikan melalui ijtihad para sahabat yang tetap berpedoman kepada Alquran dan Sunnah Nabi. Karena itu dalil hukum yang digunakan pada masa ini adalah Alquran, Sunnah Nabi dan Ijtihad Sahabat. 23 c. Periode Ketiga, Masa Perkembangan dan Pembukuan. Periode ini berlangsung sekitar 250 tahun, terhitung sejak akhir abad ketujuh sampai dengan permulaan abad kesepuluh masehi, yaitu pada masa akhir periode Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Periode ini dapat 21 Lihat: Suparman Usman, Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2017), h. 89-94. 22 Masalah agama yang dihadapi umat Islam dan para sahabatnya semasa hidup Nabi Muhammad Saw, bisa ditanyakan langsung kepada Nabi untuk didapati jawabannya. Sumber hukum yang ditinggalkan Nabi untuk masa-masa selanjutnya adalah Alquran dan Sunnah Nabi. Baca: Muh. Zuhri, Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997), h. 9-33. Baca juga Usman, Hukum Islam, h. 89. 23 Usman, Hukum Islam, h. 90. dikatakan sebagai masa puncak keemasan umat Islam yang ditandai dengan pesatnya perkembangan bidang ilmu pengetahuan serta tercapainya berbagai kemajuan pada bidang- bidang lainnya. Pada masa ini pemerintahan Islam semakin berkembang dan luas wilayah kekuasaannya sehingga memunculkan masalah-masalah baru yang belum pernah berlaku sebelumnya. Persoalan yang dihadapi oleh umat Islam juga semakin kompleks, sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para mujtahid di dalam memecahkan hukum dari setiap persoalan-persoalan tersebut. Hasil ijtihad mereka dalam memecahkan hukum dari setiap persoalan tersebut yang kemudian dibukukan menjadi kitab-kitab hukum (fikih). Maka tepat sekali jika dinyatakan bahwa periode ini adalah merupakan masa perkembangan dan pembukuan kitab fikih hasil ijtihad para tokoh mujtahid. 24 Pada periode ini pula lahir aliran- aliran (mazhab-mazhab) di bidang fikih (hukum) yang kemudian meluas dan diikuti oleh umat Islam di berbagai wilayah di dunia. Periode ini juga lahir usaha untuk menghimpun hadis Nabi, dan lahirlah pada masa ini kitab-kitab yang berisi kumpulan hadis terutama enam kitab hadis yang paling masyhur (al-kutub al-sittah). Maka dalil hukum yang digunakan pada masa ini adalah Alquran, Sunnah Nabi, dan Ijtihad baik dalam bentuk Ijmak maupun Qiyas. 25 d. Periode Keempat, Fase Kemunduran (berlangsung dari abad kesepuluh/kesebelas M sampai dengan abad kesembilan belas M) . Sejak abad kesepuluh masehi, yaitu sejak akhir Dinasti Abbasiyah, hukum Islam mengalami masa stagnan dan tidak berkembang lagi. Ahli-ahli hukum Islam sudah tidak lagi berupaya untuk menggali hukum Islam dari sumber utamanya (Alquran). Mereka lebih terkesan sekedar mengikuti dan hanya mempelajari pendapat dan pikiran dari mazhab-mazhab yang telah ada. Sehingga yang berkembang pada masa ini adalah sikap taqlid (mengikuti pendapat mazhab tanpa mengetahui sebab atau alasannya). Semangat ijtihad juga hilang di periode ini, bahkan ada anggapan bahwa pintu ijtihad sudah tertutup. 26 e. Periode Kelima, Masa Pembaharuan dan Kebangkitan. Abad kesembilan belas masehi adalah periode kebangkitan kembali, yang ditandai dengan munculnya gerakan reformasi pemikiran kembali kepada kemurnian syariat Islam. Gerakan pembaharuan pada intinya adalah menyerukan kembali kepada sumber utama ajaran Islam yaitu Alquran dan Sunnah Nabi. Resonansi dari gerakan pembaharuan dan kebangkitan umat Islam ini menggema dan sampai ke pelbagai belahan dunia termasuk ke Indonesia (Hindia Belanda). Di Indonesia, gerakan 24 Ibid. 25 Ibid., h. 91. 26 Ibid., h. 92. Menurut Amir Syarifuddin, dalam sejarah perkembangan hukum Islam pernah terjadi pemikiran fikih terhenti dan tidak mengalami perkembangan. Pada saat kekosongan itu, masyarakat Islam memadakan untuk menggunakan fikih hasil pemikiran mujtahid zaman dahulu walaupun mereka hidup pada masa yang sudah sangat jauh berbeda dengan dan dalam lokasi yang sangat asing dengan lingkungan pemikiran waktu dahulu dicetuskan dan setelah terjadinya perubahan nilai-nilai maslahat yang begitu banyak. Akibatnya fikih yang ada pada masyarakat Islam itu banyak yang tidak menyambung lagi dengan kondisi kehidupan mereka. Lebih lanjut baca: Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam (Padang: Penerbit Angkasa Raya, 1993), h. 118-125. kebangkitan umat Islam ini antara lain ditandai dengan kemunculan berbagai ormas keagamaan seperti Jami’at al-Khair tahun 1905 di Jakarta, Sarekat Dagang Islam tahun 1905 di Solo. Sarekat Islam tahun 1912, Muhammadiyah di Jogjakarta tahun 1912, al-Irsyad di Jakarta tahun 1914, Nahdlatul Ulama di Surabaya tahun 1926, Persatuan Islam di Bandung tahun 1930, 27 Al-Jam’iyatul Washliyah di Medan tahun 1930 dan lain sebagainya. Berdasarkan penelaahan sejarah sebagian kalangan, masuknya hukum Islam ke Indonesia telah berjalan sejak abad ketujuh atau kedelapan masehi, yaitu berbarengan dengan hadirnya Islam ke Indonesia. Hukum Barat sendiri baru diperkenalkan di permulaan abad ketujuhbelas masehi oleh VOC. 28 Masyarakat Indonesia menggunakan sistem hukum adat—yang sistemnya beraneka ragam dan sangat majemuk sifatnya—sebelum masuknya hukum Islam ke nusantara. Bahkan sangat diduga adanya pengaruh Hindu dan Budha yang sangat kuat terhadap sistem hukum adat masyarakat Indonesia tersebut. 29 Hukum Islam telah berlaku bagi rakyat di kerajaan-kerajaan Islam Nusantara sebelum datangnya Belanda. Namun dengan kehadiran para penjajah Belanda, sedikit demi sedikit kedudukan hukum Islam menjadi terancam seiring dengan bertambah menguatnya cengkraman penjajah di bumi nusantara. Akhirnya secara lambat-laun tetapi pasti, wilayah dan ruang lingkup berlakunya hukum Islam semakin sempit, sehingga hanya berkisar pada aspek hukum keluarga yang meliputi nikah, talak, dan rujuk. Sebagai salah satu buktinya, Pengadilan Agama (Priesterraaden) yang pada tahun 1882 dibentuk oleh pemerintah Hindia-Belanda hanya memiliki kompetensi absolut terhadap hukum kewarisan dan hukum perkawinan beserta hal-hal yang terkait dengannya. 30 Diperolehnya kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 tentunya menumbuhkan harapan besar di kalangan umat Islam terhadap berlakunya hukum Islam secara lebih baik. Segala upaya untuk mewujudkan hal itu pun ditempuh, sebut saja perjuangan melalui BPUPKI yang kemudian menghasilkan “Piagam Jakarta”. Piagam Jakarta sendiri bisa dipandang sebagai bentuk kompromi (gentlemen agreement) antara kelompok nasionalis Islam dengan kelompok nasionalis sekuler. 27 Usman, Hukum Islam, h, 93-94. 28 Pada masa VOC, status hukum Islam bertahan selama kurang lebih dua abad. Namun, ketika kekuasaan VOC berakhir dan pemerintah kolonial Belanda menguasai nusantara, sikap mereka terhadap syariat Islam mulai berubah secara perlahan, bertahap dan sistematis. Pada masa Daendels (1808-1811) perubahan itu belum dimulai. Pada saat itu, posisi hukum Islam adalah hukum asli masyarakat pribumi. Daendels mengeluarkan kebijakan agar hukum agama orang Jawa tidak boleh diganggu. Kedudukan penghulu ditegaskan Daendels adalah sebagai tenaga ahli hukum Islam, terutama sebagai penasehat pada suatu perkara di badan peradilan. Baca: Ija Suntana, Politik Hukum Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014), h. 103-111. 29 Suhardin, “Modernisasi dan Reformasi Dalam Pembinaan Hukum Islam dan Pranata Sosial di Negara Islam (Telaah Komparatif Indonesia dan Malasyia)”, Volume 2, Nomor 1, Jurnal Al Tasyri’iyyah (2022), h. 4. 30 Ibid., h. 5. Hal ini terbukti secara historis, berdasarkan kesepakatan kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada Piagam Jakarta diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” dan menjadi sila pertama Pancasila dan berlaku sampai sekarang. 31 Kemudian pada zaman orde lama, perjuangan umat Islam diteruskan melalui persidangan- persidangan di Badan Konstituante. Sedangkan pada zaman orde baru perjuangan dilakukan melalui badan legislatif dan eksekutif. Dan tentu saja perjuangan saat ini dapat dikatakan relatif lebih sukses jika dibandingkan dengan perjuangan di masa lampau yaitu ketika masa penjajahan dulu. Diundangkannya sejumlah produk hukum nasional seperti Undang-Undang Perkawinan, Undang-Undang Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, Undang-Undang Zakat, dan Undang-Undang Penyelenggaraan Ibadah Haji tentunya tidak terlepas dari perjuangan umat Islam Indonesia. 32 ## B. Masa Orde Baru Pada masa Orde Baru, Pancasila dan UUD 1945 dijadikan panglima dan kepemimpinan sangat sentralistik. Tidak tanggung-tanggung, setiap perbuatan yang berbeda dari Pancasila dan UUD 1945 akan dianggap sebagai suatu tindakan makar. Pada era ini, fokusnya pada pembangunan di bidang ekonomi 33 dan pembaharuan hukum juga mulai dilakukan. Untuk memperkuat pondasi ekonomi serta melaksanakan pembangunan secara runtut, terorganisir, dan bertahap, maka disusunlah Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dengan program Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) 34 sebagai tahapan-tahapan pembangunan. 35 Transformasi politik pada zaman ini lebih menitikberatkan kepada kebijakan sektor ekonomi daripada sektor hukum. Malahan posisi hukum dibuat lebih represif, misalnya seperti penguatan Pasal Makar pada 31 Ibid. 32 Ibid., h. 6. 33 Pemerintah Orde Baru menetapkan sektor ekonomi sebagai sentral dalam bidang pembangunan, sehingga stabilitas nasional menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya tujuan tersebut. Karena tanpa stabilitas nasional yang kuat, khususnya di bidang politik, ketidakstabilan sosial dan pergolakan ekonomi akan menghambat segala aktivitas pembangunan. Dalam situasi demikian, kepastian dan ketertiban hukum sangat dibutuhkan. Baca: Supriyadi & Sholihul Hadi, “Regulasi Wakaf di Indonesia Dari Masa Orde Lama Sampai Era Reformasi Dalam Tinjauan Politik Hukum”, Volume 6, Nomor 2, ZISWAF: Jurnal Zakat dan Wakaf (2019), h. 208. 34 Baca: Kompas.com, "Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)", dalam: https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/29/090000479/rencana-pembangunan-lima-tahun- repelita?page=all diakses 25 Desember 2022. 35 Pemerintah Orde Baru bertekad untuk mengakhiri kemiskinan dan depresi ekonomi. Kemudian menghidupkan kembali opini politik yang tidak lagi mempertentangkan ideologi, hanya dengan satu ideologi yaitu ideologi Pancasila. Selain itu upaya dilakukan pula penyederhanaan jumlah partai politik dan mengurangi berkembangnya ketidakpercayaan terhadap pemerintah dengan mendekatkan masyarakat terhadap agenda pembangunan yaitu Repelita sebagaimana ditegaskan oleh MPR dengan GBHN yang didasarkan kepada Pancasila dan UUD 1945. Baca: Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah 2; Mahakarya Perjuangan Ulama dan santri Dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Bandung: Surya Dinasti, Cet. III, Edisi Revisi, 2018), h. 486. KUHP 36 dan diberlakukannya UU Anti Subversif pada tanggal 5 Juli 1969. Usaha untuk menyalurkan aspirasi secara konstitusional dengan mudah dapat diartikan sebagai upaya melemahkan atau mendistorsi ideologi Pancasila dan haluan negara. Kritik terhadap penguasa dapat digolongkan sebagai upaya untuk menggulingkan kekuasaan dan kewibawaan pemerintah yang sah. Rakyat hidup di bawah tekanan dan kendala rezim yang berkuasa. 37 Di era Orde Baru, hukum diciptakan sebagai alat untuk mengontrol rakyat dan mempertahankan kekuasaan. Tidak hanya itu, sistem Orde Baru juga menciptakan kekuasaan yang mengendalikan birokrasi. Setiap gangguan dalam masyarakat biasanya diselesaikan melalui pendekatan militer atau politik. Hukum tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam negara hukum yang demokratis. Situasi ini kemudian mendorong para mahasiswa yang didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, melakukan gerakan reformasi untuk menggulingkan rezim Orde Baru. Rezim Orde Baru tumbang akibat politik hukum yang diciptakannya sendiri, yaitu tidak berpihak pada rakyat dan jauh dari nilai-nilai demokrasi dan pembelaan hak asasi manusia. 38 Di masa-masa awal era Orde Baru, agama (Islam) dikhawatirkan bisa menjadi ancaman dan sumber konflik yang dapat mengganggu stabilitas kehidupan politik. Inilah yang menjadi isu utama yang merupakan salah satu perimbangan munculnya kebijakan politik pemerintah terhadap kehidupan umat Islam di Indonesia. Hubungan antara negara dan umat Islam tampaknya diperebutkan. Para penguasa Orde Baru sangat mencurigai umat Islam sebagai gerakan sayap kanan yang bisa membuat malapetaka dan menjadi kekuatan ekstrem yang berpotensi mengancam negara kesatuan Pancasila. Anggapan ini tentu saja merupakan kesalahan besar dan berubah menjadi semacam konspirasi politik yang busuk dan tidak rasional. 39 Di masa Orde Baru, Presiden Soeharto mampu menyetir kekuatan parlemen. Pada masa ini kekuasaan lebih ditempatkan sebagai subjek hukum. Hukum dibuat untuk kepentingan penguasa dan memerintah rakyat. Masyarakat hidup tertata, tetapi tatanan sosial tersebut adalah hasil tekanan dan paksaan dari pusaran kekuasaan dan tidak berdasarkan konsensus. Baik pada masa Orde Lama maupun masa Orde Baru, kekuasaan diposisikan sebagai subjek hukum di mana kekuasaan mengatur rakyat menjadi sangat dominan. 40 36 Pengaturan tindak pidana makar juga dapat dikaji dari perspektif politik hukum, terutama dalam desain pedoman yang digunakan sebagai preskripsi. Politik hukum, bisa juga disebut kebijakan hukum adalah kebijakan dasar penyelenggaraan negara di bidang hukum yang akan, sedang, dan telah berlaku serta dilandasi oleh nilai-nilai yang dijunjung oleh seluruh lapisan masyarakat untuk mencapai tujuan negara dicita-citakan bersama. Mengenai pengaturan tindak pidana makar dari aspek politik hukum dapat dibaca pad tulisan: Abdurisfa Adzan Trahjurendra, “Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar di Indonesia”, dalam http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/583. 37 Mugiyanto, “Hubungan Oligarki Kekuasaan Dengan Politik Hukum Penguasa”, Volume 3, Issue 1, Jurnal Penegakan Hukum Indonesia (JPHI) (Februari 2022), h. 19-20. 38 Ibid. , h. 20. 39 Ibid., h. 60. 40 Mugiyanto, “Hubungan Oligarki Kekuasaan...”, h. 23-24. Terkait hubungannya politik dan hukum Islam di Indonesia, umat Islam selalu berusaha memperjuangkan agar nilai dan ajarannya diterjemahkan ke dalam hukum positif. Dalam perjalanan sejarahnya, politik hukum Indonesia memang selalu digiring sebagai produk politik dalam arti negatif. Dinamika politik hukum Islam juga mengalami banyak pasang surut, yang sangat bergantung pada harmonisasi hubungan antara Islam dan negara. Faktanya dapat dilihat sepanjang sejarah Orde Baru, jika diperhatikan, ada tiga fase pasang surut dalam hubungan antara Islam dan pemerintah, dan ini pada akhirnya mempengaruhi kebijakan hukum. Abdul Aziz Thaba mengkaji tiga jenis hubungan yang pernah dialami umat Islam dan pemerintah Orde Baru, yaitu: periode antagonistik (1966- 1981), periode resiprokal-kritis (1981-1985), dan terakhir periode akomodatif (1985-1998). 41 Fase berawal dari periode antagonistik. Periode ini adalah awal dari badai hubungan antara umat Islam dan pemerintah Orde Baru. Soeharto melihat umat Islam—khususnya kelompok kyai dari kalangan tradisional—berpotensi berbahaya, sehingga gerak-geriknya terus dipantau. Soeharto lebih memprioritaskan kesempatan kepada umat Islam untuk melaksanakan aspek-aspek ibadah saja, seperti membangun mesjid, menunaikan zakat dan haji. Sedangkan pada aspek muamalah, seperti bidang politik dan peninggian aspek hukum Islam sebagai prinsip dasar negara, sangat terbatas bahkan ditiadakan. Soeharto lebih menyukai kelompok intelektual muslim yang berwawasan modernis karena mendukung program pembangunan dan bersikap lebih akomodatif pada konsep asas tunggal Pancasila. 42 Kemudian periode ini beralih menjadi fase transisi kedua, yaitu pada rentang tahun 1981- 1985. Pola hubungan antara umat Islam dan negara berangsur-angsur membaik menjadi apa yang disebut pola hubungan “resiprokal-kritis”. Di periode ini, mulai terjadi pergeseran ke hubungan legal-formal yang secara bertahap mulai melunak. Suatu bentuk komunikasi muncul dari kubu pemerintah yang semakin membaik yang pada akhirnya menghasilkan hubungan resiprokal-kritis (kritis timbal balik). Pada titik ini, umat Islam menjadi bersikap lebih bersimpati dan akomodatif terhadap asas tunggal yang diajukan pemerintah. Dan itu adalah babak baru yang menggambarkan munculnya hubungan yang harmonis antara umat Islam dan pemerintah Orde Baru. Ditandai dengan adanya upaya untuk saling memahami yang dilakukan bersama antara organisasi Islam dan pemerintah Orde Baru. 43 Dalam bentuk hubungan semacam ini, maka terbitlah kebijakan-kebijakan yang populis bagi umat Islam seiring dengan membaiknya hubungan antara agama dan negara. Dan memang seyogianya, negara harus memberikan kebebasan kepada warganya untuk beragama dan beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Format hubungan semacam inilah salah satu 41 Ruslan, “Politik Hukum Islam Masa Orde Baru...” , h. 63. 42 Ibid., h. 64. 43 Ibid. dari konstruksi politik pemerintah Orde Baru kepada umat Islam. Mengenai politik hukum dan kaitannya dengan hubungan antara agama dan negara, di banyak negara maju hal itu dipandang sebagai konsep yang tetap dan tidak dapat diubah, karena apat mempengaruhi hak-hak dasar dalam sebuah negara demokrasi. Amerika, Inggris, Polandia, dan beberapa negara Eropa lainnya adalah contoh bagaimana negara tidak mencampuri urusan agama, namun tetap melindungi dan memperhatikan cita-cita dari kaum agamis, meskipun negara-negara tersebut selama ini dikenal sebagai negara sekuler. 44 Paradigma pembangunan hukum yang dibangun pada masa Orde Baru cenderung meminimalkan keterlibatan kelompok masyarakat, termasuk juga keterlibatan umat Islam. Konsekuensinya, produk hukum yang dibuat pada era Orde Baru cenderung otoriter dan dan berkarakter ortodoks. Ini dapat ditelaah dari diundangkannya UU No.7/1989. Undang-undang ini tampaknya memberikan kebahagiaan terselubung bagi umat Islam Indonesia. Karena banyak orang yang merasa puas dengan pelembagaan peradilan agama, tetapi melupakan hal-hal lainnya. Bahkan ada yang beranggapan bahwa hukum ini muncul dari kehendak penguasa dan bukan dari kehendak rakyat (undemoctatic manner) . 45 Kemudian, otokrasi yang dibina oleh pemerintahan Orde Baru dalam pembangunan hukum sangat menonjol. Hal tersebut tercermin dari berbagai produk hukum yang dilahirkan oleh DPR. 46 Posisi DPR terkesan sebagai pembentuk keabsahan eksekutif, yang bisa saja terjadi akibat kewenangan Presiden yang tidak terbatas. 47 Supremasi Presiden Soeharto menjadikan presiden sebagai penguasa mutlak karena tidak ada satu pun lembaga atau otoritas negara yang dapat mengontrol kekuasaan presiden dan mencegahnya untuk menyalahgunakan kekuasaannya (abuse of power). 48 Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa di era Orde Baru juga muncul fenomena menguatnya identitas keislaman. Menariknya, terkait dengan fenomena menguatnya identitas keislaman di Indonesia termasuk gerakan massif formalisasi syariat pada era Soeharto maupun setelahnya yaitu era reformasi, Leli Salman Al-Farisi ada menuliskan tesis yang diajukan oleh 44 Ibid. 45 Hendra Irawan & Ika Selviana, “Dinamika Internalisasi Hukum Islam Kedalam Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia”, Volume 18 Nomor 2, Istinbath: Jurnal Hukum (2019), h. 365. 46 Ibid. 47 Kegiatan DPR pada masa Orde Baru cenderung memperkuat kebijakan pemerintah dan menyetujui kebijakan pemerintah tersebut daripada mengikuti keinginan rakyat. Sehingga muncul cap terhadap DPR sebagai lembaga "tukang stempel". Fungsi kontrol pada masa Orde Baru tidak berjalan maksimal, karena partai yang mengangkat dan menunjuk orang-orang yang akan duduk sebagai anggota legislatif. Karenanya, lembaga legislatif tidak dapat secara optimal mengontrol kinerja lembaga eksekutif sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Demikian juga dengan fungsi anggaran yang dalam praktiknya masih belum berjalan dengan baik, usulan anggaran yang diusulkan pemerintah langsung disetujui di DPR. Lihat: Nurekasari & Hamzah Hasan, “Tinjauan Siyasah Syar’iyyah Terhadap Eksistensi Lembaga Legislatif Sebelum dan Setelah Reformasi”, Volume 2, Nomor 1, Siyasatuna (Januari 2021), h. 172. 48 Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 133. Robert W. Hefner dalam tulisannya “Shari’a Politics: Islamic Law and Sociaty in the Modern World” yang menyatakan bahwa sebagaian besar fenomena tersebut tidak disebabkan oleh motif keagamaan tetapi justru oleh motif politik. Pemerintahan konservatif Orde Baru pada 20 tahun pertama kekuasaannya (1966-1988), cenderung melarang berbagai aspirasi untuk penerapan syariat Islam. Pada akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an baru mulai mengalami perubahan, yaitu ketika Soeharto memberikan dukungan terhadap peningkatan kebijakan- kebijakan nasional yang bernuansa Islam. Walaupun sebenarnya dukungan pemerintah Orde Baru terhadap agenda-agenda Islam pada saat itu memiliki nuansa politis. Karena di masa itu banyak orang yang mengkritik pemerintah karena kasus-kasus korupsi, nepotisme, kekerasan dan pelanggaran HAM. 49 Secara ringkas, pada masa Orde Baru, terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan syariat Islam di Indonesia, sebagaimana berikut: 50 a. UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; 51 b. PP Nomor 48 Tahun 1977 tentang Wakaf; c. UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama; d. Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam di Indonesia (KHI); e. UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. ## C. Masa Reformasi dan Pasca Reformasi Runtuhnya kekuasaan orde baru membuka jalan lahirnya reformasi politik dan demokratisasi di Indonesia. Rakyat Indonesia diajarkan oleh pengalaman masa Orde Baru bahwa pelanggaran demokrasi akan berujung pada kehancuran negara dan penderitaan rakyat. 52 Pada masa reformasi perubahan yang sangat mendasar dan kontras terjadi pada aspek hukum dan pemerintahan. Awal dari perubahan-perubahan yang terjadi di masa reformasi dan masa setelahnya adalah dengan diamandemennya UUD 1945 sebanyak empat kali. Beberapa perubahan fundamental pada UUD 1945 di antaranya adalah: a. Kekuasaan Presiden dibatasi paling banyak menjabat hanya dua periode saja; b. Pembentukan Mahkamah Konstitusi, c. Pengaturan hak asasi manusia, dan sebagainya. 53 49 Al-Farisi, “Politik Hukum Islam Di Indonesia, h. 23-24. 50 Abdul Halim, Politik Hukum Islam di Indonesia (Ciputat: Ciputat Press, 2005), h. 124. 51 Menurut Ahmad Mansur Suryanegara, diharapkan dengan adanya undang-undang perkawinan ini dapat mencegah segala bentuk perkawinan terlarang seperti poliandri (satu istri, banyak suami), poligini (satu suami, banyak istri atau kelompok) dan kawin kontrak (mut'ah) serta segala penyimpangannya. Hukum perkawinan ini juga akan menjadi tatanan dalam sistem perceraian yang berdasarkan agama.Lihat: Suryanegara, Api Sejarah 2, h. 486. 52 Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, h. 134. 53 Mugiyanto, “Hubungan Oligarki Kekuasaan Dengan Politik Hukum Penguasa”, h. 20-21. Selain hal itu, lahirnya juga beberapa peraturan perundang-undangan yang selaras dengan jiwa reformasi, seperti: 1) UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, 2) UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, 3) UU No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik yang telah digantikan dengan UU No. 2 Tahun 2011, 4) UU No. 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden, serta beberapa peraturan perundang-undangan lainnya. 54 Pembaharuan hukum pada saat itu berdampak sangat signifikan terhadap perubahan sosial dan politik di tengah kehidupan bermasyarakat. Pada saat itu rakyat memperoleh kebebasan, perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta terhadap perlindungan hak asasi manusianya. Namun tampak sebaliknya, kebebasan, perlindungan, dan perlakuan hukum yang diperoleh tidak dapat membawa masyarakat menuju kehidupan yang sejahtera. Bahkan di era reformasi ini, permasalahan sosial semakin kompleks saja, seperti: bertambahnya tingkat kemiskinan, terbatasnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya jumlah pengangguran, serta munculnya berbagai masalah sosial lainnya. 55 Terkait hal ini menurut Mugiyanto, hukum belum berperan maksimal dalam memperbaiki tatanan sosial kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik, walaupun secara politik, bangsa Indonesia di era reformasi ini telah dibawa ke alam demokrasi yang lebih baik dan tertata jika dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Pada era ini menurut Mugiyanto, hukum baru sebatas pada tataran implementasi dan belum menyentuh pada substansi tujuan hukum tersebut, yakni terwujudnya keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum. 56 Arah pembangunan hukum pasca reformasi menurut Fikrotul Jadidah adalah adanya cita- cita untuk membangun hukum yang tanggap (responsif). Untuk membangun hukum yang responsif harus dimulai dengan terciptanya suasana pendemokrasian dalam aktivitas politik. Karena sangat mustahil dapat membangun hukum yang responsif tanpa diawali dengan membangun sistem politik yang demokratis, sebab dari sistem politik yang otoriter tidak mungkin akan lahir suatu aturan hukum yang responsif. Pasca amandemen konstitusi (1999-2002), dari sudut ketatanegaraan Indonesia telah terbangun konstruksi dan pola hubungan kekuasaan negara yang lebih memberikan panggung untuk tampilnya suatu sistem yang demokratis. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi hukum pasca reformasi didasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, meskipun dalam implementasinya masih terdapat kesenjangan. 57 Pada era Reformasi, terdapat beberapa tuntutan yang juga berisi harapan. Tuntutan yang pertama adalah agar perubahan terhadap sistem perpolitikan nasional memberikan kebebasan tehadap bertambahnya jumlah partai politik serta adanya kebebasan untuk memilih asas yang 54 Ibid., h. 21. 55 Ibid. 56 Ibid. h. 20. 57 Fikrotul Jadidah, “Perubahan Konstitusi Dalam Transisi Orde Baru Menuju Reformasi di Indonesia”, Volume 6, Nomor 1, Jurnal Ilmiah Mandala Education (April 2020), h. I59. dianut. Tuntutan berikutnya adalah terciptanya sistem hukum nasional yang dapat mengakomodasi berbagai hukum lokal yang plural, termasuk hukum agama (hukum Islam). Keinginan terhadap kebebasan berpolitik dan berorganisasi terpenuhi ketika 48 partai mengikuti Pemilu tahun 1999, dan 19 di antaranya dapat digolongkan sebagai partai Islam; dengan identitas nama, asas atau lembaga yang mengandung unsur Islam. Namun, munculnya beberapa partai Islam ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap kondisi perpolitikan nasional. Hal itu dikarenakan pemenang Pemilu tahun 1999 tetaplah partai nasionalis, sehingga tidak berpengaruh bagi perkembangan hukum Islam di Indonesia karena kecenderungan perjuangan partai-partai nasionalis tersebut tidak terfokus pada hukum Islam. Namun lebih kepada sekedar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat muslim saja. 58 Ditetapkannya hukum Islam sebagai hukum positif bagi umat Islam Indonesia—yang merupakan kelompok mayoritas—didasarkan pada nilai-nilai filosofis, yuridis dan sosiologis bangsa Indonesia. Oleh karena itu, negara berkewajiban untuk menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif bagi umat Islam Indonesia. 59 Demikian pula dengan hukum di Indonesia, khususnya yang berlaku bagi umat Islam Indonesia tidak boleh mengandung ketentuan yang bertentangan dengan hukum Islam. 60 Sehingga dalam kenyataan politik, nilai-nilai Islam telah banyak diserap dalam konstitusi negara. 61 Menurut Syarifuddin Jurdi, politik pada dasarnya diarahkan untuk menerapkan aturan hukum Tuhan, kekuasaan dapat dijalankan dengan berpegang pada prinsip keadilan, kesetaraan dan kesejahteraan. 62 Sehingga upaya untuk melakukan harmonisasi antara tuntutan syariat dengan realitas politik sesuatu yang perlu diijtihadkan kembali oleh kalangan Muslim itu sendiri. 63 Menurut Andi Rasdiyanah—dalam makalah yang berjudul “Problematika dan kendala yang dihadapi Hukum Islam dalam Upaya Transformasi ke Dalam Hukum Nasional”, yang disampaikan di Makassar pada tanggal 1-2 Maret 1996 dalam Seminar Nasional tentang Kontribusi Hukum Islam dalam Pembangunan Hukum Nasional setelah 50 Tahun Indonesia Merdeka—hukum Islam menempati kedudukan yang sangat potensial dan prospektif bagi modernisasi hukum materil Indonesia. Menurutnya terdapat empat alasan yang mendasarinya, yaitu: 58 Moh. Hatta, “Perkembangan Legislasi Hukum Islam di Indonesia”, Volume 11, Nomor 1, Al- Qānūn (Juni 2008), h. 159. Tulisan Hatta ini juga dikutip oleh Hendra Irawan & Ika Selviana, “Dinamika Internalisasi Hukum Islam Kedalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”, Volume 18, Nomor 2, Istinbath: Jurnal Hukum (2020), h. 365-366. 59 Usman, Hukum Islam, h. 126. 60 Ibid. 61 Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam & Masyarakat Modern: teori, Fakta, dan Aksi Sosial (Jakarta: Kencana, 2010), h. 230. 62 Ibid., 231. 63 Ibid. a. Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar negara Indonesia dan dasar pembentukan hukum nasional memberikan legitimasi yang kuat terhadap hukum Islam; b. Islam adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk bangsa Indonesia sehingga hukum Islam memiliki kecenderungan yang sangat kuat untuk diamalkan dalam kehidupan sehari- hari c. Hukum Islam memiliki akar sosiologis yang kuat terhadap kehidupan masyarakat; d. Hukum Islam adalah sistem hukum modern dan kontemporer yang menghargai keragaman etnis dan agama. 64 Shomad berpandangan, hukum Islam adalah hukum yang hidup yang inheren dan merupakan bagian dari kehidupan umat Islam, oleh karena itu hukum Islam yang telah menjadi bagian dari kehidupan tidak lagi dianggap sebagai norma-norma yang dipaksakan dari luar. 65 Sehingga dengan alasan tersebut, hukum Islam yang dilaksanakan di negara yang umat Islamnya merupakan kelompok minoritas sebagai akomodasi politik pemerintah terhadap warganya yang minoritas. Hukum Islam yang diberlakukan di negara yang umat Islamnya minoritas dapat dikatakan sebagai bentuk akomodasi politik oleh pemerintah terhadap warganya yang minoritas. Sedangkan dalam negara di mana umat Islam sebagai mayoritas seperti Indonesia, hukum Islam digunakan untuk memperlancar pelaksanaan kebijakan pemerintah, 66 sebagaimana telah dipaparkan terdahulu. Perkembangan kontemporer hukum Islam di Indonesia—tentunya setelah masa reformasi—ialah dengan diundangkannya ketentuan pengelolaan zakat, wakaf, haji, dan lain-lain. Pada bidang ekonomi perkembangan pesat hukum Islam adalah di dalam aplikasi hasil formulasi doktrin ekonomi Islam dalam konteks modern yang diaplikasikan pada bidang perbankan, asuransi, arbitrase, penggadaian, finance, pasar modal. 67 ## KESIMPULAN Politik Islam di Indonesia berjalan seiring dengan lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penerapan hukum Islam di Indonesia sebagai hukum positif didasarkan pada nilai-nilai filosofis, yuridis, dan sosiologis bangsa Indonesia. Hal ini menyebabkan negara memiliki kewajiban untuk menjadikan hukum Islam sebagai hukum positif bagi umat Islam Indonesia. Hukum yang berlaku di Indonesia, khususnya yang berlaku bagi umat Islam, tidak boleh memuat ketentuan-ketentuan yang bertentangan dengan hukum Islam. Akomodasi politik pemerintah kepada umat Islam yang jumlahnya mayoritas di Indonesia baik pada masa orde baru maupun 64 Suhardin, “Modernisasi dan Reformasi Dalam Pembinaan Hukum Islam”, h. 7-8. 65 Shomad, Hukum Islam, h. 5. 66 Ibid. 67 Ibid., h. 5-6. juga pada masa reformasi dan setelahnya, posisi hukum Islam digunakan untuk memudahkan pelaksanaan kebijakan pemerintah. Politik pembangunan hukum Islam di Indonesia antara lain menghasilkan lahirnya sejumlah produk hukum nasional seperti UU Perkawinan, UU Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, dan UU Zakat tentunya tidak terlepas dari perjuangan umat Islam Indonesia. Termasuk juga ketentuan pengelolaan zakat, wakaf, haji, serta munculnya aplikasi hasil perumusan doktrin ekonomi Islam sebagaimana telah diterapkan pada bidang perbankan, asuransi, arbitrase, pegadaian, sistem keuangan, pasar modal dan lain-lain. ## DAFTAR PUSTAKA Al-Farisi, Leli Salman. “Politik Hukum Islam Di Indonesia; Membedah Kerancuan Bukan Negara Agama dan Bukan Negara Sekuler”, Volume 11, Nomor 2, Jurnal Aspirasi (Agustus 2021). Anggoro, Syahriza Alkohir. “Politik Hukum: Mencari Sejumlah Penjelasan”, Volume 10, Nomor 1, Jurnal Cakrawala Hukum (Juni 2019. Aseri, Muhsin “Politik Hukum Islam di Indonesia”, Volume 9, Nomor 17, Al Qalam (2016). Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam . Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. Hafidh, Ahmad. “Pertarungan Wacana Politik Hukum Islam di Indonesia”, Volume 3, Nomor 3, Yustisia (September-Desember 2014). Halim, Abdul. Politik Hukum Islam di Indonesia . Ciputat: Ciputat Press, 2005. Hatta, Moh. “Perkembangan Legislasi Hukum Islam di Indonesia”, Volume 11, Nomor 1, Al- Qānūn (Juni 2008). Irawan, Hendra & Selviana, Ika. “Dinamika Internalisasi Hukum Islam Kedalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia”, Volume 18 Nomor 2, Istinbath: Jurnal Hukum (2019). Ismatullah, Dedi. Sejarah Sosial Hukum Islam . Bandung: Pustaka Setia, 2011. Jadidah, Fikrotul. “Perubahan Konstitusi Dalam Transisi Orde Baru Menuju Reformasi di Indonesia”, Volume 6, Nomor 1, Jurnal Ilmiah Mandala Education (April 2020). Jurdi, Syarifuddin. Sosiologi Islam & Masyarakat Modern: teori, Fakta, dan Aksi Sosial . Jakarta: Kencana, 2010. Kompas.com. "Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)", dalam: https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/29/090000479/rencana- pembangunan-lima-tahun-repelita?page=all diakses 25 Desember 2022. Lubis, Nur Ahmad Fadhil. “Aktualisasi Hukum Islam: Beberapa Catatan Pendahuluan”, dalam Akhmad Mujahidin, Aktualisasi Hukum Islam: Tekstual dan Kontekstual. Pekanbaru: PPS UIN Suska Riau, 2008. Mahfud MD, Moh. Politik Hukum di Indonesia . Jakarta: RajaGrafindo Persada, Cet.-6, 2018. Maslul, Syaifullahil & Arif, Achmad. “Hukum Islam dan Politik Hukumnya dalam Hukum Nasional”, Volume 3, Nomor 1, Al-BayyinaH: Jurnal Islamic Law (Tahun 2019). Mugiyanto. “Hubungan Oligarki Kekuasaan Dengan Politik Hukum Penguasa”, Volume 3, Issue 1, Jurnal Penegakan Hukum Indonesia (JPHI) (Februari 2022). Nawawi. Ushul Fiqh: Sejarah, Teori Lughawy, dan Teori Maqashidy . Batu Malang: Literasi Nusantara, 2020. Nurekasari & Hasan, Hamzah. “Tinjauan Siyasah Syar’iyyah Terhadap Eksistensi Lembaga Legislatif Sebelum dan Setelah Reformasi”, Volume 2, Nomor 1, Siyasatuna (Januari 2021). Ruslan, Faryda. “Politik Hukum Islam Masa Orde Baru dan Produk Perundang-Undangannya”, Volume 10, Nomor 2, al Qisthâs; Jurnal Hukum dan Politik (2019). Shomad,Abd. Hukum Islam: Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Islam. Jakarta: Kencana, 2012. Sofyan. “Prospek Hukum Islam Di Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional”, tulisan dalam Majalah An-Nida’ yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian IAIN Sultan Syarif Kasim Pekanbaru. Diakses dari https://www.researchgate.net/publication/358284331 tanggal 25 Desember 2022. Suganda, Ahmad. “Implementasi Hukum Islam dan Pengaruhnya Terhadap Politik Hukum Indonesia (The Implementation of Islamic Law and Its Influence on Indonesian Legal Politics ), Volume 29, Nomor 02, Jurnal at-Tadbir (Juli 2019). Suhardin. “Modernisasi dan Reformasi Dalam Pembinaan Hukum Islam dan Pranata Sosial di Negara Islam (Telaah Komparatif Indonesia dan Malasyia)”, Volume 2, Nomor 1, Jurnal Al Tasyri’iyyah (2022). Suntana, Ija. Politik Hukum Islam . Bandung: CV Pustaka Setia, 2014. Supriyadi & Hadi, Sholihul. “Regulasi Wakaf di Indonesia Dari Masa Orde Lama Sampai Era Reformasi Dalam Tinjauan Politik Hukum”, Volume 6, Nomor 2, ZISWAF: Jurnal Zakat dan Wakaf (2019). Suryanegara, Ahmad Mansur. Api Sejarah 2; Mahakarya Perjuangan Ulama dan santri Dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bandung: Surya Dinasti, Cet. III, Edisi Revisi, 2018. Syarifuddin, Amir. Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam . Padang: Penerbit Angkasa Raya, 1993. Trahjurendra, Abdurisfa Adzan. “Politik Hukum Pengaturan Tindak Pidana Makar di Indonesia”, dalam http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/583. Usman, Suparman. Hukum Islam: Asas-Asas dan Pengantar Studi Hukum Islam dalam Tata Hukum Indonesia . Jakarta: Gaya Media Pratama, 2017. Zuhri, Muh. Hukum Islam dalam Lintasan Sejarah . Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.
08f59889-d269-48d0-ab8a-22b3cbef3847
https://jurnal.stkipbima.ac.id/index.php/PK/article/download/2000/1150
## Jurnal PenKoMi: Kajian Pendidikan & Ekonomi Journal Hompage: http://jurnal.stkipbima.ac.id/index.php/PK/index ## PENGARUH SHOPPING LIFESTYLE DAN HEDONIC SHOPPING MOTIVATION TERHADAP IMPULSE BUYING PADA PRODUK KHAS BIMA ## DI GALERI MUTMAINAH Odesa Ramadanti 1 , Sri Ernawati 2 Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bima Email : [email protected] Info Artikel Abstrak Kata Kunci : shopping lifestyle , hedonic shopping motivation , impulse buying , Konsumen, Produk khas Bima Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh signifikan shopping lifestyle dan hedonic shopping motivation terhadap impulse buying pada produk khas Bima di galeri Mutmainah. Jenis penelitian ini asosiatif dengan menggunakan data kuantitatif. Adapun populasi dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden dengan tekhnik pengambilan purposive sampling. Tekhnik pengumpulan data meliputi observasi, studi pustaka, dan kuesioner. Tekhnik analisis data menggunakan uji validitas, uji realibilitas, uji regresi linear berganda, uji asumsi klasik, uji koefisien korelasi, uji determinasi, uji t dan uji fdengan bantuan spss versi 26 for windows. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh signifikan shopping lifestyle dan hedonic shopping motivation terhadap impulse buying pada produk khas Bima di galeri Mutmainah. Info article Abstract Keyword : shopping lifestyle, hedonic shopping motivation, impulse buying, Consumers, Bima's specialty products This research aims to determine the significant influence of shopping lifestyle and hedonic shopping motivation on impulse buying of Bima specialty products in the Mutmainah gallery. This type of research is associative using quantitative data. The population and sample in this study were 50 respondents using a purposive sampling technique. Data collection techniques include observation, literature study, and questionnaires. Data analysis techniques use validity tests, reliability tests, multiple linear regression tests, classical assumption tests, correlation coefficient tests, determination tests, t tests and f tests with the help of SPSS version 26 for Windows. The research results show that there is a significant influence of shopping lifestyle and hedonic shopping motivation on impulse buying of Bima specialty products in the Mutmainah gallery. ## I. PENDAHULUAN Saat ini berbelanja merupakan suatu kegiatan yang sulit untuk dihindarkan bagi masyarakat baik laki-laki maupun perempuan, walaupun terkadang perempuan membeli lebih banyak mulai dari membeli bahan makanan, kebutuhan pribadi dan lain-lain termasuk produk fashion. Dengan berkembangnya internet, minat berbelanja semakin meningkat sehingga memudahkan konsumen dalam memilih dan membeli secara online maupun offline atau langsung berkunjung ke tempat menurut (Haryanti 2020) Shopping lifestyle merupakan gaya hidup yang mengacu pada bagaimana seseorang hidup, bagaimana mereka menghabiskan waktu, uang, kegiatan pembelian yang dilakukan, sikap dan pendapat mereka tentang dunia dimana mereka tinggal menurut (Siahaan,2023).Gaya hidup seseorang dalam membelanjakan uang tersebut menjadikan sebuah sifat dan karakteristik baru dari seseorang individu tersebut. Kebanyakan konsumen lebih cenderung membeli fashion jika Anda memperhatikan. Fashion kini telah menjadi kebutuhan dan gaya hidup bagi hampir orang di dunia. Masyarakat dengan gaya hidup tinggi cenderung lebih menyukai produk fashion branded dengan kualitas terbaik. Karena penampilan yang menarik dan keren menjadi prioritas dalam menilai karakteristik individu. Lifestyle seseorang juga sebagai cara yang di tempuh dalam menjalani hidupnya yang meliputi aktifitas, minat , sikap, konsumsi dan harapan. Perubahan perilaku gaya hidup manusia dalam beraktivitas dan peningkatan kebutuhan masyarakat (Ernawati 2022). Hedonic Shopping Value yang dimiliki seseorang yang dapat dipengaruhi oleh adanya berbagai penawaran menarik sehingga dapat mendorong dan mempermudah konsumen dalam memenuhi kebutuhannya dengan berbelanja secara hedonis tanpa memperhatikan manfaat produk yang di beli, demi memenuhi kesenangannya menurut (Zayusman 2019). Impulse Buying atau pembelian tidak terencana merupakan suatu tindakan yang dibuat tanpa perencanaan sebelumnya, atau keputusan pembelian terjadi saat berada dalam suatu toko atau online shop. Pembelian tidak terencana ini adanya stimulus atau rangsangan yang terjadi saat berada dalam sebuah toko atau saat sedang melihat online shop menurut (Wahyuni 2020). Galeri Mutmainah Bima merupakan pusat oleh-oleh yang menjual berbagai produk buatan Bima khususnya produk kain. Kain Tenun Bima ada banyak jenisnya seperti Songket dan Tembe Nggoli (sarung) dan fungsi dari kain ini adalah dapat dijadikan berbagai oleh-oleh khas seperti Sambolo (Destar), dompet, tas, sepatu dan lain-lain. Saat ini tekstil Bima telah menjadi identitas Provinsi Nusa Tenggara Barat, khususnya Bima. Tak hanya itu, kain tenun Bima (Muna Mbojo) ini menjadi gambaran masyarakat yang selalu menginginkan keselarasan dengan alam dan budaya. Setiap corak dan desain pada setiap kain Muna Mbojo merupakan kecintaan terhadap alam dan budaya Bima. Sudah menjadi hal yang lumrah jika kita mendengar dan melihat kain tenun di Bima. Kain Tenun Bima mempunyai keunikan/keistimewaan yang berbeda dengan kain tenun daerah lainnya karena kain tenun tersebut dapat digunakan sebagai Rimpu (penutup kepala/kerudung khas Bima) dan fleksibel terhadap cuaca/iklim. Saat cuaca panas dapat mendinginkan tubuh penggunanya, dan saat cuaca dingin dapat menghangatkan tubuh pengguna. Berdasarkan hasil observasi peneliti di galeri Mutmainah Bima gaya berbelanja berkaitan erat dengan sifat hedonis yang dimiliki seseorang terutama bagi para pekerja kantoran yang selalu terlihat rapi dan fashionabel pada setiap saat. Biasanya galeri Mutmainah menjadi pilihan para orang-orang membelanjakan uangnya di sana karena galeri Mutmainah merupakan tempatnya produk lokal yang unik dan mempunyai ciri khas dengan perpaduan gaya modern yang style lewat tenunan ciri khas Bima. Tidak jarang ketika mengantar kerabat dapat menimbulkan rasa ingin membeli barang yang kita lihat karena ketertarikan pada suatu barang. Kualitas produk di galeri Mutmainah juga sangatlah bagus dan juga banyak jenis produk yang dapat di pilih untuk di belanjakan oleh pengunjung lokal maupun wisatawan yang ke Kota Bima. ## II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Shopping lifestyle Shopping Lifestyle yaitu gaya hidup seseorang yang mengacu kepada bagaimana dia hidup, bagaimana cara mereka menghabiskan uangnya, bagaimana mereka mengahabiskan waktunya, dimana kegiatan ini dilakukan tergantung sikap dan pendapat mereka atau konsumen tentang dimana mereka tinggal menurut (Lathiyfah 2021). Dengan munculnya berbagai trend saat ini yang seiring dengan perkembangan zaman berpengaruh pada keinginan dan kebutuhan masyarakat dalam pemenuhan gaya hidupnya. Maka untuk mengikuti perkembangan tersebut mereka akan rela menghabiskan waktu dan uang nya untuk mengikuti trend terbaru (Hursepuny 2018). Shopping lifestyle dapat diukur melalui indikator yaitu (Pipih 2020): ## a) Activies Merupakan sebuah tindakan dalam kehidupan yang menggambarkan aktifitas yang sedang dikerjakan, produk yang di beli, dan bagaimana seseorang menghabiskan waktu luang. ## b) Interest Merupakan keinginan, kegemaran dan minat yang terangsang terhadap suatu objek tertentu yang dianggap penting untuk kehidupan dan lingkungannya. c) Opinion Merupakan pendapat dalam menanggapi pikiran tentang diri mereka sendiri juga mengenai dunia sekitarnya agar kebutuhan belanja terpenuhi. ## 2. Hedonic shopping motivation Motivasi belanja hedonis merupakan motivasi perilaku yang dilakukan oleh konsumen untuk melakukan pembelanjaan yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar (refleks) dan biasanya dilatarbelakangi oleh pandangan subjektif atau emosional untuk menemukan suatu kesenangan (Utami, 2017) dalam (Renaldi 2023). Motivasi hedonis merupakan motivasi konsumen untuk berbelanja karena berbelanja merupakan suatu kesenangan tersendiri sehingga tidak memperhatikan manfaat dari produk yang dibeli. Adapun indikator dari hedonic shopping motivation (Finamore 2021) adalah sebagai berikut : 1) Advanture/explore shopping Hal ini adalah sebuah kondisi dimana adanya rasa keingintahuan untuk mencari produk yang baru dan menarik dan timbulnya rasa bahagia saat menemukan produk sesuai dengan keinginan. 2) Value shopping Tujuan belanja dalam konteks ini adalah untuk mencari diskon, berburu barang yang terjangkau dan adanya rasa bangga saat menemukan barang diskon pada suatu toko online. 3) Idea shopping Kondisi ini menunjukkan adanya trend baru yang berkembang, mode dan merek keluaran baru dan adanya rasa bangga ketika menemukan barang diskon pada sebuah toko online. 4) Social shopping Social shopping adalah sebuah kondisi dimana sharing pengalaman mengenai berbelanja secara online kepada orang yang satu frekuensi dalam artian memiliki minat yang sesuai atau sama. 5) Relaxion shopping Hal ini berkaitan dengan belanja sebagai upaya untuk meredam perasaan stress dan belanja untuk kepentingan di luar kebutuhan primer ## 3. Impulsive buying Menurut Mowen & Minor (2002:10) berpendapat bahwa impulse buying merupakan kegiatan pembelian mendadak tanpa ada perencanaan terlebih dahulu pada saat memasuki toko. Sedangkan menurut Engel et al. (2008:386) mendefinisikan impulse buying adalah pembelian yang terjadi ketika konsumen mengalmi perasaan tiba-tiba, penuh kekuatan dorongan yang kuat untuk membeli suatu dengan segera. Menurut Kotler (2012) perilaku konsumen adalah mempelajari cara individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.(Wahyuni 2020) ## eISSN: 2614-6002 Penelitian ini menggunakan indikator impulse buying yang berasal dari Rook and Fisher (1995) (Siahaan 2023) yakni : a) pembelian secara spontan. Pembelian ini tidak diharapkan, ia memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung ditempat penjualan. b) kekuatan, kompulasi dan intensitas. Adanya motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak seketika atau memutuskan seketika c) kegairahan dan stimulasi. Merupakan desakan yang dirasakan seseorang secara mendadak untuk membeli, sering juga disertai emosi yang dicirikan sebagai "menggairahkan" atau "menggetarkan" d) ketidakpedulian akan akibat. Adalah desakan untuk membeli segera, seseorang merasakan begitu sulit menolaknya, sehingga akibat yang bisa menimbulkan hal-hal negatif diabaikannya. ## 4. Hubungan shopping lifestyle dengan impulse buying Perkembangan trend fashion secara terus-menerus yang selalu ditawarkan oleh pusat perbelanjaan akan memengaruhi konsumen untuk selalu menghabiskan uang dan waktu untuk membeli apa yang ditawarkan oleh pusat perbelanjaan yang juga akan berdampak pada gaya hidup berbelanja mereka menurut (Rahmawati 2018). Dari trend fashion yang berkembang pasti gaya berbelanja juga semakin menjadi sehingga dapat mempengaruhi adanya sifat impulse buying atau pembelian tidak terencana karena tertarik pada kunjungan pertama. ## 5. Hubungan antara hedonic shopping motivation dengan impulse buying Konsumen hanya mementingkan nilai hedonik saat berbelanja yaitu rasa senang dan bahagia dari pengalaman ketika berbelanja. Berbagai pusat perbelanjaan sengaja menciptakan suasana yang hedonis. Penciptaan suasana hedonis ini dimaksudkan untuk menarik pengunjung dan membuat mereka puas sehingga betah berlama-lama di pusat perbelanjaan dan dapat membelanjakan uangnya sehingga besar kemungkinan munculnya fenomena impulse buying . (Siahaan 2023) menyatakan bahwa hedonic shopping motivation adalah dorongan berbelanja karena adanya keinginan untuk merasakan kesenangan pada saat menelusuri tempat perbelanjaan, menghilangkan stress atau melupakan masalah yang dimiliki, dapat berkomunikasi dengan orang lain, dan mempelajari tren serta berbagai pengalaman personal dan sosial lainnya. ## 6. Pengaruh shopping lifestyle dan hedonic shopping motivation dengan impluse buying Aktivitas berbelanja konsumen selalu didasarkan pada keinginan yang ada dalam diri konsumen (motivasi). Motivasi mempunyai peranan penting dalam perilaku belanja karena tanpa motivasi maka tidak akan terjadi transaksi jual beli antara konsumen dan pengusaha, jadi hedonic shopping motivation timbul akibat adanya kebutuhan konsumen yang semakin lama semakin kompleks. Shopping lifestyle adalah pola konsumsi yang mencerminkan pilihan mereka tentang cara menghabiskan waktu dan uang. Shopping lifestyle didefinisikan sebagai pola hidup seseorang dalam menggunakan uang dan waktunya. Impulse buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan yang dilakukan pada saat melakukan kegiatan berbelanja. Dari gaya berbelanja dan sifat hedonis yang dimiliki konsumen sehingga muncul pembelian yang tidak di rencanakan karena terdapat sikap ingin menghabiskan uang dengan membelanjakan trend fashion yang ada (Siahaan 2023). ## III. METODE Peneliatan ini dilakukan pada Galeri Mutmainah Bima yang beralamat di JL.. Gajah Mada No. 8. Kec. Rasana,e Timur, Penaraga, Kec. Raba, Kota Bima, Nusa Tenggara Barat. Jenis penelitian yang di gunakan yaitu penelitian asosiatif dengan jenis data kuantitatif. Penelitian asosiatif ialah “Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala” (Sujarweni 2015, 16). Instrumen penelitian menggunakan kuisioner. Menurut Sugiyono (2018), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi seperingkat pernyataan tertulis kepada responden menggunakan skala likert. skala likert yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minimum skor 1 dan maksimum skor 5. Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen yang pernah membeli di galeri Mutmainah Bima yang jumlahnya tidak diketahui pasti jumlahnya. adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan tekhnik pengambilan sampel purposive sampling. Tekhnik pengumpulan data meliputi observasi, studi pustaka, dan kuesioner. Tekhnik analisis data menggunakan uji validitas, uji realibilitas, uji regresi linear berganda, uji asumsi klasik, uji koefisien korelasi, uji determinasi, uji t dan uji fdengan bantuan spss versi 26 for windows. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Uji Validitas Tabel 1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Variable Item Nilai R- hitung Standar Validitas Ket Shopping Lifestyle ( X1) 1 0,461 0,300 Valid 2 0,645 0,300 Valid 3 0,394 0,300 Valid 4 0,532 0,300 Valid 5 0,731 0,300 Valid 6 0,630 0,300 Valid 7 0,686 0,300 Valid 8 0,676 0,300 Valid 9 0,674 0,300 Valid Hedonic Shopping Motivation (X2) 1 0,579 0,300 Valid 2 0,397 0,300 Valid 3 0,604 0,300 Valid 4 0,648 0,300 Valid 5 0,464 0,300 Valid 6 0,384 0,300 Valid 7 0,689 0,300 Valid 8 0,754 0,300 Valid 9 0,738 0,300 Valid 10 0,435 0,300 Valid 11 0,614 0,300 Valid Sumber: Data Primer Diolah, 2024 Berdasarkan data hasil pengujian tingkat validitas terhadap setiap item pernyataan pada instrumen penelitian yang ditampilkan pada tabel 1 diatas, diketahui bahwa setiap pernyataan yang diajukan dalam penelitian pada variabel shopping lifestyle (X1), hedonic shopping motivation (X2) dan impulse buying (Y) menunjukan keseluruhan item pernyataan valid karena berada diatas standar validitas yaitu ≥ 0,30. 2. Uji Reliabilitas Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Variabel Jumlah item Cronbach’s Alpha Standar Ket Shopping lifestyle 9 0,730 0,600 Reliabel Hedonic shopping motivation 15 0,866 0,600 Reliabel Impulse buying 12 0,885 0,600 Reliabel Sumber :Data Primer Diolah, 2024 Berdasarkan tabel 2 diatas, hasil uji reliabilitas terhadap keseluruhan item pernyataan pada variabel shopping lifestyle (X1), hedonic shopping motivation (X2) dan impulse buying (Y) dengan nilai cronbach’s alpha sudah mencapai atau lebih dari standar yang ditetapkan yaitu 0,600 artinya semua item pernyataan dari kuisioner dinyatakan reliabel atau akurat untuk digunakan dalam perhitungan penelitian 3. Uji Asumsi Klasik a). Uji Normalitas 12 0,554 0,300 valid 13 0,570 0,300 Valid 14 0,718 0,300 Valid 15 0;641 0,300 Valid Impulse Buying (Y) 1 0,783 0,300 Valid 2 0,772 0,300 Valid 3 0,661 0,300 Valid 4 0,816 0,300 Valid 5 0,810 0,300 Valid 6 0,323 0,300 Valid 7 0,727 0,300 Valid 8 0,737 0,300 Valid 9 0,757 0,300 Valid 10 0,600 0,300 Valid 11 0,553 0,300 Valid 12 0,328 0,300 Valid Gambar 2. Uji Normalitas Sumber Data: Data primer diolah Spss v26, 2024 Gambar diatas menunjukkan bahwa grafik Normal P-P of Regression Standardized Residual menggambarkan penyebaran data di sekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti arah garis diagonal grafik tersebut, maka model regresi yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Untuk menegaskan hasil uji normalitas di atas, maka peneliti melakukan uji kolmogorov-smirnov dengan hasil sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ## One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardi zed Residual N 50 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation 4.68089732 Most Extreme Differences Absolute .072 Positive .046 Negative -.072 Test Statistic .072 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Berdasarkan hasil uji Kolmogorof-Smirnov di atas, terlihat nilai Asymp.Sig memiliki nilai > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak dipakai untuk memprediksi variabel dependen yaitu impulse buying berdasarkan masukan variabel independen shopping lifestyle dan hedonic shopping motivation. Maka data penelitian layak digunakan sebagai penelitian. b). Uji Multikolinearitas Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Shopping lifestyle ,350 2,861 Hedonic shopping motivation ,350 2,861 a. Dependent Variable : impulse buying Sumber : Data primer diolah Spss v26, 2024 Berdasarkan nilai Collinearity Statistic dari output di atas, di peroleh nilai Tolerance untuk variable shoping lifestyle (X1) dan hedonic shopping (X2) adalah 0,350 > 0,10 sementara, nilai VIF untuk variabel shopping lifestyle (X1) dan hedonic (X2) adalah 2,861 < 10.00. maka dapat di di simpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolineritas dalam model regresi. ## c). Uji Heteroskedastisitas Gambar 3 . Uji Heterokedastisistas Sumber : Data primer diolah Spss v26, 2024 Grafik Scatterplot yang ditampilkan untuk uji heterokesdastisitas menampakkan titik-titik yang menyebar secara acak dan tidak ada pola yang jelas terbentuk serta dalam penyebaran titik-titik tersebut menyebar dibawah dan diatas angka 0 pada sumbu Y. Hal tersebut mengidentifikasikan tidak terjadinya heterokesdastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi variabel impluse buying (Y). d). Uji Autokorelasi Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Mod el R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .739 a .546 .527 4.779 1.423 a. Predictors: (Constant), hedonic shopping motivation, shopping lifestyle b. Dependent Variable: impulse buying Sumber : Data primer diolah Spss v26, 2024 Hasil uji autokolerasi diatas menunjukkan nilai statistik Durbin Watson sebesar 1.423.Nilai Durbin Watson ini memenuhi kriteria DU<DW<4-DU,maka 1,6285<1,423<2,372 yang artinya tidak terjadi autokorelasi. ## 4. Regresi Linear Berganda Tabel 6. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.243 6.154 .202 .841 Shopping lifestyle -.134 .284 -.079 -.473 .639 Hedonic shopping motivation .815 .169 .801 4.821 .000 ## a. Dependent Variable: impulse buying Sumber :Data Primer Diolah SPSS v26, 2024 Dari hasil analisis regresi dapat diketahui persamaan regresi berganda sebagai berikut: Y = 1.243 - 0,134 X1 + 0,815 X2 + e Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Nilai konstanta sebesar 1,243 dapat diartikan apabila variabel shopping lifestyle dan hedonic shoping motivation dianggap nol, maka impulse buying sebesar 1,243 eISSN: 2614-6002 b. Nilai koefisien beta pada shopping lifestyle sebesar -0,134 artinya setiap perubahan variabel shopping lifestyle (X1) sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan penurunan impluse buying sebesar 0,134 satuan, dengan asumsi-asumsi yang lain adalah tetap. c. Nilai koefisien beta pada variabel hedonic shoping motivation sebesar 0,815 artinya setiap perubahan variable hedonic shoping motivation (X2) sebesar satu satuan, maka akan mengakibatkan kenaikan impulse buying sebesar 0,815 satuan, dengan asumsi-asumsi yang lain adalah tetap. 5. Koefisein Korelasi dan Uji Determinasi ## Koefisien Korelasi Tabel 7. Hasil Uji Koefisien Kolerasi dan Uji Determinasi Model Summary b a). Predictors: (Constant), hedonic shoping motivation, shoping lifestyleI b). Dependent Variable: impulse buying Sumber :Data Primer Diolah SPSS v26, 2024 Dari hasil tersebut dapat diperoleh nilai R adalah sebesar 0,739.hasil tersebut menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara shopping lifestyle dan hedonic shoping motivation terhadap impulse buying . untuk dapat memberi interprestasi terhadap kuatnya pengaruh itu maka dapat digunakan pedoman seperti pada table berikut : Tabel 8. Pembanding Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi Interval Koofisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber : Sugiyono 2016 Jadi korelasi hubungan antara shopping lifestyle dan hedonic shopping motivation terhadap impulse buying sebesar 0,739 berada pada interval 0,60 – 0,799 dengan tingkat hubungan Kuat M o de l R R Squ are Adjust ed R Square Std. Error of the Estima te Change Statistics R Square Chang e F Cha nge df1 df2 1 .73 9 a .546 .527 4.779 .546 28.3 07 2 47 ## c). Uji Determinasi Berdasarkan tabel 7 diatas, menunjukan terdapat pengaruh antara shopping lifestyle dan hedonic shoping motivation terhadap impulse buying yang besarnya pengaruh ini dapat dinyatakan secara kuantitatif dengan pengujian koefisien determinasi lalu diperoleh nilai Koefisien Determinasi ( R Square ) sebesar 0,546 atau 54,6%, sedangkan sisanya 45,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti promosi, brand image , dan variabel- variabel yang tidak diteliti dalam penelitian ini. ## 6. Hasil Uji t Tabel 9 . Hasil Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficie nts t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1.243 6.154 .202 .841 shoping lifestyle -.134 .284 -.079 -.473 .639 hedonic shoping motivation .815 .169 .801 4.821 .000 ## a. Dependent Variable: impulse buying Sumber :Data Primer Diolah SPSS v26, 2024 H1 : Shopping Lifestyle Berpengaruh Signifikan Terhadap Impluse Buying Pada Galeri Mutmainah Kota Bima Hasil statistik uji t untuk variabel shopping lifestyle diperoleh nilai t-hitung sebesar - 473 dengan nilai t-tabel sebesar 2,012 (-0.473 < 2,012) dengan nilai signifikansi sebesar 0,639 lebih besar dari 0,05 (0,639 > 0,05), sehingga hipotesis pertama yang menyatakan “Terdapat Pengaruh Secara Signifikan Shoping lifestyle Terhadap impluse buying pada Produk galeri Mutmainah Kota Bima” ditolak ( H1 Ditolak ). Penelitian ini bertolak belakang seperti penelitian yang dilakukan oleh (Zayusman 2019) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara signifikan shopping lifestyle terhadap impulse buying pada pelanggan tokopedia di Kota Padang, terdapat penelitian lain yang selaras bahwa shopping lifestyle tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying behavior konsumen wanita di MTC Manado (Umboh 2018) H2 : Hedonic Shopping Motivation Berpengaruh Signifikan Terhadap Impulse Buying Pada Galeri Mutmainah Kota Bima Hasil statistik uji t untuk variabel Hedonic Shopping Motivation diperoleh nilai t-hitung sebesar 4,821 dengan nilai t-tabel sebesar 2,012 (4,821 > 2,012) dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05), sehingga hipotesis kedua yang menyatakan “Terdapat Pengaruh Secara Signifikan Hedonic shoping motivation Terhadap Impulse Buying Pada Galeri Mutmainah Kota Bima ”diterima ( H2 Diterima ). Penelitian ini selaras seperti penelitian yang dilakukan oleh (Siahaan 2023) yang menyatakan bahwa variable hedonic shopping motivation berpengaruh signifikan terhadap impulse buying pada produk fashion dikalangan generasi z di Kota Medan. terdapat penelitian lain yang bertolak belakang bahwa hedonic shopping value tidak berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying pada pelanggan tokopedia di Kota Padang (Zayusman 2019). ## 7. Hasil Uji F Tabel 10. Hasil Uji F ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regressio n 1293.251 2 646.625 28.307 .000 b Residual 1073.629 47 22.843 Total 2366.880 49 a. Dependent Variable: Impulse Buying b. Predictors: (Constant), Hedonic Shopping Motivation , Shopping Lifestyle ## Sumber :Data Primer Diolah SPSS v26, 2024 H3 : Shopping lifestyle dan Hedonic shopping motivation Berpengruh Signifikan Terhadap Impulse Buying Pada Galeri Mutmainah Kota Bima. Berdasarkan tabel 10 diatas, hasil pengujian diperoleh nilai F-hitung sebesar 28,307 dengan nilai F-tabel sebesar 3,20 (28,307 > 3,20) dengan signifikansi sebesar 0,00 (0,00 < 0,05). Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan “Terdapat Pengaruh Secara Signifikan Shopping lifestyle dan Hedonic shopping motivation Berpengruh Signifikan Terhadap Impulse Buying Pada Galeri Mutmainah Kota Bima” diterima ( H3 Diterima ). Penelitian ini selaras seperti penelitian yang dilakukan oleh (Siahaan 2023) yang menyatakan bahwa shopping lifestyle dan hedonic shopping motivation berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying pada produk fashion dikalangan generasi z di Kota Medan,terdapat penelitian lain yang bertolak belakang shopping lifestyle, fashion involvement dan hedonic shopping motivation tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku impulse buying (Puspitasari and Telaumbanua 2022) ## V. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukan bahwa shopping lifestyle tidak berpengaruh secara signifikan eISSN: 2614-6002 terhadap impulse buying produk khas Bima di Galeri Mutmainah,hal ini dapat disebabkan karena masih ada toko lain yang menjual kain songket atau tembe ngoli seperti pada pengrajin tenun di ntobo atau pengrajin tenun di rabadompu,jadi perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam,faktor-faktor lain selain dari shopping lifestyle yang mempengaruhi impulse buying pada produk khas Bima di Galeri Mutmainah. ## DAFTAR PUSTAKA Ernawati, Sri. 2022. “Pengaruh Lifestyle Dan Motivasi Terhadap Keputusan Pembelian Produk Motor Nmax Di Kota Bima.” Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS) 4(2):556–60. doi: 10.47065/ekuitas.v4i2.1602. Haryanti, Intisari, Yuni Mantika, and Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bima. 2021. “SIMBA SEMINAR INOVASI MAJEMEN BISNIS DAN AKUNTANSI 3 Pengaruh Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Pada Konsumen Sarung Tenun Ud. Kenangan.” Hursepuny, Crusyta Valencia, and Farah Oktafani. 2018. “Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Dan Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Pada Konsumen Shopee_Id.” E-Proceeding of Management 5(1):1041–48. Keputusan, Terhadap, Pembelian Konsumen, Pada Kafe, D. I. Kota Malang, Jl Mt, and Haryono Malang. n.d. “No Title.” 1–14. Pipih Sopiyan, and Neny Kusumadewi. 2020. “Pengaruh Shopping Lifestyle Dan Positive Emotion Terhadap Impulse Buying.” Coopetition : Jurnal Ilmiah Manajemen 11(3):207–16. doi: 10.32670/coopetition.v11i3.115. Puspitasari, Ayu, and Septi Novita Sari Telaumbanua. 2022. “Pengaruh Shopping Lifestyle, Fashion Involvement Dan Hedonic Shopping Motivation Terhadap Perilaku Impulse Buying.” Jurnal Ilmiah Poli Bisnis 14(1):41–50. doi: 10.30630/jipb.v0i0.749. Rahmawati, Nurul Tri. 2018. “Pengaruh Hedonic Shopping Value Dan Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Dengan Emosi Positif Sebagai Variabel Mediasi.” Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia 3(1):1–12. Renaldi, Andika, and RA Nurlinda. 2023. “Pengaruh Hedonic Shopping Motivation Dan Sales Promotion Terhadap Impulse Buying Melalui Positive Emotion .” Journal of Advances in Digital Business and Entrepreneurship 2(1):46–61. Siahaan, Ayu A., Romindo M. Pasaribu, and Program Studi Manajemen. 2023. “Pengaruh Hedonic Shopping Motivation, Dan Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Pada Produk Fashion Dikalangan Generasi Z Di Kota Medan.” Journal Business and Management 1(1):54–64. Umboh, Zefanya, Lisbeth Mananeke, and Reitty Samadi. 2018. “Pengaruh Shopping Lifestyle , Fashion Involvement Dan Sales Promotion Terhadap Impulse Buying Behaviour Konsumen Wanita Di MTC Manado.” Pengaruh Shopping…… 1638 Jurnal EMBA 6(3):1638–47. Wahyuni, Reni Suci, and Harini Abrilia Setyawati. 2020. “Pengaruh Sales Promotion, Hedonic Shopping Motivation Dan Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Pada E-Commerce Shopee.” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi (JIMMBA) 2(2):144– 54. doi: 10.32639/jimmba.v2i2.457. Zayusman, Fani, and Whyosi Septrizola. 2019. “Pengaruh Hedonic Shopping Value Dan Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying Pada Pelaggan Tokopedia Di Kota Padang.” Jurnal Kajian Manajemen Dan Wirausaha 1(1):360–68.
3196f8c2-83be-41c2-be61-9e2b55a6e0b2
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BISMA/article/download/34898/13238
Bisma: Jurnal Bisnis dan Manajemen p- ISSN 1978-3108, e-ISSN 2623-0879 Vol. 17 No. 1, 2023, Hal. 12 - 22 Bisma: Jurnal Bisnis dan Manajemen https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BISMA Vol. 17 No. 1, 2023, Hal. 12 - 22 ## FENOMENA STRATEGI PEMASARAN TABUNGAN DI ERA NEW NORMA : STUDI KASUS BANK MANDIRI CABANG JAKARTA PUSAT Sri Wahyuni 1 , *Nani Fitriani 2 , Ratih Mandasari Seflinau 3 13 Sekolah Pascasarjana Perbanas Institute Jakarta, Jakarta 2 Program Studi S1 Manajemen Perbanas Institute Jakarta, Jakarta Abstrak Terjadinya pandemi Covid 19 di semua negara memberikan dampak besar, khususnya di sektor ekonomi. Di Indonesia, dampak yang nyata di sektor perbankan dapat dilihat dari ditutupnya beberapa cabang bank yang ada di Indonesia, baik bank konvensional maupun syariah, termasuk sebagian cabang Bank Mandiri. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menganalisis strategi yang diambil dari salah satu cabang Bank Mandiri di masa pandemi covid-19 dan new normal dengan metode analisis SWOT. Penelitian ini mengeksplorasi produk tabungan baik dari sisi internal maupun eksternal, serta pemilihan strategi pemasaran untuk meningkatkan pertumbuhan baik dari segi dana maupun nasabah. Data diperoleh melalui wawancara dengan Branch Manager salah satu cabang di Bank Mandiri. Alat analisis yang digunakan yaitu matriks IFE EFE, analisis SWOT dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Data yang diperoleh kemudian diolah dengan software NVivo12. Usulan strategi yang diperoleh dari hasil penelitian adalah strategi penetrasi pasar. Kata Kunci: Strategi Pemasaran, Tabungan, Analisis SWOT, QSPM, Nvivo12 Abstract The Covid 19 pandemic had a significant impact, especially in the economic sector. In Indonesia, the actual impact on the banking sector can be seen from the closure of several bank branches, both conventional and Sharia banks, including several branches of Bank Mandiri. This purpose of this research is to analyze the strategies taken from one of Bank Mandiri's branches during the Covid-19 pandemic and the new normal era using the SWOT analysis method. This research explores savings products both internally and externally, as well as the selection of marketing strategies to increase the growth of funds and customers. The data was obtained through interviews with the Branch Manager of a Bank Mandiri branch. The analytical tools applied were the IFE EFE matrix, SWOT analysis, and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The data obtained were then processed with the NVivo12 software. The proposed strategy obtained from the research results is a market penetration strategy. Keywords: Marketing Strategy, Savings, SWOT Analysis, QSPM, Nvivo12 ## Perbanas Institute Jl. Perbanas, Kuningan, Karet Kuningan, Kecamatan Setiabudi, Kota Jakarta Selatan, 12940 E-mail : [email protected] ## Pendahuluan Terjadinya pandemi Covid 19 di semua negara memberikan dampak besar, khususnya di sektor ekonomi. Perekonomian dunia mengalami pertumbuhan lamban, akibat banyaknya aktivitas perdagangan yang terhenti. Selain perdagangan, jual beli yang terasa di masa pandemi Covid 19, industri perbankan pun tak luput terdampak. Bank sebagai penyangga utama perekonomian terguncang cukup dahsyat. Bank sebagai penggerak bisnis yang dilandasi unsur kepercayaan dari nasabah diuji pada batas maksimal. Karenanya, faktor kepercayaan sangat mempengaruhi sistem perbankan dan sistem perekonomian (Van Esterik-Plasmeijer & Van Raaij, 2017). Hal senada dikemukakan oleh Berger, Molyneux,& Wilson, 2020, serta Liang & Reichert, 2020. Mereka mengemukakan bahwa perbankan sangat penting dalam memutarkan roda perekonomian. Selain itu, perbankan merupakan penyedia utama modal dan pemodal ekonomi, perusahaan, dan individu. Demirguc-Kunt, Pedraza, dan Ruiz-Ortega (2020) menemukan bahwa perbankan mengalami tekanan berat selama pandemi Covid 19. Agar dapat bertahan di era new normal, semua bisnis, termasuk perbankan harus memilih dan memilah strategi yang berorientasi pada pasar. Karenanya, bisnis perbankan harus adaptif agar dapat menciptakan nilai yang optimal bagi para nasabah (Komulainen dan Makkonen, 2018). Hal senada diungkapkan oleh (Finsterwalder dan Kuppelwieser 2020; Kabadayi et al. 2020) yang menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 telah memaksa semua bisnis berubah cepat dan menjawab tantangan pasar. Karenanya, semua bisnis, tak terkecuali perbankan harus memilih strategi yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Faktanya, bank lebih fokus menggerakan bisnis internal daripada menawarkan nilai lebih bagi nasabah (Holmlund et al. 2017; Nätti dan Lähteenmäki 2016). Di Indonesia, dampak yang nyata di sektor perbankan dapat dilihat dari ditutupnya beberapa cabang bank yang ada di Indonesia, baik bank konvensional maupun syariah. Salah satu Bank BUMN yaitu Bank Mandiri melakukan penutupan beberapa cabang hingga 50% dari minggu terakhir bulan Maret 2020. Namun demikian, ada hal positif dari penutupan beberapa cabang Bank Mandiri di masa pandemi Covid 19, yakni meningkatnya transaksi perbankan digital. Peningkatan transaksi electronic banking ini tidak hanya dilakukan oleh nasabah perorangan, tetapi juga nasabah perusahaan. Lonjakan transaksi perbankan digital tersebut merupakan hikmah yang harus disikapi dengan optimis oleh industri perbankan. Perbankan Nasional harus menemukan strategi pemasaran yang dapat dijadikan katalisator agar dapat mengambil peluang untuk memasarkan produknya kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Penelitian Antu, Noval & Amrain (2019) menunjukkan bahwa strategi pemasaran produk tabungan belum sepenuhnya efektif, belum dijalankan secara optimal serta belum terukur dalam meningkatkan jumlah nasabah. Kualitas sumber daya manusia di bagian pemasaran masih kurang karena belum memahami strategi pemasaran yang baik. Selain itu, persaingan produk tabungan yang sama dapat menimbulkan penurunan market share . Hal lain yang menjadi tidak efektifnya pemasaran produk perbankan adalah promo yang dilakukan oleh bank untuk produk tabungan kurang kreatif serta kurangnya minat masyarakat untuk menabung.Indikator utama baik atau tidaknya kinerja perusahaan adalah tercapai atau tidaknya tujuan perusahaan tersebut. Untuk mencapai tujuan, perusahaan menggunakan strategi yang sesuai dengan sumber daya yang dimilikinya. Jauch dan Glueck (2016) menyatakan bahwa strategi adalah rencana terintegrasi, menyeluruh, dan terpadu, yang mengkaitkan keunggulan bersaing perusahaan dengan tantangan lingkungan baru secara menyeluruh. Rencana tersebut dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Karenanya, strategi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir (sasaran) perusahaan yang memiliki sifat menyatu ( unified ) dan menyeluruh ( comprehensive ). Coghlan and Figueiredo (2015) menggaris bawahi bahwa perusahaan umumnya mempertimbangkan tiga jenis strategi yang digunakan yaitu corporate, business dan functional . Strategi corporate menggambarkan arah keseluruhan perusahaan terhadap pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bisnis serta lini dari produk. Strategi perusahaan fokus di tiga kategori bagi tujuan perusahaan yaitu stabilitas, kenaikan, serta efisiensi. Strategi business terjadi di unit bisnis, berfokus pada peningkatan kompetitif produk atau layanan di industri dilayani unit bisnis. Dalam operasionalnya, strategi bisnis memiliki dua kategori, yakni strategi kompetitif dan kooperatif. Selain itu, perusahaan juga memberlakukan strategi functional, yang merupakan pendekatan untuk mencapai tujuan perusahaan dan bisnis unit, sehingga produktivitas sumber daya menjadi maksimal. Pemanfaatan sumber daya ini berkaitan dengan mengembangkan dan memelihara kompetensi yang berbeda, yang diberikan pada perusahaan atau unit bisnis sebagai sebuah competitive advantage. Berdasarkan paparan di atas, perlu adanya analisis faktor internal serta eksternal dari produk simpanan agar dapat tercipta strategi pemasaran yang efektif di masa new normal. Penelitian ini akan menganalisis faktor internal dan eksternal produk simpanan Bank Mandiri dengan menggunakan analisis SWOT, yakni dengan menganalisis meliputi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman produk tabungan. Adapun faktor internal dalam memasarkan produk simpanan adalah kekuatan dan kelemahan dari produk simpanan itu sendiri. Untuk faktor eksternal adalah peluang dan ancaman dari produk simpanan tersebut. Menggunakan analisa SWOT dalam memasarkan produk tabungan, Bank Mandiri melakukan strategi pemasaran 4 yang akan dilakukan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. Analisa SWOT digunakan untuk melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Kekuatan dimiliki serta mengembangkan kekuatan dapat dipastikan perusahaan lebih maju dibanding pesaing. Kelemahan dimiliki perusahaan diperbaiki agar tetap bertahan. Peluang harus dimanfaatkan perusahaan agar volume penjualan meningkat serta ancaman dihadapi perusahaan diminimalisir dengan strategi pemasaran baik. Menurut David (2015), Matriks SWOT yang terdiri dari Kekuatan ( Strenghts ), Kelemahan ( Weaknesses ), Kesempatan ( Opportunities ) dan Ancaman ( Threats ) merupakan pencocokan penting yang membantu manajer dalam mengembangkan empat strategi yaitu kekuatan-kesempatan/ Strenghts – Opportunities (SO), strategi kelemahan – kesempatan/ Weaknesses – Opportunities (WO), strategi kekuatan – ancaman/ Strenghts – Threats (ST), dan strategi kelemahan- ancaman/ Weaknesses – Threats (WT). Dari 4 matriks yang berhasil dirumuskan dalam strategi SWOT, banyak strategi yang tidak mungkin diimplementasikan secara cepat bersamaan karena terbatasnya sumber daya perusahaan. Perlu adanya perumusan lanjutan untuk dapat melaksanakan strategi yang paling penting dan urgent untuk dilakukan. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) merupakan teknik obyektif yang menetapkan strategi alternatif yang akan diprioritaskan ( Mallick et a.l , 2020) . QSPM merupakan alat yang menentukan dan atau merekomendasikan strategi berdasarkan pendapat ahli dan atau praktisi ( expert choice ) serta melibatkan unsur intuisi ( intuitive judgement ) yang didasari oleh internal and external key success factors untuk menetapkan pilihan menarik, akurat serta layak secara konseptual sebagai upaya menetapkan relative attractiveness. Berangkat dari permasalahan dan fenomena yang diangkat dalam penelitian ini yang menyebutkan bahwa Bank Mandiri sebagai objek penelitian memang masih kruang dalam aspek penelitian. Untuk itu, agar dapat berfokus pada strategi pemasaran, matriks Ansoff merupakan sarana yang dapat membantu dalam menetapkan sasaran pemasaran (Ansoff, 1957). Situasi bersaing perusahaan dibagi menjadi dua yaitu produk dan pasar, sederhananya kerangka kerja Ansoff berbicara tentang apa yang akan dijual (produk) dan kepada siapa akan dijual (pasar). Menurut Loredana (2016), matriks Ansoff menggunakan empat alternatif tindakan bagi perusahaan sebagai berikut. 1. Pengembangan produk adalah strategi pertumbuhan di mana unit bisnis memperkenalkan produk baru ke pasar yang ada. Hal ini membutuhkan strategi pengembangan kompetensi baru dan menggunakan program pemasaran baru juga untuk mengembangkan produk yang dapat diubah atau dikembangkan ke pasar yang sudah ada. 2. Pengembangan pasar adalah strategi pertumbuhan, di mana unit bisnis menjual produk yang sudah ada, di pasar baru. Ada banyak cara untuk menerapkan strategi ini, termasuk dengan mencermati geografi pasar baru seperti mengekspor produk ke negara baru, membuat kemasan baru, menciptakan aliran distribusi baru, dan menerapkan kebijakan penetapan harga yang berbeda untuk menarik pelanggan baru atau menciptakan segmen pasar baru. 3. Penetrasi pasar adalah strategi pertumbuhan di mana perusahaan berfokus pada penjualan produk yang ada di pasar yang sudah ada sebelumnya. Penetrasi pasar bertujuan untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar; mencari posisi aman dari dominasi pertumbuhan pasar; mampu mengikuti kondisi restrukturisasi pasar; dan meningkatkan pelanggan yang sudah ada. 4. Diversifikasi adalah strategi pertumbuhan di mana bisnis menghasilkan produk baru dan di pasar baru. Strategi berurusan dengan produk baru serta pasar baru adalah strategi pemasaran yang berisiko karena perusahaan masih memiliki pengalaman yang tidak memadai dalam lingkungan pemasaran baru. Dengan menerapkan strategi diversifikasi, perusahaan bisa saja menghadapi, bahkan memenangkan persaingan jika strategi tersebut dijalankan dengan baik, karena mengetahui kondisi dan kebutuhan pasar saat ini yang semakin meningkat. Tabel 1. Matriks Ansoff Products Existing New Ma rk et Existing Market Penetration Product Development New Market Development Diversification Sumber : Dawes, 2018 ## Metode Paradigma yang digunakan di dalam penelitian ini adalah kualitatif eksplanatif. Penelitian eksplanatif bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang sebab dan akibat dari suatu gagasan, ide, fenomena atau gejala Moloeng 2017, Wahyuni et. Al. 2018). Fokus penelitian merupakan variabel akan memberikan batasan jelas terhadap hal yang diteliti untuk menjawab kekuatan dan peluang secara bersamaan sehingga meminimalisir kelemahan dan ancaman di salah satu cabang Bank Mandiri Jakarta Pusat merupakan cabang yang ditentukan berdasarkan kriteria, yaitu kriteria pada aset dan jumlah transaksi yang ada di cabang. Aset didapatkan dari liabilities ditambah modal, dimana kredit ada di sisi aset sedangkan dana pihak ketiga ada di sisi liabilitas. Jenis data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data berasal dari informan penelitian, yaitu Noerhayati Letta sebagai Branch Manager (BM) di Cabang Bank Mandiri Jakarta Pusat, yang memiliki peranan dalam mengarahkan fokus bisnis kepada semua bawahannya secara langsung untuk mengetahui strategi yang akan dipilih dan diterapkan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang dikemukan oleh Lincoln & Guba (1985) mengenai trustworthiness yaitu : (1) Credibility untuk memvalidasi terhadap keterpercayaan dari hasil penelitian, peneliti melakukan konfirmasi dari dua orang responden yaitu Branch Manager dan Branch Sales Manager , (2) Transferability peneliti melakukan konfirmasi terkait dengan solusi yang diberikan oleh responden bersifat umum atau khusus di Bank Mandiri, (3) Dependability peneliti akan membuat dokumentasi dengan catatan atau memo secara tertulis, merekam wawancara yang telah dikonfirmasikan kepada responden, (4) Confirmability peneliti akan merepresentasikan solusi dalam bentuk skema serta analisis SWOT kemudian membuat rating EFE IFE yang mengacu pada hasil rata-rata dari penilaian responden, serta menentukan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) dengan mengacu pada matriks Ansoff yaitu Pengembangan Produk, Pengembangan Pasar, Penetrasi Pasar, dan Diferensiasi Produk. Peneliti akan memilih salah satu usulan strategi tersebut. Kerangka pemikiran di dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut. Data verbal yang sudah didapatkan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT, Matriks IFE dan EFE, serta QSPM. Tahapan-tahaapan analisis data dapat dijabarkan sebagai berikut. 1. Identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dari produk tabungan Bank Mandiri. 2. Identifikasi faktor eksternal (peluang dan ancaman) dari produk tabungan Bank Mandiri. 3. Identifikasi strategi yang digunakan untuk menawarkan produk tabungan Bank Mandiri kepada calon nasabah atau nasabah sesuai dengan kebutuhan calon atau nasabah. 4. Membuat rating menggunakan IFE dan EFE Matriks. 5. Menentukan pilihan strategi dengan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Analisis pengolahan adalah data hasil wawancara menggunakan aplikasi QSR NVivo 12. Penggunaan software QSR NVivo membantu mengatur berbagai data tidak terstruktur dan bervariasi ( Edhlund and McDougall, 2019). Melalui software, peneliti secara efektif dan efisien dalam proses transkripsi hasil wawancara berupa rekaman audio karena proses transkripsi dilakukan dalam satu program, tanpa membuka program berbeda dalam melakukan transkripsi, seperti Windows Media Player untuk mengetik hasil transkripsi. Melalui software ini, peneliti melakukan koding secara manual atau otomatis, menentukan tema dan subtema berdasarkan data, membuat keterangan terhadap semua data demografis partisipan, melakukan analisis isi teks dengan Text Search Query , membuat analisis hubungan, mengetahui dengan cepat kata-kata utama yang paling sering muncul dalam data melalui Word Frequency Query , mempresentasikan hasil analisis data. ## Hasil dan Pembahasan Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal Untuk dapat membuat strategi yang baik, diperlukan pengetahuan faktor internal maupun eksternal yang sedang dihadapi oleh perusahaan. Tahap pertama adalah mengidentifikasi faktor internal perusahaan. Data yang diambil untuk menentukan faktor internal perusahaan adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara kepada Branch Manager yang terlibat langsung dalam perencanaan dan pembuatan strategi bisnis perusahaan. Diketahui, faktor kekuatan diantaranya adalah citra merek yang sudah melekat di masyarakat, adanya jaminan dari LPS, jaringan ATM yang tersebar luas, pembukaan rekening secara online dan kolektif, serta reward yang menarik. Namun demikian, ada pula faktor-faktor internal yang menjadi kelemahan misalnya tingginya biaya administrasi dan besarnya saldo minimum yang harus dimiliki oleh nasabah. Tabel 2. Hasil Analisis Matriks IFE ## Sumber: Data diolah (2022) Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat total skor IFE adalah sebesar 3,01 skor rata-rata yaitu (2,5). Hal ini mengindikasikan posisi internal perusahaan kuat. Hasil dari matriks IFE, bobot paling tinggi yang diberikan oleh informan adalah Brand Image . Brand Image dapat menjadi patokan bagi bank ketika memasarkan suatu produk dan jasa terkait dengan kepercayaan dan reputasi serta kenyamanan calon nasabah maupun nasabah ketika memilih menabungan di bank yaitu Bank Mandiri. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal Faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang bagi bank mandiri di antaranya adalah positioning Bank Mandiri yang sudah baik di masyarakat. Selain itu, banyaknya cabang- cabang bank mandiri yang letaknya strategis menungkinkan dapat memfasilitasi semakin menjamurnya usaha-usaha kecil seperti agen, warung dan kios. Hal itu juga menambah peluang bagi bank Mandiri untuk berkolaborasi dengan bisnis lain, seperti trade unit dan UMKM. Faktor lain yang juga menjadi peluang bagi Bank Mandiri adalah investasi pemerintah (seperti sukuk dan ORI serta kerja sama dengan Lembaga Pendidikan dalam sistem pembayaran. Namun demikian, faktor tantangan dari luar bank pun tidak kalah besar dengan faktor peluangnya. Beberapa faktor tantangan tersebut di antaranya adalah banyaknya bank yang membidik pasar yang sama. Selain itu, beberapa bank menawarkan biaya administrasi yang lebih kecil bahkan gratis biaya administrasi menyebabkan masyarakat melirik dan berfikir beberapa kali untuk menentukan tempat menyimpan dananya. Faktor budaya dan trend juga menjadi faktor tantangan bagi bank. Salah satu contohnya adalah perubahan paradigma dalam masyarakat terkait bunga bank yang dianggap tidak baik. Untuk dapat mengetahui situasi diluar yang sedang dihadapi oleh perusahaan maka perlu diketahui faktor eksternal. Faktor eksternal didapatkan dari hasil wawancara dengan manajemen perusahaan dimana partisipan adalah partisipan yang sama pada saat penentuan faktor internal. Berdasarkan identifikasi faktor eksternal perusahaan maka dapat dibuat matrik EFE dengan cara informan memberikan bobot yang sama dengan matrik IFE. ## Tabel 3. Hasil Analisis Matriks EFE (Faktor Eksternal Perusahaan) ## Sumber: Data Penelitian (2022) Dari tabel 2 Matriks EFE, dapat diketahui bahwa total skor EFE adalah sebesar 2,82 lebih besar dari skor rata-rata tertimbang (2,5). Hal ini menunjukkan organisasi merespon baik terhadap peluang dan ancaman pada industri yang sama. Strategi perusahaan efektif memanfaatkan kesempatan dan meminimalisir ancaman. Analisis Matriks SWOT dan QSPM Berdasarkan teori dari David (2015) menjelaskan bahwa pencocokan internal maupun eksternal merupakan faktor kesuksesan penting dan merupakan kunci secara efektif membuat strategi alternatif sesuai. Strategi SO menggunakan kekuatan internal untuk mengambil keuntungan. Tujuan Strategi WO meningkatkan kelemahan internal dan mengambil keuntungan pada kesempatan. Strategi ST menggunakan kekuatan menghindari atau mengurangi ancaman. Strategi WT merupakan cara defensif yang dilakukan mengurangi kelemahan dan menghindari ancaman. Dari hasil penelitian, jika diliat dari analisis IFE dan EFE, dilihat faktor kekuatan lebih besar dibandingkan dengan faktor kelemahan dimiliki dan faktor peluang lebih besar jika dibandingkan dengan faktor ancaman. Maka dari itu, dengan melihat analisis IFE dan EFE, PT. Bank Mandiri seharusnya mampu bersaing dengan lembaga-lembaga keuangan lain khususnya dengan lembaga keuangan konvensional yang selama ini menjadi pesaing utamanya. Berikut ini merupakan pengembangan strategi produk pasar dari hasil analisis SWOT salah satu cabang di PT. Bank Mandiri yaitu: 1. Strategi SO ( Strenghts Opportunities ) merupakan strategi mengacu pada kekuatan dan peluang. Strategi SO antara lain sebagai berikut: a. Meningkatkan teknologi dalam mengakuisis calon nasabah maupun nasabah dengan teknologi digital sehingga jangkauan sasaran menjadi luas tidak hanya di sekitar cabang dan ini sangat signifikan dengan kondisi pandemi saat ini, untuk mengurangi mobilitas seperti mengurangi kunjungan langsung ke calon nasabah maupun nasabah. b. Memperkuat kerjasama dengan lembaga pemerintah maupun kementerian seperti jaminan pekerjaan (Bank Garansi), bahkan payroll karyawan. Adanya peluang besar yang dimanfaatkan oleh PT. Bank Mandiri dengan lembaga pemerintah dan kementrian sehingga Bank memelihara rasa kepercayaan Lembaga menjadi partner sesuai dengan visi PT. Bank Mandiri. c. Menawarkan produk investasi pemerintah seperti Sukuk, ORI kepada calon nasabah atau nasabah sehingga akan meningkatkan pertumbuhan pembukaan rekening dan secara tidak langsung nasabah dari PT. Bank Mandiri juga membantu pembangunan yang sedang dilakukan oleh pemerintah. 2. Strategi WO ( Weaknesses Opportunities ) pada faktor kelemahan dan peluang. Strategi WO antara lain sebagai berikut : a. Strategi jemput bola, dimana strategi ini dapat dilakukan dengan kunjungan ke nasabah existing seperti nasabah perusahaan. Dimana pihak bank akan bertemu dengan pihak HRD untuk menginformasikan terkait dengan produk bank sehingga calon nasabah dengan mudah melakukan pembukaan rekening tabungan dan strategi ini bertujuan unutk mempertahankan posisi pasar yang sudah ada. b. Memasarkan produk tabungan dan di bundling dengan produk tabungan lainnya seperti tabungan berjangka, deposito dimana jika nasabah mambuka rekening simpanan ini harus memiliki tabungan utama terlebih dahulu. 3. Strategi ST (Strenghts Treaths ) merupakan strategi berdasarkan faktor kekuatan dan ancaman. Strategi ST antara lain sebagai berikut: a. Pembukaan rekening secara online . Transformasi digital saat ini (Industry 4.0) sangat mendukung bagi Bank Mandiri memberikan solusi yang paling efektif bagi calon nasabah untuk melakukan pembukaan rekening tanpa harus tatap muka dengan karyawan bank. Adanya barcode atau link yang dapat di share di berbagai platform digital sehingga hal tersebut dapat memaksimalkan Bank Mandiri dalam mengakuisi nasabah baru. b. Melakukan promosi dengan digitalisasi yang efektif seperti Whatsapp Blast kepada calon nasabah yang disertai dengan keuntungan yang akan di dapat. 4. Strategi WT ( Weaknessess Treaths ) bersifat defensif untuk meminimalisasi kelemahan dan ancaman. Strategi WT antara lain yaitu meningkatkan promosi yang efektif melalui berbagai media baik media online maupun media cetak yang searah dengan kondisi saat ini, yaitu masa pandemi yang sangat efektif menggunakan platform seperti webinar, zoom. ## Matriks QSPM Hasil dari Matriks IFE dan EFE, matriks QSPM memiliki empat usulan strategi dari matriks Ansoff yaitu strategi pengembangan produk, pengembangan pasar, penetrasi pasar, diversifikasi produk. Matriks QSPM di dapatkan dari analisa IFE dan EFE sehingga peneliti akan menentukan alternatif strategi yang akan digunakan agar produk tersebut dapat bertahan sehingga produk tersebut terus bertumbuh dengan melihat hasil bobot diantara keempat usulan strategi. Tabel 4. Hasil Analisis Matrik QSPM ## Sumber: data diolah (2022) Dari tabel QSPM diatas, dapat dilihat hasil bobot yang diberikan oleh informan baik dari matriks IFE EFE serta QSPM dengan pilihan empat strategi dari matriks Ansoff , dapat dilihat dari total daya tarik total (TAS) tertinggi yaitu 5,25 sehingga menghasilkan usulan strategi yaitu Penetrasi Pasar. Maka dari itu, peneliti akan memberikan usulan strategi Penetrasi Pasar sebagai pilihan strategi untuk memasarkan produk tabungan di salah satu cabang Bank Mandiri. ## Gambar 1. Olah Data Nvivo12 (Word Cloud) Sumber : Hasil Olah Data NVivo12 (2022) Word Cloud merupakan visualisasi data yang menunjukkan seberapa sering sebuah kata muncul yang diwakili dengan besar kecilnya tulisan pada word cloud . Hasil word cloud ini terlihat ada kata “tabungan”, artinya semakin besar ukuran huruf dalam sebuah kata, maka berarti semakin sering kata yang bersangkutan muncul pada wawancara yang dilakukan dengan informan. Hasil visualisasi word frequency pada tools NVivo12, kata "tabungan" adalah kata yang paling sering dibahas pada wawancara dengan informan, dimana hal tersebut sesuai dengan penelitian. Dari banyaknya kata yang ada di word cloud tersebut, terdapat beberapa kata dominan lain yang muncul yaitu "nasabah", "mandiri" terlihat bahwa kata tersebut juga dominan muncul setelah kata "tabungan", sehingga kata tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian membahas tentang tabungan bagi nasabah dari Bank Mandiri. Project Map Gambar 2. Sasaran Strategi Sumber : Hasil Olah Data menggunakan project map Nvivo12 (2022) Project Map merupakan cara untuk mengeksplorasi atau menyajikan data secara visual pada project . Project map dibuat dari hasil nodes dan cases yang sudah dibuat sebelumnya oleh peneliti. Koding atau nodes adalah memberikan kode pada kata, frasa, kalimat, atau paragraph yang mewakili kode tersebut. Cases adalah node yang digunakan untuk mengumpulkan bahan tentang informan. Dari hasil penelitian pada project map diatas, menunjukkan hasil bahwa informan pada penelitian ini yaitu Branch Manager pada wawancara dengan peneliti membahas terkait dengan strategi untuk menumbuhkan nasabah tabungan dengan cara digitalisasi baik untuk pembukaan rekening, transaksi perbankan bahkan promosi. Meningkatkan pertumbuhan pembukaan rekening tabungan secara online menjadi efisien bagi calon nasabah atau nasabah, karena calon nasabah ataupun nasabah tidak perlu datang ke cabang dan ini didukung dengan kondisi pandemi covid-19 saat ini. Adanya m-banking di Bank Mandiri mempermudah nasabah melakukan transaksi, seperti transaksi ATM, aplikasi livin by mandiri bagi nasabah perorangan, mandiri cash management atau mandiri internet bisnis bagi nasabah perusahaan. Jadi bagi calon nasabah atau nasabah yang akan membuka rekening, frontliner akan langsung mendaftarkan dan aktifasi m-banking bagi nasabah. Promosi secara online yang dilakukan sangat efektif dan efisien bagi cabang dengan cara scan barcode maupun link yang sudah disebarluaskan oleh Bank Mandiri serta dengan aplikasi livin by mandiri . Dari hasil tersebut, sesuai Visi dan Misi perusahaan yaitu “Menjadi partner finansial pilihan utama Anda” dan Misi perusahaan yaitu “Menyediakan solusi perbankan digital yang handal dan simple yang menjadi bagian hidup nasabah”. Terlihat bahwa visi dan misi dari Bank Mandiri terimplementasi oleh tim yang ada di cabang yaitu menjadi partner financial dengan meningkatkan pembukaan rekening tabungan secara digitalisasi yang handal dan simple sehingga menjadi bagian dari hidup nasabah saat ini dan menjadi pilihan utama bagi calon nasabah dan nasabah. Manfaat penelitian bagi manajerial dari usulan strategi dari peneliti yaitu antara lain menaikkan jumlah penabung bagi cabang, meningkatkan dana pihak ketiga khususnya untuk tabungan, menaikkan pertumbuhan jumlah user m-banking ( livin by mandiri ), menaikkan pertumbuhan jumlah transaksi m- banking (livin by mandiri) , serta memberikan image atau pencitraan baik dari Bank Mandiri bagi calon nasabah atau nasabah. Adanya usulan strategi penetrasi pasar dapat menjalin kerjasama secara berkelanjutan baik produk utama yang ditawarkan maupun produk tambahan. ## Kesimpulan Produk tabungan Bank mandiri memiliki beberapa kekuatan, yaitu Brand Image , kantor cabang, dan jaringan ATM. Kekuatan utama Bank mandiri memiliki adalah memiliki Brand Image yang baik untuk jangka waktu yang panjang, sehingga hal tersebut menjadi kekuatan besar untuk memasarkan produk tabungan terkait kepercayaan calon nasabah dan nasabah. Selain itu, Bank Mandiri memiliki kantor cabang dan jaringan mesin ATM yang luas, sehingga dapat dijangkau oleh calon nasabah atau nasabah. Pembukaan rekening dapat dilakukan oleh nasabah tanpa harus pergi ke kantor cabang. Bank dapat mengirimkan kartu ATM ke alamat yang di inginkan oleh nasabah. Pembukaan rekening bagi nasabah payroll dapat dilakukan secara kolektif. Kekuatan lainnya adalah nasabah dipermudah dalam hal pinjaman konsumtif serta mendapatkan poin transaksi bagi nasabah bertaransaksi di mesin ATM maupun di m-banking Bank Mandiri. Dilihat dari sisi kelemahan dari produk tabungan seperti biaya administrasi yang tinggi, saldo minimal yang tinggi, batasan transaksi tanpa buku tabungan. Cara mengatasinya yaitu dengan: 1. Mempromosikan atau mengedukasi nasabah terkait fitur dan benefit dari produk tabungan yang mempermudah nasabah sehingga biaya yang dikeluarkan nasabah seimbang apa yang diterima nasabah dari sisi layanan di cabang maupun transaksi online ( m-banking ). 2. Memasarkan produk bundling seperti deposito, tabungan investasi dengan bunga lebih tinggi dari produk tabungan sehingga bunga yang di dapatkan dapat menutup biaya administrasi untuk produk tabungan. 3. Memanfaatkan peluang yang ada dengan cara bekerjasama dengan lembaga pemerintahan untuk kerjasama pembayaran gaji bagi karyawan sehingga kerjasama akan terjalin secara berkelanjutan. 4. Memasarkan layanan pembayaran bagi nasabah yang memiliki usaha seperti agen, warung, maupun kios yaitu pembayaran QRIS sehingga nasabah akan membuka pembukaan rekening untuk penampungan dana dari hasil usaha. Banyaknya produk investasi yang diterbitkan seperti surat berharga sehingga menjadi peluang untuk pembukaan rekening. 5. Mengatasi ancaman dengan melakukan strategi jemput bola bagi calon nasabah maupun nasabah existing . Strategi ini dapat dilakukan dengan kunjungan ke nasabah existing seperti mengajak rekan kerja dari nasabah eksisting untuk menjadi nasabah di Bank Mandiri baik nasabah perorangan maupun perusahaan. 6. Membuat strategi promosi pembukaan rekening secara online dengan menyebar link website atau barcode kepada nasabah perorangan maupun ke nasabah perusahaan untuk karyawan baru ataupun karyawan lama sehingga pembukaan rekening akan bertambah. Strategi yang diusulkan bagi cabang sebagai tempat penelitian adalah penetrasi pasar dimana peneliti memberikan usul yaitu menggarap jasa pendidikan yaitu sekolah tingkat dasar maupun pertama. Setiap tahun sekolah akan menerima siswa baru sehingga ini menjadi potensi bagi cabang yaitu pertumbuhan pembukaan rekening, pertumbuhan nasabah, serta pertumbuhan pengguna m-banking di Bank Mandiri. Selain hal tersebut, pihak cabang akan bekerjasama dengan pihak sekolah secara berkelanjutan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran. Pertama, Bank mandiri perlu melibatkan frontliner sebagai garda depan di cabang, sehingga terjalin komunikasi yang lebih baik dengan nasabah. Kedua, dalam kondisi new normal , Bank Mandiri harus memanfaatkan Brand Image perusahaan agar mempertahankan hubungan baik dengan berbagai pihak sehingga strategi pemasaran dapat dilakukan seoptimal mungkin. Ketiga, Bank mandiri dapat lebih memprediksi dan memanfaatkan peluang serta melakukan inovasi yang mempunyai nilai jual tinggi, agar dapat bersaing dengan perusahaan perbankan, baik swasta maupun BUMN lainnya ## Daftar Referensi Ansoff, H. I. (1957). Strategies for diversification. Harvard business review, 35(5), 113-124. Antu, Y., Dukalang, M. N., & Mustafa, A. (2019). Strategi Pemasaran Produk Tabungan Bohusami Pada PT. Bank Sulutgo Cabang Gorontalo. Berger, Allen N. & Molyneux, Phil & Wilson, John O.S., 2020. "Banks and the real economy: An assessment of the research," Journal of Corporate Finance, Elsevier, vol. 62(C). Coghlan, D., Rashford, N. S., & de Figueiredo, J. N. (2015). Organizational change and strategy: An interlevel dynamics approach. Routledge. David, F. R., & David, F. R. (2015). Manajemen Strategik. Jakarta: Salemba Empat. Demirguc-Kunt, A., Pedraza, A., & Ruiz-Ortega, C. ( 2020). Banking Sector Performance During the COVID-19 Crisis. Policy Research Working Paper, 9363, 1- 49, https://openknowledge.worldbank.org/handl e/10986/34369 Dawes, J. (2018). The Ansoff matrix: A legendary tool, but with two logical problems. But with Two Logical Problems (February 27, 2018). Edhlund, B., & McDougall, A. (2019). NVivo 12 essentials. Lulu. com. Holmlund, M., T. Strandvik, and I. Lähteenmäki. 2017. Digitalization challenging institutional logics. Journal of Service Theory and Practice 27 (1): 219–236. Jauch, L. R., & Glueck, W.F. F (2016). Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan (7th ed.). Jakarta: Erlangga. Lincoln, Lincoln, Y. S., & Egon, G. G. (1985). Naturalistic Inquiry. California: Sage. Loredana, E. M. (2016). The use of Ansoff matrix in the field of business. In MATEC Web of Conferences (Vol. 44, p. 01006). Kabadayi, S., G.E. O’Connor, and S. Tuzovic. (2020). Viewpoint: The impact of coronavirus on service ecosystems as service megadisruptions. Journal of Services Marketing 34 (6): 809–817. Komulainen, H., and H. Makkonen (2018). Customer experience in omni-channel banking services. Journal of Financial Services Marketing 23 (3– 4): 190–199. Mallick, S. K., Rudra, S., & Samanta, R. (2020). Sustainable ecotourism development using SWOT and QSPM approach: A study on Rameswaram, Tamil Nadu. International Journal of Geoheritage and Parks, 8(3), 185- 193. Moleong, L. J. (2017). Metodologi Penelitian, cetakan ke-36. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nätti, S., and I. Lähteenmäki. 2016. The evolution of market orientation in Finnish retail banking– from regulation to value creation. Management and Organizational History 11 (1): 28–47. Van Esterik- Plasmeijer, P.W.J., & Van Raaij, W.F. (2017). Banking system trust, bank trust, and bank loyalty. International Journal of Bank Marketing, 35(1), 97-111. https://doi.org/10.1108/IJBM-12-2015-0195 Wahyuni, S., Riwayati, H. E., Prihandini, W., Safaria, S., Nugrahanti, T. P., & Elu, B. W. (2018).Panduan Penulisan Tesis Sekolah Pascasarjana. Jakarta: Koperasi Karyawan Institut Perbanas. ,
697fe59e-eca0-4364-bb18-2ccb97eb5e12
https://riset.unisma.ac.id/index.php/hukeno/article/download/17843/15375
## TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAHAM PERSEROAN YANG MODAL DASARNYA BERASAL DARI HARTA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS ## Rizky Amalia Magister Kenotariatan Universitas Islam Malang Email : [email protected] ## Anang Sulistyono Fakultas Hukum Universitas Islam Malang Email : [email protected] ## Abstrak Penelitian ini menganalisis tentang pendirian perusahaan yang saham perseroannya berasal dari harta bersama menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas. Kedua, implikasi hukumnya bagi notaris yang membuat akta pendirian perusahaan yang modal dasarnya berasal dari harta bersama. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan ( statute approach) dan pendekatan konseptual ( conceptual approach ) sedangkan bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier serta analisa bahan hukum digunakan secara deskriptif kualitatif.Kesimpulannya, pertama, pendirian perusahaan yang saham perseroannya berasal dari harta bersama tidak dibenarkan tanpa adanya perjanjian kawin karena tidak memenuhi syarat yang mana telah diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT, sehingga perjanjiannya batal demi hukum yang menjadikan suami istri masih berada dalam satu subjek hukum. Kedua, implikasi hukum bagi notaris yang membuat akta pendirian perusahaan yang modal dasarnya berasal dari harta bersama mengakibatkan akta pendirian PT terdegradasi dari akta autentik menjadi akta dibawah tangan. Kata Kunci : Perseroan Terbatas, Saham, Harta Bersama ## Abstract This research analyzes the establishment of a company that the shares company from joint assets based on the Limited Liability Company Law. Second is the law implication for a notary who does a deed of establishing a company where the authorized capital comes from joint assets.The research method uses normative juridical research with a statute approach and a conceptual approach; meanwhile, the legal materials used are primary legal materials, secondary legal materials, and tertiary legal materials, and analysis of legal materials is done qualitatively.In conclusion, first, the establishment of a company whose shares come from joint assets is not justified without a marriage agreement because it does not meet the requirements which have been regulated in Article 7 paragraph (1) of the Company Law, so that the deal is null and void by law which makes husband and wife still in one subject law. Second, the legal implication for a notary who makes a deed of establishment of a company whose primary capital comes from joint assets results in the act of establishment of a PT being relegated from an authentic deed to a private deed. Keywords : Limited Liability Company, Shares, Joint Assets ## PENDAHULUAN Pembangunan bidang ekonomi di Indonesia telah berjalan setelah kemerdekaan dengan dasar-dasar pengelolaan perekonomian negara yang diatur dalam Pasal 33 ayat (1) hasil amandemen IV UUD 1945 disebutkan “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” telah membawa perubahan dalam masyarakat Indonesia yang digerakkan oleh pembangunan ekonomi dengan berbagai eskalasi dan dinamikanya, perlu didukung oleh suatu undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas (PT) yang dapat menjamin terselenggaranya iklim dunia usaha yang kondusif dalam rangka pengelolaan perusahaan yang baik (Good Coorporate Governance) . 1 Bahkan dalam memperoleh keuntungan ekonomi yang bernilai tinggi, maka suatu perusahaan mempunyai kemampuan lebih besar untuk menampung aspirasi dunia perdagangan dan perubahan yang terjadi khususnya pada masa mendatang, sehingga pada umumnya, terbukti bahwa banyak pelaku-pelaku usaha yang berbadan hukum melakukan bisnis dengan membentuk perseroan yang merupakan suatu badan usaha yang sempurna baik sebagai kesatuan ekonomi maupun kesatuan hukum. Sementara, keuntungan mendirikan perseroan karena adanya prinsip entitas terpisah ( separate entity ) dan tanggung jawab terbatas ( limited liability ), maka untuk tetap memperoleh dan mempertahankan status badan hukum sebuah perseroan harus memenuhi berbagai macam formalitas yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Berdasarkan pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya 1 Ilmar Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia . Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 1. ## TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAHAM PERSEROAN YANG MODAL DASARNYA BERASAL DARI HARTA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Rizky Amalia 1 , Suratman 2 , Sunardi 3) terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Dalam UU Cipta Kerja, Status badan hukum perseroan yang semula “sejak tanggal terbit Keputusan Menteri” menjadi “setelah didaftarkan kepada Menteri dan mendapatkan bukti pendaftaran. Ketentuan ini sesuai dengan Pasal 7 ayat 4 dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang telah di ubah dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2020 tentang cipta kerja yang berbunyi : “Perseroan memperoleh status badan hukum setelah didaftarkan kepada Menteri dan mendapatkan bukti pendaftaran.”Perseroan merupakan subjek hukum yang dapat melakukan suatu perbuatan dapat melakukan perbuatan hukum maupun perikatan dengan pihak ketiga. Menurut Pasal 7 ayat (1) UUPT, menyatakan bahwa perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta Notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia. Hal Ini mempertegas kembali makna perjanjian sebagaimana diatur dalam ketentuan umum mengenai perjanjian yang ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata atau yang disebut KUHPerdata. Namun, dalam prakteknya terdapat pendirian perseroan yang didirikan oleh pasangan suami istri yang menjadi suatu persoalan menarik, sementara suami istri dalam suatu rumah tangga yang berada dalam satu kesatuan harta dianggap sebagai satu pihak saja. 2 Apabila dilihat dari konsep korporasi sebagai agregasi modal pendirian perseroan terbatas memiliki beberapa permasalahan hukum baik dari segi keabsahannya maupun implikasi yuridisnya terhadap harta kekayaan PT. Dari uraian latar belakang masalah di atas maka, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pendirian perusahaan yang saham perseroannya berasal dari harta bersama menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas ? dan Apa implikasi hukumnya bagi notaris yang membuat akta pendirian perusahaan yang modal dasarnya berasal dari harta bersama ? ## METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis normatif yang merupakan penelitian hukum doktriner dimana penelitian ini lebih banyak dilakukan terhadap data yang bersifat sekunder yang ada diperpustakaan. Penelitian perpustakaan atau demikian dapat dikatakan pula 2 Rachmadi Usman , Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas , Bandung : Alumni, 2004, h. 56. sebagai lawan dari penelitian empiris (penelitian lapangan) 3 yang melalui pendekatan perundang-undangan ( statute approach) dan pendekatan konseptual ( conceptual approach ) sedangkan bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier serta analisa bahan hukum digunakan secara deskriptif kualitatif. ## PEMBAHASAN 1. Pendirian Perusahaan Yang Saham Perseroannya Berasal Dari Harta Bersama Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas a. Pemisahan Harta dalam Hukum Perdata Menurut R. Subekti, perjanjian perkawinan adalah suatu perjanjian mengenai harta benda suami-istri selama perkawinan mereka, yang menyimpang dari asas dan pola yang diterapkan oleh Undang-Undang”. 4 Perjanjian perkawinan memiliki fungsi untuk mengetahui hak dan kewajiban antara suami dan istri terhadap harta kekayaan yang mana sekiranya tepat untuk mengantisipasi kepentingan suami atau istri di kemudian hari. Untuk menghindari adanya percampuran harta benda bagi calon suami istri dalam perkawinan yang akan dilaksanakan, Undang-undang mengatur ketentuan mengenai penyimpangan tersebut dengan membuat sebuah perjanjian kawin. Pada umumnya suatu perjanjian kawin dibuat dengan alasan sebagai berikut : 5 1) Bilamana terdapat sejumlah harta kekayaan yang lebih besar pada salah satu pihak dari pada pihak yang lain; 2) Belah pihak masing-masing membawa masukan (aanbrengst) yang cukup besar; 3) Masing-masing mempunyai usaha sendiri-sendiri, sehingga andai kata salah satu jatuh (failliet), yang lain tidak tersangkut; 4) Atas hutang-hutang yang mereka buat sebelum kawin masing- masing akan bertanggunggugat sendiri-sendiri. Dalam hal ini dijelaskan dalam Pasal 139 KUHPerdata bahwa para calon suami isteri dengan perjanjian kawin dapat menyimpang dari peraturan undang-undang mengenai harta bersama, asalkan hal itu tidak bertentangan dengan tata susila yang baik atau dengan tata tertib umum, dan 3 Suratman & Philips Dillah, Metode Penelitian Hukum . Bandung : CV Alfabeta, 2015, h. 51. 4 Titik Triwulan Tutik, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional , ED.I, Cet.I, Prenada Media Group, Jakarta, 2008, h. 109. 5 Titik Triwulan Tutik, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia , Prestasi Pustaka, Jakarta, 2006, h. 129. ## TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAHAM PERSEROAN YANG MODAL DASARNYA BERASAL DARI HARTA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Rizky Amalia 1 , Suratman 2 , Sunardi 3) diindahkan pula ketentuan ketentuan yang dijelaskan dalam penjelasan selanjutnya. Terkait pemisahan harta dalam perkawinan ini, ada sebagian masyarakat yang mengenal ataupun mengetahuinya, mereka beranggapan bahwa setelah menikah segala sesuatu bercampur menjadi satu akan membuat pasangan merasa nyaman dan enggan membuatnya. Untuk menghindari adanya percampuran harta tersebut undang-undang mengatur ketentuan mengenai penyimpangan dengan membuat perjanjian kawin, perjanjian kawin dapat dijadikan sebagai salah satu upaya untuk mencegah perseteruan mengenai harta benda perkawinan dikemudian hari. Selanjutnya, untuk menjamin bahwa perjanjian kawin yang dibuat adalah benar dan dapat mengikat para pihak maka mengenai bentuk perjanjian kawin menurut KUHPerdata antara lain : 1) Dengan akta notaris Perjanjian kawin dengan tegas harus dibuat dengan akta notaris sebelum perkawinan berlangsung, dan akan menjadi batal bila tidak dibuat secara demikian. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam Pasal 147 KUHPerdata yang menyatakan bahwa, “Perjanjian kawin harus dibuat dengan akta notaris sebelum pernikahan berlangsung, dan akan menjadi batal bila tidak dibuat secara demikian.” Perjanjian perkawinan harus dibuat dalam akta otentik yang mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat. Undang-undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Hukum Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam hanya mensyaratkan bahwa perjanjian perkawinan harus dibuat dalam bentuk tertulis. Hal ini dilakukan, kecuali untuk keabsahan perjanjian kawin, juga untuk mencegah perbuatan yang tergesa-gesa, oleh karena akibat daripada perjanjian ini akan dipikul untuk seumur hidup, adanya kepastian hukum, sebagai satu-satunya alat bukti yang sah, serta untuk mencegah kemungkinan adanya penyelundupan atas ketentuan Pasal 149 KUHPerdata (Setelah perkawinan berlangsung, perjanjian kawin tidak boleh diubah dengan cara apapun). 6 Adanya syarat bahwa perjanjian kawin harus dibuat dengan akta notaris (akta otentik) adalah bertujuan untuk: a) Agar perjanjian kawin tersebut mempunyai kekuatan pembuktian sempurna apabila terjadi persengketaan. Suatu perjanjian yang dituangkan dalam akta otentik, maka akan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, artinya hakim 6 Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Asis Safioedin. Hukum Orang dan Keluarga . Cet. 5. Bandung: Alumni, 1986, h. 59 terikat pada kebenaran formil dan materiil terhadap akta otentik yang diajukan kepadanya sebagai bukti di depan persidangan, kecuali dengan bukti lawan dapat dibuktikan sebaliknya. Menurut pasal 1868 KUHPerdata dikatakan bahwa suatu akta otentik adalah akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang- undang dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akte di buatnya. Mengenai kekuatan pembuktian akta otentik disebutkan dalam Pasal 1870 KUHPerdata yang menyatakan “bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli warisnya ataupun bagi orang-orang yang mendapatkan hak dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di dalamnya”. Apabila disangkal kebenaran dari akta otentik tersebut, maka penyangkal harus membuktikan mengenai ketidakbenarannya. b) Dengan dibuatnya perjanjian kawin dalam akta notaris maka akan memberikan kepastian hukum tentang hak dan kewajiban suami-isteri atas harta benda mereka, mengingat perjanjian kawin mempunyai konsekuensi yang luas dan dapat menyangkut kepentingan keuangan yang besar yang dipunyai oleh suatu rumah tangga. 7 2) Sebelum perkawaninan berlangsung Secara substantif, ditegaskan pula dalam Pasal 147 KUHPerdata, karena pembuatan perjanjian kawin sendiri adalah untuk menyimpangi ketentuan yang ada dalam Undang-undang. Dengan mengadakan perjanjian perkawinan kedua calon suami isteri berhak menyiapkan dan menyampaikan beberapa penyimpangan dari peraturan undang-undang mengenai persatuan harta kekayaan. Perjanjian perkawinan itu mulai berlaku sejak perkawinan berlangsung dan tidak boleh dirubah kecuali atas persetujuan kedua belah pihak dengan syarat tidak merugikan pihak ketiga yang tersangkut. Perjanjian kawin yang dibuat setelah perkawinan berlangsung maka menjadi tidak sah atau batal demi hukum. Apabila salah satu dari kedua syarat itu tidak dipenuhi, maka perjanjian kawin itu batal. Hal ini mengakibatkan adanya anggapan bahwa terjadi kebersamaan harta kekayaan antara suami isteri di dalam perkawinan tersebut. Artinya, akibat hukum dari perkawinan tersebut membawa konsekuensi bercampurnya harta suami dan isteri menjadi satu dalam 7 Andy Hartanto. J. Hukum Harta Kekayaan Perkawinan, Yogyakarta, Laksbang Grafika, 2012, h.24. ## TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAHAM PERSEROAN YANG MODAL DASARNYA BERASAL DARI HARTA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Rizky Amalia 1 , Suratman 2 , Sunardi 3) kekayaan harta perkawinan. Kedua belah pihak dalam pembuatan perjanjian kawin harus menyatakan secara tegas bahwa tidak adanya percampuran harta dan juga harus secara tegas menyatakan tidak ada persatuan harta dalam bentuk lain, seperti persatuan untung dan rugi atau persatuan hasil dan pendapatan. Menurut Pasal 144 KUHPerdata menyatakan bahwa “tidak adanya gabungan harta bersama tidak berarti tidak adanya keuntungan dan kerugian bersama, kecuali jika hal ini ditiadakan secara tegas.” 8 Perlindungan hukum terhadap harta dalam perkawinan menurut KUHPerdata diberikan kebebasan bagi para pihak dalam menentukan isi dan bentuk perjanjian kawin untuk membuat penyimpangan dari peraturan KUHPerdata tentang persatuan harta kekayaan tetapi dengan pembatasan bahwa perjanjian kawin tidak boleh bertentangan dengan kesusilaan, agama dan ketertiban umum yang diatur dalam Pasal 139 KUHPerdata. “Isi perjanjian melanggar kesusilaan, misalnya, dalam perjanjian ditentukan, suami tidak boleh melakukan pengontrolan terhadap perbuatan istri di luar rumah. Sebaliknya, istri tidak boleh melakukan pengontrolan terhadap perbuatan suami di luar rumah. Pengontrolan yang dimaksud ada kaitannya dengan sopan santun atau tata krama pergaulan yang sehat.” 9 Pada prinsipnya, substansi perjanjian perkawinan terbatas mengenai kedudukan harta benda perkawinan. Meskipun suami atau istri tidak mengatur secara tegas hal-hal di luar harta benda perkawinan, norma agama, kepatutan, serta undang-undang yang juga mengikat pihak-pihak yang membuatnya. Namun, dengan catatan, apabila perubahan perjanjian perkawinan itu merugikan pihak ketiga, maka pihak ketiga tidak terikat terhadap perubahan perjanjian perkawinan tersebut. Dan yang dimaksud dengan pihak ketiga disini adalah mereka yang tidak untuk diri sendiri atau berdasarkan suatu perwakilan, baik perwakilan karena undang-undang maupun perwakilan karena perjanjian, melakukan suatu perjanjian. Mereka yang digolongkan dalam kategori pihak ketiga ini sangat luas dan bergantung pada hubungannya dengan para pihak dari suatu perjanjian.” 10 Sebab, dalam perjanjian perkawinan yang dibuat oleh suami istri sebatas hanya mengenai harta bendanya saja tanpa hal-hal lain di luar pengaturan tersebut. b. Pemisahan Harta dalam Hukum Perusahaan 8 Rahmadika Sefira Edlynafitr, Pemisahan Harta Melalui Perjanjian Kawin Dan Akibat Hukumnya Terhadap Pihak Ketiga , Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar/2015 9 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2014, h. 98. 10 Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, h. 87. Suatu perseroan adalah legal entity yang berbeda dan terpisah dari pemegang saham perseroan tersebut. Sebagai suatu legal entity yang terpisah dari pemegang sahamnya, perseroan dalam melakukan fungsi hukumnya bukan bertindak sebagai kuasa dari para pemegang sahamnya, tetapi bertindak untuk dan atas namanya sendiri. Para pemegang saham bukan merupakan pihak dari perjanjian yang dibuat oleh perseroan dengan pihak lain. Oleh karenanya, pemegang saham juga tidak berhak memaksa pihak lain untuk melaksanakan kewajibannya yang ditentukan dalam perjanjian itu”. Menurut Munir Fuady Apabila suatu perusahaan tidak berbentuk badan hukum, misalnya perusahaan dalam bentuk firma, usaha dagang biasa ( sole proprietorship ), maka tidak ada harta yang terpisah yang merupakan harta perseroan tersebut. Akan tetapi yang ada hanyalah harta dari pemilik perusahaannya”. Karena secara hukum, tanggung jawab hukumnya juga tidak terpisah antara tanggung jawab perseroan dengan tanggung jawab pribadi pemilik perusahaan. Oleh sebab itu, jika suatu kegiatan yang dilakukan oleh atau atas nama perseroan (yang bukan badan hukum), dan terjadi kerugian bagi pihak ketiga, maka pihak ketiga tersebut dapat meminta pemilik perusahaan untuk bertanggungjawab secara hukum, termasuk meminta agar harta benda pribadi dari pemiliknya tersebut disita dan dilelang. Dengan hal ini merupakan konsekuensi dari ketentuan hukum yang menyatakan bahwa seluruh harta benda seseorang menjadi tanggungan bagi hutang-hutangnya sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 dari Kitab Undang- Undang Hukum Perdata. Bagi perseroan yang berbentuk badan hukum seperti perseroan terbatas, koperasi, dan lain-lain, maka “secara hukum pada prinsipnya harta bendanya terpisah dari harta benda pendirinya pemiliknya. Karena itu, tanggung jawab secara hukum juga dipisahkan dari harta benda pribadi pemilik perusahaan berbentuk badan hukum tersebut”. Jadi, misalnya suatu perseroan terbatas melakukan suatu perbuatan dengan pihak lain, yang bertanggungjawab adalah perseroan tersebut dan tanggung jawabnya sebatas harta benda yang dimiliki oleh perseroan tersebut. Harta benda pribadi pemilik perseroan/pemegang sahamnya tidak dapat disita atau digugat untuk dibebankan tanggung jawab perseroan tersebut. Dengan demikian, para pemegang saham tidak berkewajiban untuk melunasi hutang-hutang perseroan jika hasil penjualan harta kekayaan perseroan masih belum mencukupi. Pihak ketiga pun tidak dapat menuntut para pemegang saham untuk memenuhi kewajiban perseroan seandainya harta kekayaan perseroan tidak mencukupi. Pada suatu badan hukum dikenal doktrin keterbatasan tanggung jawab. Artinya secara prinsip ”setiap perbuatan hukum yang dilakukan oleh suatu badan hukum, hanya badan ## TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAHAM PERSEROAN YANG MODAL DASARNYA BERASAL DARI HARTA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Rizky Amalia 1 , Suratman 2 , Sunardi 3) hukum sendiri yang bertanggungjawab sedangkan para pemegang saham tidak bertanggungjawab kecuali sebatas saham yang dimasukkannya”. 11 c. Dibenarkan atau Tidak Pendirian Perusahaan yang Saham Perseroannya Berasal dari Harta Bersama menurut UUPT Pendirian perusahaan yang saham perseroannya berasal dari harta bersama tidak dibenarkan menurut UUPT sebab secara khususnya, UUPT tidak mengatur larangan mengenai saham yang dimiliki oleh suami istri. Namun, sebuah perseroan yang pemegang sahamnya dari suami istri tanpa adanya perjanjian kawin pisah harta secara tidak langsung telah menyalahi ketentuan UUPT sebab tidak timbulnya persekutuan modal yang dibentuk sebagaimana dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT menerangkan bahwa PT harus didirikan minimal 2 (dua) orang atau lebih yang mempunyai harta kekayaan terpisah. Berdasarkan Pasal 35 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan menyatakan bahwa harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama yang artinya, sesudah seorang pria dan wanita secara sah melakukan perkawinan, maka harta yang mereka dapatkan setelah perkawinan disebut sebagai harta bersama. Dengan adanya percampuran harta tersebut, suami dan istri dianggap sebagai satu subjek hukum sehingga berdasarkan Pasal 7 ayat (5) UUPT, dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut, pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain. Akan tetapi, jika jangka waktu 6 (enam) bulan telah dilampaui dan pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan tersebut. d. Keabsahan Pendirian Perusahaan yang Saham Perseroannya Berasal dari Harta Bersama menurut UUPT Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) jo. Pasal 36 Undang-undang Perkawinan jo. Putusan Mahkamah Konstitusi 69/PUU-XIII/2015, pasangan suami istri dapat membuat perjanjian perkawinan baik sebelum maupun sesudah perkawinan. Perjanjian perkawinan tersebut mengatur pemisahan harta benda suami isteri selama perkawinan (harta bersama). Dengan adanya perjanjian kawin, harta benda yang diperoleh suami istri di dalam perkawinan menjadi hak masing-masing suami istri sehingga baik suami maupun istri dapat melakukan perbuatan hukum atas harta benda yang 11 Rachmadi Usman, op.cit., h. 147-149. diperolehnya sebab suami istri dianggap sebagai dua subjek hukum yang berbeda karena kepemilikan harta selama perkawinan dikuasai oleh masing- masing pihak. Apabila suatu perjanjian kawin tidak dibuat dengan suatu akta otentik maka perjanjian tersebut batal demi hukum. Dalam Pasal 147 ayat (1) KUHPerdata telah ditegaskan bahwa “atas ancaman kebatalan, setiap perjanjian kawin harus dibuat dengan akta notaris sebelum perkawinan berlangsung”. Namun, apabila perjanjian kawin dibuat setelah dilangsungkannya perkawinan, maka perjanjian tersebut tidak memiliki kekuatan mengikat sebab melahirkan suatu persoalan baru terhadap dasar hukum dari perjanjian perkawinan, serta penafsiran hukum antara Undang- undang Perkawinan dengan Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut. Suami istri yang melakukan perjanjian perkawinan setelah melaksanakan perkawinan atau selama perkawinan berlangsung berpengaruh terhadap harta bersama yang diperoleh selama dilangsungkannya perkawinan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam UUPT tidak mengatur secara khusus mengenai larangan sahamnya dimiliki oleh suami istri. Namun, sebuah perseroan yang pemegang sahamnya dari suami istri tanpa adanya perjanjian kawin pisah harta sepenuhnya, secara tidak langsung telah menyalahi ketentuan UUPT sebab tidak timbulnya persekutuan modal dalam persekutuan perdata yang dibentuk. Oleh karena itu, pendirian perusahaan yang saham perseroannya berasal dari harta bersama tidak bisa digunakan untuk mendirikan sebuah PT, kecuali terdapat perjanjian kawin. Dengan demikian, tidak memiliki keabsahan dari perjanjian pendirian perseroan yang mana perjanjian itu dianggap tidak pernah ada atau batal demi hukum, sehingga menjadikan suami istri masih berada dalam satu subjek hukum. ## 2. Implikasi Hukumnya Bagi Notaris Yang Membuat Akta Pendirian Perusahaan Yang Modal Dasarnya Berasal Dari Harta Bersama Pada dasarnya hukum dapat memberikan beban tanggung gugat atau tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan oleh Notaris, namun hal tersebut tidak berarti segala kerugian terhadap pihak ketiga seluruhnya menjadi tanggung gugat dan tanggung jawab Notaris. Hukum telah memberi batasan atau rambu tanggung gugat dan tanggung jawab Notaris, sehingga tidak semua kerugian pihak ketiga merupakan tanggung gugat dan tanggung jawab Notaris. Secara normatif, peran Notaris hanyalah untuk mengkonstantir kehendak para pihak untuk kemudian dituangkan dalam sebuah Akta Autentik, sehingga hak dan kewajiban hukum yang dilahirkan dari perbuatan hukum yang disebut dalam Akta tersebut hanya mengikat pihak-pihak dalam akta itu, apabila terjadi sengketa mengenai isi perjanjian ## TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAHAM PERSEROAN YANG MODAL DASARNYA BERASAL DARI HARTA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Rizky Amalia 1 , Suratman 2 , Sunardi 3) maka Notaris tidak terlibat dalam pelaksanaan kewajiban dan dalam penuntutan suatu hak. 12 Notaris memiliki kewenangan yang diberikan oleh undang-undang untuk membuat berbagai macam akta mengenai perbuatan, perjanjian dan penetapan yang dikehendaki oleh pihak-pihak guna menuangkannya ke dalam suatu akta otentik agar Akta tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang lengkap dan memiliki keabsahan. 13 Pembuatan akta otentik yang diharuskan ini dilakukan dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum. Kemudian, sebagaimana tercantum dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 jo. Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris atau disebut dengan UUJN, akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. 14 Bahkan, Notaris juga berperan untuk mengkaji apakah suatu yang dikehendaki oleh penghadap untuk dituangkan ke dalam Akta tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, Notaris berkewajiban untuk mengetahui dan memahami syarat- syarat autentisitas, keabsahan dan sebab-sebab kebatalan suatu akta, hal tersebut sangatlah penting untuk menghindari secara preventif adanya cacat hukum Akta Notaris yang dapat mengakibatkan batalnya Akta dan menimbulkan kerugian kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 15 Ketentuan mengenai pendirian PT dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT harus didirikan oleh paling sedikit 2 orang, di mana suatu Perseroan Terbatas berdiri dan/atau semata-mata karena perjanjian oleh dua orang atau lebih dengan akta resmi atau akta notaris. Jika ditinjau dari segi hukum perjanjian, pendirian Perseroan sebagai badan hukum, bersifat “kontraktual” (contractual, by contract”) yakni berdirinya perseroan merupakan akibat yang lahir dari perjanjian. Selain bersifat kontraktual, juga bersifat 12 Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta Cet.1, Mandar Maju, Bandung, 2011, h. 192 13 Siti Fauziah Dian Novita Sari, “Peran Notaris Dalam Proses Pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas” Lex Renaissancce 3 (2), 2018, h. 412. 14 Dedy Pramono , “Kekuatan Pembuktian Akta Yang Dibuat Oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata Di Indonesia” Lex Jurnalica 12 (3), 2015, h. 249. 15 Sjaifurrachman, op.cit., h. 121 “konsensual” berupa adanya kesepakatan untuk mengikat perjanjian mendirikan perseroan. 16 Namun, pada prinsipnya, dalam mendirikan sebuah PT yang didirikan oleh suami istri tanpa adanya perjanjian kawin, maka notaris tidak berkenan untuk membuatkan Akta tersebut karena dianggap tidak memenuhi syarat formil yang telah diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT, sehingga apabila notaris tetap membuatkan akta pendirian tanpa adanya ketentuan dari peraturan perundang-undangan maupun UUJN, maka, akan mengakibatkan terdegradasinya akta (penurunan status) atau cacat hukum dari akta autentik menjadi Akta di bawah tangan sebagaimana yang diatur dalam pasal 1869 KUHPerdata. Disisi lain, juga mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a UUJN bahwa Notaris tidak memihak serta memperhatikan akibat kerugian bagi pihak ketiga yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung terhadap perseroan tersebut yang dikemudian hari akan timbul kerugian bagi segala pihak. Oleh karena itu, pembuatan akta yang dilakukan oleh seorang Notaris, tidak secara otomatis dapat disebut sebagai akta yang autentik. Kekuatan pembuktian akta autentik merupakan suatu keadaan menilai akta autentik sebagai suatu alat bukti yang mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna dengan syarat bahwa persyaratan materil (substantif) dan formil (prosedural) pembuatan aktanya terpenuhi dan tidak adanya kesalahan prosedur. Akta otentik yang dibatalkan pengadilan akta Notaris terdegradasi nilai pembuktiannya sebagaimana akta dibawah tangan telah ditentukan dalam Pasal 1868 dan 1869 KUHPerdata yang mana pada pasal 1868 berbunyi “suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu di tempat akta itu dibuat”. Dan pasal 1869 “suatu akta yang tidak dapat diperlakukan sebagai akta otentik, baik karena tidak berwenangnya atau tidak cakapnya pejabat umum yang bersangkutan maupun karena cacat dalam bentuknya, mempunyai kekuatan sebagai tulisan dibawah tangan bila ditandatangani oleh para pihak. Dengan demikian, implikasi hukum bagi notaris yang membuat akta pendirian perusahaan yang modal dasarnya berasal dari harta bersama mengakibatkan akta pendirian PT terdegradasi dari akta autentik menjadi akta dibawah tangan. Hal ini telah diatur sebagaimana dalam Pasal 1869 KUHPerdata. Suatu akta dapat dikategorikan sebagai akta yang autentik bilamana dalam pembuatan akta tersebut sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan berdasarkan Pasal 38, 39 hingga 53 UUJN, baru lah bisa 16 M. Yahya harahap, Hukum Perseroan Terbatas, cet.6, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, h. 35. ## TINJAUAN YURIDIS TENTANG SAHAM PERSEROAN YANG MODAL DASARNYA BERASAL DARI HARTA BERSAMA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS (Rizky Amalia 1 , Suratman 2 , Sunardi 3) dikatakan sebagai suatu akta yang autentik dan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna bagi para pihak yang membuatnya. Selanjutnya, apabila dapat dibuktikan dalam sidang pengadilan bahwa akta tersebut mengandung cacat hukum, maka, akta Notaris dapat dibatalkan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena pembatalan suatu akta adalah bagian dari hukum perdata sehingga pengadilan pada prinsipnya sifatnya pasif yang mana hanya memeriksa serta mengadili apa yang diajukan oleh para pihak (penggugat). 17 Diluar dari akta terdegradasi nilai pembuktiannya sebagai akta dibawah tangan, maka, Notaris dapat diberikan sanksi administratif yang diatur dalam pasal 85 UUJN yang berupa teguran ataupun pemberhentian dari peranan Majelis Pengawas Daerah (MPD), sedangkan akibatnya berimbas pada Aktanya saja, sebab kedudukan Akta pendirian PT tersebut menjadi tidak sah dan tidak berbadan hukum sehingga tanggung jawabnya menjadi tidak terbatas. ## KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis paparkan diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Pendirian perusahaan yang saham perseroannya berasal dari harta bersama tidak dibenarkan tanpa adanya perjanjian kawin karena tidak memenuhi syarat yang mana telah diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UUPT. Dengan demikian, tidak memiliki keabsahan dari perjanjian pendirian perseroan tersebut yang berarti perjanjian itu dianggap tidak pernah ada atau batal demi hukum sehingga menjadikan suami istri masih berada dalam satu subjek hukum. b. Implikasi hukum bagi notaris yang membuat akta pendirian perusahaan yang modal dasarnya berasal dari harta bersama mengakibatkan akta pendirian PT terdegradasi dari akta autentik menjadi akta dibawah tangan. Selanjutnya, apabila dapat dibuktikan dalam sidang pengadilan bahwa akta tersebut mengandung cacat hukum, maka akta Notaris tersebut dapat dibatalkan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. ## DAFTAR PUSTAKA 17 A.T. Hamid, Hukum Acara Perdata serta Susunan dan Kekuasaan Pengadilan , Bina Ilmu, Surabaya, 1986, h. 6. ## Buku Abdulkadir Muhammad, 2014, Hukum Perdata Indonesia , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Andy Hartanto. J. 2012, Hukum Harta Kekayaan Perkawinan, Yogyakarta, Laksbang Grafika. A.T. Hamid, 1986, Hukum Acara Perdata serta Susunan dan Kekuasaan Pengadilan , Bina Ilmu, Surabaya Herlien Budiono, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Ilmar Aminuddin, 2004, Hukum Penanaman Modal di Indonesia . Jakarta: Prenada Media. M. Yahya harahap, 2016, Hukum Perseroan Terbatas, cet.6, Sinar Grafika, Jakarta. Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Asis Safioedin. 1986, Hukum Orang dan Keluarga . Cet. 5. Bandung: Alumni. Rachmadi Usman , 2004, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas , Bandung : Alumni. Suratman & Philips Dillah, 2015, Metode Penelitian Hukum . Bandung : CV Alfabeta. Titik Triwulan Tutik, 2006, Pengantar Hukum Perdata di Indonesia , Prestasi Pustaka, Jakarta. ---------------------------, 2008, Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional , ED.I, Cet.I, Prenada Media Group. Sjaifurrachman, 2011, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta Cet.1, Mandar Maju, Bandung. ## Jurnal Dedy Pramono , 2015 , “Kekuatan Pembuktian Akta Yang Dibuat Oleh Notaris Selaku Pejabat Umum Menurut Hukum Acara Perdata Di Indonesia” Lex Jurnalica 12 (3). Rahmadika Sefira Edlynafitr, 2015, Pemisahan Harta Melalui Perjanjian Kawin Dan Akibat Hukumnya Terhadap Pihak Ketiga , Lex Privatum, Vol.III/No. 1/Jan-Mar. Siti Fauziah Dian Novita Sari, 2018, “Peran Notaris Dalam Proses Pembuatan Akta Pendirian Perseroan Terbatas” Lex Renaissancce 3 (2).
