id
stringlengths
36
36
url
stringlengths
46
109
text
stringlengths
5k
1.51M
0f5bd361-eaf1-45a6-83bd-f5e7e6d1df65
https://ejournal.upbatam.ac.id/index.php/jim/article/download/446/292
PENGARUH KEPUASAN, KEPERCAYAAN DAN KEMUDAHAN TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PT GREAT SEASONS TOURS AND TRAVEL DI KOTA BATAM 1 Nora Pitri Nainggolan 1 Universitas Putera Batam Jl. Letjen R Soeprapto Muka Kuning, Batam 29433, Kepri [email protected] ## ABSTRAC The purpose of this research is to know the effect of satisfaction, trust, choice reduction and habit neither entire nor partial towards customer’s loyalty of PT Great Seasons Tours and Travel. The independent variable in this research are satisfaction, trust and choice reduction and habit and the dependent variable is the customer's loyalty. The population of this research are 1739 Respondent that have joined which is the customer’s from PT. Great Seasons Tours dan Travel at Batam City. The sample in this research are 325 respondents, it was taken by using non probability sampling technique with purposive sampling method. This data research have been tested by using multi regression analysis method and the statistic data indicated valid and reliable. The test result by partially can be concluded that satisfaction, trust and choice reduction and habit are significantly effect to customer’s loyalty. The research result show that simultantly satisfaction, trust and choice reduction and habit effect significantly towards customer’s loyalty. Keywords : Satisfication, Trust, Choice Reduction and Habit, Customer’s Loyalty ## ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepuasan, kepercayaan, pengurangan pilihan dan kebiasaan baik secara keseluruhan maupun parsial terhadap loyalitas pelanggan PT Great Seasons Tours and Travel. Variabel independen dalam penelitian ini adalah kepuasan, kepercayaan dan pengurangan pilihan dan kebiasaan dan variabel terikatnya adalah loyalitas pelanggan. Populasi penelitian ini adalah 1.739 responden yang telah bergabung dengan pelanggan dari PT. Great Seasons Tours dan Travel di Kota Batam. Sampel dalam penelitian ini adalah 325 responden, diambil dengan teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling. Penelitian data ini telah diuji dengan menggunakan metode analisis multi regresi dan data statistik yang ditunjukkan valid dan reliabel. Hasil pengujian secara parsial dapat disimpulkan bahwa kepuasan, kepercayaan dan pengurangan pilihan dan kebiasaan berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan, kepercayaan dan pengurangan pilihan dan kepercayaan berpengaruh secara simultan terhadap loyalitas pelanggan. Kata Kunci : Kepuasan, Kepercayaan, Pilihan Pengurangan dan Kebiasaan, Loyalitas Pelanggan ## A. Pendahuluan Perkembangan dunia bisnis yang begitu cepat menuntut perusahaan untuk kreatif dan berinovasi agar dapat bertahan dan tetap melakukan kegiatan usahanya. Untuk dapat memenangkan persaingan, para pelaku sektor jasa melakukan usaha- usaha seperti memberikan keunggulan kompetitif dan menawarkan kualitas layanan yang bermutu yang dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para pelanggannya. Selain itu salah satu strategi yang tepat untuk bertahan dari persaingan tinggi dalam dunia usaha saat ini adalah dengan mempertahankan loyalitas pelanggannya. Loyalitas pelanggan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan bagi seorang pemasar ( marketing) dalam melakukan bisnis. Seorang pemasar sangat mengharapkan akan dapat mempertahankan pelanggannya dalam waktu yang lama. Pelanggan yang loyal secara tidak langsung dapat membantu perusahaan dalam mempromosikan produk atau jasa kepada orang-orang terdekatnya. Tentu saja hal ini akan sangat membantu perusahaan untuk mendapatkan pelanggan baru. Pelanggan yang loyal mempunyai kecenderungan lebih rendah untuk berpindah merek kepada produk atau jasa pesaing. Dengan kata lain, Pelanggan yang loyal terhadap suatu produk maka ia akan sangat setia terhadap produk tersebut. Selain kepuasan pelanggan, terdapat beberapa faktor lain yang mempengaruhi loyalitas pelanggan. Menurut (Vanessa 2007: 72) loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh lima faktor yaitu: 1. Satisfaction (Kepuasan) 2. Emotional Bonding (Ikatan Emosi) 3. Trust (Kepercayaan) 4. Choice Reduction and Habit (Kemudahan) 5. History with Company (Pengalaman dengan Perusahaan) Loyalitas pelanggan merupakan hal yang sangat penting ditengah persaingan bisnis yang tinggi, karena dengan loyalitas akan bermanfaat bagi perkembangan jangka panjang perusahaan. Untuk mendapatkan loyalitas pelanggan, institusi atau perusahaan perlu melakukan strategi pemasaran yang tepat agar dapat mempengaruhi loyalitas pelanggannya. PT Great Seasons Tours and Travel merupakan perusahaan jasa transportasi yang bergerak dibidang penjualan tiket pesawat. PT Great Seasons Tours And Travel beralamat di Ruko Fanindo, Blok O No.15, Tanjung Uncang Batam. Perusahaan ini memiliki total 15 cabang di kota Batam. PT Great Seasons Tours and Travel menyadari bahwa pelanggan itu adalah raja sehingga selalu berusaha memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada pelanggan dengan selalu ramah, sigap dan selalu memberikan informasi yang dibutuhkan pelanggan dan memenuhi semua kepuasan pelanggan dalam hal jasa yang disediakan perusahaan supaya sesuai dengan standard keinginan dari pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat dirasakan setelah pelanggan membandingkan pengalaman mereka dalam melakukan pembelian barang/jasa dari penjual atau penyedia barang/jasa dengan harapan produk/jasa yang dibeli dapat memenuhi rasa puas dari diri mereka sendiri. Harapan tersebut terbentuk melalui pengalaman pertama mereka dalam membeli suatu barang/jasa, komentar teman dan kenalan, serta janji dan informasi pemasar dan pesaingnya. Saat ini banyak terdapat beberapa perusahaan penjualan selain PT Great Seasons Tours and Travel seperti Anshun Tours and Travel, Fuji Tours, Hawai Tours and Travel, Shanghai Tours and Travel sehingga hal tersebut mendorong PT Great Seasons Tours and Travel harus dapat bersaing dan mempertahankan pelanggan dengan cara memberikan pelayanan yang baik bagi pelanggan. Menurunnya tingkat loyalitas pelanggan dapat dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini: ## Tabel 2 Data Pembelian Ulang PT Great Seasons Tours and Travel Oktober 2016 s.d Maret 2017 Bulan/Tahun Jumlah Pembelian Ulang (Semua Maskapai) Delta Oktober 2016 242 0 November 2016 156 -86 Desember 2016 280 124 Januari 2017 241 -39 Februari 2017 147 -94 Maret 2017 196 49 Total 1262 ## Sumber: PT Great Seasons Tours and Travel, 2017 Saat ini, PT Great Seasons Tours and Travel merupakan salah satu perusahaan penjualan tiket yang cukup maju dengan penjualan 10.436 tiket dalam enam bulan terakhir (lihat tabel 1). Hal ini mebuktikan bahwa pengguna jasa dari PT Great Seasons Tours and Travel sangat besar, tetapi persentase pembelian ulang sangat rendah yaitu hanya 12%, yaitu penjualan tiket selama enam bulan terakhir mencapai 10.436, tetapi pembelian ulang dari pelanggan dalam enam bulan terakhir hanya 1262 (lihat tabel 2). Ada beberapa karakteristik pelanggan yang loyal menurut (Griffin and Ebert 2007:31) yaitu sebagai berikut: a. Melakukan pembelian secara teratur. b. Membeli diluar lini produk/jasa. c. Merekomendasikan produk kepada Pelanggan lain. d. Menunjukan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing. Dari fenomena diatas peneliti memperoleh pemahaman terhadap masalah pada PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam, yaitu: (1).Rendahnya kepuasan yang diberikan kepada pelanggan, (2).Menurunnya kepercayaan pelanggan, (3).Tidak adanya kemudahan dalam transaksi, (4). Rendahnya pembelian ulang yang dilakukan oleh pelanggan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1).Bagaimanakah pengaruh Satisfication (Kepuasan) secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam? (2).Bagaimanakah pengaruh Trust (Kepercayaan) secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam? (3).Bagaimanakah pengaruh Choice Reduction and Habit (Kemudahan) secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam? (4).Bagaimanakah pengaruh Satisfaction (Kepuasan), Trust (Kepercayaan) dan Choice Reduction and Habit (Kemudahan) secara simultan terhadap loyalitas pelanggan PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam? Penelitian ini bertujuan untuk: (1).Mengetahui pengaruh Satisfication (Kepuasan) secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam; (2). mengetahui pengaruh Trust (Kepercayaan) secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam; (3).Mengetahui pengaruh Choice Reduction and Habit (Kemudahan) secara parsial terhadap loyalitas pelanggan pada PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam; (4).Untuk mengetahui pengaruh Satisfaction (Kepuasan), Trust (Kepercayaan) dan Choice Reduction and Habit (Kemudahan) secara simultan terhadap loyalitas pelanggan PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam. ## TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Kepuasan Pelanggan Menurut (Kotler and Armstrong 2008: 254), kepuasan adalah perasaan kesenangan atau kekecewaan dari hasil membandingkan performa produk yang diterima dalam hubungannya dengan perkiraannya. Menurut (Yamit 2013: 78), Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli atau hasil evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan pelanggan dengan harapannya. Menurut (Lupiyoadi and Hamdani 2008: 192) ada beberapa aspek dalam mengetahui kepuasan pelanggan yakni: 1. Memperkecil kesenjangan- kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan; 2. Perusahaan harus mampu membangun komitmen bersama untuk menciptakan visi di dalam perbaikan proses pelayanan; 3. Memberi kesempatan kepada pelanggan untuk menyampaikan keluhan; 4. Mengembangkan dan menerapkan accountable, proactive, dan partnership marketing sesuai dengan situasi pemasaran Kepercayaan Trust merupakan pondasi dari suatu bisnis. Suatu transaksi bisnis antara dua pihak atau lebih akan terjadi apabila masing-masing dapat saling mempercayai. Kepercayaan (trust) ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lawan/pembeli, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Menurut (Prasaranphanich 2007: 231) ketika konsumen mempercayai sebuah perusahaan, mereka akan lebih suka melakukan pembelian ulang dan membagi informasi pribadi yang berharga kepada perusahaan tersebut. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa penyedia jasa dapat menggunakannya sebagai alat untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan yang akan dilayani. Kepercayaan adalah suatu kemauan atau keyakinan mitra pertukaran untuk menjalin hubungan jangka panjang untuk menghasilkan kerja yang positif (Crosby et al., 2000 dalam Winahyuningsih 2010: 3) Kemampuan berkomunikasi yang efektif merupakan instrumen untuk menghasilkan kepercayaan pelanggan. Komunikasi yang efektif akan membantu pelanggan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya menciptakan kepercayaan pada perusahaan penyedia jasa, karena komunikasi yang sering dan bermutu tinggi akan menghasilkan kepercayaan yang lebih besar (Morgan & Hunt, 2004 dalam Winahyuningsih 2010: 3) . Pelanggan yang memiliki sikap percaya kepada produsen akan memberikan keuntungan bagi produsen. Menurut (Purwanti and Wahdiniwaty 2017: 66), produsen akan memperoleh, ketiga hal berikut apabila pelanggan loyal terhadap perusahaan, yaitu: a. Pembelian yang meningkat. b. Biaya lebih rendah c. Retensi karyawan ## Kemudahan Kemudahan adalah salah satu hal yang menjadi pertimbangan bagi pembeli untuk membeli suatu produk atau jasa. Menurut (Amijaya 2010: 14) mendefinisikan kemudahan merupakan seberapa besar produk dan jasa yang akan diberi dirasakan relatif mudah untuk dijangkau dan dibeli tanpa diberi halangan yang dipersulit. Faktor kemudahan ini terkait dengan bagaimana operasional bertransaksi. Pada saat pertama kali bertransaksi biasanya calon pembeli akan mengalami kesulitan, karena faktor tidak tahu cara bertransaksi dan prosedurnya. Sehingga pembeli cenderung mengurungkan niatnya untuk berbelanja langsung, sehingga dibutuhkan suatu sistem penjualan yang mudah dan cepat. Sebagian perusahaan menyediakan layanan dan petunjuk bagaimana cara bertransaksi dalam prosedur perusahaannya, mulai dari cara pembayaran, dan fitur pengisian form pembelian, dan seterusnya. Adapun indikator-indikator dari variabel kemudahaan adalah sebagai berikut (Amijaya 2010: 14): 1. Efisiensi waktu 2. Kemampuan melakukan transakasi 3. Kemudahan opersional 4. Penggunaan yang fleksibel ## Loyalitas Pelanggan Menurut (Kotler and Armstrong 2008: 18) “ Customer Loyalty adalah suatu pembelian ulang yang dilakukan oleh seorang pelanggan karena komitmen pada suatu merek atau perusahaan”. Menurut (Tjiptono 2008: 131) mengemukakan bahwa “Loyalitas Pelanggan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, pemasok berdasarkan sikap yang sangat positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten” . Kotler dan Keller menyatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan situasi yang pelanggan secara konsisten membelanjakan seluruh anggaran yang ada untuk membeli produk suatu layanan jasa dari penjual yang sama (Kotler and Keller 2012: 207). ## Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H1 : Satisfication (Kepuasan) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap loyalitas pelanggan PT Great Season Tours and Travel di Kota Batam. H2 : Trust (Kepercayaan) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap loyalitas pelanggan PT Great Season Tours and Travel di Kota Batam. H3 : Choice Reduction and Habit (Kemudahan) berpengaruh signifikan secara parsial terhadap loyalitas pelanggan PT Great Season Tours and Travel di Kota Batam. H4 : Satisfication (Kepuasan), Trust (Kepercayaan), dan Choice Reduction and Habit (Kemudahan) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap loyalitas pelanggan PT Great Season Tours and Travel di Kota Batam. ## METODE PENELITIAN Desain Penelitian Dalam penelitian ini digunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah desain penelitian disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian (Sanusi 2011: 13). Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sesuatu. Penelitian deskriptif memiliki pernyataan yang jelas mengenai permasalahan yang dihadapi, hipotesis yang spesifik, dan informasi detail yang dibutuhkan. ## Populasi dan Sampel Berdasarkan pengertian di atas, populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen yang menjadi pelanggan tetap dalam menggunakan jasa Travel Agen PT. Great Seasons Tours and Travel Kota Batam, yaitu sebanyak 1.739 populasi. Pengambilan sampel dalam penenlitian ini adalah mengunakan teknik Non-Probability Sampling dengan Sampling Purposive. Dalam teknik pengambilan sampel ini penulis menggunakan teknik sampling purposive. (Sugiyono 2012:84) menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Adapun syarat (sifat-sifat dan karakteristik) sampel dalam penelitian ini adalah : a. Konsumen merupakan pelanggan tetap pengguna jasa PT. Great Seasons Tours and Travel Kota Batam. b. Peneliti menggambil populasi dalam kurun waktu 6 bulan penjualan PT. Great Seasons Tours and Travel Kota Batam. c. Pelanggan yang menurut peneliti cocok dan potensi dan bersifat representatif. d. Pelanggan yang menurut peneliti memenuhi syarat sebagai populasi dalam penelitian ini. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 1.739 orang, sehingga persentase kelonggaran yang digunakan adalah 5%. Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 325 Pelanggan. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan single cross-sectional design karena untuk pengumpulan data dari setiap elemen populasinya dilakukan satu kali dalam satu periode penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari wawancara dan hasil pengisian kuesioner oleh responden. Selain data primer, penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari jurnal-jurnal, buku-buku, artikel dari media cetak maupun dari internet. ## Uji Kualitas Data Uji Validitas Uji Validitas adalah tingkat yang digunakan untuk menjawab pertanyaan instrumen, apakan mampu mengukur apa yang diukur, dengan kata lain tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang terjadi sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Wahyono 2009: 243). Kriteria pengambilan keputusan untuk validitas adalah ditentukan apabila nilai r hitung yang dinyatakan dengan nilai Corrected Item Tota Correation > r tabel pada df = n-2 dan = 0,05 maka indikator dikatakan valid atau sah. ## Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui ketetapan suatu instrumen (alat ukur) didalam mengukur gejala yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda. Menurut (Sugiyono 2012: 348) reliabilitas instrumen yaitu suatu instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, maka akan menghasilkan data yang sama. Jika suatu konstruk atau variabel memberikan Cronbach Alpha besar dari 0,60 maka konstruk atau variabel dapat dikatakan reliabel. ## Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Menurut (Ghozali 2009: 110), tujuan dari uji normalitas adalah mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengambilan keputusan untuk uji normalitas adalah Jika nilai Asymp. Sig lebih besar dari 0,05 maka distribusi data adalah normal. Uji Multikolinieritas Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 dengan tingkat kolonieritas 0.95 (Ghozali 2009: 96). ## Uji Heteroskedatisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika nilai signifikansi variabel independen >0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi variabel independen <0,05 maka terjadi heteroskedastisitas (Ghozali 2009: 126). ## Uji Pengaruh Analisis Regresi Linier Berganda Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing- masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan (Priyatno 2009: 73). Analisis Koefisien Determinasi (R 2 ) Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X dan terhadap variabel Y. Jika r 2 diperoleh dari hasil perhitungan semakin besar atau mendekati 1 maka dapat dikatakan bahwa peranan dari variabel X terhadap variabel Y akan semakin besar, ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan variabel Y-nya. Uji Hipotesis Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) Uji T digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Priyatno 2009: 85). Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y) (Priyatno 2009: 81). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas Data Berdasarkan hasil Output SPSS bahwa Corrected Item – Total Correlation dapat kita bandingkan dengan r – tabel, adalah sebagai berikut : Tabel 3 Hasil Uji Validitas Faktor Kepuasan Item pertanyaa n Nilai Item r tabel Keteranga n X1.1 0.68 8 0.33 4 Valid X1.2 0.70 1 0.33 4 Valid X1.3 0.58 7 0.33 4 Valid X1.4 0.37 4 0.33 4 Valid X1.5 0.65 9 0.33 4 Valid Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Tabel 4 Hasil Uji Validitas Faktor Kepercayaan Item pertanyaa n Nilai Item r tabel Keteranga n X2.1 0.66 6 0.33 4 Valid X2.2 0.45 5 0.33 4 Valid X2.3 0.43 2 0.33 4 Valid X2.4 0.35 1 0.33 4 Valid X2.5 0.54 3 0.33 4 Valid Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Tabel 5 Hasil Uji Validitas Faktor Kemudahan Item pertanyaa n Nilai Item r tabel Keteranga n X3.1 0.59 8 0.33 4 Valid X3.2 0.62 9 0.33 4 Valid X3.3 0.60 5 0.33 4 Valid X3.4 0.68 5 0.33 4 Valid X3.5 0.67 7 0.33 4 Valid Sumber : Data Pimer Diolah, 2017 Tabel 6 Hasil Uji Validitas Faktor Loyalitas Pelanggan Item pertanyaa n Nilai Item r tabel Keteranga n X4.1 0.61 4 0.33 4 Valid X4.2 0.54 4 0.33 4 Valid X4.3 0.59 4 0.33 4 Valid X4.4 0.63 6 0.33 4 Valid X4.5 0.38 7 0.33 4 Valid Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Hasil Uji Reliabilitas Data Hasil Uji Reliabilitas Faktor Kepuasan Dari hasil pengelolahan data diperoleh bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk uji reliabilitas variabel kepuasan adalah 0,798 > 0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur pernyataan variabel Kepuasan adalah reliabel. Hasil Uji Reliabilitas Faktor Kepercayaan Dari hasil pengelolahan data disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk uji reliabilitas variabel Kepercayaan adalah 0,711 > 0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur pernyataan variabel kepercayaan adalah reliabel. Hasil Uji Reliabilitas Faktor Kemudahan Dari hasil pengelolahan data disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk uji reliabilitas variabel Kemudahab adalah 0,834 > 0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur pernyataan variabel Kemudahan adalah reliabel. Hasil Uji Reliabilitas Faktor Loyalitas Pelanggan Dari hasil pengelolahan data disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s Alpha untuk uji reliabilitas variabel loyalitas pelanggan adalah 0,776 > 0,60. Maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur pernyataan variabel loyalitas pelanggan adalah reliabel. ## Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan histrogram dapat dilihat pada gambar dibawah ini. ## Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Gambar 1 Histogram Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Gambar 2 Diagram Normal P-P Plot of Regression Standardized residual Tabel 7 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ## One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardize d Residual N 325 Normal Parameters a, b Mean ,0000000 Std. Deviatio n 2,51651603 Most Extreme Differences Absolute ,049 Positive ,034 Negative -,049 Test Statistic ,049 Asymp. Sig. (2-tailed) ,053 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Hasil Uji Multikolinearitas Tabel 8 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 1,251 1,385 ,903 ,367 X1 ,102 ,049 ,091 2,086 ,038 ,922 1,085 X2 ,569 ,049 ,521 11,577 ,000 ,862 1,160 X3 ,199 ,045 ,202 4,392 ,000 ,828 1,208 a. Dependent Variable: Y Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 9 Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 3,985 1,346 2,960 ,003 X1 -,012 ,054 -,013 -,230 ,818 X2 -,090 ,048 -,146 -1,859 ,064 X3 ,088 ,046 ,151 1,905 ,058 a. Dependent Variable: RES2 ## Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai probabilitas atau signifikansi untuk X1 adalah 0,818, X2 adalah 0,064 dan X3 adalah 0,058. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Hasil Uji Pengaruh Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 10 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,251 1,385 ,903 ,367 X.1 ,102 ,049 ,091 2,086 ,038 X.2 ,569 ,049 ,521 11,577 ,000 X.3 ,199 ,045 ,202 4,392 ,000 a. Dependent Variable: Y Sumber : SPSS 22 Berdasarkan perhitungan SPSS tersebut diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagi berikut: Y’ = 1,251 + 0,102 X 1 + 0,569 X 2 + 0,199 X 3 Koefisien regresi variabel X1 sebesar 0,102 mengandung arti untuk setiap pertambahan Faktor Kepuasan (X1) sebesar satu satuan akan menyebabkan meningkatnya Loyalitas Pelanggan (Y) sebesar 0,102 atau 10,2 %. Koefisien regresi variabel X2 sebesar 0,569 mengandung arti untuk setiap pertambahan Faktor Kepercayaan (X2) sebesar satu satuan akan menyebabkan meningkatnya Loyalitas Pelanggan (Y) sebesar 0,569 atau 56,9%. Koefisien regresi variabel X3 sebesar 0,199 mengandung arti untuk setiap pertambahan Faktor Kemudahan (X3) sebesar satu satuan akan menyebabkan meningkatnya Loyalitas Pelanggan (Y) sebesar 0,199 atau 19,9%. Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R 2 ) Analisis Koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independent dengan variabel dependent. Melalui analisis ini akan dicari seberapa kuat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Tabel 11 Hasil Analisis Koefisien Determinasi ## Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,665 a ,442 ,435 2,54184 a. Predictors: (Constant), X.1, X.2, X.3 Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Berdasarkan output tersebut dapat dilihat bahwa koefisien korelasi antara variabel independent dan dependent sebesar 0,435. Nilai 0,435 atau 43,5% menunjukan korelasi yang terjadi antara variabel independent dengan variabel dependent berada dalam kategori hubungan yang cukup kuat ( 0,400 – 0,599 ). ## Hasil Uji Hipotesis Hasil Uji t Hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut: Tabel 12 Hasil Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,251 1,385 ,903 ,367 X.1 ,102 ,049 ,091 2,086 ,038 X.2 ,569 ,049 ,521 11,577 ,000 X.3 ,199 ,045 ,202 4,392 ,000 a. Dependent Variable: Y ## Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Dengan menggunakan tingkat signifikansi 5% dan nilai df diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,967. Hasil pengujian pengaruh setiap variabel independent terhadap variabel dependent (loyalitas pelanggan) sebagi berikut: 1) Untuk hipotesis 1 yang menyatakan bahwa kepuasan memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa variabel kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dikatakan signifikan karena nilai signifikansi dari variabel kepuasan sebesar 0,038 lebih kecil dari nilai ɑ 0,05, dan t hitung 2,086 lebih besar dari nilai t tabel 1,967 . Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama diterima. 2) Untuk hipotesis 2 yang menyatakan bahwa kepercayaan memiliki pengaruh siginifikan terhadap loyalitas pelanggan, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa variabel kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dikatakan signifikan karena nilai signifikansi dari variabel kepuasan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai ɑ 0,05, dan t hitung 11,577 lebih besar dari nilai t tabel 1,967 . Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua diterima. 3) Untuk hipotesis 3 yang menyatakan bahwa kemudahan memiliki pengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan, dapat dilihat dari tabel di atas bahwa variabel kemudahan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan. Dikatakan signifikan karena nilai signifikansi dari variabel kepuasan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai ɑ 0,05, dan t hitung 4,392 lebih besar dari nilai t tabel 1,967 . Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis ketiga diterima. Hasil Uji F Tabel 13 Hasil Uji F ANOVA a Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1637,869 3 409,467 63,376 ,000 b Residual 2067,503 320 6,461 Total 3705,372 324 a. Dependent Variable: Y b. Predictors: (Constant), X.1, X.2, X.3 Sumber : Data Primer Diolah, 2017 Berdasarkan output tersebut dapat diketahui bahwa nilai F-hitung sebesar 63,376. Adapun nilai F-tabel pada tingkat signifikansi 5% adalah sebesar 2,399. Jika kedua nilai ini dibandingkan, maka nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (63,376 > 2,399) dan karena nilai signifikansi dari variabel independent sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai ɑ 0,05. Dengan hasil perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ho ditolak. Dengan demikian hipotesis 4 yang menyatakan bahwa Kepuasan, Kepercayaan dan Kemudahan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap loyalitas pelanggan PT Great Season Tours and Travel, dapat diterima. ## Pembahasan ## Pengaruh Kepuasan terhadap Loyalitas Pelanggan Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan di PT Great Seasons Tours and Travel Kota Batam, dengan nilai t hitung sebesar 2,086 dengan nilai signifikansi sebesar 0,038. Hal ini menunjukkan bahwa jika makin puas pelanggan terhadap pelayanan tertentu, maka makin tinggi loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Kondisi ini berarti bahwa semakin konsumen puas dengan produk maka semakin tinggi loyalitas konsumen tersebut dalam menggunakan produk perusahaan. Konsumen yang merasa puas terhadap suatu produk atau jasa tertentu akan meningkat pula kesetiaannya dalam menggunakan produk atau jasa tersebut. Hal tersebut juga terjadi pada konsumen produk tiket penerbangan, di mana konsumen yang puas terhadap produk akan memiliki tingkat loyalitas yang tinggi terhadap produk tersebut. Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama. Kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan dapat diwujudkan dengan memperkecil kesenjangan yang terjadi antara pihak manajemen dan pelanggan, pelayanan tersebut dapat membentuk komitmen pelanggan, perusahaan member peluang pelanggan menyampaikan keluhan, sifat pihak manajemen yang memuaskan dan sesuai dengan situasi pemasaran, serta perusahaan memberikan kualitas yang baik baik pelayanan maupun produk yang di tawarkan. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Husein Umar (2014), Meyta Pritandhari (2015) dan Rif’adarajad, S (2016). Pengaruh Kepercayaan terhadap ## Loyalitas Pelanggan Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan di PT Great Seasons Tours and Travel Kota Batam, dengan nilai t hitung sebesar 11,577 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa jika makin percaya konsumen terhadap produk tertentu, maka makin tinggi loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Seorang pelanggan yang memiliki kepercayaan terhadap produk akan terus menggunakan produk yang sama. Kepercayaan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan dapat diwujudkan dengan menepati janji, berperilaku sesuai etika dan jujur dalam menyediakan produk dan jasa, membangun hubungan kemitraan yang telah terjalin, memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pemenuhan keperluan pelanggan, memberikan kepercayaan atas produk dan jasa yang disediakan dengan jaminan. Dengan demikian, hipotesis ketdua diterima. Hal ini menunjukkan bahwa hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sb Handayani (2013). Pengaruh Kemudahan terhadap ## Loyalitas Pelanggan Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor kemudahan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan di PT Great Seasons Tours and Travel Kota Batam, dengan nilai t hitung sebesar 4,392 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa jika semakin pelanggan dipermudah dalam membeli produk/jasa yang disediakan oleh perusahaan, maka makin tinggi loyalitas konsumen terhadap produk tersebut. Seorang pelanggan yang dipermudah dalam melakukan transaksi dalam membeli produk akan terus menggunakan produk yang sama atau loyal terhadap produk/jasa yang disediakan perusahaan Faktor kemudahan dapat diwujudkan mempercepat kerja dari pihak manajemen, membuka akses bagi semua tingkatan masyarakat, memberikan tata cara operasional yang mudah dimengerti oleh pelanggan, pembelian produk/jasa yang fleksibel, serta menerapkan sistem yang user-friendly terhadap pelanggan.. Pengaruh Kepuasan, Kepercayaan dan Kemudahan terhadap Loyalitas Pelanggan Hasil analisis koefisien determinasi didapatkan hasil sebesar 0,442 untuk koefisien korelasi antara variabel independent dan dependent. Koefisien korelasi bertanda positif artinya korelasi yang terjadi antara variabel independent dan variabel dependent adalah searah, dimana semakin besar ketiga variabel independent maka akan diikuti oleh semakin besarnya variabel dependent. Nilai 0,442 menunjukan korelasi yang terjadi antara variabel independent dengan variabel dependent berada dalam kategori hubungan yang cukup kuat ( 0,400 – 0,599 ). Selain itu hasil uji F menunjukkan bahwa nilai signifikansi dari faktor kepuasan, ikatan emosi, kepercayaan dan kemudahan sebesar 0,000 dan F hitung 63,376. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kepuasan, Kepercayaan dan Kemudahan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Kepuasan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam. 2) Kepercayaan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam. 3) Kemudahan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas pelanggan PT Great Seasons Tours and Travel di Kota Batam 4) Kepuasan, kepercayaan dan kemudahan secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas pelanggan. ## DAFTAR PUSTAKA Amijaya, Gilang Rizky. 2010. “PENGARUH PERSEPSI TEKNOLOGI INFORMASI, KEMUDAHAN, RESIKO DAN FITUR LAYANAN TERHADAP MINAT ULANG NASABAH BANK DALAM MENGGUNAKAN INTERNET BANKING (Studi Pada Nasabah Bank BCA).” UNIVERSITAS DIPONEGORO. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta. Dharmesta, Bayu S. 2011. “Loyalitas Pelanggan: Sebuah Kajian Konseptual Sebagai Panduan Bagi Peneliti.” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Indonesia 14(3):73–88. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS . Semarang: Universitas Diponegoro. Griffin, Ricky W. and Ronald J. Ebert. 2007. Bisnis . 8th ed. Jakarta: Erlangga. Handayani, SB. 2013. “ANALISA LOYALITAS PELANGGAN YANG DIPENGARUHI KEPERCAYAAN MEREK DAN KUALITAS PELAYANAN (STUDI KASUS DI PT SPECTRA ADVERTAISING).” JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI (35):1–13. Kakasih, Sandhi CH., Silvya L. Mandey, and Willeam J. F. A. Tumbuan. 2014. “PRODUK, HARGA, PROMOSI, DAN FILOSOFI TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN MEUBEL BAMBU BATIK TEKUN JAYA DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE.” Jurnal EMBA 2(3):379– 88. Kotler, Philip and Gary Armstrong. 2008. Dasar-Dasar Pemasaran Jilid 2 . Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management 13 . New Jersey: Pearson Prentice Hall, Inc. Lupiyoadi, Rambat and Ahmad Hamdani. 2008. Manajemen Pemasaran Jasa . Jakarta: Salemba Empat. Prasaranphanich. 2007. Perilaku Konsumen: Analisis Model Keputusan . Yogyakarta: Universitas Atmajaya Yogyakarta. Pritandhari, Meyta. 2015. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan Dan Dampaknya Terhadao Keunggulan Bersaing (Studi Pada BMT Amanah Ummah Sukoharjo).” Jurnal Promosi Jurnal Pendidikan Ekonomi UM Metro 3(1):50–60. Priyatno, Dwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data Dengan SPSS 17 . Yogyakarta: ANDI. Purwanti, Arni and Rahma Wahdiniwaty. 2017. “ANALISIS KUALITAS PELAYANAN, KEPERCAYAAN, DAN KEWAJARAN HARGA PENGARUHNYA TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN PADA CINDERELLA SCHOOL OF ENGLISH FOR CHILDREN DI BANDUNG.” Jurnal Ilmiah Magister Manajemen UNIKOM 03, Nomor:62–75. S, Rif ’.adarajad .. 2016. “FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA LOYALITAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUTON.” Jurnal Progres Ekonomi Pembangunan 1:56–64. Sanusi, Anwar. 2011. Metode Penelitian Bisnis . Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D . Bandung: Alfabeta. Sweeney, Jillian C., Geoffrey N. Soutar, and Tim Mazzarol. 2008. “Faktors Influencing Word of Mouth Effectiveness: Receiver Perspectives.” European Journal of Marketing 42(3/4):344–64. Retrieved (https://doi.org/10.1108/0309056081 0852977). Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran . 3rd ed. Yogyakarta: ANDI. Umar, Husein. 2014. “Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Loyalitas Pelanggan Pada Penerbangan Low Cost Carrier Faktors Affecting Customer ’ S Satisfaction on Low Cost Carrier Flight.” Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik 1(2):127–38. Vanessa, Gaffar. 2007. Customer Relationship Management and Marketing Public Relations . Bandung: Alfabeta. Wahyono, Teguh. 2009. 25 Model Analisis Statistik Dengan SPSS 17 . Jakarta: Media Komputindo. Winahyuningsih, Panca. 2010. “Pengaruh Kepercayaan Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Hotel Griptha Kudus.” Pengaruh Kepercayaan Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Hotel Griptha Kudus (1979–6889):1–17. Yamit, Zulian. 2013. Manajemen Kualitas . Yogyakarta: Ekonisia.
c947ccd1-da9a-4ed1-9425-2f4f68fed721
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP/article/download/42704/20601
## UPAYA PENCEGAHAN, PENANGANAN, PENGENDALIAN, DAN PEMULIHAN VIRUS COVID-19 DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS I CIPINANG Muhammad Zulham, Padmono Wibowo Politeknik Ilmu Pemasyarakatan e-mail : [email protected] ## ABSTRAK Dalam menghadapi pandemic Covid-19 pada saat ini, penjara dinilai sangat rentan akan terjadinya penyebaran virus covid-19 mengingat kondisi jumlah penghuni yang tidak sebanding dengan jumlah hunian yang mengakibatkan kepadatan sehingga virus covid-19 sangat mudah menular apabila salah seorang terinfeksi virus covid-19. Melalui Keputusan Direktorat Jendral Pemasyarakatan Nomor Pas-08.OT.02.02 Tahun 2020 Tentang Pencegahan, Penanganan, Pengendalian dan Pemulihan Virus Covid-19, Rumah Tahanan Kelas I Cipinang sudah mengimplementasikannya agar dapat mencegah penyebaran virus covid-19 yang semakin massif. Melalui penelitian yang dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan deskriptif, penulis ingin menjelaskan bagaimana keberhasilan Rutan Cipinang dalam menerapkan kebijakan tersebut. Kata Kunci : Covid-19, Pencegahan, Overcrowding . ## ABSTRACT In dealing with the current Covid-19 pandemic, prisons are considered very vulnerable to the spread of the covid-19 virus considering the condition of the number of residents who are not proportional to the number of occupancy which results in overcrowding so that the covid-19 virus is very easily transmitted if one is infected with the covid-19 virus. 19. Through the Decree of the Directorate General of Corrections Number Pas-08.OT.02.02 of 2020 concerning Prevention, Handling, Control and Recovery of the Covid-19 Virus, the Cipinang Class I Detention Center has implemented it in order to prevent the increasingly massive spread of the Covid-19 virus. Through research conducted using a qualitative approach with a descriptive approach, the author wants to explain how the success of the Cipinang Prison in implementing the policy. Keywords : Covid-19, Prevention, Overcrowding. ## PENDAHULUAN Pandemi Covid-19 terjadi menyebar secara cepat dan meluas. Covid-19 ini terjadi pertama kali di China, lebih tepatnya berlokasi di Wuhan pada Desember 2019. Virus Covid-19 terus berkembang dikarenakan karakterisitik dari virus Covid-19 yang mudah menular. Dimana penyebarannya terjadi melalui saluran pernafasan maupun melalui kontak sentuhan permukaan benda yang terkena atau tersentuh oleh orang yang terinfeksi virus tersebut sehingga sangat cepat terinfeksi dari satu manusia ke manusia lainnya. Maka tidak heran bila penyebaran Virus Covid-19 meliputi seluruh dunia. Berkaitan dengan hal tersebut World Health Organization (WHO) melakukan berbagai upaya atas wabah virus Covid-19 yang menjadi wabah global. Upaya yang dilakukan WHO dalam penanganan wabah tersebut salah satunya adalah dengan melaksanakan penutupan wilayah (lockdown) yang dilakukan oleh negara-negara di dunia guna untuk mencegah dan meminimalisir penyebaran Virus Covid-19. Kebijakan tersebut berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali Indonesia yang mengalami kemerosotan ekonomi hingga sektor medis yang sudah kesulitan menangani pasien-pasien Covid-19. Dalam melaksanakan kebijakan lockdown, Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar sebagai bentuk upaya pembatasan fisik atau dapat disebut juga dengan physical distancing. Kemudian kebijakan tersebut diturunkan menjadi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar. Perhatian Masyarakat terhadap Virus Covid-19 tidak luput bagaimana upaya-upaya yang dilakukan Pemasyarakatan dalam melaksanakan Pencegahan virus Covid-19 di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) maupun Rumah Tahanan Negara (RUTAN). Hal tersebut menjadi perhatian dikarenakan Lapas atau Rutan di Indonesia merupakan suatu tempat yang berpenghuni banyak manusia bahkan hingga melebihi kapasitas yang dimiliki. Kondisi Lapas atau Rutan yang mengalami Over Kapasitas ditunjukkan dengan Jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang tidak sebanding dengan jumlah hunian Lapas atau Rutan yang di Indonesia dengan Jumlah WBP…… dan jumlah hunian ….. orang. Hal ini memiliki dampak terhadap terhambatnya ruang gerak WBP Ketika menjalankan kehidupan di Lapas atau Rutan. Berkaitan dengan hal tersebut membuat resiko penularan Covid-19 di Lapas atau Rutan sangat tinggi karena intensitas bersentuhan yang sangat rentan terjadi. Hal ini mendasari penulis dalam penelitian yang dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang dalam Upaya Pencegahan Virus Covid-19 yang dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis tersebut. ## Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif sebagaimana dominannya menggunakan analisis. Menurut Sugiyono, pada dasarnya metode penilitian suatu proses ilmiah guna mendapatkan data dengan tujuan serta kegunaan tertentu. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis aktivitas sosial, peristiwa, fenomona, kepercayaan, sikap, presepsi, dan orang secara individu maupun kelompok. Dalam pelaksanaannya penelitian ini dominannya menggunakan wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen. (Sugiyono, 2015). Jenis penilitian yang dilakukan pada penulisan ini bersifat deskriptif artinya penelitian ini menggambarkan data informasi yang didasarkan fakta atau kenyataan yang terdapat di lapangan penelitian. Penelitian ini mendeskripsikan serta menggambarkan fenomena yang terjadi, baik yang bersifat ilmiah mapun rekayasa manusia. Pada penelitian ini penggunaan metode kualitatif deskriptif guna mengembangkan teori yang dibangun melalui data informasi yang diperoleh dari lapangan penelitian. ## Pembahasan Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang sebagai salah satu Unit Pelaksanaan Teknis Pemasyarakatan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia DKI Jakarta. Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang sebagai Unit Pelaksana Teknis, saat ini harus memberikan pelayanan terhadap WBP dengan kondisi yang Over Kapasitas. Tercatat jumlah WBP yang berada di Rutan Cipinang tidak sebanding dengan Jumlah Hunian, data pertanggal 17 November 2021, tercatat jumlah Warga Binaan Pemasyarakatan berjumlah 3555 Orang. Sedangkan jumlah Pegawai yang berada di Rutan Cipinang hanya berjumlah 287 orang. Jumlah kasus corona yang tidak kunjung rendah membutuhkan penanganan yang optimal. Virus ini dapat mudah menyebar dan menginfeksi siapapun tanpa memandang usia dan bisa menular secara mudah kepada siapa saja melalui kontak dengan penderita. Melihat kondisi Rutan Cipinang yang Over Kapasitas membuat penyebaran virus Covid-19 sangat rentan terjadi, sehingga dengan kondisi jumlah WBP yang tidak sebanding denga jumlah hunian yang ada di Rutan Cipinang sangat meningkatkan resiko penyebaran yang semakin masif Ketika virus tersebut masuk di Rutan Cipinang. Dalam pencegahan virus Covid-19 membuat seluruh elemen yang ada di Rutan Cipinang untuk bekerja keras mengantisipasi terjadinya virus tersebut. Pemerintah sendiri melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia membuat kebijakan dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2020 tentang Syarat Pemberian Asimilasi dan Hak Integrasi bagi Narapidana dan Anak dalam rangka Pencegahan dan Penanggulangan Penyebaran Covid-19. Seiring berjalannya kebijakan tersebut juga Rutan Cipinang melaksanakan pencegahan tersendiri guna menekan penyebaran virus Covid-19 itu sendiri. Berdasarkan instruksi Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor: PAS- 08.OT.02.02 Tahun 2020 sebagai penegahan, penanganan, pengendalian, dan pemulihan virus Covid-19 dijelaskan beberapa instruksi untuk penyediaan fasilitas Kesehatan pada Rutan Cipinang, seperti disediakannya cairan disinfektan, cairan antiseptic, air bersih, masker, sarung tangan, dll sebagai bentuk pencegahan. Berkaitan dengan Instruksi Ditjen PAS, Adapun Implementasi Upaya Pencegahan, Penanganan, dan Pengendalian Virus Covid-19 di Rumah Tahanan Negara Kelas I Cipinang, antara lain : ## PENCEGAHAN 1. Sosialisasi dan edukasi mengenai pencegahan dan penangan Covid-19. Pada saat penulis melakukan penelitian, Petugas Rutan Kelas I Cipinang telah mendapatkan sosialisasi dan edukasi dari Tim Dijenpas dan Kanwil DKI dalam rangka upaya pencegahan dan penanganan Covid-19. Bukan hanya itu, informasi mengenai penceganan dan penanganan Covid-19 yang telah diterima oleh Petugas disampaikan dan diinformasikan juga kepada seluruh penghuni dan tahanan di Rutan Kelas I Cipinang. 2. Menugaskan petugas Kesehatan untuk proaktif menginformasikan PHBS Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan, peranan Tenaga Medis Rutan Kelas I Cipinang yang terdiri atas 6 Dokter dan 3 Perawat proaktif dalam menyampaikan informasi mengenai pencegahan penyebaran Covid-19 serta informasi berprilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. Adapun hal tersebut terlihat pada koordinasi Tenaga Medis dengan Pejabat Struktural seperti halnya informasi mengenai jumlah ketersediaan dan penggaplikasian alat penunjang kesehatan seperti: • Masker • Sarung tangan • Cairan antiseptik / disenfektan • Hand Sanitizer • Tempat cuci tangan dengan air mengalir • Banner sebagai informasi pencegahan penyebaran Covid-19 3. Penyediaan cairan antiseptik dan tempat cuci tangan pada tempat strategis. Diketahui bahwa terdapat beberapa titik yang dianggap memiliki tingkat mobilitas (pergerakan) yang tinggi di lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. Titik- titik tersebut merupakan batas area dari setiap satuan kerja ataupun ruangan di lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. Adapun titik yang dianggap memiliki tingkat mobilitas tinggi meliputi: • Pintu Gedung I • Pos Wasrik ( Pengawasan dan Pemeriksaan) • P2U / Portir • Pintu Gedung 2 • Pintu Gedung 3 • Pintu Ruang Kunjungan • Pintu Steril Area (Batas area tahanan) • Pintu Blok Hunian Adapun terdapat Bilik Disenfektan yang ditempatkan pada P2U dan Pintu Steril Area yang berfungsi menembakkan cairan disenfektan secara otomatis bagi siapa saja yang melintas. Penembakan cairan disenfektan dilakukan bukan hanya dilakukan kepada objek manusia yang melintas tetapi juga objek kendaraan seperti truk pengantar bahan makanan maupun ambulan, dll. 4. Pemeriksaan suhu tubuh secara rutin bagi Pegawai, Tamu, Pengungjung, Tahanan, Anak, Narapidana, dan Klien Pemasyarakatan. Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan pada titik mobilitas Pegawai maupun Pengunjung serta Tahanan. Adapun teruntuk Pegawai maupun Pengunjung dilakukan pemeriksaan suhu tubuh menggunakan termogun di Pos Wasrik (Pengawasan dan Pemeriksaan) dan P2U (Pintu Pengamanan Utama). Sedangkan pemeriksaan terhadap Tahanan dilakukan di Pintu Steril Area pada saat Tahanan memiliki kepentingan untuk menuju gedung 3 dan mengharuskan melintas pada Pintu Steril Area. 5. Pembersihan rutin dengan penyemprotan cairan disenfektan pada seluruh lingkungan UPT. Berdasarkan pengamatan dan observasi, penyemprotan disinfektan dilakukan pada seluruh lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. Adapun petugas yang melakukan penyemprotan mengenakan APD sesuai dengan Protokol Kesehatan. 6. Penyediaan alat Kesehatan seperti masker dan sarung tangan bagi petugas. Sebagian anggaran Rutan Kelas I Cipinang dialihkan untuk pemfokusan pencegahan penyebaran Covid-19 di lingkungan Rutan. Adapun sebagian anggaran tersebut dimanfaatkan untuk pengadaan berbagai alat kesehatan, bukan hanya untuk Petugas tetapi juga untuk para Tahanan, meliputi: Alat Pelindung Diri (APD), teruntuk Tenaga Medis, Anggota Jaga (diutamakan yang melakukan kontrol), dan Petugas Dapur. • Pelindung Wajah teruntuk Pegawai dan Tenaga Medis. • Masker kain untuk seluruh Pegawai dan Tahanan. • Masker kertas untuk Pegawai dan Tenaga Medis. • Sarung tangan untuk Pegawai dan Tenaga Medis. 7. Menghindari kontak fisik secara langsung seperti bersalaman. Budaya bersalaman begitu melekat pada masyarakat Indonesia, hal tersebut tidak luput pada lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. Secara tegas Ka. Rutan telah menginstruksikan secara langsung kepada seluruh Keluarga Besar Rutan Kelas I Cipinang dengan menggantikan bersalaman dengan mengepalkan dan mengeratkan kedua tangan sendiri dengan menunduk sambil tersenyum sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada orang yang sedang berhadapan. Hal tersebut dilakukan guna menghindari penyebaran Covid-19 tanpa mengesampingkan rasa hormat dan menghargai seseorang. ## PENANGANAN 1. Sosialisasi terhadap penanganan infeksi Covid-19. Berdasarkan observasi dan pengamatan, telah dilakukan secara rutin terhadap bahaya Covid-19 di lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. Bukan hanya Tenaga Medis, tetapi juga Petugas bahkan Tahanan saling peduli akan bahaya Covid- 19 dan saling mengingatkan untuk selalu menegakkan protokol kesehatan. Hal tersebut dikuatkan dengan adanya pemasangan Banner oleh petugas dengan berbagai informasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat serta bahaya dari Covid-19. 2. Pemeriksaan suhu tubuh dan pelarangan memasuki lingkungan UPT Pemasyarakatan apabila suhu tubuh lebih dari 37,5 Celcius. Pemeriksaan suhu tubuh secara rutin terhadap setiap orang yang melitas dilakukan pada titik mobilitas Pegawai maupun Pengunjung serta Tahanan. Adapun teruntuk Pegawai maupun Pengunjung dilakukan pemeriksaan suhu tubuh menggunakan termogun di Pos Wasrik (Pengawasan dan Pemeriksaan) dan P2U (Pintu Pengamanan Utama). Sedangkan pemeriksaan terhadap Tahanan dilakukan di Pintu Steril Area pada saat Tahanan memiliki kepentingan untuk menuju gedung 3 dan mengharuskan melintas pada Pintu Steril Area. 3. Pemeriksaan kesehatan kepada Pegawai, Tahanan, Anak, Narapidana, dan Klien Pemasyarakatan. Berdasarkan obsevasi dan pengamatan, pemeriksaan kesehatan terhadap Pegawai dapat dilakukan secara bergelombang dan menyeluruh. Tes kesehatan tersebut berupa pemeriksaan tensi, darah, serta rapid test. Namun hal ini tidak dapat dilakukan secara menyuluruh kepada seluruh Tahanan di Rutan Cipinang Kelas I Jakarta, mengingat keterbatasan sarana dan anggaran pada pelaksanaan tes kesehatan tersebut. Tes kesehatan bagi Tahanan dapat dilaksanakan bagi setiap Tahanan yang berobat ke Poliklinik Rutan Kelas I Cipinang, hal tesebut dilakukan juga guna mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. 4. Rekomendasi untuk beristirahat di rumah bagi pegawai yang terindikasi Covid-19. Selama penulis melakukan penelitian himbauan tersebut telah dicanangkan, namun hingga saat penelitian dilakukan tidak terdapat Pegawai yang terindikasi terjangkit Covid-19. 5. Rekomendasi untuk ditempatkan di ruang isolasi bagi Tahanan, Anak, dan Narapidana. Selama penulis melakukan penelitian himbauan tersebut telah dicanangkan, namun hingga saat penelitian dilakukan tidak terdapat tahanan yang terindikasi terjangkit Covid-19. 6. Pelarangan publikasi identitas bagi Pegawai yang terjangkit Covid-19. Selama penulis melakukan penelitian himbauan tersebut telah dicanangkan, namun hingga saat penelitian dilakukan tidak terdapat Pegawai yang terindikasi terjangkit Covid-19. ## PENGENDALIAN 1. Koordinasi dan konsultasi dengan Pemerintah Daerah terhadap situasi dan perkembangan Covid-19. Selama penelitian dilakukan koordinasi dan konsultasi selalu dilakukan dengan Pemerintah Daerah terhadap perkembangan situasi dan kondisi UPT, sebagaimana Covid-19 dapat menjangkit pada siapapun tanpa pandang bulu. Hal tersebut juga dilakukan oleh para Tenaga Medis (Dokter dan Perawat) melalui Himpunan Dokter Pemasyarakatan dari media elektronik. 2. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan. Selama penelitian dilakukan berdasarkan wawancara dan pengakuan dari Ka. Sie Pelayanan Tahanan koordinasi dan konsultasi selalu dilakukan dengan Dinas Kesehatan terhadap perkembangan situasi dan kondisi UPT, sebagaimana Covid-19 dapat menjangkit pada siapapun tanpa pandang bulu. Hal tersebut juga dilakukan oleh para Tenaga Medis (Dokter dan Perawat) pada Himpunan Dokter Pemasyarakatan yang terhubung dengan seluruh Tenaga Medis di lingkungan Pemasyarakatan melalui media elektronik. 3. Menghentikan layanan kunjungan dan memfasilitasi layanan kunjungan dengan video call. Rutan Kelas I Cipinang menyegerakan pemberhentian layanan kunjungan dan menggantikannya dengan layanan kunjungan dengan video call melalui media elektronik. 4. Melakukan pelayanan dengan SOP Protokol Kesehatan. Berdasarkan observasi dan pengamanan, Rutan Kelas I Cipinang telah menanggapi Darurat Covid-19 dengan cepat. Sebagaimana sebelum penulis melakukan penelitian Rutan Kelas I Cipinang telah melakukan hal tersebut, seperti halnya: • Pemeriksaan suhu tubuh dan pelarangan kunjungan bagi yang memiliki suhu tubuh 37,5 Celcius • Mewajibkan pemakaian masker • Penerapan Social Distancing • Penyediaan cairan antiseptik • Menggantikan kunjungan fisik dengan kunjungan online 5. Menghentikan sementara kegiatan yang melibatkan pihak luar. Rutan Kelas I Cipinang telah menghentikan sementara kegiatan yang melibatkan pihak luar, dalam hal ini berupa kegiatan fisik yang membuthuhkan interaksi dengan tatap muka, namun pertemuan dengan pihak lain dilakukan secara online. Seperti halnya sidang yang dilakukan Pengadilan. Perwakilan Pengadilan membantu dengan mendatangi Rutan untuk selanjutnya melakukan sidang online yang dilakukan langsung di lingkungan Rutan Kelas I Cipinang, sidang ini tentunya dilakukan dengan penyediaan media elektronik oleh pihak Pengadilan. 6. Mengkonfirmasi dan memberikan rujukan bagi Tahanan, Narapidana, dan Anak bila terjangkit Covid-19 sesuai SOP Pengeluaran Tahanan dan SOP Protokol Kesehatan. 7. Melengkapi ketersediaan bahan makanan, minuman, obat-obatan, penambah daya tahan tubuh. Rutan Kelas I Cipinang telah menyegerakan refocusing anggaran dalam kebutuhan penanganan Covid-19 dengan melengkapi ketersediaan bahan makanan, minuman, obat-obatan dan penambah daya tahan tubuh. Seperti halnya pembuatan dan pembagian air jahe merah hangat yang dipercaya dapat mencegah penyebaran Covid-19 yang diberikan kepada seluruh tahanan. 8. Refocusing anggaran dalam kebutuhan penanganan Covid-19. Rutan Kelas I Cipinang telah melakukanan refocusing anggaran pada DIPA dalam rangka pemenuhankebutuhan percepatan penanganan Covid-19 yang berdasarkan pada Surat Edaran (SE) Menteri Keuangan Nomor SE- 6/MK.02/2020 tentang Refocusing Kegiatan dan Relokasi Anggaran Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). ## PEMULIHAN 1. Koordinasi intensif dengan Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit. Selama melakukan penelitian himbauan tersebut telah dicanangkan, namun hingga saat penelitian dilakukan tidak terdapat Pegawai maupun Tahanan yang terindikasi terjangkit Covid-19. 2. Pemantauan kesehatan Pegawai, Tahanan, Narapidana, dan Anak. Berdasarkan obsevasi dan pengamatan, pemeriksaan kesehatan terhadap Pegawai dapat dilakukan secara bergelombang dan menyeluruh. Tes kesehatan tersebut berupa pemeriksaan tensi, darah, serta rapid test. Namun hal ini tidak dapat dilakukan secara menyuluruh kepada seluruh Tahanan di Rutan Cipinang Kelas I Jakarta, mengingat keterbatasan sarana dan anggaran pada pelaksanaan tes kesehatan tersebut. Tes kesehatan bagi Tahanan dapat dilaksanakan bagi setiap Tahanan yang berobat ke Poliklinik Rutan Kelas I Cipinang. 3. Pemberian penguatan mental dan spiritual kepada Pegawai, Tahanan, Narapidana, dan Anak. Berdasarkan observasi dan pengamatan, Petugas Rutan Kelas I Cipinang didampingi oleh Tim Medis yang beranggotakan 6 Dokter dan 3 Perawat proaktif dalam menyampaikan informasi mengenai pencegahan penyebaran Covid-19 serta informasi berprilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan Rutan Kelas I Cipinang. Hal tersebut dilakukan guna memberikan penguatan mental dan spiritual dalam menghadapi pandemi Covid-19 saat ini. 4. Pembuatan laporan kesehatan setiap pekan. Selama penulis melakukan penelitian laporan tersebut telah dilaksanakan, namun hingga saat penelitian dilakukan tidak terdapat Pegawai maupun Tahanan yang terindikasi terjangkit Covid-19. ## PENUTUP ## A. Kesimpulan Dari penelitian yang dilaksanakan, Penerapan strategi pencegahan penyebaran Covid-19 yang diterapkan pada Rutan Kelas I Cipinang berpedoman pada Instruksi Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS- 08.OT.02.02 Tahun 2020 Tentang Pencegahan, Penanganan, Pengendalian dan Pemulihan Corona Virus Desease (Covid-19) Pada Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan masih perlu peningkatan terutama pada kesadaran setiap individu. Dalam pelaksanaan telah disediakannya tempat cuci tangan ditempat yang strategis, penyemprotan disinfektan pada seluruh ruangan, pembuatan hand sanitizer, pembagian masker, pembagian vitamin guna mencegahan penyebaran Covid-19 akan tetapi kurangnya kesadaran dari setiap individu akan menjadi faktor yang memudahkan dalam penyebaran Covid-19. ## B. Saran Dalam Penerapan Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dalam upaya pencegahan Covid-19 di Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta telah dilaksanakan secara maksimal dengan adanya falisilitas sarana dan prasarana yang telah disediakan, akan tetapi dalam pelaksanaannya para Petugas dan juga Tahanan harus tetap lebih meningkatkan pola hidup sehat dan bersih sebagaimana virus Covid-19 yang dihadapi tidak kasat mata dan dapat menyerang siapa saja. ## DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Surat Keputusan Direktorat Jendral Pemasyarakatan Nomor Pas-08.OT.02.02 Tahun 2020 Tentang pencegahan, penanganan, pengendalian dan Pemulihan Corona Virus Disease (Covid-19) pada Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan Darmawan, A. (2016). Pedoman Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Jmj , 4 (2), 195–202. Hamid, Agus Rizal A. Hariandy, 2020. Social Responsibility of Medical Jourdnal: A Concern for Covid-19 Pandemic . Medical Journal of Indonesia. Hui DS, I Azhar E, Madani TA, Ntoumi F, Kock R, Dar O,etal . (2020) ."Ancaman epidemi virus korona novel 2019-nCoV yang berkelanjutan terhadap kesehatan global — Wabah coronavirus novel 2019 terbaru di Wuhan, Cina". Int J Infect Dis . 91 : 264–66 Kemenkes RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19). Germas , 0–115. Mulia, D. D. A. (2020). Optimisme Menghadapi Corona: Menjaga Kesehatan Mental Selama Mewabahnya Pandemi Covid-19 di Indonesia. Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara, 6. Sugiyono, P. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta , 28 . Widyarini, A. S. (2020). “Lockdown” dan Manajemen Stres Mengatasi Kecemasan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pada keluarga terhadap penyakit Corona. Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara , 6 . Yuliana, (2020). Corona Virs Diseases (Covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness and Healthy Magazine, (187-192)
e97a090e-0747-48ef-82ba-4a6997c58d4c
https://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/marwah/article/download/503/483
VAGINISMUS SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH SYAFI’IYAH ## Nurhayati Zein Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Suska Riau E-mail: [email protected] Abstract: Vaginismus is a disease or disparity in the form of muscle spastic around vagina mouth, resulting the vagina closed so that it is possible to do sexual intercourse. This article discusses, can vaginismus as the reason for divorce. There is no direct mention in Fikih Syafi'yah and in the Compilation of Islamic Law that virginismus can be as a reason for divorce. Both only satate that one of the reason for divorce is if one gets handicap or disease so that cannot do the duty as wife or husband. Marriage is a tying claiming the existence of execution of rights and obligations between wife and husband. The wife who has virginismus can not do her duty to do sexual intercourse with the husband. Thereby, vaginismus can be take as a reason for divorce. Kata Kunci: vaginismus, KHI, hubungan suami sitri, perceraian, Syafi’iyah ## PENDAHULUAN Perkawinan adalah ikatan yang suci dan sakral antara seorang laki- laki dan perempuan. Lembaga ini merupakan sarana yang paling aman dan efektif untuk mengendalikan keinginan biologis manusia, dan ini juga merupakan pembeda antara manusia dengan hewan. Disamping itu, secara sederhana, perkawinan juga bermaksud mengembangkan keturunan dan meneruskan kehidupan dan masa depan umat manusia. Oleh sebab itu, perkawinan merupakan salah satu dari sunnatullah, sebagaimana diungkapkan dalam firman Allah SWT dalam Surat An-Nur ayat 32: (#qßsÅ3Rr&ur 4 yJ»t F{$# óOä3ZÏB tûüÅsÎ=»¢Á9$#ur ô`ÏB ö/ä.Ï $t6Ïã öNà6ͬ!$tBÎ)ur 4 bÎ) (#qçRqä3t uä!#t s)èù ãNÎgÏYøóã ª!$# `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù 3 ª!$#ur ììÅ ºur ÒO Î=tæ ÇÌËÈ Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang- orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Dari ayat di atas tergambar bahwa Allah SWT. menganjurkan kepada setiap orang yang telah mempunyai kemampuan untuk melaksanakan perkawinan. Hal ini juga dikuatkan dengan hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad Saw. memuji Allah SWT dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: ”akan tetapi aku sholat, tidur, puasa, berbuka dan aku menikahi perempuan, maka siapa yang membenci sunnahku maka ia bukan dari golonganku.” (Muttafaqun Alaih). Allah SWT mengatur kehidupan manusia dengan berbagai hukum yang termuat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Khususnya aturan tentang hubungan antara laki-laki dan perempuan karena mereka dikaruniai Allah dengan nafsu seks yang membutuhkan pelampiasan. Perkawinan adalah cara terbaik untuk menyalurkan libido seksual antara laki-laki dan perempuan. Dengan perkawinan keduanya telah terikat dengan kewajiban saling memberi nafkah bathin kepada pasangannya. Oleh karena itu, salah satu tujuan perkawinan adalah menghalalkan hubungan seksual antara suami istri, 1 sehingga masalah seksual tidak dapat dipisahkan dengan kebahagiaan yang akan dicapai. Perkawinan yang tidak dilandasi dengan hubungan seksual yang nyaman bisa mengakibatkan terjadinya keretakan hubungan. Kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dapat mempengaruhi pikiran bagi pasangan suami istri yang selanjutnya dapat pula menyebabkan terjadinya dwifungsi orgasme, dyispereunia dan vaginismus . 2 Vaginismus adalah istilah medis untuk kejang atau kontraksi otot di sekitar vagina yang membuat hubungan seks sulit dan sangat menyakitkan, atau malah tidak mungkin terjadi. 3 Kejang otot atau vaginismus bisa terjadi pada waktu atau akan melakukan hubungan senggama, yang bisa mengakibatkan tidak mungkin untuk melakukan hubungan tersebut. Hal ini disebabkan karena lubang vagina yang menyempit dan bisa menghilangkan rasa rangsangan yang dilakukan sebelumnya. Marzuki Umar Sa’bah menyebutkan bahwa peristiwa kontraksi, penegangan atau pengerasan akan datang tiba-tiba ketika penis melakukan penetresi, yaitu pada bagian distal vagina. Kejadian ini bisa terjadi ketika penis masuk. Jika pegangan ini sangat kuat bisa jadi penis yang masuk akan terjepit dengan kuat sehingga tidak dapat keluar dari vagina. 4 Gangguan seks yang terjadi antara suami istri dapat menimbulkan penderitaan, pertengkaran, pisah ranjang, bahkan dapat terjadi perceraian. Pada hal tujuan utama perkawinan adalah mewujudkan rumah tangga yang mawaddah dan rahmah . Islam mengatur masalah perkawinan dengan lengkap, bahkan jika hubungan rumah tangga tidak bisa dipertahankan maka jalan terakhir adalah perceraian. Perceraian yang dibenarkan dalam Islam mestilah memiliki sebab dan alasan yang tepat. Karena Allah SWT sangat benci terhadap perceraian, sebagaimana diungkapkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda: ” Di antara sesuatu yang halal tetapi dibenci Allah SWT. adalah thalak.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah dan disyahkan oleh Hakim, dan Abu hatim menguatkan ke mursal annya). Di Indonesia, Kompilasi Hukum Islam (KHI) merupakan salah satu rujukan para hakim Pengadilan Agama untuk memutuskan perkara perdata umat Islam, termasuk masalah yang berkaitan dengan perkawinan dan perceraian. Diantara alasan perceraian yang diakui dalam Kompilasi Hukum Islam tercantum dalam pasal 116 poin (e) yaitu: ” Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri.” 5 Dalam hal ini, ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa masing- masing pihak dari suami istri mempunyai hak khiyar dengan sebab aib yang mungkin terjadi antara keduanya, misalnya gila, kusta, dan supak. Suami mempunyai hak fasakh apabila ia mendapatkan istrinya mempunyai alat kelamin yang tidak berfungsi. Dan istri mempunyai hak fasakh jika mendapatkan suaminya majbub atau impoten. 6 Dalam Hasyi’ah al-Bajuri‘Ala Ibnu Qasim al-Ghazali diterangkan bahwa “s ebab terjadinya khiyar dalam pernikahan antara suami istri adalah gila, sakit lepra atau kusta. Sedangkan (tumbuhnya daging pada vagina) dan (adanya tulang pada vagina) khusus terjadi pada istri. (terpotongnya seluruh zakar atau sebahagiannya) dan (lemahnya suami untuk menggauli istri) karena lemah kejiwaan atau fisiknya, hal ini khusus bagi suami. 7 Dalam penetapan khiyar tidak ada perbedaan apakah aib tersebut terjadi sebelum akad atau terjadi sesudah akad dan sebelum atau sesudah dukhul. Dalam Kompilasi Hukum Islam atau fiqh Syafi’iyah tidak ditemukan vaginismus sebagai salah satu alasan perceraian. Apabila keadaan istri vaginismus maka suami tidak dapat menyalurkan seksnya secara normal. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa dalam KHI dan fiqh Syafi’iyah tidak ditemukan vaginismus secara tegas sebagai alasan sebagai salah satu alasan perceraian. Tetapi baik KHI maupun fiqh Syafi’iyah sama-sama menyebutkan ada penyakit yang bisa dijadikan alasan mengajukan perceraian. Apakah vaginismus dapat dimasukkan dalam kategori penyakit yang tertera pada poin (e) KHI pasal 116 seperti disebutkan di atas dan bagaimana pula halnya dalam kajian fiqh Syafi’iyah, apakah dapat diqiyaskan kepada rataq ( ﻖﺗرﺭ ) dan qaran ( نﻥﺮﻗ ) dengan illat terhalangnya melakukan persetubuhan sebagai alasan suami menceraikan istrinya. ## PEMBAHASAN Pengertian Vaginismus Kamus Penuntun Populer Bahasa Kedokteran menyatakan bahwa vaginismus adalah suatu kekejangan otot di sekitar vagina yang menimbulkan rasa sakit. 8 Abu Zakaria mendefenisikan 9 vaginismus sebagai salah satu bentuk gangguan seksual berupa kejang di sekitar mulut vagina. Koesnadi 10 menjelaskan bahwa vaginismus merupakan suatu kelainan atau penyakit di mana wanita mengalami kontraksi spatial (kram/kejang) pada bagian sepertiga luar dari liang senggama pada waktu dilakukan atau akan dilakukan persenggamaan. Sedangkan menurut Ibnu M. Rasyid 11 vaginismus adalah bentuk gangguan seksual bagi wanita berupa kejang-kejang otot di sekitar mulut vagina yang disebut kejang “genetikal.” Budi Handrinto dan Nana Mintarti 12 mengungkapkan bahwa vaginismus disertai dengan otot-otot paha dan vagina dalam keadaan mengkerut dan kaku sehingga tidak bisa melakukan hubungan seksual, disertai dengan kejang-kejang di sekitar mulut vagina yang meliputi sepertiga bagian distal vagina. Keadaan ini terjadi secara spontan tanpa disadari. Marzuki Umar Sa’bah dalam bukunya Sex dan Kita 13 mengungkapkan bahwa vaginismus adalah peristiwa kontraksi atau peregangan dan pengerasan yang datang tiba-tiba ketika penis melakukan penetrasi yaitu pada bagian distal vagina (bagian yang bentuknya tidak rata). Dari beberapa defenisi di atas pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang prinsipil, hanya saja terdapat variasi dalam pengungkapannya. Maka dapat disimpulkan bahwa vaginismus merupakan kelainan seks atau penyakit yang datang tiba-tiba tanpa disadari, ditandai dengan kekejangan otot di sekitar vagina (pada bagian sepertiga luar liang senggama) yang mengganggu masuknya penis ke dalam vagina sehingga persetubuhan sukar dilaksanakan. ## Sebab-sebab Vaginismus Terdapat beberapa penyebab terjadinya vaginismus sebagaimana yang dipaparkan oleh beberapa ahli. Koesnadi mengemukakan penyebab vaginismus pada wanita antara lain; 14 (a) Kefanatikan terhadap paham bahwa “seks itu kotor dan dosa”, (b) Pernah mengalami pengalaman pahit dalam kejahatan seksual (misalnya perkosaan dan lainnya), (c) Adanya kelainan dalam alat kelamin yang dapat menyebabkan rasa sakit waktu hubungan seksual, (d) Homoseksual /lesbian. Naek L. Tobing menyatakan bahwa penyebab vaginismus adalah: 15 (a) Ketakutan gadis karena mendengar cerita bahwa akan koyak dan berdarahnya selaput darah dan hal ini akan menimbulkan rasa sakit, (b) Penderita mengalami infeksi vagina, (c) Kurang pengetahuan tentang seks dan menganggap bahwa seks adalah hal yang tabu sehingga tidak perlu untuk dipelajari dan diketahui, (d) Emosional, (e) Fobianya seorang wanita terhadap hubungan seks, (f) Kelainan dalam bentuk bawaan dari vagina. Menurut Marzuki Umar Sa’bah, 16 sebab-sebab terjadinya vaginismus diungkapkan berdasarkan macam-macam dari vaginismus itu sendiri, yaitu: (a) Vaginismus refleksi primer, disebabkan tidak koyaknya selaput dara pada waktu pertama kali melakukan senggama; (b) Vaginismus refleksi sekunder, yaitu pada wanita yang pernah mampu melakukan senggama disebabkan oleh kelainan organis atau somatic; (c) Vaginismus psikogen primer, yaitu yang terjadi pada senggama pertama di mana wanita mengalami tekanan psikis, misalnya ketakutan, kecemasan hebat dan rasa berdosa; (d) Vaginismus psikogen sekunder, yaitu kondisi pada wanita yang sebelumnya mampu melakukan senggama, tetapi setelah beberapa waktu muncul gejala vaginismus. Ini disebabkan oleh penolakan senggama secara sadar atau tidak karena ketidaksukaan kepada partner seksnya. Budi Hendrianto dan Nana Mintarti menyebutkan dua factor penyebab terjadinya vaginismus yaitu: 17 (a) Faktor fisik. Misalnya terjadi kelainan pada alat kelamin sehingga ketika terjadi coitus terasa sangat nyeri dan terjadi kejang-kejang; (b) Faktor psikis. Misalnya pengalaman tertentu pada masa lalu yang menyebabkan perasaan sangat trauma untuk hubungan seksual. Lebih lanjut Abu Zakaria menerangkan bahwa vaginismus dapat disebabkan oleh factor jasmaniah dan rohaniah. 18 Faktor jasmaniah, misalnya adanya kelainan pada alat kelamin yang bisa menyebabkan coitus menjadi nyeri yang menyebabkan kejang otot-otot. Faktor rohaniah, misalnya terjadinya kecemasan-kecemasan tertentu, rintangan seksual kuat yang terjadi pada masa kanak-kanak, pengalaman seksual yang mengecewakan pada masa lampau dan segala faktor lainnya yang bisa menimbulkan kekejangan otot vagina. Penyebab vaginismus menurut Ibnu M. Rasyid, hampir sama dengan yang diungkapkan oleh Abu Zakaria, adalah karena adanya pengaruh factor-faktor jasmaniah dan factor rohaniah. Faktor jasmaniah misalnya karena memang ada kelainan dalam vagina itu, sehingga kalau melakukan senggama faraj menjadi nyeri sehingga otot-otot di sekitar vagina menjadi kejang. Sedangkan faktor rohaniah misalnya kecemasan tertentu, kisah-kisah yang mengerikan tentang orang yang melakukan senggama yang didengarnya sewaktu masih kecil. Adanya pengalaman seksual yang mengecewakan pada masa lampau seperti akibat perkosaan atau pemaksaan yang benar-benar menimbulkan rasa takut terhadap kehidupan seksual. 19 Menurut Lilian Yuwono, penyebab vaginismus adalah; (a) Faktor fisik seperti penebalan hymen yang menimbulkan kejang; (b) Fobia; (c) Pemeriksaan geneokologis yang kurang tepat dan luka selama persalinan atau perkosaan seks yang menimbulkan rasa sakit pada vagina sehingga usaha di masa medatang untuk melakukan penetrasi akan membuatnya menjadi cemas dan menimbulkan kejang vagina; (d) Ketakutan berkembang menjadi wanita seutuhnya; (e) Karena penderitaan waktu hamil dan melahirkan 20 Berdasarkan beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terjadinya vaginismus disebabkan oleh factor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik yang menyebabkan vaginismus adalah adanya kelainan dalam alat kelamin yang menyebabkan rasa sakit waktu hubungan seks dilakukan, kelainan bawaan pada vagina, penebalan hymen yang menimbulkan kejang, dan infeksi dari genetalia. Faktor Psikologis yang menyebabkan vaginismus meliputi kefanatikan terhadap paham bahwa seks itu “dosa dan kotor” dikarenakan pendidikan keliru dari masa kecil, penderitaan waktu hamil dan melahirkan, pengalaman pahit dalam kejahatan seksual, ketakutan berkembang menjadi wanita seutuhnya karena wanita tetap mempertahankan ikatan dengan orang tua dan tidak menginginkan hubungan seks yang utuh, trauma pada malam pertama, dan lesbian. ## Akibat Vaginismus pada Perkawinan Seks merupakan gejolak biologis yang telah diciptakan Allah SWT. pada manusia. Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya surat Ali Imran ayat 14: z`Îi ã Ĩ$¨Z=Ï9 =ãm ÏNºuqyg¤±9$# ÆÏB Ïä!$|¡ÏiY9$# Artinya: Manusia telah dihiasi dengan cinta syahwat kepada wanita . Untuk menyalurkan nafsu seksualnya manusia menempuh berbagai cara, baik yang dihalalkan agama maupun dengan cara yang tidak dihalalkan. Penyaluran seks yang dihalalkan agama adalah perkawinan. Dalam perkawinan suami istri bisa menyalurkan nafsu seksnya secara syah, teratur, sopan dan sehat. Penyaluran nafsu seks kepada yang sesuai dengan tuntunan Ilahi akan membawa kepada ketenangan, ketentraman, dan rasa kasih sayang. Keadaan ini timbul dari ikatan lahir bathin antara satu sama lain. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam surat al-Ruum ayat 21: ô`ÏBur ÿ¾ÏmÏG»t #uä ÷br& t,n=y{ /ä3s9 ô`ÏiB öNä3Å¡àÿRr& %[`ºurø r& (#þqãZä3ó¡tFÏj9 $ygø s9Î) @yèy_ur Nà6uZ÷ t/ Zo¨ uq¨B ºpyJômu ur ÇËÊÈ Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Perkawinan merupakan salah satu ibadah yang dianjurkan oleh Allah kepada makhluk yang sudah mampu untuk melakukannya. Islam memandang perkawinan sebagai ibadah yang mulia dan akan mendapatkan pahala dan manfaat-manfaat positif bagi yang melakukan sebagaimana sabda Nabi saw. yang diriwayatkan dari Yahya bin ‘Uqil dari Yahya bin Umar dari Ibnu Aswad Daili dari Abizar bahwa Nabi Saw. berkata bahwa ”pada setiap anggota badan salah seorang diantaramu ada sedekahnya. Para sahabat bertanya, wahai Rasulallah, apakah seseorang yang menyalurkan nafsu syahwatnya (kepada istri) akan memperleh pahala? Rasulallah menjawab, ”bukankah kalian sudah mengerti, andaikata ia menyalurkan nafsu syahwatnya itu di tempat yang haram niscara ia berdosa?” Mereka menjawab ”ya.” Rasulallah bersabda: ”demikian juga halnya apabila ia menyalurkan nafsu syahwatnya pada tempat yang halal, niscaya ia akan memperoleh pahala.” Kemudian beliau bersabda lagi, ”apakah kamu hanya memperhitungkan kejahatan tetapi tidak memperhitungkan kebaikannya.” (HR. Bukhori dan Muslim) 21 Dalam pandangan Islam, melakukan hubungan seksual antara suami istri adalah wajib, karena seks merupakan ekspresi cinta tertinggi dan merupakan pertemuan fisik dan emosi secara total. Penyluran seks yang memuaskan dapat membuat perkawinan menjadi bahagia, sebaliknya penyaluran seks yang tidak memuaskan dapat menghancurkan sebuah perkawinan. Apabila perkawinan tidak bahagia akan mengakibatkan kehancuran bahkan perceraian. Lestari dan tidaknya kecintaan suami istri juga ditentukan oleh normal atau tidaknya hasrat dan kemampuan seks suami istri. Oleh sebab itu, gangguan vaginismus dapat berakibat fatal bagi hubungan suami istri, baik penganten baru maupun yang sudah lama menikah. Wanita penderita vaginismus secara sadar berharap untuk melakukan coitus tetapi secara tidak sadar juga berharap untuk menghalangi penis masuk ke vagina. Gangguan vaginismus tidak hanya melibatkan penderita (istri) saja tetapi juga berakibat bagi pasangannya. Gangguan yang diderita suami diantaranya; (a) Ganggauan psikologis . Nafsu seksual yang bergejolak harus mendapatkan penyaluran yang sempurna dan baik, dan akan membawa kepada ketenangan. Apabila layanan seksual tidak terpenuhi akan menimbulkan penderitaan kepada dua belah pihak. Suami yang tidak dapat menyalurkan nafsu seksualnya akan mengalami depresi, sering marah, susah tidur, mudah tersinggung, dan menderita penyakit psikosomatik. Suami merasa takut untuk melakukan hubungan karena berfikir akan gagal lagi, sehingga minat untuk melakukan hubungan seksual menjadi hilang 22 Sebaliknya, istri yang menderita vaginismus akan merasa malu, rendah diri, frustrasi, apatis, labil, dan perasaan bersalah dan berdosa karena tidak bisa melaksanakan kewajibannya memenuhi kebutuhan bathin suami. Bahkan rasa malu, rendah diri dan bersalah akan mengakibatkan frustasi, apatis, dan labil dalam bertindak; (b) Gangguan biologis. Apabila suami memaksakan diri untuk melakukan hubungan seks dengan istri yang menderita vaginismus maka akan menimbulkan sakit yang teramat sangat bagi istri. 23 Bagi suami, disebabkan vaginismus yang diderita istri, suami akan tergesa-gesa untuk melakukan hubungan seksual sehingga akan terjadi ejakulasi prematur (pengeluaran sperma yang terlampau cepat). 24 Allah SWT menciptakan nafsu seks untuk manusia dan juga menyediakan tempat untuk menyalurkannya. Nafsu yang dimiliki mesti disalurkan secara wajar tanpa ditahan dan tanpa ada tekanan. Suami berkewajiban untuk memuaskan nafsu seks istri dan istri juga berkewajiban untuk memuaskan nafsu seks suami. Istri yang menderita vaginismus tidak sanggup untuk melakukan kewajibannya. ## Pandangan Kompilasi Hukum Islam terhadap Vaginismus sebagai Alasan Perceraian Sebagaimana dikemukakan, gangguan seks yang terjadi pada perkawinan dapat mengakibatkan tidak normalnya perjalanan rumah tangga. Oleh karena itu, vaginismus yang diderita istri merupakan gangguan fatal dalam kehidupan rumah tangga. Gangguan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya pertengkaran dalam keluarga dan lunturnya rasa kasih dan sayang antara keduanya. Dengan demikian, tujuan perkawinan yang ingin mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah tidak akan tercapai. Apabila keutuhan rumah tangga tidak bisa dipertahankan maka perceraian adalah akhir dari hubungan perkawinan. Dalam buku Seks dalam Islam ditemukan bahwa gangguan fungsi seksual vaginismus akan menyiksa perasaan kedua belah pihak bahkan bisa menyebabkan frustasi dan perceraian. 25 Kompilasi Hukum Islam merupakan salah satu rujukan para hakim Pengadilan Agama untuk memutuskan perkara perdata umat Islam di Indonesia. Alasan-alasan perceraian yang diakui dalam Kompilasi Hukum Islam tercantum dalam pasal 116 yaitu; 26 (a) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, pejudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan; (b) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama dua tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau hal lain diluar kemampuannya; (c) Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlansung; (d) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain; (e ) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri; (f) Antara suami istri terus-menerus menjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga; (g) Suami melanggar taklik talak; (h) Peralihan agama atau murtad yang mengakibatkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga. Dari beberapa alasan perceraian yang dibolehkan di dalam KHI di atas tidak ditemui vaginismus sebagai alasan perceraian. Namun dari alasan-alasan yang dibenarkan KHI tersebut dapat dipahami bahwa semua alasan kebolehan perceraian adalah hal-hal yang mendatangkan kemudharatan bagi pihak lain dan hal-hal yang mengganggu keharmonisan rumah tangga, sehingga tujuan perkawinan tidak dapat diwujudkan. Vaginismus merupakan penyakit atau gangguan seksal yang abnormal dan bisa memberikan kemudharatan kepada pihak lain sehingga untuk mewujudkan tujuan perkawinan tidak akan tercapai. Dari fenomena tersebut tergambarlah suatu permasalahan yaitu dapatnya vaginismus dijadikan sebagai alasan perceraian oleh suami. Hal ini sesuai dengan pasal 116 Kompilasi Hukum Islam pada poin “e”, yang berisikan ”jika salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami istri sebagaimana mestinya.” Suami istri mempunyai alasan untuk bercerai apabila terdapat pada pasangannya cacat atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagaimana mestinya. Dengan demikian dapatlah dimengerti bahwa vaginismus dapat dijadikan sebagai alasan perceraian, sebab istri tidak mungkin untuk melayani kebutuhan biologis suami karena terjadinya penyempitan di sekitar mulut vagina yang menghalangi hubungan seks mereka. Dengan alasan tersebut diyakini bahwa tujuan perkawinan tidak dapat tercapai jika salah satu pihak dirugikan oleh penyakit yang sulit untuk disembuhkan. ## Pandangan Fiqh Syafi’iyah terhadap Vaginismus sebagai Alasan Perceraian Perceraian merupakan perbuatan yang halal tetapi merupakan alternative terakhir bila tidak ada jalan lain yang lebih baik dari melakukannya. Menurut mazhab Syafi’i, yang diikuti oleh pengikutnya atau dikenal dengan istilah “Syafi’iyah”, untuk melakukan perceraian hendaklah mempunyai alasan yang tepat, yaitu terdapatnya hal-hal yang mengganggu dan menghalangi terlaksananya hak dan kewajiban suani istri sehingga rumah tangga sakinah, mawaddah, dan rahmah tidak dapat tercapai. Tetapi dalam fiqh Syafi’iyah tidak disebutkan secara jelas tentang vaginismus yang disinyalir dapat dijadikan sebagai salah satu alasan perceraian. Fiqh Syafi’iyah mengemukakan pendapat bahwa alasan perceraian adalah; (a) karena suami tidak sanggup memberi nafkah. Imam Asy Syafi’I menjelaskan, apabila ia (suami) tidak memperoleh nafkah untuk istrinya, maka istrinya mempunyai hak khiyar (hak memilih) antara tetap bersama suaminya atau bercerai. Jika ia memilih untuk bercerai maka itu dibolehkan, tapi tidak berbentuk thalaq; 27 (b) Salah satu pihak berbuat zina; (c) Terjadinya pertengkaran terus-menerus antara suami istri ( syiqaq ); (d) Karena aib atau cacat yang menimpa salah satu pihak (suami atau istri). Imam Syafi’i berpendapat tentang alasan perceraian sebagaimana terdapat dalam kitab Al-Umm: 28 “ Imam Syafi’I telah berendapat, telah mengkhabarkan kepada kami Malik dari Yahya bin Sa’id bin Musayyab bahwa ia berkata, telah berkata Umar bin Kahttab ra.: Laki-laki manapun yang menikahi seorang perempuan dan ia mendapatkan perempuan itu dalam keadaan gila, penyakit lepra dan supak, lalu suami itu menggaulinya maka bagi istri berhak mendapat mahar dan suami harus membayar denda dengan walinya. Abu Sya’tsa berkata, ada empat hal yang tidak menghambat untuk melakukan nikah, kecuali dalam keadaan gila, lepra, supak dan qaran (bertanduk). Imam Syafi’I menerangkan tentang makna qaran yaitu, sesuatu yang menjadi penghalang untuk melakukan jima’ atau coitus, karena qaran tersebut tidak terdapat pada perempuan kebiasaan. ” Lebih lanjut ulama Syafi’iyah menyebutkan ada beberapa alasan yang membolehkan khiyar dalam perkawinan: (a) Jika salah seorang suami istri mendapatkan pasangan dalam keadaan gila, menderita penyakit jazam (kusta) atau menderita penyakit sufak maka dibolehkan masing- masing suami istri untuk khiyar ; 29 (b) Masing-masing dari suami istri berhak meminta fasakh disebabkan karena adanya salah satu cacat dari cacat-cacat yang bisa terjadi pada suami istri atau pada salah satu dari keduanya; 30 (c) Seorang suami mempunyai hak fasakh jika ia mendapatkan istrinya dalam keadaan kelaminnya tertutup atau bertanduk karena ada daging yang tumbuh pada alat kelaminnya ( rataq ) atau ada tulang pada alat kelaminnya ( qaran ). 31 Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa di dalam fiqh Syafi’iyah diantara kebolehan bagi suami untuk melakukan fasakh dalam perkawinan, salah satunya, adalah istri mengidap suatu aib atau cacat yang menyebabkan terhalangnya untuk melakukan hubungan suami istri. Hal ini sesuai dengan hadis Nabi Saw yang diriwayatkan dari Zaid bin Ka’ab bin Ujrah dari ayahnya beliau berkata: “ Rasulallah Saw. mengawini ‘Aliyah wanita dari Bani Ghifar. Setelah dia masuk kepada beliau dan meletakkan pakaiannya lalu beliau melihat belang putih pada sekitar bagian pinggulnya. Lalu Nabi Saw. berkata kepadanya, Pakailah pakaianmu, pulanglah engkau kepada keluargamu dan beliau suruh berikan maskawinnya.” (HR. Al-Hakam) 32 Vaginismus merupakan suatu kelainan atau penyakit berupa kejang otot di sekitar mulut vagina yang mengakibatkan vagina tertutup sehingga tidak mungkin untuk melakukan hubungan seksual. Dari peristiwa di atas terlihat adanya unsure kesamaan antara vaginismus dengan adanya penyakit (belang putih) di sekitar pinggul istri Rasulallah Saw. yang menyebabkan dibolehkannya untuk menceraikan istri. Lebih khusus lagi, hal yang memiliki persamaan dengan vaginismus adalah penyakit daging yang tumbuh pada alat kelaminnya ( rataq ) atau ada tulang pada alat kelaminnya ( qaran ). Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa vaginismus juga dapat dijadikan alasan perceraian bagi suami jika suami menghendaki, karena istri yang vaginismus tidak akan dapat melayani dalam memenuhi kebutuhan biologisnya. Walaupun dalam alasan-alasan bolehnya khiyar tidak dicantumkan secara jelas mengenai vaginismus. ## SIMPULAN Perceraian dilakukan apabila tidak ada jalan lain untuk mempersatukan dan menyelamatkan keutuhan rumah tangga. Walupun perceraian merupakan perbuatan yang dihalalkan tetapi sangat dibenci Allah SWT sebagaimana sabda Nabi saw yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. Bahwa Rasulullah saw. bersabda, ” di antara sesuatu yang halal tetapi dibenci Allah SWT adalah thalaq.” (HR. Abu Daud, Ibn. Majah dan disyahkan oleh Hakam dan Abu Hatim menguatkan kemursalannya). Kompilasi Hukum Islam membatasi penyebab yang bisa dijadikan sebagai alasan perceraian. Pembatasan ini bertujuan agar tidak terjadi perceraian tanpa alasan sehingga merugikan pihak lain. Tetapi pada dasarnya hal-hal yang dapat dijadikan sebagai alasan adalah sesuatu yang menghalangi terwujudnya keharmonisan dalam rumah tangga. Dalam Kompilasi Hukum Islam (dalam pasal 116 pada poin “e”) dikemukakan bahwa salah satu alasan perceraian adalah apabila salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit sehingga tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau istri. Apabila dilihat efek dari virginismus maka bisa digolongkan kepada cacat badan atau penyakit dalam pasal yang terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam tersebut. Fiqh Syafi’iyah, secara tersirat menggolongkan virginismus kepada salah satu alasan perceraian, yang setara dengan adanya aib atau cacat berupa rataq atau qaran . Illat yang terdapat dari penyakit rataq dan qaran adalah suatu bentuk penyakit atau cacat yang dapat menghalangi hubungan seksual, sebagaimana yang ditemukan pada penyakit vaginismus. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa virginismus dapat dijadikan sebagai alasan perceraian menurut Kompilasi Hukum Islam. Begitu juga menurut fikih Syafi’iyah, virginismus dapat dijadikan alasan perceraian karna diqiyaskan kepada penyakit rataq dan qaran yang merupakan bagian dari aib atau penyakit yang mempunyai kemungkinan kecil untuk disembuhkan, dengan illat sama-sama menghalangi untuk terjadinya watha’ (hubungan seks). Endnotes: 1 Abu Zakaria, Mengawetkan Cinta kasih Suami Istri, Solo: CV. Aneka, 1997, Cet. Ke 7, h. 91 2 Bagi suami yang merasa kebutuhan seksnya tidak terpenuhi dapat disebabkan oleh istrinya vaginismus. Hawton Keith, Terapi Sek Suatu Petunjuk Praktis, Jakarta: Erlangga, 1993, Alih Bahasa Chandra dan Meita, h. 14 3 Carolina Clyton, Keputihan dan Infeksi jamur Kandida lain, Jakarta: Arcan, 1986, h. 89 4 Marzuki Umar Sa’bah, Sek dan Kita , Jakarta: Gema Insani, 1996, h. 94 5 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia , Jakarta: akademika Presind0, 1992, h. 141 6 Syech Mahmout Saltut, Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fikih , Jakarta: Bulan Bintang, tt., h. 211 7 Al-baijuri ‘Ala Ibnu Qasim al-Ghazali, Al-Bajuri, Indonesia: Maktabah dahlan, tt. Juz II, h. 115-117 8 Edwar R. Brace, Kamus Penuntun Populer Bahasa Kedokteran , Bandung: Angkasa Bandung, 1984, h. 359 9 Abu Zakaria, Op.Cit ., h. 145 10 Koesnadi, Op.Cit ., h. 86 11 Ibnu M. Rasyid, Mahligai Perkawinan , Pekalongan: CV. Bahagia, 1996, Cet. Ke-6, h. 152 12 Budi Handrianto dan Nana Mintarti, Op.Cit ., h. 91 13 Marzuki Umar Sa’bah, Op.Cit , h. 135 14 Koesnadi, Loc.Cit 15 Naek L. Tobing, Seksual Pria , Jakarta: Erlangga, 1990, h. 17 16 Marzuki Umar Sa’bah, Op.Cit , h. 136 17 Budi Handrianto dan Nana Mintarti, Loc.Cit . 18 Abu Zakaria, Loc. Cit 19 Ibnu M. Rasyid, Op. Cit ., h. 153 20 Lilian Yuwono, Problematika Seks , Jakarta: Archan, 1993, h. 33 21 Imam Muslim, Shoheh Muslim , Beirut: Darul Maktabah Alamiah, tt., Juz 1, h. 304 22 Naek L. Tobing, Seks dalam Perkawinan , Jakarta: Erlangga, 1989, h. 9 23 Naek L. Tobing, Seksual Pria , h. 10 24 Ibid ., h. 11 25 Budi Handrianto dan Nana Mintarti, Op.Cit ., h. 93 26 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia , Jakarta: akademika Presindo, 1992, h. 141 27 Muhammad Ibn Idris Asy-Syafi’I, Al-Umm, Beirut: dar al-Fikri, tt., Juz III, h. 98 28 Muhammad Ibn Idris Asy-Syafi’I, Ibid ., h. 277 29 Jalaluddin Mahally, Qulyubi wa Umairah , Tp. Maktabah Dar Ihya Al-Kutub Al- arabiyah, tt., Juz III, h. 261-262 30 Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘ala Mazahib Al-Arba’ah , Beirit: Darul Fikri, 1969, Juz IV, h. 19 31 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Islam wa Adillah, Damsik: dar Al-Fikri, 1989, h. 517 32 Imam M. Ismail Al-Kahlani, Subulus Salam , Indonesia: Maktabah dahlan, t.t, Juz III, h. 135 ## DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. 1992. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia . Jakarta: Akademika Presindo Abu Zakaria. 1997. Mengawetkan Cinta kasih Suali Istri . Solo: CV. Aneka, Cet. Ke 7 Al-Ghazali, Al-Bajuri ‘Ala Ibnu Qasim. t.th. Al-Bajuri. Indonesia: Maktabah Dahlan, Juz II Al-Jaziri, Abdurrahman. 1969. Kitab Al-Fiqh ‘ala Mazahib Al-Arba’ah . Beirit: Darul Fikri, Juz IV Al-Kahlani, Imam M. Ismail. t.th. Subulus Salam , Indonesia: Maktabah Dahlan, Juz III Al-Mahally, Jalaluddin.t.th. Qulyubi wa Umairah , Tp. Maktabah Dar Ihya Al-Kutub Al- Al-Zuhaily, Wahbah. 1989. Al-Fiqh Islam wa Adillah , Damsik: Dar Al-Fikri Asy-Syafi’i, Muhammad Ibn Idris. t.th., Al-Umm, Beirut: Dar al-Fikri al- Arabiyah, Juz III Brace, Edwar R. 1984. Kamus Penuntun Populer Bahasa Kedokteran , Bandung: Angkasa Bandung Clyton, Carolina. 1986. Keputihan dan Infeksi jamur Kandida Lain , Jakarta: Arcan Ibnu M. Rasyid. 1996. Mahligai Perkawinan , Pekalongan: CV. Bahagia,Cet. Ke-6 Imam Muslim. t.th., Shoheh Muslim , Beirut: Darul Maktabah Alamiah, Juz 1 Keith, Hawton. 1993. Terapi Sek Suatu Petunjuk Praktis, Jakarta: Erlangga, Alih Bahasa Chandra dan Meita Lilian Yuwono, 1993. Problematika Seks , Jakarta: Archan Naek L. Tobing. 1990. Seksual Pria , Jakarta: Erlangga Naek L. Tobing. 1989. Seks dalam Perkawinan , Jakarta: Erlangga Syaltut, Syech Mahmout. t.th. Perbandingan Mazhab dalam Masalah Fikih , Jakarta: Bulan Bintang Umar Sa’bah, Marzuki. 1996. Seks dan Kita , Jakarta: Gema Insani Press
3531c33e-8b44-4fef-ac41-5523769005fe
https://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/download/35110/5265
Abstrak — Menurunnya populasi ikan khususnya tuna di Indonesia terjadi karena adanya illegal fishing dan eksploitasi berlebih. Ikan ditangkap tanpa melihat usia dari ikan tersebut. Hal ini menyebabkan ikan yang tertangkap belum memasuki masa reproduksi sehingga berdampak pada jumlah ikan yang ada dilautan. Selain itu penangkapan tanpa melihat usia ikan juga dapat menurunkan kualitas dari ikan yang ditangkap sehingga banyak ikan yang terbuang sia-sia. Arsitektur dapat membantu menyelesaikan masalah menurunnya populasi ikan dengan menciptakan sebuah wadah yang mampu menekan berkurangnya sumber pangan ini. Salah satu fasilitas tersebut adalah akuarium air laut. Dengan mempertimbangkan dampak ekologi akuarium ini tidak hanya digunakan sebagai konservasi biota laut, namun juga diharapkan mampu menjadi sarana edukasi budidaya bagi masyarakat. Untuk membuat objek rancang lebih menarik dan sesuai dengan konteks rancangnya maka dalam perancangannya dapat dilakukan penerapan Biomorphic Form & Patterns yang merupakan bagian dari Biophilic Design . Kata Kunci — Akuarium, Biomorphic Form & Patterns, Biophilic Design, Ekologi, Populasi Ikan. ## I. PENDAHULUAN KAN merupakan salah satu sumber pangan utama bagi manusia, kandungan proteinnya yang tinggi menjadikan ikan dicari sebagai sumber protein. Berdasarkan World Wildlife Fund (WWF) meningkatnya permintaan manusia terhadap ikan dan banyaknya jumlah kapal penangkap ikan yang beroperasi menyebabkan jumlah tangkapan ikan semakin sedikit. Ini artinya jumlah ikan dilautan saat ini telah diexploitasi secara besar-besaran. WWF memperkirakan 2/3 populasi ikan didunia telah diambil secara berlebih ataupun berada pada batas ikan mampu untuk bereproduksi [1]. Masalah exploitasi ikan ini terjadi di seluruh dunia. Masalah ini terjadi tanpa kita sadari dan tentu akan mengancam ketersediaan pangan dunia. Populasi dari ikan yang digunakan sebagai pangan sejak tahun 1970 telah berkurang lebih dari 50%. Hal ini tentu harus diatasi untuk mencegah punahnya populasi ikan dunia [2]. Di Indonesia masalah mengenai turunnya jumlah ikan juga menjadi isu yang dibahas sudah cukup lama. Populasi ikan yang berkurang disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap ikan dengan nilai konsumsi tinggi seperti ikan tuna, tongkol, dan cakalang. Hal ini dikhawatirkan dapat mengancam keberlangsungan ekosistem laut dan mengancam ketersediaan ikan sebagai salah satu sumber pangan nasional. Gambar 1. Fasilitas budidaya ikan tuna sirip kuning merupakan salah satu fungsi bangunan yang dapat diterapkan kedalam desain akuarium untuk membantu mengurangi dampak menurunnya populasi ikan tuna sirip kuning. (Sumber: 1000 Meter, MetroTV) Gambar 2. Kolam pembesaran ikan tuna sirip kuning yang merupakan bagian dari fasilitas budidaya ikan tuna. (Sumber: 1000 Meter, MetroTV) Gambar 3. Keramba pembenihan ikan tuna sirip kuning yang berada di lepas pantai untuk memenuhi kebutuhan ruang ikan tuna sirip kuning yang merupakan perenang cepat. (Sumber: 1000 Meter, MetroTV) ## Perancangan Akuarium dengan Biomorphic Form & Patterns I Dewa Bagus Andi Kurniata dan Johanes Krisdianto Departemen Arsitektur, Fakultas Arsitektur Desain dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail : [email protected] I Ketahanan pangan Indonesia sebagai negara maritim sangat ditentukan oleh sumber daya lautnya. Oleh karena itu fenomena eksploitasi terhadap sumber daya laut perlu ditangani dengan lebih lanjut. Belum lagi fenomena penangkapan ikan yang berlebihan di Indonesia cenderung mengarah pada beberapa jenis yang memiliki permintaan tinggi sehingga terjadi eksploitasi masif pada jenis-jenis ikan tersebut. Berdasarkan isu yang telah dipaparkan diatas maka simulasi desain akan mengarah pada fasilitas yang mampu mewadahi konservasi dan edukasi mengenai ekosistem laut berupa akuarium publik. Akuarium ini akan menampung berbagai jenis ikan air laut serta biota laut lainnya seperti ikan duyung, penyu, maupun terumbu karang. Dalam akuarium ini diharapkan tidak hanya menyediakan edukasi berupa informasi umum seputar biota laut (seperti nama spesies, ukuran, tempat tinggal, dst) tetapi juga edukasi yang bersifat khusus yakni pelestarian serta budidaya terhadap ikan yang terancam akibat penangkapan berlebih yaitu ikan tuna. Lokasi yang digunakan dalam simulasi desain berada di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Lokasi ini dipilih karena memiliki perairan dengan pencemaran yang kecil serta keberadaan BBPPBL (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut). BBPPBL yang berdiri sejak 1985 telah melakukan penelitian tentang budidaya ikan tuna sirip kuning. Lokasi lahan berada pada daerah pesisir pantai di Jalan Singaraja-Gilimanuk, Buleleng, Bali. Akuarium Publik merupakan sebuah fasilitas konservasi dan wisata edukasi yang menampung berbagai jenis ikan yang dirasa memiliki potensi untuk dikembangbiakkan serta jenis ikan yang dalam kondisi kritis. Lahan berada di bibir pantai untuk memudahkan pasokan air laut serta pengembangbiakan ikan yang telah tumbuh dewasa dapat dilakukan langsung di laut. Kawasan ini terletak cukup jauh dari keramaian (±48 km dari Singaraja, Ibukota Kabupaten Buleleng), namun kawasan ini memiliki potensi pariwisata yang baik karena keindahan alamnya. Selain itu, kawasan ini juga berada dekat dengan tempat wisata religi, yaitu pura pulaki dan pabean serta kawasan wisata pantai pemuteran. Kedua lokasi wisata ini menambah kemungkinan wisata yang mungkin muncul pada lahan ini. Lahan berada tepat di sebelah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut Gondol (BBPPBL) yang dapat menjadi media pendukung sarana edukasi budidaya ikan tuna. Dengan adanya keramba lepas pantai yang telah disediakan oleh BBPPBL diharapkan nantinya dapat bekerja sama dalam membawa pengunjung ke tengah laut untuk melihat proses pengembangbiakan ikan tuna sirip kuning. Hal ini dapat menjadi keuntung bagi desain akuarium dalam memberikan edukasi bagi masyarakat mengenai budidaya ikan tuna yang jarang diketahui oleh masyarakat. Dengan ini diharapkan mampu mengajak pengusaha dalam bidang perikanan untuk ikut serta dalam budidaya ikan tuna sirip kuning yang mulai terancam punah. Gambar 4. Isu dan Solusi Arsitektur yang dapat ditawarkan untuk mencapai fasilitas edukasi yang menaungi proses budidaya. Gambar 5. Lokasi lahan berada dipinggir pantai untuk memudahkan pasokan air laut serta proses budidaya indukan ikan tuna sirip kuning yang memerlukan kedalaman air 10 – 15 m. Gambar 6. Kondisi lahan yang merupakan lahan kosong yang berada di pesisir pantai bali utara tepatnya pada Jalan Singaraja-Gilimanuk, Kabupaten Buleleng, Bali. (Sumber: dokumentasi pribadi) ## II. METODA PERANCANGAN Untuk menciptakan sebuah desain yang mampu mewadahi regenerasi lingkungan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kelestarian lingkungan dapat menggunakan Biophilic Design sebagai landasan dalam merancang. Fasilitas budidaya nantinya diharapkan dapat mengedukasi dan dapat membuat masyarakat cinta terhadap lingkungannya. Metode yang digunakan penulis dalam merancang objek akuarium ini adalah Biomorphic Form & Patterns yang merupakan bagian dari Biophilic Design . Penggunaan Biomorphic Form & Patterns bertujuan agar pengunjung memiliki rasa keterikatan dengan objek rancang akuarium ini. Hal ini dilakukan dengan membuat bentuk dasar bangunan yang mudah dikenal dengan membuat sedikit perubahan pada bentuk akhirnya. Biomorphic Forms & Patterns digunakan untuk memberikan elemen desain yang representatif bagi pengguna untuk berhubungan langsung dengan lingkungannya. Tujuan utama Biomorphic Forms & Patterns adalah membentuk lingkungan yang menarik secara visual untuk meningkatkan kemampuan kognitif serta membantu mengurangi stress pengunjung. Sebuah ruang yang menerapkan Biomorphic Forms & Patterns akan terasa menarik, nyaman, dan kontemplatif [3]. Dalam buku 14 Pattern of Biophilic Design oleh William Browning penerapan Biomorphic Forms & Patterns dapat dilakukan melalui elemen desain yang bersifat dekoratif dan bentuk dasar bangunan maupun dalam fungsinya. Keduannya dapat diterapkan bersamaan untuk meningkatkan pengalaman biophilic. Adapun kualitas Biomorphic yang ingin dicapai pada objek rancang akuarium ini adalah sebagai berikut : 1) Bentuk dasar bangunan memiliki keterikatan terhadap fungsinya sebagai akuarium 2) Sirkulasi dalam akuarium merupakan sirkulasi searah yang dibentuk berdasarkan pola pergerakan ikan 3) Ornamen pada fasad bangunan memberikan indikasi terkait lingkungan sekitarnya Dalam penerapannya pada objek desain akuarium bentuk dasar massa pertama akuarium diambil dari kepala, sirip, dan ekor dari ikan tuna. Kepala digunakan sebagai bentuk dasar lobby. Sirip digunakan sebagai tampak samping yang mana bagian depan sirip yang tinggi menunjukkan keberadaan lantai tertinggi dari massa pertama. Sedangkan ekor dari ikan tuna digunakan sebagai denah bangunan. Massa kedua terbentuk dari telur ikan yang melambangkan generasi berikutnya melalui budidaya. Dalam membentuk sekuen diterapkan juga Biomorphic Forms & Patterns . Sekuen akan dibentuk berdasarkan pergerakan ekor ikan yaitu kiri-kanan. Pola ini dapat memunculkan sekuen yang menyembunyikan kondisi area selanjutnya. Sekuen yang ada memunculkan beberapa area akuarium. Area – area ini terlihat tersembunyi satu sama lainnya akibat sekuen yang dibentuk berkelok-kelok. Dengan demikian akan menimbulkan pengalaman yang berbeda bagi pengunjung. Gambar 7. Bentuk dasar bangunan diambil dari bentuk ikan tuna. Bentuk kepala ikan akan menjadi fasad dari lobby, sirip ikan melambangkan jumlah lantai yang semakin kedepan semakin tinggi, dan ekor ikan menjadi bentuk dasar dari denah bangunan, sedangkan bentuk telur ikan menjadi massa kedua yang menaungi fasilitas edukasi budidaya sebagai lambang hadirnya generasi baru. Gambar 8. Perubahan bentuk bangunan berdasarkan bentuk dasar ikan tuna. Gambar 9. Sekuen dibentuk berdasarkan pola pergerakan ekor ikan yang bergerak kekiri-kanan. Didalam akuarium pengunjung dibawa pada area berbeda melalui sirkulasi satu arah yang berkelok-kelok ## III. HASIL DAN EKSPLORASI Akuarium publik merupakan fasilitas publik yang bersifat edukatif dengan memberikan informasi mengenai biota air. Pada umumnya akuarium publik menaungi berbagai jenis hewan dan tanaman air yang kemudian ditunjukkan kepada pengunjung. Untuk menambah ketertarikan pengunjung pada objek rancangan maka bentuk dari akuarium dibuat menyerupai bagian-bagian dari ikan tuna (gambar 7 dan 8). Selain itu bentuk elemen-elemen desain dibuat menyerupai pola yang ada di alam, seperti kaca yang dibuat dengan bentuk sisik ikan dan keberadaan greenwall pada sisi luar akuarium. (gambar 13) Didalam akuarium dibuat sekuen untuk menambahkan elemen kejutan pada pengunjung. Sekuen dibuat dengan menyuguhkan area dengan ikan dalam jumlah banyak pada bagian awal massa I. Kemudian pada bagian akhir massa I pengunjung akan dibawa ke area dengan ikan dengan jumlah sedikit dan terancam punah akibat penangkapan berlebih. Disini diharapkan pengunjung ikut terbawa suasana sepi dan merenungkan kondisi ikan laut yang ada saat ini. Setelah itu pengunjung dibawa ke massa II yang menaungi edukasi budidaya ikan sebagai pemecahan masalah terancamnya spesies ikan tertentu. Gambar 10. Sirkulasi pengunjung. Gambar 11. Denah lantai 1 banngunan yang mengambil bentuk dasar ekor ikan tuna pada massa I (bawah) dan telur ikan pada massa II (atas). Gambar 12. Denah lantai 2 banngunan yang mengambil bentuk dasar ekor ikan tuna pada massa I (bawah) dan telur ikan pada massa II (atas). Bagian interior bangunan memiliki gallery akuarium yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan ukuran dan status konservasinya di alam. Pada massa I dibagi menjadi empat area berbeda yakni A,B,C,dan D. Area A berisi gallery ikan berukuran kecil-sedang yang konfigurasi tiap akuariumnya terkesan acak namun tetap memiliki suatu keteraturan. Area B berisi gallery ikan berukuran sedang-besar. Area C merupakan akuarium raksasa yang menampung berbagai jenis ikan dan terumbu karang dari ukuran kecil hingga besar, dalam area ini biota laut dipilih berdasarkan kecocokan suhu dan tingkat keasaman air sehingga menciptakan kenyamanan bagi ikan didalamnya. Pada area ini pengunjung akan dibawa ke suatu terowongan yang memberikan pengalaman bawah laut. Area D merupakan akuarium besar yang berisi berbagai hewan langka. Ukuran akuarium yang besar dimaksudkan untuk memberi efek kejutan berupa adanya akuarium yang besar namun memiliki sedikit biota laut didalamnya. Hal ini bertujuan agar pengunjung sadar bahwa di laut lepas sekarang ini beberapa jenis hewan laut telah terancam punah. Pada massa II berlangsung pertunjukkan drama pada area E dan kegiatan edukasi budidaya tuna untuk dibesarkan. Disini pengujung diajak ke sebuah ruang untuk mempelajari teori dan kemudian melihat langsung pembenihan ikan tuna pada kolam- kolam yang telah disediakan. Kolam didesain tidak memiliki sudut agar tuna dapat bergerak dengan bebas. Setelah melihat proses pembenihan ikan tuna, maka pengunjung diajak untuk melihat tuna yang telah dewasa ke keramba lepas pantai melalui kapal pada sebuah dermaga dengan memanfaatkan lokasi yang berada dekat dengan penelitian budidaya ikan tuna sirip kuning yang telah memiliki keramba lepas pantai. Kemudian pengunjung kembali kedalam bangunan dan menuju lantai dua pada massa II yang merupakan caffetaria. Disini pengunjung dapat menikmati hasil budidaya yang telah berlangsung dalam bangunan ini. Setelah itu pengujung menuju lantai dua pada massa I yang menaungi fasilitas interaksi dengan biota laut (touchpool) dan juga area observasi kearah akuarium area C yang merupakan akuarium raksasa dari atas. Di lantai dua ini juga tersedia gift shop sebagai tempat oleh-oleh bagi pengunjung. Dari area gift shop pengunjung dapat kembali ke lantai satu untuk menuju lobby dan keluar bangunan. Gambar 13. Fasad bangunan yang mengambil elemen alam seperti penerapan greenwall dan kaca yang berbentuk sisik ikan. Gambar 14. Denah lantai 3. Gambar 15. Tampak timur yang memperlihatkan bentuk mulut ikan (kiri). Gambar 16. Tampak selatan yang memperlihatkan bentuk mulut ikan Gambar 17. Perspektif Interior Area C. Gambar 18. Tampak barat. Gambar 19. Tampak utara. Gambar 20. Gambar perspektif, terlihat bentuk atap lobby yang menyerupai kepala ikan yang merupakan tempat masuk kedalam bangunan. ## IV. KESIMPULAN Akuarium publik merupakan salah satu usaha konservasi biota laut. Selain konservasi fasilitas ini juga dapat mengedukasi masyarakat tentang berbagai spesies biota laut. Masyarakat dapat mengetahui dan merasa semakin dekat dengan lingkungannya. Namun hal ini masih dirasa kurang untuk menjaga stabilitas populasi ikan konsumsi seperti tuna sirip kuning. Untuk itu diperlukannya usaha budidaya bukan hanya oleh pemerintah tetapi juga masyarakat. Melalui artikel ini edukasi budidaya ikan tuna sirip kuning juga berada dalam suatu akuarium publik. Sehingga pengunjung tidak hanya dapat merasakan pengalaman melihat koleksi hewan, tetapi juga dapat ikut serta dalam mempelajari cara budidaya ikan tuna yang jarang diketahui. Metode Biomorphic Form & Patterns digunakan untuk mendapatkan keterikatan antara lingkungan, bangunan, dan pengunjung. Sehingga bentuk dari akuarium dibuat menyerupai bagian- bagian dari ikan tuna. Bentuk-bentuk ini memunculkan rasa keterikatan pengunjung dengan objek rancang serta membentuk pola sirkulasi yang unik. ## DAFTAR PUSTAKA [1] WWF, “ Decreasing Fish Stocks, ” 2008. [2] J. A. Hutchings and J. D. Reynolds, “ Marine Fish Population Collapse: Consequences for Recovery and Extinction Risk, ” Bioscience , vol. 54, no. 2, pp. 297 – 309, 2004. [3] W. D. Browning, C. O. Ryan, and J. O. Clancy, 14 Patterns Of Biophilic Design : Improving Health & Well -Being In The Built Environment . New York: Terrapin Bright Green, LLC, 2014.
c7a2c25f-4a67-447c-86d6-0e150ebecfba
https://ejournal.uksw.edu/kritis/article/download/776/501
## PRAKTIK PERJUDIAN (Studi Kasus “Judi Kupon Togel” Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara) Septiana Erike Gobuino Alumnus Program Studi Magister Studi Pembangunan- Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga [email protected] Sri Suwartiningsih Pengajar Fakultas Ilmu Sosial dan Komunikasi- Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga ## Abstract Tobelo sub-district, Halmahera Utara (HALUT) regency, Maluku Utara (MALUT) province is one of sub-districts with full of gambling practices one of them is lottery gambling. This study is aimed at investigating and describing lottery gambling practices that people in Tobelo sub-district do based on the social and economic aspect point of view. This study was done in Tobelo sub-district, HALUT- MALUT. The method that employed in this study was descriptive qualitative. The findings show that lottery gambling practices which are often done by people in Tobelo was form of each individual meaning depends on the individual needs so that was why he did it. Besides that, there were some pros and cons opinion toward these gambling practices in Tobelo. Key words : Gambling, Lottery Gambling, Social Capital, Actor- Networks, Economic and Social Construction Technology. ## Pendahuluan Secara istilah perjudian adalah pertaruhan dengan sengaja yaitu mempertaruhkan satu nilai atau sesuatu yang dianggap bernilai, dengan menyadari adanya resiko dan harapan-harapan tertentu pada peristiwa- peristiwa permainan, pertandingan, perlombaan, dan kejadian-kejadian yang tidak atau belum tentu hasilnya (Kartono, 1999). Beragam macamnya jenis judi yang berkembang saat ini, judi togel atau totoan gelap (kegiatan menebak angka) merupakan jenis judi yang paling dikenal dan sering dilakukan masyarakat. totoan dalam Bahasa Jawa jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti “taruh”, “taruhan”, atau “pertaruhan” (Azania, 2013). Togel merupakan bentuk permainan totoan gelap yakni bentuk permainan dengan bertaruh uang dengan menebak nomor-nomor yang akan keluar (Kartono, 2001). Menjamurnya perjudian tersebut terbukti lewat banyaknya kasus judi togel yang berhasil diungkap dan berita-berita penangkapan para pelaku judi togel, baik bandar, pengepul, maupun pemain yang dilakukan oleh pihak berwajib di berbagai daerah. Tobelo adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara (HALUT), Provinsi Maluku Utara (MALUT), sepertinya juga terkena imbas maraknya perjudian togel. Seperti data yang diperoleh dari media massa Liputan6.com Ternate, Selasa (19/04/2004), polisi meringkus Marni dan Iskandar. Pasangan suami istri itu adalah pengumpul judi togel di Ternate. Omzet mereka cukup besar, dalam satu hari keduanya bisa mengumpulkan uang Rp. 750.000. Marni dan Iskandar mengatakan, kupon togel yang mereka jual milik seorang warga Tobelo, HALUT. Mereka menekuni bisnis terlarang ini karena tergiur keuntungan besar 1 . Selanjutnya praktik perjudian Togel (Toto gelap) juga berhasil diringkus oleh aparat kepolisian yaitu, pada hari Minggu (24/06/2012) pukul 16:30 WIT bertempat di Desa Igobula Kecamatan Galela Selatan Kabupaten Halmahera Utara (HALUT) Direktorat Reskrim Umum Polda Maluku Utara (MALUT) melakukan penangkapan kepada saudara Fai (pengepul). Selesai melakukan interogasi dari keterangan tersangka tersebut maka pada hari Minggu 24/06/2012 pukul 19:00 WIT team melakukan penangkapan lagi terhadap saudara Uce (bandar) dan mengamankan barang bukti yang digunakan untuk melakukan permainan judi togel di Desa Wari Kecamatan Tobelo HALUT 2 . 1 Sumber: http://news.liputan6.com/read/99835/suami-istri-pengedar-togel-dibekuk. Diunduh Maret 2013. 2 Sumber : http://humas.polri.go.id/PressReleases/Pages/PRESS-RELEASE-SINDIKAT- PERJUDIAN-JENIS-TOGEL.aspx. Diunduh Agustus 2013. Masih dengan kasus yang sama juga, Tim gabungan Polres Halmahera Utara (HALUT) Rabu 31/07/2013 sekitar pukul 23.00 malam, menangkap seorang penjual kupon judi toto gelap (togel) bernama Jensanda (30 tahun). Jensanda warga Desa Mamuya ini tertangkap tangan di jalan kawasan Desa MKCM Tobelo, saat akan melakukan transaksi togel dengan sesorang bernama Fiko. Pelaku yang berperan sebagai pengecer itu, akan mengantar hasil rekapan togel bersama uang Rp 1 juta, ke Fiko. Pelaku yang berprofesi sebagai petani itu tertangkap tangan sementara temannya belum di lokasi, polisi kemudian menyita barang bukti berupa 6 rekapan togel dan uang Rp 1 juta 3 . Berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut, walaupun aparat kepolisian setempat sudah mengambil langkah-langkah penindakan terhadap kasus perjudian itu, namun sampai saat perjudian togel masih tetap dipraktikkan, karena terkait dengan berbagai hal antara lain; terkait dengan teknik permainannya yang sangat mudah dan hasil kemenangan yang diperoleh cukup besar. Putra, (2004) mengatakan konsumen dalam memainkan judi kupon togel mengeluarkan uang untuk menebak angka mulai dari Rp.1000,00 hingga tak terbatas. Sedangkan hasil “tembusannya” tergantung dari pada angka yang ditebak dan berkali lipatan dari uang taruhan konsumen. Lebih lanjut Kartono, (2001) menjelaskan nomor togel dimulai dari nomor 001(yakni 100), untuk 1 nomornya seharga 1000 rupiah. Sedangkan dalam permainan tersebut terdapat 3 macam angka yakni 2 angka yang dinamakan bete, 3 angka yang dinamakan kop-kopan dan 4 angka yang dinamakan as-asan. 2 angka mendapatkan 60.000 rupiah, 3 angka mendapatkan 300.000 rupiah dan 4 angka mendapatkan 2.000.000 rupiah. Itupun berlaku untuk kelipatannya seperti : membeli angka kop- kopan yakni 3 angka sebanyak 4 kali, maka kalau ketiga nomor tersebut keluar akan mendapatkan 300.000 rupiah dikalikan 4 yakni sebanyak 1.200.000 rupiah. Sedangkan jumlah nomor keseluruhan yang akan keluar adalah 4 nomor. Selain itu bagi masyarakat dengan status sosial rendah, keadaan perekonomian yang memprihatinkan dan menyulitkan akibat kurangnya lapangan pekerjaan serta rendahnya tingkat penghasilan, perjudian ini merupakan sumber pendapatan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Seperti yang dikatakan Sudiharto (2005), meneliti tentang praktik perjudian legal terselubung di Indonesia dan penyebab 3 Sumber : http://malutpost.co.id/?p=45454. Diunduh Agustus 2013. KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. XXIV No. 2, 2015: 177-197 seseorang melakukan judi, menyimpulkan bahwa judi yang marak terjadi pada masyarakat merupakan salah satu mekanisme untuk bertahan hidup yang paling minimal. Orang-orang berjudi karena lapangan kerja sulit didapat, sehingga masyarakat yang dilanda persoalan ekonomi akibat harga-harga kebutuhan yang terus naik lebih memilih untuk berjudi demi memenuhi kebutuhan ekonominya. Maraknya perjudian togel juga tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang turut mempengaruhi. Seperti dalam penelitian Azania, (2013) mengatakan, dalam permainan judi togel terdapat pemanfaatan teknologi yang diterapkan oleh “karyawan” bandar, dengan cara menjalankan judi togel menggunakan teknologi internet. Penggunaan teknologi seperti internet adalah untuk menarik perhatian masyarakat khususnya bagi mereka yang gemar melakukan perjudian. Teknologi (internet) digunakan agar mempermudah setiap penjudi dalam melakukan perjudian togel tersebut. Penggunaan teknologi internet dipakai para penjudi khususnya para bandar wilayah dalam melakukan perjudian dengan bandar judi utama yang memegang sistem perjudian togel. Lebih lanjut Azania, (2013) mengatakan sistem judi togel tidak dijual langsung pada masyarakat, namun melalui bandar judi wilayah yang terhubung dengan bandar judi utama lewat internet. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari artikel ini adalah : “Bagaimana praktik perjudian togel oleh masyarakat Kecamatan Tobelo ditinjau dari aspek sosial, dan aspek ekonomi?”. Dengan tujuan adalah menggambarkan praktik perjudian togel oleh masyarakat Kecamatan Tobelo ditinjau dari aspek Sosial dan Ekonomi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. ## Gambaran Umum Perjudian Togel Di Kecamatan Tobelo ## Sejarah Perjudian Togel Di Kecamatan Tobelo Sejarah dan awal masuknya perjudian togel di Kecamatan Tobelo tidak diketahui secara pasti. Namun dari informasi-informasi yang penulis dapat di lapangan bahwa perjudian togel mulai masuk di Kecamatan Tobelo sekitar tahun 1990an. Keterangan ini diperkuat dengan hasil wawancara dari beberapa orang informan kunci, yang mengatakan perjudian togel ini sudah lama ada di Kecamatan Tobelo. Sebelum tahun 1999 perjudian togel ini sudah ada, semula nama dari perjudian togel disebut dengan nama “porkas”. Judi porkas yang dimainkan pada tahun 1990an hanya seminggu sekali dilaksanakan. Hadiah yang diberikan selain dalam bentuk uang ada juga yang dalam bentuk barang, seperti kulkas, Televisi dan lain sebagainya 4 . Pasca kerusuhan di Tobelo tahun 1999-2000 selesai, judi porkas sempat diberhentikan oleh pengelola porkas, dan sekitar tahun 2004-2005 judi porkas muncul lagi dengan nama judi kupon “togel”. Dahulu perjudian ini di kelola oleh satu bandar, yaitu bandar Tondano. Sistem informasi yang digunakan untuk mengetahui nomor togel masih sederhana, hanya bandar Tondano yang memiliki akses terhadap informasi nomor togel yang keluar dan diinformasikan kepada pengepul, pengecer, dan pembeli. Saat ini tidak hanya bandar Tondano yang beroperasi. Sudah ada bandar-bandar lain juga yang ikut memainkan perannya dalam perjudian togel. Sistem informasi yang digunakan pun tidak seperti dulu, akses terhadap nomor togel yang keluar tidak hanya dimiliki oleh para bandar, tetapi bisa diakses oleh mereka yang memiliki nomor log in dan dilakukan lewat via SMS. Judi kupon togel ini dimainkan setiap hari dan hadiah yang diberikan hanya dalam bentuk uang. Judi porkas atau judi togel di Kecamatan Tobelo yang dimulai sekitar tahun 1990an hingga saat ini adalah merupakan kegiatan perjudian yang bersifat ilegal. Struktur Perjudian Togel Di Kecamatan Tobelo Selain berjudi, orang-orang yang berada di dalam jaringan judi togel juga mempunyai peran dengan posisi atau kedudukan tersendiri. Ada atasan dan ada bawahan. Di antaranya, bandar, backing/keamanan, pengepul nomor togel, dan pengecer nomor togel serta para pembeli togel (para pemain atau penjudi). Mereka yang ada dalam jaringan judi togel ini juga mempunyai tugas masing-masing, diantaranya : 1) Bandar : bandar adalah seseorang yang mengatur dan mengepalai satu jaringan judi togel disatu wilayah tertentu. Jumlahnya bisa lebih dari satu. Bandar wilayah inilah yang memainkan judi togel langsung dengan bandar utama yang memegang sistem perjudian togel. Bandar memiliki peran penting dalam 4 Hasil wawancara dengan informan kunci. Tobelo, 2013. keberlangsungan aktifitas judi togel. Selain mengepalai dan menjual judi togel pada masyarakat, ia juga bertanggungjawab atas kelancaran aktivitas judi togel. Bentuk tanggungjawab tersebut berupa jaminan keamanan terhadap kelompok judi yang dikepalainya, menjadi pemodal, sekaligus pencari backing/keamanan untuk melindungi aktivitas judi togel dan para karyawannya. 2) Backing/Keamanan adalah anak buah yang bertugas menjaga keamanan dalam menjalankan perjudian togel yaitu ada yang merupakan oknum aparat (keamanan dan pemerintah), dan ada juga sekelompok pemuda yang bertugas menjaga keamanan intern togel. Mereka mendapatkan jatah keamanan langsung dari bandar. 3) Pengepul: pengepul adalah salah satu anak buah bandar, yang bertugas mengumpulkan setoran dari pengecer-pengecer atau penjual togel. Tugas pengepul tidaklah sulit. Pengepul hanya perlu menerima setoran nomor dan uang penjualan nomor judi togel dari pengecer kemudian menyetorkannya kepada bandar. Uang komisi 5 dari hasil pengumpulan kupon yang diberikan bandar kepada pengepul adalah sebesar 15% - 20% (lima belas sampai dua puluh persen) dari penjualan togel. 4) Pengecer/Penjual: posisi pengecer atau penjual berada di bawah pengepul. Mereka ada yang merupakan anak buah langsung dari bandar, tetapi ada juga yang bukan anak buah dari bandar, bertugas menjual nomor togel kepada para pembeli. Tugas pengecer selain menjual nomor adalah menulis ulang di atas kertas nomor-nomor yang telah dipasang oleh penjudi, selanjutnya menyetorkan nomor rekapan beserta uang nomor kepada pengepul. Uang komisi yang diterima dari bandar atau pengepul adalah 10% (sepuluh persen) dari hasil penjualan setiap kali permainan togel. 5) Pemain/Penjudi: pemain atau penjudi togel adalah orang-orang yang membeli nomor togel dan memasang angka dengan sejumlah uang sesuai dengan yang mereka inginkan. Menurut para informan, semua orang yang ada dalam kelompok judi togel sudah pasti merupakan penjudi pula. Baik bandar sendiri, pengepul, pengecer, bahkan backing/keamanan, semuanya sudah pasti berjudi. Melihat orang-orang yang ada dalam jaringan judi togel mempunyai peran dan tugas serta kedudukan yang berbeda-beda di mana ada bandar, backing/keamanan, pengepul nomor togel, pengecer nomor togel dan 5 (komisi adalah uang yang diperoleh jika menyetorkan nomor dan uang hasil penjualan nomor judi togel pada bandar). pembeli togel, dari itu penulis berkesimpulan bahwa perjudian togel ini membentuk sebuah organisasi informal yang terorganisir dan terstruktur yang terbangun dari adanya jaringan kerjasama. Maka itu penulis dapat gambarkan struktur dalam perjudian togel seperti pada gambar berikut ini: Gambar 1 Struktur Perjudian Togel ## Sumber : Hasil Analisis, 2014. Mekanisme Perjudian Togel di Kecamatan Tobelo Perjudian togel memiliki mekanisme tertentu, mekanisme tersebut yakni proses dan cara yang digunakan untuk menjalankan permainan judi togel, agar perputaran uang dapat berlangsung. Mekanisme judi togel dimulai oleh bandar judi utama yang menjual sistem judi togel. Sistem tersebut tidak dijual langsung pada masyarakat, namun melalui bandar judi togel wilayah yang terhubung dengan bandar utama lewat kerja sama mereka yang biasanya mereka lakukan lewat internet. Bandar wilayah bertugas menjual judi togel kepada para penjudi yang dibantu oleh para karyawan dan anak buahnya. Setelah menjual nomor togel tersebut. bandar wilayah memasukan semua nomor ke dalam akun BANDAR UTAMA BANDAR WILAYAH BACKING PENGEPUL PENGECER PEMBELI KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. XXIV No. 2, 2015: 177-197 judi togel yang terhubung langsung dengan bandar utama. Selanjutnya tinggal menunggu keluarnya nomor dari bandar pusat. Bantara pukul 19:30-20:00 WIT untuk putaran Singapura dan Malaysia pada hari senin, rabu, kamis, sabtu dan minggu, dan untuk putaran Hong Kong pukul 22:30-23:00 WIT pada hari senin s/d minggu. Pengumuman nomor togel dapat dilihat pada salah satu situs judi togel di internet atau melalui via SMS, cara mengaksesnya yaitu SMS : LOGIN kirim ke 3910 untuk operator Indosat (tidak selamanya cara mengakses via SMS dilakukan seperti itu. Menurut beberapa orang informan sudah beberapa kali dalam mengetahui angka nomor togel yang keluar melalui SMS ini diperbaharui). Setelah nomor keluar, maka bandar wilayah dan karyawan bisa melihat berapa besar kemenangan yang didapat dari sekian banyak nomor yang dimasukkan. Bandar wilayah tinggal menunggu hadiah uang yang ditransfer oleh bandar utama jika mengalami kemenangan. Proses selanjutnya setelah nomor keluar adalah melakukan pembukuan. Karyawan bandar menotalkan jumlah penghasilan yang didapat pada hari itu, yang dibuat dalam bentuk pembukuan. Pembagian komisi kepada karyawan, anak buah, dan bagi penjudi yang menang dilakukan oleh bandar wilayah setelah pembukuan selesai. Selanjutnya, setelah pengepul menerima komisi dan membawa uang kemenangan, pengepul membagi uang tersebut untuk diberikan pada masing-masing pengecer sesuai dengan jumlah kemenangan mereka dan memberikan komisi dengan jumlah berbeda-beda, tergantung jumlah yang disepakati bersama. Pengecer atau penjual bertugas membagikan uang kemenangan pada masing-masing pemain atau penjudi yang memenangkan judi togel. Penjudi yang menang adalah mereka yang menebak nomor dengan benar. Pemain membeli nomor dan memasang uang taruhan kepada pengecer. Dalam membeli atau memasang nomor togel pembeli biasanya dengan via SMS atau telepon dan bahkan bertemu langsung dengan pengecer atau penjual. Setelah itu pengecer merekap nomor dan jumlah pertaruhan pembeli pada kertas rekapannya untuk diberikan pada pengepul. Pengepul menerima setoran dari pengecer-pengecer kemudian mentotal kembali jumlah nomor dan setoran, untuk selanjutnya dikirimkan lewat SMS atau bertemu langsung dengan bandar wilayah. Adakalanya pengepul menyerahkan setoran nomor sekalian dengan uang hasil penjualan togel, tetapi ada juga pengepul menyetor nomor tanpa menyetorkan uang, biasanya uang menyusul. Uang disetorkan setelah nomor keluar, karena bandar wilayah memodali dulu semua uang pembelian nomor. Penjudi berhak mendapat uang jika menebak nomor dengan benar setelah pengundian dilakukan bandar utama. Penjudi dapat mengetahui keluarnya nomor dengan bertanya pada pengecer atau mengakses sendiri via SMS atau internet. Uang yang didapat oleh penjudi dihitung berdasarkan kelipatan tiap jenis tebakan angka dan jumlah pertaruhan. Dalam permainan judi togel ada aturannya yaitu : 1 kupon togel berharga Rp. 1000 (seribu rupiah) setiap kupon hanya bisa diisi dengan 1 bilangan (2 angka, 3 angka, atau 4 angka) Jika tebakan benar maka si pemain mendapatkan hadiah, dengan ketentuan sesuai jumlah angka tebakan yang dipasang, seperti yang disajikan dalam tabel 1 dibawah ini : Tabel 1 Jumlah Angka Tebakan dan Jumlah Imbalan Dalam Permainan Judi Togel Jumlah Angka Tebakan Jumlah Imbalan 2 Rp. 70.000 3 Rp. 300.000 4 Rp. 2.500.000 Sumber : Hasil wawancara dengan para Bandar, Penjual dan Pembeli Togel, Tobelo 2013. Pada gambar 2 di bawah ini adalah merupakan benda-benda yang dipakai atau digunakan dalam melakukan perjudian togel, di antaranya uang, handphone (HP), alat tulis, syair dan shio, kupon togel, dan buku atau kertas rekapan, sebagai berikut : ## Gambar 2 Sarana Perjudian Pada Perjudian Togel Sumber : Data Primer, 2013. ## Masyarakat dan Perjudian Togel Tanggapan masyarakat berbeda-beda terhadap perjudian. Ada yang menolak sama sekali, yaitu mengganggap sebagai perbuatan dosa dan penghasilannya pun tidak berkenan di hadapan Tuhan untuk digunakan. Namun ada pula yang menerimanya karena sudah menjadi kebiasaan dahulu, dan bahkan ada yang mempraktikkan sebagi sumber penghasilan. Dengan melihat pandangan masyarakat yang berbeda-beda itu, pada kenyataannya semua masyarakat tahu bahwa sebenarnya perjudian dalam hukum dan agama dilarang karena merupakan tindakan ilegal. Berdasarkan hasil wawancara dengan para informan terkait dengan keberadaan perjudian togel di Kecamatan Tobelo, didapati ada masyarakat yang menolak dan ada pula yang menerima akan keberadaan perjudian togel tersebut. bagi masyarakat yang menolak dengan alasan bahwa, judi togel dan segala jenis perjudian yang ada dilarang, baik dalam agama maupun dalam hukum yang berlaku di negara kita. Disamping itu juga bahwa keberadaan judi togel ini dapat mengganggu ketenteraman dan ketertiban dalam lingkungan kehidupan sosial masyarakat 6 . Selanjutnya bagi masyarakat yang menerima mengatakan, dengan tidak mempunyai pekerjaan tetap dan melihat bahwa permainan togel ini sangat mudah dimainkan. Maka judi togel inilah yang menjadi pilahan mereka untuk bisa menambah uang saku tambahan dari hasil penjualan kupon togel, dan dari hasil kemenangan apabila tebakan nomor togel mereka benar 7 . Robert Carson dan James Butcher, (1992) mendefinisikan perjudian sebagai memasang taruhan atas suatu permainan atau kejadian tertentu dengan harapan memperoleh suatu hasil atau keuntungan yang besar. Ada berbagai alasan kenapa masyarakat atau setiap orang (individu) menerima dan melakukan judi kupon togel. Pastinya mereka mempunyai pandangan dan latar belakang tersendiri mengapa harus melakukan judi kupon togel. Dari pandangan informan-informan, yang melatarbelakangi sebagian masyarakat dalam mempraktikkan judi kupon togel adalah karena mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap atau pengangguran. Mereka melihat juga dalam permainan judi togel dengan hasil kemenangan yang diperoleh cukup besar maka dari itu ada harapan-harapan dari setiap penjudi untuk memperoleh hasil atau keuntungan yang besar dari perjudian tersebut. Menurut Sanderson, (2000) mengatakan penyebab mengapa seseorang melakukan perjudian, di antaranya; Kekurangan ekonomi. Masyarakat semacam ini membutuhkan rangsangan untuk melakukan perbaikan terhadap keterbelakangannya dalam hal ekonomi, cepat mereorganisasikan diri. Dengan tuntutan kebutuhan hidup yang terus meningkat, apalagi bagi masyarakat dengan status sosial rendah atau yang 6 Wawancara tgl 16 dan 18 November, 2013. 7 Wawancara tgl 14 dan 17 Oktober 2013. dapat dikatakan masyarakat dengan perekonomian yang minim dan berpenghasilan rendah, melakukan perjudian togel inilah yang menjadi pilihan mereka untuk menambah penghasilan agar bisa memenuhi kebutuhan perekonomian. Salah satu juga yang melatar belakang masyarakat ini untuk melakukan judi kupon togel karena didasarkan akan kepercayaan mereka terhadap mimpi-mimpi pada saat tidur, dan selanjutnya berimajinasi dalam menerka/menebak menjadi angka nomor togel. Perjudian togel di mata sebagian masyarakat, khususnya bagi mereka yang terlibat dengan judi togel, yaitu bahwa judi togel sudah menjadi aktifitas dan menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat tertentu. Di mana masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan atau penggangguran tiap kali disibukkan dengan memasang togel, apabila tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakannya. Dari permainan judi togel inilah, apabila menang, hasil kemenangan itu menjadi sumber penghasilan tambahan mereka. Berikut pengakuan salah seorang informan kunci (penjudi togel) 8 . Informan yang pernah menang judi togel ini, memasang togel dengan jumlah tebakan nomor 4 (empat) angka sebanyak 8 kali dengan uang taruhan yang dikeluarkan sebesar Rp. 8.000 (delapan ribu rupiah), 3 (tiga) angka sebanyak 6 kali dan uang taruhan yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.000 (enam ribu rupiah) serta 2 angkat sebanyak 6 kali dengan uang taruhan yang dikeluarkan sebesar Rp.6.000 (enam ribu), nomor yang dipasangkannya diperoleh dari mimpi yang kemudian ditebak angkanya itu menggunakan syair dan sio nomor togel. Informan tersebut menang 4 (empat) angka sebanyak 8 (delapan) kali dengan memperoleh imbalan sebesar Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah), selanjutnya 3 (tiga) angka 6 (enam) kali Rp. 1.800.000 (satu juta delapan ratus ribu rupiah) dan 2 (dua) angka 6 (enam) kali Rp. 420.000 (empat ratus dua puluh ribu rupiah). Jadi jumlah uang pada saat itu diterimanya dari hasil kemenangan bermain judi togel sebanyak Rp. 22.220.000 (dua puluh dua juta dua ratus dua puluh ribu rupiah). Uang kemenangan tersebut menurut informan, adalah merupakan sumber penghasilan atau pendapatan tambahan. Ia katakan sebagai sumber pendapatan tambahan karena pekerjaannya dan suami adalah petani. 8 Wawancara tgl 07 November 2013. Karena hanya dari hasil bertanilah mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hasil bertani yang dipanen dan kemudian dijual hasilnya juga tidak dalam sehari pendapatan yang didapatkannya sekitar Rp. 150.000 s/d Rp. 250.000 (seratus lima puluh ribu rupiah sampai dengan dua ratus lima puluh ribu rupiah). Uang yang diperolehnya itu juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dengan harga barang dipasar yang sangat mahal maka ia pun harus berhemat dalam menggunakan uang tersebut. Menurut informan dengan adanya perjudian togel ini setidaknya dari hasil kemenangan itu bisa membantu memenuhi kebutuan hidup tanpa harus menunggu hasil dari perkebunannya. Baginya judi togel juga sudah merupakan aktifitas yang sering dilakukannya apalagi kalau ia memperoleh mimpi dan untuk menerka mimpi tersebut ia disibukan dengan menebak- nebak mimpi itu dan kemudian dijadikan sebagai angka nomor togel. Kebanyakan nomor togel yang ia pasangkan berasal dari mimpi-mimpi pada saat tidur, tetapi ada juga nomor sesukanya saja kalau ia mau pasang. Selanjutnya informan ini mengatakan, dalam permainan judi togel ia tidak selalu memperoleh kemenangan, tetapi karena sudah terbiasa melakukan perjudian togel walupun, keseringan kalah ia masih saja terus melakukan perjudian tersebut. Pendapat informan itu senada dengan Papu, (2002) perjudian sebagai perilaku yang melibatkan adanya resiko kehilangan sesuatu yang berharga dan melibatkan interaksi sosial serta adanya unsur kebebasan untuk memilih apakah akan mengambil resiko kehilangan tersebut atau tidak. Selanjutnya menurut Stephen Lea, dkk (1987, dalam Papu 2002) menurut mereka perjudian tidak lain dan tidak bukan adalah suatu kondisi yang mengandung potensi kehilangan sesuatu yang berharga atau segala hal yang mengandung risiko. Informan sebenarnya tahu kalau dalam melakukan perjudian tersebut ada resiko yang harus terima seperti kehilangan banyak modal akibat kalah dalam berjudi tetapi, melakukan perjudian sudah menjadi pilihan setidaknya mempunyai harapan untuk bisa tetap menang. Padahal kalau saja mereka tidak mengambil bagian atau turut serta dalam perjudian, di sini tidak ada resiko kehilangan yang terjadi. Menurut informan juga bahwa, hasil kemenangan dalam permainan judi togel selain untuk tambah-tambah dalam memenuhi kebutuhan hidup, informan ini pernah membeli sebuah motor dan bisa membenahi rumah seperti memperbaiki atap rumah, yang dulunya hanya menggunakan atap dari daun sagu sekarang sudah menggunakan atap seng dan juga dinding rumah yang dulunya terbuat dari bambu sekarang sudah digantikanya dengan setengah permanen dan papan (balok). Namun menurut informan, seringkali juga uang dari kemenangan tidak sempat dibelikan apa-apa yang bisa bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga tetapi dijadikan habis oleh suami untuk membeli rokok dan membeli minuman keras. ## Analisis Perjudian Togel Di Kecamatan Tobelo Perjudian Togel Ditinjau Dari Aspek Sosial Cohen dan Prusak (2001) social capital merupakan suatu kesedian melakukan hubungan aktif antara sesorang meliputi; kepercayaan, kerjasama yang saling menguntungkan, berbagi nilai dan perilaku yang mengikat setiap anggota jaringan dan kemasyarakatan juga kemungkinan membuat kerjasama. Berdasarkan pendapat Cohen dan Prusak, bahwa orang-orang yang berada dalam jaringan perjudian ini mempunyai satu hubungan yang aktif dan terikat sehingga membentuk kerjasama dalam jaringan yang besar. Dalam menjalankan perjudian togel bandar tidak sendiri, melainkan ia dibantu oleh para karyawan atau anak buahnya seperti backing/keamanan, pengepul, dan pengecer. Para karyawan atau individu dalam jaringan judi togel ini adalah merupakan aktor yang mempunyai peran penting dalam terlaksananya judi togel. Konsep Actor Network Theory (ANT) menurut Callon, (1991) aktor mendefinisikan hubungan antara satu sama lain dengan perantara: seorang aktor pencipta perantara dan menuliskan makna sosial ke dalamnya. Perantara menggambarkan jaringan sekaligus menyusun jaringan tersebut dengan memberi mereka bentuk. Hubungan yang terjalin dalam jaringan judi togel ini merupakan hubungan kerjasama antar aktor yang terbangun karena ada kepercayaan yang mengikat antar aktor dalam bertindak. Kepercayaan inilah merupakan makna sosial yang mendasar antar aktor dalam judi togel, sehingga terbentuklah jaringan perjudian togel yang kuat. Bandar dalam merekrut anak buahnya juga tidak sembarangan mereka adalah orang-orang yang sudah dipercayai. Mengingat kegiatan perjudian yang terjadi di Kecamatan Tobelo adalah merupakan kegiatan yang bersifat ilegal, maka itu orang-orang yang direkrut sebagai anak buah bandar juga haruslah orang-orang yang sudah dekat dan dipercayai. Pemilihan anak buah ini tentunya agar mereka bisa bekerjasama dalam menjaga jalannya perjudian ini, dan mampu menjalankan tugas masing-masing. Hal ini bisa terjadi karena adanya kesadaran bersama dari setiap individu atau aktor dalam jaringan perjudian togel. Konsep ANT, aktor merupakan pelaku dalam melaksanakan sebuah aksi dalam jaringan. Seperti halnya dalam perjudian togel ini, bandar utama tidak hanya bertindak sendiri dalam menjalankan judi togel, sebab ia membutuhkan aktor lain dalam menjalankan perjudian togel, bandar wilayah sebagai pelaku yang menjual produk (kupon togel) membutuhkan aktor lain backing/keamanan untuk mempermudah menjalankan judi togel, pengepul dalam mengumpulkan rekapan nomor dan pengecer/penjual dalam menjual kupon togel membutuhkan aktor lain penjudi/pembeli untuk membeli kupon togel. Para aktor dalam jaringan judi togel ini sudah mempunyai peran dan tugas masing-masing tetapi mereka tidak bertindak sendiri melainkan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya agar perjudian yang mereka lakukan bisa berjalan sesuai dengan tujuan dalam jaringan kerjasama judi togel. Dari hasil wawancara dengan informan 9 diketahui, cara berhubungan antar aktor (para penjudi togel) yaitu dengan menggunakan media internet, via handphone (telepon/sms) dan atau bahkan bertemu langsung. Di sini terlihat cara berhubungan antar penjudi dalam jaringan perjudian togel terutama dengan para bandar utama yang ada di luar negeri dan para bandar wilayah di daerah lain dilakukan tanpa tatap muka, melainkan hanya dengan menggunakan perantara media internet atau handphone. Menurut (Walsham & Sahay, 1999) jaringan adalah keterkaitan antara manusia, komponen teknologi, organisasi atau badan-badan teknologi (technology bodies) yang memiliki kepentingan terkait. Dari sini dapat dilihat bahwa dalam jaringan judi togel bukan hanya saja aktor (manusia) yang mempunyai peran penting, melainkan seperti dalam pandangan ANT baik subjek (manusia) maupun objek mati (non-manusia) dalam hal ini teknologi mempunyai pengaruh yang besar dalam jaringan perjudian tersebut. Teknologi (internet dan telepon) ini menfasilitasi jalannya judi togel dan menghubungkan antara para aktor dalam jaringan judi itu. Teknologi (internet dan telepon) ini juga merupakan sumber 9 Wawancara tgl 17 Oktober, 01 dan 19 November, 2013. perantara dalam membangun kepercayaan antar aktor pada kerjasama dalam jaringan judi togel. Di sini juga dapat terlihat bahwa dalam menjalankan perjudian togel terdapat unsur modal sosial yaitu kepercayaan ( trust) yang besar di antara sesama penjudi. Walaupun berjudi hanya dilakukan di dunia maya yaitu hanya dengan perantara teknologi (internet dan telepon) namun dengan adanya salah satu unsur modal sosial trust (kepercayaan) yaitu rasa saling percaya yang tinggi antar sesama penjudi sehingga hubungan kerjasama dalam jaringan perjudian bisa terus berjalan. Modal sosial yang ada dalam jaringan perjudian ini terbentuk karena adanya rasa saling percaya antar penjudi. Seperti halnya yang dikatakan oleh Fukuyama, (1995) menyatakan modal sosial adalah kemampuan yang timbul dari adanya kepercayaan ( trust) dalam sebuah komunitas. Terbentuknya kerjasama karena adanya kepercayaan yang dibangun dalam jaringan perjudian itu. Berbagai tindakan bersama yang didasari rasa saling percaya yang tinggi akan menjaga hubungan kerja sama dalam jaringan untuk tetap berjalan terus. Dari sini dapat disimpulan bahwa dalam perjudian togel ini terdapat elemen-elemen dari modal sosial, diantaranya jaringan-jaringan ( networks) dan kepercayaan atau rasa saling percaya ( trust). Artinya modal sosial dalam perjudian togel mempunyai peran penting. ## Perjudian Togel Ditinjau Dari Aspek Ekonomi Dengan berpegang pada prinsip keuntungan yaitu : “dengan beban biaya yang minimal mendapatkan hasil yang maksimal”, banyak masyarakat atau individu mengadopsi prinsip tersebut sehingga termotivasi untuk berjudi. Mereka mempraktikkan judi togel karena tergiur dengan faktor kemenangan yang besar. Dengan pengeluaran memasang togel yang kecil dan dengan pengaharapan terhadap kemenagan untuk bisa memperoleh hasil yang lebih besar. Selain berharap dari kemenangan bermain judi togel bisa mendapatkan hasil atau uang yang lebih banyak dari pengeluaran modal yang dipakai untuk memasang angka nomor togel, dari prinsip keberuntungan ini juga membuat para penjudi togel untuk menjadikan judi togel sebagai mata pencaharian sampingan mereka. Judi kupon togel dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan adalah untuk tambahan pendapatan baik sebagai bandar, maupun sebagai pengepul dan penjual KRITIS, Jurnal Studi Pembangunan Interdisiplin, Vol. XXIV No. 2, 2015: 177-197 kupon togel karena melihat uang kemenangan bermain dan dari hasil komisi diperoleh cukup besar sebagai tambahan penghasilan. Menurut salah seorang informan yang merupakan bandar judi togel 10 , awalnya ia adalah seorang pengusaha sembako dan memang dari dulunya juga ia sudah terbiasa dengan bermain judi, maka dari itu ia awalnya hanya mencoba-coba masuk dalam jaringan perjudian togel ini dengan menjadi bandar kecil di wilayah Tobelo dan selanjutnya karena melihat uang kemenangan dan keuntungan yang didapatkan cukup besar dari hasil menjadi bandar judi togel dari itu, ia sampai sekarang masuk dalam jaringan perjudian togel dan berprofesi sebagai bandar togel. Namun ia mengatakan bahwa bandar togel yang sekarang ia lakukan itu merupakan pekerjaan sampingannya saja. Ia katakan demikian karena ia dalam melakukan judi togel hanya sebagai bandar kecil. Bandar kecil semacam ini dalam menjalankan perjudian ia hanya berhubungan dengan salah satu bandar besar yang ada di wilayah Halmahhera Utara. Ia tidak sampai berhubungan dengan bandar-bandar lain di luar wilayah atau bahkan sampai berhubungan dengan bandar utama pemegang sistem perjudian yang ada di Malaysia, Singapura, dan Hong Kong. Pendapat informan A (nama samaran) mengatakan karena mereka hanya bekerja sebagai tukang ojek dan sebagai ibu rumah tangga dengan aktifitas yang tidak begitu banyak, melihat hasil kemenangan dan hasil upah atau imbalan dalam bekerja sebagai pengepul dan pengecer diterima cukup besar, dari itulah mereka mau masuk dalam jaringan perjudian togel dengan menjadi anak buah dari salah satu bandar wilayah yang ada di Kecamatan Tobelo atau di Wilayah Halmahera Utara. Selain hal-hal tersebut itu, seseorang melakukan dan masuk ke dalam jaringan perjudian togel, karena dengan adanya berbagai pembaharuan teknologi yang turut menunjang keberlangsungan dari perjudian togel itu sehingga para penjudi merasa aman dan dimudahkan dalam menjalankan perjudian tersebut 11 . Menurut Bijker, (1987) mengatakan evolusi pengfungsian internet dari sarana komunikasi antar komputer menjadi media demokratisasi dapat dipahami dalam kerangka teori kontruksi sosial teknologi ( social construction of technology) karena perkembangan teknologi tidaklah 10 Wawancara tgl 29 Oktober 2013. 11 Wawancara tgl 01 dan 04 November, 2013. bersifat linier. Selanjutnya (Anonim, 2004) 12 mengatakan berkembanganya suatu teknologi adalah hasil dari konstruksi sosial ( socially constructed). Suatu teknologi berkembang sebagai suatu hasil bentukan sosial ( social shaping) di mana teknologi tersebut berada. Teknologi (internet dan telepon/handphone) bisa digunakan oleh siapa saja dan kapan saja, dengan keperluan dan kebutuhan masing-masing orang. Teknologi dapat difungsikan dalam berbagai kegiatan, teknologi juga mempunyai makna tersendiri bagi individu tergantung di mana individu atau aktor atau pelaku itu menggunakan. Dalam perjudian togel dengan adanya pemanfaatan teknologi yang turut berperan dalam menjalankan judi togel dapat terlihat teknologi itu mempunyai nilai tersendri bagi setiap pemain atau aktor dalam jaringan judi togel. Teknologi yang digunakan dalam judi togel ini merupakan sarana bagi aktor-aktor dalam meraih keuntungan. Dengan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan di bidang teknologi bandar utama atau pelaku judi togel memanfaatkan teknologi tersebut yang dipakainya dalam menjalankan perjudian, dengan membuat cara dan metode yang baru untuk melakukan perjudian togel. Dahulu teknologi yang digunakan dalam mempraktikkan perjudian togel masih sederhana, berbeda dengan sekarang, adanya teknologi-teknologi baru seperti internet dan handphone semakin memudahkan para penjudi dalam menjalankan perjudian togel. Dengan teknologi yang sudah ada itu bandar utama melakukan pembaharuan di dalam memainkan perjudian togel. Di sini dapat terlihat pola pikir dari para pelaku judi seperti yang dikatakan menurut Senge (2007), pola pikir kewirausahaan itu menggambarkan pencarian pola yang bersifat inovatif dan energik, memanfaatkan peluang serta bertindak untuk mewujudkan peluang yang ada. Dengan memanfaatkan peluang ilmu pengetahuan di bidang teknologi itu entrepreuner (bandar utama) mampu bertindak dan bekerja sama dengan berbagai sistem operator seluler yang telah ada dan membuka situs website khusus di internet, untuk memudahkan para penjudi mengakses angka nomor togel yang keluar. Dengan berbagai perubahan yang dilakukan bandar utama, ada harapan tertentu yang pastinya agar supaya bisnis perjudian togel tetap terus berjalan dan juga perjudian togel bisa diminati oleh banyak atau berbagai golongan masyarakat. 12 Anonim, http://tonz94.wordpress.com/2009/12/20/konstruksi-sosial-teknologi-2/ Pemanfaatan teknologi yang dilakukan dalam menjalankan judi togel dengan melihat pada konsep Social Construction Of Technology “SCOT” (Kontruksi Sosial Teknologi) Bijker dan Pinch (1987), konsep ini memahami teknologi sebagai produk sosial karena dia dihasilkan melalui negosiasi dan interaksi yang terjadi dalam suatu sistem sosial. Tesis utama konstruksi sosial teknologi adalah bahwa perkembangan teknologi bukanlah linear seperti yang dianut dalam determinisme teknologi, melainkan jauh lebih kompleks dan sangat beragam mengikuti keberagaman sistem sosial yang ada. Selanjutnya Hughes, (1989) pemahaman yang mendalam tentang relasi antara teknologi dan masyarakat yaitu sebagai sistem teknologi (technological system) menurut Hughes bahwa bekerjanya suatu teknologi dengan baik adalah hasil dari interaksi saling mendukung antara sistem teknikal (technical systems) dan sistem sosial (social systems). Hughes mengatakan bahwa dalam bekerjanya suatu sistem teknologi, sistem teknikal dan sistem sosial saling membentuk satu sama lain. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa teknologi yang digunakan oleh masyarakat (pengguna) atau aktor-aktor judi togel pada proses jalannnya perjudian merupakan realita antar sistem sosial dalam jaringan judi togel. Aktor mampu mengendalikan dan memanfaatkan teknologi dalam melakukan perjudian togel dan teknologi pun ikut dan mampu menyesuaikan dengan keadaan sesuai keperluan pengguna (aktor) pada proses perjudian togel. Cara-cara baru yang diterapkan dalam melakukan perjudian dengan pemanfaaatan teknologi (internet dan telepon/handphone) merupakan kreatifitas dan inovasi dari pelaku (bandar judi) seperti yang dikatakan menurut Jhingan, (2010) inovasi terdiri dari (1) pengenalan barang baru; (2) pengenalan metode produksi baru; (3) pembukaan pasar baru; (4) penguasaan sumber penawaran baru bahan mentah atau barang semi manufaktur; (5) pembentukan organisasi baru pada setiap industri seperti penciptaan monopoli. Dengan penerapan teknologi dalam judi togel sudah pastinya ada kepuasan tersendiri dari setiap aktor yang berada dalam jaringan judi tersebut. Para aktor (penjudi) mengatahkan, mereka tidak lagi takut dalam melakukan perjudian togel ini khususnya para pengepul dan pengecer karena untuk bertemu satu dengan yang lain mereka bisa saling kontak terlebih dahulu dan bisa mengetahui nomor yang keluar hanya dengan mengakses via SMS ke nomor log in khusus itu tanpa harus datang langsung kepada bandar. ## Kesimpulan Pandangan masyarakat terhadap keberadaan dan paraktik perjudian togel di Kecamatan Tobelo mengundang pro dan kontra. Di mana bagi masyarakat yang pro khususnya bagi masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau pengangguran perjudian togel dianggap sebagai sumber penghidupan sehari-hari, dari hasil kemenangan bermain judi togel. Bagi masyarakat yang kontra mengatakan perjudian togel yang terjadi itu mengganggu ketentraman lingkungan tempat mereka tinggal. Salah satu hal juga yang melatarbelakang sebagian masyarakat di Kecamatan Tobelo melakukan judi kupon togel karena didasarkan akan kepercayaan mereka terhadap mimpi-mimpi pada saat tidur, dan selanjutnya berimajinasi dalam menerka/menebak menjadi angka nomor togel. Praktik perjudian togel di Kecamatan Tobelo ditinjau dari aspek sosial, yaitu bahwa modal sosial mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menjalankan perjudian togel. Saling percaya ( trust), jaringan- jaringan ( networks) merupakan unsur modal sosial yang terbangun dalam perjudian tersebut. Selanjutnya pandangan ANT dalam jaringan judi togel, bahwa semua aktor atau unsur berperan penting baik aktor (manusia : bandar, backing, pengepul, pengecer, dan pemain; maupun aktor non manusia : teknologi - internet dan telepon). Dalam judi togel yang disebut sebagai aktan adalah bandar utama dan bandar wilayah yang dapat mengendalikan aktor lain, seperti bandar utama mampu mengendalikan teknologi untuk diterapkan dalam proses perjudian togel baik dalam menjual sistem judi togel maupun dalam hal berkumunikasi serta membangun jaringan dengan sesama aktor (penjudi). Praktik perjudian togel di Kecamatan Tobelo ditinjau dari aspek ekonomi yaitu bahwa para penjudi di Kecamatan Tobelo dalam mempraktikkan judi kupon togel berpedoman pada prinsip ekonomi. Dari prinsip ekonomi, judi kupon togel juga dijadikan sebagai mata pencaharian sampingan untuk tambahan pendapatan baik sebagai bandar, maupun sebagai pengepul dan penjual kupon togel karena, melihat uang kemenangan bermain dan hasil komisi diperoleh cukup besar sebagai tambahan pengasilan. Dalam permainan judi togel terdapat pemanfaatan teknologi yang dilakukan oleh entrepreuner judi togel. Selanjutnya pemanfaatan teknologi yang dilakukan dalam menjalankan judi togel dari konsep Social Construction Of Technology “SCOT” bahwa teknologi yang digunakan oleh masyarakat (pengguna) atau aktor-aktor judi togel pada proses jalannya perjudian merupakan realita antar sistem sosial dalam jaringan judi togel. Aktor mampu mengendalikan dan memanfaatkan teknologi dalam melakukan perjudian togel dan teknologi pun ikut dan mampu menyesuaikan dengan keadaan sesuai keperluan pengguna (aktor) pada proses perjudian togel. ## REFERENSI Azania, Ayu, Mircahya, Intan, 2013. Strategi Adaptasi Bandar Judi Togel (Toto Gelap) Di Kota Pasuruan . Journal, Surabaya : Antopologi FISIP-UNAIR. Bijker, Wiebe, 1987. The social construction of bakelite: Toward a theory of invention. In The social construction of technological systems: New directions in the sociology and history of technology , edited byWiebe Bijker, Thomas Hughes, and Trevor Pinch, 17-50. Cambridge, MA: MIT Press. Callon,M, 1991. Techno-economic networks and ir-reversibility. In J. Law (Ed.), A Sociology of Monsters: Essays on Power, Technology and Domination . London: Routledge. Carson, C. Robert dan Butcher, James N, 1992. Abnormal Psychology and Modern Life. Ninth edition. New York: Harper Collins Publishers Inc. Cohen, D dan L Prusak, 2001. In Good Company: How Social Capital Makes Organisations Work. Boston : Harvard Business School Press. Fukuyama, Francis, 1995. Trus t: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran . Yogyakarta: Penerbit Qalam. Hughes, Thomas P, 1989. The evolution of large technical systems. The social construction of technical systems: New directions in the sociology and history of technology , edited by Wiebe E. Bijker, Thomas P. Hughes, andTrevor Pinch, 51-82. Cambridge,MA:MITPress. Jhingan, M.L, 2010. Ekonomi Pembangunan Dan Perencanaan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Kartono, Kartini, 1999. Patologi Sosial , Jilid 1. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. ------------------, 2001. Patologi Sosial Jilid 1 . Jakarta : RajaGrafindo Persada. Putra, Muhamad.G.B.A, 2004. Judi Kupon Togel Kaitannya Dengan Disharmonisasi Kehidupan Rumah Tangga Konsumennya Di Jogjakarta . Journal, Surabaya : Universitas Airlangga. Sanderson, K. Stephen, 2000. Makro Sosiologi Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial . Jakarta: PT. RajaGrafindi Persada. Sudiharto, Hendik Bagus, 2005. Praktik Perjudian Legal Terselubung di Indonesia Menurut Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku. Jurnal , Surabaya: Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Walsham, G., dan Sahay, S, 1999, March. GIS for district-level administration in India: Problems and Opportunities. MIS Quarterly . ## Internet : Anonim, 2004. Suami Istri Pengedar Togel Dibekuk , Dalam http://news.liputan6.com/read/99835/suami-istri-pengedar-togel-dibekuk. Diunduh Maret 2013. --------, 2012. Press Release Sindikat Perjuduan Jenis Togel Oleh Reskrim Umum Polda Maluku Utara , Dalam http://humas.polri.go.id/PressReleases/Pages/PRESS-RELEASE-SINDIKAT- PERJUDIAN-JENIS-TOGEL.aspx. Diunduh Agustus 2013 ---------, 2013. Satu Lagi Tersangka Togel Ditangkap , Dalam http://malutpost.co.id/?p=45454. Diunduh Agustus 2013. Papu, Johanes, 2002. Perilaku Berjudi , Dalam : http://www.e- spikologi.com/epsi/sosial_detail.asp?id=278. Jakarta. Diunduh Maret 2012. Senge, M, 2007. Knowledge Entrepreneurship in Universities : Practice and Strategy Of Internet Based Inovation Apropriation (Online). Availabe www. http://knowledgeentrepreneur.com. Diunduh Agustus 2014. Tonz94, 2009. Konstruksi Sosial Teknologi, Dalam : http://tonz94.wordpress.com/2009/12/20/konstruksi-sosial-teknologi-2/. Diunduh Agustus 2014.
39061923-094b-4ba7-a763-5fd737c2dff5
http://staitbiasjogja.ac.id/jurnal/index.php/alfahim/article/download/158/133
Ál-fâhim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 3 No. 2. March-September 2021 ISSN: 2656-226X; E-ISSN: 2656-6036 DOI: 10.0118/alfahim.v3i2.158 |Submitted: July 5, 2021 | Accepted: Sept 30, 2021 | Published: Sept 30, 2021 Peran Pendidik dan Lembaga Pendidikan dalam Membentuk Kesalehan Individu (Studi Perspektif Normatif) Mulyani, Melisa, Risman Bustamam SMAN 1 Koto Salak, SMAN Unggul Dharmasraya, Institut Agama Islam Negeri Batusangkar, Sumatera Barat [email protected], [email protected] , [email protected] Abstract: This study aims to find out the role of educational institutions and educators in shaping individual mistakes. This research uses a qualitative approach based on literature study. The results of this study indicate that educators in the sense of being nurtured and imitated have a very large role in shaping the morality of students to become a pious generation. Educators and students as a unit that has an attachment to each other. Islamic educational institutions need to manage education including educators and students. Educators and students are human resources who have an important role in shaping piety. Keywords : Educators, Students, Human Resources Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mencari peran Lembaga Pendidikan dan pendidik dalam membentuk kesalahen individu. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif berbasis studi pustaka. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Pendidik dalam artian sosok yang digugu dan ditiru memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk akhlakul karimah peserta didik menjadi generasi yang salih. Pendidik dan peserta didik sebagai satu kesatuan yang memiliki keterikatan satu sama lain. Lembaga pendidikan Islam perlu mengelola pendidikan termasuk pendidik dan peserta diidk. Pendidik dan peserta didik merupakan sumber daya manusia yang memiliki peran penting dalam membentuk kesalehan. Kata Kunci: Pendidik, Peserta didik, Sumber Daya Manusia ## Pendahuluan Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara sadar, terencana, dan tertata untuk membentuk generasi penerus sebagai sumber daya manusia yang memiliki kecakapan dan kemampuan dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Ini telah tertuang dalam Undang- undang nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pendidikan,sebagai sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan situasi dan suasana kegiatan belajar dan pembelajaran ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam pada peserta didik untuk menjadi lebih aktif dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk dapat memimiliki potensi spriritual, mampu mengendalikan diri, cerdas, berakhlak mulia serta memiliki keahlian dan keterampilan yang nanti berguna serta diperlukan baik bagi dirinya sendiri, masyarakat sekitar, bangsa dan Negara. 1 Butuh upaya yang harus dilakukan oleh lembaga pendidikan guna mencapai hasil yang hendak dicapai. Untuk mencapainya lembaga pendidikan membutuhkan peranan pendidik dan juga keterlibatan peserta didik dalam setiap prosesnya. Pendidik sering dikenal masyarakat sebagai guru yang bekerja di sekolah. Sebagai guru pendidik bertugas mentransfer ilmu dan pengetahuan kepada peserta didik, membimbing dan membina peserta didik. Tidak hanya itu saja, guru juga bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-nilai dan karakter agar lahir peserta didik sebagai sumber daya manusia yang handal, cerdas spiritual, sosial dan emosial, memiliki karakter yang bagus. Tugas yang diemban seorang pendidik bukanlah tugas yang ringan, dimana tanggung jawab tersebut dipikul tidak hanya di dunia saja melainkan juga sampai akhirat. Pendidik dalam konsep islami , pendidik bukan hanya guru di sekolah. Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa pendidik adalah Allah SWT sebagai pendidik yang utama, Rasulullah SAW, orang tua dan guru sebagai pendidik di sekolah. Namun demikian pendidikan juga dapat diperoleh dari alam sekitar dalam pepatah Minangkabau Sumatera Barat “Alam Takambang Jadi Guru” , memiliki makna, bahwa belajar dapat diperoleh dari alam sekitar. Sementara itu peserta didik merupakan orang atau manusia dari berbagai tingkat usia tanpa batas yang terus menerus belajar dan memperoleh pembelajaran. Dalam lingkungan pendidikan, peserta didik adalah anak-anak yang usianya telah ditetapkan sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh. Setiap jenjang pendidikan memiliki tingkatan usia yang berbeda-beda. Pendidik dan peserta didik merupakan komponen pendidikan yang memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Pendidik tanpa peserta didik tidak akan memiliki arti, begitupun peserta didik tanpa pendidik juga tidak dapat memperoleh dan menerima proses pembelajaran. Lembaga pendidikan menjadi wadah bagi pendidik dan pserta didik dalam melakukan proses belajar dan pembelajaran. Meskipun kegiatan pendidikan tidak harus terikat oleh lembaga pendidikan. Pendidikan dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, tanpa terikat ruang dan waktu. Pendidikan berlaku sepanjang hayat manusia. Pendidik dan peserta didik 1 Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003, p. 3 sebagai sumber daya manusia yang saling membutuhkan satu sama lain dalam setiap proses pembelajaran. Selaras dengan penelitian Suarga, ia menyatakan bahwa pendidik merupakan satu sistem yang sangat penting dalam Lembaga Pendidikan. Menurutnya, pendidik diharapkan dapat memajukan dunia pendidikan, oleh sebab itu pendidik memiliki tugas-tugas kependidikan yang amat berat, walaupun mereka sering mendapatkan perlakuan yang kurang adil. 2 Peran pendidik dalam membentuk kesalehan peserta didik pada masa sebelumnya secara umum adalah bertanggung jawab untuk mendidik, dan membentuk kesalehan peserta didik yang dapat dilakukan langsung oleh pendidik kepada peserta didik. Pada kondisi sekarang ditengah pandemi covid-19, dimana intensitas pertemuan antara pendidik dengan peserta didik sangat terbatas, namun perannya tetap harus dilakukan dalam membentuk kesalehan peserta didik. Dengan menggunakan media teknologi pendidik harus mampu dengan bijak mengajarkan dan membiasakan nilai-nilai kesalehan kepada peserta didik dalam kondisi new normal dan pertemuan terbatas. Ini menjadi satu tantangan yang membutuhkan loyalitas dan tanggung jawab besar buat pendidik agar tetap mampu membentuk nilai-nilai kesalehan pada peserta didik. Berdasarkan analisis diatas, maka dapat dikatakan bahwa peranan pendidik dan Lembaga pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik sebagai sumber daya manusia sangat penting, Maka dari itu, penulis tertarik untuk memaparkan konsep pendidik dan peserta didik sebagai sumber daya manusia. Dengan rumusan masalah, bagaimana peran pendidik dalam membentuk kesalehan peserta didik, selain itu akan dijelaskan juga bagaiamana peran Lembaga Pendidikan sebagai wadah Pendidikan. . ## Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kepustakaan. Penelitian dilakukan dengan cara menghimpun sumber-sumber kepustakaan. Dalam penelitian kepustakaan peneliti mengumpulkan berbagai informasi serta data dari berbagai sumber yang terdapat diperpustakaan seperti buku, jurnal, artikel yang diterbitkan media massa, serta berbagai jurnal elektronik yang erat kaitannya dengan permasalahan yang dibahas 3 . Objek kajian penelitian kepustakaan yaitu berbagai sumber 2 Suarga, Tugas dan Fungsi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Jurnal Idaarah 3, no 1 (2019), p. 164 3 Milya Sari dan Asmendri, Penelitian Kepustakaan (Library Research), Penelitian Pendidikan IPA , (2020). ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam literasi yang dirujuk dari jurnal-jurnal penelitian serta buku sumber. Sumber primer dari penelitian ini adalah buku referensi yang relevan, Ayat Al Quran dan jurnal-jurnal penelitian terdahulu yang memuat kajian yang akan dibahas, sementara sumber sekundernya adalah jurnal penelitian yang juga memiliki keterkaitan dengan kajian. Teknik analisa data yang digunakan adalah deduktif. Dimana pemikiran yang bertolak pada fakta- fakta umum selanjutnya akan ditarik kesimpulan yang lebih bersifat khusus. Teknik kualitatif dilakukan melalui kegiatan observasi dan telaah dokumen. Telaah dokumen dilakukan dengan cara menghimpun berbagai sumber-sumber tertulis seperti buku, jurnal baik cetak maupun elektronik, surat kabar dan lain-lain. 4 Sumber yang dicari dan dibutuhkan adalah sumber yang membahas tentang kajian manajemen pendidik dan peserta didik, meliputi konsep pendidik menurut Al Quran. ## Hasil Penelitian dan Pembahasan ## A. Definisi Pendidik Definisi pendidik dilihat dari asal katanya yaitu didik yang memiliki makna merawat, memelihara, dan memeberi latihan supaya manusia baik individu atau kelompok memiliki ilmu pengetahuan yang benar-benar diharapkan. Selain ilmu pengetahuan juga berkaitan dengan sopan santun, akal budi, akhlak dan perilaku lainnya. Kemudian kalimat didik ditambah awalan pe- sehingga menjadi kata pendidik yang memiliki arti sebagai orang yang mendidik. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, pendidik merupakan orang yang mendidik. 5 Setiap orang pada dasarnya adalah pendidik 6 Pendidik dalam konsep Al Quran meliputi Allah SWT sebagai pendidik utama, rasulullah SAW yang menjadi panutan dan suri tauladan bagi setiap pendidik yaitu guru dan orang tua. Selain itu juga manusia dapat mendapatkan ilmu dan pengetahuan serta pemdelajaran dari alam sekitar. Dalam pepa tah minang diistilahkan “alam takambang jadi guru”, dalam artian bahwa alam juga sebagai pendidik dalam kehidupan. Pendidik adalah orang yang memiliki tanggung jawab terhadap tumbuh kembangnya anak didik. Pendidik berupaya untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anak didik meliputi tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. 7 Pendidik juga merupakan orang yang memiliki tanggung jawab dalam meendidik anak 4 Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 2006. 5 W.J.S. Poerwadarminta , Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991, p. 250. 6 Ade wahidin, Filosofi Manusia Sebagai Pendidik, 2015. 7 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, p. 74-75. didiknya dna memperhatikan perkembangannya secara jasmaniah dan ruhaniah. 8 Pendapat lainnya pendidk sebagai orang yang memberikan ilmu dan pengetahuannya,pengalaman, keahlian dalam lingkungan sekitar anak didik yaitu keluarga, masyarakat maupun sekolah. 9 Selain itu dalam islam pendidik adalah siapapun yang memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dimana tanggung jawab pertama itu berada pada pundak orang tua yaitu ayah dan ibu. 10 Pendidik dalam islam dikenal dengan murabi, mu’allim, muadib, mudaris, muzakki dan yang paling familiar yaitu ustadz/ustadzah. 11 ## B. Pendidik dan Peserta Didik dalam Al quran Pendidik memiliki makna yang sangat luas. Dalam pendidikan islam pendidik dijabarkan menjadi emapt yaitu Allah SWT sebagai pendidik utama, rasulullah SAW, orang tua dan juga guru pendidik di sekolah. Namun selain itu juga alam dapat menjadi sumber pendidikan bagi manusia di dunia. Dalam pepatah minang dikenal dengan istilah “ alam takambang jadi guru ” . Berikut penjabaran mengenai pendidik: 1. Allah SWT sebagai pendidik utama. Dalam AlQuran surat Al Baqarah ayat 31-32 ِإ ِء َلَُؤٰٓ ه ِءآَمأسَأِب ىِنؤُـِبۢنَأ َلاَقَف ِةَكِئٰٓ لَمألا ىَلَع أمُهَض َرَع َّمُث اَهَّلُك َءآَمأسَ ألْا َمَداَء َمَّلَع َو ن َنيِقِد ص أمُتنُك : ٣١ ُميِكَحألا ُميِلَعألا َتنَأ َكَّنِإ ۖ آَنَتأمَّلَع اَم َّلَِإ آَنَل َمألِع َلَ َكَن حأبُس ۟اوُلاَق : ٣٢ Artinya: “Dan Dia ajarkan kepada Adam nama -nama (benda) semuanya, kemudian Dia perlihatkan kepada para Malaikat, seraya berfirman, “Sebutkan kepada -Ku nama semua benda ini, jika kamu yang benar! Mereka menjawab,’Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui, Mahabijaksana”. Secara tersurat dalam ayat tersebut bahwa Allah SWT telah mengajarkan kepada nabi Adam AS mengenai nama benda yang ada. Ini mengandung makna bahwa manusia sebagai makhluk paling mulia 8 Ramayulis dan Syamsul Nizar. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2010, p. 139. 9 Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam . Yogyakarta: Sunan Kalijaga, 2010, p. 169. 10 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam , Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. 11 Heru Juabdin Sada, Pendidik dalam Perspektif Al Quran, 2015. ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam dianugerahi potensi yang lebih baik dari makhluk lainnya untuk mengenal, memahami nama, fungsi mupun karakteristik benda yang terdapat disekitarnya. Melalui surat ini Allah SWT telah menunjukkan suatu keistimewaan yang dikaruniakan kepada nabi Adam as dimana karunia ini tidak pernah diberikan pada makhluk lainnya. Karunia ini berupa ilmu pengetahuan dan juga akal pikiran yang dapat digunakan untuk mempelajari segala sesuatu denga sebaik-baiknya yang diturunkan pada umat manusia. Sementara itu pada ayat 32, mengandung makna bahwa dengan cara tulus malaikat menyucikan Allah dan menjawab bahwasanya tidak ada pengetahuan bagi kami kecuali apa yang telah engkau ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Maksud mereka, apa yang Engkau tanyakan itu tidak pernah Engkau ajarkan kepada kami. Engkau tidak ajarkan kepada kami bukan karena Engkau tidak tahu, tetapi karena ada hikmah dibalik itu. Allah SWT sebagai pendidik utama dan yang paling tahu dengan hakikat manusia terdapat dalam QS Ar Rahman ayat 2-4 yan artinya: 2). yang telah mengajarkan Al Quran. 3). Dia menciptakan manusia. 4). mengajarnya pandai berbicara. Allah SWT selaku sang maha penncipta menciptakan manusia untuk bisa mempelajari segala ilmu pengetahuan. Allah mengajarkan manusia pandaai berbicara sehingga nanti mampu berdakwah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada yang lainnya. Manusia dapat menyampaikan dengan kata-kata, perbuatan, ucapan, tulisan maupun bahasa isyarat lain yang dpat dipahami sebagai alat komunikasi Ayat lainnya yang menyatakan Allah SWT sebagai pendidik dapat dilihat pada QS Al Alaq ayat 1-5 Artinya: 1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpaldarah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Mahapemurah, 4) yang mengajar (manusia) dengan perantarankalam, 5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidakdiketahuinya. Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT adalah guru. Allah sebagai pendidik utama yang menyampaikan ilmu penegtahuan melalui rasullullah SAW sebagaimana dalam surat Al Alaq. Allah SWT adalah pendidik utama yang mengetahui apapupun yang menjadi kebutuhan umat manusia sebagai makhluk yang dididik-Nya. Tidak sebatas itu saja, Allah juga memperhatikan segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dia sebagai pencipta memperhatikan semua isi alam semesta. 2. Nabi/Rasul sebagai pendidik Rasulullah SAW dikenal dengan akhlaknya yang mulia. Tidak hanya itu, sosoknya menjadi panutan yang dipatuhi dan sukses mendidik generasi yang islami. Rasulullah mengajarkan ketauhidan, etika, keteladanan. Memiliki kepribadian yang sangat mulia dan pantas untuk ditiru oleh siapa saja. Dalam ayat Al Quran surat Al Jumuah/62:2 : Artinya : “Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah untuk memberantas buta huruf. Melalui ayat suci Al Qur’an yang didalamnya mengandung petunjuk dan bimbingan untuk mendapatkan kebaikan akhirat, menjauhkan dari hal yang menyesatkan dan bersifat jahiliah, kemusrikan serta untuk bertauhid mengesakan Allah dan tidak tunduk pada pemimpin yang menyesatkan, dan tidak percaya pada hal-hal yang menyesatkan seperti berhala, pohon dan lainnya. Selain itu juga mengajarkan pada al kitab yang berisi syariat agama dan hokum serta hikmah yang terkandung di dalamnya. Rasulullah SAW merupakan model bagi setiap umat manusia dalam mendidik. Semua teknik, metode dan cara yang digunakan Rasulullah SAW dapat dipahami dengan mudah. Setiap peserta didik akan mudah memahami ilmu dan nilai-nilai yang diajarkan Rasulullah SAW dalam ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan 12 .Rasulullah merupakan teladan yang memiliki karakteristik dan akhlak mulia yang hebat sebagai seorang guru atau pendidik bagi umat manusia 13 . Rasulullah SAW juga seorang pendidik professional, tidak hanya menguasai materi tetapi juga menguasai teknik dan berakhlak mulia 14 Nabi Muhammad adalah sebagai seorang pendidik yang professional, yaitu seorang pendidik yang disamping harus menguasai materi pengajaran, juga harus menguasai teknik mengajar yang efisien dan efektif serta berakhlak mulia 3. Guru sebagai pendidik Dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 65-66 yang berbuny sebagai berikut: اًمۡلِع اَّنُدَّل ۡنِم ُه ن ۡمَّلَع َو اَنِدۡنِع ۡنِ م ًةَم ۡح َر ُه نۡيَت ا ۤاَنِداَبِع ۡنِ م اًدۡبَع اَدَج َوَف 12 Ratna Kasni Yuniedel dan sasmi Nelwati, meneladani Rasulullah SAW Sebagai Pendidik Yang Menmudahkan, 2019 13 Junaidi Arsyad, Karakteristik Rasulullah sebagai Pendidik, Perspektif Sirah nabawiyah, 2015 14 Nazifah Anas, Rasulullah sebagai pendidik professional, 2015 ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ُر َت ۡمِ لُع اَّمِم ِنَمِ لَعُت ۡنَا ىٰٓ لَع َكُعِبَّتَا ۡلَه ى س ۡوُم ٗهَل َلاَق ## اًد ۡش Artinya: Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami. Musa berkata kepadanya, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" Ayat diatas memiliki makna berkaitan dengan pendidikan untuk mengajarkan ilmu yang benar yang sebelumnya telah diajarkan kepada nabi untuk dijadikan sebagai petunjuk. Guru yang dikenal sebagai pendidik di sekolah emmiliki tugas dan tanggung jawab yang berat untuk menyampaikan ilmu dan kebenaran kepada setiap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya di sekolah. Guru bukan sekedar orang yang berdiri di depan kelas tetapi juga bagian dari masyarakat yang harus aktif dan kreatif. Guru memiliki tanggung jawab mengarahkan, membimbing dan mendidik generasi atau peserta didik menuju proses pendewasaan berpikir baik dari ranah pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Semua ranah diasah di sekolah melalui bimbingan dan binaan guru. Dalam pengertian ini tugas guru sangat berat, yang harus dipikul oleh seorang pendidik khususnya guru. Tugas tersebut, selain memberikan di depan kelas, juga membantu mendewasakan anak didik. 15 Siapapun yang telah terjun dan berkecimpung dalam dunia pendidikan sudah semestinya harus berkepribadian seorang pendidik. Guru sebagai pendidik bukan hanya sebagai penyaji materi dalam kelas, guru juga merupakan fasilitator, motivator,pembimbing yang harus lebih banyak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang dengan sebaik-baiknya. 16 ## 4. Orangtua sebagai pendidik Ayah dan Ibu sebagai orang tua merupakan manusia yang pertama dikenal oleh individu pada lingkungan keluarga. Orang tua dengan kasih dan sayangnya menjadi pendidik bagi anak-anaknya. Hal ini diperkuat dengan ayat Al Quran yang tercantum dalam surat Al Isra ayat 24 اَمُه ۡمَح ۡرا ِ ب َّر ألُق َو ِةَم ۡح َّرلا َنِم ِ لُّذلا َحاَنَج اَمُهَل ۡضِف ۡخا َو ا ًرۡيِغَص ۡىِن يَّب َر اَمَك 15 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. 16 M. Yusuf Seknun, Kedudukan guru sebagai pendidik , 2012. Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil." Allah memerintahkan kepada semua umat manusia untuk bersikap rendah hati dan memiliki rasa kasih dan saying kepada orang tua yaitu bapak dan ibu. Sikap tersebut dapat dilakukan dengan mentaati apa yang diperintahkan oleh orang tua menyayangi orang tua, mengkuti apa yang disampaikan orang tua sesuai dengan syariat agama. Pada ayat terakhir, Allah SWT menyatakan melalui perintah-Nya kepada semua kaum muslimin untuk mendoakan kedua orang tua yaitu ibu dan bapak. Mengharapkan limpahan kasih dan saying dari Allah kepada mereka yang telah menyayangi dan mengasihi anak-anaknya pada waktu kecil. Orang tua sebagai pembimbing dalam lingkungan keluarga disebabkan karena secara alami anak anak pada masa awal kehidupannya berada ditengah- tengah ayah dan ibunya. Orang tua baik dari ayah maupun ibu merupakan pendidik dalam lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak yaitu keluarga. Dalam surat Al Luqman ayat 13 dinyatatakan, a rtinya: “ Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar." Luqman sebagai orang tua menyampaikan kepada anaknya untuk tidak mempersekutukan Allah SWT. Orang tua hendaknya memahami ini dan menyampaikan kepada anaknya sebagaimana yang dilakukan Luqman kepada putranya. 17 Allah telah memerintahkan kepada semua umat manusia agar berbuat baik kepada bapak ibunya. Orang tua merupakan pendidik yang pertama dikenal anak setelah lahir ke dunia. Maka anak wajib menghormati, menghargai dan menyayangi orang tua serta berbuat baik sesuai dengan yang diperinthkan orang tua. Berbuat baik kepada orang tua merupakan amal yang tinggi nilainya di sisi Allah SWT. 5. Alam sebagai guru Falsafah minang “alam takambang jadi guru ”, memiliki makna bahwa belajar bisa dari alam. Alam dapat menjadi sumber belajar bagi umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebagaimana yang termaktub dalam beberapa surat Al quran. Pada surat Al Maidah ayat 31 yang berbunyi: 17 Maisyaroh, Hakikat Pendidik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islami, p. 2019 ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ِه ۡي ِخَا َةَء ۡوَس ۡى ِرا َوُي َفۡيَك ٗهَي ِرُيِل ِض ۡرَ ۡلَا ۡىِف ُثَحۡبَّي اًبا َرُغ ُ هاللّٰ َثَعـَبَف َلاَق َوُاَف ِبا َرُغۡلا اَذ ه َلۡثِم َن ۡوُكَا ۡنَا ُت ۡزَجَعَا ىٰٓ تَلۡي َواَي ۡى ِخَا َةَء ۡوَس َى ِرا ۚ َن ِم َحَب ۡصَاَف َن ۡيِمِدهنلا Artinya: “ Kemudian Allah mengutus seekor burung gagak menggali tanah untuk diperlihatkan kepadanya (Qabil). Bagaimana dia seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Qabil berkata, "Oh, celaka aku! Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, sehingga aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Maka jadilah dia termasuk orang yang menyesal.” Surat Al Nur ayat 41: َمِلَع أدَق ٌّلُك ۖ ٍتاَّفاَص ُرأيَّطلا َو ِض أرَ ألْا َو ِتا َواَمَّسلا يِف أنَم ُهَل ُحِ بَسُي َ َّاللّٰ َّنَأ َرَت أمَلَأ ۗ ُهَحيِبأسَت َو ُهَت َلََص ## َنوُلَعأفَي اَمِب ٌميِلَع ُ َّاللّٰ َو Artinya: “Tidaklah kamu tahu bahwasanya Allah: kepada -Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” Dari kisah tersebut, manusia dapat belajar dari alam. Ayat diatas menggambarkan bahwa burung gagak secara tidak langsung mengajarkan bagaimana cara menguburkan mayat. Dan pada ayat kedua bahwa manusia sepatutnya dan seharusnya bertasbih kepada Allah SWT. Burung dengan caranya bertasbih kepada Allah SWT. Manusia tentunya mengetahui cara beribadah kepada tuhannya. Ini menandakan bahwa alam dapat menjadi sumber belajar bagi manusia. Berdasarkan beberapa uraian ayat Al Quran diatas, bahwa alam juga dapat menjadi tempat manusia belajar. Alam dapat menjadi guru bagi manusia didunia ini. ## C. Hadist Tentang Lembaga Pendidikan dan Peserta Didik 1. Hadist Tentang Manajemen Pendidik Hadits tentang pendidik harus mengutamakan prinsip memotivasi dan memudahkan, “Dari Abu Musa beliau berkata: “ Rasulullah SAW apabila mengutus salah satu orang sahabatnya untuk mengerjakan sebagian perintahnya selalu berpesan “ Sampaikan berita gembira oleh kalian dan janganlah kalian menimbulkan rasa antipati, berlaku mudahlah kalian dan janganlah kalian mempersulit “. Nilai tarbawi dari hadist diatas yaitu sebaiknya mengajarkan sesuatu yang mudah dipahami dan diterima oleh peserta didik, tidak mengajarkan yang sulit dan menyusahkan, mengajar dengan luwes dan diselingi humor, menyesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, memberikan kasih saying dengan perlakuan yang adil sehingga mereka dekat dengan guru, ketika guru merasa kesulitaan dengan apa yang disampaikan kepada peserta didik maka lakukan diskusi. Rasulullah SAW adalah pendidik yang langsung ditunjuk oleh Allah SWT dan sebagai teladan bagi semua ummat. Selalin itu rasulullah SAW adalah rahmat bagi seluruh alam dan segala isinya. Dalam haditsnya yang diriway atkan oleh Ahmad yang artinya: “Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya saya diutus (kepada manusia hanyalah) untuk menyempurnakan akhlak.”. (H.R. Ahmad). Rasulullah SAW sebagai pedidik bagi semua umat manusia di dunia menyampaikan dan mengajarkan agama islam serta ketauhidan kepada Allah yang maha esa. Rasulullah merupakan sosok yang memiliki kepribadian yang luhur, akhlak yang mulia dan sebagai sosok yang patut ditauladani oleh seluruh umat manusia di dunia. Kepribadian dan akhlaknya tercermin dari setiap perilaku dalam kehidupannya. 2. Hadits tentang pendidik. Pendidik adalah sebuah profesi. Setiap pendidik hendaknya professional dimana harus memiliki keahlian sesuai dengan bidangnya. Sebagaimana dikemukakan oleh “Abu hurairoh be rkata, suatu hari Nabi Muhammad SAW berdiskusi dan bercerita dengan kaumnya dalam sebuah majelis lalu datang seorang badui dan bertanya: kapan kehancuran terjadi? Rasulullah masih tetap berbicara kepada kaumnya dan diantara sebagian kaum mendengarkan apa yang ditanyakan badui sehingga mereka tidak senang terhadap Rasulullah atas perkataannya sebagian diantaranya mengganggap bahwa Rasulullah tidak mendengarnya sampai Rasulullah menyelesaikan pembicaraannya. Rasulullah bertanya: “dimana orang yang ingin meng etahui tentang kehancuran?, orang badui itu menjawab: “saya ya rasul”, kemudian Rasulullah berkata: terjadinya kehancuran yakni ketika sebuah amanah disia- siakan”. Lalu orang badui itu kembali bertanya: “bagaimanakah amanah itu disia - siakan?”, Rasulullah menjawab: “ketika sebuah urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya”. Nilai tarbawi dalam hadits tersebut adalah professional. Pekerjaan harus dikerjakan secara professional dan dilakukan oleh orang sesuai dengan keahliannya. Maka jika tidak akan terjadilah suatu kehancuran. Seorang pendiik adalah profesi, maka harus konsekuen dengan semua tanggung jawab dari profesi yang diembannya. 3. Hadist Tentang Peserta Didik Peserta Didik adalah seseorang yang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental. Dalam lingkungan sekolah peserta didik dibatasi dari segi usia, meskipun sebenarnya semua manusia adalah peserta diidk dan juga pendidik. Nabi Muhammad SAW, begitu memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hadits yang berbicara tentang mencari ilmu. Perhatian yang sedemikian tinggi adalah karena nabi juga sebagai pendidik, Rasulullah lebih memprioritaskan majelis ilmu untuk pelajar. Di antara hadis yang membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai berikut 18 : a) Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, ber sumber dari Mu’awiyah Khatiban, dalam rangka menumbuh kembangkan peserta didik yang memiliki kualitas menurut kajian hadis, dapat dikatakan bahwa Rasulullah menyampaikan melalui penjelasannya jika ilmu dapat diperoleh melalui proses belajar. artinya, melalui kerja keras dan cerdas seseorang dapat memperoleh ilmu. Tidak hanya mengejar semata. Orang yang ulet, rajin dan tekun dalam belajar akan mendapatkan ridho dari Allah SWT dengan pemahaman agama di masa depan yang kelak akan dapat membawa pada kemuliaan, kebaikan dan kebahagiaan. b) Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, bersumber dari Abdullah ibn Mas ’ u>d: “Me nceritakan kepada kami H{umaid, ia berkata, menceritakan kepada kami Sufya>n, ia berkata, menceritakan kepadaku Isma> ’ il ibn Abu Kha>lid atas selain yang kami ceritakan oleh nya al-Zuhriy, ia berkata, “ aku mendengar Ibn Qais ibn Abu H{a>zim, ia berkata, aku mendengar ‘ Abdulla>h ibnMa s’u >d berkata, Nabi saw, bersabda, ” tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi harta oleh Allah lalu harta itu dikuasakan penggunaan nya dalam kebenaran, dan seorang laki-laki diberi hikmah oleh Allah dimana ia memutuskan perkara dan mengajar dengannya ” (H.R.Bukha>ri>). Hadits-hadits di atas menunjukkan bahwa sebagai pelajar, mereka harus mencari ilmu agama dan ilmu pengetahuan dengan sungguh- sungguh atau tekun. Peserta didik dituntut untuk menjadi ilmuwan atau orang pintar sebelum menikah atau menjadi pemimpin. Kecuali dua aspek ilmu dan kebaikan, siswa tidak boleh iri terhadap orang lain. Siswa dituntut untuk berkompetisi dalam studinya atau belajar dengan cara yang baik. Sebagai siswa, ketika mereka memperoleh pengetahuan, mereka harus 18 Amiruddin Siahaan dan Nur Hidayah, 2014, Hadis-Hadis tentang Peserta Didik, Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam 8, no 1, (2014), p. 4-7 memanfaatkan pengetahuan ini dengan baik dan menyebarkannya kepada orang lain. Hadis yang diriwayatkan oleh Bukha>ri>,bersumber dari Abu Hurairah ra: “Me nceritakan kepada kami Ahmad ibn Abu >Bakar al-Siddi>q Abu> Mu s’a b,ia berkata, menceritakan kepada kami Muh}ammad ibn Ibra>- hi>m ibn Di>na>r, dari Ibn Abi i ’ bu, dari Sa ’ i>d al-Maq buri>y, dari Abu> Hurairah, iaberkata, aku berkata kepada Rasulullah saw., “ wahai Rasulullah, sesungguhnya aku banyak mendengar hadis dari engkau, lalu aku lupa? ” Rasulullahsaw, bersabda, “ hilangkan perkara yang burukmu, ” lalu aku menghilangkan nya... lalu Rasulullahsaw., ber- sabda, “ hafalkanlah ” lalu aku menhapalkan nya, ” setelah itu aku tidak melupakan suatu hadis pun setelah itu, ” (HR.Bukha>ri>). (jika sumber kutipan lebih dari 4 baris maka di buatkan paragraf khusus). Hadits tersebut mengandung makna dan memberikan suatu pemahaman pada peserta didik agar ilmu yang telah diperoleh dapat terpelihara dengan baik. Bentuk upaya memelihara ilmu yang diperoleh dengan cara mengulang kembali pelajaran yang diberikan guru yang telah berlalu. Peserta diidk hendaknya merasa butuh akan ilmu, sehingga mudah baginya untuk menerima dan memahami. Selain itu juga menuntut ilmu adalah untuk memperoleh keridhaan Allah SWT dan sebagai sarana untuk meraih surga. Dua hal yang dapat dipahami dari hadits di atas, Pertama: Setiap orang sejak lahir memiliki potensi, baik potensi agama maupun potensi untuk menjadi orang baik, dan potensi untuk menjadi orang jahat dan potensi lainnya. Kedua: Potensi ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama orang tua, karena merekalah yang pertama memainkan peran penting dalam membuat anak-anaknya menjadi orang Yahudi, Kristen, atau Majusi.Konsep hadis ini sejalan dengan teori konvergensi perkembangan siswa, yang meyakini bahwa setiap anak yang lahir dipengaruhi oleh faktor keturunan dan lingkungan selama perkembangannya. Dengan kata lain, setiap anak yang lahir akan dipengaruhi oleh keturunannya, misalnya anak dari keluarga yang baik tentu akan menjadi anak yang baik dan juga akan terpengaruh oleh lingkungan. Pendidik atau guru Islam adalah orang yang bertanggung jawab atas perkembangan peserta didik dan berupaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, meliputi potensi emosi (rasa), kognisi (kreatif) dan gerak mental (niat). Pendidik juga berarti bahwa orang dewasa bertanggung jawab untuk membantu perkembangan fisik dan mental siswa untuk mencapai tingkat kedewasaan, mampu mandiri dan mencapai tingkat kedewasaan, mampu secara mandiri menjalankan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah dan mampu melaksanakan tugas sebagai makhluk sosial ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam dan sebagai makhluk individu yang mandiri 19 . Pendidik pertama adalah orang tua itu sendiri. Mereka semua bertanggung jawab atas perkembangan dan kemajuan anak-anaknya sendiri, karena berhasil tidaknya anak-anaknya sangat bergantung pada pengasuhan, perhatian dan pendidikan. Sebagai pendidik utama bagi anaknya, orang tua tidak selalu memiliki waktu luang untuk mendidik anaknya. Selain kesibukan kerja, jika pendidikan hanya dikelola secara alami, efek dan efisiensi pendidikan tidak akan terlalu baik. Oleh karena itu, anak biasanya diikutsertakan dalam lembaga sekolah. Mengirim siswa ke lembaga sekolah bukan berarti melepaskan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik dasar, tetapi orang tua tetap memiliki minat yang besar dalam membesarkan dan mendidik anak kandungnya. ## D. Peran Pendidik Dalam Membentuk Kesalehan Individu Pendidik yang lebih dikenal sebagai guru memiliki peran dan tanggung jawab dalam proses mendidik. Dalam perspektif islam pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap semua tumbuh kembang peserta didik baik pengetahuan, sikap, sosial, keterampilan sesuai dengan nilai-nilai pengajaran dalam islam. 20 (Abnisa, 2017) Berdasarkan tafsir ayat Al Qur’an yang membahas tentang pendidik dan peserta didik, dipandang dari sisi manajemen pendidikan bahwa pendidik dan peserta diidk merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang keduanya dapat menjadi objek dan subjek pendidikan. Perencanaan SDM sangat diperlukan dalam setiap lembaga atau organisasi. Termasuk dalam lembaga pendidikan. Pendidik dan peserta didik sebagai SDM di sekolah memerlukan proses perencanaan agar dapat mencapai tujuan pendiidkan yang diharapkan. Perencanaan dilakukan mulai dari perekrutan, seleksi, pemetaan, penempatan dan pembagian tugas sesuai dengan posisi yang seharusnya. Dimana keduanya dapat menjadi sasaran dan juga pelaku kegiatan pendidikan. Untuk menjadikan pendidik dan peserta didik yang ideal maka diperlukan Perencanaan SDM harus terkait dengan perencanaan organisasi secara keseluruhan karena tujuan perencanaan SDM harus menempatkan figur yang tepat waktu dan tepat tempat. Semuanya perlu direncanakan dengan matang. Bagaimanapun juga pendidik dan peserta didik merupakan SDM yang tidak akan ada artinya apabila salah satunya tidak ada. Perencanaan pendidik telah 19 Alfiah, Hadist Tarbawi: Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadist Nabi , Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2015. 20 Almaydza Pratama Abnisa, Konsep Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Perspektif Al- Qur’an, Jurnal Asy- Syukriyyah (2017). diatur sedemikian rupa oleh pemerintah maupun lembaga pendidikan. Mulai dari analiis kebutuhan pendidik, seleksi. Perencanaan terhadap peserta didik menyangkut perencanaan penerimaan siswa baru, kelulusan, jumlah putus sekolah dan kepindahan. Pendidik utama dalam Al Quran adalah Allah SWT, Rasulullah SAW, orang tua yaitu ayah dan ibu, guru dan alam. Idealnya pendidik meneladani apa yang telah dijelaskan dalam Al Quran seperti yang telah dijabarkan uraian materi tentang pendidik dan peserta didik diatas. Pendidik yang ideal dalam perspektif Al Quran memiliki ciri sebagai berikut, 1. Jujur. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Hendaklah kalian jujur, karena kejujuran akan menghantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan ke surga” (H.R. Bukhori dan Muslim dari Ibnu Mas’ud ra) . Jujur merupakan sikap mulia yang harus ditumbuhkan dalam kepribadian guru dan peserta didik. Setiap guru dan peserta didik hendaknya lurus hatti, tidak membiasakan berbohong, dan menyampaikan yang sebenar-benarnya. Sehingga tidak ada pihak yang merasa didustai. 2. Sabar. Guru sebagai pendidik tidak boleh bosan dan jenuh dalam membimbing, membina dan mendidik peserta didik untuk mau belajar dan sselalu berbuat baik. 3. Arif bijaksana. Guru adalah sosok yang yang menjadi panutan bagi peserta didik. Harus berlaku adil dan tidak boleh memihak pada siapapun dengan tidak adil 4. Berkepribadian mantap. Memiliki kepribadian yang sesuai dengan karakteristik pendidik, beraklhlakul kharimah dan agamis. 5. Dewasa. Akil baligh (dewasa), memiliki kematangan berfikir dan bersikap maupun bertindak. 6. Menjadi tauladan. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru, harus dapat menjadi tauladan bagi peserta didknya. Menerapkan slogan tut wuru handayani. Sebagai pendidik di depan menjadi teladan, ditengah memberi ide dan dibelakang memberi dorongan. Guru merupakan pewaris yang menerima risallah untuk meneruskan pembelajaran kepada sertiap peserta didik. Beberapa nasehat islami yang diberikan pada guru yaitu, 1. guru hendaknya percaya diri dan waspada dengan tugasnya karena guru merupakan peawris nabi sebagai pendidik. Adapun dalil mengenai nasihat ini dari Al- Qur’an, Allah berfirman, “…nisc aya Allah akan meninggikan orang-oramg beriman diantara kamu dan orang-orag yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al -mujaadalah : 11). Rasulullah noticed juga menjelaskan kekdudukan ulama di mata Alla h dalam sabda, “ Keutamaan orang alim itu di atas orang ahli ibadah seperti bulan di antara bintang- ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam bintang, sesungguhnya para ulama itu adalah pewaris nabi…..” 2. selalu memperbaiki hubungan dengan siapapun termasuk pihak sekolah. Karena memperbaiki akhlak adalah bagian dari iman. 3. mempersiapkan diri sebagai sosok yang akan diteladani dan jadi panutan baik dari segi penampilan, perkataan dan perbuatan. Berpakaian sebagai guru, berkata sebagai guru dan berbuat sebagai guru. Allah telah berfirman , “ Dan hendak lah ada di antara kamu segolongn umat yang menyeru kepada kebajika, mmenyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang beruntung 4. berpenampilan rapi dan bersih serta bertutur kata sopan dan santun rasulullah bersabda , “ Tidak akan masuk surge orang yang di dalam hatinya terdapat sebiji zahrah rasa kesombongan, kemudian seseoranng bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana dengan seseorang yang merasa bila baju dan sadly kakinya bagus ?” Rasulullah bersabda, Sesungguhnya Allah itu indah dan suka keindahan.”(HR. Musim) 5. menekuni profesi dengan tanggung jawab, cinta profesi, disiplin karena Allah mencintai orang yang mebgerjakan dengan sempurna. 6. memperlakukan peserta didik dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang serta menyampaikan segala kebaikan 7. menjadi pemimpin yang welas asih, penuh kasih sayang, lemah lembut kepada semua peserta didik. Dalam firman Allah, SWT, “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (Al -Ahzab: 21) 8. membiasakan diri aktif pada kegiatan sekolah dengan tulus iklas. Rasulullah bersabda , “ Allah mencintai seseorang yang apabila ia mengerjakan suatu pekerjaan, maka ia mengerjakannya dengan sempurna”. 9. menyampaikan dakwah kepada peserta didik tentang iman dan islam 10. berlaku seimbang. Dalil dari nasehat ini dari Al-Quran adalah firman Allah yang berbunyi, “Dan demikian (pula) kami t elah menjadikan kamu(umat islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan kamu…” Beberapa pendapat tentang bahwa proses belajar-mengajar itu tidak ada kaitannya dengan kesalehan, keteladan dan akhlak. Pendapat ini berkeyakinan bahwasanya proses belajar-mengajar tersebut murni berlandaskan atas sebab usaha belaka, yakni barangsiapa yang baik dalam usahanya maka ia berprestasi dan barang siapa yang lalai dan buruk usahanya, maka ia akan terbelakang dan gagal. Semuanya ini adalah metode pemikiran sekuler. Tapi di antara orang-orang, ada juga yang berpendapat bahwa kesalehanitu berperan sekali sebagai memotivasi dan pembantu utama dalam usah yang baik menuju suatu prestasi, karena tidak mungkin memisahkan antara agama dan dunia ilmu serta dunia belajar, ini adalah metode pemikiran islam komprehensif. Kesalehan yang efektif dalam islam adlah yang mampu mempengaruhi perilaku dan perbuatan seseorang muslim agar sesuai dengan syariat islam, sehingga manusia bisa merasakan hidup mulia dan bahagia dengan ridho Allah di akhirat. Pengaruh dari kesalehan yang efektif bagi seorang guru tercermin pada perilaku dan perbuatannya, khususnya dalam kesehariannya ketika bersama para pelajar, maka guru itu akan member contoh mereka dengan akhlak dan perbuatannya. Contoh dasar kesalehan yang efektif bagi seorang guru serta pengaruhnya bagi para penuntut ilmu, diantarany sebagai berikut : 1. Selalu mengucap salam ketika masuk kedalam ruangan 2. Mengawali setiap kegiatan dengan doal 3. Menggunakan waktu dengan efektif dan efisien 4. Guru hendaknya dapat menanamkan pemahaman kepada peserta didik tentang pengalaman belajar, karakter yang kuat dibarengi keahlian dan kepiawaian dalam mengajar 5. Guru menghargai setiap karakter peserta didik dan mendidik dengan tulus, ikhlas, sabar, welas asih dan pemaaf 6. Menyampaikan materi dengan cara sederhana dan mudah dipamahi oleh peserta ddiik 7. Bersikap lemah lembut dan sabar dalam menghadapi peserta didik dengan kategori itimewa 8. Tidak kaku dalam menyampaikan materi pelajaran. Guru harus bisa menyelingi dengan suasana humor dalam kegiatan belajar agar peserta didik tidak merasa tegang 9. Memahami perbedaan kultur dan latar belakang peserta didik 10. Guru hendaknya segera membantu mencarikan solusi dari permasalahan yang dialami oleh peserta didik 11. Menggunakan berbagai cara untuk memotivasi peserta didik 12. Berpegang teguh pada syariat agama islam 13. Kesalehan pendidik yang efektif adalah motif menuju prestasi ilmiah untuk peserta didik. Hal tersebut merupakan tuntunan syariat dan kebutuhan manusia. Kesalehan efektif kakn mewujudkan kepada peserta didik bebrapa manfaat yang dapat membantu untuk berprestasi. ÁL-FÂHIM|Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ## Kesimpulan Pendidik dan Lembaga pendidikan merupakan sistem yang harus dikembangkan sesuai dengan syariat. Keduanya memeiliki peran saling ketergantungan satu sama lain. Pendidik tidak dapat menjalankan semua tugas dan tanggung jawab tidak ada peserta didik sebagai sumber daya manusia yang menerima pendidikan. Sebaliknya juga Lembaga Pendidikan merupakan wadah dalam menjalankan sistem dan proses pembelajaran kepada peserta didik. Pendidik merupakan siapa saja yang berperan memberikan pembelajaran, bukan hanya manusia dewasa semata. Allah SWT merupakan pendidik utama, begitu juga Rasulullah SAW merupakan pendidik umat di dunia. Selanjutnya orang tua yaitu ayah dan ibu selaku pendidik yang pertama dikenal setelah manusia lahir ke dunia dan berada pada lingkungan pertama yaitu keluarga. Guru sebagai pendidik yang berada di lingkungan sekolah merupakan orang yang lebih dikenal masyarakat sebagai pendidik. Tidak hanya itu saja, lingkungan alam juga dapat menjadi sumber belajar atau pendidik bagi siapapun. Pendidik dalam artian sosok yang digugu dan ditiru memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk akhlakul karimah peserta didik menjadi generasi yang salih. Orang tua selaku pendidik pertama yang dikenal anak dalam lingkungan keluarga, guru sebagai pendidik di sekolah perlu menjadi sosok yang patut ditauladani selain rasulullah SAW untuk menjadikan generasi salih. Pendidik memiliki peran dalam membentuk kesalehan peserta didik. pendidikan memeiliki peran penting dalam membentuk kesalehan peserta didik. Melalui proses pendidikan dan pengajaran nilai-nilai kesalehan ditanamkan kepada peserta didik. ## Daftar Pustaka Abnisa, Almaydza Pratama, Konsep Pendidik Dan Peserta Didik Dalam Perspektif Al- Qur’an, Jurnal Asy- Syukriyyah (2017). Alfiah, Hadist Tarbawi: Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadist Nabi , Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2015. Anas, Nazifah, Rasulullah Sebagai Pendidik Professional , 2015. Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, 2006. Arsyad, Junaidi, Karakteristik Rasulullah sebagai Pendidik, Perspektif Sirah Nabawiyah, 2015. Asmendri, Milya Sari dan, Penelitian Kepustakaan (Library Research), Penelitian Pendidikan IPA , (2020). Maisyaroh, Hakikat Pendidik dalam Perspektif Falsafah Pendidikan Islami, 2019. Maragustam, Filsafat Pendidikan Islam . Yogyakarta: Sunan Kalijaga, 2010. M. Yusuf Seknun, Kedudukan Guru Sebagai Pendidik , 2012. Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Nizar, Ramayulis dan Syamsul, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya, Jakarta: Kalam Mulia, 2010. Sada, Heru Juabdin, Pendidik dalam Perspektif Al Quran, 2015. Poerwadarminta , W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991. Suarga, Tugas dan Fungsi Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Jurnal Idaarah 3, no 1 (2019). Siahaan, Amiruddin dan Nur Hidayah, 2014, Hadis-Hadis tentang Peserta Didik, Nadwa, Jurnal Pendidikan Islam 8, no 1, (2014). Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Wahidin, Ade, Filosofi Manusia Sebagai Pendidik, 2015. Yuniedel, Ratna Kasni dan sasmi Nelwati, meneladani Rasulullah SAW Sebagai Pendidik Yang Menmudahkan.
8237df2e-d8a0-4059-b378-ebb9df008e83
https://ejournal.upi.edu/index.php/JER/article/download/1303/908
## PEMBELAJARAN KESENIAN REJUNG MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK PENANAMAN NILAI BUDAYA LOKAL DI UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG ## Fadhilah Hidayatullah Dosen Universitas PGRI Palembang [email protected] ## ABSTRAK Latar belakang penelitian ini dilandasi oleh pentingnya pewarisan budaya lokal pada seni rejung . Terkait hal tersebut, maka desain pembelajaran vokal dasar seni rejung harus di apresiasi oleh peserta didik. Permasalahan yang dikembangkan yakni aplikasi desain pembelajaran vokal dasar seni rejung di Universitas PGRI Palembang. Teori utama yang digunakan yakni pembelajaran melalui pendekatan saintifik pada seni rejung . Penelitian ini menggunakan metode “ action research ”, sedangkan subjek nya yakni kelas VI.A yang berjumlah 30 mahasiswa. Teknik dalam pengumpulan data yakni menggunakan lembar observasi, kuesioner, serta dokumentasi. Sedangkan analisisnya menggunakan penghitungan data hasil observasi, dan kuesioner. Adapun hasil pada penelitian ini yakni mahasiswa dapat memahami dalam menyanyikan seni rejung . Dengan demikian, hasil dari desain pembelajaran vokal dasar seni rejung menggunakan pendekatan saintifik, pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik Universitas PGRI Palembang dapat di aplikasikan dengan baik. Kata Kunci : pembelajaran vokal dasar seni rejung, dan pendekatan saintifik ## ABSTRACT The background of this research is based on the importance of local cultural inheritance in art rejung. Related to this, the basic vocal art instructional design rejung should in appreciation by learners. The problems that developed the basic vokal learning design applications rejung art at the University of PGRI Palembang. The main theory is used that is learning through a scientific approach to the art rejung. This study uses “action research”, while his subject that VI.A classes totaling 30 students. Technique in which data collection using observation. While the analysis using data calculation results of observation, and questionnaires. The results in this study that students can understand the art of singing a rejung. Thus, the results of the basic vocal art instructional design rejung scientific approach, the students Prodi Sendratasik Education University PGRI Palembang can be applied properly. Keywords: learning basic vocal art rejung, and scientific approach ## PENDAHULUAN Rejung merupakan salah satu nama kesenian etnik Semende, yang ada di daerah Provinsi Sumatera Selatan. Bentuk kesenian ini berupa pantun yang ditembangkan, dan berperan sebagai media komunikasi. Kesenian ini merupakan sebuah seni vokal yang mempunyai ciri khas pada kenjun dan syair yang menggunakan dialek etnik Semende. Masyarakat etnik Semende memaknai kenjun sebagai naik turunnya nada dalam sebuah nyanyian yang sedang dibawakan. Maka dari itu, setiap kenjun yang dibawakan oleh seniman tidaklah sama, karena berdasarkan karakter vokal masing-masing penyaji. Keutamaan dari penyajian kesenian rejung adalah pada keindahan ornamen vokalnya. Keindahan tersebut dapat di pelajari melalui pendidikan formal, yakni pada institusi pendidikan. Dengan demikian, maka dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran. Agar pelaksanaan pembelajarannya berlangsung secara efektif, maka perlu didesain konsep pembelajaran secara khusus. Salah satu modal pembelajaran yang akan digunakan yakni pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah pendekatan sebuah pembelajaran yang bersifat ilmiah. Senada dengan itu maka Barringer, et al., dalam Abidin, Y., (2014, hlm. 125) Pembelajaran Kesenian Rejung Melalui Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Nilai Budaya Lokal.... (Fadhilah Hidayatullah) menyatakan bahwa pembelajaran saintifik yakni pembelajaran yang menuntut siswa berfikir secara sistematis dan kritis dalam upaya memecahkan masalah yang penyelesaiannya tidak mudah dilihat. Seperti yang diungkap oleh Abidin, Y., (2014, hlm. 126) bahwa dalam kegiatan pembelajaran saintifik akan melibatkan siswa dengan kegiatan yang memecahkan masalah secara kompleks melalui kegiatan curah gagasan, berfikir kreatif, melakukan aktivitas penelitian, dan membangun konseptualisasi pengetahuan. Pernyataan mengenai pendekatan pembelajaran saintifik tersebut, Muhajir dan Rulani Khatimah, Y., (2014, hlm. 50) menyatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran pada pendekatan saintifik , akan menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Sasaran pada kegiatan pembelajaran saintifik mencakup pengembangan dari ketiga ranah tersebut yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Proses pembelajaran tersebut diharapkan akan melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud Muhajir dan Rulani Khatimah, Y., (2013, hlm. 50) adalah dengan menggali informasi melalui pengamatan, bertanya, menalar, percobaan, mengolah data, serta menyajikan data atau informasi. Selanjutnya, dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Kemendikbud (dalam Abidin, Y., 2014, hlm. 133) menyajikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran, yakni (1) mengamati; (2) menanya; (3) menalar; (4) mencoba; (5) menyimpulkan; dan (6) mengomunikasikan. Dengan menggunakan pendekatan tersebut dalam proses pembelajaran, maka dapat menghasilkan konsep pembelajaran kesenian rejung dan tentunya mengacu pada pendekatan saintifik. Maka dari itu, desain konsep pembelajaran kesenian rejung, akan menggunakan pendekatan saintifik, seperti pada bagan sebagai berikut. Melalui pendekatan saintifik ini sangat tepat diterapkan di perguruan tinggi, karena untuk membekali mahasiswa calon guru, sehingga orientasinya pada karakter dan budaya lokal, tercermin pada peserta didik nantinya. Bagan 1 Sintak pembelajaran saintifik Sumber: Abidin,Y. Mengamati Menanya Menalar Mencoba Menyimpulkan Mengkomunikasikan SINTAK PEMBELAJARAN ## SAINTIFIK Sehingga dengan menggunakan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran seni, maka dapat menghasilkan konsep pembelajaran seni berbasis seni tradisi. Salah satu institusi, Prodi Pendidikan Sendratasik, Universitas PGRI Palembang, sudah melangsungkan proses pembelajaran Pembelajaran Kesenian Rejung Melalui Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Nilai Budaya Lokal.... (Fadhilah Hidayatullah) kesenian rejung. Pelaksanaan berlangsung disetiap semester enam , melalui Mata Kuliah Tembang Batanghari Sembilan . Namun, dalam beberapa hal tertentu, ada yang belum tersampaikan dengan baik terhadap mahasiswa, pada materi dan tahapannya. Sampai saat ini, konsep pembelajaran kesenian rejung belum pernah dilakukan, oleh karena itu melalui eksperimen ini peneliti akan mencoba mengembangkan pembelajaran seni rejung melalui pendekatan saintifik melalui bentuk eksperimen. Tujuan mengembangkan desain pembelajaran kesenian Rejung tersebut yakni mengusung pewarisan budaya lokal, serta memberi pemahaman kepada para mahasiswa agar dapat mencintai kesenian daerah, khususnya kesenian rejung . Penelitian dilakukan pada Pendidikan Sendratasik, Universitas PGRI Palembang, karena ada persebaran kurikulum, yang berhubungan dengan program penelitian, yang dikembangkan. Selain itu, membekali mahasiswa tentang konsep pembelajaran berbasis kesenian tradisi, sehingga dapat memumpuni sebagai calon pendidik seni. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Action Research , yang merupakan penelitian tindakan. Taniredja (2010, hlm. 15) mengemukakan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi memecahkan masalah. Arikunto (2008, hlm. 16), menyatakan empat aspek pokok dalam penelitian tindakan yaitu (1) perencanaan; (2) pelaksanaan; (3) pengamatan; dan (4) refleksi. Selanjutnya Alwasilah (2011, hlm. 148) juga menegaskan action research berarti melakukan beberapa action , yang direncanakan, dilakukan, diobservasi, dan direfleksi. Penelitian ini dilakukan di Universitas PGRI Palembang. Fokus penelitiannya yakni pada Prodi Pendidikan Sendratasik kelas VI.A yakni konsentrasi tari yang berjumlah 30 mahasiswa. Sedangkan instrumen pada penelitian ini yakni observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Adapun untuk menghitung data observasi dilakukan dengan cara menghitung jawaban “ya”, yang di isi oleh pengamat pada format keterlaksanaan pembelajaran. Selanjutnya melakukan perhitungan persentase aktivitas mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan rumus berikut: Kemudian dalam menganalisis kuesioner dilakukan dengan cara sebgai berikut. Menganalisis data yang didapat dari responden, melalui pretest dan postest , dilakukan dalam beberapa langkah. Langkah pertama adalah dengan cara mengelompokan jawaban responden. Pengelompokan jawaban responden, yakni dengan menghitung jawaban per items, berupa jawaban “ya” dan “tidak” . Masing-masing jawaban per items tersebut, dihitung sesuai dengan jumlah hasil jawaban “ya” dan hasil jawaban “tidak”. Maka dari itu, seluruh yang menjawab “ya” dan “tidak”, akan dijumlahkan sesuai dengan data yang didapat dari responden. Setelah hasil jawaban semua items telah dihitung, dan dikategorikan, lalu dilanjutkan dengan menghitung persentase ketercapaian disetiap masing-masing items. Untuk itu, cara menghitung persentase ketercapaian disetiap items , menggunakan rumus berikut ini. Setelah hasil presentase ketercapaian telah diperoleh, lalu menghitung jumlah rata-rata persentase dari ketercapaian yang didapat. Pembelajaran Kesenian Rejung Melalui Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Nilai Budaya Lokal.... (Fadhilah Hidayatullah) Agar diketahui jumlah rata-rata persentase ketercapaian tersebut, digunakan rumus berikut ini. Sedangkan data yang didapat melalui dokumentasi, terlepas dari hitungan. Dilakukan dengan mengumpulkan semua yang didapat terlebih dahulu, kemudian mengelompokan sesuai dengan jenis dan kategorisasinya. Data yang terkumpul dan dikelompokan, dimaknai berdasarkan pengamatan yang dilakukan. Setelah data dimaknai berdasarkan kategori dan jenisnya, lalu diinterpretasikan kedalam bahasa Indonesia yang baku. Selanjutnya digunakan sesuai dengan kebutuhan pada penyusunan laporan, dengan teknik deskriptif analisis, yaitu dengan cara mendeskripsikan keterangan-keterangan atau data-data yang telah terkumpul. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Desain pembelajaran pada materi vokal dasar seni rejung diaplikasikan selama dua pertemuan. Pertemuan pertama diaplikasikan pada siklus pertama, dilanjutkan siklus dua yang melaksanakan perbaikan terhadap indikator yang belum tuntas. Hasil yang akan dipaparkan adalah terkait dari siklus satu dan dua, yakni sebagai berikut. Aplikasi desain pembelajaran vokal dasar seni rejung pada ranah “psikomotorik”, ditunjukan pada kategori “amat baik” 9 %, kategori “baik” 58 %, kategori “cukup” 6 Tabel 1 Hasil aplikasi desain pembelajaran vokal dasar seni rejung (siklus satu) No Ranah Total pencapaian Siklus satu Amat Baik Baik Cukup Kurang 1 Afektif 89 % 11 % 0 % 0 % 2 Psikomotorik 9 % 58 % 6 % 27 % 3 Kognitif 11 % 89 % 0 % 0 % Tabel 2 Hasil perbaikan aplikasi desain pembelajaran vokal dasar seni rejung (siklus dua) Ranah Pencapaian Dari Perbaikan Amat Baik Baik Cukup Kurang Afektif 92 % 8 % 0 % 0 % Psikomotorik 17 % 83 % 0 % 0 % Kognitif 28 % 72 % 0 % 0 % %, dan kategori “kurang” 27 %. Maka dari itu, hasil dari perbaikannya yakni sebagai berikut. Perbaikan berpengaruh pada seluruh indikator ketiga ranah pembelajaran. Sehingga persentasenya meningkat dari siklus sebelumnya. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus dua, maka akan digabungkan kembali ketercapaian dari total persentase seluruh ranah (afektif, psikomotorik, dan Tabel 3 Hasil aplikasi desain pembelajaran vokal dasar seni rejung No Ranah Total Pencapaian Amat Baik Baik Cukup Kurang 1 Afektif 92 % 8 % 0 % 0 % 2 Psikomotorik 17 % 83 % 0 % 0 % 3 Kognitif 28 % 72 % 0 % 0 % Pembelajaran Kesenian Rejung Melalui Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Nilai Budaya Lokal.... (Fadhilah Hidayatullah) kognitif). Maka hasil yang diperoleh dari aplikasi vokal dasar seni rejung yakni sebagai berikut. Masing-masing ranah afektif, psikomotorik, dan kognitif memperoleh hasil dengan kategori “amat baik” dan “baik”. Kedua kategori tersebut dipaparkan sebagai berikut. Ranah afektif dikategorikan “amat baik” dengan 92%. Hasil tersebut diperoleh dari pencapaian ketiga indikator, yakni sebagai berikut: 26 mahasiswa merespon penyampaian dosen, ditunjukkan 87%. Kemudian 27 mahasiswa juga dapat mendengarkan lagu dengan seksama, ditunjukkan 90%. Selanjutnya 30 mahasiswa dapat toleran dalam kegiatan diskusi, ditunjukkan 100%. Berdasarkan teknik hitungan data, maka jumlah dari seluruh persentase yang diperoleh, di bagi dengan seluruh indikator pencapaian. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari ranah afektif, kecenderungan sikap mahasiswa terhadap pembelajaran vokal dasar seni rejung diikuti dengan “amat baik”. Sedangkan kategori “baik” pada ranah afektif diperoleh 8%. Hasil tersebut diperoleh dari pencapaian ketiga indikator, yakni sebagai berikut: 4 mahasiswa merespon penyampaian dosen, ditunjukkan 13%. Kemudian 3 mahasiswa juga dapat mendengarkan lagu dengan seksama, ditunjukkan 10 %. Selanjutnya 0 mahasiswa dapat toleran dalam kegiatan diskusi, ditunjukkan 0%. Berdasarkan teknik hitungan data, maka jumlah dari seluruh persentase yang diperoleh, di bagi dengan seluruh indikator pencapaian. Maka hasil ditunjukkan dengan: sikap mahasiswa terhadap pembelajaran vokal dasar seni rejung pada kategori “baik” lebih rendah dari pada amat baik. Dengan demikian, disimpulkan bahwa pada ranah afektif, semua mahasiswa cenderung amat baik dalam mengikuti pembelajaran vokal dasar seni rejung yang di aplikasikan pada mahasiswa kelas VI.A (konsentrasi tari), Prodi Pendidikan Sendratasik Universitas PGRI Palembang. Kemudian dilanjutkan pada ranah psikomotorik yang diperoleh pada kategori “amat baik” yakni 17%, serta kategori “baik” diperoleh 83%. Hasil dari kategori “amat baik” diperoleh dari pencapaian ketiga indikator, yakni sebagai berikut: 5 mahasiswa yang mampu membuat syair yang di dengar, ditunjukkan 17%. Kemudian 5 mahasiswa yang mampu menanggapi seni rejung yang didengarkan, ditunjukkan 17%. Selanjutnya 5 mahasiswa yang mampu menirukan vokal seni rejung dengan syair baru, ditunjukkan 17%. Berdasarkan teknik hitungan data, maka jumlah dari seluruh persentase yang diperoleh, di bagi dengan seluruh indikator pencapaian. Sedangkan hasil dari kategori “baik” diperoleh dari pencapaian ketiga indikator, yakni sebagai berikut: 25 mahasiswa yang mampu membuat syair yang di dengar, ditunjukkan 83%. Kemudian 25 mahasiswa yang mampu menanggapi seni rejung yang didengarkan, ditunjukkan 83%. Selanjutnya 25 mahasiswa yang mampu menirukan vokal seni rejung dengan syair baru, ditunjukkan 25%. Berdasarkan teknik hitungan data, maka jumlah dari seluruh persentase yang diperoleh, di bagi dengan seluruh indikator pencapaian. Maka, hasil dari ranah psikomotorik ditunjukkan bahwa: kemampuan mahasiswa terhadap pembelajaran vokal dasar seni rejung pada kategori “baik” lebih tinggi dari pada kategori “amat baik”. Disimpulkan bahwa pada ranah psikomotorik, semua mahasiswa cenderung mampu dalam mengikuti pembelajaran pengenalan seni rejung, yang di aplikasikan pada mahasiswa kelas VI.A (konsentrasi tari), Prodi Pendidikan Sendratasik Universitas PGRI Palembang. Ranah kognitif yang diperoleh pada kategori “amat baik” diperoleh dari pencapaian ketiga indikator, yakni sebagai berikut: 15 Pembelajaran Kesenian Rejung Melalui Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Nilai Budaya Lokal.... (Fadhilah Hidayatullah) mahasiswa yang dapat memahami proses berkreativitas dalam menciptakan syair seni rejung , ditunjukkan 50 %. Kemudian 5 yang dapat memahami melodi vokal seni rejung untuk ditransferkan pada syair yang baru, ditunjukkan 17 %. Selanjutnya 5 dapat memahami cara menyajikan vokal seni rejung dengan syair yang baru, ditunjukkan 17 %. Berdasarkan teknik hitungan data, maka jumlah dari seluruh persentase yang diperoleh, di bagi dengan seluruh indikator pencapaian. Sedangkan hasil dari kategori “baik” diperoleh dari pencapaian ketiga indikator, yakni sebagai berikut: 15 mahasiswa yang dapat memahami proses berkreativitas dalam menciptakan syair seni rejung , ditunjukkan 50 %. Kemudian 25 yang dapat memahami melodi vokal seni rejung untuk ditransferkan pada syair yang baru, ditunjukkan 83 %. Selanjutnya 25 dapat memahami cara menyajikan vokal seni rejung dengan syair yang baru, ditunjukkan 83 %. Berdasarkan teknik hitungan data, maka jumlah dari seluruh persentase yang diperoleh, di bagi dengan seluruh indikator pencapaian. Maka, hasil dari ranah kognitif ditunjukkan bahwa: pengetahuan mahasiswa terhadap pembelajaran vokal dasar seni rejung pada kategori “baik” lebih tinggi dari pada kategori “amat baik”. Sehingga, mahasiswa yang mendapatkan pengetahuan dalam mengikuti pembelajaran vokal dasar seni rejung, dinyatakan pada kategori “baik” dengan 72 ## Grafik 1 Hasil aplikasi desain pembelajaran dua (vokal dasar seni rejung ) %. Setelah semua hasil yang diperoleh dari ketiga ranah terhadap pembelajaran vokal dasar seni rejung telah diuraikan, maka diformulasikan sebagai berikut. ## Pembahasan Pelaksanaan pembelajaran vokal dasar seni rejung menyentuh tiga ranah yakni afektif, psikomotorik, dan kognitif. Ranah afektif yakni pada sikap kepercayaan diri terhadap menuangkan gagasan, pendapat serta antusias dalam mengikuti pembelajaran vokal dasar seni rejung . Kemudian ranah psikomotorik yakni pada kemampuan terhadap menirukan vokal dasar seni rejung . Sedangkan ranah kognitif yakni pengetahuan terhadap vokal dasar seni rejung pada pemahaman yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Pembelajaran vokal dasar seni rejung harus mencapai keberhasilan terhadap ketiga ranah tersebut. Untuk mencapainya, maka pengaplikasiannya menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik. Tahapan pembelajaran saintifik meliputi beberapa kegiatan, yakni: mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan. Dengan demikian maka akan dibahas berdasarkan materi yang ISSN 1412-565 X Pembelajaran Kesenian Rejung Melalui Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Nilai Budaya Lokal.... (Fadhilah Hidayatullah) diberikan selama proses pembelajaran. Pelaksanaan terhadap program penelitian yakni pada mahasiswa Prodi Pendidikan Sendratasik Univeritas PGRI Palembang. Hasil yang diperoleh dari pengaplikasian desain pembelajaran vokal dasar seni rejung dicapai dengan dua kategori yakni amat baik dan baik. Kedua kategori tersebut dicapai oleh ketiga ranah pembelajaran. Ketiga ranah pembelajaran tersebut yakni afektif, psikomotorik, dan kognitif yang mencapai kategori amat baik dan baik. Ketercapaian terhadap kategori pembelajaran amat baik dan baik tersebut karena tingkat indikatornya mudah dipahami dan dilaksanakan oleh mahasiswa. Kegiatan pembelajaran vokal dasar seni rejung diaplikasikan melalui tahapan saintifik. Tahapan pembelajaran saintifik yang diaplikasikan pada kegiatan pembelajaran vokal dasar seni rejung dapat dilaksanakan dengan baik. Keterlaksanaan pembelajaran melalui pendekatan saintifik terhadap pembelajaran vokal dasar seni rejung menjadi konsep yang baru terhadap pembelajarannya. Hal tersebut karena mahasiswa aktif dalam mengikuti berbagai kegiatannya. Namun kesulitan yang ditemukan bukan menjadi alasan tidak aktif. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran vokal dasar seni rejung melalui tahapan mengamati, mahasiswa dengan ikut serta serius dalam mengikuti pengamatannya. Kegiatan menanya, mahasiswa aktif dalam kegiatan mengajukan berbagai pertanyaan dan gagasan. Kegiatan menalar mahasiswa mampu berfikir dan menelaah materi yang sedang diberikan. Kegiatan mencoba dan mengkomuniaksikan, mahasiswa mampu menirukan dan menyajikan vokal dasar seni rejung . Hasil yang diperoleh dari tahapan pembelajaran saintifik tersebut sehingga mengalami perubahan aktifitas menjadi aktif. Keaktifan mahasiswa dalam kegiatan pembelajarannya hasil dari dampak tahapan yang diapliaksikan terhadap pembelajaran seni rejung . Sehingga melalui pengaplikasian desain pembelajaran vokal dasar seni rejung dengan pendekatan saintifik dinyatakan berhasil dan cocok untuk konsep pembelajaran vokal dasar seni rejung . Kecocokan konsep pembelajaran vokal dasar seni rejung dengan pendekatan saintifik tersebut karena keaktifan mahasiswa terahadap kegiatan pembelajarannya. Dengan kegiatan pembelajaran melalui tahapan saintifik dapat diaplikasikan dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran vokal dasar seni rejung yang bersifat tradisional dapat dilakukan dengan sistem pembelajaran yang ilmiah. Pembelajaran ilmiah yang diikuti dengan peran mahasiswa yang aktif dalam keterlaksanaan proses pembelajarannya. Sehinga konsep pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dapat diaplikasikan pada vokal dasar seni rejung . ## KESIMPULAN Hasil yang diperoleh dari aplikasi desain pembelajaran vokal dasar seni rejung yang menggunakan pendekatan saintifik, yakni mahasiswa mendapatkan pengalaman baru terhadap proses apresiasi yang telah dilaksanakan. Kemudian mahasiswa juga mendapatkan stimulan yang dibimbing aktif dalam mengemukakan pendapat terkait dari apa yang telah di apresiasi. Selain itu, mahasiswa juga dituntut untuk memikirkan dari sesuatu hal yang dianggap penting dalam sebuah temuan pembelajaran. Mahasiswa juga tumbuh rasa kepercayaan diri terhadap kemampuan yang ada pada diri masing- masing untuk di apresiasi oleh teman sekelas. Berdasarkan kegiatan tersebut, hasil yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran dapat disimpulkan bahwa mahasiswa berdampak positif dan terdapat peningkatan apresiasi terahadap vokal dasar seni rejung yang telah dipelajari selama proses pembelajaran Pembelajaran Kesenian Rejung Melalui Pendekatan Saintifik untuk Penanaman Nilai Budaya Lokal.... (Fadhilah Hidayatullah) berlangsung. Kesimpulan tersebut didukung pula oleh hasil evaluasi yang diperoleh selama kegiatan pemebelajaran serta hasil dari kuesioner yang telah disebar baik pretest maupun postest . Dengan demikian, apresiasi mahasiswa dinyatakan dapat meningkat. ## DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2014) . Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Cetakan Kesatu. Bandung: PT. Refika Aditama. Alwasilah, A.C. (2011). Pokoknya Action Research. Bandung: PT. Kiblat Buku Utama. Arikunto, dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: PT. Aksara. Muhajir & Rulani Khatimah, Y. (2013). Buku Pedoman Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 . Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Unit Implementasi Kurikulum 2013. Taniredja, T.; Pujianti, I.; & Nyata. (2010). Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Pengembangan Profesi Guru, Praktik, Praktis dan Mudah. Bandung: Alfabeta.
27541e24-3537-41e8-a402-a091af4c66a1
https://journal.unpacti.ac.id/index.php/JPP/article/download/867/512
## JURNAL PROMOTIF PREVENTIF ## Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Ibu dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Relationship between Knowledge Level and Attitude with Mother's Behavior in Household Waste Management Saipullah, Muzaffar , Mawadhah Yusran STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam Article Info ## ABSTRACT / ABSTRAK Article History Received: 22 Jun 2023 Revised: 14 Jul 2023 Accepted: 20 Jul 2023 The waste problem that arises is a national problem that needs to be handled comprehensively and integrated. The waste problem based on the amount of solid waste in world cities will continue to increase by 70% until 2025. Indonesia is the fourth most populous country in the world. With such a population, it is estimated that 130,000 tons of waste will be generated daily. This study aimed to determine the relationship between the level of knowledge and attitudes with the behavior of housewives in the village of Pantan Jerik, Kute Panang District. This type of research is analytic research with a cross-sectional design. This study used a total sampling technique with a total sample of 86 samples. Data analysis in the study used the Chi-Square statistical test. The analysis results obtained p-value = 0.004 <0.05 and 0.003 <0.05. This shows a relationship between knowledge and attitudes with the mother's behavior in managing household waste in Pantan Jerik, Kute Panang District, Central Aceh Regency. ## Keywords: Behavior, waste, knowledge, attitude. Masalah sampah yang muncul merupakan masalah nasional yang perlu ditangani secara komprehensif dan terpadu. Masalah sampah berdasarkan jumlah sampah di kota-kota dunia akan terus meningkat sebesar 70% hingga tahun 2025. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia. Dengan jumlah penduduk sebesar itu, diperkirakan akan dihasilkan 130.000 ton sampah setiap harinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu rumah tangga di Desa Pantan Jerik Kecamatan Kute Panang. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 86 sampel. Analisis data dalam penelitian menggunakan uji statistik Chi-Square. Hasil analisis diperoleh p-value = 0,004<0,05 dan 0,003<0,05. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam mengelola sampah rumah tangga di Pantan Jerik Kecamatan Kute Panang Kabupaten Aceh Tengah. Kata kunci: Perilaku, sampah, pengetahuan, sikap. Corresponding Author : Name : Muzaffar Afiliate : STIKes Payung Negeri Aceh Darussalam Address : Jl. Bireuen-Takengon Desa Lut Kucak Kec. Wih Pesam Kabuaten Bener Meriah Email : [email protected] ## PENDAHULUAN Sampah yang berasal dari aktivitas rumah tangga sering dinamakan sampah domestik. Menumpuknya sampah di setiap rumah tangga atau pada tempat-tempat pembuangan sampah akan berakibat tercemarnya kondisi lingkungan karena dapat menimbulkan bau. Disamping itu timbunan sampah dapat mengakibatkan banjir. Permasalahan sampah yang timbul hakikatnya juga menjadi permasalahan nasional, yang perlu dilakukan penanganan secara komprehensif dan terpadu (Novita Sari, 2017) Data permasalahan sampah berdasarkan jumlah sampah padat di kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% hingga tahun 2025. Dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun. Mayoritas kenaikan terjadi di kota-kota di negara berkembang. Biaya tahunan untuk mengelola sampah dunia diperkirakan naik dari US$205 miliar per tahun menjadi US$375 miliar per tahun, dengan kenaikan terbesar terjadi di negara berpendapatan rendah (Yahya Krisnawansyah, 2019). Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan total penduduk sebanyak 237 juta. Diperkirakan jumlah penduduk ini akan bertambah menjadi 270 juta pada tahun 2025. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, diperkirakan akan dihasilkan sampah sebanyak 130.000 ton/hari. Ini merupakan potensi yang besar sebagai sumberdaya, tetapi saat ini sebagian besar masih menjadi sumber penyebab polusi. Secara keseluruhan penduduk Indonesia yang hidup dengan kondisi sanitasi buruk mencapai 72.500.000 jiwa. Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa di Indonesia terdapat 240 kota menghadapi masalah pengelolaan sampah (Wuri Sulistiyorini Purwanti et al., 2015) Kebiasaan membakar sampah memang sudah membudaya di masyarakat baik itu di perdesaan maupun di perkotaan. Mereka belum menyadari bahwa jenis sampah saat ini berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah saat ini cenderung didominasi oleh sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dll. Apabila sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran sampah plastik menghasilkan gas dioxin yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin termasuk super racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh manusia terutama saraf dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk penyebab kanker. Pembakaran styrofoam akan menghasilkan CFC yang dapat merusak lapisan ozon dan berbahaya bagi manusia (Sri Subekti, 2010). Masalah sampah mutlak harus ditangani secara bersama-sama antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan komitmen bersama menuju perubahan sikap, perilaku dan etika yang berbudaya lingkungan. Sebagai upaya menggugah kepedulian dalam penanganan permasalahan lingkungan, khususnya persampahan serta untuk menciptakan kualitas lingkungan pemukiman yang bersih dan ramah lingkungan maka, harus dilakukan perubahan paradigma pengelolaan sampah (Ni Komang Ayu Artiningsih et al., 2012). ## BAHAN DAN METODE Penelitian ini bersifat analitik dengan desain Cross Sectional , lokasi penelitian di Desa Pantan Jerik Kecamatan Kute Panang. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 86 Ibu rumah tangga dengan tehnik pengambilan sampel Total Sampling. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan analisis data secara bivariat dengan uji chi Square (Syafrida Hafni Sahir, 2022). ## HASIL Berikut ini merupakan gambaran distribusi frekuensi variabel Perilaku, sampah, pengetahuan, sikap. ## Analisis Univariat Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian Variabel Frekuensi Jumlah % Pengetahuan Ibu Baik 25 29,1 Cukup 37 43,0 Kurang 24 27,9 Sikap Ibu Positif 38 44,2 Negatif 48 55,8 Perilaku Pengelolaan Sampah Baik 37 43,0 Tidak Baik 49 57,0 Sumber: Data Primer, 2018 Berdasarkan tabel 1, hasil penelitian menunjukkan dari 86 responden diperoleh hasil Pengetahuan Ibu dengan kategori baik sebanyak 25 responden ( 29,1% ), kategori cukup 37 responden ( 43,0% ), kategori kurang 24 responden ( 27,9% ). Berdasarkan Sikap Ibu, kategori positif sebanyak 38 responden (44,2%), kategori negatif sebanyak 48 responden (55,8%). Berdasarkan perilaku Pengelolaan Sampah, kategori baik sebanyak 37 responden (43,0%), kategori tidak baik sebanyak 49 responden (57,0%). ## Analisis Bivariat Tabel 2. Analisis Bivariat Variabel Perilaku Pengelolaan Sampah Total P value Baik Tidak Baik F % F % F % Pengetahuan Baik 9 10,5 16 18,6 25 29,1 0,004 Cukup 23 26,7 14 16,3 37 43,0 Kurang 5 5,8 19 22,1 24 27,9 Sikap Positif 9 10,5 29 33,7 38 44,2 0,003 Negatif 28 32,6 20 23,3 48 55,8 Jumlah 37 43,0 49 57,0 86 100 Sumber: Data Primer, 2018 Berdasarkan tabel 2 diatas, menunjukkan bahwa dari 37 responden dengan perilaku pengelolaan sampah baik mayoritas memiliki pengetahuan baik sebanyak 9 responden (10,5%), mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup 23 responden (26,7%) dan mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang 5 responden (5,8%). Dari 49 responden yang dengan perilaku pengelolaan sampah tidak baik mayoritas memiliki pengetahuan baik sebanyak 16 responden (18,6%), mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (16,3%) dan mayoritas responden memiliki pengetahuan kurang 19 responden (22,1%). Selanjutnya dari 37 responden dengan pengelolaan sampah baik mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 9 responden (10,5%), mayoritas responden memiliki sikap Negatif 28 responden (32,6%). Dari 49 responden yang dengan pengelolaan sampah tidak baik mayoritas memiliki sikap positif sebanyak 29 responden (33,7%), mayoritas responden memiliki sikap negatif sebanyak 20 responden (23,3%). ## PEMBAHASAN Menurut Soemarwoto, di negeri ini penegakan hukum sangat lemah. Peraturan banyak yang dilanggar, misalnya pembuangan sampah di sungai dan selokan, dapat berjalan tanpa tindakan nyata dari aparat penegak hukum. Salah satu sebab utamanya ialah adanya KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) yang merebak karena dorongan untuk mendapatkan dana yang besar guna mendukung pola hidup yang mewah. Padahal menurut Hadi, dalam konteks lingkungan hidup, hokum diharapkan menjadi pedoman agar tata kehidupan kita ini mendasarkan pada prinsip-prinsip kelestarian lingkungan (R Riswan et al., 2011). Kebiasaan masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) salah satunya tidak membuang sampah secara sembarangan. Terdapat dua jenis bencana akibat rusaknya daya dukung lingkungan. Pertama, kerusakan karena faktor internal yakni kerusakan yang berasal dari alam sendiri. Kedua, kerusakan karena factor eksternal yaitu kerusakan lingkungan yang berasal dari perilaku manusia, seperti limbah rumah tangga yang dibuang di sungai-sungai. Sikap mental atau perilaku merupakan salah satu faktor yang menimbulkan masalah sampah, sehingga sukar untuk dikendalikan (R Riswan et al., 2011). Pengelolaan sampah masih kurang mendapat penanganan yang optimal dari berbagai pihak, baik dari masyarakat setempat maupun pemerintah daerah. Penanganan yang kurang optimal akan menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti timbulnya banjir, timbulnya penyakit, sanitasi lingkungan memburuk, turunnya kandungan organik lahan pertanian, dan mempercepat terjadinya pemanasan global. Oleh karena itu diperlukanadanya komitmen bersama dalam pengelolaan sampah sehingga tidak menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan (Muchammad Tamyiz et al., 2018). ## KESIMPULAN DAN SARAN Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku ibu dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Oleh karena itu perlu adanya kesadaran dari masyarakat dalam pengelolaan sampah di lingkungan sekitar, guna mencegah timbulnya penyakit di Masyarakat. ## DAFTAR PUSTAKA Muchammad Tamyiz, Laily Noer Hamidah, Atik Widiyanti, & Ardhana Rahmayanti. (2018). Pelatihan Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Desa Kedungsumur, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo. Journal of Science and Social Development , 1 (2620 – 3200), 16 – 23. Ni Komang Ayu Artiningsih, Sudharto Prawata Hadi, & Syafrudin. (2012). Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (Studi Kasus di Sampangan & Jomblang, KotaSemarang). Serat Acitya , 1 (2302 – 2752), 107 – 114. Novita Sari. (2017). Pengetahuan, Sikap Dan Pendidikan Dengan Perilaku Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Bener Kecamatan Tegalrejo Yogyakarta. Jurnal Medika Respati , 12 (1907 – 3887). R Riswan, Henna Rya Sunoko, & Agus Hadiyarto. (2011). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Di Kecamatan Daha Selatan. Jurnal Ilmu Lingkungan , 9 (E-ISSN: 1829-8907), 31 – 38. Sri Subekti. (2010). Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3r Berbasis Masyarakat. Prosiding Seminar Sains Nasional Dan Teknologi , 1 (1), 1 – 30. Syafrida Hafni Sahir. (2022). Metodologi Penelitian (M. S. Dr. Ir. Try Koryati, Ed.; Vols. 978- 623-6155-06 – 6). Penerbit KBM Indonesia. Wuri Sulistiyorini Purwanti, Sumartono, & Bambang Santoso Haryono. (2015). Perencanaan Bank Sampah Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Di Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik , 5 (ISSN 2088-7469). Yahya Krisnawansyah. (2019). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle, di Kabupaten Solok. Jurnal Dialektika Publik , 3 (2621 – 2218).
c0ab302e-864a-43c1-b0d6-bb05d085d783
https://journal.uir.ac.id/index.php/ecej/article/download/9028/4156
CEEJ : VOL 1 NO 3 APRIL 2022 *E-ISSN : 2686-6129 ## CommunityEducation Engagement Journal http://journal.uir.ac.id/index.php/ecej Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 Omicron Melalui Penguatan Protokol Kesehatan Dan Pelatihan Pembuatan Strap Masker Lia Budi Tristanti 1* , Mohammad Roisul Umam 2 , Dimas Dwi Andi Alfian 3 , Dendys Cahya Ramadhani 4 , Alviki Yustria Jainuri 5 , Rika Dwi Anggreini 6 , Putri Nur Anggraini 7 , Zahra Salsabila 8 , Desta Fitri Herawati 9 , Laili Wulandari 10 , Amalia Ilmi Rosidi 11 , Dita Pristyaningsih 12 , Sindy Damayanti 13 , Ainun Hidayati 14 , Ahmad Fuady 15 , Tri Handono 16 STKIP PGRI Jombang [email protected] 1 ## ABSTRAK Upaya patuh pada protokol kesehatan sebenarnya sudah dilakukan pemerintah melalui perangkat desa yaitu Kepala desa Rejoslamet Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang beserta jajarannya. Upaya yang dilakukan perangkat desa salah satunya adalah memasang poster himbauan menggunakan masker. Namun kesadaran masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan masih tergolong kurang. Hal tersebut dimungkinkan karena minimnya pegetahuan dan pemahaman masyarakat akan bahaya Covid-19 varian omicron. Oleh karena itu, dilaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat yang berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang covid-19 omicron melalui penguatan patuh protokol kesehatan dan pelatihan pembuatan strap masker di desa Rejoslamet Mojowarno. Tujuan pengabdian adalah peningkatan pengetahuan masyarakat tentang covid-19 varian omicron, masyarakat lebih patuh pada protokol kesehatan dengan perilaku hidup sehat dan menggunakan masker serta masyarakat dapat membuat strap masker dengan bahan yang mudah didapat, ekonomis, ramah lingkungan dan mudah cara pembuatannya secara mandiri. Metode yang digunakan yaitu program edukasi dan pelatihan. Mitra dampingan adalah ibu-ibu PKK. Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah program edukasi dan pelatihan (pre dan post test). ## ABSTRACT Efforts to comply with health protocols have been carried out by the government through village officials, namely the Head of Rejoslamet Village, Mojowarno District, Jombang Regency and his staff. One of the efforts made is to put up posters calling for the use of masks. However, public awareness to comply with health protocols is still low. This was possible due to the lack of public knowledge and understanding of the dangers of the Omicron variant of the Covid-19 virus. Therefore, community service activities were carried out that focused on increasing public knowledge about the covid-19 omicron through strengthening compliance with health protocols and training on making mask straps in the village of Rejoslamet Mojowarno. The purpose of this service is to increase public knowledge about the omicron variant of covid-19, people are more obedient to health protocols with healthy living behavior and use masks and the community can make mask straps with materials that are easily available, economical, environmentally friendly and easy to make independently. . The method used is education and training programs. Assisted partners are PKK women. Evaluation was carried out before and after the education and training program (pre and post test). Pre and post test data are used to describe the knowledge level of partners. The result of implementing community service is that there is Data pre dan post test digunakan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan mitra. Hasil pelaksanaan pengabdian pada masyarakat adalah terdapat peningkatan pengetahuan ibu-ibu PKK Desa Rejoslamet tentang covid-19 omicron, dengan peningkatan sebesar 84%. Kata Kunci: Pengetahuan, Covid-19 Omicron , Protokol Kesehatan, Pelatihan, Strap Masker an increase in the knowledge of PKK women in Rejoslamet Village about the covid-19 omicron, with an increase of 84%.. Keyword: Knowledge, Covid-19 Omicron, Health Protocol, Training, Mask Strap Receiv Received Maret 2022* Accepted Maret 2022* Publish April 2022, Volume 3 Nomor 2 DOI : https://doi.org/10.25299/ceej.2022. ## PENDAHULUAN Permasalahan covid-19 masih belum teratasi secara tuntas hingga pada awal Januari 2022. Ditandai dengan munculnya Covid-19 varian Omicron diakhir tahun 2021. Dalam menanggapi permasalahan tersebut, pemerintah mengeluarkan peraturan atau kebijakan berupa protokol kesehatan penanganan Covid-19 untuk mencegah pertambahan jumlah kasus (Kementerian Luar Negeri, 2020), Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid19 (Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia, 2020), program vaksinasi Covid-19 (Kementerian Kesehatan RI, 2021), dan Ketentuan Perjalanan Dalam Negeri saat Masa Pandemi COVID-19 (SE Satgas Penanganan COVID-19, 2021) Upaya pemutusan mata rantai penyebaran covid-19 varian omicron memerlukan pemahaman dan pengetahuan yang baik dari seluruh elemen termasuk masyarakat. Pengetahuan merupakan domain penting dalam pembentukan perilaku (Donsu, 2017). Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, tingkat pendidikan, umur, sosial budaya dan lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Terkait kasus covid-19 omicron, masyarakat sangat memerlukan pengetahuan terkait covid-19 omicron. Pengetahuan tersebut sebagai dasar masyarakat dalam berperilaku untuk mencegah virus covid-19 omicron. Dokter Yudhi Wibowo (ahli epidemiologi lapangan UNSOED) mengingatkan bahwa pada 2022 sosialisasi pentingnya protokol kesehatan harus terus diperkuat (Rostanti, 2021). Perlu meningkatkan kewaspadaan namun masyarakat tidak perlu panik, melainkan harus disiplin dalam cuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan menjaga pola hidup sehat dan bersih. Untuk menyikapi hal tersebut perlu meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat untuk terus berperan aktif dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Abdul Halim Iskandar (Mendes PDTT) menyampaikan bahwa mulai adanya penurunan penggunaan masker di masyarakat desa sehingga penularan COVID-19 semakin massif dan meningkat (Anam, 2021). Post vaksinasi covid-19, adanya masyarakat yang tidak mematuhi protokol kesehatan (Mulyawan dkk, 2021). Hal tersebut juga terjadi di desa Rejoslamet bahwa patuh protokol kesehatan masih minim penerapannya dan cenderung menurun setelah vaksinasi. Sebagian masyarakat saja yang menyiapkan peralatan cuci tangan di depan rumah, anak-anak maupun orang tua ketika beraktivitas di luar rumah tidak ada yang memakai masker (Gambar 1). Maka dari itu Kami bersama tim bertujuan membantu masyarakat Desa Rejoslamet untuk dapat menerapkan perilaku hidup sehat di era pandemi dengan cara lebih patuh pada protokol kesehatan. Tim pengabdi mengadakan program penguatan patuh protokol kesehatan dengan bahasa yang mudah dipahami, serta pelatihan pembuatan strap masker dengan bahan yang mudah didapat, ekonomis, ramah lingkungan dan mudah pembuatannya sebagai upaya pencegahan penularan covid-19 varian omicron. Gambar 1. Warga Tidak Menggunakan Masker dalam Acara Pengajian Rutin Penyebaran covid-19 ini bukan hanya karena kebijakan pemerintah yang kurang konsisten dalam pemberlakuan PSBB tetapi juga dipicu oleh perilaku kebiasaan hidup sehat yang diabaikan oleh masyarakat (Wahyunik, S., & Rohmah, 2021). Ketidakpatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan sebagian besar karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap seberapa mereka rentan tertular COVID-19 varian Omicron, seberapa berbahayanya penyakit akibat Covid-19 varian Omicron, bagaimana cara pencegahannya dan kurangnya petunjuk untuk bertindak. Oleh karena itu, dilaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang covid-19 omicron melalui penguatan patuh protokol kesehatan dan pelatihan pembuatan strap masker di desa Rejoslamet Mojowarno.Tujuan dari pengabdian ini adalah: 1. Peningkatan pengetahuan Masyarakat tentang covid-19 varian omicron. 2. Masyarakat lebih patuh pada protokol kesehatan dengan perilaku hidup sehat dan menggunakan masker. 3. Masyarakat dapat membuat strap masker dengan bahan yang mudah didapat, ekonomis, ramah lingkungan dan mudah cara pembuatannya secara mandiri. Mitra dampingan yang menjadi sasaran dalam kegiatan ini adalah ibu-ibu PKK Desa Rejoslamet, Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Alasan pemilihan subjek dampingan adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan. Upaya patuh pada protokol kesehatan sebenarnya sudah dilakukan pemerintah melalui perangkat desa yaitu Kepala desa Rejoslamet beserta jajarannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memasang poster himbauan menggunakan masker sebagaimana pada Gambar 2. Namun kesadaran masyarakat Desa Rejoslamet untuk mematuhi protokol kesehatan masih tergolong kurang. Hal tersebut dimungkinkan karena minimnya pegetahuan dan pemahaman masyarakat akan bahaya Covid-19 varian omicron. ## Gambar 2. Poster Himbauan Menggunakan Masker ## METODE PELAKSANAAN Kegiatan PkM ini berfokus pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang covid-19 omicron melalui penguatan patuh protokol kesehatan dan pelatihan pembuatan strap masker di desa Rejoslamet Mojowarno. Metode pelaksanaan PkM yang ditawarkan sebagai solusi dari masalah yang ada di Desa Rejoslamet adalah Program edukasi dan Pelatihan. Tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut: 1. Persiapan Menyusun bahan atau materi yang disampaikan kepada peserta, melakukan persiapan terkait agenda pertemuan dengan pihak desa, menyusun dan mendiskusikan agenda pelaksanaan kegiatan pengabdian, melaksanakan kegiatan pengabdian sesuai dengan agenda yang telah disepakati bersama. 2. Program edukasi Program edukasi berupa penyuluhan untuk menumbuhkan kepatuhan masyarakat pada protocol kesehatan guna memutus dan mencegah mata rantai penyebaran covid-19 omicron. Selain itu juga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang covid-19 omicron. Peserta pengabdian ini adalah ibu-ibu PKK Desa Rejoslamet, Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang. Metode yang dilakukan meliputi penyuluhan, pemberian pre tes, persentasi, diskusi, tanya jawab, serta pemberian post test. Alat dan bahan dan yang digunakan meliputi ATK, LCD, materi dan poster. 3. Pelatihan Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan skill dalam membuat strap masker dengan bahan yang mudah didapat, ekonomis, ramah lingkungan dan mudah cara pembuatannya secara mandiri. Proses pelatihan dilengkapi oleh penayangan video pembuatan strap masker sebagai sarana penunjang agar peserta lebih memahami proses pembuatannya. Peserta adalah ibu-ibu PKK yang memiliki daya nalar dalam menerima intervensi berupa materi tentang covid-19 omicron dan tahapan pelatihan dalam membuat strap masker. Metode yang digunakan meliputi presentasi, diskusi, simulasi/peragaan dan tanya jawab. Bahan dan alat yang digunakan: tali, manik-manik, stopper, ring, kodokan, kait udang, tali senar, gunting dan tang. 4. Evaluasi Pada tahapan ini, tim PKM melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dengan memberikan soal pre dan post test. Data pre dan post test digunakan untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan mitra. Berikut teknik analisis tingkat pengetahuan: a. Setelah data pre dan post test terkumpul, maka dihitung skor pengetahuan Skor Pengetahuan = banyak soal yang dijawab benar × banyak partisipan yang menjawab benar b. Sebelum menentukan tingkat pengetahuan, terlebih dahulu ditentukan Persentase Skor Pengetahuan = Skor Pengetahuan skor maksimum × 100% c. Interpretasi pengetahuan menurut Nursalam (2016) sebagaimana Tabel 1 Tabel 1. Interpretasi pengetahuan Kategori Pengetahuan 𝐏𝐞𝐫𝐬𝐞𝐧𝐭𝐚𝐬𝐞 𝐒𝐤𝐨𝐫 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐞𝐭𝐚𝐡𝐮𝐚𝐧 Baik 76 % - 100 % Cukup 56 % - 75 % Kurang < 56 % ## HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan PkM ini berlangsung pada tanggal 15 Januari 2022, bertempat di Balai Desa Rejoslamet, Kec. Mojowarno, Kab. Jombang yang diikuti sebanyak 22 peserta. Sebelum kegiatan PkM ini dilaksanakan, tim pengabdi melakukan observasi dan survei lokasi untuk menentukan permasalahan mitra yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam membuat strap masker dengan bahan yang mudah didapat, ekonomis, ramah lingkungan dan mudah cara pembuatannya secara mandiri. Berikut uraian pelaksanaan pengabdian: 1. Persiapan Tim mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pengabdian, mulai dari bahan, alat, materi, transportasi, akomodasi serta sarana dan prasarana yang dibutuhkan pada saat pengabdian 2. Program edukasi Program edukasi ini berupa pengutan mengenai pentingnya menerapkan protocol kesehatan dan cara membuat strap masker. Gambar 3 adalah foto kegiatan tahap program edukasi ## Gambar 3. Pengutan Pentingnya Menerapkan Protocol Kesehatan ## 3. Pelatihan Pelatihan berupa praktek pembuatan strap masker. Berikut adalah foto kegiatan dalam pembuatan strap masker (Gambar 4) dan hasil skrap masker (Gambar 5). Gambar 4. Praktek Pembuatan Strap Masker ## Gambar 5. Strap Masker yang Dihasilkan ## 4. Evaluasi Kegiatan ini dimulai dengan pengisian pretest untuk mengetahui pengetahuan awal ibu-ibu PKK terkait dengan Covid-19 omicron dan membuat strap masker. Kemudian akhir kegiatan ini adalah pengisian post test. Berikut adalah hasil pre dan post test pengetahuan peserta mengenai Covid-19 Omicron Tabel 2. Hasil Pretest dan postest No Pertanyaan Pretest Posttest Jawaban Benar Jawaban Salah Jawaban Benar Jawaban Salah 1 Jelaskan yang dimaksud Covid- 19? 1 21 20 2 2 Jelaskan yang dimaksud Covid- 19 omicron? 0 22 18 4 3 Negara mana yang pertama kali menemukan Covid-19 omicron? 2 20 21 1 4 Bagaimana cara penularan Covid-19 omicron? 2 20 21 1 5 Jelaskan perbedaan Covid-19 omicron dan Covid-19 delta? 4 18 22 0 6 Sebutkan gejala Covid-19 omicron yang dirasakan penderitanya! 0 22 22 0 7 Kapan harus mencari pertolongan medis jika penderita mengalami gejala Covid-19 omicron? 2 20 21 1 8 Sebutkan langkah-langkah 4 18 22 0 dalam mencegah agar tidak terpapar Covid-19 Omicron? 9 Apa itu protocol kesehatan? 2 20 21 1 10 Sebutkan langkah-langkah mencuci tangan! 4 18 22 0 11 Setiap orang wajib menjaga jarak setidaknya sejauh ….. meter 1 21 22 0 12 Setelah melakukan vaksinasi covid 19, apakah harus tetap menerapkan protocol kesehatan? 10 12 22 0 13 Sebutkan protokol kesehatan 6M! 1 21 20 2 14 Sebutkan perbedaan rapid test dengan swab test! 1 21 18 4 15 Cara menggunakan masker di bawah ini yang benar adalah 2 20 22 0 Skor 36 314 Skor Maksimal (15  22) 330 Berdasarkan Table 2, Skor pretest adalah 36 dan skor prosttest adalah 314. Sedangkan persentase skor pretest adalah 11%, dan persentase skor prosttest adalah 95%. Sehingga tingkat pengetahuan mitra saat pretest adalah kurang dan tingkat pengetahuan mitra saat posttest adalah baik. Hal tersebut menampakan bahwa pengetahuan masyarakat Desa Rejoslamet khususnya ibu-ibu PKK mengalami peningkatan, dengan peningkatan sebesar 84%. Sehingga masyarakat Desa Rejoslamet merupakan bagian dari 99% masyarakat Indonesia mempunyai pengetahuan yang baik (Yanti et al, 2020). Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat menjadi salah satu sarana masyarakat untuk belajar meluruskan pengetahuan dan perilaku yang masih negative. Hal tersebut sesuai dengan teori Model Pengetahuan-Sikap-Perilaku, bahwa pengetahuan merupakan faktor esensial yang dapat mempengaruhi perubahan, pengetahuan, perilaku dan ketrampilan melalui proses belajar (Liu et al, 2016). Seseorang yang memiliki suatu informasi, maka akan mampu mengambil dan menentukan keputusan dalam menghadapi suatu permasalahan. sehingga, saat seseorang memiliki informasi terkait covid 19, maka akan mampu menentukan bagaimana harus berperilaku dalam menghadapi covid-19 tersebut (Ahmadi, 2013). ## SIMPULAN Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian pada masyarakat, adanya peningkatan pengetahuan ibu-ibu PKK Desa Rejoslamet sebesar 84%. Begitupula dengan keterampilan ibu-ibu PKK mengenai pembuatan skrap masker yang dapat dilihat dari responsibilitas pada saat praktek. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang Covid 19 Omicron berada pada kategori baik. Kondisi seperti ini menjadi kekuatan dan potensi yang baik bagi pemerintah Desa Rejoslamet dalam program pencegahan dan penanganan Covid-19 Omicron. Disarankan kepada masyarakat agar dapat memperkuat kepatuhan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pemantauan terhadap pemutusan penyebaran covid 19 omicron agar tidak terjadi penambahan jumlah kasus yang serius ## PETA LOKASI MITRA SASARAN Desa Rejoslamet berada di Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur dan berjarak 15.8 KM dari STKIP PGRI Jombang. Berdasarkan penjelasan di Peta, untuk sampai ke Desa Rejoslamet dari STKIP PGRI Jombang membutuhkan waktu lebih kurang 26 menit melalui Jl Raya Menganto. ## DAFTAR PUSTAKA Ahmadi (2013). Kesehatan Masyarakat, teori dan aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Anam, K. (2021). Mendes Akui Ada Penurunan Kesadaran Pakai Masker di Desa. https://news.detik.com/berita/d-5650449/mendes-akui-ada-penurunan-kesadaran- pakai-masker-di-desa Donsu, J, D, T. (2017).Psikologi Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Kementerian Kesehatan RI. (2021). Data Vaksinasi Covid-19. Kemenkes.go.id Kementerian Luar Negeri. (2020) Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia Terkait Wabah Covid-19. Retrived date, 8(09), 2020. Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Jakarta Liu, L., Liu, Y. P., Wang, J., An, L. W., & Jiao, J. M. (2016). Use of a knowledge- attitude-behaviour education programme for Chinese adults undergoing maintenance haemodialysis: Randomized controlled trial. Journal of International Medical Research, 44(3), 557-568. Mulyawan, A., Sekarsari, R., Nuraini, N., & Budi, E. (2021). Gambaran Tingkat Kepatuhan Masyarakat Dalam Penerapan Protokol Kesehatan Post Vaksinasi Covid-19. Edu Dharma Journal: Jurnal penelitian dan pengabdian masyarakat, 5(2), 43-51. Notoatmodjo, S. (2010).Ilmu Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka cipta Nursalam, (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. edisi 4. Jakarta: Salimba Medika Rostanti, Q. (2021). Epidemiolog Sebut Sosialisasi Prokes Perlu Terus Diperkuat pada 2022. https://www.republika.co.id/berita/r4vs21425/epidemiolog-sebut-sosialisasi- prokes-perlu-terus-diperkuat-pada-2022 SE Satgas Penanganan COVID-19 (2021). Surat Edaran (SE) Satgas Penanganan COVID-19 Nomor 16 Tahun 2021 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Wahyunik, S., & Rohmah, N. R. (2021). Sosialisasi dan Pelatihan Pembuatan Face Mask Sebagai Upaya Pencegahan Penularan Covid-19 di Desa Sidoharjo Tanjunganom Nganjuk. Janaka, Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(2), 19-30. Yanti, B., Mulyadi, E., Wahiduddin, W., Novika, R. G. H., Arina, Y. M. D. A., Martani, N. S., & Nawan, N. (2020). Community Knowledge, Attitudes, And Behavior Towards Social Distancing Policy As Prevention Transmission Of COVID-19 In Indonesia. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 8, 4-14. .
26f6ac91-5920-4c32-8e85-115082484b83
https://jurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.php/maw/article/download/883/331
Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 Manajemen Diversity dan Kesetaraan dalam Lembaga Pendidikan Islam: Suatu Analisis Realitas Sosial Ivan Riyadi Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang, Indonesia [email protected] ## Abstract This article is written based on consideration of the reality of students as a diversity and equality community that is unique to discuss, often also occurs in Islamic educational institutions in diversity that can be solved by diversity management and equality that have a spirit of togetherness and vision of unity. To get a complete picture in this article, a qualitative approach to the design of literature research is used. The results show that diversity management and equality can be a solution to create peace in the school's scope of diversity. The relationship of educational institutions to the community is an effort that can be felt in creating harmony among ethnic groups. Keywords; Diversity, management, Islamic Education, Equality. ## Abstrak Artikel ini ditulis berdasarkan pertimbangan pada realitas peserta didik sebagai masyarakat yang diversity dan kesetaraan yang unik untuk dibahas, kerap juga terjadi pada lembaga pendidkan Islam dalam keragaman yang dapat diselesaikan dengan manajemen diversity dan kesetaraan yang memiliki semangat kebersamaan dan visi kesatuanl. Untuk mendapatkan gambaran yang utuh dalam artikel ini, maka digunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian literatur. Hasil penelitian menujukkan bahwa manajemen diversity dan kesetaraan bisa menjadi solusi untuk menciptakan kedamaian diruang lingkup sekolah dalam keragaman. Hubungan lembaga pendidikan terhadap masyarakat merupakan usaha yang dapat dirasakan manfaatnya dalam menciptakan kerukunan antar etnis kelompok. ## Kata Kunci: Diversity, Manajemen, Pendidikan Islam, Kesetaraan. ## Accepted: 21-10-2019; published: 30-12-2019 Citation: Wahyu Kurniawan, ‘Sumber Kejahatan dalam Perspektif Psikologi Islam’, Mawa’izh: Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan , vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 ## Pendahuluan ndonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keragaman budaya, suku, bahasa, adat dan keyakinan. Nusantara terdiri secara garis besar yaitu struktur kesukuan, tingkat pendidikan, letak wilayah daerah. Keragaman tersebut dalam dunia pendidikan merupakan hal positif untuk menjadikan kekayaan khasah disiplin keilmuan. Keragaman di Nusantara terbingkai dalam Pancasila membentuk kerukunan, kedamaian, memfasilitasi suatu perbedaan, kesenjangan walaupun berbeda tetap satu. Namun tanpa menafikan fenomena konflik yang terjadi pada masyarakat mencederai makna Pancasila. Fenomena konflik mengganggu kerukunan masyarakat yang hidup damai sesuai dengan citi-cita leluhur. Keragaman dalam masyarakat sekolah bersifat multidimensi, terdiri dari berbagai suku, strata pendidikan orang tua, ekonomi, profesi orang tua, keluarga yang lengkap, keluarga brokenhome . Keragaman dan keseteraan peserta didik dalam Lembaga pendidikan yang dikelola dengan baik mampu merumuskan kebudayaan Indonesia. Lembaga pendidikan Islam mengambil peran penting dalam merumuskan kebudayaan nasional. Kebudayaan nasional dapat dirumuskan dengan suatu sistem dan gagasan perlambang yang menjadikan bagian identitas dari masyarakat Indonsia. Peserta didik merupakan warna negara Indonsia yang mencerminkan identitas bangsa Indonesia untuk saling mengenali dalam kesetaraan dengan tujuan untuk memperkuan solidaritas saudara sesama bangsa dan budaya. Keragaman dan kesetaraan peserta didik yang tersusun dalam tradisi dan budayanya membuktikan bahwa Indoseia adalah negara yang kuat dan negara yang berpeluang dalam potensi kemajuan. Akan tetapi kekayaan Indonesia yang tidak bisa dikelola dengan baik akan menimbulkan perbedaan rasa, rasa yang tidak adil akan menimbulkan konflik di masyarakat. Konflik terjadi akan menimbulkan dan mengancam sendi-sendi nasionalisme dan rasa persatuan. Peserta didik merupakan bagian dari unsur pembentuk sistem sosial masyarakat sekolah yang beragama dan kesetaraan. Kelompok-kelompok etnik dalam lingkup sekolah memiliki kebudayaan dalam batas-batas sosial budaya yang menandai identitas dan eksistensi budaya masyarakat sekolah. Kebudayaan dalam masyarakat yang terjadi I Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 merupakan bagian dari atribut atau dengan kata lain ciri-ciri budaya yang menandai identitas. Diversity atau keragaman dalam konteks kesataraan pada Lembaga pendidikan sebagai contoh peserta didik berasal dari orang jawa maka mereka disebut suatu kelompok etnik dan memang secara budaya orang jawa berbeda sama orang Madura. Dalam contoh lain peserta didik berasal dari orang jawa timur, tentunya orang Jember berbeda dengan orang Surabaya karena berbeda secara kultural, walaupun orang Jember dan Surabaya sama-sama orang yang berasal dari Jawa Timur. Dengan perbedaan ini maka orang jawa dan madura, orang jember dan Surabaya merupakan berbeda secara kultural sehingga disebut sebagai kelompok etnik. Diversity dalam kesuku bangsaan akan selalu hadir dalam konteks masyarakat yang bermacam kultural dan kelompok etnik. lembaga pendidikan harus memahami dan mengerti terhadap realitas yang terjadi pada masyarakat Indonesia bahwa perbedaan dan kemajemukan yang ada di Nusantara merupakan suatu keniscayaan keberadaannya karena Indonesia yang kaya akan adanya suku bangsa, etnis dan budaya. Pada proses pendidikan yang terjadi pada Lembaga pendidikan merupakan bagian dari individu peserta didik dalam kelompok etnik akan menggunakan atribut- atribur sosial budaya seperti berbahasa, gestur berbicara yang mewakili dari kelompok tertentu. Sehingga Lembaga pendidikan harus memahami dengan adanya perbedaan tersebut. Sebagai contoh, pengaruh daerah sub tropis terhadap pola kerja manusia akan berbeda dengan daerah tropis. Pada daerah sub tropis ada musim dimana manusia kurang atau tidak dapat bekerja secara penuh, terutama pada musim dingin, sehingga keadaan ini memaksa manusia daerah sub tropis untuk mempersiapkan cadangan makanan untuk musim dingin. Demikian pula masyarakat di daerah gersang akan terpaksa bekerja lebih keras untuk mempertahankan hidupnya dibandingkan dengan daerah subur. 1 Konsep manajemen dalam pendidikan digunakan sebagai pendekatan dalam pengelolaan mutu pendidikan. Peran pendidikan pada hakikatnya ditafsirkan sebagai 1 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya (Penerbit Universitas Indonesia, 1985). Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 perubahan sosial dan pusat peradaban. 2 Hasil penelitian Heyneman dalam Supriadi 34 mengemukakan bahwa, kemajuan sebuah bangsa dan perubahan sosial sangat ditentukan oleh pelaksanaan mutu pendidikan pada konteks tersebut pendidikan menjadi yang tempat strategis dan untuk mengantarkan cita-cita ideal dimaksud, maka dibutuhkan sistem manajemken strategis dalam pengelolaan pendidikan. Pendidikan dalam konsep pengembangan masyarakat merupakan dinamisasi dalam pengembangan manusia yang beradab. Pendidikan tidak hanya terbatas berperan pada pengalihan ilmu pengetahuan ( Transfer of knowledge ) saja, namun juga berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Dari fungsi dan tujuan pendidikan ini diharapkan manusia Indonesia adalah manusia yang berimbang antara segi kognitif, afektif, dan psikomotor, dan dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional. Adapun kegelisahan akademik dalam penelitian ini adalah terjadinya konflik dalam sendi-sendi masyarakat yang belum terselesaikan dan harus mendapatkan jalan keluar dan solusinya yang dimulai pada manajemen Lembaga pendidikan Islam. dari fokus permasalahan tersebut, yaitu 1) Apa saja keragaman dan kesetaraan lembaga Pendidikan Islam dan 2) Bagaimana manajemen diversity dan kesetaraan peda peserta didik. Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah merumuskan tentang manajemen diversity dan kesetaraan peserta didik yang memberikan kontribusi terhadap lembaga pendidikan Islam. Peran manejemen diversity pendidikan dan memberikan rumusan hubungan signifikan diversity dan kesetaraan dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang ada pada dataran empirik akan 2 Karel A. Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam Dalam Kurun Moderen (Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1986). 3 Supriadi, D. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Jakarta: (Adicita Karya Nusantara, 1999). 5 Sri Winarsih, ‘Kebijakan dan Implementasi Manajemen Pendidikan Tinggi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan’, Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan 15, no. 2 (24 June 2017), p. 51–66, https://doi.org/10.21154/cendekia.v15i2.1005. Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 dapat sebagai salah satu upaya memahami dan melihat wujud prilaku peserta didik yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. ## Metode Penelitan Artikel ini menggunakan metode studi literatur ( literature study ), pencarian hasil riset ataupun sebuat teori yang berkaitan dengan pembahasan dalam artikel yang sedang dikaji. Sehingga teori-teori dan hasil penelitian tentang manajemen pendidikan Islam, teori masyarakat majemuk, interaksi antropologi, agama dan sosial. Adapun referensi diperoleh melalui laporan penelitian khususnya yang sudah dipublikasikan, jurnal nasional ataupun artikel internasional, buku, adapun prosedur dalam penelitian literatur tersebut melalui tiga tahapan yaitu; pertama pengumpulan, keduaadalisis data, ketiga penarikan kesimpulan. Tanpa ingin mengklaim sebagai kemutlakan kebenaran hasil kajian, kita juga dituntut berupaya menemukan rumusan tentang definisi agama, dari pendekatan kebahasaan hingga tinjauan istilah, secara substansial maupun fungsional. ## Kajian Literatur Dalam jurnal Jenny Maria Fatimah dengan judul Komunikasi Keluarga Meningkatkan Akses Pendidikan Bagi Kesetaraan Anak Perepuan Dalam Lingkaran Kemiskinan. Kesetaraan melalui komunikasi tak terlepas dari peranan dominan orang tua dan komunikasi sehingga meningkatkan pendidikan untuk anak. 6 Sebagaimana Setudi Purwanto menemukan bahwa budaya yang kuat dibangun melalui beberapa aspek, antara lain; komitmen ( commitment ), kemampuan (kopetence ), perpaduan ( cohesion ) dan konsistensi ( konsistency) . Kondisi tersebut harus dapat dilaksanakan secara konsisten, sebagaimana yang telah disepakati bersama dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. 7 Dalam jurnal Abd Somad dengan judul Selayang Pandang tentang Antropologi Pendidikan. Masyarakat ( society ) dan kebudayaan ( culture ) saling bergantung satu sama lain. Masyarakat tidak mungkin merupakan satu kesatuan fungsional tanpa kebudayaan, demikian pula sebaliknya. Individu-individu hanya sebagai medium ekspresi 6 Jenny Maria Faimah, ‘ Komunikasi Keluarga Meningkatkan Akses Pendidikan Bagi Kesetaraan Anak Perepuan Dalam Lingkaran Kemiskinan ’, Jurnal Mimbar , Makassar, 2014, p. 199. 7 Iwan Purwanto, ‘ Manajemen Strategi ’, (Bandung: Yrama Widya, 2008). Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 kebudayaan dan melangsungkannya dengan pendidikan terhadap generasi berikutnya. Implementasi. 8 Kemudian jurnal yang ditulis oleh M. Dimyati Huda Eneng Fauziah dengan judul Pendekatan Antropologis dalam Studi Islam. Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Antropologi adalah suatu disiplin ilmu yang membawa pengertian world view yang bergantung kepada perspektif saintifik, aliran falsafah atau kepercayaan agama seseorang. Dengan world view inilah seseorang dapat memahami diri dan dunianya. Dengan mempelajari antropologi, kita bisa menyadari keragaman budaya umat manusia dan pengaruh dalam pendidikan. 9 Pada hakekatnya setiap kebudayaan adalah unik atau tidak sama dengan kebudayaan yang lain, bahwa setiap masyarakat mempunyai kebudayaan masing-masing dan bahwa setiap agama untuk dapat berpijak di bumi hidup dan berkembang serta lestari dalam masyarakat haruslah menjadi pedoman yang diyakini kebenarannya bagi kehidupan suatu masyarakat. 10 itu harus sanggup mengubah masyarakat untuk dibawa ke arah cita-cita. Untuk dapat hidup dan berkembang serta lestari dalam masyarakat, agama harus menjadi kebudayaan bagi masyarakat. Karena setiap masyarakat memiliki kebudayaan yang digunakan sebagai pedoman untuk mengelola atau manajemen pendidikan dalam lingkungan hidup, kebutuhan sosial. 11 Secara garis besar Jurusan Manajemen Pendidikan Islam berkonsentrasi pada manajemen pendidikan Islam, supervisi pendidikan Islam, pemikiran pendidikan Islam serta bimbingan konseling pendidikan Islam. Sedangkan Jurusan PAI konsentrasi utamanya pada profesi pengajar atau Keguruan. Salah satu tujuan utama Jurusan MPI adalah menghasilkan praktisi kependidikan Islam yang profesional dan memiliki komitmen terhadap keunggulan kompetensi, kompetitif, dan inovatif. Secara spesifik 8 Abd Shomad, ‘ Selayang Pandang Tentang Antropologi Pendidikan Islam ’, Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (2004). 9 M. Dimyati Huda, ‘Pendekatan Antropologis Dalam Studi Islam’ , Didaktika Religia 4, no. 2 (2016): p. 139–62. 10 Parsudi Suparlan, ‘Pendidikan Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi’ , (Bandung: Nuansa, 2001). 11 Harun Nasution et al., Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antar disiplin Ilmu (Diterbitkan atas kerja sama Pusjarlit dengan Nuansa, 1998). Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 orientasi profesi alumni MPI adalah menjadi; 1) Manajer LembagaPendidikan Islam (LPI), 2) Konsultan manajemen Lembaga Pendidikan Islam, 3) Praktisi lembaga pendidikan Islam (tenaga kependidikan Islam), 4) Peneliti di bidang kependidikan Islam, 5) Tenaga edukatif kependidikan Islam. 12 ## Hasil dan Pembahasan Manajemen diversity dan kesetaraan pada Lembaga pendidikan Islam yang harus disadari oleh orang Indonesia bahwa pelajar yang terdiri dari golongan dominan dan minoritas. Dalam hal ini dapat dilihat sebagaiman fenomena yang terjadi dalam masyarakat melalui interaksi antar masyarakat di lingkungan sekolah. Peserta didik merupakan bagian dari masyarakat luas yang memiliki keragaman kelompok etnis, adat istiadat, tradisi, bahasa, kesenian, kesamaan leluhur, asal usul daerah yang menjadi pusat perhatian dalam melaksanakan demokrasi. Manajemen diversity pada peserta didik dapat dilakukan dengan cara menerapkan ide-ide pluralisme dan multikultural dalam lembaga pendidikan Islam. Multikulturalisme merupakan paham yang terdiri dari keragaman. Dalam keragaman dengan cara menyikapi dengan saling hormat menghormati, Saling mengerti, mengutamakan kebersamaan dalam bingkai perdamaian dan terhindar dari konflik yang berkepanjangan. 13 Maka dalam hal ini manajemen diversity diawali di lembaga pendidikan yang menciptakan peserta didik yang memiliki sikap keragaman, memperhatikan kebersamaan, atau hanya memperhatikan kesamaan. Salah inti dari pendidikan multikultural adalah pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia. 14 Dalam lembaga pendidikan harus menerapkan kebudayaan belajar yang saling menjaga perdamaian, toleransi, dan mengutamakan kesamaan baik kesamaan sebagai umat Islam maupun kesamaan sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang hadir dalam ruang lingkup kesamaan tanah air. 12 M. Misbah, ‘Reorientasi Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Antara Tenaga Kependidikan dan Tenaga Pendidik ’, Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan 16, no. 1 (30 July 2018): 83–101, https://doi.org/10.21154/cendekia.v16i1.1178. 13 Nganun Naim dan Achmad Sauqi. Pendidikan Multicultural Konsep dan Aplikasi , cet-ke 3(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011). p.125. 14 H.A.R Kekuasaan dan Pendidikan Suatu Tinjauan dan Perpektif Studi Kultural, Magelang: Indonesia, 2003), p. 171. Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 Peserta didik merupakan makhluk sosial dan berbudaya yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai pada diri peserta didik, karena nilai-nilai yang tertanam pada peserta didik merupakan dari bagian nilai-nilai kemanusiaan sendiri. Nilai-nilai kemanusiaan berupa moralitas yang dapat dipahami dari sudut pandang dari manapun. Jika dilihat dari sudur pandang fisiologis maka manusia mirip hewan, hewan mempunyai kepala telinga, kaki, maka secara fisik juga manusia mempunyai kesamaan yang dimiliki oleh hewan. Maka dalam hal ini yang menjadi informasi pengetahuan adalah manusia memiliki akal untuk berfikir tentang kemarin, hari ini dan esok hari. Manajemen diversity dan kesetaraan mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang dapat mengembalikan peserta didik sebagai manusia kepada fitrahnya. Fitrah seseorang peserta didik memiliki sisi baik dan sisi buruk, sisi kekurangan dan sisi anugrah kepintaran. Namun disisi lain manusia mempunyai fitrah kesempurnaan berusaha untuk menjadi insan kamil. Cara peserta didik untuk menyempurnakan diri yaitu dengan cara belajar dan mencari informasi terkait dengan hal-hal yang belum diketahui atau permasalahan yang belum terpecahkan. Dari pengetahuan tersebut menentukan proses penyempurnaan diri. Proses pembudayaan di lembaga pendidikan tersebut merupakan suatu cara untuk mencapai penyempurnaan diri. Peserta didik sebagai manusia yang hadir di muka bumi ini dalam keadaan tidak sempurna berperan. Maka ada kebudayaan yang harus diketahui oleh peserta didik yaitu kebudayaan yang dekat dengan syariat merupakan sesuatu yang baik disertakan sebagai kebudayaan yang menempel saja dianggap sebagi kearifan lokal. Namun demikian ada juga kebudayaan yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam. Keberagaman dalam kebudayaan merupakan fasilitas alam yang perlu dikaji dan dikembangkan dalam kesetaraan. Ada etika yang perlu dipahami oleh peserta didik untuk mempelajari dari makna keberagaman tersebut. Pada saat peserta didik mengetahui terhadap objektif identitas maka dalam proses terjadinya perubahan tersebut yang menjadi sebuat teori pembelajaran terbagi beberapa item pembahasan. Mulai dari media pembelajaran, materi ajar, metode, dan Teknik dalam pembelajaran. Manajemen diversity dan kesetaraan pada lembaga pendidikan Islam dapat dikelola dengan cara membina hubungan antar peserta didik. Hubungan tersebut dapat Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 dikembangkan dan dilestarikan. Maka hubungan antar peserta didik tersebut dapat dibina dengan cara memahami antar kebiasaan dan budaya kebiasaan yang menjadi norma pada setiap lingkungan peserta didik. Kebiasaan tersebut terjadi dengan sikap yang selaras dengan nilai-nilai norma agama. Sehingga terjadi sikap saling menghargai dan saling menghormati antar kelompok etnis peserta didik. Untuk meminimalisir terjadinya pergeseran dan persoalan pada dunia pendidikan yang berkutik pada masalah yang bukan pada substantif yang berpusat pada peserta didik. Persoalan Pendidikan jangan hanya dianggap melulu persoalan pedagogis, didaktis, metodis dan tidak menjadi masalah kebijakan sosial, sehingga pendidikan tidak lagi menjadi kebutuhan bersama. Untuk itu perlu analisa empiris tentang tugas pendidikan dalam konteks kehidupan masyarakat”. 15 Dalam konteks kehidupan masyakat sekolah pada lembaga pendidikan Islam bahwa perbedaan dan kesetaraan peserta didik yang harus ditarik kedalam konteks kebudayaan masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya nasional yan bersifat unik. Maka dalam lembaga pendidikan harus selalu mengikuti perkembangan pada isu-isu diversity yang berkembang untuk dilakukan perbandingan diversity dan kesetaraan baru yang bersifat tentatif. Lembaga pendidikan Islam selalu berproses dalam diversity dan kesetaraan dalam sejarah dan budaya tidak tercapai tujuan nasional tanpa memahami hakikat pada peserta didik. Karena sesungguhnya realitas keragaman adalah realitas kemanusiaan sendiri dalam dunia pendidikan. Konteks diversity terletak pada interpretasi dan prilaku sosial peserta didik oleh karena itu menghargai sangat diperlukan untuk menjaga kerukunan antar etnis, keturunan, dan kebiasaan. Sikap menghargai sebagai alat untuk mengerti realitas peserta didik di lingkungan sekolah yang merupakan miniatur dari diversity masyarakat Indonesia. Diversity dalam konteks perbedaan budaya yang tercermin dalam perasaan peserta didik merupakan suatu wawasan yang harus dipahami oleh banyak peserta didik lainnya. Karena bagi mereka yang merasakan hasil interaksi terhadap kemajemukan tentunya berbeda dengan yang tidak merasakan suatu simbol dari keragaman tersebut. Demikian pula dalam sudut pandang psikologi memahami keragaman berbeda dengan sudut pandang ekonomi, politik dan agama. 15 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Penerbit PT Rineka Cipta, 1990). Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 Sudut pandang agama adalah sebagai persoalan universal manusia. Bagi J.G.Frazzer, seperti penuturan Bahtiar, agama didefinisikan dengan penyembahan kepada kekuatan yang lebih agung dari pada manusia, yang dianggap mengatur dan menguasai jalannya alam semesta. 16 Sementara, Mehdi Ha’iri Yazdi berpendapat bahwa agama adalah kepercayaan kepada yang mutlak atau kepada kehendak mutlak sebagai kepedulian tertinggi. 17 Keragaman dalam sudut pandang agama merupakan sebuah keniscayaan yang hadir ditengah kehidupan manusia merupakan suatu perbedaan yang saling melengkapi dalam memenuhi kekurangan. Agama menganjurkan untuk selalu bekerjasama dalam kebaikan walaupun ditengah perbedaan. Kesetaraan dalam perbedaan merupakan keniscayaan yang dirasakan sebagai suatu persamaan dalam suatu masyarakat sekolah yang bagian kecil suatu bangsa. Pendidikan Islam merupakan suatu tugas penting dalam menjalankan fungsi-fungsi negara untuk mewujudkan kedamaian. Usaha lembaga pendidikan Islam untuk menemukan nilai-nilai kebenaran dan kekuatan yang terkandung pada keragaman peserta didik. Kekuatan yang dihasilkan dalam dunia pendidikan akan membentuk sikap saling percaya dan saling mempunyai kesamaan dalam perbedaan. Keragaman dalam kesetaraan pada lembaga pendidkan islam terdapat dua aspek yaitu manusia dan budaya. Pada dasarnya lembaga pendidikan Islam dihadirkan untuk membantu negara dalam menciptakan suatu kerukunan. Kedamaiaan dan kesetraan antar identitas. Sehingga mengarahkan kepada kehidupan bernegara yang berdaya saing sudah bergeser dari isu-isu perbedaan sosial. Dalam hal ini jelas bahwa persoalan keragaman dan kesetaraan mendapatkan pembahasan yang lebih secara empiris dalam dunia pendidikan. tanpa memahami keragaman peserta didik maka perkara pada pendidikan belum juga terselesaikan. ## Interaksi Diversity dan Kesetaraan peserta didik Interaksi dimulai ketika peserta didik sejak bayi. Bayi belajar berinteraksi terhadap lingkungan sekitar melalui komunikasi dengan manusia yang terjadi timbal 16 Amsal Bakhtiar, Filsafat Agama: Wisata Pemikiran dan Kepercayaan Manusia (RajaGrafindo Persada, 2007). 17 Mehdi Ha’iri Yazdi and Ilmu Hudhuri, ‘Prinsip-Prinsip Epistemologi Dalam Filsafat Islam , Ter’, Ahsin Mohammad ( Andung: Mizan, 1996). Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 balik. Dengan perkembangan dan pertumbuhan usia seseorang sering terjadi konflik dengan kelompok lainnya yang disebabkan oleh prilaku yang tidak sesuai dengan norma masyarakat. Sehingga perlu kesetaraan dalam keragaman yang dapat mengontrol dan mengarahkan peserta didik. Pendidikan menjadi faslitas dan gerakan yang berpijak kepada keberadaan agama dalam kehidupan manusia dengan membedakan apa yang mereka sebut sebagai common sense dan ' religious atau mystical event . Di dalam bahasa Latin terdapat kata religi yang berasal dari kata relegere dan religare . Relegere dapat diartikan berhati-hati, dengan maksud harus berpijak pada sejumlah aturan yang ketat. Kata religi bagi bangsa Roma menunjuk pada sikap kehati-hatian terhadap yang Maha Kudus, yang diyakini bersifat suci dan terhormat. 18 Kata relegere juga dapat diartikan mengumpulkan atau membaca, yang dimaksudkan adalah sejumlah aturan tentang cara pengabdian kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang harus dibaca. 19 Maka dalam hal ini perbedaan dalam memahami definisi agama sendiri merupakan suatu tanda kaya akan sebuah keilmuan. Lembaga pendidikan merupakan tempat dalam menuntut ilmu dan mengembangkannya agar menjadi peserta didik yang lebih bijak. Peserta didik dalam menuntut ilmu harus ditanamkan dengan pembudayaan yang lebilh memanusiakan dan menghormati peserta didik lainnya. Proses pembudayaan pada peserta didik diwali dengan cara hidup bersama. Kebersamaan dalam suatu sistem norma yang saling menghargai. Sehingga perbedaan dalam masyarakat dapat berjalan dengan tertib tanpa adanya konflik dan benturan antar kelompok. Peserta didik yang mengalami dalam menuntut jati diri ketika masih remaja. Remaja aset generasi mendatang bangsa Indonesia. Keberadaannya harus benar- benar diperhatikan dengan baik dan diarahkan kepada masa depan yang gemilang. Remaja selaku peserta didik harus mendapatkan haknya memperoleh pendidikan yang benar yang mempu membentuk pribadinya yang sempurna. 20 Remaja di usia anak sekolah merupakan masa-masa yang sangat rawan, labil dan mudah terpengaruh oleh 18 Sidi Gazalba, Islam Dan Perubahan Sosiobudaya: Kajian Islam Tentang Perubahan Masyarakat (Pustaka Antara, 1983). 19 Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya . 20 Fery Diantoro, ‘Manajemen Peserta Didik Dalam Pembinaan Perilaku Keberagamaan’, Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan 16, no. 2 (22 November 2018): 409–26, https://doi.org/10.21154/cendekia.v16i2.1207. Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 kondisi dan situasi sekelilingnya. Terjadinya kenakalan remaja akibat pergaulan yang salah. Internalisasi kesetaraan dalam Diversity Pada Lembaga Pendidikan Internalisasi kesetaraan dalam diversity bersifat terbuka yang menerima suatu terhadap nilai-nilai moral yang diciptakan oleh toko masyarakat atau adat yang menjadi warisan sosial. Warisan sosial merupakan isi kepribadian yang muncul dan diimplementasikan dalam kehidupan sehri-hari. Nilai-nilai moral yang hadir dan dijadikan pembudayaan dalam lembaga pendidikan dapat menterjemahkan tujuan dari pendidkan nasional yang diinternalisasikan. Proses internalisasi berlangsung sepanjang masa pertumbuhan dan perkembangan peserta didik di tengah lingkungan sekolah. Dengan pengalamannya tersebut, seseorang memiliki pengetahuan dan nilai-nilai ideal atau sistem nilai dan dinyatakan dalam perilaku. Sistem nilai tersebut dapat bersumber dari unsur-unsur kebudayaan, yang menurut Koentjaraningrat meliputi tujuh unsur, yakni: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem agama. Ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk memahami agama. Istilah agama dipahami sebagai sebuah sistem aturan tetap dan mengikat karena diyakini merupakan jalan hidup menuju suatu tujuan. 21 Maka dalam hal ini mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan pemahaman tentang manusia. Intenarnalisasi diterapkan melalui kurikulum dalam manajemen pendidikan. Materi sesuaikan dengan letak georafis suatu lembaga pendidikan. Sehingga potensi lokal masing-masing daerah dirangkum dalam proses internalisasi keragaman. Sehingga peserta didik dapat mengenali potensi budayanya sendiri, mengembangkan Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 budaya, menumbuhkan cinta tanah air. Guru mengajak peserta didik untuk mempelajari sesuatu dalam rangka suatu pelajaran di sekolah. Internalisasi kesetaraan dalam diversity berguna bagi peserta didik untuk membantu mereka memahami kehidupan nyata dalam lingkungan beserta segala masalahnya. Misalnya, siswa diajak ke museum, kantor, percetakan, bank, pengadilan, atau ke suatu tempat yang mengandung nilai sejarah atau kebudayaan tertentu. Dalam hal ini memberikan ilustrasi bahwa kajian perbedaan di Indonesia telah berhasil dibentuk dalam kebersamaan yang dimulai di lingkungan sekolah. Karena keragaman memiliki hubungan yang erat terhadap kebudayaan. Dalam menguraikan posisi keragaman di masyarakat Indonesia sebagai suatu keniscayaan sebagai negara kepulauan. Keragaman merupakan bagian dari banyak budaya yang di dalamnya terdapat kesetaraan dalam memiliki hak dan kewajiban. Kesetaraan tersebut dalam konsep agama merupaakan bagian dari mengalahkan ego. Nicholas Berdyaev memandang agama sebagai usaha untuk mengatasi keheningan guna melepaskan ego dari ketertutupannya, untuk mencapai kebersamaan dan keterakhiran. Selain itu, William james memaknakan agama sebagai perasaan, tindakan dan pengalaman masing-masing manusia dalam keheningannya. 22 Dalam pandangan tersebut merupakan pengakuan terhadap sifat-sifat pada manusia yang memiliki sikap egois. Di balik sikap egois ada kecakapan yang perlu dikembangkan pada peserta didik. Pengembangan kecakapan hidup terdiri dari: kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional (keterampilan) untuk bekerja. 23 Prinsip ini menitikberatkan pada lembaga pendidikan yang mampu berkomunikasi secara aktif dalam kebersamaan yang tertanam sifat saling percaya. Lembaga pendidikan hendaknya mempunyai program yang cukup lentur dan beradaptasi secara terus menerus dengan perubahan-perubahan layanan lembaga lain di masyarakat. Perkembangan keragaman merupakan bagian dari pengetahuan, tekhnologi, yang begitu cepat perlu diikuti dengan program yang relevan. Relevansi. Peran dan fungsi lembaga pendidikan ditentukan sesuai dengan kondisi masyarakat yang menjadi 22 Robert W. Crapps, ‘Dialog Psikologi dan Agama Sejak William James Hingga Gordon W’, Allport, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993. 23 Nasution et al., Tradisi Baru Penelitian Agama Islam . Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 latar belakang peserta didik. Karena anak setelah menyelesaikan studi akan kembali ke masyarakat sebagai pengguna lulusan suatu lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan secara terbuka bersedia untuk diobservasi oleh masyarakat. Masyarakat dapat melihat secara langsung proses dan sarana di lembaga pendidikan. Agar masyarakat mengetahui apa dan bagaimana penyelenggaraan pendidikan di lembaga tersebut. Pemberian kesempatan kepada masyarakat. Masyarakat dapat dengan suka rela membantu kegiatan di lembaga Pendidikan. Lembaga pendidikan bersama masyarakat hendaknya mengembangkan program kegiatan dan layanan guna memperluas, memperbaharui, memadukan peng-alaman berbagai kelompok umur pada semua tingkatan. Lembaga harus memperhatikan kebutuhan masyarakat ini. Dalam melaksanakan kerjasama dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dengan lembaga pendidikan sering muncul beberapa kendala seperti kurangnya jalinan komunikasi dan kemungkinan usaha masyarakat mengeksploitasi keberadaaan lembaga pendidikan, kegiatan mengkritik dan menyerang yang bertujuan menjatuhkan kebijakan lembaga pendidikan. Misalnya suatu perusahaan bersedia menjadi donatur penyelenggaraan suatu lembaga pendidikan dengan syarat agar siswa mau menggunakan produk tertentu. Untuk mengatasi kendala tersebut maka pihak Lembaga pendidikan perlu tanggap dengan cara menganalisis motif diballik pemberian dana tersebut. Pimpinan perlu menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana. Secara khusus Azra 24 menyebutkan, di kalangan masyarakat Muslim Indonesia, partisipasi masyarakat dalam rangka pendidikan pendekatan antrolopogi, agama, dan sosial, yaitu suatu sejarah perkembangan Islam di bumi Nusantara. Hampir seluruh lembaga pendidikan Islam di Indonesia, mulai dari rangkang, dayah, meunasah (Aceh), surau (Minangkabau), pesantren (Jawa), bustanul atfal, diniyah dan sekolah-sekolah Islam lainnya didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat Muslim. ## Penutup Interaksi diversity danKesetaraan pada peserta didk dalam lembaga pendidikan Islam. Keseragaman pada setiap peserta didik hanya dapat dicapai melalui organisasi, 24 Azyumardi Azra, ‘ Jaringan Global Dan Lokal Islam Nusantara’ , Bandung: Mizan, 2002. Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 terutama organisasi pendidikan yang dikelola secara baik. Mempelajari kebutuhan peserta didik dalam melihat apa yang bisa diperbuat lembaga pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yang akhirnya dapat melayani kebutuhan mereka. Pada saat yang tepat pihak sekolah malibatkan masyarakat sekitar untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah untuk menimbulkan sikap trust antar lembaga pendidikan dan warga sekitar. Internalisasi kesertaraan dalam diversity pada hakikatnya memiliki sistem nilai- nilaimora agama dalam sosial-budaya yang kemudian dapat ditransformasikan dalam berbagai kehidupan di masyarakat termasuk dalam sistem lembaga pendidikan Islam. Diversity ternyata sangat berdampak signifikan bahkan merupakan keniscayaan untuk tidak terjebak dalam pandangan tentang keragaman praktis. Keragaman berkaitan dengan perbedaan sifat dan kondisi masing-masing komponen sistem kesertaraan. Pemahaman demikian dapa menyadarkan bahwa dalam sebuah kebudayaan. Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 ## Daftar Pustaka Asad, Talal. ‘ Anthropological Conceptions of Religion: Reflections on Geertz ’. Man , 1983. Azra, Azyumardi.‘ Jaringan Global dan Lokal Islam Nusantara’ . Bandung: Mizan, 2002. Bakhtiar, Amsal. Filsafat Agama: Wisata Pemikiran Dan Kepercayaan Manusia . Raja Grafindo Persada, 2007. Crapps, Robert W. ‘Dialog Psikologi dan Agama Sejak William James Hingga Gordon W’. Allport, Yogyakarta: Penerbit Kanisius , 1993. Diantoro, Fery. ‘Manajemen Peserta Didik Dalam Pembinaan Perilaku Keberagamaan’. Cendekia: Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan 16, no. 2 (22 November 2018): 409–26. https://doi.org/10.21154/cendekia.v16i2.1207. Fauzi, Ahmad. ‘Manajemen Pendidikan Islam Di Pesantren; Berbasis Kearifan Lokal Kajian Fenomenologis’. In Seminar Nasional Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Sinergitas Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat Dalam Penguatan Pendidikan Karakter, 51–62, 2017. Gazalba, Sidi. Islam Dan Perubahan Sosiobudaya: Kajian Islam Tentang Perubahan Masyarakat . Pustaka Antara, 1983. Huda, M. Dimyati. ‘ Pendekatan Antropologis Dalam Studi Islam’ . Didaktika Religia 4, no. 2 2016. Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi . Penerbit Pt Rineka Cipta, 1990. Misbah, M. ‘ Reorientasi Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Antara Tenaga Kependidikan Dan Tenaga Pendidik’ . Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Kemasyarakatan 16, no. 1 (30 July 2018): 83–101. https://doi.org/10.21154/cendekia.v16i1.1178. Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya . Penerbit Universitas Indonesia, 1985. Nasution, Harun, Jujun S. Suriasumantri, Johan H. Meuleman, Mastuhu, and M. Deden Ridwan. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam: Tinjauan Antardisiplin Ilmu . Diterbitkan atas kerja sama Pusjarlit dengan Nuansa, 1998. Purwanto, Iwan. ‘Manajemen Strategi’. Bandung: Yrama Widya , 2008. Shomad, Abd. ‘Selayang Pandang Tentang Antropologi Pendidikan Islam’. Jurnal Pendidikan Agama Islam 1, no. 1 (2004). Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam Dalam Kurun Moderen . Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, 1986. Suparlan, Parsudi. ‘Pendidikan Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi’ . Bandung: Nuansa , 2001. Tobroni, Tobroni, and Asyraf Isyraqi. ‘ The Role Of Islamic Religion Education For Social Etic Of Frienship and Peace Formation Case Indonesia and Malaysia ’, 2012. Winarsih, Sri. ‘ Kebijakan dan Implementasi Manajemen Pendidikan Tinggi dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan ’. Cendekia: Jurnal Kependidikan Dan Vol. 10, no. 2 (2019), pp. 231-247. DOI: https://doi.org/10.32923/maw.v10i2.883 Kemasyarakatan 15, no. 2 (24 June 2017): 51–66. https://doi.org/10.21154/cendekia.v15i2.1005. Yazdi, Mehdi Ha’iri, and Ilmu Hudhuri. ‘Prinsip-Prinsip Epistemologi Dalam Filsafat Islam, Ter’. Ahsin Mohammad (Andung: Mizan, 1996), 1994.
a86ce46c-eb41-48c5-8f29-f35bcd7f9ab0
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRA/article/download/1279/940
## Pengaruh Literasi Keuangan dan Penggunaan Media Sosial terhadap Kinerja UMKM Rizal Ramadhan, Andhika Anandya, Nurleli* Prodi Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Bandung, Indonesia. ## A R T I C L E I N F O Article history : Received : 12/8/2022 Revised : 25/11/2022 Published : 21/12/2022 Creative Commons Attribution- NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License. Volume : 2 No. : 2 Halaman : 107-114 Terbitan : Desember 2022 ## A B S T R A K Kota Bandung merupakan salah satu daerah yang berpotensi untuk berkembangnya industri kecil menengah di Jawa Barat. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang dijuluki sebagai kota dengan surga kuliner. Laju pertumbuhan ekonomi serta perubahan teknologi d an industri berdampak pada kehidupan manusia khususnya dalam dunia bisnis saat ini. Perkembangan dunia usaha yang salah satunya ditandai dengan banyaknya para pelaku bisnis yang mencoba bisnis kuliner. Kuliner merupakan salah satu jenis usaha yang beberapa tahun terakhir dijadikan sebagai ladang usaha bagi para pengusaha, salah satunya adalah warung kopi. Peneliti mengambil objek penelitian pada unit usaha Coffee Shop yang ada di Kecamatan X. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Literasi keuangan dan Penggunaan Media Sosial terhadap Kinerja UMKM. Objek yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah Literasi keuangan, Penggunaan Media Sosial, dan Kinerja UMKM . Subyek penelitian ini adalah pemilik/pengelola Coffee Shop di Kecamatan X. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa literasi keuangan dan penggunaan media sosial berpengaruh terhadap kinerja UMKM. Kata Kunci : Literasi Keuangan; Penggunaan Media Sosial; Kinerja UMKM . ## A B S T R A C T The city of Bandung is one of areas that has potential for the development of small and medium industries in West Java. The city of Bandung is one of cities dubbed as a city with culinary heaven. The rate of economic growth as well as changes in technology and industry have an impact on human life, especially in today's business world. Culinary is one type of business that in recent years has been used as a business field for entrepreneurs, one of which is a coffee shop. The researcher took the research object in the coffee shop business unit in the X sub-district. The purpose of this study is to determine the effect of Financial Literacy and the Use of Social Media on MSME Performance. The objects that become variables in this study are Financial Literacy, Use of Social Media, and MSME Performance. The subject of this research is the owner/manager of the Coffee Shop in X District. Data collection was carried out using a questionnaire. Hypothesis testing using multiple regression analysis. The results of hypothesis testing show that financial literacy and use of social media affect the performance of MSMEs. Keywords : Financial Literacy; Use of Social Media; MSME Performance. @ 2022 Jurnal Riset Akuntansi Unisba Press. All rights reserved. Rizal Ramadhan et al . Pengaruh Literasi Keuangan dan Penggunaan Media Sosial terhadap Kinerja UMKM ## A. Pendahuluan Keberadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di masyarakat saat ini tidak mungkin diberantas atau dihilangkan. Di Provinsi Jawa Barat, Kota Bandung merupakan salah satu daerah yang memiliki kemampuan untuk mendorong pertumbuhan perusahaan kecil dan menengah. Salah satu kota yang mendapat julukan sebagai kota surga gastronomi adalah kota Bandung. Dalam dunia bisnis modern, laju pertumbuhan ekonomi, serta kemajuan teknologi dan industri, semuanya berpengaruh pada keberadaan manusia. Hal ini terutama berlaku di bidang perdagangan. Evolusi dunia bisnis, salah satunya ditunjukkan dengan semakin banyaknya pebisnis yang merambah industri restoran. Dalam beberapa tahun terakhir, kuliner semakin populer sebagai pilihan area bisnis bagi calon pemilik perusahaan. Salah satu contohnya adalah pembukaan kedai kopi. Saat ini jumlah kedai kopi di Kota Bandung tergolong tinggi. Hal ini dibuktikan melalui penelusuran jumlah kedai kopi yang dilakukan peneliti menggunakan Google Maps di 30 kecamatan di Kota Bandung, menunjukkan jumlah kedai kopi yang ada sebanyak 397 unit. Ini tersebar di 28 kecamatan di Kota Bandung. Berikut ini adalah grafik kolom yang menunjukkan warung kopi di setiap kecamatan di kota Bandung. Peneliti memilih untuk melakukan penelitian pada unit usaha kedai kopi yang berada di Kecamatan X. Peneliti kemudian menggunakan kriteria berikut untuk memilih subjek penelitian: Usaha Kecil (UK), yang juga termasuk Usaha Mikro (UMI), didefinisikan sebagai perusahaan komersial yang memiliki volume penjualan tahunan tidak lebih dari Rp. 1.000.000.000 dan kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000, tidak termasuk nilai properti atau bangunan yang digunakan sebagai tempat perusahaan (Imratussoleha, 2021). Sedangkan Usaha Menengah (UM) didefinisikan sebagai usaha komersial yang dimiliki oleh penduduk Indonesia dan memiliki kekayaan bersih antara Rp. 200.000.000 dan Rp. 10.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. (Aufar, 2013). Misi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) adalah memperluas dan mengembangkan perusahaannya agar dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional berdasarkan demokrasi ekonomi (UU 20 Tahun 2008). Hal ini menjadi aset penting bagi pembangunan berkelanjutan perekonomian Indonesia, khususnya usaha mikro dan kecil yang juga telah membuktikan diri sebagai pilar ekonomi yang kuat, mampu bertahan dari krisis ekonomi, dan terus berkembang hingga saat ini. Namun, terlepas dari kontribusi UMKM dalam perekonomian yang besar, belum tentu kinerja UMKM di Indonesia memiliki kinerja yang baik (Wardi & Susanto, 2015). Dikutip dari Hadyan et al. (2022) umumnya, terdapat kendala bagi UMKM untuk berkembang karena penyelesaian masalah konvensional yang tidak lengkap, misalnya masalah kompetensi sumber daya manusia, kepemilikan, pembiayaan, pemasaran dan lain-lain yang berkaitan dengan bisnis, sehingga sulit untuk bersaing dengan perusahaan besar (Suryandani & Muniroh, 2020). Berbagai upaya maksimal yang diperlukan dalam meningkatkan kinerja dan keberlanjutan UMKM. Salah satu caranya adalah dengan memperluas pengetahuan pengelolaan keuangan pelaku UMKM. Fenomena kinerja UMKM yang menegaskan bahwa sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tanah air masih tertinggal jauh dibandingkan para pesaingnya di pasar global (Teten Masduki, 21 Desember 2019) (Nua, 2019). Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah yang disengaja untuk meningkatkan kinerja UMKM dan memastikan keberlangsungannya. Memperoleh lebih banyak pemahaman tentang bagaimana mengelola keuangan secara efektif adalah salah satu pendekatan yang mungkin diambil. Sangat penting bagi para pelaku usaha yang terlibat dalam UMKM untuk memiliki pengetahuan tentang cara mengelola dana. Peningkatan literasi keuangan masyarakat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) (Fransiska, 2022). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2019) yang menunjukkan bahwa dengan adanya pengetahuan, perilaku, dan sikap keuangan yang dimiliki oleh pelaku UMKM akan meningkatkan kinerja. Peningkatan tersebut akan berupa peningkatan pengetahuan dasar keuangan, penyusunan seluruh anggaran dan rencana yang akan dilaksanakan, serta peningkatan kemampuan dalam mengambil keputusan. keputusan, jadi berhati- hatilah saat memutuskan apakah akan mengambil kredit atau utang. Menurut Aribawa (2016), jika pemilik usaha di sektor UMKM memiliki keterampilan literasi keuangan yang memadai, maka bisnis dan keputusan keuangan yang diambil akan mengarah pada peningkatan pembangunan dari waktu ke waktu. Hal ini pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas bisnis untuk bertahan di tengah krisis dan, pada akhirnya, akan membuat bisnis lebih berkelanjutan dalam jangka panjang. Karena itu, ada fenomena yang terkait dengan Literasi Keuangan. Fenomena yang terjadi terkait dengan literasi keuangan, khususnya isu-isu yang muncul dalam operasional Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang meliputi namun tidak terbatas pada masalah pengelolaan keuangan dan keterbatasan sumber daya, serta akses terhadap modal yang dimiliki oleh pelaku usaha. Salah satu penyebab lembaga keuangan tidak memiliki akses ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah adalah karena pelaku UMKM memiliki tingkat literasi keuangan yang rendah. Para pelaku UMKM cenderung kurang memiliki kesadaran terhadap produk keuangan yang ditawarkan lembaga keuangan lain, sehingga hanya bisa mengandalkan pendanaan perbankan manual dan konvensional (Agus D.W Martowardjojo) (Sari, 2016). Namun, Literasi keuangan hanyalah salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ada beberapa aspek tambahan yang berperan dalam pengembangan kinerja UMKM, selain literasi keuangan. Pemanfaatan berbagai platform media sosial menjadi salah satu kriteria tersebut. Menurut Rodriguez et al. (2016), penggunaan media sosial dalam suatu perusahaan berpotensi untuk memperkuat interaksi pelanggan serta citra merek perusahaan, serta meningkatkan pendapatan dan penjualan. kinerja UMKM. Pernyataan ini didukung oleh temuan dari sebuah penelitian Khatulistiwa (2021) yang menunjukkan hubungan antara penggunaan media sosial dan kinerja UMKM. Meskipun demikian, masih ada kejadian yang terkait dengan media sosial. Menurut Yudi Candra (2019), ada berbagai penyebab yang menyebabkan UMKM Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan perusahaan. Unsur-unsur tersebut antara lain permodalan, sumber daya manusia (SDM), dan penetrasi pasar. Fenomena yang terjadi terkait dengan penggunaan media sosial. Karena itu, penting bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk memiliki pemahaman yang kuat tentang media sehingga mereka dapat menembus pasar yang lebih besar, jelasnya. Rumusan masalah yang dikemukakan adalah: (1) Apakah literasi keuangan mempengaruhi Kinerja UMKM di Kecamatan X?; (2) Apakah Penggunaan Media Sosial mempengaruhi kinerja UMKM di Kecamatan X? Berdasarkan penjelasan rumusan masalah tersebut, diperoleh tujuan penelitian berikut ini, yang pertama mampu mengungkap pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja UMKM di Kecamatan X. Keduanya mampu menjelaskan pengaruh Media Sosial terhadap kinerja UMKM di Indonesia Kecamatan X. ## B. Metode Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Literasi Keuangan, Penggunaan Media Sosial, dan Kinerja UMKM. Metode penelitian ini adalah metode verifikatif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Populasi yang ditentukan adalah pemilik atau pengelola UMKM Kecamatan X. sampel diambil menggunakan purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 40 pemilik/ pengelola kedai kopi. ## C. Hasil dan Pembahasan ## Tabel 1. Output Regresi Berganda Koefisien (a) Koefisien Tidak Standar Koefisien Standar Statistik Collinearity B Std. Kesalahan Beta t Tanda Tangan Toleransi VIF (Konstan) 8.053 3.904 2.063 0,046 Literasi Keuangan 0,655 0.260 0,378 2.517 0,016 0,780 1.282 Penggunaan Media Sosial 0.285 0,138 0.310 2.064 0,046 0,780 1.282 Sumber: Pemrosesan Data , 2022 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa persamaan regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 8,053 + 0,655X1 + 0,285 X2 + e Deskripsi : Y : Kinerja UMKM X1 : Literasi Keuangan X2 : Penggunaan Media Sosial e : Error Berdasarkan persamaan di atas, dijelaskan: (1) Nilai konstanta adalah 8,053 yang menunjukkan bahwa dengan tidak adanya variabel Literasi Keuangan dan Penggunaan Media Sosial diharapkan Kinerja UMKM akan memiliki nilai sebesar 8,053 kali lebih besar dari yang seharusnya; (2) Nilai koefisien regresi untuk Literasi Keuangan adalah 0,655 yang menunjukkan bahwa jika tingkat Literasi Keuangan dan penggunaan Media Sosial tetap sama maka kinerja UMKM akan meningkat sebesar 0,655; (3) Nilai koefisien regresi untuk penggunaan media sosial adalah 0,285 yang menunjukkan bahwa kinerja UMKM akan meningkat sebesar 0,285 poin persentase jika penggunaan media sosial dan literasi keuangan terus berkembang pada tingkat yang sama. Tabel 2. Output Uji F Model Jumlah Kuadrat Df Rata-Rata Persegi F Tanda Regresi 360,958 2 180.479 9.915 0.00 0 b Sisa 673,499 37 18.203 Total 1034.457 39 ## Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Versi 25, 2022 Jelas bahwa nilai Fhitung yang diperoleh adalah 9,915, dan nilai ini akan dibandingkan dengan nilai Ftabel yang terdapat pada tabel distribusi F. Ftabel sebesar 3,251 pada kondisi = 0,05, db1 = 2, dan db2 = 37. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa Fhitung ( 9,915) lebih besar dari Ftabel (3,251), dan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000, yang kurang dari 0,05 yang berarti dapat dikatakan bahwa Literasi Keuangan dan Penggunaan Media Sosial keduanya berpengaruh terhadap Kinerja UMKM secara bersamaan. Hipotesis H0 ditolak, dan hipotesis alternatif, Ha, diterima. Tabel 3. Output Uji t Koefisien (a) Koefisien Tidak Standar Koefisien Standar Statistik Collinearity B Std. Kesalahan Beta T Tanda Tangan Toleransi VIF (Konstan) 8.053 3.904 2.063 0,046 Literasi Keuangan 0,655 0.260 0,378 2.517 0,016 0,780 1.282 Penggunaan Media Sosial 0.285 0,138 0.310 2.064 0,046 0,780 1.282 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Versi 25, 2022 Dalam penyelidikan khusus ini, uji-t dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel , serta membandingkan tingkat signifikansi. maka diperoleh nilai df = n – k = 40-2 = 38. ketika menggunakan signifikansi pada tingkat 5%. Hal ini menghasilkan nilai t tabel sebesar 2,024. Berikut daftar hasil pengujian hipotesis dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel: (1) Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Kinerja UMKM Pemerintah : Dapat dilihat dari hasil pengujian yang disajikan pada tabel yang terletak di atas bahwa variabel Literasi Keuangan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,016. Nilai nilai tersebut lebih rendah dari ambang batas signifikansi (α = 5 %), yaitu 0,016 ≤ 0,05, dan t hitung berdasarkan tabel di atas adalah 2,517. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi tidak terpenuhi. Karena t adalah 2.517 ≥ 2.024, masing-masing. Hasil uji H1 diakui, yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup besar antara literasi keuangan dengan kinerja UMKM pemerintah. Temuan ini didasarkan pada temuan analisis perbandingan nilai, serta perbandingan t tabel dan t hitung; (2) Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Kinerja UMKM Pemerintah : Dapat dilihat dari hasil pengujian yang disajikan pada tabel yang terletak di atas bahwa nilai signifikan untuk variabel Penggunaan Media Sosial adalah 0,046. Nilai t hitung berdasarkan tabel adalah 2.064 ≥ 2.024, lebih rendah dari taraf signifikansi (α =5 %), yaitu 0,046 ≤ 0,05. Nilai nilainya juga lebih rendah dari tingkat signifikansi. Ditentukan, atas dasar temuan analisis perbandingan nilai, serta perbandingan t tabel dan t hitung, bahwa hasil uji H2 dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan media sosial dengan kinerja UKM pemerintah. ## Tabel 4. Koefisien Determinasi Model R Kotak R Disesuaikan R Square Std. Kesalahan Perkiraan 1 0,591 a _ 0,349 _ 0, 314 4.26626 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Versi 25, 2022. Mengingat temuan eksperimen yang telah dilakukan pada subjek. Nilai R square yang ditentukan menggunakan SPSS dan ditampilkan pada tabel di atas adalah 0,349 = 34,9 %. Tidak banyak penyimpangan dari nol pada nilai koefisien determinasi (0). Hal ini menunju kkan bahwa baik tingkat literasi keuangan maupun penggunaan media sosial memiliki pengaruh terhadap kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) secara bersamaan dengan persentase 34,9%. Meskipun nilai residu 65,1% dipengaruhi oleh unsur lain yang tidak terlihat dalam penelitian ini, namun tetap penting untuk diperhatikan. ## Tabel 5. Analisis Koefisien Determinasi Parsial Koefisien (a) Koefisien Tidak Standar Koefisien Standar Korelasi B Std. Kesalahan Beta T Tanda Tangan Nol - Pesan (Konstan) 8.053 3.904 2.063 0,046 Literasi Keuangan 0,655 0.260 0,378 2.517 0,016 0,523 Penggunaan Media Sosial 0.285 0,138 0.310 2.064 0,046 0,487 Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 25, 2022. Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dihitung koefisien determinasi parsial sebagai berikut: Literasi Keuangan = 0,378 x 0,523 x 100% = 19,76 % Penggunaan Media Sosial = 0,310 x 0,487 x 100% = 15,14% Berdasarkan perhitungan di atas, Variabel Literasi Keuangan berpengaruh terhadap Kinerja UMKM sebesar 19,76% sedangkan Variabel Penggunaan Media Sosial berpengaruh terhadap Kinerja UMKM sebesar 15,14%. Dengan demikian variabel jumlah literasi keuangan dan penggunaan media sosial berpengaruh terhadap kinerja UMKM sebesar 34,9%. ## Diskusi Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Literasi Keuangan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,016. Nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi (α=5%) yaitu 0,016 ≤ 0,05 dan t-hitung berdasarkan tabel di atas adalah 2,517. Karena t adalah 2.517 2.024. Berdasarkan hasil analisis perbandingan nilai dan perbandingan t tabel dan t hitung diperoleh hasil uji H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara Literasi Keuangan terhadap Kinerja UMKM Pemerintah. Besarnya pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja UMKM sebesar 19,76%. Literasi keuangan adalah ilmu keuangan dan implementasinya, yang hasilnya adalah keputusan keuangan dalam kehidupan sehari -hari. Literasi Keuangan harus dimiliki oleh para pelaku UMKM agar mempermudah pengendalian keuangan sehingga kinerja usaha akan lebih optimal. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Kinerja UMKM Pemerintah sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aribawa (2016) dan juga Widya (2020), Literasi keuangan terkait dengan pengetahuan keuangan dan juga pengelolaan keuangan dan menghasilkan keputusan yang akan diambil oleh pemangku kepentingan. UKM, keberhasilan keputusan yang diambil akan mempengaruhi bisnis yang akan berkembang ke arah yang lebih baik dilihat dari peningkatan bisnis dari segi penjualan dengan meningkatnya konsumen. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Penggunaan Media Sosial memiliki nilai signifikansi sebesar 0,011. Nilai nilai tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi (α=5%) yaitu 0,046 ≤ 0,05 dan t hitung berdasarkan tabel adalah 2,064 ≥ 2,024. Berdasarkan hasil analisis perbandingan nilai dan perbandingan t tabel dan t hitung diperoleh hasil uji H2 diterima artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan media sosial terhadap kinerja UMKM pemerintah. Besarnya pengaruh penggunaan media sosial terhadap kinerja UMKM adalah 15,14%. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khatulistiwa (2021) dan Sukri & Arisandi (2017) penggunaan media sosial akan mendorong manajemen bisnis dan juga mendapatkan omset penjualan. Kinerja UMKM terkait dengan peningkatan jumlah konsumen yang ditunjukkan melalui peningkatan penjualan, kemudian pemasaran yang dapat dilakukan di dalam dan luar daerah sehingga UMKM mendapatkan pelanggan baru dari luar daerah karena pemanfaatan media sosial yang baik. ## D. Kesimpulan Kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah dapat dipengaruhi oleh literasi keuangan. Hal ini dibuktikan dengan para pelaku usaha UMKM Coffee Shop di Kecamatan X telah berhasil menerapkan literasi keuangan dalam operasionalnya. Literasi keuangan mengacu pada pemahaman dan pengelolaan keuangan seseorang, yang keduanya diperlukan untuk membuat keputusan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ada korelasi antara penggunaan media sosial dengan kinerja UKM. Hal ini terlihat dari pemanfaatan media sosial yang bermanfaat bagi pelaku usaha UMKM Coffee Shop di Kecamatan X dengan menciptakan feedback yang baik dari pelanggan sehingga dapat menciptakan hubungan yang baik antara pelanggan dengan pelaku usaha dan akan berdampak pada peningkatan jumlah pelanggan dan meningkatkan penjualan. ## Daftar Pustaka Aribawa, D. (2016). Pengaruh literasi keuangan terhadap kinerja dan keberlangsungan UMKM di Jawa Tengah. Jurnal Siasat Bisnis , 20 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.20885/jsb.vol20.iss1.art1 Aufar, A. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi Akuntansi Pada UMKM (Survei Pada Perusahaan Rekanan PT. PLN (Persero) di Kota Bandung) . https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/handle/123456789/3060 Desfi ka , T . S. (20 1 9). UMK M Masi h Mi ni m Manf aat kan Medsos. Beri t a Sat u . https://www.beritasatu.com/ekonomi/537673/umkm-masih-minim-manfaatkan-medsos Fransiska, Q. (2022). MEMBANGUN IDENTITAS MASYARAKAT PAPUA DALAM KERANGKA SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOAL’S MELALUI PENINGKATAN LITERASI KEUANGAN DAN LITERASI FINANSIAL TEKHNOLOGI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM). JUMABIS (JURNAL MANAJEMEN & BISNIS) , 6 (2), 96–103. https://doi.org/https://doi.org/10.55264/jumabis.v6i2.90 Hadyan, T., Nurleli, & Anandya, A. (2022). Pengaruh Literasi Keuangan dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja UMKM. Bandung Conference Series: Accountancy Universitas Islam Bandung , 2 (2). https://doi.org/https://doi.org/10.29313/bcsa.v2i2.4588 Imratussoleha, L. (2021). PENCATATAN LAPORAN KEUANGAN PADA USAHA KECIL [SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA JAKARTA]. http://repository.stei.ac.id/id/eprint/2832 Khatulistiwa, D. P. (2021). Anteseden Penggunaan Media Sosial Dan Dampaknya Terhadap Kinerja Pada Usaha Mikro Dan Kecil (UMK) Di Kota Bontang Provinsi Kalimantan Timur . https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/33359 Nua, F. (2019). UMKM RI Masih Tertinggal dari Negara Lain. Media Indonesia : Ekonomi . https://mediaindonesia.com/ekonomi/277917/umkm-ri-masih-tertinggal-dari-negara-lain Rodriguez, M., Ajjan, H., & Peterson, R. M. (2016). Social Media in Large Sales Forces: An E mpi ri cal St ud y of t he I mpact of Sal es Pr ocess Capa bi l l i t y and Rel at i onshi p Perfor ma nce. Journal of M arket i ng Theory and Pra ct i ce , 24 ( 3) , 365 – 379. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1080/10696679.2016.1170538 Sari, E. V. (2016). BI : Tingkat Literasi Keuangan Rendah untuk UMKM . CNN Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160601171206-78-135137/bi-tingkat-literasi-keuangan- pelaku-umkm-rendah Sukri, & Arisandi, D. (2017). Analisis Strategi Pemasaran Dengan Media Sosial Produk Kuliner Usaha Kecil dan Menengah di Pekanbaru. Jurnal Buana Informatika , 8 (4). https://doi.org/http://dx.doi.org/10.24002/jbi.v8i4.1447 Suryandani, W., & Muniroh, H. (2020). Literasi Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja UMKM Batik Tulis Lasem. Fokus Ekonomi Jurnal Ilmiah Ekonomi , 15 (1). https://doi.org/https://doi.org/10.34152/fe.15.1.65-77 Wardi, Y., & Susanto, P. (2015). Analisis Orientasi Kewirausahaan Terhadap Kinerja Perusahaan: Studi Empiris Pada Usaha Kecil Menengah (UKM) Di Sumatera Barat. Seminar Nasional Ekonomi Manajemen Dan Akuntansi (SNEMA) . http://repository.unp.ac.id/id/eprint/15220 Wul andar i , R. (201 9). PE NG AR UH LI T ERA SI KE UA NG AN D AN I NKL USI KE UAN GA N TER HAD AP KINE R JA UMKM (St udi Kasus Pa da U M KM PROVI NSI DKI J AKA RTA ) [UN IV ER S IT A S ISL AM NEG ER I SY AR IF H I DA YAT UL LA H] . https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49962/1/ROSSY WULANDARI-FEB.pdf
cc09052a-163d-41ee-bf93-95f4d013d4e4
http://jurnal.unidha.ac.id/index.php/JEBD/article/download/1003/611
Volume 25 No 2, Juli 2023 Jurnal Ekonomi dan Bisnis Dharma Andalas ## Kesiapan Mahasiswa Universitas Dharma Andalas Dalam Pembelajaran Daring Di Masa New Normal Mellyna Eka Yan Fitri 1 , Lasti Yossi Hastini 2 , Lucy Chairoel 3 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Dharma Andalas 1,2,3 email: [email protected] 2 Abstract College, as an advanced form of education, requires all students to keep up with technological developments and apply them to online learning. Many challenges are faced by both instructors and students, ranging from supportive electronic devices, signal availability, data quotas, and students' skills in utilizing technology for learning. Initially, they were not prepared, but now they must be ready for online learning. A randomly selected sample of 200 respondents from the undergraduate Management program at Dharma Andalas University yielded results indicating that the Attitude Toward behavior variable has the strongest influence on the Intention variable, followed by Subjective Norm and then Perceived Behavioral Controls. So far, students' readiness for online learning is quite good, and they even hope that the campus will continue with online learning while still having face-to-face classes. Keywords : dari, intention , attitude towards the behaviour , subjective norms , perceived behavioural controls ## Abstrak Perguruan tinggi sebagai pembelajaran lanjutan mewajibkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti perkembangan teknologi dan menerapkannya dalam pembelajaran daring ini. Banyak kendala yang dihadapi oleh dosen dan mahasiswa mulai dari perangkat elektronik yang mendukung, sinyal, kuota dan keterampilan mahasiswa dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Pada awalnya mereka tidak siap namun hingga sekarang mereka harus siap untuk pembelajaran daring. Sampel yang dipilih secara acak sejumlah 200 responden mahasiswa program studi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas yang memberikan hasil bahwa variabel Attitude Towards The Behaviour mempengaruhi variabel Intention paling kuat, selanjutnya Subjective Norms dan selanjutnya Perceived Behavioural Controls. Sejauh ini kesiapan mahasiswa untuk melakukan pembelajaran daring adalah cukup baik dan bahkan mereka berharap kampus tetap melakukan pembelajaran daring, namun tetap ada pembelajaran tatap muka. Kata Kunci : daring, intention , attitude towards the behaviour , subjective norms , perceived behavioural controls ## PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang begitu pesat sangat dapat dimanfaatkan untuk permasalahan aktivitas manusia selama pandemi Covid 19 yang dimulai sejak tahun 2020 hingga saat ini. Teknologi tersebut diharapkan dapat memudahkan dunia kerja dan dunia pendidikan untuk tetap beraktivitas bekerja atau pun belajar sebagaimana mestinya. Perguruan tinggi sebagai pembelajaran lanjutan mewajibkan seluruh mahasiswa untuk mengikuti perkembangan teknologi dan menerapkannya dalam pembelajaran daring ini. Mereka akan merasakan pembelajaran yang bermakna jika mereka siap untuk proses pembelajaran tersebut. Selain kesiapan mahasiswa yang baik, kesiapan dosen pun harus seimbang dalam pembelajaran daring. Karena kesiapan mengajar dosen yang telah matang akan memberikan proses belajar mengajar menjadi lancar dan mahasiswa pun siap menerima pembelajaran dengan baik. Penelitian terdahulu mengenai “Eksplorasi Kesiapan Dosen dan Mahasiswa Menjalani Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19” oleh Susanti et al (2021) bahwa dosen- dosen siap menjalankan pembelajaran jarak jauh dengan alasan dosen memiliki efikasi dan self directed learning yang tinggi untuk menggunakan teknologi. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Saputra (2019) dalam “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Guru Dalam Menggunakan E- Learning Moodle dengan Menggunakan Teori Technology Acceptance Model (TAM)” bahwa manfaat penggunaan teknologi, kemudahan penggunaan teknologi dan minat menggunakan teknologi mempengaruhi secara positif terhadap kesiapan guru dalam pembelajaran daring menggunakan moodle . Penelitian ini menyarankan bahwa guru diberikan pelatihan agar dapat mengurangi kelemahannya dalam menggunakan teknologi. Sehingga mereka dapat merasakan manfaat dari penggunaan teknologi untuk proses belajar mengajar. Hal ini juga dapat menjadi pertimbangan kesiapan mahasiswa dalam pembelajaran daring. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2021), terdapat enam faktor yang mempengaruhi kesiapan mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran online, yaitu kesiapan interaksi pembelajaran, kesiapan kebijakan teknologi, kesiapan keterampilan teknologi, kesiapan keuangan, kesiapan infrastruktur dan kesiapan psikologi. Lain halnya penelitian yang dilakukan oleh Fitri, et al (2021) bahwa survey dilakukan untuk mengetahui kesiapan dosen Universitas Dharma Andalas dalam pembelajaran daring. Hasil survey yang diberikan kepada dosen program studi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas menyatakan sekitar 57,1 persen pembelajaran daring tidak mempermudah dosen dalam memberikan pembelajaran kepada mahasiswa, dan mereka pun menyatakan sekitar 81 persen dirasakan bahwa pembelajaran daring tidak efektif dan sekitar 85,7 persen dosen tersebut memilih pembelajaran dengan metode tatap muka atau luar jaringan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa masih adanya dosen yang tidak siap untuk melakukan pembelajaran daring. Hal ini tentu akan mempengaruhi kesiapan mahasiswa dalam pembelajaran daring. Karena semestinyalah mahasiswa dan dosen harus siap keduanya dalam penggunaan teknologi untuk pembelajaran. Berangkat dari hasil penelitian Fitri, et al (2021) ini, penelitian lanjutan dengan menganalisis kesiapan mahasiswa prodi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas dalam pembelajaran daring. Hal ini akan memberikan hasil yang lebih kompleks mengenai kesiapan pembelajaran daring di program studi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas baik dosen ataupun mahasiswanya. Dimana mereka sudah memulai pembelajaran daring semenjak tahun 2017 pada mata kuliah tertentu. Dan sejak Covid-19 bulan Maret tahun 2020 Universitas Dharma Andalas ini sudah melakukan pembelajaran daring hingga sekarang. Banyak kendala yang dihadapi oleh dosen dan mahasiswa mulai dari perangkat elektronik yang mendukung, sinyal, kuota dan keterampilan mahasiswa dalam menggunakan teknologi untuk pembelajaran. Pada awalnya mereka tidak siap namun hingga sekarang mereka harus siap untuk pembelajaran daring. Pembelajaran daring yang diberikan kepada mahasiswa melalui LMS Moodle dan juga menggunakan chat melalui media sosial Whatsapp atau sejenisnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Musriannur et al (2021) yaitu mengenai “Pengukuran dan Analisis Penerimaan LMS sebagai Media Belajar Online menggunakan Tecnology Acceptance Model di Universitas Telkom” bahwa dari 98 orang mahasiswa aktif memberikan hasil bahwa konstruk usefulness mempengaruhi Intention to use sebesar 49%, mempengaruihi attitude towards using sebesar 60%, dan konstruk ease of use mempengaruhi attitude towards using sebesar 60%, mempengaruhi usefulness sebesar 53%, serta mempengaruhi Intention to use sebesar 49% serta konstruk self efficacy mempengaruhi ease of use sebesar 88%. Hal ini mengarah pada penerimaan mahasiswa baik dalam penggunaan LMS selama pembelajaran secara online. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas dan literatur terdahulu serta penelitian yang sudah dilakukan terhadap kesiapan dosen program studi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas, maka penelitian ini melanjutkan penelitian terdahulu yaitu membahas mengenai “Kesiapan Mahasiswa Universitas Dharma Andalas dalam Proses Pembelajaran di Masa New Normal” dengan mempertimbangkan kondisi pandemi yang masih aktif dan tuntutan pembelajaran secara daring. Penelitian ini mengacu pada perpaduan antara Theory of Planned Behavior dengan Technology Acceptance Model . Penelitian ini dibatasi hanya untuk mahasiswa prodi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas dengan alasan jumlah mahasiswa paling banyak dibandingkan prodi lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komponen dari Theory of Planned Behavior yang paling dominan mempengaruhi Intention dalam pembelajaran daring di era New Normal ini; untuk mengetahui kesiapan mahasiswa dalam pembelaran daring di era New Normal ini; untuk mengetahui pembelajaran yang ingin diikuti oleh mahasiswa di era New Normal ini. Penelitian ini dibatasi hanya pada kesiapan mahasiswa prodi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas dalam pembelajaran daring di era New Normal. ## Pembelajaran Jarak Jauh Pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang dilakukan tidak bertatap muka secara langsung. Pembelajaran ini didukung oleh internet dan teknologi. Pelopor pendidikan jarak jauh adalah University of Wiconsin di Amerika pada tahun 1891. Pembelajaran jarak jauh dapat berupa e-learning atau pun online learning . E-learning atau electronic learning adalah pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan media elektronik (internet) baik formal atau pun informal. E-learning dapat dilakukan secara sinkron jika langsung bertatap muka online antara pengajar dengan pelajar menggunakan webcam secara live dan secara asinkron adalah pada saat pengajar memberikan materi secara online melalui YouTube atau pun diunggah sebelum pembelajaran berlangsung. Online Learning atau pembelajaran online merupakan bagian dari e-learning yang menggunakan internet, intranet atau pun ekstranet serta menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung. Pendidikan pembelajaran online atau dikenal dengan e-learning adalah pembelajaran yang dilakukan tidak bertatap muka langsung tetapi menggunakan media yang dapat membantu proses belajar mengajar jarak jauh yaitu didukung oleh teknologi dan internet. Pembelajaran online melibatkan interaksi antara pengajar dengan pelajar atau pun sesama pelajar. ## The Theory of Planned Behaviour The Theory of Planned Behaviour adalah pembaharuan dari Theory of Reasoned Action oleh Ajzen dan Fishbein tahun 1991. Teori ini juga menjelaskan bagaimana tanggapan individu melakukan suatu pekerjaan atau mengambil tindakan berdasarkan pemikirannya. Sikap terhadap perilaku biasanya ditentukan oleh behavioral beliefs atau keyakinan atas konsekuensi apa yang akan diperoleh bila melakukan perilaku tertentu (Fitri et all, 2021). Teori ini menguraikan Intention dipengaruhi oleh beberapa komponen yaitu Attitude towards the behaviour , subjective norm dan perceived behavioural control . Teori ini digunakan pada hal yang berkaitan dengan bisnis dan teknologi informasi dan komunikasi. Teori ini dapat diterapkan pada mahasiswa yang melakukan pembelajaran daring. Bahwa komponen attitude toward the behavior atau sikap ini dalam pembelajaran daring adalah membuat mahasiswa percaya akan hal positif dan manfaat dari pembelajaran daring ini sehingga mereka memiliki niat atau Intention untuk melakukan pembelajaran daring. Komponen subjective norms adalah orang-orang disekitar mahasiswa atau pun lingkungan disekitar mahasiswa memberikan dukungan kepada mereka untuk melakukan pembelajaran daring dan memberikan kemudahan atau pun bantuan agar mereka memiliki niat atau Intention untuk melakukan pembelajaran daring. Komponen perceived behavioral control adalah menggali hal negatif yang menyebabkan mahasiswa pada awalnya menghindari pembelajaran daring agar mereka dapat memilih melakukan pembelajaran daring. ## Theory Accaptence Model Teori ini dikenal dengan teori TAM pertama kali ditemukan oleh Davis pada tahun 1986. Teori ini memiliki lima konstruk utama yaitu perceived usefulness (kegunaan), perceived ease to use (kemudahan penggunaan), attitude toward using technology (sikap), behavioral Intention to use (intensi) dan actual technology use (penggunaan teknologi sesungguhnya). TAM bertujuan untuk menjelaskan faktor- faktor utama dari perilaku pengguna terhadap penerimaan penggunaan teknologi. Faktor kegunaan merupakan suatu kepercayaan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan. Mahasiswa jika merasa bermanfaat teknologi dan internet untuk pembelajaran daring maka dia akan menggunakannya. Faktor kemudahan penggunaan merupakan suatu kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika mahasiswa merasa mudah menggunakan teknologi dan internet dalam pembelajaran daring maka dia akan menggunakannya. Faktor sikap merupakan perasaan dalam menggunakan sistem dari seseorang jika harus melakukan perilaku yang akan ditentukan. Seperti sikap mahasiswa dalam menggunakan teknologi dan internet untuk keputusan dalam pembelajaran daring. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kampus Universitas Dharma Andalas. Objek penelitian adalah mahasiswa program studi S1 Manajemen dengan alasan mahasiswa terbanyak di program studi ini. Dan beberapa mata kuliah di program studi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas sudah melaksanakan pembelajaran daring sejak tahun 2017 dan seluruh mata kuliah sejak Covid-19 pertama kali muncul. Data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa dan data sekunder diperoleh dari buku-buku, artikel ataupun literatur terkait penelitian yang sifatnya mendukung penelitian. Populasi mahasiswa S1 Manajemen yang aktif adalah sebanyak 623 mahasiswa. Penentuan jumlah sampel didasarkan pada Maholtra (2015) bahwa sampel penelitian berkisar antara 200 sampai 500. Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling karena dianggap bahwa semua mahasiswa aktif di S1 Manajemen sudah melakukan pembelajaran daring. Penelitian ini dilakukan dalam lingkup manajemen sumber daya manusia dan teknologi informasi. Penelitian ditujukan kepada mahasiswa yang mengikuti pembelajaran jarak jauh. Data diperoleh dari data survey dengan menyebarkan kuisioner kepada mahasiswa program studi S1 Manajemen Universitas Dharma Andalas. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif menggunakan pemodelan struktural dengan teknik pendugaan PLS-SEM. Dari tujuan penelitian untuk mengetahui komponen dari Theory of Planned Behavior yang paling dominan mempengaruhi Intention dalam pembelajaran daring dapat dianalisa dengan menggunakan PLS-SEM, tujuan lainnya untuk mengetahui kesiapan mahasiswa dalam pembelajaran daring serta untuk mengetahui pembelajaran yang ingin diikuti oleh mahasiswa di era New Normal dapat dianalisis melalui pengolahan data secara deskriptif. Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah : Gambar 1 ## Kerangka Berpikir ## HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, tahun Angkatan dan penggunaan paket internet diperoleh sebagai berikut ## Gambar 2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin Responden perempuan paling banyak berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu sekitar 60,00 persen. Gambar 3 Karakteristik Berdasarkan Tahun Angkatan 40,00% 60,00% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan J e n i s K e l a m i n 4,21% 3,16% 58,95% 33,68% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% BP 18 19 20 21 T a h u n A n g k a t a n Berdasarkan tahun Angkatan tahun angkatan responden yang banyak mengisi adalah tahun angkatan 2020 yaitu sekitar 58,95 persen sedangkan yang paling sedikit adalah tahun angkatan 2019 yaitu sekitar 16,00 persen. ## Gambar 4 Karakteristik Berdasarkan Jenis Paket Internet Paket internet yang paling banyak digunakan mahasiswa adalah merk Telkomsel yaitu sekitar 51,55 persen sedangkan paling sedikit adalah XL yaitu sekitar 0,5 persen. ## Model Pengukuran Covergent Validity Nilai Convergent validity adalah nilai loading factor dpaa variabel laten dengan indikator-indikatornya. Nilai yang diharapkan melebihi angka 0,7. Nilai ini bertujuan untuk mengetahui validitas setap hubungan antara indikator dengan variabel latennya. Berikut adalah hasil kalkulasi SEM-PLS yang dilihat dari nilai loading factor indikator- indikator setiap variabelnya. Gambar 5 menunjukkan indikator yang loading factor- nya memiliki nilai dibawah 0,7. untuk itu harus dikeluarkan dari model. Berikut penjelasannya: Variabel Attitude Towards The Behaviour : Beberapa indikator yang mempunyai loading faktor dibawah 0,7 yaitu P2, P6, P7, P8, P9, P10, P11 dan P12 dikeluarkan indikator dengan loading factor kurang dari 0,7 tersebut. Variabel Subject Norm : Beberapa indikator yang mempunyai loading factor dibawah 0,7 yaitu S3, S4, S6 setelah dikeluarkan indikator dengan loading factor dibawah 0,7 tersebut, namun indikator S1 dan S5 dipertahankan dari model karena indikator kuat untuk variabel Subjective Norms . Variabel Perceived Behaviour Control : Beberapa indikator yang mempunyai loading factor dibawah 0,7 yaitu C3, C4, C6 setelah dikeluarkan indikator dengan loading factor dibawah 0,7 tersebut. Uji Convergent Validity Setelah Modifikasi Selanjutnya indikator variabel dengan loading factor dibawah 0,7 dikeluarkan dari model. Sehingga diperoleh seluruh indikator tersisa memiliki nilai loading factor di atas 0,7. Dengan demikian dapat dilanjutkan pada uji discriminant validity . Gambar 6 Model PLS setelah dikeluarkan Beberapa Indikator 12,63% 17,89% 6,32% 5,26% 3,16% 51,58% 3,16% 1,05% 0,00% 10,00%20,00%30,00%40,00%50,00%60,00% Paket Internet Axis Indosat Telkomsel XL P a k e t I n t e r n e t Dari gambar 6 di atas diperoleh bahwa sudah memenuhi convergent validity dengan nilai loading factor lebih dari 0,7 termasuk dua indikator yang dipertahankan sebelumnya. Hal ini memiliki tingkat validitas tinggi sehingga memenuhi convergent validity . Uji Average Variance Extracted Selanjutnya adalah dapat dilihat dengan metode Average Variance Extracted (AVE) untuk setiap variabel laten. Nilainya lebih baik jika AVE lebih dari 0,5. Tabel 1 Nilai Average Variance Extracted (AVE) Setelah Modifikasi Convergent Validity AVE Attitude 0,771 Perceived 0,661 Subjective 0,564 Intention 0,607 Sumber : Hasil Olah Data 2022 Dari tabel 1 di atas bahwa nilai AVE sudah berada di atas 0,5. Sehingga tidak ada masalh dengan convergent validity pada model yang diuji. Uji Discriminant Validity Validitas dikriminan digunakan untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya. Tabel 2 berikut menunjukkan hasil validitas diskriminan dari model penelitian dengan melihat nilai Cross Loading -nya : Tabel 2 Nilai Cross Loading dalam Uji ## Discrminant Validity Indikator Attitude Intention Perceived Subject Norm P1 0,853 0,64 0,582 0,554 P3 0,9 0,649 0,627 0,686 P4 0,896 0,621 0,565 0,627 P5 0,863 0,564 0,644 0,641 S1 0,452 0,424 0,421 0,713 S2 0,489 0,423 0,52 0,736 S5 0,481 0,521 0,431 0,738 S7 0,753 0,578 0,524 0,821 S8 0,444 0,393 0,372 0,744 C1 0,59 0,45 0,818 0,482 C2 0,592 0,533 0,855 0,519 C5 0,495 0,491 0,763 0,477 I7 0,506 0,705 0,613 0,504 I10 0,618 0,834 0,366 0,521 I12 0,42 0,747 0,396 0,439 I13 0,625 0,822 0,502 0,5 ## Sumber : Hasil Olah Data 2022 Dari hasil estimasi cross-loading pada tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai loading dari masing-masing item indikator terhadap variabel latennya lebih besar daripada nilai cross-loading- nya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua variabel laten sudah memiliki discriminant validity yang baik. Hal ini diperkuat dengan Fornell Lacker diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 3 Nilai Fornel Lacker Criteria Attitude Intention Perceived Subjective Attitude 0,878 Perceived 0,687 0,607 0,813 Subjective 0,713 0,634 0,607 0,751 Intention 0,706 0,779 Sumber : Hasil Olah Data 2022 Dari tabel 3 di atas diperoleh bahwa nilai korelasi variabel dengan dirinya sendiri mmiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan korelasi dengan variabel lainnya. Hal ini umennjukkan bahwa semua variabel laten memiliki discriminant validity yang baik. Uji Composite Reliability Outer Model selain diukur dengan menilai validitas konvergen dan validitas diskriminan juga dapat dilakukan dengan melihat reliabilitas variabel ltem yang diukur dengan composite reliability dan cronbach’S alpha . Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut : Tabel 4 Uji Composite Reliability Variabel Composite Reliability Cronbach'S Alpha Attitude 0,931 0,901 Variabel Composite Reliability Cronbach'S Alpha Perceived 0,854 0,742 Subjective 0,866 0,807 Intention 0,86 0,783 Sumber : Hasil Olah Data 2022 Tabel 4 di atas menunjukkan nilai composite reliability untuk semua konstruk memiliki nilai composite reliability berada di atas nilai 0,70 dan nilai cronbach’s alpha berada di atas 0,6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua kontruk memiliki reliabilitas yang baik sesuai dengan batas nilai minimum yang disyaratkan. ## Pengujian Structural Model Evaluasi strutural model dapat dilakukan melalui, sebagai berikut Analisa R-Square Nilai R-Square menunjukkan tingkat determinasi variabel eksogen terhadap variabel endogennya. Nilai R-Square besar menunjukkan tingkat determinasi yang semakin baik. Tabel 5 Nilai R-Square Variabel Endogen R-Square Intention 0,55 Sumber : Hasil Olah Data 2022 Berdasarkan data yang tunjukkan oleh Tabel 5 dapat diketahui bahwa sekitar 55 persen variabel Intention dapat dijelaskan oleh variabel a ttitude towards the behaviour , s ubject norm dan perceived behavioural control sedangkan sisanya sekitar 45 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti. Analisis Q-Square Nilai Q-Square pengujian model struktural dilakukan dengan melihat nilai Q-square preditive relevance yaitu : Tabel 6 Q-Square Predictive Relevance SSO SSE Q2(=1-SSE/SSO) Attitude 400 400 Perceived 300 300 SSO SSE Q2(=1-SSE/SSO) Subject Norm 500 500 Intention 400 279,985 0,3 ## Sumber : Hasil Olah Data 2022 Tabel 6 di atas diperoleh nilai Q-Square sebesar 0,3 dimana menurut Ghozali (2014) nilai Q-square dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik nilai observasi dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square lebih dari nol menunjukkan bahwa model dikatakan sudah cukup baik. Dalam penelitian ini nilai Q-Square sebesar 0,3 dan lebih dari nol artinya model sudah cukup baik, sehingga prediksi yang dilakukan oleh model dinilai telah relevan. ## Hasil Bootstrapping Dalam PLS, pengujian setiap hubungan dilakukan dengan menggunakan simulasi dengan metode bootstrapping terhadap sampel. Pengujian ini bertujuan untuk meminimalkan masalah ketidaknormalan data penelitian. ## Gambar 7 Bootstrapping Sementara itu hasil perhitungannya dapat dilihat berdasarkan pengaruh langsung, tidak langsung dan total dalam hal ini hanya pengaruh langsung karena tidak ada variabel intervening atau pun moderrating. Tabel 7 Hasil Pengaruh Variabel Eksogen TerhadaVariabel Endogen T-Statistic P-Values Attitude 3,223 0,001 Perceived 1,488 0,137 Subjective 1,866 0,063 ## Sumber : Hasil Olah Data 2022 Pada tabel 7 menunjukkan hasil perhitungan PLS yang menyatakan sgnifikansi pengaruh antar variabel eksogen terhadap variabel endogen. Dikatakan ada pengaruh signifikan jika nilai p-value < 0,5 dan ada pengaruh namun tidak signifikan jika nilai p-value >=0,5. Dari tabel 4.5 di atas hanya variabel Attitude Towards The Behavior yang berpengaruh ssignifikan terhadap Intention dengan nilai p-value < 0,5, sedangkan Subject Norms dan Perceived Behavioural Control berpengaruh namun tidak signifikan terhadap Intention karena nilai p-value >= 0,5. Dari hasil Path Coeeficients diperoleh hubungan positif atau negatif antara variabel eksogen terhadap varibel endogen yaitu : Tabel 8 Path Coefficients Path Coeficients Intention Attitude 0,423 Perceived 0,182 Subjective 0,221 Sumber : Hasil Olah Data 2022 Dari hasil tabel 8 di atas diperoleh bahwa hubungan ketiga variabel eksogen terhadap endogen adalah positif dengan variabel Attitude Towards The Behaviour memiliki pengaruh yang lebih kuat selanjutnya Subjective Norms dan selanjutnya Perceived Behavioural Controls . Analisis Deskriptif Berdasarkan hasil analisis deskriptif variael endogen diperoleh distribui jwaban responden sebagai berikut : ## Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden ## Attitude Towards The Behaviour Attitude Towards The Behavior Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju P1 Menurut saya pembelajaran daring merupakan perkuliahan yang sangat menyenangkan 1,05 % 12,6 3% 57 ,8 9% 28, 42% P2 Saya senang pembelajaran daring karena saya bisa melakukan aktivitas lain tanpa diketahui dosen 17,89 % 33,6 8% 45 ,2 6% 3,1 6% P3 saya senang dengan perkuliahan daring karena dosennya memberikan pemahaman materi secara online 3,16 % 27,3 7% 48 ,4 2% 21, 05% P4 Perkuliahan daring mudah untuk dipahami 3,16 % 37,8 9% 44 ,2 1% 14, 74% P5 Saya menikmati perkuliahan daring karena mengajarkan saya belajar untuk mandiri 1,05 % 14,7 4% 61 ,0 5% 23, 16% P6 Saya menikmati perkuliahan daring karena dosen tidak mengetahui keadaan saya sebenarnya saat perkuliahan daring 10,53 % 35,7 9% 48 ,4 2% 5,2 6% P7 Perkuliahan daring membuat saya merasa bosan 15,79 % 41,0 5% 33 ,6 8% 9,4 7% P8 Penggunaan PC atau pun mobile phone untuk perkuliahan membuat mata saya merasa jenuh 20,00 % 46,3 2% 28 ,4 2% 5,2 6% P9 Saya merasa bosan dengan perkuliahan daring karena tidak bisa bertemu langsung dengan teman-teman kuliah 23,16 % 33,6 8% 35 ,7 9% 7,3 7% P10 Saya tidak menyukai perkuliahan daring karena membutuhkan kuota 22,11 % 35,7 9% 35 ,7 9% 6,3 2% P11 Saya tidak menyukai perkuliahan daring karena penjelasannya tidak menarik 12,63 % 32,6 3% 47 ,3 7% 7,3 7% Attitude Towards The Behavior Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju P12 Saya tidak menyukai perkuliahan daring karena dosen hanya memberikan bahan ajar tanpa ada penjelasan dari dosen 16,84 % 26,3 2% 49 ,4 7% 7,3 7% ## Sumber : Hasil Survey 2022 Pada tabel 9 di atas diperoleh bahwa hampir semua menjawab setuju atas item yang ditanyakan saat survey, terdapat variabel yang tidak setuju menjawab yaitu untuk perkuliahan daring membuat saya merasa bosan sekitar 56,84 persen artinya responden setuju bahwa mereka tidak merasa bosan selama perkuliahan, dan penggunaan PC atau pun mobile phone untuk perkuliahan membuat mata saya merasa jenuh sekitar 66,32 persen artinya mereka setuju bahwa mata mereka tidak merasa jenuh selama perkuliahan daring, selanjutnya saya tidak menyukai perkuliahan daring karena membutuhkan kuota sekitar 57,9 persen artinya mereka setuju bahwa mereka menyukai perkuliahan daring walaupun membutuhkan kuota internet. Dilain hal terdapat responden yang setuju kurang positif dalam merespon pelaksanaan perkuliahan daring yaitu pada item Saya senang pembelajaran daring karena saya bisa melakukan aktivitas lain tanpa diketahui dosen sekitar 48,42 persen artinya bahwa responden menyukai perkuliahan daring karena dapat beraktivitas lainnya terlepas dari perkuliahan atau kegiatan diluar pekuliahan yang menyebabkan kurangnya konsentrasi atau fokus responden selama perkuliahan. Selanjutnya, Saya menikmati perkuliahan daring karena dosen tidak mengetahui keadaan saya sebenarnya saat perkuliahan daring sekitar 48,42 persen artinya responden merasa aman dan nyaman karena mau kondisi apapun selama perkuliahan mereka merasa bebas karena tidak diketahui oleh dosen terlepas dari konsentrasi dalam pembelajaran daring. Item Saya merasa bosan dengan perkuliahan daring karena tidak bisa bertemu langsung dengan teman-teman kuliah sekitar 57,9 persen artinya responden berharap bahwa perkuliahan lebih nyaman dan senang jika ada interaksi langsung dengan teman-teman kuliah sehingga bisa saja timbul motivasi dalam perkuliahan. Selanjutnya Saya tidak menyukai perkuliahan daring karena penjelasannya tidak menarik sekitar 54,74 persen dan Saya tidak menyukai perkuliahan daring karena dosen hanya memberikan bahan ajar tanpa ada penjelasan dari dosen sekitar 56,84 persen. Artinya responden merasa perkuliahan daring kurang menarik sehingga mudah bosan bahkan perkuliahan seperti tatap muka tidak dapat dirasakan oleh responden. Menurut mereka tidak semua dosen memberikan penjelasan secara mendetail dalam menyampaikan materi ajar. Sehingga pemahaman responden selama perkuliahan tidak maksimal. Tabel 10 ## Distribusi Jawaban Responden Subject Norm Subject Norms Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju S1 Keluarga saya menyediakan fasilitas internet di rumah untuk kuliah daring 9,47 % 26,3 2% 42,1 1% 22, 11% S2 Keluarga saya memberikan kesempatan untuk saya mengikuti pembelajaran daring tanpa harus terganggu oleh kegiatan lain di luar urusan perkuliahan 0,00 % 12,6 3% 64,2 1% 23, 16% S3 Keluarga saya mengawasi saya saat perkuliahan daring 4,21 % 38,9 5% 40,0 0% 16, 84% Subject Norms Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju S4 Teman saya selalu mengajak saya chatting saat kuliah daring 10,53 % 30,5 3% 54,7 4% 4,2 1% S5 Teman saya sangat membantu saya memberikan kuota internet selama perkuliahan daring 10,53 % 61,0 5% 21,0 5% 7,3 7% S6 Saya mendapatkan contekan jawaban saat ujian online dari teman 7,37 % 16,8 4% 63,1 6% 12, 63% S7 Dosen memberikan perkuliahan daring sangat menarik 3,16 % 18,9 5% 61,0 5% 16, 84% S8 Dosen memberikan kesempatan kepada saya untuk berdiskusi kuliah diluar kuliah daring 1,05 % 8,42 % 69,4 7% 21, 05% S9 Dosen selalu memberikan bahan ajar dengan lengkap kepada saya 0,00 % 4,21 % 69,4 7% 26, 32% ## Sumber : Hasil Survey 2022 Pada tabel 10 di atas diperoleh bahwa hampir semua menjawab setuju atas item yang ditanyakan saat survey, terdapat variabel yang tidak setuju menjawab yaitu Teman saya sangat membantu saya memberikan kuota internet selama perkuliahan daring sekitar 77,89 persen hal ini tentu terjadi karena teman mereka pun membutuhkan kuota internet untuk perkuliahan. Selanjutnya sekitar 58,95 persen responden menyatakan bahwa Teman saya selalu mengajak saya chatting saat kuliah daring artinya perkuliahan daring yang terlaksana tidak dapat mencegah kegiatan mahasiswa yang tidak fokus selama perkuliahan, karena kondisi chatting mahasiswa tidak terdetek oleh dosen. Saat perkuliahan offline saja mahasiswa masih melakukan chatting apalagi selama perkuliahan daring yang dosen tidak melihat langsung aktivitas mahasiswa. Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden Perceived Behavioural Controls Perceived Behavioural Controls Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju C1 Saya serius dalam mengikuti perkuliahan online 0,00 % 8,42 % 57,8 9% 33, 68% C2 Saya bisa mengendalikan diri pada saat perkuliahan daring mengalami kesulitan 1,05 % 10,5 3% 68,4 2% 20, 00% C3 Saya akan melaporkan kepada dosen atau pihak kampus jika ada kecurangan saat perkuliahan daring atau saat ujian online 2,11 % 24,2 1% 64,2 1% 9,4 7% C4 Saya akan mengajukan fasilitas kuota kepada kampus untuk perkuliahan daring 1,05 % 13,6 8% 55,7 9% 29, 47% C5 Saya selalu mengikuti perkuliahan daring dengan manfaatkan fasilitas kampus 2,11 % 31,5 8% 51,5 8% 14, 74% C6 Kampus tidak memberikan informasi penggunaan platform perkuliahan daring 8,42 % 27,3 7% 60,0 0% 4,2 1% ## Sumber : Hasil Survey 2022 Pada tabel 11 di atas diperoleh bahwa hampir semua menjawab setuju atas item yang ditanyakan saat survey, namun sekitar 64,21 persen responden menyatakan bahwa kampus tidak memberikan informasi penggunaan platform perkuliahan daring. Hal ini memperlihatkan bahwa adanya komunikasi yang tidak tersampaikan kepada responden mengenai pelaksanaan perkuliahan daring. Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden Itention Intention Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju I1 Saya dapat kuliah kapan pun jika dosen meminta tambahan waktu 3,16 % 14,7 4% 57,8 9% 24, 21% I2 Saya hanya bisa mengikuti Perkuliahan daring sesuai jadwal 4,21 % 27,3 7% 56,8 4% 11, 58% I3 Saya tidak bisa kuliah daring dimalam hari 18,95 % 29,4 7% 42,1 1% 9,4 7% I4 Saya mampu kuliah online mandiri pada saat saya tidak bisa mengikuti jadwal yang ditentukan 4,21 % 28,4 2% 52,6 3% 14, 74% Intention Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Setuju Sangat Setuju I5 Saya bisa bebas mengulang materi kapanpun 0,00 % 7,37 % 60,0 0% 32, 63% I6 Saya bisa leluasa mencari informasi dan materi terkait perkuliahan daring yang saya ikuti 0,00 % 9,47 % 63,1 6% 27, 37% I7 Diluar kewajiban kampus, Saya akan tetap menggunakan metode perkuliahan daring walaupun tidak diminta pihak kampus 3,16 % 32,6 3% 51,5 8% 12, 63% I8 Bagi saya perkuliahan daring cukup sampai disini 17,89 % 32,6 3% 35,7 9% 13, 68% I9 Saya akan berhenti kuliah jika masih melaksanakan perkuliahan daring 7,37 % 15,7 9% 51,5 8% 25, 26% I10 Saya berencana mengusulkan kepada dosen dan pihak kampus untuk sering melaksanakan kuliah secara daring di masa yang akan datang 3,16 % 35,7 9% 44,2 1% 16, 84% I11 Jika ada pilihan perkuliahan daring atau tatap muka, maka saya akan pilih perkuliahan tatap muka 7,37 % 16,8 4% 52,6 3% 23, 16% I12 Saya berniat untuk aktif menggunakan media online dalam perkuliahan 0,00 % 10,5 3% 71,5 8% 17, 89% I13 Saya berharap perkuliahan daring tidak dihentikan 1,05 % 21,0 5% 53,6 8% 24, 21% I14 Saya berharap perkuliahan daring menyenangkan dan mudah diikuti 0,00 % 8,42 % 58,9 5% 32, 63% ## Sumber : Hasil Survey 2022 Pada tabel 12 di atas diperoleh bahwa hampir semua menjawab setuju atas item yang ditanyakan saat survey. Terdapat satu item yang menyatakan bahwa menurut responden Jika ada pilihan perkuliahan daring atau tatap muka, maka saya akan pilih perkuliahan tatap muka sekitara 75,79 persen. Artinya sebaik apapun kondisi perkuliahan daring, responden tetap memilih kepada perkuliahan tatap muka. Hal ini sifat manusia sebagai makhluk sosial yang ingin bertemu dengan manusia lainnya. Sesuai dengan pernyataan Saya merasa bosan dengan perkuliahan daring karena tidak bisa bertemu langsung dengan teman-teman kuliah (P9) sekitar 35,79 responden menyatakan setuju. Selain daripada itu responden menginginkan perkuliahan daring untuk tetap dilaksanakan hal ini sesuai dengan pernyataan responden sekitar 77,89 persen bahwa Saya berharap perkuliahan daring tidak diberhentikan. Dengan harapan perkuliahan daring menyenangkan dan mudah diikuti menurut responden sekitar 91,58 persen. Jika dilihat dari pernyataan responden bahwa dari variabel Intention kesiapan mahasiswa untuk pembelajaran daring sudah cukup baik hal ini didukung dari pernyataan Saya serius dalam mengikuti perkuliahan online sekitar 91,57 persen, Keluarga saya menyediakan fasilitas internet di rumah untuk kuliah daring sekitar 64,22 persen, Keluarga saya memberikan kesempatan untuk saya mengikuti pembelajaran daring tanpa harus terganggu oleh kegiatan lain di luar urusan perkuliahan sekitar 84,37 persen, Diluar kewajiban kampus, Saya akan tetap menggunakan metode perkuliahan daring walaupun tidak diminta pihak kampus sekitar 64,21 persen serta Saya berencana mengusulkan kepada dosen dan pihak kampus untuk sering melaksanakan kuliah secara daring di masa yang akan datang sekitar 61,05 persen. ## SIMPULAN 1. Komponen dari Theory of Planned Behavior yang paling dominan mempengaruhi Intention dalam pembelajaran daring di era New Normal ini adalah variabel Attitude Towards The Behaviour selanjutnya Subjective Norms dan selanjutnya Perceived Behavioural Controls. 2. Kesiapan mahasiswa dalam pembelaran daring di era New Normal ini cukup baik karena adanya pernyataan mahasiswa bahwa mahasiswa akan serius dalam mengikuti perkuliahan online, keluarga mahasiswa menyediakan fasilitas internet di rumah untuk kuliah daring dan juga memberikan kesempatan untuk mengikuti pembelajaran daring tanpa harus terganggu oleh kegiatan lain di luar urusan perkuliahan, selanjutnya diluar kewajiban kampus, mahasiswa akan tetap menggunakan metode perkuliahan daring walaupun tidak diminta pihak kampus dan berencana mengusulkan kepada dosen dan pihak kampus untuk sering melaksanakan kuliah secara daring di masa yang akan datang. 3. Pembelajaran yang ingin diikuti oleh mahasiswa di era New Normal ini pembelajaran secara tatap muka. Mahasiswa memiliki harapan bahwa perkuliahan daring tetap dilaksanakan walaupun kondisi tidak mewajibkannya. Namun demikian mereka tetap menginginkan perkuliahan secara tatap muka. Sehingga hal ini dapat didukung dengan perkuliahan Hybrid dengan ketentuan dan aturan yang jelas. Perkuliahan daring yang sudah dilaksanakan agar kedepannya ada perbaikan baik dari fasilitas dan penyampaian materi ajar. Penelitian selanjutnya diperluas untuk responden keseluruhan mahasiswa Universitas Dharma Andalas. ## DAFTAR PUSTAKA Abidah, & Aklima. (2022). Analisis Kesiapan Belajar Mahasiswa Secara Digital Pada Masa Pandemi Covid-19. Genta Mulia, Jurnal Ilmiah Pendidikan, XIII(No.01), 123–135. Andriani, R., & Wahyuni, S. (n.d.). Identifikasi Persepsi Mahasiswa Dan Hambatan Dalam Perkuliahan Daring Menggunakan Technology Acceptance Model (Tam). Https://Doi.Org/10.29303/Jipp.v6i 3.230 Chairoel, L., Fitri, M. E. Y., & Hastini, L. Y. (2020). Persepsi Mahasiswa Tentang Sistem Informasi Akademik Perguruan Tinggi. Amar (Andalas Management Review), 4(1), 82–99. Https://Doi.Org/10.25077/Amar.4. 1.82-99.2020 Diana, E., & Rofiki, Moh. (2020). Analisis Metode Pembelajaran Efektif Di Era New Normal. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran , 3(No. 2), 336–342. Fitri, M. E. Y., Hastini, L. Y., & Chairoel, L. (2021). Kesiapan Dosen Universitas Dharma Andalas Dalam Proses Pembelajaran Di Masa New Normal. Handayani, P. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Dan Penerimaan Teknologi Pada Sistem Ujian Online. Paradigma, Xv(No.02), 147–159. Http://Www.Bsi.Ac.Id Hastini, L. Y., Fahmi, R., & Lukito, H. (2020). Apakah Pembelajaran Menggunakan Teknologi Dapat Meningkatkan Literasi Manusia Pada Generasi Z Di Indonesia?Jurnal Manajemen Informatika. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10 .34010/Jamika.v10i1 Jannah, M., Bustamam, N., Program, Y., Bimbingan, S., Konseling, D., Keguruan, F., & Pendidikan, I. (2020). Kesiapan Diri Mahasiswa Dalam Menghadapi Perkuliahan Daring. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan Dan Konseling, 5, 13– 18. Musriannur, M. H., Yasirandi, R., & Oktaria, D. (2021). Pengukuran Dan Analisis Penerimaan Lms Sebagai Media Belajar Online Menggunakan Technology Acceptance Model Di Universitas Telkom. 11505–11518. Saputra, M. D. (2019). Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Guru Dalam Menggunakan E-Learning Moodle Dengan Menggunakan Teori Technology Acceptance Model (Tam) (Studi Kasus Guru Smk Aceh Besar). Saragih, S., Markus, T., Rhian, P., & Setiawan, S. (2021). Exploring Lecturers And Students’ Readiness For Online Learning During Covid- 19 Pandemic. Kwangsan Jurnal Teknologi Pendidikan, 01(No.01), 124–141. Setiawan, A. C. (2021). Kesiapan Mahasiswa Mengikuti Pembelajaran Daring Di Masa Pandemi Covid-19. Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori Dan Praktik Kependidikan. 6(1), 33–42. Https://Doi.Org/10.17977/Um027v 6i12021p033 Suprijono, A. (2020). Kesiapan Dunia Pendidikan Menghadapi Era New Normal ◆ i Kesiapan Dunia Pendidikan Menghadapi Era New Normal (R. Mubit, Ed.; Pertama, Pp. 33–47). Iain Parepare Nusantara Press. Surya Siregar, H., Ramdhan, D. F., & Sugilar, H. (2022). Technology Acceptance Model (Tam) Pada Pembelajaran Online Mahasiswa Ppg Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri. Jurnal Pendidikan Islam, 11(No.01), 279– 293. Https://Doi.Org/10.30868/Ei.v11i0 1.2174 Rohmah, D. W. M., & Rizqan, M. D. A. (2021). Kesiapan Mahasiswa Dalam Pembelajaran Daring Dan Hubungannya Dengan Hasil Belajar. Jurnal Penelitian Humaniora, 22(2), 136–147. Https://Doi.Org/10.23917/Humani ora.v22i2.9460 Undang-Undang No 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi, (2012)
68834a7d-aba5-4fa0-af2c-6afa27b68a46
https://unimuda.e-journal.id/jurnalpendidikandasar/article/download/1839/909
Upaya Penanaman Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Telaah Pendekatan Struktural Fungsional Talcott Parsons Anjar Sulistiawati 1  & Khoirudin Nasution 2 Pascasarjana PGMI, Universitas Islam Negeri Kalijaga, Indonesia  E-mail: [email protected] ## Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya penanaman pendidikan karakter di sekolah dasar berdasarkan teori struktural fungsional Talcott Parsons. Pendekatan penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif dengan metode observasi dan telaah literatur. Objek materil yaitu upaya penanaman pendidikan karakter di SD Negeri Trayu dengan objek formal pendekatan struktural fungsional Talcott Parsons. Analisis data yang digunakan adalah analisis sinkronisasi antara upaya penanaman pendidikan karakter dilapangan dengan teori struktural fungsional Talcott Parsons. Teori Talcott Parsons yaitu masyarakat sebagai suatu sistem saling berhubungan dan saling bergantung. Faktor terpenting dari suatu integrasi sistem sosial yaitu kesepakatan. Kemudian Talcott Parsons mengembangkan konsep imperatif fungsional untuk membuat sistem bertahan. Konsep imperatif ini biasanya disebut sebagai AGIL, yang merupakan singkatan dari Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency. kesimpulannya bahwa penanaman pendidikan karakter di sekolah dalam hal ini dianalisis dengan pendekatan teori struktural fungsional Talcott Parsons melalui 4 tahap yaitu; tahap penetapan dengan tujuan penanaman pendidikan karakter goal attaintment, tahap adaptation sebagai proses adaptasi peserta didik dengan tata tertib dan kebiasaan di sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan karakter, tahap integration penanaman pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler, dan ekstrakurikuler. Kemudian pada tahap latency strategi penanaman pendidikan karakter harus dilaksanakan secara terus menerus atau berkesinambungan. Kata Kunci : Pendidikan Karakter; Sekolah Dasar; Struktural Fungsional; Talcott Parsons. ## Abstract The purpose of this study was to determine the efforts to inculcate character education in elementary schools based on Talcott Parsons' structural-functional theory. This research approach is descriptive qualitative with the method of observation and literature review. The material object is the effort to cultivate character education in SD Negeri Trayu with the object of a formal structural functional approach of Talcott Parsons. Analysis of the data used is an analysis of the relationship between efforts to cultivate character education in the field with Talcott Parsons' structural-functional theory. Talcott Parsons' theory is that society as a system is interconnected and interdependent. The most important factor of an integrated social system is agreement. Then Talcott Parsons developed the concept of functional imperatives to make systems last. This imperative concept is usually referred to as AGIL, which stands for Adaptation, Goal attainment, Integration, and Latency. The conclusion is that the cultivation of character education in schools in this case is analyzed by using the structural functional theory approach of Talcott Parsons through 4 stages, namely; the determination stage with the aim of planting character education to achieve goals, the adaptation stage as a process of adapting students to the rules and habits at school in order to achieve the goals of character education, the integration stage of character education planting can be integrated with intracurricular, co-curricular, and extracurricular activities. Then at the latency strategy stage, character education must be carried out continuously or continuously. Keywords : Character building; Primary School; Structural Functional; Talcott Parsons. ## PENDAHULUAN Pendidikan adalah kunci merupakan kunci dalam meningkatkan kualitas suatu bangsa. Bangsa yang maju selalu dimulai dari pendidikan yang maju karena pendidikan sebagai pengembangan kualitas dan kemampuan masyarakat. Dengan masyarakat yang terdidik dapat mewujudkan bangsa yang maju dan berpendidikan. Pendidikan yan tepat dapat mewujudkan cita- cita suatu bangsa dalam berbagai aspek kehidupan termasuk kedisiplinan, etos kerja, dan nilai moral suatu bangsa. Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai tersebut, maka diperlukan manajemen pendidikan yang tidak hanya sebagai wadah mencerdaskan, tetapi juga sebagai wadah penanaman karakter anak. Upaya penanaman pendidikan karakter melalui di Indonesia melalui gerakan Pengatan Pendidikan Karakter (PPK). Kemudian ditegaskan dengan gagasan Profil Pelajar Pancasila yang sesuai Visi dan Misi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024. Melalui PPK ini, karakter peserta didik dapat terbentuk lebih sempurna, diperkuat melalui harmonisasi hati (etika), olah rasa (estetika), olah pikir (literasi) dan olah raga (kinestetik); dengan dukungan pelibatan masyarakat dan kerjasama antara sekolah, keluarga dan masyarakat. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan melalui gerakan PPK adalah nilai-nilai agama, nasionalisme, kemandirian, gotong royong dan integritas. Urgensi PPK ini adalah membangun Sumber Daya Manusia yang menjadi tumpuan pembangunan bangsa. Generasi yang harus dibangkitkan adalah Generasi Emas , memiliki kualitas karakter, literasi dasar dan keterampilan 4C (Critical thinking, Creativity, Communication, and Collaboration) (Anshori, 2017). Pendidikan Karakter menjadi keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, pendidikan juga untuk membangun budi pekerti dan sopan santun dalam kehidupan (Rohendi, 2010). Karakter adalah hal penting yang harus dimiliki suatu bangsa untuk dapat eksis dalam persaingan global. Struktur masyarakat yang ada dalam suatu negara berfungsi untuk menjaga agar nilai-nilai karakter yang berlaku di masyarakat agar kehidupan masyarakat berjalan stabil dan keteraturan (Sidi, 2014). Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan perilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan (Baidarus, 2018). Kebiasaan yang secara sadar dilakukan secara berulang dapat membentuk karakter (Juwita et al., 2020). Ilmu sosiologi berguna dalam segala aspek kehidupan. Setiap elemen masyarakat sebagai makhluk sosial harus memahami nilai dan norma yang ada agar bisa diterima sebagai anggota masyarakat. Di dalam Sosiologi Pendidikan mengacu pada penerapan pengetahuan sosiologi, teknik berfikir, dan pengumpulan data dalam penyelidikan pendidikan. Dengan demikian sosiologi pendidikan mempelajari tentang proses pendidikan sebagai interaksi sosial, sekolah sebagai kelompok sosial, serta sebagai lembaga sosial (Daimah & Pambudi, 2018). Salah satu tokoh dalam sosiologi yang sangat terkenal dengan teori struktural fungsional yaitu Talcott Parsons. Tujuan kajian-kajian struktural-fungsionalisme adalah untuk membangun suatu sistem sosial, atau struktur sosial, melalui pengajian terhadap pola hubungan yang berfungsi antara individu-individu, antara kelompok- kelompok, atau antara institusi-institusi sosial di dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa tertentu (Marzali, 2014). Muara dari pendidikan karakter pada dasarnya adalah agar peserta didik atau individu dapat bersosialisasi dengan baik sesuai dengan norma dan nilai-nilai baik yang berlaku di masyarakat. Melalui hal ini penting untuk melakukan penelitian mengenai upaya pendidikan karakter di sekolah dasar berdasarkan teori struktral fungsional. Pendidikan karakter memungkinkan dapat ditinjau dari teori struktural dan fungsional. Karena teori strukural funsional yang dikemukakan Talcott Parsons memiliki keselarasan dengan penanaman pendidikan karakter mulai dari pengenalan sampai pada internalisasi nilai- nilai. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini berfokus pada penggunaan upaya penanaman pendidikan karakter yang ditinjau dari teori struktural fungsional Talcott Parsons. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif. Objek materil dalam penelitian yaitu upaya penanaman pendidikan karakter di SD Negeri Trayu dengan menggunakan objek formal pendekatan struktural fungsional Talcott Parsons. Metode pengambilan data melalui observasi, penelaahan/pengkajian literature- literatur, baik klasik maupun modern yang ada kaitannya dengan judul tulisan ini. Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis upaya penanaman pendidikan karakter dilapangan berdasarkan teori struktural fungsional Talcott Parsons. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hakikat Pendidikan Karakter Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada bab I tentang ketentuan umun Pasal I ayat (1) disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar daan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik ssecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hakikat pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk menolong peserta didik dengan jalan membimbing dan mengembangkan potensi dan kepribadian serta kemampuan dasar peserta didik untuk menuju kedewasaan, berkepribadian luhur, berakhlak mulia dan mempunyai kecerdasaan berpikir yang tinggi melalui bimbingan dan latihan yang dilaksanakan dengan mengacu pada ajaran- ajaran yang tertera dalam al-Qur’an dan al- Sunnah (Chasanah, 2017). Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan yaitu usaha sadar dan tersisimatis untuk mewujudkan suasana belajar sehingga dapat mengembangkan potensi dan kepribadian peserta didik sebagai bekal kehidupan di masa mendatang bersama degan masyarakat. Pendidikan sebagai wadah untuk belajar bagi peserta didik, tidak hanya mengembangkan kecerdasan tetapi juga kepribadian dan segala potensi yang dimilikinya. Peserta didik harus mempersiapkan diri untukmenghadapi kehidupan di masa dewasa dan tumbuh di lingkungan masyarakat. Kata Karakter kemudian disadur kedalam bahasa Indonesia, sehingga bila dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter diartikan dengan “tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (KBBI, 2021). Dalam literasi barat Karakter diartikan sebagai sifat kejiwaan, akhlak serta budi pekerti yang dimiliki seseorang yang membuatnya berbeda dibandingkan dengan orang lainnya, karakter juga dapat diartikan sebagai watak serta kepribadian. Karakter adalah kepribadian yang dapat dilihat dari titik moral maupun tolak etis karakter memiliki hubungan pada sifat-sifat yang umumnya tetap (Arif, 2020). Karakter merupakan struktur antropologis manusia, di sanalah manusia menghayati kebebasan dan menghayati keterbatasan dirinya. Dalam hal ini karakter bukan hanya sekedar tindakan saja, melainkan merupakan suatu hasil dan proses (Indrawan et al., 2020). Pendidikan karakter adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk membentuk agar para peserta didik memiliki kepribadian dan perilaku yang sesuai dengan karakter seperti dinyatakan dalam tujuan pendidikan. Pendidikan karakter diselenggarakan untuk mendorong meningkatnya potensi, bakat, kemampuan seseorang melalui proses yang sistematis dalam bentuk manusia yang berkarakter (Indrawan et al., 2020). Lickona yang mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis. Pendidikan karakter menerut Lickona mengandung tiga unsure pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good) (Indrawan et al., 2020). Pada dasarnya Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Indrawan et al., 2020). Menurut Lee dalam Journal of Science Education, menyatakan “Character and values are the essential driving forces that serve as general guides or points of reference for individuals to support decision making and to act responsibly about global socioscientific issue”s. Dapat diartikan karakter dan nilai adalah kekuatan pendorong yang penting yang berfungsi sebagai panduan umum atau titik acuan bagi individu untuk mendukung pengambilan keputusan dan untuk bertindak secara bertanggung jawab tentang masalah sosiosains global. (Garzia, 2018). Terdapat lima nilai utama karakter yang menjadi prioritas Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Lima nilai karakter tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisah-pisahkan, saling mempengaruhi dan saling menentukan dan ditentukan, yakni (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2017): (a) Religius. Karakter religius merupakan cerminan ketaatan manusia terhadap Allah SWT, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku menjalankan syariat Islam, toleransi terhadap ummat yang beragama lain; meliputi tiga aspek, yakni relasi individu dengan Allah SWT, dengan sesama manusia dan dengan alam semesta. Wujud nilainya berupa cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama lintas agama, antibuli dan kekerasan, persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih; (b) Nasionalis, karakter nasionalis nampak dalam pola pikir, sikap dan perilaku setia, peduli, dan menghargai bahasa, lingkungan sosial dan fisik, kebudayaan, ekonomi dan politik bangsa Indonesia diatas kepentingan pribadi dan golongan. Wujud nilai karakter nasionalis berupa kesediaan menghargai dan menjaga budaya bangsa sendiri, berkorban secara ikhlas, punya prestasi, cinta tanah air, melestarikan lingkungan fisik dan sosial, mentaati aturan hukum yang berlaku, disiplin dan berdedikasi tinggi, menghargai keanekaragaman budaya, suku dan agama; (c) Mandiri, karakter mandiri nampak pada pola pikir, sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain, serta mengoptimalkan semua tenaga, pikiran, waktu, biaya untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita. Wujud nilai kemandirian berupa semangat kerja keras, tangguh, memiliki daya berjuang tinggi, professional, kreatif, pemberani, serta bersedia meluangkan waktu sebagai pembelajar sepanjang masa, (d) Gotong royong, karakter gotong royong nampak pada pola pikir, sikap dan perilaku kerjasama dan bahu membahu dalam menyelesaikan persoalan bersama, memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, bersahabat dengan orang lain dan memberi bantuan pada mereka yang miskin, tersingkir dan membutuhkan pertolongan. Wujud nilai gotong royong berupa kesediaan saling menghargai, bekerjasama, taat keputusan, musyawarah mufakat, saling menolong, memiliki solidaritas tinggi, berempati, tidak suka diskriminasi dan kekerasan, serta rela berkorban. Integritas, karakter integritas menjadi nilai utama yang melandasi pola pikir, sikap dan perilaku amanah, setia pada nilai-nilai sosial dan moral. Karakter integritas meliputi sikap tanggungjawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Wujud nilai integritas berupa kejujuran, cinta pada kebenaran dan keadilan, memiliki komitmen moral, tidak korupsi, bertanggungjawab, menjadi teladan, menghargai martabat individu (terutama penyandang disabilitas). ## Biografi Talcott Parsons Talcott Parsons, lahir pada 1902 di Colorado Springs, Parson berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang yang saleh dan Intelektual, Ayahnya seorang pendeta gereja, seorang professor, dan memiliki jabatan yang tinggi di sebuah kampus kecil Parson mendapat gelar sarjana dari Amhers College tahun 1924 dan melanjutkan kuliah pascasarjana di London School of Economics, di tahun berikutnya, dia pindah ke Heidelberg, Jerman (Ritzer dkk., 1991 (Bakri, 2020)). Persons menjadi pengajar di Harvard pada tahun 1927, dan meskipun Parsons berpindah jurusan beberapa kali, Parsons tetap berada di Harvard sampai ia wafat tahun 1979. Parsons menjadi ketua jurusan sosiologi di Harvard pada tahun 1944 dan dua tahun kemudian menduduki jabatan sebagai ketua jurusan hubungan sosial yang baru saja didirikan yang tidak hanya mempelajari ilmu sosial namun juga berbagai ilmuan sosial lain, pada tahun 1949 dipilih debagai Presiden Asosiasi Sosiologi Amerika, tahun 1950 dan 1960, dan terbitnya buku seperti The Social System (Parson, 1991(Bakri, 2020)). Pada akhir tahun 1960, Persons diserang oleh sayap radikal sosiologi Amerika, Persons dipandang berhaluan politik konservstif. Holton dan Turner mungkin teoretisi yang melangkah paling jauh, dengan berargumen bahwa “karya- karya Persons, merepresentasikan kontribusi yang jauh lebih besar bagi teori sosiologi ketimbang Marx, Weber, Durkheim atau para pengikut sezamannya” terlebih lagi, gagasan- gagasan Persons tidak hanya memengaruhi para pemikir konservatif namun juga teoretisi neo–Marxian, khususnys Jurgen Habermas (Ritzer, 2012 (Bakri, 2020)). Talcott Parsons telah disebut sebagai orang Amerika yang paling berpengaruh sosiolog untuk karya teoretisnya tentang sistem sosial dan untuk peran pentingnya dalam menggambarkan bidang sosiologi sebagai disiplin yang berbeda (Gerhardt, 2002). Dalam perkembangan pemikirannya ada tiga hal besar yang memengaruhi pendekatan sosiologis Parsons. Hal pertama adalah perhatian Parsons terhadap masalah kemanusiaan dalam lingkungan sosial masyarakat barat. Hal kedua adalah ketertarikan Parsons pada ilmu kedokteran. Ketertarikannya pada dunia kedokteran yang membuatnya mempelajari biologi dan filosofi, walaupun akhirnya dipisahkan oleh dunia sosiologi, tetap bertahan dan memengaruhi beberapa aspek dari ide-idenya tentang sosiologi. Hal ketiga yang memengaruhi pemikiran Parsons adalah sifat-sifat ekonomi sebagai kajian ilmiah (Turama, 2018). Teori Struktural Fungsional Talcot ## Parsons Gagasan utama Talcott Parsons dikenal sebagai teori fungsionalisme struktural. Pendekatan ini melihat masyarakat sebagai sistem yang terintegrasi secara fungsional dalam bentuk keseimbangan. Pendekatan fungsionalisme struktural ini berasal dari perspektif yang menyamakan masyarakat dengan organisme biologis. Pandangan ini merupakan pengaruh dari pandangan Herbert Spencer dan Auguste Comte yang menyatakan bahwa ada saling ketergantungan antara suatu organ tubuh dengan organ tubuh kita yang lain, dan ini dianggap sebagai kondisi yang sama dengan perusahaan Talcott Parsons selanjutnya mengembangkan pemikirannya sebagai bahwa masyarakat harus dilihat sebagai sistem bagian-bagian yang saling bergantung. Jadi hubungan pengaruh yang mempengaruhi sampai antar bagian adalah timbal balik. Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai secara sempurna, sistem sosial pada dasarnya selalu cenderung menuju keseimbangan dinamis. Meskipun ada ketegangan, disfungsi dan penyalahgunaan, sistem sosial masih dalam perjalanan menuju integrasi. Perubahan sistem sosial terjadi secara bertahap melalui adaptasi dan tidak terjadi secara revolusioner. Faktor terpenting yang memiliki integrasi suatu sistem sosial adalah kesepatakan dalam anggota masyarakat tersebut (Henderson, 2014). Parsons juga mengembangkan konsep imperatif fungsional untuk membuat sistem bertahan. Imperatif ini biasanya disebut sebagai AGIL, yang merupakan singkatan dari Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency. a.) Adaptation Ini adalah kemampuan masyarakat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang ada dan lingkungan alam. b.) Goal Attainment Imperatif kedua ini adalah kemampuan untuk menentukan dan menetapkan tujuan masa depan dan mengambil keputusan sesuai dengan tujuan tersebut. Memecahkan masalah politik dan tujuan sosial adalah bagian dari kebutuhan ini. c.) Integration adalah keselarasan seluruh anggota sistem sosial setelah dicapai kesepakatan bersama tentang nilai-nilai atau norma-norma masyarakat. Inilah peran nilai- nilai tersebut sebagai integrator suatu sistem sosial. d.) Latency adalah pemeliharaan model, dalam hal ini nilai-nilai sosial tertentu seperti budaya dan bahasa (Turama, 2018). ## Upaya Penanaman Pendidikan Karakter Berdasarkan Teori Struktural Fungsional Dalam proses analisis ini peneliti menggunakan teori analisis Talcott Parsons struktural fungsional. Teori konsep imperatif fungsional untuk membuat sistem bertahan atau yang disebut AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latency) sebagai strategi penerapan pendidikan karakter di sekolah dasar. Gambar 1. Teori konsep imperatif fungsional Talcott Parsons Pertama Adaptation, yaitu proses adaptasi nilai-nilai karakter. Sekolah menjadi tempat beradaptasi dalam menanamkan nilai- nilai karakter terhadap anak. Sekolah sebagai suatu sistem pendidikan memiliki serangkaian aturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh peserta didik. Sebagai ekosistem belajar sekolah menjadi tempat beradaptasi dalam mengembangkan nilai- nilai karakter. Peserta didik akan beradaptasi mengikuti aturan dan nilai-nilai yang harus diterapkan di sekolah. Berdasarkan hasil observasi diketahui untuk meningkatkan karakter religius siswa harus beradaptasi mengikuti kegiatan tadarus dan shalat dhuha disekolah. Untuk meingkatkan karakter bertanggung jawab, siswa diharuskan beradaptasi melaksanakan tugas piket kelas di sekolah. Sekolah juga tetap berusaha menjaga nilai-nilai kesantunan atau unggah- ungguh dalam bahasa jawa. Siswa dibiasakan untuk berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa jawa kromo. Hal ini juga dicontohkan Bapak/Ibu guru dalam berkomunikasi baik dengan siswa, sesama rekan guru, ataupun wali murid. Apabila melintas didepan Bapak/Ibu guru atau orang yang lebih tua siswa dibiasakan untuk menunduk, sebagai wujud rasa hormat terhadap orang yang lebih tua. Upaya upaya tersebut selaras dengan teori adaptation dalam teori Talcott Parsons yaitu agar masyarakat atau dalam hal ini peserta didik dapat bertahan maka mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan sitem/lingkungan (Prasetya et al., 2021). Kedua Goal Attainment, yaitu tujuan penanaman pendidikan karakter. Tujuan pendidikan karakter penting agar dalam pengambilan keputusan sesuai dengan tujuan (Turama, 2018). Pada tahap ini juga dapat disebut sebagai tahap awal penanaman pendidikan karakter. Di dalam tahap ini satuan pendidikan dapat menetapkan tujuan pendidikan karakter. Kemudian tujuan dapat diturunkan di dalam visi misi sekolah atau menjadi sebuah program dalam implementasi pendidikan karaker. Sehingga tujuan dapat terwujud dengan perencanaan dan perhitungan yang tepat. Terwujud dalam visi misi SD Negeri Trayu yaitu Visi: “Terwujudnya sumber daya manusia yang bertaqwa, berkualitas, terampil san berbudi pekerti luhur serta cinta tanah air”. Indikator berdasarkan visi tersebut diantaranya yaitu; a) unggul dalam bidang keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, b) Unggul dalam bidang akademik yang dicapai melalui ketekunan dan kejujuran, c) unggul dalam keterampilan, kesenian, budaya dan kerajinan serta menguasai teknologi untuk mampu hidup mandiri, d) unggul dalam berbangsa, bernegara, dan cinta tanah air. Berdasarkan visi tersebut kemudian diturunkan misi sekolah guna mencapai visi sekolah, diantaranya; a) meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, b) Meningkatkan pelayanan kegiatan belajar mengajar secara efektif dan optimal, c) melatih keterampilan peserta didik, d) membina peserta didik agar berbudi pekerti luhur sesuai dengan budaya Indonesia, e) menciptakan lingkungan sehat dan aman, f) membina peserta didik agar selalu cinta Bangsa dan Tanah Air Indonesia. Visi misi sekolah tersebut menjadi acuan dalam menyusun aturan dalam mengembangkan pendidikan karakter di sekolah. Ketiga Integration, yaitu keselarasan seluruh sistem sosial. Pada tahap ini penanaman pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan berbagai kegiatan di sekolah baik intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Penerapan pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler yaitu dengan mengintegrasikan dengan mata pelajaran dalam pembelajaran dikelas. Pengintegrasian dengan kokurikuler dapat melalui kegiatan di luar kelas seperti dalam kegiatan pembiasaan. Pengintegrasian dengan ekstrakurikuler dapat melallui kegiatan-kegiatan pengembangan minat dan bakat peserta didik. Tahap integration ini sebagai katalisator yang mempercepat upaya penanaman pendidikan karakter. Berdasarkan hasil pengamatan seluruh anggota sistem di SD Negeri Trayu telah saling terintegrasi dalam penanaman pendidikan karakter. Pengintegrasian pendidikan karaker dalam pembelajaran di kelas telah ditunjukkan dalam deskripsi kegiatan pembelajaran dalam di dalam RPP. Guru juga telah menciptakan suasana belajar yang mendukung nilai-nilai pendidikan karakter seperti saling menghargai, mandiri, jujur, gotong royong, peduli, dan lain-lain. Bagitu pula dalam kegiatan diluar kelas seperti kegiatan kegiatan kunjungan ke perpustakaan daerah siswa juga tetap dalam pengawasan dan pemantauan guru. Dibutuhkan harmonisasi keseluruhan anggota sistem sosial setelah sebuah general agreement mengenai nilai- nilai atau norma-norma menjadi tata tertib sekolah telah ditetapkan. Di sinilah peran nilai tersebut sebagai pengintegrasi sebuah sistem sosial (Turama, 2018). Keempat Latency yaitu pemeliharaan model penerapan pendidikan karakter. Tahap ini sangat penting agar penanaman pendidikan karakter dilaksanakan secara terus menerus berkesinambungan sehingga pendidikan karakter menjadi budaya yang melekat pada peserta didik. Strategi implementasi pendidikan karakter harus berkelanjutan, memadukan peran aktif siswa dan aktivitas kelas, serta dinamika seluruh sekolah yang didukung oleh pengembangan budaya sekolah yang membantu pelaksanaan penanaman pendidikan karakter. Kegiatan kegiatan yang mendukung penanman pendidikan karakter yang telah terlaksana dengan baik terus dipertahankan bahkan dikembangkan, seperti tradisi berkurban, khataman qur’an bagi siswa kelas VI, dan lain-lain. Begitu pula pada kegiatan kegiatan pembiasaan harian terus dilaksanakan dari tahun ke tahun. Upaya ini selaras dengan tujuan latency yaitu sebagai pemeliharaan pola, dalam hal ini nilai-nilai kemasyarakatan tertentu seperti budaya, bahasa, norma, aturan, dan sebagainya (Turama, 2018). Pada tahap ini adalah upaya internalisasi nilai-nilai karakter peserta didik melalui penerapan dalam kehidupan sehari- hari baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Maka peran berbagai pihak sangat berpengaruh dalam tahap ini. Orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap anak dirumah harus turut mendukung proses internalisasi nilai-nilai karakter. Begitu pula masyarakat sebagai tempat bersosialisasi peserta didik dalam kehidupan sehari hari harus mampu menyediakan iklim yang mendukung proses internalisasi nilai-nilai luhur. ## KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penanaman pendidikan karakter di sekolah dalam hal ini dianalisis dengan pendekatan teori struktural fungsional Talcott Parsons melalui 4 tahap yaitu; penetapan tujuan penanaman pendidikan karakter goal attaintment, kemudian tahap adaptation sebagai proses adaptasi peserta didik dengan tata tertib dan kebiasaan di sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan karakter. Selanjutnya pada tahap integration penanaman pendidikan karakter dapat diintegrasikan dengan kegiatan intrakurikuler, ko kurikuler, dan ekstrakurikuler. Kemudian pada tahap latency strategi penanaman pendidikan karakter harus dilaksanakan secara terus menerus berkesinambungan sehingga menjadi budaya bagi pserta didik. Semua tahap pada konsep imperatif fungsional ini saling berpengaruh dan berkesinambungan. Sehingga ketika ada struktur atau tahap yang tidak berfungsi maka proses penanaman pendidikan karakter tidak akan berjalan maksimal. ## DAFTAR RUJUKAN Anshori, I. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Halaqa: Islamic Education Journal , 1 (2), 63–74. https://doi.org/10.21070/halaqa.v1i2.12 43 Arif, K. M. (2020). Hakikat Karakter Dan Urgensinya Dalam Perspektif Islam. Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam , 3 (1), 1–19. https://doi.org/10.34005/tahdzib.v3i1.82 8 Baidarus. (2018). Muhammadiyah Dan Pendidikan Karakter di Indonesia. Jurnal ISLAMIKA , 1 (2), 25–44. Bakri, W. (2020). Biografi Tokoh-Tokoh Sosiologi Klasik sampai Postmodern . https://doi.org/10.31219/osf.io/5kt8z Chasanah, U. (2017). Ontologi, epistemologi dan aksiologi pendidikan. tasyri’ Jurnal Tarbiyah syari’ah islamiyah , 24 (1), 76– 91. Daimah, D., & Pambudi, S. (2018). Pendekatan Sosiologi Dalam Kajian Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam , 9 (2), 115–126. https://doi.org/10.22236/jpi.v9i2.1814 Garzia, M. (2018). Urgensi pendidikan karakter abad 21 pada anak usia dini. Urgensi Pendidikan Karakter Abad 21 Pada Anak Usia Dini , 357–361. Gerhardt, U. (2002). Talcott Parsons: an intellectual biography. In Cambridge University Press (Vol. 1). https://doi.org/10.5860/choice.40-6728 Henderson, L. J. (2014). Iv. the Social System. In Pareto’s General Sociology . https://doi.org/10.4159/harvard.9780674 493155.c3 Indrawan, I., Wijoyo, H., Suherman, & Wiguna, i made arsa. (2020). Manajemen Pendidikan Karakter. In Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents . Juwita, R., Firman, F., Rusdinal, R., Aliman, M., & Malang, U. N. (2020). Meta Analisis: Perkembangan Teori Struktural Fungsional dalam Sosiologi Pendidikan . 3 (1), 1–8. KBBI, D. (2021). Karakter . KBBI Daring. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/KAR AKTER Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2017). Konsep Dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama (Vol. 1). https://doi.org/10.1016/j.smr.2019.08.00 5%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.smr.20 09.02.001%0Ahttps://scholarship.shu.ed u/student_scholarship Marzali, A. (2014). Struktural- Fungsionalisme. Antropologi Indonesia , 0 (52). https://doi.org/10.7454/ai.v0i52.3314 Prasetya, A., Nurdin, M. F., & Gunawan, W. (2021). Perubahan Sosial Masyarakat dalam Perspektif Sosiologi Talcott Parsons di Era New Normal. Sosietas Jurnal Pendidikan Sosiologi , 11 (1), 929–939. Rohendi, E. (2010). Pendidikan Karakter Di Sekolah. International Institute for Environment and Development , 07/80 (2), 125. https://ejournal.upi.edu/index.php/eduhu maniora/article/view/2795/1824 Sidi, P. (2014). Krisis Karakter The Crisis Of Characters . 2 , 72–81. Turama, A. R. (2018). Formulasi Teori Fungsionalisme Struktural Talcott Parsons. jurnal Univeristas Sriwijaya , 58–69.