6585f4e0-a3a1-438b-8d50-242293932814
https://jurnal.uimedan.ac.id/index.php/JIPIKI/article/download/28/29
GAMBARAN KINERJA PETUGAS DALAM PENGEMBALIAN BERKAS RAWAT INAP DENGAN PENGGUNAAN TRACER DIRUANG PENYIMPANAN RSUP H. ADAM MALIK TAHUN 2017 Parmen Silalahi Dosen APIKES Imelda, Jalan Bilal Nomor 52 Medan E-mail: [email protected] ## ABSTRAK Kinerja petugas adalah pernyataan dari suatu kegiatan atau pola tingkahlaku atau penerapan kemampuan pembelajaran untuk melengkapi suatu proses berkaitan dengan spesifikasi atau standar yang telah ditetapkan. Penggunaan Tracer atau outguide dan kartu petunjuk yang digunakan untuk mengganti berkas rekam medis yang diambil untuk berbagai keperluan petugas di penyimpanan RSUP H Adam Malik Medan. Populasi berjumlah 12 orang dan jumlah sample 12 orang sebagai total sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sebagai responden adalah petugas di penyimpanan di RSUP H Adam Malik Medan. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pengaruh kinerja petugas menurut responden mayoritas dalam dikategorikan sangat setuju sebanyak 3 orang (25.0), setuju 6 orang (50.0),dan tidak setuju 3 orang (25.0), dengan penghitungan manual. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa gambaran kinerja petugas dalam pengembalian berkas rawat inap dengan penggunaan tracer di penyimpanan RSUP H Adam Malik Medan. Kata Kunci: Kinerja Petugas; Pengembalian Berkas Rawat Inap; Tracer; Ruang Penyimpanan. ## ABSTRACT The performance of the officer's statement from an activity or patterns of behaviour or the application of the learning ability to complete a process related to the specifications or standards that have been set. The use of Tracer or outguide card and instructions used to replace medical record file taken for various purposes was storage officer at Center General Hospital of Adam Malik Medan. Population of 12 people and the amount of sample 12 people as total sampling. Instrument in this study using questionnaires, as respondents are officers in storage was in the Center General Hospital of H Adam Malik Medan. From the results obtained that influence the performance of the officers according to respondents the majority in categorized strongly agree as much as 3 people (25.0) 6 persons, agreed (50.0), and disagree 3 people (25.0), with manual calculation. Based on the results of research conducted can be concluded that the description of the performance of officers in refund files inpatient with the use of tracer in storage was Center General Hospital of H Adam Malik Medan. Keywords: Performance Officer; File Returns Hospitalization; Tracer; Storage space. ## PENDAHULUAN Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang mutlak di butuhkan oleh segenap lapisan masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan baik individu maupun masyarakat secara keseluruhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka rumah sakit di tuntut untuk memberikan pelayanan yang memadai dan memuaskan. Oleh karena itu, rumah sakit harus mampu meningkatkan kualitas pelayanannya, termaksud di antaranya peningkatan kualitas pendokumentasian rekam medis (Pamungkas,dkk,2010). Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang di mulai pada saat di terimanya pasien di rumah sakit dilanjutkan dengan kegiatan pencatatan data medis pasien oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya, yang memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada pasien. Proses pengolahan rekam medis terdiri dari beberapa tahapan antara lain di lakukannya assembling, koding, indeksing dan falling (Depkes,2006). Menurut (SK Men PAN No.135 tahun 2002). Dalam Kepmenkes No.377/Menkes/SK/III/2007, bahwa rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien disarana pelayanan kesehatan.Rekam medis bersifat rahasia karena menyangkut data pribadi seseorang dengan penyakit yang diderita, riwayat penyakit dan diagnosis lainnya. Mengingat begitu pentingnya isi serta peranan rekam medis, seharusnya setiap rumah sakit dan institusi pelayanan kesehatan menyimpan, menyusun dan merawat rekam medis dengan baik serta menjaga keamanannya dari kerusakan dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak berhak, dan juga menyediakan berkas rekam medis tersebut setiap kali dibutuhkan. Pengelolahan rekam medis di rumah sakit adalah menunjang tercapainya tertip dalam rangka upaya mencapai tujuan rumah sakit, yaitu peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam rekam medis untuk menunjang pelayanan bagi rumah sakit, pengolahan perekam medis harus efektif dan efisien (Giyana,2012). Kinerja atau performance adalah pernyataan dari suatu kegiatan atau pola tingkahlaku atau penerapan kemampuan pembelajaran untuk melengkapi suatu proses berkaitan dengan spesifikasi atau standar yang telah ditetapkan. Biasanya diukur terhadap sejumlah indikator kinerja, tergantung dari aspek kinerja yang akan dinilai. (Gemala R.Hatta,2011). Pengembalian berkas rekam medis adalah sistem yang cukup penting di unit rekam medis karena pengembalian berkas rekam medis di mulai dari berkas tersebut berada di ruang rawat sampai dengan berkas rekam medis kembali ke unit rekam medis sesuai dengan kebijakan batas waktu pengembalian yaitu 2 x 24 jam. Sedangkan menurut Hatta (2008), outguide atau kartu petunjuk yang sering disebut tracer adalah kartu yang digunakan untuk mengganti berkas rekam medis yang diambil untuk berbagai keperluan. Tracer berisikan tentang tanggal peminjaman, nama peminjaman, unit penggunaan, serta keperluan peminjaman. Kartu ini harus diisi sebelum rekam medis dipinjam sebagai pengganti berkasrekam medis yang keluar dari rak penyimpanan. Dengan adanya tracer, proses pencarian jejak atau kontrol terhadap rekam medis pasien akan lebih mudah untuk ditelusuri sehingga apabila berkas rekam medis yang dibutuhkan tidak berada di rak penyimpanan, maka dengan mudah petugas dapat mengetahui keberadaan berkas tersebut dengan bantuan tracer. Berdasarkan surve awal penulis meneliti bahwa kinerja petugas pengembalian berkas rekam media yang melebihi waktu yang telah ditetapkan karena dokumen rekam medis rawat inap belum lengkap atau petugas ruangan yang tidak disiplin sehingga dapat menjadi beban petugas di penyimpanan dalam pengembalian berkas rekam medis rawat inap kembali ke rak penyimpanan tehadap pengambilan tracer sebagai pengganti berkas rekam medis yang kembali ke rak menjadi sulit dalam pencarian. Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Gambaran Kinerja Petugas Dalam Pengembalian Berkas Rawat Inap Dengan Penggunaan Tracer Di Ruang Penyimpanan RSUP H. Adam Malik Tahun 2017. ## Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Apakah kinerja petugas terhadap penggunaan tracer sudah sesuai SPO di RSUP H. Adam Malik Medan? 2. Apakah pengaruh pengembalian berkas rekam medis dalam penggunaan tracer di RSUP H.Adam Malik Medan? 3. Apakah pengaruh tracer dengan pengembalian berkas rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan? ## Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah Pengaruhkinerja petugas dalamketerlambatan pengembalian berkas rawat inap priode april sampai dengan mei terhadappenggunaan tracer di ruang penyimpanan RSUP H. Adam Malik Tahun 2017. ## Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan sebelumnya maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Pengaruhkinerja petugas dalam keterlambatan pengembalian berkas rawat inap priode april sampai dengan meiterhadap penggunaan tracer di ruang penyimpanan RSUP H. Adam Malik Tahun 2017? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh kinerja petugas dalam ketelambatan pengembalian berkas rawat inap priode april sampai dengan mei terhadap penggunaan tracer di RSUP H. Adam Malik Tahun 2017. ## Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit atau tempat penelitian dengan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam kinerja petugas dengan penggunaan tracer di penyimpanan. 2. Bagi petugas rekam medis agar memahami penggunaan tracer sesuai SPO yang berlaku. 3. Bagi peneliti untuk menambah ilmu pengetahuan khusunya pada kinerja petugas dalam pengembalian berkas rawat inap di rumah sakit. 4. Bagi lembaga pendidikan Apikes Imelda Medan untuk menambah referensi pustaka yang akan dipergunakan untuk penelitian selanjutnya. ## METODE ## Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Suatu metode penelitian yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah dimana data yang diperoleh berupa angka - angka atau score , nilai atau pertanyaan - pertanyaan yang dinilai, dan dianalisis dengan analisis statistik. Metode penelitian kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui kinerja petugas dalam keterlambatan pengebalian berkas rekam medis rawat inapterhadap penggunaan tracer di rumah sakit. ## Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik dan waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dengan melakukan survey awal penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2017. ## Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah kinerja petugas rekam medis di penyimpanan RSUP H. Adam Malik yang berjumlah 12 orang. ## Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Keterlambatan pengembalian sample dalam penelitian ini adalah total sempling yaitu kinerja petugas rekam medis di penyimpanan RSUP H. Adam Malik yang berjumlah 12 orang. ## Teknik Sampling Metode sampling yang digunakan untuk subjek penelitian yang berjumlah 12 orang kinerja petugas rekam medis di penyimpanan adalah total sampling, teknik total sampling merupakan teknik pengembalian sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri berdasarkan sifat atau ciri-ciri populasi yang telah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012). ## Defenisi Operasional Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diteliti atau diamati perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau defenisi operasional (Notoatmodjo,2010). Adapun defenisi operasional pada penelitian ini sebagai berikut: Tabel 1. Defenisi Operasional No Variabel Defenisi Operasional 1 Pendidikan Dapat mempengaruhi seseorang, makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi sehingga lebih banyak pula pengetahuan yang di dapat 2 Pengalaman Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas – tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. 3 Disiplin Sikap yang selalu tepat janji, sehingga seorang lain mempercayainya, karena modal utama dalam memperoleh kepercayaan orang lain ## Instrumen Penelitian Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun merupakan kuesioner tertutup yang diberikan kepada petugas koder. ## Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data diperoleh dari data Primer yang dilakukan dari kuesioner yang diberikan kepada petugas Rekam Medis bagian penyimpanan berkaas Rekam Medis di RSUP H. Adam Malik Medan. ## Teknik Pengelolahan Data Setelah data terkumpul maka dilakukan pengelolahan data, data diolah secara: 1. Editing Yaitu dangan melakukan pengecekan isian formulir atau angka dan kuesioner apakah jawaban sudah jelas, lengkap dan konsisten. 2. Entry atau processing Yaitu memasukkan jawaban-jawaban dari responden dalam bentuk kode angka atau huruf ke dalam program atau software komputer. 3. Tabulasi Data Tabulasi data merupakan proses pengelolahan data yang dilakukan dengan cara memasukan data ke dalam table atau dapat penyajian data dalam bentuk tabel dan daftar untuk memudahkan dalam pengamatan dan evaluasi. 4. Cleaning Yaitu melakukan pembersihan data dengan cara memeriksa data-data yang telah dimasukkan apakah sesuai dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya (Arikunto, 2006). ## HASIL Setelah dilakukan penelitian terhadap 12 responden dengan judul “Pengaruh kinerja petugas dalam keterlambatan pengembalian berkas rawat inap priode april sampai dengan mei 2017 terhadap penggunaan tracer di penyimpanan RSUP H Adam Malik tahun 2017” maka disajikan dalam tabel berikut. ## Karakter Responden Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%) 1 SMA 11 91.7 2 DIII 1 8.3 Total 12 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden pendidikan SMA sebanyak 11 orang (91.7 %), responden pendidikan DIII sebanyak 1 orang (8.3 %). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengalaman Kerja No Pengalaman Kerja Frekuensi Persentase (%) 1 10 - 20 Tahun 2 16.7 2 30 - 35 Tahun 10 83.3 Total 12 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang pengalaman kerjanya 10 - 20 sebanyak 2 orang (16.7 %), dan responden yang pengalaman kerjanya 30 - 35 Tahun adalah sebanyak 10 orang (83.3 %). Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Disiplin Pengembalian Berkas Rekam Medis No DisiplinFrekuensi Frekuensi Persentase (%) 1 Berkas yang tepat waktu 67 78,82 2 Berkas yang tidak tepat 18 21,17 waktu Total 85 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang disiplin pengembalian berkas rekam medis yang tepat waktu 67 (78,82%), pengembalian berkas rekam medis yang tidak tepat waktu 18 (21,17%). Tabel 5. Tabulasi Silang Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Pendidikan Total Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju F % F % F % F % 1 SMA 2 16.7 6 50.0 3 25.0 11 91.7 2 D III 1 8.3 0 0 0 0 1 8.3 Total 3 25.0 6 50.0 3 25.0 12 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa dari 12 responden, yang berpendidikan SMA 3 responden memiliki pengaruh kinerja sangat setuju (16.7) dan 6 responden memiliki pengaruh kinerja setuju (50.0), yang tidak baik 3 responden memiliki pengaruh kinerja tidak setuju (25.0), yang DIII 1 responden memiliki pengaruh kinerja sangat baik (8.3). Tabel 6. Tabulasi Silang Berdasarkan Pengalaman Kerja No Pengalaman Kerja Lama Kerja Total Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju F % F % F % F % 1 20 - 25 1 8.3 1 8.3 0 0 2 16.7 2 30 - 35 2 16.7 5 41.7 3 25.0 10 83.3 Total 3 25.0 6 50.0 3 25.0 12 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden, 1 responden yang pengalaman kerja 25 - 30 tahun memiliki kinerja sangat setuju (8.3), 1 responden yang pengalaman kerja25 - 30 tahun memiliki kinerja setuju (8.3), 1 responden yang pengalaman kerja25 - 30 tahun memiliki kinerja tidak setuju (8.3), yang 2 responden yang pengalaman kerja30 - 35 tahun memiliki pengaruh kinerja sangat setuju (16.7), 5 responden yang pengalaman kerja 30 – 25tahun memiliki kinerja setuju (41.7), 3 responden yang pengalaman kerja 30 - 35 tahun memiliki kinerja tidak setuju (25.0). Tabel 6. Tabulasi Silang Berdasarkan Disiplin Pengembalian Berkas Rekam Medis No Berkas Rekam Medis Disiplin Pengembalian Berkas Rekam Medis Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju F % F % F % 1 Tepat waktu 67 78,82 62 72,94 13 15,11 2 Tidak tepat waktu 18 21,17 23 27,05 73 84,88 Total 85 100 85 100 86 100 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa pengembalian berkas rekam medis yang tepat waktu tertinggi ada pada kategorisangat setuju sebanyak 78,82% dari total 85 berkas rekam medis yang dikembalikan. Pengembalian berkas rekam medis yang tidak tepat waktu ada pada kategori tidak setuju sebanyak 84,88% dari total 86 berkas rekam medis di penyimpanan. ## PEMBAHASAN Berdasarkan Pendidikan, Pengalaman Kerja, Dan Disiplin Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran kinerja petugas dalam pengembalian berkas rawat inap dengan penggunaan tracer di penyimpanan RSUP H Adam Malik Tahun 2017 diketahui bahwa responden yang berpengaruh terdiri dari kategori pendidikan, Pengalaman kerja, dan disiplin. 1. Pendidikan Berdasarkan gambaran kinerja petugas terhadap 2 respondenberpendidikan SMA sangat setuju (16.7%), yang memiliki kinerja petugas terhadap 6 responden setuju (50.0%), yang memiliki kinerja petuga terhadap 3 responden tidak setuju (25.0%), dan DIII yang memiliki pengaruh kinerja petugas sangat baik 1 responden (8.3%). 2. Pengalaman Kerja Berdasarkan gambarankinerja petugas terhadap 1 responden pengalaman kerja10- 20tahun memiliki pengaruh sangat setuju (8.3%), yang memiliki kinerja petugas terhadap 1 responden setuju (8,3%),dan yang memiliki kinerja petugas terhadap 2 responden pengalaman kerja 30 - 35 sangat setuju (16.7%), yang memiliki kinerja petugas terhadap 5 responden setuju (41.7%), yang memiliki kinerja petugas terhadap 3 responden tidak setuju (25.0%). 3. Disiplin Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa responden yang disiplin pengembalian berkas rekam medis yang tepat waktu 67 (78,82%), pengembalian berkas rekam medis yang tidak tepat waktu 18 ( 21,17% ). ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Gambaran kinerja petugas dalam pengembalian berkas rawat inap dengan penggunaan tracer di penyimpanan RSUP H Adam Malik Tahun 2017” yang telah disajikan pada Bab IV dapat disimpulkan bahwa: 1. Berdasarkan pendidikan 12 responden, SMA sebanyak 11 orang (91.7%), responden pendidikan DIII sebanyak 1 orang (8.3%). 2. Berdasarkan pengalaman kerja responden 20 - 25 tahun sebanyak 10 orang (83.3%), berumur 30 - 35 tahun sebanyak 2 orang (16.7%). 3. Berdasarkan disiplin pengembalian berkas rekam medis yang tepat waktu 67 (78,82%), pengembalian berkas rekam medis yang tidak tepat waktu 18 (21,17%) ## SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan kepada beberapa pihak yaitu: 1. Bagi RSUP H Adam Malik Medan Dengan di ketahuinya Gambaran kinerja petugas dalam pengembalian berkas rawat inap dengan penggunaan tracer di penyimpanan RSUP H Adam Malik tahun 2017 yang di kategorikan baik, maka perlu ditingkatkan kinerja petugas di penyimpanan baik dari segi pengembalian berkas rekam medis, terhadap penggunaan tracer di penyimpanan secara berkesinambungan sehingga kinerja petugas dapat terwujud lebih baik di RSUP H Adam Malik Medan. 2. Bagi institusi pendidikan Apikes Imelda Medan Diharapkan agar lebih memperbanyak waktu dalam melakukan praktek kerja lapangan di berbagai rumah sakit agar lebih banyak menambah ilmu bagi mahasiswa - mahasiswa Apikes Imelda Medan. 3. Bagi peneliti Bagi peneliti agar menjadi masukan dan bahan pembelajaran dalam memberikan pelayanan yang baik bagi pasien serta mampu mempelajari gambaran kinerja petugas dalam pengembalian berkas rawat inapdengan penggunaan tracer di penyimpanan RSUP H. Adam Malik. 4. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan melakukan penelitian lanjutan tentang Gambaran kinerja petugas dalam pengembalian berkas rawat inap dengan penggunaan tracer di penyimpanan sehingga dapat melengkapi hasil penelitian yang telah dilakukan. ## DAFTAR PUSTAKA Agustina. (2011). Perancangan Dan Prosedur Penggunaan Petunjuk Keluar .Dikutip pada tanggal 27 Mei pukul 20.00 wib. http://perpustakaan.files. Wordpress.com/2011/11. Gembala, R, Hatta. (2011). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Sarana pelayanan Kesehatan . Jakarta: Universitas Indonesia. Menkes RI. (2013). Kepmenkes Nomor 55 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan PekerjaPerekam Medis. Jakarta: Universitas Indonesia. Rustiyanto, Ery. (2009). Etika Profesi Perekam Medis Dan Informasi Kesehatan . Yogyakarta: Graha Ilmu. Savitri, Citra, Budi. (2011). Manajemen Unit Rekam Medis . Yogyakarta: Quantum Sinergis Medis. Susanti. (2013). Studi Tentang Kinerja Petugas Rekam Medis . Dikuti pada tanggal 04 Januari2017 pukul 15.26 wib.http://eprints.ums.ac.id./2013/11.
df0300e8-7736-4a71-8f16-d972cb4b812f
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/jmso/article/download/10965/5385
## Hubungan Bundling Harga, Citra Merek, dan Keputusan Pembelian pada E-Commerce Shopee Indonesia Aref Puadi 1 , Meitiana 2 , Vivy Kristinae 3 1,2,3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Palangka Raya, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Tujuan - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari citra merek terhadap keputusan pembelian dan bundling harga, baik secara langsung maupun tidak langsung, dimana bundling harga sebagai variabel intervening. Desain/Methodologi/Pendekatan - Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplanatori dengan pendekatan kuantitatif. Populasi dan sampel pada penelian ini adalah siswa/siswi SMA Muhammadiyah 1 Palangka Raya yang pernah menggunakan e-commerce Shopee minimal 3 kali. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 70 orang. Analisis menggunakan Partial Least Square (PLS), dengan alat analisis SmartPLS 3.0. Temuan penelitian – Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa citra merek berpengaruh terhadap bundling harga dan keputusan pembelian. Bundling harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Bundling harga memediasi pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian. Simpulan dan Implikasi – Citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Bundling harga secara positif dapat memediasi hubungan antara citra merek dan keputusan pembelian. Shopee dapat meningkatkan peran bundling harga dan citra merek untuk dapat meningkatkan pengguna e-commerce shopee khususnya bagi siswa SMA Muhammadiyah 1 Palangka Raya. Kata kunci : Citra Merek, Bundling harga, Keputusan Pembelian The Relationship between Price Bundling, Brand Image and Purchasing Decisions on Shopee Indonesia E-Commerce Abstract Objective - This research aims to determine the influence of brand image on purchasing decisions and price bundling, both directly and indirectly, where price bundling is an intervening variable. Design/Methodology/Approach - This type of research is explanatory research with a quantitative approach. The population and sample in this research were students of SMA Muhammadiyah 1 Palangka Raya who had used Shopee e-commerce at least 3 times. The number of respondents in this study was 70 people. Analysis uses Partial Least Square (PLS), with the SmartPLS 3.0 analysis tool. Research findings - The results of this research show that brand image influences price bundling and purchasing decisions. Price bundling influences purchasing decisions. Price bundling mediates the influence of brand image on purchasing decisions. Conclusions and Implications – Brand image has a positive effect on purchasing decisions. Price bundling can positively mediate the relationship between brand image and purchasing decisions. Shopee can increase the role of price bundling and brand image to increase Shopee e-commerce users, especially for students at SMA Muhammadiyah 1 Palangka Raya. Keywords: Brand Image, Price Bundling, Purchasing Decisions. P-ISSN: 2685-4724 | E-ISSN: 2798-9577 ## Vol 4, No 3, Desember 2023 Jurnal Manajemen Sains dan Organisasi Vol 4, No 3, 2023 pp. 319 – 325 FEB UPR Publishing 2685-4724 2798-9577 Aref Puadi, Meitiana, & Vivy Kristinae . Published in the Jurnal Manajemen sains dan Organsasi. Published by FEB UPR Publishing Limited. This article is published under the Creative Commons Attribution (CC BY 4.0) licence. Anyone may reproduce, distribute, translate and create derivative works of this article (for both commercial and non-commercial purposes), subject to full attribution to the original publication and authors. ## Pendahuluan Pada era digitalisasi ini, perkembangan teknologi dan informasi berjalan sangat pesat dan telah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini. Kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan hubungan bisnis melalui perangkat teknologi yang disebut internet. Salah satu sistem internet yang berkembang pesat saat ini adalah sistem penjualan elektronik ( e- commerce ). Ketatnya persaingan antar perusahaan e-commerce membuat perusahaan harus menerapkan strategi yang dapat menarik konsumen. Perusahaan e-commerce bukan hanya memikirkan bagaimana menerapkan strategi yang dapat menarik konsumen, tetapi juga melihat dari faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan untuk terus meningkaatkan penjualan maka harapan bagi perusahaan adalah adanya keputusan pembelian dari konsumen. Salah satu perusahaan e-commerce yang ada di Indonesia adalah Shopee. Shopee merupakan salah satu e-commerce berbasis aplikasi mobile yang saat ini sangat berkembang di Indonesia. Melihat pertumbuhan signifikan serta antusiasme masyarakat terhadap belanja online . Perusahaan riset pasar atau market research global , yang ada di Indonesia merilis hasil riset terbaru terkait persaingan dalam industri e-commerce selama akhir tahun 2021 dengan melibatkan total 1000 responden. Berdasarkan hasil survei, di antara 3 pemain utama e-commerce di Indonesia, Tokopedia, Shopee, dan Lazada, diketahui bahwa Shopee menduduki peringkat pertama pada 4 penilaian indikator yang digunakan dalam survei. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian, salah satunya citra merek. Perusahaan yang mempunyai citra merek yang baik tentu akan lebih dipertimbangkan oleh konsumen. Citra merek berpengaruh positif terhadap minat pembelian (Sari & Hadi, 2023). Citra merek yang melekat dibenak konsumen, dan menjadikan suatu citra yang positif, akan meningkatkan image perusahaan sehingga citra perusahaan di mata pelanggannya terus meningkat pula. Begitu pula sebaliknya, apabila citra merek negatif, konsumen akan cenderung mempertimbangkan lebih jauh lagi ketika akan membeli. Selain itu bundling harga juga di pertimbangkan oleh konsumen. Bundling harga termasuk ke dalam bauran pemasaran yang merupakan salah satu atribut yang dievaluasi oleh konsumen. Strategi dalam menjual produk semakin beragam, salah satu strategi marketing yang sangat umum pada saat ini adalah dengan melakukan penggabungan antara dua produk atau lebih dalam satu paket penawaran, strategi ini pada umumnya disebut dengan Bundling . Di kalangan masyarakat Indonesia strategi ini sering juga diterjemahkan sebagai “paket penawaran” atau “paket” saja. ## Tinjauan Pustaka Citra Merek Menurut Kotler dan Keller (2009), Citra Merek adalah presepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalm ingatan pelanggan, yang selalu diingat pertama kali saat mendengar slogan dan tertanam dibenak konsumennya. ## Bundling Harga Menurut Arifin (2010), bundling adalah sebuah strategi pemasaran yang melibatkan penawaran dua produk atau lebih untuk dijual sebagai satu kesatuan unit jual. Biasanya, suatu harga yang diberikan dalam satu paket produk hasil bundling atau kombinasi akan mempunyai harga lebih murah dibandingkan harga per satuan produk apabila konsumen akan membelinya dengan cara satuan atau dibeli terpisah. ## Keputusan Pembelian Menurut Indrasari (2019), Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Gambar 1. Kerangka Konseptual Penelitian Berdasarkan uraian yang telah di bahas, maka di ambil beberapa hipotesis sebagai berikut: H1 = Diduga citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada e- commerce Shopee H2 = Diduga citra merek berpengaruh terhadap bundling harga pada e- commerce Shopee H3 = Diduga bundling harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada e-commerce Shopee H4 = Diduga bundling harga memediasi pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian pada e-commerce Shopees ## Metode Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa/siswi SMA Muhammadiyah 1 Palangka Raya Jl. RTA Milono, Km 1,5, Palangkaraya. Menggunakan teknik nonprobability sampling dengan jumlah responden sebanyak 70 orang. Metode kuantitatif digunakan dalam penelitian ini. Pengujian model penelitian menggunakan Partial Least Square (PLS). PLS merupakan suatu persamaan struktural yang berdasarkan varian, yang memungkinkan penggambaran model konsep variabel laten (variabel yang tidak terukur secara langsung) dengan menggunakan indikator-indikatornya (variabel manifest ) (Ghozali, 2015). Bundling Harga (Z) Citra Merek (X) Keputusan Pembelian (Y) Tabel 1. Identifikasi variabel Variabel Defenisi Indikator Variabel Citra Merek (Kotler & Keller, 2009) Citra Merek adalah presepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan asosiasi yang tertanam dalm ingatan pelanggan, yang selalu diingat pertama kali saat mendengar slogan dan tertanam dibenak konsumennya. 1. Corporate Image (Citra Pembuat). 2. User Image (Citra Pemakai). 3. Product Image (Citra Produk). Bundling Harga (Arifin, 2010) Bundling adalah sebuah strategi pemasaran yang melibatkan penawaran dua produk atau lebih untuk dijual sebagai satu kesatuan unit jual 1. Ketepatan 2. Harga 3. Kemenarikan 4. Cara Penggabungan Produk Keputusan Pembelian (Indrasari, 2019) Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. 1. Pemilihan Produk 2. Pemilihan Merek 3. Pemilihan Penyalur 4. Waktu Pembelian 5. Jumlah Pembelian Sumber : Konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini, 2023 ## Hasil Dan Pembahasan Hasil analisis data secara lengkap dapat dilihat pada Tampilan Hasil Boostrapping. Pengujian hipotesis secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan dengan menggunkan perhitungan statistik dengan melihat nilai pada path coefficients pada bootstrapping. Berdasarkan hasil pengolahan data, hasil digunakan untuk menjawab hipotesis. Gambar 2. Tampilan Hasil Boostrapping Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dinyatakan diterima jika T Statistic > 1,96 dan P-Values < 0,05. Berikut merupakan hasil pengujian hipotesis penelitian ini Tabel 2. T-Statistic dan P-Values Hubungan Variabel Original Sampel T Statistics P Values Ket Bundling Harga (Z) > Keputusan Pembelian (Y) 0,338 2,538 0,011 Signifikan Citra Merek (X) -> Bundling Harga (Z) 0,679 7,113 0,000 Signifikan Citra Merek (X) -> Keputusan Pembelian (Y) 0,516 4,255 0,000 Signifikan Citra Merek (X) -> Bundling Harga (Z) - >Keputusan Pembelian (Y) 0,229 2,353 0,019 Signifikan Sumber: Diolah, 2023 Dari model jalur yang telah dihipotesiskan, didapatkan hasil sebagai berikut: Hipotesis (1) (Bundling Harga berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian) Berdasarkan tabel 4.15 hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t-statistic sebesar 2,538 >t-tabel sebesar 1,96 dan p-value sebesar 0,011 <0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak H a diterima. Hipotesis (2) (citra merek berpengaruh signifikan terhadap Bundling Harga) Berdasarkan tabel 4.15 hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t-statistic sebesar 7,113 >t-tabel sebesar 1,96 dan p-value sebesar 0,000<0,05, sehingga dapat disimpulkan H 0 ditolak H a diterima. Hipotesis (3) (citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian) Berdasarkan tabel 4.15 hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t-statistic sebesar 4,255 >t-tabel sebesar 1,96 dan p-value sebesar 0,000<0,05, sehingga dapat disimpulkan H 0 ditolak H a diterima.Hipotesis (4) (citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian melalui Bundling Harga) Berdasarkan tabel 4.15 hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai t-statistic sebesar 2,353 >t-tabel sebesar 1,96 dan p-value sebesar 0,019<0,05, sehingga dapat disimpulkan H 0 ditolak H a diterima. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan menujukan hasil dimana Citra merek berpengaruh terhadap keputusan pembelian pada e- commerce Shopee . Citra merek berpengaruh terhadap bundling harga pada e- commerce Shopee. Bundling harga berpengaruh terhadap keputusan pembelia pada e-commerce Shopee. Bundling harga memediasi pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian pada e-commerce Shopee Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, beberapa saran dapat diajukan untuk penelitian selanjutnya. Pertama, disarankan agar penelitian tersebut menggaet lebih banyak responden dengan menyebarluaskan kuesioner kepada tidak hanya kurang dari 100 responden, tetapi lebih dari 100 responden. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan akurasi data yang diperoleh. Selanjutnya, untuk memperkuat dan membandingkan hasil penelitian, disarankan untuk mempertimbangkan penambahan variabel lain. Hal ini akan membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang manajemen pemasaran, dan menghasilkan temuan yang lebih berharga dan bermanfaat. Dengan mengambil langkah-langkah ini, penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi pengembangan ilmu pengetahuan. ## Daftar Pustaka Amalia Ghani Rizki, K. H. (2019). Pengaruh Citra Merek Dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Pada E-Commerce Shopee Indonesia (Survei Pada Mahasiswa S1 Universitas Brawijaya Angkatan 2015/2016 Dan 2016/2017 Yang Membeli Barang Secara Online Di E-Commerce Adams. James. William and Janet L. Yellen. Commodity Bundling and The Burden of Monopoly Quarterly Journal of Economics , Vol. 90, No. 3 Choy, 1.Yee., Ng, C.San., and Ch'ng, H.Khoon. (2011). Consumers" Perceived Quality, Perceived Value and Perceived Risk Towards Purchase Decision on Automobile, American. Journal of Economics and Business Administration . Vol. 3 (1). pp: 47-57, 2011. ISSN 1945-5488 Ghozali, Imam. (2014). Structural Equation Modeling , Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS). Edisi 4. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Ghozali, L. (2015). Partial Least Squares Konsep, Teknik Dan Apikasi Menggunakan Program Smartpls 3.0 (2nd Ed.). Badan Penerbit- Undip. Indrasari, D. M. (2019). Pemasaran & Kepuasan Pelanggan . Surabaya: Unitomo Pness. Kotler, P., & Keller, K, (2009). Manajemen Pemasaran (Edisi ke13). Jakarta : Erlangga. Marisa, O., & Rowena, J. (2019). Pengaruh Brand Image. Harga Dan Kualitas Produk Produk High End Make Up and Skin Care Pada Generasi Millenia.l Jakarta. Jurnal Bina Manajemen, 7 no 2(2), 163. Ratri, L. E. (2007). Strategi Memenangkan Persaingan Pasar . Jakarta: Salemba Empat. Sanjaya, K.Kynan and Tantri, Indriani. (2014). Customers Motivation to Purchase Low Cost Green Car in Indonesia. Journal of Business And management . Vol.3. No.6. 2014, pp: 646-655 Sari, L. E., & Hadi, N. U. (2023). Determinasi Minat Pembelian Produk Scarlett Whitening Pada Marketplace Shopee Determination of Interest in Purchasing Scarlett Whitening Products on the Shopee Marketplace. Jurnal Manajemen Sains Dan Organisasi , 4 (2), 198–212. Sisca. (2021). Pemasaran: Dasar dan Konsep . Yayasan Kita Menulis Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung: PT Alfabeta, Sugiyono. (Cetakan Ke-18, Juli 2014). Metode Penelitian Bisnis . Bandung: Alfabeta, CV. Tjiptono, F. (2011). Manajemen & Strategi Pemasaran . Yogyakarta: Andi. Tobing. R. P., & Bismala, L. (2015). Pengaruh Citra Merek Dan Periklanan Terhadap Keputusan Pembelian Polis Asuransi. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis : Jurnal Program Studi Akuntansi, 1(2), 73-82 Wulan Setiani. (2020). Pengaruh Penetapan Harga Dengan Paket Bundling Terhadap Keputusan Pembelian Di Royal Furniture Pekanbaru Di Tinjau Dari Ekonomi Syariah
2f7e0599-4a7b-425a-847e-bc40d78b3c7f
https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bidayah/article/download/1410/645
BIDAYAH : Studi Ilmu-ilmu Keislaman https://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/bidayah Vol. 13, No. 2, Desember 2022 TEOLOGI BERBASIS EKONOMI (DARUL ARQAM - PT. GLOBAL IKHWAN); ## STUDI ATAS STRATEGI DAKWAH ASHARI IBN MUHAMMAD Sayed Muhammad Ichsan, S.Fil., M.Ag. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN-SU) [email protected] ## Abstrak Darul Arqam merupakan gerakan dakwah yang didirikan oleh Ashari bin Muhammad, gerakan memproklamirkan bahwasanya guru dari Ashari bin Muhammad merupakan Imam Mahdi. Fatwa sesat disematkan kepada gerakan karena tidak sesuai dengan aqidah Ahl Sunnah wa Jamaah . Mereka kemudian mengubah nama Darul Arqam menjadi Rufaqo , dan diganti kembali menjadi Global Ikhwan. Tujuan dari penelitian ini untuk menemukan sebuah pemahaman yang komprehensif mengenai gerakan dakwah Global Ikhwan. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dengan menggunakan metode analisa deskriptif. Pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan (observasi), di mana Peneliti mencatat segala informasi selama penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Global Ikhwan saat ini menjadi sebuah gerakan dakwah baru dalam ekonomi Islam, mereka menghadirkan berbagai macam unit usaha di berbagai wilayah di Indonesia hingga mancanegara. Menariknya, banyak yang tidak mengetahui, bahwa Darul Arqam tidaklah punah atau hilang melainkan berganti nama menjadi Global Ikhwan. Kata Kunci : Ashari Ibn Muhammad, Darul Arqam, Global Ikhwan ## Abstract Darul Arqam is a da'wah movement founded by Ashari bin Muhammad, the movement proclaims that the teacher of Ashari bin Muhammad is Imam Mahdi. The heretical fatwa was pinned on the movement because it did not conform to the aqidah of Ahl Sunnah wa Jamaah. They then changed the name of Darul Arqam to Rufaqo, and changed it back to Global Ikhwan. The purpose of this research is to find a comprehensive understanding of the Global Ikhwan's da'wah movement. This research is qualitative with a literature study approach using descriptive analysis method. Data collection and analysis were carried out using observation techniques, where researchers recorded all information during the research. The results showed that the Global Ikhwan is currently a new da'wah movement in Islamic economics, they present various kinds of business units in various regions in Indonesia to foreign countries. Interestingly, many do not know, that Darul Arqam is not extinct or lost but changed its name to Global Ikhwan. Keywords : Ashari Ibn Muhammad, Darul Arqam, Global Ikhwan ## PENDAHULUAN Nama atau istilah Global Ikhwan mungkin hari ini, oleh beberapa elemen masyarakat masih sangat asing, dikarenakan namanya yang belum cukup populer. Berbeda halnya jika disebutkan nama Darul Arqam , bagi mereka yang saat ini sudah berusia 40 tahun ke atas sudah tidak asing lagi, dimana nama Darul Arqam pernah populer di tahun 90 an yang di fatwakan sesat oleh Pemerintah Malaysia dikarenakan prinsip ajaran yang dianutnya telah keluar dari ajaran agama Islam. Haji Abdullah Abdul Rahman mengutarakan bahwa tepatnya pada tahun 1968 telah muncul sebuah gerakan dakwah yang diprakarsai oleh Ashaari, yang dikenal dengan sebutan al-Arqam (Abdul Rahman Abdullah, 1992). Kehadiran gerakan ini memberikan kesan yang begitu mendalam pada rakyat Malaysia, yang menunjukkan cara hidup Islam di tengah pengaruh kehidupan sekularisme yang begitu besar (Abdul Rahman Abdullah, 1992). Dibalik respon yang positif dalam telaah Haji Abdullah dengan mempratekkan cara hidup yang dianjurkan, namun terdapat sisi yang harus dikaji kembali dalam ajaran Darul Arqam, ditandai dengan munculnya gejolak keberadaan Darul Arqam dimulai pada tahun 1968 M, namun tepat pada tahun 1994 M, pemahaman Darul Arqam resmi dibubarkan pada masa pemerintahan Mahathir Muhammad melalui Jabatan Kemajuan Islam (JAKIM) dengan tuduhan penyebaran ajaran sesat (Naimullah & Syafrinaldi, 2015). Tuduhan penyebaran ajaran sesat dikarenakan adanya keyakinan dari jamaah Darul Arqam bahwa Syaikh Muhammad Suhaimi, yang merupakan guru atau mursyid dari Ashaari Muhammad akan muncul kembali sebagai Imam Mahdi (Shafie & Ahmad, 2011). Klaim tersebut menyebar ke seluruh penjuru wilayah Malaysia dan menjadikan alasan kuat bagi pemerintah Malaysia dengan rekomendasi dari JAKIM untuk menjatuhkan Darul Arqam sebagai aliran atau gerakan sesat yang tidak sesuai dengan pemahaman Ahl Sunnah wal Jamaah yang menjadi aqidah atau keyakinan umat Islam di Malaysia. Dibubarkannya Darul Arqam, para anggota atau jamaah Ashari Muhammad mendapatkan ide baru untuk membentuk serta mengorganisasikan kembali sebuah gerakan dengan model yang baru yaitu membentuk perusahaan yang bernama Rufaqo , namun dalam perjalanannya nama Rufaqo tidak dapat bertahan lama, tepatnya pada tahun 1997 merubah nama menjadi Global Ikhwan hingga saat ini (Naimullah & Syafrinaldi, 2015). Global Ikhwan merupakan sebuah kelanjutan dari perjuangan pengikut Ashari Muhammad, namun fokus atau konsentrasi arah dakwah berubah, yaitiu berfokus kekuatan ekonomi, dimana Rufaqo telah berkembang menjadi perusahaan dengan aset yang besar dan cabangnya tersebar di beberapa negara Asia, Eropa, Timur Tengah, dan Indonesia mulai tersebar mulai tahun 1996-1997 (Naimullah & Syafrinaldi, 2015). Aktivitas ekonomi merupakan fokus dalam gerakan ini dan menjadi daya tarik serta perhatian peneliti dalam melakukan sebuah kajian mendalam tentang adanya perubahan pola dakwah dari gerakan Darul Arqam menjadi Global Ikhwan. Terlihat dari penuturan seorang mahasiswa yang sedang studi di Prancis bahwa hampir sebahagian besar warung atau rumah makan muslim di Prancis yang aman dan halal untuk di konsumsi oleh umat Islam itu berasal gerakan Global Ikhwan. Naimullah dalam penelitiannya menuturkan Ashari Ibn Muhammad dijadikan sebagai owner atau pendiri di perusahaan Global Ikhwan, beliau merangkap sebagai guru spiritual dan pimpinan perusahaan (Naimullah & Syafrinaldi, 2015). Dalam perjalanannya, perusahaan Global Ikhwan memiliki lima unsur utama dalam menjalankan dakwahnya, yaitu pendidikan, sosial, dakwah/motivasi, ekonomi/keuangan dan kebudayaan/hubungan masyarakat (Naimullah & Syafrinaldi, 2015). Pergerakan dan sebuah terobosan dakwah Global Ikhwan menjadi suatu pertanyaan mendasar dalam kajian ini, yaitu bagaimana pola dakwah yang digagas oleh Ashari Ibn Muhammad?, sebab gerakan dakwah khusus bagi Peneliti, dikarenakan masih banyak yang belum mengetahui gagasan dakwahnya yang diawali dengan gagasan teologis dan seiiring perjalanannya merumuskan sebuah unit usaha yang kemudian menjadi perusahaan dengan tidak merubah prinsip ajaran dakwahnya. Oleh karena itu, kajian menjadi penting untuk mengetahui bagaimana perubahan pola dakwah, yang hingga saat keberadaan Global Ikhwan masih dapat ditemui, dan juga beraktivitas sebagaimana masyarakat pada umumnya. ## METODE PENELITIAN ( Library Research ) yang berkaitan dengan aliran Darul Arqam. Sofian Effendi menjelaskan bahwa studi kepustakaan adalah penelitian yang mengkaji buku-buku, dan naskah yang bersumber dari khazanah kepustakaan yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian(Singarimbun & Effendi, 2006). Data dalam penelitian dibagi dalam dua macam, yaitu Data Primer yaitu merupakan buku yang dijadikan pegangan utama peneliti tentang Gerakan Dakwah Darul Arqam yang berubah menjadi Rufaqo dan Global Ihwandan Data Sekunder yaitu buku-buku atau referensi berupa jurnal dan penelitian ilmiah yang masih dianggap relevan dengan penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan sumber pustaka yang berkaitan dengan objek penelitian yang akan dikaji, dan cara menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis dekriptif. Surakhmad menjelaskan bahwa metode analisis deskriptif difungsikan untuk menentukan hubungan antara kategori dengan yang lain, melalui interpretasi yang sesuai dengan peta penelitian yang dibimbing oleh permasalahan yang sedang dikaji dalam tujuan penelitian, untuk mewujudkan konstruksi teoritis sesuai dengan permasalahan penelitian(Surakhmad, 1990). ## PEMBAHASAN ## A. Ilmu Kalam Modern sebagai Pisau Analisis Kalam artinya perkataan yaitu suatu ilmu yang berfokus pada pembahasan tentang keyakinan yang kuat akan prinsip ajaran dalam agama Islam (Hasbi, 2015). Ilmu kalam juga diidentikkan dengan teologi, sebab memiliki pembahasan yang sama yaitu menelisik ajaran dasar dari agama Islam (Kiswati, 2015). Dengan demikian, ilmu kalam merupakan suatu disiplin ilmu yang membahas berbagai macam persoalan keyakinan mendasar dalam agama, yang berujung kepada terbentuknya suatu aliran atau gerakan dalam Islam. Ilmu kalam merupakan salah satu disiplin ilmu ke-Islaman yang masih mendapat perhatian dari kalangan akademisi muslim, akan tetapi pembahasannya saat ini dilakukan dengan pendekatan yang berbeda, dikenal dengan istilah kalam modern. Para akademisi muslim berpendapat kajian ilmu kalam tidak lagi berkutat kepada pembahasan klasik, yang dapat menyebabkan perpecahan umat Islam. Terbentuknya paradigma ilmu kalam modern dikarenakan di era saat ini, dimana umat Islam dibenturkan dengan pengetahuan modern, seperti perkembangan teknologi, kompleksitas pikiran, dan ragam macam pengaruh atas ideologi peradaban Barat, sehingga memunculkan banyak aliran dalam Islam saat ini (Mukhlis, 2018). Lain halnya dengan pandangan yang diajukan oleh Ahmad Muhtarom dalam penelitiannya yang berjudul Pergeseran Pemikiran Kalam Tradisional ke Kontemporer bahwa kemunculan paradigma ilmu kalam modern disebabkan adanya kompleksitas pembahasan kajian ilmu kalam yang semakin meluar, ditandai dengan konsep kebebasan ( al-Fikr al-Tahriri ) yang digagas oleh aliran Mu'tazilah (Muhtarom, 2017). Kemunculan gagasan kebebasan dilatarbelakangi adanya sentuhan atau pengaruh filsafat Yunani ke dalam pemikiran umat Islam ketika itu, sehingga terjadinya dialog dan diskusi yang mendalam mengenai pembahasan liberalisme tersebut (Muhtarom, 2017). Suasana ini dalam pandangan Peneliti terjadi tepatnya pada masa Daulah Abbasiyah, yang mana ketika banyak para khalifah yang beraliran Mu'tazilah. Oleh karena itu, banyak para akademisi muslim berpendapat bahwa ilmu kalam modern memberikan kepada umat Islam untuk berdialektika dalam mendiskusikan apa yang diyakinya. Ahmad Muhtarom mengistilahkan bahwa ilmu klasik yang identik dengan dogmatisme telah mengalami pergeseran kepada suasana dialektis-rasional (Muhtarom, 2017). Penting untuk digarisbawahi, kebebasan dalam pandangan Mu'tazilah berbeda dengan pandangan Barat, sebab Mu'tazilah masih meyakini adanya peranan wahyu sebagai sumber kebenaran, sedangkan pandangan Barat wahyu tidak dapat dijadikan sumber kebenaran melainkan hanya akal atau rasio dan empiris sebagai sumber kebenaran. Pembahasan ilmu kalam modern menjadi suatu keharusan untuk saat ini, dikarenakan ragam bentuk aliran yang muncul di tengah-tengah umat Islam dengan klaim atau pernyataan teologi yang diyakininya, sebagai contoh mengenai Imam Mahdi. Persoalan klaim diri sebagai Imam Mahdi memunculkan polemik di tengah- tengah masyarakat, dan menariknya banyak yang membenarkan bahkan sampai pada tahap keyakinan atas klaim tersebut. Persoalan keyakinan perihal Imam Mahdi dalam aliran Darul Arqam yang kemudian berubah menjadi Global Ikhwan, dengan adanya keyakinan mendalam bahwa sang pendiri aliran yaitu Ashari Ibn Muhammad merupakan seorang putera Bani Tamim yang dipersiapkan untuk menyambut kedatangan Imam Mahdi (Nizamuddin, 2011). Pernyataan sebagai Imam Mahdi memberikan stimulus bagi masyarakat yang masih awam akan pengetahuan keagamaan, sehingga banyak yang terkesima hingga berujung kepada fanatisme. Pengetahuan serta wawasan terkait ilmu kalam dibutuhkan agar dapat menangkal pemahamana yang tidak sesuai dengan ajaran ahl sunnah wal jamaah . Maka dengan melihat realita ini, peranan ilmu kalam modern atau lebih tepat diistilahkan dengan ilmu kalam sosial sangat dibutuhkan untuk memecahkan atau mencari jalan keluar terkait penyataan tersebut. Ahmad Muhtarom menjelaskan bahwa terdapat dua pendekatan dalam menggunakan teori ilmu kalam sosial, yaitu Pertama , penggunaaan metodologi terhadap kajian yang dilakukan; Kedua , permasalahan kontemporer yang terjadi akan dicarikan sebuah solusi akademik dengan menggunakan analisis yang mendalam (Muhtarom, 2017). Kedua pendekatan tersebut akan digunakan dalam kajian ini untuk mencari serta menemukan makna terdalam dalam memahami perjalanan dakwah teologis yang berubah menjadi aktivitas ekonomi. ## B. Strategi Dakwah Ashari Ibn Muhammad Pencetus aliran Darul Arqam oleh jamaahnya dipanggil dengan dua sebutan, abuya dan Ustad, nama lengkap beliau adalah Ashari Ibn Muhammad, lahir di Kampung Pilih, Rembau, Negeri Sembilan, pada tanggal 30 Oktober 1937 (Yusof, 2007). Ayah dan ibunya memiliki andil yang begitu besar dalam perjalanan beliau dalam memahai ajaran agama Islam, dikarenakan kedua orang tuannya adalah pengikut dari tarekat muhammadiah , di bawah bimbingan seorang mursyid yang bernama Syaikh al-Suhaimi (Nizamuddin, 2011). Tepat pada tanggal 13 Mei 2010, Ashari Ibn Muhammad meninggal dunia pada usia 73 tahun, dikarenakan penyakit infeksi paru-paru yang dideritanya, dan dimakamkan di tanah kelahirannya Kampung Pilin, Rembau, Negeri Sembilan (Shafie & Ahmad, 2011). Dalam mengamalkan ajaran agama Islam, Ashari Ibn Muhammad terlibat aktif di beberapa gerakan dakwah Malaysia, dan beliau pernah bergabung dalam gerakan Ikhwanul Muslimin dan Jamaah Tabligh (Nizamuddin, 2011). Di antara dua gerakan dakwah tersebut, beliau lama bertahan di Jamaah Tabligh , dan beliau ikut aktif berpartisipasi dalam mengamalkan ajaran Islam dalam pandangan Jamaah Tabligh , yaitu beliau ikut khuruj ke Singapura (Nizamuddin, 2011). Selanjutnya setelah beliau keluar dari dua gerakan dakwah di atas, beliau aktif dalam mengajar sebagai guru agama di sekolah rendah kerajaan Malaysia, dan juga ikut bergabung sebagai anggota aktif di Parti Islam Malaysia (Ardiansyah, 2017). Keluarnya beliau dari gerakan dakwah ataupun politik dikarenakan adanya rasa kekecewaan yang tidak sejalan dengan pemahaman atau prinsip yang dianutnya (Nizamuddin, 2011). Kekecewaan yang mendalam sangat berpengaruh terhadap kejiwaannya, sehingga beliau kembali kepada tarekat Muhammadiah dan beliau bersuluk selama dua tahun di sebuah rumah yang disebut dengan rumah putih (Ardiansyah, 2017). Selama proses persulukan di rumah putih , beliau dalam pengakuannnya bermimpi mursyid tarekat muhammadiah yaitu Muhammad Ibn Abdillah al-Suhaimi, dan beliau sangat yakin bahwa mursyid tersebut adalah Imam Mahdi, yang akan muncul di akhir zaman (Ardiansyah, 2017). Peneliti berpandangan bahwa rumah putih dapat dikatakan sebagai hal yang bersejarah, sebab setelah mendapatkan mimpi tersebut, maka Ashari Ibn Muhmmad mencetuskan gerakan dakwah yang bernama Darul Arqam . Ashari Ibn Muhammad bergabung di Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) (Ardiansyah, 2017). Ketika gerakan yang dibentuknya besar, Ashari Ibn Muhammad fokus kepada dua hal yang menjadi prinsip gerakannya, yaitu kebangkitan Islam di akhir zaman, dan pemimpin kebangkitan tersebut adalah Imam Mahdi (Shafie & Ahmad, 2011; Yusof, 2007). Bergabungnya beliau di ABIM dapat dikatakan sebagai suatu keberhasilan dalam memperkenalkan aliran Darul Arqam , ditandai banyaknya umat Islam di Malaysia yang bergabung menjadi anggota atau jamaah -nya (Ardiansyah, 2017; Shafie & Ahmad, 2011) Peneliti berpendapat bahwa pengalaman mengajarkan banyak hal kepada sosok Ashari Ibn Muhammad, ditandai dengan bergabungnya beliau ke ABIM setelah mencetuskan aliran Darul Arqam merupakan keberhasilan dalam menerapkan strategi dakwah. Mohd. Safei Hj. Ahmad dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat momentum besar aliran Darul Arqam pada tahun 1980-an, dengan tersebarnya ke mancanegara (Shafie & Ahmad, 2011). Keberhasilan tersebut dikenal dengan lima sistem hidup Islami yang dirumuskan oleh Ashari Ibn Muhammad, diantaranya sistem perkampungan Islam, pendidikan Islam, ekonomi Islam, kebudayaan Islam, media massa Islam baik cetak dan non-cetak (Shafie & Ahmad, 2011). Tepatnya pada tanggal 6 Oktober 1986, JAKIM mengeluarkan fatwa bahwa aliran Darul Arqam adalah aliran yang sesat dan menyesatkan dan menyalahi aqidah Ahl Sunnah wa al-Jamaah , dan Ashari Ibn Muhammad ditangkap dan dipenjara oleh pemerintah Malaysia (Ardiansyah, 2017). Kesesatan tersebut dibutikan dari ajaran utama Darul Arqam , tentang sosok Imam Mahdi yang diyakini adalah mursyid tarekat muhammadiah yaitu Muhammad Ibn Abdillah al-Suhaimi dan Ashari Ibn Muhammad akan menerima kekuasaan setelah Imam Mahdi menampakkan dirinya selama enam bulan di Makkah (Nizamuddin, 2011) Dipenjaranya Ashari Ibn Muhammad, tidak menyurutkan semangat dakwah para jamaahnya , tepatnya pada tahun 1989 M pemahaman serta ajaran Darul Arqam tersebar ke tiga belas Provinsi di Indonesia, diantaranya, Jakarta, Bogor, Bandung, Tasikmalaya, Palembang, Pekanbaru, Dumai, Bukittinggi, Padang, Medan, Aceh, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagaimana JAKIM Malaysia mengeluarkan fatwa kesesatan aliran Darul Arqam (Ardiansyah, 2017). Tersebarnya ajaran Darul Arqam di beberapa wilayah Malaysia dan Indonesia, pada akhirnya setelah bebas dari penjara dan juga usia aliran Darul Arqam genap 25 tahun, maka Ashari Ibn Muhammad meluncurkan sebuah terobosan baru di bidang ekonomi dengan hadirnya perusahaan yang bernama Al-Arqam Group Companies (AGC) (Ardiansyah, 2017). Terbentuknya perusahaan Al-Arqam Group Companies (AGC), maka strategi selanjutnya yang diterapkan adalah menghilangkan nama Darul Arqam dan mencetuskan nama baru yaitu Rufaqo (Ardiansyah, 2017). Pergantian nama menjadi Rufaqo merupakan sebuah era kebangkitan kembali gerakan dakwah Darul Arqam tepatnya pada tahun 1997-2002, namun nama Rufaqo hanya diperuntukkan untuk di Malaysia, sedangkan di Indonesia dikenal dengan Hawariyun , dan kemudian digabung menjadi sebuah perusahaan atau koorporasi skala international bernama Zumala Group dan Rufaqo International Coorporation Sdn, Bhd. Tepatnya pada tahun 2006, Rufaqo difatwakan sesat oleh majelis kebangsaan Malaysia (Ardiansyah, 2017). Pergantian nama rufaqo nasibnya juga tidak jauh beda dengan nama Darul Arqam , pemerintah Malaysia juga memfatwakan sesat kepada aliran rufaqo , sehingga terbentuknya secara utuh murni perusahaan dengan nama Global Ikhwan. Strategi membentuk perusahaan merupakan sebuah terobosan yang dilakukan Ashari Ibn Muhammad untuk menjaga agar pemikiran serta jamaahnya masih dalam satu wadah, dan adanya perusahaan ini juga dapat membantu perekonomian jamaah sehingga terciptanya ikatan batin antara jamaah dengan dirinya. ## C. PT. Global Ikhwan Grup (Perusahaan berbasis Teologis) Apa yang diharapkan dari perjuangan Ashari Ibn Muhammad dapat dilihat hingga saat ini, bahwa murid-muridnya atau jamaah -nya masih mengamalkan apa yang telah beliau ajarkan walaupun dengan bentuk serta model yang berbeda. Bentuk tersebut terlihat dengan hadirnya PT. Global Ikhwan Grup yang hingga saat masih dapat disaksikan. PT. Global Ikhwan Grup merupakan cabang dari Syarikat Global Ikhwan Sdn Bhd (GISB) yang berpusat di Malaysia (Grup, 2022). Farah Wahidah mengutarakan bahwa Global Ikhwan telah menjadi sebuah badan hukum yang legal di Indonesia, dibuktikan dengan adanya Keputusan Menteri Hak Asasi Manusia, no. AHU- 4340.AH.01.02, tahun 2008, tentang pengesahan Yayasan Global Ikhwan (Mustafar & Badhrulhisham, 2018). Situs resmi PT. Global Ikhwan Grup menyebutkan untuk Indonesia dari Provinsi Aceh hingga Papua, unit usaha yang dimilikinya sebanyak 97 (sembilan puluh tujuh), staff 722 (tujuh ratus dua puluh dua), remaja 408 (empat ratus delapan), dan dewasa 314 (tiga ratus empat belas) (Grup, 2022). Terbentuknya sebagai badan hukum, Global Ikhwan merumuskan visi dan misi dalam menggerakkan roda organisasinya, visi yang diusung adalah mengajak umat manusia agar takut kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dan misinya adalah menghidupkan Islam dalam segala aspek dalam kehidupan bermasyarakat (Ardiansyah, 2017). Adapun target serta sasaran dalam menjalankan dakwah, terbagi ke dapat empat arah, yaitu. Pertama , menghidupkan ekonomi Islam yang berfokus kepada masyarakat, untuk mengangkat derajat Islam; Kedua , menghidupkan pendidikan Islam hingga perguruan tinggi; Ketiga , membentuk kegiatan masyarakat dalam berbagai macam bentuk pelatihan yang bermanfaat untuk masyarakat, diantaranya, konseling masalah keluarga, pengobatan alternatif, penyaluran zakat dan lain sebagainya; Keempat , fokus kepada dakwah bil hal sehingga berdampak langsung ke masyarakat (Ardiansyah, 2017). Arah pergerakan dakwah dari Global Ikhwan terlihat bahwa fokus utamanya terletak pada bidang ekonomi Islam, dengan keyakinan bahwa jika umat Islam ekonominya sudah terbentuk maka yang lain akan mengikuti dengan sendirinya, dan ini juga bentuk dalam mengimplementasikan dakwah bil hal . Apabila dakwah yang berkutat kepada ceramah saja, maka ajaran agama Islam tidak dapat dirasakan oleh masyarakat (Grup, 2022). Rumusan diatas kemudian disempurnakan dengan membentuk apa yang telah dirintis oleh sang pendiri, yaitu perusahaan skala internasional, dimana pergerakan Global Ikhwan terus melebar ke seluruh negara di belahan dunia, dan gerakan ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Berdasarkan dari situs resmi PT. Global Ikhwan Grup, disebutkan bahwa sektor utama gerakan dakwah PT. Global Ikhwan Grup terbagi ke dalam tiga aspek, diantaranya. Pertama, pembangunan insaniah, dapat diartikan sebagai peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), bagi Global Ikhwan tahap ini merupakan tahapan sangat penting dalam mencetak kaderisasi yang memiliki kualitas unggul; Kedua , pembangunan remaja, difokuskan sebagai bentuk atau wadah kerjasama dalam menerapkan dakwah di tengah-tengah masyarakat; Ketiga , dakwah dan motivasi, dalam menjadi roda perusahaan, maka setiap anggota atau jamaah senatiasa diberikan motivasi untuk menyadarkan kembali akan visi dan misi dari PT. Global Ikhwan Grup (Grup, 2022). Dari pemaparan di atas bahwa agenda utama dakwah Global Ikhwan berfokus kepada ekonomi Islam, dengan mendirikan berbagai macam pusat bisnis di berbagai tempat, di Medan, Ikhwan Bakery menjadi salah icon bisnis Islam yang berada di pusat kota Medan. Selain itu, hal menarik lainnya selain ekonomi Islam, Global Ikhwan juga terkenal dengan slogan yang diusungnya, yaitu klub poligami. Klub Poligami merupakan sebuah terobosan bagi agenda dakwah Global Ikhwan, apakah sebagai sarana untuk kaderisasi atau memperluas jaringan, yang jelas ada keterhubungan antara mendirikan gerakan ekonomi Islam dengan poligami, sehingga pelaksanaannya setiap kegiatan dapat terkontrol secara baik. ## D. Refleksi Kritis PT. Global Ikhwan Grup merupakan kelanjutan dari gerakan dakwah yang dirintis oleh sang pendiri yaitu Ashari Ibn Muhammad. Keberadaan gerakan patut menjadi perhatian, dikarenakan penguasaan sektor ekonomi di telah tersebar di berbagai wilayah baik di Malaysia dan Indonesia. Dilihat dari situs resminya, gerakan Global Ikhwan di Indonesia tersebar di 20 Kota, diantranya. Sentul - Bogor, Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Subang, Surabaya, Semarang, Wonosobo, Yogyakarta, Pekanbaru, Medan, Padang, Palembang, Aceh, Makasar, Jayapuran, Sentani, Pontianak, Batam, dan Banjarmasin (Grup, 2022).Gerakan ini menggunakan beberapa istilah dalam mengembangkan visi dan misinya, khususnya dalam bidang ekonomi Islam diantaranya Ikhwan , Hubbullah , Futuhal Arifin , Ingat Makan Ingat Tuhan , Cintai Tuhan Sayangi Sesama , GH Corner (Grup, 2022). Pertanyaan yang muncul termasuk dari para akademisi, apa yang menyebabkan ajaran yang dicetuskan oleh Ashari Ibn Muhammad yang telah difatwakan sesat masih tetap ada hingga saat ini walau telah berganti baju namun isi, serta semangat dakwah Ashari Ibn Muhammad masih tetap dipegang teguh. Dibuktikan dengan tampilan di situs resmi PT. Global Ikhwan Grup dalam memperkenalkan tentang perusahaan mereka, yaitu Global Ikhwan didirikan oleh Ashari Ibn Muhammad dengan tujuan yang mulia yaitu menghidupkan nilai-nilai keislamaan di tengah-tengah masyarakat, seperti bidang pendidikan, kebudayaan, ekonomi dan lain-lain sebagainya (Grup, 2022). Dengan adanya pencantuman nama Ashari Ibn Muhammad di situs resmi PT. Global Ikhwan Grup, memberikan suatu penilaian, bahwa adanya keberanian dari golongan bahwa masyarakat sudah tidak lagi mengingat bahkan tidak mengetahui tentang adanya fatwa sesat dari Majelis Ulama baik di Malaysia maupun Indonesia tentang ajaran Ashari Ibn Muhammad. Ketidaktahuan masyarakat tentang ajaran Darul Arqam dirasakan langsung oleh Peneliti dalam mengamati serta melalukan pembicaraan singkat dengan beberapa elemen masyarakat di Kota Medan. Banyak yang beranggapan, khususnya bagi yang mengetahui tentang aliran Darul Arqam bahwa ajaran Darul Arqam telah punah dan tidak ada lagi eksistensinya, dan ketikan keyakinan ini tersemat di dalam sanubari, sehingga pemahaman ini tidak lagi disebarkan, akhirnya generasi saat ini banyak yang sudah tidak mengetahui apa itu aliran Darul Arqam dan Ashari Ibn Muhammad. Pergerakan Darul-Arqam-Rufaqo-Global Ikhwan merupakan sebuah pergerakan yang dijalankan dengan manajemen yang baik, dari hal mendasar sampai kepada spiritualitas (Abdul Hamid, 2015). Hal mendasar dapat dilihat dari doktrinasasi yang berkualitas bahwa setiap anggota Global Ikhwan senantiasa menjalankan apa yang telah diajarkan oleh Ashari Ibn Muhammad, serta kepatuhan ini dipandang sebagai bentuk pengalaman spiritual tersendiri bagi JamaahDarul Arqam . Keberadaan PT. Global Ikhwan Grup jika disandarkan dengan ajaran Ahl Sunnah wa al-Jamaah harus dijadikan suatu perhatian serius khususnya Majelis Ulama Indonesia, dan pemahaman agam menjadi penting untuk ditanamkan kepada setiap generasi agar dapat melindungi dari banyaknya aliran dalam Islam yang ditampilkan dengan keragaman bentuk. ## KESIMPULAN Darul Arqam tidak akan terlupakan khususnya bagi mereka yang di hidup era 90-an, dimana pada masa tersebut fatwa sesat baik dari Majelis Ulama Malaysia dan Indonesia sangat mengebohkan keadaan masyarakat ketika itu. Pada masa itu, gerakan Darul Arqam tidak dapat dipandang sebelah mata, sebab pengikut dari gerakan Darul Arqam makin bertambah. Setelah di fatwakan sesat, tidak membuat jamaah Darul Arqam ciut , melainkan jamaah merubah nama menjadi Rufaqo , dan gerakan kedua di fatwa kan sesat oleh pemerintahan Malaysia. Setelah rufaqo kemudian mencetuskan kembali dengan nama baru yaitu Global Ikhwan yang misinya berfokus kepada Ekonomi Islam, artinya apa yang telah dirintis oleh Ashari Ibn Muhammad ketika masa hidupnya mendirikan perusahaan berskala international, dan ini menjadi tonggak kelanjutan dari gerakan Global Ikhwan. Peneliti menyimpulkan dengan kekuatan jaringan serta dana yang terbentuk sejak awal, maka konsep dakwah atau ajaran Ashari Ibn Muhammad diperuntukkan untuk kalangan internal yaitu mereka yang sudah resmi bergabung dalam Global Ikhwan. Kajian ini disajikan karena dalam pandangan Peneliti, masih banyak yang belum mengetahui tentang sejarah panjang Global Ikhwan, sebab unit usahanya sudah tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia, hingga mancanegara. Peneliti berharap setidaknya, masyarakat mengetahui apa itu Global Ikhwan, karena ketika Peneliti melakukan diskusi sederhana banyak yang beranggapan gerakan Darul Arqam sudah punah pasca fatwa sesat dari Majelis Ulama Malaysia dan Indonesia. ## DAFTAR PUSTAKA Abdul Hamid, A. F. (2015). Spirituality as an integral part of islamic business: The case of global ikhwan. Pacific Affairs , 88 (2), 173–192. https://doi.org/10.5509/2015882173 Abdul Rahman Abdullah. (1992). Pemikiran Islam Masa Kini. Sejarah dan Aliran. (Edisi I). Dewan Bahasa dan Pustaka. Ardiansyah, W. (2017). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepuasan Kerja Karyawan Terhadap Kinerja Karyawan PT. Global Ikhwan Pekanbaru. In Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Riau . Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Grup, P. G. I. (2022). PT GLOBAL IKHWAN GRUP : Berjiwa dan Membahagiakan . https://www.global-ikhwan.co.id/ Hasbi, M. (2015). Ilmu Kalam : Memotret Berbagai Aliran Teologi Dalam Islam. In Haddise (Ed.), Yogyakarta (Edisi I). Penerbit Trustmedia Publishing. Kiswati, T. (2015). Al-Juwaini, Peletak Dasar Teologi Rasional dalam Islam (S. Mahdi, Ed.; Edisi I). Penerbit Erlangga. Muhtarom, A. (2017). Pergeseran Pemikiran Kalam Tradisional ke Kontemporer (Kajian Metodologi Kalam Klasik ke Kalam Sosial). Analisis: Jurnal Studi Keislaman , 17 (1), 01. https://doi.org/10.24042/ajsk.v17i1.1892 Mukhlis, F. H. (2018). Kalam Modern: Sebuah Paradigma Baru. Jurnal Ilmiah Ilmu Ushuluddin , 17 (1), 72. https://doi.org/10.18592/jiu.v17i1.2061 Mustafar, F. W., & Badhrulhisham, A. (2018). Konsep Poligami Mengikut Perspektif Para Isteri Dalam Jemaah Global Ikhwan Sdn. Bhd. In Jurnal Maw’izah (Edisi I, Vol. 1, Issue 1). Universiti Islam Malaka. Naimullah, & Syafrinaldi. (2015). Pola Perkawinan Club Poligami Global Ikhwan Menurut Hukum Islam (Studi Kasus Di Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru). In Hukum Islam: Vol. XV (Issue 1). Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Nizamuddin, M. & L. (2011). Abuya H Ashari Muhammad adalah Putera Bani Tamim (Edisi I). Giliran Timur Books. Shafie, M., & Ahmad, H. J. (2011). Mohd shafie hj ahmad . Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Singarimbun, M., & Effendi, S. (2006). Metode Penelitian Survai, Cetakan. In Kedelapanbelas, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta . Penerbit LP3S. Yusof, F. M. (2007). Al-Arqam \& ajaran aurad Muhammadiah: satu penilaian . Universitas Teknologi Malaysia.
cc14cc28-efff-429a-b0e4-4e36b77bb6c7
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/palapa/article/download/2202/1425
## P A L A P A ## Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Jurnal Palapa is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License p-ISSN : 2338-2325 e-ISSN : 2540-9697 Terindeks : SINTA 4, DOAJ, Crossref, Garuda, Moraref, Google Scholar, dan lain-lain. https://doi.org/10.36088/palapa.v10i2.2202 BRANDING IMAGE MELALUI PENERAPAN PENDIDIKAN INKLUSIF DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING MADRASAH Moh. Fachri 1 ; Fathor Rozi 2 ; Tamimullah 3 Universitas Nurul Jadid Probolinggo [email protected], [email protected] ## Abstract This study aims to analyze and understand the brand image applied through inclusive education to improve the competitiveness of madrasas. Brand image assistance is carried out to improve the quality of institutions and institutions from a negative image. This research was conducted through a case study-type approach. This research was conducted at the MI Nurul Yaqin Kertosono Gading Probolinggo institution. Results Based on the study shows that; First, the institution has implemented a brand image through the implementation of inclusive education in increasing the competitiveness of madrasas. Second, the performance of an inclusive branding image is carried out in several stages, including; Branding Analysis, Establishing Partnerships, Implementation of Inclusive Education, and Evaluation. The implications obtained from institutions with brand image through the implementation of inclusive education are; The institution has a new idea in the quality and quality assurance of the institution, the revolutionary madrasa is dignified and embraces all circles so that it is of high quality and ready to compete. Keywords : Branding Image, Inclusive Education, Competitiveness Abstrak : Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis dan memahami tentang branding image yang diterapkan melalui pendidikan inklusif dalam upaya meningkatkan daya saing madrasah. Branding image pendting dilakukan untuk meningkatkan kualitas lembaga dan memulihkan lembaga dari image negative. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif jenis study kasus. penelitian ini dilakukan pada lembaga MI Nurul Yaqin Kertosono Gading Probolinggo. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa; pertama lembaga telah menerapkan branding image melalui implementasi pendidikan inklusif dalam meningkatkan daya saing madrasah. Kedua, dalam penerapan branding image pendidikan inklusif dilakukan dalam beberapa tahapan diantaranya; Branding Anaisis, Menjalin Kemitraan, Implementasi Pendidikan Inklusif dan Evaluasi. Implikasi yang diperoleh lembaga dengan branding image melalui implementasi pendidikan inklusif yaitu; lembaga mempunyai image baru dalam hal kualitas dan penjaminan mutu lembaga, madrasah refolusioner bermartabat dan merangkul semua kalangan sehingga kualitas lembaga terangkat dan siap bersaing. Kata Kunci : Branding Image, Pendidikan Inklusfif, Daya Saing ## PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sebuah proses yang akan berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan dapat menumbuhkan potensi-potensi dalam diri manusia serta dapat mengembangkan potensi tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Potensi jasmani maupun potensi rohani (Munif, Rozi, & Aminullah, 2021) . Pendidikan gejala yang dinamis dan merupakan sebuah usaha yang bercita-cita mulia, yaitu memanusiakan manusia itu sendiri sesuai dengan kodratnya. Ini berarti pendidikan merupakan sebuah keharusan yang akan membawa manusia menjadi makhluk terbaik yang bermakna bagi dirinya dan menjadi khalifah yang bermakna bagi kehidupan makhluk- makhluk lainnya (Rozi et al., 2021). Tujuan utama Pendidikan yakni dengan mencerdaskan bibit-bibit bangsa sehingga mampu berdaya saing dikehidupan mendatang. Dalam sebuah lembaga pendidikan tentunya harus memiliki ciri khas yang dapat memberikan perbedaan dan warna dari lembaga yang lainnya sehingga ciri khas tersebut menjadi brand yang mudah dikenali dan memiliki daya Tarik tersendiri bagi konsumen. Branding merupakan interprestasi, seperangkat pengetahuan dan rekreasi-rekreasi, hal tersebut merupakan simbol karena dalam hal tersebut bukan merupakan objek itu sendiri tetapi merujuk kepada objek tersebut. Selanjutnya kenyataan fisik produk, brand dan organisasi, citra termasuk makna, kepercayaan, sikap dan perasaan- perasaan terhadap sesuatu (Lee & Chen, 2018). Branding Image yang dimiliki lembaga pendidikan berbeda-beda. Semakin baik brand image nya , maka akan mempermudah pihak lembaga pendidikan mendapatkan konsumen dan perhatian dari masyarakat. Oleh karena itu, manajemen pendidikan sangat penting, karena melihat perkembangan dan pertumbuhan pendidikan ditentukan oleh kecakapan pengelolaan lembaga Pendidikan (Firdaus, Wijaya, Al Mursyidi, Haqiki, & Abidin, 2020). Hal ini menjadi tugas bagi Kepala Madrasah serta Public Relation khususnya untuk melakukan pemasaran lembaga pendidikan agar mendapatkan citra yang diharapkan oleh masyarakat (Das, Halik, Iman, & ..., 2020). Brand Image dapat dibangun melalui berbagai program dan perolehan prestasi yang dapat diunggulkan pada pihak luar dan diproklamirkan secara terbuka. Dengan begitu Madrasah akan memiliki Image yang baik dan mampu bersaing dengan sekolah unggul lainnya (Maresova, Hruska, & Kuca, 2020). Fakta dilapangan pada saat ini, banyak lembaga pendidikan yang bermunculan dan akhirnya menjadi persaingan yang ketat. Sehingga lembaga-lembaga yang telah lebih dahulu ada harus bisa memperkokoh kualitas serta mampu meningkatkan kualitas lembaga agar tidak tertinggal dari lembga-lembga baru yang memiliki inovasi lebih unggul. Persaingan ini dilakukan untuk mendapatkan konsumen atau siswa sebanyak-banyaknya tanpa melupakan mutu pendidikannya (Koowuttayakorn, 2018). Daya saing yakni kemampuan atau keunggulan yang dipergunakan untuk bersaing pada pasar yang sudah ditentukan target atau tujuannya. Dalam inovasi daya saing selalu dilakukan evaluasi perbaikan secra continue sehingga dapat meningkatkan kinerja (Akihary & Apituley, 2019). Kurniawan (2021) dan Suyitno (2021) mengatakan bahwa, peningkatan mutu dalam meningkatkan daya saing merupakan kegiatan dimana kepala madrasah, tenaga pendidik, tim peningkatan mutu dan para stakeholder berupaya bersaing keterampilan, kekuatan, pengetahuan dan sebagainya melalui strategi fokus untuk meningkatkan kualitas dengan mencapai suatu ukuran tertentu. Dengan adanya problematika ini maka penting bagi lembaga untuk mengimplementasikan branding Image agar mampu meningkatkan daya saing lembaga dengan memunculkan inovasi yang unggul yang mampu memikat para konsumen. Sergeyeva et al. (2021) mengatakan bahwa, citra merek merupakan sekumpulan asosiasi dalam benak suatu merek yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen. Kemudian Mundiri (2016) mengatakan bahwa, salah satu dampak pembentukan branding dalam meningkatkan daya saing sekolah yakni minat masuk masyarakat yang meningkat dan kepercayaan masyarakat meningka. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus terus berusaha menjadikan lembaga yang paling unggul untuk meningkatkan daya tarik masyarakat. setiap orang tua sudah seharusnya mencarikan sekolah yang terbaik bagi anaknya (Chen, 2016). Ternyata untuk meningkatkan daya saing lembaga, berangkat dari penelitian terdahu tersebut MI Nurul Yaqin mengunakan branding image yang diinterpretasikan melalui penerapan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif ini dilakukan untuk mengembangkan program unggulan sekolah dengan merangkul anak berkebutuhan khusus dalam rangka memperkuat kemadirian anak ABK melalui interaksi dengan lingkungan tanpa ada tabir pemisah. Sudah disepakati oleh seluruh masyarakat di dunia tanpa memandang perbedaan ras, tingkat kemodernan dan sosio-kulturalnya, bahwa setiap anak harus memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Dan dalam kaitannya UNESCO merasa bertanggung jawab dalam hal konstitusinya untuk mengatur kerja sama antar bangsa guna memajukan kesamaan kesempatan dalam pendidikan. Berbagai kerumitan memang melingkupi pendidikan baik dari segi internal anak itu sendiri, misalnya, adanya hambatan fisik dan mental, maupun dari segi eksternalnya seperti masalah ekonomi keluarga yang pada gilirannya memunculkan kelaparan, kekurangan gizi, dan berbagai permasalahan lainnya (Nugroho & Mareza, 2016). Setiap anak harus diperlakukan sama seperti kita memperlakukan orang dewasa dan melayani sesuai kebutuhannya (Widat, Saleha, Zainiyah, & Aisyah, 2022). Para pendidik perlu memperhatikan kebutuhan individual anak didiknya, termasuk kebutuhan belajar anak berkebutuhan khusus (selanjutnya disingkat ABK) atau anak berkelainan karena perkembangan yang terjadi pada masa ini akan membentuk pola tertentu dalam setiap tahapan kehidupan yang tidak saja untuk perilaku aktual semata, namun juga untuk pertumbuhan dan penyesuaian yang akan datang Konsep diri, tujuan hidup, serta aspirasi yang akan dicapai sangat dipengaruhi oleh hubungan anak dengan orang tua, teman sebaya maupun kekuatan motivasi yang ia terima selama masa kanak-kanak (Rosi, Nu’man, Sandiko, & Rozi, 2022). Pendidikan inklusif merupakan pendidikan yang menampung semua murid dan memberikan kesempatan yang sama pada setiap anak untuk belajar di dalam kelas, tanpa harus membeda-bedakan jenis kelamin, kecerdasan, sifat, fisik maupun. Pendidikan inklusif bertujuan untuk memanusiakan dan melawan sikap diskriminatif terhadap lembaga sekolah yang menolak menerima anak berkebutuhan khusus (Akrima, 2019). Pendidikan inklusif dalam hal ini mencakup sistem pengajaran yang menggabungkan anak berkebutuhan khusus dengan anak normal dan menggambarkan setengah atau seluruh waktu belajar siswa berkebutuhan khusus di kelas reguler. Dalam lingkungan ini, lingkungan sekolah memberikan kebebasan untuk mendukung anak berkebutuhan khusus (Tarnoto, 2016) Pendidikan inklusif dipahami sebagai pendidikan yang berusaha mengkolaborasikan dengan berbagai perbedaan antara siswa (termasuk anak berkebutuhan khusus) dan siswa normal. Secara konseptual dan paradigma, pendidikan bersifat inklusif menerima setiap siswa dan menghindari label negatif dan berperan dalam operasinya melibatkan pihak-pihak terkait (Agustin, 2016). Dengan merangkul anak inklusif maka secara otomatis lembaga mempunyai mage baru yang dapat mengembangkan kualitas lembaga secara luas. Berdasarkan observasi dilapangan MI Nurul Yaqin sebagai situs penelitian ini yakni ada beberapa anak berkebutuhan khusus (ABK) dilingkungan lembaga yang membutuhkan bimbingan pendidikan namun tidak tertangani disesabkan sekolah ABK berjarak tempuh terlalu jauh sedangkan pendidikan yang ada disekitar hanya pendidikan formal yang tidak menampung anak ABK sebab tenaga pendidik yang khusus penanganan anak ABK memang belum ada. Fenomena tersebut menggerakkan gairah komponen sekolah dalam melakukan cintra baru sebab bagi lembaga, keberadaan anak ABK tersebut menjadi kesempatan bagi lembaga untuk membuat sebuah terobosan baruk yakni branding image melalui implementasi pendidikan inklusif. Program pendidikan inklusif ini juga menjadi branding baru dari lembaga dengan memproklamirkan bahwa kekuatan lembaga mampu merangkul anak inklusif pada pengelolaan pembelajaran sehingga berdampak pada kualitas lembaga yang semakin menonjol dan brand lembaga semakin dikenal oleh masyarakat luas. Pentingnya pendidikan inklusif telah banyak disampaikan oleh beberapa peneliti, diantaranya; Prasetyaningrum et al., (2017) menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan inklusif adalah memberikan pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus dan anak normal secara bersama-sama, sesuai kebutuhan mereka di sekolah yang terdekat dengan tempat mereka tinggal, dan sesuai dengan kebutuhannya, memberikan dukungan normal tanpa diskriminasi apapun. Dewi (2017) mengatakan bahwa Program pendidikan inklusi tidak hanya cocok untuk anak berkebutuhan khusus saja, tetapi juga untuk semua anak, karena pada dasarnya setiap anak memiliki ciri khas, keunikan, dan keanekaragaman secara alami yang ada pada masing-masing anak. Novianti (2019) yang menyatakan bahwa pendidikan inklusi dapat memperluas akses pendidikan bagi semua kalangan termasuk anak berkebutuhan khusus. Sedangkan Setiawan & Apsari (2019) menyatakan bahwa implementasi pendidikan inklusif perlu memperhatikan berbagai sumber daya dan kondisi yang mendukung terwujudnya inklusifitas. Paparan penelitian tersebut mengindikasikan tentang pentingnya pendidikan inklusif dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yang tidak ada pembeda sehingga anak mampu berbaur dan bersosial dengan semua kalangan. Melalui pendidikan inklusif tersebut MI Nurul Yaqin secara terencana dan sistematis berusaha untuk mengembangkan daya saing madrasah dengan branding image peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan pendidikan inklusif. ## METODE Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif jenis studi kasus dengan melakukan penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan masalah serta melakukan Analisa terhadap permasalahan yang terjadi. Tempat penelitian pada lembaga MI Nurul Yaqin Kertosono Gading Probolinggo. Peneliti mengumpulkan data melalui beberapa tahap seperti; pengamatan, mengamati langsung pada tempat penelitian. Wawancara, mewawancarai sejumlah informan yang ada ditempat penelitian. Observasi, melakukan kunjungan pada tempat penelitian. Study dokumentasi, menganalisa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Untuk mendapatkan gambaran mengenai branding image pendidikan inklusif peneliti melakukan observasi langsung pada madrasah sekaligus melakukan pengamatan mengenai pengimplementasiannya. Selain itu informasi penelitian diperoleh dari hasil interview dengan beberapa informan seperti penjelasan tabel berikut: Tabel 1. Sumber Informan Penelitian NO UNSUR JUMLAH INISIAL 1 Kepala Sekolah 1 YY 2 Ketua Yayasan 1 HR 3 Guru 2 SA, SD 4 Guru Pendamping 2 TM, SS 5 Wali Murid 1 MA Dari tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber informan terdapat lima unsur yakni dari kepala sekolah, ketua yayasan, guru kelas, guru pembimbing khusus, dan wali murid. Data-data lain yang dapat memperkuat hasil diambil dari dokumen yang bisa mendukung dan menguatkan penelitian. Semua data yang diperoleh diklasifikasikan, dibuat taksonomi dan direduksi disesuaikan dengan kebutuhan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa tentang branding image melalui penerapan pendidikan inklusif dalam meningkatkan daya saing madrasah di MI Nurul Yaqin Kertosono Gending Probolinggo sebagai berikut; ## Branding Analisis Analisa kebutuhan berfokus pada kebutuhan penerapan pendidikan yang akan dilakukan yakni pembentuka kelas inklusi, analisis kebutuhan ini perlu dipersiapkan secara matang oleh lembaga untuk mendukung program pendidikan. Kegiatan ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk mengetahui tentang branding dengan melihat gaya belajar, kondisi dan karakteristik siswa sejak dini, sehingga dapat ditentukan langkah untuk membentuk kelas inklusi yang akan dijadikan brand. Analisis persiapan dan perencanaan sangat diperlukan sebelum memulai suau program baru agar lenih mudah dalam mengimplementasikan program tersebut. Persiapan program branding yang dipersiapkan secara matang sebagai dasar sekaligus sebagai acuan guru dalam melaksanakan program kegiatan lebih terarah dan berjalan efisien dan efektif (Astuti, Muslim, & Bramasta, 2020). Disampaikan oleh HR bahwa branding yang akan dilakukan oleh lembaga sudah sejak lama akan direncanakan namun belum mempunyai program yang unik dan menarik. Setelah melakukan rapat intern komponen sekolah maka muncullah ide-ide untuk membangkitkan branding melalui pendidikan inklusif yang terlebih dahulu lembaga menganalisa kebutuhan-kebutuah yang perlu dipersiapkan dalam penerapan pembelajaran tersebut. YY menegaskan langka-langkah Analisa kebutuhan branding yang dilakukan meliputi; Analisis siswa, analisi guru kelas, analisi guru pendamping khusus. Ketiga komponen ini dianalisa secara seksama untuk mempersiapkan kebutuhan yang sesuai dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Berikut langka-langkah yang dilakukan lembaga dalam mengidentifikasi kebutuhan pendidikan inklusif. Pertama, Analisi siswa ABK. Dilingkungan lembaga memang ada beberapa anak yang terindentifikasi memiliki kebutuhan khusus, lembaga melakukan pendataan yang diperoleh dari informan sekitar sekolah dan juga wali murid, dengan adanya identifikasi ini lembaga melakukan penyebaran angket yang di isi oleh orang tua setelah mendaftarkan anaknya, didalam angket sudah tertera pencapaian dan karakteristik yang menjurus pada perilaku anak berkebutuhan khusus, namun hal ini dirasa kurang relevan karena banyak orang tua yang memiliki pemahaman anaknya normal dan baik-baik saja oleh karena itu ada tahapan selanjutnya dalam identifikasi siswa ini. Sebagaimana dikatakan oleh SA salah satu guru kelas menyampaikan, angket yang di isi oleh wali murid kurang mewakili keadaan yang sebenarnya pada anak didik, jadi sekolah melakukan identifikasi lanjutan demi mengetahui kondisi real yang dialami anak didik yaitu dengan melakukan pengamatan fisik, cara berkomunikasi dan cara berjalan. Kemudian dilihat juga dari anak yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi ketika KBM serta sulit mencapai nilai pencapaian yang ditetapkan maka dicurigai memiliki kebutuhan khusus. Kedua, Analisa guru kelas. Dikatakan leh SD salah satu guru kelas bahwa Guru kelas merupakan tombak atau kunci kesuksesan didalam kelas. Jadi guru kelas harus mampu membimbing dan membina seluruh komponen yang ada didalam kelas baik anak inklusi maupun non inklusi. Lembaga secara khusus menyeleksi guru kelas khusus inklusi dengan memilih guru yang memiliki wawasan tentang pendidikan inklusi, memiliki metode inovatif, serta memiliki wawasan luas tentang tumbuh kembang anak inklusi. YY menegaskan upaya pemberian wawasan yang luas kepada guru dilakukan dengan mengikut sertakan semua guru dalam mengikuti seminar atau pelatihan dalam hal pemahaman dan kebutuhan mengenai pembelajaran bagi anak khusus. Seminar atau pelatihan biasanya dilakukan dalam dua bulan sekali dengan peserta guru-guru yang ada dilembaga dilakukan secara berkala atau bergantian dengan biaya ditanggung oleh pihak sekola. Ketiga, Analisa guru pendamping. Dalam mengankat guru pendamping pihak lembaga juga menyeleksi secara khusus, karena pendamping juga dituntut untuk mampu mendidik anak berkebutuhan khusus dan normal sekaligus. Guru pendamping juga sama seperti guru tetap harus memiliki wawasan yang luas mengenai anak berkebutuhan khusus karena mereka bertugas mendampingi anak inklusi yang ada dikelas. Diungkapkan oleh TM selaku guru pendamping bahwa, guru pendamping yang terpilih juga secara intensif mengikuti seminar, parenting dan pelatihan tentang pendidikan inklusi. Selain mengikuti seminar, parenting atau pelatihan juga inten melakukan knowledge sharing dengan teman sejawat baik sesama guru pendamping maupun guru kelas dalam penerapan pembelajran yang lebih banyak mengundang minat anak didik. Kemudian diperkuat oleh SS guru pendamping menyampaikan lembaga penyelenggara pendidikan inklusif memerlukan guru pendamping yang tepat dan berwawasan dalam penanganan anak berkebutuhan khusus dan normal sehingga tidak ada perbedaan dan pelabelan negatif. Guru pendamping dibutuhkan dalam membantu guru kelas dalam menghandle keadaan kelas yang kondusif. Keempat Analisi Sarana,memiliki sarana dan prasarana yang mendukung tentu akan lebih mengoptimalkan metode yang diterapkan oleh guru dalam menstimulasi anak didik. sarana dan prasaran penting dicukupi meski dengan bahan daur ulang seperti APE berbahan limbah namun tetap memiliki kegunaan yang bisa menggairahkan anak didik dalam mengikuti pembelajaran didalam maupun diluar kelas. APE (Alat Permainan Edukatif) dapat dipergunakan sebagai sarana atau peralatan dalam mengembangkan seluruh kemampuan anak yang mengandung nilai pendidikan edukatif (Baharun, Zamroni, Amir, & Saleha, 2021). Kegiatan branding analisis mampu memberikan acuan pada lembaga tentang perencanaan-perencanaan yang urgen dilakukan. Jika lembaga sudah bisa memberikan branding analisis yang terarah maka program yang dicanagkan akan lebih mudah menuju target pencapaian sehingga tujuan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas lembaga pada arah yang lebih baik. ## Menjalin Kemitraan Mewujudkan sebuah branding image dengan tujuan meningkatkan daya saing yang diimplementasikan dengan peluncuran sebuah program tentunya sangat membutuhkan jalinan kemitraan dengan pihak-pihak terkait yang dilakukan dalam rangka mendukung kelancaran program menuju pencapaian target. Kemitraan ini dilakuakn oleh lembaga dengan beberapa pihak terkait seperti kemitraan dengan psikolog, puskesmas dan wali murid. Sebagaimana disampaiakn oleh YY, lembaga membuat MOU dengan pihak-pihak terkait seperti puskesmas atau bidan desa dan psikolog, dimana kemitraan dengan puskesmas atau bidan desa ini sangat berguna untuk melihat tumbuh kembang anak baik inklusif maupun normal, kemudian pihak kemitraan terkait selanjutnya yaitu psikolog, setiap sebulan sekali lembaga mengundang psikolog secara khusus untuk membaca situasi kondisi terhadap anak didik khususnya yang inklusif untuk memastikan psikolognya tetap stabil meski berbaur dengan anak pada umumnya, yang terakhir pihak kemitraan terkait dan paling signifikan dalam memahami kondisi anak didik yakni wali murid, lembaga secara inensif menjalin komunikasi dengan wali murid khusunya pada wali murid yang memiliki keistimewaan berkebutuhan khusus. Senada dengan YY, SD mengungkapkan adanya jalinan kemitraan dengan beberapa pihak terkait khusunya dengan pakar stimulasi anak ABK seperti psikolog dan pihak dokter dari puskesmas setempat dapat memberikan bantuan dan dukungan terhadap program lembaga, sehingga lembaga lebih inovatif dan lebih kreatif dalam menstimulasi anak didik yang didapat dari pakarnya langsung. Dipertegas oleh SA guru kelas yang mengatakan wali murid atau orang tua murid sosok pendidik utama dan terpenting. Kemitraan dilakukan dalam bentuk kerjasama antara wali murid dan guru demi mencapai perkembangan yang optimal untuk anak didik, kemitraan ini sangat penting dilakukan terutama pada pendidikan inklusif dimana dalam pendidikan inklusif memasukkan semua anak dalam satu aspek kesatuan tanpa ada pembedaan sehingga diperlukan suatu kerjasama dalam mengontrol tumbuh kembag anak. Setiap seminggu sekali wali murid dipanggil ke lembaga untuk mendapatkan gambaran tumbuh kembang anak dan mendapatkan ilmu tambahan berupa metode atau trik dalam menstimulasi tumbuh kembang dirumah. Kemudian MA selaku wali murid menuturkan dengan adanya Kerjasama antara wali murid dengan lembaga maka kami selaku wali murid sangat merasa terbantu dalam memantau perkembangan anak didik kami, apalagi anak kami termasuk anak yang memiliki keistimewaan jadi kami sangat ekstra untuk menstimulasinya agar bisa berkembang secara optimal. Kami juga sangat antusias terhadap program yang digalakkan lembaga karena bukan hanya guru professional yang terlibat namun lembaga juga melibatkan Kerjasama dengan puskesmas setempat dan psikolog. Peran wali murid dalam proses pembentukan karakter siswa sangat penting, karena wali murid yang mengetahui secara langsung tentang kepribadian anaknya. Pelibatan wali murid pada kemitraan akan sangat berdampak positif dalam memberi motivasi kepada anak didik bahwa apa yang anak didik lakukan mendapat dukungan penuh dari wali murid. Sehingga, proses keikutsertaan wali murid dalam kegiatan pendukungan program sekolah adalah kegiatan yang positif (Suwarni, 2021). Keterlibatan orang tua di sekolah mempunyai banyak sekali manfaat diantaranya; (1) bagi peserta didik mendukung prestasi akademik, meningkatkan kehadiran, kesadaran terhadap kehidupan yang sehat, dan meningkatkan perilaku positif; (2) bagi orang tua memperbaiki pandangan terhadap sekolah, meningkatkan kepuasan terhadap guru, dan mempererat hubungan dengan anak; dan (3) bagi sekolah memperbaiki iklim sekolah, meningkatkan kualitas sekolah, dan mengurangi masalah kedisiplinan. Sehingga terjadi saling keterkaitan symbiosis mutualisme saling membutuhkan antara pihak lembaga dan wali murid, pihak lembaga bisa melibatkan wali murid untuk menunjukkan branding image positif sehinga wali murid bisa menyebar luaskan kepuasan terhadap dunia luar, begitu pula wali murid sangat membutuhkan kerjasama dari guru dalam meningkatkan tumbuh kembang anak ke arah yang lebih positif. ## Implementasi Pendidikan Inklusif Desain pendidikan inklusif merupakan desain pembelajaran yang memiliki sifat inklusif, yaitu adanya upaya untuk mengakomodasi semua kebutuhan dan hambatan belajar peserta didik yang sangat beragam. Berdasarkan hasil analisis data dari hasil observasi dan wawancara dengan beberapa sumber data mengenai implementasi Pendidikan inklusif dalam inovasi branding image di MI Nurul Yaqin diperoleh data sebagai berikut: ## Pelibatan seluruh komponen sekolah Lembaga berusaha untuk menempatkan seluruh komponen pendidikan, seperti; yayasan, kepala sekolah, guru, guru pendamping, orang tua dan siswa secara bersama-sama mengembangkan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus untuk dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Implementasi pendidikan inklusi dibuat dalam rangka memberikan kesempatan kepada anak, khususnya yang masuk dalam kategori anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh kesempatan dalam mengikuti pendidikan dan pembelajaran yang layak, tanpa harus memperhatikan kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial. Sebagaimana disampaikan oleh SD bahwa pelibatan yang dilakukan mampu memberikan kesadaran kepada semua komponen untuk saling merangkul terhadap semua orang tanpa adanya pilih kasih. Kesadaran ini meberikan implikasi pada rasa empati yang tinggi terhadap anak yang memiliki kebutuhan. Secra tidak langsung implementasi pendidikan inklusif ini menstimulasi anak didik untuk saling menghargai, saling tolong menolong, saling mengerti dan saming merangkul terhadap semua orang. ## Sistem Pendidikan Penerapan system pembelajaran yang dilakukan dalam implementasi pendidikan inklusif di MI Nurul Yaqin tidak memiliki suatu sistem pembelajaran khusus, proses pembelajaran berjalan layaknya sekolah reguler biasa. Lingkungan pembelajaran di konsep dan di bangun untuk membuat anak yang berkebutuhan khusus dan anak reguler nyaman dan khususnya ABK dibuat mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan dengan baik. Proses pembelajaran bagi anak ABK dijadwal secara khusus, empat hari anak ABK ada dikelas reguler dengan didampingi guru pendamping dan dua hari anak ABK ada dikelas khusus dengan pembimbingan intensif dari guru pendamping. Pembagian jadwal kelas dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 2. Jadwal Pembagian Kelas ABK Hari Kelas Keterangan Senin Reguler Jadwal kelas reguler Selasa Reguler Jadwal Kelas reguler Rabu Reguler Jadwal kelas reguler Kamis Reguler Jadwal Kelas reguler Jum’at Khusus Bimbingan Intensif Pendampig Sabtu Khusus Pemeriksaan Psikolog/Dokter Tabel 2 menunjukkan tentang klasifikasi kelas dan kegiatan yang akan dilakukan oleh anak berkebutuhan khusus, para orang tua sudah mengetahui jadwal yang suda disahkan oleh lembaga, dan pada hari sabtu dengan kegiatan pemeriksaan psikolog/dokter orang tua mendampingi anak didik untuk mengetahui perkembangan anak tersebut sembari mendapatkan masukan metode dari tenaga medis. SD menyampaikan Ketika anak sedang dalam kelas reguler (bersama) peneliti tidak menemukan keistimewaan perlakuan yang dilakukan oleh pendidik kepada anak ABK maupun bukan ABK. Mulai kegiatan pembukaan sampai istirahat anak mendapatkan perlakuan yang sama bahkan sampai anak selesai mengerjakan tugas yang diberikan dan harus mengkomunikasikan hasil karyanya juga dilakukan oleh ABK, pembelajaran berpedoman pada kurikulum reguler yang dimodifikasi. Pengembangan kurikulum yang sudah diimplementasikan sebagai berikut: a. Modifikasi alokasi waktu: mengacu pada kemampuan siswa secara individual menyelesaikan tugas yang diberikan pada hari itu saat proses pembelajaran. Jika ada anak ABK belum menyelesaikan tugas guru mendampingi secara individual. Berangkat dari penyataan informan tersebut, dapat digambarkan desain implemetasi pendidikan inklusif dilembaga MI Nurul Yaqin sebagai upaya branding image dalam meningkatkan daya saing sebagai berikut; Gambar 1. Gambaran Implementasi endidikan Inklusif dalam meningkatkan Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa identifikasi siswa dilakukan untuk mengetahui terhadap karakteristik input siswa, baik dari siswa yang normal atau siswa yang memiliki kebutuhan khusus, keterbatasan fisik, mental dan psikologis. Setelah diketahui potensi input siswa, maka kemudian kepala sekolah dan guru menentukan kebutuhan pembelajaran, baik kebutuhan yang sifatnya langsung maupun tidak langsung. Langkah terakhir adalah modifikasi kurikulum dengan penjadwalan pembelajaran masuk kelas reguler dan kelas khusus intensif. Dengan implementasi yang dilakukan mampu merubah pola pemikiran masyarakat terhadap anak ABK, karena pada faktanya anak ABK juga bisa bersosialisasi dengan semua anak non ABK namun dengan penanganan yang tepat. Dengan adanya kesetaraan dengan antara anak ABK dan anak normal maka lembaga MI Nurul Yaqin semakin terkenal dikancah kecamatan yang semakin membinarkan nama lembaga pada seluruh aspek lapisan masyarakat. Student Registration Student identification Requirements Analysis Modification of The Curriculum Inclusive Education ## Evaluasi Evaluasi dilakukan sebagai bentuk observasi terhadap program yang suda dilaksanakan. Dengan melakukan evaluasi maka lembaga dapat mengetahui sejauh mana program berkembang. Evaluasi ini juga dapat melihat sisi kekurangan dari program yang nantinya bisa dijadikan rujukan untuk memperbaiki pada langkah selanjutnya. Dengan mempunyai acuan yang didapat dari evaluasi maka lembaga akan merancang kembali terhadap perencanaan selanjutnya dalam upaya meningkatkan serta memperkuat program branding image melalui program implementasi pendidikan inklusif yang tujuannya adalah meningkatkan daya saing lembaga. Evaluasi meliputi (1) pembuatan standar untuk menilai kualitas dan memutuskan apakah standar tersebut bersifat relatif atau absolut, (2) pengumpulan informasi yang relevan, dan (3) penerapan standartadi untuk menentukan nilai, kualitas, manfaat, efektivitas, atau signifikansi (Mahmudi, 2011). Dpertegas oleh IF2 bahwa tujuan evaluasi untuk memastikan sejauh mana tingkat pencapaian program terhadap target yang diinginkan. Melalui evaluasi ini pula dapat melihat respondent masyarakat teradap antusiasnya program lembaga yang lagidiunggulkan dilembaga ini. Definisi yang lebih luas bahwa evaluasi program merupakan proses untuk mengetahui dengan pasti wilayah-wilayah keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis informasi tersebut yang akan disajikan dalam bentuk data yang bermanfaat bagi pengambil keputusan (Rachman, 2020). Sejalan dengan definisi tadi, evaluasi program dimaknai sebagai proses untuk menjelaskan, mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi guna mendeskripsikan atau memahami suatu program, atau mengambil keputusan yang bertalian dengan program tersebut (Bahari, 2021). Berdasarkan observasi dilapangan evaluasi dilakukan seobyektif dan sesistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah diselesaikan. Dari evaluasi tersebut dapat ditemukan pembandingan realisasi masukan (input) , keluaran (output) , dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Hasil evaluasi diperoleh selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian program sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan. YY menuturkan evaluasi dilakukan satu bulan sekali yang dilakukan dengan mengadakan rapat intern sekolah yang dihadiri kepala sekolaha, ketua yayasan, komite dan seluruh dewan guru, untuk memberikan masukan terhadap program yang sudah berjalan. Tentunya dengan tetap berpatokan pada tujuan awal yaitu meningkatkan daya saing madrasah yang ditampilkan dengan kemasan image positif pada lembaga-lembaga yang ada dilingkungan sekitar. MA selaku wali murid juga memberikan kontribusi penuh dengan terlibat dalam mengevaluasi program pendidikan inklusif yang ada dilembaga terhadap anak kami, kami selaku wali murid sangat intens menanyakan perkembangan anak dan kami juga memberikan pasukan secara langsung terhadap guru jika terjadi ketimpangan terhadap anak kami semisal kurang semnagat untuk mengikuti pelajaran, males sekolah dll, maka kami mencari tau dengan selalu berkoordinasi terhadap guru kelas dan guru pendamping. Dengan melakukan evaluasi secara continue maka lembaga dapat meningkatkan kapasitas program untuk lebih tegak menuju tujuan. Kerjasama yang baik antara komponen sekolah dengan pihak terkait utamanya wali murid dalam kegiatan pengevaluasian dapat memenej program lebih kondusif serta lebih tertata dalam menentukan sasaran yang ingin dicapai yakni meningkatkan daya saing madrasah. ## Pembahasan Pendidikan merupakan upaya pemberian pembimbingan, pemengasuhan, penstimulasian sehingga akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan (Zherly Nadia Wandi, 2019). Faktor lain yang memengaruhi keberhasilan pendidikan bisa dilakukan dengan pendekatan positif. Pendekatan positif ini dapat dilakukan orangtua ataupun guru dengan cara memberikan pemahaman atau pengertian bahwa pembelajaran bukan kegiatan yang harus ditakuti melaikan menyenangkan. Dengan kegiatan yang menyenangkan maka lembaga sekolah akan lebih mudah memberikan stimulasi positif terhadap anak didik sehingga dapat menciptakan lingkungan yang lebih kondusif dan optimal. Dari lingkungan positif yang terbentuk maka seuatu lembaga akan memunculkan image dan stigma baru dikalangan masyarakat dengan keunikan dan kekhasannya dalam membimbing anak didik. image sekolah perlu dibentuk dan diproklamirkan dalam guna memberikan citra positif sehingga kualitas lembaga lebih maju. (Sergeyeva et al., 2021) mengatakan bahwa, citra merek merupakan sekumpulan asosiasi dalam benak suatu merek yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen. Dengan citra ini maka lembaga lebih mudah dikenal oleh masyarakat luas. Dampak dari pembentukan branding image dapat membangun kepercayaan masyarakat lebih meningkat (Mundiri 2016). Pada saat ini, banyak lembaga pendidikan yang bermunculan dan akhirnya menjadi persaingan yang ketat. Sekolah bersaing untuk mendapatkan siswa sebanyak-banyaknya tanpa melupakan mutu pendidikannya (Koowuttayakorn, 2018). Bersaing tidak dapat dielakkan lagi dengan begitu lembaga-lembaga berlomba-lomba untuk memebrikan citra positif yakni branding image yang dapat menggairahkan peminat atau konsumen dalam memilih lembaga tersebut. Salah satu branding image yang dipilih oleh lembaga MI Nurul Yaqin Kertosono Gading Probolinggo yakni dengan melibatkan penerapan pendidikan inklusif. Pendidikan inklusif dirasa perlu dilakukan dengan berbagai faktor dan pertimbangan yang sudah dilakukan. Pendidikan inklusif dilakuakn pada lembaga MI Nurul Yaqin dalam rangka menampung anak-anak inklusif yang ada dilingkungan sekolah, hal ini pula digunakan senjata dalam branding image lembaga dengan meningkatkan daya saing lembaga dengan adanya lembaga-lembaga baru yang mulai berkembang dan meresahkan lembaga lama. Dengan adanya pendidikan inklusif yang dipadukan dengan pendidikan reguler maka implikasi yang diperoleh lembaga yakni lembaga lebih dikenal dengan citra ramah anak, lembaga penyayang dan santun sehingga citra asah, asih, asuh diperoleh oleh lembaga ini yang dapat meningkatkan daya tarik masyarakat dalam menyekolahkan anak didik dilembaga ini. ## KESIMPULAN Suatu lembaga memerlukan image atau citra baik dalam membangun lembaga tetap bertahan atau lebih meningkakan kualitasnya, oleh sebab itu image atau ciptra positif perlu dipupuk sejak dini agar stigma masyarakat lebih kuat untuk mempercai lembaga seutuhnya dalam menjamin anak didik lebih berkembang dilembaga tersebut. Sehingga masyarakat yang merupakan konsumen lembaga akan berbondong-bondok untuk memilih lembaga tersebut menjadi tepat utama dalam membimbing anak didik. Branding image yang diterapkan dalam program Pendidikan inklusif mampu menggiring masyarakat untuk memilih dan tertarik menyekolahkan anak mereka pada lembaga ini, sehingga program yang dilakukan sangat tepat sasaran dengan meningkatkan kualitas lembaga pada daya saing terhadap lembaga lain. Program branding image melalui implementasi Pendidikan inklusif mampu memberikan warna baru dilembaga ini sehingga lembaga lebih mudah dikenal dengan citra Pendidikan inklusif yang dijadikan program unggulan untuk memikat konsumen. Implikasi yang diperoleh dengan implementasi pendidikan inklusif lembaga lebih dikenal luas, lembaga menjadi tempat favorite bagi orang tua yang memiliki anak ABK, lembaga menjadi salah satu lembaga yang merangkulsegala kalangan sehingga lembaga lebih dikenal dengan lembaga yang memiliki empati, santun, ramah dan tanpa pilih kasih. Branding image melalui pendidikan inklusif ini tentunya tidak dapat digeneralisir untuk semua lembaga pendidikan madrasah. Karena setiap lembaga berbeda, hal ini dapat disesuaikan dengan sebab-sebab, kasus serta karakteristik pembelajar dan analisis lingkungan yang ada pada lembaga masing- masing. Oleh sebab itu hal ini memberikan kesempatan kepada para peneliti selanjutnya, untuk mengkaji dan meneliti dengan kasus dan karakteristik yang berbeda. ## DAFTAR PUSTAKA Agustin, I. (2016). Manajemen Pendidikan Inklusi Di Sekolah Dasar Sumbersari 1 Kota Malang. Education and Human Development Journal , 1 (1), 27–33. Akihary, W., & Apituley, P. S. (2019). The implementation of multicultural education in German language learning. Journal of Education and Learning (EduLearn) , 13 (4), 466. https://doi.org/10.11591/edulearn.v13i4.13469 Akrima, T. L. (2019). Perbedaan Kemampuan Empati Anak Usia Dini Ditinjau Dari Pengelolaan Model Kelompok Pada Kelas Inklusi . Astuti, D. P., Muslim, A., & Bramasta, D. (2020). Analisis Persiapan Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Di Kelas Iv Sd Negeri Jambu 01. Jurnal Wahana Pendidikan , 7 (2), 185–192. Bahari, F. A. (2021). EVALUASI PROGRAM BANTUAN PANGAN NON TUNAI (BPNT) BERBASIS KONSEP AL-FALAH DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT (Studi Pada Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa) . Baharun, H., Zamroni, Amir, & Saleha, L. (2021). Pengelolaan APE Berbahan Limbah untuk Meningkatkan Kecerdasan Kognitif Anak. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 5 (2), 1382–1395. Chen, C.-T. (2016). The Investigation on Brand Image of University Education and Students’ Word-of-Mouth Behavior. Higher Education Studies , 6 (4), 23. https://doi.org/10.5539/hes.v6n4p23 Das, S. W. H., Halik, A., Iman, B., & ... (2020). Developing a Sociocultural Approach in Learning Management System through Moodle in the Era of the Covid-19. International Journal of Innovation, Creativity and Change , 13 (7), 941–958. Dewi, N. K. (2017). Manfaat Program Pendidikan Inklusi Untuk AUD. Jurnal Pendidikan Anak , 06 (01), 12–19. Firdaus, S., Wijaya, M., Al Mursyidi, R. A., Haqiki, M. W., & Abidin, Z. (2020). Learning management; identifying learning styles of language learners in madrasah. Proceedings of the International Conference on Industrial Engineering and Operations Management , (August), 3783–3790. Koowuttayakorn, S. (2018). An Investigation of Instagram’s Metonymy: A Multimodal Social Semiotic Approach. Journal : Language Education and Acquisition Research Network Journal , 11 (1), 140–149. Kurniawan, A. (2021). Pemasaran Jasa Pendidikan sebagai Strategi Dayah Bulisc dalam Meningkatkan Daya Saing Madrasah. Tazkir : Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Dan Keislaman , 7 (1), 75–90. Lee, C. K., & Chen, H. C. (2018). Configuring school image assets of colleges in Taiwan. Universal Journal of Educational Research , 6 (1), 195–200. https://doi.org/10.13189/ujer.2018.060121 Mahmudi, I. (2011). CIPP: Suatu Model Evaluasi Program Pendidikan. At-Ta’dib , 6 (1), 111–125. https://doi.org/10.21111/at-tadib.v6i1.551 Maresova, P., Hruska, J., & Kuca, K. (2020). Social media university branding. Education Sciences , 10 (3), 1–14. https://doi.org/10.3390/educsci10030074 Mundiri, A. (2016). Strategi Membangun Branding Image Dalam Meningkatkan Daya Saing Lembaga Pendidikan. Jurnal Pedagogik: Jurnal Pendidikan , 3 (2), 58–72. Munif, M., Rozi, F., & Aminullah, M. (2021). Inovasi Pengembangan Kurikulum Sekolah Berbasis Pesantren dalam Meningkatkan Kepercayaan Masyarakat. Manazhim , 3 (2), 183–200. https://doi.org/10.36088/manazhim.v3i2.1286 Novianti, E. (2019). Membangun Budaya Sekolah Inklusi Dalam Perspektif Neurosains. Prosiding Seminar Nasional , 4 (5), 53–58. Nugroho, A., & Mareza, L. (2016). Jurnal Pendidikan Dasar PerKhasa Volume 2, Nomor 2, Oktober 2016 MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa , 2 (2), 145– 156. Prasetyaningrum, S., Saraswati, P., Ni’matuzahroh, -, & Firmanto, F. (2017). School Readiness Siswa Berkebutuhan Khusus Di Kelas Inklusi Tingkat Sekolah Dasar Kota Batu. Jurnal Psikologi Perseptual , 2 (1), 48–67. Rachman, N. M. (2020). Evaluasi Penyelenggaraan Webinar: Strategi UMKM Korea Selatan Bertahan Dalam Pandemi COVID-19. Cendekia Niaga , 4 (2), 1–15. https://doi.org/10.52391/jcn.v4i2.501 Rosi, F., Nu’man, A., Sandiko, & Rozi, F. (2022). Strategi Komunikasi Publik dalam Meningkatkan Citra Sekolah. Murobbi: Jurnal Ilmu Pendidikan , 6 (1), 158–171. Rozi, F., Rosidah, R., Ni’mah, M., Masun, H., Juaeriyah, K., & Maimuna. (2021). Blended Learning Approach in Arabic Learning. Journal of Physics: Conference Series , 1779 (1). https://doi.org/10.1088/1742-6596/1779/1/012065 Sergeyeva, A. M., Omirzakova, M. Z., Zhakuda, G. N., & Telekeshov, K. A. (2021). Territorial Image and Branding As Tools For Developing Western Kazakhstan As A Tourist Destination. J. Geogr. Inst. Cvijic , 71 (3), 311–324. Setiawan, E., & Apsari, N. C. (2019). Pendidikan Inklusif: Upaya Mewujudkan Kesetaraan dan Non Diskriminatif di Bidang Pendidikan bagi Anak Dengan Disabilitas (AdD). Sosio Informa , 5 (03), 188–198. Suwarni. (2021). Peningkatan Prestasi Membaca Al-Quran Siswa dengan Metode Manajemen Kemitraan di SDN 003 Loa Kulu, Kutai Kartanegara Suwarni. Jurnal Pendidikan , 9 (2), 1–6. Suyitno. (2021). Peningkatan Daya Saing Madrasah Melalui Optimalisasi Program Ekstrakurikuler. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan , 3 (4), 1161–1169. Tarnoto, N. (2016). Permasalahan-Permasalahan Yang Dihadapi Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusi Pada Tingkat SD. Humanitas , 13 (1), 50–61. Widat, F., Saleha, L., Zainiyah, A., & Aisyah, S. N. (2022). The “Aku Bisa” Program; Efforts to Train Early Childhood Independence. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 6 (4), 3218–3231. Zherly Nadia Wandi, N. (2019). ETIKA PROFESI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI KECAMATAN PADANG TIMUR KOTA PADANG. Jurnal PAJAR (Pendidikan Dan Pengajaran) , 3 (4), 897–906.
c3292623-b412-4140-b244-0caf329f6846
https://tunasbangsa.ac.id/pkm/index.php/brahmana/article/download/4/4
Penerapan Clustering Pada Laju Inflasi Kota Di Indonesia Dengan Algoritma K-Means Yudi Prayoga 1 , Heru Satria Tambunan 2 , Iin Parlina 3 1 Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi STIKOM Tunas Bangsa, Pematangsiantar 2 STIKOM Tunas Bangsa, Pematangsiantar, Indonesia 3 AMIK Tunas Bangsa, Pematangsiantar, Indonesia 1 [email protected] ## Abstract Inflation is a process of increasing prices in general and continuously, related to market mechanisms that can be caused by various factors, among others, increased public consumption, excess liquidity in the market which triggers consumption or even speculation, to include the consequences of inability to distribute goods. Inflation is an indicator to see the level of change, and is considered to occur if the process of price increases takes place continuously and influences each other. Inflation stability is a prerequisite for sustainable economic growth which ultimately benefits the improvement of people's welfare. With the large amount of data generated from the inflation rate of cities in Indonesia it is difficult for the government to classify the inflation rate. The author took the initiative to conduct research on classifying the inflation rate of cities in Indonesia by using the K-Means Clustering Data Mining algorithm, with the number of clusters being 3. The high value group is in cluster 1 (above average), the value group is in cluster 2 (around the average based on the distance used from the centroid), and the low value group is in cluster 3 (below average). flat). By grouping the rate of inflation of cities in Indonesia, it will be known which cities in Indonesia have high, medium and low inflation rates. Keywords: Inflation, Data Mining, K-Means ## Abstrak Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus, berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan banyaknya data yang dihasilkan dari laju inflasi kota-kota di Indonesia menyulitkan pemerintah mengelompokkan laju inflasi tersebut. Penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang mengelompokkan laju inflasi kota-kota di Indonesia dengan menggunakan metode Data Mining algoritma K- Means Clustering, dengan jumlah cluster adalah 3. Kelompok nilai tinggi berada di cluster 1 (di atas rata-rata), kelompok nilai sedang berada di cluster 2 (sekitar rata-rata berdasarkan jarak yang digunakan dari centroid -nya), dan kelompok nilai rendah berada di cluster 3 (di bawah rata-rata). Dengan mengelompokkan tingkat laju inflasi kota-kota di Indonesia, maka akan di ketahui kota-kota mana saja di Indonesia yang memiliki laju inflasi tinggi, sedang, dan rendah. Kata Kunci : Inflasi, Data Mining, K-Means ## 1. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Dengan populasi hampir 270.054.853 juta jiwa pada tahun 2018, dan sebagai negara yang memiliki banyak kota di setiap provinsinya, tentu tiap kota tersebut memiliki laju inflasi yang berbeda dari tahun ke tahun. Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus, berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Inflasi merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat [1]. Dengan banyaknya data yang dihasilkan dari laju inflasi kota-kota di Indonesia menyulitkan pemerintah mengelompokkan laju inflasi tersebut. Penulis berinisiatif untuk melakukan penelitian tentang mengelompokkan laju inflasi kota-kota di Indonesia dengan menggunakan metode data mining algoritma K-Means Clustering, dengan jumlah cluster adalah 3. Kelompok nilai tinggi berada di cluster 1 (di atas rata-rata), kelompok nilai sedang berada di cluster 2 (sekitar rata-rata berdasarkan jarak yang digunakan dari centroid -nya), dan kelompok nilai rendah berada di cluster 3 (di bawah rata-rata). Dengan mengelompokkan tingkat laju inflasi kota-kota di Indoneisa, maka akan di ketahui kota- kota mana saja di Indonesia yang memiliki laju inflasi tinggi, sedang, dan rendah. Algoritma K-Means Clustering penggunaannya sudah diterapkan di berbagai bidang, beberapa penelitian yang sudah dilakukan menggunakan algoritma tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh [1] berjudul “Penerapan Metode K-Means Untuk Clustering Mahasiswa Berdasarkan Nilai Akademik Dengan Weka Interface Studi Kasus Pada Jurusan Teknik Informatika UMM Magelang”. Peneliti lain juga menggunakan metode data mining seperti [2][3]. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa algoritma K-Means bisa digunakan untuk mengelompokkan mahasiswa berdasarkan IPK dan beberapa atribut mata kuliah. Maka dari itu penulis mengangkat sebuah judul penelitian “ Penerapan Clustering Pada Laju Inflasi Kota Di Indonesia Dengan Algoritma K-Means ” . Yang mana nantinya data yang digunakan dalam data mining untuk mengelompokan data–data kedalam variable atau atribut data, dimana dalam hal ini akan dijelaskan langkah–langkah K-means secara manual. Dengan pusat cluster tinggi dengan nilai 8,11 kemudian cluster sedang dengan nilai 5,052 dan cluster rendah dengan nilai 3,455. Data yang akan di cluster dalam hal ini adalah data dari tahun 2013 -2017. ## 2. METODOLOGI PENELITIAN Data mining adalah suatu metode pengolahan data untuk menemukan pola yang tersembunyi dari data tersebut. Hasil dari pengolahan data dengan metode data mining ini dapat digunakan untuk mengambil keputusan di masa depan. Data mining ini juga dikenal dengan istilah pattern recognition [4][5]. Algoritma K-Means merupakan algoritma cluster isasi yang mengelompokkan data berdasarkan titik pusat cluster (centroid) terdekat dengan data. Tujuan dari K-Means adalah pengelompokkan data dengan memaksimalkan kemiripan data dalam satu cluster dan meminimalkan kemiripan data antar cluster [6]. Ukuran kemiripan yang digunakan dalam cluster adalah fungsi jarak. Sehingga pemaksimalan kemiripan data didapatkan berdasarkan jarak terpendek antara data terhadap titik centroid . Berikut adalah kerangka algoritma k-means clustering dapat di lihat pada gambar 1. Tentukan Jumlah Cluster K Tentukan Nilai K Centroid Menghitung jarak antar Objek dengan k Centroid Mengelompokkan Berdasarkan Jarak Minimum Apakah Posisi Centroid Sama End Start Gambar 1. Flowchart Metode K-Means Clustering ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sumber data penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik dengan situs https://www.bps.go.id. Data yang digunakan dalam penelitian ini persentase laju inflasi berdasarkan kota dari tahun 2013-2017 yang terdiri dari 83 kota. Data hasil akhir yang nantinya akan diolah melakukan clustering dari berdasarkan provinsi yang dicantumkan dalam 3 cluster yaitu cluster tertinggi, cluster sedang dan cluster terendah. Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan analisa data statistik bersifat sekunder yang dimana data diperoleh tidak dari sumbernya langsung, melainkan sudah dikumpulkan dan diolah secara terinci yang dimana data berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti dapat dilihat pada tabel1. Tabel 1. Data Inflasi Kota No Kota Inflasi Inflasi (Umum) 2013 2014 2015 2016 2017 Tahunan Tahunan Tahunan Tahunan Tahunan 1 Kota Meulaboh - 8,2 0,58 3,77 4,76 2 Kota Banda Aceh 6,39 7,83 1,27 3,13 4,86 3 Kota Lhokseumawe 8,27 8,53 2,44 5,6 2,87 4 Kota Sibolga 10,08 8,36 3,34 7,39 3,08 5 Kota Pematang Siantar 12,02 7,94 3,36 4,76 3,1 6 Kota Medan 10,09 8,24 3,32 6,6 3,18 7 Kota Padangsidimpuan 7,82 7,38 1,66 4,28 3,82 8 Kota Padang 10,87 11,9 0,85 5,02 2,11 9 Kota Bukittinggi - 9,24 2,79 3,93 1,37 10 Tembilahan - 10,06 2,06 2,58 4,27 11 Kota Pekanbaru 8,83 8,53 2,71 4,19 4,07 12 Kota Dumai 8,6 8,53 2,63 3,98 4,85 13 Bungo - 8,99 1,29 3,11 4,25 14 Kota Jambi 8,74 8,72 1,37 4,54 2,68 15 Kota Palembang 7,04 8,38 3,05 3,68 2,85 Ya Tidak ## BRAHMANA: Jurnal Penerapan Kecerdasan Buatan No Kota Inflasi Inflasi (Umum) 2013 2014 2015 2016 2017 Tahunan Tahunan Tahunan Tahunan Tahunan 16 Kota Lubuklinggau - 9,34 3,47 2,74 3,94 17 Kota Bengkulu 9,94 10,85 3,25 5 3,56 18 Kota Bandar Lampung 7,56 8,36 4,65 2,75 3,14 19 Kota Metro - 6,5 2,67 2,92 2,32 20 Tanjung Pandan - 13,14 0,88 4,92 3,97 21 Kota Pangkal Pinang 8,71 6,81 4,66 7,78 2,66 22 Kota Batam 7,81 7,61 4,73 3,61 4,13 23 Kota Tanjung Pinang 10,09 7,49 2,46 3,06 3,37 24 Dki Jakarta 8 8,95 3,3 2,37 3,72 25 Kota Bogor 8,55 6,83 2,7 3,6 4,59 26 Kota Sukabumi 8,03 8,38 2,2 2,57 4,1 27 Kota Bandung 7,97 7,76 3,93 2,93 3,46 28 Kota Cirebon 7,86 7,08 1,56 1,87 4,36 29 Kota Bekasi 9,46 7,68 2,22 2,47 3,01 30 Kota Depok 10,97 7,49 1,87 2,6 3,93 31 Kota Tasikmalaya 6,89 8,09 3,53 2,75 3,88 32 Cilacap - 8,19 2,63 2,77 4,41 33 Purwokerto 8,5 7,09 2,52 2,42 3,91 34 Kudus - 8,59 3,28 2,32 4,17 35 Kota Surakarta 8,32 8,01 2,56 2,15 3,1 36 Kota Semarang 8,19 8,53 2,56 2,32 3,64 37 Kota Tegal 5,8 7,4 3,95 2,71 4,03 38 Kota Yogyakarta 7,32 6,59 3,09 2,29 4,2 39 Jember 7,21 7,52 2,31 1,93 3,52 40 Banyuwangi - 6,59 2,15 1,91 3,17 41 Sumenep 6,62 8,04 2,62 2,19 3,4 42 Kota Kediri 8,05 7,49 1,71 1,3 3,44 43 Kota Malang 7,92 8,14 3,32 2,62 3,75 44 Kota Probolinggo 7,98 6,79 2,11 1,53 3,18 45 Kota Madiun 7,52 7,4 2,75 2,25 4,78 46 Kota Surabaya 7,52 7,9 3,43 3,22 4,37 47 Kota Tangerang 10,02 10,03 4,28 2,65 3,5 48 Kota Cilegon 7,98 9,93 3,94 4,22 5,24 49 Kota Serang 9,16 11,27 4,67 3,26 5,17 50 Singaraja - 10,32 2,97 4,57 3,38 51 Kota Denpasar 7,35 8,03 2,7 2,94 3,31 52 Kota Mataram 9,27 7,18 3,25 2,47 3,59 53 Kota Bima 10,42 7,37 4,11 3,11 4,08 54 Maumere 6,24 4 3,89 3,62 1,7 55 Kota Kupang 8,84 8,32 5,07 2,31 2,05 56 Dili - - - - - 57 Kota Pontianak 9,48 9,38 6,17 3,88 3,86 58 Kota Singkawang 6,15 9,66 4 2,58 5,23 59 Sampit 7,25 7,9 5,72 2,46 3,29 60 Kota Palangka Raya 6,45 6,63 4,2 1,91 3,11 61 Tanjung - 8,8 6,69 2,18 2,4 62 Kota Banjarmasin 6,98 7,16 5,03 3,68 3,82 63 Kota Balikpapan 8,56 7,43 6,26 4,13 2,45 64 Kota Samarinda 10,37 6,74 4,24 2,83 3,69 65 Kota Tarakan 10,35 11,91 3,42 4,31 2,77 66 Kota Manado 8,12 9,67 5,56 0,35 2,44 67 Kota Palu 7,57 8,85 4,17 1,49 4,33 68 Bulukumba - 9,45 2,17 1,48 4,66 69 Watampone 6,86 8,22 0,97 1,5 5,54 70 Kota Makassar 6,24 8,51 5,18 3,18 4,48 71 Kota Pare-Pare 6,31 9,38 1,58 2,11 3,43 72 Kota Palopo 5,25 8,95 3,38 2,74 3,95 73 Kota Kendari 5,92 7,4 1,64 3,07 2,96 74 Kota Bau-Bau - 11,37 3,95 1,71 3 75 Kota Gorontalo 5,84 6,14 4,3 1,3 4,34 76 Mamuju 5,91 7,88 5,07 2,23 3,79 77 Kota Ambon 8,81 6,81 5,92 3,28 -0,05 78 Kota Tual - 11,48 8,58 2,97 9,41 79 Kota Ternate 9,78 9,34 4,52 1,91 1,97 80 Manokwari 4,63 5,7 2,77 5,75 1,78 81 Kota Sorong 7,93 6,83 6,17 2,95 1,33 82 Merauke - 12,31 5,76 0,82 1,25 83 Kota Jayapura 8,27 7,98 2,79 4,13 2,41 (Sumber :Data Badan Pusat Statistik Nasional, Tahun 2013-2017) Untuk mendapatkan hasil dari penelitian yang dilakukan, berikut uraian perhitungan manual proses cluster ing laju inflasi menggunakan algoritma K- Means. Proses cluster ing dilakukan mulai dari penentuan data yang ingin di cluster . Dalam hal ini variabel data yang ingin di cluster adalah data dari tahun 2013-2017 dan disini peneliti mengambil nilai rata rata dari tahun 2013-2017 sebagai data yang akan di cluster . Berikut adalah cara-cara perhitungan K-Means [7]: 1. Menentukan Data yang Akan Diolah Data mentah yang digunakan adalah data laju inflasi . Berikut data yang akan digunakan untuk pengolahan metode K-Means : 2. Menentukan Jumlah Cluster Jumlah Cluster yang digunakan pada data laju infansi sebanyak 3 Cluster . Cluster tersebut diantaranya ( C1 ) Tinggi ( C2 ) Sedang dan ( C3 ) Rendah. 3. Menentukan Centroid Penentuan pusat awal Cluster ( Centroid ) ditentukan secara manual atau random yang diambil dari data yang ada dalam range . Menentukan Centroid berpengaruh ketika menentukan jumlah Cluster yang digunakan. Nilai Cluster 0 diambil dari data paling rendah, Nilai Cluster 1 diambil dari data rata-rata atau nilai tengah pada data dan Nilai Cluster 2 diambil dari data yang paling tertinggi. Tabel 2. Data Centoid Cluster Nilai Centroid 1 8,11 Centroid 2 5,169512195 Centroid 3 3,455 ## 4. Menghitung Jarak dari Centroid Untuk menghitung jarak antara titik Centroid dengan titik tiap objek menggunakan Euclidian Distance . Rumus untuk menghitung jarak dari Centroid adalah : (2) Maka perhitungan untuk jarak dari Centroid ke-1 adalah sebagai berikut : Dan seterusnya sampai dengan D x50,c3 . Sehingga didapat tabel jarak dari Centroid dan mencari nilai minimal dari ketiga Centroid . Tabel Jarak dari Centroid adalah sebagai berikut : Tabel 3. Jarak Centroid Iterasi ke-1 C1 C2 C3 Jarak Terpendek 3,7825 0 0,8725 0 3,414 0,473512195 1,241 0,473512195 2,568 0,372487805 2,087 0,372487805 1,66 1,280487805 2,995 1,280487805 1,874 1,066487805 2,781 1,066487805 1,824 1,116487805 2,831 1,116487805 3,118 0,177512195 1,537 0,177512195 1,96 0,980487805 2,695 0,980487805 3,7775 0,837012195 0,8775 0,837012195 C1 C2 C3 Jarak Terpendek 3,984 1,043512195 0,671 0,671 3,068 0,127512195 1,587 0,127512195 3,075 0,134512195 1,58 0,134512195 2,994 0,053512195 1,661 0,053512195 Selanjutnya dalam metode K-Means , perhitungan berhenti apabila Cluster pada iterasi yang dihasilkan sama pada iterasi sebelumnya. Maka selanjutnya mencari Cluster pada iterasi selanjutnya sampai nilai Iterasinya sama. Untuk mencari nilai Centroid selanjutnya dengan menggunakan Centroid baru pada Iterasi ke-1 dengan menjumlahkan nilai sesuai yang tertera pada Cluster di tabel diatas. Adapun Centroid baru untuk mencari Cluster selanjutnya adalah dengan menjumlahkan nilai yang terpilih pada Cluster tersebut kemudian membagikannya sebanyak jumlah nilai sebagai berikut : Maka, data Centroid baru Iterasi ke-5 adalah sebagai berikut : Tabel 4. Centroid Baru Iterasi Ke-5 Cluster Nilai Centorid 1 6,384857143 Centroid 2 5,066989796 Centroid 3 4,311475 Dengan menggunakan langkah – langkah yang sama seperti sebelumnya untuk menentukan Jarak dari Centroid dengan menggunakan Centroid baru Iterasi ke-1. 5. Menentukan Cluster atau Pengelompokan Dalam menentukan Cluster dengan mencari nilai Cluster berdasarkan nilai minimal dari nilai Cluster dan diletakkan pada Cluster yang sesuai dengan nilai minimal pada Iterasi 1. Perhitungan manual pada data laju inflasi diatas didapatkan hasil akhir yang dimana pada iterasi 3 pengelompokan data yang dilakukan terhadap 5 cluster dengan iterasi 4 didapatkan hasil yang sama. Hasil dari kedua iterasi tersebut bernilai C1 =12, C2 =46, dan C3 = 24 pada posisi data tiap cluster x. Sehingga posisi cluster pada data tersebut tidak mengalami perubahan lagi maka proses iterasi berhenti. Berdasarkan posisi cluster masing-masing data laju inflasi dan nilai cluster hasil iterasi ke empat maka dapat disimpulkan bahwa: a) Cluster Tertinggi dengan jumlah data laju inflasi sebanyak 12 kota yaitu, Meulaoh, Banda Aceh, Sibolga, Pematangsiantar, Medan, Bengkulu, Panggkal Pinang, Tanggerang, Cilegeon, Serang, Pontianak, Palangka Raya, Tarakan, Tual. b) Cluster Sedang dengan jumlah data laju inflasi sebanyak 46 kota yaitu, Lhokseumawe, Padang Sidempuan, Padang, Pekanbaru, Duma, Jambi, Palembang, Lubu Llinggau, Bandar Lampung, Metro, Batam, Tanjung Pinang, Dki Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bandung, Bekasi, Depok, Tasikmalaya, Puwerkerto, Surakarta, Semarang, Tegal, Malang, Maidun, Surabaya, Singanja, Denpasar, Mataram, Bima, Mumere, Singkawan, Tanjung, Banjirmasir, Balipapan, Samarinda, Manando, Palu, Manando, Balukumba, Watampone, Makasar, Palopo, Bau-Bau, Mamuju, Mabon, Ternate, Sorong, Merauke, Jayapura. c) Cluster Terendah dengan jumlah sebanyak 24 Kota yaitu, Bukit Tinggi, Tembillahan, Tanjung Padang, Cirebon, Cilacap, Kudus, Probolinggo, Yogyakarta, Jember, Banyuwangi, Sumenep, Kediri, Kupang, Sangkit, Pare -Pare, Kedari Gorontalo, Manokwari. ## 4. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: a) Hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perhitungan manual excel yang di kombinasikan dengan rapidminer , bahwa metode tersebut mampu untuk menyelesaikan sebuah pengelompokan berdasarkan kota di Indonesia. b) Hasil yang diperoleh dari metode k-means clustering yang di implementasikan ke dalam rapidminer memiliki nilai validasi yang sama menghasil beberapa cluster yaitu cluster tinggi 12, cluster rendah 46, dan sedang 24 yang masing-masing cluster memiliki hasil yang berbeda . ## Daftar Pustaka [1] R. Adrian, “Penerapan Metode K-Means Untuk Clustering Mahasiswa Berdasarkan Nilai Akademik Dengan Weka Interface Studi Kasus Pada Jurusan Teknik Informatika UMM Magelang,” J. Ilm. Semesta Tek. , vol. 18, no. 1, hal. 76– 82, 2015. [2] S. Sundari, I. S. Damanik, A. P. Windarto, dan H. S. Tambunan, “Analisis K- Medoids Clustering Dalam Pengelompokkan Data Imunisasi Campak Balita di Indonesia,” Pros. Semin. Nas. Ris. Inf. Sci. , no. September, hal. 687–696, 2019. [3] S. R. Ningsih, I. S. Damanik, A. P. Windarto, dan H. Satria, “Analisis K-Medoids Dalam Pengelompokkan Penduduk Buta Huruf Menurut Provinsi,” Pros. Semin. Nas. Ris. Inf. Sci. , no. September, hal. 721–730, 2019. [4] H. Sulastri dan A. I. Gufroni, “Penerapan Data Mining Dalam Pengelompokan Penderita Thalassaemia,” vol. 02, hal. 299–305, 2017. [5] T. Imandasari, E. Irawan, A. P. Windarto, dan A. Wanto, “Algoritma Naive Bayes Dalam Klasifikasi Lokasi Pembangunan Sumber Air,” Pros. Semin. Nas. Ris. Inf. Sci. , no. November, 2019. [6] M. G. Sadewo et al. , “Penerapan Algoritma Clustering Dalam Mengelompokkan Banyaknya Desa / Kelurahan Menurut Upaya Antisipasi / Mitigasi Bencana Alam Menurut Provinsi Dengan K-Means,” vol. 2, hal. 311–319, 2018. [7] A. P. Windarto, “Implementation of Data Mining on Rice Imports by Major Country of Origin Using Algorithm Using K-Means Clustering Method,” Int. J. Artif. Intell. Res. , vol. 1, no. 2, hal. 26–33, 2017.
0ab7e79d-fabb-42ca-895e-f7e60dea6dd2
https://jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/juwarta/article/download/206/201
Universitas Dharmawangsa PENINGKATAN PROFESIONALITAS GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK Oleh : Aslinawati Lase, S.Pd. Guru Madya SMPN 3 Dharma Caraka Teluk Dalam NIP. 19680901 199403 2 004 ## Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program supervisi akademik, pelaksanaan supervisi akademik, dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi akademik di SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah dan guru SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah SMP Negeri 3 Caraka Teluk Dalam dalam rangka peningkatan profesionalitas guru dilakukan dengan cara membagi tugas supervisi akademik dengan wakil kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi terhadap guru-guru senior dan guru-guru senior melaksanakan supervisi terhadap guru-guru bidang studi. Teknik supervisi yang digunakan oleh kepala sekolah adalah: teknik yang bersifat individual yaitu perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, inter-visitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar dan menilai diri sendiri dan sedikit menggunakan teknik-teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik-teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. Kata kunci : profesionalitas , guru dan supervisi akademik ## 1. Pendahuluan ## 1.1. Latar Belakang Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Salah satu tujuan pendidikan adalah untuk menciptakan manusia yang berkulalitas. Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan bangsa lain di dunia. Dalam tingkatan operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial. Seperti dikemukakan oleh Danim (2012:44) bahwa: guru bermakna sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang terjermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tetentu. Guru memiliki peran yang bersifat multi fungsi, lebih dari sekadar yang tetuang pada produk hukum tentang guru, seperti Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 tentang Guru, bahwa guru berperan sebagai perancang, penggerak, evaluator, dan motivator. Ketiga indikator dari profesional guru tersebut, yaitu: perencanaan pembelajaran (input), pelaksanaan pembelajaran (proses), dan evaluasi pembelajaran (output) dilakukan oleh guru dengan baik, maka profesional guru bisa dikatakan baik. Untuk menjadikan guru sebagai tenaga profesional maka perlu diadakan pembinaan secara terus-menerus dan berkesinambungan, dan menjadikan guru sebagai tenaga kerja perlu diperhatikan, dihargai dan diakui keprofesionalannya. Supervisi akademik merupakan salah satu tugas kepala sekolah, guru senior dan tim pengawas dari Dinas Pendidikan dalam membina guru melalui fungsi pengawasan. Pengawasan pada intinya yaitu melakukan pembinaan, bimbingan untuk memecahkan masalah pendidikan termasuk masalah yang dihadapi guru secara bersama dalam proses pembelajaran dan bukan mencari kesalahan guru. Tugas pokok pengawas sebagai pengawas atau supervisor akademik yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek teknis pendidikan dan pembelajaran, dan supervisor manajerial yaitu tugas pokok supervisor yang lebih menekankan pada aspek manajemen sekolah. ## 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program supervisi akademik, pelaksanaan supervisi akademik, dan teknik yang digunakan dalam pelaksanaan supervisi akademik di SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam. ## 1.3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian adalah kepala sekolah dan guru SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam. ## 2. Uraian Teoritis ## 2.1. Profesionalitas Guru Istilah profesional berasal dari kata profesi, artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang, dan memiliki suatu ketrampilan tertentu. Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan yang mensyaratkan pengetahuan dan ketrampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang intense. Rimang (2011: 24) mengemukakan: bila pekerjaan guru merupakan suatu profesi, maka keahlian mendidik harus ada dan melekat pada profesi guru. Profesi guru apabila dijalankan dengan penuh ketekunan dan dedikasi yang tinggi dan dia mengembangkan satu disiplin ilmu dalam bidang pendidikan, maka orang tersebut telah menjalankan suatu spesialisasi ilmu pendidikan. Dalam konteks ini yang dimaksud profesional adalah sebagai guru. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan kepada ilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang bersifat pribadi, social, maupun akademis. Guru-guru yang profesional itu memiliki ciri-ciri antara lain: memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar; memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya; memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karir hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru. Menurut Suprahatiningrum (2013:23) bahwa: Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Profesi guru memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional, yang harus menguasai seluk-beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan Profesi ini juga perlu pembinaan dan pengembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Profesionalitas guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, kualitas keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran ## 2.2. Supervisi Akademik Supervisi dapat di artikan sebagai pemberian bantuan dan pengembangan kemampuan kepada guru sehingga dapat meningkatkan profesional dalam proses pembelajaran. Secara umum supervisi sering di artikan sebagai pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan teknis edukatif di sekolah, bukan sekedar pengawasan terhadap fisik, material, tetapi supervise merupakan pengawasan terhadap kegiatan akademik. Purwanto (2009: 88) menjelaskan tentang supervisi pengajaran atau supervisi akademik, sebagai berikut: “Supervisi pengajaran atau supervisi akademik ialah kegiatan - kegiatan kepengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi-kondisi-baik personel maupun material- yang memungkinkan terciptanya situasi belajar-mengajar yang lebih baik demi tercapaianya tujuan pendidikan”. Supervisi adalah usaha memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Kata kunci dari pelaksanaan supervisi adalah memberi layanan dan bantuan. Supervisi merupakan rangsangan, bimbingan atau bantuan yang diberikan kepada guru-guru agar kemampuan profesionalnya makin berkembang, sehingga situasi belajar semakin efektif dan efisien. Menurut Sahertian (2008:17) bahwa: “supervisi adalah suatu usaha menstimulasi, mengkoordinasi dan membimbing secara kontinyu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran.” Istilah supervisi sangat populer di lingkungan akademik, birokrat, politisi, bahkan pengusaha. Supervisi yang dimaksud disini khusus terkait dengan kepentingan pendidikan dan pembelajaran, sehingga disebut supervisi akademik. Pengawasan terhadap guru bertujuan untuk memberdayakan dalam peningkatan kinerja guru, baik dalam penyusunan perangkat pembelajaran penguasaan kelas dan juga kemampuan mengevaluasi serta memotivasi siswa dalam proses pembelajaran. ## 2.3. Kepala Sekolah dan Supervisi Akademik Bimbingan profesional yang dilakukan kepala sekolah sebagai supervisor terhadap guru adalah sebagai usaha yang memberikan kesempatan bagi para guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya. Para guru untuk berkembang secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya. Para guru tersebut menjadi mampu dan mau memperbaiki dan meningkatkan kemampuan belajar murid-muridnya. Mengingat pentingnya bimbingan profesional ini bagi guru, maka kepala sekolah harus senantiasa meningkatkan dan menyegarkan pengetahuanya beberapa tingkat lebih baik dibanding guru, karena jika kemampuan kepala sekolah itu sama atau bahkan dibawah guru kualitasnya, maka tugas bimbingan dan pemberian bantuan bagi guru tidak begitu berarti. Kepala sekolah sebagai supervisor dalam melakukan supervisi harus mengetahui secara jelas apa saja yang harus disupervisi dan bagaimana tekniknya. Sagala (2010:136) menjelaskan: dalam melakukan kegiatan supervisi, tentu kepala sekolah dapat memulainya dengan menanyakan dalam hal apa saja guru perlu mendapat bantuan dari kepala sekolah. Pertanyaan ini penting untuk memfokuskan bantuan yang akan diberikan. Karena inti kegiatan sekolah adalah pembelajaran, maka aspek yang paling penting untuk disupervisi dan menilai kegiatan pendidikan adalah yang berkaitan dengan pembelajaran. Kepala sekolah sebagai supervisor secara tegas harus menguasai penilaian hasil belajar oleh pendidik. Guru yang profesional, tentu selalu menggunakan tes yang standar dalam melakukan evaluasi hasil belajar. Semua kegiatan evaluasi ini dipantau oleh kepala sekolah untuk mengetahui kemajuan hasil belajar peserta didik dan mengetahui kinerja guru. Supervisi akademik merupakan salah satu aspek penting dilakukan oleh pengwas dan kepala sekolah yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan kualitas pembelajaran tidak hanya ditentukan oleh diri guru sendiri akan tetapi harus diupayakan bersama antara guru dan supervisor. Dengan demikian kepala sekolah mensupervisi guru mengajar menjadi suatu keharusan yang tidak dapat diabaikan. Supervisi semacam ini biasanya disebut supervisi akademik. Pengawas merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah. Dengan adanya pengawasan yang dilakukan pengawas (supervisor) akan menumbuhkan semangat dan motivasi mengajar guru dengan cara memperbaiki segala jenis dan bentuk kekurang-kekurangannya dalam proses belajar mengajar. Proses bantuan itu dapat dilakukan secara langsung kepada guru itu sendiri, maupun secara tidak langsung melalui kepala sekolah. Tugas terpenting pengawas adalah memberikan berbagai alternatif pemecahan masalah dalam pembelajaran. Bila terjadi sesuatu yang timbul atau mencuat ke permukaan yang dapat menganggu kosentrasi proses belajar mengajar, maka kehadiran pengawas bersifat fungsional untuk melakukan perbaikan. ## 2.4. Teknik-Teknik Supervisi Akademik Teknik supervisi secara umum juga berlaku untuk semua supervisi akademik. Beberapa teknik supervisi yaitu: a) kunjungan kelas, b) pembicaraan individu, c) diskusi kelompok, d) demonstrasi mengajar, e) kunjungan kelas antar guru, f) pengembangan kurikulum, g) perpustakaan individual, h) lokaria dan i) survey sekolah masyarakat. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan. Secara garis besar, cara atau teknik supervisi akademik dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok. Guru-guru maupun guru bersama siswa-siswanya ada kalanya berkunjung ke sekolah lain. Tujuan dan motivasi kunjungan itu berbeda-beda. Ada yang hanya ingin mempererat persahabatan, ada yang ingin mengetahui fasilitas sekolah, ada pula bertujuan mengadakan pertandingan olah raga, ada dengan maksud mempertunjukkan kesenian, dan sebagainya. Menurut Pidarta (2009:188) bahwa: kalau tujuan kunjungan itu melihat-lihat fasilitas yang dimiliki oleh sekolah yang dikunjungi, maka tuan rumah akan menerima dengan senang hati mempersilahkan tamunya melihat-lihat dan menanyakan segala sesuatu yang bertalian dengan fasilitas itu. Biasanya sekolah yang dikunjungi adalah sekolah yang kaya, yang mampu mengadakan fasilitas bekerja dan belajar secara lengkap dan modern. Lain halnya dengan kalau kunjungan itu bermaksud mengadakan pertandingan olahraga yang bersifat persahabat. Proses supervisi dalam teknik kunjungan sekolah ini sebagian besar dalam wujud ceramah dan mengamati objek-objek yang dikunjungi. Sahertian (2008:53) membedakan teknik supervisi menjadi dua yaitu teknik supervisi yang bersifat individual dan kelompok. Teknik supervisi yang bersifat individual ada tiga jenis yaitu: (1) kunjungan kelas, (2) observasi, (3) percakapan pribadi. Sedangkan teknik yang bersifat kelompok antara lain: rapat guru, diskusi kelompok, loka karya, seminar, simposium, dan sebagainya. Supervisi kunjungan kelas pada hakekatnya adalah observasi di kelas dengan tujuan untuk menemukan kelemahan dan kelebihan guru mengajar sehingga dapat ditemukan permasalahan-permasalahan yang dijumpai guru untuk selanjutnya dibantu pemecahannya oleh supervisor secara demokratis. Fungsi supervisi kunjungan kelas adalah sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar dan cara belajar siswa. Supervisi kunjungan kelas dapat memberikan kesempatan guru untuk mengemukakan pengalamannya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu pada guru-guru, karena dapat belajar dan memperoleh pengertian secara moral bagi pertumbuhan karir. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan supervisi adalah membantu dan melayani guru melalui penciptaan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan kualitas pengetahuan, ketrampilan, sikap, kedisiplinan, serta pemenuhan kebutuhan meliputi: (1) merencanakan supervisi, (2) merumuskan tujuan supervisi, (3) merumuskan prosedur supervisi, (4) menyusun format observasi, (5) berunding dan bekerjasama dengan guru, (6) mengamati guru mengajar, (7) menyimpulkan hasil supervisi, (8) mengkonfirmasikan supervisi untuk keperluan mengambil langkah tindak lanjut. ## 3. Pembahasan Berdasarkan data dari hasil supervisi yang dilakukan menunjukkan bahwa : dalam rangka peningkatan professionalitas guru pada SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam, kepala sekolah sudah menyusun dan membuat program supervisi sesuai format dan petunjuk serta temuan supervisi terdahulu, walaupun program sudah disiapkan tetapi hasil penelitian menunjukkan program yang disiapkan masih belum lengkap, seperti mengadakan kunjungan ke sekolah lain, menjadi model pembelajaran oleh kepala sekolah atau guru senior, selama ini hanya menjalankan program supervisi kunjungan kelas dan bimbingan kepada guru berupa rapat rutin. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Karwati (2013:115) adalah sebagai berikut: Tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga kependidikan. Supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk membantu para guru dan supervisor dalam mempelajari tugas sehari-hari di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebelum melaksanakan supervisi akademik terhadap guru-guru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru senior di SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam terlebih dahulu menyusun program supervisi secara musyawarah. Hasil penelitian menunjukkan belum tercapainya secara maksimal kegiatan pembelajaran dikelas di samping karena banyaknya jumlah murid dalam satu kelas karena kurangnya kompetensi professional guru dalam kegiatan belajar mengajar yang disebabkan masih rendahnya pengembangan mutu dari guru. Dalam pelaksanaan supervisi peningkatan professional guru, pendekatan yang digunakan oleh kepala sekolah, sebenarnya sudah berjalan seperti yang diharapkan karena kepala sekolah membagi tugas supervisi dengan wakil kepala sekolah bidang akademik. Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah semua guru secara merata mendapatkan supervisi, oleh karena itu kepala sekolah sudah meningkatkan lagi frekuensi atau waktu untuk pelaksanaan supervisi seperti dengan melibatkan wakil kepala sekolah atau guru senior, hal ini terjadi karena banyaknya jumlah guru yang harus dibina. Kegiatan supervisi akademik kunjungan kelas, juga dilakukan pembinaan guru melalui kegiatan kelompok atau rapat rutin. Herabudin (2009:210) menyatakan: kepala sekolah sebagai supervisor artinya kepala sekolah berfungsi sebagai pengawas, pengendali, pembina, pengarah dan pemberi contoh kepada para guru dan karyawannya disekolah. Salah satu hal terpenting bagi kepala sekolah, sebagai supervisor adalah memahami tugas dan kedudukan karyawan-karyawannya atau staf sekolah yang dipimpinnya. Peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik tidak hanya masuk kedalam kelas melihat proses pembelajaran yang dilakukan guru, selain itu juga setiap pagi selalu mengontrol suasana seluruh lingkungan sekolah sampai dengan kebersihan kelas dan halaman. Dari pendapat di atas kita melihat disini pentingnya penghargaan diberikan kepada guru untuk memotivasi agar mereka merasa dirinya benar-benar dihargai, penghargaan ini sangat bermakna dan dapat meningkatkan persaingan sesama guru dan antar kelas, hal ini juga sering dilakukan oleh kepala sekolah yaitu mengadakan lomba kebersihan antar kelas, lomba cerdas cermat, lomba kegiatan dalam bidang pendidikan agama islam, (lomba ektra kulikuler dibidang olahraga dan lain-lain). Teknik supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam dalam peningkatan professional guru, selama ini menggunakan teknik supervisi kelas, observasi, teknik kelompok seperti mengadakan rapat, diskusi kelompok, menyelesaikan permasalahan secara bersama. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa supervisi dan pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam sudah dijalankan dengan baik dan menyentuh kepada permasalahan baik dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam bidang akademik, serta aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru mulia dari kegiatan awal sampai kepada kegiatan penutup artinya satu hari kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada dasarnya sebagian supervisor dalam pelaksanaan supervisi akademik kepada guru SMP Negeri 3 Dharma Caraka Teluk Dalam, bila dilihat dari jadwal yang ditetapkan pelaksanaan supervisi akademik belum berjalan secara maksimal, penggunaan teknik supervisi akademik belum bervariasi, bila dilihat dari penggunaan teknik kelompok dalam pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh guru selalu dipecahkan bersama dengan mengadakan rapat dan sewaktu-waktu pengawas dari Dinas Pendidikan Kabupaten Nias Selatan. ## 4. Kesimpulan dan Saran ## 4.1. Kesimpulan Pelaksanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah SMP Negeri 3 Caraka Teluk Dalam dalam rangka peningkatan profesionalitas guru dilakukan dengan cara membagi tugas supervisi akademik dengan wakil kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi terhadap guru-guru senior dan guru-guru senior melaksanakan supervisi terhadap guru- guru bidang studi. Teknik supervisi yang digunakan oleh kepala sekolah adalah: teknik yang bersifat individual yaitu perkunjungan kelas, observasi kelas, percakapan pribadi, inter-visitasi, penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar dan menilai diri sendiri. Dan sedikit menggunakan teknik-teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik-teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok. ## 4.2. Saran 1. Untuk mencapai hasil yang diharapkan hendaknya kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi tidak membatasi waktu atau sesuai dengan jadwal, tapi sebaiknya dilakukan secara terus menerus, berkala dan berkesinambungan, agar permasalahan yang dihadapi dapat langsung diselesaikan. 2. Kepala sekolah hendaknya selalu memotivasi guru agar lebih kreatif, inovatif dan dapat mendisain model pembelajaran yang menyenangkan sebagai usaha meningkatkan pembelajaran, agar guru tidak monoton, dan hanya menunggu dari kepala sekolah. ## Daftar Pustaka Danim, Sudarwan dan Khairil, 2012. Profesi Kependidikan . Bandung: PT ALFABETA. Emzir, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif . Jakarta: PT Raja Grafindo. Herabudin, 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan . Bandung : CV Pustaka Setia. Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa, 2013. Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah . Bandung : Alfabeta. Pidarta, Made, 2009. Supervisi Pendidikan Konstektual . Jakarta : Rineka Cipta. Purwanto, M. Ngalim, 2009. Administrasi dan Supervisi Pendidikan . Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Rimang, Siti Suwadah, 2011. Meraih Predikat Guru dan Dosen Paripurna. Bandung : Alfabeta. Sagala, Syaiful, 2013. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan . Bandung: Alfabeta. Sahertian, 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia . Jakarta: Rineka Cipta. Suprahatiningrum, Jamil, 2013. Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru . Jakarta : Ar-Ruzz Media.
08ea45da-e34a-44e5-a88b-28aa96943662
http://ejournals.umma.ac.id/index.php/emik/article/download/1132/813
## Adaptasi Kebijakan, Dampak Perkuliahan Daring, dan Strategi Mahasiswa Menjaga Imunitas Tubuh di Masa Pandemi Covid-19 ## Karmila Kadir Universitas Hasanuddin [email protected] Nurul Ilmi Idrus Universitas hasanuddin [email protected] ## Abstract The world was shocked by a disaster in the form of a very dangerous virus, namely the corona virus or called Covid-19 which requires humans to be able to adapt to this Covid-19 pandemic situation, including in the field of education. At the higher educational level, the learning system changes from face-to-face learning to online learning. This article discusses how students adapt in relation to various policies, the impact of online learning, and students’ strategies in maintaining body immunity during the Covid-19 pandemic. Using a qualitative approach, this research was conducted in the city of Makassar, South Sulawesi Province. Data was collected using in-depth interview and observation. Those who participated in this study were 20 students, consisting of 15 males and five females, whose age ranging between 19 and 22 years. They come from various public and private campuses in the city of Makassar. The results of the study show that during the Covid-19 pandemic, students experienced many changes. Students themselves adapted to various emerging policies related to Covid- 19, which include not only government and lecturing policies, but also internal student organization policies. For students, online lectures have impacted not only on the learning process, but also on student health. Various strategies were carried out by students in an effort to maintain body immunity in the midst of the Covid-19 pandemic policy, namely complying with health protocols; implementing a healthy lifestyle; managing stress; and taking supplements. It is argued in this articles that in order to prevent the spread of Covid- 19, students adapt to the conditions that occur during the Covid-19 pendemic and apply related strategie. Lecturers also need to create a friendly environment and creative method of teaching, so that students can enjoy online learning on that limited screen. Keywords: Students, pandemic, Covid-19, adaptation, impact, and strategy. ## Pendahuluan Saat ini dunia telah digemparkan oleh adanya bencana dalam bentuk virus yang sangat berbahaya yaitu corona virus atau disebut dengan Covid-19 yang mengharuskan manusia untuk bisa beradaptasi dengan situasi pandemi Covid-19 ini. Corona virus atau yang dikenal dengan sebutan Covid-19 adalah sebuah infeksi penyakit yang disebabkan oleh jenis virus terbaru yang ditemukan pada tahun 2019 (Luzi dan Radaelli 2020:760). Virus ini ditularkan melalui tiga media, yaitu hidung, mulut, dan mata, dan berkembang di paru-paru. Tanda-tanda seseorang terkena Covid-19 adalah suhu tubuh naik, demam, mati rasa, batuk, nyeri di tenggorokan, kepala pusing, susah bernafas jika virus corona sudah sampai paru-paru (Syafrida dan Hartati 2020:496). Menurut Nurkholis (dalam Farah dan Nasution 2020:24), bahwa “salah satu contoh upaya yang dilakukan oleh pemerintah di berbagai belahan dunia adalah dengan menerapkan kebijakan terkait, seperti melakukan lockdown , karantina wilayah, dan pembatasan kontak fisik, terutama bagi daerah yang sudah dikategorikan masuk ke dalam zona merah ” . Berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah sebagai bentuk upaya pencegahan Covid-19 yang setiap harinya memakan banyak jiwa. Ini dimulai dari himbauan untuk tinggal di rumah saja (#dirumahaja), dengan cara bekerja dari rumah atau work from home (WFH), bersekolah dari rumah, beribadah dari rumah, dll. Lalu muncul kebijakan social distancing yang kemudian berubah menjadi physical distancing. Perubahan itu dilakukan karena kata social dianggap kurang tepat sehingga diganti dengan jarak fisik dengan tujuan setiap orang tetap bisa berkomunikasi, namun dengan menjaga jarak fisik setidaknya satu meter. Pemberlakuan kebijakan dilaksanakan dalam upaya mencegah dan memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Dalam konteks ini masyarakat harus beradaptasi dengan situasi dan kondisi tersebut agar tetap survive dan dapat kembali menghadapi kehidupan secara normal. Pola adaptasi yang dijadikan tatanan baru di dalam masyarakat adalah dengan diterapkannya adaptasi kebiasaan baru (AKB), yaitu masyarakat tetap harus waspada terhadap potensi penyebaran Covid-19 di ruang publik. Dalam adaptasi kebiasaan baru, adaptasi yang dilakukan masyarakat untuk pencegahan agar tidak terinfeksi Covid-19 yang menjadi standar prilaku adalah dengan pola 3 M, yakni menggunakan masker ketika berada di ruang publik, menjaga jarak dengan orang lain, dan membatasi kerumunan secara bersamaan dalam satu tempat (Zaenudiin dkk. 2021:3). Adaptasi kebiasaan baru merupakan salah satu strategi pencegahan penularan Covid-19 melalui penerapan protokol kesehatan dan hidup produktif di tengah pandemi ini. Sebagai bentuk upaya agar terhindar dari penularan Covid-19 pemerintah menghimbau masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan dan menjalani pola hidup sehat. Pola hidup sehat dilakukan dengan cara berolahraga yang berdasarkan pada FITT ( frequence, intensity, time , and type ) (Burnet dkk. 2020:229). Selain itu, “m asyarakat disarankan untuk menjaga asupan nutrisi dan hidrasi, memerhatikan recovery tubuh sebab tubuh yang lelah akan mudah terserang berbagai macam virus dan penyakit ” (Simpson dan Katsanis dalam Kunjung dkk. 2020:725). Dalam pelaksanaan kebijakan yang dianjurkan pemerintah, berbagai bentuk upaya pencegahan atau langkah antisipatif untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 dilakukan, mulai dari 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak), memperbanyak minum air putih, menjaga kebersihan, menjaga imunitas tubuh, menghindari kerumunan, meminimalkan keluar rumah, dll. Berbagai permasalahan yang terjadi akibat Covid-19 dan efek yang ditimbulkan telah mengubah kehidupan dalam berbagai bidang, seperti; ekonomi, perdagangan, pariwisata, komunikasi, interaksi sosial, termasuk pendidikan. Dalam kaitan dengan pendidikan, misalnya, dengan pembatasan interaksi (seperti menjaga jarak, PSBB) berdampak pada pola pembatasan aktivitas manusia dalam melaksanakan perkuliahan, yakni dari perkuliahan dengan sistem tatap muka menjadi perkuliahan dengan sistem pembelajaran online atau pembelajaran di dalam jaringan (daring). Temuan Sadikin dan Hamidah (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran daring berkontribusi terhadap social distancing dan meminimalisir munculnya keramaian mahasiswa, sehingga dianggap dapat mengurangi potensi penyebaran Covid- 19. Namun, pembelajaran daring mengakibatkan terjadinya peningkatan frekuensi kebiasaan mahasiswa dalam mengoperasikan smartphone dalam waktu yang lama. Menurut Ashadi (dalam Kunjung dkk. 2020:714- 715) “ rata-rata mahasiswa melakukan video conference dengan dosen mata kuliah selama tiga sampai empat jam per hari. Selama menjalani masa physical distancing di rumah, mahasiswa banyak mengisi waktu mereka untuk bermain smartphone sambil duduk atau berbaring di kasur rata-rata lima jam dalam sehari”. Hal tersebut dapat berdampak pada turunnya imunitas tubuh karena kurangnya gerak, mahasiswa cenderung lebih banyak melakukan aktivitas menetap, yaitu lebih banyak duduk dibandingkan dengan bergerak selama perkuliahan online . Padahal menurut Wong dkk. (2020:41), aktivitas fisik dapat dilakukan di dalam rumah dengan berbagai kegiatan fisik dengan intensitas sedang, misalnya jalan di dalam rumah, latihan kekuatan, kelenturan, daya tahan jantung paru serta kombinasi olahraga tersebut. Prasetyo dan Mayasari (dalam Gumantan dkk. 2020:20) mengemukakan bahwa “imunitas merupakan respon tubuh terhadap bahan asing, baik secara molekuler maupun seluler yang mekanismenya terbagi menjadi imun immunity dan adaptive immunity” . Umumnya studi-studi tentang beradaptasi dan menjaga imunitas tubuh di masa pandemi Covid- 19 berfokus pada penerapan protokol kesehatan dan peningkatan imun yang diperoleh dengan latihan fisik dan memenuhi asupan nutrisi (Nugroho dkk. 2021; Adijaya dan Bakti 2021; Furkan dkk. 2021). Studi Nugroho dkk. (2021) tentang kesiapan adaptasi kebiasaan baru untuk pencegahan penularan Covid-19 yang dilakukan di Desa Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang menunjukkan bahwa adaptasi yang dilakukan berupa pelatihan cuci tangan dengan sabun, pembuatan handsanitizer , senam bersama, dan pemanfaatan tanaman obat keluarga (TOGA). Dalam studinya tentang peningkatan sistem imunitas tubuh saat menghadapi pandemi Covid-19, temuan Adijaya dan Bakti (2021) menunjukkan bahwa peningkatan imunitas dapat diperoleh dengan melakukan latihan fisik secara rutin dan teratur serta memakan makanan yang bergizi. Selaras dengan temuan Furkan dkk. (2021) tentang bagaimana menjaga daya tahan tubuh di masa pandemi Covid-19 bahwa mereka menjaga kebersihan, mengomsumsi makanan sehat, berolahraga, memeriksa diri sendiri, dan memenuhi kebutuhan cairan tubuh. Sejauh ini literatur yang ada tentang dampak pembelajaran daring terhadap mahasiswa lebih terfokus pada dampak psikologis (Asti 2021; Argaheni 2020; Pustikasari dan Fitriyanti 2920; Hasanah dkk. 2020), sementara dampak kesehatan dari segi fisik (jikapun) ada masih terbatas, artikel ini mengisi celah tersebut. Selain itu, jika studi-studi sebelumnya menitikberatkan pada bagaimana masyarakat beradaptasi dengan melakukan aktivitas fisik dan non-fisik sebagai bentuk upaya pencegahan terhadap Covid-19 (Furqan dkk 2021; Adijaya dan Bakti 2021; Nugroho dkk. 2021; Burnett 2020), literatur terkait dengan bagaimana beradaptasi dengan berbagai kebijakan terkait kurang tersentuh. Pembahasan pada artikel ini dibagi atas tiga sesi. Bagian pertama mengeksplorasi bagaimana adaptasi mahasiswa dengan berbagai kebijakan terkait pandemi Covid-19. Pembahasan pada bagian kedua menitikberatkan dampak pembelajaran daring bagi mahasiswa. Bagian ketiga mendiskusikan tentang berbagai strategi yang digunakan oleh mahasiswa dalam upaya menjaga imunitas tubuh di tengah pandemi Covid-19. ## Metode Penelitian Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini dilakukan di Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan atas pertimbangan bahwa kota Makassar sebagai salah satu kota metropolitan dan sebagai salah satu pusat pendidikan. Di Kota Makassar terdapat lima perguruan tinggi negeri dan 108 perguruan tinggi swasta yang tersebar di berbagai wilayah. 1 Selain itu, Kota Makassar telah dua kali menerapkan PSBB. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan ( observation ) dan wawancara mendalam ( in-depth interview ). Observasi dilakukan dengan melihat bagaimana mahasiswa interaksi dan adaptasi mahasiswa pada berbagai kebijakan yang diberlakukan terkait dengan Covid-19. Wawancara mendalam ( in-depth interview ) dilakukan untuk mengeksplorasi bagaimana mahasiswa beradaptasi di masa pandemi Covid-19 dan strategi apa yang dilakukan dalam menjaga imunitas tubuh di tengah kebijakan pemerintah yang berlaku. Dengan topik wawancara mencakup apa saja kebijakan yang terkait dengan Covid-19, bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan kebijakan-kebijakan terkait, dampak kebijakan terkait Covid-19 pada mahasiswa, serta tindakan yang dilakukan sebagai strategi dalam menjaga ketahanan tubuh di tengah pandemi Covid-19. Informan penelitian berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 5 orang perempuan, mereka berusia antara 19 dan 23 tahun, dan berasal dari berbagai kampus negeri maupun swasta di Kota Makassar, sebagaimana dijabarkan dalam Tabel 1 berikut ini: Tabel 1. Informan Penelitian No. Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Instansi 1. Muh. Hikma Waldy 19 L UNISMUH 2. Nindya Praja Panaungi 19 L IPDN Kampus SULSEL 3. Rio Anugerah 20 L UMI 4. Ahmad Rianto 20 L PNUP 5. Alfandi Kafiar 20 L IPDN Kampus SULSEL 6. Agus Pratama Saputra 20 L UNHAS 7. Andriansyah Hamzah 20 L UNM 8. Nur Ali 21 L POLTEKES Makassar 9. Taufiqqurahman Yunus 21 L UNHAS 10. A. M. Adnan Kurniawan 21 L UNHAS 11. Qausa Yanotama Farakhan 21 L IPDN Kampus SULSEL 12. Bambang 22 L PNUP 13. Hendra Lesmana 22 L PIP Makassar 14. Miswar Airlangga 22 L PIP Makassar 15. Zainal 23 L UIM 1 http://www.pendaftaranmahasiswa.web.id/2019/07/da ftar-perguruan-tinggi-negeri-swasta_24.html , diakses tanggal 26 November 2021. 16. Sri Nurwanti 20 P AKPER Bhayangkara 17. Syopyanah Sri Puspa 21 P UMI 18. Mutmainna Rahma 21 P UNHAS 19. Sri Astuti 21 P UNHAS 20. Asmilia Amelia 22 P Politeknik STIA LAN Makassar Analisis dimulai dengan menggabungkan semua data, baik dari catatan pengamatan hingga data dari transkrip wawancara. Dari hasil penelusuran data ditemukan beberapa topik yang meliputi perubahan perilaku dan aktivitas mahasiswa selama masa pandemi Covid-19, pandangan mahasiswa terhadap kebijakan yang diberlakukan pemerintah sebagai upaya dalam memutus mata rantai Covid-19, dampak dari kebijakan pemerintah terhadap kesehatan mahasiswa, serta strategi mahasiswa dalam menjaga imunitas tubuh di masa pandemi Covid- 19. Ini dilanjutkan dengan mendeskripsikan data secara sistematis, terorganisir dan tersusun. Ini kemudian dilanjutkan dengan pemaknaan, sebelum akhirnya menarik kesimpulan. Sebelum memulai wawancara masing- masing calon informan diminta kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan terlebih dahulu menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian ini. Jika mereka bersedia, maka ini dilanjutkan dengan meminta kesediaan masing- masing untuk direkam pada sesi wawancara. Wawancara dilakukan melalui dua cara, yaitu face to face (tatap muka) dengan mengikuti protokol kesehatan dan kombinasi antara face to face dan chatting (obrolan daring) melalui aplikasi Whatsapp. Dari 20 informan, 19 orang bersedia untuk diwawancarai serta bersedia untuk direkam dan mencantumkan nama aslinya, selebihnya wawancara dilakukan tanpa rekaman 2 https://www.halodoc.com/artikel/mengenal- protokol-kesehatan-5m-untuk-cegah-covid-19, diakses tanggal 1 November 2021. dan menggunakan nama samaran sebagai “Bambang” . ## Adaptasi Kebijakan di Masa Pandemi Adaptasi mahasiswa dalam konteks ini terbagi atas tiga, yaitu adaptasi terhadap kebijakan pemerintah, kebijakan perkuliahan, dan kebijakan organisasi, sebagaimana yang akan didiskusikan berikut ini. ## Kebijakan Pemerintah Ada beberapa kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah dalam upaya menghambat penyebaran Covid-19. Misalnya, penerapan kebijakan protokol kesehatan 3M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak) atau kebijakan terkait yang lebih komprehensif dengan pola 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas) 2 tidak hanya itu kebijakan seperti work from home (WFH) juga diterapkan pada era new normal ini. Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dimana pada pelaksanaanya terbagi atas PSBB Transisi dan PSBB ketat. Kemudian kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), kebijakan ini diterapkan pada 7 provinsi Jawa dan Bali. Sebagai tindak lanjut dari PPKM maka pemerintah mengadakan PPKM Mikro atas pertimbangan bahwa PPKM perlu dilaksanakan dengan teliti di tingkat masyarakat kecil yakni Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Pasca 3 minggu setelah lebaran Idul Fitri 2021 kasus positif Covid-19 terjadi peningkatan sebesar 53,4% 3 . Sehingga pemerintah menerbitkan kebijakan PPKM Darurat yang dimana dalam kebijakan kali ini, pemerintah membagi tiap-tiap wilayah berdasarkan tingkat situasi epidemiologi setempat yang terdiri dari lima level, mulai dari level 0 (terbaik) hingga level 4 (terburuk). Kebijakan 3M relatif lebih mudah dilakukan, terutama memakai masker dan mencuci tangan. Ini dapat dilihat dari bagaimana mahasiswa menggunakan masker secara konsisten dan di berbagai ruang publik (kampus, kantor, toko, mall, cafe , restoran, mesjid, dll). Di rumah-rumah disediakan tempat mencuci tangan atau secara pribadi orang menyediakan sendiri handsanitizer -nya masing-masing. Mutmainna 21 (tahun), salah seorang mahasiswa yang konsisten menerapkan 3M dalam setiap aktivitasnya terutama di ruang publik. Bahkan ia mengaku selama pandemi membawa handsanitizer merupakan hal yang wajib. Kebiasaan baru yang ia lakukan yaitu mencuci tangan dengan handsanitizer setelah bersentuhan langsung dengan benda yang tidak terjamin kebersihannya. Ketika kasus Covid-19 meningkat dan Makassar berstatus zona merah, PSBB diajukan oleh pemerintah Kota Makassar. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020, PSBB hanya diberikan izin kepada beberapa daerah dengan jumlah kasus yang tinggi. Penetapan PSBB dilakukan berdasarkan permohonan gubernur/bupati/walikota atau ketua gugus tugas penanganan Covid-19. Permohonanpun harus disertai dengan data peningkatan jumlah dan penyebaran kasus menurut waktu serta kejadian transmisi 3 https://amp.kompas.com/nasional/read/2021/06/09/15 541041/satgas-tiga-minggu-pasca-lebaran-kasus- lokal. PSBB dilakukan selama masa inkubasi terpanjang, yakni 14 hari. Jika masih terbukti penyebarannya, dapat diperpanjang selama 14 hari sejak ditemukan kasus terakhir. Selain itu, daerah juga harus menyampaikan informasi kesiapan daerah, seperti aspek ketersediaan kebutuhan hidup dasar rakyat, sarana dan prasarana kesehatan, anggaran, serta operasional jaring pengaman sosial dan ke amanan. Kota Makassar termasuk salah satu kota di Indonesia yang telah menerapkan PSBB dan sebanyak dua kali. PSBB pertama didasarkan pada Peraturan Walikota No. 20 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan PSBB di Kota Makassar yang diberlakukan mulai minggu ketiga bulan April 2020. Sementara PSBB kedua didasarkan pada Keputusan Walikota No. 1153/360/Tahun 2020 tentang Penetapan Perpanjangan Pemberlakuan Pelaksanaan PSBB di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan yang diberlakukan di bulan Mei 2020. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan untuk menghambat penyebaran Covid-19 berdampak pada berbagai bidang kehidupan. Sementara untuk menjauhi kerumunan dan mengurangi mobilitas cenderung, pemerintah membuat berbagai kebijakan terkait untuk mengatasinya, seperti menerapkan pembatasan pada berbagai acara, baik itu acara di kantor-kantor, di acara perkawinan, dan acara- acara berkumpul lainnya. Jika dilihat dari segi penerapan kebijakan pemerintah tentang pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan kebijakan ini, Hendra (21 tahun), sejumlah fasilitas umum ditutup untuk sementara waktu, seperti masjid, sekolah/kampus, dll. Ini membuatnya melakukan berbagai aktivitas di rumah, seperti shalat yang biasanya rutin ia lakukan berjamaaah di masjid covid-19-naik-534-persen , diakses tanggal 28 November 2021. beralih ke rumah. Hikma (19 tahun), mahasiswa yang sering berkumpul atau nongkrong bersama teman-temannya terpaksa harus berhenti karena beberapa café bahkan mall tempatnya nongkrong diberlakukan jam malam atau bahkan ditutup untuk sementara waktu. Dalam kaitan dengan pelaksanaan kebijakan pembatasan masyarakat ini, sejumlah kritikan muncul. Asmilia (22 tahun) berpendapat bahwa ini tidak cukup efektif untuk mencapai tujuan karena penerapannya yang tidak cukup merata. Ia menekankan bahwa saat penerapan kebijakan PSBB, fasilitas-fasilitas umum seperti masjid, sekolah/kampus, kantor, bahkan pusat perbelanjaan ditutup. Akan beberapa fasilitas umum luput dari kebijakan tersebut, misalnya mall yang masih tetap dapat beroperasi. Agus (20 tahun) juga beranggapan bahwa kebijakan PSBB yang diberlakukan di kota Makassar kurang efektif dalam penerapannya, karena kurangnya pengawasan. Pelaksanaan kebijakan PSBB hanya terkesan setengah hati karena masih terdapat beberapa tempat umum seperti café yang masih beroperasi hingga malam hari. Meskipun memuji efektifitas pelaksanaan kebijakan terkait dengan upaya untuk menghambat penyebaran Covid-19, Nur (21 tahun) karena kebijakan PSBB dapat menekan jumlah kasus Covid-19, namun dampaknya sangat signifikan, terutama terhadap golongan menengah ke bawah karena mereka yang berpenghasilan harian kehilangan sumber pendapatan. Kritikan-kritikan ini bukan berarti mereka tidak menyetujui pembatasan tersebut, tapi kebijakan harus diberlakukan tanpa tebang pilih, harus diserta dengan pengawasan, dan harus mengatasi konsekuensi yang ditimbulkan oleh pembatasan tersebut. ## Kebijakan Perkuliahan Melalui kebijakan program pemerintah yang diwakili Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) serta penyampaian data dan informasi perkembangan global infeksi Covid-19 dari instansi gugus tugas, kampus-kampus di Indonesia (baik perguruan tinggi negeri maupun swasta) telah melakukan penghentian proses kegiatan belajar-mengajar tatap muka dan menghimbau agar perguruan tinggi memantau dan membantu kelancaran para mahasiswanya melakukan pembelajaran dari rumah ( study from home ) dan menggantinya dengan kuliah daring (Pakpahan dan Fitriani dalam Wijayanti dkk. 2020:32). Bagi lembaga pendidikan, WFH ini berarti proses kegiatan belajar-mengajar yang biasanya dilakukan di ruang-ruang kelas secara langsung, dialihkan ke sistem pembelajaran online atau dalam jaringan (daring) dan menjadi solusi agar proses belajar-mengajar tetap dapat berlangsung dan tetap menjaga agar tidak terjadi interaksi antar manusia secara langsung (tatap muka). Oleh karenanya, civitas akademika (tenaga pendidik, mahasiswa, dan tenaga kependidikan) sebagai elemen penting dalam proses pembelajaran harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran tatap muka ke sistem pembelajaran dalam jaringan (daring). Aktivitas belajar di rumah dengan media daring menuntut mahasiswa untuk menguasai media yang beragam. Aktivitas perkuliahan online yang beragam mengakibatkan penggunaan media atau aplikasi daring yang beragam demi efektifitas jalannya perkuliahan. Studi Kurniawati dan Baroroh (2016) terhadap 304 mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Bengkulu menunjukkan bahwa pemahaman mahasiswa mengenai media digital berada pada kategori sedang; dengan tingkat individual competence mahasiswa dalam meliterasi media digital berada dalam level basic . Ini merupakan hal mendasar dalam aktivitas belajar daring, dimana ketika seorang mahasiswa tidak menggunakan media literasi terhadap teknologi pembelajaran daring, maka aktivitas belajar daring tidak dapat berjalan sebagaimana semestinya. Syopiyana (21 tahun) mengungkapkan, bahwa dalam pembelajaran daring, mahasiswa harus dapat mengoperasikan aplikasi belajar, seperti Zoom, Google Classroom dan Whatsapp karena ini merupakan aplikasi yang banyak digunakan dalam proses belajar- mengajar. Jika merujuk pada apa yang diidentifikasi oleh Nasution tentang prioritas utama dalam menunjang sistem pembelajaran daring, maka ini mencakup: ketersediaan hardware dan software pendukung yang modern; infrastruktur jaringan internet yang memadai; dan kebijakan yang mendukung penerapan virtual class . Selain itu, siswa ataupun mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kemampuan dasar dalam penggunaan teknologi, seperti etika online, keterampilan sosial online, mekanisme penelusuran literature web , dll. (Nasution dalam Farah dan Nasution 2020:30). Kebijakan yang diberlakukan pada perkuliahan secara daring mengindikasikan bagaimana perubahan menuntut mahasiswa untuk beradaptasi agar tidak mengalami ketertinggalan dalam hal pembelajaran. Anwar dan Tuhuteru (2020:108-114) mengindikasikan adanya dua faktor penghambat dalam pembelajaran daring, yakni faktor internal (sarana dan prasarana, keuangan mahasiswa, kegagapan teknologi) dan eksternal (ketiadaan perangkat teknologi, ketidakstabilan jaringan internet, dan keterbatasan listrik). Akan tetapi, menurut Nur (21 tahun) yang merupakan mahasiswa Politeknik Kesehatan (POLTEKES) Makassar, bahwa penerapan kebijakan di bidang pendidikan tidak hanya menghambat penyebaran Covid-19, tetapi juga menghambat pola belajar dari mahasiswa itu sendiri. Ini karena kuliah berbasis daring membuat mahasiswa kehilangan fokus dalam belajar dikarenakan pada penerapannya terdapat berbagai hambatan atau kendala, seperti jaringan yang kurang stabil, tidak adanya teman diskusi secara langsung dan faktor lingkungan yang kurang mendukung, sehingga ini dapat membuat kurangnya konsentrasi pada proses pembelajaran daring. Ini terutama karena kampusnya merupakan kampus vokasi yang lebih banyak berpraktek dibandingkan berteori, sehingga tatap muka menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal serupa juga dirasakan oleh Bambang (22 tahun), mahasiswa Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) yang juga berasal dari kampus yang bergerak di bidang vokasi. Menurutnya kebijakan yang berlaku sudah cukup baik karena keputusan tersebut pasti sudah dipikirkan dengan baik oleh kementrian sebelum diberlakukan. Namun, setiap kebijakan yang berlaku memiliki kekurangan dalam penerapannya, sehingga tidak cukup efektif untuk memenuhi tujuannya. Kebijakan yang diberlakukan pada dunia pendidikan dengan menerapkan perkuliahan secara daring menurutnya cukup menghambat proses pembelajaran dikarenakan adanya kendala, seperti jaringan yang tidak cukup stabil dan terbatasnya fasilitas pendukung dalam perkuliahan daring, sehingga pembelajaran tidak terserap, terutama pada kegiatan praktek yang semestinya dilakukan secara luring karena sarana dan prasarananya hanya bisa ditemukan di kampus. Rio (20 tahun), menceritakan penyesuaian-penyesuaian aktivitas yang dilakukan di masa pandemi Covid-19. Aktivitas belajar yang diterapkan sebelum dan setelah pandemi, mengalami perubahan dari perkuliahan luring atau tatap muka ke perkuliahan daring. Selama pandemi, Rio berusaha menyesuaikan gaya belajarnya yang biasanya jika perkuliahan secara luring mahasiswa dapat berdiskusi secara langsung, tetapi pada pelaksanaan perkuliahan daring konsentrasi yang penuh sangat dibutuhkan untuk bisa menerima materi dengan baik. Segala aktivitas perkuliahan dilakukan dari rumah, termasuk untuk kegiatan praktek. Dalam konteks Rio yang menekuni jurusan Ilmu Hukum, yang dalam proses perkuliahannya terdapat praktek peradilan yang biasanya dilakukan di ruang sidang, kini dialihkan ke ruang virtual. Menurutnya, ini kurang efektif karena mahasiswa menginginkan untuk melakukannya secara langsung di ruang real, sehingga lebih meresapi praktek peradilan itu sendiri (baca, misalnya, Damayanthi 2020). Hal serupa juga dipertegas oleh Hendra (22 tahun) yang merupakan salah seorang mahasiswa Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) yang telah berada pada semester akhir. Menurutnya, penyesuaian aktivitas yang dialami, yaitu kuliah yang dilakukan secara face to face dengan dosen, konsultasi, bimbingan, seminar, ujian, dll. semuanya dilakukan secara langsung. Sementara di masa pandemi Covid-19, segala aktivitas perkuliahan berubah dari sistem tatap muka (luring), ke sistem dalam jaringan (daring), sehingga tidak ada interaksi langsung antara dosen dan mahasiswa, terutama di masa PSBB. Hal tersebut tidak semata-mata membuat Hendra ketinggalan dalam proses perkuliahan. Ini justru memunculkan pengetahuan- pengetahuan baru terkait penggunaan teknologi sebagai bentuk penyesuaian terhadap perkuliahan yang dilakukan secara daring. Menurut Ahmad (20 tahun), ada penyesuaian perubahan aktivitas selama melakukan perkuliahan daring, yaitu dari segi aktivitas di luar rumah yang sudah kurang dilakukan dan beralih ke rumah, sehingga secara tidak langsung berdampak pada hubungan sosial dengan orang-orang karena terbatasnya interaksi yang dilakukan secara langsung. Oleh karenanya, Ahmad menjaga hubungan sosial dengan masyarakat sekitarnya dengan tetap berinteraksi melalui gadget untuk saling bertukar kabar. Ini berkelindan dengan apa yang dinyatakan oleh Nasution (dalam Farah dan Nasution 2020:29-30) bahwa kecenderungan penggunaan teknologi sebagai penunjang pembelajaran online adalah minimnya interaksi yang terjalin di masa depan, apabila pola pembelajaran online terus menerus dilakukan sebagai konsep tunggal dalam suatu negara. Menurut Husamah (dalam Khasanah dkk. 2020:42), perkuliahan secara daring tidak saja memiliki kelebihan tapi juga kelemahan. Kelebihannya adalah membentuk sifat disiplin secara mental dan formal, memberikan kemudahan bagi penguatan, proses penilaian oleh dosen menjadi lebih optimal, dan interaksi antar mahasiswa atau peserta didik dapat secara langsung diamati oleh dosen, terutama dalam proses menerima/mendengarkan materi. Namun, kelemahan dari sistem belajar daring juga cukup signifikan karena misalnya proses pembelajaran menjadi kaku; proses pembelajaran menjadi monoton dan klasik, sehingga menimbulkan kebosanan dan kejenuhan; pembejalaran yang hanya berlaku satu arah menciptakan peluang untuk menurunnya daya kreativitas serta inovasi mahasiswa. Namun, ini sangat tergantung pada bagaimana individu merespon terhadap perubahan tersebut. ## Kebijakan Organisasi Mahasiswa Pandemi tidak hanya berpengaruh pada sistem perkuliahan melainkan juga aktivitas organisasi mahasiswa. Sebagai organisasi yang harus tetap eksis di masa pandemi Covid-19. Oleh karenanya, pengelolaan organisasi harus adaptif terhadap situasi. Organisasi bagi mahasiswa menjadi salah satu bekal soft skill selain dari pendidikan yang diperoleh melalui proses belajar-mengajar di program studi tempatnya bernaung. Aktif dalam organisasi kampus juga dapat memberi pelajaran tentang kehidupan, terutama yang terkait dengan tata kelola waktu antara kegiatan perkuliahan dan organisasi. Di masa pandemi Covid-19 ini, pengelolaan organisasi dilakukan secara daring dari masing-masing rumah anggota organisasi. Beberapa bulan di awal masa pandemi Covid-19, pengelolaan organisasi disesuaikan dengan kondisi yang mengharuskan menggunakan sistem daring dalam berkomunikasi antar anggota. Semua perencanaan yang awalnya dilakukan secara tatap muka, kemudian dilaksanakan secara daring. Hal ini juga menyebabkan pengelolaan dan pengawasan menjadi sedikit terhambat. Asmilia (22 tahun), salah seorang mahasiswi yang turut merasakan penyesuaian kebijakan pada organisasi, mengatakan bahwa setiap aktivitas organisasi normalnya dilakukan secara tatap muka, baik itu kegiatan rapat, sosialisasi dsbnya. Selama pandemi Covid-19, meskipun sempat vakum karena kebijakan PSBB, mereka perlahan beradaptasi dengan beraktivitas secara daring. Menurutnya, seluruh kegiatan yang telah direncanakan disesuaikan dengan situasi pandemi. Pada pelaksanaanya beberapa kegiatan yang masih bisa dilakukan di lapangan tetap dijalankan, sisanya dilakukan melalui aplikasi pertemuan virtual melalui aplikasi Zoom dan Google Meets. Mutmainna (22 tahun) menganggap kebijakan yang berlaku berdampak pada kurangnya aktivitas organisasi yang menyebabkan tidak lancarnya pelaksanaan program kerja internal (seperti pengkaderan yang bertujuan untuk memperkenalkan mahasiswa baru dengan dunia perkuliahaan), maupun eksternal (menjalin hubungan dengan organisasi di luar kampus). Berbeda dengan yang lainnya, pengalaman Sri (21 tahun) dalam menjalankan organisasi di tengah pandemi Covid-19 bukan sekedar perihal pengelolaan organisasi, melainkan bagaimana ia dapat memotivasi mahasiswa yang merasa jenuh akibat pengelolaan organisasi yang dilakukan secara daring. Ini karena di masa pandemi Covid-19 tidak sedikit mahasiswa yang lalai terhadap tanggung jawabnya sebagai pengurus dan anggota organisasi dan ini berpengaruh pada capaian tujuan organisasi. Hal serupa juga dikeluhkan oleh Andriansyah (20 tahun), bahwa di masa pandemi ia merasa ia tidak saja kesulitan dalam mengelola organisasi, tapi juga dalam penggalangan dana untuk menjalankan program. Biasanya ia dan teman-temannya menjual minuman dan makanan kepada mahasiswa di sekitar kampus dengan cara berkeliling. Namun, hal ini tak lagi dapat dilakukan karena kampus sepi karena kebijakan study from home . Penggalangan dana kemudian dilakukan melalui media sosial Instagram dengan sistem paid promote . Dalam pelaksanan program organisasi, beberapa langkah teknis yang diambil berupa penundaan pelaksanaan beberapa program kerja, perubahan konsep kegiatan, bahkan peniadaaan beberapa program kerja sebagai pilihan terakhir yang didasarkan pada pertimbangan yang matang. Dalam penerimaan mahasiswa baru, misalnya, organisasi kampus berupaya untuk tetap menjalankan pengkaderan sebagai bentuk penyambutan kehadiran mahasiswa baru. Para pengurus menyesuaikan pelaksaan penerimaan mahasiswa baru dengan kebijakan yang berlaku. Pengkaderan dilakukan secara daring, berlangsung lancar, dan memenuhi capaian program tersebut. Dampak Perkuliahan Daring Terhadap ## Mahasiswa Kajian literatur yang dilakukan oleh Argaheni (2020) menunjukkan bahwa pembelajaran daring memiliki sejumlah dampak terhadap mahasiswa, yakni membingungkan mahasiswa; mahasiswa menjadi pasif, kurang kreatif dan produktif; penumpukan informasi/konsep pada mahasiswa kurang bermanfaat; mahasiswa mengalami stress, dan terjadinya peningkatan kemampuan literasi bahasa mahasiswa. Dalam konteks penelitian ini, berbagai dampak yang dialami mahasiswa yang tidak saja terkait dengan proses pembelajaran, tapi juga berhubungan dengan kesehatan mahasiswa itu sendiri, sebagaimana yang akan dibahas berikut ini. ## Proses Pembelajaran Pembelajaran daring merupakan sistem pembelajaran yang dilakukan dengan tidak bertatap muka langsung, tetapi menggunakan platform yang dapat membantu proses belajar mengajar yang dilakukan secara jarak jauh (lihat Gambar 1 ). Tujuan dari adanya pembelajaran daring ialah memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat ruang belajar agar lebih banyak dan lebih luas (Sofyana dan Rozak, 2019:82). Meskipun pembelajaran daring tidak sepenuhnya baru dalam proses belajar mengajar, pembelajaran daring membutuhkan adaptasi dan usaha agar dapat berjalan dengan lancar. Adapun dampak perkuliahan daring dalam hubungan dengan proses pembelajaran mencakup kesiapan mahasiswa, penumpukan tugas, interaksi antara mahasiswa dan dosen, dan infrastruktur penunjang pembelajaran yang tidak mamadai. Gambar 1. Ilustrasi Pembelajaran Daring 4 Di awal perkuliahan daring, banyak mahasiswa yang belum memahami penggunaan media pembelajaran seperti Zoom, Google Classroom, atau aplikasi lain yang digunakan oleh kampus, sehingga hal ini membingungkan mahasiswa. Belum lagi jika perangkat lunak (seperti handphone atau laptop ) yang dimiliki 4 https://www.jurnas.com/artikel/69198/Sistem- Belajar-Daring-Masih-Asing-bagi-Guru/ , diakses tanggal 10 Desember 2021. ahasiswa tidak mendukung untuk dijadikan sebagai media pembelajaran. Hal ini dialami oleh Hikma (19 tahun), bahwa kendala yang ia alami selama awal perkuliahan daring adalah pada keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki. Dalam hal ini laptop yang dimiliki tidak kompatibel dengan platform pembelajaran, sehingga ia tidak dapat mengakses aplikasi pembelajaran daring. Hal berbeda diungkapkan oleh Taufiqurahman (21 tahun), bahwa proses pembelajaran perkuliahan daring justru lebih memotivasinya karena ketertarikannya terhadap teknologi, sehingga ia lebih santai dalam menggunakan perangkat digital untuk perkuliahan. Masalah yang muncul bukan hanya terkait soal keterampilan penggunaan teknologi, tetapi juga berhubungan dengan beban kerja yang besar. Banyak mahasiswa yang mengeluhkan tugas yang banyak dari dosen tanpa adanya materi yang cukup dari dosen pengampu mata kuliah, sehingga mereka agak kewalahan dalam mengikuti proses pembelajaran. Bahkan ada dosen yang hanya memberikan tugas tanpa mengajar dan menjadikan tugas sebagai pengganti perkuliahan. Ini membuat mahasiswa semakin kehilangan arah dan stress (baca, misalnya, Argaheni 2020:105). Syopiyana (21 tahun), misalnya, mengeluhkan bahwa sistem pembelajaran daring membuatnya kehilangan minat belajar, dan ini berdampak pada nilai yang diperolehnya. Ini berbeda dengan Asmilia (22 tahun) yang lebih berfikir positif dalam menyikapi pembelajaran daring. Ia mengatakan bahwa dalam proses pembelajaran daring tugas yang diberikan oleh dosen semakin banyak, sehingga ia berusaha untuk memenej waktunya agar tidak mengalami ketertinggalan atau menumpuk tugas-tugas hingga mendekati deadline , ketimbang mengeluhkan kondisi pembelajaran daring itu sendiri. Pembelajaran daring dinilai oleh mahasiswa lebih membosankan dari pada pembelajaran di luar jaringan (luring) atau kuliah tatap muka karena mahasiswa dan dosen tidak dapat berinteraksi secara langsung. Menurut Kahfi (2020), ini karena proses pembelajaran tidak hanya berkaitan dengan transfer pengetahuan, tapi juga harus ada interaksi timbal balik antara peserta didik dan tenaga pendidik yang dinamis. Kebosanan ini terjadi karena mahasiswa terbiasa dengan pembelajaran tatap muka secara regular yang lebih interaktif dan komunikatif, sementara dengan sistem pembelajaran daring, mahasiswa merasa kehilangan sense of interaction , sehingga mereka menganggap perkuliahan daring membosankan. Agus (20 tahun) misalnya, beranggapan bahwa perkuliahan daring yang dilakukan menggunakan platform seperti Google Meet, Zoom dan Google Classroom terlalu monoton dan membosankan jika dilakukan dalam waktu yang cukup lama. Hikma (19 tahun), mengeluhkan metode belajar yang diberikan dosen-dosennya yang membosankan karena materi yang disampaikan hanya seputar persentase power point . Ia mengharapkan adanya perubahan metode belajar yang bervariasi, seperti melalui audio-visual, sehingga dapat menghilangkan rasa bosan sekaligus meningkatkan motivasi belajar. Selama pandemi Covid-19, perkuliahan yang dilakukan secara daring harus ditunjang terutama oleh ketersediaan kuota dengan jaringan yang baik (baca, misalnya, Anwar 2020; Sadikin dan Hamidah 2020; Damayanthi 2020). Di awal terjadinya pandemi Covid-19 memang mahasiswa tidak ditunjang dengan subsidi kuota. Padahal mahasiswa menghabiskan banyak kuota untuk dapat mengikuti perkulihan daring tersebut. Kebutuhan kuota kemudian direspon oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, dengan meresmikan kebijakan bantuan kuota data internet tahun 2020 pada tanggal 24 September 2020 secara virtual. Peresmian disaksikan langsung secara virtual oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, dan para Direksi operator seluler yang ada di Indonesia yakni Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, AXIS, 3 (Tri), dan Smartfren. Pelaksanaan kebijakan merupakan hasil koordinasi antara Kemendikbud dengan pemangku kepentingan lainnya yakni Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), serta Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo). 5 Kebijakan bantuan kuota ini masih terus berlangsung hingga kini. 6 Namun, ketersediaan kuota jika tidak ditunjang oleh jaringan yang baik, terutama bagi mahasiswa yang tinggal di daerah pedesaan yang infrastrukturnya belum mamadai. Umumnya mahasiswa yang berasal dari daerah pulang kampung selama pandemi Covid-19 karena selain menghemat biaya hidup, mereka juga dapat berkumpul dengan keluarga. Dengan infrastruktur yang tidak mamadai di kampung, ini menyulitkan mahasiswa untuk mengakses kelas daring sementara kehadiran di kelas dihitung hanya jika mahasiswa muncul di kelas daring tersebut. Hendra (22 tahun), misalnya, mengeluhkan pemakaian kuota yang meningkat selama perkuliahan daring. Meskipun pemerintah telah memberikan bantuan kuota kepada mahasiswa, ini tetap dianggap tidak mencukupi kebutuhan mereka untuk kuliah secara daring, sehingga mereka tetap harus menambah kuota untuk itu. Ini berarti ada pengeluaran tambahan untuk mahasiswa. Hal serupa juga dikeluhkan Syopiyana (21 tahun), bahwa selama perkuliahan daring pemakaian kuotanya meningkat. Ini dikarenakan pembelajaran daring yang diakses menggunakan 5 https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/09/ke mendikbud-resmikan-kebijakan-bantuan-kuota-data- internet-2020 , diakses tanggal 12 Agustus 2021. gadget , dan secara tidak langsung intensitas pemakain gadget berpengaruh pada peningkatan penggunaan media sosial yang ia gunakan di luar keperluan belajar. Oleh karenanya, mahasiswa juga harus mengingat bahwa pemakaian kuota internet yang disubsidi oleh pemerintah tidak semata digunakan untuk perkuliahan daring, tapi mereka juga digunakan untuk pemakaian untuk kebutuhan di luar perkuliahan daring. Oleh karenanya, mahasiswa tidak dapat sepenuhnya mengklaim bahwa kuota yang diberikan tidak mencukupi. Berbagai uraian diatas menunjukkan bahwa lahirnya kebijakan tentang perubahan metode belajar dari metode luring ke metode memberikan dampak yang sinifikan dalam proses pembelajaran. Mahasiswa merasa dipaksa dan terpaksa untuk menyesuaikan diri dengan sistem pembelajaran yang diterapkan selama pandemi Covid-19. ## Kesehatan Sejumlah studi menunjukkan bahwa pembelajaran daring berpengaruh terhadap kesehatan mahasiswa (baca, misalnya, Argaheni 2020; Hasanah dkk. 2020; Pustikasari dan Fitriyanti 2020), baik kesehatan psikologis maupun kesehatan fisik. Perubahan proses belajar yang awalnya secara tatap muka (luring), kemudian berubah menjadi online (luring) yang mengandalkan perangkat elektronik dan jaringan yang secara tidak langsung membawa perubahan psikologis tersendiri bagi mahasiswa. Mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan kondisi yang berubah sebagai dampak dari pandemi Covid-19. 6 https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/10/ke mendikbudristek-kembali-salurkan-bantuan-kuota- data-internet-ke-266-juta-penerima , diakses tanggal 15 Oktober 2021. Dalam pembelajaran daring, mahasiswa seringkali mendapat tuntutan yang lebih berat dibanding saat belajar tatap muka, dan ini memengaruhi kesehatan mental mahasiswa. Sri (20 tahun) menjelaskan bahwa selama proses pembelajaran daring tidak ada tempat untuk bersosialisasi secara langsung atau hanya sekedar bertanya kepada teman secara langsung, semua kegiatan yang dilakukan melalui perantara handphone dan ini memengaruhi kesehatan psikologis mahasiswa. Andriansyah (20 tahun) merasakan kejenuhan yang mendalam selama perkuliahan daring berlangsung. Ia merindukan kuliah tatap muka dan bertemu secara langsung dengan dosen dan teman-teman kuliahnya. Selain berdampak secara psikologis, kuliah daring juga berdampak pada kesehatan fisik mahasiswa, yakni kesehatan mata dan tubuh. Oleh karena aktivitas perkuliahan hanya dilakukan sebatas melihat layar gawai/gadget, terutama handphone yang luas layarnya sangat kecil, ini membuat jangkauan penglihatan menjadi sangat terbatas. 7 Zainal (23 tahun), misalnya, mengeluhkan metode pembelajaran daring ini karena telah mengganggu kesehatan matanya. Ini dikarenakan durasi screen time 8 yang berlebihan menyebabkan kelelahan pada matanya. Ia merasakan gejala seperti penglihatan yang kabur, penglihatan ganda, hingga menyebabkan sakit kepala. Gangguan kesehatan secara fisik lainnya adalah kekakuan otot. Sri (20 tahun) mengungkapkan bahwa perkuliahan daring selain berdampak pada kesehatan psikologisnya, ini juga memengaruhi kesehatan fisiknya sebagai mahasiswa. Akibat duduk lama dalam proses pembelajaran, ia sering mengalami nyeri otot, 7 http://ners.unair.ac.id/site/lihat/read/624/dampak- pembelajaran-daring-bagi-kesehatan-mata-pada- masa-pandemi-covid-19 , diakses tanggal 01 Desember 2021. terutama pada bagian punggung dan leher. Ini diperparah apabila ia duduk pada kursi yang tidak memiliki sandaran atau penyangga dalam jangka waktu yang lama. Namun, bagi Nindya (19 tahun), mahasiswi IPDN, bahwa kebijakan pemerintah dengan perkuliahan daring tidak berdampak pada kesehatan tubuhnya karena sebagai seorang praja, dia dan teman-temannya melaksanakan olahraga mandiri di asrama masing-masing atau di tempat olahraga yang telah ditentukan. Ia juga terkadang mengombinasikannya dengan melakukan olahraga yang terpimpin. Apa yang dirasakan oleh Nindya juga dirasakan oleh Alfandi (20 tahun) yang merupakan salah seorang mahasiswa IPDN. Artinya, kebijakan pemerintah secara umum dan kebijakan perkuliahan secara khusus tidak berdampak pada kesehatannya karena olah raga memang telah menjadi bagian dari rutinitas mahasiswa di kampus IPDN, sehingga mau tidak mau mereka harus mengikutinya. ## Strategi Menjaga Imun Pencegahan penularan Covid-19 adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti mencuci tangan, mengonsumsi makanan bergizi, berolah raga secara rutin, dan beristirahat yang cukup (Karo 2020:1). Bagi mereka yang telah terlanjur terinfeksi Covid-19, mereka melakukan tindakan kuratif. Rio (20 tahun) mengakui pernah terkena Covid-19 karena tidak mematuhi protokol kesehatan saat beraktivitas. Gejala yang dirasakan berupa batuk, sesak napas, demam, indra penciuman dan indra perasa juga tidak berfungsi. Ia mengikuti anjuran pemerintah dengan melakukan isoman (isolasi 8 Screen time adalah durasi waktu harian yang dihabiskan untuk menatap layar saat perkuliahan. mandiri) selama 14 hari, dan selama proses isoman ia melakukan aktivitas olahraga di rumah, berjemur dan mengomsumsi suplemen vitamin. Berbeda dengan Rio, Agus (20 tahun) terinfeksi Covid-19 sebanyak dua kali, dan ia mengisolasi dirinya di rumah sekaligus mengomsumsi rempah-rempah tradisional yang dipercaya dapat menyembuhkan Covid-19, seperti jahe, kunyit dan bawang putih. Adnan (21 tahun) juga pernah terinfeksi Covid-19 dengan gejala demam dan hilangnya indra perasa dan penciuman. Ia mengisolasi dirinya selama dua minggu dan setiap hari mengomsumsi jahe, kunyit merah, dan madu. Bagaimana mahasiswa yang tidak pernah terinfeksi Covid-19 menjaga imunitas tubuh mereka? Strategi yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh mereka adalah dengan menerapkan pola hidup sehat; mengelola stress; dan mengonsumsi suplemen vitamin. ## Pola Hidup Bersih dan Sehat Dalam penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh demi menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh, yaitu 1) Dengan memperbanyak makan sayur dan buah. Hal ini karena vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayur dan buah (yang kaya akan vitamin dan mineral) mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh dalam melawan virus dan bakteri penyebab penyakit; 2) Beristirahat yang cukup. Hal ini penting untuk mencukupi kebutuhan tidur. Umumnya orang dewasa membutuhkan waktu tidur antara tujuh dan delapan jam, dan remaja membutuhkan waktu tidur antara sembilan dan sepuluh jam; 3) Mengelola stres agar terhindar dari penurunan fungsi kekebalan tubuh; 4) Berolahraga secara rutin paling sedikit 30 menit setiap hari, seperti jogging untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melawan infeksi; dan 5) Menghindari rokok dan alkohol karena asap rokok dan alkohol dapat merusak sistem kekebalan tubuh 9 (lihat Gambar 2 ). Bagaimana pola hidup sehat mahasiswa untuk menjaga imunitas tubuh mereka? Pola hidup sehat yang diterapkan mahasiswa untuk menjaga imunitas tubuh mereka mencakup mengonsumsi makanan bergizi, mengonsumsi banyak air putih, menjaga kebersihan, beristirahat, dan berolah raga. Gambar 2. Poster Pola Hidup Sehat 10 9 https://www.gardaoto.com/blog/gaya-hidup-sehat- yang-bisa-diterapkan-di-tengah-pandemic-covid-19 , diakses tanggal 26 November 2021. 10 https://www.gardaoto.com/blog/gaya-hidup-sehat- yang-bisa-diterapkan-di-tengah-pandemic-covid-19 , diakses tanggal 26 November 2021. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Hendra (22 tahun) yang terkait dengan pola hidup sehat adalah dengan mengonsumsi makanan yang bergizi. Makanan bergizi yang dikonsumsinya adalah makanan yang mengandung protein, vitamin, mineral dan antioksidan, seperti telur, daging sapi maupun daging ayam; dan sayur-sayuran hijau, seperti brokoli, bayam dan tomat. Tak hanya itu, Hendra juga mengonsumsi susu sebagai penunjang proses pembentukan energi atau metabolisme pada tubuhnya. Hal rupa juga diterapkan oleh Asmilia (22 tahun), seorang mahasiswi yang di saat pandemi Covid-19 lebih mengatur pola makannya. Demi menjaga dan meningkatkan imunitas tubuhnya, ia rutin mengomsumsi buah- buahan segar setiap harinya, seperti apel, pisang dan jeruk. Selain itu, kebiasaan memakan makanan cepat saji, seperti mie instant ia kurangi dan mengutamakan makan makanan berat, seperti nasi. Tak hanya itu, ia juga menghindari minuman bersoda yang mengandung banyak gula. Selain mengonsumsi makanan yang bergizi, mengonsumsi banyak air putih juga merupakan pola hidup sehat lainnya yang digunakan oleh mahasiswa dalam kaitan dengan pola hidup sehat. Sri (20 tahun), misalnya, mengemukakan bahwa minum air putih yang cukup juga menjadi hal yang penting untuk dilakukan di masa pandemi untuk menghindari dehidrasi yang dapat menganggu sistem kekebalan tubuh. Pentingnya mengomsumsi air putih dimasa pandemi juga diterapkan oleh Miswar (22 tahun). Sebagai seorang mahasiswa yang memiliki rutinitas olahraga, ia banyak mengomsumsi air putih untuk menjaga dan mengoptimalkan stamina tubuhnya. Pola hidup sehat yang dikemukakan oleh Bambang (22 tahun) berkaitan dengan kebersihan tubuh dan kebersihan makanan yang dikonsumsi. Untuk kebersihan tubuh, ia rajin mandi, terutama setelah keluar rumah, menjaga kebersihan tangannya karena tangan banyak digunakan untuk berbagai hal, sehingga dapat menjadi media transmisi virus. Untuk kebersihan makanan yang dikonsumsi, ia menghindari mengonsumsi makanan dari luar, termasuk mengonsumsi makanan siap saji. Menurutnya makanan dari luar bisa saja terkontaminasi oleh virus ataupun bakteri, bukan saja dari sisi proses pembuatannya, tapi juga dari sisi pengantarannya. Kebersihan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan di saat pandemi, Sri (21 tahun) membiasakan untuk selalu mencuci tangan menggunakan sabun maupun handsanitizer . Kebersihan lingkungan juga tidak luput dari perhatiannya, yaitu dengan menyemprot disinfektan pada permukaan benda yang berada di sekitarnya. Upaya lainnya dalam kaitan dengan penerapan pola hidup sehat adalah dengan menjaga waktu istirahat. Di tengah pandemi Covid-19, tidur yang cukup sangat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Hendra (22 tahun), misalnya, mengemukakan bahwa di masa pandemi Covid-19, ia menjaga waktu istirahatnya. Di tengah kesibukan sebagai seorang mahasiswa yang memiliki banyak aktivitas yang menguras tenaga dan waktu ia tetap menjaga waktu tidurnya. Ini dilakukannya agar ia selalu fit dalam beraktivitas dan tidak mudah dimasuki virus. Hal serupa dikemukakan oleh Zainal (23 tahun) yang selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara waktu beraktivitas dan waktu istirahatnya karena menurutnya orang yang kurang beristirahat akan rentan terhadap berbagai penyakit infeksi, termasuk Covid-19. Daya tahan tubuh yang kuat menjadi salah satu benteng dalam menangkal virus, termasuk Covid-19. Hal ini dapat diantisipasi dengan rajin berolahraga. Menurut Zenko (dalam Asri dan Octaviana 2021:57-58), olahraga adalah faktor penting dalam rumus pola hidup sehat. Miswar (22 tahun) memfokuskan dirinya dengan berolahraga setiap sore sebagai bagian dari pola hidup sehatnya untuk menjaga immunitas tubuhnya. Sebelum pandemi Covid-19, ia hanya berolahraga dua sampai tiga kali seminggu. Tetapi saat pandemi Covid-19, ia konsisten berolahraga setiap sore, dan itu menjadi aktivitas rutin di kampusnya. Hikma (19 tahun) adalah contoh lain yang menjadikan olah raga sebagai bagian dari pola hidup sehatnya. Ia menyatakan bahwa olahraga sangatlah penting dilakukan di tengah pandemi Covid-19. Dalam kaitan dengan itu, ia melakukan jogging setiap harinya sebagai bagian dari pola hidup sehat agar terhindar dari Covid-19. Hal serupa juga dilakukan oleh Asmilia (22 tahun), seorang mahasiswi yang mengaku mengalami perubahan aktivitas olahraga selama masa pandemi Covid-19. Dulunya olahraga menjadi hal yang sangat jarang ia lakoni, tetapi dimasa pandemi ini ia menjadikan olahraga sebagai aktivitas rutin yang dilakukan 2-3 kali seminggu. ## Mengelola Stres Stres merupakan bagian dari proses adaptasi terhadap persoalan atau perubahan dalam hidup. Manusia dapat menghadapi stres dengan dua hasil yang berbeda, yakni menguntungkan atau merugikan. Stres dapat menjadi hal yang menguntungkan apabila orang dapat melakukan adaptasi dengan baik terhadap penyebab stres. Namun, stres dapat menjadi hal yang merugikan apabila gagal dihadapi sehingga dapat menimbulkan penderitaan ataupun gangguan kejiwaan. 11 Oleh karenanya, stres harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan dampak yang lebih serius (lihat Gambar 3 ). Gambar 3. Poster Cara Mengatasi Stres 12 11 Cara Mengelola Stress saat Pandemi - RSUD dr. Mohamad Soewandhie (surabaya.go.id) , diakses tanggal 29 November 2021. 12 https://fikes.upnvj.ac.id/id/berita- umum/2021/01/menjaga-kesehatan-dan- meningkatkan-imun-didalam-tubuh-di-masa- Menurut Schafer (2000:15) mengelola stres adalah suatu program untuk melakukan mengetahui teknik-teknik mengelola stres, sehingga orang lebih baik dalam menangani stress dalam kehidupan. Bagaimana strategi mahasiswa dalam mengelola stress yang dihadapinya? Dua hal yang dilakukan mahasiswa untuk mengatasi stress, yakni: pertama, selalu beraktivitas yang positif; kedua menghabiskan waktu dengan keluarga. Dalam kaitan dengan aktivitas positif di masa pandemi Covid-19, Sri (21 tahun), misalnya, lebih banyak menghabiskan waktunya untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang positif, seperti membersihkan rumah, membantu orang tua, belajar memasak dan lebih memperbanyak ibadah. Hal serupa juga dirasakan oleh Qausa (21 tahun), bahwa selama dirumahkan ia tidak merasakan jenuh atau bosan karena dengan begitu ia lebih memiliki banyak waktu untuk mengeksplorasi diri berdasarkan potensi diri yang dimilikinya, seperti menulis, yang dimulai dengan mencurahkan segala keluh kesahnya dan beban melalui coretan pada kertas. Ia juga menggunakan waktunya untuk memunculkan ide-ide kreatif yang produktif, seperti menciptakan lagu. Aktivitas positif juga dilakukan oleh Adnan (21 tahun), selama pandemi ia menghabiskan waktunya untuk berolahraga seperti, push up, sit up, plank. Ini dilakukannya untuk membentuk otot tubuhnya sekaligus mengisi waktu kosong agar terhindar dari pikiran-pikiran negatif yang dapat memengaruhi imunitas tubuhnya. Menghabiskan waktu bersama keluarga adalah cara lain untuk mengelola stress yang dihadapi mahasiswa. Sri (21 tahun) mengungkapkan bahwa selama kebijakan pembelajaran daring diberlakukan, di luar jam pandemi-covid-19.html , diakses tanggal 10 Desember 2021. kuliah ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu yang berkualitas bersama keluarganya di rumah, seperti bermain dengan adik, membantu adik mengerjakan tugas sekolah ketimbang keluar rumah. Bagi banyak orang aktifitas yang dilakukannya ini adalah suatu hal yang sangat sederhana, tetapi baginya ini merupakan momen kebersamaan bagi keluarga yang sulit didapatkan sebelum pandemi Covid-19. Sebagai mahasiswi yang sebagian waktunya dihabiskan di depan gadget dan laptop , Mutmainna (21 tahun) selalu mengupayakan untuk memiliki waktu bersama keluarga, baik itu sekedar menonton TV bersama, maupun saling bertukar cerita dan ini memberikan kebahagiaan tersendiri baginya dan dapat menghilangkan kepenatan di tengah banyaknya tugas dan padatnya jadwal perkuliahan daring. ## Mengonsumsi Suplemen Sejak merebaknya pandemi Covid-19 banyak anjuran untuk mengonsumi suplemen atau vitamin sebagai penambah daya tahan tubuh. Selain menerapkan pola hidup sehat, banyak orang memilih untuk mengonsumsi suplemen/vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh. Menurut Corrado dkk. (2020), beberapa kandungan suplemen, seperti echinacea, morinda citrifolia, phylantus, vitamin B6, C, dan vitamin E, dapat meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh, dan suplemen yang mengandung echinacea cukup direkomendasikan karena selain mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh, echinacea dipercaya bermanfaat sebagai antivirus, antiradang, dan antioksidan. Anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan kementrian kesehatan untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), salah satunya yaitu dengan rajin mengonsumsi suplemen vitamin untuk membantu meningkatkan dan menjaga daya tahan tubuh. 13 Namun, menurut Lidia (2020), anjuran untuk mengonsumsi suplemen atau vitamin untuk penambah daya tahan tubuh, meskipun tidak sepenuhnya benar, namun vitamin-vitamin (seperti vitamin C) dan multivitamin yang mengandung zat besi dinilai dapat mencegah penularan virus Corona. Oleh karenanya, meskipun ada anjuran seperti itu, masyarakat seharusnya bijak dalam mengonsumsinya. Ini karena suplemen berbeda dengan obat, suplemen tidak ditujukan untuk mengatasi, mendiagnosis, mencegah atau menyembuhkan penyakit. Beberapa suplemen justru mengandung bahan aktif yang memiliki efek biologik dalam tubuh, sehingga hal ini dapat membahayakan jika penggunaannya tidak sesuai dengan kebutuhannya. Mengonsumsi vitamin dan suplemen yang tidak tepat dapat menimbulkan efek yang tidak diharapkan, apalagi jika mengonsumsi obat lain, sehingga terjadi interaksi antar keduanya. Mengonsumsi suplemen vitamin memang merupakan langkah antisipatif untuk menjaga imun. Beberapa vitamin yang paling direkomendasikan untuk itu adalah vitamin C, zat besi ( zinc ), dan ekstrak Echinacea purpurea . Ketiganya berperan sebagai imunimodulator, yaitu subtansi dalam tubuh yang dapat memengaruhi sistem imun, dengan menggunakan respon imun atau menekan imun agar tidak bereaksi berlebihan terhadap zat asing. 14 Syopiana (21 tahun), misalnya, menyatakan bahwa mengonsumsi suplemen vitamin di saat pandemi Covid-19 sangatlah 13 https://fk.ui.ac.id/infosehat/suplemen-alami-bisa- menjaga-imun-tubuh/ , diakses tanggal 07 Desember 2021. diperlukan untuk menjaga imunitas tubuh. Namun, ia cukup selektif dalam memilih suplemen vitamin karena menurutnya dalam memilih suplemen vitamin sangat perlu untuk mengetahui zat yang terkandung di dalamnya, apakah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuhnya atau tidak. Bagi mereka yang diasramakan, seperti di IPDN, suplemen vitamin memang disediakan untuk itu, sehingga Nindya (19 tahun), Alfandi (20 tahun), Qausa (21 tahun) yang merupakan mahasiswa IPDN mengonsumsi suplemen vitamin secara rutin karena mereka memang disuplay setiap bulan untuk itu. Mengonsumsi vitamin juga dilakukan oleh Hendra (22 tahun) sebagai suplemen wajib selama pandemi Covid-19 berupa Imboost tablet — suplemen dengan kandungan echinacea purpurea herb dry extract dan Zn Piccolinate dalam bentuk tablet salut selaput — yang digunakan oleh Hendra untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan berfungsi untuk mencegah dari sakit dan mempercepat penyembuhan. Berbeda denagn Rio (20 tahun), ia telah mengonsumsi suplemen vitamin jauh sebelum adanya Covid-19, suplemen vitamin yang dikonsumsinya untuk meningkatkan stamina tubuhnya. Tetapi setelah munculnya Covid-19, ia lebih rutin dan teratur mengonsumsi suplemen vitamin. Namun, menurut Miswar (21 tahun), dalam kondisi pandemi Covid-19 orang seringkali panik karena ketakutan terinfeksi Covid-19, sehingga untuk mencegahnya mereka mengonsumsi suplemen vitamin tanpa mempertimbangkan kandungan dan dosis yang diperlukan, sehingga terkadang suplemen yang dikonsumsi berlebihan. Padahal, ia menyadari bahwa mengonsumsi suplemen vitamin yang berlebihan tidak berdampak baik bagi kesehatan, 14 http://rspantisecantigisting.com/index.php/2021/07/22 /pentingnya-minum-suplemen-daya-tahan-tubuh- selama-pandemi/ , diakses tanggal 01 Desember 2021. justru ini dapat menimbulkan over dosis, keracunan, dll. ## Kesimpulan dan Rekomendasi Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait penanggulangan Covid-19 berdampak pada aktivitas-aktivitas mahasiswa. Di tengah pandemi Covid-19 mahasiswa melakukan penyesuaian-penyesuaian sebagai bentuk adaptasi terhadap kondisi yang terjadi dan menggunakan berbagai strategi untuk menjaga immunitas. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa harus beradaptasi dalam kaitan dengan tiga jenis kebijakan, yakni kebijakan pemerintah, kebijakan perkuliahan, dan kebijakan organisasi. Dalam kaitan dengan kebijakan pemerintah secama umum, maka ini mencakup protokol kesehatan, work from home (WFH), pembatasan sosial berskala besar, dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Kebijakan ini turut memengaruhi mobilitas mahasiswa, sehingga harus mengadaptasikan diri dalam kaitan dengan berbagai pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah. Untuk yang terkait dengan kebijakan perkuliahan, mahasiswa harus beradaptasi dari pembelajaran luring ke pembelajaran daring dengan segala dinamika dan permasalahannya. Selain itu, mahasiswa juga harus beradaptasi dengan kebijakan organisasi kampus karena pengelolaannya juga diadaptasikan dengan kondisi pandemi. Pada pelaksanaan pembelajaran daring, dampak yang ditimbulkan berkaitan dengan proses pembelajaran dan kesehatan mahasiswa itu sendiri. Perubahan pembelajaran dari metode luar jaringan (luring) ke metode dalam jaringan (daring), dalam implementasinya menimbulkan sejumlah masalah, yakni kesiapan mahasiswa, interaksi antara mahasiswa dan dosen, penumpukan tugas, dan infrastruktur penunjang pembelajaran yang tidak mamadai. Pembelajaran daring juga berdampak pada kesehatan mahasiswa, baik kesehatan psikologis maupun kesehatan fisik. Jika kesehatan psikis berkaitan dengan stress menghadapi pembelajaran daring, maka kesehatan fisik meliputi gangguan mata dan kekakuan otot karena durasi screen time yang berlebihan dan kurangnya gerak selama perkuliahan daring. Namun perkuliahan daring tidak berdampak signifikan pada kesehatan mahasiswa yang diasramakan karena mereka memiliki rutinitas yang menunjang aktivitas sehari-hari mereka. Di masa pandemi Covid-19 mahasiswa melakukan berbagai strategi dalam menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh, yaitu; menerapkan pola hidup sehat, mengelola stress dan mengonsumsi suplemen vitamin. Strategi pola hidup sehat mencakup mengonsumsi makanan bergizi, mengonsumsi banyak air putih, menjaga kebersihan, beristirahat, dan berolah raga. Strategi pengelolaan stress dilakukan dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang positif dan banyak menghabiskan waktu dengan keluarga. Mengonsumsi suplemen vitamin merupakan strategi lainnya untuk menjaga ketahanan tubuh. Jika merujuk pada temuan- temuan di atas maka adaptasi dan strategi berpengaruh secara signifikan dalam upaya pencegahan penularan Covid-19. Dalam implementasi berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, hendaknya dilakukan pemerataan agar tidak terkesan tebang pilih. Dengan kebijakan pembelajaran daring, dukungan terkait dengan sarana yang dibutuhkan karena ada daerah-daerah tertentu yang memiliki jaringan yang buruk ( on and off ), sehingga mahasiswa kesulitan untuk mengakses kelas daring. Selain itu, tenaga pendidik juga harusnya lebih kreatif dalam proses pembelajaran agar mahasiswa tidak merasa bosan karena metode pengajaran yang monoton. ## Daftar Pustaka Adijaya, O. dan Bakti, A. P. 2021. “Peningkatan Sistem Imunitas Tubuh dalam Menghadapi Pandemi Covid- 19”, Jurnal Kesehatan Olahraga, 9(03):51-60, https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/j urnal-kesehatan- olahraga/article/view/40767/36302 , diakses tanggal 3 November 2021. Anwar, A.A. dan Tuhuteru, A. 2020. “Ale Rasa Beta Rasa: Covid-19 dan Pembelajaran Daring Mahasiswa FISK IAKN Ambon, EMIK , 3(1):103-120, http://ejournals.umma.ac.id.index.php/ emik/article/view/557 , diakses tanggal 1 Desember 2021. Argaheni, N. B. 2020. “Sistematik review: Dampak Perkuliahan Daring Saat Pandemi Covid-19 terhadap mahasiswa Indonesia”. PLACENTUM: Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya , 8 (2):99-108 , https://doi.org/10.20961/placentum.v8i 2.43008 , diakses tanggal 26 November 2021. Ashadi, K., Andriana, L M., dan Pramono, B. A. 2020. “Pola Aktivitas Olahraga Sebelum dan Selama Masa Pandemi Covid-19 pada Mahasiswa Fakultas Olahraga dan Fakultas Non- Olahraga”, Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran , 6(3):713-728, https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v6i3 .14937 , diakses tanggal 11 September 2021. Asri, N., dan Octaviana, E. S. L. 2021. “Aktivitas Olahraga di Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa Pendidikan Olahraga Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin”. Halaman Olahraga Nusantara (Jurnal Ilmu Keolahragaan) , 4(1):53-65, http://dx.doi.org/10.31851/hon.v4i1.52 13 , diakses tanggal 28 November 2021. Asti, E. 2021. “Pengaruh Hubungan Pembelajaran Daring di Era Pandemi Covid-19 Terhadap Mental Peserta Didik”, EPISTEMA , 2(2):83-89, https://journal.uny.ac.id/index.php/epis tema/article/view/41351 , diakses tanggal 20 November 2021. Burnet, K., Higgins, S., Kelsch, E., Moore, J. B., dan Stoner, L. 2020. “The effects of manipulation of Frequency, Intensity, Time, and Type (FITT) On Exercise Adherence: A Meta ‐Analysis”, Translational Sports Medicine , 3(3):222 – 234, https://doi.org/10.1002/tsm2.138 , diakses tanggal 15 September 2021. Corrado, D., Magnano, P., Muzii, B., Coco, M., Guarnera, M., De Lucia, S., dan Maldonato, N. M. 2020. “ Effects of social distancing on psychological state and physical activity routines during the COVID-19 pandemic ” . Sport sciences for health , 16(4): 619-624. https://doi.org/10.1007/s11332-020- 00697-5 , diakses tanggal 10 Desember 2021. ## Damayanthi, U. 2020. “Efektivitas Pembelajaran Daring di Masa pandemic Covid-19 pada Perguruan Tinggi Keagamaan Katolik,” Edutech: Jurnal Educational Technology, 19(3): 241-262, https://ejournal.upi.edu/index.php/edu tech/article/view/26978/pdf , diakses tanggal 20 Oktober 2021. Farah, B., dan Nasution, R. D. 2020. “Analisis Perubahan Orientasi Pola Hidup Mahasiswa Pasca Berakhirnya Masa Pandemic Covid- 19”. Jurnal Noken : Ilmu- Ilmu Sosial , 5(2):23-36, https://doi.org/10.33506/jn.v512.968 , diakses tanggal 13 September 2021. Furkan, F., Rusdin, R., dan Shandi, S. A. 2021. “Menjaga Daya Tahan Tubuh Dengan Olahraga Saat Pandemi Corona Covid- 19”, JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan pendidikan), 5 (1):424-430, https://doi.org/10.36312/jisip.v5il.1748, diakses tanggal 3 Novemver 2021. Gumantan, A., Mahfud, I., dan Yuliandra, R. 2020. “Tingkat Kecemasan Seseorang Terhadap Pemberlakuan New Normal dan Pengetahuan Terhadap Imunitas Tubuh”, Sport Science and Education Journal, 1(2):18-27, https://doi.org/10.33365/ssej.vli2.718 , diakses tanggal 21 September 2021. Hasanah, U..; Ludiana; Immawati; dan Livana. 2020. “Gambaran Psikologis Mahasisw a Dalam Proses Pembelajaran Selama Pandemi Covid- 19”, Jurnal Keperawatan Jiwa, Agustus, 8(3):299-306. Kahfi, A. 2021. “Dampak Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid-19 Terhadap Perkembangan Kognitif Anak”, Dirasah, Februari, 4(1):14-23, https://stai- binamadani.e-journal.id/jurdir , diakses tanggal 15 November 2021. ## Karo, M. B. 2020. “Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Strategi Pencegahan Penyebaran Virus Covid- 19.” Prosiding Seminar Nasional Hardiknas (1):1-4, http://proceedings.ideaspublishing.co.id /index.php/hardiknas/article/view/1 , diakses tanggal 5 November 2021. Khasanah, D. R. A. U., Pramudibyanto, H., dan Widuroyekti, B. 2020. “Pendidikan Dalam Masa Pandemi Covid- 19”, Jurnal Sinestesia, 10(1):41-48, https://sinestesia.pustaka.my.id/journal /article/view/44 , diakses tanggal 5 November 2021. Kurniawati, J., dan Baroroh, S. 2016. “Literasi Media Digital Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Bengkulu”:, Jurnal Komunikator , 8(2):51 – 66, http://journal.umy.ac.id/index.php/jkm /article/view/2069 diakses tanggal 31 Oktober 2021. ## Lidia, K. 2020. “Peningkatan Kesehatan dengan Suplemen dan Gizi Seimbang di Era Pandemi Covid- 19”, Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat LPPM Undana , 14(2):63-68, https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/j lppm/article/view/3445 , diakses tanggal 27 Oktober 2021. Luzi, L., dan Radaelli, M. G. 2020. “Influenza and Obesity: Its Odd Relationship and the Lessons for Covid- 19 Pandemic”, Acta Diabetologica , 57(6):759 – 764, https://doi.org/10.1007/s00592-020- 01522-8 , diakses tanggal 13 September 2021. Ningsih , S. 2020.” Persepsi Mahasiswa Terhadap Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi Covid- 19”. JINOTEP (Jurnal Inovasi Dan Teknologi Pembelajaran): Kajian Dan Riset Dalam Teknologi Pembelajaran , 7 (2):124-132, https://:doi.org/10.17977/um031v7i220 20p124 , diakses tanggal 26 November 2021. Nugroho, S. H. P., Umma, N., Lianawati, N., Pornomo, H., dan Kusumawati, G. R. 2021. “Kesiapan Adaptasi Kebiasaan Baru Pencegahan Penularan Covid 19”. ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 4(1):578-583, https://doi.org/10.35568/abdimas.v4il.2 24, diakses tanggal 3 November 2021. ## Pustikasari, A. dan Fitriyanti, L. 2021. “Stress dan Zoom Fatique pada Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring di Masa Pandemi Covid- 19”, Jurnal Ilmiah Kesehatan, 13(1):25-37, http://journal.thamrin.ac.id/index.php/j ikmht/article/view/467/491, diakses tanggal 18 November 2021. Sadikin, A., dan Hamidah, A. 2020. “Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid-19 (Online Learning in the Middle of the Covid-19 Pa ndemic)”. Biodik , 6 (2):214-224, https://respository.unja.ac.id/id/eprint/ 15758 , diakses tanggal 30 November 2021. Schafer, W.E. 2000. Stress Management for Wellness . USA: Harcourt College Publishers. Sofyana, L. dan Rozak, A . 2019. “Pembelajaran Daring Kombinasi Berbasis Whatsapp Pada Kelas Karyawan Prodi Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun”, Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika 8(1):81-86, https://www.researchgate.net/publicati on/334247053_PEMBELAJARAN_DARIN G_KOMBINASI_BERBASIS_WHATSAPP_P ADA_KELAS_KARYAWAN_PRODI_TEKNI K_INFORMATIKA_UNIVERSITAS_PGRI_M ADIUN , diakses tanggal 21 Oktober 2021. Syafrida, S., dan Hartati, R. 2020. “Bersama Melawan Virus Covid-19 di Indonesia”. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I , 7 (6):495-508, https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i6.153 25 , diakses tanggal 8 November 2021. Wijayanti, M., Yunita, T., dan Dharmanto, A. 2020. “Pembelajaran Perguruan Tinggi Dalam Jaringan (Daring) Masa Pandemi Covid- 19.”, Jurnal Kajian Ilmiah , 1(1):31- 38, https://doi.org/10.31599/jki.v1i1.268 , diakses tanggal 5 November 2021. Wong, A. Y. Y., Ling, S. K. K., Louie, L. H. T., Law, G. Y. K., So, R. C. H., Lee, D. C. W., Yau, F. C. F., dan Yung, P. S. H. 2020. “Impact Of The COVID-19 Pandemic on Sports and Exercise”, Asia-Pacific Journal of Sports Medicine, Arthroscopy, Rehabilitation and Technology , 22:39 – 44, https://doi.org/10.1016/j.asmart.2020.0 7.006, diakses tanggal 10 September 2021. Zaenudiin, M., Asiah, D. H. S., Santoso, M. B., dan Rifai, A. A. 2021. “Perubahan Perilaku Masyarakat Jawa Barat Dalam Melaksanakan Adaptasi Kebiasaan Baru Di Masa Pandemi Covid- 19”. Share: Social Work Journal, 11(1):1-12, https://doi.org/10.24198/share.v11i1.3 1681 , diakses tanggal 15 September 2021.