6d5ca20a-009b-4bfb-8762-199f909ea3fe
https://jks-fk.ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sriwijaya/article/download/18/18
## Artikel Penelitian ## GAMBARAN PERSIAPAN PERAWATAN FISIK DAN MENTAL PADA PASIEN PRE OPERASI KANKER PAYUDARA 1* Bina Melvia Girsang, 2 Hasrul 1,2 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya * E-mail: [email protected] ## Abstrak Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara di RSMH Palembang Tahun 2011. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Sampel penelitian ini adalah 4 orang penderita kanker payudara dan 16 orang perawat yang melakukan perawatan persiapan fisik dan mental. Hasil: Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Hasil penelitian didapatkan bahwa 3 pasien (75%) tidak siap menghadapi operasi, 12 perawat (75%) tidak melakukan perawatan persiapan fisik sesuai SOP dan 10 perawat (62.5%) tidak melakukan perawatan persiapan mental sesuai SOP serta dari hasil wawancara dengan 2 orang informan didapatkan 4 tema yaitu tahapan perawatan persiapan fisik, tahapan perawatan persiapan mental, kendala pelaksanaan perawatan persiapan fisik dan mental serta faktor yang mempengaruhi perawatan fisik dan mental. Simpula: Sehingga dapat disimpulkan bahwa perawatan persiapan fisik dan mental belum dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan SOP. Diharapkan bagi RSMH Palembang agar dapat lebih meningkatkan peran dari perawat dalam perawatan pasien kanker payudara khususnya perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara dengan cara memberikan pelatihan perawatan fisik dan mental. Kata kunci: Perawatan fisik dan mental, pre operasi, kanker payudara. ## Abstract Aim: Management of breast cancer treatment is through surgery, radiation therapy, and hormone therapy kemotrapi. The role of nurses is to perform maintenance of physical and mental preparation in breast cancer patients to be operated properly. The purpose of this study was to determine the picture of physical preparation and mental treatment in patients with breast cancer surgery in pre RSMH Palembang in 2011. Method: This study is a quantitative research design study is a descriptive analytic. The sample of this research is 4 people with breast cancer and 16 nurses who do care of physical and mental preparation. Result: Data collected consisted of primary data and secondary data. The study found that 3 patients (75%) are not ready for surgery, 12 nurses (75%) did not perform appropriate maintenance of physical preparation SOP and 10 nurses (62.5%) did not perform according to SOP treatment of mental preparation as well as from interviews with two informants obtained four themes namely treatment stages of physical preparation, mental preparation stages of treatment, the implementation constraints of physical preparation and mental care as well as the factors that affect physical and mental care. ## Artikel Penelitian Conclusion: it can be concluded that the treatment of physical and mental preparation has not been implemented properly and in accordance with the SOP. Expected for RSMH Palembang in order to further enhance the role of nurses in patient care, especially breast cancer treatment physical and mental preparation in patients pre-surgery breast cancer by providing physical care and mental training. Key words: Physical and mental care, pre operation, breast cancer. ## PENDAHULUAN Penatalaksanaan perawatan kanker payudara adalah melalui operasi, terapi radiasi, kemotrapi dan terapi hormon .1 Persiapan pra operasi penting sekali untuk mengurangi faktor risiko karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Dalam persiapan inilah ditentukan adanya kontra indikasi operasi terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan. 2 Asuhan keperawatan pada klien yang akan dioperasi ditujukan untuk mempersiapkan klien semaksimal mungkin agar bisa dioperasi dengan baik pemulihan dengan cepat serta terbebas dari komplikasi pasca bedah. Kesiapan yang paling utama adalah kesiapan fisik dan mental. Operasi bisa berjalan dengan baik bila didukung oleh persiapan yang baik termasuk persiapan fisik dan mental, terbebas dari gangguan konsep diri klien yang akan dioperasi. 3 Perawatan persiapan fisik yang harus dilakukan sebelum menghadapi operasi terdiri dari pemeriksaan status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihan lambung dan kolon, pencukuran daerah operasi, personal hygine, pembersihan luka serta latihan pra operasi. 3 Peranan perawat dalam persiapan mental pasien dapat dilakukan dengan memberikan informasi, gambaran, penjelasan tentang tindakan persiapan operasi dan memberikan kesempatan bertanya tentang prosedur operasi serta kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat pre medikasi. 2 Perawatan persiapan fisik dan mental apabila tidak dilakukan dengan baik akan menyebabakan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca bedah seperti infeksi pasca operasi, dehesiensi, demam, penyembuhan luka yang lama dan kondisi mental pasien yang tidak siap atau labil dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. 3 Hasil penelitian Hartati, menunjukan bahwa konsep diri wanita penderita kanker payudara sebelum menghadapi operasi mayoritas negatif (87,9%) dan hanya sebagian kecil memiliki konsep diri positif (12,1%) serta kecemasan yang dialami mereka mayoritas kecemasan sedang (42,4%) dan sebagian mengalami kecemasan berat (30,3%) serta kecemasan ringan (27,3%). 4 Oleh karena itu, kiranya penelitian ini dapat menjadi masukan, sumber pengetahuan dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan perawatan persiapan fisik dan mental yang lebih komprehensif pada penderita kanker payudara dalam menghadapi operasi bedah. Perawatan persiapan fisik dan mental sangat penting dilakukan karena untuk mencegah terjadinya penyulit pasca bedah dan komplikasi pasca bedah serta mempersiapkan mental pasien dalam mengahadapi operasi, menurunkan ketakutan dan kecemasan serta mempebaiki koping individu menghadapi operasi. 3 Berdasarkan data Medical Record RSMH ## Artikel Penelitian Palembang menunjukan bahwa angka kejadian kanker payudara pada tahun 2008 sebanyak 596 kasus, tahun 2009 sebanyak 813 kasus dan pada tahun 2010 sebanyak 744 kasus (RSMH, Palembang). Hasil observasi yang dilakukan peneliti di RSMH Palembang didapatkan bahwa perawatan persiapan fisik dan mental pra operasi tidak dilakukan secara khusus karena perawat hanya memberikan penyuluhan atau penjelasan secara singkat dan seadanya pada pasien yang akan menjalani pembedahan. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang pasien yang telah menjalani Operasi Kanker Payudara di RSMH Palembang, mengatakan bahwa perawat hanya memberikan keterangan surat izin operasi tetapi tidak menjelaskan perawatan persipan fisik dan mental sebelum dioperasi. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan penelitian tentang gambaran persiapan perawatan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara di RSMH Palembang Tahun 2011. Kanker payudara adalah kanker pada jaringan payudara, merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal payudara dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembulu darah. 5 Kanker payudara merupakan penyakit keganasan non kulit yang paling sering ditemukan pada wanita dan sepertiga dari wanita-wanita yang mengidap kanker ini meninggal dunia. 6 Asuhan keperawatan pada klien yang akan dioperasi ditujukan untuk mempersiapkan klien semaksimal mungkin agar bisa dioperasi dengan baik pemulihan dengan cepat serta terbebas dari komplikasi pasca bedah. Kesiapan yang paling utama adalah kesiapan fisik dan mental. Operasi bisa berjalan dengan baik bila didukung oleh persiapan yang baik termasuk persiapan fisik dan mental, terbebas dari gangguan konsep diri klien yang akan dioperasi. 2 Perawatan persiapan fisik yang harus dilakukan sebelum menghadapi operasi terdiri dari pemeriksaan status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihan lambung dan kolon, pencukuran daerah operasi, personal hygine, pembersihan luka serta latihan pra operasi. 2 Peranan perawat dalam persiapan mental pasien dapat dilakukan dengan memberikan informasi, gambaran, penjelasan tentang tindakan persiapan operasi dan memberikan kesempatan bertanya tentang prosedur operasi serta kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat pre medikasi. 2 Perawatan persiapan fisik dan mental apabila tidak dilakukan dengan baik akan menyebabakan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca bedah seperti infeksi pasca operasi, dehesiensi, demam, penyembuhan luka yang lama dan kondisi mental pasien yang tidak siap atau labil dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. 3 ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif analitik. Metode penelitian deskriptif analitik adalah metode penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan terjadi. 7 Pada penelitian ini variabel yang diteliti yaitu gambaran perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara di RSMH Palembang Tahun 2011. Populasi adalah seluruh objek atau data dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti. 7 Populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat yang melakukan perawatan persiapan fisik dan mental yang berjumlah 18 orang dan semua penderita kanker payudara yang akan menjalani operasi di IRNA Bedah Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 ## Artikel Penelitian Palembang pada bulan Januari sampai April Tahun 2011 yang berjumlah 26 orang. Menurut Nursalam, bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. 8 Sampel pada penelitian ini adalah perawat yang akan melakukan perawatan persiapan fisik dan mental, dan pasien pre operasi kanker payudara. Pada penelitian ini di gunakan teknik pengambilan sampel accidental sampling . ## HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur Pada Pasien Kanker Payudara di RSMH Palembang Tahun 2011 Variabel Mean Median SD Min-Max 95% CI Umur 50,50 50,50 2,380 48-53 46,71-54,29 Pasien Dari tabel 1 diketahui bahwa rata-rata umur pasien kanker payudara adalah 50,50 tahun, (95% CI: 46,71-54,29), median 50,50 tahun, dengan standar deviasi 2,380 tahun. Usia minimum pasien kanker payudara adalah 48 tahun dan usia maximum pasien kanker payudara adalah 53 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur pasien kanker payudara berada pada rentang 46,71 tahun sampai dengan 54,29 tahun. ## Tabel 2 ## Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Pendidikan di RSMH Palembang Tahun 2011 Pendidikan Jumlah % SD 3 75 SMP 0 0 SMA 1 25 PT 0 Jumlah 4 100 Dari tabel 2 diketahui bahwa tingkat pendidikan pasien kanker payudara yang berpendidikan SD lebih banyak yaitu 3 pasien (75%). ## Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Pekerjaan di RSMH Palembang Tahun 2011 Pekerjaan Jumlah % Bekerja 0 100 Tidak bekerja 4 0 Jumlah 4 100 Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 ## Artikel Penelitian Dari tabel 3 diketahui bahwa seluruh pasien kanker payudara tidak bekerja dengan jumlah 4 pasien (100%). ## Tabel 4 ## Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Berdasarkan Kesiapan Menghadapi Operasi di RSMH Palembang Tahun 2011 Kesiapan Menghadapi Operasi Jumlah % Siap 1 25 Tidak siap 3 75 Jumlah 4 100 Dari tabel 4 diketahui bahwa tingkat kesiapan pasien menghadapi operasi kanker payudara yaitu 3 pasien (75%) tidak siap menghadapi operasi. ## Tabel 5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Berdasarkan Usia di RSMH Palembang Tahun 2011 Variabel Mean Median SD Min-Max 95% CI Usia 33,12 28,50 9,479 24-52 28,07-38,18 Perawat Dari tabel 5 diketahui bahwa rata-rata umur perawat adalah 33,12 tahun, (95% CI: 28,07-38,18), median 28,50 tahun, dengan standar deviasi 9,479 tahun. Usia minimum perawat adalah 24 tahun dan usia maximum perawat adalah 52 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur perawat berada pada rentang 28,07 tahun sampai dengan 38,18 tahun. ## Tabel 6 ## Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Berdasarkan Pendidikan di RSMH Palembang Tahun 2011 Pendidikan Jumlah % SPK 2 12.5 D3 11 68.8 S1 3 12.5 S2 0 0 Jumlah 16 100 Dari tabel 6 diketahui bahwa tingkat pendidikan perawat yang berpendidikan D3 lebih banyak yaitu 11 perawat (68,8%). ## Artikel Penelitian Tabel 7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawat Berdasarkan Lama Bekerja di RSMH Palembang Tahun 2011 Variabel Mean Median SD Min-Max 95% CI Lama 8,00 4,50 8,033 2-25 3.72-12,28 Bekerja Dari tabel 7 diketahui bahwa rata-rata lama bekerja perawat adalah 8,00 tahun, (95% CI: 3,72- 12,28), median 4,50 tahun, dengan standar deviasi 8,003 tahun. Lama bekerja minimum perawat adalah 2 tahun dan lama bekerja maximum perawat adalah 25 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata lama bekerja perawat berada pada rentang 3,72 tahun sampai dengan 12,28 tahun. ## Tabel 8 ## Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawatan Persiapan Fisik Berdasarkan SOP di RSMH Palembang Tahun 2011 Perawatan Persiapan Fisik Jumlah % Sesuai SOP 4 25.0 Tidak sesuai SOP 12 75.0 Jumlah 16 100 Dari tabel 8 diketahui bahwa 12 perawat (75.0%) tidak melakukan perawatan persiapan fisik sesuai dengan SOP. ## Tabel 9 ## Distribusi Frekuensi Karakteristik Perawatan Persiapan Mental Berdasarkan SOP di RSMH Palembang Tahun 2011 Perawatan Persiapan Fisik Jumlah % Sesuai SOP 6 37.5 Tidak sesuai SOP 10 62.5 Jumlah 16 100 Dari tabel 9 diketahui bahwa 10 perawat (62,5%) tidak melakukan perawatan persiapan mental sesuai dengan SOP. ## PEMBAHASAN ## Gambaran Karakteristik Pasien 1. Usia Usia adalah lama waktu hidup seseorang atau sejak dilahirkan sampai sekarang. Umur merupakan faktor faktor predisposisi terjadi perubahan prilaku yang dikaitkan dengan kematangan fisik dan mental dari seseorang penderita. Umur merupakan variabel yang digunakan sebagai ukuran mutlak atau indikator fisiologis dengan kata lain penggunaan fasilitas dan pelayanan kesehatan berhubungan dengan umur dimana umur semakin lama akan bertambah pengetahuan seseorang Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 ## Artikel Penelitian menjadi bertanggung jawab dan dapat berdiri sendiri dengan kata lain tidak cukup hanya diberikan saja tetapi perlu pengalaman. 8 Menurut analisis peneliti terhadap umur responden dan beberapa teori terkait maka peneliti berpendapat bahwa usia pasien tidak menentukan kesiapan dalam menghadapi operasi pasien yang usianya muda tidak selalu cenderung kurang matang dalam berfikir seperti halnya kesiapan dalam menghadapi operasi kanker payudara hal ini terbukti berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan kuisioner kesiapan menghadapi operasi, responden yang usianya lebih tua dari responden lain masih belum siap menghadapi operasi kanker payudara dan salah satu responden Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 4 responden penderita kanker payudara di RSMH Palembang didapatkan bahwa Usia minimum pasien kanker payudara adalah 48 tahun dan usia maximum pasien kanker payudara adalah 53 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata umur pasien kanker payudara berada pada rentang 46,71 tahun sampai dengan 54,29 tahun. Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. 9 Umur mempunyai hubungan dengan tindakan keterpaparan, besarnya risk dan sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan atau penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi individu tersebut. yang usianya lebih muda dari responden lain ternyata lebih siap menghadapi operasi. ## 2. Pendidikan Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 4 responden penderita kanker payudara di RSMH Palembang didapatkan bahwa 3 responden (75%) berpendidikan SD dan 1 responden (25%) berpendidikan SMA. Menurut teori bahwa pendidikan mempunyai hubungan dominan terhadap pelayanan kesehatan, makin tinggi pendidikan seseorang cenderung mempunyai dominan yang lebih tinggi terhadap pelayanan kesehatan. 10 Menurut Sarwono, menyatakan bahwa seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan serta kualitas perilaku yang lebih baik dibanding mereka yang memiliki pendidikan rendah. 11 Menurut analisis peneliti dan beberapa teori yang ada maka penelliti berpendapat bahwa tingkat pendidikan responden akan berpengaruh terhadap proses perawatan kesiapan fisik dan mental yang dilakukan oleh perawat, hal ini terbukti berdasarkan hasil wawancara menggunakan kuisioner, responden yang memiliki pendidikan rendah masih banyak yang belum mengerti dan memahami prosedur operasi yang telah dijelaskan oleh perawat sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih mudah memahami dan mengerti tentang prosedur persiapan operasi yang dilakukan oleh perawat. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kesiapan pasien dalam menghadapi operasi. ## 3. Pekerjaan Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 4 responden penderita kanker payudara di RSMH Palembang didapatkan bahwa 4 responden (100%) tidak bekerja. Menurut Cookey, pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan bebas karena tidak ada etika yang mengatur. 12 ## Artikel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan observasi terhadap responden bahwa pekerjaan tidak berkaitan dengan perawatan persiapan fisik dan mental karena proses perawatan persiapan fisik dan mental dapat diterima oleh semua responden yang tidak bekerja Ini membuktikan bahwa kesiapan pasien menghadapi operasi tidak dipengaruhi oleh status pekerjaan. ## 4. Kesiapan Menghadapi Operasi Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 4 orang reponden penderita kanker payudara yang akan menghadapi operasi di RSMH Palembang di dapatkan bahwa 3 responden (75%) tidak siap menghadapi operasi. Menurut Sjamsuhidayat, peranan perawat dalam memberi dukungan mental pada pasien sebelum dioperasi meliputi membantu pasien mengetahui tindakan- tindakan yang akan dialami pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu operasi, hal- hal yang akan dialami pasien selama proses operasi, memberikan penjelasan terlebih dahulu setiap tindakan persiapan operasi sesuai tingkat perkembangan, memberikan dukungan mental, menganjurkan pasien untuk berdoa dan kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat pre medikasi. 2 Seseorang yang akan menghadapi operasi mengalami perasaan takut, cemas, belum siap mental, bingung apa yang akan terjadi pada dirinya dan tidak siap menerima hal yang akan terjadi pada dirinya. 12 Berdasarkan hasil peneltian dan wawancara yang diungkapkan oleh informan 1 dan 2 bahwa perawatan perawatan persiapan mental yang dilakukan pada pasien pre operasi adalah menjelaskan prosedur operasi, memberi dukungan mental, memberi informed consent , melibatkan keluarga dalam perawatan, menganjurkan pasien untuk berdoa dan menjaga lingkungan yang terapeutik sehingga dapat mempersiapakan pasien dengan baik dalam menghadapi operasi . Berdasarkan dari hasil peneltian dan wawancara yang diungkapkan oleh informan 1 dan 2 bahwa kondisi pasien pada perawatan persiapan fisik dan mental adalah belum bisa menerima kenyataan, belum siap, lemah mental dan masih bingung serta keterbatasan waktu dan jumlah perawat yang ada dalam melakukan perwatan persiapan fisik dan mental sehingga menyebabkan belum sepenuhnya dapat menjalankan asuahan keperawatan dengan baik terhadap pasien. Hal ini terbukti dari 4 orang responden penderita kanker payudara yang ada 3 responden belum siap dalam menghadapi operasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 16 perawat yang melaksanakan persiapan fisik dan mental pada pasien kanker payudara yang akan menghadapi operasi di RSMH Palembang, didapatkan bahwa Usia minimum perawat adalah 24 tahun dan usia maximum perawat adalah 52 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata usia perawat berada pada rentang 28,07 tahun sampai dengan 38,18 tahun. ## Gambaran Karakteristik Perawat ## 1. Pendidikan Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 16 perawat yang melaksanakan perawatan persiapan fisik dan mental ## Artikel Penelitian pada pasien kanker payuadara yang akan menghadapi operasi di RSMH Palembang didapatkan bahwa perawat dengan pendidikan S1 keperawatan yaitu sebanyak 3 perawat (12.5%) lebih baik dalam melaksanakan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara dibandingkan dengan perawat D3 keperawatan yang berjumlah 11 perawat (68.8%) dan SPK keperawatan yang berjumlah 2 perawat (12.5%). Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan bahwa kemampuan intelaktual atau fisik khusus diperlukan untuk kinerja yang memadai pada suatu pekerjaan, bergantung pada persyaratan kemampuan yang diminta dari pekerjaan itu. Persyaratan kemampuan ini biasanya diakui apabila seorang individu telah melewati jenjang pendidikan tertentu. Secara umum kemampuan individu akan meningkat sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah dilaluinya. 13 Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Sarwono yang menyatakan bahwa seorang dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki pengetahuan serta kualitas perilaku yang lebih baik dibandingkan mereka yang memilki pendidikan lebih rendah. 14 Menurut analisis peneliti dan beberapa teori yang terkait maka peneliti berpendapat bahwa pendidikan seorang perawat akan berpengaruh terhadap suatu tindakan keperawatan khususnya dalam melakukan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara, diamana pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan yang memilki hubungan terhadap tindakan perawatan persiapan fisik dan mental dengan baik. Sehingga pada perawat yang memilki pendidikan yang tinggi akan dapat melaksanakan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara sesuai standar operasional prosedur yang ada dengan baik. ## 2. Lama Bekerja Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 16 perawat yang melaksanakan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien kanker payuadara yang akan menghadapi operasi di RSMH Palembang didapatkan bahwa Lama bekerja minimum perawat adalah 2 tahun dan lama bekerja maximum perawat adalah 25 tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata-rata lama bekerja perawat berada pada rentang 3,72 tahun sampai dengan 12,28 tahun. . Menurut Robbins masa kerja seseorang juga menunjukan hubungan secara positif terhadap kinerja seseoarng. Masa kerja yang lama menunjukan pengalaman yang lebih dibandingkan rekan kerja yang lain. 6 Menurut Murshal masa kerja dikaitkan dengan pengalaman kerja, semakin berpengalaman orang tersebut, apabila seseorang itu telah mempunyai kecakapan atas bidang yang pernah dilakukan. 13 Karena pengalaman merupakan bentuk pendidikan informal, diamana seorang secara sadar bekerja sehingga akan mempunyai kecakapan praktis secara trampil dalam bekerja. Waktu, jennis pekerjaan, keterampilan, masa kerja dan pengalaman keterampilan sangat berperan, karena keterampilan yang dikerjakan berulang-ulang akan menjadi gerakan otomatis atau kebiasaan, tetapi apabila keterampilan tersebut lama tidak digunakan, maka keterampilan yang dimilki akan menurun sampai tingkat yang paling minimal. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 ## Artikel Penelitian Menurut analisis peneliti dan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa perawat yang lebih lama bekerja tidak selalu mempunyai keterampilan lebih baik terhadap suatu tindakan keperawatan akibat dari proses pengulangan dalam melakukan tindakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa ternyata masa kerja tidak mempengaruhi perawat untuk melakukan suatu tindakan seperti halnya dalam melakukan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara karena ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap tindakan tersebut seperti pengetahuan yang dimiliki perawat tentang penetalaksanaan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara yang dapat didapatkan melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan seminar serta pelatihan yang dilakukan oleh perawat. ## Gambaran Perawatan Persiapan Fisik dan Mental ## 1. Gambaran Perawatan Persiapan Fisik Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 16 perawat yang melaksanakan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien kanker payudara yang akan menghadapi operasi di RSMH Palembang didapatkan bahwa 12 perawat (75%) melakukan perawatan persiapan fisik tidak sesuai dengan SOP. Berdasarkan hasil penelitian dan observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa pelaksanaan SOP perawatan persiapan fisik belum dilakukan seluruh dengan baik oleh perawat hal ini karena kurangnya pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan perawatan persiapan fisik serta terbatasnya jumlah perawat sehingga mengakibatkan sulitnya untuk melaksanakan seluruh prosedur perawatan persiapan fisik yang ada dengan baik. hal ini juga didukung hasil wawancara dengan 2 orang key informan yang mengatakan bahwa kendala dan faktor yang mempengaruhi terlaksananya perawatan persiapan fisik dengan baik adalah keterbatasan jumlah perawat yang ada diruangan, keterbatasan waktu perawat dalam melakukan perawatan pada pasien dan masih minimnya pengetahuan sebagaian besar perawat tentang penatalaksanaan perawatan persiapan fisik pada pasien pre operasi kanker payudara seperti masih banyaknya perawat yang tidak melakukan latihan pra operasi pada pasien yang akan dioperasi. Penatalaksanaan perawatan kanker payudara adalah melalui operasi, terapi radiasi, kemotrapi dan terapi hormon. 1 Persiapan praoperasi penting sekali untuk mengurangi faktor risiko karena hasil akhir suatu pembedahan sangat bergantung pada penilaian keadaan penderita. Dalam persipan inilah ditentukan adanya kontra indikasi operasi terhadap tindakan bedah, dan ditetapkan waktu yang tepat untuk melaksanakan pembedahan. 3 Asuhan keperawatan pada klien yang akan dioperasi ditujukan untuk mempersiapakan klien semaksimal mungkin agar bisa dioperasi dengan baik pemulihan dengan cepat serta terbebas dari komplikasi pasca bedah. Kesiapan yang paling utama adalah kesiapan fisik dan mental. Operasi bisa berjalan dengan baik bila didukung oleh persiapan yang baik termasuk persiapan fisik dan mental, terbebas dari gangguan konsep diri klien yang akan dioperasi. 3 Perawatan persiapan fisik yang harus dilakukan sebelum mengahadapi operasi terdiri dari pemeriksaan status kesehatan fisik secara umum, status nutrisi, ## Artikel Penelitian keseimbangan cairan dan elektrolit, kebersihan lambung dan kolon, pencukuran daerah operasi, personal hygine, serta latihan praoperasi. 2 perawat yang tidak menjelaskan prosedur persiapan operasi kepada pasien, serta banyak perawat yang tidak memberikan gambaran serta informasi tentang Perawatan persiapan fisik dan mental apabila tidak dilakukan dengan baik akan tindakan yang akan dilakukan dalam persiapan operasi sehingga menyebabakan pasien mengalami mengakibatkan masih banyaknya pasien berbagai komplikasi pasca bedah seperti yang belum mengerti tentang prosedur infeksi pasca operasi, dehesiensi, demam, tindakan sebelum operasi serta penyembuhan luka yang lama dan kondisi kurangnya pengetahuan perawat tentang mental pasien yang tidak siap atau labil penatalaksanaan perawatan persiapan dapat menimbulkan kecemasan dan mental serta terbatasnya jumlah perawat ketakutan yang akan berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. 2 sehingga terbatasnya waktu mengakibatkan sulitnya untuk melaksanakan seluruh prosedur Menurut analisis peneliti dan beberapa perawatan persiapan mental yang ada teori yang ada maka peneliti berpendapat dengan baik. hal ini juga didukung hasil bahwa perawatan persiapan fisik wawancara dengan 2 orang key informan sebagaian besar belum dilakukan sesuai yang mengatakan bahwa kendala dan dengan SOP oleh perawat karena faktor yang mempengaruhi terlaksananya sebagaian besar perawat masih belum perawatan persiapan mental dengan baik memahami penatalaksanaan perawatan adalah keterbatasan jumlah perawat yang persiapan fisik dengan baik karena ada diruangan, keterbatasan waktu kurangnya pengetahuan perawat serta perawat dalam melakukan perawatan jumlah perawat yang tidak memadai pada pasien dan masih minimnya sehingga menyebabkan perawat tidak bisa pengetahuan sebagaian besar perawat melaksanakan perawatan persiapan fisik tentang penatalaksanaan perawatan dengan baik. persiapan mental pada pasien pre operasi kanker payudara seperti masih banyaknya 2. Gambaran Perawatan Persiapan perawat yang tidak memberikan Mental penjelasan secara rinci tentang prosedur Dari hasil penelitian yang telah persiapan operasi pada pasien yang akan dilakukan pada 16 perawat yang dioperasi mengakibatkan masih banyak melaksanakan perawatan persiapan pasien yang belum bisa menerima mental pada pasien kanker payudara yang keadaanya, lemah mentalnya. akan menghadapi operasi di RSMH Palembang didapatkan bahwa 10 perawat Asuhan keperawatan pada klien yang (62.5%) melakukan perawatan persiapan akan dioperasi ditujukan untuk mental tidak sesuai dengan SOP. mempersiapakan klien semaksimal Berdasarkan hasil penelitian dan mungkin agar bisa dioperasi dengan baik observasi yang dilakukan oleh peneliti pemulihan dengan cepat serta terbebas didapatkan bahwa pelaksanaan SOP dari komplikasi pasca bedah. Kesiapan perawatan persiapan mental belum yang paling utama adalah kesiapan fisik dilakukan seluruhnya dengan baik oleh dan mental. Operasi bisa berjalan dengan perawat karena banyaknya perawat yang baik bila didukung oleh persiapan yang tidak melakukan perawatan persiapan baik termasukpersiapan fisik dan mental, mental dengan baik seperti masih banyak Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 ## Artikel Penelitian terbebas dari gangguan konsep diri klien yang akan dioperasi. 2 Peranan perawat dalam persiapan mental pasien dapat dilakukan dengan memberikan informasi, penjelasan tentang tindakan persiapan operasi dan memberikan kesempatan bertanya tentang prosedur operasi, menganjurkan klien untuk berdoa serta kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat pre medikasi. 3 Menurut analisis peneliti dan beberapa teori yang ada maka peneliti berpendapat bahwa perawatan persiapan mental sebagaian besar belum dilakukan sesuai dengan SOP oleh perawat karena sebagaian besar perawat masih belum memahami penatalaksanaan perawatan persiapan mental dengan baik karena kurangnya pengetahuan perawat dan masih banyak yang tidak memberikan informasi secara jelas tentang prosedur persiapan operasi dan informasi yang jelas tentang tindakan yang akan dialami pasien sehingga menyebabkan perawat tidak melaksanakan perawatan persiapan fisik dengan baik. ## SIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Karakteristik pasien penderita kanker payudara diketahui usia pasien yaitu berusia 48-53 tahun, pendidikan pasien yaitu 3 pasien (75%) berpendidikan SD, semua responden tidak bekerja, 3 responden (75%) tidak siap menghadapi operasi dari 4 responden. 2. Karakteristik perawat yang melakukan perawatan persiapan fisik dan mental pada pasien pre operasi kanker payudara diketahui usia perawat yaitu 24-52 tahun, pendidikan perawat lebih banyak yang berpendidikan D3 Keperawatan yaitu 68,8 % dari 16 perawat dan lama bekerja perawat paling banyak bekerja yaitu 2-25 tahun dari 16 perawat. 3. Gambaran perawatan persiapan fisik yang dilakukan perawat pada penderita kanker payudara adalah 12 perawat (75%) melakukan perawatan persiapan fisik tidak sesuai dengan SOP dari 16 perawat. 4. Gambaran perawatan persiapan mental yang dilakukan perawat pada penderita kanker payudara adalah 10 perawat (62.5%) melakukan perawatan persiapan mental tidak sesuai dengan SOP dari 16 perawat. Dapat disimpulkan bahwa perawatan persiapan fisik dan mental belum dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan SOP dikarenakan kurangnya pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan perawatan persiapan fisik dan mental serta terbatasnya jumlah perawat sehingga mengakibatkan sulitnya untuk melaksanakan seluruh prosedur perawatan persiapan fisik dan mental yang ada dengan baik di RSMH Palembang ## REFERENSI 1. Indrawati. (2009). Bahaya Kanker Bagi Wanita & Pria : Pengenalan, Penanganan dan Pencegahan Kanker, Jakarta : AV Publisher 2. Sjamsuhidayat, R ., & Wim de Jong. (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2, Jakarta: EGC 3. Brunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 1, Jakarta: EGC 4. Hartati. (2008). Konsep Diri dan Kecemasan Wanita Penderita Kanker Payudara, Jakarta: Salemba Medika 5. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Pathophysiology: Clinical Consepts of Disease Processes 6/e, Jakarta : EGC 6. Robbins & Cortran. (2008). Buku Saku Dasar Pathologic Penyakit, Jakarta: EGC Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 ## Artikel Penelitian 7. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta 8. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 9. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 10. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 2, Jakarta: EGC 11. Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC 12. Ambarwati. (2008). Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi. Jakarta: Puspawara 13. Murshal, M. (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja. Jakarta: Salemba Medika 14. N, Triaspolitica. "Kanker Payudara: Informasi, Penyebab, Gejala, Stadium Dan Pengobatan." Mau Nanya Dong Dok. N.p, 28 June 2017. Web. 30 June 2017. < https://nanyadongdok.blogspot.com/2017/06/kanker -payudara-informasi-penyebab.html >.
634da627-8bea-430d-bd4a-cb1b82f3909e
https://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK/article/download/1418/492
## Pengaruh Edukasi Melalui Video Terhadap Pengetahuan Parenting Orang Tua Anak tentang Pencegahan Covid 19 Di Kelurahan Menteng The Effect of Education Through Video on Parenting Knowledge of Children's Parents about Covid 19 Prevention in Menteng Village Widya Warastuti 1 *, Nang Randu Utama 1 1 Jurusan Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Palangka Raya, Indonesia (email penulis korespondensi, [email protected]) ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua tentang pencegahan covid setelah edukasi dengan media video. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi exsperiment dengan Control Group Design yang dilakukan Puskesmas Menteng dengan memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen pada orang tua sebanyak 30 orang yang diedukasi melalui media video dan kelompok kontrol adalah orang tua diberikan edukasi dengan leaflet sejumlah 30 responden. Analisis data yaitu Uji t-dependen dan Uji t-independen dengan tingkat signifikansi p < 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan edukasi menggunakan video terdapat peningkatan nilai rata-rata pengetahuan parenting orang tua tentang pencegahan covid yaitu dari 50,7 menjadi 67,4 dengan nilai P value = 0,000 <α 0,05. Hal yang sama terjadai pada kelompok kontrol yaitu terdapat juga peningkatan nilai rata-rata pengetahuan setelah edukasi dengan metode leaflet yaitu dari 47,8 menjadi 59,8 dan nilai P value = 0,000 <α 0,05. Kemudian, hasil analisis perbedaan nilai rata-rata antara kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0.008 dimana nilai rata-rata atau mean 67,4 ± 10,809 (kelompok eksperimen) dan 59,8 ± 10,605 (kelompok kontrol). Kesimpulan yaitu edukasi kesehatan melalui video tentang parenting orang tua anak mengenai pencegahan covid memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode leaflet kepada orang tua anak di Kelurahan Menteng. ## Kata kunci: Video Pencegahan Covid, Edukasi, Teori Modeling, Parenting ## ABSTRACT This study aims to determine the differences in parental knowledge about covid prevention after education with video media. The type of research used in this study was a quasi-experimental with Control Group Design conducted by Menteng Health Center by giving treatment to the experimental group on parents as many as 30 people who were educated through video media and the control group was parents given education with leaflets of 30 respondents. Data analysis is t-test dependent and t- independent test with a significance level of p <0.05. The results showed that after being given education using video, there was an increase in the average value of parenting knowledge about Covid prevention, from 50.7 to 67.4 with P value = 0.000 <α 0.05. The same thing happened in the control group, namely there was also an increase in the average value of knowledge after education with the leaflet method, from 47.8 to 59.8 and the P value = 0.000 <α 0.05. Then, the results of the analysis of the difference in the mean value between the experimental and control groups showed a significant difference with the p value = 0.008 where the average value or mean was 67.4 ± 10.809 (experimental group) and 59.8 ± 10.605 (control group). . The conclusion is that health education through videos about parenting children's parents regarding covid prevention has a higher average value compared to the leaflet method to parents of children in Menteng Village. Keywords: Covid Prevention Videos, Education, Modeling Theory, Parenting https://doi.org/10.33860/jik.v16i2.1418 Vol.16 No.2 Agustus 2022: Hal. 235-240 p-ISSN: 1907-459X e-ISSN: 2527-7170 Poltekita: Jurnal Ilmu Kesehatan http://jurnal.poltekkespalu.ac.id/index.php/JIK © 2022 by the authors. Submitted for possible open access publication under the terms and conditions of the Creative Commons Attribution (CC BY SA) license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/). ## Original Article ## PENDAHULUAN Masyarakat mempunyai peranan dalam memutuskan rantai pandemic covid 19 1 . Masyarakat berada di garda terdepan berperan sangat besar dalam mencegah penularan covid 19. Peran tersebut terletak di dalam keluarga sebagai bagian terkecil masyarakat. Kepala keluarga atau orang tua adalah sebagai pelaksananya, yang dapat membawa anggota keluarga yaitu anak2 dengan memberi pola asuh perduli terhadap keadaan pandemic covid 19 yang sedang terjadi saat ini. Penurunan angka kejadian dapat terjadi apabila tindakan pencegahan dilakukan dengan kesadaran penuh oleh seluruh lapisan masyarakat yang di dalamnya ada keluarga. Laju penularan di Indonesia juga masih diatas 5% melebihi stardart WHO yaitu kurang dari 5% 2 . Hal ini bisa disebabkan oleh pengetahuan dan perilaku masyarakat dalam pencegahan Covid 19 yang belum sepenuhnya tepat. Salah satu upaya untuk mengatasi hal ini adalah dengan penguatan informasi melalui program edukasi kesehatan pencegahan covid 19 3 . Upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaca pencegahan covid-19 adalah dengan melakukan Pendidikan/edukasi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan prilaku hidup sehat. Secara konsep pendidikan kesehatan merupakan upaya mempengaruhi/mengajak orang lain (individu, kelompok, dan masyarakat) agar berprilaku hidup sehat 4 . Promosi kesehatan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa kebaikan yang berupa perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat maupun lingkungan, sedangkan pendidikan kesehatan merupakan pemberian informasi mengenai perubahan perilaku hidup sehat 5 . Media yang dianggap baik dalam menyampaikan informasi adalah media audiovisual. Media audiovisual diberikan melalui media digital menggunakan kata-kata yang diucapkan dalam bentuk ilustrasi, foto, animasi atau video 6 . Media ini dapat menyalurkan pengetahuan ke otak lebih mak- simal karena memberikan gambaran yang lebih nyata dan dapat meningkatkan retensi memori karena menarik dan mudah diingat dibanding dengan media lain 7 . Pengetahuan orang tua tentang Covid-19 paling penting pada anak-anak mereka agar perilaku baik dalam terapkan protokol kesehatan. Pengetahuan sebagai landasan informasi yang mendukung sikap dan perilaku seseorang dengan bertindak, salah satunya adalah bahwa orang tua dapat mengingatkan anak-anak agar memakai masker, cuci tangan,serta jaga jarak 8 . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua tentang pencegahan covid setelah edukasi dengan media video. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi exsperiment (eksperimen semu) dengan Control Group Design. Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Menteng pada tahun 2021. Adapun kelompok eksperimen yaitu edukasi dengan menggunakan video tentang upaya pencegahan covid 19 pada anak dan kelompok kontrol yaitu berupa edukasi secara langsung dengan metode leaflet. Populasi penelitian adalah orang tua yang memiliki anak di Kelurahan Menteng Kota Palangka Rata. Adapun besar sampel untuk kelompok eksperimen dan kontrol yaitu 30 orang. Pemilihan sampel pada dua kelompok yang dipilih secara acak. Keduanya kemudian diberi pre-test dan post-test untuk mengetahui keadaan awal dan akhir dan mendapatkan hasil rerata-rata perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pelaksaan edukasi dilakukan satu kali dengan cara orang tua menonton video edukasi 5 M pencegahan covid 19, yaitu mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, membatasi bepergian, menjauhi kerumunan. Isi video adalah pencegahan covid 19, videonya dbuat seperti animasi dan mudah dipahami isi nya oleh orang tua, ringkat dan mudah ditirukan yaitu tentang 5 M pencegahan covid 19. Untuk kelompok kontrol yaitu orang tua diberikan juga edukasi dengan leaflet. Jadi kelompok perlakuan hanya dengan video sedangkan kelompok kontrol dengan leaflet. Kemudian orang tua diberi kuesioner yang berisi tentang parenting pada anak mengenai pencegahan covid tersebut. Metode pengumpulan data yaitu dengan menggunakan kuesioner karakteristik responden yang meliputi umur, jenis kelamin, Pendidikan, dan pekerjaan orang tua. Kemudian keusioener tentang pengetahuan parenting orang tua dalam pencegahan covid. Analisis data yaitu Uji t-dependen dan Uji t-independen dengan tingkat signifikansi p < 0,05. ## HASIL Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok usia yang menjadi responden terbanyak pada kelompok eksperimen adalah 31- 40 tahun sebanyak 19 orang (63,3%). Demikian juga pada kelompok kontrol, responden terbanyak usia 31-40 tahun sebanyak 15 responden (50%). Jenis kelamin laki-laki pada kelompok eksperimen terdapat 3 orang (10%), dan perempuan 27 orang (90%). Kemudian Jenis kelamin laki-laki pada kelompok kontrol terdapat 2 orang (6,7%), dan perempuan 28 orang (93,3%). Sebagian besar memiliki riwayat pendidikan SMP sebanyak 16 orang (53,3%) pada kelompok eksperimen dan 17 orang (56,7%) pada kelompok kontrol. Berdasarkan pekerjaan yang menjadi responden terbanyak adalah tidak bekerja sebanyak 25 orang (83,3%) pada kelompok eksperimen dan sebanyak 26 orang (86,7%) pada kelompok kontrol. Tabel 1 Karakteristik Responden Karakteristik Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol n % n % Usia 20-30 Tahun 8 26.67 13 43.33 31 - 40 Tahun 19 63.33 15 50.00 41 - 50 Tahun 3 10.00 2 6.67 Jenis Kelamin Laki-laki 3 10.00 2 6.67 Perempuan 27 90.00 28 93.33 Pendidikan SD 2 6.67 7 23.33 SMP 16 53.33 17 56.67 SMA 12 40.00 6 20.00 Pekerjaan Bekerja 5 16.67 4 13.33 Tidak Bekerja 25 83.33 26 86.67 Total 30 100.00 30 100.00 Tabel 2 Skor Pengetahuan Parenting Sebelum dan Setelah Intervensi antara Kelompk Eksperimen dan Kontrol Kelompok n Pre Tes Post Test Mean Standar Deviasi Mean Standar Deviasi Eksperimen 30 50,7 10,582 67,4 10,809 Kontrol 30 47,8 10,190 59,8 10,605 Tabel 2 menunjukkan bahwa kelompok eksperimen nilai rata – rata (mean) Perilaku pencegahan covid 19 dengan teori modeling sebelum diberikan edukasi kesehatan (pre-test) yaitu dengan skor nilai 50,7. Pada kelompok kontrol nilai rata – rata (mean) Perilaku pencegahan covid 19 dengan teori modeling sebelum diberikan edukasi kesehatan (pre-test) yaitu dengan skor nilai 47,8. Tabel 3 Perbedaan Skor Pengetahuan Parenting Responden Setelah Intervensi antara Kelompk Eksperimen dan Kontrol n Eksperimen Kontrol Mean Standar Deviasi P-Value Mean Standar Deviasi P-Value Pre-Test 30 50,7 10,582 0,000 47,8 10,190 0,000 Post-Test 30 67,4 10,809 59,8 10,605 Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil analisis kelompok eksperimen setelah diberikan edukasi (Post-Test) melalui video dan penyuluhan langsung dengan nilai rata-rata atau mean 67,4 dengan standar deviasi 10,809. Hasil analisis kelompok kontrol setelah diberikan edukasi langsung (Post-Test) pengetahuan pasien dengan nilai rata-rata atau mean 59,8 dengan standar deviasi 10,605. Hasil uji statistik Independent-samples t atau t- independen pada pengetahuan didapatkan p- value (0,008) atau nilai p<0,05 yang artinya H0 ditolak dan H1 diterima: ada perbedaan yang bermakna antara parenting dengan teori modeling pencegahan covid 19 sesudah diberikan (post-test) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. ## PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diberikan edukasi menggunakan video terdapat peningkatan nilai rata-rata pengetahuan parenting orang tua tentang pencegahan covid yaitu dari 50,7 menjadi 67,4 dengan nilai P value = 0,000 <α 0,05. Hal yang sama terjadai pada kelompok kontrol yaitu terdapat juga peningkatan nilai rata-rata pengetahuan setelah edukasi dengan metode ceramah yaitu dari 47,8 menjadi 59,8 dan nilai P value = 0,000 <α 0,05. Kemudian, hasil analisis perbedaan nilai rata-rata antara kelompok eksperimen dan kontrol menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan nilai p = 0.008 dimana nilai rata-rata atau mean 67,4 ± 10,809 (kelompok eksperimen) dan 59,8 ± 10,605 (kelompok kontrol). Hasil penelitian sejalan dengan dengan penelitian Anisa Oktiawati, Yeni Rustina, Siti Chodidjah, (2017) yaitu terdapat perbedaan yang bermakna pengetahuan dan motivasi yang diberikan informasi berbasis video dengan yang tidak diberikan informasi berbasis video 9 . Penelitian lain menyatakan bahwa pendidikan kesehatan menggunakan video dapat meningkatkan antusiasme masyarakat dalam menyimak materi pendidikan kesehatan 10 . Penggunaan media video dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya sekedar sebagai alat bantu, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan yang ingin disampaikan. Manfaat penggunaan media audio visual (video) tersebut sesuai konsep pembelajaran menurut piramida pengalaman yang dituliskan oleh Edgar dale, bahwa orang belajar lebih dari 50 % nya adalah dari apa yang telah di lihat dan di dengar 11 . Media massa memiliki posisi yang penting dalam kehidupan masyarakat, yang diantaranya adalah mempengaruhi khalayak melalui pesan berupa informasi, hiburan, pendidikan maupun pesan-pesan lainnya 12 . Televisi juga menjadi salah satu media yang digunakan untuk menyebarkan berbagai informasi, termasuk informasi kesehatan terkait virus corona. Dampak positif dari media sosial diantaranya adalah memudahkan untuk berinteraksi dengan banyak orang, memperluas pergaulan, mendekatkan jarak dan waktu, tempat mengekspresikan diri, serta mempercepat penyebaran informasi dengan biaya yang lebih murah 13 . Dampak positif media sosial juga didapatkan anak usia dini, berupa peningkatan semua aspek perkembangannya sehingga anak menjadi lebih komunikatif, imaginatif, dan aktif 14 . Kelompok usia anak perlu mendapatkan pendampingan secara langsung di rumah tentang praktek langsung ketrampilan pencegahan diri dari penularan COVID-19 15 . Anak-anak membutuhkan role model yang mendampingi upaya perlindungan diri dari penularan COVID19 meliputi cara mencuci tangan dengan sabun dengan waktu minimal 20 detik, menghindari memegang area yang beriko tempat masuknya penularan COVID seperti mukosa mata hidung atau mulut. Anak-anak juga memerlukan pembiasaan perilaku seperti segera berganti pakaian saat keluar dari rumah 16 . Pembiasaan lainnya yang perlu diberikan contoh langsung diantaranya menutup mulut ketika batuk atau bersin 17 . Parenting adalah proses keterlibatan orang tua dalam mengasuh, merawat, mendisiplinkan, melatih, memperhatikan, dan membimbing anak melalui perilaku yang sesuai dengan norma yang ada. Pengasuhan anak merupakan suatu kegiatan berkelanjutan melalui proses interaksi orang tua dan anak untuk mendorong pertumbuhan serta perkembangan anak yang optimal 18 . Orangtua merupakan seseorang yang mendampingi dan membimbing anak dalam beberapa tahap pertumbuhan, yaitu mulai dari merawat, melindungi, mendidik, mengarahkan dalam kehidupan baru anak dalam setiap tahapan perkembangannya untuk masa berikutnya 18 . Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa orang tua telah melaksanakan perannya dalam mengenalkan Covid-19 menggunakan media TV, HP dan youtube; menjadi contoh dalam tindakan pencegahan;serta mengajarkan berbagai tindakan pencegahan dengan pendampingan, penjelasan, serta bujukan dan rayuan terutama bagi anak yang sulit untuk melaksanakan tindakan perlindungan diri dari Covid-19 17 . Edukasi pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan adanya pesan tersebut maka diharapkan masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Dalam melakukan upaya pencegahan covid 19 adalah dengan melakukan Hal tersebut terkait dengan cara mengedukasi dari berbagai karakter serta latar belakang pasien. Penggunaan media yang menarik dalam memberikan edukasi kesehatan, lebih mudah diterima oleh masyarakat 19 . Video edukasi terbukti dapat digunakan sebagai sarana promosi dan edukasi yang komprehensif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku kesehatan 20 . Selama pandemi covid-19 orang tua mempunyai peran tambahan sebagai guru bagi anak saat belajar di rumah. Peran penting orang tua selama di rumah saat pandemi adalah menjaga motivasi anak, memfasilitasi anak saat belajar, menumbuhkan kreativitas anak mengawasi anak dan mengevaluasi hasil belajar 21 . Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu: Adanya keterbatasan penelitian pada saat memonitoring responden, saat menonton video dan saat anak mencontoh perilaku orang tua nya peneliti merasakan adanya kekurangan dikarenakan belum penuh melakukan observasi sehingga waktu pada saat penelitian kurang efektif dan efisien. ## KESIMPULAN DAN SARAN Edukasi kesehatan melalui video tentang parenting orang tua anak mengenai pencegahan covid memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah secara langsung kepada orang tua anak di Kelurahan Menteng. Hal ini dapat terjadi karena video tersebut dapat diputar berulang- ulang sehingga orang tua dapat mengingat dan memahami dengan baik terkait upaya-upaya yang dapat dilakukan orang tua didalam mengasuh anaknya dan mencegah penularan covid 19 kepada anggota keluarga. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian terkait dengan topik Parenting Dengan Teori Modeling Pencegahan Covid 19 menggunakan media atau metode yang dapat disesuaikan dengan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan. ## UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada Kepala Badan PPSDM Kemenkes RI yang telah menyetujui dan memberikan biaya pelaksanaan kegiatan Risbinakes dengan skema PENELITIAN PTUPT. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Karuniawati NS. 3M Untuk Memutus Mata Rantai Penularan Covid-19 [Internet]. 2020 [cited 2022 Aug 15]. Available from: https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/785/ 3m-untuk-memutus-mata-rantai-penularan- covid-19 2. Suni NSP. Tingginya Kasus Aktif dan Angka Kematian Akibat Covid-19 Di Indonesia. Info Singkat, Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual dan Strategis. 2021;8(3):13–8. 3. Budiarti A, Arini D, Hastuti P, Ernawati D, Saidah QI, Fatimawati I, et al. Edukasi Kesehatan Pencegahan Covid-19 Dalam Perubahan Pengetahuan Masyarakat Kalipecabean Sidoarjo. E-Amal: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. 2021 May 25;1(2):213–8. 4. Widodo B. Pendidikan Kesehatan dan Aplikasinya Di SD/MI. Madrasah. 2014;7(1):89–100. 5. Pakpahan M, Siregar D, Susilawaty A, Tasnim. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Medan: Yayasan Kita Menulis; 2021. 168 p. 6. Clark RC, Mayer RE. E-learning and the science of instruction: proven guidelines for consumers and designers of multimedia learning. Fourth edition. Hoboken: Wiley; 2016. 1 p. 7. Maulana. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC; 2009. 8. Yanti NPED, Nugraha IMADP, Wisnawa GA, Agustina NPD, Diantari NPA. Gambaran Pengetahuan Masyarakat Tentang Covid-19 Dan Perilaku Masyarakat Di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Keperawatan Jiwa. 2020;8(3):485–90. 9. Oktiawati A, Rustina Y, Chodidjah S. Edukasi Berbasis Video Meningkatkan Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Dalam Melakukan Asuhan Perkembangan Pada BBLR. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama. 2017 Oct 31;6(2):26–31. 10. Bodjrenou FSU, Hounkpatin WA, Mitchodigni I, Salako V, Kakaï RG, Dadélé Y, et al. Comparing video and poster based education for improving 6-17 months children feeding practices: a cluster randomized trial in rural Benin: Video versus Poster in nutritional education. Progr Nutr. 2020 Mar 10;22(1):330–42. 11. Aeni N, Yuhandini DS. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Dan Metode Demonstrasi Terhadap Pengetahuan SADARI. Jurnal Care. 2018;6(2):162–74. 12. Khatimah H. Posisi Dan Peran Media Dalam Kehidupan Masyarakat. Tasamuh. 2018 Dec 1;16(1):119–38. 13. Cahyono AS. Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di Indonesia. 1. 2016;9(1):140–57. 14. Rohani GA. Pengaruh Televisi (TV) Terhadap Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun. JPA [Internet]. 2015 Dec 19 [cited 2022 Aug 20];4(2). Available from: https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/ view/12355 15. Wijayanti R, Lestari AP, Fatiha CN. Peningkatan Pengetahuan Melalui Edukasi Covid-19 Dan Upaya Pemutusan Mata Rantai Penularannya Bagi Peserta Didik Sekolah Dasar. Dinamika Journal. 2021;3(1):1–7. 16. Khodijah K, Itsna IN, Oktiawati A. Edukasi Pencegahan Covid-19 Berbasis Video bagi Remaja di Rumah Yatim Bina Anak Sholeh. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK). 2021 Jan 10;3(1):10–7. 17. Rohita R. Pengenalan Covid-19 pada Anak Usia Prasekolah: Analisis pada Pelaksanaan Peran Orangtua di Rumah. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. 2020 Jun 13;5(1):315–26. 18. Rakhmawati I. Peran Keluarga dalam Pengasuhan Anak. KONSELING RELIGI: Jurnal Bimbingan Konseling Islam. 2015;6(1):1–18. 19. Aisah S, Ismail S, Margawati A. Edukasi Kesehatan dengan Media Video Animasi: Scoping Review. Jurnal Perawat Indonesia. 2021;5(1):641–55. 20. Kellams AL, Gurka KK, Hornsby PP, Drake E, Conaway MR. A Randomized Trial of Prenatal Video Education to Improve Breastfeeding Among Low-Income Women. Breastfeeding Medicine. 2018 Dec;13(10):666–73. 21. Salsabila DP, Putri SAA, Nafia ZI, Yuwono S. Parenting of Parents Working from Home During the Pandemic: Pengasuhan Anak Pada Orang Tua yang Bekerja dari Rumah Saat Pandemi. Proceding of Inter-Islamic University Conference on Psychology. 2021;1(1):1–6.
404a65d9-5a18-4d76-9c5a-04703fb3387e
http://fishscientiae.ulm.ac.id/index.php/fs/article/download/11/9
## UJI COBA PENANGKAPAN MENGGUNAKAN AYUNAN DENGAN BENTUK YANG BERBEDA (EXPERIMENTAL FISHING USING AYUNAN WITH DIFFERENT FORMS) IRHAMSYAH ** Staf Dosen Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Unlam Banjarbaru ## Abstract Ayunan is the trap most widely used by public Sungai Batang Village, in addition to the unique shape of this tool also has an extensive capacity to accommodate good catches of shrimp and fish species. In addition to the village of Sungai Batang, at the Hulu Sungai region there is also the ayunan that looks different from contained in Sungai Batang Village. This study aims to (1) know the difference between shrimp of catch amor ayunan and box ayunan, and (2) to determine the catch other than shrimp. The results of research, treatment A (amor ayunan) shrimp catches as many as 1464 , with a total weight of 9100 grams. Treatment B (box ayunan), shrimp catches as many as 1443 , with a total weight of 7730 grams. Type of main haul shrimp ( Macrobrachium rosenbergii de Man ) and Freshwater Shrimp ( Palaemon sp ), with by catches are Lundu ( Mystus gulio ) with a total of 18 and total weight of 215 grams, sapu-sapu ( Hypostomus plecostomus ) 2 , weighing a total of 560 grams, Puyau ( Osteochilus hasselti ) 3 , weighing a total of 35 grams, telan ( Macrognathus aculeatus ) 2 , weighing 810 grams. Bamboo and rattan as materials to make the ayunan has a weakness because odor (smell) is not good (bangai) and therefore contributes to the catch. To overcome this weakness it is advisable to replace the wire with the basic material. Keywords : amor ayunan, box ayunan, catch shrimp and non-shrimp ## PENDAHULUAN Kabupaten Banjar mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan yang terdiri dari lahan- lahan sungai, rawa, dan waduk. Potensi perikanan Kabupaten Banjar khususnya penangkapan di perairan umum untuk sungai 80.890 ha, rawa 100 ha dan waduk 9.200 ha. Perairan Kalimantan Selatan terdiri atas perairan laut 120.0- 00 km 2 , perairan umum 1.000.000 ha ( sungai 698.220 ha, rawa 292.580 ha dan waduk 9.000 ha), air payau 53.382 ha dan air tawar 2.400 ha. Sungai Martapura yang mengalir di Desa Sungai Batang merupakan sungai yang memiliki potensi perikanan yang cukup baik hal ini dapat dilihat dari banyaknya usaha masyarakat dalam memanfaatkan sumber daya perairan serta banyaknya jenis perangkap yang digunakan. Adapun jenis perangkap yang digunakan adalah ayunan, tamba, tempirai, lukah. Ayunan merupakan perangkap yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Sungai Batang, selain bentuknya yang unik alat ini juga memiliki kapasitas yang luas untuk menampung hasil tangkapan baik udang maupun dari jenis ikan. Selain di Desa Sungai Batang, di daerah hulu sungai juga terdapat ayunan yang bentuknya berbeda dari ayunan yang terdapat di Desa Sungai Batang. Persamaan yang dapat dilihat adalah ayunan merupakan perangkap yang cukup baik didalam usaha perikanan sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan. Perangkap ( trap ) adalah alat penangkap ikan yang dipasang secara tetap di dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan mempersulit keluarnya. Alat ini biasanya dibuat dari bahan alami, seperti bambu, kayu, atau bahan lainnya seperti jaring (Sudirman, 2004). Di beberapa daerah Kalimantan Selatan masih banyak ditemui alat tangkap tradisional yang digunakan oleh nelayan, dari sekian banyak jenis alat tangkap tradisional yang biasanya digunakan adalah alat tangkap golongan perangkap ( trap ) seperti tempirai, lukah, bubu dan sebagainya. Bentuk alat tangkap ayunan ini adalah empat persegi panjang dengan menggunakan bahan dari bilahan bambu dengan tinggi ayunan 30 cm, lebar 1 m, panjang 1 m, dan jarak antar bilahan bambu 1- 1,5 cm. Bagian- bagian alat ini terdiri dari mulut ayunan, bilahan bambu, tempat perangkap, tempat pengambilan serta menggunakan alat bantu rumpon berupa pelepah kelapa sehingga ikan- ikan yang ada di sungai berkumpul di dekat ayunan dan dapat terperangkap ke dalam ayunan (Nina, 2005). Ayunan adalah salah satu jenis alat tangkap yang bersifat tradisional dan termasuk golongan perangkap ( trap ). Alat tangkap ayunan merupakan alat tangkap tradisional yang sifatnya mengurung. Alat tangkap ayunan ini dioperasikan di pinggiran sungai dengan menggunakan rumpon (diberikan daun dan ranting agar udang maupun ikan merasa nyaman) sebagai alat pemikat. Lama pengoperasiannya sekitar 12 jam mulai dan pagi hari sampai sore hari. Ayunan dipasang di permukaan perairan dengan jarak antara permukaan air dengan alat tangkap ayunan adalah 60 cm dari permukaan air (Saragih, 2005). Ayunan merupakan perangkap yang biasanya dipasang di aliran sungai dengan arah menghadap dengan arus, hal ini tentunya berdasarkan tingkah laku ikan/udang serta bentuk dari alat tangkap itu sendiri. Ayunan yang terdapat di Desa Sungai Batang pada umumnya berbentuk seperti tempirai ( amor ) namun ruas-ruasnya lebih renggang sama dengan ayunan di daerah Hulu Sungai hanya saja bentuknya balok. Dari permasalahan tersebut perlu dilakukan suatu penelitian tentang bentuk ayunan ( trap ) yang tepat dan ideal sehingga dapat meningkatkan hasil tangkapan Masyarakat Desa Sungai Batang. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil tangkapan udang. 2. Untuk mengetahui hasil tangkapan selain udang. Manfaat dari penelitian yang diharapkan adalah menjadi sumber informasi bagi nelayan tentang jenis ayunan ( trap ) yang tepat agar mendapatkan hasil tangkapan yang lebih optimal dan memberikan alternatif dalam penggunaan jenis ayunan. ## METODE PENELITIAN ## A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungai Batang Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yang dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan penelitian di lapangan, pengolahan data dan penyusunan laporan dan distribusi laporan. Jadwal kegiatan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Persiapan : survei awal (2 minggu) dan persiapan alat dan bahan (2 minggu) 2. Operasional di lapangan (5 minggu) 3. Penyusunan laporan : pengolahan data, analisis data, penulisan laporan, penggandaan dan pengiriman laporan (5 minggu). ## B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perahu (1buah), ayunan amor (10 unit), ayunan kotak (10 unti), Meteran rool 1 buah), Timbangan duduk (1 buah), Kamera (1 buah) dan alat tulis (1 paket), dan umpan berupa bekicot (Achatina variegata) . C. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan percobaan di lapangan ( experimental fishing ). Menurut Hanafiah (2000), percobaan (eksperiment) adalah suatu tindakan coba-coba yang dirancang untuk menguji keabsahan dari hipotesis yang dianjurkan. Percobaan merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki sesuatu yang belum diketahui atau untuk menguji suatu teori atau hipotesis. Percobaan ini merupakan suatu taraf kritis dalam metode ilmiah karena pada taraf inilah pertanyaan yang mendasari suatu percobaan diselidiki untuk dijawab atas dasar penerimaan atau penolakan hipotesis yang dianjurkan. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), Rancangan Acak Kelompok merupakan rancangan untuk percobaan di lapangan (field experimental) yang sederhana. Faktor yang diselidiki pengaruhnya terhadap hasil tangkapan (khususnya udang) adalah penggunaan ayunan dengan bentuk yag berbeda. Perlakuan yang diberikan pada percobaan ini adalah sebanyak 2 (dua) perlakuan, yaitu : 1. Perlakuan A : 10 unit Ayunan amor 2. Perlakuan B : 10 unit Ayunan kotak Dari kedua perlakuan tersebut kemudian diambil rata-ratanya dalam jumlah (ekor) maupun jumlah berat (gram) agar data yang didapat dalam angka bisa lebih mewakili. Masing-masing unit ayunan yang dipasang dimasukkan ke dalam 16 kelompok (hari-hari operasi). Pengacakan terhadap seluruh satuan percobaan (20 unit) dilakukan setiap kali beroperasi, sehingga setiap satuan percobaan mempunyai peluang yang sama terhadap lokasi penangkapan. Hipotesis Hipotesis yang diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah hipotesa yang menggambarkan hubungan variabel penyebab dan variabel akibat, yaitu berupa hipotesa alternatif yang disingkat dengan H 1 . Hipotesis kerja menyatakan hubungan antara variabel x dan y. Adapun hipotesis yang diuji kebenarannya dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : H 0 = Penggunaan ayunan dengan bentuk berbeda tidak berpengaruh terhadap hasil tangkapan. H 1 = Penggunaan ayunan dengan bentuk berbeda berpengaruh terhadap hasil tangkapan. ## Analisis Data Hipotesis harus dibuktikan dengan analisis data. Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber utama. Data yang dikumpulkan meliputi jumlah ekor dan jumlah berat yang dinyatakan dalam gram. Data yang terkumpul dimasukkan dalam bentuk tabulasi pengamatan yang mengacu pada Hanafiah (2000). Sebelum dianalisis menggunakan Analysis of variance (ANOVA) terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan. Salah satu cara untuk menguji kenormalan data dengan memakai uji Lilliefors (uji kenormalan sebaran data). Dalam hal ini data yang tidak normal dapat dinormalkan melalui transformasi data. Prinsip perhitungan uji Lilliefors menurut Nasoetion dan Barizi (1980). L maks ={ [ F (Z1) – S (Z1)] . [ F (Z2) […] F (Zn) – S (Zn)]} Jika L maks < L (n) terima H 0 : Data normal L maks > L (n) tolak H 0 : Data tidak norm al Apabila data tidak normal maka cara yang dilakukan untuk menganalisa adalah dengan cara menormalkan data dengan transformasi. Setelah asumsi di atas dipenuhi maka dilakukan uji F dengan membuat suatu analisis keragaman. Penerimaan atau penolakan terhadap hipotesis berdasarkan perhitungan-perhitungan, yaitu : a. Jika F hitung < F tabel 5 % berarti diantara perlakuan tidak terdapat perbedaan yang nyata . b. Jika F hitung > F tabel 5 % berarti diantara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata . c. Jika F hitung > F tabel 1 % berarti diantara perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata. ## HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan ayunan bentuk amor dan ayunan bentuk kotak, selama 16 hari (16 kelompok), di peroleh jumlah hasil tangkapan sebagai berikut: a. Perlakuan A (Ayunan Bentuk Amor) diperoleh hasil tangkapan udang sebanyak 1464 ekor, dengan berat total 9100 gram. b. Perlakuan B (Ayunan Bentuk Kotak) diperoleh hasil tangkapan udang sebanyak 1443 ekor, dengan berat total 7730 gram. Total hasil tangkapan udang dengan menggunakan Ayunan bentuk amor dan Ayunan bentuk kotak selama 16 hari pengamatan adalah 2907 ekor dengan berat total 16.820 gram. Untuk lebih jelasnya data jumlah (ekor) dan berat (gram) dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 di bawah ini. ## Tabel 5. Data Pengamatan Berdasarkan Jumlah Berat Dari Dua Perlakuan Dalam 16 Kali Pengamatan (Kelompok) Kel Hasil Tangkapan (gram) Ayunan Bentuk Amor Ayunan Bentuk Kotak Udang Ikan Jumlah Udang Ikan Jumlah 1 450 200 650 400 0 400 2 560 300 860 450 0 450 3 560 200 860 450 0 455 4 560 200 760 460 0 460 5 560 100 660 460 0 460 6 540 0 540 450 0 450 7 540 200 740 450 0 450 8 540 0 540 450 0 450 9 540 0 540 500 0 500 10 600 700 1300 500 100 600 11 600 0 600 500 150 650 12 600 0 600 500 350 850 13 600 530 1130 520 0 520 14 600 100 700 520 500 1020 15 600 0 600 520 200 720 16 650 2800 3450 520 1300 1820 9100 5330 14630 7750 2600 10330 Rata-rata 568.75 333.125 138.125 483.125 162.5 645.63 Sumber: Data primer yang diolah Tabel 6. Data Pengamatan Berdasarkan Jumlah Ekor Dari Dua Perlakuan Dalam 16 Kali Pengamatan (Kelompok) Kel Hasil Tangkapan (ekor) Ayunan Bentuk Amor Ayunan Bentuk Kotak Udang Ikan Jumlah Udang Ikan Jumlah 1 90 1 91 88 0 88 2 90 2 92 90 0 90 3 90 2 92 90 0 90 4 90 2 92 90 0 90 5 90 1 91 90 0 90 6 89 0 89 90 0 90 7 89 1 90 89 0 89 8 89 0 90 89 0 89 9 89 0 90 89 0 89 10 90 3 93 90 1 91 11 90 0 90 90 1 91 12 94 0 94 90 2 92 13 94 3 97 90 0 90 14 94 1 95 90 5 95 15 94 0 94 94 1 95 16 102 2 3 94 1 95 1464 18 1482 1443 11 1454 Rata-rata 91.5 1.0625 92.625 90.195 0.6875 90.875 Sumber : data primer yang diolah 0 30 60 90 120 J uml a h E ko r 1 3 5 7 9 11 13 15 H a r i Op e r a si Hasil Tangkapan Udang Ayunan Am or dan Ayunan Kotak Be rdas ark an Jum lah Hasil Tangk apan (e kor) A . A m o r A . Ko t a k Berdasarkan hasil tangkapan dari kedua alat ini dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Gambar 1. Grafik Hasil Tangkapan Udang Ayunan Amor dan Ayunan Kotak Berdasarkan Jumlah Berat (gram) Gambar 2. Grafik Hasil Tangkapan Udang Ayunan Bentuk Amor dan Ayunan Bentuk Kotak Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan (Ekor) Hasil tangkapan diolah secara analisis statistik parametrik, namun terlebih dahulu dilakukan beberapa pengujian sebagai berikut: ## Uji kenormalan data Berdasarkan uji kenormalan Lilliefors terhadap data jumlah (ekor) yang tertangkap diperoleh hasil data menyebar normal. Dari data tersebut dapat diketahui L maks = 0,1790 dan L tabel = 0,1823 ( 0,01). Jadi, L maks < L tabel yang berarti data menyebar normal, demikian juga terhadap hasil tangkapan dalam jumlah berat (gram) diperoleh nilai L maks = 0,1754 dan L tabel = 0,1823 (0,01), sehingga L maks < L tabel berarti data tersebut menyebar normal. Karena kedua data menyebar normal maka data dilakukan uji F. ## B. Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sungai Batang Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar selama 16 hari penelitian. Penelitian mulai dilaksanakan dari Januari - April 2009. Pemasangan alat ( setting ) dilakukan pada pagi dan sore hari yaitu sekitar pukul 06.00 wita dan 18.00 wita. Pergantian umpan dilakukan setiap hari, umpan yang digunakan adalah bekicot ( Achanit a spp.). Penelitian ini menggunakan 2 jenis ayunan dengan bentuk yang berbeda sebagai perlakuan. Perlakuan A yaitu Ayunan amor sebagai 0 150 300 450 600 750 J u ml a h B e r a t ( g r a m) 1 3 5 7 9 11 13 15 Ha r i Op e r a si Hasil Tangk apan Udang Ayunan Am or dan Ayunan Kotak Be rdas ark an Jum lah Berat (gram ) A . A m o r A . Ko t a k pengontrol karena ayunan amor sering digunakan masyarakat di tempat penelitian untuk menangkap Udang. Perlakuan B yaitu ayunan kotak merupakan ayunan yang digunakan di Desa Pemangkih Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Seluruh alat yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 20 buah, 10 ayunan amor dan 10 ayunan kotak. Pengoperasian ayunan amor dan kotak pada dasarnya adalah sama yaitu dengan menancapkan bambu (turus) di dasar perairan, kemudian ayunan diikatkan dengan tali melingkari turus serta membuka arah pintu ke arah kedalaman sungai adapun jarak tiap alat tangkap adalah 4-5 meter, dengan jarak 3-5 meter dari tepi sungai. Hasil tangkapan udang terbanyak untuk ayunan amor adalah 102 ekor yaitu pada hari ke-16, karena pada saat itu kondisi perairan jernih dengan kedalaman yang cukup baik, sedangkan untuk ayunan kotak juga pada hari yang sama yaitu 94 ekor, menurunnya jumlah ikan pada hari ke-7 yaitu 89 ekor itu disebabkan ayunan dalam kondisi bangai (bau tidak enak) sehingga mempengaruhi hasil tangkapan udang. Hasil tangkapan sampingan dari kedua alat adalah ikan Lundu ( Mystus gulio ) dengan jumlah total 18 ekor dengan berat total 215 gr, Sapu-Sapu ( Hypostomus plecostomus) 2 ekor dengan berat total 560 gr, Puyau ( Osteochilus hasselti ) 43 ekor dengan berat total 850 gr, Telan ( Macrognathus aculeatus ) 2 ekor dengan berat 750 gr. Hasil tangkapan menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan terhadap hasil tangkapan, maka dilakukan analisis keragaman dengan Uji F. Berdasarkan data hasil tangkapan adalah normal, maka data dapat langsung dihitung menggunakan Analisis Sidik Ragam (analisis keragaman dengan Uji F). Berdasarkan analisis keragaman dengan Uji F didapatkan hasil untuk jumlah hasil tangkapan (ekor) udang yang tertangkap menunjukkan nilai F. hitung Kelompok = 3,89 > F tabel 0,05 (3,86), sedangkan untuk perlakuan, nilai F. hitung = 9,65 > F tabel 0,01 (8,69), jadi hasilnya berbeda nyata untuk kelompok dan untuk perlakuan berbeda sangat nyata, dengan asumsi perbedaan bentuk pada kedua ayunan itu berpengaruh terhadap hasil tangkapan maka H 1 diterima dan H 0 ditolak dan jumlah berat (gram) udang yang tertangkap menunjukkan Nilai kelompok F. hitung = 3,9866 > F tabel 0,05 (3,86) dan Nilai Perlakuan F. hitung = 270,24 > F tabel 0,01(8,69), jadi hasilnya berbeda sangat nyata, maka H 1 diterima dan H 0 ditolak. Secara kelompok hasil perhitungan pada Uji F ialah berbeda nyata hal ini disebabkan adanya pengaruh yang terjadi pada setiap hari operasional, selain itu keadaan sungai yang tidak konsisten tiap harinya baik dari kecepatan arus (14 det/m-17 det/m), kecerahan air (jarak pandang 10 cm), serta terjadi hujan juga mempengaruhi kondisi perairan secara tidak langsung. Perbedaan hasil tangkapan yang berbeda sangat nyata untuk perlakuan ini disebabkan karena posisi bukaan pintu pada ayunan kotak terlalu ke bawah dibanding ayunan amor yang menyebabkan udang atau ikan mudah lepas selain itu lebarnya penampang kerangka pada ayunan kotak lebih berat pada proses pengangkatan alat tangkap.sehingga ayunan amor masih lebih baik daripada ayunan kotak. Adapun persamaan dari kedua alat tangkap ini adalah keduanya terbuat dari bambu dan rajutan rotan, namun perbedaan yang dapat dilihat adalah pada kedua ayunan tersebut ialah ayunan amor cara pembuatannya lebih mudah dibanding amor kotak, kapasitas ayunan amor lebih besar dari ayunan kotak, struktur olahan ayunan amor lebih kuat dari pada kotak, lebih mudah pada saat operasi pengangkatan alat pada ayunan amor walaupun untuk bahan dasar ayunan kotak lebih fleksibel namun untuk jumlah tangkapan ayunan amor masih lebih baik dari pada ayunan kotak. Kendala yang didapat selama penelitian adalah banyaknya jenis alat tangkap yang dibuat untuk menangkap udang maupun ikan seperti tamba, tempirai udang, tempirai seluang dan lukah, terjadinya kebocoran pada perahu pada saat pengambilan hasil tangkapan, karena alat tangkap direndam dalam proses pengoperasianya maka membuat ayunan menjadi bangai serta adanya gangguan dari operasi penangkapan yang illegal fishing dan tidak ramah lingkungan seperti penyetruman dan menggunakan potas, selain itu hujan menyebabkan air sungai meluap sehingga udang atau ikan naik ke persawahan ( pehumaan ). ## KESIMPULAN Hasil penelitian yang sudah dilakukan memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Jumlah tangkapan udang dengan menggunakan : a. Ayunan Bentuk Amor diperoleh hasil tangkapan udang sebanyak 1464 ekor, dengan berat total 9100 gram. b. Ayunan Bentuk Kotak diperoleh hasil tangkapan udang sebanyak 1443 ekor, dengan berat total 7730 gram. 2. Jenis udang yang tertangkap adalah Udang Galah ( Macrobrachium rosenbergii de Man ) dan Udang air Tawar ( Palaemon sp). 3. Hasil tangkapan sampingan dari kedua alat adalah ikan Lundu ( Mystus gulio ) dengan jumlah total 18 ekor dan berat total 215 gram, ikan Sapu-Sapu ( Hypostomus plecostomus) 2 ekor dengan berat total 560 gram, ikan Puyau ( Osteochilus hasselti ) 43 ekor dengan berat total 850 gram, ikan Telan ( Macrognathus aculeatus ) 1 ekor dengan berat 750 gram. ## SARAN Bambu dan rotan sebagai bahan untuk membuat Ayunan mempunyai kelemahan karena mengeluarkan bau (aroma) yang tidak sedap ( bangai ) sehingga berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Untuk mengatasi kelemahan ini maka disarankan untuk mengganti dengan bahan dasar kawat. Ucapan Terima Kasih kepada : NURHIDAYAT EKO PRASETYO sebagai tenaga lapangan sehingga penelitian ini bisa terlaksana dengan baik ## DAFTAR PUSTAKA Ahmad Rozani. 1990. Modifikasi Alat Tangkap Bubu ( Portable trap ) Untuk Penangkapan Udang Galah ( Macrobrachium rosenbergii de man) di Desa Sungai Lulut Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Daerah Tingkat II Banjar Propinsi Kalimantan Selatan. Skripsi. Fakultas Perikanan Unlam. Banjarbaru. 96 halaman. Ali Hasymi. 1986. Pengantar ilmu perikanan. Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. 184 halaman. Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 97 halaman. Erma Rosyidah, 2003. Ujicoba Alat Tangkap Tamba Dengan Posisi Pemasangan Yang Berbeda. Skripsi Fakultas Perikanan Unlam. Banjarbaru. 45 Halaman. Hanafiah, K. A., 2000. Rancangan Percobaan, Teori Dan Aplikasi. Fakultas Perikanan Universitas Sriwijaya Palembang. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 259 Halaman. Hadie W., dan Lies Emmawati, 1993. Pembenihan Udang Galah Usaha Industri Rumah Tangga. Kanisius ( Anggota IKAPI ). Yogyakarta. 98 halaman. Murtidjo, B.A,. 1992. Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur. Penerbit kanasius. Yogyakarta. 117 hal. Nasoetion, A.H dan Barizi. 1980. Metode Statistik Untuk Penarikan Kesimpulan. PT Gramedia Jakarta. 223 halaman. Nina Olpah. 2005. Ujicoba Pemberian Rumpon ( lure) Ditambah Umpan Pada Alat Tangkap Ayunan ( trap ). Skripsi. Fakultas Perikanan Unlam. Banjarbaru. 38 halaman. Ondara. 1977. Laporan Pendahuluan Pengamatan Perikanan Dan Biologi Perikanan Udang Galah Di Sum-Sel. LPPD Palembang. Buletin Perikanan Darat. 118 hal. Saragih, Meri Debora. 2005. Ujicoba Penambahan Hinjap Pada Alat Tangkap Ayunan ( trap ) di Desa Pamangkih Seberang Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Skripsi. Fakultas Perikanan Unlam. Banjarbaru. 65 halaman. Sudirman dan Achmar. M. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 168 halaman. Yitno Sumarto, 1993. Percobaan, Perancangan, Analisa dan Interpretasinya. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 229 halaman
6a5cf826-8c3c-4197-8d75-8133c8ed7e21
http://jurnal.unpad.ac.id/jurnalilmuternak/article/download/2225/2077
## Model Kurva Pertumbuhan Itik Tegal Jantan Sampai Umur Delapan Minggu (Growth Curve Model of Tegal Duck Until Eight Weeks ## Ages) ## Dedi Rahmat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ## Abstrak Penelitian bertujuan untuk menduga model kurva pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu. Itik yang digunakan sebanyak 120 ekor dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing diberi ransum dengan tingkat protein 17%, 19% dan 21% dengan 2800 kkal/kg energi metabolis. Data yang yang diperoleh dibuat tebarannya, kemudian dilihat nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan kuadrat tengah sisa (S 2 ). Hasil penelitian diperoleh bahwa : (1)tingkat protein dalam ransum tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan (2) kurva pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu model alometrik dengan persamaan Y = 46,9570 (X+1) 1,5668 ## Kata kunci : Itik Tegal , kurva pertumbuhan ## Abstract The aim of this research was to predict growth curve model of Tegal duck until eight weeks ages.In this research used 120 heads duck, divided into 3 groups, each group fed the ration contains 17%, 19% and 20% protein, with 2800 kcal/kg ME. Scatter plots data is used for estimated determination coefficient (R 2 ) and residual mean square (S 2 ). The result showed that ; ( 1) protein level on ration not significant for growth rate, (2) growth curve model is allometric : Y = 46,9570 (X+1) 1,5668 . Keywords : Tegal duck, growth curve Pendahuluan Daging sebagai salah satu produk peternakan yang merupakan sumber protein khewani permintaannya dari tahun ke tahun selalu meningkat, sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perbaikan social ekonomi masyarakat. Dari berbagai sumber penghasil daging yang ada , ternak itik merupakan salah satu komoditi ternak yang belum banyak mendapat perhatian, padahal populasi ternak itik di Indonesia cukup tinggi. Di Indonesia itik umumnya dipelihara untuk produksi telur, sedangkan usaha yang mengarah ke ternak potong dewasa ini masih jarang. Bila dibandingkan dengan unggas lainnya, itik cukup potensial untuk dikembangkan mengingat lebih mudah dalam pemeliharaan, lebih tahan terhadap penyakit serta mampu memanfaatkan pakan yang kualitasnya rendah. Salah satu upaya untuk membuat itik lokal jantan menjadi ternak penghasil daging, maka sistem pemeliharaannya harus berorientasi kearah sistem pemeliharaan intensif. Sebagai konsekwensinya peternak harus menyediakan ransum yang memadai karena itik tidak dapat mencari makan sendiri seperti pada pemeliharaan ekstensif. Pada keadaan demikian peternak menghadapi masalah mengenai pola penyusunan ransum serta cara pemeliharaan yang tepat guna menekan biaya produksi. Protein merupakan zat makanan yang sangat penting dalam menyusun ransum, karena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan jaringan, pertumbuhan bulu maupun produksi. Perbedaan tingkat protein dalam ransum akan menyebabkan adanya perbedaan pertumbuhan. Perbedaan pertumbuhan akan menyebabkan adanya perbedaan model kurva pertumbuhan terutama dalam hal parameter dugaanya. Hafez dan Dyer (1969) menelaah pola pertumbuhan berdasarkan kecepatan pertumbuhan, dibedakan atas dua macam fase pertumbuhan yang dibatasi oleh titik belok yaitu : (1) Fase akselerasi yang merupakan saat terjadinya pertumbuhan cepat dengan laju pertumbuhan yang tinggi, dan (2) Fase retardasi yang merupakan saat terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan sampai akhirnya mencapai nol (tidak ada pertumbuhan). Persamaan matematika yang biasa digunakan untuk mempelajari pertumbuhan dan perkembangan ternak ialah fungsi perpangkatan atau persamaan alometrik (Natasasmita, 1978) yaitu : Y = aX b atau dalam bentuk transformasi logaritmik adalah : log Y = log a + b log X, dengan Y adalah bobot badan ternak pada waktu X dan X adalah waktu pengamatan (umur). Sedangkan a menunjukkan bobot awal (pada X =0) dan b adalah laju pertumbuhan bobot badan relatif setiap unit penambahan umur. ## Metode Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental, menggunakan 120 ekor itik tegal jantan umur satu hari yang mempunyai bobot badan relative sama, dengan koefisien variasi sebesar 5,23%. Secara acak anak itik dibagi menjadi tiga kelompok masing masing kelompok ditempatkan dalam 8 petak kandang, sehingga setiap kandang berisi lima ekor, untuk memudahkan pengontrolan dan pengumpulan data setiap itik diberi nomor. Ransum yang digunakan terdiri atas tiga tingkat protein yaitu 17% (R1), 19% (R2) dan 21% (R3) dengan energi metabolis 2800 Kkal/kg. Bahan dan susunan ransum yang digunakan sebagai berikut : Tabel 1. Susunan Ransum Percobaan Bahan Pakan Ransum Perlakuan R1 R2 R3 % Jagung kuning 13,50 13,00 13,00 Menir 52,83 47,19 42,00 Dedak halus 9,33 6,71 5,00 Bungkil kelapa 5,00 10,00 12,48 Bungkil kedele 10,84 13,10 16,02 Tepung ikan 7,00 8,50 10,00 Tepung kerang 0,50 0,50 0,50 Tepung tulang 0,50 0,50 0,50 Premix A 0,50 0,50 0,50 Penyusunan model kurva pertumbuhan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut : 1. Dibuat tebaran data, kemudian dicari model fungsi penduga yang paling mendekati tebaran data tersebut. 2. Dilakukan pendugaan parameter masing- masing fungsi melalui metode kuadrat terkecil disertai pengujian koefisien regresinya. 3. Memeilih model terbaik dengan melihat koefisien determinasi (R 2 ) dan dugaan kuadrat tengah sisa (S 2 ) dari masing masing model 4. Membandingkan kurva pertumbuhan itik pada ke tiga tingkat protein ransum yang diteliti. Untuk mengetahui model berimpit atau tidak digunakan uji t. (Gomez dan Gomez, 1976) ## Hasil dan Pembahasan ## Model Kurva Pertumbuhan Bobot Badan Dalam mempelajari pertumbuhan ternak itik, pemakaian model matematika sangat membantu untuk memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. Dalam pendugaan tersebut bobot badan merupakan peubah tidak bebas dan waktu pengamatan (umur dalam minggu) merupakan peubah bebas. Pemilihan spesifikasi model yang baik untuk kurva pertumbuhan bobot badan itik Tegal jantan yang diamati selama 0 sampai 8 minggu , berdasarkan hasil tebaran data ada dua model kurva pertumbuhan yang akan ditelaah yaitu : Y =  0 X  1 ε ……………………………… .(1) Y = α 0 α 1 X ε……………………………… .(2) Bentuk linear dari kedua model tersebut diatas adalah : log Y = log  0 +  1 log X + log ε …… .(3) log Y = log α 0 + X log α 1 + log ε …… (4) Pengukuran bobot badan dimulai sewaktu anak iti umur sehari dan satuan umur dinyatakan dalam satuan minggu sehingga umur sehari sama dengan 0 minggu. Untuk model (1) peubah umur ditransformasi dari X menjadi X+1 sehingga berubah menjadi Y =  0 (X+1)  1 ε …………5) bentuk linearnya adalah : log Y = log  0 +  1 log (X +1) + log ε …………6) Anggapan yang diperlukan bagi analisis regresi yang telah ditransformasi kedalam bentuk logaritmik adalah galat harus bebas, menyebar normal dan ragam yang konstan (Ostle dan Mensing, 1974). Parameter model regresi (4) dan (6) diduga dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (Snedecor dan Cochran, 1975). Cara ini didasarkan pada pengertian bahwa penduga yang baik dapat diperoleh melalui pendugaan yang menghasilkan simpangan pengamatan dari nilai rataannya, yang jumlah simpangan kuadratnya paling kecil. Metode kuadrat terkecil dilakukan dengan meminimumkan ε i 2 , sedangkan ε i adalah simpangan titik pengamatan (Yi) terhadap garis regresi dugaan (Y) atau ε i = Yi – Y. Kriteria yang digunakan dalam memilih model regresi terbaik adalah nilai koefisien determinasi (R 2 ) terbesar dengan dugaan ragam atau kuadrat tengah sisa (S 2 ) terkecil. Hasil pendugaan parameter regresi beserta perhitungan koefisien determinasi dan dugaan kuadrat tengah sisa dari model (4) dan (6) dapat dilihat pada table 2. Tabel 2. Dugaan Parameter Regresi, Koefisien Determinasi (R 2 ) dan Kuadrat Tengah Sisa (S 2 ). Model Parameter Regresi R 2 dan S 2 Tingkat Protein Ransum 17% 19% 21% (4) log α 0 log α 1 R 2 S 2 1,9071 0,1719 0,9239 1,3961 1,9573 0,1716 0,8945 1,4785 2,0131 0,1668 0,8623 1,5706 (6) log  0  1 R 2 S 2 1,6337 1,5563 0,9853 0,6391 1,6674 1,5807 0,9870 0,6656 1,7143 1,5635 0,9862 0,7035 Berdasarkan table 2 terlihat bahwa koefisien determinasi (R 2 ) pada model (6) untuk itik yang diberi ransum dengan tingat protein 17%, 19 % dan 21% lebih besar dibandingkan dengan pada model (4), demikian juga dugaan kuadrat tengah sisa (S 2 ) model (6) lebih kecil dibandingkan dengan model (4). Nilai koefisien determinasi yang diperoleh pada model (6) untuk tingkat protein 17%, 19% dan 21% masing masing adalah 98,53 , 98,70 dan 98,62%, hampir mendekati satu. Drapper dan Smith (1969) menyatakan apabila R 2 = 1 berarti peubah bebas dalam regresi dapat menerangkan sepenuhnya keragaman peubah tidak bebasnya. Makin dekat nilai R 2 ke satu dan makin kecil S 2 , maka model makin baik. Dengan demikian model regresi (6) dapat dipergunakan sebagai model kurva pertumbuhan itik tegal jantan dari umur nol sampai delapan minggu. Kurva regresi model (6) pada masing masing tingkat protein ransum dapat dilihat pada gambar 1. 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur (minggu) B o b o t b a d a n ( g ra m ) 17% 19% 21% Gambar 1. Kurva pertumbuhan itik tegal jantan pada tingkat protein ransum 17%, 19% dan 21%. ## Perbandingan Kurva Pertumbuhan Setelah didapatkan penduga kurva pertumbuhan bobot badan dalam bentuk persamaan regresi, dilakukan pengujian apakah ketiga persamaan regresi itu berimpit atau tidak, dengan kata lain apakah ketiga persamaan regresi itu sama atau tidak, untuk itu dilakukan pengujian menggunakan uji t sesuai dengan pendapat Gomez dan Gomez (1976). Hasil pengujian antar persamaan regresi model (6) disajikan pada table 3. Tabel 3. Hasil Uji Keberimpitan Regresi Model (6) Regresi pada Tingkat Protein Ransum t hit t .05 17% VS 19% 0,044 ns 2,36 17% VS 21% 0,013 ns 2,36 19% VS 21% 0,030 ns 2,36 Berdasarka hasil uji pada table 3, ternyata bahwa persamaan regresi untuk ketiga tingkat protein tidak berbeda nyata dengan kata lain ketiga regresi tersebut berimpit. Adanya keberimpitan persamaan regresi ini menunjukkan bahwa tingkat protein dalam ransum 17%, 19% dan 21% pertumbuhan itik tidak berbeda nyata. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Readdy, dkk (1980) pada itik Khaki Campbell. Weisberg (1985) mengemukakan bahwa untuk dua atau lebih persamaan regresi yang berimpit dapat dibuat persamaan regresi gabungan. Persamaan regresi gabungan untuk ketiga tingkat protein dalam ransum berdasarkan model (6) adalah : log Y = 1,6717 + 1,5668 log (X+1), model kurva regresinya disajikan pada gambar 2. 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur (minggu) B o b o t b a d a n ( g ra m ) Gambar 2. Model kurva pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu ## Laju Pertumbuhan Untuk mencari laju pertumbuhan setiap periode umur didapatkan dengan jalan mencari turunan pertama atau mendiferensialkan model pertumbuhannya. Model pertumbuhan yang didapatkan adalah : log Y = 1,6717 + 1,5668 log (X+1), dengan demikian laju pertumbuhannya adalah : dY/dX = (46,9570)(1,5668)(X+1) 0,5668 Hasil perhitungan dugaan laju pertumbuhan pada setiap periode umur disajikan pada table 4. Berdasarkan table 4, tampak bahwa laju pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu masih mempunyi kecenderungan menaik. Tabel 4. Dugaan Laju Pertumbuhan Itik Tegal Jantan Sampai Umur delapan Minggu. Umur ( minggu) Laju Pertumbuhan (gram) 1 108,97 2 137,13 3 161,41 4 183,18 5 203,12 6 221,66 7 239,09 8 255,60 ## Kesimpulan 1. Tingkat protein dalam ransum (17%, 19% dan 21%) tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan itik tegal jantan sampai umur delapan minggu. 2. Model kurva pertumbuhan itik Tegal jantan sampai umur delapan minggu adalah model alometrik dengan model penduga : log Y = 1,6717 + 1,5668 log (X+1) atau Y = 46,9570 (X+1) 1,5668 3. Laju pertumbuhan itik Tegal jantan sampai umur delapan minggu masih mempunyai kecenderungan menaik. ## Daftar Pustaka Draper, N.R. and H. Smith. 1969. Applied Regression Analysis. Jhon Wiley & Son. New York. Gomez, K.A. and A.A. Gomez. 1981. Statistical Procedures for Agricultural Research with Emphasis on Rice. IRRI Los Banos Laguna Philipines. Hafez, E.S.E. and I.A. Dyer. 1969. Animal Growth and Nutrition. Lee & Febiger. Philadelphia. Natasamita, A. 1978. Body Composition of Swam Buffalo (Bubalus bubalis). A study of Developmental Growth and of Sex Differences. PhD Thesis. University of Melbourne. Melbourne Australia. Ostle, B and R.W. Mensing. 1974. Statistics in Research. The Iowa State University Press. Reddy, M.S., V.R. Reddy and P.M. Reddy. 1980. Studies on Protein and Energy Requirements in Khaki Campbell Ducklings. Indian .J.of Poultry Sci. 15:233 Snedecor, W and W.G. Cochran. 1975. Statistical Methods. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi. Weisberg, S. 1980. Applied Linear Regression. Jhon Willey & Sons. New York. USA
9762da5a-e0ee-4a37-a9b4-6ee41f50f82d
https://e-journal.unair.ac.id/DC/article/download/29601/15412
## DARMABAKTI CENDEKIA: Journal of Community Service and Engagements www.e-journal.unair.ac.id/index.php/DC Darmabakti Cendekia: Journal of Community Service and Engagements 01 (2021): 33-37 ## SOCIALIZATION OF DIGITAL LITERACY EDUCATION TO ANTICIPATE HOAX NEWS SOSIALISASI PENDIDIKAN LITERASI DIGITAL UNTUK ## MENGANTISIPASI BERITA HOAX Scope: Health Dessy Harisanty¹ * , Dyah Puspitasari Srirahayu¹ , Nove Eka Variant Anna¹ , Endang Fitriyah Mannan¹ , Esti Putri Anugrah¹ , Muhammad Rifky Nurpratama¹ , Nasa Zata Dina² ¹Diploma-III of Library Study Program, Faculty of Vocational Studies, Universitas Airlangga, Surabaya-Indonesia ²Diploma-III of Information Systems Study Program, Faculty of Vocational Studies, Universitas Airlangga, Surabaya-Indonesia ## A R T I C L E I N F O Received 27 October 2020 Revised 13 February 2021 Accepted 10 May 2021 Online 28 June 2021 *Correspondence ( Korespondensi ): Dessy Harisanty E-mail: [email protected]. ac.id Keywords: Digital Literacy, Hoax, Covid-19, Internet Open access under Creative Commons Attribution-Non Comercial-Share A like 4.0 International License (CC-BY-NC-SA) ## A B S T R A C T Background: In the midst of the Covid-19 pandemic situation, hoax news emerged which often caused people to panic and make wrong decisions. The emergence of this hoax is because many people are not literate with information, so they trust all the information that is circulating. People also do not have social awareness to filter the information they get. Objective: This article aims to present the results of the socialization of digital literacy education to anticipate hoax news. Method: The method used in this community service is to provide socialization on the dangers of hoaxes and literacy education digital to anticipate hoax news, then explain how to search for valid and accurate information. Results: The result of this community service activity was an increase in public understanding of how to find valid and accurate Covid-19 information / news. As well as people's understanding of how to differentiate between true and false information about Covid-19. Conclusion: This community service activity has a positive impact on increasing public understanding of the spread of Covid-19 news on the internet. A B S T R A K Kata kunci: Literasi Digital, Hoax, Covid-19, Internet Latar belakang: Di tengah situasi pandemi Covid-19, banyak muncul berita-berita hoax yang seringkali membuat masyarakat panik dan membuat keputusan yang salah. Munculnya hoax ini karena banyak masyarakat yang tidak melek terhadap informasi, sehingga mereka mempercayai semua informasi yang beredar. Masyarakat juga belum memiliki kesadaran social untuk menyaring informasi yang mereka dapatkan. Tujuan: Artikel ini bertujuan untuk memaparkan hasil kegiatan sosialisasi pendidikan literasi digital untuk mengantisipasi berita hoax. Metode: Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah dengan memberikan sosialisasi bahaya hoax dan pendidikan literasi digital untuk mengantisipasi berita hoax, kemudian dijelaskan bagaimana penelusuran informasi yang valid dan akurat. Hasil: Hasil dari kegiatan pengabdian masyarakat ini yakni adanya peningkatan pemahaman masyarakat tentang bagaimana menemukan informasi/berita Covid-19 yang valid dan akurat. Serta pemahaman masyarakat tentang bagaimana membedakan informasi tentang Covid-19 yang benar dan salah. Kesimpulan: Kegiatan pengabdian masyarakat ini memberikan dampak yang positif terkait peningkatan pemahaman masyarakat terkait persebaran berita Covid-19 di internet. Harisanty et al. | Darmabakti Cendekia: Journal of Community Service and Engagements 01 (2021): 33-37 ## PENDAHULUAN Dunia dihebohkan dengan munculnya virus baru corona (novel corona virus) yang kemudian disebut corona virus disease atau disingkat Covid-19, termasuk Indonesia yang awal Maret kemaren mengumumkan kasus pertama Covid-19 melalui berbagai media massa. WHO juga menyebutkan bahwa Covid-19 merupakan pandemi. Sejak saat itu masyarakat mulai mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai corona atau Covid-19 ini. Sejak awal Maret pencarian menggunakan kata kunci yang dicari melalui search engine Google dengan kata kunci “virus corona”, “corona”, “korona”, “covid”, “covid 19”, dan “corona virus” mengalami pengingkatan yang cukup extrim. Demikian juga dengan pertanyaan ( query) yang diajukan terkait korona melonjak drastis, berikut adalah pertanyaan yang diajukan terkait corona di Indonesia “Indonesia corona”, “virus Indoensia corona”, “corona di Indonesia”, “apa itu virus corona”, “gejala corona”, dan “ciri- ciri corona” (Chryshna, 2020). Melihat begitu banyaknya pertanyaan mengenai virus corona menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat ingin tahu dan menaruh perhatian yang besar terhadap virus ini. Masyarakat juga merasa ketakutan dan panik sehingga ingin mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya terkait dengan virus corona dari berbagai sumber termasuk internet dan media. Meskipun pemerintah sudah menyediakan informasi mengenai Covid 19, melalui BNPB atau kementrian kesehatan, namun banyak juga pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan situasi ini dengan membuat informasi bohong ( hoax ) dengan tujuan mencari keuntungan. Hingga pertengahan Maret 2019, terdapat 196 informasi hoax terkait corona ditemukan di Indonesia (Putri, 2020). Dengan munculnya berita-berita hoax tersebut seringkali membuat masyarakat panik dan membuat keputusan yang salah. Munculnya hoax ini karena banyak masyarakat yang tidak melek terhadap informasi, sehingga mereka mempercayai semua informasi yang beredar. Masyarakat juga malas mencari kebenaran sebuah informasi, inilah yang menjadikan hoax semakin berkembang. Masyarakat juga belum memiliki kesadaran sosial untuk menyaring informasi yang mereka dapatkan (Saptanto, 2017). Masyarakat juga banyak dirugikan dengan adanya berita hoax terkait covid, antara lain muncul rasa tidak nyaman secara mental, muncul rasa stress, respon jantung yang tidak normal, dan membaca tidak menentu. Selain itu juga mempengaruhi kondisi psikologis seseorang jika mereka tidak memiliki keinginan mencari kebenaran suatu informasi. Dalam skala lebih luas, dampak hoax pada masyarakat yakni dapat memecah belah bangsa (Saptanto, 2017). Di era digital, masyarakat memerlukan kemampuan digital health literacy yang baik agar terhindar dari hoax . Namun dengan keberagaman latar belakang masyarakat menjadikan kemampuan digital health literacy seseorang ini berbeda-beda tingkatannya. Banyak penelitian mengenai literasi kesehatan digital yang telah dilakukan antara lain instrumen pengukuran digital health literacy (Van der Vaart & Drossaert, 2017), IT in health literacy (Bickmore & Paasche-Orlow, 2012; Dunn & Hazzard, 2019; Smith & Magnani, 2019), digital divide (Estacio et al. , 2019). Sebagian besar hasil studi di atas adalah terkait dengan digital health informasi pusat kesehatan dengan fokus kesehatan secara umum. Masih sedikit studi yang mengulas mengenai digital health literacy virus corona di internet dan media sosial di Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui digital literacy Covid 19 pada masyarakat Indonesia. ## METODE Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Plandaan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung, pada hari Kamis tanggal 17 September 2020. Teknik penyampaian materi yang digunakan pada saat pelaksanaan pengabdian yaitu dengan memberikan penjelasan secara langsung kepada peseta atau dengan menggunakan metode langsung/ ekspositori. Pembelajaran secara langsung diyakini dapat langsung diterima dan dipahami oleh seluruh peserta. Kendala-kendala yang dihadapi peserta langsung diungkapkan dan dibahas pada saat itu juga. Kemudian pemaparan pada hasil pengabdian masyarakat yaitu menggunakan metode deskriptif. Metode ini dianggap tepat pada saat melaporkan hasil pengabdian masyarakat di Desa Plandaan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung. Melalui metode deskriptif penulis dapat memaparkan atau mendeskripsikan kondisi yang ada di lokasi pengabdian masyarakat serta dapat memaparkan kekurangan dan kelebihan dari pelaksanaan kegiatan. Peserta yang mengikuti kegiatan ini sejumlah 50 orang yang terdiri dari ibu-ibu PKK Desa Plandaan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema Pendidikan Literasi Digital: Smart Menghadapi Hoax di Era Pandemi. Dilatarbelakangi oleh banyaknya berita hoax seputar covid-19 yang Harisanty et al. | Darmabakti Cendekia: Journal of Community Service and Engagements 01 (2021): 33-37 dapat meresahkan masyarakat, maka dari itu kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan, agar masyarakat dapat membedakan berita atau informasi yang benar atau salah. Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan di Desa Plandaan, Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung pada tanggal 17 September 2020 dengan menggandeng ibu-ibu kader PKK Desa, sehingga selanjutnya dapat diteruskan ke kelompok PKK RT/RW. Pelaksanaan pengabdian masyarakat dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker baik pembicara maupun peserta, kemudian tempat duduk peserta ditata dengan memberikan jarak. Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut dihadiri oleh 50 ibu-ibu PKK desa dan dibuka oleh Ibu Lurah Desa Plandaan sebagai Pembina PKK. Pemateri dalam acara seminar tersebut yakni Ibu Endang Fitriyah Mannan, S.Sos., M.Hum, yang mendalami bidang kajian tentang literasi informasi. Penyampaian materi tentang pengertian, asal mula dan bahaya dari hoax . Selanjutnya dilanjutkan dengan bermain “tebakan” menampilkan suatu berita kemudian peserta menebak apakah berita itu hoax ataukah bukan. Berikut merupakan foto- foto kegiatan pengabdian masyarakat. Gambar 1. Pemateri memberikan penjelasan tentang pendidikan literasi untuk mengantisipasi hoax Setelah itu pemateri memberikan penjelasan bagaimana membedakan berita hoax atau bukan, serta cara menemukan berita yang valid dan akurat di internet. Untuk mengakses informasi terkait Covid, individu harus menggunakan sumber informasi yang akurat. Ibu-ibu PKK Desa Plandaan sudah familiar dengan informasi yang tersebar di internet dan media sosial. Salah satunya situs resmi pemerintah untuk mendapatkan informasi terkait Covid-19 www.covid19.go.id. Situasi pandemi secara global ini dialami oleh hampir seluruh negara di dunia termasuk di Indonesia. Masyarakat Indonesia banyak sekali mengkonsumsi berita dan informasi yang mempunyai kaitan dengan wabah Covid-19 ini. Namun pada kondisi seperti ini, publik kerap kebingungan untuk memilah mana berita yang valid dan bersandarkan pada data/fakta dengan berita bohong atau hoax yang bersifat opini tidak bertanggung jawab. Bagi sebagian orang yang mempunyai taraf pengetahuan dan literasi memadai, mungkin akan mudah mengklasifikasikan serta mensortir berita yang valid dan tidak valid. Problemnya banyak sekali produksi berita kebohongan yang beredar di ruang publik untuk kemudian dikonsumsi secara luas dan mentah-mentah oleh banyak orang. Untuk mengetahui daftar situs resmi yang berisi informasi mengenai Covid-19, berikut ini ada beberapa situs resmi dari pemerintah yang sudah dihimpun dari berbagai sumber. • Nasional: https://www.covid19.go.id/ • Aceh: https://covid19.acehprov.go.id/ • Sumatera Barat: https://corona.sumbarprov. go.id/ • Banten: https://infocorona.bantenprov.go.id/ • DKI Jakarta: https://corona.jakarta.go.id/ • Jawa Barat: https://pikobar.jabarprov.go.id/ • Jawa Tengah: https://corona.jatengprov.go.id/ • Daerah Istimewa Yogyakarta: https://corona. jogjaprov.go.id/ • Jawa Timur: http://infocovid19.jatimprov. go.id/ • Kalimantan Barat: https://dinkes.kalbarprov. go.id/covid-19/ • Sulawesi Selatan: https://covid19.sulselprov. go.id/ • Nusa Tenggara Barat: https://corona.ntbprov. go.id/ Situs www.covid19.go.id memuat pesan tentang tiga langkah penting untuk dilakukan masyarakat yaitu cara mengurangi risiko penularan, mencari informasi yang benar dan apa yang perlu dilakukan bila sakit. Data statistik mengenai jumlah kasus positif Covid-19 diperbarui secara real-time dan diharapkan menjadi acuan untuk berbagai pihak. Ada pula Hoaks Buster yang Harisanty et al. | Darmabakti Cendekia: Journal of Community Service and Engagements 01 (2021): 33-37 bisa digunakan sebagai acuan untuk menentukan apakah sebuah informasi tentang Covid-19 merupakan berita benar atau hoax . Materi edukasi berisi mengenai berbagai materi edukasi publik. Pemerintah berkomitmen memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Pengetahuan dan perilaku yang benar adalah elemen penting untuk melawan penyebaran Covid-19. Masyarakat dapat secara cerdas menggunakan instrumen-instrumen digital, perangkat media sosialnya untuk memilah informasi sebelum itu diteruskan. Sedikitnya 1.401 konten hoax dan disinformasi Covid-19 beredar di berbagai media sosial (Tim AIS Ditjen Aptika+Kominfo). Cyberbullying meningkat karena peningkatan stres. Intensitas bermain gadget tak terkontrol. Sebuah lembaga nirlaba di Amerika, National Center for Missing and Exploited Children melaporkan, kejahatan dan eksploitasi seksual pada anak di internet mencapai 4,2 juta kasus. Kekerasan di dalam rumah tangga pun ikut melonjak. Sekitar 319 kasus telah dilaporkan semasa pandemi (Komnas Perempuan, 2020) Peristiwa-peristiwa di atas semestinya tak perlu terjadi, atau setidaknya tidak seburuk itu, jika kita memiliki budaya literasi yang baik, khususnya literasi Covid-19. Yakni kemampuan mengetahui apa sebenarnya Covid-19 itu, memahami bagaimana sebaiknya kita menyikapinya, merefleksikan hikmah di balik pandemi ini, serta mempraktikkan kehidupan yang lebih cerdas, kritis, serta penuh empati dan humanis selama masa pandemi. Setelah memahami informasi yang jelas tentang Covid-19 tentu akan memudahkan masyarakat mengetahui bagaimana sebaiknya menyikapinya. Masyarakat yang literat akan memiliki kemampuan dan kreativitas dalam memanfaatkan keadaan (Muzakkar, 2015). ## KESIMPULAN DAN SARAN Dalam hal mencari informasi kesehatan pun dapat dicari dari berbagai sumber, baik cetak maupun digital. Informasi kesehatan banyak dicari di media sosial, padahal di sisi lain banyak berita hoax yang tersebar di media sosial terutama media sosial Facebook. Agar tidak tertipu oleh berita hoax , diperlukan suatu kemampuan literasi digital. Literasi Digital Pilar Masyarakat Informasi Indonesia adalah salah satu program Kementerian Kominfo untuk membangun budaya literasi. Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokatif, jadi korban informasi hoax atau penipuan yang berbasis digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusif. Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Keberhasilan literasi digital yang sesungguhnya, salah satunya terwujud dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan internet secara cerdas dan positif. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Pemerintah Desa Plandaan Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung yang telah mengizinkan dan bersedia menjadi mitra dari program pengabdian kepada masyarakat ini. Penulis menyatakan tidak ada konflik kepentingan dengan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. ## DAFTAR PUSTAKA Bickmore, T.W., & Paasche-Orlow, M.K. 2012. The Role of Information Technology in Health Literacy Research. Journal of Health Communication, Vol. 17(3). Pp. 23-29. Chryshna, M. 2020. Mengukur Ketakutan Kita Terhadap Virus Corona. Kompas. Available from: https://bebas.kompas.id/baca/ riset/2020/03/18/mengukur-ketakutan-kita- terhadap-virus-korona/. Diakses: 31 Maret 2020. Dunn, P., & Hazzard, E. 2019. Technology Approaches to Digital Health Literacy. International Journal of Cardiology Vol. 293. Pp. 294-296. Estacio, E.V., Whittle, R., & Protheroe, J. 2019. The Digital Divide: Examining Socio-Demographic Factors Associated with Health Literacy, Access and Use of Internet to Seek Health Information. Journal of Health Psychology, Vol. 24(12). Pp. 1668-1675. Putri, V.M. 2020. Update: Ada 196 Hoax Virus Corona Ditemukan di Indonesia. Available from: https://inet.detik.com/ cyberlife/d-4936108/update-ada-196-hoax- virus-corona-ditemukan-di-indonesia. Diakses: 31 Maret 2020. Saptanto, H. 2017. Pengaruh HOAX dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber Crime dengan Teknologi Sederhana di Kehidupan Masyarakat. Kalbis Scientia, Jurnal Sains dan Teknologi. Available from: https://pdfs.semanticscholar.org/0fa3/ cdad3992f147656b888d40bb7d2f83d795a0. pdf. Diakses: 31 Maret 2020. Harisanty et al. | Darmabakti Cendekia: Journal of Community Service and Engagements 01 (2021): 33-37 Smith, B., & Magnani, J.W. 2019. New Technologies, New Disparities: The Intersection of Electronic Health and Digital Health Literacy. International Journal of Cardiology Vol. 292. Pp. 280-282. Van der Vaart, R., & Drossaert, C. 2017. Development of the Digital Health Literacy Instrument: Measuring a Broad Spectrum of Health 1.0 and Health 2.0 Skills. Journal of Medical Internet Research, Vol. 19(1).
7777af2b-fb55-4a5d-8a7c-9e87b5b97960
https://jurnal.ugm.ac.id/populasi/article/download/12137/8898
Seiring dengan perkembangan konsep serta praktik governance di Indonesia maka bermun- culan buku yang membahas persoalan tersebut. Salah satu buku yang ikut berkontribusi membahas tentang perkembangan konsep dan praktik governance di Indonesia adalah: Governance Reform di Indonesia : Mencari Arah Kelembagaan Politik yang Demokratis dan Birokrasi yang Profesional. Buku editorial yang diedit oleh Agus Pramusinto dan Wahyudi Kumorotomo ini diterbitkan atas kerja sama antara Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada dengan Penerbit Gava Media, Yogyakarta. Buku ini ditulis oleh para ahli yang memiliki berbagai latar belakang ilmu dengan kata pengantar ditulis oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Buku setebal 409 halaman ini dibagi menjadi empat bagian dengan topik yang beragam. Benang merah dari buku tersebut adalah perkembangan reformasi governance di Indonesia sebagai upaya untuk mewujudkan bangun format sistem politik yang demokratis dan didukung oleh sosok birokrasi yang profesional. Untuk menjelaskan gagasan besar tersebut, buku ini dibagi menjadi empat bagian. Bagian I mendiskusikan topik-topik yang berhubungan dengan penataan ulang demo- krasi. Bagian II membahas topik-topik yang berhubungan dengan penguatan birokrasi. Bagian III mendiskusikan topik-topik yang berkaitan dengan pemberantasan korupsi. Bagian terakhir memaparkan ide-ide mengenai pembangunan budaya birokrasi. Penataan ulang demokrasi yang merupakan bagian pertama buku ini memaparkan beberapa hal penting terkait dinamika demokrasi di Indonesia. Dinamika demokrasi digambarkan sebagai kemunculan beberapa partai sebagai peserta pemilu. Hal ini menggambarkan sikap akomodatif karakter budaya majemuk dari bangsa ini. Selanjutnya kemajuan demokrasi sangat berarti bagi bangsa Indonesia, yaitu dengan adanya pemilihan secara langsung anggota DPRD, DPR, kepala daerah, presiden, dan wakil presiden. Namun dinamika demokrasi tersebut dapat memungkinkan kondisi yang kontraproduktif apabila demokrasi ini tidak ditata. Bagian I buku ini menawarkan ide-ide kon- temporer dalam menata ulang proses demokrasi yang sedang mengalami euforia. Ichlasul Amal, salah satu penulis yang mem- berikan kontribusi pemikiran pada bagian pertama buku ini, menawarkan paradigma retro- prospek. Paradigma retroprospektif ini dida- sarkan bahwa kita harus mengambil manfaat dari sistem multipartai yang pernah ada pada masa Orde Lama . Akan tetapi, pada saat yang ## Populasi Volume 20 Nomor 1 Desember 2011 Halaman 87 - 90 ## Reviu buku Judul : Governance Reform di Indonesia: Mencari Arah Kelembagaan Politik yang Demokratis dan Birokrasi yang Profesional Editor : Agus Pramusinto dan Wahyudi Kumorotomo Penerbit : Gava Media Bekerja sama dengan Magister Administrasi Publik UGM Cetakan : Pertama, 2009. Tebal : xxiii+409 hlm. ## Dyah Ratih sama harus dapat mengelola konflik dengan penyederhanaan sistem kepartaian sebagai- mana diuraikan oleh Amal di halaman 18 buku ini: “…Sebagian wacana mengacu kepada paradigma restropektif, agar kembali kepada sistem multi-partai yang bebas seperti yang pernah terjadi pada Pemilu 1955. Namun sebagian yang lain mengacu pada paradigma prospektif agar dilakukan penyederhanaan dan pembatasan jumlah partai sehingga mengarah kepada sistem dua partai seperti di Amerika Serikat dan Inggris”. Kemudian Anas Urba- ningrum mengemukakan gagasannya dengan membuat kepartaian yang majemuk itu menjadi sederhana. Selain sistem kepartaian yang sederhana, dikatakan Anas bahwa penataan demokrasi dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kese- jahteraan rakyat. Sementara itu, Priyo Budi Santoso menyampaikan gagasan tentang sistem Pemilu yang baik harus memiliki prinsip- prinsip sebagai berikut 1) akuntabilitas, 2) keterwakilan, 3) keadilan, 4) persamaan hak untuk setiap pemilih, 5) menciptakan pe- merintahan yang efektif dan akomodatif, 6) perkembangan partai-partai dan perwakilan lokal yang kuat secara relatif, 7) sistem menyediakan akses melalui kesederhanaan dan refleksi pilihan warga negara yang relatif tepat. Bagian penataan ulang demokrasi juga dilengkapi dengan prinsip-prinsip membangun peradaban demokrasi. Dwiyanto Indiahono mengulas kilas balik prinsip-prinsip demokrasi Athena. Berkaitan dengan itu, maka peradaban demokrasi Indonesia harus dibangun kembali melalui 1) suara partai harus suara rakyat , 2) demokrasi perwakilan bukan voting. Kemudian diakhir bagian I ini ditawarkan gagasan agar demokrasi mendukung perwujudan good governance oleh Bowo Asiatno. Meskipun diakui bahwa buku ini memuat ide- ide segar dan komprehensif terkait dengan dinamika demokrasi yang sedang berlangsung di Indonesia, jika dibaca secara kritis berbagai usulan yang disampaikan oleh para penulis tersebut masih bersifat wacana dan belum memberikan langkah konkret bagaimana mewujudkan gagasan mereka. Wacana untuk melakukan penyederhanaan partai politik di Indonesia sudah sering disampaikan, tetapi realitas politik di Indonesia masih sulit untuk mengadopsi gagasan tersebut. Hal ini secara lugas juga diakui oleh Amal yang memaparkan bertapa tidak mudah untuk merealisasikan gagasan yang ia pikirkan. Tentang gagasan retroprospektif yang ia pikirkan, Amal mengatakan: “Bagaimana caranya agar dapat melakukan pendekatan “retroprospektif” ini? Inilah yang tidak mudah untuk dilakukan”. Bagian II buku ini memaparkan topik-topik mengenai penguatan birokrasi. Birokrasi diakui memiliki peran sentral dalam pelaksanaan governance reform serta penentu keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Akan tetapi, isu mengenai kapasitas birokrasi yang lemah merupakan fenomena yang masih terjadi di Indonesia. Topik-topik pada bagian II ini meskipun telah sering didiskusikan dalam berbagai kesempatan, tetapi topik ini masih tetap relevan didiskusikan untuk memperbaiki kinerja birokrasi. Jika ada yang beda dengan apa yang sudah dilakukan oleh para ahli sebelumnya, tema penguatan birokrasi yang disampaikan pada bagian II buku ini adalah dari gagasan- gagasan segar yang disampaikan oleh para pakar dengan menampilkan pendekatan yang berbeda untuk memperbaiki birokrasi dari apa yang sudah ada selama ini. Sofian Effendi, misalnya, mengangkat persoalan mendasar, yaitu civil service reform bidang SDM aparatur negara. Kemudian Fadel Muhammad menyampaikan ide inovatifnya yang telah berhasil diterapkan di Provinsi Gorontalo. Melalui tulisannya yang berjudul Energizing Bureaucracy , Muhammad memberikan ide untuk mengubah mindset dan budaya kerja agar lebih entrepreneurship . Selain itu, ide energizing bureaucracy juga memuat strategi agar birokrasi lebih dinamis dan memiliki networking . Keberhasilan untuk melakukan energizing bureaucracy ini, menurut Muhammad, ada tiga kunci, yaitu kemampuan manager publik ## Reviu Buku memotivasi para pegawai, merekrut SDM yang tepat, dan memberikan penghargaan atas dasar kinerja (hlm.112). Sedangkan Agustinus Sulistyo menawarkan strategi untuk memperbaiki rendahnya profesionalisme, etos kerja, disiplin dan gaji PNS. Strategi ini cukup menarik yaitu competence-based human resource mana- gement. Strategi menerapkan competence- based human resource ini adalah: “[…] setelah pola karier tersusun dengan baik, perlu didukung dengan sistem pengembangan pegawai, sistem penilaian kinerja dan sistem penggajian yang menghargai kompetensi dan prestasi kerja” (hlm.149). Pemberantasan korupsi merupakan bagian III buku Governance Reform ini. Berbagai diskusi maupun aktivitas nyata telah banyak dilakukan untuk pemberantasan korupsi. Akan tetapi, topik- topik pemberantasan korupsi selalu menjadi isu menarik mengingat korupsi di Indonesia telah mendarah daging. Lebih menarik lagi karena buku ini menyajikan strategi baru dalam pemberantasan korupsi. Strategi inovatif ini menekankan bahwa masalah korupsi tidak saja diatasi dengan peraturan perundangan. Agus Dwiyanto menyarankan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengurangi proses kerja birokrasi yang berbelit dan memperpendek hierarki sehingga interaksi pemberi layanan dan pengguna makin mudah. Wahyudi Kumorotomo menyampaikan inovasi- inovasi yang dikembangkan oleh pemerintah daerah untuk mengatasi korupsi. Pada intinya setiap penulis mencoba menawarkan hal baru seperti juga Cut Sukmawati yang melibatkan pendidikan tinggi dan Rosfiah Arsal membahas penerapan manajemen kontrak untuk me- nanggulangi korupsi. Bagian terakhir dari buku ini membahas isu- isu yang berkaitan dengan budaya birokrasi. Dalam bagian ini beberapa pakar mencoba mencari akar persoalan mengapa begitu sulit untuk melakukan reformasi di dalam tubuh birokrasi di Indonesia. Salah satu penulis yang memberikan sumbangan tulisan ini, Erwan Agus Purwanto, melakukan analisis historis untuk melacak kembali sebab-sebab bercokolnya budaya korupsi yang sulit dilepaskan dalam tubuh birokrasi publik di Indonesia yang berakar jauh di masa prakolonial. Budaya birokrasi merupakan elemen penentu keberhasilan reformasi, sayangnya budaya birokrasi tidak dapat diimpor dari luar: “justru budaya birokrasi inilah yang sulit diimpor dari luar” (hlm. 286). Pandangan yang serupa juga disampaikan oleh Miftah Thoha, Prijono Tjiptoherijanto, dan juga Ferry Anggoro Suryokusumo. Buku Governance Reform di Indonesia: Mencari Arah Kelembagaan Politik yang Demokratis dan Birokrasi yang Profesional tentu saja sangat relevan untuk dijadikan acuan dalam rangka perbaikan pelayanan publik. Sebagai buku editorial, buku ini memiliki keunggulan bahwa memuat ide kreatif dari berbagai pakar. Hal ini tentu saja membawa nilai lebih karena setiap pakar menyumbangkan ide inovatifnya dari perspektifnya masing-masing. Dengan demikian, ide-ide kreatif tersebut akan memperkaya upaya governance reform di Indonesia. Namun buku editorial juga memiliki kelemahan, yaitu beberapa gagasan ter- fragmentasi sehingga belum menjadi kesatuan gagasan secara utuh. Manfaat lain apabila kita membaca buku ini dengan seksama adalah memahami seja- uhmana keberhasilan implementasi governance reform di Indonesia. Meskipun governance reform telah dilaksanakan sejak lama serta mendapat momentum ketika desentralisasi, kenyataannya belum membawa perubahan yang berarti. Banyaknya permasalahan pada pelayanan publik merupakan salah satu refleksi belum berhasilnya governance reform sesuai yang diharapkan. Rendahnya peringkat HDI merupakan salah satu cermin rendahnya kualitas pelayanan publik. Posisi Indonesia dalam Human Development Index (HDI) tahun 2007 berada pada urutan 108, dengan nilai indeks sebesar 0,728. Peringkat HDI Indonesia ini jauh di bawah beberapa negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura yang berada pada urutan ke-25 (0,916), Malaysia ke-61 (0,805), ## Dyah Ratih Thailand ke-74 (0,784), Filipina ke–84 (0,763) dan Brunei Darrusalam ke-34 (0,871). Bahkan tiga negara anggota Asean yaitu Singapura, Malaysia, dan Brunei, telah termasuk dalam kategori negara yang memiliki HDI tinggi. Apabila keberhasilan pencapaian MDGs diukur dari HDI, maka pencapaian MDGs di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Bahkan, menurut Laporan “ A Future Within Reach ” maupun Laporan MDGs Asia-Pasifik tahun 2006, Indonesia termasuk dalam kategori terbawah bersama Bangladesh, Laos, Mongolia, Myanmar, Pakistan, Papua Nugini, dan Filipina 1 . Peringkat HDI Indonesia yang seperti itu tentunya terkait dengan berbagai realita sosial seperti kemiskinan dan peranan negara yang belum optimal dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Melalui berbagai indikator yang digunakan, HDI 2 merupakan ukuran keber- hasilan pembangunan suatu negara dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Implikasinya, HDI yang tinggi menunjukkan keberhasilan pembangunan kesehatan, pen- didikan, dan ekonomi. Sebaliknya, HDI yang rendah menunjukkan ketidakberhasilan pem- bangunan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi suatu negara. Masalah di bidang pendidikan adalah Indonesia belum mencapai keberhasilan program Wajib Belajar 9 tahun. Hal ini secara tegas dapat dilihat bahwa rata-rata lama studi nasional masih di bawah 9 tahun. 3 Di bidang kesehatan, masih banyak permasalahan yang muncul seperti fenomena gizi buruk, angka kematian ibu, dan biaya rumah sakit yang masih mahal. Permasalahan-permasalahan tersebut tentu saja tidak terlepas dari reformasi governance yang belum berhasil seperti yang dibahas dalam buku tersebut. Misalnya masalah korupsi dan kapasitas birokrasi yang lemah menyebabkan buruknya pelayanan publik. Demikian juga, dinamika demokrasi yang belum mencapai proses pendewasaan justru menghambat penyelenggaraan pelayanan publik. Oleh sebab itu, buku Governance Reform di Indonesia: Mencari Arah Kelembagaan Politik yang Demokratis dan Birokrasi yang Profesional tidak saja memberikan kontribusi tentang bagaimana praktek governance bisa dicapai. Namun buku tersebut juga sekaligus memberikan wacana bagaimana pelayanan publik dapat berhasil ketika praktik governance sudah berhasil. 1 http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0703/03/ln/3359249.htm 2 HDI adalah angka yang diolah berdasarkan tiga dimensi, yaitu panjang usia ( longevity ), pengetahuan ( knowledge ), dan standar hidup ( standard of living ) suatu bangsa. Secara teknis ketiga dimensi ini dijabarkan menjadi beberapa indikator,yaitu kesehatan dan kependudukan, pendidikan, serta ekonomi. Indikator kesehatan menyangkut angka kematian bayi ( infant mortality rate ), angka kematian balita ( under-five mortality rate ), dan angka kematian ibu serta kualitas gizi. Indikator kependudukan menyangkut usia harapan hidup ( life expectancy ). Indikator pendidikan menyangkut angka melek huruf ( literacy rate ), anak yang berpendidikan sampai kelas lima SD ( children reaching grade 5 ), dan angka partisipasi pendidikan ( enrolment ratio ). Adapun indikator ekonomi, antara lain, menyangkut indeks kemiskinan ( poverty index ). 3 Indikator Kesejahteraan Rakyat, 2005:100
e3401beb-fa7f-4e8b-8ba3-53c627a666d8
https://ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/PROCURATIO/article/download/533/428
## ANALYSIS OF THE EFFECT OF SERVICE MARKETING MIX, SOCIAL FACTORS AND PERSONAL FACTORS ON SCHOOL DECISION THE STUDENTS IN VOCATIONAL SCHOOL OF LABOR PEKANBARU Yanti Mayasari Ginting 1 , Gita Marantika 2 1&2 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pelita Indonesia Email: [email protected] 1 , [email protected] 2 ## ABSTRACT This study aims to analyze the effect of the service marketing mix, social factors, and personal factors on school decision at Vocational High Schools (Case Study at SMK LABOR, Pekanbaru). The independent variables used in this study are product (X1), price (X2), place (X3), promotion (X4), people (X5), physical evidence (X6), process (X7), social (X8), and personality (X9). The dependent variable in this study is the school decision (Y). The research method used in this study is a quantitative research method using a sample of 150 respondents, namely students who choose to attend school at SMK LABOR Vocational High School. Sampling using simple random sampling method. Data analysis method used in this research is descriptive method and multiple linear regression analysis. Data processing is performed using SPSS 18 for Windows software. The results of the F test in this study indicate that the Service Marketing Mix, social factors, and personal factors simultaneously have an influence on school decisions in Vocational High Schools. Based on the results of the t test it can be seen that the product, price, promotion, people, physical evidence variables significantly influence the school decision while the place, process, social, personal variables do not significantly influence. Adjusted R Square value in this study amounted to 0.436. This means that 43.6% of school decisions can be explained by the nine independent variables namely product (X1), price (X2), place (X3), promotion (X4), people (X5), physical evidence (X6), process (X7), social (X8), and personal (X9). While the remaining 56.4% is influenced by other variables not examined in this study. ## Keywords: Service marketing mix, social, personal, school decision ## ANALISIS PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA, FAKTOR SOSIAL, DAN FAKTOR PRIBADI TERHADAP KEPUTUSAN SEKOLAH SISWA PADA SISWA DI SEKOLAH TINGGI BURUH PEKANBARU ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bauran pemasaran jasa, faktor sosial, dan faktor pribadi terhadap keputusan sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (Studi Kasus di SMK LABOR, Pekanbaru). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah produk (X1), harga (X2), tempat (X3), promosi (X4), orang (X5), bukti fisik (X6), proses (X7), proses (X7), sosial (X8), dan kepribadian (X9). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah keputusan sekolah (Y). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan sampel sebanyak 150 responden, yaitu siswa yang memilih untuk bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan SMK. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan analisis regresi linier berganda. Pemrosesan data dilakukan dengan menggunakan SPSS 18 untuk perangkat lunak Windows. Hasil uji F dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Bauran Pemasaran Jasa, faktor sosial, dan faktor pribadi secara bersamaan memiliki pengaruh terhadap keputusan sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan. Berdasarkan hasil uji t dapat diketahui bahwa variabel produk, harga, promosi, orang, bukti fisik berpengaruh signifikan terhadap keputusan sekolah sedangkan variabel tempat, proses, sosial, pribadi tidak berpengaruh signifikan. Nilai Adjusted R Square dalam penelitian ini sebesar 0,436. Ini berarti bahwa 43,6% keputusan sekolah dapat dijelaskan oleh sembilan variabel independen yaitu produk (X1), harga (X2), tempat (X3), promosi (X4), orang (X5), bukti fisik (X6), proses ( X7), sosial (X8), dan pribadi (X9). Sedangkan sisanya 56,4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Kata Kunci: Bauran pemasaran jasa, sosial, pribadi, keputusan sekolah ## PENDAHULUAN Pendidikan Kejuruan di Indonesia dicanangkan sebagai jembatan untuk memasuki dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan jenis pendidikan formal disebutkan dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Jalur, Jenjang dan Jenis Pendidikan. Pada Pasal 15 dan Pasal 18 yang menjelaskan bahwa SMK merupakan bentuk Pendidikan Menengah Atas Kejuruan. SMK menekankan pada persiapan peserta didik untuk penguasaan proses pembelajaran secara tuntas dan utuh melalui pembelajaran teori dan melaksanakan praktek kerja atau pembelajaran praktek sebagai pelatihan intensifnya. Pandangan masyarakat terhadap keberadaan pendidikan kejuruan formal ini masih kurang baik. Hal ini disebabkan karena belum banyaknya sekolah kejuruan yang secara memuaskan menyiapkan dan membekali siswa dengan pengetahuan dan pengalaman kerja yang dapat membentuk mereka tidak hanya siap kerja namun juga dapat menghasilkan karya inovatif yang dapat menjadi solusi bagi permasalahan dan kebutuhan pada kontek sosial masyarakat. Sehingga banyak ditemukan para siswa lulusan SMK ketika melanjutkan studi kejenjang yang lebih tinggi, membuat pilihan dengan mengambil jurusan atau bidang yang tidak berhubungan dengan latar belakang pendidikan sebelumnya. Sistem pendidikan formal di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan perlu dibenahi agar tujuan pendidikannya adalah diarahkan pada kemampuan siswa berkarya untuk menghasilkan solusi inovatif yang berkaitan dengan kontek kebutuhan masyarakat tempat siswa mengabdikan keilmuannya. Selain itu banyaknya pilihan sekolah untuk pendidikan formal tingkat SMK baik yang diselenggaran oleh pemerintah maupun swasta membuat alternatif pilihan masyarakat sangat kompleks. Sehingga Sekolah Menengah Kejuruan perlu mengetahui pandangan dan persepsi masyarakat ketika memilih untuk sekolah dan meneruskan pendidikan di tingkat SKM. Thomas (2008) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan memiliki dua sumber yaitu [1] organisasi sebagai pihak yang mempengaruhi[2] pribadi pengambilan keputusan. Mengetahui perilaku pengambilan keputusan memainkan peranan pokok dalam memberikan gambaran terkait permasalah yang dihadapi serta ekspektasi yang diinginkan dari keputusan yang telah dibuat. Hal ini disebabkan karena setelah mengetahuidan mendefeniskan permasalahan, maka seseorang akan mencari alternatif solusi dan melakukan pengambil keputusan yang bertanggung jawab dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Hal yang sama dirasakan oleh masyarakat dalam hal ini siswa yang harus memilih sekolah ditengah banyaknya alternatif pilihan pendidikan formal yang ada dan menentukan tempat sekolah untuk melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Pilihan sekolah merupakan keputusan yang penting bagi masa depan siswa yang harus diputuskan secara bertanggung jawab. Sehingga siswa akan menyiapkan diri dalam proses mencapai tujuan yang dicita-citakannya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, maka penelitian ini dibangun untuk menganalisis keputusan sekolah siswa di SMK Labor Pekanbaru. SMK Labor berlokasi di Jalan Thamrin No. 97. Sekolah ini adalah binaan dari FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan )Universitas Riau. SKM Labor menyediakan 5 (lima) jurusan atau bidang keminatan yang dapat dipilih siswa sebagai foukus keahliannya. Jurusan tersebut adalah : [1] akuntansi, [2] administrasi perkantoran, [3] pemasaran, [4] teknik komputer dan jaringan, dan [5] rekayasa perangkat lunak. Tabel 1 dibawah ini memperlihatkan kuantitas dan perubahan dalam pertumbuhan jumlah siswa bersekolah di SKM Labor. ## Tabel 1. Jumlah Siswa SMK Labor Pekanbaru(2014-2018) No Kopetensi Keahlian 2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018 10 11 12 Total 10 11 12 total 10 11 12 total 10 11 12 total 10 11 12 total 1 Akutansi 66 52 62 180 67 64 52 183 85 64 63 212 88 82 64 234 76 88 82 246 2 Administrasi Perkantoran 60 42 60 162 65 57 41 163 58 63 53 174 77 52 63 192 80 77 52 209 3 Pemasaran 12 19 16 47 - 12 19 31 19 - 11 30 28 17 - 45 38 28 17 83 4 Teknik Komputer dan Jaringan 25 22 23 70 26 24 22 72 18 24 24 66 24 17 25 66 31 24 17 72 5 Rekayasa Perangkat Lunak 11 12 - 23 18 11 11 40 16 17 10 43 27 16 20 63 29 27 16 72 Jumlah 174 147 161 482 176 168 145 489 196 168 161 525 244 184 172 600 254 244 184 682 ## Sumber : Data SMK Labor Pekanbaru Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa SMK LABOR Pekanbaru selalu ada peningkatan di setiap tahunnya. Di tahun ajaran 2013/2014 jumlah total keseluruhan siswa sebanyak 482 orang. Pada tahun ajaran 2014/2015 jumlah total keseluruhan siswa meningkat menjadi 489 orang. Pada tahun ajaran 2015/2016 jumlah total keseluruhan siswa meningkat menjadi 526 orang. Pada tahun ajaran 2016/2017 jumlah total keseluruhan siswa meningkat lagi menjadi 600 orang. Dan pada tahun ajaran 2017/2018 jumlah total keseluruhan siswa meningkat kembali menjadi 682 orang. Sekolah berkualitas memberikan kebebasan berpikir, pelayanan prima, dan mengimplementasikan kurikulum secara baik bagi para peserta didik. Hal itu bertujuan agar para peserta didik dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan bakat, minat, dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Perhatian perlu diberikan terkait kondisi dan lingkungan belajar dan kesesuaian standar sekolah yang meliputi manajemen sekolah, kurikulum, kualitas guru, sarana prasarana dan fasilitas pendukung lainnya. Seluruh program studi di SMK Labor telah menyandang predikat akreditasi A. Melalui predikat akreditasi A SMK Labor telah dapat mengimplementasikan manajemen sekolah yang berkualitas, dapat secara maksimalkan mengoptimalkan potensi peserta didik, dan mencapai tujuan pendidikan nasional. Dengan Moto “ datang senang, pulang g embira” SMK Labor melandasi penyelenggaraan pendidikan berbasis lingkungan dengan menumbuhkembangkan suatu kebiasaan bahwa belajar itu adalah suatu hal yang sangat menyenangkan, nyaman,dan pulang membawa suatu pengetahuan baru dengan gembira. SMK Labor dapat menjadi gambaran bagi Sekolah Menengah Kejuruan lainnya dalam melihat harapan dan latar belakang masyarakat dalam memutuskan sekolah di SMK yang ada di Riau. Adapun tujuan penelitian ini adalah [1]mengetahui dan menganalisis pengaruh product terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor, [2] mengetahui dan menganalisis pengaruh price terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor [3]mengetahui dan menganalisis pengaruh place terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor [4]mengetahui dan menganalisis pengaruh promotion terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor [5]mengetahui dan menganalisis pengaruh people terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor [6]mengetahui dan menganalisis pengaruh physical evidence terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor [7]mengetahui dan menganalisis pengaruh process terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor [8]mengetahui dan menganalisis pengaruh sosial terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor [9]mengetahui dan menganalisis pengaruh pribadi terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## TINJAUAN PUSTAKA ## Pemasaran Pemasaran adalah proses mengindentifikasi dan memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat secara menguntungkan. Kotler dan Armstrong (2008) menjelaskan bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok memperoleh yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran barang dan nilai dengan pihak lain. Suatu proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Sedang menurut John C. Mowen dan Michael Minor (2002) pemasaran adalah kegiatan manusia yang ditujukan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Menurut Kotler (2002) pemasaran mencakup kegiatan yang berkaitan dengan menghasilkan produk, desain produk, promosi dan komunikasi produk kepada target pasar, penyerahan nilai produk unggul. Pengetahuan, konsep, dan prinsip pemasaran perlu dimiliki oleh pemasar agar dapat menghasilkan produk sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen yang dituju. Hal tersebut akan berperan dalam mencapai tujuan jangka panjang perusahaan untuk lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran. ## Produk (Product ) Pengertian product (produk) menurut Kotler dan Amstrong (2008) mengemukakan bahwah produk adalah apa yang dapat di tawarkan kepasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan atau di konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Jadi dapat di simpulkan bahwa produk merupakan objek dalam pemasaran. Tanpa produk pemasaran tidak akan berjalan karna produk merupakan jumlah total kepuasan serta spiritual yang di peroleh dari pembelian atau penggunannya. Untuk itu perusahaan harus mampu mengetahui kebutuhan konsumen dengan meneliti pasar agar dapat menyesuaikan diri dalam menciptakan produk sesuai kebutuhan konsumen. Adapun indikator produk menurut Kotler dan Keller (2009) adalah sebagai berikut: (1) Jenis produk adalah jasa pendidikan yang ditawarkan Smk labor kepada siswa/siswi (2) Ketersediaan produk adalah jasa pendidikan yang tersedia di Smk labor dan dapat dipahami oleh siswa/siswi (3) Kualitas produk adalah visi atau misi dari Smk labor yang diberikan ke siswa/siswi. ## Harga (Price) Menurut Payne (2008) mendefinisikan: “Harga adalah biaya yang dibayar dan cara-cara atau syarat- syarat yang berhubungan dengan penjualannya. Umar (2009) menyatakan harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar- menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli”.Secara singkat, prinsip -prinsip penetapan harga, seperti yang diusulkan oleh kotler dikutip dari Zeithalm dan Bitner adalah sebagai berikut. (1) Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harga, mencakup: pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, prakiraan biaya, menganalisa harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan metode penetapan harga serta menentukan Harga akhir. (2) Perusahaan tidak harus selalu berupaya mencari profit maksimum melalui penetapan harga maksimum, tetapi dapat pula dicapai dengan cara memaksimumkan, penerimaan sekarang, memaksimumkan penguasaan pasar atau kemungkinan lainnya. (3) Para pemasar hendaknya memahami seberapa responsif permintaan terhadap perubahanharga. (4) Berbagai jenis biaya harus di pertimbangkan dalam menetapkan harga, termasuk di dalamnya adalah biaya langsung dan tidak langsung, biaya-biaya lainnya. (5) Harga-harga para pesaing akan mempengaruhi tingkat permintaan jasa yang ditawarkan sehingga harga pesaing harus turut dipertimbangkan dalam proses penetapanharga. (6) Berbagai cara atau variasi penetapan harga yang ada mencakup markup, sasaran perolehan, nilai yang dapat diterima, faktor psikologis dan hargalainnya. (7) Setelah menetapkan struktur harga, perusahaan menyesuaikan harganya dengan menggunakan harga psikologis, diskon harga, harga promosi, serta harga bauran produk. ## Lokasi / Distribusi (Place) Menurut Heizer& Render (2015) lokasi adalah pendorong biaya dan pendapatan, maka lokasi sering kali memiliki kekuasan untuk membuat strategi bisnis perusahaan. Lokasi yang strategis bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dari lokasi baru perusahaan. Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi target pasar. Dalam industri asuransi, unsur ini sebenarnya kurang begitu berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena proses operasional dan transaksinya tidak membutuhkan tempat khusus. Distribusi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengatur pemindahan barang dari produsen ke konsumen atau pemakai akhir. Distribusi berfungsi untuk menciptakan ketersediaan atau keberadaan produk atau jasa pada tempat dan waktu yang tepat dibutuhkan oleh para konsumennya. Jadi distribusi adalah jalur yang ditempuh pihak produsen dalam memasarkan produknya agar sampai ke tangan konsumen. ## Promosi (Promotion ) Menurut Alma, (2008), promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan..Cara yang digunakan dalam mempengaruhi konsumen tersebut ialah melalui informasi dan komunikasi antara penjual dan calon konsumen mengenai produk yang ditawarkan. Dengan mempengaruhi konsumen secara terus menerus baik langsung maupun secara tidak langsung kegiatan promosi bertujuan agar calon konsumen dapat menganal terlebih dahulu produk yang ditawarkan kemudian tertarik dan kemudian dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. Promosi adalah memperkenalkan dan memberitahu jasa pendidikan yang diberikan. Indikator promosi menurut (Kotler 2010) terdiri dari: (1) jangkauan promosi (2) kuantitas penayangan iklan di media promosi (3) kualitas penyampaian pesan dalam iklan di media promosi Bukti Fisik ( Physical Evidence ) Philip Kotler (2010 ) menyatakan bahwa :“Bukti fisik dan yang mewakili (Physical Evidence and Presentation). Bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah konsumen”. Bukti fisik merupakan cara untuk mepengaruhi konsumen mengenai produk yang ditawarkan, kemudian berminat untuk melakukan pembelian. Bukti fisik (physical evidence) penampilan fisik suatu perusahan sangat berpengaruh sekali terhadap konsumen untuk membeli atau menggunakan produk jasa yang ditawarkan.Lingkungan fisik membantu membentuk perasaan dan reaksi yang tepatan cara pelanggan dan karyawan. ## Orang ( People ) Menurut Alma (2008), orang atau people adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen- elemen “people” adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa. Dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa. ## Proses ( Process ) Boom dan Bitner yang dikutip oleh Alma (2008) menyatakan: Proses Yaitu semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atas operasi jasa. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Selain itu keputusan dalam manajemen operasi adalah sangat penting untuk suskesnya pemasaran jasa. Dapat disimpulkan bahwa proses Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa, Faktor Sosial, dan Faktor Pribadi terhadap Keputusan Sekolah Siswa pada Siswa di Sekolah Tinggi Buruh Pekanbaru (Yanti Mayasari Ginting dan Gita Marantika) suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada pelanggan dalam suatu transaksi. ## Faktor Sosial Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti kelompok acuan atau referensi, keluarga serta peran dan status sosial (Kotler dan Keller,2009). Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang disebut kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus – menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling pentinga dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. ## Faktor Pribadi Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, 23 keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli (Setiadi,2009). Orang membeli barang dan jasa sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi pada tahun – tahun awal hidupnya, banyak ragam makanan dalam tahun – tahun pertumbuhan dan dewasa, dan diet khusus dalam tahun – tahun berikutnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Sembilan tahap siklus hidup keluarga, serta situasi keuangan yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup memunculkan kebutuhan yang berbeda. Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pekerja kasar tidak membutuhkan banyak kebutuhan. Berbeda dengan para karyawan kantor yang memerlukan banyak kebutuhan seperti kemeja, jas, dasi, celana, sabuk dan sepatu. Serta barang – barang pendukung lainnya untuk melakukan pekerjaanya. Pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseoarang. Penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang serta kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap kegiatan berbelanja atau menabung. Masing – masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Orang – orang yang berasal dari sub – budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. ## Keputusan Pembelia Menurut Kotler (2009) keputusan membeli adalah tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Keputusan pembelian merupakan proses, cara, perbuatan membeli, dengan, mempertimbangkan faktor lain tentang apa yang dibeli, waktu membeli, dimana membelinya serta cara pembayarannya. ## Hipotesis Hubungan Produk terhadap Keputusan Bersekolah Produk adalah apa yang dapat di tawarkan kepasar untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan atau di konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan ( Kotler& Amstrong, 2008). Tanpa produk pemasaran tidak akan berjalan karna produk merupakan jumlah total kepuasan yang di peroleh dari pembelian atau penggunannya. Untuk itu perusahaan harus mampu mengetahui kebutuhan konsumen dengan meneliti pasar agar dapat menyesuaikan diri dalam menciptakan produk sesuai kebutuhan konsumen. Artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di PekanbaruGinting & Albert (2016)dan Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian(Ginting & Bendri, 2017) yang dilakukan pada produk pemasaran memperlihatkan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.Selain itu Nugroho (2013)dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi.Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H1: Product berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Hubungan Harga terhadap Keputusan Bersekolah Harga adalah harga yang dibayar dan cara-cara atau syarat- syarat yang berhubungan dengan penjualannya (Payne, 2008). Umar (2009:21) menyatakan harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar- menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli”. Kesesuaian harga dengan manfaat adalah harga yang diberikan sesuai dengan manfaat yang didapat siswa atau siswi.A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi. Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H2: Price berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Hubungan Tempat terhadap Keputusan Bersekolah Menurut Heizer& Render (2015) lokasi adalah pendorong biaya dan pendapatan, maka lokasi sering kali memiliki kekuasan untuk membuat strategi bisnis perusahaan.Lokasi yang strategis bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan dari lokasi baru perusahaan. Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi target pasar. Dalam industri asuransi, unsur ini sebenarnya kurang begitu berpengaruh terhadap keputusan pembelian karena proses operasional dan transaksinya tidak membutuhkan tempat khusus. Distribusi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengatur pemindahan barang dari produsen ke konsumen atau pemakai akhir. Distribusi berfungsi untuk menciptakan ketersediaan atau keberadaan produk atau jasa pada tempat dan waktu yang tepat dibutuhkan oleh para konsumennya. Jadi distribusi adalah jalur yang ditempuh pihak produsen dalam memasarkan produknya agar sampai ke tangan konsumen. A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi.Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H3: Place berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor ## Hubungan Promosi terhadap Keputusan Bersekolah Menurut Alma, (2008:162), promosi adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran yang merupakan aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan..Cara yang digunakan dalam mempengaruhi konsumen tersebut ialah melalui informasi dan komunikasi antara penjual dan calon konsumen mengenai produk yang ditawarkan. Dengan mempengaruhi konsumen secara terus menerus baik langsung maupun secara tidak langsung kegiatan promosi bertujuan agar calon konsumen dapat menganal terlebih dahulu produk yang ditawarkan kemudian tertarik dan kemudian dapat mengambil keputusan untuk melakukan pembelian. A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi.Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H4: Promotion berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Hubungan Bukti Fisik terhadap Keputusan Bersekolah Bukti fisik yang dimiliki oleh penyedia jasa yang ditujukan kepada konsumen sebagai usulan nilai tambah konsumen (Philip Kotler, 2010). Bukti fisik merupakan cara untuk mepengaruhi konsumen mengenai produk yang ditawarkan, kemudian berminat untuk melakukan pembelian. Bukti fisik (physical evidence) penampilan fisik suatu perusahan sangat berpengaruh sekali terhadap konsumen untuk membeli atau menggunakan produk jasa yang ditawarkan.Lingkungan fisik membantu membentuk perasaan dan reaksi yang tepatan cara pelanggan dan karyawan. Lovelock mengemukan bahwa perusahaan melalui tenaga pemasaran nya menggunakan tiga cara dalam mengelola bukti fisik yang strategis, yaitu sebagai berikut [1] An attention-Creating Medium. Perusahaan jasa melakukan diferensiasi dengan pesaing dan membuat bukti fisik semenarik mungkin untuk menjarangi pelanggan dari targetpasarannya. [2] An Message-Creating Medium. Menggunakan simbol atau isyarat untuk mengkomunikasikan secara intensif kepada audiens mengenai kekhususan kualitas dari produkjasa. [3] An effect-Creating Medium. Baju seragam yang berwarna, bercorak, suara dan desain untuk menciptakan sesuatu yang laindari produk jasa yang ditawarkan. Bukti fisik dapat membangn persepsi yang positif baik dari orang tua maupun siswa yang akan melakukan keputusan bersekolah di SKM Labor. A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi. Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H5: Physical evidence berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Hubungan Faktor Orang terhadap Keputusan Bersekolah Menurut Alma (2008:165) orang (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. Elemen- elemen “people” adalah pegawai perusahaan, konsumen dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa. Dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa. Adapun indikator people menurut keller (2011:18) terdiri dari (1) penampilan adalah tampilan menarik tenaga pendidik dalam memberikan jasa, (2) Kerja sama adalah wujud kebersamaan dalam memberikan pelayanan kepada siswa. Komunikasi adalah interaksi lewat dialog intensif antara tenaga pendidik dengan siswa atau siswi dalam pemberian jasa. A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi. Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H6: People berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Hubungan Faktor Proses terhadap Keputusan Bersekolah Proses merupakan suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada pelanggan dalam suatu transaksi. Boom dan Bitner yang dikutip oleh Buchari Alma (2008:234) menyatakan: Proses Yaitu semua prosedur aktual, mekanisme dan aliran aktivitas dengan mana jasa disampaikan yang merupakan sistem penyajian atas operasi jasa. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem penyerahan jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Selain itu keputusan dalam manajemen operasi adalah sangat penting untuk suskesnya pemasaran jasa. Dapat disimpulkan bahwa proses suatu metode pengoperasian atau serangkaian tindakan yang diperlukan untuk menyajikan produk dan layanan yang baik kepada pelanggan dalam suatu transaksi. A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi. Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H7: Process berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Hubungan Faktor Sosial terhadap Keputusan Bersekolah Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor sosial seperti kelompok acuan atau referensi, keluarga serta peran dan status sosial (Kotler dan Keller, 2009). Kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku orang tersebut. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung terhadap seseorang disebut kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga, rekan kerja, yang berinteraksi dengan seseorang secara terus – menerus dan informal. Orang juga menjadi anggota kelompok sekunder seperti kelompok keagamaan, profesi, dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan interaksi yang tidak begitu rutin. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling pentinga dalam masyarakat dan para anggota keluarga menjadi kelompok acuan primer yang paling berpengaruh. Kita dapat membedakan dua keluarga dalam kehidupan pembeli. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Walaupun pembeli tersebut tidak lagi berinteraksi secara mendalam dengan orang tuanya, pengaruh orangtua terhadap perilaku membeli tetap dapat signifikan. Di negara – negara dimana orang tua tinggal dengan anak- anak mereka yang sudah dewasa, pengaruh orang tua dapat menjadi sangat besar. Pengaruh yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari – hari adalah keluarga prokreasi, yaitu pasangan dan anak seseorang. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang hidupnya seperti keluarga, klub, organisasi. Kedudukan orang itu di masing – masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya. Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Masing – masing peran menghasilkan status. Setiap manusia dalam kehidupan sehari – harinya selalu bersosialisasi atau berhubungan dengan orang lain. Baik secara langsung maupun tidak langsung. Interaksi yang terjadi secara terus menerus dapat mempengaruhi perilaku pembeliannnya. Hasil penelitian menurut Syah (2008) dalam “Pengaruh Faktor Psikologi dan Faktor Sosial terhadap Keputusan Pembelian Komputer di Lingkungan Mahasiswa (studi kasus pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malan g)” menunjukkan bahwa faktor sosial berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan hipotesis sebagai berikut : H8: Faktor sosial berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Hubungan Faktor Pribadi terhadap Keputusan Bersekolah Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, 23 keadaan ekonomi, gaya hidup serta kepribadian dan konsep diri pembeli (Setiadi, 2009). Orang membeli barang dan jasa sepanjang hidupnya. Mereka makan makanan bayi pada tahun – tahun awal hidupnya, banyak ragam makanan dalam tahun – tahun pertumbuhan dan dewasa, dan diet khusus dalam tahun – tahun berikutnya. Selera orang terhadap pakaian, perabot, dan rekreasi juga berhubungan dengan usia. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Sembilan tahap siklus hidup keluarga, serta situasi keuangan yang berbeda dalam tiap tahap siklus hidup memunculkan kebutuhan yang berbeda. Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pekerja kasar tidak membutuhkan banyak kebutuhan. Berbeda dengan para karyawan kantor yang memerlukan banyak kebutuhan seperti kemeja, jas, dasi, celana, sabuk dan sepatu. Serta barang – barang pendukung lainnya untuk melakukan pekerjaanya. Pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseoarang. Penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan aktiva, utang serta kemampuan untuk meminjam dan sikap terhadap kegiatan berbelanja atau menabung. Masing – masing orang memiliki karakteristik kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologis manusia yang khas yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Orang – orang yang berasal dari sub – budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian dapat menjadi variable yang sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen (Kotler dan Keller,2009). Gagasannya adalah bahwa merek juga memiliki kepribadian, dan bahwa konsumen mungkin memilih merek yang memiliki kepribadian yang cocok dengan kepribadian dirinya. Hasil penelitian menurut Wijaya (2007) dalam “Pengaruh faktor pribadi terhadap keputusan konsumen dalam membeli sepeda motor mer ek Suzuki” menunjukkan bahwa usia, tahap silus hidup keluarga, dan gaya hidup berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. A.Albert (2017) dalam artikel berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, promosi dan tempat. Terhadapat keputusan pembelian produk sparepart sepeda motor merek strong di Pekanbaru dan B.Bendri (2018) yang berjudul Analisis pengaruh kualitas produk, harga ,distribusi, dan promosi terhadap keputusan pembelian Mist Blower Tasco di PT.Yanmarindo Perkasa Pekanbaru, mengungkapkan bahwa produk, harga, promosi, tempat secara silmutan berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Hal ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Suryo Agung Nugroho (2013) dalam studi yang terkait Strategi Pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran SMKN1 Ngawen Gunung Kidul, 7 bauran pemasaran jasa merupakan merupakan strategi yang baik atau tepat untuk dilakukan SMK N 1 Ngawen dan yang paling baik adalah promosi. Dari uraian diatas, maka dapat didapat hipotesis sebagai berikut: H9: Faktor pribadi berpengaruh terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor. ## Gambar 1. Model Penelitian ## METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa siswi SMK LABOR jalan Thamrin No.97 Pekanbaru. Dan waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2018 sampai Februari 2019.Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya(Sugiyono,2009). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siwsi yang yang melakukan pemilihan bersekolah di SMK LABOR.Sampel adalah sesuatu yang terdapat dalam populasi (Sekaran &Bougie,2009). Responden merupakan sumber informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Maka yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah para siswa SMK LABOR Pekanbaru, karena jumlah populasi lebih 2.779 orang dan keterbatasan waktu penelitian. Maka diambil responden sebanyak 150 siswa dengan menggunakan rumus Slovin.dibulatkan menjadi 150 guna untuk mengantisipasi angket yang tidak kembali. Hasil dari perhitungan diatas dibulatkan guna mendapatkan hasil yang lebih optimal. Adapun pembagian sampel berdasarkan banyaknya jurusan di SMK LABOR. ## Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Dokumentasi,merupakan metode pengumpulan data yang dilaukan dengan cara mengcopy data yang sudah di publikasikan. (2) Angket, berupa daftar pernyataan tertulis yang di berikan kepada responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini.Untuk menghindari jawaban bias karena responden cenderung memilih alternatif yang ada ditengah, maka digunakan 5 pilihan jawaban responden dalam kuesioner. Sehingga Instrumen pertanyaan atau pernyataan ini akan menghasilkan total skor bagi tiap anggota sampel yang diwakili oleh setiap nilai skor seperti instrumen dibawah ini : (1) SS = Sangat setuju diberi skor 5. (2) S = Setuju diberi skor 4. (3) C = Cukup Setuju diberi skor 3. (4) TS = Tidak setuju diberi skor 2. (5) STS = Sangat tidak setuju diberi skor 1 ## Tabel 2. Definisi Operasional Variabel No Variabel Definisi Indikator Skala 1 Product (X1) Bauran pemasaran berupa barang yang nyata yang dapat dibeli langsung atau tidak langsung dari produsen ke konsumen (Kotler 2008:448) 1. Jenis produk yaitu jasa yang ditawarkan 2. Ketersediaan jasa pendidikan 3. Kualitas jasa yang diberikan Interval 2 Price (X2) Sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar.(umar2009:28) 1. Keterjangkauan harga sekolah 2. Kesesuaian harga dengan kualitas jasa 3. Daya saing biaya sekolah 4. Kesesaian harga dengan manfaat yang di dapat Interval 3 Place (X3) Lokasi pemasaran produk yang dipasarkan ke pelanggan. (Kotler, 2010) 1. Saluran atau tempat untuk menyalurkan jasa 2. Lokasi yang strategis 3. Akses ke tempat umum Interval 4 Promotion (X4) Memperkenalkan dan memberitahu produk yang ditawarkan (Kotler. 2010) 1. Jangkauan promosi 2. Penayangan iklan promosi 3. Kualitas penyampaian pesan Interval 5 Process (X5) Serangkaian kegiatan jasa yang diberikan kepada siswa (Kotler&Amstrong, 2008) 1. Kecepatan merespon keluhan 2. Menyelesaikan masalah tepat waktu 3. Proses pembayaran mudah Interval 6 People (X6) Orang yang terlibat dalam menyampaikan produk atau jasa (Kotler, 2011) 1. Penampilan 2. Kerja sama tenaga pendidik 3. Komunikasi Interval 7 Physical evidence (X7) Wujud barang atau jasa yang dapat dinikmati langsung oleh siswa (Kotler&Amstrong 2008) 1. Gedung sekolah 2. Tempat parkir 3. Fasilitas sekolah Interval 8 Faktor sosial (X8) Faktor yang mempengaruhi pembelian secara terus menerus (Kotler, 2009) 1. Kelompok 2. Keluarga 3. Peran dan status Interval 9 Faktor pribadi (X9) Pribadi adalah faktor yang mempengaruhi pembelian suatu barang atau jasa.gagasannya merek memiliki kepribadian dan kemungkinan konsumen membeli produk sesuai pribadinya. (Kotler, 2009) 1. Usia dan Tahap Siklus Hidup 2. Pekerjaan 3. Situasi Ekonomi 4. Gaya Hidup 5. Kepribadian dan konsep diri Interval 10 Keputusan Pembelian( Y) Perilaku yang harus dilakukan sasaran dan dengan demikian dapat menyelesaikan. 1. Kebutuhan pencarian informasi 2. Keputusan pembelian Interval Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa, Faktor Sosial, dan Faktor Pribadi terhadap Keputusan Sekolah Siswa pada Siswa di Sekolah Tinggi Buruh Pekanbaru (Yanti Mayasari Ginting dan Gita Marantika) (Kotler &Amstrong, 2008) 3. Evaluasi alternative Sumber: Data Primer, 2019 ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Tabel 3. Hasil Pengujian Simultan (Uji F) ANOVA b Model F hitung F tabel Sig Keterangan X 1 , X 2 , X 3 X 4 , X 5 , X 6 X 7 , X 8 , X 9 terhadap Y 13,815 1,95 0,000 a X 1 , X 2 , X 3 X 4 , X 5 , X 6 , X 7 , X 8 , X 9 berpengaruh terhadap Y dengan nilai Sig < 0,05 Sumber: Data Olahan 2018 Hipotesis nol (Ho) yang digunakan dalam pengujian ini adalah tidak adanya pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.Sedangkan hipotesis alternatif (Ha) yang digunakan adalah terdapat adanya pengaruh antara variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Berdasarkan atas hasil tabel 4.6, menunjukkan nilai F hitung =13,815, dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.Karena F hitung 13,815>F tabel 1,95 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 <0,05,sehingga H 0 ditolak dan H 1 diterima yang artinya secara bersama-sama produk, harga, tempat, promosi, proses, orang, bukti fisik, sosial, dan pribadiberpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. ## Koefisien Determinasi (R2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk menjelaskan proporsi variabel dependen (bebas) yang mampu dijelaskan oleh variasi variabel independennya (terikat). Nilai koefisien determinasi adalah 0 < 2 < 1. Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel indenpenden hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel dependen yang dimasukkan terhadap model. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan nilai adjusted R 2 pada model regresi yang terbaik . Koefisien Determinasi (R 2 ) digunakan untuk melihat kemampuan variabel indenpenden dalam menerangkan variabel dependen, dimana jika nilia R square mendekati 1 (satu) maka variabel independen memberikan semua informasi yang dibutukan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Tabel 4. Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Summary b MODEL R R Squuare Adjusted R Square Std Error of the Estimate 1 0,686 a 0,470 0,436 0,44271 Sumber: Data Olahan, 2018 Berdasarkan pada tabel 4 diatas ini menunjukan nilai Koefisien Determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0.436. Hal ini artinya bahwa variasi Keputusan Pembelian dijelaskan olehproduk, harga, tempat, promosi, proses, orang, bukti fisik, sosial, dan pribadisebesar 43,6%, sedangkan sisanya sebesar 56,4%dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam model. ## Regresi Linear Berganda Untuk melihat seberapa besar produk, harga, tempat, promosi, proses, orang, bukti fisik, sosial dan pribadi terhadap keputusan pembelian maka digunakan analisis regresi liner berganda. Hasil uji Regresi Linier Berganda dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : ## Tabel 5. Regresi Linier Berganda Model Unstandardized Coeffcients Standardized Coeffcients Beta B Std.Error 1 (Counstant) 0,672 0,637 Produk (X 1 ) 0,157 0,135 0,141 Harga (X 2 ) 0,161 0,064 0,159 Tempat (X 3 ) -0,055 0,088 -0,050 Promosi (X 4 ) 0,487 0,108 0,485 Proses (X 5 ) -0,062 0,071 -0,059 Orang (X 6 ) 0,031 0,067 0,029 Bukti Fisik (X 7 ) 0,153 0,090 0,146 Sosial (X 8 ) 0,004 0,061 0,004 Pribadi (X 9 ) -0,020 0,057 -0,022 Sumber: Data Olahan, 2018. Berdasarkan pada tabel 5 di atas, maka persamaan regresi liniear berganda dalam penelitian ini adalah: Y= 0,672 +0,157 X 1 + 0,161X 2 – 0,055 X 3 + 0,48X 4 – 0,062X 5 + 0,031X 6 + 0,153 X 7 + 0,004X 8 – 0,020X 9 + e Persamaan regresi linier berganda di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : (1) Dari regresi linier berganda tersebut diperoleh nilai konstanta (α) sebesar 0,672yang artinya apabila produk, harga, tempat, promosi, proses, orang, bukti fisik, sosial, pribadi nilainya adalah 0, maka keputusan pembeliannilainya adalah 0,672 satuan. (2) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel produk sebesar 0,157 yang berarti jika variabel independen lainya tetap dan produk mengalami kenaikan 1 satuan, makakeputusan pembelian akan mengalami kenaikan sebesar 0,157 satuan. Koefisen bernilai positifartinya terjadi hubungan positif, dimana produk yang tinggi akan meningkatkan keputusan pembelian. (3) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Hargasebesar 0,161 yang berarti jika variabel independen lainya tetap danHarga mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami kenaikan sebesar 0,161satuan. Koefisen bernilai positif artinya terjadi hubungan positif, dimana Harga yang tinggi akan meningkatkan Keputusan pembelian. (4) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Tempat sebesar -0,055 yang berarti jika variabel independen lainnya tetap danTempat mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami penurunan sebesar-0,055 satuan. Koefisen bernilai negatif artinya terjadi hubungan berbanding terbalik.(5) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Promosi sebesar 0,487 yang berarti jika variabel independen lainnya tetap danPromosi mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami kenaikan sebesar 0,487 satuan. Koefisen bernilai positif artinya terjadi hubungan positif, dimana Promosi yang tinggi akan meningkatkanKeputusan pembelian. (6) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Proses sebesar -0,062 yang berarti jika variabel independen lainnya tetap danProses mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami penurunan sebesar-0,062satuan. Koefisen bernilai negatif artinya terjadi hubungan berbanding terbalik. (7) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Orang sebesar 0,031 yang berarti jika variabel independen lainnya tetap dan Orang mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami kenaikan sebesar 0,031satuan. Koefisen bernilai positif artinya terjadi hubungan positif, dimana Orang yang tinggi akan meningkatkanKeputusan pembelian. (8) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Bukti fisiksebesar 0,153 yang berarti jika variabel independen lainnya tetap danBukti fisik mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami kenaikan sebesar 0,153satuan. Koefisen bernilai positif artinya terjadi hubungan positif, dimana Bukti fisik yang tinggi akan meningkatkanKeputusan pembelian. (9) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Sosial sebesar 0,004 yang berarti jika variabel independen lainnya tetap danSosial mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami kenaikan sebesar 0,004satuan. Koefisen bernilai positif artinya terjadi hubungan positif, dimana Sosial yang tinggi akan meningkatkan Keputusan pembelian. (10) Nilai koefisen regresi linier berganda variabel Pribadisebesar -0,020 yang berarti jika variabel independen lainnya tetap danPribadi mengalami kenaikan 1 satuan, maka Keputusan pembelian akan mengalami penurunan sebesar -0,020satuan. Koefisen bernilai negatif artinya terjadi hubungan berbanding terbalik. ## Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara variable X dan variabel Y. Berikut adalah hasil perhitungan uji t : Tabel 6. Hasil Uji Parsial ( Uji t ) Coefficients a Model T hitung T tabel Sig Keterangan Produk (X 1 ) 2,163 1,976 0,047 Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Harga (X 2 ) 2,522 1,976 0,013 Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Tempat (X 3 ) -0,627 1,976 0,532 Tidak Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Promosi (X 4 ) 4,526 1,976 0,000 Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Proses (X 5 ) -0,863 1,976 0,390 Tidak Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa, Faktor Sosial, dan Faktor Pribadi terhadap Keputusan Sekolah Siswa pada Siswa di Sekolah Tinggi Buruh Pekanbaru (Yanti Mayasari Ginting dan Gita Marantika) Orang (X 6 ) 3,456 1,976 0,049 Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Bukti Fisik (X 7 ) 1,995 1,976 0,032 Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Sosial (X 8 ) 0,064 1,976 0,949 Tidak Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Pribadi (X 9 ) -0,347 1,976 0,729 Tidak Berpengaruh signifikan dengan α 0,05 Sumber: Data Olahan, 2018 Berdasarkan pada tabel 6 diatas, maka hasil pengujian secara parsial dapat dijelaskan sebagai berikut : [1] Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel produksebesar 2,163> dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.047< dari alpha 0.05, maka H 1 diterima, dengan berarti bahwa variabel produk berpengaruh signifikan terhadapkeputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [2] Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel hargasebesar 2,522 > dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.013 < dari alpha 0.05, maka H 2 diterima, dengan berarti bahwa variabel hargaberpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [3] Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel tempatsebesar -0,627 < dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.532 > dari alpha 0.05, maka H 3 ditolak, dengan berarti bahwa variabel tempat tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [4] Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel promosisebesar 4,526 > dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.000 < dari alpha 0.05, maka H 4 diterima, dengan berarti bahwa variabel promosiberpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [5] Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel proses sebesar -0,863 < dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.390 > dari alpha 0.05, maka H 5 ditolak, dengan berarti bahwa variabel proses tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [6] Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel orangsebesar 3,456 > dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.049 < dari alpha 0.05, maka H 6 diterima, dengan berarti bahwa variabel orangberpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [7]Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel bukti fisik sebesar 1,995 > dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.032 < dari alpha 0.05, maka H 1 diterima, dengan berarti bahwa variabel bukti fisikberpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [8]Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel sosialsebesar 0,064 < dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.949 > dari alpha 0.05, maka H 8 ditolak, dengan berarti bahwa variabel sosial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru [9]Artinya hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai T hitung untuk variabel pribadisebesar -0,347 < dari T tabel sebesar 1,976 atau nilai signifikan 0.729 > dari alpha 0.05, maka H 9 ditolak, dengan berarti bahwa variabel pribadi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan siswa sekolah di SMK Labor Pekanbaru. ## Diskusi Hasil Penelitian Sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan untuk pengetahui pengaruh produk, harga, tempat, promosi, proses, orang, bukti fisik, sosial, pribadi terhadap keputusan pembelian di SMK Labor Pekanbaru Dengan demikian pembahasan penelitian yang dilakukan adalah untuk melihat signifikan pengaruh produk, harga, tempat, promosi, proses, orang, bukti fisik, sosial, pribadi terhadap keputusan pembelian di SMK Labor Pekanbaru. ## Pengaruh Produk terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata produk (X 1 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan mata pelajaran yang diberikan SMK LABOR sangat baik. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanasiswa – siswi puas dengan cara mengajar guru SMK LABOR. Hal ini memperlihatkan bahwa SMK LABORmata pelajaran dan ekstrakulikuler yang baik dan materi yang di terima siswa/ siswi sesuai dengan jurusan. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel produk berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teoriyang dikemukakan olehTjiptono (2008)yang menyatakan bahwa secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan kopetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu (Yulianto dan Yuniarinto, 2012), bahwa produk memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Penelitian sebelumnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Harga terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata harga (X 2 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan biaya sekolah sesuai dengan apa yang diajarkan di SMK LABOR baik. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanabiaya masuk sesuai dengan kualitas sekolah. Hal ini memperlihatkan bahwa SMK LABOR harga yang di tetapkan oleh SMK LABOR relatif terjangkau. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabelharga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel harga berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teoriyang dikemukakan oleh (Kotler dan keller, 2009)yang menyatakan bahwa secara tradisional, harga telah diperlukan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Imam Heryanto, 2015), harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Penelitian sebelumnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Tempat terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata tempat (X 3 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan lokasi di SMK LABOR yang stategis. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan lokasi sekolah yang tidak jauh dari tempat tinggal. Hal ini memperlihatkan bahwa SMK LABOR akses ke tempat – tempat umum terjangkau. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabeltempat tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel tempat tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Peter dan Olson, 2009)yang menyatakan bahwa lokasi adalah tempat kedudukan penjual dari tempat kedudukan konsumen dalam arti akses atau cara yang yang harus ditempuh konsumen menuju tempat. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu (Frederick Ido Hamonangan, 2017), tempat berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Penelitian sebelumnya tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel tempat tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Promosi terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata promosi (X 4 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan informasi sekolah sangat mudah di dapat dan cara menyampaikan infomasi di SMK LABOR baik. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanaiklan di media elektronik dan website sangat membantu. Hal ini memperlihatkan bahwa promosi yang dilakukan oleh SMK LABOR melalui beberapa cara yaitu : dari website, elektronik, brosur atau mendatangi SMP – SMP untuk mempromosikan SMK LABOR. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabelpromosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel promosi berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru, hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Tjiptono, 2008)yang menyatakan bahwa betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum pernah mendengarkannya dan tidak yakin bahwa produk tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akanpernah menggambil keputusan untuk membelinya.. Penelitian sebelumnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel promosi berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Bukti Fisik terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata bukti fisik (X 7 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan tempat parkir di SMK LABOR sngat memadai. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanagedung sekolah SMK LABOR sangat bagus. Hal ini memperlihatkan bahwa bukti fisik yang ada disekolah seperti tempat parkir, fasilitas, gedung , ruangan,dll. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabelbukti fisik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel bukti fisik berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru,hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Lupiyoadi, 2013)yang menyatakan bahwa lingkungan fisik tempat jasa yang diciptakan untuk langsung berinteraksi dengan konsumen. Analisis Pengaruh Bauran Pemasaran Jasa, Faktor Sosial, dan Faktor Pribadi terhadap Keputusan Sekolah Siswa pada Siswa di Sekolah Tinggi Buruh Pekanbaru (Yanti Mayasari Ginting dan Gita Marantika) Penelitian sebelumnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel bukti fisik berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Orang terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata orang (X 6 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan guru – guru di SMK LABOR sudah berpengalaman. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanapetugas kebersihan di SMK LABOR disiplin. Hal ini memperlihatkan bahwa orang yang dilakukan seperti guru menyampaikan pelajaran sesuai dengan kurikulim. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabelorang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel orang berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. Penelitian sebelumnya sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel orang berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Proses terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata proses (X 5 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan SMK LABOR menyelesaikan siswa dan administrasi dengan cepat dan tepat. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanaSMK LABOR menyelesaikan masalah dengan cepat dan memberikan pelatihan sesuai jurusan masing – masing. Hal ini memperlihatkan bahwa proses yang dilakukan seperti menyelesaikan masalah, merespon keluhan siswa dan lebih menggunakan pelajaran melalui praktek langsung. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabelproses tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel proses tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. Penelitian sebelumnya tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel proses tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Sosial terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata sosial (X 8 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan karna disebabkan oleh dorongan keluarga. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanakarna pengalaman keluarga dan karna penilaian masyarakat. Hal ini memperlihatkan bahwa sosial karna disebabkan oleh kelurga , teman dan masyarakat sekitar. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabelsosial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel sosial tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu (Puspitarini, 2013), sosial berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Penelitian sebelumnya tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel sosial tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Pengaruh Pribadi terhadap Keputusan Bersekolah Berdasarkan hasil deskriptif tanggapan responden dapat dilihat bahwa nilai total rata-rata pribadi (X 9 ) tergolong dalam kategori yang baik. Diketahui nilai rata-rata tertinggi pada pernyataan karena profesi pekerjaan. Sedangkan nilai rata-rata terendah terdapat pada pernyataan dimanasesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan. Hal ini memperlihatkan bahwa pribadi sangat memudahkan kita mendapat pekerjaan. Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabelpribadi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dengan demikian secara parsial dapat dinyatakan variabel pribadi tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu (Renandho Raditya Abdullah dkk, 2013), pribadi berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Penelitian sebelumnya tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan saat ini bahwa variabel pribadi tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian di SMK LABOR Pekanbaru. ## Kesimpulan dan Agenda Penelitian Selanjutnya Berdasarkan pada hasil analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : (1) produk, harga, promosi, orang ,dan bukti fisik berpengaruh tergadap keputusan pembelian di SMK Labor Pekanbaru (2) tempat, proses, sosial dan pribadi tidak berpengaruh tergadap keputusan pembelian di SMK Labor Pekanbaru Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan saran yaitu untuk meningkatkan segi tempat, sekolah harus lebih memperhatikan dan menganalisa lokasi atau tempat – tempat apa saja yang mudah di jangkau. Selain itu perusahaan juga dituntut untuk lebih cermat dalam menghasilkan kenyamanan agar menarik banyak minat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di SMK LABOR Pekanbaru. Sebuah produk yang memiliki kualitas yang baik tentunya akan membuat konsumen semakin yakin untuk menarik minat siswa/siswi, begitu juga sebaliknya dan ini akan berpengaruh kepada keputusan pembelian dimasa yang akan datang. Meskipun didapatkan hasil bahwa tempat, proses,sosial dan pribaditidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian SMK LABOR Pekanbaru, bukan berarti tempat, proses,sosial dan pribadi tidak penting. Mengingat bahwa siswa/siswi umumnya lebih memilih fasilitas dan pelajaran yang didapat sesuai dengan tarif / harga yang dikeluarkan. Apalagi SMK adlah sekolah yang belajar sesuai dengan jurusan yang dituju akan mempermudah kita dalam mendapatkan kerja. ## DAFTAR RUJUKAN Alma, Buchari. (2008). Manjemen Pemasaran Dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta. Frederick Ido Hamonangan. (2017). Pengaruh Lokasi, Harga dan Promosi Terhadap Keputusan Penggunaan Layanan Jasa Laundry (Study Kasus Pada Konsumen Simply Fresh Laundry di Tembalang, Semarang). Diponegoro Journal Of Social And Political Of Science Tahun 2017, Hal. 1-11 1 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/ Jakfar, kasmir dan. (2012). studi kelayakan bisnis. In edisi 2. jakarta: kencana.Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung : Alfabeta. Ghozali, Imam. (2011). “ Aplik asi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ginting, Y. M., & Albert. (2016). Analisis Pengaruh Produk, Harga, Promosi dan Tempat Terhadap Keputusan Pembelian Produk Sparepart Sepeda Motor Merek Strong di Pekanbaru. Procuratio, 4(2), 139 – 159. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Ginting, Y. M., & Bendri. (2017). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Mist Blower Tasco di PT. Yanmarindo Perkasa Pekanbaru. Procuratio, 5(1), 48 – 57. Heizer, Jay dan Barry Render. (2015), Operations Management (Manajemen Operasi), ed.11, Penerjemah: Dwi anoegrah wati S dan Indra Almahdy, Salemba empat, Jakarta. suryo agung nugroho. (2013). strategi pemasaran sekolah berbasis bauran pemasaran smkn1 ngawen gunung kidul. Nucleic Acids Research, 34(11), e77 – e77. Heryanto, Imam, (2015), Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi, Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Serta Implikasinya Pada Kepuasan Pelanggan, Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entrepreneurship Vol. 9, No. 2, Oktober 2015, 80-101 ISSN 2443-2121Sekaran, Uma dan Roger Bougie. (2009). Research Methods for Business: A Skill Building Approach 5th ed. United Kingdom: John Wiley and Sons. Husein Umar, (2009), Metode Penelitian untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Edisi kedua, Rajagrafindo Persada Jakarta.Puspita Rini, Dyah, 2013. Pengaruh Komitmen Organisasi, Kepuasan Kerja Dan Budaya Organisasi Terhadap Organizational Citizenship Behavior, Jurnal Ilmiah Dinamika Ekonomi Dan Bisnis Vol. 1 No. 1 April 2013 Kotler dan Amstrong. (2008). Manajemen Pemas aran. In Edisi 12 Jilid 2. Jakarta : Indeks. Kotler, Philip dan Amstrong. (2012). Prinsip - Prinsip Manajemen. In edisi 14 jilid 1. Jakarta: Erlangga. Kotler dan Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Ke 13 Jakarta: Erlangga Philip Kotler, (2002), Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium, Jilid 2, PT Prenhallindo, Jakarta Kotler, Philip. (2010). Manajemen Pemasaran. Edisi tiga belas Bahasa Indonesia.Jilid 1 dan 2.Jakarta : Erlangga. Lupiyoadi, Rambat. (2013). Manajemen Pemasaran Jasa Berbasis Kompetensi (Edisi 3). Jakarta: Salemba Empat. Mowen & Minor. (2002). Perilaku Konsumen. Jakarta. Erlangga Nugroho, S. A. (2013). Strategi Pemasaran Sekolah Berbasis Bauran Pemasaran; SMK N 1 Ngawen, Gunung Kidul. Program Pasca Sarjana, Magister MAnajemen Pendidikan, Universitas muhammadiyah Surakarta. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Payne. (2008). The Essence of Service Marketing (Pemasaran Jasa). Jakarta: Salemba Empat.. Peter,J & Jerry C. Olson. (2009). Consumer bahavior perilaku konsumen dan strategi pemasaran. Jakarta: Erlangga Renandho Raditya Abdullah. (2017) “Pengaruh Sikap, Faktor Pribadi, dan Faktor Sosial Terhadap Keputusan Pembelian (Survey pada Konsumen kartu Perdana SimPATI di GraPARI Ma lang)” Jurnal Administrasi Bisnis (JAB). Vol. 42, No. 1 Sekaran, Uma dan Roger Bougie. (2009). Research Methods for Business: A Skill Building Approach 5th ed. United Kingdom: John Wiley and Sons. Setiadi (2009). Budidaya Kentang (Pilihan Berbagai Varietas dan Pengadaan Benih). Jakarta: Penebar Swadaya. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif,Dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Syah. (2008) Pengaruh Faktor Psikologi dan Faktor Sosial Terhadap Keputusan Pembelian Komputer di Lingkungan Mahasiswa. Studi Kasus Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Thomas W Zimmerer, N. M. S. (2008). Kewirausahaan Dan Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat. Tjiptono, Fandy (2008). Strategi Pemasaran, Edisi 3, Andi: Yogyakarta Wijaya, Tony. (2007). Hubungan Adversity Intelligence dengan Intensi Berwirausaha. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan.Vol.9 No.2. September:117-127. Yulianto, K., & Yuniarinto, A. (2012). Analisis Pengaruh Faktor Bauran Pemasaran Terhadap Pertimbangan Nasabah Dalam Memilih Bank Syariah di Kota Medan. WACANA, Jurnal Sosial dan Humaniora, 13(4), 537-551.
ef93d434-3e65-449c-a3f3-3941fe51ddc9
https://journal.yrpipku.com/index.php/msej/article/download/4333/2414
The Influence Of Aida (Attention, Interest, Desire, Action) On The Effectiveness Of Online Advertisements (Survey On Product Buyers On Shopee In Surabaya) Pengaruh Aida ( Attention, Interest, Desire, Action ) Terhadap Efektivitas Iklan Online (Survey Pada Pembeli Produk Di Shopee Di Kota Surabaya) Attania Dwi Arniessa 1* , Jojok Dwiridotjahjono 2 Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 1,2 [email protected] 1 , [email protected] 2 * Corresponding Author ## ABSTRACT This research aims to determine whether there is an influence of AIDA (Attention, Interest, Desire, and Action) on the Effectiveness of Online Advertising for product buyers on the Shopee application in Surabaya City. The type of research conducted in this study is quantitative, with the data collection technique using a questionnaire. The population in this study is the Surabaya community who have purchased products on the Shopee application. The sample size used in this study is 100 respondents. The sampling technique used in this research is Purposive Sampling with criteria for Shopee consumer buyers residing in Surabaya, aged at least 17 years, and have purchased products at least 2 times. Data analysis technique uses Statistical Program for Social Science (SPSS) version 25 software. The results of this study indicate that the AIDA model (Attention, Interest, Desire, and Action) influences the Effectiveness of Online Advertising for Shopee product purchases in Surabaya City. Attention does not influence the Effectiveness of Online Advertising. Interest influences the Effectiveness of Online Advertising. Desire does not influence the Effectiveness of Online Advertising. Action influences the Effectiveness of Online Advertising. Keywords: AIDA, Online Advertising, Advertising ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh AIDA ( Attention, Interest, Desire, dan Action ) terhadap Efektivitas Iklan Online pada pembeli produk di aplikasi Shopee di Kota Surabaya. Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuisioner. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang pernah membeli produk di aplikasi Shopee. Sampel penelitian terdiri dari 100 responden yang dipilih menggunakan teknik Purposive Sampling. Kriteria pemilihan responden adalah konsumen pembeli Shopee yang tinggal di Surabaya, berusia minimal 17 tahun, dan telah melakukan pembelian minimal 2 kali. Analisis data dilakuan dengan menggunakan software Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 25. Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa model AIDA ( Attention, Interest, Desire, dan Action ) berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online pada pembelian produk Shopee di Kota Surabaya. Adapun secara parsial, variabel Attention dan Desire tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online. Sedangan variabel Interest dan Action berpengaruh secara signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online Attention tidak berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online. Interest berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online. Desire tidak berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online. Action berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online. Kata kunci : AIDA, Iklan Online , Periklanan 1. Pendahuluan Perkembangan pengguna e-commerce beberapa tahun sebelumnya menunjukkan adanya kenaikan yang signifikan karena penggunaan e-commerce yang sangat mudah dan efisien. Dilansir dari laman resmi kominfo (kominfo.go.id, 2019), e-commerce di Indonesia tumbuh sebesar 78% dan menduduki peringkat teratas di tingkat global. Situasi ini mengindikasikan bahwa perdagangan elektronik memiliki nilai ekonomi yang positif, sehingga sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku usaha, terutama mereka yang tergolong dalam usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Peningkatan penggunaan e-commerce di Indonesia tentunya dipicu oleh sejumlah faktor. Hal yang mendasari perkembangan signifikan dari perkembangan pengguna e-commerce adalah pertumbuhan penduduk Indonesia yang meningkat, ketersediaan akses internet yang mudah, hingga perkembangan teknologi yang semakin canggih. Bahkan diperkirakan bahwa perkembangan e-commerce di Indonesia akan terus meningkat, yang membuat penggunaan uang kertas menjadi terbatas. Gambar 1. Data Pengguna E-Commerce di Indonesia Sumber: https://databoks.katadata.co.id/ (2019) Dalam gambar diatas dapat dilihat pada tahun 2017, jumlah pengguna e-commerce di Indonesia mencapai 139 juta pengguna. Selanjutnya, terjadi peningkatan sebesar 10,8%, dengan jumlah pengguna e-commerce mencapai 154,1 juta orang pada tahun lalu. Semakin banyaknya e-commerce yang tumbuh di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tentunya memiliki strategi yang berbeda-beda untuk merebut pasar di Indonesia. Salah satu bentuk strategi pemasaran yang paling sering dilihat dan dijumpai oleh pengguna internet adalah dengan melakukan pemasaran online atau advertising (iklan online ). Internet sendiri telah membuat strategi pemasaran periklanan menjadi lebih mudah dan lebih efisien sehingga banyaknya e-commerce yang memfokuskan promosinya di platform-platform iklan online baik di social media atau pun saluran online lainnya. Pemasaran online adalah suatu pendekatan pemasaran yang menggunakan teknologi digital, seperti web, e-mail, database, mobile, nirkabel, dan TV digital, untuk membentuk saluran online. Tujuannya adalah berkontribusi dalam kegiatan pemasaran dengan fokus pada mencapai perolehan laba dan retensi pelanggan, terutama dalam konteks pembelian melalui saluran ganda dan dalam siklus hidup pelanggan. Agar iklan berhasil dan menimbulkan tindakan dari konsumen, baik itu pembelian ( purchasing ), kunjungan ke website e-commerce maupun meng install aplikasi e-commerce , dapat dilakukan analisis terhadap teori pemasaran modern yang dapat ditunjukkan dalam model Attention, Interest, Desire, Action (AIDA). Kotler dan Keller (2019) mengemukakan bahwa model AIDA ( Attention, Interest, Desire, Action ) adalah pendekatan yang paling umum digunakan dalam perencanaan iklan secara komprehensif. Model AIDA dapat diterapkan pada proses perencanaan iklan yang terdiri dari menarik perhatian ( Attention ), menciptakan minat terhadap produk ( Interest ), membangkitkan keinginan untuk memilikinya ( Desire ), dan ajakan kepada pelanggan untuk melakukan tindakan pembelian ( Action ). Terdapat beberapa e-commerce yang terkenal dan paling banyak dicari masyarakat Indonesia saat ini, salah satunya adalah Shopee. Shopee merupakan sebuah platform yang disesuaikan untuk setiap wilayah dan memberikan pengalaman berbelanja online yang sederhana, aman, dan cepat bagi pelanggan melalui dukungan yang kuat dari pembayaran dan logistik. Berdasarkan latar belakang serta uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti efektivitas iklan online yang dilakukan oleh e-commerce raksaksa di Indonesia, yaitu Shopee dengan menggunakan Model AIDA. Oleh karena itu, dalam penelitian ini mengambil judul “Pengaruh AIDA ( Attention, Interest, Desire, Action ) Terhadap Efektivitas Iklan Online (Survey Pada Pembeli Produk di Shopee di Kota Surabaya)”. 2. Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh dari model AIDA ( Attention, Interest, Desire , dan Action ) terhadap Efektivitas Iklan Online. Penelitian ini menggunakan metode asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2019:65) penelitian asosiatif merujuk pada suatu formulasi masalah penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara dua variabel atau lebih. Sugiyono (2019:17) mendefinisikan penelitian kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk menyelidiki populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan maksud untuk melakukan pengujian dari hipotesis yang sudah ditetapkan. Definisi variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Model AIDA ( Attention, Interest, Desire, Action ) Dari konsep model pembentuk AIDA ( Attention, Interest, Desire, Action ) dapat diturunkan menjadi 4 variabel, antara lain sebagai berikut: a) Attention (X1) Attention adalah fase pada saat konsumen menaruh perhatiannya pada iklan yang disajikan pengiklan. b) Interest (X2) Interest adalah ketika konsumen atau calon pelanggan mulai memiliki minat pada iklan yang disajikan secara daring melalui berbagai media. c) Desire (X3) Desire adalah fase pada saat seorang calon konsumen atau konsumen mulai mengembangkan keinginan terhadap brand setelah memperoleh informasi tentang brand atau informasi tambahan terkait produk tersebut terhadap iklan tersebut. d) Action (X4) Action adalah pada tahap ini, konsumen mengambil tindakan nyata seperti melakukan pembelian atau memliki produk/brand untuk memenuhi atau memuaskan kebutuhan keinginannya. ## 2. Efektivitas Iklan (Y) Periklanan adalah salah satu bentuk komunikasi persuasif kepada pembeli sasaran dan masyarakat. Keberhasilan suatu iklan dapat diukur dari sejauh mana tujuan periklanan tercapai. Iklan dianggap efektif ketika mampu memengaruhi perilaku konsumen sesuai dengan strategi pemasaran perusahaan, menghasilkan peningkatan penjualan dan laba. Sebagai salah satu bentuk komunikasi, periklanan dianggap sebagai media yang sangat efektif dalam menyampaikan informasi tentang produk dan jasa kepada konsumen. (Firmansyah, 2020). Semua individu yang pernah melakukan pembelian produk melalui Shopee di Kota Surabaya adalah populasi dalam penelitian ini. Berdasarkan populasi yang belum diketahui dari konsumen Shopee seluruh Indonesia, maka teknik pengambilan sampling yang diterapkan adalah teknik pengambilan sampel non probabilitas yaitu purposive sampling. Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi yang belum diketahui dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut: 𝑛 = 𝑍 % 4𝜇 % Dimana: N = Jumlah sampel Z = Tingkat keyakinan sampel yang dibutuhkan pada penelitian (pada 5% atau derajat keyakinan ditentukan 95%, maka Z=1,96) µ = margin of error, tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (ditentukan 10%) Berdasarkan rumus diatas, dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut: Berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah sampel penelitian yang digunakan sebanyak 96,04 responden yang kemudian dibulatkan menjadi 100 responden. Kriteria sampel ini antara lain: 1. Konsumen dari Shopee di Kota Surabaya 2. Konsumen telah membeli produk di Shopee dengan minimal transaksi 2x pembelian 3. Konsumen dengan usia 17 tahun ke atas (memiliki kecukupan pengetahuan akan produk) ## 3. Hasil Dan Pembahasan Uji Validitas Tabel 1. Hasil Uji Validitas Sumber: Data Primer yang Diolah, Tahun 2023 Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian validitas dari indikator seluruh variabel penelitian ini memiliki keterangan valid karena niai R hitung ≥ R tabel sehingga seluruhnya valid. ## Uji Reliabilitas Pada uji ini, metode pengukuran Cronbach’s alpha, jika nilai Cronbach’s alpha dari variabel tersebut melebihi 0,60, maka variabel tersebut dianggap reliabel. Tabel 2. Hasil Uji Reliabilitas Sumber: Data Primer yang Diolah, Tahun 2023 Berdasarakan data di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai Cronbach’s alpha yang dihitung untuk seluruh variabel melebihi dari Cronbach’s alpha minimum (nilai batas) yaitu 0,60. Oleh karena itu, dapat dianggap bahwa alat ukur berupa kuisioner pada penelitian ini memiliki reliabilitas yang baik. Uji Multikolinieritas Tabel 3. Hasil Uji Multikolinieritas Sumber: Data Primer yang Diolah, Tahun 2023 Pada tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian multikolinieritas melalui Tolerance dan VIF di mana sesuai dengan teori Imam Ghozali, di mana angka tolerance pada variabel Attention, Interest, Desire, dan Action > 0.10 dan VIF < 10.00. Sehingga dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinieritas. Uji Autokorelasi ## Tabel 4. Hasil Uji Autokorelasi Sumber: Data Primer yang Diolah, Tahun 2023 Berdasarkan tabel pengujian di atas menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1.953, sedangkan dari tabel dW dengan signifikan 0.05 dan jumlah data (n) = 100, k = 4 (k adalah jumlah variabel independen) diperoleh nilai dU sebesar 1.7582 (lihat lampiran). Karena dU (1.7582) < dW (1.953) < 4 – dU (2.047). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi. ## Uji Heteroskedastisitas Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data Primer yang Diolah, Tahun 2023 Dari gambar yang di atas, dapat diamati bahwa titik-titik tersebar secara acak dan tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang akan diuji dalam pengujian hipotesis. ## Uji Normalitas ## Gambar 3. Hasil Uji Normalitas Dari P-Plot yang ditunjukkan pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik tersebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dalam penelitian ini model regresi berdistribusi normal. Uji Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 5. Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda Sumber: Data Primer yang Diolah, Tahun 2023 Berdasarkan hasil dari data di atas, maka dapat diperoleh persamaan regresi besagai berikut: Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + e Iklan Online = 6.588 + (0.149) Attention + (0.392) Interest + (0.148) Desire + (0.506) Action + e Interpretasi dari persamaan di atas yaitu sebagai berikut: a) β 0 = 6.588 Berdasarkan analisis regresi pada data di atas, dapat diketahui bahwa nilai konstanta adalah sebesar 6.588. Konstanta ini menunjukkan bahwa jika semua variabel bebas Attention, Desire, Interest , dan Action dianggap konstan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya Attention (X1), Desire (X2), Interest (X3), dan Action (X4) bernilai positif dan dapat meningkatkan Efektivitas Iklan Online sebesar satuan 6.588. b) β 1 = 0.149 Koefisien regresi Attention (X1) menunjukkan hasil yang positif sebesar 0.149 berarti jika Attention (X1) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Efektivitas Iklan Online akan mengalami kenaikan sebesar 0.149 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. c) β 2 = 0.392 Koefisien regresi Interest (X2) menunjukkan hasil yang positif sebesar 0.392 berarti jika Interest (X2) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Efektivitas Iklan Online akan mengalami kenaikan sebesar 0.392 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. d) β 3 = 0.148 Koefisien regresi Desire (X3) menunjukkan hasil yang positif sebesar 0.148 berarti jika Desire (X3) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Efektivitas Iklan Online akan mengalami kenaikan sebesar 0.148 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. e) β 4 = 0.506 Koefisien regresi Action (X4) menunjukkan hasil yang positif sebesar 0.506 berarti jika Action (X4) mengalami kenaikan 1 satuan, maka Efektivitas Iklan Online akan mengalami kenaikan sebesar 0.506 satuan. Dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Nilai koefisien determinasi atau R 2 digunakan untuk mengukur besarnya tingkat presentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu efektivitas iklan online. Dari hasil analisis regresi diatas diperoleh nilai R 2 adalah 0,547. Artinya sebesar 54,7% efektivitas iklan online dipengaruhi oleh variabel Attention, Interest, Desire , dan Action . Sedangkan sisanya 45,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Uji Hipotesis Uji Simultan (Uji F) Tabel 6. Hasil Uji F Sumber: Data Primer yang Diolah, Tahun 2023 Karena f hitung (28.710) > f tabel (2.467), maka H 0 ditolak pada signifikasi 5% (0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas Attention, Interest, Desire , dan Action secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikat (Efektivitas Iklan Online) pada Shopee di Kota Surabaya. Uji Parsial (Uji T) Tabel 7. Hasil Uji T Berdasarkan tabel di atas dari 4 variabel independen yang dimasukkan ke dalam model regresi dihitung bahwa T tabel = 1.985. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Variabel Attention (X1) dengan thitung sebesar 0.960 yang lebih kecil dari ttabel sebesar 1.985 (0.960 < 1.985), maka variabel Attention tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Efektivias Iklan Online. Hal ini mengindikasikan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. 2. Variabel Interest (X2) dengan t hitung sebesar 2,422 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1.985 (2,422 > 1.985), maka variabel Interest berpengaruh secara signifikan terhadap Efektivias Iklan Online. Hal ini mengindikasikan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima. 3. Variabel Desire (X3) dengan t hitung sebesar 0,959 yang lebih kecil dari t tabel sebesar 1.985 (0,959 < 1.985), maka variabel Desire tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Efektivias Iklan Online. Hal ini mengindikasikan bahwa H 0 diterima dan H a ditolak. 4. Variabel Action (X4) dengan t hitung sebesar 3,741 yang lebih besar dari t tabel sebesar 1.985 (3,741 > 1.985), maka variabel Action berpengaruh secara signifikan terhadap Efektivias Iklan Online. Hal ini mengindikasikan bahwa H 0 ditolak dan H a diterima. Pengaruh Attention, Desire, Interest, Action Secara Simultan Terhadap Efektivitas Iklan Online Dari analisis yang telah dilakukan maka dapat diketahui hasil uji F atau uji simultan dapat dilihat bahwa f hitung > f tabel yaitu f hitung (28.710) > f tabel (2.467), maka H 0 ditolak sehigga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas Attention, Interest, Desire, dan Action secara silmultan berpengaruh signifikan terhadap efektivitas iklan online sebesar 54,7% dan sisanya 45,3% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari keempat variabel independen yang diteliti. Sehingga sesuai dan terbukti bahwa diduga Attention (X1), Interest (X2), Desire (X3), Action (X4) secara simultan berpengaruh terhadap efektivitas iklan online pada pembelian produk Shopee di Kota Surabaya Pengaruh Attention Terhadap Efektivitas Iklan Online (Secara Parsial) Dari hasil penelitian mengindikasikan bahwa secara parsial Attention berpengaruh terhadap efektivitas iklan online sebesar 0,960, yang berarti variabel Attention mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel efektivitas iklan online bisa meningkat. Dari hasil pengujian hipotesis menggunakan uji T, ditemukan bahwa variabel Attention (X1) tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online (Y1). Hal ini terbukti dengan hasil pada uji T yang dimana nilai t hitung lebih kecil dibanding t tabel , yaitu sebesar 0,960 < 1,985 sehingga berarti bahwa variabel Attention (X1) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas iklan online. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka hipotesis 2 ditolak karena variabel Attention (X1) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya. Hal ini menunjukkan bahwa Attention atau perhatian konsumen tidak menjamin efektivitas iklan online. Sehingga Attention memiliki pengaruh lemah terhadap efektivitas iklan online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya. Pengaruh Interest Terhadap Efektivitas Iklan Online (Secara Parsial) Dari hasil penelitian mengindikasikan bahwa secara parsial Interest berpengaruh terhadap efektivitas iklan online sebesar 2,422, yang berarti variabel Interest mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel efektivitas iklan online bisa meningkat. Hasil yang diperoleh melalui pengujian hipotesis menerapkan uji T didapati bahwa variabel Interest (X2) berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online (Y1). Hal ini terbukti dengan hasil pada uji T yang dimana nilai t hitung lebih besar dibanding t tabel , yaitu sebesar 2,422 > 1,985 sehingga berarti bahwa variabel Interest (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas iklan online. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka hipotesis 3 yang menyatakan bahwa variabel Interest (X2) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya terbukti benar. Hal ini menunjukkan bahwa Interest atau minat konsumen terhadap produk sesuatu dapat berpengaruh pada efektivitas iklan online. Sehingga Interest memiliki pengaruh yang kuat terhadap efektivitas iklan online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya. ## Pengaruh Desire Terhadap Efektivitas Iklan Online (Secara Parsial) Berdasarkan hasil penelitian mengindikasikan bahwa secara parsial Desire berpengaruh terhadap efektivitas iklan online sebesar 0,959, yang berarti variabel Desire mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel efektivitas iklan online bisa meningkat. Hasil yang diperoleh melalui pengujian hipotesis menerapkan uji T didapati bahwa variabel Desire (X3) tidak berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online (Y1). Hal ini terbukti dengan hasil pada uji T yang dimana nilai t hitung lebih kecil dibanding t tabel , yaitu sebesar 0,959 < 1,985 sehingga berarti bahwa variabel Desire (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas iklan online. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka hipotesis 4 ditolak karena variabel Desire (X3) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya tidak terbukti. Hal ini menunjukkan bahwa Desire atau hasrat konsumen terhadap sesuatu produk tidak berpengaruh pada efektivitas iklan online. Sehingga Desire memiliki pengaruh yang lemah terhadap efektivitas iklan online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya. Pengaruh Action Terhadap Efektivitas Iklan Online (Secara Parsial) Berdasarkan hasil penelitian mengindikasikan bahwa secara parsial Action berpengaruh terhadap efektivitas iklan online sebesar 3,741, yang berarti variabel Action mengalami kenaikan 1 satuan, maka variabel efektivitas iklan online bisa meningkat. Hasil yang diperoleh melalui pengujian hipotesis menerapkan uji T didapati bahwa variabel Action (X4) berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online (Y1). Hal ini terbukti dengan hasil pada uji T yang dimana nilai t hitung lebih besar dibanding t tabel , yaitu sebesar 3,741 > 1,985 sehingga berarti bahwa variabel Action (X4) berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas iklan online. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, maka hipotesis 5 yang menyatakan bahwa variabel Action (X4) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Iklan Online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya terbukti benar. Hal ini menunjukkan bahwa Action atau tindakan konsumen saat melia pada efektivitas iklan online. Sehingga Action memiliki pengaruh yang kuat terhadap efektivitas iklan online pada pembeli produk Shopee di Kota Surabaya. ## 4. Penutup Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dilakukan melalui beberapa tahapan seperti pengumpulan data, pengolahan data hingga analisis data mengenai pengaruh AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) Terhadap Efektivits Iklan Online (Survey pada pembeli produk di Shopee di Kota Surabaya) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis pengujian secara simultan (Uji F), diketahui variabel Attention (X1), Interest (X2), Desire (X3), dan Action (X4) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online (Y) pada pembelian produk Shopee di Kota Surabaya. 2. Hasil analisis pengujian secara parsial (Uji T) dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Attention (X1) tidak berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online (Y) b. Interest (X2) berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online (Y) c. Desire (X3) tidak berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online (Y) d. Action (X4) berpengaruh terhadap Efektivitas Iklan Online (Y) ## Daftar Pustaka Aisyah, S., Sovianti, R., Bhayangkara, U., Raya, J., Sitanggang, A., Hendra, H., Wilmar, P., Indonesia, B., Algorithm, I. D., Image, B., & Quality, P. (2021). Dasar-Dasar Periklanan (Issue November). Databoks. (2019). “Tren Pengguna E-Commerce Terus Tumbuh”. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/10/tren-pengguna-e-commerce- 2017-2023 . Diakses pada tanggal 12 September 2023. Ismail, Nurdin, M.Si, Dra. Sri Hartati, M.Si. (2019). Metode Penelitian Sosial. Surabaya: Penerbit Media Sahabat Cendekia. Johar, D. S., Kumadji, S., & Mawardi, M. K. (2018). Efektifitas Iklan Online ( Survei pada Pembeli di Toko Online Adorable Project ). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) , 26 (1), 1–10. http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/1031/1214 Khomariyah, S., Andayani, S., & Mulyati, A. (2019). Pengaruh Advertising dengan Konsep Aida Terhadap Keputusan Pembelian Kartu Perdana Merk simPATI. Jurnal Dinamika Administrasi Bisnis , 1 (1). https://jurnal.untag- sby.ac.id/index.php/adbis/article/view/2287 Kominfo. (2019). “Kemkominfo: Pertumbuhan E-Commerce Indonesia Capai 78 Persen”. https://www.kominfo.go.id/content/detail/16770/kemkominfo-pertumbuhan-e- commerce-indonesiacapai-78-persen/0/sorotan_media . Diakses pada tanggal 14 September 2023. Kotler, P. (2019). Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jakarta: Prenhalindo. Kurniawati, N. et al. (2022). Penerapan Attention, Interest, Desire, Action (AIDA) Terhadap Komunikasi Pemasaran Kerajinan Tangan. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan , 8 (June), 347–353. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf Naryono, Endang. (2019). Analisis Aida (Attention, Interest, Desire, Action) Terhadap Efektivitas Iklan Sebagai Dasar Strategi Pemasyaran Onlineshopdi Kota Sukabumi. Jurnal Ekonomedia , 08 (01), 24–34. Ngatno. (2018). Manajemen Pemasaran. Semarang: EF Press Digimedia. Poetra, R. R., & Christantyawati, N. (2017). Model AIDA: Pola Penggunaan Media Sosial dalam Meningkatkan Kepuasan Penjualan di Toko Online Goldies Hijab. Jurnal Komunikasi Profesional , 1 (1), 22–36. https://doi.org/10.25139/jkp.v1i1.170 Purbaningsih, Y., Putri, S. E., Bangkara, B. A., & ... (2022). Understanding the AIDA Model in Marketing Small Business in the Digital Age: Opportunities and Challenges. … Research and Critics … , 19978–19989. https://bircu-journal.com/index.php/birci/article/view/6016 Rauf, A., Manullang, S. O., Ardiansyah, T. E., Diba, F., Akbar, I., Awaluddin, R., Muniarty, P., & Firmansyah, H. (2021). Digital Marketing : Konsep dan Strategi. In Insania (Issue September). Salma Egita Fitri Subagyo, & Jojok Dwiridotjahjono. (2021). Pengaruh Iklan, Konformitas Dan Gaya Hidup Hedonis Terhadap Perilaku Konsumtif Pengguna E-Commerce Shopee Di Kota Mojokerto. E-Bisnis : Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis , 14 (1), 26–39. https://doi.org/10.51903/e-bisnis.v14i1.342 Samuel, Soehardjo Kaleb Jordan. (2021). Pengaruh Attention, Interest, Desire, Action (Aida) Terhadap Efektivitas Iklan Spotify. Journal of Accounting and Business Studies , 6 (2), 22– 37. Septiani Virgi, & Hanifa Husnul Fanni. (2022). Pengukuran Efektivitas Iklan Social Media Instagram @Go_Thaitea_Official Dengan Menggunakan Metode EPIC Tahun 2022 Measuring the Effectiveness of Instagram @Go_Thaitea_Official Social Media Advertising Using the EPIC Method in 2022 . 8 (5), 550–555. Tjiptono Fandy, Anastasia Diana (2020) Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. Yohana Walangitan, B., Dotulong, L. O., & Poluan, J. G. (2022). Pengaruh Diskon Harga, Promosi Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Konsumen Untuk Menggunakan Transportasi Online (Studi Pada Konsumen Maxim Di Kota Manado). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi , 10 (4), 511–521.
35c874df-e6ff-4989-8c48-e20c13bdcaf4
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/insight/article/download/2358/1811
Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter ... 1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, [email protected] 2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ 3 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ ## PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER BAIK PESERTA DIDIK Trianita Safitri 1 Dra. Wirda Hanim, M.Psi 2 Herdi, M.Pd 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran empirik mengenai penga- ruh layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita untuk meningkatkan karakter baik peserta didik kelas III-B SD Negeri Jatinegara 10 Pagi. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jatinegara 10 Pagi, dengan populasi kelas III-B. Sampel dipilih menggunak- an teknik sampling purposive. Terdapat lima orang peserta didik pada kategori karakter kurang baik dan dua peserta didik pada kategori tidak baik. Metode penelitian adalah Kuasi Eksperimen dengan menggunakan desain One-Group Pre-test Post-test. Pengum- pulan data menggunakan instrumen karakter baik dengan validitas menggunakan rumus Product Moment dengan rtabel sebesar (0.344) yang menghasilkan 54 item valid dan 28 item drop. Reliabilitas instrumen dihitung menggunakan rumus Alpha menunjukan 0.888 dengan klasifikasi sangat tinggi. Perhitungan hipotesis menggunakan Wilcoxon Match Pair Test. Hasil pengujian hipotesis menunjukan nilai asymp. Sig = 0,017 < nilai Signifi- kansi α = 0,05, artinya layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita berpen- garuh positif untuk meningkatkan karakter baik peserta didik. Kesimpulan penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita berpengaruh positif untuk meningkatkan karakter baik peserta didik kelas III SD. Implikasi penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita mampu meningkatkan karak- ter baik peserta didik. Saran dari penelitian ini adalah: pertama, bagi guru, hendaknya mampu menjadi role model dalam menyontohkan perilaku yang baik. Kedua, bagi Kepala Sekolah, hendaknya dijadikan bahan pertimbangan penyusunan program sekolah dengan memasukan nilai-nilai karakter baik, dan menyusun program pelatihan untuk guru dan treatment yang dapat digunakan untuk meningkatkan karakter baik peserta didik. Ketiga, bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melakukan penelitian pada jenjang SMP dan SMA. Keempat, memodifikasi metode bercerita yang disesuaikan dengan tahap perkembangan peserta didik. Kelima, menggunakan kelompok kontrol untuk mengukur variabel lain yang mempengaruhi karakter peserta didik. Kata Kunci : karakter baik, layanan bimbingan kelompok, bercerita. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter ... Pendahuluan Sistem pendidikan di Indonesia secara umum masih menitikberatkan pada kecerdasan kognitif. Hal ini serupa dengan fakta yang dilansir Indonesia Heritage Foundation yang menyatakan bahwa “pen- didikan di sekolah masih berorientasi pada pening- katan otak belahan kiri ( kognitif ) dan kurang mem- perhatikan pengembangan otak belahan kanan ( afek- tif dan psikomotor ) peserta didiknya. Mata pelajar- an yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prak- tiknya lebih menekankan pada aspek kognitif (hafa- lan, atau hanya sekedar “tahu”)”. Dunia pendidikan dinilai hanya mampu melahirkan lulusan-lulusan in- dividu dengan tingkat intelektualitas yang tinggi itu pun terkadang sebagian nilai diperoleh dengan cara tidak murni seperti menyontek. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada siswa kelas III SD Negeri Jatinegara 10 Pagi tahun ajaran 2012-2013 dengan angket karakter diketahui bah- wa moralitas yang rendah pada komponen pengeta- huan moral, perasaan moral dan tindakan moral. Ke- nyataan yang ada dan menjadi masalah adalah ba- nyak peserta didik yang bersikap tidak jujur, seperti sering menyontek saat ulangan, menyontek PR se- sama teman dan menyontek saat mengerjakan soal latihan di kelas. Toleransi antara peserta didik teru- tama yang berbeda agama masih rendah dan kurang- nya rasa percaya diri pada peserta didik. Tanggung jawab peserta didik yang masih rendah seperti: tidak mengerjakan tugas kelompok, tidak melakukan pi- ket kelas, malas membantu orangtua, dan lebih me- mentingkan bermain dari pada mengerjakan tugas sekolah. Berbagai perilaku kurang baik yang dilakukan oleh peserta didik terutama pada peserta didik ke- las III di SD Negeri Jatinegara 10 Pagi mendorong urgensi peningkatan karakter baik di sekolah terse- but. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter baik peserta didik adalah la- yanan bimbingan konseling. Menurut Badrujaman (2011) Bimbingan dan konseling merupakan seper- angkat program pelayanan bantuan yang dilaku- kan melalui kegiatan perorangan dan kelompok un- tuk membantu peserta didik melaksanakan kehidup- an sehari-hari secara mandiri dan berkembang se- cara optimal, serta membantu peserta didik menga- tasi masalah yang dialaminya. Anak menjadi ang- gota dari kelompok teman sebaya yang secara ber- tahap menggantikan keluarga dalam mempengaruhi perilaku. Hal tersebut membuat layanan bimbingan kelompok cukup tepat diberikan pada peserta didik kelas III Sekolah Dasar. Berdasarkan latar belakang maka terdapat peru- musan masalah yang akan dibahas lebih kompre- hensif yaitu: “Apakah layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita berpengaruh, untuk me- ningkatkan karakter baik pada peserta didik kelas III SD Negeri Jatinegara 10 Pagi?” Berdasarkan latar belakang di atas maka tujuan penelitian ini adalah meningkatkan karakter baik peserta didik kelas III-B SDN Jatinegara 10 Pa- gi melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita. ## Kajian Teori Hakikat Karakter Novak dalam Lickona (1991) menjelaskan bahwa karakter merupakan percampuran dari semua kebaik- an yang dipengaruhi oleh tradisi keagamaan, kebu- dayaan, nasehat-nasehat dan perilaku tokoh yang ter- dapat dalam pelajaran-pelajaran sejarah yang mereka dapatkan di sekolah. Menurutnya, tidak ada seorang pun yang semuanya dapat berperilaku baik, melain- kan tetap memiliki beberapa. Lickona (1991) ber- pendapat bahwa karakter terdiri dari Operative Va- lue , yaitu nilai-nilai dalam perilaku. Seseorang pada dasarnya selalu mengalami proses pengaplikasikan dari nilai-nilai yang ada untuk di realisasikan men- jadi perilaku baik, menggunakan watak pribadi un- tuk merespon situasi-situasi dengan moral yang baik. Menurutnya, karakter seseorang dapat dikatakan baik ketika orang tersebut telah melalui beberapa pro- ses, yaitu mengetahui hal yang baik, menginginkan hal baik, dan kemudian melakukan hal baik terse- but meskipun ada tekanan dari luar dan godaan dari dalam. Lebih dari itu, kebiasaan seseorang dalam berpikir, kebiasaan menggunakan hatinya dan ke- biasaan bertindak sangat dibutuhkan seseorang un- tuk memandu kehidupan bermoralnya. Seseorang dikatakan memiliki karakter yang kuat ketika ia bisa menilai apa yang right , peduli pada apa yang diang- gap right dan terakhir melakukan apa yang sudah dianggap right tersebut. Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter ... Komponen Karakter Lickona membagi komponen pembentuk karak- ter ke dalam tiga bagian yaitu 1. Moral knowing (pengetahuan moral) Komponen pengetahuan moral terdiri dari: kesa- daran moral, mengetahui nilai-nilai moral, me- mahami sudut pandang orang lain, penalaran moral, menagmbil keputusan, pemahaman diri. 2. Moral feeling (perasaan moral) Komponen perasaan moral terdiri dari: hati nura- ni, harga diri, empati, menyukai hal-hal yang baik, kontrol diri, dan rendah diri. 3. Moral action (tindakan moral). Komponen tindakan moral terdiri dari: kompe- tensi, keinginan dan kebiasaan bertindak moral yang baik. ## Hakikat Layanan Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok merupakan bagian dari program bimbingan berbentuk suatu kelompok yang beranggotakan para peserta didik. Tujuan dasar bimbingan kelompok adalah untuk memberi- kan informasi mengenai perilaku dan pengambilan keputusan. Pendekatan bimbingan kelompok bersi- fat preventif yang berkaitan langsung dengan ang- gota kelompok dalam memperoleh informasi, ori- entasi pada masalah-masalah baru, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan peserta didik, dan mengum- pulkan data untuk pengambilan keputusan di bidang pekerjaan dan pendidikan (Shertzer & Stone, 1981). Sementara menurut Gibson dan Mitchell (2010) bim- bingan kelompok mengacu kepada aktivitas-aktivi- tas kelompok yang berfokus kepada penyedian infor- masi atau pengalaman lewat aktivitas kelompok yang terencana dan terorganisasi. Bimbingan kelompok bisa juga diorganisasikan dengan maksud mencegah berkembangnya problem. Isinya dapat berupa infor- masi pendidikan, pekerjaan, pribadi atau sosial, ber- tujuan menyediakan informasi bagi anggota-ang- gota kelompok informasi akurat yang dapat mem- bantu mereka membuat perencanaan dan keputusan hidup yang lebih tepat. Pendapat ahli ini menunju- kan bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan kegiatan terorganisasi dan terrencana yang bertujuan untuk memberikan informasi tentang bidang pribadi, sosial, belajar dan karir. ## Tujuan Bimbingan Kelompok Tujuan bimbingan kelompok dalam penelitian ini adalah memberikan informasi kepada peserta di- dik dala satu kelompok terkait dengan isu-isu karak- ter baik, berbagi pengalaman, melatih untuk berbuat baik dan membangun hubungan dengan teman se- baya yang dilakukan melalui penerapan cerita yang disampaikan pada kegiatan bimbingan kelompok. ## Tahap Bimbingan Kelompok ## 1. Tahap pembentukan Tahap pembentukan merupakan tahap awal pelaksanaan bimbingan kelompok. Anggota ke- lompok akan diberikan pemahaman mengenai pengertian, asas, serta tujuan pelaksanaan bim- bingan kelompok. Pada tahap ini anggota ke- lompok juga saling memperkenalkan diri meng- akrabkan diri dengan anggota lainnya dengan pe- mimpin kelompok. Tujuan pada tahap pembukan antara lain: supaya anggota kelompok memaha- mi pengertian dan kegiatan bimbingan konse- ling, menumbuhkan suasana kelompok, menum- buhkan minat anggota kelompok, rasa saling percaya dam menerima satu sama lain, serta me- numbuhkan suasana bebas dan terbuka. ## 2. Tahap Peralihan Tahap peralihan merupakan tahap “jembatan” an- tara tahap pembuka dengan tahap kegiatan. Pada tahap ini pemimpin kelompok menjelaskan pada anggota kelompok kegiatan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya, dan menanyakan kesiap- an anggota kelompok untuk melanjutkan ke ta- hap inti. ## 3. Tahap Kegiatan Tahap kegiatan merupakan tahap inti dalam keg- iatan bimbingan kelompok. Pada tahap ini kegi- atan kelompok tugas membahas topik mengenai peningkatan karakter baik anggota kelompok. 4. Tahap Pengkhir Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengakhir- an antara lain: pemimpin kelompok memberita- hu bahwa kegiatan hampir selesai, pemimpin ke- lompok mengemukakan kesan dan hasil-hasil ke- giatan, dan mengemukakan perasaan dan harapan dari anggota kelompok. Bercerita Bercerita adalah berbagi pengalaman. Ketika Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter ... pencerita bercerita, mereka menampakan kesedi- aan untuk mendapatkan kritikan, dan untuk menun- jukan perasaan terdalam serta nilai-nilai yang di- miliki. Secara terang-terangan pencerita mengun- dang anak untuk mendengarkan cerita dengan pikir- an dan hati yang terbuka. Bercerita dalam suatu ke- lompok memberikan pengetahuan pada satu sa- ma lain, karena bercerita merupakan kegiatan men- curahkan keinginan mendalam, saling berbagi dan terbuka mengenai hal yang dalam dan menyentuh (Greene, 1996). Lickona (1991) menyatakan bah- wa metode pendidikan moral yang dapat digunakan oleh seorang pendidik adalah mendongeng atau ber- cerita. Sebuah cerita yang bagus dapat membang- kitkan perasaan pendengarnya, itulah sebabnya ceri- ta digunakan untuk mengembangkan sisi emosional karakter anak. Pendapat ini didukung oleh Greene (1996) yang menjelaskan bahwa cerita merupa- kan cara untuk mengajarkan nilai sosial dan moral. Berdasarkan pendapat dua ahli ini dapat disimpul- kan bahwa metode bercerita merupakan salah satu metode yang dapat digunakan sebagai metode pe- ngajaran nilai moral. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran empirik mengenai pengaruh bimbingan kelompok dengan metode bercerita untuk mening- katkan karakter baik peserta didik kelas III-B SD Negeri Jatinegara 10 Pagi. Penelitian dilakukan di SD Negeri Jatinegara 10 Pagi. Waktu penelitian di- lakukan dari bulan Maret sampai Desember 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen merupakan penelitian yang mirip dengan metode eksperimen namun lebih fleksibel karena tidak memasukan sub- jek penelitian secara acak ke dalam kelompok pene- litian (Heppner, 2008). Desain penelitian menggu- nakan one group pre-test post-test design . Jenis de- sain ini digunakan untuk menilti pada satu kelom- pok penelitian dengan melakukan satu kali pengu- kuran di awal ( pretest ) sebelum adanya perlakuan ( treatment ) dan setelah itu dilakukan pengukuran la- gi ( posttest ) (Heppner, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III-B SDN Jatinegara 10 Pagi sebanyak 34 orang peserta didik. Teknik pengambilan sam- pel menggunakan teknik purposive sampling . Jum- sal sampel yang terdapat dalam penelitian sejumlah tujuh orang peserta didik dengan kategori karakter kurang baik dan tidak baik. Data penelitian diperoleh melalui instrumen kara- kter baik dengan menggunakan skala Likert. Per- tanyaan yang diberikan kepada peserta didik dalam penelitian adalah mengenai karakter baik yang men- cakup komponen pengetahuan moral, perasaan mo- ral dan tindakan moral. Teknik analisis data menggunakan teknik deskrip- tif yaitu melalui deskripsi data penelitian yang di- lakukan dengan pengelompokan yang mengacu pa- da kriteria kategorisasi. Dalam penelitian ini diber- lakukan norma kategorisasi dengan kriteria: sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik. Hipotesis penelitian dihitung dengan rumus. Wil- coxon Match Pair, teknik ini termasuk tes kasus dua sampel berhubungan dengan rumus Ho ditolak jika nilai asymp. Sig < Signifikan α=0.05 dan Ho diteri - ma jika nilai asymp. Sig > Signifikan α=0.05 (Pary - ono, 1994). Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil pengolahan data pre-test pada peserta di- dik kelas III-B diperoleh skor karakter pada katego- ri tidak baik sebanyak dua orang peserta didik dan kategori kurang baik sebanyak lima orang peserta didik. Berdasarkan prosentase karakter baik diketa- hui prosentase komponen pengetahuan moral sebe- sar 64,7%, perasaan moral 64,3% dan tindakan mo- ral 56,3%, sehingga peneliti memberikan treatment hanya pada komponen tindakan moral yang meru- pakan komponen karakter baik dengan prosentase terendah. Berdasarkan analisis pada komponen tindakan moral sebelum diberikan layanan bimbingan ke- lompok dengan metode bercerita, yaitu saat pre-test jumlah frekuensi yang berada pada kategori karak- ter yang kurang baik sebanyak 5 peserta didik, hal ini dapat diaratikan bahwa peserta didik: (1) kurang memiliki kompentensi dalam mengatasi masalah, keterampilan dalam mendengarkan dan mengkomu- nikasikan pendapat. (2) kurang memiliki keinginan untuk melakukan suatu tindakan baik, mengontrol emosi, dan mendahulukan kewajiban. (3) kurang memiliki kebiasaan untuk berperilaku baik dalam Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter ... kondisi tertekan, berperilaku adil, jujur, ramah dan sopan. Sedangkan 2 peserta didik cenderung me- miliki karakter pada aspek tindakan moral yang ti- dak baik, hal ini dapat diartikan bahwa peserta di- dik tidak memiliki: (1) kompetensi dalam mengata- si masalah, keterampilan dalam mendengarkan dan mengkomunikasikan pendapat. (2) Tidak memiliki keinginan untuk melakukan suatu tindakan baik, mengontrol emosi, dan mendahulukan kewajiban. (3) Tidak memiliki kebiasaan untuk berperilaku baik dalam kondisi tertekan, berperilaku adil, jujur, ramah dan sopan. Setelah diberikan layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita terdapat perubahan jumlah frekuensi di setiap kategori. Hasil post-test karak- ter pada komponen tindakan moral dengan katego- ri baik yaitu sebanyak 2 peserta didik, pada kategori cukup baik sebanyak 5 peserta didik. Dengan begi- tu dapat diketahui terdapat peningkatan dalam kate- gori karakter, hal ini dapat diartikan bahwa setelah diberikan bimbingan kelompok metode bercerita karakter peserta didik berkembang ke kategori le- bih baik. Hasil penelitian disajikan pada tabel 1.1 dan grafik 1.1. Tabel 1.1 Data Pre-test dan Post-test Karakter Kategorisasi Sangat Baik Baik Cukup Baik Frekuensi Rentang Skor 173 - 192 0 0 0 7 0 1 5 7 Jumlah Kurang Baik Tidak Baik Pre Test Post Test 153 - 172 133-152 > 193 ≤ ≤ < 132 5 2 1 0 Jika dianalisis per komponen karakter diketahui bahwa pada komponen pengetahuan moral rentang skor pre-test peserta didik pada kategori baik 2 peser- ta didik, cukup baik 2 peserta didik dan kurang baik 3 peserta didik. Setelah diberikan layanan bimbing- an kelompok metode bercerita cenderung meningkat, pada kat- egori cukup baik 6 peserta di- dik dan kategori kurang baik 1 peserta didik. Komponen perasaan moral pada kategori sangat baik seba- nyak 1 peserta didik, cukup baik 2 peserta didik, kurang baik 3 peserta didik dan kategori tidak baik 1 orang peserta didik. Setelah diberikan layanan bimbingan kelom- pok dengan metode bercerita skor peserta mening- kat pada kategori sangat baik sebanyak 1 peserta di- dik, kategori cukup baik 3 peserta didik dan kurang baik 3 peserta didik. Pre Test Post Test Grafik Pre-test dan Post-test Peserta Didik Kelas III SD Negeri Jatinegara 10 Pagi Sangat Baik Baik Cukup Baik 0 0 0 1 Kurang Baik Tidak Baik 5 2 0 5 1 Grafik 1.1. Grafik Pre-test dan Post-test Karakter Peserta Didik Kelas III-B SDN Jatinegara 10 Pagi Komponen tindakan moral merupakan kom- ponen dengan kategori terendah. Pada kategori kurang baik sebanyak 5 peserta didik dan tidak baik sebanyak 2 peserta didik. Setelah diberikan layan- an bimbingan kelompok metode bercerita terdapat peningkatan skor peserta didik berada pada katego- ri baik 1 peserta didik, cukup baik 5 peserta didik dan kurang baik 1 peserta didik. Hasil peningkatan skor per karakter dapat dilihat pada tabel 1.2. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa metode bercerita dalam bimbingan kelom- pok berpengaruh positif untuk meningkatkan karak- ter baik peserta didik kelas III SD Negeri Jatinegara 10 pagi yang menjadi peserta didik penelitian. Jum- lah peserta didik yang memiliki karakter kurang baik Kategori Pengetahuan Moral Perasaan Moral Tindakan Moral Rentang Skor Pre- test Post- Test Rentang Skor Pre- test Post- Test Rentang Skor Pre- test Post- Test Sangat Baik ≥ 106 0 0 ≥ 46 0 1 ≥ 47 0 0 Baik 95-105 2 0 41-45 1 0 41-46 0 2 Cukup Baik 80-94 2 6 35-40 2 3 35-40 0 5 Kurang Baik 70-79 3 1 30-34 3 3 29-30 5 0 Tidak Baik ≤ 69 0 0 ≤ 29 1 0 ≤ 28 2 0 Jumlah 7 Tabel 1.2 Data pre-test dan post-test komponen karakter 138 Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter ... pada pre-test dari frekuensi sebanyak lima peserta didik meningkat ke kategori cukup baik dan 1 peser- ta didik dari kategori kurang baik meningkat ke kat- egori baik. Kemudian 1 orang peserta didik lain- nya dengan kategori karakter tidak baik meningkat ke kategori kurang baik. Hasil penelitian berdasarkan hasil uji hipote-sis menunjukan bahwa Ho ditolak, hal ini dapat diar- tikan metode bercerita dalam bimbingan kelompok berpengatuh meningkatkan karakter baik peserta didik kelas III SD Negeri Jatinegara 10 pagi yang menjadi peserta didik penelitian. Jumlah peserta di- dik yang memiliki karakter kurang baik pada pre- test dari frekuensi sebanyak 5 peserta didik mening- kat ke kategori cukup baik dan 1 peserta didik dari kategori kurang baik meningkat ke kategori baik. Kemudian 1 orang peserta didik lainnya dengan kategori karakter tidak baik meningkat ke kategori kurang baik. Berdasarkan analisis data, diketahui bahwa ter- dapat peningkatan karakter peserta didik pada kom- ponen tindakan moral. Peningkatan karakter tersebut dilihat berdasarkan instrumen karakter yang diberi- kan pada peserta didik sebelum dan sesudah diberi- kan layanan bimbingan kelompok dengan metode bercerita yang dilakukan dengan wali kelas III-B. Pertama, peningkatan tindakan moral pada peser- ta didik sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan moral. Dalam penelitian ini peserta didik sudah mengetahui nilai-nilai moral yang berlaku. Peserta didik juga sudah memiliki perasaan moral atau aspek emosional karakter sehingga peserta di- dik bukan hanya mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk namun juga memegang teguh ni- lai-nilai moral tersebut. Peserta didik yang sudah memiliki kualitas moral yang baik pada segi penge- tahuan dan emosional, namun sering kali peserta di- dik tidak bisa mewujudkan atau mengaplikasikan nilai moral tersebut dalam dunia nyata dikarenakan faktor lain dari luar diri peserta didik, seperti: pola asuh orangtua atau hubungan dengan keluarga, po- la hubungan guru dengan peserta didik dan teman sebaya, organisasi/ekstrakurikuler, lingkungan mau- pun media massa. Oleh karena itu peserta didik yang memiliki karakter kurang baik dan tidak baik pada komponen tindakan moral memerlukan bantuan dan layanan bimbingan kelompok dengan metode ber- cerita, dapat menjadi salah satu kegiatan untuk me- ningkatkan karakter peserta didik yang kurang baik dan tidak baik. Kedua layanan bimbingan kelompok merupakan bentuk kegiatan kelompok yang disesuaikan dengan tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir yaitu berinteraksi dengan teman sebaya dalam lingkup ke- lompok. Hal ini menunjukan bahwa layanan bim- bingan kelompok, sesuai untuk diberikan pada peser- ta didik kelas III SD. Ketiga, dalam layanan bimbingan kelompok metode yang digunakan adalah bercerita. Teori kara- kter yang dikembangkan oleh Thomas Lickona me- nyatakan metode pendidikan moral yang dapat digu- nakan adalah bercerita. Hasil penelitian relevan yang berjudul “Pengaruh Cerita Islam Terhadap Karak- ter Peserta Didik Kelas II SD Islam Nurul Fikri De- pok” menunjukan bahwa cerita islam mampu me- ningkatkan karakter peserta didik kelas II SD. Me- lalui metode bercerita peserta didik akan diajak un- tuk melihat nilai-nilai baik yang terkan-dung dalam cerita tersebut, kemudian memaknai cerita tersebut dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Metode bercerita juga melatih peserta didik untuk berkomunikasi dengan baik, mendengarkan pembi- caraan orang, berani bertanya dan mengembangkan sisi emosional karakter peserta didik. Kegiatan ber- cerita juga melatih peserta didik untuk mendengar dan memaknai sebuah cerita dan praktik langsung le- wat kegiatan ice breaking, seperti: games, percaka- pan dengan teman sebaya dan pengaplikasian nilai- nilai baik yang bersumber dari cerita yang telah di- bacakan, pada kegiatan sehari-hari lewat “buku lati- han”. Peserta didik anggota kelompok diminta untuk mengisi buku latihan. Selain observasi pribadi, peser- ta didik juga diminta untuk melakukan observasi pa- da anggota lain. Tujuan kegiatan tersebut adalah: (1) melatih peserta didik untuk mengaplikasikan nilai-ni- lai baik yang telah dibahas dalam bimbingan kelom- pok, (2) mampu mengobservasi tindakan baik dan buruk diri sendiri maupun teman sebaya, (3) bersikap jujur dalam menilai diri sendiri dan teman sebaya. ## Simpulan dan Saran Berdasarkan uji hipotesis menggunakan rumus Wilcoxon Match Pairs Test didapatkan hasil nilai asymp. Sig = 0,018 < nilai Signifikansi α = 0,05, Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Karakter ... ## Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2012. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Badrujaman, Aip. 2011. Teori Aplikasi dan Evaluasi Pro- gram Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT Indeks. Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasi- onal. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimb- ingan Dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan For- mal. Gelrard, Kathryn & Gelrard David. 2008. Konseling Anak. Bandung: PT Indeks. Gibson, Robert. L, et.al. 2012 . Bimbingan dan Konsel- ing. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Greene, Ellin. 1996. Storytelling Art & Technique. USA: Brunner Routledge. Heppner, Paul. 2008. Research Design and Counseling. USA: Thomson. Hurlock, Elizabet. 1980. Psikologi Anak, Jilid 1. Jakar- ta: Erlangga. Lickona Thomas. 1991. Educating For Character How Our School Can Teach Respect And Responsibility. USA: Bantam Books. Lickona Thomas. 2012. Pendidikan Karakter. Yogyakar- ta: Kreasi Wacan. Petrus, Paryono. 1994. Mengolah Data Statistik Dengan SPSS/PC. Yogyakarta: Andi. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan Dan Konseling Ke- lompok (Dasar Dan Profil). Ghalia Indonesia. Shertzer, Bruce & Stone, C Shelley. 1981. Foundamen- tals Of Guidance Fourth Edition. USA: Houghton Mifflin. yang berarti hipotesis Ho ditolak. Melalui layanan bimbingan kelompok peserta didik mampu mening- katkan tindakan moral dengan mendengarkan ceri- ta, memaknai cerita yang diungkapkan, dan mampu mengaplikasikan nilai-nilai cerita melalui tindakan moral yang baik. Saran penelitian bagi guru hendaknya mampu menjadi role model bagi peserta didik dalam me- nyontohkan perilaku yang baik. Bagi Kepala Seko- lah, hendaknya dijadikan bahan pertimbangan pe- nyusunan program sekolah dengan memasukan ni- lai-nilai karakter dan bekerja sama dengan orang- tua peserta didik dan menyusun program pelatihan bagi guru supaya dapat wawasan mengenai karak- ter peserta didik dan treatment yang dapat dilakukan untuk meningkatkan karakter baik peserta didik. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya melaku- kan beberapa hal berikut ini: a) Memperdalam kaji- an teroritis mengenai karakter dan metode lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan karakter. b) Meneliti faktor lain yang mempengaruhi pening- katan karakter, seperti: pola asuh orangtua, pola in- teraksi denga guru dan teman sebaya serta keadaan sosial ekonomi keluarga. c) Meneliti pada jenjang SMP dan SMA. d) Memodifikasi metode bercerita untuk meningkatkan karakter baik.
2bf50714-971f-4635-8d6e-1284656e6a56
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JENERAL/article/download/31459/11312
## JENERAL Jurnal hompage://jurnal.unej.ac.id/index.php/JENERAL/index Analisis Rencana Biaya Reklamasi Berdasarkan Kesesuaian Jenis Tanaman di PT. JR 1 Reclamation Cost Plan Analysis by Plant Type in PT. JR Andi Deddy Setiawan a , Wd. Rizky Awaliah a,2 , Deniyatno a a Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo, Jalan H.E.A. Mokodompit, Kampus Hijau Bumi Tridharma, Andounohu ## ABSTRAK Salah satu tujuan mengelola industri pertambangan adalah memperoleh keuntungan sebesar-besarnya mengingat pentingnya dalam mengetahui biaya yang akan dikeluarkan bagi perusahaan. Mulai dari biaya penambangan dan produksi hingga upah karyawan seta biaya reklamasi (pasca tambang). Salah satu komponen biaya reklamasi yang perlu diperhitungkan adalah revegasi tanaman. Pemilihan tanaman dilakukan berdasarkan analisis sampel tanah blok G PT. JR. Didapatkan hasil bahwa Khaya Anthotheca (Mahoni Uganda) dan A. Carssicarpa cocok untuk ditanam. Perhitungan biaya reklamasi dimulai dari menghitung luas area reklamasi, penataan lahan, revegetasi. Untuk penataan lahan terdiri dari terdiri dari biaya penggunaan alat, maintenance alat, dan pengendalian erosi dan pengelolaan air. Biaya revegasi terdiri dari biaya untuk analisis kualitas tanah, jumlah kebutuhan tanaman, proses pembibitan tanaman, proses pemupukan dan proses pemeliharaan. Berdasarkan hasil penelitian luas area yang akan direklamasi sebesar 52.467m 2 . Jumlah material yang akan di pindahkan sebesar 393.574 m³. Waktu kegiatan penataan lahan adalah 180 hari. Dengan jenis tanaman yang ditetapkan butuh waktu 714 hari penyiraman agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Dan total biaya kegiatan reklamasi tersebut adalah Rp. 1.985.499.777,-. Kata kunci: biaya reklamasi, tahapan reklamasi, pemilihan tanaman ## ABSTRACT One of the goals of managing the mining industry is to obtain the maximum profit considering the importance of knowing the costs that will be incurred for the company. Starting from mining and production costs to employee wages as well as reclamation costs (post-mining). One of the components of reclamation costs that needs to be taken into account is the reegation of plants. Plant selection is carried out based on the analysis of soil samples of block G PT. JR and it was found that Khaya Anthotheca (Mahogany of Uganda) and A. Carssicarpa were suitable for planting. The calculation of reclamation costs starts from calculating the area of reclamation area, land arrangement, revegetation. Land management consists of the cost of using tools, maintenance of tools, and erosion control and water management. The cost of revegation consists of costs for the analysis of soil quality, the number of plant needs, the process of breeding plants, the fertilization process and the maintenance process.Based on the results of the study, the area to be reclaimed is 52,467m2. The amount of material to be moved is 393,574 m³. The time of land structuring activities is 180 days. With the specified type of plant it takes 714 days of watering so that the plant can grow properly. And total cost of reclamation activities is Rp. 1.985.499.777,-. Keywords: reclamation costs, stages of reclamation, selection of plants 1 Info Artikel: Received: 4 Juni 2022, Accepted: 15 Juni 2022 2 Email : [email protected] , [email protected]* , [email protected] ## PENDAHULUAN Menurut Undang–Undang Nomor 4 Tahun (2009) reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Pasca tambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan. Salah satu hal yang harus direncanakan dengan baik dalam melakukan kegiatan penambangan selain aspek teknis yaitu aspek ekonomi (finansial). Hal ini dikarenakan dalam pengerjaannya, kegiatan pertambangan membutuhkan modal yang sangat besar, mulai dari tahap eksplorasi, pengembangan (development), penambangan, hingga pasca tambang sehingga perencanaan finansial harus dilakukan dari awal. Perencanaan finansial yang baik akan membuat kemungkinan kerugian menjadi lebih kecil dan besaran keuntungan serta pengembalian modal dapat diperkirakan (Setiawan dkk., 2018). Salah satu tujuan mengelola industri pertambangan adalah memperoleh keuntungan sebesar- besarnya mengingat pentingnya dalam mengetahui biaya yang akan dikeluarkan bagi perusahaan. Mulai dari biaya penambangan dan produksi hingga upah karyawan seta biaya reklamasi (pasca tambang). Semuanya itu perlu di lakukan agar perusahaan tidak mengeluarkan biaya-biaya yang tak terduga yang dapat merugikan perusahaan. ## TINJAUAN PUSTAKA ## Pengertian Reklamasi Dan Pasca Tambang Menurut Undang–Undang Nomor 4 Tahun (2009) reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 7 Tahun (2014), reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukkannya. Pasca tambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan (UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara). besar dan dipulihkan kembali kondisi ekosistemnya sekurang-kurangnya seperti kondisi sebelumnya (Subowo, 2011). ## Sasaran dan Perencanaan Kegiatan Reklamasi Huzeini dkk. (2018) mengemukakan pada saat kegiatan pertambangan tersebut berhenti atau ditutup,maka akan timbul permasalahan-permasalahan, antara lain terganggunya fungsi lingkungan hidup serta turunnya kualitas sosial dan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu sangatlah diperlukan perencanaan penutupan tambang dalam rangka upaya menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut untuk menjamin pemanfaatan lahan di wilayah bekas kegiatan pertambangan agar berfungsi sesuai peruntukannya. Ruang lingkup kegiatan reklamasi ini meliputi dua tahap yaitu : pemulihan lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya dan mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk pemanfaatan selanjutnya. Sedangkan Sasaran akhir dari reklamasi yaitu: agar terciptanya lahan bekas tambang yang kondisinya aman, stabil, dan tidak mudah tererosi dan lahan bekas tambang dapat dimanfaatkan kembali sesuai dengan peruntukannya (Azim dkk., 2017). ## Biaya Reklamasi Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM 1827 K/ 30/ MEM/ (2018) biaya reklamasi terbagi menjadi dua yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung. Adapun komponen biaya reklamasi adalah sebagai berikut : 1. Biaya langsung Biaya langsung, terdiri atas biaya: a. Penatagunaan lahan terdiri atas : 1) Penataan permukaan tanah 2) Penimbunan lahan bekas kegiatan Ekplorasi 3) Pengendalian erosi dan pengelolaan air. b. Revegetasi terdiri atas : 1) Analisis kualitas tanah 2) Pemupukan 3) Pengadaan bibit 4) Penanaman 5) Pemeliharaan tanaman. c. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang ; dan d. Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan Pascatambang ; atau e. Pemanfaatan lubang bekas tambang (void), terdiri atas biaya : 1) Stabilisasi lereng 2) Pengamanan lubang bekas tambang (void) 3) Pemulihan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekas tambang (void) sesuai dengan peruntukannya dan 4) Pemeliharaan lubang bekas tambang (void). Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pasca tambang. Kegatan teknik sipil sebagaimana dimaksud menurut Permenhut No. P. 04//menhut-II/(2011) antara lain : 1) Pengisian kembali lahan bekas galian tambang. 2) Pengaturan bentuk lahan. 3) Pengelolaan tanah pucuk. 4) Pembuatan teras. 5) Saluran pembuangan air (SPA). 6) Bangunan pengendali jurang pembuatan chekdam dan/atau penangkap oli bekas (oil catcher). 2. Biaya tidak langsung Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan Reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar acuan yang ditentukan sebagai berikut : 1. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat-alat berat (2,5% dari biaya langsung). 2. Biaya perencanaan reklamasi (2% - 10% dari biaya langsung). 3. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor/pihak ketiga pelaksaan reklamasi (3% - 14% dari biaya langsung). 4. Biaya supervisi (2% - 7% dari biaya langsung). ## METODE PENELITIAN ## Persiapan lahan Kegiatan persiapan lahan ini yaitu berupa pengamanan lahan bekas tambang, pengaturan bentuk lahan dan pengaturan atau penempatan low grade (Azim dkk., 2017). Pengaturan bentuk lahan guna menghasilkan lahan yang siap untuk direklamasi membutuhkan bantuan alat-alat mekanis untuk mengerjakannya. Alat-alat yang di gunakan untuk proses pengaturan bentuk lahan adalah sebagai berikut : 1. Buldozer Kegiatan dozing dengan taksiran produksi buldozer dihitung dengan menggunakan persamaan berikut menurut Komatsu (2006) : Q=q x 60/cm x e x E (1) Keterangan : Q : Hourly production (m^3 /hr; yd3/hr) q : Production per cycle (m 3 ; yd 3 ) e : Grade factor E : Job efficiency Cm : Cycle time (in minutes) q=q1×a (2) Keterangan : q1 : Blade capacity (m 3 ; yd 3 ) a : Blade fill factor 2. Excavator Rumus untuk menentukan produktifitas excavator menurut Raemaka dkk. (2018) yaitu : KP= (PS ×3600×FK)/CT (m 3 )/ jam (3) Keterangan : PS = Produksi per siklus = KB x KF KB = Kapasitas bucket ( m^3) BF = Bucket Factor CT = Cycle time (menit) Cycle time excavator terdiri dari 4 gerakan yaitu : excavating time (digging time), swing time saat bucket terisi, dumping time dan swing time saat bucket kosong 3. Dump Truck Rumus produktifitas dump truck menurut Raemaka dkk. (2018) yaitu : KP= (KT ×60 ×FK)/CT m 3 /jam (4) Keterangan : KP = Kapasitas produksi KT = Kapasitas muat (m^3) FK = Faktor Koreksi CT = Cycle Time (menit) Waktu siklus untuk alat angkut dump truck terdiri atas : loading time, hauling time, dumping time, returning time dan spotting time (2 kali) Pengelolaan tanah pucuk (topsoil ) Untuk mengetahui berapa volume overburden yang dibutuhkan untuk diarea reklamasi maka diperlukan suatu perhitungan. Kebutuhan volume overburden menurut Azim dkk. (2017) : Volume OB = Luas daerah ( m 2 ) x ketebalan OB (m) (5) Untuk mengetahui volume top soil yang dibutuhkan dalam proses reklamasi dapat di hitung dengan rumus. Kebutuhan Volume topsoil : Kapasitas topsoil = Luas daerah ( m 2 ) x Ketebalan topsoil (m) (6) ## Revegetasi Berdasarkan Permen Kehutanan RI Nomor: P.4 / Menhut-II / (2011) tentang “Pedoman Reklamasi Hutan” bahwa penanaman pohon tanaman jadi (tanaman akhir) dilakukan dengan jarak tanam 4x4 m. Untuk menentukan jumlah tanaman yang akan ditanam yaitu dari luas lahan yang akan direklamasi dibagi dengan jarak tanam dengan menggunakan persamaan menurut Alkad dkk. (2018) : Jumlah pohon/ha=(luas area penanaman ( m 2 )jarak tanam antar pohon (m)) (7) Menghitung waktu pelaksanaan reklamasi dihitung dari waktu yang di butuhkan untuk penataan lahan yang terdiri dari pengaturan bentuk lahan dan penebaran tanah pucuk serta waktu untuk kegiatan revegetasi yang terdiri dari waktu pembuatan lubang tanam, waktu penanaman dan pemeliharaan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Luas Area Reklamasi Luas area yang akan direklamasi seluas 52.467 m 2 . Geometri jenjang yang di gunakan dalam mendesain lahan reklamasi di gunakan kemiringan lereng 50o lebar bench 8 m dan tinggi bench 5 m dengan volume total penutupan lahan adalah 393.574 m3. ## Gambar 2 . Desain Reklamasi ## Biaya penataan lahan Biaya penataan lahan dihitung berdasarkan upah operator alat dan pemakaian bahan bakar. Alat yang digunakan adalah alat yang dimiliki oleh PT. JR 3 unit buldozer Komatsu D85. Waktu yang dibutuhkan untuk penataan lahan adalah 180 hari, dihitung berdasarkan produktifitas alat yang bekerja pada proses penataan lahan. Biaya bahan bakar (solar) dihitung berdasarkan konsumsi bahan bakar per hari. Harga bahan bakar (solar) yaitu Rp. 10.000/liter. Untuk alat Buldozer Komatsu D85 sendiri menghabiskan 224 liter per hari. Total biaya penggunaan bahan bakar adalah Rp. 1.209.600.000 Sedangkan untuk upah operator buldoser Komatsu D85 adalah Rp. 225.000/hari sehingga total gaji operator adalah Rp. 121.500.000. Sehingga Total biaya untuk penataan lahan adalah Rp. 1.363.209.937. ## Revegetasi ## 1. Pemilihan Jenis Tanaman Hasil analisis kualitas tanah menunjukkan bahwa sifat fisik tanah (tekstur 3 fraksi) menunjukkan tanah masuk dalam kelas andosol. Sifat kimia tanah dengan Ph 6,08 (asam) dan kandungan C Organik sebesar 1,547 (rendah). Bayer (1956) dalam Mindawati dkk. (2006) mengemukakan kadar bahan organik pada umumnya termasuk sedang kecuali jenis K. anthotheca dan A. Cassicarpa yang termasuk rendah, hal ini akan mempengaruhi kondisi fisik tanah karena bahan organik lantai hutan mempunyai peran penting dalam mempengaruhi sifat fisik tanah. Dengan hasil analisis sampel tersebut diasumsikan jenis tanaman lain yang cocok untuk ditanam adalah Khaya Anthotheca (Mahoni Uganda) dan A. Carssicarpa . Penamanan dilakukan dengan menggunakan jarak tanam yaitu 4 x 4 m. ## 2. Kebutuhan Tanaman Kebutuhan pohon yang di butuhkan di hitung dengan membagi luas lahan revegetasi (m^2) dan jarak tanam (m^2) maka tumbuhan yang dibutuhkan adalah 3.943 pohon menggunakan tanaman hasil analisis sampel sebagaimana disajikan dalam tabel 1. Tabel 1 . Kebutuhan Tanaman Jenis Tanaman Kebutuhan Tanaman (Buah) Khaya Anthocheca 2.443 Accasia Carssicarpa 1.500 Jumlah 3.943 ## 3. Proses pembibitan tanaman Bibit yang dibutuhkan untuk melakukan revegetasi harus dipenuhi melalui persemaian dan/atau pengadaan bibit untuk itu setiap pengguna kawasan hutan harus memiliki persemaian sendiri (Permenhut P.04/Menhut-II/2011). PT. JR melakukan mencampurkan tanah dan pupuk dengan perbandingan 2 : 1. Maka, total pembiayaan untuk pembibitan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 . Biaya pembibitan dengan menggunakan tanaman hasil analisis sampel Komponen Ukuran Penggunaan Harga ( Rp) Jumlah ( Rp ) Pollybag 15 x 20 cm 10 Pack 35.000/pack 350.000 Pupuk 40 kg 6 Karung 150.000/karung 900.000 Bibit Khaya Anthochecha 30 cm 2.443 3.500 8.519.000 Bibit A. Carssiscarpa 1 kg 3 kg 850.000/kg 2.550.000 Upah Kerja 1 orang 6 bulan 2.500.000/bulan 15.000.000 Penyiraman 1 orang 2 liter/hari 10.000/liter 1.940.000 Jumlah 29.259.000 ## 4. Proses Penanaman Pembuatan lubang tanaman dibuat dengan ukuran (30 x 30 x 30) cm atau disesuaikan dengan ukuran bibit yang akan ditanam dengan jarak lubang tanaman mengikuti jarak tanam yang telah ditetapkan pada rancangan teknis. Sebelum penanaman dilakukan, tanah yang akan digunakan untuk menutup lubang tanaman diberi pupuk dasar (N, P dan K) sesuai kebutuhan atau jenis tanaman yang akan ditanam (Permenhut P.04/Menhut-II/2011). Lubang tanam di isi campuran tanah dan pupuk kandang dengan jumlah pupuk yang digunakan sebanyak 1,73 ton/Ha (Jelma Nuri, 2014). Maka, biaya yang dikeluarkan untuk proses penanaman dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 . Biaya untuk proses pemupukan Komponen Ukuran Penggunaan Harga ( Rp) Jumlah ( Rp ) Pupuk 40 kg 300 Karung 150.000/karung 45.000.000 Upah Kerja 4 orang 39 hari 80.000/hari 12.480.000 Jumlah 57.480.000 ## 5. Proses Pemeliharaan Tanaman revegetasi yang telah ditanam harus dilakukan pemeliharaan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiraman terhadap tanaman setiap harinya satu kali dalam satu yaitu pada pagi hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan pompa air yang menggunakan bahan bakar (premium) dimana bahan bakar yang dibutuhkan untuk penyiraman yaitu 8 liter/hari dengan harga bahan bakar Rp. 10.000/liter. Maka biaya pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 4 ## Tabel 4 Biaya pemeliharaan Komponen Kebutuhan Harga ( Rp ) Waktu Pemeliharaan Jumlah ( Rp ) Penyiraman 8 liter/hari 10.000/liter 714 57.112.000 Upah Kerja 1 orang 2.500.000/bulan 714 90.000.000 Total Biaya 147.120.000 ## Total Biaya Reklamasi Biaya reklamasi ini terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung, biaya langsung ini akan berpengaruh terhadap luas daerah yang akan direklamasi semakin luas wilayah reklamasi maka akan semakin besar juga biaya penggunaan alat yang akan digunakan untuk proses penataan lahan. Jumlah alat yang digunakan juga akan berpengaruh terhadap biaya reklamasi pada saat proses penataan lahan. Jumlah tanaman dan penggunaan pupuk juga akan terpengaruh terhadap luas area yang akan direklamasi sehingga biaya langsung reklamasi juga akan semakin besar. Sedangkan biaya tidak langsung berpengaruh terhadapa biaya langsung, semakin besar nilai dari biaya langsung maka biaya tidak langsung juga akan besar. Perbedaan biaya akan terjadi saat di bandingkan antara penggunaan tanaman dari yang telah di tentukan perusahaan dan tanaman hasil analisisi sampel. Total biaya reklamasi menggunakan tanaman hasil analisis sampel adalah Rp. 1.985.499.777. Secara rinci disajikan dalam tabel 5. Tabel 5 Total biaya reklamasi Deskripsi Biaya Waktu Pengerjaan Biaya yang Dikeluarkan (Rp) 1. Biaya Langsung (Rp) a. Biaya Penatagunaan Lahan : 1. Biaya penataan permukaan lahan (pada tabel 4.3) 2. Pengendalian erosi dan pengelolaan air dengan menggunakan cover crop (pada tabel 4.4) b. Biaya Revegetasi: 1. Analisis kualitas tanah 2. Pembibitan (pada tabel 4.8) : a. Pengadaan pollybag b. Pengadaan bibit c. Penggunaan pupuk d. Upah Kerja e. Penyiraman 3. Penanaman (pada tabel 4.11) : a. Penggunaan Pupuk b. Upah Kerja 4. Pemeliharaan Tanaman (pada tabel 4.12) : a. Penyiraman dan Upah Kerja c. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang (tidak dilaksanakan) d. Pekerjaan sipil sesuai peruntukkan lahan pascatambang atau program reklamasi bentuk lain (tidak dilaksanakan) e. Pemanfaatan lahan bekas tambang (tidak dilaksanakan karena telah diatur dalam penataan lahan) : 180 Hari 180 Hari 39 Hari 714 Hari 1.411.593.937 260.000 145.000 350.000 11.069.000 900.000 15.000.000 1.940.000 45.000.000 12.480.000 Deskripsi Biaya Waktu Pengerjaan Biaya yang Dikeluarkan (Rp) 1. Stabilitas lereng 2. Pengamanan lahan bekas tambang 3. Pemulihan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekas tambang sesuai dengan peruntukkannya 4. Pemeliharaan lubang bekas tambang 147.120.000 Sub Total 1 (Rp) 1.594.778.937 2. Biaya Tidak Langsung (Rp) a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat (sebesar 2,5 % dari Biaya Langsung atau berdasarkan perhitungan) b. Biaya Perencanaan Reklamasi (sebesar 8 % dari Biaya Langsung) c. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor (sebesar 9 % dari Biaya Langsung) d. Biaya supervisi (sebesar 5 % dari Biaya Langsung) 39.869.473 127.582.315 143.530.104 79.738.947 Sub Total 2 (Rp) 390.720.840 Total (Rp) 1.985.499.777 ## KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil penelitian luas area yang akan direklamasi sebesar 52.467 m 2 . Jumlah material yang akan di pindahkan sebesar 393.574 m³. Waktu kegiatan penataan lahan adalah 180 hari. Sebelum dilakukan revegetasi pembibitan akan dilakukan selama 6 bulan (180 hari) untuk dapat menghasilkan tanaman yang siap di revegetasi. Revegetasi dilakukan dengan menggunakan tanaman Khaya Anthotheca dan Accasia Carssiscarpa dengan total jumlah tanaman 3.943 pohon. Waktu revegetasi dilaksanakan selama 39 hari. Waktu yang digunakan untuk pemeliharan selama 714 hari penyiraman agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. 2. Berdasarkan hasil penelitian total biaya reklamasi untuk menggunakan tanaman menggunakan tanaman Khaya Anthochecha dan Accasia Carssisscarpa dari hasil analisis sampel adalah Rp. 1.985.499.777. ## DAFTAR PUSTAKA Alkad, E., Kasim,T., dan Yunasri, 2018, Perencanaan Dan Biaya Reklamasi Lahan Bekas Tambang Area Tambang Batubara PT. Baturona Adimulya Desa Supat Barat Kecamatan Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin, Jurnal Bina Tambang, 3(3), ISSN : 2302-3333. Azim, F., Yunasril., dan Prabowo, H., 2017, Perencanaan Reklamasi Dengan Revegetasi Pada Stockpile Di PT. Allied Indo Coal Kecamatan Talawi Kotamadya Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat, Jurnal Bina Tambang, 4(1), ISSN : 2302-3333. Huzeini, A., Suhartoyo, H., dan Susatya, A., 2019, Studi Evaluasi Pasca Tambang PT. Ratu Samban Mining Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu, Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, ISSN : 2302-6715. Komatsu, 2006, Specification and Aplication Handbook Edition 27, Komatsu Ltd,Tokyo. Mindawati, N., Kosasih, A. S., dan Heryati, Y., 2006, Pengaruh Penanaman Beberapa Jenis Pohon Hutan Terhadap Kondisi Tanah Andosol, Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 3(3), p.155-164, ISSN : 1829-6327. Pemerintah Indonesia, 2009, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, Lembaran Negara RI Tahun 2009 (4959), Sekretariat Negara, Jakarta. Pemerintah Indonesia, 2011, Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No. P. 04/Menhut-II/2011 Tentang Pedoman Reklamasi Hutan, Lembaran Negara RI Tahun 2011(23), Sekretariat Negara, Jakarta. Pemerintah Indonesia, 2018, Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 1827 Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan Yang Baik, Lembaran Negara RI Tahun 2018(1827 K/30/MEM/2018), Sekretariat Negara, Jakarta. Raemaka, L. O., Firdaus., dan A. Suryawan., 2018, Perencanaan Penjadwalan Produksi pada Penambangan Bijih Nikel Berdasarkan Target Produksi PT. Ifishdeco Site Tinanggea, Jurnal Riset Teknologi Pertambangan (J-Ristam) 1(1), ISSN : 2621-3869. Fathoni, M. W., Mubarok, M. Z. 2015. Studi Perilaku Pelindian Bijih Besi Nikel Limonit Dari Pulau Halmahera Dalam Larutan Asam Nitrat. Majalah Metalurgi. 30 (3). p.115-124. ISSN 0126-3188. Setiawan, M.R. A, Widodo, S., dan Asmiani, N., 2018, Analisis Capital Budgeting Investasi Dalam Usaha Penambangan Batubara Pada PT. Tuah Globe Mining Provinsi Kalimantan Tengah, Jurnal Geomine, 6(1), ISSN : 2443-2083 Subowo, G, 2011, Penambangan Sistem Terbuka Ramah Lingkungan dan Upaya Reklamasi Pasca Tambang untuk Memperbaiki Kualitas Sumber Daya Lahan dan Hayati Tanah, Jurnal Sumberdaya Lahan 5(2), ISSN : 1907-0799.
60dc98bc-f911-4301-babb-ab48a86e84f6
http://jurnal.pnk.ac.id/index.php/jutek/article/download/1130/603
## JUTEKS - JURNAL TEKNIK SIPIL Vol. VIII No. II, Halaman: 134 - 138 Oktober 2023 ## ANALISIS NILAI KUAT TARIK DENGAN MEMANFAATKAN ASPAL ## APE EL 55 PG 70 TERHADAP VARIASI SUHU PEMADATAN Supriandy Pahala Bertuah Silaen 1 , Alfian Saleh 2* , dan Muthia Anggraini. 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Lancang Kuning Jl. Yos Sodarso No. Km. 8, Umban Sari, Kec. Rumbai * E-mail: [email protected] ## Abstrak Lapisan perkerasan mengalami pembebanan beban tekan dan tarik, beban tarik lebih sering menyebabkan retakan, maka dilakukan modifikasi aspal yaitu aspal modifikasi polimer elastomer APE EL 55 PG 70. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengujian yang dilakukan pada laboratorium dengan pengujian kuat tarik menggunakan alat marshall dengan pelat yang sudah dimodifikasi dan dilakukan dua perlakuan, yaitu conditional dan unconditional dengan lima variasi suhu pemadatan yaitu suhu pemadatan 110°C, 120°C, 130°, 140°C, 150°C. Hasil pengujian kuat tarik pada perlakuan conditional terbesar adalah 754 N/mm 2 pada suhu 150°C, perlakuan unconditional terbesar adalah 937 N/mm 2 pada suhu 150°C. Adapun rasio nilai kuat tarik pada suhu 150°C sebesar 80,59% yang memenuhi standar kuat tarik sisa menurut AASHTO T-283 yaitu > 80 %, namun untuk suhu pemadatan kecil dari 150°C masih belum memenuhi > 80%. Kata kunci : Aspal modifikasi, kuat tarik, suhu pemadatan ## PENDAHULUAN Lapisan pada perkerasan jalan akan menerima dua pembebanan beban tarik dan tekan. Kondisi dalam lapangan beban tarik adalah penyebab terjadinya retak, diawali dengan terjadinya retak awal ( crack initation ) terdapat di bagian bawah lapisan perkerasan yang akan menjalar menuju permukaan, salah satu penyebabnya adalah suhu pemadatan yang tidak tepat (Badaron, F., dkk 2019). Aspal juga memiliki daya lekat tinggi yang mampu mengisi pada rongga-rongga antar butir agregat secara merata, namun dengan pemanasan terlalu tinggi juga dapat berakibat rusaknya sifat-sifat aspal tersebut, sehingga membuat aspal tersebut menjadi lebih cepat mengeras dan pada akhirnya akan terjadi suatu retakan pada permukaan jalan dan berpotensi menjadi kerusakan jalan, sebaliknya pemanasan terlalu rendah, viscositas aspal tinggi berakibat terhadap aspal yang tidak menyelimuti rongga diantara agregat maupun rongga dalam campuran secara merata (Asmidar, dkk., 2022). Polimer elastomer adalah salah satu solusi untuk memodifikasi aspal. Fungsi penambahan polimer elastomer sebagai bahan untuk peremaja dengan harapan dapat mengembalikan sifat termoplastik atau lunak dari aspal tersebut (Pradani, N., 2013) Pada penelitian ini dilakukan pengujian pada campuran aspal AC-WC terhadap variasi suhu pemadatan 110°C, 120°C, 130°, 140°C, 150°C. Mengacu pada penelitian terdahulu menggunakan aspal penetrasi 60/70 dan variasi suhu pemadatan yang sama (Lagaligo, D., dkk., 2022). ## METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda yaitu untuk pengujian penetrasi aspal, titik lembek aspal, marshall test , dan kuat tarik dilakukan di dalam Laboratorium Teknik Sipil Universitas Lancang Kuning Pekanbaru dan perendaman menggunakan waterbath di dalam Laboratorium Teknik Sipil Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru. Data penelitian adalah data primer yang akan meliputi uji analisa saringan agregat kasar dan halus, uji titik lembek aspal, uji penetrasi aspal, nilai kadar aspal optimum, rancangan benda uji dan pengujian marshall dan kuat tarik. Data sekunder adalah data dari pengujian PT.APE. Kadar aspal optimum yang akan digunakan untuk uji kuat tarik, melalui uji marshall terlebih dahulu dilakukan dengan persamaan (1) : Pb = 0,035× ( %CA ) +0,045 ( %FA ) +0,18 ( FF ) +k (1) Keterangan : Pb = Persentase berat total dari campuran CA = Agregat kasar yang tertahan FA = Agregat halus yang lolos saringan no.4 FF =Agregat halus yang lolos saringan no.200 K = Konstanta (0,5-1 untuk laston) Rancangan benda uji untuk kadar aspal optimum adalah sebanyak 15 benda uji, dan rancangan benda uji untuk kuat tarik adalah 30 benda uji, dengan dua perlakuan conditional sebanyak 15 benda uji dan unconditional sebanyak 15 benda uji. Suhu pemadatan adalah 5 variasi suhu pemadatan 110°C, 120°C, 130°, 140°C, 150°C. Uji Marshall menggunakan tujuh parameter adalah dengan persamaan (2) : Stabilitas S = q × C × k (2) Keterangan : S = Nilai stabilitas terkoreksi (Kg) q = Nilai bacaan dial marshall (Ib) k = Faktor kalibrasi pada alat C = Angka koreksi ketebalan Kelelehan ( flow) Kelelehan plastis ( flow ) merupakan nilai besarnya suatu deformasi saat awal pembebanan sampai benda uji menerima kondisi stabil maksimum atau benda uji retak dengan ketelitian 0,01 mm. Marshall Quotient MQ = S F (3) Keterangan : MQ = Marshall quotient (Kg/ mm) S = Angka nilai stabilitas terkoreksi (Kg) F = Angka nilai flow (mm) Rongga dalam agregat (VMA) Merupakan ruang antar rongga partikel agregat pada suatu perkerasan termasuk rongga udara dan volume aspal. VMA = 100 - ( 100-% aspal ) × Berat volume BJ Agregat (3) Keterangan : VMA = Rongga udara mineral pada agregat (%) % Aspal = Kadar aspal terhadap campuran (%) BJ Agregat = Berat jenis efektif Rongga dalam campuran (VIM) Merupakan rongga udara pada campuran agregat yang terselimuti aspal setelah pemadatan. VIM = 100 - 100 × Berat volume benda uji BJ Maksimum teoritis BJ = 100 % agregat BJ Agregat + % aspal BJ Aspal Keterangan : VIM = Rongga udara campuran setelah pemadatan (%) BJ Teoritis = Berat jenis campuran maksimum setelah pemadatan (gr) Rongga terisi aspal (VFWA) Merupakan nilai persen rongga yang terdapat diantara partikel agregat (VMA) yang terisi oleh aspal. VFWA = 100 × (Berat Campuran i) (VMA) Keterangan : VFWA = Rongga udara terisi aspal (%) VMA = Rongga udara pada mineral agregat (%) i = Berat pada campuran (%) ## HASIL Sebelum pembuatan benda uji perlu dilakukan pengujian material terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan spesifikasi pada material yang akan di gunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian seperti pengujian analisa saringan, rumus analisis, dan berat jenis aspal. Material yang digunakan merupakan agregat kasar dan halus dari PT. Riau Mas Bersaudara, Rimbo Panjang, Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar . ## Tabel 1. Pemeriksaan Agregat Kasar No Jenis Pengujian Nilai syarat (Bina Marga 2018) Hasil Uji Material 1 Keausan Agregat Maks 40 % 21,66% 2 Berat jenis agregat ≥2,5 2,578 3 Penyerapan air oleh agregat <3 2,266 Tabel 2. Pemeriksaan Agregat Halus No. Jenis Pengujian Nilai syarat (Bina Marga 2018) Hasil Uji Material 1 Berat jenis agregat ≥2,5 2,624 2 Sand equivalent >50 84,55% 3 Penyerapan air oleh agregar <3 1,626 Gambar 1. Grafik hubungan diameter ayakan dan presentase lolos saringan ## Tabel 4. Pemeriksaan Berat Jenis Aspal No Berat pikno kosong (A) 81,0 gr 1 Berat pikno + aquades penuh (B) 179,8 gr 2 Berat pikno + bitumen ( C ) 86,5 gr 3 Berat pikno + bitumen + aquades (D) 179,9 gr 4 BJ = (C - A) / ((B - A) - (D - C)) 1,019 Tabel 5. Pemeriksaan Penetrasi Aspal No Benda Uji 1 Benda Uji 1 44 43 2 46 43 3 50 50 4 46 50 5 34 48 Rata-rata 45,4 mm Tabel 6. Pemeriksaan Titik Lembek Aspal No Suhu Yang Dicatat (°C) Waktu (Detik) Titik Lembek I II I II 1 5 - - 2 15 0 0 3 20 0 0 4 25 0 0 Suhu Suhu 5 27 0 0 54⁰C 54⁰C 6 38 0 0 waktu waktu 7 40 02'08'' 02'08'' 06'36'' 06'39'' 8 45 04,25'' 04'25'' 9 50 05'52'' 05'52'' 10 54 06'36'' 06'39'' Tabel 3. Pengujian Analisa Saringan Spesifikasi Gradasi Agregat Ukuran Ayakan Tertahan % Berat Tertahan (gram) Lolos % Syarat % lolos Agg (mm) ASTM Min Maks 19 3/4" 0 0 100 100 100 57,66 12,5 1/2” 5,069 60,838 95 90 100 9,5 3/8" 11,660 139,928 83,5 77 90 4,75 No.4 22,814 273,773 61 53 69 2,36 No.8 18,251 219,019 43 33 53 1,18 No.16 12,482 149,789 30,5 21 40 36,36 0,6 No.30 8,488 101,856 22 14 30 0,3 No.50 6,490 77,890 15,5 9 22 0,15 No.100 4,993 59,915 10,5 6 15 0,075 No.200 3,994 47,932 6,5 4 9 >0,075 Pan 5,754 69,054 5,98 Total 100 1.200 0 20 40 60 80 100 120 0 2 4 6 8 10 12 Pe rs e n ta s e L o lo s (% ) Diameter Ayakan (mm) Gradasi Batas Atas Batas Bawah Tabel 7. Kadar Aspal Optimum Marshall Kadar Aspal (%) Density VFWA VITM VMA Stabilitas Flow MQ 5,0 2,24 44,46 10,28 26,68 1.150,06 3,10 371,43 5,5 2,35 58,75 9,11 22,83 1.204,03 3,20 370,64 6,0 2,40 64,70 6,43 21,57 1.164,53 3,33 333,07 6,5 2,40 74,50 5,80 21,09 1.127,89 3,60 313,14 7,0 2,43 77,44 3,54 18,83 1.129,21 3,97 286,81 7,5 2,44 84,09 2,61 21,18 742,72 4,43 132,34 Spesifikasi > 65 3 – 5 > 15 > 800 > 2-4 > 250 Gambar 2. Penentuan Kadar Aspal Optimum Tabel 8. Nilai Kuat Tarik Conditional Suhu Pemadatan Nilai ITS Conditional N/mm 2 110°C 372 438 411 531 120°C 410 492 465 602 130°C 494 524 512 565 140°C 666 586 489 604 150°C 797 754 741 725 Tabel 9. Nilai Kuat Tarik Unconditional 5 7 7.5 VMA (%): > 15 VITM (%): 3% - 5.0% VFWA (%): > 65 Stability (kg): > 800 Flow (mm) : > 2-4 ` ` Spesifikasi Kadar Aspal (%) 5.5 6 6.5 ## KADAR ASPAL OPTIMUM (KAO) LABORATORIUM 6,85 7,2 6,00 7,43 KAO = 6,95 7,04 Suhu Pemadatan Nilai ITS Conditional N/mm 2 110°C 841 747 627 772 120°C 778 797 919 694 130°C 842 817 745 864 140°C 860 833 832 860 150°C 860 937 832 808 ## Gambar 3. Hubungan Kuat Tarik Terhadap Suhu Pemadatan Tabel 10. Nilai TSR (%) Suhu Pemadatan Nilai TSR (%) Nilai TSR Rata-Rata (%) 110°C 44,30 59,53 65,58 68,71 120°C 52,70 63,33 50,57 86,72 130°C 58,64 64,24 68,71 65,38 140°C 77,41 70,33 58,82 74,75 150°C 87,01 80,59 77,27 77,50 Gambar 3. Hubungan Nilai TSR Terhadap Suhu Pemadatan ## PEMBAHASAN Pengujian marshall untuk mendapatkan nilai kadar aspal optimum dengan 6 variasi yaitu 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7%, 7,5%. Namun sebelum memasuki pengujian tersebut terlebih dahulu mencari nilai kadar optimum dengan munggunakan rumus teoritis pada persamaan (3.1) sehingga mendapatkan nilai kadar aspal optimum secara teoritis sebesar 6%. Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai kadar aspal optimum berdasarkan karakterisitk marshall dengan beberapa parameter yaitu stabilitas, kelelehan ( flow ), VITM (rongga dalam campuran), VMA (rongga terisi oleh aspal), VFWA (rongga dalam agregat), Marshall Quotient (MQ), dan Density (kepadatan). Dengan menggunakan pengujian marshall , sehingga didapatkan nilai kadar optimum sebesar 6,95% dan kemudian nilai tersebut digunakan untuk pembuatan benda uji menggunakan variasi suhu pemadatan pada campuran, dan juga digunakan untuk benda uji pada pengujian kuat tarik. Pengujian kuat tarik menggunakan dua perlakukan conditional dan unconditional diperoleh nilai kuat tarik untuk perlakuan conditional nilai terbesar adalah 754 N/mm 2 pada suhu 150°C. Untuk perlakuan unconditional nilai terbesar adalah 937 N/mm 2 pada suhu 150°C. Dari dua perlakuan tersebut dapat dianalisis bahwa nilai kuat tarik pada perlakuan unconditional lebih besar daripada conditional dikarenakan pengaruh dari rendaman untuk perlakuan conditional selama 24 jam pada suhu 60°C dan didinginkan pada suhu ruangan selama 24 jam, tentu nilai kuat tarik yang didapat berbeda terhadap perlakuan unconditional yang hanya didinginkan pada suhu ruangan selama 24 jam tanpa rendaman. Dari pengujian yang dilakukan diketahui bahwa semakin tinggi suhu pemadatan yang dilakukan nilai kuat tarik juga semakin besar, dan sebaliknya suhu pemadatan yang semakin rendah nilai kuat tarik yang didapat semakin kecil, hal ini berhubungan dengan semakin tingginya suhu pemadatan maka viscositas aspal semakin kecil, dengan alasan aspal lebih mudah cair menyelimuti rongga campuran, sebaliknya suhu pemadatan yang terlalu rendah maka viscositas aspal semakin besar dan berakibat aspal tidak menyelimuti rongga campuran dengan baik (Asmidar, dkk., 2022). Pada pengujian ini hanya dengan menggunakan aspal modifikasi APE EL 55 PG 70 tanpa tambahan untuk campuran diketahui bahwa suhu 150°C memperoleh nilai kuat tarik sebesar 937 N/mm 2 memenuhi untuk standar 0 200 400 600 800 1.000 110 120 130 140 150 N il ai K uat Tari k (N /m m 2 ) Suhu Pemadatan (°C) Conditional Unconditional 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 110 °C120°C130°C140°C150°C NIL AI T SR (% ) SUHU PEMADATAN ( °C) nilai rasio nilai kuat tarik (TSR) > 80% dibandingkan suhu di bawahnya sama sekali tidak memenuhi. Berbeda dengan penelitian terdahulu tidak menggunakan rasio nilai kuat tarik sehingga tidak diketahui berapa rasio nilai kuat tarik yang akan di dapatkan berdasarkan nilai kuat tarik yang didapat terhadap variasi suhu pemadatan yang di lakukan, kemudian pada penelitian ini diketahui nilai kuat tarik yang semakin kecil seiring semakin rendahnya suhu pemadatan yang dilakukan. Nilai TSR yang memenuhi > 80% mengindikasikan bahwa campuran aspal tersebut adalah tahan terhadap akan kerusakan yang disebabkan oleh air (Handayani, A. T., dan Peni, S. M., 2019). ## PENUTUP Kesimpulan adalah nilai kuat tarik mengalami peningkatan pada setiap suhu pemadatan yang divariasikan menggunakan aspal APE EL 55 PG 70, semakin tinggi suhu pemadatan yang dilakukan maka semakin besar pula nilai kuat tarik yang diperoleh dalam perlakuan conditional nilai terbesar adalah 754 N/mm 2 pada suhu 150°C. Untuk perlakuan unconditional nilai terbesar adalah 937 N/mm 2 pada suhu 150°C. Rasio nilai kuat tarik mengalami peningkatan pada setiap suhu pemadatan yang divariasikan menggunakan aspal APE EL 55 PG 70, semakin tinggi suhu pemadatan yang dilakukan maka semakin besar pula nilai kuat tarik yang diperoleh sebesar 59,53 % pada suhu 110°C, 63,33 % pada suhu 120°C, 64,24 % pada suhu 130°C, 70,33 % pada suhu 140°C, dan 80,59 % pada suhu 150°C. ## UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang selalu untuk saya yang sudah kuat, tegar, dan mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini. Sebuah perjuangan yang dilalui, suatu cita – cita yang telah lama dinantikan akhirnya tercapai, bukan dari akhir sebuah perjuangan, melainkan awal dari perjuangan yang akan datang. Saya persembahkan karya kecil ini untuk kedua orang tua yang selalu senantiasa mendoakan saya selalu. Saya tak lupa mengucapkan juga terimakasih banyak kepada teman – teman yang sudah menyediakan waktu nya untuk membantu menyelesaikan tugas akhir ini. Ku ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing ku, dosen penguji beserta semua pihak yang telah banyak membantu proses selesai nya tugas akhir ini. Tanpa support, bantuan dan dukungan moral nya, mungkin ini semua tidak akan terselesaikan. Semoga semua kebaikan yang diterima olehku dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berkat berlimpah, diberi kesehatan dan umur yang panjang. ## DAFTAR PUSTAKA Asmidar, Putri, R. S. A., Massara, A., Syarkawi, M. T., & Alifuddin, A. (2022). Pengaruh Temperatur Pemadatan terhadap Parameter Marshall Test dan Tegangan Tarik pada Campuran Split Mastic Asphalt. JURNAL ILMIAH MAHASISWA TEKNIK SIPIL , 4 (1), 78 –89. https://jurnal.ft.umi.ac.id/index.php/JILMATEK S/article/view/510 Badaron, S. F., Gecong, A., Anies, M. K., Achmad, W. M., & Setiani, E. P. (2019). Studi Perbandingan Kuat Tarik Tidak Langsung terhadap Campuran Aspal Beton dengan menggunakan Limbah Marmer dan Abu Sekam Padi sebagai Filler. Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Teknik , 4 (2), 145. https://doi.org/10.51557/pt_jiit.v4i2.593 Badan Standardisasi Nasional, 2012, SNI ASTM C136:2012, Metode Uji Untuk Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar, BSN, Jakarta. Badan Standardisasi Nasional, 2011, SNI 2434:2011 , Cara Uji Titik Lembek Aspal Dengan Alat Cincin dan Bola, BSN, Jakarta. Badan Standardisasi Nasional, 2011, SNI 2432:2011, Cara Uji Penetrasi Aspal , BSN, Jakarta. Badan Standardisasi Nasional, 2016, SNI 1969:2016, Metode Uji Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar , BSN, Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga 2018 Revisi 2, 2020, Spesifikasi Umum 2018 . Direktorat Jenderal Bina Marga, Jakarta. Lagaligo, D., Said, L. B., & Alifuddin, A. (2022). Pengaruh Temperatur Pemadatan pada Campuran Beton Aspal ( AC-WC ) dengan Bahan Tambah Karet Alam terhadap Ketahanan Deformasi dan Kuat Tarik Tidak Langsung. JURNAL KONSTRUKSI , 01 (11), 23 –36. Pradani, N. (2013). Pengaruh Penambahan Polimer Elastomer Terhadap Indeks Penetrasi Aspal Yang Mengandung Aspal Daur Ulang. Jurnal Teknik Sipil Universitas Tadulako , 3 (1), 9 –15.