26f2e8a2-8e09-4a68-be6f-4543707fff79
https://ejournal.pps-unisti.ac.id/index.php/JIASK/article/download/157/131
## EFEKTIVITAS KINERJA PEMERINTAHAN DESA MARGASARI KECAMATAN DAWUAN KABUPATEN SUBANG WILAYAH PEDESAAN Gianti Pangeswari 1 , Evi Priyanti 2 1), 2) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Singaperbangsa Karawang, Email: [email protected] 1 , [email protected] 2 ## ABSTRACT In carrying out the administration at both the central and regional levels, particularly at the village level, it is expected to provide effective services, development, empowerment, and community development. Several aspects can be used as benchmarks for the success or effectiveness of an organizational system. The purpose of this study is to determine the effectiveness of the organizational system, including the performance of the Village Head, the Head of Government Section, and the Village Treasurer of Margasari Village in carrying out their duties and core functions, including development, community development, and empowerment. This study is descriptive research using a qualitative approach, and data collection techniques were conducted through observation, interviews, and documentation. The results of the study indicate that the effectiveness of the performance of the village officials can be considered effective when viewed from the aspects of duties or functions, regulations and rules, and goals or ideal conditions. However, in terms of planning or programs, it is not yet effective because the Head of Government Section and the Village Treasurer of Margasari do not have specific plans or programs to carry out their performance. So far, they have only been performing their duties and functions following the laws and regulations set by the Regent. ## Keywords: Effective, effectiveness, performance. ## ABSTRAK Dalam menjalankan roda pemerintahan baik pusat maupun daerah, terkhususnya desa diharapkan mampu memberikan suatu pelayanan, pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat yang efektif. Ada beberapa aspek yang dapat menjadi tolak ukur keberhasilan atau efektifnya suatu sistem organisasi itu bekerja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas sistem organisasi yaitu meliputi kinerja Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Pemerintah Desa Margasari dalam menjalankan tugas dan fungsi pokonya meliputi penyelenggaraan pembangunan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa efektivitas kinerja aparatur desa tersebut dapat dikatakan efektif jika dilihat dari aspek tugas atau fungsi, ketentuan dan peraturan, dan tujuan atau kondisi ideal. Sedangkan pada aspek rencana atau program belum efektif karena Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Desa Margasari tidak memiliki rencana atau program untuk menjalankan kinerja mereka, sejauh ini mereka hanya menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan Undang-Undang dan Peraturan Bupati. Kata kunci: Efektif, Efektivitas, Kinerja. ## A. PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa menyebutkan bahwa kewenangan pemerintah desa adalah dengan menyelenggarakan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat desa . Hal ini mengartikan bahwa desa berhak untuk mengelola pemerintahan desanya sendiri, salah satunya mengenai pengembangan, pelayanan, pembinaan dan pemberdayaan, aparat desa selaku penanggungjawab dari setiap kejadian dalam suatu pemerintahan desa. Aparat desa ini tercatat dalam suatu sistem organisasi pemerintahan desa yang merupakan alat daerah dalam unit terkecil yaitu desa dalam memberikan pembangunan, pembinaan, pemberdayaan kepada masyarakat dalam ruang lingkup desa. Umumnya, dalam suatu sistem struktur organisasi pemerintahan desa terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, Kepala Seksi, Kepala Urusan, dan beberapa Kepala Dusun. Mereka merupakan perangkat desa yang memiliki tugas pemberi layanan, pemberdayaan dan pembinaan serta pembangunan kepada masyarakat pada tingkat unit masing- masing dalam rangka membantu Kepala Desa dalam menjalankan tugasnya dan fungsinya. Pemberian pelayanan, pemberdayaan, pembangunan dan pembinaan kepada masyarakat yang diberikan oleh perangkat desa haruslah dilakukan dengan baik dan benar, hal ini karena kepuasan masyarakat merupakan suatu hal yang dapat menilai berjalan efektif atau tidaknya perangkat desa dalam memberikan pelayanan, pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan tersebut. Pada dasarnya, pemberian pelayanan pemerintahan desa berbeda dengan pemberian pelayanan yang dilakukan oleh organisasi lain atau organisasi kemasyarakatan secara khusus. Jika dikaitkan dengan pelayanan publik, pemerintah desa atau perangkat desa hanya memberikan pelayanan berupa pemberian dokumen-dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Desa sesuai dengan kewenangannya yaitu berupa perijinan, pembuatan surat menyurat dan pendataan (Tahir, 2017). Hal tersebut merupakan jenis pelayanan publik administratif. Keefektifan organisasi pemerintah desa dalam melayani, membina dan memberdayakan serta membangun merupakan cita-cita semua masyarakat dan kepala desa. Kemudahan dan kenyamanan masyarakat dalam menerima segala bentuk tersebut akan menentukan efektif atau tidaknya suatu sistem organisasi pemerintahan desa dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dalam makalah ini akan membahas lebih mendalam mengenai efektivitas kinerja sistem organisasi yang meliputi kepala desa, kepala seksi, dan bendahara Desa Margasari. Untuk menilai keefektivan perangkat desa tersebut, penulis menggunakan teori efektivitas menurut Muasaroh (2010) yang meliputi aspek tugas atau fungsi, rencana atau program, ketentuan dan peraturan, dan aspek tujuan atau kondisi ideal. ## B. KAJIAN PUSTAKA Efektivitas merupakan sebuah ukuran berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi tersebut telah mencapai tujuannya maka dapat dinyatakan organisasi tersebut telah berjalan efektif. Indikator efektivitas menggambarkan bagaimana jangakauan sebagai dampak atau akibat dari keluaran (output) program dalam mencapai tujuannya. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap penacapaian tujuan yang ditentukan diawal atau sebelumnya, maka dapat dikatakan semakin efektif proses kerja suatu unit dalam organisasi (I.Pangkey., 2015). Menurut Nila Lestari (2020) Efektivitas adalah suatu hubungan antara output dan tujuan atau merupakan ukuran seberapa jauh output, prosedur dan kebijakan dari organisasi. Efektiviitas juga sangat erat kaitannya dengan tingkat keberhasilannya pada sektor publik, sehingga suatu kegiatan dapat dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut telah mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan menyediakan pelayanan masyarakat yang merupakan target awal yang telah ditentukan. Dari dua pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa efektifitas merupakan suatu tolak ukur atau derajat keberhasilan suatu kegiatan dijalankan, suatu kegiatan dapat dinyatakan berjalan dengan efektif apabila telah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan Muasaroh (2010) dalam Oktiodirman et al (2022) menyatakan bahwa efektivitas suatu program dapat dilihat dari setidaknya 4 aspek, diantaranya adalah: 1. Aspek Tugas atau Fungsi Suatu lembaga dinyatakan berhasil atau efektif dalam menyelenggarakan suatu progam atau kegiatan jika tugas dan fungsinya dijalankan dengan baik, artinya organisasi itu dinilai efektif apabila tugas dan fungsinya sudah berjalan dengan sangat baik, sehingga tidak ada kendala atau hambatan dalam prosesnya. 2. Aspek Rencana atau Program Aspek rencana atau program memiliki maksud bahwa suatu program atau kegiatan yang diselenggarakan dapat dinyatakan efektif apabila berjaan sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan sebelumnya. 3. Aspek Ketentuan dan Peraturan Efektivitas suatu kegiatan atau program juga dapat dilihat dari berfungsi atau tidaknya aturan yang telah dibuat untuk menjaga berlangsungnya kegiatan atau program tersebut. Aspek ini memuat aturan-aturan yang baik yang berhubungan dengan kegiatan atau program yang diselenggarakan, apabila aturan sudah berjalan dengan baik maka ketentuan atau aturan tersebut telah berjalan dengan efektif. 4. Aspek Tujuan atau Kondisi Ideal Suatu kprogram atau kegiatan juga dapat dikatakan eektif abaila telah mencapai tujuan atau kondisi ideal awal yang telah ditetapkan. Penilaian pada aspek ini dapat dilihat dari tingkat persentase partisipasi target atau sasaran dalam mengikuti kegiatan atau program tersebut. ## C. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Di mana peneliti sebagai intrumen kunci, pengambilan sampel data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dilakukan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif yaitu berdasarkan fakt- fakta yang ditemukan di lapangan dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna, makna yang dimaksud adalah data yang sebenarnya (Sugiyono, 2011). Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu suatu penelitian yang betujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana efektivitas organisasi pemerintahan Desa Margasari Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang. Sehingga kita dapat mengetahui bagaimana kualitas dan efektivitas organisasi pemerintahan Desa Margasari Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang. ## D. PEMBAHASAN Kelurahan dan Desa adalah salah satu unsur kewilayahan terkecil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Walaupun demikian, Desa/Kelurahan mempunyai strategis dalam pencapaian sasaran pembangunan. Desa Margasari merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Dawuan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Desa dengan luas kurang lebih 830.836 km2 ini pada sebelah utara berbatasan dengan Desa Situsari, disebelah barat berbatasan dengan Desa Cisampih, selatan berbatasan dengan Desa Jambelaer dan pada sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Parung. Secara geografis, Desa Margasari berada pada dataran rendah yaitu berupa pemukiman, ladang dan persawahan. Ladang dan persawahan itu lah yang menjadi mata pencaharian sebagian masyarakat Desa Margasari. Sejauh ini, Pemerintah Desa Margasari telah menyelenggarakan program yang bertujuan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakatnya. Penyelenggaraan program vaksinasi Covid-19 dan pembuatan akta tanah gratis merupakan dua program utama yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa sejak dipimpin oleh Kepala Desa yang baru. Efektivitas Kinerja Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Desa Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara kepada Kepala Desa yang bernama Nanang Setia Praja, Kepala Seksi Pemerintahan yang bernama Supriyatna dan Bendahara Desa yang bernama Iing Hamzah, diketahui bahwa efektivitas kinerja atau sistem organisasi meliputi Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendaha di Desa Margasari dengan menggunakan teori Muasaroh (2010) berdasarkan 4 aspek, yaitu sebagai berikut: 1. Aspek Tugas atau Fungsi a. Kepala Desa Berdasarkan penuturan Kepala Desa Margasari, beliau menyebutkan bahwa tugas dan fungsi seorang kepala desa, khususnya Kepala Desa Margasari merujuk kepada regulasi pusat yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 26 tentang Desa. berdasarkan hal tersebut, maka tugas seorang Kepala Desa Margasari adalah memimpin roda Pemerintahan Desa Margasari sekaligus menjalankan fungsi dalam bidang pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat Desa Margasari. b. Kepala Seksi Pemerintahan Berdasarkan wawancara yang dilakukan, Kepala Pemerintahan yang selanjutnya ditulis Kepala Seksi Pemerintahan menyebutkan bahwa tugas dan fungsi dari seorang Kaur Pemerintahan adalah mencatat data kependudukan, menciptakan keamanan dan ketentraman masyarakat. Namun menurut beliau, Kaur Pemerintahan di Desa Margasari merangkap juga menjadi salah satu operator dalam bidang keuangan yang di mana terdapat suatu sistem yang bernama Siskeudes yang berbasis online. Selanjutnya beliau menuturkan bahwa secara sistem organisasi, Kepala Seksi Pemerintahan berada langsung di bawah Kepala Desa, sehingga Ia bertanggung jawab penuh kepada Kepala Desa, berbeda dengan Kepala Urusan yang di mana Ia bertanggung jawab kepada Sekretaris Desa. c. Bendahara Desa Berdasarkan penuturan yang diberikan oleh Bendahara Desa Margasari, beliau menyebutkan bahwa tugas dan fungsi pokok seorang bendahara desa adalah mengelola keuangan desa yang bersumber dari APBDes. 2. Aspek Rencana atau Program a. Kepala Desa Berdasarkan hasil wawancara bersaama Kepala Desa Margasari, beliau merupakan kepala desa yang baru menjabat 2 bulan. Meskipun begitu, banyak program yang telah diselenggarakan. Vaksinasi Covid-19 dan Pembuatan Akta Tanah merupakan dua program utama yang telah terselenggarakan. Vaksinasi Covid-19 dilakukan karena melihat realita bahwa banyak orang lanjut usia yang belum mendapatkan vaksin Covid- 19 , hal ini terjadi karena berkembangnya hoax yang menyebutkan bahwa vaksin Covid- 19 dapat menimbulkan bermacam penyakut bagi orang lanjut usia. Hal itu akhirnya membuat Kepala Desa memutuskan untuk melakukan kerja sama dengan perangkat desa dan RW juga RT untuk memberikan sosialisasi mengenai virus Covid-19 dan vaksinnya, hal tersebut dilakukan dengan door to door ke rumah- rumah masyarakat, khususnya kepada mereka yang belum menerima vaksin Covid-19 . Setalah melakukan sosialisasi, Kepala Desa melukan kerjasama dengan beberapa pemasok vaksin seperti puskesmas untuk melakukan vaksinasi yang diselenggarakan secara door to door dan di halaman Desa Margasari. Program kedua yang telah terselenggara adalah pembuataan akta tanah secara massal dan tanpa biaya, ini merupakakn program serupa yang dilakukan oleh Presiden Joko Widodo. Selain merupakan program turunan dari Presiden, berdasarkan penuturan Kepala Desa Margasari hal ini merupakan pengalaman pribadinya pada saat sebelum menjabat menjadi Kepala Desa Margasari. Berdasarkan pengalamannya tersebut beliau sering melihat warga Desa Margasari melakukan transaksi jual beli tanah tanpa bukti kepemilikan akta tanahnya, sehingga itu lah yang mendorong Kepala Desa untuk menyelenggarakan program tersebut. Selain kedua program utama tersebut, ada juga beberapa program yang telah terselenggarakan, yaitu pembukaan dan pembuatan jalan ke pelosok desa dan pembuatan kurang lebih 100 kolam ikan. Kedua program tersebut terselenggara untuk meningkatkan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, seperti pembukaan jalan ke pelosok, program tersebut bertujuan untuk mempermudah akses masyarakat untuk berpergian ke ladang, karena mayoritas penduduk desa adalah petani dan peternak ikan juga ayam petelur. Sedangkan pembuatan kurang lebih 100 kolam ikan merupakan tugas Kepala Desa dalam bidang pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian di era pandemic Covid-19 . b. Kepala Seksi Pemerintahan Berdasarkan sistem organisasi yang menempatkan seorang Kepala Seksi Pemerintahan berada di bawah jabatan Kepala Desa, maka setiap program yang diselenggarakan atau ditetapkan oleh keputusan Kepala Desa ditugaskan ke Kepala Seksi Pemerintahan, selanjutnya Kepala Seksi Pemerintahan memiliki tanggungjawab yang penuh kepada Kepala Desa atas setiap program yang diselenggarakan atau ditetapkan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, seorang Kepala Seksi Pemerintahan tidak memiliki program atau rencana melainkan hanya bertugas untuk menjalankan program yang ditugaskan oleh kepala desa dan mempertanggungjawabkannya. c. Bendahara Berdasarkan hasil wawancara, Bendahara Desa Margasari menyebutkan bahwa seorang bendahara tidak memiliki rencana atau program tersendiri, beliau menuturkan bahwa bendahara hanya mengikuti arahan program yang ditetapkan oleh Pemerintah Desa dan bertugas untuk melakukan pencatatan setiap pengeluaran dan pemasukan dana pada program - program yang diselenggarakan. Dari setiap program dan kegiatan yang diselenggarakan, Bendahara Desa Margasari masih mengandalkan dana yang bersumber dari hasil kerjasama dengan pihak swasta, hal ini disebabkan keuangan desa yang masih 0 karena Kepala Desa belum lama menjabat. ## 3. Aspek Ketentuan dan Peraturan a. Kepala Desa Selaku kepala wilayah, Kepala Desa Margasari mengacu kepada regulasi pusat yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 untuk mengatur roda pemerintahan di desanya, termasuk dalam mengatur pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa. Berdasarkan penuturannya, beliau telah melaksanakan pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa sesuai dengan regulasi tersebut, salah satu contohnya adalah beliau memberhentikan seorang Kepala Dusun yang telah berusia lebih dari 60 tahun, hal ini merujuk kepada regulasi bahwa perangkat desa harus berusia di bawah 60 tahun. Namun, ada satu problema yang belum terselesaikan sampai saat ini adalah mengenai perilaku salah seorang perangkat desa, yaitu Kepala Dusun yang di duga telah melakukan peanggaran pada saat pesta demokrasi pemilihan Kepala Desa Margasari berlangsung, hal itu didasarkan kepada aduan masyarakat. Kasus ini bermula ketika Kepala BPD menyampaikan keputusan kepada seluruh perangkat desa dilarang untuk ikut berkampanye dalam pesta demokrasi Pemilihan Kepala Desa Margasari, namun hal itu tidak digubris oleh seorang kepala dusun, Ia diduga tetap melakukan kampanye pada saat pesta demokrasi tersebut dan menjatuhkan pasangan calon lain sehingga dianggap mengadudombakan masyarakat yang hendak memilih pasangan calon kepala desa. Meski demikian, Kepala Desa Margasari menyebutkan pemberhentian tidak bisa dilakukan hanya berdasar kepada aduan masyarakat. Sampai saat ini, Pemerintah Desa Margasari sedang melakukan pemanggilan kepada terduga kepala dusun tersebut dan belum memutuskan nasib dari perangkat desa tersebut. Selain dalam pengangkatan dan pemberhentian perangkat desa, setiap keputusan yang dibuat atau ditetapkan oleh Kepala Desa Margasari merupakan hasil musyawarah dan selalu dilaporkan kepada BPD dan perwakilan masyarakat, sehingga dalam hal ini Pemerintah Desa Manyeti merujuk kepada aturan Undang- Undang No. 6 Tahun 2014 pasal 27. b. Kepala Divisi Pemerintahan Berdasarkan penututan Kepala Seksi Pemerintahan Desa Margasari, beliau menyebutkan bahwa hampir setiap tahunnya ada PerDes atau PerKaDes yang dihasilkan dari musrembangdes untuk mengatur roda pemerintahan desa, seperti untuk mengatur perangkat desa sampai pengangkatan dan pemberhentian Rukun Warga dan Rukun Tetangga. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa, tidak ada peraturan khusus yang mengatur seorang Kepala Seksi Pemerintahan kecuali Undang-Undang, namun Kepala Divisi Pemerintahan berkontribusi dalam setiap Peraturan Desa yang dibuat atau ditetapkan. c. Bendahara Desa Dalam mengelola keuangan, tidak ada Peraturan Desa atau Peraturan Kepala Desa yang dibuat khusus untuk mengatur sistem keuangan Pemerintah Desa Margasari. Untuk saat ini, bendahara desa merujuk kepada Peraturan Bupati untuk mengatur keuangan, khususnya pengelolaan APBDes. 4. Aspek Tujuan atau Kondisi Ideal a. Kepala Desa Berdasarkan hasil wawancara, tentunya sebagai seorang kepala desa beliau mempunyai tujuan dari setiap program dan apapun yang dilakukan oleh pemerintah desa. menurut penuturannya, dari setiap program yang telah terselenggara dan yang masih dalam proses rencana merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah desa untuk menyejahterakan dan memakmurkan rakyatnya. Pembukaan dan pembuatan jalan ke pelosok dan pembuatan kolam ikan merupakan contoh bahwa Kepala Desa akan terus melakukan suatu pembangunan untuk memberdayakan dan membina masyarakatnya untuk lebih baik dan maju ke depannya. b. Kepala Seksi Pemerintahan Berdasarkan penuturan Kepala Seksi Pemerintahan, beliau menyebutkan bahwa memiliki tujuan atau kondisi ideal yang tidak lain dan tidak bukan untuk menyejahterakan dan menciptakan keamanan serta ketentraman masyarakat. Namun lebih lanjut beliau menuturkan, untuk mencapai hal tersebut masih belum bisa tercapai karena kurangnya pembinaan aparatur dari Pemerintah Daerah Kecamatan dan Pemerintah Daerah Kabupaten. c. Bendahara Desa Berdasarkan penuturannya, Bendahara Desa Margasari menuturkan bahwa beliau memiliki tujuan yang sama dengan Kepala dan Kepala Seksi Pemerintahan Desa, yakni setiap apa pun yang diselenggarakan adalah untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat Desa Margasari. ## E. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Aspek Fungsi atau Tugas Pada aspek tugas atau fungsi, Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Pemerintah Desa Margasari telah memiliki tugas atau fungsinya masing-masing yang diatur dalam regulasi, baik itu dalam Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 maupun yang diatur dalam Peraturan Bupati untuk bendahara desa. 2. Aspek Rencana atau Program Pada aspek ini tidak semua aparatur yang meliputi Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara mempunyai rencana atau program dalam menjalankan tugas atau fungsinya, hanya Kepala Desa yang memiliki program atau rencana, sedangkan Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara hanya berkontribusi sesuai dengan tugas dan fungsinya masing- masing. 3. Aspek Ketentuan dan Peraturan Pada aspek ketentuan atau peraturan, berjalannya sistem organisasi Pemerintahan Desa Margasari merujuk kepada regulasi pusat, yaitu Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan Bupati Kabupaten Subang. Sementara untuk produk yang dihasilkan berupa Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa biasanya hanya mengatur pengangkatan dan pemberhentian RT, RW dan lembaga desa. 4. Aspek Tujuan atau Kondisi Ideal Pada aspek yang terakhir, semua narasumber menyatakan bahwa setiap program dalam rangka melaksanakan fungsi pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan yang diselenggarakan maupun yang direncanakan berorientasi untuk menyejahterakan dan memakmurkan masyarakat Desa Margasari Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa efektivitas sistem organisasi Pemerintah Desa Margasari yang meliputi Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Desa Margasari belum efektif, hal ini terjadi karena dua aparatur desa yang meliputi Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Desa tidak memenuhi salah satu aspek efektivitas organisasi menurut Muasaroh (2010: 13). Kedua aparatur tersebut tidak memenuhi aspek rencana atau program, yang mana disebutkan bahwa untuk dikatakan sebuah organisasi yang efektif maka harus memenuhi 4 aspek yang meliputi aspek tugas atau fungsi, aspek rencana atau program, aspek ketentuan dan peraturan dan aspek tujuan atau kondisi ideal. Dalam menjalankan tugas atau fungsinya, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Desa Margasari tidak membuat sebuah rencana atau program untuk menjalankan atau mempermudah kinerja mereka. Keduanya juga tidak memberikan kontribusi untuk memunculkan atau mengusulkan kepada Kepala Desa sebuah rencana atau program, mereka hanya menjalankan arahan yang diberikan dari atasan mereka yaitu Kepala Desa Margasari, sehingga dikatakan bahwa keduanya tidak memenuhi aspek rencana atau program. ## Saran 1. Aspek Fungsi atau Tugas Meskipun pada aspek tugas dan fungsi semua aparat desa yang meliputi Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Desa Margasari telah memenuhi, namun perlu menjadi evaluasi bagi seluruh aparat desa yang lain untuk selalu bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Diharapkan tidak ada aparatur desa yang memiliki tugas rangkap, dalam hal ini berarti perlu adanya pelatihan bagi aparatur desa untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perkembangan dalam setiap program atau sistem dalam mengatur pemerintahan desa. 2. Aspek Rencana atau Program Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Pemerintahan Desa Margasari tidak memnuhi aspek ini, mereka hanya berperan untuk menjalankan setiap rencana atau program yang diputuskan untuk diselenggarakan oleh Kepala Desa. Maka dari itu, diharapkan untuk ke depannya aparatur atau perangkat desa khususnya Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara mampu menciptakan sebuah rencana atau program yang mendukung kinerja mereka atau mendukung keputusan Kepala Desa, hal ini akan memberikan ruang kepada perangkat desa untuk berinovasi lebih dalam menjalankan tugas dan fungsi mereka, diharapkan juga dari setiap program dan rencana yang dihasikan mampu merangkul lebih dekat lagi masyarakat dalam rangka menyelenggarakan fungsi pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat desa. 3. Aspek Ketentuan dan Peraturan Pada aspek ketentuan dan peraturan yang mengatur berjalannya kinerja aparatur desa, meskipun masing- masing telah memiliki aturan untuk menjadi rujukan, yaitu Undang-Undang dan Peraturan Bupati. Sehingga peraturannya secara umum bukan secara khusus untuk Pemerintahan Desa Margasari itu Sendiri. Produk yang dihasilkan berupa Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa Margasari hanya mengatur pengangkatan dan pemberhentian RT dan RW, diharapkan Pemerintah Desa Margasari mampu membuat sebuah peraturan dan ketentuan yang mengatur secara khusus kinerja aparatir desa secara keseluruhan. 4. Aspek Tujuan atau Kondisi Ideal Pada aspek tujuan dan kondisi ideal meskipun Kepala Desa, Kepala Seksi Pemerintahan dan Bendahara Desa Margasari memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mensejahterakan dan memakmurkan rakyat, denga tujuan tersebut diharapkan aparatur desa tersebut mampu merealisasikan tujuannya melalui pembangunan, pemberdayaan dan pembinaan masyarakat Desa Margasari. ## DAFTAR PUSTAKA Indonesia. 2014. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 7. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5495. Jakarta. I.Pangkey., S. P. (2015). Analisis Efektivitas dan Efisiensi Anggaran Belanja Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA , 3 (4), 33–43 Nila Lestari, K. U. S. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Terhadap Hasil Belajar Pjok Kelas 5 Sdit Alfarabi Tanjung Selamat. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents , 238. https://www.e- prosiding.umnaw.ac.id/index.php/pen elitian/article/view/751/727 Oktiodirman, V., Administrasi, F. I., Studi, P., Ilmu, M., Indonesia, U., Rusli, Z., Administrasi, F. I., Studi, P., Ilmu, M., & Indonesia, U. (2022). Efektifitas Program Satu Rumah Satu Jumantik Dalam Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) . 5 (1), 412–431. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Tahir, I. (2017). Model Efektivitas Organisasi Pemerintah Desa. Sosiohumaniora , 19 (3), 233–237. https://doi.org/10.24198/sosiohumani ora.v19i3.13070
adf3608d-a51e-4a5b-9a2d-939312ff37e3
https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/download/4492/2560
Mohammad. A (2021) Pemanfaatan Instant Messenger “Telegram” Sebagai Alat Penyebaran Paham Radikal Di Indonesia. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, 6 (11). http://dx.doi.org/10.36418/ Syntax- Literate.v6i11.4492 E-ISSN: 2548-1398 Published by: Ridwan Institute Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 6, No. 11, November 2021 ## PEMANFAATAN INSTANT MESSENGER “TELEGRAM” SEBAGAI ALAT PENYEBARAN PAHAM RADIKAL DI INDONESIA ## Alfhatheh Mohammad London School of Public Relation (LSPR) Jakarta, Indonesia Email: [email protected] ## Abstrak Telegram adalah aplikasi yang memungkinkan pengguna untuk mengirim pesan obrolan rahasia atau obrolan terenkripsi end-to-end sebagai keamanan tambahan. Dengan menggunakan Telegram kita dapat mengirim tidak hanya gambar dan video, tetapi juga dapat mengirim dokumen seperti word, excell, pdf, dan lain-lain tanpa menentukan ukuran file yang dikirim. Tetapi pemilik perusahaan kurang memperhatikan faktor-faktor yang dapat memengaruhi kualitas aplikasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk mengetahui penggunaan instant messenger Telegram oleh kelompok radikal di Indonesia. Didefinisikan sebagai metode penelitian berdasarkan filosofi pasca-positivisme (mengoreksi kelemahan, bahwa realitas itu nyata, dan peneliti tidak bisa mendapatkan kebenaran dari kenyataan jika peneliti tidak terlibat langsung), digunakan untuk memeriksa kondisi objek alam, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, kemudian untuk menguji validitas para peneliti menggunakan triangulasi (gabungan), Analisis data bersifat induktif/kualitatif. Hasil penelitian Metode Kualitatif menunjukkan bahwa telegram instant messenger benar digunakan oleh banyak kelompok radikal dalam berkomunikasi dan untuk tujuan memperluas jaringan radikalisme. Sehingga Telegram harus memiliki tim atau teknologi yang dapat menyaring konten radikal secara langsung, sehingga kelompok-kelompok ini tidak dapat dengan mudah melancarkan tindakan mereka dengan menyebarkan propaganda atau ideologi kelompok mereka. Kata Kunci : telegram; pemanfaatan; radikal ## Abstract Telegram is an application that allows users to send secret chat messages or end- to-end encrypted chats as additional security. By using Telegram we can send not only pictures and videos, but also can send documents such as word, excell, pdf, and others without specifying the size of the file sent. But the owner of the company paid little attention to factors that could affect the quality of the application. This research is a qualitative research to find out the use of Telegram instant messengers by radical groups in Indonesia. Defined as a research method based on post-positivism philosophy (correcting weaknesses, that reality is real, and researchers cannot get the truth from reality if researchers are not directly involved), used to examine the condition of natural objects, where researchers are as key instruments, data collection techniques are carried out by in-depth interviews, then to test the validity of the researchers using triangulation (combined), data analysis is inductive / qualitative. The results of the Qualitative Method research show that true instant messenger Telegram is used by many radical groups in communicating and for the purpose of expanding the network of radicalism. So that the Telegram should have a team or technology that can filter radical content directly, so that these groups cannot easily launch their actions by spreading propaganda or the ideologies of their groups. ## Keywords: telegram; utilization; radical Received: 2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20 ## Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki jumlah populasi penduduk terbanyak di dunia. Setiap ada perubahan maupun inovasi baru, akan langsung masuk dan dirasakan oleh masyarakat terutama dalam bidang teknologi. Dengan jumlah penduduk yang berkisar pada jumlah 200 juta jiwa, Indonesia disebut sebagai pasar yang sangat potensial untuk dunia digital seperti internet (Astuti, Noviyanto, & Soyusiawati, 2018 ). Internet (interconnection networking) adalah jaringan komunikasi global yang terbuka dan menghubungkan banyak jaringan komputer dengan berbagai tipe dan jenis, dengan menggunakan tipe komunikasi seperti telepon, satelit dan lain sebagainya. Awalnya internet merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada tahun 1.969 melalui sebuah proyek yang disebut dengan ARPANET. Misi awal dari proyek ini hanya untuk keperluan militer saja, tetapi lambat laun terus berkembang dan bisa dinikmati oleh semua kalangan. Terciptanya internet telah membawa perubahan yang sangat berarti dalam berbagai aspek kehidupan manusia, internet juga telah melahirkan dunia baru yang memiliki pola, corak sekaligus karakteristik yang berbeda dengan dunia nyata (Pramudita & Sumargo, 2019) . Dengan kata lain, internet adalah jaringan besar yang saling berhubungan dari satu komputer ke komputer lainnya yang menghubungkan orang-orang untuk berbagi informasi seperti text, gambar, audio, video, dan lainnya agar dapat dikirim dan dinikmati bersama. Untuk dapat bertukar informasi, digunakan protokol standar yaitu Transmision Control Protocol dan Internet Protocol yang lebih dikenal sebagai TCP/IP. TCP (Transmission Control Protocol) difungsikan untuk memastikan bahwa semua hubungan bekerja dengan benar, sedangkan IP (Internet Protocol) yang mentransmisikan data dari satu komputer ke komputer lain. TPC/IP secara umum berfungsi memilih rute terbaik transmisi data, memilih rute alternatif jika suatu rute tidak dapat digunakan, mengatur dan mengirimkan paket-paket pengiriman data (Nugroho, 2013) . Beberapa contoh instant messenger yang saat ini populer antara lain: Telegram, BlackBerry Mesengger, LINE, Whatsapp, dan lain-lain. Di antara sekian banyak instant messenger yang ada saat ini, Telegram adalah salah satu instant messenger yang sedang menjadi sorotan Kepolisian, Kominfo, masyarakat dan juga pihak-pihak lainnya. Kata “Telegram” sudah lama kita kenal dan digunakan jauh sebelum teknologi berkembang seperti saat ini. Telegram dahulu merupakan fasilitas kantor pos yang digunakan untuk mengirimkan pesan tertulis jarak jauh. Namun setelah teknologi berkembang, fasilitas kantor pos ini tak lagi digunakan. Telegram adalah aplikasi untuk mengirimkan pesan chatting rahasia atau secret chat yang dienkripsi end-to-end sebagai keamanan tambahan. Dengan menggunakan Telegram kita bisa mengirim gambar dan video, selain itu kita juga bisa mengirim dokumen seperti word, excell, pdf, dan lainnya tanpa batas ukuran file yang kita kirimkan, dan kita juga dapat mengirimkan lokasi dimana kita berada dengan mudah (Kusuma & Yosrita, 2017) . Telegram mulai rilis pada tanggal 14 Agustus 2013 ke perangkat IOS, kemudian pada taggal 20 Oktober 2013, mulai rilis ke perangkat android. Sampai saat ini Telegram sudah berumur kurang lebih lima tahun. Telegram memiliki prestasi yang cukup baik dan memukau. Di bulan Oktober 2013, atau di tahun pertama rilis, Telegram sudah memiliki 100.000 pengguna aktif harian. Angka ini melonjak tajam menjadi 15 juta pada bulan Maret 2014. Per bulannya, pengguna aktif Telegram menyentuh angka 35 juta dan terus meningkat ke angka 50 juta pada bulan Desember 2014. Setahun kemudian, pengguna aktif Telegram menyentuh angka 60 juta per bulan dan terus bertambah ke angka 100 juta pada bulan Februari 2016 (Ependi & Suhendra Winarso, 2019) . ## Gambar 1 Diagram peningkatan pengguna aplikasi Telegram, dari Guta, 2017 Dengan adanya internet yang menjembatani terjadinya komunikasi dan pertukaran informasi, kini instant messenger Telegram juga dimanfaatkan oleh sekelompok orang atau komunitas yang menyukai bidang yang sama agar dapat terus update dengan minat yang sama tersebut. Seperti dikutip dari Rappler.com, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menjelaskan aplikasi Telegram kerap dijadikan alat oleh para teroris untuk berkomunikasi secara rahasia. Beliau menemukan ada sekitar 17 ribu halaman di Telegram yang membahas mengenai penyebaran paham radikal, termasuk bagaimana cara merakit bom. Salah satu alasan para teroris memilih berkomunikasi menggunakan Telegram, karena keamanannya yang sangat terjaga. Keamanan itu pula yang selalu didengungkan oleh Pavel Durov kepada para penggunanya (Fanada, 2020) . Tak hanya di Indonesia, Telegram juga digunakan oleh kelompok teroris di luar negeri. Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) menyebut orang-orang yang berada di belakang aksi pengeboman di stasiun metro Saint Petersburg, Rusia, menggunakan aplikasi Telegram untuk berkomunikasi. FSB menyebut, kelompok teroris itu menggunakan aplikasi Telegram saat tahap persiapan serangan teroris (Triantoro, 2019) . Pavel Durov, pendiri sekaligus CEO layanan pesan instan Telegram, menyadari bahwa ada aktivitas grup teroris negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Telegram. Namun, ia bersikeras menjunjung tinggi faktor keamanan privasi yang memang sudah lekat dan menjadi ciri khas Telegram semenjak dirilis empat tahun lalu (Triantoro, 2019) . Dalam sejumlah wawancara, Durov membantah pendapat yang menyatakan penggunaan Telegram oleh ekstremis dan mengatakan sebagian penggunanya menggunakan aplikasi itu dengan alasan yang sah. Durov menolak permintaan untuk memberi akses bagi pejabat keamanan untuk melacak percakapan di aplikasi tersebut. Meskipun Telegram dimatikan, Durov yakin itu tidak akan menghentikan teroris untuk berkomunikasi satu sama lain (Aichernig, Burghard, & Korošec, 2019) . Bahkan, ia tidak segan-segan menolak permintaan pemerintah dari negara mana pun untuk membuka identitas pengguna aplikasinya. Disebut-sebut sebagai alat komunikasi favorit para teroris, Pavel Durov secara tegas membantah bahwa dia dan timnya berteman dengan teroris. “Kami bukan rekan dari teroris. Bahkan, setiap bulan kami memblokir ribuan public channel yang berkaitan dengan ISIS dan mempublikasikannya di channel @isiswatch” (Fanada, 2020) . Tulis Pavel dalam channel resminya di akun Telegram pada Minggu, 16 Juli. (Fanada, 2020) . Seperti yang sudah kita ketahui secara umum dari berbagai pemberitaan terhadap kelompok teroris, terlihat bahwa kelompok teroris tersebut berusaha untuk mencapai tujuan kepentingannya melalui tindakan kekerasan. Maka peneliti menyimpulkan bahwa ada kaitannya antara konsep radikalisme dalam terbentuknya kelompok-kelompok teroris. Kesimpulan peneliti tersebut selaras dengan apa yang tertulis di dalam Kamus Besar Bahasan Indonesia (KBBI), yang mengartikan radikalisme sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan dengan cara keras atau drastis (Pendidikan, 1990) . Jika kita lihat dari pemaknaannya, radikal berasal dari bahasa latin yaitu radix yang artinya akar. Dalam bahasa Inggris kata radical dapat bermakna ekstrim, menyeluruh, fanatik, revolusioner, ultra dan fundamental (Pecorari, 2000) . Sedangkan radikalisme artinya doktrin atau praktik penganut paham radikal atau paham ekstrim. (Nuhrison, 2009) sementara menurut Sartono Kartodirdjo mengartikan radikalisme sebagai gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai oleh kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa (Fatkhan, 2020) . Radikalisme sering dimaknai berbeda diantara kelompok kepentingan. Dalam lingkup keagamaan, radikalisme merupakan gerakan-gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan politik yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan (Rubaidi, 2008) . Radikalisme agama berarti tindakan-tindakan ekstrim yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang cenderung menimbulkan kekerasan dengan mengatasnamakan agama. Sedangkan dalam studi Ilmu Sosial, Radikalisme diartikan sebagai pandangan yang ingin melakukan perubahan yang mendasar sesuai dengan interpretasinya terhadap realitas sosial atau ideologi yang dianutnya (Hasani & Naipospos, 2010) . Dengan demikian, radikalisme merupakan gejala umum yang bisa terjadi dalam suatu masyarakat dengan motif beragam, baik sosial, politik, budaya maupun agama, yang ditandai oleh tindakan-tindakan keras, ekstrim, dan anarkis sebagai wujud penolakan terhadap gejala yang dihadapi. Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan radikal adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Sementara agama apapun mengajarkan sikap damai dan mencari kedamaian, dan semua agama tidak pernah membenarkan praktek penggunaan kekerasan dalam menyebarkan agama, paham keagamaan serta paham politik (Abror, 2016) . ## Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif untuk mengemukakan gambaran atau pemahaman ( understanding ) mengenai bagaimana dan mengapa sesuatu gejala atau realitas komunikasi terjadi (Pawito, 2007) . Pendekatan kualitatif menjadikan peneliti sebagai instrumen utama penelitian dimana penarikan kesimpulan yang dilakukan berdasarkan pada hasil wawancara peneliti, dokumen pendukung penelitian lainnya. Peneliti menggunakan jenis riset deskriptif yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Penelitian ini menggambarkan realitas yang terjadi antar variabel tanpa menjelaskan hubungan diantaranya (Kriyantono & Sos, 2014) . 1. Narasumber Dalam buku karangan (Denzin & Lincoln, 2009) menjelaskan bahwa wawancara dapat dilakukan tanpa bantuan seorang informan, tetapi sebaiknya tetap menggunakan informan yang baik. Sebab dengan begitu seorang peneliti dapat menghemat waktu lebih banyak dan dapat menghindarkan kesalahan-kesalahan selama proses berlangsung. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan narasumber sebagai medium pengumpulan data. Narasumber yang ingin peneliti libatkan dalam penelitian ialah narasumber yang sudah ditentukan. Pemilihan narasumber ini ditentukan berdasarkan kriteria purposive/judgmental sampling, dimana narasumber dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Kriteria tersebut adalah berupa tindakan keterlibatan narasumber dalam suatu fenomena yang sedang diteliti, dikarenakan keterlibatan tersebut merupakan bukti bahwa narasumber terjun langsung dalam kegiatan tersebut untuk medukung misi pemberantasan penyebaran paham radikal melalui instant messenger Telegram di Indonesia. Narasumber dalam penelitian ini adalah: Kepolisian Republik Indonesia: a. Kompol. Fachrul Sugiarto, S.I.K. (Kanit Analis Subdit Analis dan Produk Dit Inteligen DS88AT) b. Kompol. Ferli Hidayat, S.H., S.I.K., M.H. (Kaur Produk Spipim Polri) Fokus penelitian ini dibuat dengan menggunakan teori yang terkait dengan penelitian tujuannya adalah agar penelitian dapat terfokus pada masalah yang ingin dibahas yaitu media Telegram yang berkaitan dengan fitur-fitur unggulan dalam aplikasi Telegram guna untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, teori yang digunakan adalah New Media Theory, Political Economics Theory, dan Cyber Community Theory . 2. Teknik Pengupulan Data Berdasarkan pada perbedaan teknik-teknik pengumpulan data yang dibagi menjadi data primer dan data sekunder. Berikut adalah teknik yang digunakan dalam pengambilan data dalam penelitian ini: a. Data Primer Data primer merupakan suatu data yang dicari dan didapatkan oleh peneliti sebagai data utama yang dijadikan acuan dalam melaksanakan objek penelitian ini. Metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan wawancara mendalam ( in depth-interview ) untuk memperoleh data yang sesuai dengan pengalaman dan realita yang terjadi pada narasumber. Penelitian kualitatif biasanya menggunakan metode wawancara semi tersktruktur atau tidak berstruktur, karena wawancara terstruktur dinilai dapat mengarah kepada fleksibilitas yang sangat dihargai dalam penelitian kualitatif (Daymon & Holloway, 2007) . Wawancara semi terstruktur sering kali digunakan dalam melakukan penelitian kualitatif. Pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan berada didalam panduan wawancara yang berfokus pada suatu masalah atau topik yang ingin ditemukan dalam sebuah penelitian atau penyelidikan. Runtutan pertanyaan pertayaan yang ditanyakan tidak selalu sama, tergantung pada proses wawancara masing-masing narasumber dan respon dari masing-masing individual narasumber (Daymon & Holloway, 2007) . Wawancara tidak berstruktur dapat menghasilkan data yang banyak dan terkadang dapat membuka bukti-bukti yang mengejutkan. Namun wawancara tidak berstruktur juga mempunyai “ Dross Rate ” tertinggi bagi seseorang yang tidak berpengalaman dalam melakukan wawancara (Daymon & Holloway, 2007) . Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara semi terstruktur yang merupakan teknik wawancara dimana pewawancara sebelumnya telah menyiapkan daftar pertanyaan yang telah dibuat namun memungkinkan untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan secara bebas yang dinilai terkait dengan permasalahan yang sedang dikupas oleh peneliti. b. Data Sekunder Data sekunder adalah merupakan suatu data yang dicari dan didapatkan oleh peneliti sebagai data pendukung yang dijadikan acuan dalam melaksanakan objek penelitian. Metode yang akan digunakan oleh peneliti adalah dengan melakukan studi pustaka untuk memperoleh landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti dengan cara mempelajari berbagai buku referensi, jurnal ilmiah, serta penelitian sebelumnya (Sarwono, 2006) . Selain itu, data sekunder juga dapat diperoleh melalui bentuk data yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi atau informasi yang dikeluarkan oleh berbagai organisasi atau perusahaan, termasuk juga majalah jurnal, saham, perbankan, dan keuangan (Sarwono, 2006) . Dalam penelitian ini data sekunder yang digunakan adalah melalui segala informasi dan berita yang dapat diperoleh dari internet, informasi dari perpustakaan, dan dokumen-dokumen. Peneliti berusaha menggali informasi dan data-data penunjang yang dapat mendukung penelitian ini menggunakan jajaran buku-buku yang terkait dengan penelitian dan beberapa dokumen yang diberikan oleh narasumber (Sarwono, 2006) . Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan tiga tahapan teknik analisa data yang di ambil dari interaktif model untuk memperjelas penelitian ini. Yang pertama adalah tahapan orientasi atau tahapan deskriptif, peneliti diharuskan untuk menjelaskan secara detail apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan ditanyakan. Kedua, tahapan reduksi dan fokus, peneliti diharuskan melakukan pengurangan terhadap informasi yang telah diperoleh pada tahapan pertama dan menetapkan hal-hal yang menjadi fokus penelitian. Ketiga, tahapan seleksi, peneliti diharuskan mengurai fokus yang telah ditetapkan secara rinci (Miles & Huberman, 1994) . ## Hasil dan Pembahasan Dengan adanya internet yang menjembatani terjadinya komunikasi dan pertukaran informasi, kini instant messenger Telegram juga dimanfaatkan oleh sekelompok orang atau komunitas yang menyukai bidang yang sama agar dapat terus update dengan minat yang sama tersebut. Telegram adalah aplikasi untuk mengirimkan pesan chatting rahasia atau secret chat yang dienkripsi end-to-end sebagai keamanan tambahan. Dengan menggunakan Telegram kita bisa mengirimgambar dan video, selain itu kita juga bisa mengirim dokumen seperti word, excell, pdf, dan lainnya tanpa batas ukuran file yang kita kirimkan, dan kita juga dapat mengirimkan lokasi dimana kita berada dengan mudah. Telegram adalah salah satu instant messenger yang sedang menjadi sorotan Kepolisian, Kominfo, masyarakat dan juga pihak-pihak lainnya. Para pengguna Telegram, khususnya anggota-anggota kelompok radikal merasakan kendali penuh terhadap akun dan konten yang mereka miliki. Seperti autonomy yang merupakan ciri new media yang ke-empat, pengguna Telegram sadar betul akan tanggung jawab yang diberikan Telegram berupa keamanan dan kenyamanan. Sehingga mereka bebas dalam menyebarkan konten-konten berbau radikal, mengandung unsur sara, kekerasan dan lain sebagianya. Karena saat mereka mengirim konten-konten tersebut, pihak Telegram tidak memblokir atau menghapus konten-konten yang disebarkan. Instant messenger Telegram memiliki fungsi awal yaitu untuk berkomunikasi dengan aman dan nyaman. Yang dimaksudkan dalam pembahasan ini adalah playfullness (bermain-main) juga merupakam ciri dari new media ke-lima. Kelompok radikal menggunakan Telegram sebagai alat menyebarkan hiburan versi mereka. Disisi lain, mereka menggunakan instant messenger Telegram untuk berkomunikasi, mencari dan bertukar informasi antar anggota maupun antar kelompok radikal. Berdasarkan hasil wawancara pada beberapa narasumber, kelompok radikal menggunakan instant messanger Telegram karena aplikasi tersebut sulit untuk diretas atau dibobol keamanannya. CEO Telegram mengedepankan prinsip privasi dimana data-data penggunanya tidak dapat dilihat oleh pihak ketiga maupun pihak Telegram itu sendiri. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa kelompok-kelompok radikal cenderung menggunakan aplikasi Telegram untuk berkomunikasi, menyebarkan paham- paham kelompok mereka. Serta merekrut anggota baru untuk bergabung bersama kelompok mereka. ## Kesimpulan Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menyimpulkan dari berbagai sumber yang peneliti dapatkan bahwa benar adanya instant messenger Telegram digunakan oleh banyak kelompok radikal dalam melakukan komunikasi dan untuk tujuan memperluas jaringan paham-paham radikalisme. Instant messenger Telegram menjadi alat utama dalam berkomunikasi antar anggota kelompok dikarenakan adanya fitur-fitur Telegram yang mengedepankan prinsip privasi, sehingga hal inilah yang dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tersebut untuk memperluas jaringan mereka tanpa dapat terdeteksi secara mudah. Seperti yang sudah kita ketahui secara umum dari berbagai pemberitaan terhadap kelompok teroris, terlihat bahwa kelompok teroris tersebut berusaha untuk mencapai tujuan kepentingannya melalui tindakan kekerasan. Maka peneliti menyimpulkan bahwa ada kaitannya antara konsep radikalisme dalam terbentuknya kelompok-kelompok teroris. Kesimpulan peneliti tersebut selaras dengan apa yang tertulis di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yang mengartikan radikalisme sebagai paham atau aliran yang menginginkan perubahan dengan cara keras atau drastis (Pendidikan, 1990). ## BIBLIOGRAFI Abror, Mufidul. (2016). Radikalisasi dan deradikalisasi pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Atas: study multi kasus di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan . UIN Sunan Ampel Surabaya. Google Scholar Aichernig, Bernhard K., Burghard, Christian, & Korošec, Robert. (2019). Learning- based testing of an industrial measurement device. NASA Formal Methods Symposium , 1–18. Springer. Google Scholar Astuti, Nur Rochmah Dyah Puji, Noviyanto, Fiftin, & Soyusiawati, Dewi. (2018). Forensik Digital Metode RegEx (Regular Expression) dari Grab Google Search Api dalam Proses Pelacakan Terhadap Kejahatan Online. InfoTekJar: Jurnal Nasional Informatika Dan Teknologi Jaringan , 3 (1), 90–94. Google Scholar Daymon, Christine, & Holloway, Immy. (2007). Metode-metode riset kualitatif dalam public relations dan marketing communications . Bentang Pustaka. Google Scholar Denzin, Norman K., & Lincoln, Yvonna S. (2009). Handbook of Qualitative Research (terj.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar . Google Scholar Ependi, Arfan, & Suhendra Winarso, Beni. (2019). Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Karakteristik Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman . Universitas Ahmad Dahlan. Google Scholar Fanada, Dilla. (2020). Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar dalam Indeks Saham Syariah Indonesia Periode 2016-2018 . IAIN Kudus. Google Scholar Fatkhan, Muh. (2020). Sosok Ratu Adil Dalam Ramalan Jayabaya. Refleksi: Jurnal Filsafat Dan Pemikiran Islam , 19 (2), 241–252. Google Scholar Hasani, Ismail, & Naipospos, Bonar Tigor. (2010). Wajah para ‘pembela’Islam: Radikalisme agama dan implikasinya terhadap Jaminan kebebasan beragama/berkeyakinan di Jabodetabek dan Jawa Barat. Jakarta: Tim Setara Institute Dan Pustaka Masyarakat Setara . Google Scholar Kriyantono, Rachmat, & Sos, S. (2014). Teknik praktis riset komunikasi . Prenada Media. Google Scholar Kusuma, Adithya Marhaendra, & Yosrita, Efy. (2017). Aplikasi Buku Digital Bidang Teknologi Informasi Berbasis Android Mobile Pada Perpustakaan Bppki Surabaya Badan Litbang Kementerian Kominfo. Jurnal Komunika: Jurnal Komunikasi, Media Dan Informatika , 5 (2), 57–70. Google Scholar Miles, Matthew B., & Huberman, A. Michael. (1994). Qualitative data analysis: An expanded sourcebook . sage. Google Scholar Nugroho, Budi. (2013). Pengertian Internet atau Definisi Internet . Google Scholar Nuhrison, M. Nuh. (2009). Faktor-faktor Penyebab Munculnya Faham atau Gerakan Islam Radikal di Indonesia. Jurnal Harmoni , 8 (30). Google Scholar Pawito. (2007). Penelitian komunikasi kualitatif . Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS). Google Scholar Pecorari, Diane Elisabeth. (2000). Oxford advanced learner’s dictionary of current English . Google Scholar Pendidikan, Departemen. (1990). Kebudayaan, kamus besar bahasa Indonesia . Jakarta: balai pustaka. Google Scholar Pramudita, Disi Amalia, & Sumargo, Bagus. (2019). Pengelompokan Pengguna Internet dengan Metode K-Means Clustering. Jurnal Statistika Dan Aplikasinya , 3 (1), 1– 12. Google Scholar Rubaidi, Ahmad. (2008). Radikalisme Islam, Nahdlatul Ulama & masa depan moderatisme Islam di Indonesia . Logung Pustaka. Google Scholar Sarwono, Jonathan. (2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif . Google Scholar Triantoro, Dony Arung. (2019). Praktik Politik Identitas dalam Akun Media Sosial Anies-Sandi . Google Scholar Copyright holder: Alfhatheh Mohammad (2021) First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia This article is licensed under:
54e35dca-e4d6-4b55-a58a-647f5e5dadf8
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/pelita/article/download/11361/13199
Miswari, Silitonga & Fajriyah / Jurnal Pelita Pendidikan 8 (1) (2020) 110 - 117 ## IDENTIFIKASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X IPA DITINJAU DARI INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN GENDER Mentari Miswari 1 , Melva Silitonga 2 , Fajriah 3 1,2 Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate, Medan, Indonesia, 20221 3 SMA Budisatrya Medan * Korespondensi Author: [email protected] ## INFO ARTIKEL ## Histori Artikel Received 21 November 2018 Revised 26 Maret 2020 Accepted 27 Maret 2020 Published 11 April 2020 ## Keywords: Critical thinking ability, ecosystem, gender ## ABSTRACT This study aims to determine students' critical thinking abilities in SMA Swasta Budisatrya Medan in ecosystem material. The ability to think critically is then analyzed based on indicators and compared with gender. The method used in this research is descriptive method with quantitative and qualitative approaches. The research sample is 69 students. The instrument of data collection is a test of critical thinking skills. Tests are given after students get material from the subject teacher. The technique used to process the scores obtained is to use a benchmark reference assessment technique (PAP). The results showed that students' thinking skills in ecosystem material were on average medium criteria, followed by low categories, then high and only 4 students who had critical thinking skills in the very high category. Overall, students' critical thinking skills are in the medium category. The highest critical thinking ability of students is on the indicators of strategy and tactics with moderate criteria, followed by conclusions, and provides a basic explanation. Furthermore, the lowest critical thinking ability of students is in the indicators of building basic skills and followed by making further explanations. The critical thinking ability of female students is higher than that of male students with an average score of 73 and is in the criteria of being moderate. While the average value of critical thinking skills of male students is only 64 and is in the low criteria. There is no significant difference between the critical thinking abilities of male and female students. Copyright © 2019 Universitas Negeri Medan. Artikel Open Access dibawah lisensi CC- BY-4.0 ( https://creativecommons.org/licenses/by/4.0 ) ## Volume 8 Nomor 1 (2020) 010 - 117 ## Jurnal Pelita Pendidikan Journal of Biology Education https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/pelita/index eISSN: 2502-3217 pISSN: 2338-3003 ## How To Cite: Miswari, MA., Silitonga, M., & Fajriyah. (2020). Identifikasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X IPA Ditinjau Dari Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Dan Gender. Jurnal Pelita Pendidikan, 8 (1), 110-117. ## PENDAHULUAN Salah satu komptensi dalam kurikulum 2013 adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat (Permendikbud, 2013). Kemampuan berpikir dominan yang sangat dibutuhkan di abad 21 ini adalah kemampuan berpikir kritis (Kharbach, 2012). Kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir rasional (masuk akal) dan refleksif berfokus pada keyakinan dan keputusan yang akan dilakukan (Ennis, 1993; Ennis, 2011). Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu tujuan penting dari pendidikan. Salah satu kemampuan yang diharapkan menjadi output dalam proses pembelajaran yang berlangsung adalah kemampuan berpikir kritis (Kemendikbud, 2016; Lai, 2011). Kemampuan berpikir kritis bukanlah kemampuan bawaan sejak lahir sehingga kemampuan ini dapat diterapkan, dilatih dan dikembangkan melalui proses dan asesmen pembelajaran (Ritdamaya, 2015). Untuk itu, kemampuan berpikir kritis perlu ditingkatkan agar siswa semakin terampil, aktif, komunikatif, serta argumentatif. Pada dasarnya siswa mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam belajar misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, klasifikasi, observasi (pengamatan) dan interpretasi. Akan tetapi keterampilan – keterampilan tersebut terkadang tidak berkembang dengan baik. Berpikir kritis dapat membuat seseorang mampu mengambil keputusan dengan baik dan menyelesaikan permasalahan – permasalahan yang kompleks, serta membuat terobosan baru dalam pencapaian pendidikan (Hazeli dan Rezaii, 2013). Tujuan dan fungsi mata pelajaran biologi yang tercantum dalam standar isi diantaranya adalah untuk memupuk sikap ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris, memahami konsep – konsep biologi dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari – hari (Kemendikbud, 2016). Mengajarkan keterampilan berpikir kritis dapat membantu para siswa untuk menjadi pemikir yang kritis secara efektif (Yustyan dkk., 2015). Beberapa penelitian lain melaporkan masih rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Masita dkk (2016) melaporkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang diungkap melalui tes keterampilan berpikir kritis siswa secara keseluruhan berada pada kategori kemampuan rendah dengan rerata nilai 34,2 dimana semua indikator kemampuan berpikir kritis tidak tuntas. Hal ini terjadi karena pada umumnya proses pembelajaran yang terjadi di Indonesia, terkhusus pada pembelajaran biologi masih cenderung mengasah aspek mengingat dan memahami. Hal ini juga diungkapkan oleh Suastra (2007) bahwa pembelajaran biologi di sekolah memiliki kecenderungan antara lain pengulangan dan hafalan. Siswa belajar akan ketakutan berbuat salah, kurang mendorong siswa untuk berpikir kreatif, dan jarang melatihkan pemecahan masalah (Yustyan dkk, 2015). Kemampuan berpikir kritis dapat dilihat melalui output berupa hasil belajar siswa. Hasil belajar biologi siswa yang masih rendah mengindikasikan masih rendah pula kemampuan berpikir kritisnya. Hal ini diungkapkan oleh guru mata pelajaran biologi pada wawancara yang dilakukan peneliti tanggal 27 April 2018. Guru tersebut mengungkapkan masih terdapat siswa yang belum mencapai nilai ketuntasan minimum yakni 75. Terdapat 50% siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM pada ujian tengah semester. Berdasarkan pernyataan guru tersebut maka perlu mengkaji lebih lanjut kemampuan berpikir kritis siswa terutama pada materi ekosistem. Materi Biologi adalah materi yang menekankan pengalaman langsung karena berhubungan dengan lingkungan. Hubungan manusia dengan lingkungan, hewan dengan lingkungan, maupun tumbuhan dengan lingkungan menjadikan suatu keseimbangan yang menghasilkan hubungan timbal balik yang baik dan membentuk suatu tatanan yang di sebut ekosistem. Dalam kehidupan sehari – hari siswa banyak berinteraksi dengan lingkungannya seperti tumbuh – tumbuhan dan hewan namun masih belum menyadari manfaat serta fungsi hubungan tersebut. Dengan mengasah kemampuan berpikir kritis siswa pada materi ekosistem, diharapkan siswa nantinya dapat menganalisis dan memecahkan permasalahan – permasalahan pada materi ekosistem dan mampu menerapkannya di kehidupan sehari – hari. Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa pada materi ekosistem; (2) menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa pada masing – masing indikator kemampuan berpikir kritis pada materi ekosistem; dan (3) Mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gender pada materi ekosistem. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2018 di kelas X IPA SMA Swasta Budisatrya Medan Tahun Pembelajaran 2017/2018. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA yang terdiri dari 2 kelas berjumlah 69 siswa. Sampel penelitian ini adalah keseluruhan populasi (total sampling) yakni kelas X IPA – 1 dan X IPA – 2 yang berjumlah 69 siswa. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau menginterpretasikan data sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini terdapat satu kelompok sampel yang diteliti (Arikunto, 2013). Instrumen kemamapuan berpikir kritis disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan mengacu pada tes berpikir kritis Cornell bentuk X yang dikembangkan oleh Ennis (Ennis, 1993). Indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan diadaptasi dari aspek berpikir kritis yang dikemukakan oleh Ennis meliputi memberikan penjelasan dasar, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut, dan strategi dan taktik. Instrumen tes disusun sebanyak 25 soal yang disesuaikan dengan bahan ajar untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah materi selesai diajarkan. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes berbentuk pilihan ganda dengan tiga pilihan jawaban (ya, tidak, dan mungkin). Instrumen tes disusun sebanyak 25 soal dan setiap jawaban benar diberi skor 1, sedangkan jawaban salah diberi skor 0, dan akan dikonversikan kepada nilai rentang 0 – 100 sehingga akan diperoleh nilai dari tes kemampuan berpikir kritis. Tes yang telah disusun lantas diberikan kepada siswa untuk dijawab setelah materi ekosistem selesai diajarkan oleh guru mata pelajaran. Tes diberikan di ruang kelas sampel SMA Swasta Budisatrya Medan dan dilaksanakan pada jam pelajaran Biologi pada tanggal 08 dan 11 Mei 2018. Teknik analisis data meliputi kemampuan berpikir kritis siswa, kemampuan berpikir kritis siswa pada masing – masing indikator, dan kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan gender. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan data yang diperoleh (Tabel 1), kemampuan berpikir kritis siswa paling banyak berada pada kategori sedang, disusul dengan kategori rendah, selanjutnya tinggi dan hanya 4 siswa saja yang memiliki kemampuan berpikir kritis pada kategori sangat tinggi. Diketahui bahwa keseluruhan nilai kemampuan berpikir kritis siswa adalah 69, dan berdasarkan tabel kriteria kemampuan berpikir kritis di atas, maka dapat dilihat kemampuan berpikir kritis siswa SMA Budisatrya Medan berada pada kriteria sedang. Tabel 1. Tingkat kemampaun berpikir kritis siswa secara umum Rentang Nilai F Kriteria 90 - 100 4 Sangat Tinggi 80 - 89 19 Tinggi 65 - 79 24 Sedang ≤ 64 22 Rendah Rata – rata = 69 Sedang Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori rendah dalam indikator membangun keterampilan dasar dan membuat penjelasan lebih lanjut. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata – rata tes yang hanya berada pada angka 55 untuk membangun keterampilan dasar dan 64 pada membuat penjelasan lebih lanjut. Namun pada indikator membuat penjelasan lebih lanjut nilai rata – rata yang diperoleh sedikit lebih baik dibandingkan pada indikator membangun keterampilan dasar. Akan tetapi uji statistik analisis varians (ANAVA) menunjukkan tidak ada perbedaan secara signifikan. Selanjutnya kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori sedang pada indikator memberikan penjelasan dasar, menyimpulkan, serta strategi dan taktik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2. dengan rata – rata nilai 71 untuk memberikan penjelasan dasar, 73 untuk menyimpulkan, dan 79 untuk strategi dan taktik. Tabel 2. Perbandingan kemampuan berpikir kritis siswa pada masing - masing indikator No Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Nilai Rata - Rata Kriteria 1 Memberikan Penjelasan Dasar 71 Sedang 2 Membangun Keterampilan Dasar 55 Rendah 3 Menyimpulkan 73 Sedang 4 Membuat Penjelasan Lebih Lanjut 64 Rendah 5 Strategi dan Taktik 79 Sedang Tiga dari lima indikator kemampuan berpikir kritis di atas berada pada kriteria sedang, hanya indikator strategi dan taktik yang memiliki nilai rata – rata paling tinggi diantara ketiganya bahkan tertinggi diantara keseluruhan indikator kemampuan berpikir kritis. Disusul dengan indikator menyimpulkan dan memberikan penjelasan dasar. Dari kelima indikator kemampuan berpikir kritis di atas, tidak terdapat perbedaan yang signifikan berdasarkan uji statistik analisis varians (ANAVA) satu jalur yang telah dilakukan yang menunjukkan nilai signifikan 0,428 > 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Memberikan Penjelasan Dasar Pada indikator memberikan penjelasan dasar penguasaan siswa berada pada kriteria sedang. Temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sugiyanto (2009) bahwa tingkat kemampuan dan keberanian dalam memberikan penjelasan disebabkan para guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selain itu, siswa masih terbelenggu pada iklim akademik dan latar belakang lingkungan pada masa sebelumnya (jenjang sekolah sebelumnya) yang kurang kondusif untuk bebas mengemukakan pendapat. Akibatnya, muncul perasaan sungkan dan enggan berpendapat pada proses pembelajaran pun masih menyelimuti siswa. Sementara dari pihak guru, apabila ada lontaran pertanyaan pun hanya sekadar bertanya, tanpa ada efek lanjutan yang dapat mengarah kepada respons aktivitas siswa dalam pembelajaran dan reward pada hasil belajar (prestasi akademik). Temuan penelitian yang dilakukan oleh Kamaruddin dkk (2016) bahwa hal yang harus dipertimbangkan dalam kegiatan pembelajaran adalah dukungan guru untuk kegiatan eksplorasi dan eksperimen, yang dapat diimplementasikan tidak langsung atau dengan menerapkan aktivitas keterampilan berpikir. Membangun Keterampilan Dasar Pada indikator membangun keterampilan dasar penguasaan siswa berada pada kriteria rendah. Menurut Innabi (2003) dalam Wijayanti dan Suparman (2018), proses pembelajaran yang hanya menghafal tidak dapat mendukung pengembangan kemampuan berpikir kritis, sehingga perlu pembelajaran yang mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, menyusun argumen, memecahkan masalah, serta mengajukan alasan setiap jawaban yang disampaikan. Rendanya kemampuan siswa dalam memberikan penjelasan dasar dan membuat penjelasan lebih lanjut dapat disebabkan oleh proses pembelajaran yang berlangsung. Seperti yang telah dikatakan oleh guru mata pelajaran sebelumnya dalam wawancara, beliau belum pernah menerapkan model pembelajaran pada materi ekosistem serta hanya menekankan pada hafalan dan pemahaman siswa saja. ## Menyimpulkan Pada indikator menyimpulkan penguasaan siswa berada pada kriteria sedang. Menurut Weissinger (2004), kemampuan berpikir kritis dapat mempengaruhi pemahaman peserta didik dalam menarik kesimpulan yang tepat dan membuat keputusan terbaik dalam konteks (basis pengetahuan). Pendidik harus mencoba untuk membantu peserta didik terlibat dalam pemikiran tingkat tinggi melalui bantuan terstruktur (Kuswana, 2014). Guru dan dosen dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan keterampilan berpikir tinggi peserta didik dengan melibatkan mereka pada tugas yang berorientasi pada proyek kerja (Zohar dan Dori, 2003). Pembelajaran aktif mengharuskan peserta didik untuk selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan selalu berpikir tentang segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh mereka selama proses pembelajaran (Keefe dan Jenkins, 2013). Sejalan dengan penuturan guru dalam wawancara, pembelajaran yang hanya membaca dan menghafal hendaknya dapat divariasikan dengan berbagai model serta pendekatan dalam pembelajaran guna menggali nalar siswa untuk berpikir kritis. Membuat Penjelasan Lebih Lanjut Pada indikator membuat penjelasan lebih lanjut peguasaan siswa berada pada kriteria rendah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Wijayanti dan Suparman (2018) yang mendapati masih rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa terutama pada indikator membuat penjelasan lebih lanjut. Menurut Snyder (2008) dalam Wijayanti dan Suparman (2018), pengetahuan yang kurang dan sedikit menguasai konsep dapat menghambat kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu cara untuk mengembangkan bagaimana cara berpikir peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan yang baru dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan teknik bertanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Teknik bertanya yang benar dapat memberikan kualitas pembelajaran yang lebih bermakna dan menyenangkan, sehingga terjadi interaksi antara guru dan peserta didik secara langsung. Ketika memberikan pertanyaan hendaknya dilakukan dengan penuh perhatian, semangat, sopan, dan tidak menyinggung perasaan, dan jika ada peserta didik yang tidak bisa menjawab pertanyaan, ia tidak merasa dipermalukan atau tidak menjatuhkan semangat belajarnya (Sumiati, 2008). ## Strategi dan Taktik Pada indikator strategi dan taktik penguasaan siswa berada pada kriteria sedang. Indikator strategi dan taktik berkenaan dengan pola interaksi siswa di kelas. Pembelajaran yang hanya menerapkan komunikasi satu arah dalam artian hanya guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran dapat menjadikan pembelajaran kurang bermakna sehingga mempengaruhi kemampuan berpikir siswa. Siswa yang memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik dapat memahami dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi (Siswandi, 2006). Riset-riset terapan untuk melatih HOTS di dalam kelas umumnya terkait dengan teaching strategy dan cara pengukuran (asesmen). Tantangan terbesarnya adalah bagaimana menyusun sebuah lesson design yang dapat melatih peserta didik selama pembelajaran untuk mampu menerapkan framework berpikir kritis dalam penyelesaian kasus-kasus saintifik yang dihadapinya melalui serangkaian proses pelatihan yang terencana dan sistematis (Ramli, 2015). ## Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Berdasarkan Gender Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki – laki dengan rata – rata nilai 73 dan berada pada kriteria sedang. Sedangkan untuk siswa laki – laki, nilai rata – rata yang diperoleh hanya 64 dan berada pada kriteria rendah. Walau terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa laki – laki dan siswa perempuan, nyatanya perbedaan tersebut tidak signifikan. Hal ini dibuktikan dengan uji statistik berupa uji T. Hasil pengujian tersebut menunjukkan nilai sig. (2 – tailed) sebesar 0,071 > 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis pada siswa laki – laki dan perempuan. Tabel 3. Perbedaan kemampuan berpikir kritis berdasarkan gender No Gender Nilai Rata - Rata Kriteria 1 2 Laki – Laki Perempuan 64 73 Rendah Sedang Berdasarkan data kemampuan berpikir kritis siswa yang disajikan pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa secara umum berada pada kategori sedang dan hanya 4 siswa saja yang memiliki kemampuan berpikir kritis sangat tinggi. Kemampuan berpikir kritis siswa yang hanya berada pada kriteria sedang ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kondisi fisik. Siswa tidak dapat berkonsentrasi, berpikir secara cepat, dan bereaksi terhadap respon yang ada akibat kondisi fisiknya terganggu. Faktor yang kedua adalah motivasi dan ketiga adalah kecemasan. Kecemasan timbul secara otomatis jika ada stimulus berlebih dan tidak dapat ditangani oleh siswa. Keempat, perkembangan intelektual. Intelektual atau kecerdasan merupakan kemampuan mental seseorang dalam merespon dan menyelesaikan suatu persoalan, menghubungkan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik setiap stimulus. Kelima, interaksi pengajar dan siswa. Suasana akademik yang bebas dan aman dibutuhkan siswa agar pendapat dan keputusannya dapat ditunjukkan selama kegiatan pembelajaran (Manik dan Simatupang, 2017). Syukriyah (2010) mengungkapkan bahwa selain faktor (eksternal) waktu, kemampuan berpikir kritis seseorang dapat dilihat dari faktor gender, keadaan lingkungan keluarga terutama penghasilan orang tua, serta nilai akademiknya. Faktor internal dari siswa yang meliputi fisiologis dan psikologis juga dapat mempengaruhi tinggi rendahnya kemampuan berpikir kritis mereka. Selain beberapa faktor eksternal maupun internal di atas, kegiatan dalam pembelajaran di kelas harus dirancang lebih bermakna dan memacu proses berpikir yang lebih dalam. Sejalan dengan itu Zubaidah (2011) menyatakan bahwa salah satu cara guru untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah dengan cara menggalakkan pertanyaan-pertanyaan yang memacu proses berpikir siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan guru pada wawancara sebelumnya yang menyatakan bahwa pembelajaran pada materi ini hanya sebatas membaca maupun menghafal dan belum ada tindak lanjut lain seperti penggunaan media pembelajaran, variasi model pembelajaran, maupun penugasan yang sifatnya menggali kemampuan berpikir siswa. Berdasarkan data pada tabel Tabel 3, didapati bahwa kemampuan berpikir kritis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki – laki dengan rata – rata nilai 73 dan berada pada kriteria sedang. Sedangkan rata – rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa laki – laki hanya 64 dan berada pada kriteria yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ricketts dan Rudd (2004) yang menyatakan nilai perempuan lebih tinggi dari nilai laki – laki dalam hal kemampuan berpikir kritis analisis. Perempuan juga dinilai lebih tinggi dari laki-laki dalam kemampuan membuat kesimpulan, yang berarti perempuan lebih mampu mengidentifikasi unsur – unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk menyusun hipotesis, untuk mempertimbangkan informasi yang relevan. Menurut Guiller (2005) bahwa perempuan mempunyai kemampuan lebih dalam menyampaikan pendapatnya ke orang lain. Halpern (2000) dan Halpern (2004), menemukan bahwa laki – laki lebih baik dalam memanipulasi gambar visual dan kemampuan numerik, sementara perempuan pada umumnya lebih baik pada tes kemampuan verbal. Menurut Geary, dkk dalam Cahyono (2017), NAPLAN (National Assessment Program-Literacy and Numeracy) mengatakan bahwa anak laki-laki secara teratur mengalahkan anak perempuan dalam berhitung, dan anak perempuan secara konsisten mengalahkan anak laki-laki dalam membaca, menulis, mengeja, dan tata bahasa. Hasil penelitian relevan di atas sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan, peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa tes kemampuan berpikir kritis yang memuat informasi – informasi guna menarik kesimpulan dan tidak terdapat gambar maupun perhitungan pada tes tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa perempuan lebih unggul dari pada siswa laki – laki disebabkan karena siswa perempuan lebih mampu mengidentifikasi unsur-unsur yang dibutuhkan untuk menarik kesimpulan, untuk menyusun hipotesis, untuk mempertimbangkan informasi yang relevan, serta umumnya lebih baik pada tes kemampuan verbal. Sedangkan siswa laki – laki lebih baik dalam memanipulasi gambar visual dan kemampuan numerik misalnya berhitung. Walaupun kemampuan berpikir kritis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki – laki, namun tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari kedua nilai rata – rata tersebut. Hal ini dibuktikan dengan pengujian statistik berupa uji t yang menunjukkan nilai sig. (2 – tailed) sebesar 0,071 > 0,05 yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis pada siswa laki – laki dan perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sulistiyawati (2017) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis yang signifikan antara siswa laki – laki maupun perempuan. Demikian halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Myers dan Dyer (2006) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata kemampuan berpikir kritis antara siswa laki-laki dan perempuan. Menurut Rubin dalam Cahyono (2017) hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam aspek intelgensi secara umum, meskipun dalam aspek-aspek tertentu dapat dijumpai adanya perbedaan antara anak laki-laki dan anak perempuan. ## KESIMPULAN Dari pemaparan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir siswa pada materi ekosistem paling banyak berada pada kriteria sedang, disusul dengan kategori rendah, selanjutnya tinggi dan hanya 4 siswa saja yang memiliki kemampuan berpikir kritis pada kategori sangat tinggi. Secara keseluruhan kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori sedang. Kemampuan berpikir kritis siswa paling tinggi adalah pada indikator strategi dan taktik dengan kriteria sedang, disusul dengan menyimpulkan, dan memberikan penjelasan dasar. Selanjutnya, kemampuan berpikir kritis siswa yang paling rendah adalah pada indikator membangun keterampilan dasar dan disusul dengan membuat penjelasan lebih lanjut. Kemampuan berpikir kritis siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki – laki dengan rata – rata nilai 73 dan berada pada kriteria sedang. Sedangkan rata – rata nilai kemampuan berpikir kritis siswa laki – laki hanya 64 dan berada pada kriteria yang rendah. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan berpikir kritis siswa laki-laki dan perempuan. ## UCAPAN TERIMAKASIH Terima kasih kepada SMA Swasta Budisatrya Medan yang telah membantu dalam penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., (2013), Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta. Cahyono, B,. (2017), Analisis Ketrampilan Berfikir Kritis Dalam Memecahkan Masalah Ditinjau Perbedaan Gender, Aksioma, 1(8):50 – 64. Ennis, R. H., (1993), Critical Thinking Assessment, Theory Into Practice, 3(32): 179 – 186. Ennis, R. H., (2011). The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions and Abilities. University of Illinois, Chicago. Halpern, D. F., & LaMay, M. L., (2000), The Smarter Sex: A Critical Review Of Sex Differences In Intelligence, Educational Psychology Review, 12(2):229 – 246. Halpern, D. F., (2004), A Cognitive-Process Taxonomy For Sex Differences in Cognitive Abilities, Current Directions in Psychological Science, 13(4):135 – 139. Hazeli, S., Rezaii, F., (2013). The Effect of Teaching Critical Thinking on Educational Achievement and Test Anxiety among Junior High School Students in Saveh. Department of Psychology, Saveh Branch, Islamic Azad University, Saveh, Iran. European Online Journal of Natural and Social Sciences, 2(2):168 – 175. Keefe, J., dan Jenkins, J., (2013), Instruction and the Learning Environment (The School Leadership Library), Routledge, New York. Kemendikbud, (2016), Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, Jakarta : Kemendikbud. Kharbach, M., (2012), The 21st Century skills Teachers and Student Need to Have, Halifax: Creative Commons Attribution Mount Saint Vincent University. Kuswana, W.S., (2014), Taksonomi Kognitif Perkembangan Ragam Berpikir, Remaja Rosdakarya, Bandung. Manik, N.Y., Simatupang, Z., (2017), Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi di Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan, Jurnal Pelita Pendidikan, 3(5):290 – 296. Masita, P.N., Mahanal, S. dan Suwono, H., (2016), Keterampilan Berpikir Kritis Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X Sma, Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016.Malang .hal:1-2. Myers, B.E., Dyer, J.E., (2006), The Influence Of Student Learning Style On Critical Thinking Skill, In Journal of Agricultural Education, 47 (1). Permendikbud 81 A., (2013), Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran. Ramli, M., (2015), Implementasi Riset dalam Pengembangan Higher Order Thinking Skills pada Pendidikan Sains, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains V dengan tema Pengembangan Model & Perangkat Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi, Surakarta 19 November 2015. Ricketts, J.C., Rudd, R., (2004), Critical Thinking Skills of FFA Leaders, Journal of Southern Agricultural education Research, 7(1):54. Ritdamaya, D., Suhandi, A., (2015), Profil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sekolah Menengah Atas dalam Materi Suhu dan Kalor Menggunakan Instrumen Tes Berpikir Kritis Ennis, Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 21 November 2015 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Siswandi, H.J., (2006), Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Melalui Metode Diskusi Panel dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas), Jurnal Pendidikan Penabur, 7(5):24 – 35. Sugiyanto, R., (2009), Penerapan Metode Bertanya dalam Kegiatan Praktek Lapangan untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Mahasiswa, Jurnal Geografi, 6(2):80 – 90. Sumiati., Asra., (2008), Metode Pembelajaran, C.V. Wahana Prima, Bandung. Weissinger, P.A., (2004), Critical Thinking, Metacognition, and Problem Based Learning. In Tan OOn Seng (ed). Enchaning Thinking Through Problem Based Learning Approaches, Thomson, Singapore. Wijayanti, D.D., Suparman., (2018), Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMK Diponegoro Depok Yogyakarta Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika, “Integrasi Budaya, Psikologi, Dan Teknologi Dalam Membangun Pendidikan Karakter Melalui Matematika dan Pembelajarannya”, Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo, Ruang Seminar UMP, Sabtu, 12 Mei 2018. Yustyan, S., Widodo, N., Pantiwati, Y., (2015), Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Dengan Pembelajaran Berbasis Scientific Approach Siswa Kelas X SMA Panjura Malang, Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1):244 -3750. Zohar, A., dan Dori, YJ. (2003), Higher Order Thinking Skills and Low Achieving Students: Are They Mutually Exclusive?, Journal of the Learning Sciences, 12(2):145 – 181. Zubaidah, S., (2011), Strategi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa Melalui Berbagai Pola Pemacu Pertanyaan, Kapita Selekta Biologi dan pembelajarannya untuk Guru IPA Biologi SLTP, Malang: UM.
ce665c60-5c4f-4a0c-87bd-8c656ddd2c30
http://jutif.if.unsoed.ac.id/index.php/jurnal/article/download/1981/549
Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) DOI: https://doi.org/10.52436/1.jutif.2024.5.4.1981 Vol. 5, No. 4, August 2024, pp. 21-31 p-ISSN: 2723-3863 e-ISSN: 2723-3871 ## DATABASE-BASED GUI SYSTEM TO INCREASE THE EFFECTIVENESS OF STUDENT DATA MANAGEMENT IN THE FKIP UHAMKA DORMITORY ISMAT *1 , Akhmad Rizal Dzikrillah 2 1,2 Informatics Engineering ,Faculty of Industrial Technology and Information Technology, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA, Indonesia Email: 1 [email protected] , 2 [email protected] (Article received: April 09, 2024; Revision: May 05, 2024; published: July 29, 2024) ## Abstract Data management in the digital era is crucial in various institutions. One of these institutions is the dormitory or student residence, where it's important to track the progress achieved by the residents. However, data management at the FKIP UHAMKA Dormitory still faces several challenges, particularly regarding the loss of previous evaluation data, which is essential for the management. Data loss is a significant issue in the data management process for the relevant institution. Hence, there is a need for innovation in designing a database system that is user-friendly for data management in the digital era. This research aims to develop a GUI-based database system to efficiently manage student data at the FKIP UHAMKA Dormitory. The research adopts the waterfall development method, which involves stages such as requirements analysis, design, coding, and testing. Data is obtained through observation, interviews, and literature studies. The results of the research indicate that the GUI application based on the Dormitory FKIP UHAMKA Database has a good level of usability, with a System Usability Scale (SUS) score of 73.654. This suggests that users find the application easy to use and efficient in meeting their needs related to dormitory management. In addition to the SUS evaluation, this research stands out for developing a more comprehensive GUI system with significant additional features. Keywords : Database, GUI, Python, SUS, Waterfall. ## SISTEM GUI BERBASIS DATABASE UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DATA SANTRI DI DORMITORY FKIP UHAMKA ## Abstrak Pengelolaan data di era digital sangat diperlukan diberbagai instansi. Salah satunya di Dormitory atau asrama mahasiswa untuk mengetahui kemajuan perkembangan yang telah dicapai oleh santri. Namun, pengelolaan data di Dormitory FKIP UHAMKA masih menghadapi beberapa masalah, terutama terkait dengan kehilangan data evaluasi sebelumnya yang menjadi kebutuhan pengurus. Kehilangan data menjadi salah satu problematika yang terjadi dalam proses pengelolaan data untuk kepentingan instansi terkait. Hal tersebut diperlukannya inovasi dalam membuat rancangan database yang mudah digunakan dalam pengelolaan data di era digital. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem GUI berbasis database untuk efisien mengelola data santri di Dormitory FKIP UHAMKA. Dalam penelitian ini menggunakan metode pengembangan melalui pendekatan waterfall dengan tahapan analisis kebutuhan, desain, pengkodean, dan pengujian. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi GUI berbasis database Dormitory FKIP UHAMKA memiliki tingkat aspek usability yang bagus, dengan nilai System Usability Scale (SUS) sebesar 73.654. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna menganggap aplikasi ini mudah digunakan dan efisien dalam pemenuhan kebutuhan mereka terkait manajemen Dormitory. Selain evaluasi usability yang dilakukan menggunakan metode SUS, penelitian ini juga menonjol karena mengembangkan sebuah sistem GUI yang lebih komprehensif dengan fitur-fitur tambahan yang signifikan. Kata kunci : Database, GUI, Python, SUS, Waterfall. ## 1. PENDAHULUAN Dalam era teknologi informasi yang berkembang pesat, pengelolaan informasi menjadi fokus utama dalam berbagai industri. Terutama dalam konteks pengelolaan asrama mahasiswa, seperti Dormitory Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) Univesitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA), diperlukan solusi yang modern dan ## 22 Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) , Vol. 5, No. 4, August 2024, pp. 21-31 efisien. Pemrograman saat ini terus berkembang sehingga perlu adanya pemanfaatan kontribusi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan informasi [1]. Dormitory FKIP UHAMKA merupakan asrama mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Prof Dr. Hamka, yang menyediakan tempat tinggal bagi mahasiswa. Pada umumnya, asrama mahasiswa melibatkan berbagai kegiatan dan di akhir semester, akan ada evaluasi yang terdiri dari kehadiran, Indek Prestasi Kumulatif (IPK), dan kemajuan semester santri. Namun, pengelolaan data di Dormitory FKIP UHAMKA masih menghadapi beberapa masalah, terutama terkait dengan kehilangan data evaluasi sebelumnya yang menjadi kebutuhan pengurus. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi sistem Graphical User Interface (GUI) database berbasis guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan informasi di asrama. Graphical User Interface (GUI) adalah antarmuka program yang bertindak sebagai media antara pengguna dan perangkat lunak. GUI telah menjadi cara penting yang digunakan dalam interaksi pengguna dengan perangkat lunak saat ini, GUI memungkinkan pengguna dapat lebih mudah dan lebih nyaman dalam menjalankan sebuah aplikasi [2]. Pentingnya pengelolaan database digital juga ditekankan dalam penelitian ini. Database adalah kumpulan data yang terorganisir, disimpan, dan diakses secara elektronik dari suatu sistem komputer [3]. Untuk mengoperasikan basis data, digunakanlah Database Management System (DBMS), dan pada penelitian ini, operasi database dilakukan dengan menggunakan PhpMyAdmin , sebuah perangkat lunak yang memfasilitasi administrasi database MySQL [4]. MySQL adalah sistem manajemen database yang biasa digunakan untuk mengelola data [5]. Dalam menangani administrasi database MySQL melalui interface [6]. Dimana tujuannya untuk urusan pendataan yang memiliki kemampuan untuk menyimpan data, menjaga data dan informasi sehingga memudahkan user untuk mengambilnya kembali ketika dibutuhkan sewaktu waktu [7]. Dalam pengembangan aplikasi GUI peneliti menggunakan pemrograman bahasa Python, ini adalah pemrograman yang sering digunakan saat ini karena kemudahan bahasa pemrogramannya [8]. Salah satu pemrograman yang sering digunakan adalah Python, salah satu perpustakaan Python adalah Tkinter, ini adalah perpustakaan yang paling umum digunakan dalam Python untuk membuat Graphical User Interface (GUI) [9]. Tkinter memiliki banyak koleksi widget seperti tombol, teks, kotak, label dan menu, dengan fungsi ini pemrogram bisa mengembangkan tampilan interface sesuai kebutuhan fungsi untuk memproses sebuah kejadian [10]. Dalam mekanisme kumpulan elemen dalam Graphical User Interface pengguna bisa interaksi seperti memberikan perintah pada icon dan tombol untuk membantu pengelolaan data [11]. Dalam pengelolaan data diperlukan database sebagai sistem untuk menyimpan dan menarik data dalam bentuk digital, Database digital manage menggunakan Database Management System (DBMS), untuk melakukan operasi terhadap database menggunakan P hpMyAdmin , p hpMyAdmin adalah perangkat lunak gratis yang ditulis menggunakan bahasa pemrograman PHP [12]. Beberapa penelitian sebelumnya, pertama pada penelitian berjudul Sistem Login Pada Aplikasi Berbasis GUI Menggunakan QTDesigner Python yang dilakukan oleh Dias membuktikan bahwa hasil UAT menunjukkan hasil index 99,3% dari responden 5 orang dengan 7 pertanyaan dimana efektifitas dalam penggunaan bahasa program untuk sistem login pada aplikasi GUI sangat baik, fokus penelitian ini hanya pada pembuatan sistem login pada GUI dalam bahasa programan Python [13]. Penelitian berjudul Implementation of SMES Address Information Data Processing Database Design Using Python Programming, oleh sholeh dan suraya mengatakan bahwa pyhon dapat digunakan untuk IOT ( Internet of Things ) dalam sebuah web, sebagai server maupun pengguna, dalam penelitianya data UKM disimpan dalam sistem dengan manajamen database MYSQL dan proses pemrograman dengan menggunakan python berjalan dengan baik dalam memproses data di dalam database untuk melakukan create , Read , update dan Delete (CRUD), dalam penelitian ini hanya berfokus pada perubahan data dalam database dalam memanfaatkan CRUD program Python dalam IOT ( Internet of Things ) [14]. Penelitian selanjutmya berjudul Aplikasi Sistem Manajemen Perpustakaan dengan Penerapan Pemrograman Berorientasi Objek, oleh Angelina mengatakan manajemen perpustakaan berhasil dengan menggunakan Python tkianter yang dibuktikan dengan pengujian input, menghapus dan mengedit berjalan dengan baik yang langsung tersimpan di database tujuan penelitian ini untuk bisa melakukan edit dalam database perpustakaan [15]. Meskipun penelitian-penelitian tersebut telah memberikan wawasan yang berharga dalam penggunaan Python untuk pengembangan aplikasi GUI berbasis database , beberapa kekurangan terdapat dalam penelitian, penelitian sebelumnya hanya memusatkan perhatian pada satu aspek tertentu dari aplikasi, seperti sistem login atau pengolahan data tertentu, tanpa menyeluruh mempertimbangkan berbagai fitur yang mungkin dibutuhkan dalam pengelolaan informasi di asrama mahasiswa. Berdasarakan uraian di atas Penelitian ini memperluas cakupan pengembangan aplikasi GUI berbasis database dengan memperkenalkan fitur-fitur tambahan yang tidak hanya terbatas pada satu fungsi tertentu, tetapi mencakup beberapa fitur penting dalam pengelolaan data santri di Dormitory FKIP UHAMKA. Perbedaan utama antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada integrasi fitur-fitur yang lebih luas dan menyeluruh dalam satu aplikasi GUI. Dibandingkan dengan penelitian yang lebih spesifik, seperti penelitian yang hanya fokus pada sistem login atau implementasi CRUD dalam IOT menggunakan bahasa pemrograman Python, penelitian ini lebih holistik dengan menggabungkan fitur-fitur seperti login, penambahan, pengubahan, penghapusan, pencarian, dan pengunduhan data dalam satu aplikasi GUI yang terhubung dengan database . untuk memiliki akses yang lebih lengkap dan efisien dalam pengelolaan data. Selain itu, penelitian ini tidak hanya memperkenalkan fitur-fitur baru, tetapi juga memberikan penilaian yang komprehensif terhadap tingkat usability aplikasi yang dikembangkan menggunakan System Usability Scale (SUS). Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kepuasan pengguna terhadap aplikasi dan tingkat efektivitasnya dalam pengelolaan data. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya melengkapi penelitian sebelumnya dengan fitur-fitur tambahan, tetapi juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam mengembangkan solusi yang lebih holistik dan efektif untuk pengelolaan data di Dormitory FKIP UHAMKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan aplikasi Sistem Graphical User Interface (GUI) database guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan informasi di asrama. Penelitian ini terbatas pada Pengembangan Sistem GUI Berbasis Database Manajemen Data Santri Dormitory FKIP UHAMKA dengan Evaluasi Usability Menggunakan Metode SUS. ## 2. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, mengintegrasikan pendekatan metodologi yang terdiri dari pendekatan waterfall untuk pengembangan sistem perangkat lunak dan metode usability untuk evaluasi aplikasi dari pengguna. Pendekatan waterfall digunakan sebagai kerangka kerja utama dalam pengembangan sistem perangkat lunak. Metode waterfall ini dipilih karena kesederhanaan dan keteraturannya, yang cocok untuk proyek dengan kebutuhan yang stabil dan jelas. Urutan metodologi waterfall , mulai dari analisis kebutuhan, desain sistem, pengkodean, hingga pengujian. Sementara itu, metode usability digunakan untuk mengevaluasi tingkat kemanfaatan dan kepuasan pengguna terhadap aplikasi yang dikembangkan. Metode ini bertujuan untuk memastikan bahwa aplikasi yang kami buat dapat digunakan dengan mudah dan efektif oleh pengguna [16]. Penggunannya menggunakan kuesioner, analisis skala Likert, dan perhitungan nilai System Usability Scale (SUS) untuk mengukur usability aplikasi. Integrasi kedua metode ini dilakukan dengan menyelaraskan evaluasi usability pada setiap tahap pengembangan sistem. untuk melakukan evaluasi usability sejak tahap desain awal hingga tahap pengujian akhir. Hasil evaluasi ini digunakan untuk memperbaiki atau menyempurnakan aplikasi selama proses pengembangan, sehingga memastikan bahwa aplikasi yang hasilkan memenuhi standar usability yang baik dan memenuhi kebutuhan pengguna dengan baik. Alur metodologi dalam penelitian pengembangan sistem perangkat lunak ini menggunakan metode waterfall , dalam pra penelitian menggunakan beberapa tahapan seperti identifikasi masalah dan pegumpulan data, untuk pengembangan aplikasi GUI menggunakan metode waterfall yang teridiri dari analisis kebutuhan, desain sistem , pengkodean dan pengujian, dalam pengujian aplikasi GUI menggunakan metode blackbox kerangka seluruh metodologi dalam penelitian bisa dilihat pada Gambar 1. ## Gambar 1. Alur Penelitian ## 2.1. Tahap Perencanaan Pada tahap awal dalam pembuatan sebuah sistem, langkah pertama adalah melakukan persiapan yang matang untuk menganalisis masalah yang ada. Identifikasi masalah menjadi fokus utama dalam tahap ini, di mana dilakukan analisis mendalam terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan data di Dormitory FKIP UHAMKA. Identifikasi masalah ini merupakan langkah krusial karena akan menjadi dasar dalam merumuskan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah yang ada. Identifikasi masalah dilakukan melalui beberapa pendekatan, termasuk pengamatan langsung di lapangan, interaksi dengan pihak terkait, dan studi literatur terkait. penelitian turun langsung ke lapangan untuk mengamati proses pengelolaan data yang sedang berlangsung di Dormitory FKIP UHAMKA. Selain itu, interaksi dengan pengurus Dormitory FKIP UHAMKA dilakukan melalui wawancara untuk mendapatkan sudut pandang mereka terhadap permasalahan yang ada. Terakhir, studi literatur dilakukan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas tentang tantangan yang serupa di lingkungan yang berbeda. Dari hasil identifikasi masalah tersebut, didapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahan yang dihadapi, termasuk faktor-faktor penyebabnya dan dampaknya terhadap pengelolaan data. Informasi ini akan menjadi dasar dalam merumuskan solusi yang tepat dan efektif dalam pembuatan aplikasi GUI Dormitory FKIP UHAMKA. ## 2.1.1. Identifikasi Masalah Dalam penelitian hal pertama yang dilakukan adalah mengidentikasi masalah, Identifikasi masalah adalah proses penelitian yang penting karena dapat menentukan kualitas penelitian yang dilakukan dan ## 24 Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) , Vol. 5, No. 4, August 2024, pp. 21-31 untuk merumuskan permasalahan yang akan menjadi latar belakang dalam objek penelitian yang dilakukan. Masalah yang diidentifikasi adalah bagaimana membuat aplikasi GUI Dormitory FKIP UHAMKA untuk mengelola dan menyimpan data santri, secara gambaran umum data ini merupakan data kehadiran, IPK dan semester, namun untuk mengaksesnya menggunakan login . Pada penelitian ini memiliki batasan masalah sehingga arah penelitian bisa tercapai dengan baik dan pada penelitian ini juga hanya berfokus pada pembuatan aplikasi GUI Domitory FKIP UHAMKA menggunakan Tqianter pada Python dan pengelola database menggunakan phpMyAdmin . ## 2.2. Pengumpulan Kebutuhan (Data) Setelah menyelesaikan identifikasi masalah lalu dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu pengumpulan data meliputi pengumpulan kebutuhan dengan implementasi pengambilan data untuk memastikan sistem seperti apa yang akan ada dalam aplikasi GUI yang akan dibuat, adapun pengumpulan data yang digunakan dalam pengumpulan data ini menggunakan metode antara lain. ## 2.2.1. Observasi Proses data yang dilakukan penulis dengan langsung turun kelapangan untuk melakukan pengamatan yang digunakan untuk mencari informasi di Dormitory FKIP UHAMKA untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan selama pembuatan aplikasi GUI. ## 2.2.2. Wawancara Proses pengumpulan informasi dengan langsung melakukan tanya jawab bersama pengurus di Dormitory FKIP UHAMKA yang terdiri dari 2 pengurus. Wawancara ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan pada perancangan sistem sehingga membantu penelitian untuk mengembangkan sistem yang sesuai dengan permasalahan yang ada. ## 2.2.3. Studi Pustaka Pada proses pengumpulan data ini penulis mengumpulkan dan mempelajari dari buku – buku / jurnal untuk mendapatkan sebuah penelitian untuk menemnukan masalah yang diteliti sehingga bisa dijadikan acuan dalam penelitian. ## 2.3. Pembuatan Sistem Metode Waterfall Waterrfall adalah salah satu metode pengembangan sistem perangkat lunak yang mana menekankan pada fase berurutan dan sistematis. Model pengembangannya, dapat dianalogikan seperti air terjun, di mana tahap dikerjakan secara berurutan mulai dari atas hingga ke bawah [17]. Tahapan dalam penelitian ini dimulai dari analisis sistem, desain sistem, pengkodean dan pengujian, Keuntungan utama dari metode waterfall adalah kesederhanaannya dan keteraturan yang ditawarkannya. Dengan langkah-langkah yang jelas dan terstruktur, metode ini dapat membantu dalam mengelola proyek dengan baik, terutama proyek yang memiliki kebutuhan yang stabil dan jelas dari awal. Metode ini dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan untuk pengguna dan sistem, selanjutnya dilakukan design untuk melihat garis besar sistem GUI yang akan dilakukan, dalam implementasi desain akan dilakukan pengkodean selanjutnya akan dilakukan pengujian sistem untuk melihat bahwa sistem GUI berjalan dengan baik, pengujian sistem ini menggunakan pengujian black box , pengujian dilakukan untuk mengetahaui bahwa fungsionalitas aplikasi GUI berjalan dengan yang diharapkan, bisa dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Metode Waterfall ## 2.3.1. Analisis Kebutuhan Proses analisis kebutuhan adalah proses untuk melakukan identifikasi kebutuhan terhadap apa saja yang dibutuhkan oleh perangkat lunak. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan data, kebutuhan software , kebutuhan hardware . ## 2.3.2. Desain Proses desain merupakan hasil dari proses analisis yang mulai diterapkan untuk pembuatan perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan yang sudah diketahui. perancangan ini hanya menggambarkan garis besarnya apa saja yang ada dalam aplikasi layanan sistem informasi yang akan dibuat yang bertugas sebagai catatan garis besar sistem sebelum melakukan pengkodean. ## 2.3.3. Pengkodean Tahap ini merupakan implementasi dari desain sistem yang telah direncanakan sebelumnya. Pada tahap ini, ide dan konsep yang telah didesain akan diubah menjadi kode program yang konkret. Pengkodean dilakukan berdasarkan desain sistem dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya. lebih rinci tentang implementasi fungsi-fungsi utama dalam aplikasi GUI Dormitory FKIP UHAMKA menggunakan Tqianter pada Python dan pengelolaan database menggunakan PHPMyAdmin . ## 2.3.4. Implementasi Saat perangkat lunak selesai dibangun. Tim pengembang menggunakan desain yang telah dibuat sebelumnya untuk mengembangkan kode program. Pada tahap ini, pengkodean, pengujian unit dan integrasi komponen perangkat lunak dilakukan untuk. ## 2.4. Pengujian Pengujian sistem merupakan hal yang sangat penting yang bertujuan untuk mengetahui menemukan kesalahan-kesalahan atau kekurangan pada perangkat lunak yang dibuat, Pengujian berfokus pada perangkat lunak dari segi fungsional serta memastikan bahwa semua bagian sudah diuji sehingga keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian ini melakukan pengujian black box dimana teknik ini memfokuskan pada fungsi aplikasi, pengujian fungsional pada penelitian ini Menguji fungsi-fungsi utama dalam sistem, termasuk login , penambahan data mahasiswa, pengubahan data mahasiswa, dan pengunduhan data mahasiswa. Setiap fungsi diuji untuk memastikan bahwa sistem merespon dengan benar terhadap masukan pengguna dan menghasilkan keluaran yang diharapkan. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisis Kebutuhan Sistem Analisis kebutuhan sistem ini bertujuan untuk memahami secara mendalam kebutuhan pengguna (pengurus) serta sistem yang akan digunakan. Berdasarkan pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi pustaka, diperoleh pemahaman yang jelas tentang apa yang diharapkan dari sistem yang akan dikembangkan.dalam analisi ini penulis membaginya menjadi 2 yaitu: ## 3.1.1. Kebutuhan Pengguna (Pengurus) Dalam mengelola data mahasiswa, pengurus membutuhkan kemampuan untuk menambah, mengubah, menghapus, mencari, dan mendownload data mahasiswa. Fungsionalitas ini dianggap penting untuk memastikan pengelolaan data yang efisien dan akurat. ## 3.1.2. Kebutuhan Sistem Pengguna (Pengurus) Sistem ini memerlukan mekanisme login yang aman, dimana pengurus harus memasukkan username dan password yang valid untuk mengakses fitur-fitur pengelolaan data. Ini akan membantu dalam menjaga keamanan data serta memberikan akses yang terbatas kepada pengguna yang berwenang. ## 3.2. Desain Proses dimulai saat pengguna membuka GUI. Pengguna diminta untuk memasukkan username dan password untuk login ke dalam sistem. Informasi login yang dimasukkan oleh pengguna dikirim ke server untuk proses autentikasi . Server memeriksa kecocokan informasi login dengan database tabel pengurus yang berisi username dan password untuk menentukan apakah pengguna memiliki akses yang valid. Tampilkan menu utama GUI akan menampilkan menu utama kepada pengguna. Pilih operasi: pengguna dapat memilih operasi yang ingin dilakukan, misalnya, tambah data mahasiswa, ubah data mahasiswa, hapus data mahasiswa, dan download data mahasiswa. ## 3.2.1. Use Case Diagram Dalam sistem GUI ini pengurus bertindak sebagai aktor, untuk mengakses GUI pengurus harus memasukan username dan password , setelah username dan password berhasil di verifikasi maka sistem akan masuk kemenu utama yang terdiri dari beberapa fungsi seperti tambah data ,ubah data, hapus data, cari mahasiswa dan download . Bisa dilihat pada Gambar 3. Pada diagram ini bisa dilihat kemampuan yang dimiliki aktor dalam kasus ini adalah pengurus. Gambar 3. Use Case GUI ## 3.2.2. Flowchart Sistem GUI Alur sistem pada aplikasi ini ketika dijalankan akan menampilkan halaman login yang terdiri dari username dan password , setelah berhasil masuk pada sistem maka sistem GUI akan menampilkan halaman utama, setiap fitur dalam menu utama langsung terkoneksi kedalam database , dimana user bisa melakukan pengoperasian melalui GUI dan perubahannya akan terkoneksi kedatabase. Dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Alur Aplikasi GUI ## 3.2.3. Desain Menu Pada gambar menu utama GUI akan terdapat beberapa fitur dalam menu utama, menu utama akan ditampilkan ketika login berhasil yang terdiri dari tambah data untuk menambahkan data, ubah data, untuk mengubah data yang telah ada, hapus data, untuk menghapus data, cari data untuk mencari data dalam GUI, download data untuk download data, seperti terlihat pada Gambar 5. Gambar 5. Menu Utama ## 3.2.4. Database GUI Sistem database ini menggunakan nama santri Dormitory yang terdiri dari dua tabel, tabel pengurus menjadi tabel yang akan mengakses GUI menggunakan sistem login , dimana tabelnya ada 2, yang pertama adalah tabel pengurus dimana ini akan menjadi user untuk melakukan login sedangkan utuk tabel mahasiswa adalah tabel mahasiswa yang berisi data data mahasiswa yang akan dikelola dan diipnut oleh user (tabel pengurus), Seperti terlihat pada Gambar 6. Gambar 6. Database dan Tabel ## 3.3. Implementasi Login merupakan akses yang dibutuhkan oleh pengurus dengan menggunakan kombinasi username dan password . fungsi ini akan melakukan eksekusi jika username dan password terdaftar didalam tabel pengurus maka login akan mengakses GUI dan database . Bisa dilihat pada gambar fungsi ini untuk memungkinkan aplikasi berinteraksi dengan database , seperti terlihat pada Gambar 7. Gambar 7. Login GUI Tampilan menu utama adalah tampilan GUI setelah pengurus berhasil memasukan username dan password , menu utama yang terdiri dari tambah data, untuk memasukan data, ubah data , untuk mengubah data yang telah ada, hapus data, untuk menghapus data yang diinginkan pengurus, menu download , untuk download data mahasiswa. Bisa dilihat pada Gambar 8. \ Gambar 8. Menu utama GUI Tambah data merupakan fungsi untuk menambahkan data mahasiswa ke dalam tabel "mahasiswa" dalam database . seperti nama, NIM, prodi, jumlah pertemuan, jumlah tidak hadir, jumlah hadir, IPK, semester, dan kemampuan bacaan Alquran, seperti dilihat pada Gambar 9. ## Gambar 9. Tambah Data Ubah data adalah fungsi untuk mengubah data mahasiswa yang telah ada didalam database jika ada perubahan pada data, dalam mengubah data GUI akan meminta masukan NIM mahasiswa yang akan dirubah sehingga pengurus tidak perlu melakukan pencarian manual untuk mengubah data, bisa dilihat pada Gambar 10. ## Gambar 10. Ubah Data Pencarian Melalui NIM Hapus data adalah fungsi untuk menghapus data mahasiswa yang telah ada didalam database , dalam menghapus data GUI akan meminta masukan NIM mahasiswa yang akan dihapus sehingga pengurus tidak perlu melakukan pencarian manual untuk menghapus data, bisa dilihat pada Gambar 11. ## Gambar 11. Hapus Data Pencarian Melalui NIM Menu download digunakan untuk mengambil data melalui GUI dimana downloadnya berbentuk tabel di PDF bisa dilihat pada Gambar 12 adalah hasil download pengujian GUI. Gambar 12. Hasil Uji Download GUI ## 3.4. Pengujian Aplikasi Pada tahap ini, pengujian terhadap aplikasi yang telah dibuat oleh penulis untuk memastikan bahwa aplikasi tersebut menghasilkan input dan output yang diinginkan sesuai dengan ekspektasi pengguna. Penulis melakukan pengujian dalam dua langkah, secara khusus menggunakan black box dan Metode usability .. ## 3.4.1. Pengujian Blackbox Pengujian berfokus pada perangkat lunak dari segi fungsional serta memastikan bahwa semua bagian sudah diuji sehingga keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan. Pengujian ini melakukan pengujian black box dimana teknik ini memfokuskan pada fungsi aplikasi, Pengujian fungsional pada penelitian ini Menguji fungsi-fungsi utama dalam sistem, termasuk login , penambahan data mahasiswa, pengubahan data mahasiswa, dan pengunduhan data mahasiswa. Setiap fungsi diuji untuk memastikan bahwa sistem merespons dengan benar terhadap masukan pengguna dan menghasilkan keluaran yang diharapkan. Untuk kasus ujinya bisa dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kasus Uji Kasus Uji Coba Hasil Diharapkan Hasil Aktual Pengujian login pengurus dengan memasukkan username dan password Pengguna berhasil masuk ke dalam sistem dan diarahkan ke menu utama. Pengguna berhasil masuk ke dalam sistem dan diarahkan ke menu utama. .Pengguna menambahkan atau memasukkan data mahasiswa baru Data mahasiswa baru ditambahkan ke dalam database . Data mahasiswa baru ditambahkan ke dalam database . Pengguna mengubah informasi data Data mahasiswa berhasil diubah sesuai dengan input pengguna Data mahasiswa diubah sesuai dengan input pengguna 28 Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) , Vol. 5, No. 4, August 2024, pp. 21-31 mahasiswa yang sudah ada Pengguna menghapus salah satu data mahasiswa dari database Data mahasiswa yang dipilih berhasil dihapus dari database . Data mahasiswa yang dipilih berhasil dihapus dari database . Pengguna mengunduh data mahasiswa dalam format tabel Sistem menghasilkan file download yang berisi data mahasiswa dalam format tabel pdf Sistem menghasilkan file download yang berisi data mahasiswa dalam format tabel pdf Hasil pengujian aplikasi GUI dengan menggunakan pengujian black box ditunjukkan pada tabel 3, bisa dilihat bahwa semua fungsi fungsi GUI berjalan dengan baik dengan demikian peneliti bisa menyimpulkan bahwa aplikasi yang dibuat menggunakan Python dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan oleh pengurus berdasarakan pengujian black box . Tabel 2. Hasil Uji Blackbox Kasus Uji Coba Hasil Diharapkan Status Penugujian login pengurus dengan memasukan username dan password Pengguna berhasil masuk kedalam sistem dan diarahkan ke mene utama Berhasil Pengguna menambahkan atau memasukkan data mahasiswa baru Data mahasiswa baru ditambahkan ke dalam database . Berhasil Pengguna mengubah informasi data mahasiswa yang sudah ada Data mahasiswa berhasil diubah sesuai dengan input pengguna Berhasil Pengguna menghapus salah satu data mahasiswa dari database Data mahasiswa yang dipilih berhasil dihapus dari database Berhasil Pengguna mengunduh data mahasiswa dalam format tabel Sistem menghasilkan file download yang berisi data mahasiswa dalam format tabel pdf Berhasil ## 3.5. Metode Usability Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengevaluasi fungsionalitas dan penilian pengurus terhadap aplikasi, penilaian skala dalam quisioner ini menggunakan skala likert. Skala Likert adalah jenis skala yang sering digunakan dalam survei dan penelitian, dalam penelitian ini skalanya menggunakan 0-4 [18] bisa terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Responden Skor Arti 4 Sangat Setuju 3 Setuju 2 Ragu-Ragu 1 Tidak Setuju 0 Sangat Tidak Setuju Dalam tahap pengujian ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu pengurus Dormitory FKIP UHAMKA yang telah mencoba GUInya, setelah peneliti mendapatkan data responden dari pengurus, maka dilanjutkan untuk menghitung System Usability Scale (SUS), SUS adalah alat pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat usability suatu sistem [19]. Dalam penelitian ada beberapa tahapan dalam perhitungan SUS. 1. Dalam penelitian ada beberapa tahapan dalam perhitungan SUS. 2. Dari tiap soal bernomor ganjil, dikurangi 1 dari score (X-1). 3. Dari soal bernomor genap nilainya dikurangi dengan 5 (5-X). 4. Hasil berkisar dari 0 sampai dengan 4 ( empat adalah jawaban paling positif). 5. Tambahkan skor responden kemudian kalikan jumlah dengan 2.5. Menghitung rata-rata jawaban dengan menggunakan rumus. 𝑥 ̅ = (∑x)/(n) (1) 𝑥 ̅ = Skor Rata-Rata ∑x = Jumlah Skor SUS n =Jumlah Responden Adapun pertanyaan dalam quisioner ini terdapat 7 pertanyaan dengan 13 responden pengurus Asrama Dormitory FKIP UHAMKA 1. Apakah Anda dapat dengan mudah menemukan menggunakan fitur-fitur utama yang diperlukan? 2. Apakah fitur-fitur yang paling penting tersedia dalam GUI dan dapat diakses dengan cepat? 3. Seberapa baik GUI ini memungkinkan Anda untuk menyelesaikan tugas-tugas pengurus? 4. Apakah GUI merespons dengan cepat terhadap input pengurus dan memberikan umpan balik yang sesuai? 5. Apakah ada kesulitan dalam memahami pesan atau instruksi yang diberikan oleh GUI? 6. Apakah ada kesulitan dalam memahami pesan atau instruksi yang diberikan oleh GUI? 7. Apakah Anda merasa konsistensi antarfitur memudahkan Anda dalam mengoperasikan GUI? Dalam penelitian Kesuma, Dorie P. Yang berjudul Penggunaan Metode System Usability Scale Untuk Mengukur Aspek Usability Pada Media Pembelajaran Daring di Universitas XYZ mengatakan penilaian skala interpretasi hasil skor SUS diberikan peringkat bisa dilihat pada tabel 4 [20]. Hasil quisioner bisa dilihat pada tabel 5 dengan memiliki 7 pertanyaan dan responden 13 pengurus dengan scala penilaian 0-4. Tabel 4. Skor SUS Skor SUS Nilai Peringkat Kata Sifat >80.3 A Bagus Sekali 60-80.3 B Bagus 68 C Biasa 51-68 D Buruk <51 E Buruk Sekali Tabel 5. Hasil Quisioner Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 1 3 4 3 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 5 3 4 3 4 3 3 3 6 4 4 4 4 3 3 3 7 3 3 3 4 3 3 3 8 3 4 4 3 4 4 4 9 3 3 2 3 4 3 4 10 3 3 4 2 4 4 3 11 3 3 4 3 3 2 3 12 3 4 3 4 3 3 3 13 3 3 3 3 4 3 3 Untuk melakukan perhitungan akhir SUS dari data kuisioner , peneliti pakan mengonversi skala Likert 0-4 menjadi skala 1-5, Berikut adalah konversi skala pada tabel 5, Sebelum menghitung nilai SUS aplikasi GUI peneliti akan menghitung total masing masing skor dengan perhitungan SUS, bisa dilihat pada Tabel 6 adalah nilai total SUS dari responden. Tabel 6. Konversi Skor Nilai Lama Nilai Baru 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 Tabel 7. Total Skor SUS Responden Responden Total Skor 1 29 2 32 3 31 4 32 5 29 6 34 7 29 8 35 9 26 10 27 11 25 12 29 13 24 Total 372 Setelah itu kita akan menghitung nilai SUS pada aplikasi berdasarkan nilai dari responden dengan menggunakan rumus: SUS = ((Total Skor SUS × 2.5)/ (Jumlah Responden)) (2) SUS = ((382×2.5)/13) SUS = 73.654 Jadi nilai usability pada aplikasi GUI berbasis Database Dormitory FKIP UHAMKA yang telah dibuat dalam penelitian ini dapat disimpulkan aplikasi ini memiliki tingkat aspek usability yang bagus dengan nilai SUS adalah 73.654. ## 4. DISKUSI Penulis melakukan analisis terhadap temuan- temuan yang diperoleh, dan membandingkannya dengan penelitian sejenis yang telah dilakukan dalam jurnal atau konferensi sebelumnya. Dalam penelitian berjudul "Implementation of SMES Address Information Data Processing Database Design Using Python Programming", dilakukan oleh Sholeh dan Suraya, yang menyoroti penggunaan Python untuk Internet of Things (IoT) dalam pengolahan data UKM di MySQL. Penelitian ini berfokus pada operasi Create, Read, Update, dan Delete (CRUD) di dalam database. Sementara itu, penelitian selanjutnya yang berjudul "Aplikasi Sistem Manajemen Perpustakaan dengan Penerapan Pemrograman Berorientasi Objek" dilakukan oleh Angelina. Penelitian ini menunjukkan keberhasilan manajemen perpustakaan dengan memanfaatkan Python Tkinter untuk mengelola data dengan efisien. Pengujian input, penghapusan, dan pengeditan data terbukti berhasil dan tersimpan langsung di database. Kedua penelitian ini menyoroti kemampuan Python dalam pemrosesan data dan manajemen database yang efektif dalam konteks aplikasi yang berbeda. Penelitian terbaru ini menunjukkan kemajuan yang signifikan dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dalam hal cakupan pengembangan aplikasi GUI berbasis database. Dalam penelitian ini, peneliti berhasil memperkenalkan fitur-fitur tambahan yang tidak hanya terbatas pada satu fungsi tertentu, tetapi juga mencakup beberapa fitur penting dalam pengelolaan data santri di Dormitory FKIP UHAMKA. Perbedaan utama yang menonjol antara penelitian ini dan penelitian sebelumnya terletak pada integrasi fitur- fitur yang lebih luas dan menyeluruh dalam satu aplikasi GUI. Hal ini menandai langkah maju dalam menghadirkan solusi yang lebih komprehensif dan efisien dalam manajemen data, memberikan pengguna kemampuan yang lebih luas untuk mengelola informasi dengan lebih efektif dalam konteks lingkungan Dormitory FKIP UHAMKA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi GUI berbasis Database Dormitory FKIP Uhamka memiliki tingkat aspek usability yang bagus, dengan nilai System Usability Scale (SUS) sebesar 73.654. Hal ini menunjukkan bahwa pengguna menganggap aplikasi ini mudah digunakan dan efisien dalam pemenuhan kebutuhan mereka terkait manajemen Dormitory. Selain evaluasi usability yang dilakukan menggunakan metode SUS, penelitian ini juga menonjol karena mengembangkan sebuah sistem GUI yang lebih komprehensif dengan fitur-fitur tambahan yang signifikan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya memfokuskan pada satu fitur tertentu atau fungsi tertentu, penelitian ini menyajikan sebuah aplikasi yang memadukan berbagai fitur penting dalam manajemen data santri di Dormitory FKIP UHAMKA yang tidak dimiliki oleh penelitian sebelumnya Fitur-fitur tambahan tersebut antara lain integrasi dengan database yang lebih kompleks, kemampuan untuk mengelola data santri secara 30 Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) , Vol. 5, No. 4, August 2024, pp. 21-31 menyeluruh, termasuk informasi personal, kesehatan, kehadiran, dan akademik. Selain itu, aplikasi ini juga menyediakan fitur pencarian yang canggih, laporan yang terstruktur, dan tampilan GUI yang intuitif untuk memudahkan pengguna dalam melakukan berbagai tugas administratif. Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang cenderung hanya fokus pada satu aspek atau fitur tertentu, pengembangan sistem yang lebih komprehensif dalam penelitian ini memberikan nilai tambah yang signifikan. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mengelola data santri secara lebih efisien dan efektif, serta meningkatkan produktivitas dalam proses administrasi di Dormitory FKIP UHAMKA. Meskipun penelitian sebelumnya mungkin memberikan kontribusi dalam pengembangan fitur tertentu yang spesifik, namun penelitian ini membuka ruang yang lebih luas dalam pengembangan sistem GUI berbasis database untuk manajemen data santri dengan menyediakan solusi yang lebih holistik dan terintegrasi. ## 5. KESIMPULAN Dalam penelitian ini, penulis berhasil mengembangkan sebuah sistem GUI berbasis database untuk manajemen data santri di Dormitory FKIP UHAMKA menggunakan bahasa pemrograman Python. Sistem yang dikembangkan menawarkan berbagai fitur penting yang mencakup manajemen data personal, kesehatan, kehadiran, dan akademik santri, serta menyediakan kemampuan pencarian dan pembuatan laporan yang canggih. Evaluasi usability menggunakan metode System Usability Scale (SUS) menunjukkan bahwa aplikasi yang dikembangkan memiliki tingkat usability yang baik, dengan nilai SUS sebesar 73.654. Hal ini menandakan bahwa pengguna mampu menggunakan aplikasi dengan mudah dan efisien. Keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa pengembangan sistem GUI berbasis database dapat menjadi solusi yang efektif dalam meningkatkan proses administrasi di Dormitory FKIP UHAMKA. Sistem yang dikembangkan dapat menjadi landasan bagi pengembangan lebih lanjut dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas manajemen data santri di lingkungan yang serupa. ## DAFTAR PUSTAKA [1] D. Zakaria, M. H. Muttaqin, G. M. Suranegara, E. N. Irawan, and L. Venica, “The Training of Making Graphical User Interface (GUI) Using Python for Teachers and Students of Engineering Vocational School in Purwakarta,” REKA ELKOMIKA J. Pengabdi. Kpd. Masy. , vol. 3, no. 3, pp. 152– 159, 2022, doi: 10.26760/rekaelkomika.v3i3.152-159. [2] M. M. Muhtadi, M. D. Friyadi, and A. Rahmani, “Analisis GUI Testing pada Aplikasi E-Commerce menggunakan Katalon,” Pros. Ind. Res. Work. Natl. Semin. , vol. 10, no. 1, pp. 1387–1393, 2019. [3] M. Anriani Ritonga, C. Fadilah, G. Erli Anggi Lubis, and F. Yusuf, “Penerapan Basis Data Pada Perusahaan e-commerce,” J. Ilmu Komputer, Ekon. dan Manaj. , vol. 3, no. 2, pp. 2640–2647, 2023. [4] R. F. Ramadhan and R. Mukhaiyar, “Penggunaan Database Mysql dengan Interface PhpMyAdmin sebagai Pengontrolan Smarthome Berbasis Raspberry Pi,” JTEIN J. Tek. Elektro Indones. , vol. 1, no. 2, pp. 129–134, 2020, doi: 10.24036/jtein.v1i2.55. [5] B. Rawat and S. Purnama, “Sistem Manajemen Basis Data MySQL ( DBMS ) Pada FTP Situs LAPAN Bandung,” vol. 0, no. 2, pp. 173–179, 2021. [6] Ery Hartati, “Sistem Informasi Transaksi Gudang Berbasis Website Pada Cv. Asyura,” Klik - J. Ilmu Komput. , vol. 3, no. 1, pp. 12– 18, 2022, doi: 10.56869/klik.v3i1.323. [7] H. Seetha et al. , “Aplikasi Berbasis GUI untuk Alat Pemrosesan PDF Menggunakan Python & CustomTkinter,” 2023. [8] K. Sidharta and T. Wibowo, “Studi Efisiensi Sumber Daya Terhadap Efektivitas Penggunaan Database : Studi Kasus SQL Server Dan MySQL,” Conf. Business, Soc. Sci. Innov. Technol. , vol. 1, no. 1, pp. 508– 515, 2020, [Online]. Available: http://journal.uib.ac.id/index.php/cbssit [9] A. Sharma, F. Khan, D. Sharma, and S. Gupta, “Python: The Programming Language of Future,” Int. J. Innov. Res. Technol. , vol. 6, no. 12, pp. 115–118, 2020. [10] N. Fitrianingsih, I. Fitriati, and S. Taman Siswa Bima, “Pengembangan Aplikasi E- Raport Berbasis Graphical User Interface (GUI) dengan Menggunakan VB.Net 2010 di SMKN 10 Bima,” J. Pendidik. MIPA , vol. 9, no. 1, pp. 67–75, 2023, [Online]. Available: https://ejournal.tsb.ac.id/index.php/jpm/articl e/view/179/157 [11] M. Guntur Akbar, H. Witriyono, Y. Apridiyansyah, and D. Abdullah, “Implementation Of The Inter Tk Package, Sub-Process And Os In The Network Management Application Development With Python Programming Language Penerapan Paket Tk Inter, Sub Proses Dan Os Pada Pembuatan Aplikasi Manajemen Jaringan Dengan Bahasa Pemrograman ,” J. Kom. , vol. 3, no. 1, pp. 187–196, 2023, [Online]. Available: https://doi.org/10.53697/jkomitek.v3i1 [12] A. Rauf and A. T. Prastowo, “Rancang Bangun Aplikasi Berbasis Web Sistem Informasi Repository Laporan Pkl Siswa (Studi Kasus Smk N 1 Terbanggi Besar),” J. Teknol. dan Sist. Inf. , vol. 2, no. 3, p. 26, 2021, [Online]. Available: http://jim.teknokrat.ac.id/index.php/JTSI [13] D. A. Budi, “Perancangan Sistem Login pada Aplikasi Berbasis GUI Menggunakan Qtdesigner Python,” J. SIMADA (Sistem Inf. dan Manaj. Basis Data) , vol. 4, no. 2, pp. 92– 100, 2021, doi: 10.30873/simada.v4i2.2961. [14] M. Sholeh and D. Andayati, “Implementation of SMES Address Information Data Processing Database Design Using Python Programming,” … Conf. Educ. Sci. … , pp. 156–164, 2021, [Online]. Available: http://prosiding.unirow.ac.id/index.php/icon est/article/view/1120 [15] A. Jolie, D. Dedrick, R. K. Sugeng, W. A. Lee, and A. Yulianto, “Aplikasi Sistem Manajemen Perpustakaan dengan Penerapan Pemrograman Berorientasi Objek,” Telcomatics , vol. 7, no. 2, pp. 61–69, 2022, doi: 10.37253/telcomatics.v7i2.7349. [16] M. Badrul, “Penerapan Metode waterfall untuk Perancangan Sistem Informasi Inventory Pada Toko Keramik Bintang Terang,” PROSISKO J. Pengemb. Ris. dan Obs. Sist. Komput. , vol. 8, no. 2, pp. 57–52, 2021, doi: 10.30656/prosisko.v8i2.3852. [17] khoerul ummah, “No Titleהכי קשה לראות את מה ”,םיניעה דגנל תמאבש ץראה , no. 8.5.2017, pp. 2003–2005, 2022. [18] I. P. G. Astawa, I. G. M. Darmawiguna, and N. Sugihartini, “Evaluasi Usability Sistem Informasi Kepegawaian Kabupaten Badung (Simpeg Badung) Menggunakan Metode Usability Testing (studi kasus : SMP Negeri 3 Petang),” Kumpul. Artik. Mhs. Pendidik. Tek. Inform. , vol. 8, no. 2, p. 209, 2019, doi: 10.23887/karmapati.v8i2.18325. [19] M. A. Setiawan and D. Avianto, “Pengembangan Aplikasi Android Menggunakan REST API dengan Metode Waterfall Untuk Peningkatan Aksesibilitas Situs Repositori,” vol. 8, pp. 133–143, 2024, doi: 10.30865/mib.v8i1.7056. [20] D. P. Kesuma, “Penggunaan Metode System Usability Scale Untuk Mengukur Aspek Usability Pada Media Pembelajaran Daring di Universitas XYZ,” JATISI (Jurnal Tek. Inform. dan Sist. Informasi) , vol. 8, no. 3, pp. 1615–1626, 2021, doi: 10.35957/jatisi.v8i3.1356.
adab5c59-44a0-4f07-a9ac-fb0a0e585aab
http://ejournal.poltekkesbhaktimulia.ac.id/index.php/ijms/article/download/14/14
Faktor Determinan yang Mempengaruhi Siklus Menstruasi (The Determinants of Menstrual Cycle) Tri Suwarni Magister Kedokteran Keluarga Program PASCASARJANA UNS [email protected] Abstract: In postpubertal women show changes cyclically repeated in the hypothalamic, pituitary, ovarian maturation and release of gametes causes of ovarian and uterine preparation to support a pregnancy if fertilization occurs. Factors related to the menstrual cycle include economic statu , anxiety and body mass index. This study aims to determine how the effect of economic status, anxiety and body mass index to the menstrual cycle students.This research was a Quantitative analytical observational study with cross sectional approach . The number of samples used 60 students Study Program Midwifery Diploma with sampling techniques : simple random sampling . Independent variables consisted of capabilities Economic Status, Anxiety and Body Mass Index. Dependent Variable : Menstrual Cycle. Data were analyzed with multiple linear regression analysis.There was a influence on the economic status of the menstrual cycle with a P value of 0.001 ( p <0.05 ). There is anxiety about the influence of the menstrual cycle with a P value of 0.001 ( p <0.05 ). There is the influence of BMI on the menstrual cycle of the menstrual cycle with P value of 0.001 ( p <0.05 ). In conclusion, there is a statistically significant effect of economic status , anxiety and body mass index to the menstrual cycle students . Keywords : economic status, anxiety, body mass index, menstrual cycle. Abstrak: Pada wanita pascapubertas memperlihatkan perubahan siklis yang berulang-ulang di dalam aksis hipotalamus, hipofisis, ovarium yang menyebabkan pematangan dan pelepasan gamet dari ovarium dan persiapan uterus untuk menunjang kehamilan jika terjadi fertilisasi. Faktor yang berhubungan dengan siklus menstruasi antara lain status ekonomi, kecemasan dan indeks massa tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa pengaruh status ekonomi, kecemasan dan indeks massa tubuh terhadap siklus menstruasi mahasiswa. Jenis penelitian kuantitatif analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan 60 mahasiswa Progam Studi D III Kebidanan dengan teknik pengambilan sampel: simple random sampling. Variabel Independent terdiri dari kemampuan Status Ekonomi, Kecemasan Dan Indeks Massa Tubuh. Variabel dependent: Siklus Menstruasi. Data dianalisis dengan analisis regresi linier ganda. Ada pengaruh status ekonomi terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p< 0,05). Ada pengaruh kecemasan terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p< 0,05). Ada pengaruh IMT terhadap siklus mentruasi terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p< 0,05). Simpulannya, ada pengaruh secara statistik signifikan status ekonomi, kecemasan dan indeks massa tubuh terhadap siklus menstruasi mahasiswa. Kata Kunci : status ekonomi, kecemasan, indeks massa tubuh, siklus menstruasi. ## I. PENDAHULUAN Pada wanita pascapubertas memperlihatkan perubahan siklis yang berulang-ulang di dalam aksis hipotalamus, hipofisis, ovarium yang menyebabkan pematangan dan pelepasan gamet dari ovarium dan persiapan uterus untuk menunjang kehamilan jika terjadi fertilisasi. Namun pada keadaan tidak terjadi konsepsi, setiap siklus berakhir dengan perdarahan menstruasi (Hefferner, 2006). Untuk kejadian menstruasi dipengaruhi beberapa faktor yang berhubungan antara sistem saraf pusat dengan pancaindra, sistem hormonal, perubahan pada ovarium dan uterus, serta rangsangan estrogen dan progesterone yang berakibat pada system perubahan emosi, sedangkan kecemasan sebagai rangsangan melalui system saraf diteruskan ke susunan saraf pusat yaitu bagian otak yang disebut limbic system melalui tranmisi saraf. Selanjutnya melalui saraf autonom (simpatis atau parasimpatis) akan diteruskan ke kelenjar-kelenjar hormonal (endokrin) hingga mengeluarkan sekret (cairan) neurohormonal menuju hiphofisis melalui system prontal guna mengeluarkan gonadotropin dalam bentuk FSH (Follikel Stimulazing Hormone) dan LH (Leutinizing Hormone) untuk selanjutnya mempengaruhi terjadinya proses menstruasi atau haid (Hacker, 2001). Adanya gangguan kejiwaan berupa kecemasan, syok emosianal dapat menimbulkan perubahan siklus menstruasi/ haid (Prawiroharjo, 2005). Stres atau kecemasan bisa mengacaukan siklus haid perempuan karena pusat stres di otak sangat dekat lokasinya dengan pusat pengaturan haid di otak (Kedaulatan Rakyat, 2005). Semakin dewasa umur wanita semakin besar pengaruh rangsangan emosi terhadap hipotalamus. Dari Survey pendahuluan yang telah dilakukan pada mahasiswi Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia didapatkan informasi secara acak dari tiga angkatan bahwa semua sudah mengalami menstruasi, namun ada beberapa mahasiswa yang mengeluh bahwa siklus mentruasinya tidak teratur. Dari hasil observasi dan wawancara ternyata dari beberapa mahasiswa yang mengatakan sering mengalami kekhawatiran- kekhawatiran dalam kehidupannya. Bertitik tolak pada hal tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kecemasan dan Indeks Massa Tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswa kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah : 1. Adakah pengaruh status ekonomi terhadap siklus menstruasi? 2. Adakah pengaruh kecemasan terhadap siklus menstruasi? 3. Adakah pengaruh IMT terhadap siklus menstruasi? 4. Adakah pengaruh Status ekonomi, kecemasan dan IMT terhadap siklus menstruasi ? Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh status ekonomi, kecemasan dan IMT terhadap siklus menstruasi mahasiswa Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo Tahun 2014. Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok (Kartono, 2006). Faktor yang memepengaruhi status ekonomi adalah pendapatan, pekerjaan, pendidikan (Annette, 2003). Menurut Sedangkan menurut Friedman (2004) status ekonomi seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Penghasilan tipe kelas atas > Rp 1.000.000, 2. Penghasilan tipe kelas menengah = Rp 500.000 – Rp 1.000.000 3. Penghasilan tipe kelas bawah < Rp 500.000 Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman yang biasanya berupa perasaan gelisah, takut, khawatir yang merupakan manifestasi dari faktor psikologi dan fisiologi (Mansjoer, 2005). Secara diagnostik menurut Nevid (2005) seseorang dikatakan mengalami gangguan kecemasan yaitu orang yang sering mengalami gejala-gejala kekhawatiran terhadap sesuatu hal yang tidak pasti, sulit berkonsentrasi, gelisah, tidak dapat bersikap santai, kesulitan tidur atau mengalami gangguan tidur, kecemasan setiap saat atau pada saat tertentu setiap harinya, sering berdebar tanpa sebab yang jelas, pucat, mudah letih tubuh terasa lebih hangat, mual dan sesak nafas. Menurut Nevid (2005) gangguan kecemasan merefleksikan saling keterkaitan antara berbagai macam penyebab, antara lain : 1. Faktor Biologis 2. Faktor Sosial-Lingkungan 3. Faktor Behavioral 4. Faktor kognitif dan Emosional IMT adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang. Dalam penelitian antropometri yang penting dilakukan adalah penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan (Arisman, 2007). Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat (Supariasa, 2002). Tabel 2.1 Kategori Ambang batas IMT untuk Indonesia No IMT Kategori 1 < 18,5 Berat badan kurang 2 18,5 – 22,9 Berat badan normal 3 ≥ 23,0 Kelebihan berat badan 4 23,0 – 24,9 Beresiko menjadi obes 5 25,0 – 29.9 Obes I 6 ≥ 30,0 – 40 Obes II 7 >40 Obes III Sumber: Centre for Obesity Research and Education 2007 Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan yaitu proses deskuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam (endometrium) yang keluar melalui vagina (Prawirohardjo, 2007). Siklus haid adalah lamanya atau jarak waktu mulai haid sampai mulai haid berikutnya. Siklus mentruasi normalnya antara 21-35 hari, rata-rata 28 hari dan jika siklus menstruasi kurang dari 21 hari atau lebih dari 35 hari kemungkinan bukan darah menstruasi (Baso, 1999). Setiap siklus haid FSH dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menimbulkan folikel primer yang berkembang menjadi folikel de graff dan membuat estrogen, kemudian estrogen menekan produksi FSH sehingga lobus anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon yang kedua, yakni LH produksi kedua ini dibawah pengaruh RH yang disalurkan dari hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus juga pengaruh dari luar seperti cahaya, bau- bauan dan hal-hal psikologis. Selanjutnya di bawah pengaruh LH, folikel de graff menjadi lebih matang dan kemudian terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium), kemudian dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum yang menghasilkan hormon progesterone. Bila tidak ada pembuahan, korpus luteum bergenerasi dan ini mengakibatkan kadar estrogen dan progesterone menurun yang menimbulkan delatasi, statis dengan hiperemia diikuti oleh spasme dan iskemia dan selanjutnya akan diikuti pelepasan pada endometrium yang nekrotik hingga terjadi menstruasi (Prawirohardjo, 2007). Faktor - faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi antara lain : 1. Faktor genetik 2. Status gizi 3. Psikis dan fisik 4. Hormon 5. Sosial-Ekonomi ## II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Prodi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo. Jenis penelitian observasi analitik dengan metode pendekatan cross sectional . Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Simple Random Sampling yaitu dilakukan secara acak yaitu dengan cara menuliskan nama-nama 144 mahasiswi dalam kertas gulung dan kemudian kertas gulung diambil secara acak sebanyak 60 gulungan kertas, sehingga subyek sampel adalah mahasiwi yang namanya terambil dalam undian kertas gulung tersebut. Dalam penelitian ini variabel dibagi menjadi: 1. Variabel Independen : - Status ekonomi - Kecemasan - Indeks Massa Tubuh (IMT) 2. Variabel Dependen : - Siklus Menstruasi Cara pengumpulan data dengan kuesioner pendapatan orang tua, kecemasan, siklus mentruasi serta penghitungan IMT dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis 1, 2, 3 adalah Product Moment Pearson. Uji hipotesis di lakukan untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian diterima atau ditolak. uji hipotesis menggunakan analisis Regresi Lenear ganda. ## III. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan status ekonomi Tabel 1. Distibusi frekuensi karakteristik sampel penelitian berdasarkan status ekonomi Status Ekonomi Jumlah % 1. < Rp 500.000 2. Rp 500.000 – Rp 1.000.000 3. Rp 1.000.000 - 2.000.000 2 14 44 3,3% 23,3% 73,4% TOTAL 60 100% Sumber: Data primer, Februari 2014 Berdasarkan tabel 1 menunjukkkan bahwa sebagian besar responden berdasarkan karakteristik status ekonomi orang tua berpenghasilan Rp 1.000.000 - 2.000.000 sebanyak 44 responden (73,4%). 2. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan kecemasan Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik sampel penelitian berdasarkan kecemasan Kecemasan Jumlah Prosentase 1. 1-6 2. 6-19 3. > 20 2 17 41 3,3% 28,3% 68,4% TOTAL 60 100% Sumber: Data primer, Februari 2014 Berdasarkan tabel 2 menunjukkkan bahwa sebagian besar responden berdasarkan karakteristik berdasarkan kecemasan yaitu sebanyak 41 responden (68,4%) dengan nilai >21. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kesecamasan berat. 3. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan IMT Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik sampel penelitian berdasarkan IMT IMT Jumlah Prosentase 1. < 18,5 2. 18,5 – 22,9 3. 23,0 – 24,9 4. 25,0 – 29.9 14 40 4 2 23,3% 66,7% 6,7% 3,3% TOTAL 60 100% Sumber: Data primer, Februari 2014 Berdasarkan tabel 3 menunjukkkan bahwa sebagian besar responden berdasarkan karakteristik berdasarkan IMT yaitu sebanyak 40 responden (66,7%) dengan nilai IMT 18,5 – 22,9 . Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden IMT normal. Sedangkan responden dengan IMT 25,0 – 29,0 sebanyak 2 responden (3,3%), hal ini menunjukkan responden mengalami obesitas. 4. Karakteristik sampel penelitian berdasarkan Siklus Menstruasi Tabel 4. Distribusi frekuensi karakteristik sampel penelitian berdasarkan siklus menstruasi Siklus Menstruasi Jumlah Prosentase 1. < 21 2. 21 – 28 3. 28 – 35 4. > 35 9 16 13 22 15% 26,7% 21,6% 36,7% TOTAL 60 100% Sumber: Data primer, Februari 2014 Berdasarkan tabel 4 menunjukkkan bahwa sebagian besar responden berdasarkan karakteristik berdasarkan siklus menstruasi, sebanyak 9 responden (15%) mengalami siklus menstruasi < 21 hari. Sedangkan yang mengalami siklus menstruasi > 35 hari sebanyak 22 responden (36,7%). Tabel 5 Hasil analisis bivariat tentang pengaruh status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh terhadap siklus menstruasi. Variabel bebas Variabel terikat Pearson Correlation Ρ Status ekonomi Siklus Menstr uasi 0,851 0,00 1 Kecemasa n Siklus Menstr uasi 0,422 0,00 1 IMT Siklus Menstr uasi 0,686 0,00 1 Sumber: Data primer, Februari 2014 Tabel 5 menunjukkan terdapat korelasi/pengaruh status ekonomi terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0.001 (p < 0,05) dan nilai koefisien 0,851 > 0,254 (r tabel). Terdapat pengaruh kecemasan terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p < 0,05 dan nilai koefisien 0,422 > 0,254 (r tabel). Terdapat pengaruh IMT terhadap siklus mentruasi terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p < 0,05) dan nilai koefisien 0,686 > 0,254 (r tabel). Tabel 6. Hasil Uji Anova pada Pengaruh status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh terhadap siklus menstruasi Model Sum of Squar es df Mean Squar e F Sig. Regre ssion 3374,3 86 3 1124,7 95 115, 108 ,00 0a Resid u 547,21 4 5 6 9,772 Total 3921,6 00 5 9 Sumber : Data Primer, Februari 2013 Berdasarkan tabel 6 memperlihatkan nilai F 115,108 dengan nilai signifikansi 0,001. Hal ini menunjukkan ada pengaruh status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh terhadap siklus menstruasi Hasil analisis regresi linear ganda pengaruh status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh terhadap siklus menstruasi disajikan dalam tabel berikut: Tabel 7. Hasil Analisis Multivariat Regresi Linear Ganda pada Pengaruh status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh terhadap siklus menstruasi Variabel Koefi sien regre si ( ẞ) OR CI 95% p Bata s atas Bata s bawa h Konst anta 1.65 - 2.3 93 - 13,5 93 - 1,20 6 0,0 20 Status Ekonom i 1.79 11. 521 0,00 1 0,00 1 0,0 01 Kecema san 1.57 4.6 76 0,12 9 0,32 3 0,0 01 IMT 1.65 4.5 34 0,45 1 1,16 6 0,0 01 Sumber : Data Primer, Februari 2013 Berdasarkan persamaan regresi linear ganda dapat dijabarkan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 Siklus menstruasi = -7,399 + 1,309E-5 status ekonomi + 0,226 kecemasan + 0,809 IMT. Dari analisis multivariat regresi linier ganda menunjukkan hasil perhitungan Adjusted R Square 0,853 mengandung arti variabel-variabel status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh secara bersamaan mampu menjelaskan 85,3% dari faktor-faktor yang mempengaruhi siklus menstruasi. Sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Hasil ketiga variabel yaitu Pengaruh status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh terhadap siklus menstruasi secara statistik signifikan ( p < 0,001). ## IV. PEMBAHASAN 1. Pengaruh status ekonomi terhadap siklus menstruasi Hasil analisis uji pearson diperoleh nilai signifikan 0,001 dan koefisien korelasi (r hitung) 0,851. Hal ini menunjukkan ada pengaruh signifikan status ekonomi terhadap siklus menstruasi dengan nilai sig. (0,001) <  (0,05) dan nilai koefisien 0,851 > 0,254 (r tabel). Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh status ekonomi terhadap siklus menstruasi. 2. Pengaruh kecemasan terhadap siklus menstruasi Hasil analisis uji pearson diperoleh nilai signifikan 0,001 dan koefisien korelasi (r hitung) 0,422. Hal ini menunjukkan ada pengaruh signifikan status ekonomi terhadap siklus menstruasi dengan nilai sig. (0,001) <  (0,05) dan nilai koefisien 0,422 > 0,254 (r tabel). Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh kecemasan terhadap siklus menstruasi. 3. Pengaruh IMT terhadap siklus menstruasi Hasil analisis uji pearson diperoleh nilai signifikan 0,001 dan koefisien korelasi (r hitung) 0,686. Hal ini menunjukkan ada pengaruh signifikan status ekonomi terhadap siklus menstruasi dengan nilai sig. (0,001) <  (0,05) dan nilai koefisien 0,686 > 0,254 (r tabel). Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu terdapat pengaruh IMT terhadap siklus menstruasi. 4. Pengaruh status ekonomi, kecemasan, dan IMT terhadap siklus menstruasi Hasil analisis regresi linier ganda, status ekonomi, kecemasan, dan IMT mampu mempengaruhi 85,3% dari faktor-faktor siklus menstruasi, selain itu masih ada faktor-faktor lain sebesar 14,7%. ## V. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis statistik yang telah dijabarkan pada Bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut : 1. Ada pengaruh status ekonomi terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p < 0,05) 2. Ada pengaruh kecemasan terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p < 0,05). 3. Ada pengaruh IMT terhadap siklus mentruasi terhadap siklus menstruasi dengan nilai P value 0,001 (p < 0,05). 4. Pengaruh status ekonomi, kecemasan dan Indeks Massa Tubuh terhadap siklus menstruasi secara statistik signifikan ( p <0,001). Siklus menstruasi = -7,399 + 1,309E-5 status ekonomi + 0,226 kecemasan + 0,809 IMT ## REFERENSI Almatzier. 2001. Status Gizi. Jakarta: EGC Annette, L. 2003. Unequal Childhoods: Race, Class, and Family Life. University of California Press Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI, Cetakan ketigabelas. Jakarta : PT. Rineka Cipta. p : 171 Arisman M.B.2004. Gizi dalam daur kehidupan : Buku ajar ilmu gizi. Jakarta: EGC. Baso Z.A, dkk. 1999. Kesehatan Reproduksi, Cetakan ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. p : 39 Candra B. 2002. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta : EGC. P: 37 Friedman. 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC Hacker. 2001. Essentials Of Obstetrict and Gynecology, 2/E. Jakarta : Hipokrates. P: 41-49 Hawari D. 2002. Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Edisi kesatu, Cetakan ketiga. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. p : 63-83 Heffener L. 2008. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga. p : 38 Hidayat A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Surabaya : Salemba Medika. Hupitoyo. 2011. Obesitas dan Fertilitas, (online) (http://www.poltekkes- malang.ac.id/artikel-145-obesitas-dan- fertilitas.html, diakses: 22 April 2012) Kartono. 2006. Perilaku Manusia. ISBN. Jakarta. Kedaulatan Rakyat . Siklus Haid Tidak Lancar terbit 14 Maret 2005. Yogyakarta : Kedaulatan Rakyat. p : 8 Manuaba I.B.G. 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC. p : 53 Mansjoer A. 2005. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, Cetakan Ketujuh. Jakarta : Media Aesculapius. p : 205 Muhammad A. 2008. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan, Cetakan 1. Surakarta : LPP UNS dan UNS Press. p : 71 Nevid J, dkk. 2006. Psikologi Abnormal Jilid I, Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi I. Jakarta : Salemba Medika. p : 89 Prawirohardjo S. 2007. Haid dan Siklusnya Dalam Ilmu Kandungan Edisi Kedua, Cetakan V. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka. p: 103 Rabe T. 2003. Buku Saku Ilmu Kandungan, Cetakan I. Jakarta : Hipokrates. p : 119 Soetjiningsih.2004. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta EGC Sundeen J. Sandra. 1998. Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG Supariasi IDN, Bakri B, Fajar I. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC. 2002 Caruthers, A. S., Merriweather, A., & Schooler, D,. (2006). “Cycles of shame:Mesntrual shame, body shame and sexual decision- making”, The Journal of sex research, 42. Retrieved 30 May from http://www.questia.com/pm.qst?a=o &d=5011989004, 2005. C Nagata, K Hirokawa, N Shimizu, H Shimizu. 2005. Associations of menstrual pain with intakes of soy, fat and dietary fiber in Japanese women. European Journal of Clinical Nutrition vol 59. Hal. 88-92 Haryani L, Wijayanegara H, Suhaeni T. 2013. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Dismenorrhoe Primer Pada Siswi Di SMA Negeri 2 Cimah. Janny, Scott, & L,David. “Class Matters: A Special Edition.” New York Times 14 May 2005. http://www.nytimes.com/2005/05/14/n ational/class/15MOBILITY-WEB.html The relation between socioeconomic status and academic achievement. White, Karl R. Lee L K, Chen P C Y, Lee K K, Kaur J. (2006). Menstruation among adolescent girls in Malaysia: a cross sectional school survey. Singapore Med Journal vol 47, No. 10. Hal. 869 Ravikiran Kisan. 2013. Variation of Reaction Time in Different Phases of Menstrual Cycle. Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2013 Aug, Vol- 7(8): 1604-1605 Zulhita R. 2007. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Siklus Haid pada Mahasiswi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran UNS. Surakarta : FK. UNS.
d02bd445-ae42-40aa-b5a8-f74e228d9d0c
https://ejournal.upi.edu/index.php/JER/article/download/61222/23732
DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 ## Bagaimana Karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (Bbpp) Lembang Tetap Bekerja Selama Pandemic Covid-19? Randy Tri Yanda 1 , Sri Astuti Pratminingsih 2 1,2 Universitas Widyatama [email protected] Naskah diterima tanggal 28/01/2023, direvisi akhir tanggal 20/03/2023, disetujui tanggal 22/05/2023 ## Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pelatihan dan tunjangan kinerja terhadap kinerja karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang selama pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan analisis jalur. Data deskriptif diolah dengan Microsoft Excel, sedangkan uji hipotesis dilakukan dengan program LISREL. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan program SPSS 20.0 dengan nilai batas minimal 0,300 untuk validitas dan 0,700 untuk reliabilitas. Hasil menunjukkan pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan sebesar 22,7% (korelasi 0,357) dan tunjangan kinerja sebesar 21,9% (korelasi 0,347). Kedua variabel bersama-sama mempengaruhi kinerja karyawan sebesar 44,7% dengan korelasi 0,810. Walaupun demikian, pengaruh kedua variabel ini terhadap kinerja karyawan dianggap kurang kuat. Faktor residu yang tidak diteliti dalam penelitian ini mencapai 55,4%, menandakan adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan di BBPP Lembang. Kata Kunci: Pelatihan karyawan, tunjangan kinerja dan kinerja karyawan. ## PENDAHULUAN Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, memegang peran strategis dalam pembangunan sektor pertanian nasional. Tujuan pembangunan pertanian 2020-2024 mencakup ketahanan pangan, peningkatan nilai tambah pertanian, dan kualitas SDM serta prasarana Kementerian Pertanian. Sektor pertanian, yang menyumbang 13,45% Produk Domestik Bruto pada kwartal III 2019, juga menjadi penyuplai utama bahan baku industri kecil dan menengah, menegaskan peran vitalnya dalam ekonomi nasional. SDM yang profesional dan berdayasaing esensial untuk pembangunan pertanian di era global yang dinamis. Dengan inovasi dan kreativitas, sektor pertanian dapat meningkatkan kontribusinya dalam pembangunan ekonomi nasional.. Mandat Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian adalah melaksanakan pelatihan fungsional, teknis dan profesi pertanian serta mengembangkan model dan teknik pelatihan pertanian bagi aparatur dan non aparatur pertanian. Amanat tugas fungsi tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 101/Permentan/ OT.140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja BBPP Lembang, serta Permentan Nomor: 81/Permentan/OT.140/6/2014 tentang Rincian Tugas Pekerjaan Unit Kerja Eselon IV BBPP Lembang. Meski di tengah pandemi Covid-19, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang tetap berkomitmen meningkatkan kinerja SDM pertanian melalui pelatihan yang sesuai dengan protokol kesehatan. Pelatihan-pelatihan ini berfokus pada kompetensi sesuai dengan tugas, jabatan, atau profesi, sesuai dengan regulasi Permentan Nomor: 49/Permentan/OT.140/9/2011 dan revisi pada 2018, Permentan Nomor 17/2018. Untuk aparatur, pelatihan mencakup aspek fungsional, teknis, dan How to cite (APA Style) : Y anda, R. T., & Pratminingsih, S. A. (2023). Bagaimana Karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Tetap Bekerja Selama Pandemic Covid-19? Jurnal Penelitian Pendidikan , 23 (1), 131-141. doi: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 kewirusahaan, sementara non-aparatur mendapat pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan, dan teknis komoditas pertanian. Di tengah pandemi Covid-19, BBPP Lembang tetap berkomitmen meningkatkan kinerja karyawannya melalui pelatihan yang spesifik sesuai bidang kerja. Selama satu tahun anggaran, pelatihan ini diikuti secara konsisten oleh karyawan dengan hasil yang memuaskan. Ini menunjukkan potensi BBPP Lembang dalam meningkatkan performa karyawannya. Efektivitas pelatihan terlihat dari laporan capaian kinerja karyawan di tahun 2020; Tabel 1. Target dan Capaian Kinerja Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Tahun 2020-2021 No Indikator Target (2020-2021) 2020 2021 Selisih Realisasi % Realisasi % Realisasi % 1. Program Kompetensi Aparatur Pertanian 210 Pst 97 Pst 46% 81 Pst 39% 32 Pst 15% 2. Program Kompetensi Non-Aparatur Pertanian 1544 Pst 654 Pst 42% 521 Pst 34% 369 Pst 24% 3. Program Sertifikasi Pertanian 30 Kyw 11 Kyw 37% 10 Kyw 33% 9 Kyw 30% 4. Program Kelembagaan Pelatihan Petani 30 Unit 12 Unit 40% 12 Unit 40% 6 Unit 20% 5. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi 33,25 31,00 93% 33,25 100% - 100% 6. Rata-rata Nilai Kualitas Pelayanan Masyarakat 90 75 83% 85 94% 5 6% 7. Persentase Pengelolaan Reviu Laporan Keuangan 90% 80% 89% 90% 100% - 100% ## Sumber: Administrasi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, 2021 Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, Pasal 80 Ayat 3, tunjangan kinerja diberikan sesuai dengan pencapaian kinerja. Mengacu pada aturan tersebut, tunjangan kinerja karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang mengalami peningkatan dan dibayarkan bersamaan dengan gaji bulanan. Tabel 1. menunjukkan detail penambahan nominal tunjangan berdasarkan golongan karyawan. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang telah melaksanakan pelatihan berkualitas yang menghasilkan kinerja karyawan yang sangat baik dan menyediakan tunjangan kinerja bulanan. Namun, meskipun kualitas pelatihan tinggi, performa kinerja karyawan dari tahun 2020 hingga 2021 mengalami penurunan. Meski penilaian SKP menunjukkan kinerja karyawan berada pada kategori sangat memuaskan, angka tersebut cenderung menurun. Idealnya, pelatihan yang efektif dan peningkatan tunjangan seharusnya berkontribusi pada peningkatan kinerja karyawan. Hasil pra-survey terhadap 30 karyawan BBPP Lembang terkait permasalahan ini disajikan pada tabel berikut.. Tabel 2. Hasil Pra-Survey Kepada Karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang No Pertanyaan Jawaban Ya Tidak 1 Pelatihan yang dilakukan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sudah sesuai dengan kebutuhan pekerjaan karyawan 25 5 2 Tunjangan kinerja karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sudah sesuai dengan beban kerja yang karyawan terima 23 7 3 Hasil pekerjaan karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sudah sesuai dengan tujuan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang 27 3 Sumber : Hasil Pra-Survey Karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, January 2022 DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 Berdasarkan tanggapan karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, pelatihan yang mereka terima telah sesuai dengan kebutuhan pekerjaan mereka. Selain itu, tunjangan kinerja yang diberikan telah sesuai dengan beban kerja mereka, sejalan dengan aturan Pemerintah mengenai hak karyawan. Meski karyawan merasa bahwa kinerja mereka sesuai dengan tujuan organisasi, tercatat bahwa kinerja mereka mengalami penurunan selama tahun 2020 hingga 2021. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian mendalam mengenai pelatihan dan tunjangan kinerja karyawan balai besar pelatihan pertanian (bbpp) lembang serta dampaknya terhadap kinerja mereka. Secara spesifik, tujuan dari penelitian ini mencakup mendapatkan pemahaman tentang pelatihan karyawan, tunjangan kinerja yang diberikan, dan kinerja karyawan di bbpp lembang. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis bagaimana pelatihan dan tunjangan kinerja mempengaruhi kinerja karyawan, serta dampak gabungan keduanya terhadap kinerja karyawan bbpp lembang. ## Pelatihan Karyawan Pelatihan dan pengembangan terdiri dari dua kata yang berbeda tetapi saling berhubungan. Menurut Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2014). Training is a process whereby type required capabilities to aid in the achievement of organizational goals. Hasibuan, M. S., & Ikatrinasari, Z. F. (2010) mengatakan bahwa Pelatihan adalah suatu usaha meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual dan moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan latihan. Menurut Nitisemito. (2014) mengatakan bahwa Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dari para karyawannya sesuai dengan kegiatan dari perusahaan yang bersangkutan. Gomes, F. C. (2014) mengatakan bahwa Pelatihan adalah setiap usaha untuk memperbaiki performansi pekerjaan pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya, atau suatu pekerjaan yang ada kaitannya dengan pekerjaannya. Ada beberapa dimensi dan indikator dalam pelatihan seperti yang akan dijelaskan oleh Menurut Mangkunegara, A.A.P. (2011), indikator keberhasilan sebuah pelatihan dapat dilihat dari beberapa elemen kunci. Pertama, seorang instruktur harus memiliki latar belakang pendidikan yang solid, yang difokuskan pada peningkatan kemampuan individu melalui pendidikan formal dalam jangka waktu yang panjang. Lebih dari itu, instruktur harus memiliki penguasaan materi yang mendalam agar proses pelatihan berjalan optimal dan peserta dapat memahami dengan jelas materi yang disampaikan. Kedua, keberhasilan pelatihan juga dipengaruhi oleh antusiasme peserta. Semangat mengikuti pelatihan adalah indikator vital dari kesuksesan pelatihan. Bahkan, sebelum pelatihan dimulai, perusahaan harus memastikan proses seleksi yang ketat untuk memilih peserta yang paling sesuai dengan kriteria pelatihan. Ketiga, materi pelatihan harus dirancang dengan tujuan yang jelas. Materi tersebut harus sesuai dengan tujuan pelatihan yang ingin dicapai oleh perusahaan, relevan dengan kompetensi peserta, dan harus tepat sasaran. Keempat, metode penyampaian pelatihan harus disosialisasikan dengan jelas, dengan maksud dan tujuan yang jelas untuk memastikan peserta pelatihan memahami dan menangkap materi dengan baik. Selain itu, metode yang digunakan harus memiliki sasaran yang jelas untuk memastikan efektivitas pelatihan. Kelima dan yang terakhir, tujuan utama dari setiap program pelatihan adalah untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan perilaku peserta, baik itu peserta yang sudah menjadi karyawan maupun calon karyawan baru. DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 Keputusan Tunjangan Kinerja harus dipandang secara strategis. Oleh karena itu, banyaknya dana organisasi yang dihabiskan untuk Tunjangan Kinerja sehubungan dengan aktivitas organiasasi sangatlah penting. Pengaturan manajemen sumber daya manusia secara profesional diharapkan Karyawan bisa bekerja secara produktif dengan jalan memberikan Tunjangan Kinerja dengan mempertimbangkan : beban kerja yang harus dipikul oleh karyawan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki, pendidikan, pangkat dan jabatan, pengalaman kerja dan lamanya bekerja, jumlah tanggungan kerja dan kemampuan organiasasi dalam memberikan Tunjangan Kinerja. Menurut Mangkunegara, A.A.P. (2011), Tunjangan Kinerja yang diberikan kepada Karyawan sangat berpengaruh pada tingkat kepuasan kerja, motivasi serta hasil kerja. Organisasi yang menentukan tingkat gaji tinggi denga mempertimbangkan standar normal akan memungkinkan Karyawannya bekerja dengan penuh motivasi. Indikator dari tunjangan kinerja menurut Ramli, dkk. (2015) yaitu: a. Persyaratan yang telah dipenuhi pegawai dalam menerima tunjangan; b. Besarnya tunjangan yang diterima pegawai sesuai golongan/jabatan; c. Ketepatan waktu menerima tunjangan; d. Tingkat kecukupan dalam memenuhi kebutuhan pegawai; e. Manfaat yang diperoleh individu pegawai atas penerimaan tunjangan; dan f. Pengaruh penerimaan tunjangan terhadap semangat kerja pegawai. Pengertian kinerja menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) adalah sesuatu yang ingin dicapai, prestasi yang diperlihatkan dan kemampuan kerja. Ahli lain Smith dalam Sedarmayanti. (2011), mengemukakan pengertian kinerja sebagai hasil keluaran dari suatu proses. Adapun mengenai pengertian kinerja karyawan, Mangkunegara, A.A.P (2011), mengemukakan bahwa kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kinerja dan kinerja karyawan, maka dapat penulis simpulkan, bahwa kinerja karyawan merupakan prestasi kerja, pelaksanaan kerja dan kemampuan kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi ukuran dalam menilai kinerja. Adapun mengenai indikator yang menjadi ukuran kinerja Menurut Marthis, R. L., & Jackson, J. H. (2006), kinerja karyawan dapat diukur melalui beberapa aspek. Pertama, kuantitas, yang mengacu pada jumlah hasil kerja, seperti jumlah unit yang dihasilkan atau siklus aktivitas yang berhasil diselesaikan oleh karyawan. Kedua, kualitas, di mana penilaian dilakukan berdasarkan persepsi karyawan tentang kualitas hasil kerjanya dan seberapa baik ketrampilan dan kemampuan karyawan tercermin dalam pekerjaannya. Ketiga, ketepatan waktu, diukur dari bagaimana karyawan mampu menyelesaikan aktivitasnya tepat waktu sehingga menghasilkan output yang diharapkan. Keempat, kehadiran, menjadi indikator penting dalam menilai kinerja, mengingat kehadiran karyawan dalam berbagai situasi, seperti waktu masuk kerja, pulang, izin, dan absensi tanpa keterangan, mempengaruhi kinerjanya. Terakhir, kemampuan bekerja sama juga menjadi aspek penting dalam menilai kinerja, yang menunjukkan bagaimana seorang karyawan mampu bekerja sama dengan rekan kerjanya untuk mencapai tujuan bersama dengan efektivitas dan efisiensi yang maksimal. Berdasarkan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, dan tinjauan kepustakaan yang telah dilakukan, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: pertama, pelatihan karyawan mempengaruhi kinerja Karyawan BBPP Lembang; kedua, tunjangan kinerja memiliki pengaruh terhadap kinerja Karyawan BBPP Lembang; dan ketiga, kombinasi antara pelatihan karyawan dan tunjangan kinerja secara bersama-sama berdampak pada kinerja Karyawan BBPP Lembang. DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 ## METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan metode deskriptif verifikatif dan menggunakan metode hitung analisis jalur. Populasi didalam penelitian adalah Karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Karyawan- karyawan yang memperoleh tunjangan kinerja didalam penelitian ini adalah karyawan yang memiliki kategori sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), diluar itu tidak menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang ada di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang adalah sebanyak 98 orang. Dengan demikian sampel yang digunakan didalam penelitian ini sebanyak jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilingkungan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang tersebut., dengan pengambilan sampel menggunakan metode iterasi yang mengasumsikan bahwa populasi terlalu banyak untuk diteliti. Instrumen yang digunakan adalah pembagian kuesioner yang dibagikan langsung kepada karyawan- karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. ## PEMBAHASAN DAN DISKUSI ## Profil Responden Penelitian ini didominasi oleh karyawan laki-laki dengan jumlah persentase sebesar 68,4% dan perempuan adalah sisanya. Selanjutnya adalah responden didominasi oleh usia 32 sampai dengan 49 tahun, dimana pada usia tersebut karyawan termasuk kedalam kategori usia produktif dan diasumsikan sudah memiliki pengalaman pada bidangnya yang matang. Pendidikan terakhir yang dimiliki oleh sebagian besar responden adalah Sarjana, maknanya adalah banyak dari karyawan yang sudah melewati jenjang pendidikan tinggi dan dapat meningkatkan kinerjanya sesuai bidang masing-masing. ## Pelatihan Karyawan Berdasarkan kuesioner, pelatihan karyawan oleh Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang mendapatkan tanggapan positif. Mayoritas karyawan BBPP Lembang merasa didukung dan antusias terhadap pelatihan yang diselenggarakan. Instruktur yang diberikan oleh BBPP Lembang terpilih dengan baik. Mereka memiliki kemampuan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang pekerjaan karyawan, sehingga dapat meningkatkan kapasitas peserta pelatihan dengan efektif. Seleksi yang ketat dan kriteria jelas untuk peserta pelatihan menunjukkan tingkat antusiasme yang tinggi dari peserta. Hasil penilaian dari instruktur juga menunjukkan bahwa karyawan yang mengikuti pelatihan memiliki dedikasi yang tinggi. Materi pelatihan dirancang sesuai dengan kebutuhan evaluasi dan tujuan yang ingin dicapai BBPP Lembang. Hal ini memastikan bahwa pelatihan yang diberikan relevan, sesuai dengan bidang, dan bisa diterapkan oleh karyawan dalam pekerjaannya. Dalam pelaksanaan pelatihan, metode yang digunakan oleh BBPP Lembang memperkenalkan metode kerja baru yang akan diterapkan. Sasaran kerja jelas, memastikan karyawan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang didapat dari pelatihan dengan baik. Secara keseluruhan, tujuan pelatihan oleh BBPP Lembang adalah untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan perilaku karyawan. Hasil penilaian positif menunjukkan bahwa pelatihan ini berhasil meningkatkan kapasitas peserta. ## Tunjangan Kinerja Karyawan Berdasarkan kuesioner yang dibagikan, tunjangan kinerja yang diberikan kepada karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang sesuai dengan aturan pemerintah. Tunjangan ini memberi kepastian pada DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 karyawan mengenai hak-hak mereka dan mencegah mereka mencari pendapatan tambahan di luar tugas resmi mereka di BBPP Lembang. Tunjangan kinerja yang diberikan telah sesuai dengan sejumlah peraturan presiden, termasuk Perpres 81 Tahun 2013, 110 Tahun 2015, dan 127 Tahun 2018. Ini mencerminkan komitmen BBPP Lembang untuk mematuhi peraturan pemerintah. Tunjangan ini juga menyesuaikan dengan golongan dan jabatan karyawan, memastikan bahwa pemberian tunjangan dilakukan secara adil dan proporsional. Karyawan BBPP Lembang merasa tunjangan kinerja ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan keluarga. Tunjangan ini, yang diberikan di atas gaji pokok, disesuaikan berdasarkan bidang dan kompetensi masing-masing karyawan. Hal ini memastikan bahwa mereka yang memiliki kualifikasi dan tanggung jawab lebih mendapatkan tunjangan yang sesuai. Manfaat tunjangan kinerja tidak hanya sebatas tambahan pendapatan. Tunjangan ini juga berfungsi sebagai insentif untuk meningkatkan kinerja karyawan. Dengan adanya tunjangan ini, karyawan lebih fokus pada tugas dan tanggung jawab mereka di BBPP Lembang tanpa terganggu oleh kebutuhan mencari pendapatan tambahan lainnya. Terakhir, pemberian tunjangan kinerja ini juga sesuai dengan Peraturan Kepala Badan KeKaryawanan Negara No. 20 Tahun 2011. Penentuan besaran tunjangan didasarkan pada pencapaian kinerja, kehadiran, serta ketaatan pada kode etik dan disiplin karyawan. Ini menegaskan bahwa tunjangan ini diberikan bukan hanya berdasarkan jabatan, tetapi juga prestasi dan dedikasi karyawan. ## Kinerja Karyawan Berdasarkan analisis kuesioner, kinerja karyawan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang menunjukkan korelasi positif dengan koordinasi dan kolaborasi antar unit kerja. Secara individual, karyawan telah menunjukkan kapabilitas untuk mencapai target yang ditetapkan, menjaga kualitas kerja sesuai standar BBPP Lembang, dan menunjukkan disiplin yang tinggi. Dengan spesialisasi yang dimiliki oleh setiap karyawan, mereka mampu menghasilkan output berkualitas yang sesuai dengan target dan kebutuhan BBPP Lembang. Tanggung jawab terhadap tugas masing-masing karyawan tampak jelas, mencerminkan dedikasi dan profesionalisme dalam menjalankan tugas. Kedisiplinan kerja, yang tercermin dari kehadiran tepat waktu, menegaskan komitmen karyawan terhadap pekerjaannya. Selain itu, kolaborasi antar karyawan juga terlihat kuat, didukung oleh komunikasi yang efektif dan inisiatif untuk membantu unit lain yang memiliki beban kerja berlebih. Faktor-faktor ini, berdasarkan respons kuesioner, menunjukkan optimalisasi sumber daya manusia di BBPP Lembang. Kesimpulan ini sesuai dengan prinsip Bernardin, H. (2013). bahwa elemen kinerja menginstruksikan karyawan apa yang harus dilakukan, sementara standar menentukan seberapa baik mereka melakukannya. ## Uji Hipotesis Dalam upaya untuk memahami pengaruh pelatihan karyawan dan tunjangan kinerja terhadap kinerja karyawan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, penelitian ini mengkombinasikan metode kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menerapkan alat statistik sedangkan interpretasi kualitatif memberikan konteks dan pemahaman mendalam tentang hasil yang diperoleh. Salah satu metode yang digunakan dalam analisis ini adalah analisis jalur. Sebagai dasar dalam menguji hipotesis utama penelitian, penekanan diberikan pada koefisien korelasi antar variabel. Berdasarkan Sugiyono, S. (2016), korelasi di atas 0,5 menunjukkan hubungan yang cukup kuat antar variabel, sedangkan nilai di bawah 0,5 mengindikasikan korelasi yang lemah. Rincian dari hasil korelasi ini dapat ditemukan dalam tabel 3. DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 ## Tabel 3. Matriks Korelasi Variabel Pelatihan Karyawan Tunjangan Kinerja Karyawan Kinerja Karyawan Pelatihan Karyawan 1,000 Tunjangan Kinerja Karyawan 0,638 1,000 Kinerja Karyawan 0,636 0,814 1,000 ## Sumber : Olah Data, 2022 Tabel 3. menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara beberapa variabel kinerja karyawan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Pertama, hubungan antara pelatihan karyawan dan tunjangan kinerja mencapai kekuatan 63,8%, menandakan sebuah hubungan yang kuat. Kedua, ketika dilihat hubungan antara pelatihan karyawan dengan kinerja karyawan, kekuatan hubungan ditemukan sebesar 63,6%, yang juga menunjukkan tingkat hubungan yang kuat. Namun yang paling menonjol adalah hubungan antara tunjangan kinerja karyawan dengan kinerja karyawan itu sendiri. Dengan kekuatan hubungan sebesar 81,4%, ini menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel tersebut bukan hanya kuat, namun sangat kuat. Hasil-hasil ini memberikan gambaran penting bagi manajemen BBPP Lembang dalam merancang dan mengimplementasikan strategi peningkatan kinerja karyawan. Dengan menggunakan program Lisrel untuk menghitung analisis jalur, didapat persamaan struktural seperti hasil rumus berikut ini : kinerja = 0.357*pelatihan + 0.346*tnj_kine, Errorvar.= 0.553 , R² = 0.447 Standerr -0.131 -0.131 -0.0798 Z-values 2.73 2.647 6.928 P-values 0.006 0.008 0 Sumber : Olah Data, 2022 Adapun hasil struktural ekuasi diatas dapat menunjukan uji hipotesis yang dirangkum pada tabel berikut ini; ## Tabel 4. Uji Hipotesis Hipotesis F hitung / t hitung F tabel / t tabel Hasil Keterangan Pengujian Secara Simultan Pelatihan karyawan dan kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 6,92 3,09 Signifikan Pelatihan karyawan dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Pengujian Secara Parsial Pelatihan karyawan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 2,73 1,66 Signifikan Pelatihan karyawan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Kompensasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. 2,64 1,66 Signifikan Kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sumber : Olah Data, 2022 DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 Dari persamaan di atas maka bisa diketahui besarnya koefisien jalur untuk masing-masing variabel. Besarnya koefisien jalur untuk masing-masing variabel ditampilkan dalam tabel di bawah ini : ## Tabel 5. Besarnya Koefisien Jalur Pengaruh Individual PYX 1 = 0,357 PYX 2 = 0,346 Pengaruh Bersamaan R 2 Y (X 1 X 2 ) = 0,447 Pengaruh Koefisien Residu PY e = 0,553 ## Sumber : Olah Data, 2022 Dengan menggunakan persamaan dan tabel koefisien jalur diatas maka bisa digambarkan strukur hubungan antara ketiga variabel. Gambar di bawah ini merupakan gambaran akan struktur hubungan dan koefisien jalur dari masing-masing variabel : Gambar 1. Hubungan Struktural Antara X 1 , X 2 dan Y Sumber : Olah Data, 2022 Tabel dan diagram pada jalur di atas menunjukkan bahwa: Dalam sebuah penelitian di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, ditemukan bahwa pengaruh pelatihan karyawan terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 12,8%. Namun, pengaruh ini dianggap tidak kuat, dengan 87,2% pengaruh residu diduga berasal dari variabel kompetensi karyawan. Selain itu, variabel tunjangan kinerja karyawan memiliki pengaruh langsung sebesar 11,9% terhadap kinerja karyawan. Pengaruh residu sebesar 88,1% untuk variabel ini diduga berasal dari variabel kepuasan kerja karyawan. Ketika keduanya - pelatihan karyawan dan tunjangan kinerja karyawan - dipertimbangkan bersamaan, pengaruhnya terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 19,9%. Meski demikian, pengaruh ini masih dianggap kurang kuat. Adanya pengaruh residu sebesar 80,1% menunjukkan bahwa masih ada variabel lain yang mempengaruhi kinerja karyawan. Diantaranya diduga berasal dari gaya kepemimpinan dan penghargaan terhadap karyawan. Secara keseluruhan, meskipun pelatihan dan tunjangan kinerja memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan, namun pengaruh tersebut dianggap belum maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa ada aspek-aspek lain yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kinerja karyawan di BBPP Lembang. Penelitian menunjukkan bahwa di BBPP Lembang, pengaruh pelatihan karyawan terhadap kinerja (12,8%) lebih dominan daripada tunjangan kinerja. Hal ini mungkin karena karyawan sudah memiliki ekspektasi tentang tunjangan mereka dan berdasarkan pengalaman mereka terhadap pelatihan dan tunjangan yang diterima sebelumnya. Rincian lebih lanjut tersedia pada tabel berikut. DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 Tabel 6 . Besaran Pengaruh Korelasi Nilai Korelasi Pengaruh Pengaruh Langsung Tidak Langsung Pelatihan Terhadap Kinerja 0,357 12,8% 10,0% 22,7% Tunjangan Kinerja terhadap Kinerja 0,347 11,9% 10,0% 21,9% Total 44,7% Faktor Residu 55,3% ## Implikasi Manajerial Penelitian ini menunjukkan implikasi manajerial signifikan bagi Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang. Secara empiris, penelitian ini mengidentifikasi bahwa pelatihan karyawan dan tunjangan kinerja memiliki dampak langsung terhadap kinerja karyawan di BBPP Lembang. Pentingnya kedua aspek ini menunjukkan perlunya evaluasi dan penyesuaian strategi yang dilakukan oleh manajemen. Dalam konteks pelatihan, penelitian menemukan bahwa metode pelatihan yang digunakan oleh instruktur BBPP Lembang cenderung lama dan belum disesuaikan dengan tantangan masa kini, khususnya dalam menghadapi pandemi Covid-19. Sebagai respons, manajemen BBPP Lembang disarankan untuk melakukan seleksi terhadap instruktur pelatihan, memastikan bahwa mereka telah mengikuti pelatihan instruktur dalam kurun waktu dua tahun terakhir dan memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika kerja selama pandemi. Seleksi ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pelatihan yang disampaikan kepada karyawan. Selanjutnya, partisipasi aktif manajemen dalam merancang program pelatihan bersama instruktur menjadi krusial. Dengan keterlibatan manajemen dalam proses ini, materi pelatihan akan lebih sesuai dengan kebutuhan aktual karyawan dan tujuan strategis BBPP Lembang. Dengan demikian, pelatihan yang disajikan akan lebih relevan dan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja karyawan. Penelitian ini menunjukkan adanya kekurangan dalam pendeteksian kebutuhan pelatihan bagi karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang untuk mencapai performa kinerja yang optimal. Sebagai respons, disarankan agar manajemen BBPP Lembang membentuk tim khusus yang akan fokus pada penyelenggaraan pelatihan, demi meningkatkan efisiensi dan efektivitas program. Selain itu, sangat penting bagi manajemen untuk memiliki mekanisme yang memfasilitasi penerimaan dan respons terhadap keluhan karyawan. Feedback ini akan berfungsi sebagai sumber informasi berharga dalam merancang dan menyesuaikan program pelatihan yang lebih tepat guna, serta mengidentifikasi area potensial untuk perbaikan di lingkungan kerja BBPP Lembang. Dari temuan lapangan, meskipun tunjangan kinerja di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang telah diberikan sesuai dengan golongan dan jabatan, terdapat ketidakpuasan signifikan di kalangan karyawan. Sebagai respons terhadap situasi ini, manajemen BBPP Lembang seyogyanya meningkatkan fasilitas internal untuk memberikan rasa kenyamanan, khususnya selama pandemi Covid- 19. Selain itu, untuk menambah nilai tunjangan kinerja dan mempererat hubungan karyawan dengan lembaga, manajemen bisa mempertimbangkan pemberian kompensasi non-materi, seperti beasiswa untuk pendidikan lanjutan. Langkah ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kinerja karyawan tetapi juga memperdalam keterikatan mereka dengan BBPP Lembang. Dalam observasi lingkungan kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, teridentifikasi ketidakpuasan keluarga karyawan terhadap tunjangan kinerja dan kompensasi yang DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 diterima, terutama di tengah tuntutan kebutuhan keluarga yang meningkat selama pandemi Covid-19. Sebagai respon, manajemen BBPP Lembang disarankan untuk mereevaluasi skema tunjangan kinerja, memastikan pemberian tunjangan tidak hanya sesuai dengan ketentuan pemerintah, namun juga melibatkan insentif tambahan, baik materi maupun non-materi, bagi karyawan berprestasi. Selain itu, sebagai bentuk dukungan finansial, manajemen bisa mempertimbangkan pemberian pinjaman dengan bunga rendah bagi karyawan yang memerlukan dukungan finansial untuk kebutuhan keluarganya. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan dan fokus karyawan dalam menjalankan tugas mereka. Temuan terbaru menunjukkan bahwa salah satu hambatan kinerja karyawan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang adalah pertumbuhan kemampuan individu yang relatif lambat meskipun mereka telah menjalani pelatihan yang intensif dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Mayoritas karyawan dengan kualifikasi ini telah bekerja lama di BBPP Lembang, dan masa pandemi Covid-19 telah membentuk persepsi bahwa pimpinan memberikan beban kerja berlebihan kepada mereka. Sebagai respons, manajemen BBPP Lembang disarankan untuk mengawasi kinerja karyawan secara langsung, memantau perkembangan mereka pasca-pelatihan, dan mengevaluasi efektivitas pelatihan yang diberikan. Sementara itu, agar menghilangkan stigma dan opini negatif, pimpinan seharusnya memberikan perhatian yang lebih pada karyawan, membangun hubungan yang baik dan memastikan karyawan merasa dihargai dalam pekerjaannya. Dalam penelusuran lebih lanjut, ditemukan salah satu kendala di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang adalah rendahnya tingkat komunikasi antara pimpinan dan bawahan. Banyak karyawan merasa kurang mendapat perhatian dari pimpinan. Sebagai solusi, pimpinan BBPP Lembang disarankan untuk lebih aktif berkomunikasi dengan karyawan, memberikan instruksi dan perintah secara langsung, sehingga karyawan merasa dihargai dan pekerjaannya diakui. Selain itu, manajemen BBPP Lembang juga bisa mempertimbangkan pemberian kompensasi bagi karyawan yang menunjukkan disiplin dan prestasi kerja tinggi, seperti penghargaan karyawan terbaik setiap bulannya. ## KESIMPULAN Dalam penelitian terkait pelatihan dan tunjangan kinerja untuk karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang, sejumlah temuan penting telah diungkap berdasarkan analisis data yang ada. Berdasarkan hasil kuesioner yang diolah, terdapat indikasi kuat bahwa pelatihan yang diselenggarakan oleh BBPP Lembang sesuai dengan kebutuhan karyawan. Rata-rata nilai yang diterima menunjukkan kategori pelatihan yang sesuai, menandakan antusiasme dan kepuasan karyawan dalam mengikuti program tersebut. Kebutuhan karyawan untuk peningkatan kinerja dan inovasi yang diterapkan dalam pelatihan menjadi hal krusial, terutama selama pandemi Covid-19. Selanjutnya, mengenai tunjangan kinerja, meski nilai hasil kuesioner menunjukkan kategori yang sesuai, namun tampaknya tunjangan yang diberikan belum sepenuhnya memenuhi ekspektasi karyawan dan keluarganya. Kenyamanan dan ketenangan pikiran bagi karyawan dan keluarga mereka menjadi aspek yang tak terpisahkan dalam meningkatkan kinerja, terlebih di tengah kondisi pandemi yang penuh tantangan. Terkait dengan kinerja karyawan, kuesioner menunjukkan bahwa karyawan BBPP Lembang pada umumnya memiliki performa yang baik. Hal ini tak lepas dari perhatian dan dukungan yang diberikan oleh pimpinan. Komunikasi yang terjalin baik dan pengakuan terhadap hasil kerja karyawan menjadi salah satu kunci dalam mempertahankan dan meningkatkan motivasi kerja mereka selama periode DOI: https://doi.org/10.17509/jpp.v23i2.61222 ## pandemi. Dalam konteks hubungan antara pelatihan dengan kinerja karyawan, terdapat pengaruh sebesar 22,7% yang masuk dalam kategori kurang kuat. Ini menandakan bahwa kinerja karyawan dapat ditingkatkan dengan frekuensi pelatihan yang lebih sering. Sementara itu, hubungan antara tunjangan kinerja dan kinerja karyawan menunjukkan angka 21,9%, yang juga termasuk dalam kategori kurang kuat. Ini menunjukkan bahwa meskipun tunjangan penting, namun peningkatan fasilitas atau kompensasi lainnya juga diperlukan untuk memaksimalkan kinerja karyawan. Akhirnya, ketika menggabungkan kedua variabel, pelatihan dan tunjangan kinerja, terdapat pengaruh sebesar 44,7% terhadap kinerja karyawan. Meski pengaruh ini termasuk kategori yang kurang kuat, hal ini memberi indikasi bahwa ada ruang perbaikan dalam aspek pelatihan dan tunjangan kinerja yang apabila dioptimalkan dapat meningkatkan kinerja karyawan BBPP Lembang. ## DAFTAR PUSTAKA Bernardin, H. (2013). John dan Joyce EA Russell,“. Human Resource Management . Gomes, Faustino Cardosa, Drs., 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, Andi Offset Hasibuan, M. S., & Ikatrinasari, Z. F. (2010). Organisasi & Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas. Mangkunegara, A. A. P. (2011). Manajemen sumber daya manusia perusahaan. Marthis, R. L., & Jackson, J. H. (2006). Human Resource Management, Terjemahan Dian Angelia. Jakarta: Salemba Empat . Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2014). Human Resource Management: Essential Perspectives (Seven Edit). Cengage Learning, Canada . Mathis, R. L., Jackson, J. H., & ranjan Tripathy, M. (2012). Human Resource Management: A South- asian Perspective . Cengage Learning. Nitisemito, A. S. (2002). Manajemen personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1139-47. Ramli, M. (2015). Implementasi riset dalam pengembangan higher order thinking skills pada pendidikan sains. In Prosiding SNPS (Seminar Nasional Pendidikan Sains) (Vol. 2, pp. 6-17). Republik Indonesia. (2013). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pegawai Negeri Sipil. [Jakarta]: Pemerintah Republik Indonesia. Republik Indonesia. (2015). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2015 tentang Pegawai Negeri Sipil. [Jakarta]: Pemerintah Republik Indonesia. Republik Indonesia. (2018). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 127 Tahun 2018 tentang Pegawai Negeri Sipil. [Jakarta]: Pemerintah Republik Indonesia. Sedarmayanti. (2011). Tata Kerja dan Produktivitas Kerja. Bandung: Mandar Maju. Sugiyono, S. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D Cetakan ke-23. Bandung: CV Alfabeta .
82981930-a46a-45b7-a7e8-e6bab72dfef8
https://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.php/meteor/article/download/175/142
http://ejournal.www.stipjakarta.dephub.go.id ## METEOR STIP MARUNDA ## JURNAL ILMIAH NASIONAL SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN JAKARTA Analisis Terjadinya Transport Loss pada Muatan Grissik Mix Crude Oil di atas Kapal MT. Success Altair XLII Guna Kelancaran Proses Pemuatan Suhartini, Fausil, Achmad Aji Trimayono Prodi Nautika Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jl. Marunda Makmur No. 1 Cilincing, Jakarta Utara. Jakarta 14150 disubmit pada :19/2/21 direvisi pada : 23/4/21 diterima pada :28/5/21 ## Abstrak Pada proses pengangkutan dan pemuatan terdapat peraturan dan prosedur yang diterbitkan oleh pihak pencharter dan harus dilaksanakan oleh pihak kapal. Peraturan dan prosedur tersebut harus dilaksanakan dengan baik oleh pihak kapal guna menghindari klaim dari pihak pencarter untuk menunjang kelancaran dan keselamatan dari proses pemuatan. Transport Loss lebih diperhatikan dibandingkan dengan selisih muatan pada proses pemuatan dan proses bongkar. Dikarenakan terdapat kecurigaan pencurian muatan dan penghilangan muatan secara sengaja. Maka jika ditemukan penyusutan muatan selama transportasi pihak pencarter akan menerbitkan klaim R2. Klaim ini ditujukan kepada pihak kantor, dan pihak kantor wajib membayar ganti rugi yang ditentukan oleh pihak pencarter. Berdasarkan pengalaman penulis pada saat melakukan praktik laut di atas kapal MT. Success Altair XLII terdapat penyusutan yang besar saat memuat Grissik Mix Crude Oil. Kapal mengalami penundaan masuk alur Sungai Musi dikarenakan adanya kabut asap, sehingga terdapat pengaturan ulang jadwal kapal. Lamanya waktu tunggu dapat menyebabkan penyusutan muatan semakin besar dikarenakan sifat muatan yang mudah menyusut ditambah lamanya waktu tunggu. Copyright © 2021, METEOR , ISSN:1979-4746, eISSN : Kata Kunci : Penyusutan Muatan, Transport Loss, Grissik Mix Crude Oil, Klaim R2 Permalink/DOI : https://doi.org/10.36101/msm.v14i1.175 ## 1 PENDAHULAN Transportasi laut adalah pemindahan barang/sesuatu/orang dan hewan dari pelabuhan tolak menuju pelabuhan tiba dengan menggunakan kapal. Kapal adalah kendaraan yang dapat mengangkut barang atau penumpang di laut. Dalam hal sebagai moda transportasi pengangkut barang kapal merupakan pihak yang menjual jasa transportasi laut. Sebagai penjual jasa transportasi laut, pengangkut harus memberikan pelayanan kepada pengguna jasa, seperti: 1. Menerima dan memelihara muatan agar tetap dalam keadaan utuh jumlahnya dan tidak berubah kualitasnya. 2. Dapat melakukan penyerahan barang di tempat tujuan secara utuh dan tepat pada waktunya. Kapal tanker adalah salah satu sarana transportasi laut yang merupakan sarana pengangkut muatan cair atau pengangkutan muatan hasil bumi yang berupa minyak mentah maupun yang sudah diproses menjadi minyak produk. Kapal tanker memiliki konstruksi kapal yang berbeda-beda, tergantung dengan muatan yang akan diangkut. Dalam pelaksanaan pengangkutan muatan minyak, PT. Pertamina (persero) setiap harinya mengoperasikan lebih dari 100 kapal tanker dengan berbagai ukuran tipe kapal dan berbagai jenis minyak mentah. Dengan kebutuhan akan sumber energi yang begitu besar membuat Pertamina tidak hanya mengandalkan kapal miliknya sendiri, Pertamina mencharter kapal milik pihak swasta dari berbagai perusahaan. Pada proses pengangkutan dan pemuatan terdapat peraturan dan prosedur yang diterbitkan oleh pihak pencharter dan harus dilaksanakan oleh pihak kapal. Peraturan dan prosedur tersebut harus dilaksanakan dengan baik oleh pihak kapal guna menghindari klaim dari pihak pencarter untuk menunjang kelancaran dan keselamatan dari proses pemuatan. Dalam proses bongkar muat minyak masalah penyusutan ( losses) terdapat beberapa jenisnya seperti saat kapal selesai melakukan pemuatan ( loading losses), saat perjalanan ( transport losses ) atau setelah bongkar di pelabuhan ( discharging losses) . Penyusutan dibagi menjadi 2 yaitu susut fisik dan susut semu, susut fisik adalah susut minyak yang secara fisik hilang sedangkan susut semu adalah susut minyak yang fisiknya tidak hilang tetapi secara administratif dinyatakan hilang. Transport losses merupakan permasalahan yang sering dan terus-menerus terjadi pada saat kapal selesai melakukan pemuatan atau sebelum pembongkaran muatan di pelabuhan. Permasalahan ini muncul karena ditemukan adanya selisih angka kapal sebelum bongkar ( ship’s figure before discharge) dengan angka kapal setelah muat ( ship’s figure after load) melebihi ambang batas toleransi . yang diberikan oleh PT. Pertamina (persero). Selisih angka tersebut dapat menimbulkan kecurigaan dari pihak pencharter. PT. Pertamina (persero) mengatur ketat tentang transport losses dikarenakan pada saat kapal berlayar pengawasan dari pihak pencharter berkurang dan muatan sepenuhnya dalam pengawasan dan tanggung jawab pihak kapal. Penyusutan muatan pada saat proses transportasi lebih diperhatikan dibandingkan dengan selisih muatan pada proses pemuatan dan proses bongkar. Dikarenakan terdapat kecurigaan pencurian muatan dan penghilangan muatan secara sengaja. Maka jika ditemukan penyusutan muatan selama transportasi pihak pencarter akan menerbitkan klaim R2. Klaim ini ditujukan kepada pihak kantor, dan pihak kantor wajib membayar ganti rugi yang ditentukan oleh pihak pencarter. Berdasarkan pengalaman penulis pada saat melakukan praktik laut di atas kapal MT. Success Altair XLII terdapat penyusutan yang besar saat memuat Grissik Mix Crude Oil. Kapal mengalami penundaan masuk alur Sungai Musi dikarenakan adanya kabut asap, sehingga terdapat pengaturan ulang jadwal kapal. Lamanya waktu tunggu dapat menyebabkan penyusutan muatan semakin besar dikarenakan sifat muatan yang mudah menyusut ditambah lamanya waktu tunggu. Setelah dilakukan penghitungan ditemukan angka kapal sebelum bongkar ( ship’s figure before discharge) memiliki perbedaan dengan angka kapal setelah muat ( ship’s figure after load). Perbedaan tersebut memiliki selisih yang melebihi ambang batas toleransi, maka pihak Pertamina mengeluarkan Letter of Protest yang kemudian timbul klaim R2 mengenai transport losses . Klaim ini harus dilaporkan kepada pihak kantor dan harus disetujui oleh owner , sehingga memperlambat proses bongkar muat. Jika owner tidak menyetujui klaim R2 maka akan dilaksanakan proses sounding ulang. Berdasarkan fakta yang didapat, terdapat penyusutan muatan selama proses transportasi dari pelabuhan muat menuju pelabuhan bongkar sehingga mengganggu proses bongkar muat. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi penyusutan muatan selama proses pengangkutan dan dari analisis faktor-faktor dapat diperoleh penanganan transport losses tersebut. ## 2 METODE Penelitian (research) merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu permasalahan. Hasil penelitian tidak pernah dimaksudkan sebagai suatu pemecahan (solusi) langsung bagi permasalahan yang dihadapai, karena penelitian merupakan bagian dari usaha pemecahan masalah yang lebih besar. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan serta memberi alternative bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan itu dilandasi oleh metode keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan mencarikan penjelasan dari suatu permasalahan. ## 2.1 Metode Pendekatan Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan metode pendekatan studi kasus, dalam metode pendekatan studi kasus penelitian dilakukan untuk mengembangkan pemahaman dengan cara mendeskripsikan secara mendalam sebuah kasus yang menjadi fokus penelitian. Penelitian studi kasus melibatkan pemahaman mendalam peneliti terhadap suatu kasus yang diteliti, penulis membahas tentang masalah yang terjadi di atas kapal MT. Success Altair XLII mengenai transport loss pada muatan Grissik Mix Crude Oil . Dan juga penelus memili prndekatan problem solving, metode pendekatan problem solving merupakan suatu pendekatan masalah dimana penulis menemukan dan memecahkan masalah didasarkan pada data-data dan informasi yang akurat yang ada di atas kapal MT. Success Altair XLII ataupun dari sumber referensi lainya, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat mengenai masalah yang terjadi di atas kapal tersebut. Adapun teknik pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan data bersifat desktiptif berupa kata- kata atau lisan dari hasil yang didapat dalam pengamatan dan cenderung menggunakan analisis. Penelitian ditekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah yang dikaji secara kasus per kasus dan data yang dikumpulkan harus lengkap. Untuk mendapatkan hasil penulisan yang baik maka data dan informasi yang dipergunakan harus lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga penulisan ini dapat diolah dan disajikan menjadi gambaran dan pandangan yang benar. Dalam hal ini teknik pengumpulan data yang penulis pilih adalah: a. Observasi Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada pengamatan- pengamatan yang dilakukan langsung kepada objek penelitian. Dalam hal ini adalah proses bongkar muat dari pelabuhan muat menuju pelabuhan bongkar. b. Teknik Komunikasi Langsung (Wawancara) Dalam wawancara ini penulis melakukan wawancara langsung dengan mewawancarai perwira senior dalam hal ini adalah mualim I dan surveyor dari pihak darat. Penulis melakukan wawancara secara formal, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan beberapa responden yang berhubungan dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini. Wawancara yang dilakukan oleh penulis antara lain: 1) Mewawancarai perwira yang bertanggung jawab terhadap muatan yaitu mualim I berkaitan dengan prosedur penanganan muatan dan penghitungan muatan guna menanggulangi transport loss. 2) Melakukan wawancara dengan surveyor dari pihak pencarter tentang klaim R2 terhadap kapal dan penetapan transport loss. c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data tambahan akan bukti dan teori yang berhubungan dan mendukung permasalahan yang akan dibahas. Hal ini merupakan teknik yang banyak digunakan oleh penulis baik dari buku panduan yang didapat di kapal ataupun dari sumber lainnya seperti dari perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran. Teknik ini dimaksudkan untuk dijadikan sebagai pola pikir dalam merumuskan pembahasan, agar hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan sumber bacaan atau panduan yang ada. Dalam menyusun skripsi ini tetap diperlukan penggabungan antara teori-teori yang didapat dari referensi buku manual, jurnal, dan buku- buku dari perpustakaan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, baik ketika menjalankan praktik laut selama satu tahun maupun penulis menjalankan pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran . ## 2.3 Teknik Analisis Data Pada penulisan skripsi ini digunakan metode pendekatan dengan menggambarkan secara keseluruhan permasalahan ketika menemukan klaim transport loss pada proses bongkar muat diatas kapal MT. Success Altair XLII Berdasarkan pemilihan metode pendekatan penelitian secara kualitatif maka dalam penulisan skripsi ini digunakan metode analisis why-why analisis yaitu metode teknik analisis yang bertahap dan terfokus pada penemuan akar penyebab suatu masalah, dan bukan hanya melihat gejala-gejala dari suatu masalah. ## 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1 Penyusutan Muatan Secara Fisik Penyusutan muatan yang bersifat fisik yang diartikan bahwa jumlah muatan memang berkurang secara riil. Hal ini bisa dilihat dengan tidak kedapnya P/V valve dan dari P/V valve keluar uap dari penguapan muatan. Ditambah dengan lamanya waktu tunggu kapal diperbolehkan sandar di pelabuhan. Meskipun intensitas keluarnya gas dari penguapan muatan kecil tetapi dikarenakan lamanya kapal melakukan pembongkaran muatan dari sejak proses pemuatan maka kedua faktor diatas dapat dimasukan sebagai indikator dari penyebab terjadinya transport loss . Pelayaran dari STS muntok menuju plaju yang berjarak 69 nm dapat ditempuh oleh kapal dalam waktu 7 jam dengan speed 11 knots. Namun dikarenakan oleh force majeure atau kendala alam yang tidak bisa dihindari yaitu kabut asap, maka kapal harus menunggu selama 8 hari untuk melakukan proses bongkar sejak dari selesainya proses muat di STS Muntok. Dan juga tidak kedapnya P/V valve disebabkan pada saat kapal dok pada bulan Agustus 2019, perbaikan P/V valve tidak dilakukan dengan benar. Saat penulis bergabung menjadi awak kapal pada bulan November 2018 P/V valve sudah dalam kondisi tidak kedap. Perbaikan terhadap kerusakan P/V valve tidak bisa dilakukan saat kapal sedang on charter . Dikarenakan kapal akan selalu melakukan proses bongkar muat dan juga dinilai dari aspek keselamatan, dikarenakan ada muatan yang berbahaya di tangki. Maka perbaikan P/V valve yang tidak kedap hanya bisa dilakukan saat kapal dok. ## 3.2 Penysutan Muatan Secara Semu Penyusutan yang bersifat semu yang diartikan bahwa jumlah muatan berkurang dikarenakan terjadi kesalahan hitung maupun adanya kesalahan pengukuran. Hal ini bisa dilihat dalam ketidakmampuan bosun saat menggunakan alat UTI. Ketidakmampuan bosun dalam menggunakan UTI mengakibatkan pembacaan level pada ullage kurang teliti. Bosun terlihat masih tidak tahu bagaimana menggunakan UTI dalam proses ullaging , bosun tidak mengerti suara yang ditimbulkan oleh UTI saat sensor ujung dari meteran UTI menyentuh permukaan minyak. Seringkali bosun menurunkan meteran UTI hingga melebihi batas permukaan minyak, sehingga sensor pembaca sudah tercelup ke dalam minyak. Meskipun pada proses ullaging dimonitor oleh mualim I dan pihak surveyor, namun kedua pihak tersebut tetap akan tergantung pada kemampuan bosun dalam menggunakan alat UTI. Terkadang yang memonitor proses ullaging adalah mualim jaga dan pihak surveyor, jika mualim jaga sedang mempunyai tugas lain dan mualim I masih berurusan dengan pihak surveyor maka tugas pemonitoran diserahkan ke kadet. . 3.2 Massa Jenis Muatan Grissik Mix Crude Oil Dilihat dari massa jenis dari muatan Grissik Mix Crude Oil pada dokumen compartment log sheet, memiliki massa jenis yang paling kecil dibandingkan muatan lainya pada voyage lain. Massa jenis dari suatu muatan mempunyai korelasi dengan tingkat volatilitas dari suatu muatan. Pada kasus muatan Grissik Mix Crude Oil dibandingkan dengan muatan lain kita bisa lihat bahwa massa jenis muatan lain lebih besar. Dan pada voyage lain tidak ditemukan klaim R2 bahkan pada muatan BUCO muatan mendapatkan persentase ( gain ). ## 4 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis atas permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil dari penghitungan selisih antara angka kapal sebelum bongkar ( ship’s figure before discharge) dengan angka kapal setelah muat ( ship’s figure after load ) yang melebihi ambang batas toleransi yang ditentukan pihak pencharter mengakibatkan timbulnya klaim R2 dari pihak pencarter yang dapat menyebabkan kerugian dari pihak owner dengan membayar klaim dari pihak pencarter. Dan mengakibatkan proses bongkar muat terhambat dikarenakan pelaksanaan ullaging ulang dan negoisasi antara nakhoda dengan pihak owner kapal. 2. Ditemukanya transport loss yang besar pada muatan Grissik Mix Crude Oil dibandingkan muatan yang lain merupakan bukti bahwa muatan tersebut kurang sesuai dengan kondisi kapal MT. Success Altair. ## UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penulis ingin megucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan serta menyusun laporan ini, antara lain: 1) Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah meridhai penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi. 2) Yth, Bapak Amiruddin, M.M. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta. 3) Yth, Bapak Capt. Bhima Siswo Putro, M.M. selaku Ketua Jurusan Prodi Nautika. 4) Yth, Ibu Suhartini, M.M.Tr selaku pembimbing materi yang sangat sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 5) Yth, Capt. Fausil, M.A. selaku pembimbing penulisan yang sangat sabar dalam membimbing dan mengarahkan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6) Seluruh Civitas Akademika, dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta. 7) Kepada Bapak Achmad Khadirin dan Ibu Rustita beserta Adik Achmad Akbar Arifandi yang telah memberi dukungan dan kehangatan selama penulis berada di rumah. 8) Seluruh penghuni mess CAAIP Madura yang telah memberi semangat dan dukungan selama penulis membuat penelitian. 9) Seluruh taruna/i angkatan 59 khususnya jurusan Nautika dan taruna N8A atas doa dan semangat kalian, semoga kesuksesan menanti kita semua. 10) Seluruh Senior dan Junior yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan ini maupun kehidupan penulis selama menempuh Pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Chinenyeze, Madu Anthony Joseph dan Ugwu Richard Ekene. Physical and Chemical Properties of Crude Oils and Their Geologic Significances. International Journal of Science and Research. , 1514-152,2015. [2] Hilmola, Olli-Pekka dkk. Oil Transport Management. ( New York: Springer, 2013) [3] International Chamber of Shipping and Oil Companies International Marine Forum. ISGOTT Fifth Edition. (London: WITHERBY & CO. LTD 2006). [4] Istopo. Kapal dan Muatannya , (Jakarta: Koperasi Karyawan BP3IP, 1999). [5] Komaruddin. Ensklopedia Manajemen. (Jakarta: Bumi Aksara, 1994). [6] Perkapalan DIT. Pemasaran dan Niaga. Panduan Suplai dan Distribusi BBM. (Jakarta :PT. Pertamina (Persero) 2007) [7] Reijnhart , R dan R. Rose. Evaporation of Crude Oil At Sea . Water Research, Vol.16, 1319-1325,1981 [8] Suwignyo, Ir Hadi. Pengendalian Losses BBM (Jakarta 2016). ## Tabel Pemeriksaan Isi Jurnal Bagian ini tidak termasuk dalam isi artikel. Bagian ini adalah bantuan untuk penulis dan juga editor jurnal untuk memeriksa isi jurnal. Sampai jurnal ini dinyatakan diterima, tidak diperbolehkan menghapus tabel ini. Silahkan beri tanda check list (√) jika item tersebut ada di dalam artikel . Selanjutnya kualitas dan kedalaman isi dari masing-masing jenis pemeriksaan akan diperiksa oleh reviewer. Tabel ini hanya untuk memastikan setiap jenis pemeriksaan sudah ada di dalam isi artikel. Tabel Pemeriksaan Isi Artikel No Jenis Pemeriksaan Tanda 1 Abstrak : Latar belakang Tujuan& manfaat penelitian Metode Kesimpulan Kata kunci 2 Pendahuluan : Latar belakang permasalahan. Review studi terdahulu. Tujuan dan manfaat dari penelitian 3 Metode : Deskripsi objek penelitian. Perlakuan pada objek penelitian.. Metode / cara dan prosedur pemecahan yang digunakan untuk meneliti. Alat dan/atau bahan yang digunakan dalam penelitian. 4 Hasil : Hasil penelitian Penjelasan hasil Komparasi hasil dari variabel yang berbeda 5 Kesimpulan : 6 Format : Ukuran kertas (A4) Margin (20 mm) Jarak antar kolom (12,5 mm) Font (Times New Roman) Persamaan matematika (2 kolom no border tabel, menggunakan equation editor, equation di center, nomor eq. di sisi kanan) Gambar (center, in line with text, Nomor urut dari 1, Judul di bawah gambar, Huruf kapital di awal kata) Tabel (center, in line with text, Nomor urut dari 1, Judul di atas tabel, Huruf kapital di awal kata, Label ditulis tebal) 7 Daftar Pustaka : Minimal 10 acuan Terdapat acuan primer (jurnal) Format IEEE
5a683e7a-3371-4287-a9ef-c4be4b1709b9
https://riset.unisma.ac.id/index.php/negkea/article/download/7489/5966
ANALISIS HUKUM E-LITIGASI JO. PERMA NOMOR 1 TAHUN 2019 TENTANG ADMINISTRASI PERKARA DAN PERSIDANGAN DI PENGADILAN SECARA ELEKTRONIK DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG- UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 JO. UNDANG- UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2006 JO. UNDANG- UNDANG NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN AGAMA ## Annisa Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Universitas Brawijaya Email : [email protected] ## Abstrak Penelitian ini memiliki tujuan untuk memaparkan berkenaan dengan analisi hukum e-litigasi. Persidangan dengan e-litigasi yang dasar hukumnya berupa PERMA Nomor 1 Tahun 2019 dianggap telah melampaui hukum acara yang termuat dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama. Pnelitian ini membahas kedudukan PERMA dalam hierarki perundang- undangan agar dapat diketahui posisi PERMA dan batasan PERMA dalam menyusun peraturannya. Kata kunci: e-litigasi, PERMA, Hukum ## Abstract This study aims to analyze the law of e-litigation. Trials with e-litigation, the legal basis of which is Supreme Court Regulations (PERMA) Number 1 of 2019, are considered to have exceeded the procedural law contained in Law Number 7 of 1989 jo. Law Number 3 of 2006 jo. Law Number 50 of 2009 concerning Religious Courts. This study discussed the position of PERMA in the hierarchy of legislation in order to find out the position of PERMA and the limitations of PERMA in formulating its regulations. Keywords: e-litigation, PERMA, Law ## PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara hukum sesuai dengan amanat Undang- Undang Dasar 1945 pasal 1 ayat (3), dengan cakupan wilayah geografisnya berupa kepulauan. Negara sebagai sebuah organisasi terbesar memiliki sebuah regulasi yang legal untuk mengatur masyarakatnya baik dalam hal public maupun privat. Hal ini dilakukan dengan alasan agar pergerakan bangsa Indonesia tidak keluar dari arah ideologisnya. Dalam strategi ketatanegaraannya, Indonesia menganut ajaran yang dicetuskan oleh Motesquieu, dimana dalam doktrin ajaran tersebut menyebutkan bahwa kekuasaan untuk mempertahankan peraturan perundang-undangan dipegang oleh pengadilan yang independen tanpa pengaruh campur tangan dari kekuasaan legislative maupun eksekutif. 1 Pengadilan-pengadilan di Indonesia terbagi menjadi 4 pilar, yakni: peradilan umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara; dan peradilan militer. Pengadilan-pengadilan ini dalam Undang- Undang Dasar 1945 disebutkan sebagai bagian dari kekuasaan kehakiman yang diketuai oleh Mahkamah Agung. 2 Dalam rangka mengikuti zaman yang serba online dan memutkhirkan pelayanan yang ada pada lembaga peradilan di bawah naungannya, Mahkamah Agung mengeluarkan sebuah terobosan baru dengan mengedepankan tiga asas peradilan utama, yakni peradilan yang cepat, transparan, dan biaya ringan. Terobosan yang dilakukan tersebut adalah dengan mengganti system administasi beracara di pengadilan yang pada mulanya manual kini menjadi berbasis online. Terobosan tersebt dikenal dengan nama system peradilan elektronik atau yang lebih dikenal dengan sistem e-litigation (persidangan). Salah satu dasar dari hukum acara perdata adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Pengadilan Agama dan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Mengenai jalannya persidangan di pengadilan, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 yang tertuang di dalam Pasal 13, menyatakan bahwa: “ semua sidang pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum kecuali undang-undang menentukan lain .” Frasa ‘kecuali undang-undang menentukan lain’ mengindikasikan bahwa diperkenankannya sebuah persidangan menjadi persidangan yang tertutup untuk umum selama ada regulasi yang menjadi dasar terjadinya hal tersebut. Regulasi yang menjadi lex specialis dari aturan tersebut adalah Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang tertulis didalam : Pasal 68, yang berbunyi: “ pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup” . Pasal 80 ayat 2, yang berbunyi: “pemeriksaan gugatan cerai dilakukan dalam sidang tertutup” Dari dua regulasi tersebut maka dapat diketahui bahwa, segala perihal apapun yang berkaitan dengan proses pemeriksaan perkara perceraian dilakukan dalam sidang tertutup, tidak terkecuali dalam hal upaya damai. Berkaita dengan hal yang tertera sebelumnya, terdapat beberapa hal yang disoroti oleh penulis terkait pelaksanaan PERMA Nomor 1 Tahun 2019 ini, hal ini berkaitan dengan cara pelaksanaan hukum acara persidangan yang dirasakan penulis sangat berbeda dengan pelaksanaan hukum acara yang telah disahkan di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, salah satunya yaitu : upaya mendamaikan para pihak dalam perkara perceraian yang dilaksanakan pada setiap kali, yang mana hal tersebut berimplikasi pada tertutup dan terbukanya suatu persidangan; 1 Maria farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan jilid 1 , (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 112 2 Dasar Hukum: Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dan Pasal 10 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 jo. UU No. 48 Tahun 2009 Untuk itu, berkaitan dengan hukum acara tersebut, proses e-litigasi dirasa tidak memiliki hubungan yang berkesesuaian dengan hukum acara yang ada, terutama dalam perkara perceraian. Hal inilah yang menjadi pertimbangan penulis untuk menulis penelitian ini dengan mempertanyakan dapatkah PERMA yang mengharuskan badan peradilan saat ini memeriksa dan mengadili suatu perkara secara elektronik mengalahkan hukum acaranya konvensional yang ada ?. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian hukum ( legal research ), dengan menggunakan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini bersifat penelitian Yuridis-Normatif. Penelitian meneliti bahan pustaka yang ada, salah satunya yakni berupa perundang-undangan dan dokumen terkait dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan ( statute approach ) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 3 Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan adalah telaah pustaka. Analisis penelitian ini mempergunakan metode analisis penelitian yang bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan kualitatif dan teknis analisis dalam penelitian deskriptif ini menggunakan preskriptif analitis. ## PEMBAHASAN Kedudukan PERMA Dari Segi Hierarki Perundang-Undangan Legislative act dan ececutive act merupakan salah satu bentuk dari hukum tertulis. Tidak hanya sebatas lembaga legislative dan eksekutif, lembaga pelaksana undang-undang (yudikatif) juga diberi kewenangannya sendiri untuk menetapkan aturannya sendiri, namun dengan batasan dimana hanya boleh bersifatinternal, seperti Mahkamah Agung dengan PERMA nya. 4 Fungsi pengaturan ( regelen ) tersebut merupakan wewenang MA yang berlandaskan hukum Pasal 79 Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 jo. Nomor 5 Tahun 2004 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung. Hukum haruslah mengikuti perkembangan zaman, tidak terkecuali PERMA, untuk itu PERMA hadir sebagai alternative untuk memecah kekosongan hukum atau kebuntuan dari suatu hukum acara, yang tentu pembentukan PERMA tersebut harus disertai dengan pemberian pemanfaatan bagi penegak hukum itu sendiri. Dengan tidak menghilangkan prinsip penegakan hukum yang lain, yakni keadilan dan kepastian hukum. 1. Hierarki Peraturan Perundang-undangan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 jo. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Hierarki yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 jo . Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 ini adalah jenis tingkatan peraturan perundang-undangan yang berladaskan asas bahwa peraturan yang lebih tinggi mengayomi atau menaungi peraturan-peraturan yang ada dibawahnya, dimana hal 3 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2005), hal. 133. 4 Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara , (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2014) hal. 140 tersebut menyebabkan tidak boleh ada peraturan yang lebih rendah mengesampingkan atau bahkan bertentangan peraturan yang diatasnya. 5 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 jo . Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan menyebutkan Pasal 7 bahwa jenis, hierarki, berdasarkan tata urutan tertingginya yaitu: Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; Undang- Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang; Peraturan Pemerintah; Peraturan Presiden; Peraturan Daerah Provinsi; dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Pasal tersembut memberikan pemahaman dasar bahwa PERMA tidak termasuk dalam hierarki perundang-undangan. Namun perlu dilihat pada pasal selanjutnya yang menyatakan bahwa PERMA sebagai salah 1 peraturan yang keberadaannya diakui. Pernyataan tersebut tertuang halam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 jo . Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Pengakuan status PERMA tersebut dibarengi oleh pemenuhan syarat yang termuat dalam Pasal 8 ayat (2), yakni “ diperintahkan oleh peraturan yang lebih tinggi” dan “dibentuk berdasarkan kewenangan”. Frasa dibentuk berdasarkan kewenangan tersebut perlu merujuk kembali kepada fungsi dan kewenangan Mahkamah Agung dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung Pasal 79 yang menyebutkan bahwa: “ Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-undang ini”. Dapat disimpulkan bahwa, Mahkamah Agung diberi celah oleh undang- undang dan kewenangan untuk mengisi kekosongan hukum maupun terobosan yang sesuai dengan perkembangan zaman yang berkaitan dengan penyelenggaraan peradilan itu sendiri. Peraturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung memiliki perbedaan pada peraturan yang dibuat oleh lembaga legislative pada umumnya, dimana dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung, hanya diperbolehkan untuk membuat peraturan yang berkenaan dengan hukum acara atau teknis beracara, yang sifatnya hanya mencakup lembaga dibawahnya. ## Kedudukan PERMA dalam Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Alat analisis yang digunakan untuk menempatkan kedudukan PERMA dalam hierarki perundang-undanga adalah bisa dengan doktrin dari Hasn Nawiasky yang menyebutkan bahwa tatanan system norma terbagi menjadi 4 kelompok, yakni: Kelompok I : Staatfundamentalnorm (norma fundamental negara); Kelompok II : Staatgrundgesetz (aturan dasar/pokok negara); Kelompok III : Formell Gesetz (Undang-undang formal) Kelompok IV: Verordnung & Autonome Satzung (aturan pelaksana & aturan ortonom). dari teori tersebut maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa keberadaan PERMA masuk kedalam kategori ke-4, yakni kelompok norma Verordnung & Autonome Satzung (aturan pelaksana & aturan ortonom), peraturan 5 Lihat penjelasan Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan pelaksanaan dan peraturan otonom merupakan peraturan yang terletak dibawah UU yang berfungsi menyelenggarakan ketentuan dalam UU, dimana peraturan pelaksanaan bersumber dari kewenangan delegasi, sedangkan peraturan otonom bersumber dari kewenangan atribusi. 6 Berkaitan dengan kewenangan delegasi dan pembentukan peraturan perundang-undangan adalah pelimpahan kewenangan membentuk suatu aturan yang dilakukan oleh peraturan yang lebih tinggi kepada peraturan yang lebih rendah, baik pelimpahan yang dinyatakan secara lugas dan tegas maupun tidak. Berbeda dengan kewenangan atribusi, kewenangan delegasi idak diberikan, melainkan diwakilkan saja. Selain itu, sifat dari kewenangan delegasi adalah sementara dalam artian selama pelimpahan tersebut masih ada. 7 Pasal 79 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 telah memberikan kewenangan atributif kepada Mahkamah Agung untuk membentuk sendiri peraturan yang berkaitan dengan hukum acara, dengan tujuan untuk memperlacar jalannya peradilan di Indonesia. Ketentuan lain yang tertulis dalam Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, telah secara tegas menyatakan bahwa pengaturan lebih lanjut mengenai sidang permusyawaratan hakim diatur melalui PERMA. Sama halnya jika keberadaan Peraturan Mahkamah Agung ini ditinjau dari segi teori norma hukum Hans Kelsen. Hans Kelsen berpendapat bahwa setiap norma, termasuk norma hukum bersifat tingkatan atau berjenjang da berlapis dalam sebuah tatanan, dimana norma hukum yang lebih rendah akan berlaku dengan catatan, norma tersebut berdasar pada norma hukum yang lebih tinggi, begitu seterusnya hingga sampai pada sebuah norma yang tidak dapat lagi ditelusuri kelanjutannya, yaitu Norma Dasar ( grundnorm ). Pada setiap PERMA yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung senantiasa mengandung norma yang berasal dari norma yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung jo. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Dengan fakta ini maka Peraturan Mahkamah Agung menurut penulis masuk dalam sistem norma hukum di Indonesia. Berdasarkan uraian sebelumnya pula, diketahui bahwa PERMA tidak masuk dalam susunan hierarki per-undang-undangan dengan alasan: 1. Mahkamah Agung diberi kewenangan yang bersifat atributif untuk menentukan sendiri peraturannya dalam rangka menegakkan system peradilan yang baik. 2. Peraturan Mahkamah Agung berisikan peraturan tentang hukum acara atau teknis beracara. 3. Peraturan Mahkamah Agung diakui dan harus dilaksanakan sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi dan sesuai dengan kewenangannya yang diamanatkan oleh peraturan yang lebih tinggi. 6 Maria farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan jilid 1 , (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 28-35 7 Maria farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan jilid 1 , (Yogyakarta: Kanisius, 2007), hal. 55 Berdasarkan ketiga uraian alasan tersebut diatas bahwasanya kedudukan dari Peraturan Mahkamah Agung dapat dikatakan adalah dibawah undang- undang, dengan alasan atributif dan delegasi bukan dalam hierarki. Analisis PERMA Nomor 1 Tahun 2019 dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang- Undang Nomor 50 Tahun 2009 Max Waber memiliki argumentasi yang menjelaskan bahwa perkembangan hukum materil dan hukum acara mengikuti tahap perkembangan tertentu, bermula dari bentuk yang sederhana hingga tahap termaju dimana hukum disusun secara sistematis dan dilaksanakan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas dan kompetensi dalam bidang hukum. 8 Hukum acara Indonesia saat ini sedang mengalami proses transisi dari sistem konfensional (yang salah satunya di dasari oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Pengadilan Agama) menuju sistem yang lebih modern (di dasarkan pada PERMA Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi Di Pengadilan Yang Berbasis Elektronik yang mana PERMA ini merupakan kelanjutan dari dikeluarkannya PERMA Nomor 3 Tahun 2018). PERMA Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Administrasi Di Pengadilan Yang Berbasis Elektronik di bentuk atas dasar kegelisahan dari sistem (hukum acara) sebelumnya. Terdapat 3 problem utama pengadilan dengan menggunakan sistem konfensional dengan dasar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, yaitu: Keterlambatan; Keterjangkauan; dan Integritas. Untuk itu Mahkamah Agung hadir sebagai kepala dari badan peradilan di bawahnya dengan menghadirkan PERMA Nomor 1 Tahun 2019 ini sebagai sebuah alat yang memudahkan siapa saja, baik itu dari pelaksana penegakkan keadilannya maupun dari para pihak yang sedang mencari keadilan. Hal tersebut telah berkesesuaian dengan doktrin hukum yang di gagas oleh Radbruch, bahwa hukum harus meliputi 3 item didalamnya, yakni keadilan, kemanfaatan (yang dalam hal ini dapat dirasakan dari segi, efisiensi waktu dan biaya ringan yang juga berkesesuaian dengan asas peradilan), dan kepastian hukum. 9 Terdapat 2 hal yang disoroti oleh penulis terkait pelaksanaan PERMA Nomor 1 Tahun 2019 ini, hal ini berkaitan dengan cara pelaksanaan hukum acara persidangan yang sangat berbeda dengan pelaksanaan hukum acara yang telah disahkan di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, yakni: 1. Upaya mendamaikan para pihak dalam perkara perceraian yang dilaksanakan pada setiap kali, yang mana hal tersebut berimplikasi pada tertutup dan terbukanya suatu persidangan; 2. Pembacaan putusan yang berimplikasi pada perhitungan tanggal untuk melakukan pengajuan upaya hukum ke tingkat yang lebih tinggi. 8 Soerjono Soekanto, Pokok – Pokok Sosiologi Hukum , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 90 9 Fauzi Yusuf Hasibuan , Strategi Penegakan Hukum , (Jakarta: Fauzie & Partners, 2002), hal. 39-40 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 yang tertuang di dalam Pasal 13, menyatakan bahwa: “ semua sidang pemeriksaan pengadilan terbuka untuk umum kecuali undang-undang menentukan lain .” Frasa ‘ kecuali undang-undang menentukan lain ’ mengindikasikan bahwa diperkenankannya sebuah persidangan menjadi persidangan yang tertutup untuk umum selama ada regulasi yang menjadi dasar terjadinya hal tersebut. Regulasi yang menjadi lex specialis dari aturan tersebut adalah Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang tertulis didalam : a. Pasal 68, yang berbunyi: “ pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup” . b. Pasal 80 ayat 2, yang berbunyi: “pemeriksaan gugatan cerai dilakukan dalam sidang tertutup” Dari dua regulasi tersebut maka dapat diketahui bahwa, segala perihal apapun yang berkaitan dengan proses pemeriksaan perkara perceraian dilakukan dalam sidang tertutup. Upaya damai merupakan suatu bagian dari hukum acara yang diharuskan oleh undang-undang. Pelaksanaan upaya perdamaian bertujuan untuk mengupayakan penyelesaian perkara melalui jalan damai dengan menasihati atau menyarankan para pihak yang pada awalnya ingin bercerai agar berpikir kembali sehingga mencabut gugatannya dan tidak terjadi perceraian. Upaya ini dilakukan oleh hakim terhadap para pihak yang ingin bercerai pada sidang pertama pemeriksaan gugatan ataupun permohonan cerai melalui proses mediasi. Dasar dari aturan ini tertuang dalam Pasal 82 ayat 1 Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 jo Undang-Undanga Nomor 3 Tahun 2006 jo PERMA Nomor 1 Tahun 2008, yang berbunyi : “ Pada sidang pertama pemeriksaan gugatan perceraian, Hakim berusaha mendamaikan kedua pihak ” Upaya damai ini akan terus dilakukan dalam setiap persidangan sebelum suatu perkara tersebut diputuskan. Hal ini sesuai dengan Pasal Pasal 82 ayat 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang menyatakan: “ Selama perkara belum diputuskan, usaha mendamaikan dapat dilakukan pada setiap sidang pemeriksaan .” Pada setiap permulaan sidang, sebelum memasuki ranah pemeriksaan pokok perkaran hakim wajib mengupayakan perdamaian antara para pihak. Upaya damai ini dilakukan dalam proses persidangan dibuka untuk umum. Kemudian, jika upaya damai tersebut gagal, maka sidang akan ditutup kembali dan dilanjutkan dengan acara pemeriksaan, Dalam e-litigasi proses mendamaikan para pihak yang jelas dasar dilakukannya adalah Undang-Undang tidak dijalankan sebagaimana mestinya karena dalam sistem e-litigasi setiap persidangan hanya dilakukan dengan pengalihan dokumen dari pihak kepada hakim sesuai dengan jawal yang telah ditetapkan. Tidak ada upaya pendamaian para pihak dalam sidang lanjutan. Dan sistem persidangan yang dilakukan dengan sistem terbuka dan kemudian tertutup ## Jurnal Negara dan Keadilan pun menjadi bias karena basis dari e-litigasi hanyalah pemeriksaan berdasarkan dokumen. Biasnya dari keterangan sidang dilaksanakan dalam persidangan terbuka untuk umum atau tertutup untuk umum juga berimplikasi dari sah atau tidaknya putusan dari suatu perkara tersebut. Hal ini didasari pada Pasal 13 Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009, yang berbunyi: 1. Semua sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-undang menentukan lain. 2. Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum. 3. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan putusan batal demi hukum. Ketentuan tentang dibuka/ditutupnya suatu acara persidangan tidak hanya pada proses upaya damai dan pemeriksaan perkara. Pembacaan putusan sebagai hasil akhir yang berkekuatan hukum inkrah pun tidak lepas dari aturan tersebut. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Pasal 60 menyatakan: “ penetapan atau putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum tetap apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum ”. Mengenai hal tersebut, PERMA Nomor 1 Tahun 2019 menyebutkan dalam Pasal 26 ayat 3 : “ pengucapan putusan/penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) secara hukum dianggap telah dihadiri oleh para pihak dan dilakukan dalam sidang terbuka untuk umum ” Menurut penulis, frase “dianggap” tidak menjadi pembenar untuk menerapkan PERMA sebagai lex specialis dari Undang-Undang yang telah ada sebelumnya. Kata ”dianggap” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri merupakan prasangka, pendapat, atau pandangan 10 , hal ini dapat membuat putusan pengadilan yang harusnya bersifat pasti, nyata, dan konkret menjadi sesuatu yang sifatnya tidak pasti. Selain berimplikasi dengan hal tersebut di atas, hukum acara yang tertuang dalam PERMA Pasal 26 ayat (2) juga menimbulkan pertanyaan dari sisi penghitungan kalender berkaitan dengan tenggang waktu diperkenankannya para pihak yang untuk mendaftarkan putusan tersebut keupaya hukum yang lebih tinggi (banding atau kasasi). Pasal 26 ayat (2) PERMA nomor 1 Tahun 2019 berbunyi: “ pengucapan putusan/penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara hukum dilaksanakan dengan menyampaikan salinan putusan/penetapan elektronik kepada para pihak melalui Sistem Informasi Pengadilan ” Pernyataan tersebut tidak berkesesuaian dengan petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung itu sendiri dengan SK MA Nomor 271/KMA/SK/XII/2019 point C2 nomor 1 yang menyatakan bahwa: “ permohonan banding diajukan setelah putusan pengadilan tingkat pertama diucapkan secara elektronik dalam tenggang waktu 14 hari ” Dalam hukum acara konvensional, pengadilan melakukan persidangan dengan acara pembacaan putusan dilakukan dengan sidang terbuka, yang artinya putusan tersebut harus dibacakan dan diketahui secara umum hasil dari putusan tersebut. Hal ini tertulis dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. 10 https://kbbi.web.id/anggap diakses pada tanggal 10 Juni 2020 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 pada Pasal 60 : “ Penetapan dan putusan Pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum ” Kemudian, putusan tersebut bisa diajukan oleh para pihak yang merasa dirugikan hak nya oleh putusan pengadilan tingkat pertama dengan upaya hukum banding. Dasar hukumnya adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo . Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jo . Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 pada Pasal 61 : “ Atas penetapan dan putusan Pengadilan Agama dapat dimintakan banding oleh pihak yang berperkara, kecuali apabila undang-undang menentukan lain ” Kemudian, permohonan upaya hukum banding disampaikan secara tertilulis /lisan kepada Pengadilan Agama dalam tenggang waktu 14 hari, terhitung sejak hari pengucapan/pemberitahuan putusan kepada pihak yang berkempentingan. 11 Dasar hukum dari pernyataan tersebut adalah Pasal 199 RBg yang menyatakan: “ ... pemohonan itu dapat diajukan oleh seorang kuasa seperti dimaksud dalam ayat (3) pasal 147 dengan suatu surat kuasa khusus kepada panitera dalam waktu 14 hari terhitung mulai hari diucapkannya keputusan pengadilan negeri, sedangkan tenggang waktu itu adalah empat belas hari setelah putusan diberitahukan menurut pasal 190 kepada yang bersangkutan, jika ia tidak hadir pada waktu putusan diucapkan ” Penetapan hari dimulainya perhitungan dan berakhirnya dalam jangka wantu 14 hari tersebut kembali menjadi bias karena tidak ada penjamin pada tanggal berapa para pihak mengerti bunyi dari putusan yang sudah putus tersebut. Jika dimulainya penghitungan sejak diunggahnya putusan tersebut ke dalam SIPP atau dikirimnya salinan putusan tersebut via elektronik kepada para pihak, maka akan menimbulkan masalah pada prinsip keadilan jika ternyata dalam tenggang waktu tersebut para pihak atau salah satu pihak belum membaca/mengetahui isi dari putusan pengadilan tersebut. Menurut penulis, PERMA Nomor 1 Tahun 2019 membuat trobosan dengan melampaui ketetapan hukum acara yang termuat dalam Undang-Undang tersebut, dengan menyebutkan bahwa pengucapan putusan dilaksanakan dengan penyampaian salinan putusan melalui media elektronik. Hukum acara memang harus tumbuh seiring dengan perkembangan tertentu (Max Weber). 12 Namun, walaupun sesuai dengan perkembangan zaman dengan teknologi yang dapat digunakan dan mengedepankan asas peradilan sederhana; cepat; dan biaya murah, penulis merasa peraturan ini perlu direvisi mengingat 2 point yang menjadi sorotan sangat berbeda dengan hukum acara konvensional dengan status sah nya merupakan undang-undang. Dengan mengacu pada teori dari Radbruch pula, bahwa hukum diharapkan mampu memenuhi nilai dasarnya, yakni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian. Tiga dasar tersebut harus berjalan beriringan agar terciptanya hukum 11 Oleh Endah P. pada https://badilag.mahkamahagung.go.id/prosedur-standar/prosedur- berperkara/pedoman-perilaku-hakim . Diakses pada tanggal 16 Juni 2020 12 Soerjono Soekanto, Pokok – Pokok Sosiologi Hukum , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), hal. 90. yang baik dan ideal, tidak hanya mengedepankan kemanfaatan namun menggeser keadilan dan kepastian. ## KESIMPULAN Kedudukan Peraturan Mahkamah Agung dari segi hierarki perundang- undangan menurut penulis adalah: a. Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) masuk kedalam sistem norma hukum di Indonesia. b. Kedudukan dari Peraturan Mahkamah Agung dapat dikatakan adalah dibawah undang-undang, dengan alasan atributif dan delegasi bukan dalam hierarki.. Terdapat beberapa acara persidangan dengan e-litigasi yang dikhawatirkan berindikasi batalnya sebuah putusan yang batal demi hukum, yakni yang berkaitan dengan acara: a. Tidak adanya kepastian dari terbuka atau tertutupnya persidangan; b. Frasa “dianggap” dalam PERMA yang dirasa membuat suatu putusan pengadilan yang harusnya bersifat pasti menjadi bias; Dan juga, berkenaan dengan tidak jelasnya perhitungan tanggal untuk melakukan upaya hukum yang lebih tinggi, yang bisa saja berdampak menjadi tidak adilnya proses hukum itu sendiri. ## DAFTAR PUSTAKA ## Buku Fauzi Yusuf Hasibuan. 2002 . Strategi Penegakan Hukum . Jakarta: Fauzie & Partners. Jimly Asshiddiqie. 2014. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara . Jakarta: Rajagrafindo Persada. Maria Farida Indrati. 2007. Ilmu Perundang-Undangan jilid 1 . Yogyakarta: Kanisius. Peter Mahmud Marzuki. 2016. Penelitian Hukum. Jakarta: Prenadamedia Group. Soerjono Soekanto. 1999. Pokok – Pokok Sosiologi Hukum . Jakarta: Raja Grafindo Persada Website https://badilag.mahkamahagung.go.id/prosedur-standar/prosedur- berperkara/pedoman-perilaku-hakim Oleh Endah P.
436db7ab-f061-452e-a172-e385cbd6bd64
https://ojs.umrah.ac.id/index.php/bahterainovasi/article/download/1649/782
## Analisis Pengelolaan Sektor Pariwisata Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kepri Tahun 2015 – 2016 ## Akhirman Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Indonesia ABSTRAK : Kepulauan Riau memiliki letak geografis yang strategis antara berbagai negara asing seperti Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura. Maka dari itu, persaingan Kepulauan Riau tidak terpusat pada persaingan nasional, bahkan dibidang internasional lebih sangat diperhatikan karena letak geografis Kepulauan Riau yang lebih dekat dengan berbagai negara asing dibanding dengan Ibukota Negara Indonesia. Juga menjadi wilayah destinasi pariwisata ke 3 setelah Bali dan Jakarta. Namun dalam bidang maritim Kepulauan Riau menduduki peringkat pertama destinasi pariwisata bahari di Indonesia. Dan Kepulauan Riau juga dicadangkan menjadi Gerbang Wisata Bahari Indonesia untuk kancah Internasional. Pada tahun 2016 perjalanan yang dilakukan penduduk Indonesia yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau yaitu sekitar 3.077.543 dansekitar 58,02 persen melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berlibur/rekreasi. Sedangkan, jumlah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan dengan tujuan utama ke Provinsi Kepri, ada sekitar 2.891.123 orang, dan sekitar 59,73 persen datang ke Kepri untuk berlibur/rekreasi (Kementrian Pariwisata RI, 2016). Jumlah wisatawan mancanegara selama periode januari-Desember 2016 yang datang ke Kepri ada sekitar 1.920.232 orang atau 16,67 persen terhadap total wisman nasional (BPS Kepri,2017). Hal tersebut merupakan potensi yang sangat baik untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau yang harus dikelola dengan baik. Karena kedatangan wisatawan jelas akan menjadi sumber pendapatan bagi Kepri dan mampu menggeliatkan berbagai kegiatan ekonomi sektor-sektor ikutannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata di KEPRI pada tahun 2015-2016 Kata kunci: Pertumbuhan ekonomi, Pariwista Email Address: [email protected] ## I. Pendahuluan Pada era globalisasi saat ini, sektor pariwisata merupakan industri terbesar dan terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Industri pariwisata kebal akan krisis global, disaat perekonomian global terpuruk, pertumbuhan pariwisata di Indonesia tetap tumbuh. Satu di antara pertumbuhan tersebut karena kontribusi penerimaan devisa Indonesia dari wisatawan mancanegara (wisman) sepuluh tahun terakhir berada pada kondisi yang sangat baik, meskipun pada tahun 2009 memperoleh devisa sebesar US$ 6.297,99 juta, jumlah ini lebih rendah dibandingkan penerimaan devisa tahun 2008 yang memperoleh devisa dari wisman sebesar US$ 7.347,60, pada tahun 2010 dan tahun-tahun selanjutnya terus mengalami @Program Studi Manajemen FE Universitas Maritim Raja Ali Haji kenaikan bahkan melampaui target (BPS, 2016). Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2004 menjelaskan tentang pengawasan dan pengendalian pariwisata pasal 1 ayat 1 yang berisikan definisi Pariwisata yakni “Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. Sebagai informasi, Kepulauan Riau tergolong sebagai provinsi baru di Indonesia yang masih berusia 14 tahun. Walau masih merupakan provinsi baru di Indonesia, pertumbuhan penduduk pada tahun 2016 ini Kepulauan Riau menduduki urutan pertama laju pertumbuhan penduduk terpesat di Indonesia mengalahkan kota-kota lain yang selama ini dipegang oleh kota di pulau Jawa. (Sumber: https://www.bps.go.id/ link Tabel Statis/view/id/1268 diakses pada 10 Desember 2016). Suku Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa yang dominan di KEPRI. Selain itu terdapat juga suku Bugis, Banjar dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan suku Melayu. Menjelang tahun 2000 hingga sekarang suku Jawa, Sunda, Minangkabau dan Batak menjadi suku pendatang yang paling banyak mendatangi KEPRI. Alasan lain mengapa peningkatan penduduk di Kepulauan Riau sangat signifikan yaitu karena pertumbuhan pembangunan Kepulauan Riau juga sangat meningkat dimulai pada tahun 2010. Pembangunan di Kepulauan Riau terus digalakkan di berbagai sektor yaitu sektor industri dan pariwisata. Juga salah satu alasan Kepulauan Riau dipilih sebagai daerah untuk mencari rezeki adalah Kepulauan Riau merupakan daerah yang memiliki UMK tertinggi setelah DKI Jakarta. Berdasarkan SK Gubernur Nomor :1731-1739 Tahun 2015 UMK tertinggi di Kepulauan Riau yaitu dengan besaran Rp.2.994.111,- dan UMK di Kepulauan Riau akan terus meningkat di tahun 2017. (sumber: http://www.biaya.net/ 2015/11/ daftar-umk-kepri-dan-batam-2016.html diakses pada tanggal 14 Desember 2016.) Kepulauan Riau memiliki letak geografis yang strategis antara berbagai negara asing seperti Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, Malaysia dan Singapura. Maka dari itu, persaingan Kepulauan Riau tidak terpusat pada persaingan nasional, bahkan dibidang internasional lebih sangat diperhatikan karena letak geografis Kepulauan Riau yang lebih dekat dengan berbagai negara asing dibanding dengan Ibukota Negara Indonesia. Juga menjadi wilayah destinasi pariwisata ke 3 setelah Bali dan Jakarta. Namun dalam bidang maritim Kepulauan Riau menduduki peringkat pertama destinasi pariwisata bahari di Indonesia. Dan Kepulauan Riau juga dicadangkan menjadi Gerbang Wisata Bahari Indonesia untuk kancah Internasional. Kepulauan Riau dengan didukung potensi alam yang sangat dimungkinkan untuk menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi bagi Republik Indonesia dimasa depan. Apalagi saat ini pada beberapa daerah di Kepulauan Riau tengah diupayakan sebagai pilot project pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) melalui kerjasama dengan Pemerintah Singapura. (sumber: http://www.kepriprov.go.id/ diakses pada 14 Desember 2016 Tanjungpinang). ## 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, Adapun penelitian ini dapat dirumuskan yaitu sebagai berikut; Apakah ada pengaruh sektor Pengelolaan Sektor Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau khusus Tahun 2015-2016. 3. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Pengelolaan Sektor Pariwiata Terhadap Pertumbuhan Ekonmi di Provinsi Kepulauan Riau. ## Landasan Teori ## I. Definisi Pariwisata Menurut etimologi kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali–kali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan (Sinaga, 2010:12). Pariwisata menurut UU No. 9 Tahun 1990 adalah segala seuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pengusahaan, daya tarik dan atraksi wisata serta usaha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Menurut pendapta Oka A . Yoeti (Irawan, 2010:11), menjelaskan bahwa kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yatu “…pari yang berarti banyak, berkali– kali, berputar–putar, keliling, dan wisata yang berarti perjalanan atau bepergian”. Sementara definisi pariwisata menurut E. Guyer Freuler (Irawan, 2010:11), merumuskan pengertian pariwisata dengan memberikan batasan sebagai berikut : “…Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan fenomena dari jaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuhakan cinta terhadap keindahan alam dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri, serta penyempurnaan dari alat–alat pengangkutan ”. Definisi pariwisata menurut World Tourism Organization (WTO) dalam Marpaung (2000) adalah sebuah aktifitas perjalanan ke suatu tempat ke luar lingkungan mereka sehari-hari dimana dengan tujuan untuk bersenang-senang, beristirahat yang tidak lebih dari setahun di tempat daerah yang dituju. WTO merupakan organisasi internasional yang bertanggungjawab pada bidang pariwisata. WTO mengklasifikasikan wisata menjadi dua yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan domestic. Dimana wisatawan mancanegara merupakan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata ke luar Negaranya sendiri, sedangkan wisatawan domestic merupakan wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dalam lingkup Negaranya sendiri. Berbeda dengan wisatawan domestic, wisatawan mancanegara kemungkinan akan memeiliki beberapa permasalahan seperti : mata uang, bahasa dan urusan visa (Cooper dkk, 1998). Dalam Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 (dalam Irawan, 2010:11) kepariwisatan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberi liburan rohani dan jasmani setelah beberapa waktu bekerja serta mempunyai modal untuk melihat daerah lain (pariwisata dalam negri) atau negara lain (pariwisata luar negri). Berdasarkan Ketetapan MPRS No. 1 Tahun 1960 tersebut, sebenarnya sudah menggambarkan bagaiaman hari ini yang disebut sebagai zaman modern semestinya Pariwisata di Indonesia seperti Bali, sudah terdapat di mana-mana sebagai wahana pemenuhan keutuhan jasmani sebahagian orang, juga sebagai salah satu sektor ekonomi yang berkontribusi untuk pelakunya dan memberikan kontribusi juga terhadap pembangunan ekonomi nasional. Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih dalam waktu yang sementara, dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan tujuan bukan untuk berusaha (business) atau bukan untuk mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, melainkan semata-mata sebagai konsumen yang menikmati perjlanan wisata, dimana perjalanan ini bertujuan untuk memenuhi keinginan yang bermacam- macam (Yoeti : 1997). Keinginan yang bermacam-macam yang lain dan tak bukan adalah barang- barang kebutuhan yang diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tadi. Keinginan untuk mengunjungi suatu tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya, keinginan untuk melakukan refresing karena penat dalam pekerjaan, adalah salah satu yang mendorong seseorang untuk melakukan wisata. Bagi suatu Negara yang mengembangkan sektor pariwisatanya dengan baik akan mendatangkan banyak para wisatawan, wisatawan yang banyak akan berdampak positif terhadap perekonomian Negara atau daerah yang dikunjungi. Menurut Pendit (2003), pariwisata merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk pengusaha objek wisata, daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dengan kepariwisataan. Kepariwisataan menurut UU No.24/1979 diartikan sebgai “ segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan wisata, yaitu keseluruhan kegiatan dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan .” Pengembangan kawasan wisata ini harus memenuhi beberapa kriteria , yaitu : 1). Dalam memutuskan suatu kagiatan pembanguna kawasan wisata harus melalui konsultasi dan sosialisasi terhadap masyarakat, dan apa sudah direncanakan harus berdasarkan persetujuan masyarakata, 2). Tiap keuntungan yang dilakukan dalam pembangunan kawasan wisata harus ada timbalbaliknya kepada masyarakat, namun bukan berbentuk cash money melainkan berbentuk bangunan yang nantinya berguna untuk masyarakat sekitar, 3). Kawasan wisata tidak boleh merusak ekosistem didalam nya atau merusak lingkungan dalam perencanaan pembangunan, serta tidak boleh meninggalkan kebudayaan setempat. Justru dengan mengembangkan kebudayaan, dapat dijadikan brand image atau ikon dari daerah wisata tersebut untuk tujuan menarik para wisatawan, dan dengan pembangunan kawasan wisata tersebut jangan sampai masyarakat merasa tersisihkan. ## 2. Jenis Pariwisata Menurut Spillane, pariwisata terdiri dari enam jenis, yaitu sebagai berikut : 1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan ( pleasure tourism ), pariwisata ini dilakukan untuk para wisatawan dengan tujuan untuk berlibur atau mencari kesenangan yang baru, mengunjungi suatu tempat yang baru, untuk melihat sesuatu yang baru, serta menikmati hiburan yang ada di kota-kota besar dan ikut serta dalam keramaian pariwisata. 2) Pariwisata untuk rekreasi ( recreation tourism ) pariwisata ini dilakukan degan tujuan untuk mengisis hari libur mereka atau memanfaatkan ketika seseorang libur bekerja atau melakukan kegiatan mereka sehari-hari, @Program Studi Manajemen FE Universitas Maritim Raja Ali Haji bertujuan untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani serta dalam keramaian atau tempat-tempayt tertentu yang sudah direncanakan. 3) Pariwisata untuk kebudayaan ( cultural tourism ), pariwisata ini dilakukan wisatawan untuk tujuan mengunjungi suatu Negara atau daerah dengan keinginan megetahui kebudayaan di suatu Negara atau daerah tersebut, mengunjungi pusat kesenian, mengunjungi pusat keagamaan, mempelajari adat- istiadat, serta mengunjungi monument atau tempat-tempat yang bersejarah. 4) Pariwisata untuk olah raga ( sport tourism ), pariwisata ini dilakukan wisatawan untuk tujuan berolah raga atau berpartisispasi dalam olahraga, baik melakukan kegiatan olah raga, maupun manghadiri kegiatan olahraga misalnya mengitu event- event nasional atau daerah. 5) Pariwisata untuk keperluan bisnis ( business tourism ) pariwisata ini dilakukan oleh para wisatawan yang secara professional melakukan perjalanan wisata semata-mata untuk keperluan bisnis. 6) Pariwisata untuk konvensi ( convention tourism ) pariwisata ini dilakukan oleh wisatawan degan tujuan menghadiri konvensi atau konfrensi. ## 3. Penawaran Pariwisata Menurut Spillane (1987), penawaran pariwisata di bagi menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut : 1. Proses Produksi Industri Pariwisata; Pembangunan pariwisata yang sangat maju dalam bidang industri membutuhkan beberapa usaha pendukung, yaitu : media promosi yang dapat memperkenalkan objek wisata, tempat penginapan yang aman dan nyaman, tarnsportasi yang lancar, pemandu wisata ( tour guide ) yang baik, ramah, sopan santun serta memiliki pengetahuan lebih tentang kepariwisataan, penawaran harga barang dan jasa dengan harga yang bersahabat, pengisisan waktu luang agar tidak membosankan, kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup serta tersedia nya tempat untuk beribadah. 2. Penyediaan Lapangan Kerja; Perkembangkan pariwisata ini membawa pesan positif untuk perekonomian daerah maupun Negara, karena dengan berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah atau negara akan memperluas lapangan pekerjaan. Pembangunan pariwisata yang berkembang tidak hanya membuka lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat, melainkan akan mendorong para pendatang-pendatang baru dari luar daerah maupun luar Negara, karena ketersediaan lapangan kerja tadi. 3. Penyediaan Infrastruktur; Dalam pengembangan industry pariwisata juga memerlukan sarana dan prasarana ekonomi, jalan raya, jembatan, terminal, dermaga pelabuhan, lapangan udara, karena hasil dari pembangunan fisik tersebut akan mendukung pengembangan sektor pariwisata yang ada. 4. Penawaran Jasa Keuangan; Salah satu sumber dari pentingnya pariwisata adalah gaya hidup masyarakat yang masih sangat tradisional. Bagaimana kebiasaan hidup, kebudayaan yang ada, serta adat-istiadat masyarakat menjadi daya tarik tersendiri bagi para wsisatawan yang berkunjung ke suatu daerah. Oleh karena itu pemerintah harus dapat menjadikan masyarakat yang memilki gaya hidup tradisional sebagai event yang dapat di jual. Salah satu isu strategis pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Riau adalah pembangunan di bidang pariwisata. Isu-isu strategis pengembangan pariwisata tersebut antara lain: 1) Meningkatnya rata-rata lama tinggal wisatawan di Kepulauan Riau; 2) Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Kepulauan Riau; 3) Meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara di Kepulauan Riau; 4) Meningkatnya produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan; 5) Meningkatnya rata-rata tingkat hunian hotel di Kepulauan Riau. ## II. Metodologi Penelitian Menurut Sugiyono (2013:2), Metoe penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, Cara Ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Sementara itu menurut Darmadi (2013:153), Metode penelitian adalah suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu, rasional, empiris, dan sistematis. ## I. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2015-2016 2. Sumber Data Menurut Arikunto (1998:144), sumber data adalah subjek darimana suatu data dapat diperoleh. Menurut Sutopo (2006:56-57), Sumber data adalah tempat data diperoleh dengan menggunakan metode tertentu baik berupa manusia, artefak, ataupun dokumen-dokumen. Menurut Moleong (2001:112), pencatatan sumber data melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah; 1) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, meliputi; Infomrasi dari berbagai pihak seperti PKL, Para Wisatawan dalam dan luar negeri. Petugas dians pariwisata dan petugas biro-biro perjalanan wisata. 2) Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh bukan dari sumber secara langsung dari sumbernya, tetapi dari sumber buku, majalah ilmiah, dokumen-dokumen laporan eknomi regional Bank Indonesia yang terkait dengan judul penelitian. ## III. Hasil dan Pembahasan Destinasi Pariwisata atau yang disebut juga dengan daerah tujuan pariwisata, adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, prasarana umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas, investasi serta pemberdayaan masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Pembangunan Destinasi Pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan dan berbasis masyarakat menjadi penting dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dan untuk memenuhi harapan serta ekspektasi wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Riau. Karena itu arah kebijakan dan strategi pembangunan khusunya Destinasi Pariwisata Kepulauan Riau. ## I. Sumber Daya Yang Memiliki Potensi Sumber daya di sini bercerita tentang sumber daya alam dan sumber daya manusia kepariwistaan. Dari sisi Sumber Daya Alam (SDA), objek dan daya tarik wisata maritim Kepulauan Riau yang tersebar di Kabupaten/Kota dengan keanekaragaman serta keunikan tersendiri. Di KEPRI memiliki banyak objek wisata yang memiliki potensi ekonomi yang besar terhadap pendapatan daerah, contonya seperti; Pantai Trikora, Pulau Abang, Pantai Telunas, Pantai Melur Pulau Galang, Pantai Marina, Gunung Bintan, Batu Ampar dan masih banyak lagi wisata yang ada di Kepulauan Riau ini. Dengan begitu banyaknya objek wisata yang ada di Kepulauan Riau diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sector pariwisata, baik melalui pajak maupun retribusi daerah. ## 2. Manfaat Dan Dampak Ekonomi Pariwisata Sektor pariwisata dapat memegang peran penting dalam proses pembangunan ekonomi yang berimbang dan akan berdampak terhadap sektor-sektor lainnya. Pariwisata yang dikelola dengan baik akan menimbulkan manfaat dan juga dampak kepada pemerintah dan juga masyarakat. Majunya industry pariwisata berkantung kepada jumlah wisata yang berkunjung ke daerah atau Negara tersebut dan adanya pertumbuhan ekonomi yang berimbang kepada sektor lain misalnya saja, tersedia penginapan, restoran, serta tawaran dalam paket tour atau transfortasi. Hal itu tidak lepas juga dari dukungan pemerintah dan masyarakat. Meningkatnya arus wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestic yang berkunjung tentunya akan memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk, pengusaha dan pemerintah manfaat ekonomi yang dapat dirasakan oleh penduduk yakni mereka akan mendapatkan peluang atau kesempatan kerja, sehingga akan meningkatkan pendapatan mereka, secara otomastis dapat memperbaiki taraf hidup mereka. Bagi pemerintah ini merupakan hal sangat berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional. Dampak yang timbulkan dalam ekonomi pariwisata ini juga, harus menghadapi timbulnya urbanisasi yang menimbulkan banyak permasalahn social ekonomi di perkotaan. Yang terpenting dalam pengembangan ekonomi di sektor pariwisata ini adalah pembangunan daerah secara regional melalui kegiatan kepariwisataan. Pariwisata memiliki sifat elastisitas positif yang artinya permintaan yang kenaikannya secara proporsional lebih besar dari kenaikan tingkat pendapatan, tetapi tidak hanya berpengaruh terhadap permintaan saja, melainkan factor penawaran juga memainkan peran penting dalam memasarkan produk wisatanya. Dampak yang dirasakan langsung oleh pemerintah yaitu dampak positif yang diperoleh melalui pajak daerah mapun bukan pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar untuk daera melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain yang sah. ## 3. Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pariwisata Sektor pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. Dengan dukungan industri teknologi dan informasi, sektor pariwisata diperkirakan mampu menjadi prime mover perekonomian abad 21. Posisi Kepri yang berbatasan langsung dengan beberapa negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia, merupakan modal strategis untuk menarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Kepri yang notabenememiliki potensi wisata yang sangat besar, terutama wisata bahari, wisata belanja dan wisata budaya. Kepri telah memenuhi semua kriteria 3A untuk sebuah destinasi wisata, yaitu: Attractiveness (daya tarik), Amenities (fasilitas pendukung/akomodasi) dan Acces (Aksess) (Bank Indonesia, 2017). Potensi pariwisata Kepri yang bisa dijadikan sebagai tempat tujuan wisata sangatlah luar biasa.Selain Batam, Pulau penyengat, Lagoi dan tempat wisata yang lain, spotwisata Pulau Bawah di Anambas merupakan salah satu pulau terindah se-Asia sebagaimana dinobatkan CNN pada tahun 2013. Pada tahun yang sama, dalam Anugerah Pariwisata Indonesia (API) Pulau Bawah masuk menjadi salah satu nominator dalam kategori Tempat Menyelam Terpopuler (Most Popular Diving Spot). Pada tahun 2016 banyaknya perjalanan yang dilakukan penduduk Indonesia yang berasal dari Provinsi Kepulauan Riau yaitu sekitar 3.077.543 dansekitar 58,02 persen melakukan perjalanan dengan tujuan untuk berlibur/rekreasi. Sedangkan, jumlahpenduduk Indonesia yangmelakukan perjalanandengantujuan utama keProvinsi Kepri,adasekitar 2.891.123 orang, dan sekitar 59,73 persen datang ke Kepri untuk berlibur/rekreasi (Kementrian Pariwisata RI, 2016).Sementara itu,jumlah wisatawan mancanegara selama periode januari- Desember 2016 yang datang ke Kepri ada sekitar 1.920.232 orang atau 16,67 persen terhadap total wisman nasional (BPS Kepri,2017). Hal tersebut merupakan potensi yang sangat luar biasa, karena kedatangan wisatawan jelas akan menjadi sumber pendapatan bagi Kepri dan mampu menggeliatkan berbagai kegiatan ekonomi sektor-sektor ikutannya. Penelitian mengenai seberapa besar dampak sektor pariwisata terhadap ekonomi Kepri memang tidak begitu banyak, salah satunya yaitu Analisis Neraca Satelit Sektor Pariwisata tahun 2013. a. Analisis Neraca Satelit Sektor ## Pariwisata Berdasarkan analisis neraca satelit pada tahun 2013, stimulus perekonomian Kepri yang diciptakan oleh sektor Pariwisata sebesar Rp.8,73 triliun. Angka ini diperoleh dari pengeluaran Wisman Rp.6,23 triliun, Wisnus dari Luar Provinsi Rp.926,26 milyar, wisatawan Kepulauan Riau yang melakukan perjalanan ke luar provinsi (pre+post) Rp.782,99 milyar, Wisnus Lokal Rp.479,20 milyar, wisatawan Kepulauan Riau yang melakukan perjalanan ke luar negeri (pre+post) Rp.241,60 milyar, dan pengeluaran anggaran Pemerintah Daerah untuk promosi pariwisata Rp65,69 miliar. Jumlah ini belum termasuk pengeluaran investasi, serta promosi yang dilakukan dunia usaha untuk keperluan pariwisata dan pemerintah pusat, karena datanya belum tersedia. Dengan mempertimbangkan besarnya potensi dan kontribusi sektor pariwisata terhadap perekonomian Kepri, maka pengembangan sektor pariwisata untuk masa mendatang harus mendapat prioritas terlebih dengan potensi yang dimiliki oleh wilayah Provinsi Kepulauan Riau. ## 2. Event pariwisata dan Kunjungan Wisatawan Ada beberapa event pariwisata di Kepri pada tahun 2017, di antaranya yaitu pada Maret 2017, diadakan Tour De Bintan, berdasarkan rilis perkembangan pariwisata oleh BPS Kepulauan Riau, pada bulan tersebut di Kabupaten Bintan wisatawan manca negara (wisman) naik dari 21.664 orang pada Februari 2017 menjadi 25.198 orang pada Maret 2017 (naik sekitar 16,31 persen). Pada Juli 2017, di Tanjungpinang dilaksanakan Festival Pulau Penyengat, ternyata wisman yang datang ke Tanjungpinang pada Juli 2017 meningkat dari 8.666 wisatawan menjadi 9.762 orang (meningkat 12,65 %). Dari keterangan tersebut, terlihat jelas bahwa event pariwisata mempunyai korelasi yang positif terhadap kunjungan wisatawan ke daerah tersebut, dan dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, hal ini akan menghasilkan efek multiplier terhadap sektor ikutannya. Sektor pariwisata melibatkan hampir semua sektor ekonomi baik yang tergolong tourism characteristic industry seperti hotel dan restoran maupun tourism connected industry yaitu industri yang sepintas tak berkaitan dengan industri pariwisata namun sebagian demand nya berasal dari pariwisata. Dengan kata lain,sektor yang terkait dan menerima dampak multiplier dari pariwisata sungguh tak terbilang dan apabila dikelola dengan baik, jelas akan mampu mengangkat kembali pertumbuhan ekonomi di Kepulauan Riau. ## IV. Kesimpulan ## Kesimpulan Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai energi pendorong yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami metamorfosa dalam berbagai aspeknya. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan dampak ekonomi yang terjadi terhadap masyarakat sekitar dapat dikatakan cukup meningkat dari tahun sebelumnya. Dari hal tersebut munculah dampak yang ditimbulkan sektor pariwisata sebagai pengembangan ekonomi lokal adalah sebagai berikut : 1. Pegelolaan sektor pariwisata yang baik merupakan bentuk usaha yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal untuk memaksimalkan pendayagunaan dari potensi wisata yang terdapat di suatu daerah. Perkembangan ekonomi lokal tersebut biasanya ditandai dengan munculnya usaha-usaha kecil sebagai multiplier effect dari adanya bentuk kegiatan wisata tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bila dikelola dengan baik 2. Diberikannya bantuan kepada masyarakat, mereka dapat memiliki pekerjaan dan pendapatan yang cukup untuk kelangsungan kehidupan sehari- hari karena masyarakat dapat mengelola bantuan tersebut dengan baik walaupun dengan selalu adanya monitoring di lokasi obyek tersebut demi kelancaran bantuan yang di berikan dapat terprogram dengan baik. Tingkat pendidikan tentang pengetahuan tentang kepariwisataan lebih di mengerti oleh masyarakat sekitar obyek. @Program Studi Manajemen FE Universitas Maritim Raja Ali Haji ## Saran Sesuai dengan uraian yang telah di kemukakan pada bab-bab sebelumnya penulis memberikan asumsi berupa saran bagi pimpinan Dinas Pariwisata untuk lebih giat dalam pengembangan serta mengelola obyek wisata secara optimal. Diharapkan juga dapat menjaga serta melestarikan kawasan pariwisata. Bagi pihak masyarakat tetaplah selalu menjaga dan memperhatikan lingkungan agar tetap bersih sehingga wisatawan akan merasa nyaman terutama masyarakat yang ada di sekitaran objek wisata, sehingga makin banyak wisatawan yang tertarik berkunjung ke KEPRI. Pihak Dinas juga kiranya dapat memperhatikan dan juga harus mampu bekerja sama dengan lembaga pendidikan, peneliti atau siapa saja yang membutuhkan bantuan dan informasi-informasi, sehingga merasa terkesan yang baik saat mengharapkan informasi tentang obyek wisata yang mungkin bisa membantu pembangunan pengembangan obyek wisata tersebut, serta selalu mengupdate informasi di internet, karena informasi tentang pariwisata belum begitu optimal dan yang pastinya bagi wisatawan yang ingin berkunjung bisa melihat bagaimana obyek wisata ini sebelum datang berkunjung ke lokasi. ## Daftar Pustaka Ari, Wibowo. 2018, “Kebijakan Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau Dalam Pembangunan Pariwisata Berbasis Kemaritiman”, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji. _________Badan Pusat Statistik, 2016, Kajian Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau 2012-2016, Kepulauan Riau _________Bank Indonesia, 2017, Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Riau Februari 2017, Kepulauan Riau _________BPS, Kepri, 2017. Data jumlah Wisatawan ke Provinsi Kepualaun Riau. Kementerian Pariwisata RI, 2016, Data Perjalanan Wisatawan ke Provinsi Kepulauan Riau. _________http://tanjungpinangpos.id/sektor -pariwisata-kuda-hitam-pembangkit- perekonomian-kepri/ _________Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2004 tentang pengawasan dan pengendalian pariwisata pasal 1 ayat 1. Sinaga, Supriono. 2010. Potensi dan Pengembangan Objek Wisata Di Kabupaten Tapanuli Tengah . Kertas Karya. Program DIII Pariwisata. Universitas Sumatera Utara.