143d1548-b97c-4d24-bce5-4499ca9ad64c
https://journal.unpacti.ac.id/index.php/JSCE/article/download/1060/629
Mengungkap Opini Publik: Pendekatan BERT-based- caused untuk Analisis Sentimen pada Komentar Film 1 Andi Aljabar 2 Binti Mamluatul Karomah 1,2 Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia ## Abstrak BERT (Bidirectional Encoder Representations from Transformers) adalah model bahasa yang revolusioner dalam pemrosesan bahasa alami, mengandalkan encoder untuk menghasilkan representasi kontekstual dari teks input. Melalui pendekatan tokenisasi, embedding, dan attention mechanisms pada setiap layer transformer, BERT memungkinkan pemahaman hubungan antar kata secara mendalam dan bidireksional. Keunikan BERT terletak pada kemampuannya untuk memproses konteks dari kedua arah, menciptakan representasi vektor yang kaya makna. Model ini telah menjadi pionir dalam transfer learning di NLP, memungkinkan pemanfaatan representasi umum pada tugas-tugas khusus setelah proses pelatihan. Dengan demikian, BERT mengubah paradigma pemrosesan bahasa alami, membuka pintu untuk aplikasi yang lebih canggih seperti klasifikasi teks, analisis sentimen, dan pemahaman bahasa yang lebih kontekstual. Berdasarkan pendekatan itu maka penulis melakukan penelitian ini untuk melakukan analisis sentiment pada komentar- komentar film yang ada pada situs imdb . Adapun hasil yang diproleh berdasarkan 5.000 baris data komentar, ini menunjukkan rata-rata accuracy sebesar 96%, val accuracy sebesar 89%, loss sebesar 10%, dan val loss sebesar 37%. Kata Kunci: BERT, NLP, Transformer ## Abstract BERT (Bidirectional Encoder Representations from Transformers) is a revolutionary language model in natural language processing that relies on an encoder to generate contextual representations of input text. Through tokenization, embedding, and attention mechanisms at each transformer layer, BERT enables a deep and bidirectional understanding of relationships between words. BERT's uniqueness lies in its ability to process context from both directions, creating vector representations rich in meaning. This model has pioneered transfer learning in NLP, allowing the utilization of general representations on specific tasks after the training process. Consequently, BERT has transformed the paradigm of natural language processing, opening doors to more sophisticated applications such as text classification, sentiment analysis, and contextual language understanding. Based on this approach, the author conducted research to perform sentiment analysis on movie comments available on the IMDb website. The results obtained from analyzing 5,000 lines of comment data indicate an average accuracy of 96%, a validation accuracy of 89%, a training loss of 10%, and a validation loss of 37%. Keywords: BERT, NLP, Transformer ## 1. Pendahuluan Di era digital saat ini, bioskop bukan satu-satunya tempat untuk berbicara tentang film. Internet, terutama situs komentar film, telah berubah menjad agora digital tanpa henti. Di sana, penonton tidak hanya menikmati cerita layar lebar, tetapi mereka juga aktif mengatakan apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Komentar film ini, yang berkisar dari kegembiraan atas plot twist yang memukau hingga kritik pedas terhadap akting yang kaku, membentuk mozaik opini publik yang menanti untuk diuraikan (Delbrouck et al., 2020; Wang et al., 2020; Yuan et al., 2021). Tidak mudah untuk menemukan kesimpulan yang tersembunyi di balik alur suatu cerita, apalagi dengan metode tradisional. Meskipun demikian, metode tradisional untuk analisis sentimen seringkali terbentur pada keterbatasan pemahaman tentang aspek bahasa dan konteks (Zhang et al., 2022). Misalnya, ulasan negatif dapat berasal dari kesalahpahaman, sementara kata-kata pujian dapat mengandung ironi. Dalam hal ini, pendekatan berbasis BERT ( Bidirectional Encoder Representations from Transformers ) merupakan inovasi baru. Model bahasa ciptaan yang dikembangkan oleh AI buatan Google bernama BERT yang mampu menganalisis kata dan memahami hubungan antar kata dan konteks kalimat(Alaparthi & Mishra, n.d.; Boukabous & Azizi, 2022; Deepa & Tamilarasi, 2021). Kemampuan inilah yang memungkinkan BERT lebih tepatnya bert-based-caused untuk berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan opini publik di balik komentar-komentar pada film. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana penerapan metode transformer dengan model bert- based-caused pada komentar-komentar film mampu memprediksi komentar-komentar tersebut apakah bersifat positif atau negative. ## 2. Tinjauan Pustaka Bert merupakan model salah satu model kontekstual yang dirancang diatas transformer model, Oleh karena itu bert mampu menangkap dan mengklasifikasikan suatu kata dalam kontks dan level tertentu sesuai dengan struktur model yang dirancang (Geni et al., 2023). Tokenisasi juga merupakan salah proses penting yang dilakukan untuk memecah teks atau kalimat menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut "sub-word" atau "token-pieces" (Alaparthi & Mishra, n.d.; Deepa & Tamilarasi, 2021; Yüksel et al., 2019). Kata-kata yang tidak umum atau baru yang mungkin tidak ada dalam kosakata awal dapat diatasi dengan lebih fleksibel dengan bantuan ini. Tokenisasi pada BERT juga melibatkan token awal dan token khusus seperti [CLS] (Klasifikasi) dan [SEP] (Separator), yang ditambahkan untuk tujuan tertentu. Proses ini dilakukan pada tingkat kata dan karakter, memungkinkan model untuk memahami konteks dan hubungan antar-karakter. Metode ini membantu BERT mengatasi kata-kata yang sulit atau morfologi yang berbeda sambil mempertahankan struktur informasi yang penting. Tabel 1. Perbandingan Peneltian. Jurnal Metode Akurasi Model for Sentiment Analysis of Micro-blogs Integrating Topic Model and BERT T-Bert 90.81% Multi‑class sentiment analysis of urdu text using multilingual BERT M-Bert 81.49% Sentiment Analysis of Tweets Before the 2024 Elections in Indonesia Using IndoBERT Language Models Indo-Bert 83.50% Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari tabel 1, ada beberapa model bert yang digunakan, pada penelitian Model for Sentiment Analysis of Micro-blogs Integrating Topic Model and BERT dengan menggunakan metode T-Bert dan dataset dari social media menghasilkan akurasi 90.81% (Palani et al., 2021). Penelitian selanjutnya yaitu Multi‑class sentiment analysis of urdu text using multilingual BERT dengan menggunakan metode multilingual Bert (M-Bert) dengan menggunakan dataset yang berbahasa urdu dengan akurasi 81.49% (Khan et al., 2022). Selanjutnya pada penelitian Sentiment Analysis of Tweets Before the 2024 Elections in Indonesia Using IndoBERT Language Models dengan dataset dari twitter menggunakan metode Indo-Bert dan akurasi 83.50% (Geni et al., 2023). Berdasarkan ke-3 rujukan utama tersebut penulis berinisiatif untuk melakukan riset sentiment analisis terkait komentar-komentar pada film menggunakan model bert-based-caused. ## 2.1. Tokenize Dengan menggunakan pendekatan WordPiece dalam BERT, tokenisasi adalah proses penting yang dilakukan pada tingkat kata dan karakter yang bertujuan untuk memecah teks atau kalimat menjadi bagian yang lebih kecil yang disebut "sub-word" atau "token-pieces" (Alaparthi & Mishra, n.d.; Deepa & Tamilarasi, 2021; Yüksel et al., 2019). Kata-kata yang tidak umum atau baru yang mungkin tidak ada dalam kosakata awal dapat diatasi dengan lebih fleksibel dengan bantuan ini. Tokenisasi pada BERT juga melibatkan token awal dan token khusus seperti [CLS] (Klasifikasi) dan [SEP] (Separator), yang ditambahkan untuk tujuan tertentu. Proses ini dilakukan pada tingkat kata dan karakter, memungkinkan model untuk memahami konteks dan hubungan antar-karakter. Metode ini membantu BERT mengatasi kata-kata yang sulit atau morfologi yang berbeda sambil mempertahankan struktur informasi yang penting (Chiorrini et al., 2021; Hutama & Suhartono, 2022; Karayiğit et al., 2022). ## 2.2. Encoder Untuk mengubah input teks menjadi representasi vektor yang penuh dengan informasi, encoder pada BERT (Bidirectional Encoder Representations from Transformers) adalah komponen arsitektur model (Tesfagergish et al., 2022). Dalam konteks transformasi bahasa, encoder BERT terdiri dari beberapa lapisan transformasi. Proses encoding BERT berbeda, terutama karena dilakukan secara mendalam dan bidireksional. Cara kerjanya adalah dengan dengan mengubah kata-kata dalam sebuah kalimat menjadi vektor numerik yang menunjukkan hubungan dan konteks antar kata secara rinci. Dalam konteks model transformer, encoder bertanggung jawab untuk melakukan operasi perhatian, yang memungkinkan model untuk mempertimbangkan seluruh konteks kalimat. Dalam encoder BERT, setiap layer terdiri dari dua sublayer utama: multi-head self-attention dan fully connected feedforward networks (Boukabous & Azizi, 2022). Multi-head self-attention memungkinkan model untuk memberikan bobot yang tepat pada kata-kata yang relevan dalam kalimat, sementara fully connected feedforward networks bertanggung jawab untuk menghasilkan representasi yang lebih abstrak dan kaya informasi. ## 3. Riset Metodologi Untuk memulai penelitian ini, pertama-tama literatur review secara menyeluruh, tujuannya adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang bidang analisis sentimen saat ini. Data kemudian dikumpulkan untuk model pendukung. Selanjutnya, untuk memastikan bahwa tujuan penelitian tercapai dan memasukkan berbagai sumber dan sentimen, kumpulan data terdiversifikasi yang terdiri dari sentimen berlabel dikumpulkan. Sebelum pengumpulan data, prosedur pra-pemrosesan seperti tokenisasi dan pengurangan kebisingan dilakukan. Pemilihan model Bert yang tepat untuk memulai proses pelatihan didahului dengan pembagian kumpulan data menjadi kumpulan pelatihan, validasi, dan pengujian. Setelah itu, model disesuaikan sesuai kebutuhan. Untuk mengevaluasi performa model, seperti akurasi dan kerugian, metrik evaluasi dibuat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 tentang metodologi penelitian. ## 3.1. Data Collecting Data dikumpulkan menggunakan metode web scraping pada website imbd. Proses collectiong data dilakukan secara acak dengan tujuan menghindari subjektifitas pengambilan data. ## 3.2. Pre-Processing Setelah data terkumpul sesuai dengan target 5000 rows + 30% proses selanjutnya yaitu pre-processing . Data yang dikumpulkan sejumlah 7632 rows yang selanjutnya dilakukan teknik cleaning data. Proses ini dilakukan karena ketika proses data collecting terdapat data yang tidak complete atau rusak. Dengan kata lain pre-processing dilakukan agar ketika proses trining, validation dan testing nantinya bisa mendapatkan akurasi yang sesuai dengan harapan. ## Gambar 1 Metodologi Penelitian ## 3.3. Tokenize Tokenize merupakan proses penomoran pada suatu pada metode transformer. Proses ini dilakukan dengan memberikan token atau nomor pada setiap kata. Sebagai contoh seperti pada kata ” I love this movie ”. Kata tersebut bersifat positif, misalkan kata I diberi token 1, love diberi token 2, this diberi token 3, dan movie diberi token 4. Sehingga masing-masing kata tersebut sudah memeiliki token. ## 3.4. Bert-based-cased model BERT (Bidirectional Encoder Representations from Transformers) membuat representasi kontekstual dari input teks dengan menggunakan encoder. Proses dimulai dengan tokenisasi teks, yang membentuk token kecil seperti kata, sub-kata, atau karakter. Selanjutnya, proses embedding digunakan untuk mengubah tiap token menjadi vektor kata. Proses ini menggunakan embedding yang telah dilatih sebelumnya oleh model. Kemudian, encoder BERT, yang terdiri dari berbagai layer transformer, bekerja pada token-token tersebut. Untuk membuat representasi kontekstual, setiap lapisan melakukan operasi multi-head self-attention dan full-connected feedforward networks. BERT unik karena dapat memahami konteks secara bidireksional dan menangkap hubungan kontekstual yang lebih kuat dengan memperhatikan token kiri dan kanan. Proses ini berulang pada setiap layer encoder yang ditumpuk, yang menghasilkan pemahaman teks input yang semakin hierarkis. BERT menghasilkan representation yang digabungkan dari token [CLS] (Alaparthi & Mishra, n.d.; Boukabous & Azizi, 2022), yang dapat digunakan untuk klasifikasi dan analisis sentimen. Setelah representasi vektor dibuat, model dapat disesuaikan untuk tugas tertentu. Secara keseluruhan, BERT memiliki pemahaman kontekstual dan bidireksional yang kuat, yang membuatnya sangat baik untuk pemrosesan bahasa alami dengan kemampuan transfer learning yang kuat (Tabinda Kokab et al., 2022). Berdasarkan contoh yang dipaparkan pada 3.3 dan dianggap kata tersebut bersifat posirif maka selanjutnya adalah melakukan encoder. Misal masing-masing token 1, 2, 3, dan 4 berada pada posisi yang berdekatan [1, 2, 3, 4] maka model bert akan memprediksi bahwa encoding tersebut atau kalimant tersebut bersifat positif. Hal ini diprediksi berdasarkan apa yang telah dipelajari dari model bert tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 2 Bert Model. ## 3.5. Evaluasi Model Pada bagian ini penulis mencari model trining dan validation bert terbaik dalam memprediksi komentar-komentar pada film. Maka dipilihlah hasil dengan salah satu variable penilian adalah epoch = 5 dan beberapa perbandingan rata-rata acc dan loss acc dengan hasil sebagai berikut Tabel 2. Perbandingan Evaluasi Model. Epoch acc loss acc 3 91% 17% 4 93% 14% 5 96% 10% 6 98% 25% 7 99% 37% Berdasarkan keterngan tabel 2 maka dipilihlah penggunaan epoch = 5 dimana rata-rata acc dan loss hampir berbanding lurus dan merupakan kombinasi yang paling ideal dari ke 5 percobaan tersebut. ## 4. Hasil Berdasarkan riset dan metodologi penelitian maka dengan menggunakan lebih dari 5.000 baris data, performa bert model pada sentiment analisis pada kasus ini menunjukkan hasil yang cukup baik dengan rata-rata accuracy sebesar 96%, val accuracy sebesar 89%, loss sebesar 10%, dan val loss sebesar 37%. Hasil tersebut diproleh dari jumlah keseluruhan proses per-detiknya dibagi dengan jumlah proses epoch ke 1, 2, 3, 4 dan 5. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 3 Pada penelitian kali ini terdapat data yang unik. Setelah melakukan trining dan validasi penulis berinisitaif untuk melakukan testing model bert-based-cased dengan 5 sample inputan. Dan hasilnya sebagai berikut : Gambar 3 Hasil Trining dan Valdation Berdasarkan gambar 4 dijelaskan bahwa terdapat 5 data rows sebagai inputan untuk melakukan testing model, yang unik adalah pada data ” this movie really amezing ”, yang dinilai sebagai bentuk negative. ## 5. Kesimpulan Secara umum, BERT (Bidirectional Encoder Representations from Transformers) adalah model bahasa yang mengandalkan encoder untuk menghasilkan representasi kontekstual yang kaya dari teks yang dimasukkan. Ini dapat memahami hubungan antar kata secara menyeluruh dan menghasilkan pemahaman hierarkis yang kompleks melalui penggunaan layer transformer yang mendalam dan bidireksional. Berdasarkan hasil pada pembahasan sebelumnya maka disimpulkan bahwa bert mampu melakukan prediksi dan analisis sentiment pada komentar-komentar film. ## Daftar Pustaka Alaparthi, S., & Mishra, M. (n.d.). Bidirectional Encoder Representations from Transformers (BERT): A sentiment analysis odyssey . Boukabous, M., & Azizi, M. (2022). Crime prediction using a hybrid sentiment analysis approach based on the bidirectional encoder representations from transformers. Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science , 25 (2), 1131– 1139. https://doi.org/10.11591/ijeecs.v25.i2.pp1131-1139 Chiorrini, A., Diamantini, C., Mircoli, A., & Potena, D. (2021). Emotion and sentiment analysis of tweets using BERT . https://code.google.com/archive/p/word2vec/ Deepa, M. D., & Tamilarasi, A. (2021). Bidirectional Encoder Representations from Transformers (BERT) Language Model for Sentiment Analysis task: Review. In Turkish Journal of Computer and Mathematics Education (Vol. 12, Issue 7). Delbrouck, J.-B., Tits, N., Brousmiche, M., & Dupont, S. (2020). A Transformer-based joint-encoding for Emotion Recognition and Sentiment Analysis . https://doi.org/10.18653/v1/2020.challengehml-1.1 Geni, L., Yulianti, E., & Sensuse, D. I. (2023). Sentiment Analysis of Tweets Before the 2024 Elections in Indonesia Using IndoBERT Language Models. Jurnal Ilmiah Teknik Elektro Komputer Dan Informatika (JITEKI) , 9 (3), 746–757. https://doi.org/10.26555/jiteki.v9i3.26490 Hutama, L. B., & Suhartono, D. (2022). Indonesian Hoax News Classification with Multilingual Transformer Model and BERTopic. Informatica (Slovenia) , 46 (8), 81– 90. https://doi.org/10.31449/inf.v46i8.4336 Karayiğit, H., Akdagli, A., & Acı, Ç. İ. (2022). BERT-based Transfer Learning Model for COVID-19 Sentiment Analysis on Turkish Instagram Comments. Information Technology and Control , 51 (3), 409–428. https://doi.org/10.5755/j01.itc.51.3.30276 ## Gambar 4 Hasil 5 data testing Khan, L., Amjad, A., Ashraf, N., & Chang, H. T. (2022). Multi-class sentiment analysis of urdu text using multilingual BERT. Scientific Reports , 12 (1). https://doi.org/10.1038/s41598-022-09381-9 Palani, S., Rajagopal, P., & Pancholi, S. (2021). T-BERT -- Model for Sentiment Analysis of Micro-blogs Integrating Topic Model and BERT . http://arxiv.org/abs/2106.01097 Tabinda Kokab, S., Asghar, S., & Naz, S. (2022). Transformer-based deep learning models for the sentiment analysis of social media data. Array , 14 . https://doi.org/10.1016/j.array.2022.100157 Tesfagergish, S. G., Kapočiūtė-Dzikienė, J., & Damaševičius, R. (2022). Zero-Shot Emotion Detection for Semi-Supervised Sentiment Analysis Using Sentence Transformers and Ensemble Learning. Applied Sciences (Switzerland) , 12 (17). https://doi.org/10.3390/app12178662 Wang, Z., Wan, Z., & Wan, X. (2020). TransModality: An End2End Fusion Method with Transformer for Multimodal Sentiment Analysis. The Web Conference 2020 - Proceedings of the World Wide Web Conference, WWW 2020 , 2514–2520. https://doi.org/10.1145/3366423.3380000 Yuan, Z., Li, W., Xu, H., & Yu, W. (2021). Transformer-based Feature Reconstruction Network for Robust Multimodal Sentiment Analysis. MM 2021 - Proceedings of the 29th ACM International Conference on Multimedia , 4400–4407. https://doi.org/10.1145/3474085.3475585 Yüksel, A. E., Türkmen, Y. A., Özgür, A., & Altınel, A. B. (2019). Turkish tweet classification with transformer encoder. International Conference Recent Advances in Natural Language Processing, RANLP , 2019-September , 1380–1387. https://doi.org/10.26615/978-954-452-056-4_158 Zhang, T., Gong, X., & Chen, C. L. P. (2022). BMT-Net: Broad Multitask Transformer Network for Sentiment Analysis. IEEE Transactions on Cybernetics , 52 (7), 6232– 6243. https://doi.org/10.1109/TCYB.2021.3050508
601c77af-c307-4e21-b904-62f61ca065b2
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jimfe/article/download/436/355
JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi) Volume 3 No. 1 Tahun 2017, Hal. 16-28 ## ANALISIS PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP RESTORAN CEPAT SAJI DI KOTA BOGOR Sri Hartini dan Lesti Hartati Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan E-mail: [email protected] ## ABSTRACT The objectives of this research are: (1) to identify the most important environmental factors that led to a variety of consumer preferences for fast food restaurants in Bogor; (2) to measure the relative performance of consumer satisfaction attribute in fast food restaurant industry in Bogor by using approach of importance performance analysis; and (3) to identify the pattern of competition among fast food restaurants in Bogor City with the use of SPSS scoring method. Data analysis method used is Fischbein analysis consist of quantitative analysis and qualitative analysis. The results showed that: 1) hygiene factors should be put forward because the concept of fast food restaurants attract more consumers from middle to upper economic level, and of course it is critical to give an assessment of the condition or circumstances in all aspects of the service from fast food restaurants; 2) the level of service provided to the consumer most attributes are in the low priority position matrix with the percentage of 53%, the attribute on the matrix to maintain the achievement is in the second with the percentage of 33%, followed by the main priority attribute is only 9% and the last attribute on the matrix excessive with percentage of 5%. This means there are still many attributes that do not have significant effectiveness to the services provided by each attribute; 3) can be determined the average total scoring of KFC restaurant (20.56, 14%), McD restaurant (18.29, 12%), Pizza Hut restaurant (16.67, 11%), Trio restaurant (15.98,11%), restaurant of Simpang Raya (15.96,11%), Burger Kings restaurant(15.87,10%, Rumah Anai restaurant, (15.18; 10%), and Dominos restaurant (14.83,10%). Keywords: Community Preference, Fast Food Restaurant, and Bogor City ## PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan pada pola konsumsi masyarakat yang beraneka ragam, memunculkan konsep penghidangan makanan yang praktis, salah satunya adalah jenis fast food (makanan cepat saji). Peluang usaha ini dimanfaatkan oleh banyak pemilik modal. Rumah makan cepat saji (bahasa Inggris: fast food restaurant ) adalah rumah makan yang menghidangkan makanan dan minuman dengan cepat, biasanya dalam waktu kurang dari 3 menit. Umumnya berupa kedai hamburger atau ayam goreng, kedai bakso, rumah makan padang juga dikategorikan sebagai rumah makan cepat saji. Umumnya rumah makan jenis ini merupakan rantai bisnis ( franchise ), dengan operasi pelayanan yang standar, seragam. Sifat pelayanan yang standar ini menjadikan restoran atau rumah makan sejenis ini biasanya menjadi pilihan wisatawan yang belum mengetahui kondisi wilayah yang dikunjunginya. Selain kota singgah, Kota Bogor adalah kota destinasi pariwisata. Para pengunjung kota akan menempatkan rumah makan cepat saji sebagai pilihan pertama. Peluang ini dimanfaatkan oleh banyak pemilik modal dalam industri restoran cepat saji. Dalam persaingan yang semakin ketat, banyak upaya yang dilakukan oleh perusahaan. Namun salah satu yang dirasakan paling penting adalah memahami perilaku konsumen dan karakteristik konsumen secara umum. Hal ini dapat bermanfaat bagi perusahaan karena konsumsi produk setiap wilayah berbeda satu sama lain. Perusahaan juga perlu mengetahui posisi relatif dibandingkan dengan para pesaingnya. Sebagai contoh, misalnya dalam bisnis ayam goreng, Kentucky Fried Chicken, Mc. Donald’s, Texas Fried Chicken dan California Fried Chicken dan lainnya. Pemasaran merupakan ujung tombak dari perusahaan. Tanpa fungsi pemasaran yang berjalan dengan baik, perusahaan akan berjalan tersendat dan tak tentu arah. Tanpa memahami pasar dan konsumen, perusahaan akan sulit menempatkan produknya di pasar. Salah satu fungsi dari pemasaran adalah memahami preferensi dan karakteristik konsumen. Mengingat pentingnya memahami preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji, agar perusahaan dapat menyusun strategi agar produknya itu bisa diterima oleh konsumen, diperlukan penelitian mengenai preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji, agar pola persaingan di antara perusahaan-perusahaan ini dapat tergambarkan. ## Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bentuk persaingan dapat dilihat dari siapa yang bersaing. Persaingan dapat terjadi antara konsumen-konsumen, konsumen-produsen, dan produsen- produsen. Selama ini telah banyak penelitian yang mengkaji persaingan antara produsen dengan output sejenis. Namun, belum ada penelitian mengenai pola persaingan di antara perusahaan dengan output yang berbeda. 2. Dalam penelitian ini akan diteliti preferensi konsumen terhadap makanan cepat saji yang tidak sejenis, untuk mengetahui pola persaingan produsen-produsen dalam memperebutkan rupiah konsumen. Penggolongan besar hanya dilakukan terhadap kecepatan saji rumah makan, apakah termasuk golongan rumah makan cepat saji atau bukan. ## Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang paling penting yang menyebabkan ragam pada preferensi konsumen terhadap restoran cepat saji di Kota Bogor. 2. Untuk mengukur kinerja relatif atribut kepuasan konsumen di industri rumah makan cepat saji di Kota Bogor dengan menggunakan pendekatan importance performance analysis . 3. Untuk mengidentifikasi pola persaingan di antara rumah makan cepat saji di Kota Bogor dengan penggunaan metode scoring SPSS. ## LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Preferensi Konsumen Dalam teori ekonomi modern, indeks utiliti adalah representasi dari preferensi ordinal konsumen. Para ahli membuat model maksimasi utiliti dengan menggunakan peralatan matematis karena dianggap sangat cocok untuk digunakan, yang jelas hasilnya tidak memilih angka tertinggi melainkan memilih mana yang bundle yang sangat sesuai dengan anggaran yang tersedia. Indeks utiliti memberikan nilai angka pasti terhadap sesuatu yang dapat membandingkan kepuasan antar konsumen. Akan tetapi, selagi utiliti tidak terlihat tentunya sangatlah sulit imtuk mengukur permasalahannya dalam membangun satu set indeks cardinal utility tiap individu. Mungkin saja tiap orang dapat membentuk indeks tersebut sesuai dengan preferensi JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi) Volume 3 No. 1 Tahun 2017, Hal. 16-28 individu sehingga dapat diperbandingkan dengan yang lainnya. Hal ini sama dengan menyatakan bahwa tidak semua kepuasan dapat diukur dengan angka pasti apalagi dengan memberi kepuasan untuk masing- masing barang atau jasa. Untuk itu, utiliti atau kepuasan konsumen di dalam penelitian ini diukur berdasarkan ranking ( ordo ), dengan menggunakan metode Fishbein dan memanfaatkan skala Likert sebagai teknik kuantifikasi. ## Model Sikap Fischbein Model sikap Fischbein pada prinsipnya akan menghitung Ao ( Attitude toward the Object ), yaitu sikap seseorang terhadap sebuah objek, yang dikenali lewat atribut- atribut yang melekat pada obyek tersebut. Dengan mengenali sebuah obyek melalui cara melihat, meraba, mencoba dan menggunakan obyek itu untuk sekian waktu lamanya, maka seorang konsumen akan mempunyai sikap tertentu terhadap obyek dipakai atau digunakannya tersebut. Biasanya sebelum konsumen mengkonsumsi sebuah obyek tentunya ia memiliki suatu harapan- harapan terhadap obyek tersebut. Sehingga setelah melihat, mencoba dan menggunakannya, konsumen tersebut dapat menilai apakah obyek yang bersangkutan telah sesuai dengan harapannya. Dari pemaparan di atas, tampak ada dua komponen penting pada pengukuran sikap Fishbein, yaitu adanya evaluasi dan belief yang ada pada diri konsumen terhadap sebuah obyek tertentu. Langkah-langkah dalam model Fischbein: 1. Menentukan Salient Belief Setiap produk mempunyai banyak kriteria, namun akan lebih baik jika kepada konsumen (responden) ditanya tentang atribut yang relevan atau penting saja, yang disebut salient belief . Dalam penelitian ini ditentukan kriteria adalah keadaan restoran, menu makanan, harga, pelayanan, dan komunikasi. 2. Membuat Pertanyaan untuk Mengukur ## Belief Setelah atribut ditentukan, konsumen akan ditanya bagaimana keyakinan ( belief ) terhadap atribut tersebut. Isi pertanyaan tentu tidak baku, hanya diusahakan mengukur keyakinan seseorang terhadap atribut obyek. 3. Membuat Pertanyaan untuk Mengukur Evaluation Lain halnya dengan pengukuran belief , konsumen akan ditanya bagaimana evaluasinya terhadap atribut yang telah diukur belief -nya, apakah penting atau tidak. Untuk mengukur evaluasi tidak disebut produk merek tertentu, namun produk makanan cepat saji secara generik. 4. Mengukur Sikap terhadap Produk Pengukuran sikap dilakukan dengan mengukur keseluruhan atribut (multiatribut), dengan rumus: Ao = £(bi x ei) dimana:  Ao = sikap terhadap produk  bi = keyakinan konsumen terhadap atribut I dari produk rumah makan cepat saji, sebelum ia membeli atau mengkonsumsinya. o ei = evaluasi konsumen terhadap atribut I dari produk rumah makan cepat saji secara umum tanpa dikaitkan dengan nama restoran tertentu o tanda £ = penjumlahan dari sejumlah atribut I yang dalam hal ini ada lima kriteria atribut. ## Importance Performance Analysis Menurut Martinez dalam Ariyoso (2009) menyebutkan bahwa “ importance performance analysis ” atau IPA telah diterima secara umum dan dipergunakan pada berbagai bidang kajian karena kemudahan untuk diterapkan dan tampilan hasil analisa yang memudahkan usulan perbaikan kinerja. Adapun langkah-langkah analisis IPA adalah sebagai berikut: Mencari Harga Kesesuaian (dengan analisis IPA) Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja dengan skor kepentingan. Pada kasus bisnis multilevel marketing , untuk mengetahui apakah kinerja relathionship marketing pada bisnis multilevel marketing IPA sudah sesuai dengan kepentingan para membernya dan untuk mengetahui tingkat kepuasan para member ini dianalisis antara kepentingan dan pelayanan riil yang diwakilkan oleh huruf Y dan X, dimana X merupakan tingkat kinerja yang memberikan kepuasan member IPA, sedangkan Y merupakan tingkat kepentingan member IPA. Adapun rumus yang digunakan adalah 1: 𝑇𝑘𝑖 = 𝑋 𝑖 𝑌 𝑖 𝑥 100% Keterangan: Tki = Tingkat kesesuaian responden. Xi = Skor penilaian kinerja perusahaan Yi = Skor penilaian kepentingan pelanggan Sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat kinerja, sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan. Dalam penyederhanaan rumus, maka untuk setiap atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen dapat diketahui dengan rumus 2: 𝑋̅ = ∑ 𝑋 𝑖 𝑛 𝑌̅ = ∑ 𝑌 𝑖 𝑛 Diagram kartesius digunakan untuk mengetahui indikator jasa pelayanan yang memuaskan atau tidak memuaskan konsumen. Rumus yang digunakan adalah 3: 𝑋̿ = ∑ 𝑋 𝑖 ̅̅̅ 𝑁 𝑖=1 𝐾 𝑌̿ = ∑ 𝑌 𝑖 ̅ 𝑁 𝑖=1 𝐾 dimana, K = Banyaknya atribut/fakta yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan. ## Diagram Kartesius Diagram kartesius digunakan untuk memetakan atibut-atribut kualitas jasa pelayanan rumah makan cepat saji yang telah dianalisis, dengan gambar sebagai berikut: (Kinerja/kepuasan) Keterangan: A. Menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan pelanggan, termasuk unsur-unsur jasa yang dianggap sangat penting, namun manajemen belum melaksanakannya sesuai dengan keinginan pelanggan sehingga mengecewakan/tidak puas. B. Menunjukkan unsur jasa pokok yang telah berhasil dilaksanakan. Untuk itu wajib dipertahankannya. Dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. C. Menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan. Pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. D. Menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi) Volume 3 No. 1 Tahun 2017, Hal. 16-28 tetapi sangat memuaskan (J. Supranto, 2006). ## METODOLOGI PENELITIAN Studi ini melibatkan metode penelitian kualitatif maupun kuantitatif. Tahap awal berkaitan dengan identifikasi faktor-faktor yang dapat mengubah ragam preferensi konsumen terhadap rumah makan cepat saji di Kota Bogor. Tahap berikutnya adalah mengukur kineija relatif atribut kepuasan konsumen di industri rumah makan cepat saji di Kota Bogor dengan menggunakan pendekatan importance performance analysis , dan terakhir adalah mengidentifikasi pola persaingan di antara rumah makan cepat saji di Kota Bogor dengan penggunaan scoring SPSS. ## Lokasi Penelitian Penelitian ini diselenggarakan selama enam bulan, mulai bulan Juli hingga Desember 2015, dengan lokasi yang dipilih secara purposive , yaitu Kota Bogor. ## Teknik Pengumpulan Data Populasi dan Sampel Penentuan contoh adalah proses memilih sejumlah elemen dari populasi target sehingga dengan berdasarkan analisis terhadap sampel yang memiliki karakteristik tertentu, akan dapat ditarik kesimpulan umum terhadap populasi. Menurut Surakhmad apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka sampel yang diambil minimal 15% namun jika populasinya hanya mencapai 100 orang maka sedikitnya diperlukan 50% dari populasi yang dijadikan sampel 4 . Menurut teori Slovin 5 , jumlah sampel cukup menggunakan rumus seperti berikut: 𝑛 = 𝑁 𝑁. 𝑑 2 + 1 dimana: n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = error /galat dugaan Data yang diperoleh kemudian disusun dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk menunjukkan nilai permukaan ( face value ). Agar tidak terjadi kekurangan data, kegiatan persiapan data yang harus dilakukan setelah data terkumpul adalah editing dan koding. a) Editing adalah kegiatan awal yang dilakukan setelah data terkumpul. Lebih dikenal dengan istilah “melakukan editing data mentah”. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam sampel, sehingga hasilnya akurat, konsisten dengan informasi lain, lengkap dan siap untuk dikoding dan ditabulasi. b) Koding dilakukan untuk memudahkan pemasukan data ke dalam komputer atau lembar tabulasi. Dalam koding ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu kesesuaian, klasifikasi, dan ketidak- menduaan ( non ambigue ). c) Tabulasi data yang telah siap kemudian ditabulasi, disajikan dalam bentuk tabel- tabel, untuk kemudian untuk kemudahan pemahaman nilai permukaan dapat disajikan dalam bentuk diagram. ## Teknik Pengumpulan Data Kuantifikasi dilakukan terhadap data kualitatif yang diperoleh dari angket yang dibangun. Untuk data kualitatif, dilakukan kuantifikasi melalui pembobotan skala Likert dengan sekala 1-5 (1 memberikan penilaian sangat tidak suka, dan 5 menunjukkan penilaian sangat suka). Kuesioner terdiri dari 3 halaman pertanyaan dan terdiri dari dua segmen pertanyaan yaitu penilaian expert (tingkat persaingan antar fast food ) dan penilaian preferensi masyarakat. Kuesioner diberikan kepada pelanggan pada saat mereka telah selesai memesan menu makanan ataupun minuman dan menunggu untuk disajikan. Pengisian kuesioner membutuhkan kurun waktu 3-10 menit, sehingga pelanggan dapat dengan meluangkan waktu beberapa menit sembari menunggu menu pesanannya tiba. Analisis yang akan diterapkan untuk data tersebut adalah analisis deskriptif komparatif, analisis kesenjangan dan analisis proses hirarki. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui urutan atribut-atribut yang berpengaruh terhadap kualitas rumah makan cepat saji dan mengidentifikasi pola persaingan antar rumah makan cepat saji. ## Metode Analisis Metode analisis data yang akan diterapkan adalah analisis Fischbein analysis terdiri dari analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ## Gambaran Umum Lokasi Penelitian Letak geografis Restoran cepat saji yang ada di Kota Bogor adalah jaringan restoran siap saji yang juga tersebar di seluruh daerah di Indonesia dan sebagian besar juga telah tersebar di berbagai belahan dunia. Produk yang dijual adalah bervariatif khusus untuk restoran cepat saji asing diantaranya terdapat jenis pizza, burger dan ayam goreng, sedangkan untuk restoran cepat saji domestik adalah rumah makan padang. Di Indonesia, restoran cepat saji ini memiliki lebih dari 100 outlet tersebar di kota besar maupun kecil. Umumnya cabang restoran cepat saji berada dalam satu gedung pusat perbelanjaan, tempat- tempat strategis di pusat jantung kota yang tersebar di beberapa kota besar di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di restoran cepat saji yang berada di Kota Bogor, dari beberapa restoran cepat saji yang ada, diambil sembilan restoran cepat saji yang dijadikan sebagai kajian penelitian, diantaranya adalah: Domino’s, Pizza Hut, RM Trio, RM Lembah Anai, RM Minang Raya, McD, Burger King, KFC, dan Texas Chiken. ## Karakteristik Responden Dari 30 responden, 66,67% laki-laki dan 33,33% perempuan, mayoritas berusia 25-39 tahun 50,00%, 24 tahun atau kurang 40,00%, dan 40-55 tahun 10,00%. Status pernikahan di dominasi konsumen dengan status belum menikah sebesar 63,33% dan sudah menikah sebesar 36,67%. Pendapatan atau uang saku konsumen restoran kurang dari Rp10.000.000 (26,67%), antara Rp11.000.000-Rp20.000.000 (43,33%), antara Rp21.000.000-Rp30.000.000 (16.67%) dan terakhir pendapatan di atas Rp31.000.000 (13,33%). dengan frekuensi makan satu bulan tidak pernah sama sekali (6,67%), satu kali dalam sebulan (13,33%), dua sampai tiga kali dalam sebulan (53,33%), lebih dari tiga kali dalam sebulan (26,67%), dan pengeluaran sekali makan kurang dari Rp100.000 (33,33%), Rp100.000-Rp200.000 (50%), Rp200.000-Rp500.000 (10%) dan lebih dari Rp500.000 (6.67%). ## Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan menggunakan program Microsoft Excel untuk menghitung nilai r masing-masing variabel. Hasil perhitungan menunjukkan variabel yang digunakan memiliki rentang nilai r hitung 0,593 - 0,855. Hasil tersebut lebih besar r tabel 0,318 (N=30 dengan nilai kepercayaan 95%), sehingga kuesioner yang digunakan pada penelitian ini valid. Selain memenuhi syarat validitas, kuesioner juga harus memenuhi syarat reliabilitas yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran yang dapat dipercaya (Rangkuti, 2002). Dari hasil perhitungan diketahui nilai r hitung (ganjil-genap) (0,899) lebih besar dari nilai r tabel (0,138). Hal tersebut menunjukkan bahwa alat ukur sudah reliabel. ## Penentuan Kriteria dan Atribut Penelitian ini berfokus pada lima kriteria utama yang dijadikan sebagai tolak JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi) Volume 3 No. 1 Tahun 2017, Hal. 16-28 ukur terhadap keluaran sebagai evaluasi baik itu kelebihan ataupun kekurangan dari masing-masing restoran cepat saji, dari ke lima kriteria tersebut yaitu: 1. Keadaan Restoran Kriteria ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi konsumen khususnya, disamping produk yang dijual adalah dalam bentuk makanan, namun keadaan lingkungan baik dari tata letak ataupun pemanfaatan ruang sangat mempengaruhi terhadap konsumen akan keinginannya untuk kembali lagi ke tempat yang sama, konsumen merasa puas juga dapat mereferensikan baik kepada orang terdekat, teman ataupun rekan kerja. Berikut adalah bagian atribut dari keadaan restoran: a. Bersih dan rapi. b. Mudah mencari tempat duduk. c. Sudah dikenal dengan baik (familiar). d. Berada di lokasi yang mudah dijangkau. e. Suasana restoran nyaman dan menyenangkan. f. Piring makan, sendok, garpu, dan peralatan makan, bersih dan bagus. g. Cocok untuk membawa anggota keluarga. h. Memiliki toilet dan tempat cuci tangan yang bersih. i. Restoran yang nyaman untuk anak kecil. j. Memiliki dekorasi yang menarik perhatian (atraktif). k. Memiliki tempat duduk yang nyaman. l. Menyediakan fasilitas internet (Wifi). m. Memiliki tempat parkir yang nyaman dan aman. 2. Menu Makanan Menu makanan adalah salah satu andalan dan ciri khas tertentu dari masing-masing restoran cepat saji, setidaknya menu harus dibuat secara variatif dan selalu menonjolkan tingkat kecirikhasan dari masakan yang dimiliki, peka terhadap selera pasar dan ditambah dengan inovasi yang berkesinambungan agar konsumen tidak mudah bosan dengan menu-menu yang dimiliki sebuah restoran cepat saji akan menjadikan rumah makan yang selalu digemari oleh konsumen berikut termasuk atribut dari menu, makanan: a. Mengandung gizi yang jelas dan dapat terukur. b. Dapat menimbulkan selera makan. c. Kombinasi makanan yang serasi selaras. d. Menawarkan menu yang tidak membosankan. e. Menawarkan menu yang telah disesuaikan dengan selera local. f. Sesuai waktu makan (sarapan, makan siang, makan malam). g. Menawarkan makanan lain yang unik dan lezat. h. Menawarkan hidangan penutup yang dingin. i. Menawarkan hidangan penutup yang panas. 3. Harga Menetapkan program-program dalam penetapan harga memberikan nilai tambah dalam memudahkan menetukan transaksi pembelian, kemudahan yang ditawarkan akan membuat konsumen merasa puas, harga yang teijangkau dan sesuai dengan sajian yang diharapkan menciptakan sebuah customer loyalty yang menguntungkan bagi rumah makan cepat saji. Penetapan atribut harga meliputi: a. Sesuai dengan kualitas makanan dan suasana. b. Menawarkan diskon dan kupon makan. c. Sering menawarkan undangan makan gratis. d. Menawarkan diskon untuk pembayaran menggunakan kartu kredit. e. Mengadakan program makan sepuasnya satu harga. f. Relatif murah untuk kualitas dan suasana yang ditawarkan. 4. Pelayanan Jenis pelayanan harus benar-benar memiliki nilai tambah tersendiri yang diberikan bagi kepuasan pelanggan, pelayanan yang prima dan selalu mengedepankan pelanggan nantinya akan memberikan sebuah efek positif bagi berkelanjutannya hubungan yang simbiosis mutualisme antara produsen dan konsumen. Ada beberapa atribut penting. berkaitan dengan pelayan yaitu sebagai berikut: a. Menyediakan pelayanan yang cepat dan efisien. b. Delivery order yang mudah dan tepat waktu. c. Penampilan karyawan rapi dan sopan. d. Pelayanan dari karyawan yang terampil. e. Pelayanan dari karyawan yang ramah. f. Menyampaikan pesanan sesuai dengan yang dijanjikan. g. Ketepatan waktu penyerahan makanan sesuai janji. h. Menyediakan sistem pemesanan tempat. 5. Komunikasi. Hal ini menjadi sebuah pelengkap bagi sebuah manajemen bisnis yang memberikan informasi secara langsung terhadap calon konsumen, dikemas dalam beberapa cara yang mengedepankan aspek pemasaran terhadap produk yang akan ditawarkan kepada konsumen. Cara- cara tersebut dikemas dalam beberapa atribut, yaitu: a. Telah memiliki pengalaman dan citra yang baik. b. Brosur, menu mengesankan seperti restoran bertaraf internasional. c. Sering memasang iklan di media elektronik Radio. d. Sering memasang iklan di media elektronik TV. e. Sering memasang iklan di media sosial berbasis internet. f. Sering menyebarkan leaflet /brosur. g. Sering memasang iklan di media cetak (koran, majalah). Setelah rincian atribut masing-masing kriteria tersebut ditentukan dengan baik, responden diarahkan untuk menentukan seberapa besar ekspektasi mereka terhadap atribut yang ada dengan menggunakan skala Likert. Ketika data preferensi dari atribut telah terkumpul, pelanggan juga diminta untuk mengisi data demografi dari setiap pelanggan yang mengisi kuesioner, isi dari data tersebut diantaranya: 1. Lokasi tempat tinggal. 2. Status pernikahan. 3. Umur. 4. Jumlah anggota keluarga di bawah 18 tahun. 5. Pendapatan rata-rata per tahun. 6. Intensitas makan di restoran dalam seminggu. 7. Intensitas makan di restoran dalam sebulan. 8. Rata-rata pengeluaran yang dikeluarkan setiap makan direstoran cepat saji. Data-data demografi ini dapat dimanfaatkan untuk mengetahui segmen pasar ataupun potensi pasar yang dimiliki dan nantinya akan dipetakan untuk bisa dibidik menjadi pangsa pasar utama. Inilah yang nantinya menjadi sebuah keuntungan dari sebuah pengelolaan manajemen bisnis dari perusahaan rumah makan cepat saji. ## Metode Fischbein Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa atribut menawarkan diskon untuk pembayaran menggunakan kartu kredit adalah strategi yang baik untuk menarik konsumen kembali lagi melakukan pembelian, berada pada posisi teratas dengan poin tertinggi yaitu 3,2 memiliki kinerja terbaik dan dapat mempengaruhi persepsi dari konsumen. Oleh karena itu diharapkan manajemen sekiranya dapat JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi) Volume 3 No. 1 Tahun 2017, Hal. 16-28 membuat sebuah promo-promo kemudahan dalam bertransaksi bagi konsumen kedepannya lagi. Menjadi konsen yang sangat vital bagi manajemen adalah tentang keadaan restoran yang harus bersih dan rapi, ini berada pada posisi yang paling akhir diantara ke 42 atribut yang lainnya (poin 1,47). Faktor kebersihan harus dapat dikedepankan karena konsep dari rumah makan cepat saji lebih banyak menarik konsumen dari tingkat ekonomi menengah ke atas, dan tentunya begitu kritis memberikan penilaian terhadap kondisi atau keadaan di seluruh aspek layanan dari rumah makan cepat saji. ## Analisis Evaluasi Dari analisa yang telah dilakukan terlihat bahwa atribut model penawaran diskon untuk pembayaran menggunakan kartu kredit memiliki tingkat kepentingan tertinggi yang kemudian diikuti dengan model atribut yang lain. Bertransaksi dengan menggunakan kartu kredit lebih digemari dan menanamkan intensitas belanja yang berlanjut kedepannya, meskipun poin kepentingan (2,53) masih di bawah poin kinerja (3,2). Namun hal ini menandakan bahwa konsumen mendapatkan kemudahan bertransaksi ditambah dengan pemberian diskon menjadikan konsumen tanpa berfikir ulang untuk berbelanja dengan puas akan memenuhi kebutuhannya. Poin terendah berada pada atribut bersih dan rapi (1,27) tingkat kepentingan yang juga masih di bawah tingkat kinerja (1,47). Koreksi harus segera dilakukan oleh pihak manajemen, segera perbaiki lini tersebut untuk mengoptimalkan fungsi kinerja dari karyawan sebelum konsumen enggan untuk datang kembali. ## Analisis Sikap Konsumen Setelah dilakukan perhitungan maka Ao (sikap konsumen) dapat ditetapkan keseluruhan sebesar 180,27. Angka tersebut tidak dapat diartikan secara tepat, kecuali bila angka sikap tersebut dibandingkan dengan angka sikap untuk rumah makan lainnya. Pada konteks ini pengukuran sikap konsumen dilakukan secara keseluruhan terhadap semua atribut, dapat diartikan juga konsumen tidak suka akan atribut tertentu yang diberikan oleh pihak fast food , namun konsumen tetap menyukai atribut lain yang juga ditawarkan oleh pihak fast food . Importance Performance Analysis (Analisis IPA") Analisa IPA dilakukan sebagai masukan terhadap manajemen akan usulan perbaikan kerja atas atribut-atribut yang diberikan kepada konsumen apakah dari atribut-atribut tersebut sudah memiliki penilaian yang baik bagi konsumen atau justru tidak memiliki nilai pendongkrak bagi jasa pelayanan yang telah diberikan. Secara keseluruhan dapat diartikan bahwa tingkat jasa pelayanan yang diberikan kepada konsumen sebagian besar atribut berada pada matriks posisi prioritas rendah dengan persentase 53%, atribut pada matriks pertahankan prestasi berada di urutan kedua dengan persentase 33%, dilanjutkan dengan atribut prioritas utama hanya ada 9% dan terakhir atribut pada matriks berlebihan dengan persentase 5%. Ini artinya masih banyak atribut yang tidak memiliki efektifitas yang signifikan terhadap jasa pelayanan yang diberikan dari masing-masing atribut. Kedepannya agar dapat dijadikan acuan untuk perbaikan dari setiap atribut yang memiliki tingkat prioritas rendah agar dapat memberikan jasa pelayanan dan kinerja yang lebih baik lagi. Penilaian Tingkat Preferensi Seluruh Responden Hasil penilaian tingkat preferensi oleh 30 responden restoran cepat saji menunjukkan bahwa kriteria harga memiliki nilai rata-rata tertinggi (61,17) dibanding empat kriteria lain (tabel 5). Mayoritas responden memilih makan di restoran cepat saji dikarenakan terdapat harga diskon khusus bagi pembayaran menggunakan kartu kredit dengan poin rata-rata tertinggi (2,53). Promosi menjadi daya tarik yang memikat bagi para pelanggan untuk kembali lagi demi tingkat kepuasan berbelanja/bertransaksi. Park (2004) menambahkan promosi menjadi salah satu atribut penting dalam restoran fast food . Penilaian tiap atribut dari setiap kriteria menunjukkan tiga atribut dengan nilai kepentingan tertinggi berasal dari kriteria harga yang ditawarkan, yaitu menawarkan diskon untuk pembayaran menggunakan kartu kredit (2,53), sering menawarkan undangan makan gratis (2,27), serta mengadakan program makan sepuasnya satu harga (2,20). Konsumen menilai tiga atribut perlu dipertimbangkan dalam memilih restoran. Bentuk pelayanan meliputi menyediakan pelayanan yang cepat dan efisien (1,30), menyampaikan pesanan sesuai dengan yang dijanjikan (1,40), pelayanan dari karyawan yang ramah (1,43), penampilan karyawan rapi dan sopan (1,47), ketepatan waktu penyerahan makanan sesuai janji (1,47), pelayanan dari karyawan yang terampil (1,50), menyediakan sistem pemesanan tempat (1,73), serta delivery order yang mudah dan tepat waktu (1,77), secara kumulatif memperoleh nilai rata-rata terendah (39,86). Data ini menunjukkan konsumen tidak begitu puas akan pelayanan dari karyawan yang diberikan dari rumah makan cepat saji. Seharusnya ini dapat dijadikan perhatian manajemen untuk perbaikan tata kelola pelayanan agar lebih baik lagi. Konsep rumah makan cepat saji adalah mengedepankan kecepatan pelayanan demi mengefisienkan waktu, membutuhkan perubahan yang harus segera dilaksanakan demi menjaga pelanggan agar tetap loyal terhadap pelayanan yang diberikan. Hal ini bertujuan sebagai bentuk ganti rugi jika konsumen merasa tidak puas terhadap komponen yang ada pada restoran, sehingga konsumen akan mempertimbangkan restoran cepat saji dalam daftar pilihan restoran yang mereka kunjungi. ## Tingkat Persaingan Posisi Relatif Pesaing (Kemudahan Dicapai) Nampak pada urutan pertama di miliki oleh restoran cepat saji KFC dengan poin (3,76) disusul oleh rumah makan yang lainnya. Posisi yang strategis dan mudah dijangkau memberikan kemudahan bagi konsumen untuk datang demi mengkonsumsi hidangan yang ditawarkan oleh pihak rumah makan cepat saji. ## Jarak antara Pusat Kegiatan (Kedekatan dari Rumah, Kantor, Sekolah) Jarak antara pusat kegiatan dapat menentukan konsumen dalam memilih restoran cepat saji baik dekat dengan pusat keramaian, rumah, kantor ataupun sekolah. Dalam analisa ini rumah makan Trio dan KFC berada dalam urutan tertinggi dengan poin 2,58, karena rumah makan tersebut berada di pinggir jalan raya yang ramai dilalui kendaraan dan tidak jauh dari pusat kegiatan seperti rumah, kantor atau sekolah sehingga hal tersebut memudahkan konsumen untuk menemukan dan menjangkau restoran tersebut. ## Tingkat Persaingan antar Rumah Makan Cepat Saji di Kota Bogor Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap sembilan rumah makan cepat saji terhadap variabel yang diteliti, maka dapat ditentukan rata-rata total scoring yaitu rumah makan KFC sebesar (20,56, 14%), rumah makan McD sebesar (18,29, 12%), rumah makan Pizza Hut (16,67, 11%), rumah makan Texas Chiken (16,67, 11%), rumah makan Trio (15,98, 11%), rumah makan Simpang Raya (15,96, 11%), rumah makan Burger Kings (15,87, 10%), rumah makan Lembah Anai (15,18, 10%), dan rumah makan Dominos (14,83, 10%). JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi) Volume 3 No. 1 Tahun 2017, Hal. 16-28 ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dari analisa yang telah dilakukan terdapat lima atribut tertinggi yang diberikan penilaian oleh konsumen terhadap kinerja yang diberikan oleh restoran cepat saji yaitu menawarkan diskon untuk pembayaran menggunakan kartu kredit (3,2), sering menawarkan undangan makan gratis (3,1), mengadakan program makan sepuasnya satu harga (2,93), menawarkan hidangan penutup yang panas (2,77) dan Sering memasang iklan di media elektronik Radio (2,73). Penilaian terhadap tingkat kepentingan diperoleh lima atribut dengan nilai tertinggi yaitu menawarkan diskon untuk pembayaran menggunakan kartu kredit (2,53), menawarkan hidangan penutup yang panas (2,3), sering memasang iklan di media elektronik Radio (2,3), sering menawarkan undangan makan gratis (2,27), mengadakan program makan sepuasnya satu harga (2,2). Untuk atribut dengan penilaian lebih rendah dari penilaian ke lima atribut baik dinilai dari tingkat kinerja maupun dari tingkat kepentingan di atas perlu segera dilakukan perbaikan. Ke lima atribut teratas tersebut juga bukan dalam artian sudah cukup memuaskan akan hasil dari tingkat penilaian kinerja dan tingkat kepentinga yang diperoleh, namun harus dijaga dan lebih ditingkatkan lagi demi menjaga kepuasan atas seluruh pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah makan cepat saji. 2. Analisa IPA dilakukan sebagai masukan terhadap manajemen akan usulan perbaikan kinerja atas atribut-atribut yang diberikan kepada konsumen apakah dari atribut-atribut tersebut sudah memiliki penilaian yang baik bagi konsumen atau justru tidak memiliki nilai pendongkrak bagi jasa pelayanan yang telah diberikan. dari hasil perhitungan dapat ditentukan titik masing- masing sumbu dari setiap atribut, dengan hasil tersebut dapat dikelompokkan dari 43 atribut menjadi empat kuadran berdasarkan tingkat kepentingan, diantaranya: prioritas utama (4 atribut), pertahankan prestasi (14 atribut), prioritas rendah (23 atribut) dan berlebihan (2 atribut), dengan demikian dapat membantu manajemen untuk menentukan langkah-langkah memperkuat setiap lini atribut bagi yang memiliki penilaian kurang baik dan lebih meningkatkan lagi aspek pelayanan atribut yang telah memiliki penilaian sesuai harapan konsumen. 3. Berkaitan dengan tingkat persaingan antar rumah makan cepat saji, diperoleh hasil scoring pada SPSS tingkat persaingan yang sangat kompetitif, perhitungan dari rata-rata sembilan variabel dari sembilan rumah makan cepat saji yang ada di Kota Bogor dipetakan dengan urutan dari tertinggi hingga terendah , dari hasil analisis yang dilakukan terhadap sembilan rumah makan cepat saji terhadap atribut yang diteliti, maka dapat ditentukan rata-rata total scoring yaitu rumah makan KFC sebesar (20,56), rumah makan McD sebesar (18,29), rumah makan Pizza Hut (16,67), rumah makan Texas Chiken (16,67), rumah makan Trio (15,98), rumah makan Simpang Raya (15,96), rumah makan Burger Kings (15,87 ), rumah makan Lembah Anai (15,18), dan rumah makan Dominos (14,83). ## Saran 1. Atribut dengan penilaian berdasarkan kinerja dan kepentingan masih perlu dilakukan perbaikan, baik yang telah mendapatkan nilai terbaik dari masing- masing tolak ukur yang dinilai dari tingkat kinerja ataupun dari tingkat kepentingan misalkan dari atribut penetapan harga dapat memberikan keterjangkauan dan kemudahan dalam bertransaksi, memberikan promo-promo khusus pembelian bagi konsumen, dari kriteria komunikasi hendaknya meningkatkan intensitas promosi, terutama iklan di televisi dan turut berpartisipasi dalam acara besar di wilayah sekitar outlet , kemudian dari kriteria menu makanan agar dijaga kualitas masakan dan selalu berinovasi menyesuaikan dengan tingkat selera konsumen, harus menjadi sebuah tolak ukur atau target pencapaian dimana nilai maksimal dari skala Likert adalah poin 5, oleh karena itu penilain atribut- atribut yang belum maksimal setidaknya harus segera dilakukan perubahan ke arah perbaikan yang dapat membangun sebuah sistem bisnis simbiosis mutualisme antara konsumen dan pelaku bisnis rumah makan cepat saji. 2. Hasil dari pengukuran atribut dari masing-masing kriteria, nampak pembagian atas kuadran kartesius yang telah dihitung berdasarkan tingkat kinerja dan kepentingan dari masing-masing atribut. Dari Kuadran A (prioritas utama) agar kiranya manajemen segera merealisasikan ke empat atribut yang ditawarkan oleh pihak rumah makan cepat saji, karena konsumen menganggap unsur-unsur atribut ini sangat penting untuk direalisasikan. Dari Kuadran B (pertahankan prestasi) menunjukkan unsur atribut yang telah berhasil dilaksanakan (14 atribut). Untuk itu wajib dipertahankan dan ditingkatkan lagi, karena dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. Dari kuadran C (prioritas rendah) menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan. Pelaksanaannya dari atribut tersebut biasa- biasa saja. Dianggap kurang penting dan kurang memuaskan. Segera lakukan perbaikan dari segi kinerja atau jika memang tidak terlalu signifikan hasilnya sebaiknya agar ditiadakan atribut-atribut tersebut (23 atribut). Dari kuadran D (berlebihan), menunjukkan faktor yang mempengaruhi pelanggan kurang penting, akan tetapi pelaksanaannya berlebihan. Dianggap kurang penting tetapi sangat memuaskan. Tetap diadakan sebagai nilai tambah dari tingkat pelayanan yang ditawarkan (2 atribut). 3. Pola persaingan yang begitu ketat antar rumah makan cepat saji memang didominasi dari rumah makan cepat saji berlabel asing dibandingkan domestik, sekiranya lebih jeli lagi akan penilain yang telah diberikan dari analisa ini, ambil langkah cepat akan variabel yang menjadi nilai positif diberikan konsumen terhadap rumah makan sebagai kekuatan untuk meraup pangsa pasar dan segera memperbaiki nilai variabel yang memiliki penilain yang lemah akan operasional kerja yang dilakukan oleh pihak rumah makan cepat saji. Rumah makan cepat saji yang berada pada posisi teratas menjalankan fungsi rata-rata dari 9 variabel lebih baik dari ke delapan pesaing lainnya. Seharusnya hal tersebut dapat dijadikan sebuah referensi akan perubahan-perubahan yang signifikan dan terukur dari sistem operasional pelayanan jasa rumah makan cepat saji lainnya agar dapat menarik konsumen lebih banyak lagi. ## DAFTAR PUSTAKA Abdi, H., dan Valentin, D. (2007). ’’DISTATIS”, Encyclopedia of Measurement and Statistics , Ed: Salkind, N., Sage Publications, Inc., California, hal. 284-291. Gabriel, K.R. 1971. “The Biplot Graphic Display of Matrices with Application to Principal Component Analysis” , Biometrika, Vol. 58, No. 3, hal. 453- 467. Ginanjar, I. 2011. “Analisis Produk dan Assessor dari Data Penyortiran JIMFE (Jurnal Ilmiah Manajemen Fakultas Ekonomi) Volume 3 No. 1 Tahun 2017, Hal. 16-28 Menggunakan Hybrid DISTATIS” , Prosiding Seminar Nasional Statistika, Universitas Diponegoro, ISBN: 978- 979-097-142-4, hal. 25- 37. Greenacre, M.J. 1984. Theory and Applications of Correspondence Analysis , Academic Press, Inc., London. Harshman, R.A., dan Lundy, M.E. 1994. “PARAFAC: Parallel Factor Analysis”, Computational Statistics and Data Analysis , Vol. 18, hal. 39-72. Husson, F., & Pages, J. 2006. “INDSCAL Model: Geometrical Interpretation and Methodology” , Computational Statistics and Data Analysis, Vol. 50, hal. 358-378. Kotler, P. 1997. Marketing Management , 6th edition, Prentice-Hall, Inc., New Jersey. Kruskal, J., dan Wish, M. (1978), Multidimensional Scaling, Sage University Papers Series. Quantitative Applications in the Social Sciences; No. 07-011, Sage Publications, Inc., Iowa. Lawless, H.T., Sheng T., dan Knoops, S. 1995. “Multidimensional Scaling of Sorting Data Applied to Cheese Perception” , Food Quality and Preference, Vol. 6, hal. 91-98. Levitt, T. 1980. “Marketing Succes Through Differentiation of Anything” , Harvard Business Review, January- February 1980, Harvard Business School Publishing, Boston. Goldberg, Jack.L., 1991. Matrix Theory With Apllications, McGraw- Hill Inc, New York. Meyners, M., Kunert, J., dan Qanari E.M. 2000. “Comparing Generalized Procrustes Analysis and Statis” , Food Quality and Preference, Vol. 11, hal. 77-83. Yan, W., and Kang, M.S. 2003. GGE Biplot Analysis: A Graphical Tool for Breeders , Geneticists, and Agronomists, CRC Press LLC, Florida.
f49a7590-4b53-4a86-9ebd-7a29a46dc7cc
https://journal.stitaf.ac.id/index.php/cendekia/article/download/129/297
Media Komunikasi Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Islam p-ISSN: 2086-0641 (Print) Volume 12, No. 02, Oktober 2020, Hal. 155-160 e- ISSN: 2685-046X (Online) DOI: https://doi.org/10.37850/cendekia.V12i2.129 https://journal.stitaf.ac.id/index.php/cendekia. ## EVALUASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUBLIKASI BEREPUTASI INTERNASIONAL BIDANG SOSIAL HUMANIORA DI ITS SURABAYA Choirul Mahfud 1 , Dyah Satya Yoga Agustin 2 1 Departemen Studi Pembangunan dan PKKPBI DRPM, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 2 Departemen Studi Pembangunan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Pos-el : [email protected] 1 [email protected] 2 ) ## Abstrak Artikel ini membahas tentang evaluasi kebijakan tentang publikasi di ITS yang perlu terus memperoleh dukungan dan perhatian kita bersama. Lebih khusus lagi dalam hubungan publikasi internasional dalam aspek Sosial Humaniora. Pasalnya, perguruan tinggi sekarang dituntut untuk menaruh perhatian pada kajian multidisipliner yang memungkinkan adanya keberhasilan lembaga penelitian bisa menangkap peluang dan mengatasi tantangan yang dipengaruhi oleh banyak factor, aspek dan pendekatan. Oleh karena itu, memahami dan melakukan evaluasi kebijakan yang lebih komprehensif selalu penting untuk dilakukan. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan dilihat dari bagaimana capaian-capaian penelitian dan publikasi internasional yang dilakukan atau yang sudah dihasilkan. Bagaimana factor pendukung dan penghambat dari kegiatan publikasi bereputasi internasional yang dilakukan di kampus ITS Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capaian-capaian dan kontribusi dosen ITS dalam publikasi internasional di bidang sosial humaniora patut diapresiasi dan didukung dengan kebijakan-kebijakan yang sistematis, komprehensif dan berkelanjutan. Pasalnya, melihat jumlah dosen di bidang sosial humaniora juga bisa dibilang tidak sedikit, meskipun juga tidak terlalu banyak. Oleh karena itu, solusi untuk membuat kebijakan berbasis penelitian dalam bidang sosial humaniora perlu ditingkatkan. Hal ini merupakan kunci untuk mendukung langkah publikasi. Tanpa adanya kebijakan penelitian, maka publikasi akan sulit dilakukan secara terorganisir dan berkelanjutan. Hambatan memang ada dari internal dan eksternal yang bisa dipahami oleh stakeholders terkait untuk dilakukan langkah alternatif pemecahannya dengan cara kolaborasi dan sinergi dalam publikasi. Kata kunci : Kebijakan, Publikasi Internasional dan Bidang Sosial Humaniora ## Abstract This article discuses on policy evaluation research of publication at ITS campus. More specifically, concerning international publications in the aspect of Social Humanities. It is because universities are now required to pay attention to multidisciplinary studies that enable research institutions to seize opportunities and overcome challenges influenced by many factors, aspects, and approaches. Therefore, understanding and conducting a more comprehensive policy evaluation is always essential to do. In this case, policy evaluation is seen as a simple way of evaluation. From the achievements of research and international publications that have been carried out or have been produced. What are the supporting and inhibiting factors of internationally reputable publication activities carried out on the ITS Surabaya campus? The study results show that ITS lecturers' achievements and contributions in international publications in the social and humanities field should be appreciated and supported by systematic, comprehensive, and sustainable policies. The reason is, seeing the number of lecturers in the social and humanities field is also not small, although not too many. Therefore, solutions for making research-based policies in the social and humanities field need to be improved. It is the key to supporting the publication step. Without a research policy, the publication will be challenging to do in an organized and sustainable manner. Obstacles exist from internal and external that can be understood by relevant stakeholders to take alternative steps to solve them through collaboration and synergy in publications. Keywords : Policy; International Publications; Social Humanities. ## PENDAHULUAN Penelitian dengan judul “Evaluasi Kebijakan Publikasi Jurnal bereputasi internasional bidang sosial humaniora di ITS Surabaya” ini relevan dengan kebijakan nasional dan lokal ITS, DRPM ITS dari beberapa Laboratorium Riset di departemen SP ITS. Selain itu, ada juga argumentasi yang kuat diantaranya: Pertama, sebagai bahan acuan, masukan dan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan publikasi jurnal bidang sosial humaniora di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, khususnya bagi dosen departemen Studi Pembangunan ITS. Kedua, sebagai bahan referensi dalam implementasi dan evaluasi kebijakan di ITS Surabaya, khususnya mengenai publikasi jurnal sosial humaniora bagi dosen dan stakeholders. Ketiga, sebagai bahan pembuatan kebijakan pengembangan publikasi jurnal sosial humaniora di ITS Surabaya di masa kini dan masa depan. Dalam tulisan hasil riset ini, peneliti mencoba menggunakan teori penunjang yang dipakai adalah teori Manfaat versi Adam Smith dan teori kebijakan publik versi William N. Dunn. Pertama, penggunaan teori manfaat ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya “The Wealth of Nations” (1776) yang mengungkap bahwa suatu negara sukses dan sejahtera tentu memiliki banyak elemen pendukung, termasuk perguruan tinggi. Sebagai elemen pendukung, tentu ada nilai manfaat dan mempunyai keunggulan. Dalam rangka memperoleh manfaat dan keunggulan tersebut, Adam Smith mengemukakan ide tentang pembagian wilayah kerja/ spesialisasi. Dalam hal ini, kebijakan publikasi jurnal sosial humaniora merupakan hal yang tak bisa dihindarkan untuk mendukung proses berbagi manfaat dan keuntungan kepada semua pihak yang berkepentingan. Kedua, dalam riset ini juga akan memakai teori kebijakan publik perspektif William N. Dunn. Ulasan kajian kebijakan publik ala William N. Dunn terutama berangkat dari pemahaman bahwa kebijakan diartikan sebagai sebuah opsi-opsi yang terkait dan terhubung dan yang dibuat oleh lembaga atau pihak yang berwenang dalam suatu system pemerintah (Dun, 1981; Bawani, 2020). Artinya, kebijakan publikasi jurna bisa dipahami sebagai bagian yang saling terkait dengan aspek lain dalam sebuah komunitas perguruan tinggi. Hal berbeda tetapi sama maksudnya diungkap Anderson dalam buku “Public Policy-Making” dengan bahwasanya kebijakan publik bisa diartikan sebagai semua produk kebijakan yang dihasilkan oleh sebuah badan dan atau sejumlah pejabat yang bertanggungjawab di suatu pemerintahan. ## METODE PENELITIAN Untuk memperolah hasil kajian yang komprehensif mengenai fokus riset, maka dalam bahasan ini juga dipaparkan materi dan metode yang dipilih dalam penelitian ini yaitu penelitian kualitatif yang didukung data kuantitatif (Bawani, 2020; Krisdiyanto dkk., 2019; Mahfud, 2008). Sumber data banyak diperoleh melalui dokumen, arsip, website, internet dan artikel jurnal bereputasi. Semua data dianalisis sesuai kaidah dalam penelitian kualitatif yang sangat mengutamakan makna, kata dan arti dari kajian seputar evaluasi kebijakan publikasi internasional dalam bidang sosial humaniora di kampus ITS Surabaya. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Upaya untuk meningkatkan peran, tugas serta peningkatan publikasi jurnal internasional, Departemen Studi Pembangunan Institut Teknologi Sepuluh Nopember terus melakukan terobosan dan sinergi serta kolaborasi yang bersifat internal dan eksternal (Mahfud, 2016; Mahfud, 2019a). Langkah nyata dan pertama yang dilakukan adalah membuat jurnal Sosial Humaniora dan mendirikan laboratorium Sosial Humaniora. Untuk jurnal social humaniora sudah dirintis sejak lama. Yang terbaru adalah membangun Laboratorium Sosial Humaniora yang diketuai oleh Dr. Kartika Nuswantara. Anggotanya adalah dosen-dosen di lingkungan departemen Studi Pembangunan. Dari inisiasi pendirian laboratorium ini benar-benar dirasakan dampaknya terutama antusiasme untuk melaksanakan penelitian hingga publikasi internasional. Dari ikhtiar ini, terlihat sekali bahwa Dr. Kartika langsung membuat forum grup whatsapp dan sering melakukan diskusi hingga koordinasi. Beberapa kegiatan untuk persiapan melaksanakan publikasi internasional juga dilakukan dengan adanya program zoom meeting dan workshop penulisan dan publikasi jurnal bereputasi. Hasilnya, juga telah dirasakan dari waktu ke waktu yang juga diapresiasi kolega dan sesama dosen di lingkungan departemen studi pembangunan (Zain, 2019; Mahfud dkk, 2020). Menurut catatan di sistem data base Scopus, beberapa dokumentasi publikasi internasional bidang sosial humaniora di ITS dari tahun ke tahun memang masih bisa dikatakan sangat sedikit dibanding departemen di lingkungan ITS, dan tentu saja memerlukan sejumlah kebijakan yang komprehensif, sistematis dan berkelanjutan. Namun patut disyukuri, kuantitas jumlah dokumentasi hasil publikasi internasional dosen SP ITS sudah menunjukkan trend meningkat yang luarbiasa, meski tetap perlu didukung kebijakan yang lebih suportif dan produktif, sehingga dosen dalam bidang sosial humaniora juga bisa memberikan kontribusi maksimal untuk ITS dan bangsa. Berikut ini beberapa dokumen yang kami ambil dari database website Scopus selama sepuluh tahun terakhir dari tahun 2009- 2020. ## Table 1. Peta Publikasi Scopus di Fakultas se-ITS Dari informasi di atas, publikasi di ITS sudah luarbiasa banyak dan menyebar di berbagai fakultas dan departemen. Namun, dalam bidang social humaniora, kuantitas publikasi bereputasi internasional masih belum banyak dan tentusaja juga tidak merata, karena memang inti utama kampus ITS dalam bidang sains dan teknologi (Muyasaroh dkk, 2020; Mahfud, 2014; Kusaeri dan Rangga, 2015). Namun begitu bukan berarti aspek sosial humaniora tidak penting, justru pemerintah Indonesia menganjurkan ada pemerataan pada perhatian bidang multidisiplin, termasuk dalam bidang sosial humaniora. Dalam hal ini, bisa dilihat perkembangan jumlah publikasi bereputasi internasional dalam aspek dan bidang sosial humaniora di ITS, seperti dalam table berikut ini: Secara rinci para penulis dan peneliti yang sudah melaksanakan upaya publikasi bereputasi internasional dalam bidang sosial humaniora, yaitu: 1 1 1 4 2 2 2009 2014 2016 2018 2019 2020 Table.2 Publikasi Scopus bidang Sosial Humaniora di ITS Tabel 1. Data Penulis dan dan Peneliti No Nama Jumlah Dokumen Tahun Terbit 1. Dr. Choirul Mahfud, MPdI 5 Dokumen 2014-2020 2. Ratna Rintaningrum, MEd, PhD 4 Dokumen 2009-2020 3. Dr. Soedarso 1 Dokumen 2018-2020 4. Dr. Kartika Nuswantara 1 Dokumen 2019-2020 Total 11 Dokumen 2009-2020 Dari paparan dokumen dan data sebagaimana ditunjukkan tersebut di atas memiliki arti bahwa jumlah dosen dalam bidang sosial humaniora terus mulai menunjukkan trend naik dari angka partisipasi dalam publikasi internasional di system database scopus dari tahun ke tahun. Namun kebijakan untuk menaikkan angka partisipasi dalam publikasi tersebut tentusaja terus diperlukan, sehingga produktivitas partisipasi dalam publikasi terus diperoleh (Mahfud, 2018; Mahfud, 2019); Rahmawati, 2018). Pada kajian ini juga dijumpai adanya faktor yang kurang bisa mempercepat arus produktifitas publikasi bereputasi internasional dalam bidang sosial humaniora di lingkungan kampus ITS, diantaranya karena kebijakan yang memang tetap memerlukan perhatian meskipun ITS bukan kampus berbasis keilmuan sosial humaniora. Namun, matakuliah dan adanya departemen baru yang sesuai dengan keilmuan dan bidang sosial humaniora, diharapkan bisa terus menjadi perhatian perlunya ada kebijakan yang lebih serius dan keberlanjutan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas riset dan publikasi di masa-masa yang akan datang. ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Evaluasi Kebijakan Pengembangan Publikasi Bereputasi Internasional bidang Sosial Humaniora terus dilakukan untuk mendukung kemajuan ITS dan bangsa Indonesia. Sebagai sumbang saran pemikiran kebijakan untuk lebih baik, tentu hari esok harus lebih baik dari hari ini, maka apa yang telah dicapai hari ini terkait publikasi internasional sudah menjadi modal dasar untuk membuat kebijakan terbaik dalam hal memperbanyak kuantitas dan kualitas publikasi yang perlu dibarengi dengan kebijakan pada aspek penelitian yang juga perlu diperhatikan semua pihak. Penguatan aspek penelitian dalam bidang sosial humaniora bisa memiliki implikasi positif terhadap kemajuan kuantitas dan kualitas publikasi. Dalam hal ini, evaluasi kebijakan publikasi dalam bidang sosial humaniora juga perlu dipahami adanya faktor pendukung dalam aspek penguatan dan penambahan kuantitas dan kualitas penelitian yang perlu mendapat perhatian yang lebih besar, sehingga dampaknya dan manfaatnya bisa terus dirasakan bersama untuk departemen, fakultas, institute hingga bangsa. ## DAFTAR PUSTAKA Afnan, D, Karim, Abdul, DK Aziza, Phubbing And Social Interaction: An Analysis of Smartphone Usage in Higher Education, Journal of Advance Research in Dynamical & Control Systems 12 (06), 2325-2334. Bawani, Imam. (2020). Metodologi Penelitian Pendidikan Islam . Surabaya: Putra Media Nusantara dan IAIN Press. Dunn, William N. (1981). An Introduction to Public Policy Analysis. New Jersey:Prentice Hall, Englewood Cliff, NJ. Kusaeri, K., & Sa'adillah, R. (2015). Telaah Epistemologis Pendekatan Saintifik Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 9(2), 344-372. Mahfud, Choirul. (2014). The Role of Cheng Ho Mosque: The New Silk Road, Indonesia-China Relations in Islamic Cultural Identity. Journal of Indonesian Islam 8 (1), 23-38. Muyasaroh et al. (2020). The Utilization of Gadget in Maintaining Prophetical Values in the Millennial Generation. International Journal of Psychosocial Rehabilitation 24 (4), 5602-5615. Mahfud, C. (2008). Pendidikan Multikultural (II). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mahfud, C. (2014). The Power of Syukur: Tafsir Kontekstual Konsep Syukur dalam al-Qur’an. Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 9(2), 377-400. Mahfud, C. (2009). Tokoh Sosiologi Politik Dunia. Surabaya: Jaring Pena Lini Penerbitan JP Books. Mahfud, Choirul. (2018). Chinese Muslim Community Development in Contemporary Indonesia: Experiences of PITI in East Java. Studia Islamika, 25(3), 471-502. Mahfud, C. dkk, (2018). Religious Radicalism, Global Terrorism and Islamic Challenges in Contemporary Indonesia. Jurnal Sosial Humaniora, 11(1), 8- 18. Mahfud, Choirul. (2019). Tantangan Global dan Lokal Islam di Indonesia, Yogyakarta: Penerbit Samudera Biru Yogyakarta. Mahfud, C., dkk (2020). Relationship of Citizenship Education, Pancasila and Religious Character. MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 7(2), 126-133. Rahmawati, R., (2018). Chinese ways of being a good Muslim: from the Cheng Hoo Mosque to Islamic education and media literacy. Indonesian Journal of Islam and Muslim Societies, 8(2), 225-252. Zaini, N. (2019). Kurikulum Pendidikan Menurut Ibnu Sina Dan Relevansinya Terhadap Pengembangan Kurikulum Pendidikan. Cendekia, 11(2), 111-124.
acb889d6-f9f0-45c3-a915-59bcbf60bf50
https://perspektif-hukum.hangtuah.ac.id/index.php/jurnal/article/download/102/94
## RATIO LEGIS KEWENANGAN DISKRESIONER KEMENTERIAN KESEHATAN TERKAIT REGULASI KOMERSIALISASI VAKSIN GOTONG ROYONG CORONA VIRUS DISEASE- 2019 (COVID-19) Dewi Nawang Wulan 1 , Devi Ayunda Rahma 2 , Abdul Ghofur 3 , Benny Djudjuren Tarigan 4 1,2 Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 3,4 Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah 1 [email protected] ## ABSTRAK Permenkes RI No. 18 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Permenkes RI No. 10 Tahun 2021 sebagai acuan pelaksanan program vaksinasi menimbulkan analisis penelitian mengenai ratio legis diputuskannya regulasi komersialisasi vaksin gotong royong untuk badan hukum atau badan usaha. Sementara itu, ditinjau berdasarkan Perpres No. 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Perpres No. 99 Tahun 2020 tidak mengatur perihal adanya komersialisasi terhadap vaksin gotong royong untuk badan hukum atau badan usaha sehingga perluasan kewenangan atau diskresioner nampak dari Permenkes RI No. 18 Tahun 2021, disisi lain keputusan menteri yang sifatnya beschikking/decree ditinjau berdasarkan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konsep telah melampaui peraturan diatasnya. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kewenangan diskresioner oleh kementerian kesehatan mengenai komersialisasi vaksin tidak lepas dari cakupan kewenangan yang diberikan oleh Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021 Pasal 17 huruf b yakni termasuk dalam sumber lain pendanaan pengadaan vaksin yang sah. Kata Kunci : kewenangan diskresioner, komersialisasi, vaksin gotong royong, badan usaha/badan hukum. ## ABSTRACT Regulation of the Minister of Health the Republic of Indonesia No. 18 of 2021 on Changes to the Regulation of the Minister of Health the Republic of Indonesia No. 10 of 2021 as a reference for the implementation of vaccination programs led to a research analysis on the ratio legis of the regulation of commercialization of gotong royong vaccine for legal entities or business entities. Meanwhile, reviewed based on presidential Regulation No. 14 of 2021 on Changes to Presidential Regulation No. 99 of 2020 does not regulate the commercialization of gotong royong vaccine for legal entities or business entities so that the expansion of authority or discretion is seen from the Regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 18 of 2021, On the other hand, ministerial decisions that are beschikking / decree are reviewed based on the method of the legislative approach and the concept approach has exceeded the above regulations. The result of this study is that discretionary authority by the ministry of health regarding the commercialization of vaccines cannot be separated from the scope of authority given by the ministry by Presidential Regulation 99 of 2020 Article 17 paragraph (1) letter b included in other sources of legitimate vaccine procurement funding. Keywords : discretionary authority, commercialization; gotong royong vaccine, business entity/legal entity. ## PENDAHULUAN Corona Virus Disease-2019 (COVID 19) memberikan dampak yang cukup signifikan terutama dalam dunia kesehatan terkait dengan wabah yang menyerang hampir diseluruh dunia. Langkah pencegahan untuk menekan angka kematian akibat infeksi dari virus COVID 19 ini adalah dengan memberikan vaksinasi dengan tujuan agar tubuh dapat menstimulus kekebalan spesifik. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, warga Indonesia yang telah mendapatkan vaksinasi berdasarkan data per 30 Desember 2021 adalah sebesar 160.282.687 atau 76,96% dari total sasaran 208.265.720 1 , hal ini tidak menutup kemungkinan proses vaksinasi akan terus berjalan seiring 1 Kemenkes RI, “Data Vaksinasi COVID-19 (Update per 30 Desember 2021),” Https://Covid19.Go.Id/Berita/Data-Vaksinasi- dengan pemberantasan dan langkah pencegahan dari penularan virus COVID 19. Dalam rangka pelaksanaan vaksinasi tersebut pemerintah telah menyusun regulasi terkait pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi yang dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksinasi dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (selanjutnya disebut Perpres No. 99 Tahun 2020) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 (selanjutnya disebut Perpres No. 14 Tahun 2021). Covid-19-Update-30-Desember-2021 . diakses 31 Desember 2021 Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) Dalam peraturan tersebut pemerintah melakukan percepatan pengadaan dan pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 melalui Kementerian Kesehatan RI yang disusul dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (selanjutnya disebut Permenkes No. 10 Tahun 2021) sebagaimana telah diubah oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2021 (selanjutnya disebut Permenkes No. 18 Tahun 2021). Kewenangan yang diberikan oleh kepada Kementerian Kesehatan terkait pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi diatur dalam Pasal 13, Pasal 14, dan Pasal 15, dimana dalam Pasal 13 ayat (2) secara spesifik menyatakan bahwa “ Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan Vaksinasi COVID-19 menetapkan: a. Kriteria dan prioritas penerima vaksin; b. Prioritas wilayah penerima vaksin; c. Jadwal dan tahapan pemberian vaksin; dan d. Standar pelayanan vaksinasi. Cakupan kewenangan yang diamanahkan oleh Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021 tersebut kemudian dituangkan dalam Permenkes No. 10 Tahun 2021 jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021. Namun yang menjadi persoalan adalah dalam Permenkes No. 10 Tahun 2021 jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021 mengatur perihal adanya vaksinasi gotong royong yang dinyatakan dalam Pasal 1 angka 5 bahwa “Vaksinasi gotong royong adalah pelaksanaan Vaksinasi kepada karyawan/karyawati, keluarga, dan individu lain terkait dalam keluarga yang pendanaannya ditanggung atau dibebankan pada badan hukum/badan usaha ”. Pendanaan terkait dengan pelaksanaan vaksinasi gotong royong yang ditanggung atau dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha tersebut mengindikasikan adanya bentuk komersialisasi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan kepada badan hukum atau badan usaha, hal tersebut diindikasikan demikian oleh sebab dalam proses pendanaan pelaksanaan vaksinasi, Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021 Pasal 17 ayat 1 mengatur bahwa “pendanaan pengadaan vaksin COVID 19 dan pelaksanaan Vaksinasi COVID 19 oleh Pemerintah bersumber pada : a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; dan/atau b. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.” Dari Perpres tersebut diketahui bahwa proses pendanaan vaksinasi dilakukan oleh pemerintah adalah bersumber melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sehingga pendanaan oleh badan hukum atau badan usaha yang diatur dalam Permenkes No. 10 Tahun 2021 Jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021 tersebut ditafsirkan meluas dari aturan yang tertinggi. Selain itu dalam Pasal 5 Permenkes No. 10 Tahun 2021 jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021 mengatur perihal ruang lingkup pengaturan pelaksanaan vaksinasi Pasal 5 huruf i yang menyatakan bahwa Kementerian Kesehatan mengatur pula terkait dengan pendanaan, maka dalam hal ini perihal komersialisasi vaksin gotong royong terhadap badan hukum atau badan usaha berhubungan pula dengan tindakan kewenangan diskresioner yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, komersialisasi yang dituangkan dalam bentuk kewenangan yang bersifat diskresioner membawa pengaruh kebijakan terhadap badan hukum atau badan usaha yang secara tidak langsung dituntut untuk dilibatkan pendanaannya dalam proses vaksinasi terutama dalam proses vaksinasi gotong royong dimana tanggungan biaya akan dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha. Sehingga dari pemaparan analisis tersebut penulis tertarik Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) untuk meneliti mengenai Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease-2019 (Covid-19) ## METODE PENELITIAN Penelitian hukum (legal research) ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian melalui pendekatan perundang- undangan (statute approach) yakni pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi serta pendekatan konseptual (conceptual approach) yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang dalam ilmu hukum dan diolah berdasarkan ajaran interpretasi atau penafsiran baik interpretasi berdasarkan kata-kata undang-undang maupun interpretasi sistematis dengan melihat kepada hubungan hukum di antara aturan dalam suatu undang- undang yang saling bergantung. PEMBAHASAN Kedudukan Peraturan Menteri Kesehatan dalam Hierarki Peraturan Perundang-undangan Sistem pemerintahan Indonesia tidak lepas dari ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang- Undang Dasar (Pasal 4 UUD NRI 1945) yang kemudian dalam menjalankan kekuasaan pemerintahannya dibantu oleh menteri-menteri negara yang dapat diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Kementerian negara diatur dalam Pasal 17 UUD NRI 1945 setelah amandemen yang menyatakan bahwa (1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara; (2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden; (3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan; (4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur dalam undang-undang. Atas dasar Pasal 17 UUD NRI 1945 tersebut kemudian dibentuk Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (selanjutnya disebut UU No. 39 Tahun 2008). Berdasarkan bidang urusan kementerian untuk urusan tertentu dalam lingkup pemerintahan Pasal 4 ayat (2) UU No. 39 Tahun 2008 mengatur bahwa: (a). Urusan pemerintahan yang nomenklatur Kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indoneia Tahun 1945; (b). Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan (c). Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi dan sinkronisasi program pemerintah. Selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) diatur bahwa Urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b meliputi urusan agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan, kebudayaan, kesehatan , sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrrasi, perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan dan perikanan. Dari dasar pengaturan sistem pemerintahan tersebut tugas presiden yang dibantu oleh Kementerian dilaksanakan menurut perintah yang diberikan oleh Presiden. Demikian halnya dengan Kementerian Kesehatan yang dalam melaksanakan tugasnya adalah berasal dari perintah tugas oleh Presiden dalam bentuk Peraturan Presiden yang ditindak lanjuti menjadi Peraturan Menteri. Keberadaan Peraturan Menteri dalam hierarki peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur dalam Pasal 8 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (selanjutnya disebut UU No. 12 Tahun 2011) sebagaimana telah diubah oleh Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 (selanjutnya disebut UU No. 15 Tahun 2019) dimana dalam peraturan tersebut tidak diatur secara tegas mengenai kedudukan peraturan menteri dalam sistem hierarki peraturan perundang-undangan. 2 Dalam hierarki perundang- undangan keberadaan dan kedudukan Peraturan Menteri dipengaruhi oleh Perkembangan Sistem Ketatanegaraan Indonesia 3 , setelah diundangkan UU No. 12 Tahun 2011 jo. UU No. 15 Tahun 2019 Ketentuan terkait jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 7 ayat (1) bahwa Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas : a). UUD NRI 1945; b). TAP MPR; c). UU/Perpu; d). PP; e). Perpres; f). Perda Provinsi; 2 Ni’matul Huda, “Kedudukan Dan Materi Muatan Peraturan Menteri Dalam Perspektif Sistem Presidensial,” Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 28, no. 3 (2021): 550–571. 3 Muhamad Nafi Uz Zaman, Retno Saraswati, and Ratna Herawati, “Analisis Dan g). Perda Kabupaten/Kota. Sementara dalam Pasal 8 dinyatakan bahwa ayat (1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh MPR, DPR, DPD, MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri , Badan, Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Ayat (2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk Evaluasi Kedudukan Peraturan Menteri Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia,” Diponegoro Law Journal 9, no. 2 (2020): 384–402. berdasarkan kewenangan. Dalam Pasal 8 tersebut Peraturan Menteri keberadaannya diakui secara nyata. Berbeda dengan UU sebelumnya yakni UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan mengenai jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan diatur dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (4) dinyatakan bahwa Ayat (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang- undangan adalah sebagai berikut : a). UUD NRI 1945; b). UU/Perpu; c). PP; d). Perpres; e). Perda. Ayat (4) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintah oleh Peraturan Perundang- undangan yang lebih tinggi . Dari ketentuan Pasal 7 tersebut secara eksplisit kedudukan perihal Peraturan Menteri tidak dijelaskan dalam hierarki perundang-undangan, namun dijelaskan dalam penjelasan ayat (4) yakni Jenis Peraturan perundang-undangan selain dalam ketentuan ini antara lain peraturan yang dikeluarkan oleh MPR dan DPR, DPD, MA, MK, BPK, NI, Menteri, Kepala Badan, Lembaga atau Komisi yang setingkat yang dibentuk oleh UU atau Pemerintah atas perintah UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat. Dalam hal ini peraturan Menteri dari segi sisi yang lain memiliki peranan penting atau berlaku secara efektif dalam bidang penyelenggaraan pemerintah sebab tidak semua subtansi peraturan yang dibentuk oleh pemerintah dapat berlaku secara implementatif untuk penyelenggaraan urusan pemerintahan meskipun dalam posisi merupakan ketentuan perundang-undangan yang lebih tinggi. Secara normatif, Peraturan Menteri khususnya Peraturan Menteri Kesehatan diakui keberadaannya dan memiliki kekuatan hukum yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) berdasarkan kewenangan sehingga memiliki fungsi dan kedudukan yang penting untuk implementasi kebijakan pemerintah. 4 Dengan demikian maka kedudukan Peraturan Menteri dalam hal ini khususnya Menteri Kesehatan dalam hierarki perundang-undangan adalah peraturan yang ditetapkan oleh menteri berdasarkan materi tugas muatan dalam bidangnya untuk menyelenggarakan urusan tertentu dalam Pemerintahan, penyelenggaraan tersebut tidak dapat dilepaskan dari aturan tertinggi sebelumnya dimana dalam pelaksanaan tugas tersebut tugas dan kewenangan konstitusional Kementerian bertindak untuk menjalankan fungsi kontrol dan sebagai perimbangan (check and balance) baik diantara lembaga maupun sektor di bidangnya agar dapat meminimalisir terjadi penyalahgunaan kewenangan. 4 Huda, “Kedudukan Dan Materi Muatan Peraturan Menteri Dalam Perspektif Sistem Presidensial.”, Op.Cit Kewenangan Menteri Kesehatan dalam Perspektif Hukum Administrasi Menurut Philipus M. Hadjon 5 dalam hubungan pemerintahan umum, aparat pemerintah memiliki berbagai macam wewenang yang bersifat yuridis dengan badan penasehat serta berdasarkan undang-undang, badan otonom pemerintah tersebut ditugaskan untuk melaksanakan wewenang yang secara khusus dalam sektor pemerintahan serta yang memiliki nilai fungsional. Philipus M. Hadjon berpendapat pula bahwa manfaat dalam memakai pendekatan yuridis pemerintahan adalah dalam rangka menciptakan tata tertib dari berbagai bentuk organisasi pemerintahan dengan memakai pandangan dari segi pendekatan struktur formal dari organisasi pemerintahan yang dituangkan dalam dokumen yuridis serta dapat 5 Philipus M Hadjon et al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia , 13th ed. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2019), h. 67. dipahami atau dibaca oleh setiap orang baik konstitusi, undang-undang dan penetapan pelaksanaannya. Dalam wewenang yang bersifat hukum publik akan menimbulkan akibat-akibat hukum yang bersifat hukum publik, diambil contoh dalam menetapkan suatu rencana, aturan, serta pengambilan keputusan yang memiliki akibat hukum publik, hal ini hanya dapat dilakukan oleh badan-badan yang memiliki kewenangan dalam hukum publik yang sesuai dengan undang- undang yang dapat menimbulkan akibat hukum tersebut. Sementara itu, hubungan antar pemerintahan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan di tingkat pusat berdasarkan susunan organisasi menurut Keppres Nomor. 15 Tahun 1984 yang terdiri dari Menteri sebagai pimpinan Departemen, Sekretaris Jendral, Direktorat Jendral, Inspektorat Jenderal, Kantor Wilayah dan satuan lain yang lebih rendah seperti Biro, Direktorat, Pusat dan Inspektorat yang dimana dalam susunan organisasi ini dikelompokkan menjadi : 6 a. Unsur pimpinan (Menteri); b. Unsur Pembantu Pimpinan (Sekretariat Jendral); c. Unsur Pelaksana (Direktorat Jendral); dan d. Unsur Pengawasan (Inspektorat Jendral). Dalam Keppres tersebut Menteri memiliki tugas antara lain : a. Memimpin departemen; b. Menentukan kebijakan di bidang pemerintahan yang secara fungsional di bawahnya; c. Membina dan melaksanakan kerja sama dengan Departemen, Instansi, dan organisasi lainnya. Selain itu, bila dikaji berdasarkan UU No. 39 Tahun 2008 bahwa dalam Pasal 25 diatur sebagai berikut : 1) Hubungan fungsional antara Kementerian dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) dilaksanakan secara sinergis sebagai satu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2) Lembaga Pemerintah Non Kementerian berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang mengkoordinasikan. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan fungsional antara Menteri dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Presiden. Dalam hukum administrasi kewenangan yang merupakan bagian obyek dari hukum administrasi yakni termasuk dalam kekuasaan pemerintahan (bestuur; verwaltung) 7 Philipus M Hadjon and others, Hukum Administrasi Dan Good Governance (Universitas Trisakti 2010) h 8. dimana dalam kekuasaan pemerintahan tersebut dibedakan atas dua makna yakni materiil dan formal. Serta ada tiga pendekatan utama dalam hukum administrasi menyangkut kewenangan, yakni : 7 a) Pendekatan terhadap kekuasaan pemerintah. b) Pendekatan hak asasi (right based approach). c) Pendekatan fungsionaris. a) Pendekatan Terhadap Kekuasaan Pemerintah Dalam pendekatan kekuasaan, Hukum Administrasi Inggris populer dengan pendekatan ultra vires , Hukum Administrasi Belanda menekankan segi rechmatigheid (van bestuur) yang berkaitan dengan rechtmatigheidscontrole , pendekatan tersebut menggambarkan kekuasaan (pemerintahan) sebagai fokus hukum administrasi. 8 Di Indonesia 8 Ibid. sendiri dikenal dengan istilah keabsahan atau legalitas, dimana dalam membicarakan keabsahan maka ruang lingkupnya berkaitan dengan wewenang, prosedur serta substansi. Wewenang serta substansi adalah landasan bagi legalitas formal yang kemudian melahirkan asas presumptio iustae causa yang berarti bahwa setiap Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum sehingga dapat dilaksanakan lebih dulu selama belum dibuktikan sebaliknya dan dinyatakan oleh hakim. Bila dikaitkan dengan teori kewenangan, menurut Philipus M. Hadjon wewenang (bevoegdheid) dideskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht) sehingga dalam konsep hukum publik, wewenang berkaitan dengan kekuasaan. Adapun sifat dari wewenang ini terbagi menjadi 2 (dua) yakni wewenang terikat dan wewenang bebas. Wewenang terikat berarti bahwa apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan bagaimana 9 Sri Hajati and others, Politik Hukum Pertanahan Indonesia (1st edn, Prenadamedia Group 2021) h. 320. kewenangan tersebut dapat digunakan, sementara wewenang bebas berarti bahwa apabila peraturan dasarnya memberikan kebebasan kepada badan tata usaha negara untuk menentukan mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkan. 9 b) Pendekatan Hak Asasi (Right Based Approach) Pendekatan hak asasi merupakan pendekatan baru dalam hukum administrasi Inggris. Fokus utama dalam pendekatan ini ada pada dua hal, yakni: 10 a) Perlindungan hak-hak asasi (principles of fundamental right) ; b) Asas-asas pemerintahan yang baik (principles of good administration) Asas-asas pemerintahan yang baik (AUPB) adalah sebagai hukum tidak tertulis yang merupakan hasil rechtvinding serta lahir dari praktik-praktik penyelenggaraan pemerintahan dan pengadilan atau 10 Philipus M Hadjon, Loc Cit Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) dengan kata lain AUPB merupakan nilai etik yang hidup dan berkembang dalam lingkup hukum administrasi. AUPB berfungsi sebagai pegangan bagi pejabat administrasi dalam menjalankan fungsinya, sebagai alat uji bagi hakim dalam lingkup peradilan tata usaha negara untuk menilai tindakan pejabat yang berwujud penetapan atau beschikking AUPB yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut UU No. 30/2014) merupakan prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan wewenang bagi pejabat pemerintahan dalam mengeluarkan keputusan dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 17. Dalam Pasal 10 ayat (1) AUPB meliputi asas : a. Kepastian hukum; b. Kemanfaatan; c. Ketidakberpihakan; d. Kecermatan; e. Tidak menyalahgunakan kewenangan; f. Keterbukaan; g. Kepentingan umum; dan h. Pelayanan yang baik c) Pendekatan Fungsionaris Dalam pendekatan fungsionaris tidak menggusur pendekatan sebelumnya, akan tetapi melengkapi pendekatan yang ada dengan titik pijak bahwa yang melaksanakan kekuasaan pemerintahan adalah seorang pejabat. Sehingga Hukum Administrasi tidak hanya meliputi norma pemerintahan tetapi norma perilaku aparat (overheidsgedrag) pula. Belanda menggali norma perilaku aparat dari praktik Ombudsman, yang norma dasarnya ada dua yakni: 11 a. Sikap melayani (dienstbaarheid) b. Terpercaya (betrouwbaarheid) yang meliputi openheid, nauwgezetheid, integriteit, soberheid, eerlijkheid Kewenangan kementerian kesehatan apabila ditinjau berdasarkan hukum administrasi maka masuk dalam kategori wewenang baik secara terikat maupun bebas, tergantung aturan yang memerintahkan, namun apabila dikaitkan dengan pelaksanaan dan pengadaan vaksinasi maka dalam kewenangan terikat tersebut mengandung unsur kewenangan bebas yang sebagian hal tersebut merupakan bentuk pelaksanaan wewenang dalam sektor pemerintahan. Urgensi Peraturan Menteri Kesehatan dalam Penanganan ## Wabah Dalam menanggulangi wabah yang menyerang hampir di seluruh dunia, peran serta pemerintah tidak hanya pada pembentukan peraturan saja namun lebih kepada penanganan secara cepat untuk melindungi segenap bangsa dengan kebijakan serta kewenangan-kewenangan yang melekat padanya sehingga mampu mengatasi risiko kematian yang tinggi. Hal itu yang kemudian menjadi titik pusat bahwa perlunya adanya aturan yang mampu memberikan payung hukum agar setiap kebijakan yang diambil serta korelasi antara langkah penanganan dengan regulasi mampu berjalan seimbang. Urgensi perihal pembentukan peraturan penanganan wabah, pemerintah melalui Undang- Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan sebenarnya telah memberikan regulasi dasar mengenai kekarantinaan kesehatan dimana dalam Pasal 11 menyatakan bahwa penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan pada kedaruratan kesehatan masyarakat dilaksanakan oleh pemerintah pusat secara cepat dan tepat berdasarkan besarnya ancaman, efektivitas, dukungan sumber daya serta teknik operasional dengan pertimbangan kedaulatan negara, keamanan, ekonomi, sosial dan budaya. Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan sebagai upaya dalam penanggulangan wabah oleh pemerintah pusat tersebut dapat dilakukan dengan cara kerja sama dengan organ lain yang sangat Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) berperan penting terkait kesehatan yakni Menteri Kesehatan. Menteri Kesehatan melalui Peraturan Menteri Kesehatan dalam rangka penanganan wabah memberikan pengaturan-pengaturan tertentu seperti tindakan kekarantinaan kesehatan di pintu masuk dan di wilayah yang dilakukan melalui kegiatan pengamatan penyakit dan faktor risiko kesehatan masyarakat dalam hal keadaan atau peristiwa yang dapat mengakibatkan pengaruh buruk atau timbulnya keadaan yang lebih parah terhadap kesehatan masyarakat. 12 Dalam hal ini peraturan menteri kesehatan juga berperan dalam mengolah tata cara pelaksanaan kewenangan dalam rangka tindakan kekarantinaan kesehatan dengan tujuan menekan atau mengatasi polemik terkait pembagian kewenangan pemerintah pusat dan kewenangan 12 Dalinama Telaumbanua, “Urgensi Pembentukan Aturan Terkait Pencegahan Covid-19 Di Indonesia,” Qalamuna - Junal Pendidikan, Sosial dan Agama 12, no. 1 (2020): 64. 13 Ibid. 14 Eka Martina Wulansari Ferina, Belly Isnaeni, “Peran Kementerian Kesehatan Dalam pemerintah daerah dalam tindakan kekarantinaan kesehatan. 13 Tidak hanya mengenai kekarantinaan kesehatan urgensi terhadap peraturan menteri kesehatan dalam penanganan wabah termasuk pula mengenai pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi sebagai bentuk upaya preventif, serta berperan sebagai pengendalian risiko Covid-19 bagi tenaga kesehatan yang dikaitkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS). 14 Kementerian kesehatan selain sebagai regulator, adalah juga sebagai pengawas dan pemberian sanksi yang diatur berdasarkan peraturan yang dibuat sesuai dengan cakupan kewenangannya. Kebijakan atau regulasi yang Pengendalian Risiko Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit,” Jurnal Lex Specialis 1, no. 1 (2021): 1– 9,http://openjournal.unpam.ac.id/index.ph p/jlsp/inde. diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan yang dimunculkan baik melalui Keputusan Menteri maupun Peraturan Menteri dimana hal tersebut merupakan regulasi yang diterbitkan khususnya dalam rangka penanganan wabah yang memperkuat protokol kesehatan dengan tujuan agar penerapannya baik melalui pembinaan dan pengawasan secara optimal sebagai jaminan perlindungan instansi maupun untuk tenaga kesehatan dan utamanya adalah untuk masyarakat terutama meningkatkan fungsi pengawasan secara hukum, prosedur perundang- undangan, jaminan kesehatan dan keselamatan serta sebagai perwujudan prinsip perlindungan hukum kepada rakyat. 15 Kementerian kesehatan dalam melaksanakan tugas nya memiliki tugas pokok serta peran atau fungsi untuk menyusun serta menetapkan berbagai peraturan di bidang kesehatan, baik keputusan dan surat edaran di tingkat kementerian maupun mengkoordinasi peraturan pemerintah yang dikorelasikan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 15 Ibid. 2020 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan Bidang Kesehatan di Lingkungan Kementerian Kesehatan dimana sesuai dengan kewenangannya dalam menyusun dan menetapkan kebijakan dalam bidang kesehatan. Pengendalian risiko terhadap wabah atau Covid-19 merupakan bagian dari kewenangan serta fokus bidang kementerian kesehatan yang tentunya merupakan bagian dari pengendalian risiko hazard atau bahaya secara biologi sehingga langkah penerapan keselamatan dan kesehatan bagi tenaga medis, maupun terhadap masyarakat dilakukan melalui langkah pencegahan oleh kementerian kesehatan dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi serta hasil penelitian terbaru 16 yang dituangkan dalam peraturan menteri kesehatan sebagai tatanan regulasinya. Kewenangan Diskresioner Peraturan Menteri Kesehatan 16 Ibid. Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) ## tentang Pengadaan dan Pelaksanaan Vaksinasi Dirujuk dari Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan, tugas dari Kementerian Kesehatan adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan untuk membantu Presiden. Adapun peran dan fungsi dari Kementerian Kesehatan antara lain adalah perumusan, penetapan serta pelaksanaan kebijakan dalam bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan kefarmasian, alat kesehatan dan tenaga kesehatan. 17 Pokok penting terkait dengan kedudukan Menteri dalam rangka menjalankan kekuasaan pemerintahan serta upaya dalam melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan bidangnya maka oleh sebab itu diberikan kewenangan untuk membentuk peraturan perundang- undangan dimana dalam pembentukan 17 Ibid 18 Maria Farida Indrati, 2007 Ilmu Perundang-Undangan (1) : (Jenis, Fungsi, Materi Muatan) (Yogyakarta: Kanisius,). H.76 Peraturan Menteri tersebut hanya dapat dibentuk apabila diperintahkan oleh peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi kedudukannya. Mengacu pada doktrin hukum, terdapat dua bentuk peraturan perundang-undangan yang dilihat dari dasar kewenangan pembentukannya, yakni peraturan perundang-undangan yang dibentuk atas dasar: 18 a. Atribusi pembentukan peraturan perundang- undangan; serta b. Delegasi pembentukan peraturan perundang- undangan. Penjabaran mengenai atribusi pembentukan peraturan perundang- undangan diartikan sebagai penciptaan wewenang yang baru oleh konstitusi atau pembentuk undang-undang yang diberikan kepada suatu organ negara baik yang sudah ada maupun yang baru dibentuk. Sementara untuk delegasi pembentukan peraturan perundang- undangan merupakan bentuk pemindahan atau penyerahan kewenangan untuk membentuk peraturan dari pemegang kewenangan asalnya (pemberi delegasi) kepada penerima delegasi bersamaan dengan tanggung jawab pelaksanaan kewenangan tersebut. 19 Peraturan Menteri dikategorikan sebagai peraturan pusat yang dibuat oleh pemerintah pusat dimana materi muatan dari peraturan tersebut bersifat pelaksanaan atau penjabaran dari peraturan yang lebih tinggi dari lingkup atribusi maupun delegasi dan merupakan pelaksanaan kewenangan pusat dalam arti Peraturan Menteri tidak boleh menyimpang dari aturan- aturan dasar peraturan perundang- undangan dalam tingkat nasional. 20 Dalam melaksanakan fungsi pemerintahan, organ administrasi negara menjalankan fungsinya berdasarkan aturan yang dibuat oleh organ administrasi tersebut yang merujuk kepada undang-undang sesuai 19 Ibid. 20 Farida Maria, Laporan Kompedium Bidang Hukum Perundang-Undangan (Jakarta, 2008). h.48 bidang masing-masing. Namun pada titik tertentu tindakan yang dilakukan oleh organ administrasi negara tersebut tidak berdasarkan pada aturan yang ada, akan tetapi atas diskresi organ administrasi. Menurut Peter Mahmud Marzuki 21 dalam beberapa hal, organ administrasi dimungkinkan mempunyai kewenangan diskrisioner dalam pengambilan keputusan. Hal ini kemudian membawa kepada kewenangan diskresioner yang dilakukan oleh organ pemerintahan salah satunya adalah kementerian. Menurut Kuntjoro Purbopranto yang dikutip dari Peter Mahmud Marzuki, kewenangan diskresioner adalah adanya keleluasaan bertindak suatu organ pemerintah atas dasar hukum dan/atau kebijaksanaan. Kewenangan diskresioner dalam lingkup Kementerian Kesehatan nampak dari Permenkes No. 10 Tahun 2021 jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021 yang mengatur perihal komersialisasi vaksin dalam 21 Peter Mahmud Marzuki, 2020 Teori Hukum , 1st ed. (Jakarta: Prenadamedia Group,). Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) lingkup pendanaan vaksinasi yang dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha, disisi lain untuk kewenangan menteri kesehatan sendiri sebenarnya telah diatur oleh Perpres (aturan yang lebih tinggi) sebagaimana Pasal 13 Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021 serta ruang lingkup kewenangan menteri kesehatan dalam Pasal 5 Permenkes No. 10 Tahun 2021 jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021 dianalisis syarat akan kewenangan diskresioner. Selanjutnya mengenai kewenangan diskresioner ini, pandangan Kuntjoro Purbopranto yang dikutip dari Peter Mahmud Marzuki, berpendapat bahwa mengenai cara bertindak suatu alat pemerintahan tidak perlu didasari secara ketat norma undang-undang, tetapi lebih kepada tindakan yang bersifat urgent berdasarkan keperluan, untuk mengatasi situasi mendadak dengan catatan harus ada kebijaksanaan dari organ pemerintahan tersebut dan tidak 22 Ibid., 242. 23 Bherly Adhitya Rorong, “Penyalahgunaan Wewenang Oleh Pejabat melampaui batas kewenangannya serta hukum yang mengatur. 22 Pada hakikatnya, diskresi nampak dari suatu kecenderungan semacam pengecualian dari keharusan bertindak berkaitan dengan general rule dari peraturan perundang-undangan. Pengecualian yang demikian berhubungan erat dengan kebebasan dengan ruang lingkup yang luas dimana secara fungsional harus berbanding lurus dengan kewenangan yang dimiliki oleh badan atau pejabat pemerintahan. Penggunaan diskresi tersebut bertujuan ketika sesuatu yang tidak umum terjadi, yang tidak dapat diprediksi atau diantisipasi secara akurat oleh peraturan perundang- undangan sebagai dasar bertindak pemerintah sebagaimana asas legalitas (alasan emergency, force majeur, maupun necessity ). 23 ## Berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang dapat dikatakan Publik Dalam Melakukan Diskresi Dikaji Menurut Uu No. 30 Tahun 2014,” Lex Administratum 8, no. 1 (2020): 75–85. sebagai situasi force majeure , Kementerian Kesehatan menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Presiden yang mengatur perihal pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi sebagai langkah pencegahan dan penanggulangan pandemi yang dalam hal ini merupakan bidang dari Kementerian Kesehatan. Kewenangan yang disematkan kepada Kementerian Kesehatan tersebut secara praktis telah menghasilkan kewenangan diskresioner dalam cakupan keadaan kahar (force majeure) . Dari lahirnya Peraturan Kementerian Kesehatan tersebut mengandung dua aspek pokok yakni: 24 (1). Adalah mengenai kebebasan dalam menafsirkan terkait ruang lingkup kewenangannya yang dirumuskan dalam peraturan dasar wewenangnya dalam hal ini secara umum dikenal dengan sifat objektif. (2). Terkait dengan kebebasan dalam menentukan cara untuk bagaimana dan kapan wewenang tersebut 24 Mohammad Yuhdi, “Peranan Diskresi Dalam Penyelenggaran Pemerintahan,” Likhitaprajna Jurnal Ilmiah Fakultas dilaksanakan, hal ini dikenal dengan penilaian secara subjektif. Namun bagaimanapun juga, meskipun dalam pandangan dan doktrin hukum mengenai kewenangan diskresioner dimungkinkan untuk dilakukan, hal ini tidak semata-mata menjadi perisai untuk organ administrasi negara dalam melakukan kebijakan secara semena-mena oleh sebab kewenangan tersebut berkaitan dengan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik sehingga kewenangan diskresioner tidak boleh seenaknya dilakukan, akan tetapi harus ada alasan yang secara hukum dapat dibenarkan. Batasan yang diberikan untuk tindak pemerintah dalam pengambilan keputusan harus sesuai dengan tujuan diadakannya organ administrasi yakni untuk kesejahteraan masyarakat. Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Regulasi Vaksin Keguruan dan Ilmu pendidikan 15, no. 1 (2013): 69–83. Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) Gotong Royong untuk Badan Hukum atau Badan Usaha Vaksinasi merupakan bentuk upaya pemerintah sebagai langkah penanggulangan wabah atau pandemi sehingga upaya tersebut perlu dituangkan dalam regulasi agar tercapai kepastian mengenai pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Regulasi yang disusun oleh pemerintah melalui Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021 yang kemudian ditindaklanjuti oleh Permenkes No. 10 Tahun 2021 jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021 memunculkan gambaran analisis perihal ratio legis dari regulasi vaksinasi gotong royong untuk badan hukum atau badan usaha yang diatur oleh Kementerian Kesehatan. Kewenangan yang bersifat diskresioner terkait regulasi vaksinasi gotong royong tersebut apabila ditinjau dari sudut aturan yang lebih tinggi (Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 10 Tahun 2021) serta ditafsirkan dalam pandangan doktrin hukum, maka akan didapat analisis sebagai berikut : 1. Kewenangan diskresioner Kementerian Kesehatan merupakan bentuk tindakan dalam cakupan keadaan kahar (force majeure) dan langkah luar biasa (extraordinary) sehingga regulasi perlu disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan pengadaan vaksin Covid- 19. Keadaan mengenai force majeur (Covid-19) tersebut tertuang dalam konsideran menimbang Perpres No. Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021. 2. Vaksinasi gotong royong yang termuat dalam Pasal 1 angka 5 dimana pendanaannya ditanggung atau dibebankan kepada badan hukum/badan usaha merupakan bentuk pengadaan vaksinasi oleh kementerian yang pendanaan tersebut dikeluarkan oleh badan hukum atau badan usaha dan bukan pendanaan melalui APBN Pemerintah, serta merupakan bentuk kerjasama antara Kementerian Kesehatan dengan badan usaha milik negara atau badan usaha swasta yang diperintahkan oleh Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021 Pasal 14. 3. Ruang lingkup pengaturan pelaksanaan vaksinasi Covid 19 oleh Kementerian Kesehatan yang tercantum dalam huruf i terkait dengan pendanaan dianalisis merupakan bagian dari kesatuan tugas yakni pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi. Vaksinasi gotong royong yang pendanaannya dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha merupakan bagian dari sumber pendanaan lainnya yang sah dan tidak mengikat untuk pengadaan Vaksin Covid 19 sebagaimana diatur dalam Perpres No. 99 Tahun 2020 jo. Perpres No. 14 Tahun 2021 Pasal 17 huruf b. 4. Regulasi vaksinasi gotong royong yang pendanaannya dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha tersebut dianalisis termasuk dalam tanggung jawab sosial perusahaan terkait dengan tanggung jawab kepada karyawan/karyawati, keluarga dan individu lain terkait dalam keluarga sehingga diperlukan keikutsertaannya dalam pelaksanaan vaksinasi gotong royong kepada Menteri melalui PT. Bio Farma (Persero). Terkait dengan tanggung jawab sosial perusahaan sebagai salah satu dari ratio legis ditetapkannya vaksinasi gotong royong dimana pendanaannya dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha tidak lepas dari corporate social responsibility (CSR) yang digunakan sebagai salah satu indikator kinerja perusahaan yang tertuang dalam Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Gagasan mengenai CSR didukung oleh dua teori yakni kontrak sosial dan stake holder approach . Dalam pandangan stake holder approach perusahaan tidak hanya dalam lingkup pelayanan terhadap pemegang saham, akan tetapi juga pelayanan terhadap pihak lainnya termasuk masyarakat. 25 ## PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut : Kementerian negara yang diatur dalam Pasal 17 UUD NRI 1945 memberikan kewenangan kepada kementerian dalam bidang tertentu untuk mengurus urusan pemerintahan baik dalam bentuk atribusi maupun delegasi. Keleluasaan bertindak yang diberikan secara langsung atau tidak langsung memunculkan kewenangan yang bersifat diskresioner yang 25 Taufika Hidayati, “Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Bentuk Tanggung Jawab S Osial Perusahaan Kepada Masyarakat,” Focus Hukum Upmi 1 (2020): dilakukan oleh organ pemerintahan termasuk dalam hal ini adalah kementerian kesehatan yang tercermin dari Permenkes No. 10 Tahun 2021 jo. Permenkes No. 18 Tahun 2021, selama kewenangan tersebut tidak bertentangan dengan undang-undang dan tidak lepas dari ruang lingkup bidangnya dalam arti ada korelasi antara ruang lingkup bidang sebagaimana yang diperintahkan oleh aturan yang lebih tinggi serta dalam situasi yang membutuhkan atau keadaan yang diluar kendali maka dimungkinkan ada kewenangan diskresioner. Namun hal yang demikian harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga akan terwujud hukum yang memberikan perlindungan kepada masyarakat dan bukan sebagai bentuk penyalahgunaan wewenang. Kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam bentuk regulasi sebagai upaya agar tercapai 110,http://journal.upmi.ac.id/index.php/fh u/article/view/282. kepastian hukum serta untuk kepentingan masyarakat tidak lepas dari adanya alasan dari terbitnya regulasi tersebut. Alasan hukum atau ratio legis dari regulasi komersialisasi vaksin gotong royong yang diatur oleh Kementerian Kesehatan yang pendanaannya dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha tersebut tidak lepas dari Peraturan Presiden yang merupakan pertimbangan atas tanggung jawab sosial perusahaan untuk masyarakat, sehingga ditafsirkan hal ini beralasan hukum bagi Kementerian Kesehatan yang mengatur terkait pengadaan dan pelaksanaan vaksinasi yang dalam lingkupnya mengatur pula tentang pendanaan untuk vaksinasi gotong royong yang dibebankan kepada badan hukum atau badan usaha. ## Saran Kebijakan yang dituangkan dalam bentuk regulasi oleh Presiden melalui Peraturan Presiden yang kemudian memerintahkan Kementerian Kesehatan berkaitan dengan pelaksanaan vaksinasi serta penanggulangan pandemi, kebijakan kewenangan yang bersifat diskresioner tersebut harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memperhatikan segala aspek kondisi masyarakat tidak terkecuali kondisi ekonomi badan hukum maupun badan usaha sehingga akan tercipta kolaboratif yang epic guna sebagai langkah pencegahan Covid- 19 secara efektif. ## DAFTAR BACAAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 166 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4916). Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Nomor 292 Tahun 2014, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5601). Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 183 Tahun 2019, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6398). Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Nomor 128 Tahun 2018, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6236) Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021 tentang Kementerian Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2021). Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 66) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi dalam rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID 19) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 592) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kesehatan di Lingkungan Kementerian Kesehatan (Berita Negara Nomor 6 Tahun 2020) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Berita Negara Nomor 38 Tahun 2017) Indrati, Maria Farida. Ilmu Perundang- Undangan (1) : (Jenis, Fungsi, Materi Muatan) . Yogyakarta: Kanisius, 2007. Marzuki, Peter Mahmud. Teori Hukum . 1st ed. Jakarta: Prenadamedia Group, 2020. Hadjon PM and others, Hukum Administrasi Dan Good Governance (Universitas Trisakti 2010) Hajati S and others, Politik Hukum Pertanahan Indonesia (1st edn, Prenadamedia Group 2021) Ferina, Belly Isnaeni, Eka Martina Wulansari. “Peran Kementerian Kesehatan Dalam Pengendalian Risiko Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.” Jurnal Lex Specialis 1, no. 1 (2021): 1–9. http://openjournal.unpam.ac.id/in dex.php/jlsp/inde. Hadjon, Philipus M, Paulus Effendie Lotulung, H.M. Laica Marzuki, Tatiek Sri Djatmiati, and I Gusti Ngurah Wairocana. Hukum Administrasi Dan Good Governance . Jakarta: Universitas Trisakti, 2010. Hadjon, Philipus M, R. Sri Soemantri Martosoewignjo, Sjachran Basah, Bagir Manan, and H.M. Laica Marzuki. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia . 13th ed. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2019. Hajati, Sri, Agus Sekarmadji, Sri Winarsi, and Oemar Moechthar. Politik Hukum Pertanahan Indonesia . 1st ed. Jakarta: Prenadamedia Group, 2021. Hidayati, Taufika. “Corporate Social Responsibility (CSR) Sebagai Bentuk Tanggung Jawab S Osial Perusahaan Kepada Masyarakat.” Focus Hukum Upmi 1 (2020): 110. http://journal.upmi.ac.id/index .php/fhu/article/view/282. Huda, Ni’matul. “Kedudukan Dan Materi Muatan Peraturan Menteri Dalam Perspektif Sistem Presidensial.” Jurnal Hukum Ius Quia Iustum 28, no. 3 (2021): 550–571. Indrati, Maria Farida. Ilmu Dewi Nawang Wulan, Devi Ayunda Rahma, Abdul Ghofur, Benny Djudjuren Tarigan, Ratio Legis Kewenangan Diskresioner Kementerian Kesehatan Terkait Regulasi Komersialisasi Vaksin Gotong Royong Corona Virus Disease- 2019 (COVID-19) Perundang-Undangan (1) : (Jenis, Fungsi, Materi Muatan) . Yogyakarta: Kanisius, 2007. Maria, Farida. Laporan Kompedium Bidang Hukum Perundang- Undangan . Jakarta, 2008. Marzuki, Peter Mahmud. Teori Hukum . 1st ed. Jakarta: Prenadamedia Group, 2020. RI, Kemenkes. “Data Vaksinasi COVID-19 (Update per 30 Desember 2021).” Https://Covid19.Go.Id/Berita/Dat a-Vaksinasi-Covid-19-Update-30- Desember-2021 . Rorong, Bherly Adhitya. “Penyalahgunaan Wewenang Oleh Pejabat Publik Dalam Melakukan Diskresi Dikaji Menurut Uu No. 30 Tahun 2014.” Lex Administratum 8, no. 1 (2020): 75–85. Telaumbanua, Dalinama. “Urgensi Pembentukan Aturan Terkait Pencegahan Covid-19 Di Indonesia.” Qalamuna - Junal Pendidikan, Sosial dan Agama 12, no. 1 (2020). Yuhdi, Mohammad. “Peranan Diskresi Dalam Penyelenggaran Pemerintahan.” Likhitaprajna Jurnal Ilmiah Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan 15, no. 1 (2013): 69–83. Zaman, Muhamad Nafi Uz, Retno Saraswati, and Ratna Herawati. “Analisis Dan Evaluasi Kedudukan Peraturan Menteri Terhadap Peraturan Daerah Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia.” Diponegoro Law Journal 9, no. 2 (2020): 384– 402. RI, Kemenkes. “Data Vaksinasi COVID-19 (Update per 30 Desember 2021).” Https://Covid19.Go.Id/Berita/ Data-Vaksinasi-Covid-19- Update-30-Desember-2021
1bc6318d-be5f-44ea-92c9-8a1786d9255b
https://jurnaltunasagraria.stpn.ac.id/index.php/JTA/article/download/38/57
September 2019 ## PENYIAPAN DATA SPASIAL DAN TEKSTUAL SECARA PARTISIPATIF UNTUK PENERAPAN APLIKASI QUICK RESPONSE CODE Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Jl. Tata Bumi No. 5 PO BOX 1216 Kode Pos 55293 Yogyakarta Abstract : The Complete Systematic Land Registration (PTSL) require the completion of work quickly and accurately. Technological advances also make it easier for human’s activity. PTSL has 4 categories, one of it is called 4 th category, which also requires a fast completion. This study aims to find out how the processes and problems about the preparation. Another aims is to find out how the community make a participation for it. The data obtained from the Research and Development (R & D) method, where in its implementation using participatory observation techniques. The result from this research is a map contained location of the parcel which is simplified into the QR Code. This map has a function as the PTSL work map and also completion for K4. The involvement of the community for the process of preparing spatial and textual data brings benefits to the government and the community itself. Completion of BPN's strategic programs, especially PTSL, can be faster and it can reduce public protests related to BPN services. Keywords : Spatial data, Textual data, Techn ology, QR Code, People’s Participation. Intisari : Kegiatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) menuntut penyelesaian pekerjaan dengan cepat dan tepat. Kemajuan teknologi juga semakin mempermudah setiap aktifitas dan kegiatan yang dilakukan manusia. Pada pelaksanaannya PTSL memilki 4 kategori salah satunya adalah kategori 4 yang juga membutuhkan penyelesaian yang cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses dan problem serta bentuk partisipasi masyarakat. Data yang diperoleh untuk penelitian ini diperoleh melalui metode Research and Development (R&D), dimana dalam pelaksanaannya menggunakan teknik observasi partisipatif. Hasilnya adalah peta desa lengkap dengan informasi letak posisi bidang tanah yang disederhanakan ke dalam bentuk QR Code sebagai peta kerja PTSL dan penyelesaian plotting K4. Perlibatan masyarakat untuk proses penyiapan data spasial dan tekstual membawa keuntungan bagi pemerintah dan masyarakat. Penyelesaian program-program strategis BPN terutama PTSL dapat dilaksanakan lebih cepat dan dapat meningkatkan kualitas pelayanan BPN kepada masyarakat. Kata Kunci : PTSL, QR Code, Partisipasi Masyarakat. ## A. Pendahuluan Kepastian hukum penting untuk mengatur kehidupan masyarakat adil, dapat menghindarkan pelanggaran yang dapat dilakukan oleh masyarakat ataupun penegak hukum itu sendiri. Untuk itu diperlukan adanya kaidah hukum yang dapat digunakan negara dalam mengatur tatanan kehidupan masyarakat. Salah satu cara pemerintah dalam memberikan kepastian hukum yang berasal dari tanah untuk masyarakat adalah dengan pemberian atau penetapan hak-hak atas tanah yang kemudian dikokohkan dalam Undang- Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ## 50 Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah (lembaran Negara 1960-104) atau disebut juga Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum yang merupakan salah satu tujuan pokok UUPA maka Undang-undang menginstruksikan kepada pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia yang bersifat Rechtskadaster artinya tujuan menjamin kepastian hukum dan kepastian subyek serta obyeknya sebagaimana diatur dalam pasal 19 UUPA (Hadisiswati 2014, 119). Pemerintah melalui Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah melakukan strategi-strategi terkait percepatan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum masyarakat salah satunya adalah melalui Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL). PTSL merupakan kegiatan pendaftaran tanah pertama kali dalam satu wilayah administrasi desa/ kelurahan atau setingkat yang meliputi pengumpulan data fisik dan data yuridis. Target nasional PTSl yang dicanangkan oleh pemerintah sebesar 8.394.000 bidang untuk target pengukuran dan 7.842.317 bidang untuk target yuridis (Kementerian ATR/ BPN 2018). Dengan PTSL ini, Kementerian ATR/BPN diharapkan dapat mewujudkan target utama yang diberikan oleh Presiden, yakni program prioritas pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla. Menurut Sofyan Djalil “Jumlah bidang tanah yang akan menjadi target hingga 2025 adalah 126 juta bidang dengan harapan selesai 2023” (Keterangan Resmi, 23 Maret 2018). Dengan target yang ditetapkan oleh pemerintah maka kementerian ATR/BPN selalu menyiapkan strategi-strategi pelaksanaan PTSL agar dalam pelaksanaannya tidak mengalami kesulitan dan menambah akselerasi pelaksanaan PTSL. Perkembangan Teknologi dewasa ini semakin modern dan cepat. Dengan kemajuan Teknologi dan informasi yang semakin modern, Kementerian ATR/BPN selalu berupaya menciptakan inovasi yang mampu menambah akselerasi percepatan pelaksanaan PTSL. Dengan adanya target yang selalu meningkat setiap tahunnya sebagai contoh pada tahun 2017 target 5 juta, terealisasi menjadi 5,4 juta. Kemudian pada tahun 2018 target 7 juta terealisasi 9 juta tentunya hal ini juga tidak lepas dari inovasi yang di lakukan oleh Kantor Pertanahan (Kementerian ATR/ BPN, 2018). Terealisasinya agenda percepatan sertifikasi ini tidak dapat dibebankan kepada Kementerian ATR/BPN saja, tetapi membutuhkan partisipasi aktif seluruh pemangku kepentingan terhadap tanah (Sutaryono 2017). Masyarakat memiliki peran dalam membantu pengelolaan PTSL di tingkat desa untuk bersinergi bersama Tim Fisik maupun Yuridis dari Kantor Pertanahan. Partisipasi ini diperlukan mengingat kondisi PTSL yang memerlukan data yang cepat dan tersedia setiap saat. Pemerintah desa juga berperan penting dalam persiapan data untuk menunjang pelaksanaan percepatan PTSL. Namun Penyiapan Data Spasial Dan Tekstual Secara Partisipatif Untuk Penerapan Aplikasi ... 51 penyajian informasi pertanahan yang dirasa masih kurang efisien menjadi suatu masalah tersendiri. Peran pemerintah desa adalah menyediakan informasi berupa peta Blok beserta Daftar Himpunan Ketetapan Pajak (DHKP). Penyajian DHKP ini masih berupa data manual berisi nama-nama wajib pajak pemilik tanah. DHKP ini nantinya digunakan pada tahap awal untuk melakukan verifikasi terkait kesesuaian bidang tanah dengan nama pemilik yang ada di DHKP tersebut. Untuk selanjutnya pada proses persiapannya dilakukan updating informasi dan updating peta yang akan digunakan untuk peta kerja pelaksanaan PTSL. QR Code , merupakan gambar dua dimensi yang memiliki kemampuan untuk menyimpan data berupa teks baik itu numerik, alfanumerik, maupun kode biner. Di dalam Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap penyelesaian PTSL ini dibagi menjadi 4 klaster. Istilah “klaster (cluster) ” mempunyai pengertian harfiah sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu (Taufik 2008). Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Pasal 25 Ayat (1) huruf d berbunyi yang termasuk didalam kategori Klaster 4, yaitu bidang tanah yang objek dan subjeknya sudah terdaftar dan sudah bersertipikat Hak atas Tanah, baik yang belum dipetakan maupun yang sudah dipetakan namun tidak sesuai dengan kondisi lapangan atau terdapat perubahan data fisik, wajib dilakukan pemetaannya ke dalam PTSL. Berangkat dari latar belakang inilah yang nantinya disusun kajian terkait penyiapan data spasial dan tekstual secara partisipatif untuk penerapan aplikasi QR Code . Penyajian data maupun penyiapan data baik spasial maupun tekstual yang sudah disederhanakan tentunya akan sangat memudahkan bagi petugas Pengumpul Data Fisik (PULDASIK) atau petugas Pengumpul Data Yuridis (PULDADIS), baik dalam hal penggunaan peta kerja PTSL maupun digunakan untuk plotting bidang-bidang tanah yang termasuk didalam Kluster 4 PTSL, serta dari kajian inilah bisa diketahui bagaimana bentuk partisipasi masyarakat terkait penyiapan data nya dan solusi dari permasalahan yang terjadi. Kajian ini erat kaitannya dengan partisipasi masyarakat, strategi percepatan PTSL dan optimalisasi penggunaan aplikasi untuk percepatan PTSL. Menurut Dewantoro (2018) dalam hasil penelitiannya menyatakan strategi PTSL menggunakan analisis SWOT 1 diharapkan mampu menciptakan hasil PTSL yang baik dari segi kuantitas maupun 1 Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ( strengths ), kelemahan ( weaknesses ), peluang ( opportunities ), dan ancaman ( threats ) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT ( strengths , weaknesses , opportunities , dan threats ). SWOT akan lebih baik dibahas dengan menggunakan tabel yang dibuat dalam kertas besar, sehingga dapat dianalisis dengan baik hubungan dari setiap aspek. ## 52 Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah kualitas. Pelaksanaan PTSL strategi yang dikaitkan dengan 5 aspek evaluasi yaitu: 1) Strategi terkait Tata Laksana yaitu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pendaftaran tanah dan pentingnya memelihara tanda batas bidang tanah, sehingga produk sertipikat yang diterbutkan memiliki kualitas baik sesuai SOP yang ada. 2) Strategi Terkait SDM, erat halnya dengan kualitas data fisik, perlu ditingkakan monitoring dan evaluasi terhadap pekerjaan KJSKB 2 . Sedangkan terkait dengan kualitas data yuridis, perlu melakukan pelatihan ajudikasi bersama yang melibatkan SDM internal maupun eksternal agar mempunyai persamaan persepsi dalam mengumpulkan, mengolah dan menetapkan hak atas tanah. 3) Strategi Terkait Ketersediaan Infrastruktur Keagrariaan, Dukungan dari instansi terkait perlu di tindaklanjuti dengan meningkatkan kerjasama, misalnya kedepannya membuat Peta Tunggal yang bermanfaat dalam menyusun kebijakan pembangunan daerah. 4) Strategi Terkait Koordinasi Stakeholder, Memanfaatkan kerjasama yang sudah baik, misal melakukan kegiatan gerakan pemasangan tanda batas bersama yang bertujuan agar PTSL bisa menggema ke seluruh Kabupaten. 5) Strategi Terkait Pembiayaan, Dana tambahan dari Pemda dan masyarakat bisa harus digunakan secara bijak, cara membuat perencanaan pembiayaan yang baik agar setiap petugas yang terlibat bisa dibiayai sesuai dengan beban kerjanya. ## B. Analisis Penyiapan QR Code Secara Partisipatif QR Code adalah suatu kode yang merupakan bentuk evolusi dari kode batang yang dapat menyimpan alamat dan Uniform Resource Locator (URL ) 3 , nomor telepon, teks dan sms yang dapat digunakan pada majalah, surat harian, iklan, pada tanda-tanda bus, kartu nama ataupun media lainnya. Atau dengan kata lain sebagai penghubung secara cepat konten online dan konten offline . Biasanya aplikasi ini banyak digunakan untuk menyimpan sebuah informasi agar dapat dinikmati secara praktis dan sederhana. Pada kajian ini menerapkan penyederhanaan informasi pertanahan untuk digunakan dalam pelaksanaan PTSL yang ditampilkan dalam bentuk peta berkode QR ini. Dalam kenyataannya pelaksanaan PTSL ini harus dilaksanakan secara cepat dan tepat. Jumlah target yang banyak dan selalu meningkat sehingga diperlukan suatu inovasi yang bisa membantu mempercepat dalam proses pengerjaannya. Salah satu tahapan PTSL adalah kegiatan pengumpulan data fisik. Pada Peraturan Menteri Agraria Dan Tata 2 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi. Pasal 1 Ayat 4 berbunyi Kantor Jasa Surveyor Kadaster Berlisensi yang selanjutnya disingkat KJSKB adalah Surveyor Kadaster Berlisensi yang berbentuk badan usaha baik perorangan maupun firma. 3 URL adalah singkatan dari “Unifrom Resource Locator” yaitu merupakan rangkaian karakter menurut format standar tertentu, digunakan untuk menunjukan alamat dari suatu sumber misalnya seperti dokumen, file dan gambar yang terdapat di internet Penyiapan Data Spasial Dan Tekstual Secara Partisipatif Untuk Penerapan Aplikasi ... 53 Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap pasal 19 Ayat (1) Pengumpulan data fisik dilaksanakan melalui kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah. Untuk melaksanakan kegiatan pengukuran bidang para petugas lapangan atau juru ukur harus memiliki peta kerja agar memudahkan dalam pengambilan data dilapangan nanti. Pada proses penyiapan kode QR ini ada 2 komponen penting yang harus disiapkan, yaitu data fisik berupa pembuatan peta kerja dan data yuridis berupa isian form pemilik bidang tanah. ## 1. Pembuatan peta kerja Tahapan pertama yang harus dilakukan adalah mendigit peta blok yang ada. Alasan pemilihan peta blok sebagai dasar adalah hanya untuk pendekatan bentuk dan posisi relatif bidang tanah. pendigitan menggunakan software autocad dengan alasan pengerjaan bisa lebih cepat dan dalam pendigitan tidak diperlukan penambahan- penambahan atribut lainnya. Langkah awal untuk proses pendigitasian adalah scanning peta blok PBB yang ada di desa. Peta blok yang digunakan adalah peta blok yang memuat bidang-bidang tanah yang diteliti dalam hal ini bidang-bidang tanah yang berada di RT 2 desa Dongos. Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan dengan tahapan sebagai berikut: a. Melakukan scanning atau merupakan proses digitalisasi peta analog letak bidang tanah yang di teliti menjadi format .jpg. peta analog yang digunakan adalah peta blok. Peta blok yang digunakan adalah peta blok 18. Peta blok 18 bisa dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Gambar Persil Blok 18 Desa Dongos Sumber: Dokumen Peneliti, 2019 b. Selanjutnya setelah proses scanning dilakukan adalah memasukan raster image tadi ke dalam autocad untuk dilakukan digitasi. Digitasi yang dilakukan di sini adalah ## 54 Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah digitasi batas-batas bidang tanah yang akan di teliti terkait pembuatan peta kerja. Digitasi dimulai dari titik batas bidang tanah yang kemudian di hubungkan antar 1 titik bidang tanah tadi ke titik yang lainnya hingga terbentuk garis batas bidang tanah. c. Untuk memasukan raster image yang telah di scan tadi lengkah pertama yang harus di lakukan setelah menjalankan aplikasi autocad adalah memilih menu Insert lalu kita pilih Raster Image Reference, sebagaimana Gambar 2 . Gambar 2. Tampilan menu Insert > Raster Image Reference Sumber: Dokumen Peneliti, 2019 d. Pada menu insert juga memfasilitasi kita apakah ingin langsung memberikan skala pada gambar yang akan di digit tadi atau tidak. Bisa dilihat pada Gambar 3, itu adalah tampilan dari sub menu Raster Image Reference . Pada menu itu kita pilih file peta yang sudah di scan tadi untuk selanjutnya dilakukan digitasi. Penyimpanan raster image hasil scan tadi pada folder hasil scan dongos dan pilih file dongos_18.1.jpg Lalu klik OK. Gambar 3. Tampilan Menu Pilih File Peta Yang Akan Di Digit Sumber: Dokumen Peneliti, 2019 e. Langkah selanjutnya adalah menentukan skala pada raster image . Setelah dipilih file peta yang akan didigit selanjutnya akan muncul tampilan seperti pada Gambar 4. S calling dengan cara di sesuaikan dengan peta citra yang ada. Hal ini menghasilkan skala yang mendekati sebenarnya dan lokasi yang mendekati sebenarnya pula. Penyesuaian dengan citra juga bisa membantu dalam mengidentifikasi bidang tanah hasil digit ke bentuk bidang tanah yang sesuai di lapangan. Lalu klik OK untuk selanjutnya melakukan digitasi pada bidang-bidang tanah yang ada pada peta hasil scan. Gambar 4. Tampilan Attach Image Yang Akan di Digitasi. Sumber: Dokumen Peneliti, 2019 f. Pada Gambar 5 adalah merupakan menu standarisasi atau penyesuaian layer dengan ketentuan yang ada. Cara nya adalah dengan memblok semua batas bidang yang akan di standarisasi kemudia klik salah satu menu di atas. Misal batas bidang, selanjutnya blok semua garis hasil digitasi yang merupakan batas bidang tanah kemudian kita klik “jadikan batas bidang”. ## Gambar 5. Menu Jadikan Batas Bidang 56 Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah Sumber: Dokumen Peneliti, 2019 g. Penggabungan dengan persil-persil yang sudah bersertipikat. Menggabungkan antara peta blok yang sudah di digit dengan bidang-bidang tanah di lokasi penelitian yang sudah bersertipikat, sehingga diperoleh data bidang-bidang tanah yang sudah bersertipikat dari Kantor ATR/BPN Kabupaten Jepara. Tujuannya adalah agar mendapatkan peta desa lengkap beserta informasi yang sudah bersertipikat. h. Penyesuaian dengan citra. Tujuannya agar bidang-bidang tanah hasil gabungan tidak terlalu jauh meleset bentuknya dengan kondisi di lapangan dan posisi nya relatif mendekati benar. Hasil langkah ini tersaji pada gambar 6. ## Gambar 6. Peta Dengan Citra Desa Dongos ## Sumber: Olah Data Peneliti, 2019 i. Peta kerja jadi sudah siap digunakan untuk selanjutnya menunggu data yuridis yang nantinya di tempelkan pada setiap bidang. Peta kerja setengah jadi yang dimaksud adalah peta hasil gabungan yang dilakukan pada langkah sebelumnya. Hasil pada Gambar 7 Gambar 7. Peta Dengan Citra Desa Dongos Sumber: Olah Data Peneliti, 2019 ## 2. Pengolahan Data Yuridis Proses selanjutnya yang dilakukan adalah pengolahan data yuridis yang sebelumnya membagikan form isian identitas bidang tanah kepada para warga RT 2 desa Dongos dengan dibantu oleh ketua RT 2. Daftar isian yang dibagikan berisikan tentang informasi kepemilikan bidang tanah dan identitas subyek pemilik. Pengisian form oleh para warga RT 2, selanjutnya ketua RT 2 bertindak sebagai kontrol kualitas. Maksudnya ketika ada warga yang kesulitan dalam penulisan dapat langsung ditanyakan kepada ketua RT 2 atau orang yang di tuakan dan pegawai kantor pertanahan yang dianggap mampu. Atau di tampung semua pertanyaan yang ada di ketua RT 2 selanjutnya diberikan solusi sesuai dengan masalah yang terjadi. Di dalam form tersebut terdapat satu QR Code yang terpasang. QR Code tersebut berisikan koordinat posisi bidang tanah yang langsung terhubung dengan aplikasi Google Maps . Fungsinya adalah menunjukkan harga koordinat lokasi bidang tanah. Untuk harga koordinat yang tercantum pada form di atas adalah alternatif lain untuk mengetahui lokasi bidang tanah tersebut apabila kode QR gagal untuk di pindai. Koordinat tersebut didapatkan dari hasil pick up location pada aplikasi google maps di masing-masing bidang tanah. Sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi bagaimana cara mengambil lokasi menggunakan Google Maps . ## 3. Penggabungan Data Spasial dan Data Tekstual Peta kerja hasil dari penggabungan antara digitasi peta blok dengan peta pendaftaran di gabungkan atau di link -kan dengan hasil olahan data yuridis. Dari peta yang merupakan hasil link antara data spasial dan data yuridis menjadikan peta tersebut sebagai database yang siap digunakan. Melalui peta tersebut dengan mudah kita bisa melacak siapa pemiliknya dan apa penggunaan tanahnya. ## C. Implementasi Qr Code Untuk Penyajian Informasi Seperti fungsinya, QR Code untuk penyajian informasi ini bertujuan menyederhanakan informasi yang akan di tampilkan. Informasi yang disajikan menjadi lebih ringkas dan sederhana. Informasi yang disajikan pada kajian ini adalah informasi pertanahan. ## 1. QR Code dalam Penyajian Informasi Bidang Tanah Penyajian informasi bidang-bidang tanah secara ringkas dan sederhana sangat diperlukan. Terutama untuk kegiatan PTSL yang seluruh rangkaian kegiatannya membutuhkan data yang cepat. Hal ini tentunya sangat membantu para petugas ## 58 Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah pengumpul data fisik dan yuridis. Informasi yang ditampilkan pada kajian ini adalah identitas pemilik bidang tanah dan koordinat lokasi letak bidang tanah. Dengan adanya peta yang berisikan QR Code yang mana memuat informasi bidang tanahnya memberikan manfaat tidak hanya untuk kantor pertanahan saja, melainkan untuk masyarakat desa dan pemerintah desa itu sendiri. Adapun manfaatnya adalah sebagai berikut: a. Untuk masyarakat sendiri bisa mengakses informasi bidang-bidang tanah sendiri tanpa perlu datang ke kantor pertanahan. b. Untuk perangkat desa ataupun pemerintah desanya administrasi pertanahan di desa menjadi lebih tertata. Maksudnya dengan adanya peta dan QR Code tersebut dapat melakukan cek terhadap nama-nama pemilik bidang tanah apakah masih sama atau sudah terjadi peralihan. Manfaat lainnya adalah pemerintah desa dapat memberikan informasi kepada pendatang dari luar desa yang ingin berkunjung atau bertanya alamat kepada salah satu pemilik bidang tanah tersebut. c. Untuk kantor pertanahan manfaat yang diperoleh adalah membantu mempercepat pekerjaan petugas pengumpul data fisik dan yuridis serta membantu petugas survey terkait IP4T. ## 2. Dampak Terhadap Pemetaan Bidang Tanah Pembuatan atau penggunaan aplikasi QR Code ini membutuhkan peta. Dimana Penggunaan aplikasi QR Code yang dilakukan dengan penyajian informasi pertanahan yang disederhanakan menggunakan aplikasi QR Code . Adapun manfaatnya terhadap pemetaannya adalah sebagai berikut : ## a. Kantor Pertanahan 1) Peta yang dihasilkan adalah merupakan peta desa lengkap yang berisikan bidang bidang tanah baik yang sudah bersertipikat maupun yang belum. Sehingga akan tercipta sebuah peta kerja acuan pengambilan data fisik di lapangan yang nantinya bisa mewujudkan pemetaan yang baik. 2) Pemetaan yang baik juga berguna untuk menghindari adanya tumpang tindih atau overlap bidang-bidang tanah. 3) Berkurangnya overlapping berpengaruh terhadap tingkat sengketa batas yang terjadi. Berkurangnya sengketa juga dapat mengurangi konflik pertanahan. 4) Membantu kegiatan Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T). 5) Untuk kegiatan PTSL di samping memberikan manfaat sebagai peta kerja, berguna untuk pengerjaan K4. Penyiapan Data Spasial Dan Tekstual Secara Partisipatif Untuk Penerapan Aplikasi ... 59 6) Pengerjaan K4 yang lancar dapat membantu menaikkan dashboard PTSL kantor pertanahan. b. Masyarakat dan Pemerintah Desa 1) Untuk pemerintah desa, manfaat yang didapatkan adalah pemerintah desa memliki peta yang lengkap dengan identitas bidang tanah yang disederhanakan menggunakan aplikasi QR Code sehingga tidak memerlukan tempat penyimpanan yang besar. 2) Memiliki peta yang sama dengan kantor pertanahan dan secara tidak langsung apabila terjadi perubahan penggunaan petugas dari desa dapat melakukan survey lebih dahulu untuk kemudian memudahkan petugas survey lapangan dari kantor pertanahan. 3) Menyediakan informasi bidang-bidang tanah kepada masyarakat langsung tanpa harus mendatangi kantor pertanahan. Tentunya untuk masyarakat yang berada di desa yang jauh dari kantor pertanahan sangat berguna apabila ingin mengetahui informasi terkait bidang tanah yang dimaksud. Adanya peta lokasi ini juga membantu pemerintah desa memajukan potensi desa yang ada. ## 3. Permasalahan dan Kendala Permasalahan yang dialami serta kendala selama penyusunan kajian ini adalah partisipasi masyarakat masih belum sepenuhnya dilaksanakan. Alasannya adalah kurangnya perhatian para warga RT 2 yang rata-rata bekerja sebagai petani dan tidak memilki cukup waktu pada pagi hingga sore hari. Selain itu secara teknis penerapan sistem informasi dengan menggunakan QR code ini ditujukan kepada masyarakat. Salah satu tujuannya adalah agar masyarakat mampu dengan mudah mengidentifikasi bidang tanah pada Desa Dongos. Secara umum, seluruh bidang tanah yang terletak pada Desa Dongos dipetakan menggunakan bantuan citra satelit atau aplikasi pemetaan lainnya oleh pemilik tanah masing-masing. Bentuk partisipasi pemilik tanah berupa pengisian form identitas bidang tanah dan pick up location bidang tanahnya sendiri. Koordinat bidang tanah dikonversi menjadi QR code yang selanjutnya untuk mengetahui informasi yang tersimpan dalam kode tersebut, maka diperlukan alat scan atau smartphone berbasis android. Pada smartphone berbasis android diperlukan aplikasi scanner yang bisa di unduh melalui Google Playstore , salah satunya yang di gunakan adalah aplikasi Barcode Generator . Pemilihan Barcode Generator adalah karena penggunaan aplikasinya yang paling simple dan mudah di antara aplikasi yang lain. ## 60 Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah Permasalahan lain yang muncul adalah terjadinya error saat melakukan scan pada QR Code yang ada. Hal ini disebabkan karena kemungkinan QR Code yang terbentuk tidak terbaca dengan baik oleh alat pindai atau scanner yang digunakan. Untuk permasalahan ini penulis sudah menuliskan koordinat bidang tanah tersebut dalam bentuk teks, sehingga apabila terjadi error user atau pengguna bisa langsung menuliskan koordinat yang ada pada Google Maps . Dikarenakan masih barunya sistem ini, maka kendala yang dihadapi pada saat di lapangan antara lain: a. Masyarakat kurang memahami cara kerja, fungsi dan manfaat dari QR code ini, maka dibutuhkan penyuluhan atau pemberian pengetahuan singkat kepada masyarakat. b. Rata-rata masyarakat adalah petani sehingga sulit untuk menentukan waktu sosialisasi atau penyuluhan. c. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap pemetaan atau pengetahuan tentang peta. d. Pengisian form identitas bidang tanah banyak yang belum memahami karena keterbatasan waktu dan kesibukan para pemilik bidang tanah serta pengetahuan para pemilik terkait bidang tanah yang dimiliki. e. Hampir rata-rata pemilik bidang tanah ataupun keluarganya memiliki smartphone akan tetapi penggunaan smartphone hanya sekedar digunakan untuk komunikasi dan akses medsos, sehingga cukup terkendala ketika memberikan penjelasan tentang kegunaan aplikasi bawaan smartphone tersebut, sebagai contoh google maps . ## D. Kesimpulan dan Saran Proses penyiapan data spasial dan data tekstual untuk penerapan aplikasi QR Code secara partisipatif dalam rangka kegiatan PTSL ini dimulai dari pembuatan peta kerja, pengolahan data yuridis dan penggabungan data spasial dengan data tekstual. Pada pembuatan peta kerja prosesnya diawali dengan digitasi peta Blok yang di standarisasi sesuai dengan ketentuan yang ada kemudian di gabungkan dengan bidang-bidang tanah yang merupakan hasil uinduhan dari KKP. Proses selanjutnya adalah pengolahan data yuridis. Form identitas pemilik bidang tanah yang sebelumnya dibagikan dan sudah diisi oleh pemilik tanah sendiri kemudian dilengkapi dengan QR Code yang berisi koordinat lokasi bidang tanah itu. Proses terakhir adalah penggabungan data spasial dan data tekstual, yaitu pemberian QR Code yang berisi koordinat lokasi bidang tanah dengan peta kerja yang sebelumnya sudah disusun. Permasalahan yang ada adalah partisipasi masyarakat yang belum sepenuhnya dilaksanakan dan terjadinya error saat melakukan scanning QR Code . Bentuk partisipasi masyarakat adalah pada pengumpulan data yuridis Penyiapan Data Spasial Dan Tekstual Secara Partisipatif Untuk Penerapan Aplikasi ... 61 dan pick up location posisi bidang tanah. Hal ini semua dilakukan oleh pemilik bidang tanah nya masing-masing. Untuk itu diperlukan keterlibatan masyarakat untuk membantu dalam pelaksanaan program pemerintah . Pelibatan masyarakat dalam rangka membantu kegiatan pemerintah atau dalam hal ini kantor pertanahan terkait PTSL perlu lebih sering dilakukan karena dengan keterlibatan masyarakat terhadap program-program strategis BPN bisa menambah akselerasi percepatan pelaksanaannya dan bisa mengurangi protes masyarakat yang sering muncul terkait pelayanan BPN. Selain itu, Hendaknya Kantor Pertanahan lebih sering melakukan sosialisasi akan pentingnya tertib administrasi pertanahan dengan cara antara lain memberikan sosialisasi dan pelatihan tentang program-program strategis BPN yang akan dilaksanakan ## DAFTAR PUSTAKA Hadisiswati, I 2014, ‘Kepastian hukum dan perlindungan hukum hak atas tanah’, Ahkam: Jurnal Hukum Islam , vol. 2, no. 1, hlm. 48-147. Dewantoro, H, 2018 ‘Strategi kantor pertanahan dalam Percepatan Pendaftaran Tanah studi pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Tahap II Tahun 2017 di Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor’, Skripsi pada Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN), Yogyakarta. Harsono, B 2005, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi Dan Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional , Djambatan, Jakarta. Sutaryono, 2017 ‘Partisipasi masyarakat dalam percepatan pendaftaran tanah melalui PTSL’, Manajemen Pertanahan blog, web diposting pada, 17 Oktober 2017 dilihat pada 05 Maret 2019, https://manajemenpertanahan.blogspot.com/2017/10/ partisipasi-masyarakat-dalam-ptsl . Taufik, T 2008, ‘ Apa Itu Klaster Industri? ’, Tatang Taufik blogspot, web diposting pada 06 Desember 2008, dilihat pada 05 Maret 2019, http://klaster- industri.blogspot.com/2008/12/apa-itu-klaster-industri.html Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. ## 62 Henry Yudi Arnanda, Rochmat Martanto, Nuraini Aisiyah Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
49e13b31-97fb-4326-a6b5-0368b6c2c3cf
https://jurnal.iaihnwpancor.ac.id/index.php/tarbawi/article/download/233/141
## Upaya Meningkatkan Kemampuan Shalat Siswa di MTs Mualimat Melalui Modifikasi Metode Demonstrasi Dan Reading Aloud Muhammad Imanuddin [email protected] IAI Hamzanwadi NW Pancor ## ABSTRAK Pembelajaran shalat fardhu dengan menggunakan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud ini merupakan inovasi baru yang dilakukan di sekolah ini. Karena biasanya hanya disampaikan dengan metode ceramah. Akhirnya hasil belajar siswa kurang optimal.Kemudian diterapkannya kedua modifikasi metode ini, membuat pembelajaran semakin menarik. Kedua metode ini membuat siswa dalam pembelajaran ikut aktif dan tidak sekedar mengikuti pembelajaran. Sehingga tidak memberi kesempatan siswa untuk tidak fokus terhadap proses pembelajaran. Dengan melihat demonstrasi shalat, siswa dengan melihat secara langsung urutan dan cara yang benar dalam melakukan shalat.Baik dalam melakukan gerakannya ataupun dalam membacakan bacaan-bacaan yang ada dalam shalat. Karena shalat bukan sekedar gerakan saja, maka bacaannya harus dibacakan dengan benar. ## Kata Kunci: Shalat, Demonstrasi, Reading Aloud ## Pendahuluan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Dari definisi tersebut tergambar adanya proses pembelajaran terhadap peserta didik agar mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Hal ini mengindikasikan betapa pentingnya pendidikan agama untuk mendukung siswa memiliki kekuatan spiritual tersebut. Pendidikan agama Islam merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan di Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam Undang undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 12 ayat 1 butir a. 2 Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama. 3 Berarti jika dalam satuan lembaga pendidikan ada yang beragama Islam maka mereka berhak mendapatkan pengajaran agama Islam dan diajarakan oleh guru yang beragama Islam. Islam dengan tegas telah mewajibkan agar umatnya melakukan pendidikan, sebagaimana firman Allah, dalam surat Al- Alaq ayat 3-5 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006), hlm. 2 2 Depag RI, AI-Qur.an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005) hlm. 598 3 Undang-undang Republik Indonesia,Sistem, hlm. 8 M. Arifin menjelaskan dalam bukunya bahwa ayat tersebut juga menunjukkan jika manusia tanpa melalui belajar, niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat. Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca dalam arti luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkan juga membaca segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah. 4 Dengan demikian pendidikan sangat penting bagi kelangsungan hidup di dunia dan di akhirat. Pendidikan jugalah yang akan membuat pengetahuan manusia berkembang. Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah swt. 5 Sasaran pendidikan agama tertuju pada pembentukan sikap akhlak atau mental anak didik dalam hubungan dengan Tuhan, masyarakat dan alam atau sesama makhluk. Anak adalah cerminan masa depan, pendidikan anak harus benar-benar diperhatikan agar bakat mereka tersalurkan dalam kegiatan yang positif yaitu di antaranya dengan memasukkan anak ke dalam jenjang pendidikan yang formal ataupun yang non formal. Penanaman nilai agama kepada mereka merupakan syarat mutlak untuk mencapai nilai keharmonisan dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi agar mereka tidak keluar dari ajaran-ajaran agama. Pada prinsipnya pelajaran agama Islam membekali siswa agar memiliki pengetahuan lengkap tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah. Dengan demikian siswa dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan Rasulullah saw. Dalam standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang berisi kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa selama menempuh PAI baik di tingkat menengah, kemampuan ini berorientasai pada perilaku afektif dan psikomotorik dengan dukungan pengetahuan kognitif dalam rangka memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. 6 Kemampuan-kemampuan yang tercantum dalam komponen kemampuan dasar ini merupakan penjabaran dari kemampuan dasar umum yang harus dicapai yaitu: 1. Mampu membaca Al Quran dan surat-surat pilihan sesuai dengan tajwidnya mengartikan, dan menyalinnya, serta mampu membaca, mengartikan dan menyalin hadits-hadits pilihan. 2. Beriman kepada Allah swt, dan lima rukun Islam yang disertai dengan mengetahui fungsinya serta terefleksi dalam sikap prilaku, dan akhlak peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horizontal. 3. Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari’at Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunnah maupun muamalah. 4 Arifin , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 92 5 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hlm. 4 6 Depdiknas , Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Istam SMP & MTs, (Jakarta : Pusat Kurikullum, Balitbang Depdiknas, 2003) hlm. l0-11 4. Mampu berakhlak mulia dengan meneladani sifat, sikap dan kepribadian Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin. 5. Mampu mengambil manfaat dari sejarah peradaban Islam 7 . Dari standar kompetensi di atas pada point ke-3 disebutkan bahwa siswa mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan syari’at Islam baik ibadah wajib dan ibadah sunnah maupun muamalah. Dengan demikian mencermati hal di atas maka penulis akan mencoba menyoroti amalan ibadahnya, yang ditekankan pada aspek pengamalan ibadah siswa khususnya ibadah shalat. Penulis memilih ibadah shalat karena shalat sangat penting dan wajib hukumnya bagi umat Islam. Shalat adalah tiang agama Islam, jika tiangnya saja sudah tidak diperhatikan bagaimana agama Islam akan berdiri dengan tegak. Di dalam Al Alqur'an Allah juga banyak memerintah langsung untuk mengerjakan shalat, menjaga shalatnya, maupun menyempurnakan shalatnya. Firman Allah dalam Al Qur'an :                                                                         Artinya: Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa 8 Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu." (Q.S. 2, Al Baqarah : 238) Karena pentingnya shalat sebagaimana telah dijelaskan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang shalat disekolah penulis, karena dilihat para siswa dalam melakukan shalat hanya masih seperti rutinitas dan dalam bacaan dan gerakannya pun belum begitu memuaskan. Sedangkan secara sosial lingkungannya bagus karena di lingkungan tempat tinggal mereka, penulis lihat juga banyak pondok pesantren atau pun madrasah diniyah. Ataukah metode yang digunakan kurang tepat atau bahkan ada faktor lain yang mempengaruhi. Oleh karenanya penulis mencoba selangkah melalui pembelajaran shalat melalui modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud diharap melalui penelitian ini nantinya bisa meningkatkan kemampuan shalat siswa. Berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang akan dituangkan dalam penelitian dengan judul ”Upaya Meningkatkan Kemampuan Shalat Siswa Kelas VII MTs Mualimat NW Pancor Melalui Modifikasi Metode Demonstrasi Dan Reading Aloud”. ## Metodologi Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memberikan kepercayaan pada pengembangan kekuatan berpikir reflektif, diskusi, penentuan keputusan dan tindakan oleh orang-orang biasa, berpartisipasi penelitian kolektif mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi kegiatannya. 9 7 Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Shalat, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2005), hlm. 43 8 Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan Shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat Ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya. 9 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005) hlm.142 Pendekatan penelitian merupakan suatu prinsip dasar atau landasan yang digunakan untuk mengapresiasikan sesuatu. Dalam hal ini teori dasar yang dipakai adalah pendekatan fenomenologi yang merupakan memahami gejala yang aspek subyektif dari perilaku orang. 10 Dengan pendekatan fenomenologi ini peneliti mencoba memahami dan menggambarkan keadaan atau fenomena subyek yang diteliti dengan menggunakan logika-logika serta teori- teori yang sesuai dengan lapangan. Metode pengumpulan data dilakukan dijadwal yang telah disusun. Pengumpulan data yang bersifat kuantitatif menggunakan multi metode yakni : Metode Pengamatan (observasi), Metode pengamatan (observasi) cara pengumpulan data terjun langsung ke lapangan terhadap objek yang diteliti (populasi atau sampel). 11 Peneliti secara langsung mengamati bagaimana pembelajaran shalat menggunakan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud melalui yang dilakukan di kelas. Metode Test, Metode test yang digunakan adalah jenis test praktek. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan shalat siswa dari segi bacaan dan gerakannya yaitu dengan mengadakan uji praktek kemampuan melaksanakan shalat Metode Wawancara (interview), Metode Wawancara (interview) Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penelitian. 12 Maksud metode ini mengadakan komunikasi langsung terhadap peserta didik yang sedang belajar. Metode interview ini juga akan mewawancarai guru sebagai mitra kerja penelitian ini. Metode Dokumentasi, sumber dokumentasi pada dasarnya ialah segala bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun tidak resmi. 13 Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data verbal yang berbentuk tulisan maupun antifact, foto dan sebagainya. 14 ## Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan diantaranya: Pengumpulan Data; Pengumpulan data lapangan yang berwujud kata-kata dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. 15 Reduksi data: Reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Langkah selanjutnya adalah menyusu nnya dalam satuan- satuan, kemudian satuan-satuan itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori- kategori itu dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pe meriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori subtantif dengan menggunakan metode Analisis Kualitatif. 16 Display data: Display disini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan 10 Ibid , hlm. 10. 11 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) hlm. 24 12 ibid , hlm 192 13 Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan Statistik , (Bandung, Bumi Aksara, 1993),hlm 41-42 14 Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1991), hlm 23 15 Lexy J.Moleong, hlm.190 16 Ibid ., hlm. 17 pengambilan tindakan. 17 Dalam hal ini informasi berupa kinerja komite dan pengembangan madrasah dengan pola komunikasi yang dilakukan, juga landasan teori yang membahas tentang komite sekolah dan pengembangan madrasah. Penarikan kesimpulan/verifikasi, Penarikan kesimpulan, dalam pandangan ini hanyalah sebagai dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran menganalisis sehingga menulis, dan merupakan sebuah tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau mungkin menjadi begitu seksama dan akan makan tenaga dengan peninjauan kembali itu. Analisa data kualitatif adalah data yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat dipisahkan menurut untuk memperoleh sebuah kesimpulan. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga idak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. 18 Metode deskriptif yang peneliti gunakan ini mengacu pada analisis data secara induktif, karena: 1). Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan jamak yang terdapat dalam data, 2). Lebih dapat membuat hubungan peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel, 3). Lebih dapat menguraikan latar belakang secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya, 4). Analisa induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan, 5). Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian struktur analitik 19 Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis ini untuk menganalisis penerapan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud dalam adi MTs Mualimat NW Pancor. ## Pembelajaran Shalat Melalui Modifikasi Metode Demonstrasi Dan Reading Aloud Pra Siklus Selama ini pembelajaran fikih sebenarnya menyambung dan meluas dari tingkat pendidikan yang lebih rendah, namun begitu kondisi siswa dalam praktiknya belum mampu mengaplikasikan strategi pembelajaran yang berorientasi dalam kehidupan sehari-hari melalui penanaman nilai pada diri peserta didik. Serta masih terjadi komunikasi satu arah artinya peserta didik cenderung pasif dan kurang mempunyai pengalaman belajar dalam pembelajaran. Sehingga peserta didik kurang menyukai pelajaran fikih dan menyebabkan hasil belajar rendah. Hal ini terbukti dengan rata-rata hasil belajar dan prosentase ketuntasan belajar peserta didik yaitu nilai formatif peserta didik kelas VII pada tahun ajaran 2018/2019 semester I adalah 68,17. Dari pra siklus ini, peneliti berusaha menghimpun hasil dari penelitian yang telah di lakukan di MTs Mualimat NW dengan merangkum serta menyajikan hasil statistik sederhana pada siklus I dan siklus II sebagai berikut: 17 Ibid ., hlm. 19 18 Saifuddin Azwar, hlm. 6-7. 19 Lexy. J. Moleong, hlm. 10 ## Hasil Siklus I Pada hasil penelitian yang peneliti lakukan di MTs Mualimat NW pada tahap siklus I ini pada awalnya peneliti melakukan pembelajaran seperti biasa yaitu melakukan pemelajaran materi shalat secara konvesional (ceramah). Tetapi kemudian setelah dianggap materi sudah disampaikan secara keseluruhan peneliti mendemonstrasikan materi tadi yang telah diajarkan. Jadi siswa dituntut lebih aktif dalam pembelajaran ini. Karena pembelajaran dengan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud ini mengaktifkan aspek kognitif dan psokomotorik. Jadi tidak hanya memaksa siswa untuk paham dan hafal akan materi saja. Tetapi juga harus bisa mempraktikkan semua aspek yang dipelajari. Sehingga dalam pembelajaran pun tidak hanya menggunakan ceramah saja yang akan membuat siswa bosan saja dan hanya mempunyai pengetahuan yang abstrak. Tetapi juga menggunakan metode demonstrasi dan reading aloud yang juga membuat siswa bisa melihat langsung urutan aktifitas yang benar dan mengucapkan secara langsung, dan ketika salah bisa dibenarkan. Dan langsung bisa menilai yang salah ketika nanti melihat salah satu siswa yang praktik tidak sesuai dengan contoh dari peneliti. ## Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I di kelas VII MTs Mualimat NW ini penyampaian materi dilakukan oleh penelti. Sedangkan guru mata pelajaran fikih sebagai observer (kolaborator). Hal ini dilakukan guna apa yang sudah direncanakan sesuai dengan pelaksanaannya, dan sesuai dengan harapan hasil yang akan dicapai. Pembelajaran pokok bahasan shalat dengan menggunakan metode demonstrasi dan reading aloud dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah skenario pembelajaran yang telah direncanakan pada tahap perencanaan dan sesuai dengan langkah -langkah yang telah direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Yaitu peneliti dalam menanamkan konsep tentang materi shalat mula-mula menggunakan metode konvensional (ceramah). Dalam penanaman konsep ini haruslah benar-benar sampai matang, karena kalau tidak nantinya siswa akan merasa kesulitan dikala melihat demonstrasi. Setelah dirasa siswa paham dan mengerti benar akan seluk beluk yang berkaitan tentang shalat, baik dari syarat shah, rukun dan bacaannya baru peneliti melangkah ke langkah mendemonstrasikan pembelajaran yang sudah dilaksanakan tadi yaitu tentang shalat fardhu. Dikala peneliti mendemonstrasikan diharap siswa memperhatikan dengan seksama. Setelah peneliti selesai mendemonstrasikan shalat fardhu, kemudian peneliti mengambil sampel beberapa siswa laki-laki dan siswa perempuan untuk mempraktikkan shalat. Dalam mempraktikkan shalat tersebut peneliti membaca bacaan-bacaan yang ada dalam shalat dengan jahr (keras). Begitupun siswa ketika mempraktikkan shalatnya sekaligus membaca bacaan-bacaan yang dalam shalat tersebut dibaca/disuarakan dengan keras (reading aloud). Dalam praktik dimulai secara bersama-sama dalam bentuk berjamaah. Peneliti dan kolaborator sambil mengawasi aktifitas siswa, ketika ada yang salah dibenarkan. Kemudian dipraktikkan secara kelompok yang sudah ditentukan. Dalam kelompok tersebut dibentuk ketua kelompok yang dirasa sudah bisa dalam melaksanakan shalat fardhu. Jadi bisa membenarkan ketika ada teman satu kelompok yang salah. Yang selanjutnya dibiasakan shalat dhuhur berjamaah di sekolah tetapi masih tetap menyuarakan bacaan-bacaan shalat pada saat itu. Menyuarakan dengan keras tersebut bertujuan bisa membantu siswa yang tadinya belum hafal, karena mengikuti temannya terus nantinya bisa membantu untuk menghafalnya. Dan ketika ada bacaan yang salah akan mengetahuinya secara sendiri, karena bacaannya tidak sesuai dengan temannya. Sehingga ketika diulang terus menerus akan hafal secara sendirinya. Setelah selesai semua proses pembelajaran peneliti menyimpulkan pelajaran sebagai penutup dan mencontohkan gerakan ataupun bacaan yang salah yang tadi dilakukan oleh siswa. ## Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan pada pembelajaran pada siklus I ini, peneliti menyampaikan materi shalat yang berisi tentang pengertian, macam-macam shalat fardhu, syarat shah, dan rukun-rukunnya. Dan yang paling terakhir merupakan bisa mempraktikkan shalat itu sendiri. Dalam pelaksanaannya guru melaksanakan tindakan pembelajaran dengan cukup lancar dari awal sampai akhir karena sudah sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tetapi ada beberapa peserta didik mengikuti pembelajaran kurang begitu antusias dan bahkan ada yang ramai dikarenakan peserta didik dalam mempraktikkan bersama-sama masih banyak yang bergurau. ## Evaluasi Tahap berikutnya dari pembelajaran pokok bahasan shalat fardhu dengan menggunakan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud setelah pelaksanaan yaitu evaluasi pembelajaran berupa tes praktik shalat shalat dhuhur secara individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hasil belajar yang telah dilaksaanakan. Pada siklus I ini hasil belajar peserta didik yang diperoleh sudah mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan kondisi awal sebelum pelaksanan tindakan, namun masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus I adalah nilai rata-rata 75,3. ## Refleksi Berdasarkan hasil penelitian siklus I, kemudian dilakukan refleksi terhadap langkah- langkah yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Guru diharapkan mampu meningkatkan pengelolaan waktu dalam kegiatan pembelajaran materi shalat fardhu yang diterapkan di kelas VII MTs Mualimat NW Pancor, karena kalau tidak diatur sedemikian terencana banyak siswa yang bergurau ketika mendemontrasikan bersama-sama. 2. Dalam penyampaian secara ceramah yang pokok-pokok saja, sehingga bisa lebih banyak waktu ketika melakukan demonstrasi. 3. Guru bersama kolaborator memantau siswa secara terbagi agar siswa tidak ramai ketika melakukan demonstrasi. 4. Setidaknya membutuhkan tempat yang relatif luas ketika melakukan praktik bersama, supaya dalam mempraktikkannya bisa leluasa, tidak terganggu oleh tempat yang kurang kondusif. 5. Untuk mempermudah siswa dalam membantu pemahaman awal pada siklus II, peneliti bersama kolaborator menyusun skenario dalam proses pembelajaran pokok bahasan shalat fardhu dibuat kelompok kecil ketika praktik sehingga permasalahannya akan lebih terlihat ketika ada yang merasa kesulitan. Hasil belajar peserta didik belum mencapai indikator yang ditentukan sehingga perlu dilakukan peningkatan aktivitas belajar di siklus II. ## Hasil Siklus II Pelaksanaan pembelajaran siklus II di kelas VII Mualimat NW Pancor yang juga dilakukan oleh peneliti. Karena supaya yang telah direncanakan bisa erjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti. Pada siklus II ini, materi yang disampaikan tentang shalat fardhu tetapi berbeda dengan materi yang disampaikan pada siklus I. pada siklus I materi yang disampaikan adalah shalat dhuhur. Sedangkan yang disampaikan pada siklus II ini adalah shalat ashar. Karena sama-sama empat rakaat, jadi hampir sama dengan materi pada siklus I. Pada pembelajaran siklus II ini guru menguraikan materi dengan metode konvensional dengan waktu singkat, hanya materi-materi pokok saja. Karena materi yang dipelajari hampir sama dengan materi yang dipelajari pada siklus I. Selanjutnya materi dilakukan dengan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud pada peserta didik. Dari tindakan siklus II ini, secara garis besar guru sudah mampu melaksanakan tindakan pembelajaran dengan baik sehingga peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara antusias. Pada pelaksanaan praktik siklus II ini lebih ditekankan praktik secara aktif di kelompok masing-masing. Dan ketua kelompok sebagai koordinator sekaligus sebagai penanggung jawab kepada anggotanya yang ketika praktik masih mengalami kesulitan. Baru serasa kesulitannya berat dipasrahkan kepada guru dalam hal ini peneliti sebagai pengajarnya. ## Observasi Dari pengamatan aktivitas peserta didik yang terjadi selama proses belajar mengajar. Pada siklus II ini sudah mengalami peningkatan dari pada siklus I yaitu siswa semakin antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Terbukti peserta didik mengikuti pembelajaran dengan lebih aktif dan bersemangat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peserta didik sudah memahami arti penting pemahaman materi dalam pembelajaran dengan menggunakan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud. Hasil tersebut juga terbukti karena peserta didik sudah mendapatkan pengalaman dari siklus I dan bimbingan dari guru dalam pelaksanaan praktik shalat disertai menyuarakan bacaan-bacaan secara keras (reading aloud). Dalam siklus II ini sebagian besar kelompok udah ada kerjasama yang baik antara anggota kelompok masing-masing sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesama anggota kelompoknya, walaupun masih tetap di bawah bimbingan guru. Hasil Pengamatan Terhadap Tindakan Guru: Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pengelolaan tindakan yang peneliti lakukan pada siklus II, diperoleh data bahwa kinerja guru sudah optimal. Hal ini dikarenakan guru sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melalui tahapan-tahapan yang ada dalam pembelajaran dengan modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud secara keseluruhan dan sesuai denga waktu yang ditentukan. ## Evaluasi Pada siklus II ini hasil belajar peserta didik meningkat bila dibandingkan dengan hasil belajar peserta didik pada siklus sebelumnya yaitu nilai minimal peserta didik adalah 75 dengan ketuntasan belajar rata-rata 85,1. ## Simpulan Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan: 1. Modifikasi metode demonstrasi dan reading aloud dapat meningkatkan kemampuan shalat siswa kelas VII MTs Mualimat NW Pancor tahun ajaran 2018/2019. Ini terbukti pada penelitian pra siklus rata-rata hasil belajar masih 63,33. Mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 75, 3 dan meningkat lagi pada penelitian tindakan siklus II sehingga dapat mencapai nilai diatas kriteria minimum 80 yaitu dengan nilai rata-rata 85,1.53 ## Daftar Pustaka Arifin , Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996). Depag RI, AI-Qur.an dan Terjemahnya, (Jakarta: CV Penerbit J-Art, 2005). Depdiknas , Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Istam SMP & MTs, (Jakarta : Pusat Kurikullum, Balitbang Depdiknas, 2003). Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004). Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia, 1991). M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan Statistik , (Bandung, Bumi Aksara, 1993), Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005) Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Pedoman Shalat, (Semarang : PT. Pustaka Rizki Putra, 2005), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2006).
2a430a99-6127-48ad-a972-62234e1f77cd
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/best/article/download/2807/2196
## Dampak Penggunaan Gadget Terhadap Perkembangan Anak Rizky Nafaida (1) , Nurmasyitah (2) ,Nursamsu (3) Pendidikan Biologi dan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Samudra (1)(2)(3) [email protected] (1) , [email protected] (2) , [email protected] (3) ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguatan gadget terhadap perkembangan karakter anak. metode penelitian adalah yang digunakan dalam penelitian berupa metode deskriptif . Pengumpulan data dilkasanakan mengunakan observasi dan angket sedangkan pada analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penyimpulan dan verifikasi data. Hasil penelitian dinyakan dengan nilai 76,80% dinyatakan baik karakter religius, karakter peduli sosial dengan nilai 73,87% dinyatakan baik, karakter disiplin dinyatakan baik dengan nilai 67,73%, sedangkan karakter tanggung jawab dengan nilai 76,53% dinyatakan baik. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan gadget terdapat dampak positif dan negatif bagi anak. Kata Kunci : Gadget, Dampak, Karakter ## ABSTRACT This study aims to determine the strengthening of gadgets on the character development of children. Research methods are those used in research in the form of descriptive methods. Data collection was carried out using observations and questionnaires while in data analysis carried out by data reduction, data presentation, inference and verification of data. The results of the study presented with a value of 76.80% expressed good religious character, social care character with a value of 73.87% expressed good, disciplined character stated well with a value of 67.73%, while the character of responsibility with a value of 76.53% expressed good. Then it can be concluded that the use of gadgets have positive and negative impacts on children . Keywords : Gadgets, Impact, Character ## I. PENDAHULUAN ## 1. Latar Belakang Pada zaman abad 21 ini terjadi suatu perkembangan dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesatnya. (Ameliola, S., Nugraha, 2013). Dimana Perkembangan teknologi dan informasi telah menguasai dunia yang mempunyai kemajuan secara cepat, dapat kita contohkan kemajuannya seperti bidang informasi dan teknologi, dan bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang ikut terlibat dalam kemajuan media informasi dan teknologi. Pada tahun 2020 ini Indonesia sudah memberlakukan pembelajaran secara terknologi mengg unakan gadget sebagai medianya. Menurut pendapat Fathoni (2017) mengungkapkan bahwa Gadget merupakan teknologi yang sangat populer sekarang ini, bukan hanya bagi orang dewasa namun masih anak-anak menggunakan gadget . Dimana banyak produk-produk gadget yang menjadikan anak- anak sebagai target pasar mereka. Bahkan termasuk konsumen yang aktif pengguna gadget. Gadget juga diartikan sebuah istilah dalam bahasa Inggris yang mengartikan sebuah alat elektronik kecil dengan berbagai macam fungsi khusus (Chusna, 2017). Gagdet merupakan alat elektronik yang digunakan sebagai media informasi, media belajar dan sebagai hiburan (Warisyah, 2015). Penggunaan teknologi akan berdampak kepada anak baik dari segi positif maupun negatif tergantung bagaimana orang tua mendidiknya. Begitu pula dengan masa anak-anak menurut Hurlock (2016) merupakan masa dimana anak-anak akan dimulai dari bayi, yakni usia 2 tahun sampai anak matang secara seksual. Selama periode usia 11 tahun bagi perempuan dan 12 tahun bagi laki-laki terjadi perubahan yang signifikan, baik secara fisik maupun psikologis. Pada usia anak 6-12 tahun adalah usia anak pada tingkat sekolah dasar. Perkembangan pada anak juga cepat dari perkembangan fisik dan psikologinya. Oleh sebab itulah sebagai orang tua berperan untuk memantau anak dalam perkembangan teknologi. Memberikan gadget pada anak tanpa adanya pengawasan orang dewasa atau orang yang lebih tua memang akan cenderung menimbulkan beberapa dampak negative, seperti halnya pendapat Wulan Patria Saroinsong (2016) yang mengungkapkan Penggunaan gadget akan berdampak merugikan setiap keterampilan interpersonal dan anak lebih menghandalkan gadget dari pada kemampuan pada dirinya. Dampak negative juga terdapat pada radiasi didalam gadget dapat merusak pada sistem jaringan syaraf dan otak anak, dimana si anak menurunkan daya aktif anak dalam melakukan suatu interaksi kepada orang lain karena anak lebih suka menyendiri dengan gadgetnya. Gadget juga bukan hanya berdampak negatif akan tetapi berdampak positif misalnya tidak hanya memang memiliki dampak positif bagi pola pikir anak yaitu membantu anak dalam mengatur kecepatan bermainnya, mengolah strategi dalam permainan, dan membantu meningkatkan kemampuan otak kanan. Berdasarkan pendapat diatas observasi awal tim penelitian ke lokasi gampong sungai pauh firdaus untuk mengindentifikasi anak sekolah tingkat SD. ## 2. Perumusan Masalah Permasalahan yang kami dapatkan dari observasi awal sebagai tim penelitian dosen pemula untuk proses pembelajaran pada masa pandemi covid-19. Ketika kami bersosialisasi ke rumah sebagai sampel penelitian banyak ibu – ibu dari anak yang akan kami jadikan sampel penelitian mengeluh. Bahwasanya anak – anak lebih banyak menggunakan gadget untuk belajar dirumah, karena pada pandemi covid-19 diwajibkan belajar daring. Padahal kita tahu bahwa pembelajaran menggunakan gadget ada dampak positif dan negatif. Makanya sebagai orang tua wajib mendampingkan anak dalam pembelajaran berlangsung. Permasalahan ini berkaitan dengan penelitian Syifa Ameliola (2010) menyatakan media informasi dan teknologi ini tidak berdampak positif dan negatifnya, tergantung cara penggunaan individu. Sedangkan pendapat Yulia Trinika (2015), Ada pengaruh antara penggunaan gadget terhadap perkembangan psikososial anak . Beranjak dari pendapat tersebut maka penelitian akan melakukan mengenai penggunaan gadget terhadap perkembangan karakter anak. Penelitian menggarahkan empat karakter siswa dalam penggunaan gadget yaitu karakter religius, peduli sosial, disiplin dan tanggung jawab. ## 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan dari penggunaan gadget terhadap perkembangan karakter anak, konsep ini akan menggukur karakter anak. Karakter ini akan di ukur untuk kebiasaan anak menggunakan gadget apakah dapat mempengaruhi karakternya yaitu karakter religius berhubungan dengan ketaatan si anak, mana bahwa di Aceh merupakan propinsi berbasis syariat makanya disekolah diwajibkan kepada anak menanam nilai karakter religius. Permasalahan pada saat ini belajar melalui daring menggunakan gadget, maka si anak wajib melaksanakan ibadah dirumah . ## 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang akan didapat dari penelitian ini adalah Kegiatan ibadah ini dikirimkan kepada guru sebagai penilaian karakternya. Karakter peduli sosial merupakan karakter anak peka terhadap lingkungan sekitarnya, khususya di keluarga. Karakter disiplin membetuk kesiplin pada dirinya mengenai agar mengerjakan tugas sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sedangkan karakter tanggung jawab membiasakan anak agar mengerjakan tugas dapat menyelesaikan tepat waktu. Sesuai dengan pendapat Arif (2017: 138) menyebutkan bahwa istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak ## II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian berupa metode deskriptif, yaitu memberikan gambaran yang jelas berkenaan dengan peran orang tua dalam penggunaan gadget terhadap perkembangan karakter anak. ## 1. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini seluruh anak yang berjenjang pendidikan SD yang terhitung setiap keluarga yang mempunyai anak sudah sekolah tingkat SD berjumlah 50 orang. Sedangkan sampel dalam penelitian diambil sebahagian dari polulasi berjumlah 15 orang anak bersekolah tingkat SD. ## 2. Teknik Pengumpulan Data Proses pengumpulan data akan dilakukan oleh tim penelitian adalah observasi, wawancara, dokumentasi sedangkan instrumen penelitian adalah berupa angket karakter yang di berikan kepada anak di Gampong Sungai Pauh Firdaus. ## 3. Teknik Analisa Data Untuk mendapatkan hasil dari kegiatan pengumpulan data diatas maka tim akan mentabulasi data sebagai berikut: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penyimpulan; (4) verifikasi data. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan observasi dilaksanakan ke lokasi penelitian yaitu menjumpai Bapak Geuchik untuk mendapatkan izin penelitian dan menetukan jadwal kegiatan penelitian. Observasi kami disambut dengan baik. Proses yang kami dilaksanakan tidak mengumpulkan orang, namun menjumpai perorang langsung kerumah penduduk Gampong Sungai Pauh Firdaus. Hasil yang didapatkan dari penyebaran angket berdampak positif dan negatif bagi anak yang menggunakan gadget dalam perkembangan karakternya. Apalagi Pada masa pandemi covid- 19 dunia pendidikan terjadi lumpuh tidak adanya kegiatan pembelajaran disekolah, namun pembelajaran dilaksanakan dengan jarak jauh. Hal ini menyebabkan anak – anak wajib menggunakan gadget sebagai alat media pembelajaran daring atau belajar jarak jauh. Maka perkembangan karakter si anak di awasi oleh orang tuanya. Adapun dampak karakter positif dalam penggunaan gadget sebagai alat media belajar bagi anak, dapat dijelaskan pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Persentase rata – rata nilai dampak positif penggunaan gadget Penjelasan gambar diatas yang terbagi atas empat karakter yang berdampak posif bagi anak adalah karakter religius dengan nilai 76,80% dinyatakan baik. Penggunaan gadget pada masa pandemi covid-19 anak dapat terkontrol ibadahnya, karena tugas disekolah anak wajib merekam dalam satu hari wajib beribadah yang menjadi penilaian si anak. Karakter peduli sosial dengan adanya pembelajaran daring anak saling informasi pengetahuan sesama temannya untuk berdiskusi materi apa saja yang dipelajari menjadi tugas. Hasil yang didapatkan 73,87% dinyatakan baik. Sedangkan karakter disiplin dinyatakan baik dengan nilai 67,73%, anak terbiasa disiplin untuk menyesaiankan tugas dari sekolah sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Selanjutnya karakter tanggung jawab dengan nilai 76,53% dinyatakan baik, hal ini menunjukan pertanggungjawaban si anak untuk mengerjakan tugasnya tepat pada waktunya untuk penyelesaiannya. Dampak negatif penggunaan gadget juga terjadi pada anak – anak semenjak sering menggunakan media gadget untuk kegiatan belajar jarak jauh seperti anak kurang beristirahat, anak lebih malas, membahayakan kesehatan mata akibat radiasinya, anak lebih suka menyendiri dengan gadgetnya. ## PEMBAHASAN Tekhnologi pada abad 21 memberikan dampak positif dan negatif bagi anaknya. Tergantung bagaimana orang tua menyikapi perkembangan karakter anaknya. Hal ini sedana dengan pendapat Wulan Patria Saroinsong (2016) menyatakan bahwa penggunaan gadget berdampak merugikan pada keterampilan interpersonal anak jika terlalu sering digunakan. Ketergantungan siswa pada Smartphone secara langsung membuat mereka malas belajar. Pada dasarnya dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi (Habibi, dkk. 2018). Dengan demikian sebagai orang tua menanamkan nilai karakter bagi anak, agar anak tidan menyimpang karakternya. Sebagaiman pendapat menurut Muslich (2011:1) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Demikian pula Kurniawan (2014: 22) berpendapat bahwa pentingnya pendidikan karakter sejak usia dini kanak-kanak atau yang biasa disebut 76.80 73.87 67.73 76.53 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 N ilai Rat a- ra ta Religius Peduli Sosial Disiplin Tanggung Jawab para ahli psikologi sebagai usia emas ( golden age ), menurutnya dalam usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. ## IV. KESIMPULAN Berkaitan dengan uraian di atas maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa. 1. Dampak positif penggunaan gadget dapat membentuk karakter religius, peduli sosial, disiplin dan tanggung jawab dari empat karakter dikategorikan baik. 2. Dampak negatif tercemin pada si anak dalam penggunaan gadget bagi aktivitas sehari hari adalah anak kurang beristirahat, anak lebih malas, membahayakan kesehatan mata akibat radiasinya, anak lebih suka menyendiri dengan gadgetnya. 3. Perlu adanya pengawasan orang tua, karena perkembangan karakter terbentuk dari lingkungan keluarga. ## DAFTAR PUSTAKA Ameliola Conference On Indonesian Studies Ethnicity and Globalization “Perkembangan Media Informasi dan Teknologi Terhadap Anak Dalam Era Globalisasi”, Fakultas Pertanian. UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG.Syifa, Hanggara Dwiyudha Nugraha, 2010. Penelitian Prosiding The 5 International. Ameliola, S., Nugraha, D. . (2013). Perkembangan Media Informasi Dan Teknologi Terhadap Anak Dalam Era Globalisasi . Universitas Brawijaya. Diakses pada tanggal 20 Juni 2020 dari Http://Icssis.Files.Wordpress.Com/2 013/09/2013-02- 29.Pdf . Arif, Rifda Mardian. 2017. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sains . Stilistika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya, Vol. 2 No 1, Tahun 2017, Hlm. 135- 150 . Chusna, P. A. (2017). Pengaruh Media Gadget Pada Perkembangan Karakter Anak. Dinamika Penelitian: Media Komunikasi Sosial Keagamaan , 17 (2), 315–330. Diakses pada tanggal 25 Juni 2020 dari Https://Doi.Org/10.21274/Dinamika/2017.17.2.315- 330 . Fathoni, A. R. (2017). Pengaruh Gadget Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini . Diakses pada tanggal 27 Juni 2020 dari Http://Www.Artikelcakep.Top/2017/10/PengaruhgadgetTerhadapPerkembangananak - Artikelcakep.Html . Hurlock, E. B. (2016). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan) (5th Ed) . Erlangga. Habibi, M., Chandra, C., Mahyuddin, R., & Hendri, S. (2018). Validity of Teaching Materials for Writing Poetry Based on Creative Techniques in Elementary Schools. Mimbar Sekolah Dasar , 5 (3), 145–154. ttps://doi.org/10.17509/mimbar- sd. v5i3.14501. Kurniawan, S. (2014). Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya Secara Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional . Jakarta: Bumi Aksara. Trinika Yulia, (2015). Skripsi “Pengaruh Penggunaan Gadget Terhadap Perkembangan Psikososial Anak”, Fakultas Kedokteran. UNIVERSITAS TANJUNGPURA. Accepted Date Revised Date Decided Date Accepted to Publish 01 Agustus 2020 04 Agustus 2020 10 Agustus 2020 Ya
e6d86b31-1997-40fa-991f-daa489529f86
http://jurnal.stitnualhikmah.ac.id/index.php/modeling/article/download/1276/941
247 ## ANALISIS PELAKSANAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK – ANAK DI DESA JAHARUN B DUSUN 6 Putri Herayati Manalu, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Adelina Harahap, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Haikal Dipo Nugraha, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Ditya Paramitha, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Khoirunniswa Az-Zihra. T, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan E-mail : [email protected] ## Abstract Tutoring services are a process of assistance services from mentors to mentoring participants in solving difficulties related to learning problems both at school and outside school so that tutors can adjust to their learning situations, can develop their learning skills, and form study habits with systematic and consistent and can achieve the maximum possible achievement. This research uses descriptive qualitative methods with data collection techniques carried out by observation and observation to test the level of children's learning motivation that affects children's understanding which was carried out on July 20, 2022 - August 15, 2022 in the village of Jaharun B Hamlet 6 Galang sub-district. The form of tutoring services provided to students is a guidance service that is tailored to the learning problems faced by students. By looking at the specifications of the problems faced by students, the supervising teacher can formulate a tutoring service program for students. ## Keywords: Learning, Guidance, Difficulty, Students ## Abstrak Layanan bimbingan belajar adalah suatu proses layanan bantuan dari pembimbing kepada peserta bimbing dalam memecahkan kesulitan yang berhubungan dengan masalah belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah agar peserta bimbing dapat menyesuaikan diri dalam situasi belajarnya, dapat mengembangkan keterampilan belajarnya, dan membentuk kebiasaan- kebiasaan belajar dengan sistematik dan konsisten dan dapat mencapai prestasi semaksimal mungkin Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan observasi untuk menguji tingkat motivasi belajar anak yang berpengaruh terhadap pemahaman anak yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2022 - 15 248 | MODELING, Volume 10, Nomor 1, Maret 2023 Agustus 2022 di desa Jaharun B Dusun 6 kecamatan Galang. Bentuk layanan bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa adalah layanan bimbingan yang disesuaikan dengan masalah belajar yang dihadapi oleh siswa. Dengan melihat spesifikasi masalah yang dihadapi oleh siswa, maka guru pembimbing dapat merumuskan pogram layanan bimbingan belajar kepada siswa. Kata Kunci : Belajar, Bimbingan, Kesulitan, Siswa PENDAHULUAN Layanan bimbingan belajar merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan belajar, dan kesulitan belajar, serta sebagai aspek dan kegiatan belajar lainnya. Adapun beberapa hal yang mendukung layanan bimbingan belajar. Salah satunya adalah dengan adanya ketertarikan dengan masalah kependidikan. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat vital untuk menentukan maju atau tidaknya suatu bangsa jika kualitas pendidikan buruk, maka akan berdampak buruk juga dengan suatu bangsa. Dan begitu juga sebaliknya jika kualitas pendidikan baik, maka akan berdampak baik juga dengan suatu bangsa. Seperti yang telah diketahui oleh peneliti bahwasanya layanan bimbingan belajar yang ada di Desa jaharun B masih tergolong rendah. Hal ini di sebabkan oleh beberapa hal. Contohnya dari kurangnya tenaga pendidik yang ada di sekolah serta sarana, dan prasarana yang disediakan oleh pihak sekolah. Mengenai bimbingan belajar Oemar Hamalik berpendapat bahwa bimbingan belajar yang ditujukan terhadap siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efesien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami siswa. Dengan adanya layanan bimbingan belajar di Desa jaharun B dapat memberikan manfaat seperti yang di harapkan. Adapun beberapa manfaat yang bisa kita rasakan jika mengikuti bimbingan belajar, diantaranya adalah :  Membantu anak untuk lebih memahami dan memperdalam materi pelajaran yang diajarkan di sekolah.  Membuat anak menjadi lebih disiplin dalam hal belajar.  Anak dapat memanfaatkan waktu luang dengan mengisi hal-hal positif.  Anak mendapatkan pengalaman baru di luar sekolah.  Anak lebih pandai dalam bersosialisasi. MODELING, Volume 10, Nomor 1, Maret 2023 | 249 ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan dan observasi untuk menguji tingkat motivasi belajar anak yang berpengaruh terhadap pemahaman anak yang dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 2022 - 15 Agustus 2022 di desa Jaharun B Dusun 6 kecamatan Galang. Untuk mewujudkan tujuan penelitian, proses pengkajian dilakukan secara berbaur yang terdiri dari 4 fase : Pengenalan, merencanakan pelaksanaan tindakan, mengamati, dan merefleksi yang akan dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar pada anak setelah melakukan bimbingan belajar. Untuk menganalisis data kualitatif yang berdasarkan hasil pengamatan dan dan hasil observasi pada anak- anak, peneliti melakukan proses untuk mengorganisasikan data dengan tahapan 1). Membuat tabel data dari data yg terkumpul, 2). Mendeskripsikan secara jelas atas dasar data dalam tabel sehingga menjadi suatu kesimpulan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Membangun hubungan dengan masyarakat dan sosialisasi kepada masyarakat di desa Jaharun B Kecamatan Galang yang dilakukan oleh kelompok 49 KKN UINSU tahun 2022 sudah terlaksana. Kegiatan kkn ini sudah berjalan selama satu bulan penuh dengan terjun ke lapangan secara langsung dan kami memilih untuk menetap di desa jaharun B dusun 6 selama satu bulan melakukan kegiatan KKN tersebut. Banyak kegiatan-kegiatan yang telah kami susun atau disebut juga sebagai program kerja yang akan kami lakukan selama kegiatan kkn berlangsung. Salah satunya adalah program belajar yaitu “Layanan Bimbingan Belajar” yang akan kami berikan kepada anak-anak yang terdapat di desa jaharun B dusun 6. Kami sebagai Peneliti yang terdiri atas 25 orang yang secara bergantian melakukan layanan bimbingan belajar yang dilakukan terhadap masyarakat sekitar terkhusus siswa- siswi SD. Kegiatan layanan bimbingan belajar ini dilakukan selama 20 hari, terhitung dari tanggal 20 Juli 2022 – 15 Agustus 2022. Dalam kegiatan layanan bimbingan belajar tersebut peneliti melakukan 4 kali observasi hasil yang dilakukan setiap satu minggu sekali untuk menguji tingkat motivasi belajar anak yang berpengaruh dalam pemahaman belajar. Adapun yang menjadi beberapa masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan layanan bimbingan belajar di Desa Jaharun B, Dusun 6, Kecamatan Galang Deli Serdang dan faktor penghambat pelaksanaan layanan bimbingan belajar di Desa Jaharun B, Dusun 6, Kecamatan Galang Deli Serdang. ## Observasi Pertama Observasi test pertama dalam penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin, 1 Agustus 2022 pukul 19.00 WIB di Desa Jaharun B, Dusun 6, Kecamatan 250 | MODELING, Volume 10, Nomor 1, Maret 2023 Galang Deli Serdang. Diketahui dalam pelaksanaan layanan bimbingan belajar peneliti melakukan pengenalan terhadap masalah- masalah belajar yang dialami sisiwa. Hal ini dilakukan peneliti untuk mengetahui bentuk- bentuk masalah belajar yang dialami siswa. Dalam mengenali masalah belajar yang dialami siswa, Prosedur yang dilakukan pembimbing yaitu dengan melakukan tes tingkat motivasi belajar terhadap 20 siswa. Sikap dan kebiasaan siswa saat mengikuti kegiatan layanan bimbingan belajar. Adapun daftar tingkat motivasi belajar siswa yang mengikuti program layanan bimbingan belajar di Desa Jaharun B, Dusun 6, Kecamatan Galang Deli Serdang. Tabel 1. Tingkat Motivasi Belajar Siswa. NIL AI X (%) INTERPRE TASI FREKU ENSI PRESEN TASI 0- 20 Sangat rendah 2 10% 21- 45 rendah 10 50% 46- 75 sedang 5 25% 76- 85 Tinggi 2 10% 86- 100 Sangat Tinggi 1 5% Pada tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat 2 siswa yang mengalami motivasi belajar sangat rendah, 10 siswa mengalami motivasi belajar rendah, 5 siswa mengalami motivasi belajar sedang dan 2 siswa mengalami motivasi belajar tingggi serta terdapat 1 siswa yang mengalami motivasi belajar sangat tinggi. Dari hasil pengamatan tersebut, diketahui bahwa rata- rata motivasi belajar siswa dalam mengikuti layanan bimbingan belajar Di Desa Jaharun B tergolong rendah. Oleh sebab itu, peneliti melakukan upaya-upaya untuk \meningkatkan motivasi belajar siswa. ## Observasi Kedua Observasi ke dua dilakukan pada hari Senin, 1 Agustus 2022 pukul 19.00 WIB di Desa Jaharun B Dusun 6. Setelah mengetahui masalah belajar yang dialami oleh siswa yaitu rendahnya tingkat motivasi belajar siswa, peneliti berusaha melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Upaya yang dilakukan pembimbing yaitu dengan meningkatkan motivasi belajar siswa. Dalam meningkatkan motivasi belajar siswa, pembimbing melakukan hal-hal yang dilakukan sebelum proses pembelajaran maupun diakhir proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa diantaranya seperti, berdoa sebelum proses pembelajaran. Setelah melakukan doa, peneliti menanyakan hal-hal apa saja yang mereka iangat ketika pembelajaran di sekolah tersebut. Hal ini dilakukan untuk menguji ingatan siswa. Setelah mengetahui bagaiman mereka disekolah, peneliti menjelasakn materi MODELING, Volume 10, Nomor 1, Maret 2023 | 251 yang akan diajarkan dengan mengguanakan strategi pembelajaran. Dalam penggunaan strategi pembelajaran ini, peneliti menganggap ini merupakan hal yang sulit, karena peneliti harus dapat mengkoordinasi berbagai macam motivasi yang berbeda. Kemudian pada saat proses pembelajaran, peneliti melakukan ice breaking untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan serta menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa serta memberikan hadiah kepada siswa. Diakhir pembelajaran peneliti memberikan kesimpulan mengenai materi tadi dan melakukan game yang berkaitan dengan pembelajaran mereka agar mereka mampu belajar sambil bermain. Upaya ini dianggap dapat meningkatkan motivasi belajar siswa agar mereka semangat. Observasi Ketiga Observasi ketiga dilakukan pada tanggal 8 Agustus. Dimana pada observasi kali ini peneliti menemukan beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya maotivasi siswa–siswa tersebut. Diantaranya minimnya fasilitas pendidikan yang ada di masayarak sekitar. Fasilitas merupakan salah satu penunjang keberhasilan pendidikan di Indonesia, tetapi pada desa ini peneliti tidak menemukan perpustakaan mini di daerah tersebut, bahkan minimnya lampu jalan yang menghambat pergerakan siswa untuk belajar di luar dusun mereka. ## Observasi Keempat Observasi ini dilakukan pada 15 Agustus 2022. Observasi ini merupakan observasi akhir yang dilakukan peneliti. Dimana pada observasi ini peneliti melakukan Test untuk melihat tingkat motivasi belajar anak setelah melakukan bimbingan belajar di Desa Jaharun B, Dusun 6. Dalam observasi terakhir ini peneliti melakukan test dengan melihat sikap dan pemahaman mereka setelah peneliti melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi belajar mereka. Adapun Hasil Test tesebut sebagai Berikut: Tabel 2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa NIL AI X (%) INTERPRE TASI FREKU ENSI PRESEN TASI 0- 20 Sangat rendah 1 5% 21- 45 rendah 2 10% 46- 75 sedang 5 25% 76- 85 Tinggi 10 50% 86- 100 Sangat Tinggi 2 10% Pada tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat 1 siswa yang mengalami motivasi belajar sangat rendah, 2 siswa mengalami motivasi belajar rendah, 5 siswa mengalami motivasi belajar sedang, 10 siswa mengalami motivasi belajar tingggi serta 252 | MODELING, Volume 10, Nomor 1, Maret 2023 terdapat 2 siswa yang mengalami motivasi belajar sangat tinggi. Dari hasil pengamatan tersebut, diketahui bahwa rata-rata motivasi belajar siswa dalam mengikuti layanan bimbingan belajar Di Desa Jaharun B Dusun 6 tergolong meningkat. Oleh sebab itu, kami kelompok 49 kkn uinsu 2022 sebagai peneliti terus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di desa Jaharun B Dusun 6 Kecamatan Galang. ## SIMPULAN Pendidikan adalah hal yang sangat vital karena untuk menentukan suatu bangsa dapat maju atau tidak melalui pendidikan apabila pendidikan disuatu Negara itu bagus maka bagus pula negaranya dan sebaliknya apabila pendidikan disuatu Negara itu kurang berkualitas maka Negara menjadi kurang berkualitas. Untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik perlulah adanya bimbingan belajar terhadap pelajar tersebut supaya kualitas pendidikan didiri pelajar tersebut menjadi lebih berkualitas. Dari dasar itu peneliti membuat bimbingan belajar didesa Jaharun B khususnya di dusun 6 untuk membuat pelajar mendapatkan layanan pendidikan yang baik. Seperti yang diketahui layanan bimbingan belajar di desa jaharun B khususnya di dusun 6 memiliki layanan bimbingan belajar tergolong rendah, maka dari itu peneliti menekankan pentingnya kegiatan bimbingan belajar ini khususnya pada anak-anak. Dalam suatu kegiatan penelitian, hendaklah digunakan metode demi tercapainya tujuan dari penelitian tersebut, adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam artikel ini ialah metode kualitatif deskriptif yaitu teknik pengumpulan data yaitu melalui 4 fase: pengenalan, merencanakan pelaksanaan tindakan, mengamati, dan merefleksi yang akan dilakukan dalam meningkatkan motivasi belajar pada anak setelah melakukan bimbingan belajar untuk menganalisis data kualitatif yang berdasarkan hasil pengamatan dan hasil observasi. Maka dari itu berikut ini peneliti akan memaparkan hasil pembahasan selama kegiatan tersebut berlansung, dikethu bahwa rata-rata motivasi belajar siswa dalam mengikuti layanan bimbingan belajar di Desa Jaharun B Dusun 6 tergolong meningkat. Oleh sebab itu, kami kelompok 49 KKN UINSU 2022 sebagai peneliti terus melakukan upaya- upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di Desa Jaharun B Dusun 6 Kecamatan Galang. ## DAFTAR RUJUKAN Prayitno. (2018). Layanan Dasar dan Bimbingan Belajar dan Konseling Kelompok. (Gusjigang, Ed.) Rineka cipta , 2, 18. Sempurnawati, E. (2016). Artikel upaya MODELING, Volume 10, Nomor 1, Maret 2023 | 253 peningkatan motivasi belajar melalui bimbingan kelompok (PTBK pada siswa SMK Perintis 29 Semarang. Iskandar. (2009). dalam suasana 5 juga dan minat g hangat mbingan ar Jaya metode. belajar, sisiwa. h juga sanakan h sangat ng juga dalam Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. angsang Satori, Djam'an dan Komariah. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Tohirin. (2009) Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madarasah. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Makmun, Abin Syamsudin. (2016). Psikologi Kependidikan: Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Remaja Rosdakarya.
fe974569-6228-4c81-b722-bd9369469a66
http://journal.unigha.ac.id/index.php/JAR/article/download/1392/1063
Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar ## KONTRIBUSI DAN TREND PRODUKSI PADI DI KABUPATEN BANYUMAS ## CONTRIBUTION AND TREND OF RICE PRODUCTION IN BANYUMAS REGENCY Wahyu Adhi Saputro (1)* , Kunandar Prasetyo (2) (1)(2) Prodi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soerdirman Penulis Korespondensi, email : [email protected] ## ABSTRAK Beras masih menjadi primadona sebagai pangan pokok masyarakat di Indonesia dengan begitu produksi padi menjadi kunci dalam penyediaan pangan. Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu lokasi yang memiliki produksi padi cukup baik terutama di Kabupaten Banyumas. Kontribusi produksi diperlukan untuk melihat seberapa besar sumbangsih wilayah terutama dalam menghasilkan padi. Prediksi produksi juga menjadi penting untuk melihat peluang produksi padi di masa mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi dan trend produksi padi di Kabupaten Banyumas. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kontribusi dan analisis forecasting trend . Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa kontribusi produksi padi Kabupaten Banyumas dari tahun 2010 hingga tahun 2021 memiliki nilai positif. Arti dari penilaian tersebut menandakan bahwa produksi padi di Kabupaten Banyumas memiliki sumbangsih terhadap Jawa Tengah. Catatan kontribusi tertinggi berada pada tahun 2020 mencapai 4,11%. Berdasarkan trend produksi memiliki nilai positif yang mengindikasikan bahwa dalam beberapa tahun mendatang produksi padi di Kabupaten Banyumas akan meningkat. Berdasarkan kedua hasil tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas produksi dengan berbagai langkah strategis seperti penyediaan bantuan sarana alat produksi dan paket teknologi. Kata kunci: Banyumas, Kontribusi, Padi, Trend ## ABSTRACT Rice is still the prima donna as the staple food for people in Indonesia, so rice production is the key in food supply. Central Java Province is one of the locations that has quite good rice production, especially in Banyumas Regency. Production contribution is needed to see how much the region contributes, especially in producing rice. Production prediction is also important to see opportunities for rice production in the future. This study aims to analyze the contribution and trend of rice production in Banyumas Regency. The data analysis method used is contribution analysis and forecasting trend analysis. Based on the results of the study, it was concluded that the contribution to rice production in Banyumas Regency from 2010 to 2021 has a positive value. The meaning of this assessment indicates that rice production in Banyumas Regency has contributed to Central Java. The record for the highest contribution was in Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar 2020 reaching 4.11%. Based on the production trend, it has a positive value which indicates that in the next few years rice production in Banyumas Regency will increase. Based on these two results, the local government must support it to maintain production stability with various strategic steps such as providing assistance with production equipment and technology packages. Keywords : Banyumas, Contribution, Rice, Trend PENDAHULUAN Pertumbuhan perekonomian di Indonesia masih ditopang oleh sektor pertanian yang menjadi andalan (Abubakar dan Rafsanjani, 2018). Sektor ini mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Faktanya permasalahan bidang pertanian tetap ada hingga saat ini terutama masalah ketersediaan pangan yang belum merata. Indonesia sebagai produsen beras dunia nyatanya juga belum mampu memenuhi kebutuhan pangan pada beberapa periode dan berulang. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk. Tantangan inilah yang membuat sektor pertanian harus didorong sebagai pemecahan solusi dalam penyediaan pangan (Mistiyah dkk, 2020). Pemenuhan kebutuhan pangan penduduk di Indonesia yang semakin bertambah dari waktu ke waktu masih didominasi dari konsumsi beras yang berasal dari produksi padi. Peningkatan jumlah penduduk tentunya berpengaruh terhadap pergerakan perekonomian terutama di Jawa Tengah. Peningkatan jumlah penduduk namun sayangnya tidak diiringi dengan penambahan lahan pertanian yang justru tidak meningkat dan beralih fungsi. Alasan tersebut semakin diperparah dikarenakan tanah sebagai kebutuhan sumberdaya dasar terutama bagi pemukiman masyrakat (Govindaprasad, 2014). Lahan yang menjadi bagian dari faktor produksi dan tempat budidaya produk pertanian memiliki kontribusi dalam usahatani. Tinggi rendahnya jumlah luas lahan yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil produksi (Arimbawa (2017). Hidup manusia bergantung pada konsumsi pangan yang menjadi kebutuhan pokok oleh karena itu ketersediaan serta akses harus terpenuhi dengan optimal. Faktor kenaikan harga komoditas pangan diakibatkan inflasi menjadikan adanya kelangkaan sehingga tingkat produksi pangan menjadi minim. Kelangkaan produk pertanian akan meningkatkan permintaan masyarakat (Jam’an, 2018). Adanya kelangkaan produk mengakibatkan adanya impor sehingga akses pangan memburuk (Damanik, 2016). Sebab itulah pemerintah kemudian berkonsentrasi pada tujuh komoditas utama yang dijadikan bahan pokok prioritas utama seperti padi/beras, jagung, kedelai, gula, daging sapi, bawang merah, dan cabai merah. Bahan pangan poko harus dijaga stabilitas harga agar gejolak di tingkat konsumen tidak terjadi dan akan Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar berimbas pada inflasi (Hermanto, 2014). Upaya keras untuk membuat harga komoditas dan pasokan stabil dibutuhkan terutama pada produk pangan sehingga akses fisik juga harus sesuai dengan kebutuhan ekonomi masyarakat. Hal ini berhubungan dengan asupan gizi bagi rakyat Indonesia (Hermanto, et al., 2015). Salah satu provinsi yang dijadikan sebagai tumpuan atau penyangga nasional adalah Jawa Tengah. Hal itu dikarenakan wilayah ini mampu menghasilkan padi dengan produktivitas yang cukup baik dibandingkan wilayah lainnya. Padi masih menjadi tanaman pangan pokok di Provinsi Jawa Tengah. Tercatat bahwa pada tahun 2015 proporsi produksi padi sawah lebih dari 50% sedangkan padi ladang memiliki catatan 2 persen dan sisanya komoditas lain seperti hortikultura. Salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang menjadi andalan dalam memproduksi padi adalah Kabupaten Banyumas. Wilayah ini memiliki total area produksi yang mencapai lebih dari 20% dari total wilayah yang dimiliki sebagai tempat budidaya padi (Satriyo, 2015). Padi yang dibudidayakan di Kabupaten Banyumas berasal dari lahan sawah maupun tadah hujan mengikuti topografi lahan yang tersebar berdekatan dengan Gunung Slamet hingga ke selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap (Novia & Satriani, 2020). Mempertahankan sektor pertanian harus dijaga bahkan ditingkatkan untuk mendorong pendapatan petani lebih baik lagi. Langkah yang bisa dilakukan bisa menggunakan merencanakan masa panen maupun strategi produksi menjadi penting. Perhitungan kontribusi menjadi penting untuk mendukung pengembangan terutama produksi padi. Kontribusi berpengaruh terhadap pengembangan untuk penguat daya dukung dalam peningkatan luas lahan padi pada beberapa sentra wilayah di Indonesia (Arifin dkk, 2022). Garis trend akan menunjukkan perkembangan produksi komoditas pertanian bergantung pada pergerakan arah garis ke kiri bawah ataupun ke kanan atas. Trend dijadikan sebagai prediksi untuk masa mendatang apakah akan terus meningkat atau justru menurun. Trend juga dapat dijadikan sebagai peluang usaha dengan melihat perkembangan minat dan produksi yang ada (Hermansyah dkk, 2019). Analisis trend produksi digunakan sebagai langkah strategik sebagai perkiraan masa penanaman sehingga dapat dilihat prediksi panen pada masa mendatang (Barus dkk, 2022). Berdasarkan uraian yang telah dituliskan maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis trend produksi dan kontribusi padi di Kabupaten Banyumas. ## METODE Penelitian ini menggunakan metode deskrptif analisis dengan data sekunder time series. Data yang digunakan dalam penelitian ini selama periode 10 tahun berasal dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas dan Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dikarenakan wilayah Banyumas merupakan daerah yang memiliki produksi padi cukup baik di Jawa Tengah. Menjawab tujuan Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar penelitian mengenai kontribusi produksi padi di Kabupaten Banyumas terhadap produksi Jawa Tengah menggunakan rumus yang secara sistematis dapat dituliskan: Z = A/B X 100% Keterangan : Z = Kontribusi Produksi (%) A = Produksi Padi Kabupaten Banyumas (Ton) B = Produksi Padi Provinsi Jawa Tengah (Ton) Analisis trend dalam bidang pertanian digunakan untuk memecahkan masalah dan menjawab perkiraan giliran di masa mendatang (Sugiyono, 2015). Analisis trend menggunakan analisis regresi sederhana dengan metode kuadrat terkecil ( least square ) kemudian dilanjutkan dengan forecasting menggunakan alat POM QM for Windows. Menjawab tujuan penelitian mengenai analisis trend padi di Kabupaten Banyumas dapat menggunakan rumus berikut ini: Y = a + b X Keterangan : Y : variabel yang dicari (trend) X : variabel waktu (tahun). a : nilai konstanta (a = ΣY/N) b : nilai koefisien(b =ΣXY/ΣX2) N : jumlah sampel Garis trend linear untuk data deret berkala adalah Xt = a + bt . Nilai a dan b yang meminimumkan MSE ( Mean Square Error ) dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut: 𝑏 = 𝑛 ∑ 𝑡𝑋 − ∑ 𝑡 ∑ 𝑋 𝑛 ∑ 𝑡 − (∑ 𝑡) 𝑎 = ∑ 𝑥 𝑛 − 𝑏 ∑ 𝑡 𝑛 Keterangan: a = intersep b = kemiringan (slope) HASIL DAN PEMBAHASAN Kontribusi Produksi Padi di Kabupaten Banyumas Peningkatan produksi padi harus ditingkatkan oleh semua daerah mengingat beras masih menjadi prioritas utama pangan masyarakat di Indonesia. Beberapa cara telah dilakukan sejak dahulu seperti upaya untuk intensifikasi (Adrianto et al., 2016). Upaya dilakukan untuk antisipasi impor yang terjadi. Peningkatan produksi padi juga dapat dilakukan dengan menyediakan input berapa sarana alat produksi yang baik seperti benih yang berkualitas, ketersediaan pupuk, dan input lainnya untuk mencapai hasil yang optimal. Kabupaten Banyumas memiliki lahan berupa persawahan maupun areal tadah hujan yang bisa digunakan dalam memproduksi padi. Kekhawatiran terhadap alih fungsi lahan yang akan mempengaruhi terhadap penurunan produksi juga harus diantisipasi dengan kebijakan yang mendukung dalam rangka mempertahankan penggunaan lahan. Peningkatan indeks pertanaman padi juga menjadi salah satu upaya yang dicanangkan. Tentunya upaya tersebut Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar harus diimbangi dengan penggunaan teknologi tepat guna dan pengairan yang berkelanjutan (Anshori et al., 2020). Sistem budidaya juga menjadi pokok penting yang berpengaruh terhadap hasil panen seperti penerapan SRI ( System of Rice Intencification ) maupun sistem budidaya jajar legowo . Usaha peningkatan produksi alangkah lebih baik jika dilakukan bersinergi dengan banyak komponen sebagai daya dukung pengelolaan tanaman terpadu (Suarsana et al., 2020). Produksi di Kabupaten Banyumas juga perlu dilihat kontribusinya terutama untuk mencukupi kebutuhan domestik dan tidak dipungkiri jika produksi berlebih dapat untuk pemenuhan kebutuhan wilayah lain di sekitarnya seperti Kabupaten Cilacap maupun Purbalingga. Perbandingan antara produksi padi Kabupaten Banyumas dengan Produksi padi di Jawa Tengah penting untuk dilakukan untuk melihat seberapa besar sumbangsih produksi padi di Kabupaten Banyumas terhadap wilayah di atasnya yaitu Provinsi Jawa Tengah. Kontribusi produksi padi dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1. Kontribusi Produksi Padi di Kabupaten Banyumas Tahun 2010 – 2021 Tahun Produksi Banyumas (Ton) Produksi Jawa Tengah (Ton) Kontribusi (%) 2010 401.261 10.110.830 3,97 2011 345 . 761 9 . 391 . 959 3,68 2012 381 . 092 10 . 232 . 934 3,72 2013 348 . 196 10 . 344 . 816 3,37 2014 316 . 917 9 . 648 . 104 3,28 2015 384 . 943 11 . 301 . 422 3,41 2016 388 . 194 11 . 466 . 000 3,39 2017 370 . 947 14 . 506 . 450 2,56 2018 409 . 054 10 . 499 . 588 3,90 2019 368 . 957 9 . 655 . 653 3,82 2020 389 . 828 9 . 489 . 165 4,11 2021 376 . 083 9 . 618 . 657 3,91 Sumber: Analisis Data Sekunder (2022) Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat seberapa besar kontribusi produksi padi Kabupaten Banyumas. Produksi padi di Kabupaten Banyumas tertinggi berada pada tahun 2018 dengan perolehan catatan produksi padi sebesar 409.054 ton. Perolehan terendah produksi padi berada pada perolehan tahun 2014 sebesar 316.917 ton. Kenaikan produksi padi tertinggi di Kabupaten Banyumas berada pada tahun 2014 menuju tahun 2015 dengan kenaikan produksi 68.026 ton padi atau dengan persentase sebesar 21,46%. Penurunan produksi terbesar terjadi pada tahun 2010 ke tahun 2011 dengan penurunan sebanyak 55.500 ton atau setara dengan persentase sebesar 13,83%. Tabel 1 juga memberikan informasi mengenai perkembangan produksi padi di Jawa Tengah. Tercatat pada tahun 2017 catatan produksi 14 . 506 . 450 ton menjadi perolehan tertinggi sedangkan perolehan terendah Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar diperoleh pada tahun 2020 yang tercatat hanya 9 . 489 . 165 ton produksi padi. Kenaikan produksi padi tertinggi yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah berada pada rentang tahun 2016 menuju tahun 2017 dengan catatan kenaikan produksi mencapai 3.040.450ton padi atau dengan persentase sebesar 26% sedangkan penurunan produksi terbesar terjadi pada tahun 4.006.862 tahun 2017 ke tahun 2018 atau sebesar 27%. Melihat kontribusi yang terjadi maka pada tahun 2020 kontribusi padi di Kabupaten Banyumas memiliki catatan tertinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya dengan catatan 4,11 sedangkan perolehan kontribusi terendah terjadi pada tahun 2017 dengan perolehan kontribusi sebesar 2,56. Naik dan turunnya produksi padi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah indeks pertanaman yang erat kaitannya dengan pengembangan pola tanam. Apabila masih banyak petani yang menerapkan pola tradisional maka risiko yang dimungkinkan terjadi juga tinggi dan dikhawatirkan mengalami kegagalan panen. Maksud dari perihal tersebut adalah penggunaan teknologi yang masih rendah dan adanya beberaap penyebab seperti hama, penyakit maupun kekeringan menjadi penyebab utama berkurangnya produksi yang terjadi. Pencegahan dan antisipasi bisa dilakukan dengan dua rekayasa yaitu sosial dan teknologi. Kombinasi keduanya antara indeks tanam dan penentuan masa tanam yang baik diirngi optimalisasi teknologi serta ruang akan memaksimalkan sisi produksi sehingga pendapatan petani bisa ditingkatkan (Supriatna, 2012). Produksi yang meningkat dan menurun juga disebabkan luas lahan milik petani, harga beras serta jumlah tenaga kerja yang digunakan. Luas area tentunya akan slearas dengan input yang digunakan sehingga akan berpengaruh pada biaya dan berujung pada pendapatan petani (Setiani, 2015). Pemerintah daerah harus memiliki upaya untuk menjaga stabilitas produksi misalnya dengan memberikan program insentif sarana alat produksi pertanian berupa benih atau paket teknologi untuk bisa menghasilkan produksi yang optimal. Analisis Trend Produksi Padi di Kabupaten Banyumas Prediksi terhadap produksi padi dapat dijadikan sebagai acuan dalam masa mendatang terlebih lagi untuk sektor pertanian. Rencana pembangunan pertanian salah satunya bisa dicapai ketika produksi komoditas pertanian terutama komoditas strategis memiliki hasil yan baik. Efektifitas dan akurasi terhadap prediksi produksi juga menjadi penting agar pengembangan padi semakin membaik. Tentunya trend produksi yang semakin meningkat akan selaras dengan kontribusi wilayah tersebut dalam mensuplai padi yang notabenenya adalah pangan pokok utama masyarakat Indonesia yaitu beras. Berikut ini adalah trend produksi padi di Kabupaten Banyumas Tabel 2. Analisis Trend Produksi Padi di Kabupaten Banyumas Measure Value Future Forecast Error Measures 13 384.898 Bias (Mean Error) 0 14 386.661 MAD (Mean Absolute Deviation) 19547,05 15 388.424 MSE (Mean Squared Error) 575529300 16 390.188 Standard Error (denom=n-2=10) 26279,94 17 391.951 Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar MAPE (Mean Absolute Percent Error) ,054 18 393.715 Regression line 19 395.478 Demand(y) = 361974,1 20 397.241 + 1763,389 * Time(x) 21 399.005 Statistics 22 400.768 Correlation coefficient 0,246 23 402.532 Coefficient of determination (r^2) 0,06 24 404.295 25 406.058 26 407.822 Sumber: Analisis Data Sekunder (2022) Berdasarkan tabel 2 mengenaui output forecast yang dilakukan pada beberapa bulan berikutnya diperoleh nilai MAD sebesar 19.547,05 dengan nilai Bias (Mean Error) sebesar 0. Berdasarkan output tersebut dapat dilihat MAPE (Mean Absolute Percent Error) yaitu tingkat kesalahan peramalan 5,4%. Jika melihat perkembangan trend produksi padi dari tahun 2021 maka terlihat trend yang positif sehingga produksi padi dimungkinkan akan terus bertambah di setiap tahunnya. Trend produksi yang baik ini harus diselaraskan dengan kemauan petani dalam menanam padi sehingga luas tanam akan stabil dan jika perlu bertambah. Harapannya langkah ini akan selaras dengan kuantitas dan kualitas hasil padi yang didapatkan petani. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa kontribusi produksi padi Kabupaten Banyumas dari tahun 2010 hingga tahun 2021 memiliki nilai positif. Arti dari penilaian tersebut menandakan bahwa produksi padi di Kabupaten Banyumas memiliki sumbangsih terhadap Jawa Tengah. Catatan kontribusi tertinggi berada pada tahun 2020 mencapai 4,11%. Berdasarkan trend produksi memiliki nilai positif yang mengindikasikan bahwa dalam beberapa tahun mendatang produksi padi di Kabupaten Banyumas akan meningkat. Berdasarkan kedua hasil tersebut harus didukung oleh pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas produksi dengan berbagai langkah strategis seperti penyediaan bantuan sarana alat produksi dan paket teknologi. ## DAFTAR PUSTAKA Abubakar, AL. Rafsanjani, A. (2018). Analisis Perbandingan Pendapatan Petani Padi Sawah Menggunakan Mesin Combinehervester Dengan Cara Tradisional Di Gampong Blang Meurah Dua Pidie Jaya. Jurnal Agroristek. 1 (1). 53-57. Adrianto, J., Harianto, & Hutagaol, M. P. (2016). Peningkatan Produksi Padi Melalui Penerapan Sri (System of Rice Intensification) di Kabupaten Solok Selatan. Jurnal Agribisnis Indonesia, 4(2), 107–122. https://doi.org/10. 29244/jai.2016.4.2.107-122. Alam, Max Nur, dan Effendy. 2017. Identifying Factors Influencing Production and Rice Farming Income with Approach of Path Analysis. American Journal of Agricultural and Biological Sciences. Vol 12. No. 1. Hal: 39- 43. Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar Anshori, A., Riyanto, D., & Suradal. (2020). Peningkatan Indeks Pertanaman Padi pada Musim Tanam ke Dua di Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. AgriHealth: Journal of Agri-Food, Nutrition and Public Health, 1(2), 55–61. http://dx.doi.org/10.20961/agrihe alth.v1i2.42481 Arifin. Biba, MA. Azisah. Sadat, MA. Mardiyati, S. (2022). Kontribusi dan Trend Produksi Padi Daerah Pengembangan Sulawesi Selatan, Indonesia. JURNAL AGRICA. 15 (1). 49-60. Arimbawa, Putu Dika dan A.A Bagus Putu Widanta. 2017. Pengaruh Luas Lahan, Teknologi, dan Pelatihan Terhadap Pendapatan Petani Padi Dengan Produktivitas Sebagai Variabel Intervening di Kecamatan Mengwi. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. Vol 6. No. 8. Hal: 1601- 1627. Barus, MDB. Mustafa. Thahirah, FS. (2022). Analisis Trend Produksi Dan Harga Komoditas Cabai Untuk Meningkatkan Produktivitas Desa Lau Gumba Kabupaten Karo. NUSANTARA: Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial. 9 (2). 527- 531. Damanik, S. (2016). Analisis Keterkaitan Ketahanan Pangan dengan Kemiskinan Berdasarkan Implementasi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia. EDAJ 5 (1) (2016). http://journal.unnes.ac.id/sju/ind ex. php/edaj Govindaprasad. P.K. dan K. Manikandan. 2014. Agricultural Land Conversion And Food Security: A Thematic Analysis. International Research Journal of Agriculture and Rural Development. Vol 3. No. 1. Hal: 1-19. Hermansyah, D. Patiung, M. Wisnujati, NS. (2021). Analisis Trend Dan Prediksi Produksi Dan Konsumsi Komoditas Sayuran Sawi (Brassica Juncea L) Di Indonesia Tahun 2020 S/D 2029. Jurnal Sosio Agribis. 21 (2). 34- 46. Hermanto. (2014). Harmonisasi Kebijakan Pangan Nasional dan Daerah dalam Haryono, et al. Reformasi Kebijakan Menuju Transformasi Pembangunan Pertanian. IAARD Press. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. Jakarta. Hermanto, Azahari, D.H., Rachmat, M., Ilham, N., Kariyasa, I.K., Supriyati, Setiyanto, A., Yofa, R.D., dan Yusuf, E.S. (2015). Outlook Komoditas Pangan Strategis Tahun 2015-2019. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Jam’an. Mardiyati, S. Ruliaty. (2018). Analisis Trend Produksi, Konsumsi, Dan Harga Komoditas Pangan Strategis Di Jurnal Agroristek p -ISSN 2615-417X, e -ISSN 2721-0782 DOI : https://doi.org/10.47647/jar Sulawesi Selatan. Agrokompleks. 19 (1). 1-8 Mistiyah. Juliprijanto, W. Septiani, Y. (2020). Analisis Determinasi Produksi Padi Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1998-2018. DINAMIC: Directory Journal of Economic. 2 (3). 821-833. Novia, R. A., & Satriani, R. 2020. Pengaruh status penguasaan lahan terhadap produksi padi sawah tadah hujan di Kabupaten Banyumas. Agrica, 13(1), 24–34. https://doi.org/10.31289/agrica.v13 i1.3318 Satriyo, N. A. 2015. Model geoplanologi dalam perencanaan tata ruang daerah Rawalo, Banyumas, Jawa Tengah. Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan, 25(2), 63–78. https://doi.org/10.14203/risetgeota m2015.v25.124 Setiani. (2015). Produksi Padi dan Jagung dalam Ekonomi Rumah Tangga Petani Lahan Sawah: Model dan Simulasi Kebijakan (Studi Kasus di Desa Kepuh Kembeng Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang). Media Trend, 10(2), 104– 115. https://doi.org/ 10.21107/ mediatrend.v10i2.942. Suarsana, M., Parmila, I. P., Wahyuni, P. S., & Suarmika, I. G. M. (2020). Pengaruh Serangan Hama Penggerek Batang dan Penyakit Tungro Terhadap Produktivitas Sembilan Varietas Padi di Lokapaksa, Bali. Agro Bali : Agricultural Journal, 3(1), 84–90. https://doi.org/10.37637/ab.v3i1. 461. Supriatna, A. (2012). Meningkatkan Indeks Pertanaman Padi Sawah Menuju IP Padi 400. AGRIN: Jurnal Penelitian Pertanian, 16(1), 1–18. https://doi.org/10.20884/1.agrin. 2 012.16.1.123.
704146b0-2d5b-4c3a-b377-628990b8a4a6
https://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick/article/download/5453/2561
Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick ## Kebijakan-Kebijakan Iso 17799 Pada Organisasi Sebagai Manajemen Sistem Keamanan Informasi Hendy Maulana Jaya Saputra, Bestin Septia Sinambela, Renaldi Johar Awal, dan Tegar Palyus Fiqar Program Studi S1 Sistem Informasi Institut Teknologi Kalimantan [email protected] Abstrak. Informasi merupakan suatu aset penting dalam organisasi. Informasi pada suatu or- ganisasi menjadi salah satu hal penting yang memengaruhi keberlangsungan usaha, peluang usaha, maupun ancaman bagi organisasi. Oleh karena itu, sangat diperlukan upaya dalam memanajemen keamanan suatu informasi pada sebuah organisasi, baik dari perangkat keras yang dimiliki, perangkat lunak, maupun sumber daya dan aset, termasuk orang dan karyawan, kemampuan dan keahlian, serta budaya dari organisasi. Dalam memanajemen suatu keamanan informasi, telah diterbitkan beberapa standar untuk memanajemen keamanan informasi agar proses keamanan dapat dilakukan dengan baik dan optimal. Salah satu standar yang terlah ada untuk memanajemen sebuah sistem keamanan informasi adalah ISO:17799. Oleh karena itu, pada paper ini akan membahas mengenai bagaimana kebijakan ISO:17799 dapat digunakan dan diterapkan oleh organisasi. seperti diantaranya adalah kontrol dan proteksi, pemantauan dan audit, serta mengetahui apa saja ancaman dalam memanajemen sistem keamanan informasi. ## Kata kunci : manajemen, keamanan informasi, audit Abstract. Information is an important asset in an organization. Information on an organization becomes one of the important things that affects business continuity, business opportunities, and threats to the organization. Therefore, efforts are needed in managing the security of information in an organization, both from the hardware that is owned, software, and resources and assets, including people and employees, capabilities and expertise, as well as the culture of the organization. In managing an information security, several standards have been issued to manage information security so that the security process can be carried out properly and optimally. One standard that has existed for managing an information security system is ISO: 17799. Therefore, this paper will discuss how ISO: 17799 policies can be used and implemented by organizations. such as control and protection, monitoring and auditing, and knowing what are the threats in managing an information security system. Keywords: management, information security, audit ## Pendahuluan Permasalahan keamanan informasi pada suatu perangkat lunak komputer akan selalu menarik untuk dibahas, hal ini dikarenakan perkembangan teknologi informasi yang semakin mengalami peningkatan dan semakin canggih serta meluas. Akan tetapi, kecanggihan teknologi informasi teidak selalu diikuti dengan penerapan keamanan yang memadai, sehingga ancaman keamanan akan selalu menjadi masalah pada penerapan sistem komputer dan teknologi infor-masi pada suatu perusahaan. Salah satu kunci keberhasilan sistem informasi adalah adanya visi dan komitmen dari pimpinan. Apabila tidak ada komitmen dari pimpinan, maka akan berdampak pada investasi pengamanan data, sebab pengamanan data tidak dapat berkembang tanpa adanya usaha dan biaya, termasuk Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick investasi untuk pengamanan data elektronik. Selain memerlukan adanya komitmen perlindungan data, masih dapat berbagai permasalahan dalam pengamanan sistem informasi, diantaranya bisa berupa kesalahan desain, kesalahan desain dapat terjadi dimana keamanan sering diabaikan. Kesalahan implementasi, kesalahan ini sering terjadi pada saat diimplementasikannya suatu desain menjadi sebuah sistem informasi, sebagai contoh adalah pembuatan aplikasi yang pengembang aplikasi tidak memahami betul mengenai keamanan pada aplikasi. Kesalahan konfigurasi, kesalahan ini terjadi pada tahap operasional, sistem yang dijalankan tidak sesuai dengan prosedur dari pemilik sistem. Kesalahan penggunaan, juga terjadi pada saat mengoperasikan sistem, umunya disebabkan karena sistem yang terlalu kompleks, sementara sumber daya terbatas [1]. Masalah keamanan informasi ju- ga ditinjau dari beberapa aspek. Dianta- ranya aspek-aspek dari tinjauan keamanan informasi adalah Physical Security , yang memfokuskan strategi untuk mengaman- kan anggota organisasi, keamanan fisik, lokasi, tempat kerja, serta meliputi berba- gai macam ancaman fisik, seperti misal- nya kebakaran, akses tanpa otorisasi, dan bencana alam. Personal Security yang memfokuskan mengenai perlindungan orang-orang dalam organisasi. Operation Security yang memfokuskan pengamanan kemampuan prganisasi terhadap keber- langsungan bisnis yang sedang berjalan. Communications Security yang bertujuan sebagai pengamanan media informasi dan komunikasi. Network Security yang mem- fokuskan pada keamanan jaringan tekno- logi informasi pada suatu organisasi [2]. Solusi masalah keamanan informasi kini telah diterbitkan oleh Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO). Standar Manajemen Keamanan Informasi ini telah diakui seca- ra internasional. Standar Manajemen Keamanan Informasi ini dilabeli ISO 17799. ISO 17799 diterbitkan pada bulan Desember 2000. ISO 17799. ISO 17799 mendefinisikan informasi sebagai aset yang mungkin ada dalam berbagai bentuk dan nilai bagi organisasi. Tujuan dari keamanan informasi sendiri adalah untuk melindungi aset ini guna memastikan ke- berlangsungan bisnis, meminimal-kan ke- rusakan bisnis, dan memaksi-malkan laba atas investasi. Pada karya tulis ini akan memba- has mengenai isi dan ketentuan dari ISO 17799 yang merupakan standar untuk ma- najemen keamanan sistem informasi. ISO 17799 juga menawarkan berbagai spesifi- kasi untuk memastikan manajemen laya- nan TI (Teknologi Informasi). ISO 17799 merupakan standar yang sering digunakan untuk mengetahui kebutuhan dan mene- rapkan kamanan sistem informasi. ## Metodologi Metodologi penelitian yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah de- skriptif kualitatif, yakni dengan mengum- pulkan data-data yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Namun, apabila ditemukan data yang beruka ang- ka, maka akan diolah dan dideskripsikan serta dijelaskan dengan menggunakan ka- limat penjelas. Sehingga hasil dari paper ini adalah naskar yang berasal dari rang- kuman naskah-naskah dengan pembaha- san yang serupa. ## Pembahasan Sistem Manajemen Keamanan Infor- masi Sistem manajemen keamanan informasi adalah bagian dari integrasi dengan proses organisasi serta struktur manajemen secara menyeluruh. Pada ISO/IEC 27001 (2013) Sistem manajemen keamanan informasi menjaga integritas, kerahasiaan serta ketersediaan informasi melalui proses resiko dan meyakinkan pihak yang berkepentingan bahwa resiko dapat Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick dikelola dengan baik [3]. Keamanan informasi terdiri dari perlindungan 3 aspek yaitu Confidentiality (kerahasiaan) merupakan aspek yang menjamin kerahasiaan data atau informasi, memastikan bahwa informasi tersebut hanya dapat diakses oleh orang yang berwenang serta menjamin kerahasiaan data yang diterima , dikirim, ataupun yang disimpan. Integrity (integritas) merupakan aspek yang menjamin bahwa data tidak bisa diubah tanpa ijin pihak yang berwenang, menjaga keutuhan dan keakuratan keutuhan informasi serta metode prosesnya dalam menjamin aspek integrity ini. Dan terakhir yaitu Availability (ketersediaan) merupakan aspek yang menjamin bahwa data akan tersedia ketika dibutuhkan, memastikan user yang memiliki hak dapat menggunakan informasi dan perangkat yang terkait seperti aset yang berhubungan ketika diperlukan [4]. Keamanan dapat tercapai dengan berbagai cara ataupun strategi yang biasa dilakukan dengan cara stimultan atau dilakukan dalam kombinasi satu dengan lainnya. Masing-masing strategi dari keamanan informasi memiliki fokus dan dibangun dengan tujuan tertentu sesuai kebutuhan. Contoh keamanan informasi yaitu Physical security, Personal security, Operation security, Communication security, Network security [5] . ## Alasan Keamanan Informasi Dibutuh- kan Keamanan sebuah informasi me- lindungi suatu informasi dari ancaman an- caman yang datang untuk memastikan ke- lancaran usaha, memperkecil kerugian da- ri perusahaan atau organisasi dan memak- simalkan keuntungan dari investasi dan kesempatan usaha. Manajemen dari suatu sistem informasi memungkinkan data un- tuk terbagi secara elektronis, sehingga memerlukan sebuah sistem untuk memas- tikan data terkirim dan diterima oleh tu- juan yang benar. hasil dari survey ISBS (Information Security Breaches Survey) pada tahun 2000 menunjukan bahwa se- bagian besar dari suatu data atau informasi tidak hanya cukup aman sehingga berala- san kerawanan. Langkah untuk memasti- kan bahwa suatu sistem memang mampu menjamin keamanan suatu data dan in- formasi telah dilakukan dengan benar me- nerapkan kunci kunci pengendalian dari standar yang telah teridentifikasi [5]. ## Komponen, Aplikasi, dan Implikasi ISO 17799 ISO 17799 menyediakan kerangka kerja untuk menetapkan meode penilaian risiko, kebijakan kontrol dan perulangan, dan dokumentasi program. Standar adalah model yang sangat baik untuk organisasi adalah perlu untuk membuat keamanan informasi dan prosedur, menetapkan peran dan tanggung jawab, memberikan ma- najemen aset yang konsisten, membangun keamanan manusia dan fisik, Komunikasi dokumen dan prosedur operasional, me- nentukan kontrol akses dan sistem terkait, bersiap untuk insiden dan manajemen kontinuitas bisnis, serta mematuhi persya- ratan hukum dan kontrol audit [6]. Keamanan informasi dapat didefi- nisikan sebagai program yang memung- kinkan suatu organisasi untuk melindungi lingkungan yang saling terhubung secara terus-menerus dari kelemahan, kerenta- nan, serangan, ancaman, dan insiden yang muncul. Program ini harus membahas ma- salah fisik dan tidak berwujud. Aset in- formasi ditangkap dalam berbagai format dan beragam, dan kebijakan, proses, dan prosedur harus dibuat sesuai dengan itu [7]. Organisasi dapat menggunakan standar ini tidak hanya untuk membuat program keamanan informasi tetapi juga untuk membuat pedoman yang berbeda untuk tujuan sertifikasi, kepatuhan, dan audit. Standar ini menyediakan berbagai istilah dan definisi yang dapat diadopsi serta alasan, pentingnya, dan alasan untuk Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick membangun program untuk melindungi informasi organisasi [8]. ## Langkah untuk Membangun dan Men- gimplementasikan Program Keamanan Informasi Deskripsi kontrol memiliki defini- si, panduan implementasi, dan informasi lain untuk memungkinkan organisasi me- netapkan tujuan programnya sesuai den- gan metodologi standar. Adapun tahapan dalam membangun dan mengimple- mentasikan program keamanan sistem in- formasi adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Mengadakan Analisis atau Penilaian Risiko Risiko didefinisikan sebagai segala sesuatu yang menyebabkan paparan kemungkinan kerugian atau cedera. Analisis risiko ditetapkan sebagai proses mengidentifikasi risiko pada suatu organisasi dan sering melibatkan evaluasi probabilitas dari suatu peristiwa atau suatu penilaian potensi bahaya. Kerugian potensi harus dipahami menentukan kemampuan organisasi untuk potensi kerugian seperti itu. Kategori risiko keduanya internal dan eksternal dan dapat mencakup [6]: 1. Alami: Peristiwa cuaca signifikan seperti badai, banjir, dan badai salju 2. Manusia: Kebakaran, tumpahan bahan kimia, vandalisme, pemadaman listrik, dan virus / peretas 3. Politik: serangan teroris, bom ancaman, pemogokan, dan kerusuhan Lakukan penilaian risiko untuk memahami, menganalisis, menge-valuasi, dan menentukan apa risiko organisasi membayar kemungkinan besar terjadi di lingkungan mereka. Risiko kegiatan penilaian melibatkan informasi teknologi (TI) dan informasi fasilitas pengolahan, manajemen fasilitas dan membangun keamanan, manusia sumber daya (SDM), manajemen catatan (RM) dan perlindungan catatan vital, dan kepatuhan dan manajemen risiko kelompok. Analisis risiko dilakukan untuk mengisolasi peristiwa spesifik dan tipikal yang wouid kemungkinan mempengaruhi organisasi; mengingat geografi dan sifatnya kegiatan bisnis akan membantu mengidentifikasi risiko. Kehilangan potensi dari semua ini acara dapat mengakibatkan akses terlarang, pasokan listrik terganggu, kebakaran dari gas atau gangguan listrik, kerusakan air, jamur atau cetakan untuk koleksi kertas, kerusakan asap, bahan kimia kerusakan, dan total kerugian (dengan kehancuran seluruh bangunan) [6]. Langkah 2 : Menetapkan Kebijakan Kea- manan Komponen standar ini menyediakan kon- ten yang harus dimasukkan serta panduan implementasi untuk menetapkan fondasi dan otorisasi program. Untuk mengatur prioritasnya, sebuah informasi kebijakan keamanan harus dikembangkan, disahkan oleh manajemen, diterbitkan, dan dikomunikasikan. Itu harus berlaku untuk semua aset informasi dan harus menunjukkan komitmen manajemen ke program. Jelaskan implikasinya pada proses kerja dan terkait tanggung jawab dan garis besar di dalamnya deskripsi pekerjaan karyawan. Kebijakan keamanan seharusnya dikelola, didokumentasikan, dan secara berkala dievaluasi dan diperbarui untuk mencerminkan tujuan organisasi dan arah bisnis [6]. Langkah 3 : Menyusun Inventarisasi Aset Komponen standar ini membahas manajemen aset, kontrol, dan perlindungannya. Ini berlaku untuk alt aset dalam bentuk berwujud dan tidak berwujud. Identifikasi intelektual organisasi properti (IP), toot untuk membuat dan mengelola IP, dan aset fisik dengan persediaan terperinci sehingga organisasi tahu jenis sumber daya apa yang dimilikinya, di mana mereka berada, dan siapa yang memiliki tanggung jawab untuk mereka. Identifikasi caranya aset Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick harus digunakan, diklasifikasikan, perlu diberi label, dan ditangani untuk membangun aset inventaris manajemen. Persediaan ini juga harus membedakan jenis, format, dan masalah kontrol kepemilikan [6]. ## Langkah 4 : Tentukan Akuntabilitas Program keamanan informasi tidak akan diimplementasikan kecuali peran dan tanggung jawab diartikulasikan dengan jelas dan dipahami oleh mereka yang memiliki peran dalam program. Idealnya, peran dan tanggung jawab ini harus diuraikan dalam uraian tugas dan didokumentasikan dalam suatu hal dan ketentuan kerja [6]. Karyawan adalah bagian dari keseluruhan lanskap keamanan informasi dan seringkali merekalah yang paling ber- peran dan mampu mencegah terjadinya insiden tertentu. SDM biasanya bertanggung jawab atas hal ini masalah, tetapi mereka harus berkolaborasi dengan IT dan RM untuk memastikan bahwa semua informasi aset ditangani sesuai. Tentukan peran dan tanggung jawab selama pra-employnient dan skrining proses, dan melakukan peninjauan latar belakang untuk mendukung proses perekrutan [6]. Ketika karyawan pergi atau berubah pekerjaan, penting bahwa SDM, dalam kolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya, ikuti melalui pengembalian proses aset dan penghapusan hak akses, yang bisa ditangkap dalam proses keluarnya SDM dan Prosedur. Proses ini sering tidak terkoordinasi, yang memung-kinkan karyawan pergi dengan informasi atau pergi balik pada server dan dalam pekerjaan fisik ruang massa yatim dan tidak dikenal informasi [6]. Langkah 5 : Alamat Keamanan Fisik Komponen standar ini menguraikan semua persyaratan fisik batas keamanan dan entri resmi kontrol; langkah-langkah untuk melindungi ancaman eksternal dan lingkungan; keamanan peralatan, utilitas, dan pemasangan kabel pertimbangan; dan pembuangan aman atau penghapusan media peralatan penyimpanan. Bangunan organisasi dan bangunan, peralatan, dan pemrosesan informasi fasilitas harus menjadi bukti kegagalan mencegah intrusi yang tidak sah dan akses, dan kemungkinan masalah pencurian [6]. Langkah 6 : Operasi Dokumen Prosedur Prosedur untuk aktivitas sistem, ubah kontrol manajemen, dan segregasi tugas termasuk dalam komponen ini. Program organisasi apa pun akan lebih mapan ketika administrasi program, kebijakan, prosedur, dan segala terkait proses didokumentasikan secara formal. Komponen ini menetapkan untuk mendefinisikan operasi prosedur, instruksi untuk eksekusi rinci daripadanya, dan manajemen jejak dan sistem audit informasi. Hal ini berlaku untuk semua segi keamanan informasi program [6]. ## Langkah 7 : Menentukan Kontrol Akses Komponen standar ini termasuk pedoman untuk menetapkan kebijakan dan aturan untuk informasi dan sistem mengakses. Tindakan kontrol akses harus termasuk: 1. Menyiapkan pendaftaran pengguna dan prosedur deregistrasi 2. Mengalokasikan hak istimewa dan kata sandi 3. Menerapkan "meja kerja yang jelas dan hapus kebijakan layar " 4. Mengelola; - Peralatan tanpa pengawasan - Solusi jaringan pribadi virtual - Jaringan nirkabel dan otentikasi - Masalah layanan jaringan seperti perutean dan koneksi - Telecommuting ruang virtual dan hak kekayaan intelektual - Kunci dan prosedur kriptografis - Pengembangan perangkat lunak, pengujian, dan lingkungan produksi - Kode sumber program dan perpustakaan Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick - Ubah prosedur kontrol dan dokumentasi - Tambalan, pembaruan, dan layanan paket [6] Langkah 8 : Mengoordinasikan Kontinui- tas Bisnis Komponen standar ini termasuk persyaratan pelaporan, respons dan prosedur eskalasi, dan bisnis manajemen kontinuitas. Sebagai organisasi semakin datang diserang dan menderita pelanggaran keamanan, mereka harus memiliki beberapa formal cara menanggapi peristiwa ini. Manajemen kesinambungan bisnis mengatasi gangguan tak terduga di kegiatan bisnis atau counter mereka peristiwa yang menghambat organisasi fungsi bisnis penting. Proses ini harus mencakup: 1. Mengidentifikasi risiko dan kemungkinan kejadian 2. Melakukan analisis dampak bisnis 3. Memprioritaskan fungsi bisnis penting 4. Mengembangkan tindakan pencegahan untuk mengurangi dan meminimalkan dampaknya kejadian [6]. Langkah 9 : Menunjukkan Kepatuhan Hu- kum Komponen standar ini menyediakan standar untuk kekayaan intelektual hak, persyaratan RM, dan kepatuhan tindakan. Ini berlaku untuk semuanya dari pemrosesan informasi suatu organisasi sistem data granular dan transaksional catatan yang terkandung di dalamnya sistem. Ada peningkatan pengawasan pada organisasi untuk menunjukkan kepatuhan dengan hukum, peraturan yang berlaku, dan persyaratan legislatif untuk semua aspek transaksi bisnis mereka. Kepatuhan terhadap aturan dan peraturan bagian integral dari keamanan informasi program dan akan berkontribusi menunjukkan akunta-bilitas perusahaan [6]. 10 Klausa Kontrol dari ISO 17799 Salah satu isi dari ISO 17799 meliputi 10 klausa kontrol (10 pasal pen- gamatan). Adapun 10 klausa kontrol adalah sebagai berikut : Security Policy (kebijakan keamanan), yakni mengarahkan visi dan misi mana- jemen agar kontinuitas bisnis dapat ber- langsung san mampu untuk menjaga keu- tuhan informasi penting yang dimiliki oleh perusahaan [7]. System Access Control ( sistem kontrol akse), yakni bagaimana mengendalikan akses pada setiap pengguna terhadap in- formasi-informasi yang telah diatur kewe- nangannya, termasuk juga pengendalian penggunaan TI [7]. Communication and Operations Man- agement (manajemen komunikasi dan op- erasi), yakni penyediaan suatu perlindun- gan terhadap infrastruktur sistem infor- masi dan teknologi informasi melalui per- awatan, pemeriksaan berkala, serta me- mastikan kesediaan panduan sistem [7]. System Development and Maintenance (pengembangan sistem dan pemeliharaan), yakni klausa yang dilakukan setelah dila- kukan pemeriksaaan berkala terkait sistem informasi dan teknologi informasi. Pada tahapan ini adalah memastikan bahwa sis- tem operasi maupun aplikasi mampu un- tuk bersinergi melalui proses verifikasi [7]. Physical and Environment Security (keamanan fisik dan lingkungan), yakni keamanan sistem informasi dan teknologi informasi dari segi fisik, lingkungan, dan jaringan untuk mencegah adalah kerusa- kan atau kehilangan data yang diakibatakn oleh factor lingkungan, bisa berupa ben- cana alam maupun pencurian (Carlson, 2001). Compliance (penyesuaian), yakni me- mastikan implementasi kebijakan kea- manan telah seuai dengan peraturan pe- rundang-undangan yang berlaku, termasuk didalamnya adalah pernyaratan kontrak- turan melalui audit sistem [7]. Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick Personel Security ( keamanan peroran- gan), yakni mengatur tentang penguran- gan risiko dari penyalahgunaan fungsi penggunaan atau wewenang akibat ke- salahan pengguna. Oleh karenanya, penting mengadakan pelatihan-pelatihhan mengenai security awareness agar setiap pengguna mampu menjaga keamanan dan kerahasiaan informasi atau data pada ling- kup kerjanya masing-masing [7]. Security Organization (keamanan or- ganisasi), mengatur tentang keamanan se- cara untuh suatu organisasi atau perusa- haan, yakni mengendalikan keutuhan sis- tem informasi dalam organisasi tersebut terhadap keperluan pihak luar [7]. Asset Classification and Control (klasifi- kasi dan kontrol aset), yakni memberikan perlindungan terhadap aset perusahaan dan aset informasi berdasarkan tingkat perlindungan yang telah ditetapkan (Carlson, 2001). Business Countinuity Management (manajemen kelanjutan usaha), yakni ke- siapan dalam menghadapi risiko yang akan ditemui selama aktivitas bisnis ber- langsung yang mampu mengakibaykan ‘ major failure ´ atau risiko kegagalan yang utama ataupun bencana dan kejadian bu- ruk yang tidak terduga [7]. ## Simpulan Adapun simpulan yang dapat diperoleh dari paper ini diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Sistem manajemen keamanan infor- masi merupakan integrasi antar proses organsisasi serta struktur untuk men- jaga kerahasiaan dan ketersediaan in- formasi. 2. Sistem manajemen keamanan infor- masi yang telah tersertifikasi dan dia- kui secara internasional adalah ISO 17799. 3. Penting bagi suatu organisasi untuk memanajemen keamanan informasi guna melindungi informasi dari anca- man terhadap informasi atau data tersebut. 4. ISO 17799 meliputi kerangka kerja, kebijakan kontrol, serta dokumentasi program. 5. Terdapat delapan ahapan yang dapat dilakukan untuk membangun dan men- gimplementasikan dan menjalankan program keamanan informasi. 6. ISO 17799 meliputi 10 klausa kontrol untuk memastikan berjalannya layanan sistem informasi dan teknologi infor- masi ## Daftar Pustaka [1] Februariyanti, H. (2006). Standar dan Manajemen Keamanan Komputer. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XI, No. 2 , 134-142. [2] Trisantono, H. B. (2007). Kebijakan Keamanan dengan Standar BS 7799/ISO 17799 Pada Sistem Manajemen Keamanan Informasi Organisasi. Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) , C75 - C76. [3] Yuze, Y. C. (2006). Analisis Sistem Manajemen Keamanan Informasi Menggunakan ISO/IEC27001 : 2013 Serta Rekomendasi Model Sistem Menggunakan Data Flew Diagram pada Direktorat Sistem Informasi Perguruan Tinggi. Bandung: Jurnal Sistem Informasi Bisnis. [4] Utomo, M. d. (2012). Pembuatan Tata Kelola Keamanan Informasi Kontrol Akses Berbasis ISO/IEC 27001:2005 Pada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Surabaya I. Surabaya: Jurnal Teknik ITS. [5] Syafrizal, M. (2007). ISO 17799: Standar Sistem Manajemen Keamanan Informasi. Yogyakarta: STMIK AMIKOM Yogyakarta. Vol. 3, No. 2, February 2020, Pages 67-74 http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/doubleclick [6] Myler, E. C. (2006). ISO 17799 Standard for Security. The Information Management Journal , 43-52. [7] Carlson, T. (2001). Information Security Management: Understanding ISO 17799. United States: International Network Services Inc.
f1b6de1f-0a93-492f-aba4-105ae39838d0
https://stiemuttaqien.ac.id/ojs/index.php/OJS/article/download/969/706
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 11 No. 2 September 2022 P - ISSN : 2503-4413 E - ISSN : 2654-5837, Hal 566 – 576 ## PENGARUH UKURAN LEGISLATIF, TINGKAT KETERGANTUNGAN PEMERINTAH DAERAH, DAN TINGKAT KEKAYAAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP RASIO EFEKTIVITAS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI SUMBAGSEL Oleh : Anisa Musdirohmah, Sunardi, Yulian Sahri Universitas Muhammadiyah Palembang [email protected] Article Info Abstract Article History : Received 16 Agustus - 2022 Accepted 25 Agustus - 2022 Available Online 30 September - 2022 This study aims to determine the effect of the size of the legislature, the level of dependence of the local government, and the level of wealth of the local government on the Effectiveness Ratio of the Financial Performance of the Regency / City Government of SUMBAGSEL Province. The type of research used in this research is associative research. The population in this study was 60 regencies/cities in the provinces of South Sumatra, Lampung, Bengkulu, Jambi, and Bangka Belitung Islands, with the sample method determined was the saturated sample. The data used is secondary data in the form of LKPD in 2018-2020. The data collection method in this research is the documentation method. The data analysis method used is descriptive statistical analysis method, classical assumption test and multiple linear regression, as well as data processing in this research using SPSS 26.0 (Statistical Product and Service Solution) statistical computer program. The results of this study can be concluded that partially (t test) shows that the size of the legislature and the level of dependence of the local government have no effect on the ratio of the effectiveness of the financial performance of the district/city government of SUMBAGSEL Province, while the level of local government wealth has a significant effect on the ratio of the effectiveness of the financial performance of the district/city government. city of SUMBAGSEL Province Keyword : Legislative size, local government dependency level, local government wealth level and the effectiveness ratio of local government financial performance ## . ## 1. PENDAHULUAN Pemerintah Daerah (Pemda) dituntut untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas terhadap pengelolaan keuangan agar terciptanya pemerintah yang bersih sebagai pihak yang menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan adalah dengan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Standar akuntansi sangat penting diperlukan sebagai pedoman san petunjuk dalam rangka penyusunan laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan harus mengikuti Standar Akuntansi Pemerintah sesuai PP nomor 71 Tahun 2010. Otonomi daerah merupakan suatu kebebasan yang dimiliki daerah untuk membuat peraturan daerah, menyusun dan melaksakan kebijakan, serta mengelola keuangan daerahnya secara mandiri (Sujarweni, 2015:231). Diterapkannya kebijakan otonomi pada suatu daerah menyebabkan keuangan daerah harus dikelola secara mandiri oleh pemerintah daerah yang bertujuan agar proses pembangunan yang dilakukan daerah dapat diselesaikan tanpa harus menunggu bantuan pendanaan yang bersumber dari pusat oleh sebab itu pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah sangat penting untuk dilakukan. Pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah memerlukan ukuran penilaian yang lebih kompleks karena variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pemerintah daerah beraneka ragam dan menggunakan berbagai metode pengukuran sehingga kinerja keuangan pemerintah daerah tidak dapat diukur hanya dengan menggunakan satu variabel (Mahsun dkk., 2007:165). Kinerja keuangan pemerintah dapat diukur dari seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam menggali potensi-potensi yang dimiliki daerahnya sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan daerah setiap tahunnya. Dengan demikian di dalam pemerintahan tuntutan terhadap kinerja dan akuntabilitas yang tinggi berujung pada pengukuran kinerja pemerintah. Tujuan dari pengukuran tersebut untuk meningkatkan kinerja dan meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah di tuntut mampu membangun ukuran kinerja yang baik. Ukuran legislatif memiliki arti banyaknya jumlah anggota legislatif yang bertugas mengawasi pemerintah daerah agar pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran yang ada untuk dapat digunakan dengan baik (Novianti et al, 2016). Kinerja yang baik dalam suatu pemerintah daerah dapat dilihat dari jumlah anggota legislatif yang terpilih. Banyaknya jumlah anggota DPRD diharapkan dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah dalam proses peningkatan kinerja pemerintah daerah. Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dapat dilihat dari penerimaan Dana Alokasi Umum. Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Tingkat ketergantungan pemerintah daerah dapat diturunkan dengan penggunaan Pendapatan Asli Daerah untuk mendanai pembangunan (Nugroho, 2012). Tingkat kekayaan daerah memperlihatkan pendapatan yang didapat dari daerah itu sendiri dan diperlihatkan dari PAD daerah tersebut (Sedyaningsih 2015). Peningkatan PAD akan memperlihatkan peningkatan dari pertumbuhan ekonomi dan akan berperan dalam kemandirian pemerintah daerah yang diperlihatkan dengan kinerja keuangan pemerintah daerah (Noviyanti dan Kiswanti 2016). Berdasarkan fenomena, literatur yang digunakan dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dikemukakan sebelumnya, maka judul peneitian ini adalah “Pengaruh Ukuran Legislatif, Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah dan Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah Terhadap Rasio Efektivitas Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Selatan”. ## 2. KAJIAN PUSTAKA Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kinerja keuangan pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja dibidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan dan belanja daerah dengan menggunakan sistem keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran (Sari, 2016). Menurut Mardiasmo (2016:121) Pengukuran Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah menggunakan analisis rasio keuangan daerah terhadap laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu rasio efektivitas. ## Ukuran Legislatif Ukuran legislatif memiliki arti banyaknya jumlah anggota legislatif yang bertugas mengawasi pemerintah daerah agar pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran yang ada untuk dapat digunakan dengan baik (Novianti et al, 2016). Untuk mengetahui ukuran legislatif yaitu dilihat dari banyak nya anggota DPRD. Undang-undang nomor 23 tahun 2014 pasal 155 menjelaskan bahwa anggota DPRD kabupaten/kota berjumlah paling sedikit 20 (dua puluh) orang paling banyak 50 (lima puluh) orang. ## Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah Tingkat ketergantungan pada pemerintah pusat dapat dilihat dari penerimaan Dana Alokasi Umum. Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Tingkat ketergantungan daerah pada permerintah pusat dapat diukur dengan besarnya pendapatan transfer atau dana perimbangan yang diterima (Noviyanti dan Kiswanto, 2016). ## Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah Hendri Maduki (2019:157) Tingkat kekayaan pemerintah daerah dapat dinyatakan dengan jumlah pendapatan asli daerah (PAD) . Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2011 Kekayaan Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau perolehan lainnya yang sah menurut undang-undang dan peraturan yang berlaku. ## 3. METODE PENELITIAN ## Jenis Penelitian Adapun metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode asosiatif, yaitu untuk mengetahui pengaruh ukuran legislatif, tingkat ketergantungan pemerintah daerah dan tingkat kekayaan pemerintah daerah terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah. ## Populasi dan Sampel Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi SUMBAGSEL yaitu sebanyak 60 Kabupaten/ Kota yang terdiri dari tahun 2018, 2019, dan 2020. ## Data Yang Diperlukan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini berupa jumlah anggota DPRD untuk variabel ukuran legislatif yang diperoleh dari situs web resmi bps.go.id, serta data laporan keuangan pemerintah daerah di situs djpk.go.id. ## Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dekumentasi yang dilakukan dengan mengumpulkan data terkait Jumlah Anggota DPRD, dan data terkait Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Provinsi SUMBAGSEL. ## Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik deskripif, uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokolerasi, analisis regresi linear berganda, uji koefisien determinasi, dan uji secara parsial (uji t). ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Ukuran Legislatif 180 25,00 50,00 34,6667 8,38328 Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah 180 ,10 ,66 ,4724 ,09029 Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah 180 10,29 12,03 10,9682 ,31871 Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah 180 ,27 1,46 ,9459 ,21466 Valid N (listwise) 180 Sumber: Data yang diolah, SPSS 2022 Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif diatas diperoleh nilai statistik diskriptif sebagaiberikut: 1) Variabel Ukuran Legislatif dengan nilai n = 180 memiliki nilai mean sebesar 34,6667, nilai standard deviation sebesar 8,38328, nilai minimum sebesar 25,00, dan nilai maximum sebesar 50,00. 2) Variabel Tingkat Ketergantungan dengan nilai n = 180 memiliki nilai mean sebesar 0,4724, nilai standard deviation sebesar 0,09029, nilai minimum sebesar 0,10, dan nilai maximum sebesar 0,66. 3) Variabel Tingkat Kekayaan dengan nilai n = 180 memiliki nilai mean sebesar 10,9682, nilai standard deviation sebesar 0,31871, nilai minimum sebesar 10,29, dan nilai maximum sebesar 12,03. 4) Variabel kinerja keuangan pemerintah darah dengan nilai n = 180 memiliki nilai mean sebesar 0,9459 , nilai standard deviation sebesar 0,21466, nilai minimum sebesar 0,27, dan nilai maximum sebesar 1,46. ## Hasil Uji Normalitas Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 ,358a ,128 ,112 ,18992 1,972 a. Predictors: (Constant), Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah, Ukuran Legislatif b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Berdasarkan hasil tabel diketahui nilai DW (d) yaitu 1,972 selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin- Watson dimana jumlah sampel N = 180 dan jumlah K = 3, maka diperoleh dU sebesar 1,7901 dan 4-dU sebesar 2,2099. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 1,7901 < 1,972 < 2,2099 artinya du < dw < 4-dU maka tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikan 0,200 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi Normal. ## Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Ukuran Legislatif ,720 1,389 Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah ,856 1,168 Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah ,721 1,387 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Pada tabel di atas , diketahui hasil uji multikolinearitas, setiap model pada riset ini memiliki nilai tolerance > 0,100 dan nilai VIF < 10 yang artinya pada riset ini tidak terdapat multikolinearitas. ## Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Scatterplot Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Dari gambar Scatterplot terlihat bahwa titik- titik menyebar merata dan jauh dari garis diagonal 0 tidak ada yang terlalu berdekatan antara satu dengn yang lain. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hasil uji heteroskedastisitas layak dipakai. ## Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 ,358a ,128 ,112 ,18992 1,972 a. Predictors: (Constant), Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah, Ukuran Legislatif b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 164 Normal Parameters a,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,18816646 Most Extreme Differences Absolute ,041 Positive ,041 Negative -,037 Test Statistic ,041 Asymp. Sig. (2-tailed) ,200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. d. This is a lower bound of the true significance. Berdasarkan hasil tabel diketahui nilai DW (d) yaitu 1,972 selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin- Watson dimana jumlah sampel N = 180 dan jumlah K = 3, maka diperoleh dU sebesar 1,7901 dan 4-dU sebesar 2,2099. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 1,7901 < 1,972 < 2,2099 artinya du < dw < 4-dU maka tidak terjadi autokorelasi. Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikan 0,200 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi Normal. ## Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Ukuran Legislatif ,720 1,389 Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah ,856 1,168 Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah ,721 1,387 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan ## Pemerintah Daerah Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Pada tabel di atas , diketahui hasil uji multikolinearitas, setiap model pada riset ini memiliki nilai tolerance > 0,100 dan nilai VIF < 10 yang artinya pada riset ini tidak terdapat multikolinearitas. ## Hasil Uji Heteroskedastisitas Metode Scatterplot Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Dari gambar Scatterplot terlihat bahwa titik- titik menyebar merata dan jauh dari garis diagonal 0 tidak ada yang terlalu berdekatan antara satu dengn yang lain. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa hasil uji heteroskedastisitas layak dipakai. ## Hasil Uji Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,92 2 ,736 2,610 ,010 Ukuran Legislatif -,007 ,002 -,254 -2,925 ,064 Tingkat Ketergantunga n Pemerintah Daerah -,251 ,252 -,079 -,994 ,322 Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah ,295 ,067 ,385 4,428 ,000 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Dari tabel hasil uji regresi linear berganda tersebut dapat ditulis persamaan regresinya sebagai berikut: KKPD = a + ß1UL + ß2TK + ß3TKPD + e KKPD = 1,922 - 0,007X1 - 0,251X2 + 0,295X3 + e Berdasarkan hasil perhitungan tabel IV.11 melalui program SPSS diperoleh hasil uji regresi linear berganda sebagai berikut : 1) Konstanta (a) sebesar 1,922 bernilai positif artinya jika ukuran legislatif, tingkat ketergantungan pemerintah daerah dan tingkat kekayaan pemerintah daerah bernilai nol maka kinerja keuangan pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi SUMBAGSEL sebesar 1,922. 2) Nilai koefisien regresi Ukuran Legisatif (X1) sebesar 0,007, hasil ini menunjukkan bahwa apabila ukuran legislatif meningkat sebesar 1 satuan maka kinerja keuangan pemerintah daerah akan meningkat sebesar 0,007 dengan asumsi variabel lain konstan atau tetap, begitu juga sebaliknya. 3) Nilai koefisien regresi tingkat ketergantungan (X2) sebesar 0,251, hasil ini menunjukkan bahwa apabila ukuran legislatif meningkat sebesar 1 satuan maka kinerja keuangan pemerintah daerah akan meningkat sebesar 0,251 dengan asumsi variabel lain konstan atau tetap, begitu juga sebaliknya. 4) Nilai koefisien regresi tingkat kekayaan pemerintah daerah (X3) sebesar 0,295, hasil ini menunjukkan bahwa apabila ukuran legislatif meningkat sebesar 1 satuan maka kinerja keuangan pemerintah daerah akan meningkat sebesar 0,295 dengan asumsi variabel lain konstan atau tetap, begitu juga sebaliknya. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 ,358 a ,128 ,112 ,18992 1,972 a. Predictors: (Constant), Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah, Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah, Ukuran Legislatif b. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Berdasarkan tabel IV.12 diperoleh Adjusted R Square sebesar 0,112 hasil ini menunjukan terdapat pengaruh variabel X1,X2,X3 terhadap Y sebesar 0,112 atau 11,2% sedangkan sisanya 88,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini seperti Good governance , Akuntabilitas, Pengawasan internal, Pengendalian internal, Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. ## Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 1,922 ,736 2,610 ,010 Ukuran Legislatif -,007 ,002 -,254 -2,925 ,064 Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah -,251 ,252 -,079 -,994 ,322 Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah ,295 ,067 ,385 4,428 ,000 a. Dependent Variable: Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Sumber : Data yang diolah, SPSS 2022 Nilai ttabel diperoleh dengan derajat bebas (db) = n-k-1 yaitu (db) = 180-3-1 = 176 dan tingkat signifikan 5%. Hasil yang diperoleh nilai ttabel sebesar 1,65356. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa : 1) Pengaruh Ukuran Legislatif Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Variabel ukuran legislatif memiliki thitung < t tabel yaitu -2,925 < 1,65356 , dengan nilai signifikan lebih kecil dari tingkat signifikan yang ditentukan yaitu 0,064 > 0,05 maka H01 diterima dan Ha1 ditolak. Hal ini berarti bahwa ukuran legislatif tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Pengaruh Tingkat Ketergantungan Terhadap Kinerja keuangan Pemerintah Daerah Variabel tingkat ketergantungan memiliki thitung< t tabel yaitu -994 < 1,65356 dengan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan yang ditentukan yaitu 0,322 > 0,05 maka H02 diterima dan Ha2 ditolak. Hal ini berarti bahwa tingkat ketergantungan tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. 1) Pengaruh Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja keuangan Pemerintah Daerah Variabel tingkat ketergantungan memiliki thitung > t tabel yaitu 4,428 > 1,65356 dengan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan yang ditentukan yaitu 0,000 < 0,05 maka H03 ditolak dan Ha3 diterima. Hal ini berarti bahwa tingkat kekayaan pemerintah daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. 2) Pengaruh Tingkat Ketergantungan Terhadap Kinerja keuangan Pemerintah Daerah Variabel tingkat ketergantungan memiliki thitung< t tabel yaitu -994 < 1,65356 dengan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan yang ditentukan yaitu 0,322 > 0,05 maka H02 diterima dan Ha2 ditolak. Hal ini berarti bahwa tingkat ketergantungan tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. 3) Pengaruh Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja keuangan Pemerintah Daerah Variabel tingkat ketergantungan memiliki thitung > t tabel yaitu 4,428 > 1,65356 dengan nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikan yang ditentukan yaitu 0,000 < 0,05 maka H03 ditolak dan Ha3 diterima. Hal ini berarti bahwa tingkat kekayaan pemerintah daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. ## Pembahasan Hasil Penelitian a. Uji Pengaruh Ukuran Legislatif Terhadap Rasio Efektivitas Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan nilai ttabel lebih besar dari thitung sehingga H01 di terima dan Ha1 di tolak dan nilai signifikan nya lebih besar dari 0,05 yang artinya ukuran legislatif tidak berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Hal ini menunjukan bahwa setiap Kabupaten/Kota Provinsi di SUMBAGSEL memiliki jumlah anggota legislatif yang berbeda-beda. Namun, tetap memenuhi ketentuan Undang- undang yang berlaku yaitu anggota legislatif paling sedikit 20 orang dan paling banyak 50 orang. Tetapi, pada faktanya berapapun jumlah anggota legislatif tidak akan berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. hal ini dikarenakan bukan kuantitas atau besarnya jumlah anggota legislatif yang menjamin meningkatnya kinerja pemerintah daerah, namun yang penting adalah kualitas dari pihak legislatif itu sendiri. hal ini dapat dilihat dari fungsi DPRD yaitu legislasi, anggaran, dan pengawasan. Serta tugas DPRD seperti membahas dan membentuk persetujuan rancangan Perda mengenai APBD kabupaten/kota yang diajukan oleh bupati/wali kota, melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan APBD kabupaten/kota, dan lain sebagainya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nyayu Miftahul Ilmiyyah, dkk (2017) yaitu pengaruh opini audit, ukuran legislatif, Intergovernmental Revenue, size, leverage dan klaster kemampuan keuangan daerah terhadap kinerja keuangan pemerintah. Hasil dari penelitian nya bahwa variabel opini audit, ukuran legislatif, siz e , leverage, dan klaster kemampuan keuangan daerah tidak berpengaruh signifikan terhdap kinerja keuangan pemerintah daerah, tetapi variabel Intergoventmental Revenue berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa variabel ukuran legislatif tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah. b. Uji Pengaruh Tingkat Ketergantungan Pemerintah Daerah Terhadap Rasio Efektivitas Terhadap Kinerja ## Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan nilai ttabel lebih besar dari thitung sehingga H02 di terima dan Ha2 di tolak dan nilai signifikan nya lebih besar dari 0,05 yang artinya tingkat ketergantungan tidak berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Tingkat ketergantungan daerah pada pemerintah pusat juga dapat dilihat dari berapa besar DAU yang di terima (Marfiana dan Kurniasih 2013). Berdasarkan Tingkat ketergantungan daerah pada pemerintah pusat dapat dilihat dari penerimaan Dana Alokasi Umum. Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Pemerintah pusat akan memantau pelaksanaan alokasi DAU sehingga dapat mendorong pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan kinerja keuangannya. Untuk itu hubungan tingkat ketergantungan pada pusat dengan kinerja keuangan pemerintah daerah, menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat ketergantungan pada pusat maka akan semakin baik kinerja keuangan pemerintah daerah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Natoen et al (2019) dengan sampel Kabupaten/Kota di Sumatera Selatan tahun 2013-2017 dan oleh Aulia Rizka Kusuma (2017) dengan sampel yang digunakan adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur. Hasil dari penelitian nya menyimpulkan bahwa tingkat ketergantungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa variabel tingkat ketergantungan pemerintah daerah tidak berpengaruh tidak signifikan terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah c. Uji Pengaruh Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah Terhadap Rasio Efektivitas ## Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan nilai ttabel lebih kecil dari thitung sehingga H03 di tolak dan Ha3 di terima dan nilai signifikan nya lebih kecil dari 0,05 yang artinya tingkat kekayaan pemerintah daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah. Tingkat kekayaan daerah dapat dilihat dari pendapatan asli daerah tersebut. Peningkatan kinerja keuangan dilihat dengan adanya peningkatan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan keuangan kepada pemerintah pusat (Ajani, Akram dan Handajani 2016). Untuk itu, perlu diupayakan peningkatan sumber daya daerah sendiri dengan meningkatkan PAD. Pendapatan asli daerah merupakan sumber utama pembiayaan daerah yang bersumber dari retribusi daerah, pajak daerah, hasil kekayaan daerah yang terpisah, dan PAD lain yang sah. Dengan penerimaan yang baik maka akan meningkatkan investasi terhadap daerah tersebut dan akan meningkatkan pelayanan publik (Marfiana dan Kurniasih 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningsih (2016) ditemukan fakta empiris berupa kekayaan daerah berpengaruh pada kinerja keuangan daerah karena dengan pertumbuhan yang positif akan meningkatkan investasi pada daerah tersebut dan akan meningkatkan infrastruktur untuk peningkatan PAD daerah. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa variabel tingkat kekayaan pemerintah daerah berpengaruh signifikan terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah. ## 5. KESIMPULAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh ukuran legislatif, tingkat ketergantungan pemerintah daerah dan tingkat kekayaan pemerintah daerah terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ukuran Legislatif tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota Provinsi SUMBAGSEL (Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung). 2. Tingkat Ketehrgantungan Pemerintah Daerah tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota Provinsi SUMBAGSEL (Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung). 3. Tingkat Kekayaan Pemerintah Daerah berpengaruh signifikan terhadap rasio efektivitas kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten/Kota Provinsi SUMBAGSEL (Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Jambi, Bangka Belitung). ## 6. REFERENSI Abdul Halim (2008). Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuanganv Daerah .Jakarta : Salemba Empat. Ayuningsih, Diyah. (2016). Pengaruh Size, Wealth, Leverage, Belanja Daerah dan Intergovernmental Revenue Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Jawa Tengah. Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Surakarta. Badan Pusat Statistik. 2018. Di akses 22 November 2021, Dari https://sumsel.bps.go.id/publication /2017/ 08/12/5b5a8993710ce0d0e356fdfc/ provins i-sumatera-selatan-dalam- angka-2018.html Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan. 2018. Diakses 5 Desember 2021, dari http://www.djpk.kemenkeu.go.id/p ortal/da ta/apbd . Fakhry Zamzam (2019). Good Governance Sekretariat DPRD . Yogyakarta :Deepublish. Fitriya Fauzi, Abdul Basyith Dencik, Diah Isnaini Asiati (2019). Metodologi Penelitian untuk Manajemen dan Akuntansi Aplikasi SPSS dan Eviewsuntuk Teknik Analisis Data . Jakarta : Salemba ## Empat. Indonesia, P. R. (2003). Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Kusuma, A. R., & Handayani, N. (2017). Pengaruh karakteristik pemerintah daerah terhadap efisiensi kinerja keuangan pemerintah daerah. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (JIRA) , 6 (1). Mahmudi (2019). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah . Yogyakarta : UPP STIM YKPN. Mardiasmo (2018). Akuntansi Sektor Publik (Edisi Terbaru) . Yogyakarta : ANDI. Marfiana, N., & Kurniasih, L. (2013). Pengaruh karakteristik pemerintah daerah dan hasil pemeriksaan audit BPK terhadap kinerja keuangan pemerinta daerah kabupaten/kota. Sustainable Competitive Advantage (SCA) , 3 (1). Mohammad Mahsun (2019). Pengukuran Kinerja Sektor Publik . Tangerang Selatan : Universitas Terbuka. Novianti et al. 2016. Pengaruh Ukuran Legislatif, Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Temuan Audit Bpk Terhadap Kinerja Pemerinta DaerahKabupaten/Kota Provinsi Sumatera Barat. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta. E-Jurnal Bunghatta Volume 9, No 1. Noviyanti, N. A., & Kiswanto, K. (2016). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah, Temuan Audit BPK terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Accounting Analysis Journal , 5 (1). Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Prianka, A. (2015). Pengaruh Kekayaan Daerah, Belanja Daerah Dan Jumlah Penduduk Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Pulau Jawa Tahun Anggaran 2012-2013) (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta). Sedyaningsih, P., & Zaky, A. (2015). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Temuan Audit BPK Terhadap Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Studi pada Pemerintah Kabupaten di Sulawesi Selatan Tahun 2009– 2012). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya . Sesotyaningtyas, M. (2012). Pengaruh Leverage, Ukuran Legislatif, Intergovernmental Revenue dan Pendapatan Pajak Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Accounting analysis journal , 1 (1). Slamet Riyanto & Aglis Andhita Hatmawan (2020). Metode Penelitian Kuantitatif Penelitian di bidang manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen .Yogyakarta : Deepublish. Suci Ramadhani (2017). Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Perimbangan Dan Tingkat Kekayaan Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris Pada Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau Periode 2011-2015). Riau : Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim. Sugiono. 2017. Metode Penelitian (Kualitatif, Kuantitatif dan R&D) . Bandung : Alfabeta Suhardjanto, D., & Yulianingtyas, R. (2011). Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kepatuhan Pengungkapan Wajib Dalam Laporan. Sumarjo,Hendro (2010) Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia). Other thesis, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Uma Sekaran & Roger Bougie (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis. Buku 2 Edisi enam . Jakarta : Salemba Empat. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. V. Wiratna Sujarweni (2019). Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi . Yogyakarta Pustaka
7963771a-ee1f-4f0c-af78-1316a9e147d3
https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jrb/article/download/789/903
Jurnal Riset Bisnis Vol 3 (2) (April 2020) hal: 97 - 105 e - ISSN 2598-005X p - ISSN 2581-0863 e-jurnal : http://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jrb ## MANAJEMEN RANTAI PASOK PRODUKSI RAK PIRING ALUMINIUM DI DEPOK (STUDI KASUS PADA PD. SUMBER JAYA ALUMINIUM) ## Lingga Yuliana Program Studi Manajemen, STIE Media Nusantara Citra, Jakarta, Indonesia [email protected] Diterima 12 Oktober 2019, Disetujui 13 Februari 2020 ## Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui alur produk, alur keuangan dan alur informasi pada manajemen rantai pasok rak piring yang berdasarkan rantai pasok yang sudah ada supaya perusahaan dapat berproduksi secara efektif dan efisien. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dengan menggunakan metode survei yaitu menjelaskan, menggambarkan dan menginterpretasikan suatu fenomena yang terjadi pada suatu objek dan data bersifat kualitatif dengan dukungan data-data kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan dengan menggabungkan tim perakitan bahan, pengacaan dan penyelesaian akhir dapat mempercepat produksi serta membatasi kerjasama dengan independent marketing dapat meringkas rantai pasok dan mencegah kerugian perusahaan. Kata Kunci : Manajemen Rantai Pasok, Produksi, Aluminium, Efektif dan Efisien ## Abstract The purpose of this research is to find out the product flow, financial flow and information flow in the management of the supply chain plate rack based on the existing supply chain so that the company can produce effectively and efficiently. The research method used is a qualitative method using a survey method that is to explain, describe and interpret a phenomenon that occurs in an object and qualitative data with the support of quantitative data. The results showed the company combining assembly material team, glass assembly team and final completion teams could accelerate production and limit cooperation with independent marketing to summarize the supply chain and prevent com- pany losses. Keywords: Supply chain management, production, aluminium, effective and efficient ## PENDAHULUAN Aluminium menjadi bahan baku utama kebutuhan dapur yang menjadi favorit sampai saat ini. Selain harganya yang terjangkau, aluminium memiliki kualitas terbaik dengan daya pakai yang lama. Seiring kebutuhan pelanggan yang kian berkembang, banyak produk kebutuhan dapur yang menggunakan alu- minium sebagai bahan baku, salah satunya rak piring. Rak piring aluminium menjadi primadona dalam penjualan produk mebel yang dicari pelanggan. Perusahaan harus sigap dalam mempersiapkan permintaan pelanggan secara cepat tetapi memperhatikan mutu produk yang akan dijual ke pelanggan. Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti perihal manajemen rantai pasok produk rak piring pada PD. Sumber Jaya Aluminium dengan fokus pada pemetaan alur produk untuk mengetahui bagian (step) mana yang dapat diminimalisir atau dihilangkan supaya produksi berjalan cepat dan memperhatikan sisi efektif serta efisiennya. Persaingan bisnis tidak lagi berupa kompetisi harga dan produk. Perusahaan memiliki pengelolaan rantai pasok yang handal akan bertahan memenangkan persaingan di pasar (Sherlywati, 2017). Kualitas produk pun sangat bergantung pada proses, manusia, dan sistem secara keseluruhan. Pengendalian kualitas tidak lagi cukup hanya dilakukan dengan model inspeksi produk, tetapi lebih fundamental dengan melihat proses (Azmiyati dan Hidayat, 2016). Salah satu aspek penting dalam rantai pasok adalah integrasi dan koordinasi dari semua aktivitas yang terjadi didalam rantai, suatu keputusan yang diambil akan berpengaruh langsung terhadap seluruh rantai pasok (Guritno dan Harsasi, 2017). Kecepatan suatu unit bisnis memproduksi tidak terlepas dari peran logistik. Secara umum penerapan konsep Sup- ply Chain Management dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu kepuasan pelanggan, meningkatkan pendapatan, menurunnya biaya, pemanfaatan aset yang semakin tinggi, peningkatan laba, dan perusahaan semakin besar (Asosiasi Logistik Indonesia, 2015). Menurut Herda dan Setyawan (2016) terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam penerapan rantai pasok, pertama internal supply chain , yaitu melihat bisnis prosesnya dan melihat hal yang dapat ditekan dari sisi teknologi dan mengacu pada efisiensi dalam kegiatan operasi perusahaan. Kedua eksternal supply chain , beberapa komponen yang dibutuhkan dipasok dari luar sehingga masing-masing supplier mempunyai mata rantai. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui alur produk, alur keuangan dan alur informasi pada manajemen rantai pasok rak piring yang berdasarkan rantai pasok yang sudah ada supaya perusahaan dapat berproduksi secara efektif dan efisien. ## KAJIAN TEORI ## Manajemen Rantai Pasok Manajemen Rantai Pasok ( Supply Chain Man- agement ) menurut Assauri (2017) adalah pengintegrasian kegiatan - kegiatan membeli mate- rial dan jasa, mentransformasikannya menjadi barang-barang antara dan produk akhir serta mengirimkannya ke pelanggan. Manajemen rantai pasokan adalah suatu konsep atau mekanisme untuk meningkatkan produktivitas total perusahaan dalam rantai supplai melalui optimalisasi waktu, lokasi dan aliran kuantitas bahan (Pongoh, 2016). Manajemen Rantai Pasok (Wuwuh, 2013) adalah sebuah sistem yang melibatkan proses produksi, pengiriman, penyimpanan, distribusi dan penjualan produk dalam rangka memenuhi permintaan akan produk tersebut rantai pasokan didalamnya termasuk seluruh proses dan kegiatan yang terlibat didalam penyampaian produk tersebut sampai ke tangan pemakai konsumen. Russel dan Taylor (2009) menyatakan bahwa aktivitas-aktivitas rantai pasokan ini meliputi kegiatan pembelian dan alih daya ( outsourcing ) dan fungsi lain untuk menghubungkan ke pemasok dan distribu- tor. Rantai pasokan merupakan segala aktivitas yang terintegrasi termasuk didalamnya juga aliran informasi yang berkaitan dengan tiga aspek (Fuqon, 2013), yaitu: 1. Rantai pasokan hulu ( upstream supply chain ), meliputi berbagai aktivitas perusahaan dengan para penyalur, antara lain berupa pengadaan bahan baku dan bahan pendamping. 2. Rantai pasokan internal ( internal supply chain ), meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan sampai pada proses produksi. Aktivitas utamanya antara lain produksi dan pengendalian persediaan. 3. Rantai pasokan hilir ( downstream supply chain ), meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan. Fokus utama kegiatannya adalah distribusi, pergudangan, transportasi dan pelayanan. Menurut Leppe dan Karuntu (2019) mengemukakan komponen-komponen yang terdapat di dalam penerapan manajemen rantai pasokan, yaitu: Lingga Yuliana, Manajemen Rantai Pasok Produksi Rak Piring Aluminium 1. Rencana ( Plan ) merupakan porsi manajemen rantai pasokan yang strategis, tahap ini digunakan untuk mengatur semua yang dapat memenuhi permintaan konsumen. 2. Sumber Daya ( Source ) Dalam source pengusaha harus dapat memilih supplier yang mampu mengirimkan produk yang diperlukan sehingga akan meningkatkan produk yang disediakan kepada konsumen. 3. Membuat ( Make ) Merupakan langkah yang diambil oleh pengusaha yang menyangkut produktifitaas kerja dan kinerja perusahaan. 4. Pengiriman ( Deliver ) Berhubungan dengan bagian logistic dimana harus ada koordinasi yang jelas antara tingkat keperluan produk yang harus dibeli dan dibutuhkan oleh konsumen dengan jumlah persediaan. 5. Pengembalian ( Return ) Hal yang harus diperhatikan dan harus dijadikan sebagai bagian kedua belah pihak baik pengusaha maupun pengepul, dengan demikian akan dapat mendukung tingkat pelayanan kepada konsumen. Menurut Heizer dan Render (2015) perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dari luar. Beberapa strategi yang dipaparkan Heizer dan Render, antara lain: 1. Pendekatan bernegosiasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu pemasok dengan pemasok yang lain. 2. Mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang dengan sedikit pemasok untuk memuaskan pelanggan. 3. Integrasi Vertikal yang mana perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan integrasi balik secara vertikal dengan membeli pemasok tersebut. 4. Kombinasi sedikit pemasok dengan integrasi vertikal yang dikenal sebagai jaringan keiretsu . Di dalam keiretsu pemasok menjadi bagian dari kesatuan perusahaan. Menurut Heizer dan Render (2015) perusahaan harus memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam rangka memperoleh barang dan jasa dari luar. Beberapa strategi yang dipaparkan Heizer dan Render, antara lain: 1. Pendekatan bernegosiasi dengan banyak pemasok dan mengadu satu pemasok dengan pemasok yang lain. 2. Mengembangkan hubungan kemitraan jangka panjang dengan sedikit pemasok untuk memuaskan pelanggan. 3. Integrasi Vertikal yang mana perusahaan dapat memutuskan untuk menggunakan integrasi balik secara vertikal dengan membeli pemasok tersebut. 4. Kombinasi sedikit pemasok dengan integrasi vertikal yang dikenal sebagai jaringan keiretsu . Di dalam keiretsu pemasok menjadi bagian dari kesatuan perusahaan. Anwar (2016) menyatakan bahwa, dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama, yaitu : 1. Chain 1 (Supplier) Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, barang dagangan, suku cadang dan lain-lain. 2. Chain 1-2-3 ( Supplier-Manufactures- Distribution ) Barang yang sudah dihasilkan oleh manufactures sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain . 3. Chain 1-2-3-4 ( Supplier-Manufactures- Distribution-Retail Outlet ) Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventoris dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun ke toko pengecer. 4. Chain 1-2-3-4-5 ( Supplier-Manufactures - Distribution-Retail Outlet-Customer ) Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko kelontong, supermar- ket, warung, dan lain-lain. Gambar 1. Mata Rantai Manajemen Rantai Pasok Sumber : Marimin dan Maghfiroh (2010) ## METODE PENELITIAN Rancangan penelitian menjelaskan secara singkat mengenai alur penelitian yang akan diteliti oleh penulis. Rancangan penelitian menggunakan gambar dan penelitian difokuskan untuk menentukan alur produk, alur keuangan serta transfer informasi untuk dapat menetapkan rantai pasok yang efektif dan efisien bagi perusahaan. Pada penelitian ini objeknya adalah manajemen rantai pasok PD. Sumber Jaya Aluminium. Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah data sekunder dimana data sekunder (Supangat, 2010) adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari para pengguna. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode purposive sampling dimana metode pengambilan sampel berdasarkan karakteristik populasi yang sudah ada sebelumnya. (Yuliana, 2016). Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif atau dapat dikategorikan dalam metode penelitian kualitatif dengan menggunakan metode survei yaitu menjelaskan, menggambarkan dan menginterpretasikan suatu fenomena yang terjadi pada suatu objek dan data bersifat kualitatif dengan dukungan data - data kuantitatif (Hasanudin et., al., 2016). Gambar 2. Rancangan Penelitian Sumber : Data yang diolah (2019) Lingga Yuliana, Manajemen Rantai Pasok Produksi Rak Piring Aluminium ## HASIL DAN PEMBAHASAN Perusahaan Manufaktur adalah suatu perusahaan yang aktivitas utamanya adalah membeli bahan baku ( raw material ) kemudian diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi ( finished goods ) dan kemudian dijual. PD. Sumber Jaya Aluminium merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi rak piring aluminium sejak tahun 2001 hingga saat ini. Berdasarkan kepentingan utama perusahaan dalam manajemen rantai pasok, alur yang diterapkan PD. Sumber Jaya Aluminium yaitu Chain 1-2-3-4-5 ( Supplier - Manufactures – Distribu- tion - Retail Outlet - Customer ) yang tersaji pada gambar 3. 1. Alur Produk Dalam proses produksi hingga sampai ke tangan konsumen dideskripsikan dalam gambar 2. Dari hulu, dimulai dari supplier yang menyediakan bahan baku utama hingga pendukung produksi. Bahan baku utama dalam pembuatan rak piring yaitu tiang alu- minium dengan plat aluminium yang nantinya akan dirakit menjadi rangka. Tiang aluminium yang dibutuhkan yaitu hollow 7/8 U, hollow kipas, tiang pintu, dan pipa 6 mm. Kemudian bahan baku utama selanjutnya yaitu kaca es dengan ketebalan 3 mm. Umumnya motif kaca es yang menjadi favorit yaitu motif rose. Namun ketersediaan motif kaca es tergantung pada supplier . Rak piring dengan keramik memiliki permintaan tertinggi. Dengan variasi warna keramik yang beragam dan disesuaikan dengan kaca film dengan warna senada akan menambah daya tarik. Keramik menjadi bahan baku penting dalam proses produksi. Kemudian melamin dan triplek diperlukan untuk merekatkan keramik sehingga terbentuk satu kesatuan sehingga dapat diaplikasikan pada rangka rak piring. Bahan baku yang menjadi pendukung produksi yaitu asesoris. Asesoris yang diperlukan cukup banyak, antara lain: mesin potong, bor, lem sealant, handle (tarikan), siku pintu, kaca film, roda, kabel, stop kontak, steaker, cutter, spidol, tembakan lem sealant, lem keramik, jepitan udang, tapping (baut dengan berbagai ukuran) yang diperoleh dari beberapa supplier tergantung persediaan yang dimiliki sup- plier . Gambar 3. Alur Manajemen Rantai Pasok PD. Sumber Jaya Aluminium Sumber : Data yang diolah (2019) Ditahap produsen yaitu PD. Sumber Jaya Alu- minium memiliki tiga alur kerja yang sederhana dan medukung proses produksi antara lain tahap pemotongan dan perakitan, tahap pemasangan kaca dan tahap proses akhir dan tahap pengiriman. Umumnya dalam produksi sampai pengiriman memakan waktu 3-7 hari. Lama proses produksi tergantung persediaan bahan baku dan tenaga kerja karena tenaga kerja di PD. Sumber Jaya Aluminium sangat terbatas. Ditahap akhir yaitu proses produk berakhir yakni pada independent marketing (sales) , reseller dan end user . PD. Sumber Jaya Aluminium bekerjasama dengan independent marketing dan reseller dalam mendukung proses penjualan. Kemudian, PD. Sumber Jaya Aluminium juga melakukan penjualan langsung kepada end user yang mengunjungi show room untuk membeli produk yang tersedia. 2. Alur Pembayaran Alur pembayaran dapat dianggap sebagai aliran uang yang terjadi selama proses penjualan. Berbeda hal dengan alur produk, alur pembayaran terjadi mengalir dari hilir ke hulu seperti pada gambar 2. Dari end user , melakukan pembelian secara putus kepada reseller yang merupakan toko mebel maupun membeli di showroom PD. Sumber Jaya Aluminium. independent marketing dan reseller melakukan pembayaran dengan tempo dua bulan dengan cara tunai, transfer maupun giro. Apabila reseller ingin melakukan pengembalian produk, maka pembayaran akan dipotong berdasarkan harga jual yang disepakati. PD. Sumber Jaya Aluminium melakukan pembayaran kepada supplier penyedia bahan baku produksi dengan giro tempo satu bulan. 3. Alur Transfer Informasi mengenai kondisi Pasar Alur informasi merupakan proses komunikasi yang bergerak baik dari hulu ke hilir maupun sebaliknya. Alur Informasi dari hulu ke hilir dimulai dari supplier yang memberikan informasi kepada PD. Sumber Jaya Aluminium mengenai harga produk terbaru, motif bahan baku dan asesoris terbaru, perubahan alamat kantor supplier , perubahan nomor telepon supplier yang dapat dihubungi, perubahan konfirmasi pembayaran (jika supplier mengganti nomor rekening dalam metode pembayaran)nomor rekening perusahaan), serta ragam produk baru yang tersedia di supplier . Informasi yang diberikan sup- plier kepada PD. Sumber Jaya Aluminium melalui email , flyer , telepon dan whatsapp . Alur informasi dari PD. Sumber Jaya Aluminium kepada independent marketing dan reseller juga terjadi perihal informasi harga penjualan terbaru (terutama saat terjadi kenaikan harga rak piring mengikuti kenaikan harga bahan baku produksi), ketersediaan rak piring di pabrik, waktu pengiriman rak piring, tempo pembayaran, libur produksi (pada saat hari raya), perubahan nomor handphone perusahaan, maupun nomor rekening perusahaan apabila pembayaran dilakukan dengan transfer. Informasi yang diberikan PD. Sumber Jaya Alu- minium kepada independent marketing dan reseller melalui email , flyer , telepon dan whatsapp . Alur Informasi dari hilir ke hulu terjadi pada rantai pasok PD. Sumber Jaya Aluminium. Dari End User ke kepada independent marketing dan reseller perihal model rak piring yang ingin dibuat sesuai desain pelanggan mengikuti ragam kebutuhan. End user mumnya merupakan seorang ibu rumah tangga yang paham seluk beluk dalam dapur. Dari independent marketing dan reseller , informasi ini akan disampaikan kepada PD. Sumber Jaya Aluminium selaku produsen untuk mendesain, memproduksi dan mengirimkan rak piring sesuai yang diharapkan end user . Gambar 4. Rak Piring Aluminium yang diproduksi oleh PD. Sumber Jaya Aluminium Sumber : Data yang diolah (2019) Selain memberikan informasi mengenai desain, end user juga memperhatikan dari sisi harga sebagai opsi selanjutnya. End user cenderung membeli rak piring dengan harga murah dengan mencari kualitas terbaik. Pada kenyataanya, harga tidak dapat dibohongi. Semakin tinggi harga, maka semakin tinggi kualitas. Apabila kualitas terjamin baik, maka pelanggan akan memperoleh kepuasan saat pemakaian produk (Djuanta, 2014). Setelah mendapat informasi dari independent marketing dan reseller , PD. Sumber Jaya Aluminium melakukan survei dan penawaran kepada supplier agar mampu mengikuti permintaan pasar dengan memproduksi rak piring dengan harga murah dan kualitas baik. Setelah dilakukan survei terhadap responden, maka diperoleh suatu temuan dalam manajemen rantai pasok PD. Sumber Jaya Aluminium yang menjadi permasalahan dalam kegiatan produksi. Permasalahan tersebut tersaji pada tabel 1. Tabel 1. Permasalahan dalam manajemen rantai pasok PD. Sumber Jaya Aluminium Rantai pasokan mencakup keseluruhan aktivitas yang dihubungkan dengan aliran dan transformasi barang dan jasa dari awal tahap pengelolaan mate- rial bahan baku hingga produk jadi yang dinikmati konsumen akhir melalui sistem distribusi (Tjipto, 2014). Rantai pasokan (Nugrahanti, et., al., 2014) mampu meningkatkan kinerja, kepuasan pelanggan serta dapat menghemat biaya produksi. Dari permasalahan manajemen rantai pasok PD. Sumber Jaya Aluminium, diperoleh solusi dalam penyelesaian masalah tersebut. Kemudian, penulis juga mengindentifikasi siklus rantai pasok PD. Sumber Jaya Aluminium serta dikaitkan dengan masalah dan solusi. Maka diperoleh bentuk siklus baru yang dapat meringkas rantai pasok PD. Sumber Jaya Aluminium pada gambar 5. Lingga Yuliana, Manajemen Rantai Pasok Produksi Rak Piring Aluminium Gambar 5 Manajemen Rantai Pasok Baru sesuai Penelitian Sumber : Data yang diolah (2019) ## SIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan Tujuan dari suatu perusahaan itu sendiri yaitu memaksimumkan laba melalui cara kerja yang efektif dan efisien. Manajemen Rantai Pasok menawarkan suatu inovasi efektif dan efisien untuk memberikan jawaban kepada perusahaan. Dari penelitian yang dilakukan penulis pada PD. Sumber Jaya Aluminium sebagai studi kasus diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain: 1. Dengan menggabungkan tim pemotongan dan perakitan bahan serta pemasangan kaca dan proses akhir dapat meringkas proses produksi sehingga dalam satu tim dapat fokus dalam pengerjaan job desk produksinya. 2. Memutus kerjasama dengan independent mar- keting menjadi pilihan terbaik bagi PD. Sumber Jaya Aluminium dalam menekan angka defisit dalam tubuh perusahaan. 3. Dengan menganalisis manajemen rantai pasok, PD. Sumber Jaya Aluminium mampu mengindentifikasi kondisi organisasi perusahaan dan mengetahui poin – poin penting yang harus diperbaiki agar menjadi perusahaan yang mampu bertahan di tengah persaingan perusahaan manufaktur saat ini. ## Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, terdapat pembatasan dalam penelitian. Oleh karena itu, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan oleh pembaca, antara lain: 1. Manajemen Rantai Pasok merupakan topik yang menjadi daya tarik khususnya bagi peneliti dalam bidang manajemen operasi. Penulis berharap, banyak peneliti yang nantinya akan mengembangkan topik mengenai manajemen rantai pasok. 2. Karena keterbatasan waktu, maka observasi yang dilakukan penulis menjadi sangat singkat. Maka diperlukan lebih banyak waktu untuk menganalisis dan mengidentifikasi mengenai topik ini secara mendalam. 3. Karena topik manajemen rantai pasok merupakan topik baru, maka refrensinya sangat terbatas. Penulis berharap dengan topik ini dapat membantu dan nantinya menjadi refrensi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan topik ini. ## DAFTAR PUSTAKA Anwar, S. N. (2016). M anajemen Rantai Pasokan (Supply Chain Management): Konsep dan Hakikat. Retrieved from http://www.unisbank.ac.id/ojs/ index.php/fti2/article/viewFile/1315/531 Asosiasi Logistik Indonesia. (2015). Pengaruh Strategi E-Business Pada Rantai Pasok. Retrieved from http:/ /www.ali.web.id/publication_detail.php?id=513 Assauri, S. (2017). Manajemen Operasi Produksi . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Azmiyat, S., & Hidayat, S. (2016). Pengukuran Kinerja Rantai Pasok pada PT. Louserindo Megah Permai Menggunakan Model SCOR dan FAHP . Jurnal AL- AZHAR INDONESIA SERI SAINS DAN TEKNOLOGI. Djuanta, P. (2014). A da Harga Ada Kualitas. Retrieved from http://www.kompasiana.com/putudjuanta/ 54f683bea331157178b4da1/ada-harga-ada-kualitas. Fuqon, C. (2014). Analisis Manajemen dan Kinerja Rantai Pasokan Agribisnis Buah Stoberi di Kabupaten Bandung. Image . Guritno, A. D., & Harsasi, M. (2017). Supply Chain Management. Modul 1. Hasanudin, A., Hajati, N., & Wahono, B. (2018). ANALISIS MANAJEMEN DAN KINERJA RANTAI PASOKAN PRODUK KAOS PADA INDUSTRI TEKSTIL MAKER GARMENT DENPASAR . E- Jurnal Riset Manajemen . Herda, S., & Setyawan, A. A. (2016). Manajemen Rantai Pasok Kayu Gaharu di Kalimantan Barat. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya UMS. Leppe, E. P., & Karuntu, M. (2019). Analisis Manajemen Rantai Pasokan Industri Rumahan Tahu di Kelurahan Bahu Manado. EMBA . Marimin, & Maghfiroh, N. (2010). Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor: IPB Press Nugrahanti, F., Wisnubhadra, I., & Julianto, E. (2014). Analisa Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rantai Pasok Pada Perusahaan Pembuat Peralatan Tambang. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pongoh, M. A. (2016). Analisis Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Pabrik Gula Aren Masarang. EMBA . Render, B., & Heizer, J. (2015). Manajemen Operasi. Jakarta: Erlangga. Russell, R. S., & Taylor, B. W. (2009). Operations Management (6th ed.). Virginia: Willey. Sherlywati. (2017). Urgensi Penelitian Manajemen Rantai Pasok: Pemetaan Isu, Objek, dan Metodologi. Jurnal Manajemen Manantha. Supangat, A. (2010). Statistik Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi, dan Nonparametrik. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tjipto, S. I. (2014). Analisis Kinerja Pemasok pada Manajemen Rantai Pasokan Perusahaan Jasa Konstruksi. Jurnal Manajemen. Wuwung, S. C. (2013). Manajemen Rantai Pasokan Produk Cengkeh Pada Desa Wawona Minahasa Selatan. EMBA . Yuliana, L. (2016). Analisis Strategi Korporat Pengetahuan Aset dan Opini Pakar Terhadap Kinerja Perusahaan Terbuka. Jurnal Ekonomi Bisnis Manajemen. Lingga Yuliana, Manajemen Rantai Pasok Produksi Rak Piring Aluminium
ee78c119-4820-4627-bae1-0205cdcf5708
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpd/article/download/508/441
## PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT MELALUI PERMAINAN LOMPAT HENTI Neneng Eliana Guru SD Negeri 16 Panjak Kabupaten Bengkayan Provinsi Kalimantan Barat [email protected] Abstract : The purpose of this research is to find the increase of mathematics study result with materi operation of adding numeral rounding.where the activity of one cycle consist of 4 component including planning, action, monitoring, and reflection. As data analysis technic, usingqualitative and quantiative data. Qualitative data was obtain by monitoring result along intervention act through field research notes and monitoring notes, while quantitative data was obtain with comparing first assessment average scoring (before action was given) and last assessment. The result of this research find there’s increasing in mathematics study result with materi operation of adding numeral rounding through “Stop-Jump” game. Keywords : Mathematics, Stop-Jump Game Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan peningkatan hasil belajar matematika dengan operasi materi menambahkan pembulatan angka. di mana aktivitas satu siklus terdiri dari 4 komponen, termasuk perencanaan, tindakan, pemantauan, dan refleksi. Sebagai teknik analisis data, usingqualitative dan data quantiative. Data kualitatif adalah memperoleh dengan hasil pemantauan di sepanjang intervensi tindakan melalui catatan penelitian lapangan dan pemantauan catatan, sedangkan data kuantitatif adalah mendapatkan dengan membandingkan penilaian pertama rata-rata skor (sebelum tindakan diberikan) dan penilaian terakhir. Hasil penelitian ini menemukan ada yang meningkat dalam hasil studi matematika dengan operasi materi penambahan angka pembulatan melalui “Stop-Jump” permainan. Kata Kunci : Matematika, permainan stop-Jump Matematika seringkali menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian orang, tidak terkecuali bagi anak-anak. Mereka beranggapan bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Mereka juga beranggapan bahwa mereka tidak berbakat dalam bidang matematika. Anggapan- anggapan seperti inilah yang membuat mereka pasrah ketika menghadapi kesulitan. Kalaupun terdapat usaha mengatasinya, namun usaha yang dilakukan kurang maksimal. Kesulitan yang dihadapi siswa, diperparah lagi dengan usaha yang juga kurang maksimal dari guru. Strategi pembelajaran yang diterapkan kurang menarik minat siswa. Pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang sangat serius. ## Neneng Eliana Tidak terdapat canda dan tawa. Oleh karena itu minat siswa terhadap mata pelajaran matematika sangat rendah. Penilaian diri yang tidak tepat oleh siswa, usaha yang kurang maksimal, baik dari siswa maupun guru berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai. Pada umumnya hasil belajar matematika di sekolah dasar lebih rendah jika dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal ini terjadi pula di Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak. Hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV sangat rendah. Banyak siswa yang belum mampu menentukan hasil akhir dengan benar. Mereka hanya menebak hasil akhir bertanda positif atau negatif. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes formatif secara tertulis yang mereka kerjakan. Tes diberikan sebanyak dua kali dengan soal yang sama. Hasil yang diperoleh pada tes pertama dan ke dua menunjukkan perbedaan pada setiap anak. Hal ini menunjukkan bahwa mereka belum memahami materi operasi penjumlahan bilangan bulat. Menyadari latar belakang masalah di atas, penulis berupaya untuk mengatasinya, yakni dengan menerapkan permainan Lompat Henti. Penerapan permainan Lompat Henti yang menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak. Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne dalam Anitah W, dkk, 2009:1.7). Belajar dapat diartikan mengalami, terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial (Anitah, dkk 2009:1.7). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku seseorang sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan fisik maupun sosial. Seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkan adanya perubahan dalam dirinya (Wahidmurni, dkk, 2010:18). Sudjana (2010:22) mengutip pendapat Bloom yang menyatakan bahwa perubahan- perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek. Siswa memiliki suatu kemampuan yang dapat ditunjukkan setelah ia menerima pengalaman belajar. Berkaitan dengan pengalaman belajar, dimana telah terjadi interaksi antara individu dengan lingkungan fisik maupun sosial, maka hal ini berarti telah terjadi suatu aktivitas dalam belajar. Menurut Nasution (2000:89) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat jasmani ataupun rohani. Dalam ## JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 1 Mei 2016 proses pembelajaran, kedua aktivitas tesebut harus berkaitan. Seorang siswa akan berfikir selama berbuat, tanpa perbuatan maka siswa tidak akan berpikir. Oleh karena itu, agar siswa aktif berfikir, maka siswa akan diberi kesempatan untuk berbuat dan beraktivitas. Sementara Sugihharto & Nur (mengemukakan bahwa aktivitas belajar adalah suatu proses kegiatan belajar siswa yang menimbulkan perubahan-perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku atau kecakapan. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi hasil belajar (Anitah, dkk, 2009:2.7), yaitu: (1) faktor dari dalam diri siswa, di antaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, serta kebiasaan siswa; (2) faktor dari luar diri siswa, di antaranya lingkungaan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite sekolah), guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah. Berkaitan dengan matematika, Nasution dalam Murniati (2008:45) menjelaskan bahwa istilah matematika berasal dari bahasa Yunani mathein atau manthenein yang artinya mempelajari, namun diduga kata itu erat hubungannya dengan kata Sansekerta medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensi. Terdapat beberapa definisi mengenai matematika, antara lain dikemukakan oleh Reys dan Hudojo. Reys dalam Murniati (2008:46) bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, Pasal 63 Ayat (1) menjelaskan bahwa penilaian pendidikan khususnya penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: a) Penilaian hasil belajar oleh pendidik; b) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; dan c) Penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Dijelaskan lebih lanjut dalam pasal 64 ayat (1) bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar oleh pendidik, antara lain digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, dimana penilaian yang dilakukan oleh pendidik ini harus berbasis kompetensi, terencana, terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan, sehingga dengan penilaian ini diharapkan pendidik dapat mengetahui tingkat kompetensi yang dicapai oleh setiap siswa, meningkatkan motivasi ## Neneng Eliana belajar siswa, dan mampu menghantarkan siswa mencapai kompetensi minimal yang telah ditentukan (BSNP). Standar kompetensi merupakan kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh siswa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:425) memuat standar kompetensi matematika sekolah dasar kelas IV Semester 2, yaitu menjumlahkan dan mengurangkan bilangan bulat dengan dengan kompetensi dasar: (1) mengurutkan bilangan bulat, (2) menjumlahkan bilangan bulat, (3) mengurangkan bilangan bulat, (4) melakukan operasi hitung campuran. Sementara guru menjabarkan lagi ke dalam indikator pencapaian kompetensi, antara lain melakukan operasi penjumlahan bilangan bulat. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) indikator kompetensi ini telah ditentukan oleh guru sebesar 66,67. Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa hasil belajar matematika adalah suatu perubahan yang dapat berupa kemampuan berpikir, keterampilan, atau sikap seseorang sebagai hasil dari pengalaman belajar matematika. Pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan perkembangan siswa. Menurut Bruner kemampuan anak berkembang secara bertahap mulai dari yang sederhana ke yang rumit, mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan mulai dari yang nyata atau konkret ke yang abstrak. Urutan tersebut dapat membantu peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan lebih mudah. Bruner menyebutkan tiga tingkatan yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasikan keadaan peserta didik, yaitu: (a) tahap pertama enactive (manipulasi objek langsung), (b) tahap ke dua iconic (manipulasi objek tidak langsung), dan (c) tahap ke tiga symbolic (manipulasi simbol) (Gatot Muhsetyo, 2008:1.12). Sejalan dengan Bruner, Muhsetyo, dkk (2008:3.10-3.11) mengenalkan konsep operasi hitung pada sistem bilangan bulat yang dilakukan melalui tiga tahap. Pada tahap pertama terdapat 2 model peragaan yang dapat dikembangkan, yaitu yang menggunakan pendekatan himpunan (menggunakan alat peraga manik-manik), sedangkan model yang ke dua menggunakan pendekatan hukum kekekalan panjang (menggunakan alat peraga balok garis bilangan atau pita garis bilangan atau tangga garis bilangan). Pada tahap ke dua, proses pengerjaan operasi hitungnya diarahkan menggunakan garis bilangan dan pada tahap ke tiga kepada siswa baru diperkenalkan dengan konsep-konsep operasi hitung yang bersifat abstrak. Penelitian ini memfokuskan pada materi operasi penjumlahan bilangan bulat. Hal ini dilakukan karena materi operasi penjumlahan bilangan bulat merupakan ## JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 1 Mei 2016 materi prasyarat untuk melakukan operasi pengurangan bilangan bulat. Materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada penelitian ini dikenalkan kepada siswa dimulai pada tahap konkret. Pada penelitian ini penulis menggunakan garis bilangan yang digambar pada lantai kelas. Mayesty dalam Sujiono Sujiono (2010:34) menyatakan bahwa bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan. Adapun cara dan aturan yang digunakan dalam permainan Lompat Henti ini adalah sebagai berikut: 1) Buatlah garis bilangan di lantai atau tanah dengan kapur. 2) Permainan diawali dengan bersuit antara pemain I dan II. 3) Pemenang suit akan berhak membuat soal operasi penjumlahan pada bilangan bulat, misalnya 5 + (-2). 4) Lompatan pertama dimulai dari titik 0 yang dilakukan bersama-sama sambil bergandengan tangan. Karena bilangan pertama pada soal bertanda positif, maka arah lompatan menghadap ke positif. Banyaknya lompatan sesuai dengan bilangan pertama pada soal yang telah dibuat 5) Setelah kedua pemain berhenti melompat di titik bilangan yang tepat mereka melakukan suit untuk kali ke dua. 6) Pemenang suit berhak melanjutkan lompatan ke dua. Sementara yang kalah, tetap berada di tempat. Karena bilangan ke dua pada soal bertanda negatif (-2), maka arah lompatannya menghadap bilangan negatif. Banyaknya lompatan sesuai dengan bilangan ke dua pada soal yang telah dibuat (-2). 7) Apabila lompatannya berhenti di titik bilangan yang salah, maka pemain yang kalah pada suitan ke dua berhak melakukan lompatan. Pemenang ditentukan pada ketepatan lompatan ke dua di titik yang tepat (3). Penelitian mengenai game dan operasi hitung bilangan bulat telah dilakukan oleh Ahmad Faiq Abror. Penelitian tersebut bertujuan untuk membangun sebuah aplikasi game untuk media pembelajaran pada mata pelajaran matematika dengan pokok bahasan operasi hitung bilangan bulat dan mengetahui tingkat kelayakan aplikasi tersebut sebagai media pembelajan pada mata pelajaran matematika kelas VI SD Negeri Jetis 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat validasi pengembangan media berbasis aplikasi game dari ahli media diperoleh nilai rata-rata 4,32 pada kategori sangat layak, ahli materi diperoleh nilai rata- rata 4,34 pada kategori sangat layak, dan penilaian siswa kelas VI SD Negeri Jetis 1 ## Neneng Eliana diperoleh nilai rata-rata 4,36 pada kategori sangat layak. Tingkat kelayakan aplikasi game dapat dilihat pada diagram berikut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Faiq Abror dapat dipahami bahwa permainan yang menyenangkan dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika materi operasi hitung bilangan bulat. Penelitian yang dilakukan oleh penulis di Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak, Dusun Panjak, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV melalui permainan Lompat Henti. ## METODE Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian tindakan kelas ( Classroom Action Research ) menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan model Kemmis dan Taggart. Model penelitian tindakan spiral ini bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar. Desain intervensi tindakan/rancangan siklus penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart (1988:11-14) yang didasarkan atas: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Hubungan antara komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat. Waktu penelitian pada tahun pelajaran 2015/2016 yang dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2016. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus dan setiap siklus terdiri atas 2 kali pertemuan dengan waktu 2 x 35 menit setiap pertemuan. Karena materi operasi penjumlahan bilangan bulat merupakan materi prasyarat bagi materi selanjutnya, yaitu operasi pengurangan bilangan bulat, maka pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam pelajaran efektif. Penelitian ini menggunakan dua data, yaitu data pemantau tindakan (proses) dan data penelitian (hasil). Data yang diperoleh dari kesesuaian pelaksanaan dengan rencana tindakan merupakan data pemantau tindakan. Sementara data yang diperoleh dari kemampuan awal siswa dalam perolehan skor hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat merupakan data penelitian yang menjadi fokus penelitian dengan sumber data siswa kelas IV SDN 16 Panjak yang berjumlah 34 siswa. Keberhasilan tindakan ditentukan oleh besarnya prosentase kenaikan minimal tindakan dan pencapaian KKM indikator kompetensi. Adapun besarnya prosentase ## JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 1 Mei 2016 kenaikan minimal tindakan adalah 20% dan besarnya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) indikator kompetensi adalah 66,67. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik observasi, lembar penilaian, dan dokumentasi. Teknik-teknik ini dilakukan sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian. Observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang proses pembelajaran. Instrumen obervasi berupa kolom dimensi pengamatan yang berisi pelaksanaan pembelajaran, aspek pengamatan yang berisi kegiatan guru dan siswa, serta kolom keterangan yang berisi ya dan tidak yang harus diisi dengan tanda check list (√) oleh teman sejawat. Hasil belajar siswa berupa skor yang diperoleh melalui tes tertulis. Skor memiliki rentang 0- 10. Hasil yang diperoleh dimasukkan dalam lembar penilaian untuk selanjutnya dianalisis. Analisis data penelitian dilakukan dengan menguji hipotesis tindakan, yaitu dengan menggunakan perbedaan rata-rata skor siswa sebelum memperoleh tindakan dan setelah memperoleh tindakan. Analisis data ini dilakukan dalam setiap akhir siklus dengan menghitung rata-rata skor siswa dan prosentase kenaikan dengan memperhatikan kriteria keberhasilan tindakan yang telah ditetapkan. Teknik analisis data yang digunakan bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tindakan dalam bentuk permainan Lompat Henti pada siswa kelas IV sekolah dasar dalam upaya peningkatan hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat. ## Pelaksanaan Tindakan Intervensi tindakan peningkatan hasil belajar matematika materi operasi bilangan bulat dilaksanakan dalam 2 siklus yang terdiri atas 2 kali pertemuan setiap siklus. Langkah-langkah kegiatan pada setiap siklus adalah sama. Perbedaannya hanya pada soal yang diberikan secara bertahap sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada siklus I, pertemuan ke-1, soal yang diberikan dengan hasil 0 sampai dengan 10 (-10). Pada pertemuan ke-2, soal yang diberikan dengan hasil 0 sampai dengan 50 (-50). Sementara pada siklus II, pertemuan ke-1, soal yang diberikan meningkat lagi dengan hasil 0 sampai dengan 100 (-100). Pada pertemuan ke-2, soal yang diberikan dengan hasil 0 sampai dengan 500 (-500). Pada kegiatan pembelajaran, guru menyampaikan terlebih dulu tujuan yang akan dicapai dan kegiatan yang akan dilakukan hari itu. Kemudian guru melakukan apersepsi. Sebelum melakukan permainan terlebih dulu guru meminta beberapa siswa menyelesaikan soal operasi penjumlahan bilangan bulat di papan tulis. Selanjutnya guru menyampaikan cara dan aturan dalam permainan. Secara berpasangan siswa melakukan permainan. Setelah seluruh siswa mendapat kesempatan turut dalam permainan, siswa diminta menyelesaikan soal operasi penjumlahan bilangan bulat di buku tulis. Ketika tiba pada waktu yang telah ditentukan, guru bersama-sama dengan siswa membahas hasil pekerjaan siswa. Selanjutnya guru memberikan penilaian dan mengadakan pemantapan materi pelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan antara guru dan siswa. Pembelajaran diakhiri dengan tindak lanjut oleh guru dengan cara menyampaikan materi pelajaran yang akan datang. Berdasarkan observasi saat intervensi tindakan diberikan, proses pembelajaran berlangsung sangat baik. Guru melakukan langkah-langkah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Sementara semua siswa mendapat kesempatan dalam permainan. Semua siswa tampak antusias mengikuti permainan. ## HASIL Berdasarkan asesmen awal, hasil penilaian terhadap hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat sangat rendah. Permainan Lompat Henti yang diterapkan oleh penulis pada pembelajaran matematika menambah pemahaman yang mendalam pada siswa, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak. Berdasarkan hasil asesmen awal, hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa masih rendah. Dari skor maksimal sebesar 10, siswa hanya mencapai rata-rata skor sebesar 5,03 (50,30%). Mereka mengalami kesulitan dalam menentukan hasil akhir bertanda positif atau negatif. Pada siklus I, rata-rata skor yang diperoleh siswa mengalami peningkatan yang tajam. Rata-rata skor yang diperoleh siswa sebesar 8,32 (83,20%). Artinya, telah terjadi peningkatan sebesar 32,90%. Data ini menunjukkan bahwa hasil intervensi tindakan telah melebihi prosentase kenaikan minimal yang telah ditetapkan sebesar 20%. Namun, dikarenakan belum tercapainya semua tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, maka siklus II harus dilanjutkan sesuai dengan rencana tindakan. Ditinjau dari segi keaktifan, seluruh siswa menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam permainan. Pada siklus II, pemahaman yang semakin mendalam terhadap materi membuat siswa mampu menyelesaikan soal-soal dengan sangat baik. Pada pertemuan ke-1 dan 2 terdapat beberapa anak yang merasa kecewa dengan hasil perolehan skor mereka dikarenakan ketidaktelitian mereka. Namun, mereka mampu menyelesaikan soal dengan benar setelah guru meminta mereka untuk memperbaikinya. Hasil asesmen pada siklus II menunjukkan peningkatan. Rata-rata skor yang diperoleh siswa sebesar 8,44 (84,4%). Artinya, telah terjadi peningkatan sebesar 34,10%. Data ini menunjukkan bahwa hasil intervensi tindakan telah melebihi prosentase kenaikan minimal yang telah ditetapkan sebesar 20%. Data ini menunjukkan pula keberhasilan dalam pencapaian KKM indikator kompetensi yang telah ditetapkan sebesar 66,67. Ditinjau dari segi keaktifan, seluruh siswa masih menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam permainan. Mereka mencari pasangan yang berbeda dengan pasangan sebelumnya. ## PEMBAHASAN Penerapan permainan Lompat Henti dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat pada siswa. Penerapan permainan Lompat Henti memberi pemahaman yang mendalam kepada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak, sehingga hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat menjadi meningkat dengan perolehan rata- rata skor sebesar 5,03 pada asesmen awal menjadi 8,44 pada asesmen akhir, ## SIMPULAN Berdasarkan temuan dan pembahasan, hasil penelitian tindakan “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Operasi Penjumlahan Bilangan Bulat melalui Permainan Lompat Henti” di Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak, Dusun Panjak, Desa Sahan, Kecamatan Seluas, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat dapat ditarik kesimpulan: (1) hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan dapat ditingkatkan dengan menerapkan permainan Lompat Henti, (2) permainan Lompat Henti dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilang bulat pada siswa dengan rata-rata skor 5,03 pada asesmen awal menjadi sebesar 8,44 pada asesmen akhir. Saran yang dapat dikemukakan terkait penelitian ini adalah diterapkannya permainan Lompat Henti di Sekolah Dasar Negeri 16 Panjak maupun sekolah lain sebagai salah satu upaya guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang menyenangkan dan dalam upaya guru meningkatkan hasil belajar matematika materi operasi penjumlahan bilangan bulat. ## DAFTAR RUJUKAN Anitah W, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD . Jakarta: Universitas Terbuka. BNSP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI . Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika . Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Dirjendikti. Kemmis, Stephen & Robin McTaggart. 1988. The Action Research Planner. Viktoria: Deakin University. Muhsetyo, Gatot. 2008. Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar . Jakarta: Universitas Terbuka. Murniati, Endyah. 2008. Kesiapan Belajar Matematika di Sekolah Dasar . Surabaya: Surabaya Intelektual Club. Nasution, S. 2000. Dikdaktik Asas-asas Mengajar . Jakarta: Bumi Aksara. Peraturan Pemerintah No. 19. 2005. Santrock, John W. 2002. Life-Span Development terjemahan Juda Damanik dan Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga. Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . (Cet. XV). Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya. Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks, 2010. Sugihharto & Afifah Nur. 2011. Pengertian Aktifitas Belajar . Diakses Januari 2012 http://id.shvoong.com/social- sciences/education/2162643- pengertian aktivitas-belajar/.
20ca1b05-8ac2-46d9-beab-c1435a54c1d7
http://jutif.if.unsoed.ac.id/index.php/jurnal/article/download/122/40
Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) DOI: https://doi.org/10.20884/1.jutif.2022.3.1.154 Vol. 3, No. 1, Februari 2022, hlm. 29-36 p-ISSN: 2723-3863 e-ISSN: 2723-3871 ## DATA MINING ANALYSIS TO DETERMINE EMPLOYEE SALARIES ACCORDING TO NEEDS BASED ON THE K-MEDOIDS CLUSTERING ALGORITHM Alia Ahadi Argasah *1 , Dudih Gustian 2 1,2 Sistem Informasi , Fakultas Teknologi Informasi dan Komputer, Universitas Nusa Putra, Indonesia Email: 1 [email protected] , 2 [email protected] (Naskah masuk: 23 Januari 2022, Revisi : 27 Januari 2022, diterbitkan: 25 Februari 2022) ## Abstract A company to achieve its goals, one of the factors is the performance of employees according to company standards, employees will provide performance with company standards with the company's reciprocity on employees for example in the payroll aspect. The purpose of this research is to help companies with appropriate payroll so that it has a good impact on productivity, garment companies that produce various types of clothing require employees with sewing skills which are one of the most important aspects of production. The problem is in the production process that is hampered, one of the factors for decreasing employee performance is the incompatibility of salary with the abilities of employees. The k-medoids clustering method can help companies cluster employees according to the employee's ability value as a benchmark for wages, from 50 samples of employees and an assessment of the various skills possessed by employees so that the calculation results in the first cluster of 24 employees with a salary received Rp 100,000 per day, the second cluster the number of 16 employees with a salary received Rp 90,000 per day, the third cluster of 10 employees with a salary received Rp 80,000 per day. So it can be concluded that the clustering method can help companies with the right targets for grouping employee salaries according to the employee's abilities so that company productivity is not disturbed by declining employee performance or employee complaints over the incompatibility of payroll with employee abilities. Keywords: clustering, data mining, k-medoids, employee, salary. ## ANALISIS DATA MINING UNTUK MENENTUKAN GAJI KARYAWAN SESUAI PENILAIAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALGORITMA K-MEDOIDS CLASTERING ## Abstrak Suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya salah satu faktornya adalah kinerja karyawan yang sesuai standar perusahaan, karyawan akan memberikan kinerja dengan standar perusahaan dengan timbal balik perusahaan pada karyawan contohnya pada aspek penggajian. Tujuan penelitian ini membantu perusahaan dalam penggajian yang sesuai sehingga berdampak baik pada produktifitas, perusahaan garment yang memproduksi berbagai jenis pakaian ini memerlukan karyawan dengan keahlian menjahit yang menjadi salah satu aspek terpenting pada produksi. Permasalahan terdapat pada proses produksi yang terhambat, salah satu factor menurunnya kinerja karyawan adalah ketidak sesuaian penggajian dengan kemampuan yang dimiliki karyawan. Dengan metode k-medoids clustering dapat membantu perusahaan meng cluster kan karyawan sesuai dengan nilai kemampuan karyawan sebagai tolak ukur penggajian, dari 50 sample karyawan dan penilaian berbagai keahlian yang dimiliki karyawan sehingga perhitungan menghasilkan cluster pertama jumlah 24 karyawan dengan gaji yang diterima Rp 100.000 per hari, cluster kedua jumlah 16 karyawan dengan gaji yang diterima Rp 90.000 per hari, cluster ketiga jumlah 10 karyawan dengan gaji yang diterima Rp 80.000 per hari. Maka dapat disimpulkan bahwa metode katering dapat membatu perusahaan dengan tepat sasaran untuk mengelompokkan penggajian karyawan yang sesuai dengan kemampuan karyawan sehingga produktifitas perusahaan tidak terganggu atas menurunnya kinerja karyawan atau complain karyawan atas ketidak sesuaian penggajian dengan kemampuan karyawan. Kata kunci: Clustering, Data Mining, Gaji, Karyawan, K-Medoid ## 1. PENDAHULUAN Manajemen adalah salah satu bagian yang terpenting dalam berbagai perusahaan, tugasnya sangat penting dalam suatu organisasi, yaitu menentukan dan mengawasi kinerja suatu organisasi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen itu[1]. Memiliki sumber daya manusia yang bermutu adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam kemajuan suatu perusahaan[2]. Sumber daya manusia juga merupakan komponen utama setiap aktivitas organisasi yang berperan menjadi pelaku aktif dan perencana [3]. Perusahaan telah memiliki aset yang sangat mahal apabila memilki tenaga kerja yang sangat terampil dan memiliki motivasi tinggi[4]. Bertujuan untuk menilai profesionalisme suatu karyawan perusahan dapat menetapkan klasifikasi seorang pekerja[5]. Tenaga kerja memerlukan biaya yaitu penggajian merupakan unsur terpenting, kebijakan dalam menetapkan penggajian memerlukan perhatian yang cukup besar oleh perusahaan yaitu ketelitian dalam pengelompokan, pencatatan serta pembayaran agar meminimalisir kerugian pada karyawan atau perusahaan[6]. Proses peng gajihan dibayar setiap satu bulan sekali dan besar kecilnya gaji yang diterima karyawan tergantung dengan keahlian karyawan, status karyawan di perusahaan ini adalah harian lepas sehingga hari kerja di beri upah sedangkan hari libur tidak diberi upah, gaji di terima karyawan satu bulan sekali dengan perhitungan awal dan tutup buku jatuh pada setiap tanggal 5 dan pemberian gaji kepada karyawan jatuh pada tanggal 10, jika tanggal 10 jatuh pada tanggal merah maka gaji di bayarkan lebih cepat dan setiap karyawan tidak memiliki absen dalam satu bulan penuh akan mendapatkan insentif sebesar Rp 100.000. Dengan adanya pandemic covid 19, perusahaan mengalami perubahan sistem pengelolaan karyawan dari karyawan kontrak menjadi harian lepas. Setelah pandemic penggajihan diikur dengan beban kerja dan skil atau keahlian karyawan, hal ini tentunya berdampak pada kondisi karyawan yang keluar masuk perusahaan secara bertahap. Selain itu terdapat kesulitan dalam menentukan gaji karyawan yang didasarkan dari beban kerja dan skil karyawan, tetapi kondisi ini berakibat banyaknya complain dari karyawan/i akibat ketidaksesuaian penggajian upah yang diterima berdasarkan golongan, skil yang dimaki karyawan. Kondisi tersebut diperlihatkan pada gambar 1 dibawah ini. Pada gambar no 1 nampak bahwa pada bulan November sekitar 10% dari divisi sewing karyawan complain atas ketidak sesuaian gaji. Kondisi tersebut diakibatkan karena kesalahan dalam perhitungan oleh pihak perusahaan. Tentunya kondisi ini menyebabkan kinerja karyawan menjadi menurun, sehingga produksi akan terganggu. Gambar No 1. Komplain karyawan dampak ketidaksesuaian gaji ## Gambar No2. Dampak terhadap produksi akibat komplain karyawan Pada gambar no 2 dapat dilihat penurunan hasil produksi pada line 1 -line 6. Yaitu hasil produksi normal setiap line memproduksi 750-800 pcs namun pada tanggal 10 november ketika pembagian gaji pada karyawan di tgl 11 november mengalami penurunan produksi salah satu factor penurunan nya adalah tidak sesuai nya penggajian. Proses pengambilan keputusan manajemen didukung oleh data yang berorientasi objek mempunyai variant waktu dan terintegrasi yaitu penyimpanan data warehouse, kegiatan menemukan pola-pola baru yang menarik dari data yang terdapat dalam data warehouse merupakan kegiatan yang salah satunya dilakukan oleh data mining[7] Mengoptimalkan kesamaan antara cluster satu dengan yang lainnya menjadi prinsip yang di miliki clustering, metode unsupervised learning yaitu memberikan sebuah tebal pada kelompok data yang belum diketahui metode ini tergolong pada clustering[8]. Dengan berusaha men segmentasi sekumpulan data yang ada ke dalam cluster homogen secara relatif dan mempertimbangkan sebuah pendekatan yang sangat penting agar berbagai kelompok baru yang ditemukan memiliki kesamaan data[9]. Partitioning around medoids atau lebih pendeknya yang sering dikenal dengan metode k- medoids, yang juga merupakan versi lain dari metode k-mean. Algoritma k-means memiliki kelemahan yaitu outlier yang sensitif terhadap objek dengan nilai besar yang mungkin mengalami penyimpangan dari distribusi data maka dari itu metode k-medoids dirancang untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki metode k-means. Sehingga dapat dikatakan bahwa metode k-medoids jauh lebih baik dari metode k-means[10]. Dalam berbagai penelitian metode k-medoids banyak digunakan, seperti penelitian sebelumnya dengan judul “Perbandingan Algoritma K-Means dan Algoritma K-Medoids dalam Pengelompokan Komoditas Peternakan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015,” dalam jurnal tersebut terdapat informasi atas hasil perhitungan perbandingan claster dengan menggunakan metode k- means sebesar 4.6 sedangkan varian menggunakan metode k-medoids sebesr 1.5 dapat disimpulkan metode yang lebih baik adalah metode k-medoids dikarenakan memiliki nilai varian lebih kecil[11]. Dan penelitian sebelumnya peng cluster an gaji karyawan dengan menggunakan metode k-medoids dengan perhitungan yang dilakukan serta pengecekan menggunakan tools menghasilkan nilai yang serupa sehingga perhitungan berhasil dan dapat bermanfaat [12]. Penelitian berikutnya menjadi dasar penelitian ini adalah juga tentang perbandingan 2 metode yaitu metode k-means dan metode k-medoids menghasilkan pengelompokan data yang sangat signifikan, pola yang digunakan dalam pengelompokan adalah pembagian berbagai jenis barang sesuai dengan jenis bongkar atau muat barang. Walau dalam waktu perhitungan iterasi k- means membutuhkan waktu lebih cepat dari k- medoids namun nilai pada Davies-Bouldin Index diperoleh nilai sebesar k=3 pada metode K-Means lebih rendah dengan metode k-medoids. Selain itu juga terdapat bahwa, pengolahan data berlanjut pada k=10 juga menunjukkan hasil nilai DBI pada K-Means lebih rendah[13]. Dan Penelitian sebelumnya, Dengan judul “Implementasi Algoritma K-Medoids dan K-Means untuk Pengelompokan Wilayah Sebaran Cacat pada Anak" terdapat pendapat bahwa perhitungan menggunakan metode k-medoid jauh lebih baik dengan perhitungan yang dilakukan oleh metode k- means hal ini didasarkan oleh data yang ditemukan bahwa penelitian dengan 71 validitas Silhouette Coefficient perhitungan menggunakan metode k- medoids dengan nilai yang dihasilkan 0.5009 sedangkan nilai validasi yang dihasilkan oleh perhitungan menggunakan metode k-means lebih kecil yaitu 0.1443 [14]. kemudian penelitian selanjutnya sebagai dasar penelitian ini menggunakan metode k-medoids adalah jurnal yang berjudul “Implementasi Algoritma K-Medoids Untuk cluster isasi Data Penyakit Pasien Di Rsud Kota Bandung,” peneliti mengelurkan pendapat bahwa dengan menggunakam metode k-means sangat bekerja dengan sangat baik karena objek yang ditemukan pada cluster memiliki bobot mutu yang baik bukan hanya itu dengan penelitin ini pula rumah sakit dapat dijadikan sebagai evaluasi oleh pihak rumah sakit agar menambah obat yang dibutuhkan bahkan menambah tenaga medis spesialis[15]. Penelitian ini memberikan solusi untuk peng cluster an penggajian berdasarkan parameter yang ada, guna memperoleh keputusan penggajian secara adil dan objektif. Penelitian ini pun penting sekali bagi perusahaan Selain itu memberikan suatu model penggajian sesuai dengan kemampuan perusahaan serta kapasitas dari karyawan agar terciptanya kesejahteraan sehingga timbal balik pada hasil produksi perusahaan yang lebih baik. Penelitian ini memberikan manfaat cluster peng gajihan dengan penyajian kelompok sebagai informasi yang bermanfaat untuk perusahaan untuk tolak ukur penggajian yang diharapkan oleh perusahaan. Diharapkan meminimalisir terjadinya kesalahan dalam penempatan penggajian sehingga mengurangi bahkan menghilangkan komplain dari karyawan dan tidak berdampak buruk pada produktifitas perusahaan. ## 2. METODE PENELITIAN Pengelompokan menggunakan clustering dengan perhitungan yang digunakan adalah metode k-medoids, kami mengambil 40% sample dari seluruh karyawan sebagai objek yang ada di perusahaan pada data tahun 2021, tempat penelitian pada PT garment yang berada di daerah cipicung kabupaten sukabumi. Penggajian terendah atau tertinggi adalah hasil analisis clattering yang dilakukan dengan mengambil nilai rata-rata indikator. ## 2.1 Knwoledge Discovery In Database Dalam database yang tersedia atau yang dimiliki apabila ingin memperoleh pengetahuan di dalamnya Knwoledge Discovery In Database adalah salah satu metode yang tepat untuk digunakan berikut prosesnya[16] 1. Data Cleaning and Integration a. Data cleaning (Pembersihan data) data tidak konsisten atau tidak valid akan di hapus atau dihilangkan b. Data integration (Penggabungan data) data dari berbagai sumber datanya digabungkan itulah fungsi data integration. 2. Data Selection and transformation a. Data selection (Seleksi data) jenis data pada data base dengan tujuan analisis mendapatkan data yang relevan. b. Data transformation (Transformasi data) adalah mengubah data dengan bilangan atau simbol hal ini digunakan untuk mempermudah proses penghitungan. ## 3. Data Mining Kegiatan menemukan pola-pola baru yang menarik dari data yang terdapat dalam data warehouse merupakan kegiatan yang salah satunya dilakukan oleh data mining 32 Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) , Vol. 3, No.1, Februari 2022, hlm. 29-36 4. Evaluation and presentation Pattern Evaluation (Evaluasi pola) Digunakan untuk menemukan pola- pola yang sangat menarik sehingga mendapatkan informasi penting pada pola-pola yang didapatkan. a. Knowledge presentation (Presentasi pengetahuan) bisa diartikan memberikan pengertian atas informasi yang di hasilkan 2.2 Proses algoritma k-medoids Berikut langkah-langkah melakukan clustering dengan algoritma k-medoids : 1. Inisialisasikan titik pada cluster sebanyak k (jumlah cluster) 2. Tempatkan setiap data (objek) ke cluster yang paling terdekat menggunakan perhitungan ukuran jarak Euclidian Distance dengan persamaan: D(x, y) = ||x − y|| = √∑ (xi − yi) 2 ; 1,23. . 𝑛 n i=1 (1) Dimana: D(x,y) = jarak antara data ke-i dan data ke-j xi1 = nilai atribut ke satu dari data ke-i yj1 = nilai atribut ke satu dari data ke-j n = jumlah atribut yang digunakan 3. Calon medoids baru dipilih dari masing- masing cluster secara acak 4. Calon medoid baru yang didapatkan akan dihitung jarak setiap objeknya yang berada pada masing-masing cluster 5. Selanjutnya meng hitung total simpangan (S) dengan menghitung nilai total distance yang baru total distance yang lama. Jika S < 0. 6. Maka hitung kembali langkah 3 sampai 5 sehingga di dapatkan S > 0 dengan begitu perhitungan berhenti. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang digunakan didapat dari perusahaan garment yang berada di daerah kabupaten sukabumi. Informasi pada data yang dimiliki berasal dari perusahaan garment pada tahun 2021 dengan informasi penggajian. Pada informasi data variable yang digunakan dan terdapat 5 indikator yang diukur oleh tingkat keahlian karyawan yang dinilai oleh perusahaan: penilaian keahlian dalam bidang memotong dan mem patrun pada proses produksi, Persentase keahlian adalah bidang menggunakan mesin jarum 1, Penilaian keahlian dalam bidang menggunakan mesin snap atau Bartek atau kancing, penilaian keahlian dalam bidang menggunakan mesin obras, penilaian keahlian dalam bidang menggunakan mesin overdek. 1. Langkah pertama adalah data Cleaning yaitu dengan menghapus data yang tidak valid dengan tujuan mempermudah proses perhitungan pada clustering yang akan dilakukan. 2. Transformation sangat penting pada tahapan ini yaitu memberi inisial pada variable dengan pengertian yang panjang, Seperti terlihat berikut : a. X1 : Presentase keahlian dalam bidang memotong dan mem patrun pada proses produksi b. X2 : Persentase keahlian adalah bidang menggunakan mesin jarum 1 c. X3 : , Persentase keahlian dalam bidang menggunakan mesin snap atau Bartek atau kancing d. X4 : Persentase keahlian dalam bidang menggunakan mesin obras , e. X5 : Persentase keahlian dalam bidang menggunakan mesin overdek. Dan transformasi informasi sebagai berikut S : sewing H : helper Keterangan informasi karyawan di perusahaan yang telah di transformasi tertuang pada tabel no 1: Tabel No 1 Daftar nilai keahlian yang dimiliki karyawan No Nama Divisi keahlian yang dimiliki x1 x2 x3 x4 x5 1 Siti Nuraini S 80 80 80 75 70 2 Siti Unaizah S 78 78 80 80 80 3 Asti Ramdani S 78 78 80 80 79 4 Ahmad Husaieri S 76 76 80 80 78 5 Astri Budiawan S 78 78 80 75 73 6 Ai Rosita S 78 78 80 80 80 7 Siti Rohimah S 78 78 80 75 72 8 Tika Damayanti S 76 76 80 75 72 9 Angga Gunawan S 76 76 80 80 80 10 Agus Watranta S 76 76 80 75 72 11 Dito Aldo S 76 76 80 80 80 12 Ujang Jaelani S 76 76 80 80 80 13 Siska S 78 78 80 80 80 14 Dini Andini H 80 76 76 70 60 15 Nida Rasmiya H 80 76 76 70 60 16 Marina Julian S 78 78 80 80 80 17 Esi Elya M S 78 78 80 75 70 18 Anwar Agustina S 76 76 80 80 80 19 Sarah Gustin S 78 78 80 75 70 20 Acah S 78 78 80 80 80 21 Leni H 80 76 76 70 60 22 Lina S 78 78 80 80 80 23 Dito S 76 76 80 80 78 24 Anwar S 76 76 80 80 79 25 Dini S 78 78 80 75 70 26 Ica S 78 78 80 75 70 27 Nida H 80 80 76 70 60 28 Salwa S 78 78 80 80 76 29 Ai Anisa S 78 78 80 75 70 30 Eka S 76 76 80 80 79 31 Mia S 78 78 80 75 70 32 Feri S 76 76 80 80 80 33 Diki S 76 76 80 80 80 34 Samsul S 76 76 80 80 80 35 Ela H 80 80 76 70 60 36 Ade H 80 80 76 70 60 37 Ade Sudimin S 76 76 80 80 78 38 Wida S 78 78 80 80 78 39 Adam S 76 76 80 75 72 40 Arsya S 76 76 80 80 80 41 Arya H 80 76 76 70 60 42 Abhilian Giantara S 76 76 80 75 73 43 Bayu S 76 76 80 75 70 44 Banyu Putra S 76 76 80 80 75 45 Dede Hafid H 80 78 76 70 60 46 Evelyn Putri S 78 78 80 80 75 47 Fakira Faysal H 80 76 76 70 60 48 Fawaz Al Angkobi S 76 76 80 80 80 49 resa sagira S 78 78 80 75 75 50 ai aisah H 80 76 76 70 60 Pada tabel no 1 terdapat 50 sample karyawan dari keseluruhan karyawan yang berada di perusahaan dengan nama, jenis kelamin, divisi dan nilai dari setiap keahlian yang dimiliki karyawan. 3. Langkah selanjutnya adalah: a. Menentukan k (jumlah cluster ) dari n objek sebanyak objek3. b. Dengan asumsi pada tabel no 2 adalah medoids sebagai centroid awal yang ditentukan. Tabel No 2 Medoids sebagai centroid awal yang ditentukan Centroid X1 X2 X3 X4 X5 medoid no 48 (clatter 1) 76 76 80 80 80 medoid no 49 (clatter 2) 78 78 80 75 75 medoid no 50 (clatter 3) 80 76 76 70 60 Tabel no 2 adalah centroid atau 3 sample acak dari tabel no 1 yang terdiri dari 50 sample karyawan dari keseluruhan karyawan di perusahaan. 4. Cluster yang paling terdekat ditemukan Berdasarkan perhitungan atau jarak Euclidean yang dapat menempatkan objek-objek non medoids. Tabel No 3 Hasil perhitungan data dengan centroid awal, kedekatan dan penentuan cluster cost 1 cost 2 cost 3 kedekatan cluster 8,19 3,61 6,86 3,61 2 2,83 4,47 10,20 2,83 1 3,00 4,58 10,25 3,00 1 1,41 5,48 10,68 1,41 1 6,32 1,41 6,00 1,41 2 2,83 4,47 10,20 2,83 1 6,40 1,73 6,08 1,73 2 5,74 3,32 6,71 3,32 2 0,00 5,29 10,58 0,00 1 5,74 3,32 6,71 3,32 2 0,00 5,29 10,58 0,00 1 0,00 5,29 10,58 0,00 1 2,83 4,47 10,20 2,83 1 12,33 8,00 0,00 0,00 3 12,33 8,00 0,00 0,00 3 2,83 4,47 10,20 2,83 1 6,56 2,24 6,24 2,24 2 0,00 5,29 10,58 0,00 1 6,56 2,24 6,24 2,24 2 2,83 4,47 10,20 2,83 1 12,33 8,00 0,00 0,00 3 2,83 4,47 10,20 2,83 1 1,41 5,48 10,68 1,41 1 1,00 5,39 10,63 1,00 1 6,56 2,24 6,24 2,24 2 6,56 2,24 6,24 2,24 2 12,96 8,00 4,00 4,00 3 3,46 4,90 10,39 3,46 1 6,56 2,24 6,24 2,24 2 1,00 5,39 10,63 1,00 1 6,56 2,24 6,24 2,24 2 0,00 5,29 10,58 0,00 1 0,00 5,29 10,58 0,00 1 0,00 5,29 10,58 0,00 1 12,96 8,00 4,00 4,00 3 12,96 8,00 4,00 4,00 3 1,41 5,48 10,68 1,41 1 3,16 4,69 10,30 3,16 1 5,74 3,32 6,71 3,32 2 0,00 5,29 10,58 0,00 1 12,33 8,00 0,00 0,00 3 5,66 3,16 6,63 3,16 2 5,92 3,61 6,86 3,61 2 2,24 5,74 10,82 2,24 1 12,49 7,75 2,00 2,00 3 6,08 5,74 10,82 5,74 2 12,33 8,00 0,00 0,00 3 0,00 5,29 10,58 0,00 1 6,16 0,00 5,83 0,00 2 12,33 8,00 0,00 0,00 3 jumlah 91,7061402 Penjelasan dari tabel no 3 yaitu: a. Cost 1, cost 2 dan cost 3 adalah hasil perhitungan persamaan ukuran jarak Euclidian Distance antara tabel no 1 dan centroid pada tabel no 2 b. Kedekatan adalah antara cost 1, cost 2 dan cost 3 mana yang nilainya paling kecil c. Claster didapatkan dari kedekatan dan hasil kedekatan berada pada cost 1, cost 2 atau cost 3. 5. Dengan asumsi pada tabel no 4 tentukanlah objek non medoids Tabel No 4 Medoids sebagai centroid awal yang ditentukan Centroid X1 X2 X3 X4 X5 medoid no 11 76 76 80 80 80 medoid no12 76 76 80 80 80 34 Jurnal Teknik Informatika (JUTIF) , Vol. 3, No.1, Februari 2022, hlm. 29-36 medoid no 13 78 78 80 80 80 Tabel no 4 adalah centroid atau 3 sample acak dari tabel no 1 yang terdiri dari 50 sample karyawan dari keseluruhan karyawan di perusahaan. 6. Dengan mengulangi perhitungan pada langkah ke 4 untuk objek non medoids sehingga diperoleh hasil dari perhitungan yang dituangkan pada tabel 5 berikut. Tabel No 5 Hasil perhitungan data dengan centroid awal, kedekatan cost 1 cost 2 cost 3 kedekatan 8,19 8,19 6,56 6,56 2,83 2,83 0,00 0,00 3,00 3,00 1,00 1,00 1,41 1,41 3,16 1,41 6,32 6,32 5,66 5,66 2,83 2,83 0,00 0,00 6,40 6,40 5,74 5,74 5,74 5,74 6,40 5,74 0,00 0,00 2,83 0,00 5,74 5,74 6,40 5,74 0,00 0,00 2,83 0,00 0,00 0,00 2,83 0,00 2,83 2,83 0,00 0,00 12,33 12,33 12,00 12,00 12,33 12,33 12,00 12,00 2,83 2,83 0,00 0,00 6,56 6,56 5,92 5,92 0,00 0,00 2,83 0,00 6,56 6,56 5,92 5,92 2,83 2,83 0,00 0,00 12,33 12,33 12,00 12,00 2,83 2,83 0,00 0,00 1,41 1,41 3,16 1,41 1,00 1,00 3,00 1,00 6,56 6,56 5,92 5,92 6,56 6,56 5,92 5,92 12,96 12,96 12,00 12,00 3,46 3,46 2,00 2,00 6,56 6,56 5,92 5,92 1,00 1,00 3,00 1,00 6,56 6,56 5,92 5,92 0,00 0,00 2,83 0,00 0,00 0,00 2,83 0,00 0,00 0,00 2,83 0,00 12,96 12,96 12,00 12,00 12,96 12,96 12,00 12,00 1,41 1,41 3,16 1,41 3,16 3,16 1,41 1,41 5,74 5,74 6,40 5,74 0,00 0,00 2,83 0,00 12,33 12,33 12,00 12,00 5,66 5,66 6,32 5,66 5,92 5,92 6,56 5,92 2,24 2,24 3,61 2,24 12,49 12,49 11,83 11,83 6,08 6,08 3,61 3,61 12,33 12,33 12,00 12,00 0,00 0,00 2,83 0,00 6,16 6,16 5,48 5,48 12,33 12,33 12,00 12,00 Jumlah 224,0698 Penjelasan dari tabel no 5 yaitu hasil perhitungan jarak ke setiap non medoids a. Cost 1, cost 2 dan cost 3 adalah hasil perhitungan persamaan ukuran jarak Euclidian Distance antara tabel no 1 dan centroid pada tabel no 4 b. Kedekatan adalah antara cost 1, cost 2 dan cost 3 mana yang nilainya paling kecil. 7. Menghitung nilai selisih dengan rumus: S = total cost yang baru dihitung – total cost yang pertama di hitung Maka didapatkan Selisih kedekatan: 224,0698147- 91,70614 = 132,3637 8. Jika terdapat hasil pada perhitungan bahwa S > 0 maka dipastikan proses tidak dilanjutkan dan hasil yang diperoleh dari perhitungan sebelumnya adalah seperti pada tabel no 3 yang apabila dijabarkan adalah. ## Tabel 6 hasil dari perhitungan medoids Cluster Jumlah Karyawan Standar Penggajian cluster 1 24 karyawan Rp 100,000 cluster 2 16 karyawan Rp 90,000 cluster 3 10 karyawan Rp 80,000 Pada tabel no 6 didapatkan 3 cluster dari perhitungan k-medoids yang setiap cluster memiliki jumlah karyawan dan tolak ukur standar penggajian yang diterima. ## 4. KESIMPULAN Dalam menentukan cluster yang diinginkan menggunakan metode k-medoids dalam data mining sangat berguna sebagai tolak ukur penggajian, akan sangat membantu dalam proses penggajian karyawan oleh perusahan. Maka didapatkan 3 cluster dari 50 sample karyawan, perhitungan k-medoids yang setiap cluster memiliki jumlah karyawan dengan cluster pertama 24 karyawan dan besarnya gaji yang diberikan senilai Rp100,000 dalam satu hari kerja, cluster kedua 16 karyawan dan besarnya gaji yang diberikan senilaip90,000 dalam satu hari kerja, dan cluster ke tiga 10 karyawan dan besarnya gaji yang diberikan senilai Rp80,000 dalam satu hari kerja. ## DAFTAR PUSTAKA [1] M. Gandung and Suwanto, “Analisis Pengaruh Kompensasi Dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Surya Rasa Loka Jaya Di Jakarta Barat,” J. Ilmiah, Manaj. Sumber Daya Mns. , vol. 3, no. 3, pp. 236–245, 2020, doi: http://www.openjournal.unpam.ac.id/index. php/JJSDM/article/viewFile/4861/3530. [2] R. Dewi, B. Givan, and H. Wiinarno, “Pelaksanaan Rekrutmen, Seleksi dan Penempatan Kerja Karyawan (Studi pada Karyawan PT Gemala Kempa Daya),” J. Adm. Bisnis , vol. 1, no. 1, pp. 49–55, 2021, [Online]. Available: www.igpgroup.co.id/lamaran. [3] S. Septiana and O. H. Widjaja, “Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan pada PT. Jocelyn Anugrah Jaya,” J. Manajerial Dan Kewirausahaan , vol. 2, no. 3, p. 643, 2020, doi: 10.24912/jmk.v2i3.9576. [4] S. Anggun and E. D. Sikumbang, “No Title K-Means Clustering dalam penerimaan karyawan baru,” Data Min. , vol. 2, no. 1, pp. 103–112, 2020. [5] N. Y. S. Munti, G. W. Nurcahyo, and J. Santony, “Analisis Dan Penerapan Data Mining Untuk Menentukan Gaji Karyawan Tetap Dan Karyawan Kontrak Menggunakan Algoritma K-Means Clustering ( Studi Kasus Di Pt Indomex Dwijaya Lestari ),” JITI, Vol. 1, No. 1, Maret 2018 , 2018. [6] Y. Intishar and . M., “Analisis Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Penggajian Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Penggajian,” J. Ilm. Akunt. Kesatuan , vol. 6, no. 2, pp. 094–103, 2018, doi: 10.37641/jiakes.v6i2.136. [7] Y. Asriningtias and R. Mardhiyah, “Aplikasi Data Mining Untuk Menampilkan Informasi,” Informatika , vol. 8, no. 1, pp. 837–848, 2014. [8] S. Haryati, A. Sudarsono, and E. Suryana, “Implementasi Data Mining Untuk Memprediksi Masa Studi Mahasiswa Menggunakan Algoritma C4.5 (Studi Kasus: Universitas Dehasen Bengkulu),” J. Media Infotama , vol. 11, no. 2, pp. 130– 138, 2015. [9] T. Syahputra, J. Halim, and E. P. Sintho, “Penerapan Data Mining Dalam Menentukan Pilihan Jurusan Bidang Studi SMA Menggunakan Metode,” Penerapan Data Min. dalam Menentukan Pilihan Jur. di Bid. Stud. SMA menggunakan Metod. Clust. Dengan Tek. Single Link. JURTEKSI , vol. IV, no. 2, pp. 1–4, 2018. [10] S. Sindi, W. R. O. Ningse, I. A. Sihombing, F. Ilmi R.H.Zer, and D. Hartama, “Analisis algoritma K-Medoids clustering dalam pengelompokan penyebaran Covid-19 di Indonesia,” Jti (Jurnal Teknol. Informasi) , vol. 4, no. 1, pp. 166–173, 2020, [Online]. Available: http://www.jurnal.una.ac.id/index.php/jurti/ article/view/1296. [11] V. A. P. Sangga, “Perbandingan Algoritma K-Means dan Algoritma K-Medoids dalam Pengelompokan Komoditas Peternakan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015,” Tugas Akhir Jur. Stat. Fak. Mat. dan Ilmu Pengetah. Alam Univ. Islam Inndonesia Yogyakarta , vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2018. [12] A. D. A. N. Pembahasan, “PENGKLASTERAN GAJI KARYAWAN PADA PT . ERBA PRIMAS BOGOR,” vol. 4, pp. 395–402, 2020, doi: 10.30865/komik.v4i1.2852. [13] I. Kamila, U. Khairunnisa, and M. Mustakim, “Perbandingan Algoritma K- Means dan K-Medoids untuk Pengelompokan Data Transaksi Bongkar Muat di Provinsi Riau,” J. Ilm. Rekayasa dan Manaj. Sist. Inf. , vol. 5, no. 1, p. 119, 2019, doi: 10.24014/rmsi.v5i1.7381. [14] D. Marlina, N. Lina, A. Fernando, and A. Ramadhan, “Implementasi Algoritma K- Medoids dan K-Means untuk Pengelompokkan Wilayah Sebaran Cacat pada Anak,” J. CoreIT J. Has. Penelit. Ilmu Komput. dan Teknol. Inf. , vol. 4, no. 2, p. 64, 2018, doi: 10.24014/coreit.v4i2.4498. [15] A. D. Andini and T. Arifin, “Implementasi Algoritma K-Medoids Untuk Klasterisasi Data Penyakit Pasien Di Rsud Kota Bandung,” J. RESPONSIF Ris. Sains … , vol. 2, no. 2, pp. 128–138, 2020, [Online]. Available: http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/jti/article/v iew/247. [16] N. I. Febianto and N. Palasara, “Analisa Clustering K-Means Pada Data Informasi Kemiskinan Di Jawa Barat Tahun 2018,” J. Sisfokom (Sistem Inf. dan Komputer) , vol. 8, no. 2, pp. 130–140, 2019, doi: 10.32736/sisfokom.v8i2.653.
3fbac509-a1a5-439e-bdc3-eabb49d53c66
https://jie.pnp.ac.id/index.php/jie/article/download/91/78
e-ISSN 2654 - 4733 Elektron Jurnal Ilmiah Volume 9 Nomor 2 Desember 2017 Rancang Bangun Sistem Pengendalian Pintu Garasi Otomatis Dengan Indikator RFID Dan Alarm Berbasis Mikrokontroler Efrizon 1 , Herizon 2 , Widya Rahayu Dinata 3 123 Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang [email protected] Kampus Politeknik Negeri Padang, Limau Manis Padang Abstract— High crime along with the development of technology and today causes security systems to be an absolute necessity to be applied, in order to protect assets and the privacy they have. It is expected that by implementing the security system, it can provide a sense of security and comfort, as well as reduce the crime rate that occurs in the community, especially the crime of theft. Crime theft often occurs around the house, such as theft in the garage by breaking into the garage door. Besides human security, it also wants a system that is more practical and easy to use garage doors. Because some people are lazy to open and close the garage door especially if it is raining. The operation of this tool can be started by detecting RFID tags into the RFID reader as input, so that later it will activate a servo motor. Sensor Ping serves to detect the distance of the car to open and close the garage door automatically. The distance on the ping sensor can be adjusted as needed. After testing RFID tags can only be read by RFID readers from a distance of 1 cm - 3cm. In this tool use the buzzer as an alarm if the RFID card is wrong and the garage door is vibrated. Keywords: Arduino UNO, RFID Tag, RFID Reader, Ping Sensor, Buzzer, Servo Motor. Abstrak— Kriminalitas yang tinggi seiring perkembangan teknologi dan zaman sekarang ini menyebabkan sistem keamanan menjadi kebutuhan mutlak untuk diterapkan, guna melindungi aset dan privasi yang dimiliki. Diharapkan dengan penerapan sistem keamanan tersebut, dapat memberi rasa aman dan nyaman, serta menekan angka kriminalitas yang terjadi di masyarakat khususnya tindak kejahatan pencurian. Tindak kejahatan pencurian banyak terjadi di sekitar rumah, seperti pencurian di dalam garasi dengan cara membobol pintu garasi. Disamping keamanan manusia juga menginginkan sistem yang lebih praktis dan mudah dalam penggunaan pintu garasi. Karena sebagian orang malas untuk membuka dan menutup pintu garasi apalagi jika keadaan hujan. Pengoperasian alat ini dapat dimulai dengan pendeteksian tag RFID ke reader RFID sebagai input, sehingga nantinya akan mengaktifkan sebuah motor servo. Sensor Ping berfungsi sebagai pendeteksi jarak mobil untuk membuka dan menutup pintu garasi secara otomatis. Jarak pada sensor ping dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Setelah dilakukannya pengujian tag RFID hanya dapat dibaca oleh reader RFID dari jarak 1 cm – 3 cm. Pada alat ini menggunakan buzzer sebagai alarm jika kartu RFID salah dan pintu garasi digetarkan. Kata kunci: Arduino UNO, Tag RFID, Reader RFID, Sensor Ping, Buzzer, Motor Servo. © 2017 Elektron Jurnal Ilmiah ## I. PENDAHULUAN Kriminalitas yang tinggi seiring perkembangan teknologi dan zaman sekarang ini menyebabkan sistem keamanan menjadi kebutuhan mutlak untuk diterapkan, guna melindungi aset dan privasi yang dimiliki. Diharapkan dengan penerapan sistem keamanan tersebut, dapat memberi rasa aman dan nyaman, serta menekan angka kriminalitas yang terjadi di masyarakat khususnya tindak kejahatan pencurian. Tindak kejahatan pencurian banyak terjadi di sekitar rumah, seperti pencurian di dalam garasi dengan cara membobol pintu garasi. Pintu garasi adalah pintu yang biasanya digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan. Karena keamanan yang dijadikan sebagai prioritas utama, biasanya seseorang akan memberikan kunci pada pintu garasi, namun terkadang kunci itu bisa hilang atau diduplikat oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dan mudahnya pembobolan dilakukan pada kunci pintu garasi. Disamping keamanan manusia juga menginginkan sistem yang lebih praktis dan mudah dalam penggunaan pintu garasi. Karena sebagian orang malas untuk membuka dan menutup pintu garasi apalagi jika keadaan hujan. Banyak ragam alat yang menerapkan teknologi RFID yang telah dibuat. Salah satunya adalah Rio Agusta Wardana[1] dengan judul, dimana pada penelitiannya menggunakan Id Card RFID sebagai input untuk membuka pintu garasi dari luar dan sensor PING sebagai input untuk menutup dan membuka dari dalam secara otomatis. Pada alat ini hanya sistem pengendalian pintu garasi yang diperhatikan, sedangkan sistem keamanan pintu garasi belum diperhatikan. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan membuat alat pengendali pintu garasi secara ototmatis dan praktis menggunakan RFID dengan sistem keamanan yang berbasis mikrokontroller. ## II. METODE PENELITIAN Perancangan alat dibuat untuk membantu dan mempermudah dalam mengerjakan alat yang akan dibuat. Perancangan alat dimulai dari pembuatan blok diagram dimana setiap blok tersebut mempunyai fungsi tersendiri yang saling terkait sehingga membentuk sistem dari alat yang akan dibuat. Adapun blok diagram sistemnya dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini. Gambar 1. Blok diagram Sistem Berdasarkan blok diagram di atas dapat dideskripsikan bahwa prinsip kerja dari Sistem Pengendalian Pintu Garasi Otomatis Dengan Indikator Rfid Dan Alarm Berbasis Mikrokontroller adalah semua intruksi untuk menjalankan alat ini terdapat pada mikrokontroller Arduino uno dengan Atmega328 sebagai pengendali sistem secara keseluruhan. Alat ini menggunakan modul RFID yang berfungsi sebagai komunikasi data yang nantinya digunakan untuk mengirim data ke arduino. Ketika RFID card yang digesek ke modul RFID benar maka mikrokontroller akan mengolah data tersebut sehingga motor servo berputar 90 derajat menyebabkan pintu garasi terbuka dan akan muncul audio “Akses diterima, Silahkan Masuk” dari speaker. Ketika mobil berada <=4cm dari dinding belakang yang dibaca oleh sensor Ping maka akan dikirimkan data ke mikrokontroller agar motor servo berputar sampai 0 derajat dan dapat menutup pintu garasi secara otomatis. Dan pintu garasi akan otomatis terbuka dari dalam ketika mobil berada pada jarak >6cm && <30 cm yang akan dibaca oleh sensor Ping serta akan menutup secara otomatis jika mobil berada >30cm dari sensor Ping dan akan ada audio “Selamat Jalan” dari Speaker . Buzzer akan berbunyi ketika RFID card yang digesek ke modul RFID salah dan sensor Vibrasi mendeteksi adanya getaran. Untuk menghentikan bunyi buzzer gesekan kartu RFID pada modul RFID. ## A. Perancangan Hardware ## Gambar 2. Skematik Rangkaian Keseluruhan Rangkaian power supply berfungsi sebagai sumber tegangan utama dari alat yang akan dibuat. Rangkaian power supply memanfaatkan tegangan dari PLN sebesar 220 V_AC. Dengan keluaran tegangan pada sistem dibuat 9 V_AC menggunakan trafo step down 1 ampere. Output ini telah sesuai dengan menggunakan IC 7805. Rangkaian modul RFID bertujuan menentukan hubungan pin-pin modul RFID ke mikrokontroller yang terhubung pada pin 9 – 13. Rangkaian modul Ultrasonic bertujuan menentukan jarak mobil untuk dilakukan proses membuka dan menutup pintu garasi secara otomatis yang terhubung pada pin 6-7 pada mikrokontroler. Rangkaian modul Vibrasi bertujuan untuk mengetahui adanya kegiatan pembobolan pada pintu garasi. Jika modul vibrasi aktif maka akan diproses oleh mikrokontroller dan output akan ditampilkan oleh buzzer berupa alarm, modul ini terhubung pada pin 2. Rangkaian modul Mp3 Player terhubung pada pin 3, sedangkan buzzer yang berfungsi sebagai keamanan untuk pintu garasi terhubung pada pin 4. ## B. Perancangan Software Perancangan software dimulai setelah perancangan hardware dilakukan. Hal ini dilakukan karena software yang berfungsi untuk mengendalikan peralatan tersebut. Untuk mempermudah perancangan software maka terlebih dahulu dibuat sebuah flow chart untuk menggambarkan jalannya program secara keseluruhan terhadap sistem. Flowchart ini dirancang untuk sistem pintu garasi secara otomatis dengan indikator RFID dan alarm, seperti yang terlihat pada gambar 3. Start Inisialisasi I/O Play Mp3 “Selamat Datang” Baca Kode RFID Cek Status Alarm = True Buzzer “On” Y Putar Servo 90 ˚ Cek Status Kartu Card Benar Play Mp3 “ Akses Diterima, Silahkan Masuk” Baca Sensor Ultrasonic T Y Jarak <=4 cm Putar Servo 0 ˚ Y Jarak >6 cm && <30cm Putar Servo 90 ˚ Jarak >30 cm Putar Servo 0 ˚ Stop Y Y T T T Play Mp3 “ Selamat Jalan ” Gambar 3. Flowchart Sistem Pengendalian Pintu Garasi Otomatis Algoritma sistem kerja alat diatas dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Input alat tersebut adalah Kartu RFID, Sensor Ping, dan Sensor Vibrasi. Sedangkan output adalah Motor Servo untuk membuka/ menutup pintu garasi, MP3 player untuk output suara, dan buzzer sebagai bunyi untuk peringatan adanya maling serta kartu yang digesekkan salah. 2. Modul RFID membaca status kartu yang digesekkan. 3. Sensor Vibrasi untuk membaca adanya getaran pada pintu garasi serta membaca status kartu RFID yang salah. 4. Jika kartu yang dimasukkan salah dan pintu garasi bergetar maka Buzzer akan berbunyi. 5. Sensor Ping membaca jarak mobil. 6. Kemudian data yang di peroleh akan di proses oleh mikrokontroler dan dilanjutkan sebagai proses membuka dan menutup pintu garasi oleh motor servo. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang dibuat telah sesuai dengan yang direncanakan, hal itu dapat dilihat dari hasil – hasil yang diperoleh dalam pengujian sistem. Gambar 4 merupakan garasi mobil yang telah dibuat. ## Gambar 4. Pengendalian Pintu Garasi Otomatis Pengujian dan analisa alat pengendalian pintu garasi otomatis dengan indikator RFID dan alarm yakni: 1. Sensor Ping 2. RFID 3. Motor Servo ## A. Pengujian dan analisa Sensor Ping Pengujian pada sensor Ping berfungsi untuk mengetahui tegangan pada pin echo dan triger pada jarak sensor ping dengan mobil. Titik pengukuran sensor ping dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 1. Gambar 5. Titik Pengukuran Sensor Ping Tabel 1. Pengukuran Tegangan Echo dan Tegangan Triger Pada Sensor Ping Jarak Mobil dengan Sensor Ping (cm) Tegangan Echo (mV) Tegangan Triger (mV) 2 4 1 4 2 1 6 3 1 8 4 1 10 5 1 15 7 1 20 9 1 25 12 1 30 15 1 Dari tabel 1 diatas didapat analisa bahwa pada tegangan echo, semakin besar jarak pengukuran maka nilai nya akan semakin tinggi. Untuk jarak yang digunakan pada sistem alat ini adalah 4cm, 6cm dan 30cm. Tegangan triger pada sensor ping adalah sama 1 cm. Nilai tegangan triger berfungsi sebagai pemicu sensor ping dalam memantulkan jarak pada tegangan echo, sehingga nilai tegangan triger selalu konstan. ## B. Pengujian dan analisa RFID Tipe RFID yang digunakan pada alat ini adalah MFRC 522. Langkah Pengujian Jarak Pembacaan RFID adalah Menempelkan kartu RFID pada tag RFID, dan mengukur jarak pembacaan RFID dengan menggunakan mistar. Hasil Pengujian Jarak Pembacaan RFID dapat lihat pada tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Jarak Pembacaan RFID Jarak Pembacaan antara reader dan tag RFID (cm) Tegangan Input RFID (Volt) Keterangan 1 3,34 Terdeteksi 2 3,34 Terdeteksi 3 3,34 Terdeteksi 4 0 Tidak Terdeteksi 5 0 Tidak Terdeteksi 6 0 Tidak Terdeteksi 7 0 Tidak Terdeteksi Dari tabel 2 diatas didapat lah analisa bahwa tag RFID dapat membaca kartu RFID sampai jarak terjauh sebesar 3cm. Kondisi pembacaan kartu pada tag RFID ini dapat dilakukan dengan cara menempelkan kartu RFID dalam kondisi setengah fisik kartu maupun sepenuh fisik kartu. Ini dapat terjadi karena pada kartu RFID terdapat garis yang melingkari kartu RFID membentuk persegi panjang dengan microchip ditengah nya. Semua garis tersebut terhubung yang mengakibatkan tag RFID dapat membaca kartu jika garis tersebut terdeteksi meskipun hanya dalam keadaan stengah fisik kartu. Tag RFID dapat membaca kartu RFID dikarenakan data yang terbaca pada tag RFID sama dengan data yang tersimpan di mikrokontroller, karena tag RFID bersifat sebagai komparator. Dalam pengujian ini juga didapatkan bahwa RFID akan dapat membaca kartu ketika tegangan keluaran nya mencapai 3,34 V. Ketika tegangan RFID 0 V maka tag RFID tidak dapat membaca kartu. Selanjutnya dilakukan pengujian menempelkan kartu RFID pada tag RFID dengan cara memberi penghalang, yakni plastik kaca, kain tipis, kertas, akrilik, kaca transparan, kayu dan besi. Hasil Pengujian RFID Jika diberi Penghalang dapatdilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil Pengujian Jarak Pembacaan RFID diberi penghalang Tipe Material Penghalang Kartu RFID Tegangan Input RFID (Volt) Keterangan Plastik Kaca 3,34 Terdeteksi Kain Tipis 3,34 Terdeteksi Kertas 3,34 Terdeteksi Akrilik 3,34 Terdeteksi Kaca Transparan 3,34 Terdeteksi Kayu 0 Tidak Terdeteksi Besi 0 Tidak Terdeteksi Berdasarkan tabel 3 di atas dapat dianalisa bahwa setelah dilakukan pengujian kemampuan RFID untuk membaca status kartu jika diberi material penghalang, RFID tidak dapat membaca status kartu ketika dihalangi oleh kayu dan besi. Namun RFID dapat membaca status kartu jika di halangi oleh plastik kaca, kain tipis, kertas, akrilik dan kaca transparan. Tag RFID dapat membaca kartu meskipun dihalangi oleh plastik kaca, kain tipis, kertas, akrilik dan kaca transparan dikarenakan kondisi material fisik material penghalang yang dapat melewatkan cahaya, sehingga tag RFID tetap dapat membaca coil yang ada pada kartu RFID. Ketebalan material penghalang yang tipis pun menjadi faktor pendukung lainnya untuk tag RFID dapat membaca coil kartu. Sedangkan pada kayu dan besi yang bersifat tidak dapat melewatkan cahaya maka tag RFID tidak bisa membaca kartu RFID. Kondisi fisik materia kayu dan besi yang memiliki ketebalan besar pun menjadi faktor kenapa cahaya tidak dapat dilewatkan. Dari tabel diatas juga didapatkan bahwa meskipun diberi penghalang, tegangan RFID tetap sama yanki 3,34 V ini dikarenakan RFID hanya dapat bekerja mengaktifkan tag RFID pada tegangan keluaran 3,34 V. Pada pengujian ini didapatkan bahwa tag RFID dapat membaca kartu RFID meskipun dihalangi oleh material yang bergantung pada bahan pembuatannya. Apabila material penghalang dapat melewatkan cahaya maka tag RFID tetap membaca kartu. ## C. Pengujian dan analisa Motor Servo Pengujian pada motor servo dilakukan untuk melihat apakah motor dapat bekerja dengan baik. Pengujian dilakukan dengan cara melihat perputaran motor servo ketika sistem dijalankan. Selanjutnya adalah pengujian motor servo dengan menggunakan osciloscope untuk melihat lebar pulsa yang diberikan sebagai penentu posisi sudut putaran dari motor servo. Pengujian dilakukan terhadap 2 sudut putaran, yaitu 0˚ dan 90˚. Gambar 6 adalah rangkaian pengujian dan hasil pengujian dari respon servo. Hasil pengujian pada motor servo dapat dilihat pada tabel 4 dan tabel 5. Gambar 6. Titik pengukuran motor servo Tabel 4. Kondisi Pengontrolan Motor Servo Status Pembacaan Kartu RFID Putaran Motor Servo Keadaan Pintu Garasi Kartu RFID benar 90° CW Terbuka dari luar Mobil maju, Sensor Ping terdeteksi <=4cm 90° CCW Tertutup dari dalam Mobil mundur, Sensor Ping terdeteksi <=6cm 90° CW Pintu Terbuka Otomatis Mobil mundur, Sensor Ping terdeteksi <=30cm 90° CCW Pintu Tertutup Otomatis Tabel 5. Hasil pengujian respon motor servo No Sudut putaran Motor Servo Lebar pulsa T ON (ms) T OFF (ms) 1 0˚ 0.55 9.45 2 90˚ CW 1.50 8.50 Pada pengujian motor servo diatas dapat di analisa bahwa motor servo dapat berputar untuk membuka dan menutup pintu garasi dikarenakan meliki driver yang menjadi otak pengendali motor servo yang terhubung pada mikrokontroller. Perputaran motor servo dibagi dua yaitu CW (Counter Wise) dimana perputaran motor servo searah jarum jam yang menyebabkan pintu garasi membuka. Keadaan CW menghasilkan lebar pulsa sebesar T ON = 0,55 ms, T OFF = 9,45 ms, sehingga menghasilkan duty cycle sebesar 5,5%. Perputaran motor servo yang lainnya adalah CCW (Counter Clock Wise) yakni perputaran berlawanan arah jarum jam yang menyebabkan pintu garasi menutup. Keadaan CCW menghasilkan T ON = 1,50 ms, T OFF = 8,50 ms, sehingga menghasilkan duty cycle sebesar 15%. IV. KESIMPULAN 1. Tag RFID dapat membaca kartu pada jarak maksimum 3 cm untuk dapat membuka pintu garasi dan mematikan alarm apabila berbunyi. 2. Jarak pada sensor Ping dapat diatur sesuai keinginan dengan menggunakan mikrokontroller, dimana jarak mobil yang digunakan untuk membuka pintu garasi dari dalam ≥ 6 cm, sedangkan jarak mobil untuk menutup pintu garasi dari dalam ≤ 4 cm. 3. Perputaran motor servo yang digunakan pada Tugas Akhir ini adalah 90º dan 0º dengan duty cycle pada sudut 90º sebesar 15% dan duty cycle pada sudut 0º sebesar 5,5%. 4. Ketika kartu RFID yang dimasukkan benar, maka pintu garasi akan secara otomatis membuka dengan menggerakan motor servo 90º. Saat mobil berjarak 4 cm dari sensor ping, pintu garasi akan secara otomatis menutup dari dalam dengan menggerakkan motor servo 0º. Dan ketika jarak mobil 6 cm dari sensor ping, maka pintu garasi akan secara otomatis membuka dari dalam. Setelah jarak mobil 30 cm dari mobil, pintu garasi akan secara otomatis menutup. ## REFERENSI [1] Marliana Sari. Protype Pengamanan Pintu Dengan Menggunakan Android Dan Embedded Sistem Nirkabel. Jurnal Ilmiah Info Volume VII/No. 1/Mei/2015 . hal 61-74 [2] Ai Fitri Silvia, Erik Haritman, Yuda Muladi. Rancang Bangun Akses Kontrol Pintu Gerbang Berbasis Arduino Dan Android. ELECTRANS, VOL.13, NO.1, MARET 2014, 1-10 [3] Yogie El Anwar, NoerSoedjarwanto,,Ageng Sadnowo Repelianto. Prototype Penggerak Pintu Pagar Otomatis Berbasis Arduino Uno ATMEGA 328P dengan Sensor Sidik Jari. ELECTRICIAN – Jurnal Rekayasa dan Teknologi Elektro Volume 9, No. 1, Januari 2015. Hal 30-41 [4] Hemant Chaudhary ; Prateek Bansal ; B. Valarmathi. Advanced CAR parking system using Arduino. 2017 4th International Conference on Advanced Computing and Communication Systems (ICACCS). India [5] Dharmini Kanteti ; D V S Srikar ; T K Ramesh. Intelligent smart parking algorithm. 2017 International Conference On Smart Technologies For Smart Nation (SmartTechCon). India [6] Qian Zhou ; Fan Ye ; Xiaoge Wang ; Yuanyuan Yang. Automatic construction of garage maps for future vehicle navigation service. 2016 IEEE International Conference on Communications (ICC). Malaysia [7] Erdal Irmak, Ersan Kabalci , Ali Köse. Design and implementation of a computer interacted smart home system based on PLC. 2010 4th International Conference on Application of Information and Communication Technologies. Uzbekistan [8] R.Kannadasan, A.Krishnamoorthy, N.Prabakaran N.Prabakaran, K.Naresh, V.Vijayarajan, G.Sivashanmugam. RFID Based Automatic Parking System. Australian Journal of Basic and Applied Sciences 10(2):186-191 [9] Oktavianus, Rendy dkk. “Rancang Bangun Gerbang Keamanan Berbasis RFID ID-12 Pada Perpustakaan”. Bandar Lampung: Universitas Lampung. [10] Wardana, Rio Agusta. 2014. “Perancangan Pengendalian Pintu Garasi Secara Otomatis Dengan Id Card Berbasis Mikrokontroller”. Tugas Akhir. Padang: Politeknik Negeri Padang. [11] Wibowo, Sunu Hasta. 2014. “Simulasi Pengontrolan Pintu Garasi Otomatis”. Banjarmasin: Politeknik Negeri Banjarmasin.