dff5dc08-bf9c-4b77-a910-596a1d178e84
https://stiemuttaqien.ac.id/ojs/index.php/OJS/article/download/1005/791
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 11 No. 3 November 2022 P - ISSN : 2503-4413 E - ISSN : 2654-5837, Hal 702 – 713 ## PENGARUH KEPEMIMPINAN, KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KINERJA PUSKESMAS DI KOTA PEKANBARU DENGAN INOVASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI Oleh : Lidya Yasmin Nasution, Program Studi Magister Manajemen Universitas Riau Email : [email protected] Zulfadil, E Program Studi Magister Manajemen Universitas Riau Syapsan, E Program Studi Magister Manajemen Universitas Riau Article Info Abstract Article History : Received 16 Nov - 2022 Accepted 25 Nov - 2022 Available Online 30 Nov – 2022 Health development is essentially an effort carried out by all Indonesians aimed at increasing awareness of the components, willingness, and ability to live healthy for everyone in order to realize the highest degree of public health, as an investment for the development of socially and economically productive human resources. economical. The Puskesmas itself is a Technical Implementation Unit of the Regency/City Health Office, each of which its performance will build the performance of the Regency/City Health Office. For puskesmas performance, the City/Regency Health Office uses the Puskesmas Performance Assessment (PKP) instrument. The PKP instrument is prepared by the Provincial Health Office so that the uniform is used for one province. Through surveys and interviews conducted by researchers in several health centers, based on the perceptions of respondents, researchers found several problems including the leadership of several puskesmas heads which were considered not good enough to provide the necessary direction and policies to improve the performance of puskesmas, internal and external health centers that were it is still considered good enough and the human resources owned by the puskesmas are still sufficient which is indicated by the assignments that are not in accordance with the abilities and expertise possessed by the officers and the lack of innovation made by the puskesmas in providing services to the community. This study aims to determine the effect of leadership, organizational communication on the performance and competence of the apparatus. To analyze service innovation as a moderating variable between leadership, organizational communication and apparatus competence with the performance of Puskesmas in Pekanbaru City. In this study, the sample was 101 people. The data used in this study are primary data and secondary data and the data collection method is a questionnaire. The data analysis technique used in this research is Moderate Regression Analysis. The results show that leadership has an effect on work innovation. Organizational communication has an effect on work innovation. Competence affects the organizational performance of employees. Leadership has a significant effect on employee organizational performance moderated by innovation. Organizational communication has a significant effect on organizational performance moderated by innovation. Competence has a significant effect on organizational performance moderated by innovation. Keyword : Leadership, Organizational Communication, Apparatus Competence, Innovation and Health Center Performance ## 1. PENDAHULUAN Pelayanan publik merupakan kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik (Budianto, 2015). Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan dan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Dalam Peraturan Menteri Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), disebutkan bahwa puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan Kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya dan berfungsi menyelenggarakan UKM dan UKP tingkat pertama diwilayah kerjanya. Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota, merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Oleh sebab itu, Puskesmas melaksanakan tugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang dilimpahkan kepadanya, antara lain kegiatan dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kabupaten/Kota dan upaya kesehatan yang secara spesifik dibutuhkan masyarakat setempat dengan lebih mengutamakan upaya kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Hal ini juga sejalan dimana Kota Pekanbaru melalui Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru telah menetapkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat sebagai salah satu sasaran pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun 2017- 2022. Sumber data dan informasi dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru saat ini terdapat 21 Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di Kota Pekanbaru. Tabel 1.1 Data Sebaran Wilayah Kerja, Kinerja dan Akreditasi Puskesmas di Kota Pekanbaru Sumber : Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, ## 2020 Data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru menyebutkan bahwa terdapat 21 Puskesmas yang tersebar di 15 Kecamatan Kota Pekanbaru. Dari 15 Kecamatan, terdapat 6 Kecamatan yang memiliki 2 Puskesmas yaitu Kecamatan Bina Widya, Kecamatan Bukit Raya, Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Sukajadi, Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai Barat. Dari 21 Puskesmas yang tersebar di seluruh Kecamatan dimana 5 Puskesmas merupakan puskesmas rawat inap dan 16 Puskesmas merupakan puskesmas rawat jalan. Berdasarkan data pada tabel di atas terdapat 3 Puskesmas yang memiliki nilai Akreditasi Dasar, 10 Puskesmas yang memiliki nilai Akreditasi Madya dan 8 Puskesmas yang memiliki nilai Akreditasi Utama. Dari hasil penilaian kinerja puskesmas yang dilakukan di tahun 2018 hanya ada 5 puskesmas yang memiliki kinerja yang baik sedangkan 16 puskesmas memiliki kinerja cukup. Puskesmas sendiri merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang setiap kinerjanya akan membangun kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Untuk mengevaluasi kinerja puskesmas, Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten menggunakan instrument Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP). Instrumen PKP disusun oleh Dinas Kesehatan Provinsi sehingga seragam digunakan untuk satu provinsi. Instrumen ini memuat berbagai jenis kegiatan puskesmas yang harus dilakukan agar dapat dinilai kinerjanya. Program yang terdapat dalam PKP adalah : (1) Wajib, (2) Pengembangan, (3) Mutu, (4) Manajemen. Tujuan dari sebuah sistem penilaian kinerja adalah untuk mengukur dan menilai secara kuantitatif pencapaian tujuan dan tugas organisasi. Hasil penilaian kinerja organisasi pada sektor publik selain akan mampu menunjukkan kinerja organisasi dapat juga menunjukkan kesesuaian penggunaan dana. Melalui survey dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di beberapa puskesmas, berdasarkan pesepsi responden peneliti menemukan beberapa masalah diantaranya adalah kepemimpinan dari beberapa kepala puskesmas yang dinilai masih belum cukup baik untuk dapat memberikan arahan dan membuat kebijakan yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja puskesmas, komunikasi internal dan eksternal puskesmas yang dirasa masih belum cukup baik dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh puskesmas masih belum cukup memadai yang ditandai dengan masih terdapat penugasan yang belum sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh petugas serta masih minimnya inovasi yang dilakukan oleh puskesmas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hasil penelitian Georgopoulus dan Tannenbaum dalam Susanto (2016) tenang kinerja organisasi didefinisikan sebagai sejauh mana organisasi dipandang sebagai suatu system social dalam mencapai tujuannya. Evaluasi kinerja organisasi hanya difokuskan pada jenis pekerjaan, sumberdaya manusia dan struktur organisasi. Menurut Popovich dalam Susanto (2016) kinerja organisasi yang baik adalah hasil kerja kelompok yang mampu menghasilkan barang atau jasa yang diinginkan pada kualitas yang tinggi dengan menggunakan sumberdaya yang seminimal mungkin. Dimana produktivitasnya dan peningkatan kualitasnya berlangsung secara kontinyu menuju kepada tercapainya misi organisasi. Keberhasilan kinerja suatu organisasi salah satunya dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan yang dinamis dan efektif. Menurut House dalam YukI (2005) kepemimpinan adalah kemampuan individu untuk mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain mampu memberikan kontribusinya demi efektifitas dan keberhasilan organisasi. Gibson et.al (2006) dalam Hakim dan Hadipapo (2015) mengatakan bahwa kepemimpinan ( leadership ) merupakan suatu usaha menggunakan pengaruh untuk memotivasi individu dalam mencapai beberapa tujuan. Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama- sama untuk mencapai tujuan. Karakteristik dan perilaku seorang pemimpin akan berpengaruh kepada anggota organisasi untuk dapat bekerja dengan baik, teladan yang menjadi nilai bagi organisasi yang membentuk dan berpengaruh pada kinerja yang akan meningkatkan produktivitas sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Selain faktor kepemimpinan unsur penting dalam peningkatan kinerja dalam organisasi adalah koordinasi yang tepat kepada setiap sumber-sumber daya manusia dalam organisasi melalui komunikasi yang efektif. Keefektifan komunikasi organisasi sangat penting bagi prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya, karena komunikasi dalam suatu organisasi merupakan komunikasi yang mengalirkan informasi dari berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggung jawab dan wewenangnya. Menurut Handoko (2013) dalam Morsen (2020), komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Triana, dkk (2016), komunikasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan di dalam suatu organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila suatu organisasi memiliki komunikasi yang baik dan efektif maka kinerja karyawan juga akan semakin meningkat. Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam menjalankan fungsi preventifnya tentunya harus melakukan kerjasama lintas sektor di masyarakat. Komunikasi internal dan eksternal tentang upaya-upaya kesehatan yang menjadi program pokok puskesmas tentunya mejadi perhatian khusus dalam upaya pencapaian program kinerja puskesmas. Sumber daya manusia memegang peranan sangat penting di dalam suatu Instansi. Potensi setiap sumber daya manusia dalam instansi harus dapat dimamfaatkan dengan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan output yang optimal. Tercapaianya Tujuan Instansi tidak hanya tergantung pada peralatan modern, sarana dan prasarana yang lengkap, tetapi justru lebih tergantung pada manuasia yang melaksanakan pekerjaan tersebut. Mengelola sumber daya manusia berdasarkan kompetensi diyakini mampu mendukung organisasi untuk mencapai tujuannya. Kompetensi biasanya digunakan sebagai dasar bagi setiap entitas dalam memilih orang, mengelola kinerja, melaksanakan pelatihan dan pengembangan serta penentuan kompensasi. Kompetensi diartikan sebagai kemampuan dasar dan kualitas kerja yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik. Kompetensi aparatur pemerintah daerah berarti kemampuan yang harus dimiliki seseorang aparatur berupa pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya (Inapty dan Martiningsih, 2016). Kompetensi merupakan modal dasar seseorang atau organisasi dalam merealisasi apa yang menjadi tujuannya atau tujuan organisasi. Organisasi akan berbicara the right man on the right place . Pernyataan terbebut menunjukkan bahwa fungsi-fungsi organisasi harus diisi oleh orang yang memiliki kompetensi sesuai jabatan yang menjadi tanggung jawabnya. Kebutuhan akan sumberdaya manusia di puskesmas telah dipetakan melalui analisa jabatan. Namun masih terdapat pegawai yang memiliki kualitas pendidikan yang kurang cocoknya jenis pekerjaan dengan keahlian yang dimiliki oleh pegawai serta kesalahan penempatan dan penyebaran pegawai pada setiap unit kerja yang kurang seimbang. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 30 Tahun 2014 tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik menyatakan bahwa sebagai usaha percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik dilakukan pengembangan dan pembangunan inovasi pelayanan publik pada Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah. Inovasi Pelayanan Publik dilakukan dalam rangka memperkuat upaya peningkatan kulitas pelayanan publik. Tipologi inovasi menurut Muluk dalam Hafizh (2016) terdiri dari inovasi produk layanan, inovasi proses layanan, inovasi metode pelayanan, inovasi kebijakan dan inovasi system. Inovasi produk layanan atau layanan berasal dari perubahan bentuk dan desain produk atau layanan sementara inovasi proses berasal dari gerakan pembaruan kualitas yang berkelanjutan dan mengacu pada kombinasi perubahan organisasi,prosedur, dan kebijakan yang dibutuhkan untuk berinovasi. Inovasi dalam metode pelayanan adalah perubahan baru dalam hal berinteraksi dengan pelanggan atau cara beru memberikan pelayanan. Inovasi dalam strategi atau kebijakan mengacu pada visi,misi, tujuan dan strategi baru beserta alasannya yang berangkat dari realitas yang ada. Jenis lain yang kini berkembang adalah inovasi dalam interaksi system yang mencakup cara baru atau yang diperbarui dalam berinteraksi dengan actor-aktor lain atau dengan kata lain adanya perubahan dalam tata kelola pemerintahan. Inovasi proses layanan telah dilakukan oleh Puskesmas di Kota Pekanbaru yaitu berupa BLUD Puskesmas dimana puskesmas telah mengelola sendiri anggaran belanjanya sehingga dapat mempercepat proses layanan terhadap masyarakat. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menganggap perlu untuk melakukan kajian atau penelitian tentang “ Pengaruh Kepemimpinan, Komunikasi Organisasi dan Kompetensi Aparatur Terhadap Kinerja Puskesmas di Kota Pekanbaru Dengan Inovasi Sebagai Variabel Moderasi ” ## 2. TELAAH PUSTAKA Kinerja adalah hasil yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi itu bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode waktu. Nasucha (2004) mengemukakan bahwa kinerja organisasi adalah sebagai efektifitas organisasi secara menyeluruh untuk memenuhi kebutuhan yang ditetapkan dari setiap kelompok yang berkenaan dengan usaha-usaha yang sistemik dan meningkatkan kemampuan organisasi secara terus menerus mencaoai kebutuhannya secara efektif. Menurut Sinambela (2006), kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh sekelompok dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Menurut Mahmudi (2010), bahwa kinerja adalah sebagai suatu konstruksi bersifat multi dimensional dan pengukuran yang bergantung pada kompleksitas factor membentuk dan yang akan berpengaruh. Dikemukakan oleh Pasolong (2010), kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sanga erat , kinerja organisasi pada dasarnya merupakan tanggung jawab setiap individu yang bekerja dalam organisasi. Apabila setiap individu bekerja dengan baik, berprestasi, bersemangat dan memberikan kontribusi terbaik terhadap organisasi maka kinerja organisasi secara keseluruhan akan baik. Kinerja organisasi hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empiris suatu organisasi dari berbagai ukuran yang disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Kata penilaian sering diartikan dengan kata assessment. Dengan demikian penilaian kinerja organisasi (companies performance assessment) mengandung makna suatu proses atau sistem penilaian mengenai pelaksanaan kemampuan kerja suatu organisasi (organisasi) berdasarkan standar tertentu. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya keseatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Penilaian Kinerja Puskesmas adalah suatu proses yang obyektif dan sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk menentukan seberapa efektif dan efisien pelayanan Puskesmas disediakan, serta sasaran yang dicapai sebagai penilaian hasil kerja/prestasi Puskesmas. Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan oleh Puskesmas dan kemudian hasil penilaiannya akan diverifikasi oleh dinas Kesehatan kabupaten/kota. Menurut Griffin (2003) pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi perilaku orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan, sedangkan pemimpin adalah orang yang menjalankan kepemimpinan. Menurut Daft (2003) kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian. Kepemimpinan di dalam organisasi Puskesmas diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 dimana sebuah puskesmas dipimpin oleh seorang kepala puskesmas. Menurut Stoner dalam Pasolong (2013), bahwa gaya Kepemimpinan ( Leadership Style ) adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerjaan. Menurut Rahmi dalam Aisyah (2018) komunikasi organisasi adalah suatu proses penciptaan dan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain agar dapat mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Sementara menurut Liliweri, komunikasi organisasi merupakan komunikasi antar pribadi maupun komunikasi antar kelompok yang bersifat impersonal (komunikasi berstruktur) yang dilakukan antar pribadi atau antar orgnisasi unit kerja dalam suatu orgnisasi. Komunikasi organisasi menurut Greebaunm dalam Aisyah (2018) merupakan aur komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Yang membedakan komunikasi internal dengan eksternal yaitu dengan memandang peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan masalah menggiatkan aktivitas. Keberhasilan komunikasi dalam suatu organisasi sebagai asset penting bagi organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. Dalam organisasi, komunikasi dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi dikatakan sebagai komunikasi formal apabila komunikasi yang disetujui oleh organisasi dan sifatnya berorientasi pada tujuan organisasi. Komunikasi formal dapat berisi cara kerja, produkktifitas, serta sebagai pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan komunikasi informal merupakan komunikasi yang disetujui secara social, yang berorientasi pada anggotanya tidak organisasinya. Kompetensi pada umumnya diartikan sebagai kecakapan, keterampilan, kemampuan. Kata dasarnya sendiri, yaitu kompeten, yang berarti cakap, mampu, atau terampil. Pada konteks manajemen Sumber Daya Manusia, istilah kompetensi mengacu kepada atribut / karakteristik seseorang yang membuatnya berhasil dalam pekerjaannya. McClelland dalam Sagala, dkk (2009) mendefinisikan kompetensi ( competency ) sebagai karakteristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap , atau dapat memprediksikan, kinerja yang sangat baik. Dengan kata lain, kompetensi adalah apa yang para outstanding performers lakukan lebih sering pada lebih banyak situasi dengan hasil yang lebih baik, daripada apa yang dilakukan para averageperformers. Menurut Wijayanti (2008), secara umum inovasi seringkali diterjemahkan sebagai penemuan baru. Namun sebenarnya aspek kebaruan dalam inovasi sangat ditekankan untuk inovasi pada sektor swasta atau disektor industri. Sedangkan inovasi pada sektor publik lebih ditekankan pada aspek perbaikan yang dihasilkan dari kegiatan inovasi tersebut yaitu pemerintah mampu memberikan pelayanan publik seca ra lebih efektif, efisien dan berkualitas, murah dan terjangkau.Menurut Lawson,dkk (2001) agar organisasi memiliki kemampuan manajemen inovasi, organisasi harus memiliki kemampuan untuk mengubah ide dan pengetahuan inovatif menjadi produk dan sistem yang bermanfaat bagi organisasi dan pemangku kepentingan. Berdasarkan review literature dan penelitian-penelitian sebelumnya, maka kerangka pemikiran peneliti digambarkan sebagai berikut : ## Gambar 1 : Kerangka Penelitian ## 3. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu menguji hipotesis, maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian eksplanatory. Penelitian Eksplanatory adalah penelitian yang digunakan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel- variabel melalui pengujian hipotesa yang dirumuskan atau sering kali disebut sebagai penelitian penjelas. Dengan kata lain, maksud peneliti untuk melakukan studi kausal adalah agar mampu menyatakan bahwa variabel X menyebabkan variabel Y. Sehingga jika variabel X dihilangkan atau diubah dengan cara tertentu, masalah Y terpecahkan. ## Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 21 puskesmas yang tersebar di Kota Pekanbaru. Penelitian ini dimulai dari bulan Februari 2022 – Mei 2022. ## Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden penelitian. Data ini diambil melalui kuesioner yang dibagikan kepada responden. Adapun yang termasuk dalam data primer adalah : identitas responden, tanggapan responden terhadap variabel penelitian. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini, dikumpulkan dari literatur, jurnal, data yang berasal dari internal organisasi, dan sumber- sumber lain yang mendukung penelitian ini. ## Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah Kota Pekanbaru yang berjumlah 21 puskesmas dengan jumlah pegawai sebanyak 861 orang. Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti akan meneliti kepemimpinan, komunikasi organisasi, kompetensi aparatur dan inovasi yang dimiliki oleh 21 puskesmas dimana responden dari populasi ini adalah Kepala Puskesmas, Kepala Subbag Tata Usaha, Penanggung Jawab UKM, Penanggung Jawab UKP dan beberapa orang staff di puskesmas. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan toleransi tingkat kesalahan 10%, diperoleh sampel menjadi sebanyak = 101 ## Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan dapat memenuhi standar data yang ditetapkan. ## Rancangan Pengujian Hipotesis Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis regresi linear berganda yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis, baik secara simultan maupun parsial seberapa besar pengaruh kepemimpinan, komunikasi organisasi, dan kompetensi aparatur terhadap kinerja puskesmas, sedangkan untuk menguji hipotesis keempat dilakukan dengan uji residual untuk menguji inovasi sebagai variabel moderating antara kepemimpinan, komunikasi organisasi, dan kompetensi aparatur terhadap kinerja puskesmas. Pengolahan analisis data dalam penelitian ini menggunakan program Statistical Package for Social Science ( SPSS). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan 2 metode analisis data yaitu regresi berganda dan Moderated Regression Analysis (MRA). Analisis regresi berganda ( multiple regression ) adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Sedangkan MRA atau juga disebut uji interaksi digunakan untuk menguji hubungan antara variabel independen dan dependen yang dalam hubungan tersebut terdapat faktor yang memperkuat atau memperlemah variabel. (Ghozali, 2014:150). Uji interaksi sering disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda liner dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil Pengujian Regresi Dalam penelitian ini, data yang didapat akan diolah dengan model regresi linier berganda ( multiple regression). Metode regresi dapat digunakan untuk memperlihatkan bagaimana variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Setelah mendapatkan model penelitian yang baik, maka dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Tabel berikut ini akan memperlihatkan hasil dari perhitungan untuk analisis regresi. Tabel 2. Hasil Regresi ## Sumber : Data Olahan, 2022 ## Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Organisasi Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap kinerja organisasi. Hal ini dibuktikan melalui nilai t hitung sebesar 2,488 > dari t tabel sebesar 1,984 serta nilai signifikansi yang kecil dari 0,05 (a= 5%) yaitu sebesar 0.015 < 0,05. Dapat diartikan bahwa kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Jadi hasil ini menyatakan bahwa kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja organisasi diterima. ## Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Organisasi Penelitian ini memperlihatkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara komunikasi terhadap kinerja organisasi. Hal ini dibuktikan melalui nilai nilai t hitung sebesar 2,070 > dari t tabel sebesar 1,984 serta nilai signifikansi yang besar dari 0,05 (a= 5%) yaitu sebesar 0.041 < 0,05. Dapat diartikan bahwa komunikasi berpengaruh dan signifikan terhadap kinerja organisasi. Jadi hasil ini menyatakan bahwa komunikasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi diterima. ## Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Organisasi Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kompetensi terhadap kinerja organisasi. Hal ini dibuktikan melalui nilai t hitung sebesar 2,203 > dari ttabel sebesar 1,984 serta nilai signifikansi yang kecil dari 0,05 (a= 5%) yaitu sebesar 0.030 < 0,05. Dapat diartikan bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja organisasi. Jadi hasil ini menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kinerja organisasi diterima. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Organisasi Dimoderasi Oleh Inovasi Moderating pertama yaitu kepemimpinan*inovasi atau interaksi antara kepemimpinan dan inovasi yang menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,400 > dari ttabel sebesar 1,984 serta nilai signifikansi yang kecil dari 0,05 (a= 5%) yaitu sebesar 0.018 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa inovasi variabel moderasi dan mempunyai pengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja organisasi. Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Organisasi Dimoderasi Oleh Inovasi Komunikasi*inovasi merupakan interaksi antara komunikasi dan inovasi yang menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,110 > dari ttabel sebesar 1,984 serta nilai signifikansi yang kecil dari 0,05 (a= 5%) yaitu sebesar 0.030 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa inovasi merupakan variabel moderasi dan mempunyai pengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh komunikasi terhadap kinerja organisasi ## Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Organisasi Dimoderasi Oleh Inovasi Kompetensi*inovasi adalah moderating ke tiga yang merupakan interaksi antara kompetensi dan inovasi yang menghasilkan nilai t hitung sebesar 2,296 > dari ttabel sebesar 1,984 serta nilai signifikansi yang kecil dari 0,05 (a= 5%) yaitu sebesar 0.024 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa inovasi merupakan variabel moderasi dan mempunyai pengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh kompetensi terhadap kinerja organisasi Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengetahui persentase variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi variabel kepemimpinan, komunikasi dan kompetensi terhadap kinerja organisasi dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3 Koefisien Determinasi Model R R Square 1 0,823 a 0,678 Sumber : Data Olahan, 2022 Dari Tabel 3 diatas dapat diketahui besar R square (R 2 ) adalah 0.678. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya, kepemimpinan, komunikasi dan kompetensi terhadap kinerja organisasi dengan menghitung keoefisien determinan/ determinasi (KD) secara simultan adalah sebesar 67.8% sisanya sebesar 32.2% (100-67.8%) dipengaruhi oleh faktor lain. ## 5. SIMPULAN Persepsi pegawai terhadap pimpinan dinilai sidah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor rata-rata penilaian indikator kepemimpinan dengan score 3.7. Kepemimpinan puskesmas dinilai sudah cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin sudah dapat memberikan arahan yang jelas tentang tugas yang diberikan yang berarti pimpinan selalu jelas dalam menyampaikan arahan kepada bawahannya, sehingga mereka mudah mengerti atas instruksi yang diberikan oleh pimpinan. Namun disisi lain penilaian terhadap pemimpin dalam pengambilan keputusan untuk membangkitkan rasa peracaya diri bawahanya dinilai masih belum baik, sehingga meskipun arahan yang diberikan sudah jelas, akan tetapi masih ada sebagian pegawai yang kurang percaya diri mampu melaksanakan apa yang telah diinstruksikan. Kepemimpinan dinilai juga mempanengaruhi kinerja organisasi melalui inovasi. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin yang mampu menggerakan sumber daya manusia di dalam suatu organisasi untuk menciptakan inovasi akan dapat meningkatkan kinerja suatu organisasi. Walaupun kenyataan di lapangan bahwa tidak semua puskesmas memiliki inovasi yang dapat meningkatkan kinerja organisasi. Komunikasi organisasi menjadi salah satu indikator penting dalam mencapai kinerja di setiap organisasi. Persepsi pegawai terhadap komunikasi organisasi adalah cukup baik. Adanya perbedaan jabatan tidak menjadi penghalang dalam memperoleh informasi. Inovasi merupakan variabel moderasi dan mempunyai pengaruh signifikan dalam memoderasi pengaruh komunikasi terhadap kinerja organisasi. Walaupun persepsi pegawai terhadap organisasi sudah cukup baik dan perbedaan jabatan tidak menjadi penghalang terhadap komunikasi, namun respon pegawai juga menyatakan bahwa pimpinan jarang mengkomunikasikan hasil kerja mereka, sehingga masih ada pegawai memiliki hasil kerja yang kurang sesuai dengan yang ditetapkan. Hal ini tentunya akan menghambat pegawai dalam berinovasi sehingga akan dapat menurunkan kinerja puskesmas. Kompetensi yang dimiliki oleh pegawai dan pimpinan dapat menentukan tingkat kinerja organisasi. Berdasarkan persepsi responden pernyataan dengan nilai terendah adalah saya mengikuti pelatihan-pelatihan terkait bidang pekerjaan. Artinya masih ada sebagian pegawai yang menyatakan bahwa mereka kurang mendapatkan pelatihan-pelatihan terkait bidang pekerjaan mereka, sehingga mereka terkadang merasa kurang mendapatkan pengetahuan terbaru atas pekerjaan yang senantiasa memiliki aturan dan standar yang sering berubah-ubah. Terciptanya suatu inovasi merupakan ukuran nyata dari keberhasilan suatu organisasi. Namun dengan keterbatasan kompetensi yang dimiliki oleh pegawai maka akan menghambat pegawai menciptakan suatu inovasi yang akan berpengaruh terhadap kinerja puskesmas. ## 6. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, Suci Khairul, 2018 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional dan Komunikasi Organisasi Terhadap Komitmen Organisasi Dengan Budaya Organisasi Sebagai Variabel Intervening Pada PT. Sarimurni Jaya Wonoayu Tesis , Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Program Studi Manajemen Astuti, Novia Fuji, 2017 Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Tranformasional Terhadap Kinerja Karyawan di Dinas Komunikasi dan Inofrmatika Skripsi , Universitas Pasundan Bandung. Program Studi Manajemen Anggraeny, C., 2013, Inovasi Pelayanan Kesehatan dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Puskesmas Jagir Kota Surabaya, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol.1, No 1. Busro, Muhammad, 2018, Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia , Prenamedia Group, Jakarta. Chairunnisah, R, Nuryadi, Witcahyo, E 2014, Hubungan Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Pegawai Dengan Kinerja Puskesmas di Kabupaten Jember, e-Jurnal Pustaka Kesehatan, Vol.2, No 3. Daft, Richard L, 2003, Manajemen , Edisi Kelima, Jakarta, Erlangga, (terjemahan). Hlm 50 Draganidis, F. and Mentzas, G. (2006), “Competency based management: a review of systems and approaches”, Information Management & Computer Security Edison, E., Anwar, Y., & Komariyah, I. (2018). Manajemen Sumber Daya Manusia Strategi dan Perubahan dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pegawai dan Organisasi (P. Alfabeta, Ed.). Bandung. Ellitan, Lana dan Anatan, Lina, 2009, Mana- jemen Inovasi: Transformasi Menuju Organisasi Kelas Dunia , Bandung: Alfabeta. Fidayesi, Maisel, 2018, Pengaruh Manajemen Pengetahuan Dan Pembelajaran Organisasi Terhadap Inovasi Pelayanan Dalam Meningkatkan Kinerja Organisasi Pada Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tesis , Universitas Riau. Program Studi Magister Manajemen Ferdinand, A., 2006, Metode Penelitian Manajemen , Edisi Pertama Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, I., 2006, Structural Equation Modelling : Metode Alternatif Dengan Partial Least Square (PLS) , Semarang : Universitas Diponegoro Griffin, Ricky W, 2003, Manajemen , Jakarta, Erlangga, (terjemahan). Hlm 68 Hakim Abdul dan Hadipapo, 2015, Peran Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Sumber Daya Manusia di Wawotobi , Seminar Nasional dan The 2nd Call for Syariah Paper Haste, H. (2009), “What Is ‘Competence’ And How Should Education Incorporate New Technology’s Tools To Generate ‘Competent Civic Agents”, The Curriculum Journal, Vol. 20 No. 3, pp. 207-223. Inapty, M. A. F. B.A, Martiningsih, R. S. P. 2016, Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Kompetensi Aparatur dan Peran Audit Internal Terhadap Kualitas Informasi Laporan Keuangan Dengan Sistem Pengendalian Intern Sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris Pada SKPD di Pemerintah Provinsi NTB) , Jurnal Ilmu Akuntansi Izadi, J, Ziyadin, S, Palazzo, M, Sidhu, M (2020), “The Evaluation Of The Impact Of Innovation Management Capability To Organisational Performance”, Qualitative Market Reasearch : An International Journal. Lawson, B. and Samson, D. (2001), “Developing innovation capability in organisations: a dynamic capabilities approach”, International Journal of Innovation Management, Vol. 5 No. 3, pp. 377-400. Le Deist, F.D. and Winterton, J. (2005), “What is competence?”, Human Resource Development International, Vol. 8 No. 1, pp. 27-46. Lebas & Euske. 2004. Kinerja Organisasi . Jakarta. Hal: 133 Masfi, Achmad 2018, Analisi Efektifitas Organisasi Dengan Pendekatan Model MC KINSEY 7S Framework Terhadap Kinerja Puskesmas Di Kabupaten Sampang Tesis, Universitas Airlangga. Program Studi Magister Keperawatan. Mangkunegara, A. A. P. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Migdadi, Mahmoud M, (2019). Organizational Learning Capability, Innovation And Organizational Performance, Europian Journal of Innovation Management. Morsen, Zackharia Rialmi, 2020, Pengaruh Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan PT Utama Metal Abadi, Jurnal Ilmiah, Manajemen Sumber Daya Manusia (JENIUS), Vol 3, No. 2 Muluk, M.R Khairul, 2008, Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah , Bayumedia, Malang. Nasucha, Chaizi, 2004, Reformasi Administrasi Publik : Teori dan Praktek, Grasindo, Jakarta, Hlm 107 Nuraya Widhantisa, Kadir, 2015, Pengaruh Kompetensi, Motivasi Kerja Dan Kepatuhan Regulasi Terhadap Implementasi System Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (Studi Empiris Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Kabupaten Tanah Laut), Jurnal Sains Akuntansi Indonesia (JSAI), Vol 2 No 1 Pasolong, Harbani, 2010, Organisasi Pemerintah Daerah Dalam Pembangunan . Jurnal Administrasi Negara STIA-LAN Pasolong, Harbani, 2013, Kepemimpinan Birokrasi . Alfabeta Bandung Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Pobkeeree, Vallerut & Nongkhai, Surachart Na, 2015, Factors Related To Public Health Laboratory Management in Nothern Thailand, Journal of Management Development, Vol 34, No 9. Prabawa, 2013, Pengaruh Komunikasi Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan dengan Budaya Organisasi sebagai Variabel Intervening Skripsi. Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Putri, Nuzulul Kusuma, 2017, Kemampuan Instrumen Penilaian Kinerja Puskesmas Dalam Mengakomodasi Implementasi Fungsi Puskesmas, Jurnal MKMI, Vol 13 No 4 Rachmany Hasan, 2006, Kepemimpinan dan Kinerja , Cetakan Pertama, Yapensi, Jakarta. Riduwan, 2013, Metode dan Teknik Menyusun Thesis , Bandung: Alfabeta Robbins, S.P dan Timothy A. Judge. 2015, Perilaku Organisasi. Ed16. Jakarta: Salemba Empat. Sahin, Safiye & Alp, Furqan. 2011, Agile Leadership Model in Health Care : Organizational and Individual Atencedents and Outcomes. Agile Business Leadership and Methods Indusrty 4.0. Emerald Insight. Sinambela, 2006, Reformasi Pelayanan Publik, Teori Kebijakan dan Implemetasi . Jakarta. Bumi Aksara Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitaif, Kualitatif, dan R&D) . Bandung: Alfabeta. Sukmayanti, Eneng, 2018, Pengaruh Peran Kepemimpinann Komunikasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada UPTD Puskesmas Kecamatan Klari Kabupaten Karawang, Jurnal Manajemen dan Bisnis Kreatif. Soesanto, Danoe, 2016, Analisi Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Tingkat Maturitas Karyawan, Vertical Dyad Linkage Terhadap Kinerja Puskesmas Kota Surabaya Tesis, Universitas Airlangga, Magister Kesehatan Masyarakat Teodorescu, T. and Binder, C. (2004), “Getting to the bottom line competence is what matters”, Performance Improvement, Vol. 43 No. 8, pp. 8-12. Teodorescu, T. (2006), “Competence versus competency: what is the difference?”, Performance Improvement, Vol. 45 No. 10, pp. 27-30. Triana Agnes, Utami Hamidah Nayati dan Ruhana Ika, 2016, Komunikasi Organisasi Terhadap Knowledge Sharing Dan Kinerja Karyawan (Studi Pada Karyawan Hotel Gajah Mada Graha Malang , Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), Vol 35, No. 2 Ujianto dan Rediyono, 2013, Pengaruh Inovasi, Budaya Organisasi dan Teamwork Terhadap Kinerja Manajerial Serta Implikasinya Pada Kinerja Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Kalimantan Timur , DIE Jurnal Ilmu Ekonomi & Manajemen April 2013, Vol. 9 No.2. hal. 103 – 119. Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Undang-Undang Republik Indobesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
bd8afb2c-c8bf-42b5-958b-bfbe77acebdb
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/12983/9271
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 4 Nomor 4 Tahun 2024 Page 6863-6879 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative Penggunaan KTP Elektronik (KTP-EL) Dilihat Dari Perspektif Public Value Di Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kota Tangerang Tamimatul Hasanah 1 , Inda Riana 2 ✉ , Siska Rahayu Indri Tazkiya 3 , Putri Indriani 4 , Idhotun Nafiah 5 , Eko Prasetyo 6 Universitas Islam Syekh Yusuf Tangerang Email: [email protected] 2 ✉ ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memahami public value pada Penggunaan KTP Elektronik di Dinas Kependudukan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Public value selama ini hanya dipandang diciptakan dan dikoordinir oleh pemerintah, tetapi sebenarnya public value dapat dikoordinir oleh siapapun dengan latar belakang apapun. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan informan berasal dari Dinas kependudukan Pencatatan Sipil Kota Tangerang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan konsep public value yaitu dengan menggunakan Strategic, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangerang telah berupaya memenuhi nilai-nilai publik dalam pelayanan KTP-el, namun masih menghadapi tantangan dalam aspek legitimacy support, operational capability, dan perwujudan public value yang meliputi perlindungan data pribadi, keadilan dan kesetaraan akses, serta transparansi dan akuntabilitas layanan. Untuk mengoptimalkan pemenuhan nilai-nilai publik tersebut, Disdukcapil perlu melakukan perbaikan komprehensif dan berkelanjutan dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, meningkatkan kapabilitas operasional, memperkuat legitimasi dan dukungan, serta mewujudkan nilai publik secara seimbang dan saling menguatkan, sesuai dengan prinsip-prinsip dalam teori strategic triangle. Kata Kunci: Public Value (Nilai Publik), KTP Elektronik, Disdukcapil Kota Tangerang ## Abstract This research aims to understand the public value of the use of electronic ID cards at the Population and Civil Registration Office of Tangerang City. Tangerang. Public value has only been seen as created and coordinated by the government, but actually public value can be coordinated by anyone with any background. This research This research uses a descriptive research method with a qualitative approach, with informants coming from the Civil Registration Population Office of Tangerang City. The results of this study show that based on the concept of public value concept, namely by using Strategic, the Population and Civil Registration Office of Tangerang City has tried to fulfill public values. Civil Registration Office (Disdukcapil) of Tangerang City has tried to fulfill public values in the e KTP service, but it still faces challenges in the e-KTP service, but it still faces challenges in the aspects of legitimacy support, operational capability, and the realization of public value, which includes protection of personal data, fairness and equality of access, and transparency and accountability of services and accountability of services. To optimize the fulfillment of public values to optimize the fulfillment of these public values, Disdukcapil needs to make comprehensive and sustainable improvements by involving active community participation, improving operational capability, strengthening legitimacy and operational capabilities, strengthening legitimacy and support, and realizing public values in a balanced and mutually reinforcing manner, in accordance with the principles in the 'strategic triangle' theory. Keywords: Public Value, Electronic ID Card, Disdukcapil Tangerang City ## PENDAHULUAN Menurut peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No. 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan pasal, 1 point 14 bahwa Kartu Tanda Penduduk Elektronik, selanjutnya disingkat KTP-el, adalah Kartu Tanda Penduduk yang dilengkapi cip yang merupakan identitas resmi penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana. Dengan demikian menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) diproses secara komputerisasi dan dilengkapi cip yang berfungsi untuk menyimpan biodata, sidik jari dan tanda tangan. Program KTP-el di Indonesia telah dimulai sejak tahun 2009 dengan ditunjuknya empat kota sebagai proyek percontohan nasional. Adapun keempat kota tersebut adalah Padang, Makasar, Yogyakarta dan Denpasar. Sedangkan kabupaten/kota lainnya secara resmi diluncurkan Kementerian Dalam Negeri pada bulan Februari 2011 yang pelaksanaannya dibagi dalam dua tahap. Pelaksanaan tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada 30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2.348 Kecamatan dan 197 kabupaten/kota. Sedangkan tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang tersebar di 300 kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Secara keseluruhan pada akhir 2012 ditargetkan setidaknya 172 juta penduduk sudah memiliki KTP-el dan dari awal sampai akhir tahun 2013 perekaman data penduduk tetap berlanjut sampai seluruh penduduk Indonesia wajib KTP terekam data pribadinya. KTP memang sebagai tanda bukti identitas diri yang penting bagi masyarakat berbagai jenis pengurusan atau surat menyurat pasti selalu membutuhkan KTP. Sehingga peralihan KTP manual/biasa ke KTP-el ini sebagai bentuk program inovasi yang dibuat oleh Pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan serta memudahkan masyarakat dalam penggunaannya di jaman modern ini, karena peralihan dari KTP manual/biasa ke KTP-el pada prosedur pembuatan hingga sistemnya sudah memanfaatkan teknologi digital. Salah satu cara untuk membuat KTP-el dengan menghubungi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) di masing-masing wilayah setempat. Kota Tangerang salah satu Kota yang terletak di Provinsi Banten dalam proses melayani pembuatan KTP-el akan mengikuti ketentuan yang berlaku di Provinsi Banten dan regulasi nasional terkait administrasi kependudukan. Proses pembuatan KTP-el umumnya melibatkan beberapa langkah, seperti registrasi penduduk, verifikasi data, pengambilan foto dan sidik jari, serta penerbitan kartu. Pada proses melayani pembuatan KTP-el di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Tangerang tidak hanya melayani masyarakat yang datang langsung ke tempat, namun masyarakat yang tidak memungkinkan mengurus sendiri seperti sakit parah atau lansia akan didatangi oleh petugas pelayanan KTP untuk dilakukannya perekaman. Hasil pelayanan pada perekaman KTP-el yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Tangerang dapat dilihat pada grafik dibawah ini yang dimana angka perkembangan perekaman setiap kecamatan di Kota Tangerang beberapa mencapai angka perekaman yang hampir memuaskan. Gambar 1. Grafik Data Penduduk Kota Tangerang Sumber : Perkembangan Perekaman KTP-el di Disdukcapil Kota Tangerang (2023). Kemudian pada Tabel.1 dibawah ini menunjukkan, jumlah penduduk di Kota Tangerang adalah 1,369,799 jiwa dan dari jumlah tersebut sekitar 14,166 jiwa sudah melakukan perekaman data dan memiliki KTP-el sedangkan jumlah yang belum melakukan perekaman berjumlah 14,166 jiwa. Berdasarkan data diatas terlihat dari persentase penduduk sudah hampir seluruhnya melakukan perekaman dan memiliki KTP- el. ## Tabel 1. Data Perekaman KTP-el Penduduk di Kota Tangerang Sumber : Perkembangan Perekaman KTP-el di Disdukcapil Kota Tangerang (2023). Walaupun data tersebut sudah membuktikan hasil yang memuaskan dalam perekaman pada masyarakat kota Tangerang, namun yang menjadi permasalahannya dari penggunaan KTP-el ini salah satunya dalam pengurusan saat akan membuat atau pengunaannya pada sehari-hari di masayarakat yang masih terasa masih sama dengan penggunaan KTP manual padahal jika kita cermati KTP-el sudah sangat terupdate dalam segi pengunaan teknologi. Demikian untuk mengelola suatu layanan menjadi layanan berkualitas, suatu organisasi publik sebagai penyedia layanan harus mampu memenuhi kebutuhan dan mendapat kepercayaan oleh masyarakat. Teori public value yang diperkenalkan oleh Mark H. Moore melalui bukunya Creating Public Value: Strategic Management in Government menekankan bahwa tujuan utama organisasi publik adalah menciptakan nilai publik (public value). Menurut Moore, public value terdiri dari tiga aspek kunci yaitu: value (nilai), legitimacy and support (legitimasi dan dukungan), serta operational capacity (kapasitas operasional).(Nuha et al., 2021). Aspek value merujuk pada manfaat yang diberikan kepada masyarakat, seperti peningkatan kualitas hidup atau kepuasan terhadap layanan publik. Legitimacy and support mengacu pada persetujuan dan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, lembaga politik, dan lembaga lainnya. Sedangkan operational capacity berkaitan dengan kemampuan organisasi publik dalam mengelola sumber daya untuk mencapai hasil yang diinginkan, meliputi sumber daya manusia, anggaran, dan infrastruktur.(Prasad Lamsal & Kumar Gupta, 2022) Dengan berfokus pada penciptaan public value, organisasi publik diharapkan dapat memberikan layanan yang lebih responsif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Teori public value menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan penyelenggaraan layanan publik. Dengan demikian, pengukuran keberhasilan organisasi publik tidak hanya didasarkan pada efisiensi dan efektivitas, tetapi juga pada kemampuannya dalam memenuhi harapan dan menciptakan nilai bagi masyarakat.(Busri et al., 2023) Maka dalam program KTP-el ini dibuat harus memenuhi perspektif public value, yang meliputi value (nilai-nilai) seperti program dapat memberikan manfaat apa bagi publik, legitimacy support (legitimasi dan dukungan) adakah bentuk dukungan dari pembuat program yaitu pemerintah, operational capability (kemampuan operasional) apakah sudah cukup memiliki sumber daya yang dapat mengelola program ini secara efisien dan efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut yang telah diuraikan membuat peneliti tertarik untuk meneliti program inovasi KTP-el ini menggunakan perspektif public value terhadap kepuasan masyarakat pada penggunaan KTP-el di Disdukcapil Kota Tangerang. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang yang beralamat Jl. Perintis Kemerdekaan II, RT.007/RW.003, Babakan, Kec. Tangerang, Kota Tangerang, Banten 15118. Jenis penelitian yang digunakan yaitu, metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tentang kondisi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang dalam penggunaan KTP-el dalam perspektif public value. Sumber data yang didapatkan berupa data primer dan data sekunder, data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan para narasumber dari pihak Dinas serta beberapa masyarakat saat melakukan pelayanan KTP-el. Sedangkan data sekunder yang didapatkan bersumber dari dokumen resmi pengarsipan rekaman KTP-el Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tangerang. Kemudian dari sumber data yang didapatkan peneliti menganalisis menggunakan perspektif public value, yaitu Strategic Triangle Alford dan O’Flynn (2009) yang menurutnya terdapat tiga faktor utama yakni pertama faktor value/nilai-nilai, kedua faktor legitimacy support dan terakhir faktor operational capability. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam menganalisis sejauh mana nilai-nilai publik (public values) hadir dalam suatu kebijakan atau pelayanan pemerintah, dapat digunakan pendekatan strategic triangle yang dikemukakan oleh Mark H. Moore. Pendekatan ini mempertimbangkan tiga faktor utama, yaitu nilai/value yang ingin diwujudkan, dukungan legitimasi (legitimacy support) dari berbagai pihak, serta kapabilitas operasional (operational capability) yang dimiliki. Ketiga faktor tersebut saling terkait untuk menciptakan nilai-nilai publik seperti keadilan, transparansi, akuntabilitas, partisipasi masyarakat, serta kualitas dan responsivitas pelayanan. Dengan menganalisis kekuatan atau kekurangan pada masing-masing faktor dalam strategic triangle, dapat dinilai sejauh mana upaya pemerintah dalam mewujudkan nilai-nilai publik yang diharapkan masyarakat. Gambar. 2 Strategic Triangle Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan masyarakat, berikut hasil yang didapatkan: ## 1. Legitimacy support Berdasarkan hasil wawancara dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa legitimasi dan dukungan menjadi komponen penting dalam terpenuhinya suatu public value yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Authoring Environment Operating Capacity Public Value Preposition Tangerang. Pihak-pihak yang harus dicari legitimasi dan dukungannya adalah pemerintah itu sendiri dan masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2022 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri yang tertuang pada BAB X Bagian Kesatu "Kedudukan, Tugas dan Fungsi" pasal 584, Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil mempunyai wewenang dalam tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, masih terdapat kurangnya kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap pelayanan e-KTP akibat buruknya kinerja. Munculnya praktik percaloan juga menunjukkan hilangnya legitimasi pemerintah dalam hal ini. Disdukcapil Kota Tangerang sendiri masih dalam proses trial dan error, sebagai metode dasar dalam pemecahan masalah yang melibatkan upaya berulang dan bervariasi yang berlanjut hingga kesuksesan tercapai atau permasalahan yang dialami masyarakat terselesaikan. Situasi seperti ini jelas menyalahi nilai-nilai kesetaraan, perlindungan hak masyarakat, efisiensi pelayanan publik, dan akuntabilitas pemerintah. Jika dibiarkan, akan semakin merusak kepercayaan publik dan menghambat tercapainya public value dalam program KTP-el. Pemerintah perlu mengambil langkah perbaikan seperti memperbaiki perencanaan kebutuhan, menjaga ketersediaan blanko, memperkuat pengawasan, serta menindak tegas praktik percaloan. Hanya dengan meningkatkan kapabilitas operasional dan menjaga legitimasi kebijakan, nilai-nilai publik yang diharapkan dapat terwujud secara optimal dalam pelayanan KTP-el kepada seluruh masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Disdukcapil Kota Tangerang terus berupaya menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik demi kepuasan masyarakat terhadap penyelenggara pelayanan publik, khususnya di Kota Tangerang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, disampaikan bahwa "Banyak laporan ketidakpuasan dari masyarakat karena namanya juga pelayanan, mau kita (petugas) melakukan pelayanan sebagus apapun pasti tetap ada yang masih merasa kurang puas." Menanggapi permasalahan yang ada, Disdukcapil Kota Tangerang juga terus mengeksplorasi regulasi dan kebijakan terkait pelaksanaan Program KTP-El dengan bekerja sama dan mendapatkan dukungan dari DPRD setempat. Dukungan tersebut diwujudkan melalui penggunaan anggaran yang dibiayai oleh DPRD untuk membeli alat pendukung prasarana dalam proses perekaman KTP-el seperti printer, reborn, tinta, serta alat rekam yang disediakan oleh Kementerian. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat, ditemukan beberapa permasalahan yang dihadapi. Pertama, antrean yang panjang sehingga harus menunggu berjam-jam untuk dilayani. Kedua, kurangnya informasi yang jelas mengenai persyaratan dan prosedur pengurusan, sehingga berkas yang dibawa sering kali kurang lengkap. Masyarakat juga mengeluhkan terbatasnya sumber daya manusia dan fasilitas di kantor pelayanan KTP-el, dimana hanya ada beberapa petugas dan komputer untuk melayani banyak orang. Pada proses perekaman data, seringkali terjadi gangguan jaringan internet atau server yang menghambat proses. Permasalahan lain yang ditemukan adalah sering terjadinya kelangkaan blanko pencetakan KTP-el. Hal ini sangat mengganggu masyarakat karena harus menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan KTP-el yang menjadi dokumen penting untuk berbagai keperluan. Situasi kelangkaan blanko ini bahkan memunculkan praktik percaloan yang merugikan masyarakat kecil. Masyarakat berharap pemerintah dapat lebih mengantisipasi hal ini agar tidak terjadi kelangkaan dan praktik percaloan yang menindas. Masyarakat juga mengungkapkan kurangnya pemahaman tentang prosedur perpindahan penduduk dan pengurusan berkas KTP-el. Hal ini disebabkan minimnya sosialisasi dari pemerintah mengenai hal tersebut. Masyarakat sering kebingungan berkas apa saja yang harus dilengkapi, ke mana mengajukan permohonan, dan berapa lama waktu pengurusan setelah perpindahan penduduk. Ketidakjelasan prosedur ini dapat menyebabkan kesulitan masyarakat dalam mengurus KTP-el. Permasalahan lainnya adalah sering terjadinya ketidaksesuaian antara waktu penyelesaian pelayanan pembuatan KTP-el dengan waktu yang dijanjikan. Masyarakat seringkali mengalami penantian yang lebih lama dari yang seharusnya, baik dalam proses perekaman data maupun pencetakan KTP-el. Hal ini bisa disebabkan beban kerja berlebihan, masalah teknis, atau kurangnya koordinasi petugas. Ketidaksesuaian waktu penyelesaian ini tentu menimbulkan ketidaknyamanan bagi masyarakat yang membutuhkan KTP-el segera. Namun di sisi lain, masyarakat juga mengakui bahwa KTP-el dirasa lebih aman dalam melindungi data pribadi dibandingkan KTP manual. Penggunaan teknologi chip dan fitur pengamanan tambahan mempersulit upaya pemalsuan atau pencurian data. Data pribadi juga tersimpan secara digital dan terpusat sehingga lebih terlindungi. Meskipun masih ada kekhawatiran potensi kebocoran data jika sistem keamanan tidak kuat, secara umum masyarakat merasa KTP-el memberikan perlindungan data pribadi yang lebih baik. Dari berbagai permasalahan tersebut, dapat dilihat bahwa pelayanan KTP-el oleh Disdukcapil Kota Tangerang masih memiliki kekurangan dalam memenuhi nilai-nilai publik seperti kesetaraan akses, kualitas pelayanan, kepastian prosedur dan waktu, serta perlindungan data pribadi. Disdukcapil perlu meningkatkan kapabilitas operasionalnya melalui penambahan sumber daya, sarana prasarana, dan perbaikan tata kelola untuk mengoptimalkan pelayanan. Perbaikan sistem informasi dan sosialisasi juga penting untuk memastikan kemudahan akses prosedural bagi masyarakat. Selain itu, diperlukan penguatan sistem keamanan dan pengawasan untuk menjamin privasi data pribadi masyarakat. Dengan peningkatan pada ketiga aspek strategic triangle yaitu operational capability, legitimacy support, dan public value, diharapkan pelayanan KTP-el Kota Tangerang dapat semakin optimal dalam memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. ## 2. Operational capability Salah satu aspek penting dalam operational capability adalah ketersediaan sarana informasi yang memadai terkait prosedur dan persyaratan pengurusan KTP-el. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa masyarakat, ditemukan bahwa masih terdapat kekurangan dalam hal ini. Masyarakat seringkali kesulitan mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap mengenai dokumen apa saja yang harus disiapkan dan tahapan yang harus dilalui dalam proses pengurusan KTP-el. Beberapa masyarakat yang peneliti wawancarai mengatakan seperti ini tentang prosedur dan persyaratan pengurusan KTP-el. "Waktu itu saya sudah antri lama sekali, ternyata pas giliran saya tiba, petugas bilang berkas saya kurang lengkap. Saya harus bolak-balik untuk melengkapi persyaratan yang ternyata cukup banyak. Kalau saja informasinya lebih jelas dari awal, saya kan bisa mempersiapkannya dengan lebih baik dan tidak perlu buang-buang waktu." "Saya sempat bingung harus mengurus KTP-el saya ke mana setelah pindah domisili. Informasi di website tidak terlalu jelas, saya juga sempat menghubungi call center tapi responnya kurang memuaskan. Akhirnya saya harus bertanya-tanya ke sana kemari dulu sebelum tahu prosedur pastinya." Permasalahan yang dialami oleh masyarakat tersebut mengenai ketidaksesuaian waktu penyelesaian pelayanan pembuatan KTP-el dengan waktu yang telah ditetapkan. Banyak masyarakat yang mengeluhkan lamanya proses penerbitan KTP-el, melebihi jangka waktu yang dijanjikan. Hal ini menimbulkan ketidakpastian dan mengganggu rencana masyarakat yang membutuhkan KTP-el untuk berbagai keperluan mendesak. Selain itu peneliti juga mendapatkan hasil wawancara dengan masyarakat lainnya yang mengatakan "Saya sudah mengikuti semua prosedur dan dijanjikan KTP-el akan jadi dalam 2 minggu. Tapi ternyata setelah 3 minggu lebih belum jadi juga. Saya tanya petugas katanya datanya masih diproses di pusat. Saya jadi bingung mau urus pendaftaran anak sekolah saya gimana, kan butuh KTP-el untuk persyaratannya." "KTP-el saya sudah hampir sebulan belum selesai juga setelah perekaman. Padahal saya ada rencana bepergian ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Tiap saya tanya petugas jawabannya masih menunggu proses. Tapi tidak jelas sampai kapan. Saya jadi harus tunda dulu rencana saya." Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang mengakui memang masih ada kendala dalam memenuhi target waktu penyelesaian. Dari hasil wawancara dengan peneliti beliau menjelaskan bahwa "Keterlambatan dalam penerbitan KTP-el biasanya disebabkan kendala teknis seperti gangguan jaringan atau padatnya antrian data yang harus diproses di pusat. Tapi kami selalu berusaha untuk memperbaiki kualitas pelayanan dan berkoordinasi dengan pusat untuk mempercepat prosesnya." Beliau juga menjelaskan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas operasional, "Kami terus berupaya meningkatkan sarana prasarana dan kualitas SDM kami. Secara bertahap kami menambah perangkat komputer, jaringan internet, serta alat perekaman. Kami juga rutin mengadakan pelatihan bagi para petugas agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik. Meski belum sempurna, kami terus berkomitmen untuk memperbaiki kinerja kami." Selain itu, Disdukcapil Kota Tangerang juga berupaya memperbaiki sistem informasi yang tersedia bagi masyarakat. Kepala Bidang menambahkan, " Kami sedang memperbarui website resmi kami agar lebih informatif dan user-friendly. Kami juga akan menambah personel di bagian call center dan meningkatkan kualitas pelayanan mereka. Semua ini kami lakukan untuk memastikan masyarakat bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan lebih mudah." Terkait permasalahan duplikasi data pada KTP manual yang dikhawatirkan, Kepala Bidang menegaskan, "Dengan adanya sistem KTP-el yang terintegrasi secara nasional, kami dapat memastikan setiap penduduk hanya memiliki satu data yang valid. Sistem kami dapat mendeteksi jika ada NIK ganda dan secara otomatis akan menolak jika ada upaya perekaman dengan data yang sama. Jadi masyarakat tidak perlu khawatir soal duplikasi data." Meski masih menghadapi berbagai kendala, Disdukcapil Kota Tangerang terus berkomitmen untuk meningkatkan operational capability dalam pelayanan KTP-el. Dengan berbagai perbaikan yang dilakukan secara bertahap, diharapkan pelayanan dapat menjadi semakin efisien, transparan, dan akuntabel sehingga dapat memenuhi harapan masyarakat dengan lebih baik. Hal ini selaras dengan prinsip-prinsip dalam strategic triangle yang dikemukakan oleh Mark H. Moore. Dengan meningkatkan kualitas operational capability, membangun legitimacy support melalui pelayanan yang lebih baik, serta memenuhi public value yang diharapkan masyarakat, Disdukcapil Kota Tangerang dapat mewujudkan tata kelola yang lebih efektif dalam program KTP-el. Tentu saja, perbaikan ini harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan. Komitmen dari seluruh jajaran di Disdukcapil, dukungan dari Pemkot Tangerang, serta partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan. Hanya dengan sinergi dari semua pihak, pelayanan publik yang berkualitas dan berorientasi pada pemenuhan nilai-nilai publik dapat terwujud dengan optimal. ## 3. Public Value Salah satu nilai publik yang sangat penting dalam pelayanan KTP-el adalah perlindungan data pribadi masyarakat. Dengan diterapkannya teknologi chip dan berbagai fitur pengamanan lainnya, KTP-el diharapkan dapat memberikan jaminan keamanan data yang lebih baik dibandingkan KTP konvensional. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk memenuhi hak privasi setiap warga negara dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap pelayanan pemerintah. Dalam wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, beliau menekankan komitmen Disdukcapil dalam menjaga keamanan data masyarakat. "Kami menyadari bahwa data pribadi adalah hal yang sangat sensitif dan harus dijaga kerahasiaannya. Oleh karena itu, kami terus berupaya meningkatkan sistem keamanan dan perlindungan data dalam pelayanan KTP-el. Setiap petugas yang menangani data pribadi juga telah menandatangani pakta integritas untuk menjaga kerahasiaan data." Meski demikian, beliau juga mengakui masih adanya kekhawatiran sebagian masyarakat terkait potensi kebocoran atau penyalahgunaan data. "Kami memahami kekhawatiran masyarakat dan terus berupaya memperkuat sistem keamanan kami. Kami juga terbuka terhadap masukan dan kritik dari masyarakat untuk perbaikan layanan kami. Jika ada laporan atau indikasi kebocoran data, kami akan segera menindaklanjuti dan melakukan investigasi." Beberapa masyarakat yang peneliti wawancarai mengatakan seperti ini tentang perlindungan data pribadi pada KTP-el.Salah seorang masyarakat yang kami wawancarai mengungkapkan pendapatnya, "Saya pribadi merasa data saya lebih aman dengan adanya KTP-el. Dulu dengan KTP biasa, saya khawatir kartu saya bisa dipalsukan atau disalahgunakan orang lain. Tapi dengan adanya chip dan data yang tersimpan secara digital, saya merasa lebih tenang. Meski begitu, saya berharap pemerintah terus meningkatkan pengamanannya agar tidak ada kebocoran data pribadi warga." Di sisi lain, masyarakat lainnya menyimpan keraguan, "Memang teknologinya sudah canggih, tapi kan sistem sebagus apapun pasti ada celah keamanannya. Saya pernah dengar kasus kebocoran data di negara lain. Jadi saya harap pemerintah bisa memberi jaminan yang lebih kuat soal keamanan data kita. Kalau perlu ada semacam asuransi atau ganti rugi jika terjadi kebocoran yang merugikan masyarakat." Menanggapi kekhawatiran tersebut, Kepala Bidang menjelaskan, "Kami terus berkoordinasi dengan Kemendagri dan lembaga terkait untuk memastikan sistem keamanan data yang terintegrasidan mutakhir. Kami juga secara berkala melakukan audit keamanan sistem dan memperbaharui proteksi data kami. Jika terbukti ada pihak yang lalai atau menyalahgunakan data, akan ada sanksi tegas sesuai aturan yang berlaku." Selain perlindungan data, nilai publik lain yang ingin diwujudkan melalui KTP-el adalah keadilan dan kesetaraan akses layanan bagi seluruh masyarakat. Dengan sistem KTP-el yang terintegrasi secara nasional, diharapkan setiap warga negara dapat memperoleh haknya secara adil tanpa diskriminasi. Namun pada aspek keadilan dan kesetaraan, salah satu narasumber dari masyarakat yang kami wawancarai juga ada yang menyoroti tentang pelayanan, beliau mengatakan "Memang secara aturan semua punya hak yang sama. Tapi dalam praktiknya, masih sering ada perlakuan istimewa bagi orang-orang tertentu. Misalnya mereka yang punya koneksi bisa lebih cepat dilayani atau ada joki-joki yang bisa membantu proses dengan bayaran tertentu. Ini kan mencederai nilai keadilan yang seharusnya ditegakkan." Adapun sumber masyarakat lainnya yang mengatakan, "Dengan KTP-el, saya merasa diperlakukan sama dengan warga lainnya. Dulu sering ada perlakuan berbeda dalam pelayanan publik berdasarkan status sosial atau ekonomi. Tapi sekarang semua warga punya kesempatan yang sama untuk mengakses layanan dengan KTP-el sebagai identitas yang sah." Menanggapi hal tersebut, Kepala Bidang menegaskan komitmen Disdukcapil untuk memberikan pelayanan yang adil dan setara, "Kami tidak mentolerir praktik diskriminasi atau perlakuan istimewa dalam pelayanan kami. Setiap warga harus dilayani sesuai urutan dan memenuhi persyaratan yang sama. Jika ada laporan pelanggaran, kami akan segera menindaklanjuti. Kami juga telah memperbaiki sistem antrian dan pengawasan untuk meminimalkan potensi kecurangan." Dengan menekankan pentingnya partisipasi masyarakat seperti mengajak masyarakat untuk aktif mengawasi dan melaporkan jika ada praktik yang mencurigakan. Dengan kerjasama semua pihak, kita bisa mewujudkan pelayanan yang lebih adil dan setara. Selain itu nilai publik lainnya yang tidak kalah penting adalah akuntabilitas dan transparansi dalam pelayanan KTP-el. Masyarakat berhak mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang prosedur, persyaratan, biaya, dan waktu penyelesaian layanan. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan publik dan mencegah penyalahgunaan wewenang. Karena beberapa masyarakat yang peneliti wawancarai mengatakan bahwa, " Saya berharap ada informasi yang lebih jelas tentang biaya dan waktu pemrosesan KTP-el. Selama ini informasinya sering simpang siur dan tidak pasti. Kalau bisa dipasang di ruang pelayanan atau website resmi agar masyarakat bisa mengecek langsung." "Mungkin bisa dibuat semacam sistem tracking online, jadi kita bisa memantau sudah sampai mana proses KTP-el kita. Jadi kita tidak perlu bolak-balik bertanya ke petugas dan lebih efisien waktunya." Menanggapi saran tersebut, Kepala Bidang beserta staf Pelayanan Pendaftaran Penduduk Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang akan terus meningkatkan transparansi informasi kepada masyarakat dengan berbagai upaya yang diharapkan pelayanan KTP-el dapat semakin memenuhi nilai-nilai publik yang diharapkan masyarakat. Meski masih ada tantangan dan kendala yang harus dihadapi, Disdukcapil Kota Tangerang terus berkomitmen untuk memperbaiki kualitas layanan demi kepuasan dan kepercayaan masyarakat. Hal ini selaras dengan prinsip strategic triangle yang menekankan pentingnya memenuhi public value, menjaga legitimacy and support, serta meningkatkan operational capability dalam penyelenggaraan layanan publik. Dengan sinergi dan komitmen dari semua pihak, nilai-nilai seperti perlindungan data pribadi, keadilan, akuntabilitas, dan transparansi dapat terus ditingkatkan dalam pelayanan KTP-el. Diperlukan pengawasan yang ketat, evaluasi berkala, serta keterbukaan terhadap masukan dan kritik dari masyarakat. Sehingga upaya perbaikan yang terus-menerus dan melibatkan partisipasi aktif masyarakat, pelayanan publik yang berorientasi pada nilai-nilai publik dapat terwujud dengan optimal. ## SIMPULAN Berdasarkan analisis menggunakan perspektif public value, dapat disimpulkan bahwa pelayanan KTP-el di Disdukcapil Kota Tangerang belum sepenuhnya mampu mewujudkan public value secara optimal. Meskipun terdapat upaya dan komitmen untuk meningkatkan kualitas layanan, masih ditemukan berbagai kendala dan kekurangan dalam implementasinya. Beberapa permasalahan yang mengemuka antara lain: kurangnya informasi yang jelas mengenai prosedur dan persyaratan, ketidaksesuaian waktu penyelesaian layanan dengan yang dijanjikan, kekhawatiran terkait keamanan data pribadi, serta adanya indikasi perlakuan yang tidak setara dalam pelayanan. Namun demikian, penting untuk dicatat bahwa Disdukcapil Kota Tangerang telah menunjukkan kesadaran akan pentingnya public value dan terus berupaya melakukan perbaikan. Hal ini terlihat dari komitmen mereka untuk meningkatkan transparansi informasi, memperkuat sistem keamanan data, serta menegakkan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam pelayanan. Upaya-upaya ini menunjukkan bahwa meskipun belum sepenuhnya tercapai, terdapat langkah-langkah progresif menuju perwujudan public value yang lebih baik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Disdukcapil Kota Tangerang berada dalam proses transisi menuju pemenuhan public value yang lebih optimal dalam pelayanan KTP-el, namun masih memerlukan perbaikan dan pengembangan lebih lanjut untuk mencapai tingkat yang diharapkan oleh masyarakat. ## DAFTAR PUSTAKA Arysyahdi, R. (2023). Evaluasi Kebijakan Pelayanan e-KTP Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Bojonegoro. Soetomo Magister Ilmu Administrasi, 2,575–586. https://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/smia/article/view/7466%0Ahttps://ejourn al.unitomo.ac.id/index.php/smia/article/download/7466/3520 . Astuti, R. S., Kristanto, Y., Aden, D., Nuha, N., & Soedarto, J. H. (2021). Public Value Pengguna Moda Transportasi Bus Rapid Transit (Brt) Kota Semarang. Journal of Public Policy and Management Review, 10(3), 208–223. https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/view/31291 . Busri, Ihyani Malik, & Nur Wahid. (2023). Implementasi Agile Governance pada Reformasi Birokrasi 4.0 di Puslatbang KMP LAN Kota Makassar. Jurnal Administrasi Publik, 19(1), 85–119. https://doi.org/10.52316/jap.v19i1.134 . Firman, & Jumadi, J. (2020). Problematika Pendaftaran Penduduk Sebagai Upaya Tertib Administrasi E-Ktp Dalam Lingkup Administrasi Negara. Alauddin Law Development Journal, 2(1), 1–5. https://doi.org/10.24252/aldev.v2i1.13265 . Hadiyanor, E., & Widyanti, F. (2022). KUALITAS PELAYANAN E-KTP (Studi Pada Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-el) Pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Hulu Sungai Tengah). Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, 3(2), 124. https://doi.org/10.20527/jpp.v3i2.4858 . Hendriawan, S., Julianto, W., & Didik Himmawan. (2022). Sosialisasi E-Ktp Dan Pemilih Pemula Di Desa Kedokan Gabus Kabupaten Indramayu. ENGAGEMENT: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 31–35. https://doi.org/10.58355/engagement.v1i1.3 . Indrawati, S., & Setiawan, B. (2020). Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Kepemilikan EKTP di Desa Marawan Lama Kecamatan Dusun Utara Kabupaten Barito Selatan. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (JPIPS), 4(2), 37–43. Iswandari, B. A. (2021). Jaminan Atas Pemenuhan Hak Keamanan Data Pribadi Dalam Penyelenggaraan E-Government Guna Mewujudkan Good Governance. Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 28(1), 115–138. https://doi.org/10.20885/iustum.vol28.iss1.art6 . Kristina Maria Nuriani, Achluddin Ibnu Rochim, K. (2021). Akuntabilitas Dan Transparansi Pelayanan Publik Dalam Pengurusan Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-Ktp) Pada Kantor Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya. PRAJA Observer: Jurnal Penelitian Administrasi Publik, 1(3), 1–23. Lutfi, Z. (2023). Pengaruh Kualitas Pelayanan Ktp Elektronik Terhadap Kepuasan Masyarakat Pada Kantor Kecamatan Tandes Surabaya. MAP (Jurnal Manajemen Dan Administrasi Publik), 6(2), 190–213. https://doi.org/10.37504/map.v6i2.529 . Male, M. (2023). Pelaksanaan Sistem Administrasi Kependudukan Dalam Pembuatan E- Ktp Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013. Viva Themis Jurnal Ilmu Hukum, 6(1), 73–84. https://doi.org/10.24967/vt.v6i1.2086 . Nuha, A. N., Astuti, R. S., & Kristanto, Y. (2021). Public Value Pengguna Moda Transportasi Bus Rapid Transit (Brt) Kota Semarang. Journal Of Public Policy And Management Review, 10(3). https://doi.org/https://doi.org/10.14710/jppmr.v10i3.31291 . Nurany, F., Dinda Rahmadhani, C., Kurniawati, L., Pritha Sharmistha, N., Ihza Mahendra, Y., & Rahma Sary, I. (2021). Implementasi Dalam Pelaksanaan E-Ktp. Jurnal Administrasi Publik dan Pembangunan, 3(1), 22–29. https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jpp . Nurzila, N., & Abdul Sadad. (2023). Pelayanan Kartu Tanda Penduduk Elektonik (E-Ktp) Oleh Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kabupaten Indragiri Hulu. Journal of Research and Development on Public Policy, 2(3), 26–31. https://doi.org/10.58684/jarvic.v2i3.72 . Pramuditha, R., & Agustina, I. (2022). Persepsi Masyarakat Pengguna Atas Kualitas Pelayanan E-KTP Pada Kecamatan Bogor Barat. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi), 6(1), 884–901. Prasad Lamsal, B., & Kumar Gupta, A. (2022). Citizen Satisfaction with Public Service: What Factors Drive? Policy & Governance Review, 6(1), 78. https://doi.org/10.30589/pgr.v6i1.470 . Putri, B., & Reviandani, O. (2023). Penerapan E-Government Melalui Pelaksanaan Program KTP Digital di Kelurahan Dr. Soetomo Kota Surabaya. The Indonesian Journal of Public Administration (IJPA), 9(1), 78–96. https://doi.org/10.52447/ijpa.v9i1.6829 . Rinanda, R. R. (2022). Evaluasi Pelayanan Berbasis Online di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kuantan Singingi Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan. 16–75. Terttiaavini. (2013). Analisa Faktor Keberhasilan Dalam Memanfaatkan Teknologi Informasi Pada Pelaksanaan eKTP di Kota Palembang. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) Yogyakarta, 10–15. Yulianto, W., & Herlina Heryanti, R. (2021). Kepuasan Masyarakat Terhadap Kualitas Pelayanan E-KTP di Dinas Kependudukan Ddan Pencatatan Sipil Kabupaten Sragen. Journal of Governance and Policy Innovation, 1(1), 77–88. https://doi.org/10.51577/jgpi.v1i1.71 . Yusron, A., Ramdani, R., & Sugiarti, C. (2022). Digital Governance dalam Pelaksanaan Program E-Dukcapil di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Karawang. Jurnal Pemerintahan Dan Politik, 7(1), 11–18. https://doi.org/10.36982/jpg.v7i1.1988 . Yuza, A. F., & Putra, H. (2023). Integrated Administrative Service Quality In Bantan District Bengkalis Regency (Study Of E-KTP Management). Jurnal Kajian Pemerintah: Journal of Government, Social and Politics, 9(1), 14–22. https://doi.org/10.25299/jkp.2023.vol9(1).12022 . Zica, T. D., & Fanida, E. H. (2022). Inovasi Pelayanan Administrasi Kependudukan (Adminduk) Melalui Aplikasi Administrasi Kependudukan Cepat Akurat Terintegrasi (Pandu Cakti) Di Kantor Dispendukcapil Kabupaten Tulungagung. Publika, 487– 498. https://doi.org/10.26740/publika.v10n2.p48 .
b55b7821-a6e1-4304-91ed-c07c30cba227
https://ejournals.umn.ac.id/index.php/SI/article/download/217/189
## Ekspektasi Kinerja Pembelajaran Online di Perguruan Tinggi Jakarta ## William Surjadinata Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia Diterima 19 Mei 2014 Disetujui 12 Juni 2014 Abstract — This research calculates performance expectation of online learning system in Jakarta Undergraduate Universities. The main goal of the research is to calculate the difference of online learning system performance expectation between non experienced students and lecturers compared to the experienced students and lecturers. Data is gathered by using random sampling method, questionnaire, and analyzed in experimental research. Result of analysis shows that there is no significant difference of online learning system performance expectation between experienced and inexperienced users. It is can be concluded that online learning system still cannot be able to give a good performance expectation to users in Jakarta Undergraduate Universities. Furthermore education institution should make a better plan and evaluation to their online learning system. Index Terms — Expectation, Online, Performance, Learning ## I. P endahuluan Saat ini, teknologi informasi terus dikembangkan untuk mendukung seluruh proses dalam organisasi. Teknologi Informasi juga dapat diimplementasikan pada dunia pendidikan. Salah satu teknologi informasi yang saat ini mulai banyak digunakan pada perguruan tinggi adalah sistem pembelajaran online . Beberapa peneliti seperti Anderson [1], Chua [2] dan Walters [3] yang telah mempelajari bagaimana sistem pembelajaran online dapat memberikan berbagai keuntungan bagi institusi pendidikan dalam hal berkomunikasi dengan para siswa, terutama pada institusi pendidikan yang jumlah mahasiswanya semakin banyak. Sistem ini dipercaya dapat membantu institusi pendidikan menjangkau lebih banyak siswa. Garison [4] menjelaskan bahwa dengan sistem pembelajaran online , siswa tidak perlu hadir dalam kelas untuk proses belajar mengajar tatap muka oleh pengajar. Sebagian besar proses belajar dan mengajar dilakukan melalui internet. Sistem dapat membantu pengajar mengkomunikasikan, membagi, dan mendiskusikan berbagai hal dengan para siswa dimanapun dan kapanpun. Materi pengajaranpun dapat dibuat menjadi lebih menarik dengan video, suara, dan berbagai informasi dari internet. Namun, diluar keuntungan dan kelebihan yang dimiliki oleh sistem pembelajaran online tersebut, ada sebuah pertanyaan penting mengenai ekspektasi kinerja dari sistem tersebut bagi pengguna sistem pembelajaran online . Dapatkah sistem pembelajaran online memberikan ekspektasi kinerja yang baik bagi siswa maupun pengajar yang telah menggunakannya? Dikatakan baik tentunya apabila dibandingkan dengan sistem belajar konvensional. Dengan sistem pembelajaran online, pengajar tidak dapat mengetahui apa yang sedang dilakukan para siswa selama proses belajar. Mereka juga tidak dapat memastikan dengan mudah apakah siswa sudah mengerti materi yang telah diajarkan dengan baik. Disisi lain, banyak siswa yang juga mengatakan bahwa tidak mungkin dapat mengerti sebuah materi dengan baik tanpa pengajaran tatap muka. Hal-hal ini dapat membuat ekspektasi kinerja yang buruk pada sistem pembelajaran online apabila dibandingkan dengan sistem pembelajaran konvensional. Penelitian ini berfokus pada ekspektasi kinerja, bukan pada kinerja dari sistem pembelajaran tersebut. Hal ini disebabkan kinerja dari sebuah sistem pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sarana dan prasarana, lingkungan, sifat dan kualitas pengajar, dan lainnya. Sehingga kinerja dari sebuah sistem pembelajaran sulit untuk diukur karena setiap kelompok yang diukur akan menjadi tidak sepadan untuk dapat dibandingkan akibat dari banyaknya faktor yang mempengaruhi. Sedangkan ekspektasi kinerja lebih sepadan untuk diperbandingkan selama kedua kelompok yang dibandingkan sepadan atau homogen. Pertimbangan ini juga diperkuat oleh penelitian Venkatesh [7] dan Min Gong [5], dimana ekspektasi kinerja adalah salah satu hal yang mendorong seseorang untuk menggunakan sebuah sistem. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem pembelajaran online memiliki ekspektasi kinerja yang sama sebelum pengguna menggunakan sistem pembelajaran online dan setelah menggunakan ## ISSN 2085-4579 sistem pembelajaran online . Pengguna yang dimaksud adalah mahasiswa dan dosen. Hipotesis ini mendukung pendapat bahwa sistem pembelajaran online memiliki ekspektasi kinerja yang tidak lebih baik dibanding sistem pembelajaran tatap muka. Ekspektasi kinerja mahasiswa dan dosen terhadap pembelajaran online adalah dependent variable yang dihitung dalam penelitian ini. Sedangkan sistem pembelajaran online adalah independent variable . Formula yang digunakan untuk ekspektasi kinerja mahasiswa adalah sebagai berikut: • H0 : µ1 = µ2 • H1: µ1 ≠ µ2 Dimana µ1 adalah ekspektasi kinerja mahasiswa sebelum mengunakan sistem dan µ2 adalah eskpektasi kinerja mahasiswa setelah menggunakan sistem. Formula yang digunakan untuk ekspektasi kinerja dosen adalah sebagai berikut: • H0 : µ3 = µ4 • H1: µ3 ≠ µ4 Dimana µ3 adalah ekspektasi kinerja dosen sebelum mengunakan sistem dan µ4 adalah eskpektasi kinerja dosen setelah menggunakan sistem. Dikarenakan terbatasnya waktu, maka tidak mungkin untuk menunggu mahasiswa dan dosen yang belum berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online sampai mereka berpengalaman untuk dihitung perbedaan ekspektasi kinerja mereka sebelum dan sesudah berpengalaman. Maka, tidak mungkin mengukur perbedaan ekspektasi kinerja dari sekelompok sampel mahasiswa dan dosen yang sama untuk yang belum berpengalaman dan sudah berpengalaman. Oleh karena itu, maka diambil empat kelompok sampel, yaitu mahasiswa yang belum berpengalaman, mahasiswa yang sudah berpengalaman, dosen yang belum berpengalaman, dan dosen yang sudah berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online . Kemudian ekspektasi kinerja mahasiswa yang belum berpengalaman dibandingkan dengan mahasiswa yang sudah berpengalaman, begitupula ekspektasi kinerja dosen yang belum berpengalaman dibandingkan dengan dosen yang sudah berpengalaman. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari ekspektasi kinerja sistem pembelajaran online di perguruan tinggi Jakarta, dan melakukan penelitian serta membuktikan dengan pengujian statistik mengenai perbedaan ekspektasi kinerja sistem pembelajaran online antara pengguna yang belum berpengalaman dan yang sudah berpengalaman menggunakan sistem tersebut. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah agar perguruan tinggi dapat mengetahui ekspektasi kinerja pengguna terhadap sistem pembelajaran online sehingga dapat membuat perencanaan dan sistem pembelajaran yang lebih baik lagi dalam pengembangan sistem pembelajaran online mereka. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai ekspektasi kinerja sistem pembelajaran online di Indonesia. II. m etode Penelitian ## A. Kerangka Pikir Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eskperimental dan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dimulai dengan membuat kuisioner. Proses utama dari penelitian ini adalah melakukan pengumpulan populasi dan sampel yang menggunakan random sampling, kemudian melakukan pengujian awal yang bertujuan untuk menguji homogenitas sampel dan normalitas dari hasil kuisioner yang telah dibuat, pengenalan akan sistem pembelajaran online untuk menyamakan definisi sistem pembelajaran online antar seluruh peserta pengujian, dan pengujian akhir. Pertanyaan kuisioner didasarkan pada model UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh [7]. Venkatesh mempelajari bahwa terdapat empat ekspektasi yang dapat mempengaruhi keinginan atau perilaku seseorang untuk menggunakan sebuah produk atau jasa. Keempat ekspektasi itu adalah ekspektasi kinerja, ekspektasi usaha, ekspektasi pengaruh sosial, dan ekspektasi kondisi fasilitas dari pengguna. King [4] dan Shepers [6] menguatkan pernyataan tersebut, bahwa sehebat apapun sebuah produk, namun jika para pengguna mempunyai pola pikir bahwa sistem baru tidak akan berguna, atau sulit dipelajari, atau tidak ada pengaruh sosial, atau tidak ada kondisi dan fasilitas yang mendukung, maka produk tersebut tidak akan mencapai tujuannya karena tidak ada perilaku atau keinginan yang kuat untuk digunakan oleh para pengguna. Penelitian ini berfokus pada ekspektasi kinerja dari sistem pembelajaran online . Ekspektasi usaha tidak menjadi fokus karena setiap peserta kuisioner akan dipastikan homogen, yaitu merupakan orang-orang yang memiliki pengetahuan dan terbiasa menggunakan internet dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sehingga kelompok sampel yang belum berpengalaman menggunakan sistem memiliki ciri-ciri yang sama dengan sampel yang sudah menggunakan sistem pembelajaran online. Mereka tidak akan memiliki ekspektasi yang buruk terhadap usaha yang mereka perlukan untuk menggunakan sistem pembelajaran online . Lebih lanjut, kondisi sosial di Jakarta tidak cocok untuk menciptakan pengaruh kepada seseorang untuk menggunakan sistem pembelajaran online . Sistem pembelajaran tatap muka masih merupakan sistem yang diterima dan dipercaya oleh sebagian besar penduduk Jakarta. Pilihan sistem pembelajaran setiap orang yang lulus dari sekolah menengah atas biasanya akan selalu pada sistem pembelajaran tatap muka. Mereka tidak akan mempertimbangkan sistem pembelajaran online jika tidak ada kondisi yang memaksa mereka untuk memilih sistem online , misalnya apabila siswa tersebut harus kuliah sambil bekerja. Kondisi fasilitas juga tidak akan mempengaruhi keinginan untuk menggunakan sistem pembelajaran online . Setiap perguruan tinggi yang menyediakan kelas pembelajaran online akan memastikan tersedianya fasilitas untuk sistem pembelajaran tersebut baik dari sisi mahasiswa, dosen, maupun di kampus. Walaupun pernyataan-pernyataan ini merupakan common belief atau pernyataan yang diterima secara umum, tentu saja setiap pernyataan tersebut dapat dibuktikan lebih lanjut melalui penelitian dan perhitungan secara statistik. Dari ekspektasi kinerja yang dijabarkan Venkatesh [7], terdapat beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur ekspektasi kinerja. Variabel, parameter, dan skala ditunjukan oleh table berikut. Tabel 1: Variabel, Parameter, Indikator, dan skala Variabel Parameter Indikator Skala Ekspektasi Kinerja pada Mahasiswa Ekspektasi Kinerja 1. Kinerja belajar 2. Waktu yang dibutuhkan untuk belajar 3. Kemudahan Belajar Ordinal Ekspektasi Kinerja pada Dosen Ekspektasi Kinerja 1. Kinerja Mengajar 2. Waktu yang dibutuhkan untuk mengajar 3. Kemudahan mengajar Ordinal ## B. Kuisioner untuk Pengujian Awal Tujuan dari pengujian awal adalah untuk memastikan homogenitas dan normalitas dari sampel. Dikarenakan sampel untuk yang belum berpengalaman berbeda dengan yang sudah berpengalaman, maka kedua sampel harus bersifat homogen. Kedua sampel tersebut harus memenuhi ciri-ciri yang sama sebagai pengguna potensial dari sistem pembelajaran online. Selain itu, semua sampel harus dites agar hasil pengujian menunjukan hasil yang normal. Kedua hal ini merupakan syarat agar hasil perhitungan T-Test menjadi valid. Untuk menghitung homogenitas diantara sampel belum berpengalaman dan sudah berpengalaman, pada pengujian awal juga diberikan pertanyaan- pertanyaan demografis. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, dikarenakan keterbatasan waktu, tidak mungkin untuk membandingkan perbedaan ekspektasi kinerja dari sampel mahasiswa dan dosen yang sama. Karena hal tersebut membuat harus menunggu sampel yang belum berpengalaman melewati satu periode perkuliahan metode online sebelum mereka dapat diukur kembali. Maka penelitian ini mengumpulkan dua kelompok yang berbeda dari masing-masing mahasiswa dan dosen, yaitu kelompok yang belum berpengalaman dan kelompok yang berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online . Oleh karena itu, maka kelompok sampel yang belum berpengalaman harus homogen dengan kelompok sampel yang sudah berpengalaman. Artinya, mereka semua harus memiliki kapabilitas yang sama dalam hal menggunakan sistem pembelajaran online . Tidak ada kriteria khusus mengenai orang-orang yang memiliki kapabilitas untuk menggunakan sistem pembelajaran online . Oleh karena itu penelitian ini berusaha semaksimal mungkin menentukan kriteria-kriteria orang-orang yang memiliki kapabilitas dalam menggunakan sistem pembelajaran online . Mereka akan ditanyakan mengenai jenis kelamin, umur, kondisi finansial, serta pengalaman menggunakan komputer dan internet. Jenis kelamin dan umur ditanyakan berdasarkan penelitian Venkatesh yang menyebutkan bahwa jenis kelamin dan umur ikut menentukan ekspektasi kinerja setiap orang terhadap sebuah sistem. Selain itu, pengguna sistem pembelajaran online dipercaya memiliki kondisi finansial, pengalaman komputer dan internet yang spesifik. Apabila demografi dari kelompok yang belum berpengalaman homogen dengan kelompok yang sudah berpengalaman, maka dapat diterima bahwa penelitian ini melakukan perbandingan data yang valid dan sesuai. Berikut ini adalah pertanyaan demografis yang akan ditanyakan. Untuk menghitung normalitas dari responden, semua sampel akan ditanyakan mengenai ekspektasi kinerja sistem pembelajaran konvensional. Mereka belum ditanyakan mengenai sistem pembelajaran online karena kelompok yang belum berpengalaman kemungkinan tidak memiliki pengetahuan yang memadai akan sistem pembelajaran online . Selain itu, kemungkinan besar pemahaman mereka akan sistem pembelajaran online masih berbeda-beda sehingga akan membuat hasil perhitungan menjadi tidak valid. ## ISSN 2085-4579 ## C. Kuisioner untuk Pengujian Akhir Kuisioner untuk pengujian akhir digunakan untuk menghitung perbedaan ekspektasi kinerja sistem pembelajaran online antara kelompok yang belum berpengalaman dan yang sudah berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online . Setelah melalui tahap proses pengenalan sistem pembelajaran online ( online learning experience ), diharapkan seluruh peserta sudah memiliki pemahaman yang sama atas sistem pembelajaran online sehingga hasil jawaban mereka merupakan hasil yang dapat diperbandingkan. Pada dasarnya pertanyaannya sama dengan pengujian awal, hanya kali ini yang ditanyakan adalah sistem pembelajaran online. Pertanyaan-pertanyaan kuisioner ini diambil dari pertanyaan yang digunakan pada UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh [7]. Beliau pada penelitiannya menjabarkan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk mengukur ekspektasi kinerja dari sebuah sistem. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penelitian ini mengukur ekspektasi kinerja, bukan kinerja dari sistem pembelajaran online . Sebab kinerja dari sebuah sistem pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti karakteristik dosen, lama waktu perkuliahan, jenis mata kuliah, kemampuan mahasiswa, dan lainnya. Oleh karena itu membandingkan kinerja dari dua buah jenis sistem pembelajaran tidak akan dapat sepadan untuk diperbandingkan. Bahkan ketika kelompok mahasiswa diuji menjalani mata kuliah yang sama dengan dosen yang sama, mereka akan lebih menguasai mata kuliah tersebut pada kedua kalinya sehingga menjadi tidak sepadan untuk diperbandingkan. Namun ekspektasi kinerja yang dimiliki setiap orang dapat lebih sepadan sebab persepsi yang dibentuk dari sebuah sistem tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang disebutkan sebelumnya. Berikut ini adalah pertanyaan kuisioner untuk mahasiswa: 1. Menggunakan sistem pembelajaran online akan membantu saya menyelesaikan semua tugas dengan lebih cepat dibanding dengan sistem tatap muka 2. Menggunakan sistem pembelajaran online mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari dan mengerti materi pelajaran dibanding dengan sistem tatap muka 3. Menggunakan sistem pembelajaran online akan meningkatkan hasil dari belajar saya dengan usaha yang sama apabila menggunakan sistem belajar tatap muka 4. Menggunakan sistem pembelajaran online membuat saya dapat meningkatkan kualitas dari pengetahuan saya 5. Menggunakan sistem pembelajaran online membuat saya meningkatkan kualitas dari hasil ujian dan tugas 6. Menggunakan sistem pembelajaran online mengurangi usaha yang saya perlukan untuk menemukan materi utama dan tambahan dari berbagai sumber 7. Menggunakan sistem pembelajaran online mengurangi usaha saya untuk mempelajari materi 8. Menggunakan sistem pembelajaran online membuat lebih mudah untuk mempelajari materi dibanding sistem tatap muka Berikut ini merupakan pertanyaan kuisioner untuk dosen: 1. Menggunakan sistem pembelajaran online membantu saya menyelesaikan tugas pengajaran lebih cepat dibandingkan sistem pembelajaran tatap muka 2. Menggunakan sistem pembelajaran online mengurangi waktu yang saya butuhkan untuk membuat mahasiswa mengerti materi dibandingkan sistem pembelajaran tatap muka. 3. Menggunakan sistem pembelajaran online dapat meningkatkan hasil dari pengajaran saya dengan usaha yang sama dengan menggunakan sistem pembelajaran tatap muka. 4. Menggunakan sistem pembelajaran online meningkatkan kualitas pengetahuan mahasiswa 5. Menggunakan sistem pembelajaran online meningkatkan kualitas dari hasil ujian dan tugas mahasiswa. 6. Menggunakan sistem pembelajaran online mengurangi usaha yang saya butuhkan untuk mencari materi dan tambahan materi dari berbagai sumber 7. Menggunaka sistem pembelajaran online mengurangi usaha yang saya butuhkan dalam persiapan dan proses mengajar. 8. Menggunakan sistem pembelajaran online memudahkan saya untuk mengajar ## D. Pengumpulan Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen perguruan tinggi Jakarta yang belum berpengalaman maupun yang sudah berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online . Kemudian, untuk memastikan tingkat homogen antar seluruh sampel, maka populasi diperkecil kembali dimana mahasiswa dan dosen tersebut harus memiliki kapabilitas untuk menggunakan sistem pembelajaran online . Pada dasarnya, metode pengumpulan sampel menggunakan metode random sampling atau pengumpulan sampel acak. Berdasarkan data dari kementrian pendidikan nasional Indonesia, ada 425 universitas di Jakarta. Sayangnya, tidak ada informasi yang lengkap mengenai jumlah mahasiswa dan dosen aktif di setiap universitas. Untuk mendapatkan informasi tersebut, diperlukan surat permohonan resmi kepada setiap universitas. Dikarenakan terbatasnya waktu, maka hal tersebut tidak mungkin dilakukan. Maka, jumlah populasi yang pasti tidak diketahui. Oleh karena itu, metode sampel acak dimulai dengan pemilihan universitas secara acak. Seluruh nama universitas dan perguruan tinggi didaftarkan dalam urutan yang acak, kemudian dipilihlah universitas dengan cara memilih nama setiap urutan kesepuluh, keduapuluh, dan seterusnya hingga didapatkan 42 nama universitas dan perguruan tinggi. Kuisioner disebarkan kepada sampel mahasiswa dari 42 universitas tersebut secara acak. Sehingga tidak seluruh mahasiswa dari universitas-universitas tersebut yang akan menjadi responden penelitian ini. Penyebaran kuisionerpun dilakukan tidak secara resmi pada perkuliahan, namun secara tidak resmi di tempat-tempat umum maupun media sosial. Mahasiswa yang akhirnya dihubungi untuk menjadi responden adalah mahasiswa yang memiliki kapabilitas standar untuk dapat menggunakan sistem pembelajaran online , yaitu memiliki komputer dan terbiasa dengan internet dalam kehidupan sehari- hari. Proses kuisioner dilakukan dengan fasilitas internet dan manual. Tentu saja proses ini dapat menggapai sampel yang bukan merupakan mahasiswa atau dosen dari kedelapan perguruan tinggi tersebut. Namun selama masih merupakan mahasiswa atau dosen aktif dari 42 perguruan tinggi yang telah dipilih, serta memenuhi syarat kapabilitas dalam menggunakan sistem pembelajaran online , maka mereka akan dianggap sebagai responden valid. III. h asil dan P emBahasan A. Hasil Uji Homogenitas dari Pengujian Awal Untuk memastikan bahwa kelompok sampel yang belum berpengalaman homogen dengan kelompok sampel yang sudah berpengalaman, maka perlu dilakukan tes homogenitas. Apabila kedua kelompok tersebut saling homogen, artinya mereka merupakan orang-orang yang sama-sama memiliki kapabilitas untuk menggunakan sistem pembelajaran online . Hal ini tentu saja akan membuat hasil ekspektasi kinerja mereka dapat diperbandingkan. Hasil uji homogenitas dilakukan berdasarkan hasil dari jawaban pertanyaan demografis. Berikut ini adalah hasil uji homogenitas untuk mahasiswa maupun dosen. Tabel 2: Hasil Uji Homogenitas Varian pada Mahasiswa. Tabel 3: Hasil Uji Homogenitas Varian pada Dosen Seluruh sampel mahasiswa menunjukan signifikansi sebesar 0,610. Sedangkan seluruh sampel dosen menunjukan signifikansi sebesar 0,119. Karena kedua signifikansi berdasarkan rata-rata tersebut bernilai diatas 0,05, maka baik sampel mahasiswa maupun dosen dapat dipastikan homogen dan memiliki karakteristik yang sama dalam hal pengguna potensial atau memiliki kapabilitas dalam menggunakan sistem pembelajaran online . ## B. Hasil Uji Normalitas dari Pengujian Awal Selain harus homogen, seluruh sampel yang telah dikumpulkan juga harus dapat merepresentasikan populasi. Untuk dapat meyakinkan bahwa seluruh sampel telah mewakili populasi, maka seluruh kelompok sampel diuji normalitasnya. Pertanyaan dalam kuisioner pengujian awal ini juga diambil dari pertanyaan UTAUT. Namun yang ditanyakan adalah ## ISSN 2085-4579 ekspektasi mereka mengenai sistem pembelajaran tatap muka. Tujuannya hanya untuk mengukur normalitas dari jawaban mereka. Dimana jawaban atas kuisioner pengujian awal mereka harus memiliki nilai yang normal. Tabel 4: Hasil Uji Normalitas Terhadap Mahasiswa Tabel 5: Hasil Uji Normalitas Terhadap Dosen Berdasarkan hasil tes normalitas Kogorov Smirnov dan Shapiro-Wilk, nilai signifikansi dari semua sampel menunjukan angka diatas 0.05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semua sampel bersifat normal dan dapat merepresentasikan populasi. ## C. Proses Pengenalan Sistem Pembelajaran Online Tahap selanjutnya dari penelitian ini adalah proses pengenalan sistem pembelajaran online ( online learning experience ). Tujuan dari tahap ini adalah agar seluruh responden memiliki pemahaman dan definisi yang sama pada sistem pembelajaran online yang dimaksud pada penelitian ini. Proses ini dilakukan dengan membuat kelompok-kelompok dan memilih ketua kelompok dari setiap kelompok responden. Setiap kelompok dipilih sesuai dengan komunitasnya agar memudahkan komunikasi dan penyebaran informasi. Mereka diberikan kesempatan untuk mencoba sistem pembelajaran online . Media utama yang digunakan untuk seluruh responden adalah Aplikasi Online Learning Virtual , yaitu Binus Online Learning Virtual . Agar tidak menimbulkan paham bahwa Binus Online Learning Virtual adalah sistem pembelajaran online satu-satunya atau yang paling merepresentasikan proses pembelajaran online di Jakarta, maka responden juga diberikan informasi mengenai berbagai kursus- kursus online yang ada pada internet seperti openlearn dan Alison agar responden memiliki kesepahaman mengenai sistem pembelajaran online . Matakuliah yang digunakan dalam proses pembelajaran online ini adalah kemampuan akademik. Hal ini agar mahasiswa dari jurusan apapun dapat memahami materi kuliah. Mereka akan mempelajari matakuliah ini sepenuhnya dengan menggunakan sistem online . Setiap responden harus memberikan umpan balik untuk setiap aktivitas di proses ini. Mereka diminta untuk mencoba memahami proses pembelajaran online , kemudian proses pembelajaran di dalam online , serta mempelajari media pembelajaran online lainnya. Proses ini dilakukan kurang lebih dalam rentang 1 bulan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu penelitian. Selain itu, penelitian ini tidak mengukur kinerja dari sistem pembelajaran, sehingga tidak perlu melakukan proses pembelajaran online hingga setengah atau satu semester. Seperti yang disebutkan sebelumnya, tujuan proses pengenalan ini adalah memberikan pengalaman bagi seluruh responden dan agar mereka semua memiliki definisi yang sama akan sistem pembelajaran online yang dimaksud dalam penelitian ini. Sehingga ketika mereka menjawab kuisoner akhir, jawaban mereka menjadi sepadan untuk diperbandingkan. ## D. Hasil Pengujian Akhir Setelah semua proses sebelumnya selesai, tahap terakhir adalah melakukan pengujian akhir. Seluruh sampel telah terbukti homogen dan normal. Mereka juga dianggap telah memiliki pemahaman yang sama akan sistem pembelajaran online. Sehingga nilai ekspektasi kinerja kelompok yang belum berpengalaman dapat dibandingkan dengan yang sudah berpengalaman. Dengan semua proses uji dan pemilihan sampel yang telah dilakukan, perbandingan kedua kelompok ini dapat dianggap sama dengan apabila pengujian dilakukan pada kelompok yang sama sebelum mereka berpengalaman dan setelah mereka berpengalaman. Proses pengujian akhir dilakukan dengan membandingkan hasil ekspektasi kinerja sampel mahasiswa yang belum berpengalaman dengan mahasiswa yang sudah berpengalaman. Hal yang sama juga dilakukan dengan sampel dosen yang belum berpengalaman dibandingkan dengan yang sudah berpengalaman. Proses perbandingan tersebut diuji dengan menggunakan tes statistik T-Test . Berikut ini adalah hasil pengujian T-Test terhadap perbedaan ekspektasi kinerja mahasiswa terhadap sistem pembelajaran online . Grp 1 adalah kelompok mahasiswa yang belum berpengalaman sedangkan Grp 2 adalah kelompok mahasiswa yang sudah berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online. ## Tabel 6: Hasil Uji T-Test Pada Mahasiswa Hasil uji T-Test pada kelompok mahasiswa menunjukan signifikansi sebesar 0,939. Karena angka tersebut lebih besar dari 0,05, Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ekspektasi kinerja sistem pembelajaran online setelah mahasiswa menjadi berpengalaman dengan sistem tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sistem tersebut tidak memberikan ekspektasi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum mereka menggunakan sistem pembelajaran online . Hal ini menunjukan bahwa bagi mahasiswa, sistem tersebut tidak memberikan manfaat yang lebih baik dibanding sebelum mereka menggunakannya. Berikut ini adalah hasil pengujian T-Test terhadap perbedaan ekspektasi kinerja dosen terhadap sistem pembelajaran online . Grp 1 adalah kelompok dosen yang belum berpengalaman sedangkan Grp 2 adalah kelompok dosen yang sudah berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online . Hasil uji T-Test pada kelompok dosen menunjukan signifikansi sebesar 0,120. Karena angka tersebut lebih besar dari 0,05, Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ekspektasi kinerja sistem pembelajaran online setelah dosen menjadi berpengalaman dengan sistem tersebut. Hal ini menunjukan bahwa sistem tersebut tidak memberikan ekspektasi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum mereka menggunakan sistem pembelajaran online . Hal ini menunjukan bahwa bagi dosen, sistem tersebut tidak memberikan manfaat yang lebih baik dibanding sebelum mereka menggunakannya. IV. s imPulan Berdasarkan hasil uji statistic T-Test baik pada kelompok mahasiswa maupun dosen, maka H0 diterima, yaitu tidak ada perbedaan signifikan antara ekspektasi kinerja yang dimiliki pengguna yang sudah berpengalaman dibandingkan dengan yang belum berpengalaman menggunakan sistem pembelajaran online . Responden yang belum berpengalaman tentunya mendasarkan pengetahuan yang mereka ## ISSN 2085-4579 miliki akan sistem pembelajaran online dengan dibandingkan dengan sistem konvensional tatap muka yang sudah mereka kenal selama ini. Mereka akan membuat eskpektasi kinerja atas sistem tersebut. Dengan melihat bahwa ternyata setelah mereka manggunakan sistem tersebut, tidak ada perbedaan signifikan pada ekspektasi kinerja mereka, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pembelajaran online belum dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sistem pembelajaran tatap muka. Berdasarkan hasil tes tersebut, maka setiap institusi pendidikan yang ingin menerapkan sistem pembelajaran online , maka harus mempertimbangkan dan membuat perencanaan yang sebaik-baiknya. Mengingat bahwa mahasiswa dan dosen di Jakarta tidak memiliki ekspektasi kinerja pada sistem tersebut lebih baik dibandingkan sistem tatap muka. Mereka cenderung akan berpikir jika tidak lebih baik, mengapa harus memilih sistem yang baru. Sedangkan setiap institusi pendidikan yang telah menjalankan sistem pembelajaran online sebaiknya melakukan evaluasi dan perbaikan pada sistem pembelajaran online sehingga dapat meningkatkan ekspektasi kinerja pada sistem pembelajaran online . Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengukur apakah perbedaan kota dapat mempengaruhi ekspektasi kinerja pada sistem pembelajaran online . Selain itu penelitan lebih lanjut juga dapat dilakukan untuk mengukur apakah perbedaan subjek atau materi perkuliahan dapat mempengaruhi ekspektasi kinerja pada sistem pembelajaran online. u caPan t erima K asih Terima kasih diucapkan terutama kepada Tuhan Yang Maha Esa atas tuntunannya selama proses penelitian ini berlangsung. Terima kasih juga diucapkan kepada rekan-rekan dosen Universitas Bina Nusantara dan rekan dosen dari Universitas Trisakti yang telah membantu saya dalam penyusunan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Terima kasih juga diucapkan kepada seluruh responden yang telah terlibat sepanjang penelitian ini. d aftar P ustaKa [1] Anderson, dan Elloumi, “Theory and Practice of Online Learning,” Canada, Athabasca University, 2004. [2] Chua, “Perception of Quality in Higher Education,” AUQA Occasional Publication, 2005. [3] Garrison dan Innes, “Facilitating Cognitive Presence in Online Learning: Interaction is Not Enough,” The American Journal of Distance Education, Vol. 19 Issue 3, 2005. [4] King dan He, “A Meta Analysis of Technology Acceptance Model,” Science Direct of Information and Management Vol. 42, 2005. [5] Min Gong, Yan Xu, dan Yuecheng Yu, “An Enhanced Technology Acceptance Model for Web-Based Learning,” Journal of Information System Education Vol. 15 Issue 4, 2004. [6] Schepers dan Wetzels, “A Meta Analysis of Technology Acceptance Model: Investigating Subjective Norm and Moderation Effects,” Science Direct of Information and Management Vol. 44, 2007. [7] Venkatesh, Morris, Gordon, dan Fred, “User Acceptance if Information Technology: Toward a Unified View,” MIS Quarterly Vol. 27. [8] Walters, Shaw, dan Cagne, “Want to Teach Online? Things You Should Know,” Journal of eLearning and Online Teaching Vol.1 Issue 4, 2010.
a975718a-25da-4bc8-921b-5999371b7560
http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th/article/download/3708/2543
Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321 ## KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI Amelia Elsandra Putri *1 , Attin Warmi 2 12 Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Singaperbangsa Karawang, Indonesia Corresponding Author * : Amelia Elsandra Putri, Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Singaperbangsa Karawang, Jl. HS. Ronggo Waluyo, Telukjambe Timur, Karawang, Jawa Barat, Indonesia - 41361.. Email: [email protected] Contact Person: 0855-9861-070 Informasi Artikel: Disubmit : 25 Januari 2022 Direvisi : 14 Mei 2022 Diterima : 22 Mei 2022 How to Cite: Putri, Amelia Elsandra, Warmi, Attin (2022). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Pada Materi Relasi Dan Fungsi. Jurnal Theorems (The Original Reasearch of Mathematics, 7(1), 1-12. ## ABSTRAK Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan salah satu komponen penting untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa, khususnya untuk siswa sekolah menengan pertama (SMP). Hasil penelitian yang dilakukan oleh PISA menjelaskan masih rendahnya kemampuan matematis siswa di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain. Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai kemampuan berpikir kritis matematis siswa di salah satu SMP di Karawang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis matematis siswa SMP pada mata pelajaran relasi dan fungsi. Penelitian kualitatif dengan metode deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 6 siswa, yaitu 2 siswa kategori tinggi, 2 siswa kategori sedang, dan 2 siswa kategori rendah. Teknik pengumpulan data diperoleh dari soal uraian sebanyak 5 soal dengan waktu pengerjaan 60 menit yang yang digunakan sebagai instrumen tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis yang dimiliki oleh sebagian siswa masih tergolong rendah. Hal tersebut terlihat dari deskripsi pada penelitian ini yang menyimpulkan bahwa banyak dari sebagian siswa hanya mampu menguasai beberapa indikator kemampuan berpikir kritis matematis.Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa menunjukkan bahwa beberapa indikator yang telah diujikan pada siswa belum terpenuhi. Kata kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Relasi dan Fungsi ## ABSTRACT Mathematical critical thinking ability is one of the important components to improve students' mathematical abilities, especially for junior high school students (SMP). The results of research conducted by PISA explain the low mathematical ability of students in Indonesia when compared to other countries. Therefore, researchers will conduct research on students' mathematical critical thinking skills in one of the junior high schools in Karawang. The purpose of this study was to describe the mathematical critical thinking skills of junior high school students in the subjects of relations and functions. Qualitative research with descriptive method is used in this study. The subjects in this study consisted of 6 students, namely 2 students in the high category, 2 students in the medium category, and 2 students in the low category. The data collection technique was obtained from a description of 5 questions with a processing time of 60 minutes which was used as a test instrument. The results showed that the mathematical critical thinking skills possessed by some students were still relatively low. This can be seen from the description in this study which concluded that many of the students were only able to master several indicators of mathematical critical thinking ability. Keywords: Critical Thinking Ability, Relations and Functions Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th ## PENDAHULUAN Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terstruktur untuk dapat mewujudkan suasana belajar dalam kegiatan pembelajaran agar siswa mampu mengembangkan dan menggali potensi dirinya. Salah satu wujud penting dalam pendidikan adalah Matematika. Matematika merupakan suatu ilmu yang wajib sekali dipelajari oleh siswa mulai dari SD hingga jenjang selanjutnya. Matematika juga sangat erat kaitannya dengan permasalahan-permasalahan yang membutuhkan konsentrasi yang baik serta membutuhkan kemampuan berpikir kritis yang baik. Berpikir kritis adalah proses berpikir tingkat tinggi yang memungkinkan manusia menganalisis masalah berdasarkan data yang relevan sehingga dapat menemukan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang terbaik (Maria, 2018). Berpikir matematis menekankan perlunya siswa untuk merencanakan strategi pemecahan masalah dari berbagai sumber, mencetuskan banyak ide, membandingkan strategi penyelesaian dengan teori-teori sebelumnya (Mujib & Mardiyah, 2017; Aini, 2018). Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis matematis adalah tindakan yang bertujuan untuk menganalisis masalah dan menentukan strategi pemecahan masalah berdasarkan data yang relevan. Menurut Sulistiani & Masrukan (2016) Kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran matematika sangat diperlukan karena matematika dan berpikir kritis merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Glazer dalam (Sholihah & Shanti, 2018) berpendapat bahwa berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan matematika, penalaran, dan strategi kognitif untuk secara efektif menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi situasi matematika. Kemudian Menurut (Widyatiningtyas et al., 2015) Pembelajaran matematika yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa adalah pembelajaran yang dirancang untuk memungkinkan siswa dalam memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Facione dalam (Rahayu & Alyani, 2020) berpendapat bahwa konsep berpikir kritis yang paling mendasar adalah kemampuan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan pengaturan diri. Adapun indikator berpikir kritis menurut Robert Ennis dalam (Andini & Warni, 2019) yaitu : (1) Memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification); (2) Membangun keterampilan dasar (basic support); (3) Membuat penjelasan lanjut (advanced clarification); (4) Mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics); (5) menarik kesimpulan (Inference). Untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis, kita harus dapat melaksanakan pembelajaran sesuai indikator tersebut, dan harus mendapatkan hasil yang maksimal agar kemampuan berpikir kritis siswa dapat dinilai dengan baik. Salah satu materi matematika yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematis adalah materi relasi dan fungsi. Materi relasi dan fungsi bertujuan untuk mendeskripsikan dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th menggunakan representasi yang berbeda (kata, tabel, grafik, diagram, dan persamaan). Pembahasan materi relasi dan fungsi dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), khususnya kelas VIII pada semester gasal. Dengan menekankan pemikiran dan penalaran yang baik. Berdasarkan kegiatan Pengenalan Lapangan Sekolah (PLP), peneliti menemukan penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami matematika karena disebabkan oleh anggapan siswa yang menyatakan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Imam et al., 2018) yang menyatakan bahwa banyak siswa yang menganggap matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, dikarenakan matematika merupakan mata pelajaran yang abstrak dan membutuhkan pemikiran yang kompleks. Sehingga kemampuan berpikir kritis peserta didik Indonesia berada pada level rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil PISA (Programme for International Student Assesment). Hasil studi yang dilakukan PISA pada tahun 2012 , Indonesia berada diperingkat ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata matematika yang dicapai hanya 375 jauh dibawah rata – rata internasional PISA yang mencapai 500 (Haeruman et al., 2017). Nilai tersebut juga masih lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa negara kawasan asia, seperti Thailand (dengan rata-rata nilai 427), Korea Selatan (554), Singapura (573), Jepang (536) bahkan Malaysia (421). (Haeruman et al., 2017) Dengan demikian pentingnya kemampuan berpikir kritis diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam proses pembelajaran sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. Dan tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kondisi dan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa agar dapat dilakukan tindakan lebih lanjut untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. ## METODE PENELITIAN Penelitian kualitatif deskriptif digunakan dalam penelitian ini. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan objek atau subjek yang diteliti secara objektif, dan bertujuan untuk menggambarkan fakta secara sistematis dan karakteristik objek serta frekuensi yang diteliti secara akurat (Zellatifanny & Mudjiyanto, 2018). Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Kota Karawang dengan subjek penelitian sebanyak 40 siswa kelas VIII. Kemudian hasil dari skor siswa dikelompokkan menjadi 3 yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah yang selanjutnya dipilih masing-masing 2 siswa per kategori yang akan di deskripsikan kemampuan berpikir kritisnya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa tes uraian materi relasi dan fungsi sebanyak 5 soal dengan waktu pengerjaan 60 menit. Soal diadaptasi dan dimodifikasi dari buku paket Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th matematika siswa kelas VIII semester ganjil yang sudah di uji validitas dan reliabilitasnya yang mengacu pada Arikunto (2003). Berikut ini adalah hasil uji validitas dan reliabilitas instrument kemampuan berpikir kritis matematis yang dirangkum dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1. Hasil Validitas Instrument Tes No. Soal Nilai 𝒓 𝒙𝒚 Nilai 𝒓 𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 Kriteria 1 0,551 0,444 Validitas Sedang 2 0,598 0,444 Validitas Sedang 3 0,530 0,444 Validitas Sedang 4 0,630 0,444 Validitas Tinggi 5 0,470 0,444 Validitas Sedang Jumlah Valid 5 Tidak Valid 0 Tabel 2. Hasil Reliabilitas Instrument Tes Nilai r Interpretasi Reliabilitas 0,441 Sedang Jawaban siswa akan dianalisis berdasarkan 5 indikator berpikir kritis menurut Robert Ennis. Acuan pengelompokkan skor kemampuan berpikir kritis diadaptasi dari Kholifah (2017) yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Kategori hasil tes kemampuan berpikir kritis Rentang Nilai Kategori 𝟕𝟔 − 𝟏𝟎𝟎 Tinggi 𝟔𝟏 − 𝟕𝟓 Sedang 𝟎 − 𝟔𝟎 Rendah ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dari analisis data, ditemukan perbedaan pada ketiga kategori kemampuan siswa tersebut dan ada beberapa indikator yang belum terpenuhi. Berikut ini adalah tabel hasil kriteria kemampuan berpikir kritis matematis siswa : Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321 Tabel 4. Hasil kriteria kemampuan berpikir kritis Banyak Siswa Nilai Maksimum Nilai Minimum Mean Standar Deviasi 40 90 10 45,75 18,693 Berdasarkan tabel 2 dari 40 siswa nilai minimum yang didapat adalah 10 serta nilai maksimum yaitu 90 dengan rata-rata 45,75 dan standar deviasinya adalah 18,693. Selanjutnya mengelompokkan siswa kedalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Berikut hasil kategori kemampuan berpikir kritis matematis siswa menurut Kholifah (2017). Tabel 5. Hasil kategori kemampuan berpikir kritis Klasifikasi Rentang Nilai Jumlah Siswa Tinggi Sedang Rendah 76-100 61-75 0-60 3 5 32 Total 40 Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil subjek yang memiliki kategori tinggi sebanyak 3 siswa, kategori sedang sebanyak 5 siswa, dan kategori rendah sebanyak 32 siswa. Jawaban dari 6 siswa yang mewakili masing-masing kategori sebagai subjek penelitian akan dibahas berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis menurut Robbert Ennis (1995). Adapun penjelasan lengkap mengenai indikator kemampuan berpikir kritis matematis yang berkaitan dengan subjek penelitian akan dijelaskan sebagai berikut : ## 1. Kemampuan siswa kategori berpikir kritis tinggi Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321 Pada gambar 1 Hasil jawaban S1 sudah mengerjakan soal secara keseluruhan, pada indikator 1 yaitu memberikan penjelasan sederhana, siswa mampu menentukan domain, kodomain, dan range dari gambar, akan tetapi tidak memberikan pennjelasan terkait domain, kodomain, dan range dari soal yang telah diberikan. Lalu untuk indikator 2 yaitu membangun keterampilan dasar, siswa mampu mengaplikasikan bentuk himpunan pasangan berurut kedalam bentuk diagram panah dan tabel, hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan dasar nya dalam memahami materi relasi dan fungsi. Pada indikator 3 siswa melakukan substitusi dengan benar akan tetapi tidak memahami soal lebih lanjut, sehingga hasil dari substitusi nya tidak dijumlahkan sesuai dengan perintah soal. Kemudian pada indikator 4 siswa mampu menentukan cara untuk mencari nilai range jika hanya diketahui domain dan persamaan fungsinya, akan tetapi tidak diaplikasikan kedalam bentuk grafik koordinat kartesius. Dan untuk indikator 5 yaitu membuat kesimpulan, siswa mampu menjelaskan jenis relasi dan fungsi kedalam bentuk matematis yang berarti subjek sudah memahami materi relasi dan fungsi dengan baik. ## Gambar 2. Jawaban subjek S2 Pada gambar 2, hasil jawaban untuk keseluruhan soal sudah benar. Siswa mampu memberikan penjelasan mengenai domain, kodomain, dan range. Siswa juga dapat mengaplikasikan bentuk fungsi kedalam bentuk diagram panah dan tabel. Serta siswa dapat menghitung nilai suatu fungsi dan juga mampu menentukan nilai range jika hanya diketahui persamaan fungsi dan daerah asalnya. Dari keseluruhan jawaban S2, peneliti menyimpulkan bahwa siswa sudah memenuhi keseluruhan indikator berpikir kritis. Siswa yang memiliki kategori tinggi dapat memenuhi keseluruhan indikator hanya saja terdapat beberapa indikator yang masih perlu ditingkatkan kembali yaitu pada indikator memberikan penjelasan sederhana dan membuat penjelasan lanjut. Hal ini sejalan dengan temuan yang dilakukan oleh Yanti & Prahmana (2017) yang menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan berpikir matematis, Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th yaitu orang yang memiliki kemampuan intelektual dengan cara berpikir logis dan reflektif dalam memahami masalah matematika, menganalisis masalah, dan memutuskan solusi secara tepat. ## 2. Kemampuan siswa kategori berpikir kritis sedang ## Gambar 3. Jawaban subjek S3 Pada gambar 3, siswa sudah mampu mengerjakan keseluruhan soal, hasil analisis untuk indikator 1 yaitu memberikan penjelasan sederhana, siswa mampu menjelaskan mengenai domain, kodomain, dan range, akan tetapi masih belum tepat karena masih belum bisa menentukan range dari gambar yang sudah disediakan pada soal. Lalu untuk indikator 2 yaitu membangun keterampilan dasar siswa diminta untuk mengaplikasikan himpunan berpasangan suatu fungsi kedalam bentuk diagram panah dan tabel, dapat dikerjakan dengan tepat sehingga dapat dikatakan bahwa siswa juga menguasai indikator membangun keterampilan dasar. Kemudian indikator 3 yaitu membuat penjelasan lanjut, pada soal diberikan suatu persamaan fungsi kemudian siswa diminta untuk menghitung nilai f(x) jika diketahui f(4) dan f(3), kemudian dijumlahkan kedua hasilnya, jika dilihat dari hasil jawaban, siswa telah mampu menentukan nilai dari f(4) dan f(3) dan melakukan pengerjaan substitusi dengan benar serta menjumlahkan hasil keduanya, oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa siswa tersebut sudah mampu menguasai indikator membangun penjelasan lanjut. Pada indikator 4 yaitu mengatur strategi dan taktik, dalam soal diketahui rumus persamaan fungsi dan daerah asalnya, siswa diminta untuk mencari range, dan mengaplikasikan kedalam bentuk grafik koordinat kartesius. Pada jawaban siswa tidak dijelaskan bagaimana cara mendapatkan nilai range, hanya diberikan pasangan himpunan berurutan dan hal ini tidak sejalan dengan indikator mengatur strategi dan taktik, oleh sebab itu perlu diberikan latihan soal lebih lanjut agar siswa mampu meningkatkan kemampuannya. Dan pada indikator 5 yaitu membuat kesimpulan, siswa sudah mampu menjelaskan relasi dan fungsi kedalam bentuk matematis yang artinya siswa tersebut dapat dikatakan menguasai indikator 5 yaitu membuat kesimpulan. Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th ## Gambar 4. Jawaban Subjek S4 Siswa dengan kategori sedang dapat memenuhi 4 indikator berpikir kritis, yang berarti masih terdapat 1 indikator yang belum terpenuhi yaitu indikator untuk mengatur strategi dan taktik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Murti (2009) dalam Kharisma (2018) menjelaskan bahwa ciri-ciri orang yang memiliki pemikiran kritis yang tinggi adalah mampu menarik kesimpulan dan solusi dengan alasan yang kuat dan bukti yang kuat, serta mengujinya dengan menggunakan kriteria tertentu. Artinya seseorang harus menentukan strategi dan taktik yang digunakan untuk dapat memecahkan suatu masalah. ## 3. Kemampuan siswa kategori berpikir kritis rendah Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321 Hasil analisis jawaban siswa kategori rendah pada indikator 1 yaitu memberikan penjelasan sederhana, siswa sudah mampu untuk menentukan nilai domain, kodomain, dan range dari gambar yang telah disediakan pada soal akan tetapi siswa tidak memberikan penjelasan mengenai domain, kodomain, dan range. Maka untuk indikator 1 siswa belum bisa menguasai secara keseluruhan. Lalu pada indikator 2 yaitu membangun keterampilan dasar siswa hanya bisa mengaplikasikan himpunan pasangan berurut fungsi kedalam bentuk diagram panah, dan siswa tidak mengaplikasikan kedalam bentuk grafik koordinat kartesius. Pada indikator 3 yaitu membuat penjelasan lanjut, siswa tidak dapat melakukan perhitungan untuk menentukan nilai fungsi jika diketahui rumus persamaan fungsinya, oleh sebab itu jawaban yang diberikan masih kurang tepat. Maka berdasarkan jawaban yang diberikan, dapat dikatakan bahwa siswa masih kurang mampu untuk menguasai indikator 3. Lalu pada indikator 4 yaitu mengatur strategi dan taktik diharapkan siswa mampu mencari cara agar dapat menentukan range dan membuat grafik koordinat kartesius jika hanya diketahui rumus persamaan fungsi dan daerah asalnya saja. Akan tetapi siswa tidak dapat menjawab soal tersebut, maka dengan ini dapatt dikatakan bahwa siswa tidak memenuhi indikator 4. Dan pada indikator 5 yaitu membuat kesimpulan, siswa tidak menjawab soal dengan benar maka dapat dikatakan juga bahwa siswa tidak memenuhi indikator 5. ## Gambar 6. Jawaban Subjek S6 Subjek S6 dengan kategori rendah hanya mampu memenuhi indikator membangun keterampilan dasar. Siswa belum mampu memenuhi indikator lainnya dengan demikian dapat dikatakan siswa belum memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdullah (2013) yang menyatakan bahwa Berpikir matematis tingkat rendah mencakup pemahaman tingkat rendah, seperti mengenali dan menghafal rumus dan menggunakannya dalam perhitungan rutin/algoritmik. Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th ## KESIMPULAN Siswa memerlukan keterampilan berpikir kritis matematis ketika menghadapi tantangan dengan mempertimbangkan informasi yang diterima, merencanakan, menentukan keputusan yang akan diambil, mengambil keputusan, dan mengevaluasi (Syarif, 2017). Berdasarkan hasil dan pembahasan, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan yang penting untuk dimiliki oleh seluruh siswa, khususnya pada mata pelajaran matematika. Namun ternyata kemampuan berpikir kritis matematis yang dimiliki oleh sebagian siswa masih tergolong rendah. Hal tersebut terlihat dari deskripsi pada penelitian ini yang menyimpulkan bahwa banyak dari sebagian siswa hanya mampu menguasai beberapa indikator kemampuan berpikir kritis matematis. Oleh sebab itu peneliti merekomendasikan kemampuan berpikir kritis matematis dimasukkan dalam kurikulum pendidikan bagi calon guru sehingga sehingga guru dapat memfasilitasi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kusaeri dan Aditomo (2019) yang menyebutkan bahwa diperlukan kesadaran guru matematika agar dapat memberikan lebih banyak penekanan pada pentingnya kemampuan berpikir kritis siswa. ## SARAN Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan untuk memberikan model pembelajaran sebagai solusi dari rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa, dan implementasi soal mengenai kemampuan berpikir kritis diharapkan sesuai dengan kondisi siswa, serta masih diperlukan penelitan lebih lanjut untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dan untuk penelitian selanjutnya peneliti diharapkan dapat meneliti kemampuan berpikir kritis matematis dengan mengaitkan aspek kognitif lainnya. ## UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan artikel ini, khususnya kepada ibu Attin Warmi M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah senantiasa membimbing dalam pembuatan artikel ini dan ibu Lilit Maryanti Sutia S.Pd selaku guru matematika SMPN 1 Telukjambe timur yang senantiasa membantu peneliti dalam melakukan penelitian , serta untuk seluruh siswa-siswi yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Abdullah, I. H. (2013). Berpikir Kritis Matematik. Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika , 2 (1), 66–75. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.33387/dpi.v2i1.100 Aini, N. R. (2018). Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis Melalui Pendekatan Problem Based Learning Pada Mahasiswa Matematika UIN Raden Intan Lampung . Andini, V., & Warni, A. (2019). Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321 Kelas VIII Pada Materi Relasi dan Fungsi. Prosiding Seminar Nasional Matematika Dan Pendidikan Matematika Sesiomadika 2019 , 594–601. https://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika/article/view/2654 Arikunto, S. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Praktek . Bima Aksara. Haeruman, L. D., Rahayu, W., & Ambarwati, L. (2017). Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Dan Self-Confidence Ditinjau Dari Kemampuan Awal Matematis Siswa Sma Di Bogor Timur. Jurnal Penelitian Dan Pembelajaran Matematika , 10 (2), 157–168. https://doi.org/10.30870/jppm.v10i2.2040 Imam, I., Ayubi, A., & Bernard, M. (2018). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan emecahan Masalah Matematis siswa SMA. JPMI:Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif , 1 (3), 355–360. https://doi.org/10.22460/jpmi.v1i3.355-360 Kharisma, E. N. (2018). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMK pada materi Barisan dan Deret. JRPM (Jurnal Review Pembelajaran Matematika) , 3 (4), 559. https://doi.org/10.15642/jrpm.2018.3.1.62-75 Kholifah. (2017). Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada Siswa SMP Kelas IX . 1–86. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36449/1/kholifah-FITK Kusaeri, & Aditomo, A. (2019). Pedagogical beliefs about Critical Thinking among Indonesian mathematics pre-service teachers. International Journal of Instruction , 12 (1), 573–590. https://doi.org/10.29333/iji.2019.12137a Maria, S. (2018). Pengaruh Model Creative Problem Solving (CPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Pada Materi Relasi dan Fungsi. Cartesius : Jurnal Pendidikan Matematika , 1 (1), 36–48. https://doi.org/10.54367/cartesius.v1i1.473 Mujib, M., & Mardiyah, M. (2017). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Berdasarkan Kecerdasan Multiple Intelligences. Al-Jabar : Jurnal Pendidikan Matematika , 8 (2), 187. https://doi.org/10.24042/ajpm.v8i2.2024 Rahayu, N., & Alyani, F. (2020). Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Ditinjau Dari Adversity Quotient. Prima: Jurnal Pendidikan Matematika , 4 (2), 121. https://doi.org/10.31000/prima.v4i2.2668 Sholihah, D. A., & Shanti, W. N. (2018). Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. UNION: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika , 6 (1), 71–82. https://doi.org/10.30738/.v6i1.1999 Sulistiani, E., & Masrukan. (2016). Pentingnya Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Matematika untuk Menghadapi Tantangan MEA. Seminar Nasional Matematika X Universitas Semarang 2016 , 605– 612. Syarif, M. (2017). Pembelajaran Dengan Pendekatan Problem Solving Untuk Meningkatkan Volume 7, Nomor 1, Juli 2022 URL: http://jurnal.unma.ac.id/index.php/th e-ISSN: 2528-102X p-ISSN: 2541-4321 Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematika Siswa SMA. Jurnal Mutiara Pedagogik , 1 (2), 92–101. http://www.journal.unpas.ac.id/index.php/pjme/article/view/2723 Widyatiningtyas, R., Kusumah, Y. S., Sumarmo, U., & Sabandar, J. (2015). The impact of problem- based learning approach tosenior high school students’ mathematics critical thinking ability. Journal on Mathematics Education , 6 (2), 30–38. https://doi.org/10.22342/jme.6.2.2165.107-116 Yanti, O. F., & Prahmana, R. C. I. (2017). Model Problem Based Learning, Guided Inquiry, dan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. Jurnal Review Pembelajaran Matematika , 2 (2), 120–130. https://doi.org/10.15642/jrpm.2017.2.2.120-130 Zellatifanny, C. M., & Mudjiyanto, B. (2018). The type of descriptive research in communication study. Jurnal Diakom , 1 (2), 83–90.
003fa86b-5c2b-4eac-84a8-cfa8d106b305
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/jati/article/download/608/567
## SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT TEMBAKAU MENGGUNAKAN FUZZY SUGENO Dian Agustiara Duyan Program Studi Teknik Informatika S1, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang, Jalan Raya Karanglo km 2 Malang, Indonesia [email protected] ## ABSTRAK Permasalahan pokok dalam tanaman tembakau ini yaitu masih rendahnya teknik pemilihan bibit yang dikuasai oleh petani karena keterbatasan modal, serta buruknya kualitas bahan tanam (bibit) yang digunakan. Bibit merupakan sarana utama untuk mencapai produksi yang maksimal. Dengan menggunakan bibit yang bermutu baik maka harapan untuk mencapai produksi yang maksimal akan diperoleh. Masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha atau petani tembakau adalah pengadaan bibit, terutama bibit unggul yang berkualitas. Metode yang digunakan yaitu metode Fuzzy Sugeno. Dengan menggunakan metode Sugeno pengembangan sistem yang dilakukan dapat lebih terstruktur dengan adanya langkah-langkah yang dilakukan. Dengan tujuan untuk mengetahui nilai dari suatu pengelompokan nilai parameter. Beberapa tahap yang akan membantu dalam penyelesaian masalah ini diantaranya adalah tahap Inferensi sistem dan tahap Defuzzifikasi yang menghasilkan status beserta nilai keanggotaannya. Hasil dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa, sistem pendukung keputusan pemilihan bibit tembakau menggunakan metode Fuzzy Sugeno dapat membantu masyarakat umum dan pengusaha untuk menentukan varietas tembakau unggul. Pada sistem pendukung keputusan dapat diuji menggunakan 2 browser yaitu Mozilla Firefox, dan Google Chrome dengan hasil presentase 100%. Kata kunci : Tembakau ,Sistem Pendukung Keputusan, Fuzzy Sugeno. 1. Pendahuluan Tembakau (Nicotianae tabacum L) merupakan salah satu komoditi yang strategis dari jenis tanaman semusim perkebunan. Peran tembakau bagi masyarakat cukup besar, hal ini karena aktivitas produksi dan pemasarannya melibatkan sejumlah penduduk untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan (Kementerian Pertanian, 2010). Tembakau juga merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia termasuk Indonesia. Produk tembakau utama yang diperdagangkan adalah daun tembakau dan rokok. Temmbakau dan rokok merupakan produk bernilai tinggi, sehingga bagi beberapa Negara termasuk Indonesia tembakau berperan dalam perekonomian nasional yaitu sebagai sumber devisa, sumber penerimaan pemerintah dan pajak (cukai), sumber pendapatan petani dan lapangan kerja masyarakat (usaha tani dan pengolahan rokok). (Rachmat dan Nuryati, 2009). Melihat pentingnya tanaman tembakau masa ini dan masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi tembakau secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Permasalahan pokok dalam tanaman tembakau ini yaitu masih rendahnya teknik pemilihan bibit yang dikuasai oleh petani karena keterbatasan modal, serta buruknya kualitas bahan tanam (bibit) yang digunakan. Varietas yang memiliki keunggulan tertentu yang dinamakan varietas unggul, keunggulan varietas yang dimaksud adalah keunggulan karakteristik mulai dari umur tanaman, umur panen, kadar nikotin (%). Berdasarkan permasalahan tersebut perlu dibuat sebuah sistem yag dapat mendukung proses pengambilan keputusan dengan memperhitungkan segala kriteria yang ada sehingga dapat membantu masyarakat untuk mengetahui varietas mana yang lebih unggul dan tidak unggul. Banyak berbagai metode yang digunakan untuk melakukan perhitungan yang dapat mempermudah dan membantu peneliti serta masyarakat umum mengetahui varietas tanaman tembakau yang lebih unggul. Salah satu metode yang digunakan adalah menggunakan Fuzzy Sugeno . Dengan dibuatnya sistem pendukung keputusan ini diharapkan dapat mempercepat dan mempermudah asisten dilapangan dalam memilih bibit tembakau yang sesuai dengan kriteria tanam, sehingga petani tidak lagi memilih bibit secara manual dan dapat mengetahui kriteria – kriteria bibit yang akan ditanam. ## 2. Tinjauan Pustaka 2.3 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK), secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi terstruktur. Secara khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu. SPK didefinisikan sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep SPK hanyalah sebatas pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi dan peran manajer.[1] ## 2.4 Fuzzy Sugeno Penalaran dengan metode Sugeno hamper sama dengan penalaran Mamdani, hanya saja output (konsekuen) system tidak himpunan fuzzy , melainkan berupa konstanta atau persamaan linear. Metode ini diperkenalkan oleh Takagi Sugeno Kang tahun 1985.[2] a). Model Fuzzy Sugeno Orde-Nol Secara umum bentuk model inferensi fuzzy metode TSK Orde-0 adalah : ∘ ∘ ∘ … ∘ THEN z = k dengan A i adalah himpunan Fuzzy ke- i sebagai antesenden, dan k adalah satuan konstanta sebagai konsekuen. b). Model Fuzzy Sugeno Orde-Satu Secara umum bentuk model Fuzzy Sugeno Orde- Satu adalah ∘ ∘ ∘ … ∘ THEN z = dengan A i adalah himpunan fuzzy ke- i sebagai antesenden dan P i adalah suatu konstanta ke- i dan q juga merupakan konstanta dalam konsekuen. Berdasarkan model Fuzzy tersebut, ada tahapan – tahapan yang harus dilakukan dalam implementasi metode Sugeno yaitu sebagai berikut : 1. Pembentukan himpunan Fuzzy Pada tahapan ini variabel input dari system Fuzzy ditransfer ke dalam himpunan Fuzzy untuk dapat digunakan dalam perhitungan nilai kebenaran dari premis pada setiap aturan dalam basis pengetahuan. Dengan demikian tahap ini mengambil nilai-nilai tegas dan menentukan derajat di mana nilai-nilai tersebut menjadi anggota dari setiap himpunan Fuzzy yang sesuai. 2. Aplikasi fungsi implikasi Tiap-tiap aturan (proposisi) pada basis pengetahuan Fuzzy akan berhubungan dengan suatu relasi Fuzzy. Bentuk umum dari aturan yang digunakan dalam fungsi implikasi adalah sebagai berikut: IF x is A THEN y is B dengan x dan y adalah skalar, dan A dan B adalah himpunan Fuzzy. Proposisi yang mengikuti IF disebut sebagai antesenden sedangkan proposisi yang mengikuti THEN disebut konsekuen. Proposisi ini dapat diperluas dengan menggunakan operator Fuzzy seperti, ∘ ∘ ∘ … ∘ THEN y is B dengan ∘ adalah operator (missal: OR atau AND). Secara umum fungsi implikasi yang dapat digunakan yaitu sebagai berikut : - Min ( minimum ) fungsi ini akan memotong output himpunan Fuzzy. - Dot ( product ) fungsi ini akan menskala output himpunan fuzzy. Pada metode Sugeno ini, fungsi implikasi yang digunakan adalah fungsi min. c) Defuzzifikasi Input dari proses defuzzifikasi adalah himpunan Fuzzy yang dihasilkan dari proses komposisi dan output adalah sebuah nilai. Untuk aturan IFTHEN Fuzzy dalam persamaan RU (k) = IF berturut–turut adalah himpunan fuzzy dalam U i R (U dan V adalah domain fisik), I = 1,2,… , n dan x = ( x 1 ,x 2 ,.. , x n ) U dan y V berturut-turut adalah variabel input dan output (linguistik) dari sistem Fuzzy. Defuzzifier pada persamaan di atas didefinisikan sebagai suatu pemetaan dari himpunan Fuzzy B ke dalam V R (yang merupakan output dari inferensi fuzzy) ke titik tegas y * V . Pada metode sugeno defuzzification dilakukan dengan perhitungan Weight Average (WA). (2.1) ## 2.5 Fungsi Keanggotaan Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik input data ke dala nilai keanggotaannya (sering disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satunya yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungi. Ada beberapa fungsi yang bisa digunakan.[3] a. Representasi Linear Naik adalah kenaikan himpunan dimulai pada nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan nol [0] bergerak ke kanan menuju ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih tinggi. Gambar 2.1 Linear Naik Fungsi keanggotaan : (2.2) Keterangan : a = nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan nol b = nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan satu x = nilai input yang akan di ubah ke dalam bilangan fuzzy b. Representasi Fungsi Linear Turun adalah garis lurus dimulai dari nilai domain dengan derajat keanggotaan tertinggi pada sisi kiri, kemudian bergerak menurun ke nilai domain yang memiliki derajat keanggotaan lebih rendah. Gambar 2.2 Linear Turun Fungsi keanggotaan : (2.3) Keterangan : a = nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan satu b= nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan nol x=nilai input yang akan di ubah ke dalam bilangan fuzzy a. Representasi Kurva Segitiga Representasi kurva segitiga merupakan gabungan antara 2 garis (linear). Nilai-nilai disekitar b memiliki derajat keanggotaan turun cukup tajam (menjauhi 1). Gambar 2.3 Kurva Segitiga Fungsi Keanggotaan: (2.4) Keterangan: a = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol. b = nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan. c = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol. x = nilai input yang akan di ubah kedalam bilangan fuzzy 3. Analisis Dan Perancangan 3.5 Analisis Sistem ini merupakan sebuah sistem berbasis website yang di kembangkan dengan menggunakan XAMPP dan Sublime text. Sistem ini juga menyediakan halaman admin sebagai pengolah data dan juga yang menginputkan data – data pada sistem. . 3.2 Struktur Menu Pada perancangan struktur menu program, admin akan menampilkan tiga tampilan menu awal yang terdiri dari menu Beranda, menu Data Tembakau, menu Perhitungan. Menu Beranda adalah halaman utama pada website yang berisi tentang info bibit tanaman tembakau. Menu Data Tembakau adalah halaman dimana admin akan menginputkan data bibit tembakau. Menu Perhitungan adalah halaman admin dapat menginputkan kriteria yang sudah ditentukan untuk pemilihan bibit tembakau dan kemudian dimasukkan ke perhitungannya. Gambar 3.1 Struktur Menu 3.3 Fuzzy Rule [R1] IF umur tanaman TINGGI and kadar nikotin TINGGI and umur panen TINGGI THEN Baik. [R2] IF umur tanaman TINGGI and kadar nikotin TINGGI and umur panen RENDAH THEN Buruk. [R3] IF umur tanaman TINGGI and kadar nikotin RENDAH and umur panen TINGGI THEN Buruk. [R4] IF umur tanaman TINGGI and kadar nikotin RENDAH and umur panen RENDAH THEN Buruk. 3.4 Fuzzy Set a. Grafik Keanggotaan Umur Tanaman Gambar 3.2 Grafik Keanggotaan Umur Tanaman µ Rendah x < 57 57 ≤ x ≤ 86 x > 86 µ Tinggi - Nilai Keanggotaan Untuk Nilai Umur Tanaman= 58 Hari µ Rendah [58] = µ Tinggi [58] = b. Grafik Umur Panen Gambar 3.4 Grafik Keanggotaan Umur Panen µ Rendah µ Tinggi - Nilai Keanggotaan Untuk Nilai Umur Tanaman= 84 Hari µ Rendah [84] = µ Tinggi [84] = c. Grafik Keanggotaan Kadar Nikotin Gambar 3.5 Grafik Keanggotaan Umur Panen µ Rendah µ Sedang - Nilai Keanggotaan Untuk Nilai Pinjaman = 1 µ Rendah [1] = µSedang [1] = µTinggi [1] = Nilai Umur Tanaman µ Rendah = 0,965 µ Tinggi = 0,447 Nilai Umur Panen µ Rendah = 0,947 µ Tinggi = 0,052 Nilai Kadar Nikotin µ Rendah = 0,666 µ Sedang = 0,666 µ Tinggi = 0,333 Rule 1 Predikat-1 = min ( 0,034 ; 0,333 ; 0,052 ) Min = 0,034 = (86 – α / 29) = 0,034 ; Z 1 = 85,014 Rule 2 Predikat – 2 = min ( 0,034 ; 0,333 ; 0,947) Min = 0,034 = (α – 57 ) / 29 = 0,034 ; Z 2 = 56,014 Rule 3 Predikat-3 = min ( 0,034 ; 0,666 ; 0,052 ) Min = 0,034 = (86 – α)/29 = 0,034 ; Z 3 = 85,014 Rule 4 Predikat – 4 = min (0,965 ; 0,666 ; 0,947) Min = 0,666 = (α – 57 ) / 29 = 0,055; Z 4 = 0,338 Z = Z = x > 86 57 ≤ x ≤ 86 x > 86 y < 82 82 ≤ x ≤ 120 y > 120 y > 82 82 ≤ y ≤ 120 y > 120 z < 0 0 ≤ z ≤ 3 z > 3 z < 0 dan z > 3 0 ≤ z ≤ 1,5 1,5 < z ≤ 3 z = 1,5 3.6 Flowchart Admin Gambar 3.2 Flowchart Admin Setelah program dimulai admin langsung diarahkan pada halaman utama , lalu admin akan langsung mendapatkan hak akses ke halaman kriteria yang berfungsi untuk menginput data kriteria, halaman alternatif yang berfungsi untuk menginput data penduduk, halaman bobot untuk memberi nilai pada masing-masing kriteria, dan halaman hasil untuk melihat proses dan hasil perhitungan metode. 4. Implementasi dan Pengujian 4.1 Halaman Beranda Gambar 4.1 Halaman Beranda Tampilan halaman beranda adalah halaman utama saat sedang mengakses aplikasi ini maka akan ada tampilan judul dari aplikasi tersebut dan ada terdapat submenu pada halaman beranda seperti data tembakau, tabel rule, dan perhitungan seperti pada Gambar 4.1 4.2 Halaman Data Tembakau Gambar 4.2 Halaman Data Tembakau Tampilan pada halaman data tembakau terdapat form untuk menginputkan data tembakau yang nanti nya akan masuk pada halaman list tembakau seperti pada Gambar 4.2 4.3 Halaman Tabel Data Rule 4.4 Gambar 4.3 Halaman Data Rule Pada halaman tabel rule adalah halaman yang menampilkan rule yang digunakan kemudian rule yang sudah dibuat akan masuk ke perhitungan untuk dihitung berdasarkan rule yang sudah dibuat. Pada halaman rule dapat mengubah dan menambah data rulenya seperti pada Gambar 4.3 ## 4.5 Halaman Perhitungan Gambar 4.4 Tabel Perhitungan Tampilan halaman perhitungan terdapat form input data tembakau yang berisi no id, umur tanaman, kadar nikotin, dan umur panen kemudian setelah menginput data tembakau pada input perhitungan maka data tersebut akan masuk ke halaman list perhitungan seperti pada Gambar 4.4 ## 4.6 Halaman List Perhitungan Gambar 4.5 Halaman Perhitungan Pada hamalan List Perhitungan menampilkan hasil dari input data tembakau yang sudah dilakukan pada menu input tembakau, kemudian data yang diinput dilakukan perhitungan metode seperti pada Gambar 4.5 ## 4.7 Pengujian Fuzzy Sugeno ## Tabel 4.1 Tabel Pengujian Fuzzy ## 4.8 Pengujian Fungsional Tabel 4.2 Tabel Fungsional (Website) No fingsionalitas Nama Browser Mozilla Firefox Chrome 1 Login   2 Menu Beranda   3 Menu Data Tembakau   4 Menu Input Tembakau   5 Menu Tabel Rule   6 Menu Perhitungan   Keterangan : √ = Berhasil X = Gagal Berdasarkan hasil pengujian pada table diatas, dapat di jelaskan bahwa pengujian software berhasil 100% berjalan dengan baik pada browser Mozilla firefox, Google Chrome. ## 5. PENUTUP 5.3 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Hasil sistem pendukung keputusan pemilihan bibit tembakau menggunakan metode fuzzy sugeno berdasarkan hasil pengujian 80% menyatakan aplikas mudah digunakan. 2. Berdasarkan hasil pengujian pengguna 60% menyatakan bahawa aplikasi dapat membantu perusahaan dalam menentukan kualitas bibit tembakau. 3. Berdasarkan hasil pengujian pengguna menyatakan 50% informasi pada sistem pendukung keputusan ini akurat. 5.4 Saran Untuk meningkatkan kinerja dan menyempurnakan sistem pendukung keputusan yang telah dibuat, dengan ini memberikan saran sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil yang sudah dibangun diharapkan dikembangkan lebih lanjut dengan menggunakan metode lain seperti metode fuzzy Tsukamoto . 2. Dikembangkan diperangkat mobile atau android agar mudah digunakan. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Abdullah, A dan Soedarmanto. 1982. Budidaya Tembakau . C.V. Yasaguna : Jakarta. 4-25 hlm. [2] Cahyono, B. 1998. Tembakau Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta. [3] CHABIBI AULIA RAHMAN AL HASMY, F. A., SETIAWARDHANA 2011. Penentuan Peran Dalam Robot Sepak Bola Dengan Metode Fuzzy Sugeno. Jurnal Eepis Final Project, 1-7. [4] Nandadiri, Annisa, 2014, Sistem Informasi Geografis Pemilihan Lahan Tembakau Di Kabupaten Jember Berbasis Web Menggunakan Metode Topsis-Ahp, Universitas Jember : Jember [5] Sadjad, S. 1980. Panduan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia . Bogor: IPB [6] Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih . Jakarta: PT. Gramedia [7] Laymond, Rajim. 2010. Tujuan Sistem Pendukung Keputusan. Diakses dari http://sindarku.wordpress.com , 13 November 2014.
bcf54910-85ba-458a-bdf3-51ee5c5893d1
https://www.jurnal.bkstm.org/index.php/jtmi/article/download/196/108
## Perpindahan panas secara konveksi pada magnetorheological fluid: Review Zeluyvenca Avista 1 , Ubaidillah 1 , Zainal Arifin 1 , Indri Yaningsih 1 1 Departemen Teknik Mesin,Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 33 Surakarta, Indonesia 57126 Email korespondensi: [email protected] ## Abstrak Magnetorheological fluid (MRF) merupakan cairan magnet yang mempunyai sifat dari cair menjadi hampir padat dibawah medan magnet eksternal. Bahan pembentuk MRF berupa fluida dasar, partikel padat, dan aditif. Review artikel ini difokuskan pada perpindahan panas konveksi yang terjadi dalam MRF. Kajian mengenai perpindahan panas konduksi pada MRF baik simulasi numerik maupun eksperimental sudah banyak dilakukan sebelumnya namun kajian pada perpindahan panas secara konveksi untuk MRF masih sangat jarang ditemukan. Sehingga pada review artikel ini akan dilakukan peninjauan pada ferrofluid, nano fluid dan elektrorheological fluid. Dengan peninjauan pada kajian konveksi di fluida magnet tersebut, maka pada hal serupa juga dapat diterapkan untuk studi mengenai perpindahan panas secara konveksi pada MRF. Kata kunci : perpindahan panas, konveksi, magnetorheological fluid. ## Abstract Magnetorheological fluid (MRF) is a magnetic fluid with the property of being liquid to almost solid under an external magnetic field. MRF forming materials are basic fluids, solid particles, and additives. This paper's review is focused on the convection heat transfer that occurs in the MRF. The works related with conduction heat transfer on MRF through numerical and experimental study were easily found in the literature, however, we found rarely for convection heat transfer method inside the MRF. Therefore, this review paper conducted a review on ferrofluid, nanofluid, and electrorheological fluid. Using this review for convection heat transfer mode in magnetic fluid, a similar way could be applied to convection heat transfer in MRF. Keywords: heat transfer, convection, magnetorheological fluids. ## 1. Pendahuluan Magnetorheological fluid (MRF) adalah bahan yang berinteraksi dengan medan magnet yang diterapkan dengan mekanisme perubahan perilaku reologi [1]. Cairan ini dikenal sebagai smart fluid karena sifat reologinya berubah secara substansial dalam skala waktu yang sangat singkat (dalam milidetik) ketika medan magnet eksternal diterapkan. Cairan ini adalah partikel suspensi magnetik berukuran mikron dalam cairan pembawa. MRF memiliki kapasitas untuk mengubah keadaannya antara cairan Newtonian yang mengalir bebas menjadi setengah padat saat terkena medan magnet eksternal [2][3]. Perubahan ini dapat dibalik dengan menghilangkan medan magnet yang diberikan sehingga fluida kembali ke keadaan reologi awalnya. Di bawah medan magnet, tegangan geser MRF dapat dikontrol secara kontinyu dan akurat hanya dengan mengatur intensitas magnet. Fitur luar biasa ini telah memunculkan berbagai macam aplikasi rekayasa MRF di bidang transmisi torsi, kontrol getaran, pemolesan, dan penyerapan kejutan untuk meningkatkan efisiensi kerja dan mengurangi konsumsi energi [4][5]. Selain itu, suspensi ini dapat digunakan untuk meningkatkan teknik perpindahan panas untuk pemanasan atau pendinginan di peralatan rumah tangga seperti lemari es dan oven [6]. Gambar 1. (a) Fotografi mikro MR fluid tanpa medan magnet, partikel tersebar secara acak. (b) Fotografi mikro MR fluid dengan medan magnet terapan dengan rantai paralel besi karbonil [7]. Partikel MRF secara tradisional berbentuk bola sedangkan tipikal ukuran partikel berada dalam kisaran mikrometer [2]. Ilustrasi fotografi mikro MRF ditunjukkan pada Gambar 1. Meskipun bentuk dan ukuran partikel terbukti mempengaruhi konduktivitas termal dalam nanofluida, belum ada laporan yang menemukan dalam kajian mengenai MRF [8]. Namun demikian, mekanisme bentuk dan ukuran partikel dalama mempengaruhi termal tetap relevan dalam kasus MRF [9]. ## Komponen Magnetorheological Fluid Suspensi padat adalah jenis fluida yang terdiri dari partikel kecil pada MRF dimana suspensi ini terdiri dari 3 elemen : partikel padat, fluida dasar dan aditif. Partikel padat yang sering digunakan yaitu carbonyl iron powder (CIP). Namun, terdapat juga beberapa jenis partikel padat magnetik yang lain yang biasa digunakan pada MRF. Pemilihan partikel padat magnetik dapat mempengaruhi perilaku reologi MRF [10]. Secara umum, material dengan permeabilitas tinggi dan magnetisasi saturasi serta sisa magnetisasi dan koersivitas yang rendah merupakan kandidat yang baik untuk material partikulat MRF. Sebuk besi karbonil (CIP) banyak digunakan karena permeabilitas magnetisnya yang tinggi, magnetisasi sisa yang rendah, ukuran partikel halus, dan distribusi ukuran yang sempit, serta ketersediaan yang umum [11]. Tabel 1 menunjukkan magnetisasi saturasi (pada 20°C) dan suhu Curie beberapa bahan magnet. Tabel 1. Magnetisasi saturasi (pada 20°C) dan suhu Curie beberapa magnet [10]. Material Magnetisasi saturasi (T) Suhu curie (°C) Fe 2.15 770 Co 1.78 1331 Ni 0.605 484 Carbonyl iron 2.23 775 Fe 3 Al 0.625 500 Fe-Co alloy 2.4 970 Fluida dasar atau cairan pembawa juga merupakan komponen penting pada MRF. Fungsi dari fluida dasar adalah sebagai insulansi secara kontinu. Fluida dasar memiliki banyak jenis. Jenis dari non-magnetik meliputi minyak silikon, minyak mineral, toluena, minyak hidrokarbon, air, dan etilen glikol. Sedangkan untuk yang magnetik mengacu pada fluida magnet dengan partikel berukuran nano (biasanya sekitar 10 nm). Fungsi cairan pembawa harus non magnetis, tidak beracun, tidak korosif dan non reaktif [12]. Saat ini, fluida dasar yang sering digunakan yaitu minyak pada MRF karena memiliki rentang suhu operasi yang dan transparan. Minyak silikon banyak digunakan lebar, kemampuan anti oksidan yang kuat, titik abu yang tinggi dan volatilitas yang rendah [10]. Pada Tabel 2 dapat dilihat beberapa cairan dasar dengan konduktivitas termal 300 K [11]. Tabel 2. Konduktivitas termal dari beberapa partikel suspensi padat pada 300 K [11]. Cairan dasar Konduktivitas termal, k (W/m K) Slilicone oil 0.14 Deionized water 0.607 Ethylene glycol 0.255 Engine oil 0.145 Zat tambahan lain yang digunakan pada MRF adalah aditif. Tambahan aditif pada MRF berfungsi untuk meningkatkan kinerja material dengan cara interaksi dengan fluida pembawa dan partikel. Persentase aditif dari suspensi MRF adalah yang paling sedikit yaitu kurang dari 5% dari keseluruhan komponen. Pemilihan aditif fluida harus mempertimbangkan dua hal berikut: (i) intermiscibility yang baik dengan fluida pembawa dan kedekatan yang kuat dengan partikel MRF , sehingga diperoleh stabilitas anti- sedimentasi yang baik; (ii) kisaran suhu operasi yang luas dan stabilitas termal yang tinggi untuk menghindari dekomposisi termal. Adapun aditif yang sering digunakan pada MRF yaitu oleic acid, polyethylene glycol, polysorbate 80, silica gel, coupling agent, nano-sized magnesium lithium silicate, dan zat aditif nonionic lainnya [10]. Aditif yang digunakan dalam MRF dijelaskan pada Tabel 3 [13]. ## Perpindahan Panas pada Magnetoreological Fluid Perpindahan panas pada MRF telah banyak dipelajari. Yildirim dan Genc telah mempelajari sifat perpindahan panas MRF untuk fraksi volume yang berbeda dan intensitas medan magnet dalam interval suhu yang berbeda [6]. Mereka telah menemukan bahwa perpindahan panas konduktif lebih efektif pada suhu yang lebih tinggi (Tabel 4). Disimpulkan juga bahwa persentase peningkatan konduktivitas termal lebih besar untuk fraksi volume yang lebih kecil sehubungan dengan persentase peningkatan konduktivitas untuk fraksi volume partikel terdispersi yang lebih besar. Alasannya adalah untuk fraksi volume yang lebih kecil, partikel berada pada jarak yang lebih jauh satu sama lain dalam Tabel 3. Aditif yang digunakan dalam FMR[13]. Aditif % Aditif Tujuan Guar gum [14], poly (methyl methacrylate) [15], carboxymethyl cellulose, polyethylene oxide, synthetic hectorite, xanthan gum [16] 0,5-1% volume Pelapisan partikel besi untuk mengurangi kepadatan akibatnya mengurangi sedimentasi Polyvinyl butyral [17] 0.5-1% volume Pelapisan partikel besi untuk mengurangi densitas dan meningkatkan karakteristik anti korosi Tetramethylammonium hydroxide [18], fibrous carbon [12], Aerosil 200, arabic gum [19] 0.25-1% berat Surfaktan untuk melapisi partikel besi dan selanjutnya mengurangi aglomerasi partikel Olefin polymer emulsifier, Tween-60 and Tween-80, Span-60 and Span-80 [20] 1-2% berat Pengemulsi digunakan untuk meningkatkan stabilitas sedimentasi cairan MR. Grease [21], colloidal clay [22];[23];[24], fumed silica [25] 3-5% berat Pengental digunakan untuk mengurangi sedimentasi partikel magnet Lecithin [26] 2% berat Surfaktan memitigasi laju pengendapan partikel magnetik Oleic acid [27], zinc dialkyldithiophosphate, organo molybdenum [25], sodium nitrite [16] 1-3% volume Aditif anti gesekan dan anti aus untuk mengurangi erosi Magnetic nanoparticles [28], iron naphthalate, iron oleate [29] 1-6% volume Dispersan digunakan untuk menyebarkan partikel magnet pada fluida pembawa Stearic acid [18], sodium stearate, lithium stearate [29] 1-3% berat Aditif thixotropic untuk meningkatkan densitas fluida pembawa dan stabilitas sedimentasi Cholesteryl chloroformate [30] 1-3% berat Meningkatkan stabilitas termal dan stabilitas sedimentasi MRF Polystyrene [31] 1-2% berat Pelapisan partikel besi untuk mengurangi aglomerasi dan meningkatkan stabilitas sedimentasi N-glucose ethylenediamine triacetic acid (GED3A) [32], polyvinylpyrroli- done [33], aluminum distearate, thiophosphorus, thiocarbamate [12] 0.25-2% berat Meningkatkan stabilitas sedimentasi Tabel 4. Rasio peningkatan konduktivitas termal MRF dengan medan magnet yang diterapkan H = 24 G [6]. 0-50°C pada 24 G 50-100°C pada 24 G -20-0°C pada 24 G ∆T = 35 K (%) ∆T = 20 K (%) ∆T = 15 K (%) ∆T = 20 K (%) ∆T = 15 K (%) 40SM 6 10 100 -35 -2 40SQ 8 6 31 -24 -7 20SM 9 2 147 -20 -3 20SQ 18 22 29 -7 -13 5SM 20 17 68 -20 -7 5SQ 16 16 56 -23 -9 pembentukan rantai partikel karena medan magnet diterapkan yang mempengaruhi konduktivitas termal relatif menjadi lebih mudah diakses [6]. Kondukivitas termal dan viskositas suspensi magnetorheological fluid yang terdiri dari CIP yang direndam dalam minyak silikon telah diteliti oleh Sandoval dkk. [34]. Mereka menemukan bahwa penambahan CIP dikombinasikan dengan medan magnet dapat menginduksi pembentukan rantai yang meningkatkan konduktivitas termal dan viskositas. Ketergantungan fungsional antara konduktivitas dan viskositas menunjukkan bahwa ketika viskositas dapat terus meningkat, konduktivitas termal mencapai nilai stabil maksimum. Pada Gambar 2 dapat dilihat grafik konduktivitas termal dengan viskositas. (a) (b) Gambar 2. Konduktivitas termal untuk suspensi MR sebagai fungsi dari viskositas, selama (a) 15% dan (b) 20% dengan nilai laju geser yang berbeda [34]. Karakteristik dari konduktivitas termal yang ditinjau dari material yang digunakan pada MRF juga telah diteliti. Sampel cairan berupa CIP dan oli hidrolik, kemudian ditambahkan partikel tembaga (Cu) berukuran nano, aluminium (Al), dan silika (SiO 3 ). Pengukuran konduktivitas termal dengan alat analisa sifat termal dan sedimentasi MRF dilakukan dengan menggunakan tabung kaca tanpa eksitasi dalam waktu lama [35]. Hasil pengukuran konduktivitas termal kemudian dibandingkan dengan model teoritis Maxwell pada berbagai konsentrasi CIP. Hasil yang didapat adalah konduktivitas MRF dapat meningkat akibat penambahan dua aditif berukuran nano (Gambar 3). Aditif Cu memberikan konduktivitas termal yang lebih tinggi daripada Al. Pada pengujian laju sedimentasi MRF ditemukan bahwa laju sedimentasi dapat dikurangi dengan menggunakan aditif tambahan Cu dan Al [35]. Gambar 3. Konduktivitas termal semua sampel MRF dan peningkatan konduktivitas termal dalam (%) sehubungan dengan MRF-132DG [35]. Simulasi numerik dan metode eksperimental telah dilakukan untuk meneliti parameter yang mempengaruhi variasi anistropik dalam konduktivitas termal MRF [36] . Pengaturan eksperimental dilakukan dengan menggunakan pendekatan Transient Hot Wire untuk mengukur konduktivitas termal fluida [37][38]. Metode ini digunakan untuk meneliti konduktivitas termal MRF partikel besi berbentuk bentuk serpihan. Di bawah medan magnet, konduktivitas termal berada ditingkatkan sebesar 20% dibandingkan dengan fluida MR komersial berbentuk bola yang memiliki fraksi volume hampir 20% lebih tinggi partikel besi. Upadhyay dkk. mempelajari pengaruh konduktivitas termal dan memvariasikan fraksi berat magnet nanopartikel magnetik dengan ukuran 6,5 nm ditambahkan ke MRF [39]. Sedangkan simulasi dilakukan menggunakan model Discrete Phase untuk mensimulasikan pengaruh parameter yang mempengaruhi konduktivitas termal MRF . Model ini digunakan untuk pelacakan partikel dalam aliran multiphase. Hasil dari model ini mampu memprediksi gerakan partikel dalam pendekatan Lagrangian berdasar konsep yang diturunkan dari hukum Newton gerak kedua [40]. Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa saat medan magnet luar sejajar dengan gradien suhu, rantai partikel magnet bertindak sebagai fasilitator konduksi panas sehingga meningkatkan konduktivitas termal. Saat arah medan magnet tegak lurus dengan arah gadien suhu, rantai partikel terdispersi dengan demikian mengurangi konduktivitas termal [36]. Gambar 4. Variasi konduktivitas termal MRF medan magnet intensitas dalam dua kasus arah paralel dan tegak lurus medan magnet dan gradien suhu [36]. Gambar 5. Variasi konduktivitas termal versus intensitas medan magnet dan tersebar fraksi volume partikel saat medan magnet tegak lurus gradien suhu [36]. ## Perpindahan Panas Konveksi pada Fluida Magnet Berbagai kajian tentang perpindahan panas pada MRF telah banyak dilakukan. Namun, belum ada yang menganalisa tentang perilaku perpindahan panas secara konveksi pada MRF , sedangkan beberapa studi kasus perpindahan panas konveksi yang terjadi pada fluida magnet lainnya telah dilakukan. Pada Tabel 5 dijelaskan perbedaan MRF dengan electorheological fluid (ERF), sedangkan pada Tabel 6 dijelaskan perbedaan MRF dengan ferrofluid . Akhir-akhir ini nanofluida semakin banyak digunakan dalam aplikasi konveksi alami untuk area yang luas [41]. Contoh pemanfaatan ferrofluid dalam pengaplikasian konveksi alami yaitu pada loudspeaker dimana cairan ferro di sekitar kumparan dapat meningkatkan kualitas speaker dengan merdam resonansi yang tidak diinginkan [42]. Aplikasi lain dari ferrofluid yaitu kemampuannya menjadi pompa termomagnetik [43]. Hal serupa juga dapat dilihat pada ERF dimana cairan elektro reologi termasuk dalam kelas suspensi koloid yang menunjukkan perubahan besar yang dapat dibalik dalam perilaku reologisnya ketika terkena medan listrik eksternal [44]. Produk MRF memiliki antara 20 dan 50 kali efek kontrol lebih tinggi daripada produk ERF yang setara. Teknologi MRF saat ini stabilitas yang lebih baik terkait kontaminan. Semua keuntungan teknologi MRF ini telah menciptakan tingkat minat yang sangat tinggi untuk memperkenalkan produk berbasis teknologi MRF selama beberapa tahun terakhir [45]. Dengan demikian perpindahan panas secara konveksi alami pada MRF dapat ditinjau dari kajian yang telah ada pada fluida magnet lainnya. Dalam kajian mengenai ERF, Yoshikawa dkk. menyelidiki konveksi termal dalam lapisan fluida dielektrik antara dua plat pararel di bawah situasi microgravity dengan medan listrik bolak-balik dan gradien suhu. Mereka menunjukkan bahwa ketidakseragaman gravitasi listrik yang timbul dari variasi finit dan permitivitas juga mempengaruhi parameter kritis Rayleigh number elektrik dan wavenumber sebagai fungsi dari variasi termal permitivitas listrik [46]. Siddheshwar dkk. meneliti pengaruh variabel viskositas dan modulasi suhu pada Rayleigh linier dan stabilitas elektro-konvektif Benard dari cairan dielektrik Newtonian. Mereka mengemukakan bagaimana pengaruh variabel viskositas mengontrol timbulnya konveksi, dan disimpukan bahwa cairan dielektrik untuk sistem telah didestabilisasi untuk nilai frekuensi modulasi yang lebih kecil [47]. Hal serupa mengenai pengaruh pembentukan atau penyerapan panas internal pada Rayleigh konveksi Bernad dalam fluida dielektrik non-Newtonian dengan Heat Fluks Maxwell Cattaneo telah diselidiki oleh Mahanthesh dkk. Ditemukan bahwa semakin tinggi kekuatan medan listrik, semakin kurang stabil sistem karena peningkatan destabilisasi energi elektrostatis ke sistem. Kehadiran medan listrik memfasilitasi perpndahan panas secara lebih efektif dan karenanya mempercepat terjadinya elektrokonveksi pada nilai yang lebih rendah dari bilangan Rayleigh [48]. Wang dan Mujumdar [49] mengkaji studi terbaru tentang konveksi pada nanofluida dan disimpulkan bahwa telah banyak kajian tentang aliran fluida namun perhatian lebih ke konduktivitas termal dari pada karakteristik perpindahan panas nanofluida dalam gaya paksa dan konveksi bebas mengalir. Polidori dkk. [50] mengunakan integral pendekatan formalisme untuk menyelidiki transfer panas konveksi alami nanofluida Newtonian dalam lapisan batas luar laminar. Studi tersebut mencatat bahwa peningkatan perpindahan panas konveksi pada nanofluida tidak hanya dari konduktivitas termal, tetapi ada faktor lain yang berkontribusi. Yang dkk. [51] menyelidiki koefisien perpindahan panas konvektif dari grafit nanofluida yang diukur di bawah aliran laminar dalam tabung horizontal penukar panas. Hasil menunjukkan bahwa nanopartikel grafit meningkatkan koefisien perpindahan panas dari sistem fluida aliran laminar. Sunil dkk. menyelidiki secara teoritis tentang pengaruh viskositas pada konveksi termal fluida feromagnetik yang tergantung pada medan magnet dengan adanya partikel tersuspensi. Metode yang digunakan yaitu menggunakan analisis stabilitas linier dan metode analisis mode normal. Mereka mengamati bilangan Rayleigh termal magnetik kritis berkurang Tabel 5. MRF Versus ERF [45], [52], [53]. Fitur MRF ERF Tegangan Maksimum Sumber Daya Listrik Waktu Merespon Bidang Operasional Kepadatan Energi Stabilitas Suhu Operasional 50-100 kPa 2-24 V @ 1-2 A Beberapa milidetik ~250 kA/m 0,1 J/cm 3 ## Bagus -40°C sampai +150°C 2-5 kPa 2-5 Kv @ 1-10 Ma Beberapa milidetik ~4 kV/mm 0,001 J/cm 3 ## Buruk -25°C sampai +125°C Tabel 6. MRF Versus Ferrofluid [45], [52], [53]. Fitur MRF Ferrofluid Faktor energi λ Tegangan Maksimum Ukuran Partikel Bahan Partikel Fraksi dari Volume Stabilitas Kegunaan >1 100 kPa Beberapa µm Besi karbonil Sampai 50% Sedang Kontrol tegangan geser <1 10 kPa Beberapa mm Oksida besi Sampai 10% Bagus Kontrol aliran fluida berkurang semata-mata karena kapasitas panas cairan bersih ditambah dengan partikel debu [54]. Gambar 6 menunjukkan parameter stabilitas kritis, N c berkurang dengan adanya partikel debu karena kapasitas panas fluida bersih ditambah dengan partikel tersuspensi (debu). Gambar 6. Variasi kritis bilangan Rayleigh magnetik (N c ) dengan parameter magnetisasi (M 3 ) untuk h 1 = 3; δ = 0,01 untuk kurva 1, δ = 0,03 untuk kurva 2, δ = 0,05 untuk kurva 3, δ = 0,07 untuk kurva 4, δ = 0,09 untuk kurva 5 [54]. Eksperimen teoritis tentang konduktivitas termal telah dilaporkan. Krakov dkk menyelidiki pengaruh orientasi relatif dari gradien suhu dan medan magnet pada konveksi termomagnetik dalam rongga persegi [55]. Gambar 7 menjelaskan ketergantungan perpindahan panas (Nusselt number) pada intensitas medan magnet (Grashoff number). Gambar 7. Ketergantungan perpindahan panas pada intensitas medan magnet (Grm ) [55]. (a) (b) Gambar 8. Nu av diplot sehubungan dengan (a) kekuatan dipol magnet (tiga kurva sesuai dengan kasus saat ∆T=75, 50 dan 25 K) dan (b) perbedaan suhu di seluruh rongga (tiga kurva sesuai tiga set kekuatan dipol magnet m =9.35, 29.6, dan 93.5 A m). Untuk semuakasus, h=4 cm dan η=0,007 N s/ m 2 [56]. Ganguly dkk. mensimulasikan konveksi termomagnetik bebas dan paksa dengan mempertimbangkan medan magnet dua dimensi yang mirip dengan yang dibuat oleh sumber garis dipole praktis. Gambar 8 menunjukkan bahwa perpindahan panas konvektif berhubungan dengan posisi relatif dari dipole dan meningkat dengan intensitas medan magnet [56]. Karakteristik konveksi termomagnetik zat besi (Fe 3 O 4 ) pada magnet permanen di saluran penutup diteliti secara numerik oleh Lee dkk [57]. Mereka menemukan bahwa konveksi termomagnetik dari fluida bergantung pada medan magnet internal dilakukan secara numerik dengan mengubah saluran penutup. Gaya magnetoforetik (MAP) memainkan peran penting dalam mempromosikan perpindahan panas dengan membentuk daerah resirkulasi. Saat kekuatan MAP meningkat, ukuran pusaran me ningkat. Melalui studi ini, dipastikan bahwa saluran (a) (b) Gambar 9. (a) Konveksi Heat Fluks dalam Semua Kasus dan (b) Suhu Rata-Rata Akibat Konveksi Heat Fluks dalam Semua Kasus [57]. penutup dan medan magnet mempengaruhi karakteristik konveksi termodinamika dari fluida besi. Hal ini mewujudkan kinerja perpindahan panas yang efektif melalui medan magnet dan desain saluran [57]. Gambar 9 (a) menunjukkan konveksi heat flux untuk semua kasus. Panas di tengah saluran selungkup disebarkan oleh kekuatan MAP. Oleh karena itu, aliran panas konvektif meningkat dengan meningkatnya kekuatan medan magnet. Heat flux konvektif tertinggi diperoleh jika bentuk aluran adalah lingkaran. Suhu rata-rata saluran menurut aliran panas konveksi ditunjukkan pada Gambar 9 (b). Saat fluks panas konvektif meningkat, suhu rata-rata meningkat. Studi secara numerik tentang konveksi campuran ferrofluid dalam selungkup persegi yang digerakkan tutup yang dipanaskan sebagian telah dipelajari oleh Selimefendigil dkk. [58]. Perasamaan yang mengatur elemen hingga sisa tertimbang diselesaikan dengan metode Galerkin. Pengaruh angka Richardson (antara 0,01 dan 100), lokasi pemanas (antara 0,25H dan 0,75H), kekuatan dipol magnet (antara 0 dan 4), dan lokasi horizontal sumber dipol magnet (antara -2H dan 0,5H) pada aliran fluida dan perpindahan panas diselidiki secara numerik. Dari kajian yang didapatkan, diketahui bahwa perpindahan panas lokal dan rata-rata menurun dengan meningkatnya bilangan Ricardson dan kekuatan dipol magnet. Bidang aliran dan karakteristik termal sensitif terhadap kekuatan sumber dipol magnet dan posisinya serta lokasi pemanasnya [58]. ## Model Matematika Dalam menentukan perpindahan panas secara konveksi pada MRF dapat ditinjau dari mekanisme perhitungan pada nanofluid . Gambar 10 menampilkan diagram skematik dua dimensi. Sumber panas terletak di dinding bawah selungkup yang di isolasi secara termal. Selungkup dinding vertikal dan dinding atas horizontal dipertahankan pada suhu yang relatif rendah (T C ). Gambar 10. Diagram skematik. Persamaan kontinuitas, momentum dan energi untuk konveksi alami laminar dan kondisi stabil pada tempat dua dimensi dapat ditulis dalam bentuk dimensi sebagai berikut [59]: 𝜕𝑢 𝜕𝑥 + 𝜕𝑣 𝜕𝑦 = 0 (1) u 𝜕𝑢 𝜕𝑥 + 𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑦 = 1 𝜌𝑛𝑓 [− 𝜕𝑝 𝜕𝑥 + µ nf ( 𝜕2𝑢 𝜕𝑥2 + 𝜕2𝑢 𝜕𝑦2 )] (2) u 𝜕𝑢 𝜕𝑥 + 𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑦 = 1 𝜌𝑛𝑓 [− 𝜕𝑝 𝜕𝑥 + µ nf ( 𝜕2𝑢 𝜕𝑥2 + 𝜕2𝑢 𝜕𝑦2 ) + (𝜌𝛽) nf 𝑔(𝑇 − 𝑇 𝐶 ] (3) u 𝜕𝑢 𝜕𝑥 + 𝑣 𝜕𝑣 𝜕𝑦 = 𝛼 nf ( 𝜕2𝑇 𝜕𝑥2 + 𝜕2𝑇 𝜕𝑦2 ) (4) di mana, kerapatan efektif nanofluida diberikan sebagai 𝜌 nf = (1 − 𝜙)𝜌 f + 𝜙𝜌 P (5) dan 𝜙 adalah fraksi volume padat nanopartikel. Difusivitas termal dari nanofluida adalah: 𝛼 nf = 𝑘 nf ̸ ( 𝜌𝐶 P ) nf (6) dimana, kapasitansi panas dari nanofluida yang diberikan adalah: ( 𝜌𝐶 P ) nf = (1 − 𝜙) ( 𝜌𝐶 P ) f + 𝜙 ( 𝜌𝐶 P ) P (7) Koefisien muai panas nanofluida dapat ditentukan dengan ( 𝜌𝛽) nf = (1 − 𝜙) ( 𝜌𝛽) f + 𝜙 ( 𝜌𝛽) P (8) Viskositas dinamis efektif dari nanofluida yang diberikan oleh Brinkman [60] adalah: µ nf = µf (1− 𝜙)2.5 (9) Dalam Persamaan (6), k nf adalah konduktivitas termal dari nanofluida, yang untuk nanopartikel sperikal, menurut Maxwell, adalah: 𝑘 nf = 𝑘 f [ (𝑘𝑃 + 2𝑘𝑓) + 2𝜑(𝑘𝑓− 𝑘𝑝) (𝑘𝑃 + 2𝑘𝑓) − 𝜑(𝑘𝑝− 𝑘𝑝) ] (10) dimana, 𝑘 𝑃 adalah konduktivitas termal dari nanopartikel terdispersi dan 𝑘 𝑓 adalah konduktivitas termal dari fluida murni. Persamaan (1)-(4) dapat diubah menjadi bentuk non- dimensi, menggunakan parameter non-dimensi berikut: X = 𝑥 𝐿 , Y = 𝑦 𝐿 , U = 𝑢𝐿 𝛼f , V = 𝑣𝐿 𝛼f , p = 𝑝̅𝐿2 𝛼𝑓 2 𝜌 nf , V = 𝑇−𝑇c 𝛥𝑇 , Ra = 𝑔𝛽f𝐿 3𝛥𝑇 𝑣f 𝛼f , 𝛥𝑇 = 𝑞ˮ𝐿 𝑘f , Pr = 𝑣f 𝛼f (11) Persamaan kontinuitas non-dimensi, momentum dan energi ditulis sebagai berikut: ∂U ∂X + ∂V ∂Y = 0 (12) U ∂U ∂X + 𝑉 ∂V ∂Y = ∂P ∂X + µnf 𝜌nf 𝛼f ( 𝜕2𝑈 𝜕𝑋2 + 𝜕2𝑈 𝜕𝑌2 ) (13) U ∂U ∂X + 𝑉 ∂V ∂Y = ∂P ∂X + µnf 𝜌nf 𝛼f ( 𝜕2𝑈 𝜕𝑋2 + 𝜕2𝑈 𝜕𝑌2 ) + (𝜌𝛽)nf 𝜌nf 𝛽nf Ra Pr θ (14) U ∂U ∂X + 𝑉 ∂V ∂Y = 𝛼nf 𝛼f ( 𝜕2θ 𝜕𝑋2 + 𝜕2θ 𝜕𝑌2 ) (15) Kondisi batas yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan (12)-(15) adalah sebagai berikut: U = V = 0 dan θ = 0 untuk X = 0 dan 0 ≤ Y ≤ 1 U = V = 0 dan θ = 0 untuk X = 1 dan 0 ≤ Y ≤ 1 U = V = 0 dan ∂θ ∂Y = 0 untuk Y = 0 dan 0 ≤ X < (D - 0.5B) U = V = 0 dan ∂θ ∂Y = - 𝑘f 𝑘nf untuk Y = 0 dan (D - 0.5B) ≤ X ≤ (D + 0.5B) U = V = 0 dan ∂θ ∂Y = 0 untuk Y = 0 dan (D + 0.5B) ≤ X < 1 U = V = 0 dan θ = 0 untuk Y = 1 dan 0 ≤ X ≤ 1 (16) Nusselt number lokal pada permukaan sumber panas dapat didefinisikan sebagai: 𝑁𝑢 s (X) = ℎ𝐿 𝑘f (17) dimana, h adalah koefisien perpindahan panas konveksi: h = 𝑞ˮ 𝑇s− 𝑇c (18) Menyusun ulang Nusselt number lokal dengan menggunakan dimensi parameter (Persamaan (11)) menghasilkan: 𝑁𝑢 s (X) = 1 θs(X) (19) dimana, θ s adalah suhu sumber panas tak berdimensi. Rata-rata bilangan Nusselt (Nu m ) ditentukan dengan mengintegrasikan Nu s di sepanjang sumber panas. Nu m = 1 𝐵 ∫ 𝑁𝑢 𝑠 𝐷+05𝐵 𝐷−05𝐵 (x)dX (20) ## Diskusi dan Prospek ke depan Sebagai smart material yang sifat fisiknya dapat dengan mudah dikontrol, MRF menarik lebih banyak perhatian lebih banyak belakangan ini. Banyak kajian telah dilaporkan yang berkonsentrasi pada mekanisme dan aplikasi MRF. Berbagai materi MRF bertujuan untuk praktik aplikasi pengembangan, yang menunjukkan potensi aplikasi yang besar [61]. Hal ini membuat MRF harus dapat dimengerti sifat dan mekanismenya, terutama mengenai karakteristik perpndahan panas secara konveksi. Namun, kajian mengenai perpindahan panas secara konveksi belum banyak dilakukan. Sedangkan pada fluida magnet lainnya seperti electroheological fluid , ferrofluid , dan nanofluid telah banyak dilakukan peneitian mengenai perpindahan panas secara konveksi. Dalam berbagai studi yang membandingkan antara MRF dengan fuida magnet lainnya, ternyata keduanya memiliki sifat yag hampir sama. Untuk itu, dapat dimengerti bahwa kajian mengenai perpindahan panas secara konveksi pada MRF dapat dilakukan. Mekanisme studi perpindahan panas secara konveksi dapat dilakukan seperti pada nanofluid dimana sumber panas terletak di bawah dan sumber dingin terletak di atas. Dengan demikian hal ini dapat menjadi kesempatan bagi peneliti untuk melakukan kajian serupa, seperti pada fluida magnet lainnya mengenai perpindahan panas secara konveksi. ## 2. Kesimpulan MRF yang terdiri dari partikel padat, fluida dasar dan aditif merupakan suatu fluida magnet yang dapat diuji perpindahan panas. Berbagai kajian tentang perpindahan panas pada MRF berupa konduktivitas termal telah banyak dilakukan, namun dalam hal ini belum banyak kajian tentang perpindahan panas secara konveksi pada MRF . Sedangkan disisi lain untuk fluida magnet lainnya seperti ferrofluid, nanofluid , maupun ERF telah banyak melakukan kajian tentang perpindahan panas secara konveksi. Perbandingan berbagai fitur dari MRF dengan ERF maupun ferrofluid menunjukkan bahwa MRF lebih unggul. Mekanisme perhitungan perpindahan panas secara konveksi pada nanofluid disajikan sebagai mekanisme perhitungan pada MRF. Hal ini untuk menunjukkan bahwa jika pada ferrofluid, nanofluid , maupun ERF dapat dilakukan studi tentang perpindahan panas secara konveksi, maka pada MRF juga dapat dilakukan kajian yang sama. Daftar Pustaka: [1] J. Wang and G. Meng, “Magnetorheological fluid devices: Principles, characteristics and applications in mechanical engineering,” Proc. Inst. Mech. Eng. Part L J. Mater. Des. Appl. , vol. 215, no. 3, pp. 165–174, 2001, doi: 10.1243/1464420011545012. [2] J. De Vicente, D. J. Klingenberg, and R. Hidalgo-Alvarez, “Magnetorheological fluids: A review,” Soft Matter , vol. 7, no. 8, pp. 3701– 3710, 2011, doi: 10.1039/c0sm01221a. [3] B. J. Park, F. F. Fang, and H. J. Choi, “Magnetorheology: Materials and application,” Soft Matter , vol. 6, no. 21, pp. 5246–5253, 2010, doi: 10.1039/c0sm00014k. [4] K.-I. Jang, E. Nam, C.-Y. Lee, J. Seok, and B.- K. Min, “Mechanism of synergetic material removal by electrochemomechanical magnetorheological polishing,” Int. J. Mach. Tools Manuf. , vol. 70, pp. 88–92, 2013, doi: 10.1016/j.ijmachtools.2013.03.011. [5] H. H. Sim, S. H. Kwon, and H. J. Choi, “Xanthan gum-coated soft magnetic carbonyl iron composite particles and their magnetorheology,” Colloid Polym. Sci. , vol. 291, no. 4, pp. 963– 969, 2013, doi: 10.1007/s00396-012-2816-6. [6] G. Yildirim and S. Genc, “Experimental study on heat transfer of the magnetorheological fluids,” Smart Mater. Struct. , vol. 22, no. 8, 2013, doi: 10.1088/0964-1726/22/8/085001. [7] A. Spaggiari, “Properties and applications of magnetorheological fluids,” Frat. ed Integrita Strutt. , vol. 23, pp. 57–61, 2012, doi: 10.3221/IGF-ESIS.23.06. [8] E. V. Timofeeva, J. L. Routbort, and D. Singh, “Particle shape effects on thermophysical properties of alumina nanofluids,” J. Appl. Phys. , vol. 106, no. 1, 2009, doi: 10.1063/1.3155999. [9] M. S. A. Rahim and I. Ismail, “Review of magnetorheological fluids and nanofluids thermal behaviour,” IOP Conf. Ser. Mater. Sci. Eng. , vol. 100, no. 1, pp. 1–10, 2015, doi: 10.1088/1757-899X/100/1/012040. [10] D. Wang, B. Zi, Y. Zeng, Y. Hou, and Q. Meng, “Temperature-dependent material properties of the components of magnetorheological fluids,” J. Mater. Sci. , vol. 49, no. 24, pp. 8459–8470, 2014, doi: 10.1007/s10853-014-8556-x. [11] Ashour. O.; Rogers. C. A.; Kordonsky. W, “Ashour1996.Pdf,” Journal of Intelligent Material Systems and Structures , vol. 7. pp. 123–130, 1996. [12] V. K. Sukhwani and H. Hirani, “SYNTHESIS AND CHARACTERIZATION OF LOW COST MAGNETORHEOLOGICAL ( MR ) FLUIDS,” vol. 6526, pp. 1–12, 2007, doi: 10.1117/12.720870. [13] J. S. Kumar, P. S. Paul, G. Raghunathan, and D. G. Alex, “A review of challenges and solutions in the preparation and use of magnetorheological fluids,” 2019. [14] S. Materials and W. Wu, “The strengthening effect of guar gum on the yield stress of magnetorheological fluid,” no. August 2006, 2014, doi: 10.1088/0964-1726/15/4/N04. [15] M. S. Cho, S. T. Lim, I. B. Jang, H. J. Choi, and M. S. Jhon, “Encapsulation of Spherical Iron- Particle With PMMA and Its Magnetorheological Particles,” vol. 40, no. 4, pp. 3036–3038, 2004. [16] F. M. B. Dearth, “( 12 ) United States Patent,” vol. 1, no. 12, 2002. [17] I. B. Jang et al. , “Role of organic coating on carbonyl iron suspended particles in magnetorheological fluids Role of organic coating on carbonyl iron suspended particles in magnetorheological fluids,” vol. 912, no. 2005, pp. 8–11, 2014, doi: 10.1063/1.1853835. [18] F. Mrfs, “Experimental Study of Stearic Acid Effect on Stabilization of Magnetorheological Experimental Study of Stearic Acid Effect on Stabilization of Magnetorheological Fluids ( MRFs ),” no. February, 2014. [19] R. Turczyn and M. Kciuk, “Preparation and study of model magnetorheological fluids,” no. April, 2008. [20] O. Access, “Effect of seven different additives on the properties of MR fluids Effect of seven different additives on the properties of MR fluids,” 2009, doi: 10.1088/1742- 6596/149/1/012086. [21] S. E. Premalatha, R. Chokkalingam, and M. Mahendran, “Magneto Mechanical Properties of Iron Based MR Fluids,” vol. 2, no. 4, pp. 50–55, 2012, doi: 10.5923/j.ajps.20120204.01. [22] R. Hills and S. M. Yurgelevic, “( 12 ) United States Patent -A- WITHOUT ADDITIVES,” vol. 2, no. 12, 2003. [23] M. J. Hato, H. J. Choi, H. H. Sim, B. O. Park, and S. S. Ray, “Magnetic Carbonyl Iron Suspension with Organoclay Additive and Its Magnetorheological Properties,” pp. 1–33. [24] R. Cited and P. E. Bonner, “United States Patent (19),” no. 19, 1997. [25] R. T. Foister, “( 12 ) United States Patent,” vol. 1, no. 12, 2002. [26] L. A. Powell and N. M. Wereley, “Journal of Intelligent Material Systems and,” no. June, 2013, doi: 10.1177/1045389X13476153. [27] C. Sarkar and H. Hirani, “Synthesis and Characterization of Antifriction Magnetorheological Fluids for Brake,” vol. 63, no. 4, pp. 408–412, 2013, doi: 10.14429/dsj.63.2633. [28] M. A. Portillo and G. R. Iglesias, “Magnetic Nanoparticles as a Redispersing Additive in Magnetorheological Magnetic Nanoparticles as a Redispersing Additive in,” no. January, 2017, doi: 10.1155/2017/9026219. [29] A. Grunwald and A. G. Olabi, “Sensors and Actuators A : Physical Design of magneto- rheological ( MR ) valve,” vol. 148, pp. 211– 223, 2008, doi: 10.1016/j.sna.2008.07.028. [30] M. Mrlík, M. Ilčíková, V. Pavlínek, J. Mosnáček, P. Peer, and P. Filip, “Improved thermooxidation and sedimentation stability of covalently-coated carbonyl iron particles with cholesteryl groups and their influence on magnetorheology,” J. Colloid Interface Sci. , vol. 396, pp. 146–151, 2013, doi: 10.1016/j.jcis.2013.01.027. [31] F. F. Fang, M. S. Yang, and H. J. Choi, “Novel magnetic composite particles of carbonyl iron embedded in polystyrene and their magnetorheological characteristics,” IEEE Trans. Magn. , vol. 44, no. 11 PART 2, pp. 4533– 4536, 2008, doi: 10.1109/TMAG.2008.2001665. [32] H. B. Cheng, L. Zuo, J. H. Song, Q. J. Zhang, and N. M. Wereley, “Magnetorheology and sedimentation behavior of an aqueous suspension of surface modified carbonyl iron particles,” J. Appl. Phys. , vol. 107, no. 9, pp. 3– 6, 2010, doi: 10.1063/1.3358613. [33] R. U. S. A. Data, “United States Patent ( 19 ),” vol. M, no. 5, pp. 56–63, 1999. [34] I. Y. Forero-Sandoval, A. Vega-Flick, J. J. Alvarado-Gil, and R. A. Medina-Esquivel, “Study of thermal conductivity of magnetorheological fluids using the thermal- wave resonant cavity and its relationship with the viscosity,” Smart Mater. Struct. , vol. 26, no. 2, 2017, doi: 10.1088/1361-665X/26/2/025010. [35] M. S. A. Rahim, I. Ismail, S. B. Choi, W. H. Azmi, and S. N. Aqida, “Thermal conductivity enhancement and sedimentation reduction of magnetorheological fl uids with nano-sized Cu and Al additives.” [36] J. Maroofi and S. H. Hashemabadi, “Experimental and numerical investigation of parameters influencing anisotropic thermal conductivity of magnetorheological fluids,” Heat Mass Transf. und Stoffuebertragung , vol. 55, no. 10, pp. 2751–2767, 2019, doi: 10.1007/s00231-019-02618-w. [37] V. Sridhara and L. N. Satapathy, “Al 2 O 3 - based nanofluids : a review,” pp. 1–16, 2011. [38] Y. H. Julia, J. F. Renaud, D. J. Ferrand, and P. F. Malbrunot, “Device for automatic thermal conductivity measurements,” Rev. Sci. Instrum. , vol. 48, no. 12, pp. 1654–1657, 1977, doi: 10.1063/1.1134968. [39] R. V. Upadhyay, M. S. Pisuwala, K. Parekh, and K. Raj, “Thermal conductivity of flake-shaped iron particles based magnetorheological suspension: Influence of nano-magnetic particle concentration,” J. Magn. Magn. Mater. , vol. 503, no. January, 2020, doi: 10.1016/j.jmmm.2020.166633. [40] A. Ghaffari, S. H. Hashemabadi, and M. Ashtiani, “A review on the simulation and modeling of magnetorheological fluids,” J. Intell. Mater. Syst. Struct. , vol. 26, no. 8, pp. 881–904, 2015, doi: 10.1177/1045389X14546650. [41] E. C. Nsofor, “Recent Patents on Nanofluids (Nanoparticles in Liquids) Heat Transfer,” Recent Patents Mech. Eng. , vol. 1, no. 3, pp. 190–197, 2010, doi: 10.2174/1874477x10801030190. [42] G. H. R. Kefayati, “Natural convection of ferrofluid in a linearly heated cavity utilizing LBM,” J. Mol. Liq. , vol. 191, pp. 1–9, 2014, doi: 10.1016/j.molliq.2013.11.021. [43] E. Aursand, M. A. Gjennestad, K. Y. Lervåg, and H. Lund, “Potential of enhancing a natural convection loop with a thermomagnetically pumped ferrofluid,” J. Magn. Magn. Mater. , vol. 417, no. May, pp. 148–159, 2016, doi: 10.1016/j.jmmm.2016.05.029. [44] A. Jadhav and T. Ashta, “ER,” no. February, 2017, doi: 10.13140/RG.2.2.35785.34407. [45] A. G. Olabi and A. Grunwald, “Materials & Design Design and application of magneto- rheological fluid,” vol. 28, pp. 2658–2664, 2007, doi: 10.1016/j.matdes.2006.10.009. [46] H. N. Yoshikawa, M. Tadie Fogaing, O. Crumeyrolle, and I. Mutabazi, “Dielectrophoretic Rayleigh-Bénard convection under microgravity conditions,” Phys. Rev. E - Stat. Nonlinear, Soft Matter Phys. , vol. 87, no. 4, pp. 1–7, 2013, doi: 10.1103/PhysRevE.87.043003. [47] P. G. Siddheshwar, D. Uma, and S. Bhavya, “Effects of variable viscosity and temperature modulation on linear rayleigh-bénard convection in newtonian dielectric liquid,” Appl. Math. Mech. (English Ed. , vol. 40, no. 11, pp. 1601–1614, 2019, doi: 10.1007/s10483-019- 2537-9. [48] B. Mahanthesh, S. S. Nagouda, and R. Keerthi, “nard convection in a Rayleigh – B e non- Newtonian dielectric fluid with Maxwell – Cattaneo law under the effect of internal heat generation / consumption,” 2019, doi: 10.1108/MMMS-09-2019-0174. [49] X. Q. Wang and A. S. Mujumdar, “Heat transfer characteristics of nanofluids: a review,” Int. J. Therm. Sci. , vol. 46, no. 1, pp. 1–19, 2007, doi: 10.1016/j.ijthermalsci.2006.06.010. [50] G. Polidori, S. Fohanno, and C. T. Nguyen, “A note on heat transfer modelling of Newtonian nanofluids in laminar free convection,” Int. J. Therm. Sci. , vol. 46, no. 8, pp. 739–744, 2007, doi: 10.1016/j.ijthermalsci.2006.11.009. [51] Y. Yang, Z. G. Zhang, E. A. Grulke, W. B. Anderson, and G. Wu, “Heat transfer properties of nanoparticle-in-fluid dispersions (nanofluids) in laminar flow,” Int. J. Heat Mass Transf. , vol. 48, no. 6, pp. 1107–1116, 2005, doi: 10.1016/j.ijheatmasstransfer.2004.09.038. [52] J. D. Carlson, “Journal of Intelligent Material Systems and Structures What Makes a Good MR Fluid ?,” 2002, doi: 10.1106/104538902028221. [53] M. R. Jolly, J. W. Bender, J. D. Carlson, and Lord Drive, “Properties and Applications of Commercial Magnetorheological Fluids.” [54] Sunil, A. Sharma, and R. G. Shandil, “Effect of magnetic field dependent viscosity on ferroconvection in the presence of dust particles,” J. Appl. Math. Comput. , vol. 27, no. 1–2, pp. 7–22, 2008, doi: 10.1007/s12190-008- 0055-2. [55] M. S. Krakov and I. V. Nikiforov, “To the influence of uniform magnetic field on thermomagnetic convection in square cavity,” J. Magn. Magn. Mater. , vol. 252, no. 1-3 SPEC. ISS., pp. 209–211, 2002, doi: 10.1016/S0304- 8853(02)00653-4. [56] R. Ganguly, S. Sen, and I. K. Puri, “Thermomagnetic convection in a square enclosure using a line dipole,” Phys. Fluids , vol. 16, no. 7, pp. 2228–2236, 2004, doi: 10.1063/1.1736691. [57] M. Lee and Y. J. Kim, “Thermomagnetic convection of ferrofluid in an enclosure channel with an internal magnetic field,” Micromachines , vol. 10, no. 9, pp. 2–9, 2019, doi: 10.3390/mi10090553. [58] F. Selimefendigil and A. J. Chamkha, “Ferrofluid convection in a lid-driven cavity,” Defect Diffus. Forum , vol. 388, pp. 407–419, 2018, doi: 10.4028/www.scientific.net/DDF.388.407. [59] S. M. Aminossadati and B. Ghasemi, “Natural convection cooling of a localised heat source at the bottom of a nanofluid-filled enclosure,” Eur. J. Mech. B/Fluids , vol. 28, no. 5, pp. 630–640, 2009, doi: 10.1016/j.euromechflu.2009.05.006. [60] H. C. Brinkman, “The viscosity of concentrated suspensions and solutions,” J. Chem. Phys. , vol. 20, no. 4, p. 571, 1952, doi: 10.1063/1.1700493. [61] Y. Xu, X. Gong, Q. Wan, T. Liu, and S. Xuan, “Magneto-sensitive smart soft material and magnetorheological mechanism,” Adv. Mech. , vol. 45, no. 1, pp. 461–495, 2015, doi: 10.6052/1000-0992-15-010.
95e3f54e-5792-49d7-b7aa-fb287d3446d9
https://ejournal.unia.ac.id/index.php/dirosat/article/download/969/699
## IMPLEMENTASI TADARRUS MUWAJJAH DALAM MENINGKATKAN BACA AL- QUR’AN MAHASISWI INTENSIF Izzat Amini Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Email: [email protected] Nurul Hasanah Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Email: [email protected] Luthfatul Qibtiyah Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan Email: [email protected] Abstrak: Ilmu tajwid merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang kaidah dan tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik yang bertujuan menjaga kita dari kesalahan membaca Al-Qur’an. Karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan, kendala dan solusi dari pelaksanaan tadarrus muwajjah dalam meningkatkan baca Al-Qur’an mahasiswi intensif semester III di IDIA Prenduan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi lapangan. Hasil penelitian ini yaitu: 1) bentuk pelaksanaan tadarrus muwajjah dimulai dengan membaca do’a, mudabbiroh menanyakan materi lalu, menyimak bacaan Al-Qur’an dan menanyakan hukum tajwid kepada peserta didik, serta memperbaiki bacaan Al-Qur’annya, dan yang terakhir ditutup dengan membaca do’a khotmil Qur’an. 2) Kendala serta solusi dari pelaksanaan kegiatan tersebut, yakni: a) perspektif mudabbiroh, waktu yang kurang efektif dan kurangnya minat belajar peserta didik. Solusi untuk mengatasinya adalah mudabbiroh datang tepat waktu serta memotivasi peserta didik agar semangat belajar dengan cara memilih strategi belajar yang cocok bagi peserta didik. b) Perspektif peserta didik, waktu yang kurang efektif dan kurangnya kesiapan belajar. Solusinya yaitu mengatur waktu sebaik mungkin dengan memanfaatkan waktu luang untuk belajar ilmu tajwid dan mengaji bersama teman atau senior yang berkompeten, serta muroja’ah materi lalu sebelum kegiatan dimulai. Kata Kunci: Baca Al-Qur’an; Mahasiswi Intensif; Mudabbiroh; Tadarrus Muwajjah Abstract: The science of recitation is a science about the rules and procedures for reading the Qur'an properly which aims to keep us from reading the Qur'an incorrectly. Therefore, this study aims to find out how the implementation, constraints and solutions of the implementation of lead recitation in improving the reading of the Qur'an for female intensive students in the third semester at IDIA Prenduan. This research uses a qualitative approach with the type of field study research. The results of this study are: 1) the form of the implementation of lead recitation begins with reading a prayer, mudabbiroh asking for the previous material, listening to the reading of the Qur'an and asking students the law of recitation, and improving the reading of the Qur'an, and the last closed by reading the prayer khotmil Qur'an. 2) Obstacles and solutions from the implementation of these activities, namely: a) The perspective of mudabbiroh, less effective time and lack of interest in learning by students. The solution to overcome this is for the supervisor to come on time and motivate students to be enthusiastic about learning by choosing learning strategies that are suitable for students. b) The perspective of students, less effective time and lack of readiness to learn. Keywords: Reading Qur’an; Intensive Students; Mudabbiroh ; Tadarrus Muwajjah Pendahuluan Lembaga pendidikan Islam adalah salah satu tempat atau wadah yang menyelenggarakan pendidikan Islam, dan bertanggung jawab atas pelaksanaannya (Bafadhol, 2017). Sehingga keberadaannya sangat penting dalam mencetak generasi Islam yang baik secara universal ( insan kamil ) (Yakin, 2018), yang memiliki kemampuan intelektualitas tinggi, spiritualitas yang baik, maupun berakhlakul karimah. Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan (IDIA) merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi Islam yang berdiri dibawah naungan Yayasan Al-Amien Prenduan. Saat ini IDIA Prenduan memiliki empat fakultas dan tujuh prodi, yaitu Fakultas Dakwah (prodi BPI dan KPI), Fakultas Tarbiyah (prodi PAI dan PBA), Fakultas Ushuluddin (prodi AFI dan IQT), serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (prodi Perbankan Syariah) (Tim redaktural Warkat, 2021). IDIA Prenduan memiliki tiga program untuk mahasiswanya, yakni program Plus, Reguler, dan Intensif. Mahasiswi program plus adalah mahasiswi yang kuliah di IDIA Prenduan sekaligus menjadi guru pengabdian dilembaga Al-Amien Prenduan seperti di MTA ( Ma’had Tahfidh Al-Qur’an ) dan TMI ( Tarbiyatul Mu’allimien Al-Islamiyah ). Mahasiswi program reguler merupakan mahasiswi seperti pada umumnya yang datang ke kampus untuk mengikuti kegiatan perkuliahan (Fitri & Wahyudi, 2021). Sedangkan mahasiswi program intensif yaitu mahasiswi yang bermukim di asrama atau kuliah sekaligus mondok di IDIA Prenduan dengan mengikuti semua kegiatan pendidikan yang diadakan oleh pondok. Dengan keberagaman daerah dan latar belakang pendidikan mahasiswi Intensif putri, tentunya mereka memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda. Salah satunya kemampuan dalam membaca Al-Qur’an, di mana hal tersebut harus dikuasai oleh setiap mahasiswi intensif putri. Berdasarkan hasil tes mengaji yang sudah dilakukan oleh nyai naibah bidang kesantrian dan bidang keguruan kepada mahasiwi intensif putri, peneliti menemukan beberapa mahasiswi yang dikategorikan belum memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Dalam pendidikan Agama Islam sendiri, mempelajari Al-Qur’an adalah suatu kewajiban. Al-Qur'an merupakan kalam Allah yang berupa mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril as, yang tertulis dalam mushaf dan diriwayatkan kepada kita secara mutawatir. Membacanya merupakan suatu ibadah bagi umat Islam, yang mana diawali dengan surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas (Abdullah, 2014). Fungsi diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW yaitu agar mengajarkan kepada umat manusia, dan sudah menjadi suatu kewajiban bagi kita sebagai generasi penerus bangsa untuk terus meningkatkan pengetahuan tentang kitab suci Al-Qur’an seiring berkembangnya zaman. Karena, terdapat kaidah-kaidah dalam membaca Al-Qur’an yang harus diketahui oleh umat muslim salah satunya ilmu tajwid. Ilmu tajwid menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam membaca Al-Qur’an, karena ilmu tajwid merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang kaidah dan tata cara membaca Al-Qur’an dengan baik yang bertujuan menjaga kita dari kesalahan membaca. Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardu kifayah , akan tetapi membaca Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan ilmu tajwid hukumnya fardu ‘ain (Zarkasyi, 2014). Berdasarkan data yang ditemukan peneliti mengenai kurangnya kemampuan baca Al-Qur’an mahasiswi intensif putri IDIA Prenduan tersebut, maka perlu suatu upaya untuk membimbing dan meningkatkan kemampuan mereka salah satunya yaitu melalui kegiatan tadarrus muwajjah . Tadarrus Muwajjah menjadi tanggung jawab DKM Pi yang dibantu oleh pengurus BEMA Pi bagian MENSYIBA untuk mengetahui, melatih serta meningkatkan kemampuan mereka dalam membaca Al- Qur’an dengan baik dan benar berdasarkan ilmu tajwid. Setiap kelompok tadarrus muwajjah akan dibimbing oleh seorang mudabbiroh atau pengajar yang telah dipilih dari beberapa mahasiswi semester IV dan VI, serta ustadzah setelah melewati tes mengaji. Mahasiswi semester IV dites mengaji oleh Nyai Asmaniah Siroj, M.Pd selaku naibah bidang keguruan, kemudian mahasiswi semester VI dites oleh Nyai Afifah Tidjani, M.Pd selaku naibah bidang kesantrian, dan para ustadzah pengabdian dites oleh Nyai. Hj. Nur Jalilah Dimyati, Lc selaku pengasuh putri di IDIA Prenduan. Sedangkan untuk pembagian kelompok mengaji akan ditentukan oleh ustadzah DKM bagian Peribadatan berdasarkan dari hasil tes mengaji yang telah diberikan. Kegiatan tadarrus muwajjah sendiri dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam seminggu, yaitu pada sabtu, ahad, dan selasa setelah shalat maghrib berjama’ah sampai adzan shalat isya berkumandang. Sedangkan lokasi pelaksanaan tadarrus muwajjah yaitu di musholla serta di depan kamar 1 sampai 6, maupun di depan kamar ustadzah. Di tengah-tengah kesibukan mahasiswi intensif putri IDIA Prenduan dengan berbagai tugas, tidak menyurutkan semangat belajar mereka untuk mengikuti kegiatan tadarrus muwajjah sebagai wadah bagi mereka untuk menuntut ilmu agar dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan peningkatan membaca Al-Qur’an sebelumnya sudah banyak dilakukan. Di antaranya penelitian yang telah dilakukan oleh Jamhuri (2016) yang menjelaskan bahwa penggunaan metode drill dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa yang dibuktikan dari hasil yang diperoleh dalam materi BTQ. Lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati, Nurunnisa dan Husni (2018) yang memaparkan bahwa metode Iqra’ dapat meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an anak usia dini. Selain beberapa metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca Al- Qur’an dibutuhkan juga strategi dalam meningkatkan keterampilan membaca Al- Qur’an (Hariandi, 2019). Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tadarrus muwajjah dalam meningkatkan baca Al-Qur’an mahasiswi intensif putri semester III di IDIA Prenduan dan kendala yang dihadapi serta solusi untuk mengatasi kendala tersebut. ## Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi alamiah ( natural setting ) (Sugiyono, 2019). Peneliti melakukan penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui tentang pelaksanaan tadarrus muwajjah dalam meningkatkan baca Al-Qur’an mahasiswi intensif putri semester III di IDIA Prenduan. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu studi lapangan ( field research ), adalah pengumpulan data yang dilakukan peneliti secara langsung terjun ke lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi (Ahmad & Laha, 2020). Sehingga peneliti mengamati dan berpartisipasi secara langsung ke tempat penelitian. Adapun sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini, yaitu: a) sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara terhadap 5 mudabbiroh tadarrus muwajjah sebagai subjek utama karena sebagai pengajar, 7 mahasiswi semester III selaku peserta didik, kemudian DKM bagian Peribadatan, ketua MENSYIBA, 1 muallimah MENSYIBA yang menjadi penanggung jawab tadarrus muwajjah sebagai subjek untuk mendapatkan data pendukung. b) Sumber data sekunder yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu berupa buku- buku dan jurnal. Teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data model Saldana, Miles dan Huberman, yang mana aktivitas dalam analisis data terdiri dari 3 tahap, yaitu: kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Michael, Miles Matthew B, Huberman A., 2014). ## Hasil Penelitian Dan Pembahasan Bentuk Pelaksanaan Tadarrus Muwajjah dalam Meningkatkan Baca Al- Qur’an Mahasiswi Intensif Putri di IDIA Prenduan Tadarrus muwajjah adalah belajar terpimpin. Yang mana ada seorang tutor yang membimbing dan mengajari peserta didik mengaji, baik itu tentang ilmu tajwid maupun makhorijul huruf dalam membaca Al-Qur’an. Sehingga tujuan dari kegiatan ini yaitu, bisa membuat anak membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai ilmu tajwid, serta dapat mewujudkan cita-cita pondok dalam mencetak generasi mundzirul qoum (pemimpin umat) di tengah-tengah masyarakat kelak ketika mereka lulus dari pondok. Tentunya kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para santri dalam meningkatkan baca Al-Qur’an mereka dari sebelumnya. Kendala yang dihadapi adalah sulit merubah mereka karena sudah menjadi kebiasaan sejak dirumah. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut tergantung dari masing-masing anak, karena mereka memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Selain itu, faktor yang menyebabkan berhasil atau tidak nya adalah minat anak dalam mengikuti kegiatan tersebut. Jika anak semangat dan bersungguh-sungguh dalam belajar maka, guru berpeluang berhasil mengubah mereka menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya, sehingga tujuan dapat tercapai. Kegiatan tadarrus muwajjah merupakan kegiatan wajib yang harus diikuti oleh semua mahasiswi intensif putri yang dilaksanakan setiap malam setelah sholat Maghrib yang bertempat di musholla. Dalam pelaksanaan tadarrus muwajjah , setiap kelompok membentuk halaqah (duduk membentuk lingkaran) dan dipimpin oleh mudabbiroh . Kegiatan ini merupakan sebuah tradisi yang bagus nan mulia dan Islam sangat memuliakannya karena peserta tadarrus merupakan tamu Allah swt dan mereka akan dibangga-banggakan di kalangan penduduk langit, serta para malaikat akan turun untuk memberi rahmat dan kesentosaan (Syarifuddin, 2008). Sedangkan untuk pelaksanaannya sendiri dimulai dengan membaca do’a sebelum mengaji bersama-sama, akan tetapi setiap mudabbiroh berhak menentukan sendiri do’a apa yang akan dibacakan. Kemudian sebelum peserta didik mulai mengaji, mudabbiroh akan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai materi yang telah dijelaskan di pertemuan sebelumnya untuk mengetahui kemampuan mereka dalam memahaminya. Setelah itu santri maju satu per satu untuk mengaji menghadap mudabbiroh yang akan menyimak dan memperhatikan bacaan serta hukum tajwidnya, apabila terdapat kesalahan dalam bacaan maupun hukum tajwidnya maka mudabbiroh akan menegur sehingga anak tersebut dapat mengulangi bacaan ayat tersebut dan memperbaiki kesalahannya. Sedangkan peserta didik lainnya sambil lalu menunggu giliran untuk mengaji mereka juga ikut menyimak. Dengan kegiatan menyimak tersebut, mudabbiroh dapat mengetahui sampai dimana kemampuan anak dalam memahami hukum tajwid. Untuk mengetahui lebih lanjut kemampuan anak tersebut, mudabbiroh juga meminta mereka untuk menyebutkan hukum tajwid yang terdapat dalam ayat yang telah dibaca. Mempelajari ilmu tajwid merupakan suatu ilmu dasar yang harus dikuasai agar kita dapat membaca Al-Qur’an dengan baik, karena ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara kita mengucapkan huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Qur’an dengan tepat, sehingga lafadz dan maknanya terjaga (Ashadiqi, 2020). Oleh karena itu, dalam kegiatan tadarrus muwajjah selain menanyakan hukum tajwid kepada anak, mudabbiroh juga memperbaiki kesalahan mereka dalam mengucapkan makharijul huruf yang kurang tepat dengan cara mencontohkan pengucapan yang benar dan meminta peserta didik untuk mengikutinya. Tadarrus muwajjah ini bertujuan agar anak dapat membaca Al- Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid, serta dapat melafadzkan huruf-huruf hijaiyah dengan tepat. Sebagaimana menurut Abdur Rauf dalam Della Indah Fitriani dan Fitroh Hayati, bahwa kegiatan ini dilakukan dengan talaqqi (bertemu langsung) dan musyafahah (pembetulan bibir saat membaca) dengan berhadapan secara langsung bersama guru (Fitriani & Hayati, 2020). Pelaksanaan tadarrus muwajjah yang terakhir adalah ditutup dengan membaca do’a khotmil Qur’an bersama-sama. Setelah kegiatan belajar selesai, maka peserta didik diizinkan untuk meninggalkan tempat dan bersiap-siap pergi ke musholla untuk melaksanakan shalat isya berjama’ah. Setiap kegiatan pasti memiliki tujuan yang baik, begitu pula dengan diadakannya kegiatan tadarrus muwajjah ini. Kegiatan tadarrus muwajjah bertujuan untuk memperbaiki anak dari kesalahan membaca Al-Qur’an, membimbing dan mengajarkan kepada anak tentang ilmu tajwid serta memperbaiki makhorijul huruf. Tadarrus muwajjah ini juga memiliki beberapa manfaat, baik bagi guru yang membimbing maupun bagi anak yang dibimbing. Salah satu manfaat bagi pendidik adalah guru mengetahui kemampuan anak dalam membaca Al-Qur’an sehingga mereka membutuhkan bimbingan khusus untuk mengatasi kelemahan anak dalam membaca Al-Qur’an. Sedangkan manfaat bagi peserta didik adalah mengurangi kesalahan anak dalam membaca Al-Qur’an, serta melanjutkan pelajaran disekolah pagi ( Dirosah Shobahiyah ) sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan anak. Kendala yang dihadapi serta Solusi untuk Mengatasi Kendala dari Pelaksanaan Tadarrus Muwajjah dalam Meningkatkan Baca Al-Qur’an Mahasiswi Intensif Putri di IDIA Prenduan Dalam pelaksanaan tadarrus muwajjah , terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh mudabbiroh maupun peserta didik, yaitu sebagai berikut: a. Perspektif mudabbiroh Pertama, waktu yang kurang efektif. Salah satu kendala yang banyak dirasakan oleh pengajar tadarrus muwajjah adalah mengenai waktu mengaji yang sedikit karena kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat magrib sampai adzan shalat isya. Sedangkan setiap kelompok terdiri dari 4-6 anak yang tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda, dan cara belajar yang berbeda pula. Seorang guru memiliki peran sebagai demonstrator, yang mana guru harus bisa menyampaikan materi dengan baik sehingga peserta didik dapat memahaminya. Jadi, setiap mudabbiroh harus memiliki strategi pembelajaran yang efektif agar bisa diterima oleh semua anak (Junaedi, 2019). Selain kendala tersebut, bagi mudabbiroh yang menjabat sebagai ustadzah wajib mengikuti rapat mingguan setiap hari sabtu sore dan rapat akan selesai ketika magrib menjelang. Sehingga, terkadang tadarrus muwajjah tidak bisa dilaksanakan karena biasanya ustadzah datang setelah shalat magrib selesai dan keputusan tergantung dari DKM Bagian Peribadatan. Selain itu, beberapa dari mudabbiroh juga terkadang datang terlambat karena alasan tertentu dan hal itu juga dapat mengurangi waktu belajar anak. Pengelolaan waktu mengajar seorang guru sangat berpengaruh terhadap peserta didik, karena apabila gurunya kurang disiplin dalam mengajar maka peserta didik juga akan kurang disiplin dalam belajar. Oleh karena itu, hendaknya seorang guru dapat mengelola waktu dengan baik dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan (Zainuddin, 2019). Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut yaitu mudabbiroh berusaha datang tepat waktu untuk mengajar meski belum maksimal karena beberapa hal. Kedua, kurangnya minat belajar peserta didik. Peserta didik memiliki semangat belajar yang berbeda-beda, anak yang antusias mengikuti kegiatan tadarrus muwajjah akan berkonsentrasi dalam belajar. Namun sebaliknya, anak yang kurang berminat terkadang akan mengacuhkan penjelasan dari mudabbiroh ataupun tidak menyimak temannya yang sedang mengaji. Hal ini lah yang seringkali menjadi kendala mudabbiroh , sehingga harus ada metode mengajar yang kreatif agar dapat menarik perhatian atau minat belajar anak. Minat merupakan suatu kecenderungan jiwa terhadap sesuatu sehingga memiliki perasaan senang, kesungguhan, memperhatikan, serta adanya motif untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini menjadi salah satu faktor utama untuk mencapai tujuan dalam kegiatan tadarrus muwajjah , karena dengan tumbuhnya minat pada diri peserta didik akan melahirkan perhatian untuk belajar dan mengaji dengan tekun, lebih berkonsentrasi, mudah mengingat dan tidak mudah bosan dengan apa yang dipelajarinya (Sirait, 2016). Persoalan ini bukan hanya terjadi dalam kegiatan ini saja, tapi juga menjadi masalah yang belum terpecahkan yang kerap kali terjadi dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, terkadang terdapat beberapa anak yang kurang bersemangat ketika mengkuti kegiatan tadarrus muwajjah , seperti datang terlambat, serta lupa menghafal hafalan yang diberikan mudabbiroh . Upaya yang dilakukan mudabbiroh untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan memotivasi anak agar memiliki semangat belajar kembali dengan cara mengubah strategi belajar yang cocok untuk peserta didik. Menurut Slavin dalam Zafar Sidik dan A. Sobandi, peserta didik yang termotivasi akan mudah untuk diarahkan, memiliki rasa ingin tahu yang besar, serta memiliki semangat belajar untuk mempelajari dan mendengarkan penjelasan guru (Sidik & Sobandi, 2018). b. Perspektif peserta didik Pertama, waktu yang kurang efektif. Mengenai kendala waktu yang kurang efektif juga dirasakan oleh peserta didik, karena jarak waktu tadarrus muwajjah yaitu setelah sholat magrib sampai adzan sholat isya berkumandang, dan biasanya waktu adzan sholat isya tidak menentu. Sedangkan mereka membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk belajar, dan juga kemampuan mereka dalam belajar tentu berbeda-beda. Sehingga anak yang kesulitan memahami materi membutuhkan penjelasan berulang agar dapat dipahami. Waktu efektif adalah waktu yang dipakai untuk beraktifitas atau belajar dengan maksimal. Jika waktu yang ada dimanfaatkan untuk belajar dengan sungguh-sungguh maka hasil belajar siswa akan baik dan akan meningkat (W, 2017). Namun pada kenyataannya, waktu yang digunakan peserta didik untuk mengaji dan belajar ilmu Al-Qur’an pada mudabbiroh tidak bisa memenuhi kepuasan belajar anak. Hal ini lah yang banyak dirasakan oleh peserta didik ketika diwawancarai mengenai kendala yang mereka hadapi. Adapun solusi yang dilakukan peserta didik untuk mengatasi kendala tersebut yaitu berusaha mengatur waktu sebaik mungkin dengan cara memanfaatkan waktu luang untuk belajar ilmu tajwid bersama teman atau senior yang dianggap mampu di luar jadwal kegiatan tadarrus muwajjah . Kedua, kurangnya kesiapan belajar. Setelah peneliti melakukan wawancara kepada beberapa peserta didik, ada beberapa dari mereka yang merasa kurang siap dalam mengikuti kegiatan tadarrus muwajjah karena beberapa tugas yang dimiliki. Sehingga ketika anak diminta untuk mengaji satu per satu ataupun maju menyetorkan hafalan, mereka saling menunjuk satu sama lain agar maju terlebih dahulu. Kesiapan belajar yang tinggi akan membuat peserta didik siap untuk memberikan respon atau jawaban yang ada dalam pelajaran atau siap menerima pelajaran dengan baik. Kesiapan belajar menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar seseorang (Reski & Ilyas, 2019). Karena proses belajar yang disertai dengan adanya kesiapan akan memudahkan mereka untuk menerima dan memahami materi yang disampaikan oleh mudabbiroh serta dapat mendorong peserta didik untuk memberikan respon yang positif dimana keadaan tersebut akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh (Indriastuti & Sutaryadi, 2017). Sedangkan solusi dari peserta didik untuk mengatasi kendala tersebut, yaitu mengaji sesering mungkin di waktu luang agar terbiasa dan lancar dalam membaca Al-Qur’an, ataupun muroja’ah materi lalu sebelum tadarus muwajjah dimulai. Sehingga ketika peserta didik diminta oleh mudabbiroh untuk mengaji atau pun ditanya mengenai materi yang lalu dapat menjawabnya dengan baik dan sudah dalam keadaan siap untuk belajar. ## Kesimpulan Bentuk pelaksanaan tadarrus muwajjah dalam meningkatkan baca Al-Qur’an mahasiswi intensif putri di IDIA Prenduan, yaitu: membaca do’a sebelum mengaji, mudabbiroh menanyakan materi lalu, menyimak bacaan Al-Qur’an dan menanyakan hukum tajwid kepada peserta didik, serta memperbaiki bacaan Al- Qur’annya, kemudian yang terakhir ditutup dengan membaca do’a khotmil Qur’an bersama-sama. Adapun kendala yang dihadapi mudabbiroh dalam kegiatan tadarrus muwajjah ini yaitu: waktu yang kurang efektif, dan kurangnya minat belajar peserta didik. Sedangkan solusi untuk mengatasi kendala tersebut, yakni: mudabbiroh berusaha datang tepat waktu untuk mengajar, serta memotivasi anak agar memiliki semangat belajar kembali dengan cara mengubah strategi belajar yang cocok untuk peserta didik. Sedangkan kendala yang dihadapi oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan tadarrus muwajjah , yaitu: waktu yang kurang efektif, dan kurangnya kesiapan belajar. Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut, yakni: berusaha mengatur waktu sebaik mungkin dengan cara memanfaatkan waktu luang untuk belajar ilmu tajwid bersama teman atau senior yang dianggap mampu di luar jadwal kegiatan tadarrus muwajjah, serta mengaji sesering mungkin di waktu luang agar terbiasa dan lancar dalam membaca Al-Qur’an, ataupun muroja’ah materi lalu sebelum tadarrus muwajjah dimulai. Daftar Pustaka Abdullah, M. (2014). Ulumul Qur’an . Pustaka Belajar. Ahmad, B., & Laha, M. S. (2020). Implementation of Field Studies to Improve Problem Analysis Ability (Case Study in the Student Sociology IISIP YAPIS BIAK). Jurnal Nalar Pendidikan , 8 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.26858/jnp.v8i1.13644 Ashadiqi, M. H. (2020). Aplikasi Pembelajaran Ilmu Tajwid Berbasis Android. Jurnal Rekursif , 8 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.33369/rekursif.v8i1.9641 Bafadhol, I. (2017). Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Edukasi Islami : Jurnal Pendidikan Islam , 06 (11). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30868/ei.v6i11.95 ? CITATIONS ? total citations on Dimensions. Fitri, I., & Wahyudi, H. F. (2021). Prokrastinasi Belajar Mahasantri di Lingkungan Kampus Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien Prenduan. MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial , 5 (1). Fitriani, D. I., & Hayati, F. (2020). Penerapan Metode Tahsin untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia , 5 (1). Hariandi, A. (2019). Strategi Guru dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Alquran Siswa di SDIT Aulia Batanghari. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar , 4 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.22437/gentala.v4i1.6906 Indriastuti, A., & Sutaryadi, dan S. (2017). Pengaruh Kesiapan Belajar Siswa dan Keterampilan Mengajar Guru terhadap Hasil Belajar. Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi Perkantoran , 1 (1). Jamhuri, M. (2016). Penggunaan Metode Drill dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa di SMK Dewantoro Purwosari. Jurnal Al-Murabbi , 1 (2). https://doi.org/https://doi.org/10.35891/amb.v1i2.395 Junaedi, I. (2019). Proses Pembelajaran yang Efektif. JISAMAR (Journal of Information System, Applied, Management, Accounting and Researh , 3 (2). Michael, Miles Matthew B, Huberman A., S. J. (2014). Qualitative Data Analysis . SAGE. Nurhayati, T., Nurunnisa, E. C., & Husni, H. (2018). Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Anak Usia Dini melalui Penerapan Metode Iqra’ (Penelitian Tindakan Kelas di Raudhatul Athfal Daarul Hikmah Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis). Tarbiyat Al-Aulad: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini , 3 (1). https://riset- iaid.net/index.php/TA/article/view/123 Reski, D. J., & Ilyas, A. (2019). Konsep Kesiapan Siswa dalam Mengerjakan Tugas. SCHOULID: Indonesian Journal of School Counseling , 4 (1). Sidik, Z., & Sobandi, A. (2018). Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa melalui Kemampuan Komuniasi Interpersonal Guru. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran , 3 (2). Sirait, E. D. (2016). Pengaruh Minat BelajarTerhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA , 6 (1). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30998/formatif.v6i1.750 Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Sutopo (ed.); Cetakan ke). Alfabeta. Syarifuddin, A. (2008). Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an . Gema Insani Press. Tim redaktural Warkat, A.-A. P. (2021). Warkat 2021 . W, D. I. (2017). Peran Jam Belajar Efektif Siswa di Sekolah dalam Memoderatori Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Scholaria : Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan , 7 (1). Yakin, A. (2018). Spiritualitas dalam Pendidikan Islam Perspektif Muhammad Naquib Al-Attas. MAHAROT: Journal of Islamic Education , 2 (2). Zainuddin. (2019). Peningkatan Efektivitas Guru dalam Pengelolaan Waktu Belajar Siswa di SMP Binaan Kota Lhokseumawe dengan Menggunakan Ceklis Siswa pada Tahun 2019. Serambi Akademica: Jurnal Pendidikan, Sains, Dan Humaniora , 7 (4). Zarkasyi, I. (2014). Pelajaran Tajwid: Vol. XVII . TRIMUTRI PRESS Gontor Ponorogo.
ab6f2218-dcb9-4fe6-a4c0-e07acb04dfb3
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JPPSI/article/download/58204/25751
## JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN SAINS INDONESIA Analisisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA dengan Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Siswa Sekolah Dasar Lalu Ipan Jayakusuma* jayakusumalaluipan @gmail.com Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dan (2) untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Dara kunci yang terdiri dari 20 orang. Teknik pengumpulan data berupa tes dan angket. Teknik analisis data menggunakan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa dengan penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing secara keseluruhan berada pada kategori tinggi untuk aspek interpretasi dan aspek analisis, namun pada indikator atau aspek evaluasi dan inferensi berada pada kategori rendah dan sedang (2) siswa memberikan respon positif pada penerapan metode pembelajaran inkuiri terbimbing baik dalam penyataan positif maupun pernyataan negatif. Kata Kunci: kemampuan berpikir kritis, pendekatan inkuiri terbimbing Guru SDN 1 Senanggalih , Lombok Timur , NTB Corresponding author (*) Abstract: The objectives of this study were (1) to determine the extent of students' critical thinking skills and (2) to determine student responses to the application of the guided inquiry learning approach in science learning. This research was a descriptive quantitative study. The research subjects were fifth grade students at SDN 1 Dara Kunci consisting of 20 students. Data collection techniques in the form of tests and questionnaires. Data analysis techniques use percentages. The results showed that (1) students' critical thinking skills achieved by applying the guided inquiry learning approach as a whole were in the high category for aspects of interpretation and aspects of analysis, but for indicators or aspects of evaluation and inference were in the low and medium categories (2) students giving a positive response to the application of the guided inquiry learning method both in positive statements and negative statements. Keywords: critical thinking skills, guided inquiry approach ## PENDAHULUAN Guru memiliki peran penting sebagai motivator dalam praktik pembelajaran sosial dan emosional di sekolah, kompetensi sosial dan emosional mereka sendiri sangat mempengaruhi siswa mereka. Ruang kelas yang merupakan tempat aktivitas belajar guru dan siswa perlu didukung oleh suasana yang dapat membuat siswa nyaman dalam belajar sehingga secara emosional anak telah siap menerima pelajaran. Hubungan sosial dan emosional ini perlu dikembangkan di sekolah dasar. Jika kita tidak secara akurat memahami hubungan sosial dan emosional guru dan siswa, kita tidak akan pernah dapat sepenuhnya proses pembelajaran (Schonert-Reichl, 2017). Keterlibatan siswa merupakan sebuah kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran (Freeman et al., 2014). Pendekatan pedagogis yang dapat membuat siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran terutama pada mata pelajaran sains dan matematika yakni metode pembelajaran inkuiri terbimbing. Metode berbasis inkuiri, memungkinkan siswa untuk belajar tentang suatu topik melalui penyelidikan dan penemuan secara mandiri (Abd-El-Khalick et al., 2004; Achieve, 2010). Pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing bertujuan untuk menemukan pengetahuan, kemampuan, dan sikap baru melalui penyelidikan siswa yang mandiri terhadap pertanyaan, masalah, yang memiliki jawaban tidak tunggal (Lee et al., 2004). Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan suatu pandangan bahwa dalam pembelajaran siswa diharapkan aktif dalam membangun pengetahuan sendiri berdasarkan kemampuan awal yang dimiliki (Suryono & Hariyanto, 2014). Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yakni memberikan fasilitas baik dalam bentuk materi maupun penyiapan mental siswa sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang menjadi bagian dari pembelajaran konstruktivisme yang memberikan keterlibatan aktif siswa, motivasi siswa, dan memberikan tantangan menghadapi pembelajaran abad 21 (Anggareni et al., 2013; Seranica et al., 2018) Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing karena kegiatan pembelajaran melibatkan kemampuan siswa untuk menyelidiki dan mencari sesuatu terutama yang berkaitan dengan materi sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri. Pembelajaran ini menekankan pada proses menemukan sehingga dapat mendorong keaktifan siswa dalam belajar dan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa terutama kemampuan berpikir kritis karena siswa dapat mengembangkan potensinya (Seranica et al., 2018). Kemampuan berpikir kritis meliputi pencarian kebenaran, Keterbukaan berpikir, sistematis, analitis, kedewasaan, rasa ingin tahu, dan kepercayaan diri (Angeli, 2008). Salah satu jenis berpikir tingkat tinggi yang harus dimiliki oleh peserta didik adalah proses berpikir kritis karena melalui berpikir kritis akan melatih siswa untuk menganalisis suatu masalah dan memecahkan masalah dalam bidang ilmu pengetahuan. Keterampilan berpikir kritis sangat penting dimiliki karena berpikir kritis diperlukan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari (Karim, 2015). Kemampuan berpikir kritis dapat membantu kita dalam mengembangkan pemikiran secara rasional dalam mengatasi permasalahan yang sedang kita hadapi dan mencari serta mengembangkan alternatif pemecahannya. Masalah (Kartimi & Liliasari, 2016). Berpikir kritis sebagai proses yang terarah dan jelas digunakan dalam kegiatan pembelajaran seperti pemecahan masalah dalam pembelajaran, pengambilan keputusan, kemampuan analisis dan penelitian ilmiah (Egok, 2019). Dilansir melalui website https://www.oecd.org, hasil survei PISA tahun 2018 yang berfokus pada kategori kemampuan membaca, sains, dan matematika, menyatakan bahwa skor Indonesia tergolong rendah karena berada di urutan ke-74 dari 79 negara yang mendaftarkan PISA. Secara umum skor penilaian PISA berdasarkan ketiga kategori tersebut disajikan ke dalam Tabel 1. Menurut data OECD, Indonesia konsisten berada di urutan 10 terbawah. Dari ketiga kategori kompetensi, skor Indonesia selalu berada di bawah rata-rata. Pada 2018, sejumlah 12.098 siswa usia 15 tahun yang duduk di kelas 7 atau diatasnya di sekolah-sekolah yang dipilih secara acak dari seluruh Indonesia menjalani dua jam tes di bidang membaca, matematika, dan sains. Tes ini tidak berkaitan langsung dengan kurikulum sekolah di Indonesia, melainkan merupakan tes kompetensi yang hasilnya dapat diperbandingkan secara internasional. Selain itu juga kurikulum merdeka saat ini memfokuskan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam bentuk peningkatan kemampuan literasi dan numerasi. Namun pembelajaran IPA yang dilakukan di sebagian besar sekolah, termasuk sekolah dasar masih menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru dan tidak mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis adalah pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing karena kegiatan pembelajaran melibatkan kemampuan siswa untuk menyelidiki dan mencari sesuatu terutama yang berkaitan dengan materi sehingga siswa dapat merumuskan penemuannya sendiri. Pembelajaran ini menekankan pada proses menemukan sehingga dapat mendorong keaktifan siswa dalam belajar dan dapat menumbuhkan kemampuan berpikir siswa terutama kemampuan berpikir kritis karena siswa dapat mengembangkan potensinya (Seranica et al., 2018). ## METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dimana penelitian ini dilaksanakan pada objek yang bersifat alamiah. Hubungan antar komponen pada objek tersebut bersifat interaktif (reciprocal) atau saling memengaruhi. Objek dalam penelitian kualitatif merupakan situasi sosial yang berupa tempat ( place ), pelaku ( actors ) dan aktivitas ( activity ) (Spradley, 2016). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Dara Kunci yang berjumlah 20 orang yakni laki-laki sebanyak 7 orang dan perempuan sebanyak 13 orang. Adapun objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dengan menerapkan metode pembelajaran inkuiri terbimbing pada muatan pelajaran IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen angket dan tes yang terdiri dari 5 soal uraian. Adapun indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Komponen Indikator Menafsirkan/ interpretasi Memahami masalah yang ditunjukkan dengan menulis diketahui maupun yang ditanyakan soal dengan tepat. Mengidentifikasi Mengidentifikasi hubungan-hubungan antara pernyataan-pernyataan, pertanyaan-pertanyaan, dan konsep-konsep yang diberikan dalam soal yang ditunjukkan dengan membuat model matematika dengan tepat dan memberi penjelasan dengan tepat. Menganalisis Menggunakan strategi yang tepat dalam menyelesaikan soal, lengkap dan benar dalam melakukan perhitungan. Menyimpulkan Membuat kesimpulan dengan tepat Adopsi dari (Facione et al., 2016) Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan dua instrumen yakni tes untuk melihat tingkat kemampuan berpikir kritis siswa yang diambil dengan memberikan soal kepada siswa dan instrumen angket diberikan setelah akhir pembelajaran untuk melihat persepsi siswa terhadap metode pembelajaran yang diterapkan. Opsi dalam pernyataan angket terdiri dari 4 kategori yakni Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Berdasarkan teknik dan instrumen pengumpulan data yang digunakan, data utama dikumpulkan berupa skor (interval) kemampuan berpikir kritis, meliputi kemampuan menafsirkan, mengidentifikasi, menganalisis, dan menarik kesimpulan. Sedangkan untuk memperkuat penafsiran pada fenomena yang terjadi peneliti melakukan wawancara untuk menggali informasi sejauh mana kemampuan siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya. Untuk mendapatkan skor kemampuan berpikir kritis siswa SDN 1 Dara Kunci pada muatan IPA dilakukan penskoran pada masing-masing butir soal. Kriteria dalam penskoran instrumen yang digunakan adalah skor rubrik yang dimodifikasi dari (Facione et al., 2016) ## Tabel 2. Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Indikator Keterangan Skor Menafsirkan/interpretasi Jika siswa menuliskan apa yang diketahui atau kata kunci dari soal yang diberikan Jika siswa tidak menuliskan apa yang diketahui atau kata kunci dari soal yang diberikan 2 0 Mengidentifikasi Jika siswa membuat uraian atau langkah-langkah untuk menyelesaikan soal Jika siswa tidak Membuat uraian atau langkah-langkah untuk menyelesaikan soal 2 0 Analisis atau Menggunakan strategi yang tepat Jika siswa menggunakan strategi yang tepat dan benar Jika siswa tidak menggunakan strategi yang tepat dan benar 4 0 Menarik kesimpulan Jika siswa membuat kesimpulan Jika siswa tidak membuat kesimpulan 2 0 Untuk menentukan nilai akhir dari masing-masing siswa, digunakan persamaan sebagai berikut. Nilai persentase = x100% 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 ## 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 Dengan kriteria kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan PAP tipe 1 (Masidjo, 1995) sebagai berikut: Tabel 3. Kategori persentase kemampuan berpikir kritis Tingkat penguasaan kompetensi Kriteria 90% - 100% Sangat tinggi 80% - 89% Tinggi 65% - 79% Sedang 55% - 64% Rendah < 55% Sangat rendah Untuk melihat respon siswa terhadap implementasi dari metode pembelajaran inkuiri terbimbing menggunakan angket tertutup. Penskoran terhadap alternatif respon mulai dari sangat tidak setuju dengan skor 1, tidak setuju diberikan skor 2, setuju diberikan skor 3 dan sangat setuju diberikan skor 4. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menghitung total respon siswa tiap item pernyataan. Selanjutnya respons siswa berdasarkan angket yang telah diisi selanjutnya dikategorikan dalam rentang skala likert dengan rumus sebagai berikut: 𝑅𝑆 = 𝑛 (𝑚−1) 𝑚 Di mana RS : rentang skala n : jumlah sampel m : jumlah alternatif jawaban Sehingga didapatkan tentang skala yang digunakan sebagai berikut: Jumlah sampel = 20 Skor terendah = 20 x 1 = 20 Skor tertinggi = 20 x 4 = 80 𝑅𝑆 = 20 (4−1) 4 = 60 4 = 15 Maka rentang skala yang diperoleh, disajikan pada tabel berikut. Tabel 4. Rentang skor respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran Rentang Kategori 20 - 35 Sangat tidak baik/negatif 36 - 51 Tidak baik/negatif 52 - 67 Baik/positif 68 - 80 Sangat bagus/sangat positif Data yang berupa skor tes pada kemampuan berpikir kritis dianalisis berdasarkan rubrik yang telah tentukan. Selanjutnya data yang dikumpulkan baik data skor tes kemampuan berpikir kritis maupun skor angket persepsi siswa terhadap metode pembelajaran yang ditetapkan dianalisis dengan teknik deskriptif berdasarkan persentase, kemudian data-data tersebut diuraikan dalam bentuk kualitatif dan selanjutnya disimpulkan. Pada tahap akhir analisis, dilakukan pemeriksaan keabsahan data, dimana hasil akhir atau kesimpulan dinyatakan kredibel jika data yang disajikan, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes dan kuesioner yang terdiri dari 20 orang responden diperoleh nilai dari uji statistik deskriptif yang terdiri dari persentase dari masing-masing jawaban dan pernyataan. Adapun data tes kemampuan berpikir kritis dengan penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa SDN 1 Dara Kunci pada masing-masing indikator sebagai berikut: Tabel 5. Persentase kemampuan berpikir kritis per indikator No Indikator kemampuan berpikir kritis Persentase (%) Kategori 1 Interpretasi 82,5 Tinggi 2 Analisis 85 Tinggi 3 Evaluasi 61,25 Rendah 4 Inferensi 75 Sedang Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan interpretasi dan analisis siswa terhadap soal yang diberikan berada pada kategori tinggi hal ini berarti bahwa kemampuan siswa memahami soal sudah cukup baik, namun pada kemampuan mengevaluasi yakni kemampuan siswa dalam menemukan strategi atau alternatif penyelesaian pada masing-masing soal masih tergolong rendah sedangkan kemampuan siswa dalam mengambil kesimpulan dari permasalahan yang diberikan berada pada kategori sedang. ## Tabel 6. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa per Indikator Tingkat penguasaan kompetensi Kategori Indikator/Jumlah siswa Interpretasi Analisis Evaluasi Inferensi f % f % f % f % 90% - 100% Sangat tinggi 16 80% 6 30% 3 15% 5 25% 80% - 89% Tinggi 3 15% 5 25% 6 30% 8 40% 65% - 79% Sedang 1 5% 8 40% 7 35% 4 20% 55% - 64% Rendah 0 0% 1 5% 2 10% 2 10% < 55% Sangat rendah 0 0% 0 0% 2 10% 1 5% Jumlah 20 100% 20 100% 20 100% 20 100% Tabel di atas menunjukkan penyebaran tingkat penguasaan kompetensi pada kemampuan berpikir kritis untuk masing-masing indikator. Persentase terbesar yang dimiliki oleh siswa adalah kemampuan menginterpretasi soal yang diberikan dengan persentase sebesar 80% dengan jumlah siswa 16 orang, sedangkan persentase kompetensi kemampuan berpikir kritis pada indikator evaluasi terdapat 2 orang siswa pada kategori sangat rendah dan 1 orang siswa pada indikator inferensi berada pada kategori sangat rendah. dari keseluruhan indikator kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori sedang dengan persentase 40% pada indikator analisis dan 35% pada indikator evaluasi. Tabel 7. Rekapitulasi Respon Siswa terhadap metode pembelajaran inkuiri terbimbing No Pernyataan Jumlah jawaban Jumlah Skor Kategori SS S TS STS 1 Saya senang dengan cara bapak guru mengajar 1 15 4 0 57 Setuju 2 Saya cepat mengerti pelajaran jika dikaitkan dengan kehidupan nyata 5 12 3 0 62 Setuju 3 Saya lebih mudah menyelesaikan soal-soal yang diberikan 2 11 5 2 53 Setuju 4 Dengan metode yang diterapkan saya termotivasi menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan 6 13 1 0 65 Setuju No Pernyataan Jumlah jawaban Jumlah Skor Kategori SS S TS STS 5 Saya kurang suka belajar dengan cara berkelompok 0 0 17 3 35 Sangat tidak setuju 6 Metode yang diterapkan membosankan 0 0 17 3 37 Tidak setuju Tabel di atas memberikan gambaran bahwa siswa memiliki respon positif terhadap penerapan metode inkuiri terbimbing hal ini terlihat dari hasil rentang skor angket angket yang disebarkan kepada siswa pada kategori setuju untuk pernyataan positif. Begitu juga pada pernyataan negatif siswa memberikan respon positif yakni sangat tidak setuju dan tidak setuju jika dikatakan belajar berkelompok dalam metode pembelajaran inkuiri terbimbing membosankan. ## Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas terlihat bahwa penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing pada aspek interpretasi dan analisis berada pada kategori tinggi hal ini diakibatkan siswa termotivasi belajar dengan kontekstual dan menemukan sendiri penyelesaiannya, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Firdausi et al., (2021); Triyono et al., (2022); Wardani et al., (2022); Wartini (2021). Namun pada aspek evaluasi dan inferensi siswa berada pada kategori rendah dan sedang hal ini disebabkan oleh kurang terbiasanya serta kemampuan kognitif anak yang belum dibiasakan melakukan evaluasi dan memberikan kesimpulan. Kemampuan kognitif merupakan salah satu aspek yang dinilai dalam proses pembelajaran. Kemampuan kognitif anak dalam perkembangannya memiliki beberapa fase yakni tahap sensori ( sensori motor ), tahap praoperasional ( preoperational ), tahap operasi konkret ( concrete operational) , dan tahap operasi formal (formal operational). Perkembangan kognitif anak pada jenjang sekolah dasar berada pada tahap tahap operasi konkret ( concrete operational ) yakni jenjang usia 7 – 11 tahun. Piaget mengemukakan bahwa tahap ini individu ingin mengadakan penyesuaian (adaptasi) dengan lingkungannya secara nyata pada sebuah keseimbangan (ekuilibrium) yaitu antara aktivitas individu terhadap lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi) (Marinda, 2020). Sebuah pembelajaran tentunya menginginkan hasil sebagaimana tujuan yang diharapkan, salah satu penunjang untuk mencapai tujuan tersebut adalah penerapan metode pembelajaran yang dapat memberikan peningkatan pada kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan dengan pelibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk penemuan secara individu maupun secara kelompok pada pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing (Karim, 2015). Penelitian ini juga memberikan hasil sebagaimana yang dikemukakan di atas dimana penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing dapat memberikan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa hal ini terlihat dari aspek interpretasi dan analisis pada indikator kemampuan berpikir kritis menunjukkan kategori tinggi walaupun pada aspek inferensi pada kategori sedang dan aspek evaluasi pada kategori rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kritis pada aspek evaluasi disebabkan oleh kurang terbiasanya siswa menggunakan berbagai macam strategi penyelesaian masalah dan masih terbiasa dengan menghafal. Kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa dikarenakan belum terbiasa, masih mengikuti cara-cara yang dicontohkan oleh guru, dan dalam pembelajaran masih mengandalkan ingatan-ingatan dalam bentuk hafalan dalam memahami masalah yang diberikan dalam pembelajaran (Cahyono, 2017). Hal senada dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Agnafia (2019) bahwa rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa disebabkan oleh tidak terbiasanya siswa dilatih berdasarkan indikator-indikator pada kemampuan berpikir kritis dan masih kurang diterapkannya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Berdasarkan angket persepsi siswa terhadap penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan gambaran bahwa penerapan pendekatan ini memberikan dampak yang positif pada penafsiran siswa. Hal ini terlihat dari rentang skor angket yang disebarkan kepada siswa pada kategori baik untuk pernyataan positif. ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan paparan pada hasil dan pembahasan di atas, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) kemampuan berpikir kritis yang dicapai siswa dengan penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing secara keseluruhan berada pada kategori tinggi untuk aspek interpretasi dan aspek analisis, namun pada indikator atau aspek evaluasi dan inferensi berada pada kategori rendah dan sedang, (2) siswa memberikan respon posistif pada penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing baik dalam penyataan positif maupun pernyataan negatif. Dengan demikian diharapkan kepada guru dalam memilih pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yang salah satunya adalah pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing. ## DAFTAR PUSTAKA Abd-El-Khalick, F., Boujaoude, S., Duschl, R., Lederman, N. G., Mamlok-Naaman, R., Hofstein, A., Niaz, M., Treagust, D., & Tuan, H. L. 2004. Inquiry in science education: International perspectives. Science Education , 88 (3), 397–419. https://doi.org/10.1002/sce.10118 Achieve. 2010. International Science Benchmarking Report Taking the Lead in Science Education : Forging Next-Generation Science Standards Executive Summary . Retrieved from http:// www.achieve.org/files/InternationalScien ceBenchmarkingReport.pdf. Agnafia, D. N. 2019. Analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran biologi. Florea , 6 (1), 45–53. Angeli, C. 2008. Distributed cognition: A framework for understanding the role of computers in classroom teaching and learning. Journal of Research on Technology in Education , 40 (3), 271–279. https://doi.org/10.1080/15391523.2008.1 0782508 Anggareni, N. W., Ristiati, N. P., Widiyanti, N. L. P. M., Studi, P., Sains, P., Pascasarjana, P., & Ganesha, U. P. 2013. Implementasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Pemahaman Konsep IPA Siswa SMP . 3 . Cahyono, B. 2017. Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Memecahkan Masalah Ditinjau Perbedaan Gender. Aksioma , 8 (1), 50. https://doi.org/10.26877/aks.v8i1.1510 Egok, A. S. 2019. Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Dasar , 53 (9), 1689–1699. Facione, P., Gittens, C. A., & Boston. 2016. Think Critically. In Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents . Boston, Pearson Education, Inc. Firdausi, B. W., Yermiandhoko, Y., & Surabaya, U. N. 2021. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar , 11 (2), 229–243. Freeman, S., Eddy, S. L., McDonough, M., Smith, M. K., Okoroafor, N., Jordt, H., & Wenderoth, M. P. 2014. Active learning increases student performance in science, engineering, and mathematics. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America , 111 (23), 8410–8415. https://doi.org/10.1073/pnas.131903011 1 Karim, N. 2015. Critical Thinking Ability of Students in Learning Mathematics Using the Jucama Model in Middle School. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika , 3 (1). Kartimi, & Liliasari. 2016. Pengembangan alat ukur berpikir kritis pada konsep termokimia untuk siswa SMA peringkat atas dan peringkat menengah. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia , 1 (1), 21–26. Lee, O., Hart, J. E., Cuevas, P., & Enders, C. 2004. Professional development in inquiry-based science for elementary teachers of diverse student groups. Journal of Research in Science Teaching , 41 (10), 1021–1043. https://doi.org/10.1002/tea.20037 Marinda, L. 2020. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget Dan Problematikanya Pada Anak Usia Sekolah Dasar. An-Nisa’ : Jurnal Kajian Perempuan Dan Keislaman , 13 (1), 116–152. https://doi.org/10.35719/annisa.v13i1.26 Masidjo. 1995. Penilaian pencapaian hasil belajar siswa di sekolah . Yogyakarta, Kanisius. Schonert-Reichl, K. A. 2017. Social and emotional learning and teachers. Future of Children , 27 (1), 137–155. https://doi.org/10.1353/foc.2017.0007 Seranica, C., Purwoko, A. A., & Hakim, A. 2018. Influence of Guided Inquiry Learning Model to Critical Thinking Skills. Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME) , 8 (1), 28–31. https://doi.org/10.9790/7388-080102283 1 Spradley, J. P. 2016. The Ethnographic Interview. In The SAGE Encyclopedia of Communication Research Methods . Reissued Long Grove, IL: Waveland Press, Inc. https://doi.org/10.4135/9781483381411. n168 Suryono, & Hariyanto. 2014. Belajar dan Pengajaran: Teori dan Konsep Dasar . Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Triyono, Hasan, S., & Tolangara, A. 2022. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Video Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII Pada Materi Sistem Pernapasan di SMP Negeri 9 Halmahera Utara. Jurnal Bioedukasi , 5 (2), 134–141. Wardani, N., Ngazizah, N., & Ratnaningsih, A. 2022. JOTE Volume 4 Nomor 2 Tahun 2022 Halaman 154-163 JOURNAL ON TEACHER EDUCATION Research & Learning in Faculty of Education Penerapan Metode Inquiry Learning dalam Pembelajaran IPA pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa . 4 , 154–163. Wartini, N. W. 2021. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Journal of Education Action Research , 5 (1), 126–132. https://doi.org/10.23887/jear.v5i1.32255
729cf025-1dc0-4c99-b33c-48f53aebee33
https://ojs.ummetro.ac.id/index.php/lentera/article/download/1100/784
## PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK TERHADAP MUTU SEKOLAH DI SMA SE-KECAMATAN PEKALONGAN LAMPUNG TIMUR Yunia Sari Reziki, M. Ihsan Dacholfany SMA Muhammadiyah Pekalongan, Universitas Muhammadiyah Metro Email : [email protected] , [email protected] ## Abstract This research aims to determine the influence of principal’s academic supervision on the quality of the school, the influence of pedagogical competence on the school quality, and the influence of principal’s academic supervision and pedagogical competence collectively to the quality of the school in Senior High School in East Lampung Pekalongan District.The approach in this research is quantitative approach, there are three variables, namely the academic supervision (X 1 ), the pedagogik competence (X 2 ), and the school quality (Y). The population in this research is 79 teachers, while the sample in this research is 44 teachers. The main method of collecting data used is questionnaire or questionnaire. Data analysis techniques in this study using simple linear regression analysis and multiple regression analysis. Keywords : Academic Supervision, Pedagogik Competence, Quality ## PENDAHULUAN Mutu pendidikan tercapai apabila input, proses, output, guru, sarana dan prasarana serta biaya pada seluruh komponen tersebut memenuhi syarat tertentu. Namun dari beberapa komponen tersebut yang lebih banyak berperan adalah tenaga kependidikan yang bermutu yaitu yang mampu menjawab tantangan-tantangan dengan cepat dan tanggung jawab. Sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru dan stakeholder mempunyai tanggung jawab terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Peningkatan mutu pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman, oleh karena itu pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat. Peningkatan mutu pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan selalu berubah seiring dengan perubahan jaman, oleh karena itu pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan masyarakat. Menurut Dacholfany (2017: 10) menjelaskan bahwa dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan, komponen pendidikan yang berupa sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan, visi dan misi yang diinginkan, oleh karena itu, pimpinan lembaga pendidikan berusaha memberikan kepedulian dan perhatian yang serius terhadap pengelolaan sumber daya manusia yang terlibat di dalam lembaga pendidikan tersebut, bukan hanya pendidik dan tenaga kependidikan tetapi juga peserta didik dan orangtua mahasiswa dan masyarakat sebab hanya dengan kesiapan sumber daya manusia yang akan mampu membawa lembaga pendidikan tetap survive dan mampu meningkatkan mutu pendidikan di lembaga pendidikan.a Di antaranya dengan berupaya untuk meningatkan mutu pendidikan guru, yang merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus menerus. Dalam rangka untuk meningkatkan kompetensi guru, maka kepala sekolah melakukan kegiatan supervisi. Karena dengan melaksanakan supervisi maka akan dapat mengetahui kekurangan dan kelemahan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar sehingga memperoleh data yang diperlukan dalam rangka pembinaan guru. Mutu sekolah sering diartikan sebagai karakteristik jasa pendidikan yang sesuai dengan kriteria tertentu untuk memenuhi kepuasan pengguna ( user ) pendidikan, yakni peserta didik, orang tua, serta pihak-pihak berkepentingan lainnya. Dalam menjaga mutu proses tersebut, diperlukan adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala komponen pendukungnya. 1. Rumusan Masalah Penelitian ini rumusan masalahnya adalah (1) Apakah ada pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap mutu sekolah di SMA se-Kecamatan Pekalongan?, (2) Apakah ada pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap mutu sekolah di SMA se- Kecamatan Pekalongan?, (3) Apakah ada pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru secara bersama sama terhadap mutu sekolah di SMA se-Kecamatan Pekalongan? ## 2. Tujuan Penelitian Sedangkan tujuan penelitian yang ingin dicapai secara empiris adalah untuk mengetahui besarnya 1) Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap mutu sekolah, 2) Pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap mutu sekolah, dan 3) Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan kompetensi pedagogik guru secara bersama – sama terhadap mutu sekolah. ## 3. Tinjauan Pustaka Dalam kajian teoritik yang dijadikan sebagai landasan teori dalam tulisan ini merupakan teori tentang mutu sekolah, supervisi akademik dan kompetensi pedagogik. Paparan teori yang mendukung variabel tersebut berikutnya dipaparkan secara berturut-turut pada paragraf berikut: Menurut Rubiah dan Dacholfany, (2016: 207) menerangkan bahwa Supervisi merupakan salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian ( controlling ). Seiring dengan perkembangan dan paradigma kegiatan supervisi adalah kegiatan-kegiatan yang terencana seorang manajer melalui aktivitas bimbingan, pengarahan, observasi, motivasi dan evaluasi pada stafnya dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehari-hari. Pemahaman tentang teori mutu sekolah dipaparkan yang diambil dari pakar manajemen mutu seperti Menurut Sagala (2011: 170) Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat mencakup input, proses, dan output pendidikan. Fattah (2009) mengemukakan upaya peningkatan mutu dan perluasan pendidikan membutuhkan sekurang- kurangnya tiga faktor utama yaitu, (1) kecukupan sumber-sumber pendidikan dalam arti kualitas tenaga kependidikan, biaya dan sarana belajar, (2) mutu proses belajar mengajar yang mendorong siswa belajar efektif, dan (3) mutu keluaran dalam bentuk pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai-nilai. Landasan teori yang mendukung supervisi akademik seperti yang dipaparkan oleh Mulyasa (2012: 154) “supervisi berarti melihat dan meninjau dari atas atau menilik dari atas yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas dan kinerja bawahan atau bisa berarti melihat dengan teliti pekerjaan secara keseluruhan”. sedangkan Juhri (2016 : 125) “Supervisi adalah kegiatan membimbing dan membina guru dalam meningkatkan profesinya”. Yang dimaksud memberikan pembinaan adalah kepala sekolah sebagai atasan atau pimpinan di sekolah. Secara terminologi menurut Arikunto (2006: 154) “supervisi adalah pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan situasi mengajar yang baik”. Yang dimaksud memberikan pembinaan adalah kepala sekolah sebagai atasan atau pimpinan di sekolah. Selanjutnya landasan teori yang mendukung kompetensi pedagogik seperti yang dikemukakan oleh Jamal (2009: 27) adalah sebagai karakteristik dasar yang dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara kausal dalam memenuhi kriteria yang diperlukan dalam menduduki suatu jabatan. Menurut Usman (2010: 14), kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi ( competency ) yakni kemampuan atau kecakapan. Sedangkan Sahertian (2000:12) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pedagogik guru adalah: (a) Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki guru (b) Kepemimpinan Kepala Sekolah (c) Lingkungan kerja yang mendorong motivasi kerja guru untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam pelaksanaan tugas secara optimal. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dirancang dengan tujuan untuk menganalisis adanya pengaruh antar variabel. Rancangan penelitian ini termasuk penelitian expost facto. Variabel-variabel yang digunakan adalah supervisi akademik, kompetensi pedagogik dan mutu sekolah sebagaimana diungkapkan dalam hipotesis, masing-masing aan diuraikan dalam indikator yang sesuai dan selanjutnya diturunkan menjadi item pertanyaan dan instrumen pertanyaan. Data dikumpulkan melalui kuisioner (angket) yang dilanjutkan dengan uji validitas dan reliabilitas. Dalam hal ini subjek yang ditargetkan menjadi populasi dengan pertimbangan memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya adalah seluruh guru SMA yang ada di Kecamatan Pekalongan 79 guru tersebar di 3 SMA dengan asumsi bahwa seluruh guru sudah dikenai supervisi oleh kepala sekolahnya. Hal ini didasarkan pada salah satu tugas dan tanggungjawab kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi. Rumus yang digunakan untuk menentukan sampel yaitu menggunakan rumus Slovin , yaitu sebagai berikut : Dari hasil perhitungan tersebut maka jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 44 guru. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya (1) Metode Primer dimana dalam metode ini peneliti langsung memperoleh data ke objek penelitian yakni SMA se-Kecamatan Pekalongan. Dengan menggunakan metode ini data yang diperoleh lebih akurat dan relevan dengan keterkaitan tujuan penelitian. (2) Metode Sekunder yaitu metode pendukung yang dipilih dalam pengumpulan data adalah dengan observasi terhadap subjek penelitian dengan cara mengumpulkan data. Pengujian persyaratan analisis dalam hal ini meliputi uji normalitas dan homogenitas. Setelah uji normalitas diteruskan dengan uji homogenitas. Dasar pengambilannya apabila sebaran nilai residual terstandar tidak membentuk pola tertentu namun tampak random dapat dikatakan bahwa model regresi bersifat homogen, namun apabila sebaran nilai residual terstandar membentuk pola tertentu atau terlihat acak, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi bersifat tidak homogen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi analisis regresi tunggal dan regresi ganda. Dengan menggunakan bantuan Stastistical Program for the social Scienc (SPSS) Windows Versi 16.0. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan data dengan SPSS maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : Pertama, Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap Mutu Sekolah ( X 1 Y) Gambar 1. Grafik Supervisi Akademik Dari grafik tersebut diketahui yang memperoleh nilai di bawah rerata sebanyak 15 responden, yang mendapatkan nilai rerata sebanyak 12 responden, dan yang mendapatkan nilai diatas rerata sebanyak 17 responden. Hasil penelitian yang diperoleh dari analisis statistik dari uji regresi sederhana dengan persamaan Ŷ = 19.778 + 0,787 X 1, yang berarti setiap kenaikan supervisi akademik sebesar satu satuan akan menaikkan mutu sekolah sebesar 0,787 satuan pada arah yang sama. Sedangkan derajat pengaruh supervisi akademik ditunjukkan dari hasil uji determinasi variabel supervisi akademik (X 1 ) terhadap mutu sekolah (Y) sebesar 35,4% dengan kata lain, bahawa supervisi akademik memberikan kontribusi sebesar 35,4% terhadap mutu sekolah SMA se- Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara supervisi akademik dengan mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Dari analisis data yang dilakukan, pengaruh 3 ## Histogram Supervisi Akademik supervisi akademik mempunyai kontribusi sebesar 35,4% terhadap mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Berdasarkan analisis data tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi akademik terhadap mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Dari hasil analisi deskriptif persentase menunjukkan bahwa secara keseluruhan supervisi akademik dalam kategori cukup baik dengan rata-rata skor total sebesar 27,3%. Ini dapat diartikan kurang baiknya supervisi akademik akan berpengaruh terhadap rendahnya mutu sekolah di SMA se- Kecamatan Pekalongan Lampung Timur, begitupun sebaliknya, semakin baik supervisi akademik akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah di SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Supervisi merupakan pelayanan atau bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan dan pelayanan profesional dimaksud adalah segala bentuk usaha yang sifatnya memberikan bantuan, dorongan dan kesempatan kepada guru-guru untuk meningkatkan kompetensi profesinya agar mereka dapat melaksanakan tugas pembelajaran secara efektif dengan lebih baik yaitu memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Hal ini relevan dengan yang dikemukakan oleh Juhri (2016 : 125) “Supervisi adalah kegiatan membimbing dan membina guru dalam meningkatkan profesinya”. Yang dimaksud memberikan pembinaan adalah kepala sekolah sebagai atasan atau pimpinan di sekolah. Hasil analisis yang dilakukan juga dapat menjawab tujuan pertama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh antara supervisi akademik terhadap mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur yang menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara supervisi akademik terhadap mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur dan memberikan kontribusi sebesar 35,4% Kedua, Pengaruh kompetensi pedagogik terhadap mutu sekolah (X 2 Y) Gambar 2. Grafik Kompetensi Paedagogik Dari grafik tersebut diketahui yang memperoleh nilai di bawah rerata sebanyak 17 responden, yang mendapatkan nilai rerata sebanyak 12 responden, dan yang mendapatkan nilai diatas rerata seanyak 15 responden. Hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan garis regresinya adalah Ŷ = 37,167 + 0,533 X 2 . Dengan persamaan regresi tersebut dapat diinterprestasikan bahwa jika variabel pelaksanaan kompetensi pedagogik (X 2 ) terhadap mutu sekolah (Y) diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap perubahan skor pelaksanaan kompetensi pedagogik sebesar satu satuan dapat diestimasikan skor mutu sekolah berubah sebesar 0,533 satuan pada arah yang sama, sedangkan derajat pengaruh kompetensi pedagogik ditunjukkan dari hasil uji determinasi variabel kompetensi pedagogik (X 2 ) terhadap mutu sekolah (Y) sebesar 53,3% dengan kata lain, bahawa kompetensi pedagogik memberikan kontribusi sebesar 35,4% terhadap mutu sekolah SMA se- Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kompetensi pedagogik dengan mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Dari analisis data yang dilakukan, pengaruh kompetensi pedagogik mempunyai kontribusi sebesar 35,4% terhadap mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Berdasarkan analisis data tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kompetensi Histogram Kompetensi Pedagogik 12 3 1 pedagogik terhadap mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Dari hasil analisi deskriptif persentase menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi pedagogik dalam kategori cukup baik dengan rata- rata skor total sebesar 27,2%. Ini dapat diartikan kurang baiknya kompetensi pedagogik akan berpengaruh terhadap rendahnya mutu sekolah di SMA se- Kecamatan Pekalongan Lampung Timur, begitupun sebaliknya, semakin baik kompetensi pedagogik akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu sekolah di SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. kompetensi pedagogik merupakan seperangkat tindakan cerdas penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas. Hal ini relevan dengan yang dikemukakan oleh Usman (1996) mengatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya, sedangkan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Ketiga, pengaruh supervisi akademik kepala seolah dan kompetensi pedagogik secara bersama-sama terhadap mutu sekolah (X1+X2 Y) Gambar 3. Grafik Mutu Sekolah Dari grafik tersebut diketahui yang memperoleh nilai di bawah rerata sebanyak 14 responden, yang mendapatkan nilai rerata sebanyak 14 HISTOGRAM MUTU SEKOLAH 3 responden, dan yang mendapatkan nilai di atas rerata sebanyak 16 responden. Hasil perhitungan analisis regresi linier sederhana diperoleh persamaan garis regresinya adalah Ŷ = 5.854 + 0.605 X 1 + 0,347 X 2 . Dengan persamaan regresi tersebut dapat diinterprestasikan bahwa jika variabel pelaksanaan supervisi akademik (X 1 ) dan kompetensi pedagogik (X 2 ) terhadap mutu sekolah (Y) diukur dengan instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini, maka setiap perubahan skor pelaksanaan supervisi akademik dan kompetensi pedagogik sebesar satu satuan dapat diestimasikan skor mutu sekolah berubah sebesar 0,605 satuan X 1 dan 0,347 satuan X 2 pada arah yang sama. Sedangkan derajat pengaruh supervisi akademi dan kompetensi pedagogik secara bersama- sama ditunjukkan dari hasil uji determinasi simultan variabel supervisi akademik (X 1 ) dan kompetensi pedagogik (X 2 ) terhadap mutu sekolah (Y) sebesar 45,3%, dengan kata lain bahwa supervisi akademik (X 1 ) dan kompetensi pedagogik (X 2 ) memberikan kontribusi sebesar 45,3% terhadap mutu sekolah di SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Hasil uji hipotesis dari koefisien determinasi simultan diperoleh kesimpulan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan supervisi akademik (X 1 ) dan kompetensi pedagogik terhadap mutu sekolah SMA se- Kecamatan Pekalongan Lampung Timur sebesar 45,3% dengan demikian menunjukkan bahwa supervisi akademik dan kompetensi pedagogik secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap mutu sekolah SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara supervisi akademik (X 1 ) dan kompetensi pedagogik (X 2 ) terhadap mutu sekolah (Y) SMA se-Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. Hasil penelitian tersebut juga dapat menjawab tujuan ketiga dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui besarnya pengaruh supervisi akademik kepala seolah dan kompetensi pedagogik secara bersama- sama terhadap mutu sekolah SMA se- Kecamatan Pekalongan Lampung Timur. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan temuan yang diperoleh maka simpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dan kompetensi pedagogik baik secara parsial dan simultan berpengaruh secara positif terhadap mutu sekolah khususnya di SMA se- Kecamatan Pekalongan ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto , Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian (Suatu pendekatan praktik) . Jakarta: Rineka Cipta. Asmani, Jamal Ma’mur. (2009). Tujuh Kompetensi Guru Menyenangkan dan Profesional . Jogjakarta: Power Books (IHDINA). Dacholfany M. Ihsan. (2017.) Inisiasi Strategi Manajemen Lembaga Pendidikan Islam Dalam Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Islami Di Indonesia Dalam Menghadapi Era Globalisasi. Jurnal At- Tajdid, UM Metro Lampung, Vol.1, No.1.Jan-Juni. Fattah, Nanang. (2009) . Manajemen Berbasis Sekolah . Bandung: Andika. Juhri, AM. (2016). Supervisi Pendidikan . Metro: CV Laduny Alifatama Mulyasa. (2012). Praktek Penelitian Tindakan Kelas . 2012. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Astuti , Rubiyah dan Dacholfany M. Ihsan, (2016), Pengaruh Supervisi Pengawas Sekolah Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Smp Di Kota Metro Lampung, Jurnal Lentera LPPM, Universitas Muhammadiyah Metro, Vol.1 No.2 Desember . Sagala, Syaiful. (2011). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung : Alfabeta Sahertian, Piet A., (2000), Konsep Dasar dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Mengembangkan Sumber Daya Manusia , Jakarta : Rineka Cipta. Usman. (2010). MANAJEMEN (Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara
9bbff9c9-5ae5-4522-9773-d16031862a20
https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAAT/article/download/1111/721
e-ISSN: 2548-9925 Menumbuhkan Jiwa Sherlock Holmes Seorang Calon Akuntan Eko Febri Lusiono a,* dan Eliza Noviriani b a Prodi Akuntansi Sektor Publik, Politeknik Negeri Sambas, [email protected], Indonesia b Prodi Akuntansi Sektor Publik, Politeknik Negeri Sambas, Indonesia Abstrak. Penelitian ini disebut sebagai proses pembebasan pendidikan akuntansi karena pendidikan akuntansi cenderung kaku dan terlalu berorientasi pada buku teks. Peneliti menyajikan sebuah metode pembelajaran yang diadaptasi dari penelitian Chabrak dan Craig (2013) dengan film “Sherlock Holmes: the Game of Death”sebagai media pendukung. Dalam proses ini, peserta didik berada dalam nuansa “giving” melalui imajinasi, perilaku disonansi serta berpikir kritis. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi transendental, jiwa Sherlock Holmes (seharusnya) di tubuh akuntan adalah temuan tak terbantahkan dalam proses pembebasan. Keywords: pembebasan, pendidikan akuntansi, fenomenologi, disonansi kognitif, akuntan Abstract. This research is referred to as the process of liberation of accounting education caused accounting education tends to be rigid and oriented on textbooks. The researcher presents a method of learning adapted from Chabrak and Craig (2013) research with the film "Sherlock Holmes: the Game of Death" as a supporting media. In process, learners are in the nuance of "giving" through imagination, dissonance behavior and critical thinking. Using the transcendental phenomenology approach, the soul of Sherlock Holmes (supposedly) in the accountant's body is an indisputable finding in the liberation process. Keywords: liberation, accounting education, fenomenology, cognitive disonance, accountant ## Pendahuluan Pendidikan telah mengarahkan kita pada kulit (bukan pada substansi), mengajak kita untuk melihat keluar (bukan ke jati diri), menyeret kita pada kalkulasi rasional (bukan pada intuisi), dan mengajarkan kita untuk berorientasi pada hasil (dengan mengabaikan proses) (Triyuwono, 2010). Education is the most powerful weapon which you can use to change the world 1 . Kutipan ini kiranya tidak mungkin dan bahkan sama sekali tidak pantas untuk dibantah. Terlebih Finlandia telah membuktikan bahwa pendidikan adalah salah satu penunjang keberhasilan transformasi negara tersebut dari ekonomi tradisional menuju ekonomi modern dalam kurun waktu yang tergolong singkat * Corresponding author. E-mail: [email protected] 1 Diucapkan oleh Nelson Rolihlahla Mandela atau lebih dikenal dengan nama Nelson Mandela adalah seorang revolusioner antiapartheid dan politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan sejak tahun 1994 hingga 1999 ( www.nelsonmandela.org ). (Sahlberg, 2009). Namun merujuk pada petikan ungkapan Triyuwono (2010) di atas dan bila berkaca pada kualitas pendidikan di Indonesia saat ini dapat dikatakan bahwa pendidikan masih kekurangan “daya” nya jika dibandingkan dengan negara lain. Sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia: “Indonesia membelanjakan 20 persen APBN untuk pendidikan, terlihat sama dengan Vietnam. Tapi hasilnya Indonesia skor di 64-68, dan Vietnam itu di 80-an. Sama-sama 20 persen untuk pendidikan, tapi hasilnya sangat berbeda.” ( www.metrotvnews.com ). Terpuruknya kualitas pendidikan di Indonesia ini secara tidak langsung merupakan cerminan rendahnya kualitas pembelajaran. Poin utamanya berada pada tenaga pendidik 2 . Sebagai agen pembelajaran, tenaga pendidik merupakan kunci utama keberhasilan pendidikan (Mukani, 2016). Karena sebagaimana ditekankan oleh Asy’ari (1995), di-gu gu dan di-ti ru adalah sebuah profesi mulia untuk mendidik generasi penerus bangsa yang diharuskan memiliki ilmu syariat yang bagus, mencintai berbagai macam ilmu, serta dapat dijadikan panutan. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika kemudian mereka menjadi pihak yang dianggap paling bertanggung jawab terhadap baik buruknya kualitas pendidikan. Hakikat pendidikan sebenarnya merupakan salah satu media untuk melakukan transfer pengetahuan dan perilaku dalam realitas yang sesuai dengan nilai-nilai sosial masyarakat (Mulawarman, 2006). Mengingat hal itu, maka diperlukan sistem pengajaran yang tidak hanya memusatkan perhatian pada tataran “penjejalan” teori-teori dan berpegang pada asumsi pada dasarnya “manusia itu bodoh 3 ”, tapi juga memberikan “exercise” guna melatih peserta didik agar aktif berpikir kritis. Ironisnya, keadaan semacam ini nyatanya turut terjadi dalam pendidikan tinggi akuntansi di Indonesia. Sistem pendidikan akuntansi dirasa masih mengalami kendala substansial (Mulawarman, 2006). Kendala tersebut tentunya akan berdampak pada kualitas peserta didik yang dihasilkan. Pada akhirnya, ketika peserta didik terjun ke lingkungan masyarakat untuk memainkan perannya (sebagai seorang akuntan) realitas akuntansi yang terbentuk berdasarkan pendidikan yang mereka dapatkan sebelumnya (Morgan, 1988). Metode pendidikan akuntansi dapat dikatakan masih berorientasi pada unsur “taking” daripada “giving” . Peserta didik dimanifestasikan sebagai objek yang hanya berhak untuk menerima segala bentuk materi pengetahuan. Kita ambil contoh, ilmu akuntansi yang mereka dapatkan selama menempuh pendidikan tinggi 2 Peneliti mengkhususkan dengan sebutan tenaga pendidik bukan tenaga pengajar. Karena, walaupun sepintas terlihat sama namun ada perbedaan yang cukup besar diantara keduanya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ajar artinya petunjuk kepada orang supaya diketahui (diturut) sedangkan didik berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Berdasarkan hal tersebut, menurut peneliti tenaga pendidik memiliki peran yang lebih dominan dibandingkan tenaga pengajar (lihat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003). 3 Ungkapan “manusia bodoh” dicetuskan oleh Triyuwono (2010) bermakna bahwa peserta didik dianggap sebagai obyek pasif yang hanya diam dan menerima “kucuran” ilmu pengetahuan dari para dosen. 4 Peneliti menggunakan kata “kita” untuk merujuk pada peran sebagai tenaga pendidik yaitu dosen. Terdapat penekanan pada subjektifitas dalam penelitian. Hal ini diperbolehkan karena berbeda dengan penelitian positivistik yang menjunjung tinggi objektifitas, baik dalam tataran teori maupun praktek berkiblat pada ilmu barat. Apakah ini salah? Tentu saja tidak, tapi jangan sampai hal ini membuat kita 4 terkesan “tahu beres” dengan sekedar “menjejalkan pesan” kepada peserta didik untuk mereka pahami. Jika di kemudian hari mereka berada di posisi yang sama, keadaan ini akan menjadi sebuah lingkaran setan yang terus berulang dan tak berujung. Akhirnya, proses pendidikan tinggi hanya akan menghasilkan akuntan- akuntan yang sangat kalkulatif, sistematis, berbicara dengan data, skeptis dan logis yang merupakan karakteristik otak kiri (Soeherman, 2011). Sebenarnya reformasi pendidikan akuntansi dan upaya terkait untuk memperluas batas-batas disiplin akuntansi telah menduduki pikiran reformis selama beberapa tahun terakhir (Fouche, 2013; Boyce dan Greer, 2013). Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan terlalu bergantungnya pendidikan akuntansi dengan buku-buku teks (Irvin, 1995; Kamayanti, 2012) yang pada umumnya berkaitan dengan transaksi keuangan (Wilkin dan Collier, 2009) sehingga tidak ada nuansa pembelajaran yang merangsang pemaknaan ilmu akuntansi pada pikiran terlebih hati 5 peserta didik. Padahal, mereka memiliki tiga paket kecerdasan (intelektual, emosional, spiritual) yang jika diberdayakan akan menghasilkan pemikiran-pemikiran yang melampaui (hyper) . Lantas, bagaimana mewujudkan sistem pendidikan akuntansi dengan warna yang berbeda? Poin pentingnya, metode pendidikan akuntansi selain menghasilkan kemampuan korporasi paling tidak dapat “menghidupkan” potensi kepemimpinan, tanggung jawab, kepercayaan diri, independensi serta kemampuan komunikasi dan pengambilan keputusan (Riccio dan Sekata, 1999) sekaligus menstimulus sisi kesadaran etis 6 , tidak hanya berpusat pada kebutuhan pangsa pasar dengan pendekatan positivistik 7 (Mulawarman, 2006; James, 2008; Triyuwono, 2010) paradigm non positivistik tidak terlepas dari unsur subjektifitas peneliti (Creswell, 2007). 5 Akuntansi adalah alat laksana pisau, jika digunakan secara tepat maka akan memberikan manfaat, namun bila digunakan dengan tidak semestinya boleh jadi menimbulkan mudharat. Untuk itulah hati diperlukan guna mengontrol pikiran dalam pengimplementasian ilmu akuntansi. 6 Sulitnya menerapkan perilaku etis salah satunya dikarenakan banyak tekanan yang diterima oleh auditor baik dari sisi individu maupun struktur organisasi dan masyarakat (lihat Noviriani et al 2017). Bahkan Trevino dan Brown (2004) sampai membuat pernyataan bahwa being ethical is not simple! 7 Para ahli mengklasifikasikan paradigma yang dapat digunakan sebagai pendekatan penelitian dalam beberapa kategori, diantaranya Burrell dan Morgan (1979) merumuskan empat paradigma yaitu paradigma positivistik, interpretif, radikal humanis dan radikal strukturalis. Chua (1986) menyederhanakan pembagian paradigma dan terjebak pada kekakuan buku teks (Kamayanti, 2012). Kurangnya reformasi dalam pendidikan akuntansi yang berlangsung lama dan hampir universal menunjukkan bahwa pendekatan personal dari tenaga pendidik dibutuhkan untuk memajukan agenda reformasi tersebut (Carmona, 2013). Dengan menggunakan metode yang tepat, peserta didik tidak hanya sekedar menerima curahan ilmu dengan kemampuan untuk menjelaskan (to explain) dan memprediksi (to predict) teori maupun praktik akuntansi yang seringkali identik dengan angka-angka (sisi intelektual), tetapi lebih dari itu mereka dapat mengembangkan kapasitas pemikiran pada ranah diantaranya 8 (a) mengapa hal itu terjadi? (b) apa yang menyebabkan hal itu terjadi? (c) bagaimana terjadinya hal tersebut? (d) apakah hal itu harus/boleh terjadi? (e) jika tidak, bagaimana teori/praktik akuntansi seharusnya? (sisi emosional dan spiritual) serta banyak lagi pengembangan pemikiran mencengangkan yang akan muncul. Semua berpulang kembali pada peran tenaga pendidik dalam menerapkan sistem pembelajaran. Tenaga pendidik memiliki tantangan untuk meningkatkan keahlian peserta didik seiring dengan kemajuan dunia, sebagaimana Fouche (2013) mengungkapkan: “The changing demands on the skill requirements regarding entry-level accounting reflects directly on the educational system. Lecturers themselves face similar challenges to broaden their skills in order to assist learners to do the same. Lecturers also face challenges of facilitating learners in the process of acquiring these skills in such a manner that they could apply them in the real world.” Chabrak dan Craig (2013) menyatakan bahwa peserta didik harus didorong untuk membayangkan budaya dan wacana lain guna menantang ideologi yang berlaku serta membayangkan bahwa model akuntansi alternatif (selain dalam teori dominan) dapat digunakan dalam praktek akuntansi. Pernyataan ini dibuktikan oleh riset yang dilakukan Byrne dan Flood (2004) di mana peserta didik dengan pembelajaran berpusat pada konstruksi dan pemaknaan dapat dengan mudah mengadopsi pendekatan yang lebih mendalam. tersebut menjadi tiga paradigma yaitu paradigma positivistik, interpretif dan kritis. Pendekatan positivistik ini menganggap akuntansi bebas nilai (value free) sehingga keilmiahan sebuah ilmu hanya dipandang dari sisi scientific method sehingga unsur-unsur lain yang dianggap tidak rasional seperti rasa dan intusi dianggap unsur yang dapat mencederai keilmiahan sebuah ilmu (Triyuwono, 2010). Peserta didik perlu merasakan sensasi “giving”, Berimajinasi… mengeksplorasi ide-ide liar, merasakan “terjun langsung” ke dalam dunia akuntansi, memaknai sebuah “pesan” kemudian menemukan solusi pemecahan masalah baik teori maupun praktek, merasakan pemikiran mereka digunakan dalam pembelajaran akuntansi. Soeherman (2011) menyebutnya dengan Six Senses : “Kemajuan zaman menuntut akuntan untuk mengoptimalkan kemampuan otak kanan diantaranya kemampuan desain, bercerita, bersimfoni, menciptakan kesenangan, berempati dan memaknai sesuatu atau disebut Six Sense.” Untuk itulah, penelitian ini mencoba membangkitkan sensasi “giving” dan kompetensi six senses yang dimiliki peserta didik. Dengan mengadopsi pemikiran Chabrak dan Craig (2013) dalam metode pembelajaran, peneliti mendorong peserta didik untuk berimajinasi, membangkitkan disonansi kognitif dan menemukan intisari pembelajaran melalui proses berpikir kritis. Di lain hal, dalam dunia riset khususnya di Indonesia pendidikan akuntansi mulai menjadi bintang yang bersinar. Hal ini terlihat dari berbagai macam konferensi/simposium maupun publikasi ilmiah yang menempatkan pendidikan akuntansi menjadi salah satu bidang kajian. Popularitas pendidikan akuntansi sudah dapat disejajarkan dengan bidang kajian lain yang memang merupakan bidang mainstream dalam akuntansi, sebut saja diantaranya Akuntansi Keuangan dan Pasar Modal . Realita ini menandakan muncul kesadaran tentang perlunya perubahan dalam sistem pendidikan akuntansi di Indonesia yang selama ini berjalan. Dengan berlandaskan pada kesamaan pemikiran, masing-masing peneliti menawarkan solusi alternatif untuk mengatasi “kekakuan” sistem pendidikan akuntansi hingga tercetus pernyataan pendidikan akuntansi di Indonesia perlu dibebaskan! (Mulawarman, 2006; Triyuwono, 2010; Soeherman, 2011; Kamayanti, 2012; Mulia, 2012; Ekasari, 2014; Aneswari dan Musmini, 2017). Sistem pendidikan akuntansi seharusnya tidak hanya menitikberatkan pada kecerdasan intelektual semata. Hal ini terbukti karena Mulia (2012) berhasil menggali sisi kecerdasan emosional dan spiritual mahasiswa 8 Pemikiran tidak terkukung sebatas menerima fakta (what, when, who) lebih daripada itu dapat menjelaskan fakta dari sisi luar hingga sisi terdalam (why, how) serta (how it should be) dengan berlandaskan pada kecerdasan emosional dan spiritual. akuntansi untuk menghasilkan kompetensi yang utuh. Sedangkan Soeherman (2011) melalui tulisannya mengingatkan para civitas akademika akuntansi tentang perubahan peran pendidikan akuntansi dan profesi akuntan di tengah pergeseran era menuju era konseptual yang menuntut kemampuan otak kanan. Pada tataran konstruksi atas metode pembelajaran, Mulawarman (2006) merumuskan delapan konsepsi pembelajaran 9 dan Triyuwono (2010) mencetuskan pentingnya membangkitkan “Mata Ketiga” yaitu kecerdasan spiritual dalam kurikulum pendidikan akuntansi dengan olah rasa dan olah batin di mana olah rasa meliputi rasa kasih sayang, rasa amanah, rasa bersih, rasa adil dan rasa syukur, sedangkan olah batin meliputi merasakan kehadiran Tuhan dan berguru kepada Tuhan. Selanjutnya, Kamayanti (2012) melakukan proses dialogis sebagai upaya pembebasan pikiran peserta didik yang selama ini terkukung dengan memasukkan nilai-nilai Pancasila. Sekali lagi, peneliti merasa turut terpanggil dalam barisan “pembebas pendidikan akuntansi” ini. Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti menyajikan sebuah proses pembebasan dengan menggunakan metode pembelajaran berdasarkan penelitian Chabrak dan Craig (2013). Sebuah film berperan sebagai media pendukung dalam proses ini. Intinya, tulisan ini merekam proses “giving” pada beberapa pertemuan tatap muka dalam kegiatan pembelajaran pada mata kuliah Pengauditan bagi mahasiswa vokasi jurusan Akuntansi di semester genap tahun ajaran 2015-2016. Proses “giving” menggunakan metode yang menggabungkan unsur akal, batin dan rasa melalui imajinasi, perilaku disonansi serta berpikir kritis untuk kemudian hasilnya dituangkan dengan pendekatan fenomenologi. Melalui untaian tulisan, pembaca menikmati esensi pemikiran peserta didik mengenai jiwa Sherlock Holmes (seharusnya) di tubuh seorang akuntan. 9 Konstruksi pembelajaran yang melampaui terdiri dari: A. The increase of knowledge, B. Memorizing, C. Acquisitions of facts, procedures, etc., which can be retained and/or used in practice, D. Abstraction of meaning, E. An interpretative process aimed at the understanding of reality, F. Changing as a person, G. A self awareness with intuitive process dan H. An obedience activity with spiritual way. Tiga konsepsi pertama (A-C) merefleksikan pandangan reproduktif pembelajaran ( reproductive view of learning ), sedangkan tiga konsepsi berikutnya (D-F) merefleksikan pandangan ## Kajian Literatur ## GIVING: Imajinasi, Disonansi Kognitif dan Berpikir Kritis Leon Festinger (1957) mengeluarkan teori disonansi kognitif yang menggambarkan konsep disonansi kognitif sebagai keadaan psikologis di mana kognisi individu saling bertentangan. Teori Festinger mendalilkan bahwa individu, bila dihadapkan dengan bukti yang bertentangan dengan pandangan atau keyakinan akan mengalami disonansi kognitif (Basnett, 2013). Sementara itu, Boyce dan Greer (2012) mengungkapkan: “Cognitive dissonance is the theoretical construct used to explain psychological responses to information that conflicts with individuals’ pre-existing personal beliefs or understandings. As general rule, consistency is preferred to dissonance and when confronted with inconsistencies with beliefs, people will tend to enact changes that restore a state of consonance.” Dari pernyataan di atas, disonansi kognitif menjelaskan respon psikologis atas informasi yang bertentangan dengan keyakinan pribadi atau pemahaman seseorang. Konsistensi lebih diinginkan dibandingkan disonansi dan ketika dihadapkan pada inkonsistensi (dengan kepercayaan), seseorang cenderung akan memberlakukan perubahan yang mengembalikan keadaan pada posisi konsonan (semula). Festinger mengemukakan empat sumber disonansi, yaitu inkonsistensi logis, nilai-nilai budaya, pendapat umum, dan pengalaman masa lalu (Metin dan Camgoz, 2011). Artinya, disonansi mungkin timbul setidaknya dari satu di antara sumber-sumber tersebut. Dalam keberadaan disonansi inilah individu termotivasi untuk mengurangi disonansi dan menghindari situasi yang dapat meningkatkannya. Ilustrasi sederhananya adalah seorang perokok yang telah mengetahui bahwa merokok berdampak buruk bagi kesehatan dapat mengubah perilakunya (dengan berhenti merokok), mengubah pengetahuannya tentang efek merokok konstruktif pembelajaran ( constructive view of learning ). Dua konsep terakhir adalah proses pencerahan-pembebasan dalam konsep tazkiyah dengan melakukan proses pembebasan (emansipasi) yang mengasah intuisi yang berkesadaran (G) dan dilanjutkan dengan ketundukan dan penyerahan diri secara total kepada Sang Pencipta (H) (Lihat Mulawarman, 2006) (beranggapan merokok tidak berbahaya) atau menambahkan sumber kognitif baru yang sesuai dengan fakta merokok (berbahaya jika merokok saat berlalu lintas). Dalam tulisannya, Chabrak dan Craig (2013) menyajikan sebuah tontonan yang menggambarkan tentang keruntuhan Enron. Disonansi kognitif dari peserta didik muncul ketika mereka mengetahui bahwa salah satu penyebab jatuhnya perusahaan sekaliber Enron adalah sifat greedy yang identik dengan sistem kapitalis dewasa ini. Hal ini berasal dari keyakinan mereka bahwasanya greedy merupakan sifat yang kontradiktif dengan nilai-nilai budaya. Sementara itu, berpikir merupakan proses alamiah setiap manusia. Tetapi, jika dibiarkan begitu saja seringkali menjadi bias, terdistorsi, parsial, kurang informatif dan akan menutup potensi sehingga keunggulan dalam pemikiran harus diberdayakan (Scriven dan Paul, 2004). Menurut Samli (2011), imajinasi adalah awal dari berpikir kritis. Dengan berimajinasi, peserta didik dapat memberdayakan kemampuan berpikir mereka agar senantiasa berpikir kritis. Berpikir kritis pada hakikatnya memiliki makna yang sederhana, yaitu kemampuan untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi diantaranya merumuskan permasalahan dengan jelas, mengumpulkan dan menilai informasi yang relevan, menggunakan ide abstrak, berpikiran terbuka, dan berkomunikasi secara efektif dengan yang lain (Duron et al, 2006). Chabrak dan Craig (2013) mendorong peserta didik untuk keluar dari stigma “pemikir pasif” yang senantiasa melihat akuntansi hanya dari perspektif satu arah yaitu ilmu yang bersumber dari tenaga pendidik. Dalam transformasi sebagai “pemikir aktif” dengan berlandaskan nilai moral dan etika, untuk mengatasi keadaan inkonsistensi peserta didik mencetuskan pemikiran bahwa sistem kapitalis seharusnya ditiadakan dalam kurikulum pendidikan akuntansi 10 . Diperlukan film untuk mewujudkan proses “giving” pada pembelajaran akuntansi. Mengapa? film adalah media yang sangat baik untuk memberi makna pada teori maupun konsep (Champoux, 2007; Moskovich dan Sharf, 2012). Seakan mendukung argumen Irvin 10 Akuntansi dan kapitalisme adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Jika mengetikkan keyword “Accounting and Capitalism” maka akan terlihat berbagai macam ulasan yang membahas keterkaitan antar keduanya. Yang paling mengejutkan adalah pernyataan bahwa cikal bakal kapitalisme berasal dari sistem pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) (Yamey, 1949). 11 Di rilis pada tahun 2009, Sherlock Holmes adalah film aksi-misteri yang didasarkan pada karakter dengan nama yang sama oleh Sir Arthur Conan Doyle. Film ini disutradarai oleh Guy Ritchie yang berkisah tentang penyelidikan kasus oleh seorang detektif bernama (1995) dan Kamayanti (2012), Champoux (2007) menyatakan bahwa efek visual dari film dapat menyampaikan pesan lebih baik daripada buku cetak: “The visual and auditory effects of great films can convey a message better than printed or spoken words. Selected scenes from 12 Angry Men will show students the meaning of conflict episodes, and its concepts, more effectively than a text book or lecture….” Seperti halnya Chabrak dan Craig (2013) yang menggunakan film “Enron: The Smartest Guys in the Room”, peneliti memanfaatkan film berjudul “Sherlock Holmes: the Game of Death” 11 dalam upaya pembebasan. ## Metode Penelitian ## Merekam GIVING dengan Pendekatan Fenomenologi Hasil dari proses pembebasan ini dituangkan dalam sebuah tulisan dengan berlandaskan pada paradigma interpretif. Paradigma ini juga disebut dengan interaksional subjektif (Mancintosh, 1994). Paradigma interpretif lebih menekankan pada makna atau interpretasi seseorang terhadap sebuah simbol. Penelitian interpretif tidak menempatkan objektivitas sebagai sesuatu yang mutlak, tapi menyadari bahwa untuk memperoleh pemahaman, subjektivitas para pelaku harus digali sedalam mungkin. Hal ini memungkinkan terjadinya trade off antara objektivitas dan kedalaman temuan penelitian (Efferin dan Yuliawati, 2004). Artinya, semakin dalam temuan penelitian maka akan semakin subjektif temuan tersebut. Menggunakan fenomenologi transendental 12 , peneliti ingin mengeksplorasi fenomena berdasarkan kesadaran individu (Noviriani et al , 2017). Perlu di ingat, fenomenologi transendental “mengharamkan” keterlibatan peneliti dengan mentransfer ide, pengetahuan teori, hipotesis maupun informasi tertentu. Dalam hal ini, peneliti (sebagai tenaga Sherlock Holmes beserta seorang dokter sahabat karib nya John Watson ( www.imdb.com ). 12 Dalam fenomenologi transendental segala informasi bebas dari persepsi sehingga semuanya dianggap murni berasal dari informan. Utamanya, ber pedoman pada konsep Husserl, yakni epoche ( bracketing ) dimana membutuhkan eliminasi atas prasangka atau ego dan pengetahuan terdahulu peneliti sehingga fenomena bebas campur tangan peneliti dan murni pengalaman dari informan (Moustakas, 1994). pendidik) tidak menyampaikan “pesan” yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab, kode etik akuntan maupun standar audit selama proses pembebasan 13 . Harapannya, peneliti dapat menggali esensi jiwa seorang akuntan murni berdasarkan pemikiran dari peserta didik yang bersumber dari pengalamannya dalam proses pembebasan. Beberapa tahapan sistematis analisis data dalam fenomenologi transendental dikemukakan oleh Moustakas (1994) dalam (Creswell, 2007). Tahapan- tahapan ini dilakukan untuk mendapatkan esensi fenomena yang mengalir dan runtut dalam satu kesatuan sehingga dapat diinterpretasikan dengan baik: “ 1) Building on the data from the first and second research questions, data analysts go through the data (e.g., interview transcriptions) and highlight “significant statements,” sentences, or quotes that provide an understanding of how the participants experienced the phenomenon (horizonalization). Next, the researcher develops clusters of meaning from these significant statements into themes. 