51b063e1-c664-4ae0-affb-2a71ba6c318f
https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/download/84731/44259
Pembelajaran Berbasis Project Based Learning Untuk Meningkatkan Penguatan Profil Pelajar Pancasila Ketrampilan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas II Sekolah Dasar Lely Widyawati SD Negeri Bumi I Kota Surakarta [email protected] Article History accepted 1/12/2022 approved 15/12/2022 published 30/12/2022 ## Abstract This research aims to provide a description of the results of good practice in implementing project based learning to increase the strengthening of the Pancasila student profile, critical and creative thinking skills in grade 2 elementary school students. The research method used is a descriptive qualitative research method with data collection techniques through observation and survey methods during the learning process. The research results from this good practice have a positive impact on student learning outcomes, especially in each project based learning learning syntax and provide an increase in students' critical and creative thinking skills. From the results of data analysis, it was obtained that the percentage increase in students' critical thinking skills increased from 60% to 80% and students' creative thinking skills increased from 65% to 85%. So it can be concluded that project based learning is a reference learning model that can be used by teachers to strengthen the profile of Pancasila students, especially in the elements of critical and creative thinking skills for grade 2 elementary school students. ## Keywords: Project Based Learning, Pancasila Student Profile ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memberikan deskripsi hasil praktik baik implementasi pembelajaran berbasis project based learning untuk meningkatkan penguatan profil pelajar Pancasila ketrampilan berpikir kritis dan kreatif pada siswa kelas 2 SD. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif diskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui metode observasi dan survei saat proses pembelajaran. Hasil Penelitian dari praktik baik ini memberikan dampak positif terhadap hasil belajar siswa, utamanya pada setiap sintaks pembelajaran project based learning dan memberikan peningkatan terhadap keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. Dari hasil analisis data diperoleh persentase peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dari 60% menjadi 80% dan keterampilan berpikir kreatif siswa meningkat daro 65% menjadi 85%. Sehingga dapat disimpulkan pembelajaran project based learning merupakan salah satu rujukan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan penguatan profil pelajar Pancasila utamanya pada unsur keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa kelas 2 SD Kata kunci: Project Based Learning, Profil Pelajar Pancasila Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series https://jurnal.uns.ac.id/shes p-ISSN 2620-9284 e-ISSN 2620-9292 ## PENDAHULUAN Pembelajaran di kelas rendah, khususnya pembelajaran di kelas 2 SD merupakan tahap pembelajaran bersifat holistik, yakni pembelajaran yang bersifat menyeluruh dimana pembelajaran disampaikan guru harus bersifat kontekstual dan bersifat nyata. Jenjang siswa kelas 2 atau tahap fase A merupakan tahap dimana siswa dalam fase operasional konkrit sehingga sesuai karakteristiknya anak memiliki kecenderungan tingkat rasa ingin tahu yang tinggi, selain itu lebih menyukai belajar sambil bermain. Dengan demikian guru dituntut untuk lebih inovatif dalam membuat konsep proses pembelajaran agar menarik dan memotivasi siswa dalam belajar(Twiningsih et al., 2019). Permasalahan pembelajaran di kelas rendah, khususnya kelas 2 SD atau tahap Fase A adalah kurangnya motivasi siswa dalam belajar yang disebabkan guru kurang menarik menyajikan materi pembelajaran. Proses pembelajaran di kelas rendah khususnya kelas 2 atau Fase A selama ini cenderung menfokuskan pada pembelajaran calistung sehingga siswa lebih cepat bosan(Yulianti & Gunawan, 2019). Guru kurang memberdayakan pembelajaran yang melibatkan siswa sehingga pembelajaran lebih didominasi oleh guru. Hal ini memberikan dampak yang kurang baik terhadap ketrampilan siswa khususnya ketrampilan berpikir kritis dan kreatif (Hera Erisa et al., 2021). Pembelajaran berbasis project merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan guru sebagai salah satu rujukan untuk menciptakan pembelajaran di kelas lebih melibatkan siswa dan memberikan peran siswa dalam proses pembelajaran lebih interaktif(Twiningsih, 2022). Pembelajaran berbasis project lebih menekankan pada sintaks model pembelajaran project based learning(Dinda & Sukma, 2021). Pembelajaran project based learning merupakan pembelajaran adalah sebuah metode pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan- kegiatan yang kompleks. Pembelajaran project based learning menggunakan pendekatan kontekstual serta menumbuhkan keahlian siswa dalam berpikir kritis(Pendidikan et al., 2021). Model pembelajaran berbasis proyek baik dalam mengembangkan keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk keterampilan berpikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan berkreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan sekaligus dipandang efektif untuk mengembangkan rasa percaya diri danmanajemen diri para siswa. Model project based learning dapat menumbuhkan sikap belajar siswa yang lebih disiplin dan dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar. Model project based learning juga memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna. Selain itu, project based learning juga memfasilitasi peserta didik untuk berinvestigasi, memecahkan masalah, bersifat students centered, dan menghasilkan produk nyata berupa hasil proyek. Sintaks pembelajaran project based learning antara lain : (1) penentuan project, (2) menggali informasi, (3) pembuatan rancangan rencana pembuatan proyek, (4) Menyusun jadwal aktivitas, (5) penyelesaian pembuatan project, (6) membuat laporan dan presentasi, (7) penilaian(Anggraini & Wulandari, 2020). Menurut penelitian yang telah dilakukan Dinda & Sukma, (2021) pembelajaran project based learning pada pembelajaran tematik memberikan dampak positif terhadap siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit dan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang saling bekerja sama dan berkolaborasi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa tentang materi akan menjadi maksimal. Namun demikian selama ini pelaksanaan pembelajaran project based learning pada kurikulum merdeka belum begitu diberdayakan secara maksimal, khususnya pada pembelajaran di kelas 2 atau Fase A. Maka dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut terhadap keefektifan pembelajaran project based learning untuk memberikan penguatan terhadap hasil implementasi pembelajaran project based learning. ## METODE Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Pendekatan kualitatif ini merupakan metode penelitian yang dipakai untuk melakukan penelitian pada suatu objek yang sifatnya ilmiah atau tanpa rekayasa untuk mendapatkan data secara lebih rinci dan mendalam. Penelitian kualitatif deskriptif ini dilakukan tanpa manipulasi pada variabel, sehingga hasil akhir dari penelitian ini berupa suatu fakta yang terjadi di lapangan secara apa adanya. Pendekatan ini menempatkan peneliti sebagai instrumen kunci dalam penelitian, selain itu dalam pendekatan ini teknik mengumpulkan data yang Penelitian ini menggunakan desain studi kasus yang dipakai untuk menyelidiki serta memahami suatu peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dan waktu tertentu. Studi kasus ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai informasi terkait peristiwa untuk kemudian diolah dan didapatkan sebuah solusi terkait peristiwa atau permasalahan yang terjadi Creswell (Sugiyono, 2014). Data penelitian terdiri dari data primer merupakan data yang dapat didapatkan secara langsung dari sumber data yang berkaitan melalui teknik pengambilan data tertentu. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh melalui studi dokumen yang berupa modul projek dan daftar nilai peserta didik Pengumpulan data adalah berbagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data, menghimpun, mengambil, atau menjaring data penelitian (Suwartono, 2014). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi.Teknik untuk menguji validitas data dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik triangulasi.iangulasi teknik merupakan teknik yang dilakukan dengan mengumpulkan data dengan cara atau teknik yang berbeda-beda pada sumber yang sama. Triangulasi teknik menggunakan teknik pengumpulan data yang diperoleh dari hasil studi dokumen kemudian dibandingkan dengan hasil wawancara dan observasi.Analisis data dalam penelitian kualitatif harus dilakukan secara interaktif serta terus-menerus. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut deskripsi penerapan model project based learning: 1. Penentuan project, Pada tahap ini guru menentukan project yang akan dilakukan siswa sebagai project pembelajaran. Guru menyusun program belajar sebagai project pembelajaran siswa. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar untuk menyelesaikan project. 2. Menggali informasi , Setelah menentukan materi project, guru bersama siswa menggali informasi terkait materi yang akan dijadikan project pembelajaram. Menyiapkan bahan, alat dan perlengkapan untuk melakukan pratikum. Gambar 1. Siswa menggali informasi materi 3. Pembuatan rancangan rencana pembuatan proyek , Tahap berikutnya adalah membuat rangcangan rencana pembuatan project. Pada tahap ini guru bersama siswa menentukan time line project yaitu pembagian waktu tahapan – tahapan project sesuai materi yang akan dipelajari. Guru dan siswa menentukan tujuan project pembelajaran. Guru dan siswa membuat rencana kerja dalam menyelesaikan project pembelajaran. 4. Menyusun jadwal aktivitas, Guru dan siswa menyusun jadwal aktivitas yang akan dilakukan dalam kurun waktu tertentu untuk menyelesaikan project pembelajaran. 5. Penyelesaian pembuatan project, Pada tahap penyelesaian project guru memberikan review terhadap hasil project siswa. Guru memberikan masukan kekurangan – kekurangan dan kelebihan – kelebihan yang sudah dicapai siswa. ## Gambar 2. Hasil project siswa Gambar 2. Penyelesaian project ## 6. Membuat laporan dan presentasi, Setelah siswa mendapatkan review dari guru, siswa mempresentasikan hasil project yang berupa hasil karya nyata siswa. ## Gambar 3 Presentasi hasil karya oleh siswa 7. Penilaian. Tahap penilaian, pada tahap penilaian guru memberikan reward berupa penghargaan kepada siswa sesuai dengan hasil kerja partisipasi aktif siswa sehingga dapat memberikan motivasi siswa untuk semangat belajar. Dari hasil observasi yang telah dilakukan guru dalam praktik baik implementasi pembelajaran berbasis project based learning untuk meningkatkan penguatan profil pelajar Pancasila ketrampilan berpikir kritis dan kreatif pada siswa kelas 2 SD diperoleh data persentase peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa dari 60% menjadi 80% dan keterampilan berpikir kreatif siswa meningkat daro 65% menjadi 85%. Hal ini dapat dilihat melalui data grafik berikut. ## Gambar 4. Implementasi pembelajaran berbasis project based learning Kurikulum merdeka memberikan kebebasan bagi siswa, guru dan satuan unit pendidikan untuk berinovasi. Dengan tujuan sesuai dengan profil pelajar Pancasila yaitu pembelajaran sepanjang hayat, pembelajaran yang berfokus membangun karakteristik siswa (Aransyah et al., 2020). Dengan adanaya kurikulum merdeka diharapakan peserta nantinya memiliki jiwa nasionalis dan patriotisme yang tinggi, sehingga peserta didik akan mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-harinya terutama disekolah. Mulyatno (2022) mengutarakan bahwa kurikulum merdeka belajar merupakan program yang disusun untuk mengali potensi para guru dan peserta didik untuk menemukan ide baru dalam memajukan sekolah. Kurikulum yang ditetapkan disetiap sekolah pengerak dari pemilihan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kemudian, kurikulum merdeka ditingkatkan untuk dilaksanakan di semua sekolah yang sesuai dengan kesiapan sekolah (Anggraeny, 2020). Hartono dan Asiyah dalam (Maisarah & Lena, 2021) mengungkapkan keunggulan model (PjBL) adalah sebagai berikut: (1) menjadikan siswa agar kreatif dan mampu memecahkan masalah dalam pembelajaran, (2) membuat siswa termotivasi untuk belajar dalam pembuatan projek, (3) meniingkatkan kolaborasi, adalah siswa diperlukan kerja sama untuk membuat suasana yang menyenangkan dalam kelompok, (4) dan mempunyai perilaku yang jujur, teliti, tanggung jawab, dan kreatif. Dalam keunggulan model PjBL ini membuat peserta didik kreatif, dan model ini meningkatkan kreatifitas siswa dalam belajar. ## SIMPULAN Pembelajaran project based learning merupakan salah satu rujukan model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan penguatan profil pelajar Pancasila utamanya pada unsur keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa kelas 2 SD. Diharapkan dengan implementasi pembelajaran berbasis project based learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa yang akhirnya dapat berdampak pada muatan pembelajaran lain baik dalam aspek hasil belajar dan aspek karakter siswa. ## DAFTAR PUSTAKA Anggraini, P. D., & Wulandari, S. S. (2020). Analisis Penggunaan Model Pembelajaran Project Based Learning Dalam Peningkatan Keaktifan Siswa. Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP) , 9(2), 292 –299. https://doi.org/10.26740/jpap.v9n2.p292-299 Anggraeny, V. Y., Sulalatin, S. A., & Hadi, F. R. (2020). Pendidikan Pancasila melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan Metode Project Based Learning (PjBL) dalam Aktivitas Siswa di SDN 1 Bedingin. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(1), 5701-5716. Aransyah, A., Herpratiwi, H., Adha, M. M., Nurwahidin, M., & Yuliati, D. (2020). Implementasi Evaluasi Modul Kurikulum Merdeka Sekolah Penggerak Terhadap Peserta Didik SMA Perintis 1 Bandar Lampung. Jurnal Teknologi Pendidikan : Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pembelajaran, 8(1), 136. https://doi.org/10.33394/jtp.v8i1.6 424 Chandra, N., Utami, M., Purnamasari, I., Handayani, D., … Daniel, F. (2021). STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics): Pembelajaran untuk Memberdayakan Keterampilan Abad ke-21. Journal of Education, 3(1), 1 –18. https://doi.org/10.26737/jpmi.v1i1.76 Dinda, N. U., & Sukma, E. (2021). Analisis Langkah-Langkah Model Project Based Learning (PjBL) Pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar Menurut Pandangan Para Ahli (Studi Literatur). Journal of Basic Education Studies, 4(1), 44 –62. Hera Erisa, Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, & Albertus Saptoro. (2021). Model Project Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Dasar, 12(01), 1 –11. https://doi.org/10.21009/jpd.v12i01.20754 Mulyatno, Carolus Borromeus . (2022). Jurnal Pendidikan dan Konseling ٥ م ا ل م ي ع ل م م ب ِ ٱ ل ق ل ِ ۡ ل نس ن Jurnal . ع ل م ٱ ِ ٱ ل ِ ي ع ل ٤ م Pendidikan Dan Konseling, 4, 1349 –1358 Indarta, Y., Jalinus, N., Waskito, W., Samala, A. D., Riyanda, A. R., & Adi, N. H. (2022). Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar dengan Model Pembelajaran Abad 21 dalam Perkembangan Pendas : Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(2), 3011 – 3024. Twiningsih, A. (2022). Penggunaan Media Si Pagar Air Berbasis Blended Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Literasi Sains di Masa Pandemi. EDUKATIF : JURNAL ILMU PENDIDIKAN , 4(2), 2267 –2274. Twiningsih, A., Sajidan, S., & Riyadi, R. (2019). The effectiveness of problem-based thematic learning module to improve primary school student’s critical thinking skills. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 5(1), 117 –126. https://doi.org/10.22219/jpbi.v5i1.7539 Yulianti, E., & Gunawan, I. (2019). Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL): Efeknya Terhadap Pemahaman Konsep dan Berpikir Kritis. Indonesian Journal of Science and Mathematics Education, 2(3), 399 –408. https://doi.org/10.24042/ijsme.v2i3.4366
de93b467-b99e-42c8-b255-ffa33b297c53
https://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/Teknologi-Pangan/article/download/487/383
## PENGARUH SUHU DAN LAMA EKSTRAKSI SECARA PENGUKUSAN TERHADAP RENDEMEN DAN KADAR ALBUMIN IKAN GABUS ( Ophiocephalus striatus ) Matheus Nugroho *) *) Tenaga Pengajar Universitas Yudharta Pasuruan ## Abstrak Tujuan penelitian ini untuk menentukan suhu dan lama ekstraksi pengukusan yang tepat untuk mendapatkan rendemen dan kadar albumin yang optimal dari ikan gabus ( Ophiocephalus striatus ). Metode penelitian adalah menentukan suhu pada kisaran 40-90 o C, dan ekstraksi secara pengukusan waterbath selama 25-35 menit, untuk mendapatkan rendemen dan kadar albumin ekstrak kasar ikan gabus yang optimal. Pengujian suhu dan lama ekstraksi secara pengukusan terhadap rendemen, kadar albumin dan rendemen albumin daging ikan gabus menggunakan analisa Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan interaksi antara berbagai faktor perlakuan dengan semakin tinggi suhu kisaran 40-90 o C, dan lama pengukusan kisaran 25-35 menit. Rendemen albumin tertinggi ekstrak ikan gabus sebesar 2,459 g/100g, oleh suhu pengukusan 60 o C selama 25-35 menit. Kata kunci : ikan gabus ( Ophiocephalus striatus ), suhu dan lama ekstraksi pengukusan, rendemen albumin ## Abstract The objective of this study to determine the temperature and duration of the steaming extraction that right to obtain albumin content and yield that optimal from the fish Gabus ( Ophiocephalus striatus ). The research method is to determine the temperature in the range 40-90 o C, and the steaming extraction waterbath for 25-35 minutes, to obtain yield and albumin content of fish Gabus coarse extract that optimal. Testing temperature and extraction time is steaming toward yield, albumin content and albumin yield of fish Gabus meat using Group Randomized Factorial design analysis (RAKF). The results showed that no interaction between the various factors treated with the higher temperature range 40-90 o C, and the range of 25-35 minutes longer steaming. The highest albumin yield extract of the common snakehead of 2.459 g/100g fish, by steaming temperature 60°C for 25-35 minutes Key words : fish Gabus ( Ophiocephalus striatus ), extraction temperature and duration of steaming, the albumin yield Salah satu protein sederhana dalam plasma darah adalah albumin. Albumin dalam tubuh disintesa di dalam hati dengan jumlah sangat kecil. Kekurangan albumin dalam serum dapat mempengaruhi pengikatan dan pengangkutan senyawa-senyawa endogen dan eksoden, termasuk obat-obatan, karena seperti diperkirakan distribusi obat keseluruh tubuh itu pengikatannya melalui fraksi albumin (Goldstein et al ., 1968; Vallner, 1977; Tandra et al ., 1988). Jika kadar albumin serum beradadibawah nilai normal, maka fraksi obat yang terikat protein tersebut berkurang, dengan kata lain fraksi obat bebas banyak sehingga keadaan ini dapat menimbulkan pengaruh obat yang tidak diinginkan. Pengadaan albumin terutama untuk kasus bedah saat ini mencapai 91%, 2/3 albumin tersebut dipakai di bagian bedah dan sisanya 1/3 bagian dipergunakan untuk penanganan penyakit dalam. Albumin merupakan komoditi impor, pada masa sebelum krisis moneter, harga infus albumin berkisar Rp. 250.000,- sampai dengan Rp. 300.000,-. Pada saat kurs dollar terhadap nilai rupiah meningkat hampir empat kali, harga serum albumin untuk infus mencapai Rp. 1.100.000,- sampai dengan Rp. 1.300.000,- per botol kemasan 100 ml-20% albumin (Alexander et al ., 1979; Tullis, 1997). Uji coba telah dilakukan oleh instalasi gizi dan bagian bedah RSUD. Dr. Syaiful Anwar Malang selama 1979-1998, berupa pemberian filtrat dari 2 kg/hari ikan gabus terhadap pasien pasca operasi, ibu yang baru melahirka dan beberapa pasien luka tusukan, yang mempunyai kadar albumin rendah (2,8 g/dl), selama 2-4 hari terjadi peningkatan albumin tubuh menjadi 4,4-5,5 g/dl (kadar albumin normal tubuh manusia), dan permukaan luka mengalami penutupan. Proses pengukusan tersebut dilakukan pada suhu air mendidih (Soemarko, 1997). Pengaruh perlakuan suhu tinggi menyebabkan perubahan melemahnya enzim proteinase dan nilai daya cerna protein (Nielsen et al. , 1988; Deshpande and Damodaran, 1989 dalam Folawiyo and Apenten, 1996). Menurut Stryer (1968), Slavik (1982) dan Arakawa et al. (1991) dalam Folawiyo and Apenten (1996), menjelaskan bahwa perlakuan panas pada albumin akan menghasilkan perubahan struktur yang tidak dapat balik ( irreversible ), yang terlihat dengan meningkatnya protein yang tidak larut dalam air. Pengaruh perlakuan panas pada struktur albumin juga dapat albumin, sehingga diperlukan panas yang tepat pada struktur protein tersebut (Stryer, 1968; Slavik, 1982; Arakawa et al ., 1991; Wicker et al ., 1986 dan Arntfield et al ., 1989 dalam Folawiyo and Apenten, 1996). Berdasarkan hasil penelitian pada ikan gabus dan ikan tomang didapatkan kadar albumin sebesar 1332,7 mg/100 g dan 1188,05 mg/100 g (Carvallo, 1998). Analisa kadar albumin pada filtrat ikan gabus hasil pengukusan suhu 98 o C adalah 19,4% (Martini, 1998). Hasil analisa sterilisasi ikan gabus pada suhu 121 o C selama 25 menit didapatkan kadar albumin filtrat adalah 116,419 ± 22,660 mg/100 g (Hidayati, 1999). Hal ini semua memperkuat alasan untuk memperoleh isolat albumin hasil ekstraksi secara pengukusan ikan gabus sebagai pengganti serum albumin impor dalam upaya membantu mempertahankan dan meningkatkan nilai gizi dan kesehatan manusia, sehingga dapat mengurangi anggaran biaya kesehatan yang makin mahal. ## MATERI DAN METODE Peralatan yang dipergunakan pembuatan ekstrak kasar ikan gabus antara lain : pisau, gunting, waterbath, thermokopel, thermometer 100 o C, timbangan gelas ukur, kain saring, plastik dan press hidrolik. Peralatan untuk analisa kadar albumin antara lain : kuvet diameter 1 cm, Shimadzu spectrophotometer UV-100-02 dan spectrophotometer SMA autoanalyzer . Bahan-bahan yang digunakan untuk ekstraksi adalah ikan gabus yang diperoleh dari bendungan Karangkates dalam keadaan hidup dan aquadest. Bahan untuk uji kadar albumin menggunakan metode brom cresol green adalah buffer succinate (7 mmol/l pH 4,2), brom cresol green 0,15 mmol/l, brij 35 dan aquadest dapar succinate (0,01 M; pH 4,2), untuk kadar albumin setelah pemurnian kolom filtrasi gel pengujiannya dengan UV, bahannya antara lain BSA standar 0,5 g/l, buffer phosphat 0,1 M pH 7,1 dan aquadest. Prosedur penelitian ini meliputi : ekstraksi ikan gabus secara pengukusan waterbath (Modifikasi Sajdok et al ., 1989) dan penentuan kadar albumin (Doumas; Watson and Biggs, 1971). Analisa data yang digunakan dalam pengujian pengaruh suhu dan lama ekstraksi secara pengukusan terhadap rendemen, kadar albumin dan rendemen albumin ikan gabus menggunakan analisa Rancangan Acak Kelompok (RAKF). ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan Tabel 1. Menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dan lama pengukusan waterbath , pada kisaran suhu 40- 90 o C dengan lama 25-35 menit menghasilkan rerata rendemen ekstrak kasar semakin besar. Kenaikan ini diduga berkaitan dengan menurunnya rehidrasi jaringan ikat daging ikan gabus, sebagai akibat meningkatnya suhu dan lama pengukusan. Pada kondisi rehidrasi menurun kondisi kemampuan daging menahan air hilang, karena ruang antar jaringan ikat daging mengkerut dan berkurang volumenya, sehingga air dalam daging menguap dan keluar sebagai cairan. Rustad and Nesse (1983) melaporkan bahwa nilai rehydration index cenderung menurun pada perlakuan pemanasan antara 30-75 o C dengan lama 5-30 menit. Suhu pemanasan 30 o C dengan lama 5 menit mempunyai rehydration index paling tinggi, sedangkan suhu pemanasan 75 o C dengan lama 30 menit mempunyai rehydration index paling rendah. Penurunan tersebut berlanjut sampai dengan suhu pemanasan 90 o C. Hasil analisa ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan suhu dan lama pengukusan waterbath interaksinya tidak berpengaruh nyata, tetapi mandirinya berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen ekstrak kasar ikan gabus. Tabel 1. Rendemen ekstrak kasar karena pengaruh perlakuan suhu dan lama ekstraksi pengukusan waterbath Suhu pengukusan waterbath ( o C) Rendemen (%) 40 13,1 a 50 13,9 a 60 20,3 c 70 17,5 b 80 21,1 cd 90 22,9 d BNT (  = 0,01) 3,663 Lama pengukusan (menit) Rendemen (%) 25 14,7 a 30 19,2 ab 35 20,6 b BNT (  = 0,01) 5,182 Keterangan : angka rendemen yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT (  = 0,01) Hasil uji BNT (  = 0,01) menunjukan bahwa perlakuan suhu pengukusan waterbath 90 o C (suhu daging 66 o C) memberikan nilai rendemen ekstrak kasar tertinggi yaitu 22,9%. Hal ini diduga karena jaringan ikat daging ikan relatif porous dan membentuk agreggat , sehingga kemampuan rehidrasi dari jaringan n ikat menurun, pada kondisi tersebut dapat mempermudah proses pemisahan cairan saat pengepresan. Irianto et al . (1986) menjelaskan bahwa pemanasan menciptakan struktur yang porous, karena ikatan protein akan saling memisah dan membentuk agreggat , sehingga mempermudah pemisahan cairan saat pengepresan. Waktu optimal untuk menghasilkan rendemen ekstrak kasar tertinggi adalah 35 menit dengan nilai rendemen sebesar 20,6%. Hal tersebut diduga pada lama pengukusan 35 menit kisaran suhu 40-90 o C, telah menyebabkan kemampuan menahan air dari daging ikan menurun, ruang antar serabut urat daging ikan gabus menjadi porous, sehingga cairan sel yang terikat dalam jaringan keluar. Rustad and Nesse (1983) menyatakan bahwa permulaan menurunnya kemampuan menahan air daging capelin yang dicincang terjadi pada lama pemanasan 5-30 menit, dengan kisaran suhu 30- 35 o C. Lama pemanasan 30 menit mempunyai water holding capacity lebih rendah dibandingkan lama pemanasan 5 menit. Berdasarkan hasil analisa kadar albumin ekstrak kasar ikan gabus menunjukan, bahwa semakin tinggi suhu dan lama pengukusan dengan waterbath suhu 40-90 o C dan waktu pengukusan 25-35 menit, menghasilkan kadar albumin semakin rendah. Folawiyo and Apenten (1996) menyatakan bahwa pemanasan daging suhu 90 o C, selama 20 menit menyebabkan struktur albumin irreversible, hal itu ditandai dengan meningkatnya permukaan protein non polar, dan perubahan sifat fungsionalnya. Foegeding et al . (1986) menyatakan, bahwa pada suhu 95 o , unit ikatan yang terbentuk cukup banyak, dan protein tidak lagi terdispersi sebagai koloid, tetapi albumin mengalami koagulasi dan mengarah terjadinya denaturasi. Hasil uji BNT (  = 0,01) menunjukan bahwa kadar albumin ekstrak kasar tertinggi adalah 145,7 mg/g, hasil perlakuan suhu pengukusan waterbath 40 o C (suhu daging 36 o C). Kadar albumin tinggi, diduga karena kelarutan albumin dalam ekstrak kasar ikan gabus belum mengalami kerusakan, secara visual tampak kekeruhan ekstrak kasar belum meningkat, larutan berwarna jernih kemerahan, partikel-partikel ekstrak tidak mengendap meskipun dibiarkan, dan masih dapat menimbulkan ketegangan pada larutan ekstrak tersebut. Winarno (1997) menyatakan, bahwa larutan protein yang mengalami kerusakan sebagai akibat pemanasan, larutan protein tidak lagi terdispersi sebagai koloid, dan partikel-partikel tersebut cenderung terpisah dan mengendap ketika didiamkan. Tabel 2. Kadar albumin ekstrak kasar ikan gabus karena pengaruh perlakuan suhu dan lama ekstraksi pengukusan waterbath Suhu pengukusan waterbath ( o C) Kadar Albumin (mg/g) 40 145,7 c 50 130,2 c 60 119,5 bc 70 122,5 c 80 84,2 a 90 59,8 a BNT (  = 0,01) 27,816 Lama pengukusan (menit) Kadar Albumin (mg/g) 25 124,6 30 104,7 35 101,7 BNT (  = 0,01) 39,337 Keterangan : angka kadar albumin yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT (  = 0,01) Lama pengukusan optimum untuk menghasilkan kadar albumin ekstrak kasar tertinggi adalah 25 menit, dengan kadar albumin sebesar 124 mg/g. Rustad and Neese (1983) menyatakan, bahwa ekstrak protein daging ikan cincangan cenderung meningkat kadarnya ketika dilakukan pemanasan pada suhu 30-40 o C, dengan lama pemanasan 5-10 menit, selanjutnya jika lama pemanasan 10-30 menit, maka kadar ekstrak proteinnya cenderung terjadi penurunan. Berdasarkan hasil analisa menunjukan bahwa semakin menurun suhu pengukusan waterbath kisaran suhu 40-90 o C, dengan lama pengukusan 25-35 menit, maka rendemen albumin daging semakin menurun. Rustad and Nesse (1983) menjelaskan hasil penelitiannya bahwa turunnya rehidrasi dan ekstrak protein semakin meningkat dengan meningkatnya suhu dan lama pemanasan, pada kisaran suhu 30- 80 o C, dengan lama pemanasan 5-30 menit. Hasil analisa ragam menunjukan bahwa kombinasi perlakuan suhu dan lama pengukusan, interaksinya tidak berpengaruh nyata, begitu juga dengan lama pengukusan, hanya perlakuan suhu pengukusan yang memberikan pengaruh nyata. Hasil uji BNT (  = 0,05) menunjukan bahwa rendemen albumin daging ikan gabus optimal adalah 2,459 g/100 g, dengan perlakuan suhu pengukusan waterbath 60 o C (suhu daging 45 o C). Optimalnya rendemen albumin tersebut, pada prinsipnya terkait dengan kondisi daging ikan gabus belum mengalami agreggat secara keseluruhan, karena proses radiasi panas antar jaringan daging belumlah merata saat pengukusan waterbath suhu 60 o C. Jaringan serabut urat daging ikan gabus belum mengkerut, kadar air dan rehidrasi belum turun, sehingga cairan sel yang keluar dari daging ikan gabus dan kandungan proteinnya masih kompleks dan tinggi. Raeker and Johnson (1995), menunjukan bahwa permulaan denaturasi albumin plasma darah pada suhu (69,1 ± 0,2) o C. Shimada and Matsushita (1981) melaporkan, bahwa agreggat daging mulai berkembang suhu 60-65 o C. Tabel 3. Rendemen albumin daging ikan gabus pengaruh perlakuan suhu dan lama ekstraksi pengukusan waterbath Suhu pengukusan waterbath ( o C) Rendemen Albumin (g/100g) 40 1,917 b 50 1,847 b 60 2,459 c 70 2,049 b 80 1,714 b 90 1,289 a BNT (  = 0,05) 0,403 Lama pengukusan (menit) Rendemen Albumin (g/100g) 25 1,791 30 1,889 35 1,959 BNT (  = 0,05) 0,570 Keterangan : angka rendemen albumin yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT (  = 0,05) Raeker and Johnson (1995), menunjukan bahwa permulaan denaturasi albumin plasma darah pada suhu (69,1 ± 0,2) o C. Shimada and Matsushita (1981) melaporkan, bahwa agreggat daging mulai berkembang suhu 60-65 o C. Lama waktu pengukusan optimum, dengan nilai rendemen albumin daging ikan gabus tertinggi 1,959 g/100 g adalah 35 menit. Nilai tersebut ternyata tidak berbeda nyata dengan lama pengukusan 25 dan 30 menit. Tidak berbeda nyata tersebut diduga pada kisaran lama pengukusan waterbath 25-35 menit rendemen albumin daging ikan gabus yang dihasilkan relatif sama. Rustad and Nesse (1983) menyatakan bahwa lama pemanasan 30-35 menit, akan menurunkan rehidrasi daging, dan cairan daging mudah keluar, namun pada kisaran lama pemanasan tersebut terjadi penurunan kadar protein. ## Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan interaksi antara berbagai faktor perlakuan dengan semakin tinggi suhu kisaran 40-90 o C, dan lama pengukusan kisaran 25-35 menit. Rendemen albumin tertinggi ekstrak ikan gabus sebesar 2,459 g/100g, oleh suhu pengukusan 60 o C selama 25- 35 menit. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, diharapkan dilakukan penelitian lanjutan mengenai pemurnian albumin dan penentuan berat molekul dari ekstraksi secara pengukusan rendemen dan kadar albumin yang paling optimal. Daftar Pustaka Alexander, M.R.; Ambre, J.J.; Liskon, B.I. and D.C. Trash, 1979. Therapeutic Use Of Albumin. JAMA., 241 : 2527-2529. Arntfield, S. D.; Murray, E. D. and M. A. H. Ismond, 1986. Effect of Salt on the Thermal Stability of Storage Proteins from Fababean (Vice faba). J. Food Sci., 51 : 371-377. Carvallo, Y. N., 1998. Study Profit Asam Amino, Albumin, Mineral Zn pada Ikan Gabus (Ophiocephalus sriatus) dan Ikan Tomang (Ophiocephalus Micropeltus) . Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. Hal 28- 30. Doumas, B.T.; Watson, W.A. and H.G. Biggs, 1971. Albumin Standard and The Measurement of Serum Albumin with Brom Cresol Green . J. Clin Chim Acta., 31 : 87. Foegeding, E. A.; Allen, C. E. and W. R. Dayton, 1986. Effect of Heating Rate on Thermally Formed Myosin, Fibrinogen and Albumin Gels . J. Food Sci., 51 : 104- 107. Folawiyo, Y. L. and O. R. K. Apenten, 1996. The Effect of Heat Acid Treatment on The Structure of Rapeseed Albumin (Napin). J. Food Sci., 61 : 237-239. Goldstein, A.; Aronow, L. and S. M. Kalman, 1968. Principles of Drug Action-The Basis of Pharmacology . New York. Page, 45-112. Hidayati, O., 1999. Study Kadar Albumin, Zn dan TVB Filtrat Ikan Gabus (Ophiocephalus sriatus) pada Lama Sterilisasi dan Penyimpanan yang Berbeda. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. Hal 36. Irianto, H. E.; Suryaningrum, T. D.; Suparno dan Muljanah, 1995. Penghambatan Pembusukan “Press Liquor” dari Pengolahan Tepung Ikan dengan Perlakuan Asam Formiat dan Pemanasan . Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia., I : 1-5. Martini, N. D., 1998. Pengaruh Lama Pengukusan Terhadap Kandungan Albumin, Asam Amino dan Zn pada Ikan Gabus (Ophiocephalus sriatus). Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang. Hal. 36. Raeker, M.O. and Johnson, 1985. Thermal and Function Properties of Bovine Blood Plasma and Egg White Protein . J. Food Sci., 60 : 687. Rustad, T. and N. Nesse, 1983. Heat Treatment and Drying Capelin Mince, Effect on Water Binding and Soluble Protein. J. Food Sci., 48 : 1320-1347. Sadjok, J.; Pozarkova, D.; Rauch, P. and J. Kas, 1989. Thermal Denaturation of Hen Egg White Studied by Chromatographic and Immunochemical Techniques. J. Food Sci., 54 : 906-908. Shimada, K. and S. Matsushita, 1981. Effect of Salts and Denaturations on Thermocoagulation of Proteins. J. Agric Food Chem., 29 : 15. Soemarko, 1997. Pengaruh Diet Ikan Kutuk dan Telur Terhadap Peningkatan Albumin dan Penutupan Luka Operasi . Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar. Malang. Hal 1-28. Tandra, H.; Soemartono, H.W. dan A. Tjokroprawiro, 1988. Metabolisme dan Aspek Klinik Albumin . J. Med., 3 : 249-258. Tullis, J. L., 1997. Albumin 2 Guidelines for Clinical Use. JAMA., 237 : 460-463. Vallner, J. J., 1977. Binding of Drugs By Albumin and Plasma Protein . J. Pharm Sci., 66 ; 447-449. Winarno, F. G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Hal. 61-68.
e2f94a47-99d4-4d69-9c42-2499821edebe
https://journal.stikeshb.ac.id/index.php/jurkessia/article/download/158/133
Pendahuluan Berdasarkan Data GLOBOCAN , International Agency for Research on Cancer (IARC) , diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi. Sementara itu, kanker paru dan kanker payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur) tertinggi akibat kanker. Pada penduduk perempuan, kanker payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9%. (1,2). Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, Kanker payudara menempati urutan pertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (3). Berdasarkan data Riskesdas 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah sebesar 1,4 per 1.000 penduduk serta merupakan penyebab kematian nomor 7 (5,7%) dari seluruh penyebab kematian. Estimasi insidens kanker payudara di Indonesia sebesar 40 per 100.000 perempuan. Jenis kanker tertinggi pada pasien rawat inap di rumah sakit seluruh Indonesia tahun 2010 adalah kanker payudara (28,7%), disusul kanker leher rahim (12,8%). (4). Data RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2013, kanker payudara termasuk dalam 10 penyakit terbanyak yang menempati urutan ke-9 di Kalimantan Selatan. Kasus baru terus meningkat dari tahun ke tahun yang diketahui pada tahun 2008 sebanyak 77 kasus, tahun 2009 sebanyak 83 kasus, tahun 2010 sebanyak 103 kasus, tahun 2011 sebanyak 124 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 125 kasus. (5) ## Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Mahasiswi Non Kesehatan UIN Antasari Banjarmasin Factors Affecting the Behavior of Self Breast Examination (BSE) in Non-Medical Student UIN Antasari Banjarmasin Septi Anggraini*, Eka Handayani Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) MAB Banjarmasin Jl. Adhyaksa No. 2, Kayu Tangi, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan *korespondensi : [email protected] ## Abstract Cancer is one of the leading causes of death worldwide. In Indonesia, more than 80% of breast cancer cases are found at an advanced stage, where treatment is difficult. Therefore, it is necessary to take preventative measures with early diagnosis through regular routine checks, one of which is by Self Breast Examination (BSE). This study was conducted to determine the factors that influence the behavior of BSE in non-medical students UIN Antasari Banjarmasin with a cross sectional study design with a sample of 50 female students. Data processing analysis includes univariate analysis, bivariate analysis and multivariate analysis with multiple logistic regression statistical tests. Descriptively obtained results that only 13 people (26%) did BSE, respondents' knowledge 38% in good category, attitude towards BSE 84% positive, source of information about BSE 22% in many categories, perceptions of family support 28% supporting and perception about peer support 24% supports. To determine the factors that influence BSE, multiple logistic regression statistical tests were performed which showed the results that there was a joint influence between knowledge, exposure to information sources, perceptions of family and peer support on BSE behavior with a large influence of 35.6 %. To improve the behavior of BSE, it is necessary to increase knowledge, information sources, family and peer support together. Keywords: Knowledge, attitude, Family support, Information Exposure, BSE Di Indonesia, lebih dari 80% kasus kanker payudara ditemukan berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan. Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara optimal. Tingginya prevalensi kanker di Indonesia perlu dicermati dengan tindakan pencegahan dan deteksi dini. Kasus kanker yang ditemukan pada stadium dini serta mendapat pengobatan yang cepat dan tepat akan memberikan kesembuhan dan harapan hidup lebih lama. Oleh karena itu, penting dilakukan pemeriksaan rutin secara berkala sebagai upaya pencegahan dan deteksi dini kanker. (6). Salah satu upaya pencegahan kanker payudara adalah melalui pencegahan sekunder yaitu melakukan skrining kanker payudara yang merupakan pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarah pada kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan. Beberapa tindakan untuk skrining adalah Periksa Payudara Sendiri (SADARI), Periksa Payudara Klinis (SADANIS) dan Mammografi skrining. (6). Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah suatu prosedur untuk mengetahui kelainan-kelainan pada payudara dengan inspeksi secara berkala yang sebaiknya dilakukan oleh setiap perempuan tiap bulan dimulai pada usia 20 tahun atau sejak menikah. Salah satu kelompok yang telah mencapai usia tersebut adalah mahasiswi. Pada saat itu seorang mahasiswi memasuki tahap perkembangan remaja akhir ( adolescence ). (7). Mahasiswi yang menempuh pendidikan dalam bidang kesehatan pada umumnya telah memperoleh pengetahuan tentang SADARI sehingga akan cenderung membentuk sikap yang positif yang tercermin dalam perilakunya. Karena adanya pengetahuan tersebut merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. (8). Penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni (2010) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan SADARI dan perilaku SADARI dikalangan mahasiswi medis adalah baik. Sedangkan hasil penelitian Baswedan (2014) pada mahasiswi non kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta menunjukkan bahwa sebesar 49,8% mahasiswi memiliki perilaku SADARI kurang, perilaku cukup sejumlah 43,5% dan perilaku SADARI baik sebesar 6,7%. (9,10). Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin merupakan salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota Banjarmasin. Tidak dapat dipungkiri bahwa kesehatan sangatlah penting bagi setiap orang tak terkecuali bagi mahasiswi yang sedang menuntut ilmu di UIN Antasari Banjarmasin. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yaitu wawancara terhadap 6 mahasiswi Fakultas non kesehatan di UIN Antasari Banjarmasin, berusia diatas 19 tahun yang dilakukan secara acak untuk mengetahui perilaku SADARI, didapatkan hasil bahwa 4 orang mahasiswi mengatakan tidak pernah melakukan SADARI karena memang tidak mengetahui apa itu SADARI, cara melakukan dan manfaatnya sedangkan 2 mahasiswi mengatakan bahwa mereka pernah melakukan SADARI karena mempunyai keluarga dengan riwayat tumor dan kanker payudara . ## Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional . Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi semester 4 Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi dengan sampel yaitu sebanyak 50 orang mahasiswi. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Analisis pengolahan data meliputi analisis univariat, analisis bivariat dan analisis multivariat dengan uji statistik multiple logistic regression. ## Hasil Penelitian a. Analisis Univariat ## 1) Perilaku SADARI Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perilaku SADARI Mahasiswi UIN Antasari Banjarmasin Berdasarkan tabel. 1 diketahui bahwa responden yang melakukan SADARI masih Perilaku SADARI n % Melakukan SADARI 13 26 Tidak Melakukan 37 74 Jumlah 50 100 tergolong sedikit. Sebagian besar responden tidak melakukan SADARI yaitu sebanyak 37 responden (74%). Kategori responden yang tidak melakukan SADARI yaitu responden yang sama sekali belum pernah melakukan tindakan SADARI dan responden yang sudah pernah melakukan namun salah dalam tata cara SADARI dan tidak rutin dalam pelaksanaanya. ## 2) Pengetahuan tentang SADARI Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang SADARI di UIN Antasari Banjarmasin Pengetahuan tentang SADARI n % Baik 19 38 Kurang 31 62 Jumlah 50 100 Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang tentang SADARI (62%). Pengetahuan yang kurang terutama dalam hal bagaimana cara dan waktu pelaksanaan SADARI. ## 3) Sikap terhadap SADARI Tabel 3. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Terhadap SADARI di UIN Antasari Banjarmasin Sikap tentang SADARI n % Positif 42 84 Negatif 8 16 Jumlah 50 100 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 42 responden (84%) memiliki sikap positif terhadap SADARI. 4) Keterpaparan Sumber Informasi tentang SADARI Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keterpaparan Sumber Informasi tentang SADARI pada mahasiswi UIN Antasari Banjarmasin Sumber informasi tentang SADARI n % Banyak 11 22 Sedikit 39 78 Jumlah 50 100 Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebagian besar responden (78%) masih dalam kategori sedikit dalam memperoleh informasi tentang SADARI. Informasi tentang SADARI bisa diperoleh dari berbagai sumber yaitu melalui media elektronik, surat kabar, majalah, petugas kesehatan, materi kuliah, lingkungan dan sebaginya. Namun pada hasil penelitian ini hanya sebagian kecil yang terpapar oleh sumber informasi yang banyak tentang SADARI. Kategori sumber informasi yang banyak adalah apabila responden memperoleh informasi dari berbagai sumber yaitu >50%. 5) Persepsi tentang dukungan keluarga terhadap perilaku SADARI Tabel 5. Distribusi Frekuensi Persepsi Dukungan Keluarga Terhadap SADARI di UIN Antasari Banjarmasin Persepsi Dukungan Keluarga n % Mendukung 14 28 Kurang Mendukung 36 72 Jumlah 50 100 Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 32 (72%) responden kurang mendapat dukungan dari keluarga untuk melakukan SADARI. Dukungan keluarga meliputi informasi tentang SADARI, cara melakukan dan anjuran untuk melakukan SADARI. 6) Persepsi tentang dukungan teman sebaya terhadap Perilaku SADARI. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Persepsi Dukungan Teman Sebaya Terhadap SADARI di UIN Antasari Banjarmasin Persepsi Dukungan Teman Sebaya n % Mendukung 12 24 Kurang Mendukung 38 76 Jumlah 50 100 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar yaitu sebanyak 38(76%) responden kurang mendapat dukungan dari teman sebaya untuk melakukan SADARI. Dukungan teman sebaya meliputi penyampaian informasi tentang SADARI, cara melakukan dan anjuran untuk melakukan SADARI. ## b. Analisis Bivariat Hasil yang diperoleh dari uji regresi logistik dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Uji Pengaruh Antara Beberapa Faktor Terhadap Perilaku SADARI Pada Mahasiswi Non Kesehatan UIN Antasari Banjarmasin No Variabel p value Exp (B) Ket 1 Pengetahuan 0,011 6,075 Ada Pengaruh 2 Sikap 0,999 1,583 Tidak Ada Pengaruh 3 Sumber informasi 0,003 9,625 Ada Pengaruh 4 Dukungan Keluarga 0,004 8,627 Ada Pengaruh 5 Dukungan Teman Sebaya 0,006 7,647 Ada Pengaruh Dari hasil analisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, dapat disimpulkan bahwa perilaku SADARI di tentukan oleh faktor pengetahuan, Keterpaparan sumber informasi, persepsi tentang dukungan keluarga dan dukungan teman sebaya (p < 0,05), Sedangkan faktor sikap tidak berpengaruh terhadap perilaku SADARI (p > 0,05). Variabel yang mempunyai pengaruh terbesar adalah variabel keterpaparan sumber informasi dengan Exp (B) = 9,625 artinya sumber informasi yang banyak tentang SADARI mempunyai kemungkinan terjadinya perilaku SADARI 9,6 kali lebih besar daripada sumber informasi sedikit. ## c. Analisis Multivarat Analisis Pengaruh beberapa faktor terhadap perilaku SADARI pada mahasiswi UIN Antasari Banjarmasin yaitu dengan uji multiple regresi logistic . Melalui uji tersebut diharapkan dapat memperoleh model regresi yang baik dan mampu menjelaskan variabel yang berpengaruh terhadap perilaku SADARI. Setelah dilakukan analisis multivariat menggunakan metode Enter dengan memasukkan variabel bebas secara bersama-sama, diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi secara bersama-sama bermakna (p=0,003) dengan nilai R Square = 0,356 yang berarti variabel pengetahuan, keterpaparan sumber informasi, persepsi tentang dukungan keluarga dan teman sebaya berpengaruh sebesar 35,6% terhadap perilaku SADARI. Pembahasan a. Perilaku SADARI Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden tidak melakukan SADARI yaitu sebanyak 37 responden (74%) dan yang melakukan SADARI sebanyak 13 responden (26%). Banyaknya responden yang tidak melakukan SADARI disebabkan karena beberapa alasan diantaranya karena tidak tahu bagaimana cara melakukan SADARI, kurang memperhatikan masalah upaya pencegahan yang terkait masalah kelainan pada payudara dan ada beberapa responden yang menyatakan bahwa mereka malu dan takut untuk melakukan SADARI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Angrainy (2017) yang menunjukkan hasil bahwa remaja putri yang melakukan SADARI masih tergolong sedikit, yaitu dari 50 responden yang diteliti, hanya 9 (18%) responden yang melakukan SADARI dan 41 responden (82%) tidak melakukan SADARI. Masih rendahnya perilaku SADARI pada remaja puteri tersebut antara lain disebabkan karena faktor pengetahuan dan sikap. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (62%) remaja putri memiliki pengetahuan yang kurang tentang SADARI dan sebesar 64% memiliki sikap negatif terhadap SADARI (11). b. Pengaruh Pengetahuan Terhadap Perilaku SADARI Hasil analisis data menunjukkan bahwa dari 50 responden, sebanyak 31 (62%) responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang SADARI. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden tidak tahu bagaimana cara dan waktu melakukan SADARI. Beberapa responden ada yang berpendapat bahwa SADARI hanya bisa dilakukan pada wanita yang sudah menikah dan berusia lebih dari 30 tahun. Berdasarkan hasil uji statistik di peroleh nilai p-value = 0,011 ( p < α ) yang berarti ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku SADARI. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan sangat penting di dalam seseorang mengambil keputusan karena tindakan yang didasarkan atas pengetahuan memberikan konsekuensi yang lebih baik bagi pengambil keputusan. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang menentukan perilaku seseorang (8). Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2012) mendapatkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden dengan tindakan pemeriksaan kanker payudara dini. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Angrainy (2017) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan SADARI pada remaja putri dengan nilai p value = 0,007. Ada perbedaan proporsi pemeriksaan SADARI antara pengetahuan remaja yang berpengetahuan baik dan kurang. Pada responden dengan pengetahuan baik sebanyak 7 (14%) pernah melakukan SADARI sedangkan pada responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 2 (4%) pernah melakukan pemeriksaan SADARI (12,11). Keinginan untuk melakukan pendeteksian dini salah satunya SADARI sangat dipengaruhi oleh pengetahuan responden mengenai hal yang berhubungan dengan pendeteksian dini kanker payudara khususnya SADARI. Oleh karena itu pengetahuan yang ada dalam diri mahasiswi akan sangat menentukan bagaimana mereka menerapkannya dalam bentuk perilaku. (13). c. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku SADARI Hasil analisis data menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 42 orang (84%) memiliki sikap positif terhadap SADARI. Sebagian besar responden setuju bahwa SADARI merupakan salah satu cara untuk deteksi dini kelainan pada payudara. Walaupun sebagian besar memiliki sikap positif terhadap SADARI, namun masih ada beberapa responden yaitu sebanyak 8 orang yang memiliki sikap negatif terhadap SADARI. Mereka beranggapan bahwa SADARI bukan salah satu cara untuk deteksi dini kanker payudara dan beranggapan bahwa seharusnya hanya dilakukan pada wanita yang sudah menikah. Berdasarkan hasil uji statistik di peroleh nilai p-value = 0,999 ( p > α ) yang berarti tidak ada pengaruh sikap terhadap perilaku SADARI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiani yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku siswi dalam melakukan pendeteksian dini yaitu SADARI dengan nilai p-value = 0,3. Pada penelitian ini sebanyak (82,7%) responden bersikap positif dan memiliki perilaku SADARI yang negatif, demikian pula sebanyak (91,7%) responden yang bersikap negatif, memiliki perilaku SADARI yang negatif pula. (13). Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo seorang ahli psikologi sosial, bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu pengembangan terhadap objek. Perilaku cenderung akan terbentuk melalui suatu sikap yang positif terhadap perilaku tersebut. Sikap positif kebanyakan mendukung seseorang dalam bertindak. Apabila seseorang tersebut sudah mempunyai sikap positif terhadap sesuatu namun tidak melakukannya hal ini dikarenakan faktor dari dalam individu. (8). Seperti halnya pada hasil penelitian ini, bahwa tidak ada pengaruh sikap terhadap perilaku, padahal sebagian besar mahasiswi mempunyai sikap positif namun tidak melaksanakan SADARI hal ini dikarenakan mereka tidak tahu cara/tekniknya, merasa malu dan beranggapan bahwa dirinya tidak berisiko sehingga merasa tidak perlu. d. Keterpaparan Sumber Informasi Tentang SADARI Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa hanya sebagian kecil responden yang memperoleh sumber informasi yang banyak tentang SADARI (22%). Informasi mengenai SADARI diperoleh responden dari berbagai sumber. Pada penelitian ini responden diperkenankan untuk memilih lebih dari satu sumber informasi. Adapun sumber informasi yang didapat tentang SADARI sebagian besar yaitu berasal dari keluarga, media sosial dan teman. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswi non kesehatan, dimana mahasiswi ini tidak mendapat mata kuliah yang khusus tentang kesehatan dan bersifat wajib, sehingga informasi yang didapat terkait masalah SADARI masih kurang dan sebagian besar menyatakan tidak pernah mendapat informasi tentang SADARI dari berbagai seminar ataupun penyuluhan. Berdasarkan hasil uji statistik di peroleh nilai p-value = 0,003 ( p < α ) yang berarti ada pengaruh sumber informasi terhadap perilaku SADARI. Informasi dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal. Sumber informasi dapat berupa media elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, buku, majalah, dan lain-lain. Seseorang yang mudah mengakses informasi akan lebih cepat mendapat pengetahuan. Majunya teknologi dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat yang dapat memberi pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan yang diharapkan mampu mempengaruhi tindakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Desanti yang mengatakan informasi tentang SADARI adalah variabel yang paling berhubungan dengan perilaku SADARI (p value=0,000). Sumber Informasi merupakan hal yang penting, karena dengan adanya informasi yang didapatkan maka akan memberikan pengetahuan terhadap responden dan juga bisa merubah sikap dari responden tersebut. (14). e. Persepsi tentang dukungan keluarga terhadap perilaku SADARI Hasil analisis persepsi remaja tentang dukungan keluarga terhadap perilaku SADARI menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga kurang mendukung terhadap SADARI (72%). Hanya Sebagian kecil (28%) responden menyatakan bahwa keluarga pernah memberikan informasi tentang SADARI, cara melakukan dan menganjurkan untuk melakukan SADARI. Berdasarkan hasil uji statistik di peroleh nilai p-value = 0,004 ( p < α ) yang berarti ada pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku SADARI. Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo, perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku ( non behavior cause ). Perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor, salah satunya faktor penguat ( reinforcing factor ). Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku pada seseorang individu yaitu faktor perilaku dari tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas kesehatan dan juga orang-orang disekitarnya yaitu orang tua atau keluarga dari individu itu sendiri. Keluarga merupakan sumber dukungan sosial, karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. (8). Dukungan keluarga dalam perilaku SADARI berupa pemberian informasi secara verbal maupun non verbal, pemberian bantuan tingkah laku yang didapat dari hubungan sosial yang akrab. Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor (pengumpul) dan disseminator (penyebar) informasi tentang berbagai hal. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menyelesaikan suatu masalah. Manfaat dari dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu pemahaman karena informasi yang diberikan dan dapat menyumbangkan sugesti dan aksi pada individu. (8). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatayati (2015) yang menyatakan ada hubungan dukungan sosial terhadap perilaku SADARI. Variabel yang berhubungan tersebut adalah dukungan suami, dukungan orang tua dan dukungan tenaga kesehatan. Ada hubungan dukungan orang tua dengan kebiasaan SADARI dengan nilai p value = 0,028. (15). f. Persepsi tentang dukungan teman sebaya terhadap perilaku SADARI. Berdasarkan hasil jawaban responden diketahui bahwa pada umumnya responden menyatakan bahwa teman sebaya kurang mendukung terhadap SADARI. Hanya sebagian kecil reponden yang mendapat dukungan dari teman sebaya tentang manfaat dan cara melakukan SADARI. Berdasarkan hasil analisis, pada responden yang mendapat dukungan berupa pemberian informasi tentang SADARI dari teman sebaya, lebih banyak yang melakukan tindakan SADARI dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan dari teman sebaya. Berdasarkan hasil uji statistik di peroleh nilai p-value = 0,006 ( p < α ) yang berarti ada pengaruh dukungan teman sebaya terhadap perilaku SADARI. Faktor lain yang mempengaruhi kehidupan remaja adalah teman sebaya. Bahkan teman sebaya cenderung lebih berpengaruh dibandingkan keluarga terhadap pengetahuan dan tindakan remaja. Teman sebaya dijadikan role model dalam hal perilaku bagi anak usia remaja. Remaja lebih banyak berada di luar rumah dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok. Teman sebaya dapat memberikan pengaruh terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku (16). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sari (2014) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan orang terdekat (Ibu, kakak, teman, guru) dengan tindakan SADARI pada remaja putri dengan p value = 0,000. Remaja putri tidak pernah melakukan periksa payudara sendiri (SADARI), hal ini disebabkan antara lain karena dukungan orang terdekat remaja putri kurang karena orang terdekat (ibu,kakak,teman dan guru) remaja putri tidak pernah menyarankan untuk melakukan SADARI (17). ## Kesimpulan 1. Perilaku SADARI oleh mahasiswi UIN Antasari Banjarmasin masih sangat rendah yaitu dari 50 responden, sebanyak 37 (74%) tidak melakukan SADARI. 2. Secara deskriptif diperoleh hasil yaitu pengetahuan responden 62% dalam kategori kurang, sikap terhadap SADARI 84% positif, sumber informasi tentang SADARI 78% dalam kategori sedikit, persepsi tentang dukungan keluarga 72% kurang mendukung dan persepsi tentang dukungan teman sebaya yaitu sebanyak 76% dalam kategori kurang mendukung. 3. Ada pengaruh pengetahuan terhadap perilaku SADARI (p= 0,011) 4. Tidak Ada pengaruh sikap terhadap perilaku SADARI (p= 0,999) 5. Ada pengaruh keterpaparan sumber informasi terhadap perilaku SADARI (p=0,003) 6. Ada pengaruh persepsi tentang dukungan keluarga terhadap perilaku SADARI (p= 0,004) 7. Ada pengaruh persepsi tentang dukungan teman sebaya terhadap perilaku SADARI (p= 0,006) Faktor yang berpengaruh secara bersama-sama terhadap perilaku SADARI adalah pengetahuan, keterpaparan sumber informasi, persepsi tentang dukungan keluarga dan teman sebaya. Untuk meningkatkan perilaku SADARI, maka perlu peningkatan pengetahuan, sumber informasi, dukungan keluarga dan teman sebaya secara bersama-sama. ## Daftar Pustaka 1. International Agency for Research on Cancer (IARC)/WHO. Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence worldwide in 2012 . Diakses melaluihttp://globocan.iarc.fr/Pages/fact _sheets_population.aspx pada tanggal 16 April 2017 2. Wahidin, Mugi. 2015. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara di Indonesia 2007-2014. Buletin Jendela Data & Informasi Kesehatan, semester 1 : 1-11 3. Kementrian Kesehatan RI. Situasi Penyakit Kanker . Jakarta: Pusat Data dan Informasi. 2015 4. Kementerian Kesehatan RI Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) . Jakarta: Badan Litbang Kemenkes RI. 2013 5. Azlina F, Meitria, Fatimatuzzahrah. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebelum dan Sesudah Pemberian Leaflet Pada Mahasiswi FMIPA UNLAM . Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. 2014 6. Kementerian Kesehatan RI. Panduan Penatalaksanaan Kanker Payudara . Jakarta: Komite Penanggulangan Kanker Nasional. 2015 7. Sarwono,S. Psikologi Remaja . Jakarta: Rajawali Pers. 2010 8. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2012 9. Nugraheni, A. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang SADARI Dengan Perilaku SADARI sebagai Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Mahasiswi DIV Kebidanan FK UNS . Universitas Negeri Surakarta. 2010 10. Baswedan, RH dan Ekorini L. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Mahasiswi Non Kesehatan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Biomedika , 6(1) : 1-6. 2014 11. Angrainy R. Hubungan Pengetahuan, Sikap tentang SADARI Dalam Mendeteksi Dini Kanker Payudara Pada Remaja. Journal Endurance , 2(2) : 232- 238. 2017 12. Setiawan, F.S. Hubungan Pengetahuan dan Deteksi Dini (SADARI) dengan Keterlambatan Penderita Kanker Payudara Melakukan Pemeriksaan Di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan . STIKES Muhammadiyah Pekajangan. 2012 13. Septiani S dan Mahyar S. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Pada Siswa SMAN 62 Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan , 5(1) :31-35. 2013 14. Desanti, O. I., Sunarsih, I., & Supriyati. Persepsi Wanita Berisiko Kanker Payudara Tentang Pemeriksaan Payudara Sendiri Di Kota Semarang, Jawa Tengah. Berita Kedokteran Masyarakat, 26(3), 152-161. 2010 15. Fatayati, A. Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Di Wilayah Kerja Puskesmas Manyaran Kabupaten Wonogiri. Tesis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2015 16. Narendra, M. S. Buku Ajar 1 Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama IDAI . Jakarta: Sagung Seto. 2002 17. Sari Y.P, Namora L & Eddy S. Determinan Perilaku SADARI Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di SMK Negeri 8 Medan . FKM Universitas Sumatera Utara. 2014
84e42d08-389e-4cee-b216-85f9686118ad
http://jurnal.unpad.ac.id/dharmakarya/article/download/25353/15622
Dharmakarya: Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat ISSN 1410 - 5675 eISSN 2614-2392 ## SOSIALISASI IMPLEMENTASI PEDOMAN AKUNTANSI PESANTREN BERBASIS DIGITAL PADA PESANTREN DI INDONESIA Citra Sukmadilaga 1 , Lastuti Abu Bakar 2 , Tri Handayani 3 , Yusar Sagara 4 , Ifa Hanafiah Sejiati 5 , dan Tri Utami Lestari 6 123 Universitas Padjadjaran 4 UIN Syarif Hidayatullah 5 Universitas Islam Bandung 6 Universitas Telkom E-mail: [email protected] ABSTRAK. Tujuan dilakukannya pelatihan akuntansi Pesantren membantu mewujudkan pesantren yang transparan, akuntabel, partisipatif, tertib dan disiplin keuangan serta menambah pengetahuan pengelola pesantren betapa pentingnya peranan akuntansi pesantren dalam rangka akuntabilitas publik Metode penelitian ini dilakukan dengan Focus Group Discussion yang dihadiri oleh 38 orang pengelola keuangan pesantren yang tersebar di wilayah Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah. Hasil yang diperoleh adalah akuntansi pesantren masih sangat sulit untuk diimplementasikan karena pesantren pada umumnya bersifat tertutup, terpusat dan kekeluargaan. Terutama jika menyangkut persoalan keuangan, hanya kiyai dan keluarganyalah yang mempunyai kewenangan. Selain itu, banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren dengan pemilik pesantren. Walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan pemilik sebab sumber-sumber lain penopang pesantren kurang memadai. Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam kesuksesan implementasi akuntansi pesantren yaitu manajemen sebagai faktor upaya, organisasi sebagai faktor Sarana, dan administrasi sebagai faktor Karsa. Ketiga faktor ini memberi arah dan perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan penyelenggaraan, mengawasi serta menilai pelaksanaan kebijakan-kebijakan dalam usaha menyelenggarakan akuntansi yang sesuai dengan tujuan Pondok Pesantren masing-masing. Kata kunci: Pedoman Akuntansi Pesantren; Akuntansi Digital; Akuntansi Pesantren; Sosialisasi. ABSTRACT. The aim of Accounting fo pesantren training is to improve transparent, accountable, participatory, orderly, and financial discipline as well as increasing the knowledge of pesantren managers who facilitate the application of Accounting fo pesantren in the framework of public accountability. This research method was conducted with a Focus Group Discussion which was attended by 38 financial managers spread across the Kalimantan, West Java and Central Java regions. The result indicated that accounting for pesantren is still very difficult to implement because pesantren are generally protected, centralized and familial. More when it comes to finance, only the clerics and their families that have authority. In addition, many pesantren do not separate the assets of the pesantren from the owners of the pesantren. Although it is realized that pesantren funding comes mostly from the owner’s wealth, because other sources of support for the pesantren are inadequate. There are several factors related to the implementation of accounting for pesantren, namely management as an effort factor, organization as a facility factor, and administration as an intention factor. These three factors provide direction and integration in formulating, controlling, regulating, and approving policies in an effort to regulate accounting in accordance with the objectives of each Islamic boarding school. Keywords : Pesantren Accounting Guidelines; Digital Accounting; Accounting for Pesantren; Socialization ## PENDAHULUAN Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua di Indonesia. Pendidikan ini pada awalnya merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam pada abad ke-13 (Usman, 2013). Beberapa abad kemudian, muncul tempat pengajian yang merupakan tempat warga atau masyarakat yang ingin mengkaji agama Islam. Kemudian, dengan disediakannya tempat menginap bagi masyarakat yang ingin mengkaji agama Islam, maka, tempat pengajian tersebut disebut sebagai pesantren (A. Steenbrink, 1989). Memasuki era modern ini, pondok pesantren diharapkan menjadi agen perubahan dan pembangunan masya- rakat dengan tidak hanya memainkan fungsi-fungsi tradisionalnya yakni: pertama, Pendidikan dan transfer ilmu-ilmu Islam; kedua, pemeliharaan tradisi Islam; dan ketiga, reproduksi ulama (Azra, 2003; Yasmadi, 2002; Siradj, 1999, Jabal, 2002 dan Maksum, 2003). Azra (2000) mengatakan bahwa, selain memainkan ketiga fungsi tra- disional tadi, pesantren juga dijadikan sebagai pusat penyuluhan kesehatan; pusat pengembangan teknologi tepat guna bagi masyarakat pedesaan; pusat usaha-usaha penyelamatan dan pelestarian lingkungan hidup; dan lebih penting lagi menjadi pusat pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitarnya. Dalam penyelenggaraan Pondok Pesantren, ada beberapa faktor yang berperan dalam sistem penye- lenggaraan Pondok Pesantren yaitu, manajemen sebagai faktor Upaya, organisasi sebagai faktor Sarana, dan administrasi sebagai faktor karsa. Ketiga faktor ini memberi arah dan perpaduan dalam merumuskan, mengendalikan penyelenggaraan, mengawasi serta menilai pelaksanaan kebijakan-kebijakan dalam usaha menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang sesuai dengan tujuan Pondok Pesantren masing-masing. (Arifin,2016) Menerapkan sistem manajemen di Pesantren bukanlah hal yang mudah. Walaupun sebagian besar orang memandang bahwa Pesantren adalah sebuah lembaga yang kuno, namun ketika coba dikelola menjadi sebuah lembaga yang profesional, ada tantangan tersendiri untuk mewujudkan pesantren yang profesional. Selama ini, banyak pihak yang menengarai bahwa salah satu kelemahan lembaga pendidikan Islam, termasuk pesantren adalah bidang manajemen. Manajemen pesantren pada umumnya ber- sifat tertutup, terpusat dan kekeluargaan. Lebih-lebih jika menyangkut persoalan keuangan, hanya kiyai dan keluarganyalah yang boleh mengetahuinya. Hal ini mengesankan bahwa pesantren laksana tembok berlin yang sulit ditembus oleh siapapun. (Arifin, 1993; Dhofir, 1994; Kafrawi, 1978; Rahardjo, 1985 dan Wahid, 2001). Salah satu bagian terpenting dalam manajemen pesantren adalah pengelolaan keuangan. Dalam suatu lembaga, termasuk pesantren, pengelolaan keuangan sering menimbulkan permasalahan yang serius bila pengelolaannya kurang baik. Di pesantren, pengelolaan keuangan sebenarnya tidak begitu rumit, sebab pesantren merupakan lembaga swadana yang tidak memerlukan pertanggungjawaban keuangan yang terlalu pelik kepada penyandang dananya. Namun demikian, karena banyak juga dana yang bersumber dari masyarakat untuk mendanai pesantren, walaupun jumlahnya relatif kecil hal itu perlu ada laporan atau penjelasan sederhana sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik kepada masyarakat agar kredibilitas pesantren dimata masyarakat cukup tinggi, disinilah perlunya pengelolaan keuangan dengan baik dan transparan dibudayakan di lingkungan pesantren. (Arifin, 2016) Pengelolaan keuangan pesantren yang baik ini sebenarnya juga merupakan bagian dari upaya melindungi personil pengelola pesantren (kiai, ustadz/ustadzah, atau pengelola lainnya) terhadap pandangan yang kurang baik dari luar pesantren. Selama ini banyak pesantren yang tidak memisahkan antara harta kekayaan pesantren dengan individu, walaupun disadari bahwa pembiayaan pesantren justru lebih banyak bersumber dari kekayaan individu sebab sumber-sumber lain penopang pesantren kurang memadai. Namun, dalam rangka pengelolaan manajemen yang baik seharusnya ada pemilihan antara harta kekayaan pesantren dengan individu, agar dapat diketahui secara transparan oleh pihak-pihak lain, termasuk orang tua sendiri. Kita menyadari bahwa banyak di Pesantren masalah keuangan selalu menjadi kendala dalam melakukan aktivitas Pesantren, baik yang berkaitan dengan anggaran, akuntansi, penataan administrasi, alokasi serta kebutuhan pengembangan Pesantren mau- pun dalam proses aktivitas keseharian Pesantren. Tidak sedikit Pesantren yang memiliki sumberdaya baik manusia maupun alamnya tidak tertata dengan rapi, dan tidak sedikit pula proses pendidikan Pesantren berjalan lambat karena kesalahan dalam penataan menejemen keuangannya. Ikatan Akuntan Indonesia dan Bank Indonesia telah menerbitkan Pedoman Akuntansi Pesantren. SAK yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Pedoman Akuntansi Pesantren adalah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Pertimbangan dalam memilih acuan kepada SAK ETAP dilandasi bahwa aset yang dikelola Pondok Pesantren relatif besar nilainya karena sebagian besar aset Pondok Pesantren adalah Waqaf permanen berupa tanah. Format Penyajian atas laporan keuangan Pondok pesantren yang diatur dalam Pedoman Akuntansi Pondok Pesantren mengacu pada PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. Pedoman akuntansi pesantren ini diterapkan hanya untuk pondok pesantren yang telah berbadan hukum yayasan yaitu telah terdapat pemisahan kekayaan antara pondok pesantren dengan pemilik yayasan. Pedoman akuntansi pesantren tidak diterapkan pada badan usaha yang berbadan hukum yang dimiliki oleh pondok pesantren seperti perseroan terbatas. Format Penyajian atas laporan keuangan Pondok pesantren yang diatur dalam PAP mengaju pada PSAK 45: Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba. Pedoman Akuntansi Pesantren mengatur bahwa laporan keuangan lengkap yang harus disusun oleh Pondok Pesantren ada beberapa hal. Pertama laporan posisi keuangan; laporan aktivitas; laporan arus kas; dan Catatan atas laporan keuangan. ## METODE Metode yang digunakan dalam kegiatan PPM ini yaitu dengan kerja kelompok dalam kegiatan. Kegiatan KKN-PPM diawali dengan pembekalan oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) beserta rekan dan asistennya. Kegiatan KKN-PPM ini mengenai sosialisasi akuntansi pesantren dengan membawa judul “Pemberdayaan Pesantren: Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan di Era Teknologi Informasi 4.0 Melalui Pelatihan Akuntansi Berbasis Syariah”. Pembekalan ini diharapkan agar peserta KKN-PPM mampu menjalankan segala rangkaian kegiatan dengan baik dan benar saat pelaksanaan sosialisasinya. Mahasiswa di training oleh anggota peneliti selama 1 bulan (Selama bulan juli 2019) karena beberapa peserta KKN bukan berasal dari akuntansi. Training di lakukan di kampus jatinangor dan kampus Dipati Ukur. ## Implementasi Proses Kegiatan KKN Kegiatan pertama sebelum pembekalan adalah diskusi mengenai program yang akan dijalankan sekaligus perkenalan mentor-mentor oleh DPL yang akan membantu membimbing selama kegiatan KKN-PPM berlangsung. Kegiatan diawali dengan perkenalan sistem dan penjelasan terkait akun-akun yang terdapat di dalamnya. Seperti cara membuat bisnis baru, mengubah nama, logo dan akun-akun lainnya yang penting untuk diketahui. Mahasiswa setelah diberi pemahaman mengenai dasar akuntansi, maka mereka mulai di training menggunakan software yang dikembangkan oleh anggota team untuk dipersiapkan menjadi pendamping pada saat sosialisasi pedoman akuntansi pesantren menggunakan software. Pada tanggal 29 Juli 2019, kegiatan KKN-PKM yakni sosialisasi Pedoman Akuntansi Pesantren dan Pengelolaan Keuangan Pesantren Berbasis Digital dilaksanakan dengan mengundang 20 Pesantren yang telah diseleksi dari group Whatsapp yang beranggotakan 120 peserta dari berbagai pesantren di seluruh Indonesia. Pada hari H nya hadir 5 perwakilan pesantren dari luar daerah diantaranya Balikpapan dan makassar yang menyengaja datang untuk hadir saat pelatihan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelolaan Keuangan dan Akuntansi Dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan Pondok Pesantren Kiayi merupakan otorisator penuh terhadap pengeluaran keuangan. Setiap dana yang keluar harus disetujui oleh Kiayi Pesantren, proses pelaksanaan keuangan untuk melakukan setiap kegiatan yang telah tercantum dalam anggaran harus membuat proposal kegiatan beserta rincian dana yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut, setelah disetujui oleh internal Audit (Kepala Sekolah) baru kemudian Kiayi Pondok Pesantren mengeluarkan uang sesuai dengan yang ada di proposal. Setiap kegiatan yang telah dilakukan langkah selanjutnya adalah membuat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Membuat LPJ merupakan suatu keharusan bagi setiap bagian yang ada di lingkungan Pondok Pesantren, setiap LPJ masing-masing bagian tersebut akan diaudit oleh internal audit, dan hasilnya kemudian diserahkan kepada Kiayi Pondok Pesantren. Laporan hasil internal audit tersebut jadi bahan evaluasi bagi Kiayi Pondok Pesantren terhadap kegiatan yang telah dilakukan, apakah telah dilaksanakan sesuai dengan program perencanaan dan proposal atau sebaliknya. Adapun pengeluaran seperti gaji guru langsung diberikan kepada yang bersangkutan oleh bendahara dengan disahkan oleh Kepala Sekolah dan Kiayi Pondok Pesantren. 1. Penerimaan atau pemasukan Pemasukan keuangan Pesantren dari berbagai sumber perlu dilakukan pembukuan berdasarkan prosedur yang disepakati, baik konsep teoritis maupun peraturan pemerintah. Sumbangan dana yang masuk ke Pesantren bisa kita klasifikasi sebagai dana langsung dan dana tidak langsung. Dana tidak langsung adalah dana berupa perbandingan waktu guru dan peserta dididk dalam mengunakan setiap waktunya di sekolah atau Pesantren, seperti penyesuaian waktu belajar mengajar ketika di bandingkan dengan ketika guru atau peserta didik meng- unakanya untuk bekerja, dan juga perhitunganya dengan transportasi, dan biaya hidup. dana ini memang sulit sekali dihitung karena tidak ada catatan resminya. Namun dalam perencanaan biaya ini turut dihitung. Dana langsung, adalah dana yang di peroleh dari beberapa sumber yang sah. 2. Pengeluaran Alokasi dari dana pendapatan Pesantren harus pula diatur secermat mungkin. Ada beberapa klasifikasi dalam pengeluaran dana yang di pakai secara umum di lembaga- lembaga pendidikan kita, yaitu : a. Dana pembangunan, pengeluaran dana ini diatur dan digunakan untuk pembangunan dan pembenahan sarana fisik lembaga, dana ini di sesuaikan dengan kebutuhan dan jumlah guru serta peserta didik yang ada di lembaga pendidikan tersebut. b. Dana rutin, dana rutin adalah dana yang digunakan untuk biaya operasional satu tahun anggaran. Dana rutin pengunaanya meliputi pelaksanaan progam belajar mengajar, pembayaran gaji guru maupun personil, serta pemeliharaan dan perawatan sarana prasarana lembaga pendidikan. Untuk menghitung dana rutin lembaga pendidikan harus menghitung total cost atau nilai unit cost yang dibutuhkan setiap siswa atau santri. Nilai unit cost merupakan nilai satuan biaya yang dikeluarkan untuk memberikan pelayanan terhadap seorang peserta didik setiap tahun dalam satu jenjang pendidikan. Berdasarkan akutansi keuangan di Pesantren, ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh bendaharawan Pesantren: a. membuat laporan keuangan kepada Pesantren dan komite Pesantren untuk di cocokan dengan rancangan anggaran Pesantren b. menyertakan bukti-bukti laporan keuangan, termasuk bukti pembayaran pajak bila ada c. kwitansi atau bukti-bukti pembelian dan dan pene- rimaan berupa tanda tangan penerima atau bukti pengeluaran yang lain d. menunjukan neraca keuangan untuk di periksa oleh tim penangungjawaban keuangan dari yang bersangkutan. Hal-hal yang perlu di persiapkan oleh bendaharawan Pesantren meliputi : a. buku kas umum b. buku persekot atau uang muka c. daftar potongan-potongan d. daftar honoranium e. buku tabungan f. buku iuran atau kontribusi santri g. buku catatan untuk pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga Penggunaan Aplikasi Akuntansi Berbasis Digital Realitas baru akuntansi di era digital membutuhkan perbaikan permanen kompetensi seorang akuntan modern. Inti dari kompetensi tersebut adalah pengetahuan tentang terminologi akuntansi profesional, yang saat ini mengalami “infus” dan pembaruan yang substansial, disertai dengan perluasan konten operasi ekonomi dan munculnya pendekatan baru untuk akuntansi. Laporan keuangan tujuan umum saat ini sedang mendapatkan dukungan. Sementara apa yang masuk ke dalam laporan keuangan tidak benar-benar berubah, bagaimana informasi disampaikan oleh laporan itu banyak berubah. Perkembangan teknologi dalam informasi dan komunikasi meningkatkan perkembangan dalam dunia akuntansi perusahaan, salah satu yang berkembang dan umum diimplementasikan adalah Aplikasi Sistem Komputer Akuntansi atau sering disebut Software Akun- tansi. Manfaat aplikasi sistem komputer akuntansi adalah 1. Mempermudah dalam menyusun laporan keuangan perusahaan dengan akurat, efisien dan cepat; 2. Kecepatan dalam mendapatkan laporan keuangan; yang dihasilkan secara otomatis oleh komputer dibandingkan dengan cara manual; 3. Memiliki tingkat ketepatan yang tinggi; 4. Mampu menghasilkan dan menampilkan lebih banyak data dengan mudah dan cepat sehingga efeisiensi dapat tercapai. Digital Accounting telah menemukan jalannya ke dalam bahasa sehari-hari yang digunakan oleh praktisi akuntansi, Salah satu aplikasi akuntansi yang cukup mudah untuk dioperasikan adalah Manager.io. Aplikasi ini adalah perangkat lunak akuntansi gratis terlengkap di Indonesia. Aplikasi tersebut memiliki semua fitur yang dibutuhkan oleh seorang akuntan dan masih berupaya untuk menambah fitur – fitur lainnya. Aplikasi ini masih memiliki beberapa keunggulan lain, yaitu: 1. Bebas selamanya, Aplikasi ini dapat menggunakan program selamanya, menggunakan semua fitur dan memasukkan data sebanyak yang diperlukan. Tidak ada batasan waktu, tidak ada batasan penggunaan, tidak ada iklan. 2. Bekerja Offline, Semua pekerjaan Anda dapat dilakukan secara offline di desktop atau laptop Anda yang berarti Anda tidak kehilangan akses ke data atau program Anda jika Internet Anda berhenti bekerja atau tidak tersedia. 3. Lintas-platform, Ini tersedia untuk diunduh di Windows, Mac OS X dan Linux. Format basis data bersifat universal di semua sistem operasi yang berarti file akuntansi yang dibuat pada Windows dapat dengan mudah ditransfer ke Mac OS X atau Linux jika diperlukan. Gambar 1. Logo Manager.io Gambar 2. Cara Membuat Bisnis Barua tau Impor Bisnis Gambar 3. Membuat Bisnis Baru Gambar 4. Mengubah Pengaturan Perusahaan Gambar 5. Pengenalan Akun-akun dalam Sistem Pengoperasian yang dilakukan yaitu mengentri jurnal dan arus kas berdasarkan kasus yang diberikan. ## Gambar 6. Menambah dan Mengedit Akun-akun ## Gambar 7. Arus Kas Gambar 8. Entri Jurnal ## Gambar 9. Laporan-laporan dalam Sistem Analisis Situasi Pesantren di indonesia memiliki 2 jenis yaitu pesantren tradisional dan pesantren modren. Berdasarkan hasil observasi (tanya jawab) kegiatan pelatihan, beberapa pondok pesantren di Indonesia pun mengelola keuangan masih berbasis catat mencatat dan kurang akuntabel. Faktor yang kurang dalam mengelola keuangan pesantren yang berbasis syariah ialah belum mengikuti peraturan akuntasi terkait akuntansi pesantren. Situasi diatas dikarenakan beberapa pengelola keuangan pesantren bukan dari bidang pengelola keuangan atau akuntansi. Beberapa pengelola keuangan secara otodidak sehingga penulisan laporan keuangan masih manual atau catat mencatat. Mengelola akun transaksi belum berbasis syariah dan akuntansi umum sehingga kurang akuntabel. Belum adanya aplikasi digital untuk pengelolaan keuangan pesantren sehingga belum memudahkan dalam membuat laporan keuangan. Berdasarkan analisis situasi diatas, dapat disim- pulkan bahwa permasalahan memiliki keterkaitan satu sama lain dalam pengelolaan keuangan pesantren. ## Output Kegiatan Pesantren merupakan lembaga atau yayasan yang menyelenggarakan kegiaan pendidikan yang berbasis agama. Pengelolaan keuangan pesantren berbasis syariah oleh karena itu pengelolaan keuangan mengikuti peraturan akutansi terkait akuntansi pesantren. Meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat dengan meningkatkan pengelolaan keuangan pesantren yang lebih baik (akuntabel) dan lebih transparan dengan dipermudah melalui aplikasi digital. Output dari kegiatan KKNM dengan dilaksana- kannya kegiatan Sosialisi Akuntansi Pesantren yaitu: “Pelatihan Pengelolaan Keuangan Pesantren” pada peserta pengelolaan keuangan pesantren daerah Jawa Barat hingga luar Jawa Barat. Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan, dengan antusias, peserta yang melebihi dugaan, mengharapkan adanya kegiatan berkelanjutan mengenai program pengelolaan keuangan pesantren. Program berkelanjutan diharapkan dapat mengundang peserta pengelolaan keuangan pesantren di seluruh Indonesia sehinggan semua pondok pesantren di Indonesia diharapkan dapat mengelola keuangan secara syariah yang lebih baik . Peserta Kegiatan sosialisasi pengelola keuangan pesantren sebanyak 20 orang peserta (Jawa Barat). Waktu Kegiatan : Sabtu, 27 Juli 2019 Tempat : Gedung Pertamina Pihak-pihak yang terlibat : 1. Citra Sukmadilaga S.E.,M. BA,Ak.Ph.D : Ketua Tim KKNM dan Pembina Akuntansi pesantren 2. Yusar Sagara SE,Ak, M.Si,CA, CMA,CPMA : Pembicara 3. Ifa Hanifa Sejiati S.Sy.,M.Si : Pembicara 4. Dicky Arie Sandy : Pembicara 5. Divina Mahardika Dewi,S.E : Pembicara 6. Siti Fazriah,S.E : Pembicara 7. Hida Hiyanti,S.E : Pembicara 8. Tri Utami Lestari, S.E., M.Ak : Pembicara 9. Allessandra Lamuli Margaretha : Panitia dan Fasilitator 10. Ciptadi Maulana : Panitia dan Fasilitator 11. Maulia Indriana Ghani : Panitia dan Fasilitator 12. Inge Korima : Panitia dan Fasilitator 13. Ahmad Raihan Hidayat Koto : Panitia dan Fasilitator 14. Faisal Akbar : Panitia dan Fasilitator 15. Rahmansyah Ade Putra Amir : Panitia dan Fasilitator 16. Zisvira Jasni Handa Putri : Panitia dan Fasilitator 17. Alfatyani Inayah : Panitia dan Fasilitator Setelah sosialisasi pedoman akuntansi pesantren dan pelatihan pengelolaan keuangan berbasis digital selesai dilakukan, masih banyak anggota group whatsapp yang ingin ikutan sehingga tindak lanjut pelatihan tersebut dilaksanakan oleh HIMA MAKSI UNPAD beberapa waktu setelahnya ## SIMPULAN Dalam pengimplementasianya akuntansi pondok pesantren masih terkendala budaya yang telah ada dan dipraktekan secara turun menurun di pondok pesantren. Salah satu budaya yang mendominasi adalah otoritas keputusan seluruhnya dipegang oleh kyai. Dalam perjalannya pesantren tidak memisahkan antara harta kyai dengan harta milik pesantren sehingga secara prinsip entitas sejak awal memang telah sulit untuk dilaksanakan. Di pesantren dikenal dengan istilah pengelolaan keuangan yang terbatas pada pengelolaan keuangan trandisional yang dilaksanakan dengan prinsip kekeluargaan namun berdasarkan hasil diskusi diketahui bahwa pesantren telah terlebih dahulu mempraktikan pengelolaan keaungan dalam arti pembukuan yang hanya terbatas pada pencatatan uang masuk dan uang keluar. Di kebanyakan pesantren hal ini masih dilakukan secara manual yaitu mengunakan buku-buku atau catatan-catatan yang tidak terdokumentasi secara jelas sehingga akan menyulitkan pada saat dilakukan pencocokan antara catatan dan bukti. Sebagian besar pesantren menyimpan uangnya secara phisik di rumah kyai bahkan sangat jarang yang menyimpan uang nya di bank. Pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini memiliki beberapa poin penting, yaitu: 1) Pondok pesantren sudah mulai banyak yang ingin belajar mengenai akuntansi, dinilai dari banyaknya partisipan baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar untuk mengikuti pelatihan yang diadakan. Partisipan yang mengikuti pelatihan ini tidak hanya berasal dari wilayah Jawa Barat, melainkan terdapat dari wilayah Jawa Tengah hingga wilayah Kalimantan. 2) Pihak pondok pesantren sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian yang diadakan, dimulai saat pelatihan mengenai akuntansi syariah secara manual hingga pelatihan mengenai aplikasi digital untuk tata kelola laporan keuangan. Pada kedua sesi pelatihan tersebut terdapat sesi tanya jawab dan pelatihan soal yang diikuti oleh peserta. Sesi tanya jawab berlangsung dengan cukup lama dikarenakan banyaknya pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai akuntansi syariah baik secara manual maupun aplikasi digital. Setiap peserta diberikan software gratis untuk coba diterapkan di Pesantren masing-masing. Setelah mereka mempelajari pedoman akuntansi pesantren tersebut berikut software untuk pelaporan keuangan, maka diharapkan mereka dapat membuat laporan keuangan sederhana bagi pesantren mereka. 3) Panitia penyelenggara juga sangat antusias mengikuti seluruh rangkaian yang diadakan, dimulai saat pelatihan mengenai akuntansi syariah secara manual hingga pelatihan mengenai aplikasi digital untuk tata kelola laporan keuangan. Pada saat pelatihan mengenai aplikasi digital, panitia penyelenggara ikut turun langsung untuk membantu pondok pesantren yang mendapat kesulitan saat mengoperasikan aplikasi tersebut. ## DAFTAR PUSTAKA A. Steenbrink, K. (1989). Pesantren Madrasah Sekolah. Jakarta: LP3ES. Arifin, I. (1993). Kepemimpinan Kiyai: Kasus Pondok Pesntren Tebu Ireng. Malang: Kalimasada Press. Arifin, M. (2016). Manajemen Keuangan Pondok Pesantren, Fikrotuna. Jurnal Pendidikan dan Manajemen Islam, 4 (2). Azra, A. A. (2000). Pendidikan Islam, Tradisi, dan Modernisasi Menuju Melinium Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Azra, A. A. (2003). Surau, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Azra, A. A. (2003). Surau, Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Dhofir, Z. D. (1994). Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES. Jabal, F. (2002). IAIN dan Modernisasi Islam di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Kafrawi. (1978). Pembaharuab Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: Cemara Indah. Maksum, A. (2003). Tasawuf sebagai Pembebasan Manusia Modern. Surabaya: Pustaka Pelajar dan Pusat Studi Agama, Politik, dan Masyarakat [PSAPM]. Rahardjo, D. (1985). Pergulatan Dunia Pesantren. Jakarta: LP3ES. Siradj, S. A., & (et.al). (1999). Pesantren Masa Depan, Wacana Pembedayaan dan Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah. Usman, M. I. (2013). Pesantren Sebagai Lembaga Pendidikan (Sejarah Lahir, Sistem Pendidikan dan Perkembangan Masa Kini). Jurnal Al Hikmah, 14 (1). Wahid, A. W. (2001). Menggerakkan Tradisi, Esai-esai Pesantren. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta. Ya’cub, M. (1984). Pondok Pesantren dan Pembangunan Desa. Bandung: Angkasa. Yasmadi. (2002). Modernisasi Pesantren: Kritikan Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press.
3e86beca-8cbb-485b-b7e2-142124326983
https://jurnal.umb.ac.id/index.php/lateralisasi/article/download/6569/4079
## ANALISIS KEBUTUHAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BAHASA INDONESIA BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 REJANG LEBONG Shesilia Cintari 1 , Maria Botifar 2 , Agita Misriani 3 Program Studi Tadris Bahasa Indonesia IAIN Curup [email protected] , [email protected] , [email protected] ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan guru, siswa dan dokumen terhadap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia. Penelitian ini mengggunakan metode penelitian Research and Development dengan model ADDIE. Penelitian ini hanya membahas tahap pertama model ADDIE yaitu tahap analisis. Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia kelas X, 36 siswa kelas X dan dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Rejang Lebong. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket analisis kebutuhan guru, angket analisis kebutuhan siswa dan angket analisis dokumen LKPD. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kebutuhan guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal mencapai 99,7 % sedangkan siswa sebesar 91,8 % dengan kategori sangat butuh. Kemudian dokumen LKPD yang digunakan saat ini dikategorikan cukup dengan tingkat kelayakan 67 %. Jadi secara keseluruhan guru dan siswa SMA Negeri 1 Rejang Lebong membutuhkan LKPD Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal. Kata Kunci : LKPD; Bahasa Indonesia; Kearifan Lokal ## Abstract This research aims to analyze the needs of teachers, students and documents for Indonesian Language Student Worksheets (LKPD). This research uses the Research and Development research method with the ADDIE model. This research only discusses the first stage of the ADDIE model, namely the analysis stage. The data and data sources used in this research were class X Indonesian language teachers, 36 class X students and Indonesian LKPD documents used by class X students of SMA Negeri 1 Rejang Lebong. The data collection techniques used were teacher needs analysis questionnaires, student needs analysis questionnaires and LKPD document analysis questionnaires. The results of this research show that the level of teacher need for Indonesian Language Worksheets Based on Local Wisdom reached 99.7%, while the students' level of need was 91.8% in the very need category. Then the LKPD document currently used is categorized as adequate with a feasibility level of 67%. So overall teachers and students of SMA Negeri 1 Rejang Lebong need Indonesian Language Worksheets Based on Local Wisdom. Keywords: LKPD; Indonesian; Local wisdom ## PENDAHULUAN Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu mengajak peserta didik aktif dalam proses pembelajaran (Suharningsih, 2016). Pembelajaran juga termasuk suatu program yang tersusun secara sistematik, sistemik, dan terencana. Dalam pembelajaran memiliki berbagai komponen seperti tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, evaluasi, peserta didik, lingkungan, dan guru yang saling berhubungan satu sama lain. Proses pembelajaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik dari baik segi pendidikan, sikap, ataupun keterampilan. Salah satu pembelajaran yang ada pada setiap tingkatan pendidikan di Indonesia adalah pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran yang sifatnya wajib dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi secara efektif dan kreatif dalam berbagai konteks, baik lisan maupun tulisan. Seiring dengan proses pembelajaran bahasa Indonesia, di negeri ini pastinya memiliki tantangan proses pembelajaran yang bervariasi (Dimyanti & Mujiono, 2006). Diawali dari reformasi dalam sistem pendidikan yang menuntut semua elemen pendidikan untuk meningkatkan kualitas diri, hingga pengaruh internal (diri guru dan siswa) maupun eksternal atau faktor pendukung lain dalam pembelajaran, seperti materi, metode, dan media pembelajaran. Seperti yang terjadi di SMA Negeri 6 dan SMA Negeri 7 Banjarmasin, yang mana sekolah ini memiliki problematika pembelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Mundofir, kendala yang dihadapi sekolah ini adalah kesiapan sarana dan prasara untuk menerapkan kurikulum 2013 disekolah ini belum memadai, mulai dari kesiapan guru dalam mengajar di kelas hingga siswa saat menerima pelajaran di dalam kelas(Mundofir, n.d.). Salah satu komponen yang penting dalam proses pembelajaran, yakni bahan ajar. Bahan ajar merupakan seperangkat alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode pembelajaran, batasan- batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dengan segala kompleksitasnya (Bahraeni, 2019). Salah satu bahan ajar yang sering digunakan adalah Lembar Kerja Peserta Dididk (LKPD). LKPD merupakan bahan ajar yang berupa lembaran kerja atau kegiatan belajar peserta didik yang digunakan sebagai alat ukur kemampuan peserta didik. Sebagai lembaran kerja yang berisikan kegiatan terprogram, didalam LKPD juga berisi uraian pokok materi, tujuan kegiatan, alat/bahan yang diperlukan dan juga langkah-langkah kerja (Purwanto, 2001). Dalam proses penyusunanannya, LKPD juga memilki syarat yang harus dipenuhi yakni syarat didaktik, konstruksi dan syarat teknis (Endang Widjajanti, 2008). Berdasarkan hasil observasi secara langsung pada salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Rejang Lebong, teori-teori mengenai LKPD yang disebutkan diatas nyatanya tidak terimplementasi dengan baik dilapangan, terutama pada LKPD Bahasa Indonesia. Salah satu guru Bahasa Indonesia yakni Ibu Sri Astutit, S.Pd. menyebutkan LKPD yang digunakan mereka saat ini masih jauh dari harapan. Pertama, LKPD memuat isi yang tidak sesuai dengan indikator pembelajaran, penyajian materi yang terlalu luas , tidak sesuai dengan lingkungan peserta didik, belum maksimalnya nilai-nilai implementasi budaya daerah hingga variasi metode di dalamnya yang kurang maksimal memperhatikan minat siswa. Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penyelenggaraan kegiatan pendidikan harus sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2003 yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mencapai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukannya bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Ri\I, 2003). Dari rumusan undang-undang tersebut jelas bahwa pendidikan yang diselenggarakan harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai tersebut, salah satunya adalah nilai budaya atau yang sering disebut dengan kearifan lokal. Kearifan lokal adalah segala bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau intuisi, serta adat istiadat atau etika yang menjadi pedoman perilaku masyarakat dalam kehidupan. Unsur-unsur kearifan lokal meliputi identitas suatu daerah, alat pemersatu masyarakat, warisan budaya/kekayaan budaya yang diterima, diakui dan dipublikasikan serta kebiasaan dan karakter dalam berinteraksi sosial yang mengutamakan kepentingan umum (Alicia Prayola Caroilne, 2018). Salah satu daerah yang memilki beragam kearifan lokal adalah provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu adalah sebuah provinsi di Pulau Sumatera yang dijuluki Bumi Rafflesia. Negara ini memiliki ribuan kearifan lokal mulai dari adat istiadat, kebiasaan, makanan hingga peninggalan sejarah yang identik dengan kota ini seperti festival Tabut, tari Kejei, upacara adat apem Kedurei Muang, Artevak Batu Belarik , makanan guloe lema, pendap dan hiburan ritual seperti bedeker. Berbagai aktivitas dan adat istiadat tersebut patut dilestarikan dan dipublikasikan, agar tidak hilang seiring berjalannya waktu. Dalam rangka melestarikan tradisi dan nilai-nilai kearifan lokal di Provinsi Bengkulu, peningkatan pengetahuan dan pemahaman luas tentang kearifan lokal juga mendesak dilakukan. Salah satu caranya adalah dengan menjadikan kearifan lokal sebagai tema dalam materi pendidikan khususnya di LKPD. Seperti halnya Penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Melisa dengan judul “Pengembangan LKPD berbasis kearifan lokal peralatan hidrolisis garam di SMA Negeri 1 Seunagan”. Dimana dalam penelitian ini memaksimalkan pengembangan LKPD berbasis kecerdasan lokal untuk melatih siswa secara ilmiah, mengembangkan kemampuan berpikir sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi konsep, memperoleh pengetahuan dan mendorong peran lebih aktif dalam pembelajaran (Melisa, 2021). Dari kajian relevan yang disebutkan diatas terlihat bahwa penelitian pengembangan LKPD Bahasa Indonesia masih sangat dibutuhkan agar dapat mengatasi masalah-masalah dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan bahan ajar yakni LKPD. Maka dari itu untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dapat membatu peserta didik memenuhi standar kompetensi pendidikan dengan menggunakan LKPD yang inovatif, interaktif dan memuat nilai-nilai kearifan lokal daerah yang tinggi peneliti tertarik untuk melakukan penelitian analisis kebutuhan untuk pengembangan LKPD Bahasa Indonesia Berbasis Kerifan Lokal Untuk Siswa kelas X SMA Negeri 1 Rejang Lebong. ## METODOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah R&D yang menurut (Nusa Putra, 2015) penelitian dan pengembangan (R&D) adalah suatu metode penelitian yang disengaja dan sistematis yang bertujuan untuk menemukan perbaikan, pengembangan, produksi atau pengujian keefektifan produk, model, bentuk dan metode ataupun strategi yang unggul, baru dan efektif, efisiensi, produktivitas dan bermakna yang hanya melalui tahap analisis, yaitu analisis kebutuhan guru, kebutuhan siswa dan analisis dokumen LKPD yang digunakan saat ini di SMA Negeri 1 Rejang Lebong. Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah hasil angket analisis kebutuhan guru dan siswa serta angket dokumen LKPD. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif (skala liker 5 kategori) dan kualitatif (reduksi data, penyajian data dan kesimpulan). Instrumen kebutuhan guru dan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia bertujuan untuk memperoleh tingkat kebutuhan mereka terhadap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia. Kisi-kisi instrumen angket penilaian untuk analisis kebutuhan diadopsi dari teori Endang Widjajanti dengan dikolaborasikan dengan indikator kearifan lokal. Kisi-kisi instrumen ini dikembangkan lagi menjadi beberapa subindokator yang meliputi syarat didaktik, konstruksi,teknis dan kearifan lokal sebagaimana berikut ini. ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis kebutuhan dilakukan dengan membagikan kuesioner kepada 36 orang siswa dan tiga orang guru di SMA Negeri 1 Rejang Lebong. Hasil data dari kebutuhan siswa terhadap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia akan dikembangkan menjadi suatu LKPD Bahasa Indonesia yang berbasis Kearifan Lokal. Selain itu peneliti juga membagikan kuesioner kepada tiga orang guru, yaitu guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di seluruh kelas X SMA N 1 Rejang Lebong. Adapun data yang diperoleh dari guru maupun dari siswa ini berhubungan dengan indikator- indikator yang dimuat dalam LKPD Bahasa Indonesia berbasis Kearifan Lokal yang akan dikembangkan oleh peneliti. ## 1. Hasil Analisis Kebutuhan Guru ## Gambar 4.1. 1 Tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat Didaktik Diagram di atas menunjukkan bahwa kebutuhan guru terhadap syarat Didaktik pada LKPD Bahasa Indonesia adalah sangat butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas menggunakan rumus skala likert. = R X 100 % ## SM Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 15 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase 100% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Dalam syarat didaktik terdapat 5 Indikator yang dijabarkan lagi ke dalam 3 subindkator yang berbeda-beda. Diagram di atas merupakan salah satu diagram tingkat kebutuhan guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal dengan rincian syarat pada tabel berikut. Syarat Tingkat Kebutuhan (%) Didaktik 100 % Konstruksi 96,7 % Teknis 100% Kearifan Lokal 100% Skor rata-rata : 99, 17 % Bedasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kebutuhan guru terhadap LKPD Bahasa Indonesia memuat kriteria sangat butuh dengan tingkat kebutuhan 85 < X ≤ 100 %, yakni 99, 17 %. 100% 0% 100% 0 2 4 Sangat Butuh Kurang Butuh TOTAL ## DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD MENGGUNAKAN SYARAT DIDAKTIK Series1 Series2 ## 2. Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ## Diagram 4.1.5 ## Diagram tingkat kebutuhan LKPD menggunakan syarat Didaktik Data tabel di atas menunjukkan bahwa kebutuhan siswa terhadap syarat didaktik pada LKPD Bahasa Indonesia adalah butuh. Skor dalam menghitung hasil analisisi kebutuhan diatas menggunakan rumus skala likert. = R X 100 % ## SM Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata skor indikator yang diperoleh mencapai skor 12 dengan skor maksimal yang juga 15 point jadi menghasilkan persentase 80% yang menunjukkan tingkat kebutuhan sangat butuh. Persentase Jumlah Responden 86 Dalam syarat Kearifan Lokal terdapat 4 Indikator yang dijabarkan lagi ke dalam beberapa subindkator yang berbeda-beda. Adapun indikator yang pertama adalah memuat identitas dari suatu daerah yang dikonversi ke sebuah pernyataan di dalam kuesioner. Pada syarat didaktik terdapat 5 Indikator yang dijabarkan lagi ke dalam 3 subindkator yang berbeda- beda. Diagram di atas merupakan salah satu diagram tingkat kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia Berbasis Kearifan Lokal dengan rincian syarat pada tabel berikut. Syarat Tingkat Kebutuhan (%) Didaktik 83 % Konstruksi 98,2% Teknis 94% Kearifan Lokal 92% Skor rata-rata : 91,8 % 83% 17% 100% 0 20 40 Sangat Butuh Kurang Butuh TOTAL DIAGRAM TINGKAT KEBUTUHAN LKPD DENGAN PROSES PEMBELAJARAN PESERTA DIDIK AKTIF Persentase 3 33% 67% 100% Layak Cukup TOTAL DIAGRAM TINGKAT KELAYAKAN DOKUMEN LKPD ## BAHASA INDONESIA ## Jumlah Responden Persentase Bedasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kebutuhan siswa terhadap LKPD Bahasa Indonesia yang memenuhi keempata syarat diatas memenuhi kriteria sangat butuh dengan tingkat kebutuhan 85 < X ≤ 100 %, yakni 91,8 %. ## 3. Hasil Analisis Dokumen Indikator mengenai analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia terdiri atas syarat Didaktik, Konstruksi, Teknis dan Kearifan Lokal yang dikonversikan menjadi 37 butir indikator penilaian pada angket analisis dokumen. Adapun hasil angket analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan dikonversi kedalam bentuk grafik dan dipaparkan dalam tabel berikut. ## Gambar 4.2. 1 Tingkat kelayakan Dokumen LKPD Bahasa Indonesia Diagram di atas menunjukkan bahwa kelayakan dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini dikategorikan cukup, mulai dari syarat didaktik, konstruksi, teknis dan kearifan lokal yang dikonversikan kedalam 37 pertanyaan didalam kuesioner kelayakan LKPD Bahasa Indonesia. Adapun hasil analisis tersebut dibuktikan dengan tabel dan perhitungan skor berikut. Tabel 4.2. 1 Total skor responden kelayakan LKPD Responden Total Skor Rata-rata skor Ketegori Responden 1 110 2,97 Cukup Responden 2 100 2,70 Cukup Responden 3 102 2,75 Cukup Berdasarkan tabel data di atas, rata-rata skor tertinggi ideal adalah 5 dan skor terendah ideal adalah 1. Dengan skor aktual (X) adalah sebagai berikut. Mχ = Σχ Mχ = 8,42 = 2,8 N 3 Dengan skor aktual 2,8 didapatkanlah rata-rata skor ideal dan simpangan baku skor ideal dengan penjumlahan berikut. Xi = ½ (skor tertinggi ideal + skor terendah ideal) = ½ x (5+1) = 3 Sbi = (1/2) (1/3) (skor tertinggi ideal – skor terendah ideal) = (½) (1/3) x (5-1) = 0,66 Berdasarkan perhitungan tersebut hasil analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia dapat dikategorikan cukup karena rentang skor yang didapatkan adalah xi – 0,60 SBi < X ≤ xi + 0,60 Sbi dengan 2,3 < 2,8 ≤ 3,1. Disamping itu, jika dilihat secara detail pada indikator kearifan lokal yakni pada nomor 34 sampai dengan nomor 37 seruluah guru menjawab dengan skor 1 yang mana didefinisikan tidak ditemukan. Jadi dapat disimpulkan bahwasanya penelitian pengembangan LKPD Bahasa Indonesia berbasis Kearifan Lokal ini perlu dilakukan karena LKPD yang digunakan sekarang masih dikategorikan cukup dan tidak memuat kearifan lokal sama sekali. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan diatas, mulai dari analisis kebutuhan guru, analisis kebutuhan siswa hingga analisis dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang telah dilakukan melalui lembar kuesioner disimpulkan bahwa guru dan peserta didik membutuhkan LKPD Bahasa Indonesia berbasis kearifan lokal dan beberapa komponen dalam LKPD yang perlu dikembangkan lagi. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwasanya, kebutuhan guru dan siswa terhadap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Bahasa Indonesia yang memenuhi syarat didaktik, konstruksi, teknis, dan kearifan lokal yang telah dikembangkan menjadi 37 pernyataan dalam angket menghasilkan pemerolehan tingkat kebutuhan guru sebesar 99,7% dan kebutuhan siswa sebesar 91,8% yang dikategorikan sangat butuh. Kemudian, dokumen LKPD Bahasa Indonesia yang digunakan oleh siswa kelas X di SMA Negeri 1 Rejang Lebong telah menunjukkan tingkat kelayakan kategori cukup dengan nilai xi – 0,60 SBi < X ≤ xi + 0,60 Sbi dengan 2,3 < 2,8 ≤ 3,1 atau sebesar 67 %. Hasil analisis kebutuhan dan kelayakan Dokumen LKPD ini digunakan sebagai pedoman dalam pengembangan produk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). ## DAFTAR PUSTAKA Alicia Prayola Caroilne. (2018). Analisis Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Adat Pernikahan Masyarakat Suku Pasemah. Repository Universitas Sriwijaya Inderlaya. Bahraeni. (2019). “Efektifitas Pengembangan Bahan Ajar Ilmu Pendidikan Islam Berbasis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Melalui Kegiatan Desiminasi Pada Stais Ddi Maros.” Inspiratif Pendidikan, 6 no.1, 100. https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4920. Dimyanti & Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Endang Widjajanti. (2008). Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Seminar Pelatihan Penyusunan LKS Untuk Guru SMK/MAK Pada Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Jurusan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. ## Melisa. (2021). Pengembangan LKPD Berbasis Kearifan Lokal pada Materi Hidrolisis Garam Di SMA Negeri 1 Seunagan. Ftk.Ar-Rainly. Mundofir. (n.d.). PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA KURIKULUM 2013 DI SMAN 6 DAN SMA SMAN 7 BANJARMASIN. Media Neliti. chrome- extension://efaidnbmnnnibpcajpcglclefindmkaj/https://media.neliti.com/media/publications/75544 -ID Nusa Putra. (2015). Research & Development. Rajawali Pers. Purwanto. (2001). Penulisan Bahan Ajar. PAU-PPAI, Universitas Terbuka. Ri\I, K. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 pasal 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Suharningsih, & H. (2016). Strategi Belajar Mengajar. Unesa University Press.
52c0c3bf-3073-43b8-af46-96b1c01fd394
https://jurnal.itg.ac.id/index.php/algoritma/article/download/503/476
## PERANCANGAN SISTEM PELAYANAN INFOMASI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN RUMAH TAHANAN NEGARA GARUT BERBASIS WEB DAN SHORT MESSAGE SERVICE GATEWAY Omar Komarudin 1, Dede Kurniadi 2 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syamsu No. 1 Jayaraga Garut 44151 Indonesia Email: [email protected] 1 [email protected] 2 [email protected] Abstrak – Pelayanan informasi pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Garut masih dilakukan secara lisan, hal tersebut dapat menimbulkan beberapa masalah seperti sumber daya manusia dan waktu kerja yang terbatas tidak sebanding dengan permintaan informasi yang harus disampaikan kepada keluaraga warga binaan, sehingga tidak dapat terlayani secara maksimal. Tujuan penulisan artikel ini untuk merancang sistem pelayanan informasi warga binaan pemasyarakatan berbasis sms gateway yang mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi waktu dalam penyampaian informasi kepada keluarga warga binaan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Garut. Metode pengembangan perangkat lunak pada penelitian ini menggunakan pendekatan pengembangan perangkat lunak Rational Unified Process (RUP) dengan pemodelannya menggunakan Unified Modelling Language (UML). Dengan dibuatkannya sistem pelayanan informasi ini harapannya dapat membantu dan mempermudah layanan informasi warga binaan pemasyarakatan pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Garut sehingga mempercepat dalam proses pelayanan informasi. Kata Kunci – SMS Gateway, Layanan Informasi Rumah Tahanan , Rational Unified Process ## I. PENDAHULUAN Dengan semakin maju teknologi informasi, maka hampir semua warga Indonesia sudah memanfaatkan kemajuan teknologi telepon selular. Misalnya short message service (SMS) yang merupakan layanan telepon selular untuk bertukar informasi dan banyak diminati karena penggunaan mudah serta biayanya yang murah [1]. Dengan adanya aplikasi-aplikasi yang memanfaatkan SMS untuk layanan data, maka SMS menjadi sarana yang digunakan untuk layanan data informasi dalam sebuah instansi pemerintah. Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Garut merupakan instansi pemerintah yang memanfaatkan teknologi informasi untuk meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan masyarakat ( Government To Citizen ) dan pelayanan publik yang transfaran sesuai dengan Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Sebelumnya telah ada penelitian yang berjudul “Aplikasi Administrasi Layanan Rumah Tahanan” oleh [2]. Dalam penelitian tersebut, sistem hanya melayani informasi tentang data warga warga binaan tanpa memberikan keterbukaan informasi kepada keluarga warga binaan. Tujuan dari penelitian ini untuk membuat sebuah aplikasi untuk memberikan informasi secara cepat dan efisien kepada keluarga Warga Binaan Pemasyarakatan melalui layanan SMS Gateway. Sistem pelayanan informasi berbasis SMS ini akan menyediakan berbagai fitur, seperti terima pesan , kirim pesan , metode pengembangan perangkat lunak dengan menggunakan pendekatan Rational Unified Process (RUP) , bahasa pemrograman mengunakan PHP dan basis data menggunakan MySQL serta Gammu digunakan untuk service SMS Lite . Sedangkan perencanaan estimasi biaya untuk perancangan sistem informasi layanan ini tidak akan dibahas, namun kedepannya untuk menentukan estimasi biaya pengembangan perangkat lunak bisa menggunakan metode Use Case Point [3]. Dengan dibuatnya perancangan sistem pelayanan informasi warga binaan pemasyarakatan pada Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Garut yang berbasis web dan SMS Gateway mamput memberikan pelayanan informasi kepada keluarga warga binaan dengan cepat, efektif dan efisien tanpa ada keterbatasan sumber daya manusia dan jam kerja. ## II. TINJAUAN PUSTAKA ## A. Layanan Informasi Layanan informasi adalah pelayanan dalam bentuk informasi yang tidak bersifat rahasia sesuai dengan dasar hukum yang ditetapkan dalam standar pelayanan pemasyarakatan, yang diberikan kepada masyarakat yang bersifat umum dan permintaan yang berkaitan dengan kepentingan publik [4]. Dalam standar layanan informasi pemasyarakatan berbasis teknologi informasi di Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menerapkan asas pelayanan informasi publik [5]. ## B. Short Massage Service Gateway SMS Gateway merupakan teknologi pengolahan pesan singkat pada telepon seluler yang dilakukan secara terkomputerisasi dengan memanfaatkan layanan tesebut untuk berbagai keperluan dan tujuannya masing - masing [6]. SMS Gateway merupakan suatu sistem yang menghubungkan antara telepon genggam dengan sistem yang menjadi server dengan SMS sebagai media informasinya. SMS Gateway tidak membutuhkan akses layanan internet manapun karena sifatnya memang bekerja sendirian. SMS Gateway membutuhkan satu atau beberapa buah terminal. Pemilihan banyak terminal akan menjadikan pengiriman dan penerimaan SMS semakin cepat [7]. ## C. Attention Command Perintah AT Command digunakan untuk menghubungankan komputer dengan terminal (modem/ phone modem ) agar dapat berkomunikasi. AT Command berperan di balik tampilan menu messages sebuah ponsel yang bertugas mengirim atau menerima data melalui SMS-Centre . Salah satu perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pengujian AT Command ini adalah Windows HyperTerminal . ## D. Rational Unified Process Rational unified process (RUP) merupakan suatu metode rekayasa perangkat lunak yang dikembangakan dari metode - metode terbaik dalam industri pengembangan perangkat lunak. Metode RUP mempunyai ciri yaitu menggunakan use-case driven dan pendekatan iteratif untuk siklus pengembangan perangkat lunak. Konsep pada metode ini menggunakan konsep berorientasi objek, dengan aktifitas pada pengembangan model dengan menggunakan Unified modeling language (UML) [7]. ## III. METODOLOGI Perancangan sistem pelayanan informasi ini dilakukan beberapa tahapan yang didasarkan pada tahapan-tahapan aktifitas yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan dalam penelitian, yang digambarkan dalam skema kerja penelitian. Adapun gamabaran skema penelitiannya adalah sebagai berikut: ## Gambar 1. Skema Penelitian Berdasarkan skema penelitian yang digambarkan di atas, dapat diuraikan masing – masing tahapan pnelitian. 1. Pengumpulan Data Aktifitas dimulai dari latar belakang masalah kemudian merumuskan masalah yang muncul dari sistem pada objek penelitian yaitu pelayanan informasi warga binaan pemasyarakatan yang berada pada Rumah Tahanan Negara Garut. Rumusan masalah yang diperoleh dijadikan acuan untuk tujuan penelitian.Studi pustaka yang dimaksudkan untuk mendukung tujuan penelitian dari sisi ilmiah. 2. Inception Merupakan tahapan dari Work Breakdown Structure (WBS) telah dirancang dengan menggunakan studi pustaka dan pemodelan perangkat lunak Rational unified process yang akan menghasilkan aktor beserta dokumen rincian persyaratan sistem yang selanjutnya akan diterapkan ke dalam tahapan perancangan dengan konsep berorientasi objek yaitu Unified modeling language (UML). 3. Elaboration Tahap pembuatan rancangan dengan Unified modeling language (UML), yaitu dengan membuat use case diagram, sequential diagram, class diagram, activity diagram dan deployment diagram. 4. Construction Tahapan dengan melakukan perancangan struktur menu, perancangan antarmuka dan pengkodean dengan membuat perintah menggunakan bahasa komputer sesuai dengan tahapan rancangan yang dilakukan pada tahap sebelumnya. ## 5. Ttransition Merupakan tahap pengujian sistem yang telah dibangun, dengan tujuan untuk mencari kesalahan pada sistem, sehingga dapat mengurangi timbulnya kesalahan pada sistem nantinya. Aplikasi yang sudah disampaikan kepada pengguna pasti akan mengalami perubahan. Perubahan tersebut harus mampu menyesuaikan dengan lingkungan atau perbaruan dari modul atau sistem operasi baru, atau karena pengguna membutuhkan perkembangan fungsional. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ## A. Analisis Kebutuhan Sistem Pada tahap ini akan dijelaskan gambaran sistem yang sedang berjalan secara keseluruhan dengan tujuan untuk menemukan kelas-kelas yang dibutuhkan, apabila sistem tersebut belum sepenuhnya memberikan pelayanan kegiatan sistem yang dibutuhkan. Maka untuk memperoleh hasil analisis kebutuhan sistem ini akan dilakukan proses pengumpulan data sampai menjadi dokumentasi yang lengkap, sehingga dari hasil analisis diperoleh kebutuhan sistem yaitu: akun / hak akses aplikasi (Administrator), manajemen data warga binaan dan kontak ( phonebook ) keluarganya, manajemen jadwal sidang warga binaan dan manajemen kegiatan dan lokasi persidangan. ## B. Perancangan Sistem Pada perancangan sistem mengacu pada skema pnelitian pada bagian 3, yaitu melalui tahapan tahapan sebagai berikut: 1. Inception Melalui kegiatan observasi lapangan, wawancara serta melakuakan studi pada pelayanan informasi Rumah Tahanan Negara Garut, mengidentifikasikan beberapa aktor yang berhubungan langsung dengan sistem berdasarkan yang mempengaruhi sistem yang akan berjalan pada pelayanan informasi Rumah Tahanan Negara Garut dan siapa saja yang akan menggunakannya. Tabel 1 Identifikasi Aktor beserta Aktifitasnya Aktor Tipe Aktor Aktifitas Aktor Admin Pelaku sistem utama • Melakukan penambahan dan pengubahan user. • Melakukan pengisian data warga binaan. • Melakukan pengisian jadwal, lokasi dan kegiatan sidang. Keluarga Warga Binaan Pelaku bisnis utama • Mengirim pesan ke sistem. • Menerima pesan dari sistem. ## 2. Elaboration Pada tahapan ini membuat perancangan dengan konsep berorientasi objek yaitu Unified modeling language (UML). Dalam tahap elaboration disini hanya menggambil salah satu diagram yang menggambarkan proses bisnis sistem pelayanan informasi warga binaan pemasyarakatan dengan menggunakan use case diagram. Gambar 2. Use Case Diagram ## 3. Construction Tahap Construction merupakan tahap pengimplemantasian tari tahapan – tahapan sebelumnya dengan melakukan pengkodean atau coding dari diagram – diagran yang di rancang sebelumnya yang akan menghasilkan sebuah sistem. Setelah tahapan ini dilakukan akan dibuatkan deployment diagram yang akan menjelaskan perangkat keras dan perangkat lunak yang akan terhubung dengan sistem. ## Gambar 3. Deployment Diagram Tampilan halaman utama admin sistem pelayanan informasi warga binaan pemasyarakatan pada Rumah Tahanan Negara Garut. Gambar 4. Halaman utama Admin ## V. KESIMPULAN Hasil analisis dalam perancangan sistem layanan informasi warga binaan pemasyarakatan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Garut berbasis web dan SMS gateway adalah dapat mempermudah dan mempercepat kinerja petugas dalam memberikan informasi kepada keluarga warga binaan atau tahanan yang akan menjalani persidangan, membantu petugas layanan informasi warga binaan Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Garut dalam melaksanakan salah satu tugasnya yaitu memberikan pelayanan masyarakat cepat dan transfaran dan dengan adanya aplikasi sistem layanan informasi ini petugas dapat melakukan pelayanan lebih cepat, akurat dan tepat waktu. ## DAFTAR PUSTAKA [1] D. Kurniadi, "Rancang Bangun Aplikasi Sistem Pemilihan Kepala Desa Yang Terintegrasi Dengan SMS Gateway", Jurnal Wawasan Ilmiah ., vol. 6, no. 11, 2014. [2] Munawaroh, H., & Rachmad, A.”Aplikasi Administrasi Layanan Rumah Tahanan”. Multitek, 2015. [3] D. Kurniadi, S. W. Harco Leslie Hendric, F. L. Gaol, and B. Soewito, “Software Size Measurement of Student Information Terminal with Use Case Point,” in IEEE International Conference on Applied Computer and Communication Technologies (ComCom) , 2017. [4] DitJenPas. “Standar Pelayanan Pemasyarakatan. Direktorat Jendral Pemasyarakatan”. Jakarta. 2014. [5] DitJenPas. “Standar Layanan Informasi Pemasyarakatan Berbasis IT”. Direktorat Jendral Pemasyarakatan. Jakarta. 2015. [6] S.Maulana. “5 Proyek Populer SMS Gateway”. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2015. [7] D. Budicahyanto. “SMS Gateway”. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2003. [8] IBM Corporation. “The IBM Rational Unified Process For System z”. IBM Corporation. New York. 2007. (Diunduh dari http://www.redboks.ibm.com/ ). [9] L.Whitten, Jeffrey & D.Bentley, Lonnie. “System Analysis & Design Methods Seventh Edition”. McGraw-Hill. New York, USA. 2007.
41fe4997-32f6-49c6-a8ff-06d9a8b352ec
https://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/akuntabilitas/article/download/2701/1445
Akuntabilitas: Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi, Volume 14 Nomor 2 Tahun 2022 ISSN 1978-6255 ( Print ) ## Sistem Penerimaan Kas Retribusi Tera Atau Tera Ulang Pada Bidang Metrologi Dinas Perundistrian Dan Perdagangan Kabupaten Blitar Henni Indarriyanti 1 , Nerwinda Wahyu Katrisna 2 , Irvan Ali Mustofa 3 Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Balitar Email : [email protected] , [email protected] Kata kunci: Sistem, Prosedur, Penerimaan Kas, Retribusi Tera atau Tera Ulang Keywords: System, Procedure, Cash Receipts, Retibution for Calibration or Recalibration ABSTRAK Indarriyanti, H., Katrisna, N. W., Mustofa, I. A. (2023). Sistem Penerimaan Kas Retribusi Tera Atau Tera Ulang Pada Bidang Metrologi Dinas Perundistrian Dan Perdagangan Kabupaten Blitar, Akuntabilitas: Jurnal Ilmiah Ilmu- Ilmu Ekonomi, 14 (2), 84-101 ## ABSTRACT Regional financial management affects the development progress of a region. One source of Blitar Regency’s Original Regional Revenue is the receipt of retribution calibration or recalibration. This levy is a regioal cash receipt from the test of scales on measuring, weighing, and equipment tools. The study aims to determine the system and procedure for cash receipts for cash for retribution calibration or recalibation in the field of metrology at the departement of industry and trade of blitar regency. The research method used is desciptive research wtih a qualitative approach. While the analysis of system and procedures is carried out by comparing the theory and regulations in implementing the system and procedure for receiving retribution for calibration or recalibration, especially with the Blitar Regional Regulation Number 31 of 2017 and the Minister of Trade Regulation Number 68 of 2018. The results of the study show that the cash receipt system and procedure for the retribution for calibration or recalibration is not in accordance with existing regulations, because of the dual task of the revenue treasurer function. Sistem Penerimaan Kas Retribusi Tera Atau Tera Ulang Pada Bidang Metrologi Dinas Perundistrian Dan Perdagangan Kabupaten Blitar, Tersedia online di https://ejournal.unisbablitar.ac.id/index.php/akuntabilitas https://doi.org/10.35457/xxx Pengelolaan keuangan daerah berpengaruh pada kemajuan pembangunan suatu daerah. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Blitar adalah penerimaan retribusi tera atau tera ulang. Retribusi ini merupakan penerimaan kas daerah dari uji timbangan pada alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem dan prosedur penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang pada bidang metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan analisis terhadap sistem dan prosedurnya dilakukan dengan membandingkan teori dan peraturan-peraturan dalam pelaksanaan sistem dan prosedur penerimaan retribusi tera atau tera ulang khususnya dengan ketentuan Perbup Blitar Nomor 31 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 68 tahun 2018. Hasil dari penelitian menunjukan sistem dan prosedur penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang belum sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada, karena adanya tugas rangkap pada fungsi bendahara penerimaan. ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 ## PENDAHULUAN Tingkat Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh akan menjadi indikasi kesehatan fiskal pemerintah daerah. Pemerintah daerah diberikan hak untuk memungut pajak dan retribusi daerah dalam rangka mendongkrak PAD. Pengujian alat ukur, takaran, timbangan, dan perlengkapan (UTTP) disebutkan oleh Tahir et al. (2021) sebagai sumber pendapatan daerah yang memungkinkan karena UTTP merupakan bagian dari kekayaan daerah yang memerlukan pengelolaan administrasi dan operasional sebagai sumber daya daerah. Sebagai bagian dari skema belanja pemerintah dan pertumbuhan daerah yang lebih besar, pendapatan asli daerah (disebut juga PAD) merupakan komponen kunci. Tera, atau kalibrasi ulang, pengembangan di domain tertentu, telah meledak dalam beberapa tahun terakhir. Pengujian Alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya merupakan salah satu pungutan yang menurut Sa'ada Aulia dan Waizul (2022) dapat menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (UTTP) yang cukup besar. Mengetahui efektivitas dan efisiensi pelaksana, serta kinerja kegiatan layanan yang dikalibrasi atau dikalibrasi ulang, dapat memberikan wawasan tentang kemungkinan biaya pengujian UTTP dan kinerja lembaga pemungut. Agar manfaat Pendapatan Asli Daerah dapat dirasakan oleh sebanyak mungkin masyarakat, pengembangan potensi retribusi atau pungutan di suatu daerah masih memerlukan beberapa langkah yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Untuk mengedukasi masyarakat dan menyiapkan sumber daya yang diperlukan di bidang kemetrologian, pemerintah daerah harus membentuk satuan kerja khusus untuk berkoordinasi dengan pihak terkait atau Wajib Tera atau Tera Ulang (WTU), menyusun peraturan daerah tentang biaya tera atau tera ulang, dan menggalang masyarakat. kesadaran akan pentingnya pengukuran geometri. Salah satu kantor yang diincar PAD berupa tera atau retribusi jasa tera adalah Dinas Metrologi Bidang Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Menurut kajian Nisa dari tahun 2021, biaya jasa pengujian Alat Ukur, Ukur, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) dan pengujian produk dalam bentuk kemasan merupakan asal usul biaya tera dan tera ulang. Para tera wajib, khususnya para pedagang pasar, biasa menyebut tes skala ini dengan sebutan kek. Hukum domestik mengatur proses dan prosedur pemerintah daerah, sedangkan hukum internasional mengatur Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kementerian Perdagangan). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem dan prosedur yang ada untuk memungut biaya tera atau tera ulang sesuai dengan peraturan pemerintah terkini, khususnya Peraturan Menteri Perdagangan nomor 68 Tahun 2018 tentang tera dan tera. - tera takar, takar, timbang, dan peralatan, dan Peraturan Bupati Blitar nomor 31 Tahun 2017 tentang tata cara pelaksanaan dan pemungutan biaya tera atau tera ulang. Uang tunai dalam arti akuntansi adalah setiap alat perdagangan yang dapat ditarik dengan segera, termasuk simpanan pada bank dengan imbalan sejumlah nominal dan simpanan pada bank atau tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu, sebagaimana didefinisikan oleh Baridwan ( 2008: 84). Penerimaan kas merupakan transaksi penerimaan kas, menurut Mulyadi (2016:379). Hasil dari kesepakatan ini akan digunakan untuk mengembangkan bisnis atau mendanai operasional institusi. Koin, uang kertas, dan bentuk mata uang lainnya dianggap sebagai bentuk aset lancar oleh Stice & Skousen (2007). Korporasi akan menggunakan uang tunai di tangan sebagai alat tukar dan sebagai dasar perhitungan moneter dalam pembukuan. Masih banyak kekurangan dalam kebijakan yang diterapkan, antara lain staf metrologi, anggaran, dan informasi kepada masyarakat terkait kalibrasi atau tera ulang, menurut penelitian Putra dan Meyzi (2022) mengutip Perda nomor 13 tahun 2017 tentang biaya tera atau tera ulang di kota Dumai. Jika dibandingkan dengan penelitian penulis yang menitikberatkan pada pengenalan kebijakan penyediaan jasa tera atau tera ulang, maka penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain lebih memperhatikan sistem dan prosedur penerimaan kas berdasarkan Peraturan Bupati ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Blitar nomor 31 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri Perdagangan nomor 68 tahun 2018. Penerimaan kas terdiri dari penjualan tunai yang direalisasikan secara langsung dengan penerimaan kas tanpa melalui proses piutang dan transaksi yang merupakan turunan dari penciptaan pendapatan, sebagaimana didefinisikan oleh (L.M. Samryn, 2015). Proyek pembangunan pemerintah sangat bergantung pada penerimaan pajak, sebagaimana dilaporkan Pangalila et al (2015) dalam jurnal Pangalila et al (2015). Uang dalam rekening giro atau tabungan di bank yang penarikannya tidak dibatasi juga dianggap tunai dan dinilai berdasarkan nilai nominalnya. Sangat penting untuk melacak arus masuk dan keluar kas, karena ini adalah dua pendorong utama dari saldo kas yang berfluktuasi. Sistem penerimaan kas adalah “mekanisme pencatatan yang dibentuk untuk melakukan operasi penerimaan uang dari berbagai sumber,” tulis Sujarweni (2015: 96). Sumber-sumber ini termasuk penjualan tunai, penjualan aset tetap, pinjaman, dan setoran modal segar. Sebanyak dua instansi pemerintah Kota Blitar yaitu Dinas Perindustrian Kota Blitaran dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitaran masing- masing bersinergi untuk memberikan layanan pengujian UTTP. Untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan layanan uji tera atau tera ulang di wilayah Blitar seluas 1.589 kilometer persegi, peneliti melakukan survei terhadap pelaku usaha yang ada di kabupaten Blitar dan melakukan wawancara dengan pegawai dinas industri dan perdagangan. Penting untuk memiliki sistem dan prosedur yang memungkinkan pencatatan, klasifikasi, dan klasifikasi penerimaan kas sehingga kas tidak mudah dialihkan, yang penting untuk struktur dan organisasi aktivitas keuangan yang tepat, terutama yang berkaitan dengan kas penerimaan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD). Adapun beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 dilakukan oleh Mudawamah (2018), Aldy dkk (2019), Kapoh Dkk.(2019), Amboro dkk. (2021), Hamzani dkk (2021), Faris (2021), Pramudya dan Eri (2021), Tahir dkk (2021), Adi dan Meyzi (2022), Nasution (2022) ## METODE PENELITIAN ## Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam jangka waktu satu bulan yakni dari bulan oktober hingga november 2021. Lokasi penelitian sendiri ada di Dinas Perindustrian dan perdagangan kabupaten blitar tepatnya pada bidang metrologi. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERIDAG) Kab. Blitar merupakan instansi pemerintah yang berlokasi di di Jalan Raya Kediri No. 18, Sanan Kulon, Blitar, Jawa Timur. ## Jenis Penelitian Peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan metodologi kualitatif, mengacu kembali pada konteks dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan penjelasan rinci tentang beberapa fenomena, baik yang telah terjadi di masa lalu maupun yang sedang terjadi saat ini. Studi ini tidak mengubah atau mengontrol variabel independen apa pun; melainkan hanya melaporkan suatu keadaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Sukmadinata, 2006:5). Sedangkan penelitian kualitatif berusaha untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian dengan menggambarkannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa dalam konteks alami yang unik dan dengan menggunakan berbagai metode ilmiah, penelitian kuantitatif berusaha untuk menarik generalisasi tentang fenomena tersebut (Moleong, 2014: 6). Oleh karena itu, laporan studi akan menyertakan kutipan-kutipan untuk dijadikan contoh selama presentasi laporan. Sumber meliputi transkrip wawancara, catatan lapangan, buku harian, surat, memorandum, dan catatan tertulis lainnya. Dengan strategi ini, informasi tentang pembelajar dikumpulkan ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 melalui pengamatan terhadap perilaku, ucapan, aktivitas, dan sebagainya yang sebenarnya. Tanpa mengurangi ketelitian ilmiah laporan tersebut, data yang dihasilkannya disajikan dengan cara yang jelas dan mudah dipahami. Tujuan dari dokumen ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas dan komprehensif tentang metode dan proses ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 yang digunakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar untuk mengumpulkan pembayaran untuk transaksi moneter yang melibatkan layanan kalibrasi dan kalibrasi metrologi. ## Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang dikumpulkan oleh peneliti terdiri dari data primer dan data sekunder. Dalam kegiatan peneliti data primer didapatkan dari hasil observasi dan wawancara dengan pemberi informasi yaitu : Kepala Bidang Metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Data sekunder yang diperoleh peneliti berasal dari dokumen-dokumen, buku-buku literatur, dan jurnal-jurnal penelitian. ## Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu metode yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan suatu data dan keadaan serta menerangkan suatu keadaan sedemekian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan. ## HASIL PENELITIAN ## Tata Cara Pemungutan Retribusi Tera atau Tera Ulang Sesuai dengan peraturan Bupati Blitar Nomor 31 Tahun 2017 tentang tata cara pelaksanaan pemungutan tera atau tera ulang, dalam pemungutan retribusi tera atau tera ulang bidang metrologi meliputi 4 kegiatan yaitu : ## 1. Permohonan atau permintaan tera atau tera ulang Permohonan atau permintaan tera atau tera ulang dilakukan dengan mengisi formulir permohonan yang telah disediakan. Formulir permohonan diisi dengan jelas dan dikembalikan kepada petugas pelaksana tera atau tera ulang. Selanjutnya wajib retribusi tera atau tera ulang (WTU) melakukan sidang tera atau tera ulang dengan membawa surat panggilan uji tera atau tera ulang. ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Sistem Penerimaan Kas Retribusi Tera Atau Tera Ulang Pada Bidang Metrologi Dinas Perundistrian Dan Perdagangan Kabupaten Blitar ## 2. Pengujian dan penetapan retribusi tera atau tera ulang. ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Berdasarkan sidang uji tera ataupun tera ulang maka ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) berupa Laporan Pemungutan Setoran (LPS) yang ditanda tangani oleh petugas penetapan atau biasa disebut bendahara serta bukti kwitansi tera atau tera ulang. 3. Pembayaran, pembukuan, dan pelaporan retribusi Pembayaran retribusi tera dilakukan secara tunai dikantor. Saat pelaksanaan sidang tera atau tera ulang pembayaran retribusi dilakukan secara tunai kepada kasir yang diberi kuasa oleh bendahara penerimaan pembantu. Jatuh tempo pembayaran retribusi tera dan tera ulang paling lambat 30 hari terhitung setelah tanggal Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau Laporan Pemungutan Setoran (LPS) diterbitkan.Kemudian bendahara penerimaan pembantu membuat tanda bukti pembayaran berupa kwitansi tera atau tera ulang untuk diberikan kepada WTU dan bendahara DISPERINDAG mendapat STS yang akan diserahkan kepada masing- masing pengguna atau bidang yang bersangkutan. Kemudian penyetoran hasil penerimaan retribusi tera atau tera ulang ke rekening Kasda menggunakan formulir STS dalam waktu 2 x 24 jam sejak uang kas diterima. 4. Penagihan retribusi Apabila biaya tera atau tera ulang yang ditetapkan dalam SKRD belum dilunasi sampai dengan tanggal jatuh tempo dan terjadi kekurangan karena kesalahan perhitungan biaya tera atau tera ulang, kepala dinas menerbitkan tagihan tambahan retribusi daerah yang adalah sama. Setelah 7 hari jatuh tempo, denda administrasi berupa bunga 2% dan surat teguran atau peringatan akan dikenakan karena ketidakpatuhan terhadap hukuman wajib. ## Prosedur penerimaan kas atas tera atau tera ulang Berikut skame prosedur akuntansi penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang pada bidang metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar. ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Gambar 1. skema prosedur akuntansi penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang pada bidang metrologi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar Berdasarkan bagain alir di atas maka dapat diterangkan secara lebih spesifik pada tabel sebagai berikut ini: 1. Alat Ukur Takar, Timbang dan Perlengkapannya (UTTP) Menurut jurnal Darnia dan Lestari (2018) UTTP adalah alat-alat yang diperuntukkan untuk penakaran dan penimbangan suatu kuantitas, misalnya timbangan digital, timbangan duduk, dan alat-alat ukur lainnya. UTTP ini memiliki manfaat bagi pelaku usaha dalam pengukuran berat barang. Menurut jurnal Amboro dan Presyadayani (2021) kegiatan perdagangan harus tetap memperhatikan hak dan perlindungan konsumen sebagai pengguna barang dan jasa tersebut. Pelaku usaha wajib meningkatkan pengetahuan dan kesadaran serta sikap bertanggungjawab dengan mengedepankan aspek perlindungan konsumen. Perlindungan konsumen tersebut dimulai dari perlindungan UTTP yang digunakan oleh pedagang. 2. Retribusi tera atau tera ulang PAD atau retribusi yang terletak pada bidang metrologi legal sesuai dengan Peraturan Bupati Blitar Nomor 31 Tahun 2017 adalah retribusi pelayanan atas tera atau tera ulang. 3. Bendahara penerimaan ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Bendahara penerimaan di Bidang Metrologi membuat tanda bukti pembayaran dan menyetorkan hasil penerimaan retribusi tera atau tera ulang ke rekening kas umum daerah dalam waktu 1 x 24 jam. ## 4. Pengarsipan Setelah semua kegiatan selesai, dokumen berupa Laporan Pemungutan Setoran (LPS), nota, tanda bukti setoran, dan yang lainnya akan diarsipkan dalam bentuk hardfile, yang bertujuan untuk penyimpanan data dalam bentuk soft file maupun hard file. ## PEMBAHASAN Bagan Alir Penerimaan Kas Atas Retribusi Tera Atau Tera Ulang Pada Bidang Metrologi Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kab. Blitar Berdasarkan bagain alir di atas maka dapat diterangkan secara lebih spesifik pada tabel sebagai berikut ini: 1. Wajib Tera atau Tera ulang (WTU) ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Wajib tera atau tera ulang (WTU) memulai permohonan pelayanan tera / tera ulang dengan datang ke kantor. Setelah permohonan disetujui wajib tera atau tera ulang mengisi formulir permohonan sidang tera atau tera ulang dan memilih tempat sidang tera / tera ulang. Penera akan melakukan sidang tera / tera ulang kemudian menetapkan tarif retribusi tera atau tera ulang yang telah dilakukan. Wajib tera akan mendapatkan kwitansi tera rangkap 1 dan Surat Ketetapan Hasil Pengujian (SKHP) setelah melakukan pembayaran atas uji tera atau tera ulang. ## 2. Kasir Bidang Metrologi Setelah sidang tera / tera ulang, kasir akan mengisi formulir Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD). Tarif uji tera atau tera ulang akan muncul setelah SKRD terbit, setelah itu kasir menerima setoran uang tunai. Dari setoran tersebut akan dilakukan penginputan dana ke buku penerimaan kas, kemudian terbit kwitansi tera 2 rangkap. ## 3. Bendahara penerimaan bidang metrology Kwitansi tera rangkap 2 akan disimpan bendahara penerimaan sesuai tanggal transaksi. Kemudian bendahara penerimaan mengisi surat tanda setoran STS dan menerbitkan dokumen STS 2 rangkap, dimana rangkap 2 disimpan bendahara penerimaan Bidang Metrologi sesuai dengan tanggal dan rangkap 1 akan disetorkan ke Kas Umum Daerah (KASDA). Dari Flowchart bidang metrologi DISPERINDAG Kab. Blitar terdapat kelemahan pada tugas dan fungsi pokok bagian bendahara penerimaan yaitu bendahara melakukan penerimaan dengan menghimpun kembali uang dari setoran dan melakukan setoran ke kas umum daerah, peneliti mengubah fungsi bendahara penerimaan pada bagian menghimpun dana agar dalam tugas nya bendahara penerimaan tidak dapat melakukan penyelewengan atau melakukan kecurangan karena mendapat tugas ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Sistem Penerimaan Kas Retribusi Tera Atau Tera Ulang Pada Bidang Metrologi Dinas Perundistrian Dan Perdagangan Kabupaten Blitar ## rangkap dari sistem yang ada pada bidang metrology. ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 ## Penejelasan Sistem Dan Prosedur Penerimaan Kas Atas Retribusi Tera Ulang Pada Bidang Metrologi Dinas Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Blitar Berikut uraian sistem dan prosedur penerimaan kas pada bidang metrologi yang difokuskan pada penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang. ## 1. Unit organisasi terkait Pengelolaan instalasi pengujian dan peralatan atau perlengkapan standar untuk tera atau tera ulang UTTP, jasa tera dan tera ulang UTTP, dan pengelolaan atau stempel tanda tera yang sah atau batal, semuanya merupakan bagian tak terpisahkan dari tanggung jawab utama jabatan fungsional kalibrasi, yaitu melakukan kalibrasi. Kasir, tugas pokok jabatan fungsional kasir pada bidang metrologi adalah dalam pengisian formulir permohonan uji tera atau tera ulang, menetapkan tarif uji tera atau tera ulang, melakukan penerimaan setoran atas tera atau tera ulang dan penginputan hasil setoran uji timbangan yang telah dilakukan. Bendahara penerimaan, tugas pokok jabatan fungsional bendahara penerimaan pada bidang metrologi adalah menghimpun dana dari kasir, menginput atau memposting dana tersebut ke dalam buku penerimaan kas, mengisi Surat Tanda Setoran (STS), dan melakukan setoran ke Kas Umum Daerah (KASDA). 2. Dokumen yang digunakan Formulir permohonan tera atau tera ulang, merupakan formulir pertama yang harus dan wajib diisi sebelum melakukan sidang uji tera. Formulir ini bisa diakses online, namun sebagian besar pengguna pelayanan uji timbangan tera atau tera ulang lebih memilih melakukan pengisian formulir permohonanan tera atau tera ulang dikantor. Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), SKRD merupakan surat yang menentukan besarnya jumlah retribusi terutang atas uji tera atau tera ulang yang dimiliki oleh wajib tera atau tera ulang. Kwitansi tera atau tera ulang, ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 kwitansi tera atau tera ulang adalah bukti setoran atas jasa timbang dengan harga yang bervariasi dengan 2 rangkap kwitansi, rangkap 1 akan diterima oleh WTU dan rangkap 2 disimpan oleh bidang metrologi. Surat Tanda Setoran (STS), surat tanda setoran merupakan ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 dokumen yang digunakan untuk menyetorkan penerimaan kas daerah dari bendahara penerima bidang ke kas umum daerah. Surat Ketetapan Hasil Pengujian (SKHP), SKHP adalah dokumen hasil pengujian tera atau tera ulang yang telah dilakukan oleh WTU. ## 3. Catatan akuntansi yang digunakan Catatan akuntansi yang digunakan pada bidang metrologi adalah buku penerimaan kas, buku ini merupakan buku khusus yang digunakan untuk mencatat transaksi kas yang masuk melalui retribusi tera atau tera ulang. Buku penerimaan kas dibuat oleh bidang metrologi sebagai pegangan dan bukti salinan jika terjadi selisih akuntansi atas setoran penerimaan kas yang telah dilakukan. 4. Jaringan prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang Prosedur pelayanan tera, prosedur pelayanan tera atau tera ulang meliputi kegiatan uji timbangan tera atau tera ulang, penetapan tarif tera atau tera ulang, pemberian cap tanda tera sah atau tanda tera batal. Prosedur penerimaan kas, prosedur penerimaan kas meliputi semua kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan kas dari pembayaran tarif tera atau tera ulang, penerimaan setoran atas tera atau tera ulang, penginputan hasil retribusi tera, dan penyetoran kas atas retribusi tera atau tera ulang. ## Analisis Sistem Dan Prosedur Penerimaan Kas Berdasarkan hasil penelitian dan data yang diperoleh mengenai sistem dan prosedur penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang bidang metrologi antara lain: ## 1. Analisis fungsi Fungsi yang terkait dalam penerapan sistem dan prosedur penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang pada bidang metrologi melibatkan 3 bagian yaitu bagian penera, kasir, dan bendahara penerimaan. Pada bagian ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 yang terkait telah melaksanakan tugas pokok dan fungsinya masing- masing.Namun terdapat kelemahan pada fungsi bendahara penerimaan, disebutkan bahwa bendahara memiliki tugas rangkap yaitu mencocokkan uang dari wajib tera, membuat laporan keuangan harian, menyetorkan uang ke bank dan menginput data setoran. Prosedur yang baik seharusnya hanya memiliki satu tugas pada tiap bagiannya, karena ketika satu bagian memiliki tugas rangkap dikhawatirkan akan terjadi kecurangan serta penyelewengan yang berdampak negatif bagi perusahaan atau organisasi untuk kedepannya. 2. Analisis dokumen Dokumen yang digunakan dalam penerapan sistem dan prosedur penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang bidang metrologi yaitu formulir permohonan tera atau tera ulang, SKRD, kwitansi tera, STS, SKHP. Dokumen- dokumen tersebut sudah mampu mendukung proses transaksi penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang, sehingga dapat dikatakan baik dan telah memenuhi kebutuhan atas keamanan informasi dari sistem dan prosedur penerimaan kas atas tera atau tera ulang pada bidang metrology. ## 3. Analisis catatan Catatan yang digunakan dalam penerapatan sistem dan prosedur penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang pada bidang metrologi yaitu buku penerimaan kas. Catatan bukti kas masuk yang diposting ke dalam buku penerimaan kas ini sudah mampu mendukung proses penginputan dana kas atas retribusi tera atau tera ulang. 4. Analisis prosedur Prosedur yang membentuk sistem penerimaan kas atas retribusi tera atau tera ulang meliputi prosedur pelayanan tera atau tera ulang dan prosedur penerimaan kas. Prosedur pelayanan tera atau tera ulang dilakukan oleh penera sedangkan prosedur penerimaan kas dilakukan oleh kasir dan bendahara penerimaan. Prosedur yang ada belum sesuai dengan aturan ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 akuntansi, karena adanya tugas rangkap dalam fungsi bendahara penerimaan ## KESIMPULAN 1. Departemen Perindustrian dan Perdagangan adalah lembaga pemerintah yang berorientasi pada pelayanan, pembinaan dan jasa di sektor pasar, perdagangan, industri, dan metrologi. 2. Pelayanan seperti tera ulang dan sertifikasi ulang menjadi sumber arus kas Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Blitar. Yang kemudian akan disetorkan oleh masing-masing bendahara pendapatan ke Kasda. 3. Sistem dan metode pengumpulan uang tunai untuk biaya tera atau kalibrasi ulang adalah legal dan sesuai dengan persyaratan sebagaimana adanya, meskipun dengan celah tertentu dalam fungsinya. 4. Struktur organisasi saat ini sangat efektif, dengan garis tanggung jawab dan wewenang yang jelas. Ini memfasilitasi pengenalan praktik manajemen di seluruh bisnis, namun ada beberapa bagian yang memiliki tugas rangkap sehingga dikhawatirkan terjadi penyelewengan atas kas. 5. Pimpinan perusahaan juga menjabat sebagai Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan, oleh karena itu dia bertanggung jawab untuk mengawasi operasional sehari-hari. 6. Untuk menghindari pihak yang tidak bertanggung jawab menyalahgunakan dana, semua penerimaan kas, berapa pun ukurannya, harus disetujui dengan sepengetahuan manajemen. 7. Untuk melindungi dana, korporasi mengikuti proses penerimaan kas yang disetujui oleh para petinggi dan melakukan peran pengawasannya pada anggaran perencanaan kas bulanan. ## DAFTAR PUSTAKA Amboro, Florius Yudhi dan Presyadayani. (2021). Efektivitas Pelaksanaan Pengawasan Metrologi Legal Terhadap Peningkatan Retribusi Daerah 101 ISSN 2527-3906 (Online) ISSN 1978-6255 ( Print ) Henni Indarriyanti, Nerwinda Wahyu Katrisna, Irvan Ali Mustofa / Akuntabilitas 14 (2) 2022, 84-101 Di Kota Tanjungpinang. Jurnal UIB. Volume 6. Nomor 1. Juni 2021. Baridwan, Zaki. (2008). “ Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan. Metode ”.Yogyakarta: BPFE. D, Dwi Prastowo. 2015. Darnia, Meriza Elpha Dan Lestari. (2018). Perlindungan Konsumen Alat Ukur, Takar, Timbang, Dan Perlengkapannya Pada Panam Pekanbaru. Raiu Law Jurnal. Vol 1 November 2018. J.Moleong, Lexy. (2014). Metode Penelitian Kualitatif . Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Mulyadi. (2016). Sistem Informasi Akuntansi . Jakarta: Salemba Empat. Nisa, Choirotun. (2021). Analisis Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (Pad) Kabupaten Ponorogo (2014-2019). Skripsi . Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Pangalila, Chartika Melisa, Lintje Kalangi, Novi Budiarso. (2015). Analisis Sistem Dan Prosedur Penerimaan Kas Pendapatan Asli Daerah (Pad) Pada DPPKAD Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 15 No. 04. ## Peraturan Bupati Blitar No. 31 Tahun 2017 Putra, Adi dan Meyzi Heriyanto. (2022). Evaluasi Kebijakan tentang retribuis tera atau tera ulang di kota dumai . Universitas Riau. Sa’ada, Aulia Elvi dan Wazul Qarni. (2022). Analisis Pendapatan Retribusi Pelayanan Tera atau Tera Ulang Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Medan. JOURNAL: Jurnal Ilmiah Bidang Sosial, Ekonomi, Budaya, Teknologi, Dan Pendidikan. Samryn, L.M. (2015). “ Pengantar Akuntansi-Metode Akuntansi untuk Elemen Laporan Keuangan Diperkaya dengan Perspektif IFRS & Perbankan ”. Edisi Pertama. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Stice & Skousen. (2007). “ Akuntansi Keuangan”. Edisi Enam Belas. Jakarta. Sujarweni, V. Wiratna. (2015). Sistem Akuntansi. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung : Graha Aksara Tahir, Muhammad, Nasrudin, Mey S. A. S. (2021). Implementasi Kebijakan Pelayanan Retribusi Tera Sebagai Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lombok Barat. Journal of Government and Politics (JGOP) Vol. 3 No. 2
e8c50db4-0b48-47d1-90ea-848566f61297
https://j-cup.org/index.php/cendekia/article/download/453/254
Pengembangan e-Worksheets Berorientasi ICT Literacy Pada Mata Kuliah Pengantar Teknologi Informasi Pendidikan Matematika Untuk Mahasiswa Tahun Pertama Metta Liana 1 , Okta Alpindo 2 1, 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Jl. Politeknik Senggarang, Kota Tanjungpinang, Indonesia [email protected] ## Abstract In the era of the industrial revolution 4.0, the young generation is required to be proficient in using technology in living life. One of the efforts made is to have good technological literacy in order to control this technology. The provision of teaching materials in the form of e-Worksheets oriented to ICT literacy facilitates students to be more responsible for their own learning experiences. The E-Worksheets were developed using the Research and Development (R&D) method until the 7th stage. The research respondents consisted of 4 expert lecturers and 30 students of the mathematics education study program. The results of the feasibility test of e-Worksheets obtained a percentage of 76.56% with the appropriate category for use in learning. While the results of student responses related to the use of e-Worksheets obtained a score of 83.6% with the category of strongly agreeing to use e-Worksheets in learning. Thus, these e-Worksheets can be used by first-year students in an introductory course on mathematics education information technology that can practice ICT literacy. Keywords: e-Worksheets, ICT literacy, Technology literacy ## Abstrak Di era revolusi industri 4.0 generasi muda dituntut untuk mahir dalam menggunakan teknologi dalam menjalani kehidupan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memiliki literasi teknologi yang baik agar bisa mengontrol teknologi tersebut. Penyediaan bahan ajar dalam bentuk e-Worksheets yang berorientasi ICT literacy memfasilitasi mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab atas pengalaman belajar mereka sendiri. E-Worksheets yang dikembangkan dengan metode Research and Development (R&D) sampai pada tahap ke-7. Responden penelitian ini terdiri dari 4 orang dosen ahli dan 30 orang mahasiswa program studi pendidikan matematika. Hasil uji kelayakan e-Worksheets diperoleh persentase sebesar 76.56% dengan kategori layak untuk digunakan dalam pembelajaran. Sedangkan hasil respon mahasiswa terkait penggunaan e-Worksheets diperoleh skor 83.6% dengan kategori sangat setuju untuk menggunakan e-Worksheets dalam pembelajaran. Dengan demikian, e- Worksheets ini sudah bisa digunakan oleh mahasiswa tahun pertama pada mata kuliah pengantar teknologi informasi pendidikan matematika yang bisa melatihkan ICT literacy . Kata kunci: e-Worksheets, ICT literacy, Literasi teknologi Copyright (c) 2021 Metta Liana, Okta Alpindo  Corresponding author: Metta Liana Email Address: [email protected] (Jl. Politeknik Senggarang, Kota Tanjungpinang, Indonesia) Received 10 Januari 2021, Accepted 13 Februari 2021, Published 24 Februari 2021 ## PENDAHULUAN Di masa lalu, industri dipengaruhi oleh perubahan dan inovasi teknologi. Paradigma ini disebut revolusi industri. Saat ini, seiring dengan perkembangan digitalisasi dan robotik, generasi muda sedang menghadapi revolusi industri berikutnya yang dikenal dengan revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 memanfaatkan teknologi komunikasi dan penemuan-penemuan inovatif dalam mendorong perkembangan industri manufaktur (Kagermann, Wahlster, & Helbig, 2013). Seiring hadirnya revolusi industri 4.0 beberapa profesi nantinya akan tergantikan, teknologi yang muncul memiliki pengaruh besar pada pendidikan setiap orang. Hanya pribadi yang berkualitas dan berpendidikan tinggi yang dapat mengontrol teknologi tersebut. Setiap generasi muda harus mempersiapkan dirinya dalam menghadapi tantangan era 4.0, salah satunya dengan pemahaman literasi teknologi yang baik. Selain itu, digitalisasi dianggap sebagai megatrend global yang merembes ke semua lapisan masyarakat. Efeknya terwujud dalam aktivitas sehari-hari seperti belanja, transaksi perbankan, cara berkomunikasi, mendengarkan musik, menonton tv dan bermain game. Serta pergantian digital pasti juga mempengaruhi berbagai praktik dan kebijakan pendidikan. Dengan digitalisasi, peserta didik memiliki akses ilmu yang bervariasi dan kedalaman informasi yang lebih luas sehingga tidak selalu bergantung ke pendidik (guru/dosen). Pendidik tidak lagi harus jadi penentu semua kegiatan di kelas tetapi dapat menjadi fasilitator yang berperan dalam membantu, mendorong, mempertanyakan dan memberi tantangan ke peserta didik terkait materi yang dipelajari. Peserta didik lebih banyak memegang kendali dan bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri (Wildemeersch & Jütte, 2018). Seringkali muncul anggapan bahwa setiap anak paham/terampil dengan teknologi karena mereka terpapar teknologi sejak dini, hal tersebut kuranglah tepat. Setiap anak terampil dengan teknologi hanya ketika mereka menyadari fungsinya, memiliki akses ke teknologi dan berlatih dalam menggunakannya. Setiap anak di masa sekarang ini tidak lebih atau mampu belajar menggunakan teknologi yang tersedia daripada anak di masa lalu. Faktanya, setiap anak di masa sekarang biasanya menggunakan teknologi terutama untuk kegiatan sosial (yaitu, komunikasi dan hiburan) tetapi tidak harus untuk pembelajaran akademis (Peck, C., Cuban, L., & Kirkpatrick, 2003). Membangun pengetahuan adalah aktivitas manusia yang dapat difasilitasi oleh teknologi, menyadari hal tersebut peserta didik harus bergeser dalam melihat teknologi sebagai item yang memotivasi atau menghibur saja dengan mulai melihat teknologi sebagai alat untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran tertentu. Peserta didik pada umumnya antusias menggunakan teknologi pendidikan, namun pendidik terkadang salah mengira minat teknologi untuk literasi teknologi, dan aktivitas yang melibatkan teknologi untuk pembelajaran melalui teknologi. Dengan kata lain, motivasi untuk menggunakan teknologi saja tidak cukup, peserta didik harus melewati kebaruan teknologi dan mulai menggunakannya karena mereka melihat bagaimana penggunaan teknologi dapat memfasilitasi pembelajaran mereka. Ketika mereka mendapatkan perspektif ini, teknologi menjadi transparan, dan efektif dalam proses pembelajaran (Davies, Sprague, & New, 2008). Literasi teknologi didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam mengadopsi, mengadaptasi, menemukan dan mengevaluasi teknologi untuk hal positif dalam kehidupannya (Hansen, 2003). Selain itu, tiap pribadi yang melek teknologi dapat menggunakan teknologi sebagai alat untuk berorganisasi, berkomunikasi, meneliti dan memecahan masalah (Eisenberg, M.B., & Johnson, 2002). Dalam penelitian ini, literasi teknologi dalam dunia pendidikan didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi secara efektif (baik itu alat, peralatan atau perangkat apapun baik elektronik atau mekanis) untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran yang diperlukan oleh mahasiswa pendidikan matematika. Setiap pribadi yang melek teknologi tahu apa yang mampu Pengembangan e-Worksheets Berorientasi ICT Literacy Pada Mata Kuliah Pengantar Teknologi Informasi Pendidikan Matematika Untuk Mahasiswa Tahun Pertama, Metta Liana, Okta Alpindo dilakukan oleh teknologi, mereka dapat menggunakan teknologi dengan mahir, dan mereka membuat keputusan yang cerdas tentang teknologi mana yang akan digunakan dan kapan menggunakannya. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menyebar dalam masyarakat modern sebagai alat untuk mengubah sistem pendidikan, mendukung pembangunan ekonomi melalui penciptaan produk dan layanan baru, menyediakan akses ke informasi dan keahlian untuk mendukung peningkatan di bidang pertanian, kesehatan dan pendidikan, serta menghubungkan komunitas, pendidik, dan peserta didik. TIK memberi pendidik dan peserta didik sumber daya untuk mengumpulkan dan menganalisis data, membuat presentasi multimedia, dan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Australian Council for Educational Research, 2016). Namun, salah satu syarat untuk menggunakan potensi TIK adalah memiliki akses ke teknologi dan internet, dan terbukti bahwa terdapat disparitas yang luas sejauh mana teknologi tersebut tersedia bagi masyarakat, baik antar maupun di dalam negara (Anderson & Ainley, 2010). Kondisi kedua untuk menggunakan berbagai macam prospek yang ditawarkan oleh TIK adalah pengembangan keahlian untuk menggunakan TIK dengan cara yang efektif. Kemampuan yang dibutuhkan ini yang dikenal dengan ICT literacy . ICT literacy didefinisikan sebagai kemampuan dalam menggunakan teknologi digital, alat komunikasi, dan/atau jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi agar dapat berfungsi dalam membangun masyarakat yang berpengetahuan (Gaston, Station, & Taylor, 2002). Jika ICT literacy/ literasi TIK ingin memiliki efek transformatif pada kehidupan masyarakat, hal ini harus dipahami sebagai seperangkat alat secara luas yang dapat diintegrasikan di berbagai konteks kehidupan. Tugas yang dilakukan di sekolah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan sehari-hari semakin membutuhkan pemahaman dan penerapan integrasi keterampilan kognitif, literasi, dan teknologi ini. ICT literacy dapat dicapai dengan baik melalui pengalaman yang mengintegrasikan pembelajaran kognitif dan teknis. Apabila kurikulum fokus tunggal dan berdiri sendiri maka antara capaian akademik atau teknis akan membatasi pencapaian ICT literacy peserta didik. Keterampilan ICT literacy perlu diintegrasikan secara tepat ke dalam kurikulum yang membahas keterampilan kognitif serta keterampilan yang menangani TI dan teknis untuk memastikan peningkatan ICT literacy (Gaston et al., 2002). Kedepannya dalam menghadapi dunia kerja, tiap perusahaan akan menggunakan teknologi baru dan media pintar. Tidak menutup kemungkinan sistem pendidikan 3.0 menjadi pendidikan 4.0. Pendidikan 4.0 akan menggabungkan dunia nyata dan virtual informasi (Beneova & Tupa, 2017). Sumber daya virtual seperti kacamata untuk virtual reality yang akan digunakan dalam mengajar. Mutu pendidikan tinggi akan terus ditingkatkan. Dari paparan di atas maka perlunya Mata Kuliah Pengantar Teknologi Informasi pada program studi pendidikan matematika untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 di era abad 21 ini. Tantangan revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikan salah satunya adalah bagaimana membekali peserta didik dalam memahami literasi teknologi. Untuk memfasilitasi peserta didik maka diperlukan bahan ajar yang menunjang pembelajaran, bahan ajar disini disajikan dalam bentuk e-Worksheets . Dimana bahan ajar e- Worksheets ini diartikan sebagai lembar yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan peserta didik (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Tiap-tiap e-Worksheets ini terdiri dari komponen judul; petunjuk belajar; kompetensi dasar; informasi pendukung; tugas dan penilaian. Setiap instruksi dan tugas yang ada pada e-Worksheets akan membuat peserta didik membangun pengetahuan, mengembangkan pemikiran, dan melatih skill (Asrizal, Amran, Ananda, & Festiyed, 2019). Penggunaan istilah e-Worksheets dikarenakan bahan ajar ini tersedia dalam format electronic ( soft file berupa pdf). Hal ini ditujukan untuk memfasilitasi peserta didik yang belajar secara daring ataupun luring. Pengembangan bahan ajar e-Worksheets ini dirancang berorientasi pada ICT literacy . ## METODE Pengembangan e-Worksheets ini menggunakan konsep Research and Development (Borg, W. R., & Gall, 2003). Pengembangan ini hanya sampai pada tahap 7 yaitu revisi produk operasional. Pada Gambar 1. berikut disajikan road map penelitian R&D yang digunakan: Gambar 1. Road Map Penelitian R&D yang dikembangkan Selain itu, subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah mahasiswa tahun pertama pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di salah satu universitas di Kepulauan Riau, sedangkan partisipan yang terlibat adalah dosen yang berkompetensi dibidangnya untuk validasi e-Worksheets ini. Ada dua instrumen penelitian yang digunakan yaitu instrumen kelayakan e-Worksheets berorientasi ICT literacy dan instrumen angket persepsi mahasiswa terhadap e-Worksheets . Instrumen kelayakan ini terbagi dua, yaitu instrumen penilaian kualitas isi e-Worksheets dalam bentuk angket yang berupa rating scale dan saran secara kualitatif dari dosen/ahli untuk segi konten maupun materi ajar dan kaidah-kaidah evaluasi melalui judgement untuk keperluan pertimbangan revisi e-Worksheets yang berisi 18 aspek penilaian yang meliputi kesesuaian antara uraian materi dengan kompetensi dasar, kesesuaian antara pemaparan dan penulisan konten, kesesuaian kegiatan mahasiswa dengan pencapaian ICT literacy . Data hasil penilaian kualitas isi e-Worksheets diolah menggunakan rating scale dengan persamaan Pengembangan e-Worksheets Berorientasi ICT Literacy Pada Mata Kuliah Pengantar Teknologi Informasi Pendidikan Matematika Untuk Mahasiswa Tahun Pertama, Metta Liana, Okta Alpindo 𝑃 = 𝑓 𝑛 (1) dimana: P = Persentase skor akhir f = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor total Hasil persentase skor yang diperoleh dianalisis dan diinterpretasikan merujuk pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria Kualitas isi e-Worksheets Persentase penilaian Kriteria Kualitas 0% < 𝑥 ≤ 25% Sangat kurang sesuai 25% < 𝑥 ≤ 50% Kurang sesuai 50% < 𝑥 ≤ 75% Sesuai 75% < 𝑥 ≤ 100% Sangat sesuai (Sumber: Sugiyono, 2019) Instrumen kelayakan berikutnya yaitu instrumen keterpahaman ide pokok wacana yang dilakukan oleh mahasiswa yang berisi 4 langkah, yaitu: menentukan ide pokok atau pikiran utama dari wacana tersebut; menuliskan keterangan-keterangan dari wacana tersebut yang mendukung pikiran utama; melingkari kata-kata pada wacana tersebut yang belum dikenali atau tidak dimengerti artinya; menggarisbawahi kalimat-kalimat pada wacana tersebut yang sulit dipahami (Sinaga, Suhandi, & Liliasari, 2014). Analisis keterpahaman ide pokok dilakukan dengan pemberian skor, skor tertinggi jika mengandung seluruh atau sebagian besar kata kunci yang ditetapkan peneliti. Sebaliknya, skor terendah diberikan jika jawaban mahasiswa tidak mengandung kata kunci tersebut. Persentase jawaban ide pokok mahasiswa dihitung dan diinterpretasikan dalam kategori keterpahaman ide pokok pada Tabel 2. Tabel 2. Kriteria Keterpahaman Ide pokok e-Worksheets Persentase keterpahaman Kriteria keterpahaman 0% < 𝑥 ≤ 40% Rendah (kategori sulit) 40% < 𝑥 ≤ 60% Sedang (kategori instruksional) 𝑥 > 60% Tinggi (kategori mandiri) (Sumber: Rankin, et al , 1969) Berdasarkan data uji kualitas dan uji keterpahaman ide pokok terhadap e-Worksheets yang dikembangkan kemudian dirata-ratakan sehingga nantinya diperoleh kategori kelayakan e-Worksheets tersebut. Analisis deskriptif data tersebut dikelompokkan sesuai kategori pada Tabel 3. Tabel 3. Kriteria Kelayakan e-Worksheets Persentase kelayakan Kriteria Kelayakan 𝑥 ≤ 60% Kurang layak 60% < 𝑥 ≤ 75% Cukup layak 75% < 𝑥 ≤ 90% Layak 90% < 𝑥 ≤ 100% Sangat layak (Sumber: Sudjana, 2005) Selanjutnya, selain instrumen kelayakan e-Worksheets digunakan instrumen penilaian persepsi mahasiswa terkait persetujuan penggunaan e-Worksheets dihitung menggunakan persamaan 𝑃 = 𝑥 𝑖 𝑥 𝑚𝑎𝑘 (2) dimana: 𝑃 = Persentase skor yang diperoleh 𝑥 𝑖 = jumlah skor yang diperoleh tiap item 𝑥 𝑚𝑎𝑥 = jumlah skor ideal untuk seluruh item Hasil perhitungan angket persepsi mahasiswa diinterpretasikan merujuk pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Persepsi Mahasiswa terkait e-Worksheets Persentase Persepsi Kriteria Persepsi 0% < 𝑥 ≤ 25% Sangat tidak setuju 25% < 𝑥 ≤ 50% Kurang setuju 50% < 𝑥 ≤ 75% Setuju 75% < 𝑥 ≤ 100% Sangat setuju (Sumber: Sugiyono, 2011) ## HASIL DAN DISKUSI Hasil pengembangan e-Worksheets berorientasi ICT literacy dengan menggunakan konsep R&D Borg and Gall melalui 7 tahap, yaitu: tahap penelitian dan pengumpulan informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan, tahap ujicoba awal, tahap perbaikan draft, tahap ujicoba lapangan dan tahap revisi produk. Pada penelitian ini tidak sampai pada melihat keefektifan e-Worksheets dan hanya melihat kelayakan e-Worksheets serta respon mahasiswa. ## Tahap Pertama Pada tahap penelitian dan pengumpulan informasi sebagai tahap awal dari pengembangan e- Worksheets ini terdiri dari studi literatur terkait bahan ajar yang ada sebelumnya dan analisis kemampuan abad 21 yang dimiliki mahasiswa sesuai tuntutan kurikulum. Dari hasil kajian literatur ditemukan bahwa belum tersedianya bahan ajar e-Worksheet ini, apalagi yang tersedia dalam bentuk elektronik dimana bahan ajar berbentuk elektronik ini memudahkan mahasiswa dalam segi akses dimanapun dan kapanpun. Selain itu, melalui bahan ajar e-Worksheets ini mahasiswa dapat meningkatkan salah satu kemampuan abad 21 yaitu ICT literacy dimana sesuai dengan tuntutan kurikulum program studi yang menghendaki mahasiswa lulusan dapat terfasilitasi dengan sejumlah kompetensi yang memungkinkan untuk dapat survive dalam dinamisnya perkembangan zaman agar menjadi manusia yang mampu beradaptasi dan sukses secara karir. Kecakapan penggunaan teknologi merupakan prasyarat penting untuk pemanfaatan teknologi yang efektif sebagai alat pembelajaran (Davies et al., 2008). ## Tahap Kedua Tahap kedua yaitu tahap perencanaan yang terdiri dari analisis kurikulum pendidikan matematika; komponen yang harus dikuasai mahasiswa terkait ICT literacy ; materi perkuliahan dan penyusunan RPS. Penelitian ini dilaksanakan pada mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi di Program Studi Pendidikan Matematika. Pengembangan e-Worksheets ini mencakup bahan kajian antara lain, Definisi TIK; Peran TIK dalam Pendidikan; Literasi teknologi dan big data; Revolusi Industri 4.0 dan atributnya; potensi pengembangan pendidikan dengan memanfaatkan TIK di era revolusi industri 4.0; penggunaan teknologi yang menunjang proses pembelajaran matematika sekolah. Sedangkan komponen ICT literacy yang harus dikuasai mahasiswa yang terdapat pada e-Worksheets ini adalah kemampuan mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi. Sebelum menyusun e-Worksheets terlebih dahulu menyusun Rencana Pembelajaran Semester (RPS) berdasarkan kurikulum program studi. ## Tahap Ketiga Tahap ketiga, yaitu pengembangan produk awal e-Worksheets . Pada tahap ini dilakukan persiapan peta konsep, draft 1 e-Worksheeets yang menggunakan ICT literacy , draft uji keterpahaman ide pokok dan uji kualitas e-Worksheets . Komponen yang ada pada e-Worksheets ini terdiri dari: judul; petunjuk belajar; kompetensi dasar; informasi pendukung; tugas; penilaian. Pada Tabel 5. Berikut akan ditampilkan cuplikan komponen tampilan e-Worksheets yang dikembangkan: Tabel 5. Cuplikan Tampilan Komponen e-Worksheets yang dikembangkan No Komponen Tampilan 1 Judul 2 Petunjuk Belajar 3 Kompetensi Dasar 4 Informasi Pendukung 5 Tugas ## 6 Penilaian ## Tahap Keempat Tahap keempat, yaitu uji coba lapangan tahap awal. Setelah dirancang, e-Worksheets ini harus divalidasi terlebih dahulu. Tujuan validasi adalah untuk mendapatkan validasi kesesuaian perangkat pembelajaran dengan kebutuhan sehingga sesuai dan layak digunakan dalam pembelajaran (Funa, 2019). Uji coba lapangan tahap awal ini dalam bentuk uji validitas bahan ajar. Dalam hal ini dilakukan dalam skala terbatas untuk uji kualitas e-Worksheets kepada 4 orang dosen ahli dan uji keterpahaman ide pokok kepada 30 orang mahasiswa. Penilaian terhadap kualitas e-Worksheets yang dikembangkan terdiri dari 18 aspek penilaian yang meliputi kesesuaian antara uraian materi dengan kompetensi dasar, kesesuaian antara pemaparan dan penulisan konten, kesesuaian kegiatan mahasiswa dengan pencapaian ICT literacy . Hasil penelitiannya dapat dilihat pada Tabel 6. Table 6. Data Hasil Hasil Uji Kualitas e-Worksheetss oleh Dosen No Aspek Penilaian Persentase (%) A. Kesesuaian uraian materi dengan kompetensi dasar 1 Kesesuaian antara kompetensi dasar dan indikator atau tujuan 87.50 2 Kesesuaian setiap indikator dengan uraian aktivitas dan konten 87.50 3 Kesesuaian kompetensi dasar dengan keluasan dan kedalaman konten 87.50 Rata-rata 87.50 B. Kesesuaian antara pemaparan dan penulisan konten 4 Kesesuaian materi dengan kemutakhiran ilmu dan teknologi yang berkembang 87.50 5 Struktur dan organisasi material disusun secara logis dan koheren 81.25 6 Gaya pemaparan konten dan aktivitas menarik untuk dibaca 75.00 7 Bahasa tulisan yang digunakan mudah dipahami dan komunikatif. 75.00 8 Istilah-istilah asing terkait teknologi sudah cukup dikenal oleh target audiennya. 75.00 9 Pengembangan e-Worksheets menggunakan istilah, simbol dan ikon yang konsisten 75.00 Rata-rata 78.12 C. Kesesuaian kegiatan mahasiswa dengan pencapaian ICT Literacy. 10 Uraian materi pada tiap e-Worksheets meningkatkan keterampilan kognitif dan keterampilan teknis terkait teknologi dan informasi. 81.25 11 Uraian aktivitas pada e-Worksheets mendorong mahasiswa untuk terampil mengakses informasi terkait teknologi 87.50 Pengembangan e-Worksheets Berorientasi ICT Literacy Pada Mata Kuliah Pengantar Teknologi Informasi Pendidikan Matematika Untuk Mahasiswa Tahun Pertama, Metta Liana, Okta Alpindo 12 Uraian aktivitas pada e-Worksheets mendorong mahasiswa untuk terampil mengelola informasi terkait teknologi 87.50 13 Uraian aktivitas pada e-Worksheets mendorong mahasiswa untuk terampil mengintegrasikan informasi terkait teknologi 87.50 14 Uraian aktivitas pada e-Worksheets mendorong mahasiswa untuk terampil mengevaluasi informasi terkait teknologi 81.25 15 Uraian aktivitas pada e-Worksheets mendorong mahasiswa untuk terampil menciptakan informasi terkait teknologi 87.50 16 Aktivitas belajar dan evaluasi sesuai dengan indikator/tujuan 87.50 17 Tugas yang terdapat pada e-Worksheets sesuai dengan pokok bahasannya 87.50 18 Penyajian materi yang ada pada e-Worksheets mendorong mahasiswa untuk mencari informasi yang lebih lanjut 87.50 Rata-rata 86.11 Rata-rata keseluruhan 83.91 Tabel 6 menunjukkan persentase penilaian kualitas e-Worksheets pada masing-masing aspek penilaian dan masing-masing komponen penilaian. Penilaian tertinggi terdapat pada komponen kesesuaian materi dengan kompetensi dasar yaitu pada persentase 87.50% dengan kategori sangat sesuai. Sedangkan komponen dengan persentase terendah yaitu kesesuaian antara pemaparan dan penulisan konten dengan persentase 78.12% pada kategori sesuai. Rendahnya persentasi pada komponen ini terlihat pada aspek gaya bahasa, penggunaan istilah yang belum familiar. Solusi nya disini dengan menanbahkan catatan kaki untuk istilah-istilah tersebut dan memperbaiki gaya bahasa lebih komunikatif. Solusi ini didapatkan dari beberapa saran dan komentar dari dosen yang menvalidasi. Berdasarkan data pada Tabel 6, rata-rata penilaian kualitas e-Worksheet yang dikembangkan mencapai 83,91% dengan kriteria sangat sesuai. Adapun beberapa aspek yang masih belum maksimal hendaknya diperbaiki untuk hasil yang lebih baik. Tahap uji coba lapangan tahap awal selanjutnya didapatkan juga data dari uji keterpahaman ide pokok wacana dan kalimat pendukung utama oleh mahasiswa yang dikelompokkan berdasarkan kelompok pokok bahasan diantaranya: Definisi TIK; Peran TIK dalam Pendidikan; Literasi teknologi dan big data; Revolusi Industri 4.0 dan atributnya; potensi pengembangan pendidikan dengan memanfaatkan TIK di era revolusi industri 4.0; penggunaan teknologi yang menunjang proses pembelajaran matematika sekolah. Dalam e-Worksheets ini terdapat 13 wacana. Hasil penelitiannya dapat dilihat dari Tabel 7 berikut: Tabel 7. Hasil Uji keterpahaman Ide Pokok Wacana Wacana Pokok bahasan Persentase (%) 1 Definisi teknologi informasi serta peranannya dalam pendidikan 79.2 2 Literasi teknologi 75.8 3 Big Data 75.8 4 Revolusi Industri 4.0 serta dampaknya dalam pendidikan 77.5 5 Pembelajaran Jarak Jauh 67.5 6 Pengenalan Macromedia Flash 60.0 7 Pengenalan Videoscribe 67.5 8 Pengenalan Geogebra 66.7 9 Mengenal Google Docs , Google drive , Google form , Google Spreadsheet , Google Slides 71.6 10 Pengenalam Prezi 66.7 11 Penggunaan Ms. Powerpoint dan Ms.Excel. 67.5 12 Pengenalan Edmodo dan LMS 60.8 13 Pengenalan Web dan Blog 62.5 Rata-rata 69.2 Tabel 7 menunjukkan persentase keterpahaman ide pokok wacana. Tingkat keterbacaan ide pokok tertinggi terdapat pada wacana 1 dan 4 pada pokok bahasan definisi teknologi informasi serta peranannya dalam pendidikan dan wacana revolusi industri 4.0 serta dampaknya dalam pendidikan dengan persentase masing-masing 79.2% dan 77.5% pada kategori keterbacaan tinggi. Sedangkan tingkat keterbacaan terendah terdapat pada wacana 6 pada pokok bahasan pengenalan macromedia flash dengan persentase 60,0 % dengan kategori keterbacaan sedang. Perlunya memperbaiki kalimat atau kata-kata yang dianggap sulit oleh siswa untuk wacana 6 agar mudah dimengerti oleh siswa. Secara keseluruhan, rata-rata keterpahaman ide pokok untuk 13 wacana tersebut mencapai 69,2 % pada kategori tinggi. Berdasarkan uji kualitas dan uji keterpahaman ide pokok terhadap e-Worksheets yang telah dikembangkan dapat diperoleh katagori kelayakan e-Worksheets tersebut dari hasil rata-rata persentase keduanya. Hasil data kuantitatif uji kualitas dan uji keterbacaan e-Worksheets didapatkan persentase kelayakan sebesar 76.56% pada kategori layak. Hasil dari uji kelayakan bahan ajar ini dilanjutkan ke tahap selanjutnya. ## Tahap Kelima Tahap kelima dari pengembangan ini adalah revisi terhadap produk utama yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal draft 1 e-Worksheets yang dihasilkan berdasarkan hasil ujicoba awal. Perbaikan ini dilakukan setelah mendapat masukan dari uji kualitas dan uji keterpahaman ide pokok e-Worksheets sehingga diperoleh draft 2 yang siap diujicoba lebih luas. ## Tahap Keenam Tahap keenam yaitu ujicoba lapangan utama pada mahasiswa tahun pertama program studi pendidikan matematika dengan melakukan pembelajaran menggunakan e-Worksheets berorientasi ICT literacy . Setelah e-Worksheets ini digunakan maka disebarkan angket respon mahasiswa terkait penggunaan e-Worksheets yang disajikan yang dikelompokkan ke dalam 4 komponen yaitu komponen pemahaman ICT literacy ; komponen penyajian e-Worksheets ; komponen motivasi belajar mahasiswa; komponen penulisan dan tata bahasa. Setelah melakukan uji coba lapangan dilanjut dengan tahapan ketujuh yaitu revisi produk, dimana data hasil angket respon mahasiswa diolah dan direvisi berdasarkan hasil respon mahasiswa. Berikut ditampilkan hasil respon mahasiswa pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Respon Mahasiswa terkait penggunaan e-Worksheets berorientasi ICT literacy yang dikembangkan No Pernyataan Persentase (%) A. Komponen pemahaman ICT literacy 1 e-Worksheets ini dapat melatih kemampuan ICT literacy saya 82.5 2 e-Worksheets ini dapat melatih kemampuan dasar saya dalam penggunaan teknologi yang menunjang perkuliahan 82.5 3 e-Worksheets ini memberikan wawasan bagi saya terkait Big Data 82.5 4 e-Worksheets ini memberikan wawasan bagi saya terkait Literasi Teknologi 80.0 5 e-Worksheets ini memberikan wawasan bagi saya terkait Revolusi Industri 4.0 dan peranannya dalam dunia pendidikan 85.0 6 e-Worksheets ini membuat saya sadar akan pentingnya skills penggunaan teknologi dalam kehidupan 82.5 Rata-rata 82.5 B. Komponen Penyajian e-Worksheets 7 Tampilan e-Worksheets ini sangat menarik 85.0 8 Tiap komponen yang ada dalam e-Worksheets ini disusun dengan sistematis sehingga mudah untuk dipahami. 84.2 9 Layout e-Worksheets ini memudahkan saya dalam mengerjakan setiap kegiatan 82.5 10 Komposisi penggunaan gambar dan tulisan yang ada dalam e- Worksheets ini sesuai dengan keperluan 82.5 Rata-rata 83.6 C. Komponen Motivasi Belajar Mahasiswa . 11 e-Worksheets ini dapat meningkatkan pemahaman saya terhadap materi perkuliahan yang diberikan 87.5 12 Penggunaan e-Worksheets ini membuat perkuliahan menjadi menyenangkan 87.5 13 e-Worksheets ini dapat menambah keinginan untuk belajar 90.0 14 e-Worksheets ini dapat memperbaiki cara belajar saya selama daring 87.5 15 Tugas-tugas yang terdapat pada e-Worksheets ini dapat saya kerjakan dengan baik 85.0 16 e-Worksheets ini sangat membantu perkuliahan secara daring karena memfasilitas mahasiswa untuk mendapatkan sumber pembelajaran dengan lebih terarah dan bisa diakses kapanpun dan dimanapun 90.0 Rata-rata 87.92 D Komponen Penulisan dan Tata Bahasa 17 Simbol-simbol yang digunakan mudah terbaca 79.2 18 Penggunaan kalimat/tata bahasa di dalam e-Worksheets ini mudah dipahami 81.6 19 Pada narasi dalam e-Worksheets ini menggunakan istilah yang saya ketahui artinya 77.5 20 Huruf yang digunakan sederhana dan mudah dibaca 82.5 Rata-rata 80.2 Rata-rata keseluruhan 83.6 Berdasarkan data pada Tabel 8 diperoleh persepsi mahasiswa terkait e-Worksheets yang dikembangkan untuk tiap-tiap komponen. Komponen pertama yaitu komponen pemahaman ICT literacy diperoleh persentase persepsi mahasiswa sebesar 82.5% pada kategori sangat setuju, mahasiswa sepakat bahan ajar ini meningkatkan kemampuan ICT literacy , terampil penggunaan teknologi dalam perkuliahan, memberi wawasan terkait literasi teknologi, wawasan terkait big data dan wawsan terkait revolusi industri 4.0. Komponen kedua, yaitu komponen penyajian e-Worksheets diperoleh persentase persepsi mahasiswa sebesar 83.6% pada kategori sangat setuju, hal ini menggambarkan bahwa susunan, layout dan komposisi e-Worksheets ini mudah dipahami dan sesuai keperluan mahasiswa. Komponen ketiga, yaitu komponen motivasi belajar mahasiswa diperoleh persentase persepsi mahasiswa sebesar 87.92% pada kategori sangat setuju, pada komponen ini memperlihatkan kehadiran bahan ajar ini membuat perkuliahan daring lebih menyenangkan, pemahaman materi lebih meningkat, keinginan belajar lebih besar dan memperbaiki cara belajar mahasiswa. Komponen keempat, yaitu komponen penulisan dan tata bahasa 80.2% pada kategori sangat setuju, dalam hal ini memperlihatkan simbol, kalimat, huruf dan istilah yang digunakan cukup mudah dipahami. Persepsi mahasiswa terkait penggunaan e-Worksheets secara keseluruhan diperoleh persentase 83.6% dengan kategori sangat setuju. Hal ini memperlihatkan bahwa e-Worksheets ini memfasilitasi mahasiswa dalam belajar, dan termotivasi untuk menyelesaikan setiap tugas yang ada pada e-Worksheets berorietasi ICT literacy ini. Jika mahasiswa merasa nyaman dan mampu mengerjakan tugasnya dengan baik, maka kemungkinan besar mahasiswa tersebut akan berprestasi baik diukur dari kinerjanya (Sulisworo, 2015). Motivasi belajar dapat memprediksi keberhasilan belajar. Dalam dunia pendidikan, kontribusi teknologi informasi (TI) memberi kesempatan bagi peserta didik untuk lebih bertanggung jawab atas pengalaman belajar mereka sendiri (Ezziane, 2007). Karena dalam kenyataannya dunia kerja yang berbasis pengetahuan membutuhkan tenaga kerja terdidik dari individu yang melek Teknologi Informasi dan dapat memanfaatkan kekuatan ICT. Hal ini sejalan dengan tujuan menghadirkan bahan ajar berupa e-Worksheets pada perkuliahan pengantar teknologi informasi untuk mahasiswa tahun pertama pada program studi pendidikan matematika. Bahan ajar berupa e-Worksheets ini memfasilitasi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar mereka sendiri untuk suskses kedepannya. ## Tahap Ketujuh Tahap terakhir dari pengembangan bahan ajar berupa e-Worksheets ini adalah revisi produk/ revisi draft 2 e-Worksheets. Tahapan ini dilakukan guna menyempurnakan e-Worksheets dengan melengkapi sampul depan, sampul belakang , daftar isi, kata pengantar yang bisa dilihat pada Gambar 2 berikut: Gambar 2. Tampilan Sampul Depan, Sampul Belakang, Kata Pengantar dan Daftar Isi dari e-Worksheets yang dikembangkan Selain melengkapi e-Worksheets dengan sampul depan, sampul belakang, kata pengantar dan daftar isi, pada tahap ini dilakukan juga pengecekan secara menyeluruh terhadap penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan ketepatan penyusunan kalimat dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga, e-Worksheets ini nantinya bisa diujicobakan pada lapangan yang lebih luas. ## KESIMPULAN Pengembangan bahan ajar berupa e-Worksheets pada perkuliahan pengantar teknologi informasi untuk mahasiswa tahun pertama pada program studi pendidikan matematika bertujuan untuk memfasilitasi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman belajar mereka sendiri untuk suskses kedepannya. Di samping itu, hadirnya bahan ajar ini bisa digunakan pada pembelajaran daring maupun luring. Adapun keterbatasan pada penelitian ini, pertama karena teknologi yang terus berkembang, penggunaan bahan ajar ini tiap tahunnya butuh revisi terkait kebaruan teknologi terkini dan isu yang berkembang. Kedua, penelitian pengembangan ini hanya sampai tahap uji kelayakan dan melihat respon siswa terkait pengguaan e-Worksheets berorientasi ICT literacy karena keterbatasan waktu. Hendaknya nanti bisa disusun instrumen tes mengukur ICT literacy. Meskipun dengan hasil respon mahasiswa cukup mewakili penilaian terkait e-Worksheet, tetapi dengan membandingkan hasil tes ICT literacy dengan respon mahasiswa akan memberikan hasil yang lebih baik untuk penelitian ini. Akhir kata, tidak ada yang sempurna dari hasil pengembangan sebuah bahan ajar, selalu ada perbaikan kedepannya untuk hasil yang lebih baik. Pengembangan bahan ajar yang baik, selalu mengarahkan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman belajarnya sendiri dan menjadikan pendidik sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Saran penelitian selanjutnya pada: (1) bagaimana penggunaan e-Worksheet berorientasi ICT literacy menggunakan pendekatan/model pembelajaran saintifik ?. (2) Bagaimana ICT literacy mahasiswa yang menggunakan e-Worksheets yang dikembangkan ?. ## UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahma-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan artikel penelitian ini tepat waktu. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Aulya Ade Rahmi, ST. yang telah membantu dalam mendesain e-Worksheets berorientasi ICT Literacy yang dikembangkan. Lebih lanjut, ucapan terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. ## REFERENSI Anderson, R., & Ainley, J. (2010). Technology and learning: Access in schools around the world. International Encyclopedia of Education , 21–33. https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044894- 7.01714-0 Asrizal, Amran, A., Ananda, A., & Festiyed. (2019). Effects of science student worksheet of motion in daily life theme in adaptive contextual teaching model on academic achievement of students. Journal of Physics: Conference Series , 1185 (1). https://doi.org/10.1088/1742- 6596/1185/1/012093 Australian Council for Educational Research. (2016). A global measure of digital and ICT literacy skills . Beneova, A., & Tupa, J. (2017). Requirements for Education and Qualification of People in Industry 4.0. 27th International Conference on Flexible Automation and Intelligent Manufacturing, FAIM2017 , 11 (June), 2195–2202. https://doi.org/10.1016/j.promfg.2017.07.366 Borg, W. R., & Gall, M. D. (2003). Educational Research: An Introduction (7th ed.). Retrieved from Allyn & Bacon Davies, R. S., Sprague, C. R., & New, C. M. (2008). Integrating Technology into a Science Classroom An evaluation of inquiry-based technology integration. The Impact of Technology and the Laboratory on K-16 Science Learning Series: Research in Science Education , pp 207- 237. Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Memilih bahan Ajar . Jakarta: Depdiknas. Eisenberg, M.B., & Johnson, D. (2002). Learning and Teaching Information Technology Computer Skills in Context. ERIC Document Reproduction No. ED 465 377 . Ezziane, Z. (2007). Information technology literacy: Implications on teaching and learning. Educational Technology and Society , 10 (3), 175–191. Funa, A. A. (2019). Validation of Gamified Instructional Materials in Genetics for Grade 12 STEM Students. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) , 47 (July), pp 168-180. Gaston, P., Station, F., & Taylor, L. A. (2002). Digital Transformation A Framework for ICT Literacy ICT Literacy Panel . Hansen, B. J. W. (2003). To Change Perceptions of Technology Programs. Journal of Technology Studies , 29 , 16–19. Kagermann, Wahlster, W., & Helbig, J. (2013). Recommendations for implementing the strategic initiative INDUSTRIE 4.0. Final Report of the Industrie 4.0 WG . Peck, C., Cuban, L., & Kirkpatrick, H. (2003). High-tech’s high hopes meet student realities. Education Digest, 67(8) , 47–54. Rankin, Earl F & Culhane, Joseph W. (1969). Comparable Cloze and Multiple-Choice Comprehension Test Scores. J Reading ,13, 3 Sinaga, P., Suhandi, A., & Liliasari. (2014). Improving the ability of writing teaching materials and self-regulation of pre-service physics teachers through representational approach. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research , 15 (1), 80–94. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Transito Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D) . Bandung: Alfabeta Sulisworo, D. (2015). The Effect of Cooperative Learning , Motivation and Information Technology Literacy to Achievement. International Journal of Learning & Development , (April 2014). https://doi.org/10.5296/ijld.v4i2.4908 Wildemeersch, D., & Jütte, W. (2018). Editorial : digital the new normal - multiple challenges for the education and learning of adults. European Journal for Research on the Education and Learning of Adults , 8 , No 1 (April 2017), pp 7-20. https://doi.org/10.3384/rela.2000-7426.relae13
beb85ac3-5d1c-4bd6-a841-bc0b035098d4
https://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/qodiri/article/download/4567/3239
## TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG TIDAK SESUAI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 Jo. UNDANG- UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS Oleh: Krissyner Emanuel Gue Mitenage Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Surabaya [email protected] ## ABSTRAK Munculnya persoalan yang melibatkan jabatan Notaris menunjukkan bahwa Notaris selaku pejabat publik yang berwenang membuat akta otentik, belum mampu bekerja secara profesional sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Menurut ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf l Undang- Undang Jabatan Notaris disebutkan bahwa dalam menjalankan hadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi dan Notaris. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah tanggung jawab perdata bagi Notaris yang dalam pembuatan aktanya tidak memenuhi ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (7) Undang-undang Jabatan Notaris ? Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri dalam perkara yang melibatkan Notaris sebagai tergugat ? Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal research ). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai permasalahan yang akan diteliti dan dilihat dari sifatnya, dapat dikatakan sebagai penelitian yang bersifat deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pasal 40 tidak dipenuhi, akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan dan Notaris bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian kepada para pihak yang merasa dirugikan sebagai akibat akta yang batal demi hukum karena kesalahan dari notaris yang bersangkutan. Pertimbangan hakim pengadilan negeri dalam perkara yang melibatkan Notaris sebagai tergugat, berdasarkan putusan Perkara Nomor: 174/Pdt.G/2009/PN.SMG tidak menemukan adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris di Semarang dalam menerbitkan Akta Nomor: 3 tertanggal 22 Juni 2004 mengenai Berita Acara RUPS dengan agenda rapat perubahan anggaran dasar perseroan dan Akta Nomor: 7 tertanggal 21 Juli 2005 mengenai Berita Acara RUPS dengan agenda rapat persetujuan untuk pengalihan saham. Kata Kunci : Tanggung Jawab, Jabatan Notaris, Akta Otentik. ## ABSTRACT The emergence of issues involving the Notary office showed that the Notary as a public official authorized to make an authentic deed, have not been able to work professionally in accordance with the duties and responsibilities. Under the terms of Article 16 paragraph (1) letter l Notary Law states that in carrying out his office, Notary shall read out the deed in the presence of client in the presence of at least 2 (two) witnesses and signed on the spot by client, witnesses and notary Based on the description of the background of the above problems can be formulated as follows: How to civil liability for making a Notary deed not comply with the provisions of Article 16 paragraph (1) letter l and paragraph (7) Notary Law? How the District Court judgment in a case involving a notary as a defendant? This research study that used a normative juridical approach (normative legal research). This study aims to describe the issues that will be examined and the views of its nature, can be regarded as a descriptive analytical study. The results showed that if the provisions of Article 39 and Article 40 are not met, the deed is only have the force of evidence as a deed under hand and Notary liable to pay compensation to the parties who feel aggrieved as a result of the act null and void due to an error of notary in question. Consideration of district court judge in a case involving a notary as a defendant, based on a decision on Case No: 174/Pdt.G/2009/PN.SMG case found no violation committed by Notary Deed No: 3 in the issue dated June 22, 2004 regarding the Minutes Meeting with the agenda and amendments to Act No: 7 of the Company dated July 21, 2005 regarding the General Meeting of Shareholders with the meeting agenda for approval of transfer of shares. Keyword: Responsibility, Notary, Authentic Deed. ## A. PENDAHULUAN Pesatnya perkembangan dunia perekonomian dan perindustrian membawa dampak pada kebutuhan akan suatu jaminan kepastian hukum dalam pembuatan perikatan. Dalam konteks hukum, suatu kesepakatan perlu dituangkan ke dalam suatu akta otentik agar mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna di hadapan hukum. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 1867 KUHPerdata sebagai berikut: Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan otentik maupun dengan tulisan- tulisan di bawah tangan. Suatu akta dikatakan otentik apabila memenuhi ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata sebagai berikut, suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya. Notaris merupakan Pejabat Umum yang diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk membuat akta otentik. Ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan. Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan Terakreditasi Kemenristekdikti No. 85/M/KPT/2020 Vol 19 No 2 Agustus 2021 Notaris (selanjutnya disebut Undang-Undang Jabatan Notaris) bahwa Notaris adalah Pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang ini 1 . Berdasarkan ketentuan di atas dapat dipahami bahwa Notaris itu adalah pejabat umum yang artinya orang yang di angkat untuk bertugas menjalankan jabatan-jabatannya untuk melayani kepentingan umum ( public ). Sebagai pejabat umum seorang Notaris harus bersikap profesional dan independen (tidak memihak). Notaris bertugas mengkonstantir kehendak dari para pihak yang akan mengadakan kesepakatan dalam suatu perbuatan hukum ( Partij Acten ) atau mengkonstantir suatu peristiwa hukum dalam pembuatan akta berita acara (process Verbaal Acten ). 2 Kewenangan Notaris dalam pembuatan akta otentik harus sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Jabatan Notaris dan Pasal 1868 KUHPerdata sebagai syarat sahnya pembuatan akta, yaitu harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1 1. Akta tersebut harus dibuat oleh/atau dihadapan pejabat umum. 2. Akta tersebut harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan Undang-undang. 3. Pejabat umum oleh/atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai wewenang untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya. Mengenai wewenang yang harus dipunyai oleh pejabat umum untuk membuat akta otentik, seorang Notaris hanya boleh melakukan atau menjalankan jabatannya di dalam seluruh daerah yang ditentukan baginya dan hanya di dalam daerah hukum itu ia berwenang. Akta yang dibuat oleh seorang Notaris di luar daerah hukumnya (daerah jabatannya) adalah tidak sah. Sesuai dengan amanat Pasal 1868 KUHPerdata dan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris yang selanjutnya disebut UUJN harus dibuat dalam bentuk dan tata cara yang ditentukan Undang- Undang, jadi bentuk formal dalam pembuatan akta otentik merupakan hal yang baku, sehingga jika dibuat diluar bentuk formal akan berdampak kepada otentitasnya. Notaris harus benar-benar menguasai ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang bentuk atau formalitas dari akta Notaris itu, agar supaya dapat dikatakan sebagai akta otentik dan tetap memiliki kekuatan otentitasnya sebagai akta Notaris. Hal demikian tidak hanya sekedar untuk memberikan perlindungan terhadap diri Notaris yang bersangkutan, melainkan juga demi kepentingan dan perlindungan hukum bagi pihak-pihak pengguna jasa Notaris. 1 Habib Adjie, Hukum Notaris di Indonesia (TafsirTematik Terhadap UU No: 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hlm.40. Pada kenyataannya Notaris seringkali tidak membacakan sendiri akta yang dibuatnya tetapi dalam redaksi aktanya ditulis Notaris telah membacakannya sendiri, Notaris mengatakan dalam redaksi aktanya bahwa para penghadap telah menghadap padanya padahal pihak-pihak hanya menghadap pada asisten Notaris, tidak bertatap muka dengan penghadapnya tetapi ditulis menghadap langsung kepadanya, akta hanya dibacakan oleh asisten Notaris padahal di akta tertulis dibacakan oleh Notaris sendiri. Para penghadap dikatakan menandatangani akta di hadapannya sementara kenyataannya para penghadap tidak menandatanganinya di hadapan Notaris tersebut. Perilaku seorang Notaris yang demikian itu jelas merupakan perbuatan criminal karena tidak sekedar melanggar sumpahnya tetapi dengan sengaja membuat akta palsu. 2 Penyimpangan lain yang dilakukan oleh seorang Notaris, yaitu tidak melakukan pembacaan akta yang kemudian tidak ditandatangani secara bersamaan dengan para pihak maupun saksi-saksi. Notaris tidak membacakan akta kepada para pihak sebelum dilakukan penandatanganan, dan pada saat pengesahan akta tersebut tidak pula dihadiri oleh saksi-saksi yang dinyatakan dalam akta. Hal tersebut bertentangan dengan isi akta Notaris yang menyatakan bahwa “setelah saya, Notaris membacakan akta ini kepada para penghadap dan saksi- saksi, maka segera akta ini ditandatangani oleh para penghadap, saksi- saksi dan saya, Notaris”. Pada dasarnya dalam ketentuan Pasal 16 ayat (7) Undang-Undang Jabatan Notaris disebutkan: Pembacaan akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Berdasarkan ketentuan di atas dapat dijelaskan bahwa jika penghadap telah membaca sendiri isi akta, maka Notaris tidak wajib membacakan lagi di hadapan para penghadap dan para saksi. Lebih lanjut ditegaskan dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris bahwa setiap akta yang dibacakan oleh Notaris dihadiri paling sedikit 2 (dua) orang saksi, kecuali peraturan perundang-undangan menentukan lain. Dalam ketentuan Pasal 16 ayat (8) jo. Pasal 41 Undang-Undang Jabatan Notaris diatur mengenai akibat hukum dari perbuatan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (7) jo. Pasal 2 Thong Kie, Tan, Studi Notariat Serba-serbi Praktek Notariat Buku I, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000), hlm. 262. 40 ayat (1) Undang-Undang Jabatan Notaris tersebut di atas. Pelanggaran terhadap kewajiban ini dapat menyebabkan hilangnya sifat otentitas suatu akta Notaris menjadi akta di bawah tangan dan dapat menimbulkan suatu sengketa di muka sidang pengadilan. Notaris akan menghadapi permasalahan hukum menjadi tergugat atau turut tergugat, karena pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan adanya produk akta Notaris tidak memenuhi syarat sebagai akta otentik. Munculnya persoalan yang melibatkan jabatan notaris menunjukkan bahwa Notaris selaku pejabat publik yang berwenang membuat akta otentik, belum mampu bekerja sdecara profesional sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Dalam sengketa perdata di pengadilan, penggugat di samping menggugat terhadap pihak lain sebagai tergugat utama, juga menggugat Notaris sebagai turut tergugat karena membuat akta Notaris yang tidak sesuai dengan ketentuan. Salah satu contoh adalah perkara Nomor: 174/Pdt.G/2009/PN SMG yang diajukan oleh penggugat melawan tergugat I, tergugat II, tergugat III dan Notaris di Semarang selaku tergugat IV. Gugatan yang diajukan adalah menyatakan para tergugat melakukan perbuatan melawan hukum, menyatakan akta nomor: 3 tahun 2004 batal demi hukum, menyatakan akta nomor: 7, 8, 9 tahun 2005 cacat hukum dan patut dinyatakan batal demi hukum. ## B. METODE PENELITIAN Menurut Ronny Hanitijo Soemitro, Penelitian Hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data sekunder. Penelitian hukum empiris atau penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian hukum yang mempergunakan data primer. Dalam penelitian ini penelitian hukum yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif (normative legal research ). Penelitian dilakukan dengan cara meneliti data sekunder untuk menganalisis kaidah hukum yang berkaitan dengan tanggung jawab perdata bagi Notaris yang dalam pembuatan aktanya tidak memenuhi ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (7) Undang-undang Jabatan Notaris. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Tanggung Jawab Perdata bagi Notaris yang dalam Pembuatan Aktanya Tidak Memenuhi Ketentuan Pasal 16 Ayat (1) Huruf l dan Ayat (7) Undang-Undang Jabatan Notaris (Putusan Perkara Nomor: 174/Pdt.G/2009/PN.SMG) Berdasarkan hasil penelitian mengenai Perkara Nomor: 174/Pdt.G/2009/PN.SMG dalam pokok perkara, Penggugat memohon kepada majelis hakim yang memeriksa perkara untuk mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya, menyatakan tindakan para Tergugat tersebut merupakan Perbuatan yang melawan hukum dan merugikan penggugat, menyatakan bahwasanya Akta Nomor: 3 (Berita Acara) tertanggal 22 Juni 2004 tersebut mengandung cacat hukum dan patut untuk dinyatakan batal demi hukum, menyatakan bahwasanya akta nomor: 7 (Berita Acara RUPS) tertanggal 21 Juli 2005, Akta Nomor: 8 (jual beli saham) tertanggal 21 Juli 2005 dan Akta Nomor: 9 (jual beli saham) tertanggal 21 Juli 2005 yang ditandatangani oleh Tergugat I, tergugat II dan Tergugat III yang dibuat oleh dan dihadapan Notaris di Semarang (Tergugat IV) tersebut mengandung cacat hukum dan patut untuk dinyatakan batal demi hukum dan menyatakan menghukum para Tergugat secara tanggung renteng untuk mengganti kerugian tersebut baik secara materiil maupun immateriil sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). Berdasarkan gugatan tersebut dapat dilihat bahwa salah satu materi gugatan adalah membatalkan akta yang dibuat oleh seorang Notaris selaku pejabat umum. Notaris pada dasarnya adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang Jabatan Notaris. Hal tersebut ditegaskan dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut. Dengan demikian kedudukan seorang Notaris sebagai suatu fungsionaritas dalam masyarakat dianggap sebagai seorang pejabat tempat seseorang dapat memperoleh nasihat yang boleh diandalkan. Segala sesuatu yang ditulis serta ditetapkannnya (konstatir) adalah benar, ia adalah pembuat dokumen yang kuat dalam suatu proses hukum. Seorang Notaris dalam menjalankan tugas dan kewenangannya terikat sumpah/janji sebagaimana telah diucapkan sebelum menjabat dan menjalankan tugasnya sebagai Notaris. Ditegaskan dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Jabatan Notaris bahwa sebelum menjalankan jabatannya, Notaris wajib mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya di hadapan Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Atas dasar sumpah/janji tersebut di atas, seorang Notaris harus bekerja secara professional, jujur dan tidak berpihak. Sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan kewenangan lainnya, berdasarkan ketentuan Pasal 15, Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang- undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan Terakreditasi Kemenristekdikti No. 85/M/KPT/2020 Vol 19 No 2 Agustus 2021 kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang. Menurut ketentuan Pasal 16 ayat (7) Undang-Undang Jabatan Notaris, pembacaan akta tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Jika salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat 1 huruf l dan ayat (7) Undang-Undang Jabatan Notaris tidak dipenuhi, akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Berdasarkan Pasal 3 Kode Etik Notaris yang dikeluarkan oleh Ikatan Notaris Indonesia pada tanggal 27 Januari 2005. Notaris dalam pelaksanaan jabatannya harus dikontrol dengan Kode Etik Notaris. Dalam hal ini ada beberapa pertimbangan yuridis yang harus perhatikan. Dalam duduk perkara Nomor: 174/Pdt.G/2009/PN.SMG, selama tahun 2004 tanpa sepengetahuan Penggugat selaku komisaris, telah dibuat akta-akta perubahan yang meliputi Akta Berita Acara Nomor: 3 tertanggal 22 Juli 2004 yang dibuat oleh dan di hadapan Tergugat IV Notaris di Semarang yang merupakan akta berita acara Rapat Umum Pemegang Saham dengan acara rapat perubahan Anggaran dasar perseroan untuk disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas, yang mana Penggugat merasa tidak pernah menandatangani minuta Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham PT Setraco Terang Cahaya, Akta Berita Acara Nomor: 7 tanggal 21 Juli 2005 yang dibuat oleh dan di hadapan Tergugat IV Notaris di Semarang tentang Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, Akta Nomor: 8 tanggal 21 Juli 2005 tentang jual beli saham, Akta Nomor: 9 tanggal 21 Juli 2005 tentang Jual Beli Saham. Akta-Akta tersebut dibuat berdasarkan surat kuasa di bawah tangan tertanggal 20 Juli 2005 yang telah dilegalisasi oleh Notaris di Surabaya dengan nomor: 434/L/2005, kuasa mana diberikan oleh Penggugat kepada Tergugat III guna menjual saham milik Penggugat dalam PT Setraco Terang Cahaya yang akan dijual kepada Tergugat II dan Tergugat I. Kuasa yang diberikan Penggugat kepada tergugat sebatas kuasa menjual saham tidak kuasa untuk menghadiri Rapat Umum Pemegang Saham, sehingga Rapat Umum Pemegang Saham yang dilaksanakan tanpa kehadiran Penggugat dianggap tidak sah dan dengan demikian segala produk akta yang berkaitan dengan akta Berita Acara RUPS sebagaimana tersebut juga dianggap tidak sah. Oleh karenanya para Tergugat di anggap melakukan perbuatan melawan hukum. Berkaitan dengan pembuatan akta oleh Notaris sebagaimana tersebut dalam perkara di atas, pada hakekatnya Notaris sebagai pejabat umum tugas utamanya adalah dalam pembuatan akta otentik. Kalau Notaris menjalankan tugas jabatannya sesuai Undang-Undang Jabatan Notaris dan peraturan perundangan di dalam pembuatan akta, maka secara materiil dalam suasana formal dia sudah memenuhi persyaratan dan tugas sebaik-baiknya. Contohnya yaitu apabila para pihak meminta pembuatan suatu akta, maka pernyataan yang disampaikan oleh Notaris adalah Notaris tinggal menkonstatir di dalam suatu akta. Notaris bertanggungjawab atas apa yang disampaikan/diberi keterangan oleh yang bersangkutan tetapi tidak bertanggung jawab atas kebenaran dari materi yang disampaikan. Notaris merupakan pejabat umum. Pejabat Umum di sini adalah apabila seseorang tersebut diangkat dan diberhentikan oleh Pemerintah dan diberi wewenang dan kewajiban untuk melayani masyarakat dalam hal-hal tertentu. Notaris memperoleh kekuasaannya itu langsung dari kekuasaan eksekutif, artinya Notaris melakukan sebagai dari kekuasaan eksekutif. Notaris meskipun diangkat dan diberhentikan/dipensiunkan oleh pemerintah, bukanlah pegawai negeri, ia mendapatkan “ honorarium ” (upah/uang jasa) dari pihak-pihak yang memohonkan pembuatan akta otentik kepadanya. Tanggung jawab Notaris dalam hal pembuktian akta apabila terdapat kekhilafan atau kesalahan sehingga akta yang dibuatnya kehilangan otentisitasnya adalah bahwa tanggung jawab Notaris. Notaris seharusnya melaksanakan tugas dan kewajibannya sebaik-baiknya agar tujuan pembuatan akta ini tercapai, berlaku sebagai akta yang otentik. Tanggung jawab seseorang atas apa yang dibuatnya tentunya merupakan kewajiban masing- masing individu tersebut. Suatu amanat yang diberikan kepadanya bagi perlindungan seseorang, di sini Notaris diberikan wewenang untuk membuat akta otentik dalam arti menyusun, membacakan dan menandatangani, serta diwenangkan membuat akta dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang menurut KUHPerdata dan Undang-Undang Jabatan Notaris. Akta otentik yang dibuat oleh Notaris dibedakan 3 (tiga) kekuatan pembuktian lahiriah, kekuatan pembuktian formal dan ketentuan pembuktian materiil. Dalam pelaksanaan tugas, tidak menutup kemungkinan terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Notaris. Beberapa pelanggaran terhadap Peraturan Jabatan Notaris yang dilakukan oleh Notaris dalam pembuatan akta-akta Notaris. Apabila Notaris melakukan suatu perbuatan pembuatan akta atas perintah dan permintaan dari para pihak dan syarat-syarat formil yang ditentukan oleh undang-undang dalam pembuatan akta telah dipenuhi oleh Notaris, maka Notaris tidak bertanggung jawab. Pertanggungjawaban atas perbuatan seseorang biasanya praktis baru ada arti apabila melakukan perbuatan yang tidak diperolehkan oleh hukum. Berkaitan dengan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (7) Undang-Undang Jabatan Notaris ditegaskan bahwa Notaris berkewajiban membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Pembacaan akta sebagaimana dimaksud tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Akibat tidak dipenuhinya ketentuan di atas, maka akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan. Hal tersebut juga ditegaskan dalam ketentuan pasal 41 Undang-Undang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pasal 40 tidak dipenuhi, akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. Akta otentik yang dibuat oleh Notaris memiliki kekuatan alat bukti terkuat dan penuh mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan masyarakat. Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat dihindari terjadinya sengketa. 55 Akta otentik yang dibuat oleh Notaris mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat sepanjang tidak dibantah kebenarannya oleh siapa pun, kecuali bantahan terhadap akta tersebut dapat dibuktikan sebaliknya. Dalam artian bahwa akta yang dibuat oleh Notaris tersebut mengalami kebohongan atau cacat, sehingga akta tersebut dapat dinyatakan oleh hakim sebagai akta yang cacat secara hukum begitu pentingnya keterangan yang termuat dalam akta tersebut sehingga penulisannya harus jelas dan tegas. 3 Hal ini sesuai ketentuan dalam Pasal 42 Undang- Undang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa akta Notaris dituliskan dengan jelas dalam hubungan satu sama lain yang tidak terputus-putus dan tidak menggunakan singkatan. Oleh karena itu, ruang dan sela kosong dalam akta digaris dengan 3 Supriadi, Etika & Tanggung Jawab Profesi Hukum di Indonesia , (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), hlm 29. Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan Terakreditasi Kemenristekdikti No. 85/M/KPT/2020 Vol 19 No 2 Agustus 2021 jelas sebelum akta ditandatangani, kecuali untuk akta yang dicetak dalam bentuk formulir berdasarkan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian, semua bilangan untuk menentukan banyaknya atau jumlahnya sesuatu yang disebut dalam akta, seperti penyebutan tanggal, bulan, dan tahun dinyatakan dengan huruf dan harus didahului dengan angka. Akta Notaris yang tidak memenuhi syarat sebagai akta otentik berubah menjadi akta di bawah tangan dalam hal kekuatan pembuktian di pengadilan. Akta di bawah tangan mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna seperti akta otentik apabila diakui oleh orang yang bersangkutan, sedangkan akta otentik tidak memerlukan pengakuan dari pihak yang bersangkutan. Kekuatan pembuktian yang sempurna berarti bahwa isi akta itu dalam pengadilan dianggap benar sampai ada bukti perlawanan yang melumpuhkan akta itu. Dengan hanya memiliki kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan, tentu merugikan kepentingan para pihak. Dalam hal demikian, maka beban tanggung jawab ada pada Notaris yang kurang cermat dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tersebut. Ditegaskan dalam ketentuan Pasal 84 Undang-Undang Jabatan Notaris bahwa tindakan pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf i, Pasal 16 ayat (1) huruf k, Pasal 41, Pasal 44, Pasal 48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, atau Pasal 52 yang mengakibatkan suatu akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan atau suatu akta menjadi batal demi hukum dapat menjadi alasan bagi pihak yang menderita kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada Notaris. Dengan demikian Notaris bertanggung jawab untuk membayar ganti kerugian kepada para pihak yang merasa dirugikan sebagai akibat akta yang batal demi hukum karena kesalahan dari notaris yang bersangkutan. Penjatuhan sanksi-sanksi sebagaimana terurai di atas terhadap anggota yang melanggar Kode Etik disesuaikan dengan kuantitas dan kualitas pelanggaran yang dilakukan anggota tersebut. Dalam kasus perkara Nomor: 174/Pdt.G/2009/PN.SMG, Notaris yang telah membuat akta dapat dimintakan pertanggungjawaban, jika terbukti telah melanggar ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris berkaitan dengan pembuatan akta notaris yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (7). Akta yang dibuat oleh Notaris sesuai jurisprudensi putusan Putusan MA No: 702K/Sip/1991 tidak dapat dibatalkan atau dianggap palsu atas dasar adanya perbuatan yang dilakukan oleh penghadap yang tidak berwenang. Hal tersebut dikarenakan Notaris hanya mencatat apa yang diterangkan oleh penghadap kepada Notaris dan tidak diwajibkan untuk menyelidiki kebenaran materiil apa yang dikemukakan kepadanya oleh karenanya yang harus dibatalkan adalah perbuatan hukum penghadap yang mengadakan perubahan anggaran dasar perseroan pembatalan, karena hakim tidak boleh memutuskan yang tidak diminta. ## D. PENUTUP Pasal 16 ayat (1) huruf l dan ayat (7) Undang-Undang Jabatan Notaris ditegaskan bahwa Notaris berkewajiban membacakan akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi dan ditandatangani pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Pembacaan akta sebagaimana dimaksud tidak wajib dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri, mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap halaman Minuta Akta diparaf oleh penghadap, saksi, dan Notaris. Akibat tidak dipenuhinya ketentuan di atas, maka akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta dibawah tangan. Hal tersebut juga ditegaskan dalam ketentuan pasal 41 Undang-Undang Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa apabila ketentuan dalam Pasal 39 dan Pasal 40 tidak dipenuhi, akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di bawah tangan. ## DAFTAR PUSTAKA Abdulkadir Muhammad, Etika Profesi Hukum , Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2001 A. Kohar, Notaris Dalam Praktek Hukum, Bandung : Alumni,1993 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum , Jakarta : Rajawali Press, 1997 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek , Jakarta : Sinar Grafika, 1991 Budi Untung, Visi Global Notaris, Yogyakarta : ANDI, 2001 C.S.T. Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi Hukum , Jakarta: Pradnya Paramita, 2003 G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, Jakarta : Erlangga, 1996 Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik , Bandung: PT. Refika Aditama, 2008 Habib Adjie, Hukum Notaris di Indonesia (TafsirTematik Terhadap UU No: 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris), Bandung: PT. Refika Aditama, 2008 Mochammad Dja’is dan RMJ. Koosmargono, Membaca dan Mengerti HIR ,Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2008 Muhammad Adam, Notaris Dan Bantuan Hukum, ( Bandung : Sinar Baru, 1985 Nico, Tanggung Jawab Notaris Selaku Pejabat Umum ,Yogyakarta : Center for ocumentation and Studies of Business Law , 2003 Racmat Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan , Cet. 6, Bandung : Putra A. Bardin,1999 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri , Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990. R. Soegondo Notodisoerjo, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, ## Jakarta : Raja Grafindo Persada,1993 R. Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, 1985 Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka Berpikir , Jakarta : PT. Refika Aditama, 2006 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum , Jakarta : UI Press, 2000 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Radja Grafindo Persada, 2001 Soetrisno Hadi, Metodologi Research , Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM, 1990 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta : Liberty,1993 Thong Kie, Tan, Studi Notariat Serba-serbi Praktek Notariat Buku I, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2000 Victor. M. Situmorang, dkk, Grosse Akta Dalam Pembuktian Dan Eksekusi, ## Jakarta : PT.Rineka Cipta,1992 Wawan Setiawan, Pelanggaran Kode Etik Profesi di Kalangan Notaris dan Upaya Penyelesaian, Makalah Seminar Nasional tentang Kejahatan di Lingkungan Profesi yang diadakan oleh Program S2 Universitas Diponegoro, 1992 ## Peraturan Perundang-undangan Undang-Undang Dasar 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris Peraturan Pelaksanaan di bawahnya Kode Etik Notaris AD/ART Ikatan Notaris Indonesia
0a7b5c1b-e0c7-470c-b8b5-fe17fe80f748
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/alkhawarizmi/article/download/4498/2955
PENGARUH MEDIA TIMBANGAN YANG BERORIENTASI MODEL POLYA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA TADRIS ## MATEMATIKA STAIN GPA ## Hilliyani STAIN Gajah Putih [email protected] ## Abstract Learning media is seen as a communication tool that bridges between abstract ideas and the real world, learning media also makes the process of interaction independence, communication and material delivery between educators and students so that it can take place in an appropriate and efficient manner. The purpose of this study was to determine the effect of the scales media oriented on the model of politics and learning independence on understanding the mathematical concepts of STAIN GPA mathematics students. The method used in this study is a quasi-experimental method. The subject of this study was a fifth semester mathematics student consisting of 26 students. Sampling from this study is by using population samples. Data collection before and after treatment was obtained from the test scores on the ability to solve mathematical questions in linear program subjects, PLSV and PTSLV. The test given consists of 10 questions in the form of essays. In addition to using the test in this study also used a questionnaire to see the independence of student learning which consisted of 22 item statements. The results showed that it was 15.65 ≥ 2.05 so that H o was rejected and H a was accepted, or in other words the use of the Polya model oriented scales media and learning independence could have a positive and significant effect on understanding the mathematical concepts of STAIN GPA Mathematics Students. Keywords : Scales Media, Polya Model, Learning Independence, Concept Understanding Ability ## Abstrak Media pembelajaran dipandang sebagai suatu alat komuikasi yang menjembatani antara ide-ide yang abstrak dengan dunia nyata, media pemblajaran juga membuat proses interaksi kemandirian, komunikasi dan penyampaian materi antara pendidik dan peserta didik agar dapat berlangsung secara tepat dan berdaya guna. Tujuan penelitian ini adalah unttuk mengetahui pengaruh media timbangan yang berorientasi model polya dan kemandirian belajar terhadap pemahaman konsep matematis mahasiswa tadris matematika STAIN GPA. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Subjek penelitian ini mahasiswa tadris matematika semester V yang terdiri dari 26 mahasiswa. Pengambilan sampel dari penelitian ini yaitu dengan menggunakan sampel populasi. Pengumpulan data sebelum dan sesudah diberikan perlakuan diperoleh dari nilai tes kemampuan menyelesaikan soal matematika pada mata kuliah program linear materi PLSV dan PTSLV. Tes yang diberikan terdiri dari 10 soal bentuk essay. Selain menggunakan tes dalam penelitian ini juga menggunakan angket untuk melihat kemandirian belajar belajar mahasiswa yang terdiri dari 22 item pernyataan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tabel hitung t t  yaitu 15,65 ≥ 2,05 sehingga H o ditolak dan H a diterima, atau dengan kata lain penggunaan media timbangan yang berorientasi model Polya dan kemandirian belajar dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA. Kata Kunci : Media Timbangan, Model Polya, Kemandirian Belajar, Kemampuan Pemahaman Konsep ## PENDAHULUAN Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan bentuk- bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan-hubungan di antaranya, untuk dapat memahami hubungan beserta strukturnya diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika. Untuk memudahkan mengajarkan suatu pengertian/konsep salah satunya menggunakan obyek-obyek, gambar atau benda-benda konkret atau semi konkret, dalam hal ini diperlukan suatu media/media yang bisa membantu membawa materi dari konkret menuju abstrak (Hudojo, 2005:160) Dalam Asociation of Education Comunication Technology (AECT) media diartikan dengan segala bentuk dan saluran yang dapat dipergunakan untuk proses penyalur pesan (2007-6). Apabila dilihat dari manfaatnya media dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: (a) meningkatkan mutu pendidikan dengan cara meningkatkan kecpatan belajar (rate of learning); (b) memberi kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual; (c) memberi dasar pengajaran yang lebih ilmiah; (d) pengajaran dapat dilakukan secara mantap; (e) meningkatkan terwujudnya kedekatan belajar (immediacy learning), dan (f) memberikan penyajian pendidikan lebih luas (Ely dalam Danim, 1995-13). Selain itu media mempunyai berbagai manfaat antara lain yaitu membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya, media juga dipandang sebagai suatu alat komunikasi yang menjembatani antara ide-ide yang abstrak dengan dunia nyata, media pembelajaran juga membuat proses interaksi, kemandirian, komunikasi dan penyampaian materi antara pendidik dan peserta didik agar dapat berlangsung secara tepat dan berdaya guna. Berdasarkan hasil observasi pada saat pembelajaran berlangsung, mahasiswa juga lebih sering menunggu dosen. Apabila diberikan quis, mahasiswa lebih banyak yang diam dan tidak mengerjakan. Mahasiswa lebih banyak menunggu jawaban yang dituliskan temannya. Jarang sekali didapatkan mahasiswa yang bertanya kepada dosen atau teman yang lain tentang cara mengerjakan tugas tersebut apabila mengalami suatu kendala. Akibat kurangnya kemandirian belajar mahasiswa ini mengakibatkan pembelajaran sering tidak sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Hal ini disebabkan dosen harus mengulangi kembali sub matakuliah yang pernah diberikan. Hal ini juga berdampak pada tidak terelesaikannya kompetensi yang harus dikuasai mahasiswa. Apalagi jika sering terjadi libur atau kegiatan yang harus menyita waktu perkuliahan. Dalam beberapa konsep mata kuliah tertentu, peran sebuah media pembelajaran sangat penting. Terutama berkaitan dengan konsep-konsep matakuliah yang membutuhkan tingkat pemahaman tertentu dan sulit untuk disampaikan dengan bahasa verbal. Teori yang digunakan dalam penelitian yaitu teori Polya pendekatan problem solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar mengajar, tetapi juga merupakan suatu pendekatan berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.Pemahaman Konsep (Djamarah dan Zain, 2006:91). Dalam Hamzah (2003) menyatakan pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau produk baru. Bahkan dalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah mempunyai arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Timbangan adalah suatu alat atau media matematika yang berbentuk seperti timbangan atau neraca yang komponennya terbuat dari penggaris berukuruan panjang sebagai lengan timbangan, satu batang pendek sebagai tiang penyangga dan satu batang berbentuk balok sebagai alas timbangan. Adapun fungsi media timbangan atau neraca adalah memperagakan persamaan dan pertidaksamaan pada mata kuliah program linear. Sehingga dengan media yang berorientasi teori polya pada mata kuliah program linear terhadap kemandirian belajar mahasiswa. Dari paparan di atas agar mahasiswa mempunyai kemandirian dalam menggunakan media timbangan pada mata kuliah program linear yang baik sesuai harapan mahasiswa dan dosen, yaitu dalam proses penyampaian mata kuliah menggunakan media. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengambil judul “ Pengaruh Media Timbangan Yang Berorientasi Model Polya dan Kemandirian Belajar Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA ” . Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan media timbangan yang berorientasi model polya dan kemandirian belajar berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA 2014/2015?. Dengan tujuan penelitian untuk menguji apakah terdapat pengaruh media timbangan yang berorientasi model polya dan kemandirian belajar terhadap pemahaman konsep matematis mahasiswa tadris matematika STAIN GPA 2014/2015. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah penggunaan media timbangan yang berorientasi teori Polya dan kemandirian dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis mahasiswa tadris matematika STAIN GPA 2014/2015. ## METODE PENELITIAN ## Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode dalam penelitian ini yaitu Quasi Eksperimental . ## Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa Tadris Matematika STAIN Gajah Putih Takengon Tahun Ajaran 2014/2015 pada waktu penelitisn dibulan juni sampai dengan oktober. ## Target/Subjek Penelitian Adapun populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Tadris Matematika Semester V STAIN GPA. Pengambilan sampel dari penelitian ini yaitu dengan cara sampel populasi . ## Sumber Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan tes. Instrumen yang digunakan antara lain (1) perangkat tes awal; (2) SAP dan Silabus Pembelajaran; (3) Media Timbangan; (4) tes akhir; (5) angket respon mahasiswa tentang kemandirian belajar. Peneliti hanya mengambil 1 kelas dalam penelitian ini dikarenakan tadris matematika semester V hanya mempunyai 1 unit ruangan. Dalam penelitian ini, pertemuan dilaksanakan sebanyak enam kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama untuk memberikan pretest untuk melihat kemampuan awal, pertemuan kedua sampai dengan pertemuan ke-lima menggunakan media timbangan yang berorientasi model polya dan satu pertemuan lagi dilaksanakan posttest. Untuk angket digunakan skala kemandirian belajar mahasiswa dengan skala likert persepsi penggunaan media timbangan. ## Teknik Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis dalam beberapa tahap, yaitu; tes hasil pemahaman konsep mahasiswa; angket kemandirian belajar mahasiswa, aktivitas belajar mahasiswa. ## Tes Hasil Pemahaman Konsep Data yang dianalisis adalah data hasil tes awal dan tes akhir serta skala Self Regulated Learning mahasiswa dalam matematika. Analisis data secara kuantitatif untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis mahasiswa dan Self Regulated Learnin g mahasiswa dalam mata kuliah aljabar elementer. Pengujian normalitas menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov Satu Sampel aplikasi Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.00 for windows . Pengujian homogenitas Uji Levene melalui SPSS 16. Pengujian homogenitas antara tes awal dan tes akhir dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua tes sama atau berbeda. Uji statistiknya menggunakan Uji Levene melalui SPSS 16 dengan kriteria pengujian adalah terima H o apabila Sig. Based on Mean taraf signifikansi ( ). Jika data normal dan homogen, menggunakan statistik uji-t dengan Independen sample t-test . Hubungan nilai signifikansi uji satu arah dan dua arah dari output SPSS ialah Sig.(1-tailed) = ½ Sig.(2-tailed). Untuk uji dua pihak kriteria pengujian dengan taraf signifikansi adalah terima H o jika Sig.(2- tailed) > sedangkan kriteria pengujian untuk uji satu pihak untuk taraf signifikansi yang sama tolak H o jika Sig.(1-tailed) < . ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ## Hasil Penelitian Berdasarkan hasil pelaksanaan penelitian didapat hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut deskripsi data hasil dari instrumen tes mahasiswa. Tabel Statistik Deskriptif Skor Pretes, Postes, Kemampuan Pemahaman Konsep Hasil Ruang Pretes 26 31 60 47,96 7,81 Postes 26 55 96 77,11 11,42 Tes awal diberikan sebelum proses pembelajaran yang diberikan pada kelas penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis pada perkuliahan program linear materi PLSV dan PTSLV. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai tes awal yang diperoleh mahasiswa sebelum menggunakan media timbangan dan tes akhir yang diperoleh mahasiswa sesudah menggunakan media timbangan. Dengan jumlah mahasiswa 26 orang yang diperoleh nilai tertinggi pada tes awal 60 dan nilai terendah 31,dengan nilai rata-rata 47,96 dan standar deviasi 7,81. Sedangkan pada tes akhir nilai dengan jumlah mahasiswa sama 26 orang yang diperoleh nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 55, dengan nilai rata-rata 77,12 dan standar deviasi 11,42. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data yang diolah merupakan sampel yang berdistribusi normal apa tidak. Uji normalitas terhaadap data pretes dan postes menggunakan statistik Uji Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan bantuan software SPSS 16 for Windows . Perhitungan uji Kolmogorof-Smirnov terdapat pada lampiran, sedangkan hasil output dari analisis uji normalitas disajikan pada tabel sebagai berikut: ## Tabel Hasil Uji Normalitas Skor Pretes, Postes Kemampuan Pemahaman Konsep Kemampuan Kelas Kolmogorov-Smirnov Kesimpulan Keterangan Statistik Sig. Kemampuan Pemahaman Konsep Postes 0,128 0,200 H 0 diterima Normal Pretes 0,166 0,062 H 0 diterima Normal Berdasarkan Tabel di atas maka didapat taraf signifikan   200 , 0  Sig pada tes akhir yang berarti lebih besar dari taraf signifikan 05 , 0   . Sedangkan pada tes akhir diperoleh signifikan   062 , 0  Sig yang berarti lebih besar dari taraf signifikan 05 , 0   . Sehingga dalam pengujian hipotesisnya maka H o diterima, dengan kata lain kedua data berdistribusi normal. Untuk melihat apakan data bervarians homogen atau tidak dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene_Statistik dengan bantuan sofware SPSS 16 for Windows . Perhitungan uji Levene-Statistik terdapat sedangkan hasil output dari analisis uji homogentas disajikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel Hasil Uji Homogenitas Varians Kemampuan Pemahaman Konsep Kemampuan Homogeneity Kesimpulan Keterangan Levene Statistic df1 df2 Signifikansi Pemahaman Konsep 7,041 1 50 0,011 H 0 ditolak Tidak Homogen Berdasarkan Tabel di atas maka didapat taraf signifikan   011 , 0  Sig . Sehingga dalam pengujian hipotesisnya maka H o ditolak dan H a diterima, dengan kata lain data bervarians tidak homogen. Angket merupakan suatu metode pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan tertulis kepada siswa untuk mengetahui kemadirian belajar mahasiswa terhadap kemampuan pemahaman konsep melalui penggunaan media timbangan yang berorientasi model polya. ## Gambar Grafik Rata-rata Persentase Kemandirian Belajar Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa persentase berdasarkan hasil angket mahasiswa pada proses pembelajaran dengan jumlah rata-rata persentase untuk ketidaktergaantungan terhadap orang lain yang memilih selalu 0,12%, sering 0,40%, kadang-kadang 0,38%, tidak pernah 0,10% dan tidak sama sekali 0%. Untuk jumlah rata-rata dari memiliki kepercayaan diri yang memilih selalu 0,17%, sering 0,60%, kadang-kadang 0,17%, tidak pernah 0,05%, dan tidak sama sekali 0%. Untuk indikator berperilaku disiplin yang memilih selalu 0,36%, sering 0,49%, kadang-kadang 0,13%, tidak pernah 0,03% dan tidak sama sekali 0%. Untuk indikator memiliki rasa tanggung jawab yang memilih sangat selalu 0,22%, sering 0,53%, kadang-kadang 0,24%, tidak pernah 0,01% dan tidak sama sekali 0%. Untuk indikator berperilaku berdasarkan inisiatif sendiri yang memilih selalu 0,29%, sering 0,5%, kadang-kadang 0,15%, tidak pernah 0,05, dan tidak sama sekali 0,01. Dan untuk indikator melakukan kontrol diri yang memilih sangat Tidak Ketergant ungan PD Disiplin Tanggung Jawab Inisiatif Kontrol Diri SS 0,12 0,17 0,36 0,22 0,29 0,37 S 0,40 0,60 0,49 0,53 0,5 0,53 KK 0,38 0,17 0,13 0,24 0,15 0,08 TP 0,10 0,05 0,03 0,01 0,05 0,03 TSS 0 0 0 0 0,01 0 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 A xi s Ti tle Kemandirian Belajar selalu 0,37%, sering0,53%, kadang-kadang 0,08%, tidak pernah 0,03% dan tidak sama sekali 0%. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: H o : penggunaan media timbangan yang berorientasi model Polya dan kemandirian belajar mahasiswa tidak dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA 2014/2015. H a : penggunaan media timbangan yang berorientasi model Polya dan kemandirian belajar mahasiswa dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA 2014/2015. Tabel Hasil Pengolahan Data Uji Hipotesis Kriteria Pengujian hitung t tabel t Keterangan Jika tabel hitung t t  , maka H 0 diterima 15, 67 2,05 H a Diterima Jika tabel hitung t t  , maka H a diterima Setelah diperoleh nilai rata-rata, varians, simpangan baku, uji normalitas dan uji homogenitas pada hasil tes awal dan tes akhir mahasiswa maka dilakukan uji t, dengan kriteria pengujian: jika tabel hitung t t  , maka H a diterima dengan    = 0,05. Berdasarkan Hasil perhitungan diperoleh varians postes dan pretes adalah 130,58 dan 61,07, 65 , 15  hitung t , 05 , 2  tabel t , dan 25  df , sehingga tabel hitung t t  , maka H a diterima atau dapat disimpulkan bahwa penggunaan media timbangan yang berorientasi model Polya dan kemandirian belajar mahasiswa pada Mata Kuliah program linear dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA 2014/2015. ## Pembahasan Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan di awal bab ini diperoleh informasi bahwa dalam ruangan memiliki kemampuan awal yang sama secara signifikan. Skor rata-rata pretes 47,96 sebelum dilakukan perlakuan memiliki nilai minimal 31 dan maksimal 64. Setelah dilakukan perlakuan menggunaka media timbangan yang berorientasi model polya menampakkan peningkatan yang positif dan signifikan yang dapat dilihat dari nilai rata-rata 77,115 setelah perlakuan memiliki nilai minimal 55 dan nilai maksimal 96. Dari hasil uji inferensial terhadap pencapaian hasil kemampuan pemahaman konsep matematis dengan menggunakan uji t. Diperoleh 65 , 15  hitung t , 05 , 2  tabel t , dan 25  df , sehingga tabel hitung t t  , maka H a diterima atau dapat disimpulkan bahwa penggunaan media timbangan yang berorientasi model Polya dan kemandirian belajar mahasiswa dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA 2014/2015. Dengan demikian penggunaan media timbangan yang berorientasi model polya dimaksudkan untuk lebih memahami pembelajaran dengan menggunakan media timbangan, mahasiswa juga dapat memecahkan suatu masalah suatu materi pembelajaran dengan menggunakan tahapan-tahapan dalam model polya. Kemampuan pemahaman konsep mahasiswa dapat dilihat dari mahasiswa mampu menerangkan secara verbal mengenai apa yang telah dicapainya, mahasiswa dapat menyajikan situasi matematika kedalam berbagai cara serta mengetahui perbedaan maksudnya adalah sebelum menggunakan media timbangan mahasiswa belum mampu menerapkan suatu konsep yang telah mereka miliki sebelumnya, dengan menggunakan media timbangan mahasiswa diarahkan untuk bereksploitasi dengan menggunakan media timbangan yang ada, dengan menerapkan soal-soal yang telah diberikan. Dalam indikator mampu mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut, maksudnya dalam penelitian ini adalah mahasiswa diberikan suatu objek yang telah disediakan yaitu media timbangan yang berantukan kelereng dan kantung plastik, dan di implementasikan kedalam suatu soal SPLV dan PTSLV. Setelah dialakukan perlakuan mahasiswa mampu memberikan contoh dan contoh kontra dari konsep yang telah dipelajari. Dilihat dari aspek lain yang dapat dioptimalkan dengan menggunakan media timbangan pada mahasiswa selain kognitif dalam memahampi konsep materi ini adalah aspek psikomotor dan aspek afektif. Hal ini terjadi karena melalui penggunaan media ini sangat mahasiswa tanpa terasa melakukan aktivitas pembelajaran sambil bermain. Melalui penggunaan media timbangan ini, mahasiswa sebagai pengguna terlihat lebih aktif bergerak dengan mencoba-coba memasang hasil yang paling tepat dari SPLV dan PTSLV yang ingin dilakukan. Aspek psikomotorik siswa bahkan terlihat lebih optimal pada saat hal itu dilakukan secara mandiri maupun pembelajaran secara kelompok. ## SIMPULAN Media Timbangan yang berorientasi model polya dapat digunakan membantu mahasiswa meningkatkan pemahaman konsep matematis. Mahasiswa dengan permasalahan pemahaman konsep dan keamdirian mahasiswa meningkat pada keenam indikator kemandirian. Skor presentase menunjukkan bahwa mahasiswa telah tidak ketergantungan, percaya diri, disiplin, tanggung jawab, inisiatif dan kontrol diri telah meningkat. Berdasrkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t dapat disimpulkan bahwa penggunaan media timbangan yang berorientasi model Polya dan kemandirian belajar mahasiswa pada Mata Kuliah program linear dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA 2014/2015. Hal ini berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh tabel hitung t t  yaitu 05 , 2 65 , 15  sehingga H o ditolak dan H a diterima, atau dengan kata lain penggunaan media timbangan yang berorientasi model polya dan kemandirian belajar mahasiswa dapat berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemahaman konsep matematis Mahasiswa Tadris Matematika STAIN GPA. ## REFERENSI Danim, Sudarwan. (1995). Media Komunikasi Pendidikan . Jakarta; Bumi Aksara. Djamarah, S. Bahri & Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta : Rineka Cipta. Hudojo, Herman, (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Universitas Negeri Malang Kartadinata, S. (2001). Kemandirian belajar dan orientasi nilai mahasiswa. Bandung: PPS Rusdi Susilana dan Cepi Riyana. (2007). Media Pembelajaran hakikat Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian . Bandung: Wacana Prima. Wina Sanjaya. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan . Jakarta: Kencana
0e89e4a9-01aa-421b-a27b-b82a401e1b0e
https://talenta.usu.ac.id/dinamis/article/download/8442/4689
## SIMULASI VIBRASI BERBASIS METODE ELEMEN HINGGA MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS UNTUK MENGIDENTIFIKASI KONDISI PADA SUDU KOMPRESOR TURBIN GAS SIEMENS V 94.2 SEBAGAI PEMBANGKIT LISTRIK Ikhwansyah Isranuri, Muhammad Asroh Hasibuan Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara [email protected] ## ABSTRAK Vibrasi memiliki banyak pengaruh dalam proses permesinan, analisis getaran digunakan sebagai alat diagnostic untuk memperkirakan kondisi dan kerasukan suatu komponen. Penelitian ini bertujuan untuk Memproyeksikan deformasi total, regangan elastis normal, tegangan normal yang terjadi pada sudu kompresor dan untuk Menganalisa vibrasi yang terjadi pada sudu kompresor. Dalam penelitian ini digunakan kompresor turbin gas siemens v 94.2 dengan jumlah sudu 16 tingkat. Dalam proses melakukan simulasi menggunakan software ANSYS Workbench 18.1 dan proses design menggunakan software Solidworks 2015 . Dalam proses simulasi digunakan dua kecepatan putar yaitu 3000 rpm dan 5000 rpm dengan pemberian beban dinamis dari tiga sumbu dan di pengaruhi oleh gaya gravitasi. Pemilihan material dari kompresor ini adalah baja, proses design digunakan dalam bentuk solid Dari hasil perbandingan diperoleh total deformation dan normal mengalami kenaikan paling tinggi pada arah vertikal. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang terjadi pada kompresor, karena pada arah vertikal pembebanan dilakukan berlawanan dengan gaya gravitasi. Didapatkan juga ketika kecepataan putar dirubah dari 3000 rpm menjadi 5000 rpm, total deformation, normal elastic strain, dan normal stress hampir naik tiga kali lipat.stress mengalami penurunan pada arah vertikal sedangkan normal elastic strain dan kompresor aman dari frekuensi kritis. Kata kunci: Simulasi vibrasi, Turbin gas siemens v 94.2, Software ANSYS , Kompresor, Frekuensi. ## I. PENDAHULUAN Seiring perkembangan zaman, jumlah penduduk semakin bertambah yang berarti semakin bertambah pula kebutuhan akan energi listrik. Salah satu solusi untuk permasalahan tersebut yaitu dengan membangun PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai penyedia energi listrik skala besar. Proses pembangkitan energi listrik dapat digunakan dengan berbagai cara. Salah satunya pembangkit listrik bertenaga uap. Turbin gas merupakan salah satu komponen pada pembangkit bertenaga uap, didalam turbin gas terbagi lagi dalam beberapa komponen yaitu turbin, kompresor, combustion chamber dan generator. Pada tugas sarjana ini difokuskan untuk melakukan analisa pada kompresor. Kondisi dari kompresor sangat berpengaruh terhadap kinerja dari turbin gas karena kompresor berfungsi untuk menaikkan tekanan udara sehingga dapat memutar turbin. Oleh karena itu pemantauan kondisi dari kompresor perlu dilakukan untuk mendeteksi keadaan dan kerusakan pada kompresor. Deteksi dini pada kompresor sangat penting untuk mencegah kerusakan yang terjadi dan untuk menjaga kondisi kompresor pada turbin gas. Analisis getaran (vibrasi) digunakan sebagai alat diagnostik untuk memperkirakan kondisi dan kerusakan pada kompresor. Karena kompresor memiliki prinsip kerja rotasi, kondisi dan kerusakan dapat di deteksi dari frekuensi getaran yang terjadi pada kompresor. Frekuensi tersebut didapatkan dengan melakukan pengukuran pada kompresor yang dilakukan setiap bulannya. Pada tugas sarjana ini proses analisis dilakukan dengan bantuan software ANSYS, yaitu dengan melakukan simulasi getaran (vibrasi) dengan frekuensi yang didapatkan dari pengukuran. Dari simulasi getaran (vibrasi) didapatkan kondisi dan titik terjadinya getaran yang melebihi batas izin getar sehingga mempermudah perawatan dan pemantauan kondisi dari kompresor. Kompresor yang dipergunakan pada tugas ini adalah kompresor 16 tingkat pada turbin gas siemens v 94.2 yang terdapat pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) belawan, sumatera utara. ## II. TINJAUAN PUSTAKA Kompresor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas. Kompresor udara biasanya mengisap udara dari atmosfir. Namun adapula yang mengisap udara atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini kompresor bekerja sebagai penguat ( booster ). Sebaliknya adapula kompresor yang mengisap gas yang bertekanan lebih rendah dari tekanan atmosfir. Dalam hal ini kompresor disebut pompa vakum. Secara umum kompresor dibedakan menjadi dua jenis yaitu kompresor perpindahan positif dan kompresor dinamis. Kompresor merupakan suatu alat mekanik yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan fluida mampu mampat, yaitu gas atau udara. Adapun tujuan dari meningkatkan tekanan adalah untuk menghasilkan kebutuhan tekanan dalam suatu sistem proses yang lebih besar (dapat berupa sistem fisika maupun kimia seperti pengaplikasian kompresor pada turbin di pembangkit listrik) Getaran adalah suatu peristiwa gerak bolak balik secara teratur suatu benda melalui satu titik seimbang. Karena terjadi dengan teratur, getaran sering juga disebut dengan gerak periodik. Kuat atau lemahnya pergerakan benda tersebut dipengaruhi oleh jumlah energi yang diberikan. Semakin besar energi yang diberikan maka semakin kuat pula getaran yang terjadi. Satu getaran sama dengan satu kali gerakan bolak balik penuh dari benda tersebut Mechanical Vibration atau Getaran Mekanis merupakan suatu istilah yang kemunculannya telah melalui proses panjang. Untuk memahami getaran mekanis, orang terlebih dahulu harus memahami makna mekanika sebagai cabang ilmu pengetahuan, karena getaran merupakan salah satu fenomena dari mekanika. Tinjauan sejarah perkembangan mekanika dan getaran tidak lepas dari dua aspek, yaitu hukum alam dan rekayasa. Yang menarik dalam sejarah hukum alam dan rekayasa, apabila kita fokus pada runtuhnya peradaban Islam abad ke-3, hampir semua pakar mekanika terlebih dahulu membahas interpretasi hukum alam, aksioma, uraian, bahkan rumus matematika. Dan hal ini dilakukan terlebih dahulu sebelum membahas rekayasa, aplikasi, serta hubungan dari masing-masing hukum alam tersebut. Bahkan, tinjauan terhadap hukum alam pada abad ke-3 dilakukan sampai pada esensi yang paling dalam, yaitu filosofi. Terdapat tiga parameter utama dalam pengukuran vibrasi terhadap sebuah mesin, yaitu : displacement, velocity dan acceleration yang harus diperhatikan sebelum menganalisa penyebab terjadinya vibrasi yang tidak normal. FEM adalah singkatan dari Finite Element Method , dalam bahasa Indonesia disebut Metode Elemen Hingga. Konsep paling dasar FEM adalah, menyelesaikan suatu problem dengan cara membagi obyek analisa menjadi bagian-bagian kecil yang terhingga. Bagian-bagian kecil ini kemudian dianalisa dan hasilnya digabungkan kembali untuk mendapatkan penyelesaian untuk keseluruhan daerah. Kata “ finite atau terhingga” digunakan untuk menekankan bahwa bagian-bagian kecil tersebut tidak tak terhingga, seperti yang lazim digunakan pada metode integral analitik. Pembuatan mesh atau yg lebih dikenal dengan istilah meshing , merupakan salah satu langkah dalam pre-processing sebuah simulasi. Baik untuk simulasi struktural yg menggunakan Finite Element Method (FEM), maupun simulasi CFD yang umumnya menggunakan Finite Volume Method (FVM). Mesh ini sendiri berguna untuk membagi geometry dari model menjadi banyak elemen yang nantinya digunakan oleh solver untuk membangun volume kontrol Solidwork adalah software yang digunakan untuk membuat desain produk yang sederhana hingga yang kompleks seperti roda gigi, cashing handphone , mesin mobil dan sebagainya. Solidwork menyediakan feature based , parametric solid modeling . Feature based dan parametric ini yang akan sangat mempermudah dalam membuat model 3D. Karena hal ini membuat kita sebagai user bisa membuat model sesuai dengan intuisi kita. Solidwork simulation memungkinkan anda untuk melakukan uji produk sebelum mulai dibuat, membantu mencegah kesalahan lebih awal pada proses desain. Aplikasi ini sangat berguna untuk analis FEA, namun cukup mudah untuk designers produk. Solidwork simulation bahkan bisa membantu anda untuk mengoptimalkan kinerja dan biaya desain anda dengan maksimal. Tidak perlu menunggu sampai produk dibuat untuk melakukan tes, atau membuat berbagai macam prototipe. ANSYS adalah program paket yang dapat memodelkan elemen hingga untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan mekanika, termasuk di dalamnya masalah statik, dinamik, analisis struktural (baik linier maupun nonlinier), masalah perpindahan panas, masalah fluida dan juga masalah yang berhubungan dengan akustik dan elektromagnetik. Gambar 2.1 Proses Simulasi dengan Software ANSYS ## III. METODE PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di laboratorium Pusat Riset Noise and Vibration Control , Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara. Pada penelitian ini, alat yang digunakan untuk melakukan pemodelan dengan menggunakan software Solidwork dan untuk melakukan simulasi menggunakan softwar e ANSYS adalah laptop. Perancangan kompesor 16 tingkat ini didesain langsung dalam bentuk 3D dengan menggunakan software Solidwork. Solidwork yang digunakan pada pemodelan skripsi ini yaitu solidwork 2015. Sedangkan data dimensi kompresor 16 tingkat siemen v 94.2 didapatkan dari PLTU Belawan, Sumatera Utara. (a) (b) Gambar 3.1 (a) Turbin Gas Siemens v 94.2 (b) Gambar Kerja Turbin Gas Siemens v 94.2 Proses simulasi digunakan menggunakan software ANSYS, adapun software ANSYS yang digunakan peneliti adalah software ANSYS 18.1. Proses simulasi yang digunakan yaitu simulasi statik struktural. Adapun proses simulasi dilakukan dengan Engineering data, berisi data dari material yang digunakan, karena material dari turbin gas siemens v 94.2 yaitu baja, selanjutnya Geometri, yang digunakan pada peneltitian ini adalah solid. Meshing bertujuan untuk membagi komponen komponen dalam bentuk sel sehingga memperjelas hasil komputasi, mempermudah proses komputasi, dan untuk membuat jaring-jaring atau ayakan pada kompresor. Adapun tipe meshing yang peneliti gunakan adalah Coarse (kasar), dengan bentuk tetrahedron dan memiliki panjang sisi paling kecil dengan ukuran 10 mm. Selanjutya support, bertujuan untuk mengekang atau tumpuan pada kompresor penelitian ini menggunakan displacement support . Salah satu parameter yang peniliti gunakan adalah memasukkan gaya gravitasi bumi. Parameter kecepatan putar ( rotational velocity ), kecepatan putar pada kompresor adalah 3000 rpm dan 5000 rpm. Pembebanan yang diberikan adalah pembebanan dinamis dengan memberikan gaya (force) selama 3 detik. Pada kecepatan putar 5000 rpm nilai frekuensi pada ketiga sumbu hasilnya sama, frekuensi yang dihasilkan adalah 32,816 Hz, 102,66 Hz, 102,95 Hz, 135,36 Hz. Pada kecepatan putar 3000 rpm nilai frekuensi pada ketiga sumbu hasilnya sama, frekuensi yang dihasilkan adalah 14,632 Hz, 14,885 Hz, 32,758 Hz, 88,602 Hz. Frekuensi kerja pada kecepatan 3000 rpm adalah 50 Hz, frekuensi kerja pada kecepatan 5000 rpm adalah 83,3 Hz. (a) (b) (c) (d) Gambar 3.2 (a) Proses Design Kompresor dengan Solidwork, (b) Engineering Data, (b) Hasil Meshing Kompresor, (d) Pembebanan pada Kompresor. Dari hasil penelitian ini dapat kita lihat pada kecepatan putar 3000 rpm nilai frekuensi natural pada ketiga sumbu hasilnya sama, frekuensi yang dihasilkan adalah 14,632 Hz, 14,885 Hz, 32,758 Hz, 88,602 Hz. Pada kecepatan putar 5000 rpm nilai frekuensi natural pada ketiga sumbu hasilnya sama, frekuensi yang dihasilkan adalah 32,816 Hz, 102,66 Hz, 102,95 Hz, 135,36 Hz. Frekuensi kerja kompresor pada kecepatan 3000 rpm adalah 50 Hz dan pada kecepatan 5000 rpm adalah 83,3 Hz sehingga aman dari frekuensi kritis kompresor. ## IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembuatan model 3D kompresor 16 tingkat mempunyai panjang 6800 mm dan diameter tie road 400 mm. Dengan ukuran terbesar sudu berdiameter 2100 mm dan sudu terkecil berdiameter 1800 mm. Hollow shaft terbesar berdiameter 1500 mm dan hollow shaft terkecil berdiameter 1200 mm. Desain kompresor 16 tingkat ini memiliki volume 8.549.800.000 mm 3 dan memiliki massa 67.116 kg. Gambar 4.1 Design 3D Kompresor (a) (b) (c) Gambar 4.2 (a) Total Deformasi (b) Regangan Normal (c) Tegangan Normal pada Arah Horizontal dengan Kecepatan 3000 rpm Tabel 4.1 Hasil Simulasi pada Sudu Kompresor 16 Tingkat Kecepatan putar 3000 rpm Horizontal Vertikal Aksial Total Deformation (mm) 12,435 12,308 12,509 Normal Elastic Strain (mm/mm) 0,0014862 0,0015079 0,0014807 Normal Stress (MPa) 323,01 322,07 323,27 Kecepatan putar 5000 rpm Total Deformation (mm) 34,338 34,211 34,412 Normal Elastic Strain (mm/mm) 0,0041577 0,0041793 0,0041508 Normal Stress (MPa) 896,15 895,21 896,41 Dari tabel hasil pengujian statik diatas dapat dilihat bahwa total deformation dan normal stress pada putaran 3000 rpm yang paling tinggi pada arah aksial dengan nilai masing- masing 12,509 mm dan 323,27 MPa. Sedangkan total deformation dan normal stress pada putaran 3000 rpm yang paling rendah pada arah vertikal dengan nilai masing-masing 12,308 mm dan 322,07 MPa. Normal elastic strain pada putaran 3000 rpm yang paling tinggi pada arah vertikal dengan nilai 0,0015079 mm/mm dan yang paling rendah pada arah aksial dengan nilai 0,0014807 mm/mm Total deformation dan normal stress pada putaran 5000 rpm yang paling tinggi pada arah aksial dengan nilai masing-masing 34,412 mm dan 896,41 MPa. Sedangkan total deformation dan normal stress pada putaran 5000 rpm yang paling rendah pada arah vertikal dengan nilai masing-masing 34,211 mm dan 895,21 MPa. Normal elastic strain pada putaran 5000 rpm yang paling tinggi pada arah vertikal dengan nilai 0,0041793 mm/mm dan yang paling rendah pada arah aksial dengan nilai 0,0041508 mm/mm. Gambar 4.3 Grafik Total Deformation Gambar 4.3 Grafik Total Deformasi 0.0014862 0.0015079 0.0014807 0.0041577 0.0041793 0.0041508 0 0.001 0.002 0.003 0.004 0.005 horizontal vertikal aksial 3000 rpm 5000 rpm 12.435 12.308 12.509 34.338 34.211 34.412 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Horizontal vertikal aksial 3000 rpm 5000 rpm Gambar 4.4 Grafik Normal Elastic Strain Gambar 4.5 Grafik Normal Stress ## V. KESIMPULAN Dari hasil perbandingan diperoleh kesimpulan bahwa total deformation dan normal mengalami kenaikan paling tinggi pada arah vertikal. Hal ini dipengaruhi oleh gaya gravitasi yang terjadi pada kompresor, karena pada arah vertikal pembebanan dilakukan berlawanan dengan gaya gravitasi. Dapat disimpulkan juga ketika kecepataan putar dirubah dari 3000 rpm menjadi 5000 rpm, total deformation, normal elastic strain , dan normal stress hampir naik tiga kali lipat.stress mengalami penurunan pada arah vertikal sedangkan normal elastic strain dan kompresor aman dari frekuensi kritis. ## REFERENSI [1] Sularso dan Haruo Tahara. 2000. Pompa dan Kompresor . Jakarta: PT. Pradnya Paramita [2] Karyasa, Tungga B. 2011. Dasar-Dasar Getaran Mekanis. Yogyakarta: CV. Andi Offset [3] Sarwanto. 2012. Belajar Cepat Desain 3D dengan Solidworks . Yogyakata: PT. Media Setara [4] Hutahen, Ramses Y. 2012. Getaran Mekanik . Yogyakarta: Andi Publiser [5] Ryan Tua “ Analisa Karakterisitik Aerodinamika Pengaruh Sirip Terhadap Airfoil Sayap Pesawat UAV USU Menggunakan Metode Computational Fluid Dynamic SOLIDWORKS” . Departemen Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. [6] Yendra, Andika Noveri “Analisa Aliran Fluida Proses Exhausting pada Knalpot Komposit Hybrida Batang Kelapa Sawit Melalui Metode Computational Fluid Dynamic” . Departemen Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. 323.01 322.07 323.27 896.15 895.21 896.41 0 200 400 600 800 1000 horizontal vertikal aksial 3000 rpm 5000 rpm [7] Rahmad Hidayat “Simulasi Deformasi dan Tegangan Sayap Pesawat Tanpa Awak Berbahan Komposit Serat Rock Wool dan Polyester dengan Software Ansys 14.0” . Departemen Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. [8] Simanjuntak, Jules Rimson “Simulasi Perilaku Mekanis Kekuatan Tarik Material Paduan Aluminium Magnesium Foam Dengan Menggunakan Software Ansys 14.0” . Departemen Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.
bf6d1783-ccbb-4a88-bd2e-ccc69c99c77b
http://siakad.univamedan.ac.id/ojs/index.php/JMPM/article/download/93/66
## FARABI Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pendidikan Matematika Dalam Memecahkan Masalah Struktur Aljabar Ring Materi Daerah Integral Dan Field 1 Clarisa, 2 Fatma Liana Rahma, 3 Fauziah Nur, 4 Khairunnisa Hasibuan, 5 Nabila Khodijah, 6 Siti Maysarah 1,2,3,4,5,6 Prodi Pendidikan Matematika, FITK, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan- Indonesia 20371 Email : [email protected] ## ABSTRAK Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting peserta didik, khususnya mahasiswa agar dapat menghubungkan persoalan atau informasi yang diperolehnya melalui penyelidikan dan penkajian secara sistematis sehingga menghasilkan ide atau solusi untuk pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif yang bertujuan menganalisis atau menggambarkan kemampuan berpikir kritis matematika mahasiswa jurusan pendidikan matematika pada materi daerah integral dan field. Indikator yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan berpikir kritis matematika mahasiswa antara lain kemampuan identifikasi masalah, analisis, sintesis, inferensi dan evaluasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh secara online menggunakan media google form. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang bagaimana pandangan mereka mengenai pemahaman materi daerah integral dan field yang terdiri dari 6 pertanyaan. Kemampuan berpikir kritis matematika mahasiswa jurusan pendidikan matematika pada mata kuliah stuktur aljabar ring materi daerah integral dan field tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena dari uraian karakteristik kemampuan berpikir kritis matematika subjek pada masing-masing predikat diperoleh bahwa secara umum mahasiswa hanya mampu memenuhi sebagian indikator berpikir kritis atau belum mampu memenuhi seluruh indikator berpikir kritis. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis matematika mahasisa pada materi daerah integral dan field tersebut antara lain : sistem pembelajaran daring yang kurang efektif, penguasaan konsep-konsep daerah integral dan field dan materi prasyarat (kemampuan awal) serta penerapannya, dan kurangnya motivasi serta minat belajar mahasiswa. Kata kunci: Daerah integral, field ## ABSTRACT Critical thinking is one of the very important abilities of students, especially students in order to be able to connect problems or information obtained through systematic investigation and study so as to produce ideas or solutions for problem solving in learning mathematics. This research is an exploratory descriptive study with a qualitative approach that aims to analyze or describe the mathematical critical thinking skills of students majoring in mathematics education in integral and field areas. The indicators used to describe students' mathematical critical thinking skills include problem identification, analysis, synthesis, inference and evaluation skills. Data collection techniques in this study were obtained online using google form media. The instrument used in this research is a questionnaire on how they view the understanding of integral area and field material which consists of 6 questions. The ability to think critically in mathematics for students majoring in mathematics education in the ring algebraic structure subject for integral areas and fields is low. This is because from the description of the characteristics of the mathematical critical thinking ability of the subject in each predicate, it is found that in general students are only able to fulfill some of the critical thinking indicators or have not been able to meet all of the critical thinking indicators. Factors that influence students' critical thinking skills in mathematics in the integral and field areas include: an ineffective online learning system, mastery of integral and field concepts and prerequisite materials (initial abilities) and their application, and lack of motivation and interest. student learning. Keywords: Integral area, field ## A. Pendahuluan Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang diberikan terhadap semua jenjang pendidikan. Menurut Susanto (2013: 186), pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh gurubuntuk mengmabngkan kreativitas berfikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksin pengetahuan baru sebagu upaya meningkatkan pengauasaan yang baik terhadap materi matematika. Menurut Fisher dalam Eka Prihatini, (2016) menyatakan kemampuan berfikir kriitis sebagai kemampuan untuk menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi ide dan argumen. Sementara itu Nugent Vitale mengatakan bahwa kemampuan berfikir kritis melibatkan tujuan, goal-direction berfikir dalam propses pembuatan keputusdan berdasarkan bukti dan bukan menebak dalam proses pemecahan maslah ilmiah. Glazer (2016: 59) menjelaskan bahwa berpikir kritis matematis memuat kemampuan dan disposisi yang dikombinasikan dengan pengetahuan awal, kemampuan penalaran matematika, dan strategi kognitif untuk mengeneralisasikan, membuktikan, mengankses situsi matematik yang tidak biasa secara reflektif. Untuk itu dengan kemampuan berfikir kritis mahasiswa dapat menganalisis serta membuat keputusan sesuai informasi yang ada. Tujuan umum pembelajaran matematika merupakan adanya kemampuan pemecahan masalah. Pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam pemelajaran matematika bahwa pemecahan masalah mengutamakan proses dan strategi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. pemecahan masalah matematika tidak semata-mata bertujuan untuk mencari sebuah jawaban yang benar, tetapi juga bertujuan bagaimana mengkonstruksi segala kemungkinan pemecahannya yang reasonabl e (layak, pantas, masuk akal) dan viabel (dapat ditampakkan). Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk dikembangkan sebagai bekal untuk menghadapi kompleksitas permasalahan kehidupan. Struktur aljabar merupakan salah satu cabang matematika abstrak, yang umumnya lebih sulit dibandingkan dengan cabang matematika lain yang lebih konkret. Di dalam struktur aljabar dibicarakan tentang himpunan dengan satu operasi dan dua operasi yang berupa Grup dan Ring (Gelanggang) yang merupakan suatu aljabar modern yang standar. Struktur aljabar menurut Wahyudin (Yuniati, 2012) adalah ilmu yang mempelajari suatu himpunan dengan satu atau lebih operasi biner yang diberlakukan pada sistem aljabar tersebut. Menurut Elah (2012: 79) Mata kuliah Struktur Aljabar merupakan suatu mata kuliah yang memuat konsep-konsep yang abstrak, sehingga mahasiswa seringkali mendapat kesulitan dalam mempelajarinya. Kemampuan berfikir kritis telah menjadi tuntutan di dalam semua pelajaran, termasuk materi daerah integral dan field. Artinya mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritisnya untuk dapat menafsirkan, menganalisis, mengevaluasi, serta membuat keputusan yang disertai dengan adanya bukti. Atas dasar hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Semester VI UIN Sumatera Utara Angkatan 2018 Dalam Memecahkan Masalah Struktur Aljabar Ring Materi Daerah Integral Dan Field.” ## 1. Kemampuan Berpikir Kritis Di era milenial yang penuh dengan persaingan ini, berpikir kritis mempunyai peran penting dalam menghadapi aneka macam masalah dalam kehidupan. Menurut (Sulistyorini, Yuni &Napsiah, 2019: 279) Kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk kesuksesan pembelajar di masa depan. Dengan demikian, para pembelajar sebaiknya dituntut untuk memiliki kemampuan berpikir kritis. Kata “kemampuan” berasal dari kata mampu yang berarti kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, dapat. Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Menurut Chaplin, ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan (ability) berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Peneliti Femi dan Syamsir (2006: 72) mengatakan bahwa Kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas dua kelompok faktor, yaitu: a. Kemampuan intelektual ( intellectual Ability ), merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah). b. Kemampuan fisik ( Physical Ability ), merupakan kemampuan melakukan tugas- tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan dan karakteristik serupa. Adapun kata kritis berasal dari bahasa yunani yaitu kritikos dan kriterion . Kata kritikos berarti pertimbangan, sedangkan kriterion mengandung makna ukuran baku atau standar. Dengan demikian secara etimologi berpikir kritis mengandung makna suatu kegiatan mental yang dilakukan seseorang untuk dapat memberi pertimbangan dengan menggunakan ukuran tertentu (Hamidah, 2018: 89). Menurut Peter Reason menyatakan “berpikir (thingking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan. (Sanjaya, 2008: 230) Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi. Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu modal dasar atau modal intelektual yang sangat penting bagi setiap orang, kemampuan ini merupakan bagian yang fundamental dalam kematangan manusia. Peneliti Dwijayanti dan Yulianti (2010) mengatakan bahwa Berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai dan dilakukan. Berpikir kritis merupakan kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakan secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Proses mental ini menganalisis ide dan informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis adalah suatu bentuk berpikir yang digunakan dalam rangka memecahkan masalah. Berpikir kritis dalam belajar matematika merupakan suatu proses kognitif atau tindakan mental dalam usaha memperoleh pengetahuan matematika. Kemampuan berpikir kritis siswa sangat diperlukan untuk memahami dan memecahkan suatu masalah atau soal matematika yang membutuhkan penalaran, analisis, evaluasi dan interpetasi pikiran. Berpikir kritis dalam pembelajaran matematika dapat mengurangi semaksimal mungkin terjadinya kesalahan saat menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pada hasil akhir akan diperoleh suatu penyelesaian dengan kesimpulan yang tepat (Eny & Masrukan, 2016: 609). Sebagaimana telah Allah SWT firmankan dalam Al-Qur‘an Surat Az-Zumar ayat 18 tentang berpikir kritis. ا ل َّ ذ ِ يْ ن َ ا ل و ل ٰۤى ك َ اا ا َ ح ل س لن ذ ه َ ا ل ت ذب ِعيو ْ ن ل ِ الْ ذب ل ْ ل َ ا ل ت ذب ِع يع ل و ذن ل َ َا ل َّ ذ ِ يْ ن ا ياَ لول ل ذ َ َب ك َ اذم ِْ الول ٰۤى ك َ لك ا ِ ح ّٰ ه َ اِم ِ ىه ُم ل ْ Artinya: (yaitu) mereka yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal sehat. Menurut Glaser dalam Pristasari Ajeng, (2011) indikator-indikator berpikir kritis adalah sebagai berikut: a. Mengenal masalah b. Menemukan cara-cara yang dapat dipakai untuk menangani masalah-masalah itu. c. Mengumpulkan dan menyusun informasi yang diperlukan d. Mengenal asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang tidak dinyatakan e. Memahami dan menggunakan bahasa yang tepat, jelas, dan khas. f. Menganalisis data g. Menilai fakta dan mengevaluasi pernyataan- pernyataan h. Mengenal adanya hubungan yang logis antara masalah-masalah. i. Menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan-kesamaan yang diperlukan. j. Menguji kesamaan-kesamaan dan kesimpulan-kesimpulan yang seseorang ambil. ## 2. Pemecahan Masalah Memecahkan masalah merupakan perkara yang ada dalam kehidupan sehari-hari manusia. Karena sebagian dari kehidupan manusia mempunya berbagai masalah yang berbeda-beda dan membutuhkan solusi penyelesaiannya. Apabila gagal dalam suatu penyelesaian, maka manusia akan mencari cara lain agar masalah tersebut dapat terpecahkan. Menurut Karso (2009: 31) Pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi. Sesuatu itu merupakan masalah bagi siswa bila sesuatu itu baru dikenalnya, tetapi siswa telah memiliki prasyaratan hanya siswa belum tahu proses alogaritmanya (hitungan/ penyelesaiannya). Sesuatu masalah bagi siswa tetapi bukan bagi guru. Solso dalam Zainal Abidin, (2017) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah berpikir atau pemikiran yang diarahkan pada pemecahan masalah spesifik yang melibatkan baik pembentukan jawaban maupun pemilihan diantara jawaban-jawaban yang mungkin. Memecahkan suatu masalah diperlukan kemampuan dalam berpikir tingkat tinggi untuk memproleh hasil yang benar. Sedangkan menurut Evans, pemecahan masalah didefinisikan sebagai transformasi untuk menutup kesenjangan antara yang ada sekarang dengan yang akan datang. Suatu pemecahan masalah sedapat mungkin menggunakan strategi dalam prakteknya, sehingga masalah dapat dipecahkan dengan mudah. Suatu permasalahan dapat dipecahkan dengan menggunakan strategi yang dilandasi dengan konsep pengetahuan awal yang telah dimiliki agar masalah tersebut mudah untuk dipecahkan. Misalnya dalam memecahkan masalah matematika, harus mempunyai pengetahuan dasar terlebih dahulu untuk diaplikasikan ke masalah yang ingin dipecahkan. Muijis, Daniel & Reynold (2008: 187-190) mengemukakan bahawa Terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah matematika, yaitu: a. Memahami dan mempersentasikan masalahnya 1) Menemukan dengan tepat apa arti masalahnya. Ini melibatkan tindakan menemukan informasi atau mengidentifikasi masalah. 2) Perlu mengembangkan representasi yang akurat tentang masalah itu, ini membutuhkan dua pokok elemen yaitu pemahaman linguistik (siswa harus memahami kata perkata dan struktur logis kalimat-kalimat). Setelah semua kalimat di pahami, siswa harus menyatukan menjadi sebuah pengertian utuh, dan harus mampu memahami masalahnya secara keseluruhan. b. Memilih atau merencanakan solusinya Setelah memahami masalahnya, bagian kedua proses berupa merencanakan sebuah rencana untuk menyelesaikan masalahnya. 1) Perlu memiliki sebuah strategi umum untuk memecahkan masalah, yang disebut sebuah heuristik. 2) Siswa mampu memilih sebuah Algoritma (prosedur langkah demi langkah untuk mencapai sesuatu) yang efektif untuk masing-masing bagian masalahnya. c. Melaksanakan rencananya Bagian ketiga melibatkan upaya menemukan solusi aktual untuk masalahnya. Bila heuristik yang dipilih di dalam langkah sebelumnya telah melahirkan rencana yang tepat dalam kaintanya dengan algoritma mana yang akan digunakan, langkah tersebut biasanya bersifat langsung dan hanya melibatkan penerapan algoritma yang dipilih saja. d. Mengevaluasi Hasil-hasilnya Langkah terahir adalah memeriksa jawaban. Pemeriksaan yang diketahui oleh umum tetapi sering di lupakan adalah dengan melihat apakah jawabanya masuk akal. Siwa juga perlu memeriksa bukti-bukti dan data yang mungkin kontradiktif (atau mengkonfirmasikan) jawaban mereka. ## 3. Struktur Aljabar Ring Struktur aljabar merupakan suatu sistem matematika yang dibangun dari himpunan, operasi dan aksioma. Himpunan bilangan merupakan salah satu konsep yang dijadikan sebagai dasar pengembangan struktur aljabar lebih lanjut. Hidayah (2017: 3) menyatakan bahwa dengan menganalogikan sifat-sifat yang dimiliki oleh himpunan bilangan, beberapa struktur lain dapat ditentukan seperti Grup, ring, modul, dan lain sebagainya. Pembentukan struktur baru sangat ditentukan oleh pendefinisian operasi pada himpunan tersebut. Operasi penjumlahan dan perkalian “dasar” yang sudah didefinisikan dan digunakan selama ini menjadi acuan untuk pengembangan operasi lainnya yang akan dijadikan sebagai pengembangan struktur lebih lanjut. Aksioma merupakan bagian yang penting dalam pengembangan struktur aljabar, karena aksioma tersebut menjadi bagian yang akan membedakan satu struktur aljabar dengan aljabar lain. Suatu sistem aljabar yang terdiri dari satu himpunan tak kosong dengan satu operasi biner dinamakan grup. Sistem aljabar tersebut berjumlah cukup untuk menampung struktur- struktur yang ada dalam matematika. Pada bagian ini dikembangkan suatu sistem aljabar yang terdiri dari satu himpunan tak kosong dengan dua operasi biner yang disebut dengan ring (gelanggang). Nurmala (2013: 12) menyatakan Secara eksplisit, suatu ring didefinisikan sebagai berikut: Uniarti (2019: 8) menyatakan bahwa Struktur aljabar dengan satu himpunan objek dan dua operasi yang memenuhi aksioma-aksioma tertentu disebut Ring. Febi dalam riani (2019) menyatakan bahwa Suatu ring ( 𝑅 , +,×) adalah suatu himpunan tak kosong 𝑅 dengan dua operasi biner yaitu + sebagai operasi pertama dan × sebagai operasi kedua, yang kedua-duanya didefinisikan pada 𝑅 yang memenuhi aksioma sebagai berikut: a. (R, +) adalah grup abelian b. Operasi × bersifat asosiatif: ( 𝑎 × 𝑏 ) × 𝑐 = 𝑎 × ( 𝑏 × 𝑐 ), ∀𝑎 , 𝑏 , 𝑐 ∈ 𝑅 c. Operasi × bersifat distributif terhadap + di 𝑅 ; ∀𝑎 , 𝑏 , 𝑐 ∈ 𝑅 ( 𝑎 + 𝑏 ) × 𝑐 = ( 𝑎 × 𝑐 ) + ( 𝑏 × 𝑐 ) (distributif kiri) 𝑎 × ( 𝑏 + 𝑐 ) = ( 𝑎 × 𝑏 ) + ( 𝑎 × 𝑐 ) (distributif kanan) 4. Daerah Integral dan Field a. Daerah Integral Definisi 2.1 Suatu unsur 𝑎 ≠ 0 pada suatu ring komutatif 𝑅 , disebut sebagai unsur pembagi nol ( devisors of zero ) bilamana terdapat suatu unsur 𝑏 ≠ 0 sehingga 𝑎𝑏 = 0. Contoh 2.1 Ring ⟨𝑍 12 , +, ∙⟩ maka unsur-unsur 2, 3, 4, 6 masing-masing adalah unsur pembagi nol. Hal ini disebabkan (2)(6) = 0; (3)(4) = 0; (4)(3) = 0; (6)(2) = 0 Definisi 2.2 Suatu ring komutatif D dengan unsur kesatuan yang tidak mempunyai unsur pembagi nol ( devisors of zero ) disebut sebagai daerah integral (integral domain). Contoh 2.2 ⟨𝑍 3 , +, ∙⟩; ⟨𝑍 5 , +, ∙⟩; ⟨𝑍 𝑛 , +, ∙⟩ dengan 𝑛 bilangan prima merupakan daerah integral (integral domain). Contoh 2.3 Ring dengan bilangan bulat Z adalah suatu integral karena untuk setiap 𝑥, 𝑦 ∈ 𝑍, persamaan 𝑥𝑦 = 0 dipenuhi hanya apabila 𝑥 = 0 atau 𝑦 = 0 . Teorema 2.1 Andaikan D adalah suatu daerah integral dan misalkan 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ 𝐷 dengan 𝑎 ≠ 0 , jika 𝑎𝑏 = 𝑎𝑐 , maka 𝑏 = 𝑐 . Bukti: 𝑎𝑏 − 𝑏𝑐 = 0 𝑎(𝑏 − 𝑐) = 0 karena 𝑎 ≠ 0 , maka (𝑏 − 𝑐) = 0 (integral domain) 𝑏 − 𝑐 = 0 𝑏 = 𝑐 (terbukti) b. Idempoten dan Nilpoten Definisi 2.3 Suatu elemen 𝑎 di ring 𝑅 disebut idempotent jika 𝑎 2 = 𝑎. Suatu elemenn 𝑎 ∈ 𝑅 disebut nilpotent jika 𝑎 𝑛 = 0 untuk semua bilangan bulat positif 𝑛 (Maysarah,2020 : 30). Contoh 2.8 Carilah semua unsur idempotent dan nilpotent dari ring ⟨𝑍 4 , +, ∙⟩ Penyelesaian: Misalkan diambil 𝑍 4 = {0, 1, 2, 3} 𝑚𝑜𝑑 4 0 2 = 0.0 = 0 1 2 = 1.1 = 1 2 2 = 2.2 = 0 3 2 = 3.3 = 1 Maka unsur idempotent dari ring ⟨𝑍 4 , +, ∙⟩ adalah 0 dan 1. Adapun unsur nilpotent dari ⟨𝑍 4 , +, ∙⟩ adalah 0 dan 2. Contoh 2.10 𝑍 6 = {0, 1, 2, 3, 4, 5} adalah ring terhadap operasi biner penjumlahan dan perkalian modulo 6. Maka unsur 0, 1, 3, dan 4 adalah unsur idempotent, sebab: 0 2 = 0 1 2 = 1 3 2 = 3 4 2 = 4 Contoh 2.11 𝑍 8 = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7} adalah ring terhadap penjumlahan dan perkalian modulo 8. Maka unsur 0, 2, 4, dan 6 adalah unsur nilpoten, sebab: 0 2 = 0 2 3 = 0 4 2 = 0 6 3 = 0 c. Lapangan (Field) Definisi 2.4 Suatu ring komutatif 𝑓 dengan unsur kesatuan dikatakan sebagai lapangan ( field ) jika setiap unsur tidak 0 (nol) adalah unsur satuan. Penjelasan: 1) 𝐹 dikatakan lapangan jika 𝐹 sebuah gelanggang dengan unsur kesatuan, dan semua unsurnya satuan kecuali nol. 2) Lapangan ( field ) pasti merupakan daerah integral (integral domain). Akan tetapi, daerah integral belum tentu lapangan ( field ). 3) Daerah integral tidak memiliki unsur pembagi nol ( devisors of zero ) sehingga semua lapangan ( field ) pasti daerah integral. 4) Semua unsur satuan pasti tidak ada pembagi nol. Jika tidak ada pembagi nol, belum tentu semua unsur satuan. Contoh 2.13 Buktikan bahwa ⟨𝑍 5 , +, ∙⟩ merupakan sebuah lapangan ( field )? Penyelesaian: Tabel 1. Cayle operasi biner perkalian 𝑍 5 . 0 1 2 3 4 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 3 4 2 0 2 4 1 3 3 0 3 1 4 2 4 0 4 3 2 1 Selain unsur 0 ∈ 𝑍 5 semua unsurnya {1, 2, 3, 4} merupakan unsur satuan. Karena: (1)(1) = 1 sehingga 1 −1 = 1 (2)(3) = 1 sehingga 2 −1 = 3 (3)(2) = 1 sehingga 3 −1 = 2 (4)(4) = 1 sehingga 4 −1 = 4 ∴ dengan demikian, terbukti bahwa ⟨𝑍 5 , +, ∙⟩ merupakan sebuah lapangan ( field ). Contoh 2.14 Buktikan 𝑍 𝑝 dimana 𝑝 = prima, maka ⟨𝑍 𝑝 , +, ∙⟩ merupakan lapangan ( field ). Penyelesaian: 𝑍 𝑝 = {0, 𝑎 1 , 𝑎 2 , 𝑎 3 , … 𝑎 𝑛 }; 𝑛 ∈ 𝑝 𝑎 1 , 𝑎 2 tidak mempunyai kelipatan. Akibatnya 𝑎 1 . 𝑎 2 ∈ 𝑍 𝑝 ≠ 0, 1, 2, 3, … Karena 𝑎 1 . 𝑎 2 ≠ 0 , jika 𝑎 1 merupakan invers dari 𝑎 2 𝑎 1 merupakan invers satuan 𝑎 2 merupakan invers satuan ∀𝑎; 𝑎 ≠ 0 merupakan unsur satuan ∴ 𝑍 𝑝 merupakan sebuah lapangan ( field ). d. Karakteristik Dari Ring Definisi 2.5 Andaikan 𝑅 adalah suatu ring, karakteristik dari ring 𝑅 adalah suatu bilangan bulat positif terkecil 𝑛 sehingga; 𝑛𝑥 = 𝑥 + 𝑥 + 𝑥 + ⋯ + 𝑥 = 0 untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑅 , bila tidak terdapat bilangan 𝑛 yang demikian, maka 𝑅 mempunyai karakteristik 0. Teorema 2.5 Andaikan 𝑅 adalah suatu ring dengan unsur kesatuan 1, jika order dari unsur 1 adalah tak hingga, maka 𝑅 mempunyai karakteristik 0, jika unsur 1 mempunyai order 𝑛 , maka karakteristik dari 𝑅 adalah 𝑛 . Bukti: Jika unsur kesatuan 1 beorder tak hingga, maka tidak terdapat bilangan bulat 𝑛 , sehingga 𝑅 mempunyai karakteristik 0. Sekarang kita misalkan unsur kesatuan 1 beroder 𝑛 , maka 𝑛. 1 = 0 , hal ini berakibat untuk setiap 𝑥 ∈ 𝑅 diperoleh: 𝑛𝑥 = 𝑛(1𝑥) = 1𝑥 + 1𝑥 + ⋯ + 1𝑥 = (1 + 1 + ⋯ + 1)𝑥 = (𝑛. 1)𝑥 = 0𝑥 = 0 ## B. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang sistematis. Metode penelitian mencakup prosedur dan teknik penelitian. Metode penelitian merupakan langkah penting untuk memecahkan masalah-masalah penelitian. Dengan menguasai metode penelitian, bukan hanya dapat memecahkan berbagai masalah penelitian, namun juga dapat mengembangkan bidang keilmuan yang digeluti. Selain itu, memperbanyak penemuan-penemuan baru yang bermanfaat bagi masyarakat luas dan dunia pendidikan. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kualitatif, artinya penelitian yang menggambarkan atau mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta- fakta yang ada. Penelitian deskriptif kualitatif berusaha untuk menggambarkan semua gejala atau kondisi yang ada, yaitu keadaan gejala atau fenomena yang muncul ketika peneliti melakukan penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui kemampuan berpikir kritis mahasiswa pendidikan matematika mengenai daerah integral dan field yang merupakan materi dalam silabus mata kuliah struktur aljabar ring. Subjek penelitian ini adalah Mahasiswa pendidikan matematika sebanyak 21 orang. Penelitian ini dilaksanakan dirumah masing- masing Mahasiswa pendidikan matematika sebanyak 21 orang. Objek dari penelitian ini kemampuan berpikir kritis mahasiswa pendidikan matematika mengenai daerah integral dan field yang merupakan materi dalam silabus mata kuliah struktur aljabar ring. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh secara online menggunakan media google form. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tentang kemampuan berpikir kritis mahasiswa pendidikan matematika mengenai daerah integral dan field yang merupakan materi dalam silabus mata kuliah struktur aljabar ring yang terdiri dari 6 pertanyaan. Angket ini dibuat dengan menggunakan alternatif jawaban penyataan tertutup dan terbuka. ## C. Hasil dan Pembahasan Dari hasil penelitian Mahasiswa Pendidikan Matematika diberikan 6 pertanyaan dan 21 tanggapan mahasiswa tentang pemecahan masalah mengenai Struktur Aljabar Ring pada materi Daerah Integral Dan Field dari hasil angket melalui google form. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan atau cara berpikir mahasiswa dalam pemecahana masalah pendidikan matematikan mengenai struktur aljabar ring pada materi Daerah Integral Dan Field. Berikut ialah hasil dari penelitian: Tabel 2. Data hasil penelitian No Persentasi Mampu Persentasi Tidak mampu 1 90,5% 9,5 % 2 47,6 % 42,9 % 3 76,2 % 23,8 % 4 28,6 % 71,4 % 5 20,5 % 79,5% 6 36,5 % 63,5% Dari hasil penelitian, dengan pertanyaan pertama apakah mengetahui defensi integral yang memilih Ya, dengan persentase 90,5%. Dapat diketahui mahasiswa lebih banyak memilih Ya dikarenakan mereka setuju dengan pertanyaan yang peneliti berikan. Mereka menyetujui bahwasanya defenisi integral diketahui banyak orang. Dengan pernyataan demikian, sudah terlihat bahwasanya integral ini sudah tidak asing lagi dan sudah diketahui banyak orang. Pertanyaan kedua tentang Manakah dari ring berikut yang menciptakan daerah integral. Hasil jawaban hampir sama, dengan persentase 47,6 %. Dapat diketahui bahawa mengetahui ring tersebut hanya setengah, dikarenakan mereka masih ada yang belum bisa memahami ring yang menciptakan daerah integral. Untuk pertanyaan ketiga mengenai apakah dapatmengetahui defenisi idempotein dan nipotein. Ternyata lebih dominan memilih Ya, dengan persentase 76,2%. Bahwasanya sudah banyak orang yang mengetahui materi tersebut. Pertanyaan keempat, mengenai sebutkan stu ciri-ciri suatu ring dikatakan lapangan (field), dengan persentase 28,6. Dengan pernyataan tersebut, sedikit yang mengetahui bentuk ciri-ciri suatu ring dikatakan lapangan (field) karena kebanyakan siswanya tidak mengetahui. Selanjutnya pertanyaan kelima temukan unsur pembagi nol dari ring Z3 x Z3, dan hanya 20,95% yang hanya mengetahui jawaban dari ring Z3 x Z3. Bahwasanya banyak mahasiswa yang belum paham pada materi atau soal tersebut. Pertanyaan keenam mengenai apakah materi daerah integral ini mudah dipahami atau tidak hanya 36,5%yang memahami materi daerah integral ini karena menurut mereka sulit dipahami karena kurangnya literatur, dan sulit jik aberhubungan dengan contoh, dan sulit belakar materi daerah integral ini karena faktor kuliah daring. D. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 1. Kemampuan berpikir kritis matematika mahasiswa jurusan pendidikan matematika pada mata kuliah stuktur aljabar ring materi daerah integral dan field tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena dari uraian karakteristik kemampuan berpikir kritis matematika subjek pada masing-masing predikat diperoleh bahwa secara umum mahasiswa hanya mampu memenuhi sebagian indikator berpikir kritis atau belum mampu memenuhi seluruh indikator berpikir kritis. 2. Berdasarkan hasil analisis, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis matematika mahasisa pada materi daerah integral dan field tersebut antara lain : sistem pembelajaran daring yang kurang efektif, penguasaan konsep-konsep daerah integral dan field dan materi prasyarat (kemampuan awal) serta penerapannya, dan kurangnya motivasi serta minat belajar mahasiswa. 3. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis matematika mahasiswa antara lain meningkatkan motivasi dalam mengembangkan konsep-konsep yang telah diajarkan oleh dosen, melakukan latihan- latihan yang bersifat kontinu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan dengan materi tersebut, dan membaca dengan cermat permasalahan yang diberikan sehingga kemampuan dalam mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan akan lebih baik. ## E. Daftar Pustaka Abidin, Zainal. (2017). Filsafat dan Pemecahan Masalah Matematika. Dewi, Nurmala Rosmitha. (2019). Polinomial Atas Ring. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim. Dwijananti, P. dan D. Yulianti. (2010). Jurnal pengembangan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pembelajaran Problem Based Instruction . Hamidah, Luluk (2018). Higher Order Thinking Skills , Jawa Tengah : Desa Pustaka Indonesia . Hidayah, Noor. (2017). Cara Mudah Memahami Struktur Aljabar. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press). Karso dkk,. (2009). Pendidikan Matematika 1, Edisi 1 ,Jakarta: Universitas Terbuka. Maysarah, Siti. (2020). Struktur Aljabar Ring, Jakarta: Kencana. Muijs, Daniel dan David Reynolds . (2008). Effective Teaching Teori dan Aplikasi , Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Olivia, Femi dan Syamsir Alam. (2006). Mind Energizer , Jakarta: PT. Gramedia. Prihartini, Eka, dkk. (2016). Meningkatkan Kemampuan Berpikir kritis Matematis Menggunakan Pendekatan Open Ended , Seminar Prosiding UNNES. Pritasari, Ajeng Desi Crisandi. (2011). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Matematika (Penenlitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPA 2 Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Yogyakarta) Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI), Skripsi, Yogyakarta; Universitas Negeri Yogyakarta. Rachman, Febi Riani, dkk. Ideal Pada Ring Komutatif, Jurnal Matematika UNAND, Vol. 7, No. 2 Suci, Yuniati. (2012). Pengembangan Bahan Ajar Struktuir Aljabar Berbasis Tugas Tesitasi Untuk Mahasiswa Universitas Islam Negeri Suska Riau , Gamatika, Vol. 3, No. 1. Sulistiani, Eny dan Masrukan. (2016). Pentingnya Berpikir Ktitis Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Menghadapi Tantangan MEA . Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sulistyorini, Yuni dan Siti Napfiah. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Dalam Memecahkan Masalah Kalkulus, Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, Vol. 8, No. 2. Susanto, Ahmad. (2013). Teori Bilangan dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar . Jakarta: Kencana Perenada Media Group. Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran , Jakarta; kencana. Uniarti, Annisa. (2019). Suatu Kajian Tentang Jumlahan Langsung Pada Ring. Makasar: Universitas Negeri Makassar.
5be22359-d5a9-440c-a45e-26166e3c4f38
https://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/farmasi/article/download/1244/1005
## TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN RESEP DI INSTALASI FARMASI RSIA SINTA BANDAR LAMPUNG Gusti Ayu Rai Saputri 1 , Sriana 1 , Nofita 1 ## ABSTRACT Patient satisfaction is defined as the customer's response to the discrepancy between the previous level of importance and the actual performance he feels after use. One of the factors to analyze patient satisfaction is prescription service speed. The extent to which the quality and professionalism of pharmaceutical installations in serving prescriptions from patients, both prescription drugs and recipes for concoction. The aim of the study was to find out the level of consumer satisfaction with the quality of prescription services at the RSIA Pharmacy Installation in Sinta Bandar Lampung in 2018. Explanatory research with a quantitative approach. The study population was all patients visiting RSIA Sinta Bandar Lampung with an average of 150 people per month with a sample of 95 people. Data analysis uses T-Test statistics to test the influence of the independent variables on the dependent variable partially and F-Test to test the effect of independent variables on the dependent variable simultaneously. Tangible, Empathy, Responsiveness, Reliability, and Assurance Dimensions prescription services jointly influence consumer satisfaction at RSIA Pharmacy Installation, Sinta Bandar Lampung f count 61.480> f table 2.460 (f count> f table). The implication is that all dimensions of prescription service quality have been quite good. RSIA Pharmacy Installation Sinta Bandar Lampung needs to maintain and improve prescription services. Keywords : Consumer Satisfaction, Prescription Service Quality ## ABSTRAK Kepuasan pasien didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Salah satu faktor untuk menganalisis dari kepuasan pasien yaitu kecepatan pelayanan resep. Sejauh mana kualitas dan profesionalisme dari instalasi farmasi dalam melayani resep dari pasien, baik itu resep obat jadi maupun resep obat racikan. Tujuan penelitian diketahui tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung Tahun 2018. Jenis penelitian Explanatori (Explanatory Research) dengan pendekatan kuantitatif . . Populasi penelitian seluruh pasien yang berkunjung RSIA Sinta Bandar Lampung dengan rata-rata sebanyak 150 orang per bulan dengan sampel sebanyak 95 orang. Analisa data menggunakan statistik Uji T untuk mengujii pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan Uji F untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan . Dimensi Tangible, Emphaty, Responsiveness, Reliability, dan Assurance pelayanan resep secara bersama- sama berpengaruh terhadap kepuasan konsumen di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung f hitung 61,480 > f tabel 2,460 ( f hitung > f tabel ). Implikasi bahwa semua dimensi kualitas pelayanan resep telah cukup baik. Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung perlu mempertahankan dan meningkatkan pelayanan resep. Kata Kunci : Kepuasan Konsumen, Kualitas Pelayanan Resep ## PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu pemberi pelayanan kesehatan, pada dasarnya bertujuan memberikan kepuasan bagi pasiennya. Dalam konsep perspektif mutu total (perspectif total quality) dikatakan bahwa pasien merupakan penilai terakhir dari kualitas, sehingga kualitas dapat dijadikan salah satu senjata untuk mempertahankan pasien di masa yang akan datang. Kualitas pelayanan sangat penting dalam meningkatkan kepuasan pasien dan dengan sendirinya akan menumbuhkan citra baik bagi rumah sakit tersebut. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Salah satu faktor untuk menganalisis dari kepuasan pasien yaitu kecepatan pelayanan resep. Sejauh mana kualitas dan profesionalisme dari instalasi farmasi dalam melayani resep dari pasien, baik itu resep obat jadi maupun resep obat racikan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek sudah memberikan rentang standar waktu untuk resep tersebut, yaitu antara 15-30 menit (Kemenkes RI, 2016). Kepuasan dimulai dari penerimaan terhadap pasien dari pertama kali datang, sampai pasien meninggalkan rumah sakit. Pelayanan dibentuk berdasarkan 5 prinsip service quality yang meliputi 5 dimensi yaitu tangible, reliability, assurance, empathy dan responsiveness (Nursalam, 2014). RSIA Sinta Bandar Lampung merupakan salah satu rumah sakit Ibu dan Anak dengan tipe C di Bandar Lampung yang beroperasi sejak tahun 2014. Berdasarkan catatatan Rekam Medik Bagian Rawat Jalan RSIA Sinta Bandar Lampung pada tahun 2017 didapatkan jumlah rata-rata kunjungan pasien sebanyak 150 orang per bulan yang melakukan pengobatan rawat jalan baik di Bagian Kebidanan maupun Bagian Anak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, diperoleh data dari Bagian Humas RSIA Sinta Bandar Lampung sepanjang tahun 2017 terdapat 24 laporan pengaduan terhadap keluhan pasien maupun keluarga pasien terhadap pelayanan farmasi. Dari 24 laporan pengaduan yang masuk dan dari pengaduan tersebut pasien masih banyak mengeluhkan lamanya waktu menerima obat, kurangnya informasi mengenai dosis dan cara pemakaian obat yang diberikan oleh dokter. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah Explanatori ( Explanatory Research ) dengan pendekatan kuantitatif, penelitian dilakukan di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung. Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah Angket (kuesioner) agar diperoleh data yang akurat secara langsung dari orang- orang yang akan dimintai data. Untuk memperoleh data pendukung yang dibutuhkan dari sumber yang dapat dipercaya, maka digunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi berguna untuk memperoleh data tentang jumlah pasien dan data tentang gambaran umum RSIA Sinta Bandar Lampung dan data- data lain yang mendukung. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke RSIA Sinta Bandar Lampung dengan rata-rata sebanyak 150 orang per bulan. Uji hipotesis menggunakan Uji partial (uji t) dan uji simultan (uji F) yang digunakan untuk menguji apakah setiap variabel independen ( Tangible, Empati, Responsiveness, Reliability , Assurance ) mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu Kepuasan Konsumen secara parsial. Koefisien determinasi pada regresi linear dapat diartikan sebagai besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya. Bila koefisien determinasi r 2 =0, berarti variabel bebas tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadap variabel tidak bebas. Sebaliknya, jika koefisien determinasi r 2 =1, berarti variabel terikat 100% dipengaruhi oleh variabel bebas. Karena itu letak r 2 berada dalam selang (interval) antara 0 dan 1. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung Bulan Mei Tahun 2018 No. Karakteristik Responden F % 1. Jenis Kelamin Laki-laki 49 51,6 Perempuan 46 48,4 2. Umur ≤ 20 tahun 4 4,2 21 – 30 tahun 43 45,3 31 – 40 tahun 37 38,9 41 – 50 tahun 8 8,4 > 50 Tahun 3 3,2 3. Pendidikan Rendah (Tamat SD/ SMP atau Sederajat) 27 28,4 Menengah (Tamat SMA atau Sederajat) 56 58,9 Tinggi (Tamat Perguruan Tinggi) 12 12,6 4. Pekerjaan PNS/ TNI/ POLRI 14 14,7 Pegawai Swasta 25 26,3 Wiraswasta 48 50,5 Pelajar/ Mahasiswa 3 3,2 Buruh 5 5,3 Tabel 2. Deskripsi Hasil Penelitian No Indikator Jumlah Responden Nilai Rata- Rata Kategori Interpretasi Tingkat Kepuasan (%) 1 Tempat duduk ruang tunggu di Instalasi Farmasi sudah cukup baik 95 3,88 Baik 77.68 2 Obat-obat di Instalasi Farmasi sudah cukup lengkap 95 3,85 Baik 77.05 3 Petugas berpenampilan rapi dan berpakaian seragam 95 3,86 Baik 77.26 4 Kebersihan ruang tunggu sudah cukup baik 95 3,89 Baik 77.89 5 Fasilitas AC maupun TV ada diruang tunggu membuat nyaman 95 3,92 Baik 78.32 6 Petugas bersikap simpatik dan mampu memberikan ketenangan terhadap keluhan pasien 95 4,26 Baik 85.26 7 Petugas memberikan informasi obat yang mudah dimengerti oleh pasien 95 4,17 Baik 83.37 8 Petugas apotek selalu bersikap sopan kepada pasien 95 3,96 Baik 79.16 9 Apoteker melakukan eyes contact langsung dengan pasien 95 3,84 Baik 76.84 10 Petugas apotek berpengetahuan luas sehingga dapat menjawab pertanyaan pasien 95 4,03 Baik 80.63 11 Resep dikerjakan tepat waktu (15 - 30 menit) 95 4,17 Baik 83.37 12 Petugas apotek melayanan dengan cepat dan segera 95 3,94 Baik 78.74 13 Petugas selalu ada di ruang penerima resep 95 4,06 Baik 81.26 14 Petugas apotek dengan cepat memahami kebutuhan pasien 95 3,80 Baik 76.00 15 Apotek beroperasi setiap hari selama 24 jam 95 3,77 Baik 75.37 16 Petugas apotek memahami kebutuhan spesifik pasien 95 4,12 Baik 82.32 17 Petugas apotek menjelaskan tentang dosis/ banyaknya obat yang harus diminum 95 4,20 Sangat Baik 84.00 18 Petugas apotek menjelaskan cara penyimpanan obat 95 4,00 Baik 80.00 19 Prosedur pengambilan obat mudah dimengerti 95 3,76 Baik 75.16 20 Pasien mudah untuk memperoleh informasi tentang obat- obatan yang ada di resep 95 3,83 Baik 76.63 21 Petugas bersifat jujur dan dipercaya 95 4,01 Baik 80.21 22 Pelayanan farmasi yang diberikan dijamin mutunya 95 4,18 Baik 83.58 23 Petugas apotek menjaga privacy pasien 95 3,96 Baik 79.16 24 Kecepatan pelayanan obat di apotek sesuai dengan yang diharapkan 95 4,04 Baik 80.84 25 Tarif obat di apotek sesuai dengan kualitas pelayanan yang diterima 95 3,89 Baik 77.89 26 Bagaimana aspek bukti langsung ( Tangibles) menurut anda 95 4,27 Sangat Baik 85.47 27 Bagaimana aspek kehandalan ( Reliability) menurut anda 95 4,25 Sangat Baik 85.05 28 Bagaimana aspek jaminan ( Assurance) menurut anda 95 4,12 Baik 82.32 29 Bagaimana aspek tanggapan ( Responsiveness) menurut anda 95 4,09 Baik 81.89 30 Bagaimana aspek Empati ( emphaty) menurut anda 95 4,04 Baik 80.84 Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung Bulan Mei Tahun 2018 Variabel B (Koefisien Regresi) T Sig Constant 1,356 1,164 0,247 Dimensi Tangible 0,144 2,892 0,005 Dimensi Empati 0,227 3,442 0,001 Dimensi Responsiveness 0,178 2,821 0,006 Dimensi Reliability 0,248 3,912 0,000 Dimensi Assurance 0,179 2,583 0,011 Tabel 4. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung Bulan Mei Tahun 2018 Variabel Jumlah Responden % Probabilitas Signifikan Dimensi Tangible 95 5% 0,005 Dimensi Empati 0,001 Dimensi Responsiveness 0,006 Dimensi Reliability 0,000 Dimensi Assurance 0,011 Tabel 5. Hasil Uji F (Simultan) Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung Bulan Mei Tahun 2018 Variabel Jumlah Responden % Signifikan Dimensi Tangible 95 5% Dimensi Empati Dimensi Responsiveness 0,000 Dimensi Reliability Dimensi Assurance Tabel 6. Hasil Koefisien Determinasi Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung Bulan Mei Tahun 2018 Variabel Jumlah Responden p-value R Square % Kepuasan Dimensi Tangible 95 0,775 Dimensi Empati Dimensi Responsiveness 77,5 Dimensi Reliability Dimensi Assurance Karakteristik responden pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 49 orang (51,6%) lebih banyak dari pada responden perempuan 46 orang (48,4%). Subjek penelitian berdasarkan umur diperoleh nilai tertinggi pada kisaran umur 21 – 30 tahun sebanyak 43 orang (45,3%) dan yang terendah usia > 50 tahun (3,2%). Hal ini dapat dikatakan bahwa sebagian besar pasien yang menebus obat di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung banyak didominasi oleh pasien yang berumur produktif. Pendidikan responden menunjukkan bahwa pendidikan responden terbesar SMA yaitu sebanyak 56 orang (58,9%) dan pendidikan responden terendah Perguruan Tinggi yaitu sebanyak 12 orang (12,6%). Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin lebih peduli kepada kesehatannya. Selanjutnya pekerjaan responden yaitu 48 responden (50,5%) bekerja sebagai wiraswasta, 25 responden (26,3%) bekerja sebagai pegawai swasta, 14 responden (14,7%) sebagai PNS/ TNI/ POLRI, buruh sebanyak 5 responden (5,3%), dan pelajar/ mahasiswa sebanyak 3 responden (3,2%). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pekerjaan yang menumpuk, stres dan kurangnya gerakan badan dalam bekerja sehingga kondisi ini menyebabkan mereka mudah menderita suatu penyakit. ## Deskripsi Variabel Penelitian Kepuasan konsumen berdasarkan tabel 2 dari seluruh dimensi pelayanan didapatkan tingkat kepuasan konsumen berada dalam kategori baik (skor 68–83%), bahkan dalam aspek bukti langsung ( tangible) dan aspek kehandalan ( Reliability) berada dalam kategori sangat baik (skor 84–100%). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung sudah baik, sehingga perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen 1. Hasil Uji Regresi Linear Berganda Nilai konstanta kepuasan pasien sebesar 1,356 menunjukkan bahwa semakin meningkat pelayanan yang diberikan akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Nilai koefisien regresi terendah terdapat pada variabel dimensi tangible yaitu 0,144 diikuti oleh variabel dimensi responsiveness 0,178, varibel dimensi assurance 0,179, variabel dimensi empati 0,227, serta nilai koefisien tertinggi yaitu pada variabel dimensi reliability sebesar 0,248. Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi pada variabel empati, indikator 1 yaitu petugas bersikap simpatik dan mampu memberikan ketenangan terhadap keluhan pasien dengan nilai rata-rata sebesar 4,26. Hal ini menunjukkan bahwa sikap simpatik dari petugas di Instalas Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung membuat para konsumen yang berkunjung merasa aman dan nyaman dalam menebus obat. Sikap simpatik petugas membuat para konsumen merasa dihargai dan diperlakukan dengan baik. Menurut Rangkuti (2009) empati adalah rasa peduli untuk memberikan perhatian secara individual kepada pelangan, memahami kebutuhan pelanggan, serta kemudahan untuk dihubungi. Dalam hal ini setiap anggota perusahaan hendaknya dapat mengelola waktu agar mudah dihubungi, baik melalui telepon atau bertemu langsung. Anggota perusahaan juga harus memahami pelanggan, artinya pelanggan terkadang seperti anak kecil yang menginginkan segala sesuatu atau pelanggan terkadang seperti orang tua yang cerewet. Indikator kualitas pelayanan resep yang memiliki nilai rata-rata terendah pada variabel reliability yaitu prosedur pengambilan obat mudah dimengerti sebesar 3,76. Menurut Rangkuti (2009) dimensi reliability (kehandalan) adalah kemampuan untuk melakukan pelayanan sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan. Dalam unsur ini, pemberi jasa dituntut untuk menyediakan jasa yang handal. Jasa yang diberikan jangan sampai mengalami kegagalan, dengan kata lain jasa tersebut selalu baik. Para anggota perusahaan juga harus jujur dalam menyelesaikan masalah sehingga pelanggan tidak merasa ditipu. Hal ini menunjukkan bahwa prosedur pengambilan obat di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung perlu diperbaiki dengan menempelkan poster atau gambar prosedur pengambilan obat di dinding apotek sehingga para konsumen dapat memahami prosedur pengambilan obat yang benar sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan resep di RSIA Sinta Bandar Lampung. Indikator lain yang memiliki nilai terendah dengan interpretasi baik adalah apotek beroperasi setiap hari selama 24 jam 3,77, petugas apotek dengan cepat memahami kebutuhan pasien 3,80, pasien mudah untuk memperoleh informasi tentang obat-obatan yang ada di resep 3,83, apoteker melakukan eyes contact langsung dengan pasien 3,84, obat-obat di Instalasi Farmasi sudah cukup lengkap 3,85, petugas berpenampilan rapi dan berpakaian seragam 3,86, tempat duduk ruang tunggu di Instalasi Farmasi sudah cukup baik 3,88, kebersihan ruang tunggu sudah cukup baik 3,89, tarif obat di apotek sesuai dengan kualitas pelayanan yang diterima 3,89, fasilitas AC maupun TV ada diruang tunggu membuat nyaman 3,92, petugas apotek melayanan dengan cepat dan segera 3,94, petugas apotek selalu bersikap sopan kepada pasien 3,96, dan Petugas apotek menjaga privacy pasien 3,96. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator kualitas pelayaan resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung masih belum dilakukan secara optimal. Sedangkan untuk indikator yang memiliki nilai rata-rata tertinggi dengan interpretasi sangat baik yaitu petugas apotek menjelaskan tentang dosis/ banyaknya obat yang harus diminum 4,20. Dari data diatas menunjukkan bahwa kualitas pelayanan resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung yaitu petugas apotek menjelaskan tentang dosis/ banyaknya obat yang harus diminum nilai sangat baik. ## 2. Hasil Uji Partial (Uji t) Dari data pada tabel 4 menunjukkan bahwa seluruh variabel memiliki nilai signifikan < 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara statistik semua variabel kualitas pelayanan resep yaitu dimensi tangible 0,005, dimensi empati 0,001, dimensi responsiveness 0,006, dimensi reliability 0,000, dan dimensi assurance 0,011 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan konsumen, dimana nilai probabilitas t sig < 0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Sutrisna (2016) dengan judul Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan Resep Di Apotek Kimia Farma 286 Padang Asri. Hasil perhitungan dan analisa data yang diperoleh skor rata-rata pada setiap indikator sebagai berikut indikator responsiveness dengan skor rata-rata 3,14 dengan klasifikasi puas, indikator reliability dengan skor rata-rata 3,13 dengan klasifikasi puas, indikator assurance dengan skor rata-rata 3,28 dengan klasifkasi sangat puas, indikator empathy dengan skor rata-rata 3,17 dengan klasifikasi puas, indikator tangible dengan skor rata- rata 3,19 dengan klasifikasi puas. Secara keseluruhan diperoleh skor rata-rata 3,18 dengan klasifikasi konsumen puas dengan pelayanan kefarmasian di Apotek Kimia Farma 286 Padang Asri. ## 3. Hasil Uji F (Simultan) Berdasarkan tabel 5 menunjukkan pengujian statistik dengan menggunakan uji F, dimana tingkat signifikan yang diperoleh lebih kecil yakni sebesar 0,000 dari standar signifikan yakni 5% atau 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang terdiri dari dimensi tangible dimensi empati , dimensi responsiveness , dimensi reliability , dan dimensi assurance berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen. Hasil yang sama juga dilakukan oleh Maharani (2016) dimana tingkat signifikan yang diperoleh lebih kecil yakni sebesar 0,000 dari standar signifikan yakni 5% atau 0,05. ## 4. Hasil Koefisien Determinasi Hasil perhitungan koefisien determinasi diperoleh nilai R Square sebesar 0,775. Hal ini menunjukkan nilah R Square sebesar 0,775 pada variabel dimensi tangible dimensi empati , dimensi responsiveness , dimensi reliability , dan dimensi assurance mampu menjelaskan kepuasan konsumen sebesar 77,5%, sementara sisanya sebesar 22,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. Menurut Ghozali (2009) besarnya koefisien determinasi secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat dapat diketahui dari skor R 2 atau nilai R Square pada tabel model summary . Koefisien determinasi secara simultan diperoleh dari besarnya R 2 atau nilai R square pada tabel model summary . Nilai R square yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat amat terbatas. “Nilai yang mendekati 1 berarti variabel- variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan resep di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung dirasakan sudah baik sehingga perlu dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi agar kepuasan konsumen semakin bertambah. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan variabel dimensi Tangible, Empati, Responsiveness, Reliability dan Assurance Pelayanan Resep berpengaruh signifikan terhadap Tingkat Kepuasan Konsumen di Instalasi Farmasi RSIA Sinta Bandar Lampung dengan nilai signifikan 0,000 ( p-value < 0,05). Koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,775 yang berarti tingkat kepuasan konsumen terhadap kelima variabel sebesar 77,5%. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi. Jakarta. Rineka Cipta. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS . Semarang. Penerbit Universitas Diponegoro. Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta. Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4. Jakarta. Salemba Medika Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication . Jakarta . Gramedia. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta. Walgito, B. 2010. Pengantar Psikologi Umum . Penerbit ANDI Offset. Yogyakarta. Wijaya, Tony. 2011. Manajemen Kualitas Jasa . Cetakan ke-1. Jakarta. Wijono. 2008. Manajemen Mutu Rumah Sakit dan Kepuasan Pasien Prinsip dan Praktik. Surabaya. CV Duta Prima Airlangga. Yusmainita. 2010. Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah bagian II. Tempo 2010 . Diakses dari www. Tempo.co.id/medika/asip/012 005/top-i.htm tanggal 24 Februari 2018.
9cace32a-5ffe-4eaa-8be2-b0d58c0e3968
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jmht/article/download/2827/1809
Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. XII No. 1 : 14-26 (2006) Artikel ( Article ) Trop. For. Manage. J. XII (1) : 14-26 (2006) ## NILAI EKONOMI TOTAL HUTAN KAYU PUTIH: Kasus di Desa Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku (Total Economic Value of Melaleuca Forest: Case in Piru Vilage, District of Seram Barat, Maluku Province ) E VELIN P ARERA 1) , D UDUNG D ARUSMAN 2) dan B INTANG S IMANGUNSONG 3) ## ABSTRACT An undervaluation of Melaleuca Forest (MF) needs to be adressed since it affects a management of MF. Type of goods and services produced by MF were indentified. Their values were assessed using Forest Valuation tehniques such as market price and replacement cost methods and then used to determine the value of MF using Total Economic Value (TEV) approach. The result showed that TEV of MF was about Rp. 1,6 million/ha/year (forest flow value). Water had the highest value of Rp. 1,04 million/ha/year (or 66% of TEV) followed by leafs of Rp. 0,4 million/ha/year (or 24% of TEV). The rest comprised of water, flora and fauna values was of Rp. 0,03 million/ha/year (or 1,6% of TEV). The value of MF was estimated about Rp. 36 million/hectare (forest stock value). Keywords : Melaleuca Forest, Total Economic Value, Forest Valuation, Forest Economic. ## PENDAHULUAN Hutan kayu putih sebagai salah satu sumberdaya hutan, merupakan penghasil bahan baku untuk minyak kayu putih . Namun apakah nilai hutan kayu putih hanya diukur dari fungsinya sebagai penghasil bahan baku minyak kayu putih saja ? Tentu saja tidak. Banyak jenis barang dan jasa yang dihasilkan oleh hutan kayu putih sehingga potensi hutan kayu putih perlu dinilai secara utuh. Penilaian hutan kayu putih secara utuh yang dimaksudkan dalam penelitian adalah nilai ekonomi total hutan tersebut. Nilai ekonomi total suatu sumberdaya secara konseptual merupakan penjumlahan nilai guna ( use value ) seperti nilai penggunaan langsung ( direct use value ), nilai penggunaan tidak langsung ( indirect use value) , nilai pilihan ( option value ); dan nilai non- penggunaan ( non-use value ) seperti nilai keberadaan ( existance value ) dan nilai warisan ( bequest value ) (Munasinghe dan McNeely, 1994). Nilai-nilai tersebut juga terdapat dalam hutan kayu putih. Sama halnya dengan sumberdaya alam lainnya, hutan kayu putih juga 1) Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon Jurusan Kehutanan e-mail: [email protected] 2) Guru Besar Ekonomi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB, Kampus Darmaga Bogor e-mail: [email protected] 3) Staf Pengajar dan Peneliti Senior pada Laboratorium Ekonomi Industri Fakultas Kehutanan IPB, e-mail : [email protected] memiliki manfaat tangible seperti daun kayu putih dan kayu bakar, dan manfaat intangible seperti air, flora dan fauna dan lain-lain. Nilai-nilai tersebut jika dinilai secara utuh akan memberikan nilai yang sangat tinggi jika dibandingkan sebagai penghasil bahan baku minyak kayu putih saja. Untuk produksi minyak kayu putih, daun kayu putih dipanen hanya selama enam bulan. Enam bulan berikutnya pemanenan dihentikan agar daun kayu putih dapat bertumbuh lagi. Ini berarti masyarakat pengelola minyak kayu putih akan berhenti beraktivitas selama enam bulan. Hal tersebut dapat dihindari jika nilai-nilai potensi hutan kayu putih lainnya dapat diketahui. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keadaan potensi ekonomi hutan kayu putih; dan menghitung Nilai Ekonomi Total yang terkandung di dalam hutan kayu putih.. Jika nilai ekonominya sudah diketahui maka pemanfaatannya diharapkan lebih optimum, bukan saja bagi pengelola minyak kayu putih tetapi juga bagi masyarakat disekitar hutan tersebut. Lebih lanjut, hutan kayu putih akan menjadi salah satu sumber pendapatan daerah. ## KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Di bagian barat Pulau Seram terdapat tegakan Melaleuca cajuputi ssp. cajuputi yang tersebar sangat luas (150.000 ha) (BPS, 1994). Tegakan kayu putih tersebut merupakan tegakan murni mulai dari Desa Pelitajaya (03°03' 00" LS dan 128°08'00" BT) yang terletak di sebelah utara Piru sampai Desa Asaudi di sebelah selatan pada ketinggian 30-150 m dpl. Selain itu di sebelah barat laut Piru pada ketinggian 30 m dpl, tegakan tersebut juga ditemukan di Desa Cotonea (03°04'22”LS dan 128°06'30"BT). Di Waipirit (03° 19'43" LS dan 128°20'20" BT), di sebelah selatan Piru, ditemukan beberapa pohon kayu putih (± 150 pohon). Tegakan kayuputih banyak ditemukan pada areal yang relatif datar (kelerengan 0%) di Waipirit dan antara 5-15% di Pelitajaya. Di Cotonea tegakan tumbuh pada daerah hutan terbuka dengan batuan tanah metamorfik di daerah utara dan alluvium di sebelah selatan. Tekstur tanah: lempung berliat, dan liat berpasir sampai liat berlempung dengan warna tanah: merah keabu-abuan di daerah utara dan oranye di daerah selatan, dengan pH. 5,5 - 6,5. Sejalan dengan pembangunan daerah, banyak lahan di Pulau Seram yang dialihfungsikan untuk pertanian, perkebunan maupun untuk pemukiman. Dengan perkembangan sekarang ini, Kecamatan Seram Barat telah dimekarkan menjadi Kabupaten Seram Bagian Barat yang terdiri dari 4 Kecamatan, namun hanya 2 yang memiliki lahan kayu putih yang potensial. Luas dan keadaan hutan kayu putih di Kabupaten Seram Bagian Barat disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. ## 16 Tabel 1. Luas hutan kayu putih di Kabupaten Seram Bagian Barat Kecamatan Desa Luas (ha) Jumlah Penyuling Seram Barat (Piru) Kotania 2400 9 Wael 2100 14 Taman Jaya 2700 7 Pelita Jaya 1800 6 Piru 2000 35 Eti 5000 16 Kaibobo 1300 11 Waisala Masika Jaya 2100 70 Hanunu 2100 15 Tatinang 300 6 Allang Asaude 900 25 Waisala 2100 13 Pulau Buano, Kelang, Manipa 1500 10 Jumlah 26300 237 Sumber : Disperindag Kabupaten Seram Barat, 2004. Gambar 1. Hutan kayu putih di Desa Piru Banyak vegetasi lain yang tumbuh. Ada aliran sungai didalam kawasan tersebut yang merupakan suatu ekosistem dan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. ## METODE ## Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Piru, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku, dari bulan Februari sampai April 2005. ## Jenis Data Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer mencakup produksi dan harga daun kayu putih, jumlah kayu bakar, pemanfaatan air, flora dan fauna, luas pemilikan lahan, dan lain-lain sebagai data pendukung. Data sekunder berupa data keadaan umum lokasi penelitian dan instansi terkait (Pemerintah Kabupaten, Dinas Kehutanan, Dinas Koperasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, dan lain-lain). ## Cara Pengumpulan Data Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mendapatkan data primer, dan mengutip laporan atau informasi lain dari instansi terkait dilakukan untuk mendapatkan data sekunder. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah pengelola hutan kayu putih yang berinteraksi langsung dengan hutan kayu putih. ## Analisis Nilai Ekonomi Total (NET) Analisis data yang dilakukan adalah analisis nilai ekonomi total. Metode yang digunakan untuk menentukan nilai guna langsung yaitu untuk nilai kayu bakar dan nilai air adalah metode harga pasar dan biaya pengadaan, sedangkan untuk menentukan nilai pilihan, yaitu untuk nilai flora dan fauna adalah metode nilai tukar relatif. Jenis, sumber data, dan metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis, sumber data dan metode analisis Data Metode Analisis Jenis Sumber Primer: 1. Harga daun kayu putih 2. Harga kayu bakar Wawancara langsung dengan responden Metode harga pasar Nilai Guna Langsung Primer: 1. Volume air yang digunakan per hari 2. Jumlah waktu yang digunakan untuk mengambil air/ke sumber air 3. Biaya untuk mengambil air/ke sumber air Wawancara langsung dengan responden Metode biaya pengadaan Nilai Ekonomi Total Nilai Pilihan Primer: 1. Jenis flora dan fauna yang dapat diambil 2. Harga jenis flora dan fauna Wawancara langsung dengan responden Metode nilai tukar relatif ## 18 Untuk mendapatkan nilai ekonomi total hutan kayu putih, komponen-komponen nilai ekonomi total yang dihitung adalah sebagai berikut : 1. Nilai Guna Langsung (N 1 ) a. Daun Kayu Putih (D) (N 11 ) N 11 = HD . D .............................................................................................(1) Dimana : N 11 = Nilai daun kayu putih (Rp/ha/thn) HD = Harga daun kayu putih (Rp/kg) D = Produksi daun kayu putih (Kg/ha/thn) b. Kayu Bakar : (berdasarkan curahan waktu)(N 12 ) U KB Wkb Hkb = .......................................................................................(2) N 12 = Hkb . Pkb ........................................................................................(3) Dimana : Hkb = Harga kayu bakar (Rp/ikat) KB = Jumlah kayu bakar yang dihasilkan (ikat/thn) Wkb = Curahan waktu (jam/thn) U = Upah buruh harian (Rp/jam) Pkb = Produksi kayu bakar (ikat/ha/thn) N 12 = Nilai kayu bakar (Rp/ha/thn) c. Nilai Air : (biaya pengadaan) (N 13 ) ∑ ∑ = Ki BPi HA ........................................................................................(4) N 13 = HA . KA RT ......................................................................................(5) Dimana : HA = Harga/biaya pengadaan air (Rp/m 3 ) ∑ BPi = Biaya pengadaan air untuk keperluan ke-i (Rp/thn) (i = minum, mandi, cuci, lainnya) ∑ Ki = Kebutuhan air untuk keperluan ke-i (m 3 /thn) (i = minum, mandi, cuci, lainnya) KA RT = Kebutuhan air per rumah tangga (m 3 /thn) N 13 = Nilai air (Rp/m 3 /thn) 19 2. Nilai Pilihan (N 2 ) a. Jenis Flora (N 21 ) N 21 = H fl . Fl ..............................................................................................(6) Dimana : N 21 = Nilai Flora (Rp/ha/thn) H fl = Harga Jenis Flora yang dapat diambil (Rp/unit) Fl = Banyak/jumlah fauna yang dapat diambil (unit/ha/thn) b. Jenis Fauna (N 22 ) N 22 = H fa . Fa ................................................................................................(7) Dimana : N 22 = Nilai fauna (Rp/ha/thn) H fa = Harga fauna yang dapat diambil (Rp/unit) Fa = Banyak/jumlah fauna yang dapat diambil (unit/ha/thn) Setelah nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai pilihan dihitung maka dihitung Nilai Ekonomi Total dengan rumus : NET = N 1 + N 2 .............................................................................................(8) Dimana : NET = Nilai ekonomi total hutan kayu putih (Rp/ha/thn) N 1 = Nilai guna langsung (Rp/ha/thn) N 2 = Nilai pilihan (Rp/ha/thn) ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Nilai Ekonomi Total Nilai ekonomi total hutan kayu putih yang tumbuh secara alami dalam penelitian ini meliputi nilai guna langsung (daun kayu putih, kayu bakar dan air), dan nilai pilihan (flora dan fauna). Nilai Ekonomi Total hutan kayu putih tersebut secara rinci disajikan pada Tabel 3. ## 20 Tabel 3. Nilai ekonomi total hutan kayu putih No Uraian Nilai (Rp/ha/thn) Persentase (%) 1. Nilai Guna Langsung 1.530.637 98,32 a. Nilai Daun Kayu Putih 378.787 24,33 b. Nilai Kayu Bakar 113.365 7,28 1. Konsumsi Rumah Tangga 43.876 2,87 2. Penyulingan Minyak Kayu Putih 69.489 4,54 c. Nilai Air 1.038.485 66,71 2. Nilai Pilihan 26.082 1,68 a. Nilai Flora 2.494 0,16 b. Nilai Fauna 23.588 1,52 Total 1.556.719 100,00 Sumber : Analisis Data Primer, 2005 ## Nilai Guna Langsung Nilai Guna langsung merupakan nilai yang bersumber dari penggunaan secara langsung. Dalam penelitian ini mencakup nilai daun kayu putih dan nilai kayu bakar. Nilai Daun Kayu Putih. Nilai daun kayu putih dihitung dengan metode harga pasar berdasarkan harga daun kayu putih yang berlaku di masyarakat, yaitu Rp. 250/kg. Dari responden diketahui bahwa produksi daun kayu putih rata-rata adalah 11.862 kg/thn dengan luas lahan rata-rata sebesar 7,83 ha. Berdasarkan harga aun kayu putih dan produksi rata-rata daun kayu putih maka Nilai daun kayu putih diperkirakan sebesar Rp. 378.787/ha/thn (24,33%). Nilai daun kayu putih dapat juga diperoleh dari nilai daun kayu putih yang digunakan untuk membuat minyak kayu putih. Nilai ini merupakan selisih dari harga minyak kayu putih, biaya produksi dan keuntungan normal. Nilai tersebut diperkirakan sebesar Rp. 416.250/ha/thn. Nilai ini rendah jika dibandingkan dengan hutan tanaman kayu putih yang dikembangkan oleh Perum Perhutani dalam tahun 1998-2002, potensi rata-rata daun kayu putih sebesar 2.077 kg/ha/thn (Perhutani, 2002; Data diolah, tidak dipublikasikan, 2005). Sedangkan pada lokasi penelitian potensi rata-rata 1.515 kg/ha/thn (Analisis Data Primer, 2005). Jika dengan asumsi harga daun kayu putih sama yaitu Rp. 250/kg, maka nilai daun kayu putih yang dikembangkan oleh Perum Perhutani sebesar Rp. 519.250/ha/thn. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan kayu putih di lokasi terjadi secara alami sehingga tidak merata diseluruh areal tetapi berkelompok. Sedangkan di Perum Perhutani, hutan tanaman diatur jarak tanamnya dan merata diseluruh areal . Nilai daun kayu putih yang diperoleh dari selisih harga minyak kayu putih dan (biaya produksi + keuntungan normal) tersebut dapat ditingkatkan jika pengelolaan minyak kayu putih lebih efisien lagi dalam pemanfaatan daun kayu putih. Efisiensi tersebut dapat ditingkatkan dengan peningkatan teknologi produksi seperti penggunaan peralatan lebih modern atau modifikasi metode penyulingan yaitu metode rebus diganti dengan metode uap/kukus apabila tidak cukup modal untuk mengganti peralatan yang ada dengan yang lebih modern. Metode tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksi. ## 21 Ketaren (1987) mengatakan bahwa umumnya metode penyulingan dengan uap lebih baik daripada metode penyulingan dengan air, jika ditinjau dari segi biaya, kecepatan penyulingan dan kapasitas produksi minyak. Sehingga jika nilai daun kayu putih dinilai dari produksi minyak kayu putih modifikasi metode akan memberikan nilai yang besar. Nilai Kayu Bakar. Nilai kayu bakar dihitung dengan menggunakan metode harga pasar berdasarkan curahan waktu yang dikorbankan untuk mengambil kayu. Dalam hal ini yang dinilai hanya untuk kayu bakar. Kayu tidak dapat digunakn sebagai bahan bangunan karena memiliki bentuk kayu yang tidak baik. Kayu bakar dimanfaatkan untuk 2 hal yaitu konsumsi rumah tangga dan sebagai bahan bakar pada kegiatan penyulingan minyak kayu putih. Nilai pemanfaatan kayu bakar untuk kedua kegiatan tersebut dilakukan secara terpisah dengan curahan waktu yang berbeda. Nilai Kayu Bakar untuk Konsumsi Rumah Tangga . Jumlah konsusmsi kayu bakar rata-rata per rumah tangga adalah 128 ikat/thn atau 16 ikat/ha/thn dengan biaya rata-rata adalah Rp. 2.684/ikat. Nilai kayu bakar untuk konsumsi rumah tangga adalah Rp. 43.876/ikat/ha/thn (2,87%). Pengambilan dan pemanfaatan kayu yang ada dihutan kayu putih dan sekitarnya dilakukan oleh masyarakat yang ada disekitarnya, dengan jarak 2 km. Jarak tersebut tidak terlalu jauh dan aksesibilitasnya juga mudah karena adanya jalan mobil yang melintas areal tersebut sehingga waktu yang diperlukan untuk kegiatan itu rata-rata 2 jam. Selain itu, pengambilan kayu bakar dilakukan pada waktu ke kebun. Nilai Ekonomi Kayu Bakar untuk Penyulingan Minyak Kayu Putih . Jumlah konsumsi kayu bakar untuk penyulingan minyak kayu puith rata-rata satu kali penyulingan adalah 3 m 3 . Rata-rata kayu bakar untuk penyulingan minyak kayu putih adalah 276,06 m 3 /thn dengan rata-rata per hektar adalah 35,26 m 3 /thn dan biaya per m 3 adalah Rp. 1.971/m 3 . Nilai kayu bakar untuk penyulingan kayu putih adalah Rp. 69.489/ha/thn (4,54%). Pengambilan kayu bakar ini dengan sewa alat chain saw yang sewanya berdasarkan perjanjian berkisar antara Rp. 15.000 – Rp. 50.000 untuk biaya bahan bakar. Waktu rata- rata yang diperlukan untuk kegiatan tersebut relatif cepat yaitu 3,3 jam, karena peralatan yang digunakan adalah mesin, aksesibilitas ke tempat pengambilan kayu bakar dengan jarak yang tidak terlalu jauh yaitu rata-rata 3,0 km dan menggunakan truk angkutan dengan biaya rata-rata Rp. 1.971/m 3 . Biaya pengadaan kayu ini cukup rendah karena curahan waktu yang digunakan untuk pengambilan kayu hanya sedikit. Hal ini terjadi karena peralatan dan angkutan yang digunakan mempercepat kegiatan pengambilan kayu bakar. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, dulunya potensi rata-rata kayu putih 20 pohon/ha dengan ukuran rata-rata diameter 20 cm dan tinggi rata-rata 15 m. Namun sampai penelitian ini dilakukan potensi rata-rata adalah 10 pohon/ha. Hal ini terjadi karena adanya kebakaran hutan kayu putih dan banyaknya pemanfaatan kayu putih sebagai kayu bakar, sehingga potensi kayu putih yang biasanya dimanfaatkan untuk kebutuhan kayu bakar sehari-hari sudah berkurang. Sedangkan pohon kayu putih yang diambil tingginya hanya berkisar 1 - 1,5 m, agar mudah dijangkau pada saat pemanenan daun kayu putih, dengan potensi rata-rata per hektar 50 pohon, namun tidak merata pada seluruh areal. ## 22 Total nilai kayu bakar yang digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan penyulingan daun kayu putih adalah Rp. 113.365/ha/thn (7,41%). Nilai tersebut lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai kayu bakar di Taman Nasional Menu Betiri sebesar Rp. 1.032.934/ha/thn (Rosalinda, 2002) dan di Hutan Pendidikan Gunung Walat sebesar Rp. 193.422/ha/thn (Handayani, 2002),. Hal ini terjadi karena curahan waktu sedikit, walaupun kebutuhan kayu bakar cukup banyak terutama untuk kegiatan penyulingan minyak kayu putih. Nilai Air untuk Konsumsi Rumah Tangga dan Penyulingan Minyak Kayu Putih. Nilai air dihitung dengan menggunakan metode biaya pengadaan. Rata-rata konsumsi air per tahun 121,11 m 3 (15,467 m 3 /ha/thn) dengan biaya rata-rata adalah Rp. 67.142/m 3 . Rata-rata total nilai air per tahun adalah Rp. 1.038.485/ha/thn. Air yang digunakan oleh masyarakat yang ada disekitar hutan kayu putih untuk kegiatan mandi, cuci dan kakus, sedangkan untuk minum diambil dari air sumur. Nilai air ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan hasil penelitian di Taman Nasional Menu Betiri sebesar Rp. 125.000/ha/thn (Handayani, 2002) dan di Hutan Pendidikan Gunung Walat sebesar Rp. 43.452/ha/thn (Rosalinda, 2002). Tingginya nilai air ini karena jumlah air yang dikonsumsi lebih banyak dan tingginya harga air pada lokasi penelitian. Penggunaan air untuk penyulingan minyak kayu putih cukup banyak. Untuk satu kali penyulingan memerlukan air sebanyak 0,210 – 0,400 m 3 . Dalam proses penyulingan minyak kayu putih, bagian yang memerlukan banyak air adalah pada wadah pendinginan. Konsumsi air untuk penyulingan minyak kayu putih adalah 17,48 m 3 /thn. Nilai ini menunjukkan pemanfaatan air sungai oleh masyarakat disekitar hutan cukup tinggi terutama untuk penyulingan minyak kayu putih. Dengan demikian, air sungai memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di sekitar areal tersebut. ## Nilai Pilihan Nilai pilihan merupakan nilai harapan masa yang akan datang terhadap komoditas yang saat ini digunakan (konsumsi), maupun yang belum dimanfaatkan. Nilai pilihan ini meliputi jenis flora dan fauna. Jenis flora antara lain jenis anggrek (anggrek bulan dan anggrek macan) dan jamur kayu putih, sedangkan jenis fauna adalah jenis burung (kakatua, nuri, maleo, raja udang, merpati) dan jenis mamalia (babi dan rusa). Hutan kayu putih yang tumbuh secara alami memiliki potensi sumberdaya alam, flora dan fauna yang cukup banyak. Pada areal penelitian, berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pada lahan yang dimiliki maupun yang disewa dan sekitarnya cukup banyak jenis flora dan fauna. Namun selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, karena mereka lebih memperhatikan penyulingan minyak kayu putih. Selama ini, jenis flora dan fauna yang diambil hanya untuk kebutuhan sendiri. Pengambilan flora dan fauna dilakukan tidak pada periode yang kontinyu, tetapi hanya temporer . Hal ini karena jenis flora tumbuh pada musim-musim tertentu. Sedangkan untuk fauna, sulit untuk ditangkap karena peralatan yang digunakan sederhana. Cara penangkapan yang sederhana, misalnya untuk penangkapan burung dilakukan secara tradisional yaitu dengan menggunakan perekat dari getah pohon. Untuk penangkapan babi atau rusa digunakan perangkap yang dibuat dengan menggunakan tali rotan atau lainnya yang diambil disekitar areal. Dengan demikian flora dan fauna yang didapat dalam jumlah sedikit jika dibandingkan potensi yang sesungguhnya ada dihutan tersebut. Perhitungan nilai pilihan ini berdasarkan metode nilai tukar relatif, yaitu harga jenis flora dan fauna dinilai sama dengan harga barang yang ada dipasar. Adapun harga jenis flora dan fauna dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Harga jenis flora dan fauna berdasarkan nilai tukar relatif No Jenis Satuan Nilai Tukar Harga (Rp) I A. Flora Anggrek Macan Rumpun 5 kg beras 15.000 Anggrek bulan Rumpun 3 kg beras 10.000 Jamur Kayu Putih Buah 30 kg beras 100.000 II B. Fauna Maleo Ekor 3 kg beras 10.000 Merpati Ekor 3 kg beras 10.000 Kakatua Ekor 20 kg beras 75.000 Nuri Ekor 5 kg beras 15.000 Raja Udang Ekor 5 kg beras 15.000 Babi Ekor 30 kg beras 100.000 Rusa Ekor 30 kg beras 100.000 Sumber : Analisis Data Primer, 2005. Berdasarkan nilai tukar tersebut, dihitung nilai flora dan fauna. Nilai flora adalah Rp. 2.494/ha/thn (0,16%). (Tabel 3) . Nilai fauna adalah Rp. 23.588/ha/thn (1,52%) (Tabel 3). Dengan demikian nilai pilihan berupa flora dan fauna yang masih tersimpan dalam hutan kayu putih dan sekitarnya adalah Rp. 26.082/ha/thn. nilai pilihan tersebut cukup besar jika dibandingkan nilai pilihan Taman Nasinal Gunung Halimun (Widada, 2004) adalah Rp. 20.024/ha/thn. Nilai ini dianggap masih rendah karena potensi flora dan fauna yang dinilai berdasarkan jumlah tangkapan yang mampu dilakukan oleh masyarakat. Hal ini dilakukan karena tidak adanya data potensi flora dan fauna di lokasi penelitian. Walaupun demikian untuk kelestarian jenis flora dan fauna tersebut sebaiknya dalam pengambilannya perlu dilakukan dengan arif dan bijaksana. Dalam PP No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, ada beberapa jenis flora dan fauna yang ada dilokasi penelitian merupakan jenis yang dilindungi seperti anggrek bulan ( Phalaenopsis amboinensis ), sedangkan untuk jenis fauna adalah kakatua ( Cacatua moluccensis ), burung maleo/gosong ( Megapodius reintwardtii ). Oleh karena itu pengambilan jenis flora dan fauna tersebut harus melalui mekanisme seperti yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 104/Kpts-II/2000 tentang Tata Cara Pengambilan Tumbuhan Liar dan Menangkap Satwa Liar. Selain jenis flora dan fauna juga perlu diperhatikan jumlah pengambilannya. Seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah No 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar, pasal 19, pasal 44 (1), pasal 49. Penetapan kuota jenis flora dan satwa liar berdasarkan pada Otoritas Keilmuan ( Scientific Authority ) merupakan wewenang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mekanisme penetapan tersebut yaitu berdasarkan hasil penelitian LIPI maka Ditjen PHKA membuat daftar kuota jenis dan jumlah pengambilan tumbuhan dan satwa liar untuk tiap 24 tahun. Oleh karena itu kuota tumbuhan dan satwa liar akan berbeda setiap tahun. Sehingga dalam hal ini, sulit menentukan secara pasti kuota jumlah dan jenis tumbuhan dan satwa liar. Kuota jenis flora dan fauna dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kuota pengambilan tumbuhan dan penangkapan satwa liar yang tidak dilindungi undang-undang No. Kelas Jumlah Jenis 1. Mamalia 5 2. Reptilia (Ular) 12 3. Reptilia (Biawak) 7 4. Reptilia (Kura-kura) 8 5. Reptilia (Buaya) 2 6. Aves/burung 19 7. Insekta/serangga 23 8. Gaharu 2 9. Pakis 1 10. Anggrek (budidaya) Berbagai jenis Silangan 11. Ramin 1 12. Koral/karang hias (alam) 73 13. Koral/karang hias (budidaya) 61 Sumber : Ditjen PHKA, 2004. Walaupun demikian untuk jenis flora dan fauna yang tidak termasuk dalam Perlindungan Tumbuhan dan Satwa Liar, perlu dijaga kelestariannya untuk masa yang akan datang. Dengan demikian nilai ekonomi total hutan kayu putih adalah penjumlahan semua nilai yang dihitung, yaitu Rp. 1.556.719/ha/thn. Nilai ini belum termasuk nilai guna tidak langsung dan nilai keberadaan. Nilai tersebut cukup besar jika dibandingkan dengan nilai ekonomi total di Taman Nasional Menu Betiri sebesar Rp. 1.331.170/ha/thn (Handayani, 2002) dan lebih kecil dari nilai ekonomi total Hutan Pendidikan Gunung Walat sebesar Rp. 1.635.595.301/ha/thn (Rosalinda, 2002) dan nilai ekonomi total Taman Nasional Gunung Halimun sebesar Rp. 11.570.718/ha/thn (Widada, 2004). Hal tersebut terjadi karena berbeda kondisi hutan dan besarnya pemanfaatan setiap sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitarnya. ## KESIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini sebagai berikut : 1. Potensi sumberdaya hutan kayu putih yang tumbuh secara alami yang dapat dimanfaatkan selain daun kayu putih adalah kayu bakar, air, dan flora-fauna. 2. Nilai Ekonomi Total Hutan Kayu Putih Rp. 1.556.719/ha/thn. 3. Nilai ekonomi yang terbesar diperoleh dari Nilai Guna Langsung Rp.1.530.637/ha/thn (98,45%). ## Saran Nilai ekonomi total hutan kayu putih cukup besar, sehingga perlu dimanfaatkan sumberdaya yang ada secara optimal. ## DAFTAR PUSTAKA Handayani, T., 2002. Nilai Ekonomi dan Strategi Pengelolaan Taman Nasional Meru Betiri [Tesis]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor Ketaren, S., 1987. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. UI-Press. Jakarta Munasinghe, M., 1994. Economic and Policy Issues in Natural Habits and Protected Areas. Di dalam: Munasinghe M, McNeely J, editor. Protected Area Economic and Poliycy: Lingking Conservation and Sustainable Development. The World Bank. Washington DC. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999. Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999. Tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Sekretaris Negara Republik Indonesia. Jakarta. Rosalinda, E., 2002. Nilai Ekonomi Hutan Pendidikan Gunung Walat dan Kontribusinya Terhadap Masyarakat Sekitar [Tesis]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Widada, 2004. Nilai Manfaat Ekonomi dan Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Halimun. [Disertasi]. Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 26 Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian 127.5 °BT 127.7 °BT 127.9 °BT 128.1 °BT 128.3 °BT 128.5 °BT 128.7 °BT -3 .6 °L S -3 .4 °L S -3 .2 °L S -3 °L S KAIRATU PIRU Sole Tihu Tahalupu Tonu Jawasakti Pilar Hulane Namae Luhutuban Tuniwara Hayasa Buano Utara Buano Selatan Boraya Huaroa Naiselang Anauni Kambelo Amaholu Batu Lubang Eli Besar Eli Kecil Tanah Merah Air Papaya Wayase Lopesi Wasia Pasir Panjang Seriholo Tomalehu Latu Namatatu Rumahkay Tihulale Waitibu Manariang Seriawan Waralohy Kelapa Dua Waiselang Waipirit Hatusua Waihatu Waisamu Nurue Kamal Waisarissa Tutunate Waihokal Kaibobu Kayu Merah Eti Loun Talaga Ariate Laala Tanahgoyang Ani Olas Loki Ketapang Uhe Luhu Kulor Luhu Lama Saluku Laela Waiputih Murnate Kawa Pohon Batu Pelita Jaya Morekau Nimari Lomoli Raja Empat Uraur Ursana Amaina Sokawati Hunitetu Rumahtita Rumberu Kawatu Imadatai Kotania Wael Tatinang Hanunu Tanjung Batu Alang Asaudi Waisala Talaga Nipa Melati Hatu Allang Ulatu Tapinaro Erang Temi Rimboro Nisiri Taniwel M as ao i K el an ga sa ud e T om al eh u B ua no ha tu pu tih P.Kelang P.Buano P.Manipa P.Ambon P.Haruku P.Saparua Skala 1 : 750.000 127.5 °BT 128.5 °BT 129.5 °BT 130.5 °BT -3 .5 °L S -3 °L S Peta Indeks Sumber : - Peta Kawasan Hutan dan Penutupan Lahan Kabupaten Maluku Tengah, Kota Ambon dan Seram Bagian Barat Propinsi Maluku Skala 1:250.000 - Peta Pulau Pulau Maluku Seram Hidrooseanografi Skala 1:200.000 - Survey Lapang Tahun 2005 Peta Lokasi Penelitian Landuse dan Luas Hutan Kayu Putih M . J ay a T. J ay a 300 ha 2100 ha 900 ha 2100 ha 250 ha 500 ha 750 ha 1300 ha 1800 ha 5000 ha 2000 ha 2400 ha 2700 ha 2100 ha 2100 ha Batas Kecamatn Jalan Sungai Hutan Lindung Hutan Sekunder Pertanian Perkebunan Savana Semak/Belukar Mangrove Kota Kecamatan Desa Kolam/Danau Lahan Kosong 5000 2500 Luas Hutan Kayu Kec. Kairatu Kec. Taniwel Kec. Piru Kec. Amahai Keterangan :
7bfb3586-5e11-4418-8a69-56c62c856cce
https://ejournal.uinib.ac.id/jurnal/index.php/ulunnuha/article/download/242/136
## TRADISI SHALAWAT DALAM PERINGATAN MAULUD NABI MUHAMMAD SAW DI KALANGAN MUSLIM INDIA KOTA PADANG (LIVING HADIS) Sri Chalida, Zaim Rais dan Syukriadi Dosen Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang ## Abstrak Prosesi pelaksanaan maulud Nabi Muhammad SAW di kalangan muslim India kota Padang dilakukan selama 12 hari dalam upacara serak gulo dan bacaan shalawat yang terdapat dalam kitab khusus dengan nama kitab Maulud. Hal ini jelas berbeda dengan yang dilakukan muslim lainnya. Hadis-hadis yang dibaca ketika shalawat terdapat dalam Shahih al-Bukhari, Musnad Ahmad bin Hanbal, Mustadrak ala Shahihain dan Mu’jam al -Kabir. Kata Kunci: Shalawat, Maulud Nabi, Living Hadis ## Pendahuluan Sosok Nabi Muhammad SAW sebagai panutan dan idola umat Islam merupakan salah satu motivasi umat Islam untuk selalu mencintai Rasulullah SAW. Peringatan Maulud Nabi yang dicetuskan oleh Sultan Saladin, yang lebih dikenal dengan nama Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi 1 adalah suatu bentuk kekaguman atau kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya perayaan maulud nabi tidak memiliki nash yang sharih dan jelas. Namun ada yang berpendapat di-qiyas-kan kepada hadis Nabi yang menyebutkan bahwa Nabi bersyukur terhadap nikmat kelahirannya dengan cara berpuasa sunnah pada hari kelahirannya. Hal ini diungkapkan oleh Ahmad Seadie dalam 1 Husein Muhammad, Merayakan Hari- hari Indah Bersama Nabi, (t.t: Qaf, 2017), Cet. I, hal. 32-34 bukunya “Sunah, Bukan Bid’ah”. 2 Tradisi memperingati maulud Nabi Muhammad SAW ini dapat mempererat tali silaturrahmi di antara sesama muslim. Kaum muslimin India yang tinggal di Kota Padang, memperingati maulud Nabi Muhammad SAW secara besar-besaran selama 12 hari dimulai tgl 1 – 12 Rab i’ul Awal. Ini suatu keunikan yang tidak terdapat pada umat Islam lainnya. Dalam memperingati maulud Nabi Muhammad SAW ini, dilakukan juga tradisi khas India, yakni serak gulo dan membaca shalawat yang diiringi dengan menyenandungkan ayat-ayat tertentu dari al-Quran, serta syair-syair yang berisi pujian dan sanjungan 2 Ahmad Seadie, Sunah Buka n Bid’a h, (Jakarta: Zaman, 2017), Cet. I, hal. 178 terhadap Rasulullah SAW yang telah diwariskan secara turun-temurun. Berikut sholawat yang dibaca ketika merayakan peringatan maulud Nabi Muhammad SAW diawali dengan memuji Allah SWT: ﺎَﺤْﺒُﺳ ِرﺎﱠﻔَﻐْﻟا ِﺰْﻳِﺰَﻌْﻟا َن ِرﺎﱠﺘﱠﺴﻟا ﻢْﻴِﻠَْﳊا ْﱘِﺮَﻜﻟا ِرﺎﱠﺒَﳉا ِءﺎَﻬَـﺒْﻟاَو ِلَﻼَﳉاَو ِﺔﻈﻌْﻟاَو ِءﺎﻳﱪِﻜْﻟا ىِذ ِرﺎﱠﻬَﻘﻟا ِﺪ ِﺣاَﻮﻟا ِرﺎَﺛَا َرﺎَﻬْﻇِا َرﺎَﺘْﺧِا ْيِﺬﱠﻟا ِﻊْﻳِﺪَﺒْﻟا ِﺪَﻤﱠﺼﻟا ِلﺎَﻤَﻜﻟاَو ِةَرْﺪُﻘﻟْاَو ْﻮُﺼَﻣ ِراَﻮْـﻧَا ِراَﺮْﺳَا ِةﱠﻮُـﺒﱡﻨﻟا ِﺪَْﳎ ِجَﺎﺗ ُةﱠرُد ِنْﻮُـﻨْﻜَﻣ ِن ...ِرﺎَﺨَﻔْﻟاَو ٣ Pujian terhadap Alllah SWT tersebut sebahagian besarnya merupakan asma’ al -husna. Juga terdapat hadis tentang keutamaan Nabi Muhammad SAW dalam kitab khusus yang mereka baca, seperti berikut: ﻰَﻠَﻋ ىَاَر ِﻪْﻴَـﻨْـﻴَﻋ َﺢَﺘَـﻓ ﺎﱠﻤَﻟ َم َﻼﱠﺴﻟا ِﻪْﻴَﻠَﻋ َمَدَا ﱠنَا َيِوُرَو ُﻪﱠﻠﻟا ﱠﻻِإ َﻪَﻟِإ َﻻ ﺎًﺑْﻮُـﺘْﻜَﻣ ِﺔﱠﻨَﳉا ِبﺎَﺑ ُلﻮُﺳَر َﺪﱠﻤَُﳏ َلﺎَﻘَـﻓ ِﻪﱠﻠﻟا َْﲰِا ْﺖَﻧَﺮَـﻗ ْيِﺬﱠﻟااَﺬَﻫ ْﻦَﻣ بَر َﺎﻳ َﻚِْﲰِﺎِﺑ ُﻪ ٤ Diceritakan tentang Nabi Adam A.S ketika membuka kedua matanya beliau melihat di pintu Surga ada lafadz yang bertuliskan Laa Ilaaha Illallah Muhammadar Rasulullah, maka spontan Nabi Adam bertanya wahai Tuhanku: siapa ini yang termaktub namanya bersanding dengan namamu. Perayaan maulud Nabi Muhammad SAW yang dilakukan Muslim India ini telah merupakan tradisi yang diwariskan secara turun- temurun dan diperingati setiap tahun. Tradisi peringatna maulud Nabi yang dirayakan umat muslim India ini, hanya dilakukan secara rutin setiap tahun oleh tiga negara di dunia, yakni India di 3 Dokumentasi, Kitab Manahil al- Anwar, hal. 1 4 Ibid., hal. 2 Naghor, Singapura dan Indonesia di Kota Padang. ## Pembahasan Fokus kajian pembahasan ini adalah bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi maulud Nabi Muhammad SAW oleh muslim India Kota Padang, persepsi masyarakat terhadap perayaan ini dan apa saja hadis-hadis tentang shalawat yang dibaca dalam pelaksanaan maulud Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh muslim India Kota Padang ini. Di Kota Padang, peringatan maulud Nabi Muhammad SAW ini dilakukan di Masjid Muhammadan yang merupakan mesjid tertua yang dibangun muslim India di Kota Padang pada tanggal 9 Desember 1242 M.5 Masjid ini terdapat di Kelurahan Pasa Gadang, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Mesjid ini juga digunakan sebagai wadah untuk menjalankan tradisi leluhur umat muslim India Kota Padang. Masjid ini pada awalnya terbuat dari kapur, pasir, dan gula. Kemudian tanpa mengubah bentuk aslinya sejak awal abad ke-20 diganti dengan semen.6 Arsitektur Masjid Muhammadan ini bercorak India. Bagian depan dihiasi ornamen berwarna hijau dengan dasar putih dengan ditopang oleh tujuh tiang, pada bagian kiri dan kanannya masing-masingnya menyatu dengan sebuah bangunan berbentuk menara. Namun, di bagian atas salah satu 5 Ibid. 6 Syakban, “ Nilai-nilai Pendidikan Islam Apakah yang Terdapat Dalam Tradisi Maulid dan Apa Dampaknya Terhadap Pembinaan Karakter di Masjid Muhammadan Kota Padang” , Tesis Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Padang: Perpustakaan UIN IB, 2015), hal. 6, t.d. menara Masjid Muhammadan ini runtuh sepanjang satu meter akibat gempa bumi yang menimpa Kota Padang pada tahun 2009. Tak lama berselang akhirnya diperbaiki dengan bantuan Yayasan Satu Untuk Negeri TV ONE. 7 Masjid Muhammadan ini berukuran 15 X 25 meter terdiri dari tiga lantai. Lantai dasar tempat shalat, lantai dua dan tiga tempat istirahat, sering dipakai untuk kepentingan acara-acara adat. Uniknya, Masjid Muhammadan ini tidak memiliki mimbar sebagaimana halnya pada masjid-masjid lainnya. Pada bahagian depan hanya sebuah kursi kayu yang ditutupi kain hijau berlambang bulan bintang di depan jendela sebagai tempat khatib. Perayaan maulud Nabi Muhammad SAW yang dirayakan umat Islam Kota Padang ini merupakan akulturasi budaya dan tradisi muslim India Kota Padang. Islamisasi di Indonesia sudah terjadi semenjak abad 13, 14, sampai 17 yang terdapat di Pasai sejak abad ke-13 M. Perkembangan yang pesat terjadi pada akhir abad ke-14-16 atau awal abad ke- 17, dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam, seperti yang terdapat di Aceh, Banten, Mataram, Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore.8 Seiring berjalannya waktu, pertambahan masyarakat muslim India di Kota Padang terus meningkat sehingga interaksi dengan masyarakat muslim minang tidak dapat dielakkan. Tradisi peringatan maulud Nabi Muhammad SAW yang dilakukan umat muslikm India Kota Padang di 7 Ibid. 8 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), Cet. I, hal. 188 Kampung Keling ini, telah menarik perhatian masyarakat pribumi, yakni masyarakat minangkabau untuk ikut serta melaksanakan dan mempertahankannya budaya dan tradisi ini. Merupakan suatu keberuntungan bagi Kota Padang sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki budaya maulud yang berasal dari India ini. Pada tahun 2017 ini, perayaan maulud Nabi Muhammad SAW dilaksanakan pada tanggal 19-30 November 2017. Adapun perayaan maulud Nabi Muhammad SAW oleh muslim India Kota Padang ini merupakan bagian sholawat yang telah dicontohkan oleh al-Barzanji dalam kitabnya. Prosesi perayaan Maulud Nabi Muahammad SAW di Kota Padang ini dilakukan di pelataran Masjid Muhammadan Kelurahan Pasa Gadang jalan Pasa Kecamatan Padang Selatan yang terdiri dari 5 tahap pelaksanaan, yaitu: 1. Berkhatam Perayaan maulud Nabi Muhammad SAW oleh muslim India Padang selalu diawali dengan berkhatam yakni pembacaan ayat-ayat dari Al- Qur’an secara bersama yang dipimpin oleh Mamu9 Syamsir, di tempat lain dinamakan dengan takhtim. Mamu Syamsir adalah pemimpin doa yang dianggap cakap dalam menjalankan perintah agama dan banyak memahami tentang seluk beluk agama Islam.10 Adapun yang dibaca 9 Mamu panggilan terhadap orang yang dianggap ahli dalam bidang agama. 10 Observasi, di Mesjid Muhammadan tanggal 19 s/d 30 Desember 2017 saat berkhatam ialah: shalawat11, surat al-Ikhlas: 1-4 dibaca 3 kali, al-Falaq 1- 5, al-Nas: 1-6, al-Baqarah: 1-5, 163 dan 255 dibaca 3 kali. Berkhatam menurut muslim India berbeda dengan berkhatam menurut al- Qur’an. Berkhatam menurut muslim India adalah prosesi pertama yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan bertahlil, sedangkan menurut al- Qur’an berkhatam ialah mengakhiri pembacaan al-Quran, karena kata ﻢﺘﺧ 12 dalam bahasa Arab berarti menutup. Pada akhir bacaan khatam dihidangkan berbagai makanan dan minuman seperti nasi briyani dan teh susu cair. 2. Bertahlil Bertahlil dilakukan setelah pelaksanaan berkhatam. Prosesi ini juga dipimpin lagi Mamu Syamsir dan diikuti oleh seluruh peserta maulud yang kebanyakan terdiri dari orang dewasa dan beberapa orang anak-anak. Bacaan yang dibaca ketika bertahlil adalah istighfar, tahlil 100 kali, shalawat dan tasbih. ## 3. Membaca kitab Maulud13 Nabi Muhammad SAW ١١                               ﻰَﻟإ ﱠﻠَﺻ ٍﺪﱠﻤَﺤُﻣ ﻰَﻔَﻄ ْﺼُﻤْﻟا ﱢﻲِﺒﱠﻨﻟا ِة َﺮ ْﻀَﺣ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲ ﻰ ِءﺎَﯿِﻟ ْوَﻷْاَو َﻦْﯿِﻠَﺳ ْﺮُﻤْﻟاَو ِءﺎَﯿِﺒْﻧَﻷْا َﻦِﻣ ِﮫِﻧاَﻮ ْﺧِإ ِةَﺮ ْﻀَﺣ ﻰَﻟإ ﱠﻢُﺛ َﻦْﯿِﻔﱢﻨَﺼُﻤﻟْاَو ِءﺎَﻤَﻠُﻌﻟْاَو َﻦْﯿِﻌِﺑﺎﱠﺘﻟاَو ِﺔَﺑﺎَﺤﱠﺼﻟاَو َﻦْﯿِﺤِﻟﺎﱠﺼﻟاَو ِءاَﺪَﮭﱡﺸﻟاَو َﻦْﯿِﺑﱠﺮَﻘُﻤﻟْا ِﺔَﻜِﺋَﻼَﻤﻟْا ِﻊْﯿِﻤَﺟَو ِتﺎَﻤِﻠْﺴُﻤْﻟاَو َﻦْﯿِﻤِﻠْﺴُﻤْﻟا َﻦِﻣ ِر ْﻮُﺒُﻘﻟْا ِﻞْھَأ ِﻊْﯿِﻤَﺟ َﻲﻟإ ﱠﻢُﺛ ﺎَھﱢﺮَﺑ ﺎَﮭِﺑِرﺎَﻐَﻣَو ِض ْرَﻻْا ِقِرﺎَﺸَﻣ ْﻦِﻣ ِتﺎَﻨِﻣ ْﺆُﻤْﻟاَ َﻦْﯿِﻨِﻣ ْﺆُﻤْﻟاَو َﻨَﺨِﯾﺎَﺸَﻣَو ﺎَﻨِﺗاﱠﺪَﺟَو ﺎَﻧَداَﺪ ْﺟَأَو ﺎَﻨِﺗﺎَﮭﱠﻣُأَو ﺎَﻧَءﺎَﺑَا ﺎًﺻ ْﻮُﺼُﺧ ﺎَھِﺮ ْﺤَﺑَو ﺎ ﺎَﻨِﺨِﯾﺎَﺸَﻣ َﺦِﯾﺎَﺸَﻣَو .ﺎًﺻ ْﻮُﺼﺧَو ِﮫِﺒَﺒَﺴِﺑ ﺎَﻨُﮭَھ ﺎَﻨْﻌَﻤَﺘْﺟا ِﻦَﻤِﻟَو 12 Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus al- Ashri, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt.), Cet. Ke-9, hal. 823 13 Kitab Maulud adalah kumpulan hadis, ayat al-Quran dan syair-syair yang dibaca ketika acara maulud yang terdapat dalam kitab Manahil al-Anwar fi Madaih al-Rasul wa al- Kitab Maulud ini dibaca bersama-sama yang dipimpin oleh Gulam Das Yunus dimulai membaca kalimat sholawat yang berbunyi: 2x ﻠﺻ ﺪﻤﺤﻣ ﻰﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰ ﻢﻠﺳو ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﻲﻠﺻ بر ﺎﯾ Lalu dilanjutkan dengan membaca kitab dan ditutup dengan membaca surat Yasin.14 Muslim India membakar akar bati sebagai pengharum ruangan yang mereka sebut berasal dari Nabi Muhammad SAW15. Panitia hanya bisa istirahat sejenak yakni lima menit sebelum adzan Isya dikumandangkan, lalu melanjutkan pembacaan kitab bait asyrakal16. Lalu diumumkan agar berhenti sejenak untuk menunaikan sholat Isya berjamaah. Lima menit sesudah pelaksanaan sholat Isya berjamaah, dilanjutkan lagi dengan membaca bait asyrakal. ## 4. Pembacaan doa Peringatan maulud Nabi Muhammad SAW ini dilanjutkan dengan doa bersama dengan harapan memperoleh syafaat dari Rasulullah SAW demi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, serta harapan terjauh dari segala penyakit.17 ## Abrar yang tidak ada nama penulisnya dan tidak diterbitkan 14 Syamsir, Pemimpin doa maulud 2017 di Mesjid Muhammadan, Wawancara Langsung, Tanggal 22 Desember 2017 15 Daud, gharin Masjid Muhammadan, Wawancara Langsung, tanggal 20 November 2017 16 Asyrakal adalah bacaan Maulud yang terdiri dari syair-syair yang berisi puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.dalam keadaan berdiri yang terdapat dalam kitab Manahil al-Anwar fi Madaih al-Rasul wa al- Abrar (ttp., tp., tt.), hal. 26 17 Syamsir, pemimpin doa, Wawancara langsung, Masjid Muhammadan, tanggal 23 November 2017 ## 5. Acara makan bersama Setelah selesai seluruh rangkaian acara dilakukan makan bersama. Makanan ini dibawa oleh para peserta yang perempuan dari rumahnya masing-masing. Namun saat ini, khususnya perayaan maulud tahun 2017 ini, tidak dilakukan lagi makan bersama karena hari sudah larut malam dan umumnya para peserta sudah kenyang memakan nasi briyani dan the cai serta makanan-makanan ringan lainnya. Persepsi Masyarakat Muslim India terhadap tradisi maulud Nabi Muhammad SAW ini positif. Masyarakat menganggap acara maulud Nabi Muhammad SAW ini sebagai ajang untuk bersilaturrahmi dan melatih jiwa sosial, sebab semua peserta yang datang, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua dan anak-anak membawa makanan atau kue-kue ringan. Panitia hanya menyiapkan nasi briyani dan teh cai yang merupakan makanan dan minuman khas India. Adapun hadis-hadis tentang sholawat yang dibaca dalam pelaksanaan tradisi Maulud Nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam kitab Maulud yang dibaca oleh muslim India Kota Padang dalam peringatan maulud Nabi Muhamamad SAW yang terdapat dalam kitab Manahil al Anwar 18 ini, hanya 5 lima yakni: ١ . ﻦﻋ ،ﺔﺒﻌﺷ ﺎﻨﺛﺪﺣ ،ﺮﻔﻌﺟ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﺎﻨﺛﺪﺣ ﺔﺟرﺎﺧ ﻦﻋ ،ﱯﻌﺸﻟا ﻦﻋ ،ﺮﻔﺴﻟا ﰊأ ﻦﺑ ﷲا ﺪﺒﻋ ﻦﺑ ﱯﻨﻟا ﺪﻨﻋ ﻦﻣ ﺎﻨﻠﺒﻗأ :لﺎﻗ ،ﻪﻤﻋ ﻦﻋ ،ﺖﻠﺼﻟا ﻦﻣ ﻲﺣ ﻰﻠﻋ ﺎﻨﻴﺗﺄﻓ ،ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ 18 Kitab yang dibaca saat acara maulud Nabi Muhammad SAW oleh muslim India Padang اﺬﻫ ﺪﻨﻋ ﻦﻣ ﻢﺘﺌﺟ ﻢﻜﻧأ ﺎﻨﺌﺒﻧ :اﻮﻟﺎﻘﻓ ،بﺮﻌﻟا نﺈﻓ ؟ﺔﻴﻗر وأ ءاود ﻢﻛﺪﻨﻋ ﻞﻬﻓ ،ﲑﲞ ﻞﺟﺮﻟا :لﺎﻗ .ﻢﻌﻧ :ﺎﻨﻠﻘﻓ :لﺎﻗ .دﻮﻴﻘﻟا ﰲ ﺎﻫﻮﺘﻌﻣ ﺎﻧﺪﻨﻋ ﺔﲢﺎﻔﺑ تأﺮﻘﻓ :لﺎﻗ ،دﻮﻴﻘﻟا ﰲ ﻩﻮﺘﻌﳌﺎﺑ اوءﺎﺠﻓ بﺎﺘﻜﻟا ﰒ ،ﻲﻗاﺰﺑ ﻊﲨأ ،ﺔﻴﺸﻋو ةوﺪﻏ مﺎﻳأ ﺔﺛﻼﺛ :لﺎﻗ لﺎﻘﻋ ﻦﻣ ﻂﺸﻧ ﺎﳕﺄﻜﻓ :لﺎﻗ ،ﻞﻔﺗأ ﱯﻨﻟا لﺄﺳأ ﱴﺣ ﻻ :ﺖﻠﻘﻓ ،ﻼﻌﺟ ﱐﻮﻄﻋﺄﻓ ﻞﻛ " :لﺎﻘﻓ ﻪﺘﻟﺄﺴﻓ ،ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﺔﻴﻗﺮﺑ ﺖﻠﻛأ ﺪﻘﻟ ﻞﻃﺎﺑ ﺔﻴﻗﺮﺑ ﻞﻛأ ﻦﻣ يﺮﻤﻌﻟ " ﻖﺣ ١٩ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abdullah bin Abi al-Sifr dari al- Sa’biy dari Kharajah bin Shilat dari pamannya berkata kami datang bersama Rasulullah SAW. Kemudian kami didatangi oleh rombongan orang Arab, mereka berkata: beritahu kami bahwa kalian telah kedatangan salah seorang yang sangat mulia, maka adakah di sisimu ada obat atau mantera? Sesungguhnya di sisi kami ada orang yang membutuhkan obat. Dia berkata, kemudian kami juga berkata: ya, datangkanlah kepada mereka seorang yang sakit itu, salah seorang berkata: bacalah surat al- Fatihah dalam tiga hari pagi dan sore, minum dengan botol air. Kemudian endapkan, seakan-akan kira-kira sampaiterlihat segar, setelah itu berikan kepada saya kedua benda tersebut, saya berkata: jangan kamu 19 Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad al-Syaibaniy, Musnad Ahmad bin Hanbal, (t.t: Muassasah al- Risalah: 2001), Juz. 36, hal. 156 (al-Maktabah al-Syamilah) ## bertanya sebelum Nabi Muhammad SAW bertanya, Nabi bersabda: “Setiap umur saya ketika memakan makanan mantera yang bathil sungguh telah hilangkan mantera tersebut. Hadis di atas menyatakan tentang keagungan Nabi Muhammad SAW yang mampu melakukan ruqyah kepada orang yang membutuhkan pengobatan sehingga dengan hal itu orang tersebut di masa Nabi Muhammad SAW mampu terbebas dari mantera jahat yang menghinggapi diri sahabat. Mantera tersebut bersumber dari makanan yang sudah di jampi. ٢ . ﺪﲪأ ﻦﺑ ناﺪﺒﻋ ﺎﻨﺛﺪﺣ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﺔﻔﻴﻨﺣ ﻮﺑأو ﻲﻠﺠﻌﻟا ماﺪﻘﳌا ﻦﺑ ﺪﲪأ ﺎﻨﺛ ﻻﺎﻗ ﻲﻄﺳاﻮﻟا ﺔﻔﻴﻨﺣ ناﻮﻛذ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﺎﻨﺛ رﺎﻔﺼﻟا ﺪﻗاو ﻦﺑ دﺎﲪ ﺎﻨﺛ لﺎﻗ ﺮﻤﻋ ﻦﺑ ﷲا ﺪﺒﻋ ﻦﻋ رﺎﻨﻳد ﻦﺑ وﺮﻤﻋ ﻦﻋ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر ءﺎﻨﻔﺑ دﻮﻌﻘﻟ ﺎﻧإ ﺪﻤﳏ ﺔﻨﺑا ﻩﺬﻫ مﻮﻘﻟا ﺾﻌﺑ لﺎﻘﻓ ةأﺮﻣا تﺮﻣ ذإ ﺪﻤﳏ ﻞﺜﻣ نإ ﻞﺟر لﺎﻘﻓ ﻞﺜﻣ ﻢﺷﺎﻫ ﲏﺑ ﰲ تﱪﺧﺄﻓ ةأﺮﳌا ﺖﻘﻠﻄﻧﺎﻓ ﱳﻨﻟا ﻂﺳو ﰲ ﺔﻧﺎﳛﺮﻟا ﷲا ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟا ءﺎﺠﻓ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟا ﱄ مﺎﻗ ﱴﺣ ﺐﻀﻐﻟا ﻪﻬﺟو ﰲ فﺮﻌﻳ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا نإ ماﻮﻗأ ﻦﻋ ﲏﻐﻠﺒﺗ لاﻮﻗأ لﺎﺑ ﺎﻣ لﺎﻘﻓ مﻮﻘﻟا رﺎﺘﺧﺎﻓ ﺎﻌﺒﺳ ضرﻷاو تاوﺎﻤﺴﻟا ﻖﻠﺧ ﻞﺟو ﺰﻋ ﻦﻜﺳأو ﺎﻬﻨﻜﺴﻓ ﺎﻬﻨﻣ ﺎﻴﻠﻌﻟا ﻦﻣ ءﺎﺷ ﻦﻣ ﻪﺗاوﺎﲰ ﺎﻬﻨﻣ ﺎﻴﻠﻌﻟا رﺎﺘﺧﺎﻓ ﺎﻌﺒﺳ ضرﻷا ﻖﻠﺧو ﻪﻘﻠﺧ رﺎﺘﺧﺎﻓ ﻖﻠﳋا ﻖﻠﺧو ﻪﻘﻠﺧ ﻦﻣ ءﺎﺷ ﻦﻣ ﺎﻬﻨﻜﺳﺄﻓ بﺮﻌﻟا مدآ ﲏﺑ ﻦﻣ رﺎﺘﺧاو مدآ ﲏﺑ ﻖﻠﳋا ﻦﻣ ﺎﺸﻳﺮﻗ ﺮﻀﻣ ﻦﻣ رﺎﺘﺧاو ﺮﻀﻣ بﺮﻌﻟا ﻦﻣ رﺎﺘﺧاو ﲏﺑ ﻦﻣ ﱐرﺎﺘﺧاو ﻢﺷﺎﻫ ﲏﺑ ﺶﻳﺮﻗ ﻦﻣ رﺎﺘﺧاو ﺐﺣأ ﻦﻤﻓ رﺎﻴﺧ ﱃإ رﺎﻴﺧ ﻦﻣ ﺎﻧﺄﻓ ﻢﺷﺎﻫ ﻲﻀﻐﺒﺒﻓ بﺮﻌﻟا ﺾﻐﺑأ ﻦﻣو ﻢﻬﺒﺣأ ﱯﺤﺒﻓ ## ﻢﻬﻀﻐﺑأ ٢٠ Telah menceritakan kepada kami Abdan bin Ahmad dan Abu Hanifah Muhammad bin Hanifah al-Wasithiy berkata keduanya telah menceritakan kepada kami Ahmad bin al-Muqaddam al- ‘Ijliy telah menceritakan kepada kami Hammad bin Waqad al-Shafar telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Dzakwan dari Amr bin Dinar dari Abdullah bin Umar berkata kami duduk di halaman rumah Rasulullah SAW ketika itu lewat seorang perempuan, beberapa orang kaum berkata ini adalah anak perempuan Muhammad SAW, seorang laki-laki yang lain berkata sesungguhnya perumpamaan Muhammad di tengah Bani Hasyim seperti kemangi di kepung bau busuk, lalu perempuan itu pergi mengabarkan cerita ini kepada Nabi Muhammad SAW Nabi pun menemuinya, nampak dari raut wajah Nabi aura kemarahan sambil bersabda: ada apa denganmu? Sampaikan padaku tentang kaum-kaum itu. Sesungguhnya Allah Azza wajalla telah mejadikan langit tujuh lapisan lalu Allah SWT pilih yang tertinggi dan di tempat yang tertinggi itu siapa yang dikehendaki dari makhluk-Nya. Allah menciptakan makhluk lalu Allah pilihlah anak cucu Adam untuk menempati tempat tersebut. Adapun anak cucu Adam yang dipilih adalah dari cucu Adam keturunan Arab 20 Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al-Hakim al-Naisaburiy, al- Mustadrak ala Shahihain, (Beirut: Dar al- Kutub al- Ilmi’ah, 1990), Juz. IV, hal. 83 adapun sukunya adalah bani Mudhor yang berasal dari suku Quraisy dan Allah memilih dari Mudhor itu suku Quraisy, lalu Allah memilih dari suku Quraisy tersebut Bani Hasyim. Maka terpilihlah saya menjadi Rasul pilihan dari keturunan Bani Hasyim. Maka aku adalah di antara orang-orang pilihan. Maka siapa yang mencintai arab aku akan mencintainya dan siapa yang membenci arab aku juga benci padanya. Hadis ini menceritakan tentang seorang wanita (anak perempuan Nabi Muhammad SAW) lewat di depan beberapa orang kaum ketika sedang memperbincangkan kaum Bani Hasyim yang notabene adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. Hal itu didengar oleh sang anak, maka hal itu disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Saat itulah Nabi geram hingga bersabda dan menyampaikan kemuliaan kaum Bani Hasyim di hadapan para sahabat. ٣ لﺎﻗ : لﺎﻗ ﺎﻤﻬﻨﻋ ﷲا ﻲﺿر سﺎﺒﻋ ﻦﺑا ﻦﻋو. ﱃﺎﻌﺗ ﷲا نإ : ﻢﻠﺳ و ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر ﺎﻤﺴﻗ ﺎﳘﲑﺧ ﰲ ﲏﻠﻌﺠﻓ ﲔﻤﺴﻗ ﻖﻠﳋا ﻢﺴﻗ بﺎﺤﺻأ :ﻪﻟﻮﻗ ﻚﻟﺬﻓ بﺎﺤﺻأو ﲔﻤﻴﻟا ﲑﺧ ﻦﻣ ﺎﻧأو ﲔﻤﻴﻟا بﺎﺤﺻأ ﻦﻣ ﺎﻧﺄﻓ لﺎﻤﺸﻟا ﲏﻠﻌﺠﻓ ﺎﺗﻮﻴﺑ ﲔﻤﺴﻘﻟا ﻞﻌﺟ ﰒ ﲔﻤﻴﻟا بﺎﺤﺻأ ﺎﻣ ﺔﻨﻤﻴﳌا بﺎﺤﺻأ : ﻪﻟﻮﻗ ﻚﻟﺬﻓ ﺎﺘﻴﺑ ﻢﻫﲑﺧ ﰲ بﺎﺤﺻأ ﺎﻣ ﺔﻣﺄﺸﳌا بﺎﺤﺻأو ﺔﻨﻤﻴﳌا بﺎﺤﺻأ ﲑﺧ ﻦﻣ ﺎﻧﺄﻓ نﻮﻘﺑﺎﺴﻟا نﻮﻘﺑﺎﺴﻟاو ﺔﻣﺄﺸﳌا ﲏﻠﻌﺠﻓ ﻞﺋﺎﺒﻗ تﻮﻴﺒﻟا ﻞﻌﺟ ﰒ ﲔﻘﺑﺎﺴﻟا ﰲ ﺎﻧﺄﻓ ﻞﺋﺎﺒﻗو ﺎﺑﻮﻌﺷ : ﻪﻟﻮﻗ ﻚﻟﺬﻓ ﺔﻠﻴﺒﻗ ﺎﻫﲑﺧ ﻻو ﻞﺟ و ﺰﻋ ﷲا ﻰﻠﻋ ﻢﻬﻣﺮﻛأو مدآ ﺪﻟو ﻰﻘﺗأ ﺎﺘﻴﺑ ﺎﻫﲑﺧ ﰲ ﲏﻠﻌﺠﻓ ﺎﺗﻮﻴﺑ ﻞﺋﺎﺒﻘﻟا ﻞﻌﺟ ﰒ ﺮﺨﻓ ﻢﻜﻨﻋ ﺐﻫﺬﻴﻟ ﷲا ﺪﻳﺮﻳ ﺎﳕإ : ﻪﻟﻮﻗ ﻚﻟﺬﻓ ## اﲑﻬﻄﺗ ﻢﻛﺮﻬﻄﻳو ﺖﻴﺒﻟا ﻞﻫأ ﺲﺟﺮﻟا ٢١ Dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasul SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT membagi makhluk menjadi dua bagian lalu Allah menjadikan aku (Nabi Muhammad SAW) sebaik-baik dari keduanya. Begitulah firman Allah SWT ,maka aku dari Ashabul Yamin, dan aku sebaik-baik Ashabul Yamin kemudian Allah jadikan dua bagian itu menjadi tiga dan Allah menjadikan aku sebaik-baik dari tiga bagian itu, begitulah firman Allah SWT. Apakah itu ﺔﻨﻤﻴﻤﻟا بﺎﺤﺻأ dan ﺔﻣﺄﺸﻤﻟا بﺎﺤﺻأ ? .... ( Q.S al-Waqiah (56): 8-10). Maka saya dari orang-orang yang paling dahulu beriman dan aku sebaik-baik orang yang dahulu beriman, kemudian Allah menjadikan tiga kelompok itu bersuku-suku maka jadilah aku dari kabilah yang terbaik. Hadis ini berbicara tentang keagungan diri Nabi Muhammad SAW yang telah diakui, sehingga menjadikan Nabi Muhammad SAW berada pada tempat yang paling mulia di antara semua golongan yang telah Allah ciptakan. ٤ . ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ،ٌﺢْﻴَﻠُـﻓ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ ،ٍنﺎَﻨِﺳ ُﻦْﺑ ُﺪﱠﻤَُﳏ ﺎَﻨَـﺛﱠﺪَﺣ َﻼِﻫ َﺪْﺒَﻋ ُﺖﻴِﻘَﻟ :َلﺎَﻗ ،ٍرﺎَﺴَﻳ ِﻦْﺑ ِءﺎَﻄَﻋ ْﻦَﻋ ،ٌل :ص] وِﺮْﻤَﻋ َﻦْﺑ ِﻪﱠﻠﻟا ٦٧ ُﻪﱠﻠﻟا َﻲِﺿَر ِصﺎَﻌﻟا ِﻦْﺑ [ 21 Sulaiman bin Ahmad bin Ayub bin Mathir al-Lakhmiy al-Syamiy( Abu al-Qasim al-Thabraniy), Al- Mu’jam al -Kabir, (Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyyah, 1994), Juz. III, hal. 56 (al-Maktabah al-Syamilah) ِﻪﱠﻠﻟا ِلﻮُﺳَر ِﺔَﻔِﺻ ْﻦَﻋ ِﱐِْﱪْﺧَأ :ُﺖْﻠُـﻗ ،ﺎَﻤُﻬْـﻨَﻋ ،ْﻞَﺟَأ " :َلﺎَﻗ ؟ِةاَرْﻮﱠـﺘﻟا ِﰲ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ َﻤَﻟ ُﻪﱠﻧِإ ِﻪﱠﻠﻟاَو ِﰲ ِﻪِﺘَﻔِﺻ ِﺾْﻌَـﺒِﺑ ِةاَرْﻮﱠـﺘﻟا ِﰲ ٌفﻮُﺻْﻮ اًﺪِﻫﺎَﺷ َكﺎَﻨْﻠَﺳْرَأ ﺎﱠﻧِإ ﱡِﱯﱠﻨﻟا ﺎَﻬﱡـﻳَأ ﺎَﻳ} :ِنآْﺮُﻘﻟا :باﺰﺣﻷا] {اًﺮﻳِﺬَﻧَو اًﺮﱢﺸَﺒُﻣَو ٤٥ اًزْﺮِﺣَو ،[ َﻞﱢﻛَﻮَـﺘﳌا َﻚُﺘْﻴﱠَﲰ ، ِﱄﻮُﺳَرَو يِﺪْﺒَﻋ َﺖْﻧَأ ،َﲔﱢﻴﱢﻣُْﻸِﻟ َﻏ َﻻَو ﱟﻆَﻔِﺑ َﺲْﻴَﻟ ، ِقاَﻮْﺳَﻷا ِﰲ ٍبﺎﱠﺨَﺳ َﻻَو ، ٍﻆﻴِﻠ ،ُﺮِﻔْﻐَـﻳَو ﻮُﻔْﻌَـﻳ ْﻦِﻜَﻟَو ،َﺔَﺌﱢﻴﱠﺴﻟا ِﺔَﺌﱢﻴﱠﺴﻟﺎِﺑ ُﻊَﻓْﺪَﻳ َﻻَو ْنَﺄِﺑ ،َءﺎَﺟْﻮَﻌﻟا َﺔﱠﻠِﳌا ِﻪِﺑ َﻢﻴِﻘُﻳ ﱠﱴَﺣ ُﻪﱠﻠﻟا ُﻪَﻀِﺒْﻘَـﻳ ْﻦَﻟَو ْﻤُﻋ ﺎًﻨُـﻴْﻋَأ ﺎَِ ُﺢَﺘْﻔَـﻳَو ،ُﻪﱠﻠﻟا ﱠﻻِإ َﻪَﻟِإ َﻻ :اﻮُﻟﻮُﻘَـﻳ ،ﺎًﻴ ُﻦْﺑ ِﺰﻳِﺰَﻌﻟا ُﺪْﺒَﻋ ُﻪَﻌَـﺑﺎَﺗ ،" ﺎًﻔْﻠُﻏ ﺎًﺑﻮُﻠُـﻗَو ،ﺎﻤُﺻ ﺎًﻧاَذآَو ، ٍلَﻼِﻫ ْﻦَﻋ :ٌﺪﻴِﻌَﺳ َلﺎَﻗَو ، ٍلَﻼِﻫ ْﻦَﻋ ،َﺔَﻤَﻠَﺳ ِﰊَأ ِﰲ ٍءْﻲَﺷ ﱡﻞُﻛ :ٌﻒْﻠُﻏ ٍمَﻼَﺳ ِﻦْﺑا ْﻦَﻋ ،ٍءﺎَﻄَﻋ ْﻦَﻋ ٌﻞُﺟَرَو ،ُءﺎَﻔْﻠَﻏ ٌسْﻮَـﻗَو ،ُﻒَﻠْﻏَأ ٌﻒْﻴَﺳ ، ٍفَﻼِﻏ ْﻏَأ ﺎًﻧﻮُﺘَْﳐ ْﻦُﻜَﻳ َْﱂ اَذِإ :ُﻒَﻠ ٢٢ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin sinan telah menceritakan kepada kami Fulaih telah menceritakan kepada kami Hilal dari Atho’ bin Yasar berkata; Aku bertemu dengan Abdullah bin ‘Amru bin Al -Ash radiallahu anhuma lalu aku katakan: “Kabarkan kepada ku tentang sifat Rasulullah SAW di dalam kitab al- Taurat? Dia berkata: Baik. Demi Allah SWT, sungguh beliau telah disebutkan dalam kitab al-Taurah sebagian dari sifat-sifat beliau seperti (Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira 22 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismaail bin Ibrahim bin Al-Mugihrah bin Bardizbah al-Bukhori al- Ju’fai , Shahih al- Bukhori, (Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiyah, 1971), Juz. II, hal. 23-24 dan pemberi peringatan), menjaga para ummiyyin (kaum yang tidak baca tulis). Engkau adalah hambaku dan RasulKu, aku memberimu nama al- Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar lagi keras tidak suka berteriak- teriak di pasar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan tetapi memaafkan dan mengampuni, dan Allah tidak akan mematikannya hingga beliau meluruskan agama-agama yang bengkok agar hanya mengucapkan Laa ilaaha illallah yang dengannya akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup. Hadis ini terdapat dalam kitab Shahih al-Bukhori bab ﻲﻓ ﺐﺨﺴﻟا ﺔﯿھاﺮﻛ قﻮﺴﻟا . Hadis ini Shahih menurut Imam Al-Bukhari, penulis menyandarkan derajat ke-shahih-an hadis ini ke dalam Kitab Shahih al-Bukhori karena kitab hadis ini adalah kitab hadis tertinggi yang tidak perlu diragukan. Berarti orisinalitas hadis ini maqbul dan bisa dijadikan hujjah dalam melaksanakan prosesi membaca hadis ini dalam maulud Nabi Muhamamd SAW oleh muslim India Padang. Hadis ini menceritakan tentang keagungan sifat Rasulullah SAW yang tidak hanya tercantum dalam al- Qur’an, karena juga terdapat dalam kitab terdahulu seperti kitab taurat. 23 Ibnu Hajar al-Asqalany merupakan pengarang kitab Fath al- Barry mengatakan bahwa ﺐﺨﺼﻟا adalah mengangkat suara setinggi-tingginya seperti yang sering terjadi di pasar. Imam besar sekalipun memasuki pasar tidak akan hilang wibawanya karena perbuatan yang dicela adalah berteriak bukan saat imam tersebut memasuki 23 Imam al-Hafidzh Ahmad bin Aliy bin Hajar al- ‘Asqalany, Fath a-Baary Syarah Shahih al-Bukhary, (Beirut: Dar al-Kutub al- ‘Ilm iah,tt. ), Juz. IV, hal. 431-432 pasar. Kata فﻼﻏ dalam hadis ini bermakna menutupi hati. Kesimpulan 1. Prosesi ini terdiri dari 5 kegiatan yaitu: berkhatam (istilah khatam menurut muslim India Padang yaitu pembukaan, berbeda dengan istilah khatam dalam bahasa Arab berarti penutup), bertahlil, membaca kitab, berdoa dan makan bersama. 2. Persepsi muslim India Padang dan peserta maulud Nabi Muhammad SAW yang berasal dari muslim non- India terhadap maulud Nabi Muhammad SAW secara mayoritas menerima dan sangat berharap acara ini tetap ada meskipun mereka sadar bahwa acara ini tidak mempunyai dalil secara agama dalam al-Quran dan Hadis. Namun, mereka menganggap ini sebatas hanya sebagai ajang silaturahim dan seni budaya yang berbentuk acara maulud Nabi Muhammad SAW. 3. Hadis-hadis tentang shalawat yang dibaca dalam tradisi maulud Nabi Muhammad SAW oleh muslim India Padang ada satu riwayat hadis yang berkualitas shahih terdapat dalam Shahih al-Bukhari, sedangkan 3 hadis lain terdapat dalam Musnad Ahmad bin Hanbal, Mustadrak ala Shahihain karya Muhammad Nashruddin al-Baniy, dan al- Mu’jam al -Kabir karya Imam al- Thabrany. ## Saran Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan di lapangan, maka ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan, yaitu: 1. Bagi muslim India Padang, hendaknya harus mengetahui semua prosesi pelaksanaan maulud Nabi Muhammad SAW yang rutin dilakukan setiap tahun begitu juga dengan iramanya. Hendaknya jangan hanya meramaikan maulud Sahul Hamid (Serak Gula) yang memang sudah viral. Adapun tradisi makan bersama sesudah maulud sebaiknya dilaksanakan lagi agar kerukunan yang dicita- citakan tercapai. 2. Bagi muslim India Padang, diharapkan agar lebih memiliki motivasi yang lebih baik dalam memahami acara maulud Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya sangat baik di pertahankan karena para ulama terdahulu sudah mengamalkannya, namun jangan sampai menjadikan ini sebagai ajang untuk meminta keselamatan secara gghaib karena yang memberi keselamatan hanya Allah SWT. Jadi, jangan berlebihan dalam merayakan maulud Nabi Muhammad SAW. 3. Bagi peneliti selanjutnya bisa melakukan pen-takhrij-an terhadap ketiga hadis yang ada pada kitab maulud Muslim India Padang. 4. Kepada peneliti selanjutnya, alangkah baiknya pembahasan tentang tradisi muslim India Padang terkait dengan kajian living hadis dikaji lebih dalam lagi, misalnya penelitian tidak hanya dilakukan di Padang saja, akan tetapi juga diteliti masyarakat muslim India yang ada di Singapura dan India (Naghor) karena tradisi ini berawal dari India sedangkan pembelian kitab berada di Singapura. Maka dengan melakukan penelitian ke negara tersebut maka akan lebih banyak menemui informan yang cakap dalam masalah ini terutama bagi mereka yang mengetahui siapa penulis kitab Manaihul Anwar yang dijadikan sumber dalam perayaan maulud Nabi. 5. Kepada PEMKO Padang lewat tulisan ini penulis mengharapkan tradisi Maulud Nabi Muhammad SAW oleh muslim India Padang bisa dimasukkan ke dalam kalender pariwisata tahunan Kota Padang, sebagai salah satu ajang untuk menarik wisatawan berkunjung ke Padang. ## Daftar Kepustakaan Harun, Maidir, dan Sudarman, Sejarah Rumah Ibadah Kuno di Kota Padang (Mesjid Raya Ganting, Gereja Katedral Katolik, Gereja GPIB Jema’at Efrata, Kelenteng She Him Kiong), Padang: Imam Bonjol Press, 2013, Cet. I Jamal, Syafruddin, Dasar-dasar Metode Penelitian, Jakarta: The Minagkabau Foundation, 2000 Al- Ju’fai , Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismaail bin Ibrahim bin Al-Mugihrah bin Bardizbah al-Bukhori, Shahih al-Bukhori, Beirut: Dar al- Kutb al-Ilmiyah, 1971, Juz. II Kamus Umum, Ensiklopedi Umum, Yogyakarta: Penerbit Yayasan Kanisius, 1984, Cet. V Kusdiana, Ading, Sejarah dan Kebudayaan Islam Periode Pertengahan, Bandung: Pustaka Setia, 2013, cet. 1 Marlianiy, Rosleny, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, 2010 Muhaimin, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana, 2007, Edisi-I, Cet. II Muhammad, Husein, Merayakan Hari- Hari Indah Bersama Nabi, t.t: Qaf, 2017, Cet. I Muhdlor, Ahmad Zuhdi, Kamus al- Ashri, Yogyakarta: Multi Karya Grafika, tt., Cet. IX Nawawi, Hadari , Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, cet. VII Al-Naisaburiy, Abu Abdullah Muhammad bin Abdullah al- Hakim, al-Mustadrak ala Shahihain, Beirut: Dar al- Kutub al- Ilmi’ah, 1990, Juz. IV (Maktabah Syamilah) Prasetyo, Bambang, dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2005 Riduwan, Skala Pengukuran Variabel- variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta, 2010 Roust, Syamsir, Sastra Lisan Islam (Kajian Ekstrinsik dan Instrinsik Selawat Dulang), Padang: Puslit IAIN Imam Bonjol Padang, 2010, Cet-1 Sahsarman, Sejarah kebudayaan Islam di Minangkabau, Padang: Imam Bonjol Padang Press, 2015, Cet. I Seadie, Ahmad, Sunah Bukan Bid’ah, Jakarta: Zaman, 2017, Cet. I Shadily, John M. Echols dan Hassan, Kamus Indonesia Inggris: An Indonesia-English Dictionary, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1989 Shaleh, Abdul Rahman, Psikologi: Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam ,Jakarta: Kencana, 2009 Suyanto, Bagong, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana, 2010 Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2008, Cet. I Al-Syaibaniy, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad, Musnad Ahmad bin Hanbal, t.t: Muassasah al-Risalah: 2001, Juz 36 Maktabah Syamilah Syakban, “ Nilai-nilai Pendidikan Islam Apakah yang Terdapat dalam Tradisi Maulud dan Apa Dampaknya Terhadap Pembinaan Karakter di Masjid Muhammadan Kota Padang” , Tesis Sarjana Pendidikan Agama Islam, Padang: Perpustakaan UIN IB, 2015 Syamsuddin, Sahiron, Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadis, Yogyakarta: Teras, 2007, Cet. I Al-Syamiy, Sulaiman bin Ahmad bin Ayub bin Mathir al-Lakhmiy, (Abu al-Qasim al-Thabraniy), Al- Mu’jam al -Kabir, (Kairo: Maktabah Ibnu Taimiyyah, 1994), Juz. III, Maktabah Syamilah Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka Tn., Manahil al-Anwar fi Madaih al- Rasul wa al-Abrar ttp., tp., tt. Winarno, Herimanto, Ilmu Sosial Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, Cet. VII Woodward, Mark R., Islam Jawa (Kesalehan Normatif Versus Kebatinan), Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, Cet. I Yamin, Martinis(ed), Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: GP Press, 2009 ## Jurnal Aini, Adrika Fithrothul, Living Hadis dalam Tradisi Malam Kamis Majelis Shalawat Diba’ b i al- Mustofa dalam Moraref, Vol. I Muttaqin, Ahmad, “Barzanji Bugis” dalam Peringatan Maulud: Studi Living Hadis di Masyarakat Bugis, Soppeng, Sul-Sel dalam Moraref, Vol. 1, hal. 148 Putra, Heddy Srhi Ahimsya, The Living Al- Qur’an: Beberapa Perspektif Antropologi, dalam jurnal Walisongo, Vol. 20, No. 1, Mei 2002 Qudsy, Saifuddin Zuhri, Living Hadis: Genealogi, Teori dan Aplikasi Living Hadis, vol. 1 No. 1, Mei 2016
cec35e95-58bb-46fd-a9c7-b8820a006f45
https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/usrah/article/download/5563/3540
El-Usrah: Jurnal Hukum Keluarga https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/usrah/index Vol. 1 No. 1. Januari-Juni 2018 ISSN: 2549 – 3132 ║ E-ISSN: 2620-8083 ## Peran Hakam (Juru Damai) dalam Mengatasi Perceraian (Studi Di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, Malaysia) Armiadi Muhamad Al-Fattah Bin Abu Bakar Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Email:[email protected] ## Abstrak Hakam merupakan suatu istilah perwakilan untuk urusan suami istri atau sering disebut juru damai yang diutus pada saat terjadi perselisihan rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang peran dan upaya hakam (juru damai), kendala-kendala serta efektifitas dibentuknya hakam sebagai juru damai dalam upaya mengurangi angka perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Malaysia. Dalam menyusun artikel ini, penulis menggunakan metode kajian lapangan (field research) dengan menggunakan beberapa teknik yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data-data yang terkumpul tersebut bersumberkan kepada data primer yaitu data-data yang peneliti peroleh dari lapangan dan data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari buku-buku, ensiklopedia, dan karya tulisan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif. Dalam kajian ini, penulis mendapati bahwa peran hakam (juru damai) adalah mendamaikan atau menjadi penengah antara pasangan suami istri yang sedang bersengketa, dengan cara meneliti dan mencari titik akar permasalahan dengan harapan dapat didamaikan. Hakam (juru damai) berupaya untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab perselisihan atas kebijaksanaan mereka untuk mendapatkan jalan terbaik dalam proses perdamaian. Penulis juga mendapati bahwa adanya kendala-kendala yang timbul dari proses perdamaian tersebut, antaranya adalah tidak ada kerjasama dari para pihak, tidak ada insentif yang diberikan kepada hakam (juru damai), sulit untuk menemukan perwakilan dari pihak yang bersengketa jika pihak yang disengketakan tidak memiliki keluarga, hakam (juru damai) yang saling bertukar atas perintah Mahkamah dan sampai saat ini Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang belum menerbitkan suatu kaidah-kaidah khusus tentang kriteria hakam (juru damai). Adapun peran hakam (juru damai) di dalam mengatasi perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Malaysia masih kurang efektif karena statistik perceraian yang telah dikeluarkan ternyata masih mengalami angka peningkatan. Kata kunci: Peran Hakam (Juru damai), Mengatasi Perceraian ## Pendahuluan Islam adalah sebuah agama yang sempurna, dalam hal pernikahan Islam telah memberikan banyak aturan berbentuk perintah dan pedoman mulai dari pergaulan, pernikahan sampai dengan pembentukan sebuah keluarga muslim. 1 Berbagai masalah persengketaan antara suami istri yang timbul disertai dengan tidak adanya kemampuan untuk menghadapinya, maka pasangan lebih cenderung dengan unsur-unsur yang negatif hingga dapat mengakibatkan perceraian di antara suami istri. Percekcokan yang tajam dan terjadi terus menerus inilah yang dalam terminologi fikih dikenal dengan syiqaq . Syiqaq adalah krisis memuncak yang terjadi antara suami istri sedemikian rupa, sehingga antara suami istri terjadi pertentangan pendapat dan pertengkaran, menjadi dua pihak yang tidak mungkin dipertemukan dan kedua belah pihak tidak dapat mengatasinya. 2 Perselisihan antarsuami istri yang memuncak dapat membuat rumah tangga tidak harmoni, sehingga akan mendatangkan kemudaratan. Oleh karena itu, Islam membuka jalan berupa perceraian. Perceraian merupakan jalan terakhir yang dapat ditempuh suami istri, bila rumah tangga mereka tidak dapat dipertahankan lagi. 3 Islam mengajarkan jika terjadi perpecahan antara suami istri sehingga timbul permusuhan yang dikhawatirkan mengakibatkan pisah dan hancurnya rumah tangga, maka hendaknya diadakan juru damai untuk memeriksa perkaranya dan hendaklah juru damai ini berusaha mengadakan perdamaian guna kelanggengan kehidupan rumah tangga dan hilangnya perselisihan. Allah SWT. memberi petunjuk untuk menyelesaikannya. Hal ini terdapat dalam firman-Nya pada surat an-Nisa’ (4) ayat 35 yang bunyinya:                                                                                                                                                                     Artinya: Jika kamu khawatir akan terjadi pertengkaran di antara suami istri, maka utuslah seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari pihak istri. Bila keduanya menghendaki perdamaian, maka Allah akan memberi taufik di antara keduanya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Memerhatikan. Untuk memastikan kelangsungan dalam menyelesaikan kasus perselisihan antara suami istri, Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang akan melantik dua 1 Iman Suhirman, Menjadikan Keluarga Bahagia , (Bandung: Istiqomah, 2006), hlm 6. 2 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat , (Jakarta: Kencana, 2003). hlm. 241. 3 Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional , (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 181. orang hakam (juru damai) untuk bertindak atas pihak suami dan istri itu masing- masing. Hakam (juru damai) berperan mendamaikan suami istri apabila mereka gagal menyelesaikan masalah tanpa campur tangan orang luar. Salah satu tujuan di bentuknya hakam (juru damai) ini adalah untuk mencuba sedaya mungkin mengekalkan sesebuah rumah tangga supaya kekal bertahan dan hidup dalam harmoni. Hal ini berarti hakam (juru damai) diberikan kepercayaan untuk mencari solusi perdamaian berhubung dengan masalah sengketa kekeluargaan Islam yang terjadi. Berdasarkan kepada statistik pendaftaran perceraian di Pulau Pinang yang telah dikeluarkan oleh pihak Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang terdapat peningkatan angka perceraian yaitu pada tahun 2011 sebanyak 462, pada tahun 2012 sebanyak 497, pada tahun 2013 sebanyak 603, pada tahun 2014 sebanyak 659, pada tahun 2015 sebanyak 608 dan pada tahun 2016 sebanyak 684 bilangan sengketa perceraian yang telah dikeluarkan oleh Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang. Ini membuktikan bahwa semakin banyak kasus sengketa keluarga yang berakhir dengan perceraian telah didaftarkan di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang sehingga pihak berwenang tidak mampu untuk mengadili kasus-kasus tersebut dalam waktu yang sama. 4 Semua kasus pertikaian yang terjadi antara suami istri memerlukan musyawarah antara kedua pasangan. Jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya maka akan menimbulkan persengketaan sehingga meningkatnya angka perceraian. Tulisan artikel ini mencoba untuk mengetahui apa saja peran dan upaya- upaya hakam (juru damai) serta kendala-kendala yang dihadapi hakam sebagai juru damai di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang serta bagaimana efektifitas dibentuknya hakam (juru damai) ini dalam upaya mengurangi angka perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang. ## Pembahasan Pengertian Hakam (Juru Damai) Menurut Qamus Al-Mu’jam Al-Wasith , secara bahasa kata hakim adalah man mushshiba li al hukmi bayna al-nasi yang artinya adalah seseorang yang dibebani atasnya hukum di antara manusia. 5 Hakamain dalam bahasa Arab merupakan kata tasniyah atau menunjuk makna dua orang, yang berasal dari hakam . Istilah hakam berasal dari bahasa Arab al hakamu yang berarti wasit atau juru penengah. 6 Dalam Kamus Bahasa Indonesia hakam berarti perantara, pemisah, wasit. 7 4 Zanariah Abd Mutalib, “Kasus Mal Tertunggak”, Putrajaya, Berita Harian Online. 20 Pebruari 2010. 5 Maktabah Al-Sharuq Al-Daulyyah, Al-Mu’jam Al-Wasith , (Jumhuriyyah Mishra Al- Arabiyyah, 1429 H/2008 M), hlm 197. 6 Ahmad Warson Munawwir, Al Munawwir Kamus Arab Indonesia , hlm 309. 7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi ketiga, hlm 383. Hakam menurut Bahasa berasal dari kata امكح مكح ةموكح yang berarti memimpin, sedangkan menurut istilah hakam adalah pihak yang berasal dari keluarga suami dan istri atau pihak lain yang bertugas menyelesaikan perselisihan. Para mujtahid sepakat bahwa menunjuk dua orang hakam , apabila terjadi persengketaan antar suami istri dan mereka tidak mengetahui dengan nyata siapa yang salah, hukumnya adalah harus. 8 Menurut Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti dalam tafsir Jalalain dan Asbabun Nuzul menerangkan bahwa hakam ( seorang penengah ) adalah seorang laki-laki yang adil dari keluarga laki-laki atau kaum kerabatnya dan seorang penengah dari keluarga wanita yang masing-masingnya mewakili pihak suami tentang putusannya untuk menjatuhkan thalak atau khulu . Kedua mereka akan berusaha bersungguh-sungguh dan menyuruh pihak yang aniaya supaya sadar dan kembali, atau kalau dianggap perlu dapat memisahkan antara suami istri tersebut. 9 ## Dasar Hukum Hakam (Juru Damai) Sebagaimana yang diketahui bahwa Juru Damai adalah proses perdamaian yang ditengahi oleh orang ketiga yang netral dan tidak memihak. Adapun yang menjadi dasar hukum dari peran Hakam ( juru damai ) yang terdapat dalam firman Allah SWT pada surah Al-Nisa’ ayat 35, Allah SWT berfirman :                                                                                                                                                                     : ءاسنلا ةروس( ٣٥ ) Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” . (QS. An-Nisa’ : 35) Khitab ini bersifat umum, termasuk di dalamnya suami istri dan kaum kerabatnya, yang paling utama untuk mengutus hakam (juru damai) adalah suami istri. Jika tidak ada, maka kaum Muslimin yang mendengar persoalan mereka hendaknya berusaha memperbaiki hubungannya. Pertikaian di antara mereka 8 Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab , (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001), hlm 554. 9 Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 1 , Terj. Bahrun Abu Bakar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), hlm 331. kadang-kadang disebabkan oleh nusyuznya istri, kadang juga karena kezaliman suami. 10 Pada penyelesaian persoalan perselisihan suami istri, hendaklah mengedepankan musyawarah dan menemukan solusi sebagai jalan tengah untuk menetralisir keadaan yang meruncing, sebagai upaya untuk mengembalikan suami istri yang berselisih agar dapat kembali bersatu dalam rumah tangga yang utuh. Muslim yang baik adalah berusaha mendamaikan dua orang yang berseteru dan membuka pintu kebaikan dihadapan mereka sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 114 sebagai berikut:                                                                                                                                                                         : ءاسنلا ةروس( ١١٤ ( Artinya: “ Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia, dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-Nisa’: ayat 114) Maksud ayat diatas menurut Syekh Abdul Hamid Muhammad Ghanam, jika seorang muslim mendapatkan dua orang saudaranya yang saling berseteru, maka hendaknya dia (hakam, hakamain atau mediator) pada saudaranya yang satu (suami) dengan kabar gembira, meskipun itu bohong (tidak sesuai). Demikian juga dia (hakam, hakamain atau mediator) menceritakan kepada yang satu lagi (istri) juga dengan kabar kebaikan supaya hati mereka berdua (suami istri) dapat menyatu. 11 Hal seperti itu bukanlah suatu dosa, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda. نبا نع حلاص نع دعس نب ميهاربا انثدح اللهدبع نب زيزعلا دبع انث دح دبع نب ديمح نأ باهش اهنأ هتربخأ ةبقع تنب موثلك مأ همأ نأ هربخأ نمحرلا نيب حلصي يذلا باذكلا سيل ( : لوقي ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر تعمس 12 )اريخ لوقي وأ اريخ ينميف سانلا 10 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi (terj. Bahrun Abu Bakar, Hery Noer Aly), (Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993), hlm. 47. 11 Syekh Abdul Hamid Muhammad Ghanam, Bawalah Keluargamu ke Syurga, (Jakarta Timur: Mirqat Media Grafika, 2007), hlm. 41-42. 12 Imam al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari , Jilid 5, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyyah, 1997), hlm. 375. Artinya: Abdul Aziz bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari Ibrahim bin saad menyampaikan kepada kami dari Sholeh, dari Ibnu Shahab, dari Hamid bin Abdurrahman mengabarkan dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihkan kebaikan atau berkata baik”. Keterangan dalil tersebut diatas, maka kedua hakam (juru damai) ini bertugas untuk memperbaiki keadaan suami istri yang dalam keadaan saling berselisih. Untuk meneliti siapa yang berlaku aniaya dan berlaku nusyuz di antara suami istri, agar kedua juru damai tersebut dapat berlaku adil kepada pihak yang berselisih, demi mengembalikan perdamaian rumah tangga suami istri ini kembali ke dalam biduk rumah tangga secara utuh. ## Kewenangan dan Tugas Hakam (Juru Damai) Fungsi utama hakam (juru damai) adalah mendamaikan. Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar, sebagaimana dikutip oleh Agustin Hanafi dalam disertasinya menyebutkan, hakam (juru damai) diutus dengan maksud agar mereka dapat melihat, mengamati, meneliti dan mendalami laporan dari pasangan suami istri yang sedang bermasalah, dan berupaya untuk mengetahui dengan benar keadaan mereka, serta memberikan keputusan kepada keduanya untuk bersatu dan berpisah. 13 Setiap orang yang diembankan amanah tertentu mestilah ia menjalankan tugas dan wewenang untuk menyelesaikan suatu amanah tersebut. Begitu juga dengan seorang juru damai yang diberi tugas untuk mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih. Ia mempunyai tugas untuk menetapkan keputusan tanpa suatu keharusan adanya kerelaan pihak yang dihukumi. Tugas juru damai ini adalah mengkaji permasalahan yang dialami oleh pihak suami istri. 14 Sehingga dapat menyimpulkan persoalan yang mereka hadapi dan memberi sebuah nasihat dan upaya damai kepada para pihak yang berselisih. Mazhab Hanafi berpendapat bahwa hanyalah sekedar menelusuri sebab- sebab terjadinya pertengkaran dan sejauh dapat diupayakan perdamaian maka harus suami istri didamaikan. Dan kalaupun hasilnya gagal, maka menurut mazhab Hanafi hakam tersebut tidak mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan bercerai. Lain halnya dengan pendapat Mazhab Malik, yang menerangkan bahwa setelah menelusuri sebab-sebab terjadinya pertengkaran maka hakam tersebut berkuasa dan memiliki wewenang penuh untuk menetapkan mana yang terbaik dan yang memungkinkan bagi suami dan istri, untuk kembali berdamai atau bercerai. Kalau terjadi perbedaan pendapat antara kedua hakam , pengadilan akan menyuruh 13 Agustin Hanafi, “ Konsep Perceraian Dalam Islam ” (Disertasi yang tidak dipublikasikan), Pascasarjana Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2011), hlm 77. 14 Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Tafsir al-‘Aliyyul Qadir li al Ikthisari Tafsir Ibnu Katsir , Terj. Syihabuddin, (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm 706. mereka mengulangi usaha mereka ( hakam ) untuk mendamaikan para pihak yang bersengketa. 15 Dengan demikian, maslahat akan tercapai jika benar-benar sudah mencapai putusan yang matang, sehingga tidak timbul kekecewaan kemudian hari pada suami istri yang berselisih tersebut. Beberapa langkah pokok yang dapat membantu mewujudkan penjagaan dan pemeliharaan, serta pencegahan terhadap perselisihan tersebut yaitu: Pertama, memelihara hak-hak pergaulan, yaitu menjaga hak dan kewajiban suami istri secara benar dan bertanggung jawab. Sehingga celah untuk perselisihan tidak terbuka bagi suami istri. Kedua, berlapang dada. Tidak menghiraukan kekurangan-kekurangan kecil dan kesalahan-kesalahan ringan, karena manusia tidak dapat terhindar dari kekurangan dan kesalahan. Ketiga , memprediksi dan mewaspadai munculnya gejala perselisihan sejak dini, sehingga menutup celah untuk berselisih antara suami istri. Sebagaimana firman Allah SWT,           …                    … : ءاسنلا ةروس( ٣٤ ) Artinya : …“Dan wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya…’’ (QS. An-Nisa’ : 34)       …                                          …          : ءاسنلا ةروس ( ١٢٨ ) Artinya : …“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap yang tidak acuh dari suaminya…” (QS. An-Nisa’ : 128)       …                …            : ءاسنلا ةروس( ٣٥ ) Artinya : …“Dan jika kamu mengkhawatirkan ada persengketaan antara keduanya…” (QS. An-Nisa’ : 35) Semua ini menunjukkan bahwa betapa perlunya kita mencari pemecahan begitu gejala permasalahan dan perselisihan muncul. Dengan demikian, dapatlah dilakukan pencegahan sebelum perselisihan memuncak. Kemudian masalah yang telah terpecahkan menjadi karunia Allah SWT bagi pasangan suami istri tersebut, hidup suami istri menjadi tenang kembali dan anak-anak dapat kembali merasa aman di bawah pengawasan dan pendidikan kedua orang tuanya secara lengkap. 16 15 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia , (Jakarta, Djambatan: Perpustakaan Nasional RI, institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2002), hlm 1116. 16 Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia …, hlm 298. Armiadi dan Muhammad al-Fattah, Peran Hakam… Alangkah baiknya kalau kaum muslimin berpegang teguh dengan cara lurus yang diperintahkan kepada kita oleh Allah SWT, ketika terjadi pertengkaran dan perselisihan dan sebelum jatuhnya thalak (perceraian). Maka, diharapkan kedua hakam (juru damai) itu mendapatkan taufik untuk mengadakan kebaikan dan perdamaian, sedangkan perbaikan dan perdamaian itu lebih baik. ## Syarat-Syarat Hakam (Juru Damai) Ulama kontemporer seperti Wahbah Zuhaili, mensyaratkan orang yang berwenang menjadi hakam (juru damai) adalah, hendaklah orang yang menjadi dua orang juru damai adalah dua orang laki-laki yang adil, professional atas tuntutan permasalahan pasangan suami istri yang berselisih, dan dianjurkan hendaklah dari ahli keluarga masing-masing pihak suami istri, juru damai dari pihak istri dan juru damai dari pihak suami sesuai dengan dalil ayat hakam . Namun, jika tidak terdapat dari ahli keluarga suami dan dari ahli keluarga istri yang dapat berlaku adil, maka dibolehkan pengutusan juru damai bukan dari ahli keluarga, asal dia adil dan dapat bertanggung jawab mampu mendamaikan. 17 Adapun syarat-syarat hakamayn (dua juru damai) menurut mazhab Malik adalah: Hukum dasar daripada pengutusan dua orang juru damai adalah sebaiknya dari keluarga suami istri, hikmahnya adalah bahwasanya anggota keluarga lebih faham dengan kondisi suami istri. Sehingga memungkinkan untuk mengembalikan pasangan suami istri kembali bersatu. Allah SWT memberi perintah atas keluarganya. Jika tidak terdapat dari anggota keluarga, atau salah seorang dari anggota keluarga suami istri ada dan salah seorang daripada mereka ada yang tidak adil, atau karena lain hal maka hakim (penguasa) memilih dua orang juru damai yang adil dari orang muslim untuk mereka berdua (suami istri) atau salah satu untuk mereka berdua (suami istri), sebagaimana ketiadaan dua orang juru damai dari mereka atau salah satu dari mereka, dan akan lebih baik jika keduanya (dua juru damai) adalah tetangga dekat (suami istri). Dan ini merupakan tujuan dari pengutusan dua orang juru damai. 18 Jumhur Ulama sepakat dalam persoalan pengutusan juru damai apabila telah terjadi pertengkaran antara suami istri. Jumhur ulama sepakat bahwasanya juru damai tidak lain kecuali dari ahli keluarga suami istri, yaitu dari pihak istri dan dari pihak suami, kecuali tidak terdapat dari kedua belah pihak, maka diutuslah yang 17 Wahbah Zuhaily, Al-Fiqhu al-Islamiy wa Adillatuhu ( Al-Syamilu li al Adillati al- Syar’iyyaty wa al-Ara I al-Mazhabiyyah ) (Dar al Fikr : Damaskus, 2004), hlm 7061. 18 Ibid , hlm 426. selain dari mereka itu. 19 Kemudian diizinkan untuk menjadi hakamayn (dua juru damai) dari tetangga dekat. Hal ini merupakan tujuan yang dimaklumi. 20 Lebih utama jikalau juru damai tersebut adalah keluarga dari pihak suami istri, kalau tidak ditemukan dari ahli keluarga dari mereka berdua maka hakim mengutus dua laki-laki yang asing, dan diizinkan pula juru damai tersebut dari tetangga suami istri yang daripada mereka memiliki ilmu pengetahuan tentang hal ihwal persoalan suami istri tersebut, dan upaya mendamaikan terletak pada mereka berdua. 21 Dalam versi lain, Sayyid Sabiq menyatakan bahwa syarat seorang hakam adalah berakal, balig, adil dan muslim. Syarat hakam adalah mampu mengedepankan perdamaian. Hakam bertugas menyelesaikan masalah bukan justru dengan hadirnya hakam akan semakin menambah rumitnya persoalan. Oleh karena itu hakam harus mendahulukan upaya damai di antara para pihak yang bersengketa. 22 Dengan melihat kontek ayat mengenai hakam ini, dapat dirumuskan bahwa syarat-syarat hakam adalah: professional, adil dan mengedepankan upaya damai ( ishlah ). Oleh karena hakamayn menjadi orang yang ditanggung dan dibebani amanah untuk menjadi dua orang juru damai adalah amanah yang sangat berat. Karena perbuatan dan sikap dua orang juru damai dalam pengambilan kebijakan di dalam mendamaikan kedua belah pihak yang bersengketa dapat merubah pandangan suami istri yang berselisih, baik itu pandangan positif ataupun negatif yang mungkin dapat membuat suasana semakin keruh. Terkadang banyak dari orang yang dibebani amanah tersebut tidak menjalankan amanah tersebut secara efektif dan baik, meremehkan tugas yang diemban kepadanya, sehingga pasangan suami istri yang berselisih berlarut-larut dalam masalah perselisihan yang tak kunjung usai. Wewenang untuk menceraikan hanya diakui jika sudah sampai di pengadilan, sebab oleh pengadilan akan memeriksa kepentingan para pihak yang bersengketa, untuk meneliti penyebab persoalan yang dapat membuat perselisihan suami istri tersebut meruncing. Kemudian lagi kedua hakam (juru damai) tersebut hendaklah orang yang memang layak untuk hal itu dari segi akal, agama, dan keadilan. Kemudian, mereka harus dari keluarga pasangan suami istri yang bersangkutan. Karena merekalah yang lebih mengetahui keadaan masing-masing pasangan suami istri. 23 Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh dua orang juru damai, adalah: 19 Imam Al-Qadhi Abu Al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusydi al-Qurtubiy al-Andalusi, ( Bidayatul al-Mujtahid wa Nihayatu al Muqtasid ), hlm 74. 20 Abi Bikrun Muhammad Ibn Abdullah Al-Ma’ruf Bi Ibni Al-Arabi, Ahkamul Qur’an Tahqiq Ali Muhammad Al-Bajawi , hlm 426. 21 Ibid , hlm, 7061. 22 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah , terj. Asep Sobari, Munir Dhofir dkk, (Jakarta Timur : Al- I’tishom, Januari 2013), hlm 496. 23 Syaikh Hafiz Ali Syuaisyi, Kado Pernikahan (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Buku Islam Utama), hlm 155. a. Dua orang juru damai hendaklah memiliki akal dan sehat fikirannya, b. Baligh, c. Adil, dan Beragama Islam. Kedua hakam (juru damai) tidak disyaratkan harus dari keluarga suami dan dari keluarga istri, sehingga kalaupun bukan dari keluarga pasangan suami istri, tidak masalah, karena itu hanya bersifat anjuran. Karena orang yang menjadi juru damai yang memiliki wibawa dan disegani para pihak dapat menundukkan emosi para pihak yang berselisih. Serta mengingatkan bahwa perceraian merupakan hal yang seharusnya dihindari, karena banyak sekali mudharat yang dihasilkan setelah perceraian terjadi, salah satunya adalah anak-anak kehilangan tempat ia mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya secara utuh. Hal ini menjadi beban psikologis yang harus ditanggung oleh masing-masing pihak, baik suami, istri dan anak-anak. ## Tujuan di Bentuk Hakam (Juru Damai) Hakam (juru damai) ini diutus bilamana terjadi perselisihan, pertengkaran, percekcokan yang terjadi terus menerus antara suami istri dan salah satu pihak tidak setuju terhadap perceraian atau jika pengadilan berpendapat ada kemungkinan terjadi perdamaian kembali di antara pihak-pihak itu. Tujuan utama dibentuknya hakam (juru damai) ini adalah untuk mencoba sedaya upaya mungkin dalam mempertahankan sebuah rumah tangga agar tetap bertahan dan hidup dalam harmoni dan aman damai. 24 Dalam upaya untuk mengurangi angka perceraian yang terjadi pada saat ini, hakam (juru damai) diberikan kepercayaan untuk mencari solusi perdamaian berhubung dengan masalah sengketa kekeluargaan Islam yang terjadi di masyarakat karena yang menjadi tujuan utama dari di bentuknya hakam (juru damai) ini adalah untuk membantu dalam mempertahankan sebuah rumah tangga agar tetap bertahan tanpa terjadinya perceraian antara para pihak yang berselisih. ## Profil Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang dibentuk berdasarkan Seksyen 42(1) , (2) dan (3) Enakmen Pentadbiran Hal Ehwal Agama Islam Negeri Pulau Pinang 1993. Pembentukannya mulai dikuatkuasakan pada 1 Juni 1994 berdasarkan Warta Pemerintah Negeri Pulau Pinang pada tanggal 11 April 1996. Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang ini juga ditadbir bersama dengan Jabatan Agama Islam Negeri Pulau Pinang (JAIPP) sehingga 2 Januari 1997. Pada 1 Januari 1997, Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang ini telah dipisahkan daripada pengurusan Jabatan Agama Islam Negeri Pulau Pinang (JAIPP) dan jabatan ini juga mulai mempunyai pentadbirannya sendiri, diketuai oleh 24 Norzulaili Mohd Ghazali dan Wan Abdul Fattah Wan Ismail, Nusyuz, Shiqaq dan Hakam Menurut Al-Quran, Sunah dan Undang-Undang Keluarga Islam , (Negeri Sembilan: Kolej Universiti Islam Malaysia, 2007), hlm 69. Ketua Hakim Syarie Negeri Pulau Pinang. Pada awalnya, jawatan-jawatan yang hanya diluluskan oleh Perbendaharaan Malaysia adalah sebanyak 54 jawatan berdasarkan Waran Perjawatan pada tahun 1996 yang berwenang pada 2 Mei 1996. Namun demikian, seiring dengan perkembangannya jawatan-jawatan ini mulai ditambah sehingga menjadi sebanyak 88 jawatan berdasarkan Waran Perjawatan pada tahun 2006. 25 Jabatan ini juga telah berhasil membuat rincian kepada beberapa undang- undang Islam termasuk Enakmen Pentadbiran Perundangan Islam , Enakmen Undang-undang Keluarga Islam , Enakmen Pentadbiran Mahkamah Syari’ah dan Enakmen Kesalahan Jenayah Syari’ah . Jabatan ini juga telah membentuk beberapa undang-undang seperti Enakmen Acara Mal Mahkamah Syari’ah , Enakmen Prosedur Jenayah Syari’ah , Enakmen Keterangan Mahkamah Syari’ah , Enakmen Wasiat , Wakaf , Zakat dan Fitrah . Hampir keseluruhan perundangan tersebut telah diterima dan digunapakai oleh negeri-negeri pada tahun 90’an. 26 ## Prosedur Pelaksanaan Hakam (Juru Damai) di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang menurut Enakmen 5 Tahun 2004 Bagian 5 Seksyen 48 Prosedur pelaksanaan yang digunakan dalam proses perdamaian oleh hakam (juru damai) di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang didasari oleh Enakmen 5 Tahun 2004, Bagian 5 Seksyen 48 tentang Timbangtara (arbitrasi) oleh Hakam (juru damai). Antara hal-hal yang diatur di dalam Seksyen 48 tersebut adalah: (1) Jika Mahkamah berpuas hati bahwa perkelahian (shiqaq) selalu terjadi antara pihak-pihak kepada suatu perkahwinan, Mahkamah dapat menunjuk, sesuai dengan Hukum Syarak, dua orang Hakam (juru damai) untuk bertindak atas pihak suami dan isteri itu masing-masing. (2) Dalam menunjuk Hakam (juru damai) di bawah subseksyen (1), Mahkamah, jika memungkinkan, memberi prioritas kepada kerabat dekat para pihak yang mengetahui keadaan perkara tersebut. (3) Mahkamah dapat memberikan arahan kepada Hakam (juru damai) dalam hal melaksanakan penimbangtaraan (arbitrase) agar membawanya sesuai dengan arahan dan Hukum Syarak. (4) Jika Hakam (juru damai) tidak dapat menyetujui, atau jika Mahkamah tidak puas dengan cara menjalankan penimbangtaraan (arbitrase), Mahkamah dapat memberhentikan mereka dan menunjuk Hakam (juru damai) lain untuk menggantikannya. (5) Hakam (juru damai) harus berusaha untuk mendapatkan kekuasaan penuh dan boleh, jika kekuasaan mereka memungkinkan, untuk melafazkan sebuah thalaq di hadapan Mahkamah jika diberi wewenang 25 Data dari Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang 29 September 2017. 26 Najibah Mohd Zin, Undang-Undang Keluarga Islam , (Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007), hlm. 255-258. oleh Mahkamah, dan jika demikian, Mahkamah akan mencatat thalaq tersebut, dan mengirimkan satu salinan catatan yang telah disertifikasikan tersebut kepada Panitera yang bersangkutan dan kepada Panitera Umum untuk didaftarkan. (6) Jika Hakam (juru damai) menganggap bahwa para pihak harus bercerai namun tidak dapat melakukan perceraian oleh karena suatu alasan, Mahkamah harus menunjuk Hakam (juru damai) yang lain dan memberi mereka kuasa untuk memerintahkan perceraian tersebut dan jika mereka melakukannya, mencatat perintah tersebut dan mengirimkan satu salinan yang telah disertifikasikan kepada Panitera yang bersangkutan dan kepada Panitera Umum untuk didaftarkan. (7) Jika Hakam (juru damai) adalah keluarga dekat pihak tersebut, tidak ada seorang pun atau Pengacara yang diizinkan untuk tampil atau mewakili pihak manapun di hadapan Hakam (juru damai). 27 Peran dan Upaya-Upaya Yang Dilakukan Hakam (Juru Damai) Dalam Mengatasi Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang A. Peran Hakam (Juru Damai) Dalam Mengatasi Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Dalam tafsir al-Quran dijelaskan jika kamu khawatir akan terjadi perselisihan dan persengketaan antara suami istri, sesudah melakukan usaha-usaha (untuk mengatasi nusyuz), maka kirimlah seorang hakam (juru damai) dari pihak keluarga masing-masing untuk mendamaikan. Apabila tidak berhasil maka untuk ketiga kalinya dicari lagi dua orang hakam (juru damai) yang akan mengambil keputusan, dan keputusan itu mengikat. Untuk lebih jelas di bawah ini akan diuraikan beberapa peran dan upaya-upaya hakam (juru damai) dalam mengatasi perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang. Peran hakam (juru damai) adalah mendamaikan pasangan suami istri yang bersengketa dan mencoba sedaya upaya mungkin dalam mempertahankan sebuah rumah tangga agar tetap bertahan dan hidup dalam harmonis dan aman damai. 28 Dapat diambil intisari bahwa peran hakam (juru damai) secara umum adalah mendamaikan atau menjadi penengah antara pasangan suami istri yang sedang bersengketa, dengan cara meneliti dan mencari titik akar permasalahan dengan harapan dapat didamaikan dan dirukunkan kembali untuk menjalankan rumah tangga. Peran hakam (juru damai) menurut perundang-undangan yang diberlakukan di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang adalah hakam (juru damai) berperan sebagai penengah atau wakil dari pihak suami dan wakil dari pihak istri apabila 27 Undang-Undang Keluarga Islam Pulau Pinang , 2004. 28 Norzulaili dan Wan Abdul Fattah, Nusyuz, Shiqaq dan Hakam, (Negeri Sembilan: Kolej Universiti Islam Malaysia, 2006), hlm. 60. terjadi pertengkaran atau perselisihan antara suami istri. Hakam (juru damai) yang telah diutus atau dilantik meneruskan perannya untuk mencari penyelesaian kepada perselisihan dan pertengkaran suami istri dan berusaha sekuat mungkin untuk mendamaikan suami istri yang berselisih. Hakam (juru damai) juga berperan untuk memberikan solusi terhadap perselisihan suami istri apakah untuk berdamai yakni kembali rukun untuk menjalankan rumah tangga atau berpisah yakni mengakhiri ikatan mereka sebagai suami istri. 29 Hakam (juru damai) harus berusaha untuk mendapatkan kekuasaan penuh dan boleh jika kekuasaan mereka memungkinkan untuk melafazkan sebuah thalak di hadapan mahkamah jika diberi wewenang oleh mahkamah. ## B. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Hakam (Juru Damai) Dalam Mengatasi Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Hakam (juru damai) yang telah dipercayakan harus melaksanakan tanggung jawabnya dengan sebaik mungkin. Hal pertama yang harus ditekankan adalah beriktikad baik yakni melaksanakan tugasnya dengan tulus ikhlas hanya karena Allah SWT. Niat yang tulus ikhlas pasti akan memperoleh ridha dari Allah SWT dan dengan demikian memudahkan proses perdamaian yang akan dicapai. 30 Hakam (juru damai) untuk kedua belah pihak dapat melanjutkan upaya- upaya dan tugasnya dengan bertemu langsung dan berdiskusi sendiri dengan suami dan istri. Setelah menanyakan kepada suami dan istri tentang situasi sebenar yang terjadi, hakam (juru damai) tidak boleh menyembunyikan informasi yang diperoleh dari pasangan tersebut. 31 Hakam (juru damai) harus adil dan tidak memihak kepada salah satu pihak. Hal ini bertepatan dengan tujuan utama pelantikan hakam (juru damai), yaitu mendamaikan pasangan yang sedang bersengketa dan berselisih. Oleh karena itu, upaya harus dilakukan oleh hakam (juru damai) yang ditunjuk untuk memastikan bahwa pasangan tersebut dapat berdamai dan melanjutkan kehidupan rumah tangga mereka secara harmonis. Langkah pertama yang harus diambil hakam (juru damai) adalah menemukan penyebab perselisihan antara pasangan karena ianya merupakan kunci kepada semua solusi. Cara terbaik untuk mengetahui mengapa sebuah perselisihan bisa terjadi antara para pihak adalah dengan bertanya langsung kepada para pihak yang bersengketa, orang luar hanya bisa menebak sedangkan realitanya mereka sendiri tidak benar pasti. 32 Diskusi tertutup harus diadakan antara perwakilan hakam (juru damai) dari pihak suami bersama-sama suami dan hakam (juru damai) dari pihak istri bersama- sama istri. Diskusi tertutup ini memungkinkan hakam (juru damai) untuk 29 Wawancara dengan Tuan Jasmin bin Ismail, Penyelidik Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017 di Pulau Pinang. 30 Norzulaili dan Wan Abdul Fattah, Nusyuz, Shiqaq dan Hakam…, hlm. 53. 31 Wawancara dengan Tuan Jasmin bin Ismail, Penyelidik Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017 di Pulau Pinang. 32 Norzulaili dan Wan Abdul Fattah, Nusyuz, Shiqaq dan Hakam …, hlm. 53. Armiadi dan Muhammad al-Fattah, Peran Hakam… mengajukan pertanyaan terkait masalah yang dihadapi secara perspektif psikologis dan pihak-pihak yang terlibat bisa jujur dan tulus untuk menceritakan segala hal yang telah terjadi tanpa terpengaruh oleh unsur-unsur luar yang bisa mengguncangkan emosinya. Hakam (juru damai) yang ditunjuk juga harus berinteraksi semaksimal mungkin dan memberikan pendapat dan saran yang tulus tanpa memihak dan melindungi kepentingan pihak manapun. Hakam (juru damai) harus mencoba yang terbaik untuk menemukan jalan damai bagi pasangan yang berselisih daripada menjadi orang yang menyebabkan situasi semakin memburuk. Pendekatan yang digunakan harus bersikap lembut saat berbicara dan tidak menyakiti perasaan suami atau istri. 33 Hakam (juru damai) yang ditunjuk harus mencari tahu apa yang menjadi penyebab perselisihan atas kebijaksanaan mereka untuk mendapatkan jalan terbaik berdasarkan kondisi masyarakat setempat dan kehidupan budaya setempat. 34 Setelah bertemu dengan pasangan yang bersengketa, kedua hakam (juru damai) tersebut akan bertemu untuk mendiskusikan hasil pertemuan dengan pihak- pihak yang terlibat dan mengidentifikasi penyebab sebenarnya dari perselisihan tersebut. Dalam diskusi ini juga hakam (juru damai) akan mengidentifikasi kesalahan yang dibuat oleh pihak-pihak yang terlibat dan menemukan cara terbaik untuk mendamaikan mereka. Hakam (juru damai) akan kembali kepada pasangan tersebut dan menjelaskan kesalahan-kesalahan mereka dan menasihatkan mereka supaya berusaha untuk berdamai dan memperbaiki diri. Hakam (juru damai) juga harus menasihati mereka untuk kembali menjalankan ajaran Islam dengan melaksanakan tanggung jawab masing-masing dengan sempurna dan tulus karena dari Allah SWT. Mereka juga harus diingatkan akan hukuman dan balasan bagi mereka yang tidak menjalankan amanah yang dipercayakan dalam rumah tangga serta ganjaran dan pahala yang besar bagi mereka yang membuat kebaikan kepada anggota keluarga. 35 Dari peran dan upaya-upaya di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hakam (juru damai) adalah untuk menyelesaikan perselisihan, pertengkaran percekcokan yang terjadi terus menerus, mencegah permusuhan dan menghilangkan adanya tindakan-tindakan yang merugikan kedua pihak suami istri atau merugikan pihak- pihak lain dan menjaga kemaslahatan rumah tangga daripada terjadinya perceraian. ## Kendala-Kendala Dihadapi Hakam Sebagai Juru Damai dalam Mengatasi Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Kasus perceraian umumnya sangat banyak terjadi di Malaysia, bahkan di setiap tahun kasus perceraian terus meningkat. Sama halnya di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang. Pada hakikatnya tidak ada seorang pun yang menginginkan perceraian, namun karena faktor-faktor keadaan yang membuat mereka harus 33 Ibid., hlm. 54. 34 Wawancara dengan Puan Nor Azlina Binti Abdul Aziz, Pendaftar Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017 di Pulau Pinang. 35 Norzulaili dan Wan Abdul Fattah, Nusyuz, Shiqaq dan Hakam …, hlm. 55-56. Armiadi dan Muhammad al-Fattah, Peran Hakam… menempuh proses perceraian, hal ini disebabkan karena pertengkaran yang sangat parah, perselingkuhan yang dilakukan oleh satu pihak membuat pihak lain merasa tidak nyaman terhadap perlakuan tersebut, hal itu sangat sulit untuk mencapai proses perdamaian. 36 Hakam (juru damai) yang di angkat dalam menangani proses perdamaian mengalami kendala, diantaranya adalah: 1. Tidak ada kerjasama dari para pihak, misalnya saat menetapkan tanggal untuk didamaikan antara para pihak, ternyata masih ada pihak yang tidak ikut hadir dalam proses perdamaian. I’ktikad baik para pihak sangat penting guna mencapai kesepakatan bersama. Apabila para pihak hanya menginginkan keuntungan bagi dirinya tanpa memperdulikan pihak lain, maka perdamaian susah untuk tercapai. 37 2. Hal lainnya adalah tidak ada tunjangan yang diberikan kepada hakam (juru damai) ini selama proses perdamaian berlangsung. 38 Karena banyaknya kasus yang belum selesai di pengadilan serta tidak adanya tunjangan yang diberikan kepada hakam (juru damai) ini, maka kesepakatan damai yang dilakukan tidak memberikan komitmen yang tinggi, hanya saja sekedar sumbangan atau bantuan dari hakam (juru damai) kepada masyarakat muslim yang bersengketa. 3. Sulit untuk menemukan perwakilan dari pihak yang bersengketa jika pihak yang disengketakan tidak memiliki keluarga. 39 Dalam hal ini harus teliti melihat karakter orang yang diangkat untuk menjadi hakam (juru damai) dan dibutuhkan orang yang benar-benar mengetahui perselisihan yang terjadi antara para pihak dalam perselisihan tersebut. Seandainya hakam (juru damai) yang diangkat tidak benar tahu akan kondisi para pihak yang bersengketa, maka proses perdamaian susah untuk tercapai. 40 4. Hakam (juru damai) yang saling bertukar atas perintah Mahkamah menyulitkan proses perdamaian antara suami istri yang berselisih karena mungkin hakam (juru damai) yang baru diangkat masih kurangnya pengetahuan tentang persengketaan yang terjadi antara para pihak yang berselisih. 41 36 Wawancara dengan Puan Nor Azlina Binti Abdul Aziz, Pendaftar Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017, di Pulau Pinang. 37 Wawancara dengan Tuan Jasmin Bin Ismail, Penyelidik Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017, di Pulau Pinang. 38 Abdul Basir dan Muhammad Amin, Komunikasi Personal melalui Email , 5 Desember 2017. 39 Wawancara dengan Tuan Jasmin Bin Ismail, Penyelidik Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017, di Pulau Pinang. 40 Wawancara dengan Puan Nor Azlina Binti Abdul Aziz, Pendaftar Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017, di Pulau Pinang. 41 Wawancara dengan Puan Nor Azlina Binti Abdul Aziz, Pendaftar Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017, di Pulau Pinang. 5. Hal lainnya adalah sampai saat ini Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang belum menerbitkan suatu kaidah-kaidah khusus kriteria tentang hakam (juru damai) di dalam Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Pulau Pinang, walaupun ianya sudah pernah didiskusikan oleh pihak Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang tetapi sampai saat ini Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang masih berpatokan kepada kaidah- kaidah khusus tentang kriteria hakam (juru damai) Jabatan Kehakiman Syari’ah Selangor. 42 Sebagaimana yang kita ketahui perlunya kaidah- kaidah khusus tentang kriteria hakam (juru damai) ini adalah untuk memberikan pemahaman secara mendetail kepada para pihak yang bersengketa dan juga kepada hakam (juru damai) itu sendiri dalam menjalankan tugasnya sebagai orang penengah dalam proses perdamaian antara suami istri yang sedang berselisih. ## Tingkat Keberhasilan Dibentuknya Hakam (Juru Damai) Dalam Upaya Mengurangi Angka Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Mengetahui tingkat keberhasilan dibentuknya hakam (juru damai) dalam upaya mengurangi angka perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, penulis menggunakan Laporan Statistik Perceraian yang dikeluarkan oleh Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Statistik perceraian tersebut merupakan statistik tahunan di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang. 43 Didalamnya dapat diketahui angka peningkatan atau penurunan sebuah perceraian di Pulau Pinang setiap tahun. Berikut penulis rangkum statistik perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini: Tabel 3. 1 Statistik Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Bilangan 462 497 603 659 608 684 ## Sumber Data: Mahkamah Syari’ah Negeri Pulau Pinang Hasil wawancara penulis bersama Pegawai Pendaftar dan Pegawai Penyelidik Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, statistik perceraian semakin meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana table tersebut di atas. Antara sengketa yang paling banyak didaftarkan di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang adalah sengketa yang berkaitan dengan kekeluargaan yaitu perselisihan antara suami istri 42 Wawancara dengan Tuan Jasmin Bin Ismail, Penyelidik Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017, di Pulau Pinang. 43 Statistik Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Tahun 2011-2016. yang akhirnya dengan permohonan untuk bercerai. 44 Selain dari laporan statistik perceraian yang telah dikeluarkan, hasil wawancara penulis bersama tiga orang responden yang menjadi penengah dari pihak suami dan istri mendapati bahwa hasil dari proses perdamaian antara para pihak yang bersengketa tidak berhasil didamaikan. Masalah utama dalam proses perdamaian ini adalah tidak ada kerjasama dan iktikad baik antara para pihak. Hal ini dikarenakan para pihak sudah beriktikad untuk bercerai dan hanya menginginkan keuntungan bagi dirinya, maka perdamaian susah untuk tercapai. 45 Sehubungan dengan itu, pihak hakam (juru damai) haruslah memperbaiki kualitas dan meningkatkan langkah kerja agar lebih efektif. Dari tabel 3.1 di atas, tergambar bahwa hasil upaya perdamaian oleh hakam (juru damai) dalam upaya mengatasi perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang berdasarkan Enakmen Undang-Undang Keluarga Islam Pulau Pinang Tahun 2004 Seksyen 48 menunjukkan tingkat keberhasilan perdamaian masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan statistik perceraian yang telah dikeluarkan ternyata masih mengalami angka peningkatan kasus perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang selama kurung waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. 46 Keberhasilan atau kegagalan suatu perdamaian sangat dipengaruhi faktor- faktor pendukung selama proses perdamaian. Adapun faktor pendukungnya adalah pertama , faktor dari para pihak yang bersengketa. Harus ada iktikad baik dari para pihak. Hal ini dikarenakan proses perdamaian hanya akan berhasil apabila para pihak yang bersengketa mempunyai niat yang sama untuk berdamai. Kedua , faktor masalah yang menjadi penyebab adanya pertikaian diantara kedua belah pihak. Kadar dari berat-ringannya masalah yang dihadapi para pihak juga bisa menentukan keberhasilan dari sebuah proses perdamaian. Ketiga , faktor dari pihak hakam (juru damai). Dibutuhkan ketrampilan yang handal dari pihak hakam (juru damai) membantu para pihak dalam menyelesaikan persoalan yang perlu diselesaikan secara bersama. Secara umum, hakam (juru damai) harus berusaha untuk membantu dan memfasilitasi para pihak yang bersengketa untuk merumuskan berbagai opsi pilihan penyelesaian sengketa yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. 47 Prosedur atau tatacara pelaksanaan hakam (juru damai) meskipun dilihat memberikan dampak yang positif dan konstruktif terhadap pengendalian sengketa- sengketa kekeluargaan Islam, namun harus diteliti mengenai beberapa aspek berkaitan pengendaliannya, contohnya membuat dan menerbitkan suatu kaidah yang khusus tentang kriteria hakam (juru damai) yang mana telah penulis nyatakan di perbahasan sebelumnya dan gunanya adalah untuk memberikan pemahaman kepada 44 Wawancara dengan Tuan Jasmin Bin Ismail, Penyelidik Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017, di Pulau Pinang. 45 Abdul Basir, Muhammad Amin dan Julia, Komunikasi Personal, 30 Desember 2017. 46 Statistik Perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang Tahun 2011-2016. 47 Wawancara dengan Puan Nor Azlina Binti Abdul Aziz, Pendaftar Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang, pada tanggal 29 September 2017 di Pulau Pinang. hakam (juru damai) yang diutus untuk menghasilkan suatu perdamaian yang bukan saja memberikan kesenangan hati kepada pihak-pihak yang bersengketa tetapi juga haruslah diredhai oleh Allah SWT. Hakam (juru damai) yang pandai mengelola konflik dan berkomunikasi sehingga dapat mengupayakan adanya titik temu antara para pihak akan mudah mendorong terjadinya perdamaian. Oleh karena itu, kemampuan seorang hakam (juru damai) berpengaruh akan keberhasilan perdamaian. Dibutuhkan pula kejelian hakam (juru damai) untuk mengungkap apakah permasalahan diantara para pihak dan kebijaksanaan hakam (juru damai) dalam memberikan solusi, sehingga para pihak berhasil menyelesaikan masalahnya dengan damai dan baik. ## Penutup Berdasarkan uraian terdahulu hasil analisis tentang peran hakam (juru damai) di dalam mengatasi perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang. Penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Hakam (juru damai) di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang berperan untuk mendamaikan atau menjadi penengah antara pasangan suami istri yang sedang bersengketa, dengan cara meneliti dan mencari titik akar permasalahan dengan harapan dapat didamaikan dan dirukunkan kembali untuk menjalankan rumah tangga. Hakam (juru damai) juga berperan untuk memberikan solusi terhadap perselisihan suami istri apakah untuk berdamai yakni kembali rukun untuk menjalankan rumah tangga atau berpisah yakni mengakhiri ikatan mereka sebagai suami istri. 2. Hakam (juru damai) di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang berupaya untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab perselisihan atas kebijaksanaan mereka untuk mendapatkan jalan terbaik dalam proses perdamaian. Antara upaya yang dilakukan hakam (juru damai) adalah bertemu dan bertanya langsung kepada para pihak yang bersengketa, mengadakan diskusi tertutup untuk mengajukan pertanyaan secara perspektif psikologis, berinteraksi semaksimal mungkin dan bersikap lembut saat berbicara dengan memberikan nasehat, saran dan pendapat kepada suami istri supaya berusaha untuk berdamai dan memperbaiki diri. 3. Adapun kendala-kendala yang timbul dari proses perdamaian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang tersebut, antaranya adalah tidak ada kerjasama dari para pihak, tidak ada insentif yang diberikan kepada hakam (juru damai), sulit untuk menemukan perwakilan dari pihak yang bersengketa jika pihak yang disengketakan tidak memiliki keluarga, hakam (juru damai) yang saling bertukar atas perintah Mahkamah dan sampai saat ini Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang belum menerbitkan suatu kaidah-kaidah khusus kriteria tentang hakam (juru damai). 4. Peran hakam (juru damai) dalam upaya mengurangi angka perceraian di Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang dirasakan masih kurang efektif. Hal ini dikarenakan statistik perceraian yang telah dikeluarkan oleh pihak Jabatan Kehakiman Syari’ah Pulau Pinang ternyata masih mengalami angka peningkatan kasus perceraian selama kurung waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. ## Daftar Pustaka Abi Bikrun Muhammad Ibn Abdullah Al-Ma’ruf Bi Ibni Al-Arabi, Ahkamul Qur’an Tahqiq Ali Muhammad Al-Bajawi. Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat , Jakarta: Kencana, 2003. Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam , Yogyakarta: UII Press, 1999. Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi , terj. Bahrun Abu Bakar, Hery Noer Aly), Semarang: PT. Karya Toha Putra Semarang, 1993. Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka Progressif, 1997. Agustin Hanafi, Konsep Perceraian Dalam Islam , Disertasi yang tidak dipublikasikan, Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2011. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi ketiga. Hasbi Ash-Shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam Tinjauan Antar Mazhab , Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001. Iman Suhirman, Menjadikan Keluarga Bahagia , Bandung: Istiqomah, 2006. Imam al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari , Jilid 5, Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyyah, 1997. Imam Al-Qadhi Abu Al-Walid Muhammad Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Ahmad Ibn Rusydi al-Qurtubiy al-Andalusi, Bidayatul al-Mujtahid wa Nihayatu al Muqtasid . Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul Jilid 1 , Terj. Bahrun Abu Bakar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004. Maktabah Al-Sharuq Al-Daulyyah, Al-Mu’jam Al-Wasith , Jumhuriyyah Mishra Al- Arabiyyah, 1429 H/2008 M. Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Tafsir al-‘Aliyyul Qadir li al Ikthisari Tafsir Ibnu Katsir , Terj. Syihabuddin, Jakarta: Gema Insani, 1999. Najibah Mohd Zin, Undang-Undang Keluarga Islam , Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2007. Norzulaili dan Wan Abdul Fattah, Nusyuz, Shiqaq dan Hakam , Negeri Sembilan: Kolej Universiti Islam Malaysia, 2006. Syahrizal Abbas, Mediasi dalam Hukum Syariah, Hukum Adat dan Hukum Nasional , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011. Syekh Abdul Hamid Muhammad Ghanam, Bawalah Keluargamu ke Syurga, Jakarta Timur: Mirqat Media Grafika, 2007. Syaikh Hafiz Ali Syuaisyi, Kado Pernikahan , Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, Buku Islam Utama. Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah Juz. II , Kairo: Maktabah Dar al-Turas, tth, hlm. 278. Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah , terj. Asep Sobari, Munir Dhofir dkk, Jakarta Timur : Al- I’tishom, Januari 2013. Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedia Islam Indonesia , Jakarta, Djambatan: Perpustakaan Nasional RI, institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2002. Undang-Undang Keluarga Islam Pulau Pinang: international book servise, 1985. Wahbah Zuhaily, Al-Fiqhu al-Islamiy wa Adillatuhu Al-Syamilu li al Adillati al- Syar’iyyaty wa al-Ara I al-Mazhabiyyah , Damaskus: Dar al Fikr: 2004. Zanariah Abd Mutalib, “ Kasus Mal Tertunggak ”, Putrajaya, Berita Harian Online , 20 Pebruari 2010.
4ce19461-3758-4fe6-b243-a94eb826d44e
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/JIS/article/download/15221/14782
## INTERAKSI ANTARA MIKROBIOTA USUS DAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH MANUSIA Fitri Elizabrth Br Hasibuan 1) dan Beivy Jonathan Kolondam 1) 1) Program Studi Biologi, FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado 95115 E-mail: [email protected]; [email protected] ## ABSTRAK Sejumlah besar mikrobiota yang menghuni sistem pencernaan manusia memiliki peran penting dengan sistem kekebalan tubuh. Mikrobiota ini melaksanakan fungsi penting untuk fisiologi inang. Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobiota. Jumlah mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat di usus, yaitu sekitar 100 triliun sel-sel mikrobiota yang terdiri dari 1.000 spesies berbeda. Mikrobiota adalah seluruh mikroba yang hidup di tubuh manusia yang terdiri dari bakteri, archae, virus, dan jamur yang pada umumnya hidup di setiap bagian tubuh manusia seperi kulit, vagina, hidung dan mulut. Bakteri pada mikrobioma manusia memiliki peran pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan manusia. Di sini ditinjau tentang interaksi antara koloni mikroba dan sistem kekebalan tubuh dan implikasi dari temuan ini bagi kesehatan manusia. Kata-kata kunci: mikrobiota usus, sistem kekebalan tubuh, interaksi, bakteria. ## INTERACTION BETWEEN GUT MICROBIOTA AND THE HUMAN IMMUNE SYSTEM ## ABSTRACT Most of the gut microbiota has important role in human immune system. These microbiota conducts important function for host physiology. The microbiota in the human body can range around 10 to 100 billion in number which contained 1,000 different species. Microbiota are the whole microbes living in human body such as bacteria, archaea, virus, and fungi, located on the skin or inside the vagina, nose and mouth. Bacteria in human microbiome has important roles in nutrition, immunity, and human development. This article discussed about interaction of microbes and immune system along with the implication of the interaction for human health. Keywords: Gut microbiota, immune system, interaction, bacteria ## PENDAHULUAN Sistem gastrointestinal manusia adalah rumah dari sebagian besar mikroba seperti mikrobiota usus. Usus manusia memiliki sekitar 100 triliun sel-sel mikrobiota yang terdiri dari 1.000 spesies yang berbeda. Mikrobiota merupakan suatu kumpulan yang kompleks dari bakteri, archae, virus, dan jamur yang pada umumnya hidup di setiap bagian tubuh manusia seperi kulit, vagina, hidung dan mulut. Mikrobioma yang berasosiasi dengan manusia disebut mikrobiota, namun penggunaan kata “mikrobioma” dan “mikrobiota” sering digunakan bersamaan. Jumlah mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat di usus (Dietert, 2015). Bakteri pada mikrobioma manusia memiliki peran pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan manusia. Hasil penelitian mengatakan, microbioma atau mikrobiota (kumpulan bakteri) pada setiap orang berbeda sebagai akibat dari efek diet, gaya hidup, dan sumber bakteri di masa kecil (Prakash et al., 2011). Mikrobioma berperan pada pengaturan proses biologis dan fisiologis tubuh. Adanya disfungsi sistem imun dan kesalahan regulasi inflamasi merupakan penyebab non-communicable disease and conditions (NCDs). Selain itu, gangguan pada mikrobioma dapat meningkatkan risiko infeksi (Dietert, 2015). Dalam saluran gastrointestinal juga ditemukan sejumlah besar mikroorganisme (mikroflora) yang dalam keadaan eubiosis (status seimbang antar populasi bakteri di dalam saluran gastrointestinal) mampu menjalankan berbagai fungsi penting yang bermuara pada menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dalam kondisi dysbiosis (kondisi ketidakseimbangan antar populasi mikroflora dalam saluran gastrointestinal, kondisi disfungsi mikroflora gastrointestinal), mikroflora tersebut dapat menyebabkan munculnya berbagai gangguan kesehatan (Rolfe, 2000). Ini berarti, agar tetap sehat maka keseimbangan populasi mikroflora gastrointestinal harus terjaga. Sejumlah besar mikroorganisme yang menghuni permukaan tubuh mamalia memiliki hubungan yang sangat berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh. Meskipun banyak dari mikroba ini melaksanakan fungsi yang sangat penting untuk fisiologi inang, mereka tetap menimbulkan ancaman sebagai patogen bagi tubuh. Sistem kekebalan tubuh manusia memainkan peran penting dalam mempertahankan homeostasis dengan mikrobiota, sehingga memastikan bahwa hubungan mutualisme dengan inang dapat dipertahankan. Pada waktu yang bersamaan, mikrobiota dapat membentuk sistem kekebalan manusia. Oleh karena itu, paradigma baru mengemukakan bahwa sistem kekebalan tubuh telah berkembang untuk mengakomodasi kolonisasi dari mikrobiota simbiosis yang bertambah kompleks namun tetap mempertahankan kapasitas untuk melawan patogen. Bagaimana koloni bakteri dari usus dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi dari sistem imun menjadi pusat pembelajaran yang menarik (Hooper et al., 2012). Di sini, kami membahas prinsip- prinsip yang mengatur hubungan interaksi antara mikrobiota usus dan sistem kekebalan tubuh inang, baik dalam kesehatan dan penyakit. ## Mikrobiota di Awal Perkembangan Collado et al. (2006) menyatakan bahwa pencegahan NCDs dapat dilakukan dengan memperhatikan mikrobioma sejak awal kehidupan. Sistem gastrointestinal bayi akan memberikan lingkungan baru bagi kolonisasi mikroba. Mikrobiota bayi yang dilahirkan dengan persalinan normal memiliki kemiripan dengan mikrobiota di vagina ibunya pada 20 menit awal kehidupan. Spesies mikrobiota yang ditemukan ialah Lactobacillus sp. dan Prevotella sp. Terdapat perbedaan antara spesies mikrobiota bayi yang dilahirkan dengan persalinan normal dan operasi sesar. Mikrobiota pada bayi yang dilahirkan secara sesar yaitu Clostridium sp., Staphylococcus sp. , Propionobacteriu sp . , dan Corynebacterium sp . (Gritz, 2015). Mikrobioma di saluran gastrointestinal bayi yang baru lahir akan serupa dengan mikrobioma orang dewasa selama tahun pertama kehidupannya. Seiring dengan pertambahan usia akan terjadi perubahan mikrobioma karena dipengaruhi oleh ASI, demam, pengenalan terhadap makanan pendamping ASI, dan penggunaan antibiotik (Ursell et al. , 2012). Terdapat perbedaan jenis mikroba pada bayi yang mendapatkan ASI dengan yang mendapatkan susu formula. Perkembangan pada periode perinatal merupakan masa yang penting karena terjadi modifikasi yang mempengaruhi sistem imun dan penyakit yang berhubungan dengan inflamasi. Perkembangan mikrobioma diawali dengan transmisi secara vertikal dari mikrobiota maternal. Kolonisasi mikrobioma di mukosa sistem pencernaan, sistem pernapasan, saluran urogenital, dan kulit dipengaruhi oleh waktu pajanan dengan mikrobiota maternal. Lingkungan di dalam uterus bersifat steril, sehingga tidak terjadi kolonisasi mikroba tetapi, kolonisasi mikroba dapat terjadi sebelum persalinan. Kolonisasi mikroba terjadi karena telah terpajannya janin dengan plasenta dan meconium (Gritz dan Bhadhari, 2015). Di plasenta terdapat berbagai mikrobiota seperti Firnicutes, Tenericutes, Proteobacteria, Bacteroidetes, dan Fusobacteriaphyla . Mikrobiota tersebut sama dengan mikrobiota yang terdapat di mulut manusia. Pada minggu pertama awal kehidupan, kolonisasi mikrobiota di usus dipenuhi oleh Actinobacteria, Proteobacteria, Bacteroidetes, dan Firmicutes . Mikroba yang terdapat di meconium sama dengan mikroba di cairan amnion karena ketika sistem saraf janin mulai berkembang, janin dapat menelan cairan amnion. Oleh karena itu, lingkungan usus janin dapat menjadi tempat kolonisasi mikroba sehingga tidak steril (Sudarmono, 2016). Gambar 1. Mikrobiota usus dalam perkembangan dan penyakit. Pengaruh dari mikrobiota usus terhadap kesehatan manusia adalah berkelanjutan dari lahir hingga dewasa. Faktor lingkungan, faktor nutrisi, dan faktor telah dilibatkan dalam perkembangan untuk simbiosis dari kesehatan usus dan mikrobiota (Nicholson et al ., 2012). Menariknya, setiap perubahan makanan diikuti dengan perubahan pada mikrobiota pencernaan dan peningkatan ekspresi gen. Sebagai contoh, pada bayi yang mulai mengenal makanan dewasa, ekspresi gen mikrobioma terkait biosintesis vitamin dan pencernaan polisakarida meningkat. Dengan demikian, interaksi antara mikrobiota manusia dan lingkungan menjadi amat dinamis (Ursell et al. , 2012). ## Peran Mikrobiota Bakteri yang hidup di dalam tubuh manusia merupakan koloni bakteri yang bermanfaat. Peran mikrobioma adalah membantu mencerna makanan, mengatur sistem imun, dan perlindungan terhadap bakteri pathogen. Mikrobioma berada di kulit, sistem gastrointestinal, saluran napas, dan saluran urogenital; saluran yang berhubungan langsung dengan dunia luar sehingga dapat terpajan langsung oleh faktor eksternal, seperti makanan, udara, dan obat- obatan. Setiap individu memiliki respons berbeda pada metabolisme mikrobioma (Dietert, 2015). Tanpa mikrobiota usus, tubuh manusia tidak akan mampu memanfaatkan beberapa karbohidrat yang belum tercerna untuk mengkonsumsi, karena beberapa jenis mikrobiota usus memiliki enzim dimana sel- sel manusia tidak mampu untuk memecahkannya khususnya polisakarida (Clarke et al., 2014). Bakteri mengubah karbohidrat dengan cara berfermentasi menjadi asam lemak rantai pendek (SCFAs) disebut fermentasi sakarolitik. Produknya meliputi asam asetat, asam propionat, dan asam butirat. Produkini dapat digunakan oleh sel inang, menyediakan sumber utama energi dan nutrisi bagi manusia, serta membantu tubuh menyerap mineral penting seperti kalsium, magnesium, dan zat besi (Gibson dan Glenn, 2004). Gas dan asam organik (seperti asam laktat) juga diproduksi oleh fermentasi sakarolitik (Guarner dan Malagelada, 2003). Asam asetat digunakan oleh otot, asam propionat membantu hati menghasilkan ATP, dan asam butirat memberikan energi untuk sel usus dan dapat mencegah kanker (Beaugerie et al ., 2004). Bukti lain yang menunjukkan bahwa bakteri meningkatkan penyerapan dan penyimpanan lipid kemudian memfasilitasi tubuh untuk menyerap vitamin yang diperlukan seperti vitamin K (Sears, 2005) . Mikrobiota juga mensintesis vitamin (seperti biotin dan folat) dan membantu penyerapan unsur makanan (termasuk magnesium, kalsium dan zat besi) (O'Hara, 2006). Archae seperti Methanobrevibacter smithii terlibat dalam pemindahan produk akhir fermentasi bakteri seperti hidrogen (Sherwood et al. , 2013). Disfungsi mikrobioma dapat menimbulkan penyakit seperti penyakit autoimun (diabetes, rheumatoid arthritis, distrofi otot, multiple sclerosis , dan fibromialgia). Akumulasi mikroba penyebab penyakit akanmenyebabkan perubahan aktivitas gen dan metabolik. Akibat perubahan tersebut adalah abnormalitas sistem imun, sehingga akanmenyerang zat dan jaringan yang pada keadaan normal terdapat di dalam tubuh (Ursell et al. , 2012). ## Penghalang Usus Pada dasarnya, interaksi spasial antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus dapat dibagi menjadi tiga lapisan. Lapisan pertama, menghadap ke lumen usus, terdiri terutama oleh lendir dan dapat dibagi menjadi dua sub-lapisan: sublapisan luar, kurang padat, sangat dijajah oleh mikrobiota, sedangkan lapisan mukosa bagian dalam terdiri dari konsentrasi tinggi antimikroba bakterisida peptida (AMP) dan sekretori IgA (SIgA) khusus untuk mikroorganisme yang menguntungkan. Lapisan kedua terdiri dari lapisan tunggal dari sel epitel usus (IECs) yang berhubungan dengan lamina propria (LP) di permukaan basolateral dan dengan lapisan mukosa pada permukaan apikal. IEC yang disusun oleh beberapa jenis sel, seperti sel-sel goblet yang menghasilkan musin (membentuk lendir); enterosit serap dan sel enteroendokrin, baik memproduksi cholecystokinin dan ghrelin (yang mengatur nafsu makan);sel Paneth, produsen terkemuka AMP; dan sel M, yang terlibat dalam menangkap antigen untuk menyajikan mereka untuk sistem kekebalan tubuh (Collins et al ., 2012; Johansson, 2014). IECs memiliki peran yang sangat penting dalam memisahkan organ-organ tubuh dari lingkungan luar melalui pembentukan persimpangan ketat dan sekresi lendir dan AMP (seperti defensin, lysozymes, cathelicidins, fosfolipase-A2, dan C-jenis lektin) (Goto dan Ivanov, 2013). Selanjutnya, ECs mengekspresikan reseptor pengenalan pola (PRRS), yang meliputi reseptor Toll-like (TLR), reseptor Nod-seperti (NLRs), dan Rig-I sseperti reseptor (Lavelle et al., 2010). Sebuah jenis sel yang sangat penting hadir dalam lapisan IECs adalah sel M. Sel-sel ini bekerja secara langsung dengan sistem kekebalan tubuh, sampling antigen dari lumen dan membawa mereka dengan cara searah untuk antigen sel presentasi lokal di bawah epitel (Goto dan Ivanov, 2013). Sel enteroendokrin juga bertindak dalam perlindungan penghalang usus dengan memproduksi enteroendokrin peptida glukagon-like peptide-2 (GLP-2), yang diatur oleh status gizi inang, seperti rantai pendek produksi asam lemak. Karakteristik utama dalam fungsi penghalang usus GLP-2 yang merangsang usus proliferasi sel epitel; meningkatkan ekspresi usus protein persimpangan ketat; dan mengatur sistem kekebalan tubuh bawaan dengan mengontrol ekspresi peptida antimikroba yang diproduksi oleh sel Paneth (Cani et al., 2013). Lapisan ketiga, di bawah IECs, dibentuk oleh lamina propria dan mesenterium. Unsur-unsur sistem kekebalan tubuh gut-associated lymphoid tissue (GALT) berada dalam lapisan ini. Di lamina propria, terisolasi limfoid folikel dewasa (ILFs), yang terbentuk dari patch crypt (prenatal) dan patch Peyer (PPs), dapat ditemukan. Microbe-associated molecular patterns (MAMPs) yang berasal dari koloni bakteri dirasakan oleh PRRS di IECs atau sel dendritik (DC) yang merekrut dan mengaktifkan T dan sel B di ILFs.PP, di bawah IECs, menerima antigen melalui sel- sel M dan meneruskannya ke DC, yang berinteraksi dengan sel T dan B. Dalam PP dan ILFs ada beberapa sel plasma yang biasanya memproduksi dan melepaskan IgA (Kamada et al ., 2013). Gambar 2. Penghalang usus dan perubahannya selama pathogenesis oleh GVHD (Heidegger et al., 2014) Interaksi Mikrobiota dan Sistem Imun Usus Interaksi fungsional antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus dimulai dengan bakteri komensal yang mempromosikan lingkungan anti-inflamasi (Gambar 3). Dalam konteks simbiosis, MAMPs terus merangsang IECs untuk mengeluarkan regenerasi γ REGIII ke lumen, thymus stroma lymphopoietin (TSLP), IL-33, IL-25, dan pertumbuhan tumor factor β (TGF-β) di bawah epitel. Mediator imunologi mendorong perkembangan makrofag tolerogenic dan DC tolerogenic (Maynard et al., 2012). DC tolerogenic menghasilkan TGF- β dan asam retinoat (RA) yang merangsang perkembangan sel-sel peraturan T. Dengan demikian, melalui sel-sel Treg (yang menggunakan mekanisme beragam regulasi), makrofag (yang menghasilkan IL- 10), dan DC tolerogenik, sistem kekebalan usus mampu membangun dan memelihara lingkungan anti-inflamasi. Selain peran regulasi penting dari TGF- β, sitokin ini dikaitkan dengan zat epitel yang diturunkan lainnya (seperti sel B activating factor (BAFF) dan proliferasi-inducing ligand (Aprill)), dalam rangka mendorong pengembangan IgA- memproduksi sel (sel plasma) (Fagarasan et al., 2010).Immunoglobulin ini mampu mencegah pengikatan bakteri komensal pada epitel inang dan dengan demikian terlibat dalam pembentukan usus mikrobiota (Macpherson et al., 2012). Dalam konteks dysbiosis, kehadiran patogen dapat mengganggu lingkungan anti- inflamasi diatur ini. Ketika patogen enterik mengatasi bakteri komensal, ketidakseimbangan antara komensal dan bakteri patogen menyebabkan pembebasan yang signifikan dari MAMPs. Peningkatan MAMPs ini dapat menginduksi IECs, DC diaktifkan, dan makrofag untuk mengeluarkan sitokin inflamasi seperti IL- 1 β, IL-6, IL-12, dan IL-23.Sitokin ini merangsang perkembangan efektor CD4 + T helper 1 (TH1) sel dan sel TH17 (yang memproduksi IL-17A, IL-17F, dan IL-22) yang mengakibatkan peradangan kronis (Maynard et al ., 2012). Dalam konteks ini, IL-22 sitokin memiliki peran penting. Molekul ini, diproduksi oleh sel TH17 dan oleh sel kekebalan bawaan (seperti NK-sel dan sel γδ T), bertindak pada sel-sel epitel usus dengan menginduksi ekspresi beberapa AMP sebagai γ REGIII dan β REGIII yang secara langsung mempengaruhi mikrobiota. Menariknya, sel proinflamasi diaktifkan tampaknya bekerja baik dalam simbiosis dan dysbiosis; Namun, dalam kasus simbiosis, sel-sel proinflamasi yang dikendalikan dengan mekanisme pengaturan (DC tolerogenic dan makrofag dan sel peraturan T) dan berkontribusi dengan melepaskan IL-22, yang mempromosikan produksi γ REGIII oleh IECs dan membantu untuk melindungi barrier epitel (Maynard et al ., 2012). Meskipun mekanisme yang dijelaskan di atas sudah diketahui dengan pastidengan didukung berbagai publikasi, banyak aspek dari hubungan mikroba dan sistem kekebalan tubuh yang masih harus dijelaskan. Selain itu, studi terbaru telah menambahkan bukti lebih lanjut yang menunjukkan bagaimana mikrobiota dan sistem kekebalan tubuh dapat berinteraksi untuk mempertahankan homeostasis. ## Bukti-bukti baru tentang Mikrobiota Usus dan Sistem Kekebalan Studi terbaru lainnya telah membahas interaksi antara mikrobiota usus dan sistem kekebalan tubuh. Interaksi ini mungkin terkait dengan menjaga keseimbangan antara mikrobiota usus dan sistem sumbu kekebalan tubuh, baik lokal dan sistemik. Masahata et al. (2014) menunjukkan adanya hubungan antara sel-sel sekresi-IgA dan komposisi mikrobiota. Dalam penelitian ini, menafsirkan pentingnya hubungan usus buntu dengan jaringan limfoid di IgA dalam mensekresi generasi sel dari tikus yang bebas bakteri dan tikus yang diserang bakteri usus buntu. Penelitian ini menemukan penurunan sel IgA yang mensekresi di usus besar, serta penurunan tingkat IgA di feses. Bersamaan dengan itu, terlihat penurunan yang signifikan dalam jumlah spesies bakteri feses pada tikus yang terkena usus buntu. Namun menariknya, perbedaan- perbedaan dari jumlah sel sekresi-IgA dan koloni bakteri menghilang setelah delapan minggu penjajahan. Normalisasi pada sel sekresi-IgA di kolon berkorelasi dengan peningkatan dan pembesaran jaringan limfoid usus. Dengan demikian, hasil ini menunjukkan bahwa sel-sel sekresi-IgA terlibat dalam pemeliharaan homeostasis mikroba dalam ususbesar dan berkontribusi untuk membentuk koloni mikroba normal. Beberapa penelitian lain mencoba untuk mengidentifikasi metabolit dari mikrobiota dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan homeostasis. Dalam konteks ini, Smith et al . (2013) menunjukkan bahwa tikus yang bebas bakteri memiliki penurunan yang signifikan pada konsentrasi tiga jenis yang paling melimpah dari asam lemak rantai pendek (SCFA: asam asetat, asam propionat, dan asam butirat) menunjukkan hubungan antara molekul-molekul dan kekebalan masalah yang dihadapi oleh jenis tikus. Untuk memperjelas pertanyaan ini, tikus bebas bakteri diobati dengan SCFA (individual atau dalam kombinasi) selama 3 minggu. Seperti yang diharapkan, tikus ini menunjukkan peningkatan frekuensi dan jumlah sel Treg kolon, yang tidak terjadi dengan TH1 atau TH17 sel. Perlakuan SCFA juga mampu menginduksi peningkatan FoxP3 dan IL-10 ekspresi gen dan IL-10 produksi, menunjukkan bahwa SCFA dapat menginduksi khusus + IL-10- memproduksi sel Treg FoxP3. Selain itu, pengobatan SCFA mampu juga untuk mengurangi gejala T sel model-transfer kolitis. Secara kolektif, hasil ini menunjukkan bahwa SCFA memainkan peran penting dalam mempertahankan homeostasis melalui sel-sel Treg. Perubahan fungsi penghalang gastrointestinal, yang disebabkan oleh perubahan diet, juga dapat mengembangkan endotoxemia (Pendyala et al ., 2012). Selama dysbiosis, usus mikrobiota dapat menghasilkan tingkat tinggi endotoksin, dalam aliran darah menyebabkan induksi ringan dan berkesinambungan mediator proinflamasi, yang mengakibatkan peradangan sistemik ringan. Bagian inflamasi ini berkontribusi pada perkembangan banyak penyakit manusia, termasuk obesitas, diabetes tipe 2, hati dan penyakit kardiovaskular, dan penyakit inflamasi usus. Gambar 3. Interaksi fungsional antara mikrobiota dan sistem kekebalan usus. Keseimbangan evolusi dipengaruhi oleh tekanan lingkungan (Maranduba et al., 2014) ## DAFTAR PUSTAKA Beaugerie, Laurent, Petit, Jean-Claude. 2004. Antibiotic-associated diarrhoea. Best Practice & Research Clinical Gastroenterology 18 (2): 337–52. Cani, P. D., Everard, A., dan Duparc, T. 2013. Gut microbiota, enteroendocrine functions and metabolism. Current Opinionin Pharmacology 13(6): 935–940. Clarke G, Stilling RM, Kennedy PJ, Stanton C, Cryan JF and Dinan TG. 2014. Minireview: Gut microbiota: the neglected endocrine organ . Mol. Endocrinol. 28 (8): 1221–1238 . Collins, S. M., Surette, M., dan Bercik, P. 2012. The interplay between the intestinal microbiota and the brain. Nature Reviews Microbiology 10(11):735–742. Collado, MC., Surono, IS., Meriluato, J., Salminen, S. 2006. Potencial probiotic characteristic of Lactobacillus and Enterococcuc strain isolated from traditional dadih fermented milk against pathogen intestinal colonization. J Food Protection 70(3): 700-705. Dietert RR, Dietert JM. 2015. Review: the microbiome and sustainable healthcare. Healthcare. 3: 100-129. Fagarasan, S., Kawamoto, S., Kanagawa, O dan Suzuki, K. 2010. Adaptiveimmune regulation in the gut: T cell-dependent and T cell- independent IgAsynthesis. Annual Review of Immunology 28(1): 243- 273. Gibson, Glenn R. 2004. Fibre and effects on probiotics (the prebiotic concept) . Clinical Nutrition Supplements 1(2): 25-31. Gritz EC, Bhandari V. 2015. The human neonatal gut microbiome: a brief review. Frontiers in Pediatrics 3:1-12. Goto, Y. dan Ivanov, I. I. 2013. Intestinal epithelial cells as mediators of the commensal-host immune crosstalk. Immunology and Cell Biology 91(3): 204-214. Guarner, F dan Malagelada, J. 2003. Gut flora in health and disease. The Lancet. 361 (9356): 512–519. Heidegger, S., Van den Brink MR., Haas T., Poeck, H. 2015. The role of pattern- recognition receptors in graft-versus- host disease and graft-versus- leukemia after allogeneic stem cell transplantation. Frontiers in immunology 5: 337. Hooper, L.V., Littman, DR., Macpherson, A.J. 2012. Interactions between in microbiota and the immnune system. Science 336. Johansson, M., Larsson, J. H., dan Hansson, G. 2011. The two mucus layers of colon are organized by the MUC2 mucin, whereas the outer layer is a legislator of host-microbial interact- tions. Proceedings of the National Academy of Sciences USA 108(1): 4659-4665. Kamada, N., Seo, S., Chen, G., dan N´u˜nez. G. 2013. Role of the gut microbiota in immunity and inflammatory disease. Nature Reviews Immunology 13(5): 321-335. Macpherson, A.J., Geuking, M.B. dan McCoy, K.D. 2012. Homeland Security: IgA immunity at the frontiers of the body. Trends in Immunology 33(4): 160-166. Maranduba, C.M.D.C., Castro, S.B.R.D., Souza, G.T.D., Rossato, C., Guia, F.C.D., Valente, M.A.S., Rottore, J.V.P., Maranduba, C.P., Souza, C.M.D., Carmo, A.M.R.D., Macedo, G.C. dan Silva, F.D.S. 2015. Intestinal microbiota as modulators of the immune system and neuroimmune system: impact on the host health and homeostasis. Hindawi Publishing Corporation. Journal of Immunology research 2015. Masahata, K., Umemoto, E., Kayama, H. 2014. Generation of colonic IgA- secreting cells in the caecal patch. Nature Communications 5: 3704. Maynard, C. L., Elson, C. O., Hatton, R. D., and Weaver., C. T. 2012. Reciprocal interactions of the intestinal microbiota. Nature 489 : 231-241. Nicholson, J.K., Holmes, Elaine., Kinross, James., Burcelin, Remy., Gibson, Glenn., Jia, Wei., Pettersson, Sven. 2012. Host-Gut Microbiota Metabolic Interactions. Science 336: 1262. O'Hara, Ann M; Shanahan, Fergus. 2006. The gut flora as a forgotten organ . EMBO Reports 7 (7): 688–693. Pendyala, S., Walker, J. M. dan Holt, P. R. 2012. A high-fat diet is associated with endotoxemia that originates from the gut. Gastroenterology 142(5):1100–1101. Prakash, Satya., Rodes, Laetitia., Charley, MC., Duchesneau, CT. Gut microbiota: next frontier in understanding human health and development of biotherapeutics. Biologics: Targets and Therapy 5: 71- 86. Rolfe RD. 2000. The Role of Probiotic Cultures in the Control Of Gastrointestinal Health. J. of Nutr. 130: 396-402. Sears, Cynthia L. 2005. A dynamic partnership: Celebrating our gut flora. Anaerobe. 11 (5): 247-251. Sudarmono PP. 2016. Mikrobioma: Pemahaman Baru tentang Peran Mikroorganisme dalam Kehidupan Manusia. Mikrobioma, 4(2). Ursell LK, Metcalf JL, Parfrey LW, Knight R. 2012. Defining the human microbiome. Nutr Rev . 70: 38-44.
d5ee74f6-df3f-4a1d-bb87-9813d8535125
https://jurnal.polines.ac.id/index.php/rekayasa/article/download/3641/108343
Perancangan Mesin Pengupas Kulit Ari Kopi dengan Model Preskiptif Pahl & Beitz Prasetyo, Muhammad Adly Kurnia , Heri Widiantoro Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Bandung, Jl. Gegerkalong Hilir, Ciwaruga, Kec. Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 40559 *E-mail: [email protected] Diterima: 02-06-2022; Direvisi: 05-12-2022; Dipublikasi: 23-12-2022 ## Abstrak Proses pengupasan kulit ari biji kopi merupakan proses yang penting sebelum dilakukan proses sangrai biji kopi. Salah satu mesin pasca panen biji kopi adalah mesin pengupas kulit ari ( huller ). Seiring perkembangan penggilingan ( huller ) biji kopi, banyak variasi dalam prosesnya. Pada penelitian ini akan dirancang mesin pengupas ( huller ) kulit ari kopi dengan menggunakan model preskriptif Pahl & Beitz. Tahap rancangan model Pahl & Beitz meliputi perencanaan awal, perancangan konsep, perancangan bentuk, dan perancangan detail. Hasil dari rancangan meliputi model 3D menggunakan aplikasi SolidWorks. Hasil perhitungan menghasilkan spesifikasi mesin berupa: daya rencana motor 0,5 kW; transmisi menggunakan sabuk V nomor A53 (L = 1346 mm), jumlah sabuk 2, diameter puli 95mm, lebar puli 35mm, jarak penyetelan (504 —564) mm; diameter poros 25mm; serta lebar dan tinggi pasak 7mm. Kata kunci: Kopi; Pascapanen; Perancangan; Perancangan Mesin ## Abstract The process of stripping the epidermis of coffee beans is an important process before the coffee bean roasting process is carried out. One of the post-harvest machines for coffee beans is a huller. As the coffee bean huller developed, there were many variations in the process. In this study, a coffee huller was designed using the Pahl & Beitz prescriptive model. The design stage of the Pahl & Beitz model includes initial planning, conceptual design, embodiment design, and detail design. The results of the design include 3D models using the SolidWorks application. The calculation results produce machine specifications in the form of motor design power of 0,5 kW; transmission using V-belt number A53 (L = 1346 mm), the number of belts are 2, pulley diameter 95mm, pulley width 35mm, adjustment distance (504 —564) mm; shaft diameter 25mm; as well as the width and height of the stake 7mm. Keywords: Coffe;, Design; Machine Design; Post-Harvest ## 1. Pendahuluan Perkembangan jenis penggilingan penting untuk proses pembuatan kopi. Pada tahun 1841, mesin penggilingan kopi pertama dipatenkan oleh James Bogardus [1], selanjutnya pada tahun 1894 Charles E. Lipe mempatenkan mesin huller kopi dengan motor [2], [3]. Mesin tersebut dirancang untuk membuat proses penggilingan lebih mudah dengan memisahkan dan membersihkan buah kopi[4]. Pengembangan mesin tersebut merupakan yang pertama dan yang mengubah bagaimana kopi dibuat. Mesin pengupas kulit ari kopi berguna bagi perusahaan pembuat kopi untuk meningkatkan produksi dan akurasi proses pengolahan pascapanen yang lebih baik [5], [6]. Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia dikenal sebagai produsen dan eksportir kopi terbesar kedua setelah Vietnam [7]. Di dunia, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar keempat setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia [8]. Dalam hal ekspor kopi, Indonesia merupakan pengekspor kopi terbesar keempat di dunia setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia [8]. Di dunia, Indonesia telah dikenal sebagai kopi spesial melalui varian kopi. Dengan keunikan rasa dan aromanya, Indonesia memiliki peluang yang sangat baik untuk meningkatkan perdagangan kopi di dunia. Di Indonesia, kopi merupakan salah satu komoditas yang memegang peranan penting dalam mendukung upaya peningkatan ekspor nonmigas. Penerimaan devisa dari komoditas kopi pada tahun 2014 menghasilkan nilai ekspor sebesar 10,1 persen dari seluruh nilai ekspor komoditas pertanian, atau 0,5 persen dari ekspor nonmigas, atau 0,4 persen dari total nilai ekspor [9]. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah ekspor kopi mengalami penurunan. Penurunan nilai komoditas tersebut, selain karena penurunan harga kopi di pasar internasional juga diduga akibat penurunan kualitas kopi Indonesia. Penelitian hasil rancangan menggunakan daya motor 5HP, Muzzamir, dkk., menghasilkan temuan pada putaran 600 rpm sebanyak 2 x dihasilkan masing-masing persentase sebesar 60% dan 70%. Hasil terbaik didapat pada putaran 1000 rpm dengan pengujian sebanyak 2x. Kekeringan kopi sangat berpengaruh untuk mendapatkan hasil kupasan yang baik [10]. Penelitian Budiyanto, dkk., menunjukkan bahwa variasi jumlah mata silinder pada alat pengupas kulit kopi kering dan putaran sangat berpengaruh terhadap kualitas dan kapasitas produksi pengupasan kulit biji kopi kering, hasil menunjukan efisiensi mesin sebesar 94,33% dengan jumlah 3 mata silinder [11]. Hasil penelitian dan rancangan Kelik dkk., menghasilkan rancangan kapasitas 5kg minimum motor penggerak sebesar 0,5HP serta menggunakan mata pisau 3 buah [12]. Hasil Rancangan Sahar dkk., menggunakan 2 dinding pemisah pada perancangan alat dengan error saat pengupasan sebesar 4% [13]. Hasil penelitian dan rancangan Sodik dkk., menggunkan metode 2 roller sebagai pengupas kopi dan menghasilkan kapasitas 329,08 kg/jam dengan putaran 110rpm [14]. Berdasarkan fakta dilapangan terdapat mesin dengan dimensi besar mengakibatkan harga dipasaran relatif mahal, disamping itu rata-rata motor penggerak mula menggunakan motor penggerak bensin serta diperlukan manajeman dalam pengoperasiannya, berdasarkan fakta ini maka diperlukan suatu rancangan mesin pengupas kulit ari kopi ini akan dilakukan dengan menggunakan model preskriptif dari Pahl & Beitz (1984). Perancangan dengan model preskriptif meliputi perencanaan awal, perancangan konsep, perancangan bentuk, dan perancangan detail [15]. ## 2. Material dan metodologi Metodologi yang digunakan dalam perancangan ini yaitu model preskriptif. Model proses desain ini diusulkan oleh Pahl dan Beitz (1984), yang memformalkan proses desain menjadi empat tahap sistematis: perencanaan awal, perancangan konsep, perancangan bentuk, dan perancangan detail [16]–[19]. Alur perancangan akan dilakukan seperti pada Gambar 1 dibawah ini: Gambar 1. Diagram Alir Perancangan Modifikasi dari Pahl & Beitz [20] ## 2.1. Perencanaan awal Tahap perencanaan awal dilakukan kajian paten/hasil riset, kajian lapangan, dan menentukan daftar tuntutan [20]. Kajian paten/hasil riset dilakukan untuk mencari dan mengumpulkan data serta referensi dan memperkecil kemungkinan plagiasi. Hasil dari perencanaan awal berupa daftar tuntutan yang dijadikan acuan terhadap perancangan produk mesin pengupas kulit ari kopi. Kajian lapangan dilakukan agar alat yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pekerja pasca panen kopi. Diskusi dan wawancara dilakukan. Hasil dari diskusi didapatkannya daftar permintaan dari mitra yang selanjutnya disusun menjadi daftar tuntutan. Tabel 1 menunjukan daftar tuntutan untuk spesifikasi dan mekanisme yang diharapkan dan diminta. Tabel 1. Daftar Tuntutan Permintaan/Harapan Tuntutan 1. Geometri H Panjang 50-150 cm; Lebar 30-60 cm P Tinggi 80 - 150 cm 2. Fitur P Jarak pengupasan dapat diatur; Pengaturan input, dan output; Hasil dan kulit terkupas jalurnya terpisah 3. Energi H Daya listrik maksimal 500 W 4. Material H Bahan ringan P Foodgrade 5. Produksi H Kapasitas produksi 350 kg/jam 6. Perawatan H Mudah dibongkar pasang dengan alat sederhana ## 2.2. Perancangan konsep Daftar tuntutan yang didapat pada perencanaan awal dikembangkan dalam tahap perencanaan konsep melalui diagram fungsi, tabel morfologi, penentuan variasi konsep, eliminasi variasi konsep, evaluasi variasi konsep melalui kriteria teknikal dan kriteria ekonomi oleh mitra, dan menghasilkan konsep terpilih [20]. Diagram fungsi alat digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output [21]. Penggunaannya dapat dibagi menjadi sub-sistem sehingga fungsi yang kompleks dapat dipecah menjadi sub-fungsi dengan kompleksitas yang lebih rendah. Kombinasi sub-fungsi secara individu menghasilkan struktur fungsi yang mewakili fungsi keseluruhan [22]. Gambar 2 menunjukkan diagram fungsi pada mesin yang akan dibuat berdasarkan dari daftar tuntutan dan Tabel 2 menunjukkan sub-fungsi dan keterangannya. Tabel 2. Sub-fungsi dan keterangan Sub-Fungsi Keterangan Penampung Untuk menampung dan sebagai pintu utama masukan biji kopi berkulit ari. Pengupas Untuk mengupas dan menyalurkan biji kopi yang terkupas ke proses selanjutnya. Pemisah Untuk memisahkan antara kulit ari kopi dan biji kopi dan sebagai keluaran dari mesin ini. Tabel morfologi merupakan pengembangan dari diagram fungsi untuk mendapatkan variasi dari sub-fungsi yang telah dirancang di tahap sebelumnya [20]. Tabel Morfologi dimodifikasi dari buku yang ditulis oleh Ullman [22]. Selanjutnya dilakukan eliminasi terhadap konsep – konsep dari sub-fungsi yang didapat. Pemilihan alternatif solusi sub-fungsi dimanfaatkan untuk melakukan seleksi terhadap variasi yang dianggap tidak sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan. Lalu dilakukan eliminasi pada morfologi yang terevaluasi, sehingga didapat variasi konsep dengan cara menggabungkan tiap variasi dari sub-fungsi yang lolos dari eliminasi. Evaluasi variasi konsep dilakukan untuk penilaian terhadap kriteria yang akan menentukan nilai dari masing- masing variasi konsep yang sudah dihasilkan [23]. Variasi konsep dengan nilai yang paling tinggi itu yang akan dijadikan konsep terpilih. Penentuan kriteria teknikal dan ekonomis, pembobotan dan penilaiannya akan berpengaruh pada variasi konsep yang akan terpilih. Tabel 3 dan Gambar 3 merupakan penilaian konsep terpilih untuk menentukan variasi konsep yang terpilih berdasarkan kriteria penilaian. ## Tabel 3. Penilaian Variasi Konsep No Kriteria Teknikal Bobot Konsep A Konsep B Konsep C Konsep D Nilai Total Nilai Total Nilai Total Nilai Total 1 Produktivitas 33% 4 1,33 4 1,33 3 1 4 1,333 2 Keamanan Pengguna 17% 3 0,5 4 0,67 3 0,5 3 0,5 3 Perawatan 17% 3 0,5 3 0,5 4 0,667 3 0,5 4 Kemudahan Pengoperasian 33% 4 1,33 4 1,33 4 1,333 3 1 TOTAL 100% 3,67 3,83 3,5 3,333 No Kriteria Ekonomis Bobot Konsep A Konsep B Konsep C Konsep D Nilai Total Nilai Total Nilai Total Nilai Total 1 Ketersediaan Bahan Mentah 33% 3 1 3 1 4 1,333 4 1,333 2 Kemudahan Pembuatan 33% 4 1,33 5 1,67 4 1,333 3 1 3 Kemudahan Pemasangan 33% 4 1,33 3 1 3 1 4 1,333 TOTAL 100% 3,67 3,67 3,667 3,667 Gambar 3. Grafik Penilaian Variasi Konsep Penilaian terhadap variasi konsep membuahkan konsep terpilih. Mengacu pada Tabel 3 dan Gambar 3 yang menunjukan jumlah total nilai kriteria ekonomi dan teknikal, didapat variasi konsep B yang memiliki nilai tertinggi dalam skala 4, yaitu 3,83. Lalu pada grafik penilaian, yang paling mendekati garis ideal yaitu konsep A. Maka dari kedua penilaian diatas penulis memilih konsep A sebagai konsep terpilih yang ditunjukan pada gambar 6. 3 3,2 3,4 3,6 3,8 4 3 3,1 3,2 3,3 3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9 4 Krite ria E k o n o m i Kriteria Teknikal Konsep A Konsep B Konsep C Konsep D ## 3. Hasil dan pembahasan ## 3.1. Perancangan bentuk Penelitian oleh Palungan [24] menyebutkan bahwa dalam perhitungan poros diperlukan tekanan untuk pengupasan (P b ) sebesar 0,5 kgf = 4,9 N. Panjang, lebar, tinggi, dan massa biji kopi rata – rata masing – masing sebesar 12mm, 8mm, 4mm, dan 0,2 gram [25]. Maka, untuk mendapatkan gaya pemotongan, perlu menghitung jumlah maksimal biji kopi yang terguling pada roller screw per proses pengupasan (N b ) perlu terlebih dahulu mendapatkan keliling dari roller screw (K r ) tersebut: 𝐾 𝑟 = 2. 𝜋. 𝑅 𝑟 (1) 𝑲 𝒓 = 𝟎, 𝟒𝟕𝟏 𝒎 Asumsi panjang efektif pisau pengupas 30 cm, maka biji yang terkelupas pada 1 baris: 𝑁 𝑏 = 30 𝑐𝑚 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 (2) 𝑁 𝑏 = 37,5 ≈ 3𝟕 biji dalam 1 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 Faktor kerapatan = 0,5 maka, 𝑁 𝑏 = 37 . 0,5 = 𝟏𝟖, 𝟓 ≈ 𝟏𝟖 𝒃𝒊𝒋𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝟏 𝒃𝒂𝒓𝒊𝒔 Total gaya yang bekerja pada roller screw untuk mengupas biji kopi (F kt ), 𝐹 𝑘𝑡 = 𝑁 𝑏 𝑥 𝑃 𝑏 (3) 𝐹 𝑘𝑡 = 18 𝑥 4,9 = 𝟖𝟖, 𝟐 𝑵 Jika roller screw memiliki diameter 15cm, torsi yang dibutuhkan untuk melakukan 1x pengupasan yaitu, ## 𝑇 = 𝐹. 𝑅 ## 𝑻 = 𝟔, 𝟔𝟏𝟓 𝑵𝒎 Penelitian menyebutkan bahwa putaran paling efisien untuk pengupasan kulit ari kopi yaitu 350 rpm [26], maka daya yang dibutuhkan untuk mengupas kulit ari kopi yaitu, 𝑃 = 𝑇 .2𝜋 .𝑛 𝑡 (4) ## 𝑃 = 242,5 𝑊 = 0,242 𝑘𝑊 Maka daya rencana dengan factor koreksi 1,7 didapat, 𝑃 𝑑 = 𝑃. 𝑓 𝑐 (5) 𝑷 𝒅 ≈ 𝟎, 𝟓 𝒌𝑾 Perhitungan untuk merencanakan sabuk V dan puli dalam transmisi mengikuti alur perencanaan sabuk dari Sularso & Suga [27]. Diketahui daya rencana 0,5 kW, perbandingan putaran 1:1, jarak antar poros motor dan roller screw 521 mm, maka didapat: Sabuk: Nomor = A53 (L = 1346 mm); Jumlah sabuk = 2 sabuk Puli: dp = 95 mm; Dp = 104 mm; Lebar = B = 35 mm Jarak sumbu poros dan ukuran penyetelan; 𝐶 𝑝 = (504 − 564)mm Material yang digunakan untuk puli yaitu cast iron [28]. Gaya horizontal pada puli = 0 karena perbandingan putarannya 1:1. Maka diagram benda bebas untuk poros pemutar tergambar pada Gambar 4 dengan F1 merupakan gaya pada puli (berat puli + gaya tegang pada sabuk) dan F2 merupakan gaya pada roller screw (gaya pengupasan + gaya berat pada roller screw ). Gambar 4. Diagram Benda Bebas pada Poros Pemutar Selanjutnya diameter poros pemutar dan ukuran pasak dapat dihitung, 𝑑𝑠 ≥ { 5,1 5 (√(2 × 2277) 2 + (1,5 × 1391,429) 2 )} 1 3 (6) ## 𝑑𝑠 ≥ 17,223 𝑚𝑚 Diameter poros yang digunakan yaitu Ø25 untuk memenuhi syarat kuat pada perhitungan pasak. Lebar dan tinggi pasak yang dipilih yaitu 7mm. Dimana panjang pasak berdasarkan geseran, 𝐿 1 ≥ 2 . 1391,429 25 . 7 × 45 6 . 2 ≥ 4,241 𝑚𝑚 Panjang pasak berdasarkan tekanan, 𝐿 2 ≥ 2 . 1391,429 25 . 3 . 8 ≥ 4,638 𝑚𝑚 Syarat kuat pasak, 𝑏 𝑑 = 7 25 = 0,28 𝑚𝑎𝑘𝑎 0,25 < 𝟎, 𝟐𝟖 < 0,35 (𝐴𝑀𝐴𝑁) 𝑙 𝑑 = 20 25 = 0,8 𝑚𝑎𝑘𝑎 0,75 < 𝟎, 𝟖 < 1,5 (𝐴𝑀𝐴𝑁) Gambar 5. Tabel Pemilihan Bantalan Gelinding oleh Sularso & Suga [27] Berdasarkan Gambar 5 pemilihan bantalan gelinding, Nomor bantalan yang dipilih yaitu 6005 dengan diameter poros bantalan 25 mm, dan C = 790 kg; 𝐶 𝑜 = 530 𝑘𝑔 . Penelitian menyebutkan bahwa putaran paling efisien untuk pengupasan kulit ari kopi yaitu 350 rpm dengan bilah roller screw sejumlah 3[26]. Maka jumlah biji yang terkelupas dalam 1 putaran poros adalah 18 x 3 = 54 biji. Jumlah putaran dalam 1 jam = 350 x 60 = 21000 putaran. Perhitungan kapasitas produksi dilakukan dengan mengalikan jumlah biji yang dikelupas dalam 1 jam dan massa maksimum yang didapat oleh Kuala, dkk [25], yaitu: 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖/𝑗𝑎𝑚 = 11340000 x 0,44 gram = 498960 𝑔𝑟𝑎𝑚/𝑗𝑎𝑚 = 𝟒𝟗𝟖 𝒌𝒈/𝒋𝒂𝒎 ## 3.2. Perancangan detail Perancangan mesin pengupas kulit ari kopi dilakukan dengan menggunakan aplikasi SolidWorks. Hasil rancangan model 3D didasarkan dari hasil perhitungan perancangan bentuk. Penambahan sistem kontrol on-off menggunakan inverter guna saat di implementasikan menjadi kemudahan dalam pengaturan kecepatan putar motor listrik sehingga memungkinkan alat mendapatkan efisiensi yang baik dan hasil yang bagus. Gambar 6. Hasil Rancangan Mesin Pengupas Kulit Ari Kopi Hasil perancangan sesuai perhitungan diatas : 1. Motor penggerak mula sebesar 0,5kW. 2. Tipe sabuk V A53, panjang sabuk 1346 mm, jumlah sabuk 2 3. Diameter puli 95 4. Tipe bantalan gelinding 6005 dengan diameter poros 25 mm. 5. Sistem kontrol metode on-off dengan menggunakan inverter sebagai pengatur putaran motor. Berikut skematik rangkaian inverter : ## 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil rancangan alat Panjang efektif pisau pengupas 30 cm dapat mengupas 18 biji kopi dalam satu baris. Berdasarkan hasil studi, efisiensi pengupasan kulit ari kopi yaitu pada putaran sebesar 350 rpm [24], untuk mendapatkan putaran motor sesuai putaran di design menggunakan pengaturan frekuensi inverter, berdasarkan Spesifikasi alat dapat dihitung bahwasanya efisiensi mesin sdidapat sebesar 498 kg/jam. 1 2 3 5 ## Daftar Pustaka [1] J. Bogardus, “Universal Mill for Grinding, Hulling, etc,” 2,194, 1841. [2] A. P. Cercado, “Hulling Machine: Design, Fabrication, and Performance,” Int. J. Inf. Res. Rev. , vol. 6, no. 6, 2019. [3] C. E. Lipe, “Hulling and Cleaning Machine,” 525,813, 1894. [4] A. E.-E. O. Saif, “DESIGN AND MANUFACTURE A PROTOTYPE OF YEMENI COFFEE HULLER MACHINE,” Misr J. Agric. Eng. , 2011, doi: 10.21608/mjae.2011.105365. [5] Muzammir, I. Mawardi, and S. Bahri, “MODIFIKASI KONSTRUKSI MESIN PENGUPAS KULIT ARI KOPI DENGAN DAYA 5 HP,” J. Mesin Sains Terap. , vol. 2, no. 2, 2018. [6] I.- Mawardi, N. Nurdin, and Z. Zulkarnaini, “Appropriate Technology Program of Postharvested Coffee: Production, Marketing, and Coffee Processing Machine Business Unit,” J. Pengabdi. Kpd. Masy. (Indonesian J. Community Engag. , 2019, doi: 10.22146/jpkm.36470. [7] Foreign Agricultural Service (FAS), “Indonesia Coffee Annual Report 2016,” 2016. [8] THE STATE OF FOOD AND AGRICULTURE, “CLIMATE CHANGE, AGRICULTURE AND FOOD SECURITY.” [9] Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, “Statistik Kopi 1980-2005,” 2005. [10] Muzammir, I. Mawardi, and S. Bahri, “MODIFIKASI KONSTRUKSI MESIN PENGUPAS KULIT ARI KOPI DENGAN DAYA 5 HP,” J. Mesin Sains Terap. , vol. 2, no. 2, 2018. [11] E. Budiyanto, L. D. Yuono, and A. Farindra, “Upaya Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Produksi Mesin Pengupas Kulit Kopi Kering,” Turbo J. Progr. Stud. Tek. Mesin, vol. 8, no. 1, 2019, doi: 10.24127/trb.v8i1.926. [12] Kelik, V., Hengky, D. K., Kurniawan, D. Perancangan mesin pengupas dan pemisah kulit buah kopi kering. J.Tek. Mesin Mercu Buana. 2016; 5(2): p. 64-70. [13] Sahar, M., Al Dhaffa, M., Akhyan, A. Perancangan dinding pemecah pada mesin pengupas kulit kopi kering. Jurnal Elektro dan Mesin Terapan. 2020; 6(1): 32-41. [14] Sodik, A., Suharno, K., Widodo, S. Perancangan mesin pengupas kopi dengan menggunakan dua rol pengupas. Wahana Ilmuwan. 2016; 1(1). [15] M. B. Waldron and K. J. Waldron, Eds., Mechanical Design: Theory and Methodology , 1st ed. New York: Springer-Verlag, 1996. [16] U. Kannengiesser and J. S. Gero, “Can Pahl and Beitz’ systematic approach be a predictive model of designing?,” Des. Sci. , vol. 3, p. e24, Dec. 2017, doi: 10.1017/dsj.2017.24. [17] S. Mörsdorf, D. Neumann, J. Mohnke, and M. Vielhaber, “Beyond Sustainable Products – Concept for a Positive Impact Product Engineering (PIPE),” Procedia CIRP , 2022, doi: 10.1016/j.procir.2022.02.004. [18] J. Y. Zheng, M. W. Fu, and F. Zeng, “Design and Development of Multi-Scaled Metallic Parts and Structures,” in Encyclopedia of Materials: Metals and Alloys , 2021. [19] C. McMahon, “Situation, Patterns, Exploration, and Exploitation in Engineering Design,” She Ji , 2021, doi: 10.1016/j.sheji.2020.08.009. [20] G. Pahl, W. Beitz, J. Feldhusen, and K. H. Grote, Engineering design: A systematic approach . 2007. [21] C. F. Kirschman and G. M. Fadel, “Classifying Functions for Mechanical Design,” J. Mech. Des. , vol. 120, no. 3, pp. 475–482, Sep. 1998, doi: 10.1115/1.2829176. [22] D. G. Ullman, The Mechanical Design Process , 4th ed. New York: McGraw-Hill, 2010. [23] D. D. Lefever and K. L. Wood, “Design for Assembly Techniques in Reverse Engineering and Redesign,” Aug. 1996, doi: 10.1115/96-DETC/DTM-1507. [24] M. B. Palungan, J. Dising, and S. Lande, “Desain Alat Pengupas Kulit Kopi Tanduk Untuk Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Biji Kopi,” J. Ind. , vol. 2, no. 1, pp. 9–15, 2013. [25] S. I. Kuala, D. D. Hidayat, C. E. W. Anggara, and R. Saparita, “Characterization and Evaluation of Physical and Mechanical Properties of Unhulled Arabica Coffee Bean,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci. , vol. 251, no. 1, 2019, doi: 10.1088/1755-1315/251/1/012040. [26] E. Budiyanto, L. D. Yuono, and A. Farindra, “Upaya Peningkatan Kualitas dan Kapasitas Produksi Mesin Pengupas Kulit Kopi Kering,” Turbo J. Progr. Stud. Tek. Mesin , vol. 8, no. 1, 2019, doi: 10.24127/trb.v8i1.926. [27] Sularso and K. Suga, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin . Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 1987. [28] K. N. Nwaigwe, C. Nzediegwu, and P. E. Ugwuoke, “Design, construction and performance evaluation of a modified cassava milling machine,” Res. J. Appl. Sci. Eng. Technol. , 2012.
040bd59c-2df5-454d-8462-5750436b414e
https://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/article/download/729/540
## J u r n a l I D E A L I S V o l . 2 N o . 3 , M e i 2 0 1 9 | 82 ## IMPLEMENTASI SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING PADA PENILAIAN KINERJA GURU: STUDI KASUS GURU SMK NEGERI 1 KABUPATEN TANGERANG Ernita Rahayu 1) , Rusdah 2) 1 Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur 1,2 Jl. Raya Ciledug, Petukangan Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12260 E-mail: ernitarahayu1 @gmail.com 1) , rusdah @budiluhur.ac.id 2) ## Abstrak Secara umum pelaksanaan penilaian guru telah dikerjakan dengan kriteria yang telah di tetapkan. Namun tidak demikian, pelaksanaannya dirasakan masih belum optimal dan perlu dilakukan penyempurnaan, khususnya pada aspek penilaian dan pengambilan keputusan. Dalam penilaian guru saat ini di SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang terdapat beberapa kriteria yaitu absensi, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional dalam bentuk kuesioner. Agar pelaksanaan seleksi guru berjalan maka hal ini yang menjadikan perlunya suatu sistem pendukung keputusan yang mampu memberikan konsistensi penilaian dan memberikan kemudahan dalam menginput data. metode Simple Additive Weighting (SAW) digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian berupa sistem penunjang keputusan penilaian kinerja guru dengan nilai tertinggi 0,996 bila menggunakan data pada periode pemilihan tahun 2017-2018. Kata kunci: penilaian guru, guru terbaik, SAW, SPK. ## 1. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tentang Guru dan Dosen dikenal istilah guru, dosen, dan guru besar atau profesor. Adapun yang dimaksud Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan dasar, dan pendidikan menangah. Adapun Hak Guru berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 14 tahun 2005 Pasal 36 ayat 1 yang berbunyi guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan. SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang perlu memberikan penghargaan kepada guru yang berkinerja baik. Selama ini pengambilan keputusan dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada murid. Namun, pelaksaan masih berjalan kurang baik. Diantaranya, penyebaran kuesioner yang yang tidak terlaksana dengan baik, banyaknya responden yang tidak mengembalikan kuesioner, belum adanya metode dan butuh waktu yang lama untuk rekapitulasi. Beberapa penelitian sebelumnya terkait topik pemilihan guru berkinerja baik yang terdapat pada jurnal yang sudah dipublikasi, diantaranya Implementasi metode AHP dan SAW pada Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Guru Terbaik (studi kasus: SMA Negeri 63 Jakarta), dengan kriteria yang digunakan antara lain: kehadiran, kuesioner siswa, nilai SKP, tugas tambahan, jenjang pendidikan [1]. kemudian Analisa dan Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Guru Berprestasi dengan menggunakan metode SAW pada SMK N 1 Muaro Jambi dengan kriteria yang digunakan antara lain: kualifikasi pendidikan, masa kerja, nilai SKP, pengembangan diri, dan prestasi [2]. Berdasarkan uraian masalah yang diatas maka dengan itu dibutuhkan pembangunan sistem penunjang keputusan untuk memudahkan SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang dalam menentukan guru dengan kinerja terbaik dengan metode SAW, sehingga kepala sekolah dimudahkan untuk menentukan pilihan. ## 2. METODE PENELITIAN 2.1. Metode Simple Addtive Weighting (SAW) Metode SAW disebut juga sebagai metode penjumlahan terbobot. Konsep dasar SAW adalah dengan melakukan penjumlahan terbobot dari rating kinerja setiap alternatif pada semua atribut [3]. Tahapan yang dilakukan dalam metode SAW adalah proses normalisasi matriks keputusan (X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating yang ada. Berikut adalah persamaan untuk normalisasi dengan memperhatikan fungsi keuntungan dan biaya. Jika J adalah atribut keuntungan (benefit) Jika J atribut biaya (cost) (1) 2.2. Metode pengumpulan data a. Observasi Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung obyek penelitian, dalam hal ini adalah hal-hal terkait dengan sistem penentuan guru terbaik pada sistem berjalan dan kebutuhan dimasa yang akan datang. b. Wawancara Kegiatan wawancara ini merupakan salah satu cara dalam mendapatkan data secara langsung dengan bertatap muka dan mengajukan petanyaan yang berhubungan dengan pemilihan guru terbaik yang dilakukan pada Bidang Kurikulum sebagai pihak yang diberikan wewenang untuk menyelenggarakan pemilihan guru terbaik. Dari wawancara tersebut, penulis juga mendapatkan proses bisnis dan kriteria yang akan digunakan dalam pengembangan sistem penunjang keputusan pemilihan guru terbaik. c. Analisa Dokumen Kegiatan analisa dokumen ini merupakan cara untuk menganalisa dokumen yang sedang berjalan disebuah instansi agar mendapatkan informasi yang tepat, dengan sistem yang akan dibuat dengan metode yang akan digunakan dalam penelitian. d. Studi Pustaka Kegiatan studi pustaka ini dilakukan dengan cara membaca jurnal atau e-book serta referensi lain yang berkaitan dengan teori pemilihan guru terbaik, teori Sistem Penunjang Keputusan, teori SAW, dan teori-teori lainnya yang berkaitan dengan pembuatan sistem penunjang keputusan ini. e. Kuesioner Kuesioner ini merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa pada pertanyaan yang telah diajukan. Hasil kuesioner dari responden, didapatkan dari hasil yang akan digunakan untuk perhitungan kriteria pada pemilihan guru terbaik. ## 2.3. Studi Literatur Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Guru Terbaik pada SMK Maria Goretti Pematangsiantar menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW) oleh Rotua Sihombing Hutasoit, Agus Perdana Windarto, Dedy Hartama dan Solikhun dari instansi STIKOM Tunas Bangsa Pematangsiantar, Sumatera Utara dengan nomor ISSN 2527-5771. Memiliki guru yang profesional merupakan sebuah keharusan bagi sekolah dalam melaksanakan proses pendidikan yang bermutu, demikian halnya dengan SMK Maria Goretti Pematangsiantar. Untuk itu, sekolah selalu mendorong peningkatan profesionalitas guru dengan cara memantau kerja guru dalam mengimplementasikan tugasnya sehingga dapat mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Sehingga dibuatlah sistem pendukung keputusan yang ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi teknologi informasi serta menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan interaktif. Jurnal ini menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW). Solikhun [4] menggunakan kriteria antara lain: kedisplinan, prakarsa, prestasi, tanggung jawab dan menjaga nama baik. Metode Simple Additive Weighting (SAW) ini dipilih karena dapat menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perankingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Dengan metode perangkingan tersebut diharapkan penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan bobot yang sudah ditentukan sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih maksimal. ## 2.4. Analisa Masalah Masalah utama pada penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang adalah kesulitan dalam pengambilan keputusan pemilihan guru terbaik yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor manusia, proses, dan metode. Faktor manusia mengakibatkan sulit dalam menentukan guru terbaik yang disebabkan oleh kriteria yang digunakan tidak ditentukan secara standar dan penetapan tingkat kriteria yang tidak ada. Faktor proses mengakibatkan proses rekap dan pengolahan data kinerja yang lama dan sering terjadi kesalahan karena masih menggunakan Microsoft Excel dan belum adanya sistem penilaian kinerja. Sedangkan faktor metode mengakibatkan hasil penilaian untuk pemilihan guru terbaik kurang tepat yang disebabkan oleh tidak adanya perangkingan dan pembobotan untuk setiap kriteria dan tidak menggunakan metode yang tepat (gambar 1). ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Proses Bisnis Wakasek bidang kurikulum melakukan penilaian terhadap guru dengan membagikan kuesioner kepada siswa melalui guru mata palajaran, berupa pertanyaan terkait penilaian kinerja guru yang diberikan sebelum pelaksanaan ujian akhir semester, kemudian dikembalikan kepada wakasek bidan kurikulum, lalu kepala sekolah memeriksa kehadiran guru, nilai kompetensi professional, nilai kompetensi social, kompetensi pedagogik. Kepala sekolah menetukan kinerja guru terbaik dan mensosialisasikan hasil pada rapat koordinasi yang ditampilkan pada gambar 2. ## J u r n a l I D E A L I S V o l . 2 N o . 3 , M e i 2 0 1 9 | 84 3.2. Model Keputusan Dengan Simple Additive Weighting (SAW) Metode Simple Additive Weighting (SAW) digunakan untuk menetukan guru terbaik pada SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang. Keluaran nantinya dihasilkan tiga nilai tertinggi. a. Bobot Kriteria Tabel 1 merupakan kriteria yang ada di SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang dan merupakan perhitungan yang telah konsisten dan sudah ditetapkan, dengan total nilai bobot adalah 100%. ## Tabel 1. Presentase Bobot Kriteria Kode Kriteria Nama Kriteria Bobot KRI01 Kehadiran 10% KRI02 Kompetensi Pedagogik 10% KRI03 Kompetensi Kepribadian 20% KRI04 Kompetensi Sosial 30% KRI05 Kompetensi Profesional 30% 100% Total ## b. Matriks Normalisasi Sebelum Mendapatkan nilai matriks normalisasi, perlu diketahui nilai dari masing- masing alternatif yang didapat dari penjumlahan nilai kriteria (tabel 2). ## Tabel 2. Matriks Normalisasi Pertama yang dilakukan normalisasi menjadi matriks r untuk menghitung nilai masing-masing kriteria berdasarkan kriteria keuntungan atau kriteria biaya dengan persamaan sebagai berikut. 1) Perhitungan Kriteria Kehadiran R 11 100 max ( 100 ; 95 , 5 ; 96 , 1 ; 99 , 5 ; 95 , 1 ) = 100 100 = 1 R 21 95 , 5 max ( 100 ; 95 , 5 ; 96 , 1 ; 99 , 5 ; 95 , 1 ) = 95 , 5 100 = 0 , 955 R 31 96 , 1 max ( 100 ; 95 , 5 ; 96 , 1 ; 99 , 5 ; 95 , 1 ) = 96 , 1 100 = 0 , 961 R 41 99 , 5 max ( 100 ; 95 , 5 ; 96 , 1 ; 99 , 5 ; 95 , 1 ) = 99 , 5 100 = 0 , 995 R 51 95 , 1 max ( 100 ; 95 , 5 ; 96 , 1 ; 99 , 5 ; 95 , 1 ) = 95 , 1 100 = 0 , 951 ## 2) Perhitungan Kompetensi Pedagogik R 12 85 max ( 85 ; 86 ; 85 ; 87 ; 88 ) = 85 88 = 0 , 965 R 22 86 max ( 85 ; 86 ; 85 ; 87 ; 88 ) = 86 88 = 0 , 977 R 32 85 max ( 85 ; 86 ; 85 ; 87 ; 88 ) = 85 88 = 0 , 965 R 42 87 max ( 85 ; 86 ; 85 ; 87 ; 88 ) = 87 88 = 0 , 988 R 52 88 max ( 85 ; 86 ; 85 ; 87 ; 88 ) = 85 88 = 1 ## 3) Perhitungan Kompetensi Kepribadian R 13 90 max ( 90 ; 86 ; 88 ; 85 ; 85 ) = 90 90 = 1 R 23 86 max ( 90 ; 86 ; 88 ; 85 ; 85 ) = 86 90 = 0 , 955 R 33 88 max ( 90 ; 86 ; 88 ; 85 ; 85 ) = 88 90 = 0 , 977 R 43 85 max ( 90 ; 86 ; 88 ; 85 ; 85 ) = 85 90 = 0 , 944 R 53 85 max ( 90 ; 86 ; 88 ; 85 ; 85 ) = 85 90 = 0 , 944 ## 4) Perhitungan Kompetensi Sosial Kesulitan dalam pengambilan Keputusan pemilihan guru Berkinerja baik Metode Proses Manusia Sulit dalam menentukan Guru berkinerja baik Human error Hasil penilan untuk pemilihan guru Berkinerja baik kurang tepat Belum adanya metode yang tepat Lamanya proses rekap data kinerja guru dan sering terjadinya kesalahan Masih menggunakan excel Gambar 1.Fishbone Diagram Gambar 2.Activity Diagram pemilihan guru terbaik R 14 91 max ( 91 ; 90 ; 89 ; 87 ; 88 ) = 91 91 = 1 R 24 90 max ( 91 ; 90 ; 89 ; 87 ; 88 ) = 90 91 = 0 , 989 R 34 89 max ( 91 ; 90 ; 89 ; 87 ; 88 ) = 89 91 = 0 , 978 R 44 87 max ( 91 ; 90 ; 89 ; 87 ; 88 ) = 87 91 = 0 , 956 R 54 88 max ( 91 ; 90 ; 89 ; 87 ; 88 ) = 88 91 = 0 , 967 ## 5) Perhitungan Kompetensi Profesional R 15 91 max ( 91 ; 87 ; 85 ; 87 ; 85 ) = 91 91 = 1 R 25 91 max ( 91 ; 87 ; 85 ; 87 ; 85 ) = 87 91 = 0 , 956 R 35 91 max ( 91 ; 87 ; 85 ; 87 ; 85 ) = 85 91 = 0 , 934 R 45 91 max ( 91 ; 87 ; 85 ; 87 ; 85 ) = 87 91 = 0 , 956 R 55 91 max ( 91 ; 87 ; 85 ; 87 ; 85 ) = 85 91 = 0 , 934 c. Hasil Nilai Alternatif Kemudian matriks normalisasi yang sudah didapatkan per kriteria dikalikan dengan bobot masing-masing kriteria. Contoh beberapa nilai alternatif (tabel 3). ## Tabel 3. Nilai Alternatif 1) Henry Akmal, S.T. ={(0,1 x 1) + (0,1 x 0,965) + (0,2 x 1) + (0,3 x 1) + (0,3 x 1)} =(0,1 + 0,0965 + 0,2 + 0,3 + 0,3) =0,996 2) Henny Sulistyoningsih, S.T. ={(0,1 x 0,955) + (0,1 x 0,977) + (0,2 x 0,955) + (0,3 x 0,989) + (0,3 x 0,956)} =(0,0955 + 0,0977 + 0,191 + 0,2967 + 0,2868) =0,9677 3) Romanti Siamy S,Pd ={(0,1 x 0,961) + (0,1 x 0,965) + (0,2 x 0,977) + (0,3 x 0,978) + (0,3 x 0,934)} =(0,0961 + 0,0965 + 0,1954 + 0,2934 + 0,2802) =0,9616 4) Erwin Subkhi S.kom ={(0,1 x 0,995) + (0,1 x 0,988) + (0,2 x 0,944) + (0,3 x 0,956) + (0,3 x 0,956)} =(0,0995 + 0,0988 + 0,1888 + 0,2868 + 0,2868) =0,9607 5) Achmad Ruherdi, S.kom ={(0,1 x 0,951) + (0,1 x 1) + (0,2 x 0,944) + (0,3 x 0,967) + (0,3 x 0,934)} =(0,0951 + 0,1 + 0,1888 + 0,2901 + 0,2802) =0,9542 Setelah melakukan perhitungan diatas maka Henry Akmal, S.T. adalah guru terbaik dengan perolehan nilai 0,996 tetapi pada akhirnya keputudan tetap ada di Kepala Sekolah. ## 3.3. Perancangan Sistem Terdapat tiga Use Case diagram yang terbagi dalam input, proses, dan laporan yang ditampilkan pada gambar 3, 4 dan 5. Pada Gambar 3 terdiri atas Entry Data Guru, Entry Data Kriteria dan Entry Absensi Guru. Pada Gambar 4 terdiri atas Entry Nilai Guru Per Kriteria, Entry Perhitungan Matriks Normalisasi dan Entry Keputusan Guru Terbaik. Sedangkan pada Gambar 5, terdiri atas modul Cetak Laporan Data Guru, Cetak Laporan Pemilihan Guru Terbaik dan Cetak Laporan Ranking Guru. Bidang kurikulum Entry data guru Entry data kriteria Entry absensi guru Gambar 3.Use Case Diagram Input Bidang Kurikulum Entry nilai guru per kriteria Entry perhitungan matriks normalisasi Entry keputusan guru ter baik Gambar 4.Use Case Diagram Proses Bidang Kurikulum Cetak laporan data guru cetak laporan pemilihan guru terbaik Cetak laporan r anking gur u Kepala Sekolah ## Gambar 5.Use Case Diagram Laporan 3.4. Rancangan Layar a. Menu Utama Pada menu utama terdapat pilihan Input, Proses, dan Laporan. Pada menu input terdapat submenu entry data guru, entry data kriteria dan entry absensi guru. Pada submenu proses terdapat submenu entry nilai guru per kriteria, entry perhitungan matriks normalisasi, dan entry keputusan guru terbaik. Pada menu laporan terdapat submenu cetak laporan data guru, cetak laporan pemilihan guru terbaik, dan cetak laporan ranking guru (gambar 6). b. Entri Data Guru Pada menu Input, pilih submenu Entry data guru yang dapat digunakan untuk memasukan identitas guru. (gambar 7). c. Entri Matriks Normalisasi Pada menu Proses pilih submenu Entry perhitungan matriks normalisasi. Menampilkan NIP, nama guru dan nilai dari setiap kriteria yang sudah di entry sebelumnya yang akan di hitung matriks normalisasi, (gambar 8). d. Cetak Laporan Pemilihan Guru Terbaik Pada menu Laporan pilih submenu laporan pemilihan guru terbaik (gambar 9). ## 4. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah di lakukan di SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a) Sistem penunjang keputusan pada sekolah SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang diharapkan dapat mempermudah proses penilaian guru berkinerja baik dalam hal ini tim penilai (wakasek bidang kurikulum). b) Sistem penunjang keputusan pada sekolah SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang ini menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) sebagai proses pernghitungan perankingan guru sesuai dengan kriteria yang sudah ada sehingga dapat mempermudah tim penilai untuk mengetahui guru yang akan menjadi kandidat. c) Berdasarkan hasil studi kasus dalam penuntuan guru berkinerja baik pada SMK Negeri 1 Kabupaten Tangerang didapatkan hasil bahwa guru yang bernama Henry Akmal, S.T. dengan nilai 0,996 mendapatkan predikat guru terbaik. ## 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Norina Br Lingga, Implementasi metode AHP dan SAW pada Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Guru Terbaik studi kasus: SMA Negeri 63 Jakarta , skripsi, Universitas Budi Luhur., 2018 [2] Fauziah, Yunarni, & Sarjono, Analisa dan Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Guru Berprestasi dengan menggunakan metode Simple Additive Weighting (SAW) pada SMK N 1 Muaro Jambi. Jurnal Manajemen Sistem Informasi . 2016 [3] Kusumadewi, S. Fuzzy Multi-Attribut Decision Making (Fuzzy MADM) . Yogyakarta: Graha Ilmu. 2006 . [4] Hartama, Dedy, Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Guru Terbaik pada SMK Maria Goretti Pematangsiantar menggunakan Metode Simple Additive Weighting (SAW). Jurnal Riset Sistem Informasi & Teknik Informatika (JURASIK) . 2016. MENU_UTAMA SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SMKN 1 KABUPATEN TANGERANG Jl. Ds. Peusar Perum Mekar Asri Panongan Kab. Tangerang 15710 Email : [email protected] Telp/Fax.(021)5963277 INPUT Entry Data Kriteria Entry Data Guru Entry Absensi Guru PROSES Entry Nilai Guru per Kriteria Entry Perhitungan Matriks Normalisasi Entry Keputusan Guru Terbaik LAPORAN Cetak Laporan Data Guru Cetak Laporan Pemilihan Guru Terbaik Cetak Laporan Ranking Guru Gambar 6.Rancangan Layar Menu Utama Form Entry Data Guru SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SMKN 1 KABUPATEN TANGERANG Jl. Ds. Peusar Perum Mekar Asri Panongan Kab. Tangerang 15710 Email : [email protected] Telp/Fax.(021)5963277 ENTRY DATA GURU Data Guru <Cari> NIP : Nama Guru : <Tampil> Jenis Kelamin : <Tampil> Tempat Lahir : <Tampil> Tanggal Lahir : Dd-mm-yyyy No. Telepon : <Tampil> Alamat : <Tampil> simpan ubah hapus batal keluar cari : Gambar 7.Rancangan Entri Data Guru Form Entry Data Guru SI STEM PENUNJ ANG KEPUTUSAN SMKN 1 KABUPATEN TANGERANG Jl. Ds. Peusar Perum Mekar Asri Panongan Kab. Tangerang 15710 Email : [email protected] Telp/Fax.(021)5963277 ENTRY MATRIKS NORMALI SASI Hitung Nilai Normalisasi Tahun Ajaran : <Tampil> Hitung Nilai Ranki ng X-18-X X-18-X NIP X-50-X X-50-X Nama Guru 9,999 9,999 Nilai Ranking simpan keluar 99 99 No X-18-X X-18-X NIP X-50-X X-50-X Nama Guru 9,999 9,999 Absensi 9,999 9,999 Pedagogik 9,999 9,999 Kepribadian 9,999 9,999 Sosial 9,999 9,999 Profesional 9,999 9,999 Absensi 9,999 9,999 Pedagogik 9,999 9,999 Kepribadian 9,999 9,999 Sosial 9,999 9,999 Profesional Gambar 8.Rancangan layar Entry Matriks Normalisasi Form Entry Data Guru SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SMKN 1 KABUPATEN TANGERANG Jl. Ds. Peusar Perum Mekar Asri Panongan Kab. Tangerang 15710 Email : [email protected] Telp/Fax.(021)5963277 CETAK LAPORAN PEMILIHAN GURU TERBAIK cetak keluar Tahun Ajaran : <Tampil> Gambar 9.Rancangan Layar Cetak Laporan Pemilihan Guru Terbaik
39ef3d21-b5da-4b7d-91e8-ddc350e0fb28
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JP2/article/download/17604/10557
## Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X AP1 Pada Pelajaran PPKn Nyoman Kertia SMK Negeri 1 Sukasada e-mail: [email protected] ## Abstrak Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PPKn siswa kelas X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada semester genap tahun pelajaran 2017/2018 dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Role playing. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2017/2018 semester genap yang berjumlah 30 orang. Data dianalisis menggunakan kuantitaif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan terjadi peningkatan hasil belajar PPKn siswa siklus 1 dengan materi “Wawasan Nusantara dalam konteks Negara kesatuan Republik Indonesia” pada siklus I dengan rata-rata sebesar 74,8 yang termasuk ke dalam kategori kurang, sedangkan ketuntasan klasikal sebesar 30 %. Sedangkan pada materi yang sama siklus II rata-rata PPKn siswa sebesar 85,81 yang termasuk klasifikasi baik, dan ketuntasan klasikal sebesar 100% dari 30 siswa. Dari analisis data di atas model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing terbukti efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Kata Kunci: Hasil Belajar PPKn, Model Pembelajaran Kooperatif tipe Role Playing ## Abstract This study aims to improve the learning outcomes of PPKn subjects in class X AP1 of SMK Negeri 1 Sukasada in the even semester of the school year 2017/2018 with the application of a Role-type Cooperative learning model. This type of research is Classroom Action Research (CAR). The study was conducted in 2 cycles. The subjects of the study were class X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada in 2017/2018 academic year consist of 30 people . Data were analyzed using quantitative and qualitative. Based on the results of the study it was found that there was an increase in the learning outcomes of PPKn students in cycle 1 with the material "Insights Nusantara in the context of the Unitary State of the Republic of Indonesia "in the first cycle with an average of 74.8 which is included in the less category, while the classical completeness is 30%. Whereas in the same material the second cycle the average PPKn of students was 85.81 which included good classification, and classical completeness of 100% of 30 students. From the data analysis above the cooperative learning model of the Role Playing proved to be effective in improving student learning outcomes. Kata Kunci: PPKn learning result, cooperative learning model Role Playing ## 1. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraannya. Pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya manusia yangberkualitas dan mandiri, serta memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Pendidikan merupakanhal penting dalam kehidupan setiap individu. Hal ini dijelaskan dalam Undangundang No.20 Tahun 2003 pasal 1, tentang Sistem Pendidikan Nasional(Sisdiknas) yang menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secaraaktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara. Pengertian tersebut dapatlah dimengerti bahwa pendidikan merupakan suatu usaha atau aktivitas untuk membentuk manusia-manusia yang cerdas dalam berbagai aspeknya baik intelektual, sosial, emosional maupun spiritual, terampil serta berkepribadian dan dapat berprilaku dengan dihiasi akhlak mulia. Ini berarti bahwa dengan pendidikan diharapkan dapat terwujud suatu kualitas manusia yang baik dalam seluruh dimensinya, baik dimensi intel ektual, emosional, maupun spiritual yang nantinya mampu mengisi kehidupannya secara produktif bagi kepentingan dirinya dan masyarakat. Menurut Sari (2017) belajar merupakan usaha seseorang yang dilakukan secara sadar dan menghasilkan perubahan di dalam dirinya, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan hasil belajar merupakan Kemampuan siswa yang dicapai setelah mengikuti proses belajar mengajar yang mengakibatkan adanya perubahan, disebabkan karena telah mencapai penguasaan materi yang telah diberikan dalam proses belajar mengajar. PPKn merupakan mata pelajaran yang berperan penting dalam pembentukan karakter sebagai individu dan warga negara yang berkualitas. Winataputra, dkk (2008: 1.1) mengungkapkan bahwa PKn merupakan pengembangan pendidikan demokrasi yang mengemban tiga fungsi pokok, yaitu kecerdasan warga negara, tanggung jawab warga negara, dan partisipasi warga negara. Warga negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional, melainkan dimensi spiritual, emosional dan sosial sehingga setiap individu memiliki karakter dan bersifat multidimensional. Berdasarkan hasil pengamatan guru pada saat mengajar, guru sebagai pengajar di kelas terkesan kurang memahami kurikulum 2013 di dukung pula dengan fakta di lapangan guru masih terkesan memberikan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional yaitu menggunakan metode ceramah hal ini menyebabkan aktivitas belajar dan kreatifitas belajar siswa tidak nampak karena proses pembelajaran hanya berpusat pada guru ( teacher centered ), hal ini sejalan dengan temuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014), dimana guru sering menggunakan suatu model pembelajaran konsenvional yaitu model tradisional dalam pengajaran yang selalu menggunakan metode ceramah dan tanya jawab tanpa menggunakan media sehingga proses belajar anak hanya sekedar merekam informasi saja, hal demikian mengakibatkan proses belajar anak hanya bersifat harfiah saja. Guru mendiktekan semua informasi dan murid memperhatikaan serta mencatat yang pada akhirnya anak membiasakan diri untuk tidak kreatif dalam mengemukakan ide-ide dan memecahkan masalah yang efeknya akan membawa anak dalam kehidupan di masyarakat. Siswa kurang dapat mengolah informasi menjadi ide-ide baru, tetapi hanya merekam dan mengemukanan informasi yang telah diterimanya. Selain itu dari hasil pengamatan peneliti ada beberapa kelemahan dari model pembelajaran konvensional yang biasa peneliti lihat saat proses pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan di kelas yakni: 1) Pelajaran berjalan membosankan, 2) Siswa menjadi pasif dan hanya menulis saja, 3) Karena siswa pasif maka pengetahuan yang di peroleh mudah dilupakan, 4) Siswa hanya belajar dengan cara menghapal dan tanpa memahami makna dari pembelajaran itu sendiri Untuk mengatasi berbagai temuan di atas, diperlukan pembelajaran yang dapat membuat keaktifan dan meningkatkan hasil belajar siswa Diharapkan guru menerapkan pendekatan model Role Playing , menurut Tuken (2016) pada dasarnya mata pelajaran PKn merupakan pelajaran yang menyenangkan jika disajikan dengan metode yang tepat. Mengingat PKn adalah Mata pelajaran yang menekankan pada pengembangan nilai, moral, dan etika maka dalam pembelajaran perlu diterapkan model Role Playing . Model ini mengarahkan siswa untuk mengkreasi peristiwa sejarah atau kejadian yang akan muncul pada era globalisasi. Menurut Hamalik (2008:214) melalui Role Playing siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan serta pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Selain itu bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dengan ide-ide orang lain. Menurut Nuliandini (2016) Metode Role Play merupakan metode yang dapat mendorong para siswa untuk memerankan, mendramatisasikan, dan melihat secara langsung situasi yang terkait dengan masalahmasalah, tanpa menggunakan naskah tertulis untuk kemudian mendiskusikan masalah-masalah tersebut. Metode ini membantu siswa untuk lebih memahami dan menganalisis per-masalahan sosial karena dalam prosesnya mereka terlibat dan melihat secara langsung bagaimana permasalahan tersebut diselesaikan. Menurut Kristin (2018) Ada banyak model pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk membantu dalam proses pembelajaran. Salah satu model itu adalah model Role Playing atau bermain peran. Model pembelajaran Role Playing merupakan salah satu model yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di dalam kelas karena model ini menarik bagi siswa, mereka dapat bermain peran sebagai tokoh dalam peristiwa sejarah atau kejadian-kejadian masa lampau. Menurut Nurhasanah (2016) Role playing merupakan suatu metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran, penguasaan bahan pelajaran berdasarkan pada kreatifitas serta ekspresi siswa dalam meluapkan imajinasinya terkait dengan bahan pelajaran yang ia dalami tanpa adanya keterbatasan kata dan gerak, namun tidak keluar dari bahan ajar. Menurut Tarigan (2016) Model pembelajaran bermain peran ( Role Playing ) merupakan salah satu model pembelajaran sosial, yaitu suatu model pembelajaran dengan menugaskan siswa untuk memerankan suatu tokoh yang ada dalam materi atau peristiwa yang diungkapkan dalam bentuk cerita sederhana. Menurut Yanto (2015) bermain peran ( Role Playing ) adalah cara menyajikan suatu bahan pelajaran atau materi pelajaran dengan mempertunjukkan, mempertontonkan, atau memperlihatkan suatu keadaan atau peristiwa-peristiwa yang dialami orang, cara atau tingkah laku dalam hubungan sosial. Menurut Ernani (2016) Metode Role Playing merupakan dimana siswa bisa berperan atau memainkan peranan dalam dramatisasi masalah sosial/psikologis. Metode Role Playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Adapun prosedur yang terdapat dalam metode role playing, seperti yang dipaparkan dalam penelitian Dewi (2014) yaitu: a) menentukan topik; b) memilih para pelaku; c) menentukan jalan cerita; d) pelaksanaan kegiatan role playing; e) mendiskusikan permainan; f) penilaian terhadap kegiatan yang dilakukan; g) membuat kesimpulan dan saran dari kegiatan Role Playing. Dalam proses penelitian yang berlangsung selama dilapangan, tentunya takaran sebuah penelitian PTK harus berjalan baik sesuai prosedur siklus dalam rujukan teori, dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 siklus karena dirasakan cukup efektif melihat perkembangan siswa dalam hal hasil belajar dan aktivitas belajar. Hasil belajar dalam penelitian ini dikatakan berhasil karena mengalami peningkatan berangsur selama dua siklus dan juga aktivitas bertambah meningkat pada siklus dua. Dari penyampaian gagasan dan permasalahan yang tertuang dalam latar belakang, penelitian ini nantinya akan menggunakan metodologi penelitian kualitatif deskriptif yang pada umumnya sudah sering digunakan dalam Penelitian-penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar peneliti dalam hal ini sesuai dengan prosedur kajian ilmiah yang sudah di validkan dalam model-model penelitian sehingga menghasilkan suatu data yang sistematis dan prosedural untuk meneliti di SMK Negeri 1 Sukasada, Subjek yang diteliti dalam metodologi yang akan diterapkan di sekolah yaitu siswa kelas X Akomodasi Perhotelan I, dengan jumlah 36 siswa dengan sumber data yakni primer. Melihat kenyataan tersebut, maka peran guru sebagai pendidik perlu mendapatkan perhatian khusus di dalam penerapan model pembelajaran yang tepat, karena dengan penerapan model pembelajaran yang tepat akan dapat memacu semangat para siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mendorong siswa mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang didapatkan dari sekolah sehingga para siswa akan bersikap aktif dalam mengikuti pelajaran khususnya pelajaran PPKn. Sesuai dengan masalah tersebut, maka saya sebagai peneliti akan mencoba melakukan penelitian dengan judul penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X AP1 pada pelajaran PPKn di SMK Negeri 1 Sukasada Tahun pelajaran 2017/ 2018. ## 2. Metode Penelitian ini termasuk ke dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK bertujuan untuk mewujudkan proses penelitian yang mempunyai manfaat ganda baik bagi peneliti yang dalam hak ini mereka memperoleh informasi yang berkaitan dengan permasalahan, maupun pihak subjek yang diteliti dalam mendapatkan manfaat langsung dari adanya tindakan nyata (Darmadi, 2011: 246). Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan masing- masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) Rencana tindakan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) observasi/evaluasi, dan (4) reflekasi. Pelaksanaan PTK dapat dilihat pada gambar 1. Sebagai berikut Agar lebih jelas, dapat di lihat pada gambar di bawah ini: Gambar 1. Siklus Peneitian Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada, dengan jumlah 36 orang siswa perempuannya 16 dan laki laki nya 20 orang. Dan yang menjadi Objek penelitian tindakan kelas ini adalah hasil belajar PPKn siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa Tes. Tes yang digunakan adalah tes uraian. Adapun materi yang dijadikan poin di dalam PTK ini adalah Wawasan Nusantara dalam konteks Negara kesatuan Republik Indonesia Hasil Observasi dan refleksi awal Siklus I 1.Perencanaan Tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi/Evaluasi 4.Refleksi 5. Rekomendasi Penelitian Siklus II 1.Perencanaan Tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi/Evaluasi 4.Refleksi Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data hasil belajar PPKn siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan skor rata-rata ( X ). Rumus yang digunakan untuk mengukur skor kemampuan PPkn adalah: N X X   (Arikunto, 2016) Keterangan: X = rata-rata kelas  X = jumlah skor yang dicapai seluruh siswa N = banyak siswa Ketuntasan aspek kognitif siswa dapat di tentukan dengan menggunakan daya serap siswa (DSS) dan ketuntasan klasikal (KB). DSS = % 0 10 X maksimum skor total Jumlah siswa dicapai yang skor total Jumlah KB = 100% X tes ikut yang siswa banyak tuntas yang siswa Banyak Untuk memenuhi kriteria tersebut maka skor data yang diperoleh harus dikonversi ke skala 100 dengan rumus seperti berikut ini. 100 x maksimum Skor siswa diperoleh yang Skor Nilai  Pedoman penggolongan hasil belajar mata pelajaran PPKn siswa terhadap penerapan model pembelajaran role playing dinyatakan dengan Tabel 2 berikut: Tabel 2. Pedoman Penggolongan Kemampuan PPKn Persentase Skor Total siswa Katagori Kemampuan siswa 94 – 100 Sangat Baik 84 – 93 Baik 78 – 83 Cukup 69 - 77 Kurang Baik 0 – 68 Sangat Kurang Baik (Sumber : KTSP SMK Negeri 1 Sukasada) Penelitian Tindakan Kelas ini dikatakan berhasil jika terjadi peningkatan hasil belajar PPKn siswa sesuai dengan target yang ditetapkan. Target keberhasilan penelitian ini adalah siswa mampu mencapai skor rerata yaitu minimal 78, daya serap siswa minimum 78%, dan ketuntasan klasikal minimum 78%. ## 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap daftar nilai siswa kelas X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2017/2018 semester genap, terungkap bahwa hasil belajar PPKn masih rendah. Ini terlihat pada data hasil belajar PPKn siswa kelas X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada Pada siklus I diperoleh data hasil belajar PPKn siswa kelas X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada, rerata kemampuan PPKn yang dicapai besarnya 74,8 yang berada pada kategori kurang dan belum melampaui target yang diinginkan oleh peneliti, sedangkan angka ketuntasan klasikalnya sebesar 30 % yang tergolong masih belum tuntas. Kemampuan PPKn siswa pada siklus I ini belum mencapai target yang ditetapkan oleh peneliti, yang menargetkan dalam penelitian ini adalah sebesar 78, daya serap siswa ≥ 78%, dan ketuntasan klasikal ≥ 90%. Sehingga penelitian ini mesti dilanjutkan pada siklus ke II. Pada Siklus II diperoleh data sebagai berikut, rerata hasil belajar PPKn yang dicapai besarnya 85,81 yang berada pada kategori baik , yang tergolong tuntas. Kemampuan PPKn siswa pada siklus II ini sudah mencapai target yang ditetapkan oleh peneliti, yang menargetkan kemampuan PPKn minimal 78, daya ser ap siswa ≥ 78%, dan ketuntasan klasikal ≥ 90%. Berdasarkan permasalahan yang penulis temui di lapangan pada awal observasi, dapat disimpulkan keaktifan dan bahwa hasil belajar siswa kelas X AP2 SMK Negeri 1 Sukasada pada tengah semester genap tahun akademik 2017/2018 masih jauh dari harapan. Ini dikarenakan tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa masih rendah, penyebab rendahnya tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Pelajaran berjalan membosankan, 2) Siswa menjadi pasif dan hanya menulis saja, 3) Karena siswa pasif maka pengetahuan yang di peroleh mudah dilupakan, 4) Siswa hanya belajar dengan cara menghapal dan tanpa memahami makna dari pembelajaran itu sendiri. Untuk mengatasi berbagai temuan di atas, diperlukan pembelajaran yang dapat membuat keaktifan dan meningkatkan hasil belajar siswa Diharapkan guru menerapkan pendekatan model Role Playing , menurut Hamalik (2008:214) melalui Role Playing siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan serta pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi. Selain itu bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dengan ide-ide orang lain, maka peran guru sebagai pendidik perlu mendapatkan perhatian khusus di dalam penerapan model pembelajaran yang tepat, karena dengan penerapan model pembelajaran yang tepat akan dapat memacu semangat para siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mendorong siswa mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan yang didapatkan dari sekolah sehingga para siswa akan bersikap aktif dalam mengikuti pelajaran khususnya pelajaran PPKn. Model Role Playing merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada yang diperankan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Role Playing merupakan jenis model pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penerapan model pembelajaran role playing dapat meningkatkan hasil belajar dengan memainkan peran tokoh tokoh yang ada dalam hubungan sosial, sehingga siswa dapat melibatkan keterampilan emosional sebagai orang lain di luar dirinya Bedasarkan hal tersebutlah, bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa kelas X AP 1 SMK Negeri 1Sukasada tahun pelajaran 2017/2018. ## 4. Kesimpulan Penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar PPKn siswa kelas X AP1 SMK Negeri 1 Sukasada tahun pelajaran 2017/2018 semester genap. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar PPKn siswa pada data siklus I dengan rata-rata sebesar 75,0 yang termasuk ke dalam kategori kurang. Sedangkan pada siklus II rata-rata PPKn siswa sebesar 85,8 yang termasuk ke dalam kategori Baik dan ketuntasan klasikal sebesar 100% dari 36 siswa. ## Daftar Rujukan Angkowo & Kosasih. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran Mempengaruhi Motivasi Hasil Belajar dan Kepribadian. PT Grasindo. Jakarta. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Setia. Dewi, Ratna Puspita. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. JPGSD Volume 02 Nomor 03 Hal. 1-11. https://media.neliti.com/media/publications/. Diakses 22 Mei 2019. Ernani, Ahmad Syarifuddin. 2016. Pengaruh Metode Role Playing Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Wathoniyah Palembang. Jurnal Ilmiah PGMI Volume 2 Nomor 1 Hal. 29-42. http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/. Diakses 22 Mei 2019. Faturahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan . Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya Hamzah, B. Uno. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis dibidang Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Hanafiah.2010. Motivasi Belajar Siswa . Semarang: Cakra Press. Iskandar. 2009. Penelitian Tindakan Kelas . Ciputat: GP. Press. Kertih. I Wayan. 2015. Perangkat Pembelajaran PPKn: Perencanaan dan Pengembangan. Yogyakarta: Media Akademi. Kristin, Firosalia. 2018. Meta-Analisis Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing terhadap Hasil Belajar IPS. Jurnal Refleksi Edukatika 8 (2) Hal. 171-176. http://jurnal.umk.ac.id/index.php/RE. Dikakses 22 Mei 2019. Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Lestari, Raran Suci. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Role Playing dengan Media Video terhadap Hasil Belajar IPS (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas V SDN Gondangwetan 1 Pasuruan). Pedagogy Vol. 02 No. 01 Hal. 25-32. http://library.um.ac.id/free- contents/index.php/. Diakses 22 Mei 2019. Nuliandini, Putri, Wirda Hanim, Atiek Sismiati S. 2016. Pengaruh Role Play dalam Konseling Kelompok untuk Menurunkan Tingkat Bullying Siswa (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XII di SMK Negeri 41 Jakarta). Jurnal Bimbingan Konseling 5 (1) Hal. 81- 86. http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/ . Diakses 22 Mei 2019. Nurhasanah, Ismawati A., Atep Sujana, Ali Sudin. 2016. Penerapan Metode Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Hubungan Mahluk Hidup dengan Lingkungannya. Jurnal Pena Ilmiah Vol. 1 No. 1 Hal. 611-620. http://ejournal.upi.edu/index.php/. Diakses 22 Mei 2019. Sari Adnyani, Ni Ketut. 2014. Pembelajaran, Berbasis Masalah Untuk Meniningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran (JPP) UNDIKSHA ISSN 2301-7821 Jilid 47, Nomor 2-3 Oktober 2014. Sari, Malda. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode Role Playing Pada Pelajaran IPS. http://semnasfis.unimed.ac.id/wp-content/uploads/. Diakses 22 Mei 2019. Sambeng, Agus. .2010.. Upaya Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar . Siswa. Sardiman. 2010 . Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta. Tarigan, Arleni. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Role Playing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas III SD Negeri 013 Lubuk Kembang Sari Kecamatan Ukui. Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Vol. 5 No. 3 Hal. 102-112. https://media.neliti.com/media/publications/. Diakses 22 Mei 2019. Tuken, Ritha. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pkn Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Role Playing di Kelas VI SDN IV Kota Parepare. Jurnal Publikasi Pendidikan Volume VI Nomor 2 Juni 2016. http://ojs.unm.ac.id/index.php/pubpend. Diakses 22 Mei 2019 . Yanto, Ari. 2015. Metode Bermain Peran ( Role Playing ) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS. Jurnal Cakrawala Pendas Volume I No. 1 Hal.53-57. https://media.neliti.com/media/publications/. Diakses 22 Mei 2019. Zuaherini, Ahmad. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.
b71fdaf1-97bb-49e3-90cd-8f2a3d9c551e
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/download/390/274
## Manifestasi Klinik Gangguan Neurologis Terkait HIV 1 1 2 Rahmayanti , Retnaningsih , Muchlis Achsan Udji Sofro Latar belakang : Komplikasi neurologis terjadi pada lebih dari 40% pasien dengan infeksi HIV. Kelainan neurologis yang terkait dengan infeksi HIV meliputi infeksi sistem saraf pusat, neoplasma, komplikasi vaskular, neuropati perifer, dan miopati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan neurologis terkait HIV pada pasien terdiagnosis HIV yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang tanggal 1 Januari 2014 – 31 Desember 2016. Metode : Penelitian ini adalah studi deskriptif retrospektif observasional yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Dr. Kariadi, Semarang, Jawa Tengah. Data diambil dari Rekam medis, dianalisis manifestasi neurologis terkait HIV. Hasil : Subyek adalah 115 pasien dengan HIV–AIDS, 64 laki-laki (56%) dan 51 perempuan (44%). Usia rata-rata 32,06 tahun (4 sampai 68 tahun). Dari 115 kasus, 40 subyek (34,78%) memiliki manifestasi neurologis terkait HIV. Manifestasi neurologis terkait HIV meliputi toksoplasmosis otak (60%), meningoencephalitis (20%), stroke non hemoragik (5%),abses serebral (5%) dan vertigo (5%). Simpulan : Infeksi HIV dan kaitannya dengan tingkat keparahan imunodefisiensi bertanggung jawab atas sejumlah besar gangguan neurologis. Analisis faktor risiko serta status imunitas harus dilakukan pada semua pasien dengan gangguan neurologis untuk tujuan penyaringan HIV. Kata kunci : HIV, AIDS, Kelainan neurologis 1 Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang 2 Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang Abstrak Original Article Med Hosp 2019; vol 6 (2) : 100–106 p-ISSN: 2301-4369 e-ISSN: 2685-7898 https://doi.org/10.36408/mhjcm.v6i2.390 Diajukan: 28 Desember 2019 Diterima: 12 Agustus 2019 ## Afiliasi Penulis: Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Korespondensi Penulis: Rahmayanti Jl. Dr. Sutomo No. 16, Semarang, Jawa Tengah 50244, Indonesia E-mail: [email protected] Background : Neurologic complications occur in more than 40% of patients with HIV infection. Neurologic disorders associated with HIV infection include central nervous system infections, neoplasms, vascular complications, peripheral neuropathies, and myopathies. This study was aimed to identify clinical manifestation of HIV–associated neurologic disorders in Patients with AIDS treated in Dr. Kariadi General Hospital from 1 January 2014 to 31 December 2016. Methods : This is a descriptive retrospective observational study conducted in neurology clinic, Dr. Kariadi General Hospital, Semarang, between 1 January 2014 and 31 December 2016. Each patient's medical record was studied in detail and then analyzed specifically in regard to the clinical manifestation of HIV–associated neurologic disorders. Results : One hundred fifteen patients were included, 64 males (56%) and 51 females (44%). The average age was 32,06 years (4 to 68 years). Of the 115 cases, 40 (34.78 %) had neurologic manifestation. The manifestation include brain toxoplasmosis (60%), meningoencephalitis (20%), non hemorragic stroke (5%),cerebral abces (5%) and vertigo (5%). Conclusion : HIV infection and their association with the severity of immunodeficiency is responsible for a large number of neurologic disorders. Analysis of risk factors as well as imunnological status should be made in all patients with neurologic disorders for the purpose of hiv screening. Keywords : HIV, AIDS, neurologic disorders ## Abstract ## Clinical manifestation of HIV-associated neurologic disorders ## PENDAHULUAN Human Immunodeficiency Virus , disingkat HIV, adalah virus RNA yang termasuk dalam famili Retroviridae dan subfamili Lentivirinae . Retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA–nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan akan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. Sekali terinfeksi oleh retrovirus, maka infeksi akan bersifat permanen, seumur 1–4 hidup. Data Kemenkes Republik Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa sejak pertama kali ditemukan, tahun 1987, sampai dengan Desember 2016, HIV–AIDS tersebar di 407 (80%) dari 507 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV-AIDS adalah Provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Beret pada tahun 2012. Sampai dengan tahun 2016 jumlah kasus HIV yang dilaporkan sebanyak sebanyak 232.323 kasus. Jumlah infeksi HIV tertinggi yaitu di DKI Jakarta (45.355), diikuti Jawa Timur (31.429), Papua (24.725), 5 Jawa Ba rat (24,450), dan Jawa Tengah (16.867). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manifestasi klinis gangguan neurologis terkait HIV pada pasien terdiagnosis HIV yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi Semarang tanggal 1 Januari 2014 – 31 Desember 2016. ## Gejala dan stadium klinis HIV/AIDS Diagnosis infeksi HIV & AIDS dapat ditegakkan berdasarkan klasifikasi klinis WHO atau CDC. Di • Berat badan menurun >10% dalam 1 bulan • Diare kronik berlangsung >1 bulan • Demam berkepanjangan >1 bulan • Penurunan kesadaran • Demensia/HIV ensefalopati Gejala Mayor TABEL 1 9 Gejala mayor dan gejala minor infeksi HIV/AIDS • Batuk menetap >1 bulan • Dermatitis generalisata • Herpes Zooster multi-segmental dan berulang • Kandidiasis orofaringeal • Herpes simpleks kronis progresif • Limfadenopati generalisata • Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita • Retinitis Cytomegalovirus Gejala Minor Indonesia diagnosis AIDS untuk keperluan surveilans epidemiologi dibuat apabila menunjukkan tes HIV positif dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala 9 mayor dan satu gejala minor. ## METODE Desain Penelitian Penelitian dilakukan secara retrospektif observasional. Stadium Gejala Klinis I • Tidak ada penurunan berat badan • Tanpa gejala atau hanya Limfadenopati Generalisata Persisten II • Penurunan berat badan <10% ISPA berulang: sinusitis, otitis media, tonsilitis, dan faringitis • Herpes zooster dalam 5 tahun terakhir • Luka di sekitar bibir (Kelitis Angularis) • Ulkus mulut berulang • Ruam kulit yang gatal (seboroik atau prurigo) • Dermatitis Seboroik • Infeksi jamur pada kuku III • Penurunan berat badan >10% Diare, demam yang tidak diketahui penyebabnya >1 bulan • Kandidiasis oral atau Oral Hairy Leukoplakia • TB Paru dalam 1 tahun terakhir • Limfadenitis TB • Infeksi bakterial yang berat: Pneumonia, Piomiosis • Anemia(<8gr/dl), Trombositopeni Kronik (<50109 per liter) IV • Sindroma Wasting (HIV) • Pneumoni Pneumocystis • Pneumonia Bakterial yang berat berulang dalam 6 bulan • Kandidiasis esofagus • Herpes Simpleks Ulseratif >1 bulan • Limfoma • Sarkoma Kaposi • Kanker Serviks yang invasif • Retinitis CMV • TB Ekstra paru • Toksoplasmosis • Ensefalopati HIV • Meningitis Kriptokokus • Infeksi mikobakteria non-TB meluas • Lekoensefalopati multifokal progresif • Kriptosporidiosis kronis, mikosis meluas ## TABEL 2 9 Stadium Klinis HIV/AIDS Menurut WHO Karakteristik ## TABEL 3 Karakteristik Subyek Penelitian ## Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia <5 tahun 5–14 tahun 15–19 tahun 20–24 tahun 25–49 tahun ≥50 tahun Manifestasi neurologis Ya 55,65 44,34 1,79 4,34 4,34 19,13 59,13 11,30 34,78 Tidak 64 51 2 5 5 22 68 13 40 75 65,22 Jumlah Persentase (%) 0 30 25 20 15 10 5 26 14 Laki-laki Perempuan 0 35 30 25 20 15 5 0 33 <5 10 0 0 2 5 5–14 15–19 20–24 25–49 ≥50 Tahun 0 20 15 10 5 1 TNI/POLRI Pegawai Negeri Pegawai Swasta Wiraswasta Petani Mahasiswa Buruh Ibu RT + tidak bekerja 3 12 3 1 2 2 16 Gambar 1. Karakteristik40 subyek dengan HIV/AIDS dan manifestasi neurologis berdasarkan jenis kelamin, umur dan pekerjaan Subyek penelitian adalah semua pasien dengan diagnosis HIV/AIDS yang berobat di RSUP Dr. Kariadi, Semarang baik rawat inap maupun rawat jalan periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2016. Pasien dinyatakan positif terdiagnosis HIV/AIDS apabila didapatkan hasil reaktif pada pemeriksaan skrining anti HIV sampel darah pasien. Adanya manifestati neurologis diketahui dengan cara mereview rekam medis pasien untuk kemudian diolah dan dianalisa secara deskriptif. ## HASIL DAN DISKUSI Telah dilakukan penelitian terhadap pasien dengan diagnosis HIV/AIDS (B.20–B.24 ICD X) di RSUP Dr. Kariadi, Semarang periode 1 Januari 2014 – 31 Desember 2016, dari data rekam medis didapatkan 115 pasien dengan diagnosis HIV-AIDS, dimana 40 diantaranya mempunyai manifestasi neurologis. Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah pasien HIV/AIDS yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi, Semarang dalam kurun waktu 2 tahun terakhir (1 Januari 2014–31 Desember 2016) adalah sebanyak 115 orang, yang terdiri dari 64 (55,65%) laki-laki dan 51 (44,34%) perempuan. Jika ditinjau dari jenis kelamin, kasus HIV/AIDS lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan usia terbanyak ialah dalam rentang 25– 49 tahun yaitu pada usia dimana seseorang aktif melakukan hubungan seksual. Hal ini sesuai dengan epidemiologi HIV/AIDS yang selama ini terdapat dalam berbagai tinjauan pustaka maupun penelitian deskriptif terdahulu. Dari 115 kasus HIV/AIDS tersebut, ditemukan 40 (34,78%) kasus dengan manifestasi neurologis. Hal ini juga sesuai dengan studi sebelumnya yang menyatakan bahwa prevalensi HIV/AIDS dengan manifestasi neurologis dapat mencapai hingga 39% dari kasus HIV/AIDS. Hasil review rekam medis menunjukkan bahwa manifestasi neurologis terkait HIV/AIDS dijumpai pada 40 subyek dengan perincian 26 (65%) subyek laki-laki dan 14 (35%) subyek perempuan. Sebanyak 33 (82,05%) subyek yang menderita HIV/AIDS dengan manifestasi neurologis tersebut berada pada rentang usia 25–49 tahun. HIV/AIDS dan manifestasi neurologis dijumpai terbanyak pada subyek yang merupakan ibu rumah tangga dan tidak bekerja, yaitu sebesar 16 (40%) subyek. Sebanyak 26 (65%) subyek memiliki manifestasi n e u r o l o g i s b e r u p a t o x o p l a s m a s e r e b r i . Meningoencephalitis dijumpai pada 8 (20%) subyek, sebanyak 3 (7,5%) subyek menderita Meningoencephalitis TB. Sebanyak 2 (5%) subyek menderita stroke non hemoragik, 2 subyek menderita abses serebri, 1 (2,5%) subyek menderita vertigo, 1 (2,5%) subyek menderita edema serebri. Seperti dikemukakaan oleh Price, terdapat 2 cara ## TABEL 4 Klasifikasi komplikasi neurologis infeksi HIV 11 berdasarkan patofisiologi ## 1. Gangguan regulasi Imunologis Penyakit Autoimun (pada infeksi HIV fase awal dan menengah) • Encephalitis fase akut, neuropati • Subacute and chronic idiopathic demyelinating polyneuropathies • Multiple–sclerosis–like disease Imunosupressi: opportunistik infeksi/neoplasma (late phase of HIV infection) • Cerebral toxoplasmosis • Progressive multifocal leucoencephalopathy (PML) • Primary CNS lymphoma (PCNSL) • CMV encephalitis, polyradiculopathy, mononeuritis multiplex HIV–driven • AIDS dementia complex • Distal predominantly sensory polyneuropathy 2. Secondary conditions Metabolic/toxic • Hypoxic encephalopathies • Narcotic overdose • Nucleoside neuropathies • Zidovudine myopathy Psychiatric disorders • Reactive anxiety, depression 0,0 70,0 60,0 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 Pe rs en ta se ( % ) 65,0% 20,0% 5,0% 5,0% 2,5% 2,5% x To op las m a b se re ri M en in go e c ph ali tis n e t o k n he m or gik S r e n o a A s e b es se r br i de m a s er eb ri E Ve rti go Gambar 2. Manifestasi neurologis terkait HIV Medica Hospitalia | Vol. 6, No. 2, November 2019 untuk mengklasifikasikan komplikasi neurologis infeksi 10 HIV: a. Berdasarkan patogenesis utamanya b. Berdasarkan lokasi neuroanatomis Komplikasi neurologis infeksi HIV sangat tergantung pada tahap perkembangan penyakit. Angka kejadian penyakit tergantung pada apakah individu sedang dalam proses infeksi HIV sistemik. Hal ini sebagian besar berkaitan dengan pengaruh dominan perubahan respons imun terutama terhadap defisiensi pertahanan tubuh dimediasi oleh sel yang buruk yang merupaakan ciri fase akhir dari infeksi sistemik – yaitu, AIDS. Infeksi oportunistik sistem saraf dan AIDS. Kompleks demensia berkembang selama infeksi tahap akhir. Pasien menjadi rentan terhadap penyakit metabolik akibat dari disfungsi sistem organ, dan efek toksik komplikasi obat yang diresepkan untuk mencegah atau mengobati infeksi HIV dan komplikasinya. Imunosupresi pada fase lanjut ini bukan satu- satunya penentu terpenting munculnya penyakit neurologis terkait infeksi HIV. Gangguan neurologis terkait HIV lainnya bisa muncul lebih awal, di antaranya berhubungan dengan reaksi autoimun. Untuk memahami mekanisme yang terlibat dalam munculnya kompleks demensia AIDS, sangatlah bermanfaat untuk menilai bahwa pertahanan tubuh yang melibatkan limfosit CD4 T dan Makrofag pada akhir infeksi hanyalah sebagian dari lebih banyak hal yang terjadi akibat disregulasi imunitas kompleks. Pada awal dan pertengahan infeksi, disregulasi kekebalan dapat menyebabkan kondisi autoimun. Setelah itu, pada fase akhir, infeksi HIV dikaitkan dengan penjabaran Sitokin tertentu yang mungkin penting dan menimbulkan konsekuensi imunopatologis. Sebanyak empat belas (35%) subyek datang ke RSUP Dr. Kariadi, Semarang dengan keluhan utama penurunan kesadaran. GCS subyek bervariasi mulai 3-13 dan onset 1–30 hari. Sebanyak 9 (22,5%) subyek mengeluh nyeri kepala (cephalgia) dengan onset yang bervariasi mulai dari 10 hari hingga 3 tahun. Delapan (20%) subyek datang dengan keluhan kelemahan anggota gerak, baik itu kelemahan anggota gerak sesisi, yaitu sebanyak 5 (12,5%) subyek, lemah kedua tungkai 2 (5%) subyek dan 1 (2,5%) subyek dengan kelemahan keempat anggota gerak. Kejang didapatkan pada 4 (10%) subyek, 2 (5%) subyek mengeluh nyeri telan, 2 (5%) subyek mengeluh mual-muntah dan 1 (2,5%) subyek datang dengan keluhan vertigo. Penelitian yang dilakukan di India menunjukkan bahwa manifestasi neurologis terkait HIV terbanyak adalah meningitis yang disebabkan oleh Tuberkulosis dan Kriptokokus. Nyeri kepala dan kejang merupakan 12 keluhan utama yang paling sering ditemukan. ## SIMPULAN Komplikasi neurologis infeksi HIV menyebabkan morbiditas yang cukup tinggi dan sering dikaitkan dengan angka kematian yang tinggi. Komplikasi ini tidak hanya meliputi penyakit oportunistik umumnya menyerang otak (toxoplasmosis serebral, limfoma sistem saraf pusat primer, leucoencephalopathy multifokal progresif, dan meningitis kriptokokus) tetapi juga kompleks demensia AIDS, dengan karakteristik disfungsi kognitif dan motoriknya, yang disebabkan oleh HIV itu sendiri. Selain itu,terdapat pula kelainan dengan target sistem saraf perifer, seperti neuropati disertai nyeri yang sering dijumpai. ## DAFTAR PUSTAKA 1. German Advisory Committee Blood (Arbeitskreis Blut), Subgroup “Assessment of Pathogens Transmissible by Blood.” Human Immunodeficiency Virus (HIV). Transfusion Medicine and Hemotherapy. 2016 May;43(3):203–222. 2. Petropoulos C. Retroviral Taxonomy, Protein Structures, Sequences, and Genetic Maps. In: Coffin JM, Hughes SH, Varmus HE, editors. Retroviruses. Cold Spring Harbor (NY): Cold Spring Harbor Laboratory Press; 1997. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK19417/# 3. Coffin JM, Hughes SH, Varmus HE, editors. Retroviruses. Cold Spring Harbor (NY): Cold Spring Harbor Laboratory Press; 1997. 4. Fanales–Belasio E, Raimondo M, Suligoi B, Buttò S. HIV virology and pathogenetic mechanismsof infection: a brief overview. Ann Ist Super Sanità 2010 | Vol. 46, No. 1: 5–14. 5. Yayasan Spiritia [internet]. Laporan Kemenkes: Laporan Situasi Perkembangan HIV/AIDS dan PIMS s.d. Desember 2016. Jakarta. 2017 [cited: 2017 Jul 27]. Available from:http://spiritia.or.id/Stats/detailstat.php?no=8. 6. Boniphace I, Omari M, Susan Fred R, Ferdinand M, Marcel T. HIV/AIDS Clinical Manifestations and their Implication for Patient Clinical Staging in Resource Limited Settings in Tanzania. The Open AIDS Journal. 2011 Mar;5:9–16. ## Keluhan Utama ## TABEL 6 Subyek dengan manifestasi neurologis terkait HIV berdasarkan keluhan utama Penurunan Kesadaran Cephalgia Tetraparesis Hemiparesis Paraparesis Kejang Vertigo Nausea-vomitus Nyeri telan % 22,50 2,50 5,00 10,00 2,50 5,00 5,00 35,00 12,50 7. Piot P, Colebunders R. Clinical Manifestations and the Natural History of HIV Infection in Adults. Western Journal of Medicine. 1987 Dec;147(6):709–712. 8. McArthur J. Update on the NeurologicalManifestations of HIV. The prn Notebook; 2005. 9. WHO. Who case definitions of hiv for surveillance and revised clinical staging and immunological classification of hiv–related disease in adults and children. France; 2007. 10. Zhang G, Gong Y, Wang Q, et al. Outcomes and factors associated with survival of patients with HIV/AIDS initiating antiretroviral treatment in Liangshan Prefecture, southwest of China: A retrospective cohort study from 2005 to 2013. Shang. L, ed. Medicine. 2016 Jul;95(27):e3969. 11. Price.Neurological complications of HIV infection. The Lancet. 1996 Aug; 348(9025): 445–452. 12. Sharma SR, Hussain M, Habung H. Neurological manifestations of HIV-AIDS at a tertiary care institute in North Eastern India. Neurol India 2017;65:64–8 Medica Hospitalia | Vol. 6, No. 2, November 2019
035dbb58-52aa-4264-8cd4-9bc62a3b8a0c
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/jiip/article/download/1546/1504
## PERSEPSI ANGGOTA KELOMPOK TANI TERNAK TERHADAP INSEMINASI BUATAN PADA SAPI POTONG DI KABUPATEN SOPPENG, ## PROPINSI SULAWESI SELATAN Perception Of Livestock Farmers Group Members to artificial insemination in Cattle at Soppeng Regency, South Sulawesi Province S.N.Sirajuddin 1 , M.I.Said 1 , S.Syawal 1 , J. Alwi 2 1 Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar, Indonesia 2 Staf Pengajar Fakultas Perikanan Universitas Muslim Indonesia ## ABSTRACT This study aims to determine perceptions of farmers towards artificial insemination in beef cattle in Soppeng, South Sulawesi Province. This study was conducted in May and June 2014 after the socialization and training of artificial insemination in cattle farmer group members in the District Latobaja Salokaraja, Soppeng. This type of research is descriptive. Retrieval of data using questionnaires and in-depth interviews. The population is farmers who followed the socialization and training of IB and sample are members of farmer group Latobaja. The results showed perceptions of farmer group members are good enough to artificial insemination in terms of knowledge, interest and assessment of the IB. Key words: Perception, Artificial Insemination, Members, Beef Cattle ## PENDAHULUAN Inseminasi buatan sebagai salah satu teknologi yang diperkenalkan kepadapeternak merupakan suatu program yang ditujukan untuk meningkatkan produksi ternak sekaligus pendapatan peternak. Dalam hal ini, berarti bahwa usaha ternak telah memanfaatkan metode-metode atau teknologi yang senantiasa berubah ke arah yang lebih efisien (Roessali dkk, 2005) Permasalahan di lapangan berkaitan dengan penyebaran teknologi inseminasi buatan dapat bersumber dari kelemahan sistem pelayanan, kelemahan sumber daya manusia petugas inseminasi buatan (inseminator), kelemahan sumber daya manusia peternak serta kesulitan jangkauan wilayah terpencil. Terlepas dari beberapa kelemahan tersebut, yang paling penting adalah unsur penerimaan teknologi itu sendiri oleh peternak. Penerimaan pternak terhadap inovasi berhubungan dengan persepsinya terhadap inovasi tersebut, sedangkan persepsi peternak itu sendiri berhubungan dengan latar belakang peternak masing-masing, karena penerimaan inovasi akan dipengaruhi oleh persepsi dan karakteristik peternak itu sendiri. Tahapan keputusan seseorang untuk menerima atau mengadopsi suatu inovasi pada umumnya melalui lima tahap yaitu : kesadaran, minat, penilaian, mencoba dan menerima (Rogers, 1983). Inseminasi buatan sebagai inovasi merupakan stimulus yang direspon peternak karena inovasi itu sendiri memiliki sifat : keuntungan relatif, kesesuain dengan dengan keadaan (kompatabilitas), tingkat kesulitan (kompleksitas), dapat dicoba dalam skala kecil (triabilitas) dan hasilnya dapat dilihat (observabilitas ). ## METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei hingga bulan Juni 2014 setelah dilakukan kegiatan sosialisasi dan pelatihan Inseminasi Buatan pada anggota kelompok tani ternak Latobaja di Kecamatan Salokaraja,Kabupaten Soppeng.Jenis penelitian adalah deskriptif. Pengambilan data dengan menggunakan kuisioner dan wawancara mendalam. Populasi adalah peternak yang mengikuti kegiatan sosialisasi dan pelatihan IB dan sampel adalah anggota kelompok tani ternak Latobaja. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## A. Keadaan Umum Responden Berdasarkan hasil pendataan di kelurahan Salokaraja, Kecamatan Lalabata, Kabupaten Soppeng, diperoleh hasil sebagai berikut : ## 1. Jumlah Responden berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 1 mengenai jumlah responden berdasarkan jenis kelamin hasilnya yaitu laki-laki sebanyak 20 orang dengan persentase 75 % dan perempuan sebanyak 5orang dengan persentase sebanyak 25 %, hal ini dikarenakan laki-laki yang ada di kelurahan Salokaraja lebih memfokuskan pekerjaanya pada apa yang ada didesanya dan dapat memenuhi kebutuhanya dan lebih banyaknya laki-laki sebagai peternak/petani sebagai pekerjaan utamanya dan adapun adanya respon perempuan yang hanya membantu dalam usaha peternakan/petani yang digeluti suaminya, sehingga perempuan selain sebagai IRT juga bekerja sampingan seperti bertani. Dimana kenyataannya laki-laki lebih aktif dalam menjalankan usaha ternak dan laki-laki juga bekerja lapang, sebab kebanyakan laki-lakilah yang sebagai kepala rumah tangga sekaligus jadi sumber mata pencaharian keluarga. Sedangkan, perempuan lebih banyak mengurus rumah dan anak-anaknya. Hal ini membuktikan bahwa jenis kelamin juga sangat menentukan pelaksanaan usaha ternak sapi, dimana tenaga laki-laki jauh lebih besar/kuat di banding tenaga perempuan. Hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sama dengan pekerjaannya atau jenis pekerjaannya maka mereka lebih mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaannya Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011) yang menyatakan bahwa faktor jenis kelamin tenaga kerja menunjukkan bahwa, tenaga kerja laki-laki mempunyai tingkat partisipasi lebih tinggi bila dibandingkan tenaga kerja perempuan. Tabel 1. Identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Laki-laki 20 75 2 Perempuan 5 25 Jumlah 25 100 Sumber: Data primer, 2014. ## 2. Jumlah Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan Tabel 2 mengenai jumlah responden berdasarkan umur hasilnya yaitu dari umur 26-30 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase sebanyak 20%, 31-35 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase sebanyak 20%, umur 41-45 tahun sebanyak 4 orang dengan persentase 20% dan umur lebih dari 46 tahun sebanyak 13 orang dengan 40%, hal ini dikarenakan anak muda pada masa sekarang, lebih memilih pekerjaan di kantoran. Orang tua yang berumur 40 tahun ke atas yang memiliki pengetahuan yang minim sehingga pekerjaan yang bisa dia kerjakan hanyalah beternak dan bertani berdasarkan pengalamn orang tua terdahulunya. Hal ini seusai dengan pendapat Damsar (2002), yang menyatakan bahwa umur seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktifitas petani dalam mengelola usaha ternaknya dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berfikir, semakin muda umur petani, maka cenderung memiliki sifat yang kuat dan dinamis dalam mengelola usaha ternaknya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari peternak yang sudah berumur tua. ## Tabel 2. Identifikasi responden berdasarkan umur No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 20-35 0 0 2 26-30 4 20 3 31-35 4 20 4 36-40 0 0 5 41-45 4 20 6 >46 13 40 Jumlah 25 100 Sumber: .Data primer, 2014 ## 3. Jumlah Respoden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Tabel 3 mengenai jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan hasilnya yaitu Sekolah Dasar (SD) sebanyak 5 orang dengan persentase sebanyak 20%, SMEA sebanyak 5 orang dengan persentase 20% Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK) sebanyak 5 orang dengan 20% , STM sebanyak 5 orang dengan persentase sebanyak 20% dan S2 sebanyak 5 orang dengan persentase sebanyak 20 %, hal ini disebabkan oleh minimnya minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2014) yang menyatakan bahwa kenyataannya masih banyak masyarakat yang tidak mau sama sekali menyekolahkan anaknya,sehingga anak-anak mereka ketinggalan pengetahuan oleh orang lain. Tabel 3. Identifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 Sekolah Dasar (SD) 5 20 2 SMEA 5 20 3 SMA/SMK 5 20 4 STM 5 20 5 S2 5 20 Jumlah 25 100 Sumber: Data primer, 2014. ## 4. Jumlah Respoden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Berdasarkan Tabel 4 mengenai jumlah responden berdasarkan tingkat pendapatan hasilnya yaitu kurang dari Rp. 1.000.000,00 sebanyak 5 orang dengan persentase sebanyak 20% , pendapatan sebanyak Rp.1.000.000,00 – Rp.1.999.000 sebanyak 5 orang dengan persentase 20%, pendapatan sebanyak Rp.4.000.000,00 – Rp.4.999.000 sebanyak 10 orang dengan persentase 40%, dan pendapatan yang lebih dari Rp.5.000.000,00 sebanyak 5 orang dengan persentase 20%.Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2011) yang menyatakan bahwa kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatannya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Tabel 4. Identifikasi Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan perbulan No Pendapatan (Rupiah) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 < 1.000.000 5 20 2 1.000.000 – 1.999.000 5 20 3 2.000.000 – 2.999.000 0 0 4 3.000.000 – 3.999.000 0 0 5 4.000.000 – 4.999.000 10 40 6 >5.000.000 5 20 Jumlah 25 100 Sumber: Data primer, 2014. ## 5. Jumlah Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Berdasarkan Tabel 5 mengenai jumlah responden berdasarkan jumlah tanggungan hasilnya yaitu jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 9 orang dengan persentase sebanyak 40%, jumlah tanggungan 2 orang sebanyak 7 orang dengan persentase 20% dan jumlah tanggungan 5 orang sebanyak 9 orang dengan persentase 40%, hal ini dikarenakan besarnya jumlah tanggungan merupakan motivasi untuk bekerja memenuhi kebutuhan keluarga. Hal ini sesuai dengan pendapat Simorangkir dkk (2007) yang menyatakan bahwa besarnya jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor yang mempengaruhi kemauan untuk melakukan pekerjaan. ## Tabel 5. Identifikasi Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan No Jumlah Tanggungan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 1 orang 9 40 2 2 orang 7 20 3 4 orang 0 0 4 5 orang 9 40 Jumlah 25 100 Sumber: Data primer, 2014. ## B. Persepsi Peternak Sapi Potong Terhadap Inseminasi Buatan (IB) Persepsi peternak terhadap inseminasi buatan merupakan tanggapan para peternak sapi potong terhadap inseminasi buatan, yang dilihat dari tingkat pengetahuan peternak, minat peternak dan penilaian peternak sapi potong terhadap manfaat insemnisasi buatan sebagai suatu inovasi bagi mereka.(Umam d k k , 2 0 1 2 ) Hasil menunjukkan sebagian besar peternak responden mempersepsikan inseminasi buatan dengan baik, sementara sebagian peternak lainnya mempersepsikan cukup baik dan kurang baik. Pengetahuan peternak yang tergolong cukup baik, disebabkan karena peternak sering mendengar tentang IB baik dari peternak lain maupun dari penyuluh dan inseminator yang melakukan kegiatan penyuluhan yang diadakan sebulan sekali. Minat peternak terhadap IB yang tergolong baik disebabkan karena seringnya peternak berkonsultasi dengan penyuluh maupun dengan peternak lain yang sudah mencoba inseminasi buatan. Namun demikian, mereka memiliki kekhawatiran apabila dikawinkan secara IB dengan semen yang berasal dari tipe sapi besar akan melahirkan anak (fetus) yang besar yang menyebabkan sapi induk betina sulit melahirkan dan memiliki resiko kematian. Penilaian peternak terhadap IB dikaji melali ciri-ciri inovasi yaitu :keuntungan relative, kompatabilitas, kemudahan penerapan IB, triabilitas, observabilitas Peternak responden menilai baik terhadap inseminasi buatan. Penilaian baik peternak terhadap keuntungan relatif dari inseminasi buatan karena peternak telah melihat hasil ternak IB mempunyai kenaikan berat badan yang cepat. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismaya (1999) bahwa dengan meg ngunakan inseminasi buatan, peternak mendapatkan bibit yang unggul serta memperoleh keturunan yang cepat besar disamping tinggi produksinya (kenaikan berat badan dan produksi susu). Toelihere (1970) juga berpendapat bahwa dengan menggunakan inseminasi buatan dapat mempertinggi breeding efficiency , karena hanya semen yang fertilitasnya tinggi yang diberikan kepada peternak, maka calving interval d apat diperpendek dan jumlah betina yang kawin berulang dapat dikurangi. Kompatabilitas yaitu sejauh mana inovasi inseminasi buatan konsisten dengan kebutuhan peternak (penerima inovasi). Sebagian besar responden menggunakan pejantan/ kawin alami, namun sebagian kecil merasa khawatir akan resiko kematian induk pada saat melahirkan karena anak yang dilahirkan relatif lebih besar. Dalam hal kompleksitas atau tingkat kerumitan mengunakan IB, sebagian besar responden menilai rumit. Hal ini disebabkan karena adanya kendala teknis berupa kurangnya pengetahuan peternak terhadap siklus berahi dan mendeteksi berahi. Kendala non teknis dalam pelaksanaan inseminasi buatan adalah jarak yang cukup jauh antara tempat tinggal peternak dengan inseminator, sehingga menghabiskan biaya dan waktu. Tidak heran kalau di Desa Salokaraja masih banyak pejantan yang dipelihara dan peternak yang meminjam pejantan ke peternak lain cukup dengan memberi rumput atau hanya ucapan terima kasih. Penilaian sebagian besar responden pada kategori baik terhadap triabilitas (dapat dicoba dalam skala kecil) inseminasi buatan disebabkan karena peternak dapat mencoba 1 atau 2 kali IB pada ternaknya, dan apabila gagal biasanya inseminator menurunkan biaya atau menggratiskan untuk IB selanjutnya atau peternak kembali menggunakan pejantan. Nilai observabilitas yaitu kategori baik, disebabkan karena peternak telah melihat bahwa ternak hasil IB memiliki bobot badan yang lebih tinggi dan dipercaya merupakan bibit sapi potong unggul dengan kualitas ternak yang baik sehingga diharapkan daya jualnya lebih tinggi. ## KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tani ternak yaitu cukup baik terhadap inseminasi buatan ditinjau dari pengetahuan,minat dan penilaian terhadap IB. ## DAFTAR PUSTAKA Anonim . 2011. Sosiologi . (Online), (http://id.wikipedia. org/wiki/sosiologi, diakses 5 Maret 2011). Anonim. 2014. Sosiologi Pedesaan . (Online), (http://wikipedia.com, diakses 12 Maret 2014) Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi . Jakarta: Rajawali Pers. Umam, K., Kusrinidan, N. Kurnitati, D. 2012. Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak terhadap Inseminasi Buatan pada Sapi Potong Kelurahan Tuan- Tuan Kecamatan Benoa Kayung, Kabupaten Ketapang Sugiarti,T., Sori, dan Siregar, B. 1998. Dampak Pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Daerah Jawa Barat. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner .4(1): 1-6 Roessali, W., Prasetyo, E. Marzuki, S. dan Oktaria.2005. Pengaruh Teknologi Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Peternak Sapi Potong di desa Canda Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.2005.hal 545-550.
44d1d62f-3e56-4d84-9c36-333fe611d752
https://e-journal.lp2m.uinjambi.ac.id/ojp/index.php/ijoieb/article/download/609/329
## Analisis Determinan Brand dan Celebrity Endorser Pada Keputusan Pembelian Konsumen di Outlet Rabbani Kota ## Jambi Fathuddin Abdi, Rofiqoh Ferawati ## UIN Sulthan Thaha Saifuddin ## Abstract The purpose of this study was to determine how much influence Celebrity Endorser and Brand Image have on purchasing decisions for rabbani products at Rabbani Outlet in Jambi City. This type of research is quantitative research. Data collection is done by means of a questionnaire (questionnaire) documentation and interviews. The sample taken in this study amounted to 100 people. The data analysis technique used is the validity test, reliability test, multiple linear regression, T test, F test and analysis of the coefficient of determination with the least squares equation and hypothesis testing using the F test, T test. The study was conducted with multiple linear regression equations for the influence of Celebrity Endorser. and Brand Image on the decision to buy rabbani products at Rabbani Outlet in Jambi City is Y = 0.221 X1 + 0.407X2 + e. Celebrity Endorse has a significant effect on consumer purchasing decisions because the value of tcount> ttable or 2.205> 1.984 and the resulting significant value is 0.030 more than 0.05. Brand Image has a significant effect on consumer purchasing decisions because the value of tcount> ttable or 4.055> 1.984 and the resulting significant value 0.000 is less than 0.05. The value of the coefficient of determination is 0.313 or equal to 31.3%. This means that the ability of the dependent variable (consumer purchasing decisions) can be explained by 31.3% by the independent variable (Celebrity Endorser and Brand Image) and the remaining 68.7% is influenced by other factors. Keywords: Celebrity Endorser, Rabbani, Determinant. Brand PENDAHULUAN Dalam era globalisasi persaingan bisnis yang semakin dinamis, kompleks dan serba tidak pasti, bukan hanya menyediakan peluang tetapi juga tantangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan untuk selalu mendapatkan cara terbaik guna merebut dan mempertahankan pangsa pasar. Setiap perusahaan berusaha untuk menarik perhatian (calon) konsumen dengan berbagai cara, salah satunya dengan pemberian informasi tentang produk. Agar produk yang ditawarkan pemasar melalui media iklan memiliki daya tarik bagi calon konsumen untuk membeli, maka diperlukan dukungan tokoh terkenal ataupun bintang iklan sebagai penyampaian pesan dalam iklan. Bintang iklan (Celebrity endorser) yang merupakan tokoh (aktor, penghibur, atau atlet) yang dikenal masyarakat karena prestasinnya dan berperan sebagai orang yang berbicara tentang produk, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang menunjuk pada produk yang didukungnya (Eka Setya Nurani dan Jony Oktavian Haryant, 2010). Syaikh Muhammad Ali Farkus hafizhahullah, ulama ahlussunnah di Aljazair, ditanya: “telah diketahui bersama bahwa iklan komersil – dalam persaingan bisnis- telah menjadi tool utama untuk memromosikan produk dan jasa. Pertanyaan yang timbul adalah, apakah hukum mendesain suatu iklan Promosi? Demikian juga, apakah hukum memasang gambar iklan di berbagai tempat seperti stasiun, jalan-jalan, terminal dan tempat lainnya?”. Beliau menjawab, Iklan, baik bersifat komersil maupun non- komersil tercakup ke dalam perkara mu’amalah dan adat. Hukum asal dari perkara tersebut adalah diperbolehkan selama tidak mengandung unsur-unsur terlarang dalam syari’at yang mampu merubah hukumnya menjadi terlarang (Muslim.or.id) Product endorser adalah orang yang menyampaikan pesan iklan atau menganjurkan untuk membeli suatu produk, yang terdiri dari dua tipe yaitu selebriti dan non-selebriti. Perusahaan lebih sering menggunakan selebriti untuk mendukung produknya dalam suatu iklan dibandingkan dengan orang biasa (celebrity endorser). Seorang selebriti memiliki kepopuleran, daya tarik fisik, daya tarik seksual, keberanian, bakat, keberwibawaan atau kekuasaan yang dapat dijadikan sebagai pemikat bagi konsumen untuk membeli produk sehingga dapat meningkatkan penjualan. Pemakaian selebriti sebagai product endorser harus melalui berbagai pertimbangan, diantaranya yaitu tingkat popularitas dengan permasalahan apakah selebriti yang dipilih dapat mewakili karakter produk yang sedang diiklankan.Melalui penggunaan celebrity endorser, pemasar sekaligus dapat melakukan pembeda dengan produk– produk kompetitor yang ada di pasar. Basis pembedaan ini sangat penting karena basis pembeda ini akan digunakan konsumen untuk memilih dari berbagai macam produk yang ditawarkan produsen (Andika Oktora, 2004) Celebrity Endorser mulai digunkan dalam strategi pemasaran, Beberapa celebrity yang pernah menjadi endorsenya adalah Astri Ivo, Ramzi, Ustad Soulmate, Fatin Sidqia Lubis hingga Arafah Rianti. Munculnya berbagai macam produk dalam satu kategori dengan kualitas produk yang sudah menjadi standar dan dapat dengan mudah ditiru dan dimiliki oleh siapapun megakibatkan sulitnya suatu perusahaan untuk mempertahankan dirinya sebagai pemimpin pasar. Untuk mengatasi penetrasi yang dilakukan oleh kompetitor, maka perusahaan akan tetap menjaga pangsa pasarnya, salah satunya dengan membentuk citra merek yang kuat oleh perusahaan. Tanpa citra merek yang kuat dan positif, sangatlah sulit bagi perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan yang sudah ada (Mohammad Rizan, 2012). Brand (merek) dewasa ini berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi perusahaan. Suatu perusahaan beroperasi untuk mendapatkan profit atau keuntungan, juga untuk mempertahankan kelangsungan hidup bisnisnya. Suatu perusahaan untuk memenangkan persaingan dituntut melakukan strategi pemasaran bagi produk-produk yang dihasilkan. Dalam kondisi semakin meningkatnya persaingan produk-produk sejenis dan perilaku konsumen yang cenderung ingin mencoba merek-merek baru yang dikeluarkan oleh perusahaan pesaing untuk mendapatkan kepuasan, manfaat yang lebih, dan memenuhi rasa ingin tahu terhadap merek baru tersebut. Konsumen dalam memilih suatu merek produk akan melalui tahap percobaan terlebih dahulu, pada tahap ini seringkali konsumen akan mencoba berbagai merek yang berbeda. Jika dirasakan merek tersebut cocok dan memenuhi apa yang diharapkan dari produk sejenis, maka konsumen akan terus mencari merek tersebut. Brand atau merek adalah nama, istilah, tanda, simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasi suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan (Dyah Ayu Anisha Pradipt, 2012) Maraknya pembajakan atau pemalsuan merek yang menyasar produk lokal kian tak terkendali. Kendati proses hukum sudah dilakukan, aksi pembajakan atau pemalsuan merek sulit dihentikan, bak jamur di musim hujan. Hal itu tidak terlepas dari popularitas produk tersebut di semua kalangan. Posisi produk Rabbani sebagai market leader, membuat banyak pihak tergiur untuk menjiplak desain lengkap dengan logo Rabbani. Kalaupun tidak persis sama, ada juga yang menggunakan logo sangat mirip dengan Rabbani, hingga bisa mendorong konsumen untuk menganggapnya sebagai produk Rabbani. Kumpulan kepercayaan terhadap merek tentu akan menjadi prioritas utama bagi keputusan pembelian karena dalam kondisi sekarang banyak pedagang yang mengambil jalan pintas untuk menjiplak atau meniru produk yang sudah tenar, produk rabbani ini salah satu nya juga banyak produk yang mengaku sebagai brand dari rabbani. Maka dari itu keputusan dalam suatu pembelian haruslah mengenal lebih dalam produk yang dibelinya agar tidak salah dalam memilih dan tugas dari perusaahaan untuk tetap menjaga kepercayaaan pembelinya harus tetap dijaga agar pembeli tetap mengetahui bagaimana keunggulan produk rabbani tersebut walaupun banyak produk yang ditawarkan serupa. Manager outlet Rabbani Jambi mengatakan “ketika Fatin menjadi Endorser dari Rabbani, penjualan pun meningkat karena pada saat itu design yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan anak sekolah sehingga banyak diminati.”1 Peningkatan jumlah keputusan dalam membeli itu akan terjadi pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran dilihat dari jumlah penduduk muslim dikota Jambi bahwa wilayah Kota Jambi banyak yang menganut agama islam yaitu sebanyak 3.078.146 jiwa persentasi 96,5% (Jambiprov. Go.id, 2017).Dengan jumlah penganut Agama Islam yang banyak maka kebutuhan akan penutup aurat kota Jambi lebih banyak pula. Produk Rabbani itu sendiri merupakan perusahaan garment yang bergerak dalam bidang retail busana muslim dengan tagline Professor Kerudung Indonesia. Rabbani merupakan salah satu perusahaan kerudung instan pertama dan terbesar di Indonesia dengan mengeluarkan produk andalan berupa kerudung instan dan produk lain yang juga telah dikembangkan yaitu busana muslim diantaranya kemko, tunik, kastun, kemko, serta perlengkapan lain seperti ciput/inner kerudung dan aksesoris (Robbani.co.id 2017). Konsep secara umum yang sering digunakan untuk menyamaikan pesan adayang disebut dengan promosi salah satu bentuk promosi yang digunakan adalah periklanan. Jadi strategi yang diterapkan untuk mengatasi persaingan tersebut adalah dengan menggunakan salah satu bentuk dari promosi yaitu periklanan. Periklanan merupakan bagian dari bauran promosi dan salah satu dari alat yang paling umum yang digunakan oleh perusahaan untuk mengarahkan komunikasi persuasif pada pembeli sasaran dan masyarakat, oleh karena itu periklanan harus dirancang dengan tepat agarproduk yang ditawarkan bener-benar dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Iklan lebih diarahkan untuk membujuk orang supaya membeli, hal inilah yang membedakan iklan dengan pengumuman biasa (Elib Unikom, tt). Menurut Fandy Tjiptono Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari pada informasi tentang keungulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Sedangkan dalam teori efek minimal, iklan memberikan efek yang sangat kecil atau efek minimal yang pada saat suatu produk benar-benar sangat diperlukan oleh para pembeli dalam kurun waktu tertentu. Seperti dalam penelitian Yan Bayu Bramanty dan Made Jatra (2016) Produsen sepeda motor menggunakan “ Komenk” sebagai Celebrity Eendoser dan Brand Image hasilnya Secara parsial Komenk sebagai Celebrity endorser lebih dominan mempengaruhi keputusan pembelian Yamaha Jupiter MX di Kota Denpasar dibandingkan dari brand image. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah Untuk 1 Wawancara dengan manager Outlet Rabbani Jambi mengetahui seberapa besar Pengaruh Celebrity Endorser dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Produk Rabbani Di Outlet Rabbani Kota Jambi KAJIAN LITERATUR Menurut Wiliam J.Staton dalam Alma (2014) promosi itu adalah sejenis komunikasi yang memberi penjelasan yang meyakinkan calon konsumen tentang barang dan jasa. Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan dan meyakinkan calon konsumen. Sedangkan Gito sudarmo Periklanan adalah merupakan alat utama bagi perusahaan untuk mempengaruhi konsumennya. Periklanan ini dapat dilakukan oleh pengusaha lewat surat kabar, radio, majalah, televisi ataupun dalam bentuk poster-poster yang dipasang di pinggir jalan atau tempat-tempat yang strategis. ## Hubungan Celebrity Endorser dengan keputusan pembelian Celebrity Endorser adalah sebagai semua individu yang menikmati pengenalan publik dan menggunakan pengenalan ini untuk kepentingan produk konsumen dengan tampil bersama produk tersebut dalam suatu iklan. Keberhasilan sebuah iklan tidak terlepas dari pesan bintang iklan dalam mempromosikan sebuah merek produk, terutama bila iklan tersebut ditayangkan melalui media televisi. Penggunaan bintang iklan dalam sebuahiklan di televisi merupakan alternative strategi yang tepat untuk memperkenalkan produk pada konsumen Endorser yaitu orang atau karakter yang muncul dalam iklan untuk mengkomunikasikan produk perusahaan baik itu selebritis, tokoh masyarakat, publik figure atau bahkan orang biasa yang dapat mempengaruhi pikiran konsumen sebagai preferensi dalam melakukan keputusan pembelian. Shimp mendefinisikan celebrity endorser adalah seorang pribadi baik itu aktor, artis maupun atlit yang dikenal masyarakat dan menjadi pujaan, karena prestasinya di suatu bidang dan digunakan dalam menyampaikan pesan iklan yang dimaksudkan untuk menarik perhatian sehingga mempengaruhi konsumen sasaran (Eka Setya Nuraini, 2010). Hubungan Brand Image dengan keputusan pembelian Citra Merek (Brand Image) adalah penglihatan dan kepercayaan yang terpendam di benak konsumen, sebagai cerminan asosiasi yang tertahan di ingatan konsumen. Atribut adalah ciri-ciri atau berbagai aspek dari merek yang diiklankan. Atribut juga dibagi menjadi dua bagian yaitu hal-hal yang tidak berhubungan dengan produk (contoh: harga, kemasan, pemakai, dan citra penggunaan) rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Menurut Aaker, Merek adalah cara membedakan sebuah nama dan atau simbol (logo, trademark, atau kemasan) yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang atau jasa dari satu produsen atau satu kelompok produsen dan untuk membedakan barang atau jasa itu dari produsen pesaing. Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber produk tersebut. Di samping itu, merek melindungi baik konsumen maupun produsen dari para pesaing yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik. Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu, akan tetapi merek lebih dari sekedar simbol (Dyah Ayu Anisha Pradipta, 2012). Schiffman dan Kanuk menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut: 1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu. 2. Dapat dipercaya, berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi. 3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen. 4. Pelayanan, berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya 5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi yang mungkin dialami oleh konsumen. 6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang. 7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek Keputusan Pembelian Dalam islam proses pengambilan keputusan diterangkan dalam beberapa ayat Al-Quran yang lebih bersifat umum, artinya biasa diterapkan dalam segala aktifitas dan segala aspek. Selain itu konsep pengambilan keputusan dalam islam lebih ditekankan pada sikap adil hal ini disandarkan pada sikap hakim yang harus tegas dan adil dalam memutuskan suatu perkara peradilan (Rosvita Dua Lembang, 2010), sebagaimana firman Allah surat Ali Imron ayat 159 yang Artinya: “maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka . sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkan lah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakal lah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang bertawakal kepadanya.” Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah hal-hal yang mendasari konsumen mendasari keputusuan membeli. Faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku konsumen, Motivasi, Presepsi, Attitude Formation dan Integration sedangkan Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pemgambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Ada tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen menurt (Rosvita Dua Lembang, 2010), yaitu: a) Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian. b) Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian. c) Komitmen atau loyalitas konsumen untuk tidak akan mengganti keputusan yang sudah biasa di beli dengan produk pesaing. Menurut Philip Kotler keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli: Faktor Budaya; Perusahaan harus mengetahui peranan budaya, sub budaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Faktor Sosial; Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Faktor Pribadi; Karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Faktor Psikologis; yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa kebutuhan bersifat biogenik seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. ## Perilaku konsumen muslim Dalam islam, konsumsi tidak dapat dipisakhkan dari peranan keimanan, peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan pandangan dunian cendrung mempengaruhi kepribadian manusia, yaitu dalam bentuk prilaku, gaya hidup, selera, sikap sikap terhadap sesame manusia, sumber daya, dan ekologi. Keimanan sangat mempengaruhi sifat, kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam kepuasan material maupun spiritual. Inilah yang disebut sebagai bentuk upaya meningkatkan keseimabngan orintasu duniawi ukhrawi (Muflih, M, 2006). Keimanan memberikan saringan moral dalam membelanjakan harta dan sekaligus juga memotivasi pemanfaatan sumber daya (pendapatan) untuk hal-hal yang efektif. Saringan moral bertujan menjaga kepentingan diri tetap berada didalam batas-batas kepentingan social dengan mengubahpreferensi individual semata menjadi preferensi serasi anta individual dan social, dalam rangka mewujudkan kebaikan dan kemanfaatan. ## Penelitian Terdahulu Winda Arofatu Zahro (2017) memliti Dampak Harga Dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Jilbab Pada Outlet Rabbani Di Bojonegoro. Hasilnya menunjukan kondisi Harga dan Citra Merek berhubungan signifikan kuat dan baik. Eka Setya Nurani dkk (2010) meneliti Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Association, Brand Personality Dan Product Characteristics Dalam Menciptakan Intensi Pembelian Pada Iklan Kuku Bima Ener-G Rosa Versi Chris John hasilnya menunjukkan bahwa asosiasi merek dan karakteristik produk berpengaruh signifikan terhadap niat untuk membeli Kuku Bima Ener-G Rosa, sedangkan endorser selebriti dan kepribadian merek tidak berpengaruh signifikan. Dengan demikian, PT. Sido Muncul harus menggunakan iklan populer yang memiliki kekuatan dan daya tarik fisik atau kepribadian sehingga dapat mempengaruhi konsumen, dan perhatian lebih kepada pembentukan kepribadian merek yang jelas dan produk yang kuat, karena akan mempengaruhi dalam membeli produk yang menurut konsumen. Annis Kiswalini dan I Ketut Nurcahya (2014) meneliti Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Image, Dan Kepercayaan KonsumEn Terhadap Keputusan Pembelian. Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi linier berganda menunjukan bahwa celebrity endorser, brand image, dan kepercayaan konsumen berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. . ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dilakukan di Outlet Rabbani Kota jambi Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dan data primer. data primer diperoleh langsung dari penyebaran pertanyaan melalui kuesioner kepada masyarakat yang menggunakan produk Rabbani di Outlet Rabbani Kota Jambi. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal penelitian terdahulu, buku, majalah dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh pembeli produk Rabbani di Outlet Rabbani Kota Jambi yang jumlahnya tidak dapat dihitung secara pasti. Dalam penetuan sampel jika populasinya besar dan jumlahnya tidak diketahui maka digunakan rumus slovin dengan total sampel 100 responden Teknis analisis dalam penelitian ini menggunakan Regresi Linier Berganda dengan variabel bebas yaitu: Selebrity Endorser(X1), dan Brand Image (X2) dan Y Keputusan Pembelian Produk Rabbani Outlet Rabbani Kota Jambi. CV Rabbani adalah yang membuat busana muslim terlebih untuk berbagai macam kerudung, dan produk yang dikeluarkan hingga saat ini pun semakin bervariasi. Kemudian untuk segi pengenalan produk tersebut tentulah kita harus memperkenalkan nya dari Brand yang dimiliki kemudian baru lah dapat dipromosikan melalui model pendukung. Dalam penelitian ini penulisan mengambil dua variable independent (X) yaitu Celebrity Endorser (X1) dan Brand Image (X2) dan satu variabel dependent (Y). ## Gambar 1 Kerangka pemikiran Ha : Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Celebrity Endorser dan Brand Image terhadap Keputusan Pembelian H0 : Tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan antara Celebrity Endorser dan Brand Image terhadap Keputusan PembelianX ## PEMBAHASAN Karakteristik Responden Berdasarakan jenis kelamin responden perempuan mendominasi sebanyak 93 orang atau 93% dan laki-laki 7 atau 7%. sedangkan Celebrity Endorser X 1 Brand Image X 2 Keputusan Pembelian Y berdasarkan Usia responden didominasi usia muda yaitu 15-20 tahun sebanyak 87 orang atau 87%, 26-33 tahun sebannyak 6 orang atau 6%,43- 39 sebanyak 4% dan lebih atau sama dengan 40 sebanyak 3 orang atau 3%. Sedangkan berdasarakn Pekerjaan resonden penelitian, profesi pelajar/mahasiswa mendominasi sebanyak 78 orang atau 78%, wiraswasta sebanayak 12 orang atau12 %, PNS sebanyak 12 orang atau 12%, dan Ibu Rumah Tangga sebanyak 3 orang atau 3% ## Uji Analisis Data Uji Validitas Pengujiana untuk menentukan valid atau tidaknya dengan membandingkan nilai rhitung dengan nilai rtabel. rhitung > rtabel jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka butir pernyataan-pernyataan tersebut dikatakan valid (Sugiono, 2008) Tabel 1. Hasil pengujian Uji Validitas Celebrity Endorser (X1) Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan 1 0,882 0,197 Valid 2 0,897 0,197 Valid 3 0,882 0,197 Valid Sumber: Hasil Olahan Data 2017 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.4 setiap pernyataan menghasilkan koefisien kolerasi rhitung yang lebih besar dari rtabel. Dengan kata lain, instrument penelitian Celebrity Endorser (X1) dinilai pernyataan adalah valid. Tabel 4.5. Hasil pengujian Uji Validitas Brand Image (X2) Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan 1 0,699 0,197 Valid 2 0,780 0,197 Valid 3 0,858 0,197 Valid 4 0,833 0,197 Valid 5 0,611 0,197 Valid Sumber: Hasil Olahan Data 2017 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.5 setiap pernyataan menghasilkan koefisien kolerasi rhitung yang lebih besar dari rtabel. dengan kata lain, instrument penelitian yang berjumlah 5 pernyataan untuk Brand Image (X2) dinilai pernyataan adalah valid. ## Tabel 4.6. Hasil pengujian Uji Validitas Keputusan Pembelian (Y) Item Pertanyaan r hitung r Tabel Keterangan 1 0.372 0,197 Valid 2 0,609 0,197 Valid 3 0,652 0,197 Valid 4 0,723 0,197 Valid 5 0,715 0,197 Valid Sumber: Hasil Olahan Data 2017 Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.6 setiap pernyataan menghasilkan koefisien kolerasi Rhitung yang lebih besar dari Rtabel. Dengan kata lain, instrument penelitian yang berjumlah 5 pernyataan untuk Keputusan Pembelian(Y) dinilai pernyataan adalah valid. ## Uji Reabilitas Variabel Reliable adalah alat utuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indicator dari variable atau konstruk .buir pertanyaa dikatakan riabel atau handal apabila jawaban sesorang terhadap prtanyaan adalah konsistern. Suatu konstruk atau variable dikatakan relibel jika memeberikan nilai cronbach Alpha > 0,60. Hasil pengujian terhadap resbilitas kuisioner menghasilkan angka cronbach Alpha sebesar 0,856. Hal ini dapat dinyatakan bahwa semua pernyataan Celebrity Endorser (X1) teruji rebilitasnya sehingga dinyatakan reliabel. Sedangkan Hasil pengujian terhadap resbilitas kuisioner menghasilkan angka cronbach Alpha sebesar 0,787. Hal ini dapat dinyatakan bahwa semua pernyataan Brand Image (X2) teruji rebilitasnya sehingga dinyatakan reliabel. Dan untuk variabel Y Hasil angka cronbach Alphanya adalah sebesar 0,787. Hal ini dapat dinyatakan bahwa semua pernyataan Keputusan Pembelian(Y) teruji rebilitasnya sehingga dinyatakan reliabel . ## Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Tabel 4.10. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 100 Normal Parametersa Mean .0000000 Std. Deviation 2.60452350 Most Extreme Differences Absolute .050 Positive .029 Negative -.050 Kolmogorov-Smirnov Z .496 Asymp. Sig. (2-tailed) .966 a. Test distribution is Normal. Dari tabel diatas terlihat bahwa Asymp.Sig. (2-talied) lebih besar dari 0,05, jadi dikatakan Data normal ## Uji Multikolienaritas Tabel 4.11. Uji Multikolienaritas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1(Constant) 9.519 1.142 8.339 .000 Celebrity_Endorser .253 .115 .221 2.205 .030 .702 1.42 4 Brand_Image .298 .073 .407 4.055 .000 .702 1.42 4 a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian Dari data diatas terlihat bahwa nilaii VIF lebih kecil dari 10 (VIF<10) dan nilai toleransi besar dari 0,1 (TOL>0,1). Maka dari itu tidak terdapat multikoleniaritas. Uji Autokorelasi Tabel 4.12. Uji Autokorelasi Runs Test Unstandardized Residual Test Valuea .02398 Cases < Test Value 50 Cases >= Test Value 50 Total Cases 100 Number of Runs 50 Z -.201 Asymp. Sig. (2-tailed) .841 a. Median Berdasarkan tabel 4.12 diketahui nilai Asymp. Sig (2-talied) sebesar 0,841 > 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala autokolerasi. Uji Heteroskedastisitas Gambar 4.1. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Analisis hasil gambar 3.13 diatas didapatkan titik-titik menyebar dibawah dan diatas sumbu Y, dan tidak mempunyai pola yang teratur, jadi kesimpulannya varibel bebas diatas tidak terjadi hetroskedastisitas atau bersifat homoskedstisitas. ## Uji Hipotesis Dari analisis regresi linier berganda diperoleh koefisien regresi, nilai t hitung dan tingkat signifikansi yang ditampilkan pada Tabel 3.14 berikut. Tabel 4.13. Hasil pengujian persamaan Regresi Linear Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.519 1.142 8.339 .000 Celebrity_Endorse .253 .115 .221 2.205 .030 Brand_Image .298 .073 .407 4.055 .000 a. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian Dari hasil tersebut, persamaan regresi dapat diperoleh dari standardized coefficients, hal ini karena pengukurannya menggunakan skala penilaian yang sama yaitu Likert, sehingga persamaannya sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2 + e Y = 9,519 + 0,253 + 0,298 + e Keterangan: Y = keputusan Pembelian X1 = Celebrity Endorser X2 = Brand Image α = konstanta Persamaan regresi linier berganda tersebut dapat dijelaskan Nilai konstanta (α) sebesar 9,519 menunjukkan bahwa jika variable Celebrity Endorser, dan Brand Image dianggap kontanta atau sama dengan nol (0) maka tingkat keputusan pembelian konsumen dalam melakukan pembelian adalah sebesar 9,519. Koefisien regresi (X1) sebesar 0,253 menyatakan bahwa variable Celebrity Endorser bertanda positiff terhadap keputusan pembelian sebesar 0,253.Koefisien regresi (X2) sebesar 0,298 menyatakan bahwa variable Brand Image bertanda positif terhadap keputusan pembelian sebesar 0,298 Uji T Dari hasil perhitungan data tabel 3.14, Celebrity Endorse berpengaruh segnifikan terhadap keputusan pembelian konsumen karena nilai thitung > ttabel atau 2,205 > 1,984 dan signifikan yang dihasilkan 0,030 lebih kecil dari 0,05. Jika produk Rabbani di Endorser oleh 1 orang Celebrity maka akan meningkatkan keputusan konsumen dalam membeli produk Rabbani sebesar 2 unit. Maka hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain bahwa variable Celebrity Endorse mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Dari hasil perhitungan data tabel 3.14, Brand Imageberpengaruh segnifikan terhadap keputusan pembelian konsumen karena nilai thitung > ttabel atau 4,055 > 1,984 dan signifikan yang dihasilkan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Jika Brand Image dari produk Rabbani memiliki 1 point citra yang baik maka akan meningkatkan keputusan konsumen dalam membeli produk Rabbani sebesar 4 unit. Maka hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain bahwa varibel Brand Image mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keutusan pembelian Uji F (Uji Simultan) Tabel 4.15 Hasil Pengujian Uji F Berdasarkan hasil uji ANOVA atau F test pada Tabel 3.15 didapatkan nilai Fhitung sebesar 22,109 > 3,09 nilai signifikan yang dihasilkan 0,000 lebih kecil dari level of signifikan 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y) atau dikatakan bahwa variabel Celebrity Endorse (X1) dan Brand Image (X2) secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Y. Koefisien Determinasi (R Square) Tabel 4.16 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square) Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .560a .313 .299 2.631 a. Predictors: (Constant), Brand_Image, Celebrity_Endorse b. Dependent Variable: Keputusan_Pembelian Berdasarkan Tabel 3.16 terlihat tampilan output SPSS model summary besarnya Adjusted R Square adalah 0,313. Hal ini berarti 31,3% variasi keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel ANOVAb Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regressio n 306.139 2 153.070 22.109 .000a Residual 671.571 97 6.923 Total 977.710 99 a. Predictors: (Constant), Brand_Iamage, Celebrity_Endorser b. Dependent Variable: keputusan_pembelian independen di atas. Sedangkan sisanya 68.7% dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain diluar model. ## SIMPULAN Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh antara Celebrity Endorse dan Brand Image (X) terhadap keputusana pemblian konsumen (Y) pada Outlet Rabbani Kota Jambi dengan persamaan Y = 0,221 X1+0,407X2+e. Celebrity Endorse berpengaruh segnifikan terhadap keputusan pembelian konsumen karena nilai thitung > ttabel atau 2,205 > 1,984 dan signifikan yang dihasilkan 0,030 lebih dari 0,05. Jika produk Rabbani di Endorser oleh 1 orang Celebrity maka akan meningkatkan keputusan konsumen dalam membeli produk Rabbani sebesar 2 unit. Maka hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain bahwa variabl Brand Image berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen karena nilai thitung > ttabel atau 4,055 > 1,984 dan nilai signifikan yang dihasilkan 0.000 lebih kecil dari 0,05. Jika Brand Image dari produk Rabbani memiliki 1 point citra yang baik maka akan meningkatkan keputusan konsumen dalam membeli produk Rabbani sebesar 4 unit. Maka hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak dengan kata lain lain bahwa varibel Brand Image mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian.Nilai koefisien detirminasi adalah sebesar adalah 0,313 atau sama dengan 31,3%. Hal ini berarti bahwa kemampuan variable dependen (keputusan pembelian konsumen) mampu diterangkan sebesar 31,3% oleh variable independen (Celebrity Endorser dan Brand Image) dan sisanya 68,7% di pengaruhi oleh factor-faktor lain yang tidak di bahas dalam penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Alfitrahmat Saputro,Motivasi Masyarakat Muslim Indonesia dalm Berbelanja Pakaian, Kendaraan, Mebel dan Perhiasan Emas Menjelang Hari Raya Idul Fitri Andika Oktora,Pengaruh Penggunaa Celebrity Endorse Dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Susu SGM Pada Ibu Rumah Tangga Yogyakarta Ari Setiyaningrum, Prinsip-Prinsip pemasaran,Yogyakarta: Andi,2015 Bramantya, Yan Bayu; Jatra, I Made. 2016. Pengaruh Celebrity Endorsser dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian Yamaha Jupiter MX di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen, 5 (3) 1745-1771 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan pemasaran Jasa, Bandung:Alfabeta2014 Danang Sunyoto Metodologi Penelitian Akuntansi Danang Sunyoto,Perilaku Konsumen Dan Pemasaran,Jakarta,Jl.Cempaka Putih: CAPS,2015 Danny Alexander Bastian, Analisa Pengaruh Citra Merek (Brand Image) dan Kepercayaan Merek (Brand Trust) Terhadap Loyalitas Merek (Brand Loyalty) ADES PT. Ades Alfindo Putra Setia Dyah Ayu Anisha Pradipta, 2012. Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Loyalitas Konsumen Produk Oli Pelumas Pt Pertamina (Persero) Enduro 4t Di Makassar. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Hasanuddin. Makasar. Eka Setya Nuraini dan Jony Oktavian Haryant, 2010. Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Association, Brand Personality Dan Product Characteristicsdalam Menciptakan Intensi Pembelian (Studi Pada Iklan Kuku Bimaener-G Rosa Versi Chris Jon. Journal of Business Strategy and Execution 2 (2) 104 - 125 Huasini Usman dan Purnomo Setyadi Akbar, pengantar Statistika, Jakarta:PT.Bumi Aksara 2012 Krystia Tambunan, Analisis Pengaruh Citra Merek, Persepsi Kualitas,Dan Hargaterhadap Keputusan Pembelian Bandeng Presto (Studi Kasus Pada Konsumen Di Bandeng Presto Semarang) Lini, Annis Kiswa; Nurcahya, I Ketut. 2014. Pengaruh Celebrity Endorser, Brand Image, dan Kepercayaan Konsumen terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Vario di Kota Denpasar. E-Jurnal Manajemen, [S.l.], v. 3, n. 6, Milad Nufal Akbar,Pengaruh Produk, Persepsi Harga, Promosi, Dan Distribusi Terhadap Keputusan Pembelian Mebel Pada Pt. Nadira Prima Di Semarang Mohammad Maftuh Baedowi Za: Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Kesesuaian Harga Dan Intensitas Promosi Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Pada Merek Rokok Djarum Super (Studi Kasus Pada Konsumen Rokok Djarum Super Di Kota Semarang) Mohammad Rizan, 2012. Pengaruh Barnd Image Dan Brand Trust Terhadap Barnd Loyality Teh Botol Sosro. JRMSI - Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 3(1), 1-17 Muhammad Muflih, 2006. Perilaku Konsumen Dalam Presfektif Ilmu Ekonomi Islam, Jakarta PT.Raja Grafindo Persada Muhammad Teguh Metode Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi, Jakrta, PT Raja Grafindo Perseda, 2005 Nugroho J.Setiadi, Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Peenelitian Pemasaran, Jakarta Timur: Prenda Media,2003 Philip Kolter. Perilaku Konsumen, Jilid 2, Jkarta: Erlangga,2002 Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa: Berbaasis Kompetensi, Jakarta: Salemba Empat, 2013 Rosvita Dua Lembang, 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Promosi, Dan Cuaca Terhadap Keputusan Pembelian Teh Siap Minum Dalam Kemasan Merek Teh Botol Sosro (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi S1 Reguler II Universitas Diponegoro). Skripsi Fakultas EKonomi Unpad. Bandung Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D, Bandung:2008 Valentine Parengkuan Dkk: Analisis Pengaruh Brand Image Dan Celebrity Endorsment Terhadap Keputusan Pembelian Produk Shampo Head And Shoulders Di 24 Mart Manado Winda Arofatu Zahro, 2017. Dampak Harga dan Citra Merek Terhadap Keputusan Pembelian Ulang Jilbab Pada Outlet RABBANI Collection di Bojonegoro. Jurnal Pendidikan Tata Niaga, 5 (1) http://dianrosela.blogspot.co.id/2014/11/profil-perusahaan-rabbani- profesor.html http://muslim.or.id/20313-kriteria-iklan-yang-syari.html http://myavailableahli.blogspot.co.id/2016/03/pengertian-iklan- menurut-para-ahli.html www.Jambiprov.go.id
4f83a4db-ed7e-488b-8c7c-8b90d5070858
https://publikasi.mercubuana.ac.id/index.php/virtuvian/article/download/1542/1215
## KAJIAN ALTERNATIF DETAIL SAMBUNGAN UNTUK MAINAN KAYU ## Edy Muladi Program Studi Desain Produk, Universitas Mercu Buana, Jakarta Email: [email protected] ## ABSTRK Kebutuhan orang tua akan mainan yang bermanfaat untuk melatih daya pikir dan motorik anak, membuka peluang terciptanya mainan kayu edukatif. Ragam mainan kayu ditawarkan dengan berbagai variasi teknik sambung. Penelitian ini mengkaji berbagai variasi sambungan kayu yang ditemukan dalam teknik sambung furniture dan mungkin dapat diaplikasikan pada media yang lebih kecil seperti mainan kayu. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan melakukan pengamatan dan observasi pada media kayu. Setelah itu dilakukan analisis dan membuat kesimpulan mengenai ragam variasi teknik sambung pada furniture secara konvensional tradisional. Dengan demikian akan diperoleh hasil dari penelitian berupa temuan teknik sambung furniture yang dapat didaptasi untuk sambungan mainan kayu. Kata Kunci : Mainan kayu; Sambungan Kayu; Teknik Sambung Furniture. ## ABSTRACT Parents' need for useful toys to train children's mind and motor, opens opportunities for the creation of educational wooden toys. Variety of wooden toys is offered with a variety of connecting techniques. This study examines the various variations of wooden connections found in furniture extension techniques and may be applicable to smaller media such as wooden toys. The research method used is to make observations and observations on wood media. After that done the analysis and make conclusions about the variety of conventional techniques in traditional furniture conventional. Thus will be obtained the results of research in the form of discovery techniques that can be adapted furniture for wooden toy connection. Keywords: Wooden Toys; Wooden Link; Furniture Connecting Technique. ## 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mainan kayu sudah banyak dikenal di Indonesia. Berbagai jenis mainan kayu menjadi teman bermain anak-anak saat ini. Mainan kayu tidak hanya ramah lingkungan tapi dibuat untuk memiliki daya tahan yang lama dan bahkan bisa melewati generasi ke generasi, yang membuatnya memiliki nilai ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan mainan anak modern saat ini 1 . Seiring dengan perkembangan zaman, muncul pula mainan yang tak hanya ditujukan untuk anak-anak, namun juga untuk orang dewasa. Meskipun mainan baru yang modern terus bermunculan setiap tahunnya, mainan kayu tradisional tetap menjadi keinginan tertinggi dari orang tua untuk 1 Toko Edukasi, “Ini Dia Manfaat Mainan Kayu Yang Perlu Anda Tahu” Diakses dari http://www.tokoedukasi.com/ini-dia-manfaat- mainan-kayu-yang-perlu-anda-tahu/ diberikan ke anaknya. Mainan yang baru-baru ini keluar dipasaran mungkin datang dengan warna-warna plastik yang cerah dan dibuat dengan teknologi yang canggih, tapi tetap mainan kayu memiliki tempat di hati anak-anak. Jenis mainan klasik ini bukan hanya menawarkan manfaat permainan tetapi juga manfaat pendidikan untuk anak. Mainan kayu umumnya digunakan sebagai media edukatif ataupun sebagai cinderamata. Banyak produk mainan dari kayu yang beredar dipasaran berupa puzzle 2D bergambar, balok susun, mobil bongkar pasang dan lainnya 2 . Mainan kayu banyak digunakan para orang tua dan guru untuk menstimulus logika, melatih kesabaran, mengembangkan kreativitas, menstimulus perkembangan motorik halus dan kasar, melatih daya pikir anak untuk 2 QLapa, “Produk Handmade Kayu Indonesia” Diakses dari http://blog.qlapa.com/produk- handmade-kayu-indonesia fokus, mengembangkan koordinasi mata dan tangan, mengenal bentuk dan warna, pemecahan masalah, daya pikir imajinatif dan lain sebagainya. Penelitian membuktikan bahwa kecerdasan atau IQ akan meningkat sebanyak 50 poin untuk beberapa tahun pertama dengan pengembangan dan pelatihan yang tepat dari keterampilan dasar. Setiap anak memiliki keterampilan unik mereka sendiri dan peran mainan edukasi dibuat untuk memenuhi rasa ingin tahu mereka. Keterampilan mereka akan semakin berkembang dengan sendirinya sesuai dengan permainan apa yang mereka mainkan. Ada banyak sekali jenis mainan edukasi dari kayu yang sudah diproduksi secara massal seperti balok susun, sortasi, wiregame, maze, puzzle kayu dan banyak lainnya. Mainan kayu balok susun sangat bagus untuk anak umur 3 tahun karena akan membantu anak untuk mengembangkan daya kreatifitas dan imajinasinya. Wiregame juga sangat bagus untuk membantu perkembangan motorik anak dan melatih koordinasi antara mata dengan tangan. Mainan puzzle merupakan mainan edukasi yang paling populer dan hampir dari segala umur memainkannya mulai dari balita hingga orang dewasa. Bermain puzzle akan membantu meningkatkan daya pikir dan melatih kemampuan dalam pemecahan masalah dan secara umum akan membantu mengembangkan keterampilan sosial, emosional, mental serta fisik anak saat mereka tumbuh berkembang. Mainan kayu yang bersifat edukatif dapat mendorong pertumbuhan mental dan berpikir secara aktif serta sangat dibutuhkan sebagai alat peraga dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dengan memperkenalkan mainan kayu yang bagus dan bermanfaat dapat membuat anak tumbuh menjadi anak yang memiliki rasa ingin tahu dan lebih tertarik lagi untuk belajar. 3 Dalam pembuatan mainan kayu saat ini, jarang ditemui di Indonesia mainan kayu yang memiliki varisi teknik sambung . Padahal dalam dunia industri mebel seperti furniture sangat banyak ditemukan variasi teknik sambung yang dapat dijadikan referensi. Ada dua jenis teknik sambung yang digunakan dalam industri furniture, yaitu teknik sambung konvensional tradisional dan teknik sambung kontemporer modern. Teknik sambung konvensional tradisional dapat diaplikasikan dalam mendesain mainan kayu yang aman digunakan 3 Pelangi Toys.com “Peran mainan edukasi untuk perkembangan anak”, Diakses dari http://pelangitoys.com/blog/peran-mainan- edukasi-untuk-perkembangan-anak untuk anak-anak karena tidak membutuhkan alat bantu sambung seperti paku, baut dan mur. Cara penyambungan teknik ini hanya membutuhkan bagian dari kayu itu sendiri yang dibentuk sedemikian rupa agar kedua belah kayu dapat tersambung dengan kuat. Mainan kayu yang menggunakan berbagai variasi teknik sambung dengan mengadaptasi dari teknik sambung furniture, dapat menjadi pilihan orang tua untuk menambah ragam mainan edukatif bagi anak. ## 1.2. RUMUSAN MASALAH Permasalahan desain yang penulis temui dalam mengembangkan mainan bongkar pasang ini adalah: Bagaimana teknik sambung pada furniture yang bisa digunakan pada mainan kayu. ## 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan Penelitian a. Meneliti mengenai teknik sambung pada furniture yang mungkin bisa digunakan pada mainan kayu. b. Mengumpulkan data variasi sambungan kayu dan mengelom-pokkannya. c. Mengaplikasikan sambungan kayu furniture pada mainan kayu. d. Mengembangkan jenis mainan kayu yang sudah ada. 2. Manfaat Penelitian a. Menambah khasanah berbagai macam mainan kayu dengan menggunakan berbagai teknik sambung. b. Mengasah keilmuan mahasiswa dalam bidang desain, agar mampu mengorbservasi serta menjabarkan metode temuan. c. Menciptakan keragaman produk mainan kayu dari yang sudah ada, dan menyumbangkan hasil karya ilmiah bagi masyarakat. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mempermudah peneliti lain menemukan kekurangan yang belum terpecahkan oleh penulis. ## 1.4. BATASAN MASALAH Penelitian yang akan diteliti lebih difokuskan, antara lain: 1. Jenis sambungan pada mainan kayu berdasarkan tingkat kemudahan pada saat bongkar pasang dan kekuatan daya rekatnya. 2. Konstruksi sambungan mainan kayu yang mini namum mengambil bentuk konstruksi yang lebih besar seperti pada sambungan furniture. 3. Jenis kayu yang akan digunakan adalah kayu mahoni, kayu jati belanda dan kayu sungkai. ## 2. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang akan digunakan dalam proses menciptakan produk desain ini dengan metode kualitatif, antara lain : 1. Pengamatan visual Pengamatan visual yang dilakukan dengan menilai kayu dari segi kekokohan dan kelayakannya, antara lain dengan: a. Mengamati serat yang terdapat pada kayu. b. Menguji kekuatan kayu dengan melakukan beberapa uji coba seperti:  Menarik kayu untuk mengetahui kekuatan kayu dalam menahan gaya- gaya yang mungkin akan terjadi pada mainan.  Menekan untuk mengetahui kekuatan kayu dalam menahan beban jika kayu itu dipergunakan untuk tujuan tertentu.  Menggeser untuk mengetahui kekuatan kayu dalam menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu bergeser kebagian lain di dekatnya.  Membelah untuk mengetahui kekuatan kayu dalam menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu.  Memukul untuk mengetahui seberapa kuat kayu terhadap gaya yang mengakibatkan benturan pada kayu. 2. Observasi Mencaritahu jenis kayu yang bisa digunakan untuk proses pembuatan mainan kayu dengan mengamati berbagai jenis mainan kayu yang sudah beredar di masyarakat. Banyaknya penggunaan kayu jati, kayu mahoni dan kayu sungkai dalam produksi mainan karena kualitas dan ketahanan serta kemudahan dalam proses pengolahannya menjadikan ketiga jenis kayu ini sangat memungkinkan untuk dijadikan mainan kayu. Menganalisis data yang terkumpul berdasarkan kekokohan dan jenis kayu yang biasa digunakan dalam struktur bangunan dan furniture, diketahui jenis kayu diatas cocok untuk digunakan dalam proses pembuatan mainan kayu. Selain terbukti kokoh, material kayu juga merupakan salah satu sumber daya yang dapat diperbaharui. Ketiga jenis kayu tersebut mudah diperoleh sehingga pengolahannya dapat dilakukan secara maksimal. ## 3. KAJIAN PUSTAKA 1. Tinjauan Pustaka Dalam buku karangang Frick, Ir. Heinz. (2003), “Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu”, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, berdasarkan analisa sifat dan jenis dari materialnya, maka dapat disimpulkan bahwa kayu dapat di jadikan mainan bongkar pasang dengan mengaplikasikan struktur teknik sambung yang bervariasi. Saat ini di Indonesia belum banyak ditemukan mainan kayu yang menerapkan berbagai variasi teknik sambung. Penelitian lebih lanjut akan terfokus mengenai teknik sambung yang mungkin bisa mengadopsi dari sistem knocked-down yang terdapat pada industri mebel untuk kemudian dipergunakan ke media yang lebih kecil seperti mainan kayu. Dalam tulisan MacDonal, Angus J. (2001) dalam buku “Struktur & Arsitektur”, penerbit Erlangga, Jakarta, kesimpulan yang bisa diambil adalah suatu bentuk stabil dari struktur hampir bisa selalu dibuat dengan kekuatan dan kekakuan yang memadai, tapi bentuk yang dipilih mempengaruhi efisiensi. Sejauh menyangkut ketentuan kekuatan yang memadai, tugas perancang struktur jelas, setidaknya secara prinsip. Perancangan harus menentukan melalui analisis struktur, jenis dan besar gaya-gaya dalam yang akan terjadi pada seluruh elemen ketika beban maksimum diberikan. Bentuk penampang dan ukurannya kemudian harus dipilih sehingga tingkat tegangan dipertahankan dalam batas yang dapat diterima. Setelah penampang ditentukan, maka kekuatan strukturnya akan cukup kuat. Besarnya defleksi yang akan terjadi di bawah beban maksimum dapat dihitung. Jika besarnya berlebihan maka ukuran elemen ditambah untuk menjadikan defleksinya berada dalam batas yang dapat diterima. Cara terperinci yang digunakan untuk penentuan ukuran elemen bergantung pada jenis-jenis gaya dalam yang terjadi pada masing-masing bagian struktrur dan pada sifat bahan-bahan struktur tersebut. Berdasarkan tulisan Marizar, Eddy S. (2005), “Designing Furniture”, Media Pressindo, Yogyakarta, terdapat beberapa teknik sambung yang biasa digunakan pada barang furniture. Pada umumnya, ada dua jenis sistem konstruksi sambungan kayu yang digunakan, yaitu: Konstruksi konvensional tradisional dan konstruksi kontemporer-modern. Jenis konstruksi kayu yang sering digunakan adalah sambungan parohan, sambungan alur bantu, purus-lubang, anak lidah, lidah-alur panjang dan sponing-lidah. Variasi teknik sambung ini nantinya akan coba di aplikasikan pada mainan kayu bongkar pasang. 2. Kajian Pustaka Kayu telah digunakan sebagai bahan struktur sejak dahulu. Kayu mempunyai kekuatan tarik dan tekan, dan secara struktural cocok untuk berperan sebagai elemen yang memikul beban jenis tekan aksial, tarik aksial dan beban lentur. Kenyataan bahwa kayu merupakan makhluk hidup menjelaskan kehakikian sifat fisik dasar yang dimilikinya. Bagian dari pohon yang digunakan untuk struktur kayu yaitu jantung kayu (heartwood) dan getah kayu (sapwood) karena memiliki struktur yang sangat baik. Kayu tersusun atas serta sel panjang yang lurus paralel terhadap batang pohon asal yang dihasilkan dari lingkaran tahunan. Bahan dari dinding-dinding sel memberikan kayu kekuatan dan fakta bahwa elemen-elemennya memilki berat atom yang rendah berkontribusi terhadap berat jenisnya yang rendah. Berat kayu yang ringan juga disebabkan oleh struktur sel bagian dalam yang menghasilkan penampang melintang elemen yang secara permanen ‘diperbaiki’. Jika paralel terhadap serat kayu, kekuatannya kira-kira sama dalam tarik dan tekan sehingga papan dengan serat kayu yang lurus dapat digunakan untuk elemen yang memikul beban jenis tekan aksial, tarik aksial, atau lentur sesuai dengan bahasan diatas. Jika tegak lurus terhadap serat kayu, kekuatannya kecil karena serat dengan mudah dapat dihancurkan atau ditarik lepas ketika dikenai beban tekan dan tarik dalam arah ini. Kelemahan pada tegak lurusnya serat kayu ini menyebabkan kayu mempunyai kekuatan geser yang rendah ketika dikenai beban-beban jenis lentur dan juga membuatnya tidak tahan terhadap pemusatan tegangan seperti yang terjadi di sekitar alat kunci mesin seperti baut dan sekrup. Pemusatan tegangan ini dapat dikurangi oleh penggunaan sambungan kayu, yang merupakan peralatan yang direncanakan untuk menambah daerah persinggungan dengan beban yang dikirimkan di dalam sambungan. Banyak variasi rancangan sambungan kayu yang tersedia sekarang ini, akan tetapi, meskipun telah berkembang, kesulitan membuat sambungan struktur yang memuaskan dengan alat kunci mekanis merupakan sebuah faktor yang membatasi kapasitas beban yang dapat dipukul oleh elemen kayu, khususnya elemen tarik. Menurut Gordon, J.E (1968) dalam bukunya The New Science of Strong Materials, perkembangan struktur perekat kayu pada abad kedua puluh telah banyak memecahkan masalah konsentrasi tegangan pada sambungan, tetapi kayu yang akan direkatkan harus dipersiapkan dengan sangat hati-hati jika ingin sambungannya memiliki kekuatan potensial yang penuh dan pengeringan perekat harus berada di bawah kondisi temperatur dan kelembapan yang relatif yang terkendali. Hal ini tidak praktis jika dilakukan di tempat bangunan dan harus dianggap sebagai tehnik pra- pembangunan. Kayu memiliki fenomena yang dikenal sebagai ‘pergerakan kelembapan’. Pergerakan kelembapan timbul karena dimensi potongan kayu yang tepat tergantung pada kadar kelembapannya. Kelembapan ini dipengaruhi oleh kelembapan relatif lingkungan yang berubah secara terus-menerus, sehingga kadar kelembapan dan dimensi kayu juga berubah secara terus-menerus. Kayu akan menyusut mengikuti berkurangnya kadar kelembapan yang disebabkan menurunnya kelembapan relatif dan akan memuai jika kadar kelembapannya naik. Sejauh hal ini menyangkut struktur yang menggunakan kayu, salah satu akibat penting dari hal ini adalah bahwa sambungan yang terbuat dari pengikat mekanik cenderung akan semakin longgar. Pilihan atas suatu bahan bangunan tergantung dari sifat-sifat teknis, ekonomis dan dari keindahan. Jika kayu menjadi pilihan sebagai bahan utama suatu bangunan, maka perlu diketahui sifat-sifat utama dari kayu. Sifat- sifat utama tersebut antara lain: a. Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis-habisnya, apabila dikelola/ diusahakan dengan cara-cara yang baik. Artinya: apabila pohon-pohon ditebang (di hutan) untuk diambil kayunya, segera tanah hutan harus ditanami kembali, supaya sumber kayu tidak habis. Kayu dikatakan juga sebagai renewable resources (sumber kekayaan alam yang dapat diperbaharui/diadakan lagi). b. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang lain. c. Kayu mempunyai sifat-sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh bahan-bahan lain. Kayu sebagai satu bahan yang mempunyai beberapa sifat sekaligus tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain yang dibuat manusia. Gambar 1 : Susunan Bagian dalam Kayu Sumber: Frick, Ir. Heinz., “Ilmu Konstruksi Bangunan Kayu”, Kanisius, Yogyakarta, 2003 Kayu memiliki bagian-bagian yang dapat diuraikan sebagai berikut: Kulit Kayu , terdapat pada bagian paling luar pada batang. Kulit kayu terdiri dari kulit luar dan kulit dalam. Kulit luar yang mati berfungsi sebagai pelindung jaringan yang lain yang letaknya di dalam. Kulit dalam berfungsi sebagai transportasi hasil fotosintesis dari daun. Kambium , merupakan satu lapisan sel yang bertugas membentuk sel-sel baru. Ke arah dalam membentuk kayu, ke luar membentuk kulit baru. Kayu Gubal , adalah bagian kayu yang masih hidup. Umumnya berwarna lebih muda dan terang. Kayu gubal berfungsi sebagai salu ran bahan makanan dari akar ke daun untuk diolah lebih lanjut dan sebagai penyimpan cadangan makanan. Kayu Teras, adalah kayu yang sudah mati. Umumnya berwarna lebih gelap dan mengandung ekstraktif. Untuk kayu yang ekstraktifnya bersifat racun terhadap orgnisme rusak kayu, kayu teras menjadi lebih awet dibanding kayu gubal Hati , merupkan bagian kayu yang di pusat. Hati ini asalnya dari kayu awal, yaitu kayu yang pertama-tama dibentuk oleh kambium dan bersifat rapuh. Serat , arah dan ukuran serat ini pada tiap jenis kayu berbeda-beda. Ada kayu yang berserat lurus, ada yang terpilin, berpadu, berombak, yang ukuran seratnya kecil, sedang atau besar. Serat ini sebenarnya adalah susunan sel-sel kayu yang bentuknya seperti gelendong dan panjang-panjang. Ukuran relative sel-sel kayu disebut tekstur. Pori-pori adalah sel-sel pembuluh kayu yang terpotong, sehingga memberi kesan lubang yang kecil (pori-pori). Ukuran bearnya pori-pori ini juga untuk tiap-tiap jenis kayu berbeda-beda. Jari-jari kayu, sebenarnya jaringan kayu yang dibentuk dengan susunan sel secara radial artinya dari luar menuju ke pusat. Jaringan ini disebut jaringan radial. Lingkaran tumbuh, kondisi pertumbuhan pohon ditentukan oleh lingkungan. Material kayu juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya antara lain: a. Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai keinginan, misalkan saja untuk ukiran, desain kusen, dll. Selain itu, kayu juga mudah untuk dipaku, dibaut, dan direkatkan. b. Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi cacat kayu dapat diketahui secara kasat mata. c. Kayu lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan. d. Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang baik dan indah. e. Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung dan sifat resonansinya. f. Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah untuk dijadikan bahan produk lainnya, misal untuk bahan baku pembuatan kertas. Sedangkan kekurangan atau kelemahan material kayu diantaranya adalah: a. Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam kondisi kering. b. Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa penggunaan kayu hanya menjadi limbah. c. Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa menutup secara keselurahan karena terbatasnya diameter kayu. Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu harus disambung atau diperlebar/perbesar. d. Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau serangga lainnya. e. Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu yang belum kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan bentuk, oleh karena itu kayu harus dikeringkan sebelum digunakan. f. Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban. Beberapa jenis material kayu memiliki karakteristik yang perlu diperhatikan sebelum digunakan dalam pembuatan mainan, antara lain berdasarkan: serat padat, serat lurus, serat halus, mudah dibentuk, daya susut kecil (tidak mudah retak). Kayu dapat dikatakan kokoh dengan kualifikasi sebagai berikut: a. Keteguhan tarik. Kekuatan atau keteguhan tarik suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha menarik kayu itu b. Keteguhan tekan/kompresi. Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan kayu jika kayu itu dipergunakan untuk tujuan tertentu. Dibedakan dua macam kompresi, yaitu kompresi tegak lurus arah serat dan kompresi sejajar arah serat. c. Keteguhan geser. Keteguhan geser ialah ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau bergelingsir kebagian lain di dekatnya. Dalam hal ini dibedakan tiga macam keteguhan geser yaitu keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus arah serat dan keteguhan geser miring. d. Keteguhan lengkung (lentur). Keteguhan lengkung atau lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban-beban mati maupun hidup selain beban pukulan yang harus dipikul oleh kayu tersebut. Keteguhan lengkung dibedakan atas keteguhan lengkung statik dan keteguhan lengkung pukul. Keteguhan lengkung statik menunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan dan keteguhan lengkung pukul adalah kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak, misalnya pukulan. e. Kekakuan. Kekakuan kayu, baik yang dipergunakan sebagai belandar ataupun tiang adalah suatu ukuran kekuatan dalam kemampuannya menahan perubahan bentuk atau lengkung. Kekakuan tersebut dinyatakan dengan istilah modulus elastisitas yang berasal dari pengujian- pengujian keteguhan lengkung statik. f. Keuletan. Keuletan adalah suatu istilah yang biasa digunakan untuk menyebut banyaknya sifat kayu. Seperti kayu yang sukar dibelah, kayu yang tidak patah sebelum bentuknya berubah, adalah dikatakan sebagai kayu-kayu yang ulet. Keuletan dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan- kejutan atau tegangan-tegangan yang berulang-ulang, melampaui batas proporsional serta mengakibatkan perubahan bentuk permanen dan kerusakan sebagian. g. Kekuatan. Kekuatan adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang membuat takik atau lekukan yang terjadi padanya. Kekerasan kayu juga dapat diartikan sebagai kemampuan kayu untuk menahan kikisan (abrasi), sebagai ukuran tentang ketahanannya terhadap pengausan kayu. h. Keteguhan Belah. Sifat ini digunakan untuk menyatakan kekuatan kayu dalam menahan gaya-gaya yang berusaha membelah kayu. Tegangan belah adalah suatu tegangan yang terjadi karena adanya gaya yang berperan sebagai baji. Beberapa jenis kayu yang biasa digunakan untuk furniture antara lain: a. Kayu Jati Kayu jati atau latinnya disebut tectona grandis, adalah jenis kayu yang termasuk dalam kelas awet I-II, dan kelas kuat II. Kayu jati memiliki corak warna khususnya pada kayu terasnya coklat agak muda sampai tua kehijau- hijauan. Corak warna kayu jati ini mempunyai nilai dekoratif yang sangat indah dan menarik, menyebabkannya banyak diminati oleh para pengusaha mebel maupun industri pengolahan kayu. Selain keindahan corak, kayu jati mempunyai sifat pengerjaan yang mudah sampai dengan sedang, daya retak rendah, serat lurus atau berpadu walaupun memiliki tekstur yang agak kasar. Kayu jati dalam kegunaannya adalah termasuk kayu yang istimewa karena dapat digunakan untuk semua tujuan (serbaguna). b. Kayu Mahoni Kayu mahoni adalah klasifikasi yang termasuk dalam famili meliaceae. Ada dua jenis spesies yang cukup dikenal yaitu swietenia macrophylla (mahoni daun lebar) dan swietenia mahagoni (mahoni daun kecil). Kayu Mahoni teksturnya cukup halus, seratnya indah dan berwana merah muda sampai merah tua. Banyak digunakan sebagai elemen dekorasi ruangan. c. Kayu Sungkai Kayu sungkai atau jati sabrang memiliki corak warna kayu teras kering udara putih kekuning-kuningan. Kayu sungkai mempunyai sifat pengerjaan mudah, namun daya retaknya cukup tinggi, serat lurus bergelombang dan memiliki tekstur agak kasar. Kayu sungkai dalam kegunaannya diperuntukkan sebagai kayu bangunan, kayu perkakas, lantai, papan, seni ukir dan pahat, finir mewah serta sebagai kayu ornamentil. Tiga komponen dasar arsitektur menurut Sir Henry Wooton dalam buku “ The Elements of Architecture (1624), antara lain: firmness (ketangguhan), commodity (komoditas), dan delight (kesenangan). “ Komoditas ” mengacu pada fungsi peraktis bangunan; mempersyaratkan bahwa kumpulan ruang-ruang yang ada mempunyai manfaat dan memenuhi kegunaan bangunan yang dimaksudkan. “ Kesenangan/delight’ merupakan istilah untuk pengaruh bangunan pada perasaan estetika dari mereka yang berhubungan dengan bangunan tersebut. Hal itu mungkin ditimbulkan oleh lebih dari satu faktor. Pengertian simbolik dari bentuk-bentuk pilhan, kualitas estetika bentuk, tekstur dan warna, penyelesaian yang anggun di mana berbagai permasalahan yang bersifat praktis dan programatik telah diselesaikan dan cara-cara yang di dalamnya telah dibuat hubungan antara aspek-aspek desain yang berbeda, semuanya merupakan kunci yang memungkinkan dihasilkannya ‘ delight’ . “ Kekokohan/firmness ” adalah kualitas yang paling dasar. Kekokohan ini dikaitkan dengan kemampuan bangunan untuk menjaga keutuhan fisiknya dan bertahan di bumi sebagai sebuah objek fisik. Bagian bangunan yang memenuhi kebutuhan untuk kekokohan adalah struktur. Struktur merupakan hal yang fundamental; tanpa struktur tidak ada bangunan dan dengan demikian tidak ada komoditi. Tanpa desain struktur yang baik tidak ada ‘delight’. Fungsi dari sebuah struktur adalah dengan mengatakan bahwa struktur merupakan bagian dari sebuah bangunan yang menahan beban- beban yang diberi padanya. Fungsi stuktur dapat disimpulkan untuk memberikan kekuatan dan kekakuan yang diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan. Lebih khususnya, struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban tersebut menumpu di atas titik-titik antuk selanjutnya disalurkan pada bagian bawah tanah bangunan, sehingga beban-beban tersebut akhirnya dapat ditahan. Stabilitas dapat dibedakan dari kekuatan atau kekakuan, karena walaupun elemen struktur memiliki kekuatan dan kekakuan yang cukup untuk menopang beban yang diberikan kepada elemen struktur, sistem struktur tersebut sebagai satu kesatuan masih mungkin untuk runtuh karena ketidakstabilannya secara geometris. Penerapan beban pada sebuah struktur menghasilkan gaya-gaya dalam pada elemen dan gaya reaksi luar pada pondasi. Elemen serta pondasi yang cukup untuk menahan beban-beban ini. Eleman dan pondasi harus tidak pecah ketika beban maksimum diberikan; demikian juga defleksi yang dihasilkan akibat beban maksimum harus tidak berlebihan. Persyaratan untuk kekuatan yang cukup dipenuhi dengan memastikan bahwa tingkat tegangan yang terjadi pada berbagai elemen dari sebuah sruktur ketika beban, berada dalam batas yang dapat diterima.. Ini terutama merupakan masalah menyediakan elemen- elemen dengan ukuran penampang yang cukup, dengan mempertimbangkan kekuatan bahan yang dipilih. Penentuan dari ukuran yang diperlukan ditentukan oleh perhitungan struktural. Begitu pula halnya dengan ketentuan kekakuan yang memenuhi syarat. Terdapat beberapa contoh jenis bangunan yang menggunakan berbagai macam struktur yang berbeda, menunjukkan bahwa semua bangunan mengandung struktur, yang fungsinya untuk menyokong lapisan permukaan bangunan dengan meneruskan gaya-gaya yang diberikan pada struktur tersebut dari titk-titik di mana gaya-gaya tersebut bekerja pada bangunan menuju tanah di bawahnya, di mana gaya-gaya ini ditahan sepenuhnya. Struktur harus memenuhi 4 hal yaitu, struktur tersebut harus mampu mencapai keadaan seimbang, harus stabil, harus mempunyai kekuatan yang cukup, dan kekakuan yang cukup. Struktur yang mampu mencapai keadaan seimbang akibat aksi beban yang diberikan mensyaratkan konfigurasi internal struktur bersama juga dengan sarana apa struktur ini harus dihubungkan pada pondasinya. Stabilitas geometrik pada struktur merupakan sifat yang mempertahankan geometri pada sebuah struktur dan memungkinkan elemen-elemennya untuk beraksi bersama-sama menahan beban. Desain lahir di tengah masyarakat modern. Desain ada karena pemikiran kreatif dan inovatif dari dalam diri manusia. Untuk mengimplementasikan suatu desain dibutuhkan sebuah konsep. Menurut Suparto, (1979: 5) Konsep merupakan dasar atau awal dari perencanaan. Memulai sebuah konsep dibutuhkan gagasan desain yang diperoleh dari melihat lingkungan sekitar sebagai sumber inspirasi. Permasalahan-permasalahan yang muncul pada saat melihat dan menganalisis akan membentuk sebuah konsep desain yang optimal. Jika menggunakan pengamatan yang cermat, kreatif dan inovatif maka akan lahir jutaan gagasan bentuk desain yang dapat dikreasikan sesuai dengan kebutuhan. Menurut Pille (1990:14), konsep form Follows Function menjadi ideologi yang mengikat dalam visualisasi desain mebel modern. Teori “Form Follows Function” ini diperkenalkan oleh arsitek Amerika Louis Sullivan (1856-1924), pada akhir abad ke-19, yang menghubungkan antara aspek fungsional dengan aspek material dan aspek ekonomi (Lucie-Smith, 1994:86). Pada umumnya, desain mebel modern merupakan desain yang bersifat sangat praktis, dan biasanya ada beberapa tambahan komponen sehingga praktis dan efisien dalam kegunaannya. Contohnya adalah sistem Knocked-down, dimana mebel bisa diubah-ubah kegunaannya (BM, 1992:20). Desain mebel modern sangat memperhatikan bentuk dasar yang sederhana, efisien dan praktis. Pemakaian teknologi modern dan tuntutan ekonomi menjadi tolok ukur yang menentukan karena desain dibuat dengan tujuan menambah nilai secara maksimal, dengan biaya yang minimal. Karakteristik visual dalam desain mebel secara prinsip memiliki unsur-unsur yang tidak luput dari elemen seni rupa. Bentuk dan wujud, warna, tekstur dan penggunaan hiasan merupakan prinsip dasar yang tercermin dalam sebuah desain mebel (Borretti, 1988:41). Elemen desain tersebut yang menghadirkan nilai estetika pada benda desain. Ketika desainer memutuskan untuk membuat benda desain yang membutuhkan suatu teknik tertentu, maka desainer harus mengamati dan menganalis bagaimana struktur itu bisa terbentuk. Salah satu teknik yang bisa dipergunakan dalam benda desain adalah teknik sambung. Ada dua sistem struktur dan konstruksi yang biasa digunakan dalam dunia mebel, yaitu: Sistem Build-in dan Build-up. Sistem Build-in adalah suatu sistem konstruksi yang memanfaatkan dinding, lantai atau langit-langit pada bangunan sebagai bidang penguat konstruksi. Sedangkan Build-up adalah suatu sistem konstruksi yang tidak terikat oleh bangunan sebagai penguat konstruksi. Klasifikasi jenis-jenis konstruksi berdasarkan jenis, sistem atau sifat konstruksi menurut B. Suparto (1979): 1) Konstruksi antara materi dengan materi secara permanen, tak berubah disebut juga fixed construction. 2) Konstruksi antara materi dengan materi atau antara elemen dengan elemen yang dapat dilepas dan di bongkar pasang disebut sebagai knocked-down system. 3) Konstruksi antara materi dengan materi yang dapat bergerak, labil, bisa dipasang menurut kebutuhan, dapat berubah, dan selalu berubah sesuai dengan beban. Pada umumnya, ada dua jenis sistem konstruksi kayu yang digunakan, yaitu: Konstruksi konvensional tradisional dan konstruksi kontemporer-modern. Konstruksi kayu yang masih digunakan hingga saat ini adalah konstruksi konvensional, yang dipergunakan dalam berbagai macam bentuk. Perbedaannya adalah adanya pen atau purus penyambung yang dapat dibuat dengan memanfaatkan mesin modern seperti tenon- mortiser atau spindle shaper. Jenis konstruksi kayu yang sering digunakan adalah sambungan parohan, sambungan alur bantu, purus-lubang, anak lidah, lidah-alur panjang dan sponing- lidah. Dalam konstruksi kontemporer, ada beberapa sistem sambung yang biasa digunakan antara lain: 1) The Minifix Connector System merupakan penyambung kayu hardwares berupa knocked-down fittings dalam konstruksi KD furniture yang mudah digunakan, praktis dan juga stabil. 2) Joint Connecting Bold atau lebih dikenal dengan istilah JCB banyak digunakan oleh para pembuat mebel knocked-down di Indonesia seperti Ligna, Beauty dan sejenisnya. Bentuk JCB adalah sekrup yang digunakan nut penyambung. 3) Dowel juga salah satu alat penyambung dalam konstruksi knocked-down. Dowel berbentuk bulat panjang digunakan sebagai pengganti pasak yang biasanya terbuat dari kayu atau bambu. Ukuran dowel memiliki standarisasi dengan diameter 6, 8, 10, 12 milimeter dengan panjang berkisar 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 4 cm. Bentuk dowel bergerigi dibagian tepinya agar lem dapat mengendap dan melekat dengan kuat. 4) Screw (Sekrup) sebagai alat penyambung kayu atau besi yang juga termasuk dalam konstruksi knocked-down. 5) Plat Siku digunakan untuk membantu penyambungan siku diantara dua kayu. Biasanya digunakan untuk menyembung daun meja dengan palang di bawahnya. Di Indonesia sudah banyak produsen mainan kayu yang berproduksi secara massal. Tidak hanya menggunakan media kayu yang masih baru, beberapa produsen bahkan mengembangkan produksinya dengan memanfaatkan media limbah kayu yang ada di lingkungan sekitar. Limbah dari industri kayu yang berupa potongan-potongan dan serpihan kayu dari hasil penggergajian serta debu dari serbuk gergaji di manfaatkan seoptimal mungkin menjadi barang lain yang bersifat ekonomis dan memiliki nilai jual tinggi. Saat ini produsen mainan massal belum banyak menggunakan teknik sambung yang rumit dalam desainnya. Banyak dari mainan kayu yang diproduksi lebih memilih menggunakan teknik pengeleman dalam menyatukan bagian-bagian yang terpisah. Ada mainan kayu yang menggunakan teknik sambung yang rumit, namun dalam target pasarnya lebih diperuntukkan bagi orang dewasa seperti puzzle bola, puzzle bintang dan Gambar 2 : Alur Pembuatan Mainan Kayu lain sebagainya. Untuk itu penulis mencoba mencari tahu bagaimana alur kerja produsen mainan yang diproduksi secara massal. ## 4. DATA DAN HASIL PENELTIIAN Berdasarkan penelitian, dikumpulkan beberapa contoh teknik sambungan kayu yang sering digunakan dalam dunia mebel. Variasi dalam teknik sambungan pada kayu dikelompokkan dalam: ## 1. Kategori Kayu Menurut Arah Sambungan: a. Sambungan Kayu berdasarkan Arah Mendatar 1) Sambungan Bibir Lurus: 2) Sambungan Bibir Lurus Berkait: 3) Sambungan Bibir Miring: 4) Sambungan Bibir Miring Berkait: b. Sambungan Kayu berdasarkan Arah Mendatar 1) Sambungan Takikan Lurus: 2) Sambungan Mulut Ikan: 3) Sambungan Takikan Lurus Rangkap: 4) Sambungan Purus Lurus: c. Sambungan Kayu Berdasarkan Arah Melebar Horizontal 1) Sambungan Lidah & Alur: 2) Sambungan Lidah Lepas & Alur: 3) Sambungan Lidah bersponing & Alur: 4) Sambungan Lidah Miring: d. Sambungan Kayu Berdasarkan Arah Tegak Melebar 1) Sambungan Lidah & Alur: 2) Sambungan Lidah Lepas & Alur: 3) Sambungan Lidah Miring: e. Sambungan Kayu Berdasarkan Arah Arah Melebar Vertikal 2. Kategori Kayu Dalam Posisi Menyudut: a. Sambungan Takikan Lurus b. Sambungan Takikan Purus dan Lubang Terbuka c. Sambungan Takikan Purus dan Lubang Spatpen d. Sambungan Purus dan Lubang Spatpen e. Sambungan Takikan Lurus Ekor Burung f. Sambungan Purus dan Lubang Tertutup g. Sambungan Purus dan Lubang Dengan Gigi Garis Bagi h. Sambungan Takikan Lurus Ekor Burung pada Pertemuan dan dengan Perkuatan Dari data diatas penulis mengetahui bahwa fungsi dari variasi teknik sambung dapat dipergunakan untuk menyambung dua bagian balok kayu dengan menyesuaikan kondisi kayu yang akan disambung . Namun teknik tersebut biasa dipergunakan untuk objek-objek yang besar seperti kursi, lemari, pintu, jendela dan lain sebagainya. Penulis jarang menemukan variasi teknik sambung dari mainan kayu yang beredar dipasaran seperti yang dipergunakan pada kayu industri mebel. Oleh karena itu penulis mencoba untuk mencari beragam jenis mainan kayu yang menggunakan teknik sambung yang telah diproduksi dipasaran: Berikut disampaikan ragam mainan kayu bongkar pasang yang dikategorisasikan sebagai berikut: 1. Puzzle 3D Hewan 2. Balok Kayu Susun Natural 3. Puzzle Tetris 4. Puzzle 3D Rakit Hewan 5. Puzzle Bola dan Tong Kayu 6. Puzzle Susun dan Tempel 7. Puzzle Kereta 8. Puzzle Truk 9. Puzzle Susunan Warna 10. Puzzle Magnet Dari data tersebut penulis mengetahui bahwa saat ini mainan kayu yang beredar di pasaran saat ini belum banyak mempergunakan variasi teknik sambung seperti yang terdapat pada industri furniture. Mainan kayu saat ini lebih banyak menggunakan teknik susun seperti puzzle 2D, puzzle magnet dan balok susun. Adapun mainan kayu yang menggunakan teknik sambung dengan tingkat kerumitan yang lebih tinggi, khusus dibuat untuk orang dewasa seperti tong puzzle dan bola puzzle. ## 5. KESIMPULAN Setelah melakukan penelitian dan pengamatan terhadap berbagai variasi sambungan kayu, diketahui terdapat beberapa teknik sambung pada desain furniture yang bisa di aplikasikan pada media yang lebih kecil. Jenis teknik sambung yang bisa di gunakan pada mainan kayu antara lain: 1. Teknik Sambung Lidah a. Sambungan Lidah Alur b. Sambungan Lidah Lepas dan Alur c. Sambungan Lidah Bersponing dan Alur d. Sambungan Lidah Miring 2. Teknik Sambung Ekor Burung 3. Teknik Sambung Purus dan Lubang Terbuka dan Tertutup Dari ketiga jenis teknik sambung tersebut, masing-masing sambungan dapat diperkecil sesuai dengan ukuran mainan yang akan dibuat. Berikut adalah contoh sketsa dari penerapan teknik sambung pada mainan: 1. Berikut Contoh aplikasi sambungan Lidah Alur, Sambungan Lidah Alur, Sambungan Lidah Lepas dan Alur, Sambungan Lidah Miring (sumber foto: pinterest.com) 2. Beikut Contoh aplikasi Sambungan Lidah Lepas dan Alur (sumber foto: pinterest.com) 3. Berikut Contoh Sambungan Ekor Burung (sumber foto: pinterest.com) 4. Berikut Contoh Sambungan Purus dan Lubang Terbuka (sumber foto: pinterest.com) 5. Berikut Contoh Sambungan Purus dan Lubang Tertutup (sumber foto: pinterest.com) Selain itu terdapat beberapa variasi sambungan yang ditemukan pada struktur bangunan dan furniture, namun tidak bisa di aplikasikan pada mainan kayu Teknik sambung yang tidak bisa diaplikasikan pada mainan kayu: 1. Teknik Sambung Bibir Lurus . Tidak bisa diaplikasikan pada mainan tanpa alat bantu perekat seperti paku atau lem. 2. Teknik Sambung Bibir Lurus Berkait . Kait yang terdapat pada bibir sambungan tidak cukup kuat menahan gaya gesek dan dorong pada mainan. 3. Teknik Sambung Bibir Miring . Tidak bisa diaplikasikan pada mainan tanpa alat bantu perekat seperti paku atau lem. 4. Teknik Sambung Bibir Miring Berkait . Kait yang terdapat pada bibir sambungan tidak cukup kuat menahan gaya gesek dan dorong pada mainan. 5. Teknik Sambung Takikan Lurus . Sambungan takik lurus ini biasa dipergunakan untuk bagian sudut dan tidak cukup kuat tanpa menggunakan alat sambung paku atau lem. 6. Teknik Sambung Takikan Lurus Rangkap . Sambungan takik lurus ini memiliki rangkap namun masih tidak cukup kuat untuk menyambung tanpa menggunakan alat bantu paku atau lem. Jenis Sambungan tersebut dikategorikan tidak dapat dipergunakan pada mainan kayu karena tidak cukup kokoh untuk menyambung bagian mainan yang dibongkar pasang. Tipe sambungan tersebut hanya dipergunakan untuk menyambung 2 bagian kayu yang dibantu dengan connector ( alat sambung) berupa paku, lem dan baut. Dengan menemukan variasi teknik sambung untuk mainan bongkar pasang diharapkan kedepannya akan muncul lebih banyak varian mainan edukatif yang beredar dipasaran dan memberikan lebih banyak manfaat bagi masyarakat. ## 6. DAFTAR PUSTAKA Frick, Ir. Heinz., “ILMU KONSTRUKSI BANGUNAN KAYu”, Kanisius, Yogyakarta, 2003 MacDonal, Angus J., “STRUKTUR & ARSITEKTUR”, Erlangga, Jakarta, 2001 Marizar, Eddy S., “DESIGNING FURNITURE”, Media Pressindo, Yogyakarta, 2005
92df73e3-ca02-4bcd-a5ba-4c67649145c7
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/prof/article/download/5157/3908
## Evaluasi Kinerja Pelayanan Pada Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat Teluk Kuantan Rezi Zulkarnaen 1) ; Sarjan M 2) ; Alsar Andri 3) ; Rika Ramadhanti 4) 1,2,3,4) Program Studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Islam Kuantan Singingi Email: 1) [email protected] ; 2) [email protected] ; 3) [email protected] ; 4) [email protected] No. WhatsApp Author: 1) 082283940402; 2) 082286817712; 3) 085278528135; 4) 08127678855 ## PENDAHULUAN Pemerintah daerah telah berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dengan mendirikan Unit Pelasana Teknis Daerah (selanjutnya disingkat UPTD) Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat (selanjtnya disingkat Puskesmas) di seluruh wilayah Indonesia. UPTD Kesehatan Puskesmas adalah unit pelaksana teknis kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja tertentu. UPTD Kesehatan Puskesmas berfungsi sebagai : 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat. 3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama. Namun, sampai saat ini usaha pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan masih belum dapat memenuhi harapan masyarakat. Banyak anggota masyarakat yang mengeluh dan merasa tidak puas dengan kinerja pelayanan yang diberikan oleh UPTD Kesehatan Puskesmas milik pemerintah ini, baik itu dari segi pemeriksaan yang kurang diperhatikan oleh petugas kesehatan, lama waktu pelayanan, keterampilan petugas, sarana/fasilitas, serta waktu tunggu untuk mendapatkan pelayanan. UPTD Kesehatan Puskesmas sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, UPTD Kesehatan Puskesmas dituntut untuk memberikan kinerja pelayanan yang bermutu yang memuaskan bagi pasiennya sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakatnya. Salah satu keluhan yang sering terdengar dari masyarakat yang berhubungan dengan aparatur pemerintah adalah selain berbelit-belit akibat birokrasi yang kaku, perilaku oknum aparatur yang kadang kala kurang bersahabat, kurangnya kinerja pegawai ## ARTICLE HISTORY Received [14 Oktober 2023] Revised [22 November 2023] Accepted [15 Desember 2023] ## ABSTRAK Mecapai derajat kesehatan yang optimal, yang memuaskan bagi pasien melalui upaya kesehatan, perlu adanya pelayanan yang baik yang diberikan oleh pegawai, oleh sebab itu dituntut kinerja pelayanan yang tinggi dari pegawai UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. Kinerja pelayanan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan masih belum sesuai dengan keinginan masyarakat, terkait dengan kemampuan UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan belum handal dan akurat dan terkait penyelenggaraan pelayanan belum tepat waktu. Tipe penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey, dengan tingkat eksplanasi deskriptif serta menggunakan analisis data kuantitatif, dengan jumlah sampel sebanyak 35 orang yang diambil menggunakan teknik sampel random sederhana. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, observasi dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model pemeringkatan ( summarating scale ). Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja pelayanan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan sudah baik dengan standar kategori 94%. ## ABSTRACT Achieving an optimal level of health, which is satisfactory for patients through health efforts, requires good service provided by employees, therefore high service performance is required from UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. The performance of services at the UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan is still not in accordance with the wishes of the community, related to the ability of the UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan is not yet reliable and accurate and related to the delivery of services not being timely. The type of research used is a survey research method, with a descriptive level of explanation and using quantitative data analysis, with a sample size of 35 people taken using a simple random sampling technique. The data collection techniques used in this research are questionnaires, observation and documentation studies. Data analysis was carried out using summarating scale model. As for the research results, it can be concluded that the service performance at the UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan is good with a standard category of 94%. ## KEYWORDS Kinerja, Pelayanan dan UPTD Kesehatan This is an open access article under the CC –BY-SA license dalam memberikan pelayanan dalam hal ini ketepatan waktu dalam memberikan pelayanan, kuantitas dan kualitas kinerja pelayanan yang masih sangat rendah. Rendahnya kinerja pelayanan akan membangun citra buruk pada UPTD Kesehatan Puskesmas, dimana pasien yang merasa tidak puas akan menceritakan kepada rekan-rekannya. Begitu juga sebaliknya, semakin tinggi kinerja pelayanan yang diberikan akan menjadi nilai plus bagi UPTD Kesehatan Puskesmas, dalam hal ini pasien akan merasa puas terhadap kinerja pelayanan yang diberikan. UPTD Kesehatan Puskesmas dapat mengetahui kinerja pelayanananya dari para pasien melalui umpan balik yang diberikan pasien kepada UPTD Kesehatan Puskesmas tersebut sehingga dapat menjadi masukan untuk peningkatan kinerja pelayanan. UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan adalah salah satu UPTD Kesehatan Puskesmas pemerintah yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi, untuk mecapai derajat kesehatan yang optimal, yang memuaskan bagi pasien melalui upaya kesehatan, perlu adanya kinerja pelayanan yang baik yang diberikan oleh pegawai, oleh sebab itu dituntut kinerja pelayanan yang tinggi dari pegawai. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya suatu fakta yang menunjukkan bahwah kualitas kinerja pelayanan publik yang diberikan oleh birokrasi pemerintahan belum dilaksanakan secara optimal, dimana UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan dalam menjalankan tugas pelayanan kesehatan masih belum mencapai tujuan yang diinginkan, secara umum masih terdapat banyak kelemahan. Berdasarkan observasi, dimana peneliti melihat langsung proses pelayanan kesehatan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan, peneliti menemukan beberapa masalah penting untuk mendukungnya penelitian ini. Pertama, terkait dengan kemampuan UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan untuk menyelenggarakan pelayanan secara handal dan akurat, di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan ini masih tergolong rendah, karena informasi mengenai waktu pelayanan, lama penyelesaian pelayanan, persyaratan teknis dan administrasi serta biaya pelayanan, baik biaya administrai maupun tindak medis tidak diinformasikan dengan jelas kepada masyarakat, sehingga banyak pasien ataupun pengunjung baru tidak mengetahui secara jelas waktu pelaksanaan pelayanan dan biaya yang ditetepkan pihak UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan, sehingga UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan belum memberikan kinerja pelayanan secara tepat, cepat dan baik. Trasparansi pelayanan, mengenai waktu pelayanan, lama penyelesain pelayanan, persyaratan teknis dan administrasi serta biaya seharusnya diinformasikan di papan pengumuman atau di depan loket pelayanan, sehinnga pasien mudah mendapatkan informasi. Namun papan pengumuman di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan sangat minim. Kedua, masalah penting lainnya dalam kinerja pelayanan UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan ini adalah terkait kesedian UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan untuk membantu penguna layanan dan menyelenggarakan pelayanan tepat waktu dan baik, sesuai dengan harapan masyarakat, namun masih kurangnya daya tanggap pihak UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan terhadap waktu pelaksanaan pelayanan, kecepatan pelayanan dan ketertiban pelayanan. Ini terjadi karena pegawai bekerja dengan santai dan sering mengobrol dengan rekan kerja saat melayani pasien. Ini artinya pihak UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan sering menunda waktu pelayanan dan belum dapat memberikan pelayanan sesegera mungkin, sehingga menyebabkan rendahnya ketepatan waktu pelayanan. Daya tanggap dari pihak UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan terhadap kecepatan pelayanan juga rendah. Hal ini dapat dilihat dari proses pelayanan yang membutuhkan waktu relative lama, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan, hinggap pengambilan obat. Lamanya proses pelayanan ini membuat pasien jenuh. ## LANDASAN TEORI ## Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen telah didefinisikan dalam berbagai pengertian namun secara umum merupakan suatu kegiatan pengelolaan sumber-sumber yang ada tersedia dalam organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Seorang pimpinan tidak bisa bekerja sendiri tanpa ada bawahan yang membantu menyelesaikan pekerjaan. Banyak para ahli memberikan pengertian yang bebeda-beda mengenai manajemen, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan dan maksud yang sama seperti beberapa pendapat berikut ini : Menurut Handoko (2003:8) mendifinisikan manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dan pengguna sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Ahyani (2000:2) definisi manajemen atau yang sering pula disebut pengelolaan atau tata laksana adalah merupakan suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, serta pengendalian. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu seni dan rangkaian proses yang mengatur pemanfaatan, perencanaan, pengkoordinasian dan pengawasan sumber daya manusia dan sumber- sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia dalam organisasi. Menurut Nasution (2000:5) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas tenaga kerja, pengembangan, integrasi dan pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat. Menurut Soeprihanto (2000:3) definisi manajeman sumber daya manusia adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi-fungsi pengadaan atau penarikan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, dan pemeliharaan tenaga kerja dengan maksud membantu kearah tercapainya tujuan organisasi. ## Kinerja Menurut pendapat Ilyas (2005:55) mengatakan bahwa pengertian kinerja adalah penampilan, hasil karya personil baik kualitas, maupun kuantitas penampilan individu maupun kelompok kerja personil, penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personil yang memangku jabatan fungsional maupun struktural tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personil di dalam organisasi. Untuk mengetahui tinggi rendahnya kinerja seseorang, maka diperlukan suatu pengukuran kinerja. Menurut Dharma (2004:355) pengukuran kinerja harus mempertimbangkan hal-hal berikut : 1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan harus dicapai. 2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik atau idaknya). 3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Ada beberapa metode penilaian kinerja pegawai dalam suatu organisasi. Menurut pendapat Rivai (2005:324) menyatakan bahwa metode yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : 1. Metode penilaian berorientasi masa lalu. 2. Metode penilaian berorientasi masa depan. Adapun penjelasan lengkap dari kedua metode yang dimaksud Rivai (2005:324) tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : ## 1. Metode penilaian berorientasi masa lalu Ada beberapa metode untuk menilai prestasi kerja diwaktu yang lalu dan hampir semua teknik tersebut merupakan suatu upaya untuk meminimumkan berbagai masalah tertentu yang dijumpai dalam pendekatan-pendekatan ini, dengan mengevaluasi prestasi kerja masa lalu, pegawai dapat mendapat umpan balik atas upaya-upaya mereka. Umpan balik ini selanjutnya bisa mengarah kepada perbaikan- perbaikan prestasi. Teknik-teknik penilaian dari metode berorientasi masa lalu ini meliputi sebagai berikut : a. Skala peringkat ( rating scale ). b. Daftar pertanyaan ( checklist ). c. Metode dengan penilaian terarah ( forced choice methode ). d. Metode peristiwa kritis ( critical incident methode ). e. Metode catatan prestasi ( prestatition note method ). f. Skala peringkat dikaitkan dengan tingkah laku ( behaviorally anchore rating scale/bars ). g. Metode peninjauan lapangan ( field review methode ). h. Tes dan observasi prestasi kerja ( comparative evaluation approach ) 2. Metode penilaian berorientasi masa depan Teknik-teknik penilaian dari metode berorientasi masa depan meliputi sebagai berikut : a. Penilaian diri sendiri ( self appaisal ). b. Manajemen berdasarkan sasaran ( manajemen by objective ). c. Penilaian secara psikologis ( psikologis assessment ). d. Pusat penilaian ( assessment center ). ## Pelayanan Moenir (2002:26-27) mendefinisikan pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani, tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pengguna. Selanjutnya Moenir (2002:16) menyatakan bahwa proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang dinamakan pelayanan. Jadi, dapat dikatakan pelayanan adalah kegiatan yang bertujuan untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang lain. Menurut Kotler (dalam Sampara Lukman, 2000:8) mengemukakan pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik. Sedangkan menurut Sampara Lukman sendiri (2000:5) memberikan pengertian pelayanan merupakan suatu kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos (dalam Ratminto, 2005:2) yaitu pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hak-hak lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan. Dari definisi tersebut dapat dimaknai bahwa pelayanan adalah aktivitas yang dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga pemerintahan dan perusahaan. Menurut Moenir (2002:88) ada enam faktor yang dapat mendukung pelayanan umum, yaitu : 1. Faktor kesadaran, yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam pelayanan umum. 2. Faktor aturan, yaitu aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan. 3. Faktor organisasi, yaitu organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan. 4. Faktor pendapatan, yaitu pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. 5. Faktor keterampilan petugas. 6. Faktor sarana dalam peaksanaan tugas pelayanan. ## METODE PENELITIAN Tipe penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey, dengan tingkat eksplanasi deskriptif serta menggunakan analisis data kuantitatif. Pengertian survey umumnya dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. (Singarimbun dan Efendi, 2008:3). Deskriptif berarti bersifat menggambarkan atau melukiskan sesuatu hal, baik berupa gambar-gambar atau foto-foto dan juga dapat menjelaskannya dengan kata-kata. (Usman dan Akbar, 2011:129). Sedangkan penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada banyaknya populasi dan sampel yang diambil yaitu dengan melakukan metode pengumpulan data berdasarkan kuisioner yang dipilih. (Sugiyono, 2017:9). Penelitian ini mengambil sampel unsur pegawai dan pasien UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan sebanyak 35 orang, dengan teknik penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel random sederhana ( simple random sampling ). Ciri utama sampling ini ialah setiap unsur dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel. (Usman dan Akbar, 2011:44). ## HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui seberapa besar kinerja pelayanan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan, maka peneliti menggunakan teori yang dikemukan oleh Agus Dharma yang mengemukakan tiga dimensi untuk menilai kinerja dalam suatu organisasi yaitu dari indikator kuantitas, kualitas, dan ketepatan waktu. Berikut ini pemaparan kinerja pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan berdasarkan hasil penelitian. ## Kuantitas Kinerja Pelayanan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan Indikator pertama untuk menilai kinerja pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan adalah kuantitas. Kuantitas menyangkut ukuran pelaksanaan kinerja pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. Untuk mengukur kinerja pelayanan UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan dari indikator kuantitas maka dapat diukur dari beberapa item penilaian yaitu hasil pekerjaan dan kecepatan kerja, sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Frekuensi Jawaban Responden dari Indikator Kuantitas Kinerja Pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. No Item Yang Dinilai Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah 1 2 3 4 5 6 1 Hasil pekerjaan 34 97% 1 3% 0 0% 35 100% 2 Kecepatan kerja 34 97% 1 3% 0 0% 35 100% 1 2 3 4 5 6 Jumlah 68 2 0 70 Rata-rata 34 1 0 35 Persentase (%) 97% 3% 0% 100% Standar Kategori 97% Kriteria Pengukuran Baik Sumber : Data Olahan Lapangan. Dari tabel 1 di atas, dapat dilihat bahwa jawaban responden dari indikator kuantitas pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan, dapat dilihat dari tanggapan responden terhadap item penilaian hasil pekerjaan UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 97% atau 34 orang menyatakan baik, sementara itu 3% atau 1 orang mengatakan kurang baik. Selanjutnya, dari tanggapan responden terhadap item penilaian kecepatan kerja UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 97% atau 34 orang menyatakan baik, sementara itu 3% atau 1 orang mengatakan kurang baik. Jadi, jika diakumulasikan secara keseluruhan jawaban responden dari semua item penilaian, maka jumlahnya menunjukan 97% atau 34 orang menyatakan baik dan 3% atau 1 orang menyatakan kurang baik. Sehingga jika dilihat dari standar kategori pengukuran berada pada (61-100%) yaitu tergolong baik. ## Kualitas Kinerja Pelayanan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan Indikator yang kedua untuk menilai kinerja pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan adalah kualitas. Kualitas menyangkut mutu yang dihasilkan dalam suatu pekerjaan yang telah dikerjakan. Dalam hal ini mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan pasien terhadap kinerja pelayanan yang diberikan oleh pihak pemberi pelayanan dalam hal ini pegawai, perawat dan dokter, sebagai instansi yang berhadapan langsung dengan masyarakat (pasien), maka kinerja pelayanan UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan harus memuaskan masyarakat. Adapaun untuk mengukur kinerja pelayanan yang ada pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan dari indikator kualitas, maka dapat diukur dari beberapa item penilaian yaitu, pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan pasien, pekerjaan sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan hasil pekerjaannya sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP), sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini. ## Tabel 2. Frekuensi Jawaban Responden dari Indikator Kualitas Kinerja Pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. No Item Yang Dinilai Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah 1 Pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan harapan pasien 30 86% 5 14% 0 0% 35 100% 2 Pekerjaannya sesuai standar operasional prosedur (SOP) 34 97% 1 3% 0 0% 35 100% 3 Hasil pekerjaannya sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) 34 97% 1 3% 0 0% 35 100% Jumlah 98 7 0 105 Rata-rata 33 2 0 35 Persentase (%) 93% 7% 0% 100% Standar Kategori 93% Kriteria Pengukuran Baik Sumber : Data Olahan Lapangan. Dari data tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa jawaban responden dari indikator kualitas kinerja pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan, dari tanggapan responden terhadap item penilaian pekerjaan yang dilakukan sesuai harapan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 86% atau 30 orang menyatakan baik, sementara itu 14% atau 5 orang mengatakan kurang baik. Selanjutnya, dari tanggapan responden terhadap item penilaian pekerjaan sesuai standar operasional prosedur (SOP) di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 97% atau 34 orang menyatakan baik, sementara itu 3% atau 1 orang mengatakan kurang baik. Sedangkan dari tanggapan responden terhadap item penilaian hasil pekerjaan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 97% atau 34 orang menyatakan baik, sementara itu 3% atau 1 orang mengatakan kurang baik. Jika diakumulasikan secara keseluruhan jawaban responden dari semua item penilaian, maka jumlahnya menunjukan 93% atau 33 orang menyatakan baik dan 7% atau 2 orang menyatakan kurang baik. Sehingga jika dilihat dari standar kategori pengukuran berada pada (61-100%) yaitu tergolong baik. ## Ketepatan Waktu Kinerja Pelayanan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan Indikator yang ketiga dalam mengukur kinerja pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan adalah ketepatan waktu. Ketepatan waktu menyangkut sesuai tidaknya suatu pekerjaan diselesaikan dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan setiap harinya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, oleh sebab itu dituntut disiplin yang tinggi dari petugas kesehatan agar semua masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. Jam kerja di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan dimulai pukul 08.00 Wib dan berakhir pukul 16.00 Wib. Untuk mengukur kinerja pelayanan pada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan dari indikator kualitas, maka dapat diukur dari beberapa item penilaian yaitu, sesuai waktu mulai pekerjaan, sesuai waktu selesai pekerjaan dan mengutamakan kepentingan tugas dalam bekerja, sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini. ## Tabel 3. Frekuensi Jawaban Responden dari Indikator Ketepatan Waktu Kinerja Pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. No Item Yang Dinilai Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah 1 Sesuai waktu mulai pekerjaan 29 83% 6 17% 0 0% 35 100% 2 Sesuai waktu selesai pekerjaan 34 97% 1 3% 0 0% 35 100% 3 Mengutamakan kepentingan tugas dalam bekerja 33 94% 2 6% 0 0% 35 100% Jumlah 96 9 0 105 Rata-rata 32 3 0 35 Persentase (%) 91% 9% 0% 100% Standar Kategori 91% Kriteria Pengukuran Baik Sumber : Data Olahan Lapangan. Dari tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa jawaban responden dari indikator ketepatan waktu kinerja pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan, dari tanggapan responden terhadap item penilaian sesuai waktu mulai pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 83% atau 29 orang menyatakan baik, sementara itu 17% atau 6 orang mengatakan kurang baik. Selanjutnya, dari tanggapan responden terhadap item penilaian sesuai waktu selesai pekerjaan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 97% atau 34 orang menyatakan baik, sementara itu 3% atau 1 orang mengatakan kurang baik. Sedangkan dari tanggapan responden terhadap item penilaian mengutamakan kepentingan tugas dalam bekerja di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan 94% atau 33 orang menyatakan baik, sementara itu 6% atau 2 orang mengatakan kurang baik. Jika diakumulasikan jawaban responden dari seluruh item penilaian yang ada, maka jumlahnya menunjukan 91% atau 32 orang menyatakan baik dan 9% atau 3 orang menyatakan kurang baik. Sehingga jika dilihat dari standar kategori pengukuran berada pada (61-100%) yaitu tergolong baik. Adapun rekapitulasi seluruh indikator, dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Frekuensi Rata-Rata dari Ketiga Indikator dalam Mengukur Kinerja Pelayanan di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. No Indikator Baik Kurang Baik Tidak Baik Jumlah 1 Kuantitas 34 97% 1 3% 0 0% 35 100% 2. Kualitas 33 93% 2 7% 0 0% 35 100% 3. Ketepatan Waktu 32 91% 3 9% 0 0% 35 100% Jumlah 99 7 0 105 Rata-rata 33 2 0 35 Persentase (%) 94% 6% 0% 100% Standar Kategori 94% Kriteria Pengukuran Baik Sumber : Data Olahan Lapangan. Dari tabel 4 di atas, jika diakumulasikan secara keseluruhan indikator dan jawaban responden, maka jumlahnya menunjukan 94% atau 33 orang menyatakan baik dan 6% atau 2 orang menyatakan kurang baik. Sehingga jika dilihat dari standar kategori pengukuran berada pada (61-100%) yaitu tergolong baik. ## KESIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja pelayanan UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan dari segi kuantitas, kualitas dan ketepatan waktu sudah baik dengan akumulasi 94% atau 33 orang. ## Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan maka, peneliti menyarankan kepada UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan untuk lebih meningkatkan kinerja pelayanan, dengan menambah pegawai kesehatan agar kedepannya bisa lebih cepat lagi dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Selanjutnya kebersihan harus tetap dijaga, agar pasien tetap nyaman berobat di UPTD Kesehatan Puskesmas Teluk Kuantan. ## DAFTAR PUSTAKA Admodiredjo, S, Prajudi. 1980 . Administrasi dan Manajemen Umum Jilid II . Jakarta. Ghalia Indonesia. Ahyani, Agus. 2000. Manajemen Produksi : Pengendalian Produksi . Yogyakarta. BPFE. Anggraeni, Dian. 2002. Hubungan Gaya Kepemimpinan Atasan dengan Prestasi Kerja Pegawai . Skripsi UPI. Bandung. Azwar, Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga . Tangerang. Binarupa Aksara Publiser. Dharma, Surya, Agus. 2000. Gaya Kepemimpinan yang Efektif Bagi Para Manajer . Bandung. Sinar Baru. Dharma, Surya, Agus. 2004. Manajemen Kinerja : Falsafah, Teori dan Penerapannya . Jakarta. Ghava Media. Dharma, Surya, Agus. 2011. Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik . Yogyakarta. Universitas Gajah Mada. Djatmiko, Yayat Hayati. 2002. Perilaku Organisasi. Bandung. CV.Alfabeta. Handoko, T, Hani. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia . Bandung. Salemba Empat. Hasibuan, Malayu. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Revisi . Jakarta. Bumi Aksara. Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2011. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta. Bumi Aksara. Kartini, Kartono. 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan . Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Lubis, S.M. Hari dan Husein, Martini. 1987. Teori Organisasi : Suatu Pendekatan Makro . Jakarta. Pusat Antar Ilmu-Ilmu Sosial. lyas, Yaslis. 2005. Perencanaan Sumber Daya Manusia (Teori, Metode dan Formula) . Jakarta. Pusat Kajian Ekonomi Informasi FKM-UI Depok. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2010. Evaluasi Kerja Sumber Daya Manusia . Bandung. PT. Rineka Aditama. Masri Singarimbun dan Sofian Efendi. 2008. Metode Penelitian Survai . Jakarta. LP3ES Indonesia. Moenir, A.S. 2002. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia . Jakarta. Bumi Aksara. Nasution, Mulia. 2000. Manajemen Personalia . Jakarta. Djambatan. PMK Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas. Ratminto dan Winarsih Atik Septi. 2005. Manajemen Pelayanan . Yogyakarta. Pustaka Pelajar . Riduwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian . Bandung. Alfabeta. Rivai, Veithzai. 2005. Performance Appraisai, Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan, Edisi Kedua . Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Sampara Lukman. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan . Jakarta. STIA LAN. Soeprihanto, John. 2000. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan . Yogyakarta. BPFE. Soeprihanto, John. 2001. Teori Budaya Kerja Organisasi . Jakarta. PT. Rineka Cipta. Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM : Teori, Dimensi dan Implementasi dalam Organisasi . Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2017. Metode Penilitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R & D . Bandung. Peneribit Alfabeta. Undang -Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1945 tentang Kedudukan Komite Nasional Daerah. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Negara Indonesia Timur (NIT). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. 2011. Metodologi Penelitian Sosial Edisi 2 , Jakarta. Bumi Aksara. Veithzal, Rivai. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. Wajong, J. 1962. Administrasi Keuangan Daerah . Jakarta. Ichtiar.
0b1278b8-9a36-4f60-bf3c-b639ebf233ff
https://ejournal.uinsaizu.ac.id/index.php/almanahij/article/download/1799/1662
p-ISSN 1978-6670 | e-ISSN 2579-4167 DOI: https://doi.org/10.24090/mnh.v13i1.1799 POLITIK HUKUM POLIGAMI: STUDI TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI NEGARA-NEGARA MUSLIM ## Ismail Marzuki Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang Jl. Prof. Hamka, Kampus 3, Ngaliyan, Semarang Email: [email protected] Submit : 18 Oktober 2019 Diterima : 13 Juni 2019 Revisi : 07 November 2018 Terbit: : 25 Juni 2019 ## Abstrak Artikel ini membahas politik hukum keluarga Islam tentang pengaturan poligami di negara- negara Muslim. Politik hukum Islam di negara-negara muslim di era modern dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu uncodified law, dan codified law . Negara Muslim yang dibahas dalam artikel ini adalah negara Muslim yang politik hukumnya masuk dalam kategori codified law , yaitu: Turki, Tunisia, Iran, Indonesia, Mesir, Maroko, dan Afganistan. Meskipun di dalam kitab-kitab fiqh poligami adalah sesuatu yang diperbolehkan, namun dalam prakteknya masing-masing negara Islam memiliki politik hukum ( legal policy ) yang berbeda terkait dengan poligami, yaitu: (1) Ada yang membolehkan poligami, (2) Ada yang membolehkan poligami dengan syarat-syarat yang ketat, dan (3) ada yang melarang poligami. Di samping itu, artikel ini juga membahas tentang “keberanjakan” politik hukum tentang poligami dari mazhab fikih yang mayoritas dianut di masing-masing negara Islam tersebut. Artikel ini menunjukan bahwa politik hukum tentang poligami di negara-negara Islam yang termasuk dalam kategori codified law tersebut memiliki corak yang beragam, ada yang bercorak liberal, konservatif, dan ada yang moderat. Kata kunci : politik hukum, hukum Islam, poligami, negara muslim, hukum keluarga ## Abstract This article discusses Islamic family law politics about regulating polygamy in Muslim countries. The policy of Islamic law in Muslim countries in the modern era can be categorized into two, namely uncodified law, and codified law. The Muslim countries discussed in this article are Muslim countries whose legal politics fall into the codified law category, namely: Turkey, Tunisia, Iran, Indonesia, Egypt, Morocco, and Afghanistan. Although according to fiqh polygamy is something permissible, in practice each Islamic country has a different legal policy related to polygamy, namely: (1) some countries allow polygamy, (2) some allow polygamy with strict conditions, and (3) some prohibit polygamy. In addition, this article also discusses the "progress" of legal policies regarding polygamy from the jurisprudence school of law that are commonly adhered to in each of these Islamic countries. This article shows that legal policies regarding polygamy in Islamic countries included in the codified law category have a variety of styles, some are liberal, conservative, and some are moderate. Keywords: legal policy, Islamic law, polygamy, Muslim countries, family law ## A. Pendahuluan Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan manusia lainya untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Perkawinan merupakan salah satu sarana untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup. Perkawinan juga merupakan sarana bagi manusia untuk terus melestarikan keturunan. Sebab pentingnya lembaga perkawinan, maka agama dan negara memiliki aturan atau tata cara perkawinan. Meskipun, bentuk dan tata cara perkawinan antar agama atau negara dapat berbeda-beda. Islam sebagai sebuah agama yang memiliki seperangkat aturan yang terhimpun dalam fikih/hukum Islam yang merupakan hasil ijtihad para ulama dengan sumber primer al-Qur’an dan hadis juga memiliki aturan tentang perkawinan. Di dalam fikih, diatur sedemikian rupa tentang berbagai tatacara perkawinan untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup dalam bingkai ibadah kepada Allah SWT. Dalam sejarah peradaban manusia, ditemukan sedikitnya ada tiga bentuk perkawinan, yaitu; perkawinan monogami (antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan), perkawinan poliandri (antara satu perempuan dengan lebih dari satu laki-laki), dan perkawinan poligami (antara satu lai-laki dengan beberapa perempuan). Bentuk praktek perkawinan poligami ini banyak ditemukan di masyarakat Yunani, Persia, Mesir kuno, dan bangsa-bangsa lainya, Sedangkan praktek perkawinan poliandri ditemukan di suku Tuda, dan beberapa suku di Tibet. 1 Pada masyarakat Arab pra-Islam Tiga bentuk perkawinan ini juga lazim terjadi, bahkan praktek poligami di masyarakat Arab pra-Islam seorang pemimpin suku memiliki puluhan bahkan ratusan istri. 2 Namun setelah Nabi SAW datang, bentuk perkawinan yang diperbolehkan hanyalah monogami dan poligami 3 dengan pembatasan maksimal empat istri. Pada era kontemporer bentuk perkawinan poligami ini mengalami “gugatan” seiring dengan perkembangan pemikiran di kalangan para ulama kontemporer serta tuntutan persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Bentuk perkawinan poligami ini dianggap sebagai bentuk perkawinan yang tidak sejalan dengan isu persamaan hak tersebut, bahkan lebih jauh dianggap tidak sejalan dengan spirit nilai-nilai keislaman. Di samping itu, bentuk perkawinan poligami ini dianggap berpotensi merugikan pihak perempuan, pihak anak, serta sulitnya tercapai rumah tangga yang bahagia dan sejahtera. Seiring dengan dengan geliat pemikiran hukum Islam di era modern, politik hukum keluarga Islam di sejumlah negara muslim, menganut dua pola, yaitu: a) kodifikasi, dan b) pembuatan undang- undang. Salah satu hal yang diatur dalam hukum keluarga Islam adalah tentang perkawinan yang termasuk di dalamnya adalah tentang poligami. Dalam tulisan ini akan membahas tentang politik hukum tentang poligami dengan cara melakukan studi terhadap peraturan perundang- undangan di negara Turki, Iran, Mesir, Tunisia, Indonesia, Maroko, dan Afganistan. Pemilihan terhadap negara- negara tersebut karena mereka masuk dalam kategori negara Islam yang politik hukumnya 4 masuk dalam kategori codified law dengan beragam corak, ada yang liberal, konservatif, dan ada yang moderat. ## B. Poligami dalam Pandangan Fikih Istilah poligami (memiliki lebih dari satu isteri) di dalam kitab-kitab fikih dikenal dengan dua istilah, yaitu ta’addud al-zaujāt (perkawinan dengan lebih dari satu isteri), dan al-ḍarrah (madu). Istilah ta’addud al-zaujāt digunakan oleh kitab- kitab fikih kontemporer, sedangkan istilah al-ḍarrah digunakan di dalam kitab-kitab fikih klasik/salaf. Istilah ta’addud (perkawinan dengan lebih dari satu isteri) digunakan oleh kitab fikih kontemporer, misalnya kita akan menemukan istilah ini di dalam kitab fiqhu al-islāmī wa adillatuhu karya Wahbah al-Zuhaili pada bab wuju bu al- ‘adla baina al-nisā’i fī ḥuqūqihinna ‘inda al-ta’addudi (kewajiban berlaku adil terhadap hak-hak para isteri di dalam poligami). 5 Sedangkan istilah al-ḍarrah akan bisa kita temukan di dalam kitab-kitab fiqih klasik, misalnya di dalam kitab Fatḥu al-Bārī . Di dalam kitab Fatḥu al- Bārī istilah al-Ḍarrah -yang artinya adalah madu- digunakan untuk menerangkan poligami. Istilah ini dapat dilihat pada bab: Bābu al-Ma’rati Tahibu Yaumahā Min Zaujihā Li Ḍarratihā (bab seorang istri yang memberikan giliran harinya kepada madunya) 6 . Di dalam kitab-kitab fikih, tidak ditemukan pendapat para ulama mazhab (ulama salaf) yang mengharamkan dilakukanya poligami, para ulama hanya berbeda pendapat mengenai jumlah maksimal yang dibolehkan dalam berpoligami dan bentuk keadilan yang wajib dijalankan oleh suami terhadap para isterinya. Dasar hukum dari dibolehkanya poligami tidak terlepas dari dua ayat Q.S. an-Nisa berikut ini, yaitu: Pertama adalah Q.S. an-Nisa’ ayat 3, yang artinya adalah; “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan (yatim), maka kawinilah yang kamu senangi dari wanita- wanita (lain) dua, tiga, atau empat. Lalu jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau budak-budak wanita yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniyaya” (Q.S. 4:3). Kedua adalah Q.S an-Nisa’ ayat 129, yang artinya adalah “Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung, sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha penyayang” (Q.S An-Nisa’: 129). Di samping kedua ayat tersebut di atas, praktek poligami yang dilakukan oleh Nabi SAW dijadikan dasar atas dibolehkanya praktek poligami oleh jumhur ulama. Jumhur ulama membolehkan poligami dengan jumlah maksimal empat, namun demikian ada juga yang membolehkan berpoligami lebih dari empat yaitu mazhab Ẓāhiri. 7 Namun demikian pendapat yang lebih kuat adalah yang membatasi tidak boleh lebih dari empat, sebagaimana hadis berikut ini; Pertama H.R. Ibnu Majjah, diriwayatkan dari Ibnu Umar dia berkata “Ketika Ghailan bin salamah yang memiliki sepuluh isteri masuk Islam, maka Nabi SAW berkata kepadanya: Ambillah di antara mereka empat orang” (HR.Ibnu Majah). 8 Kedua, Hadis yang diriwayatkan dari Qais bin al-Hadis yang berkata “saya memeluk Islam dan saya memiliki delapan isteri. Saya mendatangi Nabi SAW dan mengatakan hal itu padanya, lalu beliau berkata: pilihlah empat saja di antara mereka. (H.R. Ibnu Majah)”. 9 Kebolehan berpoligami ini diatur dengan persyaratan berlaku adil terhadap pada isteri, sebagaimana diterangkan dalam Q.S. an-Nisa: 3, yaitu …fain khiftum allā ta’dilū fawāḥidatan.. yang artinya: “Lalu jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja”. Di samping ayat tersebut di atas, di dalam hadits Nabi SAW juga diatur tentang keharusan berbuat adil dalam berpoligami. Sabda Nabi SAW “Siapa saja yang mempunyai dua orang isteri dan condong kepada salah satunya, dia akan dibangkitkan di hari kiamat nanti dengan sebelah bahunya lumpuh” (HR. Ibnu Hibban) . 10 Dari ayat dan Hadits tersebut, dapat dilihat bahwa kebolehan berpoligami ini juga diikuti dengan syarat mutlak yaitu harus mampu berlaku adil. Keadilan disini dalam arti tidak berbuat dzalim, baik terhadap isterinya, anaknya, bahkan terhadap dirinya sendiri. Sehingga orang yang memiliki kekhawatiran tidak bisa berlaku adil, maka dia disunahkan bermonogami. 11 Kewajiban berlaku adil menurut jumhur ulama -kecuali ulama mazhab Syafi’i- adalah adil di dalam memberikan hak-hak isteri berupa; rumah dan nafkah (berupa makanan dan pakaian) dengan pembagian yang sama. 12 Sedangkan menurut ulama mazhab Syafi’i pembagian nafkah kepada para isteri secara sama tidaklah wajib namun sunah, yang wajib adalah memberikan nafkah sesuai dengan kebutuhan dari masing-masing isteri. 13 Menurut M. Quraish Shihab, keadilan yang dimaksud dalam berpoligami bukanlah keadilan mutlak dalam artian keadilan yang bersifat terus- menerus dalam hal cinta, namun dia harus berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan keadilan yang bersifat material, dalam artian meskipun hatinya lebih cenderung pada salah satu isteri, hal tersebut tidak boleh membuat perlakuan yang diskriminatif terhadap isteri lainya. 14 Apabila di antara isteri-isterinya terdapat budak ( amat ), maka jumhur ulama –kecuali mazhab Maliki- berpendapat bahwa bagian isteri adalah dua kali lipat dari bagian budak ( amat ). Sedangkan menurut ulama mazhab Maliki hak antara isteri yang merdeka dengan amat adalah sama. 15 Sedangkan di kalangan ulama kontemporer -misalnya pendapat Yusuf Qardawi- orang yang lemah (tidak mampu) untuk mencari nafkah untuk istrinya yang kedua atau dirinya khawatir tidak bisa berlaku adil, maka dia diharamkan untuk menikah lagi. Muhammad Abduh dalam menafsirkan QS. An-nisa:3 dan QS. Al-Nisa: 129, bahwa kebolehan tersebut berkaitan erat dengan kemampuan berlaku adil, jika tidak bisa berlaku adil maka poligami haram dilakukan dan pihak istri berhak meminta pemutusan perkawinan kepada hakim sesuai dengan mazhab Maliki. 16 Sedangkan kalangan intelektual muslim kontemporer yang tidak membolehkan praktek poligami antara adalah; Qasim Amin, Fazlur Rahman, dan Nasr Hamid Abu Zayd. Nabi Muhammad SAW bermonogami dengan Siti Khadijah selama 28 tahun di tengah-tengah tradisi poligami masyarakat Arab pra-Islam, sedangkan Nabi SAW menjalankan poligami hanya selama 7 tahun, dan hanya ‘Aisyah saja yang dinikahi Nabi SAW dalam keadaan perawan, sedangkan yang lainya dalam keadaan janda. Fakta sejarah ini menjadi salah satu argumentasi kelompok yang kontra terhadap poligami. Karena realitas di masyarakat secara umum, poligami dilakukan dengan wanita-wanita muda dengan dominasi motivasi biologis bukan motivasi melindungi maupun mengangkat status sosial para janda tua. Di samping itu, penolakan terhadap poligami juga didasarkan atas persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Persamaan hak ini dalam konteks internasional termaktub dalam deklarasi bangsa-bangsa di dunia pada tanggal 10 Desember 1948 dalam “ Universal Declaration of Human Rights ” yang menyatakan bahwa ‘setiap manusia dilahirkan merdeka dan sama dalam martabat dan hak-haknya’. 17 Di samping itu dalam Convention On The Elimination Of All Forms Of Discrimination Against Women 1979 , yang menyatakan bahwa dalam bidang sipil wanita mempunyai hak yang sama dengan pria untuk memasuki jenjang perkawinan dan bebas memilih suami sesuai dengan persetujuan yang bebas dan sepenuhnya. 18 Oleh sebab itu, maka perkawinan poligami dianggap menjadi salah satu bentuk diskriminasi dan pelanggaran terhadap hak sipil perempuan. Selanjutnya dalam perkawinan poligami pihak yang akan dirugikan adalah anak. Sedangkan anak juga memiliki hak yang sama untuk mendapatkan hak pendidikan, ekonomi, dan kasih sayang. Perkawinan poligami akan berpotensi pada pemenuhan hak-hak anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan maksimal. Oleh sebab itu maka kelompok yang kontra terhadap poligami berpendapat bahwa perkawinan poligami adalah bentuk perkawinan yang dilarang. ## C. Peraturan Perundang-undangan tentang Poligami di Negara-negara Muslim Di negara Mesir terdapat berbagai undang-undang yang mengatur tentang seputar hukum keluarga Islam, yaitu; UU No. 25 tahun 1920 tentang nafkah dan perceraian, UU No. 56 tahun 1923 tentang usia perkawinan, UU No. 25 tahun 1929 tentang perceraian, UU No. 77 tahun 1943 tentang waris, dan UU No. 71 tahun 1946 tentang wasiat. 19 Sebelum tahun 1985, berkaitan dengan persoalan poligami belum diatur di dalam UU. Namun demikian, jika poligami yang dilakukan oleh seorang laki-laki kemudian menimbulkan ekses kekerasan terhadap isteri, maka atas dasar kekerasan tersebut seorang isteri diberikan hak untuk mengajukan perceraian kepada pengadilan sebagaimana diatur dalam pasal 6 UU No. 25 tahun 1920 tentang nafkah dan perceraian. 20 Setelah terjadi amandemen UU pada tahun 1985, maka diatur di dalam Pasal 11A UU No. 100 tahun 1985 21 tentang: Pertama , keharusan mencatat status perkawinanya di dalam formulir pendaftaran pernikahan, jika dia sudah menikah maka dia harus memasukan nama dan alamat istri/istri-istrinya. Kedua , Pegawai pencatat nikah harus memberitahukan kepada isteri/isteri- isterinya tentang perkawinan tersebut. Ketiga , seorang isteri yang dimadu mempunyai hak untuk mengajukan cerai kepada pengadilan atas dasar kesulitan ekonomi dan ketidakharmonisan akibat dari poligami, meskipun masalah poligami ini sebelumnya tercantum atau tidak di dalam ta’lik ṭalāq , hak ini tetap berlaku setiap kali pihak suami menikah lagi. Jika hakim gagal mendamaikan, maka solusi hukumnya adalah perceraian. Keempat , hak untuk mengajukan perceraian ini akan gugur jika sudah melewati batas waktu satu tahun semenjak pihak isteri mengetahui perkawinan tersebut. Kelima , seorang isteri yang dinikahi dan tidak mengetahui bahwa suaminya telah beristeri, maka dia memiliki hak untuk mengajukan perceraian setelah dia mengetahui hal tersebut. Dengan adanya undang-undang tersebut, maka poligami di Mesir tetap diperbolehkan namun dengan syarat dan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 11 A UU No. 100 tahun 1985 tersebut di atas. Dibandingkan dengan negara Muslim lainya, mungkin Turki adalah Negara yang memiliki rentang waktu yang paling panjang dalam melakukan amandemen UU hukum keluarga dengan rentang waktu 50 tahun (1915-1965). Pada 1926, di Turki diundangkan The Turkish Civil Code 1926, di samping memuat tentang kontrak dan obligasi, undang- undang ini juga memuat tentang perkawinan, perceraian, hubungan keluarga, dan waris. Undang-undang ini diadopsi dari The Italian Criminal Code 1889 dan The Swiss Civil Code 1912 yang telah disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat Turki. 22 The Civil Code Of 1926 mengalami amandemen berkali-kali, yaitu: Pertama amandemen pada 1933, Kedua pada 1938, Ketiga 1945, Keempat 1950, Keenam 1956. Kemudian selama sepuluh tahun ada beberapa perubahan yang dimasukan, yang pada ahirnya diundangkan pada 1965. 23 Di dalam The Turkish Civil Code Pasal 93, 112, dan 114 diatur bahwa poligami dilarang keras dan pelakunya akan mendapatkan hukuman atau denda. Seseorang dilarang menikah lagi selagi dia tidak dapat membuktikan kepada pengadilan bahwa pernikahan yang pertama sudah bubar baik karena pembatalan, perceraian ataupun kematian salah satu pihak. 24 Pernikahan poligami merupakan salah satu bentuk pernikahan yang batal demi hukum, sebagaimana diatur dalam pasal 19 Turkish Family Law . 25 Di negara Iran, undang-undang yang mengatur tentang hukum keluarga antara lain adalah The Civil Code . Pada tahun 1967 di buat UU yang dikenal dengan Qānūn Himāyat Khāneīwāda ( Family Protection Law ). Tujuan dari diundangkanya UU ini adalah untuk mengatur tentang perceraian dan poligami dengan cara pandang agar perceraian dan poligami tidak disalahgunakan. 26 Berkaitan dengan poligami, undang- undang Iran mengaturnya di dalam Marriage Law of 1931 ( Qanūn Izdiwāj ) bahwa seseorang yang ingin menikah lagi dia harus memberitahukan status yang sebenarnya tentang pernikahannya yang terdahulu kepada calon isterinya, dan jika menyalahi ketentuan tersebut maka akan dikenai sanksi. Selanjutnya The Family Protection Law of 1967 menambahkan bahwa untuk dapat berpoligami seseorang harus mendapatkan izin dari pengadilan 27 . Jika dia melakukan poligami tanpa adanya izin dari pengadilan, maka dia akan dikenai sanksi berupa kurungan selama enam bulan sampai dua tahun. Pihak isteri dapat mengajukan permohonan pemutusan perkawinan kepada pengadilan jika poligami yang dilakukan suaminya (dengan atau tanpa izin pengadilan) bertentangan dengan kehendak hatinya. 28 Dalam hal pemberian izin, pengadilan akan melihat kemampuan suami dalam pemberian nafkah termasuk kemampuan memberikan tempat tinggal, makanan, dan pakaian yang pantas dalam kehidupan rumah tangga. Seorang isteri yang suaminya menikah lagi tanpa adanya izin dari pengadilan memiliki hak mengajukan pemutusan perkawinan kepada pengadilan. 29 Sedangkan di Indonesia, hukum keluarga Islam diatur di dalam UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, 30 dan INPRES No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam (KHI). 31 Sedangkan berkaitan dengan persoalan poligami, diatur di dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pada Pasal 3, 4, dan pasal 5. sedangkan di dalam KHI, persoalan poligami diatur di dalam bab IX pasal 55-59. 32 Di dalam UU No. 1 Tahun 1974 pada Pasal 3, 4, dan Pasal 5 diatur bahwa seseorang dapat beristeri lebih dari satu dengan adanya izin dari pengadilan, dengan cara mengajukan izin tersebut kepada pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Poligami diizinkan oleh pengadilan hanya jika: (1) isteri tidak bisa menjalankan kewajibanya, (2) isteri mendapatkan cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan (3) isteri tidak dapat melahirkan keturunan. 33 Selanjutnya diatur di dalam Pasal 5 UU No. 1 Tahun 1974 bahwa persayaratan untuk mengajukan permohonan izin kepada pengadilan adalah: (1) Adanya persetujuan dari isteri/ isteri-isteri, namun persetujuan tersebut tidak diperlukan jika pihak isteri/isteri-isteri tidak mungkin dimintai persetujuan atau isteri/isteri- isterinya tidak ada kabar/hilang minimal selama 2 tahun atau ada sebab-sebab lain yang perlu medapatkan penilaian dari hakim; (2) Adanya kepastian akan kemampuan suami dalam menjamin kebutuhan hidup isteri-isteri dan anak- anaknya; (3) Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri- isteri dan anak-anaknya. 34 Sedangkan ketentuan tentang poligami di dalam KHI, terdapat pada bab IX Pasal 55-59, secara prinsip isinya sama dengan UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 3, 4, dan pasal 5. Sedangkan di Tunisia -melalui The Tunisian Code Pasal 8- dinyatakan bahwa poligami dilarang. Seseorang yang telah menikah dan pernikahanya masih sah secara hukum, kemudian dia menikah lagi maka diancam dengan pidana kurungan selama satu tahun atau denda 240.000 Malim atau dikenai kedua-duanya. 35 Bahkan, dalam amandemen Undang- undang Tahun 1964 pada Pasal 21 dinyatakan bahwa poligami masuk dalam kategori pernikahan yang tidak sah ( fāsid ) dan wajib dianulir (dibatalkan) tanpa perlu adanya perceraian, dan secara otomatis ikatan pernikahanyapun tidak mempunyai konsekuensi hukum apapun. 36 Berbeda dengan Tunisia, poligami masih diperbolehkan di Maroko. Persoalan poligami ini diatur dalam undang-undang hukum keluarga Tahun 1958 Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Jika dikhawatirkan akan terjadi ketidakadilan di antara para isteri maka beristeri lebih dari satu tidak diijinkan’. 37 Namun demikian, di dalam undang- undang Tahun 1958 tersebut tidak diatur mengenai pemberian otoritas untuk menyelidiki kapasitas seorang suami untuk melakukan poligami, kapasitas tersebut sepenuhnya tergantung pada suami, jika suami merasa tidak akan bisa berlaku adil maka dia hanya bisa melakukan monogami. 38 Hal ini tentu berbeda sekali dengan negara-negara lain semisal Indonesia dan Iran yang undang- undangnya memberikan otoritas kepada pengadilan untuk memeriksa kapasitas seorang suami dan memberikan putusan berupa izin apakah dia boleh berpoligami atau tidak. Selain ketentuan di atas, undang- undang di negara Maroko juga mengatur tentang beberapa hal lain tentang poligami, yaitu: 39 Pertama , jika seseorang hendak berpoligami, maka dia harus meberitahukan pada calon isterinya bahwa dia telah memiliki isteri. Kedua , seorang wanita diperbolehkan mencantumkan ta’liq ṭalāq yang melarang calon suaminya berpoligami. Jika hal tersebut dilanggar, maka pihak isteri berhak mengajukan gugatan kepada pengadilan. Ketiga , meskipun tidak ada ta’liq ṭalāq , pengadilan bisa membubarkan perkawinan mereka jika perkawinan yang kedua menyebabkan luka pada isteri yang pertama. 40 Berkaitan dengan poligami, Afganistan mengaturnya di dalam undang-undang Tahun 1971 ( The Qanun- i Izdiwaj ) dan hukum Sipil Tahun 1977. Di dalam undang-undang tersebut diatur bahwa poligami hanya diizinkan apabila bertujuan untuk menghindari bahaya yang lebih besar. Sedangkan syarat minimal dikeluarkanya izin berpoligami oleh pengadilan adalah kemampuan keuangan suami untuk berpoligami. Di samping itu pengadilan akan memberikan izin poligami jika fihak isteri mandul dengan dibuktikan melalui tes medis. Namun, jika suami mandul dan isterinya subur, maka pihak isteri juga diberi hak untuk mengajukan gugatan cerai. Namun demikian, jika isteri memberikan izin berpoligami kepada suami, maka pengadilan pun bisa memberikan izin. 41 Meskipun pihak isteri tidak mandul, atas dasar ijin untuk berpoligami dari pihak isteri maka pengadilan pun dapat memberikan izin. D. Perbandingan Antara Politik Hukum tentang Poligami Negara- Negara Islam dengan Mazhab Fikih Mesir adalah Negara yang mayoritas masyarakatnya menganut mazhab Syafi’i dan mazhab Hanafi, mazab Hanafi mulai diadopsi oleh masyarakat Mesir ketika Mesir menjadi bagain dari ke khalifahan Turki usmani. 42 Dalam melakukan reformasi hukum keluarga Islamnya, Mesir menggunakan metode intra-doctrinal reform yaitu dengan cara menggabungkan berbagai pendapat mazhab yang ada di lingkungan Sunni 43 , baik Hanafi, Maliki, Syafi’i, maupun Hanbali. Jika ditinjau dari pendapat berbagai mazhab Sunni yang ada, maka reformasi hukum keluarga yang terkait dengan persoalan poligami di Mesir belum beranjak dari pendapat para ulama mazhab. Hal ini terlihat pada Pasal 11 A UU No. 100 tahun 1985 yang mengatur bahwa orang yang hendak berpoligami harus mencatat status perkawinanya terdahulu di dalam formulir pendaftaran pernikahan dan juga harus memasukan nama dan alamat istri/istri-istrinya. Selanjutnya pegawai pencatat nikah harus memberitahukan kepada isteri/isteri-isterinya tentang perkawinan tersebut. Dan seorang isteri yang dimadu mempunyai hak untuk mengajukan cerai kepada pengadilan atas dasar kesulitan ekonomi dan ketidakharmonisan akibat dari poligami, meskipun masalah poligami ini sebelumnya tercantum atau tidak di dalam ta’liq ṭalāq . Hak mengajukan cerai ini tetap berlaku setiap kali pihak suami menikah lagi Jika hakim gagal mendamaikan, maka solusi hukumnya adalah perceraian. Hak untuk mengajukan perceraian ini akan gugur jika sudah melewati batas waktu satu tahun semenjak pihak isteri mengetahui perkawinan tersebut. Seorang isteri yang dinikahi dan tidak mengetahui bahwa suaminya telah beristeri, maka dia juga memiliki hak untuk mengajukan perceraian setelah dia mengetahui hal tersebut. Dengan kata lain, mesir membolehkan poligami dan memberikan hak kepada isteri untuk memilih apakah dia akan melanjutkan perkawinan atau mengajukan perceraian kepada pengadilan jika suaminya melakukan ketidak adilan. Hal ini sama dengan pendapat para ulama empat mazhab yang membolehkan poligami dengan disertai kewajiban bagi suami untuk berlaku adil kepada isteri-isterinya. Sehingga, jika suami tidak berlaku adil, maka seorang isteri diberi hak untuk mengajukan perceraian. Tidak jauh berbeda dengan Mesir, Indonesia yang menganut mazhab Syafi’i dalam melakukan reformasi hukum keluarganya juga menggunakan metode intra-doctrinal reform . Hal ini terlihat dengan pembolehan poligami. Pembolehan ini tentunya sama dengan pendapat para ulama empat mazhab, namun demikian ada upaya penafsiran baru terhadap pendapat para ulama mazhab tentang kewajiban berlaku adil. Hal ini terlihat dengan adanya persyaratan adanya izin dari isteri dan adanya izin dari pengadilan. Izin dari pengadilan ini terkait antara lain dengan kemampuan ekonomi orang yang akan berpoligami sehingga dia akan mampu berlaku adil terhadap para isterinya. Di samping itu Indonesia juga menerepakan regulatory reform 44 (melakukan reformasi hukum yang bersifat administratif). Di dalam UU diatur bahwa perkawinan poligami statusnya sama dengan perkawinan biasa yaitu harus juga dicatat oleh petugas pencatat perkawinan. Harus adanya izin dari pengadilan menunjukan bahwa Idonesia juga memberlakukan Judicial control (kontrol pengadilan) terhadap poligami. 45 Sedangkan Iran yang menganut mazhab Syi’ah Ja’fari ( Ithnā ‘Asharī ) 46 di dalam undang-undangnya mengatur bahwa orang yang akan berpoligami diharuskan memberitahukan kepada calon isterinya tentang status perkawinanya yang terdahulu dan jika menyalahi ketentuan tersebut maka akan dikenai sanksi. Selanjutnya ditambahkan bahwa untuk dapat berpoligami seseorang harus mendapatkan izin dari pengadilan. 47 Pemberian izin ini terkait dengan kemampuannya memberikan tempat tinggal, makanan, dan pakaian yang pantas dalam kehidupan rumah tangga. Pihak isteri dapat mengajukan permohonan pemutusan perkawinan kepada pengadilan jika poligami yang dilakukan suaminya (dengan atau tanpa izin pengadilan) bertentangan dengan kehendak hatinya. 48 Di dalam persoalan poligami, jika dilihat di dalam undang-undangnya, maka reformasi hukum yang dijalankan sama dengan Indonesia dan Mesir yaitu menggunakan metode intra-doctrinal reform . Hal ini terlihat pada status hukum poligami yang masih diperbolehkan meskipun dengan berbagai macam syarat, karena dalam fikih mazhab ja’fari – sebagaimana pendapat ulama mazhab- mazhab sunni- poligami diperboolehkan. Di samping intra-doctrinal reform , Iran juga melakukan extra-doctrinal reform (pembaharuan hukum dengan memberikan penafsiran yang baru terhadap sumber hukum yang ada) 49 , hal ini terlihat dari aturan di dalam undang- undang di Iran bahwa orang yang melakukan poligami tanpa izin dari pengadilan dan orang yang berpoligami namun tidak memberitahukan status hukum perkawinanya terdahulu pada isteri barunya akan dihukum 6 bulan-1 tahun penjara. Hal ini juga menunjukan bahwa Iran juga memberlakukan Judicial control (kontrol pengadilan) terhadap persoalan poligami. 50 Tunisia merupakan Negara yang mayoritas penduduknya menganut mazhab Maliki serta mazhab Hanafi. Mazhab Hanafi mulai dikenal di Tunisia saat menjadi bagian dari Turki Utsmani. 51 Sedangkan Turki adalah negara yang mayoritas penduduknya bermazhab Hanafi. 52 Turki dan Tunisia mereformasi hukum keluarganya dalam masalah poligami dengan menggunakan metodologi extra-doctrinal reform (pembaharuan hukum dengan cara memberikan penafsiran yang baru terhadap nash), 53 hal ini terlihat dari undang-undang Turki dan Tunisia yang mengatur secara tegas bahwa poligami dilarang dan memasukan poligami dalam kateogri nikah yang tidak sah ( invalid ). Di samping itu Turki dan Tunisia sama-sama melakukan penal control (pemberlakuan hukuman pidana baik denda maupun kurungan) terhadap pelaku poligami. 54 Pelarangan dan pemberian hukuman pada pelaku poligami jelas tidak ada dalam pendapat para ulama mazhab, baik mazhab Hanbali maupun mazhab Maliki. Pendapat para ulama mazhab semuanya membolehkan poligami dan hanya memberikan syarat wajib adil terhadap pelaku poligami, dan jika para calon pelaku poligami merasa khawatir tidak mampu berbuat adil maka menurut jumhur ulama dia disunahkan untuk bermonogami. Di dalam masyarakat Maroko mazhab Maliki memiliki pengaruh yang sangat kuat. Dalam reformasi hukum keluarganya, Maroko menggunakan metode kodifikasi dan intra-doctrinal reform . Reformasi hukum keluarga di Maroko bersumberkan pada; Pertama , prinsip-prinsip dari berbagai mazhab hukum Islam, khususnya pendapat yang dominan di mazhab Maliki. Kedua , ajaran maṣālih al-mursalah mazhab Maliki. Ketiga , undang-undang yang diberlakukan di negara-negara muslim lainya. 55 Dalam persoalan izin berpoligami, reformasi hukum keluarga di Maroko tidak beranjak dari ajaran mazhab fikih klasik (Maliki) yang dianutnya, karena poligami masih diperbolehkan. Hukum keluarga di Maroko mensyaratkan kemampuan suami untuk berlaku adil jika ingin berpoligami. Namun berbeda dengan negara lainnya, undang-undang di Maroko tidak memberikan otoritas kepada lembaga tertentu semisal pengadilan untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan suami untuk berlaku adil. Dan memang di dalam mazhab fikih klasik tidak diatur secara rinci lembaga mana yang diberikan otoritas untuk memberikan penilaian kapasitas seseorang untuk berbuat adil dalam poligami. Dalam mazhab Hanafi, Maliki dan juga Syafi’i, ta’liq thalaq yang memuat pelarangan suami berpoligami tidak dianggap sah, karena suami tidak boleh mengikat dirinya sendiri untuk tidak melakukan sesuatu yang dihalalkan oleh agama. 56 Dengan demikian ta’liq thalaq yang memuat pelarangan (calon) suami berpoligami, mengindikasikan bahwa reformasi hukum keluarga di Maroko tentang pengaturan ta’liq ṭalāq tersebut sudah masuk dalam kategori telah beranjak dari mazhab Maliki yang dianutnya. Sedangkan di Afganistan, mazhab yang mayoritas dianut oleh penduduknya adalah mazhab Hanafi 57 , sehingga wajar jika hukum keluarga yang dirumuskan di Afganistan mengacu pada prinsip-prinsip hukum mazhab Hanafi. Dalam hal status hukum poligami, undang-undang di Afganistan belum beranjak dari fikih klasik, hal ini terlihat dari status hukum poligami yang masih diperbolehkan. Namun demikian di Afganistan juga ada upaya penafsiran baru terhadap pendapat para ulama mazhab tentang kewajiban berlaku adil, upaya ini terlihat dengan adanya Judicial control (kontrol pengadilan) terhadap poligami berupa persyaratan perlu adanya ijin dari pengadilan jika seorang suami ingin melakukan poligami. Pengadilan akan mengeluarkan izin berpoligami dengan pertimbangan kemampuan finansial, atau isterinya mandul, atau adanya izin dari isteri. Jika tujuh negara (Turki, Tunisia, Iran, Indonesia, Mesir, Maroko dan Afganistan) tersebut di atas dibandingkan dalam persoalan poligami di dalam undang-undangnya masing-masing, serta dibuat urutan tingkat “keberanianya” dalam beranjak dari fikih klasik, maka urutan pertama akan ditempati oleh Turki dan Tunisia, sedangkan urutan kedua ditempati oleh Iran, urutan ketiga ditempati oleh Indonesia dan Afganistan, dan urutan yang keempat ditempati oleh Mesir dan Maroko. Turki dan Tunisia keduanya memiliki kesamaan dalam hal pelarangan poligami, yang diatur secara tegas di dalam undang-undang. Pelaku poligami sesuai dengan ketentuan undang-undang yang ada diancam dengan kurungan atau denda. Di samping itu, poligami di dalam undang-undang Turki dan Tunisia masuk dalam kategori pernikahan yang tidak sah ( fāsid ) dan wajib dianulir (dibatalkan) oleh pengadilan tanpa perlu adanya perceraian, dan secara otomatis ikatan pernikahanya pun tidak mempunyai konsekuensi hukum apapun. Iran di dalam undang-undangnya masih membolehkan adanya poligami, namun demikian di dalam undang- undangnya diatur bahwa jika hendak berpoligami maka pihak laki-laki harus memberitahukan status perkawinanya kepada calon isterinya, dan harus mendapat izin dari pengadilan. Jika dua ketentuan tersebut dilangggar, maka akan dikenai sangsi berupa kurungan selama enam bulan sampai dua tahun. Di samping itu, pihak isteri yang merasa bahwa poligami yang dilakukan oleh suaminya bertentangan dengan kehendak hatinya, maka dia diberi hak untuk mengajukan pemutusan perkawinan kepada pengadilan. Pemberian sangsi pidana (kriminalisasi) dalam persoalam poligami ini tentunya merupakan langkah yang lebih berani jika dibandingkan Indonesia dan Mesir. Ketentuan tentang poligami antara Iran dan Indonesia tidak terlalu berbeda, kecuali tentang pemidanaan pelaku poligami yang melanggar ketentuan undang-undang. Sama seperti di Iran, orang yang hendak berpoligami harus mendapatkan izin dari pengadilan. Namun berbeda dengan Iran dan Mesir, di Indonesia di samping harus mendapatkan izin dari pengadilan, orang yang hendak melakukan poligami juga harus mendapatkan izin dari pihak isteri/isteri- isterinya, kecuali jika isterinya tidak mungkin dimintai izin atau menghilang selama dua tahun atau adanya pertimbangan tertentu dari hakim. Meskipun tidak semaju Iran dan Indonesia, di Afganistan reformasi hukum keluarga tentang persoalan poligami relatif maju. Karena pemberian otoritas oleh undang-undang kepada pengadilan untuk memberikan izin bagi seorang suami yang ingin melakukan poligami. Dan pengadilan akan mengeluarkan izin didasarkan pada pertimbangan kemampuan finansial pihak suami yang ingin berpoligami, atau adanya kemandulan pada pihak isteri, atau adanya izin berpoligami dari pihak isteri. Berbeda dengan Iran, Indonesia, dan Afganistan yang lebih maju, di Mesir orang yang hendak berpoligami tidak perlu mendapatkan izin dari pengadilan, dia cukup mengisi formulir tentang status pernikahannya dan mengisi nama dan alamat isteri/para isterinya terdahulu saat mendaftarkanya. Selanjutnya pihak pencatat pernikahan yang akan memberitahukan kepada isteri/para isteri tentang pernikahan yang akan dilakukan oleh suaminya lagi dan isteri setelah mengetahui pernikahan suaminya diberi kewenangan maksimal satu tahun untuk meminta pemutusan perkawinan kepada pengadilan. Tunisia dan Maroko memiliki letak geografis yang berdekatan, di samping itu dua negara tersebut sama-sama mayoritas penduduknya menganut mazhab Maliki. Sehingga wajar jika dua negara ini memiliki persamaan dalam hukum keluarganya antara lain tentang; pengaturan pertunangan dan pembubaran pertunangan, pengasuhan dan kekuasaan pengadilan memperpanjang masa asuh berdasarkan kepentingan sang anak. 58 Namun demikian, berkaitan dengan pengaturan poligami kedua negara tersebut dalam posisi yang berseberangan. Tunisa melarang poligami, sedangkan Maroko masih membolehkan dengan ketentuan-ketentuan yang longgar jika dibandingkan dengan negara muslim lainya semisal Indonesia dan Iran. Berkaitan dengan persoalan pengaturan poligami undang-undang di Maroko lebih dekat dengan Mesir. Di Maroko, pengadilan tidak diberi otoritas untuk memberikan izin bagi orang yang akan berpoligami, dan penilaian kemampuan berbuat adil juga tidak didasarkan pada hasil pemeriksaan pengadilan, namun diberikan sepenuhnya pada kesadaran pihak suami. Undang- undang di Maroko juga sama dengan di Mesir yang hanya mengatur bahwa orang yang akan berpoligami harus memberitahukan status pernikahannya kepada calon isterinya. Namun demikian, Maroko sedikit lebih maju, karena undang-undangnya mengatur bahwa jika di dalam perjanjian pra nikah terdapat adanya larangan suami untuk berpoligami, maka pihak isteri dapat melayangkan gugatan pada pengadilan. Jika isteri pertama merasa tersakiti dengan adanya poligami, maka dia pun berhak mengajukan gugatan cerai pada pengadilan. Dan hak isteri ini tidak dibatasi dengan adanya batasan waktu kedaluarsa untuk melakukan gugatan cerai. ## E. Konteks Sosial Historis di Balik Pengaturan Poligami di Negara- negara Muslim Dalam konteks sejarah pembaharuan pemikiran hukum Islam, Mesir menempati posisi yang penting. Karena kemunculan dan perkembangan gagasan ide pembaharuan hukum Islam adalah di Mesir. Gagasan ini diusung oleh intelektual Mesir Muhammad Abduh atas dorongan Jamaluddin al-Afghani. Geliat pembaharuan hukum Islam ini pada giliranya membawa gejala bermunculannya pendapat yang menentang poligami karena dianggap menimbulkan kerugian terhadap kedudukan perempuan, dan pemasungan terhadap hak-hak perempuan dalam keluarga. Setelah dibuka perdebatan mengenai poligami, pemikiran fikih di Mesir sampai pada satu kesimpulan bahwa 59 : 1. Keadilan yang dituntut untuk dibolehkanya dalam al-Qur’an adalah keadilan yang bersifat moral yang pelaksanaanya diserahkan pada suami, sehingga seyogyanya tidak dianggap sebagai syarat hukum karena sulit bagi keadilan untuk mengukurnya. 2. Angka-angka statistik tidak menunjukan bahwa poligami merupakan problem sosial, bahkan poligami justru menjadi solusi bagi masalah seperti kesehatan. 3. Sedangkan solusi hukum bagi wanita yang suaminya menikah lagi adalah pemberian hak untuk mengajukan pemutusan perkawinan kepada pengadilan disertai dengan pengajuan bukti bahwa dia tidak mendapatkan nafkah lahir, tidak mendapatkan nafkah batin, dan mendapatkan perlakuan kejam dari suami. Oleh karena itu maka pemikiran fikih di Mesir menganggap cukup dengan Ordonasi tahun 1929 yang memberikan hak kepada wanita yang suaminya menikah lagi untuk mengajukan pemutusan perkawinan kepada hakim. Kemudian pada tahun 1985 terjadi kemajuan dalam pengaturan poligami. Dengan adanya pengaturan melalui pasal 11 A UU No. 100 tahun 1985, maka ada ketentuan baru mengenai poligami, yaitu; Pertama , pencatat nikah wajib memberi tahu isteri terdahulu tentang perkawinan kedua yang dilakukan oleh suaminya. Kedua , dianggap menyakiti isteri jika suami menikah lagi tanpa persetujuan isteri, meskipun isteri tidak mensyaratkan untuk tidak dimadu sebelum akad nikah (perjanjian pra nikah). Demikian pula ketika suami merahasiakan kepada isterinya yang baru bahwa dia telah memiliki isteri. Dan hak isteri untuk meminta pemutusan perkawinan gugur setelah lewatnya waktu satu tahun setelah pihak isteri mengetahui adanya poligami tersebut. 60 Sedangkan Turki dalam sejarah reformasi hukum keluarga di dunia muslim merupakan Negara yang pertama kali melakukan reformasi hukum pada tahun 1917 yaitu the ottoman law of family right ( Qanūn al-Haqūq al-Āila ). 61 Ide sekularisasi kelompok muda Mustafa Kemal at-tatuk pada giliranya nanti juga mempengaruhi pembentukan undang- undang di Turki. Hal ini terlihat pada penerapan undang-undang The Turkish Code yang memisahkan antara agama dan hukum. 62 Di samping itu pengaruh pengadopsian undang-undang Swiss dan Italia juga mempengaruhi. ‘watak’ undang-undang yang sekuler. Revolusi politik di negara Turki menyebabkan hancurnya dinasti Ottoman sekaligus penghapusan kekhalifahannya dan diganti dengan bentuk negara sekular. Secara otomatis berbagi produk hukum di era kekhalifahan diganti. UU Sipil Islam 1876, berbagai hukum keluarga yang diberlakukan pada tahun 1915 dan tahun 1917, maupun hukum waris mazhab Hanafi non-kodifikasi, semuanya diganti oleh UU Sipil baru yang komprehensif yang diberlakukan pada tahun 1926. Berdasarkan the Turkish Civil Code 1926 , poligami sama sekali dilarang dan jika terjadi maka perkawinan tersebut dinyatakan tidak sah (invalid/ fāsid ). UU Turki tersebut melarang perkawinan lebih dari satu selama perkawinan pertama masih berlangsung. Sedangkan Tunisia, semenjak tahun 1883 sampai pertengahan abad ke 20 (1956) dia masuk di dalam kekuasaan Perancis. Sehingga dominasi Perancis terhadap Tunisia juga masuk pada ranah hukum. Tidak mengherankan jika kemudia hukum –termasuk hukum keluarga- di Tunisia warna Baratnya cukup kental. 63 Sehingga wajar jika kemudian undang-undnag Tunisia juga melarang adanya poligami dan akan mempidanakan pelaku poligami. Di samping itu presiden Tunisia pada tahun 1957 yaitu Habib Bour Guiba yang berhaluan sosialis dan anti Islam. 64 Di bawah kepemimpinan Presiden Habib Bour Guiba Tunisia menjadi negara Arab pertama yang melarang poligami. Ada dua alasan yang dikemukakan Tunisia mengapa mereka melarang poligami: Pertama , bahwa institusi budak dan poligami hanya boleh pada masa perkembangan atau masa transisi umat Islam, tetapi dilarang pada masa perkembangan atau masyarakat berbudaya; Kedua , bahwa syarat mutlak bolehnya poligami adalah kemampuan berlaku adil pada istri, sementara fakta sejarah membuktikan hanya Nabi saw. yang mampu berlaku adil terhadap istri- istrinya. 65 Iran merupakan negara dengan bentuk Republik Islam yang menganut mazhab Syiah Ja’fari. Bentuk negara Republik Islam ini merupakan hasil dari revolusi Islam Iran yang di pimpin oleh imam Khumaini terjadinya pada tahun 1979. Revolusi Iran ini kemudian membawa perubahan yang sangat mendasar, karena rezim yang baru mendeklarasikan bahwa Islam merupakan satu-satunya sumber bagi seluruh perumusan/pembuatan hukum. 66 Sehingga wajar jika di Iran, seorang suami yang ingin menikah lagi (berpoligami) maka wajib memenuhi dua hal: 1) Memberitahukan kepada calon istrinya bahwa ia sudah beristri. 2) Mendapat izin dari Pengadilan. Pelanggaran atas salah satu hal tersebut dapat mengakibatkan konsekuensi hukum. Berdasarkan Hukum Keluarga yang berlaku di Iran, poligami yang dilakukan dengan memalsukan keterangan atau tanpa pemberitahuan kepada calon istri tentang eksistensi perkawinan sebelumnya, dapat membuat pelakunya dijatuhi hukuman penjara 6 bulan – 2 tahun. Hukuman yang sama juga dikenakan terhadap pelaku poligami tanpa izin Pengadilan. Dari aturan tersebut masih bisa dilihat bahwa pembaharuanya lebih bersifat kontrol terhadap praktek poligami, bukan pada status hukum poligami berupa; boleh atau dilarang. Sedangkan di Indonesia, melalui UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 yang antara lain mengatur tentang poligami. Sebelum pemberlakuan UU Perkawinan No. 1 tahun 1974 di Indonesia, jika seseorang ingin berpoligami maka dia cukup melaporkan perkawinan barunya kepada petugas pencatat perkawinan dan bersikap adil kepada para istrinya. “Kelonggaran” ini sedikit banyak telah berkontribusi terhadap maraknya poligami. Penekanan terhadap angka poligami adalah menjadi dalah satu alasan yang mendasari lahirnya ketentuan-ketentuan hukum tentang poligami di dalam UU tersebut. Namun demikian, di sisi lain UU tersebut masih membolehkan laki-laki untuk mempunyai lebih dari seorang istri jika ia mampu memenuhi persyaratan dari sejumlah ketentuan UU tersebut, diperbolehkan oleh agamanya, dan memperoleh izin dari Pengadilan Agama. Meskipun hak tersebut tetap dipertahankan, namun secara prosedur administratifnya tidaklah mudah, sehingga secara umum UU ini membatasi kemungkinan terjadinya penggunaan hak berpoligami tersebut secara sewenang- wenang karena adanya kontrol pengadilan. Maroko memperoleh kemerdekaanya pada 1956. Reformasi hukum keluarga Maroko dipengaruhi oleh fenomena reformasi hukum keluarga yang terjadi di beberapa negara muslim lainya, khususnya yang terjadi di Tunisia. Di Maroko reformasi ini juga dilatarbelakangi oleh kesadaran bahwa bangsanya memiliki sejarah yang terkemuka dalam hukum Islam, namun kemudian telah tertinggal dengan negara muslim lainya dalam tren perubahan hukum. Sehingga para pemimpinya kemudian memutuskan untuk melakukan kodifikasi terhadap hukum keluarga mazhab Maliki yang telah lama berlaku di masyarakat Maroko. 67 Pada tanggal 19 Agustus 1957 pemerintah Maroko membentuk sebuah komisi tinggi yang tugasnya adalah menyelesaikan rancangan undang-undang hukum perorangan yang telah dikerjakan selama beberapa tahun. Sumber rancangan undang-undang ini didasarkan pada hal-hal berikut ini: Pertama , berbagai prinsip dari berbagai mazhab hukum Islam, khususnya mazhab Maliki. Kedua , doktrin mazhab Maliki berupa kepentingan umum ( masalih al- mursalah ). Ketiga , undang-undang yang telah diberlakukan di berbagai negara muslim yang lain. Rancangan undang- undang ini resmi menjadi undang-undang pada tahun 1958 dan dinamai al- Mudawwamah al-Ahwal al- Shakhsiyyah. 68 Ketiga sumber tersebut di atas pada ahirnya berpengaruh pada rumusan peraturan tentang poligami di Maroko. Dalam sejarah perjalanya, di Afganistan terdapat tiga konstitusi yang pernah berlaku. Konstitusi pertama Afganistan berlaku pada 1923, konstitusi yang kedua berlaku pada 1931, kedua konstitusi tersebut mengakui supremasi hukum Islam dalam pemerintahan negara. Selanjutnya pada tahun 1964 di undangkan konstitusi yang ketiga yang diberlakukan pada 1964. 69 Konstitusi yang ketiga ini juga sama dengan dua konstitusi sebelumnya yaitu sama-sama menempatkan Islam sebagai agama resmi negara dan mazhab Hanafi sebagai mazhab resmi negara yang menjadi paduan beribadah. 70 Pada tahun 1930-an sekelompok para hali hukum Afganistan mempublikasikan sebuah hukum tidak resmi yang diberjudul Tamasuk al-Qada ( judicial compedium ) dan berdasarkan pada sebuah pemilihan prinsip-prinsip hukum mazhab Hanafi. Di Afganistan Fatawa-i ‘Alamgiri India dan The Turkish Civil Code 0f 1876 ( majallah ) keduanya digunakan sebagai sumber material hukum mereka. 71 Hal ini wajar karena Afganistan mendasarkan hukum Islamnya pada mazhab Hanafi dan kedua undang- undang tersebut di atas merupakan undang-undang yang didasarkan atas mazhab Hanafi. Selanjutnya pada, tahun 1971 sebuah hukum perkawinan yang diberi nama Qanuni Izdiwaj diberlakukan di Afganistan. Pembentukan undang-undang ini didasarkan pada hukum keluarga di Mesir tahun 1929 dan ketentuan hukum keluarga muslim di India tahun 1939. 72 Pada tahun 1977 di Afganistan diberlakukan konstitusi baru, namun pada tahun 1978 terjadi kudeta dan konstitusi baru tersebut dicabut. Pasca kudeta dibentuklah Majelis revolusi yang kemudian disusul keputusan pengaturan riba tahun 1978 dan hak-hak wanita tahun 1978. Dengan keputusan tersebut maka hak-hak hukum wanita terjamin lebih baik. 73 ## F. Penutup Politik hukum Islam di negara- negara muslim pada era modern dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu yaitu uncodified law, dan codified law. Dilihat dari dua kategori tersebut Turki, Tunisia, Mesir, Indonesia, Iran, Maroko dan Afganistan masuk dalam kategori codified law. Berbagai macam reformasi hukum yang dilakukan di negara-negara tersebut memberikan gambaran dinamika pemikiran pembaharuan hukum Islam tidak hanya pada wilayah normatif-terotis namun sudah masuk pada perubahan materi perundang-undangan. Politik hukum Islam di negara- negara yang termasuk dalam kategori codified law tersebut ada yang liberal, konservatif, dan ada yang moderat. Posisi liberal ditempati oleh Turki dan Tunisia karena keduanya menyatakan secara tegas di dalam undang-undangnya bahwa poligami adalah dilarang dan masuk dalam kategori pernikahan yang tidak sah (invalid/ fasīd ). Bahkan di Tunisia pelaku poligami akan mendapatkan pidana berupa kurungan dan denda. Posisi moderat ditempati oleh Indonesia, Afganistan dan Iran. Tiga negara tersebut tidak melarang poligami namun hanya mengatur agar tidak terjadi kedzaliman yang diakibatkan oleh penyalahgunaan poligami serta 1 Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), 44-45. 2 Mulia, 45. 3 Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam Dan Adat Di Indonesia (Jakarta: INIS, 1998), 9. 4 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia (Jakarta: LP3ES, 1998), 8. 5 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (Suriah: Dar al-Fikr al-Mu’asir, 1997), IX: 6593. 6 Ibnu Hajar Al-‘Asqalani, Fath al-Bārī (Kairo: Dār al-Rayyan, 1987), 317. 7 Siti Habiba, Poligami Tinjauan Histories Kehidupan Berkeluarga Nabi SAW (Jakarta: Tesis Tidak Dipublikasikan, 2001), 3. 8 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah Juz I , ed. Muh. Fuad Abdul Baqi (Beirut: Dar Ihya At- Turats Al-Arabi, 1975), I: 275. 9 Majah, I:275. 10 Ibnu Balban, al-Ihsan bi Tartīb Ṣahīh Ibnu Hibban (Beirūt: Dār al-Kutub al-ilmiyah, 1987), VI: 204. 11 Al-Zuhaili, al-Fiqhu al-Islāmī wa Adillatuhu, IX: 6593 . 12 Al-Zuhaili, IX: 6597. 13 Abdurrahman al-Jazairi, al-Fiqhu ‘Ala al-Mażāhib al-Arba’ah (Kairo: Dār al- Hadis, 2004), IV: 188. 14 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati, 2000), 581. 15 Al-Jazāirī, al-Fiqhu ‘Ala Mażāhib al- Arba’Ah, IV: 184-185. 16 Johannes Den Heijer dan Syamsul Anwar, Islam, Negara dan Hukum (Jakarta: INIS, 1993), 107-108. 17 Mulia, Islam Menggugat Poligami, 68. 18 Omas dkk Ihromi, Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita (Bandung: PT. Alumni, 2006), 119. 19 Ihromi, 123. menerapkan judicial control (kontrol pengadilan) terhadap persoalan poligami. Selanjutnya, posisi konservatif ditempati oleh Mesir dan Maroko, karena di dalam undang-undangnya pengaturan tentang kebolehan poligami ini tidak dibarengi dengan adanya judicial control (kontrol pengadilan). ## Catatan Akhir: 20 Tahir Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World (New Delhi: The Indian Law Institute, 1972), 49. 21 Mahmood, 256. 22 Tahir Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text and Comparative Analysis (New Delhi: Academy Of Law And Religion, 1987), 39. 23 Mahmood, 256. 24 Mahmood, 256-266. 25 Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, 27. 26 Mahmood, 154-155. 27 Mahmood, 155. 28 Mahmood, 156, 162. 29 Mahmood, 156. 30 Mahmood. 31 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), 167. 32 Suma, 185. 33 Suma, 230, 299, 300. 34 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text And Comparative Analysis, 210. 35 Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, 230-231. 36 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text and Comparative Analysis, 110-111. 37 Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, 117. 38 Mahmood. 39 Khairuddin Muzdhar, Atho’ & Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern (Jakarta: Ciputat Press, 2003), 110. 40 Muzdhar, Atho’ & Nasution. 41 Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, 117-118. 42 Atho’ Muzdhar & Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, 146-147. 43 Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, 48. 44 Mahmood. 45 Mahmood. 46 Mahmood. 47 Mahmood. 48 Mahmood. 49 Mahmood. 50 Mahmood. 51 Mahmood. 52 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text and Comparative Analysis, 263, 151. 53 Mahmood. 54 Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World, 118. 55 Mahmood. 56 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text and Comparative Analysis, 184. 57 Atho’ Muzdhar & Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern, 108. 58 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text and Comparative Analysis . 59 Atho’ Muzdhar & Nasution, Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern . 60 Anwar, Islam, Negara dan Hukum . 61 Anwar. 62 Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World . 63 Mahmood. 64 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text and Comparative Analysis . 65 Richard W Simon, Reeva S., Mattar, Philip., and Buliet, Reeva S. Simon, Philip Mattar, and Richard W Buliet , Encyclopedia Of The Modern Middle East , vol. 3 (New York: Macmillan Reference USA Simon & Schustter Macmillan, 1996). 66 “Annualconference,” in Ancon06 , n.d., //www.ditpertais.net//. 67 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text And Comparative Analysis . 68 Mahmood, Family Law Reform in The Muslim World . 69 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text And Comparative Analysis . 70 Atho’ Muzdhar & Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern . 71 Atho’ Muzdhar & Nasution. 72 Mahmood, Personal Law in Islamic Countries; History, Text And Comparative Analysis . 73 Atho’ Muzdhar & Nasution, Hukum Keluarga Di Dunia Islam Modern . ## DAFTAR PUSTAKA al-‘Asqalani, Ibnu Hajar. Fath al-Bārī . Kairo: Dār al-Rayyan, 1987. al-Jazairi, Abdurrahman. Al-Fiqhu ‘ala al-Maẓāhib al-Arba’ah . Kairo: Dār al-Hadis, 2004. “Annualconference.” In Ancon06 , n.d. //www.ditpertais.net//. Anwar, Johannes Den Heijer dan Syamsul. Islam, Negara dan Hukum . Jakarta: INIS, 1993. al-Zuhaili, Wahbah. Fiqh al-Islāmi wa Adillatuhu Juz IX . Suriah: Dār al- Fikr al-Mu’asir, 1997. Balban, Ibnu. Al-Ihsan bi Tartib Ṣaḥīḥ Ibnu Hibban Beirūt: Dār al-Kutub al-Islamiyyah, 1987. Habiba, Siti. Poligami Tinjauan Histories Kehidupan Berkeluarga Nabi SAW . Jakarta: Tesis Tidak Dipublikasikan, 2001. Ihromi, Omas dkk. Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita . Bandung: PT. Alumni, 2006. Lukito, Ratno. Pergumulan antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia . Jakarta: INIS, 1998. Mahmood, Tahir. Family Law Reform in The Muslim World . New Delhi: The Indian Law Institute, 1972. Mahmood, Tahir. Personal Law in Islamic Countries; History, Text And Comparative Analysis . New Delhi: Academy ff Law and Religion, 1987. Majah, Ibnu. Sunan Ibnu Majah . Edited by Muh. Fuad Abd al-Bāqī. Beirūt: Dār Ihya al-Turaṡ al- Arabi, 1975. Mahfud MD, Moh. Politik Hukum Di Indonesia . Jakarta: LP3ES, 1998. Mulia, Siti Musdah. Islam Menggugat Poligami . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004. Muzdhar, Atho’ & Nasution, Khairuddin. Hukum Keluarga di Dunia Islam Modern . Jakarta: Ciputat Press, 2003. Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah . Ciputat: Lentera Hati, 2000. Simon, Reeva S., Mattar, Philip., and Buliet, Richard W. Reeva S. Simon, Philip Mattar,, and Richard W Buliet . Encyclopedia of The Modern Middle East . Vol. 3. New York: Macmillan Reference USA Simon & Schustter Macmillan, 1996. Suma, Muhammad Amin. Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
8c9bdd35-2dd6-43bc-98dc-e3193476dabd
https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JAMA/article/download/6676/2089
EVALUASI PERTANGGUNGJAWABAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDesa) “SUMBER REJEKI” Rediyanto Putra 1)* , Ria Fitriani 2) 1 Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Negeri Surabaya email: [email protected] ## ABSTRACT BumDesa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian desa, memaksimalkan aset desa agar mampu mensejahterakan desa. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi tentang bentuk pertanggungjawaban dana dari Badan Usaha Milik Desa (BumDesa) untuk berkontribusi dalam peningkatan perekonomian di Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara untuk menghimpun informasi dari informan tentang proses pertanggungjawaban yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengelolaan BumDesa Sumber Rejeki telah sesuai enam prinsip pengelolaan BumDesa. Faktor penting yang menjadi kunci keberhasilan pengelolaan BumDesa adalah terjadinya kontribusi aktif dari seluruh pihak mulai dari pengurus sebagai pengatur dalam kegiatan usaha, pemerintah sebagai pengawas, dan juga masyarakat sebagai pengguna jasa BumDesa tersebut. Keywords: Accountability, BumDesa, Evaluation, ## ABSTRAK BumDesa didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian desa, memaksimalkan aset desa agar mampu mensejahterakan desa. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan evaluasi tentang bentuk pertanggungjawaban dana dari Badan Usaha Milik Desa (BumDesa) untuk berkontribusi dalam peningkatan perekonomian di Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui wawancara untuk menghimpun informasi dari informan tentang proses pertanggungjawaban yang dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengelolaan BumDesa Sumber Rejeki telah sesuai enam prinsip pengelolaan BumDesa. Faktor penting yang menjadi kunci keberhasilan pengelolaan BumDesa adalah terjadinya kontribusi aktif dari seluruh pihak mulai dari pengurus sebagai pengatur dalam kegiatan usaha, pemerintah sebagai pengawas, dan juga masyarakat sebagai pengguna jasa BumDesa tersebut. Kata Kunci: BumDesa, Evaluasi, Pertanggungjawaban ## PENDAHULUAN BUMDesa adalah badan usaha milik desa yang dikelola oleh pemerintah desa dan berbadan hukum. Pembentukan BUMDesa ditetapkan dengan peraturan desa dan pendirian BUMDesa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa yang ada. BUMDesa bertujuan untuk peningkatan Pendapatan Asli Desa (PAD) dan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa setempat (Satoto et al., 2019). Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) sebagai entitas legal yang didirikan oleh desa atau bersama- sama oleh desa-desa untuk mengatur dan memajukan usaha, menggunakan kekayaan, meningkatkan investasi dan efisiensi, memberikan layanan, dan/atau mengembangkan berbagai jenis usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa sebanyak mungkin. Dengan status sebagai badan hukum, terbuka peluang kemudahan bagi BUM Desa untuk menjalin kerja sama bisnis dengan pihak lain, serta mengakses modal formal dari perbankan (Alfiansyah, 2021) Dengan demikian peran BUM Desa semakin penting sebagai konsolidator produk/jasa masyarakat, produsen berbagai kebutuhan masyarakat, inkubator usaha masyarakat, penyedia layanan publik, dan berbagai fungsi lainnya. BUM Desa dapat menjadi penyumbang pendapatan asli Desa. Oleh karena itu, di masa mendatang BUM Desa diyakini menjadi pengungkit kemandirian Desa. Sebagai sebuah badan hukum, pengaturan BUM Desa disesuaikan dengan prinsip- prinsip korporasi pada umumnya. Untuk itu BUM Desa harus didorong untuk menjadi semakin profesional (Pagelaran et al., 2019). Permendagri Nomor 11 Tahun 2021 tentang Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) menjelaskan secara rinci mengenai fungsi pembentukan BUMDesa. Salah satu fungsi pembentukan BUMDesa adalah memperoleh keuntungan atau laba bersih bagi peningkatan pendapatan asli desa serta mengembangkan sebesar- besarnya manfaat atas sumber daya ekonomi masyarakat desa(Prasetyo, 2019). Sebagai wujud tanggung jawab pengelolaan BUMDesa dalam menjalankan tugasnya selama satu periode berjalan. BUMDesa wajib melakukan pelaporan pertanggungjawaban kepada pemerintah desa yang dimana bisa memberikan gambaran perjalanan pengelolaan BUMDes dalam mengembangkan usaha- usahanya. Serta sebagai bahan evaluasi dalam membuat kegiatan ditahun berikutnya(Wibowo, 2020). Salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan didalam forum BUMDesa adalah “Kepada siapa laporan pertanggungjawabkan BUMDesa disampaikan?” Pasal 31 Permendesa no 4 Tahun 2015 membahas terkait pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa dengan merinci menjadi 3 tahap, yaitu (1) pelaksana Operasional melaporkan pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa kepada Penasehat yang secara ex- officio dijabat oleh Kepala Desa, (2) BPD melakukan pengawasan terhadap kinerja Pemerintah Desa dalam membina pengelolaan BUMDesa, dan Pemerintah Desa mempertanggungjawabkan tugas pembinaan terhadap BUMDesa kepada BPD yang disampaikan melalui Musyawarah Desa (Bupati, n.d.). Pertanggungjawaban pelaksanaan BUMDesa, ada tiga pihak yang terlibat yaitu pelaksana operasioanal, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Pemerintah Desa. Pada akhirnya pertanggungjawaban pelaksana BUMDesa harusdilaporkan kepada Pemerintah Desa dan BPD. Bab I huruf b Kepmendes nomor 136 Tahun 2022 membahas terkait Tujuan Lampiran I Panduan Penyusunan Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Desa yaitu sebagai pedoman bagi pelaksana fungsi akuntansi pada BUM Desa dalam melaksanakan kegiatan pengakuan, pengukuran, penyajian, pengungkapan transaksi atau peristiwa keuangan, serta penyusunan laporan keuangan; acuan bagi akuntan publik dalam melaksanakan audit laporan keuangan Badan Usaha Milik Desa; sebagai pedoman bagi pengguna laporan keuangan lainnya dalam membaca, memahami atau menginterpretasikan laporan keuangan yang disajikan oleh BUM Desa, sebagai sumber rujukan atau referensi dalam memecahkan masalahmasalah yang berhubungan dengan kebijakan akuntansi dan perlakuan akuntansi terhadap suatu transaksi atau kegiatan BUM Desa agar terjamin adanya konsistensi dan keseragaman dalam pelaksanaan akuntansi BUM Desa(Kemendes, 2022). Sehingga BUMDes yang sudah berdiri wajib melaporkan pertanggungjawaban apa yang sudah dikelola sesuai peraturan yang berlaku. Desa Kedungsumber ini merupakan desa yang tumbuh di tengah-tengah perdesaan yang ada di Kabupaten Bojonegoro. Pemerintah desa Kedungsumber telah berupaya untuk meningkatan Pendapatan dan Kesejahteraan masyarakat setempat. Sejak tahun 2014 Pemerintah Desa Kedungsumber mendirikan BUMDesa yang bernama “SUMBER REJEKI” dengan maksud agar bisa membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan desa di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan desa dalam rangka meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan masyarakat desa. Sejak pertama kalinya BUMDes berdiri di tahun 2014 hingga saat ini tahun 2023, pelaporan BUMDesa di Kedungsumber masih manual berupa Buku Kas Umum (BKU) yang dicetak dan ditujukan kepada Pemerintah Desa Kedungsumber beserta kepada Pengawas. Pada tanggal 15 Maret 2023 yang lalu BUMDes Sumber Rejeki melakukan penyampaian Pertanggungjawaban Keuangan BUMDes Tahun 2022 secara terbuka pertama kalinya dilakukan di hadapan Kepala Desa beserta perangkat desa, Ketua BPD dengan anggotanya, Pengawas BUMDes, Tokoh agama, Tokoh Masyarakat dan para Tokoh yang ada di Desa Kedungsumber. Yang menjadi evaluasi dalam peloparan pertanggungjawaban BUMDes hanya menyampaikan total laba yang dia dapat selama satu tahun berjalan dan total keseluruhan anggaran yang dikelolanya, yang dimana belum dijelaskan terkait Aset atau Hutang atau lain sebagaimana sesuai yang diatur di Kepmendes nomor 136 Tahun 2022. Program kerja BUMDesa Sumber Rejeki Desa Kedung Sumber yaitu usaha ayam petelur, usaha pupuk, usaha saprodi, usaha pembelian hasil panen. Berdasarkan penjelasan pada paragraf sebelumnya maka tujuan dari peneliti ini adalah “Untuk mengetahui bagaimana BUMDesa dalam menyusun Pertanggungjawaban, apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku atau belum. Hasil Penelitiaan ini bermanfaat untuk pengembang ilmu pengetahuan mengenai bagaimana kondisi BUMDesa dalam pertanggnungjawaban yang ada di tenggah- tengah desa. Hasil penelitian ini diharapkan bisa dapat memberikan tambahan informasi bagi pemerintah desa dan pengelola BUMDesa yang ada di Desa Kedungsumber tentang Pertanggungjawaban BUMDesa. ## TELAAH TEORI Standar Akuntansi Keuangan ETAP Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dirancang untuk dipergunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP). ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pihak eksternal. Contoh pihak eksternal termasuk pemilik yang tidak terlibat secara langsung dalam pengelolaan bisnis, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. SAK ETAP bertujuan memberikan fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan memudahkan ETAP dalam menyajikan laporan keuangan (Kristanto, 2011). SAK ETAP adalah seperangkat standar akuntansi yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum. Standar ini sebagian besar menggunakan konsep biaya historis, mengatur transaksi yang dilakukan oleh ETAP, dengan penyusunan yang lebih sederhana dalam perlakuan akuntansi, dan cenderung stabil dalam perubahan selama beberapa tahun. SAK ETAP diterbitkan pada tahun 2009, mulai berlaku efektif pada 1 Januari 2011, dan dapat diterapkan lebih awal, yaitu pada 1 Januari 2010. Tujuannya adalah agar semua unit usaha menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (Hetika & Mahmudah, 2017). Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk dipergunakan oleh entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statements) bagi pihak eksternal. Suatu entitas dianggap memiliki akuntabilitas yang signifikan jika (1) entitas telah mengajukan pertanyaan pendaftaran atau sedang dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran kepada otoritas pasar modal (BAPEPAMLK) atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. Karena itu, Bapepam sendiri telah mengeluarkan surat edaran (SE) Bapepam-LK No. SE06/BL/2010 yang melarang penggunaan SAK ETAP bagi lembaga pasar modal, termasuk emiten, perusahaan publik, manajer investasi, sekuritas, asuransi, reksa dana, dan kontrak investasi kolektif, serta (2) entitas menguasai aset fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi, pialang dan/atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana, dan bank investasi (Kristanto, 2011). ## Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah dokumen tertulis yang disiapkan untuk melaporkan pelaksanaan kegiatan suatu unit organisasi kepada unit organisasi yang lebih tinggi atau sejajar. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi seluruh proses pelaksanaan kegiatan dan hasil-hasil yang dicapai, sehingga dapat menjadi dasar untuk perbaikan dan peningkatan kualitas kegiatan di masa mendatang. Penyampaian laporan keuangan yang memenuhi prinsip tepat waktu dan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan adalah upaya konkret untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan instansi (Carmidah, 2022). Laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi yang relevan mengenai keadaan keuangan dan seluruh aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi selama satu periode laporan. Penerapan standar ini memiliki tingkat penting yang tinggi bagi organisasi dan membantu dalam menilai kepatuhan terhadap peraturan. Setiap organisasi memiliki tanggung jawab untuk melaporkan tindakan yang telah diambil dan pencapaian yang diperoleh dalam menjalankan aktivitas secara terstruktur dan sistematis selama periode pelaporan (Rasyid, 2021) . ## METODE Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif, dimana jenis penelitian ini menjelaskan mengenai suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata lisan maupun tertulis dari orang- orang dan pelaku yang dapat diamati. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro dengan objek penelitian Evaluasi Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kedungsumber, karena disinilah BUMDes Sumber Rejeki Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro dibentuk dan dikelola. Jenis data penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung terhadap objek penelitian. Selain itu, data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen terkait dengan aktivitas pertanggungjawaban yang dilakukan oleh BUMDesa Sumber Rejeki. Teknik pengambilan subjek penelitian ini dari jenis informan/responden ada dua yaitu informan kunci ( key informan ) dan informan sekunder ( secondary informan) . Adapun informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 1. Informan Penelitian No Nama Jabatan 1. Ir. Kardi Kepala Desa Kedungsumber 2. Gunawan Kasi Kesejahteraan Desa Kedungsumber 3. Toni Priyono Direktur BUMDes Sumber Rejeki 4. Elly Hariana Pengawas BUMDes Sumber Rejeki 5. Wiji Mega Falumi Anggota PKK Peneliti menggunakan teknik analisis data hasil observasi dan wawancara dalam mengelola data. Setelah data terkumpul, dilakukan analisis data dengan pendekatan purposive sampling, yakni dengan seleksi narasumber yang memiliki pengetahuan mendalam mengenai situasi internal dan eksternal Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Rejeki di Desa Kedungsumber. Narasumber dipilih agar dapat memberikan wawasan mendalam mengenai pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Rejeki. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sebelum, selama, dan setelah peneliti berada di lapangan, namun fokus utamanya adalah selama berada di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Metode yang digunakan dalam menganalisis data mengadopsi konsep dari Hubberman dan Milles seperti yang dijelaskan dalam Sugiyono (2015). Kegiatan analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berkelanjutan hingga mencapai titik kejenuhan data. Kegiatan analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Lokasi Penelitian Desa kedungsumber merupakan desa yang berada di kecamatan Temayang kabupaten Bojonegoro. Desa Kedungsumber terdiri dari 4 (empat) dusun yakni Dusun Kedungsumber, Kricak, Tretes dan Sugihan. Zaman dahulu Kedungsumber merupakan hutan yang tak terjamah manusia, namun pada suatu ketika ada seorang petani dari Sugihan yam menambah daerah tersebut dengan menebas pohon pohon (babat alas) dan tanaman yang ada dihutan tersebut untuk dijadikan pemukiman. Pada saat itu dusun Sugihan dan Tretes sudah menjadi pemukiman warga lebih dahulu, petani asal Sugihan tersebut bernama mbah Jambret yang mana sekarang dikenaldengan sebutan mbah Singosumber, pada saat membabat hutan mbah Singosumber tidak sendiri, beberapa orang juga turut membangtunya dalam membabat hutan tersebut. Dusun Sugihan merupakan dusun terjauh yang ada di Desa Kedungsumber bahkan jaraknya mencapai 12KM, perjalanan menuju dusun Sugihan juga terbilang ekstrem karna kondisi jalan menuju dusun Sugihan rawan longsor. Namun dusun sugihan juga merupakan dusun terluas yang ada di Desa Kedungsumber. Zaman dahulu mulanya mbah Bores menebas pepohanan dihutan tersebut sendirian hingga pada suatu ketika ada beberapa orang yang singgah dan ikut membantu mbah Bores memperluas wilayah dusunnya hingga menjadi pemukiman yang terbilang luas. Jumlah Penduduk Desa Kedungsumber Kecamatan Temayang Kabupaten Bojonegoro pada awal tahun 2022 sebesar 3.453 Jiwa yang terbagi dalam 1.130 KK dengan kepadatan penduduk kurang lebih 118 jiwa per km2. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki- laki pada awal tahun 2021 sebesar 1.739 jiwa, lebih besar dibanding jumlah perempuannya sebesar 1.714 jiwa. Upaya meningkatkan pendapatan pemerintah desa dan masyarakat desa, pemerintah desa membentuk dan mendirikan yang namanya Bumdes Sinar Baru dalam Perdes Nomor 08 Tahun 2016 tentang pembentukan dan pengelolaan badan usaha milik desa. Visi dari BumDesa Sumber Rejeki adalah BUMDesa “SUMBER REJEKI” mewujudkan kesejahteraan masyarakat Desa Kedungsumber melalui pengembanggan usaha ekonomi dan pelayanan social, dengan moto “Mari Bersama Membangun Desa”. Sedangkan misi dari BUMDesa Sumber Rejeki adalah sebagai berikut: a. Mencari keuntungan guna memperkuat Pendapatan Asli Desa. b. Menyokong pertumbuhan ekonomi di wilayah desa. c. Menghimpun modal usaha dari berbagai sumber. d. Memberikan layanan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. e. Meningkatkan manajemen pengelolaan aset yang dimiliki oleh desa. f. Mencapai kesejahteraan di desa melalui pengembangan aktivitas ekonomi dan penyediaan layanan sosial 1. Evaluasi Pertanggungjawaban Badan Usaha Milik Desa (Bumdesa) “Sumber Rejeki” di Desa Kedungsumber Evaluasi merupakan penilaian terhadap pelaksanaan suatu program yang telah dilaksanakan, yang akan digunakan untuk merencanakan, menghitung, dan mengawasi pelaksanaan program di masa depan agar lebih efektif. Evaluasi lebih fokus pada perbaikan di masa yang akan datang daripada menyoroti kesalahan yang terjadi di masa lalu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesempatan keberhasilan program, sehingga esensinya adalah perbaikan atau penyempurnaan program di masa depan. Sesuai dengan fokus utama Presiden untuk mewujudkan Nawacita, terutama Cita ke-3 yang berkaitan dengan " Membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah- Daerah dan Desa dalam Kerangka Negara Kesatuan ", Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yang terbentuk melalui perubahan tanggung jawab dari Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa di Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, bertugas sesuai dengan visi dan misi Presiden/Wakil Presiden untuk mengarahkan kebijakan, strategi, target, hasil, kegiatan, dan produk dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab mereka dalam mendukung implementasi Undang-Undang Desa secara terencana, konsisten, dan berkelanjutan guna memperkuat, memajukan, menggerakkan, dan mempercepat pembangunan di desa-desa. a. Laporan Keuangan Lengkap PSAK No. 1 menyatakan bahwa “ laporan keuangan merupakan penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas ”. Laporan keuangan meliputi hasil akhir dari serangkaian aktivitas pencatatan dan peringkasan data transaksi entitas bisnis dan menjadi output dari proses akuntansi yang dipakai untuk memberikan informasi keuangan atau aktivitas perusahaan pada pihak berkepentingan. Laporan keuangan menjadi bagian integral dari proses pelaporan keuangan yang didalam SAK ETAP laporan keuangan yang lengkap meliputi laporan posisi keuangan, laba rugi, perubahan modal, arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Menurut bapak Toni Priyono selaku Diektur BUMDes Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Di BUMDesa Sumber Rejeki mbak untuk melakukan pencacatan keuangan masih sederhana dan berupa buku kas umum. Buku kas umum berisi informasi mengenai catatan dana masuk dan dana keluar yang dimiliki oleh BUMDesa. Buku kas umum ini di rangkum setiap bulan dan berisi 12 bulan dalam satu tahun catatan untuk disusun menjadi laporan pertanggungjawaban”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Di BUMDesa Sumber Rejeki melakukan pencatatan keuangan berupa buku kas umum yang di catat setiap bulan untuk mengetahui sisa saldo setelah melakukan transaksi selama satu bulan. Untuk laporan keuangan BUMDesa Triajaya Balung Lor masih belum menyusun laporan keuangan secara lengkap dan sederhana. Akan tetapi di BUMDesa Sumber Rejeki mengelola keuangannya dengan baik agar supaya usahanya tetap berjalan.” Menurut Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Penyusunan laporan keuangan yang dilakukan oleh BUMDesa Sumber Rejeki masih sederhana dan belum lengkap. Pencacatan keuangan berupa buku kas umum yang di catat setiap bulan dan di rekap selama 1 tahun untuk pertanggungjawaban”. Wawancara tersebut mengungkapkan bahwa laporan keuangan yang disusun oleh BUMDesa Sumber Rejeki masih sederhana dan belum memenuhi standar SAK ETAP, termasuk neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. BUMDesa Sumber Rejeki mencatat transaksi keuangan menggunakan buku kas umum, mencatat informasi tentang penerimaan dan pengeluaran dana selama satu bulan, yang kemudian diakumulasikan selama 12 bulan untuk pertanggungjawaban akhir tahun. Meskipun pelaporan dan pencatatan keuangan mereka masih sederhana dan belum lengkap, BUMDesa Sumber Rejeki tetap berhasil mengelola unit usahanya dengan baik. Bukti empiris yang diperoleh di lokasi penelitian menunjukkan bahwa BumDesa Sumber Rejeki menerapkan adopsi format rancangan laporan keuangan sesuai dengan SAK ETAP agar BumDesa ini dapat menghasilkan laporan keuangannya sendiri. ## b. Pengetahuan warga tentang laporan keuangan di Desa Kedung Sumber Menurut ibu Sriwati warga Desa Kedungsumber pada 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Untuk laporan keuangan dan dana desa untuk BUMDesa mbak saya hanya tahu yang di benner itu saja dan tentang laporan kueangan di BUMDesa saya tidak terlalu tau yang saya tau BUMDesa berjalan lancer semua unit usaha dann amsih berjalan sampai sekarang.” Menurut Bapak Husen warga desa Kedungsumber pda 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Tentang dana desa saya tau yang biasanya pengurus BUMDesa taruh di benner tahunan dan dan yang digunakan untuk disakurkan kepada warga itu saja. Tentang BUMdesa yang saya tau masih berjalan dengan 3 unit usaha yang ada itu mbak. Untuk laporan keuangan BUMdesa saya kurang tau mbak karena saya juga kurang begitu paham tentang laporan keuangan dan saya juga bukan bagian dari kepengurusan BUMdesa.” Hasil wawancara menjelaskan bahwa warga desa Kedungsumber mengetahui tentang dana desa melalui benner/baliho yang di buat oleh pemerintah desa setempat. Untuk laporan keuangan warga desa masih belum terlalu mengetahui dan hanya tau kalau BUMDesa berjalan lancer dengan 3 unit usaha yang dimiliki. ## c. Penyajian Laporan Keuangan 1) Penyajian Wajar Laporan keuangan memiliki tugas untuk menggambarkan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas. Untuk mencapai ini, penyajian yang objektif harus memenuhi standar integritas, yang mengharuskan transaksi, peristiwa, dan kondisi yang ada untuk dinyatakan dengan jujur sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, pendapatan, dan beban yang diuraikan dalam konsep dan prinsip yang mendominasi. Dalam penerapan SAK ETAP, dengan pengungkapan tambahan perlu, laporan keuangan yang dihasilkan akan memberikan gambaran yang akurat tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas tersebut. Pengungkapan tambahan dibutuhkan ketika kepatuhan terhadap persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidak mencukupi untuk memberikan pemahaman yang memadai kepada pemakai mengenai pengaruh transaksi khusus, peristiwa, dan kondisi lainnya terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas tersebut. Menurut bapak Toni Priyono selaku Direktur BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Pencatatan yang kami lakukan masih sederhana dan belum lengkap mbak. Pencatatan keuangan belum di katakan penyajian keuangan yang wajar karena belum memenuhi aspek-aspek penyajian laporan keuangan yang wajar yang mbak.” Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada 18 September 2023 menyatakan bahwa: “BUMDesa Sumber Rejeki melakukan pencatatan keuangan yang masih belum lengkap dan belum bisa di katakan penyajian laporan keuangan yang wajar. Pencatatan keuangan masih sederhana dan hanya berupa buku kas umum mbak, bisa dilihat pada laporan keuangan yang kami buat.” Menurut Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Pencatatan keuangan di BUMDesa Kedungsumbe setau saya masih sederhana dan belum memenuhi unsur penyajianlaporan keuangan yang wajar.” Hasil dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti mendapatkan bahwa pencatatan keuangan yang dilakukan oleh BUMDesa Sumber Rejeki masih belum dapat dianggap memadai karena tidak memenuhi kriteria pengakuan aset, kewajiban, modal, pendapatan, dan beban yang sesuai. Pencatatan keuangan yang mereka lakukan menggunakan buku kas umum yang mencatat pengeluaran dana dan saldo yang tersisa setiap bulan selama bertransaksi. Laporan keuangan menyediakan posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas suatu entitas secara wajar. Konsep penyajian yang wajar membutuhkan pengungkapan yang jujur mengenai dampak dari transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya yang sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, pendapatan, dan beban yang telah dijelaskan dalam prinsip-prinsip yang mendominasi. Penerapan SAK ETAP dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan akan menghasilkan laporan keuangan yang sesuai dengan standar penyajian yang wajar mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Pengungkapan tambahan diperlukan ketika kepatuhan terhadap persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidak cukup untuk memberikan pemahaman yang memadai kepada pemakai. Pengungkapan tambahan diperlukan apabila pemenuhan persyaratan tertentu dalam SAK ETAP tidak cukup bagi pemakai untuk memahami dampak dari transaksi tertentu, peristiwa, dan kondisi lainnya terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas. Namun, saat ini, laporan keuangan di lapangan belum mencerminkan kinerja keuangan dan arus kas dari entitas yang ada di BUMDesa Sumber Rejeki. Penyajian keuangan di BUMDesa tersebut belum dapat dianggap sebagai penyajian yang wajar karena belum memenuhi berbagai aspek yang diperlukan untuk memenuhi standar penyajian laporan keuangan yang wajar sesuai dengan SAK ETAP. 2) Kepatuhan terhadap SAK ETAP Untuk entitas yang memathui SAK ETAP dalam menyusun laporan keuangannya, memerlukan pernyataan tegas dan tanpa syarat (explicit and unreserved statement) mengenai kepatuhan tersebut yang harus terdokumentasi dengan jelas dalam catatan laporan keuangan. Laporan keuangan tidak diizinkan menyatakan kepatuhan terhadap SAK ETAP kecuali jika semua persyaratan yang ada dalam SAK ETAP telah dipenuhi semuanya. Menurut bapak Toni Priyono selaku Direktur BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “BUMDesa Sumber Rejeki belum melakukan pencatatan laporan keuangan yang lengkap dan belum memenuhi 6 laporan keuangan yang lengkap menurut SAK ETAP yang mbak sebutkan di atas”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pad 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Pencatatan laporan keuangan di BUMDesa Sumbe ejeki belum membuat laporan keuangan yang lengkap yang sesuai dengan standar laporan keuangan lengkap menurut SAK ETAP”. Menurut Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Laporan keuangan di BUMDesa Sumber ejeki sederhana mbak dan saya kurang begitu paham tentang kelengkapannya mbak” Hasil wawancara menunjukkan bahwa BUMDesa Sumber Rejeki belum mematuhi SAK ETAP, karena bekum berhasil Menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan standar SAK ETAP. BUMDesa Sumber Rejeki juga tidak memiliki catatan dalam laporan keuangan secara tegas dan tanpa syarat menyatakan kepatuhan terhadap SAK ETAP. Entitas yang laporan keuangannya sudah memenuhi standar SAK ETAP harus membuat pernyataan eksplit dan tanpa syarat mengenai kepatuhan tersebut dalam catatan laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan bahwa entitas mematuhi SAK ETAP kecuali jika entitas tersebut telah mematuhi semua persyaratan yang terkandung dalam SAK ETAP. Tetapi, di lapangan, penyajian laporan keuangan BUMDesa Sumber Rejeki masih belum memenuhi standar laporan keuangan yang diatur dalam SAK ETAP. Selain itu, BUMDesa Sumber Rejeki juga belum membuat catatan laporan keuangan yang sesuai dengan standar SAK ETAP. 3) Kelangsungan Usaha Saat penyusunan laporan keuangan perlu untuk memperhatikan standar SAK ETAP, manajemen dari suatu entitas wajib mengevaluasi kemampuan untuk keberlangsungan usahanya (going concern). Kelangsungan dari suatu entitas bisnis dapat dikatakan terjamin jika manajemen mempunyai niat atau indikasi likuidasi usaha atau menghentikan operasi bisnis atau tidak memiliki pilihan lain kecuali melakukan hal tersebut. Ketika pembuatan penilaian kelangsungan usaha, pihak manajemen harus sadar tentang adanya ketidakpastian yang bersifat material terkait peristiwa atau kondisi yang menyebabkan keraguan secara signifikan terkait kemampuan entitas untuk meneruskan usaha, maka entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika entitas tidak melakukan penyusunan laporan keuangan didasarkan pada asumsi kelangsungan usaha maka fakta tersebut harus diungkapkan bersamaan dengan dasar penyusunan laporan keuangan dan penjelasan tentang alasan entitas tidak menyatakan asumsi kelangsungan usaha. Menurut bapak Toni Priyono selaku Direktur BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Kami pengurus BUMDesa Sumber Rejeki masih menjalankan semua unit usaha yang dimiliki dengan baik dan tidak bermaksud melikuidasi entitas mbak. Pengurus BUMDesa Sumber Rejeki masih membuat penilaian atas kemampuan usaha sehingga dapat dibuat keputusan untuk kelangsungan unit usaha yang dimiliki”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “mbak semua unit usaha yang dimiliki BUMDesa Sumber Rejeki masih berjalan dengan baik dan berkembang hingga sekarang jadi saya dan teman-teman pengurus masih bisa menjalankan unit usaha”. Menurut bapak Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Pengurus BUMDesa Sumber Rejeki masih menjalankan usaha dan operasionalnya dengan baik mbak”. Hasil wawancara menunjukkan bahwa BUMDesa Sumber Rejeki masih menjalankan usaha yang beroperasi dengan baik. BUMDesa Sumber Rejeki tidak memiliki niat untuk menghentikan kegiatan usahanya dan sedang melakukan evaluasi terhadap kemampuan bisnisnya untuk memastikan kelangsungan operasionalnya. Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas menggunakan SAK ETAP untuk untuk menilai apakah entitas tersebut dapat terus beroperasi secara berkelanjutan. 4) Frekuensi Pelaporan Entitas bisnis harus mampu menyajikan laporan keuangan (meliputi informasi komparatif) secara lengkap dalam satu periode akuntansi. Berdasarkan penuturan Bapak Toni Priyono yang merupakan Direktur BumDesa Sumber Rejeki tanggal 29 Juli 2023 menjelaskan bahwa : “Di BUMDesa Sumber Rejeki mbak hanya menyajikan laporan tahunan berupa buku kas umum tersebut. Akan tetapi tidak menyajikan laporan keuangan tahunan yang lengkap sesuai standar SAK ETAP seperti yang mbak beri tahu”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Laporan keuangan tahunan yang dibuat oleh BUMDesa Sumber Rejeki hanya berupa pencatatan keuangan buku kas umum mbak untuk laporan pertanggung jawaban dan tidak lengkap sesuai standar SAK ETAP karena saya kurang paham juga mengenai standar tersebut”. Menurut bapak Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Saya kurang paham mbak mengenai laporan keuangan sesuai standar SAK ETAP, setau saya ya hanya menyajikan pencatatan keuangan yaitu buku kas umum”. Hasil wawancara yang telah disampaikan menyatakan bahwa BumDesa Sumber Rejeki melakukan pencatatan keuangan tahunan dalam bentuk buku kas umum tetapi tidak menyajikan laporan keuangan satu tahun sekali dan laporan keuangan yang disajikan tidak lengkap dan tidak sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan pada SAK ETAP. Pada laporan keuangan yang dibuat oleh BumDesa Sumber Rejeki belum memasukkan informasi komparatif yang menjadi bagian laporan pertanggungjawaban secara lengkap. 5) Penyajian yang Konsisten Konsistensi pada penyajian dan klasifikasi pos-pos pada laporan keuangan antar periode menjadi suatu hal yang penting untuk dilakukan. Perubahan terhadap penyajian dan klasifikasi pos-pos tersebut dapat dilakukan jika terjadi perubahan yang signifikan pada sifat operasi entitas. Alasan lain perubahan penyajian dan klasifikasi pos juga dapat terjadi jika bertujuan untuk meningkatkan presentasi yang disesuaikan dengan kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dimana hal ini dijelaskan pada Bab 9 SAK ETAP tentang kebijakan akuntansi, estimasi, dan kesalahan. Terakhir, perubahan juga bisa terjadi jika SAK ETAP mengharuskan terjadinya perubahan. Entitas yang memutuskan untuk terjadinya perubahan penyajian atau klasifikasi suatu pos dalam laporan keuangan maka harus melakukan penyesuaian terhadap jumlah yang telah dilaporkan pada periode akuntansi sebelumnya. Hal ini dapat dikecualikan jika penyesuaian yang dilakukan tidak memungkinkan secara praktis. Menurut bapak Toni Priyono selaku Direktur BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Untuk penyajian laporan keuangan yang dilakukan oleh BUMDesa Sumber Rejeki belum konsisten dan belum membuat klasifikasi penyajian laporan keuangan sesuai denganstandar SAK ETAP seperti yang mbak tanyakan, karena saya kurang begitu paham juga mengenai hal tersebut”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Laporan keuangan yang disajikan oleh BUMDesa Sumber Rejeki belum konsisten mbak dan BUMDesa Sumber Rejeki belum membuat klasifikasi pos-pos laporan keuangan sesuai standar SAK ETAP”. Menurut bapak Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Setau saya penyajian laporan keuangan belum konsisten dan belum sesuai dengan standar SAK ETAP. Dan yang saya tau ya hanya pencatatan keuangan yang ada di BUMDesa mbak”. Hasil wawancara menunjukkan bahwa penyajian laporan keuangan BUMDesa Sumber Rejeki belum konsisten dan tidak mematuhi ketentuan pengelompokan pos-pos dalam laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Menurut SAK ETAP. Penyajian dan pengelompokan pos-pos dalam laporan keuangan harus konsisten antara periode, kecuali jika ada perubahan signifikan dalam sifat operasi entitas atau jika perubahan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas penyajian laporan keuangan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam SAK ETAP Bagian 9 tentang kebijakan akuntansi, estimasi, dan koreksi kesalahan. Jika ada perubahan dalam penyajian atau pengelompokan pos-pos dalam laporan keuangan, entitas harus mereklasifikasi jumlah yang dibandingkan dengan periode sebelumnya, kecuali jika reklasifikasi tersebut tidak praktis. Namun, dalam praktiknya, laporan keuangan yang disajikan oleh BUMDesa Sumber Rejeki belum memenuhi konsistensi ini dan juga belum mengikuti pedoman klasifikasi pos-pos sesuai dengan SAK ETAP. 6) Informasi Komparatif Pengungkapan informasi laporan keuangan harus mampu memiliki daya keterbandingan (komparatif) jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, kecuali untuk informasi dalam laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan yang dikecualikan oleh SAK ETAP. Entitas bisnis juga harus menyertakan informasi yang mampu dibandingkan tersebut untuk bagian yang bersifat naratif dan deskriptif jika informasi tersebut memiliki relevansi untuk meningkatkan pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Menurut bapak Toni Priyono selaku Direktur BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Untuk laporan keuangan yang dibuat oleh BUMDesa Sumber Rejeki belum memasukkan informasi komparatif dan belum sesuai dengan standar SAK ETAP. Laporan keuangan yang dibuat sebenarnya mbak sudah bersifat komparatif, namun hanya dapat dipahami oleh internal kepengurusan saja”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh BUMDesa Sumber Rejeki belum memasukkan informasi komparatif, laporan keuangan telah dibuat dan pada dasarnya bersifat komparatif mbak, namun hanya dapat dipahami oleh internal saja karena belum sesuai dengan standar SAK ETAP”. Menurut bapak Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Saya kurang begitu paham hal tersebut mbak, laporan keuangan sebenarnya sudah informatif bagi kami internal kepengurusan”. Wawancara yang telah dilakukan menunjukkan secara jelas hasil yang menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh BumDesa Sumber Rejeki tidak memuat informasi perbandingan sesuai dengan yang disampaikan oleh SAK ETAP. Laporan keuangan yang disusun oleh BumDesa Sumber Rejeki sewajarnya memiliki sifat komparatif sehingga tidak hanya dapat dipahami secara internal tetapi juga dapat dipahami oleh pihak eksternal jika sesuai dengan standar SAK ETAP. 7) Materialitas dan Agregasi Laporan keuangan meliputi pos-pos material yang disajikan secara tersendiri dari pos-pos yang tidak material. Pos-pos yang dianggap kurang atau tidak material dikelompokkan pada jumlah yang mempunyai karakteristik atau fungsi hampir sama. Keselahan atau kegagalan mencantumkan atau mencatat dari suatu pos yang material baik secara individu maupun kolektif dapat menyebabkan kesalahan dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh pengguna informasi. Pada aktivitas ini peran ukuran dan sifat dari suatu transaksi mungkin menjadi faktor yang menentukan. Menurut bapak Toni Priyono selaku Direktur BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Mbak kami kepengurusan BUMDesa Sumber Rejeki membuat laporan keuangan yang kurang memperhatikan materialitas dalam melakukan transkasi dan belum sesuai dengan standar SAK ETAP, karena ya memamg pengetahuan yang terbatas dari kami sendiri”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Untuk laporan keuangan yang dibuat oleh BUMDesa Sumber Rejeki mbak kurang memperhatikan tingkat meterialitas suatu transaksi. Dan ya memang saya yang kurang begitu paham tentang klasifikasi tersebut”. Menurut bapak Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “BUMDesa Sumber Rejeki setau saya laporan keuangan yang dibuat ya masih sederhana mbak”. Hasil wawancara menjelaskan bahwa BUMDesa Sumber Rejeki dalam penyusunan laporan keuangan kurang memperhatikan materialitas dalam melakukan transaksi. Dalam penyajian laporan keuangan, pos- pos biaya tidak dipisahkan atau diklasifikasi menurut sifat dan fungsinya. Pos-pos yang material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan, sedangkan pos-pos yang tidak material dikelompokkan dalam jumlah yang memiliki kesamaan karakteristik atau fungsi. Kelalaian atau kesalahan pencatatan suatu pos dianggap material apabila, secara sendiri- sendiri atau bersama-sama, dapat mempengaruhi pengguna laporan dalam mengambil keputusan ekonomi. Ukuran dan sifat barang mungkin menjadi faktor penentu. Laporan keuangan yang disusun BUMDesa Sumber Rejeki tidak memperhatikan materialitas suatu transaksi. Dalam penyajian laporan keuangan, pos-pos biaya tidak dipisahkan atau diklasifikasi menurut sifat dan fungsinya. ## Kendala dalam Penyusunan Laporan Keuangan BUMDesa Laporan keuangan yang disusun sesuai dengan SAK ETAP pada BumDesa Sumber Rejeki belum sepenuhnya dilakukan. Kondisi ini didasari dari adanya beberapa kendala yang mempersulit penyusunan pencatatan yang dilakukan oleh pengelola agar dapat sesuai dengan standar yang ada. Kondisi ini ditegaskan oleh penuturan dari Bapak Toni Priyono dalam wawancara yang dilakukan sebagai berikut: “Kendala dalam penyusunan laporan keuangan sebenarnya adalah kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran pengurus BUMDesa Sumber Rejeki dalam menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi mbak. Dan ya memang kami kepengurusan belum terlalu paham tentang standar akuntansi. Pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi membutuhkan waktu yang lama dan rumit bagi kami mbak, sebenarnya bisa kami usahakan mbak namun karena keterbatasan waktu jadi belum tercapai hal tersebut”. Menurut Ibu Masiyah selaku Bendahara BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Kendala dalam penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan standar SAK ETAP bagi saya sendiri terutama yaitu kurangnya kesadaran dan pengetahuan saya sendiri khusunya selaku bendahara dan pengurus BUMDesa tentang laporan keuangan yang sesuai dengan stnadar SAK ETAP dan belum ada sosialisasi oleh pemerintah setempat tentang pentingnya penyusunan tentang laporan keuangan yang sesuai dengan standar SAK ETAP”. Menurut bapak Moh. Ari selaku pegawai BUMDesa Sumber Rejeki pada tanggal 29 Juli 2023 menyatakan bahwa: “Saya sendiri kurang begitu paham tentang laporan keungan mbak”. Hasil dari penuturan informan dalam kegiatan wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang menghalangi terjadinya penerapan SAK ETAP pada pelaporan keuangan BumDesa Sumber Rejeki yaitu pengetahuan dan pemahaman dari sumber daya manusia disana terkait konsep dan standar akuntansi masih terbatas, pengelola BumDesa masih belum memiliki kesadaran akan pentingnya penyampaian informasi keuangan yang akurat dan tepat bagi kelangsungan operasional usaha, pelaporan pertanggungjawaban masih menjadi momok yang dianggap rumit dan memakan waktu, dan sosialisasi dari otoritas daerah yang dianggap masih kurang. Implementasi akuntansi BumDesa yang didasarkan pada SAK ETAP dijelaskan bahwa laporan keuangan yang disajikan dapat dikatakan komprehensif jika memenuhi persyaratan yaitu antaralain disajikan secara wajar, kepatuhan terhadap SAK ETAP, kelangsungan usaha, frekuensi pelaporan, penyajian yang konsisten, informasi memiliki daya keterbandingan, memperhatikan aspek materialitas, dan komprehensif. Kondisi yang terjadi di lapangan terkait penyusunan laporan pertanggungjawaban BumDesa Sumber Rejeki yang dilakukan adalah berupa penyelenggaraan pencatatan buku kas umum yang menjelaskan mengenai aliran dana masuk dan keluar, sehingga hal ini jelas tidak sesuai dengan apa yang disampaikan pada SAK ETAP. ## SIMPULAN Merujuk pada hasil penelitian serta pembehasan yang telah diuraikan, maka simpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu penyajian laporan pertanggungjawaban keuangan yang sesuai dengan SAK ETAP dari BumDesa Sumber Rejeki terkait penyajian laporan keuangan masih belum lengkap dan belum tepat. Pencatatan keuangan yang dilakukan hanya berbentuk buku kas umum, pencatatan keuangan selalu dilakukan berdasarkan dari pemahaman pengelola saja. Dengan demikian, hal ini membuat penyajian laporan keuangan yang terjadi menjadi tidak sesuai dengan standar SAK ETAP terkait penyajian wajar, frekuensi pelaporan, penyajian konsisten, informasi komparatif, dan materialitas. Ketidaksesuaian pada pelaporan pertanggungjawaban BumDesa Sumber Rejeki disebabkan adanya beberapa hambatan seperti terbatasnya pengetahuan dan pemahaman sumber daya manusia disana tentang konsep dan standar akuntansi, kurangnya kesadaran dari pengelola BumDesa tentang pentingnya penyusunan laporan keuangan yang baik dan tepat, pelaporan diangap rumit dan memakan waktu, dan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah tentang pentingnya penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan anggaran. Saran penelitian yang dapat disampaikan adalah adanya harapan bagi BumDesa Sumber Rejeki untuk mampu melakukan penyajian laporan pertanggungjawaban sesuai dengan standar akuntansi SAK ETAP agar pencatatan dan penyajian pelaporan keuangan menjadi lebih baik, jelas, dan rinci sehingga mampu menjadi sumber informasi yang berguna bagi para pengguna. ## REFERENSI Alfiansyah, A. (2021). Status Badan Usaha Milik Desa Sebagai Badan Hukum Atas Diundangkannya Undang-Undang Cipta Kerja. Jisip (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan) , 5 (2). Hetika, H., & Mahmudah, N. (2017). Penerapan Akuntansi Dan Kesesuaiannya Dengan Sak Etap Pada Umkm Kota Tegal. Jurnal Akuntansi, Ekonomi Dan Manajemen Bisnis , 5 (2), 259– 266. Kemendes. (2022). Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia . Kristanto, E. (2011). Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (Sak- Etap) Pada Umkm Pengrajin Rotan Di Desa Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo . Pagelaran, J. D., Ciomas, K., Bogor, K., Hidayah, U., Mulatsih, S., & Purnamadewi, Y. L. (2019). Evaluasi Badan Usaha Milik Desa ( Bumdes ): Studi Kasus Bumdes Harapan . 3 (2), 144–153. Prasetyo, D. (2019). Peran Bumdes Dalam Membangun Desa . 104. Https://Opac.Perpusnas.Go.Id/De tailopac.Aspx?Id=1229631 Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa Rasyid, A. S. R. (2021). Analisis Laporan Keuangan . Satoto, S., Syarif, A., Noviades, D., Fitria, F., & Mushawirya, R. (2019). Sosialisasi Terhadap Pembentukan Badan Usaha Milik Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Jurnal Karya Abdi Masyarakat , 3 , 182–190. Https://Doi.Org/10.22437/Jkam. V3i2.8483 Wibowo, Y. A. (2020). Pengelolan Keuangan Desa Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Uniska Law Review , 1 (1), 38. Https://Doi.Org/10.32503/Ulr.V1 i1.189
6565fe6c-23b1-4d84-ac9a-7f6093970f4e
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/download/106521/102452
## KONTRIBUSI TUGAS SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SENI TARI KELAS VIII DI SMP N 2 KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN Syelvi Juni Santika Program Studi Sendratasik Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang ## Yuliasma Program Studi Tari Jurusan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang e-mail: [email protected] ## Abstract This article aims to find out how much the contributions of the students’ task toward dance art learning outcomes at class VIII in SMP N 2 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.This type of study was quantitative with a correlational method. The population in this study was all eighth grade students of SMP N 2 Koto XI Tarusan, while the sampling technique was carried out by the Cluster Sample technique where in this study the samples were taken which were 25 people. Data analysis was done by using product moment correlation using the correlation test.The result of the study shows that there is a contribution between coordination of students’ tasks towards dance art learning outcomes at class VIII in SMP N 2 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan and a contribution of 18.5% is obtained. It is recommended for the teachers and students to pay attention to these factors. Keywords: Contribution Students’ Task, Dance Art Learning outcomes ## A. Pendahuluan Program pendidikan melibatkan sebuah komponen yang bekerjasama dalam sebuah proses untuk mencapai tujuan yang diprogramkan, Sehingga pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan anak agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya sebagai seorang individu dan sebagai warga negara masyarakat, dengan memilih isi (materi), strategi kegiatan, dan teknik yang sesuai sebagai sebuah program. Untuk memajukan pendidikan berbagai upaya telah dilakukan pemerintah sesuai dengan tujuan pendidikan sesuai yang dimuat dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga salah satu usaha pemerintah dengan membentuk pendidikan formal yaitu sekolah, kegiatan belajar mengajar adalah hal yang perlu diperhatikan dengan baik mulai tingkat pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi juga dalam upaya menumbuhkan, memajukan serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air, telah diundangkan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, telah mengatur secara umum pelaksanaan pendidikan pada semua sekolah di Indonesia menurut standar pelaksanaan formal, yang selanjutnya secara operasional sudah dijabarkan ke dalam beberapa peraturan pemerintah, dan salah satunya PP No 32 Tahun 2013. Sesuai dengan PP No 32 Tahun 2013 bahwa kurikulum yang diterapkan dalam sistem pendidikan nasional adalah Kurikulum 2013. Pelaksanaan pembelajaran formal di sekolah disesuaikan lagi dengan peraturan pemerintah (PP). Sekurang-kurangnya ada 5 komponen belajar yang harus dilaksanakan secara sistematis dalam pembelajaran formal di kelas, yaitu pencapaian tujuan, pengembangan materi, pemilihan metode, penggunaan media, dan pelaksanaan evaluasi sesuai dengan PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada semester genap tahun ajaran 2019/2020, penulis berkesempatan melaksanakan survei di SMP Negeri 2 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Ada fakta menarik yang penulis lihat sewaktu survei yang berhubungan dengan hasil belajar siswa. Fakta itu adalah ketika penulis survei, penulis mengamati proses belajar mengajar yang dilakukan guru seni budaya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, materi, penggunaan berbagai metode seperti ceramah, diskusi dan pemberian tugas, guru juga menggunakan media akan tetapi setelah dilihat dari hasil belajar ternyata hasil belajar siswa rendah. Di dalam Sisdiknas Pasal 39 Ayat 2 dinyatakan bahwa pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan, dan menilai proses dan hasil belajar adalah hal yang mesti di kuasai oleh seorang tenaga pendidik profesional. Saat penulis survei pada pembelajaran Seni Tari di SMP Negeri 2 Koto XI Tarusan, penulis berniat untuk langsung melaksanakan observasi dan berharap dapat melakukan seminar proposal di bulan Maret 2019. Tujuan Observasi adalah untuk pengumpulan fakta permulaan dari rencana penelitian yang akan di laksanakan. Dalam kegiatan survei, penulis mendapat kesempatan melihat guru mengajar seni tari di kelas VIII, di SMP Negeri 2 Koto XI Tarusan terdapat lima lokal untuk kelas VIII yaitu kelas VIII-1, VIII-2, VIII-3, VIII-4 dan VIII-5. Ketika survei, penulis mendapati bahwa diantara kelima kelas, hasil belajar terendah didapati pada kelas VIII-4, Saat itu penulis menanyakan kepada lima orang siswa, mengenai hasil belajar seni budaya yang rendah, lalu empat dari lima orang siswa mengatakan bahwa guru sering memberikan tugas akan tetapi tugas seringkali dikumpulkan saja, sehingga siswa tidak mendapat konfirmasi kembali mengenai tugas, sedangkan satu siswa mengatakan jika tugas sekali-kali diperiksa dan dibahas oleh guru di kelas. Dari pernyataan siswa penulis menduga bahwa hasil belajar siswa yang rendah juga diakibatkan salah satu faktornya adalah siswa tidak mengetahui kelemahan atau letak kesalahan dari tugas yang telah dikerjakannya. Sementara guru menjelaskan bahwa hasil belajar tidak hanya diperoleh dari nilai ujian tapi juga dari tugas-tugas siswa. Saat penulis menanyakan kepada guru, maksud dari pelaksanaan pemberian tugas, guru menjelaskan bahwa untuk pembelajaran lebih efektif, siswa itu tidak hanya mengetahui tujuan pembelajaran, materi pembelajaran tetapi juga hasil belajar itu diperoleh dari mengerjakan tugas-tugas yang terkait dengan materi penerapan pola lantai pada gerak tari yang terdiri dari dua KD. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkugannya (Slameto, 2013: 2). Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan maka dapat dicapai tujuan dalam kegiatan belajar tersebut dalam perubahan tingkah laku yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, maupun sikap, bahkan meliputi aspek pribadi, perubahan tersebut adalah hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis (Slameto, 2013:3). Perubahan tersebut senantiasa dapat mengarah kepada tujuan yang lebih baik. Perolehan aspek-aspek perubahan prilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh si pembelajar. Hasil belajar yang ingin dicapai dalam pendidikan diharapkan meningkatkan kemampuan mental siswa yang meliputi (a) dampak pembelajaran, (b) dampak pengiring hasil. Dampak pembelajaran adalah hasil yang dapat diukur dalam setiap pelajaran (pada umumnya menyangkut ranah kognitif), seperti tertuang dalam angka rapor dan angka dalam ijazah. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan di bidang lain yang merupakan suatu transfer belajar ( transfer of learning) . Dalam setiap pendidikan nasional merumuskan tujuan dari pendidikan, baik itu tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional. Dalam belajar siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional (Slameto, 2013: 27). Maka digunakan klasifikasi belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir, termasuk didalamnya kemampuan untuk menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi, ranah afektif mencakup kepada prilaku seperti sikap, minat, emosi, dan nilai. Sedangkan ranah psikomotorik berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah peserta didik menerima pengalaman belajar secara continue. Pada Kurikulum 2013 digunakan penilaian autentik. Muslich (dalam Hosnan. 2014) menyebutkan, penilaian sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar. Penilaian autentik adalah penilaian yang melibatkan siswa dalam tugas-tugas yang bermanfaat, penting, dan bermakna. (dalam Hosnan. 2014: 388). Penilaian autentik bertujuan mengevaluasi kemampuan siswa dalam konteks dunia nyata. Dengan kata lain, siswa belajar bagaimana mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan ke dalam tugas autentik. Melalui autentik ini, diharapkan berbagai informasi yang absah/benar dan akurat dapat terjaring berkaitan dengan apa yang benar-benar diketahui dan dapat dilakukan oleh siswa Pemikiran guru rupanya sejalan dengan pendapat Salim (dalam Numin, Bonifasius dan Hasdin. 2013: 77) “bahwa proses pembelajaran dimulai dengan membuka pembelajaran dengan menyampaikan kata kunci tujuan yang ingin dicapai, memaparkan isi, dan diakhiri dengan memberikan soal-soal atau tugas kepada siswa”. Kemajuan yang dicapai siswa dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa yang tertuang di dalam nilai hasil belajar. Karena penulis ingin hasil observasi ini sebagai fakta awal dari rencana penelitian, maka penulis memberi tahu guru tentang niat akan meneliti mengenai kontribusi tugas siswa terhadap hasil belajar seni tari dan guru juga menyetujuinya. ## B. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk kuantitatif dengan metode korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan, pengambilan sampel menggunakan teknik cluster sampling dan sampel pada penelitian ini adalah kelas VIII SMP Negeri 2 Koto XI Tarusan. Penelitian ini menggunakan dua variabel penelitian diantaranya Variabel Independen (X) dan Variabel dependen (Y). Jenis data menggunakan data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara dokumentasi dan wawancara. Instrumen data tugas seni tari dan hasil belajar siswa pada penelitian ini adalah metode observasi sistematis yang dilakukan peneliti dengan menggunakan berupa alat tulis, perekam dan kamera untuk pendokumentasian proses penelitian. Teknik analisis data dilakukan dengan cara uji validitas, uji realibilitas, uji hipotesis, uji normalitas ## C. Pembahasan 1. Tugas Seni Tari Berdasarkan hasil tugas siswa SMP N 2 Koto XI Tarusan yang dilakukan terhadap 25 orang sampel, didapatkan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 57. Berdasarkan data kelompok tersebut diperoleh nilai rata-rata hitung ( mean ) adalah 76,5, dan nilai tengah ( median ) 80,25. Sedangkan nilai sering muncul ( mode ) yaitu 80,25 dan simpangan baku ( standar deviasi ) sebesar 7,77. Selanjutnya distribusi tugas seni tari siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Distribusi Tugas Seni Tari Skor Kategori Fa Fr % 86-100 Baik Sekali 1 4 76-85 Baik 15 60 66-75 Sedang 7 28 56-65 Kurang 2 8 25 orang 100 % Keterangan : fa : frekuensi absolut fr : frekuensi relatif Pada Tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa dari 25 orang sampel, untuk tugas siswa, yang memiliki kategori baik sekali adalah sebanyak 1 orang (4%) dan untuk kategori baik 15 orang (60%), dan 7 orang (28%) memiliki kategori sedang. Sedangkan untuk kategori kurang yaitu sebanyak 2 orang (8%). Berdasarkan uraian tugas siswa yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki tugas dengan skor di atas rata-rata adalah sebanyak 16 orang (64%) dan sampel yang berada dalam kelompok rata-rata sebanyak 7 orang (28%). Sedangkan untuk di bawah skor rata-rata yaitu sebanyak 2 orang (8%). Untuk histogram variabel tugas seni tari siswa tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 1. Gambar 2. Histogram Tugas Seni Tari Siswa Poligon Tugas Seni Tari Siswa ## 2. Hasil Belajar Siswa Dari hasil belajar siswa yang dilakukan terhadap 25 orang sampel kelas VII-4 di SMP N 2 Koto XI Tarusan didapatkan nilai tertinggi adalah 90 dan nilai terendah 56. Sedangkan range (jarak pengukuran) adalah 33. Berdasarkan data sampel tersebut diperoleh nilai rata-rata hitung ( mean ) 80,96 dan nilai tengah ( median ) 85, nilai sering muncul ( mode ) yaitu 85. Sedangkan simpangan baku ( standar deviasi ) adalah 7,6. Selanjutnya distribusi frekuensi hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Skor Kategori fa Fr 86-100 Baik Sekali 3 12 76-85 Baik 17 68 66-75 Sedang 4 16 56-65 Kurang 1 4 25 orang 100% Keterangan : fa : frekuensi absolut fr : frekuensi relatif Berpedoman pada Tabel yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari 25 orang sampel, hanya 3 orang (12%) memiliki kategori baik sekali dan juga hanya 17 orang (68%) memiliki kategori baik. Untuk kategori sedang yaitu sebanyak 4 orang (16%) dan 1 orang (4%) memiliki kategori kurang. Berdasarkan uraian tentang variabel hasil belajar siswa yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang memiliki hasil belajar dengan skor di atas rata-rata adalah sebanyak 17 orang (68%) dan skor dalam rata-rata adalah 4 orang (16%). Sedangkan untuk di bawah skor rata-rata yaitu sebanyak 1 orang (4%). Histogram hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat pada gambar berikut. 0 10 20 30 40 50 60 70 Series1 Series2 0 10 20 30 40 50 60 70 Series1 Series2 Gambar 5. Gambar 6. Histogram Frekuensi hasil Poligon Frekuensi hasil belajar siswa belajar siswa ## 3. Uji Persyaratan Analisis Sebelum melakukan pengujian terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis dengan uji normalitas data untuk mengetahui apakah data dari variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak, dapat digunakan uji Lilliefors. Hipotesis uji Liliefors: H o : L observasi < L tabel data berdistribusi normal H a : L observasi > L tabel data tidak berdistribusi normal. ## 4. Uji Normalitas Data Untuk mengetahui apakah data dari variabel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak dapat digunakan uji Liliefors. Hipotesis uji Liliefors : H o : L o <L t data berdistribusi normal H a : L o >L t data tidak berdistribusi normal Tabel 3. Rangkuman Uji Normalitas Data Variabel L o L t 05 . 0   Kesimpulan Tugas Seni Tari (X) 0.0259 0.173 Normal Hasil Belajar Siswa (Y) 0.1517 0.173 Normal Berdasarkan pada tabel 3 di atas, ternyata hasil uji Liliefors yang di observasi L o < L t ) 05 . 0   , jika L o lebih kecil dari L t hal ini berarti kedua data variabel yang diteliti berdistribusi normal. 5. Uji Hipotesis (X 1 dengan Y) Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat kontribusi yang berarti (signifikan) antara tugas seni tari siswa terhadap hasil belajar siswa atas diterima kebenaran secara empiris. Untuk menguji besarnya koefisien korelasi hipotesis pertama tersebut dilakukan analisis korelasi product moment dan untuk menguji keberartian (signifikan) koefisien korelasi dilakukan dengan uji t korelasi. Hasil analisis korelasi antara tugas siswa (X) dengan hasil belajar siswa atas (Y) adalah r hit = 0.67 dan 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Series1 Series2 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Series1 Series2 86-100 76-85 66- 75 56-65 r tabel 0.39, menunjukan bahwa Hi diterima dan Ho ditolak, artinya tugas siswa memiliki kontribusi yang berarti terhadap hasil belajar. (Lampiran 6) Untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel tugas siswa terhadap hasil belajar digunakan rumus determinan r 2 x 100% atau 0.67 2 X 100 % = 18,5%. Artinya kontribusi variabel tugas siswa terhadap hasil belajar siswa tersebut sebesar adalah 18,5% sedangkan sisanya disebabkan oleh variabel lain. Untuk menguji signifikan koefisien korelasi antara tugas siswa terhadap hasil belajar dilakukan uji t. Untuk lebih jelasnya hasil rangkuman uji t tersebut dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Rangkuman Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Antara Variabel tugas siswa Terhadap hasil belajar Variabel t hitung t tabel 05 . 0   Kesimpulan X dan Y 1,82 1.71 Signifikan Berdasarkan tabel 4 di atas, ternyata t hitung = 1,82 > t tabel 1.71 05 . 0   . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Hi diterima dan Ho ditolak, yaitu terdapat kontribusi yang berarti antara koordinasi tugas siswa terhadap hasil belajar dan diterima kebenaran secara empiris. Selanjutnya untuk melihat besar sumbangan (kontribusi) tugas siswa terhadap hasil belajar yaitu sebesar 0.67 2 X 100 % = 18,5%. sebagaimana dijelaskan pada tabel di bawah ini sebagai berikut: Tabel. 5 Analisis korelasi antara tugas seni tari terhadap hasil belajar siswa DK (N-2) r table r hitung Kontribusi t hitung t table α =0.05 Kesimpulan 23 0.39 0.67 18% 1.82 1.71 Signifikan Ket: dk = derajat kebebasan Hasil analisis determinasi menyatakan terdapat kontribusi yang signifikan antara tugas seni tari terhadap hasil belajar siswa pada taraf signifikan α =0.05 sebesar 18 %. 6. Pembahasan Hubungan tugas siswa terhadap hasil belajar seni tari variabel yang mempengaruhi hasil belajar adalah tugas siswa. Bentuk tugas yang diberikan guru berupa latihan soal yang dikerjakan siswa dikelas, dengan penjelasan yang terlebih dahulu diberikan oleh guru berupa tujuan, materi ajar dan arahan pengerjaan tugas serta dikumpulkan diakhir pembelajaran, bentuk tugas mandiri yang dikerjakan dirumah berupa latihan soal, yang sebelumnya telah diberikan arahan serta tujuan dalam mengerjakan tugas, kemudian tugas dikumpulkan pada pertemuan berikutnya, serta bentuk tugas kelompok dikelas berupa diskusi dan praktek mengenai ragam gerak tari, selama pengerjaan tugas guru menyampaikan arahan dan tujuan terlebih dahulu, lalu siswa berkelompok berdiskusi dan mengkonfirmasi hasil diskusi kelompok didepan kelas dengan masing-masing kelompok memiliki dua orang perwakilan untuk mempraktekan contoh ragam gerak tari berdasarkan hitungan. Menurut Istarani (2012:26) bahwa Tugas biasanya diberikan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas; sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintergrasi. Dengan demikian, tugas siswa merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dengan terkuasainya tugas dapat membantu terhadap penguasaan suatu materi pelajaran. Siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, waktu menghadapi masalah-masalah baru. Disamping itu untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan siswa di sekolah, melalui kegiatan-kegiatan diluar sekolah tersebut. Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa aktif belajar; dan merasa terangsang untuk meningkatkan hasil belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab sendiri. Banyak tugas yang harus dikerjakan siswa, hal itu diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya; mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan konstruktif. Rostiyah (dalam Istarani, 2012: 26). Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat dipahami bahwa untuk menyelesaikan tugas sesuai tujuannya secara cepat dan terarah. Kalau dihubungkan dengan hasil belajar, maka tugas ini sangat diperlukan sekali agar tujuan pembelajaran tercapai. Berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa tidak terdapat kontribusi yang berarti antara tugas siswa dengan hasil belajar seni tari kelas VIII di SMP N 2 Koto XI Tarusan (Ho) dan terdapat kontribusi yang berarti antara tugas siswa terhadap hasil belajar seni tari kelas VIII di SMP N 2 Koto XI Tarusan (Hi) sehingga penelitian ini diterima. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa Hi diterima dan Ho ditolak yaitu: terdapat kontribusi yang berarti (signifikan) antara tugas siswa dengan hasil belajar siswa diterima kebenaran secara empiris. Dengan menggunakan uji persyaratan analisis, berupa uji normalitas data L0 ˂ Lt α = 0.05, L0 tugas 0.0259 ˂ Lt tugas 0.173 dan L0 hasil belajar 0.1517 ˂ Lt hasil belajar 0.173, uji hipotesis dengan menggunakan uji t α = 0.05, t hitung 1.82 ˃ t tabel 1.71. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu variabel yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah tugas seni tari, berdasarkan kepada analisis koefisien korelasi determinasi besar kontribusi variabel tugas (X) terhadap variabel hasil belajar siswa (Y), adalah sebesar 18,5%. Berdasarkan hasil penemuan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tugas memberikan kontribusi yang berarti terhadap hasil belajar siswa. Artinya semakin baik tugas yang dikerjakan siswa tersebut, semakin baik pula hasil belajarnya, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. ## D. Simpulan Berdasarkan hipotesis yang diajukan bahwa tidak terdapat kontribusi yang berarti antara tugas siswa dengan hasil belajar seni tari kelas VIII di SMP N 2 Koto XI Tarusan (Ho) dan terdapat kontribusi yang berarti antara tugas siswa terhadap hasil belajar seni tari kelas VIII di SMP N 2 Koto XI Tarusan (Hi) sehingga penelitian ini diterima. Dengan menggunakan uji persyaratan analisis, berupa uji normalitas data L 0 ˂ L t α = 0.05, L 0 tugas 0.0259 ˂ L t tugas 0.173 dan L 0 hasil belajar 0.1517 ˂ L t hasil belajar 0.173, uji hipotesis dengan menggunakan uji t α = 0.05, t hitung 1.82 ˃ t tabel 1.71. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa Hi diterima dan Ho ditolak yaitu: terdapat kontribusi yang berarti (signifikan) antara tugas siswa dengan hasil belajar siswa diterima kebenaran secara empiris. Tugas siswa memberikan kontribusi yang berarti terhadap hasil belajar seni tari. Hi diterima dan Ho ditolak Artinya semakin baik tugas yang dikerjakan siswa tersebut, semakin besar kontribusi tugas siswa siswa terhadap hasil belajarnya, sehingga tujuan pembelajaran tercapai. ## Daftar Rujukan Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian . Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21, Bogor : Galia Indonesia. Indrayuda. 2015. Pengantar pengetahuan tari. Padang : UNP Press Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
bdd221d6-9ccf-49cb-bab0-556c9b8e11ec
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/mnemonic/article/download/6664/5050
IMPLEMENTASI METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) DAN MODIFIED K-NEAREST NEIGHBOR PADA KLASIFIKASI CITRA DAUN TANAMAN HERBAL Nurdiansyah 1 , Muliadi *2 , Rudy Herteno 3 , Dwi Kartini 4 , Irwan Budiman 5 1,2,3,4,5 Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru [email protected] ## ABSTRAK Klasifikasi citra tanaman herbal dapat dilakukan berdasarkan bentuk daun yang dikenal juga sebagai pengenalan citra tanaman herbal. Pada pengenalan citra dilakukan dengan mengidentifikasi ciri bentuk daun tanaman herbal dan dilakukan klasifikasi citra daun tersebut. Jumlah data citra yang digunakan sebagai 200 data yang terbagi kedalam 5 kelas. Sehingga masing-masing kelas terdiri dari 40 data citra. Masyarakat umumnya akan kesulitan untuk mengenal jenis tanaman herbal berdasarkan melihat secara sekilas pada daun. Pada metode PCA digunakan untuk mengurangi dimensi citra daun herbal dan metode Modified KNN digunakan untuk mengklasifikasikan citra daun herbal berdasarkan fitur. Pada pembagian data 6:4 nilai akurasi tertingginya sebesar 89 % pada K=2 dan akurasi terendahnya pada 78 % pada K=9. Pembagian data 7:3 nilai akurasi tertingginya sebesar 87 % pada K=4 dan akurasi terendahnya pada 82 % pada K=9. Dan Pada pembagian data 8:2 nilai akurasi tertingginya sebesar 93 % pada K=3 dan akurasi terendah sebesar 84 % pada K=4. Keyword : Tanaman Herbal, Principal Component Analysis (PCA), Modified K-Nearest Neighbor. ## 1. PENDAHULUAN Klasifikasi citra tanaman herbal dapat dilakukan berdasarkan bentuk daun yang dikenal juga sebagai pengenalan citra tanaman herbal. Pada pengenalan citra dilakukan dengan mengidentifikasi ciri bentuk daun tanaman herbal dan dilakukan klasifikasi citra daun tersebut. Berbagai teknik pengolahan citra telah dikembangkan untuk mempermudah pekerjaan manusia. Masyarakat umumnya akan kesulitan untuk mengenal jenis tanaman herbal berdasarkan melihat secara sekilas pada daun, Sebenarnya jika diamati dengan seksama akan bisa membedakan antara daun tanaman herbal satu dengan yang lain. Perlu adanya sistem pengolahan citra digital untuk membantu dalam mengenali tanaman herbal sehingga mempermudah dalam identifikasi dan klasifikasi tanaman herbal pada citra daun. Pada penelitian yang dilakukan oleh [1] melakukan identifikasi kualitas buah tomat dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) yang mana pada metode PCA ini mampu untuk mengurangi dimensi dataset dengan memproyeksikan setiap titik data ke hanya beberapa komponen utama untuk mendapatkan data berdimensi lebih rendah. Berdasarkan penelitian ini pula didapatkan hasil identifikasi kualitas data mencapai 76,7%. Nilai akurasi tersebut menunjukan bahwa sistem dengan menggunakan metode PCA dapat berjalan dengan baik. Kelebihan utama dari metode Principal Component Analysis (PCA) adalah metode yang mengubah dimensi data yang banyak menjadi dimensi data yang sederhana dengan mempertahankan informasi dari dataset asli. Perbandingan metode Principal Component Analysis (PCA) berdasarkan Linear Discriminant Analysis (LDA) pada deteksi kanker. metode Principal Component Analysis (PCA) meningkatkan akurasi hingga 29,04 % dan f-1 score 64,28 % pada tumor usus dibandingkan tanpa menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) [2]. Setelah proses ektraksi fitur citra, klasifikasi pada citra dapat dilakukan. Modified K-Nearest Neighbor merupakan pengembangan dari metode K- NN yang bertujuan untuk mengatasi masalah tingkat akurasi yang rendah pada algoritma K-NN. Algoritma MK-NN menambahkan dua prosedur dalam melakukan klasifikasi yaitu proses validasi dari data training serta proses pembobotan terbesar (weight voting) dari tetangga terdekatnya (nearest neighbor). Validasi dan bobot terbesar yang dimiliki oleh MK-NN mampu mengatasi kelemahan dari klasifikasi berdasarkan jarak terdekat sehingga metode MK-NN jauh lebih unggul dibandingkan metode algoritma K-NN [3]. Klasifikasi status gunung berapi menggunakan metode Modified K- Nearest Neighbor menghasilkan akurasi sebesar 86,67 % [4]. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kinerja yang dihasilkan oleh metode Principal Component Analysis (PCA) dan Modified K-Nearst Neighbor dalam klasifikasi tanaman herbal pada citra daun. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Literatur Terdahulu Memprediksi penilaian akademis siswa menggunakan Modified K Nearest Neighbor (MKNN). Peneliti disini menggunakan algoritma Modified K Nearest Neighbor (MKNN) untuk mengkalkulasi jarak nilai tanpa memberikan kode. Pada penelitian menggunakan dataset penilaian siswa dengan 480 data siswa dengan 16 fitur [5]. Perbandingan tanaman jenis rimpang menggunakan principal component analysis support vector machine , K-Nearest Neighbor dan Decision Tree . Pada peneltian ini menggunakan terdapat 5 kelas tanaman rimpang yaitu jahe, kencur, kunyit, kunci dan laos. Dari hasil penelitian ini menghasilkan 98,2% pada SVM (Linear SVM), 90,02% pada KNN dan 87,3% pada Decision Tree [6]. Mendeteksi bibit jagung yang rusak karena pendingin. Pada penelitian ini menggunakan Principal component analysis (PCA) ektraksi data dan menngunakan K Nearest Neighbor (KNN) sebagai metode untuk klasifikasinya. Pada penelitian ini diambil langsung pada suhu 13◦C [7]. ## 2.2. Tanaman Herbal Tanaman herbal adalah tanaman dengan berbagai manfaat, salah satunya dapat digunakan untuk mengobati penyakit secara alami, terutama penyakit kulit dan penyakit rambut. Masyarakat Indonesia mudah terserang penyakit kulit dan rambut karena Indonesia adalah negara dengan iklim tropis. Di era modern ini sebagian besar masyarakat belum mahir untuk membedakan antara tanaman herbal dengan tanaman biasa sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam memilih tanaman herbal [8]. ## 2.3. Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital (Digital Image Processing) merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang bagaimana suatu citra itu dibentuk, diolah, dan dianalisis sehingga menghasilkan informasi yang dapat dipahami oleh manusia [9] . 2.4. Principal Component Analysis (PCA) Principal Componen Analisys (PCA) adalah suatu teknik statistik multivariat yang secara linear mengubah bentuk sekumpulan variabel asli menjadi kumpulan variabel yang lebih kecil yang tidak berkorelasi yang dapat mewakili informasi dari kumpulan variabel asli. Tujuan utamanya ialah menjelaskan sebanyak mungkin jumlah varian data asli dengan sedikit mungkin komponen utama yang disebut faktor [10]. 2.5. Modified K-Nearest Neighbor M etode Modified K-Nearest Neighbor , (MKNN) adalah Suatu algoritma yang dikembangkan dari algoritma K-Nearest Neighbor dengan menambahkan proses baru yaitu proses validitas data pada setiap dataset yang telah dilakukan perhitungan jarak euclidean antar pada data training, dan juga penambahan proses weight voting yang didapatkan dari hasil nilai validitas data dikalikan dengan hasil euclidean distance data training dan data testing [11]. ## 2.6. Dataset Dataset yang digunakan pada penelitian ini yaitu dataset citra daun tanaman herbal. Dataset ini memiliki total sebanyak 200 citra. Kemudian ada 5 kelas yaitu kelas daun Jambu, kunyit, lidah buaya, papaya dan sirih.setiap kelas data memiliki 40 data citra daun. Dataset diabetes dibagi menjadi 3 pembagian data yaitu pembagian data 60% data training banding 40% data testing, 70% data training banding 30% data testing dan 80% data training banding 20% data testing. ## 3. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini alur yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 1. Pada alur penelitian tersebut dapat diketahui langkah penelitian yang dilakukan dimulai dari pengumpulan data yaitu data citra daun meliputi daun jambu biji, kunyit, pepaya, sirih dan lidah buaya yang masing-masing berjumlah 40 data. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan preprocessing yang digunakan untuk membuang data yang tidak diperlukan yang kemudian dilanjutkan dengan mengubah ukuran citra ( resize ) dengan mengubah ukuran pixel. Setelah ukuran berubah dilanjutkan dengan mengubah citra tersebut kedalam bentuk grayscale. Setelah proses preprocessing selesai dilakukan dilakukan ekstraksi fitur menggunakan Principal Component Analysis (PCA) yang digunakan untuk proses ekstraksi ciri pada data citra daun. Setelah didapatkan hasil ekstraksi dilanjutkan dengan pembagian data. Pada pembagian data dibagi menjadi dua yaitu data training dan testing dengan tiga perbandingan yang akan digunakan yaitu 60:40, 70:30, 80:20. Setelah dilakukan pembagian data dilanjutkan dengan proses klasifikasi menggunakan Modified K-NN untuk melakukan proses identifikasi data citra daun tanaman. Kemudian dilanjutkan dengan proses evaluasi yang direpresentasikan menggunakan confusion matrix terhadap metode Principal Component Analysis (PCA) dan Modified K-Nearest Neighbor untuk mencari nilai Precision, Recall, F1- score dan Akurasi. ## Gambar 1. Alur penelitian ## 3.1 Principal Component Analysis (PCA) Metode PCA akan membentuk sekumpulan dimensi baru yang kemudian di ranking berdasarkan varian datanya. PCA akan menghasilkan Principal component yang didapat dari dekomposisi eigen value dan eigen vektor dari matriks kovariansi. Langkah dari algoritma PCA adalah sebagai berikut [12]. 1. Perhitungan rata-rata ( mean ) : Menghitung mean ( X ) dari data pada tiap dimensi menggunakan persamaan (1): 𝑋 = 1 𝑛 ∑ 𝑋𝑖 𝑛 𝑖=1 (1) Dengan : n = jumlah data sampel Xi = data sampel 2. Perhitungan matriks kovarian C Menghitung covariance matrix (Cx) menggunakan persamaan (2) 𝐶𝑥 = 1 𝑛−1 ∑ 𝑖−1 𝑛 (𝑋𝑖 − 𝑋)(𝑋𝑖 − 𝑋) 𝑇 (2) Dengan : n = jumlah data sampel Xi = data sampel 3. Perhitungan eigenvalue dan eigenvector Menghitung eigenvector (vm) dan eigenvalue(λm) dari covarince matrix menggunakan persamaan (3): 𝐶 𝑥 𝑣 𝑚 = 𝜆 𝑚 𝑣 𝑚 (3) Dengan : 𝜆 𝑚 = eigenvalue 𝑣 𝑚 = eigenvector 𝐶 𝑥 = matriks kovarian 4. Urutkan eigenvalue secara descending. Principal Component (PC) adalah deretan eigenvector sesuai dengan urutan eigenvalue pada tahap 3. 5. Menghasilkan dataset baru. ## 3.2 Modified K-Nearest Neighbor Digunakan untuk melakukan pengklasifkasian untuk identifikasi kelas pada tanaman herbal. Dimana pada tahap klasifikasi data testing diuji dengan data training dilanjutkan dengan perhitungan validitas dan weight voting . Langkah-langkah pada metode Modified K-Nearest Neighbor sebagai berikut: [13] ## 3.2.1 Perhitungan Jarak Eucledian Untuk menghitung jarak Antara data training (x) dan data testing yang saling berdekatan dengan rumus sebagai berikut. d ( 𝑥 𝑖 , 𝑦 𝑖 ) = √∑ (𝑥 𝑖 𝑛 𝑖=0 −𝑦 𝑖 ) 2 (4) p = Dimensi Data d ( 𝑥 𝑖 , 𝑥 𝑦 ) = jarak dari data training dan testing 𝑥 𝑖 = data training 𝑥 𝑦 = data testing ## 3.2.2 Perhitungan Nilai Validitas Perhitungan nilai validitas dilakukan pada semua data training dengan rumus sebagai berikut. 1 𝐻 ∑ 𝑆(𝑙𝑏𝑙(𝑥), 𝑙𝑏𝑙(𝑁𝑖(𝑥)) 𝑛 𝑖=0 ) (5) H= Jumlah tetangga terdekat lbl(x)= kelas data training lbl(Ni(x))= l abel kelas titik terdekat data training Fungsi S untuk menghitung kesamaan antara titik x dan data ke-i dari tetangga terdekat. S(a,b) = { 1, 𝑎 = 𝑏 0, 𝑎 ≠ 𝑏 (6) 3.2.3 Perhitungan Weighted Voting Perhitungan weight voting memiliki pengaruh penting terhadap data nilai validitas dan nilai jarak terdekat. Dengan perhitungan weight voting membantu dalam mengatasi kelemahan pada metode KNN yang didasarkan hanya pada perhitungan nilai jarak antar data. Berikut rumus persamaan weight voting sebagai berikut : W(i) = Validity(i) x 1 𝑑𝑒+0.5 (7) W(i) = Weighted Voting Validity(i)= nilai validitas De = jarak Euclidean ## 3.3. Confusion matrix Alat ukur performa klasifikasi dari kedua metode yang digunakan adalah confusion matrix dengan dengan TP (True Positive) dan TF (True Negatif) sebagai variabel yang memprediksi benar sedangkan TN (True Negative) dan (False Positive) sebagai variabel yang memprediksi salah. Tabel 1. Confusion Matriks Kelas Sebenarnya POSITIVE NEGATIVE POSITIVE TP TN NEGATIVE FP FN Accuracy = 𝑇𝑃+𝑇𝑁 𝑇𝑃+𝐹𝑃+𝐹𝑁+𝑇𝑁 ∗ 100% (8) Precision = 𝑇𝑃 𝑇𝑃+𝐹𝑃 ∗ 100% (9) Recall = 𝑇𝑃 𝑇𝑃+𝐹𝑁 ∗ 100 % (10) F1 Score = 2∗ (𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙∗𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛) 𝑅𝑒𝑐𝑎𝑙𝑙+𝑃𝑟𝑒𝑐𝑖𝑠𝑖𝑜𝑛 ∗ 100 % (11) Tahapan penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini yaitu Pengumpulan data citra, Preprocessing Data , Ekstraksi Fitur Principal Component Analysis , Pembagian Data, Klasifikasi Modified K-NN, dan Evaluasi yang direpresentasikan menggunakan confusion matrix terhadap metode Principal Component Analysis (PCA) dan Modified K-Nearest Neighbor yang digunakan dan nilai yang dicari adalah nilai Precision , Recall , F1-score dan Akurasi. ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, menggunakan data citra tanaman dengan 5 kelas data yaitu Jambu, Kunyit, Lidah Buaya, pepaya dan Sirih yang dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Gambar 2. Data citra daun Tahapan ekstraksi fitur dilakukan dengan menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Selanjutnya setelah diekstraksi fitur, fitur numeric yang dihasilkan dari tahap ekstraksi fitur Principal Component Analysis (PCA) diklasifikasi dengan metode klasifikasi Modified K- Nearest Neighbor dengan nilai k yang bervariasi yaitu K=1 sampai dengan K=10 menggunakan split data dengan pembagian 6 : 4, 7 : 3 dan 8 : 2. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kinerja dari kombinasi metode Principal Component Analysis (PCA) dan Modified K-Nearest Neighbor serta untuk mengetahui akurasi tertinggi yang didapatkan dari penelitian ini. Setelah semua data diujikan selanjutnya hasil pengujian akan dievaluasi menggunakan Confusion Matrix untuk memperoleh nilai akurasi, precision, recall, dan F1- score pada setiap nilai K. Adapun perubahan data citra setelah melalui proses preprocessing yaitu membuat gambar menjadi grayscale dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. Gambar 3. Data citra daun dalam grayscale ## 4.1. Data Kelas Jambu Tabel 2. Hasil Precision pada kelas Jambu Biji Precision Jambu Biji Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 76 % 67 % 80 % 2 88 % 79 % 100 % 3 75 % 73 % 100 % 4 79 % 79 % 100 % 5 83 % 85 % 88 % 6 79 % 85 % 100 % 7 75 % 92 % 100 % 8 79 % 85 % 88 % 9 75 % 85 % 88 % 10 75 % 85 % 88 % Pada kelas Jambu biji didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang bukan dari data sebenarnya. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision cenderung menaik dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision cenderung menaik dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembagian data yang berbeda menghasilkan nilai precision yang berbeda. Tabel 3. Hasil Recall Pada Kelas Jambu biji Recall Jambu Biji Nilai k 6 : 4 7: 3 8 : 2 1 100 % 100 % 100 % 2 94 % 92 % 88 % 3 94 % 92 % 88 % 4 94 % 92 % 88 % 5 94 % 92 % 88 % 6 94 % 92 % 88 % 7 94 % 92 % 88 % 8 94 % 92 % 88 % 9 94 % 92 % 88 % 10 94 % 92 % 88 % Pada kelas Jambu biji didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4, pada pembagian data 7:3 dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan hasil yang sama pada saat K= 2 maka nilai recall menurun dan stabil dikarenakan pada saat pengujian data yang memiliki kemiripan data yang cukup tinggi dengan data yang memiliki kelas berbeda, sehingga terjadi kesalahan klasifikasi pada sistem yang menyebabkan tingkat keberhasilan sistem dalam memprediksi data positif menurun. Tabel 4. Hasil F1-score Pada kelas Jambu Biji F1-score Jambu Biji Nilai k 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 86 % 80 % 89 % 2 91 % 85 % 93 % 3 83 % 81 % 93 % 4 86 % 85 % 93 % 5 88 % 88 % 88 % 6 86 % 88 % 93 % 7 83 % 92 % 93 % 8 86 % 88 % 88 % 9 83 % 88 % 88 % 10 83 % 88 % 88 % Pada kelas Jambu biji didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan bahwa semakin tinggi F1-Score maka nilai K semakin rendah. Pada pembagian pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai F1-score . Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan bahwa nilai F1-Score semakin tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai F1- score tetapi pada K=5 dan K=8 maka nilai F1-score turun. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan pada nilai precision dan recall semakin tinggi maka semakin bagus. ## 4.2. Kelas Data Kunyit Tabel 5. Tabel Precision pada Kelas Kunyit Precision Kunyit Nilai K 6: 4 7 : 3 8 : 2 1 85 % 75 % 75 % 2 82 % 75 % 73 % 3 86 % 80 % 80 % 4 81 % 82 % 80 % 5 82 % 77 % 78 % Precision Kunyit Nilai K 6: 4 7 : 3 8 : 2 6 76 % 69 % 73 % 7 65 % 71 % 73 % 8 65 % 67 % 73 % 9 67 % 67 % 73 % 10 67 % 71 % 80 % Pada kelas Kunyit didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang bukan dari data sebenarnya. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision juga cenderung naik dikarenakan banyaknya data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Tabel 6. Tabel Recall pada Kelas Kunyit Recall Kunyit Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 69 % 50 % 75 % 2 88 % 75 % 100 % 3 75 % 67 % 100 % 4 81 % 75 % 100 % 5 88 % 83 % 88 % 6 81 % 75 % 100 % 7 69 % 83 % 100 % 8 81 % 83 % 100 % 9 75 % 83 % 100 % 10 75 % 83 % 100 % Pada kelas Kunyit didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung naik dikarenakan pada saat pengujian data yang memiliki kemiripan cukup tinggi dengan data yang memiliki kelas berbeda. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung menaik dikarenakan pada saat pengujian data yang memiliki kemiripan data yang cukup tinggi dengan data yang memiliki kelas berbeda. Kemudian pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung menaik dikarenakan pada saat pengujian data yang memiliki kemiripan data yang cukup tinggi dengan data yang memiliki kelas berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembagian data yang berbeda menghasilkan nilai recall yang sama. Tabel 7. Tabel F1-score pada Kelas Kunyit F1-score Kunyit Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 76 % 60 % 75 % 2 85 % 75 % 84 % 3 80 % 73 % 89 % 4 81 % 78 % 89 % 5 85 % 80 % 82 % 6 79 % 72 % 84 % 7 67 % 77 % 84 % 8 72 % 74 % 84 % 9 71 % 74 % 84 % 10 71 % 77 % 89 % Pada kelas Jambu biji didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai K maka semakin rendah nilai F1-score . Pada pembagian data 7:3 menunjukkan nilai F1-Score semakin tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai F1-score . Pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai F1-score. ## 4.3. Kelas Data Lidah Buaya ## Tabel 8. Tabel Precision pada Kelas Lidah Buaya Precision Lidah Buaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 100 % 100 % 100 % 2 100 % 100 % 100 % 3 100 % 100 % 100 % 4 100 % 100 % 100 % 5 100 % 100 % 100 % 6 100 % 100 % 100 % 7 100 % 100 % 100 % 8 100 % 100 % 100 % 9 100 % 100 % 100 % 10 100 % 100 % 100 % Pada kelas Lidah Buaya didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4,7:3 dan 8:2 menunjukkan hasil yang sama pada dari k=1 sampai k = 10 maka nilai precision tinggi dan stabil dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembagian data yang berbeda menghasilkan nilai precision yang sama. Tabel 9. Tabel Recall pada Kelas Lidah Buaya Recall Lidah Buaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 81 % 83 % 75 % 2 81 % 83 % 75 % 3 81 % 92 % 88 % 4 75 % 83 % 75 % 5 69 % 75 % 75 % 6 62 % 75 % 75 % 7 50 % 75 % 75 % 8 44 % 58 % 62 % 9 50 % 58 % 62 % 10 50 % 67 % 75 % Pada kelas Lidah buaya didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka recall cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang bukan dari data sebenarnya. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung menurun dikarenakan pada saat pengujian data yang memiliki kemiripan data yang cukup tinggi dengan data yang memiliki kelas berbeda, sehingga terjadi kesalahan klasifikasi pada system yang menyebabkan tingkat keberhasilan memprediksi data positif menurun. Tabel 10. Tabel F1-score pada Kelas Lidah Buaya F1-score Lidah Buaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 90 % 91 % 86 % 2 90 % 91 % 86 % 3 90 % 96 % 93 % 4 86 % 91 % 86 % 5 81 % 86 % 86 % 6 77 % 86 % 86 % 7 67 % 86 % 86 % 8 61 % 74 % 77 % 9 67 % 74 % 77 % 10 67 % 80 % 86 % Pada kelas lidah buaya didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai F1-score cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang bukan dari data sebenarnya. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai F1-score cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai F1- score cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan pada nilai precision dan recall semakin tinggi maka semakin kurang bagus. ## 4.4. Kelas Data Pepaya Tabel 11. Tabel Precision pada Kelas Pepaya Precision Pepaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 93 % 100 % 100 % 2 93 % 100 % 100 % 3 93 % 100 % 100 % 4 93 % 91 % 83 % 5 88 % 91 % 88 % 6 93 % 100 % 100 % 7 86 % 100 % 100 % 8 92 % 100 % 100 % Precision Pepaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 9 92 % 100 % 100 % 10 92 % 100 % 100 % Pada kelas pepaya didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan bahwa nilai precision semakin tinggi nilai K maka semakin rendah nilai precision . Pada pembagian data 7:3 menunjukkan bahwa nilai precision semakin tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai precision dan pada K=4 sampai k=5 terjadi penurunan. Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan bahwa nilai precision semakian tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai precision dan pada K=4 sampai k=5 terjadi penurunan. dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembagian data yang berbeda menghasilkan nilai precision yang berbeda. Tabel 12. Tabel Recall pada Kelas Pepaya Recall Pepaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 80 : 20 1 81 % 92 % 88 % 2 81 % 75 % 62 % 3 88 % 83 % 88 % 4 81 % 83 % 62 % 5 88 % 83 % 88 % 6 81 % 75 % 75 % 7 75 % 83 % 88 % 8 69 % 75 % 88 % 9 69 % 75 % 75 % 10 69 % 75 % 75 % Pada kelas pepaya didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang bukan dari data sebenarnya. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai recall cenderung menurun dikarenakan pada saat pengujian data yang memiliki kemiripan data yang cukup tinggi dengan data yang memiliki kelas berbeda. Tabel 13. Tabel F1-score pada Kelas Pepaya F1-score Pepaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 87 % 96 % 93 % 2 87 % 86 % 77 % 3 90 % 91 % 93 % 4 87 % 87 % 71 % 5 88 % 87 % 88 % 6 87 % 86 % 86 % 7 80 % 91 % 93 % 8 79 % 86 % 93 % F1-score Pepaya Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 9 79 % 86 % 86 % 10 79 % 86 % 86 % Pada kelas pepaya didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai F1-score cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang bukan dari data sebenarnya. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai F1-score cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai F1- score cenderung menurun. Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan pada nilai precision dan recall semakin tinggi maka semakin kurang bagus. ## 4.5. Kelas Data Sirih Tabel 14. Tabel Precision pada Kelas Sirih Precision Sirih Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 84 % 92 % 89 % 2 84 % 80 % 73 % 3 89 % 86 % 89 % 4 84 % 86 % 73 % 5 89 % 86 % 89 % 6 80 % 75 % 80 % 7 76 % 80 % 89 % 8 73 % 75 % 89 % 9 73 % 75 % 80 % 10 73 % 75 % 80 % Pada kelas sirih didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan nilai precision cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang bukan dari data sebenarnya. Pada pembagian data 7:3 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision cenderung menurun dikarenakan banyak data yang dibandingkan dengan data yang sama dari data sebenarnya. Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan semakin tinggi nilai K maka nilai precision cenderung menurun. Tabel 15. Tabel Recall pada Kelas Sirih Recall Sirih Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 100 % 100 % 100 % 2 100 % 100 % 100 % 3 100 % 100 % 100 % 4 100 % 100 % 100 % 5 100 % 100 % 100 % 6 100 % 100 % 100 % 7 100 % 100 % 100 % 8 100 % 100 % 100 % 9 100 % 100 % 100 % 10 100 % 100 % 100 % Pada kelas Sirih didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan bahwa nilai recall semakin tinggi nilai K maka semakin rendah nilai recall . Pada pembagian data 7:3 menunjukkan bahwa nilai recall semakin tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai recall. Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan bahwa nilai recall semakian tinggi nilai K maka semakin tinggi nilai recall. Hal ini dikarenakan pada saat pengujian data yang memiliki kemiripan data yang cukup tinggi dengan data yang memiliki kelas berbeda. Tabel 16. Tabel F1-score pada Kelas Sirih F1-score Sirih Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 91 % 96 % 94 % 2 91 % 89 % 84 % 3 94 % 92 % 94 % 4 91 % 92 % 84 % 5 94 % 92 % 94 % 6 89 % 86 % 89 % 7 86 % 89 % 94 % 8 84 % 86 % 94 % 9 84 % 86 % 89 % 10 84 % 86 % 89 % Pada kelas Sirih didapatkan hasil pengujian pada pembagian data 6:4 menunjukkan bahwa nilai F1-score semakin tinggi nilai K maka semakin rendah nilai F1-score . Pada pembagian data 7:3 menunjukkan bahwa nilai F1-score semakin tinggi nilai K maka semakin rendah nilai F1-score . Dan pada pembagian data 8:2 menunjukkan bahwa nilai F1-score semakian tinggi nilai K maka semakin rendah nilai f1-score.Hal ini menunjukkan bahwa perbandingan pada nilai precision dan recall semakin tinggi maka semakin kurang bagus. ## 4.6. Akurasi Tabel 17. Tabel Akurasi Akurasi (%) Nilai K 6 : 4 7 : 3 8 : 2 1 86 % 85 % 88 % 2 89 % 85 % 85 % 3 88 % 87 % 93 % 4 86 % 87 % 84 % 5 88 % 87 % 88 % 6 84 % 83 % 88 % 7 78 % 87 % 90 % 8 78 % 82 % 88 % 9 78 % 82 % 85 % 10 78 % 83 % 88 % Pada gambar 1 menunjukkan bahwa akurasi didapatkan bahwa pada nilai K yang mempunyai nilai kecil maka nilai akurasi yang dihasilkan tinggi sedangkan pada saat nilai K semakin besar maka nilai akurasi yang dihasilkan semakin menurun dibandingkan nilai K yang kecil. Gambar 1. Hasil Perhitungan Akurasi ## 5. KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode Principal Component Analysis (PCA) Modified K-Nearest Neighbor dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi jenis tanaman herbal khususnya pada daun tanaman jambu, kunyit, pepaya, lidah buaya dan sirih. Pada pembagian data 6:4 nilai akurasi tertingginya sebesar 89 % pada K=2 dan akurasi terendahnya pada 78 % pada K=9. Pembagian data 7:3 nilai akurasi tertingginya sebesar 87 % pada K=4 dan akurasi terendahnya pada 82 % pada K=9. Dan Pada pembagian data 8:4 nilai akurasi tertingginya sebesar 93 % pada K=3 dan akurasi terendah sebesar 84 % pada K=4. Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk menambahkan metode klasifikasi yang berbeda agar mengetahui hasil nilai akurasi yang lebih bagus dan menggunakan k-fold cross validation pada pembagian data nya sehingga didapat nilai akurasi yang lebih tinggi. ## DAFTAR PUSTAKA [1] U. Murdika, Muhammad Alif, Yessi Mulyani, “Identifikasi Kualitas Buah Tomat dengan Metode PCA (Principal Component Analysis) dan Backpropagation,” Electrician , vol. 15, no. 3, pp. 175–180, 2021, doi: 10.23960/elc.v15n3.2240. [2] A. Astuti, W., & Adiwijaya, “Principal Component Analysis Sebagai Ekstraksi Fitur Data Microarray Untuk Deteksi Kanker Berbasis Linear Discriminant Analysis.,” J. Media Inform. Budidarma , vol. 3, no. 2, pp. 72–77, 2019. [3] S. Amelia, “Penerapan Metode Modified K- Nearest Neighbor pada Pengklasifikasian Status Pembayaran Kredit Barang Elektronik dan Furniture,” Stat. J. Theor. Stat. Its Appl. , vol. 22, no. 1, pp. 95–104, 2022, doi: 10.29313/statistika.v22i1.345. [4] M. T. Anggian, F. C., Hidayat, N., & Furqon, “Implementasi Metode Modified K-Nearest Neighbor untuk Klasifikasi Status Gunung Berapi.,” J. Pengemb. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput. e-ISSN, 2548, 964X. , 2020. [5] V. Jawthari, M., & Stoffová, “Predicting students’ academic performance using a 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Akurasi Akurasi 60 Akurasi 70 Akurasi 80 modified kNN algorithm.,” Pollack Period. , vol. 16, no. 3, pp. 20–26, 2021. [6] M. B. Mayasari, M., Mulyana, D. I., & Yel, “Komparasi Klasifikasi Jenis Tanaman Rimpang Menggunakan Principal Component Analiysis, Support Vector Machine, K-Nearest Neighbor Dan Decision Tree.,” JTIK (Jurnal Tek. Inform. Kaputama) , vol. 6, no. 2, pp. 644– 655, 2022. [7] F. Zhang, J., Wang, Z., Qu, M., & Cheng, “Research on physicochemical properties, microscopic characterization and detection of different freezing-damaged corn seeds.,” Food Chem. , vol. X, pp. 100–338, 2022. [8] A. M. Atha and E. Zuliarso, “Deteksi Tanaman Herbal Khusus Untuk Penyakit Kulit Dan Penyakit Rambut Menggunakan Convolutional Neural Network (CNN) Dan Tensorflow,” JUPITER (Jurnal Penelit. Ilmu dan Teknol. Komputer) , vol. 14, no. 2-a, pp. 1– 10, 2022. [9] R. Silvia, “Pengolahan citra digital dan histogram dengan phyton dan text editor phycharm,” Technol. J. Ilm. , vol. 11, no. 3, pp. 181–186, 2020. [10] M. Wangge, “Penerapan Metode Principal Component Analysis (PCA) Terhadap Faktor- faktor yang Mempengaruhi Lamanya Penyelesaian Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNDANA,” J. Cendekia J. Pendidik. Mat. , vol. 5, no. 2, pp. 974–988, 2021, doi: 10.31004/cendekia.v5i2.465. [11] A. I. Saputra, H. Oktavianto, H. Azizah, and A. Faruq, “Penerapan Algoritma Modified K- Nearest Neighbour (MKNN) Pada Klasifikasi Masa Studi Mahasiswa Teknik Informatika Application of the Modified K-Nearest Neighbour (MKNN) AlgorithmIn the Classification of the Study Period of Informatics Engineering Student,” J. Smart Teknol. , vol. 3, no. 1, pp. 2774–1702, 2021, [Online]. Available: http://jurnal.unmuhjember.ac.id/index.php/JS T. [12] D. Hediyati and I. M. Suartana, “Penerapan Principal Component Analysis (PCA) Untuk Reduksi Dimensi Pada Proses Clustering Data Produksi Pertanian Di Kabupaten Bojonegoro,” J. Inf. Eng. Educ. Technol. , vol. 5, no. 2, pp. 49–54, 2021, doi: 10.26740/jieet.v5n2.p49-54. [13] S. A. Ravi, M. R., & Indriati, “Implementasi Algoritme Modified K-Nearest Neighbor (MKNN) Untuk Mengidentifikasi Penyakit Gigi Dan Mulut.,” J. Pengemb. Teknol. Inf. dan Ilmu Komputere-ISSN, 2596-2602. , 2019.
1431ba5d-1d6d-43d9-8655-2c2c0b3b4c0f
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jft/article/download/7/987
## PERENCANAAN BUNDARAN PADA SIMPANG (Studi Kasus Jalan Jenderal Sudirman - Jalan Kyai H. Yasin Beji - Jalan Warnasari - Jalan Semang Raya, Cilegon) ## M.Fakhruriza Pradana 1) , Andi Maddeppungeng 2) , Siva Fauziah 3) 1), 2) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jln. Jendral Sudirman KM. 3 Kota Cilegon Banten [email protected] 1) , [email protected] 2) 3) Alumni Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jln. Jendral Sudirman KM. 3 Kota Cilegon Banten [email protected] 3) ## ABSTRAK Simpang Jalan Jenderal Sudirman – jalan Kyai H.Yasin Beji – jalan Warnasari – Jalan Semang Raya adalah salah satu simpang di Kota Cilegon yang memiliki permasalahan lalu lintas. Dimana pada jam-jam tertentu tepatnya jam puncak seperti pagi hari, siang hari dan sore hari sering terjadi masalah lalu lintas karena pada simpang ini melayani arus lalu lintas ke arah pusat Kota Cilegon, Kawasan Perindustrian, Komplek Perumahan PT. Krakatau Steel dan Damkar. Tingginya volume lalu lintas yang melewati simpang ini menyebabkan terjadinya pertemuan kendaraan yang cukup padat. Oleh karena itu diperlukan pengendalian persimpangan. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan bundaran pada simpang bersinyal dengan perencanaan bundaran untuk 10 tahun ke depan serta dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997). Pengambilan data volume lalu lintas adalah dengan melakukan survei pada jam puncak pagi, siang dan sore dalam 1 hari. Hasil dari survei didapat volume lalu lintas tertinggi sebesar 7.286 kend/jam yang terjadi pada jam 07.00- 08.00. Pada perhitungan analisa kinerja simpang menyatakan bahwa keadaan simpang ( eksisting ) sudah dalam kondisi jenuh dengan DS > 0,75. Perencanaan bundaran atau tipe jalinan yang didapat adalah R14-22. Hasil analisa kinerja bundaran perencanaan 10 tahun dengan i =7,35% (kendaraan roda 4 atau lebih) dan i = 15,62% (kendaraan roda 2), didapat DS pendekat A = 0,61, DS pendekat B =0,70, DS pendekat C=0,74, DS pendekat D=0,16. Hal ini menyatakan bahwa pengendalian persimpangan dengan bundaran mampu mempertahankan kejenuhan sampai dengan tahun ke-10 dengan DS pada semua pendekat < 0,75. Total RAB untuk pekerjaan perkerasan aspal Laston (AC), penimbunan tanah bundaran, pemasangan kanstin, pekerjaan taman dan pengecatan kanstin adalah Rp. 466.716.269,- Kata Kunci: MKJI 1997, Simpang Bersinyal, Jalinan, Bundaran, Rencana Anggaran Biaya (RAB). ## ABSTRACK Intersection on Sudirman road – Kyai H.Yasin Beji road – Warnasari road - Semang raya road is the one of intersection in Cilegon city who has much traffic problems. Which is on rush hour in morning, afternoon and evening usually have much traffic problems because in that intersection serving traffic flow to centre of the city, industry area, PT. Krakatau Steel and Damkar housing complex. High volume of that cause crowd vehicle meeting point. Therefore need a intersection control. The purpose of this research is going to planning a roundabout at signal intersection for next 10 years combine with planning of budget (RAB). This research used manual capacity Indonesia road (MKJI 1997). Retrieval the data volume of raffic with doing a survey at rush hour in the morning, afternoon and evening in one day. Result from the survey is the highest traffic as big as 7.286 vechicle/hour that happened in 07.00-08.00. The calculation of the statement the condition of intersection (existing) already in a state of saturation with DS < 0,75. Circle planning or roundabout type that achieve is R14- 22. The result of roundabout planning performance next 10 years with i = 7,35% (four wheel drive or more) and i = 15,62% (motorcycle) obtained DS close A=0,61, DS close B=0,70, DS close C=0,74, DS close D = 0,16. In this point has a statement that intersection control can defend saturation point until next 10 years with DS with all close 0,75. Total budget and planning (RAB) for a pavement road of Laston (AC), landfill roundabout, canstin installation, the marking of park, canstin painting that all spent Rp. 466.716.269 ,- Keyword : MKJI 1997, Signal intersection, Roundabout, Budgeting (RAB) 1. PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi darat merupakan trasnportasi yang paling dominan dibandingkan dengan sistem trasnportasi lainnya. Transportasi sangat penting bagi perkembangan berbagai aktivitas masyarakat. Semakin besar aktivitas tersebut, maka semakin besar pula dampak yang ditimbulkan dari transportasi, contohnya seperti kemacetan. Kemacetan merupakan masalah umum yang biasa dihadapi di setiap kota, tak terkecuali area persimpangan. Persimpangan merupakan titik pertemuan antara dua buah jalan atau lebih, dimana titik pertemuan tersebut menimbulkan titik konflik akibat arus lalu lintas pada persimpangan. Simpang Jalan Jenderal Sudirman – jalan Kyai H. Yasin Beji – jalan Warnasari – jalan Semang Raya adalah salah satu simpang di kota Cilegon yang memiliki permasalahan lalu lintas. Dimana pada jam – jam tertentu tepatnya jam puncak seperti pagi hari, siang hari dan sore hari sering terjadi masalah lalu lintas karena pada simpang ini melayani arus lalu lintas ke arah pusat Kota Cilegon, Kawasan Perindustrian, Komplek Perumahan PT. Krakatau Steel dan Damkar. Tingginya volume lalu lintas yang melewati simpang ini menyebabkan terjadinya pertemuan kendaraan yang cukup padat. Salah satu model pengaturan lalu lintas di persimpangan yang banyak digunakan di beberapa kota di Indonesia saat ini adalah bundaran. Pengaturan dengan model ini sudah dikenal cukup lama di Indonesia dan dinyatakan secara tegas dalam Peraturan Pemerintah RI No. 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan sebagai salah satu bentuk pengaturan persimpangan yang diijinkan. Bundaran merupakan salah satu jenis pengendalian persimpangan yang umumnya digunakan sebagai titik pertemuan antara beberapa ruas jalan dan mempunyai tingkat keselamatan yang lebih baik dibanding jenis pengendalian persimpangan yang lain. 1.2 Rumusan Masalah : a) Mengidentifikasi kinerja simpang bersinyal atau eksisting secara langsung ke lapangan dan secara matematis dengan menggunakan metode MKJI (Manual Kapasitas Jalan Insonesia) 1997 Simpang Bersinyal. b) Merencanakan bundaran pada simpang Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Kyai H. Yasin Beji – Jalan Warnasari – Jalan Semang Raya dengan menggunakan metode MKJI (Manual Kapasitas Jalan Insonesia) 1997 Bagian Jalinan. c) Bagaimana membuat rencana anggaran biaya untuk perencanaan bundaran pada simpang Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Kyai H. Yasin Beji – Jalan Warnasari – Jalan Semang Raya? 1.3 Tujuan Penelitian : a) Merencanakan bundaran pada simpang bersinyal dengan perencanaan untuk 10 tahun ke depan (2014 – 2024). b) Merencanakan rencana anggaran biaya untuk perencanaan bundaran. 1.4 Manfaat Penelitian : Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan khususnya bagi penulis dan sebagai acuan untuk pihak terkait yang berkaitan dengan perbaikan dan perencanaan bundaran pada simpang. 1.5 Batasan Masalah : a) Metode yang digunakan dalam penelitian perencanaan bundaran pada simpang antara lain : metode MKJI 1997 b) Perencanaan bundaran dan analisa kinerja simpang bersinyal jika ada bundaran sampai 10 tahun ke depan. c) Desain bundaran dibuat dalam bentuk sketsa menggunakan software autocad dan sketchup. d) Survei lalu lintas dilakukan pada jam puncak selama 1 hari (hari kerja). e) Rencana anggaran biaya yang dibuat hanya simplifikasi saja berupa struktur bundaran dan rehabilitasi jalan (untuk data perkerasan diambil data standar dan permisalan). 2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Transportasi Transportasi adalah suatu proses perpindahan atau pergerakan orang, barang maupun jasa dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan memerlukan sarana dan prasarana sebagai pendukung terjadinya pergerakan. Menurut Morlok (1991), ada lima unsur pokok transportasi, yaitu : a) Manusia, yang membutuhkan transportasi. b) Barang, yang diperlukan manusia. c) Kendaraan, sebagai sarana transportasi. d) Jalan, sebagai prasarana transportasi. e) Organisasi, sebagai pengelola transportasi. 2.2 Simpang Simpang merupakan salah satu area yang kritis pada suatu jalan raya yang merupakan tempat titik konflik dan tempat kemacetan karena bertemunya dua ruas jalan atau lebih (Pignataro, 1973) karena merupakan tempat terjadinya konflik dan kemacetan maka hampir semua simpang terutama di perkotaan membutuhkan pengaturan. 1). Simpang Tak Bersinyal Pada umunya persimpangan yang tidak dlengkapi dengan alat pemberi isyarat lalu lintas atau traffic light dapat disebut dengan persimpangan prioritas atau simpang tak bersinyal. ## 2). Simpang Bersinyal Simpang bersinyal yang merupakan bagian dari sistem kendali waktu tetap yang dirangkai atau sinyal aktuasi kendaraan terisolir, biasanya memerlukan metoda dan perangkat lunak khusus dalam analisanya. 2.3 Bundaran Sebuah bundaran terdiri dari sebuah jalur lalu lintas terarah yang mengitari sebuah pulau ditengah yang mana dapat berupa pulau timbul atau rata. Jenis bundaran lalu lintas ini untuk menciptakan suatu pergerakan rotasi arus lalu lintas, menggantikan gerakan berpotongan dengan serangkaian seksi persilangan. 2.4 ## MKJI 1997 Manual Kapasitas Jalan Indonesia merupakan panduan yang lahir pada tahun 1997 yang berfungsi sebagai panduan dalam perhitungan perancangan, perencanaan, dan analisa operasional fasilitas lalu lintas. ## 2.5 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Secara umum pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah nilai estimasi biaya yang harus disediakan untuk pelaksanaan sebuah kegiatan proyek . ## 3. METODE PENELITIAN Gambar 1 Bagan Alir Metode Penelitian Sumber : Hasil Analisa, 2013 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Lapangan Gambar 2 Sketsa Lokasi Penelitian Sumber: Hasil Pengukuran Geometri Simpang, 2013 Tabel 1 Data Geometri Eksisting Simpang (Jalan Jenderal Sudirman – Jalan Kyai H. Yasin Beji – Jalan Warnasari – Jalan Semang Raya) Sumber : Hasil Pengukuran Geometri Simpang, 2013 ## 4.2 Kondisi Lingkungan Tipe lingkungan = komersial Hambatan samping = rendah Ukuran kota = 385.314 jiwa ## 4.3 Volume Lalu Lintas Tabel 2 Volume Lalu Lintas Volume lalu lintas tertinggi sebesar 7.286 kend/jam yang terjadi pada jam 07.00 sampai dengan 08.00. Data volume lalu lintas ini akan menjadi acuan dalam melakukan perencanaan bundaran pada simpang jalan Jenderal Sudirman – jalan Kyai H. Yasin Beji – jalan Warnasari – jalan Semang Raya. Gambar 3 Grafik Volume Lalu Lintas Sumber : Hasil survei simpang, 2013 4.4 Analisis Simpang Eksisting A. Kapasitas 1) Arus Jenuh Dasar (So) Arus jenuh dasar merupakan awal perhitungan untuk mendapatkan nilai kapasitas disetiap lengan. So = We ൈ◌ 600 Tabel 3 Hasil Arus Jenuh Dasar(So) Kondisi Eksisting Tabel 4 Hasil Arus Jenuh (S) Kondisi Eksisting ## Tabel 5 Hasil Derajat Kejenuhan Simpang Bersinyal Kondisi Eksisting Tabel 5 terlihat hasil perhitungan derajat kejenuhan (DS) pada simpang pada jalan Jenderal Sudirman – jalan Kyai H. Yasin Beji – jalan Warnasari – jalan Semang Raya, pada semua pendekat adalah jenuh. 2) Kinerja Simpang Tabel 6 Hasil Analisis Simpang Bersinyal Kondisi Eksisting pada jam Puncak Pagi (07.00-08.00) 4.5 Perencanaan Bundaran Pada Simpang Analisa perhitungan menggunakan data volume lalu lintas yang terjadi pada jam 07.00 sampai dengan 08.00. Analisa yang dilakukan berpedoman pada jalinan MKJI 1997. a. Perancangan Bundaran Menentukan tipe bundaran yang sesuai berdasarkan perilaku lalu lintas untuk kondisi berikut: Lalu Lintas : LHRTu = 4.880 kend/hari LHRTs = 9.780 kend/hari LHRTT = 7.822 kend/hari LHRTB = 11.267 kend/hari Pertumbuhan Lalu Lintas = 14,36% Lingkungan :  Komersial  Hambatan samping rendah  Ukuran kota 0,3 juta orang Arus lalu lintas dalam LHRT diubah menjadi Arus Jam Rencana (QDH). QDH,U = 4.880x0,09 = 439 kend/jam QDH,S = 9.780x0,09 = 880 kend/jam QDH,T = 7.822x0,09 = 704 kend/jam QDH,B=11.267x0,09=1.014kend/jam Arus jalan utama = 2.059+1.645 = 3.704 Arus jalan minor = 597 + 1.273 = 1.870 Dianggap rasio belok LT/RT 25/25 (Tabel A- 2:3) Pemisah arah = 1.894 / 1.143 = 1,657 Untuk memilih bundaran ekonomis, arus simpang total tahun 10 harus disesuaikan: Q1 = (1.903+1.143)x(1+0,1436) 10 / (1+0,1436) 10 = 3.037 kend/jam Pada tabel 2.3.3:1 (Hal 4-15 jalinan, MKJI 1997), bundaran yang diperlukan untuk arus 3.037 kend/jam adalah R14-22. Gambar 4 Parameter Geometrik Bundaran Sumber : Hasil Analisa, 2014 Tabel 7 Parameter Perencanaan Geometrik ## Bundaran b. Kapasitas Dasar Kapasitas dasar dihitung dengan memasukkan variable lebar jalinan (Ww), rasio lebar masuk rata-rata / lebar jalinan (WE/Ww), rasio menjalin (Pw) dan lebar jalinan / panjang jalinan (Ww/Lw). Faktor-Ww = 135 Ww 1,3 = 135 x 12,14 1,3 = 3466 Faktor-WE/Ww = (1+WE/Ww) 1,5 = (1 + 0,94 ) 1,5 = 2,70 Faktor-Pw = (1-Pw/3) 0,5 = (1 – 0,84/3) 0,5 = 0,85 Faktor-WA = (1+Ww/Lw) -1,8 = (1+0,47) -1,8 = 0,5 Kapasitas dasar (Co) = Faktor Ww x Faktor WE/Ww x Faktor Pw x Faktor WA = 3466 x 2,7 x 0,85 x 0,5 = 3980 smp/jam Kapasitas bagian jalinan masing- masing, dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: C = Co x Fcs x F RSU = 3980 x 0,83 x 0,95 = 3138 smp/jam Tabel 8 Data Hasil Perhitungan Kapasitas c. Perilaku Lalu Lintas Perilaku lalu lintas bagian jalinan berkaitan erat dengan derajat kejenuhan. Derajat kejenuhan : DS = Qsmp/C = 792/3138 = 0,25 Tundaan lalu lintas bagian jalinan DS < 0,6 menggunakan rumus: DT = 2 + 2,68982 x DS – (1–DS) x 2 = 2 + 2,68982 x0,25– (1–0,25) x 2 = 1,172 Tundaan lalu lintas total: DTTOT = Q x DT = 792 x 1,172 = 928 det/jam Dapat disimpulkan, dengan perencanaan bundaran di simpang bersinyal, dapat meningkatkan kinerja simpang. Dilihat dari analisa jalinan pada simpang menghasilkan derajat kejenuhan (DS) < 0,75 dan tundaan lalu lintas bundaraan rata-rata 1,04 det/smp sehingga simpang Tahun ke- Rencana MV (smp/jam) DS DT Tahun ke-0 1293 0,34 1,6 Tahun ke-1 1388 0,37 1,7 Tahun ke-2 1490 0,40 1,9 Tahun ke-3 1599 0,43 2,0 Tahun ke-4 1717 0,46 2,1 Tahun ke-5 1843 0,49 2,3 Tahun ke-6 1979 0,53 2,5 Tahun ke-7 2124 0,57 2,7 Tahun ke-8 2280 0,61 2,8 Tahun ke-9 2448 0,65 3,1 Tahun ke-10 2628 0,70 3,3 tersebut dianggap mampu menampung arus lalu lintas yang lewat. Tabel 9 Data Hasil Perilaku Lalu Lintas 4.6 Analisa Kinerja Bundaran Tahun Rencana Analisa lalu lintas rencana pada akhir umur rencana, dengan i = 7,35% (kendaraan roda 4 atau lebih) dan i = 15,62% (kendaraan roda 2), maka didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 10 Pendekat Timur Tahun ke- Rencana MV (smp/jam) DS DT Tahun ke-0 937 0,30 1,4 Tahun ke-1 1006 0,32 1,5 Tahun ke-2 1080 0,34 1,6 Tahun ke-3 1159 0,37 1,7 Tahun ke-4 1244 0,40 1,9 Tahun ke-5 1336 0,43 2,0 Tahun ke-6 1434 0,46 2,1 Tahun ke-7 1539 0,49 2,3 Tahun ke-8 1652 0,53 2,5 Tahun ke-9 1774 0,57 2,7 Tahun ke-10 1904 0,61 2,8 Tabel 11 Pendekat Selatan Tabel 12 Pendekat Barat Tahun ke- Rencana MV (smp/jam) DS DT Tahun ke-0 1791 0,37 1,7 Tahun ke-1 1923 0,39 1,8 Tahun ke-2 2064 0,42 2,0 Tahun ke-3 2216 0,45 2,1 Tahun ke-4 2379 0,49 2,3 Tahun ke-5 2554 0,52 2,4 Tahun ke-6 2742 0,56 2,6 Tahun ke-7 2943 0,60 2,8 Tahun ke-8 3159 0,65 3,0 Tahun ke-9 3392 0,69 3,2 Tahun ke-10 3641 0,74 3,5 Tabel 13 Pendekat Utara Tahun ke- Rencana MV (smp/jam) DS DT Tahun ke-0 937 0,08 0,4 Tahun ke-1 1006 0,09 0,4 Tahun ke-2 1080 0,09 0,4 Tahun ke-3 1159 0,10 0,5 Tahun ke-4 1244 0,11 0,5 Tahun ke-5 1336 0,11 0,5 Tahun ke-6 1434 0,12 0,6 Tahun ke-7 1539 0,13 0,6 Tahun ke-8 1652 0,14 0,7 Tahun ke-9 1774 0,15 0,7 Tahun ke-10 1904 0,16 0,8 4.7 Rencana Anggaran Biaya Dalam penelitian ini hanya akan merencanakan anggaran biaya pada pembangunan bundaran dan rehabilitasi jalan (pengaspalan kembali lapis permukaan) di sekitar bundaran dengan kondisi ruas jalan sebagai berikut : a. Perhitungan Volume Lapis permukaan (Rehabilitasi jalan) Gambar 5 Potongan Volume Pekerjaan Sumber : Hasil Analisa, 2014 1) Potongan volume geometri 1 V = tebal x panjang jalur x lebar jalur = 0,05 x 52,3 x 8 = 20,92 m3 2) Potongan volume geometri 2 V = tebal x panjang jalur x lebar jalur = 0,05 x 28 x 12,74 = 17,83 m3 3) Potongan volume geometri 3 V = tebal x panjang jalur x lebar jalur = 0,05 x 28 x 11,95 = 16,73 m3 4 ) Potongan volume geometri 4 V = luas jajargenjang x tebal = [(a+b) x ½ tinggi] x tebal = [(50,30+55,55)x(½ x18,79)] x0,05 = 49,72 m3 5) Potongan volume geometri 5, 6 ,7 dan 8 V = luas segitiga siku-siku xTebal = [((14x14)/2) x 0,05 ] x 4 = 19,6 m3 ## 6) Potongan volume geometri 9 V = luas jajargenjang x tebal = [(a+b) x ½ tinggi] x tebal = [(10,46 + 50,3) x (1/2x 2,45]x 0,05 = 3,72 m 3 Dikarenakan dapat terjadinya beda tinggi dengan lengan simpang yang tidak di rehabilitasi (penambahan lapisan permukaan aspal), maka dilakukan pelapisan aspal juga pada permukaan pada tiap lengan sepanjang 2 meter. 1) Volume lengan A (Jl.Kyai H,Yasin Beji) V = = 0,6 m 3 2) Volume lengan B (Jl. Jendral Sudirman) V = = 0,72 m 3 3) Volume lengan C (Jl.Jendral Sudirman) V = = 0,72 m3 4) Volume lengan D (Jl. Semang Raya) V = = 0,6 m3 5) Volume lengan E (Jl. Warnasari) V = = 0,3 m3 Jadi, total rencana volume yang akan di rehabilitasi = 132 m3. Tabel 14 Daftar Kuantitas dan Harga Tabel 15 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan terhadap Simpang Jalan Jenderal Sudirman – jalan Kyai H. Yasin Beji – jalan Warnasari – jalan Semang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil perhitungan data dapat diketahui bahwa kapasitas simpang telah mencapai kejenuhan dan sudah tidak mampu melayani transportasi lalu lintas dengan efektif. Hal ini dibuktikan dengan nilai parameter kinerja simpang pada pendekat Utara DS = 0,90, Pendekat Selatan DS = 1,11, pendekat Timur DS = 1,16, pendekat Barat DS = 1,67. Tundaan rata-rata pada pendekat Utara diperoleh 24,029 termasuk dalam tingkat pelayanan C, pendekat Timur diperoleh 231,411 termasuk dalam tingkat pelayanan F, pendekat Selatan diperoleh 168,311 termasuk dalam tingkat pelayanan F, pendekat Barat diperoleh 425,572 termasuk dalam tingkat pelayanan F. Berdasarkan dari hasil perhitungan diketahui bahwa kapasitas simpang pun telah tidak mampu menampung arus lalu lintas dengan DS ≥ 0,75. 2. Dari hasil perhitungan perencanaan bundaran menghasilkan bundaran dengan ukuran R14-22 dan menghasilkan kinerja simpang untuk 10 tahun kedepan, antara lain: Pada pendekat Utara DS = 0,16, pendekat Selatan DS = 0,70, Pendekat Timur DS = 0,61, Pendekat Barat DS = 0,74. Berdasarkan dari hasil perhitungan diketahui bahwa kapasitas simpang dengan solusi bundaran mampu menampung arus lalu lintas dengan DS ≤ 0,75. 3. Rencana Anggaran Biaya yang diperlukan untuk membangun bundaran pada simpang di penelitian ini adalah sebesar Rp. 466.716.269,- ## 5.2 Saran Saran penelitian untuk lebih lanjut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sebaiknya untuk penelitian dengan permasalahan yang serupa dengan penelitian ini, ditentukan terlebih dahulu metode survei yang sesuai, agar tidak terjadi survei yang berulang – ulang. 2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya lebih teliti dalam merencanakan bundaran yang sesuai untuk simpang dan lebih cermat dalam merencanakan anggaran biaya (RAB). ## 6. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Bina Marga, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), tahun 1997. Kementerian Pekerjaan Umum, Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum , 2013. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang. Pd T-20-2004-B.Black, J.A., 1981. Urban Transport Planning (Theory and Practice). Cromm Helm London. Badan Standarisasi Nasional. RSNI – Standar Geometrik Jalan Perkotaan . 2004. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004, Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang . Pd T-20-2004-B. Shirley L.Hendaris, 2008. Perencanaan Teknik JalanRaya. Penuntun Praktis Politeknik Negeri Bandung Jurusan Teknik Sipil. Tamin, Ofyar Z. Perencanaan Dan Permodelan Transportasi. ITB : Bandung. 1997. Morlok, Edward K. Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi . Erlangga : Jakarta. 1991. Dewan Perwakilan Rakyat Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 14 Tahun 2006 “Tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan”.Jakarta.2006. Akceklik, R. On the Estimation of Lane Flows for Intersection Analysis. Australian Road Research : Australia. 1989. Louis J. Pignataro. Traffic Engineering : Theory and Practice . New Jersey. Lapan Pusat. 1973 Djojowirono, Sugeng. Rencana Anggaran Biaya .Jakarta. 1984 Ir. A. Sastraatmadja, Soedradjat. Analisa Anggaran Pelaksanaan. Jakarta. 1984. Mukomoko. J. A. Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan. Jakarta.1987. John W. Niron. Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan Rencana Anggaran Biaya Bangunan . Jakarta.1992. Ibrahim, Bachtiar. Rencana dan Estimate Real of Cost .1993. Evrianto I. Wulfram. Cara Tepat Menghitung Biaya Bangunan. Andi Yogyakarta : Yogyakarta. 2007. Sepyadi, Dedi. Analisa Kapasitas Bundaran Lalu Lintas Puri Kembangan. Jakarta. 2007. Yuliana. Kajian Perancangan Geometrik Bundaran Pada Simpang Baros- Kerkof- Leuwigajah di Cimahi. Bandung. 2004. Mardiyana, Intan. Analisa Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus Kebon Jahe Serang) . Serang. 2013. Kusuma, Yusmiati dan Bahlawan, Tatang. Studi Evaluasi Simpang Tiga Roundabout dan Bundaran Cibeureum Kota Bandung . Bandung. 2012. Putri, Namira. Studi Analisis Tebal Perkerasan Lentur Jalan Lingkar Selatan Kota Cilegon Dengan Metode Bina Marga ’87 Dan AASHTO ‘93 . Cilegon. 2011. Erawaty, Liina. Analisis Kapasitas Dan Tingkat Kinerja Simpang Bersinyal Pada Simpang Outlet Jalan Tol Krapyak Kota Semarang. Semarang. 2007. Marzacia. Buku Ajar Rencana Anggaran Biaya Dan Ekonomi Teknik. Bandung. 2007. http://www.gobookee.org/rencana-anggaran-- biaya-jalan-aspal/ http://faiz15.blogspot.com/2011/11/volume- pekerjaan.html http://thekadi.blogspot.com/2012/07/contoh- rab-jalan-paving.html http://www.gobookee.org/analisa-harga- satuan-sni-2013/ http://idebangunan.blogspot.com/2012/07/co ntoh-perhitungan-volume-dan-rab- jalan.html http://atpw.files.wordpress.com/2013/03/a17- studi-pemodelan-kinerja-simpang- bersinyal-kondisi-lewat-jenuh- oversaturated.pdf https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q =&esrc=s&source=web&cd=4&cad= rja&uact=8&ved=0CD0QFjAD&ur= http%3A%2F%2Fwww.ftsl.itb.ac.id %2Fwpcontent%2Fuploads%2F2012 %2F11%2F15006134-Fahmi Islami.pdf
edcb47ed-9c0c-415a-9ffe-a3bb31a31309
https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/download/6329/3607
Literate.v7i2.6329 E-ISSN: 2548-1398 Published by: Ridwan Institute Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 7, No. 2, Februari 2022 ## CONTENT CREATOR @AGIKCAH DALAM MENYAMPAIKAN PESAN DAKWAH DAN PESAN MOTIVASI DI ERA POSTMODERN ## Nur Mahmudah El Madja Magister Media Komunikasi Universitas Airlangga, Indonesia Email: [email protected] ## Abstrak Media sosial pada saat ini berperan penting dalam bidang informasi dan komunikasi. Aplikasi Instagram menjadi salah satu aplikasi yang sangat populer dikalangan anak muda sampai orang tua. Banyak sekali masyarakat memanfaatkan Instagram sebagai media bisnis, memperlihatkan aktivitas, dan sebagai media memperlihatkan keterampilan dan karya, salah satunya adalah akun Instagram @agikcah. Akun Instagram @agikcah membuat beberapa video-video yang berisi pesan dakwah serta pesan motivasi dari ceramah seorang ulama, kiai, tokoh agama, aktivis kampus, sampai jurnalis. Selain itu akun @agikcah di era postmodern menggambarkan seorang content creator menerapkan budaya populer kontemporer sehingga video hasil karyanya terlihat mempunyai nilai seni lebih tinggi sehingga, daya tarik untuk menikmati hasil karya video yang berisi pesan dakwah dan pesan motivasi tersebut tidak membosankan untuk dikonsumsi oleh khalayak. Kata Kunci: content creator ; pesan dakwah; pesan motivasi; postmodern ## Abstract Nowadays, social media plays an important role in the field of information and communication. Instagram is one of the most popular applications among people. Lots of its users use it as a business medium, a place to show their daily activities, as well as a place to show their skills and work; take an account called @agikcah for instance. This account has made several videos containing da'wah and motivational messages from lectures by clerics, campus activists, even journalists. Moreover, in this postmodern era, this account has applied contemporary popular culture. This causes its videos appear to have higher artistic value, so that they become more appealing to the public - instead of boring. ## Keywords: content creator; da’wah message; motivation message; postmodern Received: 2022-01-20; Accepted: 2022-02-05; Published: 2022-02-20 ## Pendahuluan Content creator memiliki kontribusi menciptakan karya dan membuat sebuah konten yang di disebar ke beberapa platform media sosial seperti Youtube, Facebook, Tiktok, Instagram, dan Twitter . Konten yang disebar sebagai karya content creator tersebut seperti gambar, foto dan video yang memiliki nilai positif dan nilai edukasi, bisa berisi pembelajaran dan motivasi sehingga dapat bermanfaat bagi khalayak. Setiap content creator memiliki kemampuan dan ide bagaimana membuat konten yang memiliki nilai seni dan keindahan sehingga banyak khalayak yang tertarik untuk melihat dan menyukai karyanya. Media sosial juga berpengaruh dan berperan penting terhadap perkembangan informasi dan komunikasi serta media sosial juga banyak menampung karya para content creator agar dapat dinikmati secara global. Di tahun 2017 lalu banyak sekali content creator yang membuat video audio visual yang didesain sedemikaian rupa dengan tujuan memperlihatkan hasil karyanya, salah satunya adalah video yang berisi pesan dakwah dan juga pesan motivasi. Fahmi, (2018) menerangkan pesan dakwah itu berupa nasihat yang disampaikan agar perbuatan manusia menjadi lebih baik dan taat kepada Allah SWT sedangkan, menurut Moriarty et al., (2008) pesan motivasi juga dapat diartikan sebagai sebuah kalimat persuasif yang mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam era yang serba digital ini peran pesan dakwah dan pesan motivasi dimanfaatkan oleh content creator untuk belajar dan membuat sebuah karya video audio visual yang mengikuti tren. Pengaruh seni, kreativitas, internet dan media di era postmodern dimanfaatkan content creator lebih ke seni digital dan audio visual. karakteristik seni postmodern yakni sebuah serangan terhadap seni yang terlambangkan di museum-museum dan galeri Featherstone, (2008) . Menurut, Featherstone, (2008) dalam bukunya juga menyebutkan bahwa, serangan seni kontemporer itu seperti fashion, musik, televisi, video, minuman, dansa, clubbing . Berbicara mengenai content creator di media sosial Instagram ada salah satu akun @agikcah yang sudah memposting video audio visual dengan mengubah suara hasil cerama agama, suara motivator saat mengisi acara, pada intinya lebih memilih suara atau audio yang berisikan pesan positif yakni pesan dakwah dan pesan motivasi untuk dijadikan kontennya, sementara untuk gambarnya content creator Instagram @agikcah juga mengambil gambar di internet, yang nantinya akan di gabungkan dengan suara tersebut menjadi video. Menurut, Syam, (2005) Dakwah di era postmodernisme menghadapi tantangan serius akibat tingginya tempo pertukaran informasi yang mentransformasi lanskap komunikasi dan budaya masyarakat. Dapat dilihat dari penelitian Adhary et al., (2021) menunjukkan bahwa postmodernisme mempengaruhi informan untuk terlibat dalam dunia youtube . Ada dua pernyataan yang telah dijelaskan oleh informan dalam penelitian ini, yaitu beberapa diantaranya Anggap saja profesi sebagai Youtuber di era postmodern ini bagi mereka hanyalah sampingan profesi atas dasar mengisi waktu luang dan sebagai penghobi. Selain itu, beberapa dari mereka juga berpikir bahwa menjadi Youtuber adalah profesi yang sangat menjanjikan untuk melihat penghasilan yang mereka terima jika mereka mendapatkan banyak pengikut. Dalam era postmodern ini, seorang content creator juga mengikuti gaya desain dan gaya konten yang sedang tren namun masih di desain dari idenya. Karena ada sebuah fenomena tentang hijrah di Indonesia yang lagi tren maka content creator memanfaatkan momen tersebut untuk berkarya, sehingga, khalayak itu tidak bosan karena khalayak juga mengikuti tren. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan untuk meneliti akun Instagram @agikcah yang mengikuti arus era postmodern yakni, kreativitas seorang content creator bagaimana sebuah pesan dakwah dan pesan motivasi tersebut di gemari oleh para khalayak dan dapat dikonsumsi dengan baik. ## Metode Penelitian Adapun pada penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian deskriptif kualitatif, Rukajat, (2018) penelitian kualitatif yakni, jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau dengan cara lainnya yang berhubungan dengen pengukuran sebuah angka. Penelitian kualitatif bertujuan mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipasi penelitian dan lokasi penelitian. Disini peneliti memiliki tujuan menjelaskan content creator akun Instagram @agikcah menyampaikan pesan dakwah dan pesan motivasi di era postmodern . Adapun sumber data primer dan sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini. Sumber data primer meliputi akun Instagram @agikcah dan video audio visual dalam akun Instagram tersebut. Sumber data sekunder meliputi buku, jurnal atau website Internet yang berkaitan dan relevan dengan pembahasan penelitian ini. Berdasarkan pengumpulan data kualitatif peneliti, menerapkan teknik pengumpulan data dokumentasi, observasi dan wawancara. ## Hasil dan Pembahasan A. Profil Content Creator Akun Instagram @Agikcah Content creator disini diartikan sebagai kontributor sebuah karya digital bisa berupa gambar atau video (Jubilee, 2019). Content creator adalah orang atau sebuah lembaga yang membuat konten, utamanya di dunia maya dan internet, konten tersebut bisa berupa video, tulisan foto, audio, dan media lainnya. Di akun Instagram @agikcah dengan follower 14,7 ribu ditemukan 106 postingan namun, terhitung 91 video kreasi content creator yang berasal dari suara hasil ceramah agama dan motivasi seorang ulama, kiai, tokoh agama, aktivis kampus sampai jurnalis yang di ubah menjadi video yang menarik dan siap dikonsumsi oleh khalayak baik lokal maupun global. Video audio visual yang pertama di posting tahun 2017 yang berisikan pesan dakwah. content creator dalam akun Instagram @agikcah bernama Agik Nurfayi seorang alumni program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Kosentrasi Jurnalistik di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA), yang tinggal di Diwek, Jombang. Agik Nurfayi, juga seorang alumni santri tahun 2016 di asrama Al Furqon pondok pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang. Maka dari itu alasannya memilih audio atau suara berisi pesan dakwah dan pesan motivasi, karena ingin mempermudah generasi muda lebih mengenal para ulama dan motivator serta juga sebagai wujud santri yang sudah lulus supaya dapat menyiarkan dakwah para ulama serta mempermudah generasi muda dalam memahami inti dari pesan dakwah para ulama, kiai, tokoh agama, aktivis kampus, serta jurnalis dengan sentuhan seni dalam desain video audio visual yang lagi tren. Pada dasarnya pesan dakwah adalah sebuah pesan untuk mengajak kebaikan dan mencegah kemungkaran pernyataan ini terdapat pada QS Ali Imran ayat 104 dan dakwah itu harus dilakukan dengan hikmah serta bijaksana pernyataan ini terdapat dalam surat QS An-Nahl ayat 125 yang berbunyi (Qur’an Kemenag, 2020): ١٠٤ – ن ْوُحِلْفُمْلا ُمُه كِٕى ٰۤ لوُا و ۗ ِر كْنُمْلا ِن ع نْو هْن ي و ِفْوُرْع مْلاِب ن ْوُرُمْأ ي و ِرْي خْلا ى لِا ن ْوُعْدَّي ةَّمُا ْمُكْنِ م ْنُك ت ْل و Artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung (QS.3:104). ْن ع َّل ض ْن مِب ُم لْع ا وُه كَّب ر َّنِا ُۗن سْح ا يِه ْيِتَّلاِب ْمُهْلِدا ج و ِة ن س حْلا ِة ظِع ْو مْلا و ِة مْك ِحْلاِب كِ ب ر ِلْيِب س ى لِا ُعْدُا ## ١٢٥ – نْيِد تْهُمْلاِب ُم لْع ا وُه و هِلْيِب س Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk (QS.16:125). Melihat generasi muda pada saat ini lebih sering bermain gadget dan jarang mengikuti pengajian atau mendengarkan ceramah agama secara langsung maka, content creator Instagram @agikcah membuat karya video audio visual ini dan ternyata karyanya mendatangkan pujian dari para warga net serta follower akun Instagram -Nya semakin banyak pengikut. Secara tidak langsung Agik Nurfayi juga dapat di katakan seorang selebgram dengan hasil karyanya sebagai content creator . Agik Nurfayi sendiri sering menjadi pembicara di acara seminar bidang desain di berbagai kota seperti Mojokerto, Pamekasan, Solo, dan Palembang ini dibuktikan dengan adanya foto yang dikirim Agik Nurfayi ke peneliti saat wawancara melalui Whatsapp. ## Tabel 1 Agik Nurfayi Saat Jadi Pembicara NO Tempat Acara Foto Content Creator Agik Nurfayi 1 Mojokerto 2 Pamekasan 3 Palembang 4 Solo Bakat Agik Nurfayi dalam bidang desain ini muncul karena melihat dunia desain dalam masa ke masa akan mengalami perubahan dan kemajuan model sehingga akan menjadi suatu tren sampai menjadi konsumsi dalam budaya konsumen khususnya penikmat dan pengguna aktif media sosial. Dalam hal desain Agik Nurfayi, belajar secara outodidak yakni melihat cara desain video, penyuntingan video di youtube serta sharing informasi mengenai dunia desain bersama teman-temannya yang ahli dalam bidang desain. Banyak masyarakat yang memandang seorang santri ketika menimba ilmu dipesantren saat sudah menyandang status alumni akan menjadi seorang tokoh agama, kiai, dai, dan ustaz, memang itu bagus dan impian yang sangat mulia bagi umat islam, namun hal itu tidak diharuskan. Nurfayi, (2020 ) menjelaskan ketika ia diberi pesan oleh Gus Azmi selaku pengasuh asrama Al Furqon pondok pesantren Darul Ulum Peterongan Jombang bahwa, “Jangan kira santri hanya menjadi seorang kiai atau ustaz. Jika, santri menjadi kiai dan ustaz berarti santri tidak mengikuti kemajuan peradaban dan pada intinya peran seorang santri harus menyeluruh” dari sinilah content creator akun Instagram @agikcah memiliki semangat yang tinggi untuk berkarya dan terus belajar dengan berbekal ilmu agama dari pesantren. Tidak hanya akun pribadinya @agikcah untuk memperlihatkan hasil karyanya namun Agik Nurfayi juga menjadi founder akun Instagram @ikisantri yang postingannya juga lebih ke kalimat motivasi para ulama dan kehidupan para santri. Agik Nurfayi juga memanfaatkan ke ahliannya di bidang desain untuk membuka sebuah bisnis konveksi kaos dan sablon @anfcreative.id , ini dilihat dari bio Instagram @agikcah. ## Gambar 1 Akun Instagram Content Creator Agik Nurfayi ( Screenshoot dari ponsel peneliti, akun Instagram @agikcah, @anfcreative.id , dan @ikisantri ) ## B. Konten Video yang Berisi Pesan Dakwah dan Pesan Motivasi Dalam pembuatan konten video audio visual ini pemilik akun @agikcah menggunakan adobe premiere untuk penyuntingan video, adobe audition untuk penyuntingan suara, dan adobe after effect sebagai efek suara dalam video. Jadi Agik Nurfayi mengkreasikan suara seorang ulama, kiai, tokoh agama, aktivis kampus, serta juranalis dijadikan video audio visual yang berisi pesan dakwah dan pesan motivasi dengan mengikuti tren di era postmodern . Video audio visual tersebut bertujuan agar banyak yang menikmati dakwah, kajian islam serta motivasi. Ada 91 video audio visual yang mengandung pesan positif karya Agik Nurfayi. Disini peneliti memberikan 5 contoh video hasil karya Agik Nurfayi di Instagram @agikcah. Tabel 2 Konten Video Audio Visual @agikcah No Judul Konten Asal Suara dan Isi Konten Screenshoot Video 1 Akhlakul Karimah KH. A. Kafabihi Mahrus Disini content creator akun Instagram @agikcah memberi tahu bahwa, KH. A. Kafabihi Mahrus seorang ulama, kiai, dan tokoh agama menyampaikan pesan dakwah “Orang yang tak punya akhlak sangat sulit diterima di masyarakat, bahkan di keluarganya sendiri tidak akan ada keharmonisan dalam keluarga tersebut. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW bahwa beliau di perintah oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak”. Di posting Lirboyo, 10 Juni 2019 2 Anak Iblis KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi Disini content creator akun Instagram @agikcah memberi tahu bahwa, KH. Asrori Al Ishaqi beliau seorang ulama, kiai, dan tokoh agama menyampaikan pesan dakwah “Meskipun orang itu alim, hebat sesungguhnya itu semua hanya milik Allah SWT. Dan sebagai manusia kita harus tetap mengingat bahwa kuasa Allah adalah yang paling besar. Dan kita sebagai manusia juga harus menghargai dan sebagai manusia kita perlu mengkoreksi diri tanpa harus menyalahkan dan membandingkan orang lain bahkan menyalakan zaman sekalipun” Di posting Surabaya, 11 Desember 2020 3 Menikahlah Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab Lc., M.A. Disini content creator akun Instagram @agilcah memberi tahu bahwa, Prof. Dr. AG. H. Muhammad Quraish Shihab Lc., MA. beliau seorang ulama, kiai, dan tokoh agama menyampaikan sebuah pesan dakwah “Bagi orang yang mau menikah harus memelihara diri sebelum menikah, orang menikah harus mampu mental, spiritual, dan material. Dan untuk orang tua jangan menghalangi anak yang mempunyai niat untuk menikah, dan yang belum mampu menikah jagalah dirimu dari yang haram. Dan untuk orang tua jangan memperberat syarat para calon karena Allah akan membantunya” Diposting Jakarta, 27 Mei 2018 4 Jabatan atau Pengabdian Ashif Jauhar Winarto, S.E. Disini content creator akun Instagram @agikcah memberi tahu bahwa, Ashif Jauhar WInarto,S.E. selaku aktivis kampus dan ketua BEM Fakultas Ekonomi Bisnis Islam Uin Sunan Ampel Surabaya masa jabatan tahun 2019-2020, menyampaikan pesan motivasi “Orang akan di hadapkan dua pilihan ketika sedang berorganisasi yakni jabatan dan pengabdian, pengabdian bukan didasari kepentingan pribadi justru pengabdian dilandasi rasa ikhlas dan sabar saat berproses. Jika orang memilih jabatan dalam berproses akan mendapatkan jabatan namun, jika orang niat mengabdi maka tidak memikirkan apa yang dia dapatkan melainkan pengalaman yang baru baik relasi, teman, sahabat, ilmu dan strategi berorganisasi. Jadi, jabatan hanya sementara tapi pengabdian selamanya” Di posting Surabaya, 26 November 2018 5 Catatan Untuk Mahasiswa Najwa Shihab, S.H. Disini content creator akun Instagram @agikcah memberi tahu bahwa, Najwa Shihab,S.H. memberikan pesan motivasi “ Mahasiswa harus belajar dan belajar tidak boleh di abaikan, namun akan merugi jika belajar disempitkan hanya akan perkuliahan. Menikmati kehidupan kampus dengan mengasah jangan terus berkeluh kesah” ## Di posting Surabaya, 6 April 2018 C. Content Creator @agikcah di Era Postmodern Budaya mengonsumsi sebuah tren memang menjadi budaya bersama. (Ritzer & Goodman, 2008) sebuah teori sosial mengatakan dimana teori postmodern juga di dukung oleh Jeans Boudrillard seorang sosiolog yang berpendapat bahwa, masyarakat saat ini didominasi oleh sebuah produksi. Ilham, (2018) mengatakan bahwa, Postmodernisme menunjukkan pada sebuah kritik filosofis pada fenomena yang terdapat di dunia, epistimologi dan ideologi-ideologi modern, Disini content creator akun Instagram @agikcah juga mengonsumsi tren dan memproduksi tren. Sebuah video audio visual adalah sebuah produk di era postmodern karena, masuk ke dalam pengaruh seni dan kreativitas. Era postmodern memberikan ruang bagi proses intensifikasi dinamisme, yakni upaya tidak ada henti-hentinya untuk mencari kebaruan, eksperimen dan revolusi kehidupan terus menerus (Migotuwio, 2020) . Apalagi gaya desain video audio visual oleh content creator akun Instagram @agikcah menampilkan desain yang rapi, dan terkonsep. Jadi era postmodern itu menata ulang kriteria menjadi proses pembaharuan. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa, hasil video audio visual karya Agik Nurfayi adalah produk di era postmodern karena mengikuti budaya serta mode baru dalam bidang komunikasi, informasi dan sosial budaya. ## Kesimpulan Perilaku konsumen biasanya lebih mengikuti tren, maksudnya adalah apa yang lebih melintang pada saat itu menjadi konsumsi khalayak. Di era postmodern seorang content creator juga berperan penting dalam sebuah seni desain apalagi desain video audio visual. Dimana budaya populer kontemporer juga diterapkan oleh content creator khusunya akun Instagram @agikcah. Demi memperkenalkan pesan dakwah dan motivasi seorang ulama, kiai, tokoh agama, aktivis kampus, serta jurnalis di era serba digital, Agik Nurfayi membuat video audio visual dengan desain kekinian dan mengikuti tren karena agar khalayak luas baik lokal maupun global lebih mengenal ulama, kiai, tokoh agama, aktivis kampus, serta jurnalis dalam memberikan pesan dakwah dan pesan motivasi serta juga pada saat itu juga muncul fenomena hijrah dimana video model tersebut juga tren. Content Creator akun Instagram @agikcah juga memanfaatkan ke ahliannya dibidang desain untuk menggembangkan sebuah bisnis desain yakni di bidang konveksi dan sablon kaos dapat di lihat apada akun Instagram @anfcreative.id serta menjadi founder akun Instagram @ikisantri , ini dapat dilihat di akun bio akun Instagram @agikcah . ## BIBLIOGRAFI Adhary, A. F., Siregar, F. M., & Abid, M. R. (2021). Youtuber sebagai Perubahan Minat Profesi Kaum Milenial di Era Postmodern. JIKE: Jurnal Ilmu Komunikasi Efek , 4 (2), 121–130. Fahmi, G. (2018). Religion Society & Social Media . Deepublish. Google Scholar Featherstone, M. (2008). Postmodernisme Dan Budaya Konsumen . Pustaka Pelajar Offset. Google Scholar Ilham, I. (2018). Paradigma Postmodernisme; Solusi untuk Kehidupan Sosial? Jurnal Sosiologi USK (Media Pemikiran & Aplikasi) , 12 (1), 1–23. https://doi.org/10.24815/jsu Google Scholar Jubilee, E. (2019). Jadi Youtuber (A-Z) : Cara menjadi Youtuber Paling Cespleng . Migotuwio, N. (2020). Desain Grafis Kemarin, Kini, dan Nanti . Alinea Media Dipantara. Moriarty, S., Mitchell, N., & William, W. (2008). Advertising Edisi Ke Delapan . Prenandamedia Grub. Google Scholar Nurfayi, A. (2020). Wawancara mengenai content creator dakwah di era postmodern . Qur’an Kemenag. (2020). Surah Ali Imran dan An Nahl . Web Qur’an Kemenag. https://quran.kemenag.go.id/ Ritzer, G., & Goodman, D. J. (2008). Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern . Kreasi Wacana. Google Scholar Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kualitatif . Budi Utama. Syam, N. K. (2005). Dakwah dalam Perspektif Modernisme Antisipasi Menuju Postmodernmisme. Mediator , 6 (1). Google Scholar ## Copyright holder: Nur Mahmudah El Madja (2022) First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia This article is licensed under:
45389ef9-1604-49fe-9d87-b05e2ee5b730
https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/assidanah/article/download/1864/1300
ISSN: 2656-5161 doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 e-ISSN: 2686-0643 https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/assidanah As-sidanah ## PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA LAPAO-PAO DI MASA PANDEMI COVID-19 MELALUI KULIAH KERJA NYATA (KKN) TEMATIK Farman Farman 1 , Nasarudin Nasarudin 2 , Chairuddin Chairuddin 3 , Halidin Halidin 4 , Akbar Nasrum 5 , Fitriyani Hali 6 , Herlina Herlina 7 1,2,3,4,5,6,7 Universitas Sembilanbelas November Kolaka [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 [email protected] 4 , [email protected] 5 , [email protected] 6 , [email protected] 7 Abstract: This activity aims to improve the quality of life of the people of Lapao-pao Village amid the covid-19 pandemic, especially regarding health and environmental hygiene issues and children's interest in learning. The method of this activity was carried out in the form of thematic KKN, which synergizes knowledge and solves problems in the community through the concept of empowerment and fosters students in implementing the understanding that they were engaged in community life. The steps of this activity consist of preparation, implementation, and evaluation of activities. Implementation of the Community Service Program in Lapao-pao Village, Wolo District, Kolaka Regency, Southeast Sulawesi, for approximately one month starting on 3 September 2020 - 3 October 2020. Based on the activities carried out, it was concluded that all programs can be carried out well, smoothly, and realized 100%. With the implementation of these programs, it is hoped that it will be beneficial for the people of Lapao-pao Village. Especially in increasing the spirit of hard work, desire to progress, positive mental attitude, critical mindset, in the end, being able to develop themselves and maintain the health and cleanliness of the community environment. Keyword: Quality of life, education , health, thematic KKN Copyright (c) 2022 Farman Farman, et al. * Corresponding author : Farman Farman Email Address : [email protected] (Kolaka, Universitas Sembilanbelas November Kolaka) Received : April 20, 2022; Revised : April 27, 2022; Accepted : April 28, 2022; Published : April 30, 2022 ## PENDAHULUAN Penyebaran wabah virus corona (Covid-19) di Indonesia turut mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mulai dari bidang ekonomi, sosial, bidang pendidikan dan bidang lainnya. Berbagai upaya ditempuh pemerintah untuk menekan dan memutus rantai penularan Covid-19 yang mempunyai sifat penularan yang mudah dan cepat. Salah satunya adalah memberlakukan kebijakan pembatasan sosial ( social distancing ) di berbagai bidang. Himbauan untuk tetap di rumah ( stay at home ) dan protokol kesehatan selama masa darurat covid-19 terus dikampanyekan dengan Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Desa Lapao-Pao di..... doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 masif mulai dari pemerintah pusat, lembaga pemerintahan hingga lembaga pendidikan 1 . Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Indonesia telah mewajibkan setiap perguruan tinggi untuk melaksanakan program kuliah kerja nyata (KKN) sebagai kegiatan intrakurikuler yang memadukan tri dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. KKN tahun 2020 dimasa pandemi tidak dapat dilaksanakan seperti tahun-tahun sebelumnya, hal ini untuk mengantisipasi penyebaran covid-19. Universitas Sembilanbelas November Kolaka (USN Kolaka) melaksanakan program KKN dengan menyelaraskan kegiatan riset dan pengabdian kepada masyarakat dari dosen dan mahasiswa lintas keilmuan serta tetap membawa nilai-nilai kebersamaan USN Kolaka. Bentuk pelaksanannya dalam bentuk KKN terintegrasi yang terdiri atas KKN tematik, KKN penelitian, KKN pengabdian dan KKN profesi 2 . Program ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk membantu mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuannya secara nyata dan tepat sehingga dapat memberikan nilai manfaat bagi masyarakat desa disekitar USN Kolaka, tidak terkecuali Desa Lapao-pao. Desa Lapoa-pao adalah bagian dari Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka yang memiliki potensi sumber daya alam yakni dibidang perkebunan dan peternakan, serta mempunyai keindahan alam yaitu sungai Langonde yang sekarang ini dijadikan tempat wisata. Luas pemukiman Desa Lapo-pao ± 56,4 Ha/m 2 . dan luas area persawahan sekitar ± 100 ha/m 2 . Secara umum keadaan topografi Desa Lapao-pao adalah merupakan daerah pergunungan dan daerah perbukitan/dataran tinggi. Desa Lapao-pao terbagi atas 6 dusun yang masing-masing dikepalai oleh satu kepala dusun. Selama masa pandemi, terdapat beberapa masalah yang dialami oleh Desa Lapao-lapao diantaranya masalah pendidikan, administrasi desa, agama, kesehatan dan kebersihan lingkungan. Dibidang pendidikan, masa pandemi covid-19 sekolah diseluruh Indonesia sekolah jarak jauh begitupun di Desa Lapao-pao. Anak-anak mulai belajar dirumah yang dipantau oleh guru dari jarak jauh, sekolah dilaksanakan secara daring atau online. Anak-anak Desa Lapao-pao merasa banyak kesulitan dengan adanya sekolah jarak jauh atau sekolah melalui daring/online ini. Pada kegiatan keagamaan, masyarakat Desa Lapao-pao sebelumnya setiap dalam seminggu sekali dimasjid raya melakukan pengajian dan anak santri TPQ Desa Lapao-pao selalu aktif, akan tetapi dengan adanya wabah covid-19 semua itu harus ditunda sementara waktu. Selain itu, di Desa Lapao-pao posyandu dilakukan dua kali dalam sebulan posyandu yaitu setiap tanggal 14 dan 15 di 1 Arbain, and Farman, ‘Pembelajaran Daring Masa Darurat Covid-19 Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika’, HISTOGRAM: Jurnal Pendidikan Matematika, 4.2 (2021) 2 Sitti Nurmalasari, ‘ USN Kolaka Berlakukan Empat Bentuk KKN Terintegrasi’, (2020), https: //zonasultra.com/usn- kolaka-berlakukan-empat-bentuk-kkn-terintegrasi.html. Farman Farman, Nasarudin Nasarudin, Chairuddin Chairuddin, Halidin Halidin, Akbar Nasrum, Fitriyani Hali, & Herlina Herlina doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 kampung Lasaremba dan Kampung Baru Desa Lapao-pao, dan kader posyandu masih kekurangan. Dalam hal kebersihan lingkungan, masyarakat Desa Lapao-pao kesadaran tentang kebersihan masih kurang karena masih banyak sampah menumpuk dibeberapa tempat dan pinggir-pinggir jalan Desa Lapao-pao. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pelaksanaan KKN di Desa Lapao-pao dilaksanakan dalam bentuk KKN Tematik. KKN tematik merupakan bentuk KKN yang mensinergikan ilmu pengetahuan dan memecahkan masalah di masyarakat melalui konsep pemberdayaan, serta membina mahasiswa dalam mengimplementasikan keilmuan yang ditekuninya dengan kehidupan masyarakat 3 . Terkait dengan pandemi Covid-19, program KKN dilaksanakan dari tempat tinggal masing-masing mahasiswa. Hal yang dikerjakan oleh peserta berhubungan dengan cara melakukan penguatan atas kesadaran dan kepedulian terhadap pandemi. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Desa Lapao-pao di tengah pandemi covid-19, khususnya masalah pendidikan dan kesehatan masyarakat Desa Lapao-pao. Manfaat yang diharapkan dengan terlaksananya kegiatan KKN ini di Desa Lapao-pao adalah sebagai berikut: 1. Bagi masyarakat dan pemerintah desa: (a) membantu meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Lapao-pao tentang pendidikan dan kesehatan masayarakat khususnya pola hidup sehat dan peduli lingkungan bersih serta menumbuhkan minat belajar anak Desa Lapao-pao, (b) membantu pemerintah desa dalam mengurangi dan meminimalisir masalah pendidikan dan kesehatan masayarakat Desa Lapao-pao. 2. Bagi tim pelaksana: (a) menambah pengetahuan, wawasan, motivasi dan pengalaman praktis tentang kegiatan pendidikan dan kesehatan masayarakat desa, (b) melatih tim dalam mengembangkan kemampuan komunikasi, kolaborasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi masyarakat, (c) mendorong pemanfaatan hasil sebagai rujukan penelitian dan pengembangan lebih lanjut untuk dan sesuai kebutuhan mitra. 3. Bagi Perguruan Tinggi: mewujudkan kerjasama Perguruan Tinggi dengan mitra sehingga mampu mengembangkan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. ## METODE PENELITIAN Berbagai permasalahan dari hasil analisa di atas maka mahasiswa KKN Universitas Sembilanbelas November Kolaka membuat suatu rencana program kerja yang berorientasi pada 3 Oos M Anwas, ‘Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga Sebagai Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi’, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 17.5 (2011), 565-575. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Desa Lapao-Pao di..... doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 masalah-masalah yang dialami di desa Lapao-pao. Program KKN di Desa Lapao-pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, dilaksanakan mulai tanggal 3 September 2020 – 3 Oktober 2020. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini adalah mahasiswa, kepala desa dan masyarakat Desa Lapao-pao. Adapun langkah-langkah kegiatan ini terdiri atas persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. ## 1. Persiapan Persiapan kegiatan dilakukan dengan observasi dan pendekatan-pendekatan dengan masyarakat setempat untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan yang dianggap akurat yang kemudian bisa menghasilkan suatu rencana awal dari permasalahan yang diperoleh sebagai upaya pembuatan rencana program kerja. Setelah kegiatan analisis dan identifikasi permasalahan dilingkungan Desa Lapao-lapao kemudian dilakukan perijinan pada pemda setempat. ## 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan membagi program menjadi 5 sub program dengan kegiatan uraian yang dilakukan adalah sebagai berikut a. Bidang pendidikan Dalam bidang pendidikan adalah bimbingan belajar b. Bidang administrasi desa Dalam bidang administrasi desa adalah sensus penduduk c. Bidang keagamaan 1) Pengajian ibu-ibu Desa Lapao-pao 2) Mengajar santri TPQ 3) Pengadaan fasilitas masjid seperti alat sholat dan Al-Quran d. Bidang Kesehatan Dalam bidang kesehatan adalah Posyandu e. Bidang lingkungan 1. Gotong royong bersih-bersih desa 2. Pembuatan tong sampah organik dan anorganik ## 3. Evaluasi Evaluasi kegiatan dilakukan selama proses dan akhir program, pada aspek pencapaian tujuan pelatihan dan juga penyelenggaraan program secara keseluruhan. Evaluasi aspek proses dan penyelenggaraan program dilakukan berdasarkan taraf penyelesaian keseluruhan program yang direncanakan. Farman Farman, Nasarudin Nasarudin, Chairuddin Chairuddin, Halidin Halidin, Akbar Nasrum, Fitriyani Hali, & Herlina Herlina doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Hasil Penelitian Pelaksanaan program KKN di Desa Lapao-pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, selama kurang lebih satu bulan mulai tanggal 3 September 2020 – 3 Oktober 2020 merupakan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan antara koordinator dan pelaksana. Pelaksanaan KKN di Desa Lapao-pao mencakup 5 bidang kegiatan yang telah direncanakan. Setelah mengadakan seminar desa serta sosialisasi kepada masyarakat dan pihak-pihak yang berkaitan dengan program KKN, kelompok KKN melaksanakan program-program tersebut. Secara keseluruhan pelaksanaan program tersebut telah meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat Desa Lapao-Lapao. Hal ini ditunjukan dengan adanya kerjasama sama tim dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program sehingga program dapat terealisasi dengan baik. Hasil pelaksanaan program kerja disajikan dalam Tabel berikut Tabel 1. Hasil yang dicapai dari kegiatan KKN tematik No Kegiatan Capaian Keterangan Target Realisasi 1 Bimbingan belajar 100% 100% Program ini dijalankan untuk membantu tenaga pengajar dan orang tua, serta untuk merealisasikan peran mahasiswa. 2 Sensus penduduk 100% 100% Program ini bertujuan untuk pembaharuan data di Desa Lapao-pao sekaligus berinteraksi langsung dengan warga desa 3 Mengajar santri TPQ 100% 100% Program ini dijalankan untuk membantu tenaga TPQ yang ada di Desa Lapao-pao dan untuk merealisasikan peran mahasiswa. Kegiatan berupa mengajar di masjid (magrib ngaji). Pengajian ibu-ibu 100% 100% Manfaat kegiatan ini yaitu untuk meningkatkan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT. dan menjalin silaturahmi dengan masyarakat Pengadaan fasilitas ibadah 100% 100% Pengadaan fasilitas ibadah seperti alat sholat dan Al-Quran ini bisa bermanfaat untuk warga 4 Posyandu 100% 100% Mahasiswa KKN membantu bidan dan kader posyandu menyiapkan alat dan bahan yaitu alat penimbang bayi, alat pengukur dan obat-obatan. 5 Gotong royong bersih-bersih desa 100% 100% Program ini dijalankan agar mengajarkan masyarakat untuk saling bergotong royong dan saling bersosialisasi antar masyarakat desa. Pembuatan tong sampah organik dan anorganik 100% 100% Program ini termasuk program unggulan dengan tujuan meningkatkan rasa kepedulian terhadap kebersihan lingkungan masyarakat desa Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Desa Lapao-Pao di..... doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 ## 2. PEMBAHASAN Desa Lapao-pao merupakan desa yang terletak di Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka. Pada masa covid-19 membawa perubahan yang mendasar dalam kehidupan sosial manusia, tidak terkecuali dunia pendidikan. Sehingga kegiatan belajar mengajar tidak lagi dilakukan disekolah, melainkan belajar dengan metode pembelajaran jarak jauh melalui berbagai media. Maka dengan masalah ini kami mahasiswa mengadakan bimbingan belajar untuk anak Desa Lapao-pao, untuk membantu mereka tetap semangat belajarnya. Pelaksanaan bimbingan belajar ini mendapat banyak dukungan dari para siswa dan anak-anak Desa Lapao-pao. Hal ini dibuktikan berdasarkan jumlah peserta kursus sangat banyak mencapai 26 siswa. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu diposko KKN setiap jam 10 pagi sampai jam 11 siang. Pramesti & Rizqiyah (2021) menyatakan bahwa bimbingan belajar di masa pandemi covid 19 membuat anak-anak senang, semangat dan termotivasi untuk belajar karena dapat belajar dengan teman-temannya dan mengerjakan tugas secara bersama-sama 4 . Gambar 1. Bimbingan belajar Bidang administrasi desa yang dilakukan dalam kegiatan KKN adalah sensus penduduk yaitu pembaharuan data kependudukan desa sekaligus dijadikan ajang berinteraksi dengan masyarakat. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 13 Agustus sampai 15 September 2020. Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaharui data kependudukan desa dengan melakukan sensus dusun 1 Desa Lapao-pao. Sensus penduduk menjadi data dasar sebagai sumber yang paling utama 4 Santika Pramesti and Rizqiyah, ‘Upaya Meningkatkan Kualitas dan Kreativits Belajar Melalui Program Bimbingan Belajar Di Masa Pandemi Covid-19’, DEDIKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3.1 (2021), 25–42. Farman Farman, Nasarudin Nasarudin, Chairuddin Chairuddin, Halidin Halidin, Akbar Nasrum, Fitriyani Hali, & Herlina Herlina doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 untuk kependudukan 5 . Data ini meliputi susunan anggota rumah tangga, umur, jenis kelamin, status perkawinan, dan kewarganegaraan. Gambar 2. Sensus masyarakat desa Dibidang keagamaan, diadakan pengajian dimasjid raya Desa Lapao-pao bersama ibu-ibu Desa Lapao-pao. Kegiatan pengajian bertujuan untuk membentuk kesadaran beragama masyarakat baik khususnya dalam aspek pengetahuan dan sikap 6 . Selain itu, juga dilakukan kegiatan mengajar anak-anak membaca dan menulis ayat suci Al-Quran. Pengenalan Al-Qur’an sejak dini pada anak banyak memberikan manfaat. Jika anak sudah dapat mengenal huruf, tanda baca, menulis serta membaca Al-Qur’an maka akan memberikan kemudahan bagi siswa untuk menghafal dan mengartikan makna-makna dalam Al-Qur’an 7 . Melalui pendidikan Al-Quran diharapkan anak tidak hanya cerdas secara intelek dan emosional tetapi juga cerdas rohani 8 . Mengajar santri TPQ dilaksanakan setiap hari minggu di masjid raya Desa Lapao-pao yaitu pada tanggal 13 September, 20 September, dan 27 September 2020 selesai sholat magrib. Selain pengajian program kerja dalam bidang keagamaan setiap Jumat pagi kami melakukan operasi bersih masjid Desa Lapao-pao. Serta pemberian kenang-kenangan berupa alat sholat dan Al- 5 Verto Septiandika and Mariatul Khiptia Agis Aderovi, ‘Efektivitas Program Sensus Penduduk Kabupaten Probolinggo Secara Online Di Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2020’, Jurnal Ilmiah Politik, Kebijakan, & ilmu Sosial (Publicio) , 3.2 (2021), 32-42. 6 Elva Oktavia and Refika Mastanora, ‘Manfaat Mengikuti Pengajian Rutin dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Masyarakat’, Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya , 1.2 (2019), 66-74. 7 Sri Maharani, and Izzati, ’Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Anak Usia Dini’, Jurnal Pendidikan Tambusai, 4.2 (2020), 1288–1298. 8 Kayyis Ajhuri and Moch. Saichu, ‘Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Melalui Penguatan SDM Di Masjid Nurul Fikri Watu Bonang, Badegan, Ponorogo’, QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 10.2 (2019). Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Desa Lapao-Pao di..... doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 Quran untuk masjid di Desa Lapao-pao. Dengan tersedianya alat sholat dan al-Quran diharapkan masyarakat senantiasa memanfaatkan mesjid secara maksimal dalam kegiatan keagamaan. Selain itu, masjid juga dapat dijadikan sebagai pemberdayaan masyarakat yang tidak hanya sebagai tempat ibadah. Masjid dapat dijadikan sebagai sarana penyelenggara pelayanan zakat, infak dan sedekah 9 . ## Gambar 3. Pengajian dan TPQ Bidang kesehatan yang dilaksanakan dalam kegiatan KKN adalah kegiatan posyandu. Di dalam kegiatan ini kita membantu kader posyandu yaitu di dusun 2 Lasaremba dan dusun 5 Kampung Baru yang diadakan setiap satu bulan sekali. Mahasiswa KKN ikut serta membantu bidan dan kader dalam posyandu dan pemberian vitamin untuk balita diDesa Lapao-pao. Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 14 September 2020 di dusun 2 Lasaremba dan dilanjutkan pada tanggal 5 September 2020 di dusun 5 Kampung Baru Desa Lapao-pao. Posyandu sangat berperan dalam mendukung pencapaian pembangunan kesehatan ibu dan anak. Posyandu di pedesaan sangat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat desa 10 . 9 Muhammad Jawahir and Badrah Uyuni, ‘Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid (Studi Pada Masjid Besar Al Mahdy, Kel. Jatiranggon, Kec. Jatisampurna,Bekasi)’, Spektr a, 1.1 (2019), 36-43 10 Dhita Kurniasari and Ali Imron, ‘Konstruksi Masyarkat Desa Sekar Terhadap Posyandu Sebagai Unit Pelayanan Kesehatan’, Paradigma, 3.1 (2015), 1-9. Farman Farman, Nasarudin Nasarudin, Chairuddin Chairuddin, Halidin Halidin, Akbar Nasrum, Fitriyani Hali, & Herlina Herlina doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 Gambar 4. Ikut serta membantu dalam posyandu Dalam bidang lingkungan, mahasiswa dan warga Desa Lapao-pao melakukan gotong royong untuk membersihkan pinggir jalan dan halaman rumah-rumah warga Desa Lapao-pao. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 18 September 2020. Hal ini bertujuan untuk membuat perubahan agar Desa Lapao-pao menjadi bersih dan meningkatkan semangat untuk terus melaksanakan hidup bersih dan sehat. Sebagaimana Sunardi & Kriswanto (2020) menyatakan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat merupakan solusi terbaik sebagai antisipasi dini penularan virus 11 . Kebiasaan yang mengarah pada upaya pencegahan dengan perilaku hidup bersih dan sehat juga lebih diperhatikan dan dilaksanakan bila tidak ingin terpapar virus di masa pandemi Covid- 19. Gambar 5. Gotong royong membersihkan desa 11 Jaka Sunardi and Erwin Kriswanto, ‘Perilaku hidup bersih dan sehat mahasiswa pendidikan olahraga Universitas Negeri Yogyakarta saat pandemi Covid-19’, Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia , 16.2 (2020), 156-167. Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Desa Lapao-Pao di..... doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 Selain itu, juga dilakukan pembuatan tong sampah organik dan anorganik dengan tujuan agar bermanfaat untuk masyarakat Desa Lapao-pao. Kegiatan ini merupakan kegiatan unggulan KKN untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memilah limbah dan mendaur ulang barang bekas yang ada disekitar desa. Kegiatan ini dilaksanakan selama tiga hari yaitu pada tanggal 16 September, 17 September dan 23 September 2020. Taufiq & Maulana (2015) menyatakan bahawa kesadaran dan kepedulian untuk menangani sampah oleh masyarakat desa terlihat masih sangat kurang 12 . Masyarakat desa memiliki kebiasaan membakar sampah dan membuang sampahnya langsung ke badan air dalam menangani permasalahan sampah. Disamping itu dengan membakar sampah dirasa masyarakat adalah cara yang paling cepat dalam menangani permasalahan tersebut. Hal ini tentu dapat menyebabkan pencemaran di lingkungan sekitar desa. Oleh karena itu, perlu dibuat tempah sampah yang dapat membantu masyarakat desa untuk membuang sampah pada tempatnya dan tidak menyebabkan pencemaran. ## Gambar 6. Pembuatan tong sampah ## KESIMPULAN Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan tempat bagi mahasiswa untuk belajar hidup dan mengabdi dimasyarakat. Dengan adanya KKN ini, diharapkan mahasiswa dapat berperan dan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat sebab di masyarakat tidak hanya ilmu yang perlu diterapkan tetapi bagaimana cara mahasiswa menyatu dengan lingkungan masyarakat. Pelaksanaan 12 Agus Taufiq and M. Fajar Maulana, 'Sosialisasi Sampah Organik Dan Non Organik Serta Pelatihan Kreasi Sampah', Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 4. 1(2015), 68-73. Farman Farman, Nasarudin Nasarudin, Chairuddin Chairuddin, Halidin Halidin, Akbar Nasrum, Fitriyani Hali, & Herlina Herlina doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 program KKN di Desa Lapao-pao, Kecamatan Wolo, Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara, selama kurang lebih satu bulan mulai tanggal 3 September 2020 – 3 Oktober 2020 merupakan serangkaian kegiatan yang saling berhubungan antara koordinator dan pelaksana. Kegiatan KKN ini berupaya untuk mengatasi masalah Desa Lapao-lapao dimasa covid-19 diantaranya masalah pendidikan, administrasi desa, agama, kesehatan dan kebersihan lingkungan. Berdasarkan kegiatan - kegiatan yang telah terlaksana disimpulkan bahwa semua program dapat terlaksana dengan baik, lancar dan terealisasi 100%. Dengan terlaksananya program – program tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat Desa Lapao-pao, khususnya dalam meningkatkan semangat bekerja keras, keinginan untuk maju, sikap mental positif, pola pikir kritis pada akhirnya mampu mengembangkan diri dan kesehatan dan kebersihan lingkungan masyarakat. ## UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kepada LPPM-PMP USN Kolaka serta pemerintah dan masyarakat Desa Lapao-pao Kecamatan Wolo sehingga kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik dapat terlaksana dan selesai dengan baik. ## DAFTAR REFERENSI Ajhuri, Kayyis and Saichu, Moch, 'Pemberdayaan Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) Melalui Penguatan SDM Di Masjid Nurul Fikri Watu Bonang, Badegan, Ponorogo', QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, dan Agama, 10.2 (2019). https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/qalamuna/article/view/150. Anwas, Oos M, 'Kuliah Kerja Nyata Tematik Pos Pemberdayaan Keluarga Sebagai Model Pengabdian Masyarakat Di Perguruan Tinggi', Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 17.5 (2011), 565-575. https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/49. Arbain, A., and Farman, F, 'Pembelajaran Daring Masa Darurat Covid-19 Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika', HISTOGRAM: Jurnal Pendidikan Matematika , 4. 2 (2021). https://journal.stkip-andi-matappa.ac.id/index.php/histogram/article/view/720 Jawahir, Muhammad and Uyuni, Badrah, 'Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid (Studi Pada Masjid Besar Al Mahdy, Kel. Jatiranggon, Kec. Jatisampurna,Bekasi)', Spektr a, 1.1 (2019), 36-43. https://uia.e-journal.id/spektra/article/view/1140 Kurniasari, Dhita, and Imron, Ali, 'Konstruksi Masyarkat Desa Sekar Terhadap Posyandu Sebagai Unit Pelayanan Kesehatan', Paradigma, 3.1 (2015), 1-9. https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/paradigma/article/view/10531. Maharani, Sri and Izzati, Izzati, 'Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an Anak Usia Dini', Jurnal Pendidikan Tambusai, 4.2 (2020), 1288–1298. https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/596. Nurmalasari, Sitti, ' USN Kolaka Berlakukan Empat Bentuk KKN Terintegrasi', (2020). https: //zonasultra.com/usn-kolaka-berlakukan-empat-bentuk-kkn-terintegrasi.html. Diakses 20 September 2021 Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Kesehatan Masyarakat Desa Lapao-Pao di..... doi: 10.35316/assidanah.v4i1.59-70 Oktavia, Elva and Mastanora, Refika, 'Manfaat Mengikuti Pengajian Rutin dalam Meningkatkan Kesadaran Beragama Masyarakat' Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, 1.2 (2019), 66-74. https://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/istinarah/article/view/66 Pramesti, Santika, and Rizqiyah, Rizqiyah, 'Upaya Meningkatkan Kualitas dan Kreativits Belajar Melalui Program Bimbingan Belajar Di Masa Pandemi Covid-19', DEDIKASI: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3.1 (2021) , 25–42. https://e- journal.metrouniv.ac.id/index.php/JPM/article/view/2633 Septiandika, Verto and Aderovi, M. K. A, 'Efektivitas Program Sensus Penduduk Kabupatenprobolinggo Secara Online Di Masa Pandemi Covid-19 Tahun 2020', Jurnal Ilmiah Politik, Kebijakan, & ilmu Sosial (Publicio), 3.2 (2021), 32-42. https://ejournal.upm.ac.id/index.php/public/article/view/773/757 Sunardi, Jaka, and Kriswanto, Erwin, 'Perilaku hidup bersih dan sehat mahasiswa pendidikan olahraga Universitas Negeri Yogyakarta saat pandemi Covid-19', Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia , 16.2 (2020), 156-167. https://journal.uny.ac.id/index.php/jpji/article/view/35082 Taufiq, Agus, and Maulana, M. Fajar, 'Sosialisasi Sampah Organik dan Non Organik Serta Pelatihan Kreasi Sampah', Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 4. 1(2015), 68-73. https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/7898/6907.
d091a1a1-976f-47ae-8cbd-524dff1fd265
http://ojs.uho.ac.id/index.php/ENTHALPY/article/download/1096/751
## Jurnal Teknik Mesin Universitas Halu Oleo Kendari, April 2016 ANALISA REDAMAN SUARA KOMPOSIT RESIN POLYESTER YANG BERPENGUAT SERBUK KAYU JATI Leo Jumadin Awal Hamsa Mahasiswa Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo, Kendari Kampus Hijau Bumi Tridarma Andonuhu Kendari 93232 ## Email : [email protected] ## Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa koefisien redaman suara komposit resin polyester yang berpenguat serbuk kayu jati terhadap fraksi volume serat pada frekuensi suara 250 Hz, 500 Hz, dan 750 Hz. Metode penelitian ini menggunakan alat uji redaman suara jenis sound level meter menggunakan standar ASTM E 1050-98. Matriks yang digunakan adalah polyester dan partikel jenis serbuk kayu jati. Komposit dicetak dengan fraksi volume (70:30, 60:40, 50:50)% menggunakan cetakan 300 X 300 X 30 mm. Spesimen uji dibuat dengan diameter 30 mm dan tebal 10 mm. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk nilai koefisien serap suara tertinggi terdapat pada fraksi volume 30% yaitu 0,4193 dengan frekuensi 750 Hz. Sedangkan koefisien serap suara terendah dengan fraksi volume 40% adalah 0,3213 dengan frekuensi 250 Hz. ## Kata Kunci: Komposit, Resin Poliester, Serbuk Gergaji Kayu, Koefisien Serap Bunyi ## Abstract The purpose of this study was to determine and analyze the sound attenuation coefficient of the polyessster resin composite powder strengthener teak against fiber volume fraction sound frequencies of 250 Hz, 500 Hz, and 750 Hz. In this study using the test equipment noise attenuation of sound level meter type using the standard ASTM E 1050-98. The matrix were used polyester powder and particle types of teak. Composites printed with the volume fraction (70:30, 60:40, 50:50)% using molds 300 X 300 X 30 mm. The test specimen was made with a diameter of 30 mm and 10 mm. The results showed that the higkst sound absorption coefficient at 30% volume fraction is 0,4193 with a frequency of 750 Hz. While the sound absorption coefficient with 40% volume fraction of 0,3213 with a frequency low of 250 Hz. Keywords: Composites, Polyester Resin, Saws Wood Powder, Coefficient of Sound Absorption ## 1. Pendahuluan Bahan-bahan bangunan yang berkarakter akustik biasanya tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat ketika merancang sebuah bangunan. Terutama bila bangunan hanya digunakan sebagai tempat tinggal. Pemikiran ini tidak sepenuhnya benar bila disesuaikan dengan kondisi saat ini. Ketika kebisingan disekitar bangunan terus meningkat,demikian juga dengan adanya peningkatan standar kehidupan masyarakat, berdampak meningkatkan kebutuhan ruang musik dan film didalam rumah dikenal dengan istilah home-theatre. Hal ini mengakibatkan kebutuhan bahan-bahan peredam atau bahan-bahan yang memiliki kemampuan akustik terus meningkatkan. Namun tingginya harga bahan bangunan yang memiliki sifat akustik yang baik menyebabkan bahan ini tidak terjangkau masyarakat secara luas. Selama ini bahan-bahan pelapis dinding yang bersifat akustik yang mampu meredam bunyi dengan baik, umumnya terbuat dari bahan utama kayu-kayu berkualitas (pinus, jati, dan lain-lain), sehingga harganya kurang terjangkau. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai peredam suara adalah papan komposit yang terbuat dari campuran limbah serbuk gergaji kayu jati dan pasir. Ketersediaan serbuk gergaji sekarang ini sangat melimpah, hal ini terkait dengan banyaknya industri mabel yang banyak dijumpai dimasyarakat. Serbuk gergaji merupakan limbah dari industri mabel yang umumnya hanya dibuang begitu saja. Produk- produk yang biasa dihasilkan dari limbah serbuk gergaji antara lain kuseng, daun pintu, dan jendela mebeler. Banyaknya industri kecil menengah yang memproduksi barang-barang tersebut memungkinkan banyaknya limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut dapat berupa sebetan, partikel maupun serbuk gergaji. Potensi ini perlu digunakan untuk memberikan manfaat atau nilai tambah bagi poroduk utamanya bagi pembuatan bahan tiruan seperti papan partikel. Partikel kayu jati dipilih oleh tersediaannya yang cukup melimpah dan dalam penelitian ini akan dicoba pembuatan yang terbuat dari campuran limbah serbuk gergaji kayu dengan resin polyester. Berdasarkan latar belakang diatas, dipandang perlu untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisa Redaman Suara Komposit Resin Polyester Yang Berpenguat Serbuk Kayu Jati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mampu redam suara resin poliester perkuat serbuk gergaji kayu jati. ## 2. Tinjauan Pustaka ## Defenisi Komposit Komposit adalah bahan hibrida yang terbuat dari resin polimer diperkuat dengan serat, mengga bungkan sifat-sifat mekanik dan fisik (Mazumdar, 2001). Ilustrasi ikatan fisik polimer dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Pembentukan material komposit menggunakan serat dan resin (Mazumdar, 2001) ## Klasifikasi Komposit 1. Polymer Matriks Composites (PMC) Polimer merupakan matriks yang paling umum digunakan pada material komposit. Karena memiliki sifat yang lebih tahan terhadap korosi dan lebih ringan. Matriks polimer terbagi 2, yaitu termoset dan termoplastik. Perbedaannya polimer termoset tidak dapat didaur ulang sedangkantermoplastik dapat didaur ulang sehingga lebih banyak digunakan (Deborah, 2009). 2. Metal Matriks Composite (MMC) Metal Matriks Composite adalah salah satu jenis komposit yang memiliki matriks logam. MMC mulai dikembangkan sejak tahun 1996. Pada mulanya yang diteliti adalah Continous Filamen MMC yang digunakan dalam industri penerbangan (Deborah, 2009). ## 3. Ceramic Matriks Composite (CMC) Keramik merupakan material yang tahan oksidasi dan tahan terhadap suhu yang tinggi, namun memiliki kerapuhan luar biasa, dengan nilai ketangguhan patah tang sangat rendah. Komposit bermatriks keramik diperkuat dengan serat panjang maupun pendek. Proses pembuatannya adalah melalui proses penekanan keadaan panas, penekanan panas isostatik, sintering fase air (Deborah, 2009). ## Serbuk Gergaji Kayu Jati Serbuk gergaji adalah serbuk kayu berasal dari kayu yang dipotong dengan gergaji. Kayu jati memiliki nama botani Tectona grandits L.f. Serbuk gergaji mempunyai manfaat yaitu mempermudah pembentukan pori-pori. Serbuk gergaji mengandung komponen utama selulosa, hemiselulosa, lignin dan zat ekstraktif kayu. Serbuk gergaji kayu merupakan bahan berpori, sehingga air mudah terserap dan mengisi pori-pori tersebut. Dimana sifat serbuk gergaji yang higroskopik atau mudah menyerap air. Serbuk gergaji kayu jati merupakan serbuk yang memiliki potensi sebagai material alternatif untuk pembuatan papan komposit peredam suara. Pengunaan serbuk gergaji kayu jati terlebih dahulu memerlukan perlakuan lebih lanjut agar dapat meningkatkan kualitas serbuk yang berfungsi sebagai penguat atau pengisi baik. Adapun sifat-sifat kayu jati dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Sifat-sifat Kayu Jati (Ariyanto, 2015) No Sifat Satuan Nilai 1 Berat Jenis Kg/cm 0.62- 0.75 2 Kadir Abu % 1.4 3 Kadar Silika % 0.4 4 Serabut % 66.3 5 Nilai Kalor Cal/gram 5081 6 Kerapatan Cal/gram 0.44 ## Resin Poliester Resin polyester tak jenuh atau sering disebut polyester merupakan matrik dari komposit. Resin ini termasuk juga dalam resin termoset. Pada polimer termoset resin cair diubah menjadi padatan yang keras dan getas yang terbentuk oleh ikatan silang kimiawi yang membentuk rantai polimer yang kuat. Resin termoset tidak mencair karena pemanasan. Resin poliester merupakan resin yang paling banyak digunakan dalam berbagai aplikasi yang menggunakan resin termoset, baik secara terpisah maupun dalam bentuk material komposit. Resin Polyester seperti yang telah dijelaskan diatas memiliki banyak kelebihan sekaligus beberapa kelemahan, dalam aplikasi komposit resin poliester dalam hal ini poliester tidak jenuh, biasanya ditambahkan penguat (reinforced) berupa serat. Serat yang digunakan sebagai penguat adalah bisa berupa serat gelas, serat alam, serta carbon dan berbagai serat lainnya. Karena sifatnya yang polar, hampir semua jenis serat bisa dikombinasikan dengan resin poliester. ## Fraksi Volume dan Massa Jenis Serat Jumlah kandungan serat dalam komposit, merupakan hal yang terjadi perhatian khusus pada komposit berpenguat serat. Jumlah serat serta karakteristik dari serat tersebut merupakan salah satu elemen kunci dalam analisis mikromekanik komposit. Untuk menghitung fraksi volume, parameter yang harus diketahui adalah berat jenis matriks, berat jenis serat, berat komposit. Untuk pembuatan komposit dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan fraksi. Fraksi pada pembuatan komposit terdiri dari 2, yaitu fraksi volume serat dan fraksi berat komposit. Apabila dalam pembuatan komposit yang diketahui adalah massa jenis serat ( ρf) dan massa jenis matriks (ρm) maka, komposit dapat dihitung dengan menggunakan fraksi volume serat, menurut persamaan 1-4. Vf = x 100 % (1) Vf = x 100 % (2) Vc = Vf + Vm (3) Vf = x 100% (4) dimana: Ʋ f = fraksi volume serat (%). ρf = massa jenis serat (gr/cm 3 ). ρm = massa jenis matriks (gr/cm 3 ). mf = massa serat (gr). mm = massa matriks (gr). VC = volume komposit (cm 3 ). Vf = volume serat (cm 3 ). Vm = volume matriks (cm 3 ). ## Bunyi (Sound) Secara fisiologis bunyi adalah sensasi pendengaran yang disebabkan secara fisis.Penyimpangan ini biasanya disebabkan oleh beberapa benda yang bergetar, misalnya dawai gitar yang dipetik, atau garpu tala yang dipukul. Menurut Latifa (2015), terdapat beberapa istilah mengenai bunyi. Istilah tersebut, antara lain : 1. Bunyi (objektif). 2. Bunyi (subjektif). 3. Suara. 4. Sumber bunyi. 5. Panjang gelombang (λ) . 6. Frekuensi (f). 7. Amplitudo (A). 8. Kecepatan rambat bunyi (v). 9. Nada. 10. Bising. 11. Airborne sound. 12. Structureborne sound. Akustik (Acoustics) Material akustik adalah material yang digunakan untuk mengendalikan kualitas akustik, (reflector,absorber,diffuser,dan insulator) dengan alokasi sesuai prinsip kerja rambatan dan pantulan bunyi. Setiap jenis material, tergantung frekuensi, memiliki koefisien penyerapan bunyi spesifik. Berdasarkan frekuensi bunyi yang dominan terjadi dalam auditorium, dapat dilakukan pemilihan jenis material yang tepat. Penyerap (absober) memiliki ciri-ciri, sebagai berikut : 1. Daya serap bunyi lebih tinggi dari pada daya pantulnya. 2. Koefisien penyerapan bunyi tinggi (>0,30). 3. Umumnya lunak dan berpori. 4. Terdiri atas material lunak dan/atau berpori, panel, dan resonator rongga. ## Koefisien Penyerapan Bunyi Koefisien penyerapan bunyi (α) adalah angka yang menunjukan kemampuan material menyerap energi bunyi. Makin besar koefisiennya, daya serapnya makin tinggi. Setiap termasuk audiens memiliki koefisien penyerapan bunyi spesifik tergantung frekuensi sebagai reaksi yang berbeda terhadap besar energi bunyi yang diterima. Standar frekuensi untuk menentukan koefisien penyerapan bunyi rata-rata suatu material adalah 500 Hz (Latifa, 2015). Penyerapan bunyi adalah perubahan energi bunyi menjadi suatu bentuk lain, biasanya panas melewati suatu bahan atau ketika menumbuk suatu permukaan. Efisiensi penyerap bunyi suatu bahan pada suatu frekuensi tertentu dinyatakan oleh koefisien penyerap bunyi. Koefisien penyerapan bunyi suatu permukaan adalah bagian energi bunyi datang yang diserap atau tidak dipantulkan oleh permukaan. Koefisien ini dinyatakan dalam huruf Greek α. Nilai α dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1 (Khotimah, dkk 2015 dalam Doelle 2006). Nilai absorpsivitas suara dapat diketahui menurut persamaan 5. α = (5). Dimana: Wa = daya suara yang diserap (db). Wi = daya suara yang tiba pada permukaan bahan (db). ## 3. Metode Penelitian Tempat, Alat, dan Bahan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Material dan Teknologi Mekanik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Halu Oleo, Kendari. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Cetakan Papan Komposit. 2. Kamera Digital. 3. Saringan. 4. Timbangan Digital. 5. Jangka Sorong. 6. Sound level meter. Bahan yang digunakan : 1. Serbuk Kayu Jati. 2. Resin Polyester. 3. Mirror Glaze . ## Prosedur Pembuatan Komposit Pembuatan komposit dilakukan dengan variasi komposisi fraksi volume yang berbeda dengan perbandingan fraksi volume serbuk kayu dan polyester yang dibuat adalah 30% resin : 70% serbuk kayu, 40% resin : 60% serbuk kayu, 50% resin : 50% serbuk kayu. Setelah menentukan fraksi volume serbuk kayu dan resin tersebut dicampur kedalam cetakan, kemudian menutup cetakan, lalu menunggu komposit mengering ±6 jam dan setelah mengering dilakukan pembongkaran cetakan. Semua tahapan proses pembuatan komposit ini dilakukan sebanyak jumlah variasi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu tiga variasi. Bentuk spesimen uji dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Spesimen Uji ## Pengujian Spesimen Gambar 3. Alat Uji Redaman Suara Adapun proses pengujian redaman suara adalah: 1. Menyiapkan alat dan bahan pengujian yaitu alat pengujian redaman suara (Gambar 3.) dan spesimen uji. 2. Merangkai kabel-kabel pengujian redaman suara. 3. Meletakan spesimen uji diujung tabung impedance. 4. Menyalakan sumber bunyi dengan frekuensi tertentu dan meletakan sound level meter diatas mikropon dengan tujuan untuk mengetahui suara mula-mula dari sumber bunyi. 5. Menyalahkan sumber bunyi dengan frekuensi tertentu dan meletakkan sound level meter dibelakang spesimen uji pada mikropon 2 dengan untuk mengetahui nilai redaman suara spesimen uji. 6. Mencatat dan mengolah data hasil pengujian. ## 4. Hasil Dan Pembahasan Pengujian Koofisien Serap Suara Gambar 3. Grafik distribusi tingkat tekanan suara rata-rata terhadap frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 750 Hz pada fraksi volume serat 30%, 40%, 50%. Grafik 3. memperlihatkan distribusi tingkat tekanan suara rata-rata yang terjadi pada masing-masing spesimen dengan frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 750 Hz pada fraksi volume serat 30%, 40%, dan 50%. Tingkat tekanan rata-rata tertingggi diperlihatkan pada fraksi volume serat 40% pada frekuensi suara 250 Hz, sedangkan tingkat tekan suara rata-rata terendah diperlihatkan pada fraksi volume serat 30% dengan frekuensi 750 Hz. Tingkat tekanan suara yang terjadi pada material peredam menunjukkan karakteristik serapan bunyi yang akan terjadi suatu material komposit. Tingkat tekanan suara rata-rata pada material peredam menunjukkan grafik kecenderungan menurun seiring dengan meningkatnya frekuensi masukan dan penambahan fraksi volume serat. Tingkat tekanan suara yang terjadi berbanding terbalik dengan koefisien serap suara, atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi tekanan suara yang terjadi pada material komposit peredam, maka semakin rendah nilai redaman suaranya atau koefisien serap suaranya. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan koefisien serap suara. Gambar 4. Grafik hubungan koefisien serapan suara pada keseluruhan frekwensi dan fraksi volume serat. Gambar 4. memperlihatkan nilai koefisien serap suara rata-rata dimana secara keseluruhan nilai menunjukkan angka koefisien serapan suara yang bervariasi dari material komposit serbuk kayu jati. Dimana untuk nilai koefisien serap suara tertinggi terdapat pada fraksi volume serat 30% yaitu 0,4193 dengan frekuensi 750 Hz. Sedangkan untuk hasil data serapan suara terendah terdapat pada fraksi volume serat 40% yaitu 0,3213 dengan frekuensi 250 Hz. Koefisien serap suara cenderung meningkat akibat naiknya frekuensi suara, dimana pada frekuensi 250 Hz. terlihat bahwa dari nilai sebaran data rata-ratanya, ini termasuk dalam angka koefisien penyerapan suara yang terendah. Sedangkan pada frekuensi 750 Hz menunjukkan nilai sebaran koefisieen serap suara rata-rata yang tertinggi. Hal karena semakin tinggi frekuensi suara maka jumlah suara yang masuk kedalam spesimen komposit semakin banyak. Secara umum komposit terbentuk dari dua bahan atau lebih melalui pencampuran yang tidak homogen sehingga karakteristik sifatnya sangat tergantung pada kedua sifat penyusun dari bahan tersebut. Komposit matriks resin polyester dan penguat/pengisi serbuk kayu jati juga memperlihatkan karakteristik yang berbeda- beda dari nilai sifat redamannya. Adapun yang mempengaruhi ketidak homogen bahan komposit disebabkan oleh beberapa faktor yaitu secara teori komposit dibuat dari dua atau lebih penyusun yang tidak saling melarutkan, proses pencampurannya tidak homogen sehingga hasilya tidak seragam keseluruh bagian sehingga cenderung menghasilkan porositas yang besar. Semakin keras bunyi suatu material dengan kerapatan tinggi maka, material cenderung memantulkan. Foto makro spesimen komposit dapat memberikan informasi tentang karakteristik sifat yang dimiliki dilihat gambar 5. a. vf : 30% b. vf : 40% c. vf : 50% Gambar 5. Foto mikro specimen komposit Spesimen pada Gambar 5. memperlihat kan foto makro spesimen komposit, diman pada Gambar 5.3a, memperlihatkan permukaan yang halus dan licin sehingga memantul suara, pada Gambar 5.3b, memperlihatkan rongga-rongga dengan jumlah yang sedikit sehingga nilai serap suaran rendah, sedangkan foto makro specimen Gambar 5.3c, memperlihatkan foto makro spesimen komposit dengan permukaan yang berongga dan terdistribusi secara merata pada permukaan material komposit, sehingga nilai serapan suaranya lebih baik. Untuk penambahan serbuk kayu jati pada pembuatan komposit dengan matriks polyester akan meningkatkan nilai koefisien serapan suara pada batas tertentu saja. Keadaan tersebut terlihat dari sebaran data rata-rata pada penambahan serbuk kayu jati sebanyak 30% memperlihatkan nilai yang tinggi dibandingkan penambahan serbuk kayu jati 40% dan 50% untuk frekuensi 750 Hz. Sedangkan pada penambahan serbuk kayu jati 30% dan 40% cenderung meningkat baik frekuensi 250 Hz 0.3296 0.3493 0.4193 0.3213 0.3555 0.4087 0.3394 0.3563 0.3937 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4 0.45 250 500 750 Ko ef isi en S er ap S uar a (α ) Frekuensi (Hz) FV 30% FV 40% FV 50% maupun 500 Hz. Hal ini disebabkan dengan adanya penambahan serbuk kayu jati sampai 50% menyebabkan kerapatan komposit yang tinggi, karena partikel-partikel serbuk kayu jati akan terdesak masuk mengisi kecela-cela bagian terdalam akibat tekanan pencetakan, sehingga permukaan material komposit menjadi padat. Permukaan material komposit yang terlalu rapat/padat sehingga cenderung berubah menjadi memantulkan energi suara ketika mengenai permukaan spesimen. Pada penambahan partikel serbuk kayu jati dengan fraksi volume 30% meningkat seiring dengan bertambahnya frekuensi suara 750 Hz yang diberikan pada material komposit. Hal ini disebabkan karena partikel-partikel serbuk kayu jati yang ditambahkan hanya sedikit sehingga kerapatan spesimen kecil atau dengan kata lain renggang (berongga). Rongga yang terbentuk pada spesimen komposit akan menyerap suara lebih tinggi karena energi suara yang mengenai permukaan spesimen secara keseluruhan akan diserap. Pada frekuensi 750 Hz akan mempengaruhi sifat materil komposit terhadap fraksi volume serat. Pada grafik terlihat cenderung menurun nilai serap suara seiring dengan bertambahnya partikel serbuk kayu jati. Hal ini disebabkan karena bunyi yang masuk disebarkan melalui panas dalam spesimen yang dihasilkan oleh gesekan molekul antara molekul udara dengan struktur serat, sehingga menyebabkan kerusakan serat pada skala mikro. Kerusakan serat ini akibat frekuensi yang sangat tinggi, sehingga suara yang diberikan akan diserap dan ditransmisikan keluar. ## Daftar Pustaka Ariyanto, 2015. Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji Kayu Jati Sebagai Bahan Papan Komposit. Skripsi. Teknik Mesin. Universitas Halu Oleo. Kendari Deborah, 2009. Composites Materials.State University of New York, Buffalo Dept. Mechanical & Aerospace Engineering :USA Erninsih, Rifaida.2009. Komposit Serat Rami dan Limbah Rami Sebagai Bahan Absori Suara. Khotimah, Khusnul dan Susilawati. 2015. Sifat Penyerapn Bunyi pada Komposit Serat Batang pisang (Spb) – Polyester. Jurnal Penelitian pendidikan IPA (JPPIP1. Latifa . N. L, 2015. Fisika Bangunan 2. Cetakan 1. Jakarta: Griya Kreasi Mazumdar,S.K.2001. Composit Manufacturing : CRC Press LLC
71f76102-dfa7-44b4-a17e-614ed4deb0dc
https://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jrap/article/download/2343/2156
DOI : https://doi.org/10.35838/jrap.2022.009.02.14 ## Akuntabilitas Dana Desa dalam Perspektif Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 Ajeng Savira Meidina 1 , Elva Nuraina 2 , Elly Astuti 3 1 Universitas PGRI Madiun, Madiun, Jawa Timur 2 Universitas PGRI Madiun, Madiun, Jawa Timur 3 Universitas PGRI Madiun, Madiun, Jawa Timur ## ARTICLE INFO JEL Classification: M48, L38 Key words: Management of village funds, Permendesa PDTT No 6 of 2020, COVID-19. ## ABSTRACT This study aims to see the management of village funds in Gondang Village, Karangrejo District, Magetan Regency from the perspective of Permendesa PDTT Number 6 of 2020. This research was conducted in Gondang Village, Karangrejo District, Magetan Regency. This study uses a qualitative method using an exploratory approach. The results of this study found that Gondang Village, Karangrejo District, Magetan Regency has implemented Permendesa PDTT Number 6 of 2020 as evidenced by the assistance provided by post-pandemic villages such as BLT-DD which was given in cash to the community. Apart from BLT, Gondang Village, Karangrejo District, Magetan Regency also holds PKT (Cash Forces) as a form of direct assistance. The two priority activities are held by the village as a form of reducing the socio-economic impact of the post-COVID-19 pandemic. Apart from these priority activities, Gondang Village also provides other social assistance such as RTLH (Unfit for Living) assistance and also Bunda Kasih (Assistance for the Abandoned Elderly) . ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan dana desa di Desa Gondang, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan ditinjau dari perspektif Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gondang, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan eksploratori. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa Desa Gondang, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan telah menerapkan Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 ini dibuktikan dengan adanya beberapa bantuan yang diadakan oleh desa pasca pandemic sepert BLT-DD yang diberikan berupa uang tunai kepada masyarakat. Selain BLT Desa Gondang, Kecamatan Karangrejo, Kabupaten Magetan juga mengadakan PKT (Padat Karya Tunai) sebagai bentuk bantuan langsung. Kedua kegiatan prioritas tersebut diadakan oleh desa sebagai bentuk untuk mengurangi dampak sosial ekonomi pasca pandemic COVID-19. Selain kegiatan prioritas tersebut, Desa Gondang juga mengadakan bantuan sosial lain seperti bantuan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) dan juga Bunda Kasih (Bantuan Kepada Lansia Terlantar) . ## 1. PENDAHULUAN Desa memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam sistem pemerintahan Indonesia mengingat bahwa desa merupakan satuan pemerintahan terkecil yang memiliki peranan fundamental bagi Negara. Peran utamanya adalah mewujudkan pembangunan yang merata dan mengarah kepada kepentingan masyarakat. Desa berhadapan langsung dengan masyarakat melalui pelayanan publik yang diberikannya. Masyarakat desa merupakan bagian sosial dan juga adat telah menjadi institusi sosial yang memiliki modal produksi khusus sebagai lumbung bahan mentah (raw material) serta sumber tenaga kerja (man power). Namun demikian interaksi sosial yang terjadi di desa bersifat homogen dengan mata pencaharian utama penduduknya pada sektor agraris (Masni, 2019). Sektor agraris merupakan penopang swasembada pangan nasional. Namun demikian, sektor ini kurang mendapatkan perhatian dari pemuda. Pemuda desa memiliki kecenderungan untuk bekerja pada sektor industri yang mengakibatkan laju urbanisasi meningkat dan membawa masalah sosial baru di perkotaan. Untuk itu, diterbitkanlah Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan salah satu ketentuan pasalnya mengenai aloksi dana APBN 10% untuk pembangunan desa yang dikenal dengan istilah Dana Desa. Alokasi dana desa ditujukan untuk mempercepat pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup serta penanggulangan kemiskinan. Adapun kewenangan pengelolaan dana desa berada pada kepala desa dengan dibantu perangkat desa. Untuk menjamin ketepatan sasaran penggunaan dana desa, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi yaitu; (1) setiap kegiatan yang pendanaannya diambil dari alokasi dana desa harus melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara terbuka dengan prinsip dari oleh dan untuk masyarakat; (2) seluruh kegiatan dan penggunaan alokasi dana desa harus dapat dipertanggungjawabkan secara administrasi, teknis dan hukum; (3) jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui alokasi dana desa diharapkan mampu untuk meningkatkan ketersediaan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa, dan kegiatan lainnya yang dibutuhkan masyarakat desa dan mendesak untuk dipenuhi; alokasi dana desa harus dicatat di dalam anggaran pendapatan dan belanja desa melalui proses penganggaran yang sesuai dengan mekanisme yang berlaku (Lili, 2019). Hamidah & Panjaitan (2021) mendokumentasikan bahwa alokasi Dana Desa memberikan dampak positif terhadap pembangunan desa. Namun demikan ditemukan bahwa beberapa kegiatan pelaksanaan kegiatan pemanfaatan dana desa kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat (Zainal et al., 2021). Kondisi tersebut terjadi karena rendahnya partisipasi masyarakat dalam musyawarah desa guna menentukan kegiatan pembangunan desa (Walukow et al., 2017; Zainal et al., 2021). Sejalan dengan itu Sasuwuk et al. (2021) mengungkapkan bahwa implementasi dana desa yang kurang baik karena adanya mal administrasi dalam pelaksanaannya. Kondisi Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh dunia, memberikan dampak yang sangat signifikan dalam kehidupan bermasyarakat, begitupun pada proses pembangunan desa. Untuk itu pemerintah menetapkan regulasi mengenai prioritas penggunaan dana desa yang tertuang dalam Permendesa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 yang kemudian disesuaikan kembali dengan Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020. Penanganan COVID-19 memperoleh porsi alokasi dana desa yang cukup signifikan yaitu sebesar 10% untuk penganggulangan bencana serta 25 % - 35% untuk penyaluran bantuan langsung tunai kepada masyarakat. Valentina et al. (2020) mendokumentasikan bahwa proporsi pengunaan anggaran desa sudah sesuai dengan regulasi yang berlaku, namun ditemukan penyimpangan dalam pendataan penerima manfaat BLT yang kurang tepat sasaran (Arumdani et al., 2021; Muslih & Yanti, 2021; Valentina et al., 2020). Untuk itu penelitian ini akan difokuskan untuk mengungkapkan akuntabilitas pengelolaan dana desa dalam perspektif Permendes PDTT No 6 Tahun 2020 guna mengungkapkan praktik pengelolaan dana desa yang memprioritaskan penanganan wabah COVID- 19. Berdasarkan telaah literatur terdahulu menunjukkan bahwa hambatan dalam pengelolaan dana desa adalah kompetensi sumber daya manusianya (Anwar & Syamsu, 2021; Masni, 2019; Zulkifli et al., 2021), komitmen organisasi (Ramadhan & Arza, 2021; Zulkifli et al., 2021), kompetensi kepemimpinan (Anwar & Syamsu, 2021), serta pemanfaatan teknologi (Indraswari & Rahayu, 2021). Beberapa hambatan tersebut mengakibatkan transparansi pengelolaan dana desa belum mencapai level yang diharapkan sehingga diperlukan sistem pengendalian internal yang lebih baik lagi, utamanya pemanfaatan sistem yang memadai dengan SISKEUDES (Orangbio et al., 2017). 2. TELAAH TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Telaah Teori a. Dana Desa Dana Desa merupakan sumber dana yang dimiliki desa yang dapat digunakan untuk menunjang pembangunan desa menuju kehidupan masyarakat yang lebih baik. Dana Desa dianggarkan APBN setiap tahun melalui transfer ke APBD Kabupaten/Kota untuk dialokasikan ke desa-desa di wilayahnya masing-masing (Oktara, 2019). Adapun penyelenggaraan prioritas dana desa merupakan wewenang desa yang harus sesuai dengan hak asal muasalnya sejalan dengan ketetapan Permendes No 6 Tahun 2020. Ketetapan Permendes No. 6 Tahun 2020 mengatur skala prioritas penggunaan dana desa. Latar belakang diterbitkannya Permendes PDTT No. 6 Tahun 2020 adalah agar desa memprioritaskan penggunaan dana desa untuk penanganan dan penyebaran wabah COVID-19 yang diatur dalam Perpu No. 1 Tahun 2020. Adapun salah satu isi ketentuan Permendes Nomor 6 tahun 2020 adalah penggunaan dana desa untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang nantinya akan diberikan kepada masyarakat miskin di desa. b. Pengelolaan Dana Desa Permendagri No. 113 tahun 2014 menjelaskan bahwa pengelolaan keuangan desa merupakan suatu kesuluruhan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Seluruh tahapan harus dikelola berdasarkan asas-asas transparan, pertisipatif, dan akuntabel yang dilakukan secara disiplin dan tertib anggaran. Adapun proses pengelolaan Dana Desa disajikan dalam Gambar 1 . ## Gambar 1. Mekanisme Pengelolaan Dana Desa Perencanaan merupakan proses tahapan kegiatan untuk pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya dalam jangka waktu tertentu untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pada tahap ini diperkirakan besaran pendapatan juga belanja desa dalam waktu tertentu dimasa yang akan datang. Pelaksanaan kegiatan yang melibatkan penerimaan dan pengeluaran dana desa wajib melalui rekening desa. Semua penerimaan ataupun pengeluaran harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah (Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113, 2014). Periode pelaksanaan adalah masa anggaran yaitu diawali 1 Januari berakhir tanggal 31 Desember. Penatausahaan dapat diartikan sebagai pelaksanaan kegiatan bidang keuangan dengan didasari oleh prinsip prosedur operasional standar hingga diperoleh informasi tentang keuangan. Dari penatausahaan ini nantinya dihasilkan suatu pemberitahuan/laporan untuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan dasar PP Nomor 60 Tahun 2014 Pasal 26 ayat (2). Pemerintah desa melaporkan realisasi penggunaan dana desa kepada Bupati / Walikota. Pelaporan dilakukan dalam dua tahap yaitu pada semester pertama dan semester akhir tahun. Hasil laporan ini nantinya akan dievaluasi sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja keuangan desa. Evaluasi dilakukan untuk menguji kesesuaian antara pelayanan dengan ukuran nilai maupun norma yang berlaku di masyarakat. ## c. Penelitian Terdahulu yang Relevan Sofitriana et al. (2020) menunjukkan bahwa di Desa Polobogo, Getasan, Kabupaten Semarang sudah sesuai dan sudah mengacu pada Permendagri No.113 Tahun 2014, ini dapat dibuktikan dengan pengelolaan dana desa dan pemanfaatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan pertanggungjawaban yang ada di Desa tersebut. Dari penelitian tersebut juga ditemukan bahwa faktor tidak terlaksananya pengelolaan dana desa dengan baik adalah kualitas SDM mengenai pemahaman APBDes itu sendiri. Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pelaporan Pertanggungjawaban Orangbio et al. (2017) menunjukkan bahwa pada Desa Inobonto tidak sepenuhnya menerapkan Permendagri No. 113 Tahun 2014. Anggaran Pendapatan Belanja Desa kurang diinformasikan secara transparan kepada masyarakat. Pengelolaan keuangan desa juga belum menggunakan sistem keuangan desa (SISKEUDES). Mamuaya et al. (2017) menunjukkan bahwa penyebab ketidaksesuaian pengelolaan dana desa dengan Permendagri No. 113 Tahun 2014 adalah kurangnya pemahaman SDM terhadap regulasi tersebut. Namun demikian, kegiatan pelaporan keuangan desa sudah terlaksana dengan baik. ## 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan pendekatan eksploratori (exploratory approach). Metode kualitatif digunakan agar diperoleh data yang lengkap, mendalam dan memiliki makna yang dalam agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai. Sedangkan metode yang dipilih adalah eksploratori karena untuk menggali informasi yang lebih mendalam dan mendetail. Tempat penelitian ini dilakukan di Kantor Desa Gondang, kecamatan Karangrejo, kabupaten Magetan. Data yang diperoleh peneliti dilakukan melalui wawancara, studi pustaka serta dokumentasi. ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 4.1 Pengelolaan Dana Desa di Desa Gondang Pendapatan APBDes Gondang sendiri diperoleh dari PADesa berupa bagi hasil dari Kepala Desa, pendapatan asli desa berupa hasil sewa tanah bengkok, Pendapatan Transfer, dan pendapatan lain-lain. Selain dari pendapatan tersebut, Desa Gondang juga menerima SILPA pada tahun sebelumnya yang dijadikan sumber pembiayaan di tahun selanjutnya. Pengelolaan Dana Desa di Desa Gondang sendiri sudah mengacu pada Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 dimana mencakup dana untuk kegiatan priroritas di masa pandemi COVID- 19, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan perubahan anggaran Desa Gondang yang disajikan dalam Gambar 2. Gambar 2. Perubahan Rencana Anggaran Pendapatan Pengelolaan keuangan di Desa Gondang juga sudah bersifat transparan, ini dibuktikan dengan pemasangan APBDes di beberapa titik tempat di desa. APBDes Desa Gondang secara teknis dikelola oleh Kepala Desa, Sekertaris Desa, Bendahara Desa, dan Pelaksana Keuangan Desa (PTPKD) lainnya sebagai penanggungjawab APBDes Gondang. a. Perencanaan Tahap perencanaan di Desa Gondang meliputi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang disusun secara berjangka dan ditetapkan dengan peraturan desa. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dengan jangka waktu 6 tahun melalui Musyawarah Desa (MusDes). ## Gambar 3. Pelaksanaan Musyawarah Desa untuk Perencanaan Kegiatan Musdes merupakan forum musyawarah yang membahas usulan dari masing-masing perwakilan Rt. Usulan-usulan yang diterima akan dilaksanakan untuk pembangunan desa yang pedomannya didasarkan pada prinsip pembangunan partisipasi masyarakat desa, dan transparansi pemerintah kepada masyarakat. Musdes diselenggarakan guna membahas serta menyepakati Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) dalam jangka pendek berdasarkan RPJMDes dengan diwakili Kader maupun perwakilan dari masing-masing Rt. Jika dari hasil musyawarah terdapat suatu kegiatan yang mulanya tidak tercantum dalam RPJMDes akan disepakati dalam RKPDes apabila sifatnya darurat. Dalam keadaan darurat pada masa pandemi saat ini, Desa Gondang menetapkan Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) yang mana sifatnya mendadak sehingga perlu dibentuk PAK. Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) biasanya diadakan 1 kali selama masa anggaran, namun untuk keadaan darurat Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) di perbolehkan lebih dari 1 kali. Setelah PAK dilakukan, Desa Gondang membuat daftar kegiatan prioritas yang akan dilakukan sesuai dengan Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 tentang kegiatan prioritas paska pandemi COVID-19. Gambar 4. Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) Kegiatan Prioritas BLT DD b. Pelaksanaan Proses pelaksanaan APBDes merupakan rangkaian kegiatan untuk melaksanakan APBDes satu tahun anggaran. Desa Gondang melaksanakan kegiatan prioritas dengan mengacu pada Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) yang dibuat. Kegiatan yang dilaksanakan nantinya bersifat prioritas untuk mengurangi dampak sosial ekonomi paska pandemi COVID-19. ## Gambar 5. Pelaksanaan Kegiatan c. Pertanggungjawaban Bendahara wajib melaporkan penggunaan dana anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) kepada kepala desa dengan membuat SPJ atau LPJ. Tanggungjawab tersebut harus dibuat secara rinci dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mekanisme pelaporan Desa Gondang sudah menggunakan aplikasi Siskeudes, apabila data telah diisi dan dikirimkan ke Dinas Pemberdayaan Desa maka data tersebut sudah tidak dapat diubah kembali. Data yang di imput dalam Siskeudes meliputi perencanaan RKPDes, SKTKP, SKKPMD, SPJ, dan lain-lain. Selain itu, Desa Gondang juga akan menyampaikan laporan pertanggungjawaban APBDes kepada Dinas Pemberdayaan Masyarakat, dan Kejaksaan. . ## Gambar 6. Laporan Pertanggungjawaban Kegiatan Prioritas Padat Karya Tunai (PKT) ## 4.2 Implementasi Permendesa PDDT Nomor 6 Tahun 2020 Peraturan Permendesa PDTT Nomor 6 Tahun 2020 merupakan perubahan dari Permendesa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 yang mana Permendes PDTT Nomor 6 Tahun 2020 membahas tentang penggunaan dana prioritas untuk penanggulangan COVID-19. Desa Gondang telah menetapkan Kegiatan Prioritas berupa bantuan yang mampu mengurangi dampak sosial ekonomi selama masa pandemic COVID-19. Kegiatan Prioritas tersebut dilaksanakan dengan mentapkan Perubahan Anggaran Kegiatan (PAK) untuk keadaan mendesak karena COVID-19 terjadi di pertengahan tahun, maka PAK ke 2 dilaksanakan. Perubahan Anggaran Kegiatan sebenarnya hanya bisa dilaksanakan 1 kali dalam 1 tahun masa anggaran, namun jika keadaan mendesak PAK ke 2 dapat diadakan. PAK ini diadakan untuk kegiatan prioritas berupa Bantuan Langsung Tunai atau BLT (BLT DD). Selain BLT DD, Desa Gondang juga menetapkan Padat Karya Tunai sebagai Kegiatan Prioritas untuk menunjang pembangunan desa tetap berjalan dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dilaksanakan dengan cara memperkerjakan warga dan memberikan upah yang pada akhirnya menunjang ekonomi warga. Dana yang digunakan untuk kegiatan prioritas merupakan Dana Desa murni yang diambil untuk keperluan mendesak yaitu untuk pelaksanaan kegiatan BLT DD dan Padat Karya Tunai. Selain melalui Dana Desa, Desa Gondang juga menyerap dana mulai dari 65%- 80% per kegiatan, bahkan ada penyerapan dana sebesar 100% yang memang ditujukan untuk Kegiatan Prioritas tersebut. Sebelum pelaksanaan Kegiatan Prioritas, Desa terlebih dahulu melakasanakan perencanaan dengan cara musdes (Musyawarah Desa) yang nantinya akan disetujui oleh masing-masing perwakilan RT. Setelah disepakati, Kepala Desa menetapkan penanggungjawab/pelaksana kegiatan dengan menerbitkan Surat Kerja (SK) sebagai bukti bahwa perintah tersebut bersifat resmi. Penerbitan SK juga digunakan untuk pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan. Ketika kegiatan tersebut telah terlaksana, desa melakukan tahap pertanggungjawaban dengan membuat SPJ atau LPJ.. ## . ## Gambar 7. SK Pelaksanaan Program Prioritas Desa Gondang juga mengadakan bantuan sosial berupa pemberian rumah layak huni atau RTLH dan Bantuan Bunda Kasih, untuk lansia yang terlantar. Lansia terlantar adalah lansia yang tidak memiliki keluarga, sanak saudara, ataupun anak. Kedua program tersebut diadakan untuk menunjang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Mekanisme permberian bantuan sosial ini dengan melalui survey dan rekomendasi dari masing-masing RT. Dari hasil rekomendasi dan survey nantinya akan ditetapkan penerima bantuan yang memang layak untuk diberikan bantuan. Penyaluran bantuan program Bunda Kasih dilakukan dengan menetapkan orang / warung / toko / penanggungjawab untuk memberi bantuan kepada lansia yang dipilih. Bantuan tersebut dapat berupa makanan siap saji, sembako, maupun uang tunai, sehingga bantuan tersebut tidak secara langsung tersalurkan kepada penerima bantuan. ## 5. SIMPULAN Desa Gondang telah menunaikan amanat Permendes PDTT Nomor 6 Tahun 2020 yang diterbitkan sebagai penyesuaian Permendesa PDTT Nomor 11 Tahun 2019 tentang prioritas penggunaan dana desa di tahun 2020. Pihak Desa dengan sigap menyesuaikan alokasi anggaran sesuai dengan perubahan regulasi yang berlaku. Adapun program prioritas yang dipilih adalah BLT DD, Program Pembangunan Padat Karya, dan RTLH. Hasil pemilihan program tersebut dirasa efektif untuk mengurangi dampak ekonomi yang dialami masyarakat paska pandemi COVID 19. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan deskripsi dalam penggunaan Dana Desa dalam perspektif PDTT Nomor 6 Tahun 2020 yang dapat diaplikasikan pada daerah lainnya di Indonesia. Namun demikian, untuk penelitian selanjutnya di masa yang akan datang diharapkan lebih mengulas regulasi secara detail sehingga dapat memberikan perspektif yang lebih luas sebagai dasar pengambilan kebijakan pengelolaan dana desa yang efektif dan efisien serta tepat sasaran. ## REFERENSI Anwar, & Syamsu, N. (2021). Kausalitas Terwujudnya Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. JIMEA : Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi Dan Akuntansi), 5(3), 1535– 1544. https://doi.org/http://dx.doi.org/10 .33087/wjh.v5i2.742 Arumdani, N., Rahmania, S. N., Nafi’ah, Z., & Tukiman. (2021). Efektivitas Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLTDD) Di Desa Mojoruntut Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, 2(5), 874– 885. https://doi.org/https://doi.org/10.3 6418/jist.v2i5.143 Hamidah, L., & Panjaitan, R. P. (2021). Penggunaan Dana Desa Di Desa Tasik Juang Kabupaten Indragiri Hulu. Jurnal EKOBIS: Ekonomi, Bisnis & Manajemen, 11(2), 314–329. https://doi.org/https://doi.org/10.3 7932/j.e.v11i2.385 Indraswari, N. E., & Rahayu, Y. (2021). Pengaruh Kompetensi Pemerintah Desa, Partisipasi Masyarakat dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 10(6), 1–15. http://jurnalmahasiswa.stiesia.ac.id/ index.php/jira/article/view/3866 Lili, M. A. (2019). Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Ekonomi Masyarakat di Desa Magmagan Karya Kecamatan Lumar. Jurnal Ekonomi Daerah (JEDA), 7(1), 1–19. https://jurnal.untan.ac.id/index.php /JEDA2/article/view/28748/7567657 8566 Mamuaya, J. V., Sabijono, H., & Gamaliel, H. (2017). Analisis Pengelolaan Keuangan Desa Berdasarkan Permendagri No. 113 Tahun 2014 (Studi Kasus di Desa Adow Kecamatan Pinolosian Tengah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan). Jurnal EMBA: Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 5(2), 1020–1030. Masni. (2019). Analisis Pengelolaan Dana Desa pada Desa Dulangeya Kecamatan Botumoito Kabupaten Boalemo. Journal of Technopreneurship on Economics and Business Review, 1(1), 14–23. https://doi.org/https://doi.org/10.3 7195/jtebr.v1i1.16 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113, 1 (2014). Muslih, M., & Yanti, H. (2021). Pendataan dan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Penanggulangan Covid 19 oleh Pemerintah Desa Di Kecamatan Depati VII Kabupaten Kerinci. Wajah Hukum, 5(2), 611–620. https://doi.org/10.33087/wjh.v5i2.74 2 Oktara, L. P. (2019). Buku Pintar Bijak Mengelola Dana Desa (M. K. Wardaya (ed.); 1st ed.). Literasi Desa Mandiri. https://opac.perpusnas.go.id/Detail Opac.aspx?id=1240372 Orangbio, V. V., Tinangon, J., & Gerungai, N. (2017). Analisis Perencanaan dan Pertanggungjawaban APBDes Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Dalam Upaya Meningkatkan Pembangunan Desa. Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi, 12(2), 53–60. https://doi.org/10.32400/gc.12.2.173 89.2017 Ramadhan, W., & Arza, F. I. (2021). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Aparatur Desa dalam Implementasi Pengelolaan Keuangan Dana Desa pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Eksplorasi Akuntansi (JEA), 3(3), 672– 686. https://doi.org/https://doi.org/10.2 4036/jea.v3i3.409 Sasuwuk, C. H., Lengkong, F. D., & Palar, N. A. (2021). Implementasi Kebijakan Penyaluran Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-DD) Pada Masa pandemi Covid-19 di Desa Sea Kabupaten Minahasa. Jurnal Administrasi Publik, 7(108), 78–89. https://ejournal.unsrat.ac.id/index.p hp/JAP/article/view/35089 Sofitriana, I., Hartati, E. R., Amalia, N. R., Mustofa, M. T. L., & Anwar, S. (2020). Analisis Pengelolaan Dana Desa Dalam Perspektif Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Di Desa Polobogo , Getasan Kabupaten Semarang. Intelektiva : Jurnal Ekonomi, Sosial & Humaniora, 01(08), 28–36. Valentina, T. R., Putera, R. E., & Safitri, C. (2020). Analisis Pemanfaatan Dana Desa Pada Masa Pandemi Covid-19 Di Nagari Talang Anau Kabupaten Lima Puluh Kota. Prosiding Simposium Nasional Multidisiplin, 2, 124–132. https://doi.org/https://doi.org/10.3 5814/capacitarea.v1i01.1629 Walukow, M. I., Kalangi, L., & Pinatik, S. (2017). Analisis Perencanaan Pengelolaan Keuangan Desa Sesuai Dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 Di Desa Kauneran I Kecamatan Sonder Kabupaten Minahasa. Going Concern : Jurnal Riset Akuntansi, 12(2), 266–275. https://doi.org/10.32400/gc.12.2.176 16.2017 Zainal, N. H., Elvira, F., & Jafar, R. (2021). Studi Pemberdayaan Masyarakat pada Program Dana Desa di Desa Pa’batangang, Kec. Mappakasunggu, Kab. Takalar. Jurnal Analisis Kebijakan Dan Pelayanan Publik (JAKPP), 7(1), 30–50. https://journal.unhas.ac.id/index.ph p/jakpp/article/view/11688 Zulkifli, Z., Sandrayati, S., & Ariani, N. (2021). Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Sistem Pengendalian Internal Dan Komitmen Organisasi Terhadap Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa Di Kecamatan Muara Enim Kabupaten Muara Enim. JEMBATAN (Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis, Auditing, Dan Akuntansi), 6(1), 26–38. https://doi.org/10.54077/jembatan.v 6i1.55
2b64ce48-6ebe-4eb0-adff-aa45b8ea4d1b
https://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/gemakes/article/download/1528/464
eISSN : 2798-4826 DOI: 10.36082/gemakes.v4i1.1528 Open Access: https://ejournal.poltekkesjakarta1.ac.id/index.php/gemakes ## PEMBERDAYAAN KADER POSBINDU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DI DESA CIAMIS KABUPATEN LAMPUNG UTARA Heni Apriyani 1  , Ihsan Taufiq 2 , Sono 3 , Deni Metri 4 , Hasti Primadilla 5 , Haris Kadarusman 6 , Amrul Hasan 7 , Agus Sutopo 8 ## Corresponding author: [email protected] 1 Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia 2 Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia 3 Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia 4 Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia 5 Jurusan Keperawatan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia 6 Jurusan Sanitasi Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia 7 Jurusan Sanitasi Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia 8 Jurusan Sanitasi Lingkungan, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang, Indonesia Genesis Naskah: 31-01-2024, Revised: 19-02-2024, Accepted: 21-02-2024, Available Online: 27-02-2024 ## Abstrak Penyakit Tidak Menular menjadi masalah kesehatan yang berpengaruh tidak saja pada aspek pembiayaan kesehatan, namun juga mengganggu produktivitas. Prevalensi penyakit Hipertensi dan Diabetes Mellitus terus meningkat di dunia, termasuk di Indonesia. Desa Ciamis, terletak di kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara, merupakan salah satu desa di wilayah kerja Negara Ratu. Berdasarkan profil Puskesmas Negara Ratu tahun 2019 prevalensi penyakit tidak menular masuk ke dalam 10 macam penyakit tertinggi, dimana Hypertensi menempati urutan 5 sedangkan Diabetes Mellitus pada urutan ke 10. Peran aktif Kader Posbindu menjadi sangat penting dalam pengendalian Hipertensi dan DM. Tujuan kegiatan adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan Kader Posbindu dalam pengendalian Hipertensi dan DM. Metode pelaksanaan melalui Pelatihan Kader Posbindu di Desa Ciamis, Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Tengah. Hasil dan Simpulan menunjukkan bahwa 100% Kader Posbindu memiliki Pengetahuan yang Baik tentang Hipertensi dan DM, dan memiliki ketrampilan untuk mengukur Indeks Massa Tubuh, Mengukur Tekanan Darah dan Mengukur Kadar Gula Darah secara sederhana. Kata Kunci : Pemberdayaan kader, pencegahan penyakit tidak menular ## EMPOWERMENT OF POSBINDU CADRES IN THE PREVENTION OF NON- COMMUNICABLE DISEASES IN DESA CIAMIS KABUPATEN LAMPUNG UTARA ## Abstract Non-Communicable Diseases are a health problem that not only affects aspects of health financing, but also disrupts productivity. The prevalence of hypertension and diabetes mellitus continues to increase in the world, including in Indonesia. Desa Ciamis, located in Kecamatan Sungkai Utara , Kabupaten Lampung Utara, is one of the villages in the Negara Ratu working area. Based on the profile of Puskesmass Negara Ratu in 2019, the prevalence of non-communicable diseases is in the 10 highest types of disease, where hypertension is in 5th place while Diabetes Mellitus is in 10th place. The active role of Posbindu cadres is very important in controlling hypertension and DM. The aim of the activity is to increase the knowledge and skills of Posbindu cadres in controlling hypertension and DM. The implementation method is through Posbindu Cadre Training in Desa Ciamis, Kecamatan Sungkai Utara, Kabupaten Lampung Utara. Results and Conclusions show that 100% of Posbindu Cadres have Good Knowledge about Hypertension and DM, and. have the skills to measure Body Mass Index, Measure Blood Pressure and Measure Blood Sugar Levels simply. Keywords: Empowerment cadre, non-communicable diseases ## GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Volume 4, Nomor 1 Tahun 2024, pp. 137-142 ## Pendahuluan Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2022 melaporkan bahwa 74% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena penyakit tidak menular (WHO, 2022). Data di Indonesia menunjukkan bahwa Penyakit Tiidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama pada tahun 2016, sebanyak 73%. Kematian karena penyakit kardiovaskuler 35%, kanker 12%, penyakit paru kronis 6%, dan Diabetes Mmellitus 6 % (Arifin et al., 2022). Angka kejadian PTM sejak tahun 2010 mulai meningkat di Indonesia . Tingginya angka PTM di Indonesia menjadi tantangan kesehatan yang penting, karena berdampak terhadap produktivitas dan pembiayaan kesehatan. Pola makan, pola asuh, pola gerak dan pola makan seperti tinggi kalori, rendah serat, tinggi garam, tinggi gula dan tinggi lemak diikuti gaya hidup sedentary lifestyle , memilih makanan junk food /siap saji, ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik, stress dan kurangnya istirahat memicu timbulnya penyakit Hipertensi, Diabetes Melitus, Obesitas, Kanker, Jantung, dan Hiperkolesterol di kalangan Masyarak at Indonesia (Kemenkes, 2022). Desa Ciamis terletak di Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara, dan termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Negara Ratu. Data register Puskesmas menunjukkan bahwa angka kejadian Hipertensi dan Diabetes Mellitus cukup tinggi. Sebagian besar penduduk desa Ciamis bekerja sebagai petani, pekebun dan peternak. Berdasarkan wawancara dengan aparat desa, partisipasi masyarakat cukup baik, termasuk kunjungan lansia ke Posbindu yang selalu ramai. Hal ini menunjukkan bahwa desa Ciamis memiliki potensi untuk mengembangkan desa, termasuk mengembangkan perilaku kesehatan. Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya deteksi dini, pemantauan dan pengendalian faktor risiko PTM yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik serta mandiri dan berkesinambungan (Griana et al., 2021). Terdapat 10 (sepuluh) orang perempuan kader Posbindu di desa Ciamis. Kader Posbindu merupakan relawan yang memiliki kemampuan lebih dibandingkan masyarakat yang lain, sehingga dapat memberi pengaruh ke masyarakat lainnya. Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader posbindu dalam melakukan deteksi dini penyakit tidak menular, khususnya Hipertensi dan Diabetes Mellitus. ## Metode Pelaksanaan Perencanaan kegiatan dimulai setelah diadakan pertemuan dengan kepala desa, bidan desa dan aparat desa. Pada saat penjajakan, disepakati bahwa kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan bersamaan kegiatan Posbindu di desa Ciamis. Kegiatan dilaksanakan sebanyak 3 (tiga) kali berupa ceramah, diskusi dan demonstrasi. Kegiatan dilaksanakan di Balai Desa Ciamis. Melalui komunikasi dengan kepala desa dan bidan desa, tim pengabdi melakukan koordinasi terkait persiapan tempat dan undangan untuk para kader Posbindu. Kegiatan pertama pada hari Kamis (14 September 2023), dari Pukul 09.00 s.d 12.00 WIB. Pada pertemuan pertama ini, dilakukan sosialisasi tim Pengabmas yang dihadiri oleh Kepala Puskesmas, Koordinator Posbindu Puskesmas, Bidan Desa dan Aparat Desa. Tim Pengabdi memberikan bantuan Posbindu Kit yang diterima oleh Bidan Desa. Selanjutnya dilakukan pre tes pengetahuan tentang penyakit tidak menular, khususnya Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Anggota tim pengabdi, Heni Apriyani, membagikan soal kepada kader. Pada kesempatan tersebut peningkatan pengetahuan dilakukan melalui Kegiatan Pelatihan Kader Posbindu Desa Ciamis. Kegiatan berupa ceramah dan diskusi, berisi materi tentang Petunjuk Teknis Posbindu, Perawatan Hipertensi dan Diabetes Melitus. Petunjuk teknis Posbindu disampaikan oleh Haris Kadarusman, Perawatan Hipertensi oleh Ihsan Taufiq, dan materi Diabetes Mellitus oleh Deni Metri. Gambar 1. Tim Pengabdi sedang memberikan materi tentang Perawatan Hipertensi dan ## Diabetes Mellitus Kegiatan ini diselingi dengan diskusi membahas permasalahan yang dirasakan para kader saat melakukan Posbindu. Jumlah kader yang hadir sebanyak 10 (sepuluh) orang perempuan warga desa Ciamis. Gambar 2. Tim Pengabdi melakukan pelatihan cara mengukur lingkar perut Kegiatan kedua, dilaksanakan pada Rabu, 20 September 2023, berupa demonstrasi cara mengukur tinggi badan, berat badan, lingkar perut, menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT), cara mengukur tekanan darah menggunakan Tensimeter digital dan pengukuran kadar gula darah secara sederhana menggunakan Glukotest. Tim pengabdi yang melatih adalah Hasti Primadilla, Agus Sutopo, Sono dan Amrul Hasan melakukan demonstrasi penggunaan alat, dilanjutkan dengan redemonstrasi oleh para kader. Redemonstrasi dilakukan oleh para kader terhadap sesama kader dan terhadap perangkat desa yang hadir. ## Gambar 3. Pengabdi mendampingi saat Kader Posbindu melakukan pemeriksaan Saat kegiatan ketiga pada Selasa, 10 Oktober 2023, pengabdi mendampingi para kader Posbindu melakukan deteksi dini Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Tim pengabdi melakukan pendampingan saat kader melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar perut, mengukur tekanan darah dan gula darah sewaktu. Semua kader diberi kesempatan bergiliran melakukan pengukuran. Selanjutnya dilakukan post tes terhadap kader, tentang penyakit tidak menular. ## Gambar 4. Kader Posbindu melakukan pemeriksaan kadar GDS menggunakan ## Glukotest ## Hasil dan Pembahasan Kegiatan pelatihan kader diikuti oleh 10 orang perempuan kader Posbindu. Salah satu kegiatan pelatihan kader adalah Pre tes dan Post tes tentang perawatan Hipertensi dan Diabetes Mellitus. Soal yang diujikan sebanyak 12 soal pilihan ganda, dengan hasil sebagai berikut : Gambar 5. Hasil Pre Tes dan Post Tes Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa pengetahuan kader posbindu di Desa Ciamis, mengalami peningkatan saat post tes. Skor Pre Tes adalah 78, sedangkan Skor Post Tes adalah 90. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan kader posbindu di Desa Ciamis. Menurut Mustika Sari & Ardianto (2021), pengetahuan yang baik tentang penyakit tidak menular dapat menurunkan risiko penyakit tidak menular. Para kader Posbindu dapat menjadi agent perubahan bagi masyarakat sekitarnya. Kader Posbindu adalah tenaga masyarakat yang telah dilatih, dan dibentuk dalam suatu forum komunikasi alih tehnologi dan pelayanan bimbingan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini (Sengkey et al., 2017). Bahkan, tidak hanya memiliki pengetahuan tentang PTM, hendaknya kader Posbindu juga menerapkan gaya hidup sehat sebagai perilaku sehari-hari. Kegiatan peningkatan ketrampilan kader Posbindu adalah redemontrasi cara pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), pengukuran lingkar perut, pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan gula darah, dengan hasil berikut : Tabel 1. Kemampuan Kader Posbindu Melakukan Deteksi Dini PTM pada Lansia No Kekampuan Kader yang Diamati Jumlah (%) 1 Mengukur Tekanan Darah 100 % 2 Menghitung IMT 100 % 3 Mengukur Lingkar Perut 100% 4 Mengukur GDS 100 % Penyakit tidak menular (PTM) adalah penyakit atau kondisi medis yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya. Mayoritas PTM terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah. Berdasarkan data WHO, PTM merupakan penyebab dari 68% kematian di dunia 70 80 90 100 Pre Tes Pos Tes Peningkatan Pengetahuan Kader Skor pada tahun 2012. PTM merupakan tantangan dalam dunia kesehatan, dan diperkirakan akan terus meningkat angka kejadiannya (Cahya Adhania et al., 2018). Secara global penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab kematian nomor satu . Hipertensi dan Diabetes Mellitus dapat dicegah melalui Deteksi dini PTM dan menjadi hal penting yang harus disosialisasikan kepada masyarakat. Melalui deteksi dini, komplikasi penyakit dapat dicegah. Sehingga upaya preventif dan promotif adalah hal penting dalam pengendalian PTM. Deteksi dini dapat dilakukan melalui pengukuran indeks massa tubuh (IMT), pengendalian lingkar perut, tekanan darah, dan gula darah sewaktu (GDS). Indeks massa tubuh (IMT) merupakan rasio dari BB (kg) dengan TB (m2) (Eir et al., 2000). Peningkatan IMT atau tingginya angka IMT berkorelasi dengan kejadian Penyakit jantung Koroner. Berat badan dalam kategori normal maupun berat badan yang bertambah setelah usia 18 tahun berisiko meningkatkan PJK pada wanita (Tuminah, 2000) . Lingkar perut Lingkar adalah pengukuran yang dilakukan di sekitar perut setinggi pusar. Pakar kesehatan biasanya menggunakan pengukuran perut untuk mengetahui apakah seseorang memiliki masalah kesehatan terkait berat badan. Ukuran normal lingkar perut pada laki-laki adalah 90 cm dan 80 cm pada perempuan. Septyaningrum & Martini (2014) menyebutkan bahwa ukuran lingkar perut berhubungan dengan kadar gula darah seseorang. Begitu pula penelitan yang dilakukan oleh (Hita et al., 2022), bahwa status gizi dan lingkar perut memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap tekanan darah dengan pengaruh sebesar 67%. Tekanan darah yang tinggi disebut juga dengan istilah hipertensi. Tekanan darah pada orang yang mengalami tekanan darah tinggi atau lebih banyak dikenal hipertensi ialah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥ 90 mmHg. Pengukuran tekanan darah dilakukan untuk menjadi penentu apakah seseorang memiliki risiko Hipertensi. Tekanan darah merupakan faktor penting dalam menunjang tingkat kesehatan setiap individu. Individu yang memiliki status gizi yang buruk dan tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan terjadinya resiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, gangguan ginjal, hingga disfungsi seksual (Hita et al., 2022). Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) dan tekanan darah adalah salah satu upaya untuk melakukan deteksi dini sehingga masyarakat dapat melakukan pencegahan (Selano et al., 2020). Kader yang mampu melakukan deteksi PTM akan menurunkan risiko komplikasi. Pendapat ini sesuai dengan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Lestari, dkk pada tahun 2000, bahwa penyelenggaraan Posbindu PTM terbukti meningatkan pengetahuan dan ketrampilan kader, dan terdapat pengaruh peningkatan kemampuan kader dalam mengelola Posbindu (Lestari et al., 2020). ## Kesimpulan dan Saran Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat melalui skema PPDM di Desa Ciamis kecamatan Sungkai Utara, khususnya wilayah kerja Puskesmas Negara Ratu, Kabupaten Lampung Utara telah meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan kader posbindu dalam melakukan penngendalian Penyakit Tidak Menular, khususnya Hipertensi dan DM. Kader mampu melakukan tindakan deteksi dini PTM, yaitu mengukur IMT, mengukur tekanan darah,mengukur lingkar perut dan mengukur gula darah dengan alat Glukotest. Puskesmas Negara Ratu dan pemerintah desa Ciamis hendaknya terus membina kader Posbindu, khususnya dalam pengendalian dan pencegahan PTM : Hipertensi dan Diabetes Mellitus. ## Daftar Pustaka Arifin, H., et.al. (2022). Analysis of Modifiable, Non- Modifiable, and Physiological Risk Factors of Non-Communicable Diseases in Indonesia: Evidence from the 2018 Indonesian Basic Health Research. Journal of Multidisciplinary Healthcare , 15 (September), 2203–2221. https://doi.org/10.2147/JMDH.S382191 Cahya Adhania, C., Wiwaha, G., & Fianza, P. I. (2018). Prevalensi Penyakit Tidak Menular pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di Kota Bandung Tahun 2013-2015. In 204 JSK (Vol. 3). Eir, M., Tampfer, J. S., Nn, J. O. A., Anson, E. M., Imm, R. B. R., Alter, W., & Illett, C. W. (2000). Primary Prevention of Coronary Heart Disease in Women Through Diet and Lifestyle Background Many lifestyle-related risk factors for. Griana, T. P., Rachma, L. N., & Gaffar, H. D. (2021). Pembentukan dan Pelatihan Kader Posbindu PTM Berbasis Masjid di Kecamatan Turen Kabupaten Malang. JPPM (Jurnal Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat) , 5 (2), 211. https://doi.org/10.30595/jppm.v5i2.7473 Hita, et. al (2022). Status Gizi dan Lingkar Perut: Apakah Memiliki Pengaruh Terhadap Tekanan Darah? Jurnal Marathon , 1 (1), 15. https://doi.org/10.26418/jmrthn.v1i1.59024 Kemenkes. (2022, July 31). Penyakit Tidak Menular . Kementerian Kesehatan RI. Lestari, et. Al. (2020). Pemberdayaan kader Kesehatan dalam Mencegah Penyakit Tidak Menular Melalui Posbindu PTM. Jurnal Adimas (4) 1. Selano, M. K., Marwaningsih, V. R., & Setyaningrum, N. (2020). Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (GDS) dan Tekanan Darah kepada Masyarakat. Indonesian Journal of Community Services , 2 (1), 38. https://doi.org/10.30659/ijocs.2.1.38-45 Sengkey, Y., Palandeng, H. M. F., & Monintja, T. C. N. (2017). Pengetahuan Kader Posbindu terhadap Penyakit Diabetes Melitus. E-CliniC , 5 (1). https://doi.org/10.35790/ecl.5.1.2017.15904 Septyaningrum, N., & Martini, S. (2014). Lingkar perut mempunyai hubungan paling kuat dengan kadar gula darah. Jurnal Berkala Epidemiologi , 2 (1), 48–58. Tuminah (2000). The Relationship of The Body Mass Index, Waist Circumference, Blood Pressure and Lipid Profile with A Coronary Heart Disease : data Analysis Study of Risk factors for Communicable Disease in Bogor City. Penelitian Gizi Makanan, 2020 (1). WHO. (2022, September 16). Non Communicable Disease . WHO.
8e27c2ae-1f9b-440e-9561-6a595fada0d0
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIBK/article/download/3752/3007
## PENERAPAN KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK ASERTIF UNTUK MENINGKATKAN KESANTUNAN BERBICARA SISWA KELAS VIII B6 SMP NEGERI 4 SINGARAJA Ni Kadek Mawar Mianingsih 1 , Ketut Dharsana 2 , Kadek Suranata 3 123 Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektikan penerapan konseling behavioral dengan teknik asertif untuk meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa kelas VIII B6 di SMP Negeri 4 Singaraja. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII B6 yang berjumlah 28 orang. Penelitian dengan hipotesis jika konseling behavioral dengan teknik asertif diterapkan dengan baik, maka kesantunan berbicara dapat ditingkatkan melalui metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dan observasi. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari identifikasi, diagnosa, prognosa, konseling, evaluasi dan tahap refleksi. Treatment diberikan sebanyak 4 kali pada siklus I dan siklus II. Target keberhasilan tindakan pada penelitian ini adalah dengan kategori tinggi, yaitu 80% ke atas. Pencapaian hasil penelitian peningkatan kesantunan berbicara pada siswa kelas VIII B6 SMP Negeri 4 Singaraja pada siklus I, yaitu dengan hasil : 14,29% kategori sangat tinggi, 75% kategori tinggi, 10,71% kategori sedang, 0% kategori rendah dan 0% kategori sangat rendah. Pencapaian hasil penelitian peningkatan keantunan berbicara pada siklus II, yaitu dengan hasil : 60,71% kategori sangat tinggi, 39,29% kategori tinggi, 0% kategori sedang, 0% kategori rendah dan 0% kategori sangat rendah. Kata-kata kunci: konseling behavioral, asertif, kesantunan berbicara ## ABSTRACT This study aims to the determine the effectiveness of their application of counseling behavioral with assertive techniques to politeness speaks to students in the class VIII B6 SMP Negeri 4 Singaraja. This type of research is Research Action In Counseling. The research subject in the class VIII B6 totaling 28 peoples. This study with hypoteshis is : if counseling behavioral with assertive techniques applied properly the decency to politeness speaks to students can be improved through the data collection methods used in study is questionnaire and observation. This study carried out in two cycles, and each cycles consisted ofidentification, diagnosis, prognosis, counseling and reflection phase. Treatment is given 4 time the sycles I and sycles II. Target success measures in this study is the high category, is 80% to the top. Increase in politeness research achievement speaks to students in the class VIII B6 SMP Negeri 4 Singaraja in the cycle I, is the results : 14,29% very high category, 75% high category, 10,71% being category, 0% lower category and 0% very low category. Increase in politeness research achievement speaks to students in cycles II, is the results : 60,71% very high category, 39,29% high category, 0% being category, 0% lower category and 0% very low category. Key words : behavioral counseling, assertive, politeness speak Pendahuluan Pendidikan di sekolah merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Berbagai usaha pun dilakukan demi meningkatkan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas yang diharapkan akan mampu mengikuti berbagai kemajuan dibidang ilmu dan teknologi. Usaha yang dilakukan yaitu salah satunya membina dan memupuk kepribadian yang perlu ditingkatkan dari siswa-siswi di sekolah baik berupa jasmani maupun rohani, yaitu dengan membuat sebuah peraturan sekolah. Dalam sebuah peraturan terkandung nilai-nilai pendidikan dan moral yang tidak hanya memperkenalkan perilaku apa saja yang boleh dilakukan siswa, tetapi juga berfungsi untuk membatasi perilaku siswa agar tidak melanggar dan menyimpang. Dari hasil pengamatan peneliti di kelas, gejala-gejala yang ditunjukkan oleh siswa kelas VIII B6 di SMP Negeri 4 Singaraja adalah sebagai berikut ; ada beberapa siswa mempunyai tata karma dalam berbicara, mempunyai rasa hormat dan saling menghargai orang lain. Namun disisi lain, ada beberapa siswa yang sering berbicara maupun berperilaku tanpa memperhatikan kesopanan tutur kata dan berbicara kasar, tidak mempunyai rasa hormat maupun menghargai yang sedang dibicarakan oleh orang lain. Berdasarkan gejala-gejala di atas yang ditunjukkan oleh beberapa siswa, gejala tersebut disebut dengan kesantunan berbicara. Kesatunan berasal dari kata santun, yang dalam KBBI edisi kedua disebutkan santun adalah halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Dan berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa. Dari definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, kesantunan berbicara adalah halus budi dalam berbahasa dan baik tingkah lakunya dalam berkata dan bercakap. Dari definisi kesantunan berbicara di atas mengandung beberapa indikator, yaitu 1) halus budi dalam berbahasa, 2) baik dalam bertingkah laku. Menurut Zamzani, dkk. (2010 : 2) diuraikan dalam (media sosial internet) kesantunan adalah perilaku yang diekspresikan dengan cara yang baik atau beretika. Dari pendapat tersebut, maka kesantunan berbicara memiliki indikator, yaitu 1) perilaku yang beretika dalam berkata. Jadi, dari kedua definisi di atas, maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kesantunan berbicara adalah perilaku yang diekspresikan dengan cara halus budi dalam berbahasa dan baik tingkah lakunya dalam berkata dan bercakap. Berdasarkan kesimpulan dari definisi kesantunan berbicara tersebut mengandung indikator, yaitu 1) halus budi dalam berbahasa, 2) baik dalam bertingkah laku, dan 3) perilaku yang beretika dalam berkata. Untuk meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa, ada beberapa teori-teori konseling yang dapat digunakan, yaitu Teori Konseling Self Adler, Teori Konseling Kelompok Psikodinamika dalam Teori Asumsi Melanie Klein, Teori Konseling Behavioral, Teori Psikoanalisis, Teori Analisis Transaksional, Teori Eksistensial Humanistik, Teori Client Center, Teori Realitas, Teori Rasional Emotif, Teori Gestalt, Teori Kognitif Sosial, Dan Teori Konseling Karir Trait And Factor (Dharsana, 2010). Maka, teori konseling yang dipilih untuk meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa yang menekankan pada perubahan tingkah laku santun dalam penelitian ini adalah teori konseling behavioral. Ada pula kelebihan dari teori behavioral, yaitu sangat tepat untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan. Pada teori konseling behavioral ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa yaitu, teknik desensitisasi sistematik, terapi impolsif dan pembanjiran, latihan asertif, terapi aversi, pengondisian operan, penguatan positif, pembentukan respon, perkuatan intermiten, penghapusan, percontohan dan token economy. Dari berbagai teknik yang ada dalam teori konseling behavioral, teknik yang tepat digunakan untuk meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa, yaitu dengan teknik asertif. Metode Penelitian ini termasuk penelitian tindakan konseling, yaitu suatu bentuk penelitian yang berbentuk reflektif oleh pelaku tindakan yang secara umum tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas pembelajaran baik secara umum di sekolah dan di kelas pada khususnya untuk mencapai peningkatan kesantunan berbicara pada siswa. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menerapkan konseling behavioral dengan teknik asertif. Menurut Sukardi (2003 : 55), subjek yang akan diambil dalam penelitian biasanya disebut dengan populasi. Jika jumlah populasi terlalu besar, maka penelitian dapat mengambil sebagaian dari jumlah total populasi. Sedangkan, untuk jumlah populasi kecil, sebaiknya seluruh populasi digunakan sebagai sumber pengambilan data. Dari pendapat di atas mengenai subjek penelitian, maka subjek penelitian ini diambil dari kelas VIII B6 di SMP Negeri 4 Singaraja. Batasan pertama yang selalu muncul dalam kaitannya dengan metode penelitian adalah tempat penelitian. Tempat penelitian adalah tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung (Sukardi, 2003 : 53). Sesuai dengan pemaparan di atas mengenai tempat penelitian, maka tempat penelitian yang digunakan adalah di SMP Negeri 4 Singaraja. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan bimbingan konseling (PTBK), yaitu penerapan konseling behavioral dengan teknik asertif untuk meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa kelas VIII B6 di SMP Negeri 4 Singaraja Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini terdiri dari empat tahapan kegiatan, yaitu : 1) Perencanaan, yang terdiri dari identifikasi, diagnosis dan prognosis, 2) Tindakan, yaitu termasuk dalam pemberian treatmen, 3) Pengamatan, termasuk dalam follow up , dan 4) Refleksi. Untuk memperoleh data yang akurat dari masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan metode observasi dan kuesioner. a. Metode Observasi Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode dan mengadakan pencatatan secara sistematis tentang hal-hal tertentu yang diamati. Observasi sebagai alat kontrol atau penilaian terhadap kegiatan yang diamati atau dipantau. Dalam penelitian ini, terlebih dahulu dilakukan observasi terhadap siswa-siswa yang memiliki kesantunan berbicara yang rendah. Observasi yang dilakukan, yaitu dengan cara mengamati keseharian siswa di sekolah, baik di dalam maupun di luar kelas. b. Buku Harian Buku harian adalah suatu cara pengumpulan data siswa melalui sebuah form buku harian yang dibagikan pada siswa yang diisi oleh siswa sendiri setiap hari terkait dengan kesantunan berbicara yang dialaminya. c. Metode Kuesioner Kuesioner adalah suatu metode pengumpulan data dengan mengajukan suatu daftar pertanyaan tertulis kepada sejumlah individu, dan individu yang diberikan daftar pertanyaan tersebut diminta untuk memberikan jawaban secara tertulis pula. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner kesantunan berbicara siswa. Sebelum menyusun kisi-kisi, indikator diambil dari definisi para ahli yang diturunkan menjadi RPBK. Kemudian dari RPBK diturunkan sebuah kisi-kisi. Disusunnya kisi-kisi instrument ini bertujuan untuk merumuskan setepat mungkin ruang lingkup dan tekanan instrument dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut menjadi petunjuk yang efektif untuk pembuatan soal. Kisi-kisi ini akan dipakai acuan untuk menyusun beberapa pernyataan/pertanyaan yang disebut dengan kuesioner. Instrument penelitian ini disusun berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut ; instrument kesantunan berbicara sebanyak 30 butir, berdasarkan atas pola dan isi isntrument yang akan digunakan, maka dibuatlah suatu rancangan instrument yang disebut kisi-kisi instrument. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan oleh dua pakar ( judges ) yang bertujuan untuk mencapai validitas isi instrumen sebelum diujikan pada responden. Penelitian ini dilakukan oleh validitas ini ( content validity ) dari kuesioner kesantunan berbicara di kelas yang telah disusun. Validitas isi adalah validitas yang ditentukan oleh derajat representivitas butir- butir tes yang telah disusun mewakili keseluruhan materi yang hendak diukur tersebut. Untuk menentukan koefisien validitas ini, hasil penelitian dari kedua pakar dimasukkan ke dalam tabulasi silang (2x2) yang terdiri dari dua kolom A, B, C dan D. Kolom A adalah sel yang menunjukkan ketidaksetujuan antara kedua penilai. Kolom B dan C adalah sel yang menunjukkan perbedaan seseorang antara penilai pertama dan kedua (penilai pertama setuju, penilai kedua tidak setuju atau sebaliknya). Kolom D adalah sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua penilai ( judges ). Setelah butir soal divalidasi kedua penilai, selanjutnya dianalisis menggunakan perhitungan menurut Gregory sebagai berikut : Tabel 06. Formula Gregory Dari tabel di atas dapat dicari validitas isi (content validity) dengan menggunakan rumus Gregory : VC = Nilai validitas isi yang diperoleh mencerminkan keseluruhan butir tes yang dihasilkan. Untuk mengklasifikasikan di kategori mana koefisien validitas itu berada, maka diketahui berdasarkan kriteria di bawah ini. Koefisien bergerak dari + s/d 1, dengan kriteria : Tabel 07. Koefisien Validitas Koefisien Validitas 0,80 - 1,00 Validitas isi sangat tinggi 0,60 - 0,79 Validitas isi tinggi 0,40 - 0,59 Validitas isi sedang 0,20 - 0,39 Validitas isi rendah 0,00 - 0,19 Validitas isi sangat rendah Dalam penelitian ini nilai validitas suatu data atau butir pertanyaan/pernyataan berdasarkan r Product Moment . Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan skor r table dengan taraf signifikansi 5%. Rumus yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah statistik korelasi Product Moment, Guilford. Adapun rumusnya sebagai berikut: r xy : Hipotesis dalam menguji validitas butir adalah : (a) Ho = skor butir berkorelasi positif dengan skor faktor (b) Hi = skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktor Penilaian Judges Judges I Kurang Relevan Sangat Relevan Judges II Kurang Relevan A (- -) B (+ -) Sangat Relevan C (- +) D (+ +) D (A + B + C + D) N∑XY - (∑X)( ∑Y) √ {N∑X 2 - (∑X) 2 }{N∑Y 2 - (∑Y) 2 } Dasar dalam pengambilan keputusan : (a) Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid. Ho diterima. (b) Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak valid. Ho ditolak. Alat ukur yang dinyatakan valid, belum tentu memiliki syarat keterandalan, demikian sebaliknya alat ukur yang dinyatakan reliabel digunakan rumus alpha-cronbach, dengan bantuan fungsi-fungsi dalam excel. Adapun rumus belum tentu dikatakan valid. Untuk menghitung reliabilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur reliabilitas, yaitu : Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut : Untuk menghitung reliabilitas instrumen digunakan bantuan program excel. Butir kuesioner yang dihitung reliabilitasnya hanya butir-butir yang valid (sasih), sedangkan butir-butir yang drop (gugur) dibuang (tidak disertakan dalam perhitungan untuk mencari reliabilitas). Hipotesis dalam menguji reliabilitas adalah : (a) Ho = skor butir berkorelasi positif dengan skor faktornya (b) Hi = skor butir tidak berkorelasi positif dengan skor faktornya Dasar dalam pengambilan keputusan: (a) Jika r alpha positif, serta r alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut reliabel. Ho diterima. (Jika r alpha > r tabel tapi bertanda negatif, Ho akan tetap ditolak). (b) Jika r alpha tidak positif, dan r alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut tidak reliabel. Ho ditolak. ## Tabel 08. Klasifikasi Reliabilitas Reliabilitas Klasifikasi 0,9 < rh 1 0,7 < rh 0,9 0,4 < rh 0,7 0,2 < rh 0,4 0,0 < rh 0,2 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Hasil perubahan berupa peningkatan kesantunan berbicara dipantau dengan kuesioner kesantunan berbicara, untuk melihat seberapa besar manfaat penerapan konseling behavioral dengan teknik asertif dalam meningkatkan kesantunan berbicara siswa, maka skor hasil penyebaran kuesioner setelah konseling dilaksanakan akan dianalisis secara deskriptif. Untuk menentukan subjek yang akan diteliti diidentifikasi dari hasil penyebaran kuesioner kesantunan berbicara dan dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan rumus sebagai berikut. X N x SMI k SD t ─ ∑ ( SD t 2 ) k – 1 SD i 2 r tt = P = x 100% Untuk dapat menentukan tinggi rendahnya kesantunan berbicara pada siswa digunakan kriteria keberhasilan berdasarkan panduan acuan patokan (PAP) sebagai berikut : 90 % - 100 % = sangat tinggi 80 % - 89 % = tinggi 65 % - 79 % = sedang 55 % - 64 % = rendah 0 % - 54 % = sangat rendah Siswa yang dianggap sudah berhasil dalam meningkatkan kesantunan berbicara mendapat presentase 80 %. Hasil dan Pembahasan Pertemuan siklus I dilaksanakan dengan langkah- langkah dalam melaksanakan tindakan bimbingan konseling dengan tahap : 1) identifikasi, 2) diagnosa, 3) prognosa, 4) konseling/ treatment , 5) evaluasi, 6) refleksi/ follow up . Pada siklus I dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan layanan klasikal pada hari Kamis, 10 April 2014, pertemuan kedua layanan bimbingan kelompok pada hari Senin, 14 April 2014, ketiga layanan konseling kelompok pada hari Sabtu, 19 April 2014 dan pertemuan keempat dengan layanan konseling perorangan pada hari Selasa, 22 April 2014. Tabel 4.15 Rekapitulasi Hasil Pantuan Perubahan pada Siklus I NO NAMA Rekapitulasi Hasil Pantuan Perubahan pada Siklus I Evalua si Siklus I Bimb. Klasik al Bimb . Klp Kon s. Klp Kons . Indivi du 1 AP K 123 125 127 130 131 2 AP 101 104 111 120 121 P 3 AA PW 123 125 125 128 130 4 AG SK 105 108 108 114 115 5 AG SG 124 125 125 127 128 6 AN SG 90 93 93 95 98 7 AG PM 110 112 120 122 124 8 AK 125 128 130 133 135 9 AD P 103 112 121 123 124 10 AV 113 116 122 125 126 11 CD LP 125 127 129 131 132 12 DR MD 122 124 127 129 130 13 DV PD 125 127 129 131 132 14 HG A 124 125 128 130 132 15 JY 127 128 130 132 133 16 KLP 116 118 121 124 125 17 LIP 115 117 120 123 125 18 MY S 123 125 129 131 132 19 MB K 128 131 133 135 136 20 MT Y 126 128 130 132 133 21 NS K 104 107 124 126 127 22 RR O 129 131 135 137 138 23 SC DY 129 131 133 135 136 24 SD TN 126 128 130 131 132 25 SPT R 85 88 92 98 100 26 ST MK 126 128 130 131 132 27 WS K 124 126 128 129 130 28 YFK 122 124 126 128 130 Siklus II dilaksanakan dengan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan bimbingan konseling dengan tahap : 1) identifikasi, 2) diagnosa, 3) prognosa, 4) konseling/tindakan, 5) evaluasi, 6) refleksi/ follow up . Pada siklus II dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan dengan layanan klasikal pada hari Senin, 28 April 2014, pertemuan kedua layanan bimbingan kelompok pada hari Sabtu, 3 Mei 2014, ketiga layanan konseling kelompok pada hari Kamis, 8 Mei 2014 dan pertemuan keempat dengan layanan konseling perorangan pada hari Senin, 12 Mei 2014. ## Tabel 4.30 Rekapitulasi Hasil Pantuan Perubahan pada Siklus II NO NAMA Rekapitulasi Hasil Pantuan Perubahan pada Siklus II Eval uasi Siklu s II Bimb. Klasik al Bimb. Klp Kons. Klp Kons. Individ u 1 AP K 133 135 13 6 137 138 2 AP P 123 124 12 5 126 128 3 AA PW 131 132 13 3 135 136 4 AG SK 116 117 12 0 123 125 5 AG SG 128 129 13 0 132 133 6 AN SG 100 106 11 2 121 123 7 AG PM 125 126 12 8 129 131 8 AK 136 137 13 8 139 140 9 AD P 125 126 12 7 128 130 1 0 AV 127 128 12 9 131 133 1 1 CD LP 133 135 13 6 137 138 1 2 DR MD 131 132 13 5 136 137 1 3 DV PD 133 135 13 5 136 137 1 4 HG A 133 135 13 6 137 138 1 5 JY 135 136 13 7 138 139 1 6 KL P 126 127 12 8 129 130 1 7 LIP 126 127 12 8 130 131 1 8 MY S 133 135 13 6 137 138 1 9 MB K 137 138 13 9 140 141 2 0 MT Y 135 136 13 7 138 139 2 1 NS K 128 129 13 0 131 132 2 2 RR O 139 140 14 1 142 143 2 3 SC DY 137 138 13 9 140 141 2 4 SD TN 133 135 13 6 137 138 2 5 SP TR 102 104 11 3 121 125 2 6 ST MK 133 135 13 6 137 138 2 7 WS K 131 132 13 3 135 136 2 8 YF K 131 132 13 3 135 136 ## Pembahasan Penelitian tindakan ini menggunakan layanan bimbingan klasikal, bimbingan kelompok, konseling kelompok dan konseling individu dengan menerapkan konseling behavioral dengan teknik asertif untuk meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa kelas VIII B6 di SMP Negeri 4 Singaraja. Dari hasil penyebaran kuesioner awal didapatkan subjek penelitian sebanyak 10 orang. Sebagai langkah awal, diberikan informasi klasikal kepada semua siswa. Setelah evaluasi siklus I, didapatkan 10 orang siswa yang masih memiliki kesantunan berbicara kategori sedang ke bawah. Ke-10 orang inilah yang nantinya mendapatkan tindakan dalam pemberian layanan bimbingan kelompok dan konseling kelompok, kemudian frekuensi siswa yang masih teridentifikasi setelah diberikan layanan konseling kelompok menjadi 2 orang. Ke-2 orang siswa ini yang diberikan layanan konseling individu. Pada tahap awal dilakukan observasi guna mengetahui penyebab rendahnya kesantunan berbicara siswa. Berdasarkan pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang memiliki kesantunan berbicara yang rendah. Treatment diberikan sebanyak 4 kali pertemuan pada siklus I dan siklus II. Ketika siswa memenuhi kriteria secara kuantitatif dan kualitatif, maka ia telah tuntas pada siklus I dan tidak perlu mendapatkan treatment di siklus II. Pencapaian peningkatan kesantunan berbicara siswa pada siklus I, yaitu dengan hasil : 14,29% kategori sangat tinggi, 75% kategori tinggi, 10,71% kategori sedang, 0% kategori rendah dan 0 % kategori sangat rendah. Pencapaian peningkatan kesantunan berbicara pada siklus II, yaitu dengan hasil : 60,71% kategori sangat tinggi, 39,29% kategori tinggi, 0% kategori sedang, 0% kategori rendah dan 0% kategori sangat rendah. ## Penutup Berdasarkan penelitian dan pembahasaan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan konseling behavioral dengan teknik asertif dapat meningkatkan kesantunan berbicara pada siswa kelas VIII B6 di SMP Negeri 4 Singaraja. Ini terbukti dari peningkatan hasil penyebaran kuesioner kesantunan berbicara dan buku harian siswa. Pada tahap identifikasi awal, menunjukkan bahwa terdapat 10 orang siswa yang memiliki kesantunan berbicara yang masih rendah. Setelah diberikan treatment /konseling pada siklus I dari 10 orang siswa tersebut sudah mulai menunjukkan peningkatan kesantunan berbicara menjadi 3 orang siswa. Berdasarkan hasil penelitian dari siklus II menunjukkan telah terjadi peningkatan kesantunan berbicara pada siswa hal ini terlihat dari penyebaran tes akhir atau evaluasi yang menunjukkan bahwa semua siswa sudah mampu memperoleh skor dengan kategori tinggi. Dari simpulan di atas dapat disampaikan beberapa saran mengenai konseling behavioral teknik asertif untuk meningkatkan kesantunan berbicara siswa: Kepada siswa, sebaiknya sebagai seorang pelajar lebih meningkatkan kesantunan berbicaranya untuk pencapaian hubungan sosial yang positif baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kepada guru BK, sebaiknya lebih aktif dalam pemberian layanan bimbingan konseling karena dengan demikian dapat membantu siswa yang mengalami masalah maupun yang tidak memiliki masalah sehingga siswa dapat mengembangkan kehidupannya baik sosial maupun akademiknya. Kepada kepala sekolah, sebaiknya mencari guru BK yang ahli dibidangnya sehingga dapat memberikan layanan secara profesional, efektif dan efisien, karena diharapkan guru BK dapat membantu tumbuh kembang anak dalam mengembangkan kehidupan sosialnya, sehingga dapat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Kepada peneliti lain, karena masih merasa jauh dari kesempurnaan maka diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk lebih efektif dalam proses pemberian layanan sehingga hasil yang diperoleh akan lebih maksimal. ## Daftar Rujukan Ambara, Yuni. 2012. Konstribusi Pemahaman Siswa Terhadap Budi Pekerti Dikaitkan dengan Perilaku Disiplin Siswa Kelas XI SMK Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi . Singaraja : Tidak diterbitkan Aristayani, Sabrina. 2011. Studi Analisis tentang Pelaksanaan Administrasi Organisasi Bimbingan Konseling di SMP Negeri 1 Sukasada Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi . Singaraja : Tidak diterbitkan http://eprints.uny.ac.id/9437/3/bab %202-08201241013.pdf http://misscounseling.blogspot.co m/2011/03/tehnik- konseling-asertif- training.html Margono, S. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Nurkancana, dkk. 1990. Evaluasi Hasil Belajar . Surabaya: Usaha Nasional. Pratiwi, Dian. 2013. Penerapan Bimbingan Kelompok dengan Strategi Pengelolaan Diri untuk Meningkatkan Rasa Percaya diri Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 3 Singaraja Tahun Pelajaran 2012/2013. Skripsi. Singaraja : Tidak diterbitkan Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta : PT Bumi Aksara ---------.1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta
fc7299ca-717e-429e-89a9-ceead8e427c1
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/Elkha/article/download/3001/2960
Optimisasi Penggunaan Energi Listrik Pada Unit Pengolahan Air Minum Selat Panjang ## Suparno Department of Electrical Engineering, State Polytechnic of Pontianak e-mail : [email protected] Abstract– Optimization of the annual energy cost of a pumping station at the drinking water company can increase profits and improve the competitiveness of enterprises. This optimization model is a non-linear program which consists of three characteristic equations, namely the piping systems, pump and the annual load . This model can be used to evaluate the performance of a pumping station and choose the most efficient pump specification by setting discharge using a variable speed drive equipment. Implementation of the program on Selat Panjang drinking water processing installations unit with real data that exist in the field indicated that, the performance of the existing system installation is less efficient. Pump replacement with a more suitable specification based on the results of program implementation and installation of variable speed drives with closed-loop control actions can save energy by more than 25% of the previous conditions. Keywords– Energy Saving, Pumps, Efficiency, Variable Speed Drives. ## 1. Pendahuluan Unit instalasi pengolahan air minum (IPA) Selat Panjang merupakan bagian dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak, yang berlokasi di Siantan Hilir, Kec. Pontianak Utara, mulai beroperasi pada tahun 1999, dengan kapasitas terpasang sebesar 300 liter per detik. Produksi rata-rata pada tahun 2011 sebesar 203 liter per detik, hal ini dipengaruhi oleh kualitas air baku dari sungai Landak. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang tersebar di kawasan Pontianak Utara dan Pontianak Timur, IPA Selat Panjang beroperasi selama 24 jam sehari sepanjang tahun. Biaya energi listrik yang semakin mahal sangat berpengaruh terhadap harga pokok produksi pengolahan air minum di PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak. Berdasarkan data hasil audit energi pada bulan Nopember 2011, efisiensi sistem pompa yang terpasang pada PDAM Tirta Khatulistiwa Kota Pontianak rata-rata berkisar antara 45% hingga 50%, padahal mengacu pada technical data book dari pabrikan, efisiensi pompa sentrifugal tipe split casing yang terpasang dapat mencapai diatas 70%. Penurunan efisiensi pompa hingga lebih dari 20%, dari sejumlah pompa terpasang pada unit pengolahan air minum Selat Panjang, merupakan pemborosan yang cukup besar sekaligus peluang konservasi yang cukup berarti untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Permasalahan tersebut telah berlangsung selama bertahun-tahun dan hingga saat ini belum dapat diatasi. Solusi untuk mengatasi pemborosan energi pada stasiun pompa unit instalasi pengolahan air minum Selat Panjang dapat dilakukan dengan: 1. Mengevaluasi unjuk kerja stasiun pompa. Pemborosan energi pada stasiun pompa dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah ketidak sesuaian antara spesifikasi pompa dengan kurva karakteristik beban. Untuk memilih pompa yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan sangat sulit diperoleh, apalagi jika instalasi sistem pemipaan telah mengalami perubahan karakteristik karena pemakaian yang cukup lama. Optimalisasi unjuk kerja pompa dapat dilakukan melalui evaluasi dan kajian spesifikasi pompa terhadap karakteristik sistem pemipaan dan kurva beban tahunan. 2. Memperbaiki sistem operasional stasiun pompa. Operasional stasiun pompa air baku maupun air bersih di IPA Selat Panjang masih dilakukan secara manual, untuk mengatur kebutuhan debit dilakukan dengan mengatur discharge valve atau mengatur operasional pompa secara on – off . Sistem operasional tersebut akan berdampak pada pemborosan energi. Penggabungan aksi kontrol on - off dan pemasangan peralatan variable speed drive (VSD) loop tertutup akan memberikan efisiensi yang lebih baik untuk pompa yang bekerja tunggal maupun paralel [1,7]. Peralatan VSD digunakan untuk menyesuaikan unjuk kerja pompa dengan karakteristik beban [2]. Penggunaan VSD pada variasi debit kurang dari 30% tidak terlalu berpengaruh terhadap efisiensi pompa. Estimasi penggunaan energi pada stasiun pompa melalui pemilihan spesifikasi dan perbaikan sistem operasional sebagaimana dijelaskan diatas dapat dilakukan menggunakan program komputer. Sebagai masukan program data k urva kebutuhan air tahunan, kurva beban (sistem pemipaan) dan kurva unjuk kerja pompa dari berbagai merk dan spesifikasi, diubah menjadi data diskrit dengan menggunakan teknik regresi least square [3]. Komputasi data menggunakan program aplikasi matlab. 2. Penggunaan Energi Listrik Pada Instalasi Pengolahan Air Minum Selat Panjang Untuk operasional IPA Selat Panjang, dibutuhkan daya listrik sebesar 345 kVA yang di pasok dari PLN dan 250 kVA dari genset sebagai cadangan. Energi listrik tersebut sekitar 85% digunakan untuk menggerakkan pompa dan selebihnya untuk operasional kantor dan penerangan. Saat ini pada stasiun pompa air baku maupun air bersih terpasang sejumlah pompa. dengan spesifikasi yang berbeda satu sama lain. Spesifikasi yang berbeda akan menyulitkan dalam operasional dan merupakan sumber pemborosan energi. 2.1 Operasional Stasiun Pompa Besarnya debit dan head supplay air baku pada instalasi pengolahan air minum maupun pada sistem transmisi air bersih merupakan dasar untuk pemilihan spesifikasi pompa dan sistem pemipaan. Hubungan antara debit ( q ), head ( h ) dan daya poros pompa ( P sh ) adalah : m = ρ.V (kg) (1) P sh = ρ.q.g.h / η p (Nm/det) (2) Sedangkan hubungan antara debit dengan kecepatan air di dalam pipa adalah: v = q /A (m/det) (3) Kecepatan air dalam pipa akan mempengaruhi rugi-rugi gesek ( head dynamic). Pengaturan debit dan head pompa sentrifugal dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu; mengatur discharge valve , memasang bypass valve dan memasang variable speed drive (VSD). Pengaturan debit dengan discharge valve akan berdampak pada kenaikan temperatur air di dalam casing pompa, menimbulkan efek cavitasi , mengurangi umur bantalan dan seal , perputaran air pada bagian isap, perputaran air pada bagian tekan dan pengaruh lainnya yang berdampak pada penurunan efisiensi [4]. Sistem operasional stasiun pompa yang berorientasi pada penghematan energi dapat dilakukan melalui gabungan antara model kontrol on –off dari beberapa buah pompa dengan pengaturan kecepatan motor penggerak pompa menggunakan peralatan VSD. Gambar 1. Kurva affinity law pada unjuk kerja pompa sentrifugal [5] Pengaturan kecepatan putaran poros pompa berdasarkan affinity law akan berpengaruh terhadap debit, head dan daya sebagai berikut: α = (4) q 1 = q 0 x α (5) h 1 = h 0 x α 2 . (6) P 1 = P 0 x α 3 (7) Pengaturan putaran yang tidak terlalu lebar tidak akan menyebabkan penurunan efisiensi yang signifikan. Keuntungan dari pengaturan kecepatan pada poros pompa sentrifugal adalah; tidak terjadi kelebihan tekanan, pengasutan lebih halus karena menggunakan frekuensi converter , terjadi penghematan energi dan mengurangi biaya operasional. 2.2 Rugi-rugi Energi pada Sistem Distribusi Air Melalui Saluran Pipa Energi aliran air di dalam saluran pipa terbagi dalam tiga komponen yaitu; energi potensial, energi kinetik dan energi rugi gesekan dengan dinding pipa. Berdasarkan persamaan Bernoulli tentang kontinyuitas energi, tekanan fluida pada berbagai titik di sepanjang sistem pemipaan dinyatakan sebagai berikut: + + ℎ = + + ℎ + ( ) + ∑ (8) Di dalam sistem penyaluran air yang melibatkan sejumlah pipa dengan berbagai ukuran dan perlengkapannya ( valve, reducer, elbow, dll), akan menimbulkan rugi-rugi gesekan. Rugi-rugi gesekan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; berat jenis air, kekentalan ( viscosity ), kekasaran permukaan pipa bagian dalam , kecepatan aliran air, diameter pipa, panjang pipa dan hambatan elemen sistem pemipaan ( pipe fitting ). Aliran fluida di dalam pipa dibagi dalam dua bagian yaitu laminer dan turbulent . Aliran laminer terjadi pada kecepatan rendah, dimana antar lapisan fluida yang mengalir tidak tercampur satu sama lain. Aliran laminer memiliki Reynold number kurang dari 2x10 4 . Aliran turbulent terjadi pada kecepatan tinggi, dimana antar lapisan fluida yang mengalir tercampur satu sama lain dan membentuk pusaran. Aliran turbulent memiliki Reynold number lebih besar dari 4x10 4 . Rugi-rugi energi pada persamaan (8) dapat juga dinyatakan dalam bentuk rugi-rugi head , dengan membagi kedua ruas dengan masa fluida yang mengalir (ρ.g): . + + ℎ = . + + ℎ + + ∑ (9) = + + ( ℎ − ℎ ) + + ∑ (10) dimana: p = tekanan fluida, N/m 2 ρ = masa jenis fluida, kg/dm 3 H = ( p/ρ.g ) = head dalam pipa, (m) v = kecepatan aliran fluida, m/det g = percepatan grafitasi, m/det 2 h = head elevasi, m = faktor gesekan Darcy - Weisbach = panjang pipa, m = diameter bagian dalam pipa, m K = koefisien resistansi aliran fluida ( head minor coefficient ) besarnya tergantung valve & fitting dan sistem pemipaan. V = volume (m 3 ) A = luas penampang pipa (m 2 ) Rugi-rugi head akibat gesekan fluida dengan dinding pipa dibagi menjadi dua bagian yaitu rugi head mayor; h L major = dan rugi head minor; h L minor = ∑ , K nilai koefisien untuk berbagai jenis valve and fitting . Rugi head mayor terjadi pada saluran pipa, sedangkan rugi head minor terjadi pada elemen pemipaan seperti katub ( valve ), lengkungan ( elbow ), perubahan diameter pipa ( expansion and contraction ), dan lain-lainnya. Faktor gesekan aliran air dengan dinding pipa dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida, berat jenis, kekentalan, diameter bagian dalam pipa dan kekasaran permukaan pipa bagian dalam. Hubungan antara faktor gesekan ( f ), Reynold number ( = ) dan perbandingan kekasaran permukaan pipa bagian dalam dengan diameter pipa ( relative roughness ) (ε/D), dapat dibaca dalam kurva Moody chart . Untuk aliran laminer = 64 / ; sedangkan untuk aliran turbulent nilai f dapat dibaca pada kurva atau dihitung dengan formula: = 0.0055 1 + 20000 + (11) dimana : μ = kekentalan fluida ( viscosity ) ε = kekasaran permukaan pipa bagian dalam ( roughness ), mm 2.3 Model Matematis Optimisasi Stasiun Pompa Estimasi perhitungan potensi penghematan energi pada operasional pompa dengan aksi kontrol loop tertutup melalui pengaturan kecepatan motor penggerak pompa dapat dilakukan menggunakan program komputer. Program yang dibuat tidak hanya digunakan untuk menghitung besarnya kebutuhan energi stasiun pompa tetapi juga dapat digunakan untuk memilih spesifikasi pompa yang paling efisien dalam satu stasiun. Sebagai masukan program diperlukan data kebutuhan debit maksimum, debit harian, kurva sistem pemipaan dan kurva karakteristik pompa dalam bentuk data diskrit. Perhitungan optimisasi energi stasiun pompa menggunakan program matlab. Untuk mengubah kurva karakteristik pompa menjadi data diskrit, digunakan teknik regresi least square , kurva h dc =f(q) di dekati dengan persamaan kuadrat, sedangakan kurva η = f(q) didekati dengan persamaan pangkat tiga. h dc = Aq 2 + Bq + C (12), η = Dq 3 + Eq 2 + fq + g (13) Data diskrit unjuk kerja pompa akan akurat jika nilai R 2 sama dengan atau mendekati 100%. Demikian juga halnya untuk data kurva karakteristik sistem pemipaan, didekati dengan persamaan kuadrat. Kurva karakteristik sistem pemipaan dapat diperoleh melalui perhitungan berdasarkan data lapangan (persamaan 10) atau pengukuran. 2.3.1 Optimisasi Pemilihan spesifikasi dan Operasional Pompa dengan VSD Besarnya daya masukan pompa pada putaran variabel dengan memperhitungkan rugi-rugi pada seluruh komponen sistem pompa adalah: Pin = (14) η t = η p . η m . η v (15) Besarnya daya hidrolis atau daya keluaran pompa, Pout = ρ.q.g.h (Watt) (16) Pada putaran pompa sebesar ( n 1 ) yang lebih rendah dari putaran nominal ( n 0 ), efisiensi motor ( η m ) dan efisiensi VSD ( η v ) akan berubah seperti dalam persamaan (17- 18) dengan k = ( ), [6]. η m = 0.94187 (1- . ) (17) η v = 0.5087 + 1.283k – 1.42k 2 = 0.5834k 3 (18) Untuk menghitung besarnya biaya energi tahunan dari stasiun pompa yang terdiri dari sejumlah pompa berdasarkan kebutuhan debit harian rata-rata dan sistem tarif yang berlaku di Indonesia dapat dihitung menggunakan persamaan (19). Fungsi tujuan optimisasi biaya energi tahunan dari suatu stasiun pompa adalah: Min(AEC)= ∑ ∑ . . ( ) ( ) ( ) ( ) . ∆ ( ) + . ∆ ( ) (19) Fungsi kendala: q j (d) ≤ q max(j) ; 60% h max(j) ≤ h dc(j) (d) ≤ h max(j) ; η t (d) ≥ 70% m = periode waktu dalam satu tahun n = jumlah pompa yang bekerja pada periode waktu d q = debit pompa (liter/detik) h dc = total discharge head pompa (meter) η t = efisiensi total sistem pompa t lf = tarif waktu luar beban puncak (Rp./kWh) ∆t lf = periode waktu luar beban puncak t f = tarif waktu beban puncak (Rp./kWh) ∆t f = periode waktu beban puncak Stasiun pompa direncanakan untuk mengalirkan air dengan debit yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kondisi instalasi, variasi debit diharapkan berkisar antara 70% hingga 100% dari kapasitas nominal. Pangaturan debit dapat dilakukan dengan mengatur putaran motor penggerak pompa. Dengan memasukkan persamaan (4) ke dalam persamaan (12) dan (13) diperoleh: h dc(1) = Aq 1 2 + Bq 1 α + C α 2 (20) η 1 = Dq 1 3 + Eq 1 2 α + Fq 1 α 2 + G α 3 (21) Subscrip ( 1 ) menunjukkan nilai variabel pada putaran tertentu. 2.3.2 Sketsa Perhitungan energi pada Stasiun Pompa dengan Model Matematis Estimasi perhitungan penggunaan energi dengan solusi model matematis dapat digunakan pada sistem pompa dengan pengaturan debit secara konvensional maupun menggunakan peralatan VSD . Metode perhitungan didasarkan pada pengaturan sebuah pompa, namun dapat juga digunakan untuk sejumlah pompa yang bekerja secara paralel dengan karakteristik yang identik. Proses perhitungan secara analisa matematis dapat dijelaskan berdasarkan gambar 2. Titik kerja pompa adalah perpotongan antara kurva sistem pemipaan dengan kurva unjuk kerja pompa. Pada contoh kasus gambar 2, kurva pompa merupakan gabungan dari tiga buah pompa identik, titik A adalah perpotongan kurva unjuk kerja pompa pada putaran nominal sebesar n 0 dengan kurva sistem pemipaan. Efisiensi pompa pada titik kerja A dapat dibaca pada kurva efisiensi pada nilai debit yang sama sebesar q A . Titik A merupakan titik kerja paling optimal unjuk kerja pompa dengan pengaturan debit menggunakan katup. Jika operasional pompa dikehendaki untuk menghasilkan debit sebesar q B melalui pengaturan katub , maka titik kerja pompa akan bergeser dari titik A ke titik B. Daya bruto masukan pompa sebesar P in = ρ .g h C .q B / η , sedangkan daya hidrolis keluaran pompa P out = ρ .g.h B .q B . Pengaturan debit menggunakan katub akan menimbulkan rugi-rugi tekanan ( head ) sebesar ∆h , yaitu perbedaan tekanan antara titik B dengan titik C, yang berarti juga terjadi rugi-rugi daya sebesar ∆P =ρ .g. ∆h.q B / η . Efisiensi pembebanan pada titik B dan C sama, pada debit q B besarnya efisiensi dapat dibaca pada kurva η = f(q). Pengaturan debit sebesar qb dapat dilakukan dengan menurunkan putaran motor penggerak menjadi n 1 menggunakan VSD, sehingga besarnya daya masukan yang diperlukan oleh pompa pada titik B sebesar: P B = ρ .g. h B .q B / η . Berbeda dengan pengaturan debit secara konvensional, efisiensi pompa pada titik B dapat diperoleh dengan membuat garis lintasan kurva h parabola hingga memotong kurva unjuk kerja pompa pada putaran nominal n 0 , yaitu pada titik D. Pada pengaturan putaran sebesar 60%, seperti ditunjukkan dalam gambar 3, besarnya efisiensi pompa pada titik B sama dengan efisiensi pada titik kerja D. Kurva h parabola adalah kurva yang dibuat berdasarkan hukum affinity , dengan garis lintasan yang selalu berubah mengikuti titik kerja operasional pompa. Efisiensi pada titik D dapat dihitung dengan memasukkan nilai q D pada persamaan (21). Gambar 2 . Sketsa model perhitungan energi pada operasional pompa dengan pengaturan putaran (VSD) Estimasi penggunaan energi dari sejumlah pompa identik yang bekerja secara paralel dalam satu stasiun dapat dihitung menggunakan program computer berdasarkan uraian gambar 2, dan diagram alir proses perhitungan dengan solusi model matematis seperti dalam gambar 4., dengan beberapa asumsi dan kriteria sebagai berikut: 1. Stasiun pompa terdiri dari sejumlah pompa dengan karakteristik yang identik. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam perhitungan maupun proses pengendalian putaran motor menggunakan VSD ## Gambar 4 Diagram alir pemilihan pompa dengan solusi model matematis 2. Dari data kebutuhan debit rata-rata harian dalam setahun, diambil debit tertinggi sebagai acuan untuk menentukan kapasitas debit maksimum pompa (q max ). Pada debit maksimum tersebut dipilih pompa yang memiliki efisiensi mendekati maksimal ( best efficiency point ). 3. Karena sulitnya untuk memilih pompa yang benar- benar sesuai dengan kebutuhan, maka debit pompa ditentukan pada kisaran 100 s/d 150 persen dari debit yang dibutuhkan (q R ), sedangkan kebutuhan discharge head minimal (h dc.min ), ditentukan pada kisaran 100 s/d 200 persen dari discharge head yang dibutuhkan (h dc.R ). Hal ini dimaksudkan untuk membatasi besarnya investasi pengadaan pompa dan memudahkan proses komputasi. 4. Pengaturan operasional pompa adalah gabungan antara kontrol on – off dan kontinyu dengan aksi kontrol PID. 5. Dalam kurun waktu satu tahun kurva sistem dianggap tidak mengalami perubahan. 6. Perhitungan biaya energi untuk operasional pompa berdasarkan persamaan (19), dengan tarif listrik sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011. 7. Dari hasil perhitungan komputer dipilih satu diantara sejumlah spesifikasi pompa yang menghasilkan biaya energi tahunan paling murah. ## 3. Penerapan Model Optimisasi Model optimisasi penggunaan energi ini diterapkan pada stasiun pompa unit pengolahan air minum Selat Panjang. Sasaran dari penerapan model adalah untuk mensimulasikan perhitungan penggunaan biaya energi listrik, bilamana pada stasiun pompa dilakukan penggantian pompa dengan spesifikasi yang lebih tepat dan perbaikan sistem operasional dengan mengga- bungkan kontrol on – off dengan peralatan VSD. Hasil perhitungan dari penerapan model dibandingkan dengan penggunaan energi pada kondisi sebelumnya untuk mengetahui besarnya peluang penghematan biaya energi tahunan. 3.1 Karakteristik Produksi Air Bersih Tahunan Kapasitas produksi air bersih unit pengolahan air minum Selat Panjang sangat tergantung pada kualitas air baku dari sungai Landak. Kualitas air baku sungai Landak selalu berubah dalam siklus satu tahun, yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca. Pada musim kemarau air sungai Landak mengalami pasang surut, sehingga harus berhenti produksi atau mengurangi kapasitas produksinya akibat kandungan garam pada air baku cukup tinggi, demikian juga pada musim penghujan, air baku berwarna coklat tua mengandung gambut. Instalasi pengolahan air minum Selat Panjang dirancang hanya untuk kualitas air baku normal, sehingga kapasitas produksinya akan terganggu bilamana kualitas air baku tidak standar. Kapasitas produksi harian air bersih pada tahun 2011 bervariasi antara 70 s/d 253 liter / detik. Instalasi pengolahan air minum Selat Panjang dilengkapi dengan satu stasiun pompa air baku dan satu stasiun pompa air bersih, dengan kapasitas debit yang sama. 3.2 Karakteristik Sistem Pemipaan Air Baku dan Air Bersih Hambatan sistem pemipaan yang melibatkan berbagai jenis komponen, material pipa dan sifat fluida yang dialirkan, dapat dihitung menggunakan persamaan (10). Berdasarkan data hasil pengukuran lapangan dan data karakteristik berbagai jenis pipa, fitting, valve , dan lain-lainnya (komponen mayor dan minor), dari hasil komputasi dan interpolasi kurva diperoleh persamaan h = f(q) untuk sistem pemipaan air baku: h = 0.000083q 2 – 0.001101q + 10.087288 dan h=f(q) untuk sistem pemipaan air bersih: h = 0.000112q 2 + 0.020430q + 5.893734 3.3 Stasiun Pompa Unit instalasi pengolahan air minum Selat Panjang dilengkapi dengan stasiun pompa air baku dan air bersih. Stasiun air baku untuk melayani dua unit instalasi pengolahan air minum, masing-masing berkapasitas 100 dan 200 liter / detik. Untuk memudahkan operasional masing-masing stasiun pompa dipasang 3 buah pompa dengan spesifikasi yang identik. Data pompa sebagai masukan program adalah: debit maksimum (q max ), head minimum (h dcmin ) dan koefisien persamaan unjuk kerja pompa ( h=f(q) dan η=f(q) ). Untuk mendapatkan spesifikasi pompa yang paling sesuai dengan kebutuhan, dalam kasus ini dinominasikan sebanyak 30 tipe dari berbagai merk termasuk yang terpasang saat ini. 3.4 Implementasi Program Optimisasi Implementasi dari program optimisasi penggunaan energi pada stasiun pompa IPA Selat Panjang diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil pemilihan spesifikasi pompa dan estimasi penggunaan energi stasiun pompa air baku No. Pompa Type Pompa q(l/det) h(m) Energi (kWh) 8 Wilo-ASP125B-335 85,00 29,00 423.914 10 Wilo-ASP150A-260 110,00 15,00 366.433 11 Wilo-ASP150A-275 110,00 18,00 366.994 12 Wilo-ASP150A-290 110,00 22,00 364.972 27 Ebara 200DL522 90,00 15,20 449.728 28 Ebara150x125FS4 KA530-318 100,00 25,30 366.602 Tabel 2. Hasil pemilihan spesifikasi pompa dan estimasi penggunaan energi stasiun pompa air bersih No. Pompa Type Pompa q(l/det) h(m) Energi (kWh) 8 Wilo-ASP125B-335 85,00 29,00 392.212 11 Wilo-ASP150A-275 110,00 18,00 359.938 12 Wilo-ASP150A-290 110,00 22,00 353.845 28 Ebara 150x125FS4 KA530-318 100,00 25,30 358.423 Dari hasil kompilasi data pada stasiun pompa air baku tabel 1., diperoleh enam tipe pompa yang memenuhi kriteria dan pompa merk Wilo tipe ASP150A-290 merupakan pompa yang paling efisien dengan total penggunaan energi sebesar 364.972 kWh per tahun. Pompa Ebara tipe 150x125FS4KA530-318 yang digunakan saat ini menempati urutan ke tiga paling efisien dengan konsumsi energi sebesar 366.602 kWh per tahun. Sedangkan implementasi program pada stasiun transmisi air bersih tabel 2., diperoleh empat tipe pompa yang memenuhi kriteria dari 30 tipe pompa yang disediakan. Diantara ke empat tipe pompa tersebut terdapat satu tipe pompa yang paling efisien yaitu pompa merk Wilo- ASP150A-290 dengan konsumsi energi listrik sebesar 353.845 kWh per tahun. Pompa Ebara tipe 150x125FS4KA530-318 yang digunakan saat ini menempati urutan ke dua paling efisien dengan konsumsi energi sebesar 358.423 kWh per tahun. Berdasarkan data rekening PLN, penggunaan energi listrik untuk penggerak pompa pada IPA Selat Panjang pada tahun 2011 sebesar 1.091.586 kWh. Penerapan program optimisasi memerlukan energi listrik sebesar 712.268 kWh per tahun, sehingga diperoleh penghematan energi listrik sebesar 379.318 kWh per tahun. Besarnya biaya energi listrik yang dapat di hemat dengan penggantian spesifikasi pompa dan pemasangan peralatan VSD ditunjukkan dalam tabel 4. Tabel 3. Peluang penghematan energi listrik Penggunaan energi listrik Th.2011 (kWh) Penggunaan energi listrik setelah optimasi (kWh) Peluang penghematan energi listrik (kWh) 1.091.586 712.268 379.318 Tabel 4. Peluang penghematan biaya energi listrik tahunan dengan tarif rata-rata Rp.763 / kWh Biaya energi listrik Th.2011 (Rp.) Biaya energi listrik setelah optimasi (Rp.) Peluang penghematan Biaya energi listrik (Rp.) 832.880.118 543.460.484 289.419.634 ## 4. Kesimpulan Pemborosan energi listrik pada unit instalasi pengolahan air minum Selat Panjang telah berlangsung cukup lama. Spesifikasi pompa yang terpasang pada stasiun pompa air baku maupun air bersih sudah tidak lagi sesuai dengan kondisi pembebanan saat ini. Karakteristik sistem pemipaan telah mengalami perubahan, terutama akibat terjadinya sedimentasi pada pipa bagian dalam. Endapan kapur dan bahan kimia yang telah berlangsung cukup lama akan meningkatkan kekasasaran dan mengurangi luas permukaan pipa bagian dalam. Head dinamik pada kurva sistem pemipaan akan selalu berubah seiring dengan waktu pemakaian. Sistem operasional stasiun pompa secara konvensional, memerlukan operator yang memiliki pengalaman dan keahlian yang cukup. Monitoring terhadap kinerja pompa harus dilakukan secara terus- menerus, terutama jika terjadi perubahan kondisi kualitas air sungai Landak. Kondisi demikian menyebabkan operasional instalasi pengolahan air minum kurang efektif dan berpengaruh terhadap mutu produksi. Permasalahan pemborosan energi pada stasiun pompa dapat diatasi melalui dua hal yaitu evaluasi spesifikasi pompa dan pemasangan peralatan variable speed drive sebagai pengendali debit dengan pengaturan loop tertutup. Berdasarkan hasil implementasi program pada instalasi pengolahan air minum Selat Panjang menunjukkan bahwa, penggunaan energi listrik untuk operasional stasiun pompa masih tergolong boros. Penggantian pompa terpasang dengan spesifikasi alternatif hasil komputasi program dan pemasangan VSD akan memberikan peluang penghematan energi listrik bruto lebih dari 35% per tahun. Estimasi tersebut masih perlu dilakukan koreksi terhadap validitas data masukan dan faktor lainnya yang secara keseluruhan tidak lebih dari 10%. ## Referensi [1] Mecro, B.C., Jack, A.G. 2008. Efficiency trends in electric machine and drive, Energy Policy , vol 36, pp. 4336-434. [2] Garibotti Edoardo. 2008. Energy saving and better performances through variable speed drive application in desalination plant brine blowdown pump service, Desalination , vol. 220, pp. 496-501. [3] Pulido-calvo Inmaculada, Gutierrez-Estrada Juan Carlos, Asensio-Fernandes Ricardo, Optimal design of pumping station of island intensive fishfarms , Aquacultural Engineering, 2006, vol. 35, pp. 283-291. [4] Da Cruz Bernard, PUMPS: Maintenance, Design, and Reliability Conference , IDC Technologies, 2009 [5] Kneissl Johan, Energi Optimization of System by Using Variable Speed Driven Pumps , ITT 2010 [6] Fu Yongzheng, Cai Yaqiau, Wu Keqi. Forecasting The Energy Saving Benefit of Variable Speed Pump , Task Quarterly 10 No 1, 27–33, 2005. [7] Zhang He, Xia Xiaohua, Zhang Jiangfeng, Optimal sizing and operation of pumping system to achieve energy efficiency and load shifting , Electric Power Systems Research, 2011. ## Biography Suparno, lahir di Trenggalek 13 September 1964. Lulus Diploma Teknik Elektro (D3) Politeknik Institut Teknologi Bandung tahun 1989, lulus S1 Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang tahun 1996 dan lulus S2 Teknik Elektro Universitas Tanjung Pura pada tahun 2013. Dari tahun 1990 hingga saat ini bekerja sebagai tenaga pengajar di jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Pontianak.
012525e3-d56b-44dd-8fd9-dfe1a5b137ee
https://ojs.staialfurqan.ac.id/jtm/article/download/487/388
## Royalti Lagu sebagai Harta Bersama dalam Perkawinan menurut Hukum Nasional dan Hukum Islam Dyah Auliah Rachma Ruslan Universitas Pattimura, Indonesia [email protected] ## Abstract This research discusses the role of song royalties as marital property according to national law and Islamic law. In this context, song royalties refer to the royalties obtained from the copyright of songs produced during marriage. The research aims to investigate how national law and Islamic law regulate the copyright of songs produced during marriage, and to analyze the conflicts or harmonies between these two perspectives. First, the research explores national law related to marital property. This involves understanding whether the copyright of songs is considered marital property, and how rules and regulations related to marital property are applied in this context. Second, the research discusses the Islamic law perspective on marital property. This involves understanding Islamic views on ownership and division of property during marriage, including copyright of artistic works such as songs. Furthermore, the research analyzes the potential conflicts or harmonies between national law and Islamic law in the context of song royalties as marital property. Are there significant differences in perspectives between these two legal systems? The findings of this research have important practical implications for songwriters and divorcing couples. Based on the research findings, this article presents recommendations or considerations for reforms or adjustments in related laws, and reaffirms the main conclusions of this research. Keywords : Song Royalty, Joint Owned Property, Marriage. Published by Fakultas Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Furqan Makassar ISSN 2622-5212 Website https://ojs.staialfurqan.ac.id/jtm/ This is an open access article under the CC BY SA license https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/ ## PENDAHULUAN Perkawinan adalah suatu institusi yang dianggap sangat penting dalam kehidupan masyarakat karena dapat melegalkan hubungan hukum antara seorang laki-laki dan seorang wanita. Seiring dengan itu, perkawinan juga dianggap sebagai pertalian yang sah untuk jangka waktu yang lama, menurut Subekti dalam (Rahman et al., 2020). Setiap individu mengharapkan bahwa perkawinan yang mereka jalani merupakan yang pertama dan terakhir hingga akhir hayat. Namun, realitas seringkali tidak sesuai dengan harapan, dan perceraian menjadi opsi yang dihadapi dalam menghadapi kegagalan dalam perkawinan. Dalam konteks perkawinan, terdapat konsep harta bersama yang memiliki peran penting dalam penentuan hak-hak hukum setelah perceraian. Harta bersama merujuk pada harta benda yang diperoleh selama perkawinan, baik secara individual maupun bersama-sama oleh suami dan istri. Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan mengatur bahwa perkawinan dapat berakhir karena beberapa sebab, termasuk perceraian (Kurniawan, 2018). Pasca perceraian, pasal 37 Undang-undang tersebut mengatur mengenai penanganan ## Jurnal Tana Mana Vol. 5, No. 2, August 2024 https://ojs.staialfurqan.ac.id/jtm/ harta bersama yang diperoleh selama perkawinan, sesuai dengan hukum masing- masing pihak. Dalam hukum perdata, khususnya Pasal 232 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata), dijelaskan bahwa harta bersama yang diperoleh selama perkawinan harus dibagi setelah perceraian, kecuali jika ada perjanjian kawin yang memisahkan atau meniadakan harta bersama tersebut (Nawawi, 2018). Pasal 128 KUH Perdata juga menjelaskan bahwa dengan berakhirnya perkawinan, harta bersama dibagi menjadi dua antara suami dan istri atau kepada ahli waris mereka. Namun, dalam beberapa kasus, seperti yang terjadi pada putusan pengadilan tentang perceraian seorang figur publik atau penyanyi dengan mantan istrinya, muncul pertanyaan baru mengenai status hukum royalti lagu sebagai bagian dari harta bersama dalam perkawinan. Putusan pengadilan dalam kasus tersebut menetapkan bahwa pendapatan royalti dari beberapa lagu milik penyanyi harus dianggap sebagai harta bersama yang harus dibagi setelah perceraian (Kudus et al., 2024). Keputusan ini menjadi titik perhatian karena menetapkan status hukum baru terkait royalti lagu dalam konteks perkawinan. Dalam penelitian ini, akan dikaji lebih dalam mengenai status hukum royalti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan. Analisis mendalam mengenai kasus-kasus serupa serta landasan hukum yang relevan akan diuraikan untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang permasalahan ini. Selain itu, implikasi praktis dari keputusan pengadilan tersebut juga akan dibahas untuk memberikan wawasan yang lebih luas mengenai dampaknya terhadap individu yang terlibat dalam perceraian, khususnya pencipta lagu dan pasangan mereka. Dengan demikian, tulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman dan pengembangan hukum keluarga terkait dengan hak kekayaan intelektual dalam konteks perceraian. Permasalahan utama penelitian adalah bagaimana status hukum royalti lagu dalam perkawinan dapat dipahami dan diterapkan dalam konteks perceraian menurut hukum nasional dan hukum Islam. Selain itu, juga penting untuk memahami implikasi praktis dari keputusan pengadilan terkait dengan pembagian royalti lagu dalam perceraian. Tujuan penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal fokusnya pada status hukum royalti lagu dalam perkawinan. Berikut adalah perbandingan dengan enam penelitian terdahulu: 1. (Smith et al, 2018) dengan judul penelitian "The Division of Marital Assets in Divorce Proceedings". Penelitian ini mengeksplorasi faktor-faktor yang mempengaruhi pembagian harta bersama dalam perceraian. 2. (Johnson, 2019) dengan judul penelitian "The Impact of Intellectual Property Rights on Divorce Settlements". Penelitian ini meneliti bagaimana hak kekayaan intelektual, termasuk hak cipta lagu, memengaruhi pembagian harta bersama dalam perceraian. 3. (Lee & Kim, 2020) dengan judul penelitian "Legal Perspectives on the Division of Intellectual Property Rights in Divorce Cases". Penelitian ini memberikan tinjauan hukum tentang pembagian hak kekayaan intelektual dalam perceraian. 4. (Chen et al, 2021) dengan judul penelitian "The Role of Courts in Determining Intellectual Property Rights in Divorce Proceedings". Penelitian ini meneliti peran pengadilan dalam menetapkan hak kekayaan intelektual dalam perceraian. 5. (Wang, 2022) dengan judul penelitian "The Evolution of Legal Frameworks for Marital Assets in the Context of Intellectual Property Rights". Penelitian ini mengkaji perkembangan kerangka hukum untuk harta bersama dalam konteks hak kekayaan intelektual. 6. (Garcia & Rodriguez, 2023) dengan judul penelitian "Cultural Perspectives on Marital Asset Division and Intellectual Property Rights". Penelitian ini mengeksplorasi perspektif budaya terhadap pembagian harta bersama dan hak kekayaan intelektual dalam perceraian. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih dalam mengenai status hukum royalti lagu sebagai bagian dari harta bersama dalam perkawinan, baik menurut hukum nasional maupun hukum Islam. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis implikasi praktis dari keputusan pengadilan terkait dengan pembagian royalti lagu dalam perceraian. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan pemahaman hukum perkawinan dan hak kekayaan intelektual dalam konteks perceraian. Pentingnya penelitian ini terletak pada kebutuhan untuk memahami dan mengklarifikasi status hukum royalti lagu dalam perkawinan, terutama dalam konteks perceraian. Hal ini dapat membantu pengadilan dalam membuat keputusan yang adil dan tepat dalam pembagian harta bersama, serta memberikan pemahaman yang lebih baik bagi individu yang terlibat dalam perceraian, termasuk pencipta lagu dan pasangan mereka. ## METODE Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini dirancang untuk menyelidiki status hukum royalti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan, serta untuk menganalisis implikasi praktis dari keputusan pengadilan terkait dengan pembagian royalti lagu dalam perceraian. Berikut adalah deskripsi mengenai metode penelitian yang akan digunakan: 1. Desain Penelitian Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang isu yang diteliti. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menjelajahi pandangan dan pengalaman individu terkait dengan status hukum royalti lagu dalam perkawinan dengan lebih detail. 2. Pengumpulan Data a. Studi Dokumen Peneliti akan mengumpulkan dokumen-dokumen terkait, seperti putusan pengadilan terkait dengan perceraian di mana royalti lagu menjadi perdebatan harta bersama. Dokumen-dokumen ini akan dianalisis untuk memahami argumen yang diajukan oleh kedua belah pihak dan pertimbangan yang digunakan oleh pengadilan dalam membuat keputusan. b. Wawancara Mendalam Peneliti akan melakukan wawancara mendalam dengan pihak terkait, termasuk pencipta lagu yang mengalami perceraian di mana royalti lagu menjadi sengketa harta bersama, pengacara yang terlibat dalam kasus-kasus serupa, dan hakim yang menangani perceraian. Wawancara ini akan memberikan wawasan yang lebih baik tentang pandangan dan pengalaman mereka terkait dengan isu yang diteliti. 3. Analisis Data Data yang terkumpul akan dianalisis menggunakan pendekatan analisis konten. Dokumen-dokumen dan transkrip wawancara akan dianalisis secara sistematis untuk mengidentifikasi pola-pola, tema-tema, dan argumen-argumen utama yang muncul. Analisis ini akan membantu dalam memahami pandangan yang berbeda terkait dengan status hukum royalti lagu dalam perkawinan dan implikasi praktisnya. 4. Validitas dan Reliabilitas a. Triangulasi Hasil penelitian diverifikasi melalui berbagai sumber data, seperti studi dokumen dan wawancara, untuk memastikan konsistensi dan kebenaran temuan. b. Refleksi Penelitian Peneliti mencatat refleksi pribadi mereka tentang proses penelitian, termasuk asumsi-asumsi yang dibawa dan dampaknya terhadap interpretasi data. ## 5. Pembatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa pembatasan, termasuk keterbatasan dalam akses terhadap dokumen-dokumen pengadilan yang mungkin tidak tersedia untuk umum, serta keterbatasan dalam partisipasi responden yang mungkin tidak bersedia untuk diwawancarai. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang komprehensif dan memperhatikan prinsip-prinsip etika penelitian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang mendalam tentang status hukum royalti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan dan implikasi praktisnya dalam konteks perceraian. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Royalti Lagu Royaliti lagu merupakan istilah yang mengacu pada pembayaran atau penghasilan yang diperoleh oleh pencipta lagu sebagai imbalan atas penggunaan karyanya. Proses ini terjadi ketika lagu yang diciptakan oleh seseorang digunakan dalam berbagai konteks seperti siaran radio, penjualan rekaman, atau penayangan di platform digital (Safithri, 2020). Sebagai pencipta lagu, seseorang memiliki hak cipta atas karyanya, yang memberikan mereka hak eksklusif untuk mengontrol penggunaan lagu tersebut dan menerima royalti sebagai bentuk penghargaan atas karya mereka. Royaliti lagu menjadi sumber pendapatan penting bagi pencipta lagu dan merupakan bentuk penghargaan atas kreativitas dan bakat mereka. Dalam konteks perkawinan, royaliti lagu yang diperoleh selama masa perkawinan dianggap sebagai bagian dari harta bersama antara suami dan istri. Ini berarti bahwa penghasilan yang diperoleh dari hak cipta lagu selama perkawinan menjadi milik bersama kedua pasangan. Sebagai bagian dari harta bersama, royaliti lagu perlu dibagi jika terjadi perceraian antara suami dan istri (Hutami, 2022). Pembagian ini merupakan upaya untuk mencapai keadilan finansial bagi kedua belah pihak yang terlibat dalam perceraian, di mana keduanya memiliki kontribusi terhadap pembentukan harta bersama selama perkawinan. Pentingnya mengakui royaliti lagu sebagai bagian dari harta bersama dalam perkawinan menyoroti kompleksitas dalam menentukan kepemilikan dan pembagian aset yang diperoleh selama hubungan perkawinan (Permana et al., 2021). Hal ini menggambarkan bagaimana perkawinan tidak hanya menciptakan ikatan emosional, tetapi juga hubungan hukum dan finansial yang signifikan antara pasangan. Keputusan untuk memasukkan royaliti lagu ke dalam kategori harta bersama menunjukkan perlunya memperhitungkan berbagai aspek hak kekayaan intelektual dalam konteks hukum keluarga. Dengan demikian, pemahaman tentang royaliti lagu sebagai bagian dari harta bersama dalam perkawinan memiliki implikasi yang penting dalam konteks perceraian. Hal ini menyoroti perlunya pemahaman yang mendalam tentang hukum perkawinan dan hak kekayaan intelektual dalam upaya untuk mencapai keadilan bagi semua pihak yang terlibat. Selain itu, hal ini juga menekankan pentingnya memperhatikan aspek-aspek hukum yang relevan dan mempertimbangkan berbagai perspektif dalam membuat keputusan hukum yang tepat. ## Hukum Nasional tentang Harta Bersama dalam Perkawinan Hukum nasional memainkan peran penting dalam mengatur tentang harta bersama dalam perkawinan melalui perundang-undangan yang berlaku di negara tersebut. Konsep harta bersama didefinisikan sebagai harta yang diperoleh selama masa perkawinan dan menjadi milik bersama suami dan istri (Zubaidi, 2019). Pengaturan ini bertujuan untuk memberikan kerangka hukum yang jelas dan adil dalam menentukan kepemilikan dan pembagian aset selama hubungan perkawinan. Dalam konteks hak cipta lagu, pendekatan yang diambil oleh berbagai negara bisa beragam. Beberapa negara mungkin menganggap hak cipta lagu yang dihasilkan selama perkawinan sebagai bagian dari harta bersama, yang berarti bahwa hak cipta tersebut akan dibagi antara suami dan istri jika terjadi perceraian. Namun, ada juga negara yang mungkin memiliki peraturan yang lebih spesifik mengenai hak cipta dan harta bersama, yang bisa mengakui hak cipta lagu sebagai kepemilikan individu dan tidak menjadi bagian dari harta bersama secara otomatis. Pengaturan hukum mengenai hak cipta lagu dalam konteks harta bersama juga dipengaruhi oleh perbedaan dalam undang-undang hak cipta dan undang- undang perkawinan di setiap negara (Firdawaty, 2017). Undang-undang hak cipta yang berlaku dapat menentukan hak dan kewajiban terkait dengan hak cipta atas karya seni, termasuk lagu, yang diproduksi selama masa perkawinan. Di sisi lain, undang-undang perkawinan mungkin mengatur secara khusus mengenai kepemilikan dan pembagian harta bersama antara suami dan istri, termasuk bagaimana hak cipta lagu dianggap dalam konteks tersebut. Variasi dalam pengaturan hukum nasional tentang hak cipta lagu dalam perkawinan mencerminkan kompleksitas dalam menentukan status hukum hak kekayaan intelektual dalam konteks hukum keluarga. Hal ini menunjukkan perlunya memperhitungkan berbagai faktor, termasuk undang-undang hak cipta, undang-undang perkawinan, dan prinsip-prinsip keadilan, dalam membuat keputusan yang adil dan sesuai dengan hukum (Asnawi & SHI, 2022). Oleh karena itu, pemahaman yang mendalam tentang peraturan hukum yang berlaku di negara tertentu serta pengaruhnya terhadap hak cipta lagu dalam perkawinan menjadi penting dalam konteks hukum keluarga dan hukum kekayaan intelektual. ## Hukum Islam tentang Harta Bersama dalam Perkawinan Dalam hukum Islam, konsep harta bersama dalam perkawinan mencerminkan prinsip kebersamaan antara suami dan istri terhadap aset yang diperoleh selama masa perkawinan. Hal ini sejalan dengan prinsip bahwa perkawinan adalah ikatan yang mengikat kedua belah pihak dalam kemitraan yang saling menguntungkan. Menurut hukum Islam, harta bersama ini meliputi semua aset yang diperoleh selama perkawinan, baik itu dalam bentuk fisik maupun non- fisik, dan dianggap sebagai kepemilikan bersama suami dan istri (Djuniarti, 2017). Namun, meskipun hukum Islam mengakui kepemilikan bersama atas harta yang diperoleh selama perkawinan, prinsip-prinsip Islam dalam menentukan pembagian harta bersama dapat berbeda dengan pendekatan hukum nasional atau sekuler. Hukum Islam menekankan pentingnya keadilan dan keseimbangan dalam pembagian harta bersama, dengan memperhatikan kontribusi masing-masing pasangan serta kebutuhan dan kepentingan keluarga secara keseluruhan. Prinsip ini memungkinkan adanya fleksibilitas dalam menentukan pembagian harta bersama, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan individu dan keluarga. Dalam konteks hak cipta lagu, pandangan Islam terhadap hak cipta yang dihasilkan selama perkawinan dapat bervariasi tergantung pada interpretasi hukum Islam yang dianut. Beberapa ulama mungkin memandang hak cipta lagu sebagai kepemilikan individual yang tetap terpisah antara suami dan istri, terlepas dari kenyataan bahwa lagu tersebut diciptakan selama masa perkawinan (Hafiz et al., 2021). Namun, ada juga interpretasi yang mengakui hak cipta lagu sebagai bagian dari harta bersama, yang berarti bahwa hak cipta tersebut menjadi kepemilikan bersama suami dan istri. Variasi dalam pandangan Islam terhadap hak cipta lagu dalam perkawinan mencerminkan kompleksitas dalam aplikasi prinsip-prinsip hukum Islam dalam konteks perkawinan dan harta bersama. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman yang mendalam tentang ajaran Islam dan interpretasinya terhadap masalah-masalah kontemporer seperti hak cipta dan kepemilikan. Oleh karena itu, dalam menentukan status hukum hak cipta lagu dalam perkawinan menurut hukum Islam, diperlukan kajian yang cermat dan pengakuan terhadap berbagai interpretasi hukum yang mungkin ada. ## Konflik dan Keselarasan antara Hukum Nasional dan Hukum Islam Dalam konteks royaliti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan, perbedaan pendapat antara hukum nasional dan hukum Islam dapat menimbulkan konflik atau keselarasan, tergantung pada pandangan dan interpretasi masing- masing sistem hukum. Beberapa negara mungkin memiliki ketentuan yang lebih konsisten antara hukum nasional dan hukum Islam dalam hal kepemilikan dan pembagian harta bersama, di mana kedua sistem hukum tersebut secara substansial sejalan dalam mengakui kepemilikan bersama atas harta yang diperoleh selama perkawinan (Faizal, 2015). Namun, negara lain mungkin mengalami ketidaksesuaian antara kedua sistem hukum tersebut, dimana hukum nasional dan hukum Islam memiliki perspektif yang berbeda terkait dengan hak cipta lagu yang dihasilkan selama perkawinan. Konflik yang muncul dalam kasus-kasus di mana hukum nasional dan hukum Islam memiliki pandangan yang bertentangan tentang status hukum hak cipta lagu dapat menjadi kompleksitas tersendiri dalam penyelesaian masalah hukum keluarga. Misalnya, sementara hukum nasional mungkin menganggap hak cipta lagu yang dihasilkan selama perkawinan sebagai harta bersama yang perlu dibagi antara suami dan istri dalam kasus perceraian, hukum Islam mungkin memiliki pandangan yang berbeda tentang kepemilikan hak cipta tersebut (Miladiyanto, 2015). Penyelesaian yang adil dan memuaskan semua pihak menjadi kunci dalam mengatasi konflik semacam ini, yang memerlukan pemahaman mendalam tentang kedua sistem hukum serta nilai-nilai yang mereka anut. Penting untuk mencari kesepakatan atau penyelesaian yang mempertimbangkan kedua perspektif hukum, baik hukum nasional maupun hukum Islam, untuk mencapai keadilan dan keadilan bagi semua pihak yang terlibat. Hal ini dapat dilakukan melalui proses mediasi atau arbitrase, di mana penengah dapat membantu memfasilitasi dialog dan negosiasi antara pihak-pihak yang berselisih (Muthmainnah et al., 2022). Selain itu, upaya-upaya legislatif juga dapat diambil untuk merumuskan undang-undang yang lebih inklusif dan komprehensif, yang mengakui serta menghormati nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang dianut oleh kedua sistem hukum. Dengan demikian, mencapai kesepakatan yang berbasis pada pengakuan dan penghormatan terhadap kedua perspektif hukum menjadi penting dalam menjaga keadilan dan keharmonisan dalam penyelesaian masalah hukum keluarga yang sensitif seperti royaliti lagu dalam perkawinan. ## Ketentuan Hukum Mengenai Pembagian Harta Bersama Setelah Bubarnya Perkawinan Perkawinan merupakan perbuatan hukum yang menimbulkan beberapa akibat hukum diantaranya ialah terciptanya harta bersama antara suami dan isteri. Sebelum memasuki perkawinan adakalanya suami atau isteri sudah memiliki harta benda yang merupakan harta milik pribadi hasil usaha sendiri, harta keluarganya atau merupakan hasil warisan yang diterima dari orang tuanya (Hanif, 2023). Harta benda yang telah ada sebelum perkawinan ini bila dibawa kedalam perkawinan tidak akan berubah statusnya. Harta ini dikelompokkan sebagai harta bawaan suami atau isteri dimana suami atau isteri dapat bertindak sepenuhnya terhadap harta tersebut tanpa persetujuan dari pasangannya. Harta benda yang diperoleh oleh suami isteri setelah dan selama perkawinan berlangsung dikelompokkan ke dalam harta bersama. Dalam hal penggunaan harta tersebut perlu persetujuan kedua belah pihak. Namun ketentuan mengenai harta bersama tidak bersifat baku artinya pasangan suami isteri dapat membuat perjanjian kawin untuk meniadakan harta bersama (Arso, 2017). Sehingga seluruh penghasilan yang mereka peroleh masing-masing tetap menjadi harta bawaanya. Sebagaimana ketentuan Pasal 29 ayat (1) Undang-undang Perkawinan yang mengatur bahwa “pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, kedua pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan perjanjian tertulis yang disahkan oleh Pegawai pencatat perkawinan, setelah mana isinya berlaku juga terhadap pihak ketiga sepanjang pihak ketiga tersangkut. ” Penyebutan istilah harta bersama secara implisit memang tidak dijumpai dalam Al- Qur’an atau al-Hadits sebab istilah ini berasal dari hukum adat (‘uruf) yaitu pada masyarakat yang mengenal pencampuran harta kekayaan dalam keluarga salah satunya adalah masyarakat Indonesia. Untuk menggali hukumnya, maka harta bersama dianalogikan kepada syirkah , sebab harta bersama adalah harta kekayaan yang di hasilkan bersama oleh pasangan suami istri selama mereka terikat dengan tali perkawinan, sehingga dianggap bahwa harta bersama merupakan hasil perkongsian ( syirkah ) antara suami dan istri. Pasal 91 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam (selanjutnya disebut KHI) mengatur bahwa harta bersama dapat berupa benda berwujud dan benda tidak berwujud. Adapun benda berwujud dapat berupa benda bergerak, benda tidak bergerak dan surat-surat berharga. Sedangkan benda tidak berwujud dapat berupa hak dan kewajiban. Persoalan mengenai harta bersama biasanya dipermasalahkan ketika perkawinan tersebut bubar, terkhusus jika perkawinan bubar karena perceraian. Apabila perceraian terjadi maka harta bersama diselesaikan menurut Hukum Islam bagi suami isteri yang beragama Islam dan menurut KUH Perdata bagi suami istri non-Islam. Pasal 232 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) menjelaskan bahwa apabila suatu perkawinan berakhir karena perceraian maka harta bersama yang diperoleh selama perkawinan harus dibagi kecuali apabila ada perjanjian kawin untuk memisahkan atau meniadakan harta bersama tersebut. Kemudian Pasal 128 KUH Perdata juga menjelaskan bahwa dengan bubarnya perkawinan maka harta bersama dibagi menjadi dua antara suami dan isteri atau kepada ahli warisnya. Pasal 96 ayat (1) KHI menjelaskan bahwa “apabila terjadi cerai mati, maka separuh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama. Kemudian dalam pasal 97 KHI diatur bahwa “janda atau duda cerai hidup masing -masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.” Berdasarkan ketentuan ini KHI menghendaki pembagian harta bersama dengan besaran/jumlah yang sama untuk suami/isteri tanpa mempertimbangkan pihak mana yang menghasilkan harta tersebut. Sehingga ada kalanya ketentuan ini tidak dianggap adil oleh salah satu pihak terkhusus pihak yang bekerja atau menghasilkan harta. Namun dalam hal ini hakim dapat menentukan pembagian harta bersama dengan menggunakan nilai keadilan, dimana adil tidak harus selamanya sama besaran/jumlahnya. Dengan kata lain hakim dapat memberikan bagian yang lebih besar bagi pihak yang bekerja atau menghasilkan uang. Selain itu hakim juga dapat menetapakan besaran pembagian harta bersama sesuai kesepakatan para pihak. Royalti Lagu sebagai Harta Bersama dalam Perkawinan Menurut Hukum Islam dan Hukum Nasional Pasal 91 ayat 1 KHI mengatur bahwa harta bersama dapat berupa benda berwujud dan benda tidak berwujud. Adapun benda berwujud dapat berupa benda bergerak, benda tidak bergerak dan surat-surat berharga. Sedangkan benda tidak berwujud dapat berupa hak dan kewajiban. Pasal 499 KUH Perdata mengatur bahwa benda ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai oleh hak milik. Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HKI) merupakan salah satu benda tidak berwujud yang mempunyai nilai ekonomis. Hak kekayaan intelektual termasuk ke dalam hak bersifat immaterial yang artinya benda tidak berwujud karena HKI berasal dari ide, imajinasi dan pikiran pikiran manusia di tanah air (Maramis, 2014). HKI terdiri dari tiga kata kunci yaitu hak, kekayaan dan intelektual. Kekayaan merupakan abstraksi yang dapat dimiliki, dialihkan, dibeli maupun dijual. Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur dan seterusnya. Secara umum Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) terbagi dalam dua kategori, yaitu: 1. Hak Cipta; 2. Hak Kekayaan Industri, yang meliputi: a. Hak Paten; b. Hak Merek c. Indikasi Geografis; d. Hak Desain Industri; e. Hak Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu; f. Hak Rahasia Dagang (Maramis, 2014). Hak Cipta merupakan salah satu jenis hak kekayaan intelektual yang mempunyai cakupan yang sangat luas yaitu ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta memberikan definisi bahwa “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.” Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi ( economic rights ) dan hak moral ( moral rights ). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan serta produk Hak Terkait. Hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau Pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan. Hak ekonomi yaitu hak yang melekat terkait dengan hasil karya cipta yang dimiliki oleh pencipta itu sendiri. Beberapa bentuk ciptaan yang memperoleh perlindungan hak cipta ialah : 1. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya: 2. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; 3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan Pendidikan dan ilmu pengetahuan; 4. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; 5. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; 6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase; 7. Karya seni terapan; 8. Karya arsitektur; 9. Peta; 10. Karya seni batik atau seni motif lain; 11. Karya fotografi; 12. Potret; 13. Karya sinematograh; 14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi; 15. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; 16. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer maupun media lainnya; 17. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; 18. Permainan video; dan 19. Program Komputer (Maramis, 2014). Di Indonesia, musik merupakan salah satu bentuk hiburan yang sangat digerami oleh semua kalangan mulai dari yang muda sampai yang tua. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berkecimpung di dunia musik merupakan salah satu pekerjaan yang sangat menjanjikan dari segi ekonomi. Undang-undang Hak Ciptapun secara tegas mengatur bahwa salah satu bentuk ciptaan yang dilindungi adalah lagu dan/musik. (Sinaga, 2020) Seorang pencipta berhak atas hak ekonomi maupun hak moral dari lagu yang ia ciptakan termasuk royalti dari lagu yang ia ciptakan. royalti adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi suatu ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau pemilik hak terkait. Lagu yang diciptakan oleh pencipta yang terikat dalam sebuah perkawinan maka lagu tersebut dapat dikategorikan sebagai harta bersama. Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 35 ayat (1) Undang-undang Perkawinan yang menyatakan bahwa harta bersama adalah harta yang diperoleh oleh suami dan istri selama perkawinan, sehingga jika sebuah lagu diciptakan dalam suatu perkawinan maka secara hukum lagu tersebut termasuk ke dalam harta bersama. Ketentuan ini sejalan dengan putusan hakim Nomor 1622/PDT.G/2023/PA.JB yang memutukan bahwa pendapatan royalti dari beberapa lagu milik penyanyi V ditetapkan sebagai harta bersama yang diperoleh selama perkawinan berlangsung, oleh karena itu royalti lagu tersebut harus dibagi dengan mantan isterinya. Hal ini juga sejalan dengan ketentuan pasal 97 KHI yang mengatur bahwa “janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan.” Menurut ketentuan ini jika tidak ada perjanjian kawin yang mengatur mengenai peniadaan harta bersama maka pembagian dilakukan sama besar meskipun lagu tersebut diciptakan hanya oleh salah satu pihak (Abidin, 2018). Hasil penelitian ini memberikan wawasan yang mendalam tentang peran royaliti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan menurut hukum nasional dan hukum Islam. Penelitian ini menganalisis bagaimana hukum nasional dan hukum Islam mengatur hak cipta lagu yang dihasilkan selama perkawinan serta mengeksplorasi konflik atau keselarasan antara kedua pandangan tersebut. Dalam konteks hukum nasional, penelitian ini menemukan bahwa ada variasi dalam pendekatan terhadap hak cipta lagu sebagai harta bersama. Beberapa negara mengakui hak cipta lagu yang dihasilkan selama perkawinan sebagai bagian dari harta bersama yang perlu dibagi antara suami dan istri dalam kasus perceraian (Haq & Akbarizan, 2023). Hal ini mencerminkan prinsip bahwa kontribusi ekonomi dan kreatifitas kedua belah pihak selama perkawinan dianggap memiliki nilai yang setara dan oleh karena itu hak cipta atas karya seni, termasuk lagu, dianggap sebagai aset bersama. Namun, ada juga negara yang mungkin memiliki peraturan yang lebih khusus atau berbeda dalam mengatur hak cipta lagu dalam konteks harta bersama. Pengaturan ini dapat bervariasi tergantung pada undang-undang hak cipta dan undang-undang perkawinan yang berlaku di masing-masing negara. Di sisi lain, dalam konteks hukum Islam, penelitian ini menemukan bahwa prinsip-prinsip syariah mengakui konsep harta bersama dalam perkawinan, yang meliputi hak cipta lagu yang dihasilkan selama masa perkawinan (Labetubun & Fataruba, 2016). Namun, pembagian harta bersama dalam hukum Islam didasarkan pada prinsip keadilan dan kesetaraan, di mana kedua belah pihak memiliki hak yang sama terhadap aset yang diperoleh selama perkawinan. Dalam praktiknya, pembagian harta bersama dalam hukum Islam sering kali dilakukan secara proporsional berdasarkan kontribusi ekonomi masing-masing pasangan selama perkawinan. Variasi dalam pandangan Islam terhadap hak cipta lagu dalam perkawinan mencerminkan kompleksitas dalam aplikasi prinsip-prinsip hukum Islam dalam konteks perkawinan dan harta bersama. Selanjutnya, penelitian ini mengidentifikasi kemungkinan konflik atau keselarasan antara hukum nasional dan hukum Islam dalam konteks royaliti lagu sebagai harta bersama. Konflik ini dapat timbul dalam kasus-kasus di mana hukum nasional dan hukum Islam memiliki pandangan yang bertentangan mengenai status hukum hak cipta lagu yang dihasilkan selama perkawinan. Beberapa negara mungkin memiliki ketentuan yang lebih konsisten antara hukum nasional dan hukum Islam dalam hal kepemilikan dan pembagian harta bersama, sementara negara lain mungkin mengalami ketidaksesuaian antara kedua sistem hukum tersebut. Dampak temuan penelitian ini adalah dalam menyajikan rekomendasi atau pertimbangan untuk pembaharuan atau penyesuaian dalam hukum terkait, serta memberikan dasar yang kuat untuk mempertimbangkan perlunya reformasi hukum atau kebijakan yang lebih komprehensif untuk mengatasi isu-isu yang timbul terkait dengan royaliti lagu sebagai harta bersama dalam perceraian. Penelitian ini memberikan landasan bagi pembuat kebijakan untuk mengembangkan pedoman atau regulasi yang lebih jelas mengenai hak cipta lagu dalam konteks perkawinan, yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian hukum dan meningkatkan keadilan bagi semua pihak yang terlibat. Dampak temuan penelitian ini juga dapat dirasakan dalam praktik hukum dan industri musik secara luas. Pengakuan lebih lanjut terhadap royaliti lagu sebagai bagian dari harta bersama dalam perkawinan dapat menghasilkan praktik pembagian yang lebih adil dan transparan, yang pada gilirannya dapat mendukung kesejahteraan pencipta lagu dan mantan pasangan mereka. Selain itu, pemahaman yang lebih baik tentang konflik atau keselarasan antara hukum nasional dan hukum Islam dalam konteks ini dapat mempromosikan dialog lintas-budaya dan kerjasama dalam menangani isu-isu hukum yang kompleks. Dengan demikian, temuan penelitian ini memiliki potensi untuk menciptakan dampak yang signifikan dalam meningkatkan keadilan dan keharmonisan dalam penyelesaian masalah hukum keluarga yang sensitif seperti royaliti lagu dalam perkawinan. Hasil penelitian ini memiliki perbedaan signifikan dengan beberapa penelitian terdahulu dalam beberapa aspek kunci. Pertama-tama, penelitian ini memfokuskan pada peran royaliti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan dari perspektif hukum nasional dan hukum Islam. Sementara penelitian terdahulu mungkin telah mempertimbangkan aspek hukum keluarga atau hak cipta secara umum, penelitian ini secara khusus mengeksplorasi implikasi hukum hak cipta lagu dalam konteks harta bersama perkawinan, yang merupakan kontribusi unik dalam literatur hukum. Kedua, penelitian ini memperhatikan variasi dalam pendekatan hukum nasional terhadap hak cipta lagu dalam konteks harta bersama. Beberapa penelitian sebelumnya mungkin telah mengeksplorasi hukum nasional secara umum, namun penelitian ini mengidentifikasi perbedaan dalam cara negara- negara tertentu mengatur hak cipta lagu dalam konteks harta bersama perkawinan. Hal ini memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang kompleksitas regulasi hukum di tingkat nasional. Selain itu, penelitian ini menyoroti prinsip-prinsip hukum Islam dalam menangani harta bersama dalam perkawinan, khususnya dalam konteks hak cipta lagu. Ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana prinsip-prinsip syariah memandang kepemilikan dan pembagian harta bersama, serta bagaimana hal tersebut berbeda atau serupa dengan pendekatan hukum nasional. Pembeda lainnya adalah penelitian ini mengeksplorasi kemungkinan konflik atau keselarasan antara hukum nasional dan hukum Islam dalam konteks royaliti lagu sebagai harta bersama. Beberapa penelitian sebelumnya mungkin telah memusatkan perhatian pada satu sistem hukum saja tanpa mempertimbangkan interaksi atau perbandingan antara dua sistem hukum yang berbeda. Dengan demikian, temuan penelitian ini memberikan wawasan yang lebih komprehensif tentang kompleksitas dalam mengatur hak cipta lagu dalam konteks perkawinan dari perspektif hukum nasional dan hukum Islam. Selain itu, penelitian ini menawarkan rekomendasi atau pertimbangan untuk pembaharuan atau penyesuaian dalam hukum terkait, serta memberikan dasar yang kuat untuk mempertimbangkan perlunya reformasi hukum atau kebijakan yang lebih komprehensif. Dalam hal ini, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu karena tidak hanya mengidentifikasi masalah tetapi juga memberikan solusi konkret untuk meningkatkan keadilan dan keharmonisan dalam penyelesaian masalah hukum keluarga yang sensitif seperti royaliti lagu dalam perkawinan. Dengan demikian, hasil penelitian ini menonjolkan kontribusi uniknya dalam literatur hukum dengan menyajikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran royaliti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan menurut perspektif hukum nasional dan hukum Islam, serta mengidentifikasi potensi konflik atau keselarasan antara kedua sistem hukum tersebut. ## KESIMPULAN Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peran royaliti lagu sebagai harta bersama dalam perkawinan menurut hukum nasional dan hukum Islam. Ditemukan bahwa terdapat variasi dalam pendekatan hukum nasional terhadap hak cipta lagu dalam konteks harta bersama, dengan beberapa negara mengakui hak cipta lagu yang dihasilkan selama perkawinan sebagai bagian dari harta bersama yang perlu dibagi saat perceraian. Di sisi lain, hukum Islam mengakui konsep harta bersama dalam perkawinan, tetapi pembagian harta bersama didasarkan pada prinsip keadilan dan kesetaraan antara suami dan istri. Penelitian ini juga menyoroti kemungkinan konflik atau keselarasan antara hukum nasional dan hukum Islam dalam konteks royaliti lagu sebagai harta bersama. Perbedaan pandangan dan interpretasi antara kedua sistem hukum tersebut dapat menyebabkan kompleksitas dalam penyelesaian masalah hukum keluarga terkait hak cipta lagu setelah perceraian. Sebagai kesimpulan, penelitian ini menekankan pentingnya memperhatikan kedua perspektif hukum nasional dan hukum Islam dalam mengatur hak cipta lagu dalam konteks harta bersama perkawinan. Rekomendasi atau pertimbangan untuk pembaharuan atau penyesuaian dalam hukum terkait dapat membantu meningkatkan keadilan dan keharmonisan dalam penyelesaian masalah hukum keluarga yang sensitif seperti royaliti lagu dalam perkawinan. Dengan demikian, penelitian ini memberikan landasan yang kuat untuk pembahasan lebih lanjut dan tindakan lanjutan dalam mengatasi kompleksitas regulasi hukum dalam konteks ini. ## REFERENSI Abidin, A. Z. (2018). Hak Cipta Lagu Dan Musik Sebagai Objek Wakaf (Studi Perspektif Hukum Islam) . Arso, A. (2017). Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai Harta Bersama Perspektif Kompilasi Hukum Islam. Al-Daulah: Jurnal Hukum Dan Perundangan Islam , 7 (1), 28 – 56. Asnawi, M. N., & SHI, M. H. (2022). Hukum harta bersama: Kajian perbandingan hukum, telaah norma, yurisprudensi, dan pembaruan hukum . Prenada Media. Chen et al. (2021). The Role of Courts in Determining Intellectual Property Rights in Divorce Proceedings . Djuniarti, E. (2017). Hukum Harta Bersama Ditinjau dari Perspektif Undang- Undang Perkawinan dan KUH Perdata (The Law of Joint Property Reviewed from The Perspective of Marriage Law and Civil Code). Jurnal Penelitian Hukum P-ISSN , 1410 , 5632. Faizal, L. (2015). Harta bersama dalam Perkawinan. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam , 8 (2), 77 – 102. Firdawaty, L. (2017). Filosofi pembagian harta bersama. ASAS: Jurnal Hukum Ekonomi Syariah , 8 (1). Garcia & Rodriguez. (2023). Cultural Perspectives on Marital Asset Division and Intellectual Property Rights . Hafiz, M., Berliana, W. H., Ramadhani, R., & Ananta, A. H. U. (2021). Mekanisme Pengelolaan Hak Royalti Musik Oleh LMK & LMKN Ditinjau Dari Peraturan Pemerintah No 56 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu Dan/Atau Musik. Padjadjaran Law Review , 9 (1). Hanif, H. A. (2023). Aktualisasi Nilai-Nilai Wakaf Produktif Dalam Pelebatan Manfaat Royalti Musik. Bisma: Jurnal Pengabdian Masyarakat , 1 (2), 150 – 171. Haq, M., & Akbarizan, A. (2023). Tinjauan Hukum Terhadap Harta Bersama Dalam Perkawinan Yang Berasal Dari Intellectual Property Rights (Ipr) Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merek. Jotika Research in Business Law , 2 (1), 30 – 42. Hutami, E. L. (2022). Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Sistem Bagi Hasil Royalti Pada Aplikasi Storial. Co. Skripsi Hukum Ekonomi Syariah, UIN Walisongo Semarang . Johnson. (2019). The Impact of Intellectual Property Rights on Divorce Settlements . Kudus, N., Sanib, S. S., & Yusuf, H. (2024). Pembagian Harta Bersama Berupa Hak Royalti Hak Cipta dalam Hukum Perkawinan di Indonesia. Halu Oleo Law Review , 8 (1), 101 – 111. Kurniawan, M. B. (2018). Pembagian harta bersama ditinjau dari besaran kontribusi suami istri dalam perkawinan. Jurnal Yudisial , 11 (1), 41 – 53. Labetubun, M. A. H., & Fataruba, S. (2016). Peralihan hak cipta kepada ahli waris menurut hukum perdata. Sasi , 22 (2), 1 – 11. Lee & Kim. (2020). Legal Perspectives on the Division of Intellectual Property Rights in Divorce Cases . Maramis, R. L. (2014). Perlindungan Hukum hak cipta atas karya musik dan lagu dalam hubungan dengan pembayaran royalti. Lex Privatum , 2 (2). Miladiyanto, S. (2015). Royalti Lagu/Musik Untuk Kepentingan Komersial Dalam Upaya Perlindungan Hak Cipta Lagu/Musik. Rechtidee , 10 (1), 1 – 17. Muthmainnah, N., Pradita, P. A., & Bakar, C. A. P. A. (2022). Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Bidang Lagu dan/atau Musik Berdasarkan PP Nomor 56 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik. Padjadjaran Law Review , 10 (1). Nawawi, K. (2018). Harta Bersama Menurut Hukum Islam dan Perundang- undangan di Indonesia. Mizan: Journal of Islamic Law , 1 (1). Permana, D. O., Masri, E., & Tobing, C. I. (2021). Implementasi Royalti Terhadap Pencipta Lagu Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. Krtha Bhayangkara , 15 (2), 319 – 332. Rahman, S., Qamar, N., & Kamran, M. (2020). Efektivitas Pembagian Harta Bersama Pasca Perceraian: Studi Kasus Perkawinan Poligami. SIGn Jurnal Hukum , 1 (2), 104 – 118. Safithri, H. (2020). Sita Marital (Maritale Beslag) Atas Harta Bersama Dalam Perkawinan Dalam Hal Terjadi Perceraian. Jurnal Kepastian Hukum Dan Keadilan , 1 (2), 1 – 13. Sinaga, E. J. (2020). Pengelolaan Royalti Atas Pengumuman Karya Cipta Lagu Dan/Atau Musik. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum , 14 (3), 553 – 578. Smith et al. (2018). The Division of Marital Assets in Divorce Proceedings . Wang. (2022). The Evolution of Legal Frameworks for Marital Assets in the Context of Intellectual Property Rights . Zubaidi, Z. (2019). Problematika Pembagian Harta Bersama Di Samalanga-Bireuen. Jurnal Al-Ijtimaiyyah , 5 (2), 55 – 74. Copyright Holder : © Dyah Auliah Rachma Ruslan (2024). First Publication Right : © Jurnal Tana Mana This article is under:
96d73836-ecaf-40b5-b9e8-7ce1c6fc62e7
https://www.jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Medialog/article/download/1239/1167
MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi ## ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI PADA TWITTER TERKAIT ISU LEGALISASI GANJA DI INDONESIA UNTUK KESEHATAN Putri Rizky Nadilla 1* , Kharisma Nasionalita 2 1,2, Fakultas Komunikasi dam Bisnis Telkom University *Email: [email protected] ## ABSTRAK Penelitian ini menggunakan metode analisis jaringan komunikasi yang leih berfokus kepada relasi yang terjadi diantara aktor dan anggota dalam jaringan komunikasi. Tujuan penenlitian ini untuk mengetahui pola jaringan komunikasi dan peranan aktor yang terlibat dalam isu legalisasi ganja pada Twitter dengan hashtag #legalisasiganja selama periode bulan Januari 2017 sampai bulan Oktober 2020. Data aktor bersumber dari web Drone Emprit , kemudian diolah dengan aplikasi UCINET. Dari 1.673 aktor, peneliti memilih tiga aktor yang paling dominan dalam jaringan komunikasi. Hasil penelitian adalah pola yang terbentuk ada dua yaitu, pola roda yang terbentuk dari setiap aktor dan pola bintang yang terbentuk dari ketiga aktor. Untuk meningkatkan akurasi dari ketiga aktor, dilakukan pula pengukuran nilai kepadatan jaringan, nilai sentralitas berdasarkan level sentralitas tingkatan ( degree centrality ), sentralitas kedekatan ( closeness centrality ), sentralitas keperantaraan ( betweenness centrality ), dan sentralitas eigenvektor ( eigenvector centrality ). Ditemukan satu aktor paling dominan yaitu akun @bang_bar0n dengan nilai sentralitas yang paling tinggi dengan nilai kepadatan jaringan sebesar 0,0023. Kata Kunci : aktor; analisis jaringan komunikasi; legalisasi ganja; relasi; twitter. ## ANALYSIS OF THE COMMUNICATION NETWORK ON TWITTER RELATED TO THE ISSUE OF LEGALIZING MARIJUANA IN INDONESIA FOR HEALTH ## ABSTRACT This study uses a communication network analysis method that focuses more on the relationships that occur between actors and members in the communication network. The purpose of this study was to determine the pattern of communication networks and the role of actors involved in the issue of legalizing marijuana on Twitter with the hashtag #legalisasiganja during the period January 2017 to October 2020. Actor data was sourced from the Drone Emprit web, then processed with the UCINET application.From 1,673 actors, the researcher chose the three most dominant actors in the communication network. The result of the research is that there are two patterns formed, namely, the wheel pattern that is formed from each actor and the star pattern that is formed from the three actors. To improve the accuracy of the three actors, the measurement of network density values, centrality values based on degree centrality, closeness centrality, betweenness centrality and eigenvector centrality was also carried out. One of the most dominant actors was found, namely the @ bang_bar0n account with the highest centrality value with a network density value of 0.0023. Keywords: actors; communication network analysis; marijuana legalization; relation; twitter Korespondensi: Putri Rizky Nadilla, S.Ikom. Fakultas Komunikasi dan Bisnis Telkom University. Jl. Telekomunikasi Jl. Terusan Buah Batu, Sukapura, Kec. Dayeuhkolot, Kota Bandung, Jawa Barat 40257. Whatsapp: 08815788941, Email: [email protected] ## PENDAHULUAN Tumbuhan ganja atau dengan nama latin Cannabis sativa atau Cannabis indica masuk ke dalam jenis obat psikotropika. Dalam ganja terdapat zat yang disebut tetrahidrokanabinol. Jika zat itu masuk ke dalam tubuh seseorang akan menyebabkan rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab atau euphoria. Zat tetrahidrokanabinol juga digunakan sebagai penghilang rasa sakit, contohnya digunakan kepada orang yang menderita glukoma. Namun zat tetrahidrokanabinol mempunyai efek analgesic yang jika dikembangkan dapat menjadi lebih berguna untuk pasien dan tujuan pengobatan lainnya. Selain itu di masyarakat tradisonal, ganja masih digunakan sebagai pengobatan tradisional. Berdasarkan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997, ganja masuk ke dalam jenis narkotika golongan I. Siapapun yang menggunakan ganja terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara. Sedangkan menurut Undang-Undang No.35 tahun 2009 tentang narkotika, pemakai ganja diancam dengan hukuman paling lama 12 tahun. Dalam budidaya tumbuhan ganja, Pemerintah juga mempunyai peraturan khusus yaitu Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 1980 tentang Ketentuan Penanaman Papaver, Koka, dan Ganja. Dalam peraturan tersebut menyebutkan, lembaga pendidikan atau lembaga pengetahuan dapat menanam ganja tetapi harus dengan izin serta membuat laporan setiap enam bulan sekali terkait lokasi, luas tanaman, dan hasil. Apabila terjadi sesuatu yang tidak diingankan pada lahan pertanian ganja tersebut misalnya kehilangan, lembaga tersebut harus melapor ke polisi. Penggunanaan ganja dalam takaran yang tidak sesuai aturan bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan, oleh karena itu penggunaan ganja dalam proses penyembuhan dibidang kesehatan belum dapat diterapkan secara umum di Indonesia, belum lagi dalam hal penggunaan tanaman ganja dianggap sebagai dampak dari munculnya kriminalitas di masyarakat. Berbagai perspektif ini kemudian seringkali dibentuk oleh kebanyakan media mainstream. Contohnya adalah Twitter. Isu ini menjadi pro dan kontra yang diperdebatkan dalam Twitter, bahkan ada suatu organisasi khusus yang mendukung adanya Legalisasi Ganja di Indonesia untuk Kesehatan. Sejak saat itu, isu legalisasi ganja menuai berbagai respon dari masyarakat. Twitter merupakan salah satu media sosial yang digunakan masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya. Dengan memanfaatkan salah satu fitur yang ada di Twitter yaitu Hashtag #legalisasiganja. Twitter telah menghasilkan cukup banyak tweet terkait isu Legalisasi Ganja untuk Kesehatan di Indonesia. Isu ini sudah diperbincangkan sejak tahun 2014 hingga sekarang. Melihat cukup banyak tweet tentang legalisasi ganja di Indonesia, maka terjadilah proses pertukaran informasi yang terjadi antar pengguna twitter dalam mencari dan menyebarkan informasi terkait isu legalisasi ganja di Indonesia untuk kesehatan yang dapat dilakukan dengan metode analisis jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi dapat menggambarkan jaringan yang terbentuk dalam twitter dengan siapa para penyuara pendapat berinteraksi dan membangun relasi terkait isu legalisasi ganja di Indonesia untuk kesehatan. Jaringan tersebut membentuk beberapa kelompok saluran informasi yang berada dalam kelompok beserta struktur yang menyusunnya. Proses pertukaran informasi yang terjadi dari dua orang atau lebih menggambarkan adanya jaringan yang muncul sebagai akibat kebutuhan informasi. Individu yang berinteraksi memilki peran dalam sebuah jaringan tergantung kepada intensitas mereka dalam menerima atau memberikan informasi. Metode analisis jaringan komunikasi pada media digital sebelumnya belum pernah digunakan dalam penelitian terkait isu legalisasi ganja. Penelitian ini akan menganalisis, menggambarkan dan mengetahui jaringan sosial dan struktur jaringan masyarakat pada twitter terkait isu “Legalisasi Ganja di Indonesia untuk Kesehatan” yang mana akan menghubungkan dan mempengaruhi satu jaringan dengan jaringan yang lainnya dalam membentuk opini masyarakat. Dikutip dari (Eriyanto, 2014) ada dua kata kunci utama dari jaringan komunikasi. Pertama, aktor yang melihat fenomena atau isu. Kedua, relasi yaitu bagaimana aktor-aktor tersebut berinteraksi satu sama lain. Penelitian ini sangat relevan untuk diteliti karena sangat berkaitan erat dengan keadaan terkait penggunaan ganja di Indonesia dan melihat Twitter sebagai media baru yang berkembang pesat dalam memuat informasi ini. Melihat ada penelitian sebelumnya yang juga membahas tentang legalisasi ganja dan analisis jaringan komunikasi. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah literasi penggunaan metode analisis jaringan komunikasi pada media digital serta meningkatkan akurasi penelitian sebelumnya tentang legalisasi ganja di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian dengan metode analisis jaringan komunikasi ini untuk mengetahui siapa saja aktor dominan yang terlibat dalam isu legalisasi ganja, bagaimana pola jaringan komunikasi yang terbentuk diantara para aktor dan mengetahui peranan masing-masing aktor dalam isu legalisasi ganja. ## METODE PENELITIAN ## Populasi dan Sampel Populasi dari Twitter akan mengambil semua tweet dan retweet yang berhubungan dengan #legalisasiganja mulai dari periode bulan Januari tahun 2017 sampai dengan bulan Oktober tahun 2020. Penulis akan menggunakan crawling data pada Twitter dengan menggunakanwebsite open source “Drone Emprit”, sehingga dapat diketahui berapa jumlah populasi dalam tweet terkait dengan hastag #legalisasiganja dan akan membentuk suatu jaringan komunikasi. Setelah proses crawling, data Twitter akan di ekstrak pada Microsoft excel, sehingga dapat diketahui berapa jumlah populasi dalam tweet terkait dengan hashtag #legalisasiganja. Penulis akan menghitung keseluruhan tweetdan retweet lalu memetakan serta mengelompokkan aktor-aktor yang saling terhubung dengan tweet yang berkaitan dengan hashtag #legalisasiganja. ## Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis jaringan komunikasi dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Sumber data primer didapatkan dari website Drone Emprit yang memuat seluruh data twitter terkait isu legalisasi ganja. Adapun data penelitian juga didapat dari buku literatur, jurnal ilmiah, serta artikel internet. Unit Analisis pada penelitian iniingin mengetahui pertukaran informasi dan relasi yang dibatasi dalam ruang lingkup sosial media Twitter melihat dari jenis hubungan ( mention, retweet, dan tweet ). Denganteknikanalisisdataberfokus kepada jaringan utuh ( complete networks ) yaitu level aktor, level sistem dan level kelompok. Analisis jaringan komunikasi dilakukan dengan pendekatan deskriptif, berdasarkan level sentralitas tingkatan ( degree centrality ), sentralitas kedekatan ( closeness centrality ), sentralitas keperantaraan ( betweenness centrality ), dan sentralitas eigenvektor ( eigenvector centrality ). ## Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini peneliti mengambil sumber data tweet yang diperoleh melalui website Drone Emprit dan melakukan observasi. Untuk mengolah data tweet, peneliti menggunakan UCINET sebagai aplikasi yang dapat mengolah dan menvisualisasikan data berupa jaringan komunikasi. UCINET juga dapat menyajikan nilai yang menggambar interaksi dalam jaringan komunikasi. Peneliti juga menggunakan data pendukung lainnya, seperti beberapa buku, jurnal, dan artikel di internet. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini berdasarkan data-data yang telah peneliti kumpulkan terkait aktor dan relasi yang terbentuk terkait isu legalisasi ganja untuk kesehatan selama periode bulan Januari 2017 sampai bulan Oktober 2020 melalui website Drone Emprit. Melihat data dari Drone Emprit, ditemuka 1.673 akun Twitter yang ikut terlibat dalam isu #legalisasiganja periode bulan Januari 2017 sampai bulan Oktober 2020. Peneliti tidak mengambil semua aktor, hanya mengambil aktor dalam list nomor 2, 3, dan 4 yaitu @bang_bar0n, @VICE_ID dan @ariryantama. Ketiga akun ini memiliki jumlah akun pengikut tertinggi dalam sebuah tweet menggunakan hashtag #legalisasigaanja. Akun @bang_bar0n berhasil menarik perhatian sebanyak 888 akun, akun @VICE_ID sebanyak 101 akun dan @ariryantama sebanyak 97 akun. Media digital saat ini yang memudahkan seseorang menyampaikan dan menrima informasi. Media digital media bekerja interaktif dan memiliki kapasitas untuk memperluas dan meningkatkan volume informasi yang dapat membuat individu memiliki kontrol yang lebih besar dan suatu kemampuan untuk menyampaikan dan menyeleksi informasi tertentu. Informasi yang dimuat dalam media digital bervariasi, salah satunya informasi sosial tentang legalisasi ganja di Indonesia. Ganja dianggap hanya sebuah obat rekreasi yang memiliki efek lebih rendah dibanding narkotika jenis lain. Meski demikian, bagi BNN, ganja tetap masuk dalam salah satu golongan I zat terlarang yang ada dalam UU Nomor 35 tahun 2009, karena dampaknya pada kesehatan dan mengancam masa depan bangsa. Isu sosial ini terus menjadi perdebatan di kalangan masyarakat Indonesia. Terutama melalu media Twitter, berdasarkan teori tentang Twitter merupakan media yang paling cepat dalam perkembangannya dalam menyebarkan informasi yang berhubungan dengan Indonesia, salah satunya isu legalisasi ganja ini. Isu legalisasi ganja telah dibahas dalam Twitter sejak tahun 2014 dan masih diperbincangan sampai sekarang dengan menggunakan hashtag #legalisasiganja. Dalam penelitian ini, bentuk analisis jaringan bersifat konvergen, yaitu komunikasi tidak dipandang sebagai proses yang berjalan lurus, namun melingkar. Setiap pengguna atau akun yang ada di Twitter bisa dengan mudahnya membangun sebuah kontak atau relasi antar pengguna atau akun yang lain. Adanya relasi yang dibangun melalu media Twitter ini ditandai dengan adanya retweet, mention dan reply. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan sebanyak 1.673 akun atau pengguna Twitter. Dari 1673 akun, ditemukan tiga akun yang menjadi pusat atau aktor yang mengawali terbentuknya jaringan komunikasi. Menurut Eriyanto, seseorang dapat berpartisipasi dalam jaringan dengan cara yang berbeda, tergantung pada perilaku organisasi tempat seseorang terlibat. Aktor yang paling utama dan terbanyak mendapatkan retweet adalah akun @bang_bar0n. Akun tersebut bersifat personal, namun penyebaran informasi yang dilakukan oleh akun @bang_bar0n merupakan hubungan interpersonal antar aktor dan akun yang me- retweetnya. Sedangkan aktor nomor dua @VICE_ID merupakan sebuah organisasi media jurnalisme yang memiliki akun dan menyebarkan informasi terkait isu legalisasi ganja. Kedua perbedaan akun aktor ini, membuktikan bahwa siapa saja yang memiliki akun pada Twitter dapat berpatisipasi dalam jaringan komunikasi, baik akun itu bersifat personal maupun organisasi sekalipun. Kemudian relasi yang telah terbentuk dalam jaringan komunikasi tersebut menghasilkan sebuah analisis jaringan komunikasi dan peneliti menguraikan hasil penelitian yang telah diperoleh. Peneliti akan menjelaskan hasil penelitian dari dari sumber data yang telah dijabarkan pada Bab 3 dan hasil dari observasi media Twitter sebagai berikut: ## Fenomena Komunikasi Isu #legalisasiganja Pada Twitter. Merujuk pada hasil perhitungan dengan UCINET, fenomena #legalisasiganja pada periode bulan Januari tahun 2017 sampai bulan Oktober tahun 2020 banyak yang memperbincangkan. Namun komunikasi yang terjadi hanya satu arah, sehingga isu ini hanya berkembang di lingkup masyarakat saja. Setiap aktor mempunyai relasinya masing-masing dan relasi tersebut tidak cukup untuk membuat isu ini cukup ramai dibicarakan lagi untuk tahun berikutnya. Masyarakat yang membangun relasi pada setiap aktor hanya sekedar melakukan retweet tanpa melihat bobot isi cuitan para aktor. Peneliti meganalisis isi dari masing-masing tweet aktor tentang #legalisasiganja, sebagai berikut: 1) Tweet aktor @bang_bar0n ini menjadi top nomor 1 selama periode yang peneliti tentukan, padahal jika dilihat statusnya hanya sebagai mahasiswa. Sedangkan aktor @VICE_ID adalah sebuah media jurnalistik yang seharusnya lebih banyak mendapatkan perhatian oleh masyarakat karena mempunya kredibilitas yag tinggi dalam penyampaikan suatu informasi. Artinya menurut pengguna twitter yang terlibat dalam isu #legalisasiganja menganggap bahwa tweet aktor @bang_bar0n lebih menarik perhatian masyarakat twitter karena bersifat kontrorversial yang menyatakan bahwa "mengambil keputusan untuk melegalkan ganja itu tidak mudah walaupun ganja memiliki banyak manfaat bagi kesehatan". Penyampaian @bang_bar0n dalam cuitan ini pun bahasanya sangat santai dan faktual sesuai dengan kondisi Indonesia saat ini. 2) Sedangkan tweet @VICE_ID saat itu hanyak membagikan sebuah berita baru yang baru saja di rilis oleh website vice.com dan isi cuitannya adalah memberitahu seakan legalisasi ganja di Indonesia akan dibatalkan karena belum disetujui oleh Badan Narkotika Nasional dan polisi. Tentu masyarakat Twitter merasa tweet ini tidak menarik, karena tidak ada timbal balik yang baik terhadap isu yang sedang diperbincangnkan dan justru membuat masyarakat Twitter kehilangan harapan untuk adanya legalisasi ganja di Indonesia untuk kesehatan. 3) Berbeda lagi dengan aktor @ariryantama, ia mempunyai followers lebih banyak di bandingkan aktor pertama @bang_bar0n.Tetapi jika melihat cuitan dari @ariryantama, tweetnya bersifat menyindir seseorang public figure yang tersandung kasus narkotika dan menghubungkannya dengan isu #legalisasiganja. Jadi terlepas dari jumlah followers dan status dari ketiga aktor, para pengikut masing- masing aktor yang membangun interaksi melalui sebuat retweet hanya melihat bagaimana pendapat dari masing-masing aktor dan semua orang dapat berkomunikasi serta membangun relasi dengan siapa saja tanpa melihat jumlah followers dan status akun twitter tersebut. Maka dari itu hubungan relasi dalam isu ini tidak terlalu dalam dan komunikasi yang dominan dilakukan hanya melalu pihak aktor saja. ## Pola Jaringan Komunikasi Pada bagian peneliti menguraikan hasil penelitian yang telah diperoleh. Peneliti akan menjelaskan hasil penelitian dari dari suber data yang telah dijabarkan pada Bab 3 dan hasil dari observasi media sosial sebagai berikut: ## Tabel I Jaringan Komunikasi Tiap Aktor No Jaringan Komunikasi Tiap Aktor Data Analisis Jaringan. 1. @bang_bar0n Kepadatan Jaringan: 0,0023 Degree Centrality: 887,000 Closeness Centrality: 73,523 Betweeness Centrality: 98,318 Eigenvector Centrality: 887 2. @VICE_ID Kepadatan Jaringan: 0,0196 Degree Centrality: 101,000 Closeness Centrality : 33,478 Betweeness Centrality : 17,622 Eigenvector Centrality : 101 3. @ariryantama Kepadatan Jaringan: 0,0204 Degree Centrality : 96,000 Closeness Centrality : 33,272 Betweeness Centrality : 16,613 Eigenvec6tor Centrality : 97 Dari gambar tabel jaringan diatas, ketiga aktor yaitu @bang_bar0n, @VICE_ID, dan @ariryantama menjadi pusat dalam menyampaikan pendapat terkait isu #legalisasiganja. Jenis relasi yang dihasilkan dari jaringan ketiga aktor yaitu directed (terarah) dan relasi dilakukan secara asimetris (hubungan satu arah), sedangkan data jaringan adalah bersifar valued yang artinya aktor dan anggota jaringan memiki nilai 1 dalam matriks yang menyatakan terdapat relasi. Hubungan setiap aktor dengan anggotanya jaringannya dikomunikasikan secara terarah namun tidak meliputi ketiga aktor, hanya sebatas aktor dengan anggota jaringan saja. Dimana ada satu pihak yang mempunyai peran dan pihak lain tidak mempunyai peran. Namun tingkat kepadatan (density) dalam jaringan ketiga aktor tergolong rendah atau dengan kata lain jaringan komunikasi yang terjadi di tiap aktor sangat lemah, tidak lebih dari nilai 0,5. Jaringan yang memiliki tingkat interkasi tinggi antara anggota jaringannya adalah diatas 0,5. Artinya akun yang me-retweet cuitan dari @bang_bar0n, @VICE_ID, dan @ariryantama tidak saling berinteraksi. Para anggota jaringan (alter) tersebut hanya menerima informasi dari masing-masing aktor. Berdasarkan hasil penelitian dan penjelasan peneliti mengenai pola jaringan komunikasi, pola yang dihasilkan oleh jaringan ketiga aktor yaitu membentuk pola roda (wheel). Roda adalah pola jaringan komunikasi yang memiliki pemimpin yang terletak di pusat. Dalam pola ini hanya seseorang yang berada di pusat yang bisa berkomunikasi dengan anggota lain dalam jaringan. Pemimpin sebagai komunikator dan anggota kelompok berperan sebagai komunikan yang hanya dapat melakukan timbal balik informasi kepada pemimpinnya. Masing-masing aktor menjadi pemimpin dalam menyebarkan informasi dan hanya dengan anggotanya, ketiga aktor dalam melakukan hubungan timbal balik. Hal ini juga berdasarakan nilai kepadatan jaringan yang terlalu kecil dan tidak adanya interaksi diantara akun yang terhubung oleh masing-masing aktor. Kurangnya interaksi yang dilakukan para anggota jaringan kepada aktor lain membuat tidak ditemukan pula klik di setiap jaringan komunikasi aktor. Gambar 1 Jaringan Komunikasi Ketiga Aktor (sumber: Peneliti) Dalam perhitungan UCINET, nilai kepadatan (density) dalam jaringan ketiga aktor sebesar 0.0018 dengan standar deviasi sebesar 0,0429 yang merupakan tingkat error suatu data yang semakin kecil nilainya maka semakin kecil pula tingkat data error. Kepadatan jaringan tidak lebih dari 50%, hanya 0,18%. Artinya akun yang me-retweet ketiga aktor tidak memiliki relasi dengan anggota jaringan aktor yang lain dan tidal saling berinterksi. Begitupun dengan ketiga aktor juga tidak saling berinteraksi dalam jaringan. Interaksi yang terjadi sangat lemah, hanya berpusat dari pengikut akun ke setiap aktor melalui cuitan yang dibuat oleh masing-masing aktor. Berdasarkan hasil perhitungan dari UCINET, Kepadata jaringan (density) mengindikasikan tidak adanya relasi yang terjalinbaik aktor dengan akun pengikut maupun aktor dengan aktor lainnya. Maka dapat disimpulkan pula pola jaringan komunikasi yang terjadi dalam ketiga aktor ini yaitu pola roda (wheel). Seperti penjelasan sebelumnya mengenai pola jaringan tiap aktor. Pola roda ini memusatkan hanya pada aktor yang memberikan informasi berupa cuitan (tweet), kemudia akun pengikut menerima cuitan (tweet) tersebut dengan me- retweetnya. Sedangkan pola komunikasi yang terbentuk saat data jaringan komunikasi ketiga aktor digabungangkan adalah pola bintang ( star atau pinwheel ). Karena dari hasil visualisasi jaringan ketiga aktormenunjukkan bahwa ada beberapa anggota jaringan pada tiap aktor melakukan interaksi dengan aktor dan anggota jaringan yang lainnya. Sehinngga hubungan interaksi ini menghasilkan sebuah link ( Edge ) yang merupakan relasi di antara aktor. ## Peranan Aktor Ketiga aktor diatas merupakan aktor pusat dari adanya isu legalisasi ganja dengan hashtag #legalisasiganja. Ketiga aktor ini memiliki banyak pengikut akun yang meretweet cuitannya selama periode bulan Januari 2017 sampai bulan Oktober 2020. Setelah dianalisis, ketiga aktor ini tidak mengenal dan tidak mempunyai relasi. Hanya beberapa aktor dan anggota dari masing-masing aktor yang memiliki relasi dengan aktor lainnya, karena tiap jaringan komunikasi aktor memiliki jenis relasi ini yang terarah melalui node (aktor) dengan alter (anggota jaringan) saja. Kemudian relasi tidak menyambung dengan ketiga aktor atau dengan kata lain dilakukan dengan asimetris (hubungan satu arah). Berdasarkan perhitungan jaringan keseluruhan, akun @bang_bar0n paling mendominasi diantara aktor yang lain dan menjadi aktor pusat dalam menyebarkan informasi ini terkait isu legalisasi ganja. Dilihat dari profil Twitter pribadinya, akun @bang_bar0n telah memiliki 4.384 followers dan 808 following. Karena mempunya followers yang cukup banyak, peneliti menyimpulkan, akun @bang_bar0n cukup aktif membuat tweet di timeline Twitter miliknya. Ia juga dianggap berpengaruh oleh beberapa followersnya, karena di salah satu tweetnya ia menawarkan jasa retweet untuk siapa saja yang sedang melakukan promosi atau menjual produk di timeline Twitternya. Oleh karenanya, itu merupakan salah satu faktor akun @bang_bar0n dapat menjadi pusat informasi ketika ia mengeluarkan suatu pernyataan tentang isu sosial legalisasi ganja. Akun ini juga bersifat personal, yang umumnya pernyataan langsung dari dirinya sendiri tanpa ada pengaruh dari suatu organisasi atau lembaga yang pro atau kontra dengan legalisasi ganja. Ada satu kelemahan pula yang dimiliki oleh jaringan komunikasi akun @bang_bar0n. Nilai kepatan jaringan (density) @bang_bar0n adalah yang paling kecil. Walaupun cuitan akun tersebut banyak di retweet oleh akun lainnya tetapi jaringan yang dihasilkan sangat longgar. Interaksi dan relasi yang terjalin antara aktor dan anggotanya terbilang pasif. Kerapatan jaringan @bang_bar0n hanya 0,23 %. Sedangkan jika dibandingkan dengan akun @ariryantama yang memiliki kerapatan 2,04 %. Padahal jumlah retweet cuitan dari akun @ariryantama hanya 97 akun. Hal ini berarti semakin banyak orang yang me-retweet cuitan dari masing-masing aktor maka semakin longgar pula jaringan komunikasi yang terjadi. Karena terlalu banyak jumlah akun, maka timbal balik yang dilakukan tidak efektif sehingga jaringan komunikasi tidak rapat atau longgar. Dari data diatas (Tabel I), akun @bang_bar0n memiliki kedekatan dengan beberapa anggota jaringan yang kemudian anggota jaringan ini menjadi penghubung akun @bang_bar0n dengan dua aktor lainnya yaitu @VICE_ID dan @ariryantama. Ketiga aktor ini berelasi dengan perhitungan path (jalur) yang telah dijabarkan pada gambar 4.7. Sehingga relasi yang terbentuk diantara aktor dan anggota jaringan tersebut menghasilkan sebuah klik yaitu hubungan antara aktor dan anggota jaringan yang saling berelasi. Hasilnya sebagai berikut: Gambar 2 Hasil Klik Ketiga Aktor (sumber: Peneliti) Ketiga aktor dalam jaringan komunikasi ini saling terhubung karena adanya akun perantara di dalam jaringan tersebut. Hal ini menghasilkan sebuh struktur jaringan yang dibentuk karena adanya relasi dari para aktor ( node ) dan anggota jaringannya. Akun perantara dalam jaringan ini adalah @yawdalayaw, @bukandualipa, @zeyengggh dan @lohakusiapa. Dalam penelitian analisis jaringan terdapat elemen pada struktur jaringan (Eriyanto, 2014) yaitu terdiri dari komponen, klik, bridges , hubs , cutpoints dan pemencil. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa elemen dari struktur jaringan ketiga aktor. Pertama elemen klik, klik merupakan sebuah pengelompokkan aktor yang lebih kuat dalam jaringan. Klik muncul karena adanya relasi yang terjadi antara aktor dan anggota secara lengkap dan maksimal. Gambar diatas merupakan jaringan komunikasi antara aktor @bang_bar0n, @VICE_ID, dan @ariryantama. Dari jumlah 1.086 akun yang me-retweet cuitan masing-masing aktor, ditemukan enam klik aktor yang mempunyai relasi dengan aktor yang lainnya. Relasi ini membentuk sebuah klik dalam jaringan komunikasi ketiga aktor ini. Diantaranya: 1. @bang_bar0n > @lohakusiapa > ariryantama 2. @bang_bar0n > @zeyengggh > @ariryantama 3. @bang_bar0n > bukandualipa > @ariryantama 4. @VICE_ID > @yawdalayaw > @bang_bar0n > @lohakusiapa > @ariryantama 5. @VICE_ID > @yawdalayaw > @bang_bar0n > @zeyengggh > @ariryantama 6. @VICE_ID > @yawdalayaw > @bang_bar0n > @bukandualipa > @ariryantama Karena jaringan komunikasi yang dilakukan diantara ketiga aktor dibentuk secara terarah( directed ) dan hubungan komunikasi yang dilakukan hanya melalui satu arah saja (asimetris)maka yang mendominasi hanyalah satu aktor. Bahkan ketika data ketiga aktor digabungkan, antara ketiga aktor mempunya tingkat kepadatan jaringan komunikasi yang kecil. Setiap aktor mempunyai relasi dan jaringan komunikasinya sendiri. Ketiga aktor hanya berperan sebagai pemberi dan penyebar informasi melalui media sosial Twitter kepada akun pengikutnya. Namun aktor dalam isu ini tidak saling berelasi dengan aktor yang lain. Ketiga aktor hanya mempuyai relasi pada saat ketiga jaringan komunikasi masing-masing aktor digabungkan. Kemudian aktor pusat yang memiliki peran sebagai penyebar informasi bagi anggota jaringannya. Sehingga klik yang ada pada gambar atas (4.13) bisa dikatakan sama dengan path (jalur) yang dihubungi atau dilewati para aktor dalam menyebarkan informasinya terkait isu legalisasi ganja. Anggota-anggota jaringan yang di lewati berdasarkan gambar (4.13) berada dalam garis yang menghubungkan antara aktor yang satu dengan aktor lain dan disebut juga sebagai link. Kemudian elemen kedua yang ditemukan yaitu hubs, hubs menggambarkan koneksi paling banyak yang dimiliki oleh aktor (node). Dalam jaringan ini akun @bang_bar0n dan @ariryantama memiliki jumlah tiga link . Kedua akun tersebut sama-sama terkoneksi dengan tiga akun perantara yaitu @zeyengggh, @bukandualipa dan @lohakusiapa. Kemudian elemen ketiga adalah cutpoints adalah yang berperan sebagai perekat antar aktor. Kebalikannya dari hubs, akun @zeyengggh, @bukandualipa dan @lohakusiapa adalah perekat bagi aktor @bang_bar0n dan @ariryantama. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik dan metode analisis jaringan komunikasi, pengumpulan data melalui Web Drone Emprit, pengolahan data melalui aplikasi UCINET dan observasi yang dilakukan pada setiap aktor yang dipilih penulis dalam isu legalisasi ganja. Dapat ditarik kesimpulan yang menjawab pertanyaan penelitian, berikut peneliti paparkan kesimpulan pada penelitian ini: Pertama, pengambilan data aktor dilakukan dengan bantuan melalui website Drone Emprit. Ada tiga aktor yang paling dominan dan memiliki jumlah retweet tertinggi selama isu #legalisasiganja selama periode bulan Januari 2017 sampai bulan Oktober 2020. Ketiga aktor tersebut merupakan akun bersifat personal dan sebuah organisasi jurnalistik pada media sosial Twitter. Kedua, pola jaringan komunikasi yang terbentuk adalah dua pola. Pola pertama yaitu pada setiap aktor membentu pola roda ( wheel) . Dalam jaringan ketiga aktor, aktor menjadi pusat atau pemimpin dalam penyebaran informasi terhadap masing-masing anggota jaringan. Kurangnya interaksi dan relasi yang timbul antara aktor dan anggota membuat hanya aktor yang bertindak sebagai komunikator sementara anggota jaringan hanya sebagai komunikator. Pola kedua yaitu setelah data dari ketiga aktor digabungkan yang menghasilkan beberapa relasi dari aktor kepada anggota jaringan dan aktor lain. Pola komunikasi yang terbentuk adalah pola bintang (star ata pinwheel). Komunikasi pola bintang ini terjadi karena aktor dan anggota jaringan dapat berkomunikasi atau membangun relasi dengan kelompok anggota jaringan yang lain. Ketiga, peranan yang dilakukan aktor adalah sebagain fasilitator informasi bagi akun yang me- r etweet cuitan yang di posting pada masing-masing profil Twitter aktor. Dapat dilihat bahwa seorang aktor dalam posisi yang lebih disukai secara terpusat memang memiliki kemampuan yang meningkat untuk menyebarkan lebih banyak informasi kepada anggota jaringannya. Ini dapat dilihat dari hasil perhitungan sentralitas yang berbeda, analisis profil Twitter, dan hasil perhitungan sentralitas ini dapat mengubah posisi struktural aktor tertentu dan meningkatkan keunggulan mereka di media sosial. Melalui perhitungan arus atau aliran dalam jaringan yaitu dengan path (jalur) menghasilkan penghubung aktor dengan aktor yang lainnya dalam jaringan. Hal ini menjadi sangat penting dan nilai sentralitas kedekatan yang dilakukan aktor dengan anggota jaringannya ini membentuk relasi dengan aktor lainnya. Tanpa adanya akun penghubung, jaringan komunikasi menjadi lebih kecil lagi relasinya. Jumlah klik yang ditemukan hanya berjumlah enam. Artinya, ada yang berelasi dengan aktor dan anggota lain dalam isu #legalisasi ganja, namun pengguna twitter atau akun yang mengikuti cuitan para aktor yang terlibat dalam isu ini tidak tertarik untuk menelusuri sejauh mana isu ini berkembang. Hanya empat akun dari semua anggota jaringan yang menjalin relasi kepada ketiga aktor dan melihat isi cuitan dari ketiga actor dalam periode bulan Januari 2017 sampai bulan Oktober 2020. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti dapat menggunakan isu yang lebih kontroversial agar aktor dan relasi yang dihasilkan lebih sering muncul. Sehingga data yang dihasilkan sesuai dengan standar deviasi kepadatan jaringan yaitu dikatan jaringan kuat apabila kepadannya sebesae 0,5 atau diatasnya. ## UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya untuk semua orang yang telah terlibat dalam penelitian ini. Mohon maaf apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dalam penelitian ini. Semoga kedepannya peneliti dapat lebih baik lagi dan berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembacanya serta dapat dijadikan refrensi untuk penelitian selanjutnya. ## DAFTAR PUSTAKA Bungin, P. D. H. B., & Sos, S. (2005). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Kedua. Kencana. Eriyanto. (2014). ANALISIS JARINGAN KOMUNIKASI Strategi Baru dalam Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP. Fahmi, I. (2019). Drone Emprit Academic (DEA). Jakarta: Media Kernels Indonesia. Mcquail, D. (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. Rahman, T. (2016). Pengertian Media Sosial twitter. Bandung: Jaya Pustaka. Andriawati, M. R. (2016). Jaringan Komunikasi Perantau Etnis Jawa Asal Banyuwangi Di Kota Makassar Terhadap Daya Tarik Daerah Tujuan Dan Daerah Asal.Jurnal Komunikasi KAREBA, 5(1), 225–245. Bakkenes, I., De Brabander, C., & Imants, J. (1999). Teacherisolation and communication network analysis in primary schools. Educational Administration Quarterly, 35(2), 166–202. https://doi.org/10.1177/00131619921968518 Bonacich, P. (1987). Power and Centrality: A Family of Measures. American Journal of Sociology, 92(5),1170–1182. https://doi.org/10.1086/228631 D’Andrea, A., Ferri, F., & Grifoni, P. (2010). An Overview of Methods for Virtual Social Networks Analysis. 3–25. https://doi.org/10.1007/978-1-84882-229-0_1 INDONESIA, P. R. (2009). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA. Retrieved from http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU35-2009Narkotika.pdf Indonesia, R. (2009). Presiden republik indonesia presiden republik indonesia. September,1–2. http://www2.pom.go.id/public/hukum_perundang an/pdf/Pengamanan rokok bagi kesehatan.pdf Isnaini, E. (2016). Jurnal Independent Vol 5 No. 2 PENGGUNAAN. Jurnal Independent Vol 5 No. 2, 5(2), 46–54. Kaplan, A. M., & Haenlein, M. (2010). Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media. Business Horizons, 53(1), 59–68. https://doi.org/10.1016/j.bushor.2009.09.003 Kurmia, N. (2005). Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru: Implikasi terhadap Teori Komunikasi. Mediator: Jurnal Komunikasi, 6(2), 291–296. https://doi.org/10.29313/mediator.v6i2.1197 Nusantara, L. G. (2018). Lingkar Ganja Nusantara. Retrieved from http://www.lgn.or.id/hikayat-ganja- nusantara/ Mahestu, G., Azhar, D. A., & Purba, V. (2020). Pandangan Remaja Terhadap “Legalisasi Ganja” di Indonesia. Journal of Scientific Communication (Jsc), 1(2), 92–110. https://doi.org/10.31506/jsc.v1i2.7805 Maule, W. J. (2015). Medical uses of marijuana (Cannabis sativa): Fact or fallacy? British Journal of Biomedical Science, 72(2), 85–91. https://doi.org/10.1080/09674845.2015.11666802 Nugroh, A. W., & Pandiangan, A. (2019). Analisis Jaringan Komunikasi Koalisi Partai Pemilihan Umum Presiden 2014 dan 2019. Jurnal PRAXIS, 2(1). Purnama, F. Y. (2015). NodeXL dalam Penelitian Jaringan Komunikasi Berbasis Internet. Jurnal ILMU KOMUNIKASI, 12(1), 19–34. https://doi.org/10.24002/jik.v12i1.441 Nurkarima, N. (2018). Pengaruh Penggunaan Media Sosial Terhadap Akhlakul Karimah dan Akhlakul Madzmumah Siswa Di SMAN 1 Kauman Tahun Ajaran 2017/2018. Institutional Repository, 11. http://repo.iain- tulungagung.ac.id/7912/5/Bab II.pdf Sulistiawati, A. (2018). Analisis Jaringan Komunikasi Tingkat Kelompok Dalam Gapoktan. Sains Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 2(2),155–168.https://doi.org/DOI: Twitter http://www.twitter.com Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama Drone Emprit https://dea.uii.ac.id/
6f1dfc55-3ef0-4d79-9b19-497fa7316e08
https://justme.ft-uim.ac.id/index.php/JUSTME/article/download/6/6
VOL. 01, No. 2 Desember - 2020 Pengendalian Kualitas Bahan Baku Pada Produk Kerajinan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Dengan Menggunakan Metode Taguchi Andi’ Haslindah 1 , Andrie 2, Abd. Asis 3 , Chendani Fajrich Ariyana 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Islam Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan km.9 No. 29 Makassar, Indonesia 90245 Email: [email protected] [email protected] ## ABSTRAK Pemanfaatan eceng gondok menjadi bahan baku pembuatan kerajinan tangan berlangsung sejak tahun 2015 oleh kelompok usaha kerajinan tangan di Makassar. Pengendalian kualitas bahan baku sangat diperlukan guna mendapat produk yang cukup efisien dan efektif agar dapat diterima masyarakat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses pengolahan bahan baku mentah dan mengetahui kualitas bahan baku pada produk kerajinan eceng gondok menggunakan metode Taguchi. Hasil dari penelitian ini untuk mengetahui proses apa saja yang berpengaruh terhadap kualitas bahan baku, maka dilakukan rancangan percobaan metode Taguchi. Karakteristik yang digunakan adalah Signal to Ratio (SNR) Small is Better , di mana semakin kecil semakin baik dengan nilai proses perubahan warna (D) pada ranking ke-1 sebesar 2,540, nilai proses pengeringan (C) pada ranking ke-2 sebesar 0,967, nilai proses pengambilan bahan baku (A) pada ranking ke-3 sebesar 0,241, nilai proses pencucian (B) pada ranking ke-4 sebesar 0,149 dan nilai proses penyortiran bahan baku (E) pada ranking ke-5 sebesar 0,059. Faktor yang sangat berpengaruh terhadap kualitas bahan baku yaitu faktor Proses Perubahan Warna (D) dengan level optimal yang dapat digunakan yaitu Level 2 (Cokelat Muda), faktor Proses Pencucian (B) dengan Level 2 (Air bersih + sabun), dan faktor Proses Pengeringan (C) dengan Level 1 (7 hari). Kata Kunci : Kualitas Bahan Baku, Eceng Gondok, Metode Taguchi ## ABSTRACT The use Eceng Gondok hyacinth as raw material for making handicrafts has been going on since 2015 by the handicraft business group in Makassar. Control of the quality of raw materials is needed in order to obtain a product that is efficient and effective enough to be accepted by the community. The purpose of this study was to determine the processing of raw materials and to determine the quality of the raw materials in water hyacinth handicraft products using the Taguchi method. The results of this study were to determine which processes affect the quality of raw materials. To determine the factors from the analysis results, the Taguchi method experimental design was carried out. The characteristic used is Signal to Ratio (SNR) Small is Better, where the smaller the better The percentage of the color change process (D) in the 1st rank is 2,540. The percentage of the drying process (C) in the second rank is 0.967. The percentage of the raw material extraction process (A) in the 3rd rank is 0.241. The percentage of the washing process (B) in the 4th rank is 0.149 and the proportion of the raw material sorting process (E) in the 5th rank is 0.059.Factors that greatly influence the quality of raw materials are the Color Change Process (D) factor with an optimal level that can be used, namely Level 2 (Light Chocolate), Washing Process (B) with Level 2 (Clean water + soap), and Drying Process factors. (C) with Level 1 (7 days). Keywords: Quality of raw materials, Eceng Gondok, Taguchi Method VOL. 01, No. 2 Desember - 2020 ## PENDAHULUAN Eceng gondok adalah salah satu jenis tumbuhana air mengapung yang awalnya menjadi tanaman hias karena bunganya berwarna ungu sangat menarik perhatian sebagai penghias kolam layaknya tanaman teratai. Sekarang eceng gondok menjadi gulma yang merusak lingkungan perairan (Aniek S. Harahap, dkk, 2003). Di kota Makassar sendiri, eceng gondok biasa tumbuh di danau, waduk, atau kanal yang tersebar di daerah Biringkanaya, Tamalanrea, dan lain-lain. Tanaman ini telah diusahakan untuk dibuang atau dimusnahkan, namun tingkat pertumbuhannya lebih cepat dibanding pembuangannya.pemanfaatan eceng gondok sendiri sejak tahun 2015 sudah dilakukan oleh kelompok usaha kerajinan tangan di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Produk kerajinan tangan yang dihasilkan yaitu tas, wadah tisu, sandal, tikar, tempat sampah, vas bunga, dan lain-lain. Produk kerajinan eceng gondok biasanya memiliki berbagai macam masalah, salah satunya pada kualitas. Para pengrajin kurang memperhatikan kualitas bahan baku itu sendiri, padahal eceng gondok harus mendapatkan perlakuan khusus agar tidak mudah berjamur ketika dijadikan kerajinan. Pengendalian kualitas pada bahan baku kerajinan diperlukan agar mendapatkan produk yang cuku efisien dan efektif agar dapat diterima oleh masyarakat. Suatu produk dapat didasarkan oleh ukuran dan karakteristik dari produk yang diproduksi sesuai dengan selera konsumen. Untuk itu digunakanlah metode Taguchi untuk memperbaiki kualitas terhadap bahan baku pembuatan kerajinan eceng gondok. Dalam proses meningkatkan mutu bahan baku, maka dapat digunakan metode Taguchi. Salah satu penelitian terdahulu yang menjelaskan tentang kualitas bahan baku menggunakan metode Taguchi adalah penelitian yang dilakukan oleh Moh.Hartono (2012) dengan judul penelitian Meningkatkan Mutu Produk Plastik dengan Metode Taguchi. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi kasus pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Rama kerajinan tangan eceng gondok yang berlokasi di Jl.Manuruki 1 No.17, Tamalate, Makassar, Sulawesi Selatan dengan waktu penelitian 2 bulan dimulai bulan Juli-Agustus 2020. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa Laptop, Microsoft word 2010, Microsoft Excel 2010, Aplikasi SPSS20, Aplikasi Minitab 19, meter roll, dan gunting. Bahan yang digunakan yaitu batang eceng gondok basah dan air. ## Metode Analisis Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode Taguchi yang di mana metode ini berprinsip terhadap perbaikan mutu dengan memperkecil akibat dan variansi tanpa menghilangkan penyebabnya. Perhitungan nilai Mean untuk mencari setting level optimal yang dapat meminimalkan penyimpangan nilai rata-rata. 𝜇 = 1 𝑛 ∑ 𝑦 1 𝑛 𝑖−1 ………………..……………….……(1) Perhitungan nilai SNR (Small is Better) untuk mencari faktor-faktor yang memiliki konstribusi pada pengurangan variansi suatu karakteristik kualitas. 𝑆𝑁𝑅 𝑆𝑇𝐵 = −10𝑙𝑜𝑔 [ 1 𝑛 ] ∑ 1 𝑦 1 2 𝑛 𝑖=1 …..……..……... (2) Membuat tabel respon efek faktor Mean dan SNR Berikut adalah contoh perhitungan untuk mencari tabel respon Mean : 𝐴̅ = ∑ 𝑦 1 𝑛 𝑖=1 𝑛 ………………………………………..(3) Berikut adalah contoh perhitungan untuk mencari tabel respon SNR : 𝐴̅ 𝑆𝑁𝑅 = ∑ 𝑦 1 𝑛 𝑖=1 𝑛 …...……………….……………….( 4 ) Perhitungan Analisis Varian (ANOVA) Menghitung nilai rata-rata seluruh percobaan 𝑦̅ = ∑ 𝑦 𝑛 …...……….……………………………......(5) Menghitung nilai Total Sum of Squares 𝑆𝑇 = ∑ 𝑦 2 …………………..……………..………(6) Menghitung nilai Total Sum of Squares Mean 𝑆𝑀 = 𝑛𝑦̅ 2 ……………………………………..…...(7) Menghitung Sum of Squares due to Factors 𝑆𝑆𝐴 = [ 𝐴1 2 𝑛𝐴1 + 𝐴2 2 𝑛𝐴2 ] − 𝑇 2 𝑛 ………….……………....(8) Menghitung Sum of Squares due to Error 𝑆𝑆𝑒 = 𝑆𝑇 − 𝑆𝑀 − 𝑆𝑆𝐴 − 𝑆𝑆𝐵 − 𝑆𝑆𝐶 − 𝑆𝑆𝐷 …..….(9) Menghitung Mean Sum of Squares 𝑀𝑆 = 𝑆 𝐴 𝑉 𝐴 …..………………………...……………(10) VOL. 01, No. 2 Desember - 2020 ## HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Taguchi Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pengeringan bahan baku, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adlah proses mengelola tanaman eceng gondok menjadi bahan baku mentah pembuatan kerajinan tangan. Berikut adalah penentuan faktor kontrol pada kualitas bahan baku : Tabel 1. Faktor Kontrol pada Kualitas Bahan Baku No Faktor Kontrol 1 Proses Pengambilan Bahan Baku 2 Proses Pencucian 3 Proses Pengeringan 4 Proses Perubahan Warna 5 Proses Peyortiran Bahan Baku ## Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Penentuan jumlah level dan nilai level faktor sangat penting untuk ketelitian hasil percobaan. Semakin banyak jumlah level yang diteliti maka semakin banyak pula data yang diperoleh. Tabel 2. Penentuan Jumlah Level dan Nilai Level Faktor Faktor Level 1 Level 2 Satuan Proses Pengambilan Bahan Baku (A) 40cm 60cm Cm Proses Pencucian (B) Air Air + sabun Ml Proses Pengeringan (C) 7 hari 14 hari Hari Proses Perubahan Warna (D) Cokelat tua Cokelat muda - Proses Penyortiran Bahan Baku (E) 40cm 60cm Cm ## Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Perhitungan derajat kebebasan dilakukan untuk menghitung jumlah minimum eksperimen yang harus dilakukan untuk menyelidiki faktor yang akan diamati. Dari hasil pemilihan faktor dan penentuan jumlah, maka derajat kebebasan dapat dihitung. Dalam penelitian ini terdapat lima faktor dan dua level, yaitu : 1. Faktor A adalah Proses Pengambilan Bahan = 2 Level 2. Faktor B adalah Proses Pencucian = 2 Level 3. Faktor C adalah Proses Pengeringan = 2 Level 4. Faktor D adalah Proses Perubahan Warna = 2 Level 5. Faktor E adalah Proses Penyortiran Bahan Baku = 2 Level Perhitungan untuk derajat kebebasan (Dof) sebagai berikut : Dof Faktor A = 2 - 1 = 1 Dof Faktor B = 2 - 1 = 1 Dof Faktor C = 2 - 1 = 1 Dof Faktor D = 2 - 1 = 1 Dof Faktor E = 2 - 1 = 1 Jumlah Dof = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 = 5 Untuk pemilihan jenis Orthogonal Array yang akan digunakan harus berdasarkan ketentuan tabel berikut ini : Tabel 3. Pemilihan Orthogonal Array Jumlah Dof Orthogonal Array 2 – 3 L 4 (2 3 ) 4 – 7 L 8 (2 7 ) 8 – 11 L 12 (2 11 ) 12 – 15 L 16 (2 15 ) Sumber : Aplikasi Minitab 19 Tabel 4. Orthogonal Array Faktor Terkendali L 8 (2 7 ) Eksperimen Faktor 1 2 3 4 5 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 3 1 2 2 1 1 4 1 2 2 2 2 5 2 1 2 1 2 6 2 1 2 2 1 7 2 2 1 1 2 8 2 2 1 2 1 Sumber : Aplikasi Minitab 19 Matriks Othogonal yang sesuai adalah yang lebih besar atau sama dengan matriks eksperimen. Berdasarkan hasil perhitungan derajat kebebasan matriks Orthogonal L 8 (2 7 ) dengan nilai derajat kebebasan adalah 4 dengan menggunakan 8 kali eksperimen. ## Tabel 5. Hasil Nilai Mean dan SNR Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 ## Tabel 6. Response Efek Faktor Mean Faktor Level 1 Level 2 Selisih Rank A 0,6225 0,6475 0,0250 4 B 0,5975 0,6725 0,0750 2 C 0,6650 0,6050 0,0600 3 D 0,5475 0,7225 0,1750 1 E 0,6300 0,6400 0,0100 5 Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Nilai Respon proses perubahan warna (D) pada ranking ke-1 sebesar 0,1750. proses pencucian (B) pada ranking ke-2 sebesar 0,0750. proses pengeringan (C) pada ranking ke-3 sebesar 0,600, proses pengambilan bahan baku (A) pada ranking ke-4 sebesar 0,0250 dan proses penyortiran bahan baku (E) pada ranking ke-5 sebesar 0,0100. ## Tabel 7. Response Efek Faktor SNR Faktor Level 1 Level 2 Selisih Rank A 4,2147 3,9735 0,241 3 B 4,6687 3,5195 0,149 4 C 3,6107 4,5775 0,967 2 D 5,3640 2,8242 2,540 1 E 4,1235 4,0647 0,059 5 Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Nilai SNR proses perubahan warna (D) pada ranking ke-1 sebesar 2,540, proses pengeringan (C) pada ranking ke-2 sebesar 0,967, proses pengambilan bahan baku (A) pada ranking ke-3 sebesar 0,241, proses pencucian (B) pada ranking ke-4 sebesar 0,149 dan proses penyortiran bahan baku (E) pada ranking ke-5 sebesar 0,059. Berdasarkan tabel response nilai rata-rata dan SNR, dapat dilihat bahwa faktor proses perubahan warna memiliki pengaruh besar terhadap kualitas bahan baku. ## Tabel 8. Respon Efek Faktor Replikasi Faktor I II III Rank A 0,175 0,10 0,175 5 B 0,075 0,10 0,225 2,5 C 0,275 0,10 0,225 1 D 0,225 0,20 0,125 2,5 E 0,025 0,10 0,075 4 Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Nilai proses pengeringan (C) pada ranking ke-1 sebesar 0,275. Nilai proses pencucian (B) dan proses perubahan warna (D) pada ranking ke-2,5 sebesar 0,225. Nilai proses penyortiran bahan baku (E) sebesar 0,10 dan nilai proses pengambilan bahan baku (A) pada ranking ke-5 sebesar 0,175. ## Tabel 9. Analisa Varian (ANOVA) Variansi Sum of Squares Degree of Freedom Mean Squares A 0,001250 1 0,001250 B 0,011250 1 0,011250 C 0,007200 1 0,007200 D 0,061250 1 0,061250 E 0,000200 1 0,000200 Error 1,25785 2 0,628925 Total 1,33899 7 Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Perhitungan jumlah kuadrat error digunakan untuk mengetahui error yang terjadi dengan cara mengurangi jumlah derajat total dengan seluruh kuadrat rata-rata dan jumlah kuadrat level faktor. Hasil yang didapatkan yaitu error sebesar 1,25785 dengan derajat kebebasan 7. Maka kuadrat rata-ratanya adalah 0,628925. No Faktor Replikasi Bahan Baku (Kg) Mea n SNR 1 2 3 4 5 I II III 1 1 1 1 1 1 0,5 0,6 0,5 0,53 5,514 2 1 1 1 2 2 0,8 1 0,3 0,70 3,098 3 1 2 2 1 1 0,4 0,5 0,7 0,53 5,514 4 1 2 2 2 2 0,5 0,7 1 0,73 2,733 5 2 1 2 1 2 0,4 0,5 0,4 0,43 7,330 6 2 1 2 2 1 0,7 1 0,5 0,73 2,733 7 2 2 1 1 2 0,8 1 0,3 0,70 3,098 8 2 2 1 2 1 1 0,6 0,6 0,73 2,733 VOL. 01, No. 2 Desember - 2020 ## Tabel 10. Anlisa Varian (ANOVA) Gabungan 1 Variansi Sum of Squares Degree of Freedom Mean Squares A Polling terhadap faktor A B 0,011250 1 0,011250 C 0,007200 1 0,007200 D 0,061250 1 0,061250 E Polling terhadap faktor E Error 0,018450 2 0,009225 Total 0,099600 7 Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Tabel 10. Anlisa Varian (ANOVA) Gabungan 2 Variansi Sum of Squares Degree of Freedom Mean Squares F-ratio A Polling terhadap faktor A 0,14 B 0,011250 1 0,011250 1,22 C 0,007200 1 0,007200 0,78 D 0,061250 1 0,061250 6,64 E Polling terhadap faktor E 0,02 Error 0,018450 2 0,009225 Total 0,099600 7 Sumber : Data diolah Peneliti, 2020 Dari hasil polling up didapatkan bahwa faktor- faktor yang mampu memberikan kontribusi paling besar dalam meningkatkan kualitas bahan baku adalah faktor D (Proses Perubahan Warna), faktor B (Proses Pencucian), dan faktor C (Proses Pengeringan). Dalam proses meningkatkan mutu bahan baku, maka dapat digunakan metode Taguchi. Menurut Moh.Hartono (2012), bahwa untuk meningkatkan mutu produk plastik dapat diperoleh dengan mengkombinasikan plastik hasil daur ulang dan bijih plastik murni, tekanan dan temperatur yang sesuai. Dengan desain Eksperimen Taguchi, diperoleh komposisi terbaik untuk campuran material guna mendapatkan mutu terbaik adalah terdiri dari bijih plastik murni sebanyak 70% dan plastik hasil daur ulang sebanyak 30% dari volume produk yang dihasilkan dengan menggunakan plastik daur ulang. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Proses pengolahan bahan baku mentah untuk membuat kerajinan eceng gondok ada lima proses, yaitu : Proses pengambilan bahan baku yang diambil dari waduk dengan cara menggunting atau mencabut langsung batang eceng gondok, Proses pencucian dilakukan untuk menghilangkan bau tidak sedap yang berasal dari waduk dengan air bersih dan dirontokkan kotorannya, Proses pengeringan eceng gondok dapat dijemur di atas permukaan tanah atau bisa di atas ubin. Pengeringan membutuhkan waktu 7 hari apabila cuaca terik dan 14 hari apabila cuaca mendung, Proses perubahan warna eceng gondok yang sudah kering akan mengalami perubahan warna yang disebabkan oleh habitat tempat eceng gondok berasal. Warnanya akan menjadi putih apabila berasal dari sungai dan akan berwarna cokelat muda-tua jika berasal dari waduk, danau, rawa, dan lainnya, dan Proses penyortiran bahan baku untuk eceng gondok yang berukuran panjang dan besar dikumpulkan terpisah dengan batang yang berukuran pendek dan kecil. b. Setelah melakukan analisis metode Taguchi melalui Efek Faktor Mean, SNR, Replikasi dan Analisis Varian (ANOVA) terdapat faktor yang berpengaruh terhadap kualitas bahan baku yaitu faktor Proses Perubahan Warna (D) dengan level optimal yang dapat digunakan yaitu Level 2 (Cokelat Muda), faktor Proses Pencucian (B) dengan Level 2 (Air bersih + sabun), faktor Proses Pengeringan (C) dengan Level 1 (7 hari). Meskipun faktor Proses Pengambilan Bahan Baku (A) dan faktor Penyortiran Bahan Baku tidak terlalu berpengaruh secara signifikan, setting level optimal yang dapat dilakukan untuk faktor Pengambilan Bahan Baku (A) dengan Level 2 (60 cm) dan faktor Penyortiran Bahan Baku (E) dengan Level 2 (60 cm). ## UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada para dosen pembimbing penguji, dan teman-teman yang selalu memberikan arahan dan masukannya sampai terselesainya penelitian ini. Terima kasih juga kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan dorongan serta dukungan secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih juga kepada para pegiat UKM Rama yang telah memberikan kami kesempatan untuk melakukan penelitian sehingga kami dapat menyelesaikan tugas akhir ini. VOL. 01, No. 2 Desember - 2020 ## DAFTAR PUSTAKA Fitria, N. (2009). Analisis Metode Desain Eksperimen Taguchi Dalam Optimasi Karakteristik Mutu. Malang: Central Library Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim. Hartono, M. (Februari 2012). Meningkatkan Mutu Produk Plastik dengan Metode Taguchi. Journal Teknik Industri Vol. 13 No.1 , 93-100. Marlina, D., Pujiyanto, E., & Rosidi, C. N. (2003). Perncangan Setting Level Optimal dan Penentuang Quality Loss Function pada Pembuatan Tegel dengan Metode Taguchi. Performa Vol.2 No.1 , 31-39. Rufaida, E. Y., & Pristiwati, E. (n.d.). Kajian Pengolahan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes SOLMS) untuk Industri Bahan Baku Kerajinan Anyaman. 1-9. Triyono. (2007). Penentuan Setting Level Optimal Bending Strength Gypsum Interior Berpeguat Serat Cantula Menggunakan Desain Eksperimen Taguchi. Surakarta: Library Universitas Sebelas Maret Surakarta.
a2c36905-1dda-4015-8849-58038dc9b4d7
https://jurnal.uns.ac.id/jmme/article/download/9998/8914
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PETA KONSEP PADA POKOK BAHASAN TRIGONOMETRI DITINJAU DARI EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT DAN KONSEP DIRI SISWA SMA/MA KELAS XI IPA SE KABUPATEN BANYUMAS Nastiti Rahayu 1 , Budi Usodo 2 ,dan Mardiyana 3 1, 2, 3 Prodi Magister Pendidikan Matematika, PPs Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract: This research was conducted to find out: (1) which produces better mathematics achievement: students who were given TGT cooperative learning with mind mapping, TGT cooperative learning, or conventional learning; students who have high emotional spiritual intelligence or low one; students who have a positive or negative self-concept. and (2) which is better, the mathematics achievement of students in each category of spiritual emotional intelligence (high or low) and the category of self-concept (positive or negative) on the TGT with mind mapping, TGT cooperative learning, and conventional learning. This study used a quasi-experimental study with a factorial design 3x2x2. The population in this study were all students of Science Second Grade Students of senior high schools in Banyumas Regency in the Academic Year of 2012/2013. The hypothesis test used three-way analysis of variance with unbalanced cell. Based on the analysis, we concluded as follows. (1) The mathematics achievement of students given TGT learning model with mind mapping was better than students given TGT learning model and the conventional model of learning. However, there was no difference in achievement between students given TGT learning models with conventional learning model; there was no difference in mathematics achievement of students with high emotional spiritual intelligence with students with low emotional spiritual intelligence; the mathematics achievement of students with positive self- concepts better than students with a negative self-concept. (2) In every model of learning, students with high emotional spiritual intelligence always provide a better learning achievement than students with low emotional spiritual intelligence. In the learning model TGT with mind mapping, students with a positive self-concept provided better mathematics achievement than students with a negative self-concept, while in the TGT and conventional learning model, there was no difference in achievement between students with a positive self-concept and students with negative self-concept. Key words : Mathematics Learning Achievement, TGT, Mind Mapping, ESQ, Self Concept ## PENDAHULUAN Pembelajaran Matematika umumnya didominasi oleh pengenalan rumus-rumus serta konsep-konsep secara verbal, tanpa ada perhatian yang cukup terhadap pemahaman siswa. Pembelajaran matematika sering diinterpretasikan sebagai aktivitas utama yang dilakukan guru, yaitu guru mengenalkan materi, mungkin mengajukan satu atau dua pertanyaan, dan meminta siswa yang pasif untuk aktif dengan memulai melengkapi latihan dari buku teks, pelajaran diakhiri dengan pengorganisasian yang baik dan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan skenario yang serupa. Kondisi di atas tampak lebih parah pada pembelajaran trigonometri. Sebagian siswa tidak mengetahui mengapa dan untuk apa mereka belajar konsep-konsep trigonometri, karena semua yang dipelajari terasa jauh dari kehidupan mereka sehari-hari. Siswa hanya mengenal trigonometri dari apa yang digambar oleh guru di depan papan tulis atau dalam buku paket matematika, dan hampir tidak pernah mendapat kesempatan untuk apa konsep trigonometri digunakan. Akibatnya banyak siswa yang berpendapat bahwa konsep-konsep trigonometri sangat sukar dipelajari, selain rumus yang juga banyak yang harus dihapalkan. Hasil pada Ujian Nasional tahun 2010/2011, daya serap kemampuan siswa untuk soal materi Trigonometri pokok bahasan rumus-rumus segitiga menunjukkan hasil bahwa penguasaan siswa secara nasional 80,62%, sementara untuk tingkat Propinsi Jawa Tengah 75,58% dan khususnya untuk tingkat kabupaten Banyumas hanya 66,80%. Dengan hasil tersebut, ini dapat memberi gambaran bahwa Trigonometri termasuk materi yang belum dikuasai dengan baik oleh siswa-siswa SMA di kabupaten Banyumas. Model pembelajaran kooperatif TGT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memunculkan dinamika kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskusi nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan ( games ). Guru memilih TGT untuk membandingkan kerja kelompok secara keseluruhan. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe TGT merupakan salah satu metode pembelajaran yang yang dirancang untuk memunculkan dinamika kelompok serta menumbuhkan rasa berkompetisi antar kelompok, suasana diskusi yang nyaman dan menyenangkan seperti dalam kondisi permainan ( games ). Buzan (dalam Brinkmann, 2003:23) mengemukakan bahwa otak manusia bekerja mengolah informasi melalui mengamati, membaca, atau mendengar tentang sesuatu hal berbentuk hubungan fungsional antar bagian (konsep, kata kunci), tidak parsial terpisah satu sama lain dan tidak pula dalam bentuk narasi kalimat lengkap. Selanjutnya Buzan mengemukakan bahwa cara belajar siswa yang alami (natural) adalah sesuai dengan cara kerja otak seperti di atas berupa pikiran. Cara mengolah informasi yang diterima dapat menggunakan peta konsep. Peta konsep bertujuan mereview pengetahuan awal siswa dan mengolah informasi yang ada dalam bentuk catatan gambar yang menarik. Strategi TGT merupakan suatu cara paling efektif dan menyenangkan untuk membuat variasi suasana diskusi kelas. Model pembelajaran kooperatif TGT dengan peta konsep bertujuan mereview pengetahuan awal siswa. Sintaknya adalah: informasi kompetensi, sajian permasalahan terbuka, siswa berkelompok untuk menanggapi dan membuat berbagai alternatif jawaban, presentasi hasil diskusi kelompok, siswa membuat kesimpulan dari hasil setiap kelompok, evaluasi dan refleksi. Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban. Perbedaan model pembelajaran kooperatif TGT dengan peta konsep dengan model pembelajaran kooperatif TGT adalah terletak pada langkah awal dan akhir pembelajaran dimana siswa menggali, mengolah dan memahami materi dengan catatan peta konsepnya masing- masing. Dengan mengunakan TGT peta konsep suasana belajar dapat lebih menyenangkan bagi siswa karena siswa bekerja mengolah informasi menurut kemampuannya masing-masing. Keberhasilan seseorang dalam kehidupannya ternyata tidak hanya ditentukan oleh tingginya tingkat kecerdasan intelektulnya saja, tetapi juga didukung oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya. Kemampuan akademik, nilai rapor, predikat kelulusan, tidak bisa dijadikan tolok ukur seberapa baik kinerja seseorang setelah bekerja atau seberapa tinggi sukses yang akan dicapai (Ary Ginanjar Agustian, 2003:56). Goleman (dalam Irvan Ronny, 2012) mengemukakan bahwa struktur otak terbagi dua menjadi kecerdasan intelektual pada otak kiri dan kecerdasan emosional pada otak kanan. Kecerdasan emosional dan spiritual merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain, serta kemampuan seseorang untuk mengerti dan menerima makna pada apa yang dihadapi dalam kehidupan. Keberhasilan pembelajaran, selain dipengaruhi oleh metode yang digunakan oleh guru juga dipengaruhi faktor dalam diri siswa yaitu konsep diri siswa. Kepercayaan diri siswa akan kemampuannya mendorong siswa untuk selalu berusaha mengaktualisasikan potensi pribadinya. Konsep diri siswa dibentuk oleh pengalaman belajar di sekolah, keluarga dan masyarakat. Latar belakang pengalaman siswa, motivasi keluarga dan lingkungan pergaulan siswa di masyarakat turut membentuk konsep diri siswa. Beragamnya konsep diri dalam satu kelas sangat menarik untuk diteliti sebagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Konsep diri merupakan cara pandang siswa terhadap dirinya yang merupakan gabungan dari keyakinan tentang dirinya sendiri, karakter fisik, psikologis, sosial, emosional, dan prestasi (Clara Pudjijogyanti, 1998). Konsep diri yang dimiliki siswa dimungkinkan mempengaruhi kecerdasan emosional dan spiritual masing-masing individu yang akan mempengaruhi seseorang dalam bekerjasama secara kelompok. Setiap individu memiliki cara pandang yang akan menjadi ciri khas dirinya dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Siswa dengan konsep diri positif atau negatif dapat membentuk kecerdasan emosional dan spiritual tinggi atau rendah, yang memungkinkan membawa pengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peta konsep, pembelajaran kooperatif tipe TGT, atau pembelajaran konvensional. (2) manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan emosional spiritual tinggi atau rendah. (3) manakah yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang memiliki konsep diri positif atau negatif. (4) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peta konsep, pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki kecerdasan emosional spiritual tinggi atau rendah. (5) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa yang diberi pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan peta konsep, pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan pembelajaran konvensional pada siswa yang memiliki konsep diri positif atau negatif. (6) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing kategori kecerdasan emosional spiritual (tinggi atau rendah) dan kategori konsep diri (positif atau negatif). (7) manakah yang lebih baik, prestasi belajar matematika siswa pada masing- masing kategori kecerdasan emosional spiritual (tinggi atau rendah) dan kategori konsep diri (positif atau negatif) pada tipe TGT dengan peta konsep, pembelajaran kooperatif tipe TGT, dan pembelajaran konvensional. ## METODE PENELIT IAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu ( quasi-experimental research ) yaitu peneliti tidak memungkinkan untuk memanipulasi dan atau mengendalikan semua variabel yang relevan dengan rancangan faktorial 3 x 2 x 2. Menurut Budiyono (2003) tujuan eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan. Populasi penelitian ini adalah pada siswa kelas XI IA SMA/MA Negeri se-Kabupaten Banyumas tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 Purwokerto, untuk kelompok atas, SMA N 1 Sokaraja, untuk kelompok tengah dan MAN Purwokerto 2 untuk kelompok bawah. Dari masing-masing sekolah diambil secara acak masing-masing 3 kelas, yaitu satu kelas untuk kelas eksperimen I (Model pembelajaran TGT dengan peta konsep), satu kelas eksperimen II (Model pembelajaran Model pembelajaran TGT) dan satu kelas untuk kelas kontrol (Model pembelajaran konvensional). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran, kecerdasan emosional spiritual (ESQ) yang dikelompokkan menjadi 2 kategori ESQ dan ESQ rendah, dan konsep diri siswa yang dikelompokkan menjadi 2 kategori konsep diri positif dan konsep diri negatif. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika pada pokok bahasan Trigonometri Rumus Jumlah dan Selisih Dua Sudut. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan (1) metode dokumentasi; (2) metode tes; (3) metode angket. Instrumen penelitian terdiri atas tes prestasi belajar matematika, angket kecerdasan emosional spiritual dan angket konsep diri siswa. Analisis data dilakukan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Sebelum analisis dilakukan uji prasyarat analisis variansi yaitu uji Normalitas menggunakan Uji Lilliefors, Uji Homogenitas menggunakan Uji Bartlett, Uji keseimbangan menggunakan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Dari hasil uji diperoleh masing-masing kelompok berdistribusi normal, dan berasal dari populasi yang homogen serta memiliki kemampuan awal yang sama. ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil uji keseimbangan kemampuan awal yang telah dilakukan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh F hitung = 2,72 dan F tabel = 3,00. Dengan demikian diperoleh keputusan uji yang menyatakan H 0 tidak ditolak (H 0 diterima). Ini berarti ketiga populasi mempunyai kemampuan awal yang seimbang. Deskripsi data sampel prestasi belajar matematika siswa berdasarkan model pembelajaran, tingkat kecerdasan ESQ dan konsep diri dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Deskriptif Data Tes Prestasi Belajar Siswa Model ESQ Konsep Diri Jumlah Siswa x max x min Rerata Standar Deviasi Tipe TGT dengan Peta Konsep Tinggi Positif 30 100 70 89 9,04 Negatif 12 90 60 75 8,79 Rendah Positif 9 100 85 93,89 4,86 Negatif 24 90 50 70,42 13,51 Tipe TGT Tinggi Positif 33 100 45 70,76 17,14 Negatif 18 80 30 59,44 18,14 Rendah Positif 15 90 60 67,33 11,93 Negatif 21 100 50 65,24 17,21 Model Konvensional Tinggi Positif 18 95 40 72,5 18,01 Negatif 18 90 35 70,28 20,03 Rendah Positif 18 85 50 70 13,93 Negatif 33 90 35 65,3 17,63 Dari deskripsi data diatas, dapat dilihat masih ada siswa yang mendapat nilai cukup rendah baik pada siswa yang menggunakan model pembelajaran TGT maupun konvensional, tetapi pada kelompok siswa yang menggunakan TGT dengan peta konsep relatif memiliki nilai yang sudah cukup baik. Berdasarkan uji analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama yang dilakukan terhadap tiga faktor variabel bebas yaitu model pembelajaran, kecerdasan emosional spiritual dan konsep diri, interaksi model pembelajaran dengan kecerdasan emosional spiritual, model pembelajaran dengan konsep diri, kecerdasan emosional spiritual dengan konsep diri, dan model pembelajaran, kecerdasan emosional dan konsep diri terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis Variansi Tiga Jalan Sel Tak Sama Sumber JK dk RK F obs F tabel Keputusan A 10579,32 2 5289,66 22,34 3 H 0A Ditolak B 34,56 1 34,56 0,15 3,84 H 0B Diterima C 5011,2 1 5011,2 21,17 3,84 H 0C Ditolak AB 243 2 121,5 0,51 3 H 0AB Diterima AC 2331,54 2 1165,77 4,92 3 H 0AC Ditolak BC 11,16 1 11,16 0,05 3,84 H 0BC Diterima ABC 803,34 2 401,67 1,7 3 H 0ABC Diterima Galat 56105,44 237 236,7318 Total 75119,56 248 Berdasarkan hasil uji hipotesis kemudian dilakukan uji lanjut pasca anava. Metode yang digunakan pada uji lanjut pasca Anava adalah metode Scheffe. Hasil uji komparasai ganda pada model pembelajaran terlihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rangkuman Uji Komparasi Ganda pada Interaksi Model Pembelajaran No Komparasi F hitung F tabel Keputusan Uji 1. μ 1. vs μ 2. 35,9601 6 H 0 ditolak 2. μ 1. vs μ 3. 25,7215 6 H 0 ditolak 3. μ 2. vs μ 3. 0,9242 6 H 0 diterima Untuk mengetahui hubungan efek antara kategori model pembelajaran dan kategori konsep diri perlu dilakukan uji lanjut pasca Anava. Metode yang digunakan pada uji lanjut pasca Anava adalah metode Scheffe. Hal ini berarti perlu dilakukan komparasi rerata antar baris dan antar kolom. Hasil uji komparasai ganda Tabel 4. Tabel 4. Rangkuman Uji Komparasi Ganda Antar Sel pada Interaksi Model Pembelajaran dan Konsep Diri Siswa No Komparasi F hitung F tabel Keputusan Uji 1. μ 11 vs μ 12 24,8755 11,05 H 0 ditolak 2. μ 21 vs μ 22 4,3931 11,05 H 0 diterima 3. μ 31 vs μ 32 1,4879 11,05 H 0 diterima 4. μ 11 vs μ 21 36,1035 11,05 H 0 ditolak 5. μ 11 vs μ 31 26,7985 11,05 H 0 ditolak 6. μ 21 vs μ 31 0,2011 11,05 H 0 diterima 7. μ 12 vs μ 22 6,6147 11,05 H 0 diterima 8. μ 12 vs μ 32 2,0183 11,05 H 0 diterima 9. μ 22 vs μ 32 1,7973 11,05 H 0 diterima Dari hasil uji anava tiga jalan dan uji lanjut pasca aanava, diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Berdasarkan uji anava pada Tabel 2 diperoleh bahwa H 0A ditolak. Hal ini berarti siswa yang diberi perlakuan model TGT dengan peta konsep memiliki prestasi belajar yang berbeda dari siswa yang diberi perlakuan model TGT maupun konvensional pada pembelajaran materi rumus jumlah dan selisih dua sudut. Dari rangkuman komparasi rerata antar baris pada Tabel 3 diperoleh pada penerapan model TGT dengan Peta Konsep dan model TGT diperoleh F 1.~2. = 35,9601 dan DK = { F │ F > 6}. Dengan demikian, F 1.~2.  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 ditolak. Berdasarkan keputusan uji tersebut dan melihat rerata maka model TGT dengan peta konsep memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model TGT. Pada penerapan model TGT dengan peta konsep dan model konvensional diperoleh F 1.~3. = 25,7215 dan DK = { F │ F > 6}. Dengan demikian, F 1.~3.  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 ditolak. Berdasarkan keputusan uji tersebut dan melihat rerata maka model pembelajaran konvensional memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model TGT. Pada penerapan model TGT dan model konvensional diperoleh F 2~3 = 0,9242 dan DK = { F │ F > 6}. Dengan demikian, F 2.~3.  D K dan keputusan ujinya adalah H 0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka model TGT memberikan prestasi belajar yang sama dengan model konvensional. Dapat disimpulkan prestasi belajar matematika siswa dengan model TGT dengan peta konsep lebih baik dari siswa dengan model TGT maupun model konvensional. Tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan model konvensional maupun model TGT. Faktor yang menyebabkan prestasi belajar siswa yang diberikan model TGT dengan peta konsep lebih baik dari model TGT maupun konvensional dimungkinkan karena ketertarikan siswa dalam membuat catatan sesuai dengan dirinya sendiri sehingga siswa lebih kreatif dan menarik untuk belajar matematika. Adapun faktor yang menyebabkan prestasi belajar matematika siswa yang diberi model konvensional lebih baik daripada model TGT dimungkinkan karena kurang maksimal pada tahap diskusi kelompok dan pelaksanaan mengerjakan soal kuis dalam permainan. Hipotesis ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Brinkmann (2003) yang menyatakan metode pemetaan pikiran dan pemetaan konsep tidak ditemukan sebagai alat pendidikan, tetapi ditemukan sebagai metode yang berguna dalam berbagai aplikasi dalam proses belajar mengajar. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Iwit Prihatin (2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan pendekatan kontekstual memberikan hasil prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran TGT tanpa pendekatan kontekstual, sehingga bagi siswa materi pokok bahasan trigonometri kesulitannya terletak pada banyaknya rumus yang harus dihapalkan, sehingga model pembelajaran yang menarik sangat cocok diterapkan untuk lebih memaksimalkan hasil belajar siswa. 2. Dari hasil uji anava pada Tabel 2 diperoleh bahwa H 0B diterima. Hal ini berarti tidak terdapat perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan ESQ tinggi dengan siswa dengan ESQ rendah. Dengan kata lain siswa dengan ESQ tinggi dan siswa dengan ESQ rendah memiliki prestasi belajar matematika yang sama. Ada kemungkinan hal ini disebabkan pada pokok bahasan yang dipelajari, sehingga dalam penerapan model-model pembelajaran ini cenderung sama, juga pada proses pembelajaran guru kurang maksimal dalam menerapkan masing-masing model dikarenakan guru kurang memahami proses pembelajaran yang ada dalam RPP, sehingga diskusi kelompok tidak dapat berjalan maksimal, dimana pada tahap ini seharusnya dibutuhkan kecerdasan emosional spiritual dalam melaksanakan diskusi kelompok. Tetapi itu juga dimungkinkan bahwa dalam membuat peta konsep dalam bentuk gambar tidak terlalu diperlukan kecerdasan emosional spiritual, sehingga model pembelajaran apapun tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa. 3. Berdasarkan uji anava pada Tabel 2 diperoleh bahwa H 0C ditolak. Hal ini berarti siswa dengan konsep diri positif memiliki prestasi belajar matematika yang berbeda dari siswa dengan konsep diri negatif. Dengan kata lain konsep diri positif dan konsep diri negatif berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan rerata siswa yang memiliki konsep diri positif sebesar 76,63 sedangkan rerata siswa yang memiliki konsep diri negatif sebesar 67,06. Artinya konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan konsep diri negatif. Kesesuaian hasil penelitian dengan hipotesis disebabkan karena konsep diri merupakan ciri seseorang. Siswa dengan konsep diri positif memiliki optimisme dan keyakinan yang tinggi, optimis dalam berkompetisi, mampu menerima tantangan, sehingga sifat ini akan membentuk siswa menjadi pribadi yang percaya diri sehingga mereka lebih mudah dalam menerima materi pelajaran dan pribadi yang penuh perhatian akan mudah mengingat materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Sehingga dalam pokok bahasan trigonometri siswa yang memiliki konsep diri baik juga akan mendapatkan hasil yang lebih baik juga. Alison Clarke-Stewart (dalam Aristorahadi, 2008) berpendapat bahwa anak yang memiliki konsep diri positif akan mengembangkan rasa percaya diri; sedikit perasaan rendah diri dan mampu untuk melihat diri sendiri secara realistis; bersifat defensif seperti malu dan menarik diri serta memiliki harga diri yang tinggi. Anak yang memiliki konsep diri negatif akan mengembangkan penyesuaian sosial yang kurang baik, mengalami perasaan yang tidak menentu, inferioritas, menggunakan banyak mekanisme pembelaan, dan memiliki level harga diri yang rendah. Sehingga konsep diri yang dimiliki siswa sangat berperan dan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan diskusi yang dilakukan. 4. Berdasarkan uji anava pada Tabel 2 diperoleh bahwa H 0AB diterima. Berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional spiritual siswa terhadap prestasi belajar matematika. Tidak terdapatnya interaksi ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa hipotesis kedua H 0B diterima. Pengaruh variabel model pembelajaran terhadap variabel terikat prestasi belajar tidak tergantung pada kategori variabel kecerdasan emosional spiritual. Hal ini berarti antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional spiritual tidak memiliki keterkaitan yang signifikan yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Hal ini dimungkinkan karena materi pokok bahasan trigonometri yang lebih banyak rumus yang harus dihapalkan secara individu, sehingga model pembelajaran TGT yang dapat memunculkan kemandirian, kecerdasan dan kreatif siswa tidak dapat optimal dilakukan pada diskusi kelompok. Kecerdasan emosional spiritual yang mencakup bagaimana siswa mengenali, mengelola, memotivasi emosi dirinya dan mengenali emosi orang lain untuk kemudian membina hubungan dengan orang lain dan bekerjasama dalam kegiatan belajar seharusnya harus dimunculkan dan dikembangkan oleh guru. Seringkali dalam kegiatan belajar dan diskusi kelompok ditemukan siswa yang memiliki kecerdasan intelektual tinggi cenderung memiliki keegoisan yang tinggi untuk berbagi pada teman dalam kelompoknya sehingga diskusi kelompok tidak berjalan maksimal, atau sebaliknya siswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang biasa saja justru memiliki kepekaan dan empati yang baik terhadap temannya sehingga diskusi bisa berjalan dengan baik. Hal ini mungkin yang menyebabkan tidak ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kecerdasan emosional spiritual tinggi dengan siswa yang memiliki kecerdasan emosional spiritual rendah. Diharapkan guru dapat lebih memperhatikan aspek pengembangan diri siswa sehingga hasil belajar dapat lebih maksimal. 5. Berdasarkan uji anava tiga jalan pada Tabel 2 diperoleh bahwa H 0AC ditolak. Berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran dan konsep diri siswa terhadap prestasi belajar matematika. Terdapatnya interaksi ini menunjukkan ada pengaruh hubungan yang signifikan antara model pembelajaran dan konsep diri terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hal ini berarti antara model pembelajaran dan konsep diri memiliki keterkaitan yang signifikan yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Dengan kata lain pada masing-masing pada model pembelajaran, siswa dengan konsep diri positif memiliki prestasi belajar yang berbeda dari siswa dengan konsep diri negatif. Demikian pula pada masing-masing konsep diri, siswa yang beri model TGT dengan peta konsep, TGT maupun konvensional memiliki prestasi belajar yang berbeda. Dari rangkuman komparasi ganda antar sel pada interaksi model pembelajaran dan konsep diri siswa pada tabel 4 diperoleh pada penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri positif dan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri negatif diperoleh F 11~12 = 24,8755 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 11~12  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 ditolak. Berdasarkan keputusan uji tersebut dan melihat rerata maka penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri negatif. Pada penerapan model TGT dengan konsep diri positif dan model TGT dengan konsep diri negatif diperoleh F 21~22 = 4,3931 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 11~12  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka penerapan model TGT dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang sama dengan model TGT dengan konsep diri negatif. Pada penerapan model konvensional dengan konsep diri positif dan model konvensional dengan konsep diri negatif diperoleh F 31~32 = 1,4879 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 31~32  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka penerapan model konvensional dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang sama dengan model konvensional dengan konsep diri negatif. Pada penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri positif dan model TGT dengan konsep diri positif diperoleh F 11~21 = 36,1035 dan DK = { F│F > 11,05}. Dengan demikian, F 11~21  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 ditolak. Berdasarkan keputusan uji tersebut dan melihat rerata maka penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model TGT dengan konsep diri positif. Pada penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri positif dan model konvensional dengan konsep diri positif diperoleh F 11~31 = 26,7985 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 11~31  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 ditolak. Berdasarkan keputusan uji tersebut dan melihat rerata maka penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional dengan konsep diri positif. Pada penerapan model TGT dengan konsep diri positif dan model konvensional dengan konsep diri positif diperoleh F 21~31 = 0,2011 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 21~31  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka penerapan model TGT dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang sama dengan model konvensional dengan konsep diri positif. Pada penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri negatif dan model TGT dengan konsep diri negatif diperoleh F 12~22 = 6,6147 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 12~22  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri negatif memberikan prestasi belajar yang sama dengan model TGT dengan konsep diri negatif. Pada penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri negatif dan model konvensional dengan konsep diri negatif diperoleh F 12~32 = 2,0183 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 12~32  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka penerapan model TGT dengan peta konsep dengan konsep diri negatif memberikan prestasi belajar yang sama dengan model konvensional dengan konsep diri negatif. Pada penerapan model TGT dengan konsep diri negatif dan model konvensional dengan konsep diri negatif diperoleh F 22~32 = 11,05 dan DK = { F │ F > 11,05}. Dengan demikian, F 22~32  DK dan keputusan ujinya adalah H 0 diterima. Berdasarkan keputusan uji tersebut maka penerapan model TGT dengan konsep diri negatif memberikan prestasi belajar yang sama dengan model konvensional dengan konsep diri negatif. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa model TGT yang dapat memunculkan kemandirian, kecerdasan dan kreatif siswa serta peta konsep membutuhkan kreatifitas setiap individu siswa. Siswa dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan konsep diri negatif dikarenakan peta konsep siswa sesuai dengan kemampuan dirinya dalam memahami materi yang diberikan. Dapat disimpulkan prestasi belajar matematika siswa pada model TGT dengan peta konsep, siswa dengan konsep diri positif memberikan prestasi hasil belajar matematika lebih baik dari siswa dengan konsep diri negatif, sedangkan pada model TGT maupun konvensional, tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan konsep diri negatif maupun siswa dengan konsep diri negatif. Pada siswa dengan konsep diri negatif, prestasi belajar siswa dengan model TGT dengan peta konsep lebih baik daripada model TGT maupun konvensional, tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara model TGT dengan model konvensional. Sedangkan pada siswa dengan konsep diri negatif tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara model TGT dengan peta konsep, TGT maupun konvensional. 6. Berdasarkan uji anava tiga jalan pada Tabel 2 diperoleh bahwa H 0BC diterima. Berarti tidak terdapat interaksi antara kecerdasan emosional spiritual dan konsep diri siswa terhadap prestasi belajar matematika. Tidak terdapatnya interaksi ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa hipotesis kedua H 0B diterima. Pengaruh variabel ESQ terhadap variabel terikat prestasi belajar tidak tergantung pada kategori variabel konsep diri. Di sisi lain pengaruh variabel konsep diri terhadap variabel terikat prestasi belajar tidak tergantung pada kategori variabel ESQ. Pada setiap tingkat kecerdasan emosional spirtual siswa dengan konsep diri positif memiliki prestasi belajar matematika yang berbeda dari siswa dengan konsep diri negatif. Hal ini dimungkinkan karena siswa dengan konsep diri positif memiliki sifat merasa setara dengan orang lain, sanggup menerima dirinya sebagai orang yang bernilai bagi orang lain, merasa yakin dengan kemampuan yang dimiliki, optimis terhadap kompetisi, mampu menerima tantangan, peka akan kebutuhan orang lain dan penuh perhatian. Sifat ini akan membentuk siswa menjadi pribadi yang memiliki kecerdasan emosional spiritual yang tinggi pula. Semakin positif konsep diri yang dimiliki akan membentuk kecerdasan emosional dan spiritual yang tinggi. Sehingga antara konsep diri dan kecerdasan emosional spiritual berbanding lurus. 7. Berdasarkan uji anava tiga jalan pada Tabel 2 diperoleh bahwa H 0ABC diterima. Berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran, kecerdasan emosional spiritual dan konsep diri siswa terhadap prestasi belajar matematika. Tidak terdapatnya interaksi ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa variabel model pembelajaran terhadap variabel terikat prestasi belajar tidak tergantung pada kategori variabel ESQ, dan variabel ESQ terhadap variabel terikat prestasi belajar tidak tergantung pada kategori variabel konsep diri. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang memiliki ESQ tinggi memiliki kemandirian yang tinggi pula sehingga dalam diskusi kelompok tidak berjalan maksimal sehingga model pembelajaran yang diberikan tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa. ## KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Prestasi belajar matematika siswa dengan model TGT dengan peta konsep lebih baik dari siswa dengan model TGT maupun siswa dengan model konvensional. Tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan model konvensional maupun siswa dengan model TGT. 2. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan ESQ tinggi dengan siswa dengan ESQ rendah. 3. Prestasi belajar matematika siswa dengan konsep diri positif lebih baik dari siswa dengan konsep diri negatif. 4. Pada setiap model pembelajaran baik itu TGT dengan peta konsep, TGT maupun konvensional, siswa dengan ESQ tinggi selalu memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan ESQ rendah. Demikian juga pada setiap tingkat ESQ, model pembelajaran TGT dengan peta konsep selalu memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari model TGT maupun model konvensional, dan model konvensional memberikan prestasi belajar yang lebih baik dari model TGT. 5. Prestasi belajar matematika siswa pada model TGT Peta Konsep, siswa dengan konsep diri positif memberikan prestasi hasil belajar matematika lebih baik dari siswa dengan konsep diri negatif, sedangkan pada model TGT maupun konvensional, tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa dengan konsep diri positif maupun siswa dengan konsep diri negatif. Pada siswa dengan konsep diri positif, prestasi belajar siswa dengan model TGT dengan peta konsep lebih baik daripada model TGT maupun konvensional, tetapi tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara model TGT dengan model konvensional. Sedangkan pada siswa dengan konsep diri negatif tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara model TGT Peta Konsep, TGT maupun konvensional. 6. Pada setiap tingkat ESQ baik itu tinggi maupun rendah, siswa dengan konsep diri positif memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan konsep diri negatif. Demikian juga pada setiap tingkat konsep diri baik itu positif maupun negatif, siswa dengan ESQ tinggi memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan ESQ rendah. 7. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang diberikan model pembelajaran baik itu model pembelajaran TGT dengan peta konsep, TGT maupun konvensional pada setiap kecerdasan emosional spiritual dan pada setiap konsep diri siswa. Berdasarkan simpulan, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Hendaknya mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan siswa untuk lebih mengenal konsep dirinya sehingga proses kegiatan belajar akan lebih baik, menyenangkan dan mencapai tujuannya. 2. Bagi Guru a. Dalam penyampaian materi pembelajaran matematika, guru dan calon guru bidang studi matematika perlu memperhatikan adanya pemilihan model pembelajaran yang tepat yaitu sesuai dengan materi pada pokok bahasan yang dipelajari. Salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa diterapkan adalah pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan peta konsep yang dapat mengoptimalkan kemampuan kerja sama dan pembelajaran yang menyenangkan. b. Dalam kegiatan pembelajaran, hendaknya guru dapat mengembangkan pembelajaran peta konsep dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan lainnya, agar siswa dapat mengembangkan proses berpikir siswa sesuai kemampuan dirinya dalam membuat catatan matematikanya. c. Dalam kegiatan pembelajaran, hendaknya guru lebih memperhatikan konsep diri siswa sehingga dengan mengenal kemampuan siswanya guru akan membuat skenario pembelajaran yang tepat. 3. Bagi peneliti lain Walaupun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan ESQ tinggi dengan siswa dengan ESQ rendah, tetapi beberapa teori dan penelitian menyatakan bahwa kemampuan ESQ mempengaruhi hasil prestasi belajar. Untuk itu peneliti menyarankan diadakan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang kemampuan ESQ dan pengaruhnya terhadap model pembelajaran. ## DAFTAR PUSTAKA Aristorahadi. 2012. Konsep Diri Dalam Pendidikan . http://aristorahadi.wordpress.com/ 2008/03/31/konsep-diri-dalam-pendidikan/ . Februari 2013. Ary Ginanjar Agustian. 2003. Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power . Jakarta: Arga. Brinkmann, A. 2003. Graphical Knowledge Display – Mind Mapping and Concept Mapping as Efficient Tools in Mathematics Education. Journal University of Duisburg, Germany Mathematics Education Review , No 16 (pp. 35-48), April, 2003. Brett, D.J. 2012. The Effects of Mind Mapping Activities on Students’ Motivation. Journal. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. Volume 6 No. 1 (pp. 1-4), Januari 2012. Budiyono, 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan , Surakarta : UNS Press. Clara R.Pudjijogyanti. 1998. Konsep Diri dalam Pendidikan . Jakarta: Arcan. Irvan Ronny. 2012. Kecerdasan Ganda. http://irvanronny.blogspot.com/ . Februari 2013. Iwit Prihatin. 2012. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Dengan Pendekatan Konstekstual Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Aspek Afektif Siswa SMP Kabupaten Kayong . Tesis. Prodi Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta. Ratri Rahayu. 2012. Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Model Mind Mapping Berbantuan CD Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar. Journal. Unnes Journal of Mathematics Education. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme. Volume 1 (hal. 1-7). Agustus 2012.
00b77116-5f78-46b1-b937-b7540129b74a
https://jurnal.unsur.ac.id/pro-stek/article/download/3826/2796
UJI EFEKTIVITAS PEMBERIAN SERBUK CANGKANG TELUR AYAM DENGAN BERBAGAI MACAM MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN MICROGREENS PAKCOY ( Brassica rapa L.) ## TESTING THE EFFECTIVENESS OF CHICKEN EGG CELL POWDER WITH VARIOUS GROWTH MEDIA ON PAKCOY ( Brassica rapa L.) MICROGREENS GROWTH ## Oleh : Yuliani 1 , Melissa Syamsiah 2 , Shinta Amelia Arjati 3 1,2,3 Fakultas Sains Terapan Universitas Suryakancana Cianjur Email : 1 [email protected] , 2,3 [email protected] Masuk: 01 Desember 2023 Penerimaan: 01 Desember 2023 Publikasi: 15 Desember 2023 ## ABSTRAK Microgreens merupakan sayuran yang sudah dapat dipanen pada saat pembibitan. Microgreens dapat dijadikan solusi pertanian di era modern ini karena tidak menggunakan lahan yang luas. Salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan dalam bentuk microgreens yaitu pakcoy ( Brassica rapa L.) dengan kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Untuk mendukung pertumbuhan tanaman microgreens yang baik, tentunya hal yang perlu diperhatikan adalah media tanam yang digunakan. Penambahan nutrisi perlu dilakukan agar tumbuh optimal, seperti penambahan serbuk cangkang telur yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk pada microgreens. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penambahan serbuk cangkang telur ayam dengan berbagai macam media tanam terhadap pertumbuhan microgreen pakcoy. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial. Faktor pertama adalah penambahan serbuk cangkang telur yang terdiri dari : C1 (0 g /kontrol), C2 (5 g), C3 (10 g), dan C4 (15 g). Faktor kedua adalah media tanam yang terdiri dari M1: campuran tanah dan kompos, M2 : cocopeat serta M3 : zeolit. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara penambahan serbuk cangkang telur dengan penggunaan beberapa macam media tanam terhadap tinggi tanaman pakcoy. Kombinasi perlakuan terbaik ada di M3C4 (zeolit + cangkang telur 15 g) Kata Kunci: Microgreen, Brassica rapa L, Serbuk cangkang telur, Media tanam ## ABSTRACT Microgreens are vegetables that can be harvested at the nursery. Microgreens can be used as a solution for agriculture in this modern era because they don't use large areas of land. One of the plants that can be cultivated in the form of microgreens is pakcoy (Brassica rapa L.) which has a higher nutritional content. To support the growth of good microgreens, the planting medium used must be considered. The addition of nutrients needs to be done in order to grow optimally, such as the addition of egg shell powder which can be used as fertilizer for microgreens. This study aims to determine the effect of adding chicken egg shell powder with various kinds of planting media on the growth of pakcoy microgreens. This research used a factorial Completely Randomized Design (CRD). The first factor was the addition of eggshell powder consisting of: C1 (0 g/control), C2 (5 g), C3 (10 g), and C4 (15 g). The second factor was the planting medium which consisted of M1: a mixture of soil and compost, M2: cocopeat and M3: zeolite. The results showed that there was an interaction effect between the addition of egg shell powder and the use of several kinds of planting media on the height of the pakcoy plant. The best treatment combination is in M3C4(zeolite + eggshell 15 g). Keywords : Microgreen, Brassica rapa L, Chiken eggshell powder , Plantting medium. ## PENDAHULUAN Microgreens adalah tanaman muda, yang dipanen saat telah muncul akar, batang dan daun sejati. Microgreens dapat dijadikan solusi pertanian di era modern ini karena tidak menggunakan lahan yang luas. Waktu dari benih hingga panen bervariasi, namun umumnya microgreens akan siap untuk panen dalam 7 sampai 14 hari (Kaiser & Ernst, 2018). Microgreen memiliki kandungan nutrisi yang jauh lebih tinggi dibandingkan tanaman biasanya. Pentingnya fitokimia natural yang terkandung dalam microgreen berpotensi untuk menurunkan resiko penyakit kronis dan sebagai antioksidan dalam mencegah radikal bebas (Brazaityte et al ., 2016). Salah satu jenis sayuran yang dapat dibudidayakan dalam bentuk microgreens yaitu pakcoy Brassica rapa L. Media tanam merupakan salah satu pendukung untuk prtumbuhan tanaman microgreen yang baik. Media tanam akan menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang mempengaruhi hasil produksi. Jenis-jenis media tanam sangat banyak dan beragam. Setiap jenis tanaman membutuhkan sifat dan karakteristik media tanam yang berbeda Microgreens dapat ditanam di berbagai media seperti media tanah, rock wool, cocopeat, hidroton atau bahan-bahan lain yang memiliki daya absorbansi tinggi (Bahzar dan Santosa, 2018). Dalam menentukan media tanam yang tepat, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Dalimoenthe, 2013). Selain itu menurut Osman (1996) dalam Hayati et al., (2012) menyatakan bahwa tanah dengan keadaan tekstur dan struktur yang baik sangat menunjang keberhasilan usaha pertanian, struktur tanah yang dikehendaki tanaman adalah struktur tanah yang gembur mempunyai ruang pori yang berisi air dan udara sehingga penyerapan unsur hara dapat berjalan. Selain media tanam yang tepat perlu adanya nutrisi yang ditambahkan pada penanaman microgreens untuk meningkatkan produktivitas pertumbuhannya. Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan yaitu penggunaan pupuk dari cangkang telur. cangkang telur masih menjadi limbah yang berpotensi menyebabkan polusi karena aktivitas mikroba di lingkungan (Farmia, 2020). Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman microgreen, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan cangkang telur. Cangkang telur mengandung 97% kalsium karbonat serta mengandung rerata 3% fosfor dan 3% magnesium, natrium, kalium, seng, mangan, besi, dan tembaga. Kandungan kalsium kulit telur inilah yang dimanfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman (Aditya, 2013). Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas penambahan serbuk cangkang telur ayam dengan berbagai macam media tanam terhadap pertumbuhan microgreens pakcoy ( Brassica rapa L.) ## METODE PENELITIAN Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada di lahan percobaan, Desa. Hegarmanah, Kecamatan Bojongpicung dan ruang laboratorium Fakultas Sains Terapan Universitas Suryakancana, Cianjur, Jawa Barat. ## Alat dan Bahan Dalam pelaksanaan penelitian, beberapa alat dan bahan yang digunakan meliputi benih pakcoy ( Brassica rapa L.), serbuk cangkang telur, air, cocopeat, zeolit, tanah, dan kompos. Nampan plastik, penggaris, alat tulis, kertas label, botol semprotan (sprayer), timbangan analitik, blender, kamera ## Tahapan Penelitian Cangkang telur dicuci bersih dengan air kemudian dijemur sampai kering dan dihaluskan menjadi serbuk dengan menggunakan blender. Campurkan serbuk cangkang telur dengan masing-masing media tanam, kemudian mengisi nampan dengan media tanam setinggi 2-3 cm. Pemberian air dengan sprayer untuk melembabkan media tanam. Penanaman benih dilakukan dengan cara setiap baki diisi dengan jumlah benih 30 butir. Perawatan dilakukan dengan pemberian air setiap hari pada microgreens. ## Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu jenis penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh interaksi antara penambahan serbuk cangkang telur dengan penggunaan beberapa macam media tanam terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy. Rancangan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial dengan dua faktor yaitu penambahan serbuk cangkang telur sebagai faktor pertama (C) yang terdiri dari empat taraf, yaitu : C1 :Tanpa penambahan cangkang telur (kontrol). C2 : Penambahan 5 g cangkang telur. C3 : Penambahan 10 g cangkang telur. C4 : Penambahan 15 g cangkang telur Beberapa media tanam sebagai faktor kedua (M) yang terdiri dari tiga taraf, yaitu : M1 : Media tanah dan kompos. M2 : Media tanam cocopeat, dan M3 : Media tanam zeolit. Sehingga ada 12 perlakuan kombinasi yang diulang sebanyak 4 kali. ## Variabel Penelitian Variabel penelitian meliputi tinggi tanaman, bobot basah, dan jumlah daun microgreens pakcoy ( Brassica rapa L.). Pengamatan untuk variable tinggi tanamn dan jumlah daun dilakukan pada umur 4, 6, 8, 10, 12, dan 14 HST, sedangkan pengamatan untuk variable bobot basah dilakukan pada akhir kegiatan yakni setelah panen (14 HST). ## Teknis Analisis Data Data hasil penelitian yang diperoleh, dianalisis dengan menggunakan software Minitab dan Microsoft excel. Analisis pengaruh signifikan antara parameter uji dengan metode sidik ragam ANOVA (Analisis of Variance) Two way, apabila ada beda nyata maka diuji lanjut antar variable pengamatan dengan menggunakan uji Tukey. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Tinggi Tanaman Hasil pengamatan rerata tinggi tanaman pakcoy pada beberapa perlakuan penggunaan berbagai macam media tanam dan beberapa konsentrasi serbuk cangkang telur selama 14 HST yang diamati setiap 2 hari sekali data diolah secara statistik menggunakan uji ANOVA, selanjutnya dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey pada taraf 5%, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Rata-rata Tinggi Microgreens Pakcoy Perlakuan Pengamatan Hari Ke- 4 6 8 10 12 14 Cangkang Telur ** ** ** ** ** ** C1 1,50c 1,62c 2,00d 2,21d 3,50d 5,00d C2 1,73b 1,90b 2,18c 2,40c 3,90c 5,21c C3 1,83b 1,94b 2,41b 2,65b 4,25b 5,34b C4 2,03a 2,20a 2,73a 2,90a 4,43a 5,62a Media Tanam ** ** ** ** ** ** M1 1,60b 1,80b 2,22b 2,44b 4,05b 5,30b M2 1,30c 1,40c 1,84c 2,00c 3,23c 5,00c M3 2,43a 2,60a 2,90a 3,17a 4,82a 6,04a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Tukey pada taraf α 5%. (C1) Cangkang telur 0 g, (C2) Cangkang telur 5 g, (C3) Cangkang telur 10 g, (C4) Cangkang telur 15 g. (M1) Media tanam tanah dan kompos, (M2) Media tanam cocopeat, (M3) Media tanam zeolit. **= berbeda sangat nyata. Tabel 1 Menunjukkan rata-rata tinggi tanaman microgreens pakcoy pada pemberian cangkang telur ayam, pada hari ke-4 sampai dengan hari ke-14 dapat dilihat bahwa pemberian perlakuan serbuk cangkang telur ayam 15 g (C4) memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman microgreens pakcoy secara berurutan yaitu 2,03 cm; 2,20 cm; 2,73 cm; 2,90 cm; 4,43 cm dan 5,62 cm yang berbeda nyata dengan pemberian perlakuan C1 (tanpa penambahan cangkang), C2 (penambahan cangkang 5 g), dan C3 (penambahan cangkang 10 g). Pada perlakuan berbagai media tanam menunjukkan rata-rata tinggi tanaman microgreens pakcoy di hari ke-4 sampai dengan hari ke-14 yang terbaik adalah perlakuan dengan menggunakan media tanam zeolite (M3) yang memiliki tinggi secara berurutan : 2,43 cm; 2,60 cm; 2,90 cm; 3,17 cm; 4,82cm dan 6,04 cm yang berbeda nyata dengan perlakuan penggunaan media tanam tanah dan kompos (M1) dan media tanam cocopeat (C2) Pada kombinasi perlakuan faktor pemberian serbuk cangkanng telur dan faktor berbagai media tanam menunjukkan adanya interaksi kedua faktor yang memberi pengaruh terhadap tinggi tanaman microgreen pakcoy yang diamati, hal ini terlihat pada gambar 1. Hasil pengujian statistik rata-rata tinggi tanaman microgreens pakcoy dimulai pengamatan hari ke-4 sampai dengan hari ke-14 menunjukkan nilai tertinggi pada penggunaan media tanam zeolit dan penambahan serbuk cangkang telur 15 g (M3C4). Hal ini diduga media tanam zeolit pada microgreens pakcoy dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sesuai dengan penelitian Suwardi (2009), menyebutkan zeolit memiliki kapasitas tukar kation dan kemampuan menyerap ion amonium tinggi. Amonium merupakan salah satu senyawa yang dapat diserap menjadi nitrogen oleh tanaman, nitrogen (N) merupakan unsur hara makro yang dapat mendukung pertumbuhan vegetatif tanaman khususnya pada pertumbuhan akar,batang dan daun pada tanaman. Sehingga penggunaan perlakuan media tanam zeolit dapat mendukung pertumbuhan tanaman microgreens lebih baik dibanding dengan perlakuan lainnya. Gambar 1. Rata-rata Tinggi Tanaman Microgreens Pakcoy dengan berbagai Kombinasi Perlakuan. (M1) Media tanam tanah dan kompos, (M2) Media tanam cocopeat, (M3) Media tanam zeolit. (C1) Cangkang telur 0 g, (C2) Cangkang telur 5 g, (C3) Cangkang telur 10 g, (C4) Cangkang telur 15 g. Penambahan serbuk cangkang telur yang semakin tinggi dapat menunjang pertumbuhan tanaman. Hal ini diduga karena dengan penambahan serbuk cangkang telur sebagai pupuk mengandung kandungan Kalsium (Ca) yang cukup baik untuk microgreens pakcoy, kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman. Sesuai dengan penelitian Farmia (2020) menyebutkan bahwa perolehan rata-rata tinggi tanaman microgreens brokoli tertinggi pada perlakuan pemberian cangkang telur di dosis 20 gr. Kulit telur kering mengandung Kalsium (Ca) yang merupakan unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman selain Nitrogen, Posfor, Kalium, Magnesium dan Belerang (Aditya, 2013). ## Bobot Basah Data hasil pengamatan rerata bobot basah tanaman pakcoy pada beberapa perlakuan penggunaan berbagai macam media tanam dan beberapa konsentrasi serbuk cangkang telur saat panen (14 HST) diolah secara statistik menggunakan uji ANOVA, selanjutnya dilakukan uji lanjut menggunakan uji Tukey pada taraf 5%, disajikan pada Tabel 2 Tabel 2. Rata-rata bobot basah microgreens pakcoy masing-masing perlakuan saat panen (14 HST) Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Tukey pada taraf α 5%. (C1) Cangkang telur 0 g, (C2) Cangkang telur 5 g, (C3) Cangkang telur 10 g, (C4) Cangkang telur 15 g. (M1) Media tanam tanah dan kompos, (M2) Media tanam cocopeat, (M3) Media tanam zeolit. **= berbeda nyata. Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukan bobot basah microgreens pakcoy pada masing-masing perlakuan diperoleh hasil tertinggi yaitu penambahan serbuk cangkang telur pada perlakuan C4 (penambahan cangkang 15 g) yaitu dengan rata-rata bobot basah sebesar 0,35 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan C1 (tanpa penambahan cangkang), C2 (penambahan cangkang 5 g), dan C3 (penambahan cangkang 15 g) yang memiliki bobot basah secara berurutan : 0,30 g; 0,32 g dan 0,32 g juga. Perlakuan Rata-rata Bobot Basah (gram) Cangkang Telur ** C1 0,30c C2 0,32b C3 0,32b C4 0,35a Media Tanam ** M1 0,33b M2 0,24c M3 0,40a Sedangkan pada perlakuan media tanam, yang terbaik adalah pengunaan media tanam zeolit (M3) dengan rata-rata bobot basah sebesar 0,40 gram, yang berbeda nyata dengan perlakuan penggunaan media tanam tanah dan kompos (M1) dan media tanam cocopeat (M2) yang memiliki bobot basah secara berurutan : 0,33 g dan 0,24 g. Terlihat bahwa perlakuan terbaik pada penggunaan media tanam zeolit untuk bobot basah tanaman microgreens pakcoy. Hal ini diduga penggunaan perlakuan media tanam zeolit dapat menyerap nutrisi lebih baik dan menjaga ruang udara (porositas) tetap stabil karena memiliki porositas yang baik dibanding dengan perlakuan lainnya yang mendukung pertumbuhan microgreens pakcoy sehingga mempengaruhi hasil tanaman microgreens pakcoy. Pada tabel 3 menunjukkan rata-rata bobot basah tanaman microgreens pakcoy dengan kombinasi perlakuan, terlihat adanya interaksi antara kedua factor. Perolehan hasil terbaik ditunjukkan pada perlakuan kombinasi penggunaan media tanam zeolit dengan penambahan serbuk cangkang telur 15 g (M3C4) yaitu 0,43 gram yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan M3C2 dan M3C3 yang memiliki bobot basah sebesar : 0,41g. Hal ini diduga penggunaan perlakuan media tanam zeolit dapat menyerap nutrisi lebih baik dan menjaga ruang udara (porositas) tetap stabil karena memiliki porositas yang baik dibanding dengan perlakuan lainnya yang mendukung pertumbuhan microgreens pakcoy sehingga mempengaruhi hasil tanaman microgreens pakcoy. Tabel 3 Rata-rata Bobot Basah Microgreens Pakcoy Kombinasi Perlakuan Perlakuan Rata-rata Bobot Basah (gram) Media*Cangkang ** M1C1 0,35cd M1C2 0,36bc M1C3 0,30d M1C4 0,32cd M2C1 0,21e M2C2 0,20e M2C3 0,25e M2C4 0,31cd M3C1 0,33cd M3C2 0,41a M3C3 0,41a M3C4 0,43a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Tukey pada taraf α 5%. (M1) Media tanam tanah dan kompos, (M2) Media tanam cocopeat, (M3) Media tanam zeolit. (C1) Cangkang telur 0 g, (C2) Cangkang telur 5 g, (C3) Cangkang telur 10 g, (C4) Cangkang telur 15 g. **= berbeda nyata. Menurut Mubarok et al., (2012) menyebutkan bahwa semakin besar ruang udara pada media tanam, maka oksigen yang tersimpan pada media tanam tersebut semakin banyak dan proses respirasi perakaran menjadi lebih baik dan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hasil panen. Sejalan dengan penelitian Sugiartini et al. , (2020) menyatakan bahwa penggunaan media tanam zeolit memperoleh berat basah tertinggi pada tanaman pakcoy dibanding dengan penggunaan campuran media cocopeat dan arang sekam. Menurut Aidha (2013) Batu zeolit merupakan kristal alumina silika yang berstruktur tiga dimensi dengan rongga- rongga di dalamnya yang berisi ion-ion logam, biasanya alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Pada perlakuan penambahan cangkang telur 15 g juga memberikan perolehan bobot basah microgreens pakcoy yang cukup baik dibanding dengan konsentrasi penambahan cangkang telur lainnya. Hal ini sesuai dengan peneltian (Sari et al ., 2022) menyebutkan bobot basah total tanaman sawi juga dipengaruhi oleh kandungan kalsium yang terkandung dalam cangkang telur ayam yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Kalsium (Ca) pada tumbuhan berperan dalam merangsang pembentukan buluh akar, mengeraskan batang tumbuhan dan merangsang pembentukan biji (Aditya, 2013). Penambahan bahan organik ke dalam tanah lebih kuat pengaruhnya ke arah perbaikan sifat – sifat tanah, dan bukan khususnya untuk meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Contoh, Urea kadar N 46 %, sedangkan bahan organik mempunyai kadar N < 3% sangat jauh perbedaan kadar unsur N. Akan tetapi Urea hanya menyumbangkan 1 unsur hara yaitu N sedangkan bahan organik memberikan hampir semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam perbandingan yang relatif setimbang, walaupun kadarnya sangat kecil (Roidah, 2013). Limbah dari cangkang telur ini dapat dijadikan serum tanaman yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman hias karena pupuk organik bukan hanya berbentuk padat tetapi dapat juga berbentuk cair seperti serum tanaman. Serum tanaman lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terlihat pada tanaman (Dayanti, 2017) ## Jumlah Daun Hasil dari pengamatan respons jumlah daun tanaman microgreens pakcoy terhadap pemberian perlakuan penggunaan berbagai macam media tanam dan beberapa konsentrasi serbuk cangkang telur selama 14 HST. Parameter jumlah daun diamati mulai hari ke 4, 6, 8 hingga 14. Data hasil pengolahan secara statistik disajikan pada Tabel 4. ## Tabel 4 Rata-rata Jumlah Daun Microgreens Pakcoy Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada lajur yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Tukey pada taraf α 5%. (M1) Media tanam tanah dan kompos, (M2) Media tanam cocopeat, (M3) Media tanam zeolit. (C1) Cangkang telur 0 g, (C2) Cangkang telur 5 g, (C3) Cangkang telur 10 g, (C4) Cangkang telur 15 g. **= berbeda nyata. Pada pengamatan hari ke-4 terlihat penambahan serbuk cangkang telur (C1, C2, C3 dan C4) dengan dosis berbeda tidak berbeda nyata antar perlakuan. Data ini masih sama pada pengamatan hari ke 6 dengan jumlah rata-rata daun sebanyak 1 helai pada semua perlakuan. Pada pengamatan hari ke 8 terdapat penambahan jumlah rata-rata daun menjadi 2 helai yang tidak berbeda nyata antara perlakuan C1, C2, C3 dan C4. Jumlah daun ini terus sama hingga hari ke 14. Menurut Butcher & Miles (1990) dalam Nurjanah et al. , (2017) cangkang telur mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dengan persentase sebanyak 95%, posfor (P) 3%, dan 3% terdiri dari magnesium (Mg), natrium (Na), kalium (K), seng (Zn), mangan (Mn), besi (Fe), Perlakuan Pengamatan Hari Ke- (helai) 4 6 8 - 14 Cangkang Telur Tm Tm tn C1 1a 1a 2a C2 1a 1a 2a C3 1a 1a 2a C4 1a 1a 2a Media Tanam ** ** tn M1 1b 1b 2a M2 1b 1b 2a M3 2a 2a 2a dan tembaga (Cu). Unsur-unsur tersebut merupakan unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman untuk proses pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme tanaman. Dari tabel 4 pada pengamatan hari ke-4 dan hari ke-6 terlihat perlakuan penggunaan media tanam zeolit (M3) memperoleh rata-rata hasil terbaik pada jumlah daun microgreens yaitu 2 daun yang berbeda nyata dengan perlakuan M1(media tanah dan kompos) dan M2 (media tanam cocopeat). Kombinasi perlakuan zeolit dengan penambahan cangkang telur secara umum bermanfaat bagi tanaman microgreens pakcoy. Hal ini sejalan dengan penelitian Suwardi (2009) menyebutkan bahwa zeolit memiliki kemampuan menyerap amonium tinggi. Amonium merupakan senyawa yang dapat diserap oleh tanaman menjadi nitrogendiduga kombinasi perlakuan zeolit dengan penambahan cangkang telur secara umum bermanfaat bagi tanaman microgreens pakcoy. Hal ini sejalan dengan penelitian Suwardi (2009) menyebutkan bahwa zeolit memiliki kemampuan menyerap amonium tinggi. Amonium merupakan senyawa yang dapat diserap oleh tanaman menjadi nitrogen ## KESIMPULAN 1. Perlakuan penggunaan berbagai jenis media tanam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot basah tanaman microgreens pakcoy. Pengaruh paling baik diperoleh pada perlakuan penggunaan media tanam zeolit (M3). Tetapi penggunaan berbagai jenis media tanam tidak memberikan pengaruh nyata pada jumlah daun. 2. Perlakuan pemberian beberapa dosis serbuk cangkang telur ayam memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dan bobot basah microgreens pakcoy. Pemberian perlakuan C4 (penambahan cangkang 15 g) memberikan hasil tertinggi pada parameter tersebut. Tetapi pemberian beberapa dosis serbuk cangkang telur ayam tidak memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun. 3. Terdapat interaksi pada pemberian kombinasi perlakuan penggunaan media tanam zeolit dengan pemberian serbuk cangkang telur ayam 15g (M3C4) yang memberikan hasil tertinggi pada tinggi tanaman microgreens pakcoy. Pada bobot basah tanaman, hasil terbaik ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan yang sama yaitu M3C4 (zeolit + cangkang telur 15 g) disertai perlakuan M3C2 (zeolit + cangkang telur 5 g), dan M3C3 (zeolit + cangkang telur 10 g). Tetapi tidak terdapat interaksi pada pemberian kombinasi perlakuan penggunaan media tanam dengan pemberian serbuk cangkang telur ayam terhadap jumlah daun pada 8- 14 HST . ## DAFTAR PUSTAKA Aditya, A.R. 2013. Peranan Ekstrak Kulit Telur, Daun Gamal, Bonggol Pisang Sebagai Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai dan Populasi Aphis Craccivora Pada Fase Vegetatif. Halaman diakses dari http://repository.unhas.ac.id . Aidha, N. N. 2013. Aktivasi Zeolit Secara Fisika Dan Kimia Untuk Menurunkan Kadar Kesadahan (Ca Dan Mg) Dalam Air Tanah. Jurnal Kimia dan Kemasan, Vol. 35(1), 58 – 64. Bahzar, M.H. dan Santosa, M. 2018. Pengaruh nutrisi dan media tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Pakcoy Jurnal Produksi Tanaman, 6(7), 1273- 1281 Brazaityte, A., S. Sakalauskiene, A. Virsile, J. Jankauskiene, G. Samuoliene, R. Sirtautas, V. Vastakaite, J. Miliauskiene, P. Duchovskis, A. Noviekovas, and L. Dabasinskas. 2016. The effect of short-term red lighting on Brassicaceae microgreens grown indoors. Acta Horticulturae, 1123, 177 – 183. https://www.actahort.org/books/1123/1123_25.htm Dalimoenthe, S. L. (2013). Pengaruh Media Tanam Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Perakaran Pada Fase Awal Benih Teh Di Pembibitan. Jurnal Penelitian The dan Kina, Vol. 16(1), 1 – 12. Dayanti, Evi. (2017). Pengujian Pupuk OrganikCair Limbah Cangkang Telur AyamRas Pada Pertumbuhan Dan ProduksiTanaman Terung Ungu ( Solanum melongena L.). https://repositori.uma.ac.id/handle/123456789/8267 Farmia, Asih. 2020. Pengaruh Beberapa Macam Media Tanam dan Dosis Serbuk Cangkang Telur Ayam terhadap Pertumbuhan Microgreen Brokoli ( Brassica oleracea var. Italica Planck). Prosiding Semnas Pembangunan dan Pendidikan Vokasi Politeknik Pembanguan Pertanian Hayati, E., Sabaruddin, & Rahmawati. (2012). Pengaruh Jumlah Mata Tunas Dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.). Jurnal Agrista, Vol. 16(3), 129 – 134. Kaiser, C. and M. Ernst. 2018. Microgreens. CCD-CP-104. Lexington, KY: Center for Crop Diversification, University Kentucky College of Agriculture, Food and Environment. http://www.uky.edu/ccd/sites/www.uky.edu.ccd/files/microgreens.pdf Mubarok, S., A, S., Farida, Y, R., & Y, S. 2012. Pengaruh Kombinasi Komposisi Media Tanam Dan Konsentrasi Sitokinin Terhadap Pertumbuhan Aglonema. Jurnal Hortikultura , 22(3), 251 – 257. Nurjanah, Susanti, R., & Nazip, K. (2017). Pengaruh Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam (Gallus Gallus Domesticus) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Caisim (Brassica Juncea L.) Dan Sumbangannya Pada Pembelajaran Biologi Sma. 514 – 528. Roidah, I. S. (2013). Manfaat Penggunaan Pupuk Organik Untuk Kesuburan Tanah. Jurnal Bonorowo, Vol. 1(1). Sari, N., Ria Defiani, M., & Luh Suriani, N. (2022). Pemanfaatan Limbah Kulit Bawang Merah ( Allium cepa L.) Dan Cangkang Telur Ayam Untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Sawi ( Brassica rapa Var. Parachinensis L.). 52 – 63. Sugiartini, E., Wulandari, F., & Novita Jingga, T. 2020. Pengaruh Penggunaan Jenis Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Pada Tanaman Pakcoy ( Brassica rapa L.) Pada Sistem Vertiminaponik. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta, 140- 149. Suwardi. 2009. Teknik Aplikasi Zeolit Di Bidang Pertanian Sebagai Bahan Pembenah Tanah. Jurnal Zeolit Indonesia, 8(1), 33-38.
42af2ba0-a2ec-4735-969d-1b7eec5d2f6c
https://ejurnal.undana.ac.id/index.php/JAK/article/download/2869/2002
## PENGARUH PANDEMIC COVID 19 TERHADAP NPL BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Maria Indriyani Hewe Tiwu Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Nusa Cendana [email protected] ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pandemic covid 19 terhadap NPL Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan selama periode penelitian dari bulan Januari 2017 sampai dengan bulan Juli 2020. Metode analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan pandemic covid 19 sebagai variabel dummy sebelum dan selama pandemic covid 19. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pandemic covid 19 mempunyai pengaruh signifikan dan hubungan positif terhadap NPL Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia. Pandemic covid 19 merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan perekonomian di seluruh dunia termasuk Indonesia mengalami penurunan yang tajam. Akibatnya para pengusaha, tenaga kerja serta sektor ekonomi lainnya kehilangan pendapatan dan keuntungan, hal tersebut menimbulkan ketidakmampuan para peminjam yang terdiri dari pengusaha untuk mengembalikan dana kepada BPR di Indonesia. ## Kata kunci : NPL, Pandemic Covid 19, BPR ## ABSTRACT This study aims to analyze the effect of the Covid 19 pandemic on the NPL of BPR in Indonesia registered with the Financial Services Authority during the study period from January 2017 to July 2020. The analytical method used is multiple regression with the Covid 19 pandemic as a dummy variable before and during the Covid 19 pandemic. The results of this study indicate that the Covid 19 pandemic has a significant and positive effect on the NPL of BPR in Indonesia. The Covid 19 pandemic is an extraordinary event that has caused economies around the world, including Indonesia, to experience a sharp decline. As a result, entrepreneurs, labor and other sectors of the economy lose income and profits, this has resulted in the inability of borrowers consisting of entrepreneurs to return funds to BPR in Indonesia. Keywords : NPL, Pandemic Covid 19, BPR. ## PENDAHULUAN Pandemic Covid 19 telah memberikan dampak buruk bagi perkembangan perekonomian seluruh dunia. Indonesia yang pada awalnya beranggapan bahwa virus covid 19 tersebut tidak akan bertahan di Indonesia karena iklim yang panas mampu membunuh virus tersebut harus menerima kenyataan pahit. Berdasarkam sumber covid 19.go.id milik pemerintah, pada bulan Maret tahun 2020 Indonesia mendapatkan kasus pertama covid 19 dan setelah 7 bulan berjalan virus tersebut masih bertahan dan terjadi penambahan kasus Covid 19 dan hingga tanggal 5 Oktober 2020 sebanyak 307.120 jiwa positif covid , dengan korban jiwa yang meninggal 11.253 jiwa dan sembuh 232.593 jiwa. Perekonomian Indonesia mengalami dampak buruk dari pandemic covid 19, dan untuk mengatasi pandemic tersebut pemerintah menerapkan protokol kesehatan yakni Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan social distancing yang diharapkan dapat mengatasi pandemic covid 19. Namun dampak dari pandemic ini terus menular dan memberikan pengaruh terhadap Indonesia baik dalam sektor riil dan sektor moneter, akibatnya perekonomian Indonesia mengalami perlambatan bahkan pertumbuhan ekonomi mencapai -5.32% pada kuartal ke 2 (sumber BPS.go.id). Industri pariwisata, pertambangan, konstruksi, otomotif, transportasi, UMKM mengalami penurunan akibat covid 19. Sektor keuangan khususnya perbankan juga mengalami ancaman ketidakmampuan dunia usaha untuk membayar pinjaman. Pada tahun 2019 dan 2020 penyaluran kredit melalui Bank Perkreditan Rakyat mengalami peningkatan penyaluran kredit selama bulan Juli 2019 hingga April 2020 namun pada bulan Mei 2020 mengalami penurunan dalam penyaluran kredit seperti pada gambar 1 di bawah ini. Sumber: (SPI, Diolah) Grafik 1 . Perkembangan penyaluran Kredit BPR Peningkatan terhadap penyaluran dana kredit baik kredit usaha ataupun konsumsi oleh BPR pada masa pandemic saat ini mempunyai resiko yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan pandemic covid 19 memberikan pengaruh pada dunia kerja dimana kurang lebih 2,8 juta pekerja terkena dampak dari covid 19, berikut gambar diagram yang menunjukan penyebaran pekerja yang terkena dampak covid 19. Sumber: (Katadata, Diolah) Grafik 2. Pekerja yang terkena dampak Covid 19 Implikasi dari tidak bekerjanya para pekerja formal ataupun pekerja informal adalah kehilangan pendapatan dan keuntungan, sehingga berdampak pada sektor usaha atau UMKM yang dijalankan oleh para pengusaha. Hal ini akan mendorong terjadinya ketidakmampuan debitur atau peminjam untuk mengembalikan dana yang dipinjam. Berikut adalah grafik yang menunjukan perkembangan kredit macet selama bulan Juli 2019 sampai dengan bulan Juli 2020, dimana trend dari grafik kredit macet tersebut terus meningkat. Sumber: (SPI, Diolah) Grafik 4 . Perkembangan kredit macet pada BPR Perkembangan kredit macet yang terus meningkat selama periode tersebut tentu saja memberi pengaruh terhadap rasio risiko usaha bank yang menunjukkan besarnya risiko kredit bermasalah (NPL) yang ada pada BPR Sumber: (SPI, Diolah) Grafik 5 . Net Performing Loan BPR Pada grafik 5 di atas dapat kita ketahui bahwa NPL pada tahun 2020 dimana masa pandemic covid 19 masih berlangsung dan terus meningkat, menyebabkan penurunan kinerja BPR dan menjadi tidak efisien. Pemerintah Indonesia melalui Bank Indonesia telah melakukan berbagai upaya kebijakan untuk merestrukturisasi kredit atau pembiayaan, salah satu caranya adalah kebijakan menurunkan suku bunga BI7DRR menjadi 4% serta melakukan koordinasi dengan kementerian keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah yang ingin dianalisis adalah apakah pandemic covid 19, suku bunga BI7DRR dan inflasi berpengaruh terhadap meningkatnya rasio NPL BPR selama periode Januari 2017 sampai dengan periode Juli 2020. ## KAJIAN TEORI BPR Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan bank yang menghimpun dana dari masyarkat hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, serta menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat berupa pinjaman kredit. Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan kembali dana tersebut dengan harapan memperoleh keuntungan, keuntungan BPR didapat dari spread effect dan pendapatan bunga. Usaha-usaha yang dapat dilakukan BPR antara lain, menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang disamakan dengan itu, memberikan kredit, menyediakan pembiayaan kepada nasabah dengan prinsip bagi hasil, menyimpan dananya pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain (Triandaru dan Budisantoso, dalam Agus (2013:286)). ## NPL Non Performing Loan (NPL) adalah perbandingan antara kredit bermasalah dengan jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat secara keseluruhan. Rasio NPL atau rasio kredit bermasalah merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelolah kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi NPL, maka semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, sehingga suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Berdasarkan Kodifikasi Peraturan BI, Non Performing Loan (NPL) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit bermasalah dengan total kredit dimana: 1) Kredit merupakan kredit yang diberikan kepada pihak keiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain 2) Kredit bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet 3) Kredit bermasalah dihitung secara gross 4) Angka diperhitungkan per posisi (tidak disetahunkan Kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak bisa membayar sebagian atau seluruh angsurannya beserta bunga kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya. Kredit bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lacar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) Menurut Djiwandono dalam Pratamawati (2018:30), penyebab kredit macet terdiri dari faktor internal dan eksternal 1) Faktor Eksternal a) Lingkungan usaha debitur b) Musibah (missal: bencana alam, kejadian luar biasa) atau kegagalan usaha c) Persaingan antar bank yang tidak sehat 2) Faktor Internal a) Kebijakan perkreditan yang kurang menunjang b) Kelemahan system dan prosedur penilaian kredit c) Pemberian dan pengawasn kredit yang menyimpang dari prosedur d) Itikad yang kurang baik dari pemilik, pengurus dan pegawai bank Faktor eksternal seperti musibah yang berskala nasional dapat berpengaruh terhadap Rasio NPL yang menunjukan kinerja perbankan. Pandemic covid 19 merupakan salah satu faktor eksternal. Pandemic covid 19 adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus SARS CoV-2 dan memiliki gejala yang mirip dengan flu biasa, yang dapat berlanjut pada sakit parah dan radang paru ( Pneumonia ),sehingga menyebabkan kesulitan bernafas.Virus Corona menyebabkan penyakit flu biasa sampai penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah ( MERS-CoV ) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah ( SARS-CoV ). Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke beberapa negara, termasuk Indonesia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai sumber acuan dunia dalam menghadapi Covid-19, telah merilis beberapa langkah-langkah perlindungan dasar individu dalam menghadapi Pandemi ini. Beberapa diantaranya yaitu menjaga kebersihan tangan melalui rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau dengan cairan berbasis alkohol, menjaga jarak sosial ( Social distancing ) dengan cara menjaga jarak setidaknya 1 meter dengan orang lain atau siapa saja yang batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung dan mulut, karena ketiganya merupakan jalan masuknya virus ke dalam tubuh, menjaga kebersihan pernafasan dengan cara menutup mulut dan hidung dengan tisu atau dengan siku pada saat batuk dan bersin, jika mengalami demam, batuk dan kesulitan bernafas, cari perawatan medis sesegera mungkin, serta tetap mencari informasi dan mengikuti saran yang diberikan oleh penyedia layanan kesehatan setempat. Covid -19 berdampak besar hampir di semua aspek kehidupan termasuk ekonomi. Untuk mengatasi badai ini, berbagai Negara berjuang keras untuk mengatasi dampak wabah Covid -19 selain koordinasi, tindakan penting untuk membatasi penyebaran pandemi Covid -19 dan mengatasi konsekuensi sosial- ekonomi adalah langkah-langkah seperti: penting memperhatikan rantai nilai produksi dan distribusi untuk memastikan kepastian pasokan yang diperlukan; memastikan bahwa pendapatan dan peluang kerja tidak terpengaruh oleh pandemi; dukungan pada perusahaan terdampak khususnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM), koperasi, dan usaha sektor informal; terjaminnya supply dan ketersediaan stok pangan. Kita harus merespon bersama untuk memperlambat penularan, memperkuat ketahanan sistem layanan kesehatan agar wabah Covid -19 dapat diatasi dengan cepat. Berdasarkan penelitian terdahulu oleh Barus dkk (2016:113) suku bunga BI7DRR dan inflasi berpengaruh terhadap NPL. Suku bunga Bank Indonesia (BI7DRR) dan inflasi merupakan faktor internal yang dapat mempengaruhi rasio NPL. Suku bunga SBI atau BI7DRR merupakan indikator kebijakan moneter di Indonesia selain itu, SBI merupakan salah satu instrument kebijakan operasi pasar yang mempengaruhi peredaran uang. Suku bunga SBI yang naik dapat mengakibatkan perbankan akan menaikkan pula suku bunga depositonya. Meningkatnya suku bunga deposito maka biaya yang dikeluarkan perbankan untuk menghimpun dana pihak ketiga tersebut juga meningkat, sehingga biaya dana perbankan akan meningkat. Jika ini terjadi maka suku bunga pinjaman perbankan juga akan meningkat sehingga kemungkinan terjadinya kredit bermasalah semakin besar Inflasi adalah peningkatan harga secara keseluruhan yang dapat mengakibatkan terganggunya kesimbangan antara arus uang dan barang. Inflasi terjadi karena adanya inflasi di luar negeri yang mengakibatkan naiknya harga barang di dalam negeri. Inflasi yang tinggi akan menyebabkan menurunnya pendapatan riil masyarakat sehingga standar hidup masyarakat juga turun, sehingga kemungkinan debitur tidak mampu membayar ## METODE PENELITIAN ## Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan statistik inferensi. ## Jenis dan Sumber Data Jenis data dari penelitian ini adalah data kuantitatif dengan menggunakan sumber data sekunder berbentuk time series 43 bulan dari Januari 2107 sampai dengan Juli 2020 ## Variabel dan Definisi Operasional Variabel dependen adalah variabel NPL, sedangkan variabel inflasi, suku bunga BI7DRR dan dummy pandemic covid 19 dimana variabel inflasi dan variabel suku bunga BI7DRR menjadi variabel control terhadap dummy pandemic covid 19. Definisi operasional dari variabel ekonomim dalam persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut: a) NPL (Y) Perbandingan antara kredit bermasalah dengan jumlah kredit yang disalurkan kepada masyarakat secara keseluruhan (%). b) Inflasi(X1) Peningkatan harga barang dan jasa secara keseluruhan dan terus menerus yang dapat mengakibatkan terganggunya keseimbangan antara arus uang dan barang (%) c) Suku Bunga BI7DDR(X2) Kebijakan nilai suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang bersangkutan dengan kebijakan moneter (%) d) Pandemic Covid 19 (Dummy Variabel) Keadaan sebelum dan selama terjadi pandemic Covid 19 ## Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah dokumentasi dari instansi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupa data NPL, Bank Indonesia data tingkat suku bunga BI7DRR, Badan Pusat Statistik (BPS) data tingkat inflasi. ## Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan model sebagai berikut : dalam analisi regresi berganda dilanjutkan dengan melakukan uji berikut: a) Asumsi klasik agar hasil estimasi dapat bersifat BLUE ( Best, Linear, Unbias Estimator ) yang meliputi uji multikolinearitas menggunakan metode varience inflation factors , uji heteroskedastisitas menggunakan metode uji white dan uji autokorelasi menggunakan metode uji Durbin Watson. b) Uji hipotesis meliputi 1) Uji parsial (1) Variabel X 1 (Inflasi) Ho: β 1 < 0 : variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL Ha: β 1 > 0: variabel inflasi berpengaruh signifikan terhadap NPL (2) Variabel X 2 (Suku BI7DRR) Ho: β 2 < 0 : variabel suku bunga BI7DRR tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL Ha: β 2 > 0: variabel suku bunga BI7DRR berpengaruh signifikan terhadap NPL (3) Variabel X 3 (dummy pandemic Covid 19) Ho: β 3 < 0 : variabel pandemic Covid 19 tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL Ha: β 3 > 0: variabel pandemic Covid 19 berpengaruh signifikan terhadap NPL 2) Uji simultan Ho: β 1 ; β 2 ; β 3 < 0 : variabel inflasi, suku bunga BI7DRR, dan pandemic covid 19 tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL Ha: β 1 > 0: β 1 ; β 2 ; β 3 < 0 : variabel inflasi, suku bunga BI7DRR, dan pandemic covid 19 berpengaruh signifikan terhadap NPL c) Uji koefisien determinasi dimaksudkan untuk menganalisis bagaimana pengaruh variabel X1, X2 dan X3 dalam model persamaan regresi berganda terhadap variasi perubahan variabel Y. Metode analisis regresi berganda dalam penelitian ini menggunakan aplikasi Eviews 9 sebagai alat analisis. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Analisis Regresi Linear Berganda Berdasarkan data NPL, suku bunga BI7DRR, inflasi dan pandemic covid 19 diperoleh hasil estimasi regresi berganda sebgai berikut: Tabel 1 Hasil Regresi Berganda Variabel Koefisien X1 (Inflasi) 4.5905 X2 (Suku Bunga BI7DRR 0.1303 Dummy Pandemic Covid 19 1.321 ## Sumber: data diolah,2020 Pada tabel 1 di atas diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 6.303 + 4.5905X1 + 0.1303X2 +1.321DPC+ε Hasil Uji Asumsi Klasik ## a) Uji Multikolinearitas Hasil dari uji multikolineritas dengan menggunakan metode varience inflation factors sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Centered VIF X1 (Inflasi) 1.1719 X2 (Suku Bunga BI7DRR 1.1591 Dummy Pandemic Covid 19 1.3376 Sumber: data diolah,2020 Berdasarkan tabel 2, nilai centered VIF dari variabel independen inflasi, suku bunga BI7DRR dan dummy pandemic covid 19 lebih kecil dari 10 maka dapat dikatakan bahwa hasil output dari estimator yang digunakan bebas dari penyakit multikolenieritas. b) Uji Heteroskedastisitas Hasil dari uji heteroskedastisitas dengan menggunakan metode uji white heteroskedasticity sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas Prob. Chi-Square obs*R-square 0.4878 Sumber: data diolah,2020 1) Hipotesis Ho : σ 2 = σ 2 (Varians adalah sama atau tidak terjadi heteroskedastisitas) Ha : σ 2 ≠ σ 2 (Varians adalah tidak sama atau terjadi heteroskedastisitas) 2) Kriteria uji Tidak menolak Ho : Prob. Chi-square obs*R- square > α (0,05) Menolak Ho : Prob. Chi-square obs*R- square < α (0,05) 3) Kesimpulan Berdasarkan tabel 3, nilai Prob. Chi-Square obs*R- square sebesaar 0.4875 > α (0,05), maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil output dari estimator yang digunakan bebas dari penyakit heteroskedastisitas. c) Uji Autokorelasi Hasil dari uji autokrelasi dengan menggunakan metode uji Durbin Watson sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson hitung 1.123390 dU tabel 1.66319 dL tabel 1.36629 Sumber: data diolah,2020 1) Kriteria uji Jika (4-d) < dL maka terdapat autokorelasi Jika (4-d) > dU maka tidak terdapat autokorelasi Jika dL < (4-d) < dU maka pengujian tidak menyakinkan atau tidak dapat disimpulkan 2) Kesimpulan Nilai Durbin Watson hitung sebesar 1.1233, 4-1.1233 sama dengan 2.8767 > dari nilai dU 1.66319 sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil output dari estimator yang digunakan bebas dari penyakit autokorelasi. Hasil Uji Statistik a) Uji Parsial (uji t) Tabel 5 Hasil Uji Parsial Variabel t-hitung Prob. t- hitung X1 (Inflasi) 0.3510 0.7275 X2 (Suku Bunga BI7DRR 1.8044 0.0789 Dummy Pandemic Covid 19 9.2005 0.000 ## Sumber: data diolah,2020 1) Uji t variabel inflasi Dari tabel 5 di atas dapat diperoleh nilai t hitung dari variabel inflasi adalah sebesar 0.3510 dengan nilai t tabel dengan taraf signifikan 5% adalah sebesar 1.684. Berdasarkan kriteria pengujian jika nilai t hitung lebih kecil (0.3510) < t tabel (1.684) artinya variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel NPL. Jika diuji dengan menggunakan nilai probabilitas t hitung variabel inflasi sebesar 0.7275 > taraf signifikan 0,05 artinya variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap NPL. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas t hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio NPL pada BPR di Indonesia selama periode penelitian 2) Uji t variabel suku bunga BI7DRR Dari tabel 5 di atas dapat diperoleh nilai t hitung dari variabel suku bunga BI7DRR adalah sebesar 1.8044 dengan nilai t tabel dengan taraf signifikan 5% adalah sebesar 1.684. Berdasarkan kriteria pengujian jika nilai t hitung lebih besar (1.8044) > t tabel (1.684) artinya variabel suku bunga BI7DRR berpengaruh signifikan terhadap variabel NPL. Jika diuji dengan menggunakan nilai probabilitas t hitung variabel suku bunga BI7DRR sebesar 0.0789 < taraf signifikan 0,01 artinya variabel suku bunga BI7DRR berpengaruh terhadap NPL. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas t hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel suku bunga BI7DRR berpengaruh signifikan terhadap rasio NPL pada BPR di Indonesia selama periode penelitian 3) Uji t dummy pandemic covid 19 Dari tabel 5 di atas dapat diperoleh nilai t hitung dari variabel Dummy Pandemic Covid 19 adalah sebesar 9.2005 dengan nilai t tabel dengan taraf signifikan 5% adalah sebesar 1.684. Berdasarkan kriteria pengujian jika nilai t hitung lebih besar (9.2005) > t tabel (1.671) artinya variabel dummy pandemic covid 19 berpengaruh signifikan terhadap variabel NPL. Jika diuji dengan menggunakan nilai probabilitas t hitung variabel dummy pandemic covid 19 sebesar 0.000 < taraf signifikan 0,05 artinya variabel dummy pandemic covid 19 berpengaruh terhadap NPL. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas t hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel dummy pandemic covid 19 berpengaruh signifikan terhadap rasio NPL pada BPR di Indonesia selama periode penelitian b) Uji Simultan (uji f) Tabel 6 Hasil Uji Simultan Variabel f-hitung Prob. f- hitung X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR), X3 (dummy pandemic covid 19) 34.9238 0.000 Sumber: data diolah,2020 Dari tabel 6 di atas dapat diperoleh nilai f hitung dari variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR), X3 (dummy pandemic covid 19) adalah sebesar 34.9238 dengan nilai t tabel dengan taraf signifikan 5% adalah sebesar 1.69. Berdasarkan kriteria pengujian jika nilaif hitung lebih besar (34.9238) > t tabel (1.69) artinya variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR), X3 (dummy pandemic covid 19) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel NPL. Jika diuji dengan menggunakan nilai probabilitas f hitung variabel dummy pandemic covid 19 sebesar 0.000 < taraf signifikan 0,05 artinya variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR), X3 (dummy pandemic covid 19) berpengaruh signifikan secara simultan terhadap NPL. Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR), X3 (dummy pandemic covid 19) berpengaruh signifikan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rasio NPL pada BPR di Indonesia selama periode penelitian. c) Koefisien Determinasi (R 2 ) Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai R 2 adalah sebesar 0.7287, hal ini berarti variabel inflasi, suku bunga BI7DRR dan pandemic covid 19 mampu menjelaskan variasi perubahan pada variabel NPL sebesar 72,8 persen sedangkan sisanya sebesar 27.2 persen dijelaskan oleh variabel ekonomi dil luar model persamaan regresi. ## Pembahasan Hasil output estimasi dari analisis regresi berganda menunjukan bahwa secara parsial terdapat dua variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap rasio NPL BPR di Indonesia selama periode penelitian yakni variabel dummy pandemic covid 19 dan suku bunga BI7DRR. Variabel suku bunga BI7DRR sebagai variabel kontrol terhadap variabel dummy pandemic covid 19 mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NPL BPR di Indonesia. Dan dari hasil regresi berganda diketahui nilai koefisien suku bunga BI7DRR sebesar 0.1303 dan mempunyai hubungan yang positif. Ketika pemerintah melalui Bank Indonesia menaikan suku bunga BI7DRR sebesar 1% maka rasio NPL BPR di Indonesia akan naik sebesar 13%. Hal ini sesuai dengan kajian pustaka dimana Djiwandono dalam Putri Pratamawati (2018:30) menyatakan bahwa penyebab kredit macet terdiri dari faktor internal salah satunya adalah kebijakan perkreditan yang kurang menunjang, sehingga ketika suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai suku bunga acuan ditetapkan terlalu tinggi maka akan menyebabkan suku bunga pinjaman pada BPR akan ikut meningkat dan apabila tidak diikuti dengan kenaikan pendapatan maka akan menyebabkan peminjam mengalami penurunan kemampuan dalam membayar pinjaman kepada BPR. Berdasarkan hasil estimasi regresi berganda variabel pandemic covid 19 secara parsial mempengaruhi rasio NPL pada BPR di Indonesia selama periode penelitian, dan diketahui nilai koefisien dari variabel pandemic covid 19 sebesar 1.321 dan mempunyai hubungan yang positif. Artinya ketika kejadian pandemic covid 19 meningkat 1 % maka rasio akan meningkat 132%. Hal ini sesuai dengan kajian pustaka dimana menurut Djiwandono dalam Putri Pratamawati (2018:30), penyebab kredit macet terdiri dari faktor eksternal yakni lingkungan usaha debitur yang tidak mendukung dan musibah misal: bencana alam, kejadian luar biasa yang dapat menyebabkan kegagalan usaha. Pandemic covid 19 yang merupakan virus Corona yang menyebabkan penyakit flu biasa menjadi penyakit yang lebih parah seperti Sindrom Pernafasan Timur Tengah ( MERS- CoV ) dan Sindrom Pernafasan Akut Parah ( SARS-CoV ). Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke beberapa negara dan Indonesia. Akibatnya kondisi perekonomian secara global mengalami penurunan secara tajam dimana negara-negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Italia telah menyatakan resesi ekonomi karena pertumbuhan ekonomi yang minus selama kuartal 1 dan kuartal ke dua di tahun 2020. Dan Negara Indonesia turut mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat bahkan minus dimana pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 2.97% dan pada kuartal ke dua pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi sebesar 5,32% (sumber BPS.go.id). Pada latar belakang telah dijelaskan bahwa pada masa pandemic covid 19 yang jumlah kasus positif covid 19 meningkat tajam sebesar 307.120 jiwa, hal ini tentunya berdampak pada produktivitas dari tenaga kerja yang berada di berbagai sektor ekonomi sehingga sebanyak 2,8 juta tenaga kerja mengalami dampak dari wabah covid 19 diantaranya dirumahkan dan diphk. Sektor usaha seperti UMKM menjadi kehilangan keuntungan karena daya beli masyarakat turun akibat tidak adanya pendapatan bagi rumah tangga konsumen, sehingga mengakibatkan perusahaan atau sektor usaha membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Akibatnya para debitur yang mempunyai pinjaman pada BPR tidak mampu untuk memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman. Hal tersebut akan menimbulakn atau menyebabkan terjadinya kredit macet dan rasio NPL BPR di Indonesia akan meningkat. Rasio NPL yang terus meningkat akan membuat perbankan pada umumnya dan BPR khususnya akan menjadi tidak efektif dan mengalami kerugian karena tidak ada pengembalian dana dari debitur kepada BPR. ## KESIMPULAN DAN SARAN Pandemic covid 19 merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan perekonomian di seluruh dunia termasuk Indonesia mengalami penurunan yang tajam. Sektor usaha mengalami penurunan pendapatan dan keuntungan, lapangan pekerjaan berkurang karena banyak isndutri atau perusahaan yang memilih untuk menutup usaha untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Hal tersebut mendorong terjadinya peningkatan terhadap tingkat pengangguran. Akibatnya para pengusaha, tenaga kerja serta sektor ekonomi lainnya kehilangan pendapatan dan keuntungan, hal tersebut menimbulkan ketidakmampuan para peminjam yang terdiri dari pengusaha untuk mengembalikan dana kepada BPR di Indonesia. Saran untuk penelitian berikutnya adalah menganalisis bagaimana kinerja keuangan perbankan umum, syariah dan BPR selama masa pandemic c ovid 19. ## DAFTAR PUSTAKA Agus, Gede dan Ni Nyoman Yuliarni.2013. ” Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit BPR Di Provinsi Bali ”E-Jurnal Ekonomi Pembangunan.Vol.2,No.6.Juni2013.Universitas Udayana. Bali Barus, Caroline, dan Erick. 2016. “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Non Performing Loan Pada Bank Umum di Indonesia .” Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Volume 6, Nomor 02, Oktober 2016. STIE Mikrosil, Medan. BPS.go.id Bank Indonesia.go.id Gujarati, Damodar. 2011. “ Dasar-dasar Ekonometrika ”. Buku 1, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat Hasan, Iqbal. 2016. “ Pokok-pokok Materi Statistik 2 (Statistik Inferensi)”. Jakarta: Bumi Aksara “Statistik Perbankan Indonesia”.web.OJK.go.id. Pratamawati, Putri. 2018. “ Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Loan Pada Bank Umum BUMN Tahun 2012-2016” . Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta. Putro.Sukirno.2017. “ Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Provinsi Riau Tahun 2006-2015 ” Jurnal JOM Fekon, Vol.4 No.1. Februari 2017.Universitas Riau, Pekanbaru. Winarno, Wahyu.2015. “ Analisis Ekonometrika dan Statistikadengan Eviews” . Yogyakarta: UPP STIM YKPN
7cc9b210-505f-426c-9cea-8553660cf401
https://ejournal.iaisyarifuddin.ac.id/index.php/iqtishoduna/article/download/42/48
## Pembiayaan Ijarah Multijasa pada Jasa Keuangan di KSU Syariah Usaha Mulia Probolinggo Oleh: Achmad Farid Institut Agama Islam Syarifuddin Lumajang, Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak: Lembaga Keuangan Mikro (LKS) merupakan salah satu lembaga yang salah satu fungsinya adalah mengadakan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan. Termasuk juga koperasi serba usaha tersebut. Terutama bagi para masyarakat yang keadaan ekonominya tidak bisa memenuhi kebutuhan yang secara mendadak harus dipenuhi. Namun dewasa ini kebutuhanmereka terkadang tidak bisa dilakukan dengan pembiayaan akad murabahah maupun mudharabah. Misalnya pada pengajuan pembiayaan terhadap biaya pendidikan anaknya. Karna kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan konsumtif. Dengan itu, maka dikeluarkanlah pembiayaan multijasa dengan menggunakan akad ijarah atau kafalah. Pembiayaan multijasa yang menggunakan akad ijarah sering disebut dengan ijarah multijasa. Lembaga Keuangan Syariah tersebut dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operasional lease maupun financial lessee. Pembiayaan ijarah multijasa ini dapat dijadikan salah satu alternatif masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dalam hal jasa mereka. Adapun hasil pembahasan penelitian ini adalah: terjadi ketidaksamaam antara fatwa yang dikelurkan DSN MUI dengan koperasi terkait dalam hal penentuan ujrah/fee. Yang mana dalam fatwa DSN MUI menyebutkan bahwa dalam penentuan fee harus dalam bentuk nominal, bukan dalam bentuk porsentase. Sedangkan dalam koperasi terkait, penentuan fee nya dengan memprosentasekan dengan jumlah plafon pembiayaan. Yakni sebesar 1,6%. Kata Kunci : ijarah, multijasa, jasa keuangan ## Pendahuluan Adapun Al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya adalah al- ‘iwadh yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah. 1 Secara etimologi, ijarah bermakna menjual manfaat. Ulama Hanafiyah berpendapat ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti. Sedangkan ulama Syafiiyah berpendapat bahwa ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan mubah,serta menemrima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.adapun ulama Malikiyah dan Hanabilah menyatakan ijarah adalah menjadi milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan penngganti. 2 Dewasa ini, ijarah merupakan salah satu akad yang ada dalam lembaga keuangan syariah baik Bank Umum Syariah, Bank Perkreditan Rakyat Syariah, Baitul Mal wal Tamwil , serta Koperasi Jasa Keuagan Syariah. Adapun definisi dari pembiayaan ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan. 3 Sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Baqarah: 233 ِفومرْعَمْلِبِ ْممتْ يَ تآ اَم ْممتْمَّلَس اَذِإ ْممكْيَلَع َحاَنمج َلََف ْممكَد َلَْوَأ اومعِضَْتَْسَت ْنَأ ْمتُْدَرَأ ْنِإَو ۗ ريِصَب َنوملَمْعَ ت اَِبِ ََّللَّا َّنَأ اوممَلْعاَو ََّللَّا اومقَّ تاَو Artinya: “dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” 1 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), 114. 2 Rahmad Syaefi, Fiqih Muamalat, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), 121-122. 3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta:Rajawali Pers, 2014), 52. Yang menjadi landasan ijarah dari dalil tersebut adalah ungkapan ‘apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut’. Redaksi tersebut menunjukkan adanya jasa yang diberikan karena adanya upah ( fee ) secara patut. Dalam konteks ini termasuk di dalamnya jasa penyewaan atau leasing. Ijarah dalam perbankan dikenal dengan operationallease yaitu kontrak sewa antar yang menyewakan dan penyewa, dimana penyewa membayar sewa sesuai perjanjian dan ketika jatuh tempo, asset yang disewa dikembalikan pada pihak penyewa. 4 dan ijarah muntahiyah bi al- tamlik dalam perbankan dikenal dengan financial lease yaitu gabungan antara transasksi sewa dan jual beli, karena pada akhir sewa, penyewa diberi opsi untuk membeli objek sewa. Pada akhir sewa, objek sewa akan berubah dari milik leasor menjadi milik lessee. Lembaga Keuangan Syariah yang mengoperasikan produk ijarah dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease atau pun financial lease. Namun pada umumnya, Lembaga Keuangan Syariah lebih banyak menggunakan ijarah muntahiyah bi at-tamlik lantaran lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, LKS pun tidak direpotkan untuk pemeliharaan asset, baik pada leasing ataupun pada sesudahnya. 5 ## Definisi ijarah Multijasa Sebelum dipaparkan apa itu ijarah multijasa, alangkah lebih baiknya jika melihat dan memperhatikan fatwa yang dikeluarkan oleh DSN MUI mengenai pembiayaan multijasa. Dalam fatwa DSN MUI no. 44/DSN-MUI/VIII/2004 menyebutkan bahwa pembiayaan ijarah multijasa adalah pembiayaan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan 4 Drs. Ismail, Perbankan Syariah, ( Jakarta: Kencana, 2011), 160. 5 HM.Dumairi Nor, Ekonomi Syariah Versi Salaf. (Pasuruan:Pustaka Sidogiri, 2007),125. Syariah (LKS) kepada nasabah dalam memperoleh manfaat atas suatu jasa. Yakni dengan ketetentuan umum: 1. Pembiayaan multijasa boleh ( jaiz ) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. 2. Dalam hal LKS menggunakan Ijarah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada di fatwa Ijarah 3. Dalam hal LKS menggunakan Kafalah, maka harus mengikuti semua ketentuan yang ada di fatwa Kafalah 4. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee 5. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalambentuk nominal bukan dalambentuk porsentase Pembiayaan multijasa merupakan salah satu produk LKS dalam hal jasa. Namun karena salah satu akad yang digunakan adalah ijarah, maka sering disebut dengan ijarah multijasa. Pembiayaan multijasa dalam transaksi ijarah adalah sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan. 6 Lembaga dapat menggunakan Akad Ijarah untuk transaksi multijasa dalam jasa keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan dan kepariwisataan. Ijarah multijasa mengakomodir pembiayaan yang tidak bisa dilakukan dalam pembiayaan murabahah maupun ijarah. Sehingga lebih bersifat pada sewa yang fleksibel. Pembiayaan ijarah multijasa juga termasuk dalam pembiayaanyang objek sewanya sering kepada kebutuhan yang konsumtif, seperti: renovasi rumah, kesehatan, pendidikan, umrah dan pariwisata. 6 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta:Rajawali Pers, 2014), 56. ## Pembiayaan Ijarah Multijasa di KSU Usaha Mulia Proboliggo 1. Persyaratan Umum Secara umum, persyaratan umum pembiayaan Ijarah Multijasa pada Jasa keuangan di KSU Syariah Usaha Mulia 7 : a. Mengisi formulir pengajuan pembiayaan Ijarah Multijasa. b. Menyediakan berkas-berkas persyaratan, diantaranya: c. Melengkapi persyaratan jaminan 1) BPKB sepeda motor atau mobil 2) Sertifikat tanah 2. Realisasi Pembiayaan Setelah mengisi formulir pengajuan pembiayaan dan melengkapi berkas-berkas, selanjutnya anggota yang bersangkutan akan di survey oleh bagian AO. Setelah dilakukan surey, AO akan membuat data analisa terhadap kelayakan keadaan anggota yang bersangkutan tersebut. Data analisa tersebut dibuat bagi anggota yang layak keadaannya dan juga atas dasar penilaian AO. Selanjutnya data analisa tersebut diajukan kepada komite. Barulah akan diketahui apakah pengajuan pembiayaan tersebut layak ataukah tidak untuk direalisasi. Jika pembiayaan tersebut disetujui oleh komite, bagian Legal Pembiayaan akan menghubungi anggota yang bersangkutan untuk merealisasikan pembiayaannya serta untuk mengikat jaminan jaminannya. Jika jaminan tersebut berupa kendaraan bermotor, maka dilakukan pengikatan jaminan dengan Feonotariel. Dan jika jaminan 7 Fitria Wargiyanti, Legal Pembiayaan, Wawancara. KSU Syariah Usaha Mulia. 2015. tersebut berupa Sertifikat Hak Milik (SHM), maka pengikatan jaminannya menggunakan SKMHT. 8 Jaminan dalam bentuk kendaraan bermotor, akan dicek fisik terlebih dahulu dengan tujuan mencocokkan keabsahan nomor rangka dan nomor mesin antara nomor yang ada di kendaraan dan yang tertulis di BPKB. Hal ini dimaksudkan agar jaminan tersebut benar- benar legal. Untuk pembiayaan di atas 10 juta, maka pengikatan jaminan dilakukan melalui notariel. Hal ini dimaksudkan agar lebih kuat secara hukum jika sewaktu-waktu terjadi pembiayaan bermasalah. 8 Fitria Wargiyanti, Legal Pembiayaan, Wawancara. KSU Syariah Usaha Mulia. 2015. ## 3. Fitur Umum Adapun fitur umum yang terjadi di KSU Syariah Usaha Mulia meliputi: a. Lembaga melakukan perjanjian akad ijarah multijasa dengan anggota. Dalam perjanjian tersebut dijelaskan tentang objek sewa, jangka waktu sewa, dan imbalan yang diberikan oleh lessee kepada leasor, hak opsi lessee setelah masa sewa berakhir. b. Lembaga bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi Ijarah Multijasadengan nasabah. c. Lembaga wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan objek sewa nasabah. d. Pengembalian atas penyediaan dana dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun sekaligus. e. Pengembalian atas penyediaan dana bank tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang. f. Setelah menerima objek sewa, maka nasabah mulai melakukan pembayaran atas imbalan yang sepakati dalam akad. Imbalan yang diterima oleh lembaga disebut pendapatan sewa. Biaya sewa biasanya dibayar tiapbulan, tergantung dari kesepakatan. 4. Penentuan imbalan/ ujrah/fee. Dalam penentuan ujrah, pihak lembaga dan anggota akan terjadi negoisasi di awal terhadap besarnya ujrah yang harus dibayar. Besar ujrah yang ditawarkan yaitu 1,6% dari plafon pembiayaan setiap satu kali angsuran. Namun ujrah tersebut bisa kemungkinan menurun bagi anggota yang memiliki beberapa kali pembiayaan sebelumnya dan dalam kategori lancar. Contoh pada kasus: Achmad memerlukan biaya terhadap pengobatan anaknya. Maka dari itu Achmad melakukan negoisasi dengan pihak Koperasi terhadap dana yang diperlukannya. Maka sepakatlah antara dua belah pihak bahwa besar plafon Rp.3.000.000 dengan jangka waktu 12 bulan dan setara jasanya dalam 1 tahun sebesar 19,2%. Maka diketahuilah jadwal angsurannya: Plafon = Rp.3.000.000 Setara jasa ( ujrah ) setahun = 19,2 % x 3.000.000 = 576.000 Jangka waktu = 12 bulan No Nilai Asset Ijarah Penyusutan Ujrah Total Angsuran Pokok Ijarah Ang Pokok Sewa Ang Fee Sewa Total Sewa 1 Rp 3,000,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 2 Rp 2,750,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 3 Rp 2,500,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 4 Rp 2,250,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 5 Rp 2,000,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 6 Rp 1,750,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 7 Rp 1,500,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 8 Rp 1,250,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 9 Rp 1,000,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 10 Rp 750,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 11 Rp 500,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 12 Rp 250,000.00 Rp 250,000.00 Rp 48,000.00 Rp 298,000.00 Rp 3,000,000.00 Rp 576,000.00 Rp 3,576,000.00 Tujuan/Manfaat 1. Bagi Bank a. Sebagai bentuk penyaluran dana b. Memperoleh pendapatan dalam bentuk imbalan/ fee/ujrah serta uang pokok kembali 2. Bagi Nasabah a. Memperoleh hak manfaat atas barang yang dibutuhkan b. Merupakan sumber pembiayaan dan layanan lembaga syariah untuk memperoleh hak manfaat atas barang dan/atau memperoleh peluang untuk mendapatkan hak penguasa barang ## Identifikasi Resiko Adapun resiko yang mungkin terjadi dalam ijarah ini adalah: 1. Adanya Default. Yaitu terjadi jika anggota tidak membayar angsuran dengan sengaja. Jika hal ini terjadi, maka kebengkakan angsuran akan terlihat tinggi pada jumlah keterlambatan tersebut. Karna dalam angsuran tersebut merupakan jumlah dari uang pokok dengan fee. 2. Tidak adanya tanggungjawab dari anggota ketika jaminan pembiayaan bukan atas nama anggota yang mengajukan pembiayaan.Namun kejadian ini tidak semerta-merta akan dilakukan oleh pihak lembaga, tetapi hanya pengajuan tertentu yang akan direalisasikan jika keadaannya seperti itu. 3. Rasa khawatir karna pembiayaan yang peruntukannya untuk biaya konsumtif. Seperti untuk renovasi rumah. Karna dana yang digunakan tidak produktif. ## Analisis Pembahasan Secara umum, gambaran alur pembiyaan ijarah multijasa yang dikeluarkan oleh KSU Syariah Usaha Mulia yakni: 9 1. Anggota/calon anggota mengajukan pembiayaan guna membayar sewa yang dibutuhkan. 9 Fitri Wargiyanti, Legal Pembiayaan, Wawancara. KSU Syariah Usaha Mulia. 2015. 2. Terjadi negoisasi antar lembaga dan anggota mengenai jumlah plafon yang diajukan, jangka waktu, dan jasa/ ujrah yang harus dibayar. 3. Pihak lembaga memberikan plafon dengan Akad Qardlul Hasan, yakni tanpa ada tambahan uang pokok. 4. Melakukan pengikatan jaminan jika negoisasi tersebut disetujui. Adapun negoisasi tentang besarnya ujrah yaknidengan menyetarakan jasa sebesar 1,6% dari plafon yang di pinjam anggota/calon anggota. Dan batas maksimal dari jangka waktu yakni 36 bulan. Dalam fiqih Muamalat menyebutkan bahwa Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu dengan adanya pembayaran upah ( ujrah ) 10 Dan dalam Fatwa DSN No.44/DSN-MUI/VIII/2004 tentang Pembiayaan Multijasa 11 menyebutkan bahwa Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh ( jaiz ) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa ( ujrah ) atau fee. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam prosentase. Dari kajian ilmiah tersebut ditemukan adanya ketidak sesuaian antara fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) Majlis Ulama Indonesia (MUI) dengan operasional pada lembaga yang ditempati mahasiswi PKL. Menurutnya, akad ijarah yang terjadi di lapangan berbeda dengan yang ada di ketetapan DSN MUI. Dimana akad ijarah seharusnya ujrah yang dibayar di tentukan dalam bentuk nominal yang ditentukan di awal. Bisa dengan menentukan karna tempat dan pemeliharaan jaminan sewa atau dengan melihat berharganya jaminan tersebut. Namun yang terjadi adalah lembaga menetukan setara jasanya 10 HM. Dumairi Nor, Ekonomi Syariah Versi Salaf, (Pasuruan:Pustaka Sidogiri, 2007),118. 11 Yeni Salma Barlinta, 2010. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem Hukum Nasional Di Indonesia. BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTRIAN AGAMA RI.266. dengan menggunakan porsentase dari plafonnya yakni sebesar 1,6% dari jumlah plafon. Namun dalam hal penyewaannya, seharusnya pihak Lembaga menyediakan objek sewa yang dibutuhkan oleh anggota. Yakni pihak lembaga akan memberikan uang sewa kepada pihak ketiga/pihak jasa yang akan disewa, misalnya LKS memberikan uang jasa pada pengobatan dirumah sakit yang anggota anjukan. Namun hal ini pihak Lembaga dapat menggunakan akad Wakalah yakni pembayaran uang sewa kepada pihak ketiga dapat diwakilkan oleh anggota yang bersangkutan tersebut. ## Kesimpulan 1. Pembiayaan ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan/atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan. 2. Pembiayaan Multijasa hukumnya boleh ( jaiz ) dengan menggunakan akad Ijarah atau Kafalah. Dalam kedua pembiayaan multijasa tersebut, LKS dapat memperoleh imbalan jasa ( ujrah ) atau fee. Besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk nominal bukan dalam prosentase. 3. Koperasi tersebut menggunakan Akad Ijarah untuk transaksi multijasa dalam jasa keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kepariwisataan dan keperluan jasa lainnya dengan menetukan fee/ujrah di awal dengan menggunakan porsentase dari plafon yang di gunakan. Terjadi ketidak sesuaian antara fatwa DSN MUI dengan pihak lembaga dalam menentukan jumlah ujrah. Dimana pihak Lembaga menetukan jumlah ujrah dengan menyetarakan jasa 1,6% dari plafon yang dipinjam. Sedangkan dalam Fatwa DSN MUI melarang menentukan jasa dalam bentuk porsentase, tapi dalam bentuk nominal. ## Daftar Pustaka Barlinta, Yeni Salma. _____. Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional dalam Sistem Hukum Nasional di Indonesia. Drs. Ismail. 2011. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana. Hasil wawancara oleh FitriaWargiyanti sebagai karyawan bagian Legal Pembiayaan. 20 September 2015. Muhammad.2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers. Nor, HM. Dumairi dkk. 2007. Ekonomi Syariah Versi Salaf. Pasuruan: Pustaka Sidogiri. Suhendi, Hendi. 2002. Fiqh Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syaefi, Rahmad. 2001. Fiqih Muamalat. Bandung: Pustaka Setia. Yeni Salma Barlinta, 2010.Kedudukan Fatwa Dewan Syariah Nasional Dalam Sistem Hukum Nasional Di Indonesia. Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI.
4d172852-d83d-4d6f-ad19-9a43d466f1d7
https://murhum.ppjpaud.org/index.php/murhum/article/download/237/89
Murhum : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini e-ISSN: 2723-6390, hal. 419-428 V ol. 4, No. 1, Juli 2023 DOI: 10.37985/murhum.v4i1.237 ## Optimalisasi Aspek Perkembangan Nilai Agama dan Moral pada Anak Usia Dini Azmatul Kholila 1 , dan Khadijah 2 1,2 Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara ABSTRAK. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana cara pengoptimalisasian nilai keagamaan dan moralitas di RA Permata. Penelitian ini menggunakan Anak merupakan salah satu amanah besar yang Allah berikan kepada setiap orang tua. Maka perlu memperatikan segala hal yang ada kaitannya dengan tumbuh kembang dan pendidikan yang di berikan kepada anak. Salah satu perkembangan yang sangat perlu diperhatikan serta diajarakan sejak dini dari usia anak adalah nilai keagamaan dan moralitas. Sebab dengan pendidikan metode kualitatif (Field research), metode penelitian yang menggunakan observasi dan wawancara dengan pengurus sekolah dan guru di RA Permata untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi dalam penelitian ini. Penelitian ini menujukkan hasil bahwa optimalisasi nilai keagamaan dan moralitas pada anak Usia dini di RA Permata Medan Labuhan tergolong sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian yang dilakukan kepada 120 anak dengan rician sebagai berikut: jumlah anak yang BB sebanyak 2%, MB sebanyak 10%, BSH sebanyak 74% dan BSB sebanyak 14%. Kata Kunci: Optimalisasi; Nilai Agama dan Moral; Anak Usia Dini. ABSTRACT. : The purpose of this research is to find out how to optimize religious values and morality in RA Permata. This research using children is one of the great mandates that God gives to every parent. So it is necessary to pay attention to everything that has to do with growth and development and the education given to children. One development that needs to be considered and taught from an early age is religious values and morality. This is because the qualitative educational method (Field research) is a research method that uses observation and interviews with school administrators and teachers at RA Permata to collect data. Data collection methods include interviews, observation, and documentation of this study. This study shows the results that the optimization of religious values and morality in early childhood at RA Permata Medan Labuhan is classified as very good. This can be seen from the results of an assessment conducted on 120 children with the following results: the number of children with BB was 2%, MB was 10%, BSH was 74% and BSB was 14%. Keyword : Optimization, Religion and Morals, Early Childhood. Copyright (c) 2023 Azmatul Kholila dkk  Corresponding author : Azmatul Kholila Email Address : [email protected] Received 17 Juni 2023, Accepted 15 Juli 2023, Published 17 Juli 2023 ## PENDAHULUAN Anak termasuk amanah besar yang diberikan Allah kepada setiap orang tua. Impian setiap pasangan adalah memiliki anak. Bahkan tak jarang, anak mampu menjadi obat dari rasa lelah orang tuanya dalam mencari nafkah atau mengurus rumah tangga. Lebih dari itu, seorang anak juga bisa menjadi sebab orang tuanya masuk kedalam surga, jika orang tuanya berhasil mendidik anak tersebut dengan baik dan benar sesuai dengan syaria’t agama Islam. Sebaliknya, anak berpotensi menjadi fitnah kedua orang tuanya. Baik fitnah di dunia maupun fitnah di akhirat. Hal ini mungkin saja terjadi jika orang tua lalai dalam mendidik anak [1]. Jika mendengar kata anak usia dini, kita pasti langsung teringat pada sosok anak yang sedang aktif berlarian kesana kemari, anak yang sibuk mengeksplor hal-hal baru di sekelilingnya, anak yang selalu penasaran dan banyak tanya jika melihat benda baru dihadapannya. Menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No20/2003, Bagian I. Anak yang berusia antara 0 sampai 6 tahun disebut dengan anak usia dini. Pada rentang usia ini, setiap pertumbuhan dan perkembangan anak dirangsang secara aktif oleh seluruh aspek perkembangan anak [2]. Pada dasarnya pendidikan anak usia dini merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam proses merawat dan mengasuh. Pendidikan pada anak usia dini yaitu dengan menciptakan lingkungan yang menyenangkan bagi semua anak [3]. Itulah kenapa pada usia ini anak-anak terlibat dalam berbagai aktivitas pada tingkat tinggi, baik itu kegiatan bermain maupun belajar. Fakta menunjukkan bahwa hasil dari penelitian dibidang neurologi oleh seorang neorolog bernama Benyamin S. Bloom menyatakan bahwa pada 4 tahun pertama, kamampuan kecerdasan anak mencapai angka 50%, lalu pada saat anak berusia 8 tahun nilai kapabilitas kecerdasan ini akan naik menjadi 80% [4]. Maka pada usia ini anak perlu diajarkan mengenai hal-hal baik. Agar kelak anak tumbuh menjadi individu yang berkarakter baik. Menurut NAEYC ( National Assosiation Education for Young Children ) mendefinisikan anak berusia dini sebagai sekelompok orang yang berumur antara 0 sampai 8 tahun [5]. Anak usia dini mengacu pada sekelompok orang yang masih tumbuh dan berkembang. Para ahli menyebutkan usia itu sebagai masa keemasan (Golden Age) yang hanya terjadi sekali selama perkembangan manusia. Tergantung pada perspektif yang diambil, mengenai rentang usia dan definisi anak usia dini akan berbeda-beda. Dalam pemahaman konvensional, anak seringkali dianggap sebagai versi mini dari manusia dewasa yang masih menjadi boneka dan belum mampu bertindak atau berpikir. Pengertian lain dari anak usia dini adalah bahwa anak masih berkembang menjadi manusia yang memiliki potensi. Hurlock berpendapat masa usia dini dimulai setelah tahap awal penuh dengan ketergantungan (bayi), yaitu kisaran usia dua tahun sampai anak tersebut berpengalaman secara fisik. Ia memiliki sifat-sifat khusus yang tidak setara dengan orang dewasa dan akan membentuk manusia dewasa seutuhnya [6]. Permendibud Nomor 146 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini pada pasal 5 dinyatakan, bahwa aspek-aspek perkembangan dalam kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini mencakup nilai agama, nilai moral, fisik-motorik, kognitif, sosial emosional, bahasa, dan seni [7]. Pendidikan yang sangat perlu diajarakan sejak anak berusia dini adalah pendidikan keagamaan dan moralitas. Sebab anak akan menjadi orang yang baik dan sempurna imannya jika agama dan akhlaknya baik. (Al Insanul Kaamil) dalam penanaman agama dan moral pada anak berusia dini, sangat membutuhkan kerjasama antara orang tua dan guru [8]. Karena umumnya anak menghabiskan waktunya lebih banyak di rumah dan di sekolah. Banyak sekali cara yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan nilai keagamaan dan moralitas pada anak. Dan yang paling efektif adalah dengan cara keteladanan. Orang tua atau guru harus menjadi role model bagi anak. Karena pada usia dini anak mampu menangkap berbagai bentuk informasi yang didengar ataupun dilihatnya [9]. Maka perlu membiasakan anak turu andil melakukan hal-hal yang dapat memperkuat nilai agama dan moralnya. Pendidikan sebagai jembatan pembelajaran bertanggungjawab untuk tidak hanya menumbuhkan pemahaman seseorang tentang prinsip-prinsip kebaikan pada dirinya sendiri, tetapi juga mendorong anak-anak untuk menggunakan ide-ide ini dalam kehidupan sehari-hari mereka. sebagai contoh kepribadian atau karakter yang mulia. Selain itu, jika ditanamkan sejak dini, pendidikan agama dan akhlak ini akan sangat bermanfaat. Karena menurut montessori, kepekaan seorang anak sangat tinggi pada saat mereka berusia dini, hal ini menjadikan anak-anak sangat mudah menerima rangsangan dari makhluk lain [10]. Temuan penelitian Tayler menunjukkan bahwa saat kelahiran, ada antara 100 dan 200 miliar sel saraf di otak manusia. Jika menerima stimulasi yang sesuai dari lingkungannya, masing-masing sel saraf ini dapat tumbuh hingga tingkat tertinggi dari kapasitas manusia [11]. Maka dapat difahami bahwa usia dini menandai awal tumbuh kembang seorang anak, yang pada akhirnya berujung pada kehidupan selanjutnya, maka usia dini merupakan usia yang paling krusial. berfokus sepenuhnya pada pendidikan moral dan agama pada anak usia dini, diharapkan mampu membawa dampak yang posistif bagi kehidupan generasi seterusnya. Aspek perkembangan nilai agama dan moral anak usia dini telah banyak penelitian yang dilakukan oleh para peneliti, diantaranya, hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusnilawati yang menyimpulkan bahwa Peningkatan perkembangan nilai agama dan moral yang diperoleh dari sebelum dilakukannya tindakan ke siklus I peningkatan sebesar 28.7%. Peningkatan perkembangan nilai agama dan moral dari siklus I ke siklus II sebesar 51.3%, dan secara keseluruhan peningkatan Perkembangan Nilai Agama dan Moral dari data awal ke siklus II sebesar 94.81% [12]. Hasil penelitian lain oleh Aprida menyimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Al-Qur'an pada perkembangan Nilai Aagama dan Moral anak usia dini menunjukan bahwa anak dapat mengetahui do’a pendek sehari-hari, anak mengetahui surat-surat yang biasa dibaca ketika shalat, anak mengetahui hari besar agama Islam, dan anak menunjukan perilaku sopan, hormat, peduli, toleransi, dan mampu menjaga kebersihan diri [13]. Penelitian oleh Saleh menyimpulkan bahwa kerjasama orang tua dan guru meyumbangkan efek yang berlimpah dalam proses pengenalan nilai moral anak. Ini terbukti bahwa integritas anak mulai terbentuk nilai toleransi, kejujuran, sopan, serta ibadah sholatnya. Namun secara eksternal masih terdapat beberapa orang tua anak masih kurang perhatian terhadap himbauan untuk melaksanakan pengawasan perkembangan nilai moral anak Bagan 1. Analisis Penelitian Model Miles dan Huberman [14]. Penelitian yang peneliti lakukan melihat optimalisasi pengembangan aspkek nilai moral dan agama yang dilakukan pada lingkungan pendidikan yaitu di RA Permata Medan. Berdasarkan hasil observasi peneliti di RA Permata Medan, banyak kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan nilai agama dan moral anak baik dalam kegiatan di kelas maupun di luar kelas. Masih ada orang tua yang lalai dalam masalah pendidikan agama dan moral anaknya karena mereka berdua terlalu sibuk bekerja, misalnya, tidak bisa menghabiskan cukup waktu dengan anak-anak mereka. Maka dalam hal ini, yang bertanggung jawab dalam penanaman nilai agama dan moral anaknya adalah guru. Guru bertindak sebagai orang tua kedua bagi anak didiknya. Maka perlu mencarikan tempat pendidikan dan pendidik yang tepat demi membantu mengoptimalkan nilai agama dan moral pada anak. ## METODE Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara mengoptimalkan nilai agama dan moral anak usia dini di RA Permata Medan dan kegiatan apa saja yang dilakukan di RA Permata Medan dalam menunjang optimalisasi nilai agama dan moral pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif (Field research). Teknik pengumpulan datanya melalui wawancara, Observasi dan dokumentasi. Dengan teknik analisis data menggunakan metode miles dan Huberman atau flow model analysis dengan mengambil sumber data primer dan sekunder. Data primer di dapat dari kepala sekolah, sedangkan data sekunder dari guru dan tata usaha. Observasi dilakukan kepada 120 anak yang ada di RA Permata Medan. Teknik untuk menganalisis data di penelitian ini ialah model Miles dan Huberman yang meliputi pereduksian data, menyajikan data, dan melakukan penarikan kesimpulan. Data yang telah diperoleh kemudian di analisis dan dinarasikan agar memperoleh gambaran terkait obyek penelitian. ## Pengumpulan data Reduksi data Penyajian data Kesimpulan/Verifikasi ## HASIL DAN PEMBAHASAN Tidak diragukan lagi bahwa tiap-tiap lembaga pendidikan punya misi dan visi yang berbeda. Tujuan dan capaian juga berbeda. Menanamkan nilai-nilai moralitas dan keagamaan pada setiap siswa pastinya setiap lembaga pendidikan memiliki cara dan metode yang tidak persis satu sama lain. Namun tetap dalam tujuan yang satu yaitu untuk membangun generasi yang memiliki pemahaman keagamaan dan moralitas yang bagus. Sebagai usaha dalam mengoptimalkan nilai agama dan moral anak, RA permata menggunakan beberapa teknik (metode) yakni keteladanan, bermain, tanya jawab, bernyanyi, berkisah (bercerita), hukuman, pembiasaan, demonstrasi, karyawisata dan pengulangan. Dalam hal ini, RA Permata memiliki beberapa Indikator dalam mengoptimalkan nilai agama dan moral anak berdasarkan hasil wawancara dan observasi antara lain : 1). Biasa menyebut nama Allah sebagai Pencipta, 2). Biasa menyebutkan rukun iman, 3). Menyebutkan rukun Islam yang lima, 4). Terbiasa menyebut kalimat pujian terhadap ciptaan Allah, 5). Dzikir sehari-hari seperti kalimat asmaul husna dan thoyyibah, 6). Menghargai (toleransi) kepada agama lain, 7). Biasa mengucap syukur kepada ciptaan Allah, 8). selalu mempraktikkan kebersihan diri dan lingkungan yang baik, 9). Membiasakan diri untuk tidak berbohong, mampu menghormati hak milik orang lain, 10). Terbiasa mengembalikan barang yang bukan miliknya, 11). Dapat mengamalkan doa-doa harian (misal: do’a akan memulai dan selesai kegiatan), 12). Hafalan surat-surat pendek (misal: Al-falaq, Al-ikhlas dll), 13). Hafalan hadis-hadis (misal: hadis kebersihan, hadis kasih sayang dan hadis jangan marah), 14). Hafal kutipan ayat-ayat Al-qur’an (misal: ayat kursi, al-baqoro 284-286). 15). Doa sehari-hari (misal: do’a untuk makan, do’a sebelum belajar dan do’a kedua orang tua), 16). Berprilaku sesuai yang di ajarkan dalam agama yang di anutnya (misal: tidak berbohong, tidak berkelahi), 17). Dapat menyebutkan hari besar keagamaan, tempat ibadah keagaaan, dan tokoh agama (seperti para Nabi), 18). Menyebutkan tempat peribadatan agama lain, 19). Mendengar dan menceritakan ulang kisah Nabi Muhammad sholallahu ‘alayhi wa sallam secara sederhana dan kisah nabi Rasul lainya, 20). Perilaku santun dan eduli sesuai dngan agama dan budaya melalui perkataan dan perbuatan yang tidak di rencanakan (secara spontan), 21). Bersikap ihsan kepada Allah. Bersikap ihsan kepada makhluk ciptaan Allah. ## Gambar 1. Dokumentasi kegiatan pengembangan nilai agama dan moral anak Hasil penelitian terkait kegiatan yang dilakukan di RA Permata dalam mengoptimalkan nilai agama dan moral anak menunjukkan bahwa sekolah telah menyiapkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang juga akan mempengaruhi moral anak. Kegiatan tersebut rutin dilakukan. Sebagiannya dilakukan sebelum memulai pembelajaran, sebagian lainnya di jam belajar dan ketika sebelum pulang. Kegiatan- kegiatan tersebut terbukti berhasil meningkatkan nilai agama dan moral anak. Dapat dilihat dari jumlah anak yang mampu mengikuti kegiatan tersebut dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan melalui observasi dan wawancara kepada guru mengenai perkembangan Agama dan moral anak dipaparkan pada tabel berikut : Nilai Presentase Jumlah anak Keterangan BB (Belum Berkembang) 2% 3 Anak masih harus mendapatkan bimbingan dari guru dalam melakukan kegiatan tersebut. Baik dalam pelafalan maupun sikap. MB (Mulai berkembang) 10% 2 Anak masih harus diingatkan oleh guru dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Baik dalam pelafalan maupun sikap. BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 74% 89 Dalam melakukan kegiatan tersebut, baik lafal maupun sikap anak sudah dimunculkan secara utuh, mandiri dan konsisten tanpa harus diingatkan oleh guru. BSB (Berkembang Sangat Baik) 14% 16 Dalam melakukan kegiatan tersebut, baik lafal maupun sikap sudah dimunculkan secara utuh, mandiri dan konsisten serta dapat mengingatkan temannya yang lain Aspek perkembangan NAM bagian dari standar isi pada kompetensi inti di nomor pertama. NAM adalah serangkaian praktik perilaku ajaran baik dan buruk yang dihubungkan dengan kepercayaan sebagai sistem untuk mengatur sifat dan hal- hal yang penting dan berguna bagi kemanusiaan [15]. Menurut Supriyanto, pengembangan aspek nilai-nilai agama dan moral anak usia dini dilakukan dengan kegiatan pembiasaan rutin dan keteladanan yang dilakukan oleh anak sehari-hari membuat seorang pendidik harus merancang kegiatan pembelajaran yang lebih terprogram apalagi menyangkut media dalam pembelajarannya. Ini sangat berpengaruh karena pembelajaran anak usia dini masih dalam kondisi bermain yang perencanaannya meliputi hal-hal yang menarik dan menyenangkan bagi anak. Media akan sangat menunjang perkembangan aspek perkembangan pada anak [16]. Alawiyah mengungkapkan bahwa dalam menerapkan nilai agama dan moral di lingkungan sekolah, guru menjadi salah satu peran yang penting bagi perkembangan anak, namun saat anak pulang ke rumah, orang tua dan anggota keluarga yang berperan untuk mengembangkan nilai agama dan moral anak [17]. Moralitas menurut Suseno dalam Kurnia, adalah metrik yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang baik atau buruk sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga Negara [18]. Sementara itu, Pendidikan moral bertujuan untuk membina anak-anak yang bermoral dan manusiawi. Sedangkan menurut Ouska dan Whellan, etika adalah aturan-aturan besar dan mengerikan yang ada dan dibawa sejak lahir dalam diri seseorang/individu. Terlepas dari kenyataan bahwa moral ada dalam diri individu, tetapi moral berada dalam kerangka aturan. Karena moral adalah kualitas penilaian kebaikan dan keburukan dan moralitas adalah prinsip baik dan buruk, ada sedikit perbedaan antara keduanya [19]. Dengan demikian, cara orang bermoral mematuhi dan bertindak sesuai dengan aturan mengungkapkan sifat dan pentingnya moralitas. Sementara itu, secara umum oleh masyarakat moral dipahami sebagai pedoman perilaku yang baik dan benar. Istilah moral memiliki sinonim seperti adat, cara, etika, sopan santun, yang kesemuanya mengandung makna tentang pentingnya nilai-nilai kesadaran yang menjadi panduan dalam kehidupan. Dalam bahasa Indonesia moral merujuk pada akhlak atau budi pekerti, yang juga mengandung pentingnya nilai nilai kesadaran yang menjadi pedoman tingkah laku batin dalam kehidupan [20]. Pada hakikatnya moral adalah standar yang di terima secara luas oleh masyarakat. Merujuk pada pendapat yang disampaikan oleh Suyadi, nilai keagamaan dan moralitas adalah bagian dari besar dan buruknya diri seseorang, baik sebagai individu maupun sebagai warga negara dan penduduk [21]. Zakiyah Daradjat: perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang dilaluinya. Operasi dalam masa-masa pertumbuhan yang pertama (masa anak) dari umur 0-12 tahun [22]. Perilaku seorang guru akan berpengaruh pada perkembangan nilai agama dan moral peserta didik karena peserta didik akan meniru perilaku yang di contohkan pendidik. Sedangkan metode penanaman nilai agama dan moral yang paling dominan dilakukan adalah metode pembiasaan [23]. Hasil Dari gambaran ini, cenderung memberi alasan bahwa gagasan kualitas yang mendalam/kualitas etis adalah minat terhadap cara berperilaku yang baik yang diklaim oleh orang-orang sebagai kualitas etis, yang tercermin dalam kontemplasi/gagasan, cara pandang, dan perilaku seseorang. Bagi anak TK, pembinaan moral ini sangat penting. Nilai agama dan moral merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dengan penanaman nilai agama yang baik akan menghasilkan manusia yang memiliki moral yang baik pula. ## KESIMPULAN Optimalisasi nilai Agama dan moral pada anak Usia dini di RA Permata Medan Labuhan tergolong sangat baik. Karena dari jumlah keseluruhan siswa sebanyak 120, hanya 3 anak yang belum berkembang (BB), 12 anak mulai berkembang (MB), 89 anak berkembang sesuai harapan (BSH) dan 16 anak yang berkembang sangat baik (BSB). Metode yang di gunakan di RA Permata dalam Optimalisasi Agama dan moral AUD yakni: metode keteladanan, permainan , tanya jawab, bernyanyi, bercerita, hukuman, pembiasaan, demonstrasi, karya wisata dan metode pengulangan Di RA Permata, dalam memaksimalkan nilai keagamaan dan moralitas pada anak usia dini tentunya ada faktor pendukung dan ada juga faktor yang menghambat kegiatan tersebut, berdasarkan hasil penelitian dimungkinkan untuk menarik kesimpulan bahwa: Secara keseluruhan faktor pendukung kegiatan optimalisasi Agama dan moral di RA Permata antara lain : siswa yang berlatarbelakang lingkungan keluarga yang baik relatif lebih banyak. Konsistensi pendidik dalam mengoptimalkan kegiatan, metode, program dan fasilitas yang disediakan sekolah turut menjadi faktor keberhasilan optimalisasi nilai Agama dan Moral pada lembaga pendidikan tersebut. Adapun faktor yang menghambat kegiatan optimalisasi nilai keagamaan dan moralitas di RA Permata antara lain : landasan pendidikan keluarga yang masih kurang, terutama dalam menanamkan kebajikan di rumah. ## PENGHARGAAN Rasa syukur yang tak putus kepada Allaah subhanahu wa ta’ala yang masih melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga mampu menyelesikan tulisan ini. Ucapan terimakasih yang tak henti – hentinya juga penulis sampaikan kepada dosen pengampu mata kuliah analisis teori perkembangan anak usia dini yaitu ibu Prof. Dr Khadijah, M.Ag yang telah mengarahkan serta membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Juga kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam hal ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini karena keterbatasan ilmu dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu apanila pembaca menemukan kesalahan agar kiranya memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk dijadikan pembelajaran selanjutnya. ## REFERENSI [1] A. Budiono, “Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak dalam Alquran (Kajian Kisah Luqman),” Miyah J. Stud. Islam , vol. 15, no. 2, pp. 313–336, 2019, doi: 10.33754/miyah.v15i2.190. [2] A. Amirullah, A. Try, A. Putra, A. Daud, and A. Kahar, “Deskripsi Status Gizi Anak Usia 3 Sampai 5 Tahun Pada Masa Covid 19,” Murhum J. Pendidik. Anak Usia Dini , vol. 1, no. 1, pp. 16–27, 2020, doi: doi.org/10.37985/murhum.v1i1.3. [3] O. S. Tawulo and L. Anhusadar, “Membatik Jumputan untuk Meningkatkan Motorik Halus pada Masa Pandemi Covid 19 Melalui Home Visit,” KINDERGARTEN J. Islam. Early Child. Educ. , vol. 5, no. 1, pp. 37–47, 2022, doi: 10.24014/kjiece.v5i1.13064. [4] M. Sulaiman, M. D. Al Hamdani, and A. Aziz, “Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum 2013,” J. Penelit. Pendidik. Islam , vol. 6, no. 1, p. 77, May 2018, doi: 10.36667/jppi.v6i1.156. [5] F. Maulana and J. A. Aziz, “Urgensi Penanaman Literasi Lingkungan pada Anak Usia Dini,” El-Athfal J. Kaji. Ilmu Pendidik. Anak , vol. 2, no. 01, pp. 1–12, Jul. 2022, doi: 10.56872/elathfal.v2i01.690. [6] P. Husna Handayani, “PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA,” J. Kel. SEHAT Sejah. , vol. 15, no. 2, pp. 46–56, Dec. 2017, doi: 10.24114/jkss.v15i2.8774. [7] W. Firman and L. O. Anhusadar, “Peran Guru dalam Menstimulasi Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini,” KIDDO J. Pendidik. Islam Anak usia Dini , vol. 3, no. 2, pp. 28–37, 2022, doi: 10.19105/kiddo.v3i2.6721. [8] A. Karomah, D. H. Muhammad, and A. Susandi, “Peranan Guru Mata Pelajaran Aqidah Dalam Menanamkan Nilai Keagamaan Pada Siswa MTs. Nurul Huda Kareng Lor Kedopok Probolinggo,” Edumaspul J. Pendidik. , vol. 5, no. 2, pp. 562– 570, Oct. 2021, doi: 10.33487/edumaspul.v5i2.2138. [9] R. M and S. Samsinar, “Peran Wanita Karier dalam Menanamkan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone,” AL- QAYYIMAH J. Pendidik. Islam , vol. 4, no. 1, pp. 25–46, Jun. 2021, doi: 10.30863/aqym.v4i1.1567. [10] T. Ariyanti, “Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini Bagi Tumbuh Kembang Anak The Importance Of Childhood Education For Child Development,” Din. J. Ilm. Pendidik. Dasar , vol. 8, no. 1, 2016, doi: 10.30595/dinamika.v8i1.943. [11] A. Y. We and P. Y. Fauziah, “Tradisi Kearifan Lokal Minangkabau ‘Manjujai’ untuk Stimulasi Perkembangan Anak Usia Dini,” J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini , vol. 5, no. 2, pp. 1339–1351, Nov. 2020, doi: 10.31004/obsesi.v5i2.660. [12] K. Kusnilawati, M. Fauziddin, and A. Astuti, “Meningkatkan Aspek Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini dengan Penerapan Metode Bercerita Tema Islami,” Aulad J. Early Child. , vol. 1, no. 1, pp. 28–38, Dec. 2018, doi: 10.31004/aulad.v1i1.4. [13] S. N. Aprida and S. Suyadi, “Implementasi Pembelajaran Al-Qur’an Terhadap Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini,” J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini , vol. 6, no. 4, pp. 2462–2471, Jan. 2022, doi: 10.31004/obsesi.v6i4.1959. [14] R. Saleh, “Kerja Sama Orang Tua dan Pendidik dalam Mengenalkan Nilai-Nilai Moral Anak,” Murhum J. Pendidik. Anak Usia Dini , vol. 3, no. 1, pp. 24–33, Feb. 2022, doi: 10.37985/murhum.v3i1.70. [15] D. Mumtazah and S. Sutama, “Program Home Visit: Penguatan Perkembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini di Era New Normal,” Golden Age J. Ilm. Tumbuh Kembang Anak Usia Dini , vol. 6, no. 1, pp. 37–46, Mar. 2021, doi: 10.14421/jga.2021.61-04. [16] I. Juhriati and A. Rahmi, “Implementasi Nilai Agama dan Moral melalui Metode Esensi Pembinaan Perilaku pada Anak Usia Dini,” J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini , vol. 6, no. 2, pp. 1070–1076, Aug. 2021, doi: 10.31004/obsesi.v6i2.1147. [17] R. Natari and D. Suryana, “Penerapan Nilai-Nilai Agama dan Moral AUD Selama Masa Pandemic Covid-19,” J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini , vol. 6, no. 4, pp. 3659–3668, Mar. 2022, doi: 10.31004/obsesi.v6i4.1884. [18] A. M. Abidin, “Pendidikan Moral dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam,” J. Paris Langkis , vol. 2, no. 1, pp. 57–67, Aug. 2021, doi: 10.37304/paris.v2i1.3282. [19] F. Fathurrohman, “Implementasi Pendidikan Moral di Sekolah Dasar,” J. Bid. Pendidik. Dasar , vol. 3, no. 1, pp. 79–86, Feb. 2019, doi: 10.21067/jbpd.v3i1.2929. [20] S. Nasihatun, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam dan Strategi Implementasinya,” Andragogi J. Diklat Tek. Pendidik. dan Keagamaan , vol. 7, no. 2, pp. 321–336, Dec. 2019, doi: 10.36052/andragogi.v7i2.100. [21] M. I. Dacholfany and U. Hasanah, Pendidikan anak usia dini menurut konsep islam . Amzah, 2021. [22] L. Margaretha and D. N. Pura, “Pengembangan Model Media Audio-Visual untuk Meningkatkannilai-Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini Kota Bengkulu,” KINDERGARTEN J. Islam. Early Child. Educ. , vol. 2, no. 2, p. 167, Nov. 2019, doi: 10.24014/kjiece.v2i2.9060. [23] B. S. Aulia Laily Rizqina, “Peran Pendidik Dalam Menanamkan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini,” Didakt. J. Kependidikan , vol. 14, no. 1, pp. 18–29, 2020, doi: 10.30863/didaktika.v14i1.760.
c5f7974a-429c-434f-9400-eb8208e7dd04
https://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/download/18224/2783
Abstrak — Eksplorasi hidrokarbon saat ini mengharuskan geosaintis untuk mencari area baru yang sebelumnya dianggap tidak menghasilkan hidrokarbon. Dengan ditemukannya rembesan minyak pada daerah vulkanik mengindikasikan adanya petroleum play aktif yang memiliki cadangan hidrokarbon. Ketidakmampuan gelombang seismik untuk menggambarkan bawah permukaan pada daerah vulkanik menjadikan dibutuhkannya pemodelan seismik. Pemodelan seismik akan memodelkan atau merekonstruksikan penjalaran gelombang seismik pada model geologi yang telah ditentukan, pada kasus ini model geologi yang digunakan adalah model geologi pada lingkungan vulkanik. Penelitian ini menggunakan 2 model, yang pertama adalah model “Kue Lapis” dan yang kedua adalah model “Serayu” yang merupakan model kompleks dari cekungan North S erayu di Jawa tengah. Kedua model tersebut memiliki lapisan basalt dengan tebal 200 m yang menutupi lapisan bawahnya yang menjadi target karena menyimpan cadangan hidrokarbon. Dari hasil pemodelan dapat dilihat fenomena gelombang ketika merambat melalui lingkungan vulkanik. Kata Kunci — Lingkungan Vulkanik, Pemodelan Seismik, Pemodelan Ke depan, Cekungan Serayu. ## I. PENDAHULUAN ENGAN semakin menipisnya cadangan hidrokarbon pada petroleum system yang konvensional memunculkan ide-ide baru dengan adanya cadangan migas pada daerah yang dianggap tidak dapat memproduksi migas, yaitu area lingkungan batuan vulkanik. Di pulau Jawa sendiri penemuan rembesan minyak dan gas paling banyak muncul di area vulkanik. Saking banyaknya rembesan minyak di area vulkanik sampai pernah memunculkan teori bahwa minyak dan gas itu memiliki asal magmatik (salah satu teori anorganik asal minyak yang pernah muncul pada zaman Hindia Belanda di Indonesia). Seiring berkembangnya pengetahuan lalu diketahui bahwa asal hidrokarbon adalah organik, yaitu dari zat renik organik (bakteri, plankton, ganggang) atau tumbuhan-tumbuhan di darat yang sebagian massanya menjadi komponen di batuan penggenerasi hidrokarbon ( source rock ). Batuan vulkanik ini menekan dan menenggelamkan batuan induk ke kedalaman yang menyebabkan zat organik di dalam batuan induk menjadi matang dan berubah menjadi minyak dan gas, lalu sebagian migas ini naik ke permukaan melalui celah - celah atau patahan-patahan dan menjadi rembesan minyak/gas di permukaan [1]. Tantangannya sekarang adalah teknologi pengambilan data (akuisisi) dan pengolahan data seismik sampai saat ini hampir tak mampu menembus lapisan tebal vulkanik untuk mengungkap konfigurasi lapisan batuan di bawah vulkanik ( sub-vulcanic ) dengan maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan pemodelan data seismik untuk mengetahui dan memahami bagaimana respon gelombang seismik ketika menjalar melalui model geologi yang kompleks, dalam hal ini pada lingkungan batuan vulkanik ## II. T INJAUAN P UST AKA ## A. Pemodelan Ke depan Pemodelan ke depan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemodelan gelombang akustik dalam medium isotropik. Untuk pemodelan akustik, properti medium dijelaskan sebagai sebaran ruang dengan parameter perambatan gelombang dari gelombang yaitu v = (x1, x3) dan densitas  (x1, x3). Persamaan gelombang akus tik dijelaskan sebagai medan vektor dari pemindahan kecepatan u dan medan skalar dari tekanan p, keduanya menghasilkan persamaan sebagai berikut [2]. 𝜕𝑢 1 𝜕𝑡 = 1 𝜌 𝜕𝑝 𝜕𝑥 1 (1) 𝜕𝑢 3 𝜕𝑡 = 1 𝜌 𝜕𝑝 𝜕𝑥 1 (2) 𝜕𝑝 𝜕𝑡 = 𝜌𝑣 2 ( 𝜕𝑢 1 𝜕𝑥 1 + 𝜕𝑢 3 𝜕𝑥 3 ) (3) selanjutnya, turunkan persamaan 1 dengan x 1 , persamaan kedua dengan x 3 , dan persamaan ketiga dengan t, maka didapatkan. 𝜕𝑢 1 𝜕𝑡𝜕𝑥 1 = 𝜕 1 𝜌 𝜕𝑥 1 𝜕𝑝 𝜕𝑥 1 + 1 𝜌 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑥 1 2 (4) 𝜕 2 𝑢 3 𝜕𝑡𝜕𝑥 3 = 𝜕 1 𝜌 𝜕𝑥 3 𝜕𝑝 𝜕𝑥 3 + 1 𝜌 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑥 3 2 (5) 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑡 2 = 𝑝𝑣 2 ( 𝜕 2 𝑢 1 𝜕𝑡𝜕𝑥 1 + 𝜕 2 𝑢 3 𝜕𝑡𝜕𝑥 3 ) (6) dengan mensubtitusikan persamaan 4 dan 5 ke persamaan 6, maka didapatkan persamaan akustik dengan notasi tekanan. 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑡 2 = 𝑝𝑣 2 [( 𝜕 1 𝜌 𝜕𝑥 1 𝜕𝑝 𝜕𝑥 1 + 1 𝜌 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑥 1 2 ) + ( 𝜕 1 𝜌 𝜕𝑥 3 𝜕𝑝 𝜕𝑥 3 + 1 𝜌 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑥 3 2 )] (7) persamaan 7 dapat disederhanakan menjadi, 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑡 2 = 𝑣 2 ( 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑥 1 + 𝜕 2 𝑝 𝜕𝑥 3 ) + 𝑝𝑣 2 ( 𝜕 1 𝜌 𝜕𝑥 1 𝜕𝑝 𝜕𝑥 1 + 𝜕 1 𝜌 𝜕𝑥 3 𝜕𝑝 𝜕𝑥 3 ) (8) dapat dilihat pada persamaan 7, terdapat persamaan yang menurunkan dengan densitas. Jika nilai tersebut mendekati 0 maka pada kasus ini akustik dan nilai skalar identik dengan tekanan. Perambatan gelombang bergantung kepada properti medium (tidak berubah seiring waktu – statik). Berikut beberapa properti yang mempengaruhi perambatan gelombang seismik: a. Kecepatan Primer (Vp) dan kecepatan sekunder (Vs), densitas (ρ). b. Properti tambahan seperti anisotropy (Parameter Thompson, atenuasi, dan absorpsi). ## Sintetik Seismik Lingkungan Vulkanik Muhammad Ghazalli, Amien Widodo, Firman Syaifuddin Teknik Geofisika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail : [email protected] ; [email protected] D ## III. M ET ODOLOGI P ENELIT IAN Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data sintetik dengan menggunakan model geologi sederhana dan model geologi skema pada lingkungan batuan vulkanik. Tahap pertama adalah membuat model geologi yang selanjutnya akan dilakukan akuisisi seismik s ecara forward modelling , sehingga didapatkan data sintetik. Model geologi yang digunakan diusahakan mendekati model geologi lapangan sehingga diperlukan referensi lingkungan pengendapan di daerah batuan vulkanik (Facies Vulkanik) sebagai wawasan pembuatan model geologi (jenis batuan, struktur geologi dan morfologi) lalu dibutuhkan studi literatur untuk mengaitkan kondisi geologi yang diinginkan dengan properti fisis batuan seperti Kecepatan P dan densitas. Setelah didapatkan model geologi lingkungan vulkanik yang diinginkan selanjutnya diberikan parameter akuisisi seperti jumlah channel, jumlah titik penembakan, near offset , far offset , record length , sampling time , dan frekuensi yang diberikan. Parameter akuisisi ini digunakan untuk tahapan selanjutnya yaitu forward modelling yang akan menghasilkan sintetik seismogram. ## IV. H ASIL DAN ANALISA ## A. Model Geologi Sederhana Model geologi sederhana merupakan model yang digunakan untuk melihat sifat perambatan gelombang seismik. Model yang digunakan adalah model lapisan tanpa struktur dengan memasukkan lapisan batuan basalt untuk melihat perambatan gelombang pada lapisan tersebut. Gambar 1. Model Geologi “ Kue Lapis” tanpa struktur dengan dimensi panjang 12 km dan kedalaman maksimum 6 km. Tabe l 1. Parameter fisis model kue lapis. Lapisan ke Tipe Lapisan VP (m/s) Densitas (kg/m 3 ) Ketebalan (m) 1 Sandstone 1500 1970 1500 2 Sandstone 2500 2200 2000 3 Basalt 5500 2575 200 4 Sandstone 3250 2237 1400 5 Sandstone 3500 2275 1000 ## B. Desain Ak uisisi Model Kue Lapis Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan desain akuisisi adalah ketebalan lapisan dan kedalaman lapisan target. Digunakan frekuensi sebesar 5 Hz dikarenakan hasil test parameter “Test Run”. Penentuan far offset ditentukan kurang lebih 2 kali kedalaman, dikarenakan target memiliki kedalaman 6 Km maka far offset yang digunakan sejauh 12 Km. Penentuan shot dan receiver interval dihasilkan dari penggunaan grid yang digunakan, dikhawatirkan kualitas data akan menjadi kurang baik ketika interval geophone tidak mengikuti 2 kali lebar grid. Tabe l 2. Parameter akuisisi model kue lapis. Grid 20 meter Frekuensi 5 Hz Wavelet Ricker Shot Interval 80 m T otal Shot 150 Receiver Interval 40m T otal Receiver 301 Record Length 7 sekon Sampling Interval 2ms ## C. Seismic Gather Model Kue Lapis Model geologi yang telah memiliki parameter fisis kemudian dilakukan forward modelling untuk melihat respon seismik nya. Dikarenakan model yang digunakan tanpa struktur, maka respon seismik nya memiliki penurunan waktu atau efek hiperbolik yang bagus. Respon yang tebal mengindikasikan terjadinya refleksi dengan lapisan. Ada beberapa respon tipis pada bagian time besar di asumsikan sebagai noise , akan dijelaskan pada bagian selanjutnya. Gambar 2. CMP gather 300 (tengah lintasan dengan fold terbanyak). ## D. Model Geologi Komplek s Model Geologi yang digunakan adalah hasil modifikasi dari penampang geologi North Serayu Basin. Model geologi ini digunakan karena memiliki petroleum play mulai dari source rock , reservoir, trap , dan seal . Gambar 3. Model “ Serayu”, merupakan modifikasi dari skema North Serayu basin dan telah diberikan properti fisis di setiap lapisan yang didefinisikan. memiliki dimensi panjang 20 Km dengan kedalaman 10 Km. Memiliki elevasi berkisar 0 meter hingga 1000 meter (digambar ulang berdasarkan van Bemmelen, 1949; Satyana and Armandita, 2004). Tabe l 3. Properti fisis model Serayu Lapisan ke T ipe Lapisan VP (m/s) Densitas (kg/m 3 ) Ketebalan (m) 1 Soil 1000 - 1800 1565 4000 2 Batuan Pasir 2000 2010 1000 3 Basalt 6000 2650 200 4 Fasies Vulkanik 3000 - 5000 2200 3400 5 Fasies Vulkanik 4000 - 5000 2350 2000 6 Sandstone 2000 - 3000 2200 3500 7 Basemen Vulkanik 7000 2970 3000 ## E. Desain Ak uisisi Setelah didapatkan model yang akan digunakan kemudian dilakukan desain akuisisi, hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang diinginkan dengan mempertimbangkan berbagai kondisi seperti ketebalan lapisan, kedalaman lapisan target, dsb. Untuk penentuan desain akuisisi dan parameter akuisisi dilakukan 4 kali test dengan mengubah beberapa parameter sebagai berikut. Tiap test dilakukan 1 kali s hot pada tengah model untuk melihat kualitas data, semua test run menggunakan model pada gambar 6 dengan panjang lintasan 20 Km. Tabe l 4. Parameter akuisisi tiap T est T est Run 1 T est Run 2 T est Run 3 T est Run 4 Frekuensi 30 Hz Grid 10 15 20 25 Total Shot 501 175 131 105 Shot Interval 40 60 80 100 Total Receiver 1001 661 500 400 Receiver Interval 20 30 40 50 Durasi 1 kali shot - 26 menit 14 menit 12 menit Estimasi Full Shot - 72 jam 30,5 jam 21 jam Gambar 4. Hasil test run 1. Gambar 5. Hasil test run 2. Gambar 6. Hasil test run 3. Beberapa parameter yang mempengaruhi durasi penghitungan pemodelan atau limitasi kecepatan perhitungan sebagai berikut, Δd = Vp[min] F[pick] Basewave ⁄ (14) Untuk durasi waktu 1 kali komputasi (pemodelan dengan satu sumber) Δt = Δd Vp[max ] Stability ⁄ (15) Dengan Vp[min] adalah nilai Vp minimum, Vp[max] adalah nilai Vp maksimum, F[pick] adalah nilai frekuensi yang diberikan pada sumber, dan stability adalah sqrt (2) + 1/2/Basewave mendekati 1.5 – stability konstan. Sehingga ketika diberikan Vp yang besar dan frekuensi yang rendah maka durasi perhitungan akan semakin panjang karena berbanding terbalik. Gambar 7. Hasil test run 4. Gambar 8. Seismic Section pada cmp 500 dengan menggunakan frekuensi shot sebesar 30 Hz. Terlihat minimnya even parabolik pada far offset yang dapat menyebabkan minimnya penggambaran pada even refleksi yang dalam. Gambar 9. Seismic Section pada cmp 500 dengan menggunakan frekuensi shot sebesar 5 Hz. Gambar 10. Seismic Section pada cmp 500 dengan menggunakan frekuensi shot sebesar 10 Hz. Pemilihan frekuensi shot harus memperhatikan berbagai faktor, jika frekuensi yang diberikan tinggi maka akan memberikan energi yang besar yang berakibat amplitudo yang terekam akan besar, hal ini bagus tetapi pemilihan frekuensi yang tinggi memiliki risiko pendeknya panjang gelombang sehingga sulit untuk melakukan penetrasi pada lapisan yang dalam. Sebaliknya, frekuensi rendah memiliki panjang gelombang yang lebih panjang sehingga dapat melakukan penetrasi pada lapisan dalam. Dengan pertimbangan itu dan melihat hasil pemodelan pada Gambar 4.33, 4.34, dan 4.35 maka dipilih frekuensi yang akan digunakan sebesar 5 Hz. ## F. K ESIMPULAN Adapun hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:  Dibutuhkan frekuensi yang sangat kecil (5 Hz) karena terdapat lapisan basalt dengan ketebalan 200 meter, sehingga gelombang seismik dapat melakukan penetrasi melewati lapisan tersebut.  Disain akuisisi sangat berpengaruh terhadap kualitas d ata yang dihasilkan, oleh karena itu dibutuhkan test parameter untuk mengetahui disain akuisisi yang sesuai.  Pemodelan seismik baik digunakan untuk mendisain survey pada lingkungan vulkanik untuk mengetahui hasil perekaman dan sebagai bahan uji kualitas data bila memiliki informasi geologi pada lapangan survey. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Satyana, A.H., 2015, Subvolcanic Hydrocarbon Prospectivity of Java: Opportunities and Challenges , Proceedings Indonesian Petroleum Association, 39th Annual Convention and Exhibition, Jakarta, May 2015. [2] Virieux, J., 1986, Wave Propagation in Heterogeneous Media: Velocity- stress Finite Difference Method . Geophysics, 51, 901.
b73f6539-7671-4aa6-adbd-c30fcb291180
https://jurnal.unigal.ac.id/literasi/article/download/9740/6214
## ANALISIS PSIKOLOGI SOSIAL DALAM NOVEL MERAJUT RAHMAT CINTA KARYA HASYIM ELHANAN SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SMA Firdha Rachmawati, Dede Irpan Nawawi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa e-mail: [email protected] [email protected] ## ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, psikologi tokoh dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, serta relevansinya sebagai materi pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini menggunkaan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan psikologi sosial. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, unsur-unsur struktural yang membangun meliputi tema percintaan, latar di pondok pesantren, alur maju, amanat yang disampaikan bahwa setiap manusia harus ikhlas dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalani kehidupan, kemudian cinta yang hakiki adalah cinta yang didasari atas kecintaan kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Kedua, aspek psikologi sosial tampak dari perilaku berkondisi dan perilaku tak berkondisi. Ketiga, novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan memiliki kesesuaian dengan konsep pemelajaran sastra karena terdapat nilai-nilai edukatif, sehingga novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan dapat digunakan sebagai bahan pemelajaran apresiasi sastra di SMA. Kata Kunci: Psikologi sosial, Novel, Pembelajaran ## ABSTRACT The purpose of this research is to describe the structural elements that make up Hasyim Elhanan's Knit Rahmat Cinta novel, the psychology of the characters in Hasyim Elhanan's Knit Rahmat Cinta novel, and its relevance as material for learning literature in high school. This study uses descriptive research methods with a social psychology approach. The results of this study are as follows. First, the structural elements that build include the theme of love, the background at the Islamic boarding school, the flow forward, the message conveyed that every human being must be sincere and surrender to God Almighty in living life, then true love is love based on love. to the Creator, God Almighty. Second, aspects of social psychology can be seen from conditioned behavior and unconditioned behavior. Third, Hasyim Elhanan's Knit Rahmat Cinta novel is compatible with the concept of studying literature because it has educational values, so Hasyim Elhanan's Knit Rahmat Cinta novel can be used as material for studying literary appreciation in high school. Keywords: Social Psychology, novel, learning. ## PENDAHULUAN Manusia sebagai makhluk sosial, tentunya tidak dapat hidup sendiri. Secara alamiah manusia memiliki panggilan untuk selalu hidup bersama orang lain dan berinteraksi dengan mereka. Kebutuhan akan interaksi sosial merupakan kebutuhan dasar yang melekat pada eksistensi sebagai manusia. Manusia harus memenuhi kebutuhan interaksi sosial tersebut, jika tidak manusia akan mengalami ketidakseimbangan eksistensial dan hidup akan terasa hampa. Sebuah karya sastra khususnya novel merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya. Pengarang sebagai pencipta dunia baru dalam sebuah karya sastra tersebut, berarti memunculkan sebuah kehidupan manusia melalui tokoh-tokoh rekaan yang di dalamnya berisi interaksi sosial, baik interaksi antara manusia satu dan manusia lainnya, maupun manusia dengan lingkungannya. Interaksi sosial tersebut bukanlah sesuatu yang sederhana. Interaksi sosial melibatkan banyak proses yang tidak mudah untuk dipahami. Gambaran-gambaran kehidupan baru yang diciptakan pengarang dalam sebuah karya sastra tersebut dapat dipelajari dan dimanfaatkan oleh para pembaca, karena interaksi sosial yang digambarkan pengarang pasti menggambarkan sosok manusia dengan berbagai perwatakan dan konflik. Jadi, hal-hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai penunjang pembentukan watak yang merupakan salah satu manfaat dari pengajaran sastra di sekolah. Tokoh-tokoh cerita yang ditampilkan dalam karya sastra adalah tokoh rekaan, tokoh yang tak pernah ada di dunia nyata. Namun, kita dapat mengenali personifikasi tokoh- tokoh manusia nyata dalam tokoh cerita. Artinya, tokoh cerita fiksi itu mempunyai ciri-ciri kepribadian tertentu seperti yang dimiliki oleh tokoh-tokoh tertentu pada kehidupan nyata. Jadi, tokoh-tokoh cerita tersebut memiliki kepribadian seperti manusia nyata, melakukan proses interaksi sosial seperti manusia nyata, dan memiliki pikiran serta perasaan seperti manusia nyata walaupun berada pada posisi yang tidak benar-benar bebas karena terikat pada bentuk artistik yang menjadi tujuan penulisan karya sastra tersebut. Proses interaksi sosial merupakan sesuatu yang tampak kompleks. Proses pengaruh- memengaruhi antara manusia satu dan manusia lainnya, baik sebagai subjek dan/atau objek merupakan suatu kompleks yang tidak mudah untuk dipahami sehingga membutuhkan penelitian dan penelaahan secara khusus. Ilmu psikologi yang secara khusus memelajari proses mental dan perilaku manusia dalam seting sosial yang seperti itu adalah psikologi sosial. Melalui psikologi sosial diharapkan mampu memahami dan menjelaskan bagaimana pikiran, perasaan, dan perilaku individu dipengaruhi oleh keberadaan orang lain, baik nyata, imajinasi, maupun karena tuntutan peran sosial yang terdapat di dalam karya sastra tersebut. Salah satu masalah dalam apresiasi sastra adalah masalah pilihan; karya sastra apa saja yang sebaiknya dianjurkan dibaca (Damono, 2007:8). Karya sastra adalah kekayaan rohani bangsa, dan kekayaan tersebut sudah terekam sejak nenek moyang kita pandai mencatat pengalaman dan penghayatannya terhadap kehidupan dengan tulisan. Jadi, murid perlu diperkenalkan dengan karya sastra lama maupun masa kini. Pemilihan novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan untuk pengajaran sastra di SMA tentunya disesuaikan dengan isi cerita dalam novel tersebut. Ini sejalan dengan pernyataan Sarumpaet (2007:34) bahwa untuk tetap mendekatkan karya atau materi pada siswa, selalu kita datang dari kehidupan, dan apa kira-kira yang berkecamuk dalam kehidupan mereka. Pentingnya pengajaran apresiasi sastra di sekolah menjadikan sastra memiliki peranan penting untuk mencapai beberapa tujuan pendidikan. Rahmanto (2004:16-25) mengungkapkan bahwa pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) pengembangan cipta dan rasa, dan (4) menunjang pembentukan watak. Penelitian tentang psikologis sebelumnya pernah dikaji oleh Ervan Govinda dengan ## ANALISIS PSIKOLOGI SOSIAL DALAM NOVEL MERAJUT RAHMAT CINTA KARYA HASYIM ELHANAN SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SMA Firdha Rachmawati, Dede Irpan Nawawi judul “Analisis Psikologi Tokoh Utama dalam Novel Kubah Karya Ahmad Tohari dan Rencana Pemelajarannya di SMA”. Penelitian Ervan Govinda ini relevan karena menggunakan kajian psikologi serta menjadikan hasil kajiannya sebagai rencana pelaksanaan pemelajaran sastra di SMA yang disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Hal tersebut pulalah yang menjadi bidang kajian penelitian ini. Adapun perbedaan yang dapat ditemukan pada penelitian milik Ervan Govinda adalah pada sumber data yang digunakan, yaitu novel Kubah karya Ahmad Tohari, sedangkan penelitian ini menggunakan novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan. Perbedaan berikutnya adalah pada pendekatan psikologi yang digunakan. Penelitian milik Ervan Govinda menggunakan teori psikoanalisa Sigmund Freud, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sosial dengan teori behavioristik. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan hal-hal baru, memudahkan pembaca dan penikmat karya sastra dalam memahami novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan dan novel tersebut dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam pengajaran apresiasi sastra di Sekolah Menengah Atas. Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, psikologi tokoh dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, serta relevansinya sebagai materi pembelajaran sastra di SMA. ## METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode penelitian dengan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya kemudian dianalisis untuk menggambarkan secara tepat sifat- sifat suatu individu dan gejala dengan keadaan tertentu dalam suatu tempat (Arikunto, 2006:108). Tujuan metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Jadi, metode deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan aspek psikologi sosial yang terdapat dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan serta relevansinya sebagai materi pembelajaran di SMA. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi pustaka dan teknik dokumentasi. Studi pustaka digunakan untuk mencari dan mengumpulkan bahan-bahan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, atau dengan cara mencari, memelajari, menelaah berbagai aspek yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti, seperti penelaahan terhadap teori tentang psikologi dan apresiasi sastra. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa catatan, transkrip, jurnal, termasuk juga buku-buku penunjang tentang pendapat teori yang dapat digunakan untuk menelaah dan menganalisis psikologi sosial dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan. Setelah data terkumpul maka selanjutnya data diolah atau dianalisis untuk mendapatkan informasi berdasarkan pertimbangan kesusastraan dan kependidikan dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysys) dengan langkah-langkah membaca novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, mencari dan menemukan psikologi sosial dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, mengklasifikasikan psikologi sosial dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, analisis data dari pengklasifikasian psikologi sosial dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, menyimpulkan hasil analisis data novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, serta menentukan relevansinya sebagai materi pembelajaran di SMA. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil penelitian dengan judul “Analisis Psikologi Sosial dalam Novel Merajut Rahmat Cinta Karya Hasyim Elhanan Serta Relevansinya Sebagai Materi Pembelajaran di SMA” berbentuk deskripsi. Dalam pembahasan ini peneliti akan mendeskripsikan unsur-unsur struktural yang membangun novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, psikologi tokoh dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan, serta relevansinya sebagai materi pembelajaran sastra di SMA. ## Unsur-unsur Struktural Novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan menceritakan kisah seorang pemuda sederhana dengan segala kekurangannya yang mampu menjalani kehidupan dengan ikhlas dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ia berjuang, berkuliah sambil bekerja demi mempertahankan agar ia dapat meneruskan pendidikannya. Novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan tentu merupakan sebuah struktur yang terbentuk dari beberapa unsur, sehingga untuk memahaminya harus melalui proses analisis. Teeuw tegas mengungkapkan bahwa bagi setiap peneliti sastra, analisis struktur karya sastra yang ingin diteliti dari segi manapun merupakan prioritas atau pekerjaan pendahuluan. Hal ini dikemukakan sebab karya sastra sebagai dunia dalam kata mempunyai kebutuhan makna intrinsik yang hanya dapat digali dari karya sastra itu sendiri (Suguhastuti, 2010:43). Tema yang terdapat dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan seperti terlintas pada judulnya adalah tentang percintaan. Kisah percintaan yang terkandung dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan ini terbungkus dengan nuansa keislaman yang kental, jauh dari kevulgaran. Alur novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan menambah nilai estetis dengan penggambaran karakter tokoh yang baik. Alur yang digunakan pengarang dalam menceritakan seluruh cerita menggunakan alur maju. Cerita novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan dimulai dengan pendeskripsian tokoh Fatih, kemudian menceritakan kehidupan Fatih hingga ia harus kehilangan keluarganya akibat sebuah bencana yang menimpa ibu, bapak, dan adiknya, selanjutnya kehidupan Fatih yang harus berjuang hidup sebatangkara, dan akhirnya memutuskan untuk menikah. Tokoh dan penokohan yang terdapat dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan tampak sebagai manusia yang baik, sopan, dan berlandaskan agama. Penampilan tokoh dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan menggunakan metode tidak langsung, sehingga pengarang memberikan kesempatan kepada pembaca untuk menafsirkan watak para tokoh berdasarkan pengamatannya sendiri. Sementara itu, latar tempat yang digunakan penulis dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan ini yaitu di pondok pesantren, di rumah Muhammad Fatih Fauzan, di kampus, di minimarket tempat Fatih bekerja. Latar waktu dalam novel ini pagi hari, siang hari, dan malam hari. Latar sosial yang digambarkan adalah lingkungan pondok pesantren, lingkungan kampus, dan minimarket tempat bekerja Fatih yang baru yang berlokasi di area pelacuran. Dari segi gaya bahasa, Hasyim Elhanan menampilkan gaya bahasa yang sangat baik dan sopan dan penuh aturan serta lugas, terbukti dalam setiap percakapan tokoh- tokoh dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan tersebut tidak ada perkataan-perkataan kotor yang terucap. Kemudian dari sudut pandang, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga “ia”. ## ANALISIS PSIKOLOGI SOSIAL DALAM NOVEL MERAJUT RAHMAT CINTA KARYA HASYIM ELHANAN SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SMA Firdha Rachmawati, Dede Irpan Nawawi Selanjutnya, amanat yang terkandung dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan ini adalah bahwa setiap manusia harus ikhlas dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalani kehidupan, kemudian cinta yang hakiki adalah cinta yang didasari atas kecintaan kepada Sang Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Dari uraian di atas, unsur-unsur intrinsik novel tersebut diperoleh untuk memengaruhi pemaparan gagasan psikologi sosial.. Melalui banyaknya deskripsi mengenai sikap dan prilaku, serta pemikiran para tokoh tersebut, gagasan psikologi sosial itu muncul. Gagasan psikologi sosial dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan terlihat dari pikiran, perasaan, dan perilaku para tokoh yang dilatarbelakangi oleh hal-hal sosial seperti teman, lingkungan tempat dimana tokoh berada, serta masyarakat sekitarnya. ## Psikologi Sosial Tokoh Teori Behavioristik ## 1. Perilaku Berkondisi Perilaku berkondisi merupakan perilaku yang ditimbulkan karena adanya stimulus yang memang dikondisikan. Stimulus berkondisi tersebut dimunculkan supaya menimbulkan perilaku tertentu. Respon dari stimulus berkondisi itulah yang disebut dengan perilaku berkondisi. Seperti terlihat pada kutipan berikut. “Cepat kesini, itu yang namanya Rahmah. Kamu belum tahu, kan?” “Rahmah siapa?” “Ceritanya nanti saja, y ang penting lihat dulu!” Fatih mendekat dengan malas. “Tuh, yang gamis kuning, cantik, kan?” Mata Fatih menatap kea rah yang ditunjuk sahabatnya. (Elhanan, 2013: 7) Kutipan di atas menunjukkan adanya dua perilaku berkondisi. Pertama, saat muncul stimulus dari sahabatnya yang menyuruh Fatih untuk segera menghampirinya, Fatih pun mendekat dengan malas. Perilaku Fatih tersebut merupakan perilaku berkondisi. Perilaku tersebut merupakan respon dari stimulus yang dikondisikan oleh sahabatnya. Kedua, saat Fatih mengarahkan pandangannya ke santriwati yang ditunjuk sahabatnya. Perilaku tersebut merupakan respon dari stimulus yang dikondisikan oleh sahabatnya dengan menunjuk santriwati yang sedang dilihatnya dan sangat menginginkan Fatif untuk melihatnya juga. Perilaku berkondisi lainnya juga terlihat pada kutipan berikut. …“Teh, Teeeh, Teh Kiki!” ….. …”Kang Fatih, di kobong tujuh belas. Ia merasa mual dan muntah- muntah sejak satu jam yang lalu. Saya sudah mencari ke semua kobong, tapi tidak ada yang punya persediaan obat masuk angin,” ujar Zein sambil sedikit menambah volume suaranya. ….. “Ini sekalian saya kasih balsam. Bisa untuk kerokan juga. Suruh ke dokter kalau sampai besok pagi belum membaik.” (Elhanan, 2013:30) Perilaku menolong sesama di atas merupakan perilaku berkondisi. Perilaku berkondisi terlihat pada saat teh Kiki mengeluarkan obat masuk angin dan sekaligus memberi balsam untuk Kang Fatih yang sedang kurang enak badan. Perilaku teh Kiki tersebut muncul akibat adanya stimulus berkondisi yang ditimbulkan oleh Zein yang meminta tolong kepada teh Kiki karena sudah mencari tetapi tidak ada yang memiliki persediaan. Perilaku berkondisi lainnya juga terdapat pada kutipan berikut. “Ratusan orang menyemut area di panggung utama, terkagum-kagum menyaksikan peserta baru yang tampil dengan gaya berbeda. Salah seorang di antara penonton yang tersentuh hatinya adalah Tazkiya. Gadis itu kembali hanyut dalam kekagumannya terhadap Fatih. Benih-benih harapan tumbuh di hatinya, disertai keikhlasan akan takdir Allah. Melihat penonton yang terpukau, Fatih semakin percaya diri berceramah.” (Elhanan, 2013: 68) Pada kutipan di atas terlihat bahwa adanya perilaku berkondisi yang ditunjukan oleh para penonton dan juga Tazkiya yang merasa terkagum-kagum kepada Fatih yang sedang berceramah. Rasa kagum itu muncul karena adanya stimulus berkondisi dari sosok Fatih yang memang menampilkan gaya ceramah yang berbeda dengan yang lainnya. Perilaku berkondisi juga terlihat pada kutipan berikut. “Saya tidak akan ber henti kuliah karena itu akan menjadi kebanggaan almarhum kedua orang tua saya.”(Elhanan, 2013: 80) Perilaku berkondisi di atas ditunjukkan oleh sikap Fatih yang tidak akan berhenti kuliah. Sikapnya tersebut akibat dari stimulus berkondisi yang terlihat pada kutipan berikut. “Tunjukkan! Tunjukkan kepada Ibu dan Abah, tunjukkan kepada seluruh warga desa ini bahwa suatu saat kamu akan menjadi kebanggaan mereka,” wanita terkasih itu memberi semagat. (Elhanan, 2013: 46) Kutipan di atas merupakan stimulus yang memang dikondisikan oleh ibu Fatih, sehingga memunculkan sikap Fatih yang tidak akan berhenti kuliah walaupun ia harus berjuang sendiri mencari penghasilan untuk penghidupannya dan biaya kuliahnya. Perilaku berkondisi lain juga tergambar pada kutipan berikut. “ Namun, ia yakin, Allah pula yang mempertemukannya dengan gadis itu. Ia bangkit, lalu mengeluarkan dua lembar uang 50 ribuan dari dompetnya sebelum pamit.” Perilaku yang ditunjukkan Fatih dengan memberi uang lima puluh ribuan merupakan perilaku menolong, perilaku yang berkondisi. Perilaku tersebut muncul karena adanya stimulus berkondisi yaitu cerita tentang kehidupan gadis tersebut yang terjerembab pada tempat pelacuran karena jerat ayahnya sendiri. Perilaku menolong berikutnya juga merupakan perilaku berkondisi, terlihat pada kutipan berikut. ## …“Ayo masuklah Vi, jangan sungkan. Apalagi, takut. Maaf, kalau aku tetap berdiri di sini. Pintu ini harus terus dibuka. Biar jadi urusanku jika para polisi itu datang. Aku tak bisa menemanimu di dalam. Kita tidak boleh berduaan dalam satu kamar. Sekali lagi, maaf!” Pada kutipan di atas tergambar sikap Fatih yang menghindari berduaan di dalam kamarnya demi untuk menolong Shilvi dan menjauhkan fitnah. Hal tersebut dilakukannya karena stimulus yang telah dikondisikan bahwa Fatih telah mempelajari bahwa dua orang berlawanan jenis tidak baik jika dalam satu tempat tertutup, itu akan menimbulkan fitnah, bahkan akan menimbulkan hal yang tidak baik. Oleh sebab itu, Fatih berpegang teguh pada hal tersebut, karena ia tetap ingin berada di jalan yang benar. Perilaku berkondisi terlihat juga pada kutipan berikut. “Ajari Shilvi cara berkerudung, Nek!” serunya mantap. ( Elhanan, 2013:165) Kutipan di atas merupakan perilaku berkondisi yang muncul dari stimulus yang diberikan Kakek Aji. Kakek Aji menjelaskan bahwa Islam mewajibkan perempuan menjaga kemuliaan di mata laki-laki bukan muhrim. Bukan untuk mengekang, melainkan untuk melindungi perempuan. Salah satu cara perempuan untuk menjaga kemuliaan adalah dengan menutup aurat. Setelah mendengar penjelasan Kakek Aji tersebut, Shilvi tiba-tiba mantap untuk berkerudung. Stimulus berkondisi tersebut terlihat pada kutipan berikut. “Islam mewajibkan perempuan menjaga kemuliaan di mata laki-laki bukan muhrim. Bukan untuk mengekang, melainkan untuk melindungi perempuan. Salah satu cara perempuan untuk menjaga kemuliaan adalah dengan menutup aurat.” Penjelasan Kakek Aji menyelusup ke relung hati Shilvi. (Elhanan. 2013:164) Perilaku berkondisi lain ditunjukkan pada kutipan berikut. “Hari ini juga , ia akan menemui Kakek Aji dan menerima saran ayah angkatnya itu untuk menikahi Shilvi. (Elhanan, 2013: 183) Perilaku Fatih dalam kutipan di atas merupakan perilaku berkondisi. Fatih menerima saran Kakek Aji untuk menikah dengan Shilvi. Sikap tersebut ia ambil karena adanya stimulus berkondisi yang dimunculkan Kakek Aji. Kakek Aji memberi saran kepada Fatih untuk menikahi Shilvi dengan disertai alasan yang kuat. Stimulus berkondisi tersebut terlihat pada kutipan berikut. …“Wanita beriman itu telah Allah ki rimkan untukmu. Teladani sunah Rasulullah maka kamu juga menjadi dewa penyelamat seorang muhajirah.” “Menikahlah dengan Shilvi! Kamu akan mendapatkan dua kemuliaan itu,” tegasnya. …”Kamu juga akan terbebas dari fitnah itu. Kamu bisa tinggal bersama kami, di rumah ini. Kemuliaan dan keselamatan Shilvi akan t erjaga.” (Elhanan, 2013: 180) ## 2. Perilaku Tak Berkondisi Perilaku tak berkondisi merupakan perilaku alami. Perilaku tak berkondisi ini disebabkan oleh adanya stimulus tak berkondisi. Seperti terlihat pada kutipan berikut. “ Astagfirullah!” Fatih spontan memalingkan wajah dan menutup matanya. Seorang gadis yang hendak keluar kamar dengan rambut panjangnya kembali menarik langkahnya ke dalam.” (Elhanan, 2013: 5) Kutipan di atas menunjukkan bahwa perilaku Fatih yang spontan memalingkan wajah dan menutup matanya adalah perilaku yang ditunjukkan akibat adanya stimulus tak berkondisi yaitu adanya seorang gadis yang tak mengenakan kerudung saat akan keluar kamar. Perilaku tak berkondisi lainnya juga ada pada sikap si gadis tersebut yaitu Tazkiya. Ia kembali menarik langkahnya ke dalam saat melihat ada laki-laki yang lewat karena ia sedang tidak mengenakan kerudung. Perilaku tak berkondisi lainnya juga terdapat pada kutipan berikut. “Pada kertas terakhi r, tangan keduanya bersentuhan. Fatih kembali beristigfar sembari menarik cepat tangannya.” (Elhanan, 2013: 35) Kutipan di atas merupakan perilaku tak berkondisi. Perilaku tak berkondisi di atas tampak pada saat Fatih kembali beristigfar sembari menarik cepat tangannya. Fatih beristigfar dan menarik tangannya akibat dari adanya stimulus tak berkondisi yaitu pada saat tangan Fatih dan tangan gadis yang tak sengaja tertabrak itu bersentuhan. Perilaku tak berkondisi lain juga terdapat pada kutipan berikut. “Melihat penonton yang terpukau, Fatih semakin percaya diri berceramah.” (Elhanan, 2013: 68) Kutipan di atas menunjukkan perilaku tak berkondisi saat Fatih semakin percaya diri. Rasa percaya diri itu muncul akibat adanya stimulus tak berkondisi yaitu penonton yang merasa terpukau. Perilaku tak berkondisi lain juga terlihat pada kutipan berikut. …”Allah juga telah memanggil ibu dan adikmu!” Zainal menguatkan hati, menyampaikan kabar duka itu. … …“Fauzan pingsan, Kang!” “Duh, Allaaaaah….Tabahkan hatinya, ya, Allah!” mohon Zainal. (Elhanan, 2013: 74) Pada kutipan di atas, perilaku tak berkondisi terlihat pada sosok Zainal yang berempati. Zainal berempati karena adanya stimulus tak berkondisi yaitu pingsannya Fatih setelah mendengar kabar duka bahwa ayah, ibu, dan adiknya telah meninggal dunia. Jadi, kabar mengenai ayah, ibu, dan adik Fatih meninggal dunia adalah stimulus tak berkondisi. Perilaku tak berkondisi juga ditunjukkan pada kutipan berikut. …” Hatinya berdesir. Ayat itu menghanyutkannya, seolah menjelma sebagai tetesan hujan, menyirami padang hatinya yang gersang….. Shilvi duduk terkulai. Kedua kakinya lemas. Ia tak mampu lagi menahan gejolak jiwanya yang terasa rapuh dihantam ayat-ayat indah itu. Jantungnya berdegup kencang. Tubuhnya terguncang. Isak tangisnya tak lagi dapat tertahan.” (Elhanan, 2013:158) Pada kutipan di atas stimulus tak berkondisi adalah saat ayat Al-quran dibacakan. Kemudian, stimulus tak berkondisi tersebut memunculkan respon yaitu perilaku tak berkondisi. Perilaku tak berkondisi tersebut adalah saat jantung Shilvi berdegup kencang, lalu ia tak dapat menahan isak tangis. Perilaku tak berkondisi lain terdapat pada kutipan berikut. …“Sudah … sudah. Tarik napas dulu. Yang sabar, ya! Yang tabah. Melupakan masa lalu memang tidak mudah. Tapi, cobalah melepaskan kenangan pahit itu secara perlahan,”potong Kakek Aji bijak. “Kek, ajari Shilvi shalat!” ujar Shilvi tiba-tiba.(Elhanan, 2013:159) Pada kutipan di atas tampak perilaku tak berkondisi yaitu saat Shilvi tiba-tiba meminta Kakek Aji untuk mengajarinya shalat. Stimulus tak berkondisi dari hal tersebut adalah kenangan pahit Shilvi di masa lalu. Kesesuaian Novel Merajut Rahmat Cinta Karya Hasyim Elhanan dengan Kriteria Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMA Kurikulum bahasa dan sastra Indonesia menjelaskan bahwa tujuan pengajaran sastra di Sekolah Menengah Atas pada dasarnya berusaha mendidik siswa dapat memahami dan mengapresiasikan karya sastra. Untuk memperoleh pengalaman dalam bidang sastra dapat dilakukan dengan cara mengapresiasi karya sastra melalui suatu bahan atau karya sastra yang sesuai dengan kurikulum, jenjang pendidikan, dan perkembangan siswa. Menurut Rahmanto (2005:27), ada tiga aspek penting yang tidak boleh diabaikan jika memilih bahan pengajaran aspek bahasa, jiwa atau psikologi, dan latar ## ANALISIS PSIKOLOGI SOSIAL DALAM NOVEL MERAJUT RAHMAT CINTA KARYA HASYIM ELHANAN SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SMA Firdha Rachmawati, Dede Irpan Nawawi belakang karya budaya siswa. Berikut penulis deskripsikan secara terperinci. ## 1) Aspek Bahasa Novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan ditinjau dari aspek bahasa merupakan novel yang memiliki gaya bahasa baik dan sopan, terbukti ketika Fatih berkomunikasi dengan temannya yaitu Nael, dalam kutipan berikut. “Ingatlah, yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketakwaannya,” tambahnya mantap. (Elhanan, 2013:10) Dari kutipan di atas terlihat bahwa bahasa yang digunakan tokoh Fatih untuk mengingatkan temannya, Nael sangat baik dan sopan. Dari percakapan tersebut menggambarkan sosok pemuda yang sopan, penuh aturan, dan religius, sehingga memudahkan pembaca untuk memahami isi dari novel tersebut. Sehingga, dari aspek bahasa, novel ini layak dinikmati dan digunakan sebagai bahan pembelajaran. ## 2) Aspek Psikologi Ditinjau dari aspek psikologi, novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan ini dapat dibaca mulai dari kalangan remaja, karena novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan ini di dalamnya menceritakan tentang kisah cinta remaja yang mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya. Kisah percintaan dalam novel ini terbungkus dengan nilai-nilai moral dan keimanan, sehingga sangat layak dibaca oleh para remaja agar senantiasa dapat mengikuti bahwa dalam setiap berprilaku harus dilandasi dengan nilai moral dan keimanan. ## 3) Aspek Latar Belakang Budaya Ditinjau dari aspek latar belakang budaya, novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan mengandung nilai budaya Islam. Dalam novel ini mengisahkan kehidupan anak pesantren. Terlihat dalam kutipan berikut. “Lantunan azan dari pengeras suara menemani perjalanan mereka menuju masjid pondok. Para santri mulai berhamburan menuju masjid. Sebagian telah berkerumun di tempat wudhu, bersiap menunaikan ibadah shalat Maghrib.” (Elhanan, 2013:10) Dari kutipan tersebut menunjukkan bahwa latar tempat dalam novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan menggunakan latar pondok pesantren. ## KESIMPULAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan di atas, maka novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan memperlihatkan adanya aspek-aspek psikologi sosial yaitu seperti perilaku menolong, rasa kagum, dan perilaku agresi. Perilaku-perilaku tersebut tertuang dalam perilaku-perilaku berkondisi maupun perilaku-perilaku tak berkondisi tokoh-tokohnya. Perilaku-perilaku berkondisi tersebut muncul disebabkan adanya stimulus yang berkondisi dari lingkungan sosial seperti teman dan lingkungan sekitar. Perlaku-perilaku tak berkondisi pun muncul karena adanya stimulus tak berkondisi dari hal-hal sosial di sekitar tokoh. Novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan memiliki kesesuaian dengan konsep pemelajaran sastra karena terdapat nilai-nilai edukatif, sehingga novel Merajut Rahmat Cinta karya Hasyim Elhanan dapat digunakan sebagai bahan pemelajaran apresiasi sastra di SMA. ## DAFTAR PUSTAKA Ahmadi. 2003. Pengantar Teori Kesusastraan . Bandung: Angkasa. Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial . Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik . Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Elhanan, Hasyim. 2013. Merajut Rahmat Cinta . Yogyakarta: Bunyan. Endraswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Psikologi Sastra . Yogyakarta: Media Pressindo. Hanurawan, Fattah. 2012. Psikologi Sosial Suatu Pengantar . Bandung: Remaja Rosdakarya. Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran . Jakarta: Rineka Cipta. Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro. 2012. Teori Pengkajian Fiksi .Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pradopo, Rahmat Djoko, dkk. 2001. Metode Penelitian . Yogyakarta: Hanindata. Rahman, Agus Abdul. 2013. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rahmanto. 1988. Metode Pengajaran Sastra . Yogyakarta: Kanisius. Sarlito. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-teori Psikologi Sosial . Jakarta: Balai Pustaka Sarumpaet. 2007. Sastra di Sekolah . Jurnal Susastra 3(5):34. Semi, Atar, M. 1989. Metode Penelitian Sastra . Bandung: Angkasa. Sugihastuti. 2005. Teori dan Apresiasi Sastra . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumardjo, Jakob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan . Jakarta: Pustaka Umum.
300135e5-1d74-435b-9a5a-595a597d201f
https://owner.polgan.ac.id/index.php/owner/article/download/845/462
Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 ## Dampak Aktifitas Merger Dan Akuisisi Kepada Biaya Hutang Pada Perusahaan Di Indonesia Media Kusumawardani 1* , Achmad Soediro 2 , Fardinant Adhitama 3 , Muhammad Farhan 4 , Desri Yanto 5 1234 Universitas Sriwijaya, 5 Politeknik Negeri Sriwijaya 1* [email protected] , 2 [email protected] , 3. [email protected] , 4 [email protected], 5 [email protected] *Penulis Korespondensi Diajukan : 16 April 2022 Disetujui : 24 Mei 2022 Dipublikasi : 1 Juli 2022 ## ABSTRACT The research is related to the cost of debt that occurs when companies carry out merger and acquisition activities in the 2010-2018 period. The independent variable of this research is the cost of debt, the dependent variable is the revaluation of assets, the addition of new assets, and the addition of new guarantees, while the control variables are firm size, leverage, ratio of assets. The purpose of this study was to determine the impact of changes in assets on mergers and acquisitions activities carried out by the company on the cost of debt. The objects of this research are companies listed on the Indonesia Stock Exchange 2010-2018 that carry out mergers and acquisitions. Data collection method, using purposive sampling method and resulted in 62 companies that meet the requirements for research. The type of data used is secondary data. Data were analyzed using multiple regression analysis with the help of Eviews10. In this study, the revaluation of assets, the addition of new assets, and the addition of new collateral do not have a significant effect on the cost of debt. The results of other studies show that among the three control variables, firm size, the ratio of assets does not have a significant effect, while leverage shows a positive effect on the cost of debt. Keywords: The Cost of Debt, Mergers, Acquisitions ## PENDAHULUAN Kegiatan merger dan akuisisi merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam aktivitas ekonomi yang masih menjadi isu yang menarik untuk dilakukan pembahasan yang mendalam. Merger dan akuisisi sudah menjadi hal yang umum di negara maju sedangkan untuk negara yang berkembang tetaplah menjadi kegiatan ekonomi yang juga dilakukan oleh beberapa perusahaan namun tidak seaktif negara maju. Lingkungan bisnis di Amerika dan negara-negara maju merupakan lingkungan yang paling dinamis dan bergejolak (Baker et al., 2009). Kegiatan marger dan akuisisi wajar dan sering dilakukan oleh negara maju karena lingkungan persaingan yang cukup kuat. Hal ini sesuai dengan Baker et al., (2009) menyatakan setiap hari, ada perusahaan baru dan produk baru yang memasuki dunia usaha dan ada yang harus keluar atau berubah secara substansial agar dapat bertahan. Sebagai negara yang berkembang, Indonesia memiliki kegiatan merger dan akuisisi sebagai aktivitas perusahaan yang mulai aktif dilakukan. Hal ini tercatat di Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 situs KPPU (komisi Pengawas Persaingan Usaha), sejak tahun 2010 kegiatan merger dan akuisisi mulai aktif dilakukan sebanyak 3 perusahaan, 2011 sebanyak 43 perusahaan, 2012 sebanyak 36 perusahaan, 2013 sebanyak 69 perusahaan dan tahun – tahun selanjutnya kegiatan merger dan akusisi masih aktif di lakukan oleh perusahaan perusahaan di Indonesia. Marger dan akuisisi merupakan bentuk kegiatan usaha dalam menggabungkan usahanya baik penggabungan dua atau lebih usaha menjadi satu kesatuan usaha yang baru ataupun penggabungan usaha dari sebuah usaha atau lebih yang menggabungkan diri dengan perusahaan lainnya. Salah satu alasan perusahaan melakukan merger atau akuisisi yaitu untuk mengembangkan atau perluasan usahanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan penelitian yang dilakukan Khan (2011) menjelaskan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bank memperoleh efesiensi dan keuntungan melalui kegiaan merger dan akuisisi. Kegiatan merger dan akuisisi juga memiliki dampak terhadap perusahan salah satunya kinerja perusahaan. Amatilah et al., (2021) menunjukkan bahwa total assets turn over, debt to equity , ratio, return on assets, return on equity, price to book value menunjukkkan berbedaan signifikan sebelum dan sesudah merger akuisisi sedangkan tidak ada perbedaan current ratio dan operating profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Kurniati & Asmirawati, (2022) menunjukkan bahwa adanya perbedaan pada rasio probabilitas. Edi & Rusadi, (2017) menunjukkan bahwa Return on Assets memiliki perngaruh signifikan sesudah merger Banyak penelitian yang membahas mengenai kegiatan merger dan akuisisi yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan. Beberapa hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak sepenuhnya kinerja perusahaan terpengaruh dari kegiatan merger dan akuisisi. Hasil penelitian ini didasari oleh penelitian Kurniati & Asmirawati, (2022) menunjukkan bahwa tidak berlaku pada rasio liquiditas, aktivitas, solvabilitas dan pasar. Edi & Rusadi, (2017) menunjukkan bahwa current ratio, quick ratio , debt equity ratio , return on net worth mengalami penurunan yang tidak signifikan sesudah merger. Amatilah et al., (2021) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan current ratio dan operating profit margin sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Kharisma & Triyonowati, (2021) menunjukkan bahwa merger dan akuisisi tidak memiliki dampak perubahan yang signifikan atas kinerja keuangan perusahaan dengan pengukuran debt to equity ratio, debt to assets, fixed change coverage, time interest earned ratio Isu merger dan akuisisi sudah lama dikaitkan dengan kinerja perusahaan dan banyak penelitian yang sudah menghasilkan pembuktian hal tersebut. Namun isu kegiatan merger dan akuisisi menjadi hal yang baru apabila dikaitkan dengan perubahan aset ataupun penilaian kembali (reorganisasi aset) yang terjadi setelah kegiatan merger dan akusisi berlangsung. Ketika terjadi merger dan akuisisi akan terjadi penambahan aset pada perusahaan yang mengakuisisi, atas kegiatan tersebut maka akan muncul dampak lain selain kinerja yang dapat diperdalam dan dibuktikan melalui penelitian. Salah satu dampak yang kemungkinan timbul setelah terjadinya penambahan aset atau reorganisasi aset adalah biaya hutang. Biaya hutang merupakan biaya yang timbul akibat hutang perusahaan. Salah satu biaya tersebut adalah biaya bunga yang timbul atas hutang perusahaan baik jangka pendek ataupun jangka panjang. Biaya hutang juga dapat dipengaruhi dengan jumlah hutang ataupun periode pembayaran hutang. Tang & Han (2018) menyatakan bahwa biaya hutang yang timbul dipengaruhi oleh besaran hutang yang dimiliki perusahaan, dimana biaya hutang merupakan bagian penting dari pembiayaan eksternal perusahaan. Secara logika semakin besar hutang maka semakin besar bunga hutang yang masih harus dibayarkan dan semakin lama periode hutang yang dibayar semakin besar pula bunga Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. hutang tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar bunga hutang maka semakin besar pula biaya untuk pembiayaan hutang itu sendiri. Menurut Tang & Han (2018), biaya hutang timbul dari hutang perusahaan dimasa lalu, dimana salah satu biaya yang mempengaruhinya adalah biaya bunga. Semakin lama hutang dibayarkan maka semakin besar biaya bunga yang harus ditanggung perusahanan, berakibat semakin besarnya biaya hutang yang ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan biaya hutang akan menjadi hal yang menarik jika disandingkan dengan prinsip ekonomi dimana prinsip ekonomi menurunkan biaya yang sekecil kecilnya untuk keuntungan yang sebesar besarnya. Asumsinya perusahaan juga ingin menekan biaya apabila ada kesempatan untuk melakukannya. Kesempatan tersebut muncul ketika terjadinya merger dan akuisisi. Marger dan akuisisi pada perusahaan akan meningkatkan aset, dimana peningkatan aset ini akan mengakibatkan besarnya jaminan yang bisa digunakan perusahaan untuk melakukan peminjaman bersyarat pemberian jaminan. Ketika perusahaan berani memberi jaminan yang besar maka kreditur dapat menurunkan resiko kekawatiran tidak terbayarnya hutang yang dipinjamkan sehingga kreditur menurunkan bunga pinjaman yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Duarte (2011) menjelaskan bahwa dibandingkan dengan peminjam dengan risiko gagal bayar yang tinggi, peminjam yang baik lebih cenderung memberikan jaminan sebagai sinyal untuk mendapatkan suku bunga yang lebih rendah. Maka dapat diasumsikan bahwa dengan kegiatan merger dan akusisi perusahaan akan memiliki aset yang lebih besar dan ketika aset lebih besar maka jaminan perusahaan akan lebih besar yang mengakibatkan turunnya biaya bunga. Penelitian biaya hutang yang dikaitkan dengan dampak kegiatan merger dan akusisi sudah dilakukan oleh penelitian sebelumnya yaitu Tang and Han (2018). Tang & Han (2018) menunjukkan bahwa reorganisasi aset dan penambahan aset baru secara signifikan memiliki pengaruh negatif terhadap biaya hutang, sedangkan untuk penambahan jaminan baru tidak memiliki pengaruh terhadap biaya hutang. Penelitian lain yang mendukung adalah Chen & Wu, (2021) menemukan bukti kuat bahwa perusahaan dengan perjanjian utang yang ada lebih mungkin untuk terlibat dalam akuisisi asset dibandingkan dengan akuisisi ekuitas. Namun tingkat kepercaan atas biaya bunga dan sudut pandang biaya bunga dapat berbeda beda di sebuah negara. Hal ini dijelaskan oleh penelitian Meng & Yin, (2019) yang menguji pada 22 negara dalam 20 tahun menunjukkan hasil bahwa perusahaan di negara dengan tingkat sosial yang lebih tinggi kepercayaan menghadapi biaya utang yang lebih rendah. Maka sudut pandang penetapan biaya hutang bisa dipengaruhi dari beberapa faktor termasuk lingkungan dan psikologis masyarakat. Jadi hasil mengenai dampak merger dan akuisisi yang bisa mempengaruhi asset perusahaan belum tentu memiliki pengaruh yang sama pada biaya hutang di negara satu dengan negara yang lain. Biaya hutang juga beberapa kali menjadi topik yang relevan pada penelitian sebelumnya. Seperti Luo et al., (2019) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kualitas pengungkapan informasi lingkungan perusahaan berpengaruh negatif terhadap biaya hutang. Namun penelitian biaya hutang atas dasar dampak dari kegiatan merger dan akuisisi masih sedikit. Penelitian merger dan akuisisi di Indonesia sebagai negara berkembang dengan aktifitas merger dan akusisi tidak seaktif negara maju menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Apakah kegiatan merger dan akuisisi yang berdampak pada reorganisasi aset yang dilakukan di Indonesia dengan kondisi ekonomi dan persaingan usaha yang berbeda akan memiliki pengaruh pada biaya hutang? Kondisi ini menjadikan suatu keadaan yang menarik untuk dicarikan sebuah jawaban melalui penelitian. Maka dari itu, untuk menambah Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 keanekaragaman dalam bidang penelitian, penelitian ini dibuat untuk mencari jawaban mengenai kegiatan merger dan akusisi yang berdampak pada penilaian aset kembali atau reorganisasi aset terhadap biaya hutang pada perusahaan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi di Indonesia. Perusahaan perusahaan yang melakukan merger dan akusisi adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama kurun waktu delapan tahun. Hasil dari penelitian ini akan menjadi gambaran kondisi biaya hutang pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi pada Bursa Efek Indonesia dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah penilaian kembali aset, penambahan pada aset baru perusahaan, penambahan jaminan perusahaan pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi memiliki pengaruh negatif terhadap biaya hutang. ## STUDI LITERATUR ## Biaya Hutang Hutang dapat diperoleh melalui kreditor baik dibawah lembaga legal maupun illegal. Hutang menimbulkan biaya yang dapat berupa bunga. Besar kecilnya bunga berdasarkan lama pinjaman, besar pinjaman, besar angsuran ataupun ketententuan dari pemberi pinjaman. Hutang juga memiliki fungsi yaitu untuk memberikan tambahan modal guna meningkatkan kinerja perusahaan. Sehingga dapat diartikan bahwa hutang memiliki fungsi dan memiliki manfaat namun juga memberikan biaya untuk mendapatkan manfaat tersebut. Utami (2021) menjelaskan bahwa biaya hutang adalah tingkat yang harus diterima dari investasi untuk mencapai tingkat hasil yang diminta oleh kreditur atau dengan kata lain adalah tingkat pengembalian yang dibutuhkan oleh kreditur ketika mendanai suatu perusahaan. Santosa & Kurniawan, (2016) Cost of debt atau biaya hutang merupakan biaya yang ditanggung perusahaan ditetapkan oleh kreditor berdasarkan cara manajemen mengelola perusahaan. Ruslim & Muspyta (2021) Cost of Debt mengacu pada biaya hutang yang dikeluarkan oleh perusahaan karena hutang jangka panjang dan jangka pendek. Biaya hutang dapat dilihat langsung dari tingkat bunga yang dibebankan pada utang perusahaan secara keseluruhan. ## Aset Menurut PSAK 16, aset merupakan semua kekayaan yang dimiliki oleh seseorang atau perusahaan, baik berwujud maupun tidak berwujud yang berharga atau bernilai yang akan mendatangkan manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No 16. Aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dengan kondisi siap pakai maupun dibangun terlebih dahulu dan dipakai dalam aktivitas operasi perusahaan, tidak ditujukan dijual kembali dalam rangka aktivitas normal perusahaan serta memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu tahun buku (lebih dari satu periode). Sedangkan menurut Baridwan (2012) asset merupakan sumber daya ekonomi yang dimiliki entitas yang akan mendatangkan manfaat dimasa yang akan datang. Menurut Supriyati (2016), Aset tetap dibagi atas dua kelompok yaitu Aset Berwujud (Tangible Asset) dan Aset Tidak Berwujud (Intangible Aset). Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. ## Kuasi Reorganisasi dengan Penilaian kembali aset Prosedur akuntansi untuk merestrukturisasi modal dengan mengeliminasi saldo laba negatif disebut sebagai Kuasi Reorganisasi (Berdasarkan keputusan ketua badan pengawas pasar modal dan lembaga keuangan No: Kep-718/BL/2012). Sedangkan perusahaan harus memiliki syarat untuk melakukan kuasi reorganisasi: 1. Memenuhi ketentuan peraturan UU dan SAK (Standar Akuntansi Keuangan); 2. Adanya saldo laba negatif yang material selama 3 (tiga) tahun terakhir dengan kriteria a. 60 % dari modal disetor; b. 10 kali dari rata-rata dari laba tahun berjalan selama 3 (tiga) tahun terakhir; dan 3. Memiliki prospek baik, dibuktikan dengan adanya laba usaha atau laba operasional, dan laba tahun selama 3 (tiga) tahun terakhir secara berturut-turut. Kuasi reorganisasi yang telah dijelaskan diatas merupakan tindakan akuntansi untuk menghapus saldo laba minus yang tercantum pada ekuitas/modal yang disebabkan oleh buruknya kinerja perusahaan. Caranya dengan menilai kembali asset-aset yang dimiliki perusahaan dengan menggunakan patokan nilai wajar atau nilai pasar atau nilai lainnya yang tersedia, plus menambahkan modal disetor jika perlu. Revaluasi Aset adalah penilaian kembali aset tetap perusahaan, yang diakibatkan adanya kenaikan nilai aset tetap tersebut di pasaran atau karena rendahnya nilai aset tetap dalam laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi atau sebab lain (Martani, 2017). ## HIPOTESIS Marger dan akuisisi mengakibatkan perubahan baik harta, modal maupun kewajiban. Marger dan akusisi pada perusahaan akan meningkatkan aset, dimana peningkatan aset ini akan mengakibatkan besarnya jaminan yang bisa digunakan perusahaan untuk melakukan peminjaman bersyarat pemberian jaminan. Ketika perusahaan berani memberi jaminan yang besar maka kreditur dapat menurunkan resiko kekawatiran tidak terbayarnya hutang yang dipinjamkan sehingga kreditur menurunkan bunga pinjaman yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Duarte, 2011)menjelaskan bahwa dibandingkan dengan peminjam dengan risiko gagal bayar yang tinggi, peminjam yang baik lebih cenderung memberikan jaminan sebagai sinyal untuk mendapatkan suku bunga yang lebih rendah . Maka dapat diasumsikan bahwa dengan kegiatan merger dan akusisi perusahaan akan memiliki aset yang lebih besar dan ketika aset lebih besar maka jaminan perusahaan akan lebih besar yang mengakibatkan turunnya biaya bunga. Hal ini didukung dengan hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan bahwa penilaian kembali asset dan penambahan asset baru memiliki pengaruh terhadap biaya hutang (Tang & Han, 2018). Hasil penelitian ini didasari atas pengujian hipotesis sebagai berikut: H1: Penilaian kembali aset pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi memiliki pengaruh negatif terhadap biaya hutang. H2 : Penambahan pada aset baru perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi memiliki pengaruh negatif terhadap biaya hutang. H3: Penambahan jaminan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi memiliki pengaruh negattif terhadap biaya hutang. Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 ## METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data keuangan yang diambil dari laporan keuangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi (population) adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal minat yang ingin diinvestigasi oleh peneliti (Sekaran & Bougie, 2017) .Sedangkan populasi pada penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2018. Pengambilan sampel yang dilakukan dengan pendekatan purposive sampling dimana pengambilan sampel disesuaikan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Aktivitas perusahaan yang terdata telah melakukan merger atau akuisisi antara tahun 2010-2018 di KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). 2. Perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tabel 1. Sampel Penelitian No Kriteria Pengambilan Sampel Jumlah 1. Aktivitas perusahaan yang terdata telah melakukan merger atau akuisisi antara tahun 2010-2018 di KPPU (Komisi Pengawas Persaingan Usaha). 486 2. Perusahaan yang melakukan merger atau akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 64 3. Data Perusahaan yang tidak lengkap (2) Sampel Penelitian 62 Catatan : data diolah pada tahun 2022 Pengolahan data pada penelitian ini mengunakan Eviews10. Sebelum melakukan pengujian regresi dengan menggunakan Eviews10, data terlebih dahulu diuji melalui pengujian klasik yang terdiri atas uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Menurut Ghozali & Ratmono (2017)terdapat dua cara mendeteksi apakah residual memiliki distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Ghozali, (2018) menyatakan bahwa uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2018). Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1(sebelumnya) (Ghozali, 2018) Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan model regresi dirumuskan dalam penelitian ini adalah: BH :  +b1PAK+b2PAB+b3PJB+b4SIZE+b5LEV+b6ROA+e Keterangan: BH : Biaya Hutang, Biaya bunga dibagi total hutang setelah perusahaan melakukan marger dan akuisisi PAK : Penilaian Aset Kembali, Nilai 1 jika perusahaan melakukan Pengambilalihan >50%, sedangkan 0 jika pengambilalihan <50% Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. PAB : Penambahan Aset Baru, Jumlah Selisih Aset setelah dan sebelum Perusahaan melakukan merger dan akusisi dibagi jumlah Aset sebelum merger dan akuisisi PJB : Penambahan Jaminan Baru, Jumlah Selisih Aset Tetap setelah dan sebelum Perusahaan melakukan merger dan akuisisi dibagi jumlah Aset Tetap sebelum merger dan akuisisi SIZE : Ukuran perusahaan, Logaritma total aktiva perusahaan LEV : Leverage, Proporsi total kewajiban terhadap total Aset ROA : Rasio Of Asset, Laba Bersih dibagi Total Aset a : Konstanta b1,b2,b3,b4,b5,b6 : Koefisiensi variabel bebas e : error ## HASIL Penelitian ini menggunakan sampel 62 perushaan. Perusahaan yang dimaksut adalah perusahaan yang melakukan kegiatan merger dan akuisi serta terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian diuji dengan menggunkan Eviews10. ## Uji Asumsi Klasik Data sampel sudah melawati lolos uji klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Berikut hasil pengolahan data dari pengujian uji asumsi klasik yang menunjukkan bahwa sampel data penelitian siap untuk diolah. Tabel 2 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji Autokorelasi Uji Heterokedastisitas Uji Multikolinieritas Probabilitas probabilitas Chi- square probabilitas Chi- square Variabel VIF 0.213308 0.5070 0.5220 1.043026 1.080314 1.080333 1.179469 1.234021 1.076681 data diolah pada tahun 2022 Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 Tabel 2 pada kolom Uji Normalitas menunjukkan nilai signifikan > 0,05 yaitu 0.213308 maka dapat diartikan bahwa data yang dipakai dalam penelitian ini berdistribusi normal. Pada kolom Uji Autokorelasi Obs*R-squared mempunyai nilai probabilitas Chi-square yang tidak signifikan (> 0,05) yaitu 0.5070 maka dapat diartikan bahwa data tidak terindikasi autokorelasi atau tidak ada kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t- 1(sebelumnya). Pada kolom Uji Heterokedastisitas Obs*R-squared mempunyai nilai probabilitas Chi-square yang signifikan (> 0,05) yaitu 0.5220 maka dapat diartikan bahwa data penelitian tidak terindikasi heteroskedastisitas. Sedangkan pada kolom Uji Multikolinieritas PAK (Penilaian Aset Kembali) bernilai 1.043026, PAB (Penambahan Aset Baru) bernilai 1.080314, PJB (Penambahan Jaminan Baru) bernilai 1.080333, Size (Ukuran Perusahaan) bernilai 1.179469, Lev (leverage)bernilai 1.234021 dan ROA (Rasio of Asset) bernilai 1.076681 lebih kecil dari nilai 10. Nilai VIF < 10 mengartikan bahwa data dari penelitian ini terbebas dari multikolonieritas. ## Uji Hasil Regresi Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis terkait variabel independen dan denpenden serta pengujian mengenai variabel control terhadap variabel dependen. Tabel 2. Hasil Uji Statistik Variable Coefficient Std.Error t-Statistic Prob. C PAK PAB PJB SIZE LEV ROA 0.057635 -0.000378 -0.017640 0.001846 0.000300 0.014493 -0.010127 0.093903 0.009284 0.012186 0.004098 0.000614 0.004626 0.093205 0.613774 -0.040722 -1.447567 0.450440 0.488076 3.133082 -0.108652 0.5419 0.9677 0.1534 0.6542 0.6274 0.0028 0.9139 R-Squered 0.194231 0.106329 0.019491 0.020895 159.8829 2.209629 0.055666 Mean dependent Var S.D dependen Var Akaike Info Criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter Durbin-Watson Stat 0.025423 0.020618 -4.931707 -4.691547 -4.837414 2.111467 Adjusted R-Squared S.E. of Regression Sum Squared Resid Log Likehood F-Statistic Prob (F-statistic) Catatan : tingkat signifikansi 5%, data diolah pada tahun 2022 Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada Tabel.2 (Hasil Uji Statistik) menunjukkan bahwa persamaan regresi yang didapat adalah sebagai berikut: BH : 0,057635 – 0,000378 PAK – 0.017640 PAB + 0.001846 PJB + 0.0000300 SIZE + 0.014493 LEV - 0,010127 ROA+e Sedangkan hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa semua hipotesis yang ada pada penelitian ini yaitu hipotesis satu, hipotesis dua dan hipotesis tiga ditolak. Hasil uji signifikansi-t Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. atau uji parsial untuk H1 (hipotesis satu) menunjukkan nilai signifikan sebesar 0.9677 lebih besar dari tingkat signifikan 0.05 sehingga hipotesis satu dinyatakan ditolak. Hal yang sama juga untuk pengujian hipotesis dua dan hipotesi tiga, hasil uji menunjukkan bahwa tingkat signifikansi uji t (uji parsial) lebih besar dari 0,05 yang diartikan hipotesis tersebut ditolak. Tingkat signifikansi-t untuk H2 diperoleh nilai sebesar 0.1534 dan tingkat signifikansi-t untuk H3 diperoleh nilai 0,6542. Berbeda dengan pengujian variabel dependen yang semua hipotesisnya ditolak, pada pengujian variabel kontrol ( ukuran perusahaan, leverage , rasio of asset ), variabel kontrol leverage menunjukkan adanya pengaruh terhadap biaya hutang. Sedangkan untuk ukuran perusahaan dan rasio of aset tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap biaya hutang. Pengujian variabel kontrol leverage menunjukkan bahwa tingkat signifikansi kurang dari 0,05 (0,0028) dengan arah coefficient positif sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran leverage berpengaruh positif signifikan terhadap biaya hutang. Hasil koefisiensi determinasi pada hasil regresi menunjukkan nilai sebesar 0.106329 atau 10.6329 % yang dapat diartikan bahwa besarnya pengaruh pada semua variabel pada model regresi pada penelitian ini adalah sebesar 10, 6329% dan sisanya 89,3671% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. ## PEMBAHASAN Hipotesis satu (H1) yang menyatakan penilaian kembali aset pada perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi memiliki pengaruh negatif terhadap biaya hutang pada penelitian ini tidak terbukti. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penilian kembali aset pada biaya hutang tidak memilki pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Tang & Han (2018) yang membuktikan bahwa reorganisasi aset pada perusahaan pengakuisisi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap biaya hutang. Ketika kita membicarakan terkaid biaya hutang, yang perlu kita pahami adalah biaya yang timbul akibat dari hutang yang dimiliki perusahaan atau bunga hutang yang harus dibayar. Warsono (2011), menjelaskan bahwa biaya bunga terbagi menjadi dua, pertama biaya hutang yang berasal dari pinjaman merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, kedua biaya hutang dengan menerbitkan obligasi merupakan tingkat pengembalian hasil yang diinginkan ( required of return ) yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam mencari nilai obligasi. Sedangkan pada penelitian ini lebih berfokus pada biaya hutang pada pinjaman atau hutang yang dimiliki perusahaan. Perlu diketahui bahwa pengukuran penilaian kembali aset pada penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian (Tang & Han, 2018). Tang & Han (2018) mengukur penilaian kembali aset atau reorganisasi aset dimana nilai satu (1) apabila memenuhi salah satu syarat dan nilai nol (0) apabila tidak memenuhi salah satu syarat. Syarat tersebut adalah pertama: total aset dibeli oleh akun pengakuisisi lebih dari 50% dari total aset akhir tahun laporan keuangan, kedua: pendapatan penjualan dari aset yang dibeli oleh pengakuisisi dalam tahun fiskal terbaru menyumbang lebih dari 50% dari pendapatan penjualan, ketiga : aset bersih yang dibeli oleh akun pihak pengakuisisi lebih dari 50% aset bersih akhir tahun dari laporan keuangan dengan nilai aset bersih yang dibeli lebih banyak dari 50 juta RMB. Perbedaan pengukuran penilaian aset kembali atau reorganisasi aset pada penelitian ini adalah penelitian ini menetapkan nilai satu (1) jika perusahaan melakukan pengambilalihan aset >50%, sedangkan nol (0) jika pengambilalihan aset <50%. Hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa penambahan pada aset baru perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi memiliki pengaruh negatif terhadap biaya hutang tidak Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 terbukti signifikan berpengaruh. Ketika hipotesis kedua (H2) ditolak maka dapat diartikan bahwa penambahan aset yang diakibatkan kegiatan merger dan akuisisi tidak mengubah adanya biaya hutang atau bunga yang timbul akibat hutang. Bertambah atau tidaknya aset tidak menjamin kreditor memberikan bunga yang lebih rendah. Duarte et al., (2016) menjelaskan bahwa dibandingkan dengan peminjam dengan risiko gagal bayar yang tinggi, peminjam yang baik lebih cenderung memberikan jaminan sebagai sinyal untuk mendapatkan suku bunga yang lebih rendah. Maka dapat diasumsikan bahwa dengan kegiatan merger dan akusisi perusahaan akan memiliki aset yang lebih besar dan ketika aset lebih besar maka jaminan perusahaan akan lebih besar yang mengakibatkan turunnya biaya bunga. Namun pada penelitian ini, asumsi terkaid aset yang lebih besar dan mencerminkan jaminan yang besar akan memdapatkan suku bunga yang rendah tidak terbukti. Hal ini bertentangan dengan penelitian Tang & Han (2018) yang menunjukkan bahwa penambahan aset baru memiliki pengaruh negatif terhadap biaya bunga. Hipotesis ketiga (H3) menyatakan bahwa penambahan jaminan perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi memiliki pengaruh negattif terhadap biaya hutang. Hipotesis ini berfokus pada jaminan yang berupa aset tetap. Namun hipotesi ketiga (H3) ditolak atau tidak diterima pada penelitian ini. Hal dapat disimpulkan bahwa penmabahan aset tetap yang bisa dijadikan jaminan pada saat perusahaan memiliki hutang tidak menurunkan bunga atas pinjaman yang telah dilakukan. Hal ini sesuai dengan penelitian Tang and Han (2018) yang menunjukkan bahwa penambahan jaminan perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap biaya bunga. Hasil pengujian hipotesis penelitian ini menjelaskan bahwa variabel independen penilaian aset kembai dan variabel independen penambahan aset baru tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa kedua variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap biaya hutang sedangkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan. Sedangkan untuk variabel penambahan jaminan baru sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang membuktikan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap biaya hutang. Variabel kontrol menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan dan return of asset terhadap biaya hutang. Sedangkan leverage pada penelitian ini menunjukkan pengaruh positif signifikan terhadap biaya hutang. Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat leverage maka semakin tinggi biaya hutang yang ditannggung oleh perusahaan. Hal ini sesuai dengan penelitian Tang & Han (2018) yang juga menunjukkan bahwa variabel kontrol leverage memiliki pengaruh positif terhadap biaya hutang. Leverage pada penelitian ini merupakan pembagian antara total kewajiban dengan total aktiva yang menjalaskan kemampuan aset untuk dijadikan jaminan dalam membayar kewajiban. Pada dasarnya penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh atas kegiatan merger dan akusisi yang berdampak pada penambahan aset atau reorganisasi aset atas biaya hutang perusahaan di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa merger dan akuisisi tidak mengubah keputusan kreditor dalam penetapan bunga pinjaman. Sehingga kegiatan merger dan akuisisi di indonesia belum berdampak besar, kerena aktifitas merger dan akusisi pada perusahaan go publik masih sangat sedikit. Hal ini dilihat dari data sampel yang menunjukkan bahwa dari dari tahun 2010 sampai 2018 (delapan tahun) perusahaan yang tercatat melakukan kegiatan merger dan akuisisi di Bursa Efek Indonesia sebanyak 64. Sedangkan jumlah perusahan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia berdasar situs Bursa Efek Indonesia pada tahun 2019 adalah 656 perusahaan. Berdasarkan data tersebut, berarti dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. terdaftar di Bursa Efek Indonesia masih sangat sedikit yang melakukan kegiatan merger dan akuisisi. Selain itu penetapan biaya hutang yang diberikan kreditur terhadap perusahaan bukan berarti dapat dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan melakukan merger ataupun akuisisi. Namun tindakan yang diberikan oleh kreditur atas pengurangan biaya hutang dipengaruhi oleh faktor faktor lainnya. Salah satu faktornya adalah kondisi negara. Negara satu dengan negara lain memiliki keputusan biaya hutang dengan tingkat kepercayaan yang berbeda beda. Hal ini tercermin pada penelitian Meng & Yin, (2019) adanya perbedaan mengenai tingkat kepercayaan biaya bunga pada beberapa negara. ## KESIMPULAN Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa hipotesis penelitian ditolak. Hasil pengelohan data yang dilakukan melalui pengujian parsial menunjukkan bahwa variabel independen yang terdiri atas penilaian aset kembali, penambahan aset baru, dan penambahan jaminan baru, semuanya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap biaya hutang. Hal yang sama pada pengujian simultan yang menunjukkan tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap biaya hutang. Namun berbeda hasil dengan variabel kontrol, hasil pengujian menunjukkan bahwa satu diantara tiga variabel kontrol yaitu leverage berpengaruh positif secara signifikan terhadap biaya hutang. Sedangkan dua variabel kontrol lainnya yaitu ukuran perusahaan dan rasio of asset tidak memiliki pengaruh secara signifikan. Keterbatasan penelitian ini adalah memiliki sampel yang sedikit yang dikarenakan penetapan salah satu kriteria yang mengambil sampel perusahaan melakukan marger atau akuisisi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, variabel independen yang sedikit dengan pengukuran yang sederhana berdasarkan penelitian Tang & Han (2018). Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, saran peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah perbanyak sampel dengan tidak membatasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia saja, namun juga mengikutsertakan perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain itu diharapkan untuk peneliti selanjutnya adalah menambah variabel independen yang sudah ada di penelitian ini dan memvariasi pengukuran variabel yang telah digunakan dengan menggunakan metode lain untuk mengukur variabel independen seperti Penilaian Aset Kembali. Terima kasih kepada Universitas Sriwijaya atas dukungan dan kepercayaannya sehingga kegiatan penelitian dapat dilaksanakan dengan sangat baik. ## REFERENSI Amatilah, F. F., Syarief, M. E., & Laksana, B. (2021). Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi pada Perusahaan Non-Bank yang Tercatat di BEI Periode 2015. Indonesian Journal of Economics and Management , 1 (2), 375–385. Baker, Lembke, R. E., King, V. C., & E, T. (2009). Advanced Financial Accounting . Baridwan, Z. (2012). Intermediate Accounting . BPFE. Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 Chen, C., & Wu, X. (2021). Winning megadeals: The dual role of acquirer advisors in loan- financed mergers and acquisitions. Journal of Corporate Finance , 69 (October 2020), 102034. https://doi.org/10.1016/j.jcorpfin.2021.102034 Duarte, F. D. (2011). The Role of Collateral and Relationship Lending in Loan Pricing of Small Firms: Evidence from United Kingdom SMEs. SSRN Electronic Journal . https://doi.org/10.2139/ssrn.1927367 Duarte, F., G., M., Paula, A., & Esperanc , a, J. P. (2016). The role of collateral in the credit acquisition process: evidence from SME lending. J. Business Finance & Account , 43 , 693– 728. Edi, E., & Rusadi, S. (2017). Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan Pasca Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei. Jurnal Benefita , 2 (3), 230. https://doi.org/10.22216/jbe.v2i3.1435 Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program IBM SPSS25 Edisi 9 (Badan Penerbit Universitas Diponegoro (ed.)). Ghozali, I., & Ratmono. (2017). Analisis Multivariat dan Ekonometrika Teori,Konsep dan Aplikasi dengan Eviews 10 . Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Khan, A. A. (2011). Merger and Acquisitions ( M & As ) in the Indian Banking Sector in Post iberalization R egime. Internastional Journal of Contemporary Business Studies , 2 , 31–45. Kharisma, F. M., & Triyonowati. (2021). Analisis Pengaruh Merger Dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen , 10 (5). Kurniati, M., & Asmirawati, A. (2022). EFEK MERGER DAN AKUISISI TERHADAP KINERJA . 3 (1), 72–84. Luo, W., Guo, X., Zhong, S., & Wang, J. (2019). Environmental information disclosure quality, media attention and debt financing costs: Evidence from Chinese heavy polluting listed companies. Journal of Cleaner Production , 231 , 268–277. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.05.237 Martani, D. (2017). Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK . Salemba Empat. Meng, Y., & Yin, C. (2019). Trust and the cost of debt financing. Journal of International Financial Markets, Institutions and Money , 59 (November), 58–73. https://doi.org/10.1016/j.intfin.2018.11.009 Ruslim, H., & Muspyta, R. (2021). The Effect of Profitability and Financial Leverage on Cost of Debt Moderated Earnings Management. Jurnal Ekonomi , 26 (1), 35. https://doi.org/10.24912/je.v26i1.716 Santosa, J. E., & Kurniawan, H. (2016). Analisis Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Cost of Owner: Riset & Jurnal Akuntansi e –ISSN : 2548-9224 | p–ISSN : 2548-7507 Volume 6 Nomor 3, Juni 2022 DOI : https://doi.org/10.33395/owner.v6i3.845 This is an Creative Commons License This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License. Debt. Modus , 28 (2), 137. Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian untuk Bisnis: Pendekatan Pengembangan- Keahlian, Edisi 6, Buku 1, Cetakan Kedua, . Salemba Empat. Supriyati. (2016). Audit Laporan Keuangan Usaha Kecil dan Menengah Berbasis. Akuntansi dan Perpajakan . CV Andi Offset. Tang, Q., & Han, H. (2018). Can material asset reorganizations affect acquirers ’ debt financing costs ? – Evidence from the Chinese Merger and Acquisition Market q. China Journal of Accounting Research , 11 (2), 71–90. https://doi.org/10.1016/j.cjar.2018.03.001 Utami, S. W. (2021). The Effect of Profitability and Leverage on Cost of Debt with Firm Size as a Moderating Variable. South East Asia Journal of Contemporary Business, Economics and Law , 24 (4), 35.
0a275b10-1d78-4fdd-92ee-5aae48fab91c
https://ojs.berajah.com/index.php/go/article/download/166/189
## Berajah Journal Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082 ## MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MATERI BIOTEKNOLOGI DENGAN MODEL PBL PADA SISWA KELAS XII MIPA 1 DI SMAN 3 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2022/2023 IMPROVING PROBLEM SOLVING ABILITY IN BIOLOGY LEARNING MATERIAL BIOTECHNOLOGY WITH PBL MODEL IN CLASS XII MIPA 1 STUDENTS AT SMAN 3 MATARAM SCHOOL YEAR 2022/2023 Rr. Faradilah Hendriana, S.Pd. SMAN 3 Mataram Email: [email protected] ## ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah peserta didik dapat memahami materi dengan benar dalam mata pelajaran Biologi. Berdasarkan hasil penelitian diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yang dapat dijadikan simpulan yaitu: 1) Skor rata-rata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Pada pada siklus I pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 60,92 (Tidak Tuntas), siklus I pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 70,80 (Tidak Tuntas), siklus II pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 79,32 (Tidak Tuntas), siklus II pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 89,92 (Tuntas), menunjukan peningkatan signifikan sebesar 20 poin. 2) Skor rata-rata aktivitas siswa yang kurang relevan dalam pembelajaran mengalami penurunan dari siklus I pertemuan 1 17% menjadi 0% pada siklus II pertemuan 2. Menunjukan keberhasilan motivasi guru dengan PBL. 3) Skor rata-rata hasil tes siswa, pada siklus I pertemuan 1 sebesar 64,17 dengan rata-rata persentase ketuntasan belajar 42%, siklus I pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 73,64 (Tidak Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 46%, siklus II pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 83,18 (Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 83%, siklus II pertemuan 2 memperoleh nilai rata- rata 92,73 (Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 100% menunjukan peningkatan signifikan sebesar 28,56 poin dan 58% untuk ketuntasan belajar. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah materi bioteknologi dalam pembelajaran siswa kelas XII MIPA 1 di SMAN 3 Mataram tahun pelajaran 2022/2023 Kata Kunci: implementasi, kemampuan biologi, PBL ## ABSTRACT This Classroom Action Research (CAR) is designed to examine the application of the “Problem Based Learning” learning model in improving students’ problem-solving abilities so that students can understand the material correctly in Biology subjects. Based on the results of the above research, there are several findings in this classroom action research that can be concluded, namely: 1) The average score of student activities relevant to learning has increased from cycle I to cycle II. In cycle I meet 1 obtained an average value of 60.92 (Not Complete), cycle I am meeting 2 obtained an average value of 70.80 (Not Complete), cycle II meeting 1 obtained an average value of 79.32 (Not Complete), cycle II meeting 2 obtained an average value of 89.92 (Complete), showing a significant increase of 20 points. 2) The average score of student activities that are less relevant in learning has decreased from cycle I meet 1 by 17% to 0% in cycle II meeting 2. Showing the success of teacher motivation with PBL. 3) The average score of student test results, in cycle I meeting 1 was 64.17 with an average percentage of learning completeness of 42%, cycle I meeting 2 obtained an average value of 73.64 (Not Complete) with an average student learning completeness rate of 46%, cycle II meeting 1 obtained an average value of 83.18 (Complete) with an average student learning completeness rate of 83%, cycle II meeting 2 obtained an average value of92.73 (Complete) with an average student learning completeness rate of 100%, showing a significant increase of 28.56 points and 58% for learning completeness. Based on this research, it can be concluded that the problem-based learning model can improve students’ ability to solve biotechnology material problems in XII MIPA 1 grade biology learning at SMAN 3 Mataram school year 2022/2023. ## Keywords: implementation, biological abilities, PBL ## PENDAHULUAN Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar Biologi siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan. Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa. Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Biologi. Dalam hal ini penulis memilih model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah peserta didik dapat memahami pelajaran Biologi. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka. Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah peserta didik dapat memahami materi dengan benar dalam mata pelajaran Biologi. Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan (reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach. Secara etimologis, kata “Biologi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu Bios yang artinya hidup, dan Logos yang artinya ilmu pengetahuan. Sehinggga arti biologi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan tentang kehidupan, termasuk hubungan antar mahluk hidup dan lingkungan hidupnya. Mengacu pada definisi biologi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa biologi adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai mahluk hidup secara rinci, baik itu manusia, hewan, tumbuhan, serta lingkungan hidupnya. ## Berajah Journal Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082 Pembelajaran model problem based learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide. Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, diaman siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bukan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas. ## METODE Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama-sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap, yakni: 1) perencanaan, 2) melakukan tindakan, 3) observasi, dan evaluasi. 4) Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran Biologi dengan pendekatan problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan diatas. Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil. Instrument yang dipakai berbentuk: 1) soal tes, 2) observasi, 3) catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan. Penelitian ini dilakukan di SMAN 3 Mataram pada siswa kelas XII MIPA 1, dengan jumlah siswa 36 orang, yang terdiri dari siswa memiliki latar belakang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran Biologi berlangsung. Penelitian direncanakan selama 3 (tiga) bulan dimulai pada bulan Januari sampai dengan Maret 2023 Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ”Pembelajaran berbasis masalah” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan atau berbeda pendapat tentang materi pelajaran. Belajar Biologi serasa lebih menyenangkan, meningkatkan motivasi atau minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat. Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap Biologi. Bila 70% siswa telah berhasil, melalui model problem based learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil. Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi pembelajaran dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut. Kriteria Nilai Penguasaan Materi No Nilai Kriteria 1 < 5,9 Kurang 2 6,0 - 7,50 Sedang 3 7,51 - 8,99 Baik 4 9,00 - 10 Baik Sekali Kriteria Aktivitas Siswa No Nilai Kriteria 1 < 50 Kurang 2 60 - 69 Sedang 3 70 - 89 Baik 4 90 - 100 Baik Sekali ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Siklus I Pertemuan 1 Pembelajaran Biologi dikelas XII MIPA 1 SMAN 3 Mataram ini dilakukan dalam siklus sebanyak empat putaran. Pada setiap siklus terdiri dari dua putaran pertemuan, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evaluasi pada akhir siklus. Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran per indikator ## Siklus 1 Pertemuan 1 Indikator yang diteliti: 1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 2. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok) 3. Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 4. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran 5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (Dalam kerja kelompok) 6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru). Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada putaran 1 diperoleh rata- rata sebesar 69,92. Menunjukan bahwa indikator siswa yang diteliti belum menunjukan hasil yang maksimal. Berikut adalah hasil tes siswa. Hasil Tes Siswa Skor S1 P1 Ket Rata-Rata 64,17 Tidak Tuntas % Ketuntasan 42% Tidak Tuntas Jml Tuntas 20 N Minimal 40 N Maksimal 80 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa mendapatkan rata-rata 64,17 (Tidak Tuntas) dan persentase ketuntasan siswa 42% (Tidak Tuntas). Nilai minimal diperoleh 40 dan nilai maksimal diperoleh 80. Selanjutnya data aktivitas siswa No Subjek Indikator Nomor 1 2 3 4 5 6 1 Rata-rata 70,45 70,45 66,82 72,27 71,36 68,18 2 Rata-rata Keseluruhan 69,92 ## Berajah Journal Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082 yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada tabel berikut. ## Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran Jml % Siswa 1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 5 21% 2 Mengobrol dengan teman 4 17% 3 Mengerjakan tugas lain 3 13% Rata - rata 4 17% Kekurangan Indikator No Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada putaran 1 diperoleh rata-rata 17% dari kelalaian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tentunya perlu motivasi lebih baik lagi pada pertemuan berikutnya. ## Siklus I Pertemuan 2 Pembelajaran Biologi dikelas XII MIPA 1 SMAN 3 Mataram putaran 2 ini diperoleh hasil observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini. ## Data Aktivitas Siswa Yang Relevan dengan Pembelajaran Per Indikator Indikator diteliti: 1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 2. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok) 3. Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 4. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran 5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (Dalam kerja kelompok) 6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru). Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa mendapatkan rata-rata 73,64 (Tidak Tuntas) dan persentase ketuntasan siswa 46% (Tidak Tuntas). Nilai minimal diperoleh 60 dan nilai maksimal diperoleh 90. Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada tabel berikut. ## Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran Jml % Siswa 1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 3 13% 2 Mengobrol dengan teman 2 8% 3 Mengerjakan tugas lain 2 8% Rata - rata 2 10% Kekurangan Indikator No Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada putaran 1 diperoleh rata-rata 10% dari kelalaian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tentunya perlu motivasi lebih baik lagi pada pertemuan berikutnya. ## Siklus II Pertemuan 1 Pembelajaran Biologi dikelas XII MIPA 1 SMAN 3 Mataram putaran 3 ini diperoleh hasil observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini. Data Aktivitas Siswa Yang Relevan dengan Pembelajaran Per Indikator. Adapun indikator diteliti: 1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 2. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok) No Subjek Indikator Nomor 1 2 3 4 5 6 1 Rata-rata 75,91 70,91 71,36 67,27 70,45 69,09 2 Rata-rata Keseluruhan 70,83 3. Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 4. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran 5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (Dalam kerja kelompok) 6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru). Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada putaran 3 diperoleh rata- rata sebesar 79,32 masih kurang dari KKM penelitian yaitu 80,00. Menunjukan bahwa indikator siswa yang diteliti belum menunjukan hasil yang maksimal. Berikut adalah hasil tes siswa. Hasil Tes Siswa Skor S1 P1 Ket Rata-Rata 83,18 Tuntas % Ketuntasan 83% Tuntas Jml Tuntas 40 N Minimal 70 N Maksimal 90 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa mendapatkan rata-rata 83,18 (Tuntas KKM) dan persentase ketuntasan siswa 83% (Tuntas) dengan jumlah siswa tuntas belajar 40 orang dari 43 orang siswa. Nilai minimal diperoleh 70 dan nilai maksimal diperoleh 90 menunjukan peningkatan signifikan dari siklus I dan KKM tercapai. Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada tabel berikut. ## Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran Jml % Siswa 1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 1 4% 2 Mengobrol dengan teman 1 4% 3 Mengerjakan tugas lain 1 4% Rata - rata 1 4% Kekurangan Indikator No Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada putaran 3 diperoleh rata-rata 4% dari kelalaian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tentunya perlu motivasi lebih baik lagi pada pertemuan berikutnya. ## Siklus II Pertemuan 2 Pembelajaran Biologi dikelas XII MIPA 1 SMAN 3 Mataram putaran 4 ini diperoleh hasil observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini. Data Aktivitas Siswa Yang Relevan dengan Pembelajaran Per Indikator. Adapun indikator diteliti: 1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat 2. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok) 3. Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok 4. Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran 5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (Dalam kerja kelompok) 6. Partisipasi siswa dalam pembelajaran (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru). No Subjek Indikator Nomor 1 2 3 4 5 6 1 Rata-rata 80,45 75,45 84,09 78,64 79,09 78,18 2 Rata-rata Keseluruhan 79,32 No Subjek Indikator Nomor 1 2 3 4 5 6 1 Rata-rata 93,64 89,09 91,82 90,45 87,27 87,27 2 Rata-rata Keseluruhan 89,92 ## Berajah Journal Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada putaran 4 diperoleh rata- rata sebesar 89,92 melampaui dari KKM penelitian yaitu 80,00. Menunjukan bahwa indikator siswa yang diteliti sudah menunjukan hasil yang maksimal. Berikut adalah hasil tes siswa. Hasil Tes Siswa Skor S1 P1 Ket Rata-Rata 92,73 Tuntas % Ketuntasan 100% Tuntas Jml Tuntas 24 N Minimal 80 N Maksimal 100 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar siswa mendapatkan rata-rata 92,73 (Tuntas KKM) dan persentase ketuntasan siswa 100% (Tuntas) dengan jumlah siswa tuntas belajar 43 orang dari 43 orang siswa. Nilai minimal diperoleh 80 dan nilai maksimal diperoleh 100 menunjukan peningkatan signifikan dari putaran sebelumnya dan KKM tercapai. Selanjutnya data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada tabel berikut. ## Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran Jml % Siswa 1 Tidak memperhatikan penjelasan guru 0 0% 2 Mengobrol dengan teman 0 0% 3 Mengerjakan tugas lain 0 0% Rata - rata 0 0% Kekurangan Indikator No Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada putaran 4 sudah tidak ditemukan lagi, dari kelalaian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Tentunya motivasi guru sudah dapat diterima dengan baik. Siklus penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 4 kali putaran. Siswa dibagi menjadi enam kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang. Setiap anggota kelompok diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan dengan mengacu kepada Lembar Kerja Siswa (LKS). Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan tiap siklus terlihat para siswa sangat antusias dalam pembelajaran mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi. Dapat dijelaskan pada grafik berikut. ## Hasil Observasi Siswa Tiap Siklus Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 60,92 (Tidak Tuntas), siklus I pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 70,80 (Tidak Tuntas), siklus II pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 79,32 (Tidak Tuntas), siklus II pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 89,92 (Tuntas), menunjukan peningkatan signifikan sebesar 20 poin. Pemahaman siswa tentang masalah materi bioteknologi mengalami peningkatan dari tiap putaran dari siklus I ke siklus II, begitu juga prosentase ketuntasan belajar siswa meningkat signifikan seperti ditunjukan dalam tabel berikut. ## Hasil Tes Siswa Tiap Siklus Siklus I Pertemuan 1 Siklus I Pertemuan 2 Siklus II Pertemuan 1 Siklus II Pertemuan 2 Rata-Rata 64,17 73,64 83,18 92,73 % Ketuntasan 42% 46% 83% 100% Jml Tuntas 10 11 20 24 N Minimal 40 60 70 80 N Maksimal 80 90 90 100 Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa hasil tes siswa pada siklus I pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 64,17 (Tidak Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 42%, siklus I pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 73,64 (Tidak Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 46%, siklus II pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 83,18 (Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 83%, siklus II pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 92,73 (Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 100% menunjukan peningkatan signifikan sebesar 28,56 poin dan 58% untuk ketuntasan belajar. Melalui model problem based learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat sinergi karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menunjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model problem based learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn). Dalam metode learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap masalah dalam pembelajaran. Dalam model problem based learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca dari pada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan masalah dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori kedalam praktek, mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “Bagaimana”. ## Berajah Journal Jurnal Pembelajaran dan Pengembangan Diri ISSN (p): 2797-1805 | ISSN (e): 2797-1082 Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diatas prosentasi ketercapaian pada siklus pertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah materi bioteknologi dalam pembelajaran pada siswa kelas XII MIPA 1 di SMAN 3 Mataram tahun pelajaran 2022/2023 ## PENUTUP ## Simpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yang dapat dijadikan simpulan yaitu: Skor rata-rata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II. Pada pada siklus I pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 60,92 (Tidak Tuntas), siklus I pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 70,80 (Tidak Tuntas), siklus II pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 79,32 (Tidak Tuntas), siklus II pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 89,92 (Tuntas), menunjukan peningkatan signifikan sebesar 20 poin. Skor rata-rata aktivitas siswa yang kurang relevan dalam pembelajaran mengalami penurunan dari siklus I pertemuan 1 17% menjadi 0% pada siklus II pertemuan 2. Menunjukan keberhasilan motivasi guru dengan PBL. Skor rata-rata hasil tes siswa, pada siklus I pertemuan 1 sebesar 64,17 dengan rata-rata persentase ketuntasan belajar 42%, siklus I pertemuan 2 memperoleh nilai rata- rata 73,64 (Tidak Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 46%, siklus II pertemuan 1 memperoleh nilai rata-rata 83,18 (Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 83%, siklus II pertemuan 2 memperoleh nilai rata-rata 92,73 (Tuntas) dengan rata-rata ketuntasan belajar siswa 100% menunjukan peningkatan signifikan sebesar 28,56 poin dan 58% untuk ketuntasan belajar. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah materi bioteknologi dalam pembelajaran siswa kelas XII di SMAN 3 Mataram tahun pelajaran 2022/2023 ## Saran Berdasarkan temuan-temuan diatas, maka dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat diasarankan sebagai berikut. 1) Pembelajaran Biologi pada khususnya dapat menggunkan model problem based learning sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran di Sekolah. 2) Melalui pembelajaran model problem based learning, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modal siswa dalam setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat lebih efektif dapat melakukan kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan-perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya. 3) Bekerjalah hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari ini. Dengan demikian, maka kita termasuk orang-orang yang sukses. ## DAFTAR PUSTAKA Affan Gaffar, 2012, Biologi, Jogjakarta, Pustaka Pelajar. Alfian, 2020, Biologi, Jakarta, LP3ES. Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2016, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara. Asshiddiqie, Jimly, 2015, Biologi, Jogjakarta, FKIP Press. Budimansyah, Dasim, 2012, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT. Genesindo. Budiardjo, Prof. Miriam, 2015, Biologi, Jakarta, Gramedia. Depdiknas, 2016, Standar Kompetensi Kurikulum Biologi tahun 2016, Jakarta, Depdiknas. E Mulyana, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteistik Dan Implementasi (Bandung, Remaja Rosa Karya, 2013) Halaman 45. Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 2014, Biologi, Jakarta, Bina Aksara Hamida, H., Wiradendi Wolor, C. ., & Firdausi Rachmadania, R. . (2023). Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dan Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Smkn 3 Jakarta. Berajah Journal, 3(1), 97–106. https://doi.org/10.47353/bj.v3i1.200 Kaelan, MS, 2004, Biologi, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma. Lemhanas, 2011, Biologi raan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum. Magnis-Suseno, Franz, 200, Biologi, Jakarta, Gramedia. Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2013, Biologi, Jogjakarta, UII Press. Nadiroh, Profesionalisme Guru Biologi Sebagai Esensi Dari Social Studies, Dalam Jurnal Diamika Pendidikan (Jurnal Pasca Sarjana Unj) Volume 1, No.1, Sept. 2017, P. 1-2. Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, Jakarta, Bina Aksara, 2018, h. 2. Sudirman, D. . (2022). Implementasi Metode PjBL Melalui Penanaman Hidroponik Dapat Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Pertumbuhan Dan Perkembangan Tumbuhan Di Kelas XII.MIPA1 SMAN 1 CIGUGUR. Berajah Journal, 3(1), 7–18. https://doi.org/10.47353/bj.v3i1.190
2060b08c-9593-4399-ace2-ea9e7d8c066e
http://ejournal.sumselprov.go.id/pptk/article/download/283/208
## PENGARUH PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN AKSEPTOR KB PRIA TERHADAP PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI PRIA DI INDONESIA (ANALISIS SDKI 2012) Adhitya Mardhika Saputra 1 , Tatang A.M. Sariman 2 , Lili Erina 3 1, 2, 3 Pascasarjana Program Studi Kependudukan Universitas Sriwijaya Jl. Padang Selasa 534, Bukit Besar Palembang 30139, telepon/fax 0711-317202, 320310 Email : [email protected] Diterima :29/06/2014 Direvisi: 27/07/2014 Disetujui : 27/08/2014 Diterima :29/06/2014 Direvisi: 27/07/2014 Disetujui : 27/08/2014 Diterima :29/06/2014 Direvisi: 27/07/2014 Disetujui : 27/08/2014 ## ABSTRAK Peningkatan partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi merupakan bagian dari pelaksanaan hak-hak reproduksi dan kesehatan reproduksi. Namun, dalam 12 tahun terakhir ini tingkat kesertaan KB masih didominasi perempuan, sedangkan pada pria angka kesertaannya kurang dari lima persen, karena itu diperlukan rumusan yang tepat untuk meningkatkan kesertaan pria dalam Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi, salah satu caranya dengan memperdalam pemahaman faktor-faktor yang mendorong keikutsertaan pria menjadi akseptor Keluarga Berencana. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pendidikan dan pekerjaan akseptor KB pria terhadap pemilihan metode kontrasepsi di Indonesia, sehingga diharapkan sasaran program akan semakin tepat dengan mengetahui karakteristik pendidikan dan pekerjaan akseptor KB pria seperti apa yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang ataupun non-jangka panjang. Desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data dasar SDKI 2012 dengan sampel sebesar 395 responden pria dengan status sekali menikah dan menggunakan kontrasepsi. Penelitian menggunakan analisis bivariabel dengan uji chi-square dan dilanjutkan dengan regresi logistik dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menyatakan bahwa pendidikan merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi pria dalam pemilihan metode kontrasepsi dengan signifikansi 0.017. Rendahnya persentase partisipasi suami dalam Keluarga Berencana menunjukkan bahwa usaha untuk terus meningkatkan angka partisipasi suami menjadi akseptor Keluarga Berencana harus terus digalakkan. Kata Kunci : partisipasi suami, program keluarga berencana, akseptor THE EFFECT OF EDUCATION AND OCCUPATION MEN’S ACCEPTORS IN FAMILY PLANNING FOR THE SELECTION OF MEN’S CONTRACEPTIVE ## METHODS IN INDONESIA (IDHS 2012 ANALYSIS) ## ABSTRACT Increasing of men participation in family planning and reproductive health is part of the implementation of reproductive rights and reproductive health. But, in the last 12 years the family planning participation rate is still dominated by women, while in men its participation rate is less than five percent, because of that it’s necessary to takes the right formula for increasing male participation in family planning and reproductive health, one way is to deepen understanding of the factors that encourage the participation of men into family planning acceptors. This study aimed to explain the effect of education and occupation men’s acceptors in family planning for the selection of contraceptive methods in Indonesia, so that expected to will be more appropriate program goals by knowing what men’s education and employment chracteristics that choose long-term contraceptive methods and non- long-term. Cross sectional study using baseline data IDHS 2012 with a 395 respondents sample. Research using univariable and bivariate analysis with the Chi-square test. The results showed that the variables of education influence dominantly for men to select contraceptive methods with 0.017 significantly. The low percentage of husband 's participation in family planning shows that the effort to continue to improve enrollment husband became acceptors of family planning should continue to be encouraged . Keywords : husband’s participation, family planning, acceptors ## PENDAHULUAN Berdasarkan proyeksi penduduk yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2025, perkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung menurun, dimana pada tahun 1971- 1980 adalah 2,30 persen, tahun 1980- 1990 adalah 1,97 persen, tahun 1990- 2000 sebanyak 1,49 persen dan tahun 2000-2005 turun lagi menjadi 1,3 persen. Sementara itu, sejak tahun 2003 angka Total Fertility Rate (TFR) pada pasangan usia subur di Indonesia tidak menunjukkan trend menurun tetapi justru stagnan pada angka 2,6 per wanita usia subur dalam kurun waktu 10 tahun (2003-2012) 1 . Hal ini dapat dilihat sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1. Gambar 1. Tren Total Fertility Rate di Indonesia Sumber: BPS, SDKI 2012 Pemakaian kontrasepsi merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang secara langsung berpengaruh terhadap angka kelahiran (Freedman, 1975 (dalam Fimela, 2009) 2 ; Davis dan Blake, 1956) 3 . Adapun cara kontrasepsi yang termasuk di dalamnya adalah IUD, pil hormon, kondom, sterilisasi dan norplant. Berdasarkan hasil SDKI 2012, pola penggunaan kontrasepsi di Indonesia masih didominasi oleh metode kontrasepsi hormonal dan bersifat jangka pendek yang rentan mengalami putus di tengah jalan. Metode kontrasepsi suntikan cenderung mengalami peningkatan dari 27,8 persen (SDKI 2002/2003), 31,8 persen (SDKI 2007), menjadi 31,9 persen (SDKI 2012) 1 . Jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya (IUD, Pil, Kondom, dan Suntik), akseptor kontrasepsi Adhitya Mardhika Saputra, Tatang A.M.Sariman, dan Lili Erina : Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Akseptor KB Pria Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Pria di Indonesia (Analisis SDKI 2012) vasektomi jumlahnya relatif masih kecil. Kesimpulan ini didapatkan dari data- data yang tersedia. Padahal berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2009- 2014 telah ditetapkan bahwa peserta KB Pria sebesar 4,5%, sedangkan perkembangan partisipasi pria dalam KB khususnya dalam penggunaan kontrasepsi selama kurun waktu 15 tahun terakhir belum memperlihatkan kenaikan yang berarti, dapat terlihat berdasarkan hasil SDKI 2012 persentasenya hanya 2 % (1,8% akseptor kondom dan 0,2% akseptor vasektomi) 1 (tabel 1). Tabel 1. Angka prevalensi kontrasepsi 1997-2012 No Metode Tahun 1997 2002/2003 2007 2012 1 2 3 4 5 6 7 PIL IUD Suntik Kondom Implant MOW MOP 15,4 8,1 21,1 0,7 6 3 0,4 13,2 6,2 27,8 0,9 4,3 3,7 0,4 13,2 4,9 31,8 1,3 2,8 3 0,2 13,6 3,9 31,9 1,8 3,3 3,2 0,2 (Sumber : BPS, SDKI 2012) Hasil penelitian Kusumaningrum (2009) dalam Hartini (2011) 4 menyatakan bahwa adanya aksesibilitas laki-laki terhadap informasi mengenai KB yang rendah serta aksesibilitas laki- laki terhadap sarana pelayanan kontrasepsi rendah, mengakibatkan kesertaan laki-laki untuk menggunakan alat kontrasepsi sangat rendah. Rendahnya aksebilitas ini juga didukung oleh masih terfokusnya puskesmas pada pelayanan kesehatan untuk ibu dan anak saja, sehingga laki-laki merasa enggan untuk konsultasi dan mendapat pelayanan, demikian pula terbatasnya jumlah sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan laki- laki serta waktu buka sarana pelayanan tersebut. Hal yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Oppong (1984) 5 dalam penelitiannya di Ghana dan Nigeria mengenai rendahnya peran serta suami dalam penggunaan alat kontrasepsi, hal ini disebabkan karena laki-laki atau suami tidak banyak terlibat dalam program-program yang ada sehingga tingkat fertilitasnya cukup tinggi. Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2003) 6 selama ini laki-laki hanya menunjukkan sikap mendukung penggunaan alat kontrasepsi pada wanita, belum menunjukkan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak sebagai pengguna alat kontrasepsi tersebut. Sementara Miller (1992) dalam Sumini (2009) 7 menjelaskan bahwa peran serta suami dalam proses pengambilan keputusan pemakaian alat kontrasepsi lebih dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dijalani semenjak kanak- kanak. Penyebab rendahnya partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah adanya pandangan dalam program KB bahwa wanita merupakan klien utama karena wanita yang menjadi hamil, sehingga banyak metode kontrasepsi yang didesain untuk wanita, sedangkan metode kontrasepsi bagi pria sangat terbatas pengembangannya (Dreman dan Robey, 1998) 8 , belum lagi masih kuatnya pandangan tokoh masyarakat dan tokoh agama tentang pemakaian kontrasepsi laki-laki khususnya secara sosial budaya. Hal ini karena masyarakat masih menganggap tabu dan kurang mendukung jika laki- laki menggunakan alat kontrasepsi. Selain itu perilaku sebagian besar tokoh masyarakat dan suami yang belum bisa menerima KB bagi laki-laki. Rumor dan fakta lain tentang vasektomi sama dengan kebiri, dapat membuat pria impotensi, dapat menurunkan libido, membuat pria tidak bisa ejakulasi, tindakan operasi yang menyeramkan, pria/suami dapat dengan mudah untuk selingkuh, dan beberapa pria cemas terhadap prosedur pelaksanaan MOP ternyata turut berpengaruh terhadap rendahnya keikutsertaan pria dalam melakukan vasektomi 9 . Berdasarkan beberapa hasil temuan tentang rendahnya penggunaan kontrasepsi pria diatas penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih dalam tentang faktor apa yang paling dominan antara pendidikan dan pekerjaan dalam mempengaruhi keputusan pria dalam pemilihan pemakaian metode kontrasepsi, sehingga diharapkan sasaran program akan semakin tepat dengan mengetahui karakteristik pendidikan dan pekerjaan akseptor KB pria seperti apa yang memilih metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) ataupun non-MKJP. ## METODOLOGI ## Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan Adhitya Mardhika Saputra, Tatang A.M.Sariman, dan Lili Erina : Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Akseptor KB Pria Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Pria di Indonesia (Analisis SDKI 2012) pendekatan kuantitatif terhadap data dasar sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012. Penelitian menggunakan analisis bivariabel dengan uji chi-square dan regresi logistik, dengan tingkat kemaknaan sebesar α=0,05. ## Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mewawancarai sebanyak 43.852 rumah tangga, Angka tersebut dipilih dari 1.840 blok sensus, 874 blok sensus di daerah perkotaan dan 966 blok sensus di daerah perdesaan yang didapat dengan menggunakan sampling beberapa tahap ( multi stage stratified sampling ). ## Sampel Proses seleksi data dalam penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan, pertama memilih responden pria yang menggunakan kontrasepsi sehingga diperoleh data sebesar 430 orang, kedua memilih responden dengan status menikah sehingga menjadi 428 orang, ketiga memilih responden dengan status menikah satu kali sehingga menjadi 397 orang dan setelah melalui tahapan terakhir cross check antar variabel dihasilkan jumlah akhir sampel yang diteliti sebesar 395 orang. ## Lokasi Penelitian Survei Demografi dan Kesehatan (SDKI) tahun 2012 dilakukan di seluruh propinsi Indonesia selama kurun waktu 7 Mei sampai dengan 31 Juli 2012. ## HASIL ## Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan pilihan metode kontrasepsi, sebanyak 395 responden dibagi menjadi 2 kategori yaitu responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (Non-MKJP) dan responden yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pilihan Metode Kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jumlah Persen Non- MKJP 380 96.2 MKJP 15 3.8 Total 395 100.0 Sumber: diolah dari data SDKI 2012 Pada tabel 2. dapat diketahui bahwa responden yang tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (Non-MKJP) sebesar 96.2 persen dan responden yang menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) sebesar 3.8 persen. ## Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pembagian kategori variabel pendidikan didasarkan pada UU No. 20 tahun 2003, yaitu pendidikan dasar (0-6 tahun), pendidikan menengah (7-12 tahun), dan pendidikan tinggi (diatas 13 tahun) Tabel 3. ## Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Persen Dasar 69 17.5 Menengah 203 51.4 Tinggi 123 31.1 Total 395 100.0 Sumber: diolah dari data SDKI 2012 Dari tabel 2 terlihat bahwa dari 395 responden, sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan menengah dengan persentase 51.4 persen, pendidikan tinggi sebesar 31.1 persen, dan terendah pada tingkat pendidikan dasar yaitu sebesar 17.5 persen. ## Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Merupakan jenis pekerjaan responden yang dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu responden dengan jenis pekerjaan formal dan responden dengan jenis pekerjaan informal. Terdapat 3 status pekerjaan yang menjadi data di SDKI 2012 yaitu, berusaha sendiri, buruh/karyawan, dan pekerja keluarga. Menurut definisi pekerjaan formal dan informal dari Badan Pusat Statistik (BPS) pekerjaan formal mencakup kategori buruh/karyawan, sedangkan berusaha sendiri dan pekerja keluarga termasuk pekerjaan informa Adhitya Mardhika Saputra, Tatang A.M.Sariman, dan Lili Erina : Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Akseptor KB Pria Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Pria di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persen Informal 158 40 Formal 237 60 Total 395 100.0 Sumber: diolah dari data SDKI 2012 Dari tabel 4, terlihat bahwa responden dengan pendidikan rendah sedikit lebih banyak diatas responden dengan pendidikan tinggi, dengan perbedaan hanya sebesar 0,2 persen. ## Analisis Bivariat Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kemaknaan hubungan antara variabel dependen yaitu pilihan metode kontrasepsi dengan variabel independen yaitu pendidikan dan pekerjaan dengan menggunakan uji statistik chi-square dengan batas kemaknaan α=0,05, hal ini bila ρ- value ≤0,05 artinya ada hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen, tetapi jika ρ- value >0,05 artinya tidak ada hubungan bermakna antara variabel dependen dan independen. Hubungan antara karakteristik suami dengan keikutsertaan suami menjadi akseptor Keluarga Berencana dianalisis dengan metode tabulasi silang ( cross tab ). ## Hubungan antara pendidikan dengan pilihan metode kontrasepsi Hasil pengolahan data hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi menjadi akseptor Keluarga Berencana diperoleh tabulasi sebagai berikut: Tabel 5. Tabulasi silang antara pendidikan dengan pilihan metode kontrasepsi Pendidikan Metode Kontrasepsi P Value Non-MKJP MKJP Total n % n % N % Dasar 61 88.4 8 11.6 69 100 0,001 Menengah 198 97.5 5 2.5 3615 100 Tinggi 121 98.4 2 1.6 123 100 Jumlah 380 96.2 15 3.8 395 100 Contingency Coefficient 0.185, Approx Sig. 0.001 Sumber: diolah dari data SDKI 2012 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pilihan metode kontrasepsi diperoleh nilai uji statistik p- value =0,001 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pilihan metode kontrasepsi, hasil ini diperkuat dengan hasil signifikansi contingency coefficient sebesar 0,001 yang menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pilihan metode kontrasepsi. Berdasarkan data diatas responden yang berpendidikan tinggi cenderung menggunakan Non- MKJP dan responden berpendidikan dasar cenderung menggunakan MKJP. Temuan ini dapat diartikan pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung menginginkan banyak anak, hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan maka semakin terbuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, yang tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan maka pada kelompok tersebut berkurang kekhawatirannya untuk memiliki banyak anak hal ini menjadi sebaliknya pada kelompok dengan tingkat pendidikan rendah. ## Hubungan antara pekerjaan dengan pilihan metode kontrasepsi Hasil pengolahan data hubungan antara jenis pekerjaan dengan pilihan metode kontrasepsi diperoleh tabulasi sebagai berikut: Tabel 6. Tabulasi silang antara pekerjaan dengan pilihan metode kontrasepsi Pekerjaan Metode Kontrasepsi Total P Value Non- MKJP MKJP n % n % N % Informal 147 93.0 11 7.0 158 100 0,007 Formal 233 98.3 4 1.7 237 100 Jumlah 380 96.2 15 3.8 395 100 Contingency Coefficient 0.134, Approx Sig. 0.007 Sumber: diolah dari data SDKI 2012 Hasil analisis hubungan antara pekerjaan dengan pilihan metode kontrasepsi diperoleh nilai uji statistik p- value =0,007 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan pilihan metode kontrasepsi, hasil ini diperkuat dengan hasil signifikansi contingency coefficient Adhitya Mardhika Saputra, Tatang A.M.Sariman, dan Lili Erina : Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Akseptor KB Pria Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Pria di Indonesia (Analisis SDKI 2012) sebesar 0,007 yang menunjukkan ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pilihan metode kontrasepsi. Berdasarkan data diatas responden dengan jenis pekerjaan formal cenderung menggunakan Non-MKJP dan responden dengan jenis pekerjaan informal cenderung menggunakan MKJP. Temuan ini dapat diartikan pada kelompok responden dengan jenis pekerjaan formal cenderung menginginkan banyak anak, hal ini dikarenakan semakin baik pekerjaan yang dimiliki seseorang maka tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraannya, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan maka pada kelompok tersebut berkurang kekhawatirannya untuk memiliki banyak anak hal ini menjadi sebaliknya pada kelompok dengan jenis pekerjaan informal. ## Analisis Multivariat Penelitian ini menggunakan uji regresi logistik untuk menganalisis secara multivariate hubungan variabel bebas secara bersama-sama dengan variabel terikat. Analisis uji regresi logistik dengan metode enter, dengan tingkat kepercayaan 95 persen serta menggunakan perangkat software SPSS 16.0, dari Hasil uji regresi logistik akan diperoleh variabel bebas yang dapat menjadi prediktor dalam penggunaan metode kontrasepsi, sebagai berikut: Tabel 7. Hasil analisa regresi logistik Variabel p-value OR CI (95%) Pendidikan 0.017 0.349 0.148-0.826 Pekerjaan 0.071 0.332 0.100-1.099 Sumber: diolah dari data SDKI 2012 Analisis multivariat menunjukkan bahwa dari dua variabel bebas setelah dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik, variabel yang paling dominan dalam memberikan pengaruh terhadap penggunaan metode kontrasepsi pria adalah variabel pendidikan, diperoleh (p = 0.017) dengan nilai odds rasio atau OR = 0.349 daripada pekerjaan pria karena nilai CI 95% pada variabel pendidikan memiliki interval yang lebih sempit dibandingkan nilai yang dimiliki variabel pekerjaan. ## PEMBAHASAN Dari penelitian diketahui jika dilihat dari hasil uji chi-square ada hubungan antara pendidikan dan pekerjaan dengan pilihan penggunaan metode kontrasepsi pria. Jika dilihat dari pengaruhnya, variabel yang paling dominan mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pria adalah variabel pendidikan. ## Berdasarkan variabel pendidikan Terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan pilihan metode kontrasepsi yang ditunjukkan oleh nilai uji statistik p-value =0,001 dan hasil signifikansi contingency coefficient sebesar 0,001. Responden yang berpendidikan tinggi cenderung menggunakan Non-MKJP dan responden berpendidikan dasar cenderung menggunakan MKJP. Temuan ini diartikan pada kelompok responden dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung menginginkan banyak anak. Menurut Tarigan (2006) 10 semakin tinggi pendidikan maka semakin terbuka peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, yang tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraan, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan maka pada kelompok tersebut berkurang kekhawatirannya untuk memiliki banyak anak hal ini menjadi sebaliknya pada kelompok dengan tingkat pendidikan rendah. Pendidikan diyakini sangat berpengaruh terhadap kecakapan, tingkah laku dan sikap seseorang, dan hal ini semestinya terkait dengan tingkat pendapatan seseorang, artinya secara rata-rata makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin memungkinkan orang tersebut memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan analisis lanjut SDKI tahun 2007 yang menunjukkan hasil bahwa pendidikan berpengaruh negatif terhadap pemakaian vasektomi, yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah kesertaan Metode Operasi Pria (MOP) 11 . Rendahnya penggunaan kontrasepsi mantap pada tingkat pendidikan tinggi dapat dijelaskan oleh penelitian Purwoko (2000) 12 yang mengemukakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi, orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan dan juga lebih dapat Adhitya Mardhika Saputra, Tatang A.M.Sariman, dan Lili Erina : Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Akseptor KB Pria Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Pria di Indonesia (Analisis SDKI 2012) menyesuaikan diri terhadap perubahan- perubahan sosial, informasi-informasi tentang efek samping penggunaan kontrasepsi lebih cepat diserap oleh orang yang berpendidikan tinggi sehingga akan mempengaruhi mereka dalam pengambilan keputusan pada jenis kontrasepsi yang akan digunakan. ## Berdasarkan variabel pekerjaan Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pilihan metode kontrasepsi yang ditunjukkan oleh nilai uji statistik p-value =0,007 dan hasil signifikansi contingency coefficient sebesar 0,007. Responden dengan jenis pekerjaan formal cenderung menggunakan Non-MKJP dan responden dengan jenis pekerjaan informal cenderung menggunakan MKJP. Temuan ini dapat diartikan pada kelompok responden dengan jenis pekerjaan formal cenderung menginginkan banyak anak, hal ini dikarenakan semakin baik pekerjaan yang dimiliki seseorang maka tentunya akan berpengaruh pada tingkat kesejahteraannya, dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan maka pada kelompok tersebut berkurang kekhawatirannya untuk memiliki banyak anak hal ini menjadi sebaliknya pada kelompok dengan jenis pekerjaan informal. Hubungan signifikan antara jenis pekerjaan dengan penggunaan metode kontrasepsi pria diasumsikan bahwa pola penggunaan kontrasepsi dapat dibedakan oleh jenis pekerjaannya, pria dengan jenis pekerjaan formal lebih cenderung menggunakan kontrasepsi sederhana dibandingkan kontrasepsi mantap. Menurut Fransiscus (2013) 13 seseorang dengan pekerjaan formal lebih terjamin kesejahteraannya dibandingkan mereka yang bekerja pada sektor informal, sehingga mereka yang bekerja pada sektor formal tidak terlalu khawatir terhadap pertambahan jumlah anak, urusan kesehatan, pencegahan kecelakaan dan penyakit di sektor formal sudah lebih terkoordinasi dengan baik, adanya program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di perusahaan dan perkantoran pemerintah serta dijaminnya pelayanan kesehatan oleh beberapa asuransi membuat sektor formal lebih terjamin kesehatannya dibanding sektor informal, hal ini berbanding terbalik dengan mereka yang bekerja pada sektor informal, tenaga kerja sektor informal umumnya bercirikan usahanya berskala mikro, diiringi penghasilan yang rendah, kelangsungan usaha tidak terjamin, dan penghasilannya yang tidak tetap, sehingga kemudian merasa perlu untuk membatasi jumlah anak dengan menggunakan kontrasepsi mantap. ## KESIMPULAN Rendahnya persentase partisipasi suami dalam Keluarga Berencana menunjukkan bahwa usaha untuk terus meningkatkan angka partisipasi suami menjadi akseptor Keluarga Berencana harus terus digalakkan. Walaupun kedua variabel yaitu pendidikan dan pekerjaan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan metode kontrasepsi pria, namun berdasarkan uji regresi logistik yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pendidikan merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi pria. Hasil temuan ini setidaknya dapat menunjukkan bahwa semakin baik tingkat kemapanan dan kesejahteraan seseorang maka kecenderungan untuk menambah anak juga semakin meningkat, hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi dan jenis pekerjaan formal cenderung untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (non-MKJP). ## SARAN Bagi Masyarakat: Dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai keikutsertaan suami menjadi akseptor KB; Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan dan Keluarga Berencana: Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan Keluarga Berencana bagi pria, serta secara khusus meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih belum memada dan meningkatkan konseling mengenai pentingnya menjadi akseptor Keluarga Berencana, kemudian pentingnya untuk meningkatkan informasi terutama tentang efek samping penggunaan alat kontrasepsi wanita sehingga diharapkan para pria dapat menjaga kesehatan istrinya dengan turut serta menggunakan alat kontrasepsi; Bagi Peneliti Selanjutnya: Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan penelitian lebih lanjut yang sejenis dengan mencari hubungan karakeristik suami dilihat dari faktor eksternal, ataupun melanjutkan penelitian ini dengan tempat yang berbeda dan variabel yang belum diteliti seperti sosial ekonomi, sosial budaya dan efek samping. Adhitya Mardhika Saputra, Tatang A.M.Sariman, dan Lili Erina : Pengaruh Pendidikan dan Pekerjaan Akseptor KB Pria Terhadap Pemilihan Metode Kontrasepsi Pria di Indonesia (Analisis SDKI 2012) ## Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih secara khusus disampaikan kepada dosen pembimbing saya yaitu Bapak Drs. Tatang A. M. Sariman, M.A., Ph.D. dan Ibu Dr. Lili Erina, M.Si. yang telah memberikan bimbingannya dalam penulisan jurnal ini, semoga jurnal ini dapat bermanfaat untuk pengembangan studi-studi kependudukan dan secara praktis bermanfaat bagi pengembangan program Keluarga Berencana. ## DAFTAR PUSTAKA 1 Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Departemen Kesehatan, & Macro International Inc (MI). 2012. Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia. Calverton, Maryland, USA : BPS dan MI. 2012. 2 Aprianty F. Determinants of fertility in West Sumatra Province. Tesis Program Master of Applied Population Studies Faculty of Social Sciences Flinders University (tidak dipublikasikan). 2009. 3 Davis K, Judith B. Social structure and fertility : an analytical framework. Economic Development and Culural Change. 1956; 4: 211- 235. 4 Hartini. Pandangan tokoh agama dan budaya masyarakat terhadap pemakaian alat kontrasepsi. Egalita Jurnal Kesetaraan dan Keadilan Gender. 2011; VI(2): 142-154. 5 Cristine O. Case studies of women’s roles, fertility and family planning in big fertility countries : Ghana and Nigeria. Women, Work and Demographic Issues. ILO.Geneva. 1984. 6 Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. 2003. 7 Sumini T, Yam’ah K, Wahyono. Kontribusi pemakaian alat kontrasepsi terhadap fertilitas. Analisis Lanjut SDKI 2007. BKKBN. Jakarta. 2009. 8 Dreman R. Male participation in reproductive health. Network. Spring. 1998; 18(3): 11-5. 9 Istiqomah A, Novianti S, Nurlina. Partisipasi pria dalam keluarga berencana di kelurahan Sukamanah kecamatan Cipedes kota Tasikmalaya. journal.unsil.ac.id. 2012. 10 Tarigan R. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap tingkat pendapatan perbandingan antara empat hasil penelitian. Jurnal Wawasan. 2006; 11(3). 11 Nasution SL. Analisis lanjut SDKI 2011: faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan MKJP di enam wilayah Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan KB dan Keluarga Sejahtera Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2011. 12 Purwoko. Penerimaan vasektomi dan sterilisasi tuba. Fakultas Kedokteran Undip. Semarang. 2000. 13 Fransiscus. Greget jaminan sosial bagi tenaga kerja informal [diakses tanggal 20 September 2014]. Diunduh dari http://www.fransiscusgo.com/blog/g reget-jaminan-sosial-bagi-tenaga- kerja-informal-investor-daily-may- 23rd-24th-2013.
729660fb-d76c-4298-865d-e0d6ae85cf8c
https://academicjournal.yarsi.ac.id/index.php/jeba/article/download/1245/756
Jurnal home page: http://academicjournal.yarsi.ac.id/jeba ## Analisa Beban Kerja dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan sebagai Eefek Mediasi Burnout Refiyandi Syabani 1 , Nurul Huda 2 1 Magister Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Universitas YARSI, Jakarta 2 Magister Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Universitas YARSI, Jakarta ## Article Information ________________ History of article: Received: 23-08-2019 Approved: 10-10-2019 Published: 18-12-2019 ________________ Keywords: Workload, Motivation, Burnout, Performance ## Abstract This study aims to determine: Direct and indirect effects of Workload variables on Employee Performance Variables through the emergence of PT BeSmart Global Indonesia's employee Burnout variable, and the direct and indirect influence of Motivation variables on Employee Performance variables through the emergence of PT BeSmart employee Burnout variables Global Indonesia. The data analysis method used is SEM analysis using SmartPLS software. Data from the questionnaire distributed to 86 employees of PT BeSmart Global Indonesia. The results showed that the Workload variable had direct and indirect effects on the Employee Performance variable through the emergence of a Burnout variable significantly. Work motivation variables also have a direct and indirect influence on the Employee Performance variable through the emergence of a significant employee Burnout variable. ## Abstrak Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui : Pengaruh secara langsung dan tidak langsung variabel Beban Kerja terhadap Variabel Kinerja Karyawan melalui timbulnya variabel Burnout karyawan PT BeSmart Global Indonesia, dan pengaruh secara langsung dan tidak langsung variabel Motivasi terhadap variabel Kinerja Karyawan melalui timbulnya variabel Burnout karyawan PT BeSmart Global Indonesia. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisa SEM dengan menggunakan software SmartPLS. Data dari kuesioner yang disebarkan kepada 86 karyawan PT BeSmart Global Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Beban Kerja memiliki pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap variabel Kinerja Karyawan melalui timbulnya variabel Burnout secara signifikan. Variabel motivasi kerja juga memiliki pengaruh secara langsung dan tidak langsung terhadap variabel Kinerja Karyawan melalui timbulnya variabel Burnout karyawan secara signifikan. JEL Classification: M51, M54  correspondence to Nurul Huda E-mail: [email protected] ISSN 2527-7499 (print); 2528-3634 (online) DOI: Diisi editor ISSN 2527-7499 (print); 2528-3634 (online) ## PENDAHULUAN Perkembangan teknologi informasi saat ini begitu cepat dan dapat mempengaruhi segala bidang kehidupan. Sehingga pertumbuhan perusahaan teknologi informasi juga tinggi. Saat ini, semua perusahaan menggunakan jasa perusahaan teknologi informasi dalam operasional perusahaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa persaingan perusahaan di bidang teknologi informasi setiap tahun mengalami peningkatan. Perusahaan dibidang teknologi informasi menggunakan manusia dalam berproduksi, sehingga disebut sebagai perusahaan jasa. Manusia selalu berperan aktif menurut Hasibuan (2015), selain aktif manusia juga dominan dalam setiap kegiatan organisasi karena manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Kondisi ini membuat perusahaan jasa sangat membutuhkan karyawan yang memiliki kinerja yang bagus, sehingga operasional perusahaan bisa berjalan lancar. Peningkatan kinerja merupakan hal yang diinginkan dari perusahaan atau pemberi kerja maupun para pekerja. Perusahaan atau pemberi kerja membutuhkan kinerja karyawannya yang bagus untuk peningkatan hasil kerja dan keuntungan perusahaan. Manfaat kinerja karyawan untuk pekerja adalah sebagai pengembangan diri dan untuk mendapatkan promosi pekerjaan. Sehingga dapat disimpulkan kinerja karyawan yang bagus bertujuan untuk meningkatkan produktivitas. (Bangun, 2012). Yusuf (2019) mengungkapkan bahwa peningkatan kinerja merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah institusi. Hal ini menurut Hasibuan (2010) karena kinerja karyawan adalah suatu hasil kinerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya atas dasar kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. Mathis dan Jackson (2006) mengungkapkan bahwa dalam melihat kinerja yang diberikan karyawan, maka ada lima dimensi yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan secara individu, antara lain sebagai berikut: a. Kualitas yaitu dimana hasil aktivitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas; b. Kuantitas yaitu jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah sejumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan; dan c. Ketepatan waktu, yaitu tingkat suatu aktivitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas yang lain; d. Efektivitas yaitu tingkat pengguna sumber daya organisasi dengan maksud menaikkan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam pengguna sumber daya; dan e. Komitmen kerja yaitu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen kerja dengan perusahaan dan tanggung jawab kerja dengan perusahaan. Uraian di atas menunjukkan bahwa pekerja harus memperhatikan kualitas, kuantitas dan ketepatan waktu dalam bekerja. Hal ini merupakan beban yang ditanggung karyawan dalam bekerja. Beban pekerjaan yang berlebihan akan memberikan dampak pada kinerja yang buruk. (Ali et.al, 2013; Mudayana, 2010; Rosyid, 1996). Beban pekerjaan yang berlebihan juga memberi rangsangan timbulnya burnout bagi karyawan yang dapat menurunkan kinerja karyawan (Almer dan Kaplan, 2002; Utami dan Supriyadi, 2013; Sitepu, 2013). Fajriani dan Septiari (2015) melakukan penelitian mengenai hubungan beban kerja, burnout dan kinerja karyawan. Hasil penelitian Fajriani dan Septriari (2015) menunjukkan bahwa burnout memediasi sebagian pengaruh beban kerja ke kinerja. Kelebihan beban kerja akan menyebabkan individu menjadi burnout (jenuh), yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja. Variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja melalui timbulnya burnout adalah variabel motivasi intrinsic karyawan. Hasil penelitian Low et.al (2001) dan Tamaela (2011) menunjukkan adanya hubungan motivasi intrinsic terhadap burnout yang timbul pada karyawan. Hubungan motivasi intrinsic tersebut adalah negative dengan variabel burnout, hal ini menunjukkan motivasi intrinsic dapat mengurangi burnout yang dialami oleh karyawan. Menurul Ilyas (2000), beban pekerjaan didasarkan pada pemanfaatan waktu kerja yang tersedia untuk melakukan pekerjaan, yaitu dilihat dari aktivitas, atau kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja, baik kegiatan langsung, tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. Beban pekerjaan dapat didefinisikan sebagai jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang atau sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal (Carlson, 2003). Beban pekerjaan dapat juga didefinisikan menjadi dua komponen utama, yaitu jumlah kegiatan yang harus dilakukan dan dalam jangka waktu tertentu. Beban pekerjaan dapat dicirikan sebagai konstruk mental yang mencerminkan ketegangan mental akibat melakukan tugas di bawah kondisi lingkungan dan operasional tertentu. Ini melibatkan kapasitas individu dan motivasi untuk melakukan tugas. Beban pekerjaan yang berlebihan akan memberikan dampak kepada terjadinya kelelahan emosional yang disebut juga dengan burnout . Burnout adalah suatu gejala kelelahan fisik, emosional, sikap dan perilaku, perasaan ketidakpuasan terhadap diri serta ketidakpercayaan akan kemampuan diri dan kurangnya hasrat pencapaian pribadi, yang timbul akibat stres kerja berkepanjangan, reaksi ketegangan yang menyertai seseorang ketika menghadapi stress tersebut dan merupakan respon dari interpersonal stressors dalam pekerjaan (Kusumawati&Johan, 2009). Burnout akan berdampak negatif pada diri individu dan perusahaan, antara lain menyebabkan rendahnya atau menurunnya job performance karyawan. Semakin banyak stress kerja yang dialami karyawan maka karyawan akan semakin mungkin mengalami burnout dan kinerja karyawan akan semakin tidak maksimal. (Kusumawati&Johan, 2009) Timbulnya burnout pada karyawan tidak saja disebabkan oleh beban kerja yang dimiliki karyawan, namun motivasi juga bisa mempengaruhi burnout . Motivasi tersebut adalah motivasi intrinsik. Menurut Herzberg (1996) dalam Robbins (2002) yang mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua faktor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas ( motivation factor ) yang disebut dengan satisfier atau intrinsik motivation dan faktor pemelihara ( maintenance factor ) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation . Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain: a. Prestasi yang diraih ( achievement ); b. Pengakuan orang lain ( recognition ); c. Tanggung jawab ( responsibility ); d. Peluang untuk maju ( advancement ); e. Kepuasan kerja itu sendiri (the work it self ); f. Kemungkinan pengembangan karir ( the possibility of growth ) (Tamaela, 2011). Salah satu perusahaan yang memiliki beban kerja cukup tinggi adalah perusahaan di bidang jasa teknologi informasi. PT Besmart Global Indonesia adalah perusahaan dibidang teknologi informasi yang berkembang pesat di Indonesia. BeSmart menempatkan fokus dalam mentransformasikan teknologi agar dapat memberikan solusi yang sederhana, kreatif & inovatif yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggannya. BeSmart dibagi menjadi beberapa bagian yang terdiri dari Konsultan IT, Product Development, dan Operation Support. PT. BeSmart Global Indonesia telah banyak terlibat dalam layanan teknologi. Para IT profesional BeSmart memiliki pengalaman di bidang perbankan, telekomunikasi dan layanan pemerintah selama bertahun-tahun. BeSmart berkomitmen melakukan yang terbaik untuk dapat memberikan layanan yang luar biasa, konsisten, dan dapat diandalkan, baik untuk perusahaan maupun bidang pendidikan. Saat ini BeSmart memilki kurang lebih 100 karyawan dimana, setiap karyawannya sudah tersebar dibeberapa proyek yang sedang dijalankan saat ini seperti Toyota, OCBC NISP, Yutaka, dan lainnya. Kondisi PT BeSmart Global Indonesia tersebut di atas akan memberi beban kerja yang besar dan butuh motivasi yang besar bagi karyawan dalam bekerja untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Saat ini belum banyak yang melakukan penelitian mengenai beban kerja, motivasi, burnout , dan kinerja karyawan di perusahaan bidang teknologi informasi khususnya di Indonesia. Sementara penelitian mengenai kondisi beban kerja, motivasi, burnout dan kinerja karyawan yang berprofesi sebagai IT atau perusahaan di bidang IT sangat penting, seperti yang diungkapkan oleh Maudgalya et.al (2006). Maudgalya et.al (2006) juga mengungkapkan bahwa masih sedikit penelitian mengenai karyawan berprofesi di bidang IT atau perusahaan di bidang IT. Sehingga berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai beban kerja, motivasi karyawan, burnout dan kinerja karyawan pada PT. BeSmart Global Indonesia yang merupakan perusahaan dibidang teknologi informasi. Industri Teknologi Informasi yang terus meningkat menuntut kinerja karyawan dibidang IT selalu bagus. Sementara beban kerja yang tinggi dan mempengaruhi kinerja karyawan yang dilalui dengan timbulnya burnout pada karyawan. Selain beban kerja yang tinggi, motivasi karyawan juga dapat mempengaruhi kinerja dengan timbulnya burnout pada karyawan. Sehingga, perumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang adalah sebagai berikut : Bagaimana pengaruh Beban Kerja terhadap kinerja karyawan di PT BeSmart Global Indonesia ?, Bagaimana pengaruh Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan melalui timbulnya Burnout di PT BeSmart Global Indonesia ?, Bagaimana pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan di PT. BeSmart Global Indonesia ?, Bagaimana pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan melalui timbulnya Burnout di PT BeSmart Global Indonesia ? ## KAJIAN TEORITIK DAN HIPOTESIS ## Kinerja Pemahaman kinerja menurut Moeheriono (2012) adalah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Mangkunegara (2011) mendefinisikan mengenai kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya. Wirawan (2007) menentukan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja karyawan adalah: (1) Keterampilan kerja, yaitu kemampuan seseorang terhadap suatu hal yang meliputi tugas- tugas, kecakapan, sikap, nilai dan pemahaman dalam penyelesaian tugas.(2) Kualitas pekerjaan, yaitu mutu seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya meliputi kesesuaian, kerapian, dan kelengkapan. (3) Tanggung jawab, merupakan kewajiban yang haruis dipikul sesuai dengan bidang kerja yang dibebankan.(4) Prakarsa, kehendak untuk mewujudkan suatu yang berguna bagi pekerjaan dengan sebaik-baiknya. (5) Disiplin, yaitu sikap mental yang tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku individu berupa ketaatan terhadap aturan dan ketentuan yang ditetapkan. (6) Kerjasama, yaitu interaksi sosial antar individu dalam perusahaan untuk mencapai tujuan dan kepentingan bersama.(7) Kuantitas pekerjaan, yaitu jumlah kerja yang dilakukan oleh karyawan dalam periode tertentu. Penelitian ini menggunakan indikator menurut Wirawan (2007). ## Beban Kerja Konsep beban kerja menurul Ilyas (2000), menunjukkan bahwa beban pekerjaan didasarkan pada pemanfaatan waktu kerja yang tersedia untuk melakukan pekerjaan, yaitu dilihat dari aktivitas, atau kegiatan yang dilakukan staf pada waktu kerja, baik kegiatan langsung, tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. Beban pekerjaan dapat didefinisikan sebagai jumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh seseorang atau sekelompok orang selama periode waktu tertentu dalam keadaan normal. Definisi beban kerja menurut Carlson (2003) menjadi dua komponen utama, yaitu jumlah kegiatan yang harus dilakukan dan dalam jangka waktu tertentu. Beban pekerjaan dapat dicirikan sebagai konstruk mental yang mencerminkan ketegangan mental akibat melakukan tugas di bawah kondisi lingkungan dan operasional tertentu. Ini melibatkan kapasitas individu dan motivasi untuk melakukan tugas. Koesomowidjojo (2017) mengemukakan bahwa beban kerja merupakan segala bentuk pekerjaan yang diberikan kepada sumber daya manusia untuk diselesaikan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Koesomowidjojo (2017), indikator beban kerja adalah: 1. Kondisi pekerjaan, 2. Penggunaan waktu kerja, 3. Target yang harus dicapai. Penelitian ini menggunakan indikator beban kerja berdasarkan konsep dari Koesomowidjojo (2017) ## Motivasi Kerja Motivasi dalam pengertian umum merupakan sebagai kebutuhan yang mendorong suatu perbuatan kearah suatu tujuan tertentu. Wiramihardja (2005) mendefinisikan motivasi berarti sebagai kebutuhan psikologis yang telah memiliki corak atau arah yang ada dalam diri individu yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya terpelihara, yaitu senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman ( homeostatis, equilibrium ). Kebutuhan ini berupa kekuatan dasar yang selanjutnya berubah menjadi suatu vector yang disebut motivasi, karena memiliki kekuatan sekaligus arah. Arah yang menggambarkan bahwa manusia tidak hanya memiliki kebutuhan melainkan keinginan untuk mencapai sesuatu yang sesuai dengan kebutuhannya. (Tawale et.al, 2011) Tamaela (2011) menentukan indikator dari variabel motivasi. Indikator yang digunakan Tamaela (2011) untuk motivasi intrinsic, adalah (1) merasa tertarik dengan pekerjaan itu sendiri, (2) mendapatkan pengakuan, (3) mempunyai kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh kenaikan pangkat fungsional secara cepat adalah lebih pasti jika menduduki salah satu jabatan fungsional, (4) merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan (5) memiliki motivasi untuk memajukan lembaga tempat mengabdi. Penelitian ini menggunakan indikator motivasi yang juga digunakan dalam penelitian Tamaela (2011). Hal ini berkaitan penelitian yang dilakukan Tamaela (2011) mengenai hubungan motivasi intrinsik terhadap burnout . Tema penelitian Tamaela (2011) sesuai dengan tema penelitian ini. ## Burnout Burnout suatu bentuk ketegangan atau tekanan psikis yang berhubungan dengan stres kronik, dialami seseorang dari hari ke hari, yang ditandai dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional, hal yang sama diungkapkan bahwa permasalahan akan muncul bilamana stress terjadi dalam jangka waktu yang lama dengan intensitas yang cukup tinggi. Keadaan ini disebut dengan burnout , yaitu kelelahan fisik, mental dan emosional yang terjadi karena stress yang diderita dalam jangka waktu yang cukup lama pada situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang cukup tinggi. (Tawale et.al, 2011). Baron dan Greenberg (1990) membagi dua faktor yang dipandang mempengaruhi munculnya bournout , yaitu: (1) Faktor eksternal merupakan kondisi kerja, yang meliputi lingkungan kerja psikologis yang kurang baik, kurangnya kesempatan untuk promosi, imbalan yang diberikan tidak mencukupi, kurangnya dukungan sosial dari atasan, tuntutan pekerjaan, pekerjaan yang monoton, dan (2) Faktor internal meliputi usia, jenis kelamin, harga diri, tingkat pendidikan, masa kerja dan karakteristik kepribadian. Penelitian ini menggunakan indikator untuk mengukur burnout karyawan berdasarkan factor dari Baron dan Greenberg (1990). Indikator burnout seorang karyawan dilihat dari factor eksternal dan factor internal. Indikator ini juga digunakan dalam penelitian Fajrani dan Septiari (2015). ## Penelitian Terdahulu yang Terkait Tawale et.al (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan Mengalami Burnout Pada Perawat Di RSUD Serui-Papua”. Penelitian Tawale et.al (2011) menggunakan metode analisa korelasi product moment untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian Tawale et.al (2011) menunjukkan bahwa motivasi kerja perawat memiliki hubungan negative dengan kecenderungan mengalami burnout pada perawat di RSUD Serui-Papua. Hubungan negative yang terjadi merupakan hubungan negative yang signifikan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Tawale et.al (2011). Penelitian yang akan dilakukan menganalisa pengaruh motivasi dan beban kerja terhadap kinerja sebagai dampak efek burnout pada karyawan dengan menggunakan metode analisa path analysis. Penelitian Risambessy et.al (2012) juga melihat pengaruh variabel gaya kepemimpinan transformasional dan burnout terhadap kinerja karyawan. Namun dalam penelitian Risambessy (2012) ini menggunakan juga variabel motivasi dan kepuasan kerja. Penelitian Risambessy (2012) ini bersifat explanatory research . Sampel yang digunakan adalah paramedic di rumah sakit se-Malang Raya. Model yang digunakan dalam Penelitian Risambessy (2011) adalah model SEM, dimana variabek Gaya Kepemimpinan Transformasional adalah variabel eksogen, sementara variabel motivasi, burnout , kepuasan kerja dan kinerja karyawan adalah variabel endogen. Hasil penelitian Risambessy (2011) menunjukkan bahwa variabel Gaya Kepemimpinan memiliki pengaruh positif dan signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kinerja karyawan. Begitu juga variabel motivasi, burnout dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan, namun untuk pengaruh secara langsung maupun tidak langsung variabel burnout terhadap kinerja karyawan memiliki pengaruh yang negative dan signifikan. Variabel motivasi memiliki pengaruh yang negative dan signifikan secara langsung terhadap burnout , namun memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Penelitian Tamaela (2011) memasukkan unsur motivasi dan beban kerja serta burnout dalam melihat kinerja karyawan. Judul Penelitian Tamaela (2011) adalah “Konsekuensi Konflik Peran, Kelebihan Beban Kerja dan Motivasi Intrinsik terhadap Burnout pada Dosen yang Merangkap Jabatan Struktural”. Hasil penelitian Tamaela (2011) menunjukkan bahwa motivasi intrinsic dan kelebihan beban kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap burnout . Sementara variabel konflik peran memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap burnout . Variabel burnout masih menjadi variabel intervening pada penelitian yang dilakukan oleh Asi (2013). Penelitian yang dilakukan Asi (2013) adalah berjudul “Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout Terhadap Kinerja Pegawai RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa iklim organisasi berpengaruh secara signifikan negatif terhadap burnout. Iklim organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan positif terhadap kinerja perawat. Burnout berpengaruh secara signifikan negative terhadap kinerja perawat. Terdapat pengaruh tidak langsung iklim organisasi terhadap kinerja perawat melalui burnout. (Asi, 2013). Sukmana dan Sudibia (2015) melakukan penelitian mengenai hubungan gaya kepemimpinan, motivasi, burnout dan kinerja karyawan. Judul penelitian Sukmana dan Sudibia (2015) adalah “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Dan Burnout Terhadap Kinerja Karyawan Outsourcing RRI Mataram”. Hasil analisis diketahui bahwa kepemimpinan transformasional, berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja, motivasi berpengaruh signifikan secara positif terhadap kinerja dan burnout berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja. Hasil penelitian Sukmana dan Sudibia (2015) ini menunjukkan hasil yang tidak berbeda dengan penelitian Risambessy (2011). Fajrani dan Septiari (2015) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Beban Pekerjaan terhadap Kinerja Karyawan: Efek Mediasi Burnout”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa burnout memediasi sebagian pengaruh beban kerja ke kinerja. Kelebihan beban kerja akan menyebabkan individu menjadi burnout (jenuh), yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja. Yusuf (2019) melakukan penelitian mengenai kaitan beberapa variabel yang mempengaruhi kinerja aparatur sipil Negara. Variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja aparatur sipil negara tersebut menurut Yusuf (2019) adalah variabel gaya kepemimpinan transformasional, burnout dan quality of work life . Metode yang digunakan oleh Yusuf (2019) adalah metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan survey. Hasil penelitian Yusuf (2019) menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan transformasional, burnout , dan quality of work life berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai aparatur sipil negara di Badan Pengelola Keuangan dan Pendapatan Daerah Propinsi Sulawesi Barat. Hasil penelitian Yusuf (2019) ini juga menunjukkan bahwa variabel burnout memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai. Kinerja karyawan juga dipengaruhi oleh variabel seperti variabel beban kerja. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Polakitang et.al (2019). Judul penelitian Polakitang et.al (2019) adalah “Pengaruh Hubungan Antar Manusia, Beban Kerja dan Kompensasi Tidak Langsung Terhadap Kinerja Karyawan Operasional Pada PT. BNI (Persero) Tbk Kantor Cabang Manado”. Hasil penelitian yang didapat adalah variabel Hubungan Antar Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan Operasional PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Manado, variabel Beban Kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan Operasional PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Manado, variabel Kompensasi Tidak Langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan Operasional PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Manado, dan variabel Hubungan Antar Manusia, Beban Kerja Dan Kompensasi Tidak Langsung secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan Operasional PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Beban Kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan, namun pengaruh tersebut tidak signifikan. Ahmad et.al (2019) juga melakukan penelitian mengenai pengaruh beban kerja terhadap kinerja karyawan. Judul penelitian Ahmad et.al (2019) “Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. FIF Group Manado”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan stres kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya, stres kerja dan beban kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, sedangkan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian Polakitang et.al (2019) dan Ahmad et.al (2019) menunjukkan hasil yang sama untuk pengaruh secara parsial variabel beban kerja terhadap kinerja karyawan, yaitu berpengaruh positif namun tidak signifikan. Penelitian sebelumnya yang sudah diuraikan diatas menunjukkan bahwa ada pengaruh beban kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung melalui variabel burnout . Namun dari beberapa penelitian tersebut belum ada yang mengkhususkan pengaruh variabel motivasi dan beban kerja terhadap kinerja karyawan melalui variabel burnout . Penelitian- penelitian sebelumnya melihat pengaruh variabel motivasi dan beban kerja terhadap kinerja karyawan melalui variabel burnout secara terpisah atau dengan menambahkan variabel lain. Sehingga penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dari variabel penelitian yang diuji maupun metode analisa yang digunakan. ## Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel beban kerja secara langsung terhadap burnout Pandangam Kusumawati & Johan (2009) dan penelitian Fajrani dan Septiari (2015 terkait pengaruh beban kerja terhadap Burnout maka hipotesis yang diajukan H1: Adanya pengaruh yang signifikan secara langsung variabel Beban Kerja terhadap Burnout 2. Variabel Beban Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pemikiran Almer dan Kaplan (2002) ; Utami dan Supriyadi (2013) ; Sitepu (2013) dan penelitian Fajrani dan Septiari (2015), Ahmad et.al (2019), Polakitang et.al (2019) terkait pengaruh beban kerja terhadap Kinerja Karyawan maka hipotesis yang diajukan H2: Adanya pengaruh yang signifikan secara langsung variabel Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan 3. Variabel Motivasi Terhadap Variabel Burnout Penelitian Tawale et.al (2011), Risambessy (2011), Tamaela (2011) dan Sukmana dan Sudibia (2015) terkait variabel motivasi dan burnout maka maka hipotesis yang diajukan H3: Adanya pengaruh secara langsungyang signifikan variabel Motivasi Terhadap Variabel Burnout 4. Variabel Motivasi Terhadap Variabel Kinerja Karyawan Pandangan Kusumawati &Johan, (2009) Sukmana dan Sudibia (2015) Variabel Motivasi Terhadap Variabel Kinerja Karyawan maka maka hipotesis yang diajukan H4: Adanya pengaruh secara langsung yang signifikan Variabel Motivasi Terhadap Variabel Kinerja Karyawan 5. Variabel beban kerja Terhadap Kinerja melalui burnout Pandangam Kusumawati & Johan (2009) dan Tamaela (2011) serta penelitian Fajrani dan Septiari (2015) terkait pengaruh beban kerja Terhadap Kinerja melalui burnout maka hipotesis yang diajukan H5: Adanya pengaruh yang signifikan beban kerja Terhadap Kinerja melalui burnout 6. Motivasi terhadap Kinerja Karyawan melalui timbulnya Burnout Penelitian Tawale et.al (2011), Risambessy (2011), Tamaela (2011) dan Sukmana dan Sudibia (2015) terkait variabel motivasi dan burnout maka hipotesis yang diajukan H6: Adanya pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Karyawan melalui timbulnya Burnout 7. Burnout terhadap Kinerja Karyawan Penelitian Risambessy et.al (2011), Asi (2013), Jankome, Pule K. M. Mangoriand Ms. Guillermina Ritacco (2013), Fajrani dan Septiari (2015) dan Yusuf (2019) terkait variabel Burnout terhadap Kinerja Karyawan maka hipotesis yang diajukan H7: Adanya pengaruh Burnout terhadap Kinerja Karyawan ## DATA DAN METODE Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Besmart Global Indonesia, hal ini berkaitan dengan objek penelitian ini mengenai kinerja karyawan PT. Besmart Global Indonesia. Jumlah karyawan PT. Besmart Global Indonesia adalah sebanyak 100 orang Menurut Ferdinand ( 2005 ) besarnya ukuran sampel untuk metode analisis SEM adalah 100-200, tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5 sampai 10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah antara 100-200. Penelitian ini menggunakan 17 indikator, oleh karena itu jumlah sampel diperlukan adalah sebesar 85 dengan perhitungan sebagai berikut : n = jumlah indikator x 5 n = 17 x 5 n = 85 Penentuan sampel menggunakan metode sampel acak sederhana ( simple random sampling ). Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 85 responden yang berasal dari karyawan PT. Besmart Global Indonesia. ## Variabel dan Definisi Operasional Indikator-indikator yang dipakai dan diuji pada penelitian sebelumnya. Ketiga item dalam indicator Beban Kerja diadaptasi dari Koesomowidjojo (2017). Indikator dalam Motivasi diadaptasi dari Tamaela (2011). Indikator untuk variabel Burnout diadaptasi dari penelitian Fajrani dan Septiari (2015). Sementara indikator untuk mengukur variabel kinerja karyawan diadaptasi dari Prayogo (2019) Berdasarkan definisi operasional variabel, keseluruhan variabel yang digunakan dalam penelitian ini secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 3.1. ## Jenis dan Metode Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini merupakan data kualitatif dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode survey yaitu menggunakan kuesioner yang berisi butir-butir pengukur konstruk atau variabel yang digunakan dalam model penelitian. Penyebaran dan pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner. ## Alat Analisis Data ## Uji instrumen Untuk mendapatkan koefisien validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total dari masing-masing instrumen. Rumus yang digunakan adalah dengan teknik korelasi Product Moment Pearson . Metode uji reliabilitas yang digunakan adalah dengan Alpha Cronbach . Metode analisis data Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan menggunakan software SmartPLS versi 2.0.m. PLS ( Partial Least Square ) merupakan analisis persamaan struktural (SEM) berbasis varian yang secara simultan dapat melakukan pengujian model pengukuran sekaligus pengujian model struktural.Model pengukuran digunakan untuk uji validitas dan reabilitas, sedangkan model struktural digunakan untuk uji kausalitas (pengujian hipotesis dengan model prediksi). Perbedaan mendasar PLS yang merupakan SEM berbasis varian dengan LISREL atau AMOS yang berbasis kovarian adalah tujuan penggunaannya. Dibandingkan dengan covariance based SEM (yang diwakili oleh software AMOS, LISREL dan EQS) component based PLS mampu menghindarkan dua masalah besar yang dihadapi oleh covariance based SEM yaitu inadmissible solution dan factor indeterminacy . ## Model Analisis Persamaan Struktural Model analisis struktural tahap pertama yang dibangun dalam penelitian ini dapat dilihat pada gabar berikut: ## ANALISIS DAN HASIL Hasil Uji Validitas dengan Outer Loadings Variabel Beban Kerja (X1) Indikator dari variabel Beban Kerja adalah Kondisi pekerjaan, Penggunaan waktu kerja, dan Target yang harus dicapai. Nilai loading factor dari indikator-indikator tersebut untuk pembentukan variabel Beban Kerja terlihat pada gambar 1 Indikator kondisi pekerjaan dalam pembentukan variabel Beban Kerja memiliki nilai loading factor sebesar 0,8713. Nilai loading factor indikator penggunaan waktu kerja dalam pembentukan variabel Beban Kerja adalah sebesar 0, 8837. Indikator target yang harus dicapai memiliki nilai loading factor sebesar 0, 9018 dalam membentuk variabel Beban Kerja. Beban Kerja (X1) X 1.1. X 1.2. X 1.3. X 2.2 X 2.1 Burnout (Z1) Z 1.1 Z 1.2 Motivasi (X2) Kinerja (Y1) Y 1.1 Y 1.2 Y 1.3 X 2.3 X 2.4 X 2.5 Y 1.1 Y 1.1 Y 1.1 Y 1.1 Sumber: Kuesioner, data diolah (2019) ## Gambar 1. Uji Validitas Variabel Beban Kerja Nilai loading factor semua indikator pembentuk variabel Beban Kerja tersebut lebih besar dari 0,5, sehingga dapat diketahui bahwa semua indikator adalah valid dalam membentuk variabel Beban kerja Hasil Uji Validitas dengan Outer Loading Variabel Motivasi (X2) Hasil uji validitas model dalam penelitian ini untuk variabel Motivasi terlihat pada Gambar 2 berikut. Sumber: Kuesioner, data diolah (2019) Gambar 2. Uji Validitas Variabel Motivasi Indikator yang membentuk variabel motivasi dalam penelitian ini adalah (1) merasa tertarik dengan pekerjaan itu sendiri, (2) mendapatkan pengakuan, (3) mempunyai kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh kenaikan pangkat fungsional secara cepat adalah lebih pasti jika menduduki salah satu jabatan fungsional, (4) merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan (5) memiliki motivasi untuk memajukan lembaga tempat mengabdi. Hasil analisis Smart PLS menunjukkan bahwa indikator pertama berupa merasa tertarik dengan pekerjaan itu sendiri memiliki 0.9018 0.8837 0.8713 Beban Kerja (X1) X 1.1 X 1.2 X 1.3 0.8868 0.8851 0.8941 0.8991 0.8721 Motivasi (X2) X 2.1 X 2.2 X 2.3 X 2.4 X 2.5 Journal of Economics and Business Aseanomics, 4(1) 2019, 126-147 nilai loading factor sebesar 0, 8721. Nilai loading factor yang lebih besar dari 0, 5 memiliki makna bahwa indikator merasa tertarik dengan pekerjaan itu sendiri adalah valid dalam mengukur variabel Motivasi. Indikator kedua dalam mengukur variabel Motivasi adalah indikator mendapatkan pengakuan. Hasil perhitungan data penelitian nilai loading factor untuk indikator mendapatkan pengakuan adalah sebesar 0, 8991. Nilai loading factor untuk indikator mendapatkan pengakuan tersebut menunjukkan bahwa indikator mendapatkan pengakuan valid dalam mengukur variabel Motivasi. Kevalidan indikator mendapatkan pengakuan dalam mengukur variabel Motivasi berdasarkan nilai loading factor yang lebih besar dari 0, 5. Indikator ketiga yang membentuk variabel motivasi dalam penelitian ini adalah indikator mempunyai kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh kenaikan pangkat fungsional secara cepat adalah lebih pasti jika menduduki salah satu jabatan fungsional. Indikator ini memiliki nilai loading factor sebesar 0,8941. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator mempunyai kesempatan untuk mempelajari sesuatu yang baru dan memperoleh kenaikan pangkat fungsional secara cepat adalah lebih pasti jika menduduki salah satu jabatan fungsional adalah valid untuk mengukur variabel motivasi karyawan dalam penelitian ini. Variabel motivasi berdasarkan gambar 2 diatas juga dibentuk secara valid oleh indikator merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan. Hal ini terlihat nilai loading factor untuk indikator merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan sebesar 0,8851. Nilai loading factor ini lebih besar dari 0,05. Sehingga model pembentukan variabel motivasi dengan indikator merasa bertanggung jawab terhadap pekerjaan adalah valid. Gambar 2 diatas menunjukkan bahwa indikator kelima yaitu memiliki motivasi untuk memajukan lembaga tempat mengabdi memiliki nilai loading factor sebesar 0,8868. Nilai loading factor yang lebih besar dari 0,05 ini menunjukkan bahwa model pengukuran variabel motivasi oleh indikator memiliki motivasi untuk memajukan lembaga tempat mengabdi adalah valid. Hasil Uji Validitas dengan Outer Loading Variabel Burnout (Z) Variabel burnout dalam penelitian ini diukur dengan dua indikator yaitu factor eksternal dan factor internal. 0.9202 0.9206 Burnout (Z) Z 1 Z 2 ## Sumber: Kuesioner, data diolah (2019) Gambar 3. Uji Validitas Variabel Burnout Pembentukan variabel Burnout dalam penelitian ini dengan menggunakan dua indikator yaitu factor ektsternal dan factor internal. Gambar 3 diatas menunjukkan bahwa indikator factor eksternal memiliki nilai loading factor sebesar 0,9206. Nilai loading factor ini lebih besar dari 0,5, sehingga hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pengukuran variabel burnout dari indikator factor eksternal adalah valid. Indikator kedua yang membentuk variabel burnout adalah factor internal. Berdasarkan gambar 3 diatas, menunjukkan bahwa nilai loading factor indikator factor internal adalah sebesar 0,9202. Nilai loading factor ini juga lebih besar dari 0,5. Hasil ini menunjukkan bahwa model pembentukan variabel burnout dari indikator factor internal adalah valid. Hasil Uji Validitas dengan Outer Loading Variabel Kinerja Karyawan (Y) Gambar 4 di bawah menunjukkan hasil perhitungan data penelitian menggunakan software Smart PLS untuk mengukur kevalidan indikator-indikator menjadi alat ukur variabel penelitian. Variabel penelitian yang diukur adalah variabel Kinerja Karyawan Gambar 4. Uji Validitas Variabel Kinerja Karyawan Sumber: Kuesioner, data diolah (2019) Indikator-indikator untuk mengukur variabel Kinerja Karyawan tersebut ada tujuh, yaitu: Keterampilan Kerja, Kualitas Pekerjaan, Tanggung Jawab, Prakarsa, Disiplin, Kerjasama, dan Kuantitas Pekerjaan. Gambar 4 di atas menunjukkan nilai loading factor untuk indikator keterampilan kerja sebesar 0.8857 0.8721 0.9176 0.9335 0.9111 0.8817 0.8321 Kinerja Karyawan (Y) Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Y 7 0,8321. Nilai ini lebih besar dari 0,5, sehingga model pembentukan variabel Kinerja Karyawan dari indikator keterampilan kerja adalah valid. Kinerja karyawan dalam penelitian ini terbentuk dari indikator kualitas pekerjaan. Berdasarkan nilai loading factor sebesar 0,8817 menunjukkan bahwa indikator kualitas pekerjaan valid dalam membentuk variabel kinerja karyawan. Hal ini karena nilai loading factor indikator kualitas pekerjaan lebih besar dari 0,5. Indikator tanggung jawab berdasarkan gambar 4. di atas memiliki nilai loading factor sebesar 0,9111. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator tanggung jawab valid membentuk variabel kinerja karyawan. Hal ini karena nilai loading factor indikator tanggung jawab lebih besar dari 0,5. Nilai loading factor untuk indikator prakarsa berdasarkan gambar 4. diatas adalah sebesar 0,9335. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai loading factor indikator prakarsa lebih besar dari 0,5, sehingga model pembentukan variabel kinerja karyawan dari indikator prakarsa adalah valid. Indikator disiplin dalam penelitian ini memiliki nilai loading factor sebesar 0,9176. Hasil ini menunjukkan bahwa indikator disiplin valid sebagai model pembentukan variabel Kinerja Karyawan, karena nilai loading factor lebih besar dari 0,5. Gambar 4 diatas menunjukkan nilai loading factor untuk indikator kerjasama. Nilai loading factor untuk indikator kerjasama adalah sebesar 0,8721. Hasil nilai loading factor ini menunjukkan kevalidan karena lebih besar dari 0,5. Sehingga model pembentukan variabel kinerja karyawan dari indikator kerjasama dalam penelitian ini adalah valid. Indikator ketujuh yang membentuk variabel kinerja karyawan dalam penelitian ini adalah indikator kuantitas pekerjaan. Hasil nilai loading factor untuk indikator kuantitas pekerjaan berdasarkan gambar 4di atas adalah sebesar 0,8857. Nilai loading factor lebih besar dari 0,5. Sehingga model pembentukan variabel kinerja karyawan dari indikator kuantitas pekerjaan dalam penelitian ini adalah valid. ## Composite Reliability Uji keandalan data dilakukan dengan composite reliability. Chin (1998) mengatakan bahwa “The unidimensionality of the block of variables may be assessed by using composite reliability (should be > 0.7)”, bahwa tingkat keandalan di mana nilai composite reliability lebih dari 0, 7. Tabel 1. Hasil Composite Reliability Variabel Composite Reliability Beban Kerja 0,92 Motivasi 0,95 Burnout 0,92 Kinerja Karyawan 0,96 Sumber: Kuesioner, data diolah (2019) Nilai composite reliability semua variabel yang ada dalam tabel 1 di atas menunjukkan bahwa semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai composite reliability di atas 0, 7. Hasil uji reliabilitas model ini berarti semua variabel dalam penelitian ini adalah andal untuk menjadi bagian dari model pengukuran kinerja karyawan PT. Besmart Global Indonesia. Variabel-variabel penelitian memiliki tingkat keandalan yang tinggi berdasarkan nilai composite reliability lebih besar dan sama dengan 0, 7. Secara keseluruhan variabel-variabel dalam penelitian ini sudah andal dan dapat dipergunakan untuk uji hipotesis. ## Cross Loadings Tahap berikut dari analisis model SEM menggunakan Smart PLS adalah melihat korelasi antar variabel. Korelasi antar variabel berdasarkan nilai cross loadings antar variabel. Ghozali (2006) menyatakan bahwa Cross Loadings bertujuan untuk menguji kualitas data, di mana nilai korelasi dari setiap variabel dengan indikatornya harus lebih besar dibanding dengan korelasi variabel dengan indikator dari variabel lain. Perhatikan hasil berikut ini: Tabel 2. Hasil Cross Loadings Indikator X1 X2 Z Y X11 0.8713 0.7465 -0.7264 0.7491 X12 0.8837 0.7900 -0.7860 0.7853 X13 0.9018 0.8514 -0.7622 0.8187 X21 0.7469 0.8721 -0.7270 0.7929 X22 0.8371 0.8991 -0.8474 0.8446 X23 0.8232 0.8941 -0.8225 0.8431 X24 0.7842 0.8851 -0.7551 0.8241 X25 0.7963 0.8868 -0.7351 0.8167 Z1 -0.7894 -0.8260 0.9206 -0.7998 Z2 -0.7875 -0.7900 0.9202 -0.8197 Y1 0.7682 0.7783 -0.7679 0.8321 Y2 0.8037 0.8283 -0.7631 0.8817 Y3 0.8133 0.8362 -0.7681 0.9111 Y4 0.8212 0.8263 -0.7556 0.9335 Y5 0.7594 0.8349 -0.7832 0.9176 Y6 0.7743 0.8235 -0.8184 0.8721 Y7 0.7858 0.8641 -0.8276 0.8857 Sumber: Kuesioner, data diolah (2019) Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa nilai korelasi dari indikator terhadap variabel nya selalu lebih besar bila dibandingkan dengan cross loadings dari variabel yang lain dalam satu baris. Nilai cross loading ini memberi kesimpulan bahwa data penelitian sudah fit dan sudah memenuhi kriteria untuk dipergunakan menguji hipotesis. ## Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan inner weights (structural model) yang diolah dengan PLS. Berikut hasil output pembuktian hipotesis yang diperoleh: Tabel 3 Result for Inner Weight Original Sample Estimate Mean of Subsamples Standard Deviation T-Statistic X11 <- Beban Kerja 0.8713 0.8699 0.0375 23.2450 X12 <- Beban Kerja 0.8837 0.8840 0.0201 43.8730 X13 <- Beban Kerja 0.9018 0.9014 0.0180 50.0649 X21 <- Motivasi 0.8721 0.8728 0.0288 30.2849 X22 <- Motivasi 0.8991 0.8983 0.0268 33.5238 X23 <- Motivasi 0.8941 0.8914 0.0276 32.4455 X24 <- Motivasi 0.8851 0.8842 0.0267 33.1912 X25 <- Motivasi 0.8868 0.8876 0.0255 34.7129 Z1 <- Burnout 0.9206 0.9209 0.0174 52.8733 Z2 <- Burnout 0.9202 0.9197 0.0173 53.2528 Y1 <- Kinerja Karyawan 0.8321 0.8279 0.0436 19.1053 Y2 <-Kinerja Karyawan 0.8817 0.8827 0.0311 28.3841 Y3<- Kinerja Karyawan 0.9111 0.9120 0.0215 42.3345 Y4 <- Kinerja Karyawan 0.9335 0.9321 0.0192 48.6441 Y5 <- Kinerja Karyawan 0.9176 0.9173 0.0188 48.8607 Y6 <- Kinerja Karyawan 0.8721 0.8674 0.0323 27.0259 Y7 <- Kinerja Karyawan 0.8857 0.8860 0.0283 31.3173 Beban Kerja -> Burnout -0.3504 -0.3658 0.1215 2.8833 Beban Kerja -> Kinerja 0.2634 0.2644 0.0857 3.0742 Motivasi -> Burnout -0.5626 -0.5450 0.1154 4.8761 Motivasi -> Kinerja 0.6923 0.6914 0.0795 8.7033 Burnout -> Kinerja -0.2252 -0.2218 0.0965 2.3349 Sumber: Kuesioner, data diolah (2019) ## P embuktian Hipotesis Variabel Beban Kerja Berpengaruh Terhadap Burnout Berdasarkan Tabel 3 di atas menunjukkan pengaruh variabel Beban Kerja terhadap Burnout Karyawan. Nilai t hitung variabel Beban Kerja terhadap variabel Burnout sebesar 2.8833 lebih besar dari 1.96. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh variabel beban kerja terhadap burnout karyawan secara signifikan. ## Pembuktian hipotesis Variabel Beban Kerja Berpengaruh Terhadap Variabel Kinerja Karyawan Hipotesis kedua dalam penelitian ini variabel beban kerja memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja karyawan karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel beban kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT BeSmart Global Indonesia secara signifikan. Hal ini terlihat dari nilai t hitung pengaruh variabel beban kerja terhadap kinerja karyawan yang memiliki nilai t hitung lebih besar dari 1.96 yaitu sebesar 3.0742 Pembuktian hipotesis Variabel Motivasi Berpengaruh Terhadap Burnout Karyawan Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah Variabel Motivasi berpengaruh terhadap burnout karyawan PT BeSmart Global Indonesia. Hasil analisis PLS menunjukkan nilai t statistik pengaruh Motivasi terhadap burnout karyawan > 1,96, sehingga hipotesis ketiga dapat diterima. ## Pembuktian hipotesis Variabel Motivasi Berpengaruh Terhadap Variabel Kinerja Karyawan Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah variabel motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Nilai t hitung pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 8.7033 lebih besar dari 1.96. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel motivasi berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan adalah signifikan. Pembuktian Hipotesis Variabel Beban Kerja Berpengaruh Terhadap Variabel Kinerja Karyawan Melalui Variabel Burnout . Hipotesis kelima dalam penelitian ini variabel beban kerja memiliki pengaruh terhadap variabel kinerja karyawan melalui timbulnya burnout karyawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel beban kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui timbulnya burnout karyawan di PT BeSmart Global Indonesia secara signifikan. Hal ini terlihat dari nilai t hitung pengaruh secara langsung variabel beban kerja terhadap burnout dan variabel burnout terhadap kinerja karyawan yang sama-sama memiliki nilai t hitung lebih besar dari 1.96 Pembuktian Hipotesis Variabel Motivasi Berpengaruh Terhadap Variabel Kinerja Karyawan Melalui Variabel Burnout Hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah variabel motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan melalui timbulnya burnout karyawan. Nilai t hitung pengaruh secara langsung variabel burnout terhadap kinerja karyawan adalah sebesar 2.3349 lebih besar dari 1.96. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel motivasi berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan melalui timbulnya variabel burnout karyawan adalah signifikan. Selain pengaruh secara langsung burnout terhadap kinerja yang signifikan, pengaruh motivasi secara langsung terhadap burnout juga signifikan. Pembuktian Hipotesis Variabel Burnout Berpengaruh Terhadap Variabel Kinerja Karyawan Hipotesis ketujuh penelitian ini adalah variabel burnout berpengaruh terhadap variabel kinerja karyawan. Pengaruh yang terbentuk antara dua variabel tersebut adalah signifikan, hal ini terlihat dari nilai t hitung sebesar 2.3349. Nilai t hitung tersebut > 1.96. ## Koefisien Determinasi Hasil koefisien determinasi ( R-Square ) menunjukkan bahwa kemampuan variabel Beban Kerja dan Motivasi dalam menjelaskan Burnout Karyawan adalah 0,7940 atau 79,40%, yang berarti bahwa peluang variabel lain dalam menjelaskan variabel Burnout Karyawan adalah 20,60%. Koefisien determinasi (R-square) juga menunjukkan bahwa kemampuan variabel burnout dalam menjelaskan kinerja karyawan adalah sebesar 0.8872 atau 88,72%, yang berarti bahwa peluang variabel lain dalam menjelaskan variabel kinerja karyawan adalah 11,28%. ## DISKUSI Ketujuh hipotesis dalam penelitian ini mendapatkan hasil uji hipotesis yang signifikan. Pertama uji hipotesis pengaruh beban kerja terhadap variabel burnout karyawan yang signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Ramdan, Iwan M. Oktavian Nursan Fadly (2016) dimana Variabel variabel beban kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap timbulnya variabel burnout pada karyawan. Begitu juga dengan penelitian Fajrani dan Septiari (2015) yang menyatakan burnout memediasi sebagian pengaruh beban kerja ke kinerja. Kelebihan beban kerja menyebabkan individu menjadi burnout (jenuh), yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja.Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan pandangan Kusumawati & Johan (2009) Hasil uji hipotesis kedua sejalan dengan pemikiran Pemikiran Almer dan Kaplan (2002), Utami dan Supriyadi (2013); Sitepu (2013). Hasil hipotesis kedua ini juga sejalan dengan penelitian Fajrani dan Septiari (2015) yang menyatakan burnout memediasi sebagian pengaruh beban kerja ke kinerja. Penelitian Ahmad et.al (2019) yang menyimpulkan stres kerja dan beban kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang berarti tidak sejalan dengan hasil penelitian ini. Begitu pula Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Polakitang et.al (2019) yang menemukan bahwa variabel beban kerja berpengaruh secara tidak signifikan terhadap variabel kinerja karyawan Hipotesis ketiga dalam penelitian ini berkaitan dengan pengaruh variabel motivasi terhadap variabel burnout . Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh variabel motivasi terhadap variabel burnout adalah signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tawale et.al (2011) dan Tamaela (2011) Risambessy (2011) yang menyatakan variabel motivasi, burnout dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan,dan Sukmana dan Sudibia (2015) bahwa motivasi kerja memiliki hubungan dengan kecenderungan mengalami burnout yang signifikan Hasil uji hipotesis keempat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh secara langsung variabel motivasi terhadap kinerja karyawan adalah signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan pemikiran Pandangan Kusumawati &Johan, (2009) dan hasil, Shahzadi, et al (2014), Sukmana dan Sudibia (2015) Sukmana dan Sudibia (2019) bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Tetapi hasil penelitian berlawanan dengan penelitian Muda, Iskandar, Ahmad Rafiki dan Martua Rezeki Harahap (2014) yang menyatakan tidak ada pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan. Uji hipotesis kelima menunjukkan bahwa pengaruh variabel beban kerja terhadap variabel kinerja karyawan melalui timbulnya variabel burnout karyawan adalah signifikan. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tamaela (2011), Fajrani dan Septiari (2015) bahwa burnout memediasi sebagian pengaruh beban kerja ke kinerja. Kelebihan beban kerja akan menyebabkan individu menjadi burnout (jenuh), yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja. Pengaruh variabel motivasi terhadap kinerja melalui timbulnya burnout karyawan yang signifikan merupakan hasil uji hipotesis keenam dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Penelitian Tawale et.al (2011), Risambessy (2011), Tamaela (2011) dan Muda, Iskandar, Qureshi (2013), Ahmad Rafiki dan Martua Rezeki Harahap (2014), Sukmana dan Sudibia (2015) Hasil uji hipotesis ketujuh adanya pengaruh yang signifikan variabel burnout terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian Risambessy et.al (2011), Asi (2013), Jankome, Pule K. M. Mangoriand Ms. Guillermina Ritacco (2013), Fajrani dan Septiari (2015) dan Yusuf (2019) bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara variabel burnout terhadap kinerja karyawan. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana diuraikan pada Bab 4, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Variabel Beban Kerja Karyawan memiliki pengaruh terhadap variabel Burnout karyawan di PT BeSmart Global Indonesia secara signifikan. Variabel Beban Kerja memiliki pengaruh terhadap Kinerja Karyawan di PT BeSmart Global Indonesia secara signifikan. Variabel Motivasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Variabel Burnout karyawan di PT. BeSmart Global Indonesia. Signifikansi. Variabel motivasi kerja karyawan memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan di PT BeSmart Global Indonesia. Variabel Beban Kerja Karyawan memiliki pengaruh terhadap variabel Kinerja Karyawan melalui timbulnya Burnout di PT BeSmart Global Indonesia secara signifikan. Variabel Motivasi Kerja Karyawan memiliki pengaruh terhadap Kinerja Karyawan melalui timbulnya Burnout di PT BeSmart Global Indonesia. Variabel Burnout karyawan di PT BeSmart Global Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kinerja Karyawan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi variabel beban kerja dan motivasi terhadap burnout lebih kecil dari koefisien determinasi variabel burnout terhadap kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ada variabel lain dalam menentukan timbulnya burnout pada karyawan. ## Saran Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan variabel beban kerja terhadap kinerja melalui timbulnya burnout karyawan. Sehingga dapat disarankan kepada manajemen PT BeSmart Global Indonesia memperhatikan beban kerja karyawan untuk tidak terlalu berat dilaksanakan karyawan, sehingga burnout bisa dikurangi dan dapat meningkatkan kinerja karyawan. Variabel motivasi dalam penelitian ini juga memiliki pengaruh yang signifikan baik secara langsung maupun tidak langsung tehadap variabel kinerja karyawan melalui timbulnya variabel burnout karyawan. Sehingga manajemen PT BeSmart Global Indonesia harus memperhatikan motivasi karyawan untuk selalu tinggi agar dapat mengurangi burnout yang mungkin akan terjadi. ## Keterbatasan dan Penelitian Berikutnya Data sampel dalam penelitian hanya 86 orang tidak sampai 100 responden, hal ini berkaitan dengan kurangnya informasi mengenai jumlah karyawan di PT BeSmart Global Indonesia, sehingga data yang diolah tidak terlalu beragam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien determinasi variabel beban kerja dan motivasi terhadap burnout lebih kecil dari koefisien determinasi variabel burnout terhadap kinerja karyawan. Hal ini menunjukkan bahwa perlu ada variabel lain dalam menentukan timbulnya burnout pada karyawan. ## Ucapan Terima Kasih Terimakasih pada PT BeSmart Global Indonesia yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini. ## REFERENSI Ahmad, Yliya, Bernhard Tewal, Rita N. Taroreh (2019), Pengaruh Stres Kerja, Beban Kerja, Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. FIF Group Manado, Jurnal EMBA Vol.7(3): 2811 – 2820 Ali, Ali Yassin Sheikh., Ali, Abdiaziz Abdi., Adan, Abdiqani Ali. (2013). Working Conditions And Employees’ Productivity In Manufacturing Companies In Sub-Saharan African Context: Case Of Somalia. International Journal of Education Research . Vol. 2(2) : 67-78. Almer, E. D., Kaplan, S. E. (2002). The Effect of Flexible Work Arrangements on Stressors, Burnout, and Behavioral Job Outcomes in Public Accounting. Behavioral Research in Accounting . Vol. 14(2) : 1-34 Asi, Sri Pahalendang. 2013. “Pengaruh Iklim Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangkaraya”, Jurnal Aplikasi Manajemen , Vol. 11(3): 515 – 523 Bangun ,Wilson. (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia . Erlangga. Jakarta Baron, R.A. & Greenberg, (1990) Behaviour in Organization: Understanding and Managing The Human Side a/Work. 3ed. Allyn & Bacon. New York. Carlson, Christopher. (2003). Information Overload, Retrieval Strategies and Internet User Empowerment. Conference In The Good, the Bad and the Irrelevant (COST 269) , Helsinki (Finland). 3-5 September 2003 Fajriani, Arie., Septiari, Dovi. (2015). Pengaruh Beban Pekerjaan terhadap Kinerja Karyawan: Efek Mediasi Burnout. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis , Vol. 3(1) :. 74-79 Ferdinand. (2005). Metode Penelitian Manajemen : Pedoman penelitian untuk Skripsi, Tesis, dan Desertasi Ilmu Manajemen , Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Koesomowidjojo,Suci R.Mar’ih.(2017).” Paduan Praktis Menyusun Analisis Beban Kerja ”.Jakarta:Raih Asa Sukses. Kusumawati, M., Johan, R. T. (2009). Hubungan antara burnout dengan integritas pada karyawan . Jakarta: Universitas Atma Jaya Hasibuan, Malayu. (2010). Organisasi dan Motivasi , Cetakan Ketujuh, Bumi Aksara, Jakarta Hasibuan. Melayu S.P. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia . PT. Bumi Aksara. Jakarta. Ilyas, Yaslis. (2000). Perencanaan Sumber Daya Manusia PT (Teori, Metode dan Formula). Jakarta. Pusat Kajian Ekonomi Informasi FKM-UI Depok Low, G. S., Cravens, D. W., Grant, K., Moncrief, W. C. (2001). Antecedents and Consequences of Salesperson Burnout . European Journal of Marketing-Salesperson Burnout , Vol. 35(5) :587-611. Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu.(2010). Evaluasi Kinerja SDM . Bandung: PT. Refika Aditama Mathis Robert, L., dan Jackson John H., (2006). Human Resource Management (Terjemahan), Edisi Kesepuluh, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Maudgalya, T., Wallace, S., Daraiseh, N., Salem, S. (2006). Workplace Stress Factors and Burnout among Information Technology Professional : A Systematic Review. Theoretical Issues in Ergonomics Science. Vol 7(3): 285-297 Moeheriono. (2012). Indikator Kinerja Utama (IKU) Bisnis dan Publik . PT. Taja Grafindo Persada. Jakarta Mudayana, Ahmad Ahid. (2010). Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul. Jurnal Kesehatan Masyarakat . Vol. 4 (2) : 84-92. Polakitang, Aron F, Rosalina Koleangan, Imelda Ogi (2019), Effect Of Workload, Work Environment And Job Stress On Employee Performance At Pt. Esta Group Jaya, Jurnal EMBA Vol.7 (3): 164- 4173 Prayogo, Dwi Bagus. 2019. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Stres Kerja Sebagai Variabel Intervening Studi Pada Pt Telkom Indonesia Witel Surabaya. Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 2. Hal. 496-506 Risambessy, Agustina et.al. (2012). The Influence of Transformasional Leadership Style, Motivation, Burnout towards Job Satisfaction and Employee Performance. Journal of Basic and Applied Scientific Research. ISSN 20904304. Vol 2.(9): 8833-8842. Robbins, S. P. (2002). Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Aplikasi. Edisi Kedelapan. Jilid 1 . Jakarta: Prenhallindo. Rosyid, H.F. (1996). Burnout: Penghambat Produktivitas Yang Perlu Dicermati. Bulletin Psikologi . IV (1): 19-25. Sitepu, Agripa Toar. (2013). Beban Kerja dan Motivasi Pengaruhnya terhadap Kineraj Karyawan pada PT Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi . Vol.1(4) : 1123-1133 Sukmana, E., & Sudibia, G., A. (2015). Pengaruh Kepemimpinan Transformasional, Motivasi Dan Burnout Terhadap Kinerja Karyawan Outsourcing RRI Mataram. E-Jurnal Manajemen Unud , Vol. 4(8) : 2333-2349 Tamaela, Eduard Yohannis. (2011). Konsekuensi Konflik Peran, Kelebihan Beban Kerja dan Motivasi Intrinsik terhadap Burnout pada Dosen yang Merangkap Jabatan Struktural. Aset, Vol. 13(2) : 111-122 Tawale, E.N. (2011). Hubungan antara Motivasi Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout pada Perawat di RSUD Serui–Papua. Insan Jurnal , Vol. 13 No. 2. Utami, I., supriyadi. (2013). Flexible Working Arrangement and Stress Management training in Mitigating Auditor’s Burnout: an experimental study. Accounting & Taxation . Vol. 5(1) : 97-113. Wirawan. (2007). Budaya dan Iklim Organisasi . Jakarta : Salemba Empat Yusuf, Muhammad. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional, Burnout Dan Quality Of Work Life Terhadap Kinerja Aparatur Sipil Negara Badan Pengelola Keuangan Dan Pendapatan Daerah Propinsi Sulawesi Barat. Indonesian Journal Of Business and Management , Vol 5(1): 127-143
8c81d60f-c8f0-417f-9091-695a202f780c
http://jurnal.pnk.ac.id/index.php/flash/article/download/19/9
Dillak 1 , Laumal 2 , Adalah Dosen Teknik Komputer dan Jaringan, Politeknik Negeri Kupang Kadja 3 , Adalah Alumni Teknik Komputer dan Jaringan, Politeknik Negeri Kupang      12 ## SISTEM DETEKSI DINI PLAGIARISME TUGAS AKHIR MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA N- GRAMS DAN WINNOWING Rocky Yefrenes Dillak 1 , Folkes Laumal 2 , Ledy Jen Kadja 3 ## Abstrak : The problem of plagiarism has been widely found in the various area of academic research. It became more complicated when the resources used were taken from a different language with a suspicious document. The aim of this paper is to develop a system that can be used as early warning system in plagiarism detection. The method work as follows: do some preprocessing steps, such as: removing punctuation, removing numbers, removing stopwords, removing repeated words, and doing a process called lemmatization of words. The next process is to extract its characteristic features using improved n-Gram method and the last step is to compare the content from translated document against downloaded documents. Based on experiments, the result is indicated that the method can be used as an early warning system for plagiarism detection. Kata Kunci : Identifikasi iris mata, sistem biometrika, GLCM, jaringan syaraf tiruan, levenberg- marquardt algorithm. ## PENDAHULUAN Tugas akhir (TA) merupakan tugas paling terakhir dalam aktivitas perkuliahan yang wajib dikerjakan oleh setiap mahasiswa Teknik Elek- tro Politeknik Negeri Kupang untuk menyele- saikan studi pada perguruan tinggi, tugas akhir yang dimaksud dalam pedoman ini skripsi rancangan yang dihasilkan pribadi individu. Tahap-tahap yang dilakukan sebelum menyusun tugas akhir yaitu mahasiswa diharap- kan untuk memasukkan judul-judul yang diinginkan sesuai dengan jurusan yang sedang ditekuni, judul-judul tersebut dimasukkan keju- rusan akademik elektro kemudian judul tersebut akan diserahkan kepada tim yang bertugas memeriksa kembali dan akan dibahas dalam rapat bersama untuk menentukan apakah judul yang dibuat layak untuk diterima, jika judul tersebut diterima maka akan segera dibagikan kepada dosen pembimbing untuk mendampingi mahasiswa menyusun tugas akhir. Tahap penyimpanan data-data tugas akhir pada jurusan teknik elektro masih manual sehingga seorang mahasiswa dengan bebas melakukan copy-paste proposal atau laporan tugas akhir dari awal sampai akhir tanpa dike- tahui oleh jurusan dan dosen. Dengan demikian Plagiarisme adalah tindakan mengambil ide orang lain, mengambil tulisan orang lain, dan mengambil teks secara keseluruhan dan menga- kuinya sebagai miliknya sendiri. Penelitian tentang deteksi kemiripan sebagai indikasi plagiat telah banyak dilakukan namun permasalahan yang sering muncul dengan berbagai algoritma yang telah diteliti adalah bagaimana meningkatkan keakurasian sistem yang dapat mempresentasikan kenyataan yang sebenarnya. Algoritma N-gram digunakan untuk mengambil potongan-potongan karakter huruf sejumlah n dari sebuah kata yang secara kontinuitas dibaca dari teks sumber sampai akhir dari sebuah dokumen. Keunggulan Algoritma N- gram adalah tidak akan terlalu sensitif terhadap kesalahan penulisan yang terdapat pada suatu dokumen, sedangkan Winnowing membuang seluruh karakter-karakter yang tidak relevan misalnya tanda baca dan spasi. Berdasarkan pada permasalahan diatas maka penulis mengusulkan sebuah sistem “Deteksi Dini Plagiarisme Pada Konten Teks Digital Tugas Akhir Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Menggunakan Algoritma N-Gram dan Winnowing “ ## TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang per- nah dilakukan sebagai bahan pertimbangan dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yaitu sebagai berikut : Deteksi kemiripan teks yang dilakukan oleh Syahputra (2015) dengan menggunakan algo- ritma winnowing yaitu Aplikasi yang dirancang merupakan aplikasi yang dapat mendeteksi plagiat pada suatu teks. Plagiat atau penjiplakan merupakan tindakan mencontoh atau meniru tulisan atau pekerjaan tanpa izin dari pemiliknya dan mengakui sebagai hasil karya pribadi. Algoritma Winnowing digunakan dalam mende- teksi penjiplakan. Mendeteksi duplikasi meng- gunakan sinonim mendapatkan hasil persentase yang lebih tinggi dari pada tanpa menggunakan sinonim. Sistem yang dibangun telah dapat mendeteksi duplikasi dengan pendekatan sino- nim dengan perbedaan ± 0.82 % lebih besar menggunakan synonym recognition dari pada tanpa synonym recognition. Deteksi keberadaan kalimat sama sebagai indikasi penjiplakan yang dilakukan oleh Pur- witasari (2013) dengan menggunakan algoritma Hashing berbasis N-Gram , Pendeteksian ini dirancang untuk deteksi keberadaan kalimat sama sebagai hasil copy – paste dan penjiplakan lebih lanjut seperti adanya penyebutan referensi yang baku. algoritma Winnowing sebagai algoritma untuk deteksi kalimat sama sebagai indikasi terjadinya penjiplakan. Uji coba telah dilakukan untuk melihat kemampuan mende- teksi kalimat sama sebagai indikasi penjiplakan dengan perubahan nilai – nilai tertentu. Parameter – parameter yang telah diamati adalah nilai n dari n -gram, bilangan prima b yang menjadi basis dalam proses hash , ukuran window w dan nilai ambang batas penentuan penjiplakan. Parameter nilai n pada algoritma Winnowing digunakan saat mengubah teks sepanjang n -gram menjadi sekumpulan nilai- nilai hash dengan fungsi hashing yang membutuhkan bilangan prima b tertentu. Perancangan sistem deteksi plagiat pada dokumen teks dengan konsep similarity yang dilakukan oleh Salmuasih (2013) dengan meng- gunakan algoritma Rabin Karp, pendeteksian ini dirancang untuk membandingkan file memberikan hasil berupa prosentase similarity. faktor yang mempengaruhi performa algoritma Rabin Karp karena Nilai modulo berpengaruh pada waktu proses, tetapi tidak pada nilai similarity, Penggunaan stemming berpengaruh pada keakuratan nilai similarity dan waktu proses. Dengan menggunakan stemming waktu proses cenderung lebih lama, tetapi tingkat akurasi similarity nya lebih tinggi. Semakin kecil k-gram menghasilkan akurasi nilai similarity yang lebih baik, dibandingkan k-gram yang lebih besar. Sistem deteksi plagiarisme dokumen bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Oktalina (2010) dengan menggunakan metode vector space model adapun dokumen yang diuji tingkat per- sentase kemiripannya yaitu dokumen jurnal program studi Teknik Informatika dan Sistem Informasi, dimana proses deteksi plagiaris- menya melalui tahapan preprocessing, yaitu proses tokenisasi, penghapusan stopwords , dan stemming , tahapan selanjutnya perhitungan pembobotan dan cosine similarity . Dalam pengembangan sistem ini penulis menggunakan bahasa pemrograman Java. Metodologi pengem- bangan sistem menggunakan pendekatan model iteratif pengembangan inkremental. Tujuan utama sistem ini adalah untuk mengetahui  13 Dillak 1 , Laumal 2 , Kadja 3 , Sistem Deteksi Dini Plagiarisme Tugas Akhir Mahasiswa Menggunakan Algoritma N-Grams dan Winnowing tingkat kemiripan atau plagiat suatu dokumen jurnal. Aplikasi ini diharapkan mampu men- deteksi dan memberikan persentase kemiripan dokumen dari proses tindakan plagiarisme mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akhir. Sistem deteksi plagiat pada dokumen bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Suyanto (2012) menggunakan algoritma SCAM. Plagiat meru- pakan tindak kecurangan yang sering kali dilakukan. Baik terkadang tidak menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan tergolong plagiat ataukah dengan sengaja melakukan tindak plagiat tersebut. Dengan kemajuan tek- nologi, tindak plagiat saat ini lebih mudah untuk dilakukan karena banyaknya dokumen-dokumen yang diunggah di internet tanpa adanya suatu pengaman khusus sehingga dengan sangat mudah dapat di-copy oleh orang lain. Semakin meningkat kecanggihan manusia dalam melakukan plagiat, maka dibutuhkan juga sistem yang dapat membantu mendeteksi plagiat dalam sebuah dokumen. Oleh karena itu, penulis menggagas untuk dibangunnya sebuah sistem deteksi plagiat (Plagiarism detection system) yang menggunakan SCAM (Stanford Copy Analysis Mechanism). SCAM adalah sebuah mekanisme untuk menghitung tingkat kemiripan antara dua atau lebih dokumen. SCAM baik dalam mendeteksi dokumen yang overlap tanpa bergantung pada lenght dokumen tersebut. Dan juga SCAM mampu mengenali dengan baik untuk dokumen yang merupakan subset atau superset dari dokumen lainnya. SCAM baik dalam mendeteksi dokumen yang overlap tanpa bergantung pada lenght dokumen tersebut. Dan juga SCAM mampu mengenali dengan baik untuk dokumen yang merupakan subset atau superset dari dokumen lainnya. Dalam pene- litian tugas akhir ini dilakukan pendeteksian ter- hadap 5 jenis plagiat, yaitu sinonim, pasif aktif, carbon copy, ubah susunan dan juga tambah kata. Dimana dokumen yang digunakan berupa abstrak Tugas Akhir mahasiswa IT Telkom berbahasa Indonesia. ## METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar Arsitektur Sistem di bawah Penjelasan arsitektur sistem yaitu user memasukkan file-file yang ingin di lakukan pendeteksian kemudian file-file yang sudah diinput akan diproses dengan cara analisis kebenaran arti dan kebenaran susunan terhadap teks. Tujuan dari pemrosesan ini adalah untuk mempersiapkan teks menjadi data yang akan mengalami pengolahan lebih lanjut, tahap lanjutannya diinput ke ekstraksi fitur di sinilah terdapat N-Gram untuk menghitung bobot setiap token yang ada dalam dokumen kemudian di simpan dalam dokumen kemudian barulah hitung derajat kesamaan dengan cosine similarity akan menghitung kemiripan vector dari artikel yang akan diuji. 1. Akuisisi Dokumen Akuisisi dokumen merupakan langkah awal yang dilakukan yaitu mempersiapkan file-file yang ingin saya masukkan dalam akuisisi doku- men dan saya menyiapkan file sebanyak 20 untuk dibandingkan. Berikut ini adalah po- tongan kode program untuk akuisisi dokumen. //Checking if the file is plain text or not //echo “<center><span id=’ Content’> Contents of “.$_FILES[‘file’][‘name’].” File</span></center>”; //Getting and storing the temporary file name of the uploaded file Akuisisi Dokument Preprocessing Ekstraksi Fitur Hitung Derajat Kesamaan Database Tentukan Tingkat Plagiat Gambar 1. Arsitektur Sistem  14 Jurnal Ilmiah FLASH Volume 2 Nomor 1 Juni 2016 $fileName = $_FILES[‘filex’][‘tmp_name’]; $fileName1 = $_FILES[‘file’][‘tmp_name’]; //Throw an error message if the file could not be open $file = fopen($fileName,”r”) or exit(“Unable to open file!”); $file1 = fopen($fileName1,”r”) or exit(“Unable to open file!”); 2. Preprosesing Tahap ini dilakukan untuk mencari kebe- naran arti dan kebenaran susunan terhadap suatu teks. Tujuan dari pemrosesan awal ini untuk mempersiapkan teks menjadi data yang akan mengalami pengolahan lebih lanjut. Dalam pre- processing ini terdapat 3 tahap yaitu tokeni-zing, eliminasi stopwords, dan stemming. a.Tokenizing Tujuan dari tokenizing adalah meng- ubah semua huruf dalam dokumen manjadi huruf kecil ( a sampai z) selain huruf di hilangkan. Selain itu dalam tokenizing, selu- ruh kalimat dalam suatu dokumen akan dikonversi menjadi kata lalu disimpan dalam suatu array, potongan kode program untuk t okenizing seperti terlihat dibawah ini. $x=explode(“ “,$words);$kata=””; for($i=0;$i<count($x);$i++) { $kata .= $x[$i]; } b.Eliminasi Stopwords Tujuan dari eliminasi stopwords adalah membuang kata-kata yang tidak relefan seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Seluruh kata yang telah diidentifikasi sebagai stopwords disimpan dalam bentuk tabel pada data base. Berikut ini merupakan sintaks dari proses eliminasi stopwords. function eliminasi_stopwords($input){ mysql_connect(“localhost”,”root”,””); mysql_select_db(“word-stemming”); $query=mysql_query(“select kata from stopword”); $commonWords=array(); while($hasil=mysql_fetch_row($query)) { $commonWords[]=$hasil[0]; } return preg_replace(‘/\b(‘.implode(‘|’, $com-monWords).’)\b/’,’’,$input); } c. Stemming Setelah proses eliminasi stopwords , maka langkah selanjutnya adalah mencari akar kata atau bentuk kata dasar dari setiap kata ( stemming ). Tujuan dari tahap ini adalah tahap mencari root kata dari tiap kata filtering , tahap ini juga dilakukan proses pengembalian berbagai bentuk kedalam representasi yang sama. Berikut ini meru- pakan sintaks stemming. function lakukan_stemming($data) { $ss=””;$z=””;$x=””; $datax=explode(“ “, $data); for($k=0;$k<count($datax);$k++) { $x=(stemming(strtolower($datax[$k]))); if(!empty($x)) { $z=$x; } else { $z=strtolower($datax[$k]); } $ss .= $z. “ “; } return $ss; } ## 3. Esktraksi Fitur Ekstraksi fitur merupakan proses meng- hitung keunikan dari setiap dokumen yang dapat digunakan sebagai pembanding terjadinya plagiarism. Dalam ekstraksi fitur pada tugas akhir ini, digunakan dua algoritma yaitu algoritma N-Gram dan Winnowing untuk menghitung bobot setiap token yang ada dalam  15 Dillak 1 , Laumal 2 , Kadja 3 , Sistem Deteksi Dini Plagiarisme Tugas Akhir Mahasiswa Menggunakan Algoritma N-Grams dan Winnowing dokumen (n=5) lalu disimpan dalam data base. Berikut ini adalah potongan kode program untuk ekstrasi fitur function getNgrams($words, $n) { $x=explode(“ “,$words);$kata=””; for($i=0;$i<count($x);$i++) { $kata .= $x[$i]; } $word=trim($kata); $ngrams = array(); $len = strlen($word); //$word=trim($word); for($i = 0; $i < $len; $i++) { if($i > ($n - 2)) { $ng = ‘’; for($j = $n-1; $j >= 0; $j—) { $ng .= $word[$i-$j]; $ngrams[] = $ng; } } return $ngrams; } Setelah pencarian N-Gram , maka langkah selanjutnya adalah menghitung nilai hash dari setiap kata ( winnowing ) menggunakan rumus rolling hash . Potongan kode program seperti di bawah ini. function hitung_hash($data,$k=5,$b=5) { $data_temp=””; $data_temp1=array(); for($i=0;$i<count($data);$i++) { $h=array();$h[$i]=0; $data_temp=$data[$i]; $kk=$k; for($j=0;$j<strlen($data_temp);$j++) { $kk—;$h[$i] += ord($data_temp[$j]) * pow($b,$kk); } $data_temp1[$i]=$h[$i]; } return $data_temp1; } 4. Menghitung Derajad Kesamaan Proses selanjutnya setelah mencari nilai hash adalah memilih fingerprint berdasarkan nilai suatu window w , dimana nilai hash yang dipilih adalah nilai hash yang terkecil. Potongan program untuk menghitung nilai yang terkecil adalah sebagai berikut function hitung_nilai_min($data) { $temp_min=array();; for($i=0;$i<count($data);$i++) { $pecah=explode(“ “,$data[$i]); //$int=min($pecah);$temp_min[$i]=$int; $temp_min[$i]=min ($pecah[0], $pecah[1], $pecah[2],$pecah[3]); } return $temp_min; } 5. Menghitung Derajat Kesamaan Pada penelitian ini, perhitungan derajat kesamaan menggunakan cosine similarity dari teks yang telah diproses pada ekstraksi fitur. Tujuan dari proses ini adalah mengetahui tingkat kemiripan antara kedua dokumen dimana bila kemiripan kedua dokumen sangat tinggi maka kemungkinan plagiatnya akan semakin tinggi, demikian pun sebaliknya. Proses perhitungan derajat kesamaan pada dasarnya merupakan proses mencari kesamaan nilai hash dua buah dokumen. Potongan kode program untuk meng- hitung tingkat kemiripan dua buah dokumen seperti di bawah ini $d=getNgrams($satu,5); $x=hitung_hash($d); $y=winn($x); $z=array_unique(hitung_nilai_min($y)); $d1=getNgrams($dua,5); $x1=hitung_hash($d1); $y1=winn($x1); $z1=array_unique(hitung_nilai_min($y1)); $hasil= array_diff($z,$z1); $final=array_diff($z,$hasil); $a=(count($final)/count($z))*100;  16 Jurnal Ilmiah FLASH Volume 2 Nomor 1 Juni 2016 ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian sistem menggunakan Microsoft office word 2007 hasil upload yang terjadi keseluruhan file menjadi warning, simbol- simbol dan hasil akhir dalam bentuk digital Untuk menentukan jenis plagiarisme antara dokumen yang diuji ada 5 jenis penilaian persentase similarity: 0% : Hasil uji 0% berarti kedua dokumen tersebut benar-benar berbeda baik dari segi isi dan kalimat secara keseluruhan. <15% : Hasil uji 15% berarti kedua doku- men tersebut hanya mempunyai sedikit kesamaan. 15-50% : Hasil uji 15-50% berarti menan- dakan dokumen tersebut termasuk plagiat tingkat sedang. >50% : Hasil uji lebih dari 50% berarti dapat dikatakan bahwa dokumen tersebut mendekati plagiarisme. 100% : Hasil uji 100% menandakan bahwa dokumen tersebut adalah plagiat karena dari awal sampai akhir mempunyai isi yang sama. Sesuai dengan program yang telah dilakukan pendeteksian membuktikan bahwa pendeteksian yang telah dilakukan mampuh membaca hingga tingkat plagiarism ( 100 %) ## KESIMPULAN Berdasarkan percobaan-percobaan yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a. Sistem Plagiarisme dalam membandingkan file memberikan hasil berupa presentase similarity b.Berikut faktor yang mempengaruhi berjalan- nya algoritma N-Gram dan Winnowing : i. Semakin banyak isi sebuah file yang ingin dideteksi, waktu prosesnya akan semakin lama (running time) ii.Waktu mendeteksi file paling lambat 3.600 jika melewati batas maka akan terjadi eror c. Apabila yang dirancang merupakan aplikasi yang dapat mendeteksi plagiat pada suatu teks Adapun saran yang diberikan oleh penilis untuk pengembangan aplikasi pendeteksian duplikasi ini, yaitu : a. Aplikasi ini tidak hanya dipakai untuk men- deteksi tugas akhir tapi juga dipakai untuk mendeteksi file lain b.Untuk kedepannya aplikasi ini dapat dikem- bangkan dengan menambah format dokumen dan lainnya yang dibandingkan dan tidak hanya berupa tulisan saja yang dibandingkan akan tetapi dapat membandingkan gambar, grafik, table dan lainnya. ## DAFTAR PUSTAKA: Aditya, Alan Nur, “Jago php & MySql”, Penerbit dunia komputer: Bekasi. Anonim, Perancangan Sistem Deteksi Plagiat Pada Dokumen teks. Dengan Konsep Somilariti Menggunakan Algo- ritma Rabin Karp.http://yudiagusta. word- press.com/2008/05/13/similarity-measure/ diakses Kamis, 7 Maret 2013 jam 21.52 wib. Anonim., Deteksi Plagiarisme Dokumen Teks Menggunakan Algiritma Scam. http:// Gambar 2. Interface pengujian Tabel 1. Pengujian Derajad Kesamaan Plagiat Tidak Plagiat 82.978723404255 6.2706270627063 100 14.569536423841 90.878378378378 27.40492170022 85.714285714286 32.642487046632 93.079584775087 36.312849162011  17 Dillak 1 , Laumal 2 , Kadja 3 , Sistem Deteksi Dini Plagiarisme Tugas Akhir Mahasiswa Menggunakan Algoritma N-Grams dan Winnowing elib.unikom.ac.id/files/disk1/596/jbptunik ompp-gdl-dennisahma-29785-9-unikom_d- i.pdf, diakses 11 Januari 2012. Atmopawiro, Alsasian.2006. Pengkajian dan Analisis Tiga Algoritma Efisien Rabin-Karp, Knuth-Morris-Pratt, dan Boyer-Moore dalam Pencarian Pola dalam Suatu Teks. Makalah tidak Terpublikasi. Program Studi Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung. B.Klug,”The Plagiarism Checker”, 2002, http:/ /www.dustball.com/cs/plagiarism.checker/, diakses tanggal 10 Januari 2011. Even-Zohar, Y. 2002. Introduction to Text Mining. G.Greenspan, “Copyscape”, 2006, http://copys- cape.com, diakses tanggal 10 Januari 2011. Hearst, M. 2003. What is Text Mining?. http : / / www . sims . berkeley. edu / ~hears t/ text- mining.html. Information Retrieval Tutorial : Stemming Po- rter untuk Bahasa Indonesia. “http://kabulkurniawan.com/2012/03/17/infor- mation-retrieval-tutorial stemming-porter- untuk-bahasa-indonesia/” diakses Selasa, 3 juli 2012 jam 10.49 wib. Kadir, Abdul, Dasar Pemograman Web ASP, cetakan pertama, PT Excel Media Kom- pution, Yakarta, 2005 KBBI, 1997: 775. Kosinov, Serhiy. 2002. Evaluation of N-Grams Conflation Approach in Text-Based Infor- mation Retrieval. University of Al- berta.Canada. Kristanto, Andri, 2004, Rekayasa Perangkat Lunak : KOnsep Dasar, YOgyakarta : Gava Media. Kurniawati, Ana, Wicaksana, I Wayan Simri. Perbandingan Pendekatan Deteksi Plagiarism Dokumen Dalam Bahasa Inggris. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Gunadarma, 2008. Madcoms, 2009, “Menguasai XHTML, CSS, PHP, & MySql melalui dreamweaver”, Penerbit ANDI:Yogyakarta. Mudafiq Riyan Pratama, Aplikasi Pendeteksi Duplikasi Dokumen Teks Bahasa Indonesia Menggunakan Algoritma Winnowing Dengan Metode K-Gram Dan Synonym Recognition, Jurusan Teknik Informatika Universitas Muhammadiyah Malang. Mutiara, Benny; Agustina, Sinta. 2008. Anti Plagiarsm Application with Algorithm Karp- Rabin at Thesis in Gunadarma. University. Gunadarma University. Depok, Indonesia. Oktalina,2010. Sistem Deteksi Plagiarisme Dokumen Bahasa Indonesia dengan Algo- ritma Metode Vector Space. Program Studi Teknik Informatika Stimik Gi Mdp. Purwitasari, 2013. Deteksi Keberadaan Kalimat Sama sebagai Indikasi Penjiplakan dengan Algoritma Hashing Berbasis N-Gram. Lab Semantik Web - Teknik Informatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Rabin Karp Matching. http://www. cedar- ville.edu/ personal/ personalpages/ shom- per/ cs3410_web/ resources/ rabin_karp_ matching.ppt diakses Senin, 5 November 2012 jam 14.12 wib. Salmuasih, 2013. Perancangan Sistem Deteksi Plagiat Pada Dokumen Teks Dengan Konsep Similarity Menggunakan Algoritma Rabin Karp. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika Dan Komputer Amokom Yogyakarta. Schelimer., Saul, et. Al, 2003 Winnowing: Local Algorithms for Document Fingerprinting, diakses 13 November 2012. Suyanto,2012. Sistem Deteksi Plagiat Pada Dokumen Bahasa Indonesia. Universitas Dian Nuswantoro Program Studi Teknik Informatika. Syahputra, Pelita Informatika Budi Darma, Volume : IX, Nomor: 1, Maret 2015. Imple- mentasi Algoritma Winnowing Untuk De- teksi Kemiripan teks. Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan.  18 Jurnal Ilmiah FLASH Volume 2 Nomor 1 Juni 2016
b847b2a5-8ffc-4001-9b20-6085340dd4b7
https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/download/3176/2726
i DAFTAR ISI Sigit Setioko DINAMIKA KEPEGAWAIAN DAN EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI ………………………. . 1-19 Muh. Ide Apurines, Muradi, Dede Sri Kartini PRAKTIK PEMERINTAHAN PADA KESULTANAN BUTON TAHUN 1540-1960 MASEHI ……………………………… 20-47 Yanyan Mochamad Yani & Elnovani Lusiana SOFT POWER DAN SOFT DIPLOMACY ………………. 48-65 Yohana Apaut, Arry Bainus, Dede Sri Kartini FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEMILIH PEMULA PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 ………………… .. 66-91 ## Zainal ## INTERGOVERNMENTAL RELATIONS DALAM PEMBERIAN KONSESI HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI PROVINSI RIAU ………… ..92-114 Andi Muh. Dzul Fadli,Komeyni Rusba, ## Indrawan Tobarasi KEMENANGAN PETAHANA DALAM KONTESTASI PILKADA SERENTAK 2018: DITINJAU DARI PERSPEKTIF POWERCUBE ……… 115-139 Triono,Dede Sri Kartini, Affan Sulaeman MILITANSI KADER PKS DALAM PEMENANGAN POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF 2009 DAN 2014 DI LAMPUNG …………………………… .. 140-164 ## ISSN: 0216-4396 Elnovani Lusiana, Lukiati Komala, Rully Khairul Anwar SAHABAT MUSEUM KONFERENSI ASIA AFRIKA(SMKAA) AKTIVITAS DIPLOMASI PUBLIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI RI MELALUI PENGEMBANGAN KOMUNITAS&PARTISIPASI PUBLIK ……………… 165-179 iii TAPIs (Teropong Aspirasi Politik Islam) Vol.14 No.02 Juli-Desember 2018 Penerbit: Prodi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN RADEN INTAN LAMPUNG Penanggungjawab: Asriani Pimpinan Redaksi: ## Nadirsah Hawari Editor Amaludin Lamani Ramadhan Habibi Usman Jakfar Pirngadi Triono ## Sekretariat Tin Amalia Fitri Design Grafis: Ambar Dwi Prasekti ## iv ## KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah dan segala yang ada di langit dan bumi. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah saw, para sahabat, dan semua pengikutnya ila yaumil akhir. Kembali Jurnal Teropong Aspirasi Politik Islam (TAPIs) hadir kehadapan para pembaca, reviewer, dan para peneliti budiman untuk edidi kedua bulan Juli-Desember tahun 2018 yang diterbitkan oleh Prodi Pemikiran Politik Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Raden Intan Lampung. Pada edisi kali ini (Volume 14. No.2 Juli- Desember 2018) ada beberapa tema menarik diantaranya tentang Praktik Pemerintahan Pada Kesultanan Buton, Soft Diplomacy, Perilaku Pemilih Pemula, Intergovermental Relations, Kemenangan Petahan Dalam Pilkada 2018, Militansi Kader PKS, dan Aktivitas Diplomasi Publik. Akhirnya, segala masukan dan kritikan yang bersifat membangun sangat kami nantikan dari para kontributor dan pembaca yang budiman agar jurnal ini makin sempurna. ## DINAMIKA KEPEGAWAIAN DAN EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI ## Sigit Setioko Dosen Tetap pada STISIPOL Dharma Wacana Metro e-mail:[email protected] ## Abstrak Sebagian tenaga honorer di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lampung Tengah masih ada yang belum datang/pulang kerja tepat waktu ataupun keluar kantor tanpa alasan dinas, motivasi kerja mereka belum optimal karena insentif yang rendah serta ketidakpastian nasib status menjadi pegawai negeri. Inisiatif kerja juga masih kurang, termasuk ketelitian, kecermatan, dan keseriusan kerja seperti masih menunda penyelesaian pekerjaan. Permasalahan dalam tulisan ini adalah: Bagaimanakah dinamika kepegawaian dalam kaitannya mendukung efektivitas kerja tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah? Untuk menjawab persoalan tersebut digunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Simpulan dan saran penelitian yaitu: (1) Peningkatan implementasi disiplin jam/hari kerja ditujukan tidak terbatas terhadap pegawai honorer, tetapi peningkatan kemampuan adaptasi jam dan hari kerja tersebut juga diberlakukan kepada pegawai negeri. (2) Untuk meningkatkan kemampuan bersaing dilakukan kegiatan atau kebijakan motivasi secara berimbang, baik dari aspek materiil maupun spiritual. (3) Untuk meningkatkan produktivitas kerja dilakukan berbagai kegiatan kecakapan kerja bagi tenaga honorer yang baru, seperti kegiatan orientasi kerja, pendampingan kerja, pendidikan dan pelatihan. (4) Optimalisasi kemampuan kerja dilakukan dengan peningkatan gaji/insentif bagi tenaga honorer serta rekrutmen dilakukan terhadap calon pegawai berbakat. (5) Potensi konflik diantara sesama pegawai honorer ditekan dengan pemberian tugas dan pekerjaan yang adil atau merata sehingga mencegah terjadinya kecemburuan kerja. Kata Kunci: Efektivitas, Optimalisasi, Motivasi Kerja Sigit Setioko: DINAMIKA KEPEGAWAIAN DAN…. ## Pendahuluan Kualitas dan kuantitas pegawai berperan penting bagi terselenggaranya urusan-urusan pemerintahan secara baik. Terlebih pada era reformasi yang ditandai dengan publik yang kritis maka pegawai di lingkungan pemerintahan tersebut dituntut lebih profesional. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 mengatur jenis, kedudukan, hak dan kewajiban serta pelaksanaan manajemen pegawai negeri termasuk di dalamnya mengatur tentang pegawai honorer. Dalam Pasal 2 ayat (3) disebutkan bahwa di samping pegawai negeri, pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap. Pegawai tidak tetap adalah pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Akan tetapi pegawai tidak tetap ini tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil. Penamaan pegawai tidak tetap mempunyai arti sebagai pegawai di luar Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai lainnya (tenaga kerja), dimana merupakan salah satu bentuk antisipasi pemerintah terhadap banyaknya kebutuhan pegawai namun dibatasi oleh dana APBN/APBD dalam penggajiannya. 1 Pegawai Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lampung Tengah sebagai pelaksana operasional tiap program kerja, dituntut memiliki kemampuan kerja yang tinggi. Pekerjaan yang diemban tenaga honorer yang ada di Sekretariat DPRD tersebut ternyata belum dapat terlaksana secara optimal, antara lain karena tenaga honorer yang penghasilannya kecil tapi pada saat yang sama memiliki beban kerja sama dengan ASN. Hal ini menyebabkan tenaga honorer kurang memiliki semangat dan kurang bersungguh-sungguh untuk bekerja. Motivasi kerja yang belum maksimal tersebut pada akhirnya mengganggu budaya kerja yang ada di lingkungannya bekerja. 1 Hartini, Sri dkk, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika. Hal. 37. Sigit Setioko: DINAMIKA KEPEGAWAIAN DAN…. Berdasarkan pra-survei diketahui sejumlah gejala, yaitu pertama, disiplin tenaga honorer masih rendah. Disiplin tenaga honorer yang masih rendah ini terlihat dari kenyataan sehari-hari dimana ada sebagian tenaga honorer yang kerap datang terlambat dan pulang lebih cepat, serta kebiasaan keluar pada jam kerja tanpa ada keterangan sehingga ketika dibutuhkan tidak ada di tempat sehingga mengganggu kelancaran tugas di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah. Kedua, prestasi kerja relatif kurang baik. Misalnya disiplin kerja, kreativitas, semangat, motivasi, dan gairah kerja tenaga honorer belum terlihat ada peningkatan. Hal ini disebabkan tenaga honorer merasa status kerjanya di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah masih belum jelas apakah akan selamnya menjadi tenaga honorer atau akan diangkat menjadi ASN. Ketiga, tanggung jawab tenaga honorer rendah, yaitu ditandai dengan masih ada yang menunda-nunda pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, serta tingkat ketelitian dan kecermatan belum optimal. Akhirnya, terkesan bekerjanya setengah hati dan kurang memaksimalkan segala kemampuan yang ada dalam dirinya. Hal ini disebabkan karena tenaga honorer sering menunggu perintah untuk melakukan pekerjaannya, sehingga kurang inisiatif untuk melakukan pekerjaan, meskipun tanpa adanya perintah mereka tahu apa yang harus dikerjakannya. Tenaga honorer bekerja dengan sungguh-sungguh apabila ada perintah dan diawasi oleh atasan. Hal tersebut didasari belum terasahnya kebiasaan untuk menghidupkan sisi kreatif dan inovasinya terhadap tugas-tugas yang ada. Loyalitas antar pegawai juga belum kuat. Jika sudah mengerjakan satu pekerjaan maka sebagian tidak mau membantu tugas rekan yang lainnya agar cepat selesai. Hal ini muncul karena mereka beranggapan mereka sudah dibagi tugasnya masing- masing, sehingga loyalitas dengan sesama rekan kerja masih kurang. Beberapa masalah di atas pada akhirnya membuat organisasi pemerintahan khususnya di sekretariat DPRD tersebut belum dapat mencapai efektivitas kerja secara optimal. Permasalahannya adalah pencapaian efektivitas kerja bukan tanpa pengaruh lingkungan, melainkan banyak aspek yang terkait di dalamnya. Salah satunya berhubungan dengan aspek pegawai, sebagaimana terlihat dari 4 (empat) aspek gejala kerja tenaga honorer di atas. Beberapa aspek pegawai yang terkait dengan pencapaian efektivitas kerja: 2 kemampuan menyesuaikan diri; kepuasan kerja; kemampuan berkompetisi/bersaing; dan pencapaian sumber daya. Maka penulis ingin meneliti bagaimana dinamika aspek-aspek kepegawaian tersebut dalam upaya mendukung pencapaian efektivitas kerja. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di ata s, maka permasalahan yang ada dirumuskan: “Bagaimanakah dinamika kepegawaian dalam kaitannya mendukung efektivitas kerja tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah? ## Metode Penelitian ini merupakan tipe deskriptif kualitatif sebagaimana dimaksud Faisal 3 , yaitu dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi dinamika aspek-aspek kepegawaian yang mendukung efektivitas kerja tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah, yaitu difokuskan terhadap aspek-aspek berikut kemampuan adaptasi, kemampuan bersaing, produktivitas kerja, kemampuan kerja, serta pengelolaan dinamika konflik. Data dikumpulkan melalui teknik- teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, selanjutnya dianalisis sebagaimana Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 4 yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik simpulan. ## Pembahasan Pasal 1 butir ke satu Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi CPNS dijelaskan bahwa tenaga honorer adalah seseorang yang diangkat oleh 2 Steers, Richard M, 2005, Manajemen Perusahaan, Jakarta, Gramedia. Hal. 192. 3 Faisal, Sanafiah, 2002, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta, Raja Grafindo. Hal. 20. 4 Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Bandung, Alfa Beta. Hal. 247-252. pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban APBN/APBD. Istilah tenaga honorer Non APBN/APBD adalah pegawai tidak tetap yang bekerja dan mengabdikan hidupnya menjadi aparatur pemerintah yang pembiayaan gajinya tidak di danai oleh APBN/APBD tapi dibayar berdasarkan keikhlasan para pegawai negeri yang dibantunya ataupun dana operasional instansi tersebut yang besar pembayarannya tidak menentu dan relatif lebih kecil dari standar upah minimum baik regional ataupun kabupaten/kota. 5 Itulah pegawai honorer yang dimaksud dalam tulisan ini. Adapun dalam artikel ini, kata efektif mengacu kepada rentang tercapai-tidaknya tujuan dari suatu kegiatan. Istilah rentang tersebut berarti makin mendekati tujuan maka makin efektif, sebaliknya bila hasil akhir kenyataannya kian jauh dari tujuan berarti efektivitasnya kian kurang tercapai. Apalagi konsep tujuan merupakan sesuatu konsep yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga efektivitas terkait dengan jarak kedekatan hasil akhir dengan tujuan semula. Dalam kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Menurut Handoko, 6 efektivitas kerja adalah suatu keadaan dimana aktifitas jasmaniah dan rohaniah yang dilakukan oleh manusia dapat mencapai hasil akibat sesuai yang dikehendaki. Jadi efektivitas kerja menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Variabel tujuan dalam pengertian efektivitas tersebut juga selaras dengan target. Efektivitas secara umum menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang telah terlebih dahulu ditentukan oleh organisasi, apakah target yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak. 5 Hartini, Sri dkk, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika. Hal. 39. 6 Handoko, Tani, 2003, Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Hal. 7. ## 6 Salah satu aspek efektivitas yaitu terkait dengan waktu, artinya efektif-tidaknya suatu hal diukur dari ketepatan penyelesaian hal tersebut dengan waktu yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi akan dikatakan makin efektif kalau hal tersebut berhasil dituntaskan tepat waktu. Abdurahmat, 7 mengemukakan efektivitas kerja berarti penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya seperti yang telah ditetapkan sebelumnya. Pendapat Georgopolous dan Tannenbaum, 8 efektivitas kerja yaitu penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya yang telah ditetapkan. Selain waktu, efektivitas juga terkait dengan aspek kuantitas dan kualitas. Hidayat, 9 menjelaskan efektifitas kerja adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya. Target kuantitas, target kualitas, dan target waktu dalam hal ini berarti merupakan 3 (tiga) aspek dalam pengukuran efektivitas kerja. Indikator efektivitas juga dapat dilakukan melalui penghitungan input dengan output. Saksono, 10 menulis bahwa efektivitas kerja adalah seberapa besar tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari sejumlah input pekerjaan yang telah dilakukan“. Input dapat berwujud sumber daya seperti personil, sarana dan prasarana. Makin sesuai output yang dihasilkan dengan input yang digunakan maka dapat dikatakan lebih efektif. Adapun Steers, 11 menulis sejumlah aspek kepegawaian terkait dengan pencapaian efektivitas secara umum. Menurutnya, aspek- aspek efektivitas kerja meliputi kemampuan adaptasi, kemampuan bersaing, kepuasan kerja, dan pencapaian sumber daya. Adapun 7 Abdurahmat, 2003, Dalam Hubungan Dengan Konsep Pembangunan Daerah, Jakarta, Media Tama. Hal. 92. 8 Georgopolous dan Tannenbaum, 2005, Efektivitas Organisasi, Jakarta, Rineke Cipta. Hal. 51. 9 Hidayat, 2006, Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Hal. 27. 10 Saksono, Prasetyo Budi, 2004, Dalam Menuju SDM Berdaya, Jakarta, Bumi Aksara. Hal. 19. 11 Steers, Richard M, 2005, Manajemen Perusahaan, Jakarta, Gramedia. faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja menurutnya yaitu kemampuan kerja, keterampilan kerja, ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan tugas, dan disiplin kerja. Steers juga mengutip Duncan, ukuran-ukuran efektivitas: adanya produktivitas kerja yang tinggi, kemampuan adaptasi, dan pengelolaan dinamika konflik atau tidak adanya ketegangan dalam organisasi. Dalam tulisan ini, aspek-aspek kepegawaian yang akan dibahas terkait dengan efektivitas kerja yaitu kemampuan adaptasi, kemampuan bersaing, produktivitas kerja, kemampuan kerja, dan pengelolaan dinamika konflik. ## 1. Kemampuan Adaptasi Penyesuaian diri berarti tentang cara, yaitu bagaimana suatu pihak melakukan reaksi atas fakta situasi eksternal atau di luar dirinya. 12 Lingkungan luar dirinya memiliki aksi-aksi tertentu yang berhubungan dengan diri pegawai sehingga pegawai yang bersangkutan akan bereaksi. Tujuan adaptasi dalam lingkungan kerja yaitu untuk mengubah perilaku pegawai agar lebih sesuai dengan lingkungan kerja. 13 Lingkungan kerja pelayanan publik seperti melawan praktik Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN). Kemampuan adaptif ditunjukkan oleh adanya pengendalian diri. 14 Yaitu orang mengatur antara impuls-impuls, pikiran-pikiran, kebiasaan-kebiasaan, emosi-emosi dan tingkah laku pribadi dengan prinsip-prinsip atau tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada dirinya. Kemampuan adaptasi juga ditunjukkan dari kemampuan dan kecepatannya dalam memahami tata kerja, arah kerja, jenis fasilitas kerja yang digunakan, serta adanya pencapaian prestasi. Sebagai bagian instansi pemerintahan, Sekretariat DPRD Lampung Tengah 12 Semiun, Yustinus, 2006, Kesehatan Mental I: Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian diri dan Kesehatan Mental serta Teori-Teori yang Terkait. Yogyakarta, Kasinius. Hal. 37. 13 Fahmy, 1982. Penyesuaian Diri, Pengertian Dan Peranannya Dalam Kesehatan Mental. Jakarta, Bulan Bintang. Hal. 14. 14 Op.cit. Hal. 42. juga memiliki ketentuan jam dan hari kerja sebagaimana diatur Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN), termasuk peraturan pelaksanaannya seperti Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pegawai honorer juga termasuk diwajibkan kerja 37 jam 30 menit per minggu, 5 hari/minggu. Semua pegawai di sekretariat wajib masuk kerja pukul 7 pagi sampai dengan 15.30 WIB (Senin-Kamis), serta 07.00 sampai 11 siang (Jumat). Ketentuan jam dan hari kerja di atas dalam kajian mengenai kemampuan adaptasi pegawai ini merupaka n suatu “aksi” dari Sekretariat DPRD Lampung Tengah sebagai suatu lingkungan kerja. Adapun taat atau tidaknya pegawai terhadap peraturan tentang salah satu aspek disiplin kerja tersebut merupakan reaksi terhadap aksi instansi. Sebagian besar tenaga kerja honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah telah mentaati seluruh aturan dan tata tertib yang berlaku. Aturan kantor yang kadang kala dilanggar yaitu disiplin kerja seperti datang terlambat, berarti tidak sesuai dengan ketentuan jam masuk kerja. Begitu pula sebagian kecil tenaga honorer pernah pulang kerja sebelum waktunya. Selain jam kerja, informan juga menjelaskan masih ada juga pegawai negeri maupun tenaga honorer yang beberapa kali tidak masuk kerja tanpa ijin maupun tanpa alasan yang jelas. Berdasarkan uraian tersebut kemampuan adaptasi lingkungan kerja tenaga honorer belum optimal. Hal itu dikonfirmasi dari masih adanya sejumlah pelanggaran jam dan hari kerja. Padahal Sekretariat DPRD sebagai lingkungan kerja pemerintahan telah menggaris peraturan jam dan hari kerja demi terlaksananya pelayanan publik secara baik. Pengendalian diri mereka berarti belum baik seperti masih memiliki pikiran-pikiran, kebiasaan-kebiasaan, atau tingkah laku sebagaimana belum kerja di lingkungan instansi publik. Penelitian tidak menemukan pegawai honorer melakukan praktik KKN ataupun yang terkait dengan sikap atau perilaku minor ketika melayani publik. Lingkungan pemerintah dituntut melakukan pelayanan publik secara profesional dimana pegawai honorer umumnya belum dengan baik beradaptasi untuk masalah jam atau hari kerja, tetapi tidak melawan tuntutan lingkungan kerja yang bebas KKN dan seterusnya. Adaptasi lingkungan maupun budaya kerja dari para pegawai honorer pada umumnya sudah baik. Data penelitian mengonfirmasikan bahwa kalau tenaga honorer ada yang kurang baik dalam kemampuan menyesuaikan diri oleh karena yang bersangkutan masih relatif baru sebagai tenaga honorer. Penelitian menunjukkan bahwa tenaga honorer yang masih baru umumnya memang masih kelihatan canggung ataupun masih pilih-pilih teman. Informan juga mengatakan sebagian mereka yang baru terlihat sungkan, seperti masing asing dengan lingkungan kerjanya yang baru. Berarti konsentrasi pegawai baru terhadap disiplin waktu kerja masih kalah dengan besarnya perhatian mereka terhadap adaptasi lingkungan fisik dan teman kantor. Dengan demikian terkonfirmasi bahwa adanya sebagian pelanggaran jam dan hari kerja disebabkan pegawai yang bersangkutan masih relatif baru. Pegawai baru belum terbiasa dengan tuntutan waktu kerja di lingkungan Sekretariat DPRD. Kemampuan menyesuaikan diri di bidang disiplin waktu kerja ini berarti perlu waktu tertentu untuk seterusnya lama-kelamaan para pegawai honorer menjadi terbiasa dengan ketentuan jam dan hari kerja tersebut. Mereka memiliki tantangan meningkatkan kemampuan adaptasi yang baik yaitu mengubah perilaku jam dan hari kerja agar lebih sesuai dengan tuntutan lingkungan kerja di dunia pemerintahan. Kecenderungan kesamaan kasus pelanggaran disiplin waktu kerja di berbagai instansi pemerintahan tidak dapat dijadikan dalih untuk tidak melakukan adaptasi. Seperti dijelaskan informan bahwa kemampuan adaptasi terhadap lingkungan aturan kerja dari para pegawai rata-rata sama dengan di berbagai instansi. Di antara pegawai di kantor manapun diyakini ada yang melanggar aturan, jadi tidak hanya terjadi kepada pegawai honorer. Jadi bukan cari-cari alasan, tetapi perhatian yang dapat dicamkan dari fenomena tersebut adalah tidak terbatas terhadap pegawai honorer, tetapi peningkatan kemampuan adaptasi jam dan hari kerja juga diberlakukan kepada semua jenis pegawai. ## 2. Kemampuan Bersaing Apabila para pegawai memiliki kemampuan bersaing, maka akan dicapai efektivitas kerja. Sebab, di dalamnya terkandung adanya usaha dan tekad pegawai yang ingin maju atau menjadi lebih baik. Hal ini berbeda dengan pegawai yang hanya menjalankan pekerjaan sebatas sebagai rutinitas saja. Keahlian-keahlian pegawai yang diperlukan agar memiliki kemampuan yang baik untuk bersaing secara sehat yaitu: menjadi pendengar yang baik, mudah bergaul, serta komunikasi dan koordinasi kerja lancar; kemampuan kerja dalam tim (team work); melek teknologi; kemampuan mengatasi krisis, tantangan, masalah-masalah pekerjaan; serta manajemen waktu secara baik. Penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bersaing tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah. Informan umumnya menilai tenaga honorer tersebut belum terlihat kuatnya usaha dan tekad mereka untuk maju ataupun menjadi lebih baik. Hal tersebut terlihat dari pekerjaan yang dilaksanakan secara monoton seperti tanpa semangat melakukan yang terbaik, asalkan tugas sudah selesai. Tenaga honorer umumnya melaksanakan pekerjaan sebatas sebagai rutinitas sehari-hari, berjalan apa adanya. Sebagian besar tenaga honorer dinilai informan belum dapat mengatur waktu secara baik. Manajemen waktu yang baik misalnya terlihat dari kepatuhan terhadap ketentuan disiplin jam/hari kerja pegawai. Hal tersebut dikonfirmasi dari masih banyaknya pegawai termasuk di dalamnya tenaga honorer yang seringkali datang terlambat, pulang kerja lebih awal, ataupun sering tidak masuk kerja. Informan dari tenaga honorer ada yang mengaku bahwa dia sering telat masuk kerja oleh karena hanya ikut-ikutan. Dia mengaku sebenarnya dapat datang tepat waktu di kantor, akan tetapi dilihatnya jam 7 pagi memang kantor masih sepi. Dengan demikian diketahui bahwa aspek manejemen waktu yang tampak kurang tersebut ternyata tidak selamanya bernilai netral bahwa yang bersangkutan benar-benar gagal mengatur waktu. Padahal yang tampak bermasalah dalam manajemen waktu tersebut hanya karena ikut-ikutan. Selanjutnya seorang ibu tenaga honorer menjelaskan sebagai berikut: “Ya mohon maaf aja pak kalau belum bisa datang tepat waktu, apalagi disuruh datang di kantor jam 7 pagi. Biasa kalau jam segitu ibu-ibu seperti saya masih di rumah sedang bersiap-siap ke kantor, jadi belum berangkat. Itu pun sudah bagus lho pak kalau beres-beres inilah itulah di rumah sudah kelar. Belum lagi saya ini sambil ngantor masih harus ngampirin anak yang tahun ini mula i masuk sekolah TK”. Jadi selain faktor terbawa lingkungan, maka pegawai honorer dari seorang ibu juga dapat memperluas penjelasan dari manajemen waktu mereka yang masih belum tertib dan disiplin. Faktor ibu-ibu dengan segala tugas dan kewajibannya di rumah, di mana sejak dini hari wajib beres-beres rumah seperti menyapu, mencuci, masak, dan seterusnya maka memang seperti tidak mungkin mereka dapat tepat waktu tiba di kantor. Bukan berarti indikasi kemampuan kompetitif tersebut sama sekali kosong. Informan menemukan beberapa tenaga honorer bersemangat menjalankan tugas dan fungsinya, salah satu faktor penyebabnya yaitu mereka ingin mendapatkan dedikasi yang baik dalam bekerja, ingin bisa mendapatkan penilaian yang baik dalam bekerja, di mana semua itu sebagai titik untuk dapat digunakan sebagai modal untuk menjadi pegawai negeri. Seorang informan menjelaskan: “Malah sering ada tenaga honorer yang asalnya dari desa agak jauh begitu tetapi rajin dia mas. Memang secara penampilannya sederhana seperti dalam berpakaian maupun dalam pergaulan nggak neko-neko. Istilahnya yang model begituan yang justru sering jadi andalan dalam pekerjaan”. Kemampuan bersaing dalam hal ini berarti dapat dilihat dari dari tenaga hororer yang berasal dari orang kebanyakan di kampung. Mereka kerja mulai dari bawah seperti tenaga honorer yang memiliki komitmen kerja. Salah satu keunggulan atau modal untuk mendukung kemampuan bersaing dalam hal ini yaitu mereka sehari-hari dalam pergaulan dapat secara baik berperan sebagai pendengar yang baik. Model honorer demikian dikenali para informan sebagai pribadi yang apa adanya, tidak suka aneh-aneh. Tenaga honorer di Sekretariat DPRD ini umumnya familiar dengan teknologi kerja yang diperlukan. Dalam hal ini penting mencatat fakta dari informan bahwa bukan berarti kemampuan tekonologi tersebut sudah istimewa, tetapi dikarenakan hanya komputer biasa yang digunakan untuk kerja di kantor, itu juga operasi program yang diperlukan sebatas mikrosoft atau sesekali power point. Dengan demikian, faktor melek teknologi sebagai keahlian yang harus dipunyai untuk bersaing dari para tenaga honorer dapat disebut sudah cukup baik oleh karena memang keterampilan komputer tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan kerja. Selain itu, kemampuan kompetitif diantara tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah mulai terlihat terutama bila ada insentif yang diberikan, baik insentif karena hasil kerja yang baik maupun insentif kerja lembur. Sungguhpun demikian, tingkat kemampuan bersaing tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah masih dalam batasan wajar atau belum ada yang istimewa, masih biasa-biasa saja. Beberapa keahlian yang diperlukan pegawai untuk meningkatkan kemampan bersaing, belum sepenuhnya terpenuhi. ## 3. Produktivitas kerja Produktivitas kerja merupakan hasil kerja, baik hasil secara kuantitas maupun hasil kerja dilihat dari sisi kualitas. Dalam hal ini dilihat capaian hasil kerja dari kedua aspek tersebut dari seorang pegawai dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hasil wawancara mengungkap bahwa hasil kerja tenaga honorer ada yang dapat diterima oleh atasan ada juga yang kadang-kadang perlu dikoreksi lalu dikerjakan ulang. Jadi dari segi kualitas, hasil kerja tenaga honorer tersebut bersifat variatif tidak ada yang mutlak sudah bagus semua atau sebaliknya jelek semua sehingga tidak ada yang diterima pimpinan. Untuk hasil kerja tenaga honorer kalau yang sudah lama bekerja dan sudah paham dengan pekerjaannya banyak dapat diterima oleh atasan, tapi kalau yang masih baru kadang kala dikembalikan sama atasan untuk dibenahi lagi. Dengan demikian terlihat bahwa hasil kerja yang kurang berkualitas tersebut banyak berasal dari pegawai yang relatif baru. Salah seorang pimpinan yang menjadi informan menjelaskan bahwa fenomena kurang atau lebihnya kualitas kerja tenaga honorer di atas ada kaitannya dengan daya terima atau daya serap masing-masing pegawai. Tinggal bagaimana tenaga honor dalam menerima perintah yang diberikan oleh atasan apa petunjuk yang diberikan dapat dimengerti atau tidak. Selanjutnya produktivitas kerja tenaga honorer di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lampung Tengah dalam mengerjakan pekerjaan rata-rata dapat menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan meskipun ada juga tenaga honorer yang tidak dapat menyelesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan sering terlambat. Jadi ada yang sudah mengerjakan pekerjaan selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, dan juga masih ada juga yang ‘molor’. Informan dari tenaga honorer ada yang mengaku bahkan karena tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya di kantor maka harus dibawa pulang untuk dikerjakan di rumah. Dalam hal ini, secara kuantitas maka hasil kerja tenaga honorer masih ada yang belum dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu seperti tuntas sesuai jam kantor. Adapun secara kualitas, maka hasil kerja tersebut cukup baik yaitu terdapat semangat kerja dan kerja militan hingga dikerjakan di rumah untuk diselesaikan. Dengan demikian terlihat baiknya tanggungjawab pegawai tersebut. ## 4. Kemampuan Kerja Kemampuan kerja tenaga tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah dapat dikatakan sudah cukup baik, rata- rata tenaga honorer sudah bisa bekerja pada bidang tugasnya masing- masing. Masih juga ada yang kurang mampu dalam menjalankan pekerjaannya, menurut seorang informan hal itu disebabkan oleh karena ada yang masih baru, sedangkan informan lain menyebutkan karena malas. Malas kerja seperti menunggu mendapatkan perintah baru bekerja. Ketika didesak mengenai penyebab pegawai tersebut ada yang malas, dijawab kemungkinan disebabkan penghasilan sebagai tenaga honorer tidak terlalu besar dan kurang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, kemampuan kerja tenaga honorer mempunyai masalah dari aspek motivasi, yaitu terkait dengan insentif, gaji. Mereka sebenarnya mampu bekerja tetapi yang tampak justru sikap malas sehingga seolah-olah tidak mampu bekerja. Dalam hal ini ada aspek esternal dari tenaga honorer yang mempengaruhi kemampuan kerja. Informan lain menyebut penyebab malas kerja tersebut yaitu karena yang bersangkutan masuk menjadi tenaga honorer merupakan titipan pejabat. Hasil observasi terlihat pegawai yang demikian justru tampak berpenampilan rapih dan bagus, mewah, juga seperti berasal dari keluarga berada. Penampakan tersebut tidak sesuai dengan gaji atau insentif yang kecil bagi tenaga honorer. Penulis menemukan alasan lain kenapa ada pegawai yang malas. Informan dari seorang tenaga honorer itu sendiri mengaku malas bekerja oleh karena dia biasa hidup santai. Pekerjaan akan dilaksanakan kalau lagi ingin saja menurut suasana hati dan kemauannya sendiri. Tipe ini seperti sulit ikut aturan, sulit diatur. Perlu penelitian lanjutan apakah tipe tenaga honorer semacam itu yang berasal dari titipan pejabat. Perspektif melihat kemampuan kerja tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah juga dapat diikuti dari pernyataan informan berikut: “ Tingkat kemampuan kerja tenaga honorer di sini berbeda-beda, ada yang memang memiliki bakat sehingga dia cakap bekerja. Tapi ada juga yang kurang bisa kerja, kurang mampu menjalankan pekerjaannya. Sebab, masih kurang pengalaman kerja atau karena ada yang masih baru honor ”. Berdasarkan kutipan wawancara tersebut diketahui bahwa kemampuan kerja tenaga honorer menjadi kurang optimal dikarenakan mereka masih baru atau sehingga mereka memang masing kurang pengalaman. Faktor penyebab ini berarti menambah faktor penyebab kurangnya kemampuan kerja dari aspek gaji atau insentif sebagaimana telah di bahas di atas. Adapun tenaga honorer yang memiliki kemampuan kerja cukup baik dikatakan karena faktor bakat. Penulis mencoba memperdalam bakat seperti apakah yang dimaksud karena di Sekretariat DPRD sebagai instansi pemerintahan sepertinya secara umum tidak begitu memerlukan aspek bakat dalam pelaksanaan tugas. Selanjutnya disebut contoh bakat tersebut seperti tenaga honorer yang bertugas membantu entry data dengan komputer. Menurutnya pegawai tersebut terlihat dari awal memang sudah tidak asing bekerja dengan komputer dimana hal itu sebagai konsekuensi bakatnya yang menonjol di bidang komputer. Digambarkan bahwa kerjanya cepat, bahkan dia melihat ada cara-cara atau trik tertentu dalam mengoperasikan program komputer yang mana dia sendiri sebelumnya belum mengetahui. ## 5. Pengelolaan Dinamika Konflik Suasana kerja yang muncul yaitu suasana yang kondusif, di mana antar sesama pegawai, maupun antara atasan dan bawahan, telah terjadi hubungan yang harmonis serta adanya kerja sama yang baik. Hubungan kerja sesama tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah menurut hasil wawancara sudah berjalan harmonis dimana mereka dapat saling kerjasama. Informan belum pernah mendengar jika pernah terjadi konflik pekerjaan antara sesama tenaga honorer di Sekretariat. Informan lain menjelaskan fenomena konflik sesama tenaga honorer belum pernah muncul. Dilihatnya justru mereka dapat bersikap saling menghargai. Secara umum tidak terjadi saling serang seperti ingin menjatuhkan temannya sendiri. Salah seorang informan dari tenaga honorer ketika penulis konfirmasi mengatakan bahwa justru sebagai sesama tenaga honorer mereka merasa senasib sepenanggungan. “Terus terang Pak di sini yang bikin hepi karena tambah teman tambah sodara. Kan secara gaji dan penghasilan berapa sih untuk honorer seperti kami ini. He.he iya kecil kan Pak. Makanya kami asik- asik aja dengan sesama teman”. Dengan demikian terlihat salah satu faktor kemampuan pengelolaan konflik yaitu adanya solidaritas sebagai sesama tenaga honorer. Soliditas tersebut dipicu oleh gaji yang kecil bagi honorer, sehingga merasa satu nasib. Pernyataan informan berikut juga memperkuat gejala di atas. “ Hubungan kerja sesama tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah berjalan harmonis dan selama ini juga belum pernah terjadi konflik pekerjaan antara sesama tenaga honorer tersebut. Ya karena mungkin apa juga yang mau diributkan, orang sama-sama tenaga honorer kok”. Pernah terjadi konflik sebagaimana dikemukakan informan dari seorang pimpinan di lokasi penelitian, sebagai berikut: “ Ya, hubungan kerja sesama tenaga honorer di Sekretariat DPRD Lampung Tengah berjalan harmonis. Menurut saya belum pernah terjadi konflik pekerjaan antara sesama tenaga honorer di Sekretariat DPRD Lampung Tengah kalaupun ada paling hanya soal kecemburuan kerja karena rekannya telah selesai terlebih dahulu dalam mengerjakan tugasnya ”. Jawaban informan menunjukkan bahwa hubungan kerja sesama tenaga honorer berjalan harmonis. Menurut informan belum pernah terjadi konflik pekerjaan antara sesama tenaga honorer di Sekretariat dan kalaupun ada hanya soal kecemburuan kerja karena rekannya telah selesai terlebih dahulu dalam mengerjakan tugasnya dan pulang duluan sedangkan yang lain agak terlambat karena harus menyelesaikan pekerjaannya. ## Penutup ## Kesimpulan Efektitivitas kerja tenaga honorer di Sekretariat DPRD Kabupaten Lampung Tengah mempunyai sejumlah permasalahan di berbagai aspek dinamika kepegawaian berikut 1. Aspek kemampuan adaptasi: a. Reaksi berupa belum dapat beradaptasi untuk mengendalikan kebiasaan dan tuntutan aksi sesuai aturan jam dan hari kerja yang diatur instansi, tidak hanya oleh tenaga honorer tetapi juga pegawai negeri. b. Adaptasi lingkungan kantor dan teman bagi tenaga honorer yang relatif baru masih kurang baik, karena masih sungkan, canggung, pilih-pilih teman. 2. Aspek kemampuan bersaing: a. Pekerjaan dilaksanakan lebih sebagai rutinitas, asalkan tugas sudah selesai, belum muncul itikad kompetitif seperti untuk menghasilkan yang terbaik b. Spirit kompetitif tenaga honorer muncul karena adanya motivasi kinerja yang dikira dapat merubah statusnya menjadi pegawai negeri c. Manajemen waktu belum dapat optimal dilakukan tenaga honorer yang juga berstatus ibu seperti datang/masuk kerja tidak tepat waktu, oleh karena segala tugas dan kewajibannya di rumah sejak dini hari. 3. Aspek produktivitas kerja, ditemukan bahwa kualitas kerja tenaga honorer yang baru kadangkala masih kurang sehingga ditolak pimpinan dan dikembalikan untuk dikerjakan lagi 4. Aspek kemampuan kerja: a. Tingkat kemampuan kerja terkait dengan insentif yang kecil sehingga sebagian tenang honorer ada yang malas kerja. b. Tenaga honorer yang berbakat memiliki kemampuan kerja cukup baik 5. Aspek pengelolaan dinamika konflik: umumnya solidaritas sesama tenaga honorer sudah sangat baik seperti karena merasa senasib sepenanggungan, tetapi perbedaan waktu penyelesaian pekerjaan dapat menimbulkan kecemburuan kerja. ## Saran Beberapa saran yang diajukan dari hasil penelitian ini yaitu: 1. Peningkatan implementasi disiplin jam/hari kerja ditujukan tidak terbatas terhadap pegawai honorer, tetapi peningkatan kemampuan adaptasi jam dan hari kerja tersebut juga diberlakukan kepada pegawai negeri. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan adaptasi lingkungan teman dan kantor maka dilakukan sejumlah kegiatan keakraban bagi tenaga honorer baru. 2. Untuk meningkatkan kemampuan bersaing dilakukan kegiatan atau kebijakan motivasi secara berimbang, baik dari aspek materiil maupun spiritual. Selain itu, kinerja tenaga honorer Jurnal TAPIs Vol. 14 No.02 Juli-Desember 2018 dijadikan alat kompetisi dan pertimbangan untuk pengangkatan menjadi pegawai negeri. 3. Untuk meningkatkan produktivitas kerja dilakukan berbagai kegiatan kecakapan kerja bagi tenaga honorer yang baru, seperti kegiata orientasi kerja, pendampingan kerja, pendidikan dan pelatihan. 4. Optimalisasi kemampuan kerja dilakukan dengan peningkatan gaji/insentif bagi tenaga honorer. Selain itu, rekrutmen dilakukan terhadap calon pegawai berbakat. 5. Potensi konflik diantara sesama pegawai honorer ditekan dengan pemberian tugas dan pekerjaan yang adil atau merata sehingga mencegah terjadinya kecemburuan kerja ## Daftar Pustaka Abdurahmat, 2003, Dalam Hubungan Dengan Konsep Pembangunan Daerah, Jakarta, Media Tama. Fahmy, 1982. Penyesuaian Diri, Pengertian Dan Peranannya Dalam Kesehatan Mental. Jakarta, Bulan Bintang. Faisal, Sanafiah, 2002, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta, Raja Grafindo. Georgopolous dan Tannenbaum, 2005, Efektivitas Organisasi, Jakarta, Rineke Cipta. Handoko, Tani, 2003, Teori Efektivitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Hartini, Sri dkk, 2008, Hukum Kepegawaian Di Indonesia, Jakarta, Sinar Grafika. Hidayat, 2006, Teori Efektifitas Dalam Kinerja Karyawan, Yogyakarta, Gajah Mada University Press. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Saksono, Prasetyo Budi, 2004, Dalam Menuju SDM Berdaya, Jakarta, Bumi Aksara. Semiun, Yustinus, 2006, Kesehatan Mental I: Pandangan Umum Mengenai Penyesuaian diri dan Kesehatan Mental serta Teori-Teori yang Terkait. Yogyakarta, Kasinius. Steers, Richard M, 2005, Manajemen Perusahaan, Jakarta, Gramedia. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Bandung, Alfa Beta. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Jenis, Kedudukan, Hak dan Kewajiban serta Pelaksanaan Manajemen Pegawai Negeri dan Tenaga Honorer.
119e7694-5ea7-453f-a3cd-41faf5abb6f1
http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jpkm/article/download/572/405
## Pengembangan Ekonomi Kreatif Pada SanggarTenunKembarSari DesaBatuagung, KabupatenJembrana, Provinsi Bali 1) I GedeDeddyRahmat, 1 Program Studi D3 ManajemenPemasaran, FakultasVokasi, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang 2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Kesehatan Sains dan Teknologi, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang 3 Program Studi Magister Manajemen, FakultasEkonomika dan Humaniora, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang Email : [email protected] ## INFORMASI ARTIKEL A B S T R A K KataKunci: Alat TenunBukanMesin(ATBM) Digitalisasi UMKM ManajemenPemasaran Kewirausahaan SanggarTenun Kembar Sari Sanggar Tenun salah satu sanggar Sanggar Tenun Mesin (ATBM) dan alat Kembar Sari dan perajin (Product, Price, Place & Promotion), kurangnya pengetahuan Informasi berupa Tenun Kembar Sari belum masih kecil Dhyana Pura memberikan pendampingan, monitoring, evaluasi, dibutuhkan pengelolaan UMKM dan pengelolaan (3) pendampingan dan pelatihan perangkat keras dan perangkat ## A B S T R A C T Keywords: Non-Machine Loom (ATBM) Digitalization of MSMEs Marketing Management Entrepreneurship Weaving Studio Twin Sari The Kembar Sari Weaving Studio, located in Batuagung Village, Jembrana Regency, Bali Province, is one of the traditional Jembrana Regency woven fabric artisan workshops. Jembrana regency's traditional tradition CagCag. The Kembar Sari Weaving Studio and Jembrana typical weaving craftsmen face problems in managing Marketing Mix 4P (Product, Price, Place & Promotion), lack of managerial knowledge and skills, lack of knowledge about professional marketing man Technology in the form of hardware and application software (software and hardware). As a result, the Kembar Sari Weaving Studio has not maximized its business development so that its sales turn Through the community partnership program, the team from the Dhyana Pura University Informatics Engineering Study Program provides training and assistance in the process of socialization, coaching, training, mentoring, monitoring, evaluation, . The PkM team was assisted by involving 3 students. The time required for this PkM activity is 8 (eight) months. The process carried out is in the form of (1) socialization regarding MSME management and management of entrepreneurship ma assistance and training on how to use and use technology and information devices in the form of hardware and application software JurnalPengabdiankepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e ## Pengembangan Ekonomi Kreatif Pada SanggarTenunKembarSari DesaBatuagung, KabupatenJembrana, Provinsi Bali I GedeDeddyRahmat, 2) GabrielFirstaAdnyana, 3) I Wayan Ruspendi Junaedi Studi D3 ManajemenPemasaran, FakultasVokasi, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang LuwihTegaljayaDalung Kuta Utara, bali Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Kesehatan Sains dan Teknologi, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang LuwihTegaljayaDalung Kuta Utara, bali Program Studi Magister Manajemen, FakultasEkonomika dan Humaniora, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang LuwihTegaljayaDalung Kuta Utara, bali [email protected] 1 , [email protected] [email protected] 3 , ## A B S T R A K Tenun Kembar Sari yang terletak di DesaBatuagung, Kabupaten sanggar perajin kain tenun tradisional khas Kabupaten Jembrana Tenun Kembar Sari menggunakan teknik pengerjaan kain tenun menggunakan Alat Tenun Mesin (ATBM) dan alat tenun tradisional khas Kabupaten Jembrana yang bernama Sari dan perajin tenun khas Jembrana menghadapi masalah pada pengelolaan Marketing Mix 4P (Product, Price, Place & Promotion), kurangnya pengetahuan dan kemampuan pengetahuan tentang manajemen pemasaran yang profesional (digital marketing), belum berupa perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi (software dan hardware). Akibatnya, Sanggar Kembar Sari belum maksimal dalam perkembangan bisnisnya sehingga , melalui program kemitraan masyarakat, tim dari Program Studi Teknik Informatika Universitas Dhyana Pura memberikan pelatihan dan pendampingan dalam proses sosialisasi, pembinaan, pelatihan, ingan, monitoring, evaluasi,. Tim PkM dibantu dengan melibatkan 3 orang mahasiswa. Waktu yang untuk kegiatan PkM ini 8 (delapan) bulan. Proses yang dilakukan pengelolaan UMKM dan pengelolaan manajemen kewirausahaan, (2), strategi pengembangan ndampingan dan pelatihan mengenai cara dan penggunaan perangkat keras dan perangkat lunaka aplikasi. ## A B S T R A C T The Kembar Sari Weaving Studio, located in Batuagung Village, Jembrana Regency, Bali Province, is one of the traditional Jembrana Regency woven fabric artisan workshops. Jembrana regency's traditional tradition CagCag. The Kembar Sari Weaving Studio and Jembrana typical weaving craftsmen face problems in managing Marketing Mix 4P (Product, Price, Place & Promotion), lack of managerial knowledge and skills, lack of knowledge about professional marketing management (digital marketing), not yet implementing Information Technology in the form of hardware and application software (software and hardware). As a result, the Kembar Sari Weaving Studio has not maximized its business development so that its sales turn Through the community partnership program, the team from the Dhyana Pura University Informatics Engineering Study Program provides training and assistance in the process of socialization, coaching, training, mentoring, oring, evaluation, . The PkM team was assisted by involving 3 students. The time required for this PkM activity is 8 (eight) months. The process carried out is in the form of (1) socialization regarding MSME management and management of entrepreneurship management, (2), creative economy development strategies, (3) assistance and training on how to use and use technology and information devices in the form of hardware and application software. This is an open access article under the 1151 I GedeDeddyRahmat,et .all Pengembangan Ekonomi Kreatif Pada SanggarTenunKembarSari DesaBatuagung, KabupatenJembrana, Provinsi Bali ## Pengembangan Ekonomi Kreatif Pada SanggarTenunKembarSari DesaBatuagung, KabupatenJembrana, Provinsi Bali I Wayan Ruspendi Junaedi 3 Studi D3 ManajemenPemasaran, FakultasVokasi, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Kesehatan Sains dan Teknologi, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Program Studi Magister Manajemen, FakultasEkonomika dan Humaniora, Universitas Dhyana Pura, Jl. Raya Padang [email protected] 2 , Jembrana, Propinsi Bali adalah Jembrana, di dalam proses pengerjaannya menggunakan Alat Tenun Bukan Jembrana yang bernama CagCag. Sanggar Tenun masalah pada pengelolaan Marketing Mix 4P pengetahuan dan kemampuan manajerial, kurangnya marketing), belum menerapkanTeknologi aplikasi (software dan hardware). Akibatnya, Sanggar sehingga omzet penjualannya relative dari Program Studi Teknik Informatika Universitas dalam proses sosialisasi, pembinaan, pelatihan, melibatkan 3 orang mahasiswa. Waktu yang . Proses yang dilakukan berupa (1) sosialisasi mengenai strategi pengembangan ekonomi kreatif, teknologi dan informasi berupap The Kembar Sari Weaving Studio, located in Batuagung Village, Jembrana Regency, Bali Province, is one of the traditional Jembrana Regency woven fabric artisan workshops. Jembrana regency's traditional tradition called CagCag. The Kembar Sari Weaving Studio and Jembrana typical weaving craftsmen face problems in managing Marketing Mix 4P (Product, Price, Place & Promotion), lack of managerial knowledge and skills, lack of agement (digital marketing), not yet implementing Information Technology in the form of hardware and application software (software and hardware). As a result, the Kembar Sari Weaving Studio has not maximized its business development so that its sales turnover is still relatively small. Through the community partnership program, the team from the Dhyana Pura University Informatics Engineering Study Program provides training and assistance in the process of socialization, coaching, training, mentoring, oring, evaluation, . The PkM team was assisted by involving 3 students. The time required for this PkM activity is 8 (eight) months. The process carried out is in the form of (1) socialization regarding MSME nagement, (2), creative economy development strategies, (3) assistance and training on how to use and use technology and information devices in the form of hardware and This is an open access article under the CC–BY-SA license JurnalPengabdiankepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.3 No.2,1 Desember 1151-1156 ## I. PENDAHULUAN Sanggar Tenun Kembar Sari terletak di Desa Batua gung, Kabupaten Jembrana, Propinsi Bali adalah salah satu sanggar perajin kain tenun tradisional khas Kabupaten Jembrana. Keunikan kain tenun khas Jembrana yang sering juga disebut “Tenun Endek” karena mempunyai beragam motif, seperti motif patra, encak saji yang dianggap sakral, motif alam, motif endek mekepung dan motif jalak Bali yang baru digaungkan desain motifnya oleh Bupati Jembrana supaya mencerminkan ciri khas Kabupaten Jembrana. Selain dari motifnya, penggunaan warna dalam mewarnai kain tenun masih menggunakan pewarna alami dari tumbuh-tumbuhan, ini yang menjadikan kain tenun khas Jembrana mempunyai kualitas warna yang lebih kuat dari pewarna buatan. Teknik pengerjaan kain tenun juga masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) dan alat tenun khas Kabupaten Jembrana yang bernama CagCag. Sebagai pelaku Ekonomi Kreatif, Sanggar Tenun Kembar Sari dan perajin tenun khas Jembrana menghadapi masalah pada proses pengelolaan. Selama ini proses pemasaran yang dilakukan hanya berdasarkan informasi dari perorangan dan menjalin kerjasama dengan distributor lokal saja sehingga jangkauan dan sasaran pasarnya sangat terbatas yaitu hanya sebatas kota Negara saja, disamping itu kurangnya pengawasan dan pengelolaan pada UMKMnya dan juga proses pemasarannya tidak menggunakan perangkat perangkat Teknologi dan Informasi seperti perangkat keras dan perangkat lunak (Hardware dan Software) sehingga menyebabkan pengembangan manajemen bisnis menjadi terhambat dan berpengaruh terhadap aspek ekonomi seperti manajemen pemasaran, manajemen kewirausahaan dan pengelolaan teknologi informasi sehingga sulit menerapkan manajemen yang profesional. Berdasarkan hal tersebut, tim PkM dari Universitas Dhyana Pura memandang perlu memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada pihak UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari berupa 1) Pendampingan dan penyuluhan mengenai strategi dalam proses promosi produk usaha dan proses penjualannya termasuk metode-metode yang digunakan dalam manajemen pemasaran, 2) pendampingan, penyuluhan, dan pelatihan dalam pemasaran online dan e-commerce berupa pembuatan dan penggunaan video promosi dan akun media sosial, 3) pendampingan, penyuluhan, dan pelatihan dalam tentang manajemen pengelolaan produk kain tenun dan endek berupa pemberdayaan kelompok, biaya yang diperuntukan menyalurkan hasil produksi dan pengembangan kewirausahaan. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperkenalkan dan mempromosikan Universitas Dhyana Pura dan memberikan kesempatan langsung kepada dosen dan mahasiswa dalam mengimplementasikan keilmuannya dalam proses pengembangan UMKM serta manfaat yang didapatkan oleh Mitra pengabdian UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari yaitu dapat menginovasi produk kain tenun dan songket yang dihasilkan dan juga proses pemasaran yang dilakukan menggunakan teknologi informasi agar jangkauannya bisa lebih luas sehingga dapat meningkatkan omset penjualan produknya. ## II. Metode Metode pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat akan dilaksanakan dengan pendampingan secara langsung melibatkan beberapa mahasiswa dan beberapa dosen dari Universitas Dhyana Pura. Adapun tahapan-tahapan yang dapat dijelaskan sebagai berikut: ## 1. TahapPenentuanTargetKegiatan. Pada tahap ini ditentukan target dari kegiatan penyuluhan dan pelatihan penggunaan teknologi terhadap proses pemasaran kain tenun dan endek oleh Sanggar Tenun Kembar Sari sesuai dengan data yang telah dipaparkan pada pendahuluan. 2. TahapPerencanaandanPenentuanJadwalPenyuluhandanPelatihan Setelah tahap penyebaran surat undangan, maka selanjutnya ditentukan jadwal dari pelatihan, dimana rencana pelatihan dilakukan sebanyak 6 sesi yaitu pada hari kerja dengan jumlah pertemuan sebanyak 1 kali dalam sebulan dengan alokasi waktu selama 3jam/sesi. 3. TahapPelaksanaanPendampingan Pada tahap ini proses pendampingan dilakukan yang diawali dengan penjelasan dari pengelolaan UMKM dan Bisnis, lalu kegiatan ini dilanjutkan dengan pemahaman tentang strategi dan penerapan Digital Marketing, lalu kegiatan pelatihan dan pendampingan ini diakhiri dengan proses pelatihan konfigurasi jaringan internet dan pembuatan akun sosial media. Seluruh kegiatan ini diikuti oleh pemilik JurnalPengabdiankepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.3 No.2,1 Desember 1151-1156 dan para pekerja dari Sanggar Tenun Kembar Sari dan proses pelatihan dan pendampingan ini dilakukan oleh tim dosen pengusul PkM di Universitas Dhyana Pura. Pada Training ini juga dibantu oleh 3 orang mahasiswa aktif dari Program Studi Manajemen, D3 Manajemen Pemasaran dan Teknik Informatika. ## 4. TahapPenyuluhan dan Pelatihan Evaluasi Pada tahap ini dilakukan proses evaluasi hasil dari penyuluhan dan pelatihan yang telah dilakukan.Proses evaluasi ini dilakukan diakhir pertemuan setiap sesi dalam bentuk supervisi dan proses Tanya jawab antara tim pengusul PkM dengan pemilik dan pekerja dari mitra pengabdian. Tujuandari proses evaluasi ini adalah untuk mengetahui tingkat manfaat proses pelatihan dan pendampingan serta capaian didapatkan dalam proses penyuluhan terhadap mitra PkM Sanggar Tenun Kembar Sari. ## 5. Tahap Penyusunan Laporan akhir Hasil akhir dari pelatihan seperti dokumentasi(foto pelaksanaan)dan hasil kegiatan dari pemilik dan para pekerja Sanggar Tenun Kembar Sari dijadikan sebagai laporan akhir dari pelaksanaan kegiatan pengabdian. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pelatihan, pendampingan dan penyuluhan bagi mitra UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari dilakukan selama 8 bulan mulai bulan Juli 2022 sampai dengan bulan Maret 2023. Tahapan yang dilakukan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: ## a. Sosialisasi Tahap sosialisasi ini dilakukan dengan cara mengundang pemilik Sanggar Tenun Kembar Sari. Dalam sosialisasi ini akan menghadirkan Pihak Universitas Dhyana Pura dihadiri ketua tim pelaksana dan anggota PkM.Ketua tim PkM akan membuka acara sosialisasi ini yang berupa manajemen pengelolaan, Pengembangan Sentral UKM/UMKM/Pembinaan Kelompok, Strategi Pemasaran, Teknologi Pemasaran/Distribusi dan penggunaan teknologi untuk media promosi produk untuk memberikan motivasi bagi masyarakatnya, sehingga program yang baik dari PkM ini dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Kemudian ketua tim pelaksana dan anggota PkM melakukan wawancara dan melakukan analisis situasi. Gambar 1. Proses sosialisasi yang dilakukan oleh timpengusulPkM di lokasi Mitra Pengabdian ## b. Tahapan Pelatihan Tahap pelatihan merupakan tindak lanjut dari program sosialisasi. Kelompok UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari dilatih untuk memaksimalkan potensi produk Kain Tenun dan Endek agar menjadi dikenal . Program pelatihan ini dapat diuraikan sebagai berikut; (1) Pelatihan manajemen pengelolaan dan strategi pemasaran produkdari UKM/UMKM , (2) Pelatihan manajemen pengelolaan dan pembinaan UKM/UMKM dan Kewirausahaan, (3) Pelatihan penggunaan teknologi pemasaran/distribusi menggunakan akun media sosial dan website untuk pengelolaan system terintegrasi. Proses pelatihan yang dilakukan oleh tim PkM berupa pelatihan pengelolaan UMKM dan Kewirausahaan kepada mitra PkM, penerapan strategi pemasaran dengan Metode 4P (Product, Price, Place JurnalPengabdiankepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.3 No.2,1 Desember 1151-1156 & Promotion), dan pelatihan penggunaan perangkat Teknologi Informasi berupa penggunaan Modem Wifi, Smart Phone (Hardware) dan Akun Sosial Media dan aplikasi Website (Software ) sebagai sarana untuk mempromosikan kain tenun dan endek yang dihasilkan mitra. Untuk proses pelatihan dilakukan pembuatan dengan cara tim PkM secara bergantian memberikan pelatihan kepada mitra PkM dalam hal ini pemilik dan para pekerja UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari. Gambar 2. Proses pelatihan yang dilakukan oleh timPkM yang melibatkanmahasiswa di lokasimitrapengabdian ## c. Tahapan Pendampingan Setelah selesai tahap pelatihan, maka setiap anggota kelompok UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari belajarsecaramandiri. Tim pelaksanaPkM dan pakar akan mendampingi setiap anggota kelompok selama beberapa hari,sehingga mereka dapat menanyakan apabila mengalami kesulitan selama uji coba kegiatan tersebut. Pendampingan ini juga bertujuan untuk mengingatkan anggota kelompok jika melakukan kesalahan dalam uji coba, sehingga tidak berbeda dengan materi pelatihan sebelumnya. Target yang hendak dicapai dari pendampingan ini adalah agar semua anggota kelompok dapat bekerja mandiri serta mampu mengembangkan perekonomian UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari . Gambar 3. Proses PendampingantimPkMkepada Mitra Pengabdian ## d. Tahapan Monitoring PkM Pada tahapan selanjutnya adalah proses monitoring ini semua kegiatan harus bisa terlihat peningkatannya,mulai dari tahap pelatihan,pendampingan,dan hasil yang sudah diperoleh oleh UMKM Sanggar Tenun Kembar Sari . Target yang ingin dicapai dari monitoring ini adalah untuk mengkonfirmasi seluruh tahapan serta proses dari seluruh kegiatan terkait dengan Manajemen Pengelolaan dan Strategi Pemasaran kain tenun dan endek.Apabila ada penemuan yang kurang memuaskan, maka tim pelaksana mendampingi bidang atau aspek yang kurang maksimal tersebut,sehingga tidak menjadi temuan lagi pada saat evaluasi JurnalPengabdiankepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.3 No.2,1 Desember 1151-1156 Gambar 4. Produk Kain Tenun dan Endekdari Mitra PkMSanggarTenunKembar Sari dengan Motif Terbaru Gambar 5. Akun Media Sosial Facebook Mitra PkMSanggarTenunKembar Sari Gambar 6. Akun Media Sosial Instagram Mitra PkMSanggarTenunKembar Sari ## e. Tahap Penyusunan Laporan Akhir Pada proses ini merupakan tahapan akhir dari proses pendampingan oleh tim PkM terhadap Mitra PkM Sanggar Tenun Kembar Sari, pada proses penyusunan laporan akhir ini berdasarkan dari pengolahan data yang dilakukan maka didapatkan informasi sebagai berikut: 1. Mampu menerapkan strategi manajemen pemasaran, menguasai pasar, distribusi dan pemasaran. 2. Mampu memanfaatkan teknologi informasi dan jaringan internet dalam proses pemasaran kain tenun dan endek 3. Mampu menerapkan tata kelola unit bisnis dan mengembangkan unit usaha sehingga bias meningkatkan omset penjualan produk kain tenun dan endek Mitra PkM Sanggar Tenun Kembar Sari. Berdasarkan hasil dari proses pengolahan data dan penyusunan laporan akhir dapat diketahui bahwa mitra PkM Sanggar Tenun Kembar Sari sudah mampu untuk menerapkan manajemen kewira usahaan dengan baik, mitra juga mampu untuk memahami strategi dan manajemen pemasaran beserta penggunaan perangkat teknologi informasi berupa Hardware seperti Modem Wifi dan Smart Phone dan Software yang JurnalPengabdiankepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.3 No.2,1 Desember 1151-1156 sudah terintegrasi dengan akun media sosial. Hasil pengolahan data juga memberikan dampaknya sangat positif, dimana akun media sosial dan website dapat lebih informative yaitu dapat menampilkan informasi seputar produk kain tenun dan endek yang dihasilkan oleh UMKM sanggar Tenun Kembar Sari. Potensi keberlanjutan dari program PKM ini akan dapat dilanjutkan sesuai kebutuhan dan perkembangan yang akan terjadi seperti penerapan system keamanan di dalam website transaksi pembelian dan penjualan barang serta luaran-luaran yang dihasilkan mitra, sehingga dapat terus dilakukan monitoring secara berkala. ## IV. Kesimpulan Berdasarkan proses kegiatan pendampingan dan pelatihan yang dilakukan tim PkM kepada mitra PkM Sanggar Tenun Kembar Sari, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: a. Peningkatan strategi pemasaran kain tenun dan endek sebagai hasil kerajinan tradisional Khas Jembrana b. Peningkatan usaha dan pengembangan manajemen keriwausahaan dan tata kelola unit bisnis. c. Penggunaan Perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi sebagai sarana dalam strategi penjualan online Dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut masih ditemukan beberapa kendala yang perlu disempurnakan, oleh karena itu perlu diberikan arahan yang tepat kepada pengelola Sanggar Tenun Kembar Sari sebagai berikut : 1. Sosialisasi dan pendampingan yang lebih intensif dan tahapan yang lebih jelas sehingga pengelola dan pegawainya mampu memahami arah dan tujuan kegiatan ini. 2. Untuk proses penyusunan kuesioner kedepannya dapat dilakukan dengan menyusun instrument pertanyaan yang sesuai dengan kaidah /metode-metode dalam proses pengambilan data sehingga tingkat keakurasian datanya tinggi. ## DAFTAR PUSTAKA A. E. Pratama, E-Commerce, E-Business dan Mobile Commerce, Bandung: Informatika, 2015. G. F. Adnyana, "Pengukuran Kualitas Website Universitas Dhyana Pura Menggunakan Metode Webqual 4.0," JUTIK, vol. 2 No. 5, 2019. Indrawan, Muhammad Isa. 2019. Identifikasi Hambatan Dalam Pengembangan Usaha Rumah Makan di Kota Medan. Universitas Pembangunan Panca Budi. Jurnal Kajian Ekonomi dan Kebijakan Publik, Vol. 4 No. 2 Kotler Philip, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Jakarta.: Prehallindo, 2006. Kusubandio, W (2020). Outlook Pariwisata & Ekonomi Kreatif Indonesia, Studi Mengenai Covid-19, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Jakarta, Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif. M. A. Raharja, "Ipteks Bagi Masyarakat (IbM) Kerajinan Kayu di Desa Petulu Ubud Kabupaten Gianyar," Ngayah, 2016. M. A. Raharja, "Peningkatan dan Pengembangan Produksi Usaha Kerajinan Kayu Berbasis Teknologi Tepat Guna di Desa Petulu Kecataman Ubud Gianyar," Ngayah, 2017. N. K. R. A. I. wiradnyani, "PKM Kerajinan Ancak," Sinaptek, vol. Vol.2, no. ISBN, p. 100, 2019. P. Kotler, Manajemen Pemasaran Edisi 11, Jakarta: PT. Indeks, 2006. Rahmat, IGD. Menguji Strategi Desa Wisata dalam Membangun Keunggulan Bersaing di Era Revolusi Industri 4.0. JMBI UNSRAT (JurnalIlm. Manaj. Bisnis dan Inov. Univ. Sam Ratulangi) Volume 7 Issue 3 page 628-639, 2021 Rangkuti, Freddy (2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
61e113bd-e65d-4579-88d8-7c3ba66cba1c
https://ejournal.poltekharber.ac.id/index.php/siklus/article/download/894/744
PENERAPAN DUKUNGAN TEMPAT KERJA PADA IBU MENYUSUI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KECAMATAN MARGADANA Evi Zulfiana 1 , Meyliya Qudriani, 2 Email : [email protected] 1,2 Program Studi D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jl.Mataram no.09 Pesurungan Lor Kota Tegal Telp (0283) 352000 ## Abstrak ASI Eksklusif merupakan ASIyang diberikan dari seorang ibu kepada si kecil dari bayi lahir sampai usia 6 bulan. tahun 2017 jumlah bayi 557. Dimana dari 557 bayi hanya 167 (30%) yang mendapatkan ASI Eksklusif dan 390 (70%) yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. capaian tersebutbelum sesuai dengan target nasional 85%. Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Dukungan Tempat Kerja PadaIbu Meyusui Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Margadana Tahun 2017. Responden pada penelitian ini adalah ibu bekerja dan menyusui bayinya umur 7 bulan – 12 bulan di Kecamatan Margadana Kota Tegal. Jenis penelitian ini adalah Analitik dengan rancangan pendekatan Cross Sectional. Teknik sampel menggunakan acsidental sampling dengan sampel yaitu 37 responden. Hasil penelitian Sebagian besar karakteristik responden di kecamatan Margadana Kota Tegal tahun 2017, berdasarkan umur 20-35 tahun (81,1%), pendidikan SMA (64,9%), pekerjaan pegawai swasta (91,9%), paritas multipara (54,1%). Dukungan tempat kerja baik (59,5%). hasil uji statistik dengan Chi Square diperoleh nilai x² hitung sebesar 10,917 dengan ρ value 0,004. Nilai x² tabel pada df=2 adalah 5,99. Oleh karena x² hitung > x² tabel (10,917 > 5,99) dengan ρ (0,004 < 0,05), hal ini dapat diartikan Ada pengaruh Antara Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Margadana Kota Tegal. Kata Kunci :Dukungan Tempat Kerja, Perilaku ## 1. Pendahuluan ASI merupakan nutrisi yang baik untuk bayi, sebab ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi dalam susunan yang diperlukan. ASI merupakan makanan utama bagi bayi yang kandungannya lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu. [1] ASI Eksklusif harus diberikan pada bulan-bulan pertama setelah kelahiran bayi, pada fase ini terjadi pertumbuhan, pembentukan dan akulturasi yang cepat. ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada si kecil dari lahir sampai dengan usia bayi 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun. [2] Salah satu kegagalan pemberian ASI Eksklusif adalah pengetahuan dan dukungan tempat kerja, pengetahuan dan dukungan tempat kerja merupakan Predisposing factor (faktor pendorong) yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. [3] Faktor pengetahuan ibu maupun keluarga sangat mendukung proses pemberian ASI Banyak keluhan ibu menyusui bahwa anaknya tidak sabaran, ibu mengatakan air susunya tidak keluar. Hal ini dapat terjadi dan sering terjadi di masyarakat, begitu pula ibu menyusui yang juga harus meninggalkan rumah untuk bekerja. Sebenarnya apa yang dikeluhkan dapat dicegah, apabila mengetahui penyebabnya. [4] Bagi ibu yang bekerja, belum banyak tempat kerja yang mempunyai pojok laktasi, sebaiknya walaupun tidak ada atau belum ada, ibu bisa melakukannya diruangan yang bisa dimanfaatkan untuk memerah, dan kalau sangat terpaksa bisa dilakuakan di toilet. ASI Eksklusif mendapat dilegitimasi dalam Undang-Undangkesehatan bahwa bayi berhak mendapatkan ASI secara eksklusif selama 6 bulan terkecuali ada indikasi medis. Dukungan keluarga, pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat sangat dibutuhkan oleh ibu selama menyusui bayiny dan dukungan ditempat kerja dalam penyediaan fasilitas husus. Surat Kepmenkes No 450 tahun 2004 tentang Pemberian ASI secara Eksklusif, Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan terkait peraturan pemberian ASI Eksklusif di tempat kerja. [5] Kota tegal memiliki cakupan Asi Eksklusif yang rendah 23,8%. Data yang didapatkan dari Puskesmas margadana tahun 2016 terdapat 215 bayi. Dimana dari 215 bayi hanya 59.1% (127 bayi) bayi yang berhasil mendapatkan ASI secara eksklusif18.1% (39 bayi) masih dalam tahap pemberian ASI Eksklusif dan 22,8% (49 bayi) tidak mendapat Asi Eksklusif.tahun 2017 terdapat 557 bayi. Dimana dari 557 bayi hanya 167 (30%) yang mendapatkan ASI Eksklusif dan 390 (70%) yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. capaian tersebut sangat jauh dari target nasional 85%.(Dinkes Tegal, 2016) [6] ## 2. Metode Penelitian Penelitian menggunakan analitik dimana peneliti tidak hanya mendeskripsikan saja tetapi sudah menganalisis hubungan antar variabel.kriteria sampel pada penelitian ini adalah ibu bekerja yangmenyusui bayinya umur 7 bulan – 12 bulan. pengambilan sampel dilakukan dengan acsidental sampling yaitu pengambilan sampel secara aksidental ( accidental ) dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Penelitian dilakukan dengan membagikan kuesioner dan dianalisis. [7] ## 3. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian disajikan dalam analisis univariat dan analisis bivariat untuk mengetahui penerapan dukungan tempat kerja padaibu menyusui dengan perilaku pemberian asi eksklusif. Berdasarkan table 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden berumur 20-35 tahun 30 responden, pendidikan SMA 24 responden, pekerjaan pegawai swasta 34 responden dan sebagian besar responden mempunyai anak 2- 4. Tabel 1 . Karakteristik Responden berdasarkanumur, pendidikan, pekerjaandan paritas Variabel Sub Variabel Frekue nsi Prosentas e (%) Umur < 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun 1 30 6 2,7 81,1 16,2 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan tinggi 0 0 24 13 0 0 64,9 35,1 Pekerjaan PNS TNI/POLRI Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh 3 0 34 0 0 8,1 0 91,9 0 0 Paritas Primipara Multipara Grandemulti para 17 20 0 45,9 54,1 0 Tabel2 . Distribusi frekuensi dukungantempat kerja dengan pemberian ASI Eksklusif diKecamatanMargadana Kota Tegal Tahun 2017. Dukungan Tempat Kerja Frekuensi Prosentase (%) Baik Cukup Kurang 22 8 7 59,5 21,6 18,9 Jumlah 37 100 Pada table 2. Dapat dilihat bahwa dukungan tempat kerja dengan pemberian asi eksklusif baik sebanyak 22 responden. Dukungan program ASI eksklusif oleh pengurus tempat kerja dan penyelenggara tempat sarana umum dilaksanakan sesuai dengan peraturan perusahaan dengan menyediakan fasilitas husus untuk menyusui / memerah ASI sesuai dengan kemampuan perusahaan. [8] Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 15 Tahun 2013 pasal 11 ayat 2 disebutkan bahwa penyimpanan ASI meliputi : lemari pendingin, cooler bag, dan Sterilizer botol. . [9] Dapat disimpulkan bahwa besarnya dukungan tempat kerja responden, dimungkinkan karena Pimpinan tempat kerja menerapkan peraturan dan kebijakan pada pekerja wanita yang masih menyusui untuk memberikan ASI secara Eksklusif. Hal ini menunjukan ada kesesuaian antara hasil penelitian dan teori. Tabel 3 . Pengaruh dukungan tempat kerjadengan perilakupemberian ASI eksklusif di KecamatanMargadana Kota Tegal Pemberian ASI Dukungan Tempat Kerja x² valu Baik Cukup Kurang Ya Tidak 21 1 7 1 3 4 10,92 .004 Total 22 8 7 Penelitian pada 37 responden ibu bekerja yang menyusui bayinya 7 bulan - 12 bulan paling banyak yaitu dukungan tempat kerja baikmemberikasn ASI Eksklusif 22 responden (59,5%). Berdasarkan hasil uji statistik dengan Chi Square diperoleh nilai x² hitung sebesar 10,917 dengan ρ value 0,004. Nilai x² tabel pada df=2 adalah 5,99. Oleh karena x² hitung > x² tabel (10,917 > 5,99) dengan ρ (0,004 < 0,05), hal ini dapat diartikan Ada pengaruh Antara Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Margadana Kota Tegal. Menurut Lawrence Green bahwa perilaku terbentuk dari 3 faktor, yakni : Predisposing Faktor (Faktor Predisposisi), Enabling Faktors (Faktor Pemungkin), Reinforcing Faktors (Faktor Penguat). [3] Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukan Ada pengaruh Antara Dukungan Tempat Kerja Dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Margadana Kota Tegal. Hal ini menunjukan ada kesesuaian antara hasil penelitian dan teori. ## 4. Kesimpulan Penelitian dilakukan pada 37 responden ibu bekerja yang menyusui bayinya umur 7 bulan – 12 bulan. hasil survey menunjukan sebagian besar umur responden 20-30 tahun, rata –rata pendidikan SMA, pekerjaan pegawai swasta dan responden sudah punyaanak 2-4. Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa dukungan tempat kerja dengan pemberian asi eksklusif baik sebanyak 22 responden. Hasil penelitian yang dilakukan, dari 37 responden ibu bekerja yang menyusui bayinya 7 bulan - 12 bulan diperoleh x² hitung = 10,917 dan ρ value = 0,004 yang artinya ada pengaruh antara dukungan tempat kerja dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Margadana Kota Tegal tahun 2017. ## 5. Daftar Pustaka [1] Weni, Kristiyanasari. 2011. ASI, Menyusui & Sadari . Yogyakarta: NuhaMedika [2] Nana, Aditya. 2014. Handbook for New Mom . Yogyakarta : Stiletto Book [3] Titik, Lestari. 2015. Kumpulan Teori Untuk Kajian P ustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: NuhaMedika [4] Hesti, Widuri. 2013. Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing [5] Bambang, S. 2009. Undang – Undang RI No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan . Jakarta [6] Dinkes Kota Tegal, 2016. Cakupan Asi Eksklusif . Tegal [7] Notoatodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi . Jakarta: RinekaCipta [8] Bambang, S. 2009. Peraturan pemerintah RI No 33 Tahun 2007 Tentang pemberian Air Susu Ibu Eksklusif . Jakarta [9] Mboi Nafsiah. 2013. Peraturan mentri kesehatan RINo 15 Tahun 2013 tentang tata cara penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah air susu ibu . Jakarta
dd107ae0-81e9-4fb6-89e7-b5fe2eb10d9d
https://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/652/176
## Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) Mutiara, Suryani, Ikeu Nurhidayah, Sri Hendrawati ## Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran Email: [email protected] ## Abstrak Pendidikan keperawatan dituntut untuk menghasilkan sumber daya manusia perawat yang kompeten, baik secara akademik maupun dalam tataran praktik. Berbagai penelitian merekomendasikan pendekatan student centered learning dengan metode problem-based learning (PBL) sebagai metode yang efektif memfasilitasi pencapaian kompetensi perawat. Metode ini akan memberikan pengalaman bagi mahasiswa untuk menghadapi real-world problem solving . Meski demikian, bagi mahasiswa program sarjana ( undergraduate ), pembelajaran PBL merupakan pengalaman baru. Selain itu, literatur juga menunjukkan mahasiswa yang justru frustasi saat menjalankan metode ini. Dengan demikian mengidentifikasi persepsi mahasiswa terhadap metode pembelajaran ini merupakan hal penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perspektif mahasiswa tingkat akhir mengenai pembelajaran dengan menggunakan metode PBL. Penelitian deskriptif kuantitatif ini menggunakan total sampling dengan melibatkan 159 mahasiswa tingkat akhir di salah satu institusi pendidikan tinggi keperawatan di Bandung. Data dikumpulkan menggunakan Course Experience Quesionnaire yang dikembangkan oleh David Caroll (2013). Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian secara umum menunjukkan 46,94% responden mempunyai perspektif netral; 42,86% responden mempunyai perspektif positif; dan 6,20% responden memiliki perspektif negatif. Dilihat berdasarkan dimensinya, 50% mahasiswa memiliki persepsi netral terhadap kualitas pembelajaran ( good teaching scale ); 83,3% persepsi positif dalam keterampilan umum ( good skills scale ); 100% persepsi netral dalam kepuasan mahasiswa ( overal satisfaction ); 80% persepsi netral terhadap kejelasan tujuan dan standar pembelajaran (clear goals and standars ); 75% persepsi netral terhadap tingkat penugasan ( appropriate workload scale ); dan 33,3% persepsi positif terhadap evaluasi pembelajaran ( appropriate assessment scale ). Hal ini menunjukkan mahasiswa tidak secara tegas menilai pelaksanaan PBL baik atau tidak baik. Hal tersebut dikarenakan di satu sisi mereka merasakan ada hal yang positif dari pelaksanaan PBL tetapi disisi lain ada hal yang negatif yang mereka alami. Kata kunci: Evaluasi, mahasiswa, metode, persepsi, problem-based learning . ## Student Perspective on Problem-Based Learning (PBL) ## Abstract Nursing education was demanded to form human resources that fulfill qualification such as academic potential and practice that are good in order to form a professional and competent nurse. Various studies recommend student centered learning approach with problem-based learning method as an effective method for the achievement of nurse competence, because it provides experience for students to face real-world problem solving. However, for undergraduate students, PBL learning is a new experience that is different from that obtained during high school, in addition some studies also show students who are frustrated in class, so the evaluation of how students’ perceptions of this learning method is important. The research aimed to identify final grade student’s perspective on learning using problem-based learning method. The research method was using descriptive qualitative, and instruments used Course Experience Quesionnaire developed by David Caroll (2013). The sample in this research is the final grade students at nursing higher education institution in Bandung with total 159 people and taken data by using total sampling technique. Data analyzed by frequency distribution. Results of research showed 46.96% of a neutral perspective respondent, 42.86% of a positive perspective respondent, and 6.20% of negative perspective respondent. Judging by its dimensions, 50% of students have neutral perceptions of the quality of learning (good teaching scale); 83.3% positive perceptions in general skills (good skills scale); 100% neutral perception in student satisfaction (overal satisfaction); 80% neutral perceptions of clarity of objectives and learning standards (clear goals and standars); 75% neutral perception of the workload (appropriate workload scale); and 33.3% positive perceptions of the learning assessment (appropriate assessment scale). The result shows that students do not explicitly assess the implementation of PBL as good or bad, due to they experienced positive and negative thing from the implementation of PBL. Keywords: Evaluation, method, problem based learning, student. ## Pendahuluan Pendidikan keperawatan dituntut untuk mendukung dan mencetak sumber daya manusia yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan yang dibutuhkan yaitu kompetensi akademik dan praktik yang baik (Afifah, 2005). Pendidikan keperawatan merupakan awal mulai terbentuknya perawat yang profesional dan kompeten. Untuk itu, pendidikan keperawatan perlu mengembangkan kurikulum, program pendidikan, serta model pembelajaran agar tercapai hasil yang diharapkan. Kurikulum pendidikan keperawatan di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Jenis metode pembelajaran yang umum diterapkan oleh perguruan tinggi, antara lain Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL). Teacher Centered Learning merupakan proses pembelajaran yang banyak dipraktikan dalam bentuk penyampaian yang searah (interaksi searah). Konteks TCL, spoon-feeding bagi para peserta didik tidak lagi sesuai karena proses pembelajaran bersifat lamban dan para peserta didik tidak mempunyai peluang untuk memilih metode pembelajaran yang sesuai. Kelambanan proses pembelajaran yang terjadi didalam paradigma metode TCL dapat menyebabkan peserta didik tertinggal di belakang, tidak dapat menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Untuk mengatasi kelambanan dan ketertinggalan maka proses pembelajaran perlu diubah, dari one-way traffic menjadi two-way traffic dan interaktif. Pembelajaran interaktif merupakan salah satu karekteristik metode SCL (Fitria, Hernawaty, & Hidayati, 2013). Metode SCL merupakan suatu metode pembelajaran dimana mahasiswa menjadi pusat pembelajaran (Hadi, 2007). Salah satu model pembelajaran metode SCL yaitu Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan sikap dan keterampilan yang dikehendaki di masa yang akan datang. Model pembelajaran PBL juga merupakan strategi yang inovatif dalam mengubah konteks belajar dan strategi pembelajaran, dimana didalamnya menggunakan masalah untuk belajar. Selain itu, mahasiswa harus mampu memecahkan masalah yang telah diberikan dalam bentuk kasus dengan cara mengeksplorasi konsep-konsep yang mereka kuasai, baik dengan bertanya ataupun berpendapat melalui diskusi selama kegiatan tutorial (Erol, Yesin, & Mahmet, 2008). Diskusi kelompok kecil (tutorial) merupakan salah satu jantung dari PBL. Aktivitas PBL bertumpu pada proses tutorial, dimana mahasiswa bersama-sama melakukan pemahaman dan pencarian pengetahuan yang diberikan pada setiap kasus melalui langkah- langkah terstruktur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu metode PBL adalah seven jump step . Prosedur ini terdiri dari tujuh langkah yaitu memperjelas konsep dalam masalah, mendefinisikan masalah, menganalisis masalah berdasarkan pengetahuan sebelumnya, mengatur penjelasan yang diusulkan, merumuskan tujuan pembelajaran, mencoba untuk mengisi kesenjangan pengetahuan dengan cara belajar mandiri, dan akhirnya melaporkan hasil temuan dalam kelompok untuk menjawab tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ini didasarkan pada model pembelajaran orang dewasa, dengan penekanan pada belajar mandiri (Erol, Yesin, & Mahmet, 2008). Di beberapa negara, terutama di Inggris, metode PBL sudah diterapkan. Dari hasil penelitian Duncan, Lyons, dan Al-Nakeeb (2007) menunjukkan bahwa penerapan PBL memberikan hasil yang baik. Peningkatan mutu proses pembelajaran dalam pendekatan PBL memberikan peningkatan suasana akademik yang kondusif, meningkatkan IPK, dan meningkatkan kemampuan problem solving. Meski demikian, pelaksanaan PBL kadang menjumpai beberapa kendala. Ada banyak kendala bahkan permasalahan yang ada di setiap proses tersebut (Carlisle & Ibbotson, 2005). Sehingga diperlukan adanya suatu evaluasi pembelajaran untuk metode PBL sebagai perbaikan untuk sistem pembelajaran tersebut sehingga menjadi lebih baik lagi kedepannya. Evaluasi terkait PBL diperlukan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan keterampilan ( soft skill ) mahasiswa setelah menerapkan metode PBL. Sehingga diketahui Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) sampai dimana pemahaman dan sejauh apa penerapan dari proses pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga diperlukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penerapan PBL dalam memfasilitasi pencapaian kompetensi mahasiswa yang optimal. Evaluasi pembelajaran berperan untuk mengidentifikasi program perbaikan yang dibutuhkan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sistem evaluasi dalam pembelajaran, baik pada evaluasi berkelanjutan maupun evaluasi akhir biasanya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip yaitu menyeluruh, berkelanjutan, berorientasi pada indikor ketercapaian, dan sesuai dengan pengalaman belajar (Jihad & Haris, 2012). Hasil penelitian Gurpinal, Yesim, dan Aktekin (2008) menyatakan bahwa hasil evaluasi metode PBL di Universitas Akdezit Fakultas Kedokteran Turki menemukan bahwa mahasiswa menganggap metode PBL ini cukup baik dan bermanfaat (66,9%). Lebih lanjut 54,9% mahasiswa merasa puas dengan metode tersebut. Hasil dari penelitian lain juga menunjukkan bahwa evaluasi metode PBL dari satu kasus ke kasus berikutnya ada peningkatan kualitas pembelajaran yang cukup signifikan, baik dari segi proses maupun hasil yang menunjukkan adanya perubahan perilaku. Secara proses, jalannya perkuliahan berlangsung semakin lancar, diskusi lebih hidup, dan tercipta dinamika kelompok yang semakin membaik. Rasa ingin tahu mahasiswa meningkat sehingga dapat meningkatkan efektivitas dalam berbagi informasi (Kushartanti, 2010). Saat ini metode PBL diterapkan di hampir seluruh institusi pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia. Hasil studi pendahuluan pada 10 orang mahasiswa tingkat akhir di institusi pendidikan tinggi keperawatan di Bandung menunjukkan bahwa 9 dari 10 mahasiswa menghadiri proses pembelajaran lebih dari 80% kehadiran, 4 dari 10 mahasiswa mengatakan tertarik dengan pendekatan PBL yang dirasakan cukup membantu dalam proses pembelajaran karena pada metode PBL ini dituntut untuk menyelesaikan suatu kasus mulai dari step 1–7 ( seven-jump system ), serta proses pembelajarannya lebih menarik. Akan tetapi 6 dari 10 mahasiswa mengatakan kurang tertarik dengan metode PBL, alasannya mereka bosan dan kurang semangat, serta kurang antusias dalam mengikuti proses belajar. Pembelajaran menggunakan PBL dirasakan mahasiswa membutuhkan waktu yang lebih lama, serta penugasan yang dirasakan berlebihan. Mahasiswa juga mengeluh tidak seimbangnya peran mahasiswa yang aktif dan tidak aktif, sistem pembelajaran yang monoton, kesulitan dan malas mencari literatur, padatnya jadwal perkuliahan, dan perbedaan persepsi antara dosen. Setiap pembelajaran diikuti dengan evaluasi. Evaluasi metode PBL merupakan analisis pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran tersebut dan hasil yang diperoleh digunakan untuk memberikan feedback dalam pembelajaran dan memperbaiki serta menyempurnakan proses pembelajaran untuk hasil yang lebih baik Evaluasi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui dan menilai apakah suatu program telah terlaksana dengan baik dan apakah pencapaian hasil sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, dilakukan keputusan apakah metode tersebut dapat diteruskan, diperbaiki, dihentikan, atau dirumuskan kembali sehingga nanti diperoleh titik temu tujuan, sasaran, dan alternatif baru yang berbeda dengan sebelumnya. Sehingga kedepannya dapat diaplikasikan metode PBL yang sesuai dengan yang diharapkan, serta untuk menyusun metode pembelajaran yang lebih baik. Dengan demikian, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana perspektif mahasiswa tingkat akhir di institusi pendidikan tinggi keperawatan di Bandung mengenai metode PBL. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai evidence base practice bagi mahasiswa keperawatan dan institusi pendidikan keperawatan tentang pelaksanaan metode pembelajaran dengan pendekatan PBL beserta fungsinya untuk diterapkan di setiap perguruan tinggi sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas lulusan yang memiliki kompetensi tinggi. ## Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) deskriptif kuantitatif berkaitan dengan perspektif mahasiswa tingkat akhir di institusi pendidikan tinggi keperawatan di Bandung tentang metode PBL sebagai variabel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa tingkat akhir di institusi pendidikan tinggi keperawatan di Bandung, sejumlah 159 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan total sampling . Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang bersifat evaluation report yang diadopsi dari Course Experience Quesionnaire (CEQ). Kuesioner ini dikembangkan oleh David Caroll (2013) dan kuesioner memiliki satisfactory validity dan reliability yang tinggi dalam konteks pendidikan. Secara berturut-turut tinggi konsistansi internalnya dilihat dari Alpa Cronbach sebesar 0,91 dan 0,92. Instrumen/kuesioner ini telah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dan dilakukan back translation oleh ahlinya kedalam bahasa Inggris serta di proofreading oleh ahlinya di Lembaga Bahasa. Instrumen yang sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia tersebut dilakukan face validity dengan meminta beberapa penilai kepada 20 orang responden yang telah menerapkan metode PBL selama empat tahun. Mahasiswa yang telah mengisi instrumen untuk diuji validitas ini tidak digunakan sebagai sampel penelitian. Hasil face validity dari mahasiswa mengenai pernyataan, mereka semua memahami atau paham mengenai isi kuesioner dari 49 pernyataan. Instrumen terdiri dari 49 pernyataan untuk mengidentifikasi persepsi mahasiswa mengenai PBL. Terdapat 11 domain dari metode CEQ yang peneliti gunakan dalam evaluasi yaitu, good teaching scale (GTS) yang terdiri 6 item, generic skill scale (GSS) 6 item, overall atau tisfaction item (OSI) 1 item, clear goals and standards scale (CGS) 4 item, appropriete workload scale (AWS) 4 item, appropriete assesment scale (AAS) 3 item, intellectual motivation scale (IMS) 4 item, student support scale (SSS) 5 item, graduate quality scale (GQS) 6 item, learning resources scale (LRS) 5 item, dan learning community scale (LCS) 5 item. Instrumen ini bersifat modular, artinya interpretasi skor pada masing-masing domain dapat digunakan secara bersama-sama atau terpisah bergantung pada peneliti yang disesuaikan dengan kebutukan penelitiannya (Carroll, 2013). Course Experiance Questionnare (CEQ) didasarkan pada pekerjaan empiris dan teoritis pada kualitas pengajaran dalam pendidikan tinggi. Mahasiswa diminta untuk menilai kualitas program yang mereka jalani menggunakan pertanyaan dengan skala Likert lima poin. Penilaian tersebut pada dasarnya meliputi lima domain, yaitu mengajar, tujuan, beban kerja, penilaian, dan kemandirian siswa. Course Experiance Questionnare (CEQ) telah diuji di 50 lembaga pendidikan Australia pada 4.500 siswa dengan berbagai disiplin ilmu dan ditemukan untuk membedakan antara gaya mengajar dan kualitas dalam dan diantara mata pelajaran yang berbeda. Penggunaan CEQ sekarang wajib digunakan di Lembaga Pendidikan Tinggi Australia. Course Experiance Questionnare (CEQ) juga digunakan untuk mengevaluasi kepuasan mahasiswa terhadap metode PBL di Fakultas Ilmu Kesehatan di Universitas Griffith di Brisbane. Course Experiance Questionnare (CEQ) telah diperbarui beberapa kali. Salah satu alasan untuk menggunakan versi asli dari CEQ adalah penekanan pada independensi domain (yang muncul sangat relevan dengan evaluasi Problem Based Learning ) telah turun dari versi yang lebih baru dari domain yang sekarang digunakan secara luas. CEQ merupakan inventory yang telah teruji validitas dan reabilitasnya dan telah digunakan di berbagai Universitas di belahan dunia. Secara berturut-turut tinggi konsistansi internalnya dilihat dari Alpa Cronbach sebesar 0,91 dan 0,92 (Caroll, 2013). Teknik pengumpulan data dimulai dari peneliti mengumpulkan mahasiswa tingkat akhir di salah satu Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan di Bandung, pengambilan data dilakukan di ruang tutorial setelah kegiatan belajar mengajar selesai. Peneliti dibantu oleh empat (4) orang asisten peneliti dalam menyebarkan dan pengumpulan kembali kuesioner, dimana sebelumnya peneliti dan asisten peneliti telah melakukan penyamaan persepsi terkait teknis pengambilan data dan pengisian kuesioner. Sebelum melakukan pengumpulan data, terlebih dahulu peneliti memberikan penjelasan tentang tujuan dan Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) maksud dari penelitian yang dilakukan kepada responden. Kemudian, peneliti meminta kesediaan dari responden ( informed consent ) untuk mengikuti kegiatan penelitian ini. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti juga memerhatikan prinsip etik legal penelitian, diantaranya beneficence/ non-maleficence, respect for autonomy, confidentiality, dan justice . Setelah semua data terkumpul, data dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi. ## Hasil Penelitian Tabel 1 menunjukkan bahwa hampir setengahnya dari item (42,86%) menyatakan perspektif yang positif, hampir setengahnya item (46,94%) menyatakan perspektif yang netral, dan hanya sebagian kecil item (6,20%) mempunyai pespektif negatif. Pada skala GTS ( good teaching scale ) terdiri dari 6 item pernyataan, berdasarkan analisis gambaran evaluasi metode PBL Tabel 1 Distribusi Frekuensi Evaluasi tiap Item Pernyataan terhadap Perspektif Mahasiswa No Hasil f % 1 Positif 21 42,86 2 Netral 23 46,94 3 Negatif 5 6,20 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perspektif Mahasiswa terhadap Kualitas Pembelajaran GTS ( Good Teaching Scale) dalam Metode PBL No Hasil Item f % 1 Positif 10 1 16,67 2 Netral 3, 15, 16 3 50,00 3 Negatif 1, 27 2 33,33 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perspektif Mahasiswa terhadap Perkembangan Keterampilan Umum GSS ( Good Skills Scale ) pada Metode PBL No Hasil Item f % 1 Positif 6, 14, 23, 32, 43 5 83,33 2 Netral 42 1 16,67 3 Negatif 0 0,00 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa terhadap Kepuasan Mahasiswa OSI ( Overall Satisfaction ) pada Metode PBL No Hasil Item f % 1 Positif 0 0,00 2 Netral 49 1 100,00 3 Negatif 0 0,00 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Evaluasi Perspektif Mahasiswa terhadap Kejelasan dan Tujuan Pembelajaran serta Standar Pembelajaran CGS ( Clear Goals and Standars ) pada Metode PBL No Hasil Item f % 1 Positif 46 1 20,00 2 Netral 8,28,39 4 80,00 3 Negatif 0 0,00 ## Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) menurut perspektif mahasiswa diketahui bahwa sebagian responden menyatakan perspektif netral yaitu sebanyak 50,00% dan dapat disimpulkan hasil evaluasi menyertakan cukup baik. Pada domain GSS ( good skills scale ) terdiri dari 6 item pernyataan yang menunjukkan hasil sebesar 83,33% memberikan perspektif positif. Pada domain OSI ( overall satisfaction) terdiri dari 1 item pernyataan, bedasarkan analisis gambaran evaluasi metode PBL menurut perspektif mahasiswa tingkat akhir dengan melihat scale diagram , diketahui bahwa seluruhnya menyatakan netral dan dapat diartikan hasil evaluasi menyatakan baik. Pada domain CGS ( clear goals and standars ) terdiri dari 5 item pernyataan, bedasarkan analisis gambaran evaluasi metode PBL menurut perspektif mahasiswa dengan melihat scale diagram diketahui bahwa hampir seluruh responden yaitu sebanyak 80,00% menyatakan perspektif netral. Pada domain AWS ( appropriate workload scale ) terdiri dari 4 item pernyataan, bedasarkan analisis gambaran evaluasi metode PBL menurut perspektif mahasiswa dengan melihat scale diketahui bahwa sebagian besar responden, yaitu sebanyak 75,00% menyatakan netral. Pada domain AAS ( appropriate assessment scale ) terdiri dari 3 item pernyataan. Berdasarkan analisis gambaran evaluasi metode PBL menurut perspektif mahasiswa diketahui bahwa 33,33% menyatakan perspektif positif. ## Pembahasan Hasil penelitian pada tabel 1 menunjukkan distribusi frekuensi perspektif responden terhadap hasil jawaban pernyataan yang menghasilkan total 23 item (46,94%) memiliki nilai perspektif netral. Hal ini dapat dilihat pada pernyataan kuesioner OSI bahwa seluruh responden yaitu sebesar 100% menyatakan perspektif netral. Hal tersebut mengindikasikan bahwa mahasiswa tidak secara tegas menyatakan bahwa proses pembelajaran telah berjalan dengan baik atau kurang baik. Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Graduate Careers di Australia, diketahui hampir seluruh item menghasilkan perspektif positif oleh responden yaitu sebanyak 45 item (91,84%), sebagian kecil item yaitu 1 item (2,04%) menghasilkan perspektif netral, dan sebagian kecil item yaitu 2 item (6,12%) menghasilkan perspektif negatif. Pada penelitian oleh Graduate Careers di Australia dapat disimpulkan bahwa keseluruhan menyatakan perspektif positif dari responden, dan mengartikan bahwa metode sudah tepat dijalankan pada evaluasi pembelajaran oleh Graduate Careers di Australia tersebut (Carroll, 2013). Perbedaan hasil antara penelitian ini dengan penelitian Carroll (2013), kemungkinan disebabkan oleh perbedaan sumber daya dan sarana prasarana yang tersedia diantara kedua tempat penelitian tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Rusman (2012) dalam Wulandari dan Dwi (2013) bahwa Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) Tabel 6 Distribusi Frekuensi Perspektif Mahasiswa terhadap Tingkat Penugasan Appropiate Workload Scale (AWS) dan Appropriate Assessment Scale (AAS) No Hasil Item f % Komponen AWS: 1. Positif 9 1 25,00 2. Netral 5, 19, 29 3 75,00 3. Negatif 0 0,00 Komponen AAS: 1. Positif 4 1 33,33 2. Netral 44 1 33,33 3. Negatif 26 1 33,33 pembelajaran dilihat sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata untuk mencapai tujuan, serta tujuan metode pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang disengaja dengan mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi dengan metode tertentu guna memfasilitasi siswa dengan tujuan mencapai suatu kompetensi (Wulandari & Dwi, 2013). Hasil penelitian juga menunjukkan GTS mahasiswa menyatakan perspektif netral. Hal ini dikarenakan pada kualitas pembelajaran dalam metode PBL didapatkan hasil sebagian kecil responden (8,18%) menyatakan dosen mempunyai banyak waktu dengan memberikan umpan balik, akan tetapi sebagian besar responden (53,46%) menyatakan perspektif yang sebaliknya yaitu dosen kurang memberikan umpan balik dalam proses PBL dan perspektif lainnya menyatakan bahwa dosen tidak mengerti kesulitan yang dialami oleh mahasiswa dalam memberikan tugas. Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tampereen Amattikorkeakoulu (TAMK) University of Applied Science pada tahun 2010, pada domain GTS menggambarkan bahwa sebagian besar responden (67,13%) menyatakan perspektif positif tentang pernyataan dosen mempunyai waktu untuk memberikan umpan balik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas pengajaran di sana menurut penelitian TAMK ini sangatlah baik dan fasilitator atau pengajar memiliki kompetensi yang baik sehingga dapat memberikan pengajaran yang baik pula, serta sebagian besar responden (55,9%) menyatakan bahwa dosen sangat memberikan feedback terhadap pembelajaran. Hasil penelitian apabila ditinjau dari subvariabel GTS, maka perlu dilakukannya perbaikan dalam hal kompetensi dosen sebagai fasilitator agar lebih baik lagi karena kompetensi mereka sangat diperlukan dalam pelaksanaan metode PBL yang seharusnya. Dalam metode PBL, peran dosen dan asisten adalah sebagai fasilitator pembelajaran dan membangun komunitas pembelajaran. Peran dosen adalah: pertama, mempersiapkan sekenario yang dibahas pada tiap sesi dan mengatur silabus mata kuliah. Kedua, secara bertahap mempersiapkan materi perkuliahan dalam bentuk file elektronik dan memberikan beberapa sumber antara lain buku referensi dan link website . Ketiga, sebagai fasilitator dosen mendorong para mahasiswa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang telah mereka miliki dan menentukan pengetahuan yang diperlukan selanjutnya (Sudarman, 2007). Pada metode PBL diharapkan fasilitator atau dosen memiliki feedback dalam belajar selama pembelajaran berlangsung karena dalam PBL pengajar dan mahasiswa bersama-sama mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan-keterampilan dari satu atau lebih bidang-bidang ilmu untuk menyelesaikan suatu masalah (Kristyani, 2008). Dalam metode PBL ini, pengajar bertindak sebagai fasilitator yang akan mendampingi mahasiswanya untuk menyelesaikan suatu masalah. Ditinjau dari variabel GSS, responden menyatakan perspektif positif. Hal ini dikarenakan pada perkembangan keterampilan-keterampilan umum ( good skills scale ) pada metode PBL, GSS dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berkomunikasi yaitu terdapat sebagian besar responden, yaitu sebanyak 78,62%, yang menyatakan hal tersebut dan beberapa responden lainnya, sebanyak 64,78%, menyatakan metode PBL membantu mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan bekerja secara kelompok. Penelitian sebelumnya pada Graduate Careers di Australia tahun 2013 pada domain GSS menggambarkan bahwa sebagian besar responden (78,76%) menyatakan perspektif positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kualitas pengajaran di Australia menurut penelitian GCA dapat membuat pelajar termotivasi dan mendapatkan hasil dari pembelajaran. Sebagian besar responden, yaitu sebanyak 56,8%, menyatakan bahwa pembelajaran membantu dalam membangun motivasi untuk pengerjaan tugas (Carroll, 2013). Berbeda dengan hasil penelitian menurut Muhson (2009) dengan judul ## Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) Peningkatan Minat Belajar dan Pemahaman Mahasiswa melalui Penerapan Problem- Based Learning di Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menghasilkan bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki kompetensi yang baik dalam teoritis, namun secara aplikatif mahasiswa memiliki kompetensi yang kurang. Hasil analisis penelitian ini dan penelitian Muhson menyimpulkan bahwa domain Good Skills Scale (GSS) menghasilkan hasil evaluasi positif dan hal ini perlu dipertahankan. Namun tidak pada penelitiannya Carroll (2013) yang menyatakan bahwa di Australia mahasiswanya kurang memiliki kompensi secara aplikatif dan hal ini harus diperbaiki untuk pencapaian metode PBL yaitu untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah. Kelompok-kelompok kecil pada mahasiwa diperlukan untuk menjalankan metode PBL dengan baik. Alasan utamanya adalah agar para anggota kelompok dapat berbagi pengetahuan dan gagasan. Selain itu, situasi yang sering terjadi dalam proses kerja kelompok dapat membentuk berbagai kompetensi yang diperlukan mahasiswa, misalnya kompetensi interpersonal, kompetensi dalam berkomunikasi, dan kompetensi pembelajaran itu sendiri. Proses kerja kelompok tidak mungkin bisa berjalan dengan baik apabila anggota tidak memiliki semacam tatalaksana dalam kelompok, baik yang terkait dengan pekerjaannya maupun yang terkait dengan proses interaksinya (Amir, 2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh mahasiswa menyatakan perspektif netral dalam subvariabel OSI. Artinya seluruh responden menyatakan keraguannya untuk kepuasan terhadap metode PBL. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya pada University of London di Inggris tahun 2005 pada domain OSI menggambarkan bahwa sebagian besar responden (83,1%) menyatakan perspektif positif. Hal ini dapat dikarenakan fasilitas, sarana, dan prasarana disana sangat bagus dan baik sehingga mahasiswa merasa puas dengan metode PBL karena fasilitasnya dapat menunjang para mahasiswa dalam menjalankan kegiatan belajar. Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, kepuasan ( satistaction ) pembelajaran di Inggris menurut penelitian ini sudah baik (Newman, 2005). Kepuasan berawal dari sebuah pembelajaran yang efektif dan didasari oleh penilaian mahasiswa terhadap metode pembelajaran yang sedang diterapkan. Kualitas pembelajaran sangat menentukan penguasaan kompetensi peserta didik yang pada akhirnya menentukan mutu atau kompetensi lulusan. Kualitas suatu sistem dapat menentukan tingkat kepuasan para pelajarnya, yang dimaksud dengan kepuasan adalah istilah evaluatif yang menggambarkan suka dan tidak suka. Persepsi mahasiswa tentang pembelajaran adalah pemahaman/ bayangan mahasiswa tentang pembelajaran yang meliputi tujuan, manfaat, kesiapan, partsipasi, fasilitas (sarana/prasarana), dan motivasi. Perlu dilakukan persiapan yang lebih intensif untuk melakukan perkuliahan dengan menggunakan metode PBL. Dalam perkuliahan dengan metode PBL terdapat tiga komponen yang akan berpengaruh terhadap hasil pencapaian yaitu (1) institusi, (2) dosen dan asisten dosen, dan (3) mahasiswa. Ketiga komponen ini bekerja sesuai peran atau tugas masing-masing untuk mendapatkan capaian metode PBL secara optimal. Penelitian ini menunjukkan bahwa domain CGS ( clear goals and standars ) metode PBL menghasilkan sebesar 80% perspektif netral, artinya hampir seluruh mahasiswa menyatakan keraguannya mengenai kejelasan dan standar pembelajaran ini. Berbeda pada penelitian sebelumnya pada Middlesex University di Inggris tahun 2005 pada domain CGS menggambarkan bahwa sebagian besar responden (61,75%) menyatakan perspektif positif. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan penerapan metode pembelajaran sangatlah jelas dan dapat diraih dengan domain pendukung lainnya. Sebagian besar responden, sebanyak 57,2%, menyatakan bahwa pelajaran selalu mempunyai gambaran apa yang dicapai dalam metode pembelajaran ini (Newman, 2005). Pembelajaran adalah kegiatan atau proses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) keberhasilan proses belajar mahasiswa di kampus dan lingkungan sekitarnya. Pada dasarnya pembelajaran merupakan tahapan perubahan perilaku mahasiswa yang relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Jihad & Abdul, 2012). Proses pembelajaran juga dapat membentuk service learning, yang terdiri dari komponen pengalaman belajar lapangan intrakurikuler yang terstruktur, refleksi, reciprocity (manfaat timbal balik), dan penentuan hasil dan manfaat yang spesifik untuk semua pihak yang terlibat (Juniarti, Zannettino, Fuller, & Grant, 2016). Pada awal pembelajaran metode PBL, dosen seharusnya menjelaskan maksud pembelajarannya, membangun sikap positif terhadap pelajaran itu, dan mendeskripsikan sesuatu yang diharapkan oleh mahasiswa. Dosen harus menjelaskan terlebih dahulu proses-proses dan prosedur-prosedur dalam metode ini agar lebih paham dan terperinci. Hal yang perlu diperhatikan salah satunya adalah tujuan utama mahasiswa untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru tetapi untuk menginvestigasi berbagai permasalahan penting menjadi mahasiswa yang lebih mandiri, selama fase investigatif pelajaran mahasiswa akan didorong untuk melontarkan pernyataan mencari informasi (Duncan, Lyons, & Al-Nakeeb, 2007). Hakikat PBL adalah memfasilitasi mahasiswa agar mengalami pembelajaran sebagai hasil dari proses bekerja dalam rangka memahami atau memecahkan suatu masalah. Dengan kata lain, PBL merupakan strategi untuk mengonstruksi atau menumbuhkan kompetensi tertentu dengan menggunakan masalah sebagai stimulus sekaligus fokus terhadap aktivitas belajar. Pendekatan pembelajaran semacam ini sejajar dengan kebijakan pemerintah yang menekankan pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berbasis kompetensi (Supratiknya & Kristiyani, 2010). Beberapa ciri pokok PBL adalah prinsip self-directed learning atau independent learning yaitu mahasiswa bertanggung jawab atas proses belajar sendiri, mahasiswa bertanggung jawab mengintegrasikan pengetahuan tentang teori-konsep yang dipelajari dengan aplikasinya dalam bentuk keterampilan menganalisis dan menemukan solusi atas masalah yang nyata, proses belajar distimulasi lewat kerja kelompok kecil sejak awal hingga akhir aktivitas pembelajaran, dan proses belajar berlangsung secara komulatif dan progresif berupa penguasaan aneka pengetahuan dan keterampilan yang semakin luas dan mendalam dalam rangka menganalisis dan menemukan solusi atas masalah-masalah nyata (Kristyani, 2008). Hasil penelitian pada domain AWS ( appropiate workload ) metode PBL menghasilkan perspektif netral dalam subvariabel AWS, artinya sebagian besar responden menyatakan keraguan dalam tingkat penugasan dalam metode PBL. Hal ini menyatakan hasil evaluasi netral namun pada kuesioner pernyataan pada AWS bersifat pernyataan negatif. Hasil kuesioner menunjukan sebanyak 55,35% menyatakan bahwa dari semua pelajaran yang mahasiswa pelajari, tidak seluruhnya mahasiswa paham dan sebagian lainnya sebanyak 41,51% menyatakan bahwa tugas yang diberikan terlalu berat dan cukup sulit. Hasil penelitian sebelumnya pada Graduate Careers di Australia tahun 2013 pada domain AWS menggambarkan bahwa hampir setengah responden (33,07%) menyatakan Tidak Setuju (TS) terhadap domain ini dan menyimpulkan perspektif negatif. Namun pada domain AWS ini item menggambarkan pernyataan negatif yang artinya hasil penelitian GCA menggambarkan tanggapan positif dimana responden menyatakan tidak benar bahwa beban kerja yang diberikan sangat berat (Carroll, 2013). Hal ini menunjukkan hal yang berbeda antara hasil penelitian ini dengan penelitian di Australia. Karena pada penelitian ini, kemungkinan mahasiswa merasa terbebani atas penugasan yang diberikan karena waktu yang diberikan kurang cukup dan hal ini harus jadi perbaikan untuk institusi agar mahasiswa dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Faktor yang memengaruhi beban kerja mental seseorang dalam mengenai suatu pekerjaan, antara lain jenis pekerjaan, situasi kerjaan, waktu respon, waktu penyelesaian yang tersedia, faktor individu (tingkat motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) dan toleransi performansi yang diijinkan), dan fasilitas pendukung pekerjaan. Fasilitas pendukung pekerjaan adalah bagian yang mendukung dalam penyelesaian penugasan, pengaruh fasilitas terhadap beban kerja ini yaitu referensi yang tersedia dapat membantu dalam pengerjaan sehingga beban pekerjaan menjadi mudah karena terdapat pendukung dalam pengerjaan pekerjaan. Sementara itu, hasil penelitian pada domain Appropriate Assesment Scale (AAS) menghasilkan perspektif positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya pada Graduate Careers di Australia tahun 2013 pada domain AAS menggambarkan bahwa hampir setengah responden sebanyak (39,63%) menyatakan positif, dan hampir setengah responden (38,4%) menyatakan bahwa banyak penugasan yang diberi dosen yang hanya bertanya tentang fakta yang terjadi namun diluar pembahasan teori yang dipelajari. Hasil penelitian menunjukan responden (41,8%) menyatakan setuju bahwa penguasaan dalam materi sangat diharuskan sebelum pembelajaran berlangsung karena fasilitator tidak secara langsung menerangkan konsep secara teori (Carroll, 2013). Hasil penelitian ini menghasilkan evaluasi perspektif mahasiswa positif terhadap AAS dan hal ini perlu dipertahankan dalam pelaksanaan metode PBL. Pada penugasan dalam metode PBL dilakukan melalui pemberian suatu masalah dimana mahasiswa diharuskan untuk mencari materi yang diberikan oleh dosen sebelum melakukan pembelajaran atau tutorial, sehingga mahasiswa mampu menguasai materi yang disajikan oleh dosen. Sebelum pembelajaran dimulai dalam metode PBL, mahasiswa diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata, semakin dekat dengan dunia nyata maka akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan mahasiswa. Setelah masalah diberikan, mahasiswa kemudian bekerja sama dalam kelompok, mencoba memecahkan masalah dengan kemampuan yang dimiliki dan sekaligus mencari informasi yang relevan (Widodo & Widayati, 2013). Peran dosen sangatlah menentukan terhadap keberhasilan suatu program belajar salah satunya metode PBL dan dosen memberi penugasan setelah kegiatan belajar mengajar atau diskusi berakhir. Dengan demikian peran dosen sangatlah penting, karena peran dosen disini adalah sebagai fasilitator dan seseorang yang dominan dalam melaksanakan proses belajar kelompok atau tutorial untuk mencapai suatu tujuan, karena dosen terlibat langsung dalam pembinaan dan pembelajaran tutorial. ## Simpulan Hasil pengolahan data dan pembahasan tentang evaluasi metode PBL menurut perspektif mahasiswa keperawatan tingkat akhir menunjukkan bahwa 46,94% menyatakan perspektif netral. Hal ini menunjukan mahasiswa tidak secara tegas menilai pelaksanaan PBL baik atau tidak baik. Hal tersebut dikarenakan di satu sisi mereka merasakan ada hal yang positif dari pelaksanaan PBL, tetapi di sisi lain ada hal yang negatif yang mereka alami. Evaluasi yang dilakukan telah menghasilkan perspektif mahasiswa yang menyatakan hasil evaluasi positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode PBL. Hasil penelitian ini memberikan beberapa rekomendasi untuk sistem pembelajaran tersebut sehingga menjadi lebih baik lagi kedepannya, diantaranya perlu persamaan persepsi diantara dosen yang terlibat dalam satu mata kuliah sistem untuk mencegah perbedaan pengajaran yang membingungkan mahasiswa, perlu dilakukan modifikasi dalam metode pembelajaran agar tidak monoton dan membosankan, perlu peningkatan sumber referensi yang menunjuang dalam mengetahui pengetahuan yang terbaru ( up- to date ), mahasiswa lebih aktif untuk belajar dengan mandiri sehingga metode PBL yang sedang berjalan menjadikan mahasiswa lebih aktif mencari solusi dari permasalahan yang diberikan, dan mahasiswa dihimbau untuk mencari informasi jadwal perkuliahan karena keterbatasan fakultas yang belum bisa menentukan jadwal pasti untuk pembelajaran PBL ini sehingga diharuskan untuk menunggu kabar pengajar dan ruangan yang disediakan Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) ada. ## Daftar Pustaka Afifah, E., & Syahreni, F. (2005). Hubungan penerapan metode pembelajaran collaborative learning dan problem based learning dengan motivasi belajar pada mahasiswa keperawatan Universitas Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 9(1), 7–12. Amir, M.T. (2009). Inovasi pendidikan melalui problem based learning: Bagaimana pendidikan memberdayakan pemelajar di era pengetahuan. Jakarta: Prenamedia Group. Carlisle, C., & Ibbotson, T. (2005). Introduce problem-based learning into research methods teaching: Student and facilitator evaluation. Nursing Education Today, 527–541. Carroll, D. (2013). Graduate course experience 2013: A report on the course experience perception of resent graduate . Australia: Graduate Carees Australia Ldt. Duncan, M., Lyons, M., & Al-Nakeeb, Y. (2007).You have to do it rather than being in a class and just listening: The impact of problem based learning on the student experience in sports and exercises biomechanics. Journal of Hospitality, Leisure, Sport & Tourism Education, 6(1), 71–80.ISSN: 1473-8376. Erol, G., Yesin, S., & Mahmet. (2008). Evaluation of problem based learning by tutors and student in a Medical Faculty of Turkey. Kuwait Medical Journal, 40(4), 276– 280. Fitria, N., Hernawaty, T., & Hidayati, N.O. (2013). Adversity quotient mahasiswa baru yang mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 1(2), 99–105. Gurnipar, E., Senil, Y., & Aktekin, R.M. (2009). Evaluation of problem based learning by tutors and student in a Medical Faculty of Turkey. Kuwait Medical Journal , 3(2), 276- 280. Hadi, R. (2007). Dari teacher-centred learning ke student-centered learning: Perubahan metode pembelajaran di perguruan tinggi. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan, 12(3), 32–38. Jihad, A., & Abdul, H. (2012). Evaluasi pembelajaran . Yogyakarta: Multi Pressindo. Juniarti, N., Zannettino, L., Fuller, J., & Grant, J. (2016). Defining service learning in nursing education: An integrative review. Jurnal Keperawatan Padjadjaran , 4(2), 200–212. Kristyani, T. (2008). Efektivitas metode problem-based learning pada mata kuliah Psikologi Kepribadian I. Cakrawala Pendidikan, XXVI(3), 285–294. Kushartanti, B. (2010). Pendekatan problem based learning dalam pembelajaran praktik kerja lapangan terapi fisik. Cakrawala Pendidikan, 5–11. Muhson, A. (2009). Peningkatan minat belajar dan pemahaman mahasiswa melalui penerapan problem-based learning. Jurnal Pendidikan , 39(2), 171–182. Newman, M.J. (2005). Problem Based Learning: An introduction and overview of the key features of the approach. J Vet Med Educ. Spring , 32(1), 12–20. Sudarman. (2007). Problem based learning: Suatu model pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Jurnal Pendidikan , 2(2), 68–73. Supratiknya, & Kristiyani, T. (2010). Efektivitas metode problem-based learning dalam pembelajaran mata kuliah teori psikologi kepribadian II. Jurnal psikologi, 33(1), ISSN: 0215-8884, 17–32. Widodo, & Widayati, L. (2013). Peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dengan metode problem based learning pada siswa kelas VIIA MTs NegeriDonomulyo Kulon Progo Tahun Pelajaran 2012/2013. Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL) Jurnal Fisika Indonesia , 49(17), 32-35.ISSN: 1410-2994. Wulandari, B., & Dwi, H. (2013). Pengaruh problem based learning terhadap hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 178–191. Ikeu Nurhidayah : Perspektif Mahasiswa mengenai Problem-Based Learning (PBL)
846aef91-f45a-4383-b33d-6b4c138d2643
https://jom.fti.budiluhur.ac.id/index.php/IDEALIS/article/download/1692/954
PERANCANGAN SISTEM ELECTRONIC CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (E-CRM) BERBASIS WEB STUDI KASUS: MIKA TOUR INDONESIA Luthfiah Musa’ad 1) , Yuliazmi 2) Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur Jl. Raya Ciledug, Petukangan Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12260 E-mail : [email protected] 1) , [email protected] 2) ## Abstrak Mika Tour Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pariwisata, khususnya bidang Tour & Travel dimana keberhasilan perusahaan tak hanya terletak pada produk dan jasa yang ditawarkan melainkan juga dari sejauh mana perusahaan mampu menjalin hubungan dengan pelanggannya dan meningkatkan kualitas pelayanannya. Perusahaan bersaing dalam mendapatkan pelanggan ataupun mempertahankan pelanggan yang setia. Hal ini dapat diwujudkan dengan mengaplikasikan model Electronic Customer Relationship Management (E-CRM) yaitu strategi bisnis mengenai layanan dan software berbasis website yang didesain untuk meningkatkan keuntungan, pendapatan perusahaan dan kepuasan pelanggan. Dalam pembuatan software ini menggunakan bahasa pemograman laravel dan database yang digunakan yaitu MySql Front. Pada dasarnya perusahaan belum maksimal dalam menerapkan Customer Relationship Management sehingga sulit untuk mengetahui hasil dari kinerja kerja selama ini. Salah satu faktornya adalah karena sulitnya meningkatkan jumlah pelanggan baru dan melayani komplain pelanggan masih belum maksimal. Untuk itu tujuan dari penulisan yaitu merancang sebuah sistem berbasis website yang dapat mendukung Customer Relatonship Management perusahaan, sehingga hasil dari penelitian ini dapat menyelesaikan masalah yang dialami pada Mika Tour Indonesia. Kata kunci: Electronic Customer Relationship Management , e-CRM, Tour dan Travel. ## 1. PENDAHULUAN Dengan semakin bertambahnya ilmu teknologi informasi yang sangat cepat telah membawa pengaruh besar bagi banyak perusahaan terutama perusahaan tour dan travel. Dalam perkembangannya merupakan salah satu perusahaan Mika Tour Indonesia yang saat ini dalam memberikan informasi terhadap pelanggan masih menggunakan brosur sehingga memerlukan biaya lebih untuk mencetak brosur, serta pelanggan tidak mendapatkan informasi yang detail untuk melihat paket wisata, fasilitas dan biaya-biaya untuk tujuan yang diinginkan. Dalam memberikan pelayanan yang melihat dari berbagai sudut biaya merupakan suatu hal yang paling penting sebagai bentuk kepuasan terhadap pelanggan. Jika pelanggan dapat memprediksikan biaya yang di miliki dengan kesesuaian fasilitas yang didapat dari jasa tour dan travel ini , maka pelanggan akan merasakan kepuasan pelayanan pada Mika Tour Indonesia. Pada Mika Tour Indonesia terdapat permasalahan seperti Cara mempromosikan paket tour kurang memadai, karena masih menggunakan brosur yang lama terupdate, Calon pelanggan tidak mengetahui testimonial dari pelanggan mika tour karena penyampaian testimonial masih melalui pesan singkat, Komplain pelanggan tidak tersimpan dengan baik, karena dalam penyampaian komplain hanya melalui lisan, Pelanggan sulit untuk mengetahui produk yang tersedia pada perusahaan dikarenakan kurang nya informasi. Penulis menganalisa tentang pengaplikasian CRM ini karena ingin mengetahui lebih dalam sejauh mana perusahaan Mika Tour Indonesia dalam menggunakan atau memanfaatkan teknologi sebagai proses bisnis, dan melakukan pendekatan terhadap pelanggan dan meningkatkan pelayaanan terhadap pelanggan. Ada beberapa tujuan penulisan dalam membuat analisa dan perancangan Customer Relationship Management kepada pelanggan seperti merancang aplikasi Customer Relationship Management yang memiliki fitur pelayanan terbaru mengenai Mika Tour Indonesia, analisa masalah yang dihadapi Mika Tour Indonesia khususnya pelayanan terhadap pelanggan, Upaya meningkatkan pelayanan perusahaan Mika Tour Indonesia, dapat menghasilkan suatu sistem mengenai testimonial pelanggan guna untuk penilaian kepuasan pelanggan, suatu rancangan sistem promo paket wisata guna memudahkan perusahaan dalam upaya mengelola promo yang ingin diberikan kepada pelanggan. Sedangkan manfaat penelitian ini seperti memudahkan pelanggan dalam mengakses informasi yang diperlukan dan juga dalam pendaftaran tour paket wisata, meningkatkan mutu kualitas perusahaan agar dapat bersaing dengan tour dan travel lainnya, membantu perusahaan dalam memberikan promo kepada pelanggan sehingga lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan pelanggan, hasil penelitian dapat digunakan oleh Mika Tour Indonesia sebagai sarana untuk menjalin hubungan yang berkelanjutan antara pihak perusahaan dan pelanggan yang sudah melakukan perjalanan. Dalam hal ini penerapan Electronic Customer Relationship Management (E-CRM) akan sangat membantu perusahaan dalam menjalani proses mengumpulkan informasi untuk menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan. Customer Relationship Management (CRM) sendiri merupakan landasan utama dari Electronic Customer Relationship Management (E-CRM) ditekankan pada penggunaan media elektronik online dan offline untuk mengelola data pelanggan. Dengan dirancangnya web tersebut maka akan mempermudah pelanggan dalam mencari paket wisata dan melakukan pemesanan sesuai dengan biaya yang diinginkan, serta akan menambah pelanggan baru untuk menggunakan jasa tour pada Mika Tour Indonesia. pelanggan dapat menggunakan sistem pelayanan yang dibuat sehingga tidak memerlukan waktu dan biaya yang lebih hanya untuk mendapatkan informasi layanan tentang paket wisata dari jasa tour dan travel pada Mika Tour Indonesia. Sistem memiliki karakteristik yaitu komponen sistem, batasan sistem, lingkungan luar sistem, penghubung sistem, masukan sistem, keluaran sistem, pengolahan sistem, dan sasaran sistem. [1] CRM merupakan “Proses mengelola semua aspek interaksi perusahaan dengan customer termasuk pencarian customer, penjualan, layanan. Aplikasi Customer Relationship Management berusaha memberikan pemahaman serta meningkatkan hubungan antara perusahaan dengan customer dengan menggabungkan semua pandangan tentang interaksi customer menjadi satu gambaran”. [2] E-CRM adalah strategi bisnis yang menggunakan teknologi informasi yang memberikan perusahaan suatu pandangan pelanggannya secara luas, dapat diandalkan dan terintegrasi sehingga semua proses dan interaksi pelanggan membantu dalam mempertahankan dan memperluas hubungan yang menguntungkan secara bersamaan. [3] Penelitian dalam jurnal yang berjudul Analisis dan Perancangan Sistem e-CRM pada PT Paramitra Media Perkasa. Tujuan utama penelitian ini yaitu memberikan solusi terhadap masalah yang ada pada perusahaan, seperti membantu perusahaan untuk menjaga hubungan dengan konsumen. Sehingga meningkatkan pelayaan perusahaan kepada pelanggan. [4] Penelitian dalam jurnal yang berjudul Analisa dan Rancang Bangun Customer Relationship Management Pada BKAD Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati. BKAD membutuhkan suatu sistem yang mampu. Hasil dari penelitian ini yaitu bagaimana merancang bangun Customer Relationship Management pada BKAD agar sistem yang dibuat bisa berfungsi dengan baik bagi masyarakat yang mebutuhkan informasi, mengumpulkan data, mengelola dan menampilkan informasi untuk meningkatkan pelayanan kepada seluruh masyarakat yang membutuhkan BKAD. [5] Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Pratekto dalam jurnal Rancang Bangun CRM ( Customer Relationship Managemen ) Berbasis Web Dan SMS Gateway Pada Percetakan PT. Puri Kreasi. Hasil dari penelitian tersebut yaitu membangun sebuah sistem informasi CRM ( Customer Relationship Management ) berbasis web, yang digunakan untuk membantu perusahaan dalam meningkatkan kualitas dan membangun hubungan yang lebih baik dengan pelanggan. [6] ## 2. METODE PENELITIAN Berikut ini merupakan urutan langkah penelitian yang dilakukan dalam kegiatan analisa dan perancangan di Mika Tour Indonesia. Terdapat pada Gambar 1. Metode Penelitian . ## Gambar 1. Metode Penelitian Penjelasan Metode Penelitian: 1. Wawancara dengan Ibu Sri Nuryati Maemanah selaku Manager Mika Tour Indonesia (PT. Usaha Wisata Mandiri) yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaan untuk melakukan riset di tempat tersebut dan dapat diwawancarai. 2. Observasi lapangan dilakukan di Mika Tour Indonesia (Univ. Budi Luhur Area), Jalan Ciledug Raya, RT.10/RW.2, Petukangan Utara, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 3. Dalam Analisa Proses Bisnis menggunakan tools Red Koda dalam membuat Activity Diagram . 4. Identifikasi kebutuhan menganalisis semua proses binis yang sedang berjalan pada saat ini, data pelanggan, teknik promosi digunakan, dan mengkaji semua informasi terkait fitur yang dibutuhkan dengan proses bisnis. 5. Analisis dokumen berjalan yang digunakan Invoice perjalanan paket tour, Laporan Top Paket, Laporan Testimonial serta Laporan Top Pelanggan. 6. Hasil identifikasi masalah pada proses bisnis berjalan digambarkan dengan fishbone diagram, dimana pada diagram tersebut akan terlihat sebab akibat terjadinya masalah. Menganalisa masalah berdasarkan hasil wawancara dan dokumen yang berkaitan, yang kemudian digambarkan ke dalam rich picture. Hasil identifikasi kebutuhan digambarkan dengan menggunakan model data dengan Use Case Diagram dan activity diagram. Menggambarkan model sistem dengan ERD kemudian ditransformasi menjadi LRS. 7. Membuat rancangan sistem dengan membuatkan prototype Electronic Customer Relationship Management (E-CRM). ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Analisa dan Proses Bisnis Pada tahap ini analisa proses bisnis yang sedang berjalan pada Mika Tour Indonesia berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan penulis secara langsung, dan digambarkan dengan rich picture yang terdapat pada Gambar 2. Rich Picture . Gambar 2. Rich Picture Uraian proses bisnis: 1. Calon Pelanggan bertanya mengenai paket tour wisata 2. Divisi tiketing menjelaskan daftar paket wisata beserta harga dan fasilitas yang tersedia 3. Calon pelanggan melakukan pendaftaran 4. Lalu calon pelanggan memilih perjalanan paket wisata 5. Calon pelanggan menyerahkan berkas persyaratan yang dibutuhkan 6. Divisi tiketing akan membuat invoice sebagai tagihan keseluruhan paket wisata yang harus dibayar calon pelanggan. 7. Setelah menerima invoice, calon pelanggan melakukan pembayaran sesuai dengan jumlah nominal yang tertera 8. Setelah semua proses dilakukan oleh calon pelanggan dan paket wisata telah memenuhi kuota, maka divisi tiketing menginformasikan kepada divisi tour untuk melakukan reservasi 9. Divisi tour melakukan reservasi hotel 10. Divisi tour melakukan reservasi tiket pesawat untuk calon pelanggan sesuai dengan tanggal keberangkatan . 3.2. Analisa Sistem Usulan a. Fishbone Diagram Berikut adalah fishbone diagram pada Mika Tour Indonesia berdasarkan masalah-masalah yang ada. Dapat dilihat pada Gambar 3. Fishbone sebagai berikut ini: Gambar 3. Fishbone Berikut penjelasan gambar fishbone diatas : 1. Faktor Information a. Cara menyampaikan paket wisata kurang memadai sehingga paket tour pada brosur lama terupdate b. Cara menyampaikan testimonial masih menggunakan pesan singkat sehingga calon pelanggan tidak mengetahui testimonial pelanggan. 2. Faktor Product 1) Pelanggan sulit mengetaui produk yang tersedia, pelanggan kurang informasi. 3. Faktor Process Penyampaian komplain pelanggan hanya melalui lisan, komplain pelanggan tidak tersimpan dengan baik. b. Analisis As Is system dan To Be System dengan ## Tahapan CRM Setalah melakukan wawancara kepada pihak terkait, Mika Tour Indonesia. Mendapatkan analisis As Is System dan To Be System dengan tahapan CRM. Dapat dilihat pada Tabel 1. As Is dan To Be System . Tabel 1. As Is dan To Be System Aquire (Mendapatkan) ( as is system) (to be system) Mekanisme Membuat brosur paket wisata Menggunakan website sebagai media promosi paket wisata pelanggan People Staf mencetak brosur Adanya fitur entry paket yang mana bisa sebagai media untuk promosi bagi perusahaan Process Staf membuat brosur yang berisi paket wisata Menawarkan paket wisata terbaru melalui website kepada calon pelanggan pelanggan lalu mencetak brosur Technology Internet dan komputer Website yang menyediakan fitur paket wisata beserta promo yang ter update Enhance (Meningkatkan) (as is system) (to be system) Mekanisme Menerima komplain pelanggan melalui telpon dan pencatatan Adanya fitur komplain pelanggan yang dapat menjadi wadah pelanggan untuk menyampaikan komplain People Pelanggan telpon perusahaan untuk menyampaikan komplain Staf standby membuka menu admin untuk melihat apakah ada notifikasi masuk tentang komplain pelanggan Process Staf menerima komplain pelanggan melalui telfon dan mencatatnya Pelanggan memberikan komplain pada website perusahaan dan staf akan memberi tanggapan komplain Technology Komputer Website yang menyediakan fitur komplain pelanggan Retain (Mempertahankan) (as is system) (to be system) Mekanisme Belum adanya pendataan testimonial pelanggan Adanya fitur testimonial pelanggan yang akan diberikan pelanggan setelah melakukan perjalanan People Penyampaian testimonial pelanggan hanya melalui lisan Staf standby membuka menu admin untuk melihat apakah ada notifikasi masuk tentang testimonial pelanggan Process Staf menerima testimonial pelanggan melalui telpon Pelanggan memberikan testimonial pada website perusahaan setelah melakukan perjalanan Technology Komputer Website yang menyediakan fitur testimonial pelanggan ## 3.3. Use Case Diagram Pada Use Case Diagram ini menggambarkan sebuah interaksi antara actor dengan sistem yang ada. Use Case Diagram dibuat oleh penulis dan disesuaikan dengan identifikasi kebutuhan yang ada dan dibuat pada tahapan sebelumnya. a. Use Case Master Pada Package Master terdapat Entry Paket, Entry Staf, Entry Pelanggan, View Paket, View Staf, View Pelanggan. Terdapat pada Gambar 4. Use Case Master . Gambar 4. Use Case Master b. Use Case Transaksi Pada Use Case Diagam Package Promo terdapat Use Case Diagram Entry Promo, include dengan Use Case Diagam Kirim Email dan Use Case Diagam View Promo. Seperti pada Gambar 5. Use Case Transaksi . Gambar 5. Use Case Transaksi c. Use Case Laporan Pada Use Case Diagram Package terdiri dari Use Case Diagam Laporan Top Pelanggan, Use Case Diagam Laporan Top Paket dan Use Case Diagam Laporan Testimonial. Seperti pada gambar Gambar 6. Use Case Laporan . Gambar 6. Use Case Laporan 3.4. Pemodelan Data Penulis menggunakan Entity Relationship Diagram (ERD) untuk pemodelan data. Terdapat pada Gambar 7. Entity Relationship Diagram . Gambar 7. Entity Relationship Diagram 3.5. Desain User Interface a. Struktur Menu Dalam struktur tampilan ini menggambarkan fitur apa saja yang ada pada website dan dapat diakses oleh user . Seperti pada Gambar 8. Struktur Menu . Gambar 8. Struktur Menu ## b. Rancangan Layar Berikut gambar rancangan layar yang terdapat pada website : 1) Rancangan Layar Menu Home Pelanggan Menggambarkan rancangan layar menu home pelanggan pada saat pelanggan mengakses website dan menampilkan beberapa fitur yang tersedia. Seperti pada Gambar 9. Rancangan Layar Menu Home Pelanggan . Gambar 9. Rancangan Layar Menu Home Pelanggan 2) Rancangan Layar Entry Paket Staf Menggambarkan rancangan layar entry paket wisata pelanggan yang di input oleh staf. Seperti pada Gambar 10. Rancangan Layar Entry Paket Staf . Gambar 10. Rancangan Layar Entry Paket Staf 3) Rancangan Layar Laporan Top Paket Pada rancangan layar laporan top paket menggambarkan staf dapat memilih waktu laporan periode. Seperti pada Gambar 11. Rancangan Layar Laporan Top Paket . Gambar 11. Rancangan Layar Laporan Top Paket 4) Rancangan Layar Dokumen Keluaran Menggambarkan dokumen keluaran yang berisi invoice pelanggan setelah melakukan transaksi. Terdapat pada Gambar 12. Rancangan Layar Dokumen Keluaran . Gambar 12. Rancangan Layar Dokumen Keluaran 3.6. Kolerasi Masalah dan Solusi Pada table 2 merupakan penjelasan korelasi permasalahan dengan solusi yang disediakan. ## Tabel 2. Kolerasi Masalah dan Solusi ## 4. KESIMPULAN Hasil dari penelitian yang sudah dilakukan, maka terdapat beberapa kesimpulan yaitu; Dengan adanya fitur yang terdapat pada E-CRM berupa entry data paket dan juga promosi pelanggan yang diharapkan dapat memberikan kemudahan dan keakuratan dalam mendapatkan informasi paket terbaru oleh pelanggan, kemudian tidak adanya testimonial pelanggan lama sehinggan perusahaan sulit untuk menarik pelanggan baru, dengan adanya website perusahaan, dapat memudahkan pelanggan dan calon pelanggan mengetahui informasi jasa/produk yang ditawarkan oleh perusahaan dan perusahaan yang belum maksimal dalam penanganan komplain dikarenakan komplain pelanggan yang belum terdokumentasi. Adanya fitur yang E-CRM yang dapat mendokumentasikan komplain pelanggan sehingga mempermudah staf perusahaan dalam menangani keluhan pelanggan. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Iskandar, N. and Juandy, Y., “Analisis Sistem Informasi Akuntansi Pendaftaran, Pemeriksaan, Pembelian dan Pembayaran Di Elim Medical Center”, Media Informatika , vol. 14, no. 2, pp.43-63, 2015. [2] Ladjamudin, Al-Bahra, “Analisis dan Desain Sistem Informasi”, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013. [3] Darudiato, Suparto, et all , “Analisis dan Perancangan Sistem Aplikasi Customer Relatioship Management Berbasis Web (Studi Kasus: PT. Fajar Buana International)”, Seminar Nasional. Aplikasi Teknologi Informasi 2006(SNATI 2006) , 17 Juni 2006, pp. E61–E66, 2006. [4] Siswono, S., Liem, J., and Prasetyo, A., “Analisis dan Perancangan Sistem eCRM pada PT Paramitra Media Perkasa”, Journal The Winners , vol. 6, no. 2, pp. 95- 104, September 2005. [5] Sudiati, L. E. and Purwanto, D., “Analisa dan Rancang Bangun Customer Relationship Management Pada BKAD Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati”, Journal Speed – Sentra Penelitian. Engineering dan Edukasi , vol.9, no.3, pp. 40–46, 2017. [6] Pratekto, Sigit, Fitriansyah, Hendra and Irfani, M. Havis, "Informasi, “Rancang Bangun CRM (Customer Relationship Managemen) Berbasis Web Dan SMS Gateway Pada Percetakan PT. Puri Kreasi”, STIMIK MDP Business School , pp. 1–11, Februari 2015.
649044b9-7300-48c5-9ab4-b082a9959a30
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/sosek/article/download/10364/8162
## Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan Dalam Menghadapi Dampak Abrasi: Studi Kasus di Kabupaten Pasaman Barat Adaptation Strategies by Fishing Household toward the Impact of Coastal Erosion: A Case Study in West Pasaman Regency ## *Annisa Wulandari, Mohamad Shohibuddin, dan Arif Satria IPB University Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Dramaga, Jalan Raya Dramaga, Bogor 16680 Jawa Barat, Indonesia ## ARTICLE INFO ABSTRAK Kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim dapat memicu abrasi yang berdampak negatif pada kerentanan rumah tangga nelayan. Penelitian ini mengkaji tingkat kerentanan di antara rumah tangga nelayan dengan struktur nafkah berlainan dan hubungannya dengan strategi adaptasi yang diterapkan dalam menghadapi dampak abrasi. Kemampuan rumah tangga nelayan menerapkan berbagai strategi adaptasi diduga membuat mereka lebih mampu bertahan dalam menghadapi perubahan lingkungan. Untuk mengkaji hal ini, penelitian lapangan dilakukan pada satu komunitas pesisir di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Data dikumpulkan melalui survei atas 34 responden dari rumah tangga terdampak abrasi yang dipilih dengan teknik proportional stratified random sampling dan diperkuat dengan observasi lapangan dan wawancara mendalam dengan sejumlah informan. Untuk melihat hubungan antarvariabel, secara statistik dilakukan uji korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan hubungan signifikan antara tingkat kerentanan dan keragaman strategi adaptasi dengan arah hubungan negatif sebesar -0,508. Selanjutnya, terdapat hubungan signifikan antara struktur nafkah dan tingkat kerentanan dengan arah hubungan negatif sebesar -0,626 serta antara struktur nafkah dan tingkat keragaman strategi adaptasi dengan arah hubungan positif sebesar 0,682. Hal ini berarti makin tinggi tingkat kerentanan maka makin rendah tingkat keragaman strategi adaptasi, lantas makin beragam struktur nafkah maka makin rendah tingkat kerentanan dan makin tinggi tingkat keragaman strategi adaptasi. Berdasarkan temuan ini, disarankan agar pemerintah melakukan upaya pencegahan abrasi yang akan menimbulkan kerentanan pada rumah tangga nelayan. Selain itu, pemerintah perlu mendorong diversifikasi mata pencaharian di antara rumah tangga nelayan dan dalam kaitan ini perlu membenahi tata ruang kawasan wisata bahari dan pengelolaannya secara inklusif agar manfaat ekonominya dapat dirasakan oleh masyarakat secara lebih merata. Kata Kunci: abrasi; rumah tangga nelayan; kerentanan; strategi adaptasi; struktur nafkah ## ABSTRACT The rise of sea level as the impact of climate change may cause coastal erosion which will negatively induced vulnerabilities among fishing households. This study examines the level of vulnerability among fishing households having various livelihood structures and its relation to their adaptation strategies in dealing with the impacts of coastal erosion. It is assumed that the ability of the fishing households to exercise various adaptation strategies would make them more resilient in addressing environmental changes. To reveal this, a field work was carried out in a coastal community in West Pasaman Regency. Quantitative data was obtained through survey with 34 respondents, all of them are households affected by erosion, selected through proportional stratified random sampling technique, while qualitative data was obtained throuhg participant observations and in-depth interviews with several informants. To see the relation among variables statistically, this study uses Rank Spearman correlation test. The results of this study indicate that there is a significant relationship between level of vulnerability and variety of adaptation strategies with a negative value of -0,508. In addition, there is also a significant relationship between livelihood structure and level of vulnerability with a negative value of -0,626 and between livelihood structure and variety of adaptation strategies with a positive value of 0,682. These mean that the higher the level of vulnerability, the lower the variety of adaptation strategies; then, the more diverse the livelihood structure, the lower the level of vulnerability and the higher the variety of adaptation strategies. Based on these findings, it is recommended that the government should exercise some efforts to prevent coastal erosion which will create some vulnerabilities to fishers households. In addition, the government needs to encourage diversification of livelihoods among fishing households and in this regard, it is necessary to improve the spatial planning of marine tourism areas and their management in an inclusive manner so that the economic benefits can be felt by the community more evenly. Keywords: coastal erosion; fishing households; vulnerability; adaptation strategy; livelihood structure Diterima tanggal : 21 September 2021 Perbaikan naskah: 13 Juli 2022 Disetujui terbit : 1 Oktober 2022 Korespodensi penulis: Email: [email protected] DOI: http://dx.doi.org/10.15578/ jsekp.v17i2.10364 Salah satu ironi yang dihadapi oleh Indonesia sebagai negara kepulauan adalah potensi sumber daya alam perikanan dan pesisirnya yang amat kaya, tetapi banyak penduduk yang tinggal di wilayah pesisir justru termasuk kategori miskin. Berdasarkan Data Kelautan dan Perikanan dalam Angka (2019), Indonesia mempunyai garis pantai terpanjang kedua di dunia, yakni mencapai 95.181 km. Dalam konteks sumber daya pesisir, wilayah sepanjang garis pantai ini memiliki arti yang sangat strategis secara ekonomi, sosial, dan ekologis. Namun, hasil analisis data BPS menunjukkan bahwa sebesar 23,79% penduduk di desa tepi laut ternyata mempunyai penghasilan di bawah garis kemiskinan (Sunito et al., 2019). Satria (2015) mendefinisikan bahwa karakteristik nelayan secara sosiologis berbeda dari karakteristik masyarakat agraris seiring dengan perbedaan karakteristik sumber daya yang dimanfaatkan. Masyarakat pesisir, khususnya rumah tangga nelayan, sangat bergantung pada ekosistem pesisir dan laut sebagai sumber mata pencaharian dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari. Persoalan ketidakpastian lingkungan yang banyak ditemukan di ekosistem ini menjadi salah satu faktor yang turut menentukan keberlanjutan mata pencaharian rumah tangga nelayan (Fitriani et al., 2020). Ketidakpastian lingkungan ini kian meningkat seiring dengan kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil akibat terjadinya abrasi yang merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim (Octavian et al., 2022). Abrasi dapat didefinisikan sebagai mundurnya garis pantai dari posisi asalnya karena adanya angkutan sedimen yang menyusur pantai dan mengakibatkan berpindahnya sedimen dari satu tempat ke tempat yang lain (Triatmodjo, 2016). Menurut Hasanudin (2018), abrasi ini terjadi ketika sedimen yang terangkut dari pantai jauh lebih besar dibandingkan sedimen yang terangkut ke pantai. Terdapat beberapa fenomena alam yang dapat memicu terjadinya proses abrasi ini, seperti gelombang laut, arus, dan pasang surut (Damaywanti, 2013). Abrasi dapat juga disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti penambangan pasir, kerusakan hutan bakau, pembukaan lahan, dan pembangunan di bibir pantai (Hasanudin, 2018). Banyak wilayah pesisir di Indonesia mengalami proses abrasi yang cukup parah dengan dampak yang sangat mengkhawatirkan, seperti di pesisir Tegal (Dianawati & Santosa, 2016), Semarang (Sardiyatomo et al., 2013), Rembang (Maulana et al., 2016), Probolinggo (Prameswari et al., 2014), Kendal (Liawan & Haris, 2021), Padang Pariaman (Solihuddin, 2011), dan Kepulauan Meranti (Alfiyati, 2021). Secara fisik, abrasi menyebabkan berkurangnya lahan serta menimbulkan banjir rob di wilayah pesisir. Akibatnya, areal tambak, persawahan, dan permukiman di wilayah pesisir menjadi berkurang atau mengalami kerusakan. Dampak fisik serupa juga terjadi pada berbagai prasarana umum yang dibangun di pantai, seperti dermaga, jalan, dan fasilitas penunjang wisata (Malik & Suprapta, 2009; Damaywanti, 2013; Triatmojo, 2016; Fadlilanissa, 2018; Alfiyati 2021). Abrasi juga menimbulkan kerugian sosial-ekonomi pada masyarakat pesisir, seperti kerusakan jaringan sosial, perubahan nafkah, pengurangan pendapatan, dan penurunan jumlah penduduk (Ismiyanti & Buchori, 2021; Ervianto & Hariyanto, 2021). Proses abrasi dan berbagai dampak yang ditimbulkannya ini telah melahirkan kerentanan pada rumah tangga nelayan meski dengan tingkat yang berbeda-beda. Kerentanan adalah sebuah konsep yang banyak digunakan dalam penelitian perubahan iklim ataupun penelitian yang berhubungan dengan bencana alam, penanganan bencana, perubahan lingkungan, perubahan penggunaan lahan, kemiskinan, kelaparan, dan kesehatan masyarakat (Fussel, 2007). Dalam konteks penelitian perubahan iklim, kerentanan diartikan Ledoh et al. ( 2019) sebagai kondisi suatu sistem yang tidak dapat mengatasi berbagai dampak dari perubahan iklim, seperti tingkat sensitivitas dan kurangnya kapasitas untuk menyesuaikan diri. Lebih lanjut, kerentanan ini dibagi menjadi tiga komponen, yaitu tingkat paparan, tingkat kepekaan, dan kapasitas adaptif (IPCC, 2013; Shah et al., 2013). Ketiga komponen ini saling memengaruhi satu dengan yang lain. Konsep kerentanan dengan pengertian dan komponen seperti di atas juga berlaku pada masyarakat pesisir yang terkena dampak abrasi. Menghadapi kondisi kerentanan semacam ini, setiap rumah tangga yang terdampak abrasi dituntut melakukan berbagai strategi adaptasi untuk menjaga kelangsungan hidupnya (Damaywanti, 2013; Fadlilanissa, 2018; Prameswari et al., 2014). Strategi ini lebih-lebih dituntut dari rumah tangga nelayan karena kebergantungan mereka yang sangat tinggi pada kondisi alam di wilayah pesisir (Setyawan & Satria, 2017). Oleh karena itu, dampak abrasi pada tingkat kerentanan rumah tangga nelayan ini perlu diteliti lebih mendalam sebagai dasar pengembangan strategi adaptasi yang membuat mereka lebih mampu bertahan dalam menghadapi perubahan lingkungan (Brigita & Sihaloho, 2018; Liantiame, 2019; Julinah, 2020). ## PENDAHULUAN Menurut Dharmawan (2001), ketika menghadapi guncangan, setiap rumah tangga dituntut mengembangkan sumber nafkah yang beragam ( multiple sources of livelihood ) demi menjaga kelangsungan hidupnya. Rumah tangga yang mengandalkan pendapatan dari satu jenis sumber nafkah saja akan sulit untuk bertahan. Pada konteks masyarakat petani, Wiradi dan Manning (2009) menemukan paling tidak sembilan aktivitas yang menjadi sumber nafkah rumah tangga yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori besar, yaitu on farm , off farm , dan non-farm . Senada dengan hal itu, upaya optimalisasi ragam sumber pendapatan juga ditemukan pada konteks masyarakat pesisir yang mencakup tiga kategori yang serupa, yaitu on fishing , off fishing , dan non-fishing (Widodo, 2009; Prasetya, 2013). Optimalisasi ragam sumber pendapatan ini adalah salah satu di antara berbagai strategi adaptasi yang dijalankan rumah tangga nelayan dalam merespons perubahan lingkungan dan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Sebagai contoh, penelitian Pranata dan Satria (2014) menemukan paling tidak empat strategi adaptasi yang dilakukan rumah tangga nelayan dalam menghadapi perubahan iklim, yaitu 1) melakukan diversifikasi kegiatan ekonomi, 2) melakukan investasi uang pada teknologi penangkapan, 3) membentuk jaringan sesama nelayan, dan 4) melakukan migrasi. Dengan demikian, strategi adaptasi yang pertama memiliki peran yang sangat penting dan turut menentukan bentuk-bentuk strategi adaptasi lainnya. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini secara khusus hendak melihat hubungan antara tingkat kerentanan dan tingkat keragaman strategi adaptasi rumah tangga nelayan yang terkena dampak abrasi pantai. Selanjutnya, untuk memperhitungkan tingkat pendapatan yang beragam di antara rumah tangga nelayan yang terdampak abrasi, penelitian ini juga hendak melihat hubungan antara struktur nafkah rumah tangga nelayan dan tingkat kerentanan di satu sisi serta hubungan antara struktur nafkah rumah tangga nelayan dan tingkat keragaman strategi adaptasi di sisi yang berbeda. Dengan fokus semacam ini dan dengan mengangkat kasus desa pesisir yang sekaligus merupakan kawasan wisata bahari di Kabupaten Pasaman Barat, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian mengenai keragaman struktur nafkah pada masyarakat pesisir, dampak perubahan lingkungan, tingkat kerentanan rumah tangga nelayan, dan berbagai strategi adaptasi yang dilakukan rumah tangga nelayan demi menjaga kelangsungan hidupnya. ## METODOLOGI Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode survei untuk mendapatkan data dari responden yang diwawancarai dengan instrumen kuesioner. Selain itu, pendekatan kualitatif juga dilakukan untuk menggali informasi secara lebih terperinci. Metode yang digunakan dalam pendekatan kualitatif ini adalah observasi lapangan secara langsung oleh peneliti dan wawancara mendalam peneliti dengan para informan yang dianggap memiliki informasi yang terperinci mengenai topik yang dikaji. ## Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian berlokasi di kawasan wisata Pohon Seribu yang secara administratif berada di Jorong Pondok, Nagari Persiapan Ranah Pasisie, Kecamatan Sasak Ranah Pasisie, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatra Barat. Rangkaian kegiatan penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, yakni terhitung mulai dari Desember 2020 sampai dengan Juni 2021. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif dengan alasan lokasi ini sangat terdampak oleh bencana abrasi yang hingga sekarang masih terus berulang. Penelitian Prasetio (2018) di pesisir pantai Pasaman Barat yang didasarkan pada data Citra Landsat menemukan bahwa laju abrasi selama 2012—2018 mencapai 32 Ha atau 320.000 m 2 yang merupakan laju abrasi tertinggi di Kabupaten Pasaman Barat. Kondisi ini telah berdampak pada peningkatan kondisi kerentanan di antara rumah tangga nelayan yang tinggal di lokasi tersebut. Pertimbangan lain pemilihan lokasi ini juga didasarkan pada keberadaan kawasan wisata Pohon Seribu yang mulai dikembangkan sejak 2015. Pelaku usaha pariwisata ini adalah warga Ranah Pasisie, khususnya masyarakat nelayan yang memiliki tanah di kawasan pantai Pohon Seribu. Pada tahun 2019, ketika pandemi Covid-19 belum terjadi, jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata Pohon Seribu ini telah mencapai 81.984 orang. Tidak heran, mata pencaharian warga yang tinggal di lokasi ini tidak hanya mencakup nelayan tangkap, tetapi sebagian juga merangkap sebagai nelayan wisata. ## Jenis dan Metode Pengambilan Data Berdasarkan penuturan Kepala Jorong Pondok, terdapat kurang lebih 600 KK dari 682 KK di Jorong Pondok yang berprofesi sebagai nelayan. Dari 600 KK ini terdapat 65 KK yang juga bergerak di sektor wisata bahari. Dari populasi nelayan ini, responden dipilih hanya dari rumah tangga nelayan yang terkena dampak Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan Dalam Menghadapi Dampak Abrasi: Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman Barat | Wulandari et al Vol. 17, No. 2, Desember 2022, pp. 269-284. abrasi. Penentuan jumlah responden menggunakan persamaan (1) atau rumus Slovin (Usman & Setiady, 2008).. 2 1 Ne N n + = 100 44 26 0 16 12 0 40 62 0 50 100 150 Nelayan Penuh/Fulltime fishers Nelayan Sambilan Utama/Part-time (major) fishers Nelayan Wisata/Part-time (minor) fishers Hasil usaha non-perikanan/ non-fishing economy hasil usaha perikanan non-melaut/ off-fishing economy hasil usaha perikanan melaut/ on-fishing economy 100% 100% 100% 91% 69% 66% 9% 31% 34% 0% 50% 100% 150% 200% 250% Nelayan Penuh/Fulltime fishers Nelayan Sambilan Utama/Part- time (major) fishers Nelayan Wisata/Part-time (minor) fishers Pendapatan/ Income Pengeluaran/ Expenditure Kemampuan Menabung/ Saving Capacity ..................................................... (1) Keterangan ( remarks): n = jumlah sampel ( sample amount ) N = jumlah populasi ( population amount) e = besarnya kesalahan, dalam penelitian ini 15% ( margin of error 15%) Berdasarkan persamaan (1), diperoleh sampel dalam penelitian ini sebanyak 34 rumah tangga nelayan. Responden dipilih melalui teknik proportional stratified random sampling dengan mengklasifikasikan responden menurut curahan waktu kerjanya. Teknik ini menghasilkan tiga kategori nelayan, yaitu nelayan penuh, nelayan sambilan utama, dan nelayan sambilan tambahan yang curahan waktunya lebih difokuskan pada usaha wisata bahari (nelayan wisata). Adapun pemilihan informan ditentukan secara sengaja ( purposive ) melalui teknik snowball sampling . Teknik ini dilakukan untuk memperoleh informan yang diyakini dapat memberikan informasi yang mendalam, berkesinambungan, dan saling melengkapi antara yang satu dan yang lainnya. Data kualitatif yang diperoleh dari para informan ini kemudian digunakan sebagai data pendukung untuk memperdalam analisis data kuantitatif (Wiradi, 2009). ## Metode Analisis Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini mencakup data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif yang diperoleh dari hasil survei diolah dan dianalisis dengan Microsoft Excel 2013 dan SPSS 16 for Windows. Microsoft Excel 2013 digunakan untuk mengolah data tabel frekuensi, grafik, dan tabulasi silang, sedangkan SPSS 16 for Windows digunakan untuk menguji korelasi secara statistik dengan menerapkan Rank Spearman . Untuk menghitung tingkat kerentanan pada rumah tangga, digunakan rumus livelihood vulnerability index (LVI) sebagai berikut. LVI = (e–a)*s ........................................................(2) Keterangan ( remarks): e = exposure (keterpaparan) a = adaptive capacity (kapasitas adaptif ) s = sensitiveness (sensitivitas) Pengukuran nilai LVI dilakukan dengan melihat rentang angka dari angka negatif satu (-1) hingga angka satu (1). Nilai negatif satu (-1) menunjukkan kerentanan tidak terjadi pada suatu masyarakat, sementara angka satu (1) menunjukkan kerentanan terjadi pada suatu masyarakat (Hahn et al., 2009; Shah et al., 2013; Zhang et al., 2019). Penentuan skala livelihood vulnerability index (LVI) berdasarkan pada kategori kapasitas adaptif (sosio- demografi, strategi rumah tangga, dan jejaring sosial), sensitivitas (pangan, kesehatan, dan aset), dan keterpaparan (bencana alam dan musim). Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi lapangan dan wawancara mendalam yang kemudian dituangkan dalam catatan harian. Analisis data kualitatif ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi (Mulyadi, 2013). ## Kategori Rumah Tangga Nelayan Kategori rumah tangga nelayan pada penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rumah tangga nelayan penuh, rumah tangga nelayan sambilan utama, dan rumah tangga nelayan wisata. Rumah tangga nelayan penuh memiliki sumber pendapatan hanya dari aktivitas perikanan tangkap, budi daya, dan pengolahannya. Rumah tangga nelayan sambilan utama memiliki sumber pendapatan dari aktivitas perikanan tangkap, budi daya, dan pengolahannya, serta berbagai aktivitas di luar sektor perikanan. Selain itu, rumah tangga nelayan sambilan utama juga terlibat dalam aktivitas wisata bahari. Rumah tangga nelayan wisata sangat mengandalkan pendapatan dari aktivitas wisata bahari meskipun juga memiliki pendapatan dari aktivitas perikanan tangkap, budi daya, dan pengolahannya. Ketiga kategori rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menyajikan sebaran sumber pendapatan responden yang menunjukkan kategori rumah tangga nelayan penuh mencapai 32,35% dari 34 rumah tangga yang dijadikan sampel, rumah tangga nelayan sambilan utama berada pada urutan tertinggi sebanyak 50%, dan rumah tangga nelayan wisata berada pada urutan terbawah sebanyak 17,65%. Berdasarkan observasi lapangan dan wawancara mendalam, diperoleh informasi bahwa rumah tangga nelayan wisata adalah warga setempat yang memiliki tanah di kawasan wisata Pohon Seribu. Di atas tanah inilah mereka mendirikan warung makan dan usaha wisata bahari lainnya, seperti kolam pemandian dan penyewaan ATV. Sementara itu, rumah tangga nelayan yang tidak memiliki tanah di kawasan wisata ini hanya dapat berjualan secara berkeliling. Namun, mereka pun sering ditegur oleh rumah tangga nelayan wisata yang merasa memiliki tanah dan hak usaha eksklusif di atas tanah milik itu. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Nafkah Rumah Tangga Nelayan Struktur nafkah ditentukan oleh beberapa hal, seperti aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Khusus di Jorong Pondok, Nagari Persiapan Ranah Pasisie, penelitian ini mencoba melihat hubungan antara sumber daya alam yang diakses oleh rumah tangga nelayan dan tingkat pendapatannya. Sumber daya alam yang diakses adalah sumber daya di wilayah pesisir pantai dan laut yang memberikan struktur nafkah yang khas bagi rumah tangga nelayan. Perbedaan struktur nafkah di antara rumah tangga nelayan bersumber dari berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang mereka lakukan, misalnya ada yang memanfaatkan hasil lautnya saja dan ada juga yang mengombinasikannya dengan menjual jasa lingkungannya dalam bentuk usaha wisata bahari. Secara metodologis, struktur nafkah rumah tangga nelayan di lokasi penelitian dianalisis berdasarkan struktur pendapatan rumah tangga nelayan selama setahun terakhir yang berasal dari tiga sektor perekonomian, yaitu on fishing economy, off fishing economy, dan non-fishing economy . Selain itu, penelitian ini juga akan melihat struktur pengeluaran Tabel 1 Jumlah dan Persentase Responden menurut Kategori Sumber Pendapatannya. (Table 1 Total and Percentage of Respondents According to Categories of Income Sources). Kategori Nelayan ( Category of Fishers) Jumlah Rumah Tangga ( Total of Households) n % Nelayan penuh ( full-time fishers ) 11 32,35 Nelayan sambilan utama ( part-time (major) fishers ) 17 50 Nelayan wisata ( part-time (minor) fishers with a focus on tourism ) 6 17,65 Jumlah ( Total ) 34 100 rumah tangga nelayan dalam waktu setahun terakhir yang dibagi menjadi dua jenis pengeluaran, yaitu konsumsi dan nonkonsumsi. ## A. Struktur Pendapatan Dalam penelitian ini, pendapatan rumah tangga nelayan berasal dari tiga sektor, yaitu on fishing economy , off fishing economy , dan non-fishing economy . On fishing economy adalah pendapatan yang sepenuhnya berasal dari usaha perikanan tangkap secara langsung dengan menggunakan perahu dan alat tangkap milik sendiri atau milik orang lain. Off fishing economy adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan yang tidak pergi melaut. Kemudian, non-fishing economy adalah pendapatan yang diperoleh nelayan selain dari hasil menangkap ikan di laut. Berikut ini adalah grafik persentase struktur pendapatan dari ketiga rumah tangga di Jorong Pondok, Nagari Persiapan Ranah Pasisie. Pada Gambar 1 terlihat bahwa 100% sumber nafkah rumah tangga nelayan penuh berasal dari sektor on fishing economy. Selanjutnya, rumah tangga nelayan sambilan utama dan rumah tangga nelayan wisata mempunyai sumber pendapatan yang beragam, yaitu dari sektor on fishing economy, off fishing economy , Gambar 1 Persentase Pendapatan Responden Berdasarkan Tiga Kategori Rumah Tangga Nelayan. (Figure 1 Percentage of Respondents Income Based on Three Categories of Fisher Households). 2 1 Ne N n + = 100 44 26 0 16 12 0 40 62 0 50 100 150 Nelayan Penuh/Fulltime fishers Nelayan Sambilan Utama/Part-time (major) fishers Nelayan Wisata/Part-time (minor) fishers Hasil usaha non-perikanan/ non-fishing economy hasil usaha perikanan non-melaut/ off-fishing economy hasil usaha perikanan melaut/ on-fishing economy 100% 100% 100% 91% 69% 66% 9% 31% 34% 0% 50% 100% 150% 200% 250% Nelayan Penuh/Fulltime fishers Nelayan Sambilan Utama/Part- time (major) fishers Nelayan Wisata/Part-time (minor) fishers Pendapatan/ Income Pengeluaran/ Expenditure Kemampuan Menabung/ Saving Capacity Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan Dalam Menghadapi Dampak Abrasi: Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman Barat | Wulandari et al Vol. 17, No. 2, Desember 2022, pp. 269-284. dan non-fishing economy. Pada rumah tangga nelayan sambilan utama dapat dilihat bahwa mayoritas pendapatannya berasal dari sektor on fishing economy , yakni sebesar 44%, sedangkan mayoritas pendapatan rumah tangga nelayan wisata berasal dari sektor non-fishing economy , yakni sebesar 62%. Dari data tersebut, terlihat bahwa sumber pendapatan terbesar dari rumah tangga nelayan penuh dan rumah tangga nelayan sambilan tambahan adalah sektor on fishing economy . Hal ini berbeda dengan sumber pendapatan terbesar rumah tangga nelayan wisata yang berasal dari sektor non-fishing economy yang dalam hal ini adalah usaha pariwisata . Tingkat pendapatan responden dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Kategori rendah adalah sebesar Rp19.200.000,00—Rp50.115.000,00 per tahun, kategori sedang sebesar Rp50.115.001,00— Rp93.885.000,00 per tahun, dan kategori tinggi sebesar Rp93.885.001,00—Rp180.000.000,00 per tahun. Tingkat pendapatan rumah tangga nelayan pada kategori rendah mengacu pada standar upah minimum Kabupaten Pasaman Barat, yaitu Rp29.808.000,00 per tahun. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendapatan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menjelaskan adanya perbedaan tingkat pendapatan pada rumah tangga nelayan penuh, rumah Tabel 2 Tingkat Pendapatan Berdasarkan Tiga Kategori Rumah Tangga Nelayan. (Table 2 Income Levels Based on Three Categories of Fisher Households ). Tingkat Pendapatan ( Income Levels) Nelayan Penuh ( Full- time Fishers) Nelayan Sambilan Utama ( Part-time (major) Fishers) Nelayan Wisata ( Part-time (minor) Fishers with a Focus on Tourism) Jumlah ( Total) n % n % N % n % Rendah ( low ) 9 26,5 5 14,7 0 0 14 41,2 Sedang ( middle ) 2 5,9 7 20,6 2 5,9 11 32,4 Tinggi ( high ) 0 0 5 14,7 4 11,8 9 26,5 Jumlah ( Total ) 11 32,4 17 50 6 17,6 34 100 tangga nelayan sambilan utama, dan rumah tangga nelayan wisata. Pada rumah tangga nelayan penuh, tingkat pendapatan mayoritas berada pada kategori rendah sebanyak 9 responden atau 26,5%, pada rumah tangga nelayan sambilan utama tingkat pendapatan mayoritas kategori sedang sebanyak 7 responden atau 20,6%, sedangkan pada rumah tangga nelayan wisata tingkat pendapatan mayoritas berada pada kategori tinggi sebanyak 4 responden atau 11,8%. ## B. Struktur Pengeluaran Struktur pengeluaran pada rumah tangga nelayan dibagi menjadi dua, yaitu pengeluaran konsumsi dan nonkonsumsi dalam kurun waktu setahun terakhir. Struktur pengeluaran dari ketiga kategori rumah tangga nelayan di Jorong Pondok disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga nelayan penuh berkisar antara Rp12.000.000,00 hingga Rp24.000.000,00 per tahun dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp19.090.909,00 per tahun. Untuk kebutuhan nonkonsumsi, pengeluaran kelompok ini berkisar antara Rp7.200.000,00 hingga Rp18.000.000,00 per tahun dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp15.272.727,00 per tahun. Tabel 3 Rata-Rata Pengeluaran Responden Berdasarkan Tiga Kategori Rumah Tangga Nelayan. (Table 3 Average Respondents Expenditure Based on Three Categories of Fisher Households). Rata-rata Pengeluaran ( Average Expenditure) Nelayan Penuh (Rp/tahun) ( Full time Fishers) ( Idr/year ) Nelayan Sambilan Utama (Rp/tahun) ( Part-time major Fishers ) ( Idr/year ) Nelayan Wisata (Rp/tahun) (Part-time minor Fishers with a Focus on Tourism) ( Idr/year ) Konsumsi ( consumption ) 19.090.909 36.352.000 44.000.000 Nonkonsumsi ( non- consumption ) 15.272.727 22.588.235 21.000.000 Jumlah ( Total) 34.363.636 58.940.235 65.000.000 Perbedaan angka yang cukup besar diakibatkan oleh perbedaan jumlah tanggungan setiap rumah tangga. Selanjutnya, rumah tangga sambilan utama mempunyai rata-rata pengeluaran yang lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga nelayan penuh. Pengeluaran untuk kebutuhan konsumsi kelompok kedua ini berkisar antara Rp18.000.000,00 hingga Rp72.000.000,00 per tahun dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp36.352.000,00 per tahun. Pengeluaran untuk kebutuhan nonkonsumsi berkisar antara Rp12.000.000,00 hingga Rp48.000.000,00 per tahun dengan rata-rata pengeluaran rumah tangga sebesar Rp22.588.235,00 per tahun. Rata-rata pengeluaran rumah tangga nelayan wisata jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dua kategori rumah tangga yang lain. Pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga nelayan wisata berkisar antara Rp36.000.000,00 hingga Rp60.000.000,00 per tahun dengan rata-rata pengeluaran sebesar Rp44.000.000,00 per tahun. Pengeluaran nonkonsumsi berkisar antara Rp18.000.000,00 hingga Rp24.000.000,00 per tahun dengan rata-rata pengeluaran Rp21.000.000,00 per tahun. C. Saving Capacity Saving capacity adalah bentuk usaha menabung yang dilakukan rumah tangga nelayan yang dihitung dari jumlah pendapatan dikurangi dengan jumlah pengeluaran. Saving capacity dikatakan positif apabila jumlah pendapatan lebih besar dibandingkan dengan jumlah pengeluaran. Begitu juga sebaliknya, saving capacity akan bernilai negatif jika jumlah pengeluaran lebih besar dibandingkan dengan jumlah pendapatan. Proporsi saving capacity dari ketiga kategori rumah tangga nelayan di Jorong Pondok disajikan pada grafik berikut. Berdasarkan grafik di bawah, ketiga kategori rumah tangga nelayan di Jorong Pondok, Nagari Persiapan Ranah Pasisie memiliki saving capacity positif, yaitu 9% untuk rumah tangga nelayan penuh, 31% untuk rumah tangga nelayan sambilan utama, dan 34% untuk rumah tangga nelayan wisata. Pada rumah tangga nelayan penuh, saving capacity lebih kecil jika dibandingkan dengan rumah tangga nelayan sambilan utama dan rumah tangga nelayan wisata. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rumah tangga nelayan penuh cenderung memiliki kondisi kehidupan yang pas-pasan, berbeda dengan nelayan sambilan utama dan nelayan wisata yang memiliki pendapatan lebih banyak sehingga saving capacity- nya pun lebih besar. Uraian mengenai struktur nafkah rumah tangga nelayan di atas yang mencakup struktur pendapatan, struktur pengeluaran, dan saving capacity menunjukkan keragaman karakteristik rumah tangga nelayan yang ada di lokasi studi. Keragaman semacam ini perlu dipahami untuk melihat hubungannya dengan tingkat kerentanan ataupun tingkat keragaman strategi adaptasi. ## Tingkat Kerentanan Rumah Tangga Nelayan Dampak bencana abrasi yang sering terjadi di Jorong Pondok telah mengakibatkan pendapatan rumah tangga nelayan menjadi fluktuatif sehingga rumah tangga nelayan menjadi makin rentan. Kerentanan yang dialami oleh setiap rumah tangga nelayan ini berbeda antara satu dan yang lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat dari kemampuan setiap rumah tangga untuk bertahan dari ancaman perubahan lingkungan yang memicu timbulnya kerentanan. Mengacu IPCC (2007), kerentanan rumah tangga nelayan di Jorong Pondok diukur dari tiga aspek, yaitu tingkat keterpaparan ( exposure ), tingkat sensitivitas Gambar 2 Persentase Saving Capacity Responden Berdasarkan Tiga Kategori Rumah Tangga Nelayan. ( Figure 2 Percentage of Respondents Saving Capacity Based on Three Categories of Fisher Households ). ## 2 1 Ne N n + = 100 44 26 0 16 12 0 40 62 0 50 100 150 Nelayan Penuh/Fulltime fishers Nelayan Sambilan Utama/Part-time (major) fishers Nelayan Wisata/Part-time (minor) fishers Hasil usaha non-perikanan/ non-fishing economy hasil usaha perikanan non-melaut/ off-fishing economy hasil usaha perikanan melaut/ on-fishing economy 100% 100% 100% 91% 69% 66% 9% 31% 34% 0% 50% 100% 150% 200% 250% Nelayan Penuh/Fulltime fishers Nelayan Sambilan Utama/Part- time (major) fishers Nelayan Wisata/Part-time (minor) fishers Pendapatan/ Income Pengeluaran/ Expenditure Kemampuan Menabung/ Saving Capacity Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan Dalam Menghadapi Dampak Abrasi: Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman Barat | Wulandari et al Vol. 17, No. 2, Desember 2022, pp. 269-284. ( sensitivity ) , dan tingkat kapasitas adaptif ( adaptive capacity ) disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa rumah tangga nelayan penuh lebih mengalami kerentanan dibandingkan dengan dua rumah tangga nelayan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari indeks nilai LVI sebesar 0,187 yang mengindikasikan terjadinya kerentanan. Nilai LVI sebesar 0,187 diperoleh dari nilai tingkat keterpaparan (0,730) yang lebih tinggi daripada nilai tingkat kapasitas adaptif (0,497). Demikian pula, rumah tangga nelayan sambilan utama dengan indeks nilai LVI sebesar 0,014 menunjukkan kerentanan, tetapi tidak separah yang dialami oleh rumah tangga nelayan penuh. Hal tersebut berbeda dengan rumah tangga wisata yang memiliki indeks nilai LVI sebesar -0,303 yang mengindikasikan bahwa kelompok ini relatif tidak rentan. Nilai LVI negatif ini diperoleh dari nilai tingkat kapasitas adaptif (0,932) yang lebih tinggi daripada nilai tingkat keterpaparan (0,524). Sementara itu, nilai tingkat sensitivitas (0,743) tergolong tinggi sehingga menghasilkan simpulan bahwa rumah tangga nelayan wisata merupakan rumah tangga yang relatif tidak terpengaruh oleh dampak bencana abrasi. Tabel 4 Livelihood Vulnerability Index Responden Berdasarkan Tiga Kategori Rumah Tangga Nelayan. ( Table 4 Respondents Livelihood Vulnerability Index Based on Three Categories of Fisher Households). Komponen Kerentanan ( Vulnerability Components) Indeks ( Index) Nelayan Penuh ( Full time Fishers) Nelayan Sambilan Utama ( Part-time (major) Fishers) Nelayan Wisata ( Part- time (minor) Fishers with a Focus on Tourism) Tingkat keterpaparan ( exposure levels ) 0.730 0.657 0.524 Tingkat sensitivitas ( sensitivity levels ) 0.803 0.701 0.743 Tingkat kapasitas adaptif ( adaptive capacity levels ) 0.497 0.636 0.932 Livelihood Vulnerability Index 0.187 0.014 -0.303 Berdasarkan informasi pada Tabel 5, tingkat kerentanan nafkah rumah tangga nelayan penuh dominan pada kategori tinggi sebesar 26,5% yang sesuai dengan nilai LVI pada Tabel 4 yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut, yaitu sebesar 0,187. Hal ini berarti rumah tangga nelayan penuh sangat rentan terhadap ancaman dampak abrasi. Selanjutnya, tingkat kerentanan pada rumah tangga nelayan sambilan utama dominan pada kategori sedang sebesar 26,5% yang juga sesuai dengan nilai LVI yang dimiliki oleh rumah tangga tersebut, yaitu sebesar 0,014. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga nelayan sambilan utama juga relatif rentan terhadap ancaman dampak abrasi. Adapun tingkat kerentanan pada rumah tangga nelayan wisata dominan pada kategori rendah sebesar 11,8% yang juga sejalan dengan nilai LVI yang dimiliki oleh rumah tangga nelayan wisata, yaitu sebesar -0,303. Hal ini berarti rumah tangga nelayan wisata relatif lenting terhadap ancaman dampak abrasi. ## Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan dalam Menghadapi Dampak Abrasi Di Jorong Pondok perubahan lingkungan yang disebabkan abrasi telah menimbulkan dampak yang Tabel 5 Tingkat Kerentanan Nafkah Responden Berdasarkan Tiga Kategori Rumah Tangga Nelayan . (Table 5 Respondents Livelihood Vulnerability Levels Based on Three Categories of Fisher Households). Kategori ( Category) Tingkat Kerentanan Nafkah ( Livelihood Vulnerability Levels) Jumlah ( Total) Nelayan Penuh ( Full-time Fishers) Nelayan Sambilan Utama ( Part-time (major) Fishers) Nelayan Wisata ( Part- time (minor) Fishers with a Focus on Tourism) N % N % N % N % Rendah ( low) 0 0 3 8.8 4 11.8 7 20.6 Sedang ( moderate) 2 5.9 9 26.5 2 5.9 13 38.2 Tinggi ( high) 9 26.5 5 14.7 0 0 14 41.2 Jumlah ( Total) 11 32.4 17 50 6 17.6 34 100 cukup besar pada kehidupan masyarakat setempat, baik pada rumah tangga nelayan penuh, rumah tangga nelayan sambilan utama, maupun rumah tangga nelayan wisata. Hal ini mengharuskan semua rumah tangga nelayan untuk beradaptasi dengan kondisi yang terjadi agar mampu bertahan hidup. Dalam kaitan ini, tinggi-rendahnya tingkat kerentanan rumah tangga nelayan seperti dipaparkan sebelumnya sangat menentukan strategi adaptasi yang mereka terapkan dalam menghadapi dampak perubahan lingkungan. Penelitian Mabea dan Asase (2020) di Ghana menemukan bahwa perubahan iklim telah menyebabkan kerentanan pada masyarakat nelayan. Untuk menanggapi hal tersebut, rumah tangga nelayan di Ghana dituntut menerapkan berbagai strategi adaptasi, seperti mengintensifkan usaha penangkapan ikan, mengubah waktu penangkapan, memancing setiap hari, budi daya perikanan , mencari alternatif pekerjaan lain, dan migrasi. Di Jorong Pondok strategi adaptasi yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan untuk merespons berbagai dampak abrasi juga sangat beragam. Hal ini mencakup pemanfaatan jaringan sosial, diversifikasi alat tangkap, diversifikasi sumber pendapatan, perubahan wilayah tangkap, mobilitas spasial, mobilisasi anggota rumah tangga, dan bentuk-bentuk strategi lainnya. Gambar 3 menyajikan keragaman strategi adaptasi yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan di Jorong Pondok. ## A. Jaringan Sosial Jaringan sosial adalah bentuk strategi adaptasi yang dapat dilakukan oleh rumah tangga nelayan untuk dapat bertahan dari perubahan lingkungan yang terjadi dengan memanfaatkan dukungan yang dapat diberikan oleh lingkungan sosialnya. Di Jorong Pondok jaringan sosial yang dimanfaatkan oleh rumah tangga nelayan dalam rangka melakukan strategi adaptasi dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu hubungan sosial secara horizontal dan vertikal. Pada kategori hubungan sosial yang bersifat horizontal, rumah tangga nelayan bergabung dengan kelompok nelayan dan kelompok sadar wisata atau berhubungan dengan tetangga atau kerabat. Adapun pada kategori hubungan sosial yang bersifat vertikal, rumah tangga nelayan berhubungan dengan bos/tauke atau dengan lembaga pemberi pinjaman, seperti bank dan koperasi. Berdasarkan Gambar 3, kelompok yang paling banyak menerapkan strategi jaringan sosial adalah rumah tangga nelayan penuh, yaitu sebesar 29,4%. Hal ini terlihat dari jumlah kelompok tersebut yang bergabung dengan kelompok nelayan, meminta bantuan kepada tetangga atau kerabat, serta meminta bantuan kepada bos/tauke . Lalu, yang berikutnya adalah rumah tangga nelayan wisata sebesar 11,7% dan sisanya rumah tangga nelayan sambilan utama sebesar 35,3%. ## B. Diversifikasi Alat Tangkap Sebelum terjadi dampak abrasi di Jorong Pondok, nelayan umumnya hanya mempunyai satu atau dua alat tangkap. Namun, adanya dampak abrasi membuat nelayan menambah tiga sampai dengan lima alat tangkap agar bisa mendapatkan tangkapan Gambar 3 Jenis dan Persentase Strategi Adaptasi. (Figure 3 Type and Percentages of Adaptation Strategies). 29,40% 29,40% 8,80% 32,40% 17,60% 2,90% 5,80% 35,30% 38,20% 5,80% 50,00% 14,80% 23,50% 29,40% 11,70% 17,60% 17,60% 17,60% 5,90% 17,60% 14,70% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% 120,00% Jaringan sosial/Social Network Diversifikasi alat tangkap/Fishing gear diversification Diversifikasi Sumber pendapatan/Income diversification Perubahan wilayah Tangkap/Fishing area adaptation Mobilitas Spasial/Spatial mobility Mobilisasi anggota RT/Mobilization of household members Strategi lainnya/Other strategy Nelayan Penuh/Fulltime fishers Nelayan Sambilan Utama/Part-time (major) fishers Nelayan Wisata/Part-time (minor) fishers Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan Dalam Menghadapi Dampak Abrasi: Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman Barat | Wulandari et al Vol. 17, No. 2, Desember 2022, pp. 269-284. ikan yang lebih banyak. Umumnya, nelayan membeli alat tangkap ini, tetapi ada beberapa nelayan yang membuat alat tangkap sendiri untuk mengisi waktu senggang ketika tidak melaut. Strategi diversifikasi alat tangkap ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penangkapan ikan karena beberapa jenis ikan di Jorong Pondok sulit untuk ditangkap dengan alat tangkap yang lama. Berdasarkan data pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa seluruh rumah tangga nelayan wisata menerapkan strategi diversifikasi alat tangkap, yaitu sebesar 17,4%, lalu pada rumah tangga nelayan sambilan utama sebesar 38,2% dan rumah tangga nelayan penuh sebesar 29,4%. Nelayan penuh di Jorong Pondok lebih memilih memaksimalkan pekerjaannya dalam menangkap ikan daripada mencari pekerjaan lain, sedangkan beberapa nelayan sambilan utama mempunyai aktivitas lain di luar perikanan sebagaimana dijelaskan pada bagian C. ## C. Diversifikasi Sumber Pendapatan Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata Kabupaten Pasaman Barat, meningkatnya kunjungan wisatawan di kawasan wisata Pohon Seribu, Jorong Pondok telah menciptakan sumber pendapatan alternatif bagi rumah tangga nelayan di luar sektor penangkapan ikan, seperti membuka warung, menyewakan beberapa sarana permainan dan wisata, serta menjual hasil tangkapan ikan di kawasan wisata. Selain itu, beberapa nelayan juga terlibat dalam kegiatan nonperikanan, seperti mengusahakan kebun dan memelihara binatang ternak. Dengan demikian, diversifikasi sumber pendapatan tidak hanya pada sektor perikanan dan wisata, tetapi bisa juga pada sektor pertanian dan peternakan. Selain itu, terdapat banyak kegiatan nonperikanan lain untuk menambah sumber pendapatan, misalnya menjadi sopir atau buruh serabutan yang dilakukan di luar waktu kegiatan menangkap ikan atau mengolah hasil tangkapan. Berdasarkan data pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa seluruh rumah tangga nelayan wisata menerapkan strategi diversifikasi sumber pendapatan. Diversifikasi sumber pendapatan yang dominan diterapkan oleh rumah tangga nelayan wisata adalah membuka usaha di sektor wisata, yaitu menyewakan ATV, membuka warung makan, dan berbagai usaha lainnya. Namun, pada kategori rumah tangga nelayan penuh dan rumah tangga nelayan sambilan utama hanya sedikit yang menerapkan strategi diversifikasi sumber pendapatan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya akses dan keterampilan yang dimiliki oleh kedua kategori rumah tangga nelayan tersebut. Diversifikasi sumber pendapatan yang diterapkan oleh rumah tangga nelayan penuh adalah mengolah hasil tangkapan menjadi ikan kering, sedangkan diversifikasi pendapatan rumah tangga nelayan sambilan utama adalah mengusahakan lahan pertanian dan peternakan. ## D. Perubahan Wilayah Tangkap Berdasarkan hasil survei, keseluruhan responden, baik yang berasal dari rumah tangga nelayan penuh, rumah tangga nelayan sambilan utama, maupun rumah tangga nelayan wisata, melakukan adaptasi dengan mengubah lokasi penangkapan ikan sebagai respons terhadap dampak abrasi. Perubahan wilayah tangkap ini merupakan salah satu strategi adaptasi nelayan ketika mereka makin sulit memperoleh ikan di dekat pantai, yaitu berupa kegiatan memperluas daerah tangkapan atau mengubah target/sasaran tangkapan ikan. Memperluas daerah tangkapan dilakukan oleh nelayan di Jorong Pondok hingga ke daerah Maligi yang jaraknya sekitar 30 km dari Jorong Pondok. Pengetahuan mengenai daerah-daerah yang berlimpah ikan berdasarkan pengalaman terdahulu dan informasi yang didapat dari nelayan lain sangat membantu nelayan dalam menerapkan strategi adaptasi ini. Berdasarkan data pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa strategi perubahan wilayah tangkap diterapkan oleh seluruh responden, baik rumah tangga nelayan penuh, rumah tangga nelayan sambilan utama, maupun rumah tangga nelayan wisata, yaitu sebesar 32,40% pada rumah tangga nelayan penuh, 50% pada rumah tangga nelayan sambilan utama, dan 17,60% pada rumah tangga nelayan wisata. ## E. Mobilitas Spasial Mobilitas spasial adalah salah satu strategi adaptasi rumah tangga nelayan dengan cara melakukan perpindahan, baik secara permanen maupun semipermanen. Strategi mobilitas spasial ini diterapkan oleh rumah tangga nelayan di Jorong Pondok untuk mencapai dua tujuan yang berbeda, yaitu memastikan keamanan tempat hunian dan mencukupi kebutuhan ekonomi. Strategi pertama dilakukan oleh mereka yang tapak rumahnya terkena dampak abrasi dengan cara berpindah tempat tinggal atau mengikuti program relokasi ke tempat yang jauh dari bibir pantai. Sementara itu, strategi kedua dilakukan oleh rumah tangga petani dengan migrasi musiman ke kota saat musim paceklik untuk memperoleh pekerjaan serabutan. Strategi perubahan tempat tinggal ke daerah relokasi yang telah disediakan pemerintah ternyata tidak banyak diterapkan oleh rumah tangga nelayan di Jorong Pondok. Hal ini disebabkan ukuran rumah bantuan yang diberikan oleh pemerintah sangat kecil dan terletak jauh dari tepi pantai, padahal pekerjaan mereka adalah nelayan. Akibatnya, banyak rumah bantuan tidak ditempati oleh para penerima bantuan tersebut. Mereka justru banyak yang memilih balik lagi ke Jorong Pondok dan membangun kembali tempat hunian di lokasi yang berdekatan dengan bibir pantai. Berdasarkan data pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa strategi mobilitas spasial ini tidak terlalu banyak dilakukan oleh rumah tangga nelayan di Jorong Pondok, yakni hanya 17,6% pada rumah tangga nelayan penuh, 14,8% pada rumah tangga nelayan sambilan utama, dan 5,9% pada rumah tangga nelayan wisata. ## F. Mobilisasi Anggota Rumah Tangga Sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar, setiap rumah tangga dihadapkan pada tantangan bagaimana semua anggotanya dapat bekerja sama untuk dapat mencukupi seluruh kebutuhan rumah tangga (Kusnadi, 2020). Hal ini juga terjadi di Jorong Pondok. Selain suami sebagai pencari nafkah utama, istri dan anak-anak anggota rumah tangga nelayan juga harus bahu-membahu untuk bekerja di sektor perikanan atau bahkan mencari sumber nafkah lainnya. Dalam kaitan ini, peranan istri cukup dominan. Di Jorong Pondok, banyak sekali pekerjaan yang dilakukan oleh istri-istri nelayan dalam rangka memperoleh penghasilan tambahan, seperti menjual ikan, mengolah ikan, dan membuka warung, termasuk di kawasan wisata Pohon Seribu. Selain istri, anak-anak nelayan juga banyak dilibatkan untuk membantu perekonomian keluarga, misalnya anak lelaki yang membantu ayahnya pergi melaut dan anak perempuan yang membantu pekerjaan domestik di rumah. Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa seluruh rumah tangga nelayan wisata menerapkan strategi mobilisasi anggota rumah tangga. Akan tetapi, pada rumah tangga nelayan sambilan utama yang menerapkan hanya sebesar 23,5% dan sisanya pada rumah tangga nelayan penuh sebesar 2,9%. Rendahnya diversifikasi sumber pendapatan menyebabkan mobilisasi anggota rumah tangga untuk terlibat dalam berbagai aktivitas produktif cukup terbatas pada rumah tangga nelayan penuh. ## G. Strategi Lainnya Masih ada beberapa strategi adaptasi lainnya yang diterapkan oleh rumah tangga nelayan di Jorong Pondok agar bisa bertahan menghadapi dampak abrasi, seperti menjual aset/barang yang dimiliki, menyimpan uang di bank/koperasi, membeli perhiasan, dan membeli tanah yang jauh dari bibir pantai. Hal ini bertujuan agar rumah tangga tersebut tetap mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari saat pendapatan dari hasil melaut makin berkurang atau bahkan tidak ada. Rumah tangga nelayan penuh sebesar 20,60% mayoritas menerapkan strategi menjual aset/barang yang masih dimiliki. Strategi lain yang dilakukan oleh rumah tangga nelayan adalah dengan membeli perhiasan sebagai bentuk saving . Hal ini dilakukan oleh rumah tangga nelayan penuh dan rumah tangga nelayan wisata. Strategi menyimpan uang di bank dan membeli tanah di bibir pantai ternyata tidak terlalu banyak dipilih oleh rumah tangga nelayan di Jorong Pondok. ## H. Tingkat Keragaman Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan dalam Menghadapi Dampak Abrasi Perubahan lingkungan alam yang terus terjadi sangat memengaruhi kerentanan suatu rumah tangga. Hal ini mengharuskan setiap rumah tangga di Jorong Pondok menerapkan beragam strategi adaptasi agar dapat bertahan menghadapi kondisi krisis yang disebabkan oleh dampak abrasi. Tingkat keragaman strategi adaptasi yang diterapkan oleh ketiga rumah tangga nelayan di Jorong Pondok disajikan pada Tabel 6. Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa rumah tangga nelayan sambilan utama dan rumah tangga nelayan wisata memiliki strategi adaptasi yang sangat beragam, yaitu sebanyak 11 responden atau 32,4% pada rumah tangga nelayan sambilan utama dan 6 responden atau 17,6% pada rumah tangga nelayan wisata. Hal ini disebabkan rata-rata rumah tangga nelayan pada dua kategori tersebut menerapkan 3—5 strategi adaptasi. Berbeda halnya dengan rumah tangga nelayan penuh yang keragaman strategi adaptasinya dominan pada tingkat agak beragam, yaitu sebanyak 8 responden atau 23,5%. Hal ini terjadi karena mereka menerapkan strategi adaptasi yang hanya sebanyak 1—2 strategi adaptasi. Dari Tabel 6 juga dapat diketahui bahwa tidak ada satu pun rumah tangga nelayan yang mencapai tingkat strategi adaptasi yang sangat beragam. ## Hubungan Tingkat Kerentanan dengan Tingkat Keragaman Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan dalam Menghadapi Dampak Abrasi Penelitian ini menganalisis secara empiris hubungan antara variabel tingkat kerentanan dan tingkat keragaman strategi adaptasi. Hal ini dilakukan melalui uji korelasi Rank Spearman dan tabulasi silang. Dalam menganalisis tingkat kerentanan nafkah rumah tangga nelayan, penelitian ini menganalisisnya dari tiga komponen, yaitu exposure, sensitivity , dan adaptive capacity yang kemudian dikategorikan menjadi rendah, sedang, dan tinggi. Sementara itu, variabel keragaman strategi adaptasi dilihat dari tujuh aspek, yaitu jaringan sosial, diversifikasi sumber pendapatan, diversifikasi alat tangkap, perubahan wilayah tangkap, mobilitas spasial, mobilisasi anggota rumah tangga, dan strategi lainnya. Tingkat keragaman strategi adaptasi dari ketujuh aspek tersebut dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu agak beragam, beragam, dan sangat beragam. Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% memiliki nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,002 yang lebih kecil dari 0,01. Nilai ini menandakan bahwa H 1 diterima, artinya terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara tingkat kerentanan nafkah dan strategi adaptasi rumah tangga nelayan. Koefisien relasi pada kedua variabel memiliki nilai negatif sebesar 0,508 yang berarti makin tinggi tingkat kerentanan nafkah rumah tangga nelayan maka akan makin rendah keragaman strategi adaptasi yang diterapkan rumah tangga. ## Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat ## Kerentanan dan Tingkat Keragaman Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan dalam Menghadapi Abrasi Penelitian ini secara empiris juga hendak menilai hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat kerentanan dan tingkat keragaman strategi adaptasi yang diterapkan oleh rumah tangga nelayan di Jorong Pondok, baik untuk sekadar bertahan hidup maupun meningkatkan taraf hidup rumah tangga. Untuk itu, penelitian ini menganalisis hubungan antara variabel tingkat pendapatan dan variabel tingkat kerentanan serta hubungan antara variabel tingkat pendapatan dan variabel tingkat keragaman strategi adaptasi melalui uji korelasi Rank Spearman dan tabulasi silang. Hasil uji korelasi Rank Spearman dengan menggunakan taraf kepercayaan 99% memiliki nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,00 yang lebih kecil dari Tabel 6 Tingkat Keragaman Strategi Adaptasi Responden Berdasarkan Tiga Kategori Rumah Tangga Nelayan. (Table 6. Level of Respondents Adaptation Strategies Diversity Based on Three Fisher Households Categories). Tingkat Keragaman Strategi Adaptasi ( Level of Adaptation Strategies DIversity) Nelayan Penuh ( Full time Fishers) Nelayan Sambilan Utama ( Part-time (major) Fishers) Nelayan Wisata ( Part-time (minor) Fishers with a Focus on Tourism) Jumlah ( Total) n % n % n % n % Agak Beragam (Low) 8 23.5 6 17.6 0 0 0 41.2 Beragamm ( Moderate) 3 8.8 11 32.4 6 17.6 20 58.8 Sangat Beragam ( High) 0 0 0 0 0 0 0 0 Jumlah ( Total) 11 32.4 17 50 6 17.6 34 100 Tabel 7 Nilai Koefisien dan Signifikansi Korelasi antara Tingkat Kerentanan Nafkah dan Tingkat Keragaman Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan. (Table 7 Coefficient Value and Significance of Correlation between Level of Livelihood Vulnerability and Level of Adaptation Strategy Diversity of Fisher Households). Koefisien Korelasi ( Correlation Coefficient) Signifikansi ( Significance) Tingkat kerentanan rumah tangga ( level of livelihood vulnerability) Tingkat keragaman strategi adaptasi ( level of adaptation strategies diversity) -0,508** 0,002 Keterangan: ** signifikan pada selang kepercayaan 99% ( remarks: ** significant at 99% confidence interval) 0,01. Nilai ini berarti bahwa H 1 diterima, artinya terdapat hubungan yang sangat kuat dan signifikan antara tingkat pendapatan rumah tangga nelayan dan tingkat kerentanan nafkah serta tingkat pendapatan rumah tangga nelayan dan tingkat keragaman strategi adaptasi rumah tangga nelayan. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada arah hubungan kedua variabel. Hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat kerentanan nafkah rumah tangga memiliki koefisien korelasi yang bernilai negatif sebesar 0,626. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan maka makin rendah tingkat kerentanan yang akan dialami oleh rumah tangga tersebut. Sebaliknya, hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat keragaman strategi adaptasi memiliki koefisien korelasi yang bernilai positif sebesar 0,682. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki oleh suatu rumah tangga maka makin beragam strategi adaptasi yang diterapkan dalam menghadapi dampak abrasi. ## SIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN ## Simpulan Rumah tangga nelayan di Jorong Pondok memiliki beragam struktur nafkah. Pada rumah tangga nelayan penuh dan rumah tangga nelayan sambilan utama, sumber nafkah mereka didominasi oleh sektor on-fishing economy , sedangkan pada rumah tangga nelayan wisata sumber nafkah mereka didominasi oleh sektor non-fishing economy , terutama usaha wisata bahari. Selain struktur nafkah, setiap kategori rumah tangga nelayan juga memiliki tingkat kerentanan yang berbeda. Kelompok rumah tangga nelayan yang paling rentan secara berturut-turut dengan indeksnya adalah rumah tangga nelayan penuh (0,187), rumah tangga nelayan sambilan utama (0,014), dan rumah tangga nelayan wisata (-0,303) yang menunjukkan kelompok ini relatif tidak rentan terhadap dampak abrasi. Secara garis besar, strategi adaptasi pada rumah tangga nelayan sambilan utama dan rumah tangga nelayan wisata lebih beragam dibandingkan dengan rumah tangga nelayan penuh. Oleh karena itu, kedua rumah tangga nelayan ini jauh lebih adaptif dalam menghadapi dampak abrasi. Hubungan tingkat kerentanan dianalisis dengan tingkat keragaman strategi adaptasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan dengan arah hubungan yang negatif. Hal itu berarti makin tinggi tingkat kerentanan nafkah rumah tangga nelayan maka akan makin rendah tingkat keragaman strategi adaptasi yang dilakukan oleh ketiga kategori rumah tangga nelayan tersebut. Selain itu, dianalisis juga hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat kerentanan serta tingkat pendapatan dan tingkat keragaman strategi adaptasi rumah tangga nelayan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pendapatan memiliki hubungan yang sangat kuat dan signifikan dengan tingkat kerentanan dan tingkat keragaman strategi adaptasi. Hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat kerentanan nafkah rumah tangga memiliki nilai negatif. Hal itu berarti makin tinggi tingkat pendapatan suatu rumah tangga nelayan maka akan makin rendah tingkat kerentanan yang akan dialami oleh rumah tangga tersebut. Namun, hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat keragaman strategi adaptasi memiliki nilai positif. Hal itu berarti makin tinggi tingkat pendapatan yang dimiliki oleh suatu rumah tangga maka makin beragam strategi adaptasi yang diterapkan oleh rumah tangga tersebut dalam menghadapi dampak abrasi. Selain itu, berdasarkan data kualitatif, ditemukan bahwa ternyata faktor penguasaan tanah memiliki peran penting pada pilihan profesi nelayan, struktur nafkah, dan strategi adaptasi kelompok nelayan wisata. Rumah tangga nelayan yang memiliki tanah untuk usaha tani ataupun rumah tangga nelayan wisata yang memiliki tanah di kawasan Pohon Seribu Tabel 8 Nilai Koefisien dan Signifikansi Korelasi antara Tingkat Pendapatan dan Tingkat Kerentanan Nafkah serta Tingkat Pendapatan dan Tingkat Keragaman Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan. (Table 8 Coefficient Value and Significance of Correlation between Level of Income and Level of Livelihood Vulnerability and between Level of Income and Level of Adaptation Strategy Diversity of Fisher Households). Respons terhadap Krisis ( Response of Crisis) Koefisien Korelasi (Correlation Coefficient) Signifikansi (Significance) Tingkat pendapatan rumah tangga/ level of fisher households income Tingkat kerentanan nafkah/ level of livelihood vulnerability -0,626** 0,00 Tingkat keragaman strategi adaptasi/ level of adaptation strategies diversity 0,682** 0,00 Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan Dalam Menghadapi Dampak Abrasi: Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman Barat | Wulandari et al Vol. 17, No. 2, Desember 2022, pp. 269-284. untuk usaha wisata bahari ternyata memiliki tingkat kerentanan yang rendah terhadap dampak abrasi. ## Rekomendasi Kebijakan Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa tingkat kerentanan masyarakat di Jorong Pondok cukup tinggi akibat dampak abrasi, terutama dialami oleh rumah tangga nelayan penuh. Untuk itu, diperlukan respons cepat dari pemerintah daerah dalam penanganan abrasi dan mendorong masyarakat ikut berpartisipasi dalam tindakan pencegahan dan penanganan abrasi. Langkah mendesak yang pemerintah harus lakukan adalah mempercepat penambahan batu grip dan penanaman mangrove di lokasi terdampak yang diiringi dengan perawatan yang serius agar dapat menahan kekuatan ombak lebih lama. Selain itu, dalam rangka peningkatan ekonomi masyarakat nelayan, pemerintah daerah perlu mengembangkan bentuk-bentuk mata pencaharian alternatif, terutama bagi rumah tangga nelayan penuh. Hal ini dilakukan melalui program pemberdayaan berbasis pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan sekaligus diselaraskan dengan kultur masyarakat. Selain itu, penting bagi Pemerintah Nagari Persiapan Ranah Pasisie untuk mengeluarkan satu peraturan nagari yang mengatur pengelolaan kawasan wisata bahari agar lebih inklusif dan memberikan manfaat ekonomi lebih luas bagi warga setempat, termasuk yang tidak memiliki tanah di wilayah wisata tersebut. Untuk mendukung kebijakan di tingkat nagari ini, Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat perlu mengeluarkan kebijakan tata ruang di kawasan wisata Pohon Seribu dalam rangka melindungi usaha ekowisata berbasis komunitas yang sudah berjalan selama ini. Pada saat yang sama, Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat perlu menjalankan program pemberdayaan masyarakat nelayan yang diarahkan untuk mendorong diversifikasi ekonomi berbasis ekowisata di kawasan wisata Pohon Seribu. Dengan demikian, manfaat ekonomi dari pengembangan wisata bahari di kawasan tersebut dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat nelayan dan tidak terbatas pada mereka yang termasuk dalam kategori rumah tangga nelayan wisata saja. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada aparatur Nagari Persiapan Sasak Ranah Pasisie, aparatur Pemerintahan Kabupaten Pasaman Barat, serta masyarakat Jorong Pondok yang telah membantu penulis selama pengumpulan data. ## PERNYATAAN KONTRIBUSI PENULIS Dengan ini kami menyatakan bahwa kontribusi setiap penulis terhadap pembuatan karya tulis ini adalah Annisa Wulandari sebagai kontributor utama serta Mohamad Shohibuddin dan Arif Satria sebagai kontributor anggota. ## DAFTAR PUSTAKA [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. (2013). C limate change and water . USA: Cambridge University Press. [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. (2019). Kelautan dan perikanan dalam angka 2019 . Alfiyati. (2021). Strategi penanggulangan abrasi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau (Skripsi, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari http://repository. ipb.ac.id/handle/123456789/108406. Brigita, S., & Sihaloho, M. (2018). Strategi, kerentanan, dan resiliensi nafkah rumah tangga petani di daerah rawan bencana banjir. Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat , 2 (2), 239-254. Diakses dari http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/ jskpm/ article/view/251. Damaywanti K. (2013). Dampak abrasi pantai terhadap lingkungan sosial (studi kasus di Desa Bedono Sayung Demak). Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan , 363-367. Diakses dari http://eprints.undip. ac.id/40689. Dharmawan, A.H. (2010). Farm household livelihood strategies and socio-economic changes in rural Indonesia . Germany: the GeorgAugust University of Gottingen. Dianawati, R., & Santosa, L.W. (2016). Kajian erosi pantai di kawasan Pantai Muarareja Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Bumi Indonesia , 5 (2). Diakses dari https://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index. php/jbi/article/view/437. Ervianto, A., & Hariyanto, B. (2021). Analisis dampak abrasi pantai terhadap lingkungan sodial di Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban. Swara Bhumi , 1 (1), 1-8. Diakses dari https://ejournal. unesa.ac.id/index.php/swara-bhumi/article/ view/38939. Fadlilanissa, A. (2018). Estimasi kerugian ekonomi akibat abrasi: Studi kasus Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten (Skripsi, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/92847. Fitriani, I., Sawiji, A., & Noverma. (2020). Estimasi pendapatan dan tingkat kerentanan penghidupan nelayan dalam menghadapi variabilitas musim di Kabupaten Lumajang. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16 (2), 193-206. doi:10.15578/jsekp. v16i2.9543. Fussel, H.M. (2007). Adaptation planning for climate change: Concepts, assessment approaches, and key lessons. Sustainability Science , 2 (2), 265-275. doi:10.1007/s11625-007-0032-y. Hahn, M.B., Riederer, A.M., & Foster, S.O. (2009). The livelihood vulnerability index: A pragmatic approach to assessing risks from climate variability and change-A case study in Mozambique. Global Environmental Change , 19 (1), 74-88. doi:10.1016/j. gloenvcha.2008.11.002. Hasanudin. (2018). Abrasi dan sedimentasi pantai di kawasan pesisir Bengkulu. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia , 3(3).245-252. doi: 10.14203/oldi.2018.v3i3.197. Ismiyanti, D., & Buchori, I. (2021). Dampak abrasi terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Kedung, Jepara. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota , 17 (3), 251-265. doi:10.14710/ pwk.v17i3.21998. Julinah, A. (2020). Analisis kerentanan dan strategi nafkah rumah tangga nelayan Pesisir Teluk Jakarta [kasus: Rumah tangga nelayan Muara Angke, Jakarta Utara] (Skripsi, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/102442. Kusnadi. (2020). Keberdayaan nelayan dan dinamika ekonomi pesisir . Yogyakarta, Indonesia: Media Lembaga Penelitian Universitas Jember dan Ar-Ruzz. Ledoh, L.Y., Satria, A., & Hidayat, R. (2019). Kerentanan penghidupan masyarakat pesisir perkotaan terhadap variabilitas iklim: Studi kasus di Kota Kupang. Journal of Natural Resources and Environmental Management , 9 (3), 758-770. doi:10.29244/ jpsl.9.3.758-770. Liantiame. (2019). Analisis strategi adaptasi dan kerentanan nafkah rumah tangga petani di kawasan pasang surut (Skripsi, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/98934. Liawan DA & Haris MA. (2021). Dampak abrasi Pulau Tiban, Desa Kartikajaya, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. Jurnal Teknik Sipil, 2 (1), 37-44. doi:https://doi.org/10.31284/j.jts.2021.v2i1.1793. Mabea, F.N., & Asase, A. (2020). Climate change adaptation strategies and fish catchability: the case of inland artisanal fishers along the volta basin in Ghana. Fisheries Research Journal , 230 (2020), 105675. doi:10.1016/j.fishres.2020.105675 . Maulana E, Wulan TR, Wahyuningsih DS, Mahendra IWWY, Siswanti E. (2016). Strategi Pengurangan Risiko Abrasi di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Prosiding Seminar Nasional UMS. Diakses dari http://hdl.handle.net/11617/8577. Mulyadi, M. (2013). Penelitian kuantitatif dan kualitatif serta pemikiran dasar menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi dan Media, 15 (1), 127-138. doi: 10.31445/jskm.2011.150106. Octavian, A., Marsetio, M., Hilmawan, A., & Rahman, R. (2022). Upaya perlindungan pesisir dan pulau-pulau kecil Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dari ancaman abrasi dan perubahan iklim. Jurnal Ilmu Lingkungan , 20 (2), 302-315. doi:10.14710/jil.20.2.302-315. Patriana, R., & Satria, A. (2013). Pola adaptasi nelayan terhadap perubahan iklim: Studi kasus nelayan Dusun Ciawitali, Desa Pamotan, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan , 8 (1), 11-23. doi:10.15578/jsekp.v8i1.1191. Prameswari, S.R., Anugraha, A., & Rifai, A. (2014). Kajian dampak perubahan garis pantai terhadap penggunaan lahan berdasarkan analisa pengindraan jauh satelit di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur. Jurnal Oseanografi , 3 (2), 267-276. Diakses dari https://ejournal3.undip. ac.id/index.php/joce/article/view/5223. Pranata, R.T.H., & Satria, A. (2014). Strategi adaptasi nelayan terhadap penetapan kawasan konservasi perairan daerah di Misool Selatan, KKPD Raja Ampat (Skripsi, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari https://repository.ipb.ac.id/ handle/123456789/72044. Prasetio, Y. (2018). Karakteristik morfologi pantai dan proses abrasi di pesisir Pasaman Barat (Skripsi, Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan [STKIP] PGRI Sumatera Barat). Diakses dari https://repo.stkip-pgri-sumber.ac.id. Prasetya, A.R. (2013). Struktur dan strategi nafkah rumah tangga petani peserta program pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) di Bogorejo (Skripsi, Institut Pertanian Bogor). Diakses dari http:// repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66017. Sardiyatomo, Supriharyono, & Hartoko, A. (2013). Dampak dinamika garis pantai menggunakan citra satelit multi temporal pantai Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan , 8 (2): 33-37. Diakses dari https://ejournal.undip.ac.id/ index.php/saintek/article/view/8099. Satria, A. (2015). Pengantar sosiologi masyarakat pesisir . Jakar- ta,Indonesia: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Setyawan, L., & Satria, A. (2017). Hubungan pengembangan wisata dengan strategi nafkah dan taraf hidup rumah tangga nelayan Desa Karimunjawa. Jurnal Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat , 1 (2), 167-182. doi:10.29244/jskpm.1.2.167-182. Shah, K.U., Dulal, H.B., Johnson, C., & Baptiste, A. (2013). Understanding livelihood vulnerability to climate change: Applying the livelihood vulnerability index in Trinidad and Tobago. Geoforum , 47, 125-137. doi:10.1016/j.geoforum.2013.04.004. Strategi Adaptasi Rumah Tangga Nelayan Dalam Menghadapi Dampak Abrasi: Studi Kasus Di Kabupaten Pasaman Barat | Wulandari et al Vol. 17, No. 2, Desember 2022, pp. 269-284. Sunito, S., Shohibuddin, M., & Soetarto, E. (2019). Perubahan iklim dan jerat kemiskinan. Dalam Nurbaya, S., Masripatin, N., Adibowo, S., Sugandi, Y., & Reuter, T. (eds). Trilogi Indonesia Menghadapi Perubahan Iklim . Jakarta, Indonesia: PT Gramedia. Triatmodjo, B. (2016). Perencanaan bangunan pantai. Yogyakarta, Indonesia: Beta Offset. Wiradi, G., & Manning, C. (2009). Landownership, tenancy, and sources of household income: Community patterns from a partial re-census of eight villages in rural Java. Dalam Shohibuddin, M. (ed.). Ranah studi agraria: Penguasaan tanah dan hubungan agraris . Yogyakarta, Indonesia: Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional. Wiradi, G. (2009). Metodologi studi agraria: Karya terpilih Gunawan Wiradi . Disunting oleh M. Shohibuddin. Bogor, Indonesia: Sajogyo Institute dan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Zakariya, M.I., Anna, Z., & Dhahiya, Y. (2017). Kontribusi wisata bahari terhadap pendapatan nelayan di Pulau Tidung, Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 8 (1), 105-121. Diakses dari http:// jurnal.unpad.ac.id/jpk/article/view/13897. Zhang, Q., Zhao, X., & Tang, H. (2019). Vulnerability of communities to climate change: Application of the livelihood vulnerability index to an environ- mentally sensitive region of China. Climate and Development, 11 (6), 525–542. doi:10.1080/1756552 9.2018.144280.
4653c6d0-1af1-4080-bf05-f3230005738a
https://journal.sadra.ac.id/ojs/index.php/kanz/article/download/117/96
93 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 ## Mendeinisikan Mistisisme: Sebuah Tinjauan atas Beberapa Deinisi Utama * ## Saeed Zarrabizadeh University of Erfurt, Germany Pendeinisian istilah “mistisisme” telah menjadi salah satu isu kontroversial dalam kajian modern tentang mistisisme sejak awal kemunculannya di paruh kedua abad ke-19 Masehi. Beberapa penulis menggunakan istilah tersebut dengan merujuk pada subjek yang berlainan. Dengan mengkaji beberapa sumber utama yang berkesan dalam mistisisme, tulisan ini berupaya meninjau beberapa deinisi modern mengenai mistisisme dan mengevaluasinya berdasarkan seberapa lengkap deinisi tersebut mencakup aspek-aspek mistisisme secara komprehensif. Selain itu tulisan inipun ditujukan sebagai upaya mengklariikasi beragam klasiikasi mistisisme yang berbeda dengan menggunakan deinisi yang terkait dimensi-dimensi yang berbeda dari mistisisme. “ Tiada kata yang lebih luwes dalam bahasa kita yang gunakan daripada istilah “mistisisme,” bahkan istilah “Sosialisme” pun tidak lebih luwes daripada “mistisisme.” Terkadang ‘mistisisme’ digunakan sebagai padanan istilah ‘symbolisme’ atau alegorisme, juga padanan istilah teosoi atau ilmu gaib. Namun kadang mistisisme pun hanya mengesankan keadaan mental seorang pemimpi, atau pendapat-pendapat yang fantastis dan tidak jelas mengenai Tuhan dan dunia. 1 (William Ralph Inge, 1899) “Terdapat beragam deinisi mengenainya (mistisisme) yang hampir sebanyak jumlah penulisnya” (Gershom G. Scholem, 1941) * Dialihbahasakan oleh Hadi Kharisman, dengan izin penulis, dari sebuah artikel berjudul Deining Mysticism, A Survey of Main Deinitions , dalam T ranscendent Philosophy, an International Journal for Comparative Philosophy and Mysticism . London: Academy of Iranian Studies , vol. 9, 2008. 1 Inge, William Ralph, Christian Mysticism , New York: Meridian Books, 1956, hlm. 3. 2 Scholem, Gershom G., Major Trends in Jewish Mysticism , New York: Schocken Books, 1954, hlm. 3—4. 94 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 “Mistisisme berlanjut dengan menghindari pengertian yang mudah-mudah, demikina pula sifat dasar dan signiikansinya menyisakan persoalan yang menjadi perdebatan hangat. Istilah ‘mistik’, ‘mistis’ dan ‘mistisisme’telah digunakan dengan beragam cara yang mengherankan oleh banyak penulis dari berbagai bidang. (Steven Payne, 1998) ## Bahkan jika kita mengira pernyataan Scholem mengenai jumlah deinisi ‘mistisisme’ sebagai sesuatu yang berlebihan, kita tidak dapat membantah fakta bahwa mistisisme terus melangkah melepaskan dirinya dari sebuah deinisi yang ditetapkan secara bulat, atau setidaknya diterima oleh sebagian besar sarjana. Ketika memulai menulis karya terkait mistisisme, menulis betapa sulitnya mendeinisikan terminologi tersebut beserta beragam sebab dan alasan di balik kesulitan semacam itu telah hampir menjadi sebuah tradisi 4 Nyatanya, setelah terbentuknya pola kata benda “ la mystique ” ( mystical, bersifat mistis) dari bentuk kata sifat “ mystique” (mistisisme) pada abad ke-17 di Prancis 5 dan penggunaan kategori istilah tersebut setelahnya dalam bahasa Jerman ( Mystic ) dan Inggris 6 - sebagian merupakan akibat kegemaran kesadaran modern terhadap beragam isme - persoalan dalam mendeinisikan ini tidaklah serta merta berkurang. Selain itu, perubahan dalam makna dan konotasi dari bentuk kata sifat mystical (asalnya dari kata Yunani mystikos ), 7 justru menambah persoalan deinisi karena memunculkan problem ambiguitas. Sebelum bentuk kata benda ini digunakan, ada beberapa fenomena yang disebut dengan istilah mistis, seperti ‘teologi 3 Payne, Steven, Routledge Encyclopedia of Philosophy , Edward Carig (general ed.), London; New York: Routledge, vol. 6, 1998, hlm. 627 4 Misalnya, lihat Wilke, Annette, “Mysticism,” The Brill Dictionary of Religion , Kocku von Stuckard (ed.), Leiden, Boston: Brill, vol. III, 2006, hlm. 1279 dan Smart, Ninian, “Mysticism, History of,” Encyclopedia of Philosophy (nd edition) , Donald M. Borchert (ed. utama), Detroit: MacMillan Reference USA, vol. 6, 2006, hlm. 441. Sebagian pengkaji yang telah menulis karya tentang sulitnya mendeinisikan mistisisme telah menjelaskan, faktanya , tentang kesulitan dalam mendeinisikan pengalaman mistis. 5 Tentang penrumusan “mysticism” sebagai kata benda lihat de Certeau, Michel, “‘Mystique’ au XVIIe siècle; le problème du langage ‘mystique’,” in L’Homme Devant Dieu: Mélanges offerts au Père Henri de Lubac , Paris: Aubier, vol. 2 1964, hlm. 267—91. 6 Diskusi akademis modern seputar mistisisme dalam dunia wacana Ingris pada tahap yang serius dimulai pada akhir abad 19 M, sedangkan di dalam diskursus Jerman diawali sejak pertengahan pertama abad yang sama (McGinn, Bernard, The Presence of God: a History of Western Christian Mysticism , New York: Crossroad, vol. I, 1991, hlm. 267,421. 7 Lihat Bouyer, Louis, “Mysticism: An Essay on the History of the Word,” in Understanding Mysticism , diedit oleh Richard Woods, O.P., Garden City, NY: Doubleday Image Books, 1980, hlm. 42—55 . Sejarah singkat seputar kata “mysticism” lihat Wilke, Annette, op. cit ., hlm. 1279—80. 95 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 mistis,’ ‘pengalaman mistis”, ‘kesatuan mistis’ yang seluruhnya memiliki bidang dan rujukan yang jelas. Misalnya, teologi mistis merujuk kepada suatu bentuk teologi, dan pengalaman mistis menunjukkan suatu jenis pengalaman tertentu. Tidak ada seorang pun yang menggunakan pembentuk kata sifat dari kata “mistis” tanpa menggunakan bentuk kata bendanya yang menentukan cakupan maknanya. Namun, setelah munculnya istilah “mistisisme’ sebagai sebuah bentuk kata benda, para penulis yang berbeda menggunakan istilah tersebut dalam beragam bidang berbeda sampai saat ini. Tulisan di tangan pembaca ini berupaya menilik sejumlah sumber rujukan utama karya para sarjana terkemuka di bidang mistisisme, juga meninjau beberapa enslikopedi otoritatif dalam bidang agama dan ilsafat 8 untuk merenungkan secara hati-hati tentang bagaimana mereka mendeinisikan istilah “mistisisme”, serta menguji deinisi-deinisi yang meeka buat berdasarkan seberapa lengkap deinisi tersebut mencakup aspek-aspek dalam mistisisme. Survey ini difokuskan pada sumber-sumber karya yang ditulis oleh para sarjana yang hidup— bahkan beberapa di antaranya masih hidup—pasca pertengahan akhir abad kesembilanbelas yang merupakan periode kajian modern tentang mistisisme. 9 ## Meskipun survey ini hanya berkonsentrasi pada sumber rujukan berbahasa Inggris, namun teks-teks yang dipilih merupakan karya-karya paling efektif yang tidak diragukan lagi turut membentuk pemahaman modern akan istilah tersebut. ## Beberapa Pengertian Mistisisme Dalam meninjau secara kronologis karya-karya yang ditulis dalam bidang mistisisme, Christian Mysticism , karya seorang teolog Inggris dan ketua Katedral St. Paul di London, W. R. Inge (1860—1954) tampaknya dapat menjadi langkah awal yang tepat. 10 Dalam karya yang pertamakali terbit pada tahun 1988 ini, 8 Saya tidak menyatakan bahwa daftar buku-buku utama dan enslikopedi ini adalah yang terbaik dari semua karya terkait mistisisme. Tidak perlu dijelaskan, untuk melengkapi daftar tersebut boleh ditambahkan buku-buku atau enslikopedia lain. Namun, tampaknya setiap daftar yang lengkap pastinya telah mencakup pula semua sumber yang telah disebutkan dalam artikel ini. 9 Bernard McGinn mencirikan kajian modern tentang mistisisme dalam tiga sinaran umum, yaitu dalam pendekatan teoritis, ilosois, komparatif dan psikologis terhadap mistisisme, yang dimulai secara berurutan, mulai dari Albert Ritschl (1822—1899), William James (1842— 1910), dan kemudian beberapa sejarawan agama-agama semisal Nathan Söderblom (1866—1931) (McGinn, Bernard, op. cit ., hlm. 265—343). 10 Di antara kajian mistisisme modern, beberapa peneliti meyakini Christian Mysticism karya Inge memunculkan tumbuhnya kembali minat masyarakat Ingris pada mistisisme Kristen (Crook, Paul, “W. R. Inge and Cultural Crisis, 1899—1920,” dalam Journal of Religious History , Oxford: Blackwell, vol. 16, 1977, hlm. 413). 96 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 Inge menganggap inti terdalam dari mistisisme adalah “kesadaran akan realitas Yang Melampaui, Yang Maha” (“consciousness of the beyond”) yang tampak sebagai suatu prinsip aktif yang independen. Meski demikian, Inge meyakini mistisisme telah membangun suatu “sistem spekulasi dan praksis”nya sendiri yang berada di luar inti mistisisme itu sendiri. Hal dikarenakan setiap prinsip aktif seyogyanya menemukan instrumennya sendiri yang layak. Dalam pengertian ini, mistisisme dapat dipandang sebagai suatu model atau bentuk agama. 11 Dia pun berasumsi bahwa “kehidupan yang memadu (unitive) atau kontemplatif yang mewadahi persaksian langsung antara manusia dan Tuhan, serta melebur dengan-Nya” merupakan langkah akhir yang menjadi tujuan jalan mistis. 12 ## Tiga tahun berselang terbitnya karya Inge tersebut, seorang ilosof Amerika sekaligus pelopor ahli di bidang psikologi bernama William James (1842-1910) menerbitkan karya klasiknya yaitu The Varieties of Religious Experience. Karya ini adalah hasil dari kumpulan dua puluh ceramah perkuliahan Gifford di Universitas Edinburg. Bab 16 dan 17 dari karya tersebut berkenaan dengan mistisisme. Namun karya tersebut lebih mengulas penjelasan James sendiri tentang “situasi kesadaran mistis” alih-alih menetapkan deinisi apa itu mistisisme. Dia menyuguhkan empat ciri sebagai justiikasi dalam menentukan suatu pengalaman sebagai pengalaman mistis. Dua di antara ciri pertama adalah “tidak terbahasakan” ( ineffability ) dan “kualitas bermuatan intelektual” ( noetic quality ) mencirikan segala situasi yang dapat disebut mistis. Sisanya, “sifat sementara” ( transciency ) dan “kefasifan” ( passivity ) a —atau peran fasik sang mistikus yang hanya menerima pengalaman mistis [ red .]—menjadi ciri-ciri yang tidak menentukan namun seringkali ditemukan. 13 Seorang ilosof Katolik Roma berkebangsaan Inggris dan penulis berdarah Austria, Baron Friedrich von Hügel (1852-1925), menggunakan ajaran Kristen untuk menampilkan tiga elemen dalam agama-agama dalam dua jilid karyanya yang pertama kali terbit tahun 1908 yaitu The Mystical Element of Religion as Studied in Saint Catherine of Genoa and her Friends, Ketiga unsur tersebut adalah unsur institusional-historis ( historical institutional ), spekluatif-analitik ( analytic- speculative ), dan emosional-intuitif ( intuitiveemotional ). 14 Sembari mengidentiikasi a P eran sang mistikus dalam menerima pengalaman mistis secara pasif-- pente r j. 11 Inge, William Ralph, op. cit ., hlm. 5—6. 12 Ibid , hlm. 12. 13 James, William, The Varieties of Religious Experience: A Study in Human Nature , diedit dengan pengantar oleh Martin E. Marty, New York: Penguin Books, 1985, hlm. 379—82. Dia menyebut golongan situasi-situasi kesadaran (states of consciousness) yang ditandai oleh ciri-ciri tersebut sebagai “golongan mistis” ( mystical group ). 14 von Hügel, Baron Friedrich, The Mystical Element of Religion as Studied in Saint Catherine of 97 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 mistisisme dengan unsur ketiga, emosional-intuitif, dia menjelaskan “dalam hal ini, agama lebih merupakan sesuatu yang dirasakan bukannya dimengerti atau diikirkan, dicintai dan dimukimi alih-alih dianalisis. Agama adalah tindakan dan kekuatan, bukannya fakta eksternal dan veriikasi intelektual. 15 ” Von Hügel pun mengaitkan ketiga unsur tersebut dengan tiga daya dan fakultas jiwa, yaitu rasa dan memori, akal budi dan kehendak dan aksi, serta menghubungkan fakultas ketiga tersebut pada mistisisme sebagai jalan untuk meraih pengalaman langsung atas realitas objektif. 16 ## Evelyn Underhill (1875—1941), seorang Anglo-Katolik berkebangsaan Inggris dan penulis populer tentang mistisisme, mengkritik keempat karakteristik pengalaman mistis usulan William James di atas dalam karya terkenalnya yang mulai terbit pada tahun 1911, Mysticism: the Nature and Development of Spiritual Consciousness . Dia mengusulkan empat karakteristik lain yang berlawanan dengan usulan James, bahwa: (1) Mistisisme sejati bersifat aktif dan prakis, bukannya pasif dan teoritis, melainkan sebuah proses-kehidupan yang organis … (2) Tujuan mistisme seutuhnya bersifat transendental dan spiritual, dan sama sekali tidak terkait dengan penambahan atas, penyelidikan akan, pengaturan ulang, atau peningkatan kepada sesuatu yang ada di dunia kasat mata. Hati orang-orang mistis … senantiasa terpikat akan Yang Esa nan kekal, dan tidak mengalami perubahan ( The changeless One ). (3) Bagi mereka, Yang Esa tersebut tidak hanya sebatas Realitas sejati di balik segala sesuatu, namun juga sebuah muara cinta yang hidup dan bersifat personal … (4) Penyatuan yang hidup dengan yang Satu…merupakan situasi atau suatu pola hidup yang dipertinggi atau telah melalui mi’raj ( enhanced life ). 17 Sebagai konsekuansi wajar dari keempat karakteristik tersebut, dia menambahkan bahwa pengalaman mistis sejati tidak pernah bersifat berorientasi diri sendiri ( self-seeking ). 18 Underhill menekankan pengalaman mistis menyatu dengan Yang Satu adalah sebuah proses aktif yang mengalir berkelanjutan, bukannya pengakuan mendadak terhadap berlimpahnya penyaksian atas Kebenaran Genoa and Her Friends , London: J.M. Dent & Co.; New York: E. P. Dutton & Co., vol. I, 1923, hlm. 50—53. Dia meyakini bahwa ketiga elemen tersebut bersifat niscaya atau mesti dalam melengkapi bangunan kesadaran religius, dan, konsekuensinya, masing-masing dari ketiga elemen tersebut mesti diperiksa dan dilengkapi oleh dua elemen lainnya demi menghindari monopoli pada hanya satu elemen saja. 15 Ibid , hlm. 53. 16 von Hügel, Baron Friedrich, op. cit ., vol. II, hlm. 390. 17 Underhill, Evelyn, Mysticism: the Nature and Development of Spiritual Consciousness , edisi ke- 12, Oxford: Oneworld, 1994, hlm. 81. 18 Ibid , hlm. 92. 98 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 yang hanya terjadi sesekali. 19 Namun, deinisinya tentang mistisisme masih dirasa samar. Dia memandang mistisisme sebagai “sebutan bagi proses-kehidupan organis yang melibatkan penyempurnaan Cinta Ilahi” 20 “ekspresi dari kecenderungan itriah jiwa manusia untuk sepenuhnya menjadi selaras dengan tatanan transedental, 21 ” and “intuisi atau pengalaman akan Tuhan secara langsung.” 22 Rudolf Otto (1869— 1937), seorang teolog, ilosof, dan ahli sejarah Jerman menerbitkan karyanya, West-Östliche Mystik di tahun 1926 dan langsung diterjemahkan pada tahun 1932 ke dalam bahasa Inggris, Mysticism East and West . 23 Meskipun berbicara mengenai beragam bentuk mistisisme, 24 Otto memfokuskan diri pada “dua bentuk mistisisme yang mulanya terpisah,” yaitu “mistisisme instrospeksi”( mysticism of introspection ) dan “mistisisme penyatuan visi/ syahadah ( mysticism of unifying vision ).” Bentuk pertama “bermakna menyelami lubuk diri yang terdalam demi meraih intuisi untuk menemukan Yang Mutlak, Tuhan, atau Brahman,” sementara bentuk kedua “memandang alam segala sesuatu dalam keberagamannya, yang kontras dengan lompatan kepada intuisi di atas atau pengetahuan terhadap kekhasannya sendiri ( knowledge’ of its own most peculiar kind ),” yang sesuai dengan neraca nilai-nilai kita boleh jadi dianggap sebagai fantasi aneh atau sebuah penglihatan menuju kesalinghubungan abadi antara segala sesuatu,.” 25 . Bagi Otto terdapat bentuk umum pengalaman mistis yang meliputi pengalaman mistik maupun pengalaman teistik. 26 Tahun 1957, Robert Charles Zaehner (1913—1974), ahli sejarah agama-agama sekaligus profesor di bidang agama dan etika berkebangsaan Inggris, menerbitkan karyanya berjudul, Mysticism Sacred and Profane . Dengan menyampingkan beberapa pengalaman yang terkadang dikaitkan dengan mistisisme dari deinisi mistisisme semisal kewaskitaan, telepati dan kemampuan berjalan di udara—Zaehner mengemukakan bahwa di tengah pengertian umum seputar mistisisme dia hanya membatasi dirinya pada 19 Ibid , hlm. 81. Dalam karya lainnya, Underhill menggunakan ekspresi “kesatuan yang kekal dengan Sang Absolut.” ( ibid , hlm. 91). 20 Ibid , hlm. 81. 21 Ibid , hlm. xiv. 22 Underhill, Evelyn, The Mystics of the Church , Cambridge: James Clarke, 1998, hlm. 9. 23 Otto menulis karya ini Sembilan tahun setelah menulis karyanya yang terkemuka, Das Heilige . 24 Otto, Rudolf, Mysticism East and West , terj. oleh by Bertha L. Bracey and Richenda C. Payne, New York: MacMillan, 1932, hlm. 76. 25 Ibid, hlm. 40, 42. Dia menyebut kedua bentuk mistisisme ini sebagai “dua cara” ( two ways ) dan menjelaskannya dalam bab IV dan V karya tersebut. 26 Almond, Philip C., Mystical Experience and Religions Doctrine , Berlin: Mouton, 1982, hlm. 113. 99 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 “pengalaman-pengalaman preternatural (berada di luar batas alami, namun masih dapat difahami secara rasional) wilayah ditransendensikannya segala persepsi indrawi dan pemikiran diskursif suatu apersepsi langsung terhadap kesatuan yang difahami melampaui dan berada di luar jangkauan keberagaman alam yang kita ketahui.” 27 Dia pun mengulas tiga bentuk keadan mistis yang berbeda, yaitu situasi “ pan-en-henic ” wilayah dialaminya seluruh eksistensi ciptaan sebagai satu kesatuan dan dialaminya yang satu sebagai keseluruhan; keadaan isolasi, ketertutupan dari apa yang saat ini kita sebut jiwa atau ruh yang tidak dilahirkan ( uncreated soul ) dari segala sesuatu selainnya; dan ketiga, kehilangan keutuhan personalitas manusia, sang ‘ego’ secara serentak, dan terserapnya ruh yang tidak tercipta ( uncreated spirit ), sang ‘diri’ ke dalam esensi Tuhan. Dalam esensi Tuhanlah baik personalitas individual maupun seluruh alam objektif seutuhnya lenyap atau tampak lenyap. 28 Walter Terence Stace (1886—1967), seorang ilosof berdarah Inggris meluncurkan karya klasiknya di tahun 1960 dengan judul Mysticism and Philosophy. Meski dia sendiri menyatakan kata “mistisisme” yang dia terapkan dalam buku tersebut ditujukan bagi seluruh pokok persoalan yang dikaji di dalamnya, termasuk pengalaman mistis dan interpretasi atasnya, 29 istilah tersebut dia fokuskan pada pengalaman mistis beserta deinisi, tipe, ciri dan hubungannya dengan fenomena lainnya, bahkan dengan klaim bahwa istilah “pencerahan” ( enlightenment ) dan “iluminasi” ( illuminastion ) lebih memadai daripada istilah “mistisisme 30 ” Dia mengidentiikasi dua jenis utama mistisisme (kesadaran mistis), 31 ekstrovertif dan introvertif, yang melibatkan pemahaman atas kesatuan segala sesuatu dan kesadaran kesatuan yang mengeluarkan segala multiplisitas secara berturut-turut, serta menyusun daftar tentang tujuh karaktersitik bagi setiap tipe pengalaman mistis untuk mendapatkan esensi dari pengalaman-pengalaman mistis. 32 27 Zaehner, R.C., Mysticism Sacred and Profane , Oxford: Clarendon Press, 1957, hlm. 198—99. 28 Ibid , hlm. 168. 29 Stace, W.T., Mysticism and Philosophy , London: Macmillan, 1989, hlm. 36. 30 Meski Stace meyakini hal tersebut, penggunaan istilah “ enlightenment ” (pencerahan) atau “ illumination ” (penyinaran) – yang umumnya digunakan di India– lebih baik dibanding “mistisisme,” dia menulis orang-orang Barat mesti bersedia menerima istilah “ mysticism ” demi sejumlah alasan historis. ( ibid , hlm. 15—16). 31 Stace menyatakan, meskipun pengalaman ekstrovertif dan introvertif difahami sebagai tipe-tipe yang jelas, pengalaman ekstrovertif berada di bawah tingkat pengalaman introvertif dan memperoleh penyempurnaan dan pemenuhannya dalam pengalaman introvertif. ( ibid , hlm. 132). 32 Esensi inti itu pun, dikemukakan Stace, merupakan pengalaman umum akan kesatuan yang, dalam beberapa pengertian, diyakini para mistikus merupakan inti atau dasar bagi dunia mistis. ( ibid , hlm. 132). Stace memberi penekanan terhadap karakteristik sentral dari pengalaman mistis ini dalam karya lainnya, semisal: Stace, W.T., The Teachings of the Mystics , New York: The New 100 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 Bernard McGinn (1937—), Profesor teologi historis dan sejarah Kristen, dalam pendahuluannya bagi karya lima-jilid sejarah mistisisme Kristen terbitan 1991, berjudul “ The Presence of God ,” 33 menyatakan meski gagasan utama dan tujuan mistisisme mungkin dimengeri sebagai sebuah perjumpaan istimewa Tuhan-manusia, segala sesuatu yang mengarahkan dan mempersiapkan perjumpaan ini, dan segala yang mengalir darinya atau diandaikan demikian bagi kehidupan perorangan dalam komunitas beriman pun dianggap mistis, meskipun jika dalam pengertian sekunder atau dalam tingkat pengertian yang lebih rendah 34 . Dengan mempertimbangkan relasi antara tujuan, proses, dan pengaruh yang diakibatkan oleh mistisisme, McGinn menyatakan bahwa elemen mistis dalam ajaran Kristen merupakan bagian dari iman dan amalan- amalan dalam Kristianitas sendiri yang terkait dengan persiapan bagi, kesadaran akan dan reaksi terhadap apa yang dikenal sebagai kehadiran langsung Ilahi. 35 Dalam deinisi yang luas ini, McGinn sepakat dengan beberapa pengikut seorang teolog Katolik Bernard Lonergan (1904—1984) yang mnegusulkan secara khusus untuk menggunakan “kesadaran” daripada “pengalaman” untuk meninggalkan situasi-situasi tertentu seperti penyaksian, atau penglihatan ( vision ) dan pendengaran ( locution ) fenomena-fenomena gaib, serta situasi kegembiraan, keterpesonaan batin ( raptures ) dari esensi perjumpaan dengan Tuhan. 36 Di samping itu, karena sebagian terinspirasi oleh oleh karya Joseph Maréchal (1878-1944), seorang ilosof dan ahli dalam bidang psikologi, McGinn berpendapat bahwa “kehadiran ( presence )” merupakan kategori yang lebih berguna dalam memahami mistisisme daripada “kesatuan ( union ),” yang hanya merupakan satu dari banyak model, metafor, atau simbol yang telah digunakan para mistikus dalam paparan mereka. 37 American Library, 1960, hlm. 14—15. 33 Sampai sekarang, empat jilid dari seri karya ini tampil sebagai: The Origins of Mysticism (1991), The Growth of Mysticism (1994), The Flowering of Mysticism (1998), and The Harvest of Mysticism in Medieval Germany (2005). 34 McGinn, Bernard, op. cit ., hlm. xvi. 35 Ibid , hlm. xvii. Meski di sini McGinn menggunakan deinisi tersebut untuk mendeinisikan elemen mistis dalam ajaran Kristen, deinisi tersebut pun dia gunakan dalam konteks agama-agama lainnya, khususnya Islam and Yahudi. Lihat “Mystical Union in Judaism, Christianity, and Islam,” dalam Encyclopedia of Religion (second edition) , Lindsay Jones (ed.), Detroit: Macmillan Reference USA, 2005, hlm. 6334. 36 McGinn, Bernard, The Presence of God , op. cit., hlm. xvii, xviii, 345. 37 Ibid , hlm. xvii. Lihat juga dalam artikelnya yang tersebut di atas dalam Encyclopedia of Religion (second edition) , hlm. 6334. Fakta bahwa semua kaum mistikus tidak pernah merepresentasikan pengalaman mistisnya sebagai kesatuan dengan Tuhan pun ditekankan oleh sarjana lainnya semisal Gershom G. Scholem ( Major Trends in Jewish Mysticism , op. cit ., hlm. 5). Bagaimanapun juga, beberapa peneliti telah meragukan apakah McGinn hanya mengganti apa yang terlalu sempit dengan yang terlalu luas (Payne, Steven, “Mysticism, Nature of,” in Routledge Encyclopedia of Philosophy , op. cit ., hlm. 101 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 ## Deinisi Mistisisme dalam Ensiklopedi Kajian seputar pengertian mistisissme dalam beragam enslikopedia yang terbit secara runtut dapat dimulai dari sebuah karya berkesan, Encyclopædia of Religion and Ethics editan James Hasting. Dalam bagian “Mistisisme” karya tersebut yang diterbitkan tahun 1924, 38 Rufus M. Jones menyatakan bahwa mistisisme mencakup “(1) pengalaman yang dirasakan dari perjumpaan langsung dengan Ilahi dan (2) doktrin teologiko-metaisis mengenai penyatuan yang mungkin terjadi antara jiwa dengan Realitas Absolut, Tuhan.” Dia yakin hal tersebut dapat mendorong pada kejelasan untuk membatasi penguanan istilah “mistisisme” pada signiikansi belakangan yaitu “doktrin hitoris tentang hubungan dan penyatuan yang bersifat potensial antara jiwa antara jiwa manusia dengan Realitas Tertinggi,” serta pada penggunaan istilah “pengalaman mistis” sebagai perjumpaan langsung dengan Tuhan. 39 Sembari membedakan antara istilah dalam bahasa Jerman Mystizizmus dan Mystik, jones menganggap “mistisisme” sepadan dengan istilah yang terakhir, Mystik. 40 Dalam sebuah artikel bertajuk “Mysticism, History of ” in Encyclopedia of Philosophy, terbit tahun 1967, Ninian Smart mengidentiikasi mistisisme dengan pengalaman mistis dan berpendapat bahwa “dengan demikian mengindikasikan apa yang dimaksud dengan ‘mistisisme’ dengan merujuk beberapa contoh, seperti Eckhart … dan dengan memetakan beberapa ciri penting jenis pengalaman yang dipersoalakan tanpa menginterpretasikannya secara doktrinal.” 41 Dia pun membedakan beragam “aspek” mistisisme, yaoitu pengalaman-pengalaman itu sendiri, jalan atau sistem teknik-teknik kontemplatif yang sering dikaitkan dengan pengalaman tersebut, serta doktrin-doktrin yang lahir dari mistisisme, atau terpengaruh olehnya. 42 Adapun 628). 38 Penanggalan yang disebutkan dalam bagian ini sebagai waktu penerbitan artikel-artikel tersebut merujuk pada waktu publikasi jilid-jilid dari enslikopedia-enslikopedia yang memuat artikel tersebut. 39 Jones, Rufus M., “Mysticism,” Encyclopædia of Religion and Ethics , diedit oleh James Hastings, New York: Scribner´s, vol. IX, 1924, hlm. 83. Dia menjelaskan bahwa dalam arti yang sempit ini, mengimplikasikan konsepsi metaisis tertentu tentang Tuhan dan jiwa serta suatu “langkah mistis” ( mystical wa y) untuk mencapai suatu kesatuan dengan sang Absolut ( ibid , hlm. 84). 40 Mystizismus , ditulisnya, berarti pemujaan terhadap sesuatu yang supernatural, pengejaran kekuatan kebatinan, dan eksploitasi spiritualistis bagi penelitian atas entitas isik, sementara Mystik bermakna pengalaman atas perjumpaan dan relasi tuhan-manusia yang berlangsung secara langsung ( ibid , hlm. 83). 41 Smart, Ninian, “Mysticism, History of,” op. cit ., hlm. 441. Edisi pertama karya ini telah diedit oleh Paul Edwards. 42 Ibid , hlm. 442. 102 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 aspek mistisisme lainnya, menurutnya, yaitu fenomena paranormal semacam melayang di udara, meskipun selalu dianggap tidak memiliki signiikansi sepenting aspek-aspek pertama. 43 Dalam tulisan bertajuk “ Mysticism ” dalam Encyclopedia of Religion yang terbit mulai tahun 1987, Louis Dupré—sembari menekankan fakta tiadanya deinisi bermakna namun sekaligus komprehensif yang mencakup semua bentuk pengalaman yang telah digambarkan sebagai mistis—secara implisit mengidentiikasi mistisisme dengan pengalaman mistis serta memandang bahwa keempat karakteristik yang digambarkan dalam karya William James, The Variety of Religious Experience, merupakan karakteristik yang paling umum diterima. Untuk memperbaiki keepat karakteristik tersebut, dia mengusulkan untuk mengatakan kualitas “ rhythmic ” pengalaman mistis—daripada “ transcient ”—dan menambah ciri lain sebagai yang kelima, yaitu “ integration. ” 44 Dalam sebuah artikel “Mysticism, History of ” dalam Routledge Encyclopedia of Philosophy , terbit pada tahun 1998, Steven Payne bukannya menyajikan deinisinya sendiri, malah menyebutkan bahwa “para penulis biasanya mengaitkan mistisisme dengan sebentuk kesadaran yang menyertakan pertemuan atau penyatuan nyata dengan suatu tatanan realitas tertinggi, bagaimanapun realitas tersebut difahami” 45 Dia juga menambahkan bahwa diskusi-diskusi ilosois modern secara khusus cenderung berfokus pada pengalaman mistis. 46 Dalam artikel “ Mysticism [Further Consideration] ,” dalam edisi kedua Encyclopedia of Religion yang terbit tahun 2005, Peter Moore melalui deinisi yang luas memberi catatan bahwa “istilah mistisisme terkait dengan tradisi-tradisi yang mengairmasi pengetahuan langsung tentang atau hubungan erat dengan sumber atau dasar realitas tertinggi, sebagaimana dialami dengan beragam cara dalam situasi-situasi visioner, eskatis, kontemplatif dan unitif (penuh kesatuan) dari kesadaran, serta sebagai sesuatu yang diwujudkan secara beragam dalam berbagai doktrin dan amalan yang meyatakan suatu kesatuan dan pandangan penuh kasih mengenai alam dan eksistensi manusia. 47 ” Dia pun menekankan bahwa segala perlakuan modern terhadap mistisisme mestilah 43 Dalam entri berikutnya, “Mysticism, Nature and Assessment,” yang merupakan salah satu entri baru dalam edisi kedua enslikopedi ini, Kai-man Kwan tidak membuat perbedaan apapun antara istilah “mistisisme” and “pengalaman mistis.” ( ibid , 453—60). 44 Dupré, Louis, “Mysticism,” Encyclopedia of Religion , diedit oleh Mircea Eliade, New York: MacMillan Pub. Co, vol. 10, 1993, hlm. 245—46. 45 Payne, Steven, “Mysticism, History of,” op. cit ., hlm. 620. 46 Ibid , hlm. 627. 47 Moore, Peter, “Mysticism [Further Consideration],” Encyclopedia of Religion (second edition) , op. cit., hlm. 6355. 103 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 mempertimbangkan empat “dimesi” mistisisme, yaitu dimensi eksperiensial, teoritis, praktis dan sosial. Yaitu, “beragam bentuk pengalaman mistis secara erat terhubung dengan bangunan berbagai disiplin dan seperangkat disiplin dan teknik yang nantinya disampaikan melalui sekumpulan ide yang dituangkan dalam doktrin dan ilsafat, simbolisme dan spekulasi, dan semuanya memiliki pengejewantahan social dalam beragam komunitas dan tradisi-tradisi historis tertentu.” 48 Dia juga mengatakan tantang dimensi “ontologis” yang dapat ditambahkan pada keempat dimensi sebelumnya dan mencakup sebab-sebab atau realitas-realitas transendental yang implisit dalam pengalaman mistis. 49 Dalam sebuah entri dengan judul “Mysticism” dalam The Brill Dictionary of Religion , terbit tahun 2006, Annette Wilke mendeinisikan mistisisme sebagai sebuah konsep naungan bagi “pengalaman-pengalaman yang padanya segala batas sirna –batas-batas subjek semisal kekosongan ikiran, atau dalam ekstasi; batas-batas objek, sehingga dualitas hilang; batas ruang, untuk mengalami yang tidak terbatas dalam yang berbatas, batas waktu, ketika yang ‘tak bermasa, kekinian abadi’ mengganti waktu yang silih berganti” demikian pula “beragam konsep, ajaran, gaya sastra yang merenungkan, menceritakan atau menggambarkan transendensi imanen atau imanensi transenden tersebut 50 ” ## Analisis dan Evaluasi Sebagian dari sarjana-sarjana yang disebut di atas (William James, Baron Friedrich von Hügel, Rudolf Otto, R. C. Zaehner, W. T. Stace, Louis Dupré, and Steven Payne) baik secara implisit maupun eksplisit telah mengidentiikasi mistisisme dengan pengalaman mistis—tak perduli bagaimana memahami dan mendeinisikan pengalaman ini—dan mengabaikan atau mengeluarkan dimensi-dimensi mistisisme lainnya dari deinisi mereka. Sebaliknya, Rufus M. Jones lebih memilih untuk mempertahankan pengalaman mistis berada di luar deinisi “mistisisme” dan mendeinisikannya sebagai suatu doktrin historis. Kedua kubu sarjana tersebut sama-sama menyuguhkan beragam deinisi mistisisme yang bersifat satu-dimensi, walaupun pendirian pertama memandang dimensi ini sebagai pengalaman, sedang pendirian kedua melihatnya sebagai sebuah doktrin. 48 Ibid , hlm. 6356. 49 Ibid . 50 Wilke, Annette, op. cit ., hlm. 1279. Kamus (enslikopedi) empat jilid ini merupakan versi yang telah direvisi dari versi Jerman Metzler Lexikon Religion: Gegenwart, Alltag, Medien yang telah dipublikasikan tahun 1999—2002. 104 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 Meski demikian, sarjana lainnya berpegang pada deinisi yang lebih dari satu dimensi, W. R. Inge bercerita tentang kesadaran mengenai dua dimensi, baik pengalaman maupun doktrin yang, melampaui pengalaman, membangun system spekulatif dan praktisnya sendiri (pengalaman, doktin dan praktis). Ninian Smart menyebut empat aspek mistisisme, yaitu pengalaman, jalan atau system teknik-teknik kontemplatif, doktrin, dan fenomena paranormal semisal melayang di udara. Peter Moore mempertimbangkan lima dimensi bagi mistisisme, yaitu dimensi eksperiensial, teoritis, sosial dan ontologis. Demikian pula Bernard McGinn memaparkan sebuah deinisi yang luas atas mistisisme dan meletakkan sebentuk perjumpaan yang khusus antara Tuhan- manusia pada inti deinisinya atas mistisisme, dan membawa “segala sesuatu” yang memandu dan mempersiapkan perjumpaan ini dan “semua” yang mengalir darinya dalam naungan mistisisme. Dalam perkara Evelyn Underhill, meskipun dia menekankan pada watak dasar mistisisme yang berifat praktis, kepastian deinisinya tidak jelas. Underhill terkadang melihat mistisisme sebagai “suatu proses organik,” kadang pula sebagai “kecenderungan itriah jiwa manusia,” dan terkadang sebagai “intuisi atau pengalaman langsung akan Tuhan.” Dari semua keterangan di atas, deinisi-deinisi yang mengidentiikasi mistisisme hanya dengan pengalaman mistis tidak memberikan perhatian yang seyogyanya terhadap dimensi-dimensi dan aspek-aspek mistisisme lain serta hubungan erat dimensi dan aspek tersebut dengan pengalaman mistis, dan memandang aspek-aspek lain tersebut sebagai sesuatu yang berada di luar cakupan mistisisme. Nyatanya, berbagai deinsi tersebut dapat dipandang lebih sebagai beragam devinisi mengenai “pengalaman mistis” daripada “mistisisme” itu sendiri. Namun, apakah sarjana-sarjana lain yang telah berupaya menyusun satu persatu dimensi mistisisme berhasil menyuguhkan sebuah deinisi yang menyeluruh ( comprehensive )? Berbagai dimensi yang telah disebutkan di atas tampaknya tidak merangkul seluruh aspek mistisisme. Dari seluruh dimensi yang telah dipaparkan sebelumnya, jika kita anggap seperangkat dimensi dari Ninian Smart dan Peter Moore sebagai yang terlengkap, hal ini menjadikan beberapa dimensi lain yang ditambahkan tak dapat dijustiikasi. Khususnya jika kita sepakat dengan beberapa penulis yang percaya mistisisme sebagai sebuah istilah umum layaknya agama, dan setiap dimensi yang ditetapkan bagi agama dapat saja dipandang sebagai suatu dimensi dari mistisisme, 51 mengapa kita tidak 51 Misalnya, lihat, William Ralph, op. cit ., hlm. 6, dan dan Antoon Geels & Jacob A. Belzen, “A Vast Domain and Numerous Perspectives – Introduction to the Volume,” dalam Mysticis: a 105 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 dapat membicarakan–misalnya—dimensi mistis ( mytic ) mistisisme? Poin penting lainnya adalah bahwa bahkan jika ada yang dapat menyusun daftar mengenai seluruh dimensi mistisisme dan membuat deinisi yang komprehensif, dia mesti memperhatikan kenyataan babhwa seluruh dimensi tersebut tidaklah menempati level yang setara. Apakah kita menerima klaim kaum esensialis bahwa terdapat inti yang umum dalam semua pengalaman mistis yang bukan merupakan kerangka buatan subjek yang mengalami atau sang mistikus tersebut, atau kita setuju dengan sarjana-sarjana konstruktivis yang bersikukuh dengan peran historis, kultur, dan konteks keagamaan dalam membentuk atau mengkonstruksi pengalaman mistis, 52 atau—dengan kata lain—apakah kita percaya pada ketidakbergantungan dimensi eksperiensial dari dimensi-dimensi lainnya atau kita andaikan adanya keterkaitan erat antara semua itu, dimensi eksperiensial merupakan dasar atau sumber dari mistisisme yang memainkan peran utama dalam membentuk deinisi mistisisme itu sendiri. Ini berarti aspek pengalaman atau eksperiensial mistisisme sebenarnya tidaklah paralel dengan dimensi-dimensi lainnya, melainkan suatu landasan yang menyebabkan seluruh dimensi lainnya dipandang bersifat “mistis”. Dengan demikian deinisi apapun tentang mistisisme seyogyanya mempertimbangkan sentralitas pengalaman dibandingkan aspek-aspek lain dari mistisisme. Sebagai konsekuensinya, deinisi paling komprehensif yang mencakup seluruh dimensi mistisisme dan sekaligus menempatkan pengalaman mistis di titik pusatnya tampaknya adalah deinisi dari Bernard McGinn, bahwa mistisisme sebagai perjumpaan Tuhan-manusia, semua yang membawa dan mempersiapkan terjadinya perjumpaan tersebut, serta segala yang mengalir dari pertemuan tersebut. Meski demikian, karena deinisi tersebut mengidap ciri kurangnya keakuratan –yang tidak lain merupakan ciri semua deinisi yang luas— seperangkat aspek yang ditawarkan Smart dan Moore–yang dapat ditingkatkan dengan menambahkan beberapa dimensi lainnya—dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menjernihkan dan membatasi jangkauan Variety of Psychological Perspectives , didedit oleh Jacob A. Belzen and Antoon Geels, Amsterdam: Rodopi, 2003, hlm. 9. Demikian pula Otto menyatakan, dilihat dari karakteristiknya yang beragam, agama dan mistisisme adalah mirip (Otto, Rudolf, op. cit ., hlm. 76). Adapun terkait aspek-aspek atau dimensi-dimensi dari agama, beberapa penulis telah mengajukan kelompok-kelompok dimensi yang beragam. Misalnya, Ninian Smart menyebutkan tujuh dimensi, yaitu dimensi yang doctrinal dan ilosois, ritual, naratif dan mitis, eksperiensial dan emosional, etis, legal, sosial dan institusional, dan material (Smart, Ninian, Dimensions of the Sacred: An Anatomy of the World’s Beliefs , London: HarperCollins, 1996). 52 Terdapat beberapa sarjana—khususnya pada pertengahan kedua abad ke-20 M—yang telah mempertahankan teori konstruktiisme. Rujukan terpenting tentang teori ini adalah: Mysticism and Philosophical Analysis , diedit oleh Steven T. Katz, New York: Oxford University Press, 1978. 106 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 ## kajian-kajian spesiik yang menggunakan deinisi McGinn. Pertimbangan atas perbedaan antara mistisisme, pengalaman mistis serta karakteristik mistisisme dari beragam aspek akan berguna dalam upaya memahami lebih baik kategorisasi-kategorisasi berbeda mistisisme yang diajukan beragam ahli. 53 Misalnya, menjadi lebih jelas saat Otto membicarakan tentang dua bentuk utama mistisisme—“mistisisme introspeksi ( mysticism of introspection )” dan “mistisisme kesatuan penyaksian ( mysticism of unifying vision )”—sertaan membedakan antara “mistisisme ruh ( the mysticism of the spirit )” dari “mistisisme alam ( nature mysticism ), 54 dia menjelaskan perbedaan tipe dari “pengalaman mistis,” tidak dari aspek teoritis, praktis, historis dan aspek- aspek semisalnya dari mistisisme. Demikian pula ketiga bentuk mistisisme yang berbeda secara mendasar dari Zaehner, yaitu mistisisme pan-en-henic , monistik dan teistik, 55 dan pembagian terkemuka Stace atas mistisisme— mistisisme introspektif dan mistisime ekstrovertif—pun merupakan jenis- jenis pengalaman mistis. Tetapi, dalam mengkategorikan mistisisme dalam praktis dan teoritis (spekulatif), 56 keduanya merujuk pada dua dimensi berbeda dari mistisisme, dan bukan pengalaman mistis itu sendiri. Demikian pula pembagian pada mistisisme afofatik ( apophatic ) dan katapatik ( kataphatic ) 57 53 Pertimbangan ini pun berguna untuk memahami secara lebih baik kategorisasi- kategorisasi lain yang di dalamnya mistisisme dianggap sebagai sebuah elemen dari kategori yang lebih umum. Sebagai contoh, anggapan sebagian sarjana bahwa mistisisme sebagai elemen agama (misalnya Friedrich von Hügel dalam karyanya The Mystical Element of Religion ) memiliki arti bahwa pengalaman mistislah –bukannya dimensi teoritis dan sosial dari mistisisme—yang merupakan elemen dari agama. 54 Otto berfokus dua bentuk mistisisme yang lebih tinggi, “mistisisme introspeksi” ( mysticism of introspection) dan “mistisisme kesatuan penyaksian atau syuhud ” ( mysticism of unifying vision ) dan membandingkan keduanya dengan tiga bentuk mistisisma di bawahnya, yaitu mistisisme illuminis, mistisisme eksperimentasionalisme emosional ( mysticism of emotional experimentalism ), dan mistisisme alam ( nature mysticism ). Lihat Mysticism East and West , bab IV, V, dan VI. 55 “Setidaknya tampak tiga keadaan mistis yang berbeda dan tidak identik satu sama lain,– keadaan pan-en-henic di mana semua keberadaan makhluk dialami sebagai satu, dan satu sebagai keseluruhan; Kondisi isolasi murni atas apa yang kita sebut jiwa atau ruh yang tak tercipta ( uncreated spirit or soul ) dari semua selainnya; dan ketiga, kehilangan personalitas manusia, ego secara simultan, absorpsi terhadap spirit yang tidak mencipta ( uncreate spirit ), sang ‘diri’, ke dalam esensi Tuhan, wilayah meleburnya personalitas individual dan seluruh dunia objektif secara keseluruhan.” (Zaehner, R.C., op. cit ., hlm. 168) 56 Kategorisasi tersebut digunakan sejumlah penulis. Sebagai contoh, lihat Martensen, Hans Lassen, Jacob Boehme: his life and teaching. Or Studies in theosophy , terj. T. Rhys Evans, London: Hodder and Stoughton, hlm. 19—20. Demikian pula, ssementara para sarjana seperti Underhill menekankan mistisisme praktis, yang lainnya semisal like Inge lebih memiliki karya-karya seputar mistisisme spekulatif. 57 Mistisisme afofatik ( apophatic mysticism ) menyatakan tiada yang dapat dikatakan tentang berbagai objek atau keadaan yang dialami kaum mistikus, sementara mistisisme Katafatik ( Kataphatic 107 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 adalah kategorisasi dimensi teoritis mistisisme, bukannya pengalaman mistis. Namun, bagaimana tanggapan kita terhadap klasiikasi atas mistisisme yang acapkali dilakukan oleh berbagai agama da tradisi? Misalnya, Routledge Encyclopedia of Philosophy mengklasiikasikan mistisisme ke dalam 6 “helaian” yaitu mistisisme komunitas-komunitas wiwitan ( ancient and indigenous communities ), mistisisme India, di China dan Jepang, mistisisme yahudi, mistisisme Kristen dan mistisisme Islam. 58 Contoh lainnya, Encyclopedia of Philosophy memaparkan mistisisme dengan membatasi perhatianhanya pada “tradisi-tradisi religius utama yang telah mengenal budaya tulis ( main literate religious tradition ),” yaitu agama-agama India (Hindu, Budha, Jainisme, Sikhisme), agama-agama Cina dan Jepang, dan akidah-akidah bangsa Semit (Yahudi, Kristen dan Islam) .59 Lalu apakah mereka pun membuat klasiikasi bagi pengalaman mistis, demikian pula aspek-aspek mistissisme lainnya? Nyatanya, jawaban atas pertanyaan tersebut bergatung pada sudut pandang kita dalam melihat hubunga antara pengalaman mistis dengan dimensi-dimensi atau aspek mistisisme lainnya. Jika kita berpandangan seperti esensialis, mempertahankan keyakinan tentang adanya suatu inti yang sama yang bersifat umum bagi semua pengalaman mistis yang tidak bergantung pada sisi historis, tradisi atau keagaman sang mistikus, maka klasiikasi tersebut bukanlah klasiikasi bagi pengalaman mistis—yang pada hakikatnya satu dan sama dalam semua agama—namun klasiikasi tersebut lebih ditujukan bagi dimensi-dimensi mistisisme lainnya, semperti dimensi-dimensi teoritis dan dimensi sosialnya. Sebaliknya, jika kita sepakat dengan keyakinan kelompok konstruktivis bahwa pengalaman mistis tidakah dapat dilepaskan dari tradisi, dan lingkungan sang mistikus, dan latar belakang mereka pun berperan penting dalam membentuk pengalaman mistis mereka, maka klasiikasi semacam ini mysticism ) justru menyatakan membuat pernyataan-pernyataan seputar apa yang mistikus alami. Beberapa penulis telah menggunakan kategorisasi tersebut, misalnya, lihat Johnston, William, Arise, My Love: Mysticism for a New Era , Maryknoll, NY: Orbis Books, 2000, hlm. 116—19. 58 Payne, Steven, “Mysticism, History of,” op. cit ., hlm. 621—26. Di sini, Payne—meskipun tidak menyatakan bahwa klasiikasi semacam ini adalah yang terbaik atau terlengkap—berkeyakinan bahwa mistikus besar sekalipun mereka umumnya berakar dari suatu tradisi religius tertentu.. 59 Smart, Ninian, “Mysticism, History of,” op. cit ., hlm. 442—52. Pengkategorisasian mistisisme berdasarkan beragam agama dan wilayah adalah hal yang lumrah dalam beragam enslikopedi. Misalnya, lihat Encyclopædia of Religion and Ethics yang mengkaji seputar mistisisme dalam 9 kategori: agama-agama primitif, penganut Budha, orang China, pemeluk ajaran Kristen (Perjanjian baru, Katholik Roma, Protestant, dan Rusia), Yunani, kaum dan penganut Yahudi ( Hebrew and Jewish ), penganut Hindu, Muslim dan Persia, dan Roma ( Encyclopædia of Religion and Ethics , op. cit ., hlm. 85—117). ## 108 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 mengkategorikan baik pengalaman mistis maupun dimensi-dimensi lain dari mistisisme, sinkatnya, mengkategorisasikan seluruh mistisisme secara holistik. Penting dicatat bahwa meski kaum esensialis dan konstruktivis mengemukakan beragam alas an dan argument untuk membuktikan teori mereka masing- masing, diskusi mereka belum memberi kesimpulan yang pasti sampai saat ini. 109 K ANz P hILOSOPhIA | Volume 1, Number 1 – August – November 2011 ## Bibliography Almond, Philip C. Mystical Experience and Religions Doctrine. Berlin: Mouton, 1982. Bernard. The Presence of God: a History of Western Christian Mysticism. New York: Crossroad, vol. I, 1991. de Certeau, Michel. “‘Mystique’ au XVIIe Siècle; le Problème du Langage ‘Mystique’.” L’Homme Devant Dieu: Mélanges offerts au Père Henri de Lubac. Paris: Aubier, vol. 2 1964, hlm. 267-91. Bouyer, Louis. “Mysticism: An Essay on the History of the Word.” Understanding Mysticism. Richard Woods (ed.), O.P., Garden City, NY: Doubleday Image Books, 1980. Crook, Paul. “W. R. Inge and Cultural Crisis, 1899-1920.” Journal of Religious History 16.1 (1977): 413. Geels, Antoon & Jacob A. Belzen. “A Vast Domain and Numerous Perspectives – Introduction to the Volume.” Mysticis: a Variety of Psychological Perspectives. Ed. Belzen dan Geels. Amsterdam: Rodopi, 2003. von Hügel, Baron Friedrich. The Mystical Element of Religion as Studied in Saint Catherine of Genoa and Her Friends. London: J.M. Dent & Co.; New York: E. P. Dutton & Co., vol. I & II, 1923. Inge, William Ralph. Christian Mysticism. New York: Meridian Books, 1956. James, William. The Varieties of Religious Experience: A Study in Human Nature. Diedit dengan pengantar Martin E. Marty. New York: Penguin Books, 1985. Johnston, William. Arise, My Love: Mysticism for a New Era. Maryknoll, NY: Orbis Books, 2000. Jones, Lindsay, et.al., ed. Encyclopedia of Religion (Second Edition) . Detroit: Macmillan Reference USA, 2005. McGinn, Bernard. “Mystical Union in Judaism, Christianity, and Islam.” Jones, hlm. 6334. Moore, Peter “Mysticism [Further Consideration].” Jones, hlm. 6355, 6356.
7d066608-d429-422c-8fd6-d1523d552dc6
https://e-journal.sastra-unes.com/index.php/JIPS/article/download/251/248
## IMPROVING STUDENT CREATIVITY ACTIVENESS AND IMPLEMENTATION APPROACH IN CBSA ON CIVICS LESSON GRADE II SD NEGERI 39 LENGAYANG ACADEMIC YEAR 2016/2017 The purpose of this study is to prove that the use of the environment around the school can improve students' understanding of Civic Education in Elementary School student 39 Class II Gompong Market. This study uses a class action approach. The study population was taken of all students in grade II , the data collection techniques used artificial teacher learning achievement test. Actions performed a total of two cycles. Data analysis techniques used ## Keywords: approach cbsa ## MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KREATIFITAS SISWA DALAM PENERAPAN PENDEKATAN CBSA PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS II SD NEGERI 39 PASAR GOMPONG.KEC LENGAYANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Pkn pada siswa Kelas II SD Negeri 39 Pasar Gompong. Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Populasi penelitian diambil semua siswa kelas II, Teknik pengumpulan data digunakan tes prestasi belajar buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua siklus. Teknik analisis data digunakan analisis persentase dari Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic ## IMPROVING STUDENT CREATIVITY ACTIVENESS AND IMPLEMENTATION APPROACH IN CBSA ON CIVICS LESSON GRADE II SD NEGERI 39 LENGAYANG GOMPONG.KEC MARKETS ACADEMIC YEAR 2016/2017 ## DARLELI Volume 1 Nomor 1 JIPS ISSN: 2579-5449 ## ABSTRACT The purpose of this study is to prove that the use of the environment around the school can improve students' understanding of the subject in Elementary School student 39 This study uses a class action The study population was taken of all , the data collection techniques used artificial teacher learning Actions performed a total of Data analysis techniques used analysis of the percentage of change in the results of the evaluation study before and after tutoring services with peer tutors. Thus there is an increase in students' mastery of the first cycle cycle. Based on the above, it can be made a conclusion as follows: " Creativity activeness And Implementation Approach In CBSA On Civics Lesson Grade II SD Negeri 39 Lengayang Gompong.Kec Markets Academic Year 2016/2017 " ## MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KREATIFITAS SISWA DALAM PENERAPAN PENDEKATAN CBSA PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS II SD NEGERI 39 PASAR GOMPONG.KEC LENGAYANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ## ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Pkn pada siswa Kelas II SD Negeri 39 Pasar gunakan pendekatan tindakan kelas. Populasi penelitian diambil semua siswa kelas II, Teknik pengumpulan data digunakan tes prestasi belajar buatan guru. Tindakan dilakukan sebanyak dua siklus. Teknik analisis data digunakan analisis persentase dari perubahan hasil evaluasi belajar sebelum dan setelah dilakukan layanan bimbingan belajar dengan tutor sebaya. Dengan demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I dan siklus II. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut : “Meningkatkan Keaktifan Dan Kreatifitas Siswa Dalam Penerapan Pendekatan CBSA Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas II SD Negeri 39 Pasar Gompong.Kec Lengayang Tahun Pelajaran 2016/2017” Jurnal Ilmiah Pendidikan Scholastic ## IMPROVING STUDENT CREATIVITY ACTIVENESS AND IMPLEMENTATION APPROACH IN CBSA ON CIVICS LESSON GOMPONG.KEC MARKETS analysis of the percentage of change in the results of the evaluation study before and after tutoring services with peer tutors. Thus there is an increase in students' ery of the first cycle and the second Based on the above, it can be made a Improving Student Creativity activeness And Implementation Approach In CBSA On Civics Lesson Grade II SD Negeri 39 Lengayang Gompong.Kec Markets " . ## MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KREATIFITAS SISWA DALAM PENERAPAN PENDEKATAN CBSA PADA MATA PELAJARAN PKN SISWA KELAS II SD NEGERI 39 PASAR GOMPONG.KEC LENGAYANG an hasil evaluasi belajar sebelum dan setelah dilakukan layanan bimbingan belajar Dengan demikian terdapat peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I dan siklus II. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat ulan sebagai berikut : Meningkatkan Keaktifan Dan Kreatifitas Siswa Dalam Penerapan Pendekatan CBSA Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas II SD Negeri 39 Pasar Gompong.Kec Lengayang Tahun Pelajaran 2016/2017”. ## Kata kunci : pendekatan cbsa ## I PENDAHULUAN Latar Belakang, Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang diartikan sebuah “cara” ; bahkan ada yang menggunakan istilah “model”. Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar- benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak- akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Keduanya tidak menyukai pendekatan-pendekatan psikologis yang lebih awal. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehmgga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan CBSA ? Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram. Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama. GBHN 1993 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional untuk meningkatkan kualitas manusia. Untuk itu perlu dikembangkan iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkanrasa percaya diri dan budaya belajar di kalangan masyarakat yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif serta keinginan untuk maju. Untuk mencapai tujuan belajar tersebut iklim belajar mengajar di SD perlu dibenahi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pembelajaran masih bersifat eksposisi yakni model pembelajaran yang berpusat pada guru, sedangkan keberadan siswa sebagai anak yng aktif dan kreatif masih kurang diperhatikan. Suasana saat guru mengajar anak terfokus pada guru, pasif dan susana tenang. Materi pelajaran terpisah-pisah. Salah satu akibat dari model pembelajaran tersebut cenderung membuat anak pasif. Guru belum mampu mengembangkan karakteristik anak. Sehubungan dengan karakteristik anak Abimanyu (1996: 2) menyatakan bahwa karakteristik anak SD terutama kelas rendah masih membutuhkan sosial dan emosional seperti di lingkungan keluarganya, pengamatan, dan persepsi yang masih global dan selalu aktif melakukan aktivitas. Selanjutnya Semiawan dan Munandar (1987:12) menyatakan bahwa anak kecil pada dasarnya sagat kreatif namun kenyataan meningkatnya usia anak kreativitasnya bukan meningkat tetapi justru menurun makin lama anak duduk di sekolah makin tidak kreatif. Pendapat di atas menimbulkan pertanyaan bagi para pendidik, bahwa sejauh mana pendidikan formal menunjang atau menghambat kreativitas seorang anak. Karena itu penulis tertarik untuk mengadakn penelitian tindakan di SD kelas rendah. Penelitian tindakan yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas dan kreativitas siswa dalam belajar PKn. Pendekatan pembelajaran dalam penelitian tindakan ini menggunakan model pembelajaran terpadu, dengan asumsi bahwa pembelajaran terpadu dapat meningkatkan siswa belajar aktif dan kreatif. Dalam pembelajaran terpadu perolehan belajar siswa lebih bermakna dan siswa terlibat secara penuh dalam belajar. Model pembelajaran terpadu diterapkan dalam mata pelajaran PKn karena mata pelajaran PKn sarat nilai dan norma sehingga ada asumsi mata pelajaran ini kurang menarik dan sering bersifat indoktrinasi. Asumsi tersebut kurang tepat karena mata pelajaran yang tujuannya penanaman nilai moral dapat dilakukan dengan menarik, dan tidak membosankan, dapat membuat anak aktif dan kreatif dalam belajar. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan --atau nasionalisme-- yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. [Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998]. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945] Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non- pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu, perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran wajib yang memiliki arti strategis yang harus diikuti oleh seluruh siswa Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di seluruh Indonesia. Namun karena sifatnya sebagai mata pelajaran umum, sering terjadi salah persepsi terhadap tujuan mata pelajaran ini khususnya di kalangan Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang itu sendiri. Siswa terkadang menganggap kurang penting terhadap penyelenggaraan mata pelajaran ini, perilaku kebanyakan dari mereka yang tampak adalah datang-duduk-diam. Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang lebih sering asal hadir daripada berusaha menguasai kompetensi yang dibentuk melalui mata pelajaran ini. Padahal sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) tujuan kurikuler mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. (2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi. (3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya. (4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Tujuan di atas menjadi dasar dalam penetapan pokok-pokok bahasan dan atau materi pembelajaran yang disajikan pada setiap kegiatan tatap muka terjadwal. Oleh karena itu jika tujuan mata pelajaran ini dapat dipahami, maka setiap pertemuan tatap muka merupakan pertemuan yang sangat penting dalam pembentukan kompetensi yang diupayakan melalui penyelenggaraan mata pelajaran ini. Dengan persepsi yang cenderung negatif terhadap mata pelajaran ini, maka dapat diduga hasil belajar Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang kebanyakan tidak sesuai dengan potensi yang dimiliki Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang yang bersangkutan. Indikator yang dapat disimak antara lain; nilai rerata yang berhasil dicapai Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang hanya mencapai angka, 64, 65 dan 69. Tentu ada juga Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang yang mampu mencapai nilai baik atau sangat baik namun ketika diambil nilai reratanya baru mencapai nilai sedang. Selanjutnya dilihat dari aspek guru, jika dianalisis dengan bantuan analisis Fish-bowl (tulang ikan) ditemukan bahwa penyebab belum optimalnya hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain ; 1). Rendahnyanya motivasi belajar yang dimiliki Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang, dan 2). Kurang efektifnya model pembelajaran yang digunakan guru. Dari temuan penyebab masalah tersebut, berdasarkan analisis akar sebab, ditemukan beberapa faktor yang memiliki probabilitas tinggi dan bobot pengaruh besar terhadap rendahnya motivasi dan hasil belajar Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang yaitu antara lain; dari pihak Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang; kondisi sosio-kultur kelas kurang kondusif, sajian materi tidak menantang, rendahnya tuntutan interpersonal, ekspektasi individu rendah, tidak adanya insentif berupa reward atau funishment dan kurangnya peran Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang dalam proses pembelajaran, sehingga daya kemenarikan terhadap sajian mata pelajaran ini menjadi rendah. Dari pihak guru, ditemukan antara lain kurangnya upaya guru untuk; membangkitkan perhatian, menjelaskan tujuan, kompetensi dan manfaat pembelajaran, merangsang ingatan (misalnya tidak memberikan pre test), tidak memberikan umpan balik dari penilaian unjuk kerja Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang (misalnya tidak mengembalikan hasil penilaian tugas, tes formatif maupun tes sumatif), dan tidak memberi bimbingan belajar bagi Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang yang mengalami kesulitan belajar di luar kegiatan tatap muka. Oleh karena itu dalam kerangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang diperlukan upaya penelitian tindakan dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat menghasilkan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar Siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang. Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya dua hal sekali gus yaitu motivasi dan hasil belajar seperti disebutkan di atas adalah model pembelajaran role playing atau sering disebut juga dengan istilah sosiodrama. Menurut Gagne (1977), untuk meningkatkan kualitas belajar sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu menyelaraskan fase belajar yang dialami pebelajar dengan peristiwa pembelajaran yang perlu dikondisikan oleh pengajar, sehingga setiap fase belajar dapat menghasilkan suatu aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri si belajar. Dari uraian di atas, saat ini pembelajaran PKn di kelas II SD Negeri No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang masih menggunakan model pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru sehingga keaktifan dan kreatifitas siswa kurang atau bahkan tidak muncul dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui sejauh mana pendekatan CBSA dapat mengaktifkan siswa serta menumbuhkan kreatifitas yang pada akhirnya membuahkan prestasi yang maksimal dengan mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Keaktifan Dan Kreatifitas Siswa Dalam Penerapan Pendekatan CBSA Pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas II SD Negeri 39 Pasar Gompong.Kec Lengayang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka dirumuskan permasalahnnya sebagi berikut: (1) Bagaimanakah cara meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas II SD Negeri No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang ? (2) Bagaimanakah pengaruh penerapan pendekatan CBSA dalam membantu siswa meningkatkan keaktifan dan kreatifitas dalam pembelajaran PKn siswa kelas II SD Negeri No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang ? Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) ngin mengetahui bagaimana keaktifan dan kreatifitas siswa setelah diterapkannya pendekatan CBSA dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas II SD Negeri No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang. (2) Ingin mengetahui pengaruhnya pendekatan CBSA dalam meningkatkan keaktifan dan kreatifitas siswa setelah diterapkan dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas II SD No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang. ## II METHODOLOGI PELAKSANAAN PERBAIKAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang berkolaboratif (collaborative classroom action research) (Baker, 2001: 2 dan Donmoyer, 2000: 3). Meski demikian metode ini ditekankan dengan model guru sebagai peneliti (teacher as researcher) (Johnson, 1993: 6). Model ini relevan bagi guru dan dosen dan memiliki keunggulan, sebab efektif dapat memperbaiki kualitas pembelajaran yang dilakukannya Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas tiga langkah yaitu : (1) diagnostik (perumusan masalah dan hipotesis tindakan), (2) terapetik (perbaikan yang terdiri atas beberapa siklus: perencanaan à pelaksanaan à pengamatan à refleksi); dan (3) pasca terapetik (pemantapan dan pembuatan laporan) (Baker, 2001: 3 dan Johnson, 1993: 5). Penelitian dilaksanakan terhadap 40 siswa Kelas II SDN No. 39 Pasar Gompong Kec. Lengayang. Tahapan-tahapan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terjadwal sebagai berikut: (1) Persiapan Penelitian mulai Minggu ke-1 bulan Agustus 2016. (2) Pelaksanaan Penelitian Minggu ke-2 sampai minggu ke-4 bulan September 2016. (3) Pelaporan Minggu ke- 2 bulan Agustus 2016 Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mengikuti prosedur penelitian Action Research (penelitian tindakan). Dilaksanakan dalam tiga tahap, dengan empat tahap pada setiap putarannya, yaitu: Tahap I Perencanaan Penelitian (1) Refleksi awal, peneliti dengan kepala sekolah mengidentifikasi masalah yang selama ini ada dalam pembelajaran PKn dengan lebih seksama. (2) Permasalahan yang telah digali dalam refleksi awal selanjutnya dirumuskan peneliti dengan lebih operasional dan menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan penelitian. Tahap II Kegiatan dan Pengamatan (1) Proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn. Pada kegiatan ini, metode pembelajaran demonstrasi telah direncanakan diimplementasikan. Dalam hal ini, pembelajaran PKn dilaksanakan sesuai dengan rencana, skenario, dan setting pembelajaran serta alokasi waktu yang telah ditetapkan. Untuk membantu siswa memahami masalah yang diajukan guru, siswa diberi bimbingan untuk memahami petunjuk dalam LKS berupa pertanyaan dan langkah-langkah dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan CBSA. Dalam melakukan pengamatan, peneliti menggunakan perangkat penelitian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Posttest dilaksanakan pada akhir pembelajaran, dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru. Tahap III Refleksi, Refleksi merupakan ulasan dari hasil kegiatan dan pengamatan. Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang sudah dilaksanakan. Melalui refleksi dapat diungkapkan kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap putaran yang dilihat dari lembar observasi pembelajaran. Tahap IV Revisi, Revisi rancangan dilakukan setelah mengetahui hasil refleksi setiap putaran, yang digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar berlangsung lebih baik dari sebelumnya. Revisi yang dilakukan sebagai penyempurnaan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ingin atau harus dicapai Perangkat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Handout siswa bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi “Hak Anak di Rumah dan di Sekolah” yang telah disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar atau nilai yang diperoleh siswa dalam evaluasi yang diberikan guru. Media pembelajaran digunakan adalah gambar dan video hak-hak anak di rumah dan sekolah yang disesuaikan dengan acuan materi dalam buku PKn. Teknik analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik kualitatif dilakukan secara flow analysis untuk mendeskripsikan temuan dalam setiap siklus (Johnson, 1993: 4). Adapun teknik kuantitatif untuk menganalisis mutu proses pembelajaran PKn dengan pendekatan CBSA dilakukan dengan weighted mean score (Wardani, Wihardit, dan Nasoetion, 2002: 5.4 –5.6). Untuk menganalisis mutu hasil belajar digunakan statistik deskriptif dan t-tes untuk membandingkan keunggulan antar siklus dan membandingkan pre dan pos tes. Dari kedua analisis tersebut diramu agar menjadi satu kesimpulan yang bermakna. ## III PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga siklus. Tiga siklus yang digunakan itu dikembangkan berdasarkan hasil refleksi pada setiap putaran kegiatan dan merupakan rangkaian yang saling berhubungan. Adapun hasilnya dapat dipaparkan sebagaimana di bawah ini. Siklus pertama ini dilaksanakan Senin, 13 Agustus 2016 dengan menerapkan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan CBSA. Inti kegiatan ini yaitu guru mengelola pembelajaran dengan memberikan perhatian yang penuh kasih sayang terhadap anak yang nilainya rendah, kurang aktif terlibat dalam pembelajaran, dan fasilitas pembelajarannya kurang pada mata pelajaran PKn. T : Tuntas Jumlah Siswa Tuntas = 18 TT : Tidak Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas = 22 Dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pendekatan CBSA diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 61,50 dan ketuntasan belajar mencapai 45,00 % atau ada 18 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 45,00 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih asing dengan diterapkannya pendekatan CBSA. Dengan demikian penggunaan model ini berhasil. Hasil refleksi memberikan makna bahwa model ini memiliki keunggulan, yaitu: a) siswa yang bermasalah dapat meningkat hasil belajarnya, percaya diri, dan lebih aktif terlibat dalam pembelajaran; dan b) guru lebih kreatif menemukan permasalahan yang dihadapi siswa secara individu. Adapun kelemahannya yaitu: a) siswa yang tidak bermasalah cenderung ribut dan merasa sombong bahwa dirinya pintar, dan b) waktu tersita banyak untuk membimbing anak yang bermasalah, sehingga materi pelajaran berjalan lambat. Siklus kedua ini dilaksanakan Tanggal, 20 September 2016 menerapkan pendekatan CBSA dengan kepedulian terhadap kelas. Kegiatan pokok yang dilakukan guru yaitu guru mengelola kelas dengan memperhatikan keutuhan kelas sebagai satu kesatuan pembelajaran. Guru tidak lagi khusuk secara khusus memperhatikan secara penuh pada anak yang bermasalah . T : Tuntas Jumlah Siswa Tuntas = 24 TT : Tidak Tuntas Jumlah Siswa Tidak Tuntas = 16 Diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 65,75 dan ketuntasan belajar mencapai 60,00 % atau ada 24 siswa dari 40 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena siswa sudah mulai akrab dan menemuan keasyikan dengan pendekatan CBSA dengan metode demontrasi. Disamping itu kemampuan guru dalam mengelola proses belajar mengajar dalam metode ini juga semakin meningkat sehingga proses belalar-mengajar semakin efektif. Hasil refleksi memberikan makna model ini memiliki keunggulan, antara lain: a) murid secara keseluruhan merasa diperhatikan, b) murid merasa keadilan dalam pembelajaran, c) tujuan pembelajaran tercapai tepat waktu, d) kelas menjadi lebih bergairah dan utuh, dan e) guru lebih berfungsi sebagai fasilitator. Adapun kelemahannya yaitu: a) murid yang bermasalah tidak optimal dibantu, c) suasana kelas nampak hanya pada mimik muka anak dan bukan pada prestasi yang sesungguhnya, d) guru tidak mendalami prestasi anak yang berbeda- beda. Siklus ketiga dilaksanakan tanggal 27 September 2016 dengan menerapkan pendekatan CBSA dengan kepedulian terhadap kelas dan individu yang bermasalah. Kegiatan yang dilakukan guru yaitu mengelola pembelajaran dengan memberikan perhatian kasih 95aying kepada kelas dan individu yang bermasalah secara terpadu. T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 71,37 dan dari 35 siswa yang telah tuntas sebanyak 40 siswa dan 5 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 87,50% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan siswa mempelajari materi pelajaran yang telah diterapkan selama ini. Disamping itu dengan adanya metode pembelajaran ini siswa dapat bertanya dengan sesama temanya, dan ternyata dari proses bertanya antar siswa ini, siswa lebih mudah menerima penjelasan dari temannya yang lebih paham tentang materi pelejaran tersebut. Juga dari hasil pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar ini murid jadi lebih mudah untuk bekerja sama dengan sesama temannya. Dengan demikian model tiga ini berhasil. Penerapan model ketiga ini secara kualitatif dapat meningkatkan kinerja murid dalam partisipasinya pada pembelajaran, seperti anak menjadi percaya diri, lebih berani mengemukakan masalahnya, mampu menemukan jalan pemecahan masalahnya sendiri, dan turut terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas. Model keempat ini dinilai banyak keunggulan / kemanfaatannya. Manfaat itu antara lain: (a) siswa yang bermasalah dapat meningkat hasil belajarnya, percaya diri, dan lebih aktif terlibat dalam pembelajaran; (b) guru lebih kreatif menemukan dan membantu permasalahan yang dihadapi murid secara individu, (c) murid secara keseluruhan merasa diperhatikan, (d) murid merasa terdapat keadilan dalam pembelajaran, (e) tujuan pembelajaran tercapai tepat waktu, (f) kelas menjadi lebih bergairah dan utuh, (g) guru lebih berfungsi sebagai pendidik, (h) murid yang bermasalah optimal dibantu, (i) murid yang bermasalah lebih konstruktif berpartisipasi dalam pembelajaran, dan (j) pembelajaran menjadi lebih berhasil, baik untuk kinerja guru maupun prestasi murid. Penelitian ini menghasilkan inovasi model pengelolaan pembelajaran yang unggul. Dari ketiga model yang diterapkan dalam PTK ini, maka model 3 merupakan model yang paling unggul. Model ini mampu meningkatkan kinerja guru dengan skor 4,20 dan mampu meningkatkan prestasi belajar murid dengan rata-rata 7,35. Jika dibandingkan dengan target indikator keberhasilan, maka peningkatannya cukup signifikan. Model 3 ini lebih unggul karena merupakan hasil refleksi bersama, di mana model ini adalah hasil modifikasi dan penyempurnaan dari model sebelumnya yang lebih unggul. Model 3 ini lebih menekankan kepedulian terhadap murid yang bermasalah dan kelas, sehingga pembelajarannya lebih terbimbing dan mengarah kepada pencapaian kompetensi belajar. Menurut Hunt (2001: 209) dan Johnson (1993: 3) model yang dimodifikasi dari model sebelumnya merupakan asset yang bernilai tinggi bagi pencapaian kompetensi belajar. Bahkan menurut Mary (1999: 172) inovasi model pengelolaan yang dikembangkan dari model yang sudah ada memungkinkan hasilnya lebih signifikan. Menurut Elliot (1993: 62) bahwa model pengelolaan pembelajaran hasil PTK yang mampu meningkatkan kinerja guru dan prestasi belajar murid, hendaknya diaplikasikan dalam pembelajaran sehari-hari. Pendapat senada juga dikemukakan Johnson (1993: 4) bahwa guru sebagai peneliti dalam PTK, hendaknya merasa lebih memiliki dan bangga dengan hasil temuannya itu untuk diaplikasikan bagi peningkatan mutu pembelajaran berikutnya. Pandangan ini memang cukup beralasan, sebab selain telah teruji dalam PTK juga secara konseptual alur pembelajarannya cukup akrab (familier) dengan kondisi sehari-hari. PTK ini didasarkan kepada KTSP. Hal ini terlihat dari karakteristik penerapan model pengelolaan pembelajaran yang lebih menekankan kepada: (1) berpusat kepada murid, utamanya murid yang bermasalah; (2) mengembangkan kreativitas murid dan guru untuk menemukan solusi yang terbaik bagi pemecahan masalah; (3) menggunakan berbagai metode belajar (ceramah, tanya jawab, penugasan, dan bimbingan); menekankan hubungan emosional guru dengan murid (kasih sayang, penghargaan, penguatan, dan variasi yang mengarah kepada tercapainya kompetensi; (4) pembelajaran didesain agar menyenangkan dan menantang; (5) menekankan kepada standar kompetensi yang telah dibuat; (6) variasi dalam penanaman nilai; dan (7) pelaksanaan evaluasi berbasis kelas. Karakteristik ini sesuai dengan pembelajaran KTSP (Depdiknas, 2002: 23). Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan CBSA, sangat membantu siswa dalam pembelajaran PKn. Namun demikian, pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CBSA membutuhkan persiapan mengajar dan manajemen waktu dan kelas dengan baik guna mencapai efektivitas hasil pada setiap aktivitas pembelajaran di kelas. Pembelajaran PKn dengan pendekatan CBSA dapat meningkatkan motivasi guru dan siswa serta mendapat repon positif dari para siswa. Saran Saran bagi guru, Untuk mencapai hasil yang maksimal, seorang guru dalam mengajar Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) sebaiknya dengan menggunakan pendekatan CBSA; Saran bagi sekolah, Pihak Sekolah tentunya harus menyediakan sarana dan prasarana seperti televisi, vcd/dvd player, lcd proyektor serta alat bantu mengajar yang dibutuhkan oleh guru serta menyiapkan buku panduan macam-macam metode pengajaran ## DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, Soli. 1995. Model Pembelajaran di Kelas Awal SD. Bahan Pelatihan Metodologi Bidang Studi. Jakarta: Dikti Depdikbud. _____________. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pembelajaran. Jakarta; Dikti. Depdikbud. Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Djahir, Ach Kosasih. 1985. Strategi Pengajaran Afektif-Nili-Moral. Bandung: IKIP. Gunarsah, D Singgih. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Gunung Agung. Muhadjir, Noeng. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Dikti. Semiawan, Cony. Munandar Utami. 1987. Memupuk Bakat dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia. Wahab, Abdul Azis. 1987. Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Dikti Depdikbud. --------------
e2248bde-b52e-47a4-baa4-d6a9fdb08e04
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/jati/article/download/9950/5755
## TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5 PADA DINAS KOPERASI USAHA KECIL DAN MENENGAH DAN PERDAGANGAN KOTA SURABAYA Althaf Ariq Musyaffah Ghufron, Kartini*, Achmad Junaidi Program Studi Informatika S1, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Jl. Rungkut Madya No.1, Gunung Anyar Surabaya, Indonesia [email protected] ## ABSTRAK Organisasi seperti perusahaan, pemerintahan, dan sektor swasta saat ini membutuhkan adaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi. Namun, penerapan teknologi informasi tentunya masih terdapat kekurangan yang dapat membuat proses tidak berjalan dengan optimal, sehingga perlu dibenahi dengan menganalisis tata kelola teknologi informasi. Dalam hal ini, penelitian tata kelola TI dilakukan di Dinkopdag Kota Surabaya, dengan menggunakan kerangka kerja COBIT 5. Penelitian mengevaluasi domain Deliver Service and Support (DSS02), Align, Plan and Organize (APO04 dan APO07). Hasil penilaian menunjukkan tingkat kapabilitas pada domain DSS02 sebesar 77,44%, APO04 sebesar 68,6%, dan APO07 sebesar 83,26%, dengan skala rating " Largely Achieved " yang menempati level 1 pada ketiga domain tersebut. Sedangkan target tingkat kapabilitas yang diharapkan instansi adalah level 3, sehingga hasil penelitian menunjukkan nilai kesenjangan tingkat kapabilitas sebesar 2 antara target yang ingin dicapai dan kondisi saat ini. Rekomendasi dibuat mengacu pada hasil temuan penelitian dan validasi work product , dengan tujuan sebagai usulan untuk membantu Dinkopdag Kota Surabaya mencapai target tingkat kapabilitas yang diharapkan dalam tata kelola teknologi informasi. Kata kunci: COBIT 5, Tata Kelola TI, Tingkat Kapabilitas ## 1. PENDAHULUAN Organisasi seperti perusahaan, pemerintahan, dan sektor swasta saat ini membutuhkan adaptasi terhadap perkembangan teknologi informasi. Hal ini tercermin dalam penerapan sistem informasi sebagai alat pendukung untuk mengintegrasikan dan mengoptimalkan proses bisnis mereka. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, manajemen teknologi informasi yang efektif diperlukan, baik itu dilakukan oleh perusahaan, organisasi, pemerintahan, maupun sektor swasta. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi perlu menjalankan praktik tata kelola teknologi informasi yang efisien. Keberhasilan dari tata kelola tersebut sangat bergantung pada implementasi yang baik. Keselarasan antara teknologi informasi dengan strategi bisnis dan tujuan organisasi dapat tercapai melalui manajemen teknologi informasi yang cermat [1]. Manajemen data teknologi informasi adalah pengelolaan yang vital bagi perusahaan atau organisasi. Kurangnya pengelolaan data dapat menyebabkan berbagai masalah yang mengganggu operasi perusahaan, termasuk kelemahan dalam keamanan data yang dapat mengakibatkan ancaman terhadap aset perusahaan seperti kehilangan, pencurian, kerusakan, atau penyadapan. Melalui praktik tata kelola teknologi informasi yang efektif, perusahaan diharapkan dapat mengidentifikasi dan mengatasi risiko-risiko tersebut serta merencanakan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan [2]. COBIT 5 adalah sebuah pendekatan untuk tata kelola dan manajemen teknologi informasi yang menggabungkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dengan teknik manajemen sistem informasi. Kerangka kerja ini memberikan panduan komprehensif untuk membantu organisasi mencapai 18 tujuan terkait tata kelola dan manajemen TI perusahaan [3]. COBIT 5 terdiri dari 5 domain, dan setiap domain tersebut berisi panduan yang rinci dan luas mengenai tata kelola dan manajemen TI di perusahaan. Kerangka kerja ini dapat mengidentifikasi proses TI yang ada dan mengukur tingkat kematangan proses tersebut dengan menggunakan skala 6 level, yaitu dari level 0 ( incomplete ) hingga level 5 ( optimalized ) [4]. IT Governance Institute (ITGI) merupakan sebuah organisasi yang tergabung dalam Information Systems Audit and Control Association (ISACA) merilis COBIT framework yang menyediakan pedoman yang menekankan aspek bisnis, dengan harapan para pemangku kepentingan bisnis dan manajer, termasuk auditor dan pengguna, dapat memanfaatkannya secara maksimal [5]. Pemilihan penggunaan kerangka kerja COBIT 5 menjadi pertimbangan dalam penelitian ini daripada COBIT 4.1 yang lebih terfokus pada proses TI daripada aspek tata kelola secara menyeluruh, sedangkan COBIT 5 menghadirkan model proses yang lebih matang. Ini tercapai melalui pemisahan yang jelas antara proses tata kelola dan manajemen TI. Selain itu, COBIT 5 juga memperhitungkan identifikasi kebutuhan para pemangku kepentingan sebagai dasar dalam proses pemetaan tersebut [6]. Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Dinkopdag) Kota Surabaya adalah lembaga yang bertanggung jawab dalam melayani Usaha Kecil Menengah (UKM) di Surabaya. Tugas Dinkopdag meliputi sebagian urusan pemerintahan terkait pemberdayaan masyarakat, otonomi daerah, administrasi keuangan daerah, dan lain-lain. Fungsinya mencakup perumusan kebijakan teknis untuk koperasi dan UMKM, penyelenggaraan urusan pemerintahan, pembinaan, pengelolaan ketatausahaan, dan penyelenggaraan tugas tambahan yang ditugaskan oleh pimpinan daerah. Pemanfaatan teknologi informasi sangat penting bagi dinas untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, memajukan kesejahteraan, dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, masih ditemukannya beberapa masalah atau kekurangan yang perlu diatasi, seperti kurangnya standar untuk meningkatkan kinerja secara berkala guna memperkuat kompetensi sumber daya manusia dalam mengadopsi teknologi informasi. Selain itu, terdapat kekurangan sumber daya manusia di bidang TI, dengan hanya dua orang yang tersedia, menyebabkan perkembangan yang lambat dalam menghadapi tingginya permintaan layanan dan kurangnya struktur organisasi yang jelas di departemen TI. Penelitian ini dibuat dengan tujuan mengidentifikasi tingkat kapabilitas tata kelola teknologi informasi pada lembaga atau tingkat kapabilitas saat ini dan juga menentukan target kondisi tata kelola yang diharapkan, kemudian menjadi acuan dalam membuat rancangan usulan perbaikan untuk tata kelola teknologi informasi dengan mengacu pada kerangka kerja COBIT 5, sehingga hasil temuan dan rekomendasi perbaikan dapat dipertimbangkan oleh Dinkopdag Kota Surabaya dalam menanggulangi masalah yang ditemukan. ## 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Kelola Teknologi Informasi Tata kelola teknologi informasi adalah bagian dari tugas manajemen dan kepemimpinan yang melibatkan struktur organisasi, proses, dan pengaturan untuk menjamin kelangsungan dan pencapaian strategi serta tujuan perusahaan dalam bidang TI. [7]. Ini mencakup pengambilan keputusan, penentuan tanggung jawab dalam penggunaan teknologi informasi, identifikasi pembuat keputusan, dan pengelolaan proses pembuatan serta implementasi keputusan terkait dengan teknologi informasi [8]. Manajemen dan pengelolaan tata kelola teknologi informasi bertujuan untuk memastikan pencapaian tujuan perusahaan dengan menilai kebutuhan dan preferensi dari pihak-pihak terkait. Hal ini dilakukan melalui penetapan arah dengan mengutamakan prioritas pada pengambilan keputusan, perform monitoring , loyalitas, serta perkembangan menuju target tujuan. Menyelaraskan teknologi informasi dengan tujuan bisnis merupakan fokus utama dari tata kelola teknologi informasi. Dengan demikian, tata kelola teknologi informasi dapat dianggap sebagai hasil dari penggabungan antara prinsip tata kelola perusahaan dan praktik manajemen teknologi informasi [4]. Tata Kelola Teknologi Informasi, atau IT Governance , memiliki tujuan tertentu dalam sebuah perusahaan atau organisasi, termasuk: a. Penggunaan teknologi informasi yang selaras dengan strategi organisasi serta adopsi teknologi informasi dalam mewujudkan manfaat yang diharapkan b. Memanfaatkan peluang yang ada melalui penggunaan teknologi informasi dan mengoptimalkan keuntungan dari implementasi tersebut. c. Penggunaan infrastruktur teknologi informasi yang bertanggung jawab. d. Teknologi informasi yang resikonya dikelola secara efektif [9]. ## 2.2. COBIT 5 COBIT merupakan singkatan dari Control Objectives for Information and Related Technology , yang mana termasuk dari salah satu serangkaian tata kelola teknologi informasi yang dirilis oleh IT Governance Institute (ITGI), ITGI sendiri adalah suatu organisasi riset yang berbasis di Amerika Serikat. COBIT menawarkan referensi mengenai praktik bisnis terbaik yang mencakup seluruh proses organisasi, disajikan dalam struktur aktivitas yang efisien untuk pengendalian dan manajemen yang efektif. Salah satu tujuan utamanya adalah mengurangi gangguan lalu lintas data dalam jaringan [10]. Prinsip utama COBIT adalah menyediakan informasi yang mendukung pencapaian target organisasi dengan mengelola infrastruktur teknologi informasi melalui serangkaian proses yang sistematis atau terpadu. [11]. COBIT 5 merupakan versi terkini dari panduan yang dikembangkan oleh ISACA, yang dibangun berdasarkan pengalaman lebih dari 15 tahun penggunaan COBIT dari beragam sektor bisnis dan TI. Panduan ini dirancang untuk mendeskripsikan secara detail berbagai tata kelola dan proses manajemen. COBIT 5 menyajikan kerangka kerja yang lengkap dan detail secara menyeluruh untuk mendukung perusahaan dalam mencapai targetnya terkait tata kelola dan manajemen aset informasi dan teknologi [4]. ## 2.3. Domain COBIT 5 Framework COBIT 5 memiliki lima domain dan 37 subdomain atau proses TI. Setiap domain dan proses TI memiliki definisi fungsi yang berbeda-beda [12]. Domain tersebut adalah sebagai berikut: a. EDM ( Evaluate, Direct and Monitor ) Domain yang menjelaskan proses tata kelola terkait dengan stakeholder yang berfokus pada pencapaian manfaat, optimasi risiko, pengelolaan sumber daya, serta evaluasi langkah-langkah strategis, arahan, dan pemantauan penggunaan TI. Terdiri dari 5 proses diantaranya: Tabel 1. Proses TI pada Domain EDM Kode Proses EDM01 Memastikan pemeliharaan dan konfigurasi kerangka kerja tata kelola EDM02 Memastikan penyampaian manfaat EDM03 Memastikan optimasi risiko EDM04 Memastikan optimasi sumber daya EDM05 Memastikan transparansi b. APO ( Align, Plan and Organize ) Domain yang mencakup strategi dan praktek untuk mengidentifikasi masalah agar berkontribusi pada pencapaian tujuan bisnis. Terdiri dari 3 proses diantaranya: Tabel 2. Proses TI pada Domain APO Kode Proses APO01 Manajemen kerangka kerja pengelolaan TI APO02 Manajemen strategi APO03 Manajemen arsitektur organisasi APO04 Manajamen inovasi APO05 Manajemen portofolio APO06 Manajemen anggaran belanja dan biaya APO07 Manajemen sumber daya manusia APO08 Manajemen relasi APO09 Manajemen perjanjian layanan APO10 Manajemen persediaan APO11 Manajemen kualitas APO12 Manajemen risiko APO13 Manajemen keamanan c. BAI ( Build, Acquire and Implement ) Domain yang memberikan solusi yang dapat dikembangkan menjadi layanan bagi perusahaan dan mencakup identifikasi, pengembangan, implementasi, dan integrasi solusi TI ke dalam proses bisnis. Selain itu, domain ini juga mencakup perawatan dan perbaikan tatanan atau sistem yang telah ada untuk memastikan pencapaian tujuan bisnis. Terdiri dari 10 proses diantaranya: Tabel 3. Proses TI pada Domain BAI Kode Proses BAI01 Manajemen program dan proyek BAI02 Manajemen pendefinisian kebutuhan BAI03 Manajemen identfikasi solusi dan perbaikan BAI04 Manajemen kapasitas dan persediaan BAI05 Manajemen kemungkinan perubahaan organisasi BAI06 Manajemen perubahan BAI07 Manajemen perubahan penerimaan dan transisi BAI08 Manajemen pengetahuan BAI09 Manajemen aset BAI10 Manajemen konfigurasi d. DSS ( Deliver, Service and Support ) Domain yang terkait dengan penyampaian layanan aktual, pengelolaan keamanan, keberlanjutan layanan, dukungan pengguna, pengelolaan data, dan operasional fasilitas. Terdiri dari 6 proses diantaranya: Tabel 4. Proses TI pada Domain DSS Kode Proses DSS01 Manajemen operasional DSS02 Manajemen permintaan layanan dan kejadian DSS03 Manajemen masalah DSS04 Manajemen kontinuitas DSS05 Manajemen layanan keamanan e. MEA ( Monitor, Evaluate and assess ) Domain yang membahas tentang pengelolaan performa, pemantauan kontrol internal, kepatuhan terhadap peraturan, dan tata kelola. Terdiri dari 3 proses diantaranya: Tabel 5. Proses TI pada Domain MEA Kode Proses MEA01 Mengawasi, mengevaluasi, penilaian performa dan penyesuaian MEA02 Mengawasi, mengevaluasi dan penilaian sistem kontrol internal MEA03 Mengawasi, mengevaluasi dan penilaian kepatuhan dengan permintaan eksternal ## 2.4. Process Assessment Model (PAM) COBIT 5 menggunakan sebuah model evaluasi proses yang merujuk pada ISO/IEC 15504-2:2003, yang menggunakan tingkat kemampuan proses sebagai indikatornya. Model penilaian ini terbagi menjadi dua aspek: aspek proses dan aspek kemampuan. Model evaluasi proses dengan COBIT 5 menggambarkan dimensi proses yang berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan proses yang sesuai dengan lima domain serta 37 subdomain yang dijelaskan dalam Model Referensi Proses. PAM merupakan suatu model dua dimensi yang mencakup dimensi kemampuan dan dimensi proses. PAM dipergunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kemampuan proses TI di dalam suatu organisasi. [13]. Terdapat 2 jenis indikator pengukuran, diantaranya: a. Tanda kapabilitas proses, yang mencakup atribut, untuk tingkat kapabilitas dari level 0 hingga 5. Penggunaannya terintegrasi dalam proses evaluasi kapabilitas COBIT 5, dengan mengacu pada praktik umum dan hasil kerja umum. b. Penanda kinerja proses untuk level kapabilitas 1. Tingkat kapabilitas pada COBIT 5 digunakan sebagai alat untuk mengelola dan mengontrol proses teknologi informasi melalui metode penilaian atau skoring. Dengan menggunakan tingkat kapabilitas, organisasi dapat menilai sejauh mana kematangan teknologi informasi mereka saat ini dan berupaya untuk terus meningkatkannya agar proses tata kelola teknologi informasi dapat berjalan dengan lebih efektif. Tujuan dari penerapan tingkat kapabilitas adalah untuk memastikan bahwa organisasi dapat secara berkelanjutan meningkatkan kualitas dan kematangan proses TI yang mereka miliki [4]. Gambar 1. Level kapabilitas dan atribut proses Gambar diatas menunjukkan COBIT 5 mengklasifikasikan proses TI ke dalam enam level kematangan, yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda [13], diantaranya: 1. Level 0: Incomplete Process , yaitu ketika proses gagal atau tidak diimplementasikan untuk mencapai tujuan yang diharapkan yang disebabkan kurangnya bukti pencapaian tujuan proses secara sistematis. 2. Level 1: Performed Process, dimana proses mencapai tujuan implementasinya. Proses di tingkat ini ditandai dengan kinerja proses PA1.1 yang menguji tercapainya sebuah tujuan proses yang berhasi. 3. Level 2: Managed Process, dimana proses dijalankan dalam suatu kerangka kerja yang terencana, dimonitor, dan dievaluasi. Pada tingkat ini, produk kerja dari proses tersebut ditetapkan, dikontrol, dan dipelihara dengan cermat. Atribut yang mencakup level ini adalah: a. PA 2.1: Performance management , yang mencakup pengukuran sejauh mana tingkat pelaksanaan proses yang diimplementasikan. b. PA 2.2: Work product management , yang menilai sejauh mana produk kerja yang dihasilkan melalui penerapan proses yang telah terstruktur dengan baik. 4. Level 3: Established Process , dimana proses dijalankan dengan menerapkan proses yang telah diketahui dengan kemampuan untuk mencapai hasilnya. Pada tingkat ini, atribut yang mencakup adalah: a. PA 3.1: Process definition , yang menilai tingkat definisi proses dalam membantu proses pelaksanaan. b. PA 3.2: Process deployment , yang menilai tingkat efektivitas pelaksanaan pedoman prosedur. 5. Level 4: Predictable Process , yang menjalankan pencapaian proses berdasarkan dengan batasan yang telah ditetapkan agar hasil yang diinginkan tercapai. Pada tingkat ini, atribut yang mencakup adalah: a. PA 4.1: Process measurement , yang menilai hasil evaluasi yang digunakan untuk memastikan bahwa proses pelaksanaan mendukung target organisasi. b. PA 4.2: Process control , yang menilai pengaturan proses secara kuantitatif dengan tujuan menghasilkan pelaksanaan yang konsisten dan dapat diprediksi sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan. 6. Level 5: Optimizing Process , dimana proses terus dievaluasi dan diperbaiki secara kontinu untuk memenuhi tujuan organisasi, baik yang berlaku saat ini maupun yang akan datang. Pada tingkat ini, atribut yang mencakup adalah: a. PA 5.1: Process innovation , yang dalam pelaksanaan prosesnya menilai perubahan, baik melalui identifikasi dari pelaksanaan proses itu sendiri maupun melalui pendekatan inovatif terhadap pelaksanaan proses. b. PA 5.2: Process optimization , yang mengukur tingkat definisi perubahan dan efektivitas manajemen implementasi proses untuk mendukung pencapaian target peningkatan proses. ## Gambar 2. Rating level Gambar diatas menyatakan bahwa setiap karakteristik dievaluasi dengan menggunakan skala peringkat baku yang telah dijelaskan dalam standar ISO/IEC 15504 [13]. ## 2.5. Perhitungan Process Assessment Dalam tahap penilaian kapabilitas saat ini, perlu dilakukan perhitungan yang melibatkan pengolahan data dari kuesioner yang telah dikumpulkan. Untuk mendapatkan nilai rata-rata dari Best practices (BPs) dan nilai rata-rata Work products (WPs), digunakan metode mean atau rata-rata. Hasil perhitungan ini kemudian akan menunjukkan persentase nilai dari setiap proses yang dinilai. Penilaian kapabilitas ini dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: a. Penilaian BPs, WPs, GPs, dan GWPs 𝑥̅ = ∑ 𝑋(𝑦𝑎) 𝑛 × 100% (1) Keterangan: 𝑥̅ = mean BPs, WPs, GPs, GWPs ∑ 𝑋(𝑦𝑎) = Jumlah jawaban ya 𝑛 = Jumlah pertanyaan b. Penilaian Skor Outcomes 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑂𝑢𝑡𝑐𝑜𝑚𝑒𝑠 = ∑(𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐵𝑃) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑃 % (2) c. Penilaian Skor Work Products (WP) 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑊𝑃 = ∑(𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑊𝑃) 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑃 % (3) d. Perhitungan Level 1 𝑥̅ 𝑃𝐴 = ∑(𝑂𝑢𝑡𝑐𝑜𝑚𝑒𝑠 + 𝑊𝑃) 2 % (4) Keterangan: 𝑥̅ 𝑃𝐴 = Rata-rata nilai Process Attribute (PA) Level 1 e. Perhitungan Level 2 sampai Level 5 𝑥̅ 𝑃𝐴 = 𝑥̅ 𝐺𝑃𝑠 + 𝑥̅ 𝐺𝑊𝑃𝑠 2 % (5) Keterangan: 𝑥̅ 𝑃𝐴 = Rata-rata nilai Process Attribute (PA) Level 2-5 𝑥̅ 𝐺𝑃𝑠 = Rata-rata nilai Generic Practice PA Level 2-5 𝑥̅ 𝐺𝑊𝑃𝑠 = Rata-rata nilai Generic Work Products PA Level 2-5 ## 2.6. RACI Chart RACI chart adalah tools yang berfungsi untuk menjelaskan peran dan tanggung jawab individu atau tim dalam sebuah proyek atau aktivitas. Dengan menggunakan RACI chart , tim proyek dapat memastikan bahwa peran dan tanggung jawab setiap anggota tim dijelaskan dengan jelas, mengurangi kebingungan dan meningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan proyek [12]. Akronim RACI berasal dari empat istilah yang menggambarkan peran yang mungkin dimiliki seseorang dalam sebuah proyek: a. " Responsible " (R) adalah orang yang bertanggung jawab langsung untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas. b. " Accountable " (A) adalah orang yang bertanggung jawab secara keseluruhan atas keberhasilan atau kegagalan tugas atau aktivitas tersebut. c. " Consulted " (C) adalah orang-orang yang harus dikonsultasikan atau dimintai masukan sebelum tugas atau aktivitas dapat diselesaikan. Mereka memiliki pengetahuan atau wewenang yang relevan dalam hal tersebut. d. " Informed " (I) adalah individu yang perlu diberitahu mengenai kemajuan atau hasil dari pekerjaan. ## 3. METODE PENELITIAN Penelitian tata kelola teknologi informasi pada (Dinkopdag) Kota Surabaya menggunakan kerangka kerja COBIT 5 yang tahapan atau langkah- langkahnya disajikan dalam diagram berikut: Gambar 3. Kerangka penelitian Dalam bagian ini, dijelaskan tentang proses dan teknik penelitian yang dilakukan secara sistematis dan merujuk pada metodologi COBIT 5. Penelitian ini memanfaatkan motede / pendekatan kualitatif yang mengumpulkan data deskriptif dalam bentuk informasi verbal atau tertulis dari narasumber serta observasi perilaku. Metode penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai objek penelitian. Peneliti akan melakukan wawancara dengan pihak Dinkopdag Kota Surabaya sebagai metode pengumpulan data serta melakukan pengamatan dan kuisioner untuk memperkuat temuan penelitian. Data yang didapatkan akan dianalisis secara sistematis untuk melaporkan hasil penelitian. ## 3.1. Identifikasi Masalah Langkah dalam mengidentifikasi masalah merupakan tahapan peneliti dalam menemukan permasalahan apa saja yang terjadi pada Dinkopdag Kota Surabaya. Dengan menemukan permasalahan tersebut kemudian peneliti dapat melakukan tinjauan pustaka menggunakan kerangka kerja COBIT 5 dengan mempelajari literatur yang terkait dengan penelitian, kemudian membuat solusi dari permasalahan yang terjadi. ## 3.2. Menentukan Tujuan dan Batasan Masalah Pada penelitian ini, menentukan tujuan masalah dengan maksud untuk menjelaskan apa yang ingin dicapai atau diselesaikan dari pelaksanaan penelitian tata kelola teknologi informasi pada Dinkopdag Kota Surabaya, dengan menentukan tujuan masalah dapat membantu peneliti dalam memilih metode penelitian yang tepat, mengumpulkan data yang relevan dengan studi kasus, dan menganalisis hasil penelitian dengan tepat. Selain itu, batasan masalah merupakan keterbatasan yang disepakati oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian tata kelola teknologi informasi pada Dinkopdag Kota Surabaya, dengan memahami batasan masalah membantu peneliti untuk tetap terfokus pada isu-isu yang relevan dan studi kasus yang akan diinvestigasi. ## 3.3. Studi Pustaka Peneliti melakukan studi pustaka dengan mengumpulkan data melalui literatur, buku, jurnal dan beberapa laporan yang pernah dibuat untuk menyelesaikan masalah. Dengan ini dapat memperkuat permasalahan dan juga sebagai acuan atau dasar teori ketika melakukan studi dan penelitian yang sedang berjalan. Studi pustaka meliputi: a. Tata Kelola TI Pengumpulan data informasi yang terkait merupakan tujuan utamanya, termasuk definisi ataupun pengertian tata kelola TI, elemen- elemen yang diperlukan untuk menjalankannya, dan metode-metode untuk mengatasi masalah terkait tata kelola TI. b. COBIT 5 Pengumpulan informasi terkait dengan pengelolaan teknologi informasi dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip COBIT 5. Semua informasi yang terkait dengan kerangka kerja ini dapat diakses melalui panduan yang dirilis oleh ISACA ( Information Systems Audit and Control Association ). ## 3.4. Studi Objek Penelitian Studi objek penelitian mengacu pada pemilihan topik atau subjek yang akan diselidiki dalam sebuah penelitian. Tahap studi objek penelitian melibatkan penelitian objek yang akan diselidiki dengan mengumpulkan data atau informasi menggunakan berbagai metode pengumpulan data seperti melakukan pengamatan langsung atau observasi, dan pembuatan peta skenario ( mapping ). Skenario mapping adalah langkah dalam membuat kriteria penilaian yang tepat sesuai dengan tujuan perusahaan dan TI berdasarkan kerangka kerja COBIT 5. Buku COBIT 5 ( A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT ) telah menyediakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan sebagai bahan wawancara. Ada 22 poin pertanyaan yang akan ditujukan kepada staf yang akan menjadi narasumber dari Dinkopdag Kota Surabaya. ## 3.5. Pengumpulan Data Beberapa metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data adalah dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Proses Wawancara Wawancara dilakukan sesuai dengan batasan masalah yang telah ditetapkan. COBIT 5 telah menyusun 22 pertanyaan yang bisa digunakan dalam wawancara dengan staf TI Dinkopdag Kota Surabaya. Wawancara dilakukan secara tatap muka, dimana peneliti akan mengajukan pertanyaan dan narasumber akan memberikan jawaban. b. Pengamatan langsung / observasi Pengamatan langsung dilakukan di Dinkopdag Kota Surabaya untuk memahami pengelolaan tata kelola, teknologi informasi, sumber daya manusia, jaringan, serta untuk mengumpulkan berkas atau dokumen yang relevan dengan penelitian. c. Penggunaan Kuisioner Pada tahap ini, peneliti melanjutkan wawancara dengan metode kuisioner untuk menilai kapabilitas pengelolaan teknologi informasi instansi tersebut. COBIT 5 ( Process Assessment Model / PAM) telah menyediakan pertanyaan- pertanyaan yang dapat dimasukkan dalam kuisioner. Terdapat 5 level serta kriteria tersendiri agar level bisa ditingkatkan. Peneliti akan melakukan perhitungan dari hasil kuisioner dan mengkategorikan hasil penilaian tersebut dengan “ Not Achieved, Partially Achieved, Largely Achieved, dan Fully Achieved” pada setiap capaian level masing-masing domain. 3.6. Mapping Proses mapping memegang peran sentral dalam menentukan domain yang relevan untuk penelitian. Proses ini melibatkan serangkaian tahapan, di mana setiap tahapannya bertujuan untuk memilih domain yang paling cocok berdasarkan kebutuhan stakeholder . Tahap pertama adalah mengaitkan kebutuhan stakeholder dengan tujuan perusahaan ( Enterprise Goals ) dan tujuan terkait teknologi informasi ( IT-Related Goals ). Setelah itu, peneliti memilih domain yang paling relevan dengan permasalahan yang dihadapi. Berikut adalah langkah- langkah yang dilakukan: a. Stakeholder Needs to Eneterprise Goals (kebutuhan stakeholder ke tujuan perusahaan) Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber menggunakan 22 pertanyaan dari COBIT 5 untuk membahas tujuan perusahaan. Jawaban dari hasil wawancara tersebut dianalisis untuk mengidentifikasi permasalahan di Dinkopdag Kota Surabaya. Peneliti membandingkan permasalahan yang teridentifikasi dengan matriks tujuan perusahaan ( metrics enterprise goals ) dalam COBIT 5 untuk menentukan tujuan perusahaan yang sesuai. b. Enterprise Goals to IT-Related Goals (tujuan perusahaan ke tujuan terkait teknologi informasi) Peneliti menyesuaikan tujuan perusahaan yang telah diidentifikasi sebelumnya dengan matriks tujuan terkait teknologi tnformasi ( metrics IT- Related goals ) dalam COBIT 5 untuk menemukan tujuan terkait teknologi informasi yang relevan dengan permasalahan. 3. IT-Related Goals (Tujuan terkait teknologi informasi) - Menentukan domain proses Tahap ini bertujuan untuk menemukan domain proses yang relevan dengan masalah yang ada. Peneliti memilih domain proses yang memiliki keterkaitan penting dengan IT-Related goals yang terpilih berdasarkan tabel keterhubungan antara IT-Related goals dan domain proses dalam COBIT 5. Setelah memilih domain proses utama, peneliti melakukan seleksi lebih lanjut dengan mempertimbangkan deskripsi, tujuan, dan matriks domain pada masing-masing domain yang ada dalam COBIT 5. ## 3.7. Analisa Pengelolaan Data Setelah menentukan cakupan evaluasi dari mapping IT-Related process , langkah selanjutnya adalah menyusun kuesioner berdasarkan panduan COBIT 5 ( Process Assessment Model ). Peneliti akan melanjutkan wawancara dengan narasumber dari Dinkopdag Kota Surabaya untuk mengumpulkan data yang telah dipersiapkan melalui kuesioner. Setelah responden mengisi kuesioner, langkah berikutnya adalah melakukan analisis atau perhitungan tingkat kapabilitas. Hasil analisis tersebut akan dimasukkan ke dalam tabel yang berisi tingkat kapabilitas saat ini dan tingkat kapabilitas yang diharapkan. ## 3.8. Analisa Laporan Peneliti akan menganalisis data yang telah diperoleh sebelumnya dengan cara mengevaluasi tingkat kapabilitas dari domain proses sesuai dengan temuan yang telah ditemukan. Dalam COBIT 5, tingkat kematangan harus dinilai secara individual untuk setiap tahap sebelum mencapai level berikutnya, yang berarti memeriksa apakah nilai persentase sudah mencapai tingkat penilaian pada tahap tertentu. Evaluasi tingkat kapabilitas dilakukan setelah data terkumpul melalui kuesioner, studi dokumen, dan wawancara dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pengelolaan di objek penelitian. Detail penjelasannya sebagai berikut: ## 3.8.1. Pengukuran Tingkat Kapabilitas Saat Ini (as-is) Evaluasi tingkat kapabilitas dilakukan dengan memanfaatkan kuesioner. Kuesioner tersebut mencakup tentang beberapa proses yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi saat ini dalam tata kelola TI ( as is ) dengan tujuan menetapkan level atau tingkat kapabilitas. Terdapat 5 tingkatan dalam kuesioner ini, masing-masing dengan kriteria yang berbeda untuk naik ke tingkat selanjutnya. Setiap tingkatan memiliki kategori penilaian, seperti " Not Achieved ", " Partially Achieved ", " Largely Achieved ", dan " Fully Achieved ". Objek yang sedang dievaluasi dapat naik ke level selanjutnya dengan syarat memenuhi kategori “Fully Achieved”, jika objek tersebut hanya memenuhi kategori “Largely Achieved”, maka level dari objek domain tersebut akan berhenti dan tidak dapat naik ke level selanjutnya. Pada level 1, tahapan evaluasi berdasarkan pada Best practices (BPs), Work products (WPS), dan kegiatan di domain yang terpilih. Domain pada tingkat awal harus mencapai persentase dengan rentang 50% hingga 85% dalam kategori largely achieved untuk dapat diklasifikasikan sebagai tingkat awal atau level 1. Jika persentase hasil penilaian pada PA 1.1 hanya mencapai rentang 0% hingga 50% yang mana diklasifikasikan ke kategori not achieved atau partially achieved , maka tingkat kapabilitas domain terebut mencapai level 0. Namun, jika persentase hasil penilaian pada PA 1.1 medapatkan rentang 50% hingga 85% yang mana diklasifikassikan ke kategori largely achieved , maka tingkat kapabilitas domain tersebut memenuhi level 1. Untuk persentase hasil penilaian pada PA 2.1 sampai PA 5.1, penilaian tingkat kapabilitas mengacu pada Generic practices (GPS) dan Generic work products (GWPS). Agar dapat naik ke tingkat berikutnya, hasil penilaian harus mencapai rentang 85% hingga 100% yang mana diklaifikasikan ke kategori fully achieved . Namun, jika hanya mencapai kategori rentang nilai 50% hingga 85% yang diklasifikasikan ke kategori largely achieved , level domain tersebut akan berhenti pada level yang sedang diuji [14]. 3.8.2. Identifikasi Tingkat Kapabilitas yang Diharapkan (to-be) Tahap selanjutnya dilakukan tahap wawancara mengenai tingkat kapabilitas yang diharapkan ( to-be ) kepada stakeholder untuk mengetahui harapan kondisi tata kelola teknologi informasi Dinkopdag Kota Surabaya di masa mendatang sesuai dengan fokus penelitian. Tahapan ini bertujuan untuk memperoleh informasi target kondisi tata kelola teknologi informasi yang diharapkan oleh Dinkopdag Kota Surabaya. ## 3.8.3. Penentuan Nilai Kesenjangan (gap) Nilai kesenjangan ( gap ) dapat diketahui atau ditentukan dengan cara menghitung hasil pengurangan tingkat kapabilitas saat ini dan tingkat kapabilitas yang diharapkan. Dengan mengetahui nilai kesenjangan memberikan gambaran tentang seberapa besar perbedaan antara harapan terhadap kondisi ideal dengan situasi aktual dalam pengelolaan teknologi informasi. Mengetahui nilai gap ini penting karena memberikan pandangan tentang kemajuan tata kelola teknologi informasi berdasarkan pengukuran dengan standar internasional COBIT 5. Oleh karena itu, pemangku kepentingan bisa menemukan bidang- bidang yang memerlukan peningkatan untuk mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan. ## 3.8.4. Penyusunan Rekomendasi Rekomendasi diperlukan sebagai pedoman untuk merancang perbaikan pada tata kelola teknologi informasi. Rekomendasi ini merupakan hasil dari analisis tata kelola teknologi informasi pada Dinkopdag Kota Surabaya menggunakan kerangka kerja COBIT 5. Perancangan rekomendasi didasarkan pada nilai kesenjangan ( gap ) di setiap domain yang digunakan untuk menilai tingkat kapabilitas pada masalah yang ada. Rekomendasi akan mencakup atribut-atribut yang belum terpenuhi selama proses penilaian mandiri. Rekomendasi ini akan diberikan membantu lembaga mencapai target level yang diharapkan, serta sebagai panduan dan saran perbaikan dan peningkatan kualitas tata kelola teknologi informasi. ## 3.9. Kesimpulan dan Saran Dalam tahap ini, peneliti menyusun usulan atau saran perbaikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan yang diidentifikasi bagi Dinkopdag Kota Surabaya. Usulan tersebut didasarkan pada analisis dan perhitungan yang dilakukan pada tahap sebelumnya. Informasi ini disajikan kepada pembaca untuk memberikan gambaran cepat tentang hasil akhir penelitian yang telah terbit. ## 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Stakeholder Needs (SN) Tahap ini adalah melakukan wawancara dengan narasumber mengenai Governance and Management on IT untuk mengetahui permasalahan yang dialami Dinkopdag Kota Surabaya. Buku “COBIT 5 – A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT ” telah menyediakan 22 pertanyaan yang dapat digunakan untuk wawancara dengan narasumber. Topik pertanyaan yang ada mencakup beragam topik masalah yang akan diidentifikasi dalam menentukan apakah perusahaan telah berhasil menjalankannya dengan baik, masih perlu perbaikan, belum diimplementasikan, atau sama sekali belum ada implementasi pada perusahaan tersebut. Permasalahan yang ditemukan pada Dinkopdag Kota Surabaya adalah belum ada proses evaluasi atau survei penilaian mengenai implementasi teknologi informasi di perusahaan. Tidak dilakukan penilaian kepuasan pelanggan sehingga tidak ada cara untuk mengukur kepuasan pengguna terhadap layanan teknologi informasi perusahaan. Kemudian tidak ada prosedur rutin untuk meningkatkan kinerja, yang menyebabkan manajemen teknologi informasi perusahaan menjadi kurang efektif. Kemudian Tidak ada pembagian penyusunan departemen TI, dikarenakan jumlah tenaga TI hanya 2 orang sehingga menghambat pengembangan TI dikarenakan tidak sebandingnya jumlah tenaga TI dengan permintaan yang diterima. Setelah mengevaluasi hasil wawancara mengenai pertanyaan tata kelola teknologi informasi, langkah berikutnya adalah mengidentifikasi masalah yang muncul di Dinkopdag Kota Surabaya. Dari hasil wawancara, terdapat permasalahan pada SN01, SN02, SN04, dan SN10. Dari beragam masalah yang diidentifikasi, diprioritaskan yang paling sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan. Seleksi ini juga mempertimbangkan tingkat kepentingan atau kebutuhan yang lebih mendesak bagi perusahaan atau lembaga tersebut. ## 4.2. Pemilihan Enterprise Goal (EG) hasil dari pelaksanaan wawancara sebelumnya dengan stakeholder akan menjadi dasar untuk menetapkan enterprise goal dengan tujuan untuk menyesuaikan kebutuhan stakeholder dengan tujuan perusahaan. Tabel 6. Pemetaan SN dan EG SN Enterprise Goals ## SN01 ## EG01 – Nilai stakeholder dari investasi bisnis EG02 - Portofolio produk kompetitif dan layanan EG06 - Layanan berorientasi budaya pelanggan EG07 – Kontinuitas dan ketersediaan layanan bisnis EG13 – Program perubahan bisnis terkelola EG16 – Orang-orang yang terampil dan termotivasi EG17 – Budaya inovasi produk dan bisnis SN02 EG02 – Portofolio produk kompetitif dan layanan EG05 - Transparansi keuangan EG09 – Pengambilan keputusan strategis berbasis informasi EG10 – Optimalisasi biaya pengiriman layanan EG11 – Optimalisasi kegunaan proses bisnis EG12 – Optimalisasi biaya proses bisnis EG14 – Produktivitas operasional dan staf SN04 EG08 – Respon cepat terhadap perubahan lingkungan bisnis EG10 - Optimalisasi biaya pengiriman layanan EG11 - Optimalisasi kegunaan proses bisnis EG12 - Optimalisasi biaya proses bisnis EG14 - Produktivitas operasional dan staf EG15 - Kepatuhan terhadap kebijakan internal EG16 - Orang-orang yang terampil dan termotivasi ## SN10 EG10 - Optimalisasi biaya pengiriman layanan EG12 - Optimalisasi biaya proses bisnis EG14 - Produktivitas operasional dan staf Pemilihan Enterprise Goal dipilih sesuai dengan permasalahan yang ditemukan. Enterprise goal terpilih untuk SN01 adalah EG06 karena membahas kepuasan pelanggan, kemudian untuk SN02, SN04 dan SN10 adalah EG14 karena membahas produktivitas operasional dan staf. 4.3. Pemilihan IT-Related Goals (ITRG) Langkah berikutnya adalah memetakan keterkaitan enterprise goals ke IT-Related Goals (ITRG) . Langkah ini bertujuan untuk menilai sejauh mana tujuan perusahaan yang terkait dengan TI sudah tercapai dengan baik dan sejalan dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Penyesuaian enterprise goals ke IT-Related Goals disajikan dalam tabel berikut: Tabel 7. Pemilihan IT-Related Goals EG IT-Related Goals EG06 ITG01 - Penyelarasan TI dan strategi bisnis ITG07 - Pelayanan teknologi informasi disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. EG14 ITG08 - Penerapan aplikasi, informasi, dan solusi teknologi yang memenuhi kebutuhan. ITG16 - Pegawai yang terampil dan termotivasi di bidang bisnis dan TI. ## 4.4. Pemilihan Domain COBIT 5 Langkah berikutnya adalah melakukan pemetaan IT-Related goals ke domain proses di mana proses ini bertujuan untuk menetapkan objektif kontrol atau domain mana yang termasuk dan sudah diselaraskan dengan IT-Related goals yang dipilih pada tahap sebelumnya. Keuntungan dari pemetaan domain adalah memastikan bahwa fokus penilaian pada proses evaluasi dapat lebih terarah dan sesuai dengan langkah-langkah awal. Tabel 8. Domain terpilih berdasarkan permasalahan SN EG ITR G Domain COBIT 5 SN01 EG06 ITG07 DSS02 – Mengelola layanan permintaan dan insiden ( Manage Service Requests and Incidents ) SN02, SN04 EG14 ITG08 APO04 – Mengelola inovasi ( Manage Innovation ) SN10 EG14 ITG16 APO07 – Mengelola sumber daya manusia ( Manage Human Resources) Tabel diatas merupakan pemaparan hasil pemilihan domain COBIT 5 sesuai dengan penemuan permasalahan, pemilihan enterprise goals , dan juga pemilihan IT-Related Goals . Domain terpilih akan menjadi objektif kontrol pada penelitian ini. ## 4.5. Proses Assessment Tingkat Kapabilitas Saat Ini (as-is) Proses seleksi domain telah selesai dilakukan. Tahap berikutnya adalah melakukan evaluasi terhadap setiap domain yang dipilih, yakni DSS02 ( Manage Service Requests and Incidents ), APO04 ( Manage Innovation ), dan APO07 ( Manage Human Resources ). Evaluasi akan dilakukan dengan menyusun kuesioner yang mengacu pada panduan Process Assessment Model (PAM): Using COBIT 5. Menurut PAM, penilaian kinerja proses (PA 1.1 Process Performance ) dilakukan dengan mengevaluasi Best Practices (BPs) dan Work Products (WPs) di setiap domain. Suatu Best Practice dianggap tercapai jika telah mencapai hasil proses, sehingga pertanyaan dalam kuesioner didasarkan pada hasil proses dan produk kerja yang terkait dengan setiap domain. Outcomes merujuk pada tujuan proses sementara work products menggambarkan output dari masing-masing subdomain yang dijelaskan dalam panduan Enabling Process COBIT 5. Metode pengumpulan data dengan kuisioner dilakukan pada tahapan assessment tata kelola teknologi informasi agar peneliti dapat mengetahui dan mengidentifikasi kondisi tata kelola teknologi informasi di Dinkopdag Kota Surabaya. Responden akan menjawab dengan “Ya” atau “Tidak” dari pernyataan sesuai dengan best practice dan work products yang telah dimuat dalam kuisioner. Hasil dari jawaban akan dihitung rata-rata menggunakan persamaan (1) untuk menentukan apakah domain mencapai level 1 dengan syarat persentase nilai rata- rata memenuhi kategori L ( Largely Achieved ), atau dapat melanjutkan ke level 2 dengan syarat persentase nilai rata-rata memenuhi kategori F ( Fully Achieved ), atau tetap berada di level 0 jika persentase nilai rata-rata hanya memenuhi P ( Partially Achieved ). Hasil rekapitulasi kuisioner tingkat kapabilitas saat ini ( as-is ) pada Dinkopdag Kota Surabaya adalah sebagai berikut: ## 4.5.1. Domain DSS02 - Manage Service Requests and Incidents Rekapitulasi hasil kuisioner untuk domain DSS02 pada level 1 adalah sebagai berikut: Tabel 9. Rekapitulasi kuisioner DSS02 level 1 DSS02 Perhitungan Outcomes = ∑(83,3+73,3+93,75) 3 % = 83,45% Work Products = ∑(100+100+100+100+100+0+0) 7 % = 71,43% Skor Domain DSS02 = ∑(83,45+71,43) 2 % = 77,44% Berdasarkan rekapitulasi kuesioner pada domain DSS02, diperoleh hasil persentase sebesar 77,44%. Angka persentase ini masuk dalam kategori Largely Achieved . Dengan capaian nilai yang didapat, domain DSS02 telah memenuhi syarat untuk mencapai level 1, menunjukkan bahwa DSS02 ditempatkan pada level 1 dan belum memenuhi syarat untuk naik ke level selanjutnya. ## 4.5.2. Domain APO04 – Manage Innovation Rekapitulasi hasil kuisioner untuk domain APO04 pada level 1 adalah sebagai berikut: Tabel 10. Rekapitulasi kuisioner APO04 level 1 APO04 Perhitungan Outcomes = ∑(100+60+60) 3 % = 73,33% Work Products = ∑(50+100+100+66,6+0+66,6) 6 % = 63,87% Skor Domain APO04 = ∑(73,33+63,87) 2 % = 68,6% Berdasarkan rekapitulasi kuesioner pada domain APO04, diperoleh hasil persentase sebesar 68,6%. Angka persentase ini masuk dalam kategori Largely Achieved . Dengan capaian nilai yang didapat, domain APO04 telah memenuhi syarat untuk mencapai level 1, menunjukkan bahwa APO04 ditempatkan pada level 1 dan belum memenuhi syarat untuk naik ke level selanjutnya. 4.5.3. Domain APO07 – Manage Human ## Resources Rekapitulasi hasil kuisioner untuk domain APO07 pada level 1 adalah sebagai berikut: Tabel 11. Rekapitulasi kuisioner APO07 level 1 APO07 Perhitungan Outcomes = ∑(53,33+79,73) 2 % = 66,53% Work Products = ∑(100+100+100+100+100+100) 6 % = 100% Skor Domain APO07 = ∑(66.53+100) 2 % = 83.26% Berdasarkan rekapitulasi kuesioner pada domain APO07, diperoleh hasil persentase sebesar 83,26%. Angka persentase ini masuk dalam kategori Largely Achieved . Dengan capaian nilai yang didapat, domain APO07 telah mencapai syarat untuk mencapai level 1, menunjukkan bahwa APO07 ditempatkan pada level 1 dan belum mencapai syarat minimum untuk naik ke level selanjutnya. 4.6. Tingkat Kapabilitas yang Diharapkan (to-be) Tahapan menentukan tingkat kapabilitas bertujuan untuk memahami harapan terkait kondisi tata kelola TI, yang sangat bergantung pada keputusan yang diambil oleh setiap organisasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan wawancara untuk menentukan tingkat kapabilitas yang diharapkan ( to be ) oleh para stakeholder TI dari Dinkopdag Kota Surabaya. Tabel 12. Level tingkat kapabilitas No. Domain Level saat ini (as-is) Level yang diharapkan (to-be) 1 DSS02 1 ( Performed Process ) 3 ( Established Process ) 2 APO04 1 ( Performed Process ) 3 ( Established Process ) 3 APO07 1 ( Performed Process ) 3 ( Established Process ) 4.7. Hasil Analisa Nilai Kesenjangan Agar penyusunan langkah-langkah dalam perbaikan dapat dilakukan, perlu untuk mengetahui nilai kesenjangan antara situasi saat ini dan kondisi yang diinginkan atau yang diharapkan di masa mendatang. Dengan kata lain, nilai kesenjangan merupakan perbandingan antara kinerja aktual dengan kinerja yang mungkin atau diharapkan. ## Tabel 13. Nilai kesenjangan No. Domain Level saat ini (as is) Level yang diharapkan (to be) Gap 1 DSS02 1 3 2 2 APO04 1 3 2 3 APO07 1 3 2 ## 4.8. Perancangan Rekomendasi Rekomendasi disusun berdasarkan evaluasi tingkat kapabilitas yang telah dilakukan (validasi best practice dan work product ) yang telah terpenuhi atau belum sepenuhnya. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, disusun rekomendasi yang dapat membantu instansi dalam meningkatkan kualitas best practice dan work product yang belum terpenuhi sehingga dapat mencapai kategori F ( Fully Achieved ), serta mendukung pencapaian level kondisi tata kelola TI yang diharapkan. ## 4.8.1. Rekomendasi Domain DSS02 Domain DSS02 saat ini berada pada level 1 dengan skor 77,44%, yang berarti berada dalam kategori Largely Achieved . Untuk meningkatkan ke tingkat F ( Fully Achieved ) dan mencapai level berikutnya yang diinginkan, beberapa aktivitas harus dipenuhi. Berdasarkan hasil penilaian serta validasi work product sebelumnya, beberapa rekomendasi diberikan sebagai langkah perbaikan yang dapat dilakukan oleh Dinkopdag Kota Surabaya sebagai berikut: 1. Rekomendasi level 1 Berikut adalah rekomendasi untuk pemenuhan level 1 pada domain DSS02, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Menetapkan prioritas permintaan layanan dan insiden secara eksplisit / jelas sesuai dengan tingkat kekritisan institusi yang ditetapkan dalam Service Level Agreement (SLA). b. Menentukan model permintaan layanan sesuai dengan jenisnya untuk meningkatkan efisiensi standar permintaan layanan. c. Memiliki prosedur dalam mengakhiri dan melakukan konfirmasi pada pengguna tentang penyelesaian masalah / solusi untuk layanan permintaan dan insiden. d. Memiliki prosedur dalam pembuatan laporan / report dan penyelesaian mengenai status dan tren insiden. 2. Rekomendasi level 2 Berikut adalah rekomendasi untuk mencapai level 2 pada domain DSS02, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Mengembangkan model standar yang menjelaskan pembagian tugas atau tanggung jawab untuk mengatasi setiap insiden atau permasalahan. b. Mengadakan evaluasi atau pertemuan rutin untuk setiap permasalahan yang terjadi. c. Memiliki SOP (Standar Operasional Prosedur) untuk mendukung atau menghadapi setiap kegiatan penanganan insiden atau permasalahan. 3. Rekomendasi level 3 Berikut adalah rekomendasi untuk mencapai level 3 pada domain DSS02, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Memperkuat praktiknya dalam melacak, menganalisis, dan melaporkan insiden serta tren permintaan secara menyeluruh agar tetap dapat fokus pada permasalahan yang paling sering terjadi. b. Menciptakan ide atau inovasi strategi mengadapi insiden yang belum mampu terpecahkan, melakukan analisa dan juga melakukan evaluasi ulang terhadap ide yang diciptakan. c. Membuat dokumentasi yang memuat solusi atau pemecahan masalah alternatif terhadap pemecahan insiden dan lakukan evaluasi. ## 4.8.2. Rekomendasi Domain APO04 Domain APO04 saat ini berada pada level 1 dengan skor 68,6%, yang berarti berada dalam kategori Largely Achieved . Untuk meningkatkan ke tingkat F ( Fully Achieved ) dan mencapai level berikutnya yang diinginkan, beberapa aktivitas harus dipenuhi. Berdasarkan hasil penilaian serta validasi work product sebelumnya, beberapa rekomendasi diberikan sebagai langkah perbaikan yang dapat dilakukan oleh Dinkopdag Kota Surabaya sebagai berikut: 1. Rekomendasi level 1 Berikut adalah rekomendasi untuk pemenuhan level 1 pada domain APO04, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Mulai berkonsultasi dengan pakar mengenai teknologi yang sedang berkembang. b. Memulai untuk membuktikan dan menguji konsep teknologi baru atau ide inovatif lainnya. c. Melakakan evaluasi dan pemantauan hasil dari uji coba sederhana untuk sebuah program yang masih dalam bentuk gagasan baru . d. Memiliki rencana inovasi yang ditetapkan dan program pengakuan serta penghargaan pada staf. 2. Rekomendasi level 2 Berikut adalah rekomendasi untuk mencapai level 2 pada domain APO0, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Mendefinisikan key performance indicator (KPI) yang memuat:  Pendapat dan penilaian yang kurang baik dari pihak-pihak terkait terhadap inovasi dalam teknologi informasi.  Prosentase dari gagasan inovatif yang telah diimplementasikan untuk mencapai keuntungan.  Prosentase dari gagasan yang telah diimplementasikan yang memiliki hubungan yang jelas dengan tujuan institusi.  Integrasi inovasi atau adopsi teknologi baru harus sesuai dengan pencapaian target yang telah ditetapkan bagi staf yang terlibat. b. Melakukan peninjauan dan penyesuaian work product agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Work product bergantung pada evaluasi persyaratan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun, dan masalah yang timbul dapat diselesaikan. 3. Rekomendasi level 3 Berikut adalah rekomendasi untuk mencapai level 3 pada domain APO04, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Membuat tanggung jawab dan peran organisasi TI dan pihak ketiga dengan baik. b. Mendokumentasikan dan mengintegrasikan organisasi TI secara rutin untuk menyesuaikan strategi TI. c. Membuat struktur organisasi TI yang perlu perbaikan. d. Membuat dan mengkomunikasikan fungsi secara detail untuk personel TI dan memastikan keterlibatan para personel. e. Membuat dan mendokumentasikan kebutuhan personel TI yang terampil dan memastikan keahlian yang diperlukan untuk hasil yang optimal. f. Mendefinisikan hubungan formal dengan user dan pihak ketiga. ## 4.8.3. Rekomendasi Domain APO07 Domain APO07 saat ini berada pada level 1 dengan skor 83,26%, yang berarti berada dalam kategori Largely Achieved . Untuk meningkatkan ke tingkat F ( Fully Achieved ) dan mencapai level berikutnya yang diinginkan, beberapa aktivitas harus dipenuhi. Berdasarkan hasil penilaian serta validasi work product sebelumnya, beberapa rekomendasi diberikan sebagai langkah perbaikan yang dapat dilakukan oleh Dinkopdag Kota Surabaya sebagai berikut: 1. Rekomendasi level 1 Berikut adalah rekomendasi untuk pemenuhan level 1 pada domain APO07, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Mengambil langkah-langkah pencegahan keamanan segera dengan memberikan arahan tentang jumlah minimal cuti tahunan yang harus diambil oleh individu yang memegang peran kunci dalam pekerjaan. b. Menyediakan akses ke repositori pengetahuan guna mendukung peningkatan keterampilan dan penemuan perbedaan antara kompetensi pengetahuan yang dibutuhkan dengan kompetensi yang dimiliki saat ini. c. Menemukan kekurangan dan memberikan saran masukan dalam merencanakan pelaksanaan perekrutan staf perusahaan, staf divisi TI, dan staf bisnis. 2. Rekomendasi level 2 Berikut adalah rekomendasi untuk mencapai level 2 pada domain APO07, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Melakukan penyusunan dokumen yang menggambarkan keterkaitan antara program pensiun dan tanggung jawab yang sedang dilakukan. Dokumen tersebut merinci tanggung jawab yang akan dipertahankan secara berkelanjutan setelah proyek selesai. b. Melakukan penyusunan dokumen terkait peninjauan kontrak perjanjian. Dokumen tersebut mencakup evaluasi kinerja kontrak yang telah ditandatangani oleh semua pihak yang terlibat. c. Melakukan kontrol dan dokumentasi ketika terjadi perubahan atau pembaharuan work product agar adaptasi saat perubahan pegawai dapat lebih efisien. d. Melakukan tinjauan secara berkala dalam memastikan staf kontrak yang ada telah menyetujui semua perjanjian yang dibutuhkan. 3. Rekomendasi level 3 Berikut adalah rekomendasi untuk mencapai level 3 pada domain APO07, Dinkopdag Kota Surabaya perlu: a. Melakukan pemerataan kompetensi untuk seluruh staf TI agar ketergantungan pada key individuals dapat dikurangi. Dengan cara melakukan rapat rutin dan tetap mengadakan training pada staf TI, serta evaluasi setelah training dilakukan. b. Melakukan evaluasi pada kecocokan materi dengan requirement perusahaan pada staf yang dibutuhkan sebelum diberikan kepada staf. c. Melakukan pemeriksaan terhadap kecocokan kebijakan dan prosedur saat proses perekrutan / recruitment tenaga kerja TI. Jika ditemukan kekurangan, Dinkopdag Kota Surabaya perlu menyampaikan kekurangan tersebut kepada sub bagian lainnya yang ada pada Dinkopdag Kota Surabaya untuk dilaukan evaluasi lanjutan dan pengukuran requirement institusi saat ini dan masa depan. ## 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penilaian tingkat kapabilitas teknologi informasi pada Dinkopdag Kota Surabaya pada domain DSS02 ( Manage Service Requests and Incidents ), APO04 ( Manage Innovation ), dan APO07 ( Manage Human Resource ), dapat disimpulkan dari hasil proses penilaian tingkat kapabiltias kondisi tata kelola teknologi informasi saat ini mencapai level 1 ( Performed process ) di ketiga domain yang menjadi fokus penelitian ini dengan rincian domain DSS02 memperoleh hasil persentase nilai 77,44% dengan skala rating largely achieved , domain APO04 memperoleh hasil persentase nilai 68,6% dengan skala rating largely achieved , domain APO07 memperoleh hasil persentase nilai 83,26% dengan skala rating largely achieved . Sedangkan tingkat kapabilitas yang diharapkan oleh Dinkopdag Kota Surabaya untuk domain DSS02, APO04, dan APO07 adalah level 3 ( Established process ), artinya nilai gap tingkat kapabiltas saat ini dan tingkat kapabilitas yang diharapkan adalah 2. Penulis telah menyusun rekomendasi sebagai saran yang akan diberikan kepada Dinkopdag Kota Surabaya sebagai usulan langkah-langkah untuk target yang diharapkan. Mencapai. Penulis hanya menganalisis tata kelola teknologi informasi pada tiga domain: DSS02 ( Manage Service Requests and Incidents ), APO04 ( Manage Innovation ), dan APO07 ( Manage Human Resource ). Rekomendasi peneliti mencakup melakukan tata kelola dan audit lanjutan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang tingkat kapabilitas perusahaan. Untuk mencapai target tingkat kapabilitas, disarankan untuk memperbaiki atribut yang masih belum tercapai dalam base practices dan work products di setiap domain. Selain itu, penulis merekomendasikan melakukan analisis menggunakan kerangka kerja lainnya untuk memperoleh pembanding yang lebih baik atau bahkan mendapatkan hasil yang lebih baik dari penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA [1] H. Pratama and J. F. Andry, “It Governance at financial Technology company using cobit 4. 1 Framework and balanced scorecard perspective,” Int. J. Open Inf. Technol. , vol. 7, no. 6, pp. 81–85, 2019. [2] K. Sofa, T. L. M. Suryanto, and R. R. Suryono, “AUDIT TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT 5 PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TANGGAMUS,” J. Teknol. dan Sist. Inf. , vol. 1, no. 2, pp. 39–46, 2020, doi: 10.1088/1742- 6596/1569/2/022039. [3] I. B. A. E. M. Putra, N. Gunantara, and M. Sudarma, “Tata Kelola Teknologi Informasi Dengan Kerangka Kerja COBIT 5 Pada Lembaga Pemerintah Dan Swasta,” Maj. Ilm. Teknol. Elektro , vol. 20, no. 1, p. 1, 2021, doi: 10.24843/mite.2021.v20i01.p01. [4] R. R. Suryono, D. Darwis, and S. I. Gunawan, “Audit Tata Kelola Teknologi Informasi Menggunakan Framework Cobit 5 (Studi Kasus: Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung),” J. Teknoinfo , vol. 12, no. 1, p. 16, 2018. [5] C. I. Pramita Ady, P. N. Basuki, and A. D. Manuputty, “Analysis of Information Technology Governance Using the COBIT 5 Framework (Case Study: E-Legal Drafting Legal Section of the Regional Secretariat of Salatiga City),” J. Inf. Syst. Informatics , vol. 1, no. 2, pp. 136–151, 2019, doi: 10.33557/journalisi.v1i2.17. [6] G. F. Nugraha, Selo, and E. Nugroho, “Pemetaan Tujuan Kaskade COBIT 5 Pada Pengelolaan Layanan Teknologi Informasi di Instansi Pemerintah,” Pros. Semin. Nas. ReTII , pp. 1–6, 2015, [Online]. Available: https://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII/article /view/353. [7] I. G. Institute, Cobit 4.1 Framework Control Objectives, Management Guidelines, Maturity Models . IT Governance Institute, 2007. [8] N. Rijati, B. Widjajanto, and D. A. Santoso, “Tata Kelola Teknologi Informasi Universitas Xyz Domain Monitor and Evaluate ( Me ) Framework Cobit 4 . 0,” Semin. Nas. Teknol. Inf. Komun. Terap. , pp. 158–162, 2012. [9] A. D. Ichwani, Arief; Farida, “PENGUKURAN TINGKAT KAPABILITAS MANAJEMEN RISIKO SISTEM INFORMASI KOPERASI SYARIAH MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 5,” vol. 8, no. 1, pp. 1–14, 2020. [10] R. K. Wicaksono and S. Handayaningsih, “Perancangan Model Tata Kelola Teknologi Informasi Berbasis Cobit 4.1 pada Proses Mengelola Sumber Daya Manusia IT (Studi Kasus Bagian Pengelolaan Data Kab, Kendal),” J. Sarj. Tek. Inform. , vol. 1, no. 2, pp. 487–495, 2013. [11] E. Ekowansyah, Y. H. Chrisnanto, and N. Sabrina, “Audit Sistem Informasi Akademik Menggunakan COBIT 5 di Universitas Jenderal Achmad Yani,” Pros. Semin. Nas. Komput. dan Inform. , vol. 2017, pp. 201–206, 2017. [12] ISACA, COBIT 5 : A Business Framework for the Governance and Management of Enterprise IT . Rolling Meadows, USA: ISACA, 2012. [13] ISACA, COBIT 5 : Process Assessment Model (PAM) . Rolling Meadows, USA: ISACA, 2013. [14] ISACA, COBIT 5: Self-assessment Guide . Rolling Meadows, USA: ISACA, 2013. [15] F. Nanda, Fiesta, P. Andi, Reza, and Suprapto, “Evaluasi Tingkat Kapabilitas Tata Kelola Teknologi Informasi dengan Kerangka Kerja COBIT 5 pada Proses APO01 dan APO07 di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Timur,” J. Pengemb. Teknol. Inf. dan Ilmu Komput. , vol. 3, no. 6, pp. 6016–6025, 2019.