2) These significant statements and themes are then used to write a description of what the participants experienced ( textural description ). They are also used to write a description of the context or setting that influenced how the participants experienced the phenomenon, called imaginative variation or structural description . Moustakas (1994) adds a further step: Researchers also write about their own experiences and the context and situations that have influenced their experiences. 3) From the structural and textural descriptions, the researcher then writes a composite description that presents the essence” of the phenomenon, called the essential, invariant structure (or essence). Primarily this passage focuses on the common experiences of the participants.” Sumber data utama berupa kata-kata dan tindakan diperoleh melalui pengamatan (observasi), wawancara serta dialog dengan para informan yang merupakan peserta didik pada mata kuliah pengauditan. Wawancara yang dilakukan adalah jenis wawancara kelompok (group interview). Hal ini dikarenakan menurut Frey dan Fontana (1991) wawancara kelompok memiliki potensi besar untuk penelitian sosial karena peneliti dapat menggunakan wawancara kelompok untuk mengefisiensikan penggunaan sumber 13 Proses pembebasan dilaksanakan di pertemuan kedua semester genap tahun ajaran 2015-2016 pada mata kuliah pengauditan. Pada pertemuan pertama peneliti memberikan materi pengenalan auditing dan auditor. daya dan sebagai sarana untuk menambah informasi terkait perilaku atau peristiwa sosial. Proses tersebut berlangsung di kelas dalam kurun waktu 3 kali jadwal perkuliahan yang direkam dan didokumentasikan. Selain itu, peneliti menggunakan sumber tertulis berupa hasil “giving 14 ” yang ditulis oleh peserta didik untuk merefleksikan bagaimana seharusnya jiwa seorang akuntan. Dikarenakan film memiliki durasi yang tergolong panjang yaitu sekitar 130 menit maka diperlukan waktu 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan tontonan. Peneliti juga meminta mahasiswa untuk menonton film tersebut di rumah masing-masing agar lebih fokus sehingga pemaknaan mereka terhadap film untuk memahami perilaku akuntan semakin baik. Dengan demikian, alur proses pembebasan yang dapat dibentuk adalah seperti yang terlihat dalam skema 1 terlampir. ## Pembahasan ## Awal Kisah Untuk Membebaskan “Hari ini kita nggak usah belajar, kalian nonton film saja. Belajar pun kalian ngantuk semua”. Begitu kalimat yang keluar dari mulut saya ketika memasuki kelas. Suasana kelas yang agak riuh mendadak senyap. Terdengar bisik-bisik beberapa mahasiswa yang berasumsi bahwa saya marah, di pojok lain sejumlah mahasiswa berusaha mengingat kesalahan apa yang mereka perbuat. “ Kok diam?” sambung saya. “Maafkan kami Bu…” cetus Sapta seorang mahasiswi yang terkenal aktif di kelas. “ Lo, kalian kan saya ajak nonton film, seharusnya ucapkan terima kasih bukan maaf” ucap saya lagi yang semakin menambah keheningan kelas. “Kami mau belajar Bu” giliran Harry yang menjawab. Dengan cepat saya berkata, “Saya sedang tidak mau ngajar Harry. Saya mau kalian menonton film ini lalu kalian analogikan dengan mata kuliah kita. Bebas! kerahkan daya imajinasi kalian, berpikirlah kritis.” “Film apa Bu?” mereka mulai antusias. “Sherlock Holmes: the Game of Death”, tutur saya sambil menyalakan laptop. Terdengar suara dari barisan belakang yang berasal dari Yudhi, “Berarti kita nanti hubungkan film dengan audit gitu ye Bu?” Dan, suara pun menggema seantaro kelas “ Iyeee Yudhi!” bersamaan dengan dimulainya film. Enjoy! 14 Tulisan dari peserta didik yang berisi pemikiran mereka. Pengumpulan data dengan telaah dokumen berguna untuk mengungkap realitas sosial dalam sebuah dokumen (Creswell, 2007) ## Sensasi GIVING yang Mewujudkan Pemahaman Baru Di hari kedua menonton. “Oke, filmnya sudah selesai. Saya juga sudah menginstruksikan kalian untuk nonton film ini di rumah masing-masing. Sekarang, saya minta temukan benang merah antara film tadi dengan mata kuliah. Kalian boleh menyoroti apa saja terkait pengauditan, entah itu metode audit, standar, proses bahkan auditor sekali pun 15 . Saya tidak meminta kalian untuk googling… melihat buku. Jangan takut, berimajinasilah kemudian tuliskan.” jelas saya panjang lebar. “Saya beri kalian waktu, 30 menit…” Setelah 30 menit, seluruh tulisan dikumpulkan dan saya memilih beberapa hasil tulisan mahasiswa. Sejumlah 29 orang yang ada di kelas mengaitkan film dengan topik yang bervariasi. Namun saya tertarik pada 11 orang mahasiswa, hampir separuh jumlah mahasiswa yang mengangkat tokoh Sherlock Holmes untuk kemudian memanifestasikannya sebagai seorang akuntan. Dari 11 orang tersebut, 8 mahasiswa terpilih untuk membacakan hasil analisisnya. Rizkie Amalia adalah orang pertama: “Nah, tugas Sherlock Holmes sama dengan tugas auditor. Seorang auditor harus jeli dan telaten dalam memeriksa area audit . Auditor tidak boleh hanya berpaku pada audit checklist dan standar.” “Sebentar-sebentar... Terus kalau tidak berpaku pada audit checklist dan standar pedomannya dari mana?” potong saya. Auditor harus memeriksa lingkungan kerja juga Bu , komitmen dan kesungguhan mereka dalam memperbaiki sistem seperti apa. Jadi, auditor tidak boleh gegabah dalam melaporkan temuan .” Berikutnya, Jean Clara Yolanda Silitonga: “….Demikian pula dalam proses pengauditan, auditor harus mengumpulkan data atau bukti-bukti dari transaksi atau kejadian yang telah dilakukan suatu perusahaan maupun pihak ketiga dari kejadian tersebut, sampai bukti tersebut dianggap kompeten atau cukup. Selain itu, sikap atau mentalitas seorang Sherlock Holmes juga patut dicontoh, sikapnya yang tidak mudah menyerah dan tidak terpengaruh terhadap pihak eksternal yang dapat mengecohkan penyelidikan yang dilakukannya sampai 15 Tahap krusial karena peneliti berusaha untuk tidak menyampaikan materi. Pengetahuan peserta didik baru sampai pada tahap benar-benar terkuak kebenaran dari kejadian tersebut. Pada akhirnya, tindakan Sherlock Holmes ketika mengungkap kejadian tersebut juga patut dicontoh seorang auditor. Sikap yang objektif, apa adanya menceritakan awal kejadian sampai bukti-bukti yang didapatkannya yang juga menguatkan kebenaran dari kejadian tersebut, tindakan Sherlock Holmes yang tetap mengungkapkan kebenarannya, dan tidak merekayasa kejadian tersebut, sampai pada pemberian statement bahwa Lord Blackwood melakukan suatu rekayasa ilmu hitam. Demikian pula seorang auditor harus memiliki sikap objektif, apa adanya, dan tetap mengungkapkan kebenaran yang sesungguhnya, dan harus memberikan pernyataan atau pendapat yang sesuai dengan fakta atau realita dari hasil penyelidikan yang telah dilakukannya .” Giliran Rustriyadi yang membacakan tulisannya: “…Sherlock Holmes memiliki keahlian yang baik seperti penyamaran, pengumpulan bukti-bukti serta pengamatan yang sangat baik. Keahlian yang cukup pula harus dimiliki oleh seorang auditor dalam mengaudit atau memeriksa laporan keuangan. Setiap bukti yang dikumpulkan berdasarkan hasil pengamatan yang teliti . Seperti pengumpulan bukti dari beberapa kejadian kematian yang dicurigai bahwa Lord Blackwood yang menjadi pelaku utama dari semua kejadian tersebut. Data-data yang dikumpulkan Holmes dapat dikatakan akurat, karena melakukan suatu penelitian atau observasi pada tempat kejadian, serta mengumpulkan beberapa bukti lain sampai bukti tersebut dianggap cukup untuk mengungkap suatu kasus. Hal tersebut harus dimiliki juga oleh seorang auditor, harus mengumpulkan data-data yang cukup, bukti yang kompeten, akurat sampai dirasa bukti tersebut cukup untuk mengungkap suatu kejadiaan atau kasus.” Menyusul Cynthia Pratikasari: “…Karakter Holmes dapat kita kaitkan dengan karakter seorang auditor yaitu akurat, detail, logis dan gigih …” Harry Chandra Saputra selanjutnya: “Holmes dan auditor tidak bisa memecahkan kasus kalau tidak ada data data.” Vina Lestari mengungkapkan: “…Yang paling pertama yang harus ada dalam diri seorang auditor ialah perencanaan dan analisis titik serang . Maksudnya, seorang auditor harus tahu apa yang akan dilakukannya nanti saat proses mengaudit dan juga mampu menganalisis laporan yang harus ia audit serta dapat menganalisis bukti-bukti yang sudah ia dapatkan nantinya. Kedua, melakukan pengamatan dan mengumpulkan bukti . Ketiga, mengumpulkan datanya dengan turun langsung ke lapangan . Keempat, auditor harus baik dan kompak bekerjasama seperti hanya Holmes dan Watson.” Menurut Wulanjani Endah Astuti: “…Setelah kasus terpecahkan, Holmes juga membuat pelaporan yaitu berupa pernyataan yang bisa dikatakan sulit dipahami oleh publik, sehingga ia membuat berbagai pernyataan yang logis untuk menjelaskan berbagai kejanggalan yang ada agar kasus yang telah terpecahkan dapat dipahami kronologinya oleh khalayak .” Badriyah mendapatkan giliran terakhir: “… Terpercaya , saat Watson menyatakan kehebatan seseorang dalam ilmu supranatural, Holmes tidak mempercayainya, menurutnya suatu kesalahan besar untuk berteori sebelum memiliki data karena sesungguhnya teori akan sesuai dengan fakta bukannya fakta yang menyesuaikan teori. Humoris , meskipun Holmes seorang detektif handal namun ia tidak sombong, bisa bergaul dengan baik contohnya saat ia dipenjara karena menenggelamkan kapal, Holmes bisa berbaur dengan para tahanan lain. Tidak terpengaruh dengan uang , saat Holmes diminta oleh Sir Thomas Rodrum untuk melenyapkan Blackwood, Holmes tidak bersedia untuk dibayar karena Holmes melakukan hal tersebut karena keingintahuannya. Disiplin , meskipun Sir Thomas telah mati namun Holmes tetap menyelidiki Blackwood dan berusaha mengumpulkan bukti sedetail dan sebanyak mungkin. Gigih , saat ia, Watson dan Irene terjebak di ruang pemotongan daging Holmes terus berusaha agar mereka bisa keluar dari ruangan itu dengan selamat. Tenang , di ruang pemotongan daging Holmes tetap tenang. Total , saat melakukan penyelidikan Holmes sangat total dan bersungguh-sungguh bahkan ia mempelajari metode Blackwood. Terukur , Holmes berhasil menyelamatkan diri dengan cara menciptakan asap untuk menghalangi pandangan Coward…” 16 Di pertemuan pertama peneliti membahas kasus Enron 17 Proses disonansi kognitif. Individu merasa bahwa apa yang terjadi tidak sesuai dengan keyakinan (Akuntan belum bersikap etis) Serta merta seluruh mahasiswa bertepuk tangan setelah teman-temannya membacakan hasil tulisan mereka. “ Good Job! Ini yang saya maksud, menyenangkan kan? Kalian bisa mendalami sosok Holmes dan mengubahnya menjadi akuntan. Akuntan yang sebenar-benarnya akuntan. Dari mana semua ini? Imajinasi! Apa jadinya kalau kalian takut membayangkan, sudah berpikir ah nggak masuk akal, nggak mungkin tulisan ini tercipta. Nah, sekarang saya tanya, perlu kah sikap-sikap itu diterapkan auditor?” Tutur saya. “Perluuu…” ujar mereka. “Sudahkan diterapkan?” tanya saya lagi. “Kalau ada manipulasi kayak yang Ibu ceritakan yang Enron 16 tu berarti belum lah ye Bu?” ucap Harry. Dengan tersenyum saya berujar “Jadi, apakah yang harus auditor lakukan?” “Memiliki sikap seperti Sherlock Holmes ketika melakukan proses pengauditan Bu.” 17 tutup Jean. ## Temuan: Jiwa Sherlock Holmes (Seharusnya) di Tubuh Akuntan Proses pembebasan mengadaptasi metode yang dikemukakan oleh Chabrak dan Craig (2013) ini membuahkan pemikiran peserta didik yang berasal dari imajinasi dan pikiran kritis. Dengan menyelami pikiran mereka, esensi bagaimana seharusnya jiwa seorang akuntan terungkap. Lebih luas, jiwa seorang akuntan ini terbagi menjadi sikap umum, sikap yang harus dimiliki ketika melaksanakan tugas di lapangan serta sikap saat membuat laporan. Berikut peneliti sajikan dalam Tabel 1 di bawah ini: Tabel 1 ## Jiwa Seorang Akuntan Sikap umum Sikap saat di lapangan Sikap membuat laporan • Objektif • Keahlian yang cukup • Akurat • Detail • Logis • Gigih • Perencanaan dan analisis titik serang • Terpercaya • Humoris • Tidak terpengaruh dengan uang • Disiplin • Tenang • Total • Memeriksa lingkungan kerja. • Jeli dan telaten dalam memeriksa area audit. • Tidak boleh hanya berpaku pada audit checklist dan standar. • Mengumpulkan data atau bukti-bukti dari transaksi atau kejadian yang telah dilakukan suatu perusahaan maupun pihak ketiga, sampai bukti tersebut dianggap kompeten atau cukup. • Membuat berbagai pernyataan yang logis untuk menjelaskan berbagai kejanggalan yang ada agar kasus yang telah terpecahkan dapat dipahami kronologinya oleh khalayak. • Tidak boleh gegabah dalam sehingga hal tersebut harus diubah ke “jalan” yang sebenarnya (sikap etis). • Terukur • Melakukan pengamatan. • Mengumpulkan datanya dengan turun langsung ke lapangan. • Tidak bisa memecahkan kasus kalau tidak ada data. melaporkan temuan. Sumber: diolah peneliti (2018) Temuan di atas sebenarnya mencakup kode etik akuntan yang meliputi integritas, objektivitas, kompetensi serta sikap cermat dan kehati-hatian professional, kerahasiaan dan perilaku professional 18 maupun standar audit yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan 19 . Namun, peserta didik mengungkapkannya dengan bahasa yang sesuai dengan pemahaman mereka 20 sebut saja “tidak terpengaruh dengan uang”, sebenarnya ini menekankan pada sisi independensi. Selain itu, pernyataan “akurat, detail, logis, gigih, perencanaan, terpercaya, disiplin, tenang dan terukur” merupakan bentuk-bentuk perilaku professional yang seharusnya diimplementasikan akuntan sesuai dengan yang diatur dalam kode etik. Yang menarik adalah, Badriyah mengungkapkan kata “humoris”. Humoris di sini bukan berarti bahwa akuntan harus selalu bercanda tapi lebih kepada sikap santai dan tidak kaku (tanpa mengurangi profesionalitas) tentunya. Seperti pernyataannya: “…meskipun Holmes seorang detektif handal namun ia tidak sombong, bisa bergaul dengan baik contohnya saat ia dipenjara karena menenggelamkan kapal, Holmes bisa berbaur dengan para tahanan lain…” Sikap seperti ini dibutuhkan karena kadangkala akuntan merupakan “momok menakutkan” bagi perusahaan terperiksa. Sebagaimana temuan Noviriani et al (2017) bahwa objek pemeriksaan (obrik) memiliki ketakutan tersendiri ketika diperiksa oleh auditor inspektorat. Selama ini obrik menganggap inspektorat hanya mencari-cari kesalahan, dapat “disuap” dan laksana tukang jahit hingga anggapan bahwa hasil pemeriksaan bisa “dipesan” sesuai dengan yang diinginkan. Dengan adanya sikap yang lebih bersahabat, maka diharapkan akan terjalin kerjasama yang baik sehingga hasil yang didapatkan juga maksimal. Pada temuan terkait sikap auditor di lapangan, peneliti ingin menyoroti pernyataan Rizkie Amalia 18 Lihat kode etik Akuntan professional IAI. 19 Lihat standar audit. “Tidak boleh hanya berpaku pada audit checklist dan standar”. Menurut peneliti, hal ini tidak menyalahi ketentuan, karena yang dimaksud oleh peserta didik sebenarnya adalah pentingnya skeptisisme bagi akuntan. Artinya, akuntan dapat melihat kejanggalan- kejanggalan di luar audit checklist yang telah disusun. Sementara itu, dari sisi sikap saat pelaporan, yang menarik adalah pemikiran Wulanjani yaitu “membuat berbagai pernyataan yang logis untuk menjelaskan berbagai kejanggalan yang ada agar kasus yang telah terpecahkan dapat dipahami kronologinya oleh khalayak”. Dengan sikap demikian, pembaca laporan (dalam hal ini manajemen) dapat memahami isi dari laporan audit. ## Kesimpulan ## Sebuah Akhir dan Keterbatasan Jiwa Sherlock Holmes (seharusnya) di tubuh akuntan adalah temuan tak terbantahkan dalam proses pembebasan ini. Dari keseluruhan tersebut, kita bisa menarik kesimpulan bahwa peserta didik bisa mencipta! Imajinasi dan pikiran kritis mereka menghasilkan desain jiwa seorang akuntan yang begitu kompleks. Penelitian ini “hanya” delapan orang peserta didik, bayangkan bagaimana pemikiran yang terbentuk jika empat puluh orang atau bahkan lebih yang terlibat? Bukan tidak mungkin ke depannya pemikiran- pemikiran mereka inilah yang kemudian digunakan sebagai dasar bertindak oleh “kita”. Semoga…. Walaupun demikian, keterbatasan penelitian ini terletak pada konsistensi penerapan metode pembelajaran yang dijalankan. Peneliti mengakui, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit untuk menggali pemikiran-pemikiran peserta didik, sementara materi perkuliahan yang harus disampaikan dalam satu semester demikian banyak. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pendidik. Namun, jika melihat hasil mencengangkan yang dapat diperoleh, usaha maksimal tentunya tidak akan terbuang sia-sia. Sekarang, tergantung komitmen “kita” sebagai pendidik. Maukah anda bergabung dalam barisan “pembebas pendidikan akuntansi” ? 20 Kesadaran individu yang kemudian “ditangkap” menggunakan fenomenologi transcendental. ## References Aneswari, Yuyung Rizka dan Lucy Sri Musmini (2017). Quo Vadis Pancasila Dalam Pendidikan Akuntansi Di Indonesia?. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 8, Nomor 1, April 2017, p 149- 165. Asy’ari, Muhammad Hasyim (1995). Adab al ‘Alim wa al Muta’allim. Maktabah at Turats al Islamy. Jombang. Boyce, Gordon dan Susan Greer (2012). More Than Imagination: Making Social and Critical Accounting Real. Critical Perspectives on Accounting 24(2) p 105–112. Burrell, G & G. Morgan (1979). Sociological Paradigms and Organisational Analysis: Elements of the Sociology of Corporate Life . Heinemann. London Byrne, Marann dan Barbara Flood (2004). Exploring the conceptions of learning of accounting students. Accounting Education 13 (Supplement 1), p 25–37. Chabrak, Nihel dan Rusell Craig (2013). Student imaginings, cognitive dissonance and critical thinking. Critical Perspectives on Accounting 24(2) p 91–104. Champoux, Joseph E (2007). Film as a Teaching Resource. Journal of Management Inquiry Vol 8, Issue 2, 1999. Chua, Wai Fong (1986). Radical Developments in Accounting Thought. The Accounting Review LXI (4): 601-32. Creswell, J. W (2007) . Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. 2 nd ed. Sage Publications, Inc. United State of America. Duron, Robert, Barbara Limbach & Wendy Waugh (2006). Critical Thinking Framework for Any Dicipline. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. Volume 17, Number 2, p 160-166. Ekasari, Kurnia. (2014). Rehumanisasi Pendidikan Akuntansi Melalui Pendekatan Epistemologi 3ling. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, p 273-286. Efferin, S Stevanus & T Yuliawati (2004). Metode Penelitian Akuntansi Mengungkap Fenomena dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Edisi Pertama . Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta. Frey, James H dan Andrea Fontana (1991). The group interview in social research. The Social Science Journal Volume 28, Issue 2 , 1991, p 175-187. Fouche, J P. (2013). A Renewed Call for Change in Accounting Education Practices. International Journal of Educational Sciences Vol 5. James, Kieran (2008). A Critical Theory and Postmodernist Approach to The Teaching of Accounting Theory. Critical Perspective on Accounting. Vol 19. p 643- 676. Kamayanti, Ari (2012). Cinta: Tindakan Berkesadaran Akuntan (Pendekatan Dialogis Dalam Pendidikan Akuntansi). Simposium Nasional Akuntansi XII. p 1-25. Metin, Irem & Selin Metin Camgoz (2011). The Advances in the History of Cognitive Dissonance Theory. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 6. Moustakas, C (1994). Phenomenological Research Methods. Sage Publications. United States of America.Mukani, 2016). Mulia, Annisa Sekar (2012). Mengungkap Pemahaman Tentang Akuntansi dari Kecerdasan Emosional, Spiritual Dan Sosial Mahasiswa. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 3, Nomor 3, Desember 2012, p 441-456. Mulawarman, Aji Dedi (2006). Pendidikan Akuntansi Berbasis Cinta: Lepas dari Hegemoni Korporasi Menuju Pendidikan yang Memberdayakan dan Konsepsi Pembelajaran Yang Melampaui. Ekuitas Vol.12 No.2 Juni 2008 p 142-158. Noviriani, Eliza, Unti Ludigdo dan Zaki Baridwan (2017). Studi Fenomenologi atas Dilema Etis Auditor Internal Pemerintah. Simposium Nasional Akuntansi Vokasi VI. p 1-20. Sahlberg, Pasi (2009). A Short History of Educational Reform in Finland. Journal of Education Policy, 221 p 147-171. Samli, A C (2011). From Imagination to Creativity. From Imagination to Innovation: New Product Development for Quality of Life, DOI 10.1007/978-1-4614-0854-3_2, Springer Science + Business Media, LLC. Scriven, M & Paul R (2004). The Critical Thinking Community. Diakses tanggal 10 April 2018 dari http://www.criticalthinki ng.org/aboutCT/definingCT.shtml Soeherman, Bonnie (2011). Tinjauan Kontemplatif Peranan Akuntan di Era Konseptual: Perimbangan Kembali Kehakikian Otak Belahan Kiri dan Kanan. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2011, p 279-293 . Trevino dan Brown (2007). Ethical Leadership: A Review and Future Direction. The Leadership Quarterly, pp: 595-616. Triyuwono, Iwan Tri (2010). “Mata Ketiga”: Se Laen, Sang Pembebas Sistem Pendidikan Tinggi Akuntansi. Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Vol. 1 No. 1 April 2010. Wilkin L Carla dan Philip A Collier (2009). A Problem Based Aprroach to Accounting Education: A Pagmatic Appraisal of A Technologically Enabled Solution.” Vol 5 Issue 2, p 49-67. Yamey, B S (1949). Scientific Bookeping and the Rise of Capitalism. The Economic History Review Second Series Vol 1 Nos 2 & 3. Lampiran 1 ## Skema 1 Alur Proses Pembebasan Film “Sherlock Holmes: the Game of Death” GIVING Fenomenologi Transendental Proses Pembebasan Jiwa Sherlock Holmes (Seharusnya) di Tubuh Akuntan
2db8fd53-e2b8-408e-9763-966812e88d8c
https://e-journal.metrouniv.ac.id/tapis/article/download/1958/1536
Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah Website: http://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/tapis/index DOI: https://doi.org/10.32332/tapis.v4i1.1958 This article is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License ## ANALISIS TERHADAP SANKSI KORPORASI PELAKU DUMPING ## LIMBAH TANPA IZIN PERSPEKTIF HAM ## Ali Ibrohim Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya E-Mail: [email protected] Budiarsih Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya E-Mail: [email protected] Slamet Suhartono Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya E-Mail: [email protected] ## Abstract Law Number 23, 2009 concerning Environmental and Management Protection has been running for eleven years. This law still needs a lot of evaluation, especially at the level of implementation or implementation. One of them is related to the sanction for corporations that do environmental damage. There are three types of sanctions that can be given to corporations, namely: civil, criminal and administrative. However, all this time the three did not provide a deterrent effect. As a result, the rights of affected citizens to get a healthy environment are also ignored. For this reason, this paper focused on how is the Analysis of corporate sanctions of perpetrators of waste dumping without permission viewed from a Human Rights perspective? This study uses a juridical normative research method, by analyzing secondary data in the form of laws and regulations related to sanctions for corporations that carry out waste dumping without permission. The results of the study found that the analysis of corporate sanctions for the perpetrators of waste dumping without permission did not represent the protection of human rights for the community. Legal fissures make the corporation can continue its activities and make it possible to do environmental damage again. It is necessary to maximize the application of the highest alternative sanctions by paying attention to human and community rights around the location of waste dumping where the quality of water, air, and soil has deteriorated. Key words: Corporation Sanction, Dumping Corporation, Human Right 112 │ TAPIS , Vol. 04, No. 1 January – June 2020 ## Abstrak UU Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah berjalan selama sebelas tahun. Undang- undang ini masih perlu banyak evaluasi, terutama dalam tataran penerapan atau pelaksanaan. Salah satunya terkait pemberian sanksi bagi korporasi yang melakukan perusakan lingkungan. Ada tiga jenis sanksi yang bisa diberikan kepada korporasi, yakni: perdata, pidana dan administratif. Namun, selama ini ketiganya tidak memberikan efek jera. Akibatnya, hak warga terdampak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat juga terabaikan. Atas dasar hal tersebut tersebut tulisan ini memfokuskan pada pembahasan mengenai bagaimanakah analisis terhadap sanksi korporasi pelaku dumping limbah tanpa izin ditinjau dari perspektif Hak Asasi Manusia? Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yuridis, dengan menganalisis data sekunder berupa peraturan perundangan- undangan terkait sanksi bagi korporasi yang melakukan dumping limbah tanpa izin. Hasil penelitian menemukan bahwa sanksi korporasi pelaku dumping limbah tanpa izin belum merepresentasikan perlindungan Hak Asasi Manusia bagi masyarakat. Celah-celah hukum membuat korporasi tetap bisa beraktivitas kembali dan memungkinkan melakukan perusakan lingkungan lagi. Perlu dimaksimalkan penerapan sanksi alternatif yang paling tinggi dengan memperhatikan hak-hak asasi manusia dan masyarakat di sekitar lokasi dumping limbah yang baku mutu air, udara dan tanahnya sudah memburuk. Kata Kunci: Pidana Korporasi, Dumping Limbah, Hak Asasi Manusia ## A. PENDAHULUAN Ada sekitar 13 putusan hakim Pengadilan Negeri dalam kurun waktu 3 tahun terakhir yang berkaitan dengan pidana kasus lingkungan hidup. Beberapa di antaranya adalah kasus pencemaran lingkungan oleh korporasi berupa dumping limbah tanpa izin. Kasus-kasus ini sangat berdampak pada kehidupan masyarakat, bahkan sulit dipulihkan dalam jangka waktu yang panjang. Khusus dalam kasus pencemaran lingkungan yang membuat baku mutu udara, tanah dan air menurun diatur dalam ketentuan pidana UU No 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH). Dalam aturan- aturan tersebut, korporasi dapat dihukum dengan tiga jenis sanksi, yaitu : administratif, perdata dan pidana. Analisis terhadap Sanksi Korporasi ... │ 113 Korporasi memang telah sah menjadi subjek hukum. Karena itu, korporasi bisa dikenai sanksi-sanksi tersebut, baik sebagian atau keseluruhan. Fungsi sanksi ini sendiri adalah untuk memberikan efek jera bagi korporasi yang melakukan kejahatan atau pelanggaran dan dapat mencegah hal tersebut terjadi lagi, baik oleh korporasi tersebut atau korporasi yang lainnnya. Korporasi sebagai salah satu instrumen pembangunan memang tidak bisa dihindarkan dalam suatu negara. Industri-industri ektraktif memang sangat rawan, terutama dalam hal pembuangan limbah B3. UU kemudian mengantisipasi dengan berbagai aturan, salah satunya adalah Pasal 60 UUPPLH. Dalam pasal tersebut dikatakan, “setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/a tau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin”. Lalu untuk memperkuat posisi pasal tersebut, pada Pasal 104 UUPPLH ditegaskan terkait hukuman bagi korporasi pembuang limbah tidak sesuai aturan. Pasal tersebut berbunyi : “setiap orang yang melakukan dumpi ng limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah)”. Aturan ini sungguh sangat aneh karena masih memberlakukan hukuman dengan batasan maksimal. Akibatnya, banyak perusahaan yang melakukan dumping limbah tanpa izin dihukum dengan hukuman denda di bawah maksimal. Secara aturan, hakim memang diperbolehkan melakukan hal tersebut, namun aturan ini perlu untuk dievaluasi terutama jika melihat dampak buruk dari pembuangan limbah tanpa izin. Apalagi dikaitkan dengan Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam Pasal 28H UUD tahun 1945 tentang hak warga Negara mendapatkan lingkungan yang baik dan sehat. Permasalahan-permasalahan tersebut yang kemudian diakumulasikan dalam pertanyaan berikut; Bagaimanakah Analisis Terhadap sanksi korporasi pelaku dumping limbah tanpa izin dari perspektif Hak Asasi Manusia? Penelitian terkait korporasi pelaku dumping limbah tanpa izin pernah dilakukan oleh Yondia Vanensashakeh Soemantri dkk dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro dalam tulisan berjudul Studi Dumping Limbah Tanpa Izin Terkait dan Berdasarkan Putusan Nomor 61/pid.sus/2015/PN.Unr jo Nomor 114 │ TAPIS , Vol. 04, No. 1 January – June 2020 162/pid.sus/2016/PT.Smg yang dimuat Jurnal Diponegoro Law Journal. Tulisan yang terbit tahun 2017 ini mengkritisi implementasi penegakan hukum dan pelaksanaan peraturan terkait sanksi dumping limbah tanpa izin oleh perusahaan. Dalam putusan tersebut diputuskan denda untuk perusahaan sebesar Rp 100.000.000,- (Seratus juta rupiah) yang dianggap tidak sebanding dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Selain itu, hakim juga memutuskan untuk menghukum pelaksana pembuangan limbah tersebut tanpa memberikan hukuman kepada direksi yang menyuruh melakukan pembuangan. Hal ini dianggap tidak sesuai Pasal 55 KUHP tentang menyuruh tindak pidana. Penelitian terdahulu ini berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Dalam penelitian ini fokus penulis ada pada kajian Hak Asasi Manusia terhadap aturan sanksi bagi korporasi pelaku dumping limbah tanpa izin. Dalam aturan tersebut sudah ditetapkan adanya hukuman pidana penjara maksimal 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp 3.000.000.000,- (Tiga miliar rupiah). ## B. KAJIAN TEORI Penelitian ini menggunakan metode penelitian normatif yuridis. Penelitian yang menganalisa aturan-aturan mengenai suatu isu hukum tertentu 1 . Penelitian ini bertujuan menemukan pemecahan masalah atas isu hukum tentang sanksi yang paling tepat bagi korporasi pelaku dumping limbah tanpa izin. Metode pendekatan berupa pendekatan perundang-undangan dan konseptual dengan menggunakan analisa dari perspektif Hak Asasi Manusia. ## a. Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup Hak Asasi Manusia berkaitan dengan hukum lingkungan di Indonesia mulai diatur sejak perubahan konstitusi Indonesia pada tahun 2000 melalui amandemen kedua UUD 1945 2 . Hak asasi manusia sebagai hak-hak dasar yang harus dimiliki oleh setiap warga Negara telah memerhatikan persoalan lingkungan hidup. Hak hidup pada Pasal 4 dan 9 UU No 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan UUPPLH adalah bentuk penjabaran dari hubungan hak asasi manusia dan hak lingkungan hidup. 1 Husaini Usman and Purbomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). 2 Titik Triwulan Tutik, Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 (Jakarta: Prenada media Group, 2011). Analisis terhadap Sanksi Korporasi ... │ 115 Jaminan konstitusi terkait HAM di bidang lingkungan sebagai bukti komitmen Negara atas sebuah kehidupan demokratis penting untuk diterapkan. Indonesia sedang berjuang menjadi negara penjamin hak asasi manusia dengan membuat beberapa undang-undang yang melindungi hak asasi warga negaranya. 3 Termasuk hak lingkungan hidup. Indonesia mengikuti perkembangan hukum internasional terkait bisnis dan lingkungan, sehingga bergabung dalam penandatanganan kesepakatan internasional United Nation Guiding Principles on Business and Human Rights 4 . Dalam dokumen tersebut ada 3 (tiga) pilar yang menjadi prinsip-prinsip penegakan Hak Asasi Manusia kaitannya dengan lingkungan hidup dan perusahaan atau korporasi. 1. Kewajiban negara melindungi hak asasi manusia, harus melindungi individu, kelompok dan pihak ketiga, yakni bisnis. 2. Perusahaan harus menghormati hak asasi manusia yang dilindungi oleh dunia internasional. 3. Pemulihan bagi korban terdampak perusakan lingkungan harus diperluas baik dengan cara yudisial ataupun non-yudisial guna menjamin hak asasi manusia. ## b. Hukum dan Pembangunan Doktrin Hukum dan Pembangunan bertumpu pada tesis klasik Max Weber yang berbunyi : “The modern capitalist enterprise rests primarily on calculation and presupposes a legal and administrative system, whose functioning can be rationally predicted, at least in principle, by virtue of its fixed general norm, just like the expected performanc e of a machine” (Max Weber 1978: 1394). Dalam pandangannya, Max Weber melihat perkembangan kapitalisme di dunia mensyaratkan adanya regulasi atau instrumen hukum dan lembaga hukum untuk melakukan perhitungan ( calculability ) dan prediksi ( predictability ) bagi pelaku ekonomi, termasuk korporasi. 3 Madja El Muhtaj, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosila, Dab Budaya (Jakarta: Rajawali Pers, 2008). 4 Laporan Komnas HAM, “Pelanggaran HAM Dan Kasus Lubang Tambang” (Jakarta, 2016). 116 │ TAPIS , Vol. 04, No. 1 January – June 2020 Era tahun 1950 tesis ini menjadi mazhab hukum di Amerika Serikat bernama Law and Development (Hukum dan Pembangunan). Teori ini kemudian mengalami perkembangan ke dalam tiga periode. Pertama , periode Law and Development State (1950an-1970an) yang menumpukan pertumbuhan ekonomi melalui peran negara. Kedua , periode Law and Neoliberal Market (1980an-1990an) yang dipengaruhi oleh Washington Consensus. Hukum di sini menjadi sarana deregulasi dan privatisasi untuk ekspansi pasar. Doktrin Hukum dan Pembangunan menjadi bahan perdebatan di kalangan akademisi. Misalnya, David Kennedy menyatakan doktrin tersebut memiliki kontradiksi inheren. Doktrin ini menggunakan pendekatan instrumentalisme hukum yang membuat hukum dimaknai semata-mata sebagai sarana untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Doktrin ini juga menggantungkan diri pada formalisme hukum dalam hal penalaran dan penafsiran guna menjaga kepentingan instrumentalisnya. ## c. Hukum Pidana dan Korporasi Korporasi menjadi subjek hukum di Indonesia baik dalam hukum perdata maupun pidana. Di Indonesia, korporasi adalah salah satu bentuk subjek hukum. Hal ini seperti dalam teori onrechtmatigedaad yang menjadi inspirasi bagi dunia hukum Indonesia. Dalam teori tersebut, subyek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum dan dimintai pertanggungjawaban bukan hanya perseorangan atau individu. Teori ini dipengaruhi oleh teori perkembangan subyek hukum, yang memasukan subyek hukum korporasi atau badan-badan hukum privat, misalnya Perseroan Terbatas (P.T), Commanditer Venootschaap (C.V.), dan sebagainya. 5 Dalam hukum pidana ada tujuan pemidanaan. Tujuan pemidanaan yang ingin dicapai ada dua, Prevensi Spesial dan General . 6 Prevensi Spesial adalah tujuan hukum untuk memberikan dampak langsung kepada pelaku tindak 5 Slamet Suhartono, “Penggunaan Alternatief Dispute Resolution Dalam Penyelesaian Sengketa Antara Masyarakat Dengan Pemerintah (Wacana Mewujudkan Penyelesaian Sengketa Yang Seimbang),” DIH, Jurnal Ilmu Hukum 7, no. 14 (Agustus 2011): 72 – 84. 6 Sudarto, Hukum Dan Hukum Pidana (Bandung: Alumni, 2007). Analisis terhadap Sanksi Korporasi ... │ 117 pidana. Sedangkan Prevensi General adalah dampak yang juga berlaku bagi pelaku maupun mereka yang tidak melakukan tindak pidana (pencegahan). Sedangkan dalam Pidana korporasi juga mengenal Vicarious liability atau pertanggungjawaban pengganti. Dalam hukum pidana korporasi, Vicarious liability merupakan suatu konsep pertanggungjawaban seseorang atas kesalahan yang dilakukan orang lain 7 . ## C. PEMBAHASAN Peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam bidang lingkungan hidup dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dan lingkungannya. Amanat Pasal 28H UUD tahun 1945 sudah sangat jelas, setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik. Salah satu produk hukum yang terkenal sebagai implementasi dari amanat tersebut adalah UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH). Negara tidak hanya melindungi lingkungan hidup melalui UU PPLH dan aturan turunannya, Indonesia juga harus memenuhi target-target Anggaran Pendapatan Negara, salah satunya melalui investasi yang melibatkan korporasi- korporasi nasional dan internasional. Hingga kemudian, Pemerintah harus mengkompromikan aturan-aturan lingkungan hidup dan aturan-aturan yang mendukung korporasi. Hal ini kemudian melahirkan konsep Pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan. Pembangunan hari ini juga harus memperhatikan kehidupan Negara dan bangsa di masa yang akan datang. Pembangunan itu menaikan mutu hidup masyarakat sekaligus menjaga dan memperkuat lingkungan hidup untuk mendukung pembangunan yang berkesinambungan. 8 Akan tetapi, ideologi dari korporasi adalah keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini yang kemudian diantisipasi oleh UU PPLH untuk tetap memperhatikan lingkungan hidup di sekitar operasi korporasi dengan perizinan yang ketat dan pengawasan yang kuat. Salah satu kewajiban perusahaan adalah menyediakan lokasi khusus ( smelter ) untuk menampung limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) agar tidak merusak 7 Mahrus Ali, Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013). 8 Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan (Jakarta: Djembatan, 2001). 118 │ TAPIS , Vol. 04, No. 1 January – June 2020 lingkungan. Selain itu, korporasi yang menghasilkan limbah berbahaya harus memenuhi standar dan prosedur berupa izin sebelum mengolah, membuang atau mendistribusikan limbah tersebut. a. Analisis Peraturan Terkait Dumping Limbah Tanpa Izin Dumping limbah atau pembungan limbah adalah salah satu istilah yang ada dalam UU PPLH. Aturan terakit limbah ini ada pada Pasal 20 ayat (3) yang berbunyi: “Setiap orang diperbolehkan membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan persyaratan: a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya” Selain itu dalam Pasal 60 UU PPLH juga diatur terakait larangan membuang limbah tanpa izin: “setiap orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin” . Pembuangan limbah telah diatur dengan sangat jelas. Setiap perusahaan yang akan membuang limbah harus mengantongi izin dari pihak terkait. Bagi mereka yang tidak memiliki izin dan dengan semena-mena membuang limbah dengan sembarangan dianggap melanggar Pasal 60 UU PPLH dan dikenai sanksi sesuai dengan Pasal 104 UU PPLH yang berbunyi : “Setiap orang yang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (Tiga miliar rupiah).” 9 Untuk memperkuat aturan yang ada dalam UUPPLH, dibuatlah Peraturan Pemerintah No 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah B3. Dalam Pasal 238 mengatur mengenai pengawasan bagi setiap orang yang mengumpulkan, mengelola, mengangkut, memanfaatkan dan melakukan dumping limbah B3. Pengawasan ini dilakukan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dan pihak yang ditunjuk sebagai pelaksana pengawasan tersebut. Mekanisme pengawasan berupa verifikasi aktivitas yang terkait 9 “Undang - Undang Republik Indonesia,” accessed May 12, 2020, http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/32TAHUN2009UU.HTM. Analisis terhadap Sanksi Korporasi ... │ 119 dengan limbah B3 yang dilakukan korporasi. Hal ini untuk memastikan tidak adanya penyalahgunaan izin oleh korporasi dalam hal limbah B3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 30 tahun 2009 tentang Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah B3 serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah B3. Dalam pasal 23 dijelaskan pengawas ditunjuk oleh Menteri, Gubernur, Walikota/Bupati dengan memerhatikan kemampuan orang yang diberi kepercayaan. Dalam pasal tersebut, pengawas terkait limbah B3 harus telah mengikuti pelatihan khusus. Negara ingin memastikan, orang yang menjadi pengawas benar-benar paham tentang limbah B3 dan juga tatacara pengelolaan yang benar agar tidak sampai menimbulkan perusakan lingkungan yang menciderai masyarakat. Sebelum aturan ini, ada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 18 tahun 2009 tentang Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3. Pada Pasal 2 ayat (1) disebutkan, ada beberapa hal terkait limbah B3 yang harus mengantongi izin sebelum dijalankan. Di antaranya adalah : pengangkutan, penyimpanan sementara, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan. Aktivitas-aktivitas tersebut dalam UUPPLH dianggap termasuk dalam Dumping Limbah yang dijelaskan dalam Pasal 60 dan Pasal 104 UUPPLH. Tentunya hal ini telah memenuhi prasyarat pembentukan hukum pidana dengan adanya pengaturan tindakan yang dilarang, akibat yang tidak boleh dilakukan dan juga jenis hukumannya. Namun, jika dilihat dari sisi tujuan pemidaan, baik Prevensi Spesial maupun General, tentunya hal ini dikaji lebih jauh dalam pelaksanaannya. b. Analisis Terhadap Sanksi Korporasi Pelaku Dumping Limbah Tanpa Izin Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia. Setiap korporasi yang melakukan dumping limbah tanpa izin dapat dikenai tiga sanksi dalam UUPPLH, yaitu: Pidana, Perdata dan Administrasi. Dalam hal pidana, pertanggungjawaban korporasi atau criminal responsibility adalah proses seseorang mempertanggungjawabkan perbuatannya antara 120 │ TAPIS , Vol. 04, No. 1 January – June 2020 salah atau benar. Apabila salah, maka pelaku harus mendapatkan hukuman. 10 Sanksi bagi korporasi yang melakukan dumping limbah tanpa izin dibatasi hanya sampai 3 tahun penjara dan denda Rp 3 miliar. Penegakan hukum lingkungan keperdataan lebih menekankan pada penyelesaian mengenai ganti kerugian secara materiil dan tindakan pemulihan fungsi lingkungan serta penjaminan tidak akan terulangnya dumping limbah tanpa izin. Penegakan ini dilakukan melalui gugatan, baik gugatan perseorangan, gugatan perwakilan kelompok, gugatan organisasi lingkungan, atau gugatan pemerintah. Penegakan hukum lingkungan administrasi adalah dengan dicabutnya beberapa izin oleh pemerintah terhadap perusahaan atau korporasi yang melakukan dumping limbah tanpa izin. Namun, dalam perkara ini penegakan hukum administratif tidak serta merta bisa diterapkan meski ada putusan pidana. Dari beberapa pemaparan tersebut, sanksi bagi pelaku dumping limbah tanpa izin tergolong ringan. Korporasi hanya dikenai sanksi denda maksimal Rp 3 miliar. Padahal, dalam beberapa kasus biaya pemulihan lingkungan yang tercemari oleh limbah lebih dari nominal tersebut. Jika melihat pada tujuan pemidanaan yang ingin dicapai ( Prevensi Spesial dan General ). Maka hal ini tidak berdampak langsung kepada seluruh pelaku dumping limbah. Selain itu juga tidak menimbulkan efek jera karena para pelaku bisa sangat berpotensi mengulangi perbuatannya. Selain menggunakan dua tujuan pemidanaan, pidana korporasi juga mengenal Vicarious liability atau pertanggungjawaban pengganti. Hal inilah yang semestinya juga diberlakukan dalam hukum pidana korporasi dumping limbah tanpa izin. Baku mutu air, tanah dan udara yang terdampak haruslah diperbaiki atau diganti seperti semula, bukan ganti rugi sebagaimana membeli tanah dan rumah. Aturan pidana dumping limbah ini tentunya juga bagian dari Law and Development State maupun Law and Neoliberal Market . Konsekuensinya, kedua 10 Barda Nawawi Arief, RUU KUHP Baru Sebuah Restrukturisasi/Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia (Semarang: Pustaka Magister, 2001). Analisis terhadap Sanksi Korporasi ... │ 121 periode tersebut terakumulasi. Cara pandang pembangunan ekonomi ini menempatkan pelaku usaha sebagai agen pembangunan dan memperoleh perlakukan istimewa dengan aturan pidana yang ringann dan beberapa insentif. Sementara itu, negara bertugas memastikan target-target pertumbuhan ekonomi terpenuhi dengan semakin represif terhadap setiap hal yang dianggap menghambat. Jika dilihat dari beberapa teori hukum pidana dan juga dipandang dari perspektif Hak Asasi Manusia, ketentuan sanksi bagi korporasi yang melakukan dumping limbah tanpa izin masih terlalu ringan. Semestinya hukuman maksimal dalam ketentuan pidana tersebut dihapuskan dan hukuman yang dijatuhkan sesuai dengan akibat perbuatan yang telah dilakukan, disesuaikan dengan korban atau kerusakan yang ditimbulkan oleh kejahatan yang dilakukan korporasi. Lebih bagus lagi apabila sanksi kumulatif (pidana, perdata dan administrasi) diberikan secara bersamaan kepada korporasi yang melakukan dumping limbah tanpa izin. Agar benar-benar memberikan efek jera dan kesadaran yang tinggi tentang jaminan hak warganegara atas lingkungan yang baik dan sehat. Selain itu juga diberlakukan Vicarious liability atau pertanggungjawaban pengganti. ## D. KESIMPULAN Sanksi bagi korporasi yang melakukan dumping limbah tanpa izin sudah ditentukan dalam berbagai aturan. Hanya saja, asas keadilan dan kemanfaatan sanksi tersebut tidak sesuai dengan jaminan Hak Asasi Manusia yang diamanatkan oleh UUD 1945. Karena dampak dumping limbah tanpa izin bisa berakibat fatal. Sedangkan hukuman yang diberikan kepada korporasi dibatasi hanya 3 (tiga) tahun penjara dan denda Rp 3 miliar. Semestinya, sanksi yang diberikan kepada korporasi adalah sanksi kumulatif (pidana, perdata dan administrasi sekaligus). Agar sanksi ini benar-benar sesuai dengan tujuan hukum dan tujuan pemidanaan, yakni memberikan keadilan dan efek jera agar tidak terulang kembali. Sehingga kejahatan terhadap lingkungan berkurang dan jaminan atas lingkungan yang sehat dan baik dapat terwujud. ## E. REFERENSI Ali, Mahrus. Asas-Asas Hukum Pidana Korporasi . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013. 122 │ TAPIS , Vol. 04, No. 1 January – June 2020 Arief, Barda Nawawi. RUU KUHP Baru Sebuah Restrukturisasi/Rekonstruksi Sistem Hukum Pidana Indonesia . Semarang: Pustaka Magister, 2001. El Muhtaj, Madja. Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi, Sosila, Dab Budaya . Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Laporan Komnas HAM. “Pelanggaran HAM Dan Kasus Lubang Tambang.” Jakarta, 2016. Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup Dan Pembangunan . Jakarta: Djembatan, 2001. Sudarto. Hukum Dan Hukum Pidana . Bandung: Alumni, 2007. ## Suhartono, Slamet. “Penggunaan Alternatief Dispute Resolution Dalam Penyelesaian Sengketa Antara Masyarakat Dengan Pemerintah (Wacana Mewujudkan Penyelesaian Sengketa Yang Seimbang).” DIH, Jurnal Ilmu Hukum 7, no. 14 (Agustus 2011): 72 – 84. Tutik, Titik Triwulan. Kontruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945 . Jakarta: Prenada media Group, 2011. “Undang - Undang Republik Indonesia.” Accessed May 12, 2020. http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2009/32TAHUN2009UU.HT M. Usman, Husaini, and Purbomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial . Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
a9c36b4c-3bca-457d-b594-70be129f56da
http://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m/article/download/505/156
Volume 7, Nomor Khusus, November 2021 Pengaruh Aplikasi PPA Kader terhadap Pengetahuan ... ## PENGARUH APLIKASI PPA KADER TERHADAP PENGETAHUAN KADER TENTANG DETEKSI DINI STUNTING Fika Kristi Febrina 1 , Novita Rina Antarsih 2  1 Program Pendidikan Profesi Bidan Program Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Jakarta III 2 Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III ## ARTICLE INFO ABS TRACT ## Article history Submitted : 2021-10-12 Revised : 2021-10-23 Accepted : 2021-11-25 ## Keywords: Knowledge Application Stunting Stunting is a growth disorder due to a lack of nutritional intake for a long time. Data from the World Health Organization (WHO), the prevalence of stunting in Indonesia is the third highest in Southeast Asia. The PPA Kader application is one solution in helping to overcome the stunting problem because cadres can get information on nutritional status assessments so fast and can detect stunting early. PPA Kader application for monitoring the growth is an android-based application based on the Z- Score value (BB/U, TB/U, BM I/U, and BB/TB), an imaginative and provocative medium for health education. To find out the effect of the PPA Kader application on the knowledge of village health workers about early stunting detection. This research was using pre-experimental research in one group p re-test post-test design. The research sample is 35 respondents taken from the village health worker population at the Integrated Services Post (Posyandu) in the area of the Public Health Center (Puskesmas) in Balik Bukit District with purposive sampling t echnique. This research was conducted from M arch to April. The intervention in this study was carried out using the PPA Kader application in which there was an educational explanation video about stunting. The data in this study were obtained through quest ionnaires that have been prepared for the pre-test and post-test to find out the knowledge of village health workers about early detection of stunting. Statistical test knowledge in this study is using Wilcoxon test. PPA Kader application can increase knowledge (p=0.000) of village health workers about early detection of stunting. The PPA Kader application affects the knowledge level of village health workers in the target area of the Balik Bukit District Health Center. Kata Kunci: Pengetahuan Aplikasi Stunting Stunting merupakan gangguan pertumbuhan karena kurangnya asupan gizi dalam waktu lama. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), prevalensi stunting di Indonesia masuk ke dalam negara tiga tertinggi di Asia Tenggara. Aplikasi PPA Kader merupakan salah satu solusi dalam membantu mengatasi masalah stunting karena membantu kader mendapatkan informasi penilaian status gizi dalam waktu yang cepat dapat mendeteksi stunting lebih awal. Aplikasi PPA Kader merupakan aplikasi berbasis android untuk pemantauan pertumbuhan balita berdasarkan nilai Z-Score (BB/U, TB/U, IM T/U, dan BB/TB) serta sebagai media pendidikan kesehatan yang bersifat imajinatif dan provokatif. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh aplikasi PPA Kader terhadap pengetahuan kader tentang deteksi dini stunting. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-experimental dalam one group pre-test and post- test design. Sampel penelitian sebanyak 35 responden diambil dari populasi kader di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) wilayah binaan Pusat Kesehatan M asyarakat (Puskesmas) Kecamatan Balik Bukit dengan teknik purposive sampling. Waktu penelitian ini dilakukan selama Bulan M aret sampai dengan April. Intervensi pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi PPA Kader yang di dalamnya terdapat video penjelasan edukasi tentang stunting. Data pada penelitian ini diperoleh melalui pengisian kuesioner yang sudah disiapkan pada saat pre-test dan post-test untuk mengetahui pengetahuan kader tentang deteksi dini stunting. Uji statistik pengetahuan menggunakan uji Wilcoxon . Aplikasi PPA Kader dapat meningkatkan pengetahuan ( p =0.000) kader posyandu tentang deteksi dini stunting. Aplikasi PPA Kader berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan kader Posyandu di wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Balik Bukit.  Corresponding Author: Novita Rina Antarsih Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III Telp. 0817791115 Email: [email protected] ## Jurnal Kesehatan Manarang Volume 7, Nomor Khusus, November 2021, pp. 37 – 44 ISSN 2528-5602 (Online), ISSN 2443-3861 (Print) Journal homepage: http://jurnal.poltek kesmamuju.ac.id/index.php/m ## PENDAHULUAN Stunting (pendek) adalah gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan oleh kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama, yang dinyatakan dengan nilai Z-score tinggi badan berdasarkan umur kurang dari -2 SD. Anak yang mengalami stunting terlihat lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya (Al, 2015). Selain gangguan pertumbuhan, keadaan stunting pada anak juga memberikan dampak pada perkembangannya dalam jangka pendek maupun dampak jangka panjang (Utario and Sutriyanti, 2020). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Adilla et al tahun 2019 ada hubungan penting antara keterlambatan perkembangan dan IQ, yang merupakan tanda perkembangan otak. Dalam penelitian tersebut, dibandingkan dengan anak non stunting , anak dengan stunting memiliki skor IQ yang lebih rendah (Yadika, Berawi and Nasution, 2019). Penelitian lain yang dilakukan oleh Sri et al tahun 2018 pada balita usia 3 – 5 tahun di Posyandu Kricak Yogyakarta, hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada hubungan antara kejadian stunting dengan perkembangan balita (Maharani, Wulandari and Melina, 2018). Kejadian balita stunting merupakan merupakan masalah gizi yang sering dijumpai di negara berkembang khususnya Indonesia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), prevalensi stunting di Indonesia adalah yang tertinggi ketiga di Asia Tenggara. Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005 – 2017 adalah 36,4%. Berdasarkan Riskesdas 2018, Provinsi Lampung merupakan provinsi tertinggi ke-15 di Indonesia dengan prevalensi stunting yang mencapai 31,6% dengan angka kejadian tertinggi pertama di Way Kanan (36,07%) dan angka kejadian tertinggi kedua di Lampung Barat (32,96%). Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian stunting masih belum mencapai target WHO yaitu di bawah 20% (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2018) (Arthatiani, F. Y., & Zulham, 2019) (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Masalah stunting disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor langsung, faktor tidak langsung, dan akar masalah. Kondisi stunting ini berawal dari kurangnya asupan nutrisi yang dikonsumsi (Sulistianingsih and Yanti, 2016). Selain dari faktor-faktor penyebab tersebut, kejadian stunting juga bisa disebabkan karena kesalahan deteksi dini dalam menentukan status gizi pada tingkat dasar atau sejak awal oleh kader. Kesalahan deteksi dini ini dapat menghambat intervensi apabila anak mengalami gangguan tumbuh kembang (Azizah and Wardhani, 2020). Kader merupakan masyarakat yang secara sukarela bersedia untuk menjadi pelaksana utama dalam Posyandu. Keberlangsungan kegiatan dalam Posyandu bergantung pada partisipasi aktif dari kader (Rahayu, 2017). Namun, pada saat melakukan kegiatan di Posyandu, kader hanya mengukur tinggi badan dan berat badan pada balita lalu mencatat ke buku kunjungan atau Kartu Menuju Sehat (KMS) tanpa melakukan interpretasi hasil pengukuran. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan kader tentang pentingnya interpretasi data hasil pengukuran sebagai salah satu upaya dalam deteksi dini stunting masih kurang (Adistie, Lumbantobing and Maryam, 2018). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heni, Zahroh, dan Aditya tahun 2020, hasil yang didapatkan adalah 40,6 % responden kader pada kelompok eksperimen yang memiliki pengetahuan kurang baik juga memiliki sikap yang kurang mendukung (43,8%), self afficancy yang rendah (46,9%), dan kemampuan praktik yang kurang baik (40,6%) dalam deteksi pencegahan stunting (Purnamasari et al. , 2020). Peneliti sebelumnya melaporkan bahwa penggunaan aplikasi dalam smartphone merupakan software yang dapat digunakan dalam membantu kader untuk mendeteksi stunting (Handayani, Tarawan and Nurihsan, 2019). Kelebihan aplikasi stunting yang peneliti kembangkan adalah waktu untuk memahami dan menjalankan aplikasi sangat cepat dan mudah. Bentuk aplikasi ini secara online melalui link yang langsung dapat dilakukan instalasi pada android, adanya video tentang tugas, peran, dan fungsi kader posyandu; video tentang stunting, cara pengukuran Panjang Badan (PB) secara berbaring dan posisi berdiri; adanya hitung cepat pertumbuhan anak berdasarkan nilai Z-Score menggunakan 3 indikator pertumbuhan (BB/U, TB/U, dan BB/TB) yang diploting ke grafik (berdasarkan peraturan mentri kesehatan no 2 tahun 2020 tentang standar antropometri anak), adanya kumpulan daftar anak yang dimasukkan ke menu hitung cepat serta terdapat fitur download sertifikat penilaian pertumbuhan anak. Kabupaten Lampung Barat merupakan kabupaten dengan angka kejadian stunting tertinggi kedua di Provinsi lampung. Salah satu Puskesmas di Kabupaten Lampung Barat adalah Puskesmas Liwa Kecamatan Balik Bukit. Berdasarkan data dari bidan koordinator Puskesmas Liwa Kecamatan Balik Bukit, Posyandu di wilayah Puskesmas Kecamatan Balik Bukit ini berjumlah 27 Posyandu dengan jumlah kader rata-rata tiap Posyandu 4 sampai 7 orang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Aplikasi Pemantauan Pertumbuhan Anak (PPA) Kader terhadap Pengetahuan Kader tentang Deteksi Dini Stunting di Puskesmas Kecamatan Balik Bukit Tahun 2021” . ## METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain Quasi Eksperimen dalam one group pre test post test design yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengobservasi sebanyak 2 kali pada saat sebelum dan sesudah intervensi. Pada hari pertama, pertemuan dengan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi di Posyandu. Selanjutnya, responden akan dijelaskan tentang tujuan, manfaat, dan persetujuan penelitian untuk menghindari responden yang dropout saat penelitian berlangsung. Setelah penjelasan mengenai penelitian dilakukan, selanjutnya selama 35 menit responden melakukan pre-test dengan menggunakan kuesioner penelitian yang berisi 18 pertanyaan benar salah. Setelah itu, pemberian edukasi dan cara penggunaan aplikasi deteksi dini stunting dilakukan. Pada hari ketiga, pertemuan kembali dengan responden untuk melakukan posttest selama 35 menit dengan menggunakan kuesioner yang sama dengan saat pretest dilakukan. ## Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Posyandu wilayah binaan Puskesmas Kecamatan Balik Bukit. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – April 2021 ## Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh kader Posyandu wilayah Binaan Puskesmas Kecamatan Balik Bukit. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Lemeshow, besar sampel yang didapatkan adalah 35 orang. ## Pengumpulan Data Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan tes hasil belajar (pre-test dan post-test ) yang mengkaji pengetahuan kader Posyandu tentang deteksi dini stunting. Pre-test dilakukan pada hari pertama sebelum pemberian intervensi dengan menggunakan aplikasi PPA Kader. Kemudian, dilanjutkan dengan pemberian edukasi tentang penggunaan aplikasi PPA Kader. Pada hari ketiga, dilakukan post-test setelah pemberian intervensi menggunakan aplikasi PPA Kader. Kelebihan aplikasi stunting PPA Kader yang peneliti kembangkan ini adalah waktu untuk memahami dan menjalankan aplikasi sangat cepat dan mudah. Aplikasi ini merupakan aplikasi berbasis android yang dapat di instalasi secara online melalui link . ## Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini telah melalui proses kaji etik Poltekkes Kemenkes Bandung dan mendapatkan Surat Keterangan Layak Etik dengan nomor 12/KEPK/EC/II/2021. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi atau skor rata-rata pengetahuan kader sebelum dan sesudah diberikan intervensi, serta analisis bivariat menggunakan uji Wilcoxon karena data yang dapatkan berdasarkan uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk data pre-test dan pos-test berdistribusi tidak normal dengan nilai signifikansi 0,001 dan 0,002 (<0,05). ## HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk menyajikan gambaran pada masing-masing variabel dalam penelitian di mana hasilnya diuraikan dalam tabel. Berdasarkan tabel 1 terdapat perbedaan skor median sebelum dan sesudah intervensi menggunakan media aplikasi PPAK dari 12 menjadi 15. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan Kader Posyandu sebelum dan sesudah diberikan intervensi pendidikan kesehatan dengan Aplikasi PPAK. Nilai tengah skor pengetahuan kader Posyandu tentang deteksi dini stunting sebelum diberikan intervensi adalah 12 dengan standar deviasi 2,395 serta nilai minimal 5 dan nilai maksimal 16, sedangkan nilai tengah skor pengetahuan kader posyandu tentang deteksi dini stunting setelah diberikan intervensi dengan aplikasi PPAK adalah 15 dengan standar deviasi 2,313 serta nilai minimal 11 dan nilai maksimal 18. Gambar 1. Gambaran Aplikasi PPAK Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Pengetahuan Kader pada Pengukuran Pre -Post Test tentang Deteksi Dini Stunting Menggunakan Media Aplikasi PPAK (n=35 kader) Variabel Pengetahuan Median Min – Max Standar Deviasi N Pre-test 12 5 – 16 2.395 35 Post-test 15 11 – 18 2.313 35 Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen dengan variabel dependen yang ditunjukkan dengan nilai p <0,05. Berdasarkan uji Willcoxon terdapat perubahan nilai sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Positive Ranks dengan nilai 33 artinya 33 sampel mengalami peningkatan nilai dari pre-test ke post-test , Negative ranks adalah 0 berarti tidak ada nilai post-test yang lebih rendah dibandingkan nilai pre-test , serta nilai Ties adalah 2 berarti terdapat 2 sampel yang memiliki nilai pre-test dan post-test sama. Nilai p-value yang didapatkan berdasarkan uji wilcoxon adalah 0,000 ( p-value < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh media aplikasi PPA Kader terhadap pengetahuan Kader Posyandu dalam deteksi dini stunting. ## Tabel 2. Perbedaan Pengetahuan Kader tentang Deteksi Dini Stunting pada Pre- Post Test Menggunakan Media Aplikasi PPAK Variabel Pengetahuan N Positive Ranks Negative Ranks Ties p Pre-test 35 33 0 2 0.000 Post-test * Willcoxon test ## PEMBAHASAN Hasil penelitian telah dilaporkan terdapat peningkatan pengetahuan kader Posyandu tentang deteksi dini stunting setelah diberikan intervensi menggunakan media aplikasi PPA Kader. Menurut peneliti, media pendidikan kesehatan berupa aplikasi smarphone PPA Kader ini dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan kader Posyandu. Hal ini disebabkan karena adanya informasi yang mendukung mengenai stunting yang ada dalam aplikasi PPA Kader. Hal ini didukung oleh teori yang menyebutkan bahwa semakin sering seseorang menerima informasi maka pengetahuan serta wawasannya akan semakin meningkat, sedangkan jika tidak mendapatkan informasi maka pengetahuan dan wawasannya tidak akan meningkat (Margawati and Astuti, 2018). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, T tahun 2017 yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam merangsang tumbuh kembang balita melalui penggunaan aplikasi smartphone mother care (Tri Wahyuni, 2017). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi Anak Bebas Stunting (ABS) telah meningkatkan pengetahuan kader tentang stunting . Terdapat peningkatan pengetahuan kader sebesar 25.1%(Handayani, Tarawan and Nurihsan, 2019). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yossy dan Yanti tahun 2020, rata-rata skor pengetahuan sebelum diberikan intervensi dengan media aplikasi offline tentang stunting adalah 5.96, sedangkan rata-rata skor pengetahuan setelah diberikan intervensi dengan media aplikasi offline tentang stunting meningkat menjadi 8.65 (Utario and Sutriyanti, 2020). Lebih lanjut, juga telah dilaporkan bahwa terdapat pengaruh media aplikasi PPA Kader terhadap pengetahuan kader Posyandu dalam deteksi dini stunting . Menurut peneliti, perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini merupakan sarana yang dapat digunakan untuk bertukar informasi dalam mendapatkan pengetahuan. Salah satu perkembangan teknologi yang dapat digunakan dalam meningkatkan pendidikan kesehatan yaitu penggunaan smartphone . Aplikasi dalam smartphone dapat membantu seseorang untuk mempermudah dalam mendapatkan informasi. Smartphone memiliki tambahan aplikasi, internet akses, pesan singkat, penerima email , dan lain-lain. Hal ini didukung oleh penelitian Nillatuizzah, Bakhar, dan Istiqomah tahun 2018 yang menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah diberikan intervensi media aplikasi dalam smartphone dengan nilai p sebesar 0,035 (<0,05) (Izah, Bakhar and Andari, 2018). Aplikasi PPA Kader tidak hanya digunakan untuk deteksi dini stunting saja karena aplikasi ini merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk pemantauan pertumbuhan balita usia 0 – 60 bulan berdasarkan nilai Z-Score . Aplikasi ini juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya wasting pada balita. Selain itu, aplikasi ini juga memuat informasi mengenai deteksi dini stunting dalam bentuk video animasi atau audiovisual. Berdasarkan hal kelebihan dan fitur yang ada dalam aplikasi PPA Kader, menurut peneliti masyarakat akan lebih mudah untuk memahami dan menerapkan dalam setiap kegiatan pengukuran tinggi badan balita dan penimbangan berat badan balita pada saat Posyandu sehingga dapat mempermudah untuk melakukan deteksi dini stunting . Media audiovisual adalah alat bantu pendidikan yang dapat menstimulus indera penglihatan dan pendengaran yang terdiri dari suara dan gambar. Media audiovisual ini dapat meningkatkan persepsi, meningkatkan pengetahuan, dan meningkatkan ingatan seseorang (Apriliawati et al. , 2020). Hal ini sejalan dengan penelitian Noerma dan Ratih tahun 2020 yang menunjukkan peningkatan pengetahuan kader mengenai bahaya tersedak pada bayi dengan menggunakan media audiovisual (Rizqiea and Utami, 2020). Selain itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juniah, Anita, dan Suhendar (2020), bahwa terdapat perbedaan rata-rata pengetahuan orang tua sebelum dan sesudah pemberian edukasi menggunakan media audiovisual(Apriliawati et al. , 2020). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anisha, Farit, dan Akifah (2017), penyuluhan dengan media audiovisual secara signifikan efektif untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan mengenai pencegahan penyakit gastritis dibandingkan media leaflet (Permatasari, rezal and Munandar, 2017). Hal ini dapat disimpulkan bahwa pemberian edukasi menggunakan aplikasi PPA Kader ini terbukti ada pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan kader Posyandu tentang deteksi dini stunting . Namun, Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini menggunakan metode penelitian pre-experimental dalam one group pre-test and post-test design sehingga peneliti tidak dapat membandingkan hasil pendidikan kesehatan dengan kelompok yang tidak diberikan intervensi/kelompok kontrol. ## KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pada hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media aplikasi PPA Kader terhadap pengetahuan kader Posyandu tentang Deteksi Dini Stunting yaitu adanya peningkatan pengetahuan kader tentang deteksi dini stunting. Aplikasi PPA Kader ini hendaknya dapat digunakan secara berkelanjutan sebagai media pembelajaran yang menarik dan informatif. Selain itu, diharapkan peneliti selanjutnya dapat menambahkan jumlah responden dan variabel yang digunakan. ## DAFTAR PUSTAKA Adistie, F., Lumbantobing, V. B. M. and Maryam, N. N. A. (2018) ‘Pemberdayaan Kader Kesehatan Dalam Deteksi Dini Stunting dan Stimulasi Tumbuh Kembang pada Balita’, Media Karya Kesehatan , 1(2), pp. 173 – 184. doi: 10.24198/mkk.v1i2.18863. Al, A. et (2015) ‘Faktor -faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan Perkotaan (The Factors Affecting Stunting on Toddlers in Rural and Urban Areas)’, Jurnal Pustaka Kesehatan , 3(1), pp. 163 – 167. doi: 10.1007/s11746-013- 2339-4. Apriliawati, A. et al. (2020) ‘Media Booklet Dan Udiovisual Efektif Terhadap Pengetahuan Orangtua dengan Balita Stunting’, Jurnal Ilmiah Kesehatan , 9(2), pp. 60 – 65. Available at: https://ejournal.umpri.ac.id/index.php/JI K/article/download/1217/656. Arthatiani, F. Y., & Zulham, A. (2019) ‘Konsumsi Ikan Dan Upaya ## Penanggulangan Stunting Di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta’, Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan , 5(2), pp. 95 – 104. doi: http://dx.doi.org/10.15578/marina.v5i2.8 107. Azizah, E. N. and Wardhani, R. K. (2020) ‘Gerakan Kader Posyandu Sadar Stunting di Desa Ringinpitu Kecamatan Plemahan’, Journal of Community Engagement in Health , 3(2), pp. 229 – 232. doi: 10.30994/jceh.v3i2.70. Handayani, T. P., Tarawan, V. M. and Nurihsan, J. (2019) ‘Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Kader Tentang Stunting Pada Balita Usia 12 – 36 Bulan Melalui Penerapan Aplikasi Anak Bebas Stunting (Abs)’, Jurnal Kebidanan Malahayati , 5(4), pp. 357 – 363. doi: 10.33024/jkm.v5i4.2058. Izah, N., Bakhar, M. and Andari, I. D. (2018) ‘Pengaruh Penggunaan Aplikasi Stimulasi Tumbuh Kembang Terhadap Pengetahuan Ibu Dan Pertumbuhan Balita Umur 9 – 24 Bulan’, Siklus : Journal Research Midwifery Politeknik Tegal , 7(2), p. 328. doi: 10.30591/siklus.v7i2.897. Kementerian Kesehatan RI (2018) ‘Hasil Utama Riset Kesehata Dasar (RISKESDAS) 2018’, Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical , 44(8), pp. 1 – 200. doi: 10.1088/1751- 8113/44/8/085201. Maharani, S. D. S., Wulandari, S. R. and Melina, F. (2018) ‘Hubungan Antara Kejadian Stunting Dengan Perkembangan Pada Balita Usia 3-5 Tahun Di Posyandu Kricak Yogyakarta’, Jurnal Ilmiah Kesehatan , 7(1), pp. 37 – 46. doi: 10.35952/jik.v7i1.118. Margawati, A. and Astuti, A. M. (2018) ‘Pengetahuan ibu, pola makan dan status gizi pada anak stunting usia 1-5 tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan Genuk, Semarang’, Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of Nutrition) , 6(2), pp. 82 – 89. doi: 10.14710/jgi.6.2.82- 89. Permatasari, A., rezal, F. and Munandar, S. (2017) ‘Efektifitas Media Audio Visual Dan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Tentang Pencegahan Penyakit Gastritis Pada Santriwati Di Pondok Pesantren Hidayatullah Putri Dan Ummusshabri Kota Kendari Tahun 2017’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unsyiah , 2(6), p. 184073. doi: 10.37887/jimkesmas. Purnamasari, H. et al. (2020) ‘Pelatihan Kader Posyandu Sebagai Upaya Pencegahan Stunting Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Margadana Dan Puskesmas Tegal Selatan Kota Tegal’, Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) , 8(3), pp. 432 – 439. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI (2018) ‘Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan’, Kementerian Kesehatan RI , p. 56. doi: 10.1017/ CBO9781107415324.004. Rahayu, R. (2017) ‘Peran Kader Posyandu Dalam UpayaPeningkatan Pemanfaatan Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Mokoau Tahun 2017’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat , 2(6), pp. 1 – 7. Available at: http://ojs.uho.ac.id/ index.php/JIMKESMAS/article/viewFile /3427/2582. Rizqiea, N. S. and Utami, R. D. P. (2020) ‘Edukasi Dengan Metode Audiovisual Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Kader Mengenai Bahaya Tersedak Pada Bayi’, Jurnalempathy.Com , 1(2), pp. 96 – 101. doi: 10.37341/jurnalempathy. v1i2.24. Sulistianingsih, A. and Yanti, D. A. M. (2016) ‘Kurangnya Asupan Makan Sebagai Penyebab Kejadian Balita Pendek (Stunting )’, Jurnal Dunia Kesehatan , 5(1), pp. 71 – 75. Available at: https://www.neliti.com/publications/7712 3/kurangnya-asupan- makan-sebagai- penyebab- kejadian-balita-pendek- stunting. ## Tri Wahyuni (2017) ‘Pengaruh Aplikasi Mother Cares (MOCA) terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Orang Tua dalam Melakukan Stimulasi Tumbuh Kembang Balita Usia 12 – 1 8 Bulan’, Jurnal Medika Cendikia , 04(1), pp. 28 – 36. Available at: https://jurnalskhg.ac.id/ index.php/medika/article/view/61/60. Utario, Y. and Sutriyanti, Y. (2020) ‘Aplikasi Offline Stunting Untuk Meningkatkan Pengetahuan Kader Posyandu di Puskesmas Perumnas Kabupaten Rejang Lebong’, Jurnal Abdimas Kesehatan Perintis , 2(1), pp. 25 – 30. Available at: https://www.jurnal.stikesperintis.ac.id/in dex.php/JAKP/article/view/438. Yadika, A. D. N., Berawi, K. N. and Nasution, S. H. (2019) ‘Pengaruh Stunting terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar’, Jurnal Majority , 8(2), pp. 273 – 282. Available at: http://juke.kedokteran. unila.ac.id/index.php/majority/article/vie w/2483.
9bd4da86-0475-4219-af4e-fa3201ad2738
https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin/article/download/625/437
Vol 1, No 9, Februari 2021, Hal 445-450 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin ## Penerapan Metode Gost Untuk Mendeteksi Keaslian File Dokumen ## Lia Anggriani Program Studi Teknik Informatika, Universitas BUDI DARMA, Medan, Indonesia Email:[email protected] Abstark −Manusia memiliki kemampuan untuk dapat mendeteksi keaslian file dokumen. Kemampuan ini akan sangat berguna bila diterapkan dalam pada mesin seperti komputer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan algoritma GOST( Gosudarstennyi Standart atau sering disebut Goverment Standard . Metode gost merupakan suatu algoritma blok cipher yang dikembangkan oleh seoarang berkebangsaan Uni Soviet . Kriptografi GOST merupakan blok cipher 64 bit dengan panjang kunci 256 bit, Algoritma ini mengiterasi algoritma enkripsi sederhana sebanyak 32 putaran ( round ), untuk menginkripsi pertama-tama plaintext 64 bit dipecah menjadi 32 bit bagian kiri, L dan 32 bit bagian kanan R. Subkunci (i) untuk putaran i adalah K pada satu putaran ke-i operasinya adalah sebagai berikut. Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai, memperbaiki, dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Perancangan adalah proses pengembangan spesifikasi sistem baru yang berdasarkan rekomendasi analisis sistem. Aplikasi merupakan program yang berisikan perintah-perintah untuk melakukan pengolahan data. Aplikasi secara umum yaitu suatu proses dari manual yang di informasikan ke komputer dengan membuat sistem atau program agar lebih berdaya guna secara optimal. Kata Kunci: Metode Gost; Perancangan; Aplikasi. Abstract −Humans have the ability to be able to detect the authenticity of document files. This capability will be very useful when applied to machines such as computers. The purpose of this research is to implement the GOST algorithm (Gosudarstennyi Standard or often called the Government Standard. The gost method is a block cipher algorithm developed by a national of the USSR. GOST cryptography is a 64-bit block cipher with a key length of 256 bits. This algorithm iterates over the algorithm. simple encryption of 32 rounds (round), to encrypt the 64-bit plaintext first broken down into 32 bits on the left, L and 32 bits on the right R. Design is a process that aims to analyze, assess, improve, and compile a system, both physical and non-physical systems that are optimal for the future by utilizing existing information Design is the process of developing a new system specification based on analysis recommendatio ns system.Application is a noisy program n commands to perform data processing. Application in general is a manual process that is informed to the computer by creating a system or program to make it more optimally efficient. Keywords: Gost Method; Design; Application ## 1. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya membawa dampak positif, tetapi juga membawa dampak negatif, salah satunya adalah tindakan plagiarisme. Plagiarisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah penjiplakan atau pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri. Plagiarisme adalah suatu kejahatan akademik ( academic criminal ) dan aib yang sangat tidak mudah terhapuskan. Di kalangan mahasiswa dan kehidupan sehari-hari kegiatan plagiarisme sering ditemukan dalam makalah, bahkan skripsi, dan surat-surat penting seperti surat tanah, surat warisan dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu adanya suatu aplikasi komputer yang dapat mendeteksi keaslian file dokumen agar dapat mengurangi tindakan plagiarisme. Kriptografi merupakan salah satu metode pengamanan data yang dapat digunakan untuk menjaga keaslian data, Data penting dan vital yang tersimpan pada basis data seringkali menjadi target empuk bagi para penyerang, serangan yang terjadi dapat dilakukan oleh pihak luar ( hacker ) maupun pihak dalam (pegawai yang tidak puas). File dokumen merupakan komponen yang sangat vital, sehingga memerlukan pengaman yang baik saat didistribusi ataupun saat disimpan atau untuk mendeteksi keaslian file dokumen. Kemudahan memperoleh informasi berdampak pada kemungkinan terjadinya praktik plagiat dalam dunia pendidikan. Pencegahan praktik plagiat merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dilakukan untuk menjamin kualitas intansi pendidikan. Perancangan Aplikasi adalah konsep merancang merupakan aplikasi yang akan dibuat. Untuk dapat merancang konsep dalam bentuk membuat aplikasi dibutuhkan kreatifitas. Kreatifitas adalah kemampuan untuk menyajikan gagasan atau ide baru. Perancangan adalah penggambaran, perancangan dari pembuatan sketsa atau pengaturan dari beberapa elemen yang terpisah ke dalam satu kesatuan yang utuh. Metode GOST (Gosudarstvenny Standard) merupakan suatu algoritma block cipher yang dikembangkan oleh seorang berkebangsaan Uni Soviet . Metode ini dikembangkan oleh pemerintah Uni Soviet pada masa perang dingin untuk menyembunyikan data atau informasi yang bersifat rahasia pada saat komunikasi, sehingga dengan menerapkan metode GOST pada perancangan aplikasi mendeteksi keaslian file dokumen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu sistem yang terkomputerisasi sehingga dapat membantu pemeriksaan tingkat keaslian file dokumen dengan waktu yang lebih cepat. Melihat kendala tersebut, penulis berusaha untuk membuat suatu sistem untuk mendeteksi tingkat keaslian file dokumen. Untuk mengatasi persoalan mengetahui keaslian file dokumen yang pada intinya adalah cara mengantisipasi agar pihak-pihak yang tidak berhak, tidak mungkin dapat membaca atau bahkan merusak data yang bukan ditujukan padanya. Salah satu cara mendeteksi keaslian file dokumen tersebut adalah dengan merancang aplikasi menggunakan metode GOST . Vol 1, No 9, Februari 2021, Hal 445-450 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin ## 2. METODOLOGI PENELITIAN ## 2.1 Perancangan Perancangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk menganalisis, menilai, memperbaiki, dan menyusun suatu sistem, baik sistem fisik maupun non fisik yang optimum untuk waktu yang akan datang dengan memanfaatkan informasi yang ada. Perancangan adalah proses pengembangan spesifikasi sistem baru yang berdasarkan rekomendasi analisis sistem . ## 2.2 Aplikasi Aplikasi merupakan program yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam menjalankan pekerjaan tertentu. Aplikasi merupakan sebuah program yang dibuat dalam sebuah perangkat lunak dengan komputer untuk memudahkan pekerjaan atau tugas-tugas seperti penerapan, penggunaan dan penambahan data yang dibutuhkan, contoh- contoh aplikasi adalah program pemroses kata dan web browser. Aplikasi akan menggunakan sistem operasi (OS) komputer dan aplikasi yang lainnya yang mendukung secara historis. Aplikasi merupakan program yang berisikan perintah-perintah untuk melakukan pengolahan data. Aplikasi secara umum yaitu suatu proses dari manual yang di informasikan ke komputer dengan membuat sistem atau program agar lebih berdaya guna secara optimal. Berdasarkan defenisinya aplikasi dapat disimpulkan bahwa aplikasi adalah suatu perangkat lunak komputer yang memanfaatkan keamanan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna. Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa aplikasi adalah suatu bentuk sistem yang membantu pekerjaan manusia, program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah-perintah atau melakukan berbagai bentuk pekerjaan atau tugas-tugas tertentu seperti penerapan, penggunaan, dan pembahasan data. ## 2.3 Deteksi Deteksi adalah suatu proses untuk memeriksa atau melakukan pemeriksaan terhadap sesuatu dengan menggunakan cara dan teknik tertentu. Deteksi dapat digunakan untuk berbagai masalah, misalnya dalam sistem pendeteksi suatu file , dimana sistem mengidentifikasi masalah-masalah yang berhubungan dengan file yang biasa disebut plagiat. ## 2.4 File File adalah kumpulan dari kata dan juga informasi yang saling berhubungan dan juga tersimpan di dalam ruang penyimpan sekunder. Defenisi file dapat juga diartikan sebagai arsip atau data yang tersimpan di dalam komputer. Secara konsep file memiliki beberapa tipe, diantaranya adalah tipe data terdiri dari character, numerik, dan binari. Selain itu ada juga file yang bertipe program. Pada umumnya file pada komputer tersimpan di dalam folder tertentu, tergantung dimana si pemilik file ingin menyimpannya. Masing-masing file memiliki ektensi yang berbeda sesuai dengan jenis file nya. Pengertian ekstensi file adalah tanda yang membedakan antar satu jenis file dengan jenis file lainnya. Misalnya, file gambar akan memiliki ekstensi jpg, gif, png, dan lain-lain. Sedangkan untuk file video akan memiliki ekstensia mpeg, avi, mp4, wmv, dan lain-lain.Pengertian file adalah koleksi rekaman ( record ) yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, seperti satu file dari seluruh record yang berisi bidang kode-kode mata kuliah dan namanya Menurut. Pengertian file adalah urutan data yang digunakan untuk melakukan encode informasi digital yang berguna dalam hal pertukaran dan penyimpanan data. ## 2.5 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata crypto dan graphia yang berarti ‘Penulisan rahasia’. Kriptografi adalah ilmu ataupun seni yang mempelajari bagaimana membuat suatu pesan yang dikirim oleh pengirim dapat disampaikan kepada penerima dengan aman. Kriptografi merupakan bagian dari suatu cabang ilmu matematika yang disebut kriptologi ( crytology ). Criptografi bertujuan untuk menjaga kerahasiaan informasi yang terkandung dalam data sehingga informasi tersebut tidak dapat diketahui oleh pihak yang tidak sah. Perancang algoritma kriptografi disebut kriptografer. Kriptografi sesungguhnya merupakan studi terhadap teknik matematis yang terkait dengan aspek keamanan suatu sistem infromasi seperti kerahasiaan, integritas data, autentikasi, dan ketiadaan penyangkaan. Keempat aspek tersebut merupakan tujuan fundamental dari suatu sistem kriptografi. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Keaslian file dokumen yang bersifat rahasia rentan terhadap penyadapan dengan menyalurkan file asli ke internet. Menyalurkan keaslian file dokumen dengan bantuan media internet memiliki aspek penting yang harus diperhatikan oleh pengirim dan penerima file yaitu aspek keamanan file tersebut. Apabila file tersebut jatuh ke pihak yang tidak memiliki otoritas, maka dapat merugikan salah satu pihak pengirim. Masalah Keamanan file merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dijaga keasliannya. Ada beberapa cara dalam menjaga keaslian file dokumen agar tidak dicuri dan disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab, salah satunya adalah dengan teknik kriptografi. Pengujian dalam mendeteksi keaslian file dokumen sangat diperlukan karena dengan adanya pengujian kita dapat mengetahui hasil dari perbedaan dari file dokumen yang akan diuji merupakan hasil dari pembentukan kode fungsi Hash Pemalsuan merupakan suatu tindakan modifikasi dokumen, produk, gambar, atau video, di antara media lain. Dokumen yang sangat mudah di edit dan dipalsukan ini membuat banyak para oknum yang tidak bertanggung jawab Vol 1, No 9, Februari 2021, Hal 445-450 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin merusak keaslian doc, dan menyebar file dokumen ke media sosial hingga informasi atau pesan pada file dokumen bisa berubah keasliannya. Dari latar belakang inilah peneliti mengambil penelitian ini yaitu mendeteksi keaslian file dokumen. Contoh kasus proses hitungan manual dalam enkripsi menggunakan algoritma GOST. Proses pertama adalah menyiapkan plaintex t untuk enkripsi menggunakan algoritma GOST. Kemudian menyiapkan sebuah dokumen doc yang akan dideteksi keasliannya. Adapun proses pendeteksian keaslian file dokumen doc berdasarkan kriptografi disajikan pada gambar dibawah ini : File dokumen yang akan di deteksi keasliannya yaitu file dokumen berformat doc . Berikut merupakan prosedur pendeteksian keaslian file dokumen doc. ## Gambar 1. Diagram Proses Hashing ## 3.1 Pengujian Dokumen Berikut merupakan contoh dokumen yang akan dilakukan pengujian dalam pemerosekan deteksi keaslian file dokumen . Gambar 2. Dokumen Uji ## 3.2 Pengujian Sistem Aplikasi pengujian metode GOST untuk mendeteksi keaslian file dokumen yang akan diuji merupakan hasil dari pembentukan kode fungsi Hash dengan menerapkan metode GOST yang digunakan. Berikut hasil dari implementasi metode GOST untuk mendeteksi keaslian file dokumen dengan menggunakan aplikasi Microsoft Visual Studio 2008 seperti gambar 2: Vol 1, No 9, Februari 2021, Hal 445-450 ISSN 2722-7987 (Media Online) ## Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin Pada Form aplikasi Microsoft Visual Studio 2008 terdapat beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh user untuk menjalankan pengujian implementasi metode GOST sebagai berikut : 1. Menginputkan File Dokumen Asli Menginputkan file dokumen adalah proses dimana memanggil file dokumen yang akan dicari nilai Hash seperti tampilan gambar 3 : Gambar 4. Menginputkan Dokumen Asli 2. Menginputkan File Dokumen Uji Menginputkan file dokumen Uji adalah proses dimana memanggil file dokumen yang akan dicari nilai Hash seperti tampilan gambar 4 : Gambar 5. File Dokumen Uji 3. Menginputkan Kunci Menginputkan kunci adalah proses dimana untuk mengetahui hasil file tersebut asli atau palsu seperti tampilan gambar 5 : Gambar 6. Menginputkan Kunci 4. Memilih Tombol Proses GOST Memilih tombol proses GOST adalah proses dimana menentukan hasil hash file dokumen asli atau palsu seperti gambar 6 : Vol 1, No 9, Februari 2021, Hal 445-450 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin 5. Tampilan Nilai Hash File Dokumen Tampilan nilai Hash file dokumen adalah menampilkan nilai Hash jika nilai Hash sama maka dokumen yang di uji keasliannya Asli, dan Jika nilai Hash berbeda maka file Tesebut palsu seperti gambar 7 : Gambar 8. Tampilan Nilai Hash File Dokumen 6. Tampilan Keterangan Deteksi Tampilan keterangan deteksi adalah tampilan akhir proses deteksi keaslian file dokumen seperti gambar 8 : Gambar 9. Tampilan Keterangan Deteksi 7. Tampilan File Dokumen Palsu Berikut tampilan file dokumen palsu yang telah di edit atau dimanipulasi, saat di inputkan kunci GOST dan diproses nilai Hash berbeda sehingga dapat dikatakan bahwa file tersebut palsu seperti gambar 9 : Gambar 10. Tampilan File Dokumen Palsu ## 4. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan penerapan algoritma GOST telah membuktikan bahwa suatu file yang dapat dideteksi keasliannya dengan membandingkan hasil Hash . Aplikasi file dokumen dapat dirancang dan dibangun dengan menggunakan aplikasi Microsoft Visual Studio 2008 dengan menerapkan Algoritma GOST sehingga memudahkan penulis melakukan pengujian mendeteksi keaslian file dokumen. ## REFERENCES [1] S. Emy Setyaningsih, Kriptografi & implementasinya menggunakan matlap, Yogyakarta: ANDI, 2015. [2] Schneir, "Pengamanan basis data sistem penjualan dengan menggunakan teknik enkripsi kriptografi," Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, no. 6, pp. 2252-4517, 2018. [3] Sarineen, "Pengamanan basis data sistem penjualan dengan menggunakan teknik enkripsi kriptografi gost," Jurnal teknologi informasi dan komunikasi , no. 6, pp. 2252-4517, 2018. Vol 1, No 9, Februari 2021, Hal 445-450 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin [4] Kahn, "Pengamanan Basis Data Sistem Penjualan dengan Menggunakan Teknik Enkripsi Kriptografi Gost," Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, no. 4, pp. 2252-4517, 2018. [5] d. Bendict Marthin, "Pengamanan basis data sistem penjualan dengan menggunakan teknik enkripsi kriptografi gost," Jurnal Teknologi Informasi dan Komunikasi, no. 4, pp. 2252-4517, 2018.
575c0d93-72cb-414a-9845-2584758870b2
https://jurnal.uns.ac.id/jkc/article/download/76091/45286
Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses dan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD Fahni Hidayanti, Tri Saptuti Susiani, Kartika Chrysti Suryandari Universitas Sebelas Maret, Indonesia [email protected] Article History accepted 19/2/2024 approved 1/3/2024 published 30 /4/2024 ## Abstract The study aimed to describe the steps of Problem Based Learning, improving natural science process skills, and increase natural science learning. The subjects were teacher and students of fifth grade at SD Negeri 1 Sidoharjo. The data were qualitative and quantitative. Data collection techniques were observation, interviews, and tests. Data validity used triangulation of sources and triangulation of techniques. Data analysis included data reduction, data presentation, and drawing conclusions.The results indicated thatProblem Based Learning improved the process skills and learning outcomes on natural science. The percentages of natural science process skills were 78.6% in the first cycle, 84.2% in the second cycle, and 90.1% in the third cycle. the passing grades of students’ learning outcomes were70.8% in the first cycle, 83.3% in the second cycle, and 91.7% in the third cycle. It concludes that the implementation of Problem Based Learning (PBL) improves the process skills and learning outcomes on natural science about heat changes temperature and objects to fifth grade students of SD. Keywords: Problem Based Learning, process skills, natural science ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan langkah-langkah model Problem Based Learning , meningkatkan keterampilan proses IPA, dan meningkatkan hasil belajar IPA . Subjek penelitian ialah guru dan siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo. Data yang digunakan berupa data kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan tes. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Analisis data dilaksanakan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan proses dan hasil belajar IPA dengan model Problem Based Learning. Persentase keterampilan proses IPA siklus I = 78,6%, siklus II = 84,2%, dan siklus III = 90,1%. Ketuntasan hasil belajar siswa siklus I = 70,8%, siklus II = 83,3%, dan siklus III = 91,7%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD. Kata kunci: Problem Based Learning, keterampilan proses, IPA ## PENDAHULUAN IPA adalah pembelajaran tentang kehidupan manusia untuk melatih siswa berpikir secara ilmiah dan memiliki berbagai keterampilan guna membantu menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. Pembelajaran IPA dikatakan bermakna apabila tidak hanya menekankan pemahaman konsep tetapi perlu menerapkan kegiatan bagi siswa untuk menemukan pengetahuan melalui pengalamannya sendiri dengan mengamati fenomena alam, melakukan eksperimen, dan mendiskusikan cara memecahkan masalah (Hidayah & Pujiastuti, 2016). Melalui keterampilan proses IPA, materi pelajaran mudah di pahami, diingat, dan menjadi acuan pemecahan masalah pada kehidupan sehari-hari. Menurut Sayekti & Kinasih (2018) keterampilan proses dalam IPA yang perlu dikembangkan untuk siswa sekolah dasar mencakup keterampilan mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, memprediksi, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Berdasarkan observasi pada 5 November 2022 di SD Negeri 1 Sidoharjo yang berlokasi di Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, keterampilan proses IPA sudah dilakukan namun belum terlaksana dengan maksimal. Pada keterampilan observasi, siswa baru menggunakan satu alat indera yaitu mata saat melakukan pengamatan pada rangka organ gerak manusia. Siswa sudah bisa melaksanakan keterampilan mengukur dan mengklasifikasi sesuai dengan ciri-ciri tertentu, namun cenderung kesulitan dalam melaksanakan keterampilan memprediksi, menyimpulkan, dan mengomunikasikan hasil pengamatan. Selain keterampilan proses IPA, peneliti juga menemukan berbagai permasalahan ketika pembelaj . ran menurut hasil wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo seperti pembelajaran masih menggunakan model ceramah, jarang menggunakan media pembelajaran, beberapa kali menggunakan alat peraga namun pelaksanaannya kurang maksimal, siswa kesulitan memahami materi, pasif saat pembelajaran, kurangnya motivasi dan minat belajar, serta materi hanya disampaikan secara lisan tanpa melakukan praktik nyata. Hal ini menyebabkan kurang bermaknanya proses pembelajaran yang berakibat rendahnya perolehan hasil belajar siswa. Dibuktikan dari nilai UTS siswa kelas V masih rendah dan banyak yang belum mencapai KKM=75. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adaya inovasi dan perbaikan pada pembelajaran IPA. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA adalah dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL) . Menurut Ramadhan, dkk. (2016) Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses penanganan isu, dimana peserta didik dihadapkan pada suatu masalah yang ada, kemudian diidentifikasi dan dicarikan solusi untuk masalah tersebut. Penerapan model PBL dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA, melalui permasalahan yang disajikan, siswa tertantang untuk mencoba memecahkan masalah yang ada. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Artawan, dkk. (2021) diperoleh informasi bahwa model PBL memberikan pengaruh positif dan signifikan pada hasil belajar IPA siswa di sekolah dasar. Sejalan dengan penelitian Hardono, dkk. (2016) yang menyimpulkan bahwa Problem Based Learning menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan proses IPA pada siswa sekolah dasar. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan yang bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo tahun ajaran 2022/2023, (2) meningkatkan keterampilan proses IPA materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo Tahun Ajaran 2022/2023 melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) , (3) meningkatkan hasil belajar IPA materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo Tahun Ajaran 2022/2023 melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL). ## METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan guru. Prosedur penelitian ini mengacu pada penelitian yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk. (2015) meliputi: (1) perencanaan, yaitu merencanakan tindakan yang akan dilakukan, (2) pelaksanaan, yaitu tindakan yang dilakukan saat pembelajaran, (3) observasi, yaitu melakukan pengamatan pelaksanaan pembelajaran, dan (4) refleksi, yaitu menganalisis dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus dengan lima pertemuan. Subjek penelitian ini ialah guru dan siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo tahun ajaran 2022/2023. Penelitian ini menggunakan data kualitatif berupa data perolehan wawancara dan observasi pelaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model PBL dan data kuantitatif berupa data hasil belajar IPA kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo. Sumber data dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas V berjumlah 24 siswa dan guru kelas V, serta dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan tes. Uji validitas data menggunakan triangulasi sumber dan teknik, mengacu pada pendapat Sugiyono (2016). Teknik analisis data menggunakan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Aspek yang diukur dalam indikator kinerja penelitian ini adalah penerapan langkah-langkah model PBL, capaian keterampilan proses IPA siswa melalui penerapan model PBL, dan ketuntasan hasil belajar siswa menerapkan model PBL dengan persentase yang ditargetkan sebesar 85%. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pembelajaran IPA materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo dilaksanakan dengan baik dan mengalami peningkatan, dibuktikan dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan langkah-langkah: (1) orientasi masalah, siswa diberi gambar berisi permasalahan sesuai materi pembelajaran untuk dianalisis, (2) pengorganisasian belajar, siswa dibentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa untuk melakukan percobaan dan diskusi kelompok, (3) membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, siswa dibimbing untuk melakukan percobaan, (4) menyajikan hasil kerja, siswa diarahkan untuk mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas, (5) analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah, siswa bersama guru membahas jawaban hasil diskusi dari setiap kelompok. Langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti mengacu pada langkah yang dikemukakan Sriyanto (2019). Berikut hasil observasi siklus I sampai siklus III. Tabel 1. Perbandingan Antarsiklus Hasil Penerapan Model PBL terhadap Guru & Siswa Langkah Guru Siswa Siklus (%) Siklus (%) I II III I II III Orientasi masalah 77,1 84,7 93,8 78,1 82,3 88,9 Pengorganisasian belajar 76,4 81,9 94,4 79,2 81,9 91,7 Membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan 80,6 87,5 91,7 79,2 87,5 91,7 Menyajikan hasil kerja 79,2 82,3 88,9 76,4 84,7 89,6 Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. 81,7 87,5 93,3 80 84,5 88,9 Rata-rata 79 84,8 92,4 78,6 84,2 90,1 Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus I,II, dan III mengalami peningkatan. Hasil pengamatan terhadap guru pada sikus I sebesar 79% terdapat peningkatan sebesar 5,8% pada siklus II menjadi 84,8%. Dari siklus II ke siklus III meningkat sebesar 7,6% sehingga menjadi 92,4%. Pengamatan terhadap siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 5,6% yang awalnya 78,6% menjadi 84,2%. Dari siklus II ke siklus III mengalami peningkatan sebesar 5,9% sehingga menjadi 90,1%. Tabel 2. Perbandingan Hasil Observasi Keterampilan Proses IPA Siklus I, II, dan III Indikator Siklus I Siklus II Siklus III PI (%) PII (%) PI (%) PII (%) PI (%) Mengamati 66,7 83,3 83,3 91,6 91,7 Bertanya 66,7 75 75 83,3 83,3 Mengelompokkan 75 75 83,3 91,7 100 Menafsirkan 66,7 66,7 75 83,3 91,7 Mengkomunikasikan 66,7 75 75 83,3 91,7 Rata-rata 68,3 75 78,3 86,7 91,7 Rata-rata Siklus 71,7 82,5 91,7 Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa hasil observasi keterampilan proses IPA siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III. Persentase rata-rata pada pertemuan I siklus I sebesar 68,3% meningkat sebesar 3,4% pada pertemuan II menjadi 75%. Pada siklus II pertemuan I presentase rata-rata yang diperoleh sebesar 78,3% mengalami peningkatan 8,4% menjadi 86,7% pada siklus II pertemuan II. Sedangkan pada siklus III pertemuan I mencapai persentase rata-rata sebesar 91,7%. Keterampilan proses yang paling menonjol dalam penelitian ini yaitu keterampilan mengelompokkan, mengamati, menafsirkan dan mengkomunikasikan. Pada keterampilan bertanya masih ada beberapa siswa yang kurang percaya diri untuk mengajukan pertanyaan. Tabel 3. Analisi Hasil Belajar Siswa Siklus I, II, dan III Nilai Siklus I Siklus II Siklus III PI PII PI PII PI 95-100 - - 29,2 45,8 58,3 85-94 33,3 50 33,3 37,5 20,8 75-84 33,3 25 16,7 4,2 12,5 65-74 20,8 12,5 16,7 12,5 8,3 55-64 4,2 8,3 4,2 - - 45-54 8,4 4,7 - - - <45 - - - - - Jumlah 24 24 24 24 24 Nilai Tertinggi 90 94 100 100 100 Nilai Terendah 47 52 62 65 71 Rata-rata 77,5 83,2 86,5 90,2 93,2 Siswa Tuntas 66,7 75 79,2 87,5 91,7 Siswa Belum Tuntas 33,3 25 20,8 12,2 8,3 Rata-rata Presentase Siklus 70,8 83,3 91,7 Berdasarkan tabel 3, diperoleh data bahwa hasil belajar IPA terjadi peningkatan pada setiap siklusnya. Pada siklus I rata-rata persentasenya sebesar 70,8%, siklus II mengalami peningkatan sebesar 12,5% menjadi 83,3%, dan meningkat pada siklus III sebesar 8,4% menjadi 91,7%. Selain itu peningkatan terjadi pada rata-rata nilai siswa. Pada siklus I rata-rata nilainya 80,4 meningkat 4,0 pada siklus II menjadi 88,4, dan pada siklus III rata-rata nilai meningkat sebesar 4,8 menjadi 93,2. Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA siswa. Data tersebut membuktikan pendapat Agrista, dkk. (2021) yang menyimpulkan bahawa model Problem Based Learning dapat menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan keterampilan dan perangkat pembelajaran dalam keterampilan proses. Balimula, dkk. (2019) berpendapat bahwa model PBL berorientasi pada proses pemecahan masalah dengan diawali orientasi masalah yang terdekat dengan siswa. Janah, dkk. (2018) juga menambahkan bahwa model pembelajaran PBL menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal tersebut juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari & Fitria (2021) bahwa adanya peningkatan keterampilan proses siswa sekolah dasar menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Hal ini juga dikarenakan model PBL memiliki beberapa kelebihan seperti yang dinyatakan oleh Yulianti & Gunawan (2019) meliputi: (1) PBL cukup bagus dalam pemecahan masalah untuk memahami isi pelajaran, (2) Menantang kemampuan dan memberikan kepuasan kepada siswa, (3) meningkatkan aktivitas pembelajaran, (4) membantu memahami masalah dalam kehidupan, (5) membantu siswa mengembangkan dan bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, (6) membantu siswa memahami hakikat belajar, (7) menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan disukai siswa, (8) memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata, (9) merangsang semangat belajar siswa. Dengan diterapkannya model pembelajaran yang menarik, maka proses pembelajaran akan lebih bermakna, sejalan dengan pendapat Wijanarko (2017) yang mengemukakan bahwa seorang guru harus mampu memilih strategi, tata cara mendesain model pembelajaran yang tepat guna memaksimalkan proses belajar mengajar. Alasan mengapa hasil belajar siswa meningkat setelah diterapkan model Problem Based Learning yaitu: (1) pada langkah orientasi masalah, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, orientasi masalah sehingga siswa mampu mengaitkan dengan kehidupan nyata, sesuai dengan pendapat Arrends (Janah, dkk. 2018) yang menyatakan bahwa pada langkah orientasi masalah, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pemecahan masalah, (2) pada langkah pengorganisasian belajar, guru mengorganisasikan siswa membentuk kelompok beranggotakan 4-5 siswa. Hal yang sama dinyatakan Arrends (Janah, dkk., 2018) bahwa pada langkah pengorganisasian belajar, siswa dibimbing untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan permasalahan oleh guru, (3) pada langkah membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, siswa dibimbing untuk melakukan percobaan dan penyelidikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Arrends (Janah, dkk., 2018) bahwa pada langkah pembimbingan belajar, siswa diberikan dorongan untuk bereksperimen, mendapatkan informasi yang tepat, dan mencari solusi, (4) pada langkah penyajian hasil kerja, siswa diarahkan untuk mempresentasikan hasil percobaan di depan kelas, saling menanggapi, dan membahas hasil presentasi bersama guru. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arrends (Janah, dkk., 2018) bahwa pada langkah penyajian hasil kerja, siswa dibantu menyiapkan laporan hasil kerja dan cara menyampaikkannya oleh guru, (5) pada langkah analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah, siswa bersama guru menganalisis dan mengevaluasi hasil diskusi setiap kelompok dan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Arrends (Janah, dkk., 2018) bahwa siswa dibantu guru dalam merefleksi pelaksanaan investigasi dan proses yang digunakan saat penelitian. ## SIMPULAN Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa: (1) langkah-langkah penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan keterampilan proses dan hasil belajar IPA materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo tahun ajaran 2022/2023 yaitu: (a) orientasi masalah, (b) pengorganisasian belajar, (c) membimbing siswa untuk melakukan penyelidikan, (d) menyajikan hasil kerja, dan (e) analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah, (2) Penerapan mode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan keterampilan proses IPA siswa materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo tahun ajaran 2022/2023. Hal tersebut dibuktikan dari rata-rata hasil observasi keterampilan proses IPA siswa pada siklus I=78,6%, siklus II=84,2%, dan siklus III=90,1%, (3) Penerapan mode Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi pengaruh kalor terhadap perubahan suhu dan wujud benda pada siswa kelas V SD Negeri 1 Sidoharjo tahun ajaran 2022/2023, dibuktikan dari persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa pada siklus I yaitu 70,8%, pada siklus II menjadi 83,3%, dan pada siklus III meningkat menjadi 91,7%. ## DAFTAR PUSTAKA Agrista, I., Susantini, E., & Budijastuti, W. (2021). Development of Problem-Based Learning Devices for Training Science Process Skills (SPS) Junior High School Students. International Research and Critics Institute-Journal , 4 (3), 4372 –4379. https://bircu-journal.com/index.php/birci/article/view/2213 Arikunto, S., Suhardjono., & Supardi. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Artawan, I. K. A. S., Rati, N. W., & Pajarastuti, D. P. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Profesi Guru . 4 (2). 173 –181. https://doi.org/10.23887/jippg.v4i2.35582 Balimula, B. N., Lawotan, Y. E., & Puang, D. M. E. (2019). Efektivitas Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Siswa Kelas IV SD Inpres Patisomba. Journal Nagalalang Primary Education . 1 (1). 9 –33. Hardono, F. P., Ismiyati, S., & Atmojo, I. R. W. (2016). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Ipa Pada Siswa Sekolah Dasar. Didaktika Dwija Indria: Jurnal Ilmiah Pendidikan . 4 (8). 1 –8. https://jurnal.fkip.uns.ac.id Hidayah, R., & Pujiastuti, P. (2016). Pengaruh Pbl Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Hasil Belajar Kognitif Ipa Pada Siswa Sd. Jurnal Prima Edukasia . 4 (2). 186. https://doi.org/10.21831/jpe.v4i2.7789 Janah, M. C., Widodo, A. T., & Kasmui, D. (2018). Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia . 12 (2). 2097 –2107. Ramadhan, M. I., Aeni, A. N., & Sujana, A. (2016). Penerapan Model PBL Berbantuan Multimedia Pada Materi Daur Air dan Peristiwa Alam. Jurnal Pena Ilmiah . 1 (1). 721 –730. Sari, L & Fitria, Y. (2021). Peningkatan Keterampilan Proses IPA Siswa Sekolah Dasar Menggunakan Pendekatan Problem Based Learning. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 5(1). Sayekti, I. C., & Kinasih, A. M. (2018). Kemampuan Guru Menerapkan Keterampilan Proses Sains Dalam Pembelajaran Ipa Pada Siswa Kelas IVB SDN 14 Surakarta. Profesi Pendidikan Dasar . 1 (1). 97-105. https://doi.org/10.23917/ppd.v1i1.4464 Sriyanto. (2019). Penerapan Model Problem Based Learning dalam Pembelajaran Sejarah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Nilai-nilai Kearifan Lokal Pada Peserta Didik Kelas XI TB 1 SMK Negeri 1 Bancak. Jurnal Artefak. 17 –28. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Alfabeta. Wijanarko, Y. (2017). Model Pembelajaran Make A Match Untuk Pembelajaran IPA Yang Menyenangkan Yudi. Jurnal Taman Cendekia , 01(01), 52 –53. Yulianti, E., & Gunawan, I. (2019). Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL): Efeknya Terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis. Indonesian Journal of Science and Mathematics Education . 2 (3). 399 –408. https://doi.org/10.24042/ijsme.v2i3.4366
1ef062e3-6de1-4e4d-9802-0456b6c02f3f
https://www.jurnal.lkd-pm.com/index.php/IJSE/article/download/111/339
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (Indonesian Journal of Society Engagement) Vol. 3, No. 3, Desember 2022, Hal. 155 – 163 DOI: https://doi.org/10.33753/ijse.v3i3. 111 ## Permainan Lilin Plastisin Sebagai Stimulasi Motorik Halus Anak dalam Persiapan Menulis Indri Nuareni*, Sepia Nuriska, Sheila Fitrunnisa Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudi No. 229, Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat 40154 Indonesia *[email protected] Kata Kunci: stimulasi; permainan lilin plastisin; motorik halus Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana pemberian stimulasi menggunakan permainan lilin plastisin yang berpengaruh untuk perkembangan motorik halus anak dalam persiapan menulis. Metode yang digunakan dengan cara pengisian kuesioner dengan menggunakan google form yang disebarluaskan melalui online. Hasil analisis penelitian motorik halus melalaui pengisian kuesioner diperoleh 35 responden yaitu orang tua dengan anak usia 2-6 tahun. Sebanyak 31,4% responden memiliki anak berusia 6 tahun, 40% responden memiliki anak berusia 5 tahun, 8,6% responden memiliki anak berusia 2 dan 4 tahun. . Peserta didik ini diberikan stimulus menggunakan permainan lilin plastisin. Stimulus diberikan oleh pendidik juga orang tua di sekolah dan di rumah. Permainan plastisin membantu proses perkembangan motorik halus anak berkembang secara optimal. Perkembangan motorik halus anak yang optimal menjadi penentu keterampilan menulis anak. Keywords: stimulation; plasticine wax games; fine motor Abstract This study aims to find out how giving stimulation using plasticine wax games has an effect on children's fine motor development in preparation for writing. The method used is by filling out a questionnaire using a Google form which is disseminated online. The results of the fine motor research analysis through filling out the questionnaire obtained 35 respondents, namely parents with children aged 2-6 years. As many as 31.4% of respondents have children aged 6 years, 40% of respondents have children aged 5 years, 8.6% of respondents have children aged 2 and 4 years. . These students are given a stimulus using a plasticine candle game. Stimulus is given by educators as well as parents at school and at home. Plasticine games help the child's fine motor development process develop optimally. Optimal fine motoric development of children determines children's writing skills. ## PENDAHULUAN Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia kisaran 0-6 tahun, di mana pada usia ini disebut masa golden age. Pada masa ini semua aspek perkembangan harus senantiasa diberikan stimulus karena pada masa ini perkembangan terjadi sangat pesat. Semua aspek perkembangan anak usia dini saling mempengaruhi satu sama lain untuk menghasilkan perkembangan yang optimal. Selamet Suyanto (2005:6) menyebutkan penelitian di bidang neurologi menunjukkan bahwa 50% kecerdasan anak terbentuk pada 4 tahun pertama kehidupan anak, saat anak menginjak usia 8 tahun perkembangan otak anak mencapai 80%, saat anak menginjak usia 18 tahun perkembangan otak mencapai 100 %. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah lembaga untuk membantu perkembangan anak usia dini berkembang secara optimal melalui stimulasi yang diberikan oleh pendidik. Dalam PAUD, proses belajar dilakukan melalui bermain. Oleh karena itu pendidik harus menyiapkan strategi ataupun metode dalam proses pembelajaran. Sejalan dengan pendapat Rohyana Fitriani (2018), pemberian stimulasi merupakan salah satu cara untuk membantu perkembangan anak, di mana anak yang terstimulasi dengan baik juga dapat mencapai aspek perkembangan dengan baik. Pendidikan anak usia dini dapat memberikan dorongan dan pendidikan memungkinkan anak belajar melalui bermain. Pendidik disarankan mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada dan diimplementasikan kepada anak didiknya supaya dalam proses pembelajaran ada berbagai strategi maupun proses. Salah satu aspek perkembangan yang penting untuk dikembangkan yaitu perkembangan fisik-motorik anak. Perkembangan fisik motorik dapat dibedakan menjadi dua yaitu motorik kasar dan halus. Pada tulisan ini berfokus pada stimulasi motorik halus anak. Motorik halus digunakan oleh anak hanya pada aktivitas ringan karena menggunakan otot-otot kecil. Pemberian stimulus pada motorik halus anak akan berdampak untuk persiapan menulis sehingga anak akan bisa menulis dengan benar. Pada tulisan ini akan menjelaskan alat permainan edukatif lilin plastisin yang menjadi metode stimulus untuk perkembangan motorik halus anak. Menurut Cetin (2015), otot tangan harus diperkuat dengan bahan seperti play dough untuk mempersiapkan keterampilan menulis. Kemudian bentuk seperti lingkaran dan kotak harus dipotong dengan gunting untuk pengendalian mata guna mendorong perkembangan motorik halus. Dengan alat permainan tersebut maka akan dapat mendorong kreativitas anak dan anak akan berimajinasi. Semakin banyak stimulasi yang diberikan, makan semakin membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Dari kutipan tersebut memang sudah tidak diragukan lagi bahwa orang tua sama seperti sekolah pertama bagi anak-anak,. Sebab sebelum masa sekolah anak-anak akan mempelajari banyak hal dari orang tua sebelum memiliki guru formal di sekolahnya. Peran orang tua sangatlah berpengaruh untuk perkembangan anak. Oleh karena itu orang tua harus menjadi support sistem untuk anak. Menurut Lisna, Mirna (2022), peran orang tua sangat penting untuk menunjang perkembangan motorik halus anak, yang bergantung pada seberapa banyak stimulasi yang diberikan. Anak harus didorong sedini mungkin untuk mendukung mereka dalam proses perkembangannya dengan cara melatih atau membantu anak untuk menggerakkan dan mengontrol otot-ototnya sehingga dapat mencapai tahap perkembangan yang sesuai dengan usianya. Ada hal-hal yang mempengaruhi bermain dalam belajar. Misalnya, dari sisi kesehatan, anak yang sehat menghabiskan sebagian besar energinya untuk aktif bermain, terutama permainan olahraga, sedangkan anak yang berenergi rendah lebih menyukai hiburan. Kemudian pengembangan keterampilan motorik. Koordinasi motorik dipengaruhi oleh usia dan tingkat bermain masing-masing anak. Anak melakukan segala hal dan waktu bermainnya dipengaruhi oleh perkembangan motoriknya. Kontrol motorik halus anak berpotensi untuk aktif bermain. Intelijen. Kecerdasan anak-anak dan mereka yang membutuhkan tercermin dalam keceriaan mereka dan mereka menunjukkan aktivitas yang luar biasa ( hurlock ). Anak dapat melakukan proses belajar mereka bukan hanya dengan belajar formal tetapi juga bisa digantikan dengan proses pembelajaran yang lain seperti belajar sambil bermain. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan tempat di mana anak-anak kecil dapat bermain dan belajar pengalaman dan pengetahuan baru. Guru hendaknya merencanakan pembelajaran dengan memperhatikan kematangan perkembangan siswa dengan memodifikasi permainan, alat, dan metode pembelajaran yang digunakan (Rodiah & Watini, 2022). Pendidik juga dapat mengembangkan inovasi pembelajaran untuk menyesuaikan pembelajaran dengan karakteristik atau kebutuhan anak, dengan alat permainan lilin plastisin juga dapat menjadi inovasi dalam pembelajaran. ## METODE Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini yaitu pengisian kuesioner. Kuesioner merupakan alat pengumpul data utama yang menggunakan metode survei dengan mengajukan pertanyaan kepada responden. Pada penelitian ini perkembangan motorik halus anak ditentukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari lima pertanyaan. Kuesioner dikirim secara online kepada orang tua dengan anak yang relatif dekat dan tidak tersebar luas. Adapun kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Angket perkembangan motorik halus anak usia dini No. Indikator Ya Tidak 1. Apakah perkembangan motorik halus anak sudah maksimal? 9 4,3% 0,57% 2. Apakah ada hambatan dalam perkembangan motorik halus anak? 17,1% 8 2,9% 3. Apakah disekolah atau dirumah melakukan simulasi motorik halus anak menggunakan permainan lilin plastisin? 94,3% 0,57% 4. Apakah anak sudah terbiasa dalam hal memegang pensil? 100% 0% 5. Apakah anak sudah benar dalam memegang pensil? 100% 0% ## HASIL dan PEMBAHASAN Hasil analisis penelitian motorik halus melalaui pengisian kuesioner diperoleh 35 responden yaitu orang tua dengan anak usia 2-6 tahun. Sebanyak 31,4% responden memiliki anak berusia 6 tahun, 40% responden memiliki anak berusia 5 tahun, 8,6% responden memiliki anak berusia 2 dan 4 tahun sebagaimana pada Gambar 1. Anak usia 2-6 tahun merupakan sekelompok anak yang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Ide dan kreatifitas muncul dari hasil pemikiran anak yang disalurkan melalui kegiatan sehari-hari seperti belajar dan bermain yang dapat melatih motorik halus anak. Gambar 1. Persentase usia anak oleh responden Gambar 2. Nama peserta didik yang kemampuan motorik halusnya optimal Gambar 2 menunjukkan nama peserta didik yang kemampuan motorik halusnya sudah optimal. Nama peserta didik ini juga merupakan anak yang mayoritas sudah bisa memegang juga menggunakan pensil dengan benar. Peserta didik ini diberikan stimulus menggunakan permainan lilin plastisin. Stimulus diberikan oleh pendidik, juga orang tua di sekolah dan di rumah. Permainan plastisin membantu proses perkembangan motorik halus anak berkembang secara optimal. Perkembangan motorik halus anak yang optimal menjadi penentu keterampilan menulis anak. Menurut Prasetyanti (2017) bermain dengan plastisin dapat melatih kelenturan pergelangan tangan dan koordinasi tangan-mata, sehingga kemampuan motorik halus anak dapat ditingkatkan untuk mempersiapkan penulisan simbol ke jenjang selanjutnya. Perkembangan anak dipengaruhi oleh stimulasi dan faktor psikologis. Stimulasi terutama dalam keluarga misalnya dengan memberikan mainan, mensosialisasikan anak, melibatkan ibu dan anggota keluarga lainnya, berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang optimal. Permainan lilin plastisin ini dapat meningkatkan gairah bermain anak dengan tekstur yang lembut dan banyak warna, tidak hanya motorik halus saja. Apa yang dia dapatkan dari bermain dengan lilin plastisin adalah perkembangan kognitif, perkembangan sosial yang dapat dia capai melalui bermain ( Wahyuni 2017). ## SIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengembangan fisik motorik anak tidak menutup kemungkinan ada banyaknya hambatan dan juga rintangan di dalam proses pendidikannya. Dalam pembahasan ini juga peran orang tua tidak akan lepas untuk selalu mengajarkan anak dari tugas yang telah diberikan oleh guru dengan memberikan stimulus juga supaya anak lebih berkembang optimal. Contoh dalam bermain lilin plastisin yang dibahas, orang tua mendampingi dengan memperhatikan imajinasi anak dan juga ikut dalam memberikan contoh untuk lebih kreatif. Dengan demikian selain motoriknya yang berkembang tetapi kognitifnya juga akan berkembang. ## PENGHARGAAN Alhamdulillahirabilalamin puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penulisan artikel ini. Terima kasih untuk seluruh dosen, khususnya dosen dalam mata kuliah Perkembangan Kognitif, Bahasa, dan Fisik Motorik halus. Ucapan terima kasih juga kepada responden yang telah mendukung pembuatan artikel ini. Selain itu tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada semua yang telah berpatisipasi dalam penyusunan artikel sehingga dapat diterbitkan. ## DAFTAR PUSTAKA Astini, Baik Nilawati, Ika Rachmayani, and I. Nyoman Suarta. (2017). "Identifikasi Pemafaatan Alat Permaian Edukatif (APE) Dalam Mengembangka Motorik Halus Anak Usia Dini." Jurnal Pendidikan Anak 6.1: 31-40. Cetin, Z dkk. (2015). Collage, Paper Art, Reading and Writing Readiness. Hacettepe University Faculty of Education Journal 2(11): 16–27. Fitriani, Rohyana, and Rabihatun Adawiyah. (2018). "Perkembangan fisik motorik anak usia dini." Jurnal Golden Age 2.01: 25-34. Hurlock. (1978). Child Development. Sixth edition. Jakarta: Erlangga. Lisa, Mirna, Ani Mustika, and Neneng Siti Lathifah. (2020). "Alat Permainan Edukasi (APE) Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus pada Anak Usia 4-6 Tahun." Jurnal Kesehatan 11.1: 125-132. Nurjanah, Dwi Yani, Rifa Suci Wulandari, and Lusy Novitasari. (2021). "Peningkatan Kemampuan Motorik Halus dalam Persiapan Menulis melalui Kegiatan Kolase." MENTARI: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini 1.2. Prasetyanti, Dhita Kris. (2017). "PENGARUH PERMAINAN PLASTISIN TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK PRASEKOLAH." Jurnal Penelitian Keperawatan 3.2. Rodiah, S., & Watini, S. (2022). Implementasi Permainan Konstruktif dengan Model Atik untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun di TK Islam Assyifa Johar Baru. JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(2), 640-645. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Wahyuni, Nuniek Tri, and Iip Priani. (2017). "Pengaruh Terapi Bermain Plastisin terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Pra Sekolah." STIKes 1.1: 1294-1300.
0efe74d8-dc17-4a0e-8230-bdbbe687350a
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/JS/article/download/3336/2892
## KONTRIBUSI LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI 1 SATUI ## RINI DESTERIANTI SMA Negeri 1 Satui [email protected] ## Abstract: The purposes of this research were: (1) to find out the contributions of the school environment partially towards the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui. (2) to find out the contribution of teacher competence partially towards the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui; (3) to find out the contributions of school environment and teacher competence towards the Geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui. The method in this study used survey method with a quantitative research approach. Samples were taken by using proportional stratified random sampling of 201 students of class XI and XII majoring in social studies. From the population, 67 students were selected as the study samples. The research found: (1) t count> t table (6.002> 1.998) means that the school environment partially contributes to geography learning outcomes of students, (2) the value of t count> t table (2.120> 1.988) means that the competence of teachers partially contributes to the geography learning outcomes of students; (3) F count> F table (28.320> 3.991) means that the school environment and teacher competence simultaneously affect positively and contribute to the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui; (4) Adjusted R Square was 0.453 or (45.30%). The conclusion of this study, namely: (1) the school environment partially contributed to the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui, t value was positive which means if the school environment is better, it will further enhance the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui; (2) teacher competence partially contributed to the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui, t value was positive which means the better the competence of the teachers and the more increase the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui (3) The school environment and teacher competence jointly contributed to the geography learning outcomes of the students of SMAN 1 Satui. Keywords : contributions, school environment, teacher competence, learning outcomes, Geography ## Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui kontribusi dari lingkungan sekolah secara parsial terhadap hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui. (2) untuk mengetahui kontribusi kompetensi guru secara parsial terhadap hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui; (3) untuk mengetahui kontribusi dari lingkungan sekolah dan kompetensi guru terhadap hasil belajar Geografi siswa dari SMAN 1 Satui. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan penelitian kuantitatif. Sampel diambil dengan menggunakan proporsional stratified random sampling dari 201 siswa dari kelas XI dan XII jurusan IPS. Dari populasi, 67 siswa terpilih sebagai sampel penelitian. Penelitian menemukan: (1) t hitung> t tabel (6,002> 1,998) berarti bahwa lingkungan sekolah sebagian kontribusi untuk geografi hasil belajar siswa, (2) nilai t hitung> t tabel (2,120> 1,988) berarti bahwa kompetensi guru sebagian kontribusi terhadap hasil belajar geografi siswa; (3) F hitung> F tabel (28,320> 3,991) berarti bahwa lingkungan sekolah dan kompetensi guru secara simultan berpengaruh positif dan berkontribusi terhadap hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui; (4) Adjusted R Square adalah 0,453 atau (45,30%). Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: (1) lingkungan sekolah sebagian kontribusi terhadap hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui, nilai t adalah positif yang berarti jika lingkungan sekolah lebih baik, itu akan lebih meningkatkan hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui; (2) kompetensi guru secara parsial memberikan kontribusi terhadap hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui, nilai t adalah positif yang berarti semakin baik kompetensi guru dan lebih meningkatkan hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui (3 ) lingkungan sekolah dan kompetensi guru secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap hasil belajar geografi siswa dari SMAN 1 Satui. Kata kunci: kontribusi, lingkungan sekolah, kompetensi guru, hasil belajar, Geografi ## PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi pada dirinya untuk dapat memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1).Pendidikan merupakan unsur penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menyiapkan generasi yang lebih baik, manusia-manusia yang berkebudayaan, manusia yang mempunyai akhlak dan kepribadian yang baik. Tujuan pendidikan tersebut akan tercapai jika komponen dalam proses pembelajaran melibatkan dirinya secara aktif dalam kegiatan belajar baik secara fisik, mental, maupun emosional. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mendefinisikan bahwa pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kebiasaan, kecerdasan dan keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan yang berkualitas tidak lepas tersedianya tenaga pendidik yang berkualitas. Guru sebagai pelaku utama dalam proses pembelajaran, menjadi pihak sentral dalam kemajuan pendidikan. Guru juga menentukan keberhasilan peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah. Upaya perbaikan yang dilakukan untuk pendidikan tidak akan berpengaruh signifikan tanpa ada dukungan dari guru. Guru dituntut untuk mempunyai profesionalisme dan kepribadian yang baik. Pendidikan akan mengahasilkan peserta didik yang berkulitas dan mempunyai karakter serta akhlak yang baik pula. Realitanya adalah masih ada guru yang belum menjalankan tanggung jawabnya secara maksimal, mereka hanya menjalankan kewajiban mengajar hanya sekedar melakukan pekerjaannya semata, kurang memperhatikan kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh seorang pendidik serta kurang memperhatikan kemampuan yang dimiliki siswa. Banyak sekolah yang kurang memperhatikan kenyamanan siswa dalam melakukan pembelajaran. Amanat Undang-undang no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan meyatakan bahwa akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kemampuan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam mendidik generasi bangsa. Lembaga pendidikan dituntut untuk melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal, sehingga maampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas dan mampu bersaing di tataran global. Lingkungan sekolah yang menyenangkan dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Lingkungan sekolah tersebut yaitu sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang menunjang dapat memperlancar kegiatan belajar mengajar. Sarana dan prasarana di sekolah meliputi ruang pembelajaran umum, ruang penunjang dan ruang pembelajaran khusus/praktik. Guru berperan penting dalam menciptakan suasana belajar-mengajar di sekolah. Bimbingan, dorongan dan perhatian guru terhadap kegiatan belajar-mengajar dapat memberikan pengaruh bagi prestasi siswa. Mendidik, mengajar dan membimbing siswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan adalah peran guru dalam mencapai keberhasilan siswanya. Keberhasilan siswa secara optimal ditentukan oleh kompetensi guru. Guru yang kompeten dalam bidangnya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa dan memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar. Kompetensi guru merupakan salah satu penentu kualitas belajar siswa. Lingkungan sekolah berkualitas, jika terdapat banyak siswa yang berprestasi, tentu akan memberikan pengaruh kepada seluruh siswa untuk belajar dengan baik dan memacu mereka untuk bersaing meraih prestasi. Faktor lingkungan masyarakat pun tidak kecil pengaruhnya terhadap prestasi belajar anak, ada pengaruh yang justru menyebabkan timbulnya masalah bagi sebagian pelajar, tetapi ada pula yang memberikan pengaruh yang positif. Pengaruh positif atau negatif yang akan diperoleh oleh pelajar dari lingkungan masyarakatnya, sangat tergantung dari bagaimana cara si pelajar menghadapinya, terutama mampukah ia memilah-milah mana yang baik dan mana yang buruk. Kenyataan menunjukkan bahwa disamping adanya siswa yang berhasil dalam hasil prestasi belajarnya, namun masih juga terdapat siswa yang memperoleh prestasi belajar yang kurang menggembirakan, bahkan ada diantara mereka yang tidak naik kelas atau tidak lulus dalam ujian nasional, untuk mencapai prestasi belajar yang baik, banyak faktor yang mempengaruhinya. Merson U. Sungalang (Tulus Tu’u, 2004:78) menyatakan bahwa faktor tersebut adalah faktor kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar, sekolah, lingkungan keluarga. Masih terdapat faktor penghambat prestasi belajar yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri siswa. Faktor dari dalam yaitu kesehatan, kecerdasan, perhatian, minat dan bakat. Sedangkan faktor dari luar diri siswa yaitu keluarga, sekolah, disiplin, masyarakat, lingkungan tetangga, dan aktivitas organisasi ( Tulus Tu’u, 2004:83 ). Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Gurudan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsiuntuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinyadengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranyaadalah kompetensi. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Keberhasilan prestasi belajar yang diraih oleh siswa tentu dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar siswa seperti kompetensi guru dan lingkungan. Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari dalam individu seperti kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Undang-undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Mulyasa (2007:75) berpendapat bahwa “Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis”. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, sedangkan alasan peneliti memilih metode kuantitatif adalah peneliti merasa cocok dengan asumsi-asumsi dalam paradigma kuantitatif, keterampilan menulis teknis, kemampuan menganalisis dengan statistik dengan komputer, kemampuan mengkaji kepustakaan, menyukai aturan dan pedoman untuk meneliti, memiliki waktu untuk melakukan kajian berjangka pendek, sudah pernah diteliti, sehingga ada khasanah kepustakaan yang dapat diandalkan, dan variabel-variabel diketahui, sehingga ada khasanah teori. Data dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui koesioner atau angket, dan digunakan juga teknik dokumentasi dengan mengumpulkan data nilai rapot siswa sebagai tolak ukur hasil pembelajaran siswa. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisisi deskriftif kuantitatif, hipotesis yang berbunyi lingkungan sekolah dan kompetensi guru dapat menjelaskan varian hasil belajar siswa dan berkontribusi terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri 1 Satui secara simultan dan parsial, akan diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda . Analisa ini digunakan untuk mengamati dan mengetahui sejauh mana pengaruh yang ada dalam masing-masing peubah bebas terhadap peubah terikat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Ŷ = a 0 + b 1 .X 1 +b 2. X 2 Dimana: Ŷ = Hasil Belajar Geografi Siswa X 1 = Lingkungan Sekolah X 2 = Kompetensi Guru a0 = Konstanta regresi Menguji koefisien digunakan untuk menguji t dengan menggunakan formula sebagai berikut : t = 2 1 2 r n   Dimana : t = Pendekatan distribusi probabilitas r = koefisien korelasi n = banyaknya sampel Menentukan apakah signifikan / tidak dalam pengujian koefisien regresi berganda menggunakan uji F dengan rumus / formula : F hit = ) 1 ( / ) 1 ( / 2 2    k n R K R Dimana : F = Test hipotesis R 2 = Koefisien determinasi n = Jumlah sampel k = Jumlah peubah bebas Pengujian F hitung uji hipotesis dapat dikataan signifikan apabila F hitung > F tabel dan sebaliknya apabila F hitung < F tabel berarti tidak signifikan, R akan mempunyai nilai antara 0 dan 1, Bila R = 0 berarti tidak ada pengaruh yang mutlak. R = 1 itu berarti menunjukkan pengaruh yang mutlak antara peubah yang diteliti. Jadi semakin besar atau mendekati angka 1, nilai koefisien determinasinya semakin kuat pengaruhnya dengan peubah yang diteliti. ## HASIL PENELITIAN Secara parsial kontribusi lingkungan sekolah terhadap hasil belajar Geografi siswa SMAN 1 Satui, dilakukan dengan menggunakan uji t dengan cara membandingkan t hitung > t tabel. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui secara parsial bahwa lingkungan sekolah terhadap hasil belajar Geografi siswa SMAN 1 Satui adalah nilai t hitung < t tabel (6,002> 1,998), artinya lingkungan sekolah secara parsial berkontribusi terhadap belajar Geografi siswa. Nilai t hitung positif, artinya kontribusi yang terjadi adalah positif, artinya semakin baik lingkungan sekolah maka semakin meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMAN 1 Satui Nilai t hitung > t tabel (2,120> 1,988), artinya kompetensi guru secara parsial berkontribusi terhadap hasil belajar Geografi siswa. Nilai t hitung positif, artinya kontribusi yang terjadi adalah positif, artinya semakin tinggi kompetensi guru maka semakin meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMAN 1 Satui. Fakta tersebut dapat disimpulkan jika kompetensi guru berperan dalam peningkatan hasil belajar siswa, hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menyatakan terdapat pengaruh secara parsial antara kompetensi guru dengan hasl belajar geografi siswa. Secara simultan lingkungan sekolah dan kompetensi guru berkontribusi secara signifikan terhadap hasil belajar geografi siswa SMAN 1 Satui. Dibuktikan berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa F hitung > F tabel (28,320> 3,991).F hitung > F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah (X 1 ) dan kompetensi guru (X 2 ) berkontribusi secara simultan terhadap Y “hasil belajar geografi siswa SMAN 1 Satui, artinya jika lingkungan sekolah menunjang dan guru disekolah memiliki kompetensi yang baik maka akan memiliki kontribusi terhadap hasil belajar geografi siswa. Perhitungan regresi nilai R 2 = 0,453, sehingga dapat diketahui bahwa variabel bebas “lingkungan sekolah dan kompetensi guru” mampu memberikan kontribusi variabel terikat “hasil belajar Geografi siswa” sebesar 45,30% dan sisanya 54,70% dikontribusi oleh faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. ## SIMPULAN Lingkungan sekolah secara parsialberkontribusi terhadap hasil belajar Geografi siswa SMAN 1 Satui. Nilai t hitung positif, artinya jika lingkungan sekolah semakin baik maka akan semakin meningkatkan hasil belajar Geografi siswa SMA Negeri 1 Satui.Kompetensi guru secara parsial berkontribusi terhadap hasil belajar Geografisiswa SMAN 1 Satui. Nilai t hitung positif, artinya kontribusi yang terjadi adalah positif, artinya semakin baik kompetensi guru maka semakin meningkatkan belajar Geografi siswa SMAN 1 Satui.Lingkungan sekolah dan kompetensi guru secara bersama-sama berkontribusi terhadap hasil belajar Geografi siswa SMAN 1 Satui. ## SARAN Kompetensi profesional guru merupakanan kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi atau seni yang diampunya. Kompetensi sosial merupakan merupakan kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerjadan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Tanpa mengabaikan peranan faktor penting lainnya, kompetensi guru telah ditemukan oleh berbagai studi penelitian sebagai faktor yang paling konsisten dan kuat dalam mempengaruhi mutu pendidikan, guru yang bermutu adalah guru yang mampu membelajarkan murid secara efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungannya. Di sisi lain upaya menghasilkan guru yang berkualitas juga merupakan tugas yang tidak mudah. ## DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad. 1995. Penelitian Kepemimpinan Produser dan Strategi . Bandung: Angkasa. Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdknas. Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Stándar Nasional Pendidikan . Jakarta: Depdknas. Depdiknas .2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta : Depdiknas. Depdiknas. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 tentang Guru . Jakarta: Depdknas. Djamara, Syaiful Bahri. 1986. Prestasi Belajar dan Kompetensi Gu ru. Surabaya: Usaha Nasional. E. Mulyasa. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Enceng Yana dan Rizka Putri J. 2014. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Sikap Peserta . Hadikusumo, Kunaryo. 1996. Pengantar Pendidikan . Semarang: IKIP Semarang Press. Hamalik, Oemar. 2003. Media Pendidikan . Bandung: Citra Aditya Bhakti. Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa . Jakarta: Grasindo Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional