id
stringlengths
36
36
url
stringlengths
46
109
text
stringlengths
5k
1.51M
9b4679f5-b9da-4cc9-b879-59aeaeeeaffd
https://ejurnal.its.ac.id/index.php/sains_seni/article/download/51789/6206
Abstrak โ€” Keraton Sumenep adalah salah satu cagar budaya yang memiliki nilai sejarah yang mendasari terbentuknya identitas budaya Sumenep. Nilai sejarah dan budaya Keraton Sumenep lebih banyak disebarkan melalui mulut ke mulut yang berdampak kepunahan sehingga perlu dilestarikan secara tertulis agar informasi dapat dijaga dan diteruskan oleh generasi berikutnya. Tujuan perancangan katalog ini merepresentasikan identitas budaya Sumenep sebagai daerah Keraton sebagai bentuk pelestarian sejarah dan budaya. Metode yang digunakann dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui depth interview pada pakar sejarah Sumenep, pihak museum, dan Disbudparpora Sumenep. Depth interview juga dilakukan dengan ahli editorial dan fotografi dari Akronim Studio. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi berkala dan studi eksperimenntal dengan mengunjungi Keraton Sumenep untuk mendapatkan data visual dan berdiskusi dalam menyusun data konten bersama pakar sejarah. Sebagai data sekunder, dilakukan pula kajian pustaka terhadap buku yang berkaitan dengan sejarah budaya Keraton Sumenep. Konsep yang ditawarkan peneliti dalam menyusun katalog adalah โ€œBudaya Lahir Melalui Sejarahโ€, berarti budaya yang ada saat ini adalah cerminan sejarah masa lampau. Hasil perancangan ini adalah buku katalog berisi 124 benda museum dengan susunan foto, ukuran, bahan, dan penejelasan tentang benda museum. Dalam katalog berisi 7 bangunan inti museum yang dijelaskan dengan pembabakan. Pembabakan dibagi menjadi 8 yaitu sejarah Keraton Sumenep, Labang Mesem, Halaman Keraton, Pendopo Agung, Mandiyoso & R.Tamu, Keraton, Kantor Koeninglijk, dan Keraton R.A.T Tirtonegoro. Pada setiap pembabakan bangunan disebutkan benda-benda museum yang digunakan pada kegiatan Kerajaan dan menjadi budaya Sumenep. Benda peninggalan disusun secara alfabetis pada tiap bab. Untuk membuktikan bahwa konsep sudah sesuai untuk target sasaran, peneliti melakukan user testing pada stakeholder terkait. Kata Kunciโ€”katalog, museum Keraton Sumenep, identitas, budaya. ## I. PENDAHULUAN ERATON Sumenep menjadi lokasi diadakannya Festival Keraton Nusantara dan Masyarakat Adat ASEAN (FKMA) V pada 2018, sebagai bentuk apresiasi dari Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) pada pemerintah Sumenep dalam pelestarian sejarah hingga berumur 750 tahun. Festival ini menarik pengunjung dari berbagai wilayah dan Negara yang tergabung dengan Forum Keraton ASEAN. Keraton Sumenep merupakan bangunan Keraton Nusantara terakhir di Jawa Timur yang masih berdiri dan digunakan, salah satunnya digunakan sebagai balai pertemuan resmi dan sebagai museum. Museum Keraton Sumenep berisi benda bersejarah serta bangunan peninggalan Keraton Sumenep Pajagalan. Museum tersebut disahkan untuk melestarikan sejarah dan budaya Kraton Sumenep sejak masa pemerintahan Arya Wiraraja pada tahun 1269 M yang menjadi titik awal sejarah dan budaya Sumenep. Dari sejarah tersebut terdapat ## Perancangan Katalog Museum Keraton Sumenep dengan Konsep Budaya Lahir Melalui Sejarah Yusticia Elrachmaditha Sukarto dan Denny Indrayana Setyadi Departemen Desain Produk Industri , Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail : [email protected] K Gambar 1. Gambar Pendopo Agung Keraton Sumenep. Gambar 2. Metodologi Penelitian. budaya yang sampai saat ini masih dilakukan oleh masyarakat, sehingga Sumenep masih memiliki identitasnya sebagai masyarakat Keraton. Selama ini sejarah dan budaya Sumenep dilestarikan melalui mulut ke mulut yang memiliki dampak pencampuran hingga terhentinya informasi di suatu masa. Sehubungan dengan hal tersebut, pelestarian perlu didokumentasikan pada suatu media. Museum pada umumnya menggunakan katalog sebagai acuan data maupun pengetahuan dasar tentang benda koleksi untuk pengunjung. Koleksi benda di Museum Keraton Sumenep memiliki cerita sejarah masing-masing yang menciptakan adat dalam masyarakat dan merupakan pondasi masyarakat Sumenep dalam berbudaya. Katalog adalah daftar koleksi sebuah atau beberapa pusat dokumentasi yang disusun menurut sistem tertentu. Katalog museum berisi kumpulan data benda yang bersifat dinamis berdasarkan informasi dan penemuan lain yang berkembang. Katalogisasi membantu dalam penyusunan sejarah Keraton Sumenep melalui cerita di balik data benda peninggalan dengan melibatkan foto benda, informasi, detail dan sistem informasi untuk mempermudah masyarakat dalam menemukan informasi. Perancangan katalog museum Keraton Sumenep ini diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk merepresentasikan identitas Sumenep sebagai masyarakat Keraton berdasarkan budaya yang tersirat dari benda peninggalan pada museum. Dengan perancangan ini, acuan informasi yang disebarkan melalui mulut ke mulut dapat divalidasi dalam sebuah katalog. ## II. URAIAN PENELITIAN ## A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Museum Keraton Sumenep yang berada di Jl. Dr. Sutomo No.6, Lingkungan Delama, Gambar 3. Grid dan Layout Katalog. Gambar 4. Ilustrasi (rekonstruksi bangunan) dalam katalog. Gambar 5. Skema warna katalog. Gambar 6. Pewarnaan tiap bangunan. Gambar 7. Navigasi warna katalog tiap bab. Gambar 8. Hasil akhir desain cover katalog Museum Keraton Sumenep. Pajagalan, Kotasumenep, Kabupaten Sumenep. Berikut merupakan gambar dari lokasi yang akan digunakan untuk penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 1. Peneliti akan melakukan perancangan katalog yang mencakup bendda-benda yang ada di museum, terdiri dari 3 pembagian museum yaitu: 1) Museum I (Gedung Bekas Gudang Senjata) 2) Museum II (Kantor Koeninglijk) 3) Museum III (Keraton R.A Tirtonegoro) B. Studi Literatur 1) Katalog Katalog adalah daftar koleksi sebuah pusat dokumentasi atau beberapa pusat dokumentasi yang disusun menurut sistem tertentu[1]. Salah satu fungsi katalog adalah sebagai media informasi dari sekumpulan koleksi dan mempermudah pengguna dalam mencari sebuah koleksi, Bentuk katalog beragam sesuai kegunaan dan kebutuhannya, yaitu katalog buku, kartu, lembaran, arsip, dan online. Katalog memiliki kerangka seperti buku pada umumnya, yaitu pembuka, isi, dan penutup. Perbedaannya terdapat pada isi katalog yang berupa susunan, sistem, dan konten lainnya yang tersusun secara berurutan dan teratur. 2) Layout Layout adalah tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep/desain yang akan disampaikan[2]. Prinsip layout yang digunakan adalah sequence, emphasis, balance, unity . 3) Grid Sistem grid digunakan untuk mensistematisasikan sebuah susunan konten agar dapat seimbang dalam sebuah halaman sehingga dapat bernilai obyektif. Grid adalah alat bantu dalam mengatur layout. Tata letak dan grid adalah alat paling dasar dan penting untuk menempatkan informasi dalam hirarki, kelompok atau kolom[3]. 4) Fotografi Fotografi adalah proses menggambar dengan menggunakan media cahaya yang menghasilakn foto dari suatu objek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai objek tersebut pada media yang peka cahaya. Jenis fotografi yang digunakan adalah fotografi produk dan bangunan. ## 5) Tipografi Tipografi memegang peranan sangat penting dalam keberhasilan suatu karya desain grafis, baik sebagai unsur utama atau pelengkap[4]. Faktor penting dalam tipografi antara lain (1) legibility, (2) readibility, (3) visibility, (4) clearity. 6) Sumber Konten a. Buku Babad Modern Sumenep [5] Buku โ€œBabad Modern Sumenep, Sebuah Telaah Historipgrafiโ€ menjelaskan hal-hal tentang sejarah berdirinya Keraton Sumenep yang diiringi dengan pembahasan keragaman budaya dan peninggalan sejarah, serta hubungan dengan Negara lain. Buku ini menyajikan tentang politik dan budaya Sumenep dari masa awal dibangunnya hingga akhir sebagai pengenalan budaya dari sejarah. b. Buku Lintasan Sejarah Madura [6] Buku โ€œLintasan Sejarah Maduraโ€ memuat sejarah Madura secara menyeluruh dari awal mula ditemukannya pulau Madura dengan pembabakan zaman yang menjelaskan tentang Gambar 9. Hasil desain halaman preliminaries. Gambar 10. Desain akhir divider antar bab. Gambar 11. Desain akhir daftar benda tiap bab. Gambar 12. Hasil akhir desain halaman isi. Gambar 13. Hasil akhir desain packaging katalog. relasi dengan Kerajaan dan Negara lain. Buku ini menyajikan informasi mengenai kedudukan penjajah di Pulau Madura sebagai bagian dari sejarah. ## C. Metodologi Penelitian Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan saat penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. ## D. Metode Pengumpulan Data 1) Data Primer a. Observasi Observasi dilakukan oleh peneliti secara berkala selama 6 bulan untuk menggali konten katalog. Penulis melakukan observasi di beberapa lokasi terkait museum. Data yang didapatkan berupa daftar konten katalog yang terdiri dari foto, informasi, dan detail benda. b. Studi Eksperimental Studi Eksperimental (SE) dilakukan penulis untuk melengkapi konten katalog. SE pertama dilakukan untuk membuat draft buku yang berisi informasi benda-benda yang diteliti untuk konten katalog. Draft katalog mengandung foto benda, sejarah, dan stilasi bangunan Keraton Sumenep sebagai elemen desain. Hasil dari SE ini menjadi bahan utama penyusunan sistematika katalog. c. Depth Interview Wawancara dan diskusi dilakukan kepada beberapa narasumber untuk merangkai konten. 1. Ahli sejarah Sumenep Jakfar Farouk A., S.H. adalah narasumber utama dalam penelitian ini. Diskusi dilakukan dalam mengevaluasi draft yang dibuat penulis untuk mencapai kebenaran informasi. Kegiatan ini dilakukan secara berkala dan berulang pada setiap pembaruan draft hingga menjadi sebuah buku katalog. Pembenaran konten dilakukan bersama dengan narasumber dengan tambahan dari sejarawan dan budayawan Sumenep lainnya. 2. M. Tadjul Arifien dan Syaf. Anton W.R. seorang sejarawan dan budayawan Sumenep. Wawancara ini dilakukan untuk melengkapi konten katalog karena informasi tertulis mengenai sejarah ini masih minim. 3. Ahli editorial design dari Akronim Studio Surabaya Adji Herdanto, S.T. Kegiatan ini bertujuan untuk mengolah informasi yang didapatkan menjadi sebuah susunan katalog yang sistematis. Diskusi dilakukan secara berkala dan berulang beriringan dengan Studi Eksperimental menggunakan trial and error . Pada kegiatan ini juga didiskusikan mengenai teknik dalam melakukan fotografi benda peninggalan di museum Keraton Sumenep. 4. Disbudparpora Sumenep dan pihak museum Keraton Sumenep adalah salah satu narasumber yang memfasilitasi penelitian dengan memberikan data benda tertulis. Data yang diberikan berupa file data cagar budaya 2015, berisi benda-benda peninggalan Keraton Sumenep. Wawancara ini membahas mengenai prospek dari hasil penelitian untuk museum Keraton Sumenep. 2) Data Sekunder Data sekunder digunakan sebagai data pembanding untuk melengkapi konten buku, antara lain: a. Buku sumber yang membahas tentang sejarah dan budaya Keraton Sumenep. b. Data yang didapat dari internet berupa artikel, berita, dan dokumentasi foto tentang Keraton Sumenep. c. Produk pembanding yang berhubungan dengan konten maupun teknis yang digunakan dalam katalog. ## III. HASIL DAN DISKUSI ## A. Konsep Luaran Berdasarkan analisa yang dilakukan, peneliti mendapatkan 4 kata kunci yang menjadi dasar pengembangan katalog Museum Keraton Sumenep yaitu Katalog, Museum Keraton Sumenep, Budaya, dan Identitas. Konten yang dihasilkan dalam katalog bersifat edukatif dan persuasif. Katalog harus sistematis dengan prinsip penyusunan sesuai dengan kebutuhan informasi target masyarakat pada masa produktif dan menyukai sejarah budaya. Identitas Keraton Sumenep harus ditampilkan pada setiap bagian katalog sehingga terjadi repetisi bahwa Sumenep adalah daerah Keraton. Dengan menyajikan informasi yang sistematis akan mempermudah pembaca mendapatkan informasi yang diinginkan. Dari hal tersebut, katalog Museum Keraton Sumenep tidak hanya menyusun katalog dengan informasi benda tapi juga mengelompokkan benda-benda tersebut pada kategori tertentu. Kumpulan kategori tersebut dikelompokkan kembali menjadi 7 pembabakan yang menggunakan lokasi terjadinya sejarah dan budaya Keraton Sumenep pada jaman kerajaan. Bahasa yang digunakan merupakan Bahasa Indonesia baku dengan terjemahan Bahasa Inggris pada tiap section . Bahasa Madura klasik juga tetap digunakan pada katalog namun tidak menyeluruh sebagai kesan otentik. Elemen visual yang digunakan berperan sebagai penjelas dan bagian dari sistem penyusunan katalog. Konsep katalog ditampilkan pada desain layout yang minimalis. Konten yang ditampilkan bersifat tradisional merupakan bentuk penyajian identitas Sumenep sebagai daerah Keraton yang telah berdiri selama ratusan tahun. Agar tidak menghilangkan unsur sejarah dan budaya, maka desain yang modern akan dipadukan dengan istilah berbahasa Madura pada nama benda. Ketiga hal tersebut disimpulkan menjadi sebuah big idea yaitu โ€œBudaya Lahir Melalui Sejarahโ€ yang berarti sejarah adalah asal terciptanya budaya. ## B. Konten Buku Struktur dan konten untuk Katalog Museum Keraton Sumenep terdiri dari bagian pendahuluan dan penyajian benda museum dengan 7 pembabakan menurut lokasi terjadinya sejarah. Konten dipilih berdasarkan hasil penelitian, antara lain: 1. Cover (depan, belakang dan punggung buku) 2. Halaman judul 3. Copyright 4. Halaman kata pengantar 5. Daftar Isi 6. Pendahuluan a. Denah Keraton Sumenep Era 1750 b. Sejarah c. Peta Sumenep d. Raja-Raja Sumenep 7. Museum Keraton Sumenep a. Bab 1 โ€“ Labang Mesem b. Bab 2 โ€“ Halaman Keraton c. Bab 3 โ€“ Pendopo Agung d. Bab 4 โ€“ Mandiyoso & Ruang Tamu e. Bab 5 โ€“ Keraton f. Bab 6 โ€“ Kantor Koeninglijk g. Bab 7 โ€“ Keraton R.A. Tirtonegoro 8. Tentang Penulis ## C. Grid dan Layout Katalog ini dilayout dengan menggunakan bantuan grid kolom. Elemen penyusun layout dalam buku terdiri dari judul, body text, caption (keterangan detail gambar), sistem warna, footer (identitas dan numbering), dan gambar. Layout lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3. ## D. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam penyampaian informasi dalam katalog ini menggunakan kalimat naratif dan deskriptif. Kalimat naratif bersifat menceritakan suatu peristiwa atau suatu kisah. Sedangkan kalimat deskriptif lebih menggambarkan wujud suatu objek. ## E. Fotografi Jenis fotografi yang digunakan dalam perancangan ini adalah fotografi produk dan bangunan Fotografi produk digunakan untuk menangkap gambar benda dari beberapa sisi sehingga menjadi focus utama pada halaman. Fotografi bangunan digunakan untuk menggambarkan sebuah lokasi pada Keraton Sumenep. Kriteria untuk foto pada katalog adalah tone warna hangat, kontras dan ketajaman tinggi, tiap benda memiliki minimum 2 foto dan maksimum 4 foto. Kriteria desain tersebut mewakili struktur dan detail benda. ## F. Tipografi Buku ini menggunakan font Adobe Caslon sebagai font utama untuk judul , subjudul , dan body text . Pemilihan font Adobe Caslon dikarenakan font serif ini memiliki kesan elegan dan modern. Font Fanklin Gothic digunakan sebagai font minor untuk mengisi bagian caption foto dan keterangan tambahan. ## G. Ilustrasi (Rekonstruksi Bangunan) Ilustrasi merupakan elemen visual untuk menggambarkan hal yang tidak bisa disampaikan melalui fotografi. Dalam katalog, ilustrasi digunakan pada bagian awal buku sebagai penjelas denah dan peta Sumenep. Ilustrasi dibuat dengan outline tebal dengan tinta pena warna coklat seperti pada Gambar 4. ## H. Skema Warna Warna yang mendominasi katalog adalah warna putih, hitam, dan merah marun. Warna lain perancangan ini adalah mengikuti tema yang diangkat yaitu Sejarah Keraton Sumenep. Dari tema tersebut, penulis menentukan untuk menggunakan warna pada Kereta Arya Wiraraja dimana beliau adalah pendiri dari Keraton Sumenep yang dapat dilihat pada Gambar 5. ## I. Sistematika Katalog Katalog Museum disusun dengan dibagi menjadi 7 bab mengikuti alur masuk yaitu dari gerbang keraton hingga bangunan terdalam yaitu Keraton Tumenggung Tirtonegoro. Alur katalog diterapkan dengan pembedaan warna pada setiap bab. Pewarnaan dapat dilihat pada Gambar 6. Setiap bab dirancang untuk memiliki kode warnanya sendiri sehingga menjadi nagivasi yang mudah disamping pemberian nomor halaman. Navigasi warna yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 7. Pengkategorian benda berada pada tiap awal bab yang Pengkategorian benda berada pada tiap awal bab yang berisi daftar benda yang akan ditampilkan pada bab tersebut. Tiap kategori memiliki warna yang berbeda dan akan muncul sebagai label pada tiap halaman benda yang disusun alfabetis. ## J. Teknis Katalog 1. Ukuran : 21 cm x 25 cm 2. Jumlah halaman : 160 halaman 3. Penggunaan warna : full color 4. Jenis kertas isi : HVS 100 gsm 5. Cover : Soft cover dan Hard cover 7. Packaging : Book jacket (untuk hard cover ) ## IV. IMPLEMENTASI DESAIN Hasil desain berupa konten teks, foto, dan ilustrasi yang diimplementasikan dalam buku yang berjudul โ€œKatalog Museum Keraton Sumenepโ€. ## A. Hasil akhir desain cover Foto logo Keraton Sumenep dalam stempel yang digunakan pada pemerintahan Sultan Abdurrahman menandakan identitas keraton sebagai pemerintahan di Sumenep yang berbudaya dan menjadi sejarah nasional seperti pada Gambar 8. ## B. Hasil akhir desain halaman preliminaries Halaman terdiri dari halaman copyright , daftar isi, dan kata pengantar. Pada halaman preliminaries terdapat beberapa foto yang mewakili foto di halaman isi buku dapat dilihat pada gambar 9. C. Hasil akhir desain halaman pemisah bab Halaman divider bab terdapat foto di halaman bagian kiri dengan format portrait full halaman dengan editing low saturation dan highlight pada bagian khasnya. Pada halaman bagian kanan terdapat judul bab dan penjelasan singkat mengenai isi dari bab. Pada bagian belakang divider terdapat daftar benda yang diurutkan secara alfabetis sehingga menjadi gambaran awal akan isi bab yang lebih lanjut dan pembaca dapat memilih informasi lebih mudah dapat dilihat pada Gambar 10 โ€“ 11. ## D. Hasil akhir desain halaman isi Berikut ini beberapa layout yang mewakili halaman isi katalog dapat dilihat pada Gambar 12. E. Hasil akhir desain packaging katalog Packaging diterapkan pada katalog versi hard cover berbentuk book jacket dengan bahan Art Paper 260 gsm agar tidak mudah rusak. Cover pada packaging dibuat berbeda dengan cover buku, agar tidak terjadi pengulangan visual. Sedangkan versi soft cover tidak menggunakan packaging. Berikut implementasi desain akhir hard cover dengan book jacket pada katalog Museum Keraton Sumenep dapat dilihat pada Gambar 13 . ## V. KESIMPULAN Konsep โ€œ Budaya Lahir Melalui Sejarah โ€ dipilih karena peneliti ingin menciptakan informasi sekaligus pelestarian sejarah dan budaya mengenai Keraton Sumenep sebagai Keraton Nusantara berusia ratusan tahun yang telah diakui oleh ASEAN, juga untuk merepresentasikan identitas budaya Sumenep sebagai daerah Keraton. Identitas budaya ditampilkan pada sejarah tiap benda peninggalan serta penggunaannya pada budaya Kerajaan masa lampau. Kemudian setelah peneliti selesai mendesain media, peneliti melakukan sebuah user testing kepada stakeholder dan beberapa responden sebagai sample. User testing ini dilakukan untuk membuktikan bahwa hasil konsep desain dari peneliti sudah sesuai dan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada. Sehingga tujuan peneliti dalam merepresentasikan identitas budaya Sumenep sebagai daerah Keraton telah tercapai. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terimakasih pada Disbudparpora Sumenep, Pihak Museum Keraton Sumenep, Sejarawan Sumenep, Departemen DKV ITS, serta semua pihak yang telah membantu perancangan ini. ## DAFTAR PUSTAKA [1] S. Basuki, Pengantar Dokumentasi . Bandung: Rekayasa Sains, 2004. [2] R. S, Layout Dasar dan Penerapannya . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2009. [3] A. Graver and B. Jura, Best Practices for Graphic Designers, Grids and Page Layouts: An Essential Guide for Understanding and Applying Page Design Principles , 36660th Ed. Beverly, Massachusetts: Rockport Publishers, 2012. [4] D. Sihombing and W. Sunarto, Tipografi dalam Desain Grafis . Gramedia Pustaka Utama, 2001. [5] Z. Ahmad, Babad Modern Sumenep: Sebuah Telaah Historiografi . Yogyakarta: Araska Publisher, 2018. [6] T. Arifin, โ€œSumenep dalam lintasan sejarah arifin,โ€ Sumenep, 2012.
4622b282-6a96-4e5c-b67f-44ce3e29610e
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/assabiqun/article/download/1766/1202
## A s - S A B I Q U N ## Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini p-ISSN : 2656-4912 e-ISSN : 2656-4785 Terindeks : SINTA 5, Crossref, Garuda, Moraref, Google Scholar, dan lain-lain. ## IMPLEMENTASI ICE BREAKING DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DI SDN 64/I TERATAI Violyta Putri Nanda 1 , Nur Anisa Rahman 2 , Syahrial 3 , Silvina Noviyanti 4 Universitas Jambi [email protected], [email protected] ## Abstract This study aims to identify and describe the implementation of chants in increasing student interest in learning at SDN 64/I Teratai, describing the implementation of games in increasing student interest in learning, and describing the implementation of exercise in increasing student interest in learning at SDN 64/I Teratai. The approach used is a qualitative approach. The subjects of this study were fifth grade students at SDN 64/I Lotus. Research data sources consist of informants, and documentation. Data collection techniques with observation, in-depth interviews, and documentation. Research data analysis includes, 1). Data collection, 2). Organizing or grouping the collected data according to the nature of the existing categories. Data analysis was carried out through four stages including, 1). Data reduction, 2). Data presentation, 3). Verification and conclusion. Meanwhile, checking the validity of the data is done by using the triangulation technique of data sources. The results of this study, are (1) the implementation of yells in increasing student interest in learning at SDN 64/I Teratai, namely using yells when learning in class, yelling is applied when class conditions start to be less conducive. The teacher invites students to sing yells as a distraction. Students can also make chants individually or in groups with a duration of about 3-5 minutes. (2) the implementation of games in increasing student interest in learning at SDN 64/I Teratai is to make learning more interesting and fun, so games can be used that can build children's concentration to be able to think, act, and refocus on the material so that children's interest in learning is more good and easy to digest lessons. (3) the implementation of exercise in increasing student interest in learning at SDN 64/I Teratai, namely in implementing exercise, it is carried out when students look sluggish after sitting for a long time just listening to the explanation of the material that the teacher conveys, then with exercise the blood flow will become smooth again so that the thinking process of students is fresher and more effective. Teachers can creatively use variations of body movements. Keywords : Implementation, Ice Breaking Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan implementasi yel- yel dalam meningkatkan minat belajar siswa di SDN 64/I Teratai, mendeskripsikan implementasi games dalam meningkatkan minat belajar siswa, serta mendeskripsikan implementasi gerak badan dalam meningkatkan minat belajar siswa di SDN 64/I Teratai. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 64/I Teratai. Sumber data penelitian terdiri dari informan, dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data dengan observasi, interview mendalam, dan dokumentasi. Analisis data penelitian meliputi, 1). Pengumpulan data, 2). Pengorganisasian atau pengelompokan data yang dikumpulkan sesuai dengan sifat kategori yang ada. Analisis data yang dilakukan melalui empat tahap meliputi, 1). Reduksi data, 2). Sajian data, 3). Verifikasi dan kesimpulan. Sedangkan pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi sumber data. Hasil penelitian ini, adalah (1) implementasi yel-yel dalam meningkatkan minat belajar siswa di SDN 64/I Teratai yaitu menggunakan yel-yel ketika pembelajaran dikelas, yel-yel di terapkan ketika kondisi kelas mulai kurang kondusif. Guru mengajak peserta didik menyanyikan yel-yel sebagai selingan. Peserta didik juga dapat membuat yel-yel secara individu atau berkelompok dengan durasi sekitar 3-5 menit saja. (2) implementasi games dalam meningkatkan minat belajar siswa di SDN 64/I Teratai adalah untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan maka dapat digunakan games yang dapat membangun konsentrasi anak untuk dapat berfikir, bertindak, dan kembali terfokus pada materi sehingga minat anak dalam pembelajaran lebih baik dan pelajaran mudah dicerna. (3) implementasi gerak badan dalam meningkatkan minat belajar siswa di SDN 64/I Teratai yaitu dalam mengimplementasikan gerak badan dilakukan ketika peserta didik terlihat mulai lesu setelah lama diam duduk hanya mendengarkan penjelasan materi yang guru sampaikan, maka dengan gerak badan maka aliran darah akan menjadi lancar kembali dengan demikian proses berfikir peserta didik lebih segar dan efektif. Guru dapat secara kreatif menggunakan variasi gerak badan. Kata Kunci : Implementasi, Ice Breaking ## PENDAHULUAN Model pembelajaran menjadi salah satu faktor pendukung dalam proses mentransfer ilmu dari guru terhadap peserta didik.Seorang guru juga harus memiliki strategi belajar mengajar yang tepat (Prihatini, 2017). Metode konvensional sudah tidak relevan untuk digunakan (Itqan, 2018). Oleh sebab itu, guru dituntut agar mengasah kemampuan dalam memilih dan dapat menerapkan model pembelajaran dengan benar. Agar penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mempengaruhi proses pembelajaran yang efektif dan efesien serta mampu mewujudkan tujuan dari pembelajaran. Dalam pembelajaran minat belajar merupakan salah satu hal yang penting (Dasar, 2021). Karena ketika minat dari peserta didik telah muncul, maka proses pembelajaran akan lebih menyenangkan. Terkadang anak didik bisa kurang fokus ketika pembelajaran berlangsung, hal ini dapat disebabkan oleh kurang adanya minat yang terlihat ketika peserta didik mengikuti pembelajaran. Untuk memenculkan minat siswa, maka guru dapat menerapkan ice breaking baik diawal pembelajaran, di sela- sela, maupun di akhir proses pembelajaran supaya peserta didik kembali fokus dan mampu menerima pelajaran dengan baik. Ice breaking ini sendiri adalah kegiatan yang diterapkan oleh setiap orang untuk menarik fokus perhatian serta mencairkan suasana di dalam ruangan menjadi keadaan yang semula yaitu keadaan yang bersemangat (kembali kondusif) (Satriani et al., 2018). Dan semangat inilah yang menjadi modal setiap individu untuk melakukan suatu aktivitas (Kurniasari & Setiawan, 2021). Guru dapat menerapkan ice breaking diawal pembelajaran agar lebih optimal hasil yang didapatkan serta disela-sela proses pembelajaran agar dapat menghilangkan kebekuan atau kejenuhan siswa yang dapat menyebabkan rasa ngantuk pada siswa dalam proses pembelajaran. Ice breaking digunakan untuk menciptakan suasana belajar dari pasif menjadi aktif, dari kaku menjadi gerak, dan jenuh menjadi riang (Mi & Baten, 2020). Ada beberapa jenis kegiatan ice breaking yang dapat diterapkan diantaranya, yel-yel, games, menyanyi, tepuk tangan, humor, serta gerak anggota badan. Dengan berbantuan Ice breaking pembelajaran menjadi menyenangkan dan dapat mendorong minat belajar dari peserta didik (Prasiscka & Putra, 2021). Minat adalah tendensi seseorang dalam menyukai sesuatu (Jalilah, 2021). Minat berasal dari diri seseorang yang berupa rasa suka atau ketertarikan terhadap sesuatu serta tidak dipengaruhi orang lain (Yunitasari & Hanifah, 2020). Menumbuhkan sejak awal minat belajar siswa dengan menjelaskan manfaat mempelajari materi yang akan diajarkan (Nurmaulidina & Bhakti, 2020). Pada dasarnya minat merupakan proses penerimaan hubungan antara diri kita terhadap sesuatu dari luar diri kita, semakin dirasakan kuatnya hubungan tersebut maka semakin kuat minat terhadapnya. Minat juga merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yag besar terhadap sesuatu (Prestasi & Fisika, 2019). Ekspresi minat sendiri dapat ditunjukkan dengan kesukaan seorang peserta didik terhadap sesuatu dibandingkan dengan yang lainnya.Minat itu tergantung pada bagaimana proses yang diberikan ketika belajar. Supaya bisa membangkitkan minat anak didik maka guru dapat mengaitkan pelajaran yang akan diajarkan guru dengan kebutuhan di dalam keseharian anak didik, agar anak didik merasa bahwa pelajaran itu perlu ia pelajari untuk kehidupannya. Minat memiliki pengaruh yag cukup besar terhadap proses da pencapaian hasil belajar peserta didik (Tambunan, 2018), karena ketika minat tidak sesuai dengan pelajaran, maka siswa tidak akan pernah belajar dengan baik (Belajar, 2020). Dalam penelitian sebelumnya (Marzatifa & Agustina, 2021), beliau juga membahas hal yang sama yaitu implementasi dan manfaat dari ice breaking ini, perbedaannya hanya terhadap apa yang mempengaruhinya. Dalam kajian lain juga dikatakan bahwa minat adalah keadaan ketika seseorang memiliki perhatian lebih terhadap sesuatu dengan rasa ingin mencari tahu serta mau untuk mempelajarinya lebih dalam (Nisa et al., 2015). Salah satu dari faktor yang dapat memepengaruhi usaha seseorang adalah minat. ## METODE PENELITIAN ## Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Sukmadinata (2010:60) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif yang berarti peneliti membiarkan permasalahan-permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Dalam hal ini, peneliti telah berusaha memahami tentang implementasi ice breaking dalam meningkatkan minat belajar siswa melalui metode resitasi di SDN 64/I Teratai. Selain itu, peneliti juga telah melihat secara langsung proses kegiatan belajar yang ada di lokasi penelitian, karena peneliti ingin mengetahui bagaimana upaya guru Tematik saat melakukan pembelajaran di kelas, dan yang tak kalah pentingnya peneliti senantiasa berhati-hati dalam penggalian informasi di lapangan yang kemudian diambil dan dianalisis sesuai prosedur dan jenis penelitian ini untuk mengetahui gambaran keadaan yang sebenarnya. ## Sumber Data dan Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan ialah data kualitatif yang berupa deskriptif atau pernyataan penjabaran bukanlah data nominal atau yang berkaitan dengan angka. Data yang diambil juga lebih banyak berupa data primer yang diperoleh dari obserbvasi, wawancara partisipan dan dokumentasi. Selebih itu juga menggunakan data-data skunder yaitu data yang sudah tersedia oleh instansi. Data yang akan dikumpulkan ialah data mengenai implementasi ice breaking dalam meningkatkan minat belajar siswa melalui metode resitasi di SDN 64/I Teratai. ## Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan pada kondisi alamiah ( natural setting ), menggunakan sumber data primer dan sekunder, teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi (Nazir, 2005:174). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. ## Analisis Data Analisis data merupakan tahap untuk mencari dan menyusun data yang telah dikumpulkan secara sistematis. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Aziza, 2017) bahwa โ€œAnalisis data ialah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganissasikan data ke dalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.โ€ Adapun proses analisis data dilakukan yaitu sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Selain itu juga ada analisis data di lapangan, dalam penelitian ini analisis data lapangan menggunakan model yang dikembang oleh Creswell serta teori-teori maupun pendapat ilmiah yang menunjang terhadap yang di sampaikan informan. Analisis data dalam penelitian ini bersifat eksploratif (menjelaskan) tanpa mengabaikan data yang bersifat kuantitatif. Penelitian ini disusun berdasarkan pada pernyataan dalam wawancara, observasi dan melalui dokumentasi yang ada. ## Triangulasi Data Keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: (1) mendemonstrasikan nilai yang benar; (2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan; dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan- keputusannya. Dalam penelitian ini, teknik pemeriksaan data menggunakan teknik pemeriksaan data triangulasi sumber. ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 64/I Teratai dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai implementasi ice breaking dalam meningkatkan minat belajar siswa melalui metode resitasi di SDN 64/I Teratai. Selain melakukan observasi langsung, penulis juga melakukan wawancara terhadap guru kelas V. Adapun tujuan dilakukannya wawancara adalah untuk mendapatkan infomasi mengenai implementasi ice breaking dalam meningkatkan minat belajar siswa melalui metode resitasi di SDN 64/I Teratai sebagai pendukung dari hasil observasi yang penulis lakukan. Kemudian penulis juga menggunakan teknik dokumentasi untuk mendapatkan bukti fisik pelaksanaan penelitian. ## Implementasi Yel-yel Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas V SDN 64/I Teratai Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah di dapat oleh peneliti di SDN 64/I Teratai, implementasi yel-yel bahwa jenis yel-yel sangat efektif dalam menyiapkan aspek psikologi siswa untuk lebih siap dalam mengikuti pembelajaran. Yel-yel juga sangat efektif membangun kekompakan dan kerja sama dalam kelompok ataupun mereka membuatnya secara individu (Sunarto, 2012:33). Dalam pemilihan atau pembuatan yel-yel dapat disesuaikan dengan materi yang di bahas pada saat itu, agar siswa dapat menerima stimulus serta lebih paham dan mengerti apa yang akan guru sampaikan. Selain itu dengan menggunakan yel-yel proses pembelajaran lebih menyenangkan sehingga dapat meningkatkan semangat dan minat anak untuk belajar. Tidak hanya teorinya saja, dalam melakukan pembelajaran guru harus lebih kreatif dan dapat membuat suasana kelas lebih menyenangkan dengan berbagai macam cara yang menarik. Dalam pelaksanaan yel-yel itu sendiri tidak membutuhkan waktu yang lama rata-rata hanya membutuhkan durasi 3-5 menit. Karena hanya selingan saja untuk menumbuhkan semangat dan minat siswa. Pada saat kondisi kelas mulai kurang nyaman dan kondusif maka penggunaan yel-yel sangat efektif. Ketika otak menerima rangsang yang tidak menyenangkan atau membosankan kemungkinan besar otak akan bereaksi untuk menentang atau menyempitkan memori ingatan untuk menerima informasi yang diterimanya (Acep Yonny, 2012:66). Goleman dalam Bobbi Depoter mengatakan bahwa ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil. Otak โ€œdibajak secara emosionalโ€. Sementara itu Maclean memberikan pernyataan bahwa ketika otak berada pada situasi tertekan, maka otak akan berada pada mode โ€œbertempur atau kaburโ€ dan beroperasi pada tingkat bertahan untuk hidup. Ketersediaan hubungan dan kegiatan saraf benar-benar berkurang atau sangat mengecil dalam situasi ini, dan otak tidak dapat mengakses Higher Order Thinking Skill (HOTS) keterampilan berfikir tingkat tinggi. Fenomena ini di kenal sebagai down shifting, merupakan tanggapan psikologis, dan dapat menghentikan proses belajar saat itu dan setelah itu. Kemampuan peserta didik benar-benar berkurang. Sebaliknya otak yang menerima rangsangan positif dan menggembirakan atau mebuat senang akan menyediakan kapasitas maksimal untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran tekana positif atu suportif, dikenal sebagai eutress, otak dapat terlibat secara maksimal. Mihally Csikszentmihalyi menjelaskan bahwa dengan tekanan positif tersebut otak akan berada dalam keadaan flow, yaitu suatu keadaan dimana seorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan sehingga hal lain seakan tak berarti lagi. Golemen menggambarkan sebagai berikut: Orang dapat berkonsentrasi paling baik saat mereka sedikit lebih di tuntut dari biasanya, jika tuntutan terlalu besar untuk diatasi, mereka akan menjadi cemas. Flow terjadi di daerah genting antara kebosanan dan kecemasan. Begitu pentingnya membangun suasana hati siswa saat mengikuti proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran peran emosi sangatlah menentukan keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Suasana hati yang gembira dan tidak tertekan diyakini akan sangat membantu siswa dalam berkonsentrasi belajar. Dengan konsentrasi belajar yang baik dan lebih lama, maka di harapkan bisa meningkatkan minat belajar serta hasil belajar siswa dapat lebih baik. Nuansa belajar yang menyenangkan dan penuh semangat tentu tidak bisa terjadi begitu saja, tetapi harus di ciptakan dan di rencanakan dengan baik oleh guru. Untuk menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan selain membuat scenario pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh siswa untuk aktif, tentu akan sangat membantu jika para guru menggunakan ice breaker sebagai alat untuk menciptakan nuansa kegembiraan dan keakraban antar siswa, maupun antar guru dan siswa. Salah satunya dengan menggunakan yel-yel yang menyenangkan (Sunarto, 2012:6-7). ## Implementasi Games Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas V SDN 64/I Teratai Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah didapat oleh peneliti di SDN 64/I Teratai implementasi games dalam meningkatkan minat belajar siswa yaitu penggunaan games dalam pembelajaran sangat menarik bagi peserta didik, karena anak dan permainan dua pengertian yang hampir tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Berpikir mengenai anak selalu menimbulkan asosiasi mengenai bermain (F.J Monks dan Rahayu, 2004:131). Games atau permainan adalah jenis ice breaking yang paling membuat siswa heboh. Siswa didik akan muncul semangat dan minat belajar baru yang lebih saat melakukan permainan. Rasa ngantuk menjadi hilang dan sikap apatis spontan berubah menjadi aktif. Melalui permainan suasana menjadi cair sehingga kondisi belajar menjadi kondusif. Dengan permainan juga dapat membangun konsentrasi anak untuk dapat berfikir, bertindak lebih baik dan lebih efektif akan kembali terfokus sehingga materi pelajaran akan lebih mudah di cerna. Games ini merupakan kegiatan yang paling digemari oleh semua orang. Bukan saja bagi anak-anak, namun bagi juga para siswa didik dewasa. Namun demikian guru harus pandai memilih jenis games yang tepat, sehingga situasi belajar tidak berubah meenjadi kegaduhan yang tidak perlu. Dan hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam memilih games yang akan di gunakan sebagai ice breaker antara lain: 1. Faktor keselamatan Faktor keselamatan harus menjadi prioritas utama saat akan menentukan jenis games yang aman terhadap keselamatan peserta didik. Benda-benda di dalam kelas juga harus menjadi perhatian terhadap pergerakan siswa didik saat melakukan games, seperti meja, kursi, almari dan sebagainya. 2. Faktor waktu Banyak sekali jenis games yang dapat dilakukan bersama antara guru dan peserta didik. Namun demikian karena tujuan utamanya adalah sebagvai pemecah kebekuan selama proses pembelajaran, maka pilihlah games yang tidak membutuhkan terlalu banyak waktu. Dengan demikian tujuan pembelajaran tetap harus menjadi fokus dan tidak berubah menjadi pelajaran bermain atau outbond. 3. Faktor peralatan Sebagaimana fungsi ice breaker dalam pembelajaran, maka games yang dipilih hendaknya yang membutuhkan peralatan yang sederhana yang selalu tetrsedia di dalam kelas, misalnya pensil, buku, kertas, bolpoin, kursi dan sebagainya. Bahkan banyak juga games yang tidak membutuhkan peralatan, namun tetap mempunyai nilai edukasi yang baik. 4. Faktor edukasi Apapun yang dilakukan guru terhadap siswa didik adalah dalam rangka pendidikan dan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan games yang dilaksanakan di kelas haruslah tetap memiliki nilai-nilai edukatif yang bisa di tanamkan kedalam jiwa siswa didik. Nilai-nilai edukatif yang bisa di peroleh dari pelaksanaan games adalah: kekompakan, kerjasama, kemandirian, konsentrasi kreativitas, dan sebagainya (Sunarto, 2012:59-60). Secara umum games dapat di bagi dalam dua bagian, yaitu games secara mandiri atau individu dan permainan secara kelompok. Permainan individu dilakukan tetap bersama-sama dalam kelas, namun hanya menuntut konsentrasi individual. Sementara games kelompok di butuhkan kerjasama, kekompakan dan strategi kelompok. Games juga dapat berupa sebuah pertanyaan yaitu pengulangan kembali materi yang lalu dengan cara memberikan pertanyaan kepada siswa melalui permainan yang menyenangkan. Games pertanyaan ini harus berbeda dengan tes. Games pertanyaan dapat berupa pertanyaan berantai, mencocokkan pertanyaan dan jawaban, atau berbaur ( mingling/mingle ). Dalam melakukan games di kelas guru juga harus bisa mengelola kelas agar siswa tidak gaduh ketika mengikuti games, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lebih baik. Pengelolaan kelas menurut Djamarah (2009:175-176) adalah suatu usaha dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran, kesimpulan sederhana bahwa pengelolaan kelas adalah ditinjau dari paham lama yaitu mempertahankan ketertiban kelas. Pengelolaan kelas adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru yang di tunjukkan dengan menciptakan kondisi kelas yang memungkinkan berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan maksimal. Pengelolaan kelas di tekankan pada aspek pengaturan (management) lingkungan pembelajaran yaitu berkaitan dengan pengaturan orang (siswa) dan barang atau fasilitas kegiatan guru tersebut dapat berupa pengaturan kondisi dan fasilitas yang berada di dalam kelas yang di perlukamn dalam proses pembelajaran diantaranya tempat duduk, perlentgkapan dan bahan ajar lingkungan kelas (cahaya, temperature udara, ventilasi). Lingkungan belajar adalah sesuatu yang diupayakan atau di ciptakan oleh guru agar proses pembelajaran lebih kondusif dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang semestinya. Sedangkan kondusif sendiri berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses belajar. Untuk mengadakan kelas yang efektif, guru berperan utama dalam mempertimbangkan setiap aspek dari kelasnya agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan optimal. Seperti yang dinyatakan anita โ€œdengan sengaja guru harus merancang prosedur yang akan menciptakan kelas penuh rasa dan memungkinkan setiap orang berinteraksi secara efektif serta merancang serta manajemen yang menjamin kesuksesan semua siswaโ€ (Turner, 2008:57). Dalam kegiatan pembelajaran guru menggunakan seperangkat strategi dalam menciptakan dan mempertahankan kelas agar kondisi lingkungan belajar siswa tetap kondusif dan menyenangkan, seprti menggunakan ice breaking jenis games yang dapat menarik siswa agar lebih semangat dan minat dalam proses pembelajaran. Hal ini merupakan suatu cara guru dalam meningkatkan minat belajar pada siswa sehingga hasil belajar siswa untuk kedepannya dapat lebih baik lagi dan akan memberikan efek langsung terhadap keberhasilan belajar siswa. ## Implementasi Gerak Badan Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas V SDN 64/I Teratai Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah didapat oleh peneliti di SDN 64/I Teratai implementasi games dalam meningkatkan minat belajar siswa yaitu penggunaan gerak badan dalam pembelajaran sangat menarik bagi peserta didik, gerak badan dilakukan ketika suasana kelas mulai kurang kondusif dan kondisi peserta didik mengalami kejenuhan ataupun lesu ketika pembelajaran, guru mengajak siswa untuk melakukan suatu gerakan yang menyenangkan dan suasana kelas menjadi lebih kondusif kembali siswa pun merasa siap untuk mengikuti pembelajaran pada saat itu. Dengan bergeraknya badan, maka aliran darah akan menjadi lancer kembali dengan demikian proses berfikir akan menjadi lebih segar dan kreatif (Sunarto, 2012:49). Maka dengan begitu peserta didik lebih berminat untuk belajar dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Guru juga harus lebih kreatif dalam mengelola kelas dan kreatif ketika proses pembelajaran, tidak hanya menjelaskan materi secara terus menerus karena dalam pendidikan mengharuskan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, aspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dari kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Maka dari itu guru dalam penampilan yang sejati, dituntut menunjukkan perwujudan pribadi yang utuh, unik dan holistic. Posisi guru sebagai perwujudan individu yang โ€œdigugu dan di tiruโ€, menunjukkan harapan masyarakat akan keteladanan guru sebagai sebuah kepribadian unik karena bersifat khas di banding dengan jabatan lainnya (Uno dan Mohamad, 2012:153). Usman dalam bukunya yang berjudul โ€œmenjadi guru yang professionalโ€, menyatakan bahwa guru yang professional memiliki keahlian dan kemampuan khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Kreatifitas adalah salah satu kata kunci yang perlu dilakukan guru untuk memberi layanan pendidikan yang maksimal sesuai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan. Sebagaimana menjadi guru yang kreatif yaitu: 1. Kreatif sering di gambarkan dengan kemampuan berfikir kritis dan banyak ide, serta banyak ide dan gagasan. 2. Orang kreatif melihat hal yang sama, tetapi melalui cara berfikir yang beda. 3. Kemampuan menggabungkan sesuatu yang belum pernah tergabung sebelumnya. 4. Kemampuan untuk menemukan atau mendapatkan ide dan pemecahan baru. Internalisi nilai-nilai keunikan berupa keunggulan sebagai perwujudan kreativitas dapat dilakukan melalui kegitan berbagi gagasan dan ide serta pengalaman. Seperti kegiatan โ€œ training dari workshop writing skill โ€. Khususnya untuk guru SD/MI. kegiatan ini merupakan langkah positif untuk membangun kreativitas dalm pembelajaran dalam konteks dan kasus yang berbeda dan khas untuk setiap lingkungan dan peserta didik. Kaitan dengan ini ada salah satu pendekatan pembelajaran melalui tema-tema yang dikembangkan berdasarkan kondisi dan keberagaman lingkungan tempat anak didik berlajar atau lebih di kenal dengan pemberlajaran โ€œtematik-kontekstual teaching and learning โ€. Dalam suatu proses pembelajaran sering terjadinya kebosanan. Kebosanan dalam PBM disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor yang berasl dari guru dan faktor yang berasal dari murid. Pengabaian kedua faktor ini akan menyebabkan masalah dalam PBM tidak teratasi, untuk memuluskan PBM maka kedua faktor ini harus di pahami dan diatasi. Rata-rata guru mertasa enggan untuk memasuki kelas dengan siswa yang memiliki daya serap rendah atau bodoh. Proses belajar yang baik, menurut Gagne diawali dari fase motivasi atupun penyemangat. Jika motivasi tidak ada pada siswa sulit diharapkan akan terjadi proses belajar dalam diri mereka. Dari motivasi ini akan dilahirkan harapan-harapan terhadap apa yang di pelajarinya. Jika siswa memiliki harapan yang tinggi, menurut teori dan berbagai penilitian, ada kemungkinan untuk berhasil dalam belajarnya. Oleh sebab itu, tugas utama guru dalam melakukan inovasi pembelajaran untuk menjamin terjadinya hasil belajar yang optimal pada siswa ialah menghidupkan semangat atau motivasi belajar pada siswa. Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan mewujudkan potensinya, mewujudkan dirinya, dorongan berkembang menjadi matang, dorngan mengungkapkan, dan mengaktifkan semua kapasitasnya. Begitu motivasi dan minat data di bangkitkan dan kemudian tumbuh pengharapan-pengharapan yang terkait dengan pengetahuan yang di pelajari. Sehingga pembelajaran pun dapat terlaksana dengan baik dean tercapai tujuan yang telah di tentukan. ## KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan dari paparan data hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang dilakukan oleh peneliti di SDN 64/I Teratai, maka peneliti dapat memberikan kesimpulan bahwa implementasi ice breaking dalam meningkatkan minat belajar siswa melalui metode resitasi di SDN 64/I Teratai adalah dengan menggunakan yel-yel, Games dan gerak badan. Guru juga harus lebih kreatif dalam mengelola kelas dan kreatif ketika proses pembelajaran, tidak hanya menjelaskan materi secara terus menerus karena dalam pendidikan mengharuskan bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran harus dilakukan secara interaktif, aspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa krativitas dari kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. ## DAFTAR PUSTAKA Aziza, N. (2017). Metode Penelitian Metode Penelitian. Metode Penelitian Kualitatif, 17, 43. Bahri, Syaiful, Djamarah, dan Aswan Zain. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Teras. B. Uno, Hamzah, Mohamad, Nurdin. 2012. Belajar dengan Pendekatan Paikem: Aktif, Inovatif, Lingkungan, Kreatif, Efektif, Menarik . Jakarta: PT Bumi Aksara. Dasar, S. (2021). Jurnal Basicedu . 5 (1), 88โ€“101 F.J Monks, A.M.P Knoers, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagagiannya , (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2004), hal. 131 Itqan, M. S. (2018). Pendekatan Game Android Untuk Meningkatkan Minat Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar . 2(2), 161โ€“170. Jalilah, S. R. (2021). Jurnal Basicedu . 5(6), 5946โ€“5952 Kurniasari, W., & Setiawan, D. (2021). Meningkatkan Minat Belajar Siswa Menggunakan Model Blended Learning Berbasis Pada Google Classroom . 7(1), 141โ€“148. Https://Doi.Org/10.31949/Educatio.V7i1.891 Marzatifa, L., & Agustina, M. (2021). Ice breaking : Implementasi , Manfaat Dan Kendalanya Untuk Meningkatkan Konsentrasi Belajar Siswa . 6(2), 162โ€“171. Https://Doi.Org/10.32505/AlAzkiya.V6i2.3309 Mi, D. I., & Baten, A. S. (2020). Perbandingan Antara Metode Ice breaking Dengan Comparasi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas Iii Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (Pgmi) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (Stit) Tahun Pelajaran 2019/2020 Perbandingan Antara Metode Ice breaking Dengan Comparasi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas III Di Mi Al-Khairiyah Sinar Baten Talangpadang. 1. Moh. Nazir. Ph.D. (2005). Metode Penelitian . Ghalia Indonesia. Bogor. Moultrie Turner, Anita. 2008. Resep Pengajaran Hebat : 11 bahan utama, cet.2. Indonesia: PT Macanan Jaya Cemerlang. Nisa, A., Studi, P., & Konseling, B. (2015). Pengaruh Perhatian Orang Tua Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial . II (1), 1โ€“9. Nurmaulidina, S., & Bhakti, Y. B. (2020). Pengaruh Media Pembelajaran Online Dalam Pemahaman Dan . 6 (November), 248โ€“251. Prihatini, E. (2017). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Minat . 7(2), 171โ€“179. Prasiscka, A., & Putra, F. G. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Arias Berbantuan Ice breaking Games Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis Ditinjau Dari Gaya Belajar Peserta Didik . 8 (1), 325โ€“335 Prestasi, T., & Fisika, B. (2019). Hubungan Minat Belajar Terhadap Prestasi Belajar Fisika . 2. Satriani, N. P., Pudjawan, K., & Suarjana, I. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Arias Dengan Selingan Ice Breaker Terhadap Hasil Belajar IPA . 2 (3), 312โ€“320 Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya. Sunarto, 2012. Ice Breaker dalam Pembelajaran Aktif . Surakarta: Yuman Pressindo. Tambunan, M. I. H. (2018). Pengaruh Minat Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Sma Se-Kota Stabat . 2, 109โ€“115 Yunitasari, R., & Hanifah, U. (2020). Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan Pengaruh Pembelajaran Daring Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Masa Covid-19 . 2 (3), 232โ€“ 243. Yonny, Acep. 2012. Cara Cerdas Membangkitkan Semangat Belajar Siswa . Yogyakarta: PT Citra Aji Pratama.
dd126331-c11d-43dc-aed1-3999787c17b8
https://ejournal.nusantaraglobal.or.id/index.php/nusra/article/download/805/866
## NUSRA: Jurnal Penelitian dan Ilmu Pendidikan Volume 4, Issue 2, Mei 2023 DOI: https://doi.org/10.55681/nusra.v4i2.805 Homepage: ejournal.nusantaraglobal.ac.id/index.php/nusra ## MUSIC PRESPEKTIF IMAM AL-GHAZALI DAN URGENSINYA DALAM MENGURANGI TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA Muhibbin 1 , Fithri Muzdalifah 2 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini, Institut Pendidikan Nusantara Global, Praya โ€“ NTB, Indonesia 83511 Corresponding author email: [email protected] ## ABSTRACT Article History Relita in the field, many students sometimes cannot control the academic anxiety that is being felt, resulting in disharmony in the body and causing stress. This paper belongs to the type of library research, using a literary approach in the form of scientific journals, books, documents, notes, and so on with the aim of generating ideas. Data was collected by reading a number of references from journals, books, and previous results. As for the results of this study that: Music has many benefits, especially for mental health, According to Al Gazali there are 4 levels in listening to music including: lowest level, second level, third level up to the (highest) level While in reducing student academic stress levels there are several reasons which allows music to be used such as: demands that students feel are too heavy which they consider unable to live up to so that the emotions within students become chaotic. Keywords: Music, Imam Al-Ghazali, Stres Akademik Received: 9 May 2023 Approved: 26 May 2023 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. ## LATAR BELAKANG Musik mempunyai peran penting pada kehidupan sehari-hari, salah staunya yaitu dapat dimanfaatkan sebagai media untuk berkomunikasi, hiburan dan lain sebagainya. (Ro Hani & Suryo Ediyono,2019) Musik bukan hanya digunakan untuk keperluan duniawi saja akan tetapi music dapat digunakan untuk keperluan keagamaan. Menurut Moch. Yunus dalam artikelnya menjelaskan bahwa para ulama berbeda pendapat tegantung dari sudut pandang mana mereka melihatnya. Ada ulama yang melihat musik dari sudut pandang Alquran dan hadis, sosial budaya, ada juga bersikap lebih bijaksana lagi, yaitu melihat musik dari sudut pandang agama dengan mempertimbangkan kemaslahatan sosial umat Islam (Moch. Yunus, 2021). Pada bidang akademik, musik memiliki peranan yang sangat penting dimana dapat digunakan sebagai media belajar ( Haryudi Rahman , 2019). Terapi dapat juga digunakan untuk mengurangi tingkat stres yang dialami oleh mahasiswa. Telah dibuktikan secara ilmiah efek musik pada pikiran dan badan manusia. Bahkan, para ilmuwan pada masa Turki Usmani sudah mampu menetapkan jenis musik yang cocok untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Seperti yang kita ketahui bahwa mahasiswa adalah manusia yang paling mudah terkena stres. Adapun jenis stres yang dialami mahasiswa dinamakan sters akademik. Sayekti dalam Ade dkk (2020), menjelaskan bahwa Stres akademik disebabkan karena adanya academic stressor. Academic stressor adalah stress yang timbul karena adanya proses pembelajaran yang menuntut mahasiswa harus memperoleh nilai tinggi, proses belajar yang terlalu lama, tugas yang menumpuk, mengulang mata kuliah, beban belajar yang terlalu berat dan ada juga yang disebapkan karena adanya rasa khawatir berlebih dalam menghadapi ujian. Relita dilapangan banyak mahasiswa terkadang tidak dapat mengndalikan kecemasan akademik yang sedang dirasakan, hingga mengakibatkan terjadinya disharmoni dalam tubuh(Firman Faradisi, 2012). Hal ini dibuktikan oleh hasil Survei yang dilakukan oleh Nurmala, Wibowo dan Rachmawati yang dikutip Ferina Ulfa Nikmatun Erindana dkk. menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang mengalami stres dalam kategori sedang adalah 96, 4% (108 mahasiswa) dari total 112 mahasiswa, angka ini tentunya terbilang yang cukup tinggi (Ferina. dkk, 2021) . Jika tidak dikelola dengan baik, stres akademik dapat memicu fisiologis, mental, emosional dan konsekuensi fisik (Dickson Adom. dkk, 2020). Oleh sebab itu melihat dampaknya yang cukup serius maka diperlukan solusi untuk mengurangi tingkat stress pada mahasiswa salah satunya dengan mengunakan terapi music. Menurut Imam Al-Gazali music juga dapat memberikan penyegaran hati, mencegah kita dari godaan dan kegelisahan(Margareth Shmith, 2000). Maka dari pada itu penting sekali bagi mahasiswa untuk mendengarkan music guna merileskan fikiran mereka sehingga dapat mengurangi resiko stress akademik. Tulisan ini termasuk dalam penelitian literature dengan tujuan untuk mengkaji bagaimana music prespektif Imam Al- Gazali dan manfaat dalam mengurangi tingkat stres akademik mahasiswa. ## METODE PENELITIAN Tulisan ini termasuk jenis penelitian kerpustakaan, dengan menggunakan pendekatan kesastraan dalam bentuk jurnal ilmiah, buku, dokumen, catatan, dan sebagainya dengan tujuan untuk menghasilkan ide. Data dikumpulkan dengan membaca sejumlah referensi yang bersumber dari jurnal, buku-buku, dan hasil dari sebelumnya yang berkaitan dengan topic kajian penulis. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Music Sebagai Media Terapi Alunan music yang sesuai dengan komposisinya akan mampu membuat jiwa manusia menjadi tentaram dan damai agar dapat menumbuhkan ketentraman jiwa maka dibutuhkan penanganan yang tepat. Musik digunakan sebagai media penyembuhan untuk meningkatan kualitas individu atau kelompok(Ro Hani & Suryo Ediyono, 2019). Terapi musik merupakan profesi yang mapan di mana musik digunakan dalam hubungan terapis untuk mengatasi fisik, emosional, kognitif, dan sosial kebutuhan individu, dan termasuk triad Musik, klien dan berkualitas Musik(Qishou Tang. et.al). Terapi musik adalah intervensi ekspresif yang dapat mengurangi gejala depresif, serta meningkatkan motivasi untuk pengobatan dan kesiapan untuk mengubah pola penggunaan substansi. Terapi musik telah mendapatkan traksi sebagai pengobatan untuk berbagai penyakit fisik dan Gejala kesehatan perilaku, terutama dalam lima tahun terakhir(Michael Ishak, 2021). Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat fahami bahwa terapi music memiliki manfaat yang cukup banyak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dai dkk (2020) memperoleh hasil bahwa Terapi musik sebagai metode pengobatan nondrug sangat aman, sederhana dan ekonomis untuk diimplementasikan dan dapat secara efektif mengurangi rasa sakit, kecemasan dan depresi pa-tients di bawah jalan pintas arteri coronary. Banyak studi telah menunjukkan efek positif terapi musik untuk mengatur kecemasan, stres dan depresi pasien dirawat di rumah sakit (Patsy Tan, et.al.2020) Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menarik kesimpulan bahwa music sangat efektif dalam mengurangi stress akademik yang dialami oleh mahasiswa. ## Stres Akdemik Stres akademik adalah suatu kondisi individu yang timbul karena banyaknya tekanan atau tuntutan akademik yang melebihi kapasitas kemampuannya sehingga individu merasa terbebani (Nur Mawakhira Yusuf & Jannatul Maโ€™wa Yusuf, 2020). Sedangkan menurut Aryani dalam Sri dkk (2020) menjelaskan bahwa stres akademik merupakan respon fisik atau psikis terhadap hal tertentu karena ketidakmampuan mahasiswa dalam mengubah, menyesuaikan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan seperti: menulis, membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, sebagai akibat dari tekanan-tekanan atau ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterima dengan kemampuan yang dimiliki. Berbagai macam bentuk perubahan- perubahan seperti kurikulum, kondisi lingkungan, iklim pembelajaran dapat menjadi penyebabkan timbulnya stres akademik (Funsu Andiarna, Estri Kusumawat, 2020). Problem-problem diatas yang menjadi potensi besar timbulnya stress pada mahasiswa. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan N. Ruiz-Robledillo dkk (2020) memperoleh hasil bahwa tekanan akademis dalam pendidikan tinggi telah menunjukkan memiliki konsekuensi negatif pada proses pengajaran. Dalam hal ini, para mahasiswa yang menderita tingkat stres akademis tinggi biasanya menunjukkan kinerja akademis yang lebih rendah, gangguan psikologis lebih, atau tingkat motivasi yang lebih rendah, dan lainnya. Oleh karena itu, telah menjadi signifikan predikor putus kuliah. Melihat hal tersebut maka perlu dilakukan penanganan scara serius guna menekan angka signitifikan putus kuliah tersebut salah satunya dengan mengunkan music sebagai terapi baik music rock, dll. Manfaat Music Menurut Pandangan Imam Al-Ghazali Imam Al-Ghazali selain terkenal pada masanya menjadi seorang penulis dan seorang pendidik sebagaimana yang tertuang dalam berbagai karyanya, dia juga adalah seorang penyair sekaligus menjadi ahli music (Margareth Shmith, 2000). Menurutnya music memiliki pengaruh sekalipun makhluk kasar, orang yang tidak tergerak dengan music bagaikan orang yang memiliki kekurangan, paling tidak kurang cita rasa, kurang semangat, kasar, bersifat kesat daripada unta, burung, dan bahkan dari pada binatang liar. Music juga dapat memberikan penyegaran hati dan mencegah dari godaan dan kegelisahan, karena masa santai dan hiburan di anggap sebagai obat untuk kepenatan dan kecapaian badan ataupun pikiran oleh karnanya music dibolehkan bahkan perlu untuk tujuan tersebut. Ada 4 tingkatan dalam mendengarkan music menurut Al Gazali diantaranya; Tingkat terndah yaitu mendengarkan music hanya sekedar untuk bersenag- senang dan memberikan rasa rilek Tingkat kedua yaitu mendengarkan music dengan cara memahminya dan menerapkanya. Tingkat ketiga yaitu mendengarkan music untuk menghubungkan jiwa dengan tuhan. Tingkat kempat (tertinggi) dalam mendengarkan music adalah mereka yang mencapai tahapan dan kondisi dimana dia hanya dapat menyadari Allah sedangkan perbuatan diri sendiri dan orang lain tidak dapat disadari (Margareth Shmith, 2000). Selanjutnya Al-Ghazali menjelaskan bahwa mendengarkan music dapat membersihkan hati, dan kesucian hati menjadi syarat adanya penyikapan, maka dengan dorongan music ke dalam hati akan menimbulkan semangat dalam berusaha dan memperkuat kontempalsi yang ada dibalik energi music. Ia juga menkankan tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendengarkan music yaitu: bagi siapa saja yang mendengarkan music harus memperhatikan waktu, tempat, teman, dan harus terhindar dari hal-hal yang mengalihkan perhatian atau apasaja yang dapat mengganggu hati. Bagi yang mendengar music harus perhatian penuh pada apa yang didengar, dengan kehadiran hatinya meresapi apa yang sedang dilakukan, menjaga hati dan merenungkan apa yang mungkin Tuhan berikan padanya, sebagai anugrahnya. Melalui music dapat membangkitkan banyak sifat-sifat terpuji secara emosional dan pengaruh music semakin bertambah besar dengan menyalakan api cinta yang telah dimiliki hati, baik cinta dunia, cita rasa atau ketuhanan, ruhani (Margaret smith). Terapi Music Dalam Mengurangi ## Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Music dapat dimanfaatkan sebagai media terapi mengurangi stres akademik yang disebapkan oleh beberapa faktor seperti tuntutan yang dirasa terlalu berat oleh mahasiswa yang di anggapnya tidak mampu untuk di jalani sehingga menyebapkan emosi dalam diri mahasiswa menjadi kacau. Apabila hal tersebut terus terjadi maka akan memaksa mereka untuk menekan perasaanya. Perasaan yang tertekan tersebut akan menyebapkan timbulnya rasa cemas, kesepian, bosan yang berkepanjangan yang dapat menimbulkan ganguan fisik. Rasa cemas yang berlebih dapat menjadi penyebap jantung berdebar, darah tinggi, menghilangkan selera makan, nafas tidak teratur, berkeringat dingin, susah tidur dan bahkan dapat menyepabkan pingsan. Mahasiswa sebaiknya mencoba untuk mengelola stress dan depresi yang sedang dialami agar tidak sampai mengakibatkan terjadinya pisikosomatik yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh secara keseluruhan. Menurut imam algazali menjelaskan bahwa mendengarkan music dapat membersihkan hati. Sehingga dari penjelasan ini dapat di fahami bahwa music dapat berfungsi sebagai media terapi untuk mengurangi resiko stress akademik mahasiswa. Alunan music yang sesuai komposisinya memiliki energy fositif yang dapat memberikan rasa tentram dan damai pada jiwa. Selanjutnya berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mengetahui bagaimana manfaat mendengarkan music kelasik terhadap peningkatan konsentarsi mahasiswa menunjukkan bahwa terdapat pengaruh mendengarkan musik klasik terhadap konsentrasi mahasiswa karena apabila mahasiswa memiliki kebiasaan mendengarkan musik klasik akan menyebapkan kemempuan konsentrasi mahasiswa menjadi bertambah hal ini disebapkan karena adanya penurunan gelombang otak menjadi gelombang alfa, selain itu dapat merangsang pelepasan endorfin dan serotonin yang bermanfaat (Dzulkifli. dkk, 2021). Oleh sebap itu mendengarkan music sangat berguna dalam rangka mengurangi tingkat stress yang di alami oleh mahasiswa. ## KESIMPULAN Penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa music sangat efektif dalam mengurangi stress akademik yang dialami oleh mahasiswa. Menurut Al Gazali ada 4 tingkatan dalam mendengarkan music diantaranya: tingkat terndah, dimana tujuan mendengarkan music hanya sekedar untuk bersenag- senang dan memberikan rasa rilek. tingkat kedua yaitu mendengarkan music dengan cara memahminya dan menerapkanya, tingkat ketiga yaitu mendengarkan music untuk menghubungkan jiwa dengan tuhan, kemudian tingkat (tertinggi) dalam mendengarkan music adalah mereka yang mencapai tahapan dan kondisi dimana dia hanya dapat menyadari Allah sedangkan perbuatan diri sendiri dan orang lain tidak dapat disadari. Sedangkan dalam mengurangi tingkat stres akademik mahasiswa ada beberapa alasan yang memungkinkan music dapat di gunakan seperti: tuntutan yang dirasa terlalu berat oleh mahasiswa yang dianggapnya tidak mampu untuk di jalani sehingga menyebapkan emosi dalam diri mahasiswa menjadi kacau. ## DAFTAR PUSTAKA Ade Chita Putri Harahap, Dinda Permatasari Harahap, Samsul Riv ai Harahap, Analisis Tingkat Stres Akademik Pada Mahasiswa Selama Pembelajaran Jarak Jauh Dimasa A Systematic Review of Music Therapy for Psychosocial Outcomes of Substance Use Clients, International Journal of Mental Health and Addiction (2020). Covid-19, Biblio Couns : Jurnal Kajian Konseling dan Pendidikan | Vol. 3 No. 1 Maret 2020. Dai.et al. The effect of music therapy on pain,anxiety and depression in patients aftercoronary artery bypass grafting Journal of Cardiothoracic Surgery (2020) 15:81, hlm.5 https://doi.org/10.1186/s13019-020- 01141- Dickson Adom, Joshua Chukwuere, and Mavis Osei, Academic Stress among Faculty and Students in Higher Institutions, Pertanika J. Soc. Sci. & Hum. 28 (2): 1055 - 1064 (2020). Dzulkifli, Nizar; Santosa, Dicky; Kusmiati, Mia, Scoping Review: Pengaruh Mendengarkan Musik Klasik terhadap Kemampuan Konsentrasi Mahasiswa, Prosiding Pendidikan Dokter; Vol 7, No 1, Prosiding Pedidikan Kedokteran (Februari, 2021); 1 Universitas Islam Bandung, h.1 Ferina Ulfa Nikmatun Erindana, H. Fuad Nashori, M. Novvaliant Filsuf Tasaufi, Penyesuaian Diri Dan Stres Akademik Mahasiswa Tahun Pertamaself Adjustment And Academic Stress In First-Year University Student, Motiva : Jurnal Psikologi2021, Vol 4, No 1, 11-18, hlm. 11 DOI: https://doi.org/10.31293/mv.v4i1.530 3 Firman Faradisi, Efektivitas Terapi Murotal dan Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pasien Pra Operasi di Pekalongan, Jurnal Ilmiah Kesehatan, Vol V No 2 September 2012. Funsu Andiarna, Estri Kusumawat Pengaruh Pembelajaran Daring terhadap Stres Akademik Mahasiswa Selama Pandemi Covid-19, Jurnal Psikologi, Volume 16 Nomor 2, Desember 2020, hlm. 141. DOI: http://dx.doi.org/10.24014/jp.v14i2.9 221. Haryudi Rahman, Music Dalam Pendidikan Anak Usia Dini , jurnal YAA BUNAYYA, Vol 1, No 1 (2019). Margareth Shmith, Pemikiran Dan Doktrin Mistis Imam Al-Ghazali; Penerjemah, Amrouni. Cet.1. Jakarta: Riora Cipta, 2000. Michael Ishak, Nathalie Herrera, Christopher Martin, et al. Music Therapy for Depression in Adolescents: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials. Int J Psychiatr Res. 2021; 4(1). Moch. Yunus, Musik Dalam Sejarah Dunia Islam, Jurnal Qolamuna,Volume 2 Nomor 1 Juli 2016. N. Ruiz-Robledillo, dkk, Gender Differences In Academic Stress After Covid-19 In University Students, https://library.iated.org/view/RUIZR OBLEDILLO2020GEN, doi: 10.21125/iceri.2020.1940 Nur Mawakhira Yusuf, Jannatul Maโ€™wa Yusuf, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Akademik, Psyche 165 Journal Vol 13 No 02 (2020). Qishou Tang. et.al. Effects of music therapy on depression: A meta-analysis of randomized controlled trials, https://doi.org/10.1371/journal.pone.0 240862,https://doi.org/10.1007/s1146 9-020-00246-8 Ro Hani, Suryo Ediyono, Terapi Musik Menurut Al-Farabi Pada Masa Dinasti Abbasiyah (942-950 M), urnal CMES Volume XII Nomor 1 Edisi Januari - Juni 2019. Sri Utami, Anna Rufaidah, Afiatin Nisa, Kontribusi self-efficacy terhadap stress akademik mahasiswa selama pandemi Covid-19 periode April-Mei 2020, Volume 4, Number 1, June, (2020). Patsy Tan, et.al. Music therapy treatments in an inpatient settingโ€”A randomized pilot study, The Arts in Psychotherapy, Volume 69, July 2020, 101660, https://doi.org/10.1016/j.aip.2020.101 660
75169bc8-b0bd-4de6-b22b-e3c6f0fe15ac
https://ejournal.itn.ac.id/index.php/jati/article/download/5450/3568
## IMPLEMENTASI METODE K-MEANS CLUSTERING UNTUK PENGELOMPOKAN KELAS BERDASARKAN PEMAHAMAN SISWA PADA BIMBINGAN BELAJAR MATEMATIKA SASCHIO BANYUWANGI ## Ahmad Ghozy Fadilah, Febriana Santi Wahyuni, Sentot Achmadi Program Studi Teknik Informatika S1, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang, Jalan Raya Karanglo km 2 Malang, Indonesia [email protected] ## ABSTRAK Bimbingan belajar adalah proses bantuan kepada murid dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi di dalam kehidupanya agar mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kemampuanya dan membantu murid untuk menentukan cara yang efektif dan fleksibel dalam mengatasi permasalahan yang di alami oleh murid. Bimbingan belajar Matematika Saschio adalah salah suatu bimbingan belajar yang berada di Kabupaten Banyuwangi. Bimbingan tersebut berdiri pada tanggal 23 septembet 2021. Bimbingan tersebut menampung murid mulai dari SD, SMP dan SMA. Pada awalnya bimbingan tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar offline setelah pandemi covid-19 datang ke Indonesia bimbingan tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring dengan adanya E-Learning bisa membuat kegiatan belajar mengajar menjadi efektif walaupun dari jauh. E- learning adalah inovasi yang dapat dimanfaatkan dalam proses kegiatan belajar mengajar, tidak hanya dalam penyampaian materi belajar mengajar tetapi juga merubah kemampuan murid yang menggunakan media elektronik, Dengan adanya E-learning, murid tidak hanya mendengarkan uraian materi dari guru saja tetapi juga aktif mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan sebagainya. Salah satu metode yang digunakan dalam sistem ini adalah metode K-Means Clustering. K-Means Clustering adalah suatu metode menganalisa data atau metode untuk mengelompokan objek yang sesuai dengan atribut yang sama atau karakteristik ke dalam jumlah groups. Berdasarkan hasil pengujian akurasi metode menunjukan bahwa metode K-Means Clustering yang diterapkan pada website ini sudah tepat dengan tingkat kecocokanya 100% , Kata kunci: Bimbingan Belajar, E-Learning, Clustering, Metode K-Means, Covid 19, Kabupaten Banyuwangi ## 1. PENDAHULUAN Bimbingan belajar adalah suatu proses bantuan kepada murid dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi di dalam kehidupanya agar mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kemampuanya dan membantu murid untuk menentukan cara yang efektif dan fleksibel dalam mengatasi permasalahan yang di alami oleh murid [1] Bimbingan Belajar Matematika Saschio adalah salah satu bimbingan belajar yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Bimbingan tersebut berdiri pada tanggal 23 septembet 2021. Bimbingan tersebut menampung murid mulai dari SD, SMP dan SMA. Pada awalnya bimbingan tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar offline lsetelah pandemi covid-19 datang ke Indonesia bimbingan tersebut melakukan kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh dengan adanya E- Learning bisa membuat kegiatan belajar mengajar menjadi efektif walaupun dari jauh [2] Clustering adalah suatu metode yang memiliki sifat efisien dan cepat untuk tehnik mengelompokan sejumlah data objek ke dalam suatu cluster sehingga data menjadi beberapa group berdasarkan keamanan yang di tentukan sebelumnya. Tujuan Clustering adalah mengelompokan data dengan karakter yang sama ke daerah yang sama dan data dengan karakter yang berbeda ke daerah yang lain [3] ## 2. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian (Ai Rohmah, Falentino Sembiring & Adhitia Erfina, 2021) dengan judul โ€œImplementasi Algoritma K-Means Clustering Analysis Menentukan Hambatan Pembelajaran Daring.โ€ Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hambatan pembelajaran secara jarak jauh atau daring karena sejak meluasnya Covid-19 di Indonesia banyak peraturan baru yang dibuat oleh pemerintah dalam upaya mencegah Covid- 19 semakin banyak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dikembangkan Sistem yang mendukung Keputusan dengan metode K-Means Clustering. Metode K-Means Clustering merupakan metode yang sangat tepat dalam menangani masalah mengambil keputusan yang menggunakan beberapa kriteria hingga menghasilkan dua keputusan yaitu kelas rendah dan kelas tinggi [1] Penelitian (Fauziah Nur, 2015) dengan judul โ€œPenerapan Algoritma K-means Pada Siswa Baru Sekolah Menengah Kejuruan Untuk Clustering Jurusanโ€ Penelitian ini bertujuan untuk mengolah data dalam jumlah besar untuk mengelompokanya. Tehnik imi digunakan dalam proses Knowledge Discovery in Database (KDD). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dikembangkan Sistem yang mendukung Keputusan dengan metode K-Means Clustering. Dengan menggunakan metode K-Means Clustering tersebut adalah keputusan yang tepat dalam menangani masalah pengambilan keputusan terhadap penentuan jurusan murid baru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sesuai kemampuan. [2] Penelitian (Lili Kartikawati, Kusrini, Emha Taufiq Luthfi) yang berjudul โ€œAlgoritma K-Means Pada Pengelompokan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Sesudah Vaksinasi Covid-19โ€ Studi Kasus SMK Negeri 4 Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengelompokan kegiatan belajar mengajar luring terbatas setelah vaksin Covid-19. Pandemi Covid-19 Menimbulkan potensi dampak social yang tidak baik, Peran sekolah dalam proses belajar mengajar tidak terlihat. Akses dan Kualitas kegiatan belajar mengajar secara daring berbanding lurus dengan capaian belajar murid. Mengatasi permaslahan tersebut Dikembangkan (SPK) menggunakan metode K-means. Dengan menggunakan Metode K-Means dapat mengelompokan murid dalam empat grup yaitu daya serap tinggi, daya serap standar, daya serap rendah dan daya serap kurang [3] ## 2.1. Data Mining Data mining adalah proses mencari informasi data untuk menemukan model baru atau pola yang sempurna dan dapat dimengerti dalam database dengan jumlah data yang sangat besar. Disebut juga Knowledge Discovery kegiatan untuk mengumpulkan, memakai data history untuk menemukan aturan hubungan atau pola dalam data berjumlah banyak ## 2.2. Clustering Clustering adalah suatu metode mengelompokan data ke dalam beberapa cluster atau grup. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengukur nilai persamaan antar objek yang di bandingkan. Salah satunya adalah metode Euclidean Distance metode tersebut menghitung jarak ke 2 buah poin dengan melihat nilai dari masing-masing atribut pada ke 2 poin tersebut ## 2.3. Algoritma K-Means Algoritma K-Means merupakan suatu metode untuk menyelesaikan clustering. Algoritma ini relatif cepat dan sederhana. Algoritma K-Means dikenal karena kecerdasanya karena mengelompokan data dalam jumlah besar dengan efisien dan cepat. Algoritma K-Means berakhir ketika beberapa kriteria konvergensi terpenuhi diantaranya: 1. Menghitung jumlah data (p) 2. Menentukan jumlah cluste r (k) secara acak dan mengelompokan data yang lain ke dalam cluster tersebut berdasarkan jarak terdekat 3. Menghitung semua data centroid dari data yang di hasilkan dari masing-masing cluster 4. Menghitung centroid C kembali berdasarkan cluster terdekat 5. Teruskan langkah ke 3 dan ke 4 apabila ditemukan data yang pindah cluster Dibawah ini adalah rumus untuk menentukan jumlah Cluster K=โˆšn/2 Keterangan: K = Kluster N = Jumlah Data ## 2.4. Metode Clustering Metode Clustering adalah suatu metode yang tergabung dalam clustering non-hirarki dimana setiap objek yang termasuk dalam objek-objek yang sama dan berkolaborasi. Dengan menggunakan Metode Clustering ini,kita dapat mengklasifikasikan wilayah yang padat dan menemukan keterkaitan antara atribut data. Tujuan dari Metode Clustering adalah agar objek function berjumlah meminimalisir dalam proses Clustering ## 3. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilaksanakan secara sistematis yang menjelaskan proses bagaimana alur kerja penelitian yang telah dilaksanakan dari tahap menganalisa data, proses mengumpulkan data dan menganalisa data menggunkan metode Algoritma K- Means pada Bimbingan Belajar Matematika Saschio Banyuwangi ## 3.1. Flowchart Sistem Gambar 1. Flowchart Sistem Pada Gambar 1 Merupakan Flowchart sistem untuk admin alurnya dimulai dari Admin melakukan login ke sistem dengan menulis nama user dan Password. Setelah masuk ke dashboard terdapat beberapa pilihan menu yaitu data siswa materi dan manage user di dalam manager user terdapat 2 sub menu yaitu role dan user Admin memiliki hak akses CRUD pada menu tersebut ## 3.2. Flowchart Guru Gambar 2. Flowchart guru Pada gambar 2 Adalah flowchart sistem pada guru alurnya di mulai dari guru memulailogin sistem dengan menulis nama user dan password setelah masuk ke dashboard terdapat menu siswa dan materi. Guru bisa menginputkan data siswa dan materi pembelajaran yang akan diberikan kepada murid bimbingan belajar matematika saschio ## 3.3. Flowchart Siswa Gambar 3. Flowchart Siswa Pada Gambar 3 Merupakan Flowchart sistem untuk Siswa alurnya dimulai dari Siswa melakukan login ke sistem dengan menulis nama user dan Password Setelah masuk ke dashboard terdapat menu materi dan nilai siswa dapat mendonwload materi yang sudah di berikan guru pada saat dirumah dan dapat dipelajari dimanapun dan kapanpun siswa juga dapat melihat nilai yang sudah di masukan oleh guru ## 3.4. Use Case Diagram Gambar 4. Use Case Diagram Berdasarkan use case diagram pada Gambar 4 user hanya dapat mengakses jadwal pelajaran download materi, upload tugas dan melihat nilai. Sedangkan admin dapat melakukan semua yang dilakukan user. Admin dapat menampilkan dashboard admin, menampilkan semua menu, menampilkan data siswa, dan menampilkan hasil clustering dengan ketentuan admin harus login system terlebih dahulu dengan input username dan password. Sedangkan untuk guru dapat melakukan upload materi, melihat data siswa dan memberi nilai siswa ## 3.5. Perancangan Database 1. Database 2. Tb_akses digunakan untuk memberi akses pada admin, guru dan user/siswa Tabel 1. Tabel tb_akses NO NAMA TIPE DATA 1 Id Integer (11) 2 Nama Varchar 255) 3 Content Varchar(255) 4 Created_at Datetime 5 Link Text 6 Icon Varchar(255) 7 Submenu Varchar(255) 8 Group Varchar(255) 3. tb_angkatan berisi informasi siswa dan pendaftaran siswa baru bimbingan belajar matematika saschio banyuwangi Tabel 2. Tabel tb_angkatan NO NAMA TIPE DATA 1 Id Integer (11) 2 Angkatan Varchar(255) 3 Awal_pendaftaran Datetime 4 Akhir_pendaftaran Datetime 5 Awal_periode Datetime 6 Akhir_periode Datetime 7 Status Varchar(255) 8 Created_at Datetime 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Implementasi Implementasi sistem merupakan tingkatan penerapan perangkat lunak yang telah dilaakukan, diterapkan dan dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan seluruhnya. Proses ini merupaka proses dimana sistem siap untuk digunakan pada Bimbingan Belajar Saschio Banyuwangi. Aplikasi untuk membuat website Bimbingan Belajar Saschio adalah Visual Studio Code dan Bahasa pemrogaman yang digunakan pada aplikasi ini adalah Code Igniter dan My Sql sebagai database nya ## 4.2. Halaman Beranda Halaman ini berisi informasi pendaftaran peserta didik baru di Bimbingan Belajar Saschio Banyuwangi. Terdapat juga menu staff guru dan siswa pada halaman beranda seperti gambar di bawah ini ## 4.3. Form Pendaftaran Halaman ini berfungsi sebagai form pendaftaran murid baru pada bimbingan belajar matematika saschio banyuwangi. Siswa baru harus mengisi Nama, Asal Sekolah, Email, Password, Alamat dan Tingkatan ## Gambar 7. Form Pendaftaran 4.4. Menu K-Means Menu K-means digunakan untuk mengelompokan siswa mana yang masuk kelas menengah dan siswa mana yang masuk kelas lanjut pada Bimbingan Belajar Matematika Saschio Banyuwangi ## Gambar 8. Menu K-Means ## 4.5. Pengujian Metode Black Box Tabel 3. Metode Black Box No Skenario Pengujian Hasil yang diharapkan Hasil Pengujian 1 Klik Staff dan guru Sistem akan menampilkan halaman login untuk Admin dan guru Sesuai Harpan 2 Klik Siswa Sistem akan menampilkan halaman login untuk siswa Sesuai Harpan 3 Klik link daftar Sistem akan menampilkan form pendaftaran siswa baru Sesuai Harapan 4 Email dan password tidak diisi kemudian di kilik buuton login Sistem akan menampilkan pesan โ€œThis Value is requiredโ€ Sesuai Harapan No Skenario Pengujian Hasil yang diharapkan Hasil Pengujian 5 Klik tambah pada menu materi Sistem akan membahkan materi yang sudah dimasukan Sesuai Harapan 6 Klik tambah pada menu Kelas Sistem akan menambahkan kelas yang sudah dimasukan Sesuai Harapan 7 Klik tambah pada menu Angkatan Sistem akan menambakan angkatan yang sudah dimasukan Sesuai Harapan 8 Klik menu siswa Sistem akan menampilkan data siswa yang sudah dimasukan Sesuai Harapan 9 Klik tampilkan data pada menu penerimaan siswa Sistem akan menampilkan nilai siswa yang telah melakukan pre-test Sesuai Harapan 10 Klik generate K-means Sistem akan menampilkan cluster/kelas siswa pada aplikasi Sesuai Harapan 11 Klik soal tes Sistem akan menampilkan banyaknya soal pada aplikasi Sesuai Harapan 12 Klik nilai tes Sistem akan menampilkan nilai tes siswa pada aplikasi Sesuai Harapan 13 Klik role pada menu manage staff Sistem akan menampilkan hak ases untuk user yang baru Sesuai Harapan ## 4.6. Pengujian User Tabel 4. Pengujian User No Pernyataan Penilaian Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju 1 Apakah web sangat mudah digunakan? 0 100% 0 2 Apakah web dapat dijalankan dengan baik pada siswa SD , SMP dan SMA? 0 100% 0 3 Apakah web dapat menampilkan nilai tes dengan benar? 100% 0 0 4 Apakah web dapat menampilkan 0 100% 0 No Pernyataan Penilaian Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju data siswa dengan benar? 5 Apakah web dapat menampung data dalam jumlah besar? 0 100% 0 6 Apakah semua fitur di web sudah berfungsi dengan baik? 0 100% 0 ## 4.7. Perbandingan Pengujian Proses ## Tabel 5. Perbandingan Proses No Proses Waktu yang dibutuhkan Proses Manual Proses Sistem 1 Siswa mengerjakan soal Pre Test pada saat pendaftaran 1 Hari 30 Menit 2 Guru merekap nilai 1 Hari 10 menit 3 Guru mengelompokan murid berdasarkan hasil Pre Test 2 Hari 10 menit 4 Pengumuman hasil nilai Pre Test 1 Hari 10 Menit ## 5. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pengujian metode dan pengujian Black Box yang telah dilakukan pada aplikasi Bimbingan Belajar Matematika Saschio Banyuwangi dapat di simpulkan hasil Pengujian akurasi metode menunjukan bahwa metode k-means yang di implementasikan pada website ini sudah benar dengan tingkat presentase kecocokanya 100%. Hasil pengujian metode black box untuk menguji fungsionalitas system berjalan baik dan dalam pengujian kesalahan pada system di temukan sebesar 0% dan berdasarkan hasil pengujian perbandingan proses yang lama dengan proses yang baru dengan menggunakan perbandingan waktu, Sistem pendukung keputusan yang baru dapat menghasilkan keputusan yang lebih cepat dalam kurun waktu 60 menit daripada proses yang lama dalam kurun waktu 5 hari Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka penulis dapat memberikan saran-saran untuk pengembangan selanjutnya agar aplikasi ini berjalan dengan baik, antara lain Aplikasi Bimbingan Belajar Matematika Saschio diharapkan bisa dikembangkan tidak hanya pada platform Android. Penambahn Video/Gambar agar pengguna mempunyai banyak referensi saat belajar Matematika. Untuk Penelitian Selanjutnya Di harapkan Memperbaiki Dari Segi Design agar aplikasi ini lebih menarik lagi ## DAFTAR PUSTAKA [1]. Dewi1, K. D. (2020). Pengaruh E-Learning Berbasis Rumah Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa (Vol. 14 No 1). [2]. Faslah1, R. (2017). Perancangan Learning Management System Menggunakan Object Oriented Design Pada Stmik Widya Cipta Dharma (Vol. 3). [3]. Darmi, Y. D., & Setiawan, A. (2017). Penerapan Metode Clustering K-Means Dalam Pengelompokan Penjualan Produk. Jurnal Media Infotama, [4]. Dewi, K. A. I. D., Suarsana, I. M., & Juniantari, M. (2020). Pengaruh E-Learning Berbasis Rumah Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematika Siswa. Wahana Matematika Dan Sains: Jurnal Matematika, Sains, Dan Pembeljarannya, [5]. Dhuhita, W. (2015). Clustering Menggunakan Metode K-Mean Untuk Menentukan Status Gizi Balita. Jurnal Informatika Darmajaya [6]. Rohmah, A., Sembiring, F., & ... (2021). Implementasi Algoritma K-Means Clustering Analysis Untuk Menentukan Hambatan Pembelajaran Daring (Studi Kasus: Smk Yaspim Sistem Informasi Dan 290โ€“298.
4a59323d-743f-4e10-92bd-b6dd138cc117
https://ejournal.unipas.ac.id/index.php/Agro/article/download/1499/1093
Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 179-193, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1499 ## Evaluasi Toleransi Salinitas Beberapa Genotipe Padi (Oryza sativa L) Menggunakan Nilai Indeks ## Evaluation of Rice (Oryza sativa L.) Genotypes for Salinity Tolerance Using the Stress Indices Alya Aulia Nur 1 , Andy Soegianto 2โ™ฅ , Arifin Noor Sugiharto 2 , Nafisah 3 1 Agronomy Study Program, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 2 Department of Agricultural Cultivation, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia 3 Center for Standard Testing of Rice Plant Instruments, Rancajaya, Subang Regency, West Java, Indonesia โ™ฅ Corresponding author email: [email protected] Article history: submitted: August 23, 2023; accepted: March 2, 2024; available online: March 30, 2024 Abstract. Rice is a crop that is classified as susceptible to salinity environments that can reduce productivity. Genotype and salinity factors each had a significant effect on all morphological variables and yield components. Estimating the indices of plant tolerance is a process to measure or estimate the salt tolerance indices of a plant to potentially damaging environmental conditions. This study aims to evaluate the effectiveness of several calculations of stress tolerance indices to select rice genotypes that are tolerant of salinity stress. The experiment was conducted in the greenhouse of the Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Tanaman Padi, Jawa Barat. The research was divided into two experimental units. First under optimum conditions. Second under saline conditions with a controlled EC of 5 dS/m throughout the life phase. The results showed that there was one genotype that was tolerant to salinity stress and had greater yields than the comparison varieties, G9 (IR 129336:11-19-Ski-0-KN- 20) with Yp=25.39gram and Ys=5.74gram. Clustergram analysis based on the SSI index value divided the genotypes into 4 groups: highly susceptible, susceptible (R), tolerant vegetative susceptible generative (TVRG), and susceptible vegetative tolerant generative (RTVG). Keywords: indices stress; rice; salinity; tolerance Abstrak. Padi merupakan tanaman yang tergolong rentan terhadap lingkungan salinitas (garam tinggi) sehingga dapat menurunkan produktivitas. Faktor genotipe dan lingkungan cekaman salinitas (konsentrasi dan durasi) masing-masing berpengaruh nyata terhadap semua peubah morfologi dan komponen hasil. Pendugaan nilai indeks terhadap toleransi tanaman adalah proses untuk mengukur atau memperkirakan indeks toleransi suatu tanaman terhadap kondisi lingkungan yang berpotensi merusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keefektifan beberapa perhitungan nilai indeks toleransi cekaman untuk memilih genotipe padi yang toleran cekaman salinitas. Percobaan dilakukan di rumah kaca Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Tanaman Padi, Jawa Barat. Penelitian ini dibagi menjadi dua unit percobaan. Pertama dengan kondisi optimum. Kedua pada kondisi salin dengan EC terkontrol 5 dS/m sepanjang fase hidup. Hasil penelitian menunjukan terdapat satu genotipe yang toleran terhadap cekaman salinitas dan memiliki hasil lebih besar dibandingkan varietas pembanding yaitu G9 (IR 129336:11-19-Ski-0-KN-20.) dengan nilai Yp=25.39gram dan Ys=5.74gram. Analisis clustergram berdasarkan nilai indeks SSI membagi genotipe menjadi 4 kelompok yaitu sangat rentan, rentan(R), toleran vegetatif rentan generatif(TVRG), dan rentan vegetatif toleran generatif (RTVG). Kata kunci: nilai indeks; padi; salinitas; toleransi ## PENDAHULUAN Padi merupakan tanaman yang tergolong rentan terhadap lingkungan salinitas (garam tinggi) sehingga dapat menurunkan produktivitas. Cekaman salinitas dapat menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan biomassa tanaman (Liu et al., 2022). Faktor genotipe dan lingkungan cekaman salinitas (konsentrasi dan durasi) masing-masing berpengaruh nyata terhadap semua peubah morfologi dan komponen hasil (Zhao et al., 2021). Cekaman salinitas yang tinggi (diluar batas toleransi tanaman) dapat menurunkan beberapa variabel komponen hasil seperti tinggi tanaman, bobot kering tajuk, dan jumlah tanaman hijau. Genotipe yang toleran dipengaruhi oleh faktor genetik, karena tanaman yang toleran cenderung Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 179-193, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1499 memiliki batang yang lebih tinggi, bobot kering lebih besar, dan jumlah daun lebih banyak. Genotipe-genotipe yang diuji mengalami penurunan hasil pengukuran peubah morfologi saat tercekam salinitas tinggi (Suhartini & Harjosudarmo, 2017). Variabel utama yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat seleksi adalah konsentrasi NaCl pada tingkat kematian 90% (Saini et al., 2021). Tanda kematian pada tanaman ditunjukkan dengan perubahan warna menjadi coklat pada seluruh bagian daun. Perubahan warna coklat ini dimulai dari ujung daun dan secara perlahan merambat ke bagian pangkal. Sebelum perubahan warna coklat muncul, tanda awal yang terlihat adalah pengeringan tepi daun yang menyebabkan daun bergulung. Tingkat kematian tanaman semakin meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi NaCl, yang juga mengakibatkan percepatan dalam proses kematian tanaman. Kemampuan adaptasi varietas-varietas padi sawah terhadap kelebihan air juga bervariasi, tergantung sifat genetik varietas bersangkutan (Santhiawan & Suwardike, 2019). Faktor utama dalam mengembangkan sifat toleransi terhadap salinitas terletak pada variasi genetik yang ada dalam koleksi plasma nutfah padi, terutama dalam hal sifat- sifat terkait yang akan diuji. Variasi genetik ini dapat berasal dari berbagai sumber seperti varietas unggul, varietas lokal, padi liar, dan melalui metode rekayasa genetika. (Hairmansis & Nafisah, 2020). Varietas dengan sifat yang unggul dapat dihasilkan melalui teknik pemuliaan tanaman dengan seleksi pada plasma nutfah yang telah tersedia atau dengan melakukan seleksi pada populasi bersegregasi (Sihaloho & Purba, 2021) Keberhasilan dalam mengembangkan varietas padi yang toleran terhadap salinitas sangat bergantung pada pemilihan metode pemuliaan yang sesuai untuk memaksimalkan variasi genetik yang ada dan penggunaan metode penyaringan (screening) untuk menguji tingkat toleransinya terhadap salinitas. (Rumanti et al., 2018). Salah satu penentu varietas toleran salinitas adalah tersedianya metode screening yang akurat, reproducible dan massal (Gregorio et al., 1997). Pemilihan tetua toleran cekaman biotik dan abiotik termasuk salinitas dalam nilai kuantitatif umumnya menggunakan perhitungan nilai indeks (Widyastuti et al., 2016). Pendugaan nilai indeks terhadap toleransi tanaman adalah proses untuk mengukur atau memperkirakan indeks toleransi suatu tanaman terhadap kondisi lingkungan yang berpotensi merusak (Bennani et al., 2017). Nilai indeks menjelaskan sejauh mana tanaman dapat bertahan dengan baik dalam menghadapi stres lingkungan tertentu, seperti suhu ekstrem, kekeringan, kelebihan air, atau tingkat salinitas yang tinggi (Singh et al., 2015). Hal ini dapat dilihat melalui pengamatan langsung terhadap respons dan perilaku tanaman terhadap stres lingkungan seperti perubahan morfologi, pertumbuhan, produksi buah, atau tingkat kelangsungan hidup tanaman dalam kondisi tertentu (Jamshidi & Javanmard, 2018). Beberapa nilai indeks telah dikembangkan untuk memperkirakan toleransi tanaman terhadap stres tertentu, seperti Indeks Toleransi Kekeringan (Drought Tolerance Index) atau Indeks Salinitas (Salinity Index) (Jafari et al., 2009). Indeks ini memanfaatkan kombinasi parameter fisiologi dan morfologi untuk memberikan nilai numerik yang menggambarkan tingkat toleransi tanaman terhadap stres lingkungan tertentu (Bennani et al., 2017). Beberapa penelitian mencatat bahwa tanaman padi memiliki sensitivitas terhadap cekaman salinitas saat berada pada fase bibit dan pembungaan, tetapi lebih toleran pada fase kecambah dan bibit (Ismail et al., 2007). Melalui analisis nilai indeks diperoleh beberapa galur toleran salin yang sangat potensial untuk dikembangkan pada sawah irigasi rawan salin (Nafisah et al., 2017). Keragaan galur tersebut perlu diuji pada berbagai fase pertumbuhan untuk diketahui lebih lanjut tingkat toleransinya Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 179-193, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1499 terhadap cekaman salinitas. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi keefektifan beberapa perhitungan nilai indeks toleransi cekaman dalam memilih genotipe padi yang toleran terhadap cekaman salinitas. ## METODE Percobaan dilakukan pada Maret-Juli 2023 di rumah kaca Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Tanaman Padi. Sukamandi. Kabupaten Subang. Provinsi Jawa Barat. Materi yang digunakan adalah 12 galur padi sawah toleran salinitas yang diintroduksi dari IRRI dan hasil persilangan BBPadi serta 2 VUB (varietas unggul baru) toleran salin yaitu varietas Inpari 34 dan Biosaline 2, serta varietas pembanding toleran (+) yaitu pokali, dan varietas pembanding rentan (-) IR 29 (Tabel 1). Penelitian ini dibagi menjadi dua unit percobaan. Percobaan pertama dilakukan di rumah kaca dengan kondisi optimum atau tanpa cekaman. Percobaan kedua dilakukan di rumah kaca pada kondisi salin dengan EC terkontrol 5 dS/m sepanjang fase hidup tanaman padi. Analisis ragam dilakukan berdasarkan rancangan acak kelompok tiap unit percobaan dan analisis ragam gabungan. Uji kehomogenan dua ragam dilakukan menggunakan uji F. Karakter yang memiliki ragam homogen dapat dilakukan analisis ragam gabungan kemudian diuji lanjut menggunakan Tukey HSD . Tabel 1. Genotipe yang dievaluasi dan varietas pembanding No Genotipe Keterangan 1. IR 117834-10-1RGA-1RGA-1RGA-1. Galur introduksi IRRI 2. IR 100634-96-AJY 2-2. Galur introduksi IRRI 3. IR 108175-B-68-AJY 1-2,IR16T1075. Galur introduksi IRRI 4. IR 117749-B-B-CMU 6-1-B,IR18T1012. Galur introduksi IRRI 5. IR58443-6B10-3-Ski-Cim-Ski-Ind (2014). Galur introduksi IRRI 6. IR 63307-4B-4-3. Galur introduksi IRRI 7. IRRI 104. Galur introduksi IRRI 8. NSIC RC 222. Galur introduksi IRRI 9. IR 129336:11-19-Ski-0-KN-20. Galur introduksi IRRI 10. BP 30763C-Ski-14-2-Ski-0-KN-0. Galur hasil persilangan Bbpadi 11. BP 30830C-Ski-1-1-Ert-3-Ski-1. Galur hasil persilangan Bbpadi 12. BP 30795C-Ski-8-2-Ert-3-Ski-1. Galur hasil persilangan Bbpadi 13. Biosaline 2 VUB Toleran 14. Inpari 34 VUB Toleran 15. IR 29 Varietas pembanding (-) 16. Pokali Varietas pembanding (+) Persemaian dilakukan dengan cara menyemai benih masing-masing genotipe padi pada baki yang telah diisi dengan media pesemaian. Media pesemaian menggunakan tanah sawah yang dibiarkan macak-macak. Setelah air berkurang namun media tetap basah, baru siap digunakan untuk pesemaian. Pada setiap set percobaan dibuat pesemaian terpisah. Pada set percobaan perlakuan salin, media persemaian diberi garam NaCl dengan konsentrasi 3,2 gram/liter atau setara dengan 5 dSm -1 sedangkan pada set percobaan perlakuan normal, media persemaian tidak diberi garam NaCl. Pada kedua set percobaan benih direndam selama 1 malam setelah itu diperam selama 1 malam kemudian benih disemai di baki persemaian yang telah disiapkan. Pemeliharaan pesemaian dilakukan dengan cara monitoring, Pindah tanam dilakukan pada umur bibit 21 HSS. Hanya bibit padi yang tumbuh dengan baik yang akan digunakan sebagai bahan tanam di polybag untuk masing-masing set percobaan. Penanaman dilakukan pada polybag yang Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 179-193, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1499 sebelumnya sudah ditempatkan pada ember berukuran 10 liter dan sudah diberi air garam dengan EC 5 dSm -1 (nilai EC terkontrol sampai panen). Tinggi muka air dalam ember plastik sekitar 1-2 cm di atas permukaan polybag. Tanaman dibiarkan tumbuh dalam keadaan salin sampai saat panen. Pada perlakuan optimum atau tanpa cekaman lingkungan, bibit yang berasal dari perlakuan tanpa cekaman ditanam pada polybag yang berada di dalam kolam yang sudah diberi air. Tinggi muka air sekitar 1-2 cm diatas permukaan polybag. Toleransi terhadap cekaman salinitas dinilai dengan menghitung perbedaan hasil antara kondisi lingkungan optimum atau tanpa cekaman salinitas dengan kondisi lingkungan cekaman salinitas (Andayani et al., 2019). Perhitungan nilai indeks toleransi cekaman salinitas dilakukan pada karakter bobot total per rumpun (percobaan dilakukan pada polybag) dengan Persamaan 1-8. 1. Indeks stabilitas hasil (Bouslama & Schapaugh, 1984) ISH = ( ๐‘Œฬ… ๐‘  ๐‘Œฬ… ๐‘ ) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(1) ## 2. Stress tolerance index (Fernandez, 1992) STI = (Yp)(Ys) (Y๐‘) 2 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(2) 3. Stress susceptibility index (Fischerab & Maurerac, 1978) SSI = [1 โˆ’ ( ๐‘Œ ๐‘  ๐‘Œ ๐‘ )] / ISH โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(3) 4. Indeks harmonic (Dadbakhsh et al., 2011) IH = [2 x (Yp x Ys)] / [Yp + Ys] โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(4) 5. Mean productivity ( Rosielle & Hamblin, 1981) MP = (Yp)(Ys) 2 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(5) 6. Geometric mean productivity (Naseri et al., 2019) GMP = โˆš (Yp.Ys) โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(6) 7. Tolerance index (Rosielle & Hamblin, 1981) TOL = Yp - Ysโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(7) 8. Reduction (Farshadfar E & Javadinia J, 2011) RED = [1 โˆ’ ( ๐‘Œ ๐‘  ๐‘Œ ๐‘ )] .100โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..(8) Keterangan: Ys: Bobot total per rumpun pada cekaman salinitas Yp: Bobot total per rumpun pada lingkungan optimal Y ฬ… s : Rata-rata total bobot per rumpun pada cekaman salinitas Y ฬ… p : Rata-rata total bobot per rumpun pada lingkungan optimal Analisis regresi linier dilakukan pada nilai indeks cekaman yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar masing-masing nilai indeks diatas dengan persentase penurunan hasil dan hasil. Analisis Komponen Utama (PCA) bertujuan untuk mengidentifikasi variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap keragaman, dengan menganalisis nilai indeks untuk setiap variabel komponen hasil. Sementara itu, Analisis clustering dan dendrogram bertujuan untuk mengelompokkan kategori genotipe padi yang toleran terhadap salinitas berdasarkan kemiripan karakteristik. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Scoring salt injury Dampak yang timbul pada tanaman padi akibat cekaman salinitas dapat dianalisis melalui nilai skor kerusakan yang telah ditetapkan oleh SES (Sistem Evaluasi Standar untuk padi). Gambar 1 menunjukan Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 179-193, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1499 hasil observasi kerusakan pada masing- masing genotipe dalam keseluruhan populasi. Skor 3 mengindikasikan adanya pertumbuhan agak normal, tetapi ujung daun atau beberapa daun memutih dan melengkung. Skor 5 menggambarkan pertumbuhan yang terhambat, dengan hampir seluruh daun yang menggulung dan hanya sedikit yang dapat tumbuh dengan normal. Skor 7 menggambarkan pertumbuhan yang sepenuhnya terhenti dan hampir seluruh daun mengering. Skor 9 mengindikasikan hampir semua bagian tanaman mati. Respon genotipe padi terhadap cekaman salinitas berbeda-beda. Gambar 1. menjelaskan bahwa terdapat beberapa genotipe yang memiliki daya adaptasi tinggi setelah pindah tanam namun ada beberapa genotipe yang memiliki daya adaptasi rendah setelah pindah tanam. Hal ini dapat dilihat dengan adanya warna grafik yang lebih gelap di masing-masing genotipe pada fase awal pertumbuhan. Genotipe-genotipe yang memiliki skor 9 (dicirikan dengan warna grafik yang paling gelap) pada saat fase vegetatif, disulam dengan bibit tanaman baru karena tanaman skor 9 sudah terganggu pertumbuhannya dan mati. Sehingga pada grafik diatas diperoleh warna yang fluktuatif atau berubah menjadi warna yang lebih muda (skor < 9) setelah warna yang gelap (skor 9). Penyulaman dilakukan selama fase vegetatif tanaman. Hal ini bertujuan agar tanaman tersebut tetap dapat memberikan hasil optimal meskipun berada pada kondisi cekaman salin dan dapat melihat daya adaptasi tanaman tersebut setelah pindah tanam, karena masing-masing genotipe memiliki respon yang berbeda, sehingga dapat dijadikan rekomendasi waktu pindah tanam yang tepat pada masing-masing genotipe. Gambar 1. Grafik kerusakan tanaman padi akibat cekaman salinitas G1, G2, G3, dan G4, G8, G14 dan G15 memiliki daya adaptasi yang baik terhadap cekaman salinitas, terlihat pada grafik bahwa warna paling terang berada pada fase awal pertumbuhan tanaman, artinya genotipe- genotipe tersebut dapat pindah tanam pada umur 21 HSS sama dengan pindah tanam pada perlakuan tanpa cekaman lingkungan. Pada G5 direkomendasikan pindah tanam pada umur bibit diatas 56 HSS atau 35 HST jika mengacu pada pertumbuhan genotipe- genotipe yang memiliki daya adaptasi baik. G6, G7, G10 dan G16 masing-masing genotipe pada umur bibit diatas 63 HSS, 70 HSS, 56 HSS (G10 sama dengan G16) atau diatas 42 HST (G6) dan 49 HST (G7), serta G10 dan G16 adalah 35 HST (jika mengacu pada pertumbuhan genotipe-genotipe yang memiliki daya adaptasi baik). G9 dan G13 direkomendasikan pindah tanam pada 49 HSS atau jika mengacu pada pertumbuhan genotipe-genotipe yang memiliki daya adaptasi baik adalah 28 HST. G11 dan G12 masing-masing genotipe direkomendasikan pindah tanam pada umur bibit 49 HSS dan 70 HSS atau 28 HST dan 49 HST jika mengacu pada pertumbuhan genotipe-genotipe yang memiliki daya adaptasi baik. Berdasarkan gambar diatas kerusakan tanaman padi akibat cekaman salinitas dapat dibagi menjadi 4 yaitu, rentan pada seluruh fase hidup (R), toleran pada fase vegetatif namun rentan saat memasuki fase generatif sampai panen (TVRG), rentan pada fase vegetatif namun cukup toleran saat fase generatif sampai panen (RVTG), dan tanaman toleran (T). G1 merupakan tanaman rentan (R) cekaman salinitas karena pertumbuhan tanaman genotipe tersebut terhambat dan banyak terdapat daun kering serta sulit membentuk anakan. Tanaman yang toleran pada fase vegetatif namun rentan ketika fase generatif (TVRG) terdapat pada G2, G3, G4, G5, G14, dan G15. Genotipe-genotipe tersebut tumbuh normal, hanya terdapat sedikit daun yang putih kering atau menggulung dan cepat membentuk anakan saat fase vegetatif namun ketika mulai berbunga, daun dan batang pada genotipe-genotipe tersebut banyak yang kering, akibatnya bunga terbentuk tidak sempurna atau rusak, jika terdapat bunga yang berhasil menjadi malai, rata-rata gabah yang dihasilkan tidak bernas. Beberapa genotipe lain termasuk dalam kategori tanaman yang rentan saat fase vegetatif namun toleran ketika fase generatif (RTVG). Genotipe-genotipe tersebut diantaranya G6, G7, G8, G9, G10, G11, G12, G13 dan G16. Genotipe-genotipe tersebut lebih sulit beradaptasi setelah pindah tanam. Dicirikan dengan daun yang mengering dan jumlah anakan yang tidak bertambah, bahkan ada beberapa tanaman yang langsung mati ketika dipindah tanam. Tanaman mulai dapat beradaptasi dan tumbuh setelah masuk fase generatif. Tanaman tersebut dapat membentuk anakan dan bunganya tidak banyak yang rusak sehingga dapat menghasilkan gabah yang bernas. Analisis nilai kerusakan (injury score) berdasarkan pertumbuhan tanaman secara morfologi membantu dalam menilai tingkat toleransi cekaman salin pada tanaman dengan mengelompokkan tanaman berdasarkan kondisi kerusakannya namun belum cukup untuk menilai genotipe-genotipe yang dikategorikan toleran terhadap cekaman salinitas. Hal ini disebabkan karena toleransi suatu tanaman terhadap salinitas dapat mempengaruhi berbagai variabel pertumbuhan dan respons fisiologis tanaman yang tidak terlihat dengan jelas dalam perhitungan injury skor pada daun seperti kemampuan mengekskresikan garam, menahan garam di akar, dan menyesuaikan metabolisme seluler yang nantinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi (De Leon et al., 2015). Oleh karena itu perlu dilakukan analisis nilai indeks, analisis korelasi dan analisis komponen utama dengan nilai indeks toleran agar mendapat genotipe yang toleran berdasarkan variabel komponen hasil dan hasil. Tingkat toleransi terhadap cekaman salinitas dapat diketahui melalui perbandingan hasil antara lingkungan normal atau tanpa cekaman salinitas dengan lingkungan yang mengalami cekaman salinitas. Penilaian produktivitas rata-rata dalam kondisi normal atau optimum dan salin menggunakan nilai indeks toleransi terhadap cekaman salinitas. ## Nilai indeks cekaman Pada kondisi lingkungan cekaman salinitas diperoleh nilai rata-rata bobot total per rumpun sebanyak 0.27-5.74 gram, sedangkan pada kondisi tanpa cekaman salinitas diperoleh 13.03-28.49 gram per rumpun. Tanaman yang berada pada lingkungan cekaman salinitas mengalami penurunan bobot total per rumpun, dimana setiap genotipe tanaman padi yang diuji mengalami penurunan bobot total per rumpun yang berbeda-beda tergantung pada tingkat toleransi dan kemampuan adaptasi genotipe Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 179-193, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1499 tersebut pada kondisi cekaman salinitas. Berdasarkan perhitungan nilai indeks, genotipe-genotipe padi yang diuji memiliki perbedaan yang signifikan pada semua nilai indeks toleransi terhadap cekaman salinitas. Nilai TOL dan SSI terendah berada pada G14, kemudian diikuti oleh G8, G2, dan G12. Nilai RED tertinggi terdapat pada G1, G15, G4, dan G16. Genotipe tersebut menunjukkan kehilangan hasil bobot total per gram yang lebih rendah dari stabilitas hasil rata-rata, baik saat berada pada lingkungan dengan cekaman salinitas atau pada kedua kondisi lingkungan (optimum dan cekaman salinitas). Genotipe G7, G9, dan G13 memiliki nilai tertinggi untuk indeks MP, GMP, dan STI, sementara G2, G12, dan G14 memiliki nilai terendah dalam konteks ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketiga indeks ini memiliki pengaruh nyata dalam menentukan genotipe yang lebih toleran terhadap salinitas. G14 menunjukkan indeks ISH tertinggi, diikuti oleh G9 dan G10, sementara G1 memiliki nilai ISH terendah, diikuti oleh G4 dan G15. Nilai tertinggi untuk indeks IH ada pada G7, diikuti oleh G13, G8, dan G5, sementara nilai terendah terdapat pada G1, diikuti oleh G15 dan G4. Komponen ISH dan IH menunjukkan korelasi yang nyata signifikan dan positif dengan Ys (nilai karakter hasil pada genotipe dalam lingkungan cekaman). Hubungan korelasinya negatif signifikan dengan SSI. Hal ini berarti bahwa indeks ISH dan IH memiliki peran dalam mengidentifikasi genotipe yang paling responsif dan stabil terhadap cekaman lingkungan, seiring dengan korelasi negatifnya terhadap SSI (Andayani et al., 2019). Nilai ISH yang lebih kecil diartikan sebagai tingkat kepekaan yang lebih tinggi terhadap cekaman lingkungan, dan menunjukkan stabilitas hasil yang kurang baik (Tao et al., 2021). Tabel 2. Nilai indeks cekaman pada masing-masing genotipe Genotipe Yp Ys MP GMP Tol SSI ISH STI IH RED G1 20.28 0.27 10.27 2.33 20.01 1.13 0.01 0.01 0.53 98.67 G2 16.59 2.87 9.73 6.90 13.71 0.94 0.17 0.09 4.90 82.67 G3 27.96 1.78 14.87 7.05 26.18 1.07 0.06 0.10 3.35 93.64 G4 23.67 0.81 12.24 4.37 22.87 1.10 0.03 0.04 1.56 96.59 G5 21.23 3.67 12.45 8.82 17.57 0.95 0.17 0.15 6.25 82.74 G6 23.61 3.01 13.31 8.44 20.60 1.00 0.13 0.14 5.34 87.24 G7 34.13 5.41 19.77 13.59 28.72 0.96 0.16 0.36 9.34 84.14 G8 20.80 3.84 12.32 8.94 16.97 0.93 0.18 0.16 6.48 81.55 G9 25.39 5.74 15.56 12.07 19.65 0.88 0.21 0.29 9.36 77.40 G10 15.92 2.73 9.32 6.59 13.19 0.95 0.17 0.08 4.66 82.86 G11 19.93 2.31 11.12 6.79 17.62 1.01 0.12 0.09 4.14 88.41 G12 13.03 1.67 7.35 4.66 11.36 1.00 0.13 0.04 2.96 87.19 G13 31.88 5.45 18.66 13.18 26.42 0.95 0.17 0.34 9.31 82.90 G14 15.02 3.13 9.08 6.86 11.89 0.90 0.23 0.09 5.18 79.16 G15 23.69 0.61 12.15 3.80 23.08 1.11 0.03 0.03 1.19 97.42 G16 28.49 1.76 15.13 7.09 26.73 1.07 0.06 0.10 3.32 93.82 Rerata 22.60 2.82 Ragam (ฯƒ 2 ) 36.07 2.89 STD 6.01 1.70 Keterangan: Yp: rata-rata bobot total per rumpun pada kondisi optimum, Ys: rata-rata bobot total per rumpun pada kondisi cekaman salinitas, MP: hasil rata-rata, GMP: hasil rata-rata geometrik, TOL: toleransi, IH: indeks harmonik, SSI: stress susceptibility index, STI: stress tolerance index, RED (%): kehilangan hasil. Kriteria untuk menilai tingkat toleransi tanaman saat mengalami cekaman akibat kekeringan dan rendahnya ketersediaan nitrogen, berdasarkan nilai SSI dan ISH berhubungan dengan kemampuan genotipe jagung dalam mengurangi kehilangan hasil (Efendi & Azrai, 2015). Korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah persentase tingkat penurunan hasil suatu genotipe jagung pada kondisi cekaman kekeringan dan N rendah, maka semakin tinggi tingkat toleransi genotipe tersebut. Pendekatan pada kasus tersebut dapat dijadikan perbandingan karena kekeringan dan salinitas memiliki hubungan sangat erat karena keduanya dapat menginduksi stres air pada tanaman. Kekeringan terjadi saat pasokan air ke akar tanaman terbatas, sementara salinitas muncul ketika tanah memiliki konsentrasi garam yang tinggi, menghambat penyerapan air oleh tanaman. Kekurangan nitrogen dapat meningkatkan kerentanan tanaman terhadap cekaman salinitas, sedangkan cekaman salinitas dapat menghambat penyerapan nitrogen oleh tanaman. Kondisi ini mengakibatkan tekanan hiperosmotik dan kekeringan fisiologis pada tanaman, yang mengganggu kemampuan penyerapan air secara optimal. Sejalan dengan hal tersebut, dalam memilih genotipe padi hibrida yang toleran terhadap cekaman kekeringan pada fase pembibitan dengan perlakuan PEG 6000 konsentrasi 25% menggunakan nilai SSI atau ISK atau Nilai ISH yang lebih kecil diartikan sebagai tingkat kepekaan yang lebih tinggi terhadap cekaman lingkungan, dan menunjukkan stabilitas hasil yang kurang baik (Widyastuti et al., 2016) Tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas berdasarkan nilai SSI dan ISH berhubungan erat dengan kemampuan genotipe padi dalam menekan kehilangan hasil (Gambar 2). Hal tersebut didasari pada perolehan nilai koefisien korelasi SSI yang berkorelasi positif nyata secara linier naik dan ISH yang memiliki nilai korelasi nyata secara linier turun, perbandingan penurunan hasil relatif pada kondisi cekaman dengan nilai koefisien regresi sebesar (R 2 )=1.00. Semakin rendah persentase penurunan hasil suatu genotipe padi pada kondisi cekaman salinitas maka genotipe tersebut dapat dikategorikan semakin toleran. G9 mempunyai hasil bobot per rumpun pada kondisi cekaman salinitas sebesar 5.74 gram dan pada kondisi normal atau tanpa cekaman menjadi lebih tinggi, yaitu 25.39 gram sehingga persentase penurunan hasilnya paling rendah, 77.40% (SSI = 0.88). Sementara itu G1 dan G15 (sebagai varietas pembanding rentan) dapat dikategorikan sebagai genotipe yang rentan terhadap cekaman salinitas karena mempunyai rata- rata nilai bobot total per rumpun masing- masing sebesar 0.27 gram dan 0.61 gram dengan penurunan hasil tertinggi, yaitu 98.67% (SSI=1,13) dan 97.42% (SSI=1.11). Semakin rendah persentase pengurangan hasil (RED) pada genotipe padi dalam kondisi cekaman salinitas, maka semakin tinggi tingkat toleransi genotipe tersebut. G9 mempunyai hasil bobot per rumpun pada kondisi cekaman salinitas sebesar 5.74 gram dan pada kondisi normal lebih tinggi, yaitu 25.39 gram sehingga persentase penurunan hasilnya paling rendah, 77.40% (SSI = 0.88). Sementara itu G1 dan G15 (sebagai varietas pembanding rentan) dapat dikategorikan sebagai genotipe yang rentan terhadap cekaman salinitas karena mempunyai rata- rata nilai bobot total per rumpun masing- masing sebesar 0.27 gram dan 0.61 gram dengan penurunan hasil tertinggi, yaitu 98.67% (SSI = 1,13) dan 97.42% (SSI=1.11). Gambar 2. Hubungan nilai indeks sensitivitas cekaman (a), indeks stabilitas hasil (b), toleransi cekaman (c), dan indeks harmonik (d), terhadap RED atau tingkat kehilangan hasil (%) pada kondisi cekaman salinitas Parameter ISH menunjukkan kecenderungan yang terbalik dengan SSI, dimana semakin tinggi nilai SSI maka semakin rendah tingkat kehilangan hasil (RED), sedangkan semakin rendah nilai ISH maka semakin tinggi tingkat kehilangan hasil (RED). G9 dan G14 (varietas pembanding toleran) mempunyai nilai ISH tertinggi yaitu 0.21 dan 0.23 sedangkan G1 mempunyai nilai ISH terendah 0.01. Hal ini menunjukan bahwa tingkat toleransi genotipe terhadap cekaman berbeda-berbeda, tergantung pada tingkat cekaman yang dialami genotipe tersebut selama pertumbuhan tanaman. Karakteristik toleransi genotipe padi berdasarkan produktivitas dapat dinilai melalui indeks harmonik (IH) yang dijelaskan dalam Gambar 3. Hal ini menunjukkan bahwa nilai STI dan IH memiliki korelasi linier yang signifikan dengan tingkat produktivitas genotipe padi (GMP) dalam lingkungan cekaman salinitas, dengan koefisien regresi masing-masing sebesar 0,955 dan 0,946. Keterkaitan nilai IH dan STI dengan produktivitas juga terbukti kuat pada berbagai kondisi cekaman salinitas. Korelasi tinggi ini dibuktikan oleh tingginya koefisien determinasi (R 2 ) antara IH dan STI dengan bobot total per rumpun dalam kondisi cekaman salinitas. Dalam konteks ini, semakin tinggi nilai IH dan STI pada genotipe padi, semakin besar produktivitas yang bisa dihasilkan oleh genotipe tersebut saat menghadapi cekaman salinitas. Hasil ini menegaskan bahwa kriteria toleransi seperti STI dan IH dapat digunakan untuk memilih genotipe padi yang memiliki produktivitas tinggi saat berada dalam kondisi cekaman. Gambar 3. Hubungan nilai indeks sensitivitas (a), dan indeks stabilitas hasil (b), toleransi cekaman (c), dan indeks harmonik (d), terhadap rata-rata produktivitas geometric pada kondisi cekaman salinitas Peran penting juga dimiliki oleh nilai indeks toleransi terhadap cekaman (ITC) atau STI (stress tolerance index) dan indeks harmonik (IH) dalam penentuan genotipe yang toleran terhadap cekaman lingkungan. Karakteristik yang menunjukkan toleransi suatu genotipe berdasarkan nilai STI atau IH adalah semakin tinggi nilai STI dan IH dari genotipe tersebut, maka semakin besar produktivitas yang dapat dihasilkan oleh genotipe tersebut dalam kondisi cekaman. Hal ini mengindikasikan tingkat toleransi genotipe terhadap lingkungan tercekam. (Wu et al., 2019). Pendugaan toleransi cekaman abiotik suatu aksesi dengan STI (stress tolerance index) dapat digunakan untuk memilih aksesi toleran dengan potensi hasil tinggi. Nilai STI yang tinggi sama artinya dengan meningkatnya tingkat toleransi aksesi tersebut terhadap cekaman abiotik (Singh et al., 2015). Pendugaan toleransi genotipe padi toleran cekaman salinitas dilakukan menggunakan nilai SSI (R 2 =1). Nilai SSI dihitung untuk pada 17 variabel penyusun komponen hasil. Perhitungan nilai SSI tersebut menunjukkan kategori toleran yang berbeda-beda pada setiap variabelnya, sehingga menyulitkan untuk mengategorikan nilai SSI pada masing-masing variabel komponen hasil yang dapat digunakan untuk mengelompokan toleransi genotipe padi cekaman salinitas. Masalah ini dapat terurai jika dilakukan analisis komponen utama. ## Analisis komponen utama Analisis komponen utama adalah analisis yang dapat digunakan untuk mencari karakter mana yang memiliki nilai kontribusi tinggi baik dalam kontribusi positif maupun negatif terhadap variasinya. Pada percobaan ini, analisis komponen utama dilakukan untuk mencari genotipe yang tahan terhadap cekaman salinitas. Komponen utama (PC) ditetapkan berdasarkan nilai eigenvalue. Nilai eigenvalue di bawah satu (<1) tidak digunakan untuk menghitung jumlah komponen utama yang terbentuk. Dari hasil Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 179-193, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1499 analisis komponen utama pada 16 genotipe padi, 5 komponen utama dengan nilai eigenvalue lebih dari 1 dapat menunjukkan keragaman total sebesar 87,215%. Tabel 3. Analisis komponen utama terhadap 17 variabel komponen hasil Karakter Komponen Hasil PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 Tinggi tanaman 0.025 -0.070 0.209 0.622 0.301 Jumlah anakan 0.254 -0.123 -0.247 0.381 0.631 Jumlah daun 0.258 -0.087 -0.135 0.635 0.182 Umur berbunga 0.107 0.282 -0.206 0.399 -0.033 Umur panen -0.156 0.179 0.597 0.115 -0.303 Fertilitas polen 0.243 0.611 -0.091 -0.189 0.427 Luas daun 0.248 0.564 0.268 -0.010 0.158 Kerapatan Stomata 0.724 0.448 0.216 0.239 0.282 Panjang Akar 0.691 0.314 0.173 0.408 0.025 Bobot basah batang 0.324 0.027 0.025 -0.010 -0.100 Bobot kering batang 0.200 0.077 -0.170 0.083 -0.375 Bobot basah daun 0.189 0.336 0.366 -0.200 0.059 Bobot kering daun 0.169 0.346 -0.040 -0.220 0.076 Panjang malai 0.282 -0.120 -0.041 0.108 -0.301 Persentase Gabah isi 0.615 -0.078 -0.037 -0.252 0.229 Bobot 1000 butir 0.616 -0.132 0.431 -0.147 -0.155 Bobot Total 0.329 -0.111 0.040 -0.165 -0.054 Nilai Eigen 7.367 3.152 2.312 1.526 1.342 Tingkat kontribusi (%) 40.925 17.513 12.843 8.476 7.458 Akumulasi tingkat kontribusi (%) 40.925 58.439 71.282 79.758 87.215 Keterangan: Angka yang ditulis tebal adalah nilai variabel komponen utama > 0,5. Hasil analisis komponen utama (tabel 3) menjelaskan bahwa komponen utama pertama (PC1) menerangkan keragaman variabel komponen hasil sebesar 40.93%, sedangkan pada PC2 17.51%, PC3 sebesar 12.84%, PC4 sebesar 8.48 dan PC5 sebesar 7.46. Pada PC1 terlihat bahwa variabel kerapatan stomata, panjang akar, persentase gabah isi dan bobot 1000 butir memberikan informasi sumber keragaman lebih banyak dibandingkan variabel fertilitas polen dan luas daun pada PC2, variabel umur panen pad PC3, variabel tinggi tanaman dan jumlah daun pada PC4 serta variabel jumlah anakan pada PC5. Hal ini berarti bahwa karakteristik morfologi dari keempat variabel komponen hasil pada PC1 memiliki peran penting dalam kemampuan adaptasi genotipe terhadap lingkungan yang terpengaruh oleh cekaman salinitas dan dapat menjadi karakter seleksi toleran salinitas. Analisis clustergram digunakan untuk mengelompokan karakter-karakter komponen hasil (PC) dan genotipe (dendrogram) yang terindikasi toleran cekaman salinitas berdasarkan nilai korelasi SSI dan nilai analisis komponen utama. Untuk mengetahui berbagai variabel yang dapat mempengaruhi toleransi terhadap cekaman berdasarkan analisis multivariabel, analisis ini dapat menghilangkan variabel yang tidak penting dan menemukan variabel penting pendukung toleransi cekaman, sehingga dapat digunakan sebagai indikator toleransi terhadap cekaman (Widyastuti et al., 2016). Hasil dari analisis komponen utama menunjukkan bahwa kategori genotipe toleran cekaman salin adalah genotipe yang mampu bertahan hidup sampai akhir fase/panen dan menghasilkan bobot total yang lebih berat. ## Analisis clustergram Analisis cluster berdasarkan nilai indeks sensitivitas cekaman (SSI) pada 17 variabel komponen hasil menghasilkan dendrogram seperti gambar diatas. Teknik pengelompokan atau klasterisasi merupakan pendekatan multivariat yang bertujuan untuk mengkategorikan genotipe-genotipe berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki oleh masing-masing genotipe tersebut. Melalui analisis klaster, genotipe-genotipe ini diklasifikasikan sehingga setiap genotipe yang memiliki kesamaan paling mendekati akan tergabung dalam satu kelompok. Berdasarkan hasil dendrogram pada Gambar 4 dapat dijelaskan bahwa 16 genotipe padi yang diamati memiliki keragaman yang tersebar pada koefisien tingkat kemiripan 20%-92%. Pengelompokan tersebut dapat dibedakan secara lebih spesifik pada koefisien kemiripan 60% dan kemudian terbagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama memiliki satu anggota yaitu G1. Kelompok kedua memiliki 6 anggota yaitu G14, G2, G4, G5, G3, dan G6. Kelompok ketiga memiliki 1 anggota yaitu G15, dan kelompok keempat memiliki 8 anggota yaitu G11, G13, G7, G9, G12, G10, G8, dan G16. Gambar 4. Dendrogram pada 16 genotipe padi toleran salinitas Dendrogram hasil analisis clustering (Gambar 4) memiliki kelompok yang sama dengan pendugaan toleransi cekaman salinitas pada injury score berdasarkan SES (disajikan dalam bentuk grafik pada Gambar 1. Kelompok kedua dalam dendrogram berisi genotipe-genotipe TVRG atau toleran pada fase vegetatif dan rentan pada fase generatif, sedangkan kelompok keempat dendrogram berisi genotipe-genotipe dengan karakter RVTG atau rentan pada fase vegetatif namun toleran saat memasuki fase generatif. Pada hasil injury score, G15 termasuk pada kategori TVRG namun berdasarkan dendrogram diatas G15 memiliki kelompok sendiri dan terpisah pada kelompok TVRG. Hal ini disebabkan karena nilai Yo (bobot total per rumpun pada lingkungan optimum) yang digunakan dalam menghitung SSI pada G15 lebih besar dibandingkan dengan G1, sehingga diperoleh nilai SSI pada G15 lebih kecil dibandingkan G1 (semakin kecil nilai SSI maka genotipe tersebut semakin toleran). Oleh karena itu dalam dendrogram diatas, G15 membentuk kelompok sendiri (terpisah dari G1) sebagai genotipe yang rentan, sedangkan G1 sangat rentan terhadap cekaman salinitas. Metode analisis kelompok atau cluster digunakan untuk mengamati hubungan antara sejumlah variabel yang diuji dengan mengelompokkannya menjadi kelompok objek yang memiliki kesamaan ciri berdasarkan variabel tertentu yang sedang diselidiki (Wu et al ., 2019). Teknik cluster ini memisahkan objek-objek sehingga yang memiliki kemiripan terdekat, ditempatkan dalam satu kelompok. Tingkat kesamaan ini bisa diukur berdasarkan jarak antara objek- objek tersebut (Widyastuti et al ., 2016). Hasil pengelompokan, terutama yang menggunakan pendekatan hierarkis, dapat digambarkan dalam bentuk dendrogram. Dendrogram merupakan representasi visual dari tahapan dalam analisis cluster yang menunjukkan pembentukan kelompok dan nilai jarak antar genotipe pada setiap langkah (Singh et al ., 2015). Data mengenai kedekatan antar genotipe ini dapat memberikan saran dalam menetapkan genotipe yang berpotensi dan layak untuk dikembangkan lebih lanjut melalui program pemuliaan tanaman (Wu et al ., 2019). ## SIMPULAN Berdasarkan skoring salt injury, perhitungan nilai indeks, analisis komponen utama, dan analisis clustergram dapat ditarik kesimpulan bahwa SSI dan ISH adalah nilai indeks terbaik dalam menentukan tingkat toleransi cekaman salinitas pada 16 genotipe padi yang diuji karena memiliki hubungan korelasi positif yang sangat kuat terhadap nilai RED (R 2 =1). Terdapat satu genotipe yang toleran terhadap cekaman salinitas dan memiliki hasil yang lebih besar dibandingkan dengan varietas pembanding yaitu G9 (IR 129336:11-19-Ski-0-KN-20.) tergolong RTVG pada analisis skor injury dan clustergram. ## UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih ditujukan kepada Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Tanaman Padi, Ibu Dr. Nafisah, kelompok peneliti pemuliaan tanaman beserta tim yang telah memberikan dana dan dukungan untuk penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA Andayani, N. N., Riadi, M., Roy, E., & Azrai, M. (2019). Respon genotipe jagung hibrida silang tiga jalur terhadap cekaman intensitas cahaya rendah. Buletin Penelitian Tanaman Serealia , 3 (1), 1โ€“8. Bennani, S., Nsarellah, N., Jlibene, M., Tadesse, W., Birouk, A., & Ouabbou, H. (2017). Efficiency of drought tolerance indices under different stress severities for bread wheat selection. Australian Journal of Crop Science , 11 (4), 395โ€“ 405. https://doi.org/10.21475/ajcs.17.11.04.p ne272 Bouslama, M., & Schapaugh, W. T. (1984). Stress tolerance in soybeans. I. Evaluation of Three Screening Techniques for Heat and Drought Tolerance 1 . Crop Science , 24 (5), 933โ€“ 937. https://doi.org/10.2135/cropsci1984.001 1183X002400050026x Dadbakhsh, A., Yazdansepas, A., & Ahmadizadeh, M. (2011). Corresponding Author Study Drought Stress on Yield of Wheat (Triticum aestivum L.) Genotypes by Drought Tolerance Indices. Advances in Environmental Biology , 5 (7), 1804โ€“ 1810. De Leon, T., Linscombe, S., Gregorio, G., & Subudhi, P. (2015). Genetic variation in Southern USA rice genotypes for seedling salinity tolerance. Frontiers in Plant Science , 6 , 1โ€“13. https://doi.org/10.3389/fpls.2015.00374 Efendi, R., & Azrai, M. (2015). Kriteria indeks toleran jagung terhadap cekaman kekeringan dan nitrogen rendah. Prosiding Seminar Nasional Serealia . Farshadfar E, & Javadinia J. (2011). Evaluation of chickpea ( Cicer arietinum L.) genotypes for drought tolerance. Seed Plant Improv Journal , 24 (4), 517โ€“ 537. Fernandez, G. C. J. (1992). Effective selection criteria for assesing plant stress tolerance. In Adaptation of Food Crops to Temperature and Water Stress. International symposium . Fischerab, R. A., & Maurerac, R. (1978). Drought resistance in spring Wheat Cultivars. I grain yield responses. Aust. J. Agric. Res , 29 , 897โ€“912. Gregorio, G. B., Senadhira, D., & Mendoza, R. D. (1997). Screening rice for salinity tolerance . Hairmansis, A., & Nafisah. (2020). Development of improved rice varieties for saline affected areas . Ismail, A. M., Heuer, S., Thomson, M. J., & Wissuwa, M. (2007). Genetic and genomic approaches to develop rice germplasm for problem soils. Plant Molecular Biology , 65 (4), 547โ€“570. https://doi.org/10.1007/s11103-007- 9215-2 Jafari, A., Paknejad, F., & Al-Ahmadi, M. J. (2009). Evaluation of selection indices for drought tolerance of corn Zea mays L. hybrids. International Journal of Plant Production , 3 (4), 1735โ€“8043. www.ijpp.info Jamshidi, A., & Javanmard, H. R. (2018). Evaluation of barley (Hordeum vulgare L.) genotypes for salinity tolerance under field conditions using the stress indices. Ain Shams Engineering Journal , 9 (4), 2093โ€“2099. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j. asej.2017.02.006 Liu, C., Mao, B., Yuan, D., Chu, C., & Duan, M. (2022). Salt tolerance in rice: Physiological responses and molecular mechanisms. In Crop Journal (Vol. 10, Issue 1, pp. 13โ€“25). Institute of Crop Sciences. https://doi.org/10.1016/j.cj.2021.02.010 Nafisah, Hairmansis, A., & Sitaresmi, T. (2017). Grain yield of rice elite lines under saline prone condition in Cilamaya Wetan, Karawang Subdistrict West Java. Journal of Suboptimal Lands , 6 (1), 21โ€“32. www.jlsuboptimal.unsri.ac.id Naseri, M. A., Bayat, H., Aminifard, M. H., & Moradinezhad, F. (2019). Effect of drought and salinity stress on growth, flowering and biochemical characteristics of Narsicuss tazetta L. Journal Of Horticultural Science , 33 (3), 451โ€“466. https://doi.org/10.22067/jhorts4.v0i0.76 772 Rosielle, A. A., & Hamblin, J. (1981). Theoretical aspects of selection for yield in stress and non-stress environments. Crop Science , 21 , 943โ€“946. Rumanti, I. A., Hairmansis, A., Nugraha, Y., Nafisah, Susanto, U., Wardana, P., Subandiono, R. E., Zaini, Z., Sembiring, H., Khan, N. I., Singh, R. K., Johnson, D. E., Stuart, A. M., & Kato, Y. (2018). Development of tolerant rice varieties for stress-prone ecosystems in the coastal deltas of Indonesia. Field Crops Research , 223 , 75โ€“82. https://doi.org/10.1016/j.fcr.2018.04.00 6 Saini, S., Kaur, N., Marothia, D., Singh, B., Singh, V., Gantet, P., & Pati, P. K. (2021). Morphological analysis, protein profiling and expression analysis of auxin homeostasis genes of roots of two contrasting cultivars of rice provide inputs on mechanisms involved in rice adaptation towards salinity stress. Plants , 10 (8), 1โ€“20. https://doi.org/10.3390/plants10081544 Santhiawan, P., & Suwardike, P. (2019). Adaptasi padi sawah (Oryza sativa L.) terhadap peningkatan kelebihan air sebagai dampak pemanasan global. Agrobali Agricultural Journal , 2 (2), 130โ€“144. Sihaloho, A. N., & Purba, J. (2021). Evaluasi karakter vegetatif F3 tanaman kedelai (Glycine max L.) hasil seleksi pedigree pada tanah masam dataran tinggi. Agrobali Agricultural Journal , 4 (1), 74โ€“ 93. https://doi.org/10.37637/ab.v4i1.686 Singh, S. K., Sengar, R. S., Kulshreshtha, N., Datta, D., Tomar, R. S. S., Rao, V. P., Garg, D., & Ojha, A. (2015). Assessment of multiple tolerance indices for salinity stress in bread wheat (Triticum aestivum L.). The Journal of Agricultural Science , 7 , 49. https://api.semanticscholar.org/CorpusI D:55757299 Suhartini, T., & Harjosudarmo, T. Z. P. (2017). Tolerance of local rice germplasm to salinity. Bul. Plasma Nutfah , 23 (1), 51โ€“58. Tao, R., Ding, J., Li, C., Zhu, X., Guo, W., & Zhu, M. (2021). Evaluating and screening of agro-physiological indices for salinity stress tolerance in wheat at the seedling stage. Frontiers in Plant Science , 12 . https://doi.org/10.3389/fpls.2021.64617 5 Widyastuti, Y., Purwoko, S. B., & Yunus, M. (2016). Identifikasi toleransi kekeringan tetua padi hibrida pada fase perkecambahan menggunakan Polietilen Glikol (PEG) 6000. J. Agron. Indonesia , 44 (3), 235โ€“241. Wu, H., Guo, J., Wang, C., Li, K., Zhang, X., Yang, Z., Li, M., & Wang, B. (2019). An effective screening method and a reliable screening trait for salt tolerance of brassica napus at the germination stage. Frontiers in Plant Science , 10 . https://doi.org/10.3389/fpls.2019.00530 Zhao, S., Zhang, Q., Liu, M., Zhou, H., Ma, C., & Wang, P. (2021). Regulation of plant responses to salt stress. International Journal of Molecular Sciences , 22 (9). https://doi.org/10.3390/ijms22094 609
0f763836-4d5c-4814-8144-f524f4791dc5
http://jurnal.stmik-yadika.ac.id/index.php/spirit/article/download/40/66
## RANCANG BANGUN APLIKASI UJIAN AKHIR SEMESTER ONLINE UNTUK MENGUKUR PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA 1 Respati Bary Mahputra , 2 Andy siswanto 1,2) Program Studi/Prodi Teknik Informatika, STMIK Yadika, 2) Program Studi/Prodi Management Informatika, STMIK Yadika, email: [email protected], [email protected] Abstract: the exam end smester is an activity undertaken by the school to determine the level of students' progress and is the process of student learning outcomes assessment that is implemented at the end. To monitor the development of the quality of education is needed SK. Competence is a combination of knowledge, skills, values and attitudes reflected in the habit of thinking and acting. In this case competence is defined as the knowledge, skills and abilities controlled by a person who has become part of him. This is an application made in the application of information technology to manage the data evaluation includes schools, student data, teacher data, the subjects and the value of the evaluation has been done.. ## Keywords: exam aplication, education ## 1. Pendahuluan Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan[2]. Demikian halnya dengan pemanfaatan teknologi informasi di dalam dunia pendidikan, salah satunya yaitu Aplikasi Ujian Akhir Semester Online. Program ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak yang terkomputerisasi dan digunakan khusus untuk mengola data-data ujian yang berkaitan dengan mata pelajaran yang diberikan oleh guru maupun pihak sekolah[1]. Nantinya aplikasi ini bisa di pergunakan dan di integrasikan dengan komputer Server yang ada di Lab. Komputer dan Juga Webhosting yang dipunyai sekolah, sehingga Ujian berbasis webservice bisa dilakukan secara offline dan online oleh para siswa dan siswi. Aplikasi Ujian Akhir Semester Online ini dipergunakan pihak sekolah untuk mengukur pencapaian kompetensi siswa. ## 2. Metode Penelitian Format halaman diset melalui menu โ€œpage setupโ€. 2.1 ## PENGERTIAN UJIAN AKHIR SEMESTER Ujian Akhir Semester adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar siswa dan merupakan proses penilaian hasil belajar siswa yang dilaksanaan pada akhir semester sehingga disebut Ujian Akhir Semester (UAS). 2.2 PENGERTIAN KOMPETENSI Untuk memantau perkembangan mutu pendidikan diperlukan SK. SK dapat didefinisikan sebagai โ€œpernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik serta tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaranโ€ (Center for Civยฌics Education, 1997:2)[1]. Menurut definisi tersebut, SK mencakup dua hal, yaitu standar isi (content standards), dan standar penampilan (performance stan-dards). Standart Kompetensi yang menyangkut isi berupa pernyataan tentang pengetahuan, sikap dan keterampilan yang harus dikuasai peserta didik dalam mempelajari mata pelajaran tertentu seperti Kewarganegaraan, Matematika, Fisika, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris. SK yang menyangkut tingkat penampilan adalah pernyataan tentang kriteria untuk menentukan tingkat penguasaan peserta didik terhadap SI. ## 2.3 KONSEP DASAR SISTEM โ€œSuatu sistem adalah suatu jaring an kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentuโ€. [ 1]. Menurut Indrajit (2001:2), โ€œmengemukakan bahwa sistem mengandung arti kumpulan- kumpulan dari komponen-komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan lainnyaโ€. Secara sederhana, suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu.. ## 2.4 PENGERTIAN BASIS DATA Menurut Toni Fabbri : Database adalah sebuah sistem file-file yang terintegrasi yang mempunyai minimal primary key untuk pengulangan data. Menurut S. Attre : Database adalah koleksi data- data yang saling berhubungan mengenai suatu organisasi / enterprise dengan macam-macam pemakaiannya. Menurut Ramakrishnan dan Gehrke (2003), menyatakan basisdata sebagai kumpulan data, umumnya mendiskripsikan aktivitas satu organisasi atau lebih yang berhubungan[7]. Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Basis Data adalah kumpulan data yang saling berhubungan yang nantinya menghasilkan informasi untuk tujuan tertentu. ## 2.4.1 Konteks Diagram Defenisi diagram kontek menurut Jogiyanto (2005:59) โ€œDiagram kontek adalah diagram arus data yang berfungsi untuk menggambarkan yang dirancang suatu objek, diagram konteks ini Gambar 1. Konteks Diagram ## DFD (DATA FLOW DIAGRAM) ## Gambar 2 DFD Level 1 Aplikasi UAS Intranet ## 3. Hasil dan Pembahasan Setelah kebutuhan untuk membangun sistem informasi tersebut telah terpenuhi, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan implementasi sistem yang telah dibuat. Oleh karena itu, implementasi sistem ini akan dijelaskan berdasarkan jenis pengguna masing-masing beserta menu-menu yang dapat diakses. ## a. Halaman Login Halaman login adalah halaman yang berfungsi untuk menjaga sistem. Hanya yang mempunyai akses username dan password yang dapat masuk ke sistem. Halaman Login di tampilan sebagai berikut: ## Gambar Form Login User ## b. Halaman Admin Area Meupakan halaman utama admin utama. Pada halaman ini berisi dua form yaitu New Password dan Retype New Password. Seperti pada gambar berikut: Gambar Halaman Admin Area ## c. Halaman User Guru Halaman ini berisi informasi seputar data user guru. Pada menu ini berisi kolom NIP, Nama, Alamat dan Status, serta menu Edit dan Hapus. Gambar Form List Data Guru Untuk memasukkan data guru baru, klik menu Tambah Data, maka akan tampil seperti berikut. Gambar Form Tambah User Guru ## d. Halaman Data User Siswa Halaman ini berisi form โ€“ form isian untuk memasukkan data siswa yang akan mengikuti ujian. Gambar List Data User Siswa Untuk memasukkan data siswa baru, klik menu Tambah Data, maka akan tampil seperti berikut. Gambar Form Tambah User Siswa ## e. Halaman Data Mata Pelajaran Halaman ini digunakan untuk memasukkan data mata pelajaran, seperti gambar berikut ini: Gambar List Data Mata Pelajaran Untuk menambahkan mata pelajaran baru, klik Tambah Data, maka akan muncul form seperti berikut: Gambar Form Tambah MataPelajaran f. Halaman Hasil Ujian Halaman ini berisi seputar data nilai dan lulus tidaknya siswa yang mengikuti evaluasi berdasarkan mata pelajaran masing-masing, seperti gambar berikut: Gambar Hasil Ujian Evaluasi Siswa Gambar Tampilan Cetak Laporan Gambar Hasil Evaluasi Tiap Siswa ## g. Halaman Utama Siswa Halaman ini merupakan halaman utama siswa jika berhasil login, berisi menu Home, Ujian, Hasil Ujian dan Logout. Tampilannya seperti berikut: ## Gambar Halaman Utama Siswa ## h. Halaman Ujian Siswa Halaman ini berisi tampilan untuk mengikuti ujian evaluasi bagi siswa. Terdapat informasi awal sebelum ujian, siantaranya Nama guru, Mata Pelajaran, Jumlah Soal, Kompetensi Dasar dari Mata Pelajaran yang di Ujikan, peraturan dan tombol mulai Ujian. Tampilannya seperti berikut: Gambar Halaman Informasi Ujian Setelah siswa membaca informasi ujian dan menekan tombil Mulai Ujian, maka akan muncul halaman baru seperti berikut, ## Gambar Halaman Ujian Siswa Setelah siswa menyelesaikan semua soal yang di ujikan, maka siswa dapat menekan tombol selesai jika sudah merasa jawabannya sesuai, atau dapat merubah jawaban yang di anggap salah. Untuk berhenti siswa harus klik tombol Selesai dan akan muncul nilai hasil evaluasinya, seperti gambar berikut, Gambar Halaman Hasil Evaluasi Siswa Jika siswa yang bersangkutan mengikuti ujian dengan mata pelajaran yang sama, tidak bisa masuk, dan akan menemui halaman notifikasi seperti berikut, Gambar Halaman Notifikasi Sudah Mengikuti Evaluasi ## i. Halaman Kepala Sekolah Halaman di peruntukkan kepala sekolah untuk melihat saja, tanpa bisa merubah data yang ada di aplikasi UAS, meliputi data user, siswa, guru, mata pelajaran dan nilai. Seperti pada tampilan berikut ini. Gambar Halaman Utama Kepala Sekolah Gambar Halaman Data User Kepala Sekolah Gambar Halaman Mata Pelajaran KepSek ## Gambar Halaman Hasil Evaluasi Kepala Sekolah ## 4. Simpulan Kesimpulan yang diambil oleh penulis dari serangkaian proses pembahasan dan pengujian Aplikasi Ujian Akhir Semester Online Untuk Mengukur Pencapaian Kompetensi Siswa Di MTS Syamsul Arifin, diantaranya: 1) Mempermudah guru di dalam melihat kompetensi siswa di dalam mata pelajaran masing โ€“ masing. 2) Siswa dapat pengetahuan baru di dalam evaluasi mata pelajaran berbasis web. 3) Mempermudah siswa mengetahui nilai ujian yang di ikuti, langsung setelah selesai mengerjakan semua soal yg di ujikan. 4) Mengurangi ketergantunagn siswa untuk mencontek, karena soal yang di tampilkan tiap PC dengan PC lainnya berbeda nomer / soal acak. ## Daftar Pustaka . [1] M. Ngalim Purwanto,. 2001. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. [2] Suharsimi Arikunto.2006. Dasar-dasar Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. [3] Syaiful Sagala DR, M.Pd, konsep dan makna pembelajaran, Alfabeta, Bandung. [4] Syafii, M. 2005, Mudah dan Cepat Menguasai Pemograman WEB. Bandung : Informatika Bandung. [5] Nugroho Adi, 2002. Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi dengan Metodologi Berorientasi Objek, Informatika Bandung. [6] Kristanto Andri, 2003, Jaringan Komputer, Graha ilmu, Yogyakarta. [7] Kadir, A. 2008. Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP dan Pemograman WEB Mencakup HTML, CSS, JavaScript dan PHP. Yogyakarta : ANDI.
e9b8e905-7a30-4189-b848-2226eb31b7a8
http://jurnal.ardenjaya.com/index.php/ajsh/article/download/38/34
Website: http://jurnal.ardenjaya.com/index.php/ajsh Email: [email protected] Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan ## INFO PENULIS St. Jawiah Universitas Sulawesi Tenggara [email protected] ## INFO ARTIKEL ISSN: 2808-1307 Vol. 1, No. 3, Desember 2021 http://jurnal.ardenjaya.com/index.php/ajsh ยฉ 2021 Arden Jaya Publisher All rights reserved ## Saran Penulisan Referensi: Jawiah, S. (2021). Peranan Kepala Desa dalam Pemberdayaan Masyarakat di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Arus Jurnal Sosial dan Humaniora, 1 (3), 87- 98. ## Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, yakni semua data yang diperoleh dilapangan dikumpulkan dan kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah-masalah dalam penelitian ini. Hasil Penelitian diantaranya yaitu pertama, Peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat secara umum sudah memberikan perubahan dan pembangunan serta pelatihan kepada masyarakat sesuai tuntutan pekerjaannya sudah baik. Kedua, Adapun peranan Kepala Desa baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara keseluruhan dinyatakan berperan aktif sebagai seorang Kepala Desa dalam ketiga kategori tadi, namun di bagian perencanaan mendapat sedikit hambatan karena kurangnya partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam sosialisasi program yang akan dilaksanakan. Kemudian masalah yang dihadapi Kepala Desa dalam pelaksanaan program yaitu seperti hujan, kerusakan alat berat dan sedikit tenaga kerja yang menjadi kendala utama seperti pembuatan jalan tani dan drainase. Kata Kunci: Kepala Desa, Masyarakat, Pemberdayaan ## A. Pendahuluan Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam arti daerah di berikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah yang di tetapkan dalam Undang โ€“ Undang nomor 23 tahun 2014, daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Pelaksanaan pemerintahan yang baik semakin berkembang di tengah-tengah masyarakat kita seiring dengan semakin tingginya kompleksitas permasalahan bangsa dalam berbagai aspek penyelenggaraan negara. Perkembangan ini di tandai dengan dikembangkannya paradigma baru di bidang politik pemerintahan yang saat ini dikenal secara luas dengan istilah good governance atau juga sering di artikan secara umum sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Desa sebagai kesatuan masyarakat hukum terkecil yang memiliki batas - batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati oleh negara. Pemberdayaan masyarakat desa dapat dilihat pula sebagai upaya mempercepat pembangunan desa. Pembangunan desa selayaknya mengarah pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa melalui penyediaan sarana dan prasarana untuk memberdayakan masyarakat, dan upaya mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif dan kokoh. Pembangunan desa bersifat multi aspek, oleh karena itu perlu keterkaitan dengan bidang sektor dan aspek di luar desa sehingga dapat menjadi pondasi yang kokoh bagi pembangunan nasional sebagaimana yang tela di jelaskan dalam undang-undang no 6 tahun 2014 tentang desa. Untuk mewujudkan pemberdayaan, kesejahteraan, dan kemandirian masyarakat perlu didukung oleh pengelolaan pembangunan yang partisipatif. Pada tatanan pemerintahan diperlukan perilaku pemerintahan yang jujur, terbuka, bertanggung jawab, dan demokrasi, sedangkan pada tatanan masyarakat perlu di kembangkan mekanisme yang memberikan peluang peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan bagi kepentingan bersama. Seorang kepala desa sebagai administrator, maka dalam perannya harus menjadi sumber inovasi bagi pembinaan gagasan dan strategi yang menunjang pembaharuan dan pembangunan. Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah strategi yang dilakukan untuk melakukan kemandirian sosial ekonomi masyarakat dalam jangka panjang. Sasaran yang dituju adalah masyarakat miskin yang tidak memiliki keberdayaan secara ekonomi, sosial, budaya dan politik. ## Abstract The purpose of this study was to determine the role of the village head in community empowerment in the village and to find out what factors influenced the role of the village head in community empowerment in Teteinea Village, Lalembuu District, South Konawe Regency. The data analysis technique used in this research is descriptive-qualitative, ie all data obtained in the field are collected and then conclusions are drawn based on the answers that are relevant to the problems in this study. The results of the research include, first, the role of the village head in community empowerment in general has provided changes and development and training to the community according to the demands of their work is good. Second, the role of the Village Head in planning, implementation and overall supervision is stated to have an active role as a Village Head in the three categories, but in the planning section there are a few obstacles due to the lack of community participation to participate in the socialization of the program to be implemented. Then the problems faced by the Village Head in implementing the program, such as rain, damage to heavy equipment and a small number of workers were the main obstacles such as making farm roads and drainage. Keywords : Village Head, Community, Empowerment Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk mentransformasikan pertumbuhan masyarakat sebagai kekuatan nyata masyarakat, untuk melindungi dan memperjuangkan nilai- nilai dan kepentingan di dalam arena segenap aspek kehidupan. Pemberdayaan masyarakat mempunyai arti meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat, karena pemberdayaan masyarakat bukan hanya meliputi penguatan individu tetapi juga pranata- pranata sosialnya. Desa Teteinea merupakan salah satu desa di Wilayah Kecamatan Lalembuu kabupaten Konawe Selatan. Peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemberdayaan masyarakat yang ada di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan, karena berdasarkan apa yang dilihat di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu, tingkat kreativitas dan daya saing masyarakat desa Teteinea dalam mengelola ekonominya masih rendah. Berdasarkan uraian tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa dan mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. ## B. Metode Penelitian ini dilaksanakan di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga yang berdomisili di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Mengingat jumlah populasi relatif banyak, maka diadakan penarikan sampel dengan memilih secara acak sebanyak 30 responden dari 3 Dusun yang ada di Desa Teteinea. Adapun teknik pengumpulan data diantaranya: a. Studi Kepustakaan (library research), yaitu studi yang dilakukan dengan cara mempelajari literarur-literatur yang relavan dengan permasalahan penelitian ini. b. Penelitian Lapangan (Field research), yaitu penelitian yang dilakukan dilapangan dengan menggunakan metode : - Observasi (pengamatan), yaitu pengumpulan data melalui penga-matan langsung mengenai obyek-obyek yang diteliti. - Interview (wawancara), yaitu melakukan wawancara dengan respon-den maupun informan kunci guna mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan daftar panduan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitatif, yakni semua data yang diperoleh dilapangan dikumpulkan dan kemudian ditarik kesimpulan berdasarkan jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah-masalah dalam penelitian ini. ## C. Hasil dan Pembahasan ## Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Teteinea merupakan salah satu Desa yang berada di wilayah Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan. Adapun luas wilayahnya 565 hektar. Secara admistratif Desa Teteinea merupakan wilayah Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan dengan letak geografis sebagai berikut: ๏‚ท Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamukti ๏‚ท Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Punangga ๏‚ท Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lambadia ๏‚ท Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kapuwila Keadaan alam Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan terdiri atas daratan yang subur dan cocok untuk potensi perkebunan saat ini, aktifitas masyarakat dalam bertani semakin meningkat seiring dengan maksimalnya pemanfaatan areal perkebunan. Sebagaimana iklim yang berlaku pada umumnya di Indonesia, Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan sama persis memiliki musim yang sama yakni musim hujan yang berlangsung sekitar Januari sampai Juni dengan cerah hujan sedang, pada bulan Agustus sampai Oktober terjadi musim kemarau. Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil penelitian dari data yang ada bahwa untuk saat ini jumlah penduduk yang ada di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu berjumlah 262 Kepala Keluarga atau dapat mencapai 1.048 jiwa. Dengan rincian laki-laki 542 orang dan perempuan mencapai 506 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Teteinea NO Jenis Kelamin Jlh Jiwa Persentase 1 Laki-Laki 350 49,09 2 Perempuan 363 50,01 Jumlah 713 100,00 Sumber data ; Kantor Kepala Desa Teteinea, Juni 2019 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa dari keseluruhan penduduk Desa Teteinea yang berjumlah 713 jiwa yang menduduki porsi terbanyak adalah penduduk yang berjenis kelamin Peempuan yakni mencapai 363 jiwa atau 50,01 %, sedangkan selebihnya yaitu 350 jiwa atau 49,09 % adalah penduduk dengan jenis kelamin Laki-Laki. Penduduk Desa Teteinea pada saat penelitian ini dilakukan berjumlah 713 jiwa yang tingkat pendidikan memiliki seberan mulai dari belum/tidak pernah sekolah, SD/tamat SD, SLTP/tamat SLTP, SLTa/Tamat SLTA, dan pada tingkatan Perguruan Tinggi. Sebaran tingkat pendidikan penduduk disajikan pada tabel berikut. Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Tngkat Pendidikan Formal Kelompok Umur Jumlah Persen Belum/tidak pernah sekolah SD/Tamat SD SLTP/Tamat SLTP SLTA/Tamat SLTA Perguruan Tinggi : Diploma Sarjana Muda Sarjana Magister 122 251 112 107 - - 7 14 - 31,14 35,20 15,71 15,01 - 0,98 1,96 - Jumlah 713 100,00 Sumber : Kantor Kepala Desa Teteinea, Juli 2019 Data pada tabel di atas menunjukkan jumlah penduduk desa Teteinea yang belum/tidak pernah sekolah mencapai 31,14 persen. Kemudian yang sedang mengikuti pendidik di SD dan tamat SD sebanyak 35,20. persen. Selanjutnya, SLTP dan tamat SLTP sebanyak 15,01 persen sampai yang terkecil yakni yang berpendidikan Sarjana sebanyak 1,96 persen. Selanjutnya, Mata pencaharian penduduk desa Teteinea menunjukkan bahwa dari 315 Kepala Keluarga penduduk Desa Teteinea sebagian besar adalah petani, baik sebagai petani sawah maupun sebagai pekebun. Hal ini disebabkan karena ketersediaan lahan unuk jenis pekerjaan tersebut cukup luas. Mata pencaharian lain yang ditekuni penduduk desa Teteinea adalah berdagang, Pegawai baik itu sebagai pegawai negeri maupun sebagai pegawai swasta. Sebaran penduduk menurut jenis mata pencaharian di desa Teteinea diasjikan pada tabel berikut. Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Matapencaharian Jenis Matapencaharian Frekuensi Jumlah Petani Dagang PNS Pegawai Swata Pensiun Pertukangan 225 38 12 13 - 27 71,43 12,06 3,81 4,13 - 8,57 Jumlah 315 100,0 Sumber : Kantor Kepala Desa Teteinea, Juli 2019 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa 71,43 persen dari jumlah Kepala Keluarga penduduk desa Teteinea bekerja pada jenis matapencaharian sebagai petani dan merupakan kelompok terbesar. Demikian juga dengan pekerjaan sebag Pedagang relatif jumlahnya juga besar mencapai 12,06 persen. Sementara penduduk yang bermatapencaharian pada jenis lainnya jumlahnya di abwah 4,0 . persen. Untuk mengetahui letak / jarak Desa Wadonggo. maka dapat dilihat data berikut ini yakni jarak dan waktu tempuh dari Balai/Kantor Desa dengan pusat โ€“ pusat Pemerintahan adalah sebagai berikut : 1. Jarak ke Ibu kota Kecamatan 7,0 Km 2. Jarak ke Ibu kota Kabupaten 17,,0 Km 3. Jarak ke Ibu kota Propinsi 87 Km 6. Waktu tempuh ke ibu kota Propinsi : 180,0 menit Tabel 4. Susunan Pemerintah Desa No Jabatan Nama 1 Kepala Desa Muh. Sabri 2 Sekretaris Desa Supriadi 3 Bendahara Sitti Nurbaya 4 Kasi Umum Suriansyah 5 Kasi Administrasi Samdiana 6 Kaur Pemerintahan Andi Ansar 7 Kaur Kesejahteraan Basriadi 8. Kaur Pemberdayaan Fitriadi Sumber : Kantor Kepala Desa Teteinea, Juli 2019 ## Peranan Kepala Desa Dalam Perencanaan Pemberdayaan Sebelum melaksanakan pogram pemberdayaan masyarakat di Desa Teteinea Kecamatan Lalembuu Kabupaten Konawe Selatan Kepala Desa selalunya melakukan peninjauan langsung ke lapangan guna memastikan hal apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan pemberdayaan masyarakat yang akan berdampak pada kesejahteraan yang semakin membaik. Hal ini berdasarkan pengamatan peneliti bahwa Kepala Desa selalu memantau bagaimana keadaan masyarakat dan pembangunan yang ada serta kendala/permasalahan yang dirasakan masyarakat agar bisa dicarikan solusinya. Dalam perencanaan pemberdayaan masyarakat, salah satu cara yang sangat membantu masyarakat adalah melalui program pembangunan. Dalam menjalankan program tentulah ada peninjauan dan perencanaan. Pada tahap perencaan ini harus melalui beberapa tahap untuk mendapatkan program yang akan dilaksanakan, adapun tahap dalam perencanaan program yang akan dilaksanakan oleh desa sebagaimana yang diutarakan oleh salah seorang informan Samdiana bahwa: โ€œProgram yang akan dilaksanakan oleh desa melalui 3 tahap yaitu pertam, musyawarah antara kepala dusun dengan warganya, kedua musyawarah aparat desa/pemerintah desa dan yang ketiga sosialisasi/musyawarah apart desa dengan masyarakat, melalui musyawarah inilah program desa ditentukan dan dilaksanakan sesuai keputusan bersama.โ€(wawancara, 2 Juni 2019) Pada tahapan pertama yakni musyawarah/sosialisasi yang dilakukan oleh masing-masing kepala dusundengan warga di lingkungannya untuk mengumpulkan program yang diusulkan dan diinginkan langsung oleh masyarakat dan diharapkan bisa bermanfaat untuk kepentingan bersama, setelah program yang diusulkan oleh kepala dusun selanjutnya akan di musyawarahkan kembali melalui rapat/musyawarah antara aparat desa. Dalam musyawarah ini, masing-masing kepala dusun menyuarakan program yang diusulkan oleh masyarakat, tidak hanya kepala dusun Kepala Desa juga ikut andil dalam memberikan usulan mengenai program yang ingin dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan langsung beliau di lapangan. Hal ini dipertegas dengan pengamatan langsung oleh peneliti, bahwa memang ada program yang direncanakan langsung oleh Kepala Desa dengan melakukan tinjauan langsung ke lapangan dan bersama aparat desa mengadakan musyawarah untuk pelaksanaan program tersebut, sekaligus mendengarkan keluhan masyarakat melalui wakilnya dan untuk proggram dari tiap dinas kabupaten akan dibahas pula melalui musyawarah tersebut dalm upaya pemberdayaan masyarakat. Setelah program yang diusulkan telah terkumpul, maka dilihat mana program yang harus disegerakan pelaksanaannya dan program apa yang akan dilaksanakan selanjutnya dengan melihat pertimbangan dana dan banyaknya permintaan masyarakat terkait program itu. Dalam rapat antara aparat desa tadi, maka akan ditetapkan program yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, akan dilakukan sosialisasi/musyawarah terakhir oleh aparat desa dengan masyarakat untuk menentukan tempat pelaksanaan program tersebut. Penetapan lokasi pelaksanaan program ini sesuai dengan penuturan seorang informan Bapak Andi Ansar bahwa: โ€œProgram yang hendak dilaksanakan di laksanakan, penetapan lokasinya berdasarkan suara terbanyak dari masyarakat yang menghadiri musyawarah tersebut, sehingga sangat diharapkan untuk kedatangan masyarakat agar program yang mereka usulkan sebelumnya bisa terealisasi sesuai tempat yang diinginkan bersama, meskipun hanya sebagian masyarakat yang mengikuti musyawarah tersebut.โ€ (wawancara, 2 Juni 2019 }. Sehingga dalam hal penetapan lokasi ini sangat diharapkan semua masyarakat ikut berpartisipasi dalam musyawarah tersebut agar sama-sama mengetahui program yang akan dilaksanakan di desa dan tidak adanya rasa keberpihak dalam menentukan program serta lokasinya sehingga mampu memberikan manfaat untuk kepentingan bersama. Program pemberdayaan masyarakat yang ada di desa Teteinea meliputi pembangunan fisik seperti pembuatan jembatan, pembuatan drainase, perbaikan rumah tidak layak huni, pembuatan jalan usaha tani, pengadaan usaha sewa tenda besi, dan penyediaan bibit pala. Sedangkan program pemberdayaan yang bersifat non-fisik antara lain pelatihan pengurus karang taruna, pelatihan kelompok tani, dan honor guru non pns (Guru TK). Mata pencaharian masyarakat Teteinea mencapai 90% sebagai petani dan mayoritas hanya sampai tamatan SMA, oleh karena itu Kepala Desa selalu memberikan motivasi berupa dorongan kepada para pemuda dan pelajar di desanya untuk selalu bersemangat dan tetap melanjutkan sekolahnya hingga sampai lulus di bangku kuliah dan diharapkan pula kepada para orang tua untuk memberikan dukungan kepada anak mereka untuk melanjutkan bersekolah, agar anak mereka kelak tidak hidup susah seperti yang dialami orang tuanya, di mana setiap hari dari pagi hingga sore mereka harus pergi ke kebun agar bisa melanjutkan kehidupan yang baik. Berdasarkan pengamatan peneliti yang berkaitan dengan peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat, bisa dikatakan bahwa peranan Kepala Desa telah memberikan perubahan yang signifikan bagi perkembangan desa baik di bidang pembangunan desa maupun ekonomi masyarakatnya serta usaha beliau dalam memberikan kesejahteraan sosial kepada masyarakat yang begitu perhatian. Sebagaimana hasil wawancara dari seorang informan, Bapak Ahmad Sahlan bahwa: โ€œKepala Desa merupakan sosok seorang pemimpin yang memiliki jiwa membangun yang tinggi, beliau selalu berusaha melakukan pembangunan desa meskipun terkadang harus dengan biaya pribadi, untuk pembangunan desa ini, terbukti jika kita membandingkan dengan desa yang lain, desa kami ini telah mengalami perkembangan yang cukup baik, seperti pembangunan balai, jalan tani dan drainase yang sangat bermanfaat untuk masyarakat dan desaโ€. (wawancara, 2 Juni 2019) Hal ini bisa terjadi karena lemahnya atau kurangnya motivasi dari Kepala Desa maupun orang tua kepada para pelajar agar sadar akan pentingnya pendidikan karena melalui kemampuan ilmu yang mereka dapatkan/tempuh di bangku sekolah mampu direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga kualitas SDM semakin baik dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Berdasarkan penuturan dari informan salah seorang tokoh masyarakat, yakni Bapak H. Ahmad bahwa: โ€œKepala Desa masih harus lebih meningkatkan memberikan motivasi secara langsung yang berkaitan dengan pendidikan, karena mungkin faktor yang menghambatnya yakni kondisi wilayah yang luas dan masyarakat yang jarang ditemui karena kesibukan masyarakat di kebun sepanjang harinya, sementara malam digunakan untuk waktu istirahat, sehingga tidak ada waktu untuk bertemu langsung dengan Kepala Desa, kecuali hanya urusan penting sajaโ€. (wawancara, 3 Juni 2019) Peranan Kepala Desa Dalam meningkatkan pembangunan desa sebagai usaha dalam pemberdayaan masyarakatnya, beliau selalunya meninjau lokasi dan menyiapkan beberapa program pemberdayaan masyarakat dalam usaha pembangunan sebagaimana yang telah disebutkan dalam pembangunan fisik. Agar program ini dapat terealisasi dengan baik dibutuhkan kerja sama yang baik dengan aparatur desa dan masyarakat agar berpartisipasi dalam pembangunan desa. Dalam pembangunan non-fisik sangat penting juga untuk diperhatikan karena berpengaruh juga dengan kesejahteraan masyarakat meskipun kenyataannya masih banyak pemuda bahkan orang tua yang masih mengkonsumsi miras. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, memang masih banyak masyarakat yang mengkonsumsi miras dan tidak ada larangan langsung dari kepala desa itu sendiri sedangkan dalam upaya pembangunan tetap masih melibatkan masyarakat sebagai pekerja dalam kegiatan pembangunan yang diadakan melalui program pemberdayaan masyarakat. Dalam usaha pemberdayaan masyarakat, Kepala Desa Teteinea berupaya mengaktifkan program-program penunjang dalam pemberdayaan masyarakat non-fisik seperti PKK, Karang Taruna dan Pelatihan Kelompok Tani. Kepala Desa dibantu aparat desa melakukan pembangunan yang berkelanjutan seperti pembangunan drainase yang telah dilakukan sejak 2018 dan akan dilanjutkan pada tahun 2019 ini, pembuatan jalan usaha tani dan masih banyak lagi hal yang akan dilakukan berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam hal pembangunan, di mana dalam proses pembangunan dan pelaksanaan program pemberdayaan melibatkan kerja sama antara pemerintah desa dan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama demi terciptanya masyarakat yang sejahtera. Sebagaimana penuturan dari salah seorang informan penelitian, Ibu Suhada menyatakan bahwa: โ€œSetiap kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan dan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat, kami masyarakat diarahkan oleh Kepala Desa untuk ikut serta mengambil andil dalam kegiatan tersebut dan jika ada proyek dalam desa maka yang dilibatkan sebagai pekerja diambil dari masyarakat setempat, salah satu contohnya pembuatan drainase pada tahun lalu semua pekerja adalah masyarakat di siniโ€. (wawancara, 2 Juni 2019) Hal ini menunjukkan bahwa Desa Teteinea dalam proses pembangunan dan pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan unsur masyarakat dalam setiap kegiatan namun dalam pengambilan keputusan hanya disepakati oleh Kepala Desa dan aparatur desa sebagai wakil dari masyarakat tanpa melakukan sosialisasi langsung antara Kepala Desa dan masyarakat. ## Peranan Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pemberdayaan Usaha untuk menggalakkan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki taraf hidup serta kondisi sosial masyarakat desa, maka akan melibatkan beberapa pihak yakni Kepala Desa, aparat desa dan masyarakat setempat. Dalam prakteknya, peran dan prakarsa pemerintah desa masih dominan dalam perencanaan dan pelaksanaan maupun untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan teknis warga desa dalam pembangunan desa. Padahal kesadaran dan partisipasi masyarakat menjadi kunci keberhasilan pembangunan desa. Sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana untuk memperbaiki kondisi sosial dan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan banyak tergantung pada kemampuan seorang pemimpin atau Kepala Desa. Dari pengamatan langsung oleh peneliti berkaitan dengan peranan Kepala Desa terhadap masyarakatnya, bisa dikatakan telah ada dorongan dan motivasi kepada masyarakatnya meskipun tidak banyak yang berpartisipasi dalam rapat yang bertujuan agar masyarakat giat bekerja, membangun desa, dan ikut andil dalam pelaksanaan program desa yang semuanya itu sangat berkaitan erat dengan usaha untuk memberdayaan masyarakat. Sebagaimana penuturan dari salah seorang informan penelitian, Bapak Muh. Nur menyatakan bahwa: โ€œDalam hal pemberdayaan masyarakat, Kepala Desa selalu memberikan motivasi kepada warganya untuk selalu giat bekerja, melaksanakan pelatihan-pelatihan di bidang pertanian untuk meningkatkan SDM warganya, meningkatkan usaha dalam bidang tertentu seperti kios dan dalam bidang ternak pun desa memberikan bantuan berupa sapi ternak, ini semua dilakukan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakatโ€. (wawancara, 3 Juni 2019). Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, Kepala Desa beserta aparatnya berusaha sebaik mungkin untuk mewujudkan program-program pemberdayaan yang telah direncanakan di mana tahun sebelumnya sudah mampu membangun fasilitas umum untuk kepentingan masyarakatnya dan dengan terlaksananya program yang direncanakan ini diharapkan mampu meningkatkan pembangunan desa dan mengurangi angka kemiskinan. Sebagaimana yang dituturkan oleh seorang informan penelitian Bapak Abd. Samad. bahwa: โ€œKami sangat puas dengan peran kepala dalam pembangunan sebagai pemberdayaan kepada masyarakat di sini yang dilakukan oleh Kepala Desa selama masa jabatannya, karena jika melihat kondisi desa yang dulu dengan yang sekarang sudah berubah lebih baik, artinya pembangunan di desa kami ini sudah baik dibandingkan dengan desa yang lain pada Kecamatan Lalembuu โ€.(wawancara, 4 Juni 2019) Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui program pemberdayaan, Kepala Desa beserta aparatur desa terkhusus dari LPM bersamasama melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa Teteinea agar program tersebut benar-benar menyentuh masyarakat yang membutuhkan dan bermanfaat untuk kepentingan bersama. Oleh karena itu, Kepala Desa memandang perlu untuk memberikan bantuan langsung kepada masyarakatnya melalui program pemberdayaan. Adapun bantuan yang diberikan langsung kepada masyarakat seperti penyediaan bibit pala dan bedah rumah tidak layak huni. Tidak hanya pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi dalam bidang pembangunan dan sosial Kepala Desa juga membangun sarana dan prasaran seperti jembatan dan jalan usaha tani sedangkan di bidang sosial, Kepala Desa membuat program untuk kaum perempuan yaitu PKK dan untuk para pemudanya dilibatkan dalam Karang Taruna desa, kesemuanya ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakatnya agar lebih baik. Hal ini dipertegas dengan pengamatan peneliti bahwa Kepala Desa langsung meninjau lokasi atau melihat keadaan rumah yang layak untuk diberikan bantuan dan aktif dalam kegiatan sosial dalam masyarakat. Dalam perkembangan program yang dilaksanakan ini, pihak masyarakat yang secara langsung mengerjakan semua program yang ada yang sebelumnya telah direncanakan, namun ada juga yang mereka keluhkan terkait upah kerja yang sedikit, sehingga banyak masyarakat yang tidak mau ikut bekerja. Hal ini mengakibatkan kurangnya pekerja, terlebih lagi ada kendala yang lain seperti bahan material yang terlambat, karena mobil pengangkut dibatasi oleh Kepala Desa sendiri dan cuaca apabila hujan bisa menjadi penghambat yang nyata dan pekerjaan akan terhenti. Hal di atas sesuai dengan pernyataan seorang informan Bapak H. Lukman , bahwa: โ€œKendala Kepala Desa dalam pelaksanaan program desa salah satunya karena kurangnya masyarakat yang berminat untuk mau bekerja dikarenakan gaji pekerja yang sedikit jika dibandingkan dengan upah pekerja di desa tetangga, terlebih lagi ketika hujan maka masyarakat yang bekerja tidak bisa melanjutkan pekerjaan mereka.โ€ (wawancara, 4 Juni 2019) Berbagai program pembangunan yang dilaksanakan diharapkan mampu memperbaiki keadaan masyarakat agar lebih baik sebagai usaha Kepala Desa dalam memberdayakan masyarakatnya, untuk program pembangunan itu sendiri merupakan tahap lanjutan dari program perencanaan pada tahun 2018 lalu. Untuk program lain seperti pembuatan kelompok tani, mereka sudah berusaha mengajukan proposal kepada Dinas Pertanian daerah setempat untuk mendapatkan anggaran dalam mengembangkan usaha pertanian mereka, namun belum ada juga tindak lanjut dari dinas pertanian setempat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang informan penelitian Bapak Armani menyatakan: โ€œDi dusun kami yakni dusun II telah lama membuat kelompok tani dan sudah menyerahkan proposal kepada dinas di mana proposal kami ini telah mendapat persetujuan dari Kepala Desa, namun sampai sekarang belum ada tindak lanjut dari pihak dinas pertanian untuk memberikan bantuan kepada kami, padahal kami sebagai masyarakat petani tentu sangat mengharapkan bantuan tersebut baik berupa modal usaha ataupun penyediaan bibit tanaman.โ€ (wawancara, 4 Juni 2019) Sebagai seorang Kepala Desa tidaklah harus berpangku tangan hanya pada dana pemerintah pusat saja, dengan usaha untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakatnya, Kepala Desa harus berpikir kreatif sebagaimana yang dilakukannya, beliau membuatkan tenda besi sebagai badan usaha milik desa dan dengan usaha ini pemasukan ke kas desa semakin bertambah sehingga jika ada warga yang membutuhkan bantuan maka bisa diatasi dengan penghasilan desa tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti, program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan sebelumnya memang telah berhasil dan program pemberdayaan tahun ini untuk dilaksanakan sedang menunggu dana desa agar mampu diselenggarakan baik program yang baru maupun program sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat di Desa Teteinea merupakan program lanjutan dari tahun sebelumnya serta ada program tambahan, adapun program saat ini belum terlaksana dengan baik karena masih terkendala dengan dana. Namun untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat, pihak pemerintah desa membuatkan program lain seperti program sosial dan badan usaha milik desa. ## Peranan Kepala Desa Dalam Mengawasi Pemberdayaan Masyarakat Dengan dilakukannya perencanaan serta perencanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama masyarakat, diharapkan Kepala Desa bersama masyarakat terlibat dalam program pemberdayaan masyarakat baik sebagai pengelola dan pelaksanaan maupun dalam pengawasan kegiatan program tersebut, sehingga hasil yang diperoleh akan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat. Dalam pengawasan program yang sedang dilaksanakan Tim Pengelola Kegiatan (TPK) merupakan tim yang seharusnya mengontrol dan mengawasi jalannya program mulai dari pelaksanaan sampai pengawasan sementara Kepala Desa sebagai penanggung jawabnya, namun yang terjadi di lapangan TPK tidaklah berfungsi sebagaimana mestinya di mana seharusnya sebagai tim pengawas digantikan langsung oleh Kepala Desa untuk mengawasi jalannya program. Hal ini dikarenakan kinerja dari TPK itu sendiri kurang bagus sebagai kontrol dan pengawas suatu program, apalagi yang dikhawatirkan Kepala Desa jika ada kesalahan dalam pelaksanaan program karena sebagai penanggung jawab akan diminta pertanggung jawaban oleh pihak pemerintah kabupaten. Hal ini berdasarkan wawancara dengan informan Bapak Syahruddin yang mengatakan bahwa: โ€œSebenarnya yang mengatur semua program desa adalah tim pengelola kegiatan, baik mulai dari pelaksanaannya seperti penyediaan bahan/material untuk kegiatan, transportasi dan dana kegiatan sampai pada pengawasannya pun menjadi kendali dari pihak TPK, Kepala Desa hanya sebagai penanggung jawab, namun karena TPK kurang maksimal dalam bekerja sehingga Kepala Desa sendiri yang mengambil alih semua kegiatan TPK terlebih lagi beliau adalah penanggung jawab dari semua program yang sedang dilaksanakanโ€. (wawancara 4 Juni 2019) Upaya pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Desa pada tahap ini sangat penting sekali untuk mengarahkan/memandu program yang akan dilaksanakan apakah sudah sesuai dengan program yang telah ditetapkan pada musyawarah bersama. Hal ini dapat diketahui bagaimana peran Kepala Desa dalam mengawasi program yang akan dilaksanakan melalui salah satu informan penelitian Bapak Abd. Halim menuturkan bahwa: โ€œSetiap ada kegiatan/program yang dilaksanakan oleh desa, Kepala Desa selalu melakukan Pengawasan kepada bawahannya selaku penanggung jawab suatu program yang sedang dilaksanakan untuk menanyakan kemajuan/kelancaran dari program tersebut. Contohnya seperti pembangunan jembatan yang sedang saya tangani ini, Kepala Desa terus menanyakan bagaimana perkembangan atau adakah kendala dengan proyek yang saya akan kerjakan iniโ€. (wawancara, 4 Juni 2019) Pengakuan tersebut dipertegas dengan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti berkaitan pengawasan yang dilakukan oleh Kepala Desa bila ada program yang sedang dikerjakan Kepala Desa meninjau langsung lokasi pekerjaan dan selalu dibantu oleh aparat desa mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan serta hasil dari program pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara informan penelitian mengatakan ada koordinasi dari Kepala Desa. Hal ini diakui karena setiap bulannya diadakan rapat evaluasi kinerja tiap aparat desa dalam menjalankan perannya dalam pemberdayaan masyarakat. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengatur kebijakan tertentu, bagaimana dan seberapa jauh hasil yang telah didapatkan. Dengan kata lain ia lebih berada pada dimensi proses dari kebijakan penerapan ke kebijakan hasil/dampak. Artinya, kegiatan ini akan menghasilkan sejumlah pemahaman dan penjelasan berkenaan dengan proses pelaksanaan program yang dipantau. Kegiatan ini lebih mengarah pada pemenuhan kebutuhan informasi mengenai program yang akan dan sedang dilaksanakan. Pengawasan diperlukan untuk menyesuaikan program perencanaan dan bentuk pembangunan agar kerusakan atau dampak negatif yang mungkin ditimbulkan bisa diminimalisir. Pengawasan adalah patokan atau ukuran untuk membandingkan dan menilai apakah kegiatan yang diawasi itu berjalan sesuai perencanaan atau tidak. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam pengawasan adalah segi guna dan hasil guna pelaksanaan pekerjaan. Di lain pihak, Kepala Desa sebagai pengawas juga dimaksudkan untuk membuat kebijakan dalam pemberdayaan masyarakat untuk menghadapi tantangan pembangunan yang menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya pengawasan pemberdayaan masyarakat di bidang pembangunan dan bidang sosial, Kepala Desa juga antusias untuk mengembangkan program sosial yang ada di desa seperti program PKK dan Karang Taruna yang terus diusahakan agar senantiasa aktif guna memperbaiki hubungan masyarakatnya, baik dari kalangan sesama orang tua maupun dari kalangan pemuda. Di bidang kesehatan, Kepala Desa tidak berdiam diri saja, beliau melakukan upaya untuk selalu memperhatikan kesehatan masyarakatnya melalui berbagai program kesehatan dan sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Sebagaimana yang dituturkan oleh informan penelitian Bapak Ruslan Ridwan ketua Karang Taruna bahwa: โ€œSelama ini Kepala Desa selalu memberikan pengawasan dan kontrol yang baik berkaitan dengan program sosial, belia memberikan dukungan kepada muda-mudi di desa kami sperti membuatkan lapangan sepak bola bagi laki-laki, dan untuk ibu-ibu bergerak di bidang PKK, bahkan di bidang 59 pendidikan pun Kepala Desa memberikan sumbangsi dengan mendirikan TK Swasta dengan memakai guru honorer sebagai tenaga pengajarnya yang dibiayai oleh dana desaโ€. (wawancara, 5 Juni 2019) Dari penjelasan di atas dan pernyataan dari beberapa informan penelitian dapa disimpulkan bahwa pengawasan dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari berbagi pihak pelaksana secara langsung di lapangan sehingga bisa dinilai perkembangan pelaksanaan program pemberdayaan yang diharapkan agar sesuai dengan apa yang direncanakan dan melakukan perbaikan jika ada kekurangan sehingga bisa mendapatkan hasil kerja yang dapat berguna bagi masyarakat. ## Faktor โ€“ Faktor Yang Mempengaruhi Peran Kepala Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Dalam upaya untuk mencapai hasil yang memuaskan dalam pemberdayaan masyarakat, Kepala Desa pasti akan menghadapi rintangan dan harus berupaya mencari solusi/jalan keluar dalam setiap permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat terdiri atas 2 faktor yaitu: 1. Faktor Pendukung Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, menunjukkan bahwa faktor pendukung yang mempengaruhi peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat meliputi: a. Kewibawaan dalam memimpin, Kepala Desa adalah sosok pemimpin yang tegas disiplin dan dekat dengan masyarakatnya, menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat dan peduli terhadap masyarakat tetapi hal tersebut tidak membuat kewibawaannya jatuh di mata masyarakatnya sehingga dalam menjalankan perannya sebagai Kepala Desa hal ini sangat berpengaruh. Sebagaimana hasil wawancara dengan salah satu informan penelitian Bapak Muslimin R menyatakan bahwa: โ€œBeliau adalah pemimpin yang tegas, disiplin dan peduli dengan masyarakat, sehingga ketika beliau memberikan arahan atau perintah kepada aparatnya, maka dengan senang hati kami bersegera untuk melaksanakan perintah belia dan ketika ada masyarakat yang meminta solusi dari permasalahan yang dihadapi, beliau dengan senang hati akan membantu masyarakatnya. (wawancara, 5 Juni 2019) b. Kekuasaan, dengan kekuasaan yang dipegang oleh Kepala Desa, beliau mampu memberikan pengaruh dan menggerakkan serta bisa memberi instruksi langsung kepada aparatur desa agar melaksanakan sesuai apa yang diperintahkan dan bisa dilaksanakan secepatnya di mana hal ini untuk mencapai tujuan bersama sebagai perwujudan peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian Bapak Ahmad Yani menyatakan bahwa: โ€œDengan adanya kekuasaan yang dimiliki Kepala Desa, beliau lebih mudah memberikan perintah kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas secepatnya dan dengan mudahnya beliau memanggil bawahannya/aparat desa ke rumahnya untuk mengerjakan tugas yang ada, serta kekuasaan yang dimiliki Kepala Desa memudahkan beliau mengontrol kinerja para aparat desaโ€. (wawancara, 5 Juni 2019) c. Keturunan, masyarakat di Desa Teteinea sendiri masih menjunjung tinggi nilai dan norma-norma serta adat yang sifatnya turun temurun yang ada dalam masyarakat yang bersifat dan bermanfaat bagi masyarakat, maka dari itu dibutuhkan pula dari pemimpin yang memiliki keturunan yang baik sehingga tidak diragukan lagi dalam memimpin. Dari hasil wawancara kepada seorang informan penelitian yaitu Ibu Nurmaida menyatakan bahwa: โ€œKepala Desa kami adalah sosok pemimpin yang berasal dari keluarga baik-baik, dihormati dan dari keluarga yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik. Dalam keluarga beliau menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, sehingga masyarakat tidak takut akan tindakan KKN dari Kepala Desa itu sendiri dan tidak hanya nilai kejujuran yang diterapkan, tetapi nilai-nilai kebaikan yang lain seperti kedisiplinan dan kesopanan sangat ditekankan dalam keluarga beliauโ€. (wawancara, 5 Juni 2019) 2. Faktor Penghambat Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, menunjukkan bahwa faktor penghambat yang mempengaruhi peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat meliputi: a. Kondisi penduduk yang majemuk dan jalan yang rusak menjadi kesulitan bagi Kepala Desa dalam menjalankan perannya. Di mana kerja sama antara sesama suku itu tidak terlalu baik, mereka hanya bekerja sama antara satu wilayah atau sesama suku saja. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang informan penelitian Bapak Muh. Alwan bahwa: โ€œDi desa memiliki beberapa suku yang tentu juga memiliki perbedaan budaya. Oleh karenanya jika ada suatu kegiatan di salah satu suku maka hanya suku itu saja yang bekerja sedangkan suku yang lain tidak ikut serta, apalagi seperti ada pemisah antara tiap suku yakni wilayah dari masing-masing suku yang saling berjauhan dan di perparah lagi dengan kondisi jalan yang rusak apalagi ketika hujan, maka kondisi jalan akan semakin rusak sehingga sulit untuk Kepala Desa sendiri melakukan kegiatan kerja sama antara sesama sukuโ€. (wawancara, 5 Juni 2019) b. Partisipasi penduduk merupakan salah satu kendala yang dihadapi Kepala Desa. Karena masyarakat di Teteinea sulit ditemui dan dikumpulkan untuk mengikuti rapat/sosialisasi, serta cenderung tidak tertarik dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan hanya mengutamakan pekerjaan masing-masing. Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Bapak Rahyulin bahwa: โ€œMasalah yang dihadapi Kepala Desa berkaitan dengan partisipasi masyarakat adalah ketika masyarakat diperintahkan untuk melakukan kerja bakti seperti di balai dan fasilitas umum lainnya, tidak ada masyarakat yang ikut berpartisipasi karena lebih sibuk dengan urusan pribadi mereka terlebih lagi sebagai masyarakat petani yang kesehariannya berada di kebun dari pagi hingga sore, sehingga Kepala Desa harus menggunakan tenaga kerja yang digaji untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dan mereka lebih mengutamakan pekerjaan pribadi daripada kegiatan bersamaโ€. (wawancara, 6 Juni 2019) c. Fasilitas dan peralatan adalah kendala yang dihadapi oleh Kepala Desa dalam melaksanakan peranannya. Semakin lengkap fasilitas dan peralatan yang ada akan membuat masyarakat tertarik dengan kegiatan pemberdayaan, sebaliknya jika fasilitas kurang memadai dan peralatan yang kurang tersedia akan menurunkan partisipasi masyarakat. Berdasarkan pengamatan peneliti, Desa Teteinea masih kekurangan fasilitas dan peralatan dalam kegiatan pemberdayaan untuk masyarakat, sehingga dalam menjalankan program pemberdayaan. Berdasarkan pernyataan dari informan penelitian Bapak Suparlan Sarlan bahwa: โ€œKepala Desa beserta aparatnya masih menggunakan barang pribadi dan peralatan seadanya yang bisa digunakan. Salah satu contohnya adalah komputer, sebagai alat pendukung kerja dalam pembuatan administrasi di desa, masih menggunakan komputer pribadi baik Kepala Desa maupun aparat desa. Tidak hanya bangunan yang kurang layak, tenaga teknis dalam bidang tertentu masih butuh pelatihan seperti pelatihan komputer, rancangan bangunan dan lain-lainโ€. (wawancara, 6 Juni 2019). ## D. Kesimpulan Bedasarkan uraian pada bagian tulisan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapatlah ditarik kesimpulan penelitian ini sebagai berikut: 1. Peranan Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat secara umum sudah memberikan perubahan dan pembangunan serta pelatihan kepada masyarakat sesuai tuntutan pekerjaannya sudah baik. 2. Adapun peranan Kepala Desa baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara keseluruhan dinyatakan berperan aktif sebagai seorang Kepala Desa dalam ketiga kategori tadi, namun di bagian perencanaan mendapat sedikit hambatan karena kurangnya partisipasi masyarakat untuk ikut serta dalam sosialisasi program yang akan dilaksanakan. Kemudian masalah yang dihadapi Kepala Desa dalam pelaksanaan program yaitu seperti hujan, kerusakan alat berat dan sedikit tenaga kerja yang menjadi kendala utama seperti pembuatan jalan tani dan drainase. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran Kepala Desa dalam pemberdayaan masyarakat di desa Teteinea ada 2 yaitu: a. Faktor pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung meliputi keturunan, kewibawaan, dan kekuasaan. Ketiga faktor pendorong ini telah memberikan kemudahan bagi Kepala Desa dalam menjalankan peranannya dalam pemberdayaan masyarakat. b. Faktor penghambat meliputi kondisi penduduk, partisipasi penduduk, dan peralatan atau fasilitas. Kedua faktor ini sangat mempengaruhi kegiatan pemberdayaan masyarakat yang ada di desa Teteinea , baik dari perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program pemberdayaan masyarakat. Di mana kurangnya penduduk ketika diajak untuk kerja bakti dan kemajemukan suku menyebabkan kurangnya kerja sama antara suku yang satu dengan suku yang lain. Sehingga Kepala Desa sering mengalami kendala dalam menjalankan peranannya. ## E. Referensi Abdullah. (2003). Jalan Menuju Stabilitas, Mencapai Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan . Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia. Adisasmita, R. (2006). Paradigma dan Pendekatan Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Alfabeta. W. (2003). Manajemen Pembangunan Daerah . Jakarta: Ghalia Indonesia. Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Penelitian . Jakarta: PT. Rineka Cipta. Dahuri. et al. (2001). Sumber daya pesisir dan lautan secara terpadu . Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Niโ€™matul, H. (2015). Hukum Pemerintahan Desa. cetakan pertama . Malang: Setara Press. Indrawijaya, A. (1984), Organisasi dan Manajemen . Jakarta: Erlangga. Ndraha, T. (2005). Dimensi-dimensi Pemerintahan Desa . Jakarta: Bumi Aksara. Nurcholis, H. (2011). Pertumbuhan dan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa . Yogyakarta. Prasadja, B. (1992). Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinannya . Rajawali, Jakarta. Rakhmat, J. (1994). Psikologis Komunikasi . Remaja Karya: Bandung. Soekanto, S. (2010). Sosiologi Suatu Pengantar . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung. Suwignjo. (1993). Administrasi Pembangunan Desa dan Sumber-Sumber Pendapatan Desa . Jakarta: Ghalia Indonesia.
a14b52bd-d8ac-4475-9031-008bab766abd
https://sjik.org/index.php/sjik/article/download/51/55
## FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RENDAHNYA MINAT DALAM MENGGUNAKAN KONTRASEPSI MOW PADA PUS DI DESA TANON KECAMATAN PAPAR KABUPATEN KEDIRI Ika Kristina Dewi Agustin, Retno Palupi Yonni Siwi, Sugiyanto STIkes Surya Mitra Husada Kediri ## ABSTRACT Its low enthusiasm use the contraception MOW can be influenced various factor, good motivate the, knowledge and also husband support. This research target to know the factor having an effect on to lowering enthusiasm in using contraception MOW at PUS in Countryside of Tanon Subdistrict Papar Regency Kediri. Used design by analytic of correlation with the approach of cross sectional. Population is all PUS in Countryside of Tanon Subdistrict Papar Regency Kediri by sampel 41 responder taken with the technique of purposive sampling. Free variable is factor influencing enthusiasm use the MOW like motivation, knowledge, husband support and trussing of enthusiasm use the contraception MOW collected by kuesioner. Data expressed in nominal scale and ordinal and analysed with the Doubled test Regression Logistics. From research result got by most responder own the high motivation that is 28 responder ( 68,3%), mostly own the good knowledge about MOW that is 121 responder ( 51,9%), mostly there is husband support to use the MOW that is 25 responder ( 61%), mostly hanker to MOW that is 21 responder ( 51,2%) and there is influence which signifikan of motivation, knowledge and husband support with the enthusiasm WUS in use of contraception MOW ( p = 0,003 < 0,05 hence Ho refused). This matter is caused to incidence of enthusiasm use the MOW needed by knowledge of concerning MOW, so that arise the strong motivation to use it, but still need the its husband support. Is concluded that factor motivate the, knowledge and husband support still be needed to to generate the enthusiasm use the contraception MOW. Suggested that by a countryside midwife cooperate with the worker KB from subdistrict for the socialization of contraception of MOW and routine safari KB so that coverage MOW mount. Keyword : motivate, knowledge, husband support, enthusiasm, contraception MOW,PUS ## LATAR BELAKANG MOW atau sterilisasi pada wanita adalah salah satu metode kontrasepsi secara operatif untuk mencegah kehamilan. Pada wanita dilakukan dengan tubektomi. Dahulu sterilisasi pada wanita atau MOW memang dilakukan dengan pengangkatan rahim, tetapi sekarang sudah tidak lagi, apalagi dengan kemajuan teknologi, maka cukup dengan mengikat saluran tuba atau disebut tubektomi. Jadi tubektomi merupakan proses sterilisasi dengan cara mengikat saluran telur (tuba falopi). Hal ini seharusnya diketahui oleh setiap ibu atau tepatnya wanita PUS (Pasangan Usia Subur) yang sudah tidak menginginkan anak lagi. Waktu yang tepat untuk melaksanakan sterilisasi adalah ketika tidak menginginkan keturunan lagi, usia saat ingin melakukan sterilisasi lebih dari 30 tahun, jumlah anak lebih dari 3 dan tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan hati. Disisi lain resiko komplikasi juga sangat kecil yakni hanya sebesar 1,7 per 100 kasus tubektomi. Angka kegagalan juga sanga kecil karena disebutkan angka keberhasilan sterilisasi adalah 99%. Permasalahan mendasar adalah hingga saat ini peminat kontrasepsi MOW masih sangat rendah (Depkes, 2010). Data peminat kontrasepsi di Indonesia tahun 2012 dari 35.612.187 PUS yang menjadi akseptor untuk MOW 1.216.355 (3,49%). Hal ini disebabkan sosialisasi MOW dirasa masih kurang sehingga secara umum masyarakat belum mengetahui MOW secara benar sehingga tidak ada minat untuk menggunakannya. Jawa Timur tahun 2011 dari 6.096.873 PUS yang menjadi akseptor untuk MOW 231.506 akseptor (3,93%) (Dinkes, 2007). Hal ini disebabkan masyarakat Jawa Timur lebih cenderung menggunakan kontraseps lain misalnya suntik, pil, IUD. Di Kabupaten Kediri tahun 2012 dari 182.683 PUS yang memilih menjadi akseptor untuk MOW 10.636 akseptor (5,8%) (Dinkes Kabupaten Kediri, 2012). Masyarakat Kediri secara umum tingkat sosial ekonominya cukup tinggi sehingga cenderung memilih KB suntik meskipun 1 bulan atau 3 bulan tetap membayar. Data peminat kontrasepsi di Kecamatan Papar Kabupateen Kediri dari 7.147 PUS yang memilih menjadi akseptor untuk MOW 412 akseptor (5,76%) (BKKBN, 2013). Demikian juga di Kecamatan Papar, umumnya lebih berminat KB suntik dibandingkan MOW meskipun harus membayar tiap bulan atau 3 bulan sekali karena secara umum mampu untuk membayarnya. Data dari Desa Tanon berdasarkan pendataan th 2012, jumlah PUS 588 jiwa, IUD 44 akseptor (7,4%), implant 2 akseptor (0,3%), suntik 227 akseptor (38,6%), pil 110 akseptor (18,7%), kondom 5 akseptpr (0,8%), yang memilih MOW 36 akseptor (6,1%) (BPKBD 2012). Studi pendahuluan dari 10 orang yang tidak memakai kontrasepsi MOW, sebanyak 7 PUS (70%) dikarenakan motivasi PUS dalam penggunaan kontrasepsi MOW rendah disebabkan mereka sudah terbiasa menggunakan kontrasepsi suntik dan pil, 2 PUS (20%) yang lain kurang paham masalah MOW dan 1 PUS (10%) diantaranya tidak tidak ada dukungan dari suami dikarenakan menganut suatu kepercayaan yang tidak memperbolehkan menggunakan kontrasepsi MOW. Rendahnya peminat kontrasepsi MOW dapat dipengaruhi banyak faktor. Salah satunya adalah faktor pengetahuan yang kurang mengenai kelebihan kontrasepsi MOW. Apabila seseorang menaruh perhatian terhadap sesuatu, maka minat akan menjadi motif yang kuat untuk berhubungan secara lebih aktif dengan sesuatu yang menarik minatnya (Qym, 2008). Rendahnya minat menggunakan kontrasepsi MOW juga disebabkan kurangnya dukungan dari suami (Notoatmodjo, 2005). Faktor lain adalah karena ibu belum tahu kelebihan dan kelemahan, efektivitas dan efisiensi kontrasepsi MOW. Dampak dari rendahnya minat menggunakan MOW secara mikro adalah timbulnya kegagalan dalam pencegahan kehamilan. Dampak makro peningkatan jumlah penduduk di Indonesia (Mathedu, 2009). Demi meningkatkan minat PUS dalam penggunaan kontrasepsi MOW diperlukan berbagai strategi. Salah satunya adalah melalui sosialisasi kepada PUS mengenai kontrasepsi MOW khususnya tentang kelebihan dan kelemahannya atau efektivitas dan efisiensinya. Sosialisasi secara masal dilakukan melalui media promosi di berbagai media informasi. Penggalakan MOW melalui safari KB juga perlu dilaksanakan. Berbagai strategi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang kontrasepsi MOW sehingga dapat menarik perhatian atau minat ibu untuk menggunakannya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : โ€œFaktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Minat dalam Menggunakan Kontrasepsi MOW pada PUS di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Ta hun 2013โ€. ## METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian merupakan penggambaran mengenai keseluruhan aktivitas peneliti selama kerja peneitian, mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan penelitian (Darwis, 2003). Dalam penelitian ini menggunakan desain analitik korelasional dengan pendekatan cross sectional . Menurut Nursalam (2003), penelitian cross sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran/observasi data variabel bebas dan terikat hanya satu kali pada satu saat. Dalam penelitian ini pengukuran variabel faktor-faktor yang mempengaruhi minat PUS dalam menggunakan kontrasepsi MOW dan variabel minat menggunakan kontrasepsi MOW dikumpulkan hanya satu kali pengukuran dan dalam waktu bersamaan atau satu saat. Alasan menggunakan cross sectional adalah baik variabel bebas maupun terikat dapat diidentifikasi melalui kuesioner dengan mengandalkan jawaban responden dan hal ini dapat dilakukan dalam waktu bersamaan dan tidak memerlukan pengulangan. ## HASIL Deskripsi Lokasi Penelitian Desa Tanon merupakan salah satu dari 21 desa yang ada di Kecamatan Papar. Desa Tanon terdiri dari 4 Dusun, 4 RW dan 18 RT. Batas wilayah Desa Tanon Kecamatan Papar adalah Sebelah Utara : Dusun Salam, Kecamatan Purwoasri, Sebelah Selatan : Desa Papar Kecamatan Papar, Sebelah Barat : Desa Pulosari Kecamatan Papar, Sebelah Timur : Desa Srikaton Kecamatan Papar Deskripsi Karakteristik Responden Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Diagram 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 Berdasarkan diagram 4.1 diketahui sebagian besar responden berusia20-35 tahun yaitu 24 responden (58,5%). Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Diagram 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 Berdasarkan diagram 4.2 diketahui hampir setengah responden berpendidikan SMP yaitu 18 responden (43,9%). Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Diagram 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 Berdasarkan diagram 4.3 diketahui hampir setengah responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 19 responden (46,3%). Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Diagram 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 Berdasarkan diagram 4.4 diketahui sebagian besar responden pernah mendapatkan informasi tentang MOW yaitu 24 responden (58,5%). Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi Diagram 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 Berdasarkan diagram 4.5 diketahui hampir setengah responden mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan yaitu 18 responden (43,9%).\ Tabulasi Silang Motivasi dengan Minat MOW Tabel 4.25 Tabulasi Motivasi Responden dengan Minat MOW di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 No. Motivasi Minat Total Ren dah Tinggi F % f % f % 1 Rendah 12 29,3 1 2,4 13 31,7 2 Tinggi 8 19,5 2 0 48,8 28 68,3 Total 20 48,8 2 1 51,2 41 1 00 Berdasarkan tabel 4.25 diketahui hampir setengah dari responden dengan motivasi tinggi memiliki minat IRT Wiraswasta Swasta PNS tinggi dalam menggunakan MOW yaitu 20 responden (48,8%). ## Pengetahuan dengan Minat MOW Tabel 4.26 Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Minat MOW di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 No. Penge tahuan Minat Total Rendah Tinggi F % f % f % 1 Kurang 12 29, 3 1 2,4 13 31,7 2 Cukup 8 19, 5 2 29,3 20 48,8 3 Baik 0 0,0 8 19,5 8 19,5 Total 20 48, 8 21 51,2 41 100 Berdasarkan tabel 4.26 diketahui hampir setengah dari responden memiliki pengetahuan dengan kategori cukup dan berminat dalam menggunakan MOW tinggi yaitu 12 responden (29,3%). Dukungan Suami dengan Minat MOW Tabel 4.27 Tabulasi Silang Dukungan Suami dengan Minat MOW di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 No. Dukungan Suami Minat Total Rendah Tinggi f % F % f % 1 Tidak Ada 14 34,1 2 4,9 16 39 2 Ada 6 14,6 19 46,3 25 61 Total 0 0 48,8 21 1,2 41 100 Berdasarkan tabel 4.27 diketahui hampir setengah dari responden ada dukungan suami dengan minat tinggi yaitu 19 responden (46,3%). Uji Statistik Tabel 4.28 Hasil Uji Regresi Logistik Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Minat Menggunakan MOW di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 Variabel Koefisien Regresi (B) Sig. p Konstanta -17,684 1,00 0 0,003 Motivasi 3,351 0,027 Pengetahuan 3,468 0,014 Dukungan Suami 3,302 0,026 n observasi = 41 Berdasarkan tabel 4.20 diketahui ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, pengetahuan dan dukungan suami dengan minat PUS dalam menggunakan kontrasepsi MOW di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 (p = 0,003 < 0,05 maka H0 ditolak) dapat diartikan ada pengaruh motivasi, pengetahuan, dukungan suami terhadap minat PUS dalam menggunakan kontrasepsi MOW. Berdasarkan hasil penelitian diketahui ada hubungan yang signifikan antara motivasi, pengetahuan dan dukungan suami dengan minat WUS dalam penggunaan kontrasepsi MOW di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013 (ฯ = 0,003 < 0,05 maka Ho ditolak). Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa dukungan adalah setiap kekuatan yang mengatur perilaku untuk pemuasan kebutuhan atau pencapaian tujuan. Dukungan adalah bantuan dari orang yang memiliki hubungan dengan individu yang menerima bantuan (Hartanto, 2005). Suami diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan istrinya. Bentuk dukungan ini dapat menjadikan seseorang yang menerima bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai. Hal ini akan membangkitkan motivasi ibu untuk memenuhi dalam memilih metode kontrasepsi MOW. Adanya hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan motivasi PUS dalam penggunaan kontrasepsi MOW disebabkan untuk memutuskan pilihan kontrasepsi maka ibu tetap merasa perlu mendapatkan pertimbangan dari suami. Hal ini secara psikologis tetap ada dalam benak ibu karena pilihannya bukan berarti tanpa resiko sama sekali. Resiko kegagalan kemungkinan ada bahkan risiko bagi kesehatan ibu sendiri. Tentunya ibu tidak ingin dibelakang hari disalahkan oleh suami. Oleh karenanya dukungan suami yang positif akan memperkuat motivasinya untuk menggunakan kontrasepsi MOW, sebaliknya dukungan negative dari suami maka akan menghambat penggunaan kontrasepsi MOW. Dapat dikatakan bahwa dukungan apapun yang diberikan suami merupakan faktor motivasi untuk memperkuat pendapat atau pikira dari ibu. ## KESIMPULAN Sebagian besar responden memiliki motivasi tinggi tentang MOW yaitu 28 responden (68,3%). Sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup tentang MOW yaitu 20 responden (48,8%). Sebagian besar responden mendapatkan dukungan dari suami untuk menggunakan MOW yaitu 25 responden (61%). Sebagian besar responden berminat terhadap MOW yaitu 21 responden (51,2%). Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi, pengetahuan dan dukungan suami terhadap minat PUS dari hasil statistik ฯ = 0,003 < ฮฑ (ฮฑ=0,05) dalam menggunakan kontrasepsi MOW di Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri Tahun 2013. SARAN 1. Bagi responden Diharapkan responden dapat menggunakan kontrasepsi MOW sebagai salah satu pilihan untuk membantu program pemerintah dalam upaya menurunkan angka peningkatan jumlah penduduk. 2. Bagi Lahan Penelitian Bidan desa bekerja sama dengan petugas KB dari kecamatan untuk rajin mensosialisasikan kontrasepsi MOW dan adanya safari KB yang rutin diselenggarakan oleh BKKBN sehingga cakupan MOW meningkat 3. Bagi Peneliti Diharapkan bagi peneliti untuk melakukan pengembangan penelitian tentang factor lain yang menyebabkan rendahnya minat PUS dalam menggunakan kontrasepsi MOW 4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan pihak pendidikan melakukan pengembangan penelitian tentang factor penyebab rendahnya minat PUS dalam menggunakan kontrasepsi MOW sehingga dapat membantu memecahkan masalah rendahnya cakupan MOW 5. Bagi Peneliti Lain Diharapkan peneliti lain untuk meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat penggunaan kontrasepsi MOW ## DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. (2006). Ketrampilan Dasar Praktek Klinik Klinik Kebidanan . Jakarta: Salemba Medika. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian . Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S. (2006). Manajemen Penelitian . Jakarta : Rineka Cipta. Darmawan (2007). Mengenal Teknologi Informasi . http://e- majalah.com. Diakses Tanggal 20 September 2013. Darwis, S. (2003). Metode Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta. Dinkes. (2007). Profil Kesehatan Jawa Timur . http://www.dinkesjatim.go.id. Diakses Tanggal 16 September 2013. Depkes. (2010). Profil Kesehatan Indonesia. http:// www.depkes.go.id. Diakses Tanggal 16 September 2013. Hadi & Hartanto. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan . Bandung: Pustaka Setia. Lestari S. 2012. Psikologi Keluarga ( Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga ). Jakarta : Kencana Mathedu. (2009). Pengertian Minat . http://mathedu-nila.blogspot.com. Diakses Tanggal 16 September 2013. Mubarak, dkk. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan . Yogyakarta: Graha Ilmu. Notoatmojo, S.(2005). Metode Penelitian Kesehatan . Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2005). Promosi Kesehatan (Teori dan Aplikasi) . Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Jakarta: Salemba Medika. Nursalam. (2005). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta : Salemba Medika Pohan, dkk. (2006). Jaminan Mutu Pelayanan Keseh atan. Jakarta: EGC Prawirohardjo, S. (2003). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta : YBP-SP Qym. (2008). Pengertian Minat . http://qym7882. blogspot.com. Diakses Tanggal 16 September 2013. Setiadi (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan . Yogyakarta : Graha Ilmu. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Administrasi . Bandung : Alfabeta Supriyanto. 2009. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan . Bandung : Pustaka setia. Tjiptono, F. (2006). Strategi Pemasaran . Edisi 2. Cet.6. Yogyakarta : Andy Umar, H. (2003). Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen . Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Bekerjasama dengan Jakarta Umar, H. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis . Jakarta : PT Raja Gravindo Persada. Wijono. (2003). Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan . Surabaya: Airlangga University Press.
38ba8f65-3a0c-486c-92a8-0e772b56031d
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIPP/article/download/29190/17564
STRATEGI TERAPIS WICARA YANG DAPAT DITERAPKAN OLEH ORANG TUA PENDERITA KETERLAMBATAN BERBICARA (SPEECH DELAY) Ni Made Yuniari 1 , I Gusti Ayu Indah Triana Juliari 2 1,2 Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Dwijendra, Denpasar, Indonesia e-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi yang dapat digunakan oleh orang tua penderita keterlambatan bicara ( speech delay ) untuk mengatasi masalah keterlambatan berbicara ( speech delay ). Penelitian ini berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus (case study). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bersifat menggambarkan, memaparkan, dan menguraikan objek yang diteliti. Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah Informan. Data primer dalam penelitian ini adalah para terapis wicara yang bekerja di โ€œTempat Praktek Tumbuh Kembang Anak Masadiniโ€. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode indepth interview , metode observasi, dan dokumentasi. Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan alat bantu sebagai berikut: Pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Proses analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan pemeriksaan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkah bahwa ada beberapa strategi atau teknik yang bisa diterapkan orang tua untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak yang dikemukan oleh para terapis, antara lain: 1) Melatih anak berbicara dengan benar, pelan dan berulang-ulang. 2) Saat berbicara selalu memperhatikan tata bahasa yang diucapkan. 3) Selalu melibatkan anak berbicara pada setiap keadaan dengan memperbaiki pengucapan anak yang masih keliru. 4) Penggunaan media teknologi yang mendukung pembendaharaan kata anak-anak. 5) Konsultasi rutin dengan dokter dan psikolog anak untuk mengetahui perkembangan anak. Kata Kunci: Strategi, terapis wicara, Keterlambatan Bicara ## ABSTRACT This study aims to explore strategies that can be used by parents with speech delays to overcome the problem of speech delay. This research is in the form of research with a case study approach. The research design used in this study is descriptive qualitative which describes, describes, and describes the object under study. The data source used by researchers is informants. The primary data in this study were speech therapists who worked at the "Masadini Child Development Practice Place". The data collection techniques used in this study were in-depth interviews, observation methods, and documentation. In the data collection process, researchers used: interview guidelines, observation guidelines, and documentation guidelines. This study uses a qualitative descriptive analysis method. The data analysis process was carried out in 3 stages, namely data reduction, data presentation and examination of conclusions. The results of the study show that there are several strategies or techniques that parents can apply to overcome speech delays in children proposed by therapists, including: 1) Train children to speak correctly, slowly and repeatedly. 2) When speaking always pay attention to the grammar being spoken. 3) Always involve the child speaking in every situation by correcting the child's pronunciation which is still wrong. 4) The use of technology media that supports children's vocabulary. 5) Regular consultation with pediatricians and child psychologists to determine the child's development. ## Keywords: Strategy, Speech Therapist, Speech Delay ## PENDAHULUAN Masa bayi hingga anak-anak adalah masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang dimana proses pertumbuhan seorang anak sangatlah pesat pada masa ini, tidak hanya pertumbuhan secara fisik, namun juga pertumbuhan otak dan syaraf-syaraf penting pada bagian-bagian tubuh seorang anak. Perkembangan anak terdiri atas motorik kasar, motorik halus, sosialisasi, kognitif dan bahasa. Anak-anak dilahirkan dengan mekanisme kemampuan untuk mengembangkan bicara dan keterampilan bahasa (Safitri, 2017; Siska, 2011; Suryana, 2016). Terdapat dua alasan yang menyebabkan pada masa awal anak-anak mempunyai keinginan yang sangat besar untuk belajar berbicara. Pertama, karena ketika dia mampu untuk berbicara dan berkomunikasi dengan anak lain pada saat bermain, dia akan merasakan kesenangan yang luar biasa. Dengan kemampuan berbicara maka akan mudah bagi dirinya dalam bersosialisasi dan bergabung dengan teman yang lainnya, anak-anak yang mengalami keterlambatan berbicara akan mengalami rintangan dalam lingkungan sekolah ataupun sosialnya, tidak demikian halnya dengan anak yang sudah pandai berbicara. Kedua, karena dengan kemampuan berbicara maka ia akan mampu untuk mandiri sehingga ia dapat mengemukakan sesuatu apapun sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya (Hurlock, 1980; Yulsyofriend, et al., 2019). Karena masa-masa ini sangatlah penting bagi seorang anak, maka jika terdapat suatu keanehan atau kelainan pada masa pertumbuhan tersebut akan menjadi suatu kekhawatiran dan kegelisahan besar dalam pikiran para orang tua. Saat ini banyak terdapat kasus balita yang mengalami keterlambatan berbicara ( Speech Delay ) (Taseman, et al., 2020; Muslimat, et al, 2020). Banyak dari kasus-kasus tersebut yang membuat para orang tua merasa gelisah dan khawatir terhadap tumbuh kembang buah hati mereka. Hal-hal inilah yang membuat banyak orang tua saat ini mencari berbagai cara untuk menangani penderita keterlambatan berbicara ( Speech Delay ). Sebelum mengetahui bagaimana cara menangani penderita keterlambatan berbicara ( Speech Delay ), faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan berbicara ( Speech Delay ) tersebut harus dipaparkan terlebih dahulu. Penyebab terjadinya keterlambatan berbicara pada anak disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor external. Faktor internal meliputi: persepsi, kognisi dan prematuritas. Faktor eksternal meliputi: pengetahuan, pola asuh dan sosial ekonomi (Kurniasari & Sunarti, 2018; Muslimat, et al., 2020). Perkembangan bahasa dan bicara merupakan salah satu dimensi yang sangat rentan terhadap lingkungan yang kurang baik (Fitriyani, et al., 2018). Faktor penyebab gangguan keterlambatan berbicara adalah: hambatan pendengaran, hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oralmotor, masalah keturunan, masalah pembelajaran, dan komunikasi dengan orang tua, faktor televisi (Fitriyani, et al., 2019; Humaeroh, 2016) . Hal tersebutlah yang mendorong adanya suatu studi eksplorasi mengenai startegi-strategi yang dapat digunakan oleh orang tua untuk mengatasi masalah keterlambatan berbicara ( speech delay ). Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengeksplorasi strategi yang dapat digunakan oleh orang tua penderita keterlambatan bicara ( speech delay ) untuk mengatasi masalah keterlambatan membaca ( speech delay ) ## METODE Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bersifat menggambarkan, memaparkan, dan menguraikan objek yang diteliti (Arikunto, 2006). Penelitian kualitatif deskriptif adalah berupa penelitian dengan metode atau pendekatan studi kasus ( case study ). Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Hadari, 2003). Penelitian ini diadakan di klinik Praktek Tumbuh Kembang Anak โ€œMasadiniโ€ yang terletak di Jalan Merdeka VI No.9, Sumerta Kelod, Kecamatan Denpasar Selatan, Bali. Sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah Informan. Ada dua macam cara untuk memperoleh data antara lain data primer dan sekunder. Dalam penelitian ini, hanya data primer saja yang digunakan. Data primer dalam penelitian ini adalah para terapis wicara yang bekerja di tempat Praktek Tumbuh Kembang Anak โ€œMasadiniโ€. Para terapis wicara ini akan memberikan informasi tentang strategi-strategi yang mereka gunakan pada saat terapi wicara bagi anak-anak yang mengalami Speech Delay. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode wawancara ( indepth interview ) dan metode observasi. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Sedangkan observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan mengamati individu secara langsung. Selain kedua metode di atas, adapun teknik dokumentasi yang berupa dokumen seperti tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2012). Dalam proses pengumpulan data, peneliti menggunakan 3 alat bantu sebagai berikut: Pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman dokumentasi. Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan data dengan menggunakan kalimat untuk memperoleh keterangan yang jelas dan terperinci. Proses analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan pemeriksaan kesimpulan. Untuk menetapkan keabsahan ( trustworthiness ) data diperlukan teknik pemeriksaan. Agar data yang dikumpulkan dari lapangan merupakan data yang sah, maka peneliti mengusahakan pengecekan keabsahan seperti: (1) Triangulasi, (2) Perpanjangan Pengamatan, dan (3) Pengecekan teman sejawat. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil Penelitian ini diadakan di Klinik Masa Dini. Adapun 2 orang terapis yang digunakan sebagai informan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada informan yakni 2 orang terapis diperoleh data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara pada anak. Ada 2 macam faktor yang mempengaruhi anak terlambat bicara yaitu faktor Internal dan Eksternal. Menurut terapis 1, faktor internal seperti ada kelainan pada anak, cacat fisik, anak lahir premature. Sedangkan faktor eksternal berasal dari orang tuanya sendiri dan lingkungan sekitar. Dari kedua faktor tersebut, faktor yang sering ditemui oleh terapis 1 adalah faktor eksternal yang dimana pola asuh orang tua yang salah menyebabkan anak terlambat bicara dan tidak sesuai dengann perkembangan anak seumurnya. Pendapat dari Terapis 2, hampir sama dengan pendapat terapis 1, faktor eksternal merupakan faktor yang paling sering ditemui pada pasien. Pola asuh orang tua yang salah menjadi salah satu penyebab anak terlambat bicara. Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Rata-rata anak dititipkan pada pengasuh dan mertua. Pasien sudah bisa memulai terapi pada saat berumur 2 tahun, bahkan kurang dari 2 tahun (16 Bulan) tergantung rekomendasi dan hasil pemeriksaan dari Dokter Tumbuh Kembang Anak. Maka dari itu, konsultasi dengan Dokter sangat penting dilakukan untuk mengetahui gangguan apa yang dialami pasien dan terapi jenis apa yang cocok diterapkan. Adapun dua jenis terapi yang diberikan ke pasien, yaitu Terapi Sensori Integrasi yang dikenal juga dengan Terapi Okupasi dan tentu saja Terapi Wicara. Pada Klinik Masa Dini ada beberapa ruangan yang digunakan untuk terapi antara lain ruang music, ruang bermain, dan ruang belajar. Ada 1 ruangan di lantai 1 dan 3 ruangan di lantai 2. Biasanya ruangan di lantai 2 dipakai untuk terapi wicara, sedangkan ruangan di lantai 2 dipakai untuk terapi okupasi. Sebelum pasien diterapi, terapis mengobservasi pasien terlebih dahulu. Terapis berdiskusi dan memberikan beberapa pertanyaan seputar perkembangan anak dari bayi hingga usia 2 tahun, contohnya: apakah anak suka memilih makanan, umur berapa anak bisa duduk sendiri, umur berapa anak sudah mulai merangkak, apakah muncul tantrum, dan lain-lain. Terdapat 6 jenis keterlambatan dalam bicara pada anak usia dini antara lain: 1) Specific Language Impairment ; 2) Speech and Language Expressive Disorder ; 3) Centrum Auditory Processing Disorder ; 4) Pure Dysphatic Development ; 5) Gifted Visual Spatial Learner ; 6) Disynchronous Developmental . Dari keenam jenis keterlambatan bicara pada anak, yang paling sering dialami oleh pasien adalah Speech and Language Expressive Disorder . Menurut terapis 1, Biasanya kasus yang sering ditangani selama ini adalah Speech and Language Expressive Disorder . Dalam kasus ini, pasien belum bisa mengekspresikan apa yang dia mau dengan kata-kata. Anak ini menggunakan gerakan tubuh untuk meminta sesuatu atau menyuruh orang tuanya untuk melakukan yang dia mau. Sedangkan menurut terapis 2, Pada jenis keterlamabatan bicara ini pasien mengerti kata-kata dan intruksi namun tidak bisa mengekspresikan atau merespon dengan kata- kata dan kalimat. Dalam proses terapi wicara, ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh para terapis. Pada tahap pertama, dilakukan asesmen seperti adaptasi dan observasi. Pada tahap ini memberikan pertanyaan seputar perkembangan anak dari bayi hingga batita. Kemudian dilanjutkan dengan tahap diagnosis, pada tahap ini data yang terkumpul dari observasi digunakan sebagai bahan untuk menetapkan diagnosis dan jenis gangguan yang dialami pasien. Tahap berikutnya yakni Perencanaan terapi wicara dan dilanjutkan dengan pelaksanaan terapi wicara. Kemudian diakhiri dengan evaluasi dan pelaporan hasil. Sebagai seorang terapis tentu saja menemukan kendala โ€“ kendala saat melakukan terapi ke pasien. Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa pasien cenderung menolak saat akan diterapi untuk pertama kali. Pasien meronta, berteriak-teriak, dan menangis. Menurut terapis, hal tersebut sangat wajar. Karena pasien masih takut dengan orang asing atau orang yang pertama kali mereka temui. Apalagi pada saat terapi orang tua tidak diperkenankan untuk masuk ruang terapi. Di ruangan tersebut hanya ada pasien dan terapis. Tapi terkadang ada lebih dari 1 pasien, agar bisa melatih anak untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman sebayanya. Para terapis memastikan bahwa anak-anak aman berda di ruangan tersebut. Orang tua tidak perlu khawatir, mereka tetap bisa memantau anaknya dari luar ruangan. Terdapat jendela kecil pada tiap pintu ruangan, sehingga sangat jelas semua kegiatan yang dilakukan oleh pasien dan terapis. Orang tua dalam hal ini harus tega meninggalkan anaknya sendiri di dalam ruangan, karena selain terapi wicara, anak juga dilatih untuk mandiri. Keterlambatan wicara sangat berdampak pada perkembangan anak ada tingkat selanjutnya. Menurut terapis 1, Anak dapat merasa rendah diri, sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya, dan sulit memahami materi pembelajaran di sekolah. Hampir sama dengan terapis 1, menurut terapis 2, seperti tidak percaya diri, susah bergaul dengan teman sebaya, waktu sekolah agak sulit menyerap pelajaran. Selain melakukan terapi di Klinik, orang tua juga diperbolehkan untuk melakukan terapi di rumah. Ada beberapa strategi atau teknik yang bisa diterapkan orang tua untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak. Menurut terapis 1, Strategi-strategi yang bisa diterapkan orang tua untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak antara lain: 1) orang tua bisa berbicara dengan anak secara perlahan dan dilakukan terus berulang-ulang. 2) Perhatikan tata bahasa yg digunakan, harus tepat. 3) Memperbaiki kosa kata anak yang masih salah. 4) Gunakan media teknologi secara tepat seperti TV. Sebenarnya boleh menonton TV. Tapi jangan biarkan anak menonton TV sendirian. Orang tua bisa menggunakan TV sebagai media untuk berkomunikas. Ajak anak mengobrol tentang apa yang dia tonton. Sedangkan menurut Terapos 2, Strategi-strategi yang bisa diterapkan orang tua untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak antara lain: 1) Ajak anak mengobrol secara perlahan-lahan, kata demi kata. Bisa diulang-ulang. 2) Tata bahasa yang orang tua gunakan perlu diperhatian. Misalnya kalimat anak yang terbalik diperbaiki. 3) Perbaiki kata-kata yang masih tidak tepat. 4) Pergunakan teknologi yang ada sebagai media pembelajaran. Misalnya HP dan computer. Carilah permainan atau aplikasi tentang kosa kata. Jangan diberi tontonan youtube. Karena fokusnya bisa teralih. 5) Pastikan orang tua tetap rutin ke dokter dan psikolog anak untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak. Adapun beberapa kegiatan-kegiatan sederhana yang dapat dilakukan di rumah oleh orang tua pasien: 1) Kegiatan meniup. Anak bisa diajak untuk meniup potongan-potongan kertas, bisa tisu. Sampai kertas atau tisu tersebut berpindah tempat. Selain itu bisa juga anak diajak meniup gelembung sabundan fluit. 2) Kegiatan bermusik. Anak diajak mendengar video musik, kemudian mencoba menirukan kata-kata dan gerakan yang ada di video music tersebut. 3)kegiatan menyedot. Anak diajak untuk minum air dengan sedotan untuk melatih otot-otot wajah dan mulut. 4) Kegiatannya brushing atau menyikat gigi sendiri. 3) Berlatih meremas kertas atau playdough, 5) Kegiatan bermain puzzle sederhana, bermain tektur. 6) Kegiatan bermain bersama teman sebaya. 7) Kegiatan bermain di luar rumah/playground. 8) Kegiatan member dan meminta. 9) Latihan menyendok, dan lain-lain. Hasil dari terapi berbeda-beda dari tiap anak. Ada yang kemampunan berbicaranya meningkat signifikan dan ada yang lambat. Semua tergantung rutinnya pasien untuk diterapi dan juga berlatih di rumah dengan orang tuanya. ## Pembahasan ## Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan bicara pada seorang anak Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan bicara pada seorang anak adalah faktor Internal dan Eksternal. Faktor yang paling dominan terjadi pada anak adalah faktor eksternal. Pola asuh yang salah dari orangtua sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Anak yang menerima contoh berbahasa yang tidak baik dari keluarga, tidak memiliki pasangan komuikasi dan juga kurang memiliki kesempatan untuk berinteraksi akan memiliki kemampuan bahasa rendah. Selain itu lingkungan verbal mempengaruhi proses belajar bahasa anak. Anak di lingkungan keluarga professional akan belajar kata-kata tiga kali lebih banyak dalam seminggu dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan kemampuan verbal lebih rendah (Muslimat, et al., 2020; Nurlaeni & Juniarti, 2017; Stanton-Chapman, et al., 2004) . Sedangkan Faktor Internal atau faktor biologis tubuh seperti faktor persepsi, kognisi dan prematuritas dianggap sebagai faktor penyebab keterlambatan bicara pada anak (Maturana, 1978; Puspita, et al., 2019). ## Jenis-jenis keterlambatan dalam bicara pada anak usia dini Ada 6 jenis keterlambatan bicara pada anak usia dini antara lain: 1) Specific Language Impairment; 2) Speech and Language Expressive Disorder ; 3) Centrum Auditory Processing Disorder ; 4) Pure Dysphatic Development ; 5) Gifted Visual Spatial Learner ; 6) Disynchronous Developmental (Tsuraya, 2013) . Dari jenis keterlambatan bicara di atas dapat dipahami anak mengalami gangguan berbicara dan gangguan bahasa selain disebabkan oleh faktor perkembangan anak, juga disebabkan oleh gangguan sensori, gangguan neorologis, intellegences , kepribadian serta ketidakseimbangan perkembangan internal dan ketidakseimbangan perkembangan eksternal anak. Hal ini yang melatarbelakangi perkembangan bahasa dan berbicara pada anak usia dini menjadi terlambat (Puspita, et al., 2019; Tsuraya, 2013) . Dari keenam jenis keterlambatan bicara di atas, yang paling sering ditemui di lapangan adalah Speech and Language Expressive Disorder . Gangguan pada ekspresi bahasa ( Speech and Languange Expresive Disorder ) adalah gangguan dimana anak akan mudah untuk memahami perkataan orang dewasa yang ada disekitarnya akan tetapi anak mengalami kesulitan dalam merespon. Hal ini yang menyebabkan anak sulit dalam mengekspresikan perasaan mereka. Bahasa ekspresif ( Expresive Languange ) melibatkan kemampuan untuk menggunakan bahasa dalam mengungkapkan pemikiran seseorang dan berkomunikasi dengan orang lain, beberapa anak dapat dengan mudah memahami apa yang dikatakan mereka, tetapi mereka mempunyai kesulitan ketika mereka berusaha untuk merespon dan mengungkapkan diri mereka sendiri (Santrock, 2013). Dampak dari keterlambatan bicara pada tahap perkembangan anak selanjutnya. Keterlambatan bicara sangat berdampak pada perkembangan anak ada tingkat selanjutnya. Anak dapat merasa rendah diri dan tidak percaya diri, sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya, dan sulit memahami dan menyerap materi pembelajaran di sekolah. Resiko perkembangan terlambat bicara yaitu: 1) kemampuan konseptual dan prestasi pendidikan, hal ini tidak menunjukkan efek buruk pada perkembangan pendidikan dan kognitif anak karena tidak tergantung pada pemahaman dan penggunaan bahasa; 2) faktor personal dan sosial, terlambat bicara menyebabkan resiko negatif pada hubunganinterpersonal dan perkembangan konsep diri pada anak. Ketidak pahaman orang lain ketika berkomunikasi dapat menyebabkan rasa rendah diri pada anak (Kurniasari & Sunarti, 2018; Muslimat, et al., 2020; Tsuraya, 2013). Strategi atau teknik yang bisa diterapkan orang tua untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak Selain melakukan terapi di Klinik, orang tua juga diperbolehkan untuk melakukan terapi di rumah. Ada beberapa strategi atau teknik yang bisa diterapkan orang tua untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak yang dikemukan oleh para terapis pada saat wawancara. Strategi-strategi tersebut antara lain: 1) Melatih anak berbicara dengan benar, pelan dan berulang-ulang (Hutami & Samsidar, 2018) . 2) Saat berbicara selalu memperhatikan tata bahasa yang diucapkan. Hal ini sejalan dengan teori dari Roger Brown mengatakan bahwa orang tua mendorong anak mereka untuk berbicara dengan tata bahasa yang benar (Santrock, 2009) . 3) Selalu melibatkan anak berbicara pada setiap keadaan dengan memperbaiki pengucapan anak yang masih keliru. Anak-anak mendapatkan manfaat ketika orang tua mereka secara aktif melibatkan mereka dalam percakapan, mengajukan pertanyaan kepada mereka, dan menekankan bahasa interaktif dibandingkan bahasa direktif (Santrock, 2009) . 4) Penggunaan media teknologi yang mendukung pembendaharaan kata anak-anak. Terdapat tiga cara dalam mendukung pembendaharaan kata anak-anak dengan menggunakan teknologi seperti computer, buku audio, dan televisi pendidikan. 5) Konsultasi rutin dengan dokter dan psikolog anak untuk mengetahui perkembangan anak (Santrock, 2009). ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama, adanya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keterlambatan bicara pada seorang anak yaitu faktor Internal dan Eksternal. Faktor yang paling dominan terjadi pada anak adalah faktor eksternal. Kedua, ada 6 jenis keterlambatan bicara pada anak usia dini antara lain: 1) Specific Language Impairment; 2) Speech and Language Expressive Disorder; 3) Centrum Auditory Processing Disorder; 4) Pure Dysphatic Development; 5) Gifted Visual Spatial Learner; 6) Disynchronous Developmental . Dari keenam jenis keterlambatan bicara di atas, yang paling sering ditemui di lapangan adalah Speech and Language Expressive Disorder . Ketiga, Keterlambatan bicara sangat berdampak pada tahap perkembangan anak ada tingkat selanjutnya. Terakhir, ada beberapa strategi atau teknik yang bisa diterapkan orang tua untuk mengatasi keterlambatan bicara pada anak yang dikemukan oleh para terapis. Strategi-strategi tersebut antara lain: 1) Melatih anak berbicara dengan benar, pelan dan berulang-ulang. 2) Saat berbicara selalu memperhatikan tata bahasa yang diucapkan. 3) Selalu melibatkan anak berbicara pada setiap keadaan dengan memperbaiki pengucapan anak yang masih keliru. 4) Penggunaan media teknologi yang mendukung pembendaharaan kata anak-anak. 5) Konsultasi rutin dengan dokter dan psikolog anak untuk mengetahui perkembangan anak. Jadi dengan menerapkan strategi di atas, orang tua dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara. Karena hanya dengan terapi sekali seminggu tidak akan cukup. Peran orang tua sangat penting dalam hal ini. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. (2006). Metode Penelitian Kualitatif . Bumi Aksara Fitriyani, F., Sumantri, M. S., & Supena, A. (2018). Gambaran Perkembangan Berbahasa Pada Anak Dengan Keterlambatan Bicara (Speech Delay): Study Kasus Pada Anak Usia 9 Tahun Kelas 3 SD Di SDS Bangun Mandiri. In Prosiding Seminar Dan Diskusi Pendidikan Dasar . http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/ps dpd/article/view/9946 Fitriyani, F., Sumantri, M. S., & Supena, A. (2019). Language development and social emotions in children with speech delay: case study of 9 year olds in elementary school. Jurnal Konseling dan Pendidikan , 7(1), 23-29. https://doi.org/10.29210/130600 Hadari, N. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial . Gajah Mada University Press. Humaeroh, H. (2017). Pembelajaran Bahasa Pada Anak Yang Mengalami Keterlambatan Berbicara Untuk Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi. As-Sibyan: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 1(02), 126- 138. http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/a ssibyan/article/view/199 Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan . Erlangga. Hutami, E. P., & Samsidar, S. (2018). Strategi komunikasi simbolik speech delay pada anak usia 6 tahun di TK Paramata Bunda Palopo. Tunas Cendekia: Jurnal Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini , 1(1), 39-43. https://doi.org/10.24256/tunas%20cende kia.v1i1.384 Kurniasari, L., & Sunarti, S. (2018). Deteksi Keterlambatan Bicara Pada Anak Usia 48-72 Bulan Melalui Berbagai Faktor. VISIKES: Jurnal Kesehatan Masyarakat , 17(02). http://publikasi.dinus.ac.id/index.php/vi sikes/article/view/2124 Maturana, H. R. (1978). Biology of Language: The Epistemology of Reality. In Psychology and Biology of Language and Thought . Academic Press. Muslimat, A. F., Lukman, L., & Hadrawi, M. (2020). Faktor Dan Dampak Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Terhadap Perilaku Anak Studi Kasus Anak Usia 3-5 Tahun: Kajian Psikolinguistik. Jurnal Al Qiyam , 1(2), 1-10. https://journal.stai- alfurqan.ac.id/alqiyam/index.php/alqiya m/article/view/11 Nurlaeni, N., & Juniarti, Y. (2017). Peran Orang Tua Dalam Mengembangkan Kemampuan Bahasa Pada Anak Usia 4- 6 Tahun. Jurnal Pelita PAUD , 2(1), 51- 62. https://doi.org/10.33222/pelitapaud.v2i1 .196 Puspita, A. C., Perbawani, A. A., Adriyanti, N. D., & Sumarlam, S. (2019). Analisis Bahasa Lisan Pada Anak Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Usia 5 Tahun. Lingua , 15(2), 154-160. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php /lingua/article/view/17405 Safitri, Y. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Perkembangan Bahasa Balita di UPTD Kesehatan Baserah Tahun 2016. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 1(2), 148-155. https://doi.org/10.31004/obsesi.v1i2.35 Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan . Salemba Humanika Siska, Y. (2011). Penerapan metode bermain peran (role playing) dalam meningkatkan keterampilan sosial dan keterampilan berbicara anak usia dini. J. Educ , 1(1), 31-37. http://jurnal.upi.edu/file/4- Yulia_Siska-edit.pdf Stanton-Chapman, T. L., Chapman, D. A., Kaiser, A. P., & Hancock, T. B. (2004). Cumulative risk and low-income children's language development. Topics in Early Childhood Special Education, 24(4), 227-237. https://doi.org/10.1177%2F0271121404 0240040401 Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Alfabeta. Suryana, D. (2016). Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak . Prenada Media. Taseman, T., Safaruddin, S., Erfansyah, N. F., Purwani, W. A., & Femenia, F. F. (2020). Strategi Guru dalam Menangani Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) yang Berpengaruh Terhadap Interaksi Sosial Anak Usia Dini di TK Negeri Pembina Surabaya. JECED: Journal of Early Childhood Education and Development , 2(1), 13- 26. https://doi.org/10.15642/jeced.v2i1.519 Tsuraya, I. (2013). Kecemasan Pada Orang Tua Yang Memiliki Anak Terlambat Bicara (Speech Delay) Di RSUD Dr. M. Ashari Pemalang. Developmental dan Clinical Psychology , 2(2), 38-43. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php /dcp/article/view/2574 Yulsyofriend, Y., Anggraini, V., & Yeni, I. (2019). Dampak Gadget Terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yaa Bunayya: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini , 3(1), 67-80. https://doi.org/10.24853/yby.3.1.67-80
06876494-eb3d-4197-b5d6-6080e42cae6d
https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/download/1165/1251
Integrasi Pembentukan Nilai Karakter Kemandirian Siswa Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika di Era Industri 4.0 Deysti Trifena Tarusu 1* , Zulela 2 , Adi Apriadi Adiansha 3 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Manado 2 Program Studi Doktor Pendidikan Dasar, Universitas Negeri Jakarta 3 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, STKIP Taman Siswa Bima 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstract. The importance of integrating the formation of the value of independence character in mathematics learning has a positive influence on the quality of education in Indonesia. The purpose of this qualitative study is to get input on how elementary school teachers are about integrating the value of independence characters in mathematics learning. This type of research uses a qualitative approach with interviews, observation, and documentation with the data validity test used is triangulation. The subjects of this study were classroom teachers and students at Buah Ati Elementary School in Bekasi Regency. The results of the study are 1) The value of the character of independence must be instilled in elementary schools, so students can appear aware of following the school rules and honesty with the students themselves; 2) The formation of the value of the character of independence must be given to children from childhood through education in schools, families, and communities; 3) Positive influence on the formation of the value of the character of independence in Mathematics Learning in the Industrial Age 4.0. Keyword: Industrial Era 4.0, Character Value of Independence, Mathematics Learning. Abstrak. Pentingnya integrasi pembentukan nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika memberika pengaruh yang positif terhadap mutu pendidikan di Inonesia. Tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah untuk mendapatkan masukan tentang caranya guru sekolah dasar tentangmengintegrasikan nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika. Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan uji keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi. Subjek penelitian ini adalah guru kelas dan siswa Sekolah Dasar Buah Ati di Kabupaten Bekasi. Hasil penelitian yaitu 1) Nilai karakter kemandirian harus ditanamkan di sekolah dasar, sehingga siswa bisa muncul kesadaran dalam mengikuti aturan-aturan sekolah dan kejujuran pada siswa itu sendiri; 2) Pembentukan terhadap nilai karakter kemandirian harus diberikan kepada anak-anak sejak kecil melalui pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat; 3) Pengaruh positif terhadap terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam Pembelajaran Matematika di Era Industri 4.0. Kata Kunci: Era Industri 4.0, Nilai Karakter Kemandirian, Pembelajaran Matematika ## PENDAHULUAN Pentingnya pendidikan karakter di kelas harus mampu mengembangkan kemandirian (Baxter Magolda, 2020; Carr, 2017; Yolcu, 2018) sebagai upaya dalam mengoptimalkan perilaku yang baik dari siswa. Penguatan pendidikan karakter memberikan integrasi terbentuknya nilai karakter kemandirian (Hadi, 2015; Mislia, Mahmud, & Manda, 2016) dalam proses belajar mengajar sangat penting. Jadi, penelitian tentang integrasi nilai-nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika (Fitriatien & Mutianingsih, 2020; Hakam, 2018; Islami, 2016; Mulyono, Asmawi, & Nuriah, 2018; Sulistyaningsih, Purnomo, & Aziz, 2018) di Sekolah Dasar di era Industri 4.0 itu layak dan perlu dilakukan (Sulistyaningsih et al., 2018). Telah terbukti bahwa kemajuan pendidikan pendidikan karakter di Indonesia sangat bergantung pada hasil pendidikan pada generasi mudanya. Hasil pendidikan akan lebih bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara jika lulusannya memiliki karakter yang baik nilai- nilai (Istiningsih, 2016; White & Shin, 2017). Melalui pendidikan karakter, anak muda dapat dididik dan dibentuk sedemikian rupa generasi muda memiliki rasa nasionalisme, kejujuran, disiplin, dan yang baik tanggung jawab. Oleh karena itu, nilai karakter perlu diberikan kepada siswa sejak dini usia. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, jelas sangat tertarik untuk mengetahuinya bagaimana mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam proses pembelajaran di kelas. Nilai Karakter kemandirian diintegrasikan ke dalam Proses Pembelajaran Matematika yang harus diberikan kepada siswa sejak usia dini (Dori, 2019; Sudirman, 2019). Nilai karakter kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada orang lain dan berusaha untuk menggunakan semua energi, pikiran, dan waktu untuk mewujudkannya tujuan secara mandiri (Fitriasari, Tanzimah, & Sari, 2018). Maka dipandang sangat penting diteliti mengenai integrasi pembentukan nilai karakter kemandirian siswa sekolah dasar dalam pembelajaran matematika di era industri 4.0. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa pendidikan matematika memuat nilai- nilai yang berpotensi untuk mendukung keberhasilan pembentukan karakter bangsa (Rudyanto & Retnoningtyas, 2018), lebih lanjut (Hatip, 2019) mengatakan pentingnya pendidikan budaya dan karakter untuk lebih ditanamkan melalui pembelajaran pada peserta didik. Nilai-nilai budaya dan karakter apa saja yang perlu ditanamkan pada peserta didik yang sesuai dengan mata pelajaran matematika. Dari hasil pengkajian yang mendalam pada penelitian tersebut bahwa ditemukan kebahruan dalam penelitian ini sehingga menjadi penting dalam mengintegrasikan pembentukan nilai karakter kemandirian siswa sekolah dasar dalam Pembelajaran Matematika. Pertanyaan Penelitian dalam penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana integrasi terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika di era industri 4.0?; 2) Apa pengaruh terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika di era industri 4.0? Tujuan Penelitian dalam penelitian ini yaitu: 1) Untuk mengetahui integrasi terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika di era industri 4.0?; 2) Untuk mengetahui pengaruh terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika di era industri 4.0? ## METODE Penelitian ini berdasarkan hasil penelitian dengan pendekatan kualitatif (Pieridou & Kambouri-Danos, 2020; Shekhar, Prince, Finelli, Demonbrun, & Waters, 2019) pada siswa sekolah dasar di Kabupaten Bekasi. Analisis dan interpretasi data dilakukan dengan analisis data kualitatif secara interaktif dan bertahan sampai akhir sehingga data sesuai untuk tujuan tersebut. Subjek penelitian ini adalah guru kelas dan siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi. Objek dalam penelitian ini adalah karakter kemandirian pada siswa Sekolah Dasar. Sumber data yang dilakukan berupa: 1) Wawancara dan observasi dilakukan dengan guru; dan 3) Wawancara dan observasi dilakukan dengan siswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Namun, setelah fokus penelitian menjadi jelas, dilakukan pengembangan instrumen penelitian dengan menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara untuk memperoleh data karakter kemandirian pada siswa yang dilakukan di Sekolah Dasar. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis dilakukan dengan reduction atau mereduksi data, data display atau penyajian, dan conclusion drawing/verification. Uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik misalnya dilakukan dengan cara mencocokkan data yang diperoleh melalui teknik wawancara dengan data yang diperoleh dari hasil observasi. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mencocokkan data dari hasil wawancara sumber satu dengan sumber lainnya. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Terintegrasi Nilai Karakter Kemandirian dalam Pembelajaran Matematika di Era Industri 4.0 Hasil temuan pendidikan karakter di kelas bahwa siswa menggunakan seragam dengan rapi; guru dan siswa masuk tepat waktu; ketika guru menjelaskan materi pembelajaran matematika siswa tidak ada yang berbicara. Nilai karakter kedisiplinan muncul ketika guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal matematika. Dengan demikian, suasana belajar menjadi kondusif, kemudian semua siswa melakukan pekerjaan mereka secara mandiri, jujur, dan semuanya bekerja secara bertanggung jawab maka di sini nilai integritas muncul. Ketika bel berbunyi karena pelajaran berakhir, para siswa keluar dengan tertib, teratur, dan tidak menemukan siswa berkerumun di luar kelas. Selanjutnya, temuan nilai karakter kemandirian berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan beberapa siswa dan dilanjutkan dengan peneliti pergi disekitar ruang kelas dan sekolah. Peneliti juga mengamati kebersihan, penataan sarana dan prasarana sekolah, dan lingkungan di luar sekolah. Dalam pembelajaran matematika nilai karakter yang ditanamkan yaitu nilai karakter kemandirian, nilai karakter kemandirian terjadi ketika siswa mengerjakan soal-soal yang disuruh oleh guru. Para siswa mengerjakan secara mandiri untuk menyelesaikan dan memecahkan permasalah pada pembelajaran matematika dan siswa tidak bercanda pada saat mengerjakan tugas. Kemudian cara guru dalam mengintegrasikan nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika dengan memberikan penugasan secara individu. Guru juga mengamati siswa mengerjakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan dengan cara yang disiplin. Tindakan guru untuk melatih siswa dalam menerapkan nilai karakter kemandirian melalui pertanyaan. Hasil temuan di atas sesuai dengan tujuan penelitian yaitu terintegrasinya nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matermatika di era industri 4.0. Pengaruh Terbentuknya Nilai Karakter Kemandirian dalam Pembelajaran Matematika di Era Industri 4.0 Peneliti mengunjungi kelas dengan melakukan wawancara dengan guru kelas dan beberapa siswa, kemudian peneliti pergi disekitar ruang kelas. Peneliti juga mengamati kebersihan, penataan sarana dan prasarana kelas, serta di lingkungan sekolah yang sangat bagus. Dalam pengamatan awal tentang pengaruh terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika di era industri 4.0 ini sebagai berikut: 1) Jenis nilai karakter yang ditanamkan oleh guru dalam prmbelajaran matematika yaitu kemandirian; 2) Guru mengintegrasikan nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika secara baik; 3) Kondisi lingkungan sekolah terlihat sangat bersih, tidak ada sampah yang berserakan, terlihat dikelas untuk tas dan sepatu diatur dengan sangat rapi. Pengaruh terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam pembelajaran matematika di era industri 4.0 ini diberikan kepada siswa sejak usia dini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan karakter telah diberikan kepada anak-anak sejak kecil dan dibantu melaui peran dalam keluarga. Melalui temuan tersebut bahwa terdapat pengaruh dalam terbentuknya nilai karakter kemandirian pada Pembelajaran Matematika di Era Industri 4.0. ## Pembahasan Nilai karakter kemandirian sangat diperlukan untuk diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran matematika. Hal tersebut sejalan dengan beberapa peneliti bahwa pentingnya nilai karakter kemandirian untuk diberikan kepada siswa melalui pembelajaran di sekolah (Iftanti & Madayani, 2019; Julia & Supriyadi, 2018; Rianawati, 2017; ลžahin, 2019; Suhartini, Sekarningrum, Sulaeman, & Gunawan, 2019; Sulistyaningsih et al., 2018). Selanjutnya disana juga banyak cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan nilai karakter kemandirian di sekolah. Nilai karakter kemandirian tidak cukup untuk menjadi subjek pengajaran dan termasuk dalam rencana implementasi pembelajaran di sekolah. Namun, itu harus lebih dari apa yang dibutuhkan untuk diterapkan atau dipraktikkan. Penerapan nilai karakter kemandirian dapat dimulai dengan belajar untuk mematuhi peraturan sekolah, berdiskusi dengan teman dengan hangat dan disiplin yang ramah dan menegakkan di dalam dan di luar sekolah. Sekolah Dasar harus dapat membuat nilai karakter kemandirian ini berkembang dengan baik dan menumbuhkan nilai teladan dan banding oleh kepala sekolah, guru, dan staf sekolah di sekolah sehari-hari di sekolah dasar. Nilai karakter kemandirian harus melibatkan semua minat pendidikan baik keluarga, sekolah, dan yang lebih luas masyarakat (Raptis & Spanaki, 2013). Karena itu, langkah pertama adalah membangun kembali kemitraan yang akrab dan harmonis agar kita dapat mewujudkan kembali jaringan pendidikan antar lingkungan sekolah termasuk guru, keluarga, dan masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Nilai karakter kemandirian harus ditanamkan di sekolah dasar, sehingga siswa bisa muncul kesadaran dalam mengikuti aturan-aturan sekolah dan kejujuran pada siswa itu sendiri; 2) Pembentukan terhadap nilai karakter kemandirian harus diberikan kepada anak- anak sejak kecil melalui pendidikan di sekolah, keluarga dan masyarakat; 3) Pengaruh positif terhadap terbentuknya nilai karakter kemandirian dalam Pembelajaran Matematika di Era Industri 4.0. ## SARAN Dalam penelitian ini mampu memberikan konstribusi tentang integrasi dalam pembentukan nilai karakter kemamdirian kepada siswa sekolah dasar dalam pembelajaran matematika, agar kiranya dapat dilaksanakan oleh guru atau pembaca. Penelitian ini memberikan informasi terpenting dalam meningkatkan mutu pendidikan dan sebagai landasan dalam proses pembelajaran ## UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh Calon Doktor Pendidikan Dasar Universitas Negeri Jakarta, sebagai ucapan terimakasih kepada Prof. Zulela MS. ## DAFTAR PUSTAKA Baxter Magolda, M. B. (2020). Developmental Complexity: A Foundation for Character. Journal of College and Character , 21 (1), 14โ€“20. https://doi.org/10.1080/2194587X.2019 .1696830 Carr, D. (2017). Virtue and Character in Higher Education. British Journal of Educational Studies , 65 (1), 109โ€“124. https://doi.org/10.1080/00071005.2016. 1224806 Dori, N. (2019). Education Towards Jewish Values in the Israeli State Preschool: Its Character, Essence, and Scope. Journal of Education and Training Studies , 7 (8), 18. https://doi.org/10.11114/jets.v7i8.4317 Fitriasari, P., Tanzimah, T., & Sari, N. (2018). Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Blended Learning pada Mata Kuliah Metode Numerik. Jurnal Elemen , 4 (1), 1. https://doi.org/10.29408/jel.v4i1.439 Fitriatien, S. R., & Mutianingsih, N. (2020). Peningkatan Kemampuan Belajar Mandiri pada Mata Kuliah Operasional Riset melalui Self Regulated Learning Mosharafaโ€ฏ: Jurnal Pendidikan Matematika Rata-rata Mosharafaโ€ฏ: Jurnal Pendidikan Matematika. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika , 9 , 95โ€“106. Hadi, R. (2015). The Integration of Character Values in the Teaching of Economics: A Case of Selected High Schools in Banjarmasin. International Education Studies , 8 (7), 11โ€“20. https://doi.org/10.5539/ies.v8n7p11 Hakam, K. A. (2018). Tradition of value education implementation in indonesian primary schools. Journal of Social Studies Education Research , 9 (4), 295โ€“ 318. https://doi.org/10.17499/jsser.98315 Hatip, A. (2019). Pembelajaran Matematika di Era Industri 4.0. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika , 896โ€“ 906. Iftanti, E., & Madayani, N. S. (2019). Developing Joyful Story Sheets (JoSS): an Effort to Build Character for EYL Learners in Indonesia through Reading JoSS. Dinamika Ilmu , 19 (1), 155โ€“173. https://doi.org/10.21093/di.v19i1.1543 Islami, M. (2016). Character Values and Their Internalization in Teaching and Learning English at Madrasah. Dinamika Ilmu , 16 (2), 279. https://doi.org/10.21093/di.v16i2.417 Istiningsih. (2016). Character Education of the Most Developed Countries in ASEAN. Journal of Education and E- Learning Research , 3 (1), 32โ€“37. https://doi.org/10.20448/journal.509/20 16.3.1/509.1.32.37 Julia, & Supriyadi, T. (2018). The Implementation of Character Education at Senior High School. SHS Web of Conferences , 42 , 00085. https://doi.org/10.1051/shsconf/201842 00085 Mislia, M., Mahmud, A., & Manda, D. (2016). The Implementation of Character Education through Scout Activities. International Education Studies , 9 (6), 130. https://doi.org/10.5539/ies.v9n6p130 Mulyono, D., Asmawi, M., & Nuriah, T. (2018). The Effect of Reciprocal Teaching, Student Facilitator and Explaining and Learning Independence on Mathematical Learning Results by Controlling the Initial Ability of Students. International Electronic Journal of Mathematics Education , 13 (3), 199โ€“205. https://doi.org/10.12973/iejme/3838 Pieridou, M., & Kambouri-Danos, M. (2020). Qualitative doctoral research in educational settings: Reflecting on meaningful encounters. International Journal of Evaluation and Research in Education , 9 (1), 21โ€“31. https://doi.org/10.11591/ijere.v9i1.2036 0 Raptis, I., & Spanaki, E. (2013). International Journal of Psychology and Educational Studies Teachersโ€™ Attitudes Regarding the Development of Socio-Emotional Skills in Elementary Schools in Greece ARTICLE INFO ABSTRACT. International Journal of Psychology and Educational Studies , 4 (1), 21โ€“28. https://doi.org/10.17220/ijpes.2017.01. 003 Rianawati. (2017). The Implementation of Education Character on Moral in MTsN (Islamic Junior High State School) 1 Pontianak in the Academic Year 2015/2016. Journal of Education and Practice , 8 (9), 186โ€“195. Retrieved from http://ezphost.dur.ac.uk/login?url=https ://search.proquest.com/docview/191335 4679?accountid=14533%0Ahttp://open url.ac.uk/ukfed:dur.ac.uk?genre=article &issn=22221735&title=Journal+of+Ed ucation+and+Practice&volume=8&issu e=9&date=2017-01- 01&atitle=The+Implem Rudyanto, H. E., & Retnoningtyas, W. A. (2018). Integrasi nilai โ€“ nilai karakter melalui pembelajaran matematika di sekolah dasar. Prosiding Konferensi Ilmiah Dasar , 1 (7), 34โ€“43. Retrieved from http://prosiding.unipma.ac.id/index.php /KID ลžahin, รœ. (2019). Values and Values Education As Perceived By Primary School Teacher Candidates. International Journal of Progressive Education , 15 (3), 74โ€“90. https://doi.org/10.29329/ijpe.2019.193. 6 Shekhar, P., Prince, M., Finelli, C., Demonbrun, M., & Waters, C. (2019). Integrating quantitative and qualitative research methods to examine student resistance to active learning. European Journal of Engineering Education , 44 (1โ€“2), 6โ€“18. https://doi.org/10.1080/03043797.2018. 1438988 Sudirman, S. (2019). The 21st-Century Teacher: Teacherโ€™s Competence Within the Character Education Framework Towards A Cultural-Oriented Development and Promoting Tolerance. International Education Studies , 12 (8), 21. https://doi.org/10.5539/ies.v12n8p21 Suhartini, S., Sekarningrum, B., Sulaeman, M. M., & Gunawan, W. (2019). Social construction of student behavior through character education based on local wisdom. Journal of Social Studies Education Research , 10 (3), 276โ€“291. Sulistyaningsih, D., Purnomo, P., & Aziz, A. (2018). Development of Learning Design for Mathematics Manipulatives Learning based on E-learning and Character Building. International Electronic Journal of Mathematics Education , 14 (1), 197โ€“205. https://doi.org/10.29333/iejme/3996 White, R., & Shin, T. S. (2017). Integrative character education (ICE): grounding facilitated prosocial development in a humanistic perspective for a multicultural world. Multicultural Education Review , 9 (1), 44โ€“74. https://doi.org/10.1080/2005615X.2016 .1276670 Yolcu, E. (2018). Teachersโ€™ Qualities and Self-Efficacy Perceptions in Character Education. Acta Didactica Napocensia , 11 (3), 35โ€“48. https://doi.org/10.24193/adn.11.3- 4.3.36
c001600e-2a14-4cbb-bd29-f9f777b806ce
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/cess/article/download/8332/7748
Page | 1 ## IMPLEMENTASI ALGORITMA SAW( SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING ) DEMPSTER SHAFER PADA DIAGNOSA AWAL POSTPARTUM DEPRESSION Yuli Kartika Sari 1 , Dwi Kartini 2 , Muliadi 3 123 Program Studi Ilmu Komputer Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat Jalan Ahmad Yani Km. 36, Kampus Unlam Banjarbaru, Kalimantan Selatan 70714,Indonesia 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrak โ€” Depresi Postpartum ( Postpartum Depression ) merupakan salah satu bentuk depresi yang dialami ibu setelah melahirkan bayi pertama dan berlangsung pada tahun pertama setelah kelahiran bayi. Hal ini disebabkan karena periode tersebut merupakan periode transisi kehidupan baru yang cukup membuat stress namun tidak semua ibu mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga timbul keluhan-keluhan antara lain berupa stres, cemas dan depresi. Penelitian ini mengimplementasikan penggabungan Metode Simple Additive Weighting dan Dempster Shafer digunakan dalam melakukan diagnosa awal depresi postpartum berdasarkan basis pegetahuan yang diperoleh dari pakar seorang psikolong dan bidan yang direperesentasikan ke dalam sistem pakar. Input yang digunkana berupa sub-sub gejala yang dialami pasien pasca melahirkan yang akan dikonversikan menjadi nilai 1 kemudian diproses menggunakan metode Simple Additive Weighting untuk menentukan nilai belief gejala. Setelah nilai belief gejala tersebut digunakan untuk malakukan diagnosa awal Postpartum Depression dengan metode Dempster Shafer . Hasil akurasi sistem berdasarakan data rekam medic pasien sebesar 90%. Keywords โ€” Sistem Pakar, Postpartum Depression, Simple Additive Weighting, Dempster Shafer . ## I. PENDAHULUAN Dignosa awal penyakit Postpartum Depression pada sistem pakar memerlukan adanya sebuah mesin inferensi yang dikenal juga sebagai struktur kontrol atau penerjemah atauran. Komponen ini sebenarnya adalah program komputer yang menyediakan metodologi untuk mempertimbangan informasi dalam basis pengetahuan dan blackboard dan merumuskan kesimpulan. Komponen ini menyediakan arahan bagaimana menggunakan pengetahuan sistem, yakni dengan mengembangkan agenda yang mengatur dan mengontrol langkah yang diambil untuk memecahkan persoalan kapanpun konsultasi berlangsung. Metode yang sering digunakan dalam melakukan diagnosa penyakit medis adalah metode Dempster Shafer . Teori ini dikembangkan oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer . Pada umumnya, penelitian- penelitian yang membuat sistem pakar dengan menggunakan metode Dempster Shafer hanya menggunakan basis pengetahuan berupa data penyakit dan data gejala seperti pada penelitian Anis Mistanti (2004) yang berjudul โ€œSistem Pakar Untuk Memprediksi Penyakit Pada Tanaman Cabai Menggunakan Metode Dempster Shafer โ€. Akan tetapi, terdapat juga beberapa penyakit atau gangguan lainnya yang memiliki sub gejala dalam basis pengetahuannya seperti salah satunya adalah gangguan Postpartum Depression atau depresi pasca ibu melahirkan. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka diperlukan metode tambahan yang dapat digunakan untuk menghitung bobot sub gejala tersebut sebagai nilai belief gejala pada proses Dempster Shafer. Salah satu metode yang paling sering digunakan dalam pembobotan suatu kriteria adalah metode SAW (Simple Additive Weighting). Metode SAW dapat memberikan penilaian berdasarkan input sub gejala yang dirasakan pasien dengan bobot sub gejala yang diperoleh dari pakar. Output metode SAW (Simple Additive Weighting) yang nantinya akan digunakan sebagai nilai belief gejala dalam melakukan diagnosa awal Postpartum Depression . Data Rekam Medik pada penelitian ini didapatkan dari salah satu Bidan Praktek Mandiri yang ada di daerah Banjarbaru. Pada penelitian ini peneliti ingin melakukan penggabungan metode SAW dan Dempster Shafer dalam memberikan rekomendasi diagnose awal postpartum depression dan tindakan bagi ibu pasca melahirkan. ## II. TINJAUAN PUSTAKA ## A. Definisi Sistem Pakar Sistem pakar adalah aplikasi berbasis komputer yang digunakan untuk menyelesaikan masalah sebagaimana yang dipikirkan oleh pakar. Pakar yang Page | 2 dimaksud di sini adalah orang yang mempunyai keahlian khusus yang dapat menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh orang awam. Sebagai contoh, dokter adalah seorang pakar yang mampu mendiagnosa penyakit yang diderita pasien serta dapat memberikan penatalaksanaan terhadap penyakit tersebut. Tidak semua orang dapat mengambil keputusan mengenai diagnosis dan memberikan penatalaksanaan suatu penyakit[1]. Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya tidak untuk menggantikan peran para pakar, namun untuk mengimplementasikan pengetahuan para pakar ke dalam bentuk perangkat lunak, sehingga dapat digunakan oleh banyak orang dan tanpa biaya yang besar. Untuk membangun sistem yang difungsikan untuk menirukan seorang pakar manusia harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh para pakar [2]. ## B. Postpartum Depression Depresi postpartum ( Postpartum Depression ) adalah salah satu bentuk depresi yang dialami ibu setelah melahirkan bayi pertama dan berlangsung pada tahun pertama setelah kelahiran bayi. Hal ini disebabkan karena periode tersebut merupakan periode transisi kehidupan baru yang cukup membuat stres, dimana ibu harus beradaptasi dengan perubahan fisik, psikologis dan sosial yang dialaminya karena melahirkan dan mulai merawat bayi. Namun tidak semua ibu mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga timbul keluhan-keluhan antara lain berupa stres, cemas dan depresi [3]. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder-IV , ada 3 jenis bentuk depresi pasca melahirkan, yaitu : 1. Postpartum Blues yang merupakan gangguan mood yang bersifat sementara. 2. Depresi Postpartum tanpa gambaran psychosis yang lebih berat dari Postpartum Blues . 3. Postpartum Psychosis , yaitu depresi berat berupa gangguan proses pikir yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga memerlukan bantuan psikiater. Selain ketiga bentuk depresi diatas, gangguan kejiwaan yang dapat dialami pasca persalinan adalah Delusi dan Skizofrenia . Delusi adalah satu jenis penyakit mental psikosis yang ditandai dengan ketidaksinambungan antara pemikiran dan emosi sehingga penderitanya kehilangan kontak dengan realitas sebenarnya. Sedangkan Skizofrenia adalah gangguan mental kronis yang menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, pikiran kacau, dan perubahan perilaku. C. SAW (Simple Additive Weighting) Metode Simple Additive Weighting sering juga dikenal dengan istilah metode penjumlahan berbobot. Konsep dasar metode SAW ini adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Metode SAW disarankan untuk menyelesaikan masalah penyeleksian dalam sistem pengambilan keputusan multi proses. Metode SAW merupakan metode yang banyak digunakan dalam pengambilan keputusan yang memiliki banyak atribut. Perhitungan matrix alternatif dibagi menjadi dua, yaitu perhitungan Atribut benefit dan cost, rumus perhitungan Atribut dapat dilihat pada persamaan dibawah ini. (1) Dimana : rij = rating kerja ternormalisasi Maxij = nilai maximum dari setiap baris dan kolom Minij = nilai minimum dari setiap baris dan kolom Xij = baris dan kolom dari matrix Dimana rij adalah rating kinerja ternormalisasi dari alternatif Ai pada atribut Cj : i = 1, 2, โ€ฆ, m dan j = 1, 2, โ€ฆ, n. rumus perhitungan nilai preferensi untuk setiap alternatif (Vi) pada persamaan dibawah ini. (2) Dimana Vi = Nilai akhir dari alternative Wj = Bobot yang telah ditentukan rij = Normalisasi matriks Dari persamaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika nilai Vi lebih besar mengindikasikan bahwa alternatif Ai lebih terpilih[4]. ## D. Dempster Shafer Teori Dempster-Shafer adalah suatu teori matematika untuk pembuktian berdasarkan belief functions and plausible reasoning (fungsi kepercayaan dan pemikiran yang masuk akal), yang digunakan untuk mengkombinasikan potongan informasi yang terpisah (bukti) untuk mengkalkulasi kemungkinan dari suatu peristiwa. Teori ini dikembangkan oleh Arthur P. Dempster dan Glenn Shafer [5]. Secara umum Teori Dempster-Shafer ditulis dalam suatu interval: [ Belief, Plausibility ] Belief (Bel) adalah ukuran kekuatan evidence (bukti) dalam mendukung suatu himpunan proposisi. Jika bernilai 0 maka mengindikasikan bahwa tidak Page | 3 ada evidence, dan jika bernilai 1 menunjukkan adanya kepastian. Plausability (Pl) dinotasikan sebagai: Pl(s)=1- Bel( ยฌ s) Plausability juga bernilai 0 sampai 1. Jika yakin ยฌs, maka dapat dikatakan bahwa Bel( ยฌ s)=1, dan Pl( ยฌ s)=0. Pada teorema Dempster-Shafer kita mengenal adanya frame of discernment yang dinotasikan dengan ฮธ. Frame ini merupakan semesta pembicaraan dari sekumpulan hipotesis . Tujuan adalah membangkitkan kepercayaan elemen-elemen ฮธ. Tidak semua evidence secara langsung mendukung tiap-tiap elemen. Sebagai contoh, panas mungkin hanya mendukung {F,D,B} Untuk itu perlu adanya probabilitas densitas (m). Nilai m tidak hanya mendefinisikan elemen-elemen ฮธ saja, namun juga semua subset-nya. Sehingga jika ฮธ berisi n elemen, maka subset dari ฮธ semua berjumlah 2n . Nilai yang dihasilkan dari teori ini berupa persentase tiap elemen-elemen ฮธ, dan juga semua subset -nya. Makin rendah persentase frame of discernment menggambarkan makin baik tingkat pemahaman pasien dalam materi tersebut. Penilaian diberikan kepada elemen-elemen berdasarkan hasil persentasi ini: m 3 (z)= (3) ## III. METODE PENELITIAN ## A. Prosedur Penelitian User memilih sub gejala yang dirasakan Pakar menentukan bobot sub gejala Melakukan Normalisasi matriks keputusan Membuat matriks keputusan Menjumlahkan hasil perkalian dari hasil normalisasi dengan bobot kriteria Menghasilkan nilai preferensi tiap gejala yang dijadikan nilai belief Menghitung nilai densitas untuk setiap kombinasi (m) Menghitung nilai Plausibility dari nilai belief yang didapat untuk setiap gejala Menentukan nilai densitas tertinggi Menampilkan Rekomendasi Penyakit berserta solusi Proses Dempster Shafer Proses Simple Additive Weighting (SAW) Alur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penentuan Bobot Sub Gejala oleh Pakar Pada tahap ini, dilakukan wawancara dengan pakar psikologi untuk menentukan bobot sub gejala yang akan digunakan untuk proses SAW ( Simple Additive Weighting ). 2. Pemilihan Sub Gejala yang Dirasakan Pasien Pada tahapan ini dilakukan pemilihan sub gejala yang dirasakan ibu pasca melahirkan. Pasien hanya menjawab pilihan dengan mencentang checkbox berdasarkan sub gejala yang dialaminya. 3. Pembuatan Matriks Keputusan Pada tahapan ini dilakukan pembuatan matriks keputusan sub gejala yang telah di pilih oleh pasien, sub gejala tersebut akan dikelompokkan berdasarkan gejala-gejala yang telah didapatkan berdasarkan tabel pengetahuan. 4. Normalisasi Matriks Keputusan Pada tahapan ini dilakukan normalisasi matriks keputusan ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating alternatif yang ada. 5. Penjumlahan Hasil Perkalian Hasil Normalisasi dengan Bobot Kriteria Pada tahapan ini dilakukan penjumlahan dari perkalian elemen baris ternormalisasi dengan bobot preferensi sub gejala yang didapat dari pakar yang akan dijadikan nilai belief pada proses Dempster Shafer . 6. Penghitungan Nilai Preferensi Nilai preferensi dihitung berdasarkan langkah sebelumnya, nilai preferensi tersebut akan dijadikan nilai belief pada proses Dempster Shafer. 7. Penghitungan Nilai Plausibility Pada tahapan ini dilakukan penghitungan nilai Plausibility dengan menggunakan nilai belief yang sebelumnya didapatkan. 8. Penghitungan Nilai Densitas Tahapan ini nilai densitas dihitung dengan menggunakan persamaan kombinasi aturan Dempster Shafer . 9. Penentuan Nilai Densitas Tertinggi Setelah nilai densitas selesai dihitung, maka langkah selanjutnya adalah menentukan nilai densitas tertinggi. Nilai densitas tertinggi itulah yang akan dijadikan rekomendasi penyakit oleh sistem. 10. Penampilan Hasil Rekomendasi Penyakit dan Solusi Hasil rekomendasi penyakit beserta solusi akan ditampilkan pada interface sistem dengan mengklik tombol โ€œKlikโ€. IV. PEMBAHASAN ## A. Analisa dan Konseptual Setelah dilakukan pengumpulan data berdasarkan tatapmuka dan tanya jawab dengan pakar psikolog maka peneliti mendapatkan infromasi mengenai gangguan Postpartum Depression , antara lain : 1. Jenis Gangguan Postpartum Depression Page | 4 Gangguan Postpartum Depression terdiri 5 jenis gangguan dapat dilihat pada tabel 1. TABEL I JENIS GANGGUAN Kode Nama Gangguan P001 Postpartum Blues P002 Postpartum Depression P003 Postpartum Psychosis P004 Delusi P005 Skizofrenia 2. Gejala Gangguan Postpartum Depression Gejala gangguan Postpartum Depression terdiri dari 19 gejala yang dapat dilihat pada tabel 2. TABEL II GEJALA GANGGUAN P OSTPARTUM D EPRESSION Kode Nama Gejala G001 Sering terbangun diwaktu tidur (Insomnia) G002 Konsentrasi Menurun G003 Cemas G004 Merasa Sedih G005 Enggan Memberikan ASI G006 Enggan Memberikan Kenyamanan pada Bayi G007 Merasa Bayi tersebut tidak diharapkan G008 Lebih Sensitif G009 Mood Swing G010 Menurunnya Semangat G011 Ingin Bunuh Diri G012 Menyakiti Diri Sendiri G013 Menyakiti Bayi Anda G014 Waham G015 Berhalusinasi G016 Trauma G017 Egois G018 Berprilaku Abnormal G019 Paranoid 3. Sub Gejala Gangguan Postpartum Depression Masing-masing gejala memiliki sub gejala dengan nilai bobot yang diperoleh dari pakar psikolog. Basis pengetahuan dari sub gejala dan bobot dari gejala gangguan Postpartum Depression dapat dilihat pada tabel 3. TABEL III SUB GEJALA GANGGUAN P OSTPARTUM D EPRESSION Kode Sub Gejala Nama Sub Gejala Bobo t SG_01 Sering terbangun ditengah malam hari, sehingga mengantuk keesokan di siang harinya 0.2 SG_02 Merasa sulit untuk memulai tidur atau tidak bisa menutup mata 0.4 SG_03 Belakangan ini bisa mudah tertidur, tetapi bangun terlalu awal dan tidak bisa tidur kembali 0.2 SG_04 Sering merasakan nyeri dibagian perut 0.1 SG_05 Ketika dimalam hari saat tidur, akan mengalami tangan yang berkeringat 0.1 SG_06 Belakangan ini banyak melakukan pekerjaan sekaligus tanpa ada skala prioritas 0.3 SG_07 Belakangan ini sering mengkonsumsi obat anti depressan maupun penenang 0.4 SG_08 Sering melakukan aktivitas yang menguras tenaga tanpa beristirahat 0.2 SG_09 Sering lupa dengan lokasi/tempat dari suatu objek yang ingin anda cari 0.1 โ€ฆ.. .......... ..... โ€ฆ.. .......... ..... โ€ฆ.. .......... ..... SG_58 Sering mencurigai hal-hal yang ada disekitar anda dengan konotasi negatif 0.4 ## B. Basis Pengetahuan gangguan Postpartum Depression Dibawah ini merupakan tabel yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan sistem pakar gangguan Postpartum Depression. Mesin inferensi untuk basis pengetahuan gangguan Postpartum Depression dapat dilihat pada tabel 4 . TABEL IV DAFTAR HUBUNGAN GEJALA DAN GANGGUAN Gejala PPB (P00 1) PPD (P002) PSYCH OSIS (P003) DELU SI (P004) SKIZOF RENIA (P005) G001 โœ“ โœ“ โœ“ โœ“ โœ“ G002 โœ“ โœ“ โœ“ โœ“ โœ“ G003 โœ“ โœ“ โœ“ โœ“ โœ“ G004 โœ“ G005 โœ“ G006 โœ“ G007 โœ“ G008 โœ“ โœ“ G009 โœ“ G010 โœ“ G011 โœ“ G012 โœ“ G013 โœ“ G014 โœ“ โœ“ G015 โœ“ G016 โœ“ G017 โœ“ G018 โœ“ G019 โœ“ Page | 5 C. Implementasi Program 1. Halaman Input Data Login Halaman ini adalah halaman dimana pengguna diminta untuk memasukkan pasien name dan password agar nantinya dapat masuk sebagai admin dari sistem. Gambar 2. Halaman login Admin 2. Halaman Menu Input Data Gangguan Halaman ini merupakan halaman data gangguan dimana semua list data gangguan beserta keterangan dari gangguan yang ada pada sistem akan ditampilkan. Gambar 3. Halaman data gangguan 3. Halaman Input Data Gejala Halaman ini adalah halaman yang admin dapat melihat data gejala baru pada sistem. Gambar 4. Halaman data gejala 4. Halaman Input Data Sub Gejala Halaman ini adalah halaman admin yang dapat melihat dan melakukan manajemen data sub gejala. ## 5. Halaman Input Data Relasi Halaman ini adalah halaman admin yang dapat melihat data hubungan antara gangguan dengan gejala yang bersesuaian berdasarkan informasi dari pakar atau ahli yang ada. Gambar 6. Halaman data Relasi gejala 6. Halaman Diagnosis Halaman ini adalah halaman bagi user (pasien) memilih sub gejala berdasarkan keluhan yang dirasakan. ## Gambar 7. Halaman Diagnosis 7. Halaman Perhitungan Diagnosa Halaman ini akan ditampilkan setelah pengguna telah memilih gejala dan menekan button diagnosa penyakit. Pada halaman ini dilakukan proses metode Page | 6 Simple Additive Weighting berdasarkan sub gejala yang dirasakan oleh pasien untuk mencari nilai preferensi (V) yang diperoleh dari penjumlahan dari perkalian elemen baris ternomalisasi dengan bobot preferensi gejala yang didapat dari pakar yang kemudian nilai preferensi sebagai nilai belief akan diproses kembali menggunakan metode Dempster Shafer dalam mendiagnosa awal gangguan Postpartum Depression. Gambar 8. Halaman Perhitungan Diagnosa ## V. PENUTUP ## A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Metode SAW ( Simple Additive Weighting ) dapat digunakan dalam penentuan nilai belief gejala pada metode Dempster Shafer berdasarkan bobot subgejala yang didapatkan dari pakar. Tingkat akurasi sistem yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebesar 90%. 2. Metode SAW dan Dempster Shafer dapat memberikan diagnosa awal gangguan Postpartum Depression berdasarkan gejala- gejala yang telah diinformasikan penderita. 3. Hasil implementasi diagnosa gangguan Postpartum Depression yang telah diujikan pada sistem pakar berdasarkan data rekam medik sebesar 90%. ## B. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti dapat memberikan saran untuk penelitian selanjutnya agar dapat mencoba metode pembobotan yang lain guna mendapatkan bobot yang benar-benar dapat merepresentasikan pengetahuan pakar. Diharapkan peneliti selanjutnya juga dapat menelaah dan mengkaji dengan lebih dalam mengenai sub gejala dan gejala pada bidang psikologi karena terdapat banyak sub gejala yang samar. R EFERENSI [1] Kusrini. 2006. โ€Sistem Pakar (Teori dan Aplikasi)โ€. Andi Offset: Yogyakarta. [2] Istiqomah, Y.N & A. Fadlil. 2013. โ€œ Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Saluran Pencernaan Menggunakan Metode Dempster Shaferโ€. Jurnal Sarjana Teknik Informatika . Vol. 1, No.1. [3] Hutagaol, E.T. 2010. โ€œEfektivitas Intervensi Edukasi Pada Depresi Postpartumโ€. Tesis Ilmu Keperawatan program Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan Keperawatan Maternitas. [4] Nofrianysah, Dicky. 2012. โ€œKonsep Data Mining VS Sistem Pendukung Keputusanโ€. Yogyakarta: CV. Budi Utama. [5] Kusumadewi, Sri. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya) . Yogyakarta: : Graha Ilmu. [6] Mistanti, Anis. 2014.โ€Sistem Pakar untuk memprediksi penyakit Pada Tanaman Cabai Menggunakan Metode Dempster Shaferโ€. Jurnal Informatika Budi Darma. Vol. VI. No.1 [7] Sari, Dewi.M. 2012. โ€œSistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Buah Naga Menggunakan Metode Dempster Shaferโ€ . Skripsi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
b6bba3ad-ba51-41be-9092-cfe89d6a03aa
https://husadamahakam.poltekkes-kaltim.ac.id/ojs/index.php/Home/article/download/21/28
## FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) ## PADA IBU HAMIL RESIKO TINGGI Hj.Endah Wahyutri 1} , Hasnidar 2) , Hilda 3) 1,3) Poltekkes Kemenkes Kaltim, 2) FKM Widyagama Mahakam [email protected], [email protected], Abstract. Maternal mortality rate (MMR) is still a major problem in the health sector, especially in developing countries, including Indonesia. The purpose of research is to analyze factors associated with the utilization of antenatal care (ANC) in pregnant women at high risk Community Health Center of Sempaja Samarinda conducted from September 26 to October 18, 2014. The design used in the study analytical survey, cross sectional study. These samples included 55 respondents that pregnant women at high risk taken by total sampling. In the analysis. Data processing was performed using SPSS version 18.0 while the data analysis performed by univariate and bivariate. The results of data analysis by using Tau Correlation significant Kendal with ฮฑ = 0,05 showed no relationship parity, with the utilization of knowledge ANC p value = 0,275, p value = 0,062 > 0,05. There husbands support relationships with the utilization of ANC services obtained p value = 0,004 < ฮฑ = 0,05. . Keywords : parity, knowledge, husbands support, of utilization ANC . Abstrak. Angka kematian ibu (AKI) masih menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda yang dilakukan dari tanggal 26 September-18 Oktober 2014. Desain yang digunakan dalam penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel penelitian adalah ibu hamil resiko tinggi berjumlah 55 respoden yang diambil secara total sampling. Hasil analisis data dengan menggunakan Uji Korelasi Tau Kendal pada taraf signifikan ฮฑ = 0,05 menunjukkan tidak ada hubungan paritas, pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan ANC nilai p value=0,275, p value = 0,062 > 0,05. Ada hubungan dukungan suami dengan pemanfaatan pelayanan ANC diperoleh nilai p value = 0,004 < ฮฑ = 0,05. Kata kunci : paritas, pengetahuan, dukungan suami, pemanfaatan ANC . ## PENDAHULUAN ## Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak merupa- kan masalah kesehatan yang menjadi perhatian dunia oleh karena itu pada bulan September Tahun 2000 diada- kan United Nations Millinium Decla- ration . Deklarasi ini dikenal sebagai Millenium Development Goals (MDGs). Ada delapan tujuan MDGs, adapun salah satu tujuan yang dimaksud adalah tujuan kelima yaitu meningkatkan kesehatan ibu, yang memiliki target mengurangi ยพ angka kematian ibu di Indonesia pada tahun 2015 (WHO MDGs, 2010). Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada saat ini angka kematian ibu masih tetap tinggi yaitu dari 228 per 100.000 ## PENELITIAN kelahiran hidup tahun 2007 dan meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (SDKI, 2012). Mortalitas dan mor- biditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Or- ganisasi Kesehatan Dunia dalam me- nyatakan perawatan kesehatan ante- natal care harus dilakukan di tenaga kesehatan profesional sehingga pote- nsi resiko kehamilan dan persalinan dapat terdeteksi (WHO, 2009). Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Ang- ka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis โ€œEmpat Pilar Safe Mother Hood โ€ yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan ANC , 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan ANC yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Prasetyawati, 2012). Antenatal merupakan perawatan atau asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan jalan me- negakkan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, memper-siapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan (Depkes RI, 2009). ANC untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Pada Provinsi Kalimantan Timur Cakupan Pelayanan ANC pada tahun 2011 K4 sebesar 84,60% dan pada 2012 K4 mengalami penurunan men- jadi 76,30% dan mengalami peningkatan sebesar 84,99% pada tahun 2013 (Profil Dinas Kesehatan Provinsi tahun 2013). Berdasarkan laporan PWS KIA Dinas Kesehatan Kota Samarinda Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2011 sebesar 11/100.000 kelahiran hidup dan meningkat pada tahun 2012 menjadi 15/100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 10/100.000 kelahiran hidup. Adapun pada pelayanan ANC cakupan K1 Pada tahun 2011 (98,6%), 2012 (87,34%), 2013 (86,68%) dapat dilihat bahwa Cakupan K1 dari 2 tahun terakhir mengalami penurunan, sedangkan cakupan K4 pada tahun 2011 (92,77%), dan menurun pada tahun 2012 (79,76%), pada tahun 2013 mengalami kenaikan (80,27%). Untuk jumlah kehamilan resiko tinggi di Dinas Kesehatan Kota Samarinda dua tahun terakhir mengalami peningkatan cakupan resiko tinggi ibu hamil dari (56%) pada tahun 2012 menjadi (86%) pada tahun 2013 (Dinas Kesehatan Kota Samarinda tahun 2014). Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan yang dapat mempengaruhi keadaan ibu dan janin. Jenis kehamilan resiko tinggi diantaranya adalah kehamilan pada usia diatas 35 tahun dan dibawah 20 tahun, kehamilan pertama setelah 3 tahun atau lebih pernikahan, kehamilan kelima atau lebih, kehamilan dengan jarak antara di atas 5 tahun atau kurang dari 2 tahun, tinggi ibu kurang dari 145 cm, kehamilan dengan penyakit (hipertensi, diabetes mellitus, hipertiroid, jantung, paru, ginjal dan penyakit sistemik lainnya), kehamilan dengan keadaan tertentu (miona uteri, kista), kehamilan dengan anemia (hb โ‰ค 10,5 gr %), kehamilan dengan riwayat bedah sesar sebelumnya. Adapun yang dapat berdampak keguguran, per- salinan prematur, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan kelainan ba- waan, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan/kekurangan zat besi, kera- cunan kehamilan (pre eklampsia), kematian ibu/bayi. Ada tiga faktor yang mempe- ngaruhi orang atau kelompok dalam pemanfaatan pelayanan ANC yaitu: faktor yang mempermudah ( predis- posing facto r) yang mencakup umur, pendidikan, paritas, pendapatan per- kapita, pengetahuan dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat. Faktor pen- dukung ( enabling factor ) yaitu jarak fasilitas kesehatan, ketersediaan waktu dan faktor pendorong ( re- inforcing factor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku se- seorang yang dikarenakan dorongan orang lain seperti sikap petugas, dukungan suami, dan keluarga. Dalam penelitian ini peneliti hanya meneliti tiga faktor yang mem- pengaruhi ibu dalam pemanfaatan pelayanan ANC yaitu faktor paritas, penelitian Harni (1994) bahwa paritas merupakan faktor yang mempe- ngaruhi penggunaan pelayanan kese- hatan. Variabel pengetahuan dari hasil penelitian Nuryati (2006) di Desa Tasikmadu menunjukkan bahwa 12 orang (60%) berpengetahuan cukup tentang resiko tinggi kehamilan. Apa- bila seorang ibu hamil memiliki pe- ngetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menen- tukan sikap, berperilaku untuk mence- gah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dukungan suami sangat dibutuhkan oleh ibu dengan kehamilan resiko tinggi, Karena itu sangat diperlukan pendampingan / dukungan dari ke- uarga terutama dari suami dalam menghadapi kehamilan yang beresiko ini dan memberikan dorongan untuk memanfaatkan pelayanan ANC. Puskesmas Sempaja merupakan wilayah Kecamatan Samarinda Utara sasaran ibu hamil dari tahun 2012 sebanyak 644 orang, dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2013 sebanyak 1259 orang. Sedangkan jumlah ibu hamil dari bulan januari-juni 2014 sebanyak 330 orang. Namun angka resiko tinggi kehamilan masih terhitung tinggi di lihat dari cakupan yaitu sebesar 106 (56,50%), pada tahun 2012 dan mengalami peningkatan sebesar 155 (80,56%) pada tahun 2013. Angka kehamilan resiko tinggi dari bulan januari-juni 2014 sebanyak 55 orang. Jumlah kunjungan ANC tahun 2012 (K1-K4) hanya sebanyak 645 orang. Dan meningkat pada tahun 2013 (K1-K4) sebanyak 926 ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Pada bulan Januari- Juni 2014 cakupan K1 Sebesar 330 (27%) dan cakupan K4 sebesar 327 (27%) dari data tersebut diketahui bahwa target yang ingin dicapai oleh Departemen Kesehatan K1 Sebesar 100% dan K4 sebesar 95%. Kondisi tersebut me- nunjukkan angka yang ingin dicapai masih jauh dari target serta masih ada ibu hamil yang tidak me- manfaatkan pelayanan ANC untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara lengkap. Berdasarkan latar belakang ma- salah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang โ€œFaktor-faktor yang berhu-bungan dengan pemanfataatan pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Pus- kesmas Sempaja Samarinda tahun 2014. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan metode survey analitik yaitu penelitian yang dila- kukan untuk mencari hubungan diantara variabel dependent dan variabel yang diteliti (Azwar, 2010) dan menggunakan rancangan Cross Sectional Study yaitu dimana data yang menyangkut variabel dependent dan variabel independent akan dikumpulkan dalam waktu yang sama (Natoatmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda Kecamatan Samarinda Utara yang terletak di Jalan K.H. Wahid Hasyim RT. 24 Kelurahan Sempaja Utara Kecamatan Samarinda Utara Kota Samarinda. Adapun penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni-November 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil Trimester III dengan kehamilan resiko tinggi yang mela- kukan pelayanan antenatal care (ANC) yang berjumlah 55 orang ibu di wilayah kerja Puskesmas Sempaja yang tercatat di PWS KIA pada bulan Januari-Juni 2014 Sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu ibu hamil trimester III dengan kehamilan resiko tinggi yang berjumlah 55 orang. Dengan menggunakan teknik sampling jenuh ( total sampling ), yaitu seluruh anggota populasi diambil sebagai sampel penelitian. Apabila sampel kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya meru- pakan penelitian populasi (Arikunto, 2006). ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Univariat Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 34 responden (61,8,%), mayoritas tingkat pendidikan terakhir responden adalah pendidikan SMA/ SMK sebanyak 22 responden (40,0%) responden yang tidak bekerja bekerja sebanyak 50 responden (90,1%). ## Paritas Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat mayoritas paritas responden adalah pada kehamilan resiko rendah sebanyak 52 responden (94,5%) ## Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian da- pat dilihat mayoritas pengetahuan baik sebanyak 45 respnden (81,82%) ## Dukungan Suami Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat responden yang mendapat dukungan suami dengan baik sebanyak 49 responden (89,1%) ## Pemanfaatan Pelayanan ANC Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pemanfaatan pelayanan ANC responden dengan kategori baik sebesar 48 responden (87,27%). ## Kehamilan resiko tinggi Berdasarkan diperoleh gambaran bahwa dari 55 responden yang terlibat dalam penelitian ini jenis kehamilan resiko tinggi yang terbanyak dialami oleh responden adalah hamil pada saat Umur < 20 tahun (21,8%). Analisis Bivariat Paritas Nilai Korelasi (r) R2 P Value Hubungan paritas dengan pemanfaatan pelayanan ANC 0,149 2,22 0,275 Berdasarkan hasil analisis de- ngan uji korelasi Tau Kendal diperoleh nilai P Value = 0, 275 dan nilai ฮฑ = 0,05, dimana nilai P > 0,05 sehingga H 0 diterima dan H a ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan paritas dengan peman- faatan pelayanan ANC pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda tahun 2014. Analisis keeratan hubungan dua variabel sangat lemah yaitu r = 0,149, serta nilai Rยฒ=2,22% artinya pengaruh nilai paritas terhadap pemanfaatan pelayanan ANC yaitu 2,22% dan sisanya 97,78% ditentukan oleh variabel lain. Selanjutnya untuk melihat signifikan dengan menggunakan nilai t hitung sebesar 0,163 dengan harga t tabel diperoleh pada uji dua pihak taraf signifikansi 5 % adalah 2,000 t hitung lebih kecil dari pada harga t tabel (0,163 > 2,000), artinya hubungan paritas dengan pemanfaatan pelayanan ANC tidak signifikan. ## Pengetahuan Nilai Korelasi (r) R2 P Value Hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan ANC 0,250 6,25 0,062 Berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi Tau Kendal diperoleh nilai P Value = 0,062 dan nilai ฮฑ = 0,05, dimana nilai P > 0,05 sehingga H 0 diterima dan H a ditolak, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan ANC pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda tahun 2014. Analisis ke- eratan hubungan dua variabel sangat lemah yaitu r = 0,250, serta nilai Rยฒ=6,25% artinya pengaruh nilai pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan ANC yaitu 6,25% dan sisanya 93,75% ditentukan oleh variabel lain. Selanjutnya untuk melihat signifikan dengan meng- gunakan nilai t hitung sebesar 1,951 dengan harga t tabel diperoleh pada uji dua pihak taraf signifikansi 5 % adalah 2,000 t hitung lebih kecil dari pada harga t tabel (1,951 > 2,000), artinya hubungan pengetahuan de- ngan pemanfaatan pelayanan ANC tidak signifikan. Dukungan Suami Nilai Korelasi (r) R2 P Value Hubungan dukungan suami dengan pemanfaatan pelayanan ANC 0,391 15,28 0,004 Berdasarkan Berdasarkan hasil analisis dengan uji korelasi Tau Kendal diperoleh nilai P Value = 0,004 dan nilai ฮฑ = 0,05, dimana nilai P < 0,05 sehingga H a diterima dan H 0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pemanfaatan pelayanan ANC pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah ker- ja Puskesmas Sempaja Samarinda tahun 2014. Analisis keeratan hubungan dua variabel lemah yaitu r = 0,391, serta nilai Rยฒ=15,28% artinya pengaruh nilai dukungan suami terhadap pemanfaatan pelayanan ANC yaitu 15,28% dan sisanya 84,72% ditentukan oleh variabel lain. Selanjutnya untuk melihat signifikan dengan menggunakan nilai t hitung sebesar 3,093 dengan harga t tabel diperoleh pada uji dua pihak taraf signifikansi 5 % adalah 2,000 t hitung lebih kecil dari pada harga t tabel (3,093 > 2,000), artinya hubungan dukungan suami dengan pemanfaatan pela- yanan ANC signifikan. Jadi, ada hu- bungan positif sebesar 3,093 antara dukungan suami ibu hamil dengan pemanfaatan pelayanan ANC, hal ini berarti semakin tinggi dukungan suami maka semakin tinggi pula pemanfaatan pelayanan ANC. ## SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan peman- faatan pelayanan antenatal care (ANC) pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda tahun 2014 sebagai berikut: 1. Tidak ada hubungan paritas dengan pemanfaatan pelayanan ANC pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda tahun 2014 dengan hasil uji dengan P Valu e yaitu 0,275 > 0,05. Berdasarkan hal tersebut ibu hamil dengan paritas kehamilan rendah (< 4 anak) lebih banyak memanfaatkan pelayanan ANC dengan baik sebesar 88,5% dan ibu hamil dengan paritas kehamilan resiko tinggi (โ‰ฅ 4 anak) yaitu 66,7%. Hal ini disebabkan oleh adanya keluhan serta resiko pada kehamilannya salah satu jenis kehamilan resiko tinggi yang dialami oleh responden adalah hipertensi dimana pada ibu hamil dengan penyakit hepertensi me- merlukan pertolongan dan pena- nganan yang tepat sehingga ibu hamil memanfaatkan pelayanan ANC dengan baik dan rutin. 2. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan ANC pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda tahun 2014 dengan hasil uji dengan P Value yaitu 0,062 > 0,05. Berdasarkan hal tersebut ibu hamil dengan pengetahuan baik dan memanfaatkan pelayanan ANC dengan baik sebesar 91,1% dan ibu hamil dengan pengetahuan kurang dan memanfaatkan pelayanan ANC baik yaitu 50%. Hal ini disebabkan oleh adanya keluhan serta resiko pada kehamilannya sehingga lebih rutin memanfaatkan pelayanan ANC. 3. Ada hubungan dukungan suami dengan pemanfaatan pelayanan ANC pada ibu hamil resiko tinggi di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda tahun 2014 dengan hasil uji dengan P Value yaitu 0,004 < 0,05. Berdasarkan hal tersebut ibu hamil dengan dukungan suami baik banyak memanfaatkan pelayanan ANC dengan baik sebesar 91,8% dan ibu hamil dengan dukungan suami yang kurang dan memanfaatkan pelayanan ANC yaitu 50%, jadi semakin baik dukungan suami pada ibu hamil maka semakin baik pemanfaatan pelayanan ANC yang dilakukan oleh ibu hamil. ## Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan maka saran-saran yang dapat diusulkan adalah sebagai berikut: 1. Institusi Pendidikan Dapat memberikan kesempatan untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti variabel yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya sehingga dapat memperkaya khasanah tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan ANC. 2. Bagi Masyarakat dan ibu hamil a. Mengingat cakupan pelayanan K1 dan K4 masih belum mencapai target, diharapkan kerjasama lintas sektoral untuk memberikan motivasi, perhatian kepada masyarakat agar dapat rutin melakukan pemeriksaan kehamilannya di fasilitas kesehatan yang dapat di jangkau. b. Bagi masyarakat khususnya ibu hamil hendaknya selalu meningkatkan pengetahuannya tentang resiko tinggi kehamilan. Peningkatan pengetahuan tentang resiko tinggi kehamilan. c. Dalam rangka peningkatan kesadaran ibu akan pelayanan ANC maka perlu dilaksanakan penyebaran infornasi yang dapat melibatkan keluarga, suami sehingga dengan sendirinya ibu tidak hanya memperoleh informasi tentang manfaat pemeriksaan kehamilan secara lengkap namun juga memiliki motivasi yang diberikan suami untuk mengunjungi pelayanan kesehatan itu lewat Puskesmas, maupun Posyandu. 3. Bagi Pelayanan Kesehatan a. Penyedia pelayanan kesehatan ibu hamil. Hendaknya berupaya meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang resiko tinggi kehamilan. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan meningkatkan kegiatan penyuluhan dan promosi kesehatan kepada kader, ibu-ibu hamil dan masyarakat lainnya mengenai manfaat pemeriksaan kehamilan serta komplikasi yang dapat timbul selama masa kehamilan. b. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Sempaja agar pemberian informasi tentang ANC dan kehamilan resiko tinggi lebih ditingkatkan pada temu wicara (konseling), selain itu petugas KIA juga perlu menghimbau kelurga ibu hamil untuk lebih memotivasi ibu hamil memeriksakan kandungannya di Puskesmas. ## DAFTAR PUSTAKA Agustini, M N. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Cakupan Pelayanan Antenatal di Wilayah Kerja Puskesmas Buleleng I. http://jurnal.pasca.uns. ac.id Vol 1, No 1 2013 (hal 67-79) Jurnal Megister Kedokteran Ke- luarga . Diakses pada Tanggal 07 Juni 2014 Jam 17.59 wita Arikunto, S. (2006) . Prosedur Pene- litian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: Reneka Cipta.. Azwar, Azrul. (1980). Pengantar Administrasi Kesehatan . Edisi Ketiga. Jakarta: Bina Rupa Akasara. Damanik R. (2009.) Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil dengan Peme- riksaan Haemoglobin Sewaktu Hamil di Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Damayanti, Erni. (2009). Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Resiko Tinggi Kehamilan Dengan Kepatuhan Kunjungan Antenatal Care Di RSUD Pandan Arang Boyolali. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Pelayanan Ante natal Care. Dinas Kesehatan Kota Samarinda, Laporan PWSโ€“KIA Kota Samarinda 2014. Erlina, R. (2013). Faktorโ€“Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil terhadap Kunjungan. Pemeriksaan Keha- milan di Puskesmas Rawat Inap Panjang Bandar Lampung. Medical Journal of Lampung University Volume 2 No 4 Februari 2013 . Diakses pada tanggal 07 Juni 2014 Jam 17.33 wita. Friedman. (2005). Keperawatan Keluarga . Jakarta: EGC. Harni. (1994). Hubungan antara Karakterisitik sosio Demografi, Pe- ngetahuan, dan Sikap Ibu dengan Pemanfaatan Penolong Persa- linan. Suatu Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Pamanukan Kabu- paten Subang Jawa Barat, Tesis, 1994, Fakultas Kesehatan Ma- syarakat, Universitas Indonesia. Larasati, D T. (2013). Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal Care oleh Peserta Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Poncol, Semarang . [email protected] . Diakses pada Tanggal 07 Juni 2014 jam 17.52 wita Manuaba, I G B. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan , Jakarta: EGC. Maulana M.(2008). Panduan Lengkap Kehamilan . Yogyakarta: Fitramaya Mubarak. (2007). Promosi Kesehatan. Yogyakarta:Graha Ilmu Natoatmodjo, S. (2010). Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Prasetyawati, A E. (2012). Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Millenium Development Goals (MDGs). Yogyakarta: Cetakan Per- tama. Nuha Medika Prawirahardjo, Sorwono. (2010). Acuan Nasional Pelayanan Kese- hatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Profil Kesehatan Prov .KalimantanTimur_2012.pdf. di akses pada tanggal 26 Mei 2014 Profil Dinas Kesehatan Kaltim.pdf. diakses pada tanggal 26 Mei 2014 Profil. (2013). Pusat Kesehatan Masyarakat Sempaja. Dinas Ke- sehatan Kota Samarinda Rauf, I N. (2013). Faktor yang berhubungan dengan Peman- faatan Pelayanan Antenatal Care di Puskesmas Minasa Upa Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Univ. Hasanuddin Makassar. Shintha. (2008). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Kepatuhan Melakukan ANC di Puskesmas Ponjong II Gunungkidul. Sulistyowati, Ari. (2009). Asuhan kebidanan pada masa kehamilan Varney, Helen. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volum. Jakarta: EGC. Wiknojosastro, H. (2007). Ilmu Kebidanan . Yogyakarta: Yayasan Bina Pustaka.
ec70fce8-6351-440e-a613-c927864202b2
https://jurnal.umt.ac.id/index.php/prima/article/download/848/809
## Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 3, No. 1, Januari 2019, hal. 45-56 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 ## PENGEMBANGAN BAHAN AJAR GAMIFIKASI BERBASIS CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) PADA MATERI ## PELUANG 1 Rini Pangestu, 2 Netriwati, 3 Rizki Wahyu Yunian Putra 1,2,3 Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, JL. Letkol H. Endro Suratmin Sukarame, Bandar Lampung, (0721) 703260 e-mail: [email protected] ## Abstrak Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan bahan ajar gamifikasi berbasis Contxtual Teaching Lerning (CTL) layak dan menarik untuk digunakan peserta didik pada jenjang SMP/Mts. Penelitian ini menggunakan model pengembangan ADDIE (Analisys, Desaign, Development, Implementation dan Evaluation) . Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif yang memaparkan hasil pengembangan produk bahan ajar. Data yang diperoleh melalui instrumen ujicoba dianalisis menggunakan statistik deskriptif kualitatif. Hasil validasi ahli materi dari 3 validator menunjukkan bahwa secara keseluruhan produk memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,3 dan Hasil validasi ahli media memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,6 sedangkan hasil validasi ahli bahasa memperoleh nilai rata-rata sebesar 3,3. Sementara hasil uji coba kelompok kecil dari 15 peserta didik Mts Darul Aโ€™mal Metro diperoleh hasil kemenarikan bahan ajar dengan nilai rata-rata 3,3. sedangkan uji coba kelompok besar yang dikalkukan di SMPN 3 Tanjung Raja Lampung Utara memperoleh nilai rata-rata 3,5. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengembangan bahan ajar gamifikasi berbasis contextual teaching learning (CTL) pada kriteria sangat layak dan menarik. Kata Kunci : Gamifikasi, Contextual Teachung Learning (CTL), peluang ## Abstract The purpose of this research is to develop the teaching material of Gamification based on Contxtual Teaching Lerning (CTL) which is feasible and interesting for learners use in junior high school / Mts. This research uses ADDIE development model (Analisys, Desaign, Development, Implementation and Evaluation). Data analysis techniques in this study using descriptive qualitative analysis techniques that describe the results of product development teaching materials. Data obtained through test instruments were analyzed using qualitative descriptive statistics. Expert material validation result from 3 validator indicate that overall product get average value equal to 3,3 and result of validation of media expert get average value equal to 3,6 while result of validation of linguist get average value equal to 3,3. While the results of small group trial of 15 students Mts Darul A'mal Metro obtained the results of attractiveness of teaching materials with an average value of 3.3. while the large group trial that was admitted in SMPN 3 Tanjung Raja Lampung Utara got an average value of 3.5. Thus, it can be concluded that the development of gamification teaching materials based on contextual teaching learning (CTL) on criteria is very feasible and interesting. Keywords : Gamification, Contextual Teachung Learning (CTL ), opportunity ## PENDAHULUAN Kurikulum sebagai bahan belajar merupakan gambaran kurikulum paling dasar yang menggambarkan suatu kurikulum sebagai kombinasi yang membentuk kerangka isi materi yang diajarkan (Idi Abdullh, 2014, h. 31 ) . Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah untuk menghasilkan SDM yang berkualitas dan menyesuaikan perkembangan zaman adalah melakukan pengembangan kurikulum, Kurikulum Tahun 2006 (KTSP) dikembangkan dan diperbaharui menjadi kurikulim 2013. Pelaksanaan Kurikulum 2013 dilaksanakan dengan 46 melatihkan keterampilan proses yang dicerminkan dalam kegiatan pembelajaran yang dikenal sebagai pendekatan saintifik. Saat ini kurikulum 2013 telah diterapkan, namun bahan ajar yang tersedia belum sesuai dengan kurikulum 2013. Diperlukan suatu bahan ajar yang menarik, inovatif, dan kreatif sesuai dengan kurikulum 2013 berupa bahan ajar gamifikasi dengan pendekatan saintifik (Gjosphink Putra Umar And Suci Rohayati, 2015, h. 3). Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, tentu perlu adanya alat atau media untuk membantu siswa dalam mencapai berbagai kompetensi yang telah ditentukan (Durohma, dkk 2018, h. 2). Senada dengan tuntutan dalam kurikulum 2013 untuk mengutamakan keaktifan peserta didik dalam mencapai kompetensi pembelajaran, pendidik perlu mengembangkan bahan ajar yang berpusat pada peserta didik. Salah satu cara untuk mengembangkan pembelajaran yang efektif dan efesien yaitu dengan mengembangkan bahan ajar gamifikasi. Berdasarkan hasil wawancara dengan pendidik bidang studi Matematika Bapak Suratno, S.Pd di MTs Darul Aโ€™mal Metro mengatakan bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan peluang, pendidik hanya menggunakan buku yang telah disediakan oleh pemerintah untuk media belajar. Setiap peserta didik memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda dalam memahami materi ini, karena setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam proses belajar. Sejalan dengan permasalahan tersebut, mempengaruhi nilai peserta didik dengan banyaknya peserta didik yang tidak lulus atau tidak memenuhi syarat nilai KKM. Maka dari itu peneliti penggunaan bahan ajar gamifikasi untuk membantu proses belajar mengajar yang lebih efektif, inovatif dan menarik dengan harapan peserta didik dapat lebih memahami materi dan mendapat nilai yang memuaskan khususnya pada materi peluang. Pembelajaran matematika merupakan sarana berpikir yang jelas dan logis, dapat memecahkan masalah yang ada dikehidupan sehari-hari, serta membutuhkan pemahaman konsep yang mendalam. Belajar matematika bertujuan melatih siswa berpikir sistematis, logis, kritis dan kreatif dalam mengomunikasikan ide atau pemecahan masalah. Akan tetapi, sampai saat ini matematika sebagai ilmu utama dalam pembelajaran masih memberikan โ€œketakutanโ€ tersendiri pada peserta didik. Akibatnya, dalam proses pembelajaran matematika membutuhkan energi ekstra baik dari pendidik maupun peserta didik. Oleh karena itu, proses pembelajaran matematika hendaknya dibuat semenarik mungkin agar peserta didik tidak cepat bosan dalam pembelajaran matematika. Salah satu media pembelajaran yang dapat diujikan yaitu menggunakan bahan ajar gamifikasi. Gamifikasi menurut Meyhart Bangkit Sitorus adalah penggunaan elemen-elemen game dan teknik desain 47 game dalam konteks non game . elemen game yaitu seperti poin, lencana, tingkatan, narasi dan sebagainya, tetapi seiring perkembangan inti dari gamifikasi saat ini adalah bagaimana untuk membangun motifasi dan ketertarikan peserta didik dalam belajar. Bahan ajar yang bagus selalu mengikuti perkembangan teknologi, seni dan realitas kehidupan di dalam masyarakat yang semakin mengglobal. Pengembangan bahan ajar dengan mengintegrasikan pendekatan saintifik dimaksudkan untuk menghasilkan bahan ajar dengan menerapkan beberapa model dengan pendekatan saintifik serta pemanfaatan teknologi (web) sebagai media demi terciptanya bahan ajar yang inovatif dan interaktif (Henni Fitriani, Manihar Situmorang, and Ayi Darmana, 2017, h. 49). Bahan ajar gamifikasi menampilkan gambar- gambar yang menarik untuk menunjang kemampuan penalaran, pemecahan masalah dan komunikasi matematis peserta didik. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam peneitian ini yaitu โ€œBagaimana pengembangan bahan ajar gamifikasi materi peluang layak dan menarik untuk digunakan siswa SMP?โ€. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari peneliti adalah untuk mengetahui pengembangan bahan ajar gamifikasi materi peluang layak dan menarik untuk digunakan peserta didik SMP. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian ADDIE. Fungsi dari model ADDIE adalah menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pembelajaran yang efektif, dinamis dan dan mendukung kinerja pembelajaran itu sendiri ( Bilfaqih Yusuf, 2009, h. 10) . Model ini terdiri dari lima tahapan, yaitu Analisis (Analysis), perencanaan (Design), pengembangan ( Development ), implementasi (Implementation) dan evaluasi (Evaluation). Deskipsi tahapan ADDIE yang dilakukan peneliti dalam pengembangan bahan ajar gamifikasi berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) adalah sebagai berikut: ## 1. Analisis (Analysis) Tahapan analisis (analysis) meliputi kegiatan sebagai berikut ( Tegeh I Made, Jampel I Nyoman, and Ketut Pudjawan, 2014, h.42) : a. Analisis kompetensi yang ditujukan kepada peserta didik. Analisis kompetensi yang ditujukan kepada peserta didik bertujuan untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki peserta didik sehingga peneliti dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam pengembangan bahan ajar berupa bahan ajar gamifikasi. 48 b. Analisis karakteristik peserta didik tentang kapasitas belajar, pengetahuan, penampilan, sikap yang telah dimiliki peserta didik serta aspek lain yang terkait. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa paham peserta didik dengan materi peluang yang sudah diajarkan pendidik. Perbedaan karakter yang ada pada peserta didik merupakan hal yang wajar dan tentunya sangat perlu diperhatikan dalam pembelajaran. Bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran harus dikembangkan dengan memperhatikan karakter peserta didik sehingga sesuai dengan peserta didik. Karakteristik perserta didik yang perlu di perhatikan antara lain kemampuan akademik individu, fisik, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial, pengalaman belajar sebelumnya, dsb. Analisis karakteristik tersebut, peneliti akan menyesuaikan isi bahan ajar gamifikasi sesuai dengan karakteristik peserta didik. c. Analisis materi sesuai dengan tuntutan kompetensi. Bahan ajar sebagai media pembelajaran sebaiknya sesuai dengan materi-materi pokok, sub-sub bagian dari materi pokok, anak sub bagian dan seterusnya. ## 2. Tahap Perencangan (Design) Tahap perancangan ( design ) difokuskan pada tiga kegiatan, yaitu memilih materi sesuai dengan karakteristik peserta didik dan tuntunan kompetensi, strategi pembelajaran yang diterapkan dan bentuk serta metode assesmen dan evaluasi yang digunakan. ## 3. Tahapan Pengembangan (Development) Pada tahapan ini peneliti mengkonkretkan hasil perencanaan pada tahapan design . Rancangan produk yang telah dikonsep kemudian dikembangkan produk sesuai dengan materi, kebutuhan peserta didik, gambar-gambar ilustrasi lain sebagainya. ## 4. Implementasi (Implementation) Setelah bahan ajar dinyatakan valid dan layak, maka bahan ajar gamifikasi ini digandakan sebanyak jumlah yang dibutuhkan dan kemudian diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Uji coba ini dilakukan dengan cara siswa menggunakan modul tersebut untuk mempelajari materi Peluang. Kemudian dilanjutkan dengan pengisian angket oleh peserta didik yang telah menggunakan bahan ajar gamifikasi tersebut. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan beberapa respon yang meliputi kepraktisan dan keefektifan modul. Hasil tersebut sebagai bahan yang dijadikan acuan revisi sehingga modul menjadi lebih baik. 5. Evaluasi (Evaluation) Berdasarkan tahapan implementasi, bahan ajar gamifikasi perlu dievaluasi. Evaluasi diperoleh dari hasil angket peserta didik dan pendidik, wawancara pendidik, dan catatan lapangan. Tahap evaluasi dilakukan revisi akhir terhadap produk yang dikembangkan berdasarkan masukan peserta didik yang diberikan selama tahap implementasi, karena mungkin masih terdapat kekurangan-kekurangan pada bahan ajar gamifikasi tersebut. Berdasarkan keseluruhan proses, maka bahan ajar gamifikasi yang dikembangkan diharapkan layak digunakan untuk pembelajaran matematika karena telah memenuhi aspek kualitas yang ditinjau dari segi kelayakan isi, bahasa, media dan kesesuaian dengan pendekatan kontekstual serta aspek kepraktisan. Rumus menghitung skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Rully Anggraini And Rizki Wahyu Yunian Putra, 2016, h. 5): ๐‘ฅฬ… = โˆ‘ ๐‘ฅ ๐‘– ๐‘› ๐‘–=1 ๐‘› dengan: ๐‘ฅ ๐‘– = ๐‘—๐‘ข๐‘š๐‘™๐‘Žโ„Ž ๐‘ ๐‘˜๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘ ๐‘˜๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘š๐‘Ž๐‘˜๐‘  ร— 4 keterangan: ๐‘ฅ ฬ… = rata-rata akhir ๐‘ฅ ๐‘– = nilai uji operasional angket tiap siswa ๐‘› = banyaknya siswa yang mengisi angket Langkah selanjutnya angket validasi ahli terkait kegrafikan, penyajian, kesesuaian isi, kebahasaan dan kesesuaian bahan ajar 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan. Masing- masing memilih jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat validasi bahan ajar gamifikasi materi peluang. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban dapat dilihat dalam Tabel 1 (Lucky Chandra Febriana, 2014, h.5). Tabel 1. Skor Penilaian Validasi Ahli Skor Pilihan jawaban kelayakan 4 Sangat baik 3 Baik 2 Kurang baik 1 Tidak baik ## Sumber Data: Lucky Chandra Hasil dari skor penilaian dari masing-masing validator ahli media, ahli materi dan ahli bahasa tersebut kemudian dicari rata-ratanya dan dikonversikan ke pernyataan untuk menentukan kevalidan dan kelayakan bahan ajar gamifikasi. Pengonversian skor menjadi pertanyaan penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 2 (Rubhan Masykur et al, 2017, h. 181). 50 Tabel 2. Kriteria Validasi Ahli skor kualitas kiteria Kelayakan Keterangan 3,26 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 4,00 valid/sangat layak digunakan tidak refisi 2,51 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 3,26 cukup valid/layak digunakan Revisi sebagian 1,76 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 2,51 kurang valid /layak digunakan Refisi sebagian & pengkajian ulang materi 1,00 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 1,76 tidak valid/layak digunakan Revisi total ## Sumber Data : Rubhan Maskur Sedangkan angket respon siswa terhadap pengunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan. Masing-masing jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban dapat dilihat dalam Tabel 3 (Rinaldi Indra Santoso, Ciptono, and Triatmanto, 2016, h. 3). Tabel 3. Skor Penelitian Terhadap Pilihan Jawaban Skor Pilihan jawaban kelayakan 4 Sangat baik 3 Baik 2 Kurang baik 1 Tidak baik Sumber Data : Rinaldi Indra Santoso Hasil dari skor penilaian dari masing-masing siswa tersebut kemudian dicari rata-rata dan dikonversikan kepernyataan untuk menentukan kemenarikan dan kemudahan bahan ajar gamifikasi materi peluang. penkonversian skor menjadi penyelesaian penilaian ini dapat dilihat dalam Tabel 4 (Ana Kurnia Sari, Chandra Ertikanto, and Wayan Suana, 2015, h. 5). Tabel 4. Kriteria Untuk Uji Kemenarikan dan Kemudahan Skor kualitas Pertanyaan kualitas aspek kemenarikan dan kemudahan 3,26 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 4,00 Sangat menrik / sangat mudah digunakan 2,51 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 3,26 Menarik / mudah digunakan 1,76 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 2,51 Kurang menarik / sulit digunakan 1,00 < ๐‘ฅฬ… โ‰ค 1,76 Sangat Kurang menarik / sangat sulit digunakan Diadopsi dari Ana Kurnia Sari ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Tahap Analisis (Analysis) Tahap analisis dilakukan penelitian pendahuluan yaitu observasi dan wawancara terhadap guru dan siswa. Penelitian pendahuluan ini meliputi observasi kegiatan pada saat proses belajar mengajar, penggunaan media pembelajaran, wawancara terhadap guru pengampu mata pelajaran matematika, serta penyebaran soal untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap mata pelajaran matematika khususnya pada materi peluang. Tujuan pendahuluan ini yaitu memperoleh data aspek analisis kebutuhan yang diperoleh sebagai berikut: 1) Analisis kurikulum Kurikulum yang diterapkan di SMPN 3 Tanjung Raja Lampung Utara dan Mts Darul Aโ€™mal Metro menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum tersebut digunakan khususnya untuk kelas VII pada materi peluang. Kopetensi tersebut terangkung dalam silabus mata pelajaran matematika materi peluang SMP/Mts kelas VIII. 2) Analisis media pembelajaran Analisa media pembelajaran yang digunakan bertujuan untuk mengetahui media pembelajaran seperti apa yang diterapkan sebelumnya dimata pelajaran matematika. Data yang diperoleh dalam analisis media pembelajaran yaitu: a) Pada saat pembelajaran matematika di SMPN 3 Tanjung Raja Lampung Utara dan Mts Darul Aโ€™mal metro guru masih menggunakan buku pelajaran yang tersedia sebagai sumber pembelajaran. b) Guru tidak menggunaakn media secara interaktif sehingga menjadikan peserta didik cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran di kelas. c) Peserta didik sedikit kesulitan untuk mengulang pembelajaran karena buku cetak yang digunakan memiliki tampilan yang kurang menarik dan membosankan sehingga pesrta didik malas mempelajari materi materi yang belum dipahami dengan jelas. Berdasarkan data pengamatan media pembelajaran yang digunkan guru pengampu tersebut maka diperoleh bahwa media yang digunakan guru dalam menyampaikan materi kurang optimal karena hanya menggunakan buku pelajaran yang kurang menarik dan tidak menggunakan media pembelajaran lain. ## 2. Tahapan Perancangan (Design) Setelah dilakukan analisis kebutuhan selanjutnya adalah tahap perancangan pengembangan media. Bahan ajar gamifikasi yang dapat membantu guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran adalah spesifikasi media yang dikembangkan. Berikut ini adalah perencanaan pengembangan bahan ajar gamifikasi sebagai media pembelajaran matematika yang dikembangkan: a. Membuat cover yang menarik dengan menggunakan photoshop CS3 . 52 b. Membuat konsep materi peluang di microsoft word dan sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam silabus. Gambar 2. konsep materi peluang berbentuk microsoft word c. Mengaitkan materi peluang dengan bahan ajar gamifikasi berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) . Gambar 3. Materi Peluang Berbentuk Contextual Teaching Learning(CTL) d. Membuat contoh soal peluang dengan gamifikasi. Gambar 4. contoh soal peluang dengan gamifikasi e. Membuat game dalam bahan ajar. ## 3. Tahap Pengembangan (Development) Pada tahapan ini dilakukan validasi ahli materi, ahli media dan ahli bahsa untuk melihat kelayakan produk serta uji coba lapangan untuk melihat kemenarikan respon peserta didik. Hasil validasi produk secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Hasil Validasi ahli materi No Aspek Analisi Validator 1 2 3 1 Kelayakan Isi โˆ‘ Skor 44 42 41 Nilai Max 48 48 48 xi 3,7 3,5 3,4 X 3,5 kritera Sangat layak 2 Kelayakan Penyajian โˆ‘ Skor 32 32 30 Nilai Max 36 36 36 xi 3,6 3,6 3,3 X 3,5 kritera Sangat layak 3 Penilaian Kontekstual โˆ‘ Skor 32 32 32 Nilai Max 36 36 36 xi 3,6 3,6 3,5 X 3,5 kritera Sangat layak Rata-rata total 3,5 Kriteria Sangat layak Adapun hasil dari validasi ahli media ditujukan Tabel 6: Tabel 6. Hasil Validasi ahli Media Aspek Analisis Validator 1 2 3 kelayakan kegrafikan โˆ‘ Skor 95 95 81 Nilai Max 108 108 108 Xi 3,5 3,5 3 X 3,3 Kritera Sangat layak Rata-rata total 3,3 Kriteria Sangat layak Hasil validasi ahli bahasa ditujukan Tabel 7: 54 Tabel 7. Hasil Validasi ahli Bahasa Aspek Analisi Validator 1 2 3 kelayakan kebahasaan โˆ‘ Skor 31 31 27 Nilai Max 36 36 36 Xi 3,4 3,4 3 X 3,3 Kritera Sangat layak Kemudian jika diihat dari uji kelompok kecil yang dikakukan di Mts Darul Aโ€™mal Metro diperoleh hasil seperti Tabel 8. Tabel 8. Hasil Uji Kelompok Kecil No Responden analisis kemenarikan materi Bahasa 1 siswa-siswi Mts Darul A'mal Metro โˆ‘ Skor 589 590 307 xi 3,3 3,3 3,4 X 3,3 Kritera sangat menarik Selanjutnya, jika dilihat dari ujicoba kelompok besar yang dilakukan di SMPN 3 Tanjung Raja Lampung Utara diperoleh hasil seperti Tabel 9: Tabel 9. Hasil Uji Kelompok Besar no responden analisis kemenarikan Materi bahasa 1 siswa-siswi SMPN 3 Tanjug Raja Lampung utara โˆ‘ Skor 643 664 340 xi 3,2 3,4 3,4 X 3,3 kritera sangat menarik Penilaian validator ahli materi, ahli media dan ahli bahasa terhadap prodk bahan ajar gamifikasi diperoleh hasil yang sangat baik. Sementara itu, hasil validasi ahli yang dilakukan 3 validator ahli materi memperoleh nilai rata-rata 3,5 dengan kriteria โ€œsangat layakโ€. Validasi ahli media memperoleh nilai rata-rata 3,3 dengan kriteria โ€œsangat layakโ€. Sedangkan validasi ahli bahasa memperoleh nilai rata-rata 3,3 dengan kriteria โ€œsangat layakโ€. Hasil validasi ahli dilakukan oleh 9 validator. Secara keseluruhan validator diperoleh nilai rata-rata 3.4 kriteria โ€œsangat layakโ€. Hal ini menunjukan bahwa bahan ajar gamifikasi yang dikembangkan sudah sesuai dengan keyentukan yang berlaku. Selain hasil dari penilaian para validasi ahli, diperoleh pula hasil dari ujicoba kelompok kecil dan ujicoba kelompok besar. Berdasarkan uji coba poduk dengan kelompok kecil pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa pada aspek kemenarikan dan materi memperoleh nilai rata-rata 3,3 dengan kriteria โ€œsangat menarikโ€ serta aspek bahasa memperoleh nilai rata-rata 3,4 dengan kriteria โ€œsangat menarikโ€. Sedangkan berdasarkan hasil uji coba kelompok besar pada Tabel 9, 55 dapat diketahui bahwa pada aspek kemenarikan memperoleh nilai rata-rata 3,2 dengan kriteria โ€œsangat menarikโ€. Aspek materi dan bahasa memperoleh nilai rata-rata 3,4 dengan keiteria โ€œsangat menarikโ€. Dengan demikian, dari hasil validasi ahli dan uji coba yang telak dilakukan dapat disimpilkan bahwa bahan ajar gamifikasi berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) dinyatakan sangat layak dan sangat menarik untuk digunakan pada jenjang SMP/Mts sebagai bahan ajar untukpendidik maupun peserta didik. ## SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengembangan dapat disimpulkan bahwa: 1. pengembangan bahan ajar gamifikasi berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) pada materi peluang layak dan menarik bagi siswa. pengebangan bahan ajar gamifikasi telah divalidasi oleh ahli materi, ahli bahasa dan ahli media dengan memperoleh kriteria sangat layak. 2. Ujicoba kemenarikan bahan ajar gamifikasi yang diujicobakan pada kelompok kecil dan kelompok besar, pada uji kemenarikan memperoleh kriteria sangat menarik. Hasil penelitian, analisis pembahasan dan kesimpulan dapat dikemukakakn beberapa saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran menggunakan bahan ajar gamifikasi dapat dikembangkan oleh pendidik secara berkelanjutan untuk materi yang berbeda. 2. Mengujicobakan kegiatan pembelajatan menggunakan bahan ajar gamifikasi pada subjek peneltian yang berbeda. 3. Pembuatan bahan ajar gamifikasi dapat ini dapat beberapa kendala atau kesulitan yang mungkin biasa menjadi perbaikan bagi peneliti berikutnya untuk mengembangkan bahan ajar gamifikasi dengan materi yang lain atau dengan berbantuan media lain supaya lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik. ## DAFTAR PUSTAKA Bilfaqih, Y. (2009). Esensi Penyusunan Materi Pembelajaran. Yogyakarta: CV Budi Utama. Chandra, L. (2014). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Materi Tekanan Mencakup Ranah Kognitif, Asfektif Dan Psikmotor Sesuai Kurikulum 2013 Untuk Siawa SMP/SMA. Jurnal Pendidikan . 56 Durohman, Muchamad Subali Noto, dan Wahyu Hartono. (2018). Pengembangan Perangkat Project Based Learning (Pjbl) Pada Materi Statistika Sma. Prima Jurnal . Vol. 2, No. 1. Fitiani, H., Sitomang, M., & Darmana, A. (2017). Pengembangan Bahan Ajar Inovatif dan Interaktif Melalui Pendekatan Saintifik Pada Pengajaran Larutan dan Kaloid. Jurnal Edukasi Kimia . Idi, A. (2014). pengembangan kurikulum teori dan praktik. jakarta: pt rajagrafindo persada. Maskur, R., Novanto, & syazali, M. (2017). Pengembangan Media Pembelajaran Matematika Dengan Macromedia Flas. Jurnal Pendidikan Matematika, ISSN 2086-5872, Vol. 8, No. 2. Putra, R. W., & Rully, A. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Trigonometri Berbantuan Sofwere iMindMap Pada Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Matematika, ISSN 2086- 5872, Vol. 7, No. 1 . Umar, G. P., & Rohayati, S. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Modul ebahai Pendukung Impementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Akutansi SMKN 1 Surabaya. Jurnal Universitas Negeri Surabaya . Tegeh, I. M., Jampel, N., & Pudjawan, K. (2014). Model Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmau. Santoso, R. I., & Trianmojo, C. (2016). Pemngembangan Modul Berbasis WEB Materi Prozoa Sebagai Alternatif Bahan Ajar Kelas X SMA Negeri1 Sewon. Jurnal Pendidikan Biologi, Universitas Yogyakarta
369d7a02-1520-4407-9bf8-5ef89bf36516
http://jurnal.utu.ac.id/jbkan/article/download/2410/1717
Volume 4 Nomor 2, 2020 ISSN : 2614-2147 ## MOTIF PEMANFAATAN LAYANAN MOBILE APPLICATION KAI ACCESS (Studi pada Pengguna Kereta Api Lokal/Jarak Dekat Di Stasiun Wonokromo Surabaya) Anggun Amelia Puspita a , Oviradita Nobmadella b , Nurhadi c ab Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur c Dosen Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Corresponding author: [email protected] ## Abstrak Kemajuan teknologi informasi mendorong PT KAI menciptakan mobile application KAI Access guna memberikan kemudahan layanan. Tujuan penelitian ini adalah memaparkan motif pemanfaatan layanan dan juga tanggapan pada pengguna kereta api lokal. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi Alfred Schutz. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Fokus penelitian ini adalah pemanfaatan layanan KAI Access oleh pengguna kereta api lokal di Stasiun Wonokromo Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat dua motif pemanfaatan, yaitu motif sebab dan tujuan. Pada motif sebab terdapat empat faktor pendorong, yaitu faktor antrian, kemudahan pembelian, kepercayaaan, dan ketepatan penyampaian informasi. Sementara pada motif tujuan, terdapat empat yaitu motif digitalisasi, efisiensi waktu dan biaya, keyamanan dan keamanan, dan paperless. Dalam persepsinya, penumpang mengaku puas dan kurang puas. Penumpang yang mengaku puas berpendapat bahwa aplikasi ini memberikan banyak kemudahan dalam pembelian tiket. Sedangkan penumpang yang mengaku kurang puas merupakan penumpang dengan rata-rata usia lanjut yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan teknologi baru. Kata kunci : motif, pemanfaatan layanan, mobile application, KAI Access ## Abstract Information technology advances pushing PT KAI to create KAI Access mobile application to provide ease services. The objective of this research was to elaborate on the implementation of service and the passengersโ€™ responses, of local passengers. This research used the qualitative method and the approach of Alfred Schutz's phenomenology. Data were collected through interviews, observations, and literature reviews. The focus of this research was the utilization of KAI Access services by local train users at Wonokromo Station in Surabaya. The research results indicated that there are two motives for utilization; the cause and purpose motives. The cause motive consists of four driving factors, namely the queue, ease of purchase, trustworthiness, and accuracy of the delivery of information. The purpose motive consists of four aspects, namely digitalization, time and cost efficiency, comfort and security, and paperless. The perceptions were divided with some passengers claimed to be quite satisfied and some others were less satisfied. The satisfied passengers argued that this application provides a lot of convenience in purchasing tickets. Whereas, passengers who claimed to be less satisfied were elderly passengers who had difficulties in using new technology. Keywords : motives, service utilization, mobile applications, KAI Access Volume 4 Nomor 2, 2020 ISSN : 2614-2147 ## PENDAHULUAN Pada saat ini teknologi dan informasi berkembang pesat dimana segala bentuk informasi dapat diakses dengan begitu cepat dan mudah. Pemanfaatan teknologi dan informasi menimbulkan kebiasaan baru dalam segala aspek kehidupan masyarakat, yang mana akan membawa perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih dinamis serta dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi dan informasi. Salah satu hasil dari kemajuan teknologi adalah dihasilkannya smartphone atau telepon pintar yang berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan sehari-hari. Dengan adanya smartphone ini, muncul banyak program mobile application yang dihubungkan melalui internet. Kemunculan smartphone dan mobile application ini mengakibatkan adanya revolusi baik di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Menurut Pressman dan Bruce (2014:9), mobile application atau aplikasi mobile adalah aplikasi yang telah dirancang khusus untuk platform mobile (misalnya iOS, android, atau windows mobile ). Mobile application juga diterapkan oleh perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang bergerak di bidang perkeretaapian. Kereta Api adalah transportasi yang banyak diminati karena sifatnya sebagai angkutan massal yang efektif. Perusahaan melakukan berbagai upaya dan usaha agar dapat memanfaatkannya secara maksimal khususnya sebagai alat transportasi utama antar kota. Untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan pembelian tiket, PT Kereta Api Indonesia (Persero) secara resmi menciptakan sebuah mobile application KAI Access. Aplikasi ini dapat digunakan untuk membeli tiket, mengecek jadwal, ketersediaan kursi, hingga pembatalan tiket dan pergantian jadwal. Awalnya pembelian tiket kereta api lokal/jarak dekat dilakukan di loket stasiun yang mana para pembeli tiket kereta api harus mengisi formulir terlebih dahulu kemudian mengantri panjang demi mendapatkan tiket. Tetapi setelah adanya pembaharuan mobile application KAI Access dan didukung adanya kebijakan baru yang diberlakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero), mulai tanggal 1 September 2019, pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat hanya dapat dilakukan melalui mobile application KAI Access dengan melakukan pendaftaran, pemesanan tiket dan pembayaran melalui Link Aja. Kemudian penumpang akan mendapatkan bukti pembayaran dan e-ticket yang tidak perlu dicetak. Dengan kata lain, pembelian tiket kereta api lokal/jarak dekat secara online melalui mobile application KAI Access memberikan solusi terhadap masalah-masalah penyebab kepadatan penumpang yang tinggi di loket stasiun untuk mengantri pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat. Selain itu, hal ini merupakan peluang untuk mengurangi penggunaan formulir kertas pemesanan tiket kereta api ataupun paper ticket dan meningkatkan fleksibilitas pada penumpang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bagaimana motif pemanfaatan layanan mobile application KAI Access pada pengguna kereta api lokal atau jarak dekat di Stasiun Wonokromo Surabaya. Teori yang dijadikan landasan penelitian adalah teori Schutz mengenai fenomenologi dan motifnya ( because motive dan in order to motive ). Fenomenologi ## Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi Manajemen ISSN : 2614-2147 berpendapat bahwa kebenaran sesuatu dapat diperoleh dengan cara melihat fenomena atau gejala, yang kemudian memberikan pengaruh dengan manusia dalam situasi tertentu. Pengaruh ini dapat berupa respon atau pemikiran atas keberadaan fenomena yang ada dan perspektif masyarakat yang sudah mengalami fenomena tersebut. Schutz dalam (Haryanto, 2012:149) tentang motif dari tindakan seseorang, Schutz mengelompokkan motif dalam dua tipe yaitu: ## ๏‚ท In Order to Motive Adalah motif yang berkaitan dengan alasan sesorang melakukan suatu tindakan sebagaii usahanya menciptakan suatu tindakan situasi dan kondisi yang diharapkan di masa mendatang. ๏‚ท Because Motive Adalah faktor yang menyebabkan melakukan tindakan tertentu dimana tindakan sesorang tidak muncul begitu saja melainkan melalui proses yang panjang untuk dievaluasi dan mempertimbangkan kondisi soasial, ekonomi, budaya, dan norma etika agama atas dasar tingkat kemampuan pemahaman sendiri sebelum tindakan itu dilakukan (Wirawan,2013:134) ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, menurut Moleong (2016:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, disajikan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fenomenologi. Fenomenologi berupaya untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang hal-hal yang dialaminya sebagaimana adanya dalam realitas (Sobur, 2013:21). Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani. Dari akar kata โ€œfenomenanโ€ atau โ€œfenomenonโ€ yang secara harfiah berarti berari โ€œgejalaโ€ atau โ€œmenampakkan diriโ€ sehingga nyata bagi kita (Suprayogo dan Tobroni, 2001:102). Definisi fenomenologi juga diutarakan oleh beberapa pakar dan peneliti dalam studinya. Menurut Alase (2017) fenomenologi adalah sebuah metodologi kualitatif yang mengizinkan peneliti menerapkan dan mengaplikasikan kemampuan subjektivitas dan interpersonalnya dalam proses penelitian eksploratori. Kedua, definisi yang dikemukakan oleh Creswell dikutip Eddles-Hirsch (2015) yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang tertarik untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengalaman sebuah fenomena individu dalam dunia sehari-hari. Penelitian ini dilakukan di Stasiun Kereta Api Wonokromo Surabaya yang berlokasi di Jl. Stasiun Wonokromo 1, Jagir, Wonokromo, Surabaya dan waktu penelitiannya dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Desember 2019 sampai Febuari 2020. Subjek penelitian pada metode kualitatif ini adalah penumpang kereta api lokal/jarak dekat yang pernah menggunakan mobile application KAI Access. Pencarian subjek penelitian menggunakan sistem purposive artinya bahwa penentuan subjek tidak ditentukan sebelumnya dan dari mana atau dari siapa memulai tidak menjadi masalah karena penelitian bergantung pada keperluan peneliti. Pencarian subjek penelitian dilakukan dengan mencari informan yang Volume 4 Nomor 2, 2020 ISSN : 2614-2147 hendak melakukan perjalanan di Stasiun Wonokromo Surabaya. Penelitian ini menggunakan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yakni wawancara, observasi, dan studi kepustakaan. Adapun metode analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis kualitatif dengan metode deskriptif dan penunjukan makna serta konteks berupa kata-kata. Maka perlu disusun pola, kategori, fokus, tema, dan pokok masalah tertentu. Oleh karena itu setiap catatan pengumpulan data hasil wawancara perlu direduksi. Hasil reduksi perlu didisplay untuk dimengerti permasalahannya. Peneliti mengambil kesimpulan dari hasil pemahaman dan pengertiannya. Data dari setiap sumber-sumber yang dikumpulkan, dicatat didalam sebuah catatan lapangan ( field note ). Untuk memenuhi data setelah dilakukan pengelompokan selanjutnya adalah dengan triangulasi. Menurut Sugiyono (2016;330) triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut merupakan hasil dan pembahasan dari hasil penelitian motif pemanfaatan layanan mobile application KAI Access. Pada motif sebab ( because motive ), terdapat empat faktor pendorong, yaitu faktor antrian, faktor kemudahan pembelian (aksesibilitas), faktor percaya (trust ), dan faktor ketepatan penyampaian informasi (validitas). Sementara pada motif tujuan ( in order to motive ), terdapat empat tujuan penggunaan mobile application KAI Access yaitu motif digitalisasi, efisiensi waktu dan biaya, keyamanan dan keamanan, dan tujuan paperless . ## 1. Motif Sebab ( Because Motive ) Motif yang pertama adalah motif sebab (because motive). Motif sebab adalah motif yang berorientasi pada masa lalu. Pada motif sebab (because motive) terdapat beberapa faktor- faktor yang melatarbelakangi seseorang menggunakan layanan mobile application KAI Access pada kereta api lokal atau jarak dekat yaitu: ## Faktor Antrian Pengalaman antri yang dulu pernah dialami oleh penumpang kereta api lokal atau jarak dekat menyebabkan penumpang beralih dari pembelian yang dilakukan di loket stasiun ke pembelian melalui layanan mobile application KAI Access. Antrian panjang selalu terjadi sebelum adanya pembaharuan mobile application KAI Access dan kebijakan baru yang diberlakukan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) mulai tanggal 1 September 2019, pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat hanya dapat dilakukan melalui mobile application KAI Access. Adanya pengalaman antri tersebut dapat membuang waktu calon penumpang karena pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat hanya dapat dilakukan di loket stasiun. ## Faktor Kemudahan Pembelian (Aksesibilitas) Kemudahan dalam pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat merupakan latar belakang dalam memanfaatkan layanan mobile application KAI Access karena dinilai mudah dengan ## Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi Manajemen Volume 4 Nomor 2, 2020 ISSN : 2614-2147 adanya tiket yang dijual secara online . Kemudahan yang dirasakan ketika melakukan pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat secara online yaitu bisa melihat informasi nama kereta api, ketersediaan tempat duduk, jam keberangkatan dan tiba, serta harga tiket kereta api tanpa harus pergi ke stasiun. Untuk pembayarannya hanya dapat melalui aplikasi Linkaja dimana hal ini menambah kemudahan dalam pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat. Dengan adanya mobile application KAI Access, konsumen diberikan kemudahan untuk membeli tiket dan menggunakan sistem yang terintegrasi dalam menggunakan jasa kereta api. ## Faktor Percaya (Trust) Semakin tinggi tingkat kepercayaan yang diberikan calon penumpang maka tingkat partisipasi dalam penggunaan layanan mobile application KAI Access pada kereta lokal atau jarak dekat tersebut semakin tinggi. Karena kepercayaan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan penjualan dan pembelian. Mobile application KAI Access merupakan aplikasi resmi milik PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang dibuat untuk melayani pembelian tiket kereta api jarak jauh maupun jarak dekat, perubahan jadwal, dan pembatalan tiket. Selain itu mobile application KAI Access dalam penggunaannya sangat mudah untuk diakses, mudah dipahami, dan informasi yang disediakan jelas bagi calon penumpang. Sehingga timbul rasa percaya dalam menggunakan mobile application KAI Access. ## Faktor Ketepatan Penyampaian Informasi (Validitas) Ketepatan penyampaian informasi merupakan latar belakang dalam memanfaatkan layanan mobile application KAI Access. Melalui mobile application KAI Access yang diinstal pada smartphone , calon penumpang dapat melakukan pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat dengan informasi dan penjelasan tentang nama kereta api, ketersediaan tempat duduk, jam keberangkatan dan tiba, serta harga tiket kereta api. Untuk ketersedian tempat duduk biasanya PT Kereta Api Indonesia (Persero) selalu update melalui mobile application KAI Access. Jadi informasi tentang kereta api lokal atau jarak dekat dapat diakses dengan jelas oleh pengguna mobile application KAI Access. ## 2. Motif Tujuan ( In Order to Motive ) Kedua, adalah motif tujuan atau in order to motive . Motif ini merupakan sebuah tujuan yang digambarkan sebagai maksud, rencana, harapan, minat dan sebagaimana yang diorientasikan dimasa depan. Motif tujuan dari mobile application KAI Accsess dapat dikategorikan menjadi beberapa faktor. ## Faktor Tujuan Digitalisasi Memasuki era revolusi industri 4.0 yang mana semua kegiatan industri tidak lepas dari teknologi digital dan konsep internet of things . Internet of Things adalah sebuah konsep dimana suatu objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa memerlukan interaksi manusia. PT Kereta Api Indonesia (Persero) melakukan inovasi dengan memanfaatkan teknologi dan media digital yang ada saat ini, dan terciptalah mobile application KAI Access. Apabila dulu pembelian tiket hanya dipusatkan di stasiun, pada era digital seperti sekarang, calon penumpang dapat dengan mudah membeli tiket melalui smartphone mereka dengan menggunakan aplikasi KAI Access. Dengan ini, calon Volume 4 Nomor 2, 2020 ISSN : 2614-2147 penumpang dapat dengan mudah membeli tiket kapanpun dan dimanapun, serta dapat mengurangi resiko seperti antrian tiket dan calo tiket. ## Faktor Efisiensi Waktu Dan Biaya Faktor efisiensi dan biaya menjadi salah satu tujuan pemanfaatan mobile application KAI Access. Di era digital yang teknologinya banyak mengalami perkembangan, juga mengakibatkan perilaku masyarakat yang berubah. Masyarakat akan memilih sesuatu yang mudah, ringkas, dan efisien. Mobile application KAI Access dapat memberikan banyak kemudahan bagi pengguna kereta api. Dapat digunakan dimanapun dan kapanpun, tidak membuang waktu karena antrian, waktu tunggu, serta dapat menghemat biaya pengeluaran calon penumpang. ## Faktor Keamanan Dan Kenyamanan Tujuan pemanfaatan mobile application KAI Access salah satunya adalah untuk faktor keamanan dan kenyamanan. Transaksi yang dilakukan secara digital melalui aplikasi ini tentunya telah dinyatakan aman oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan sepenuhnya menjadi tanggung jawabnya. Data pelanggan akan secara aman disimpan melalui sistem digital miliki PT Kereta Api Indonesia (Persero). Pengguna aplikasi akan merasa aman dan nyaman menggunakan aplikasi untuk kegiatan pembelian tiket. ## Faktor Paperless Digunakannya mobile application KAI Access juga ditujukan untuk mengurangi penggunnaan kertas. Apabila dulu penumpang diharuskan menunjukkan tiket saat memasuki area masuk kereta, saat ini penumpang cukup menunjukkan e-boarding pass berupa QR Code yang kemudian akan di-scan oleh petugas. Hal ini terbukti efektif dikarenakan mengurangi adanya sampah kertas. ## PERSEPSI PENGGUNA LAYANAN E-TICKETING Berikut adalah hasil wawancara dengan beberapa pengguna mobile application KAI Access untuk kereta api lokal atau jarak dekat di Stasiun Wonokromo Surabaya. Wawancara dilakukan secara langsung kepada informan untuk mengetahui persepsi mereka terhadap penggunaan mobile application KAI Access. Informan diambil dari kalangan yang berbeda, baik usia maupun profesi. โ€œ Saya kurang puas dengan aplikasi KAI Access karena pemakaiannya rumit. Saya harus memesan tiket melaui aplikasi dan melakukan pembayaran juga lewat aplikasi Link Aja yang tidak pernah saya gunakan. Selain itu pemesanan tiket dibatasi hanya untuk empat penumpang saja โ€ โ€“ Lilik, 45, Ibu rumah tangga โ€œ Di usia saya yang sudah tidak muda lagi, saya merasa kesulitan apabila melakukan pembelian tiket melalui aplikasi karena tidak terbiasa menggunakan ponsel pintar. Saya lebih memilih membeli tiket melalui loket secara langsung (go show) โ€ -Slamet, 63, Pensiunan. ## Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi Manajemen Volume 4 Nomor 2, 2020 ISSN : 2614-2147 Kedua informan ini berpendapat kurang puas karena adanya layanan pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat secara online melalui mobile application KAI Access. Para informan memiliki berbagai keterbatasan dalam menggunakan aplikasi tersebut. Ibu Lilik, seorang ibu rumah tangga dengan usia 45 tahun merasa kurang puas dengan aplikasi KAI Access karena pemakaiannya yang rumit, seperti pembayaran melalui akun virtual hingga pembatasan pembelian tiket yang maksimal dapat dipesan untuk 4 penumpang saja. Sementara menurut pernyataan Bapak Slamet, seorang pensiunan dengan umur 63 tahun menyatakan bahwa beliau merasa kesulitan melakukan pemesanan tiket melalui mobile application KAI Accsess karena memiliki keterbatasan menggunakan telepon pintar. Beliau lebih memilih memesan tiket secara langsung melalui loket stasiun karena dirasa lebih mudah. Kondisi ini dianggap lumrah, karena hampir kalangan usia lanjut memiliki keterbatasan dalam menggunakan smartphone . Kedua informan menunjukkan ketidakpuasan dan ketidaknyamanan mereka dalam menggunakan aplikasi ini. Hal ini menunjukkan masih ada celah kekurangan aplikasi bagi kelompok usia lanjut. Mereka merasa terbebani dengan kemajuan teknologi yang ada. โ€œ Dengan adanya aplikasi ini, saya merasa terbantu karena memberi kemudahan dalam pembelian tiket, melihat ketersediaan kursi, dan melakukan perubahan jadwal. Ini semua dapat dilakukan lewat smartphone dan penumpang tidak perlu mencetak tiket โ€ -Agus, 35, Karyawan Swasta Perusahaan Asuransi โ€œ Sejak adanya aturan baru bahwa pembelian tiket kereta api lokal wajib dilakukan melalui aplikasi KAI Access dan Go show, saya lebih menyukai pembelian online melalui aplikasi, karena saya tidak perlu membuang waktu secara percuma untuk antri โ€ -Dian, 27, Pegawai Bank โ€œ Saya merasa dengan adanya pemesanan tiket melalui aplikasi ini sangat bagus untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Jika dulu pemesanan tiket dilakukan dengan menulis formulir kertas, sekarang cukup secara online di aplikasi. Hal ini merupakan suatu kemajuan bagi PT KAI di era digital saat ini sebagai wujud untuk serba digital. โ€ -Ika, 19, Mahasiswi Dari ketiga informan diatas, ketiganya merasa puas dengan adanya pembaharuan dan kebijakan yang dilakukan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Menurut pernyataan Bapak Agus, seorang karyawan swasta perusahaan asuransi berusia 35 tahun, beliau berpendapat bahwa dirinya merasakan kemudahan atas penggunaan mobile application KAI Access, seperti kemudahan dalam pembelian tiket dan melakukan perubahan jadwal yang dapat dilakukan melalui smarphone . Dan informan selanjutnya, yakni Dian, yang bekerja sebagai pegawai bank yang sering menggunakan transportasi kereta lokal atau jarak dekat untuk pergi bekerja menyatakan bahwa dirinya menyukai adanya aplikasi ini, karena dirasa efisien. Calon penumpang tidak perlu antri berlama-lama lagi di loket karena pemesanan tiket dapat diakses melalui aplikasi. Selanjutnya, informan terakhir yakni Ika, seorang mahasiswi sebuah Volume 4 Nomor 2, 2020 ISSN : 2614-2147 perguruan tinggi di Surabaya menyatakan bahwa adanya peraturan baru oleh PT KAI yang mewajibkan calon penumpang untuk membeli tiket melalui aplikasi KAI Access ini dapat meminimalisir penggunaan kertas dan sebagai wujud kemajuan teknologi PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk digitalisasi. Dengan ini, dapat dilihat dari berbagai pernyataan yang diutarakan oleh para informan, mereka memiliki persepsi masing-masing dalam menyikapi perubahan peraturan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang mewajibkan penggunanya melakukan pembelian tiket kereta api lokal atau jarak dekat melalui mobile application KAI Access. ## KESIMPULAN Dalam penelitian ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa motif pengguna kereta api lokal atau jarak dekat di Stasiun Wonokromo Surabaya memanfaatkan mobile application KAI Access yakni terdapat dua motif, yakni motif sebab ( because motive ) dan motif tujuan ( in order to motive ). Motif sebab merupakan motif yang melatar belakangi penggunaan mobile application KAI Access. Pada motif sebab, dikategorikan menjadi beberapa faktor, yaitu faktor antrian, faktor kemudahan pembelian (aksesibilitas), faktor percaya ( trusted ), dan motif ketepatan penyampaian informasi (validitas). Motif kedua, adalah motif tujuan yang mana merupakan ( in order to motive ) sebuah tujuan yang digambarkan sebagai maksud, rencana, harapan, minat dan sebagaimana yang diorientasikan dimasa depan. Motif tujuan pemanfaatan dari Mobile Application KAI Accsess dapat dikategorikan menjadi beberapa faktor antara lain motif untuk digitalisasi, faktor efisiensi waktu dan biaya, faktor keamanan dan kenyamanan, serta paperless. Persepsi layanan para pengguna tentang adanya layanan mobile application KAI Access yang diluncurkan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengaku cukup puas dan kurang puas. Informan yang mengaku puas berpendapat bahwa aplikasi ini memberikan banyak kemudahan seperti kemudahan dalam pembelian, ketersediaan informasi yang selalu update (jadwal serta ketersediaan kursi), dan tanpa membutuhkan penggunaan kertas. Sementara informan yang mengaku kurang puas dengan layanan mobile application KAI Access merupakan penumpang dengan rata-rata usia lanjut yang tidak lihai menggunakan smartphone karena dirasa rumit digunakan dan tidak paham. Mereka berpendapat bahwa pembelian tiket secara go show (pembelian tiket tiga jam sebelum kereta berangkat) lebih mudah dilakukan. ## DAFTAR PUSTAKA Alase, Abayomi. 2017. Jurnal: The Interpretative Phenomenological Analysis (IPA): A Guide to a Good Qualitative Reseach Approach . International Journal of Education and Literacy Studies, Vol. 5 No. 2, April 2017. Bruce R. Maxim, Roger S. Pressman. 2014. Software Engineering: A Practicionerโ€™s Approach (8 edition). Eddles-Hirsch, Katrina. 2015. Jurnal: Phenomenology and Educational Research . International Journal of Advanced Research, 3(8). ## Jurnal Bisnis dan Kajian Strategi Manajemen ISSN : 2614-2147 Haryanto, Sindung. 2012. Spektrum Teori Sosial dari Klasik Hingga Postmodern . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif . Cetakan ketigapuluh. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Novialita H & Refti Handini (2015). Motif Pemanfaatan Layanan Elektronik Tiket (E- Ticketing) Oleh Pengguna Kereta Api Di Surabaya . Jurnal Paradigma Volume 03 Nomor 03. Sariyun N, Isworo N, dan Endang L. (2015). Perancangan Dan Implementasi Aplikasi Mobile Semarang Guidance Pada Android. Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume 20, No.1 Schutz, Alfred dalam John Wild dkk. 1967. The Phenomenology of the Social World . Illinois: Northon University Press. Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi . Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D . Bandung: Alfabeta, CV Suprayogo, Imam, dan Tobroni, 2001. Metodologi Penelitian Sosial-Agama . Bandung: Remaja Rosdakarya. Wirawan. 2013. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma . Jakarta: Kencana,
e58a153d-f7ab-4383-986c-e2f96c6d630e
http://www.journal.umuslim.ac.id/index.php/pkm/article/download/819/781
## PELATIHAN PEMBUATAN VIDEO PEMBELAJARAN DARING DENGAN MENGGUNAKAN POWTOON DAN SCREENCASTIFY Sayed Fachrurrazi 1 , Muhammad 2 , Rizky Putra Phonna 3 , Yessi Apprilia 4 , Munirul Ula 5 1 3 Prodi. Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh, Aceh 2 Prodi. Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh, Aceh 4 Prodi. Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh, Aceh 5 Prodi. Magister Teknologi Informasi Fakultas Teknik Universitas Malikussaleh, Aceh ## ABSTRAK Masa pandemi Covid-19 ini, dengan keharusan menjalankan kuliah daring, adanya kendala dalam mendesain sebuah media pembelajaran daring yang mudah digunakan guru dan mudah dipahami oleh siswa. Program pengabdian masyarakat ini memberikan pelatihan cara membuat video pembelajaran dengan memanfaatkan aplikasi Powtoon dan Screencastify kepada para guru yang dilakukan dengan cara pendampingan untuk meningkatan kemampuan guru. Keberlanjutan program dikembalikan kepada guru yang mengikuti pelatihan untuk melanjutkan implementasi aplikasi pembelajaran ini setelah program selesai. Dari hasil kuesioner evaluasi hasil pelatihan, terlihat bahwa ada hasil positif dalam hal peningkatan daya saing dan tata nilai dalam bidang pendidikan pada binaan mitra. Hal ini ditunjukkan bahwa saat materi disampaikan, peserta diberikan pilihan untuk berlatih membuat video pembelajaran secara berkelompok dan individu menggunakan aplikasi Powtoon dan Screencastify . Para peserta sangat antusias mengikuti pelatihan, karena kedua aplikasi ini baru digunakan untuk pembuatan video pembelajaran. Semua peserta merasa puas terhadap kegiatan ini dan mengharapkan ada kegiatan pelatihan kembali dimasa yang akan datang. Kata Kunci: Covid-19, powtoon, screencastify, video pembelajaran ## ABSTRACT In time of the Covid-19 pandemic, with the necessity to run online lectures, there are obstacles in designing an online learning media that is easy to use by teachers and easy to understand by students. This community service program provides training on how to make learning videos by utilizing the Powtoon and Screencastify applications for teachers which is carried out by mentoring to improve teacher abilities. The sustainability of the program is fully returned to the teachers who participated in the training to continue the implementation of this learning application after the program is finished. From the results of the questionnaire evaluating the results of the training, it can be seen that there are positive results in terms of increasing competitiveness and values in the field of education for fostered partners. This is shown by when the material is delivered, participants are given the option to practice making learning videos in groups and individually using the Powtoon and Screencastify applications. The participants were very enthusiastic about participating in this training. This is because they have just used these two applications for making learning videos. All of them were satisfied with this activity and the participants hoped that there would be retraining activities in the future. Key Words: Covid-19, powtoon, screencastify, video learning ## * Email: [email protected] ## PENDAHULUAN Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) memberikan perubahan besar pada sistem pendidikan. Metode pengajaran dan pembelajaran luring berubah menjadi pembelajaran daring. Hal ini didukung oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang mendesak perguruan tinggi untuk fleksibel dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di tengah situasi Covid-19. Selain itu, pada 17 Maret 2020, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan Surat Edaran No: 36962/MPK.A/HK/2020 tentang โ€˜Pembelajaran secara daringโ€™ dan โ€˜bekerja dari rumahโ€™ dalam rangka Pencegahan Penyebaran Covid-19. Guru dituntut berinovasi di lingkungan sekolah dengan memanfaatkan teknologi dan informasi dalam melakukan pembelajaran secara daring. Salah satu hal yang dapat dilakukan guru adalah membuat media pembelajaran daring. Komputer atau laptop, ponsel pintar dan yang paling penting adalah paket internet digunakan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini. Program media pembelajaran dapat diunduh secara gratis, seperti Whatsapp , Powtoon dan Z oom merupakan beberapa media pembelajaran yang dapat digunakan. Media pembelajaran berupa aplikasi android dapat membantu dalam proses pembelajaran. Guru dapat menggunakan media ini untuk berbagi materi pembelajaran berupa powerpoint atau film, memberikan pekerjaan rumah dan berinteraksi dengan siswa. Minimnya penguasaan teknologi dan jaringan internet dikalangan guru menjadi persoalan signifikan dalam pembelajaran saat ini (Aji, 2020). Tantangan ini ada sebagai akibat dari kurangnya latihan, sehingga diperlukan dukungan teman sejawat untuk membantu satu sama lain. Selain itu, di beberapa lokasi tempat tinggal siswa tidak memiliki koneksi internet yang baik. Hal ini diharapkan menjadi batu loncatan bagi guru yang ingin mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya dalam menghadapi pembelajaran daring. Kegiatan pembelajaran dapat berjalan efektif sesuai dengan kreativitas dari pengajar dan didukung oleh peserta didik (Dewi, 2016). Sebagian kecil pendidik di SMK Negeri 3 Lhokseumawe juga mengalami kondisi ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru pada tanggal 15 Juli 2020 selama Covid-19, sebagian besar guru menggunakan aplikasi WhatsApp , YouTube dan Zoom atau Google Meet untuk pembelajaran daring. Namun, guru mengalami beberapa kendala dan sebagian siswa kesulitan menggunakan aplikasi Zoom . Para siswa mengeluhkan aplikasi ini karena menghabiskan banyak paket data internet. Selain itu, banyak siswa yang belajar di rumah selama pandemi tidak memiliki akses internet yang baik untuk dapat mengikuti pembelajaran secara daring. Akibatnya, mayoritas guru memutuskan membuat grup WhatsApp yang dikhususkan untuk kelas mata kuliah masing-masing. Hal ini dikarenakan siswa dan guru dapat memanfaatkan Grup WhatsApp untuk berinteraksi, mentransfer file ( softcopy ) dan merekam voice note . Berdasarkan permasalahan di atas, tim pengabdian mengusulkan untuk membuat media pembelajaran yang dapat diakses setiap saat dan tidak membuat kelas jenuh. Sehingga, para guru tidak hanya mengirimkan tugas atau materi kepada siswa melalui pesan teks tetapi berupaya membuat video pembelajaran yang menarik. Adapun di dalam video pembelajaran ini berisi video atau suara guru dan slide power point . Aplikasi Google Classroom dan Screencastify adalah dua aplikasi yang mudah digunakan. Powtoon adalah aplikasi yang lengkap yang desain untuk proses belajar mengajar menggunakan media online (Darwan., Hamidi, 2018). Screencastify merupakan aplikasi berbasis Java yang dapat digunakan untuk menghasilkan screencast di Windows , Mac dan Linux . Bagi mitra, persoalan yang paling mendesak adalah bagaimana membangun media pembelajaran daring yang dapat: 1) dimanfaatkan dengan mudah oleh guru dan siswa. Platform aplikasi online yang digunakan tidak hanya sederhana tetapi tidak menghabiskan banyak paket internet. Hal ini harus diperhitungkan, karena para siswa juga mengikuti mata kuliah lainnya. Maka, secara tidak langsung mendukung rencana pemerintah untuk meringankan beban keuangan siswa di masa pandemi Covid-19; 2) meningkatkan kreativitas guru dan siswa. Siswa akan termotivasi untuk belajar secara mandiri, jika guru aktif membuat media pembelajaran. Guru sebagai pelaksana pembelajaran yang sudah beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0 harus sadar hal tersebut. Akibatnya, pendidik harus mendesain media pembelajaran berbasis teknologi tepat guna untuk memastikan siswa memiliki pengalaman belajar yang positif. Materi yang diberikan tidak hanya dalam format pdf atau powerpoint . Sehingga diharapkan siswa akan tetap aktif dan tidak bosan saat mengikuti pelajaran secara daring; dan 3) meningkatkan kesadaran guru dan siswa tentang pentingnya pemanfaatan teknologi. Guru dan siswa menyadari perlunya menggunakan teknologi dan informasi di tengah pandemi Covid-19. Pendidikan yang semakin maju menjadikan proses adaptasi pembelajaran daring membantu pemerintah mewujudkan pendidikan yang lebih baik. Solusi yang ditawarkan adalah mengembangkan teknologi untuk membuat pembelajaran berjalan lebih kondusif dan menarik selama pandemi Covid-19. Hal ini dapat dilakukan dengan mendesain media pembelajaran berupa video pembelajaran. Satu video pembelajaran dapat berisi kumpulan suara atau video dari guru, serta powerpoint dan animasi. Aplikasi pengeditan video seperti Powtoon dan Screencastify mudah digunakan dan gratis untuk diperoleh. ## METODE PELAKSANAAN Mitra akan berpartisipasi dalam kegiatan ini sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan pembuatan video pembelajaran dengan memanfaatkan alat Powtoon dan Screencastify . Kegiatan ini dilakukan melalui pemberian pelatihan dan peningkatan kesadaran/pemahaman penggunaan aplikasi. Pelatihan ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Lhokseumawe pada tanggal 10 Oktober 2021. Perwakilan peserta dari SMK Negeri 3 Lhokseumawe yang mengikuti pelatihan ini sebanyak 18 peserta. Materi pelatihan mencakup dua topik: 1) pentingnya teknologi dan informasi dalam dunia pendidikan; dan 2) panduan penggunaan aplikasi Powtoon dan Screencastify . ## Gambar Pelaksanaan Pengabdian di SMK Negeri 3 Lhokseumawe Pada saat penyampaian materi, peserta pelatihan terlebih dahulu diajarkan mengenai cara pembuatan video pembelajaran menggunakan program Screencastify , materi tersebut disampaikan oleh Sayed Fachrurrazi, S.Si., M.Kom. Materi selanjutnya mengenai pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran, disampaikan oleh Dr. Munirul Ula. Kedua materi tersebut disampaikan dengan metode tanya jawab. Setelah pelatihan dilaksanakan, peserta diminta untuk mengisi kuisioner yang berisi tanggapan mengenai kegiatan yang dilakukan. Hasil dari kuesioner yang akan diberikan kepada peserta pelatihan digunakan untuk mengevaluasi tingkat keberhasilan pembuatan video pembelajaran dan kepuasan peserta selama pelatihan ini. Setelah PKM selesai, keberlanjutan program akan dikembalikan kepada peserta pelatihan, yang akan terus melanjutkan implementasi media video pembelajaran ini. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Peserta didik diberikan angket dan wawancara setelah mendapatkan pelatihan tentang cara memanfaatkan Powtoon dan Screencastify . Hal ini dilakukan untuk mengetahui: 1) tanggapan peserta terhadap penggunaan kedua aplikasi tersebut, dan 2) kepuasan peserta (mitra) terhadap pelatihan. Para peserta pelatihan yaitu para pengajar SMK Negeri 3 Lhokseumawe diberikan wawancara dan angket. Manfaat positif yang dapat dihasilkan berupa peningkatan daya saing dan nilai-nilai di bidang pendidikan bagi mitra binaan. Pada saat materi disampaikan, peserta diberikan pilihan untuk membuat video pembelajaran secara berkelompok dan individu menggunakan aplikasi Powtoon dan Screencastify . Para peserta sangat antusias dalam mengikuti sesi ini karena peserta baru pertama kali menggunakan kedua aplikasi ini untuk pembuatan video pembelajaran. Biasanya guru gunakan aplikasi Powtoon untuk desain story Whatsapp atau Instagram . Berbeda halnya dengan aplikasi Screencastify yang masih baru digunakan. Adapun sebesar 85% guru tidak menggunakan aplikasi Powtoon dalam pembelajaran. Hasil wawancara dengan salah satu peserta beranggapan bahwa aplikasi Powtoon dapat mendorong siswa untuk belajar. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Adnyana., et.al., (2020), yang mengklaim bahwa peningkatan nilai tersebut disebabkan oleh meningkatnya motivasi belajar siswa sebagai akibat dari pemanfaatan aplikasi Powtoon . Selain itu, selama proses pembuatan video pembelajaran, aplikasi Screencastify juga menarik perhatian peserta pelatihan. Guru beranggapan bahwa menggunakan aplikasi screencastify dapat membantu siswa belajar lebih efektif secara daring. Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Dewi (2016), yang menunjukkan bahwa penggunaan aplikasi screencastify meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan ruang kelas tradisional. Bahkan, menurut peserta pelatihan, aplikasi ini mudah digunakan dan hanya perlu membuat bahan ajar dalam bentuk presentasi powerpoint , pdf dan format lain yang sejenis. Selain itu, diperkuat dengan suara guru sendiri saat menjelaskan sesuatu, 75% peserta pelatihan menganggap Sreencastify lebih mudah digunakan. Guru dapat lebih kreatif dalam membuat bahan ajarnya dengan aplikasi Powtoon dan Screencastify , baik berupa video maupun kombinasi audio, video dan dokumen seperti powerpoint dan lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta pelatihan yang beranggapan bahwa siswa lebih tertarik belajar jika guru menggabungkan beberapa media pembelajaran di saat pandemi. Sehingga, tidak membosankan untuk mengirimkan file dokumen, tetapi siswa juga dapat mendengarkan suara gurunya secara langsung. Sebaliknya, peserta merasa kasihan jika harus menggunakan aplikasi Zoom sepanjang waktu karena banyak menghabiskan paket internet siswa. Sehingga, melalui aplikasi ini guru dapat membuat media pembelajaran berupa video pembelajaran yang mudah diakses oleh siswa. Hasil kuisioner mengenai kepuasan mitra terhadap kegiatan pelatihan yang diselenggarakan sangat penting bagi tim pelaksana agar dapat introspeksi diri dan belajar dari kegiatan ini, agar lebih baik lagi. Hasil survey, 80% mitra beranggapan bahwa materi pelatihan yang diberikan oleh tim pelaksana sesuai untuk mitra selama pandemi. Sehingga. setelah pelatihan peserta diharapkan dapat memanfaatkan pengetahuan teknologi ini dalam mengajar dan bisa memberikan informasi penggunaan aplikasi ini ke guru yang lain. Selanjutnya setelah pelatihan ini, diharapkan terjadi peningkatan kecerdasan mitra dan 89% peserta sangat setuju terhadap hal tersebut. Bahkan, guru merasa mendapatkan hasil yang maksimal dari pelaksanaan kegiatan ini dan mengetahui cara membuat video pembelajaran dengan mudah, serta aplikasinya gratis. Secara umum, 76% guru menilai pelatihan ini memuaskan. Oleh karena itu, pelatihan pembuatan media pendidikan dapat mendorong pendidik untuk membuat media pembelajarannya sendiri. ## KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa kegiatan pelatihan telah terlaksana dengan baik dan mendapat tanggapan positif dari mitra, yaitu guru SMK Negeri 3 Lhokseumawe. Pada binaan mitra, terjadi peningkatan daya saing dan tata nilai dalam bidang pendidikan. Secara keseluruhan sejumlah 70,6% guru mengatakan puas dengan kegiatan ini. Peserta mengharapkan adanya kegiatan pelatihan kembali terkait penggunaan aplikasi pembelajaran lainnya. Adapun saran yang dapat disampaikan setelah pelaksanaan kegiatan pelatihan ini yaitu kegiatan PKM seperti ini dapat dilakukan secara rutin, baik di lokasi yang sama maupun di lokasi yang berbeda dengan sasaran masyarakat binaan yang membutuhkan pelatihan penggunaan aplikasi pembelajaran. Sasaran selanjutnya bisa untuk siswa dan guru. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Malikussaleh yang telah mengizinkan tim pengusul Program Kemitraan Masyarakat untuk mengadakan pelatihan ini dan atas pemberian dana hibah internal untuk tahun anggaran 2021 melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. ## REFERENSI Adnyana, P.B. 2020. Efektivitas Pelatihan Pembuatan Flipped Classroom Video dengan Smartphone dan Aplikasi Powtoon (Program PkM). Senadimas Undiksha. Aji, R.S. 2020. Dampak Covid-19 pada Pendidikan di Indonesia. Journal Sosial & Budaya Syar-i. Darwan, A., Hamidi, J. 2018. Membuat Media Video Pembelajaran . Jakarta: Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan, Kemendikbud. Dewi, S.V. 2016. Efektivitas Penggunaan Media Screencast o-Matic pada Mata Kuliah Kalkulus Integral terhadap Hasil Belajar MahasisWA . diambil dari unsil.ac.id: http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/jp3m/view/Sin21.
eb2390bb-cbcb-4901-a3c1-48ad02be6335
https://ejournal.upi.edu/index.php/aset/article/download/25888/12314
Implementasi Hybrid-Based Learning Method Pada Mata Kuliah ## Pengantar Akuntansi Winwin Yadiati 1 , Baktiar Djafar Sinaga 2 Program Studi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran 12 Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Indonesia Abstract. This study aims to observe the learning process, especially in the field of accounting to make an innovation in the teaching-learning process. This innovation is expected to improve the technical abilities and breadth of thinking of students in understanding material in class. The development of digital technology and the shifting habits of millennial generation are very interesting things to explore. Data obtained from research in 2011 by Ericsson said that millennials spend 3-4 hours a day just watching videos so they are referred to as native streaming. More specifically, in previous research related to the use of substitute media for teaching said that the use of video as an alternative method of teaching can improve abilities, knowledge, increase inspiration and have a good level of flexibility. Cognitive Load Theory is the main theory used by researchers in this study using the true experiment method. Researchers have the freedom to control the relevant variables. The researcher also conducted an independent t-test to test the hypothesis. The results of this study indicate a significant effect of the application of Video-Based Learning on the level of student understanding. Teaching for introductory accounting courses should combine the two learning methods namely traditional methods and Hybrid-Based Learning (a combination of traditional methods and Video-Based Learning). Keywords: Video Base Learning Hybrid-Based Learning, Introduction to Accounting, Teaching Methods, Student Understanding Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran khususnya di bidang ilmu akuntansi untuk melakukan suatu inovasi dalam proses belajar-mengajarnya. Inovasi ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan teknis dan keluasan berpikir mahasiswa dalam memahami materi di kelas. Perkembangan teknologi yang serba digital dan pergesaran kebiasaan generasi milenial menjadi hal yang sangat menarik untuk dieksplorasi. Data yang didapat dari penelitian pada tahun 2011 oleh lembaga Ericsson mengatakan bahwa generasi milenial menghabiskan 3-4 jam sehari hanya untuk menonton video sehingga mereka disebut sebagai streaming native. Lebih spesifik lagi, dalam penelitian sebelumnya terkait dengan penggunaan media pengganti untuk pengajaran mengatakan bahwa penggunaan video sebagai salah satu alternatif metode pengajaran dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, meningkatkan inspirasi dan mempunyai tingkat fleksibilitas yang baik. Cognitive Load Theory menjadi teori utama yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dengan menggunakan metode true eksperiment. Peneliti memiliki kebebasan dalam mengontrol variabel yang relevan. Peneliti juga melakukan independent t-test untuk menguji hipotesisnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pengaruh signifikan penerapan Video-Based Learning terhadap tingkat pemahaman mahasiswa. Pengajaran untuk mata kuliah pengantar akuntansi sebaiknya memadukan kedua metode belajar yaitu metode tradisional dan Hybrid-Based Learning (perpaduan metode tradisional dan Video-Based Learning ) Kata Kunci: Video Base Learning Hybrid-Based Learning , Pengantar Akuntansi , Metode Pengajaran, Pemahaman Mahasiswa Corresponding Author. [email protected] How to Cite This Article . Winwin Yadiati & Baktiar Djafar Sinaga. (2020). Implementasi Hybrid-Based Learning Method Pada Mata Kuliah Pengantar Akuntansi . Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 12 (1), 94-108. History of Article. Received: Januari 2020, Revision: Juni 2020, Published: Juni 2020 Online ISSN: 2541-0342. Print ISSN: 2086-2563. DOI : https://doi.org/10.17509/jaset.v12i1.25888 Copyrightยฉ2020. Jurnal ASET (Akuntansi Riset) Program Studi Akuntansi FPEB UPI ## PENDAHULUAN Sepuluh tren perilaku yang muncul di dalam generasi millenial berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap empat ribu responden dari 24 negara berbeda. Hal yang paling mengejutkan adalah laporan yang menyatakan bahwa generasi millenial telah menjadi streaming native . Pada 2011, jumlah remaja yang melakukan streaming di Youtube hanya berkisar tujuh persen saja dan mereka menghabiskan waktu mereka sekitar tiga jam per harinya. Angka-angka tersebut semakin tak terbendung dan mengalami peningkatan yang signifikan. Berselang empat tahun, jumlah streamer remaja meloncat menjadi dua puluh persen. Tidak hanya sampai disitu, bahkan remaja rela menghabiskan tiga sampai empat kali lipat dari waktu biasanya untuk menonton Youtube (Ericsson, 2014). Dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran menjadi salah satu alat bantu mengajar. Hasil penelitian mengatakan bahwa seseorang akan mendapatkan pengetahuan sekitar 11% dari pengalaman pendengaran, 83% pengalaman penglihatan. Daya ingat seseorang akan meningkat 20% dari pengalaman mendengar dan 50% dari pengalaman yang dilihat (visual). Hal ini menunjukan bahwa efek visual dapat menunjang dan menarik perhatian dari otak manusia. Mahasiswa yang menggunakan video cenderung mengerjakan soal lebih efektif (Dunlosky, Rawson, Marsh, Nathan, & Willingham, 2013). Efek visual menjadi faktor pembeda dimana otak manusia akan lebih mudah menangkap hal-hal yang menarik. Sistem kerja otak akan menggunakan memori/ingatan yang lebih sedikit jika mengandalkan visual sebagai metode belajarnya dibanding dengan bentuk tekstual (Baddeley, 2010). Hal ini akan menghindarkan mahasiswa dari perasaan bosan saat proses belajar karena memori otak yang mereka gunakan sudah terlalu banyak untuk menampung informasi yang terlalu menumpuk dan kebingungan untuk memilah informasi penting yang merupakan bagian vital dari materi tersebut. Masalah lain yang muncul dalam proses belajar metode tradisional adalah kehadiran dosen atau mahasiswa. Ada saat dimana proses belajar tidak bisa dilaksanakan karena adanya peristiwa yang diluar kendali dosen dan mahasiswa. Hal ini dapat diatasi dengan mengadakan kelas pengganti. Tapi, kelas pengganti pun dihadapkan dengan berbagai pertimbangan seperti lokasi (ruang kelas) yang dapat digunakan dan waktu pelaksanaannya. Literatur lain melihat bahwa e-learning dapat menjadi menjadi alternatif yang menjanjikan untuk pembelajaran di kelas tradisional. Mahasiswa dapat memutar video pembelajaran yang disediakan oleh dosen kapanpun dan dimanapun (Zhang, Zhou, Briggs, & Nunamaker, 2006). Pada abad ke-21 ini mahasiswa dituntut untuk lebih mengembangkan ilmu dan kompetensi nya agar bisa bertahan dan berjuang di dunia yang tidak pasti (HEA, 2006) (Misra, 2012). Mata kuliah pengantar akuntansi objek yang diteliti dlam peneltian ini.. Mata kuliah pengantar akuntansi dianggap sebagai entry point dan utama bagi mahasiwa untuk bisa memahami mata kuliah โ€“mata kuliah akuntansi lainnya di semester berikutnya. Tidak sedikit mahasiswa yang justru gagal pada mata kuliah pengantar meskipun telah diajarkan pada saat SMA (Sargent, Faye Borthick, & Lederberg, 2011). Penelitian terdahulu menemukan bahwa merupakan salah satu cara paling efektif diterapkan pada peserta didik pemula untuk untuk menggunakan video sebagai media pengenalan pelajaran pengantar dan materi yang kompleks sekalipun. Selain itu pelajar yang nilainya rendah sangat mungkin dapat ditingkatkan prestasinya pada seluruh topik tanpa harus mengorbankan mahasiswa lain dengan mengulang-ulang materi yang sama karena mahasiswa lain dapat melanjutkan pada video topik selanjutnya (Berk, 2009). Penggunaan metode belajar dengan video terbukti mampu meningkatkan literasi mahasiwa. Hal ini dianggap mahasiswa akan lebih cepat mengingat dan paham atas materi-materi yang cukup sulit dan penting. Selain itu, teknologi ini akan mengubah cara pandang mahasiswa akan profesi akuntansi yang saat ini masih memandangnya sebatas pembukuan dan perhitungan saja (Mayberry et al., 2012) (Zarei, Kargar, & Bazyar, 2014). Dengan peningkatan literasi ini maka suatu universitas akan meningkatkan daya saingnya dengan universitas lain. Kompetensi dibutuhkan untuk memacu civitas akademika dalam menciptakan banyak inovasi, prestasi, dan sumber daya (lulusan) yang berkualitas tinggi. Sudah sangat banyak laporan dan pandangan yang menganggap bahwa teknologi ini akan berdampak sangat positif terhadap daya kompetitif perguruan tinggi (Edmunds, Thorpe, & Conole, 2012). Menulis tentang disiplin ilmu akuntansi secara khusus, Arquero, Albrecht, & Sack, 2001 menjelaskan bahwa teknologi akan mengubah aliran informasi secara menyeluruh tanpa melihat kesiapan dari tiap perguruan tinggi. Tapi, masih banyak civitas akademika yang belum mampu menangkap visi dari perkembangan ini secara utuh (Hodgson, 2005). Kebutuhan untuk memanfaatkan teknologi digital dalam pendidikan akuntansi didukung oleh fakta bahwa lulusan yang muncul dari sekolah bisnis di abad ke-21 memasuki tempat kerja yang kaya teknologi. Pengusaha dilaporkan menuntut agar lulusan memiliki keterampilan literasi digital untuk membekali mereka agar beroperasi dengan sukses di tempat kerja (Leong & Kavanagh, 2013). Dari latar belakang dan fenomena yang telah dijelaskan diatas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian yang berjudul : โ€œImplementasi Hybrid-Based Learning Terhadap Tingkat Pemahaman Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Akuntansi . ## LANDASAN TEORI Video-Based Learning Object Objek atau potongan konten pembelajaran yang berfokus pada tujuan pembelajaran tertentu yang digunakan dalam pendidikan dalam bentuk media tertentu, bisa berupa gambar, animasi singkat, simulasi sederhana, video, rekaman suara (Quimet & Rusczek, 2014). Dalam hal ini Hybrid-Based Learning adalah sebuah media dalam bentuk video yang berfokus pada objek pembelajaran tertentu. Objek yang dimasukkan ke dalam medianya dapat dipilih oleh pembuat video secara pribadi yang akan memungkinkan peneliti untuk mendapatkan kontrol penuh atas konten apa dan bagaimana penyampaiannya dalam media tersebut.. Dalam Hybrid-Based Learning , terdapat dua komponen dasar, komponen pertama adalah konsep atau informasi spesifik yang ingin disampaikan, yang kedua adalah bagaimana konsep itu diterapkan (Quimet & Rusczek, 2014). Ada beberapa alasan yang tepat untuk mengembangkan konten video milik kita sendiri. Alasan pertama dan yang paling penting adalah kebutuhan akan sebuah produk yang mempunyai topik spesifik, yang mengilustrasikan prosedur dan aturan lokal. Alasan lain adalah, memproduksi konten secara pribadi memberikan kontrol kreatif secara menyeluruh, yang menghasilkan sebuah Hybrid-Based Learning yang inovatif (Quimet & Rusczek, 2014). Effective Educational Video Menurut Watty et al., 2015, multimedia merupakan perpaduan dari suara, gambar, dan teks. Tapi, Turban, King, Lee, Warkentin, & Viehland, (2002), berpendapat bahwa multimedia juga bisa hanya dengan mengombinasikan dua media berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik atau gambar. Multimedia juga merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang memadukan teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video. Penelitian-penelitian terdahulu telah mengindikasikan bahwa video pembelajaran mampu menjadi alat pendidikan yang sangat efektif (Hsin & Cigas, 2013; Lloyd & Robertson, 2012;Rackaway, 2012). Video yang efektif dirancang dan diimplementasikan dengan menyeimbangkan tiga elemen: beban kognitif, keterlibatan mahasiswa, dan pembelajaran aktif (Brame, 2015). Teori Beban Kognitif oleh Sweller (1988, 1989, 1994) mengasumsikan memori kerja ( working memory ) manusia yang terbatas dan memori jangka panjang ( long term memory ) yang tidak terbatas. Mccauley (2000) melaporkan bahwa informasi dapat disediakan dengan sederhana oleh multimedia kepada pelajar, kendali informasi juga diberikan kepada pemakai oleh multimedia yang interaktif sehingga dapat dipastikan keikutsertaan mereka dalam berimplementasi dan menerima umpan balik (Arkรผn & Akkoyunlu, 2008). Memori kerja pelajar adalah di mana pola pemikiran dapat diatur ke dalam kategori informasi yang disebut skema. Pelajar menyimpan skema ini ke dalam memori jangka panjang dan menggunakan skema ini saat dibutuhkan. Karena memori yang bekerja terbatas, pelajar harus selektif tentang informasi apa yang menjadi fokus (beban kognitif). Sekitar tujuh item dapat diproses dalam memori kerja. Setelah pelajar mengatur pola-pola individual ini ke dalam skema, pelajar dapat mengingat pola-pola ini dari ingatan jangka panjang sebagai satu item. Konstruksi skema untuk mengelola muatan kognitif memiliki implikasi penting untuk membuat video pendidikan. Teori Kognitif Pembelajaran Multimedia, yang dibangun di atas Teori Beban Kognitif, memperkenalkan konsep pemrosesan kognitif. Individu menggunakan dua saluran untuk memperoleh dan memproses informasi: saluran visual / gambar dan saluran pemrosesan auditori / verbal (Mayer & Moreno, 2003). Terakhir, kegunaan dari video dapat dimaksimalkan dengan mencocokan kesesuaian pengandaian dengan konten. Penggunaan audio dan visual untuk penyampaian informasi baru dapat meningkatkan cognitive load dari pembelajaran dengan mencocokkan beberapa tipe informasi dengan hal yang paling tepat, instruktur (Brame, 2015). Manfaat Penggunaan Video dalam Pembelajaran Sudah banyak penelitian terdahulu mengenai manfaat dari implementasi tools pembelajaran dalam bentuk video untuk mendorong pemahaman dan kemampuan objek yang diteliti mengenai suatu hal. Penelitian pernah dilakukan kepada mahasiswa kesehatan, untuk mengetahui dampak dari menggunakan sumber pembelajaran video untuk meningkatkan kemampuan klinis mahasiswa kesehatan, dan hasilnya adalah selain karena meningkatkan kemampuan dan pengetahuan, video lebih sering dipilih mahasiswa karena fleksibilitasnya (Coyne et al., 2018). Salah satu bentuknya adalah mahasiswa yang absen pada saat pembelajaran tatap muka secara langsung dikelas bisa mengulang materi kembali kapanpun dan dimanapun dan bisa meningkatkan nilai mata kuliah mereka setelah melihat video tersebut (Williams, Birch, & Hancock, 2012). Penelitian lain juga dilakukan kepada mahasiswa Ilmu Komputer, dalam penelitian tersebut peneliti menganggap bahwa mahasiswa ilmu komputer kesulitan untuk mempelajari kemampuan coding, untuk itu dibuat sebuah video untuk membantu mereka mempelajari topik tersebut, dan hasilnya adalah kemampuan programming mahasiswa meningkat dengan pesat dengan adanya implementasi video tersebut (Maramis, Palilingan, & Modeong, 2018). Penggunaan video juga memberikan inspirasi mahasiswa untuk menghubungkan antara teori yang mereka pelajari dengan teknis yang harus mereka lakukan. Sebuah penelitian dilakukan kepada mahasiswa dalam jurusan perencanaan atau perancangan, sekelompok mahasiswa diberikan sebuah video dan hasilnya bahwa video adalah tool yang dapat secara efektif meningkatkan kemampuan mahasiswa (Grodach, 2018). Berdasarkan hasil-hasil dari penelitian dahulu yang sudah dijabarkan diatas, maka bisa diambil kesimpulan bahwa sebuah tools tambahan dalam pembelajaran, dalam hal ini video, dapat meningkatkan kemampuan, pengetahuan, meningkatkan inspirasi mahasiswa atas apa yang dipelajari, dan mempunyai tingkat fleksibilitas penggunaan yang baik. Cognitive load theory Penelitian-penelitian dimana tujuan utamanya adalah untuk mendesain bahan yang bisa dimengerti untuk pembelajaran dan instruksi (Paas, Renkl, & Sweller, 2003) telah didasarkan pada Cognitive Load Theory yang dimiliki oleh Sweller, (1994). Cognitive Load Theory juga menjadi pondasi teori yang popular untuk riset mengenai video based learning (Browne & Parsons, 2012). Dasar dari Cognitive Load Theory adalah kapasitas dari working memory kita adalah terbatas, yang mana menghalangi kemampuan kita untuk mengolah materi yang kompleks. Apabila permintaan yang dibebankan oleh informasi yang datang melebihi kapasitas pemrosesan kognitif, akan menyebabkan kondisi cognitive overload muncul, dan hal tersebut menjadi sebab adanya gangguan dalam pemahaman (van Gog, Paas, & Sweller, 2010). Untuk menghindari gangguan tersebut, seseorang harus secara berhati-hati memilih informasi apa yang akan dimasukkan kedalam materi pembelajaran, dengan tujuan untuk dengan hati-hati mengelola sumber dari kompleksitas kognitif yang ada dalam materi (Hvalshagen, Samuel, & Lukyanenko, 2017). Ada tiga sumber dari kompleksitas kognitif dalam suatu materi: intrinsic, extraneous, dan germane . Intrinsic complexity adalah karakteristik yang melekat kepada materi pelajaran, contohnya adalah sebuah rumus matematika. Extraneous dan germane complexity berakar dari informasi tambahan yang kita pilih untuk dimasukkan kedalam materi pembelajaran. Contoh dari informasi tambahan adalah definisi, contoh, ilustrasi, dll. Jika materi tambahan membantu seseorang untuk memahami pelajaran dengan lebih baik, itu disebut germane. Tetapi, jika informasi tambahan tidak relevan, membingungkan, tumpang tindih, dll itu disebut extraneous (Hvalshagen et al., 2017). Cognitive load , apapun sumbernya, adalah hasil dari: total cognitive load adalah penjumlahan dari loads yang dibebankan oleh sumber informasi intrinsic, germane, dan extraneous (Sweller, 2006). Fokus dari penelitian ini adalah mengatur jumlah dan tipe dari informasi germane dalam materi. Menambahkan konten germane kedalam materi informasi akan meningkatkan keseluruhan cognitive load karena materi tersebut butuh untuk di proses. Peningkatan dalam cognitive load seharusnya mempunyai dampak keseluruhan positif terhadap pemahaman sepanjang seseorang itu memiliki kapasitas kognitif yang cukup, dia menerapkan kapasitas ini untuk memprosesnya, dan materi benar benar berhubungan dengan pemahaman (Hvalshagen et al., 2017). Cognitive Theory of Multimedia Learning Memori manusia dibedakan menjadi sensory , working , dan long-term sistems dalam cognitive theory of multimedia learning . Memori sensory memilih dan menyimpan informasi visual dan verbal yang relevan yang diterima via penglihatan dan pendengaran. Working memory adalah unit pemrosesan sentral untuk memproses informasi yang datang dan mengintegrasikannya dengan pengetahuan sebelumnya yang telah tersimpan dalam memori long-term sebagai satu item. Memori long-term menyimpan informasi ini kedalam bentuk skema, atau struktur mental untuk menyusun sebuah pengetahuan dan menggunakannya saat dibutuhkan. Model Working Memory dari Baddeley menggambarkan bahwa working memory mempunyai kapasitas terbatas (Herring & Rights, 2008) hanya bisa memproses sekitar 4-7 hal dalam satu waktu (Cowan, 2001; Mayer & Moreno, 2003). Oleh karena itu mahasiswa akan lebih selektif dalam memilih informasi yang menurutnya menjadi inti dari suatu materi. Working memory juga diasumsikan mempunyai sub unit untuk memproses informasi dengan tipe berbeda: visuospatial sketchpad untuk memproses input visual, dan phonological loop โ€“ informasi berbentuk suara. Dalam konteks pembelajaran menggunakan video, video dengan suara masuk kedalam informasi berbentuk suara yang di proses oleh phonological loop, dan gambar serta teks yang terdapat di video yang ditampilkan masuk dalam bentuk informasi visual yang diproses dengan menggunakan visuospatial sketchpad. (Wang, Antonenko, & Fieldman, 2017). Oleh karena itu, konstruksi skema dalam cognitive load theory memiliki implikasi penting dalam proses pembuatan video pendidikan (Mayer & Moreno, 2003). ## METODE PENELITIAN Metode eksperimen digunakan peneliti untuk meneliti fenomena dengan memanipulasi situasi dengan kumpulan prosedur dan pada akhirnya menginterpretasi hasilnya. ## Desain Eksperimen Penelitian ini menggunakan pendekatan true-experiment atau eksperimen untuk menguji hipotesis. Dari berbagai jenis eksperimen, eksperimen murni menjadi tipe yang paling komplit dimana peneliti memiliki kendali terhadap semua variabel yang relevan. Variabel-variabel ekstrani ( extraneous variabels ) dikontrol dengan cara subjek diacak pada saat proses lokasi subjek kedalam kondisi eksperimen. Jika benar dalam proses melakukannya, hasil pengacakan itu akan memberikan probabilitas yang tinggi atas kesetaraan antar grup subjek.. Peneliti menggunakan pola 2 x 1 pada desain antar objek dengan faktor yaitu media pembelajaran dengan video dan pengajaran biasa tanpa menggunakan video. Desain antar subjek akan membandingkan efek dari perbedaan perlakuan terhadap subjek yang berbeda (Nahartyo & Utami, 2016). Tabel 1 Desain Antar Subjek Metode Pengajaran Dengan Video (Vi) Pengajaran Tradisional (Tr) Group 1 Group 2 (Sumber: Desain Penelitian Tabel diatas mengilustrasikan bahwa eksperimen akan mempunyai 2 kelompok eksperimen. Model diatas menggunakan notasi R, X, Vi dan Tr. Ini dapat diartikan penugasan kepada kelompok akan di randomisasi (R) kemudian akan dilakukan purwauji (O) dan akan mendapat treatment (X) melalui faktor yaitu metode pengajaran dengan sub faktor penggunaan: (a) Video- Based Learning Object (Vi); dan (b) Pengajaran Tradisional (Tr). Penugasan kepada kelompok akan di randomisasi dan partisipan akan melakukan pengerjaan soal Pengantar Akuntansi dan hasilnya akan secara langsung di observasi. ## Populasi dan Sampel Penelitian Partisipan (sampel) merupakan mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis diluar jurusan Akuntansi yang sedang mengambil mata kuliah pengantar akuntansi dengan jumlah 40 orang. Tiap kelompok akan berisi 20 orang. Mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis yang sedang mengambil mata kuliah Pengantar Akuntansi dan/atau telah mempelajari mata kuliah Pengantar Akuntansi tapi tidak lulus menjadi target populasi pada penelitian ini. Mahasiswa yang tidak memenuhi kedua kriteria diatas tidak bisa dimasukkan kedalam sampel. Adapun mahasiswa yang masuk ke dalam kriteria sampel adalah mahasiswa dari jurusan non akuntansi yang berasal dari jurusan Ilmu Pengetahuan Alam pada saat di Sekolah Menengah Atas. Grup non-response dari sampel adalah mahasiswa yang tidak bisa dihubungi atau menolak untuk melakukan eksperimen. ## Manipulation Check Penggunaan m anipulation check adalah untuk mengukur sejauh mana variabel dependen benar - benar memberikan pengaruh pada partisipan. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh penerapan manipulasi secara langsung pada tingkat pemahaman dan interpretasi partisipan terhadap materi terkait. (Gravetter, 2012). ## Prosedur Eksperimen Tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut, partisipan akan dibagi menjadi 2 grup, dimana grup 1 akan diberikan treatment berupa pengajaran konvensional, sedangkan grup 2 akan diberikan treatment dalam bentuk video. Partisipan mengisi survey demografi. Mereka akan ditanyakan mengenai nama, umur, dan jenis kelamin mereka. Partisipan menerima soal pre-quiz yang disertai dengan Manipulation Check . Partisipan mengerjakan Manipulation Check terlebih dahulu, kemudian mengerjakan soal pre-quiz yang telah disediakan, diberikan waktu mulai pengerjaan yang sama. Kemudian hasil jawaban tersebut dikumpulkan. Partisipan mengerjakan Manipulation Check terlebih dahulu, baru kemudian mengerjakan soal post-test yang telah diberikan. Diberikan waktu mulai pengerjaan yang sama, kemudian hasilnya dikumpulkan. Seluruh partisipan mempunyai batas waktu 40 menit untuk menyelesaikan semua tugas. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada permulaan, penelitian ini mengadakan survey demografi kepada partisipan untuk mengetahui nama, jenis kelamin, dan umur. Partisipan dari penelitian bervariasi dalam umur antara 19 โ€“ 22 tahun. ## Uji Normalitas Uji Shapiro-Wilk digunakan untuk menentukan normalitas data. Kriteria dari uji ini adalah: Sig. > 0.05 maka dikatakan data berdistribusi normal. Tabel 2 Hasil Uji Normalitas Instrumen Post-Test Latar Belakang Pendidikan Test Dengan Video Tradisional Sig. Keterangan Sig. Keteran gan IPS Test 1 Pre-Test 0,120 Normal 0,299 Normal Post-Test 0,123 Normal 0,099 Normal Test 2 Pre-Test 0,119 Normal 0,157 Normal Post-Test 0,243 Normal 0,056 Normal IPA Test 1 Pre-Test 0,399 Normal 0,163 Normal Post-Test 0,100 Normal 0,332 Normal Test 2 Pre-Test 0,635 Normal 0,401 Normal Post-Test 0,854 Normal 0,790 Normal Dari hasil yang tersaji pada tabel di atas, diketahui bahwa seluruh kelompok data memiliki distribusi data yang normal. Uji Homogenitas Penelitian ini menggunakan Uji Levene untuk menilai homogenitas data. Kriteria uji yang dilakukan adalah sebagai berikut: Signifikansi (Sig) > 0.05 maka data tersebut homogen. Signifikansi (Sig) < 0.05 maka data tersebut tidak homogen. Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas Independent Samples Test dan Uji Homogen Test Sig. Value Critical Value Conclusion Levene Test Rata-Rata Post Test Latar Belakang IPA Rata-Rata Post Test Latar Belakang IPS 0.085 0.768 0.05 0.05 Homogen Homogen Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Sig. lebih besar dari 0.05, maka bisa dikatakan bahwa data eksperimen diatas adalah homogen. G1 = R O1 X Vi O2 G2 = R O1 X Tr O2 ## Model I (Metode Video) Tabel 5 Latar Belakang IPS Tabel 6 Latar Belakang IPA Model II (Metode Tradisional) Tabel 7 Latar Belakang IPS Tabel 8 Latar Belakang IPA ## Model III Tabel 9 T-Test (Independen Sampel Test) ## Tabel 11 T-Test (Independen Sampel Test) Tabel 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan independent t-test terhadap dua kelompok mahasiswa selama dua minggu dengan materi pembelajaran setiap minggunya, terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai dari partisipan yang telah diberi perlakuan pengajaran tradisional dan pengajaran dengan mengunakan metode Hybrid-Based Learning. Hal ini sejalan dengan Cognitive Theory of Multimedia Learning (Felder, 1993) yang mengatakan bahwa penggunaan video dalam pembelajaran dapat mendukung tipe-tipe preferensi mahasiswa yang berbeda dalam belajar, baik dalam aspek visual maupun dalam aspek audio, sesuai dengan unit-unit yang ada dalam working memory manusia sehingga mahasiswa walaupun berbeda cara belajarnya dapat tetap mengerti dengan informasi yang disampaikan dalam video. Hal ini juga membuktikan bahwa video dapat meningkatkan informasi yang dapat diterima oleh individu sehingga tidak terjadi Cognitive Overload pada mahasiswa yang mendengar dan melihat pengajaran menggunakan Hybrid-Based Learning sehingga bisa diartikan bahwa di dalam video terkait berisi lebih banyak informasi germane dibanding dengan informasi extraneous. Tetapi, dalam praktik di lapangan penggunaan video dalam proses pembelajaran tidak bisa meninggalkan peran seorang tenaga pengajar di dalam kelas, karena ada beberapa hal yang mungkin tidak digambarkan dalam video tersebut, dan partisipan memiliki kemungkinan untuk bertanya atas hal yang tidak digambarkan di dalam video tersebut, sehingga tenaga pengajar diharuskan memberikan penjelasan tambahan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga penggunaan video ini efektif digunakan dengan tidak menghilangkan faktor kebutuhan akan tenaga pengajar yang mendampingi di dalam kelas. Hybrid-Based Learning akan bertindak sebagai komplementer dalam pembelajaran dikelas. Hasil yang didapatkan partisipan ini dibenarkan oleh Cognitive Load Theory yang menjelaskan tentang memory load dan bagaimana materi pengajaran disampaikan. Terdapat tiga faktor yang menjelaskan mengenai Cognitive Load (Kirschner, 2002): (a) Mental Load , bagian dari Cognitive Load yang dibebankan pada tuntutan tugas dan lingkungan. (b) Mental Effort menunjukkan kapasitas kognitif aktual yang dialokasikan untuk tugas. Performa dari subjek adalah refleksi dari Mental Load . Sehingga, hasil ini membuktikan bahwa Hybrid-Based Learning dapat membantu meningkatkan kemampuan dalam memahami materi Pengantar Akuntansi dengan meminimalisasi extraneous cognitive load dan memaksimalisasi germane cognitive load, sehingga bisa dikatakan bahwa partisipan menjadi lebih fokus dalam suatu persoalan dan dapat meningkatkan memory yang tertanam pada saat input informasi yang menyebabkan peningkatan hasil output yang didapat dari pembelajaran tersebut (Salimi & Dadashpour, 2012). ## KESIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, peneliti menarik kesimpulan bahwa, terdapat perbedaan tingkat pemahaman yang signifikan antara kelompok mahasiswa dengan pengajaran menggunakan Hybrid-Based Learning dan mahasiswa dengan pengajaran tradisional pada mata kuliah pengantar akuntansi, dimana hasil belajar partisipan yang menggunakan metode Hybrid-Based Learning jauh lebih tinggi daripada hasil belajar dengan menggunakan metode pengajaran tradisional. ## Keterbatasan Penelitian Peneli telah berusaha untuk melakukan penelitian sesuai dengan prosedur ilmiah yang telah ditetapkan sebelumnya, namun demikian masih memiliki keterbatasan, yaitu: Konten video yang kurang interaktif menyebabkan suasana belajar menjadi sedikit membosankan dan monoton. Tidak adanya sebuah keharusan dalam mengerjakan eksperimen ini membuat beberapa partisipan yang sebagian besar mahasiswa terlihat tidak mengerjakan secara sungguh-sungguh. Konsentrasi mahasiswa pada kelompok mahasiswa Hybrid-Learning Method terganggu karena adanya pekerjaan rumah dari dosen yang belum diselesaikan. Munculnya persepsi dari kelompok mahasiswa dengan Hybrid-Learning Method bahwa setelah dilakukannya penelitian maka dosen akan menjelaskan ulang materi, sehingga mereka tidak bersungguh dalam melaksanakan penelitian. Kurangnya kontrol dari eksperimenter menjadi penyebab minimnya perhatian yang diberikan oleh kelompok mahasiswa dengan Hybrid- Learning Method dalam melaksanakan penelitian. Dikarenakan mata kuliah Pengantar Akuntansi bukanlah mata kuliah inti pada prodi di luar prodi Akuntansi, mahasiswa menjadi tidak bersungguh selama belajar di kelas. Terdapat faktor-faktor lain yang harus dipertimbangkan untuk menilai performa dari partisipan jika dilakukan terhadap mahasiswa seperti kontribusi atau keaktifan mahasiswa dalam bertanya. ## Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, hasil penelitian, dan penjabaran kesimpulan, maka terdapat beberapa saran dan catatan sebagai berikut: Kepada peneliti selanjutnya, dapat dicoba tidak melakukan penelitian dalam dua minggu secara langsung(berurutan) untuk menghindari sampel menjadi jenuh. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menambah jumlah kelompok partisipan dengan tingkat kesulitan soal yang berbeda- beda. Melakukan produksi video secara mandiri menjadi hal yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti selanjutnya. Peneliti dimasa depan diharapkan dapat lebih melibatkan dosen dalam memproduksi video agar konten yang disajikan akan lebih menarik dan padat nantinya. Pada situasi pandemi Covid-19 saat ini, konten yang menarik dan kreatif menjadi faktor utama untuk dapat menarik perhatian mahasiswa agar mereka tidak jenuh selama dilakukannya penelitian. Penelitian selanjutnya juga dapat menerapkan penggunaan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, Skype dan aplikasi lain sejenisnya untuk melakukan proses tanya jawab untuk mengantisipasi munculnya kasus serupa yang peneliti alami saat ini saat melakukan penelitian yaitu munculnya pandemi Covid-19 yang mengganggu proses penelitian. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk beradaptasi secara cepat terhadap situasi yang berada di luar kendali peneliti jika sewaktu-waktu terjadi kejadian serupa yaitu munculnya pandemi Covid-19. Setelah melakukan eksperimen, partisipan diberikan sebuah kuesioner dengan tujuan mengetahui performa dari treatment yang diberikan kepada partisipan, apakah sudah dalam kualitas yang baik atau belum. Membuat sebuah surat izin pendukung pelaksanaan eksperimen atau alat dukung lain sejenis yang memiliki kekuatan mengikat kepada partisipan agar memiliki minat dengan sungguh-sungguh dalam melakukan eksperimen. Melakukan penelitian kembali kepada mahasiswa prodi Akuntansi untuk mata kuliah lainnya yang mendukung peningkatan kemampuan teknikal mahasiswa. Mempertimbangkan untuk memasukkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi partisipan pada saat pelaksanaan eksperimen dalam penelitian untuk dapat menilai performa partisipan dengan lebih baik. ## DAFTAR PUSTAKA A. Kumar, P. Kumar, S. C. B. (2001). No Title. Student Perceptions of Virtual Education: An Exploratory Study, in: Proceedings of the 2001 Information Resources Management Association International Conference , 400โ€“403. Arkรผn, S., & Akkoyunlu, B. (2008). A Study on the development process of a multimedia learning environment according to the ADDIE model and studentsโ€™ opinions of the multimedia learning environment. Interactive Educational Multimedia , 17 (17), 1โ€“19. Retrieved from http://www.ub.edu/multimedia/iem/ie [email protected] Arquero, J., Albrecht, W., & Sack, R. (2001). ACCOUNTING EDUCATION: CHARTING THE COURSE THROUGH A PERILOUS FUTURE. Accountig Education Series, vol. 16 . Retrieved from http://www.jstor.org/stable/42781403 Baddeley. (2010). Working memory_simply psychology. Current Biology , 20 (4), 136โ€“140. https://doi.org/10.1126/science.173635 9 Baloian, N. A., Pino, J. A., & Hoppe, H. U. (2005). A teaching/learning approach to CSCL . 10. https://doi.org/10.1109/hicss.2000.926 641 Berk, R. (2009). Multimedia teaching with video clips: TV, movies, YouTube, and mtvU in the college classroom. International Journal of Technology in Teaching & Learning , 5 (1). Retrieved from https://www.researchgate.net/publicati on/228349436 Blin, F., & Munro, M. (2008). Why hasnโ€™t technology disrupted academicsโ€™ teaching practices? Understanding resistance to change through the lens of activity theory. Computers and Education , 50 (2), 475โ€“490. https://doi.org/10.1016/j.compedu.200 7.09.017 Brame, C. J. (2015). Effective Educational Videos. Vanderbuilt University Center for Teaching , pp. 1โ€“8. Retrieved from https://cft.vanderbilt.edu/guides-sub- pages/effective-educational-videos/ Browne, G. J., & Parsons, J. (2012). More enduring questions in cognitive is research. Journal of the Association of Information Systems , 13 (12), 1000โ€“ 1011. https://doi.org/10.17705/1jais.00318 Cowan, N. (2001). The magical number 4 in short-term memory: A reconsideration of mental storage capacity. Behavioral and Brain Sciences , 24 (1), 87โ€“114. https://doi.org/10.1017/S0140525X01 003922 Coyne, E., Rands, H., Frommolt, V., Kain, V., Plugge, M., & Mitchell, M. (2018). Investigation of blended learning video resources to teach health students clinical skills: An integrative review. Nurse Education Today , Vol. 63, pp. 101โ€“107. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2018.01. 021 De Koning, B. B., Tabbers, H. K., Rikers, R. M. J. P., & Paas, F. (2009, June). Towards a Framework for Attention Cueing in Instructional Animations: Guidelines for Research and Design. Educational Psychology Review , Vol. 21, pp. 113โ€“140. https://doi.org/10.1007/s10648-009- 9098-7 Dunlosky, J., Rawson, K. A., Marsh, E. J., Nathan, M. J., & Willingham, D. T. (2013). Improving studentsโ€™ learning with effective learning techniques: Promising directions from cognitive and educational psychology. Psychological Science in the Public Interest, Supplement , Vol. 14, pp. 4โ€“ 58. https://doi.org/10.1177/152910061245 3266 Edmunds, R., Thorpe, M., & Conole, G. (2012). Student attitudes towards and use of ICT in course study, work and social activity: A technology acceptance model approach. British Journal of Educational Technology , 43 (1), 71โ€“84. https://doi.org/10.1111/j.1467- 8535.2010.01142.x Ericsson. (2014). 10 Hot Consumer Trends 2015. Ericsson , EAB - 14:069 (Rev B), 1โ€“12. Retrieved from www.ericsson.com/consumerlab Felder, R. M. (1993). Reaching the Second Tier--Learning and Teaching Styles in College Science Education. Journal of College Science Teaching , 22 (5), 286โ€“ 290. Retrieved from https://www.researchgate.net/publicati on/239573605 Gravetter, F. J. (2012). Forzano LAB. Research Methods for the Behavioral Sciences. 4th Edn. Belmont, CA: Wadsworth , 78 . Grodach, C. (2018). Video Learning in Community Planning. Journal of Planning Education and Research . https://doi.org/10.1177/0739456X1878 9463 HEA. (2006). Sustainable development in higher education: Current practice and future developments - A progress report for employers, unions and the professions . Retrieved from www.materials.ac.uk Herring, S. R., & Rights, A. (2008). Working Memory Working Memory. ReCALL , 1โ€“16. Retrieved from https://www.sciencedirect.com/science /article/pii/S0079742108604521 Hodgson, P. (2005). Perceived Departmental Support for Technology Integration. In Higher Education in a Changing World: Proceedings HERDSA Conference, HERDSA, Sydney , 200โ€“ 207. Hsin, W.-J., & Cigas, J. (2013). Short videos improve student learning in online education. Journal of Computing Sciences in Colleges , 28 (5), 253โ€“259. Retrieved from https://dl.acm.org/citation.cfm?id=245 8622 Hvalshagen, M., Samuel, B. M., & Lukyanenko, R. (2017). Conceptual Data Models and Narrativesโ€ฏ: A Tool to Help the Tool . (August). Retrieved from https://www.researchgate.net/publicati on/318926781 Ibrahim, M., Antonenko, P. D., Greenwood, C. M., & Wheeler, D. (2012). Effects of segmenting, signalling, and weeding on learning from educational video. Learning, Media and Technology , 37 (3), 220โ€“235. https://doi.org/10.1080/17439884.201 1.585993 Jones, J. P., & Fields, K. T. (2001). The Role of Supplemental Instruction in the First Accounting Course. Issues in Accounting Education , 16 (4), 531โ€“ 547. https://doi.org/10.2308/iace.2001.16.4. 531 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, B. P. dan P. B. (2016). Hasil Pencarian - KBBI Daring. Badan Pengembangan Dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia . Retrieved from https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/PE NDIDIKAN Kirschner, P. A. (2002). Cognitive Load Theory: implication of cognitive load theory on the design of learning. Learning and Instruction , 1-10. Leong, R., & Kavanagh, M. (2013). A work- integrated learning (WIL) framework to develop graduate skills and attributes in an Australian universityโ€™s accounting program. Asia-Pacific Journal of Cooperative Education , 14 (1), 1โ€“14. Lloyd, S. A., & Robertson, C. L. (2012, January 28). Screencast Tutorials Enhance Student Learning of Statistics. Teaching of Psychology , Vol. 39, pp. 67โ€“71. https://doi.org/10.1177/009862831143 0640 Maramis, G. D. P., Palilingan, V. R., & Modeong, M. (2018). Mobile Video Learning for Improving Programming Competency. IOP Conference Series: Materials Science and Engineering , 384 (1). https://doi.org/10.1088/1757- 899X/384/1/012012 Mayberry, J., Hargis, J., Boles, L., Dugas, A., Oโ€™Neill, D., Rivera, A., & Meler, M. (2012). Exploring teaching and learning using an iTouch mobile device. Active Learning in Higher Education , 13 (3), 203โ€“217. https://doi.org/10.1177/146978741245 2984 Mayer, R. E., & Moreno, R. (2003). Nine ways to reduce cognitive load in multimedia learning. Educational Psychologist , 38 (1), 43โ€“52. https://doi.org/10.1207/S15326985EP3 801_6 Misra, M. (2012). Sustainability Education: Perspectives and Practice Across Higher Education. International Journal of Environmental Studies , 69 (5), 838โ€“840. https://doi.org/10.1080/00207233.201 1.641237 Morales, C., Cory, C., & Bozell, D. (2001). A comparative efficiency study between a live lecture and a Web based live- switched multi-camera streaming video distance. Managing Information Technology in a Global Environment. 2001 Information Resources Management Association International Conference , 63โ€“66. Retrieved from https://www.google.com/books?hl=en &lr=&id=7Cq7nDrm5cEC&oi=fnd&p g=PA63&dq=C.+Morales,+C.+Cory,+ D.+Bozell,+A+comparative+efficienc y+study+between+a+live+lecture+and +a+Web-based+live- switched+multicamera+streaming+vid eo+distance+learning+instructional+u nit,+ Nahartyo, E., & Utami, I. (2016). Panduan Praktis Riset Eksperimen . Paas, F., Renkl, A., & Sweller, J. (2003). Cognitive load theory and instructional design: Recent developments. Educational Psychologist , 38 (1), 1โ€“4. https://doi.org/10.1207/S15326985EP3 801_1 Phillips, D. C. (2014). Experimental and Quasi-Experimental Designs for Research: Campbell and Stanley. In Encyclopedia of Educational Theory and Philosophy . https://doi.org/10.4135/978148334622 9.n137 Quimet, T. C., & Rusczek, R. A. (2014). Video-Based Learning Objects ๏ผš Creating & Using Videos to Enhance Your Safety Training. Professional Safety , (June), 36โ€“41. Rackaway, C. (2012). Video Killed the Textbook Star?: Use of Multimedia Supplements to Enhance Student Learning. Journal of Political Science Education , 8 (2), 189โ€“200. https://doi.org/10.1080/15512169.201 2.667684 Rosdini, | Dini, Ritchi, H., & Rosdini, D. (2017). Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice . Sargent, C. S., Faye Borthick, A., & Lederberg, A. R. (2011). Improving retention for principles of accounting students: Ultra-short online tutorials for motivating effort and improving performance. Issues in Accounting Education , 26 (4), 657โ€“679. https://doi.org/10.2308/iace-50001 Sorensen, C., & Baylen, D. M. (1999). Interaction in Interactive Television Instruction: Perception versus Reality. 1999 Conference of the American Educational Research Association (AERA), Montreal, Canada , (150). Sweller, J. (1988). Introduction. Educational Psychology Review , 12 (3), 257โ€“285. https://doi.org/10.1207/s15516709cog 1202_4 Sweller, J. (1989). Cognitive Technology: Some Procedures for Facilitating Learning and Problem Solving in Mathematics and Science. Journal of Educational Psychology , 81 (4), 457โ€“ 466. https://doi.org/10.1037/0022- 0663.81.4.457 Sweller, J. (1994). Cognitive load theory, learning difficulty, and instructional design. Learning and Instruction , 4 (4), 295โ€“312. https://doi.org/10.1016/0959- 4752(94)90003-5 Sweller, J. (2006). The worked example effect and human cognition. Learning and Instruction , Vol. 16, pp. 165โ€“169. https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2 006.02.005 Turban, E., King, D., Lee, J., Warkentin, M., & Viehland, D. (2002). Electronic commerce: A managerial perspective 2002. Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall , (2nd), 914. https://doi.org/10.1097/SPV.00000000 00000266 van Gog, T., Paas, F., & Sweller, J. (2010, December). Cognitive Load Theory: Advances in Research on Worked Examples, Animations, and Cognitive Load Measurement. Educational Psychology Review , Vol. 22, pp. 375โ€“ 378. https://doi.org/10.1007/s10648- 010-9145-4 Wang, J., Antonenko, P., & Fieldman, E. (2017). Instructor Presence, Visual Attention, and Learning in Educational Video: Content Difficulty Matters. Journal of Vision , 17 (10), 891. https://doi.org/10.1167/17.10.891 Watty, K., Kavanagh, M., McGuigan, N., Leitch, S., Holt, D., Ngo, L., โ€ฆ Mccormick, T. (2015). Realising the potentialโ€ฏ: Assessing professional learning through the integration of ePortfolios in Australian business education . Retrieved from http://www.buseport.com.au/ William R Shadish, Thomas D Cook, D. T. C. (2002). Experimental and Quasi- Experimental Designs for Generalized Causal Inference (9780395615560): Williams, A., Birch, E., & Hancock, P. (2012). The impact of online lecture recordings on student performance. Australasian Journal of Educational Technology , 28 (2), 199โ€“213. https://doi.org/10.14742/ajet.869 Zarei, E., Kargar, E. F., & Bazyar, S. (2014). The Level at which Accounting Professors Use Information Technology at Universities. International Journal of Academic Research in Accounting Finance and Management Sciences , 4 (2), 312โ€“319. Retrieved from http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/do wnload?doi=10.1.1.682.273&rep=rep1 &type=pdf Zhang, D., Zhou, L., Briggs, R. O., & Nunamaker, J. F. (2006). Instructional video in e-learning: Assessing the impact of interactive video on learning effectiveness. Information and Management , 43 (1), 15โ€“27. https://doi.org/10.1016/j.im.2005.01.0 04
ea143169-2349-4c09-b402-6269f7809405
https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/santhet/article/download/2261/1692
Research Article e-ISSN: 2541-6130 p-ISSN: 2541-2523 ## SEREN TAUN TRADITION IN KASEPUHAN GIRIJAYA SUKABUMI ## STRATEGI MASYARAKAT GIRIJAYA DALAM MELESTARIKAN TRADISI SEREN TAUN Lisda Triana 1a (*) Andi 2b 1 Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka 2 Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka a [email protected] b [email protected] (*) Corresponding Author [email protected] How to Cite: Lisda Triana. (2023) Strategi Masyarakat Girijaya Dalam Melestarikan Tradisi Seren Taun doi : 10.36526/js.v3i2. Abstract Received : 22-11-2022 Revised : 30-12-2023 Accepted: 06-04-2023 Keywords: Culture,History; Strategy The Indonesian nation is very rich in culture and traditions. One of the traditions it has is the Seren TaunTradition. Until now, this tradition is still preserved in several areas in West Jawa. This tradition is a tradition that has been carried out by the Sundanese people, by prioritizing one of the crops, namely rice. This tradition has been carried out in various areas of West Java, one of which is in Girijaya-Cidahu Village, Sukabumi, West Java. Even the agricultural sector is a source of livelihood for the people of Girijaya. Due to its strategic geographic location, which is near the mountains. In the era of globalization, it can be seen that many people have almost forgotten the traditions that surround them, but the Girijaya people have a strategy in preserving this Seren Taun Tradition, namely by means of local characters, palnting local chharacters to become a fortress to wirhstand the onslaught of outisde influences. ## PENDAHULUAN Suatu tradisi yang berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi karena ada nya pendahulu yang menduduki suatu wilayah dan disebut juga dengan ada nya sejarah dari zaman ke zaman. Koentjaraningrat (1974) menjelaskan, bahwa kebudaayn nasional yang ada di Indonesia adalah sebuah hasil karya putera Indonesia dari berbagai suku manapun, yang terpenting adalah sebuah ciri khas dan bermutu yang pada akhirnya sebagian besar orang Indonesia dapat mengidentifikasikan diri dan memiliki rasa bangga terhadap karya nya.(Kader 2018) Kebudayaan merupakan hasil warisan dari nenek moyang, budaya daerah itu sendiri kemudian bertumbuh kembang di suatu daerah tertentu yang sudah ada sejak dahulu yang mendiami tempat tersebut. Disini penulis melihat terdapat suatu budaya yaitu Tradisi Seren Taun di Kasepuhan Girijaya Sukabumi. Kata seren taun merupakan kata yang berasal dari bahasa Sunda yang memiliki arti seren yaitu serah dan taun yaitu tahun. Bagi masyarakat Sunda tradisi ini merupakan sebuah tradisi sebagai bentuk ungkapan rasa syukur atas apa yang telah di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa terhadap hasil bumi dan memohon agar ditahun selanjutnya akan mengalami peningkatan. Tradisi seren taun ini memberikan banyak manfaat dalam berbagai aspek, terutama bagi masyarakat Girijaya Sukabumi, baik dari aspek sosial, budaya. (Utami, Mulyana, and Itaristanti 2016) Di Desa Girijaya, Cidahu, Kabupaten Sukabumi terdapat sebuah tradisi yang sampai hari ini masih dijaga dan tetap dilaksanakan (lestarikan), yaitu Tradisi Seren Taun di Kasepuhan Girijaya, Research Article e-ISSN: 2541-6130 p-ISSN: 2541-2523 Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Seren Taun adalah salah satu kekayaan budaya yang di miliki oleh masyarakat Sukabumi, khususnya yang dimiliki oleh Kasepuhan Girijaya. Bagi kasapuhan Girijaya, seren taun adalah sebuah tradisi yang didalamnya terdapat kegiatan menyerahkan tahun yang lama kemudian menyambut tahun yang baru (tahun baru islam) 1442 H menyambut 1443 H dengan tombak utama nya adalah hasil bumi salah satu nya yaitu padi, refleksi nya yaitu tentu berharap keberkahan, setiap tahun ada kebaikan, ada kesejahteraan, ada keberkahan, dan lainnya. Sumber daya utama bagi masyarakat Girijaya adalah dalam bidang pertanian. Dengan demikian dapat dipahami bahwasannya sebagian besar masyarakat Girijaya ini melakukan kegiatan utamanya didalam pengelolaan dan pemanfaatan ladang pertanian. Dengan ada nya usaha didalam bidang pertanian, maka disitulah masyarakat Girijaya dapat memiliki pendapatan dan kesejahteraan. Disini penulis ingin melihat bagaimana tradisi seren taun di Desa Girijaya ini dilestarikan, melihat bagaimana sebagian masyarakat banyak yang sudah membiarkan budaya nya terlupakan, maka dari itu penulis ingin melihat apa yang dilakukan oleh masyarakat Girijaya sehingga bisa melestarikan tradisi Seren Taun. Kita sebagai masyarakat harus dapat mempertahankan suatu tradisi yang terdapat di sekitar kita, karena kebudayaan merupakan salah satu warisan yang sudah ada sejak lama yaitu warisan yang diberikan oleh nenek moyang kita yang memiliki nilai yang tak terbatas. ## METODE Penulis dalam menuliskan hasil penelitannya menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2007: 1) penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang bisa dilakukan untuk meneliti suatu objek secara alamiah.(Prasanti 2018) Dengan menggunakan metode kualitatif, penulis menggunakan pendeketan etnografi. Pendekatan etnografi adalah pendekatan yang mempelajari kebudayaan lain. Pendekatan etnografi juga sebagai suatu pekerjaan yang mendeskripsikan kebudayaan. Dengan bertujuan agar bisa memahami bagaimana kehidupan dari sudut pandang masyarakat setempat(asli).(Spradley 2006) ## HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Kondisi Masyarakat Kasepuhan Girijaya Indonesia adalah suatu negara agraris yang hidupnya dari sektor pertanian khususnya padi, di era globalisasi, lahan pertanian menjadi banyak di bahas di berbagai kajian . Ladang pertanian dipandang seperti batasan dalam membentuk pola pemukiman. Etika dipelajari dan adat kearifan lokal dalam menjaga alam agar dapat memberikan perspektif yang lebih baik didalam memanfaatkan lingkungan dan sumber daya alam yang pada hari ini sudah mulai menipis.(Santso 2019) Pertanian merupakan sumber daya yang paling diutamakan yang dimana sangat penting didalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian dapat dipahami bahwasannya kebanyakan masyarakat pedesaan ini melakukan kegiatan utamanya didalam pemanfaatan lahan pertanian. Dengan ada nya usaha di sektor pertanian, maka disitulah masyarakat pedesaan berharap dapat membantu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Dengan dilihatnya bahwa pertanian menjadi pokok utama dalam kehiudapan masyarakat agraris, maka penulis ingin melihat bagaimana pemanfaatan sektor pertanian di desa Girijaya, yang juga memiliki salah satu tradisi Seren Taun yang tombak utama nya adalah padi pertahun nya. (Hafis, n.d.) Research Article e-ISSN: 2541-6130 p-ISSN: 2541-2523 Dari hasil yang didapatkan dengan melakukan wawancara dengan salah satu masyarakat Girijaya, bahwa mata pencaharian yang utama bagi masyarakat di Kasepuhan Girijaya yaitu di dalam bidang pertanian, perikanan dan juga peternakan. Pertanian merupakan mata pencaharian utama bagi meraka dengan bercocok tanam di sawah dan di ladang. Karena dengan ada nya persediaan air yang cukup maka dapat mengairi sawah sepanjang tahun, maka dari itu daerah tersebut tidak mengalami kekeringan. Teknik pengairan dilakukan dengan cara yang sederhana dengan cara mengalirkan air melalui selokan-selokan kecil. Untuk menyimpan padi yang sudah mereka ambil, kemudian masyarakat nya menyimpan padi tersebut didalam lumbung atau leuit, yang memang dimiliki oleh masyarakat secara pribadi.(Danu, Masyarakat Girijaya) ## 2. Sejarah Tradisi Seren Taun Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan akan budaya nya, tercatat dari Sabang sampai Merauke terdapat banyak tradisi dan juga budaya yang masing-masing memiliki perbedaan antara satu dan yang lainnya. Maka dari itu, dengan banyaknya budaya yang ada, menjadi ciri khas Indonesia yang membedakan Indonesia dengan bangsa lain. Karena setiap adat, terdapat segudang tradisi yang dimiliki dengan begitu dapat memberikan warna tersendiri kepada Indonesia yang suatu saat bisa mengangkat Indonesia di mata dunia. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan pada saat ini yaitu Tradisi Seren Taun, disini penulis akan membahas Tradisi Seren Taun khususnya di Desa Girijaya Sukabumi. (Hanafiah 2021) Tradisi seren taun sebuah upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Sunda. Upacara ini juga merupakan tradisi yang dikenal dimiliki masyarakat agraris Sunda, tradisi ini sebagai bentuk rasa bersyukur terhadap apa yang telah Tuhan berikan. Rasa syukur itu disimbolkan dalam bentuk menyerahkan berbagai produk hasil bumi, khususnya padi. Karena padi tidak dapat dilepaskan dari kisah Pwah Aci Sanghyang Asri (Dewi Sri). Pwah Aci Sahyang Asri merupakan salah satu dewa yang penting bagi masyarakat. Dewa ini dianggap sebagai pemberi kesuburan pada hasil bumi dan hewan-hewan. Didalam kisah nya, pada suatu hari saat Batara Tunggal hendak menyuruh kepada salah satu Dewa agar membawa dua butir telur ke hadapannya karena dari dua butir telur tersebutlah Batara Tunggal akan membuat Dewa. Tiba-tiba di pertangahan jalan, telur yang dibawa nya salah satu nya jatuh dan pecah ke bumi yang kemudian menjelma menjadi seekor binatang, yang pada akhirnya binatang tersebut merusak tanaman. Sementara satu telur yang tersisa nya lagi dijadikan Pwah Aci Syanghyang Asri. Dari apa yang sudah terjadi dalam perjalanan yang menimpa kerusakan di bumi akibat jelmaan Dewa maka Batara Tunggal mempertimbangkan untuk memerintahkan pada Pwah Aci agar mengurus bumi guna dapat mengatasi permasalahan ini. (Royyani 2017) Seren Taun yang merupakan sebuah serah terima hasil bumi yang dilaksanakan dari tahun yang lalu ke tahun yang akan datang. Dalam artian yakni, upacara yang dilakukan adalah upacara penyerahan hasil bumi khususnya padi dalam waktu satu tahun untuk dimasukan ke dalam lumbung,atau disebut juga leuit didalam bahasa sunda. Tradisi ini sudah banyak dilaksanakan diberbagai daerah-daerah sunda. Salah satu nya yaitu di Kasepuhan Girijaya, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. (Isana 2017) Bagi masyarakat Sunda didalam kehidupannya, seren taun adalah tradisi sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena hasil yang pertanian yang didapatkan pada tahun ini, dan berharap setiap tahun nya akan mengalami peningkatan. Tradisi seren taun ini memberikan Research Article e-ISSN: 2541-6130 p-ISSN: 2541-2523 banyak manfaat dalam berbagai aspek, terutama bagi masyarakat Girijaya Sukabumi, baik dari aspek sosial, budaya. (Utami, Mulyana, and Itaristanti 2016) Dari hasil wawancara terhadap salah satu masyarakat Girijaya Sukabumi, menurut masyarakat tersebut memiliki pandangan yang hampir sama dengan pandangan lain terhadap makna dari Tradisi Seren Taun yaitu menurutnya Seren taun adalah kekayaan budaya yang terdapat di kasapuhan Girijaya dan masih dilaksanakan sampai hari ini, seren taun adalah menyerahkan tahun yang lama kemudian menyambut tahun yang baru (tahun baru islam) 1442 H menyambut 1443 H, refleksi nya yaitu tentu berharap keberkahan, setiap tahun ada kebaikan, ada kesejahteraan, ada keberkahan, ada pengingkatan dan meminta keselamatan, lebih ke doa (Musahabah diri) lebih tepat nya ke dalam introspeksi diri nya kepada diri kita secara personal dan secara umum kepada masyarakat dan diwujudkan dalam bentuk acara budaya. Makna tradisi seren taun menurut nya adalah makhluk hidup itu banyak tidak hanya kita, kita harus memberikan toleransi lebih mencintai lingkungan bahkan lintas dunia dalam arti, ketika kita tinggal di lingkungan seperti di pegunungan, dunia kita itu tidak satu. Muhasabah diri nya menjadi lebih pokok, bersyukur.(Nugraha,Yusup. Masyarakat Girijaya) 3. Strategi Masyarakat Girijaya dalam Melestarikan Tradisi Seren Taun Ditengah-tengah perkembangan zaman, tentunya terdapat dampak positif ataupun negatif bagi masyarakat Indonesia, khususnya pada anak remaja sekarang. Dengan ada nya kemajuan zaman kebudayaan lokal hampir terlupakan. Kesadaran masyarakat dalam melestarikan suatu tradisi yang mereka miliki masih terbilang minim, dikarenakan adanya budaya asing yang sudah masuk ke wilayahnya, karena dianggap nya budaya yang masuk ke dalam diri nya sudah praktis dan mengikuti perkembangan zaman yang sedang ngetrend. (Aisara, Nursaptini, and Widodo 2020) Budaya Nasional adalah aset besar bagi negara Indonesia dan harus diperhatikan terlebih lagi di masa sekarang. Karena kebudayaan nasional memiliki peranan yang penting bagi negara Indonesia yang juga harus dikembangkan, di dimanfaatkan dengan sebaik-baik nya. Itu hal yang penting agar suatu kebudayaan dapat memiliki fungsi lebih luas tidak sekedar warisan atau adat istiadat masyarakat Indonesia. Budaya nasional tentu nya harus bisa menjadi bagian dari aset negara yang bisa memberikan pendapatan bagi masyarakat dan negara. Maka dari itu, diperlukannya kesadaran nasional dan harus selalu dilestarikan oleh masyarakat Indonesia dalam aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara.(Saiman, n.d.) Melihat bagaimana Tradisi Seren Taun di Desa Girijaya Sukabumi bertahan, maka penulis ingin melihat bagaimana strategi masyarakat Girijaya dalam menanamkan rasa kesadaran masyarakat nya, karena di era globalisasi ini banyak sekali masyarakat khususnya kalangan remaja yang lebih memilih mencintai budaya luar dibandingkan dengan budaya nya sendiri. Bagi masyarakat Girijaya, menurut hasil wawancara dengan salah satu masyarakat, menjelaskan bahwa masyarakat nya sudah memiliki kesadaran dalam acara tradisi seren taun, tradisi ini masih bertahan sampai sekarang, cara menanamkan nya lokal karakter, penanaman karakter lokal jadi benteng untuk menahan gempuran-gempuran pengaruh dari luar, jika lokal karakter nya tidak kuat akan mudah melebur, tapi disini tidak karena banyak penanaman-penanaman nilai-nilai kebersamaan seperti gotong royong, pengajian rutin, jadwal latihan seni sunda untuk anak-anak bahkan ibu-ibu nya juga. Kasepuhan memiliki tanggung jawab untuk generasi selanjutnya dan dikuatkan oleh insan- insan yang dilingkungan. (Nugraha, Yusup. Masyarakat Girijaya) ## PENUTUP Research Article e-ISSN: 2541-6130 p-ISSN: 2541-2523 Kebudayaan merupakan hasil warisan nenek moyang, budaya-budaya tersebut kemudian berkembang di suatu daerah. Bangsa Indonesia adalah negara kaya akan budaya dan tradisi-tradisi nya. Salah satu nya yaitu Tradisi Seren Taun. Tradisi seren taun sebuah tradisi yang dilaksanakan oleh masyarakat Sunda. Tradisi ini merupakan sebuah salah satu tradisi yang dimiliki oleh masyarakat agraris Sunda sebagai bentuk rasa syukur atas pemberian Tuhan yang melimpah. Tradisi ini sudah dilakukan di berbagai daerah, salah satu nya yaitu di Desa Girijaya, Sukabumi, Jawa Barat. Bagi masyarakat Girijaya, tradisi ini masih berjalan hingga sekarang, dan dalam merayakan tradisi tersebut, masyarakat Girijaya produk utama nya adalah hasil bumi, salah satu nya yaitu padi. Bahkan pada masyarakat ini, hasil pertanian merupakan hal utama dalam mata pencaharian di Kasepuhan Girijaya. Karena dengan ada nya persediaan air yang cukup maka dapat mengairi sawah sepanjang tahun, maka dari itu daerah tersebut tidak mengalami kekeringan. Dengan melihat tradisi yang masih bertahan hingga saat ini di era globalisasi, tentu nya masyarakat Girijaya memiliki strategi dalam menanamkan kesadaran masyarakat. Cara menanamkan kesadaran masyarakat nya yaitu dengan lokal karakter, penanaman karakter lokal jadi benteng untuk menahan gempuran-gempuran pengaruh dari luar. ## DAFTAR PUSTAKA Aisara, F., Nursaptini, N., & Widodo, A. (2020). Melestarikan Kembali Budaya Lokal melalui Kegiatan Ekstrakulikuler untuk Anak Usia Sekolah Dasar. Cakrawala Jurnal Penelitian Sosial , 9 (2), 149 โ€“ 166. https://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/view/4411 Danu. Masyarakat Girijaya Hafis, A. (n.d.). Perubahan Mata Pencaharian Masyarakat Dari Petani Ke Pengrajin Batu Bata Di Dusun Dasan Baru Desa Lenek Daya Kecamatan Aikmel Dalam Tinjauan Ekonomi Abdul . 1 โ€“ 20. Hanafiah, H. (2021). Nilai-Nilai Filosofis Tradisi Duek Pakat Di Gampong Tunong Paya Kruep Kecamatan Darul Falah Kabupaten Aceh Timur. Sejarah Dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, Dan Pengajarannya , 15 (1), 36. https://doi.org/10.17977/um020v15i12021p36-51 Isana, W. (2017). Upacara adat seren taun upaya mempertahankan nilai kearifan lokal masyarakat kampung sodong kecamatan tambaksari kabupaten ciamis tahun 2003-2011 . Kader, A. (2018). Upacara Ritual Dabus Masyarakat Tidore. Sejarah Dan Budaya: Jurnal Sejarah, Budaya, Dan โ€ฆ , 1 โ€“ 7. http://journal2.um.ac.id/index.php/sejarah-dan-budaya/article/view/4114 Kistanto, N. H. (2017). Tentang Konsep Kebudayaan. Sabda : Jurnal Kajian Kebudayaan , 10 (2), 1 โ€“ 11. https://doi.org/10.14710/sabda.v10i2.13248 Nugraha, Yusup. Masyarakat Girijaya Prasanti, D. (2018). Penggunaan Media Komunikasi Bagi Remaja Perempuan Dalam Pencarian Informasi Kesehatan. LONTAR: Jurnal Ilmu Komunikasi , 6 (1), 13 โ€“ 21. https://doi.org/10.30656/lontar.v6i1.645 Royyani, M. (2017). Upacara Seren Taun di Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat: Tradisi Sebagai Basis Pelestarian Lingkungan. Jurnal Biologi Indonesia , 4 (5), 399 โ€“ 415. Saiman. (N.D.). Tantangan Budaya Nasional Di Era Globalisasi . Santso, D. K. (2019). Pengaruh Kondisi Lanskap Pertanian Terhadap Aspek Mikro Rumah Dan Aspek Makro Pada Permukiman Suku Jawa Di Desa Puhti, Ngawi, Jawa Timur. Jurnal Arsitektur Komposisi , 13 (1), 1 โ€“ 6. Sibarani, B. (2013). Bahasa , Etnisitas Dan Potensinya. Jurnal Bahas Unimed , 1 โ€“ 11 Spradley, P. J. (2006). Metode Etnografi (ke 2). Research Article e-ISSN: 2541-6130 p-ISSN: 2541-2523 Utami, A., Mulyana, A., & Itaristanti. (2016). Peran Tradisi Seren Taun Dalam Upaya Meningkatkan Pewarisan Nilai-Nilai Sosial Dan Budaya Di Kalangan Remaja Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur Kabupate. Jurnal Edueksos , V (1), 99 โ€“ 113.
24bc26bc-0a4a-4c26-91b4-edb6e92c1e8c
https://p3m.sinus.ac.id/jurnal/index.php/TIKomSiN/article/download/244/225
## PEMBUATAN SITUS SOCIAL NETWORK UNTUK MAHASISWA DAN DOSEN DI STMIK SINAR NUSANTARA SURAKARTA MENGGUNAKAN AJAK, PHP DAN MYSQL DALAM INTRANET DI LINGKUNGAN STMIK SINAR NUSANTARA SURAKARTA Frandita Agustino Ardiartoro ([email protected]) Wawan Laksito YS ([email protected]) Teguh Susyanto ( [email protected] ) ## ABSTRAK Dalam menjalani aktifitas perkuliahan di STMIK Sinar Nusantara Surakarta tentunya tidak bisa lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi antara mahasiswa dengan dosen dan untuk bersosialisasi itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akibatnya timbul interaksi dalam kehidupan manusia, maka ketika seseorang melakukan proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan kesamaan makna sehingga diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat berlangsung efektif. Situs jejaring sosial merupakan salah satu bentuk media sosial yang bisa digunakan untuk berkomunikasi. Situs jejaring sosial yang pada awalnya digunakan untuk tujuan pertemanan (mencari, menemukan dan menambah teman) kini telah dapat digunakan sebagai media untuk berkomunikasi. Komunikasi dengan menggunakan situs jejaring sosial dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, keakraban dan keterikatan yang lebih kental jika dibandingkan dengan media komunikasi lain yang ada di Internet. Penulis mencoba membuat aplikasi yang dapat memungkinkan terjadinya interaksi dan sosialisasi serta sebagai media sharing antara mahasiswa dan dosen dalam intranet di lingkungan STMIK Sinar Nusantara Surakarta, dalam pembuatan situs social network ini penulis menggunakan teknologi Asynchronous JavaScript and XML (AJAX), PHP dan MySQL. Alasan penulis menggunakan AJAX adalah karena kemampuan teknologi AJAX melakukan request data kepada server tanpa harus melakukan pergantian halaman dan hasil akhirnya nanti berupa aplikasi Situs Social Network dalam intranet dilingkungan STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Kata Kunci: Situs Social Network, AJAX, PHP, Chat. ## I. PENDAHULUAN Dalam menjalani aktifitas perkuliahan di STMIK Sinar Nusantara Surakarta tentunya tidak bisa lepas dari kegiatannya untuk bersosialisasi antara mahasiswa dengan dosen dan untuk bersosialisasi itulah manusia memerlukan komunikasi sehingga akibatnya timbul interaksi dalam kehidupan manusia, maka ketika seseorang melakukan proses komunikasi dengan orang lain dibutuhkan kesamaan makna sehingga diharapkan agar proses komunikasi yang sedang terjadi dapat berlangsung efektif. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan informasi menyebabkan semakin meningkat pula perkembangan teknologi dalam hal pemenuhan kebutuhan akan informasi. Melalui situs social network seseorang dapat saling berbagi pengalaman dan informasi mengenai topik yang sedang dibahas tanpa harus saling tatap muka.Penulis ingin membuat sebuah situs social network yang dapat memungkinkan terjadinya interaksi dan sebagai media sharing antara mahasiswa dan dosen dalam intranet di lingkungan STMIK Sinar Nusantara Surakarta.Dalam pembuatan situs social network ini penulis menggunakan teknologi Asynchronous JavaScript and XML (AJAX), PHP dan MySQL.Alasan penulis menggunakan AJAX adalah karena kemampuan teknologi AJAX melakukan request data kepada server tanpa harus melakukan pergantian halaman. ## II. METODE PENELITIAN 2.1. Sumber Data Metode Penelitian a) Sumber Data Penelitian Data utama yang dibutuhkan dalam pembuatan situs social network di STMIK Sinar Nusantara, yang meliputi Daftar Mahasiswa,daftar alumni, dan Daftar dosen. Data sekunder diperoleh dari buku, jurnal ilmiah, makalah dan materi โ€“materi lainnya yang berhubungan dengan topik dari judul. b) Observasi Tahap pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan peninjauan langsung terhadap permasalahan yang diambil, sehingga penulis mengetahui kriteria menu sistem yang nantinya akan dibuat dan yang dibutuhkan dalam pembuatan situs social network . c) Wawancara Penulis bertanya langsung kepada pihak- pihak yang terkait antara lain mahasiswa, alumni dan dosen di STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Metode ini dilakukan dengan lisan.Cara ini dilakukan untuk mendapat keterangan-keterangan pelengkap guna kelancaran kegiatan penelitian. ## 2.2. Metode Pengolahan Data Metode yang digunakan dalam pembangunan perangkat lunak adalah metode ( Process Oriented ) berbasis perancangan terstruktur. Alat bantu yang digunakan yaitu Entity Relationship Diagram (ERD) untuk relasi data, dan Data Flow Diagram (DFD) untuk alur data dalam proses di dalam sistem. ## 2.3. Prosedur Penelitian Metode yang digunakan dalam mengerjakan penelitian ini adalah metode SDLC ( System Development Life Cycle ), dengan model Evolutionary yang merupakan metode SDLC model waterfall yang dikombinasikan dengan metode SDLC model spiral. Langkah โ€“ langkah atau urutan โ€“ urutan yang harus dilalui atau dikerjakan dalam penelitian ini adalah dimulai dengan tahapan requirement, analysis, design, spesifikasi, implementasi dan pengujian sistem. ## III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Jejaring Sosial Jejaring sosial adalah suatu struktur sosial yang dibentuk dari simpul-simpul (yang umumnya adalah individu atau organisasi) yang diikat dengan satu atau lebih tipe relasi spesifik seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain [1]. ## 3.2. Intranet Intranet adalah sebuah jaringan di dalam sebuah organisasi yang menggunakan teknologi internet (seperti web browser dan server, TVP / IP protokol jaringan, penerbitan dokumen HTML hypermedia dan database, dan lainya) untuk menyediakan lingkungan internet dalam perusahaan untuk berbagi informasi, komunikasi, kolaborasi, dan dukungan dari proses [2]. ## 3.3. PHP PHP singkatan dari Hypertext Preprosesor yaitu bahasa pemrograman server-side yang bersifat open source.PHP merupakan script yang terintegrasi dengan HTML dan berada pada server (server-side HTML embedded scripting).PHP adalah script yang digunakan untuk membuat halaman website dinamis.Dinamis berarti halaman website yang ditampilkan dibuat saat halaman itu diminta oleh client [3]. ## 3.4. AJAX AJAX ( Asynchronous JavaScript and XML ) adalah suatu teknik yang memungkinkan untuk membuat aplikasi web yang interaktif. Aplikasi web dapat berinteraksi dengan server di latar belakang sehingga tidak mempengaruhi halaman web secara keseluruhan [4].Dengan AJAX, Javascript dapat langsung berkomunikasi dengan server dengan menggunakan objek XMLHttpRequest . Dengan objek ini, javascript dapat melakukan transaksi data dengan server web, tanpa harus me- reloading halaman web tersebut secara keseluruhan. Teknologi-teknologi yang berada di balik AJAX, antara lain: HTML/XHTML ( Hypertext/Extensible Markup Language ), CSS ( Cascading Stylesheet ) , DOM ( Document Object Model ), XML ( Extensible Markup Language ), XSLT ( Extensible Stylesheet Language ), XMLHttpRequest , JavaScript . Dengan memanfaatkan karakteristik AJAX ini dapat dihasilkan aplikasi web yang semakin interaktif dan dinamis.Salah satu kegunaannya adalah pemisahan antara interaksi antara aplikasi dengan server dengan interaksi aplikasi dengan pengguna.Selagi AJAX melakukan request dan menunggu respon, user tetap dapat berinteraksi dengan antar muka aplikasi.Dalam model AJAX, aksi dari sisi klien dibagi menjadi dua bagian, yaitu layer user interface dan layer AJAX. Arsitektur model AJAX dapat dilihat pada gambar 1. Ketika user mengklik sebuah link atau mengirimkan sebuah form maka input tersebut akan ditangani oleh layer AJAX dan diinteraksikan dengan server, kemudian meng- update user interface (UI). Jadi, dalam AJAX, interaksi UI secara logika terpisah dengan interaksi jaringan. Pendekatan yang digunakan AJAX adalah bagaimana mengirimkan jumlah data yang kecil dari dan ke server atas request dari user. ## Gambar 2. Perbandingan Model Aplikasi Web Tradisional dengan Model Web AJAX Dari gambar 2dapat dilihat bahwa aplikasi web AJAX menggunakan engine yang dibangun dengan AJAX sebagai penghubung komunikasi browser-server.Untuk komunikasi web, AJAX menggunakan XML sebagai media pertukaran data. Selain itu, yang membedakan antara web AJAX dengan web tradisional adalah kemampuannya bekerja di belakang layar secara asynchronous yang berarti mengirim dan menerima data dari user ke server tanpa perlu me-load kembali seluruh halaman, melainkan hanya melakukan penggantian pada bagian web yang hendak diubah. AJAX Menggunakan asynchronouse data transfer (pada HTTP request ) antara browser dan web server, yang memperbolehkan halaman web me- request bit yang kecil atau seluruh informasi dari server. Sedangkan pada web tradisionalbekerja harus bergantian dan saling menunggu [5].Teknik AJAX membuat internet menjadi kecil, cepat dan lebih user-friendly.Cara kerja AJAX secara asynchronous memungkinkan antar muka browser dapat terus beraktivitas seiring dengan kerja AJAX Engine secara bersama. ## 3.5. Database Database adalah Struktur penyimpanan data.Untuk menambah, mengakses dan memperoses data yang disimpan dalam sebuah database komputer, diperlukan sistem manajemen database seperti MYSQL Server [6]. ## 3.6. Mysql MySQL merupakan RDBMS (atau server database) yang mengelola database dengan cepat menampung dalam jumlah sangat besar dan dapat diakses oleh banyak user [7]. 3.7. Metode SDCL Model Evolusi Metode SDLC ( System Development Life Cycle ) model evolusi merupakan metode SDLC model waterfall yang dikombinasikan dengan metode SDLC model spiral . SDLC model evolusi dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. SDLC Model Evolusi Tahapan requirement , tahapan desain serta tahapan spesifikasi dilakukan simultant tahap demi tahap seperti yang dilakukan dalam metode SDLC waterfall .Ketika tahapan requirement sudah selesai dan berlanjut ke tahapan desain ternyata terdapat kebutuhan baru ( new requirements ) yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem. Maka tahapan desain tidak bisa kembali ke tahapan awal yaitu tahapan requirements tetapi tahapan requirements yang akan mencari dan menghasilkan kembali kebutuhan. Metode SDLC model evolusi maka perubahan atas kebutuhan sistem akan mudah untuk mencari dan menemukan arsitektur yang berubah karena perubahan tersebut. Metode SDLC model evolusi mengharapkan modifikasi terjadi hanya pada arsitektur sistem yang berhubungan dengan perubahan kebutuhan ( requirements ), arsitektur sistem yang lain yang tidak berhubungan dengan perubahan kebutuhan dapat dibiarkan dan tidak mengalami modifikasi [8]. 3.8. Entity Relationship Diagram Entity Relationship Diagram ( ERD ) yaitu model konseptual yang menjabarkan hubungan antar penyimpanan data dan hubungan data. Pada Entity Relationship Diagram ( ERD ) terdapat simbol-simbol dengan himpunan relasi yang masing-masing memiliki atribut untuk menjelaskan suatu relasi secara keseluruhan atau melakukan aktivitas permodelan data [9]. ## 3.9. Data Flow Diagram Data Flow Diagram ( DFD ) yaitu salah satu alat dalam perancangan sistem yang menggunakan simbol-simbol untuk menggambarkan aliran data melalui serangkaian proses yang saling berhubungan. DFD merupakan alat yang cukup popular sekarang ini, karena dapat menggambarkan arus data didalam sistem dengan terstruktur dan jelas.Lebih lanjut DFD juga merupakan dokumentasi yang baik [9]. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penggunaan AJAX Pada Sistem Sistem website ini dibangun dengan menggunakan PHP dan databasenya menggunakan MySQL. Untuk pembuatan desain menu pada situs social network di STMIK Sinar Nusantara Surakarta digunakan skrip CSS diembedded ke kode html dimana kode html bertanggung jawab hanya dengan struktur situs sedangkan style situs diatur oleh kode CSS. Digunakan juga client side script dalam hal ini JavaScript.Agar situs social network interaktif, dinamis dengan waktu pemuatan halaman baru lebih cepat maka diaplikasikan teknologi AJAX dalam pembuatannya. Pada website apabila tanpa menggunakan AJAX jika kita mengklik suatu tombol atau link tertentu maka browser akan melakukan refresh dimana document HTML akan di baca dari awal dan layar browser akan menjadi blank sesaat karena pada saat itu browser sedang meminta atau merequest data dari web server. Pada pembuatan chat maupun update status, komentar, dan like status apabila tanpa menggunakan AJAX maka sebuah web perlu merefresh atau mereload seluruh halaman seluruhnya untuk menampilkan data kembali yang direquest atau dikirim oleh pengguna dan hal itulah yang membuat aplikasi website menjadi kurang interaktif dan responsif. AJAX digunakan untuk memecahkan masalah tersebut, AJAX membuat aplikasi website menjadi lebih interaktif dan responsif serta memiliki kecepatan dalam memproses request ke server. Arsitektur pemrograman AJAX mengijinkan kita untuk mengirimkan request dalam ukuran yang lebih kecil pada server.Halaman yang terpakai hanya termodifikasi untuk menampilkan hasil, bukan tergantikan dengan sebuah halaman baru. Faktor penting yang lain dari arsitektur AJAX adalah request dan response dijalankan secara asinkron . AJAX tidak melarang user untuk melakukan proses lain pada halaman yang dipakai. User dapat mengisi dan menggunakan area lain pada halaman, sedangkan AJAX bekerja pada background. Dengan teknik menggunakan AJAX, maka JavaScript yang ada pada sebuah halaman web dapat berkomunikasi langsung ke server, menggunakan objek JavaScript XMLHttpRequest .Dengan objek ini, kode JavaScript dapat mengkases data di server tanpa harus me-reload seluruh halaman web.Objek XHR ( XMLHttpRequest ) adalah inti dari AJAX engine. XHR merupakan objek yang memberikan kemampuan sebuah halaman untuk mendapatkan data (menggunakan metode GET ) atau mengirim data (menggunakan metode POST ) dari server yang prosesnya terjadi dibelakang layar, itu berarti refresh browser tidak diperlukan sepanjang proses ini.Semua AJAX request dimulai dengan interaksi disisi klien yang diatur oleh JavaScript. JavaScript menciptakan objek XHR dan membuat sebuah HTTP Request ke server.Hal inilah yang menjadi faktor kunci dalam memberikan kelebihan aplikasi kepada user. User tidak perlu mengetahui proses sehingga dapat fokus dengan pekerjaan yang dilakukan. Bagian menu atas notifikasi dirancang dengan teknologi AJAX sebagai tempat menampilkan informasi notifikasi langsung bila terdapat pemberitahuan yang masuk seperti notifikasi pesan masuk, notifikasi komentar, notifikasi like status, dan notifikasi permintaan pertemanan yang masuk tanpa harus me- refresh halaman secara keseluruhan. Penggunaan AJAX juga terdapat pada menu update status, komentar dan like status sehingga sewaktu user mengupdate status, komentar dan like status data yang dikirimkan langsung diproses dan ditampilkan langsung tanpa me-reload halaman secara keseluruhan. Begitu juga ketika pengguna ingin chat dengan teman dan chatroom teknik menggunakan AJAX diterapkan juga pada menu chat, chatroom sehingga data chat yang dikirim akan langsung tampil tanpa harus merefresh halaman secara keseluruhan. ## 4.2. Analisis Sistem 4.2.1. Spesifikasi Kebutuhan Perangkat Lunak Pada kebutuhan perangkat lunak ini, terdapat beberapa fungsi yang harus dibuat, diantaranya: sistem menyediakan layanan pendaftaran akun, login, update status,komentar status, like status, pertemanan,follow , upload album foto , membuat catatan , upload/download file, pesan, block/unblockmengolah data akun, mengolah data group, chat antar teman, chatroom, pesan notifikasi untuk pengguna. Sistem dapat mengolah data mahasiswa, data dosen, dan data alumni, privacy web, maintenance web, syarat pendaftaran, chatroom, file upload, info kampus, memonitoring aktifitas anggota, chat anggota dan chatroom. 4.2.2. Analisis Kebutuhan Non Fungsional a) Analisis Pengguna Sistem situs social network di STMIK Sinar Nusantara Surakarta yang akan dibangun hanya digunakan oleh empat orang pengguna, yaitu Admin, Dosen, Mahasiswa dan Alumni. b) Analisis Perangkat Keras Tabel 1.Analisis Perangkat Keras Untuk Client dan Server. No Perangkat Keras Spesifikasi Client Server 1 Prosesor Inter/AMD 2.0 Ghz Intel/AMD 2.0 GHz 2. Memori 512 MB 1 GB 3 Harddisk 160 GB 160 GB 4. VGA 256 MB 256 MB 5. Lan Card 10/100Mbps 10/100Mbps 6. Wi-Fi Standar Standar 7. Monitor 14 inch 14 inch 8. Keyboard Standar Standar 9. Mouse Standar Standar 10. Kabel UTP UTP 11. Konektor Kabel RJ45 RJ45 c) Analisis Perangkat Lunak Perangkat lunak / software yang dibutuhkan dalam membangun situs social network dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Analisis Perangkat Lunak No Perangkat Lunak Keterangan 1. Sistem Operasi Windows XP / Windows 7 / Windows 8 2. Media Penyimpanan MySQL 3. Web Browser Mozilla Firefox, Google Chrome, Comodo Dragon, Opera 4. Web Server XAMPP 5. Tools Program Dreamweaver, Notepad++ d) Analisis Jaringan Pada sisi server penggunaan Apache Web Server, PHP 5 dan database MySQL menggukan XAMPP sebagai Web Server untuk menjalakan aplikasi situs social network Di STMIK Sinar Nusantara Surakarata. Infrastruktur intranet di STMIK Sinar Nusantara Surakarta menggunakan dua jaringan yaitu jaringan dengan kabel (menggunakan LAN) dan jaringan nirkabel (menggunakan wireless ) sehingga Mahasiswa, Alumni dan Dosen dapat mengakses situs social network dengan terhubung dengan jaringan intranet di STMIK Sinar Nusantara Surakarta. 4.2.3. Analisis Kebutuhan Fungsional Analisis kebutuhan fungsional diperlukan untuk memodelkan sistem. Pemodelan yang digunakan untuk memodelkan system situs social network di STMIK Sinar Nusantara Surakarta ini adalah pemodelan terstruktur. ## 4.3. Desain Perancangan Sistem 4.3.1. Diagram Konteks Diagram Konteks sistem situs social network di STMIK Sinar Nusantara Surakarta dapat dilihat pada gambar 4. Pada gambar 4 menggambarkan keseluruhan proses dalam sistem yang telah dirancang terdapat empat entity yaitu Mahasiswa, Alumni, Dosen, Dan Admin. Situs Social Network Info data mahasiswa Info data alumni Info data dosen Info data akun Info data profil Info data block Info data pesan Info data komentar status Info data post dinding Info data like status Info data pertemanan Info data catatan Info data album foto Info data group Info data chatroom Info data aktifitas anggota Info data file Info data kampus Info data chat Info data setting web Info data akun anggota Data login Data mahasiswa Data alumni Data dosen Data informasi profil Data block Data pertemanan Data pesan Data post dinding Data komentar status Data like status Data catatatan Data album foto Data group Data file Data Chatroom Data info kampus Data chat Data setting web Data akun anggota Mahasiswa Dosen Alumni Admin Data login Data Dosen Data akun anggota Data informasi profil Data pertemanan Data block Data pesan Data post dinding Data komentar Data like status Data catatan Data foto album Data group Data file Data chat Data chatroom Info data anggota situs social network Info data akun anggota Info data profil Info data pesan Info data komentar Info data like status Info data post dinding Info data perteman Info data follow Info data block Info data catatan Info data album foto Info data group Info data chatroom Info data info kampus Info data file Info data chat Info data anggota situs social network Info data akun anggota Info data profil Info data pesan Info data komentar Info data like status Info data post dinding Info data perteman Info data follow Info data block Info data catatan Info data album foto Info data group Info data chatroom Info data info kampus Info data file Info data chat Info data anggota situs social network Info data akun anggota Info data profil Info data pesan Info data komentar Info data like status Info data post dinding Info data perteman Info data follow Info data block Info data catatan Info data album foto Info data group Info data chatroom Info data info kampus Info data file Info data chat Data login Data Mahasiswa Data akun anggota Data informasi profil Data pertemanan Data block Data pesan Data post dinding Data komentar Data like status Data catatan Data foto album Data group Data chat Data chatroom Data login Data Alumni Data akun anggota Data informasi profil Data pertemanan Data block Data pesan Data post dinding Data komentar Data like status Data catatan Data foto album Data group Data chat Data chatroom Gambar 4. Context Diagram Situs Social Network ## 4.4. HIPO 0 Situs Social Network 2.1 Reg Anggota 3.2 Status 3.1 Login TOP LEVEL Level-0 Level-1 3.3 Profil 2 Pendaftaran Anggota 3 Aktifitas Anggota 1 Setting Web / Input Master 1.1 datamhs 1.2 dataalumni 3.5 Album Foto 1.3 datadosen 1.4 Syarat pendaftaran 1.5 Setting Privacy Web 1.6 Setting Maintenance 2.2 Akun Anggota 3.10 Chat 3.4 Cari Anggota 3.9 Info Kampus 3.7 Group 3.11 Logout 3.6 Catatan 3.8 File 3.2.1 Update Status 3.2.2 Komentar status 3.2.3 Status Suka 3.3.5 Pesan 3.3.6 Block/ Unblock 3.3.1 Setting Privacy 3.3.2 Ubah Password 3.3.3 Edit Info Profil 3.3.4 Rubah Foto Profil 3.4.2 Tambah Teman 3.4.3 Follow 3.5.1 Buat Album Foto 3.5.2 Data Album Foto 3.5.4 Hapus Album Foto 3.6.1 Buat Catatan 3.6.2 Data cataan 3.6.4 Hapus catatan 3.7.1 Buat Group 3.7.3 Setting/edit Group 3.7.4 Hapus Group 3.7.5 Gabung Group 3.8.1 Upload File 3.8.3 Edit File 3.8.4 Hapus File Level-2 1.8 File Manager 1.9 Input info kampus 3.10.1 Chat teman 3.10.2 Chat Room 1.7 Setting Chat Room 4 Monitoring 4.1 Monitoring aktifitas anggota 4.2 Monitoring chat anggota 4.3 Monitoring Chat Room 3.4.1 Cari Anggota 3.5.3 Edit Album Foto 3.6.3 Edit Catatan 3.8.2 Data File 3.7.2 Data Group Gambar 5. HIPO Situs Social Network ## 4.5. DFD Pada gambar 6 DFD lv 0 ini terdapat entity yaitu Mahasiswa, alumni, dosen, dan admin menggambarkan proses yang ada, dengan memiliki empat proses yaitu: a) proses 1 yakni proses mengolah setting web atau input master Entity yang berhubungan langsungdengan proses mengolah setting web atau input master yaitu entity admin yang dapat diuraikan sebagai berikut: ๏‚ท Input : Data mahasiswa, data alumni, data dosen, data setting web, data syarat pendaftaran, data maintenanceweb, data file, data info kampus ๏‚ท Output :info data mahasiswa, info data alumni, info data dosen, info data gagal masuk mhs, info data gagal masuk alumni, info data gagal masuk dosen, info setting web detail, info syarat pendaftaran, info maintenanace web, info file, dan info kampus b) proses 2 yakni proses mengolah member pendaftaran anggota Entity yang berhubungan langsung dengan proses mengolah member pendaftaran anggota yaitu entity admin, mahasiswa, alumni dan dosen. Adapun uraiain dari masing- masing entity yang berhubungan dengan proses 2 dapat diuraikan sebagai berikut: Untuk entity Admin terdapat input data aktifasi dan output data akun anggota detail. Sedangkan entity Mahasiswa, Alumni dan Dosen memiliki input data pendaftaran dan output data akun anggota detail dan data true/false. c) proses 3 yakni proses aktifitas anggota Empat buah entity yang berhubungan langsung dengan proses aktifitas anggota yaitu entity admin, mahasiswa, alumni dan dosen yang dapat diuraikan sebagai berikut: ๏‚ท Input : Login, update status, koementar status, like status, album foto, cari anggota, buat catatan, tambah teman, follow , block/unblock , kirim pesan, gabung group, download file, chat, chatroom, logout. ๏‚ท Output : data login detail, data akun detail, data update status detail, data komentar status, data status suka detail, data album foto, data anggota detail, data catatan detail, data teman detail, data follow detail, data block/unblock detail, data pesan detail, data file detail, info kampus detail, data gabung group detail, data chat detail, data chat room detail d) proses 4 yakni proses monitoring. Entity yang berhubungan langsung dengan proses monitoring yaitu entity admin yang dapat diuraikan sebagai berikut: ๏‚ท Input : Cari data anggota, data status dinding, data chat, data chat. ๏‚ท Output : Info data anggota detail, info data status dinding detail, info data chat detail, info data chat room detail. 1 Setting Web/ Input Master Admin D1 datamhs D2 dataalumni D3 datadosen Sinus_setting_web D6 2 Pendaftaran Anggota D7 sinus_akunanggota D8 sinus_akunlink Input Data Mahasiswa, Alumni dan Dosen Input Data setting web Input Syarat pendaftaran Input Maintenance Web Input Data file Input data info kampus Data link Akun anggota Data link Akun anggota detail Data Akun anggota detail Data Akun anggota Data dosen detail Input Data mahasiswa Input Data alumni Input Data dosen Data mhs detail Data kategori Data alumni detail Data setting web detail Info Data Mhs, alumni, dosen detail, Info data gagal mhs, alumni, dosen detail, Info setting web detail, Info Syarat pendaftaran detail, Info Maintenance Web detail, Info File, Info kampus Data setting web Data dosen detail Data alumni detail Data mahasiswa detail uploadfile D4 berita D5 Data file Data file detail Data info kampus info kampus detail Da ta A ku n a ng go ta de ta il Da ta A ktif asi 4 Monitoring sinus_jenjang D28 D25 tgagalmhs tgagalalumni D26 tgagaldosen D27 sinus_jurusan D29 sinus_infoweb D31 kategori D30 sinuschat_config D32 Data kategori detail Data mhs gagal input Data mhs gagal input detail Data alumni gagal input Data alumni gagal input detail Data dosen gagal input Data dosen gagal input detail Data jenjang Data jenjang detail Data jurusan Data jurusan detail Data syarat pendaftaran Data syarat pendaftaran detail Data konfigurasi chatroom Data konfigurasi chatrom detail D33 sinuschat_message Mahasiswa Dosen Alumni Reg alumni Data Akun anggota detail, Data mahasiswa True/false Reg mahasiswa Data Akun anggota detail, Data mahasiswa True/false Reg dosen Data Akun anggota detail, Data dosen True/false D7 sinus_akunanggota D8 sinus_akunlink D9 sinus_statusdinding sinus_chatteman D24 sinuschat_rooms D34 sinus_request_teman sinus_teman D9 sinus_followers sinus_user_block D10 D12 D13 sinus_statusnotif D15 sinus_komentar D19 sinus_status_suka D20 sinus_foto_album D16 sinus_user_aktifitas sinus_setprivgroup D21 sinus_anggota_grouprequest D22 D23 sinus_psn_keluar D18 sinus_psn_masuk D14 D17 sinus_anggotjoingrup D11 sinus_statusdinding sinus_chatteman D24 Data setting web detail Data akun anggota detail Data update status Data update status detail Data komentar status Data komentar status detail Data status pemberitahuan Data status pemberitahuan detail Da ta pe sa n m asu k, Da ta Pe m be rita hu an Da ta pe sa n m asu k d eta il, Da ta pe m be rita hu an de ta il Da ta sta tu s s uk a Da ta sta tu s s uk a d eta il Data upload foto, catatan Data upload foto, catatan detail Data foto album Data foto album detail Data request teman Data request teman detail Data teman Data teman detail Data followers Data followers detail Data user block Data chat teman detail Data user block detail Data chat teman Data pesan keluar Data pesan keluar detail Data group Data group detail Data anggota group request join Data anggota group request join detail Data anggota group Data anggota group detail Data file Data file detail Login, Update Status, Komentar Status, Status Suka, Upload Album Foto, Cari Anggota, Buat Catatan, Tambah Teman, Follow, Block/ Unblock, Kirim Pesan, Upload file, Buat Group, Gabung Group, Chat, Buat Chat Room, Logout Data Login detail, Data akun detail, Data Update Status detail, Data Komentar Status detai, Data Status Suka detail, Data Album Foto detail, Data Anggota detail, Data Catatan detail, Data Teman detail, Data Follow detail, Data Block/Unblock detail, Data Pesan detail, Data Buat Group detail, Data file detail, Info kampus, Data Gabung Group detail, Data Chat detail, Data chat room 3 Aktifitas Anggota Admin Login, Update Status, Komentar Status, like status, Album Foto, Cari Anggota, Buat Catatan, Tambah Teman, Follow, Block/Unblock, Kirim Pesan, Gabung Group, Download file, Chat, Chatroom, Logout Data Login detail, Data akun detail, Data Update Status detail, Data Komentar Status detai, Data Status Suka detail, Data Album Foto detail, Data Anggota detail, Data Catatan detail, Data Teman detail, Data Follow detail, Data Block/Unblock detail, Data Pesan detail, Data file detail, Info Kampus, Data Gabung Group detail, Data Chat detail, data chat room detail Mahasiswa Dosen Alumni Data info kampus detail Data kampus Login, Update Status, Komentar Status, Status Suka, Upload Album Foto, Cari Anggota, Buat Catatan, Tambah Teman, Follow, Block/Unblock, Kirim Pesan, Upload file, Buat Group, Gabung Group, Chat, Chatroom, Logout Data Login detail, Data akun detail, Data Update Status detail, Data Komentar Status detai, Data Status Suka detail, Data Album Foto detail, Data Anggota detail, Data Catatan detail, Data Teman detail, Data Follow detail, Data Block/Unblock detail, Data Pesan detail, Data Buat Group detail, Data file detail, Info kampus, Data Gabung Group detail, Data Chat detail, Data Chat Room detail D33 sinuschat_message sinuschat_rooms D34 Data chat room Data chat room detail Data room chat Data room chat detail D7 sinus_akunanggota Sinus_setting_web D6 Data setting web D8 sinus_akunlink Data akun link Data akun link detail uploadfile D4 berita D5 Info data anggota detail Info data status dinding detail Info data chat detail Info data chat room detail Cari data anggota, data status dinding, data chat, data chat room Data akun anggota detail Cari Data akun anggota Data akun link detail Data status dinding detail Cari Data status dinding Data chat Cari Data chat Data chat room detail Cari Data chat room Data room chat detail Data akun anggota Login, Update Status, Komentar Status, like status, Album Foto, Cari Anggota, Buat Catatan, Tambah Teman, Follow, Block/Unblock, Kirim Pesan, Gabung Group, Download file, Chat, Chatroom, Logout Data Login detail, Data akun detail, Data Update Status detail, Data Komentar Status detai, Data Status Suka detail, Data Album Foto detail, Data Anggota detail, Data Catatan detail, Data Teman detail, Data Follow detail, Data Block/Unblock detail, Data Pesan detail, Data file detail, Info Kampus, Data Gabung Group detail, Data Chat detail, data chat room detail Gambar 6. DFD Level 0 4.5.1. Perancangan Prosedural a) Flowchart Update Status Flowchart update status dapat dilihat pada gambar 7. Mulai Input Update Status Pengecekkan kosong/tidak field update status Kosong Pengecekkan akun aktif/tidak Button Tidak Aktif Aktif? Ya Tidak Cek data input udpate status Selesai Sudah Sesuai? Cek validasi boleh update status Tampil Pesan Kesalahan Tidak Tampil data udpate status Ya Pending Suspen Tidak Tidak Boleh Ya Ya Ya Tampil pesan Akun anda tidak dapat di akses Ya Tampil pesan โ€œMaaf Posting anda sudah melewati batas untuk akun yang belum aktifโ€ Tidak Gambar 7. Flowchart Update Status b) Flowchart Gabung Group Flowchart group dapat dilihat pada gambar 8. Mulai Gabung Group Cari Group Perlu Persetujuan? Pengecekkan akun aktif/tidak Aktif? Cek setting gabung group Selesai Pending Suspen Tidak Tidak Tampil pesan Maaf, Akun anda tidak dapat di akses Ya Tampil pesan โ€œMaaf Akun Anda belum aktif, Menunggu Persetujuan Dari Adminโ€ Ya Ya Tampil Halaman Group Tidak Tampil Pesan Menunggu Persetujuan Ya Gambar 8. Flowchart Gabung Group c) Flowchart Penambahan Album Foto Flowchart tampil data update status dapat dilihat pada gambar 9. Mulai Input judul dan deskripsi album foto Pengecekkan kosong tidak field judul foto Kosong Pengecekkan akun aktif/tidak Tampil pesan kesalahan Aktif? Ya Tidak Cek data input judul Selesai Sudah Sesuai? Tampil Pesan Kesalahan Tidak Pending Suspen Tidak Tidak Ya Tampil pesan Akun anda tidak dapat di akses Ya Tampil pesan โ€œMaaf Akun Anda belum aktif, Menunggu Persetujuan Dari Adminโ€ Ya Upload Foto Upload Ya Tidak Input File Foto Cek File Foto Sudah Sesuai? Ya Tidak Tampil Foto Ya Gambar 9. Flowchart Penambahan Album Foto ## 4.6. Implementasi Sistem Halaman login sebagai halaman untuk masuk kedalam sistem atau untuk mengakses halaman utama sesuai dengan hak akses pengguna.Didalam halaman utama ini terdapat beberapa menu antara lain: menu update status, info kampus, catatan, album foto, group, download, chatroom, chat, pencarian, dan menu notifikasi. Pengguna bisa pindah ke halaman lain dengan cara mengklik link yang tersedia. Tampilan halaman utama bisa dilihat pada gambar 10. ## Gambar 10. Halaman Utama Tampilan Halaman Profil dapat dilihat pada gambar 11. ## Gambar 11. Halaman Profil Tampilan halaman download file dapat dilihat pada gambar 12. Pada halaman ini terdapat menu untuk mengupload file dan mendownload file. Gambar 12. Halaman Download File Pada menu panel admin dibuat sehingga memungkinkan administrator dapat mengelola situs social network di STMIK Sinar Nusantara Surakarta dengan baik.Pada menu panel admin terdapat menu daftar anggota digunakan untuk mengelola dan menampilkan data anggota situs social network .Menu daftar group digunakan untuk mengelola dan menampilkan data group.Proses input, delete dan update mahasiswa, alumni dan dosendilakukan di pada menu tambah data mahasiswa, alumni dan dosen. Pada menu panel admin terdapat juga menu setting privacy web, setting web maintenance , setting syarat pendaftaran anggota, setting chat room, menu file manager, menu input info kampus, menu monitoring aktifitas anggota, monitoring chat anggota dan monitoring chat room anggota.Menupanel admin bisa dilihat pada gambar 13. ## Gambar 13. Halaman Admin 4.7. Rencana Penggunaan Situs Social Network Pada Infrastruktur Intranet Infrastruktur jaringan intranet di STMIK Sinar Nusatara Surakarta dapat dilihat pada gambar 14. ## Gambar 14. Infrastruktur Intranet Pada gambar 13.terdapat Network Operation Center (NOC) yaitu sebagai tempat administrator yang mengawasi, memantau dan mengamankan jaringan komunikasi yang didalamnya terdapat server situs social network dan radius server. XAMPP sebagai web server yang di dalamnya terdapat Apache web server, PHP 5 dan database MySQL yang digunakan untuk menjalankan aplikasi situs social network di STMIK Sinar Nusantara Surakarta. RADIUS ( Remote Authentication Dial-In User Service ) yaitu sebagai sebuah protokol keamanan komputer yang digunakan untuk melakukan autentikasi, otorisasi, dan pendaftaran akun pengguna secara terpusat untuk mengakses jaringan dalam Intranet di STMIK Sinar Nusantara Surakarta Infrastruktur Intranet di STMIK Sinar Nusantara Surakarta terdapat dua jaringan yaitu jaringan dengan kabel (menggunakan LAN) dan jaringan nirkabel (menggunakan wireless ) sehingga Mahasiswa, Alumni dan Dosen di STMIK Sinar Nusantara Surakarta dapat mengakses situs social network dengan terhubung dengan jaringan intranet di STMIK Sinar Nusantara Surakarta. Mahasiswa, Alumni maupun Dosen dapat mengakses situs social network pada jaringan nirkabel ( wireless ) yang terdapat pada gedung A, gedung B dan Gedung C di area STMIK Sinar Nusantara Surakarta yaitu dengan menggunakan laptop atau komputer yang mempunyai WLAN PCI Card untuk terhubung dengan jaringan wireless. Dosen juga dapat mengakses situs sosial network pada ruang dosen yang sudah terdapat beberapa komputer yang terkoneksi dengan jaringan intranet menggunakan jaringan kabel (menggunakan LAN). Komputer dengan jaringan kabel (menggunakan LAN) yang terhubung langsung pada intranet di STMIK Sinar Nusantara Surakarta juga terdapat pada ruang Lab komputer, ruang perpustakaan, dan beberapa tempat dekat tangga di setiap gedung. Penggunaan jaringan intranet memudahkan dalam mengakses situs social network di STMIK Sinar Nusantara Surakarta dalam lingkungan di STMIK Sinar Nusantara Surakarta. 4.8. Pengujian Black Box Pengujian sistem dengan metode black box hasil kebenaran pengujian dilihat dari keluaran yang dihasilkan dari data atau kondisi masukan yang diberikan untuk fungsi yang ada tanpa melihat bagaimana proses untuk mendapatkan keluaran tersebut. a) Pengujian Update Status Tabel 3.pengujian update status ## b) Pengujian Kirim Pesan Tabel 4.pengujian kirim pesan ## c) Pengujian Input Album Foto Tabel 5.pengujian input album foto ## V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Penerapan penggunaan teknologi AJAX membuat web yang dibuat menjadi interaktif dan responsif serta memiliki kecepatan dalam memproses request ke server, membuat permintaan kepada server tanpa memuat kembali (me-reload) halaman secara keseluruhan. 2. AJAX dapat diterapkan pada pembuatan menu update status , like status , komentar status, notifikasi , upload file , pencarian data dan chat pada situs social network Di STMIK Sinar Nusantara Surakarta. ## 5.2. Saran 1. Sistem masih dapat dibangun lebih lengkap seperti penambahan fitur untuk pembuatan album kenangan, tampilan nilai siakad dan penambahan fitur webcam chat. 2. Sistem dapat dibuat menarik lagi seperti perubahan tampilan yang dapat diubah- ubah sesuai dengan keinginan pengguna. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Wahana Komputer, 2010, Seri Belajar Sekejap Marketing Gratis dengan Facebook , Andi Publiser, Semarang. [2] O'Brien, J. A. and G.M. Marakas, 2011, Management Information System (10 edition.) , New York, McGraw-Hill. [3] Anhar ST, 2010, Panduan PHP & MySQL secara Otodidak , Media Kita, Jakarta. [4] Kadir, Abdul, 2009. Mastering AJAX dan PHP , Andi, Yogyakarta. [5] Akhmad Deniar P. K., Fazmah Arif Yulianto, Yanuar Firdaus A.W., 2009. Upload File Berbasis Web Menggunakan Ajax Dan Web Services .Net Dengan Metode Chunking , Jurnal Fakultas Informatika Institut Teknologi Telkom, Bandung. [6] Kustiyahningsih, Yeni. 2011, Pemrograman Basis Data Berbasis Web Menggunakan PHP & MySQL, Graha Ilmu , Jakarta. [7] Raharjo,Budi. 2011. Belajar Otodidak Membuat Database Menggunakan MySQL . Informatika, Bandung. [8] Herwin Anggeriana, 2012, Software Testing Life Cycle for SDLC evolution modeling , Jurnal IT Ilmiah. [9] Rizky Dhanta, 2009, Pengantar Ilmu Komputer , Indah,Surabaya.
4deb2300-63fe-4b34-aa51-a1d375e697ba
http://ejournal.sisfokomtek.org/index.php/jpkm/article/download/826/647
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.4 No.1 Maret 2023|pp: 403-408| DOI: https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i1.826 ## Sosialisasi dan Simulasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi Di SDN Sindangkasih III 1) Rivani Risha Kurniati*, 2) Merry Sunaryo 1)2) D-IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Indonesia Email Corresponding: [email protected]* ## INFORMASI ARTIKEL A B S T R A K Kata Kunci: Gempabumi Sosialisasi Mitigasi Simulasi Bencana Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi. Penanganan mitigasi bencana di Indonesia masih belum efektif dalam pelaksanaannya sehingga banyak masyarakat sekitar yang masih kurang dalam pemahaman dan pengetahuan terhadap karakteristik bahaya, kurangnya informasi yang menyebabkan ketidaksiapsiagaan ketika menghadapi bencana. Oleh karena itu, sosialisasi mitigasi bencana gempa bumi dapat dilakukan sejak dini kepada masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang cara yang harus dilakukan menghadapi bencana gempa bumi. Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan ini adalah pemberian materi dan pelatihan simulasi mitigasi bencana gempa bumi. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa seluruh siswa dapat mengikuti kegiatan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi ini dengan baik. Dilihat dari antusias dan interaktif siswa-siswi dalam menerima materi dan mengikuti petunjuk serta arahan yang diberikan pada saat kegiatan simulasi berlangsung. Dengan adanya sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi ini diharapkan siswa mampu mengurangi risiko bencana gempa bumi jika suatu waktu terjadi bencana gempa bumi. ## A B S T R A C T Keywords: Eartquake Mitigation Sovialization Simulation Disaster Earthquakes are vibrations or shocks that occur on the earth's surface due to the sudden release of energy from within the earth. Earthquakes are usually caused by the movement of the earth's crust. Handling disaster mitigation in Indonesia is still not effective in its implementation so that many surrounding communities are still lacking in understanding and knowledge of hazard characteristics, lack of information that causes unpreparedness when facing disasters. Therefore, socialization of earthquake disaster mitigation can be done early on to the community by providing knowledge about how to deal with earthquake disasters. The implementation method used in this activity is the provision of materials and training on earthquake disaster mitigation simulations. The results of the activity showed that all students were able to participate in the socialization and simulation of earthquake disaster mitigation activities well. Judging from the enthusiasm and interactiveness of the students in receiving the material and following the instructions and directions given during the simulation activity. With this socialization and earthquake disaster mitigation simulation, students are expected to be able to reduce the risk of an earthquake disaster if an earthquake occurs one day. This is an open access article under the CCโ€“BY-SA license. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.4 No.1 Maret 2023|pp: 403-408| DOI: https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i1.826 ## I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia; Lempeng Indo-Australia; dan Lempeng Pasifik. Indonesia mempunyai karakteristik geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, dan faktor non alam. Salah satu contoh faktor alam adalah gempa bumi. Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam bumi secara tiba-tiba. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi. Penanganan mitigasi bencana di berbagai daerah di Indonesia masih belum efektif dalam pelaksanaannya sehingga banyak korban yang terkena dampak akibat bencana yang telah terjadi, mulai dari kurangnya pemahaman masyarakat sekitar terhadap karakteristik bahaya, kurangnya informasi atau peringatan dini yang menyebabkan kurangnya persiapan ketika berhadapan dengan bencana, masih rendahnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat, terutama orang tua dan anak-anak dan pejabat pemerintah setempat dalam menyikapi kondisi alam yang rawan bencana, ketidaktahuan masyarakat khususnya orang tua dan anak terhadap upaya apa yang harus dilakukan jika bencana terjadi. Menyadari adanya risiko bencana gempa bumi, perlu ditumbuhkan kesadaran terhadap pengurangan risiko bencana pada masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan dari bencana gempa bumi, berupa teknik identifikasi daerah rawan bencana, sosialisasi peringatan dini, dan mitigasi bencana gempa bumi. Sosialisasi mitigasi bencana gempa bumi dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang cara yang harus dilakukan sebelum terjadinya bencana gempa bumi, saat terjadinya bencana gempa bumi, dan sesudah terjadinya bencana gempa bumi. Untuk kepentingan tersebut diperlukan sekolah berbasis siaga bencana yang dapat menjadi sarana yang efektif dalam memberikan informasi, pengetahuan, dan keterampilan kepada masyarakat tentang penanggulangan bencana gempa bumi. Pendidikan kebencanaan perlu dikembangkan mulai tingkat pendidikan dini untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan khususnya siswa. Pemberdayaan anak sejak usia dini untuk memahami bencana gempa bumi merupakan langkah awal dalam membangun masyarakat sadar bencana. Sehingga ketika terjadi bencana gempa bumi, masyarakat di wilayah yang berpotensi bencana gempa bumi mampu melakukan evakuasi sendiri sebelum tim evakuasi bencana gempa bumi turun tangan. Siswa, guru dan staff sekolah lainnya, adalah kelompok yang paling berisiko menjadi korban gempa. Oleh karena itu, terutama jika gempa bumi terjadi pada saat siswa sedang belajar di kelas, perlu ditanamkan secara nyata konsep proses terjadinya gempa, dampak gempa, dan tata cara penyelamatan diri dari gempa. Untuk mengajarkan sesuatu yang baru kepada anak tentunya kita membutuhkan cara yang tepat, efektif dan menyenangkan untuk melakukannya (Djamarah, 2005). Kesiapsiagaan bencana bagi siswa, guru dan pimpinan sekolah muncul dari proses pembelajaran mitigasi yang dilakukan. Tanpa proses ini, tidak mungkin menanamkan kesiapsiagaan bencana di dalamnya, dan tujuan utama mencapai masyarakat sadar bencana akan sulit. ## II. MASALAH Pentingnya mitigasi bencana untuk mengurangi korban jiwa maupun luka-luka yang menjadi dasar kegiatan sosialisasi ini dibuat. Mitigasi bencana menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana adalah salah satu peluang atau tindakan baik untuk mengurangi risiko bencana melalui pembangunan fisik, kesadaran dan peningkatan kemampuan untuk menangani risiko bencana. Guna mengurangi dampak dan risiko bencana mahasiswa Kampus Mengajar 3 mengadakan program Mitigasi Bencana dengan melakukan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi serta penanggulangannya di SDN Sindangkasih III yang diharapkan nantinya dapat membantu siswa-siswi dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana gempa bumi. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.4 No.1 Maret 2023|pp: 403-408| DOI: https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i1.826 Gambar 1. Lokasi Tempat Pengabdian Kepada Masyarakat ## III. METODE Adapun pelaksanaan Sosialisasi dan Simulasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi di SDN Sindangkasih III Kabupaten Majalengka melibatkan 34 siswa-siswi yang berasal dari kelas 4 dan kelas 5. Kegiatan ini dilaksanakan selama 1 (satu) hari yaitu pada tanggal 28 Mei 2022 di ruangan kelas dan lapangan sekolah dengan teknis pelaksanaannya menggunakan tampilan power point pada layar proyektor. Metode pelaksanaan yang digunakan pada kegiatan ini adalah dengan melakukan survei awal dengan pihak sekolah bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa-siswi tentang mitigasi bencana gempa bumi. Pelaksanaan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi dengan memberikan pemaparan pengetahuan dasar mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempa bumi sebelum, saat terjadi dan setelah kejadian gempa bumi menggunakan Bahasa dan istilah yang mudah dipahami oleh siswa-siswi Sekolah Dasar. Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa bumi ini diatur di ruangan kelas lokasinya berdekatan dengan lapangan sekolah sehingga memudahkan mereka melakukan evakuasi ke luar ruangan. Skenario simulasi kejadian dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung (situasi normal). Lalu tibat-tiba terjadi gempa bumi yang ditandai dengan bunyi sirine sebagai tanda terjadi gempa. Dan siswa dituntut untuk bereaksi sebagaimana sikap dan tindakannya dalam menghadapi situasi tersebut. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi dalam meningkatkan kesiapsiagaan siswa-siswi di SDN Sindangkasih III dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 Mei 2022. SDN Sindangkasih III merupakan salah satu sekolah yang akan mendapatkan dan menambah pengetahuan dan selalu siap siaga dalam menghadapi bencana serta mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk melindungi diri dari situasi gempa pada saat sebelum terjadi bencana, pada saat terjadi bencana dan setelah terjadi bencana. Sehingga perlu melakukan upaya pendidikan yang dapat memberikan pengetahuan bagi siswanya tentang dampak bencana gempa bumi. Diharapkan siswa mampu mengurangi risiko bencana gempa bumi jika pada suatu waktu terjadi bencana gempa bumi. Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.4 No.1 Maret 2023|pp: 403-408| DOI: https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i1.826 ## Gambar 2. Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi Upaya pendidikan pengetahuan tentang kebencanaan gempa bumi di sekolah yang dilakukan di SDN Sindangkasih III dilakukan pembelajaran dengan metode tematik menggunakan sosialisasi dengan penggunaan power point dalam pemaparannya. Sosialisasi menggunakan power point dengan desain yang menarik dapat menarik perhatian siswa, memotivasi atau memperingatkan siswa tentang bagaimana mengurangi risiko bencana gempa bumi. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang antusias dan interaktif saat kami memberikan materi mengenai mitigasi bencana gempa bumi. Sosialisasi dilakukan dengan pemberian materi berupa tahap-tahap evakuasi dalam mengurangi risiko dampak bencana gempa bumi yang terdiri dari tiga tahap yaitu tahap sebelum terjadinya gempa bumi, tahap saat terjadinya gempa bumi, dan tahap sesudah terjadinya gempa bumi. pada tahapan sebelum terjadi gempa bumi yang perlu disiapkan yaitu konstruksi bangunan tahan gempa, memperhatikan letak pintu dan tangga darurat, jalur evakuasi dan titik kumpul yang aman apabila berada di suatu lokasi, mempersiapkan barang-barang penting dalam satu tas seperti dokumen- dokumen, uang dan lain-lain, kemudian memiliki daftar kontak atau nomor penting seperti nomor polisi, nomor pemadam kebakaran, nomor BPBD, dan lain sebagainya. Pada tahapan yang kedua yaitu tahapan saat terjadi gempa bumi yang harus diingat yaitu TALI (Tenang, Aman, Lapangan, dan Ikuti) jadi harus tetap tenang dan jangan Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.4 No.1 Maret 2023|pp: 403-408| DOI: https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i1.826 panik, lindungi kepala dan berlindung di bawah meja, jauhi jendela, cermin dan benda-benda yang tergantung serta tetap di dalam ruangan dan segera keluar jika sudah merasa aman, kemudian jauhi gedung, pohon, papan reklame dan lampu jalan lalu ikuti aturan dan arahan dari pihak yang berwenang. Pada tahapan yang ketiga, tahapan setelah terjadi gempa bumi yang perlu diperhatikan yaitu tetap waspada ditakutkan ada gempa susulan, selalu dengarkan informasi dari radio, televisi atau HP tentang kejadian bencana, jauhi area yang hancur dan kembali ke rumah jika sudah dirasa aman atau sudah diperbolehkan oleh pihak yang berwenang. Kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa bumi dilaksanakan di dalam kelas, dan di luar kelas. Sebelum simulasi dimulai, terlebih dahulu siswa-siswi diberikan pengarahan mengenai tindakan yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi. Setelah pengarahan disampaikan pada seluruh siswa, maka kegiatan selanjutnya melakukan simulasi sesuai skenario yang telah dirancang. Skenario diawali dengan membunyikan sirine sebagai tanda awal terjadi gempa bumi. Siswa-siswi yang berada di ruang kelas dalam keadaan panik segera menunduk ke bawah meja dan melindungi kepala dengan menggunakan tas. Setelah itu, dibunyikan sirine kedua tanda gempa sudah berhenti dan seluruh siswa diperintahkan untuk ke luar ruangan menuju lapangan dengan tertib dan tanpa berdesak-desakan. Gambar 3. Pelaksanaan Simulasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi Seluruh kegiatan sosialisasi dan simulasi mitigasi bencana gempa bumi dapat diikuti dengan baik oleh seluruh siswa. Tampak bahwa sebagian besar siswa-siswi sudah mampu melaksanakan penyelamatan Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN) e-ISSN : 2745 4053 Vol.4 No.1 Maret 2023|pp: 403-408| DOI: https://doi.org/10.55338/jpkmn.v4i1.826 diri ketika terjadi gempa. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias dan interaktif mereka dalam menerima dan mengikuti petunjuk yang diberikan. ## V. KESIMPULAN Kegiatan sosialisasi dan simulasi ini berupa pembelajaran tentang mitigasi bencana gempabumi kepada siswa-siswi saat berada di dalam kelas dalam kegiatan belajar-mengajar yang tentunya sangat bermanfaat bagi peserta karena membantu memberikan pengetahuan teoritis dan praktik tentang simulasi gempa yang diikuti tanda-tanda ketika akan terjadi gempa, risiko dan upaya mengurangi, kesiapsiagaan, dan prosedur yang dilakukan ketika gempa terjadi. Hal ini dapat meningkatkan kesadaran akan tanggap bencana alam terutama gempabumi di SDN Sindangkasih III. ## UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak SDN Sindangkasih III yang telah memberikan izin serta membantu menyediakan tempat pelaksanaan kegiatan. Selain itu, disampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu sehingga kegiatan pengabdian ini dapat berjalan dengan baik. ## DAFTAR PUSTAKA Arisona, Risma D. (2020). Sosialisasi dan Simulasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi Dalam Meningkatkan Kesiapsiagaan Siswa SDN 2 Wates Ponorogo. Indonesian Engagement Journal . Maharani, N., Ni Putu E. K., & Ni Luh P. W. S. (2020). Sosialisasi dan Simulasi Gempa Bumi di SMPN 3 Kuta Selatan Badung Bali. Jurnal Bakti Saraswati, 9(10). Muhlisah, N., & Arpin, R. M. (2021). Sosialisasi mitigasi bencana alam. Abdimas Toddopuli: Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 2(2), 107-111. Nugroho, Cahyo.2007. Kajian Kesiapsiagaan Masyarakat Dalam Mengatisipasi Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Nias Selatan. Reportโ€“Unesco.Jakarta. Pangestu, A., Cols, J. K. C., Sehwaky, S. R., Fadila, F. F., Rumasoreng, R., & Hukubun, R. D. (2022). Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempabumi Untuk Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Nusaniwe Desa Seilale Kota Ambon. Empowerment: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(3), 408-414. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. Sahidu, H., Kosim, K., Ayub, S., & Gunawan, G. (2021). Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi pada Guru dan Siswa di SDN 1 Cakranegara Kota Mataram. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sains Indonesia, 3(2).
fd65895b-8a68-46d3-8c0d-7a4e75895739
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/1463/1241
## , ## Abstrak Sebuah perusahaan yang mengalami peningkatan laba bersih maka perusahaan tersebut akan dinilai memiliki kinerja yang baik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih PT. Selamat Sempurna, Tbk. Penelitian ini berjenis asosiatif dengan data kuantitaif dari sumber data sekuder. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daftar tabel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan yang berupa laporan neraca dan laporan laba rugi PT. Selamat Sempurna, Tbk sejak terdaftar di BEI selama 26 tahun. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Selamat Sempurna, Tbk selama 11 tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2022 dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling. Data dikumpulkan dengan dokumentasi dan studi pustaka. Analisa data menggunakan analisis regresi linear sederhana, koefisien korelasi, uji determinasi dan uji t. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap laba bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbk Kata Kunci: Perputaran Persediaan, Laba Bersih INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 2 Tahun 2023 Page 10914-10922 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih PT. Selamat Sempurna, Tbk Rosti Waliana Putri 1 โœ‰ , M. Rimawan 2 Program Studi Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bima Email: [email protected] 1 โœ‰ ## PENDAHULUAN Perusahaan pada umumnya mempunyai tujuan dan target, salah satunya yaitu untuk memperoleh laba dan pendapatan yang besar dengan cara mengurangi biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Setiap perusahaan baik itu perusahaan kecil maupun perusahaan besar menginginkan agar dari tahun ke tahun perusahaanya mengalami peningkatan laba. Laba mencerminkan aktivitas ekonomi perusahaan pada periode tertentu, sehingga seringkali laba dijadikan dasar sebagai penilaian pencapaian prestasi perusahaan (Mangayuk et al. 2019). Laba seringkali dijadikan dasar ukuran prestasi untuk mengambarkan keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya. Laba diukur dengan membandingkan pendapatan penjualan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Perbandingan tersebut diharapkan mampu menghasilkan nilai selisih yang positif (laba) secara optimal (Anshari dan Nurhayatin, 2019). Sebuah perusahaan yang mengalami peningkatan laba bersih maka perusahaan tersebut akan dinilai memiliki kinerja yang baik, sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian maka perusahaan tersebut dinilai memiliki kinerja yang buruk. Jika suatu perusahaan mengalami peningkatan laba bersih maka banyak investor atau pihak luar yang akan tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan tersebut. Namun pada kenyataannya, perusahaan tidak akan selalu mengalami peningkatan laba bersih dari Abstract A company that experiences an increase in net profit will be considered to have a good performance. This study aims to analyze the Effect of Inventory Turnover on PT. Congratulations Perfect, Tbk. This research is an associative type with quantitative data from secondary data sources. The research instrument used in this study is a list of tables. The population used in this study is all financial reports in the form of balance sheets and income statements of PT. Selamat Sempurna, Tbk since being listed on the IDX for 26 years. The sample in this study is the financial statements of PT. Selamat Sempurna, Tbk for 11 years, from 2012 to 2022 using a purposive sampling technique. Data is collected by documentation and literature study. Data analysis using simple linear regression analysis, correlation coefficient, determination test and t test. The results showed that there was no significant effect between inventory turnover on net income at PT. Congratulations Perfect, Tbk Keyword: Inventory Turnover, Net Income tahun ke tahun (Anggraini dan Indawati, 2020). Menurut Hery (2015) salah satu fakor yang dapat mempengaruhi laba bersih yaitu perputaran persediaan. Dalam peningkatan laba kita memerlukan perputaran persediaan untuk memprediksi berapa jumlah barang yang diganti dalam satu tahun. Menurut Wijaya (2022) perputaran persediaan adalah ukuran seberapa efisien sebuah perusahaan dapat mengendalikan barang dagangan atau persediaannya. Semakin tinggi rasio perputarannya semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengendalikan persediaannya. Semakin tinggi rasio perputaran persediaan menunjukkan bahwa dana yang akan disalurkan menjadi laba bersih akan semakin rendah dan hal ini baik bagi perusahaan namun begitupun sebaliknya, semakin rendah perputaran persediaan maka tidak baik bagi perusahaan yang mengakibatkan dana yang tertanam dalam persediaan tidak cepat kembali menjadi kas perusahaan. Semakin tinggi perputaran persediaan otomatis volume penjualan akan semakin besar yang tentunya perusahaan dapat meraih keuntungan yang optimal, dimana keuntungan dan kepuasan pelanggan merupakan ukuran penilaian dari keberhasilan suatu perusahaan dan keberlangsungan hidup perusahaan (Pethy dan Dianita, 2022). PT. Selamat Sempurna Tbk bergerak bidang industri alat-alat perlengkapan (suku cadang) dari berbagai macam alat-alat mesin pabrik dan kendaraan, dan yang sejenisnya. Merek produk dari Selamat Sempurna Tbk, antara lain: merek Sakura untuk produk S/F dan Filtration; dan merek ADR untuk produk radiator, dump hoist, coolant dan brake parts. PT. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1980. PT. Selamat Sempurna Tbk telah terdaftar sebagai perusahaan publik sejak tahun 1996 di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham SMSM. Berikut data penjualan, rata-rata persediaan dan laba bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbk. Tabel 1. Data Penjualan, Persediaan dan Laba Bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbk Tahun 2013-2022 (Data Disajikan Dalam Jutaan Rupiah) Tahun Penjualan (Rp) Persediaan (Rp) Laba Bersih (Rp) 2013 2.372.982 397.738 350.577 2014 2.632.860 432.027 421.467 2015 2.802.924 580.755 461.307 2016 2.879.876 555.341 502.192 2017 2.339.964 657.257 555.388 2018 3.933.353 758.315 633.550 2019 3.935.811 783.584 638.676 2020 3.233.693 720.543 539.116 2021 4.162.931 1.099.924 728.263 2022 4.894.164 1.168.710 935.944 Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 1 diatas, menunjukan bahwa terdapat fenomena masalah terkait dengan penjualan PT. Selamat Sempurna, Tbk yang mengalami fluktuasi, dimana penjualan PT. Selamat Sempurna, Tbk untuk tahun 2017 sebanyak Rp. 2.339.964 turun sebanyak Rp. 539.912 dibandingkan dengan penjualan tahun 2016 yang sebanyak Rp 2.879.876. Tahun 2019 penjualan sebanyak Rp. 3.935.811 turun sebanyak Rp. 702.118 di tahun 2020, penurunan penjualan yang cukup besar ini dikarenakan oleh melemahnya daya beli konsumen atau masyarakat saat terjadinya krisis ekonomi akibat pandemi yang terjadi pada tahun 2020. Selain penjualan, persediaan dan laba bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbk mengalami penurunan pada tahun 2016 dan pada tahun 2020. Persediaan pada tahun 2016 turun sebanyak Rp. 25.414 dan pada tahun 2020 turun sebanyak Rp. 18.886, Sedangkan laba bersih pada tahun 2020 turun sebanyak Rp. 99.560. Hal ini diakibatkan oleh melemahnya daya beli masyarakat akibat pandemi. Berdasarkan fenomena masalah tersebut, mendasari peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul โ€œ Pengaruh P erputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih PT. Selamat Sempurna, Tbkโ€. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini mencari pengaruh antara perputaran persediaan (X) terhadap laba bersih (Y) pada PT. Selamat Sempurna, Tbk. Penelitian ini memiliki jenis sebagai penelitian asosiatif, kemudian data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data dalam penelitian ini diakses pada website resmi www.idx.co.id dan http://smsm.co.id, sedangkan alamat PT. Selamat Sempurna, Tbk berada di Wisma ADR. Jl. Pluit Raya I No. 1. Jakarta Utara. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daftar tabel yang berisi data penjualan, rata-rata persediaan dan laba bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbk. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh laporan keuangan yang berupa laporan neraca dan laporan laba rugi PT. Selamat Sempurna, Tbk sejak terdaftar di BEI dari tahun 1996 sampai tahun 2022 yaitu selama 26 tahun yang di dapatkan melalui situs www.idx.co.id. Sampel dalam penelitian ini adalah laporan keuangan PT. Selamat Sempurna, Tbk selama 11 tahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2022 dengan menggunakan teknik sampling purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi pustaka. Adapun dokumentasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan pada PT. Selamat Sempurna, Tbk dalam bentuk laporan neraca dan laporan laba rugi dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2022. Sedangkan studi pustka yang dimaksudkan adalah pencairan data dan informasi melalui dokumen-dokumen, jurnal, buku, ataupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam proses penulisan. Analisis data penelitian ini memanfaatkan SPSS V. 20 dengan tindakan analisis regresi linear sederhana, koefisien korelasi, uji determinasi dan uji t. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Regresi Linear Sederhana Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linear Sederhana Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standar dized Coefficie nts B Std. Error Beta 1 (Constant) 14,237 ,586 PERPUTARAN PERSEDIAAN -,218 ,111 -,569 a. Dependent Variable: LABA BERSIH Sumber : Data Sekunder Diolah SPSS v22, 2023 Hasil olah data pada tabel 3 diatas, maka dikatahui persamaan regresi linier sederhana dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = a + bX Y = 14,237 - 0,218 X Adapun interpretasi dari regresi diatas adalah sebagai berikut : Konstanta (a) Nilai Konstanta sebesar 14,237 yang berarti jika Perputaran Persedian (X) sama dengan nol maka Laba bersih (Y) akan naik sebesar 14,237. Perputaran Persedian (X) terhadap Laba bersih (Y) Nilai koefisien Perputaran Persedian untuk variabel X sebesar -0,218. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan Perputaran Persedian maka variabel laba bersih akan berkurang sebesar 0,218. ## Koefisien Korelasi Tabel 3. Hasil Uji Koefisien Kolerasi dan Uji Determinasi Model Summary Mo del R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 ,569 a ,323 ,239 ,2631369 a. Predictors: (Constant), PERPUTARAN PERSEDIAAN Sumber : Data Sekunder Diolah SPSS v22, 2023 Dari hasil analisis tersebut, diperoleh nilai korelasi sederhana adalah sebesar 0,323 Hasil tersebut menjelaskan bahwa terdapat Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih Pada PT. Selamat Sempurna, Tbk. Untuk dapat memberi interpretasi terhadap kuatnya pengaruh itu maka dapat digunakan pedoman seperti pada tabel berikut : Tabel 4. Pembanding Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi Interval Koofisien Tingkat Hubungan 0,00 โ€“ 0,199 0,20 โ€“ 0,399 0,40 โ€“ 0,599 0,60 โ€“ 0,799 0,80 โ€“ 1,000 Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat Sumber : Sugiyono 2016 Jadi kolerasi hubungan terdapat persediaan terhadap laba bersih sebesar 0,569 berada pada interval 0,40 โ€“ 0,599 dengan tingkat hubungan sedang. ## Uji Determinasi Jika dilihat berdasarkan tabel 3 diatas, diketahui bahwa besarnya pengaruh antara perputaran persediaan terhadap laba bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbk yang dinyatakan secara kuantitatif dengan pengujian koefisien determinasi lalu diperoleh nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,239 atau 23,9%, sedangkan sisanya 76,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini misalnya Perputaran Piutang, Perputaran Kas dan variabel-variabel lain. Uji t Tabel 5. Hasil Uji t Coefficients a Model t Sig. 1 (Constant) 24,315 ,000 PERPUTARAN PERSEDIAAN -1,956 ,086 a. Dependent Variable: LABA BERSIH Sumber : Data Sekunder Diolah SPSS v22, 2023 Dk = n โ€“ 2 = 10 โ€“ 2 = 8 sehingga nilai t tabel sebesar 2,306. Dari tabel 5 diatas, diketahui nilai t hitung sebesar -1,956 lebih kecil dari t tabel 2,306 (-1,956 < 2,306) Kemudian nilai Sig dari output SPSS sebesar 0,086 ternyata lebih besar dari 0,05 (Sig 0,086 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa โ€œtidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap laba bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbkโ€ sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Semakin lama waktu perputaran persedian maka semakin besar juga beban yang wajib ditanggung perusahaan untuk memperhatikan persediaan pada gudang dalam kondisi baik. Hasil tersebut membuktikan bahwa pihak perusahaan kurang efisien pada mengelola persediaannya. Risiko yang terlibat termasuk penyusutan harga, biaya perawatan, biaya penyimpanan, dan perubahan selera konsumen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mangayuk, et al (2019) dan Fauziah dan Sugijanto (2022) yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan perputaran persediaan terhadap laba bersih perusahaan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pethy dan Dianita (2022) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan perputaran persediaan terhadap laba bersih perusahaan. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan, kesimpulan dalam penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara perputaran persediaan terhadap laba bersih pada PT. Selamat Sempurna, Tbk dengan tingkat hubungan yang rendah. Oleh sebab itu maka PT. Selamat Sempurna, Tbk disarankan untuk terus meningkatkan laba bersihnya sehingga akan berdampak pada kinerja keuangan yang baik. ## DAFTAR PUSTAKA Anggraini, A. , Indawati. 2020. โ€œPerputaran Per sediaan Memoderasi Penjualan Dan Biaya Produksi Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Pulp & Paper.โ€ KREATIF : Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen Universitas Pamulang 8(2): 39 โ€“ 56. Anshari, I., Nurhayatin, I . 2019. โ€œPengaruh Perputaran Piutang Dan Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih Pt Unilever Indonesia, Tbk.โ€ Jurnal Akuntansi 13(1): 62 โ€“ 81. Arikunto, S. 2016. Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fauziah, R., Sugijanto. 2022. "Pengaruh Penjualan, Perputaran Kas, Dan Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih." Journal of Sustainability Business Research 3(3):285-293. Hery. 2015. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS. Kasmir. 2016. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Mangayuk, E. N., Sondakh, J. J., Suwetja, I. G . 2019. โ€œPengaruh Perputaran Kas Dan Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Laba Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Dan Konsumsi Yang Terdaftar Di Bei.โ€ Jurnal EMBA 7(3): 8 โ€“ 17. Masril . 2021. โ€œPengaruh Penjualan, Perputaran Persediaan, Rasio Profitabilitas Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus Makanan Dan Minuman Bursa Efek Indonesia).โ€ EKONAM: Jurnal Ekonomi 3(2): 84 โ€“ 93. Mulyana, A., Pethy, D. T. O . 2018. โ€œPengaruh Biaya Operasional Dan Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih.โ€ Organum: Jurnal Saintifik Manajemen dan Akuntansi 1(2): 99 โ€“ 105. Phety, D. T. O., Dianita, M. 2022. "Pengaruh Perputaran Persediaan Dan Volume Penjualan Terhadap Laba Bersih Pada Pt. Unilever Tbk." ACCRUAL : Accounting Reseach Journal 1(1):1-9. Pratiwi, O. A., Prabowo, S. C. B. 2017. "Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang, Dan Siklus Konversi Kas Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2011 โ€“ 2016)." Jurnal Akutansi 2(1):1-19. Sinaga, J. B. L. A. B., Sihotang, M., Oktavia, Desiani, J., Hendry . 2019. โ€œPengaruh Penjualan, Biaya Operasional, Total Hutang, Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode 2014 - 2017.โ€ Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma (JRAM) 6(2): 99 โ€“ 108. Sitompul, J., Siahaan, Y. P., Butar, M., Gulo, J. C., Bondar, A. A . 2022. โ€œPengaruh Total Hutang Dan Perputaran Persediaan Terhadap Laba Bersih Pada Perusahaan Sub Sektor Industri Logam Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia.โ€ Jurnal Global Manajemen 11(1): 229 โ€“ 237. Sugiyono. 2016. Bandung: Alfabeta Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Wijaya, R. S. 2022. โ€œPengaruh Perputaran Persediaan , Laba Produksi , Dan Biaya Operasional Terhadap Laba Bersih ( Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015- 2019 ).โ€ Jurnal Pundi 06(01): 231 โ€“ 244. Wulandari, B., Ompusunggu W. A . 2021. โ€œPengaruh Perputaran P iutang, Penjualan, Perputaran Kas, Perputaran Persediaan Dan Hutang Terhadap Laba Bersih.โ€ Journal of Economic, Business and Accounting 4(2): 445 โ€“ 454.
643439a3-7404-48ef-bcbb-2959f840f1a0
http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa/article/download/7172/8836
## Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Online: http://journal.uny.ac.id/index.php/jppfa ## KEBIJAKAN KEPALA SEKOLAH DALAM PENDAYAGUNAAN MODAL SOSIAL UNTUK PENINGKATAN VITALITAS SEKOLAH ## MENENGAH PERTAMA SWASTA 1) Suwadi, 2) Suyata, 3) Sumarno 1) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2) 3) Universitas Negeri Yogyakarta 1) [email protected]; [email protected], 2, 3) [email protected] ## Abstrak Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pola pendayagunaan modal sosial untuk peningkatan vitalitas sekolah swasta. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif naturalistik. Lokasinya di Kabupaten Sleman. Subjek terdiri dari tiga kasus yang dipilih secara purposive. Prosedur penelitian ditempuh dengan empat langkah, dengan metode penggalian data: observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan model induktif sedangkan tingkat kepercayaan hasil-hasil penelitian ditempuh dengan cara terpenuhinya kriteria kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konformabilitas. Temuan penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, terdapat variasi dalam pemanfaatan modal sosial sekolah. Kedua, pendayagunaan modal sosial menunjukkan pola menjembatani dan mempererat melalui komponen jejaring, relasi saling menguntungkan dan membantu, dan kepercayaan. Ketiga, kebijakan kepada sekolah dalam memanfaatkan modal sosial ditunjukkan oleh integritas sekolah dalam program pengembangan akademik, sumber daya manusia, sistem pendanaan dan budaya lokal. Keempat, kebijakan pemanfaatan modal sosial didasarkan pada nilai militansi dan loyalitas (kasus pertama),nilai silaturahim dan syafaat (kasus kedua), dan universalisme Islam (kasus ketiga). Kata kunci : modal sosial, jaringan, relasi, kepercayaan, vitalitas sekolah ## PRINCIPALโ€™S POLICIES IN THE UTILIZATION OF SOCIAL CAPITAL FOR SCHOOLโ€™S VITALITY IMPROVEMENT IN PRIVATE JUNIOR HIGH SCHOOL 1) Suwadi, 2) Suyata, 3) Sumarno 1) Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2) 3) Universitas Negeri Yogyakarta 1) [email protected]; [email protected], 2, 3) [email protected] ## Abstract This study aims at finding the potential and the actuality of social capital to improve the quality of private junior high schools. This study was conducted by means of naturalistic qualitative approach. The setting was Sleman Regency. The subjects consisted of three cases of school established through purposive sampling techniques. The research procedure consisted of four steps by means of data collection methods in the form of observation, in-depth interviews, and document study. The data were using by inductive models, while the validity of the result met the criteria of credibility, transferability, dependability and conformability. The research findings are as follows. First, (a) there are some varieties of using the school social capital. (b) The using of school social capital indicated the models of bridging and bonding the network elements, reciprocal relationship, mutual aid and trust. (c) The school performance in using the social capital could be seen from the school integrity in the academic development, human resources, funding system and the local contents. (d) The reason of utilizing the social capital was based on such values as militant and loyality (the first case), silaturahim and syafaat (the second case), and Islamic universalism (the third case) Keywords : social capital, network, reciprocal, trust, school vitality ## PENDAHULUAN Pendidikan atau sekolah memiliki hubungan timbal balik (reciprocity) dengan masyarakat dan realitas sosial untuk meres- pons tanda-tanda zaman. Dikatakan demikian karena melalui pendidikan, peradaban manu- sia dapat tumbuh dan berkembang. (Fรคgerlind & Saha, 1983, p. vi). Pendidikan berada pada masyarakat, sehingga ilmu pendidikan dan praksis pendidikan tumbuh dan berkembang di masyarakat. Sementara itu pendidikan, me- nurut Rao (2003, p. 8), education is about people learning. Melalui pendidikan manusia dapat membuat rekayasa masa depan, (Sindhunata, 2000, p. 9), bahkan dengan pen- didikan takdir pun dapat diretas. (Depag RI, 1989, p. 370), sehingga melalui pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup (Tauchid, 1977, p. 15). Dengan kata lain, hu- bungan timbal balik dalam pendidikan memi- liki peran penting dalam membangun pera- daban suatu bangsa. Peran pendidikan dalam lembaga pendidikan formal dapat dijelaskan melalui dua hal. Pertama, bagaimana institusi sekolah mengetahui potensi dan aktualisasi modal so- sial. Kedua, seperti apa vitalitas sekolah dalam pemanfaatan modal sosial. Peran yang pertama ditunjukkan oleh kebijakan kepala sekolah dalam mengelola aset sekolah untuk meningkatkan vitalitas sekolah. Sedangkan peran yang kedua menunjukkan kinerja kepala sekolah dalam mendayagunakan aset sekolah menjadi modal sosial yang bermanfaat bagi peningkatan vitalitas sekolah. Dalam kerangka ini, modal sosial dikonsepsikan sebagai jejaring (network) yang didayagunakan dan menjadi komitmen seko- lah untuk mengembangkannya dalam mem- bangun kepercayaan (trust), relasi-relasi timbal balik yang saling menguntungkan (reciprocal relationships) dan saling mem- bantu (mutual aid) berbasis pada jejaring tersebut. Kemudian vitalitas sekolah dikon- sepsikan sebagai kinerja ( performance ) seko- lah dalam pengembangan akademik (kuriku- lum, silabus dan perpustakaan), kualitas dan kuantitas sumber daya manusia (tenaga pendidik, tenaga kependidikan dan murid), sistem pendanaan, dan pengembangan muatan lokal atau budaya sekolah.. Untuk menjadikan sekolah efektif dibutuhkan intrumen yang kuat dan kokoh melalui sebuah relasi sosial. Relasi sosial ini penting karena melalui relasi sosial sekolah dapat memfasilitasi dan menjawab kebutuhan serta tuntutan sekolah efektif. Disamping itu relasi sosial juga mendorong perbaikan seko- lah. Relasi sosial sebagai modal untuk mendo- rong sekolah berelasi yang saling mendukung dan menguntungkan sehingga melahirkan ke- percayaan (trust ). Relasi sosial sekolah bisa juga sebagai instrumen atau sarana mobilitas vertikal, sehingga menimbulkan hal-hal yang saling membantu menguntungkan dan mendu- kung sehingga kepercayaan terbangun. Relasi sosial juga dapat mempertegas identiitas, sehingga mendorong perbaikan dan pening- katan komponen pendidikan seperti kuriku- lum, sumber daya manusia, sarana dan pra- sarana pendidikan serta muatan lokal atau budaya. Namun yang pada dataran fenomena, modal sosial belum mampu diidentifikasi oleh kepala sekolah secara optimal, baik yang berada pada internal sekolah maupun ekster- nal sekolah. Disamping itu kepala sekolah juga belum mampu memanfaatkan dan men- dayagunakan modal sosial untuk kehidupan sekolah. Menurut Hwan (2005, p. 147), pe- manfaatan modal sosial dalam kinerja sekolah dapat meningkatkan vitalitas sekolah. Bahkan dipertegas oleh Dewey, (1964, pp. 10-22), bahwa fungsi sekolah sebagai institusi pendi- dikan, fungsi sekolah tersebut adalah sebagai agen perubahan (agent of change), kebutuhan hidup (necessity of life), fungsi sosial (social function), memberi arah (direction), pertum- buhan (growth), konservasi dan kemajuan (conservative and progressive). Fungsi tersebut dapat berjalan maksimal bila mana kinerja sekolah berjalan sehat (healthy) dan berbasiskan modal sosial sekolah . Data dari Dinas Pendidikan dan Olahraga Kabupaten Sleman menunjukkan bahwa di Kabupaten Sleman terdapat 106 sekolah menengah pertama, yang terdiri dari 54 SMP Negeri, dan 52 SMP Swasta. ( http://disdiksleman.org ). Bila dikaji lebih mendalam terhadap 52 sekolah swasta di Kabupaten Sleman menunjukkan variasi vita- litas sekolah. Variasi tersebut tergambar da- lam kinerja sekolah pada lima tahun terakhir yang menunjukkan kategori baik, sedang dan kurang. Perbedaan kinerja sekolah tersebut di- sebabkan oleh perbedaan pengelolaan pendi- dikan dalam pendayagunaan dan pemanfaat- ## 174 โ€“ Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi an potensi modal sosial. Adapun variasi terse- but diperkirakan memperlihatkan tiga ten- densi. Pertama, sekolah bervitalitas rendah berangsur-angsur menjadi sekolah bervitalitas sedang dan tinggi. Kedua, sekolah bervitalitas tinggi, tetapi kemudian menjadi sekolah bervi- talitas sedang dan rendah. Ketiga, sekolah yang dalam 5 (lima) tahun terakhir berada pada posisi vitalitas yang kurang lebih sama, tidak ada peningkatan dan penurunan vitalitas sekolah. Berdasarkan penelitian awal menggu- nakan hasil akreditasi sekolah diambil tiga sekolah di Kabupaten Sleman dengan kategori sekolah yang memiliki vitalitas rendah, se- dang dan tinggi pada lima tahun terakhir. Sekolah yang memiliki vitalitas rendah diwa- kili oleh SMP Muhammadiyah 1 Depok, sekolah dengan vitalitas sedang diwakili oleh SMP Diponegoro Depok dan sekolah dengan vitalitas tinggi diwakili oleh SMP Budi Mulia Dua Depok. Pada lima tahun terakhir ketiga sekolah ini memiliki sejarah khusus dalam kinerjanya. Sekolah yang pertama berafiliasi kepada Persyarikan Muhammadiyah, semen- tara sekolah yang kedua berafiliasi kepada Lembaga Pendidikan Maโ€™arif Nahdhatul Ula- ma dan sekolah ketiga berafiliasi pada Yaya- san Pendidikan Budi Mulia Dua yang di- dirikan oleh tokoh nasional terkenal. Pada lima tahun yang lalu, sekolah yang pertama, memiliki vitalitas rendah yang ditunjukkan oleh jumlah siswa pada tahun pelajaran 2008/2009 khususnya pada kelas tujuh memiliki siswa sebanyak 10 orang, manajemen sekolah yang tidak jelas (tidak ada kepala sekolah yang definitif) dan akreditasi sekolah peringkat B. Sementara itu, sekolah kedua dapat dikategorikan pada posisi vita- litas sedang dimana pada tahun pelajaran 2008/2009 jumlah siswa pada kelas tujuh sebanyak 63 orang, memiliki kepala sekolah dan akreditasi sekolah kategori B. Selanjutnya sekolah ketiga berada pada vitalitas tinggi, semenjak awal sekolah ini memiliki segmen- tasi tersendiri dimana pada tahun pelajaran 2008/2009 jumlah siswa kelas ketujuh se- banyak 80 siswa, sekolah memiliki kepala sekolah yang kreatif sehingga akreditasi seko- lah berada pada kategori A. (Dokumen Laporan Individu Sekolah, 2009-2014). Dengan demikian, upaya mengetahui potensi dan aktualiasi modal sosial di sekolah memiliki kedudukan yang lebih penting dari pada modal manusia dalam pengalaman pendidikan dan pekerjaan seperti yang di- kemukakan oleh Lin (2004, p.97), โ€... that sosial capital may be as important as or even more important than human capital (education and work experience) in status attainmentโ€. Karena modal sosial merupakan berbagai sumber daya dan jaringan sosial yang tertanam dalam hubungan antar aktor walaupun mereka dibangun dalam konteks yang berbeda. Pentingnya pemanfaatan dan penda- yagunaan modal sosial ini memberi pengaruh yang besar terhadap vitalitas sekolah. Hal ini secara implisit sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Parsons (2004, p. 32); (Dewey, 1964, pp. 10-22); bahwa fungsi sekolah adalah membangun masyarakat secara ber- sama-sama, โ€œ... functions of schools that help hold society together.โ€ Hal ini berhubungan dengan stratifikasi. (Ballantine, 1983, p. 75); (Gamoran, 2004, p. 250); (Giddens & Held, 1982, p. 119); (Parsons, 1981, p. 274); (Budi- rahayu, 2012, p. 170). Juga hasil dari sosia- lisasi (Berger&Luckman, 1967, p. 85). Se- hingga posisi individu secara fisik, berakar di dalam ikatan keluarga. (Coleman, 1973, p. 134); (Bourdieu, 1977, p. 487); (Fรคgerlind& Saha, 1983, p. 20); (Buchori, 1994, pp. 3-9). Sedangkan terkait teori modal sosial (theory of social capital) ditemukan pertama kali oleh dua tokoh besar yakni Bourdieu dan Coleman. (Hรคuberer, 2011, p. 35) Selanjutnya Putnam membagi elemen modal sosial men- cakup 1) kepercayaan (Trust), 2) jaringan ke- terlibatan masyarakat/warga (Networks of Civil Engagement), 3) norma hubungan yang saling menguntungkan (Norms of Recipro- city). (Putnam, 1993, p. 13); Svendsen & ( Svendsen, 2009, p. 3); (Lin, 2001, pp. 4-8). Dengan demikian sekolah berdampak pada masyarakatnya (school matter) . (Mortimore, et al., 1988, p. 1); (Hwan, 2005, p. 147); (Tesconi & Hurwitz, 1974, p. 78); (Kholis, Zamroni & Sumarno, 2014, pp. 130-142). Me- nurut Ancok (2003, pp. 20-23), modal sosial memiliki kegunaan dalam kehidupan seperti manfaatnya pada masyarakat dalam bentuk rasa percaya (trust). (Suwadi, 2013, p. 2677; 2015). Vitalitas sekolah dapat dilacak dari konsep sekolah efektif (effective schools) dari Beare, Caldwell & Millikan, (1989, p. 62); (Fullan, 1993, p. 15); (Mortimore, et al., 1988, p. 263). Tanpa itu, sekolah sehebat apapun mengalami stagnasi (kemandegan) dan invo- lusi (berjalan di tempat). (Ali, 2009, p. vii); (Kotter, 1996, p. 26); (Muhadjir, 2003, p. 1); (Hopper, 1979, p. 153); (Pring, 2004, p. 43). Gaya kepemimpinan sekolah mengikuti alur ilmu pendidikan yang menekankan pada di- mensi kultural. (Deal & Peterson, 1994, p. xi); (Tilaar, 2009, p. 88); (Coleman, 1968, pp. 7- 22); (Ornstein, 1977, p. 552); Felestin & Triyono, 2015, p. 13, sehingga pembinaan gu- ru diarahkan pada sosok guru pada era glo- balisasi (Olssen, Codd & Oโ€™Neill, 2004, p. 2); (Rao, 2003, p.35). Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini dipandang penting dan strategis untuk dilakukan guna meningkatkan vitalitas sekolah swasta agar memiliki peran yang lebih dalam membangun peradaban suatu bangsa. Hasil penelitian ini dapat dimanfaat- kan oleh kepala sekolah dalam mendayagu- nakan modal sosial untuk meningkatkan vita- litas sekolah swasta. Permasalahan penelitian ini terfokus pada tiga hal yakni: (1) mengkaji seperti apa pola-pola pemanfaatan dan pendayagunaan potensi modal sosial untuk meningkatkan vitalitas sekolah swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta, (2) Bagaimana kapasitas dan integritas kepemimpinan sekolah dalam pe- manfaatan dan pendayagunaan modal sosial untuk menangkap peluang dan kendala dalam peningkatan vitalitas sekolah, dan (3) Menga- pa potensi modal sosial dijadikan sebagai agen perubahan untuk meningkatkan vitalitas sekolah. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk menggambarkan pola-pola pemanfaatan dan pendayagunaan potensi modal sosial untuk meningkatkan vitalitas sekolah swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta, (2) menemu- kan kapasitas dan integritas kepemimpinan sekolah dalam pemanfaatan dan pendayagu- naan potensi modal sosial sekolah, dan (3) menemukan alasan dan rasionalisasi serta nilai-nilai dalam potensi modal sosial yang dapat dijadikan sebagai agen perubahan untuk meningkatkan vitalitas sekolah. Secara teoritis, penemuan tentang pola-pola pemanfaatan dan pendayagunaan potensi modal sosial untuk meningkatkan vitalitas sekolah dapat memberikan kerangka teori keilmuan pendidikan bagi para peneliti, pakar dan policy makers praksis pendidikan persekolahan. Secara metodologis, unsur-un- sur yang terkait dengan pemanfaatan dan pen- dayagunaan potensi modal sosial dalam me- ningkatkan vitalitas sekolah, kapasitas dan integritas kepemimpinan sekolah dalam pe- manfaatan dan pendayagunaan potensi modal sosial, dan rasionalisasi pemanfaatan modal sosial untuk meningkatkan vitalitas sekolah melalui usaha menyuburkan, meningkatkan dan mendayagunakan potensi modal sosial sekolah dapat dikembangkan lebih lanjut. Secara praktis kemasyarakatan, hasil-hasil penelitian ini bermanfaat bagi pemerintah RI melalui Kementerian Pendidikan dan Kebuda- yaan, Kementeriaan Agama, Lembaga Pendi- dikan dan Tenaga Keguruan (LPTK), sekolah dan madrasah dalam pengembangan vitalitas pendidikan persekolahan berbasis modal sosial. ## METODE PENELITIAN Jenis penelitian lapangan, multi case study, ini menggunakan pendekatan kualitatif naturalistik. Penelitian ini dilaksanakan selama satu tahun mulai bulan Desember 2013. Tem- pat penelitiannya yaitu di tiga Sekolah Mene- ngah Pertama (SMP) swasta yakni SMP Muhammadiyah 1 Depok, SMP Diponegoro Depok, dan SMP Budi Mulia Dua. Ketiga lokasi berada di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lokasi dipilih dengan empat pertimbangan. Pertama, Ketiga sekolah tersebut pada lima tahun yang lalu kinerjanya masing-masing da- lam kategori kurang, sedang dan baik,. Kedua, sekolah-sekolah tersebut diasumsikan memi- liki perbedaan pendayagunaan potensi modal sosial dalam mengelola pendidikan sehingga menghasilkan variasi vitalitas sekolah. Ke- tiga, terdapat variasi vitalitas sekolah yang di- perkirakan memperlihatkan tiga tendensi, yakni pertama sekolah bervitalitas rendah ber- angsur-angsur menjadi sekolah bervitalitas sedang dan tinggi. Kedua, sekolah bervitalitas tinggi kemudian menjadi sekolah bervitalitas sedang dan bisa jadi rendah. Ketiga, sekolah yang dalam 5 tahun terakhir berada pada po- sisi vitalitas yang kurang lebih sama atau tetap bertahan. Subjek penelitian ini terdiri dari key informant pangkal adalah kepala sekolah, sedangkan informan penelitian ini adalah ## 176 โ€“ Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi pengelola yayasan/persyarikatan, orang tua murid dan pihak terkait di lingkungan SMP Muhammadiyah 1 Depok, SMP Diponegoro Depok. SMP Budi Mulya Dua Depok. Penentuan subjek penelitian dilaku- kan dengan purposive dan snowball sample. Artinya informan bertambah terus sampai informasi yang diperoleh memuaskan atau su- dah tidak dapat bertambah lagi atau jenuh (redundancy). Objek penelitian ini adalah peman- faatan dan pendayagunaan potensi modal sosial untuk meningkatkan vitalitas sekolah swasta di Kabupaten Sleman Yogyakarta, program-program sekolah yang dicanangkan untuk meningkatkan vitalitas sekolah pada 5 tahun terakhir, kapasitas dan integritas kepe- mimpinan sekolah dalam pemanfaatan dan pendayagunaan potensi modal sosial untuk menangkap peluang dan kendala dalam pe- ningkatan vitalitas sekolah, pendayagunaan jejaring ( network ) untuk mencapai keberha- silan program-program tersebut dan kapasitas dan integritas pimpinan sekolah, pengelola yayasan, orangtua murid dan pemerintah dae- rah dalam mencapai keberhasilan program- program tersebut, potensi modal sosial dijadi- kan agent perubahan terhadap vitalitas seko- lah dan alasan dan rasionalisasi yang diperlu- kan sebagai modal dasar untuk menyuburkan, meningkatkan dan mendayagunakan potensi modal sosial sekolah dalam vitalitas sekolah. Prosedur penelitian dilakukan dengan empat langkah 1) pengumpulan data, 2) re- duksi data melalui koleksi data, pengkodean data, dan refleksi data, 3) display data, dan 4) penarikan kesimpulan/verifikasi. Alat pengumpul data atau instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (human instrument). Peneliti terjun sendiri ke lapa- ngan secara aktif melakukan pengamatan langsung dan wawancara mendalam tentang modal sosial, praksis pendidikan persekolahan dan stratifikasi sosial pada dimensi moderni- tas. Manusia sebagai instrumen peneliti kare- na hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi antar-manusia, memahami bahasa tubuh, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan dan perbuatan responden. Data diperoleh melalui observasi par- tisipatif, peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala- gejala yang diteliti, dan wawancara dilakukan secara bebas terkontrol. Dokumen yang terkait dengan penelitian ini berupa dokumentasi artifak, manuskrip yang berhubungan dengan pendayagunaan modal sosial, praksis pendi- dikan persekolahan dan stratifikasi sosial pada dimensi modernitas Model induktif digunakan dalam analisis data. Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menempuh empat komponen analisis interaktif, yakni pengum- pulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Pada tiap komponen berinteraksi dan membentuk se- buah siklus. (Miles & Huberman, 1992; Nasution, 1988: 129). Data yang diperoleh selanjutnya dicek kebenarannya guna menjamin keabsah- an data. Tingkat kepercayaan hasil-hasil pene- litian ditempuh dengan cara terpenuhinya kri- teria kredibilitas atau validitas internal, trans- ferabilitas atau validitas eksternal, dependa- bilitas atau reliabilitas dan konfirmabilitas atau objektivitas . (Nasution (1988: 114). ## HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini diuraikan data mengenai potensi modal sosial yang ada, kemampuan menganali dan mengidentifikasi modal sosial, keberhasilan sekolah dalam mendayagunakan dan mengembangkan modal sosial pada aspek dan caranya, komitmen dan kinerja sekolah dalam mengembangkan modal sosial, serta nilai-nilai yang menggerakkan pemanfaatan modal sosial utuk peningkatan vitalitas seko- lah. Oleh karena penelitian ini multi kasus, penyajian data dipaparkan pada masing- masing kasus atau masing-masing lokasi. ## Profil Sekolah Swasta SMP Muhammadiyah 1 Depok (Kasus 1), berdiri pada 1 Januari 1968 dengan Kepala sekolah pertama dipegang oleh S. Subagya. Sekolah yang berlokasi di Dusun Stan, Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami empat fase, yaitu fase perintisan (1968-1985), fase kejayaan (1985- 1990), fase kemunduran (1990-2009), dan fase kebangkitan (2009-sekarang). Kepala sekolah sekarang adalah Abdulah Mukti, S.Pd.I dengan jumlah siswa tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 345 siswa. (D/SMPM/- 2014). SMP Diponegoro Depok (Kasus 2), berdiri pada 24 November 1978 dengan Kepala sekolah pertama dipegang oleh Drs. H.M. Saliman. Sekolah yang berlokasi di Dusun Sembego, Maguwoharjo, Depok, Sle- man, Yogyakarta, pada tahun pertama sekolah membuka kelas dengan jumlah murid 28 orang, jumlah guru 11 orang dengan latar be- lakang pendidikan guru yang belum sesuai sebanyak 50% dari jumlah guru. Pada tahun 1990 an SMP ini mulai kehilangan peminat karena mulai berdiri sekolah negeri disekitar- nya yaitu SMP Negeri 3 Depok dan SMP Negeri 3 Kalasan. Keberadaan Pondok Pesan- tren Diponegoro membawa dampak positif bagi perkembangan SMP Diponegoro Depok. Sekolah ini dapat tumbuh dan berkembang hingga sekarang. Kepala sekolah sekarang adalah Drs. Muh. Khoirudin dengan jumlah siswa tahun pelajaran 2014/2015 sebanyak 378 siswa.(D/SMPD/2014). SMP Budi Mulia Dua Depok (Kasus 3), berdiri pada tahun 2004, dengan Kepala sekolah pertama dipegang oleh Dra. Junita Widiati Arfani. Sekolah yang berlokasi di Jl. Raya Tajem Panjen Wedomartani Ngemplak Sleman D.I. Yogyakarta, mengalami perkem- bangan yang meyakinkan. Kepala sekolah sekarang adalah Tien Tresnasih Utari, S.E, dengan jumlah siswa tahun pelajaran 2014/- 2015 sebanyak 224 siswa. (D/SMPBDM/- 2014). Bertolak dari kondisi awal sekolah, profil sekolah kasus 1 mencerminkan kondisi awal sekolah papan bawah dengan indikator tujuh tahun yang lalu jumlah siswa kelas 7 sebanyak 10 orang dan terakreditasi B. Kasus 2 merepresentasikan sekolah papan tengah dengan jumlah siswa kelas 7 sebanyak 63 orang dan terakreditasi B. Sedangkan kondisi kasus 3 dengan jumlah siswa kelas 7 sebanyak 80 siswa dan terakreditasi A. Hal ini membe- rikan gambaran tentang kondisi awal sekolah sehingga diperlukan kebijakan kepala sekolah dalam pendayagunaan modal sosial. ## Identifikasi Modal Sosial di Sekolah Swasta Modal sosial di sekolah swasta dapat dikategorisasikan dalam sumber, bentuk, dan pola modal sosial. Pada kasus 1 modal sosial bersumber dari internal sekolah (mikro) dan dari eksternal sekolah (makro). Sumber modal sosial dari dalam sekolah berasal dari potensi sekolah, aktor sekolah dan persyarikatan. Sementara itu sumber modal sosial dari luar sekolah (eksternal) berasal dari masyarakat, lembaga pemerintah, lembaga non pemerin- tah, perguruan tinggi dan tokoh masyarakat. Modal sosial yang bersumber dari internal sekolah ditunjukkan oleh relasi sekolah yang dilakukan oleh potensi sekolah, aktor sekolah dan persyarikatan. Relasi sekolah terhadap potensi sekolah ditunjukkan oleh kemampuan sekolah membangun jejaring dengan pihak keluarga besar pemberi tanah wakaf. Jejaring ini dilakukan semenjak sekolah mulai bangkit kembali sekitar tahun 2008. Hampir tujuh tahun dilakukan relasi berbasis jejaring ini sehingga mendapat kepercayaan dari masya- rakat sekitar. (W/AM/17/6/2014). Hal ini di- konfirmasi oleh keluarga besar pemberi tanah wakaf yang pada lima tahun terakhir ini memberikan apresiasi dan kepercayaan kepa- da pihak sekolah. (W/MJ/15/8/2014). Jaringan dengan keluarga pemberi tanah wakaf diba- ngun melalui kunjungan silaturahim antara pihak sekolah secara kontinyu dan rutin, khu- susnya pada saat idul fitri dan selama tujuh tahun terakhir ini tidak pernah absen ver- silaturahim dengan pihak pemberi wakaf. (W/AM/17/6/2014). Dari kunjungan silatu- rahim yang dilakukan dilakukan secara rutin, maka diperoleh nilai-nilai dukungan, nasehat dan ghirah militansi serta peneguhan sekolah untuk melakukan perubahan. (W/AM/17/6/- 2014) Relasi sekolah dengan sumber modal sosial dibingkai dalam bentuk relasi saling menguntungkan dan relasi saling membantu. Relasi saling menguntungkan pada level inter- nal sekolah dilakukan dalam bentuk pemberi- an kesempatan kepada pendidik dan tenaga kependidikan untuk magang di sekolah berprestasi, memberikan kepercayaan kepada guru muda untuk berkreasi, membangun loya- litas pada lembaga, dan pengajian akbar. (W/AM/1/7/2014). Pernyataan ini dikonfir- masi oleh guru (W/AA/19/9/2014) dan karya- wan (W/Ha/15/9/2015), komite sekolah (W/- AAf/5/10/2014) dan pengurus persyarikatan (W/Jr/5/10/2014) yang menyatakan demikian adanya. Pada kesempatan yang lain, penjelas- an ini dikonfirmasi dengan pengurus Cabang Muhammadiyah yang hasilnya menuturkan bahwa untuk membangun kebersamaan antara amal usaha dengan masyarakat sering di- selenggarakan pengajian akbar di sekolah. (W/AAf/5/10/2014). Sementara itu, relasi timbal balik yang saling menguntung dengan pihak eks- ternal diwujudkan dalam bentuk kerjasama dengan lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah, perguruan tinggi dan tokoh ma- syarakat. Selanjutnya, relasi timbal balik yang saling membantu dengan pihak internal seko- lah diwujudkan dalam bentuk merangkul yang muda, meningkatkan salary , dan memberikan reward kepada aktor sekolah. (W/AM/1/7/- 2014). Hubungan saling membantu ini juga diberikan dalam bentuk reward kepada anak- anak, bila mana membawa saudara, teman dan siapa saja masuk menjadi siswa baru di sekolah ini. Hal ini dimaksudkan untuk me- numbuhkan kepercayaan kepada para siswa dan juga para guru dan karyawan agar bangga dengan lembaga. (W/AA/19/9/2014) Relasi timbal balik yang saling membantu dengan pihak eksternal diwujudkan dalam bentuk manajemen qurban bersama masyarakat, aktor sekolah berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat, merangkul local wisdom dan membangun relasi . (W/AM/1/7/- 2014). Dalam kegiatan sosial keagamaan, pihak sekolah juga menjalin hubungan timbal balik saling membantu. Menjadi among tamu dalam kegiatan pengajian akbar Masjid Baiturrahmat Stan, termasuk petugas parkir dan petugas satgas. (W/AA/19/9/2014) Pola pemanfaatan modal sosial yang ditunjukkan oleh relasi timbal balik mengacu pada relasi saling menguntungkan dan saling membantu mengikuti pola menjembatani (bridging) dan menyatukan (bonding) . Pola menjembatani ditunjukkan oleh relasi sekolah dalam meningkatkan vitalitas sekolah melalui jejaring yang dikenali dengan cara mengiden- tifikasi kekuatan sekolah, sokongan masyara- kat, dan peluang kebijakan sekolah. Cara-cara tersebut dikembangkan dengan melalui komu- nikasi yang gesit, maketing gethok tular , me- nunjukkan bukti perubahan nyata, semangat militansi dan loyalitas aktor sekolah pada sekolah dan persyarikatan. Dengan pola ini modal sosial didayagunakan dengan cara menjembatani (bridging) yakni membawa bersama bagi ragam orang untuk menaruh kepercayaan pada sekolah dan sekaligus menyatukan (bonding) atau menghubungkan orang yang serupa/sama tujuannya untuk berjuang pada Amal Usaha Muhammadiyah. Fenomena ini ditunjukkan oleh kemampuan kepala sekolah (AM) untuk merangkul semua pihak dapat percaya kepada sekolah. (O/W/AM/7/7/2014) Pada kasus 2, modal sosial di sekolah ini bersumber dari dalam sekolah (internal school) dan dari luar sekolah (external school). Modal sosial yang bersumber dari dalam sekolah itu dibawa aktor sekolah yakni guru, karyawan serta siswa, dan dibawa dari luar sekolah yakni orang tua, yayasan dan lembaga maโ€™arif NU. Sementara itu modal sosial yang bersumber dari luar sekolah ber- asal dari masyarakat, pemerintah. lembaga non pemerintah, perguruan tinggi dan tokoh masyarakat sekitar. (W/MK/18/6/2014) Modal sosial yang bersumber dari internal sekolah ditunjukkan oleh relasi sekolah baik yang terprogram maupun yang tidak terprogram dilakukan oleh guru, karyawan dan siswa serta yayasan dan lem- baga maโ€™arif NU. Relasi sekolah yang dila- kukan dengan guru ditunjukkan oleh kemam- puan sekolah membangun jejaring dalam menghidupkan silaturahim dengan sesama guru dan tokoh masyarakat dalam berbagai level, peduli dan berbagi dengan warga sekolah. (W/MK/18/6/2014). Bentuk relasi yang digunakan untuk memperkuat jaringan ini adalah melalui pengajian, mujahadah, per- temuan untuk guru dan gemar bersilaturahim dan komunikasi antar jenjang lembaga dari TK, MI, SMP, SMK di lingkungan SMP Diponegoro. (W/MK/18/6/2014). Bentuk rela- si dipilih dan dilakukan karena tradisi yang berkembang dikomunitas sekolah adalah se- mangat mujahadah dan silaturahim. Dari silaturahim terbangun jaringan. Jaringan yang dibina melahirkan kepercayaan. Silaturahim sekaligus berfungsi sebagai norma yang dipe- gangi bersama. Bentuk relasi dalam berjejaring yang dikembangkan sekolah adalah melalui pro- gram yang saling mendukung seperti program life skills dari BKBN, orangtua asuh dari aghniyaโ€™ . Bentuk jaringan tersebut bersifat ke- mitraan bersama masyarakat dan tidak ada Memorandung of Understanding (MoU). (W/MK/18/6/2014). Berdasarkan konfirmasi dengan Wakil Kepala Sekolah, SA, bahwa bentuk jaringan itu sifatnya kemitraan ver- sama masyarakat dan tidak ada Memorandung of Understanding (MoU). (W/SA/18/9/2014). Dalam perkembangannya oleh karena jejaring ini tidak dirancang secara rutin, sehingga keberadaan jejaring kurang langgeng, dan ke- percayaan masyarakatpun belum menunjuk- kan tanda-tanda yang maksimal. Meskipun norma-norma yang dipegangi menunjukkan indikator kesamaan (W/MK/18/6/2014). Pola pemanfaatan modal sosial yang merujuk pada relasi timbal balik yang saling membantu dan menguntungkan. Pola relasi tersebut dikenali dengan cara memperkuat yayasan SMP Diponegoro dan mensinergikan yayasan dan sekolah dengan Lembaga Pendi- dikan Maโ€™arif UN. Pola kerjasama tersebut diwujudkan dalam bentuk kemitraan meski- pun tidak tertulis dan terprogram. Demikian penjelasan MK dalam hasil wawancara. Se- lanjutnya, modal sosial dimensi relasi hubu- ngan saling menguntungkan dikenali dengan cara relasi silaturahim dan komuni-kasi. Rela- si ini dikembangkan dengan cara saling mengunjungi dan saling andil dalam kegiatan sekolah (W/MK/18/6/2014). Pada kasus 3, modal sosial di sekolah bersumber dari dalam sekolah dan dari luar sekolah. Modal sosial dari dalam sekolah ver- asal dari sekolah itu sendiri, aktor sekolah (guru, karyawan, cleaning service , security dan catering serta siswa), dan orang tua siswa serta yayasan. Sementara itu modal sosial dari luar sekolah berasal dari masyarakat, lembaga pemerintah maupun non pemerintah, pergu- ruan tinggi dan jaringan sekolah dalam dan luar negeri. Modal sosial yang bersumber dari dalam sekolah ditunjukkan oleh relasi sekolah yang dilakukan oleh kepemimpinan sekolah, aktor sekolah dan yayasan dengan melibatkan banyak unsur yang saling mendukung untuk mencapai tujuan (W/JWA/21/6/2014). Relasi sekolah terhadap potensi sekolah ditunjukkan oleh kemampuan sekolah membangun jejaring dengan pihak yayasan. Jejaring ini dilakukan semenjak awal berdiri sampai saat ini dan relasi berbasis jejaring ini berlangsung lama dan mendapatkan kepercayaan dari masyara- kat sekitar (W/JWA/21/6/2014). Hal ini di- konfirmasi oleh pengurus yayasan, bahwa pihak sekolah selama ini memberikan dedi- kasi dalam membangun jejaring sehingga dari jejaring itu yayasan memberikan kepercayaan. Jaringan ini dibangun melalui laporan secara berkala sebagai bagian dari komunikasi mo- dern (W/SND/28/6/2014). Dari komunikasi yang dilakukan secara rutin dan berkala, diperoleh nilai-nilai dalam membangun relasi seperti norma universalisme Islam atau living value (W/JWA/21/6/2014). Norma tersebut senantiasa didayagunakan dengan cara empati kepada sesama, teamwork dan belajar dimana bumi dipijak langit dijunjung dan kemandirian hidup dengan mengacu pada empat nilai utama yakni respect, responsible, cleanliness, honesty (W/KA/26/6/2014) . Nilai-nilai ini di- pahami dan diacu oleh guru (W/BW/26/6/- 2014) Pola pemanfaatan modal sosial yang ditunjukkan oleh relasi timbal balik mengacu pada relasi saling menguntungkan dan saling membantu mengikuti pola menjembatani (bridging) dan menyatukan (bonding) . Pola menjembatani ditunjukkan oleh relasi sekolah dalam meningkatkan vitalitas sekolah melalui jejaring yang dikenali dengan cara mengiden- tifikasi kekuatan sekolah, dukungan masyara- kat, dan peluang kerjasama luar negeri. Cara- cara tersebut dikembangkan dengan melalui komunikasi yang terpelihara, manajemen mo- dern, semangat universalime Islam dan loyali- tas aktor sekolah pada sekolah dan yayasan. Dengan pola ini modal sosial didayagunakan dengan cara menjembatani (bridging) yakni membawa bersama bagi ragam orang untuk menaruh kepercayaan pada sekolah dan seka- ligus menyatukan (bonding) atau menghu- bungkan orang yang serupa/sama tujuannya untuk kemajuan sekolah. (W/JWA/21/6/- 2014). Bertolak dari data tersebut menun- jukkan bahwa Modal sosial di sekolah swasta dapat diidentifikasi melalui relasi sekolah de- ngan pihak-pihak terkait, baik secara internal maupun eksternal. Ciri dari modal sosial adalah relasi yang terbangun tidak semata- mata ditentukan oleh modal manusia tetapi lebih menitikberatkan pada hubungan reci- procal sekolah baik bersifat hubungan saling menguntungkan ataupun hubungan saling membantu. Hubungan reciprocal ini dapat di- awali dengan membangun jaringan sehingga jaringan yang terbangun dapat terpelihara. Jaringan yang terpelihara menunjukkan ting- kat kepercayaan terhadap sekolah. Relasi jaringan yang terpelihara dan terpercaya dapat bertahan karena saling memahami dan me- megangi norma yang disepakati. Bagi sebagian sekolah, belum mampu mengindentifikasi modal sosial di sekolahnya tetapi ia telah menerapkanya meskipun masih ## 180 โ€“ Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi bersifat kebetulan (by accident). Namun seba- gian sekolah, dapat mengidentifikasi modal sosial dengan baik dan bahkan biss mendaya- gunakannya secara sistemik (by design). Dalam hal identifikasi dan pemanfaatan mo- dal sosial, sekolah memiliki empat kecende- rungan yakni pertama, sekolah mampu meng- identifikasi modal sosial dan mampu meman- faatkannya untuk peningkatan vitalitas seko- lah. Kedua sekolah tidak mampu mengidenti- fikasi modal sosial tetapi sekolah telah me- manfaatkannya untuk peningkatan vitalitas sekolah. Ketiga, sekolah mampu mengidenti- fikasi modal sosial, tetapi tidak mampu me- manfaatkanya untuk peningkatan vitalitas sekolah. Keempat, sekolah tidak mampu mengidentifikasi modal sosial dan tidak mam- pu memanfaatkannya dalam peningkatan vita- litas sekolah. Semua tendensi tersebut men- dapat perhatian sehingga peningkatan vitalitas sekolah menjadi hal penting. (Tabel 1) ## Tabel 1. Relasi Sekolah dalam Peningkatan Vitalitas Sekolah Swasta No Relasi Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 1. Pola ๏‚ง Bridging ๏‚ง Bridging ๏‚ง Bridging ๏‚ง Bonding ๏‚ง Bonding ๏‚ง Bonding ๏‚ง Linier/ monologis ๏‚ง Linier/ monologis ๏‚ง Dialogis 2. Sumber Internal Sekolah: ๏‚ง Sekolah itu sendiri ๏‚ง Persyarikatan ๏‚ง Actor sekolah Internal Sekolah: ๏‚ง Sekolah itu sendiri ๏‚ง Lembaga ๏‚ง Actor sekolah Internal Sekolah: ๏‚ง Sekolah itu sendiri ๏‚ง Actor sekolah Eksternal Sekolah: ๏‚ง Masyarakat ๏‚ง Lembaga pemerintah ๏‚ง Lembaga non pemerintah ๏‚ง Perguruan Tinggi ๏‚ง Tokoh masyarakat Eksternal Sekolah: ๏‚ง Masyarakat ๏‚ง Lembaga pemerintah ๏‚ง Lembaga non pemerintah ๏‚ง Perguruan Tinggi ๏‚ง Tokoh masyarakat Eksternal Sekolah: ๏‚ง Orangtua siswa ๏‚ง Yayasan ๏‚ง Lembaga pemerintah ๏‚ง Lembaga non pemerintah ๏‚ง Perguruan Tinggi ๏‚ง Tokoh masyarakat 3. Bentuk Internal: ๏‚ง Mendayagunakan ๏‚ง Menggerakkan ๏‚ง Membangun komunikasi Internal: ๏‚ง Menghidupkan ๏‚ง Peduli-berbagi ๏‚ง Pengajian keagamaan Internal: ๏‚ง Mendayagunakan ๏‚ง Mengorganisir ๏‚ง Memperkuat komunikasi Eksternal: ๏‚ง Partisipasi ๏‚ง Bimbingan ๏‚ง Pembinaan ๏‚ง CSR lembaga ๏‚ง Responsibility Eksternal: ๏‚ง Membangun ๏‚ง Pemberdayaan ๏‚ง Mendidik siswa dhuafa Eksternal: ๏‚ง Partisipasi ๏‚ง Bimbingan ๏‚ง Pembinaan ๏‚ง Responsibility 4. Unsur Internal ๏‚ง Silaturahim ๏‚ง Peduli-berbagi ๏‚ง Pembinaan AMM Internal ๏‚ง Silaturahim ๏‚ง Peduli sesama ๏‚ง Pengajian/ mujahadah . Internal ๏‚ง Pembudayaan ๏‚ง Kepercayaan ๏‚ง Peduli-berbagi Eksternal ๏‚ง Komunikasi Kultural ๏‚ง Komunikasi struktural ๏‚ง Kerjasama dan MOU Eksternal ๏‚ง Komunikasi kedinasan ๏‚ง Pemberdayaan fasilitas sekolah ๏‚ง Kemitraan masyarakat Eksternal ๏‚ง Jaringan global ๏‚ง Fieldtrip , Social Works, ๏‚ง Nyantrik ๏‚ง Homestay 5. Nilai ๏‚ง Militansi ๏‚ง Loyalitas ๏‚ง Mujahadah ๏‚ง Syafaat ๏‚ง Universal ๏‚ง Living Values Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 2. Relasi Jaringan dalam Peningkatan Vitalitas Sekolah Swasta No Relasi Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 1. Rasionalitas ๏‚ง Kesamaan Idiologis ๏‚ง Garis Kultural ๏‚ง Kedekatan Komunikasi ๏‚ง Kesamaan Idiologis ๏‚ง Hubungan Keagamaan ๏‚ง Kesamaan visi ๏‚ง Universalisme ๏‚ง Hubungan kepercayaan ๏‚ง Kesamaan visi ๏‚ง Kesamaan Idiologis ๏‚ง Garis Kultural ๏‚ง Kedekatan Komunikasi ๏‚ง Kesamaan Idiologis ๏‚ง Hubungan Keagamaan ๏‚ง Kesamaan visi ๏‚ง Universalisme ๏‚ง Hubungan kepercayaan ๏‚ง Kesamaan visi ๏‚ง Kesamaan Idiologis ๏‚ง Garis Kultural ๏‚ง Kedekatan Komunikasi ๏‚ง Kesamaan Idiologis ๏‚ง Hubungan Keagamaan ๏‚ง Kesamaan visi ๏‚ง Universalisme ๏‚ง Hubungan kepercayaan ๏‚ง Kesamaan visi 2. Keberadaan ๏‚ง Sudah dikenali ๏‚ง Belum dikenali ๏‚ง Sudah dikenali ๏‚ง Sudah didayagunakan ๏‚ง Sudah didayagunakan ๏‚ง Sudah didayagunakan ๏‚ง By accident ๏‚ง By accident ๏‚ง By design ๏‚ง reconnecting ๏‚ง Jaringan informal ๏‚ง Exchange program 3. Rentang (range) ๏‚ง Terbatas ๏‚ง Lokal ๏‚ง Terbatas ๏‚ง Lokal ๏‚ง Terbatas ๏‚ง Interlokal 4. Kepadatan (density ๏‚ง Intens ๏‚ง Kurang intens ๏‚ง Intens dan sistemik 5. Ragam hubungan (multiplexity) ๏‚ง Lokal ๏‚ง Nasional ๏‚ง Lokal ๏‚ง Nasional ๏‚ง Lokal ๏‚ง Nasional ๏‚ง Internasional Sumber: Data Primer, 2015 Tabel 3. Nilai Penggerak dalam Peningkatan Vitalitas Sekolah Swasta No Relasi Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 1 Sumber Internal Sekolah: ๏‚ง Sekolah itu sendiri ๏‚ง Persyarikatan ๏‚ง Aktor sekolah Internal Sekolah: ๏‚ง Sekolah itu sendiri ๏‚ง Lembaga ๏‚ง Aktor sekolah Internal Sekolah: ๏‚ง Sekolah itu sendiri ๏‚ง Aktor sekolah Eksternal Sekolah: ๏‚ง Masyarakat ๏‚ง Lembaga pemerintah ๏‚ง Lembaga non pemerintah ๏‚ง Perguruan Tinggi ๏‚ง Tokoh masyarakat ๏‚ง Q.S. Ali Imran: 110 ๏‚ง Al-Hadits Eksternal Sekolah: ๏‚ง Masyarakat ๏‚ง Lembaga pemerintah ๏‚ง Lembaga non pemerintah ๏‚ง Perguruan Tinggi ๏‚ง Tokoh masyarakat ๏‚ง Q.S. An-Nisa: 85 ๏‚ง Al-Hadits Eksternal Sekolah: ๏‚ง Orangtua siswa ๏‚ง Yayasan ๏‚ง Lembaga pemerintah ๏‚ง Lembaga non pemerintah ๏‚ง Perguruan Tinggi ๏‚ง Tokoh masyarakat ๏‚ง Q.S. Al-Hujurat: 13 ๏‚ง Al-Hadits 2 Relasi Nilai internal ๏‚ง Silaturahim ๏‚ง Peduli dan berbagi ๏‚ง Pembinaan AMM ## NIlai internal ๏‚ง Silaturahim ๏‚ง Peduli sesama ๏‚ง Pengajian, mujahadah . Nilai internal ๏‚ง Pembudayaan ๏‚ง Kepercayaan sesama guru dan siswa ๏‚ง Peduli dan berbagi Nilai eksternal ๏‚ง Komunikasi formal dan internal ๏‚ง Kerjasama dan MOU Nilai eksternal ๏‚ง Komunikasi kedinasan ๏‚ง Pemberdayaan fasilitas sekolah untuk masyarakat ๏‚ง Kemitraan bersama masyarakat Nilai eksternal ๏‚ง Muslim Global Citizenship, Exchange Program, MoU ๏‚ง Fieldtrip , Social Works, ๏‚ง Nyantrik ๏‚ง Homestay 4 Nilai Utama ๏‚ง Militansi ๏‚ง Loyalitas ๏‚ง Mujahadah ๏‚ง Syafaat ๏‚ง Universal ๏‚ง Living value: Respect, Responsible, Cleanliness, Honesty Sumber: Data Primer, 2015 ## 182 โ€“ Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi ## Komitmen dan Kinerja Sekolah dalam Pendayagunaan Modal Sosial di Sekolah Swasta Relasi sekolah dalam memanfaatkan modal sosial pada aspek akademik mencakup kurikulum, silabus dan perpustakaan. Kepe- mimpinan sekolah dalam memanfaatkan pe- luang dan modal sosial guna memperbaiki mutu pendidikan ditempuh melalui pengem- bangan kurikulum, silabus dan perpustakaan melalui relasi dengan berbagai pihak untuk meningkatkan vitalitas sekolah. Bertitik tolak dari pembahasan modal sosial di sekolah swasta dari dimensi jaringan terdapat dua pola besar dimana Kasus 1 dan Kasus 2 memiliki pola jaringan yang mirip- mirip sama yakni dengan pola linieritas (mo- nologis). Sementara itu Kasus 3 menunjukkan pola pemanfaatan modal sosial yang sudah berubah pada pola dialogis. Teori Putnam lebih cocok untuk Kasus 1 dan Kasus 2 se- mentara Kasus 3 merupakan fenomena baru yang mendapatkan perhatian serius. Melihat profile Kasus 1 dan 2 yang mencerminkan sekolah pinggiran dan tingkat ketergantungan yang tinggi, maka pemanfaatan modal sosial pada masing-masing dimensi menunjukkan pola hubungan linier (monologis). Hal ini ditunjukkan bahwa jejaring yang dibangun masih berdasarkan inisiasi dari satu arah. Sementara Kasus 3 menunjukkan bahwa pola hubungan pemanfaatan modal sosial menun- jukkan kategori pola dialogis, dimana inisiasi jejaring bisa dimulai dari masing-masing pihak. (Tabel 2). ## Nilai-nilai Penggerak Modal Sosial untuk Peningkatan Vitalitas Sekolah Kepercayaan yang dibangun sekolah kasus 1 dengan pihak terkait, diorientasikan pada peningkatan vitalitas sekolah. Dimensi kepercayaan menjadi fokus dari modal sosial di sekolah ini. Mengapa demikian, karena jejaring dan relasi saling menguntungkan dan membantu diselenggarakan dan didayaguna- kan sekolah tujuan akhirnya adalah mendapat- kan kepercayaan dari stakeholders sekolah. Pada kasus 2, dimensi kepercayaan di sekolah ini menjadi terminal dari dimensi modal sosial di sekolah ini. Artinya, usaha jejaring dan hubungan saling menguntungkan dan mem- bantu yang dilakukan sekolah diorientasikan untuk mencapai kepercayaan masyarakat. Ke- percayaan masyarakat terhadap sekolah dike- nali dengan mendayagunakan fasilitas sekolah yang ada untuk kepentingan masyarakat dan memfokuskan pada keagamaan serta mendi- rikan yayasan yakni yayasan pondok pesan- tren diponegoro. Kepercayaan masyarakat yang dicapai diperoleh secara hubungan linier (monologis). Artinya, sekolah dalam memba- ngun kepercayaan masih bertumpu pada se- mangat bergantung dan belum mencerminkan kemandirian. Sedangkan pada kasus 3, dimensi ke- percayaan di sekolah ini memiliki kesetaraan dengan dimensi modal sosial yang lain. Kepercayaan sebagai dimensi modal sosial di SMP Budi Mulia Dua dibangun dengan pihak internal dalam bentuk kemandirian, kejujuran, hormat dan tanggung jawab, kesungguhan dan ketekunan. Sedangkan norma-norma yang menggerakkan sekolah untuk membangun kepercayaan dengan pihak eksternal dalam bentuk komitmen dan universalisme. Keper- cayaan yang dibangun di sekolah ini menun- jukkan kesetaraan posisi sehingga jejaring tumbuh dan hubungan timbal balik terjaga dan terwujud dalam visi yang sama. Pemanfaatan modal sosial pada Kasus 1 dan 2 menunjukkan pola nilai yang linier (monologis) seperti militansi, loyalitas, muja- hadah dan syafaat. Nilai-nilai ini cenderung menunjukkan semangat searah yakni satu pihak menginisiasi dalam membangun keper- cayaan atau diinisiasi pihak lain dalam mem- bangun kepercayaan. Tentu saja pola ini me- nunjukkan bahwa upaya membangun keperca- yaan lebih bersifat by accident . Sementara itu Kasus 3 menunjukkan nilai-nilai yang dipakai menggerakkan kepercayaan berpola dialogis, sehingga nilai yang diusung seperti nilai uni- versal dan living value. Nilai ini menunjukkan semangat dialogis dimana dalam membangun kepercayaan bisa dilakukan atau diinisiasi dari kedua belah pihak. Sehingga upaya memba- ngun kepercayaan lebih bersifat by design , artinya dalam membangun kepercayaan itu dilakukan, dirancang dengan penuh perenca- naan yang jelas. (Tabel 3). ## SIMPULAN DAN SARAN ## Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan pene- litian tentang pemanfaatam modal sosial dan vitalitas sekolah swasta, dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Terdapat variasi dalam pemanfaatan modal sosial sekolah. Modal sosial di sekolah swasta diidentifikasi menjadi tiga dimensi yakni dimensi jejaring, dimensi hubungan saling membantu dan menguntung- kan, dan dimensi kepercayaan. (2) pendayagu- naan modal sosial menunjukkan pola menjem- batani dan mempererat melalui komponen je- jaring, relasi saling menguntungkan dan mem- bantu, dan kepercayaan. (3) kebijakan kepada sekolah dalam memanfaatkan modal sosial di- tunjukkan oleh integritas sekolah dalam pro- gram pengembangan akademik, sumber daya manusia, sistem pendanaan dan budaya lokal. Melalui program tersebut aset sekolah didaya- gunakan menjadi sumber daya (resources) untuk (a) diversifikasi program akademik, (b) meningkatkan kuantitas dan kualitas siswa, guru dan karyawan, (c) bantuan dan dukungan finansial, (d) relasi jaringan sekolah dan (e) kepemimpinan sekolah. (4) Relasi modal sosial di sekolah swasta didasarkan pada nor- ma yang dipahami bersama yakni nilai mili- tansi dan loyalitas dipegangi oleh kasus I karena sebagai matan (isi) keyakinan persyari- katan. Nilai silaturahim (persaudaraan) dan syafaat (pertolongan) senantiasa diyakini oleh kasus II karena sebagai spririt dari ahlus sunnah wal jamaah. Sedangkan nilai univer- salime Islam diacu oleh kasus III karena sebagai penerapan dari tauhid sosial. ## Saran Berdasarkan pembahasan dimuka pada bab sebelumnya, disarankan oleh peneli- tian ini adalah sebagai berikut; (1) Pimpinan Sekolah dan Staf: (a) perlu sosialisasi, komu- nikasi dan justifikasi tentang modal sosial sekolah dalam berbagai unsurnya kepada aktor sekolah. (b) perlu melakukan hal-hal se- perti membangun jejaring, menciptakan relasi timbal balik dan memperkuat kepercayaan antar dan inter aktor sekolah. (c) perlu ber- sama-sama aktor sekolah mengenali secara baik modal sosial yang ada di sekolah baik se- cara internal maupun eksternal. (2) Yayasan- /Persyarikatan/Lembaga; (a) perlu mengiden- tifikasi dan mendayagunakan modal sosial dalam kepemimpinan sekolah. (b) perlu kerja- sama yang sinergis dengan sekolah. (c) Yaya- san/persyarikatan/lembaga menjadi mitra yang mendukung rancangan kepemimpinan sekolah dalam meningkatkan vitalitas sekolah. (3) Dunia Usaha/Penyedia Jasa; (a) memba- gun sinergisitas dunia usaha/penyedia jasa dengan menginisiasi sekolah sebagai bentuk kerjasama yang saling menguntungkan mela- lui program CSR. (b) mengembangkan bentuk peduli pada pendidikan bangsa. (4) Peneliti; (a) perlu penyesuaian-penyesuaian dan kritik terhadap temuan hasil penelitian. (b) perlu dilakukan penelitian yang lebih luas sebagai kelanjutan dan pembanding bila mungkin. (5) Keilmuan Pendidikan; (a) Hasil penelitian ini dapat memperluas kazanah keilmuan bidang pendidikan, utamanya tentang pemanfaatan modal sosial dalam peningkatan vitalitas sekolah . Lembaga pendidikan yang kondisi awalnya kurang vital menjadi lembaga yang memiliki vitalitas tinggi atau bahkan bertahan vitalitasnya. (b) Pola pemanfaatan vitalitas yang bersifat linier dan dialogis perlu diuji pada kasus-kasus yang lebih luas. Sehingga varian dinamika pemanfaatan modal sosial dapat dilacak. Sekaligus memferifikasi pe- ngembangan teori Putnam. ## DAFTAR PUSTAKA Ali, M. (2009). Menabur benih sekolah unggulan di muhammadiyah. Yogyakarta: Penerbit Suara Muhammadiyah. Ancok, D. (2003, Mei). Modal sosial dan kualitas masyarakat . Makalah disajikan dalam Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, di Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Arfani, (2008). Rencana Kerja Sekolah (RKS) SMP Budi MUlia DUa Tahun 2008- 2012. Yogyakarta: [t.p.] , Ballantine, J.H. (1983). The sociology of education. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Beare, H, Caldwell, B.J. & Millikan, R.H. (1989). Creating an excellent school: Some new management technique. New York: Routledge. Berger, P.L. & Luckman, T. (1967). The social system. London: Praegers Bourdieu, P. (1977). Cultural reproduction and social reproduction. Dalam J. Karabel & A.H. Halsey. Power and Ideology in Education (pp. 487-510). New York: Oxford University Press. BPS. (2012). Keadaan Angkatan Kerja Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: [t.p]. Buchori, M. (1994). Ilmu pendidikan dan praktek pendidikan dalam renungan. P.T. Tiara Wacana: Yogyakarta dan IKIP Muhammadiyah Jakarta-Press: Jakarta. Budirahayu, T. (2012). Reproduction of social inequality among schools. Proceeding 1 th International Conference on Current Issues in Education, 1, 168- 180. Coleman, J.S. (1966). Equality of education opportunity. Department of Education, Wasington, DC: U.S. Government Printing Office Deal, T.E. & Peterson, K.D. (1994). The leadership paradox: Balancing logic and artistry in schools. California: Jossey-Bass Publishers. Departemen Agama RI. (1989). Al-Qurโ€™an dan terjemahnya. C.V. Diponegoro: Semarang. Dewey, J. (1964). Democracy and education: An introduction to the philosophy of education. New York: The Macmillan Company. Fรคgerlind, I & Saha, L.J. (1983). Education and national development: A comparative perspective. New York: Pergamon Press. Felestin & Triyono, M.B. (2015). The implementation of total quality management at vocational high schools in Indonesia. Research and Evaluation in Education Journal, 1 (1), (13-24) Fullan, M.G. (1993). The new meaning of educational change (2 nd ). Michigan: Cassell Educational Limited. Giddens, A. & Held, D. (Eds.). (1982) Classes, power, and conflict: Classical and contemporary debates. Berkely, Los Angeles: University of California Press. Hรคuberer, J. (2011). Social capital theory: Towards a methodological foundation. Germany: VS Research Hopper, E.I. (1979). A typology for the classification of educational systemsโ€ dalam J. Karabel & A.H. Halsey. Power and ideology in education . (pp. 153-166). London: Oxford Universuty Press. Hwan, K.D. (2005). Coping through social capital in educational stratification: Relational elignment and complementary ties. Development and Society, 34, 147-167. Khoiruddin, Muhammad. [t.t.]. Profile SMP Diponegoro Depok. [t.k.]: [t.p]. Kholis, N., Zamroni, Z., & Sumarno, S. (2014). Mutu sekolah dan budaya partisipasi stakeholders. Journal Pembangunan Pendidikan Fondasi Dan Aplikasi, 2 (2). (130-142). Kotter, J.P. (1996). Leading change. Massachusetts: Harvard Business School Press. Lin, N. (2004). Social capital: A theory of social structure and action . London: Cambridge University Press. Miles, M.B. & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI- Press. (Buku asli diterbitkan tahun 1979). Mortimore, P., et.al, (1988). School matters: The junior years. England: Open Books Publishing Ltd. Muhadjir, N. (2003). Ilmu pendiidkan dan perubahan sosial: teori pendidikan pelaku sosial kreatif (edisi V). Yogyakarta: Penerbit Rake Sarasin. Mukti, Abdullah , [t.t.]. Selayang Pandang SMP Muhammadiyah 1 Depok Sleman. [t.k.]: [t.p]. Nasution, S. (1988). Metode penelitian naturalistik-kualitatif. Bandung: Tarsito. Olssen, M, Codd, J, & Oโ€™Neill, AM. (2004). Education policy: Globalization, citizenship and democracy. London: Sage Publications. Parsons, T. (2004). The school class as a social system. Dalam J.H. Ballantine & J.Z. Spade. Schools and society: A sociological approach to education (2 nd ed.) (pp. 32-40). Canada: Wadsworth/Thomson Learning. Parsons, T. (1981). The school class as a social system: Some of its functions in American society. Dalam J.R. Snarey, at al. (Eds.). Conflict and continuity: A history of ideas on social equality and human development. (pp. 274-296). Massachusetts: Longfellow Hall. Pemerintah RI. (1993). Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 14 Tahun 1993. Jakarta: [t.p]. Pieterse, J.N. (2004). Globalization and culture: Global melange. Oxford: Rowman&Littlefield Publishers, Inc. Pring, R. (2005). Philosophy of education: Aims, theory, common sense and research. New York: Continuum. Putnam, R.D. (1993). The prosperous community: Social capital and public life . dalam The American Prospect Online Edition 4. (13), 11-19. Rao, V.K. (2003). Quality education. New Delhi: APH Publishing Corporation. Sindhunata (Ed.) (2000). Menggagas paradigma baru pendidikan: Demokratisasi, otonomi, civil society, globalisasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Suwadi. (2013). Revitalization of schooling education based on civil society power: The case study of school strengthening in muhammadiyah 1 depok secondary school Yogyakarta Indonesia. Prosiding, Seminar International Pendidikan Serantau yang diselenggarakan oleh Fakulti Pendidikan Universitas Kebangsaan Malaysia dan FKIP Universitas Riau, tanggal 22&23 Mei 2013 . Malaysia: Universiti Kabangsaan Malaysia. Suwadi. (2015). Identification and the utilization of social capital in islamic education teaching-learning process at budi mulia dua high school Yogyakarta Indonesia. Proceeding, 2 nd International Conference on Current Issues in Education yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UNY, tanggal 25-26 Agustus 2015 . Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Suyata. (2008). Refleksi sistem pendidikan nasional dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dinamika Pendidikan, 15 (1) , 1-10. Svendsen, G.T. & Svendsen, G.L.H. (2009), The troika of sociology, political science and economics. Dalam G.T. Svendsen & G.L.H. Svendsen (Eds.). Handbook of Social Capital: The Troika of Sociology, Political Science and Economics (pp. 1-16). Massachusetts: Edward Elgar Publishing, Inc Tauchid, M. dkk. (1977). Karya ki hadjar dewantara bagian pertama pendidikan. Yogyakarta: Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa. Tesconi, C.A., Jr. & Hurwitz, E., Jr. (1974). Education for whom?: The question of equal educational opportunity. New York: Harper & Row. Tim. Profile SMP Budi Mulia Depok. [t.k.]: [t.p]. Tim. Profile SMP Diponegoro. [t.k.]: [t.p].
40e56055-ad3a-4541-aa1f-8dc78a3e795a
https://jurnal.fk.untad.ac.id/index.php/htj/article/download/459/289
P-ISSN : 2407-8441/โ„ฎ-ISSN : 2502-0749 ## Original Research Paper ## PERBEDAAN KESANGGUPAN KARDIOVASKULAR PADA KARYAWAN PRIA PEROKOK DAN NON PEROKOK DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN 1 Rizak Tiara Yusan, 1 Joko Setyono, 2 Moh. Nanang Himawan Kusuma, 1 Wahyudin, 3 Zainuddin, A Fahira Nur 4 1 Program Pendidikan Dokter (S1), Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman 2 Jurusan Pendidikan Jasmani, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman 3 Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Tanawali Takalar 4 Kebidanan STIKES Widya Nusantara Palu Email Corresponding: [email protected] Page : 153-157 ## ABSTRAK Aktivitas merokok merupakan salah satu faktor penyebab tingginya angka kejadian morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Adapun proporsi karyawan perokok cukup tinggi sebesar 34%. Aktivitas merokok menganggu kesehatan salah satunya dengan menurunkan kesanggupan kardiovaskular. Kesanggupan kardiovaskular yang buruk akan berpengaruh terhadap penurunan produktivitas dan efisiensi kerja karyawan. Metode : Desain penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 44 responden, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok karyawan pria perokok dan non perokok masing-masing sebesar 22 responden, kemudian dilakukan pengukuran kesanggupan kardiovaskular dengan protokol Kasch Step Test. Kesanggupan kardiovaskular dinilai dengan menghitung Recovery Heart Rate. Adapun analisis data digunakan uji Chi Square dan Mann- Whitney. Hasil : Karyawan pria perokok memiliki kesanggupan kardiovaskular yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan karyawan pria non perokok (p=0,001). Adapun hasil perhitungan Relative Risk didapatkan bahwa karyawan pria perokok memiliki risiko penurunan kesanggupan kardiovaskular 2,8 kali lebih besar dibandingkan karyawan pria non perokok. Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesanggupan kardiovaskular karyawan pria perokok lebih rendah dibanding karyawan pria non perokok. ## ABSTRACT Background : Smoking activity is one of the factors causing high incidence of morbidity and mortality of cardiovascular disease. As for the relatively high proportion workman smoker by 34%. Smoking activity disturb the health of one of them by lowering cardiovascular endurance. Poor cardiovascular ability will affect the decline in workman productivity and efficiency. Method : The study design was observational analytic with cross sectional approach. The number of samples examined by 44 respondents, divided into 2 groups: group workman smoker and non-smoker respectively by 22 respondents, then measuring cardiovascular endurance with Kasch Step Test protocol. Cardiovascular endurance was assessed by calculating Recovery Heart Rate. The data analysis used Chi Square and Mann-Whitney test. Result : Workman smoker have significantly lower of cardiovascular endurance than non-smoker (p=0.001). The Relative Risk calculation results showed that worker male smoker have an increased risk of cardiovascular endurance decline 2.8 times more likely than workman non-smoker. Conclusion : Based on these results we can conclude there c o are differences of cardiovascular endurance between workman smoker and non-smoker, in which the cardiovascular endurance lower at workman smoker. Kata Kunci : Kesanggupan Kardiovaskular, Aktivitas Merokok, Recovery Heart Rate , Kasch Step Test Keywords: Kardiovascular endurance, smoking activity, Recovery Heart Rate, Kasch Step Test Published by: Tadulako University, Managed by Faculty of Medicine. Email: [email protected] Phone (WA): +6285242303103 Address: Jalan Soekarno Hatta Km. 9. City of Palu, Central Sulawesi, Indonesia ## PENDAHULUAN Aktivitas merokok berdampak buruk bagi kesehatan dan dapat ditemukan di masyarakat luas. World Health Organization (WHO) tahun 2011 mempublikasikan kematian akibat merokok kurang lebih 6 juta orang per tahun, berperan dalam 6% kematian perempuan dan 12% kematian laki โ€“ laki di seluruh dunia. Kematian akibat merokok tersebut diproyeksikan WHO meningkat menjadi kurang lebih 8 juta orang pertahun pada tahun 2030. Aktivitas ini juga berperan dalam kejadian berbagai penyakit kardiovaskular. Hal tersebut semakin mengkhawatirkan karena konsumsi rokok secara global saat ini semakin meningkat 1 . Data Tobacco Atlas menyebutkan konsumsi merokok secara global dalam kurun waktu 100 tahun meningkat 100 kali. Berdasakan laporan Asean Tobacco Control Report Card (2011), Indonesia merupakan negara dengan konsumsi rokok terbesar di Asia Tenggara. Tahun 2013, laporan Riset Kesehatan Dasar menunjukkan rata - rata proporsi nasional penduduk perokok di atas 15 tahun sebesar 29%. Jenis kelamin laki-laki mendominasi sebesar 65% dari total populasi laki-laki. Proporsi perokok di Daerah Propinsi Jawa Tengah cukup tinggi dengan rata-rata 28%. Berdasarkan jenis pekerjaan, karyawan / pegawai perokok memiliki proporsi cukup tinggi sebesar 34%. Aktivitas merokok dengan proporsi cukup tinggi tersebut mengkhawatirkan karena dapat menganggu kesehatan dengan menurunkan kesanggupan kardiovaskular 2 . Berdasarkan penelitian Erawati et al . (2014) pada dosen dan karyawan pria di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau bahwa terdapat hubungan bermakna kebiasaan merokok dengan kesanggupan kardiovaskular dengan nilai korelasi negatif (r = - 0,497). Penelitian lain di Medan oleh Tadika (2012) pada karyawan pria hotel Grand Antares dengan metode Mc Ardle step test membuktikan bahwa terdapat hubungan sigifikan antara aktivitas merokok (merokok dan tidak merokok) dengan kesanggupan kardiovaskular 34 . Kesanggupan kardiovaskular seseorang dihitung menggunakan denyut nadi pemulihan ( Recovery Heart Rate ) setelah melakukan uji step test . Salah satu metode uji naik turun bangku adalah Kasch Step Test. Step test adalah uji naik turun bangku selama beberapa menit tertentu untuk mengetahui tingkat kesanggupan kardiovaskular melalui Recovery Heart Rate . Berdasarkan penelitian Papathanasiou et al . (2009) bahwa perokok terbukti memiliki denyut nadi pemulihan yang lebih tinggi dibanding non perokok sehingga nilai kesanggupan kardiovaskular akan menurun 5 . Kesanggupan kardiovaskular merupakan salah satu komponen kebugaran fisik yang berperan dalam transportasi oksigen ke berbagai jaringan tubuh melalui sistem jantung dan pembuluh darah. Karyawan membutuhkan kebugaran fisik yang baik agar dapat produktif dan efisien dalam melakukan pekerjaan sehari- hari. Karyawan yang tidak memiliki kesanggupan kardiovaskular yang baik maka kebugaran fisiknya juga buruk sehingga menurunkan kualitas kerja dari segi produktifitas dan efisiensi serta kesehatan tubuh secara lebih luas 6 . Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik meneliti perbedaan kesanggupan kardiovaskular pada karyawan pria perokok dan non perokok dengan metode Kasch Step Test . ## BAHAN DAN CARA Desain studi penelitian ini analitik observasional metode cross sectional . Studi analitik observasional yaitu peneliti melakukan pengamatan dan menganalisis hubungan antar variabel. Pendekatan cross sectional dilakukan dimana peneliti melakukan pengamatan variabel dalam satu waktu 7 . Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah seluruh karyawan pria di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman dan sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi : a) Suku Jawa; b) Laki-laki; c) Berusia 18-30 tahun; d) Bersedia menjadi subjek penelitian (informed consent); e) sehat dibuktilak dengan kuesioner Physical Activity Readiness Questionnaire / PAR-Q; f) Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (18.5-25) dan kriteria ekslusi : a) Cacat musculoskeletal; b) Riwayat exercise induced asthma . Besar sampel dihutung dengan perhitungan penelitian analisis kategorik tidak berpasangan, didapatkan jumlah total 44 orang dengan teknik pengambilan consecutive sampling . ## HASIL Subjek penelitian 44 orang yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 22 karyawan perokok dan 22 karyawan non perokok. Semua subjek berjenis kelamin laki-laki, rentang usia 18-30 tahun dan Indeks Massa Tubuh (IMT) normal (18,5-20). Adapun dari hasil penelitian didapatkan kelompok karyawan pria perokok memiliki rerata konsumsi rokok 7,95 batang rokok per hari dan rerata lama merokok 8,64 tahun serta jenis rokok paling banyak adalah jenis rokok filter sebanyak 15 (68,2%) orang. Hasil penelitian ditemukan bahwa secara umum pada kelompok karyawan perokok, rentang usia subjek penelitian antara 21-30 tahun dengan rerata 27,23 tahun, sementara pada kelompok karyawan non perokok rentang usia responden antara 19-30 tahun dengan rerata 25,36 tahun. Setelah dilakukan uji beda rerata Mann-Whitney , diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan secara statistik antara usia karyawan perokok dengan karyawan non perokok (pโ‰ฅ0,05). Adapun pada penelitian juga ditemukan bahwa secara umum, rentang IMT kelompok karyawan perokok rentang IMT 18,6-25 dengan rerata 21,92, sementara pada karyawan non perokok rentang IMT 18,7-25 dengan rerata 22,9. Setelah dilakukan uji beda rerata Mann-Whitney , diketahui tidak terdapat perbedaan signifikan antara IMT karyawan perokok dengan karyawan non perokok (pโ‰ฅ0,05). Gambar 1.1. Perbedaan Kesanggupan Kardiovaskular antara Karyawan Perokok dan Non Perokok (Data Terolah) Adapun dari hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,006 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukan Ho ditolak, Ha diterima sehingga terdapat perbedaan signifikan secara statistik kesanggupan kardiovaskular antara pria perokok dan non perokok dimana kesanggupan kardiovaskular pada pria perokok lebih rendah dibanding kesanggupan kardiovaskular karyawan pria non perokok. Hasil penelitian juga dapat dihitung Relative Risk (RR), dimana pada penelitian ini didapatkan hasil RR sebesar 2,8, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa karyawan pria dengan aktivitas merokok memiliki risiko 2,8 kali lebih besar terjadi kesanggupan kardiovaskular buruk dibandingkan karyawan non perokok. ## PEMBAHASAN Analisis bivariat Chi Square menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kesanggupan kardiovaskular yang bermakna secara statistik 8 17 14 5 0 5 10 15 20 Perokok Non Perokok p=0,006 Perbedaan Kesanggupan Kardiovaskular Kesanggupan Kardiovaskular (p=0,006) antara karyawan pria perokok dan non perokok, dimana kesanggupan kardiovaskular pada karyawan pria perokok lebih rendah dibandingkan karyawan pria non perokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Erawati et al. (2014) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna (p=0,00) antara kebiasaan merokok dengan kesanggupan kardiovaskular. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian di Medan oleh Tadika (2012) yang melakukan penelitian hubungan aktivitas merokok dengan kesanggupan kardiovaskular pada Karyawan Pria Hotel Grand Antares dengan metode yang berbeda yaitu Mc Ardle step test . Hasil penelitian Tadika menunjukkan hubungan signifikan secara statistik (p=0,03) antara kebiasaan merokok dengan kesanggupan kardiovaskular 34 . Aktivitas merokok menurunkan kesanggupan kardiovaskular, dengan meningkatkan nilai Recovery Heart Rate . Nilai Recovery Heart Rate yang tinggi menunjukkan bahwa terjadi penurunan kemampuan sistem kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dalam menyuplai dan mentransportasikan darah dengan kandungan oksigen yang cukup pada saat pembebanan fisik 4 . Gangguan sistem kardiovaskular pada kelompok perokok tersebut terjadi diduga oleh efek zat yang terkandung didalam rokok terutama adalah peran dari zat karbonmonoksida. Karbonmonoksida yang terkandung di dalam rokok, memiliki afinitas 200-300 kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen (O 2 ) dalam kemampuan berikatan dengan reseptor pada hemoglobin (Hb). Karbonmonoksida akan berkompetisi untuk menempati reseptor yang terdapat pada hemoglobin. Jumlah konten oksigen yang berkurang di dalam darah akan dideteksi chemoreseptor dan baroreseptor pada pembuluh darah dan kemudian mengirimkan impuls ke sistem saraf pusat dan tubuh akan merespon peningkatan denyut nadi 8 . Adapun pada kelompok perokok terdapat kebutuhan oksigen yang harus dipenuhi saat aktivitas fisik dan ditambah terganggunya penyaluran oksigen, maka respon denyut nadi yang tinggi berlangsung lebih lama mengakibatkan Recovery Heart Rate dalam 1 menit lebih tinggi dan lebih lama kembali ke keadaan normal 9 . Mekanisme lain pengaruh aktivitas merokok terhadap kesanggupan kardiovaskular diduga melalui zat nikotin yang terkandung di dalam rokok. Menurut Papathanasiou et al. (2014) nikotin merupakan zat yang paling berkaitan erat dengan fungsi kardiovaskular. Nikotin merupakan senyawa alkaloid poten yang merangsang aktivitas saraf simpatis melalui pelepasan epinefrin pada glandula adrenal dan cardiac center di Sistem Saraf Pusat (SSP) 10 . Epinefrin akan meningkatkan aktivitas sel pacemaker jantung pada nodus sinoatrial (SA), kontraksi dan frekuensi denyut jantung. Adapun gas karbonmonoksida (CO) yang terkandung di dalam asap rokok berperan 11 . Mekanisme lain dari aktivitas merokok terhadap penurunan kesanggupan kardiovaskular adalah pada perokok mengalami penurunan signifikan pada chest expansion dan kekuatan otot respirasi (nilai FEV 1 dan FVC), sehingga pernafasan menjadi lebih pendek dan menurunkan efisiensi respirasi 12 . Adapun menurut Kobayashi et al . 2004 bahwa aktivitas merokok berperan dalam menurunkan respon kardiovaskular secara bermakna pada submaximum exercise . Perokok memiliki nilai VO 2 max yang lebih rendah secara signifikan dibandingkan kelompok non perokok. Kadar HbCO juga berbeda signifikan, lebih tinggi pada perokok walaupun pada protokol penelitian sudah diharuskan abstinensia merokok 2 jam sebelum penelitian, hal ini akan menyebabkan penurunan suplai oksigen ke tubuh saat beraktivitas 13 . Hasil analisis penelitian secara keseluruhan ditemukan bahwa aktivitas nerokok menurunkan kesanggupan kardiovaskular pada karyawan pria. Kesanggupan kardiovaskular merupakan salah satu komponen kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan, sehingga aktivitas merokok akan menurunkan tingkat kesehatan. Kesehatan yang menurun akan berpengaruh pada produktivitas, efisiensi dan kinerja kerja yang rendah karyawan pria perokok dalam melakukan pekerjaan sehari- hari 6 . ## KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian pada karyawan pria di Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman, terdapat beberapa kesimpulan : 1. Karyawan pria perokok memiliki daya tahan kardiovaskular yang lebih buruk dibandingkan karyawan pria non perokok. 2. Karyawan pria perokok memiliki risiko penurunan kebugaran fisik 2,8 kali lebih besar dibandingkan karyawan pria non perokok. ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA 1. World Heatlh Organization. 2011. Global Atlas on Cardiovascular Disease Prevention and Control . 2. Borba, A.T., Renan T. J., Ricardo G., Fรบlvio B.N., Dannuey M.C., Hildegard H.P., Miriam B.R., Valeriano A.C., Dulciane N.P. 2014. The Influence of Active and Passive Smoking on The Cardiorespiratory Fitness of Adults. Multidisc Respi Med 9:34 pp 1-8. 3. Tadika, I. 2012. Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Kebugaran pada Karyawan Pria di Hotel Grand Antares Medan . Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 4. Erawati, E., Azrin M., Yovi I. 2014. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Ketahanan Kardiorespirasi pada Dosen Pria Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau. JOM FK Vol. 1 No. 2. 5. Papathanasiou et al. 2009. Effects of Smoking on Heart Rate at Rest and During Exercise, and on Heart Rate Recovery, in Young Adults. Hellenic J Cardiol 2013; 54: 168-177. 6. Nurbuati, Tuti. 2012. Tingkat Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Siswa Kelas IV Dan V SD Negeri Blondo 3, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. S1 Thesis : Universitas Negeri Yogyakarta. 7. Sastroasmoro, S., Sofyan I. 2011. Dasar- dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi IV. Jakarta : Sagung Seto. 8. Rietbrock N., Kunkel S., Worner W., Eyer P. 1992. Oxygen-dissociation kinetics in the blood of smokers and non-smokers: interaction between oxygen and carbon monoxide and the hemoglobin molecule. Naunyn Schmiedebergs Arch Pharmacol . 1992; 345:123-128. 9. Papathanasiou, G., Mamali A., Papafloratos S., Zerva E. 2014. Effects of Smoking Cardiovaskular Function : The Role of Nicotine and Carbonmonoxide. Health Sci J. ; 8 (2). 10. Bhalala, O. 2003. Detection of Cotinine in Blood Plasma by HPLC MS/MS. MIT Undergrad Research J 8: 45โ€“50. 11. Syazana, N. A. 2011. Pengaruh Tekanan Darah Pada Perokok Di Kalangan Mahasiswa Lelaki Angkatan 2007 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara . Fakultas Kedokteran. Universitas Sumatera Utara. 12. Tantisuwat A., Premtip T. 2014. Effects of Smoking on Chest Expansion, Lung Function, and Respiratory Muscle Strength of Youths. J. Phys. Ther. Sci. 26: 167โ€“170 . 13. Kobayashi, Y., Toshiko T., Teruo H., Jack A. Loeppky. 2004. Effects of Habitual Smoking on Cardiorespiratory Responses to Sub-maximal Exercise. J Physiol Antrhopol Appl Human Sci, 23: 163-169 .
20a5df05-ea76-4c83-8fd1-f2240fc8c65e
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/download/32970/18906
## Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 20 (1), 2021, 39 โ€“ 46 DOI : 10.14710/ jkli.20.1.39-46 ## Keluhan Sick Building Syndrome di Gedung PT. X Fahruniza M. Mawarni, Mona Lestari * , Yuanita Windusari, Desheila Andarini, Anita Camelia, Rizka F. Nandini, Poppy Fujianti Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, Palembang *Corresponding Author: [email protected] Info Artikel:Diterima 19 September 2020 ; Disetujui 26 November 2020 ; Publikasi 1 April 2021 Cara sitasi (Vancouver): Mawarni FM, Lestari M, Windusari Y, Andarini D, Camelia A, Nandini RF, Fujianti P. Keluhan Sick Building Syndrome di Gedung PT. X. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia [Online]. 2021 Feb;20(1):39-46. https://doi.org/10.14710/jkli.20.1.39-46. ## ABSTRAK Latar Belakang : Sick Building Syndrome (SBS) merupakan kumpulan gejala yang dialami oleh seseorang atau perasaan tidak sehat tanpa penyebab yang jelas saat melakukan pekerjaan di dalam gedung dan akan menghilang saat seseorang meninggalkan gedung tersebut. Sirkulasi udara yang tidak baik, ditambah dengan adanya faktor fisik, kimia, biologi, dan individu, serta faktor lingkungan lainnya yang terdapat di dalam suatu bangungan dapat menjadi penyebab terjadinya SBS. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi keluhan SBS pada karyawan di gedung PT. X Palembang. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi cross sectional. Sampel penelitian sebanyak 107 karyawan yang terpilih sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat untuk melihat gambaran keluhan SBS, usia, jenis kelamn, masa kerja, suhu, pencahayaan dan kembaban, serta analisis bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan uji alternatif fisher exact untuk melihat pengaruh faktor risiko terhadap keluhan SBS. Hasil : Dari hasil penelitian diketahui bahwa prevalensi keluhan SBS sebesar 75,7%, dengan usia terbanyak โ‰ค40 tahun (80,4%), didominasi oleh laki -laki (60,7%), dengan masa kerja paling banyak โ‰ฅ5 tahun (62,6%), serta lingkungan kerja dengan suhu, pencahayaan, dan kelembaban yang tidak memenuhi syarat secara berurutan sebesar 18,7%, 49,5%, dan 36,4%. Simpulan: Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa kelembaban mempengaruhi terjadinya keluhan SBS pada karyawan PT. X Palembang (p-value = 0,005). Untuk menyeimbangkan kualitas udara di dalam ruangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan meletakkan tanaman sanseviera sebagai menyeimbang dan penyerap polutan di dalam ruangan. Kata kunci: Sick Building Syndrome; Kelembaban; Pencahayaan; Polutan; Tanaman Sansevieria ## ABSTRACT Tittle : Sick Building Syndrome Complain in PT. X Building Background : Sick Building Syndrome (SBS) is a syndrome where people experience unexplained malaise symptoms while working in a building that will disappear once they leave the building. Poor air circulation combined with the presence of physical, chemical, biological and individual factors, and other environmental factors within a building may cause SBS. This study aimed to determine factors that influence SBS complain among employees of PT. X in Palembang. Method : This study used a qualitative approach with cross sectional study design. The research sample was 107 employees selected according to inclusive and exclusive criteria. The data analysis methods in the study are univariate analysis to describe SBS complain, age, sex, years of service, temperature, lighting and humidity. Bivariate analysis using the chi-square test and fisher exact alternative test to determine risk factors influence to SBS complain. Result : The prevalence of SBS complain in the study is 75,7%, with โ‰ค40 as ma jority age (80,4%), dominated by male workers (60,7%), with โ‰ฅ5 years as the largest portion of years of service (62,6%), and work environment with temperature, lighting, and humidity that is not adequate 18,7%, 49,5%, and 36,4% respectively. Conclusion : Bivariate analysis showed that humidity influenced the occurrence of SBS complain in PT.X Palembang (p-value = 0,005). To balance out indoor air quality, one of countermeasures that can be applied is to place sansevieria plant as indoor pollutants absorber. Keywords: Sick Building Syndrome; Humidity; Lighting; Pollutant; Sansevieria Plants ## PENDAHULUAN Pesatnya pertumbuhan penduduk telah menjadi permasalahan terutama di kota-kota besar yang menyebabkan permintaan lahan semakin meningkat akibat kebutuhan pembangunan di berbagai bidang. Beragam upaya telah dilakukan salah satunya pembangunan infrastruktur gedung dengan rancangan yang tidak membutuhkan lahan luas, seperti pembangunan gedung bertingkat. Era industialisasi juga telah mendorong perusahaan berlomba-lomba untuk mencari peluang terbaik dengan melakukan pembangunan gedung yang dirancang secara vertikal dengan sistem ventilasi sendiri atau ventilation rate yang direduksi untuk memanfaatkan lahan sempit. 1,2 Rancangan tersebut berguna untuk meminimalisir penggunaan lahan serta meringankan biaya operasional pembangunan. Namun, sejak terjadinya krisis energi tahun 1973 telah menyebabkan perubahan udara di kantor dan rumah hingga menurunkan jumlah udara segar setiap orang dari 20- 30 ft 3 /orang menjadi 5 ft 3 /orang. Hal ini disebabkan karena kapasitas ventilasi lebih rendah, banyaknya jumlah penghuni dalam ruangan dan akumulasi polusi sehingga dapat membahayakan kesehatan. 3,4 United States Environmental Protection Agency (US EPA) menyatakan bahwa buruknya kualitas udara dalam ruangan merupakan salah satu dari lima masalah kesehatan akibat kondisi lingkungan yang tidak sehat. 5 Diperkirakan terjadi sekitar tiga juta kematian setiap tahun akibat polusi udara dan sekitar 400-500 juta orang terutama di negara berkembang mengalami masalah polusi udara dalam ruangan dan sebanyak 80-90% pekerja melakukan aktivitas kerja di dalam ruangan gedung kantor yang bertingkat maupun tidak bertingkat. Pekerja yang bekerja di gedung bertingkat memiliki risiko untuk terpapar bahan polutan akibat sirkulasi udara yang buruk. Dengan demikian, para ahli menyimpulkan bahwa pekerja yang bekerja di dalam ruangan gedung lebih berisiko mengalami gangguan atau gejala kesehatan akibat kualitas udara di dalam ruangan yang kurang baik. Gangguan kesehatan tersebut apabila tidak segera ditindaklanjuti akan menyebabkan kerugian finansial, mengganggu kenyamanan, serta menurunkan produktivitas kerja. 6,7 Sick Building Syndrome adalah kumpulan gejala yang hanya dirasakan seseorang saat beraktivitas di dalam suatu gedung. Gejala tersebut tidak teridentifikasi secara spesifik hingga menyebabkan penghuni ruangan atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akibat buruknya kualitas udara. Gejala khas SBS meliputi sakit kepala, sakit mata dan hidung, iritasi tenggorokan, batuk kering, kulit kering atau gatal, pusing dan mual, sulit konsentrasi, serta kelelahan dan berkurangnya kepekaan terhadap bau. Namun, gejala tersebut akan menghilang saat seseorang meninggalkan gedung. 8,9 Survei menemukan bahwa sebanyak 8.000 hingga 18.000 kasus SBS terjadi setiap tahunnya di Amerika Serikat, sedangkan berdasarkan studi literatur ditemukan bahwa sejak tahun 1970-an, SBS telah menjadi penyakit bangunan terutama di kantor dan sekolah dengan parameter fisik, biologis, kimia, psikososial, dan kondisi individu sebagai kontributor utama penyebab timbulnya SBS. 2,10 Gedung-gedung bertingkat pada umumnya dilengkapi dengan Air Conditioning (AC) sebagai pengganti ventilasi alami untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. Oleh karena AC digunakan sebagai pengganti ventilasi, maka kebersihannya harus dijaga. AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat bagi mikroorganisme untuk berkembang biak. Maka dari itu, pekerja yang bekerja di gedung ber-AC (suhu lebih dari 23 o C) terutama untuk waktu yang lama memiliki 2 hingga 3 kali lebih banyak gejala daripada pekerja yang bekerja di gedung yang dilengkapi dengan ventilasi alami. 11 Penelitian terhadap pekerja gedung di Warsawa, Polandia ditemukan bahwa sebagain besar pekerja menghabiskan waktu 8 jam kerja dan lebih dari setengah (68%) responden merasakan gejala SBS akibat dari suhu udara dalam ruangan yang cukup tinggi (23-24,7 o C) dan kelembaban pada kisaran 48- 65%. 12 Penelitian di Beijing, China terkait paparan polusi menghasilkan bahwa gejala SBS yang paling umum dialami adalah kelelahan, gejala pada kulit dan mukosa. 13 Penelitian yang dilakukan oleh Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) terhadap 350 karyawan dari 18 perusahaan di DKI Jakarta menunjukkan bahwa terdapat 50% karyawan mengalami SBS, dengan keluhan yang dirasakan seperti flu, sesak napas, mata berair, sering bersin, hidung tersumbat, dan tenggorokan gatal. 14 Penelitian dari Verayani pada petugas instalasi transfusi darah RSUD Dr. Soetomo menunjukkan bahwa petugas yang mengalami keluhan SBS sebanyak 21 orang (84%) dari 25 orang petugas dan banyak dialami oleh petugas perempuan berumur 26-30 tahun dengan masa kerja >3 tahun serta jam kerja 7-10 jam/hari. 15 Gedung PT. X menunjukkan beberapa ciri karyawannya memiliki risiko untuk mengalami keluhan SBS karena kondisi gedung bertingkat yang tertutup dan memiliki 4 lantai dengan ventilasi sendiri menggunakan AC demi menjaga kestabilan suhu ruangan. Karyawan di PT. X melakukan aktivitas pekerjaan di dalam ruangan selama 8 jam kerja dari hari Senin hingga Jumat dengan jumlah karyawan per ruangan yang cukup banyak. Dengan adanya permasalahan pada kondisi gedung tersebut, maka tindakan pencegahan terhadap keluhan SBS perlu dilakukan. Berdasarkan uraian diatas, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluhan SBS di gedung PT. X Palembang. ## MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi cross sectional. Setelah melalui perhitungan sampel, didapatkan jumlah sampel untuk penelitian ini adalah sebanyak 107 karyawan di PT. X. Kriteria inklusi penelitian adalah karyawan yang bekerja โ‰ฅ8 jam kerja per hari dan bekerja di ruangan tertutup dengan menggunakan AC, sedangkan kriteria esklusi penelitian adalah karyawan yang lebih banyak melakukan aktivitas kerja di luar ruangan atau di lapangan (outdoor) dan karyawan yang sedang hamil. Variabel dalam penelitian ini meliputi Keluahan SBS, usia, jenis kelamin, masa kerja, suhu, pencahayaan, dan kelembaban. Alat yang digunakan untuk mengukur pencahayaan adalah Lux Meter sedangkan untuk suhu dan kelembaban menggunakan Hygrothermometer. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis univariat untuk menunjukkan distribusi frekuensi pada masing-masing variabel dan analisis bivariat untuk mengetahui pengaruh faktor risiko terhadap keluhan SBS dengan menggunakan uji chi square dan uji alternatif fisher exact. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar karyawan di Gedung PT. X mengalami keluhan Sick Building Syndrome yaitu sebesar 75,7%. Selain itu, diketahui juga bahwa mayoritas karyawannya berumur โ‰ค40 tahun (80,4%) sementara karyawan yang berumur >40 tahun hanya sebesar 19,6%. Sementara, karyawan wanita hanya sebanyak 39,3%, dengan masa kerja paling banyak โ‰ฅ5 tahun yaitu sebesar 62,6%. Dari penelitian ini juga diketahui bahwa suhu yang tidak memenuhi syarat sebesar 18,7%, pencahayaan yang tidak memenuhi syarat yaitu sebesar 49,5%, dan kelembaban yang tidak memenuhi syarat sebesar 36,4%. Tabel 1. Analisis Univariat Variabel Penelitian No Variabel n=107 % 1. Keluhan SBS SBS Bukan SBS 81 26 75,7 24.3 2. Usia >40 tahun โ‰ค40 tahun 21 86 19,6 80,4 3. Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 42 65 39,3 60,7 4. Masa Kerja โ‰ฅ5 tahun <5 tahun 67 40 62,6 37,4 5. Suhu Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 20 87 18,7 81,3 6. Pencahayaan Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 53 54 49,5 50,5 7. Kelembaban Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat 39 68 36,4 63,6 Berdasarkan tabel 2, hasil uji chi square diketahui bahwa kelembaban (p-value = 0,005; PR = 1,395; 95% CI = 1,151-1,691) dapat mempengaruhi terjadinya keluhan SBS pada karyawan di Gedung PT. X. Dengan tingkat kepercayaan 95%, diketahui bahwa faktor kelembaban yang tidak memenuhi syarat dapat berisiko menyebabkan terjadinya keluhan SBS sebesar 1,395 kali lebih besar dibandingkan dengan kelembaban yang memenuhi syarat (40-60%RH). Dari hasil penelitian ini juga menunjukkan umur (p- value = 0,174), jenis kelamin (p-value = 0,212), masa kerja (p-value = 1,000), suhu (p-value = 0,776) dan pencahayaan (p-value = 0,103) tidak berpengaruh terhadap keluhan SBS pada karyawan di gedung PT. X. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh antara umur terhadap keluhan SBS di gedung PT. X (p-value = 0,174). Meskipun secara uji statistik faktor umur tidak mempengaruhi keluhan SBS, dari hasil crosstab diketahui bahwa terdapat 61,9% karyawan yang berumur >40 tahun mengalami keluhan SBS, dimana angka ini cukup tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor umur dapat berisiko mempengaruhi keluhan SBS jika tidak diintervensi. Hasil observasi menunjukkan bahwa kelompok umur >40 tahun lebih banyak telah menduduki jabatan di dalam struktural. Hal ini dapat diasumsikan bahwa sebagian besar mereka telah memiliki masa kerja yang lama dilihat dari jabatan mereka saat ini, dimana masa kerja berarti lamanya mereka berada di dalam gedung tersebut dalam hitungan tahun, yang artinya bahwa mereka telah terpajan faktor risiko penyebab keluhan SBS selama mereka bekerja di gedung tersebut. Tabel 2. Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Sick Building Syndrome di Gedung PT. X No Variabel Keluhan Sick Building Syndrome P-value PR 95 % CI Ya n=81 Tidak n=26 Lower Upper 1 Umur > 40 tahun โ‰ค 40 tahun 13 (61,9%) 68 (79,1%) 8 (38,1%) 18 (20,9%) 0,174 0,783 0,550 1,114 2 Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki 35 (83,3%) 46 (70,8%) 7 (16,7%) 19 (29,2%) 0,212 1,178 0,958 1,448 3 Masa Kerja โ‰ฅ 5 tahun < 5 tahun 51 (76,1%) 30 (75,0%) 16 (23,9%) 10 (25,0%) 1,000 1,015 0,812 1,269 4 Suhu Tidak Memenuhi Memenuhi 16 (80,0%) 65 (74,7%) 4 (20,0%) 22 (25,3%) 0,776 1,071 0,833 1,376 5 Pencahayaan Tidak Memenuhi Memenuhi 36 (67,9%) 45 (83,3%) 17 (32,1%) 9 (16,7%) 0,103 0,815 0,654 1,016 6 Kelembaban Tidak Memenuhi Memenuhi 36 (92,3%) 45 (66,2%) 3 (7,7%) 23 (33,8%) 0,005* 1,395 1,151 1,691 Ket: * (signifikan) Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Harwani et al., yang menyatakan bahwa umur karyawan gedung Menara UMI tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian SBS (p-value = 0,376) dikarenakan responden kelompok umur dibawah 30 tahun lebih banyak (63%). 16 Penelitian Qayyum et al., juga menyebutkan bahwa terdapat korelasi negatif antara umur dengan kejadian SBS. 17 Sementara, penelitian Asri menyatakan sebaliknya, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa faktor umur berhubungan dengan gejala SBS yang dialami oleh pegawai yang berumur <30 tahun karena sering menghabiskan waktu di dalam gedung akibat banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan. 18 Sama seperti halnya hasil penelitian ini yang juga menunjukkan bahwa karyawan yang lebih muda ( โ‰ค40 tahun) lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja dalam waktu yang cukup lama (lebih dari 8 jam/hari) untuk menyelesaikan pekerjaannya. Semakin tua umur seseorang menyebabkan daya tahan tubuh, stamina, dan sistem imunitas tubuh menjadi semakin menurun akibat kemampuan jaringan dan sel-sel dalam tubuh yang melemah sehingga risiko kesakitan semakin meningkat. 19 Hal ini terjadi secara alamiah dan pasti dialami oleh setiap manusia. National Institute for Safety and Health (NIOSH) menyatakan bahwa pekerja yang berumur lebih dari 40 tahun memiliki risiko mengalami SBS yang lebih tinggi. Pekerja yang berumur lebih tua rentan terpapar zat bersifat toksik yang terkandung dalam udara dan zat tersebut dapat mempengaruhi kekebalan apabila masuk ke dalam tubuh. Dari segi produktivitas kerja, kelompok umur muda merupakan kelompok umur yang produktif sehingga akan lebih dituntut untuk meningkatkan perfoma pekerjaannya dan lebih banyak menghabiskan waktu di tempat kerja. Oleh karena hal tersebut, keluhan SBS pada seseorang tidak dipengaruhi oleh umur tetapi dipengaruhi oleh durasi kerja atau lamanya mereka menghabiskan waktu di dalam gedung (tempat kerja) untuk melakukan pekerjaannya. Terbukti bahwa seseorang yang berumur lebih muda juga dapat berisiko mengalami keluhan SBS. Kondisi tersebut juga akan mempengaruhi produktivitas kerja dan berbanding terbalik dengan teori bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin menurun produktivitas kerjanya. Hasil uji statistik menjelaskan bahwa jenis kelamin tidak mempengaruhi keluhan SBS di gedung PT. X (p-value = 0,212). Namun, dari hasil crosstab diketahui bahwa terdapat 83,3% karyawan perempuan yang mengalami keluhan SBS sementara terdapat 70,8% karyawan laki-laki yang mengalami keluhan SBS, dimana dapat disimpulkan bahwa karyawan perempuan lebih banyak mengalami keluhan SBS dibandingkan laki-laki. Sehingga meskipun faktor jenis kelamin secara statistik tidak mempengaruhi terjadinya keluhan SBS, jika faktor ini tidak dilakukan upaya penanggulangan maka akan menjadi faktor risiko kedepannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Raharjo yang juga menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan gejala SBS (p- value = 0,270). 20 Perempuan akan lebih sering merasakan gejala suatu penyakit daripada laki-laki karena respon perempuan lebih sensitif dan peka. 21 Perempuan umumnya lebih banyak melakukan pekerjaan di dalam ruangan dibandingkan dengan laki-laki. Dimana hasil observasi menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak melakukan pekerjaan yang bersifat administratif sementara laki-laki lebih banyak melakukan pekerjaan lapangan sehingga perempuan lebih banyak menghabiskan waktu kerja di dalam gedung. Menurut Stenberg, kondisi fisik perempuan lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki, kondisi lingkungan kerja yang buruk diperparah dengan tanggung jawab ganda (pekerjaan di rumah dan di tempat kerja), seringkali diberikan jabatan kerja yang lebih rendah, serta kondisi psikologi kerja yang kurang baik menyebabkan perempuan lebih berisiko mengalami keluhan SBS dibandingkan dengan laki- laki. 22 Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa masa kerja tidak berpengaruh terhadap keluhan SBS di gedung PT. X (p-value = 1,000). Namun, dari hasil crosstab dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak karyawan dengan masa kerja โ‰ฅ 5 tahun mengalami keluhan SBS yaitu sbeesar 76,1% dibandingkan dengan karyawan dengan masa kerja <5 tahun (75,0%). Sama halnya dengan faktor jenis kelamin, meskipun faktor masa kerja tidak mempengaruhi terjadinya keluhan SBS secara statistik, namun jika tidak diintervensi maka dapat menjadi faktor risiko nantinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zaelani yang menyatakan bahwa masa kerja tidak memiliki hubungan dengan keluhan SBS dengan nilai p-value sebesar 0,50. 23 Penelitian Ratodi et al., juga menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan gejala SBS (p-value = 0,147). 24 Semakin lama masa kerja seseorang maka semakin besar kemungkinan terpajan polutan yang terdapat di dalam ruangan tempat bekerja. Gangguan kesehatan yang bersifat kronis dapat terjadi akibat pajanan debu dalam kurun waktu yang lama dengan kadar yang tinggi sehingga tidak dapat ditentukan dalam waktu yang singkat. 25 Lamanya masa kerja seseorang menentukan banyaknya pajanan zat toksik dari lingkungan kerja yang kurang sehat baik dari segi fisik, kimia, dan biologi sehingga stamina seseorang menjadi menurun dan lebih mudah terserang SBS. Hasil uji statistik menjelaskan bahwa suhu tidak mempengaruhi terjadinya keluhan SBS di gedung PT. X (p-value = 0,776). Namun, dari hasil crosstab dapat dilihat bahwa terdapat lebih banyak karyawan dengan kondisi suhu di lingkungan kerjanya tidak memenuhi syarat mengalami keluhan SBS yaitu sebesar 80,0% dibandingan dengan karyawan dengan kondisi suhu di lingkungan kerjanya memenuhi syarat yaitu sebesar 74,7%. Sama halnya dengan faktor jenis kelamin dan masa kerja, faktor suhu di lingkungan kerja atau tempat kerja jika tidak diperhatikan maka kedepannya akan menjadi faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya keluhan SBS pada karyawan di gedung PT X Palembang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari yang dilakukan di gedung Sampoerna Strategic Jakarta, dimana diketahui bahwa suhu udara dan keluhan SBS tidak memiliki hubungan secara statistik (p-value = 0,266). 26 Dalam penelitian ini, syarat yang digunakan untuk mengkategorikan suhu yang memenuhi syarat adalah 18-28 o C. Hasil observasi menunjukkan bahwa terdapat ruangan dengan suhu sebesar 28,3 o C karena AC yang sering dimatikan. Manusia pada umumnya dapat bekerja dengan rasa nyaman pada suhu 24- 26 o C. 25 Penggunaan AC mempunyai dampak ketidaknyamanan bagi pekerja seperti efek fisiologis yang mempengaruhi sistem saraf, sistem pencernaan, sistem pernapasan, serta iritasi pada kulit dan selaput lendir karena paparan udara di ruangan ber-AC. Dari segi medis, seseorang yang bekerja di ruangan ber-AC dalam waktu yang lama akan menyebabkan respon metabolisme menjadi lemah. 11,27 NIOSH mengemukakan bahwa buruknya kualitas ventilasi dapat menyebabkan terjadinya SBS. Dalam banyak penelitian, parameter lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan sebagian besar karena buruknya kualitas udara dalam ruangan. Suhu panas dapat mengurangi kemampuan gerak seseorang, memperlambat pengambilan keputusan karena kurang berkonsentrasi, mengganggu kecermatan kerja otak serta menghambat koordinasi syaraf perasa dan motorik. 28 Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan volume udara luar dengan menggunakan sistem ventilasi sehingga dapat membantu mengurangi terjadinya SBS. Salah satu sistem ventilasi yang dapat digunakan berupa exhaust fan. 29,30 Hasil uji statistik pada penelitian ini menunjukkan bahwa pencahayaan tidak mempengaruhi terjadinya keluhan SBS di gedung PT. X (p-value = 0,103). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Husin yang menyatakan bahwa pencahayaan dalam ruangan gedung tidak berhubungan dengan kejadian SBS dengan nilai p- value sebesar 0,420. 31 Selain itu, penelitian yang dilakukan Putra et al. diketahui bahwa pencahayaan di dalam gedung tidak berpengaruh terhadap gangguan kesehatan SBS. 32 Secara teori, pencahayaan yang terlalu terang dapat menimbulkan gejala sakit kepala dan menurunnya daya konsentrasi. 24 Hasil analisis penelitian Nuriani et al., menyatakan bahwa responden yang mengalami sakit kepala tidak dapat berkonsentrasi saat bekerja. 33 Penggunaan komputer merupakan salah satu penyebab terjadinya SBS, dikarenakan pantulan cahaya yang dihasilkan dari layar komputer dapat menyebabkan sakit kepala dan iritasi mata. Pantulan cahaya pada benda seperti kaca juga dapat menyebabkan kesilauan (glare) serta ketidaknyamanan pada penglihatan. Kondisi sakit kepala dan tidak dapat berkonsentrasi ini disebabkan oleh produksi hormon serotonin yang berlebihan dalam tubuh. 34 Oleh karena itu, pengukuran intensitas pencahayaan secara rutin perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas fisik di suatu ruangan memenuhi syarat atau tidak sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa kelembaban dapat mempengaruhi terjadinya keluhan SBS di gedung PT. X (p-value = 0,005). Penelitian ini berbanding lurus dengan penelitian Ridwan et al. pada karyawan unit OK RS Marinir Cilandak yang menyatakan bahwa kelembaban udara di dalam ruangan berpengaruh terhadap kejadian SBS (p-value = 0,013). 35 Penelitian Norhidayah et al. pada bangunan Perbadanan Kemajuan Bukit Fraser (PKBF) sebagai lokasi penelitian ditemukan total jamur yang cukup tinggi. Hal ini dikaitkan dengan suhu dan persentase kelembaban yang tinggi dan ketidakseimbangan dalam sistem ventilasi yang memungkinkan akumulasi kontaminan dalam ruangan. 36 Istilah SBS digunakan untuk menggambarkan situasi saat penghuni gedung mengalami efek kesehatan dan ketidaknyamanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 48 tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran bahwa baku mutu kelembaban di ruang kerja adalah 40-60% RH. 37 Beberapa penelitian telah menekankan adanya hubungan antara SBS dengan lingkungan dalam ruangan berdasarkan kondisi kelembaban dan suhu. Kelembaban yang terlalu tinggi menyebabkan pertumbuhan dan penyebaran bakteri, virus, tungau, jamur, serta berpotensi meningkatkan intensitas polutan kimia di udara. Kelembaban menyebabkan mikroba diudara bertahan hidup tergantung pada keadaan lingkungan dan kepadatan dalam ruang. 38,39 Penelitian Reinikainen di Finlandia menunjukkan bahwa prevalensi gejala seperti pada kulit, hidung, tenggorokan kering, dan hidung tersumbat diperkirakan pada kelembaban relatif kisaran 30-40% daripada kelembaban relatif kisaran 20-30%. 40 Kelembaban udara lebih dari 60% merupakan kondisi lingkungan yang sangat baik bagi pertumbuhan bakteri dan mempertahankan keberlangsungan hidup mikroorganisme parasit karena mengandung uap air di udara, serta melepaskan senyawa volatile yang ada di bangunan seperti formaldehyde, amonia, dan senyawa lain yang mudah menguap dan larut dalam kelembaban yang tinggi menjadi uap yang kemudian terpajan pada pekerja. 41 Banyaknya mikroorganisme di udara disebabkan oleh kondisi ruangan yang kotor serta memiliki kelembaban yang cukup tinggi kira-kira 85%. Fakta menemukan bahwa 90% orang yang berada dalam ruangan memiliki risiko terpapar polutan 100 kali lebih banyak akibat sirkulasi udara yang buruk. Kelembaban udara yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan gangguan pada sistem pernapasan manusia karena berkaitan langsung dengan udara yang dihirup. Pada saluran pernafasan, terjadi proses inspirasi dan ekspirasi yang menghasilkan sekret (produk hasil dari proses sekresi). Sekret kemudian dibersihkan melalui mekanisme mucociliary transport/mucociliare clearance yang membentuk dahak (mucus) sebagai proses perlawanan non spesifik terhadap infeksi saluran pernaapasan dan dikeluarkan dengan gerakan silia. Dahak yang semakin banyak dan menumpuk menjadi media yang ideal dalam kolonisasi bakteri dan akan menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan terutama apabila terjadi gangguan pada mekanisme transportasi mucus dan kerusakan pada sel silia. 42 Oleh karena itu, kelembaban udara yang tinggi berpotensi menimbulkan berbagai macam gejala yang dapat dikatagorikan sebagai gejala akibat SBS. Polusi udara baik dalam ruangan maupun diluar ruangan saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan dan lingkungan, disebabkan karena semakin berkembangnya aktivitas di bidang industri dan transportasi yang menghasilkan polutan-polutan di udara. Tempat kerja seperti perkantoran atau gedung dapat menggunakan tanaman hias untuk mengurangi dan menyerap polutan tersebut. Tanaman sansevieria atau lidah mertua merupakan salah satu tanaman yang bisa digunakan. Selain memperindah ruangan (estetika), tanaman ini juga memiliki kemampuan untuk menyerap gas polutan di udara. Berdasarkan kajian NASA (National Aeronaustics and Space Administration) tahun 1999, tanaman sansevieria mampu menyerap lebih dari 107 unsur polutan berbahaya di udara seperti karbon dioksida (CO 2 ), benzene, formaldehyde, trichloroethylene, dan sebagainya. Jika meletakkan tanaman sansevieria di dalam ruang perkantoran, maka tanaman ini akan mampu menyaring kotoran, bau, dan polutan lainnya sehingga menjadikan udara dalam ruangan akan terasa lebih bersih, segar dan nyaman. 43 Selain tanaman sansevieria, beberapa tanaman hias lain seperti lili paris dan sirih gading juga mampu menyerap gas polutan berbahaya di dalam ruangan. Namun berdasarkan penelitian Adita dan Ratni, tanaman sansevieria merupakan tanaman yang paling besar tingkat penyerapan polutannya (44,06%) sehinga tanaman ini lebih cocok untuk menjadi tanaman hias di ruang perkantoran. 44 ## SIMPULAN Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 75,7% karyawan di gedung PT. X mengalami keluhan SBS. Hasil analisis bivariat diketahui bahwa keluhan SBS dipengaruhi oleh kelembaban (p-value = 0,005). Untuk meminimalisir terjadinya keluhan SBS pada karyawan di gedung PT. X dapat dengan meletakkan tanaman hias sebagai penyerap polutan berbahaya yang terdapat di dalam ruangan yang ber- AC, selain itu juga dapat menyeimbangkan kelembaban di dalam ruangan. Tanaman sansevieria atau lidah mertua dapat menjadi alteratif pilihan agar udara di dalam ruangan menjadi lebih bersih. Rekomendasi dari NASA untuk menempatkan sekitar 15-18 tanaman dalam wadah berdiameter 6-8 inch untuk setiap 1800 kaki persegi ruangan. Selain itu, perlu dilakukannya pengukuran secara rutin terhadap kualitas fisik, kimia, dan biologi yang dilakukan setiap 3 bulan sekali. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Aditama TY, Andarini SL. Sick Building Syndrome. Med J Indones. 2002;11(2):124 โ€“ 31. 2. Camelia A. Sick Building Syndrome dan Indoor Air Quality. J Ilmu Kesehat Masy. 2011;2(2):79 โ€“ 84. 3. Kosa KH. Indoor Air Quality: Sampling Methodologies. 1st ed. CRC Press; 2010. 4. Jafari MJ, Khajevandi AA, Najarkola SAM, Yekaninejad MS, Pourhoseingholi MA, Omidi L, et al. Association of Sick Building Syndrome with Indoor Air Parameters. Tanaffos. 2015;14(1):55 โ€“ 62. 5. Haris A, Ikhsan M, Rogayah R. Asap Rokok Sebagai Bahan Pencemar dalam Ruangan. CDK- 189. 2012;39(1):17 โ€“ 9. 6. WHO. WHO Guidelines for Air Quality: Selected Pollutants. WHO Regional Office for Europe. Denmark; 2010. 7. U.S. Department of Labor OSA. Indoor Air Quality in Commercial and Institutional Buildings. U.S: CreateSpace Independent Publishing Platform; 2014. 8. Environmental Protection Agency US, Environments Division I. Indoor Air Facts No. 4 Sick Building Syndrome. EPA - Air & Radiation (6609J), Research and Development (MD-56). 1991. 9. Smajloviฤ‡ SK, Kukec A, Dovjak M. Associat ion between Sick Building Syndrome and Indoor Environmental Quality in Slovenian Hospitals: A Cross-Sectional Study. Int J Environ Res Public Health. 2019;16(17):1 โ€“ 18. 10. Ghaffarianhoseini A, Alwaer H, Omrany H, Alalouch C, Clements-croome D, Ghaffarianhoseini A, et al. Sick Building Syndrome : Are We Doing Enough? Archit Sci Rev. 2018;61(3):99 โ€“ 121. 11. Burge PS. Sick Building Syndrome. Occup Environ Med. 2004;61(2):185 โ€“ 90. 12. Gladyszewska-Fiedoruk K. Survey Research of Selected Issues the Sick Building Syndrome (SBS) in an Office Building. Environ Clim Technol. 2019;23(2):1 โ€“ 8. 13. Li L, Adamkiewicz G, Zhang Y, Spengler JD. Effect of Traffic Exposure on Sick Building Syndrome Symptoms among Parents/ Grandparents of Preschool Children in Beijing, China. PLoS One. 2015;10(6):1 โ€“ 11. 14. Rahmi A. Hubungan Kualitas Fisik Udara dan Mikrobiologi Udara dengan Kejadian Sick Building Syndrome (Studi Kasus: Perpustakaan Pusat dan Perpustakaan teknik Universitas Indonesia). Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia; 2010. 15. Verayani E. Identifikasi Legionella, Kualitas Udara Ruang dan Keluhan Sick Building Syndrome pada Petugas Instalasi Transfusi Darah RSUD Dr. Soetomo. J Kesehat Lingkung. 2014;10(3):299 โ€“ 305. 16. Harwani NP, Rahman SF, Sunu B, Lingkungan BK, Kesehatan P, Makassar M. Analisis Faktor Demografi dan Ergonomi terhadap Kejadian Gejala Fisik Sick Building Syndrome (SBS) pada Pegawai Gedung Rektorat UMI Kota Makassar. J Sulolipu Media Komun Sivitas Akad dan Masy. 2020;20(1):76 โ€“ 82. 17. Qayyum S, Tariq S, Younas F. Sick Building Syndrome and Job Performance in Women Factory Workers. J Postgrad Med Inst. 2020;34(1):22 โ€“ 8. 18. Asri AN, Pulungan RM, Fitri A musliha. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Gejala Sick Building Syndrome pada Pegawai BPJS Kesehatan Depok Tahun 2019. Indones J Publ. 2019;3(1):44 โ€“ 55. 19. Fatmah. Respons Imunitas yang Rendah pada Tubuh Manusia Usia Lanjut. Makara Kesehat. 2006;10(1):47 โ€“ 53. 20. Raharjo HD, Wiediartini, Dermawan D. Analisis Pengaruh Karakteristik Individu dan Faktor Fisik Terhadap Gejala Sick Building Syndrome Pada Pegawai di Gedung Utama Perusahaan Fabrikasi Kapal. J Tek Keselam dan Kesehat Kerja. 2015;Proceeding:5 โ€“ 9. 21. Gomzi M, Bobiฤ‡ J. Sick Building Syndrome: Do We Live and Work in Unhealthy Environment? Period Biol. 2009;111(1):79 โ€“ 84. 22. Stenberg B, Mild KH, Sandstrรถm M, Sundell J. A Prevalence Study of the Sick Building Syndrome (SBS) and Facial Skin Symptoms in Office Workers. Med J. 1993;3(2):71 โ€“ 81. 23. Zaelani A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Sick Building Syndrome pada Pegawai di Departemen Distribusi Wilayah 1 Graha Sarana PT. Petrokimia Gresik. Universitas Jember; 2015. 24. Ratodi M, Zubaidah T, Marlinae L. Predicting the Sick Building Syndrome (SBS) Occurrence among Pharmacist Assistant in Banjarmasin South Kalimantan. Heal Sci J Indones. 2017;8(2):118 โ€“ 23. 25. Sumaโ€™mur. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Agung Seto; 2013. 26. Sari OS, Wahyuni D. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Sick Building Syndrome pada Karyawan di Gedung Sampoerna Strategic PT Sampoerna Land Jakarta Tahun 2015. Artik Ilmu Kesehat. 2016;8(1):26 โ€“ 30. 27. Cao B, Shang Q, Dai Z, Zhu Y. The Impact of Air-Conditioning Usage on Sick Building Syndrome during Summer in China. Indoor Built Environ. 2013;22(3):490 โ€“ 7. 28. Oktora B. Hubungan antara Kualitas Fisik Udara dalam Ruang (Suhu dan Kelembaban Relatif) dengan Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Pegawai Kantor Pusat Perusahaan Jasa Konstruksi X di Jakarta Timur Tahun 2008. Universitas Indonesia; 2008. 29. Sundell J, Lindvall T, Stenberg B. Associations Between Type of Ventilation and Air Flow Rates in Office Buildings and the Risk of SBS- Symptoms among Occupants. Environ Int. 1994;20(2):239 โ€“ 51. 30. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Sistem Pengkondisian Udara & Ventilasi. Penataan Udar. 2012;2(38):1 โ€“ 48. 31. Husin H, Suhendro. Analisis Keluhan Sick Building Syndrome (SBS) pada Pegawai di Biro Umum Sekretariat Daerah Provinsi Bengkulu. 2015. 32. Putra I, Ikhtiar M, Emelda A. Analisis Mikroorganisme Udara terhadap Gangguan Kesehatan dalam Ruangan Administrasi Gedung Menara UMI Makassar. Wind Heal J Kesehat. 2018;1(2):68 โ€“ 75. 33. Nuriani, Rahmawati, Kurniatuhadi R. Hubungan Keberadaan Koloni Bakteri Staphylococcus dan Faktor Fisikawi dalam Ruangan Terhadap Kejadian Sick Building Syndrome (SBS) pada Petugas Perpustakaan Universitas Tanjungpura. J Protobiont. 2017;6(3):240 โ€“ 8. 34. Mccoll SL, Veitch JA. Full-Spectrum Fluorescent Lighting: A Review of its Effects on Physiology and Health. Psychol Med. 2001;31(6):949 โ€“ 64. 35. Ridwan AM, Nopiyanti E, Susanto AJ. Analisis Gejala Sick Building Syndrome Pada Pegawai Di Unit OK Rumah Sakit Marinir Cilandak Jakarta Selatan. J Kesehat Masy. 2018;2(1):116 โ€“ 33. 36. Norhidayah A, Lee CK, Azhar MK, Nurulwahida S. Indoor Air Quality and Sick Building Syndrome in Three Selected Buildings. Procedia Eng. 2013;53(2013):93 โ€“ 8. 37. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 tentang Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perkantoran. 2016. 38. Sookchaiya T, Monyakul V, Thepa S. Assessment of the Thermal Environment Effects on Human Comfort and Health for the Development of Novel Air Conditioning System in Tropical Regions. Energy Build. 2010;42(10):1692 โ€“ 702. 39. Amin NDM, Akasah ZA, Razzaly W. Architectural Evaluation of Thermal Comfort: Sick Building Syndrome Symptoms in Engineering Education Laboratories. Procedia - Soc Behav Sci. 2015;204(November 2014):19 โ€“ 28. 40. Reinikainen LM. The Effect of Air Humidification on Different Symptoms in Office Workers-An Epidemiologic Study. Environ Int. 1991;17(4):243 โ€“ 50. 41. Fardiaz S. Polusi Air & Udara. Yogyakarta: Kanisius; 1992. 42. Cole P. 'Modicikation in ins pired airโ€™. In: Mathew, O.P. Respiratory Function of the Upper Airwayโ€™. Lung Biol Heal Dis. 1988; 43. Rosha PuT, Fitriyana MN, Ulfa SF, Dharminto. Pemanfaatan Sansevieria Tanaman Hias Penyerap Polutan sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Udara di Kota Semarang. J Ilm Mhs Fak Kesehat Masy Univ Diponegoro. 2013;3(1):1 โ€“ 6. 44. Adita BR, Ratni N. Tingkat Kemampuan Penyerapan Tanaman Hias dalam Menurunkan Polutan Karbon Monoksida. J Ilm Tek Lingkung. 2013;4(1):54 โ€“ 60.
96eff39d-2bf7-4a4e-8a12-cf5f13d3cc7f
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/endogami/article/download/34467/18370
## Tokoh Saridin dalam Pementasan Kethoprak Saridin Andum Waris: Representasi Kearifan Kritik Masyarakat Jawa Pesisir ## Sukarjo Waluyo Departemen Susastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro Jalan Prof. Sudarto, S.H., Tembalang, Semarang - 50275 Email: [email protected] ## Abstract Several districts and cities in Central Java have begun to identify the richness of local history, art and culture to become regional icons. Pati Regency is currently starting to develop a discourse as "Kethoprak City". Meanwhile, the city of Solo - Solo is often referred to as the hometown of kethoprak - was previously known as the City of Tourism and Culture because it has various assets of Javanese history, culture and arts. Kethoprak Pati (kethoprak pesisiran) and kethoprak Solo and Jogja (kethoprak Mataraman), if we look closely, will find several differences, one of which can be seen from the tendency of the plays in the performance. Kethoprak Pati features many plays that tell the story of the north coast of Java (Coastal Java). Some of the plays that are often played include the character Saridin that we can see in many plays such as Saridin Born, Saridin Andum Waris, Geger Palembang, Ontran-ontran Cirebon, Bedhahing Ngerum, Ondorante, and Lulang Kebo Landoh. The people of Pati and its surroundings recognize Saridin as a strange person and likes to do whatever he wants. However, he is also known as a powerful person and often breaks through common logic to reveal truth and justice. The existence of Saridin in the speech stories and kethoprak performances is often seen as a representation of critical wisdom in the Javanese coastal community. Key words: Saridin, kethoprak Pati, representation, critical wisdom, Coastal Java ## 1. Pendahuluan Kabupaten Pati saat ini mulai membangun wacana sebagai โ€œKota Kethoprak 1 โ€. Sementara itu, Kota Solo โ€“ Solo banyak disebut sebagai kota kelahiran kethoprak โ€“ sudah lebih dahulu dikenal sebagai Kota Wisata dan Budaya karena memiliki beragam aset kekayaan sejarah, budaya, dan kesenian Jawa. Kethoprak Pati (kethoprak pesisiran 2 ) dan kethoprak Solo 1 Kethoprak adalah seni pertunjukan berupa drama tradisional Jawa yang pada umumnya mengangkat cerita yang bersumber dari Babad Tanah Djawi atau sejarah tanah Jawa sebagai landasan. Pementasan kethoprak biasanya dibumbui dengan berbagai kisah pemanis sehingga pementasan menjadi enak untuk dinikmati. 2 Istilah kethoprak pesisiran untuk menyebut kethoprak Pati (dan sekitarnya) dibenarkan oleh Juwartono dan beberapa seniman kethoprak Pati yang lain. Sementara itu, kethoprak Mataraman untuk menyebut kethoprak yang berkembang di sekitar Solo dan Jogja. Wawancara dilakukan di rumah Juwartono (62) Jalan Raya Tayu-Pati tanggal 6 dan 7 Oktober 2017 dan di tempat pementasan kethoprak lakon Surawiyata Berontak/Arya Penangsang Lahir di Ujungwatu, Jepara tanggal 8 Oktober 2017. dan Jogja (kethoprak Mataraman 3 ) jika kita cermati akan ditemukan beberapa perbedaan, di antaranya tampak dari kecenderungan lakon-lakon dalam pementasan. Kethoprak โ€“ jika mengacu pada Solo dan Jogja atau budaya Mataraman โ€“ pada umumnya mengangkat cerita yang bersumber dari Babad Tanah Djawi atau sejarah tanah Jawa sebagai landasan ceritanya. Sementara itu, kethoprak Pati yang dikenal juga sebagai kethoprak pesisiran banyak menampilkan lakon-lakon yang mengisahkan cerita tutur pesisir utara Jawa Pesisir 4 . Lakon-akon yang seringkali dimainkan di antaranya adalah menampilkan tokoh Saridin yang bisa kita saksikan dalam beberapa lakon seperti Saridin Lahir, Saridin Andum Waris, Geger Palembang, Ontran-ontran Cirebon, Bedhahing Ngerum, Ondorante, dan Lulang Kebo Landoh . Masyarakat Pati dan sekitarnya mengenal tokoh Saridin sebagai seorang yang nyeleneh dan suka berbuat seenaknya sendiri. Namun, ia juga dikenal sebagai seorang yang sakti dan seringkali menerobos logika umum untuk mengungkapkan kebenaran dan keadilan. Segala perilaku dan tindakan bisa dimaknai sebagai representasi masyarakat Jawa Pesisir menyampaikan kritik sosial. Menurut Barker, representasi adalah sejumlah proses di mana praktik-praktik penandaan tampaknya menggambarkan objek atau praktik yang terjadi di dunia โ€œnyataโ€. Representasi adalah sebuah tindakan simbolisme yang mencerminkan dunia objek yang independen. Bagi kajian budaya, representasi bukan hanya merefleksikan bentuk simbolis โ€œsesuatuโ€ yang eksis di dunia objek yang independen, melainkan representasi itu sendiri bersifat konstitutif terhadap makna yang akan disampaikan atau diperjuangkan (2003:255). Menurut Hall, representasi menghubungkan makna dan bahasa dengan kebudayaan (Hall, 1997:15). Dengan mengamati kata-kata dan image yang digunakan dalam merepresentasikan sesuatu maka akan terlihat jelas nilai-nilai yang diberikan pada sesuatu hal tersebut. Artikel akan mengungkapkan bagaimana representasi kearifan kritik masyarakat Jawa Pesisir melalui tokoh Saridin dalam pementasan kethoprak Saridin Andum Waris oleh Grup Kethoprak Sri Kencono yang pernah dipentaskan pada tahun 2017. ## 2. Metode Penelitian ini menggunakan metode etnografi berkaitan usaha untuk melihat kesenian kethoprak dan konteks sosial budaya Kabupaten Pati. Sebagai penelitian etnografis, data-data yang ada dianalisis secara terus-menerus di lapangan dan ketika menyusun draft akhir penelitian. Spradley (2006:5) mengungkapkan bahwa inti dari etnografi adalah usaha memperhatikan makna-makna. Makna-makna tersebut terekspresikan secara langsung di dalam bahasa dan di antara makna, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik melalui kata-kata atau perbuatan. Sistem makna merupakan kebudayaan mereka dan etnografi. 3 Istilah kethoprak Mataraman untuk menyebut kethoprak yang berkembang di sekitar Solo dan Jogja dibenarkan Slamet Meteor (69), seniman kethoprak Balekambang (Solo). Sementara itu, kethoprak pesisiran untuk menyebut kethoprak Pati (dan sekitarnya).Wawancara dilakukan di kompleks Perumahan Eks-Seniman Balekambang, Mojosongo (Solo) tanggal 25 Oktober 2017. 4 Pulau Jawa mengenal adanya dua wilayah pantai atau pesisir yang sangat kontras. Pantai utara tampak ramah dan terbuka terhadap pengaruh luar; pantai selatan tampak berbahaya dan tidak bersahabat yang identik dengan tebing- tebing karang yang terjal dan ombak yang ganas. Pantai selatan yang berbukit dan tertutup oleh samudera luas tidak memberi jalan ke mana pun dan tetap berkembang menjadi bagian daerah pedalaman yang sedikit banyak tergantung pada pesisir tersebut. Hal inilah yang membangun kenyataan hanya dikenal satu โ€œpantaiโ€ di Jawa, yaitu pantai utara yang disebut sebagai Pesisir (Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya (Jilid 1), 2005:19). ## 3. Hasil dan Pembahasan Juwartono (62) 5 , seniman senior kethoprak dari Kecamatan Tayu, mengatakan bahwa kethoprak Pati berkembang dalam dua jenis, yaitu kethoprak kampung dan kethoprak juragan (kethoprak bisnis). Kethoprak kampung berdiri di kampung dengan anggota warga setempat. Mereka mendirikan grup kethoprak untuk tujuan sederhana, yaitu untuk mengisi pentas saat ada acara-acara desa, misalnya sedekah bumi atau sedekah laut. Pada perjalanannya grup kethoprak kampung tidak banyak berkembang karena hanya mengandalkan pementasan di kampung, tidak ada target yang jelas, dan manajemen organisasinya tidak rapi. Kethoprak juragan biasanya merupakan kumpulan seniman kethoprak yang bisa dikatakan profesional dan mendalami betul โ€˜dunia kethoprakโ€™. Ruslan Hadi (65) 6 , seniman senior kethoprak dan ketua grup Wahyu Budoyo, mengatakan bahwa apresiasi masyarakat akan keberadaan kethoprak dan permintaan pementasan membuat seniman dan kethoprak Pati bisa bertahan hingga saat ini. Kondisi kethoprak Pati sebagaimana ungkapan mrojol soko selaning agaru, yaitu makin berkembang subur pada saat kesenian kethoprak di daerah lain justru mulai surut karena hantaman kesenian modern yang lebih praktis dan pragmatis. Ruslan Hadi juga mengungkapkan jika keberlangungan eksistensi para seniman kethoprak dan grup-grup kethoprak di Pati tergantung bagaimana mereka mampu bersaing. Kethoprak Pati banyak menampilkan lakon-lakon yang mengisahkan cerita tutur pesisir utara Jawa (Jawa Pesisir), di antaranya adalah Saridin Andum Waris. Saridin adalah tokoh utama dalam lakon tersebut, sosok yang nyeleneh, konyol, dan semaunya sendiri dalam berkata-kata dan bertindak. Namun, ia juga sosok yang tampak sering melalmpaui logika dan persepsi orang pada umumnya terutama saat mengungkpkan kebenaran dan keadilan. Nyatalah, Sosok Saridin yang nyeleneh dan konyol seringkali bisa mewakili suara dan aspirasi masyarakat kebanyakan dan menjadi tokoh masyarakat awam. Anderson (1983) membicarakan tekait imajined community , yaitu para warga komunitas meskipun tidak saling kenal, tidak pernah saling jumpa, tidak pernah saling berkirim kabar, tetapi merasa saling terikat. Dari masing-masing pikiran anggotanya ada semacam kesatuan persaudaraan horisontal dan memiliki perasaan senasib. Perilaku dan tindakan tokoh Saridin bisa dimaknai sebagai representasi masyarakat Jawa Pesisir dalam menyampaikan kritik sosial. Tokoh Saridin adalah sebuah gagasan budaya untuk membayangkan suatu peristiwa yang sebenarnya tidak terjadi pada masa kini. ## 3.1. Kritik pada Kekuasaan Pemimpin Formal Tokoh Saridin dikisahkan sebagai pembunuh kakak iparnya sendiri dalam awal pementasan kethoprak Saridin Andum Waris . Ia memiliki kakak ipar yang bernama Branjung. Branjung adalah seorang yang serakah dan gemar meminjamkan uang dengan bunga tinggi kepada para tetangganya. Branjung juga menguasai sawah dan ladang warisan orang tua Saridin. Saridin yang sedang dalam kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya mencoba berbicara pada Branjung dan meminta sebagian harta warisan ayahnya. Karena merasa dipersulit, Saridin pun mengancam akan membawa masalah tersebut kepada kepala desa. Akhirnya, Saridin dan Branjung bersedia berbagi waris dua pohon durian yang sedang berbuah lebat. Saridin 5 Wawancara dilakukan di rumah Juwartono (62) Jalan Raya Tayu-Pati tanggal 6 dan 7 Oktober 2017 dan di tempat pementasan kethoprak lakon Surawiyata Berontak/Arya Penangsang Lahir di Ujungwatu, Jepara tanggal 8 Oktober 2017. 6 Wawancara dilakukan di rumah Ruslan Hadi (65) yang sekaligus sekretariat grup kethoprak Wahyu Budoyo di Dukuhseti (Pati) tanggal 9 Oktober 2017. mendapatkan buah durian yang jatuh dari pohon pada malam hari. Sementara itu, Branjung berhak atas buah durian yang jatuh pada siang hari. Terjadilah geger di desa Saridin tentang kematian seorang pencuri durian yang tidak lain adalah Branjung. Warga beramai-ramai memperkarakan Saridin. Saat itulah Saridin harus mau dibawa ke Kadipaten Pati untuk mendapat hukuman dari Adipati Jayakusuma. Gambar 1: Saridin dibujuk kepala desa untuk diserahkan pada Adipati Pati. (Foto: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , Februari 2017). Anehnya, Saridin tidak mengakui kesalahannya. Ia membela diri dengan santai. Ia merasa tidak membunuh kakaknya yang semalam mencuri durian, melainkan membunuh seorang harimau. Jika saja yang dilihatnya adalah kakak iparnya, ia tidak akan menusukkan tombak bambu runcingnya. Branjung menyamar menjadi seekor harimau untuk mencuri buah durian. Petugas kadipaten pun tetap bersikukuh tetap menciduk dan memenjarakan Saridin. Saridin divonis bersalah telah melakukan pembunuhan. Saridin tetap ngotot tidak bersalah dan menolak dipenjara. Penguasa saat itu, Adipati Jayakusuma mengakalinya dengan mengatakan bahwa Saridin tidak akan dipenjara, tetapi ditempatkan pada sebuah rumah besar yang dijaga oleh para penjaga. Hal tersebut membuat Saridin tidak merasa keberatan. Tingkah konyol Saridin berlanjut. Kepada sang adipati, Saridin melemparkan pertanyaan, โ€œApakah boleh jika nantinya saya keluar dari tahanan untuk menjenguk keluarganya di rumah?โ€ Dengan jawaban mengejek dan merendahkan, sang adipati menjawab, โ€œBoleh saja jika kamu bisa?โ€ Pernyataan tersebut membuat Saridin bersedia dipenjara. Gambar 2 : Adipati Pati membujuk Saridin agar bersedia dipenjara. (Foto: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , Februari 2017). Selanjutnya, Saridin bisa keluar dari tahanan dan pulang ke rumahnya. Hal ini terkuak saat Kepala Desa Miyono melaporkan kepada sang adipati bahwa ia sudah empat kali melihat Saridin tampak berada dengan santai di rumahnya. Para petugas menjadi heran karena Saridin sendiri tampak tidak menyalahi aturan di tahanan. Sang adipati menjadi marah besar. Martabatnya sebagai penguasa serasa dihinakan oleh Saridin. Ia kemudian meyuruh penjaga untuk menghukum Saridin dengan hukuman gantung. Tingkah konyol Saridin berlanjut. Kepada sang adipati, Saridin kembali melemparkan sebuah pertanyaan, โ€œApakah boleh jika saya ikut membantu melaksanakan hukuman gantung tersebut?โ€ Dengan nada mengejek, sang adipati menjawab, โ€œBoleh jika bisa?โ€ Pernyataan tersebut membuat Saridin bersedia. Gambar 3: Saridin menjalani hukuman gantung yang gagal menimpanya. (Foto: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , Februari 2017). Saridin pun bisa keluar dari hukuman gantung. Satu keanehan, yang tergantung pada tali justru sang kepala desa. Para petugas dan sang adipati menjadi sangat heran. Sang adipati menjadi marah besar. Martabatnya sebagai penguasa serasa dihinakan oleh Saridin. Ia pun kemudian meyuruh penjaga untuk menghukum Saridin dengan hukuman paksa dimasukkan dalam peti yang tertutup rapat. Tingkah konyol Saridin berlanjut. Kepada sang adipati, Saridin kembali melemparkan sebuah pertanyaan, โ€œApakah boleh jika saya nantinya saya ikut membantu melaksanakan hukuman paksa dimasukkan dalam peti yang tertutup rapat?โ€ Dengan nada sangat mengejek dan merendahkan, sang adipati menjawab, โ€œBoleh jika bisa?โ€ Pernyataan tersebut membuat Saridin bersedia. Lagi-lagi Saridin bisa keluar dari hukumannya. Hal aneh yang membuat sang adipati dan petugas terheran-heran kembali terjadi karena yang berada dalam peti adalah sang kepala desa. Sang adipati kemudian meyuruh penjaga dan rakyatnya untuk mengerubut Saridin. Saridin pada akhirnya bisa lolos dan melarikan diri ke arah Kudus. Gambar 4: Saridin menjalani hukuman paksa dimasukkan dalam peti yang kembali gagal menimpanya. (Foto: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , Februari 2017) Cerita tentang sosok Saridin mengakar kuat hingga kini dalam masyarakat Pati dan sekitarnya. Saridin yang lugu dan konyol, tetapi sakti terasa dekat dalam kehidupan mereka. Kesenian kethoprak yang masih banyak dipentaskan hingga saat ini banyak mengisahkan sosok Saridin. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat di mana hukum dan kekuasaan pemimpin masih menjadi masalah, cerita tentang sosok Saridin bisa menjadi satu bahan perenungan. Sosok seorang yang jujur dan apa adanya dalam berbicara dan bertindak. Ia menceritakan hal-hal yang ia lihat dan hadapi tanpa ditambah atau dikurangi. Di balik keluguan dan kekonyolonnya yang seringkali kita remehkan dan kita pandang sebelah mata, sosok Saridin mengungkapkan makna kebenaran sejati. ## 3.2 Kritik pada Kekuasaan Pemimpin Agama Saridin pernah membunuh Branjung yang tidak lain adalah kakak iparnya sendiri, seorang yang cukup kaya di desanya (Desa Miyono). Branjung adalah seorang yang memiliki sifat kurang baik. Ia beralasan dengan santai bahwa ia tidak membunuh kakaknya iparnya, melainkan membunuh seorang harimau. Yang dibunuhnya adalah seekor harimau . Kakak iparnyalah yang semalam berbuat aneh menyamar menjadi seekor harimau untuk mencuri durian. Waktu di penjara, dengan kesaktiannya yang tampak tidak disadarinya, Saridin bisa pulang ke rumahnya. Hal yang aneh karena tahanan sudah dijaga ketat oleh para penjaga dan beberapa pintu juga sudah dalam keadaan terkunci. Hal ini membuat sang adipati menjadi marah besar dan meyuruh penjaga untuk menghukum Saridin dengan hukuman gantung. Dengan kesaktiannya, Saridin bisa keluar dari hukuman gantung. Sang adipati kemudian meyuruh penjaga untuk menghukum Saridin dengan hukuman paksa dimasukkan dalam peti yang tertutup rapat. Lagi-lagi Saridin bisa lolos dari hukumannya. Sang adipati kemudian meyuruh para penjaga dan rakyatnya untuk mengerubut Saridin. Saridin pada akhirnya dikisahkan bisa lolos dan melarikan diri ke arah Kudus. Gambar 5: Saridin menjadi santri di Panti Kudus. (Gambar: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , November 2017). Saat di Kudus, Saridin dikisahkan sempat berguru di Panti Kudus yang diajar oleh seorang guru berwibawa di daerah pesisir, yaitu Sunan Kudus. Ketika Sunan Kudus menyuruh Saridin bersyahadat, para santri memandangnya dengan pandangan yang remeh. Saridin lari dan memanjat sebuah pohon kelapa dan tanpa ragu sedikit pun meluncur dengan menaiki sebuah dahannya dan bisa selamat sampai ke tanah tanpa terluka sedikit pun. Sunan Kudus akhirnya menjelaskan kepada para santri bahwa Saridin tidak hanya mengucapkan kalimat syahadat, tetapi seluruh dirinya sudah bersyahadat dengan menyerahkan seluruh keselamatan pada yang Dzat yang Mahakuasa. Jika syahadat hanya sekadar diucapkan, anak kecil juga banyak yang bisa mengucapkannya. Selama di Panti Kudus, Saridin masih saja dilecehkan oleh para santri. Saat ia diberi tugas untuk mengisi bak air wudlu, Saridin tidak dipinjami ember. Saridin akhirnya mengisi bak air wudlu menggunakan keranjang hingga bak air wudlu terisi penuh. Pada saat yang lain, saat ia berdebat dengan sesama santri, Saridin mengatakan jika setiap air pasti ada ikannya. Hal ini terjadi saat ditanya oleh seorang murid yang heran karena Saridin membawa banyak ikan ketika menguras comberan dari sisa tempat air wudlu. Hal yang sama terjadi saat santri mencoba memecahkan sebuah kendi tempat air minum. Hal aneh tersebut tersampaikan pada telinga Sunan Kudus dan meminta seorang santrinya untuk memecah sebuah kelapa yang juga ternyata ada ikannya. Sunan Kudus sangat marah. Sang sunan meminta Saridin untuk tidak menginjakkan kakinya di Panti Kudus lagi. Gambar 6: Saridin membuktikan air pasti ditempati ikan. (Gambar: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , November 2017). Bukannya segera pergi dari Panti Kudus, Saridin justru berubah menjadi sosok kecil dan tinggal pada sebuah kakus (WC) yang kemudian menghebohkan seisi Panti Kudus. Alasan, Saridin tidak berdiri di atas tanah, melainkan berdiri di atas tinja dan memainkan bunga kantil pada bagian pribadi Nyai Sunan. Untuk menjaga kewibawaan Panti Kudus, Sunan Kudus manganggap Saridin telah berbuat salah besar dan pantas dihukum. Sang Sunan pun memerintahkan para santri mengusir Saridin dari Panti Kudus. Ia meminta para santri untuk memastikan Saridin sudah pergi meninggalkan pesantrennya. Dalam hal ini, sosok Saridin mengungkapkan bahwa dalam dunia pendidikan dan pesantren masih terdapat egoisme keilmuan yang memandang rendah orang yang belum atau tidak berpendidikan dan berpengetahuan. Saridin tampak membuka kesadaran bahwa ilmu hendaknya membangun pandangan yang lebih luas dan penuh dengan kemungkinan baru. ## 3.3 Kritik pada Ketimpangan Sosial dalam Masyarakat Ketika dalam pelariannya dari Panti Kudus, Saridin minum legen sampai habis pada seorang penjual legen keliling. Ketika sudah selesai minum, ia pergi begitu saja dan tidak membayar dengan alasan dia ditawari minum saat haus dan tidak memiliki uang. Saat terjadi cekcok, ia memasukkan sampah pada wadah bumbung minuman sang penjual legen. Dengan perasaan sedih dan sakit hati, sang penjual legen pulang ke rumah yang disambut dengan kemarahan sang istri yang meminta cerai karena masalah kesulitan ekonomi. Alangkah terkejutnya keluarga tersebut, suami dan istri penjual legen justru menemukan sampah di dalam bumbung bambu yang sudah berubah menjadi emas. Gambar 7: Saridin meminta sepasang buah kelapa pada penjual legen. (Gambar: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , November 2017). Dalam perjalanan pergi terusir dan menjadi buronan, Saridin merasa sedih, bingung, dan sangat menyesali perbuatannya. Ia telah berbuat pamer dan jumawa yang membuat Sunan Kudus sangat marah. Di tengah kebingungannya, Saridin bertemu suara tanpa wujud. Suara seorang lelaki yang disebutnya sebagai guru sejati Syekh Malaya yang tak lain adalah Sunan Kalijaga. Saridin diperintahkan oleh suara tersebut untuk bertapa dalam rangka menebus kesalahan di tengah Laut Jawa dengan bekal sepasang buah kelapa sebagai pelampung. Saridin juga dikisahkan sebagai orang yang tak bisa berenang di atas air. Gambar 8: Saridin mendapatkan hukuman untuk bertapa di atas Laut Jawa. (Gambar: Pentas Kethoprak Sri Kencono Saridin Andum Waris , November 2017). Saridin tidak diperbolehkan makan jika tidak ada makanan yang datang dan tidak boleh minum jika tidak ada air yang turun. Akhirnya nanti, Saridin sampailah pada sebuah daerah asing yang bernama Palembang. Selanjutnya, kisah tokoh Saridin dalam kethoprak Pati sampailah pada lakon kethoprak baru nantinya dengan lakon Geger Palembang . Saridin nantinya dikenal juga dengan sebutan Syekh Jangkung yang tinggal hingga wafat di Desa Landoh, Kecamatan Kayen, Kabupaten Pati. Dalam hal ini, sosok Saridin mengungkapkan bahwa dalam kenyataan sosial masih terdapat banyak masyarakat yang hidup serba susah dan kesulitan ekonomi. Saridin tampak membuka kesadaran bahwa hukum, penguasa, dan para ilmuwan hendaknya memiliki kesadaran yang lebih luas dalam memikirkan masalah kesulitan ekonomi masyarakat kebanyakan yang kurang beruntung, baik secara struktural dan kultural. Tokoh Saridin pada akhirnya dikenal juga dengan Syekh Jangkung. Makamnya sekarang ini lebih dikenal sebagai objek wisata religi yang banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah, terutama pada malam Jumat Kliwon dan Jumat Legi. Syekh Jangkung dikenal sebagai murid dari Sunan Kalijaga. Upacara khol biasa dilaksanakan setiap tahunnya pada bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam. ## 4. Simpulan Hasil penelitian representasi kearifan kritik masyarakat Jawa Pesisir melalui tokoh Saridin dalam pementasan kethoprak Saridin Andum Waris oleh Grup Kethoprak Sri Kencono yang pernah dipentaskan pada tahun 2017 mengungkapkan beberapa hal berikut. Pertama, kritik pada kekuasaan pemimpin formal. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat di mana hukum dan kekuasaan pemimpin masih menjadi masalah, cerita tentang sosok Saridin bisa menjadi satu bahan perenungan. Ia menceritakan segala hal yang ia lihat dan hadapi tanpa ditambah atau dikurangi. Di balik keluguan dan kekonyolonnya yang seringkali kita remehkan dan kita pandang sebelah mata, ternyata tersimpan makna kebenaran sejati. Kedua, kritik pada kekuasaan pemimpin agama. Sosok Saridin mengungkapkan bahwa dalam dunia pendidikan dan pesantren masih terdapat egoisme keilmuan yang memandang rendah orang yang belum atau tidak berpendidikan dan berpengetahuan. Saridin tampak membuka kesadaran bahwa ilmu hendaknya membangun pandangan yang lebih luas dan penuh dengan kemungkinan baru. Ketiga, kritik pada ketimpangan sosial dalam masyarakat. Sosok Saridin mengungkapkan bahwa dalam kenyataan sosial masih terdapat banyak masyarakat yang hidup serba susah dan kesulitan ekonomi. Saridin tampak membuka kesadaran bahwa hukum, penguasa, dan para ilmuwan hendaknya memiliki kesadaran yang lebih luas dalam memikirkan masalah kesulitan ekonomi masyarakat kebanyakan yang kurang beruntung, baik secara struktural dan kultural. ## Referensi Anderson, Benedict. 2008. Imagined Communities (Komunitas-komunitas Terbayang) (terj.). Yogyakarta: Insist dan Pustaka Pelajar. Barker, C. 2000. Cultural Studies: Teori dan Praktik (Terjemahan oleh Nurhadi) 2004. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana. Barker, C. 2003. The Sage Dictionary of Cultural Studies (Terjemahan oleh B. Hendar Putranto) 2014. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hall, Stuart. 1990. โ€œCultural Identity and Diasporaโ€ dalam Jonathan Rutherford (ed), Identity: Community, Culture, Difference. London: Lawrence & Wishart. _________. 1992. โ€œThe Questions of Cultural Identityโ€ dalam Hall, Stuart; Held, David; McGrew, Anthony, Modern and Its Futures. Cambridge: Polity Press in Association with The Open University (274โ€”316). _________. 1997. Representation: Cultural Representation and Signifying Practice. London: SAGE Publication Ltd. Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya: Batas-batas Pembaratan (Jilid 1. Terjemahan oleh Winarsih Partaningrat Arifin, dkk.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Forum Jakarta-Paris, dan EFEO. _____________. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya: Jaringan Asia (Jilid 2. Terjemahan oleh Winarsih Partaningrat Arifin, dkk.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Forum Jakarta- Paris, dan EFEO. _____________. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya: Warisan Kerajaan-kerajaan Konsentris (Jilid 3. Terjemahan oleh Winarsih Partaningrat Arifin, dkk.). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, Forum Jakarta-Paris, dan EFEO. Reid, Anthony. 2011. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin (Jilid 2. Alih bahasa oleh Leirissa, R.Z. dan Soemitro,P.). Reid, Anthony. 2014. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin (Jilid 1. Alih bahasa oleh Mochtar Pabotinggi). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. ## Sumber dari Internet. Kabupaten Pati - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pati. Diunduh: 24-09-2018 01.52 UTC. Kota Surakarta - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta. Diunduh: 24-09-2018 02.22 UTC. Undang-undang No. 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. http://www.sanitasi.net/undang-undang-no-12-tahun-2008-tentang-pemerintahan- daerah.html. Diunduh: 30-08-2017 13.05 UTC. Website Resmi Pemerintah Kabupaten Pati. https://www.patikab.go.id/v2/. Diunduh: 24-09- 2017 11.52 UTC. ## Responden/narasumber 1. Nama : Juwartono Umur : 62 tahun Alamat : Kampunganyar, Jepat Lor, Tayu, Pati Pekerjaan : Seniman kethoprak Pati 2. Nama : Ruslan Hadi Umur : 65 tahun Alamat : Sekretariat grup kethoprak Wahyu Budoyo, Ngagel, Dukuhseti, Pati Pekerjaan : Seniman kethoprak Pati/pemilik grup Wahyu Budoyo
c23fc5c0-6904-4bdd-bd7e-ea4bdfc5e491
https://ojs.umrah.ac.id/index.php/jiafi/article/download/3253/1251
P-ISSN: 2598-5035; E-ISSN: 2684-8244 Pengaruh Persepsi Kemudahan, Kepercayaan dan Efektivitas terhadap Minat Menggunakan Financial Technology ( Fintech ) (Studi Kasus: UMKM di Kabupaten Bantul) The Effect of Easy Perception, Trust and Effectiveness on Interest Using Financial Technology (Fintech) (Case Study: SMEs in Bantul District) Akhnes Noviyantiยน, Teguh Erawati ยฒ ยนUniversitas Sarjanawiyata Tamansiswa โ€“ Yogyakarta ยฒUniversitas Sarjanawiyata Tamansiswa โ€“ Yogyakarta Email: [email protected] ## ABSTRAK Financial Technology ( fintech ) merupakan layanan keuangan yang memanfaatkan teknologi dalam pemakaiannya. Perkembangan teknologi yang cukup pesat menyebabkan munculnya banyak inovasi pada layanan keuangan. Kemudahan dan manfaat yang diberikan akan mempermudah aktivitas penggunanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai macam persepsi yang dapat mempengaruhi minat seseorang dalam menggunakan financial technology ( fintech ), penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data berasal dari pelaku UMKM di Kabupaten Bantul tahun 2020 dengan jumlah responden 100. Data diolah dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan Uji T, Uji F dan uji Determinasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat menggunakan financial technology ( fintech ) sebesar 29,2%. Pengaruh kepercaaan berpengaruh negatif terhadap minat menggunakan financial technology ( fintech ) sebesar 11,8% dan efektivitas berpengaruh positif terhadap minat menggunakan financial technology ( fintech ) sebesar 58,7%. Kata Kunci: Fintech , Persepsi Kemudahan, Kepercayaan, Efektivitas, Minat, UMKM ## ABSTRACT Financial Technology (fintech) is a financial service that utilizes technology in its use. The rapid development of technology has led to many innovations in financial services. The convenience and benefits provided will facilitate user activities. This study aims to determine the various kinds of perceptions that can affect a person's interest in using financial technology (fintech), this research uses quantitative methods, the data comes from SMEs players in Bantul Regency in 2020 with 100 respondents.The data is processed using classical assumption tests and Hypothesis test with T test, F test and Determination test. The results of the study prove that the perceived ease of use has a positive effect on the interest in using financial technology (fintech) by 29.2%. The influence of scolding has a negative effect on the interest in using financial technology (fintech) by 11.8% and the effectiveness has a positive effect on the interest in using financial technology (fintech) by 58.7%. Keywords: Fintech, Perceived Ease, Trust, Effectiveness, Interest, SMEs ## PENDAHULUAN Perkembangan teknologi digital sangatlah pesat, banyak inovasi baru yang bermunculan di bidang teknologi ini, mulai dari software hingga hardware serta perangkat pendukung lainnya. Perkembangan teknologi digital didukung dengan penggunaan gadget dan internet yang juga mengalami peningkatan, anak-anak hingga orang dewasa pun menggunakannya. Menurut hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bahwa pengguna internet di Indonesia sebanyak 143,26 juta jiwa atau sebesar 54,68% dari total penduduk Indonesia. Semakin berkembangnya zaman, teknologi saat ini tidak hanya digunakan pada sektor pendidikan, sosial, politik, namun sudah mulai menjalar pada sektor perekonomian. Perkembangan ini ditandai dengan adanya teknologi keuangan atau disebut financial technology ( fintech ). Fintech mengacu pada inovasi yang mengarah pada teknologi keuangan seperti perbankan, pinjaman dan lain sebagainya. Penerapan teknologi informasi ( financial technology ) pada bidang keuangan sangat membantu gaya hidup sosial, yang dulunya manual dan membutuhkan waktu yang lama pada saat proses transaksi serta pertukaran data informasi, sekarang menjadi serba efisien tanpa memerlukan waktu lama (Arif, Fatichatur 2019). Kemunculan fintech berasal dari akibat perubahan gaya hidup masyarakat yang mayoritas menggunakan teknologi informasi serba cepat atau kilat. Fintech memberikan banyak solusi dan kemudahan (Rosalina, Handjoyo & Wibowo, 2015). Penggunaan financial technologi ( fintech ) dapat dipengaruhi oleh beberapa persepsi seperti persepsi kemudahan, kepercayaan dan efektivitas terhadap penggunaannya. Persepsi kemudahan didefinisikan sebagai seberapa jauh seseorang mempercayai bahwa menggunakan teknologi akan terbebas dari usaha. Kemudahan dapat dikatakan kepercayaan tentang proses pengambilan keputusan. Jika individu percaya sistem informasi dengan mudah digunakan maka akan menggunakannya (Jogiyanto, 2007). Kepercayaan menurut Gilbert & Tang (1998) mengacu pada keyakinan terhadap sesuatu serta percaya bahwa sesuatu hal yang dilakukan pada akhirnya akan membawa kebaikan atau keuntungan. Sedangkan efektivitas yaitu hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu teknologi sesuai dengan tujuan penggunaanya. Oleh karena itu perlu adanya pemahaman lebih lanjut mengenai kemudahan yang diberikan fintech , menanamkan kepercayaan dan mengerti efektivitas yang akan dirasakan karena penggunaan fintech . Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu penunjang perekonomian negara. UMKM dapat mendorong pertumbuhan ekonomi serta menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga sektor ini memiliki peran dalam menjaga stabilitas ekonomi (Irma, Inayah, Bella 2018). UMKM merupakan usaha yang tahan banting akan kegagalan usahanya. Namun, UMKM memiliki masalah utama yaitu pendanaan secara kredit untuk memiliki modal usaha, terlebih usaha mikro dan kecil di Indonesia terkendala dengan tidak adanya jaminan untuk mendapatkan kredit modal (Tedy, 2019). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sampai saat ini menjadi penopang utama perekonomian di Yogyakarta. Daya tahan yang dimiliki UMKM menjadikan pertumbuhan ekonominya tumbuh diatas ekonomi Indonesia. Kontribusi UMKM terhadap perekonomian Yogyakarta mencapai 94,6 % dan mampu menyerap 79% total lapangan kerja, dari jumlah tersebut industri pengolahan, perdagangan serta perhotelan yang paling banyak menopang tenaga kerja ( https://m.medcom.id/ekonomi/mikro/8N0V8mAk-umkm-dongkrak-pertumbuhan- ekonomi-yogyakarta-lampaui-nasional ). Berdasarkan survei Asian Development Bank pada Juni 2020, terlihat bahwa 90% UMKM membutuhkan bantuan keuangan dimasa pandemi covid-19. Pandemi ini membuat banyak negara melakukan lockdown dan pembatasan, hal ini membuat para pelaku UMKM kesulitan dalam berjualan, terlebih UMKM yang mengandalkan bahan bakunya yang berasal dari luar negeri. Hal ini menjadikan momentum melesatnya fintech di Indonesia, para penyelenggaran fintech baik lending maupun pembayaran sangat ekspansif menjelang pandemi ini. Penggunaan fintech bukan hanya dalam porsi kecil atau mengisi kekosongan yang ditinggalkan bank, melainkan bisa menggantikan dari sistem keuangan konvensional. Tujuan adanya penelitian ini yaitu untuk menganalisis seberapa besar pengaruh dari persepsi kemudahan, kepercayaan dan efektivitas terhadap penggunaan financial technology ( fintech ) pada pelaku UMKM yang berada di Kabupaten Bantul. ## LANDASAN TEORI ## Financial Technology (Fintech) Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), di Dublin, Irlandia, mendefinisikan fintech sebagai โ€œ innovation infinancial services โ€ atau โ€œinovasi dalam layanan keuangan fintech โ€ yaitu suatu inovasi financial yang berbaur dengan teknologi modern. Fintech merupakan akses yang terbuka untuk jasa layanan keuangan formal, mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa serta pembangunan inklusif dan berkelanjutan. Perpres no. 82 tahun 2016 menjelaskan tentang Strategi Keuangan Nasional Inklusif, bertujuan untuk menciptakan ekonomi yang mandiri dengan menggerakkan sektor strategis ekonomi domestik termasuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia perlu dapat dorongan, khususnya pemerintah karena permasalahan permodalan adalah kendala UMKM di Indonesia. Perkembangan teknologi keuangan di Indonesia memiliki dampak positif pada perekonomian Indonesia seperti mendorong pemerataan kesejahteraan penduduk, pembiayaan dalam negeri, pembiayaan nasional, inklusi keuangan nasional meningkat, serta mendorong UMKM yang berkemampuan rendah. Namun adaya pemerintah sebagai regulator ekonomi, harus memberdayakan masyarakat sampai ke perdesaan dan daerah terpencil agar dapat merasakan dampak positif dari adanya perkembangan teknologi di masa mendatang. Fintech sendiri memiliki beberapa jenis yang popular yaitu Crowdfunding dan Peer to Peer Lending ( P2P ), Risk and Investment Management , Market Aggregator dan Payment, Clearing and Statement. ## Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) adalah salah satu variabel yang dianggap penting dalam perekonomian sebuah negara. Sektor ini mampu menyokong pertumbuhan ekonomi serta mengurangi pengangguran dengan cara membuka lapangan pekerjaan, sehingga UMKM dapat dikatakan mampu menjaga kestabilitas ekonomi negara, semakin bertambahnya UMKM semakin besar penyerapan tenaga kerja yang dapat dilakukan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 UMKM diartikan sebagai usaha mikro, usaha kecil, usaha kecil dan menengah, usaha menengah dan wirausaha. Kriteria UMKM yang tertuang pada pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah yaitu: 1. Kriteria Usaha Mikro. Usaha mikro memiliki kekayaan aset maksimal 50 juta termasuk tanah dan bangunan, mendapatkan hasil penjualan tahunan paling banyak 300 juta. 2. Kriteria Usaha Kecil. Memiliki kekayaan berish maksimal >50 dan paling banyak 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan, memiliki hasil penjualan tahunan >300 juta ->3,5 milyar. 3. Kriteria Usaha Menengah. Memiliki kriteria aset >500 juta -10 M dengan omset >2,5 M -50 M, memiliki hasil penjualan tahunan >300 juta sampai dengan Rp.2 milyar lima ratus ribu rupiah. ## Theory of Planned Behavior (TPB) Teori ini dapat menjelaskan bahwa kepercayaan dapat mempengaruhi individu berminat atau mempunyai keinginan untuk menggunakan teknologi. Teori yang dikembangkan oleh Ajzen (1985) merupakan pengembangan teori lebih lanjut dari Theory of Reasoned Action ( TRA ). Theory of Planned Behavior ( TPB ) digunakan untuk memprediksi perilaku individu. Teori TPB merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action ( TRA ), dalam TRA telah dijelaskan bahwa niat seseorang berperilaku berasal dari dua faktor yaitu attitude toward the behavior dan subjective norm (Fishbein dan Ajzen, 1975) sedangkan dalam TPB ditambahkan satu faktor yaitu perceived behavioral control (Ajzen 1991). Teori yang di kembangkan oleh Ajzen pada tahun 1991 digunakan untuk menjelaskan bahwasannya kepercayaan dapat mempengaruhi seseorang berminat untuk menggunakan suatu teknologi. Jogiyanto (2007) mengembangkan teori ini dengan menambahkan konstruk yang tidak ada dalam TRA yaitu perilaku persepsian ( perceived behavioral control ). Persepsi tersebut digunakan untuk menjelaskan situasi di mana individu tidak memiliki kendali atas perilaku yang diinginkan. Perilaku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh keinginan seseorang untuk berperilaku dan berpandangan tentang perilaku orang lain, namun dapat pula dipengaruhi oleh faktor lain seperti peluang, sumber daya dan lain sebagainya (Harrison et al, 1997). ## Technology Acceptance Model (TAM) Menurut Davis et al. (1989) salah satu teori yang dapat menjelaskan penerimaan individu dalam menggunakan teknologi adalah Technology Acceptence Model ( TAM ) yang dikenalkan oleh Fred D. Davis pada tahun 1989, model ini adalah pengembangan dari teori Theory of Planed Action ( TRA ) dan Theory Planned Behavior ( TPB ). Model ini dirancang untuk memprediksi penerimaan atau penggunaan teknologi oleh pengguna beserta manfaatnya dalam pekerjaan. Teori yang di kembangkan (Davis, 1989) menjadikan variabel persepsi manfaat ( perceived usefulness ) dan persepsi kemudahan penggunaan ( perceived ease of use ) sebagai alat ukur untuk mengalisis penerimaan individu terhadap penggunaan suatu teknologi. TAM bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan penerimaan individu terhadap penggunaan suatu teknologi. TAM menjelaskan hubungan sebab akibat antara keyakinan akan manfaat suatu sistem informasi dan kemudahan penggunaannya, perilaku tujuan/keperluan, penggunaan aktual dari pengguna/ user suatu sistem informasi. TAM menjelaskan bahwa terdapat dua variabel yang mampu mempengaruhi individu dalam menghadapi teknologi untuk menggunakan atau tidak yaitu persepsi kemudahan dan persepsi kegunaan. Terdapat lima hal yang mendasari teori TAM (Jogiyanto, 2007) yaitu kegunaan persepsian ( perceived usefulness ), kemudahan persepsian ( perceived ease of use ), sikap terhadap perilaku ( attitude towards behavior ) atau sikap menggunakan teknologi ( attitude towards using technology ), minat perilaku menggunakan teknologi ( behavioral intention to use ), penggunaan teknologi sesungguhnya ( actual technology use ). Pengembangan Hipotesis Persepsi Kemudahan Berpengaruh Positif Terhadap Minat Mengggunakan Financial Technology (Fintech) . Jogiyanto (2007) menyatakan persepsi kemudahan didefinisikan sebagai seberapa jauh seseorang mempercayai bahwa menggunakan suatu teknologi akan terbebas dari usaha. Kemudahan merupakan komponen dari Technology Acceptence Model ( TAM ), model ini dirancang untuk memprediksi penerimaan atau penggunaan teknologi oleh pengguna beserta manfaatnya dalam pekerjaan (Davis et al, 1989). Davis menjadikan variabel persepsi manfaat dan persepsi kemudahan penggunaan sebagai alat ukur untuk menganalisis penerimaan individu terhadap penggunaan suatu teknologi. Persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai bentuk di mana orang percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami (Davis, 1989). Penggunaan financial technology yang mudah digunakan pasti akan digunakan oleh pelaku UMKM. Dalam Jogiyanto (2007) jika seseorang merasa atau meyakini bahwa sistem teknologi informasi mudah digunakan maka ia akan menggunakannya begitupun sebaliknya, jika sistem tidak mudah digunakan maka tidak akan menggunakannya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wildan (2019) yang menyatakan bahwa kemudahan dan efektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat bertransaksi menggunakan financial technology. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis seperti: H1: Persepsi kemudahan berpengaruh positif terhadap minat menggunaan financial technology Kepercayaan Berpengaruh Positif Terhadap Minat Menggunakan Financial Technology (Fintech) Kepercayaan adalah keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan membutuhkan. Menurut Gilbert & Tang (1998) kepercayaan mengacu pada keyakinan terhadap sesuatu serta percaya bahwa akhirnya apa yang dilakukan akan membawa kebaikan atau keuntungan Theory of Planed Behavior ( TPB ) dapat menjelaskan bahwa kepercayaan dapat mempengaruhi individu mempunyai keinginan untuk menggunakan teknologi (Icck Ajzen, 1991). Ajzen menjelaskan bahwa kepercayaan dapat mempengaruhi seseorang berminat untuk menggunakan suatu teknologi. Kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat menggunakan teknologi jenis financial technology , hal ini dibuktikan dalam penelitian Sandi (2018) dengan hasil kepercayaan berpengaruh positif terhadap minat menggunakan mobile money T-Cash pada mahasiswa jurusan perbankan syariah IAIN Surakarta, berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Kepercayaan Berpengaruh Positif Terhadap Minat Menggunakan Financial Technology Efektivitas Berpengaruh Positif Terhadap Minat Menggunakan Financial Technology (Fintech) Efektivitas dapat didefinisikan sebagai daya guna, keaktifan, serta adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan antara seseorang yang melaksanakan tugas dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Davis 1989 persepsi kegunaan adalah suatu kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan teknologi akan meningkatkan prestasi kerja mereka. Efektivitas yang dimaksud yaitu hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu teknologi sesuai dengan tujuan penggunaanya. Persepsi kemudahan penggunaan merupakan komponen dari Technology Accaptance Model ( TAM ) yang berkaitan erat dengan efektivitas, ketika seseorang merasa percaya bahwa teknologi informasi mudah dipahami maka orang akan memiliki rasa percayaan bahwa menggunakan teknologi akan meningkatkan prestasi kerja mereka. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi kegunaan sangat berkaitan dengan efektivitas, semakin banyak kegunaan yang didapatkan oleh penguna teknologi maka efektivitas penggunaannya dapat tercapai Dugaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wildan (2019) yang menyatakan bahwa kemudahan dan efektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat bertransaksi menggunakan financial technology . Berdasarkan uraian diatas maka dapat diperoleh hipotesis seperti: H3: Efektivitas Berpengaruh Positif Terhadap Minat Menggunakan Financial Technology ## METODOLOGI PENELITIAN ## Jenis dan Sumber Data Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama dilokasi penelitian atau objek penelitiian. Data yang diperoleh yaitu berupa kuisioner mengenai jawaban responden terhadap berbagai persepsi mengenai minat menggunakan financial technology ( fintech ). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semua pelaku UMKM yang berada di Kabupaten Bantul dengan pendapatan โ‰คRp.10.000.000 per bulan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling . Jumlah populasi pada tahun 2020 sejumlah 15.502 pelaku UMKM, penentuan jumlah responden dihitung dengan menggunakan rumus slovin sehingga repnden yang digunakan sebanyak 100 responden. ## Metode Analisis dan Hipotesisi Penelitian Pengujian yang dilakukan pertama yaitu dengan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan yaitu uji normalitas, uji linieritas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas sebagai syarat untuk digunakannya uji regresi berganda. Kemudian metode analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu dengan analisis regresi berganda, uji T, uji F dan uji determinasi (Rยฒ). ## Operasional Variabel Penelitian Variabel independen dapat diartikan sebagai variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi perubahan variabel independen. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu persepsi kemudahan (X1), kepercayaan (X3) dan efektivitas (X3). ## 1. Persepsi Kemudahan (X1) Persepsi kemudahan penggunaan didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan bebas dari usaha (Jogiyanto, 2007) atau dapat diartikan pula keadaan dimana seseorang meyakini bahwa dengan menggunakan sistem tertentu tidak diperlukan usaha apapun ( free of effort ) (Davis, 1989). Terdapat indikator persepsi kemudahan penggunaan ( perceived ease of use ) yang ditemukan, menurut Chuang, et.al. (2016) terdapat empat indikator dari persepsi kemudahan penggunaan ( perceived ease of use ), yaitu persepsi fleksibilitas, persepsi kemudahan untuk berinteraksi, persepsi kemudahan untuk digunakan dan persepsi kemudahan untuk dipelajari. ## 2. Kepercayaan (X2) Kepercayaan adalah keyakinan bahwa masing-masing pihak saling bergantung dan membutuhkan. Menurut Gilbert & Tang (1998) kepercayaan mengacu pada keyakinan terhadap sesuatu serta percaya bahwa akhirnya apa yang dilakukan akan membawa kebaikan atau keuntungan. Menurut Mayer et al (1995), persepsi kepercayan dalam transaksi online didasarkan tiga faktor yaitu kemampuan ( ability ), kebaikan hati ( benevolence ) dan integritas ( integrity ). ## 3. Efektivitas (X3) Efektivitas dapat diartikan sebagai daya guna, keaktifan, serta adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan antara seseorang yang melaksanakan tugas dengan tujuan yang ingin dicapai. Menurut Davis 1989 persepsi kegunaan adalah suatu kepercayaan seseorang bahwa dengan menggunakan teknologi akan meningkatkan prestasi kerja mereka. Efektivitas yang dimaksud yaitu hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu teknologi sesuai dengan tujuan penggunaanya. Berdasarkan pengertian tersebut persepsi kegunaan sangat berkaitan dengan efektivitas, semakin banyak kegunaan yang didapatkan oleh penguna teknologi maka efektivitas penggunaannya dapat tercapai. Persepsi kegunaan dapat dibagi menjadi beberapa dimensi yaitu penggunaan sistem dapat meningkatkan kinerja individu ( improves job performance ), peggunaan sistem dapat meningkatkan produktivitas individu ( increase productivity ), penggunaan sistem dapat meningkatkan efektivitas kinera individu ( enchances effectivence ) dan penggunaan sistem beranfaat bagi individu ( the sistem is useful ). Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu minat menggunakan Financial technology (Y). 1. Minat Mengggunakan Financial Technologi (Y) Financial technology ( Fintech ) atau teknologi finansial adalah implementasi dan pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan layanan jasa perbankan dan keuangan atau layanan jasa keuangan yang memanfaatkan teknologi. Fintech didefinisikan sebagai โ€œ innovation infinancial services โ€ atau โ€œinovasi dalam layanan keuangan fintech โ€ yaitu suatu inovasi financial yang berbaur dengan teknologi modern. minat diartikan sebagai ketertarikan seseorang atau individu dalam menggunakan financial technology . Minat dapat dipengaruhi oleh faktor internal ataupun eksternal. Ketika seseorang menyadari implikasi dari tindakannya menimpulkan hal positif maka orang tersebut akan mempertahankan minatnya (Jogiyanto, 2007). Untuk mengukur minat seseorang dapat menggunakan beberapa indikator yaitu rasa ingin menggunakan, selalu menggunakan dan berlanjut menggunakan dimasa yang akan datang (Jogiyanto, 2007). ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil Penelitian Pengujian hipotesis digunakan untuk membuktikan hasil penelitian berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya. Berikut tabel hasil uji hipotesis penelitian: Tabel. 1. Hasil Uji Regresi Berganda Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat dirumuskan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut: ## Y = -1,173+ 0,292 X1 + 0,118 X2 + 0,587 X3 + e Nilai konstanta menunjukkan angka -1,173. Hal ini mengartikan bahwa variabel minat menggunakan fintech akan mengalami penurunan sebesar -1,173 apabila variabel persepsi kemudahan, kepercayaan dan efektivitas sama dengan nol. Nilai koefisien beta sebesar 0,292 pada variabel persepsi kemudahan mengartikan bahwa jika persepsi kemudahan penggunaan semakin mudah digunakan, mudah dipelajari, mudah untuk berinteraksi dan fleksibel maka minat pelaku UMKM dalam menggunakan financial technology akan meningkat sebesar 0,292. Sedangkan nilai t hitung sebesar 3,218 > t tabel 1,661 dengan tingkat signifikan 0,002 < 0,05. Maka hipotesis pertama terdukung dan menunjukkan bahwa persepsi kemudahan secara signifikan berpengaruh positif terhadap minat pelaku UMKM menggunakan financial technology . Nilai koefisiensi beta sebesar 0,118 pada variabel kepercayaan tidak memiliki pengaruh positif terhadap minat pelaku UMKM menggunakan financial technology , hal ini terlihat dalam nilai signifikan 0,390 > 0,05 dan nilai t hitung 0,864 < t tabel 1,661. Maka hipotesis kedua tidak didukung oleh hasil, hal ini mengartikan bahwa tidak ada pengaruh antara kepercayaan dengan minat menggunakan financial technology . Nilai koefisien beta sebesar 0,587 pada efektivitas mengartikan bahwa jika efektivitas dapat memberikan efek yang baik, memberikan manfaat dan semakin meningkatkan kinerja pelaku UMKM maka minat menggunakan financial technology akan meningkat sebesar 0,587. Sedangkan t hitung 5.491 > t tabel 1,661 dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Maka hipotesis ketiga didukung oleh hasil yang artinya pengaruh efektivitas berpengaruh positif terhadap minat pelaku UMKM menggunakan financial technology . Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.173 2.412 -.486 .628 Persepsi Kemudahan .292 .091 .289 3.218 .002 Persepsi Kepercayaan .118 .137 .073 .864 .390 Efektivitas .587 .107 .521 5.491 .000 a. Dependent Variable: Minat Menggunakan Fintech T tabel: 1,661 Sumber: Data Primer (2020) diolah dengan SPSS V.20 Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa F hitung sebesar 60,697 dan F tabel sebesar 2,698 dengan signifikansi sebesar 0,000 dengan probabilitas < 0,05. Karena F hitung lebih besar dari F tabel (60,697 > 2,698) dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,005) maka dapat diartikan bahwa persepsi kemudahan, kepercayaan dan efektivitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat menggunakan financial technology . Tabel.3. Hasil Uji Determinasi (Rยฒ) Bersadarkan tabel diatas dapat diperoleh nilai R square (Rยฒ) yaitu 0,655. Hal ini menunjukkan bahwa 65,5 % variabel persepsi kemudahan, kepercayaan dan efektivitas berpengaruh terhadap minat menggunakan financial technology, sedangkan 34,5 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini ## REKOMENDASI KEBIJAKAN Rekomendasi Berdasarkan hasil pengujian data SPSS V.20 sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka rekomendasi hasil penelitian ini antara lain: 1) Persepsi kemudahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menggunakan financial technologi ( fintech ) dengan koefisien regresi sebesar 0,292 (29,2%) terhadap pelaku UMKM di Kabupaten Bantul. 2) Kepercayaan berpengaruh negatif atau tidak berpengaruh terhadap minat menggunakan financial technologi ( fintech ) dengan koefisien sebesar 0,118 (11,8%) terhadap pelaku UMKM di Kabupaten Bantul. 3) Efektivitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat menggunakan financial technologi ( fintech ) dengan koefisien regresi sebesar 0,587 (58,7%) terhadap pelaku UMKM di Kabupaten Bantul. Kebijakan Bedasarkan hasil dan interpretasi penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagaii rekomendasi kebijakan antara lain: 1. Tingkat kemudahan penggunaan aplikasi yang berasal dari financial technologi ( fintech ) harusnya ditingkatkan menjadi lebih mudah sehingga pengguna akan tertarik untuk menggunakan produk financial technologi ( fintech ). 2. Tingkat kepercayaan produk financial technologi ( fintech ) perlu ditingkatkan agar tidak hanya mudah digunakan namun pengguna akan semakin percaya tanpa ragu untuk menggunakan produk financial technologi ( fintech ). Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .809 a .655 .644 2.605 a. Predictors: (Constant), Efektivitas, Kepercayaan, Persepsi Kemudahan b. Dependent Variable: Minat Menggunakan Fintech Sumber: Data Primer (2020) diolah dengan SPSS V.20 3. Efektivitas juga perlu ditingkatkan, semakin efektif penggunaan produk financial technologi ( fintech ) maka pengguna akan semakin berkeinginan untuk menggunakannya. ## DAFTAR PUSTAKA Buku Jogiyanto, 2007. Sistem Informasi Keperilakuan, Yogyakarta : Andi. ## Jurnal Ajzen, Icck.1991. The Theory of Planned Behavior. Organiztion Behavior and Human Dicision Processes Journal. Vol. 50. No.2: 179-211. Ardiansyah, Tedy. 2019. Model Financial dan Technology ( Fintech ) Membantu Permasalahan Modal Wirausahan UMKM di Indonesia. Majalah Ilmiah Bijak. Vol.16.No.2.pp 158-166. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2015. Profil Pengguna Internet Indonesia 2014. Pusat Kajian Komunikasi Univesitas Indonesia. Chuang, Lui, dan Kao. 2016. The Adoption of Fintech Service: TAM Perspective. International Journal of Management and Administrative Science. Vol.3. ISSN : 2225-7225. Davis, Fred D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User Acceptance of Information Technology. MIS Quartely. Vol.13. Fatichatur, Yuswanto A, 2019. Fenomena Perkembangan Crowdfunding di Indonesia, Universitas Islam Darulโ€™Ulum. Jurnal Ekonika. Vol 4, No.1. 34-46. Irma Muzdalifah. Inayah Aulia dan Bella Gita, 2018, โ€œPeran Fintech dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif pada UMKM di Indonesiaโ€ Jurnal Masharif-Syariah Vol. 3, No. 1. Universitas Muhammadiyah Surabaya. Mayer, R.C., Davis, J.H., Schoorman, F.D. 1995. An Integrative Model of Organizational Trust. Academy of Management Review. Pamungkas S, 2018. Pengaruh Kepercayaan, Kegunaan dan Kemudahan IT Terhadap Minat Menggunakan Mobile Money T-Cash Studi Pada Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah IAIN Surakarta. Rosalina dkk. 2015. Aplikasi Crowdfunding Sebagai Perantara Penggalngan Dana Berbasis Website dan Facebook Application. Jurnal Infra Vol. 3 No.2. Wildan M. 2019. Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan, Evektivitas dan Risiko Terhadap Minat Bertransaksi Menggunakan Financial technology (Fintech). ## Peraturan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 1 September 2016. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. ## Website https://m.medcom.id/ekonomi/mikro/8N0V8mAk-umkm-dongkrak-pertumbuhan-ekonomi- yogyakarta-lampaui-nasional, diakses 27 Oktober 2020.
00144198-a05a-47f4-972e-2991ba69c3af
https://cdkjournal.com/index.php/cdk/article/download/1016/828
## ANALISIS 107 ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 ฮผ m. Partikel dengan diameter 5-10 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 ฮผ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 ฮผ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 ฮผ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 ฮผ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing ย„ Murah ย„ Mudah digunakan ย„ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI ย„ Tidak efisien ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan ย„ Bising Ultrasonic nebulizer ย„ Mudah digunakan ย„ Lebih efisien dibanding jet nebulizer ย„ Tidak bising ย„ Volume residu besar ย„ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol ย„ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer ย„ Portable ย„ Mudah digunakan ย„ Tidak bising ย„ Memiliki sumber daya sendiri ย„ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik ย„ Lebih efisien dibanding nebulizer lain ย„ Lebih mahal ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer ย„ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering ## Efek Terapi Citicoline terhadap Pemulihan Kognitif dan Motorik Pasien Stroke Iskemik Akut dengan Polimorfisme ApoE4 rs429358 dan rs7412 Faizal Muhammad, 1 Afifah Syifaul Ummah, 2 Farida Aisyah, 2 Rivan Danuaji, 1 Subandi, 1 Diah Kurnia Mirawati 1 ## Laporan Kasus Berbasis Bukti 1 Departemen Neurologi, Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret 2 Program Studi Profesi Dokter, Rumah Sakit UNS, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia ## ABSTRAK Citicoline memiliki efek neuroprotektan terutama pada stroke ringan hingga sedang. Adanya alel ฮต 4 pada gen ApoE dikaitkan dengan fenotip berat stroke iskemik akut (SIA), di samping risiko neurodegeneratif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek citicoline terhadap pemulihan kognitif dan motorik pada SIA berat secara biomolekuler, yaitu SIA dengan polimorfisme ApoE4 rs429358 dan rs7412. Perempuan berusia 64 tahun didiagnosis SIA onset 6 jam dengan skor NIHSS 25, MMSE 21. Tingkat keparahan SIA pasien adalah sangat berat yang secara biomolekuler dibuktikan dengan PCR-RFLP ( polymerase chain reaction - restriction fragment length polymorphism ) ApoE4 memberikan hasil 482 bp pada rs429358 ( codon 112 ) dan 249 bp 167 bp pada rs7412 ( codon 158 ) pada visualisasi elektroforesis. Pasien mendapat terapi citicoline 3x500 mg intravena selama 4 hari dilanjutkan dengan 1.000 mg intravena selama kontrol poliklinik 5 hari berturut-turut. Hari ke-9 pasien mengalami perbaikan fungsi kognitif MMSE skor 29 dan kekuatan motorik superior (4/5) inferior (5/5). Citicoline merupakan agen neuroprotektan yang bermanfaat untuk pemulihan fungsi kognitif dan motorik pada SIA berat secara biomolekuler (ApoE4, C/C, Arg112/Arg158) karena dapat menyelamatkan area penumbra dari infark. Kata Kunci: Citicoline , kognitif, motorik, stroke iskemik, polimorfisme. ## ABSTRACT Citicoline has a neuroprotectant effect, especially in mild-to-moderate stroke. The presence of the ฮต 4 allele in the ApoE gene is associated with a severe acute ischemic stroke (AIS) phenotype, in addition to neurodegenerative risk. This study aims to determine the effect of citicoline on cognitive and motoric recovery in severe AIS biomolecularly, such as ApoE4 rs429358 and rs7412 polymorphisms. A 64-year-old woman was diagnosed with AIS with a 6-hour onset and with a NIHSS score of 25 and MMSE score of 21. The patientโ€™s AIS was biomolecularly severe as proven by PCR-RFLP ( polymerase chain reaction - restriction fragment length polymorphism ) ApoE4 which yielded 482 bp at rs429358 (codon 112) and 249 bp 167 bp at rs7412 (codon 158) on electrophoretic visualization. The patient received 3x500 mg intravenous citicoline for 4 days followed by another 1000 mg of citicoline intravenous during polyclinic control for 5 consecutive days. On the 9th day, the patient experienced improvement in cognitive function with an MMSE score of 29 and superior (4/5) and inferior (5/5) motoric strength. Citicoline is a neuroprotectant agent that is beneficial for the recovery of cognitive and motoric function in biomolecularly severe SIA (ApoE4, C/C, Arg112/Arg158) because it can save the penumbra area from infarction. Faizal Muhammad, Afifah Syifaul Ummah, Farida Aisyah, Rivan Danuaji, Subandi, Diah Kurnia Mirawati. The Effects of Citicoline on Cognitive and Motor Recovery in Acute Ischemic Stroke with ApoE4 rs429358 and rs7412 Polymorphism. Keywords: Citicoline, cognitive, motoric, ischemic stroke, polymorphism. ## PENDAHULUAN Stroke iskemik akut (SIA) merupakan defisit neurologis akibat hipoperfusi dan infark fokal akut serebral, spinal, ataupun retinal. 1 SIA menyumbang morbiditas ketiga terbanyak dan mortalitas kedua terbanyak di dunia. 2 Stroke berkontribusi pada 15,4% mortalitas di Indonesia dengan prevalensi 0,022% di perkotaan dan 0,0017% di pedesaan. 3 Sebanyak 2.120.362 penduduk berusia 15 tahun ke atas (10,9%) di Indonesia mengalami kecacatan permanen minor hingga mayor Alamat Korespondensi email: [email protected] rmin Dunia Kedokteran is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International Licens Ce e. ## ANALISIS CDK-313/ vol. 50 no. 2 th. 2023 Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 ฮผ m. Partikel dengan diameter 5-10 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 ฮผ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 ฮผ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 ฮผ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 ฮผ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing ย„ Murah ย„ Mudah digunakan ย„ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI ย„ Tidak efisien ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan ย„ Bising Ultrasonic nebulizer ย„ Mudah digunakan ย„ Lebih efisien dibanding jet nebulizer ย„ Tidak bising ย„ Volume residu besar ย„ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol ย„ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer ย„ Portable ย„ Mudah digunakan ย„ Tidak bising ย„ Memiliki sumber daya sendiri ย„ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik ย„ Lebih efisien dibanding nebulizer lain ย„ Lebih mahal ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer ย„ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering ANALISIS akibat stroke pada tahun 2018; dengan sebaran 42,9% SIA, 18,5% perdarahan intraserebral, dan 1,4% perdarahan subarakhnoid. 4 Studi melaporkan beban medis SIA di tahun 2016 sebesar Rp 1,27 triliun dengan tren peningkatan 10,4% tiap tahunnya. Lebih dari 80% paket tarif INA-CBGs Rp 1.107.055.700 didominasi oleh pengobatan fibrinolitik, trombektomi, dan total biaya rawat inap (ranap) bangsal ataupun intensive care unit (ICU). 4 Fibrinolitik, antiplatelet , dan trombektomi adalah rekomendasi terapi reperfusi setelah diagnosis SIA ditegakkan oleh CT scan dalam onset 3 jam. Tata laksana lain yang juga direkomendasikan meliputi antiplatelet, statin, antihipertensi, antipiretik, dan obat hipoglikemik oral. 5 Citicoline adalah nama generik dari cytidine- 50-diphosphocholine ( CDP-choline ) identik dengan prekursor intraseluler alami fosfolipid fosfatidilkolin. 6 Studi systematic review dan meta- analysis menunjukkan citicoline meningkatkan fungsi kognitif, dengan beda rerata standar dari 0,56 (95% CI: 0,37โ€“0,75) hingga 1,57 (95% CI: 0,77โ€“ 2,37). Citicoline 3x500 mg intravena (IV) selama 6 minggu juga menunjukkan efikasi 10%-12% penurunan absolut morbiditas jangka panjang - OR 1,33 (95% CI: 1,10-1,62) dibandingkan 1x100 mg sugar pill plasebo, untuk pemulihan motorik lengkap pasien SIA ringan hingga sedang (skor NIHSS 5-14). Namun, belum terdapat bukti klinis pengaruh citicoline terhadap pemulihan kognitif dan motorik pada pasien SIA berat menurut tingkat biomolekuler. 7 Studi berbagai ras etnis dunia melaporkan variasi asosiasi polimorfisme gen ApoE pada SIA. Variasi pada restriction site (rs) 429358 dan rs7412 berupa alel E4 (ApoE4) memberikan fenotip SIA terberat disertai peningkatan tren transformasi hemoragik dengan OR 2,744 (95% CI: 1,43โ€“5,10). 8 Penelitian ini bertujuan mengetahui efek terapi citicoline terhadap pemulihan kognitif dan motorik pada SIA berat secara biomolekuler, yaitu pasien SIA dengan polimorfisme ApoE4 rs429358 dan rs7412. ## KASUS Perempuan berusia 64 tahun dengan kelemahan tubuh sisi kanan dan penurunan kesadaran sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes kronis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran apatis dengan GCS E3V4M5, tekanan darah 152/91 mmHg, nadi Gambar 1 . Diagram skematik genotyping ApoE manusia. ApoE terletak di kromosom 19 dengan polimorfisme pada dua nukleotida tunggal (rs429358 dan rs7412) dan menghasilkan tiga alel berbeda ( ฮต 2, ฮต 3 dan ฮต 4). Amplifikasi alel APOE ฮต 2, ฮต 3 dan ฮต 4 dengan metode PCR-RFLP menghasilkan identitas alel sesuai produk pita menurut ukuran base pair (bp). Gen ApoE4 mentranslasi asam amino arginine yang memberikan fenotip SIA tingkat keparahan terberat. 10 Gambar 2 . Hasil uji polimorfisme ApoE4 rs429358 dan rs7412 pada kasus ini. Hasil PCR-RFLP gen ApoE pada elektroforesis terletak pada ukuran 482 bp untuk rs429358 dan 249, 167 bp untuk rs7412. Pasien memiliki polimorfisme genotip ApoE4, yang memberikan fenotip tingkat keparahan sangat berat untuk SIA. ## ANALISIS ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 ฮผ m. Partikel dengan diameter 5-10 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 ฮผ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 ฮผ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 ฮผ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 ฮผ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing ย„ Murah ย„ Mudah digunakan ย„ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI ย„ Tidak efisien ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan ย„ Bising Ultrasonic nebulizer ย„ Mudah digunakan ย„ Lebih efisien dibanding jet nebulizer ย„ Tidak bising ย„ Volume residu besar ย„ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol ย„ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer ย„ Portable ย„ Mudah digunakan ย„ Tidak bising ย„ Memiliki sumber daya sendiri ย„ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik ย„ Lebih efisien dibanding nebulizer lain ย„ Lebih mahal ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer ย„ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering 92 x/menit, laju napas 20 x/menit, suhu 37,2 o C, paresis N.VII (+/-), deviasi lidah (+), Babinski (+/-), motorik superior (5/2) dan inferior (5/2). Skor NIHSS 25 (defisit neurologis sangat berat). Pemeriksaan penunjang menunjukkan gula darah sewaktu 189 mg/dL, leukosit 14.370 uL, kreatinin 2,66 mg/dL, K + 2,30 mmol/L, Na + 130,46 mmol/L, Ca 2+ 0,99 mmol/L. Isolasi PBMC hingga DNA dari leukosit darah vena segera dilakukan untuk keperluan identifikasi polimorfisme ApoE4 rs429358 dan rs7412 dengan metode PCR-RFLP ( polymerase chain reaction - restriction fragment length polymorphism ) pada hari ke-9. Pemeriksaan thorax AP normal dan non-contrast CT scan menunjukkan iskemi crus posterius kapsula interna sinistra, corticomedullar lobus frontal sinistra, dan atrofi ringan lobus parietotemporal sinistra. Pasien didiagnosis SIA dan memperoleh terapi infus ringer laktat 20 tpm dan paracetamol 3x500 mg, O 2 nasal kanul 3 lpm, aspirin 80 mg 1x4, clopidogrel 75 mg 1x4, amlodipine 10 mg 1x1. Nilai mini mental state examination (MMSE) 21 setelah kondisi umum stabil dan kesadaran kompos mentis. Pasien memperoleh program terapi aspirin 1x80 mg, clopidogrel 1x75 mg, dan injeksi citicoline 3x500 mg intravena. Pasien berespons baik terhadap terapi. Pasien dipulangkan setelah 4 hari rawat inap bangsal biasa dengan obat pulang per oral, dijadwalkan kontrol rawat jalan pada hari ke-5 hingga ke-9 dengan injeksi citicoline 1x1.000 mg intravena setiap kontrol. Evaluasi hari-9 berfokus pada penilaian kognitif, fungsi motorik, dan polimorfisme gen ApoE. Fungsi kekuatan motorik superior (4/5) inferior (5/5), fungsi kognitif MMSE skor 29. Identifikasi polimorfisme dilakukan pada kromosom 19q13.2 yang terdiri dari empat ekson dan tiga intron. 9 Exon 4 ApoE memiliki dua situs polimorfik, yaitu di codon 112 dan 158, sehingga menghasilkan tiga isoform: ApoE2 (T/T, Cys112/Cys158), ApoE3 (T/C, Cys112/Arg158), ApoE4 (C/C, Arg112/Arg158). Situs ApoE4 pada codon 112 (rs429358) adalah 482 bp dan codon 158 (rs7412) adalah 249 bp dan 167 bp pada visualisasi elektroforesis ( Gambar 1 ). Urutan primer forward : 5'-TCGGAACTGGAGGAACAACT-3' dan reverse : 5'-CCTGCTCCTTCACCTCGT-3'. Campuran PCR mengandung 150 ng dari setiap primer dan 50-80 ng DNA dengan adanya 2,5 mM Mg, 2,5 mM dNTPs, dan 1 U TaqTM DNA polimerase. Kondisi siklus adalah denaturasi awal 10 menit (94ยฐC) diikuti 35 siklus (94ยฐC 30 detik; 68ยฐC 30 detik; 72ยฐC 30 detik) dengan ekstensi 10 menit (72ยฐC). Produk PCR didestruksi selama 3 jam (37ยฐC) menggunakan 1 U enzim restriksi (AflIII dan HaeII). Produk yang dicerna dipisahkan pada gel poliakrilamida 6% dalam buffer 1x Tris-borat-EDTA dengan HaeIII DNA marker. Blue light emitting diode UV transilluminator ( ฮป = 470 mm) menunjukkan polimorfisme rs429358 dan rs7412 pasien SIA ini adalah ApoE4 (C/C, Arg112/Arg158), SIA derajat berat secara biomolekuler ( Gambar 2 ). ## RUMUSAN MASALAH METODE Pencarian literatur menggunakan database PubMed, Scopus, dan ScienceDirect dari 1 hingga 15 Mei 2023. Logika Boolean โ€œ AND โ€, โ€œ OR โ€, dan kata kunci MeSH meliputi stroke , citicoline , ApoE, polymorphism , ataupun terminologi Tabel 1 . Formulasi pasien/ problem (P), intervention (I), comparison (C), outcome (O). P I C O Pasien SIA tingkat keparahan sangat berat secara biomolekuler, yaitu polimorfisme genotip ApoE4 rs429358 dan rs7412 dengan terapi standar sesuai rekomendasi umum tata laksana stroke . Citicoline 3x500 mg IV saat rawat bangsal selama 4 hari. Citicoline 1x100 mg IV tiap kontrol poliklinik selama 5 hari. ---- Pemulihan fungsi kognitif berdasarkan MMSE dan motorik berdasarkan pemeriksaan fisik. Tipe Pertanyaan Klinis Terapi SIA tingkat keparahan sangat berat secara biomolekuler (pasien polimorfisme jenis ApoE4). Desain Studi Evidence-based case report (EBCR) Tabel 2 . Metode penelusuran literatur. Database Strategi Penelusuran dan Kata kunci Temuan PubMed ((((((((((stroke[MeSH Terms]) AND (citicoline[MeSH Terms])) AND (polymorphism[MeSH Terms])) AND (ApoE[MeSH Terms]))) OR (cerebrovascular accident[MeSH Terms])) AND (citicoline[MeSH Terms])) OR (acute stroke[MeSH Terms])) AND (ApoE[MeSH Terms])) NOT (intracerebral hemorrhage[MeSH Terms])) NOT (intracranial subarachnoid hemorrhage[MeSH Terms]) 301 Scopus ( โ€œStrokeโ€ AND โ€citicolineโ€ AND โ€polymorphismโ€ AND โ€apoeโ€ OR โ€cerebrovascular accidentโ€ AND โ€citicolineโ€ AND โ€apoeโ€) 18 ScienceDirect ( (โ€œStrokeโ€ AND โ€citicolineโ€ AND โ€apoe polymorphismโ€ AND โ€apoe geneโ€ OR โ€cerebrovascular accidentโ€ AND โ€citicolineโ€ AND โ€apoe4โ€) NOT (โ€œintracerebral hemorrhageโ€ OR โ€œsubarachnoid hemorrhageโ€)) 109 ## ANALISIS CDK-313/ vol. 50 no. 2 th. 2023 Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 ฮผ m. Partikel dengan diameter 5-10 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 ฮผ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 ฮผ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 ฮผ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 ฮผ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing ย„ Murah ย„ Mudah digunakan ย„ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI ย„ Tidak efisien ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan ย„ Bising Ultrasonic nebulizer ย„ Mudah digunakan ย„ Lebih efisien dibanding jet nebulizer ย„ Tidak bising ย„ Volume residu besar ย„ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol ย„ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer ย„ Portable ย„ Mudah digunakan ย„ Tidak bising ย„ Memiliki sumber daya sendiri ย„ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik ย„ Lebih efisien dibanding nebulizer lain ย„ Lebih mahal ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer ย„ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering ANALISIS 624 CDK-322/ vol. 50 no. 11 th. 2023 serupa digunakan untuk memperoleh judul, abstrak, dan artikel yang sesuai tujuan penelitian ( Tabel 2 ). Kriteria inklusi meliputi: (1) Studi case-report, case series, cohort, case- control, cross-sectional, randomized controlled trial (RCT), ataupun review ; (2) Uji klinis citicoline pada pasien SIA dewasa; (3) Publikasi 10 tahun terakhir dan terindeks minimal di PubMed. Selain itu, daftar referensi dari studi terpilih juga diselidiki untuk mengenali hasil terkait. Kriteria eksklusi: (1) Artikel lengkap tidak tersedia; (2) Pasien SIA dengan komorbid seperti stroke perdarahan, stroke rekuren, infeksi lokal/sistemik, gagal ginjal, paru, atau penyakit metabolik lainnya; (3) Pasien dengan penyakit neurodegeneratif kronis. Tabel 3 . Karakteristik studi. Penulis (Tahun); Desain Tujuan Penelitian Hasil Simpulan Qiao, et al. (2022): 8 Systematic Review dan Meta-Analysis (Tingkat bukti: 1) Mengetahui potensi hubungan antara gen ApoE dan AIS 55 penelitian dengan jumlah 12.207 kasus SIA dan 27,742 kontrol. Hubungan antara ApoE4 mutasi dan SIA dikonfirmasi ( ฮต 4 vs ฮต 3 alel: OR = 1:374, 95% CI, 1,214- 1,556; ฮต 2/ ฮต 4 vs. ฮต 3/ ฮต 3: OR = 1:233, 95% CI, 1,056-1,440; ฮต 3/ ฮต 4 vs. ฮต 3/ ฮต 3: OR = 1:340, 95% CI, 1,165-1,542; ฮต 4/ ฮต 4 vs. ฮต 3/ ฮต 3: OR = 1:833, 95% CI, 1.542-2.179, dan carrier APOE ฮต 4 vs non - carrier ฮต 4: OR = 1:377; 95% CI, 1.203- 1.576). Polimorfisme gen ApoE jenis ฮต 4 secara signifikan terkait dengan risiko SIA dengan tingkat keparahan sangat berat. Secades, et al . (2016): 7 Systematic Review dan Meta-Analysis (Tingkat bukti: 1) Mengetahui efikasi terapi citicoline dalam 14 hari sejak onset awal SIA Pemberian citicoline berkaitan dengan tingkat independensi kognitif dan motorik yang signifikan lebih tinggi, terlepas dari metode evaluasi post terapi yang digunakan (OR 1,56, 95% CI = 1,12-2,16 di bawah efek acak; OR 1,20, 95% CI = 1,06-1,36 dengan efek tetap). Hasil lebih lanjut, subkelompok tanpa rtPA (OR 1,63, 95% CI = 1,18-2,24 dengan efek acak; ATAU 1,42, 95% CI = 1,22-1,66 dengan efek tetap). Studi menunjukkan efikasi citicoline pada SIA. Tetapi, apabila citicoline diberikan post-rtPA terjadi efek delusi sehingga efek terapi menjadi terbatas. Agarwal, et al . (2022): 11 Randomized controlled trial (Tingkat bukti: 1) Pemberian citicoline tepat setelah reperfusi SIA apakah dapat memperbaiki hasil klinis dan radiologis di bulan ketiga. Volume infark turun dari minggu 1 ke minggu 6 sebesar 2,6 cm 3 pada plasebo dibandingkan 4,2 cm 3 pada citicoline (p=0,483). OR untuk mencapai NIHSS 0โ€“2, mRS 0โ€“2 dan indeks Barthel โ‰ฅ95 dengan citicoline masing- masing sebesar 0,96(95%CI 0,39โ€“2,40), 0,92(95%CI 0,40โ€“ 2,05) dan 0,87 (95%CI 0,22โ€“2,98). Citicoline melindungi area penumbra dari iskemi menuju infark permanen apabila digunakan tepat setelah reperfusi. Namun, tidak ditemukan perbedaan signifikan antara citicoline atau plasebo terkait pemulihan motorik tepat setelah reperfusi. Tabel 4 . Telaah kritis menurut Oxford Centre of Evidence-Based Medicine. Pertanyaan Qiao, et al . (2022) Secades, et al. (2016) Agarwal, et al . (2022) Telaah Validitas Pemberian terapi dilakukan secara acak? Ya Ya Ya Karakteristik awal setiap kelompok adalah sama? Ya Ya Ya Setiap kelompok memperoleh intervensi yang sama? N/A Ya Ya Semua pasien intervensi diperhitungkan dan dianalisis dalam kelompok yang diacak? Ya Ya Ya Pasien ataupun dokter adalah blind terhadap intervensi yang diterima atau dilakukan? N/A Ya Ya Telaah Kepentingan Signifikansi efek terapi ApoE4 berhubungan signifikan dengan SIA sangat berat, sehingga menjadi tantangan terapi. Citicoline bermanfaat pada SIA yang tidak memperoleh rtPA. Citicoline berpotensi melindungi area penumbra dari jejas infark. Presisi perkiraan efek terapi N/A Tidak ada Tidak ada Telaah Penerapan Pasien kasus ini berbeda dengan pasien studi, sehingga hasil tidak dapat diterapkan? Tidak Tidak Tidak Terapi dapat dilaksanakan pada kondisi penulis Ya Ya Ya Apakah keuntungan terapi melebihi potensi kerugian pada pasien penulis? N/A Ya Ya ## ANALISIS ## ANALISIS Dapat digunakan untuk memberikan kombinasi obat dengan dosis besar Fleksibel dan nyaman untuk perawatan darurat sebelum ke rumah sakit dan setelah dari rumah sakit Cocok untuk semua usia, termasuk anak- anak, lanjut usia, pasien dengan ventilasi mekanik, dengan gangguan kognitif, atau tidak dapat menggunakan perangkat inhalasi lainnya ## PRINSIP DASAR TERAPI NEBULISASI DALAM PERAWATAN KEDARURATAN. 4 Meskipun efektif, terapi nebulisasi hanya dapat diberikan jika keselamatan pasien sudah dipastikan terlebih dahulu. Jika pasien dalam keadaan atau menunjukkan tanda tidak sadar atau koma, atau stupor dengan pernapasan dangkal, tidak ada denyut aorta, henti napas, atau pernapasannya abnormal, sianosis, refleks sensasi nyeri buruk atau kurang, refleks muntah atau refleks batuk kurang, tanda-tanda vitalnya harus distabilkan terlebih dahulu dengan tindakan life support seperti resusitasi kardiopulmoner, intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis. Terapi nebulisasi dapat dipertimbangkan setelah tanda-tanda vital distabilkan; namun, jika dianggap perlu, dapat diberikan bersamaan dengan stabilisasi tanda- tanda vital. Efikasi dan efek samping harus dievaluasi dan diobati segera selama dan setelah terapi nebulisasi, dan protokol terapi juga harus disesuaikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi nebulisasi: 4 Partikel Nebulisasi yang Efektif Partikel nebulisasi yang efektif mengacu pada partikel nebulisasi dengan nilai terapeutik, yaitu yang dapat dideposit di saluran pernapasan dan paru; biasanya partikel dengan diameter 3,0-5,0 ฮผ m. Partikel dengan diameter 5-10 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan besar dan orofaring. Partikel dengan diameter 1-5 ฮผ m terutama dideposit di saluran pernapasan kecil. Sekitar 40%-48% partikel dengan diameter kurang dari 3 ฮผ m dideposit di alveoli, dan partikel dengan diameter kurang dari 0,5 ฮผ m diekskresikan bersama dengan embusan napas. Volume Keluaran per Satuan Waktu dari ## Nebulizer Keluaran volume yang lebih tinggi dikorelasikan dengan inhalasi dan dosis yang lebih tinggi serta efikasi terapi yang lebih kuat. Namun, dosis yang lebih tinggi dalam waktu singkat juga meningkatkan risiko efek samping, sehingga diperlukan penilaian yang komprehensif. Ukuran dan Bentuk Partikel Obat Ukuran dan bentuk partikel obat juga dapat memengaruhi bentuk aerosol obat yang dihasilkan. Sebagai contoh, suspensi budesonide memiliki partikel berbentuk bulat kecil dengan diameter 2,0-3,0 ฮผ m, sedangkan suspensi beclomethasone propionate memiliki partikel mirip jarum dengan panjang sekitar 10,0 ฮผ m. Studi in vitro menggunakan berbagai merek nebulizer menunjukkan bahwa keluaran aerosol efektif budesonide lebih tinggi dibandingkan beclomethasone . Tabel 1. Perbedaan nebulizer dengan inhaler . 5,6 Karakteristik Nebulizer Inhaler (DPI dan MDI) Ketersediaan Obat dan alat dijual terpisah Obat dan alat dijual dalam satu kemasan Keakuratan penghantaran obat untuk penggunaan optimal Sedang Baik Lamanya inhalasi Lama (beberapa menit) Singkat (beberapa detik) Kebutuhan pemeliharaan alat secara khusus Setiap setelah digunakan Tidak perlu Berat alat Bervariasi, lebih berat dibanding inhaler Ringan (beberapa gram) Dimensi alat Bervariasi, lebih besar dibanding inhaler Kecil ( pocket size ) Kooperasi pemakai untuk penggunaan yang optimal Tidak perlu Perlu Metode pengoperasian Memerlukan sumber energi eksternal Tidak tergantung sumber energi eksternal Gambar 2. Perangkat inhalasi. (Sumber: www.freepik.com) Tabel 2. Jenis-jenis nebulizer dan perbandingannya. 4 Nebulizer Kelebihan Kekurangan Jet nebulizer with corrugated tubing ย„ Murah ย„ Mudah digunakan ย„ Efektif untuk menghantarkan obat yang tidak bisa dihantarkan dengan DPI dan pMDI ย„ Tidak efisien ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan gas terkompresi dan pipa tambahan ย„ Bising Ultrasonic nebulizer ย„ Mudah digunakan ย„ Lebih efisien dibanding jet nebulizer ย„ Tidak bising ย„ Volume residu besar ย„ Tidak mampu mengubah larutan kental menjadi aerosol ย„ Mendegradasi bahan yang sensitif panas Mesh nebulizer ย„ Portable ย„ Mudah digunakan ย„ Tidak bising ย„ Memiliki sumber daya sendiri ย„ Mengoptimalkan ukuran partikel untuk obat spesifik ย„ Lebih efisien dibanding nebulizer lain ย„ Lebih mahal ย„ Sulit dibersihkan ย„ Memerlukan penyesuaian dosis obat jika beralih dari jet nebulizer ย„ Tidak kompatibel untuk larutan kental atau yang mengkristal saat kering ## HASIL PENELUSURAN Hasil 428 artikel di awal penelusuran dievaluasi menurut kriteria inklusi-eksklusi, telaah judul-abstrak dengan tujuan penelitian, dan keterbatasan penelitian ( Gambar 3 ). Hanya tiga artikel utama yang dikaji lebih lanjut dengan evaluasi Oxford Centre for Evidence- Based Medicine 2011 Level of Evidence ( Tabel 3 ). ## DISKUSI ApoE adalah protein 299 asam amino yang dikodekan oleh gen ApoE dari tiga polimorfisme: ฮต 2, ฮต 3, dan ฮต 4. 9 Polimorfisme gen ApoE berhubungan dengan risiko stroke dan neurodegeneratif telah banyak diteliti. 12 ApoE ฮต 4 dikaitkan dengan peningkatan risiko SIA berat, sedangkan ApoE ฮต 2 dikaitkan dengan penurunan risiko SIA ataupun penyakit Alzheimer. 13,14 Protein produk translasi gen ApoE4 secara aktif mengikat very low-density lipoprotein (VLDL) yang lebih besar dan kaya trigliserida. 8 Studi juga menunjukkan bahwa potensi antioksidan ApoE adalah ฮต 2 > ฮต 3 > ฮต 4, sehingga ApoE4 dikaitkan dengan peningkatan stres oksidatif dan bersifat neurotoksik. 10 โ€œ Time is brain โ€ karena hampir 2 juta neuron mati setiap menit setelah SIA. Terpisah dari reperfusi, tujuan utama studi ini adalah menyelamatkan penumbra iskemik dengan neuroprotektan. 15 Citicoline adalah salah satu neuroprotektan, secara luas digunakan dalam tata laksana SIA tanpa kemanjuran yang jelas terbukti. 6 Citicoline pada SIA memberikan hasil terapeutik dengan dosis 500-2.000 mg/ hari, 6,7,11,15 dengan hasil perbaikan skor NIHSS >7. Citicoline / CDP-choline adalah senyawa larut dalam air dengan bioavailabilitas >90%. CDP-choline dihidrolisis, diserap sebagai cytidine dan choline , serta disintesis kembali di otak oleh cytidine triphosphatephosphocholine (CTP)- cytidylyltransferase . Cytidine plasma diubah di otak menjadi uridin fosfat, yang pada gilirannya akan diubah menjadi cytidine triphosphate pada tingkat neuronal; kadar plasma memuncak secara bifasik, pada 1 jam setelah konsumsi diikuti oleh puncak kedua pada 24 jam setelah pemberian. 16 Dalam hal keamanan, ada sedikit laporan sakit kepala self-limited , dan parestesia. Tidak pernah tercatat adanya kelainan EKG dan EEG yang signifikan setelah pemberian citicoline . Pada 2.817 pasien usia 60-80 tahun hanya 5,01% pasien yang mengalami efek samping, sebagian besar intoleransi pencernaan. 17 Sesuai hasil seluruh telaah studi dengan tingkat bukti 1, kasus ini mendemonstrasikan efikasi terapeutik citicoline secara adekuat, berupa perbaikan fungsi kognitif dan motorik. Penelitian ini memiliki keterbatasan karena tidak ada komorbiditas, padahal secara umum SIA memiliki komorbid penyakit lain. Saran penelitian lebih lanjut berupa studi RCT intervensi citicoline pada pasien SIA berat (NIHSS skor โ‰ฅ25) yang seragam secara biomolekuler, yaitu dengan polimorfisme ApoE4. ## SIMPULAN Citicoline 3x500 mg intravena selama 4 hari, dilanjutkan dengan 1.000 mg intravena selama 5 hari memberikan perbaikan kekuatan motorik superior (4/5) inferior (5/5) dan fungsi kognitif skor MMSE 29 pada pasien fenotip SIA berat dengan polimorfisme ApoE4 (C/C, Arg112/Arg158) pada rs429358 dan rs7412. Citicoline memberikan efek terapeutik bersamaan dengan terapi SIA sesuai standar rekomendasi, kasus ini tidak memperoleh rtPA karena onset >6 jam. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Murphy SJ, Werring DJ. Stroke: Causes and clinical features. Medicine (Baltimore) 2020;48(9):561โ€“6. 2. Bรฉjot Y, Daubail B, Giroud M. Epidemiology of stroke and transient ischemic attacks: Current knowledge and perspectives. Rev Neurol (Paris) 2016;172(1):59โ€“68. 3. Danuaji R, Suroto S, Purwanto B, Indarto D, Muhammad F, Mirawati DK, et al. Association between carotid intima media thickness and acute ischemic stroke at an Indonesian tertiary referral hospital. J Taibah Univ Med Sci. 2023;18(4):771โ€“7. 4. Venketasubramanian N, Yudiarto FL, Tugasworo D. Stroke burden and stroke services in Indonesia. Cerebrovasc Dis Extra 2022;12(1):53โ€“7. 5. Qiu S, Xu Y. Guidelines for acute ischemic stroke treatment. Neurosci Bull. 2020;36(10):1229โ€“32. 6. Grieb P. Neuroprotective properties of citicoline: Facts, doubts and unresolved issues. CNS Drugs 2014;28(3):185โ€“93. 7. Secades JJ, Alvarez-Sabรญn J, Castillo J, Dรญez-Tejedor E, Martรญnez-Vila E, Rรญos J, et al. Citicoline for acute ischemic stroke: A systematic review and formal meta-analysis of randomized, double-blind, and placebo-controlled trials. J Stroke Cerebrovasc Dis. 2016;25(8):1984โ€“96. 8. Qiao SY, Shang K, Chu YH, Yu HH, Chen X, Qin C, et al. Apolipoprotein E ฮต4 polymorphism as a risk factor for ischemic stroke: A systematic review and meta-analysis. Dis Markers 2022;2022:1โ€“30. 9. Zhong L, Xie YZ, Cao TT, Wang Z, Wang T, Li X, et al. A rapid and cost-effective method for genotyping apolipoprotein E gene polymorphism. Mol Neurodegener. 2016;11(1):2. 10. Rajan KB, Aggarwal NT, Schneider JA, Wilson RS, Everson-Rose SA, Evans DA. Role of APOE ฮต4 allele and incident stroke on cognitive decline and mortality. Alzheimer Dis Assoc Disord. 2016;30(4):318โ€“23. 11. Agarwal A, Vishnu VY, Sharma J, Bhatia R, Garg A, Dwivedi S, et al. Citicoline in acute ischemic stroke: A randomized controlled trial. In: De Rosa S, editor. PLoS One 2022;17(5):e0269224. 12. Kloske CM, Gearon MD, Weekman EM, Rogers C, Patel E, Bachstetter A, et al. Association between APOE genotype and microglial cell morphology. J Neuropathol Exp Neurol. 2023;82(7):620โ€“30. 13. Zhao L, Su G, Chen L, Yan Q, Wang X, Yuan W, et al. Apolipoprotein E polymorphisms are associated with ischemic stroke susceptibility in a Northwest China Han population. Biosci Rep. 2017;37(6):BSR20171088. doi: 10.1042/BSR20171088. 14. Li Y, Chang J, Chen X, Liu J, Zhao L. Advances in the study of APOE and innate immunity in Alzheimerโ€™s disease. J Alzheimerโ€™s Dis. 2023;93(4):1195โ€“210. 15. Martinov M, Gusev E. Current knowledge on the neuroprotective and neuroregenerative properties of citicoline in acute ischemic stroke. J Exp Pharmacol. 2015;7:17- 28. doi: 10.2147/JEP.S63544. eCollection 2015. 16. Martรญ-Carvajal AJ, Valli C, Martรญ-Amarista CE, Solร  I, Martรญ-Fร bregas J, Bonfill Cosp X. Citicoline for treating people with acute ischemic stroke. Cochrane Database Syst Rev. 2020;8(8):CD013066. doi: 10.1002/14651858.CD013066.pub2. 17. Gareri P, Castagna A, Cotroneo AM, Putignano S, De Sarro G, Bruni AC. The role of citicoline in cognitive impairment: Pharmacological characteristics, possible advantages, and doubts for an old drug with new perspectives. Clin Interv Aging 2015;10:1421.
6516d03e-7205-4165-96a5-6fa5a1d60a0a
https://ejournal.unipas.ac.id/index.php/Agro/article/download/1552/1101
## Boeremia exigua Penyebab Penyakit Busuk Keras pada Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu Boeremia exigua the Cause of Hard Rot Disease on the sweet potato (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu Plants Ida Yusidah โ™ฅ , Tita Ptratita Sari Agrotechnology Study Program, Faculty of Science and Technology, UIN SGD Bandung, Indonesia โ™ฅ Corresponding author email: [email protected] Article history : submitted: October 16, 2023; accepted: March 29, 2024; available online: March 31, 2024 Abstract. The sweet potato (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu is a local superior commodity native to Cilembu Village, Pamulihan District, Sumedang Regency. One of the factors that can limit sweet potato production, including attacks by pests and diseases. The sweet potato (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu is reportedly endemic with a new disease called gebogeun or hard rot. Disease attacks on The sweet potato (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu plants are seen especially before the plants are ready to harvest. The sweet potato tubers experienced symptoms of melaninism with brown lines and circles, so the tubers failed to be harvested. Every planting season, the sweet potato plants on the Cilembu land always show the same symptoms, causing significant losses. This research aimed to identify the pathogen that causes gebogeun or hard rot on Cilembu potato sweet. This research was conducted at the Integrated Laboratory of UIN Sunan Gunung Djati Bandung. The method was carried out experimentally by testing the pathogenesis of symptomatic tubers until the same symptoms appeared on healthy tubers to prove the similarity of the symptoms of infected plants or healthy tubers. Observations were made macroscopically on the plate and microscopically using a light microscope. Based on the morphological, microscopic and macroscopic identification results of several symptomatic sweet potato (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu isolates, it showed that the fungus was Boeremia exigua. This fungus has been the cause of gebogeun disease or hard rot on The sweet potato (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu plants. Keywords: Boeremia exigua; gebogeun; hard rot; sweet potato (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu Abstrak . Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu merupakan komoditas unggulan lokal asli Desa Cilembu Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Salah satu faktor yang dapat membatasi produksi tanaman ubi jalar, di antaranya adalah serangan hama dan penyakit. Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu dilaporkan endemik dengan penyakit baru yang disebut gebogeun atau busuk keras. Serangan penyakit pada tanaman Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu ini terlihat terutama menjelang tanaman siap panen. Umbi tanaman ubi jalar tersebut mengalami gejala melaninisme dengan bentuk garis garis dan lingkaran berbentuk coklat sehingga umbi gagal dipanen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi patogen penyebab gebogeun atau busuk keras yang menyerang tanaman Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu . Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung.. Metode yang dilakukan secara eksperimen dengan uji pathogenesis umbi yang bergejala hingga muncul gejala yang sama pada umbi yang sehat untuk membuktikan kesamaan gejala dari tanaman yang terinfeksi dengan tanaman atau umbi yang sehat. Pengamatan dilakukan secara makroskopis pada plate dan secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop cahaya. Berdasarkan hasil identifikasi baik secara morfologi, mikroskopis dan makroskopis dari beberapa isolat Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu yang bergejala menunjukan bahwa jamur tersebut adalah Boeremia exigua . Jamur ini telah menjadi penyebab penyakit gebogeun atau busuk keras pada tanaman Ubi Jalar (I pomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu . Kata kunci : Boeremia exigua , busuk keras, gebogeun, Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu ## PENDAHULUAN Ubi jalar ini merupakan tanaman dari suku Convolvulaceae (kangkung- kangkungan) yang memiliki kadar karbohidrat sangat tinggi. Berbeda dengan tanaman pangan pada umumnya yang cenderung memiliki resiko tinggi, karena memiliki musim yang pendek dan bergantung kepada iklim dan sumberdaya alam yang mendukungnya seperti ketersediaan air, kondisi tanah, populasi hama dan ketersediaan cahaya matahari (Santoso dkk., 2022). Ubi jalar merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 266-275, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1552 cenderung lebih mudah dibudidayakan, tidak mengenal musim juga dapat tumbuh dan berkembang di seluruh wilayah Indonesia (Rosidah, 2014). Sentra produksi ubi jalar adalah Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara (Mahmudatussaโ€™adah, 2014). Adapun salah satu sentra penghasil ubi jalar terbesar di Jawa barat adalah berasal dari Desa Cilembu, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat yang terkenal dengan sebutan โ€˜Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu โ€™. Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu memiliki kulit semu putih dan semu kuning dan telah ditanam sejak tahun 1975. Semula nama ubi ini adalah ubi nirkum yang kemudian tahun 1980 nama Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. ini mulai terkenal di Jawa Barat (Arief, 2012). Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu dari segi ekonomis mempunyai nilai jual yang tinggi dan mampu menembus pasar regional dan menjadi salah satu penghasil devisa bagi negara melalui ekspor. Tujuan utama ekspor Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu adalah ke Jepang, Korea, Singapura, Malaysia bahkan Timur Tengah (Solihin, 2014). Ketersediaan pangan sangat penting bagi penduduk dunia termasuk di Negara Indonesia yang berjumlah penduduk sangat besar. Ketersediaan pangan berbasis pemanfaatan sumber daya lokal menunjukkan kemandirian pangan. Salah satu sumber daya pangan lokal di Indonesia adalah tanaman ubi jalar. Ubi jalar ( Ipomoea batatas ) merupakan pangan umbi- umbian terpenting ketiga di dunia dan , Indonesia merupakan negara produsen ubi jalar terbesar kedua di dunia setelah Cina (FAO, 2013). Adapun menurut CIP (2020), ubi jalar ( Ipomoea batatas ) merupakan tanaman pangan terpenting keenam di dunia. Ubi jalar selain sebagai salah satu bahan diversifikasi pangan yang ekonomis, juga memiliki kandungan gizi serta kandungan karbohidrat yang tinggi dibandingkan tanaman umbi-umbian lainya (Pertanian, 2013 dalam Haryuni dkk., 2020). Ubi jalar dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti beras yang diharapkan mampu menopang ketahanan pangan nasional. Namun seperti halnya tanaman lainnya, terdapat beberapa hal yang dapat membatasi produksi tanaman ubi jalar, di antaranya adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang berpengaruh menurunkan produktivitas tanaman ubi jalar. Selain mengurangi hasil umbi, hama dan penyakit juga menurunkan mutu umbi, sehingga pada akhirnya dapat menurunkan produktivitas ubi jalar secara nasional. Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu dilaporkan endemik dengan penyakit baru yang disebut gebogeun atau busuk keras.. Penyakit busuk keras pada tanaman Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu ini belum diketahui penyebabnya. Gejala terlihat terutama menjelang tanaman siap panen. Umbi tanaman ubi jalar tersebut mengalami gejala melaninisme dengan bentuk garis garis dan lingkaran berbentuk coklat sehingga umbi gagal dipanen. Setiap musim tanam, tanaman ubi di lahan Cilembu tersebut selalu menunjukkan gejala yang selalu sama sehingga menimbulkan kerugian yang sangat berarti. Petani ubi wilayah Cilembu menamakan penyakit tersebut dengan โ€˜gebogeun atau busuk kerasโ€™ karena morfologi umbi menjadi buruk tidak mulus melainkan penuh dengan spot spot coklat dan lingkaran berwarna coklat (diiris melintang) serta garis garis memanjang (diiris memanjang). Penyakit ini tentunya menjadi masalah karena menurunkan kualitas dan produksi juga merugikan secara ekonomi, sedangkan permintaan konsumen tetap tinggi karena Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu ini terkenal dengan rasa manisnya yang khas seperti madu yang membedakan dengan ubi rambat di wilayah lainnya. Upaya pengendalian telah dilakukan diantaranya dengan rotasi tanaman dengan beralih menanam padi dan Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 266-275, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1552 penggunaan pestisida sintetik namun belum memberikan solusi yang tepat sehingga petani masih dirugikan oleh kondisi ini. Berdasarkan kondisi tersebut pihak POPT wilayah pamulihan, Sumedang memberikan laporan untuk diberikan solusi guna mengatasi masalah tersebut. Peneliti dan tim mencoba mengidentifikasi penyakit tersebut baik secara morfologi, makroskopis dan mikroskopis. ## METODE Penelitian dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit yang menyerang tanaman ubi jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu . Metode yang dilakukan secara eksperimen dengan uji pathogenesis umbi yang bergejala hingga muncul gejala yang sama pada umbi yang sehat untuk membuktikan kesamaan gejala dari tanaman yang terinfeksi dengan tanaman atau umbi yang sehat. Pengamatan dilakukan secara makroskopis pada plate dan secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop cahaya. Umbi tanaman ubi jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu yang bergejala kemudian diambil dari beberapa lahan untuk dibawa ke laboratorium (Gambar 1). Umbi yang bergejala kemudian diiris tipis dan disterilkan menggunakan kloroks lalu dikeringanginkan dan dilihat mikroskopisnya. Sebagian dari umbi yang terserang diinvestasikan pada cawan petri berisi Potato Dextrose Agar (PDA) dan dibiarkan selama satu minggu. Miselium yang tumbuh di sekitar umbi pada cawan petri kemudian diambil dan dilihat mikroskopisnya. Setelah itu kemudian dikulturkan pada media PDA lain. Uji Patogenisitas dilakukan dengan empat umbi tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu sehat yang diinokulasi dengan suspensi konidia 1ร—106 konidia/ml sedangkan dua tanaman kontrol disemprot dengan air steril saja. Setelah inokulasi, umbi disimpan selama 48 jam di ruangan dengan kelembaban tinggi. Setelah enam hari, gejala bercak muncul dan serupa dengan yang diamati di lapangan. Kontrol tetap sehat. Organ yang bergejala kemudian dikulturmurnikan kembali pada PDA dan menghasilkan pycnidia serta konidia dengan morfologi yang sama dengan sumber patogen yang diambil dari organ tanaman yang bergejala. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil identifikasi menunjukan ditemukannya banyak piknidium berbentuk bulat berwarna hitam atau abu gelap dengan hyfa yang cukup banyak baik secara morfologi pada ubi dan secara makroskopis pada plate. Konidia yang ditemukan berwarna hitam dengan dengan bentuk bulat oval dengan dinding dan inti sel yang jelas. Hasil mikroskopis (Gambar 2) berbagai isolat hasil pengkulturan dari ubi yang bergejala menunjukan tampilan yang sama dengan piknidium dan konidia yang sama. Gambar 1. Gejala morfologi gebogeun (busuk keras) a. tampak melintang; b. tampak memanjang a b c Berdasarkan identifikasi merujuk pada buku โ€œIllustrated Genera of Imperfect Fungiโ€™ (1998) ciri ciri tersebut merupakan mikroskopis dari Genus Phoma. Genus Phoma merupakan salah satu genera jamur terbesar dengan lebih dari 3.000 taksa infragenerik (Monte dkk., 1991). Berdasarkan konsep generik yang berlaku saat ini, spesies Phoma merupakan coelomycetes sederhana dengan ciri khas memiliki hifa uniseluler, konidia hialin mulai dari sel sel konidia yang berbentuk monofialidik, doliiform hingga berbentuk labu dalam piknidia konida (Boerema & Bollen, 1975). Menurut Aveskamp1 et all. (2010), kelompok Phoma ditunjukan dengan spesies yang ditandai dengan tidak adanya klamidospora, konidia bersepta, dan ornamen pycnidial atau penebalan dinding. Gambar 2. Piknidia (a) konidia (b) gejala pada umbi yang diinfeksi Beremia exigua (c) Genus tersebut berdasarkan klasifikasi fungi saat ini terkategori kepada Boeremia (Jones et all., 2011). Adapun di negeri lain seperti Afrika dan China, penyakit dengan gejala yang sama yang menyerang tanaman ubi dan kangkung dinyatakan penyebabnya adalah Boeremia exigua dengan gejala yang serupa dan mikroskopis patogen yang juga sama (Gai et all., 2016). Gejala awal serangan Boeremia exigua pada batang luobuma (Apocynum venetum) menunjukkan bintik-bintik berukuran kecil berwarna coklat dengan tengah berwarna coklat kemerahan, dengan menunjukkan batas yang tidak jelas atau jelas antara jaringan yang terinfeksi dan sehat. Kemudian ukuran akan membesar dengan bentuk yang berbeda, seperti jajar genjang, diamon, cekung, pada tengah bagian berwarna putih atau lebih terang. Tetapi, ketika lesi nekrotik pada batang menjadi parah, bintik-bintik berubah menjadi putih atau pudar dengan piknidia mengikat batang dan membentuk lekuk dan cekungan, kemudian layu dan mati (Lan & Duan, 2022). Boeremia exigua telah dilaporkan menyerang berbagai tanaman di seluruh dunia. Sebagian besar berkaitan dengan pembusukan berbagai organ tanaman dan khususnya terkait dengan penyakit pasca panen (Farr dan Rossman, 2019). Boeremia exigua dilaporkan telah menginfeksi lebih dari 200 inang tanaman, menyebabkan penyakit dengan gejala hawar daun, bercak daun, busuk batang, hawar batang, ubi busuk dan umbi-umbian (Koike dkk., 2006). Berdasarkan hal itu, diduga kuat penyakit gebogeun yang menyerang tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu ini juga disebabkan oleh Boeremia exigua. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan struktur makroskopis yang terbentuk pada PDA yang dilakukan oleh Barreto et all. (2020) pada penemuan penyakit pada tanaman ubi jalar di Brazil dengan morfologi jamur yaitu sebagai berikut : Pycnidia globose hingga subglobose, diameter 60 hingga 280 ฮผm, non-papillate, immerse; sel konidiogen berbentuk labu, 4 5 ร— 2,5 Genus tersebut berdasarkan klasifikasi fungi saat ini terkategori kepada Boeremia (Jones et all., 2011). Adapun di negeri lain seperti Afrika dan China, penyakit dengan gejala yang sama yang menyerang tanaman ubi dan kangkung dinyatakan penyebabnya adalah Boeremia exigua dengan gejala yang Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 266-275, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1552 serupa dan mikroskopis patogen yang juga sama (Gai et all., 2016). Gejala awal serangan Boeremia exigua pada batang luobuma (Apocynum venetum) menunjukkan bintik-bintik berukuran kecil berwarna coklat dengan tengah berwarna coklat kemerahan, dengan menunjukkan batas yang tidak jelas atau jelas antara jaringan yang terinfeksi dan sehat. Kemudian ukuran akan membesar dengan bentuk yang berbeda, seperti jajar genjang, diamon, cekung, pada tengah bagian berwarna putih atau lebih terang. Tetapi, ketika lesi nekrotik pada batang menjadi parah, bintik-bintik berubah menjadi putih atau pudar dengan piknidia mengikat batang dan membentuk lekuk dan cekungan, kemudian layu dan mati (Lan & Duan, 2022). Boeremia exigua telah dilaporkan menyerang berbagai tanaman di seluruh dunia. Sebagian besar berkaitan dengan pembusukan berbagai organ tanaman dan khususnya terkait dengan penyakit pasca panen (Farr dan Rossman, 2019). Boeremia exigua dilaporkan telah menginfeksi lebih dari 200 inang tanaman, menyebabkan penyakit dengan gejala hawar daun, bercak daun, busuk batang, hawar batang, ubi busuk dan umbi-umbian (Koike dkk., 2006). Berdasarkan hal itu, diduga kuat penyakit gebogeun yang menyerang tanaman ubi jalar (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu ini juga disebabkan oleh Boeremia exigua. Hal ini sejalan dengan hasil pengamatan struktur makroskopis yang terbentuk pada PDA yang dilakukan oleh Barreto et all. (2020) pada penemuan penyakit pada tanaman ubi jalar di Brazil dengan morfologi jamur yaitu sebagai berikut : Pycnidia globose hingga subglobose, diameter 60 hingga 280 ฮผm, non-papillate, immerse; sel konidiogen berbentuk labu, 4 5 ร— 2,54 ฮผm; konidia, ellipsoid hingga lonjong, 5 7 ร— 2 3 ฮผm, sebagian besar aseptat, tetapi kadang- kadang 1-septat, hialin, halus dan dinyatakan sebagai ciri khas Boeremia exigua. Berdasarkan hasil pengamatan pada ubi jalar (Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu yang bergejala busuk menunjukan penampilan makroskopis pada plate dengan koloni yang berbeda. Patogen Boeremia exigua yang berasal dari ubi yang sudah sangat rusak memperlihatkan piknidium yang banyak pada permukaan ubi, dan tampilan isolat Boeremia exigua berwarna hijau gelap kehitaman dan membentuk lingkaran dengan miselium yang tebal, kemudian menjadi hitam keabuan dan berkembang menjadi hitam setelah 2 minggu (Gambar 3). Adapun ubi yang bergejala ringan belum menunjukan piknidium pada permukaan ubi dan tampilan isolat Boeremia exigua pada plate berwarna putih setelah 2 minggu menunjukkan miselium yang tebal berlapis (gambar 4). Gambar 3 . Perkembangan isolat Boeremia exigua pada plate dari ubi yang sudah rusak selama 2 minggu Gambar 4 . Perkembangan isolat Boeremia exigua pada plate dari ubi yang bergejala ringan selama 2 minggu Semua isolat Boeremia exigua hasil isolasi dari ubi yang bergejala memiliki tepian yang tidak teratur, berwarna cream, hijau abu-abu gelap hingga hitam dengan miselium udara berwarna putih. Koloni pada PDA permukaan koloni bergelombang atau sedikit berlapis. Menurut (Gai et all., 2016) fungi Boeremia exigua memiliki tepian yang tidak teratur dan kultur warna yang bervariasi dengan miselium udara berwarna putih. Hasil identifikasi isolat Boeremia exigua secara mikroskopis menunjukkan bentuk konidia, hifa dan piknidium yang serupa. a. Isolat P1 Gambar 5 . Mikroskopis isolat P1 menggunakan mikroskop cahaya konidia 7 hsi (a)- x 40; Hifa (b); pycnidium (c) โ€“ x 20 Tabel 1 . Identifikasi mikroskopis isolat P1 No Objek Keterangan 1 Hifa Bersepta dan tidak 2 Pycnidium Berbentuk globes 3 Konidia Subglobose Pycnidia isolat P1 berbentuk bulat sampai labu dan menghasilkan agregate pada central koloni, dengan struktur yang mirip dengan cincin. Pycnidia terdapat di permukaan PDA, pada miselium udara dan sebagian besar terendam pada PDA. Menurut Machowicz-Stefaniak dkk., (2014) agregat terbentuk di tengah koloni dan strukturnya menyerupai cincin. Pycnidia berada pada permukaan agar-agar, di miselium udara dan terendam dalam agar- agar. b a c a b a b b. Isolat P2 Gambar 6 . Hifa isolat p2 7 hsi (a) konidia (b) x 40 Tabel 2. Identifikasi mikroskopis isolat P2 No Objek Keterangan 1 Hifa Bersepta dan tidak 2 Pynidia Tidak ada 3 Konidia Subglobose c. Isolat P3 Gambar 7 . Konidia Isolat P3 7 HSI (a;) Hifa Isolat P3 7 HIS (b) Tabel 3 . Identifikasi mikroskopis isolat P3 No Pengamatan Hasil Pengamatan 1 Hifa Bersepta dan tidak 2 Pycnidium Tidak ada 3 Konidia Subglobose d. Isolat P4 a c b d Gambar 9 . Hifa tidak bersekat (a) Hifa bersekat (b) Konidia berbentuk lonjong (c) konidia berbentuk globes (d) Sumber: (Jones & Hay, 2011) Tabel 4. Identifikasi mikroskopis isolat P4 No Pengamatan Hasil Pengamatan 1 Hifa Bersepta dan tidak 2 Pycnidium Tidak ada 3 Konidia Subglobose Hifa pada ke empat isolat yang ditemukan memiliki morfologi yang sama, bersepta dan sebagian tidak bersepta. Menurut Jones and Hay (2011) Boeremia exigua memiliki hifa yang sebagian besar bersekat atau bersepta, tetapi terkadang tidak bersepta. Bentuk konidia pada isolat P1, P2, P3, P4 memiliki bentuk subglobes . Konidia Boeremia exigua berbentuk subglobes, hialin, elips, hingga lonjong, terkadang bersepta satu (Jones & Hay, 2011). Menurut Colman, et all. (2020), morfologi Boeremia exigua yang diisolasi dari tanaman ubi jalar yang terinfeksi berdasarkan pengamatan struktur yang terbentuk pada PDA memiliki Pycnidia globose hingga subglobose , diameter 60 hingga 280 ฮผm, non-papillate . Secara mikroskopis sel konidiogen berbentuk labu, 4 5 ร— 2,5 4 ฮผm; konidia, ellipsoid hingga lonjong, 5 7 ร— 2 3 ฮผm, terutama asepta t, tapi kadang-kadang 1- septat, hialin , halus. Isolat P1, P2, P3, P4 dalam penelitian ini memiliki morfologi makroskopis dan mikroskopis yang identik satu sama lain dengan referensi, sehingga dikelompokkan dalam satu clade dan terkait erat dengan Boeremia exigua . Meskipun dengan warna dan kecepatan tumbuh yang berbeda. Menurut Jones, et all. (2011). Boeremia exigua memiliki kultur warna yang bervariasi dengan miselium udara berwarna putih. Selain itu salah satu penyebab perbedaan tersebut adalah waktu siklus hidup patogen pada tanaman inang (Sopialena, 2017). ## SIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi baik secara morfologi, mikroskopis dan makroskopis dari beberapa isolat yang berasal dari ubi jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu yang bergejala menunjukan bahwa jamur tersebut adalah Boeremia exigua . Jamur ini telah menjadi penyebab penyakit gebogeun atau busuk keras pada tanaman Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu . ## UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini terlaksana atas dana yang diberikan oleh PTKI dalam program PKM berbasis program studi, untuk itu saya sampaikan ucapan terima kasih. ## DAFTAR PUSTAKA Arief, Melita Diana. (2012). Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar ( Ipomoea Batatas (L). Lam) Cv. Cilembu Sebagai Bahan Substitusi Tepung Terigu Dalam Pembuatan Biskuit. Thesis, UAJY.. 7- 28. https://e-journal.uajy.ac.id/381/ Aveskamp M.M., J. de Gruyter, J.H.C. Woudenberg, G.J.M. Verkley & P.W. Crous. (2010) Highlights of the Didymellaceae: A polyphasic approach to characterize Phoma and related pleosporalean genera. Studies in Mycology 65 , 1โ€“60. doi:10.3114/sim.2010.65.01 Barnett,H.L, Hunter,Barry B. (1998). Book : Illustrated Genera of Imperfect Fungi. 4th.ed.APS Press , United States. 218p. Boerema, G.H.; Bollen, G.J. (1975): Conidiogenesis and conidial septation as differentiating criteria between Phoma and Ascochyta . Persoonia - Molecular Phylogeny and Evolution of Fungi 8( 2), 111-144. CIP International Potato Center (2020) Sweetpatato facts and figures . https://cipotatoorg/sweetpotato/sweetpotato-facts-and-figures/ Colmรกn, A.1 & I. M. Lima2 & H. Costa2 & R. W. Barreto1. (2020). Boeremia exigua causing leaf spots on sweet potato in Brazil. Australasian Plant Disease 15 (21), 20-21. https://doi.org/10.1007/s13314-020- 00390-z Food and Agricultural Organization (FAO). (2013). Food and Agricultural Organization Statistics. Roma (IT): Food and Agricultural Organization of the United Nations. Farr DF, Rossman AY (2019) Systematic mycology and microbiology laboratory, ARS, USDA http://ntars- gringov/fungaldatabases/. Gai, Y. P., Ma, H. J., Chen, X. L., Chen, H. H., & Li, H. Y. (2016 ). Boeremia Tuber Rot Of Sweet Potato Caused By B. Exigua, A New Post-Harvest Storage Disease In China. Canadian Journal Of Plant Pathology , 38 (2), 243โ€“249. Https://Doi.Org/10.1080/07060661.20 16.1158742 Haryuni, Adnan, Eko Fransisko. (2020). Pertumbuhan Dan Hasil Dua Klon Ubi Jalar Pada Tinggi Bedengan Yang Berbeda. Agro Bali : Agricultural Journal 3 (1), 67-73. DOI: 10.37637/ab.v3i1.417 67 Jones, S. J., & Hay, F. S. (2011). First Report Of Boeremia Blight Caused By Boeremia exigua Var. Exigua On Pyrethum In Australia . Plant Disease , 95 (11). Https://Doi.Org/10.1094/Pdis-03-11 Koike, S. T., Subbarao, K. V., Verkley, G. J. M., Fogle, D., & Oโ€™neill, T. M. (2006). Phoma Basal Rot Of Romaine Lettuce In California Caused By Phoma Exigua: Occurrence, Characterization, And Control . Plant Disease , 90 (10), 1268โ€“1275. Https://Doi.Org/10.1094/Pd-90-1268 Lan, Y., & Duan, T. (2022). Characterization Of Boeremia Exigua Causing Stem Necrotic Lesions On Luobuma In Northwest China. Scientific Reports , 12 (1). Https://Doi.Org/10.1038/S41598-022- 25125-1 Machowicz-Stefaniak, Z., Zimowska, B., & Krol, E. (2014). Pathogenicity Of Phoma Complanata (Tode) Desm. Towards Angelica (Archangelica Officinalis Hoffm.) Fungal Inquilines Of Asphondylia Galls View Project Occurrence And Morphological And Genetic Characteristics Of Fungi Of The Genus Phomopsis Inhabiting The Bark And Wood of Fruit Plants View Project . Https://Www.Researchgate.Net/Public ation/270886449 Mahmudatussaโ€™adah, Ali. (2014). Komposisi Kimia Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Cilembu pada Berbagai Waktu Simpan sebagai Bahan Baku Gula Cair. PANGAN, 23 (1), 53 โ€“ 64. https://doi.org/10.33964/jp.v23i1.51 Monte E, Bridge PD, Sutton BC (1991). An integrated approach to Phoma systematics. Mycopathologia 115 , 89โ€“ 103. DOI: 10.1007/BF00436797 Pertanian, D. J. T. P. K. (2013). Pedoman Agro Bali : Agricultural Journal e-ISSN 2655-853X Vol. 7 No. 1: 266-275, March 2024 https://doi.org/10.37637/ab.v7i1.1552 ## Teknis Pengelolaan dan Produksi Ubi Jalar dan Aneka Umbi. Rosidah. (2014). Potensi Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Industri Pangan . TEKNOBUGA, 1(1), 44-52 . https://journal.unnes.ac.id/nju/index.ph p/teknobuga/article/view/6403/4858 Santoso, Agung Budi; Tavi Supriana, Moral Abadi Girsang. (2022). Pengaruh Curah Hujan terhadap Produksi Ubi Kayu di Indonesia . Agro Bali : Agricultural Journal, 5( 3), 520- 528. https://doi.org/10.37637/ab.v5i3.1051 Solihin, Moh. Amir. (2007). Potensi Lahan Pengembangan Ubi Jalar ( Ipomoea batatas (L). Lam) cv. Cilembu di Kabupaten Sumedang . J. Soilrens, 8 (15), 765-774. https://pustaka.unpad.ac.id/archives/62 26 Sopialena. (2017). Segitiga Penyakit Tanaman. Mulawarman University Press.
106ff422-1035-418b-b423-921f73362b06
http://journal.ahmareduc.or.id/index.php/AMHJ/article/download/138/97
## Efektifitas Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn) Sebagai Pembasmi Lalat Rumah (Musca domestica) Fara Chitra 1* , Cahnia Ambarwati 2 , Zainal Akhmadi 2 1 Program Studi Diploma III Sanitasi, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia 2 Program Studi Sarjana Terapan Sanitasi, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Pontianak, Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia A R T I C L E I N F O O R I G I N A L A R T I C L E Article Type: Research ABSTRACT Introduction: House flies spread pathogens to humans selling approximately 100 types. House flies can carry various kinds of bacteria or diseases such as cholera, aspergillosis, typhoid, dysentery, can cause myiasis and diarrhea. Microorganisms in flies can become food and cause the food to be inedible. Therefore, proper control is needed in competition. The alternative option is to use vegetable insecticides because they are environmentally friendly and do not cause resistance. One of the plants suspected of being a vegetable insecticide is basil. The purpose of this study was to determine the ability and best concentration of basil leaf extract as a housefly exterminator made into housefly exterminator food in the form of jelly. The design of this study was a quasi-experiment or pseudo-experiment using a factorial design with 3 treatments and repeated 9 times where the observation time was carried out every 6 hours, 12 hours, 18 hours and 24 hours. The treatment in question includes the concentration of extracts in agar 20%, 30% and 40%. From this study, the results of the average number of flies that died after being treated for 24 hours were a concentration of 20% as many as 7 heads (33.3%), a concentration of 30% as many as 9 heads (43.8%), and a concentration of 40% as many as 10 heads (50.5%). Conclusions from the study Basil leaf extract with variations in concentrations that are most effective in eradicating house flies is the treatment with the highest percentage of 40% within 24 hours with a death of flies of 50.5%. Future researchers should use a higher concentration of basil leaf extract than 40% so that it can eradicate flies more optimally. Keywords: Basil Leaf Extract, House Flies, Flies Repellent. Article History: Received: 11/19/2022 Accepted: 3/29/2023 Corresponding author Email: [email protected] ## ABSTRAK Pendahuluan: Lalat rumah menyebarkan organisme patogen terhadap manusia yang berjumlah kurang lebih 100 jenis. Lalat rumah dapat membawa berbagai macam bakteri atau penyakit seperti kolera, asepergilosis, tifus, disentri, dapat menyebabkan myasis dan diare. Mikroorganisme pada lalat dapat mencemari makanan dan menyebabkan makanan tersebut tidak dapat dimakan karena beracun, oleh karena itu diperlukannya pengendalian yang tepat dalam membasmi keberadaan lalat. Alternatif pilihan adalah menggunakan insektisida nabati karena ramah lingkungan dan tidak mengakibatkan resistensi. Salah satu tanaman yang diduga berpotensi sebagai insektisida nabati adalah kemangi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dan konsentrasi terbaik dari ekstrak daun kemangi sebagai pembasmi lalat rumah yang dibuat menjadi makanan pembasmi lalat rumah dalam bentuk agar-agar. Desain penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu dengan menggunakan rancangan faktorial dengan 3 perlakuan dan diulang sebanyak 9 kali yang dimana waktu pengamatan dilakukan setiap 6 jam, 12 jam, 18 jam dan 24 jam. Adapun perlakuan yang dimaksud antar lain konsentrasi ekstrak dalam agar 20%, 30% dan 40% . Dari penelitian ini didapatkan hasil jumlah rata-rata lalat yang mati setelah diberi perlakuan selama 24 jam adalah konsentrasi 20% sebanyak 7 ekor (33,3%), konsentrasi 30% sebanyak 9 ekor (43,8%), dan konsentrasi 40% sebanyak 10 ekor (50,5%). Kesimpulan dari penelitian Ekstrak daun kemangi dengan variasi konsentrasi yang paling efektif dalam membasmi lalat rumah adalah perlakuan dengan persentase paling tinggi yaitu 40% pada waktu 24 jam dengan kematian lalat sebesar 50,5%. Peneliti selanjutnya agar menggunakan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang lebih tinggi dari 40% sehingga dapat membasmi lalat lebih optimal. Kata Kunci: Ekstrak Daun Kemangi, Lalat Rumah, Pembasmi Lalat. ## AHMAR METASTASIS HEALTH JOURNAL Available online at: http://journal.ahmareduc.or.id/index.php/AMHJ Vol. 2. No. 4. Maret 2023, Halaman 193-200 P-ISSN: 2797-6483 E-ISSN: 2797-4952 ## PENDAHULUAN Serangga merupakan jenis hewan dengan jumlah populasi paling banyak di bumi. Dalam kehidupan sehari-hari, kehadiran serangga tidak hanya memberikan manfaat serta keuntungan, namun ada juga yang memberikan masalah serta kerugian bagi manusia. Salah satu serangga yang mendatangkan kerugian adalah lalat ( Gunandini , 2008). Menurut Anisah & Sukesi (2018), Lalat memiliki kebiaasan berada di tempat yang kotor seperti kotoran hewan, kotoran manusia, bangkai dan benda yang tidak higienis. Hal tersebutlah yang menyebabkan lalat termasuk salah satu serangga yang berpotensi besar dalam penularan penyakit pada manusia. Terdapat beberapa jenis lalat yang seringkali kontak dengan manusia, antara lain lalat abu-abu (Sarcophaga), lalat hijau (Chyssomia megacephala), lalat kecil (Fania canicularis), dan lalat rumah (Musca domestica). Namun diantara semua jenis lalat yang ada, jenis yang banyak dijumpai dan keberadaannya tidak asing dalam kehidupan manusia ialah lalat rumah (Musca domestica). Lalat rumah (Musca domestica) merupakan salah satu spesies serangga yang banyak terdapat di seluruh dunia. Sekitar 95% dari berbagai jenis lalat yang dijumpai di sekitar rumah dan kandang adalah lalat jenis ini. Di bidang kesehatan, lalat rumah dianggap sebagai serangga pengganggu karena merupakan vektor mekanis beberapa penyakit pada manusia dan hewan. Selain itu, lalat juga mengganggu dari segi kebersihan dan ketenangan (Djarot & Ambarwati, 2019) Lalat rumah (Musca domestica) menyebarkan organisme yang bersifat patogen terhadap manusia yang berjumlah kurang lebih 100 jenis. Agen penyakit ditularkan dari mulut melalui vomit drops, feses dan bagian tubuh lainnya yang terkontaminasi kemudian dipindahkan pada makanan manusia atau pakan hewan/ternak (Djarot & Ambarwati, 2019). Cara untuk bertahan hidup, lalat menelusuri tempat yang memiliki bau-bau busuk atau menyengat disekitarnya untuk mencari sesuatu yang dapat dimakannya. Biasanya, tempat- tempat tersebut adalah tempat yang banyak berhubungan dengan aktivitas manusia. Lalat rumah dapat membawa berbagai macam bakteri atau penyakit seperti kolera, asepergilosis, tifus, disentri, dapat menyebabkan myasis dan diare (Anisah & Sukesi, 2018) Berdasarkan informasi yang bersumber dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, (2020) yaitu mengenai data kasus diare yang dilayani menurut provinsi pada 2020 ialah cakupan pelayanan penderita diare pada semua umur sebesar 44,4% dan pada balita sebesar 28,9% dari sasaran yang ditetapkan. Perbedaan jarak antar provinsi untuk cakupan pelayanan penderita diare semua umur adalah antara Sulawesi Utara (4,9%) dan Nusa Tenggara Barat (78,3%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Sedangkan perbedaan jarak antar provinsi untuk cakupan pelayanan penderita diare balita adalah antara Sulawesi Utara (4,0%) dan Nusa Tenggara Barat (61,4%). Di Provinsi Kalimantan Barat ditemukan sebanyak 138.639 kasus diare yang mencakup semua umur, 82.410 kasus diantaranya merupakan usia anak balita. Cakupan pelayanan penderita diare Provinsi Kalimantan Barat 2020 untuk semua umur sebesar 26,5% dan balita 15,8% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020). Mikroorganisme pada lalat dapat menyebabkan banyak bahaya dan kerusakan. Hal ini tampak dari kemampuan mikroorganisme menginfeksi manusia sehingga menimbulkan penyakit yang berupa dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Mikroorganisme pada lalat dapat mencemari makanan dan menyebabkan makanan tersebut tidak dapat dimakan karena beracun, oleh karena itu diperlukannya pengendalian yang tepat dalam membasmi keberadaan lalat (Sukmawati, Praba, & Retno, 2019). Dalam upaya pengendalian lalat terdapat bermacam cara, salah satunya dengan penggunaan insektisida. Berdasarkan asalnya, insektisida dapat digolongkan kedalam 2 jenis yaitu sintetik (buatan) dan nabati (alamiah). Insektisda sintetik merupakan insektisida yang dibuat menggunakan bahan-bahan kimia. Sedangkan insektisida nabati merupakan insektisida yang berasal dari tanaman ( Gunandini , 2008) Insektisida sintetik tidak disarankan penggunaanya dalam waktu yang panjang. Hal ini, dikarenakan dalam insektisida sintetik terdapat berbagai macam campuran bahan-bahan kimia yang dapat mengakibatkan terjadinya resistensi pada serangga, pencemaran lingkungan, serta residu yang ditimbulkan insektisida dapat menekan perkembangan musuh alami serangga. Oleh sebab itu diperlukannya penganti lain yaitu insektisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihan adalah menggunakan insektisida nabati. Salah satu tanaman yang diduga berpotensi sebagai insektisida nabati adalah kemangi ( Gunandini , 2008) Kemangi merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia. Selama ini, kemangi dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayur yang digunakan sebagai lalapan segar dan obat tradisional. Daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) memiliki kandungan kimia aktif di dalamnya, antara lain: minyak atsiri, karbohidrat, fitosterol, alkaloid, senyawa fenolik, tanin, lignin, pati, saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakuinon. Sedangkan kandungan utama minyak atsiri adalah Camphor, limonene, methyl cinnamate dan linalool (Gunawan, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Yasmin, Windarso & Amalia, (2021), dengan memanfaatan Minyak Kemangi (Ocimum sanctum L) sebagai Repellent Elektrik Lalat Rumah (Musca domestica) dengan hasil terjadi Penurunan kepadatan lalat pada konsentrasi 12% sebesar 22,7%, konsentrasi 15% sebesar 54,3%, konsentrasi18% sebesar 89,5% dan repellent elektrik yang efektif dalam menurunan kepadatan lalat pada konsentrasi 18%. Sedangkan pada penelitian Barus & Sutopo (2019), dengan judul Pemanfaatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum ) sebagai Repellent Lalat Rumah (Musca domestica) pada konsentrasi 20%, 30%, 40% dan kontrol dengan hasil pengujian insektisida nabati sebagai daya tolak lalat rumah (Musca domestica) paling tinggi terdapat pada perlakuan dosis ekstrak daun kemangi 30% dalam waktu 15 menit, dimana tidak ada lalat rumah yang hinggap. Tujuan dilakukannya penelitian ini guna mengetahui efektifitas dari ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) dalam menurunkan angka kepadatan lalat rumah paling tinggi menggunakan konsentrasi 20%, 30%, 40% dan kontrol sebagai pembasmi lalat rumah (Musca domestica) dalam waktu pengamatan setiap 6 jam selama 24 jam. Desain penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu, karena dalam penelitian ini tidak ada randomisasi dimana hal tersebut tidak cukup memadai syarat- syarat eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pengamatan dari ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) yang akan dikontakkan dengan lalat rumah (Musca domestica) dalam waktu pengamatan 6 jam selama 24 jam. Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis lalat. Sampel dalam penelitian ini adalah lalat rumah (Musca domestica) yang digunakan adalah 20 ekor. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Poltekkes Pontianak. Waktu penelitian telah dilaksanakan mulai pada Februari - Juli 2022. Pengumpulan data didapatkan dari hasil obervasi dengan perhitungan jumlah lalat yang mati di kendang selama 6 jam dengan dosis: a). Kontrol: aquades + larutan 2 gr agar (tanpa capuran ekstrak), b). Konsentrasi 20%: 20 ml ekstrak kemangi, 80 ml aquades + larutan 2 gr agar, c). Konsentrasi 30%: 30 ml ekstrak kemangi, 70 ml aquades + larutan 2 gr agar, d). Konsentrasi 40%: 40 ml ekstrak kemangi, 60 ml aquades + larutan 2 gr agar. Data yang telah didapat dari hasil pengamatan akan diolah dengan menggunakan uji statistik One Way Anova karena menggunakan dua variabel dengan dua skala berbeda. Uji statistik dilakukan dengan bantuan komputer program pengolah data. ## HASIL PENELITIAN Perlakuan menggunakan Ekstrak Daun Kemangi ( Ocimum sanctum Linn) konsentrasi 20%, 30% dam 40%. Jumlah lalat rumah ( Musca domestica ) yang digunakan sebagai sampel pada tiap kandang adalah 20 ekor kemudian diamati lalat yang mati setelah diberi perlakuan agar-agar ekstrak Daun Kemangi ( Ocimum sanctum Linn) dengan variasi konsentrasi 20%,30% dan 40% dengan waktu pengamatan setiap enam jam selama 24 jam. Berikut disajikan diagram rata-rata jumlah kematian lalat rumah setelah diberi perlakuan ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi berbeda-beda pada tiap-tiap waktu pengamatan. ## METODE PENELITIAN Sumber: Data Primer 2022 Gambar 1 . Grafik Rata-rata Kematian Lalat dengan Pemberian Ekstrak Kemangi pada Semua Perlakuan dan Waktu pengamatan. Gambar 1 Menunjukkan jumlah rata-rata lalat yang mati setelah diberi perlakuan ekstrak daun kemangi dengan konsentrasi 20% menghasilkan rata-rata jumlah lalat mati pada waktu pengamatan selama 6 jam sebesar 1,3 (6,6%), pada 12 jam sebesar 0,7 (3,5%), pada 18 jam sebesar 3,4 (17%) dan 24 jam sebesar 1,2 (6%). Pada perlakuan dengan konsentrasi 30% ekstrak daun kemangi rata-rata jumlah lalat yang mati pada waktu pengamatan 6 jam sebesar 1,9 (9,5%), pada 12 jam sebesar 0,9 (4,5%), pada 18 jam sebesar 3,6 (18%), Pada 24 jam sebesar 2,2 (11%). Dan pada konsentrasi 40% ekstrak daun kemangi dengan rata-rata jumlah lalat yang mati pada waktu pengamatan 6 jam sebesar 2,3 (11,5%), pada 12 jam sebesar 0,1 (0,5%), pada 18 jam sebesar 6 (30%), pada 24 jam sebesar 1,7 (8,5%). Grafik rata-rata jumlah kematian lalat rumah setelah pemberian ekstrak daun kemangi antar perlakuan berbanding kontrol dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Sumber: Data Primer, 2022 0,7 0,7 0,2 0,3 1,3 0,7 3,4 1,2 1,9 0,9 3,6 2,2 2,3 0,1 6 1,7 0 1 2 3 4 5 6 7 6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam R at a -r at a ju m la h la la t m at i Kontrol 20% 30% 40% 0,7 0,7 0,2 0,3 1,3 0,7 3,4 1,2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 6 Jam 12 Jam 18 Jam ## 24 Jam J u m la h L a la t M a ti Grafik rata-rata jumlah kematian lalat Musca domestica setelah diberi Ekstrak Daun Kemangi Konsentrasi 20% Kontrol 20% Sumber: Data Primer, 2022 Gambar 3. Grafik Rata-rata Kematian Lalat pada Konsentrasi 30%. Sumber: Data Sekunder, 2022 Gambar 4. Grafik Rata-rata Kematian Lalat pada Konsentrasi 40%. Tabel 1. Hasil Pengujian Data Normalitas Kolmogorov-Smirnov Statistic df Sig. Kematian Lalat 0,170 36 0,248 Sumber: Hasil Analisis Statistik, 2022 Berdasarkan hasil uji normalitas data di atas menunjukan bahwa data potensi insektisida memiliki distribusi data yang normal yaitu sebesar p=0,248 (p>0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa data hasil penelitian memenuhi syarat normalitas. 0,7 0,7 0,2 0,3 1,9 0,9 3,6 2,2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam J u m la h L a la t M a ti Grafik rata-rata jumlah kematian Lalat Musca domestica setelah diberi Ekstrak Daun Kemangi konsentrasi 30% Kontrol 30% 0,7 0,7 0,2 0,3 2,3 0,1 6 1,7 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 6 Jam 12 Jam 18 Jam 24 Jam J u m la h L a la t M a ti Grafik rata-rata jumlah kemataian Lalat Musca domestica setelah diberi Ekstrak Daun Kemangi konsentrasi 40% Kontrol 40% Tabel 2. Analisis Perbedaan Jumlah Lalat Mati Berdasarkan Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi. Variabel Df Mean Square F Sig. Betweet Group (Kelompok Perlakuan) 3 114,667 5,993 0,002 Within Group (Anggota Kelompok Perlakuan) 32 19,132 Total 35 Sumber: Hasil Analisis Statistik, 2022 Hasil analisis diperoleh nilai sig.=0,002 (sig.<ฮฑ) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan konsentrasi ekstrak daun kemangi terhadap jumlah kematian lalat Musca domestica. Perbedaan antara masing-masing konsentrasi dapat dilihat pada hasil uji Tukey berikut. Tabel 3. perbandingan perbedaan yang bermakna dari masing-masing konsentrasi. Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi (I) Konsentrasi Ekstrak Daun Kemangi (J) Nilai probabilitas Kontrol 20% 0,128 30% 0,014* 40% 0,002* 20% Kontrol 0,128 30% 0,767 40% 0,328 30% Kontrol 0,014* 20% 0,767 40% 0,874 40% Kontrol 0,002* 20% 0,328 30% 0,874 Sumber: Hasil Uji Statistik, 2022 The mean difference is significant at the 0,05 level Pada tabel 3 di atas menunjukkan hasil uji lanjutan dimana terdapat perbedaan yang bermakna terhadap jumlah kematiaan lalat setelah diberi perlakuan ekstrak daun kemangi kosentrasi 20%,30% dan 40%. Pada perlakuan diatas menunjukkan hasil perbedaan yang bermakna yaitu konsentrasi 30% (p= 0,014) dan 40% (p= 0,002). Gambar 5. Akumulasi Total Lalat Mati pada Waktu Pengamatan 24 Jam. Gambar 5 total lalat mati selama 24 jam menunjukkan jumlah paling tinggi yaitu pada 1,8 (9,4%) 6,7 (33,3%) 8,5 (43,8%) 10,1 (50,5%) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kontrol 20% 30% 40% ## J u m la h L a la t M a ti Akumulasi Jumlah Lalat Musca domestica yang mati selama 24 Jam 24 Jam perlakuan 40% sebesar 10,1 (50,5%), perlakuan 30% sebesar 8,5(43,8%) dan perlakuan 20% sebesar 6,7 (33,3%), dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang tidak diberi ekstrak daun kemangi yaitu sebesar 1,8 (9,4%). Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadinya peningkatan nilai persentase lalat yang mati. ## PEMBAHASAN Hasil analisis pada penelitian ini menujukkan bahwa pemberian perlakuan ekstrak daun kemangi terhadap kematian lalat rumah menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan tanpa pemberian ekstrak daun kemangi. Perlakuan beberapa variasi konsentrasi ekstrak daun kemangi 20%, 30% dan 40% menunjukan hasil yang berbeda terhadap uji kematian lalat rumah pada waktu pengamatan setiap enam jam selama 24 jam. Nilai rata-rata kematian lalat pada waktu pengamatan 6 jam menunjukkan nilai tertinggi yaitu pada konsentrasi 40% sebesar 2,3 (11,5%), sedangkan pada waktu pengamatan 12 jam menunjukkan hasil nilai tertinggi yaitu pada konsentrasi 30% sebesar 0,9 (4,5%), pada waktu pengamatan 18 jam menunjukkan hasil nilai tertinggi yaitu pada konsentasi 40% sebesar 6 (30%) dan pada waktu pengamatan 24 jam menunjukkan hasil tertinggi yaitu pada konsentrasi 30% sebesar 2,2 (11%). Tabel 3 menunjukkan terjadinya perbedaan antara konsentrasi 30% (p= 0,014) dan 40% (p= 0,002). Terlihat dari kedua konsentrasi ini bahwa nilai p 40% adalah nilai pengaruh yang paling kecil, dimana semakin kecil nilai p menunjukkan bahwa semakin besar pengaruh perlakuan tersebut. Kemudian pada Gambar 2 total akumulasi kematian lalat rumah dengan waktu pengamatan selaam 24 jam menunjukkan bahwa jumlah kematian lalat tertinggi terjadi pada perlakuan dengan konsentrasi 40% dengan nilai sebesar 10,1 (50,5%). Karena menurut Resnhaleksmana et al., (2019), bahwa apabila semakin tinggi konsentrasi kemangi akan memberikan efek kematian yang semakin tinggi pula. Hal tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Hartini, (2020), dimana kemangi mengandung senyawa-senyawa biokimia. Salahnya adalah flavonoid yang memiliki sifat sebagai racun perut, senyawa ini memberikan efek mematikan serangga yang ditandai dengan menurunya kemampuan lalat untuk terbang. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Trihutant (2018), pengaruh peningkatan mortalitas atau kematian rata-rata dapat terjadi karena pengaruh konsentrasi rendah yang memiliki jumlah senyawa biokimia sekunder yang lebih sedikit sehingga mempengaruhi kemapuan insektisida alami untuk bereaksi dalam tubuh lalat, sehingga diperlukan waktu yang cukup lama jika dibandingkan dengan konsentrasi yang lebih tinggi dan kandungan senyawa sekunder yang lebih banyak dipercaya dapat bereaksi cepat dalam tubuh lalat. Pada tumbuhan kemangi terkandung senyawa biokimia euganol yang dapat memberikan efek kerusakan pada syaraf lalat. Seperti pendapat (Hart, 1990) bahwa, euganol bekerja pada sistem syaraf, merupakan senyawa fenol yang memiliki gugus alkohol sehingga dapat melemahkan dan mengganggu sistem syaraf. Pada penelitian ini, lalat pada perlakuan tanpa ekstrak daun kemangi mengalami kematian diduga karena terjadinya stres pada lalat akibat tidak dilakukannya adaptasi pada kandang uji terlebih dahulu sebelum dilakukannya penelitian. Serta kandang dengan minim ventilasi juga diduga menjadi faktor lain terjandinya kematian pada lalat dengan tanpa pemberian ekstrak daun kemangi. Kondisi lingkungna yang optimum bagi aktivitas lalat rumah yaitu pada suhu antara 25- 28 o C dengan kelembaban udara sekitar 80-90%. Pada penelitian yang dilakukan oleh peneliti, suhu ruangan yang dugunakana untuk uji penelitian memiliki suhu 28 o C dengan tingkat kelembaban sekitar 82%. Keterbatasan pada penelitian ini yaitu persediaan lalat rumah yang digunakan sebagai hewan uji memiliki usia yang berbeda-beda, karena peneliti tidak melakukan pemeliharaan terhadap lalat mulai dari telur hingga menjadi lalat dewasa. Sampel agar-agar Ekstrak Daun Kemangi yang digunakan terlalu sedikit dan tidak merata pada bagian sisi alas kandang sehingga besar kemungkinan jika lalat tidak hingga dan memakan agar-agar sampel. Kandang yang digunakan memiliki ventilasi udara yang terlalu kecil sehingga mengakibatkan lalat menjadi sesak dan kekuranga udara. ## KESIMPULAN Berdasarkan pada penelitian yang telah dilaksanakan tentang efektifitas ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) sebagai pembasmi lalat rumah (Musca domestica) diperoleh bahwa ekstrak daun kemangi dengan variasi konsentrasi yang paling efektif dalam membasmi lalat rumah adalah perlakuan dengan persentase paling tinggi yaitu konsentrasi 40% pada waktu pengamatan 24 jam sebesar 50,5%, sedangkan konsentrasi 20% pada waktu pengamatan 24 jam sebesar 33,3% dan konsentrasi 30% pada waktu pengamatan 24 jam sebesar 43,8%. Peneliti selanjutnya agar menggunakan konsentrasi ekstrak daun kemangi yang lebih tinggi dari 40% sehingga dapat membasmi lalat lebih optimal. ## REFERENSI Anisah, A., & Sukesi, T. W. (2018). Uji Efektifitas Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L) sebagai Larvasida Larva Lalat Rumah (Musca domestica). Jurnal vektor penyakit , 12 (1), 39-46. Barus, L., & Sutopo, A. (2019). Pemanfaatan Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum) sebagai Repelan Lalat Rumah (Musca domestica). Jurnal Kesehatan , 10 (3), 329-336. Djarot, P., & Ambarwati, D. (2019). Lilin aromatik minyak atsiri kulit batang kayu manis (Cinnamomum burmannii) sebagai repelen lalat rumah (Musca domestica). Ekologia: Jurnal Ilmiah Ilmu Dasar dan Lingkungan Hidup , 19 (2), 55-64. Gunandini, D. J., & Kardinan, A. (2008). Pengaruh ekstrak kemangi (Ocimum basilicum forma citratum) terhadap perkembangan lalat rumah (Musca domestica)(L.). Jurnal Entomologi Indonesia , 5 (1), 36-36. Gunawan, E. (2011). Efek Potensiasi Larvasida Kombinasi Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum Sanctum Linn) dan Biji Jarak (Ricinus Communis Linn) terhadap Aedes Aegypti. Skripsi . Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret. Hart, H., Craine, L. E., & Hart, D. J. (2003). Kimia organik. Achmadi SS, penerjemah. Terjemahan dari: Organic Chemistry. Erlangga . Hartini, Y. (2021). Uji konsentrasi filtrat daun kemangi (Ocimum basilicum L) sebagai repellent terhadap lalat buah (Drosophila melanogaster M) . Undergraduate thesis , UIN Mataram. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019 . Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Resnhaleksmana, E. (2019). Pemanfaatan kemangi (Ocimum citriodurum) sebagai insektisida alternatif dalam bentuk elektrik. Jurnal Analis Medika Biosains (JAMBS) , 2 (1), 92-100. Sukmawati, N. L., Ginandjar, P., & Hestiningsih, R. (2019). Keanekaragaman Spesies Lalat Dan Jenis Bakteri Kontaminan Yang Dibawa Lalat Di Rumah Pemotongan Unggas (RPU) Semarang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip) , 7 (1), 252-259. Trihutanti, I. W., & Asngad, A. (2018). Pemanfaatan Tanaman Kemangi (Ocimum basilicum) dan Ekstrak Daun Mimba sebagai Pengendali Lalat Buah (Bactrocera sp.). Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek Ke-3. Yasmin, R. I., Windarso, S. E., & Amalia, R. (2021). Pemanfaatan Minyak Kemangi (Ocimum sanctum L) Sebagai Repellent Elektrik Lalat Rumah (Musca domestica). Sanitasi: Jurnal Kesehatan Lingkungan , 13 (1), 13-19.
f3a7c766-6df8-47cf-86c1-ec3d91d3c6ee
https://mayadani.org/index.php/MAYADANI/article/download/62/62
Available online: https://mayadani.org/index.php/MAYADANI ## Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tentang Penyakit Kulit Akibat Jamur Di Kelurahan Muara Fajar Timur, Pekanbaru Nurmi Hasbi 1* 1 Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru โ€“ Labuh Baru Barat Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru *E-mail: [email protected] No. HP 085363352124 Received: 20 Mei 2021; Revision: 20 Juni 2021; Accepted: 04 Agustus 2021 ## Abstrak Penyakit kulit akibat infeksi jamur merupakan salah satu penyakit infeksi yang tidak berbahaya, akan tetapi jika tidak segera ditangani akan menimbulkan infeksi sekunder yang dapat mengganggu aktivitas. Infeksi sekunder yang dapat ditimbulkan diantaranya gatal, demam hingga meriang. Penyakit infeksi kulit dapat dicegah dengan menjaga kebersihan diri dan pengetahuan tentang gejala jika terinfeksi. Masyarakat Kelurahan Muara Fajar Timur Pekanbaru tinggal di daerah sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Pekanbaru. Kondisi sanitasi yang buruk mengakibatkan banyak masyarakat yang terinfeksi penyakit kulit. Sebagian besar masyarakat sangat kurang pengetahuannya tentang infeksi jamur ini, sehingga perlu dilakukan edukasi dan sosialisasi dalam mengenal jamur pada kulit dan cara pencegahannya. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar terhindar dari penyakit infeksi kulit akibat jamur. Kata kunci: Infeksi, Jamur, Penyakit kulit, Sanitasi diri ## Abstract Fungal skin disease is an infectious disease that is not dangerous, but if it is not treated immediately it will cause a secondary infection that can interfere with activities. Secondary infections that can be caused include itching, fever and chills. Infectious skin diseases can be prevented by maintaining personal hygiene and knowledge of the symptoms if infected. The people of Muara Fajar Timur Pekanbaru Village live in the area around the Pekanbaru City Final Disposal Site (TPA). Poor sanitation conditions resulted in many people being infected with skin diseases. Most people are very less knowledgeable about this fungal infection, so it is necessary to provide education and socialization in recognizing fungi on the skin and how to prevent them. This effort is made to improve the quality of life of the community in order to avoid fungal infections of the skin. Keyword: Infections, Fungi, Skin Diseases, Personal Sanitation Hasbi, N. (2021). Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tentang Penyakit Kulit Akibat Jamur Di Kelurahan Muara Fajar Timur. Masyarakat Berdaya dan Inovasi, 2 (2). doi: https://doi.org/10.33292/mayadani.v2i2.62 This is an open access article under the CC โ€“ BY-SA license. ## PENDAHULUAN Penyakit kulit akibat infeksi jamur menjadi salah satu permasalahan masyarakat di Indonesia. Kondisi lingkungan di Indonesia yang beriklim tropis menyebabkan tingginya kasus penyakit kulit tersebut. Data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan bahwa penyakit kulit menjadi peringkat ketiga dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit se - Indonesia dari kunjungan pasien penyakit kulit sebanyak 192.414 orang (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit kulit masih dominan terjadi di Indonesia. Penyakit kulit akibat jamur adalah salah satu penyakit yang sangat erat dipengaruhi oleh lingkungan. Kondisi lingkungan dapat mengakibatkan penyakit kulit menjadi akut dan menahun. Kulit merupakan organ yang langsung berhubungan dengan lingkungan, sehingga lebih rentan terhadap bahan ## Nurmi Hasbi fisik, bahan kimia dan infeksi oleh jamur (Dismuker et al., 2003). Umumnya penyakit kulit memang bukan penyakit mematikan, maka keberadaannya sering kali diabaikan. Namun jika terus diabaikan tanpa penanganan yang tepat, penyakit kulit dapat menurunkan kualitas hidup penderita, seperti terganggunya aktivitas sehari โ€“ hari (Tur, E.,Maibach, H.I., 2018). Kelurahan Muara Fajar Timur terletak di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Pada kelurahan ini merupakan daerah Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) yang berasal dari berbagai kecamatan yang ada di Kota Pekanbaru. Pengolahan sampah di TPA tersebut masih belum semaksimal TPA pada kota besar lainnya yang ada di Indonesia. Penumpukan sampah yang sampai menggunung memberikan dampak negatif bagi masyarakat yang bermukim di sekitar TPA tersebut. Kondisi ini dapat menurunkan kualitas lingkungan, kenyamanan dan kesehatan bagi masyarakat disekitar TPA tersebut khususnya berdampak terhadap penyakit kulit. ## METODE Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan bentuk kegiatan penyuluhan kesehatan. Peserta yang hadir adalah masyarakat dari Kelurahan Muara Fajar Timur sebanyak 38 orang. Adapun jadwal kegiatan yang dilaksanakan adalah seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Jadwal Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Kelurahan Muara Fajar Timur Tanggal Waktu (WIB) Kegiatan 1 Maret 2021 08.00 โ€“ 12.00 Survey ke lokasi pengabdian dan penyerahan surat izin pengabdian kepada aparat perangkat desa (RT dan RW) 9 Maret 2021 13.00 โ€“ 13.30 Pelaksanaan kegiatan pengabdian 13.30 โ€“ 13.45 Pengisian absensi oleh peserta 13.45 โ€“ 15.20 Acara Pembukaan : Sambutan dan perkenalan pelaksana pengabdian penyuluhan kesehatan masyarakat oleh pelaksana pengabdian 15.20 โ€“ 15.30 Penutupan: Ucapan Terimakasih dan pengisian angket evaluasi pelaksanaan kegiatan 10 โ€“ 15 Maret 07.30 โ€“ 15.30 Penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Sumber: Data Pribadi ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dengan metode penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat Kelurahan Muara Fajar Timur Pekanbaru. Kegiatan pengabdian ini dengan judul โ€œPenyuluhan kesehatan masyarakat tentang penyakit kulit akibat jamur di Kelurahan Muara Fajar Timurโ€ telah berjalan dengan lancar pada bulan Maret 2021. Masyarakat merespon dengan positif terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Hal ini dapat diketahui berdasarkan isian hasil kuisoner yang dianalisis oleh pengabdi dan disajikan pada tabel 2 dan gambar 1. ## Nurmi Hasbi Tabel 2. Kuisoner Kepuasaan Peserta Pada Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Pernyataan Jawaban (%) SS S TS STS Saya merasa puas dengan kegiatan pengabdian masyakarat yang diselenggarakan Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru 89.1% 10,9 % 0 0 Kegiatan pengabdian masyarakat yang diselenggarakan Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru sesuai dengan harapan saya 86.4 % 13.6 % 0 0 Personil/anggota yang terlibat dalam kegiatan pengabdian masyarakat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan saya 81.8 % 18.2 % 0 0 Setiapkeluan/pertanyaan/permasalahan yang saya ajukan ditindaklanjuti dengan baik oleh narasumber/ anggota yang terlibat 81.8 % 18.2 % 0 0 Jika kegiatan ini diselenggarakan kembali, saya bersedia untuk berpartisipasi/terlibat 83.8 % 16.2 % 0 0 Note: SS: sangat setuju; S: setuju; TS: tidak setuju; STS: Sangat Tidak Setuju Sumber: Data Pribadi Gambar 1. Penyampaian Materi pengabdian Sumber: Dokumentasi Pribadi Tahapan yang dilakukan adalah sosialisasi mengenai faktor resiko, tanda โ€“ tanda, terapi jamur dan cara mengatasi serta pencegahannya. Penyampaian materi diawali dengan pengenalan jamur โ€“ jamur yang dapat menginfeksi kulit (Gambar 2). Infeksi jamur pada kulit dikenal dengan istilah dermatofitosis (Monica J. Chamorro; Steven A. House, 2021). Jamur tersebut akan menginvasi jaringan yang mengandung keratin seperti kuku, rambut, kaki ataupun tangan (Graham & Brown, 2005). Beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kelompok jamur tersebut diantaranya panu (Tinea versicolor), Tinea unguinum pada kuku, Tinea kapitis pada kepala, kutu air pada tangan (Tinea mannum), kutu air pada kaki (Tinea pedis), kudas dan kurap (Hidayati et al., 2009). Gambar 2. Beberapa gambar infeksi kulit akibat jamur (a) Tinea kapitis; (b)Tinea pedis; (c) Tinea unguinum Sumber: (Goodheart, 2009). Infeksi kulit pada jamur bukan penyakit yang dapat mengancam jiwa, namun bentuk klinisnya bisa menjadi bertahun yang dapat menjadi masalah besar apabila muncul infeksi sekunder. Infeksi sekunder yang ditimbulkan dapat berupa gelaja bintil-bintil merah yang perih hingga gejala lebih berat seperti nyeri, demam dan dapat mengganggu aktivitas (Hidayati et al., 2009). Oleh sebab itu tim pengabdi juga mengenalkan tindakan preventif dan kuratif pada penyakit jamur pada kulit. Infeksi jamur pada kulit dapat dicegah dengan menerapkan hygine diri (kebersihan diri). Enam langkah pencegahan infeksi jamur pada kulit menurut Prof DR. dr. Jan Susilo Sp. MK, Sp. Park (spesialis mikrobiologi klinik dan parasitology klinik seperti jangan biarkan pakaian basah akibat berkeringat, jangan bertukar handuk dengan orang lain, gunakan kaus kaki menyerap keringat, rajin menggunting kuku jari kaki dan tangan, mencuci tangan dengan air bersih atau pakai handsanitiezer dan mandi dengan air bersih. Tim mengabdi juga mengenalkan langkah awal dalam pengobatan secara tradisional untuk infeksi jamur pada kulit salah satunya menggunakan lengkuas Lengkuas ( Alpinia galanga ) merupakan tanaman dari suku Zingiberaceae. Rimpang lengkuas memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai antijamur dan antibakteri (Khusnul et al., 2017). Penggunaan lengkuas dengan cara mengoleskan, mencacah dan sebagainya. Selain itu, lengkuas juga merupakan tanaman yang mudah ditemukan di lingkungan masyarakat kerena termasuk ke dalam tanaman obat keluarga (TOGA). Pada akhir sesi pengabdian, tim pengabdian melakukan diskusi tanya jawab dengan masyarakat dan memberikan kuisoner angket tentang kegiatan pengabdian ini. Pada sesi diskusi setelah materi ini disampaikan sebagian besar masyarakat yang hadir bersemangat untuk menjalankan pola hidup bersih sehari โ€“ hari. Hasil dari kuisoner menunjukkan bahwa masyarakat merasa kegiatan pengabdian ini sangat bermanfaat menambah pengetahuan dan wawasan mereka terkait penyakit kulit akibat infeksi dari jamur. ## SIMPULAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dinilai bermanfaat dan sesuai kebutuhan masyarakat dalam hal ini warga Kelurahan Muara Fajar Timur. Masyarakat merasa puas dengan kegiatan ini dan mendapat penilaian dari hasil angket berkisar sangat setuju dan setuju. Hasil jangka a b c ## Nurmi Hasbi panjang yang dapat dirasakan masyarakat mengetahui cara pencegahan dan pengobatan terhadap infeksi kulit akibat jamur . ## UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Perangkat Desa (RT/RW: 001/004, Kelurahan Muara Fajar Timur, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru) yang telah memberikan izin pada kegiatan pengabdian masyarakat ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru yang telah memberi dukungan bantuan dana terhadap pengabdian ini. Terimakasih juga disampaikan kepada ketua Prodi DIV Teknologi Laboratorium Medis, Akademi Kesehatan John Paul II Pekanbaru yang selalu mendorong dan mendukung pengabdi untuk melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat khususnya di dalam bidang kesehatan. ## DAFTAR PUSTAKA Dismuker, Peter G., Pappas. Jack D., Sobel. (2003). Clinical Mycology. University press.Oxford Graham, Brown, R., (2005). Dermatologi. Jakarta: Erlangga Medical Series Goodheart, H. P. (2009). Diagnosis Fotografik dan Penatalaksanaan Penyakit Kulit. EGC. Hidayati, A. N., Suyoso, S., P, D. H., & Sandra, E. (2009). Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr . Soetomo Surabaya Tahun 2003 โ€“ 2005 ( Superficial Mycosis in Mycology Division - Out Patient Clinic of Dermatovenereology Dr . Soetomo General Hospital Surabaya. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin, 21, 1โ€“8. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Khusnul, *, Hidana, R., Program, W. K., Diii, S., Kesehatan, A., Tinggi, S., Kesehatan, I., Tunas, B., & Tasikmalaya, H. (2017). UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro. In Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada (Vol. 17). Monica J. Chamorro; Steven A. House. (2021). Tinea Manuum. NCBI. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559048/ Tur, E.,Maibach, H.I. (2018). Gender and dermatology. United States. Springer. https://books.google.co.id/books?id=TydaDwAAQBAJ&pg=PA193&lpg=PA193&dq=Tur,+E.,Maibach,+ H.I.,+2018.+Gender+and+dermatology.+United+States.+Springer.&source=bl&ots=Mkir5x7kai&sig=ACf U3U1id8Oy8EsehVS1Nzrf-6I4ITKJKg&hl=jv&sa=X&ved=2ahUKEwi1_4iu7pfzAhWegtgFHb
679d974b-4c19-4222-b59b-dbdd19dc217b
https://ejournal.sttp-yds.ac.id/index.php/js/article/download/48/39
J URNAL S AINSTEK STT P EKANBARU - V OL . 08 N O . 02 (2020) Terbit online pada laman web jurnal : http://jurnal.sttp-yds.ac.id ## SAINSTEK (e-Journal) | ISSN (Print) 2337-6910 | ISSN (Online) 2460-1039 | Klik di sini dan tuliskan Kategori Artikel ## ANALISA RANCANGAN KESEIMBANGAN MENGGUNAKAN SENSOR IMU TYPE โ€“ MPU6050 PADA QUADCOPTER , , 1 Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru, Jl. Dirgantara, No.4, Pekanbaru, Indonesia 2 Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru, Jl. Dirgantara, No.4, Pekanbaru, Indonesia 3 Sekolah Tinggi Teknologi Pekanbaru, Jl. Dirgantara, No.4, Pekanbaru, Indonesia ## I NFORMASI A RTIKEL ## A B S T R A C T Sejarah Artikel: Diterima Redaksi: 26 November 2020 Revisi Akhir: 11 Desember 2020 Diterbitkan Online : 31 Desember 2020 Kontroler Proporsional Integral Deferensial (PID) merupakan kontroler yang memiliki stabilitas yang baik dengan tingkat error dan overshoot yang kecil. Penelitian ini bertujuan untuk mencapai nilai keseimbangan dan kehandalan quadqopter pada saat terbang . Quadcopter yang dirancang diputar oleh motor brushless direct current (BLDC) yang dikontrol oleh Arduino. Keluaran dari Arduino berupa PWM menjadi masukan untuk penggerak motor, dimana kecepatan keluaran dari motor akan dideteksi oleh sensor MPU-6050. Setelah itu akan terjadi pengulangan proses, sampai kecepatan memenuhi nilai set point. Penentuan hasil parameter kontroler PID ini didapatkan dengan menggunakan rumus-rumus sederhana dan proses trial and error. Dimana hasil parameter kontroler PID diperoleh nilai Kp = 1.3, Ki = 0.05 dan Kd = 15. Dengan nilai Kp, Ki dan Kd tersebut sistem dapat berjalan dengan baik dengan mempertahankan kecepatan putaran motor mendekati setpoint. Hasil pengujian menunjukkan bahwa quadcopter dengan pengendali PID dapat hovering dengan stabil. Meski respon sikap pada kondisi transien masih memiliki overshoot. Hal ini dapat diatasi salah satunya dengan menggunakan skema pengendali yang kokoh. K ATA K UNCI Quadcopter , PID , MPU-6050 K ORESPONDENSI Telepon: "+62 (0761) 61815" E-mail: [email protected] ## 1. PENDAHULUAN Quadcopter pertama kali dikembangkan oleh dua bersaudara bernama Louis Breguet and Jacques Breguet dibawah bimbingan Professor Charles Richet pada tahun 1907 di Prancis, yang mana mereka beri nama Breguet Richet Gyroplane No.1 Breguet-Richet-1907 (Donald Norris, 2014). Perkembangan Quadcopter terus berlanjut hingga saat ini, dimana pesawat tanpa awak atau dikenal dengan nama lain Unnamed Aerial Vehicles (UAV). Quadcopter mempermudah pada sistem transportasi udara tanpa awak dengan beban minimum dan daerah yang sulit terjangkau oleh manusia. Awalnya quadcopter banyak dikembangkan pada bidang militer,dan sekarang bisa dipelajari dan dikembangkan ke berbagai bidang seperti pertanian, keamanan, area bencana, weather , dan Aerial photography . Quadcopter terdiri dari 4 propeller yang di putar oleh 4 motor Brushless Direct Current (BLDC) yang akan di disain berdasarkan penggunaanya. BLDC motor tidak menggunakan sikat atau brush untuk kontak pergantian magnet tetapi dilakukan secara komutasi elektronis. Terdapat empat gerakan dasar pada quadcopter yaitu gerakan altitude (throuttle) , gerakan sudut (roll, pitch) , dan gerakan sudut (yaw) (Subrata, Rosalia H, 2017). Jika quadcopter ingin dimonitor maka quadcopter harus dilengkapi dengan automatic navigation system menggunakan Global Positioning System (GPS) . Penggunaan GPS tentu saja dilengkapi dengan visualisasi koordinat posisi yang akan mempermudah pengguna untuk memahami jarak quadcopte r . Hal yang terpenting adalah kendali keseimbangan yang terdapat pada quadcopter tersebut . Dalam quadcopter sudah memiliki controller yang lengkap dengan gyroscope , accelerometer , magnetometer, dan GPS. Kelengkapan sensor ini tentu memberikan kemudahan untuk mengendalikan quadcopter . Salah satu rancangan dasar suatu quadcopter meliputi sensor dan controller yang dapat mengatur keseimbangan pergerakan quadcopter . Yang mana penggunaaan IMU MPU-6050 sensor dapat memberikan data mentah/dasar keseimbangan, apabila di integrasikan pada quadcopter . IMU sensor yang memberikan nilai X, Y, Z kemudian direalisasikan untuk mendapatkan sudut roll, pitch, dan yaw. Dengan dibantu penerapan PID controller dapat memperhalus pergerakan, mempercepat respon, dan menghasilkan keseimbangan. Penelitian ini bertujuan untuk mencapai nilai keseimbangan dan kehandalan quadqopter pada saat terbang. ## 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Drone Drone atau pesawat tanpa awak atau dalam bahasa lainnya disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah merupakan sebuah wahana mesin terbang yang di kendalikan dari jarak jauh oleh pilot (Bimo Jati Utomo,2015). Drone mampu mengendalikan dirinya sendiri, menggunakan hukum aerodinamika untuk mengangkat dirinya dan mampu mengangkat beban- beban tertentu. Dahulu orang mengenal drone atau pesawat tanpa awak ini digunakan oleh militer untuk memata-matai musuh di daerah konflik. Namun karena cara kerja drone saat itu masih sederhana maka tidak sepenuhnya berhasil ada yang terjebak angin dan berubah arah. 2.2 Macam-macam Drone Drone memiliki 2 versi yaitu : 1. Versi pertama adalah dikendalikan oleh pilot secara manual dari jarak jauh dengan menggunakan sistem radio kontrol. 2. Versi kedua adalah dikendalikan secara otomatis oleh program yang telah ditentukan sebelum terbang. Berdasarkan baling-baling terdapat 2 jenis Drone yaitu : a. Fixed Wing Drone Jenis Drone ini adalah berbentuk pesawat biasa yang sering kita lihat dan ini digunakan untuk proses yang cepat serta memiliki daya jangkau yang lebih cepat serta lebih luas, biasanya digunakan untuk mapping . Drone jenis Fixed Wing memiliki energy lebih irit baterai karena hanya menggunakan satu propeller seperti yang terlihat pada gambar 2.4. b. Multicopter Drone Multicopter Drone ini memiliki kestabilan yang cukup bagus dan mempunyai daya angkut beban yang besar sehingga bagi pengguna dapat mengkolaborasi penggunaan sesuai dengan kebutuhan seperti dengan menambahkan kamera di bagian sisi tertentu dari drone tersebut. Gambar 2.2 adalah contoh multicopter drone . Gambar 2.2 Multicopter Drone Seiring kemajuan teknologi maka drone juga berkembang dengan beberapa variasi berdasarkan jumlah propeller , sehingga jenis-jenis drone ini dinamai berdasarkan propeller tersebut, diantaranya ( Imas Tri Setyadewi dan Yudha Agung Nugroho (2018), : 1 Tricopter : Drone yang memiliki 3 motor, dan 3 propeller . 2 Quadcopter : Drone yang memiliki 4 motor, dan 4 propeller . 3 Hexacopter : Drone yang memiliki 6 motor, dan 6 propeller . 4 Octacopter : Drone yang memiliki 8 motor, dan 8 propeller . Setelah didapat nama-nama drone sesuai jumlah propeller nya tersebut, maka setiap penyebutan nama wahana tersebut melekatlah nama dari jumlah propeller tersebut. 2.3 Motor Brushless Direct Current (BLDC) Brushless direct current (BLDC) adalah salah satu dari sekian banyak jenis motor yang umum digunakan. Sesuai namanya, BLDC motor yang tidak menggunakan sikat atau brush untuk kontak pergantian magnet tetapi dilakukan secara komutasi elektronis. Secara umum motor BLDC terdiri dari dua bagian yaitu, rotor ; bagian yang bergerak yang terbuat dari permanen magnet dan stator; bagian yang tidak bergerak, yang terbuat dari kumparan 3 fasa. Walaupun merupakan motor listrik synchronous AC 3 fasa, motor ini tetap disebut dengan BLDC karena pada implementasinya BLDC menggunakan sumber DC sebagai sumber energi utama yang kemudian diubah menjadi tegangan AC dengan menggunakan inverter 3 fasa. Tujuan dari pemberian tegangan AC 3 fasa pada stator BLDC adalah menciptakan medan magnet putar stator untuk menarik magnet rotor. Gambar 2.3 merupakan salah satu contoh Motor BLDC yang digunakan pada Quadcopter . Gambar 2.3 Brushless DC Motor 2.4 IMU ( Inertial Measurement Unit ) IMU ( Inertial Measurement Unit ) merupakan suatu unit dalam modul elektronik yang mengumpulkan data kecepatan angular dan akselerasi linear yang kemudian dikirim ke Central Processing Unit (CPU) untuk mendapatkan data keberadaan dan pergerakan suatu benda. IMU terdiri dari kombinasi accelerometer (sensor percepatan) dan gyroscope (sensor kecepatan angular). Accelerometer digunakan untuk mengukur percepatan suatu benda dan gyroscope digunakan untuk mengukur kecepatan rotasi dari suatu benda. Inertial Measurement Unit (IMU) sangat berguna pada sistem navigasi dan kendali. IMU yang terdiri dari dari tiga sensor accelerometer dan tiga sensor gyroscope yang masing-masing ditempatkan pada tiga sumbu (x, y, dan z) dan saling tegak lurus. Sensor IMU yang digunakan pada tulisan ini yaitu MPU-6050 yang mempunyai 6 buah output, 3 output berupa nilai accelerometer dan 3 output dari gyroscope. MPU-6050 juga mempunyai PIN yang digunakan sebagai output dari suhu sekitar. Berikut PINOUT dari MPU- 6050 : 1) VCC -> +3.3V DC 2) SCL (Serial Clock) untuk I2C clock. 3) SDA (Serial Data) untuk I2C data. 4) XDA -> NC 5) XCL -> NC 6) AD0 untuk output sensor suhu 7) INT untuk Interrupt Arduino 8) Ground . Gambar 2.4 MPU-6050 Module 2.4.1 Sensor Gyroscope Sensor Gyroscope adalah perangkat yang digunakan untuk mengukur atau mempertahankan orientasi, yang berlandaskan pada prinsip-prinsip momentum sudut secara mekanis. Pada dasarnya gyroscope mekanik berbentuk seperti sebuah roda berputar atau cakram di mana poros bebas untuk mengambil setiap orientasi seperti yang terlihat pada gambar 2.5. Gambar 2.5 Gyroscope Mekanik Sensor gyroscope dapat mendeteksi gerakan sesuai gravitasi, atau gerakan pengguna. Sebelum digunakan, sensor gyroscope terlebih dahulu dilakukan menggunakan bantuan bandul guna mendapatkan nilai faktor kalibrasi. Output dari sensor gyroscope berupa kecepatan sudut dari arah 3 sumbu, yaitu sumbu x (kanan - kiri), sumbu y (depan - belakang), dan sumbu z (atas - bawah) seperti yang terlihat pada gambar 2.6 dibawah ini. Gambar 2.6 Sumbu sudut Gyroscope 2.4.2 Accelerometer Accelerometer adalah sensor yang digunakan untuk mengukur percepatan atau perubahan kecepatan terhadap waktu. Sensor ini dipasang bersama benda yang akan diukur akselerasinya, seperti mengukur perubahan kecepatan roket yang meluncur atau digunakan untuk analisis getaran ( vibration analysis ) pada mesin, serta digunakan untuk mendeteksi gerak dan kemiringan pada smart phone. Percepatan merupakan suatu keadaan berubahnya kecepatan terhadap waktu. Bertambahnya suatu kecepatan dalam suatu rentang waktu disebut percepatan ( acceleration ). Namun jika kecepatan semakin berkurang daripada kecepatan sebelumnya, disebut perlambatan ( deceleration) . Berubahnya arah pergerakan suatu benda akan menimbulkan percepatan pula. Untuk memperoleh data jarak dari sensor accelerometer , diperlukan proses integral ganda terhadap keluaran sensor. ................................ (1) Proses penghitungan ini dipengaruhi oleh waktu cuplik data, sehingga jeda waktu cuplik data ( dt ) harus selalu konstan dan dibuat sekecil mungkin secara sederhana, integral merupakan luas daerah di bawah suatu sinyal selama rentang waktu tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.7 Gambar 2.7 Proses integral terhadap suatu sinyal Accelerometer dapat mendeteksi status aktivitas gerakan ( active/inactive ) dengan membandingkan percepatan / akselerasi pada sumbu manapun dengan ambang batas sensitivitas yang dapat diatur melalui kode program. Tersedia juga pendeteksi ketukan ( tap sensing ) yang dapat mendeteksi ketukan tunggal maupun ganda pada berbagai arah. Modul ini juga dapat mendeteksi gerak jatuh bebas ( free-fall sensing . ## 2.5 Electronic Speed Controller (ESC) Electronic Speed Controller (ESC) berperan penting dalam proses pengendalian kecepatan dan arah putar motor. Pemilihan ESC tergantung dari besar arus maksimal dari motor ESC dapat digunakan dengan spesifikasi arus maksimum 30 amper. Untuk menggerakan propeller BLDC yang dikendalikan kumutasinya oleh Electronic Speed Controller ( ESC). ## Gambar 2.8 ESC Motor BLDC Quadcopter mempunyai dua buah arah motor yang berputar searah jarum jam ( Clock Wise ) dan dua buah motor yang berputar dengan berlawanan arah jarum jam ( Counter Clock Wise ). Untuk mendapatkan konfigurasi arah putar yang berbeda, BLDC hampir mirip dengan motor DC konvesional yaitu mengatur polaritasnya. BLDC dapat diatur arah putarnya dengan menukar urutan tiga kabel yang dimilikinya, dengan menukar urutan kabel sama saja mengatur urutan komutasinya. 2.6 Pulse Wide Modulation (PWM) Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda, untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Aplikasi PWM berbasis mikrokontroler biasanya berupa pengendalian kecepatan motor DC ,pengendalian motor servo, pengaturan nyala terang LED dan lain sebagainya. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Artinya, Sinyal PWM memiliki frekuensi gelombang yang tetap namun duty cycle ber variasi (antara 0% hingga 100%), (Prayogo,R. 2012). Gambar 2.9 Sinyal PWM dan Rumus (Prayogo,R. 2012). Perhitungannya rumus perhitungan PWM dapat dilihat pada persamaan (Prayogo,R. 2012).: .............................................. (2) .............................................. (3) ....................................................... (4) Dimana : Ton = Waktu Pulsa High Toff = Waktu Pulsa Low D = Duty Cicle adalah lama pulsa high dalam satu periode Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki variasi perubahan nilai sebanyak 28 = 256 variasi mulai dari 0 โ€“ 255 perubahan nilai yang mewakili duty cycle 0 - 100% dari keluaran PWM tersebut. Gambar 2.10 Persentase Duty Cycle Dengan cara mengatur lebar pulsa โ€œonโ€ dan โ€œoffโ€ dalam satu perioda gelombang melalui pemberian besar sinyal referensi output dari suatu PWM akan didapat duty cycle yang diinginkan. Duty cycle dari PWM dapat dinyatakan pada persamaan (Prayogo,R. 2012). : ...................... (5) Duty cycle 100% berarti sinyal tegangan pengatur motor dilewatkan seluruhnya. Jika tegangan catu 100V, maka motor akan mendapat tegangan 100V. Pada duty cycle 50%, tegangan pada motor hanya akan diberikan 50% dari total tegangan yang ada, begitu seterusnya. Gambar 2.11 Pengontrolan Tegangan Pulsa PWM (Prayogo,R. 2012). Dengan menghitung duty cycle yang diberikan, akan didapat tegangan output yang dihasilkan. Sesuai dengan rumus yang telah dijelaskan pada persamaan(Prayogo,R. 2012). : ....................... (6) Dimana : Average Voltage = Tegangan output pada motor yang dikontrol oleh PWM a = Nilai duty cycle saat kondisi sinyal โ€œonโ€ b = Nilai duty cycle saat kondisi sinyal โ€œoffโ€ Vfull = Tegangan maksimum pada motor 2.7 Arduino Uno sebagai Controller Arduino uno adalah suatu perangkat prototype elektronik berbasis mikrokontroler yang fleksibel dan open source , perangkat keras dan perangkat lunaknya mudah digunakan. Board Arduino Uno menggunakan mikrokontroler ATmega328 seperti yang terlihat pada gambar 2.12. Secara umum letak pin-pin terminal I/O pada berbagai board Arduino posisinya sama dengan letak pin-pin terminal I/O dari Arduino Uno yang mempunyai 14 pin digital yang dapat diset sebagai I/O , 6 pin input Analog. Gambar 2.12 Board Arduino Uno Perangkat lunak yang ada pada Arduino dipergunakan untuk membuat program yang menggunakan bahasa pemrograman C/C++ yang akan dioptimasi. Pada software Arduino juga telah dilengkapi tutorial dan contoh yang dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan, instalasi, dan pengaturan software Arduino. 2.8 Kajian Penulisan ๏‚ท Maulana Yusuf, Adnan Rafi Al Tahtawi, 2017 . Implementasi Sisitem Kendali Lepas Landas Quadrotor Menggunakan Pengendali Proporsional Integral Derivatif (PID) yang penelitiannya membahas tentang pengendalian PID yang dirancang untuk quadrotor agar mampu bergerak vertikal dengan tujuan lepas landas dengan stabil. ๏‚ท Effendi Dodi Arisandi, 2014 . Penelitiannya membahas tentang Kemudahan Pemrograman Mikrokontroller Arduino Pada Aplikasi Wahana Terbang dengan system open source. ๏‚ท Ryan Nathanael Soenjoto Widodo, Petrus Santoso, Handry Khoswanto, 2013 . Pada kajiannya membahas Aplikasi Android Untuk Remote Control Quadcopter aplikasi Android untuk mengontrol quadcopter buatan Parrot yang memiliki empat motor penopang, yaitu AR.Drone 2.0. Berdasarkan pengujian aplikasi dapat mengontrol AR.Drone 2.0 dengan memanfaatkan layar sentuh dan sensor accelerometer dengan baik. ## 3 METODOLOGI Spesifikasi quadcopter yang akan digunakan memiliki komponen motor brushless , ESC, propeller, frame, baterai, remote turnigy, sensor MPU-6050 dan arduino uno. Dimana untuk mengontrol motor brushless diperlukan metode PID dengan output PWM untuk mengatur kecepatan motor, sehingga perputaran motor dapat dikendalikan dengan stabil. Tabel 3.1 bentuk perputaran motor dan pergerakan quadcopter yang akan dirancang. Tabel 3.1 Tabel pergerakan quadcopter Pada gambar 3.2 berikut ini juga merupakan perancangan yang berupa blok diagram terdiri dari blok masukan catu daya, sensor, sinyal RC, blok proses berupa arduino dan blok keluaran berupa ESC dan motor brushless. Gambar 3.1 Blok diagram sistim pada quadcopter Gambar 3.2 Skematik Quadcopter Pada tahapan ini menggunakan 100ystem C yang digunakan sebagai 100ystem pemograman untuk di upload ke 100ystem100 uno, dengan menggunakan analisa logika PID dan menggunakan software 100ystem100 IDE. Berikut merupakan flowchart dari 100ystem quadcopter yang akan dirancang : Gambar 3.3 Rancangan Flowchart Quadcopter 3.1 Rancangan Propotional Integral Differential (PID) controller Propotional Integral Differential (PID) controller merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengurangi error pada sistem antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan real time. Bagian-bagian kontroler PID berupa P, I, D masing-masing bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem dan meminimalkan error. ## Gambar 3.4 Sistem Kerja PID 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perancangan Hardware Berikut merupakan sketsa desain dari quadcopter yang dibangun. ## Gambar 4.1 Desain Quadcopter Dari gambar 4.1 menjelaskan bahwa gambaran umum desain quadcopter terdiri dari 4 buah propeller yang dipasang pada 4 buah motor dengan masing-masingnya diatur dengan arah yang berbeda yaitu, 2 buah propeller diatur sebagai perputaran searah jarum jam (CW) dan 2 buah propeller diatur sebagai perputaran berlawanan arah jarum jam (CCW). ## 4.2 Pengujian dan Hasil nilai sudut pada sensor MPU-6050 dengan sumbu X, Y, Z Pada tahap pengujian ini dilakukan proses pengambilan data dengan variasi pergerakan sebagai berikut: Gambar 4.7 Sumbu pada sensor MPU-6050 Pada gambar 4.7 menunjukan tiap-tiap sumbu yang terdapat pada sensor MPU-6050 yaitu sumbu X, Y, dan Z. Pada kondisi sumbu X+ quadcopter mengalami kemiringan ke kanan, pada kondisi sumbu X- quadcopter mengalami kemiringan ke kiri, pada kondisi Y+ quadcopter menghadap ke atas, pada kondisi Y- quadcopter menghadap ke bawah, pada kondisi Z+ quadcopter berotasi ke kanan, pada kondisi Z- quadcopter berotasi ke kiri. Tabel 4.1 hasil Data quadcopter diam No Y X Z 1 Pitch: -0 Roll: 0 Yaw: -0 2 Pitch: -0 Roll: 0 Yaw: -0 3 Pitch: 0 Roll: 0 Yaw: -0 4 Pitch: 0 Roll: -0 Yaw: -0 5 Pitch: 0 Roll: -0 Yaw: -0 6 Pitch: 0 Roll: 0 Yaw: -0 7 Pitch: 0 Roll: 0 Yaw: 0 8 Pitch: -0 Roll: -0 Yaw: 0 9 Pitch: 0 Roll: 0 Yaw: -0 10 Pitch: 0 Roll: 0 Yaw: 0 11 Pitch: 0 Roll: -0 Yaw: -0 Gambar 4.8 Data sensor MPU-6050 pada kondisi diam Pada gambar 4.8 menunjukan pengambilan data sensor MPU-6050 dalam kondisi quadcopter diam, data tersebut diambil menggunakan serial monitor pada arduino IDE. Gambar 4.9 Data Grafik sensor MPU-6050 pada kondisi diam Dari gambar 4.9 menjelaskan mengenai sensor MPU- 6050 masih dalam keadaan stabil dan belum mengalami kemiringan . 4.3 Pengaruh perubahan nilai X, Y, Z pada sensor MPU-6050 t erhadap pulsa motor brushless saat kondisi diam. A. Pengujian dengan pemberian variasi nilai PID pada sumbu X Gyro input X = 0 Kp = 1.3 Ki = 0.05 Kd = 15 Setpoint = 0 Error = gyro input X - Setpoint Error = 0 - 0 = 0 Last error = error PID output = Kp x error + Ki x error + Kd (error โ€“ last error) PID output = 1.3 x 0 + 0.05 x 0 + 15 x (0 - 0) PID output = 0 B. Pengujian dengan pemberian variasi nilai PID pada sumbu Y Gyro input Y = 0 Kp = 1.3 Ki = 0.05 Kd = 15 Setpoint = 0 Error = gyro input Y - Setpoint Error = 0 - 0 = 0 Last error = error PID output = Kp x error + Ki x error + Kd (error โ€“ last error) PID output = 1.3 x 0 + 0.05 x 0 + 15 x (0 - 0) PID output = 0 C. Pengujian dengan pemberian variasi nilai PID pada sumbu Z Gyro input Z = 0 Kp = 2 Ki = 0.02 Kd = 0.1 Setpoint = 0 Error = gyro input Z - Setpoint Error = 0 - 0 = 0 Last error = error PID output = Kp x error + Ki x error + Kd (error โ€“ last error) PID output = 2 x 0 + 0.02 x 0 + 0.1 x (0 - 0) PID output = 0 Pulsa untuk Esc 1 (Depan_kanan - CCW) Pulsa awal Throttle = 1150 ESC_1 = Throttle - PID_output_Y + PID_output_X - PID_output_Z ESC_1 = 1150 - 0 + 0 - 0 = 1150 Pulsa untuk Esc 2 (Belakang_kanan - CW) ESC_2 = Throttle + PID_output_Y + PID_output_X+ PID_output_Z ESC_2 = 1150 + 0 + 0 + 0 = 1150 Pulsa untuk Esc 3 (Belakang_kiri - CCW) ESC_3 = Throttle + PID_output_Y โ€“ PID_output_X - PID_output_Z ESC_3 = 1150 + 0 - 0 - 0 = 1150 Pulsa untuk Esc 4 (Depan_kiri - CW) ESC_4 = Throttle - PID_output_Y โ€“ PID_output_X + PID_output_Z ESC_4 = 1150 - 0 - 0 + 0 = 1150 Pada perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika nilai X, Y, Z pada sensor MPU-6050 tidak mengalami perubahan maka nilai PID tidak akan memberikan perubahan pada nilai pulsa yang diterima oleh ESC yang berfungsi untuk memutar motor brushless , pada kondisi ini pulsa untuk memutar motor masih dalam kondisi diam . 4.4 Data sensor MPU-6050 pada kondisi quadcopter hidup . Dari tabel 4.2 berikut dapat disimpulkan bahwa masing- masing nilai pada sumbu X, Y, Z yang telah bernilai variatif maka dapat dipastikan Quadcopter telah mulai hidup. Tabel 4.2 Data quadcopter hidup Gambar 4.10 Data sensor MPU-6050 pada kondisi hidup Gambar 4.11 Data Grafik sensor MPU-6050 pada kondisi hidup 4.5 Data sensor MPU-6050 pada kondisi quadcopter terbang. Dari tabel 4.3 berikutnya dapat pula disimpulkan bahwa masing-masing nilai pada sumbu X, Y, Z yang memiliki nilai cukup bervariasi hingga signifikan maka dapat dipastikan Quadcopter dapat terbang dengan cukup baik. Tabel 4.3 data Quadcopter kondisi terbang Gambar 4.12Data sensor MPU-6050 pada kondisi terbang ## Gambar 4.13 Data Grafik sensor MPU-6050 pada kondisi terbang 4.6 Pengaruh perubahan nilai X, Y, Z pada sensor MPU-6050 terhadap pulsa motor BLDC saat kondisi terbang. A. Pengujian dengan pemberian variasi nilai PID pada sumbu X Gyro input X = 26 Kp = 1.3 Ki = 0.05 Kd = 15 Setpoint = 0 Error = gyro input X - Setpoint Error = 26 - 0 = 26 Last error = error PID output = Kp x error + Ki x error + Kd (error - last error) PID output = 1.3 x 26 + 0.05 x 26 + 15 x (26--26) PID output = -35.1 B. Pengujian dengan pemberian variasi nilai PID pada sumbu Y Gyro input Y = 2 Kp = 1.3 Ki = 0.05 Kd = 15 Setpoint = 0 Error = gyro input Y - Setpoint Error = 2 - 0 = 2 Last error = error PID output = Kp x error + Ki x error + Kd (error - last error) PID output = 1.3 x 2 + 0.05 x 2 + 15 x (2-2) PID output = 2.7 C. Pengujian dengan pemberian variasi nilai PID pada sumbu Z Gyro input Z = 0 Kp = 2 Ki = 0.02 Kd = 0.1 Setpoint = 0 Error = gyro input Z - Setpoint Error = 0 - 0 = 0 Last error = error PID output = Kp x error + Ki x error + Kd (error- last error) PID output = 2 x 0 + 0.02 x 0 + 0.1 x (0-0) PID output = 0 Pulsa untuk Esc 1 (Depan_kanan - CCW) Pulsa awal Throttle = 1150 ESC_1 =Throttle - PID_output_Y + PID_output_X - PID_output_Z ESC_1 = 1150 - 2.7 + (35.1) - 0 = 1182.4 Pulsa untuk Esc 2 (Belakang_kanan - CW) ESC_2 = Throttle + PID_output_Y + PID_output_X + PID_output_Z ESC_2 = 1150 + 2.7 + (35.1) + 0 = 1187.8 Pulsa untuk Esc 3 (Belakang_kiri - CCW) ESC_3 = Throttle + PID_output_Y - PID_output_X - PID_output_Z ESC_3 = 1150 + 2.7 - (35.1) - 0 = 1117.6 Pulsa untuk Esc 4 (Depan_kiri - CW) ESC_4 = Throttle - PID_output_Y - PID_output_X + PID_output_Z ESC_4 = 1150 - 2.7 - (35.1) + 0 = 1112.2 Pada perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa ketika nilai X lebih besar dari Y, pada sensor MPU-6050 mengalami perbedaan dan perubahan maka nilai PID akan memberikan perubahan pada nilai pulsa yang diterima oleh ESC yang berfungsi untuk memutar motor brushless, pada kondisi ini pulsa untuk memutar motor ESC 3 dan ESC 4 makin lambat dan masih dalam kondisi pelan sehingga terlihat motor brushless bergerak pelan. Motor yang paling cepat berputar adalah ESC 1 dan 2, karena sudut kemiringan terlalu miring kearah kanan X+ dengan nilai sudut 35.1 dan sensor MPU-6050 berusaha mencapai titik setpoint secara perlahan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar perubahan sudut sensor MPU-6050 maka akan semakin cepat dan besar pulsa yang diberikan kepada ESC, sehingga dengan pemberian pulsa berdasarkan kemiringan tersebut dapat mengontrol perputaran motor brushless agar dapat mencapai titik keseimbangan yang baik. Dan sebaliknnya semakin kecil perubahan sudut sensor MPU-6050, maka pulsa yang dikirimkan ke ESC semakin sedikit dan menyebabkan putaran motor lambat. ## 5 KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini telah didapatkan rancangan desain quadcopter menggunakan arduino uno untuk nilai keseimbangan mengacu pada parameter pith , roll , dan yaw dapat mencapai kestabilan dan berusaha mencapai setpoint yaitu nilai 0. Dengan pengujian keseimbangan quadcopter dengan mengaplikasikan PID kontroller dimana parameter kontroler PID dengan nilai Kp = 1.3, Ki = 0.05 dan Kd = 15 didapat berdasarkan trial dan error yang dilakukan, sehingga respon keseimbangan qoadcopter yang dikirimkan sensor IMU sangat baik dan cepat. Itu teridentifikasi dangan data keseimbangan yang terekam. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Donald Norris, 2014. Build Your Own Quadcopter . New York: Mc Graw Hill Education. [2] Heri Andrianto & Aan Darmawan, 2016. Arduino belajar cepat dan Pemrograman . Bandung: Informatika. [3] Abdul Kadir, 2012. Panduan Praktis Mempelajari Aplikasi Mikrokontroler dan Pemrogramannya Menggunakan Arduino . Yogyakarta: Andi Offset. [4] Subrata, Rosalia H, 2017. Perancangan Pengendalian PID untuk Gerakan Picht dan Roll pada Quadcopter. ISSN 1412-0372. Malang: Universitas Trisakti. [5] Jati U, Bimo, 2016. Rancang bangun UAV ( Unmaned Aerial Vehicle ) model quadcopter dengan menggunakan algoritma propotional integral derivative . ISSN 2442-5826. Bandung: Universitas Telkom. [6] Laksono, Heru Dibyo, 2015. Metoda- Metoda untuk Analisa Kestabilan Sistem Kendali dengan Matlab. Padang: Andalas university press. [7] ambabu, S, 2007. Modeling And Control Of A Brushless Dc Motor . [8] Imas Tri Setyadewi dan Yudha Agung Nugroho (2018), ANALISIS PEMILIHAN PROPELLER MESIN PESAWAT TANPA AWAK LSU 03 (PROPELLER ENGINE SELECTION ANALYSIS FOR UNMANNED AIRCRAFT LSU 03), Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 13 No. 1 Juni 2018:23-30 [9] Christin P.R. Tuuk, Vecky C. Poekoel, Jane Litouw (2018), Implementasi Pengendali PID Untuk Kestabilan Posisi Terbang Wahana Tanpa Awak, Jurnal Teknik Elektro dan Komputer Vol. 7 No. 1 (2018), ISSN : 2301 - 8402 [10] Bimo Jati Utomoยน (2015), RANCANG BANGUN UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) MODEL QUADCOPTER DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE , e-Proceeding of Applied Science : Vol.1, No.1 April 2015 | Page 57, ISSN : 2442- 5826
ce9bfcd0-4143-4a2f-bd41-3ff7290dca4f
https://penerbitgoodwood.com/index.php/simo/article/download/671/248
ISSN 2745-7826 Vol 1, No 2, 2020, 101-113 ## Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Keo San Indonesia (The Influence of Work Environment and Work Discipline on Employee Performance at PT Keo San Indonesia) Sifah Fauziah 1* , Syarif Ali 2 , Ediwarman 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta 1,2,3 [email protected] 1* , [email protected] 2 , [email protected] 3 ## Riwayat Artikel Diterima pada 8 Oktober 2021 Revisi 1 pada 16 Oktober 2021 Revisi 2 pada 25 Oktober 2021 Revisi 3 pada 17 Desember 2021 Revisi 4 pada 24 Mei 2022 Disetujui pada 7 Juni 2022 ## Abstract Purpose: This research is a quantitative study that aims to determine and prove the effect of work environment and work discipline on employee performance. Research methodology: The sample used in this study were all employees of the production division of PT Keo San Indonesia where the researchers used a saturated sample of 60 employees. The analytical technique used is the path analysis method and data processing is carried out through SmartPLS 3.3.3. Result: The results of the test obtained (1) the work environment has a significant effect on employee performance, (2) work discipline has a significant effect on employee performance. Limitations: Researchers find it difficult to find references for research, because the research was carried out during the Covid-19 pandemic. However, this can be overcome by looking for references online. Contribution: This research is expected to be able to make a comparison between theoretical knowledge and practice applied by PT Keo San Indonesia to the work environment and work discipline that affects the performance of its employees. Keywords: work environment, work discipline, and employee performance. How to Cite: Fauziah, S., Ali, S., Ediwarman, E. (2022). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada PT Keo San Indonesia. Studi Ilmu Manajemen dan Organisasi , 1(2), 101-113. ## 1. Pendahuluan Seiring berjalannya waktu, jumlah perusahaan akan tumbuh dan berkembang. Setiap perusahaan harus selalu melakukan perkembangan serta peningkatan secara bertahap agar mampu bersaing. Persaingan muncul ketika banyak perusahaan-perusahaan baru memasuki bidang yang berbeda. Perusahaan- perusahaan yang ada tentu saja selalu berusaha untuk memimpin dengan syarat-syarat yang menguntungkan. Maka dari itu, cara yang dapat perusahaan lakukan agar mampu berkompetitif salah satunya adalah meningkatkan dan mempertahankan sumber daya yang berkualitas serta dapat berkontribusi dalam mencapai tujuan perusahaan. Pada organisasi pemerintah ataupun swasta, sumber daya manusia (SDM) merupakan perangkat yang tak terpisahkan. Pada perusahaan yang aktif akan memperlakukan manusia sebagai sumber daya dengan kemampuan yang terus berkembang. Peran SDM memang menjadi hal penting pada keberlangsungan organisasi. Manusia sebagai sumber daya organisasi dituntut untuk terus produktif dan menjadi salah satu faktor penting dalam kekuatan organisasi. Maka dari itu, dalam kaitannya dengan pengembangan sesuai dengan kebutuhan organisasi, SDM merupakan salah satu unsur organisasi dan pengembangan serta peningkatan kualitasnya harus dirancang dengan teliti. Memahami pentingnya eksistensi SDM dalam perusahaan, maka yang harus dicapai yaitu dengan meningatkan kualitas SDM. Peningkatan tersebut tentu tidak terlepas dari peranan manajemen SDM. Manajemen SDM adalah kegiatan manajemen dalam pengelolaan SDM yang memiliki tujuan untuk memberikan kontribusi luar biasa yang ambisius, siap bekerja dengan efektif secara individu ataupun tim (Bukit, dkk., 2017, hal. 11) . Dari pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa manajemen SDM memang memiliki peran penting dalam perusahaan. Perusahaan tentunya membutuhkan karyawan sebagai tenaga kerja di dalamnya, hal tersebut dikarenakan karyawan dapat memberikan pengaruh terhadap kesuksesan perusahaan. Para karyawan perlu untuk terus berkembang agar menjadi karyawan yang memiliki kemampuan, berkomitmen dan juga disiplin sehingga dapat menjalankan kewajiban dan juga tugas-tugas yang telah dibebankan. Dalam organisasi, karyawan memiliki peran sebagai perencana dan juga pelaksana dalam bekerja. Oleh sebab itu karyawan juga harus mempersiapkan diri agar mempunyai mental dan fisik serta tekad agar memiliki hasil kerja yang baik. Kinerja didefinisikan suatu pencapaian karyawan dalam menyelesaikan tugasnya sesuai dengan kebijakan perusahaan (Kawiana, 2020, hal. 255) . Tanpa mengetahui kriteria kinerja, karyawan tidak diarahkan untuk mencapai kinerja karena tidak tahu apa yang ingin dicapai. Bagi perusahaan yang telah melaksanakan pekerjaan nya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan serta berupaya untuk mencapai standar kinerja, dengan demikian kinerja dari karyawan dapat dinyatakan baik. Namun apabila karyawan yang tidak mencapai target dan standar dalam kurun waktu yang sudah ditentukan, dengan demikian kinerja karyawan dinyatakan tidak cukup baik atau belum memenuhi kriteria standar kinerja yang baik. Oleh karena itu kinerja SDM akan sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Berhasilnya atau berkembangnya suatu perusahaan yaitu sesuai dengan kinerja karyawan yang mana dapat diperoleh dengan hasil kerja yang baik, hal tersebut dilakukan untuk menyalurkan kontribusi ke perusahaan baik secara langsung ataupun tidak. Pencapaian perusahaan juga sesuai pada kinerja individu karyawan atau kelompok dalam organisasi. Jika sumber daya organisasi memiliki kemampuan yang baik dalam bekerja maka hasil kerja yang dicapai juga baik, hal tersebut mengindikasikan karyawan mampu menyelesaikan kewajiban sesuai tanggung jawabnya sebagai pekerja. Guna mencapai kinerja yang baik maka kerjasama dari berbagai pihak sangat diperlukan. Pada prosesnya, meningkat atau menurunnya kinerja perusahaan yaitu sejalan dengan kinerja karyawan pada perusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan terdapat adanya korelasi antara karyawan dengan perusahaan. Artinya, kondisi di mana karyawan merasa mempunyai hubungan yang sangat khusus terhadap perusahaan, dan karyawan terus berkontribusi secara optimal melakukan apa pun yang terbaik untuk perusahaan secara sukarela (Mujiasih, 2015, hal. 41) . PT Keo San Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri dengan memproduksi mesin-mesin automatic , jig, convenyor, panel mesin, palet solder dan sebagainya. PT Keo San Indonesia ini berlokasi di kawasan industri Jababeka Cikarang. Berdasarkan data yang didapat dari bagian produksi PT Keo San Indonesia, naik turunnya kinerja perusahaan dapat dilihat dalam 4 tahun terakhir dari tahun 2017 sampai tahun 2020. Data penjualan tahunan PT Keo San Indonesia periode 2017-2020 dapat dilihat sebagai berikut:. Tabel 1. Data Target dan Realisasi Penjualan di PT Keo San Indonesia Periode 2017-2020 Sumber : Bagian Produksi PT Keo San Indonesia Berdasarkan data di atas terlihat kinerja PT Keo San Indonesia mengalami naik turun pada tahun 2017-2020. Pencapaian penjualan periode 2017-2019 cenderung mengalami kenaikan yang positif No Tahun Penjualan (Rp) persentase Target Realisasi 1 2017 Rp 10.000.000.000,00 Rp 4.940.206,672,00 0% 2 2018 Rp 10.000.000.000,00 Rp 6.674.698.214,00 67% 3 2019 Rp 10.000.000.000,00 Rp 18.223.650.825,00 182% 4 2020 Rp 10.000.000.000,00 Rp 12.294.408.676,00 123% dari penjualan yang telah ditargetkan oleh PT Keo San Indonesia. Kemudian, mengalami penyusutan yang cukup signifikan pada tahun 2019-2020. Akan tetapi penurunan yang terjadi masih melebihi nilai target. Hal ini mengindikasikan bahwa secara keseluruhan kinerja karyawan baik sebab karyawan mampu menghasilkan output yang di capai lebih tinggi dibandingkan dengan target yang ditetapkan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan manager produksi di PT Keo San Indonesia, didapatkan hasil bahwa rendahnya nilai penjualan pada tahun 2017 tersebut disebabkan karena kurangnya kepedulian dan perhatian dari pimpinan sehingga dapat menyebabkan angka penjualan yang rendah. Kemudian pada tahun 2018 setidaknya mengalami peningkatan walaupun belum mencapai nilai yang ditergetkan oleh perusahaan. Selain itu juga mengatakan pada tahun 2018 adanya pengurangan karyawan dari 100 orang hingga menjadi 60 orang dan jam kerja nya pun berubah dari sebelumnya ada 3 shift kini menjadi 2 shift. Kemudian pada tahun 2019 angka penjualan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dan beranggapan bahwa karyawan yang sedikit tidak selalu membuat kinerja suatu perusahaan menjadi menurun. Pada tahun 2020 angka penjualan mengalami penurunan kembali, akan tetapi hasil kerja yang dicapai oleh karyawan melampaui target perusahaan, hal ini di dukung dengan adanya perlengkapan serta peralatan yang memadai untuk karyawan dalam melakukan pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti menduga bahwa kinerja karyawan pada PT Keo San Indonesia telah optimal hal ini dikarenakan oleh terciptanya lingkungan kerja yang kondusif. Hal tersebut dikuatkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tubagus dan Setyo bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Dheviests & Riyanto, 2020) . Lingkungan kerja merupakan segala kondisi ditempat kerja baik itu sarana prasarana maupun hubungan antar individu yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan di perusahaan. Jika karyawan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan nyaman, maka kondisi lingkungan kerja dikatakan kondusif. Hal yang sebaliknya juga terjadi, ketika seorang karyawan merasa cemas, tidak nyaman, tidak dapat bekerja dengan baik dan akibatnya karyawan tersebut merasa tidak nyaman dalam bekerja, maka lingkungan kerja menjadi sangat buruk. Maka dari itu, penting dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk terus memperhatikan kondisi lingkungan kerja perusahaannya Memperhatikan lingkungan kerja adalah cara bagi manajemen untuk berupaya meningkatkan kinerja karyawan. Saat bekerja, karyawan tentu akan mengharapkan kondisi lingkungan kerja yang nyaman, seringkali mereka lebih suka lingkungan kerja yang memiliki fasilitas yang baik, lengkap serta memadai. Adanya fasilitas lengkap dan layak untuk digunakan, membuat karyawan dapat melaksanakan tanggung jawab dan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. PT Keo San Indonesia pun berusaha menciptakan kenyamanan untuk karyawan terkait lingkungan kerja nya. Berikut hasil pra survei awal terhadap 12 orang karyawan yang dipersilahkan untuk memilih maksimal dua faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan di PT Keo San Indonesia. Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan di PT Keo San Indonesia Variabel Responden Lingkungan Kerja 9 orang Komitmen 2 orang Kompensasi 3 orang Disiplin Kerja 5 orang Motivasi 3 orang Sumber: Pra survei kuesioner dengan 12 karyawan PT Keo San Indonesia (data diolah) Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui karyawan PT Keo San Indonesia memiliki kinerja yang meningkat dikarenakan dua faktor, yakni lingkungan kerja dan disiplin kerja. Berdasarkan hasil pra survei, menunjukkan dua faktor tertinggi yaitu lingkungan kerja dengan jumlah 9 responden dan 5 responden memilih disiplin kerja. Sedangkan, faktor terkecil yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu komitmen dengan jumlah 2 responden. Maka dengan hasil tersebut, peneliti menduga bahwa tingkat kedisiplinan karyawan PT Keo San Indonesia sangatlah tinggi, dan dapat dibuktikan dari hasil wawancara peneliti dengan HRD PT Keo San Indonesia yang mengatakan bahwa tingkat kedisiplinan dari karyawan sangatlah tinggi, sebab manajemen perusahaan selalu berusaha menekankan karyawannya untuk mematuhi segala bentuk SOP yang berlaku di lingkungan perusahaan. Sehingga membuat para karyawan memiliki rasa tanggung jawab yang besar sebagai seorang pekerja. Berdasarkan pernyataan tersebut, mendeskripsikan bahwa karyawan telah mentaati peraturan perusahaan. Hal ini ditegaskan oleh Robert Bacal bahwa disiplin yaitu cara yang digunakan manajemen perusahaan untuk mengatasi problem kinerja, tentu hal ini untuk mengatasi masalah- masalah kinerja para karyawan akan melibatkan manajer (Fahmi, 2018, hal. 42) . Berdasarkan pernyataan tersebut maka terlihat bahwa peran pimpinan di dalam suatu perusahaan sangat diperlukan guna mengarahkan dan membimbing karyawan agar selalu memiliki sikap disiplin dalam bekerja Kinerja yang baik dapat diperoleh dari disiplin kerja yang tinggi. Disiplin tinggi akan menunjukkan seberapa besar tanggung jawab seorang karyawan terhadap pekerjaannya. Disiplin kerja dapat menunjukkan suatu sikap hormat secara personal dengan mentaati aturan-aturan yang berlaku di perusahaan. Disiplin kerja yang diterapkan di perusahaan akan menjadi pedoman bagi karyawan dalam mencapai tujuan organisasi. Disiplin kerja yang ditanamkan perusahaan pada karyawan akan sangat mempengaruhi kesungguhan karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Jika pengawasan dilakukan dengan efektif, maka disiplin akan terbentuk. Dengan demikian, perlu bagi semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan proses kerja untuk bekerja sama dalam upaya meningkatkan tujuan organisasi. Beberapa temuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Apfia Ferawati (2017) menunjukkan variabel lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anastasia dan Ronnie (2019) menunjukkan variabel lingkungan kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yantika, dkk (2018) menunjukkan variabel disiplin kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja karyawan. Kesenjangan hasil dari beberapa penelitian tersebut menjadi sebuah GAP research pada penelitian ini ## 2. Tinjauan pustaka dan pengembangan hipotesis ## Kinerja Kinerja merupakan hasil yang diperoleh karyawan baik untuk keuntungan maupun organisasi nirlaba yang dihasilkan selama periode waktu tertentu (Fahmi, 2018, hal. 127) . Pendapat lainnya mengatakan kinerja diartikan sebagai cara ataupun kemampuan seseorang untuk bekerja sehingga dapat memberikan hasil yang memuaskan di tempat kerja untuk keseluruhan atau sebagaian pekerjaan atau untuk jangka waktu tertentu (Duha, 2016, hal. 223) . ## Lingkungan Kerja Lingkungan kerja didefinisikan seluruh yang berada di sekeliling karyawan dapat mempengaruhi tanggung jawab mereka sebagai pekerja (Afandi, 2016, hal. 51) . Lingkungan kerja nyaman akan menciptakan rasa aman terhadap karyawan sehingga mampu bekerja lebih optimal. Lingkungan kerja yaitu kondisi kerja fisik ataupun non fisik yang dapat menciptakan kenyamanan, aman, dan tentram (Farida & Hartono, 2016, hal. 10) . Melalui kenyamanan dapat memberikan kepuasan karyawan untuk bekerja, dengan demikian hasil kerja yang diperoleh akan maksimal. ## Disiplin Kerja Disiplin kerja berguna untuk mendidik karyawan untuk mematuhi peraturan atau kebijakan perusahaan. Disiplin kerja merupakan cerminan perilaku atau sikap yang dapat diubah serta kesadaran individu untuk mematuhi peraturan yang berlaku (Afandi, 2016, hal. 1) . Sedangkan menurut (Sinambela, 2016, hal. 335) disiplin kerja yaitu kemampuan suatu profesi untuk bekerja secara teratur serta sesuai dengan aturan yang diterapkan secara konsisten tanpa melanggar aturan yang telah diberlakukan. Maka dari itu, karyawan harus mampu memberikan sikap yang positif dengan menerapkan disiplin kerja . ## Pengaruh antara Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Menurut (Pawirosumanto, dkk., 2018, hal. 1339) lingkungan kerja merupakan tempat dimana karyawan melakukan kegiatan, dan kegiatan tersebut dapat membawa hasil yang positif dan efek negatif atas pencapaian kinerja karyawan tersebut. Lingkungan kerja memberikan dampak baik terhadap karyawan dalam berlangsungnya pekerjaan yang dilakukannya apabila lingkungan tersebut kondusif. Begitu pun apabila kurang kondusif maka akan berdampak negatif terhadap kinerja karyawan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Ferawati, 2017) , (Febbyani & Masman, 2019) , (Riyanto, dkk., 2017) , (Hanafi & Zulkifli, 2018) , dan (Mamesah, dkk., 2016) ditemukan bahwa lingkungan kerja memberikan pengaruhnya terhadap kinerja karaywan. Lingkungan kerja memiliki pengaruh langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Ini dapat terjadi karena lingkungan kerja di dukung dengan adanya peralatan dan fasilitas yang memadai untuk menjamin kenyamanan karyawan di tempat kerja. Lingkungan kerja seperti ini akan sangat memberikan dampak positif terhadap karyawan sehingga dapat mempengaruhi kinerja karyawan yang meningkat. Maka dapat dirumuskan hipotesis: H1 : Diduga lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Keo San Indonesia. ## Pengaruh antara Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan Menurut Hasibuan dalam (Farida & Hartono, 2016, hal. 42) kedisiplinan merupakan ketepatan waktu yang dimiliki oleh seorang karyawan dan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan dapat mentaati aturan-aturan di perusahaan. Kedisiplinan yang terbentuk di dalam suatu organisasi atau perusahaan akan terbiasa dalam menjalankan pekerjaan secara optimal. Karyawan yang disiplin tentu akan memberikan pengaruh yang positif bagi perusahaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Yantika, dkk., 2018) , (Dheviests & Riyanto, 2020) , (Fiqi, 2018) , (Razak, dkk., 2018) , dan (Yudiningsih, dkk., 2016) ditemukan bahwa disiplin kerja memberikan pengaruhnya terhadap kinerja karyawan. Dapat diartikan, ketika disiplin kerja karyawan baik maka akan memaksimalkan kinerja karyawan itu sendiri. Disiplin kerja sangat mempengaruhi keberhasilan kinerja perusahaan. Apabila karyawan dapat disiplin dengan baik maka hasil yang diperoleh dalam bekerja akan optimal, karena masing-masing karyawan memiliki rasa tanggung jawab yang besar sebagai seorang pekerja. Maka dapat dirumuskan hipotesis: H2 : Diduga disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Keo San Indonesia ## 3. Metode penelitian ## Populasi dan Sampel Populasi yaitu jumlah secara keseluruhan dapat menggambarkan dengan memiliki karakteristik untuk diteliti oleh peneliti (Raihan, 2017, hal. 85) . Populasi pada penelitian yaitu semua karyawan bagian produksi PT Keo San Indonesia dengan jumlah 60 karyawan. Dikarenakan jumlah populasi dinilai ideal untuk dijadikan sampel, maka peneliti akan menjadikan seluruh jumlah populasi sebagai sampel yang biasa disebut dengan sampel jenuh. Sampel jenuh digunakan untuk meminimalisir kesalahan dalam generalisasi. Maka, penelitian ini sampelnya berjumlah 60 responden. ## Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner melalui kuesioner dan ditujukan kepada 60 karyawan bagian produksi pada PT Keo San Indonesia. ## Teknik Analisis Teknik analisis dilakukan melalui software SmartPLS 3.3.3. PLS ( Partial Least Square ) yaitu sebuah teknik analisis powerfull karena tidak didasarkan pada banyak asumsi atau syarat (Syahrir, dkk., 2020, hal. 52) . PLS dapat menggabungkan fungsi analisis komponen utama serta regresi berganda, dalam penggunaan PLS pada prosesnya dilakukan dengan menggunakan pemberian faktor laten untuk menjelaskan beberapa kovarian antara variabel bebas dan terikat. Serta nilai dari variabel tergantung pada penggunaan dekomposisi variabel bebas (Sarwono & Narimawati, 2015, hal. 1-2) . ## Analaisis Deskriptif Analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan metode three box method . Hasil nilai three box method bertujuan untuk menentukan layaknya sebuah indikator pada variabel yang diteliti dengan menggunakan nilai indeks. Berikut ini adalah tabel interpretasi nilai indeks: Tabel 3. Interpretasi Nilai Indeks Nilai Indeks Interpretasi 12% - 28% Rendah 28% - 44% Sedang 44% - 60% Timggi Sumber: Data diolah (2021) ## Uji Instrument a) Uji Validitas Melalui uji validitas terdapat tiga langkah yang hendak dilakukan antara lain : Convergent Validity, Average Variance Extraed (AVE), dan Discriminant Validity . Convergent Validity dikatakan valid apabila nilai loading factor > 0.7 dan nilai AVE yang diharapkan adalah > 0.5 (Ghozali & Latan, 2015, hal. 96) . Sedangkan Discriminant Validity dapat dievaluasi melalui cross loading antara indikator dengan konstruknya. b) Uji Realibilitas Mengukur reliabilitas pada penelitian ini menggunakan program SmartPLS dilakukan menggunakan dua cara diantaranya dengan Cronbachโ€™s Alpha serta Composite Reliability . Nilai Cronbachโ€™s Alpha dan Composite Reliability apabila di atas > 0.70 maka seluruh konstruk dikatakan sangat baik sehingga disimpulkan seluruh indikator konstruk telah reliabel (Ghozali & Latan, 2015, hal. 102-103) . c) Uji R-Square Nilai R-Square digunakan untuk menginterpretasikan pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R-Square 0.75 dikatakan bahwa model kuat, nilai 0.50 dikatakan moderate dan 0.25 dikatakan model lemah Invalid source specified . d) Uji t Statistik Uji t dilakukan untuk pengujian hipotesis pada penelitian ini. Jika nilai t hitung > t tabel maka hipotesis dinyatakan diterima. ## 4. Hasil dan Pembahasan ## Analisis Deskriptif Tabel 4. Hasil Tanggapan Responden Atas Variabel Kinerja. Kinerja STS TS RR S SS Total Indeks Sesuai standar kerja 0 0 5 22 33 60 53.6 Target kerja berhasil 0 0 7 22 31 60 52.8 Menentukan target kerja 0 0 6 18 36 60 54 Perintah atasan 0 1 12 24 23 60 49.8 Memahami tugas-tugas 0 0 4 25 31 60 53.4 Hasil kerja diperiksa 0 0 5 25 30 60 53 Mendapat pujian 0 1 13 26 20 60 49 Menyelesaikan output yang diharapkan 0 2 5 27 26 60 51.4 Menyelesaikan secara individu 0 0 4 22 34 60 54 Membantu anggota tim kerja 0 0 1 22 37 60 55.2 Rata-rata total indeks 52.62 Sumber: data diolah (2021) Berdasarkan data tersebut menunjukkan jawaban dari responden terhadap kinerja secara keseluruhan sebagian besar menyatakan sangat setuju. Sementara itu terlihat bahwa rata-rata setiap item kuesioner memperoleh nilai di atas angka 4. Nilai indeks tertinggi berada pada butir pernyataan kinerja mengenai โ€œmembantu anggota tim kerjaโ€ senilai 55.2 dengan jawaban terbanyak sangat setuju (poin 5) berjumlah 37 responden. Sedangkan nilai indeks terendah berada pada butir pernyataan โ€œmendapat pujianโ€ senilai 49 dengan jawaban terbanyak setuju (poin 4) berjumlah 26 responden. Secara keseluruhan untuk rata-rata total indeks kinerja ialah senilai 52.62, sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap instrumen pernyataan pada variabel kinerja dinyatakan tinggi. Tabel 5. Hasil Tanggapan Responden Atas Variabel Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja STS TS RR S SS Total Indeks Peralatan yang memadai 0 3 9 23 25 60 50 Peralatan membantu dalam bekerja 0 0 8 23 29 60 52.2 Tersedia peralatan yang mendukung 0 1 9 25 25 60 50.8 Fasilitas cukup menunjang 0 0 7 28 25 60 51.6 Fasilitas membuat nyaman 0 0 8 26 26 60 51.6 Kerja sama berjalan baik 0 0 9 20 31 60 52.4 Membantu ketika terjadi kendala 1 1 11 18 29 60 50.6 Kepedulian atasan 0 0 6 19 35 60 53.8 Komunikasi berjalan dengan baik 0 0 4 19 37 60 54.6 Rata-rata total indeks 51.95556 Sumber: data diolah (2021):. Berdasarkan data tersebut menunjukkan jawaban responden terhadap lingkungan kerja secara keseluruhan sebagian besar menyatakan sangat setuju. Sementara itu terlihat bahwa rata-rata setiap item kuesioner memperoleh nilai di atas angka 5. Nilai indeks tertinggi berada pada butir pernyataan โ€œkomunikasi berjalan dengan baikโ€ senilai 54.6 dengan jawaban terbanyak sangat setuju (poin 5) berjumlah 37 responden. Sedangkan nilai indeks terendah berada pada butir pernyataan โ€œperalatan yang memadaiโ€ senilai 50 dengan jawaban terbanyak sangat setuju (poin 5) berjumlah 26 responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap instrumen pernyataan pada variabel lingkungan kerja dinyatakan tinggi. Tabel 6. Hasil Tanggapan Responden Atas Variabel Disiplin Kerja Disiplin Kerja STS TS RR S SS Total Indeks Bekerja sesuai prosedur 0 0 12 22 26 60 50.8 Mematuhi peraturan 0 1 7 21 31 60 52.4 Merapikan peralatan kerja 0 0 10 20 30 60 52 Bersedia lembur ketika padat 0 4 17 15 24 60 47.8 Tingkat kehadiran baik 0 0 12 26 22 60 50 Menjalankan perintah atasan 0 0 10 18 32 60 52.4 Bersikap baik terhadap atasan 0 0 6 23 31 60 53 Bertanggung jawab 0 0 8 18 34 60 53.2 Hasil kerja dikumpulkan 0 1 9 22 34 60 57.4 Rata-rata total indeks 52.11111 Sumber: data diolah (2021) Berdasarkan data tersebut menunjukkan jawaban responden terhadap disiplin kerja secara keseluruhan sebagian besar menyatakan sangat setuju. Sementara itu terlihat bahwa rata-rata setiap item kuesioner memperoleh nilai di atas angka 4. Nilai indeks tertinggi berada pada butir pernyataan โ€œhasil kerja dikumpulkanโ€ senilai 57.4 dengan jawaban terbanyak sangat setuju (poin 5) berjumlah 34 responden. Sedangkan nilai indeks terendah berada pada butir pernyataan โ€œbersedia lembur ketika padatโ€ senilai 47.8 dengan jawaban terbanyak sangat setuju (poin 5) berjumlah 26 responden. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi responden terhadap instrumen pernyataan pada variabel disiplin kerja dinyatakan tinggi . ## Model Pengukuran (Outer Model) Gambar 1. Nilai Loading Factor Outer Model Sumber: Hasil Output SmartPLS 3.3.3 Berdasarkan gambar 1, instrumen pernyataan dinyatakan valid dan reliabel apabila variabel tersebut mempunyai nilai korelasi di atas 0.7. Setiap instrument pernyataan pada variabel lingkungan kerja (X1), disiplin kerja (X2), dan kinerja (Y) yang mempunyai nilai loading factor < 0.7 maka akan dihilangkan untuk pengujian pada tahap selanjutnya. Gambar 2. Reestimasi Nilai Loading Faktor Outer Model Sumber: Hasil Output SmartPLS 3.3.3 Setelah melakukan penghapusan terhadap nilai loading factor < 0.7 karena nilai lebih dari syarat convergent validity (nilai harus > 0.7). Pada gambar 5 diperoleh hasil pada tiap-tiap indikator telah valid sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Oleh karena itu, dapat disimpulkan pengukuran outer model ini telah berhasil dan syarat telah terpenuhi (nilai harus > 0.7), sehingga pengujian data ini dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya. ## Uji Validitas Uji Validitas Konvergen Tabel 7. Outer Loading Factor Kinerja (Y) Lingkungan Kerja (X1) Disiplin Kerja (X2) Target kerja berhasil 0.750 Menentukan target kerja 0.734 Perintah atasan 0.757 Hasil kerja diperiksa 0.801 Menyelesaikan output yang diharapkan 0.825 Menyelesaikan secara individu 0.756 Peralatan yang memadai 0.808 Peralatan membantu dalam bekerja 0.772 Tersedia peralatan yang mendukung 0.782 Fasilitas cukup menunjang 0.856 Fasilitas membuat nnyaman 0.898 Kerja sama berjalan baik 0.734 Kepedulian atasan 0.760 Komunikasi berjalan dengan baik 0.768 Bekerja sesuai prosedur 0.877 Mematuhi peraturan 0.851 Merapikan peralatan kerja 0.878 Bersedia lembur ketika padat 0.790 Tingkat kehadiran baik 0.808 Menjalankan perintah atasan 0.912 Bersikap baik terhadap atasan 0.806 Bertanggung jawab 0.794 Hasil kerja dikumpulkan 0.723 Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.3.3 Berdasarkan data tersebut diketahui semua nilai loading factor pada tiap indikator berada diatas 0.7 (Ghozali & Latan, 2015, hal. 96) . Dengan instrumen pernyataan โ€œHasil kerja dikumpulkanโ€ memperoleh nilai terkecil yang hanya senilai 0.723. Sedangkan pada pernyataan โ€œMenjalankan perintah atasanโ€ memperoleh nilai terbesar yaitu senilai 0.912. Maka dapat disimpulkan seluruh instrumen pernyataan telah memenuhi persyaratan convergent validity serta dapat dikatakan valid sehingga dapat digunakan. ## Uji Validitas Diskriminant Tabel 8. Cross loading Kinerja (Y) Lingkungan Kerja (X1) Disiplin Kerja (X2) Target kerja berhasil 0.750 0.689 0.673 Menentukan target kerja 0.734 0.554 0.630 Perintah atasan 0.757 0.667 0.595 Hasil kerja diperiksa 0.801 0.657 0.647 Menyelesaikan output yang diharapkan 0.825 0.700 0.553 Menyelesaikan secara individu 0.756 0.574 0.514 Peralatan yang memadai 0.698 0.808 0.630 Peralatan membantu dalam bekerja 0.692 0.772 0.652 Tersedia peralatan yang mendukung 0.653 0.782 0.741 Fasilitas cukup menunjang 0.674 0.856 0.565 Fasilitas membuat nnyaman 0.716 0.898 0.675 Kerja sama berjalan baik 0.636 0.734 0.546 Kepedulian atasan 0.627 0.760 0.524 Komunikasi berjalan dengan baik 0.623 0.768 0.585 Bekerja sesuai prosedur 0.682 0.672 0.877 Mematuhi peraturan 0.635 0.617 0.851 Merapikan peralatan kerja 0.656 0.633 0.878 Bersedia lembur ketika padat 0.656 0.483 0.790 Tingkat kehadiran baik 0.674 0.635 0.808 Menjalankan perintah atasan 0.683 0.729 0.912 Bersikap baik terhadap atasan 0.631 0.706 0.806 Bertanggung jawab 0.573 0.588 0.794 Hasil kerja dikumpulkan 0.636 0.680 0.723 Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.3.3 Hasil data tersebut menyatakan setiap indikator pada penelitian telah memenuhi syarat discriminant validity. Hal ini dikarenakan bahwa setiap indikator dari satu variabel memiliki nilai lebih besar dari nilai cross loading pada variabel lainnya. Selain nilai cross loading, validitas diskriminan juga dapat diketahui melalui nilai AVE. Nilai AVE yang diharapkan yaitu lebih besar dari 0.5 (Ghozali & Latan, 2015, hal. 96) . Berikut adalah nilai AVE masing-masing variabel: Tabel 9. Average Variance Extracted (AVE) NO Variabel (AVE) 1 Kinerja (Y) 0.595 2 Lingkungan Kerja (X1) 0.638 3 Disiplin Kerja (X2) 0.686 Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.3.3 Hasil AVE dapat disimpulkan pernyataan dari indikator tentang variabel kinerja, lingkungan kerja, dan disiplin kerja dikatakan valid, karena telah sesuai ketentuan dengan nilai > 0.5. ## Uji Reliabilitas Tabel 10. Uji Reliabilitas NO Variabel Composite Reliability Cronbachโ€™s Alpha 1 Kinerja (Y) 0.898 0.863 2 Lingkungan Kerja (X1) 0.933 0.918 3 Disiplin Kerja (X2) 0.951 0.942 Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.3.3 Berdasarkan hasil yang diperoleh pada nilai Composite Reliability dan cronbachโ€™s alpha menunjukkan bahwa keseluruhan untuk tiap-tiap konstruk telah memenuhi syarat yaitu > 0.7. Maka secara keseluruhan komponen variabel dinyatakan reliabel atau sudah dapat diandalkan untuk dilanjutkan dalam penelitian. Koefisien Determinasi (R 2 ) Tabel 11. Nilai R-Square R-Square Adjusted R-Square Kinerja (Y) 0.745 0.736 Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.3.3 Berdasarkan data tersebut, perolehan nilai R-Square (R2) variabel kinerja yaitu senilai 0.745 dengan demikian menunjukkan bahwa kontribusi dari variabel lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja ialah senilai 74.5%, sisanya 25.5% ialah kontribusi yang dapat dipengaruhi oleh faktor lain. Uji t Statistik Tabel 12. Uji Hipotesis Original Sample (O) Sample Mean (M) Standard Deviation (STDEV) T-Statistik (|O/STDEV|) P Values Lingkungan Kerja Kinerja 0.567 0.557 0.130 4.372 0.000 Disiplin Kerja Kinerja 0.346 0.364 0.128 2.696 0.007 Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.3.3 ## Inner Model Gambar 3. Inner Model Sumber: Hasil Olah Data SmartPLS 3.3.3 ## Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan hasil pada uji hipotesis yang telah dilakukan terbukti ada pengaruh positif antara lingkungan kerja terhadap kinerja yang ditunjukkan dari nilai original sample sebesar 0.567 atau 56.7%. Kemudian, hasil perhitungan uji t dengan analisis PLS terhadap hubungan antara lingkungan kerja dengan kinerja diperoleh nilai 4.372 > 2.00247 (t statistik > t tabel ). Artinya variabel lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja dan nilai tingkat kepercayaan sebesar 0.000 < 0.05 yang berarti signifikan, sehingga disimpulkan H 0 di tolak dan H 1 diterima. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Yantika (Yantika, dkk., 2018) dimana dalam penelitiannya menyatakan bahwa variabel lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Sehingga hasil dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat yakni lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Keo San Indonesia. ## Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan hasil pada uji hipotesis yang telah dilakukan terbukti ada pengaruh positif antara disiplin kerja terhadap kinerja yang ditunjukkan dari nilai original sample sebesar 0.346 atau 34.6%. Kemudian hasil perhitungan uji t dengan analisis PLS terhadap hubungan antara disiplin kerja dengan kinerja diperoleh nilai 2.696 > 2.00247 (t statistik > t tabel ) artinya bahwa variabel disiplin kerja berpengaruh terhadap kinerja dan nilai tingkat kepercayaan sebesar 0.007 < 0.05 yang berarti signifikan, sehingga disimpulkan H 0 di tolak dan H 2 diterima. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Aspia Ferawati (Ferawati, 2017) dimana menyatakan bahwa variabel disiplin kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Sehingga hasil yang diperoleh dari penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang telah dibuat yakni disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT Keo San Indonesia ## 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, variabel lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan pada PT Keo San Indonesia. Hal ini dapat diartikan lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang penting dalam menciptakan kinerja karyawan, karena mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Disiplin kerja juga sangat mempengaruhi keberhasilan kinerja perusahaan. Apabila karyawan dapat disiplin dengan baik maka hasil yang diperoleh dalam bekerja akan optimal, karena masing-masing karyawan memiliki rasa tanggung jawab yang besar sebagai seorang pekerja. Oleh karena itu, variabel lingkungan kerja dan disiplin kerja sudah termasuk kategori baik terhadap kinerja karyawan. Serta perusahaan diharapkan untuk mempertahankan serta meningkatkan lagi kinerja karyawan agar semakin lebih baik sehingga kinerja perusahaan pun akan semakin optimal. ## Limitasi dan Studi Lanjutan Penelitian ini hanya menggunakan variabel lingkungan kerja dan disiplin kerja untuk mempengaruhi kinerja karyawan, sehingga untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan variabel atau indikator yang berbeda, serta memperkaya informasi yang berkaitan dengan variabel-variebel lain yang kemungkinan memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan. Kemudian dalam proses pengumpulan data, peneliti hanya dapat mendistribusikan kuesioner penelitian melalui google form dikarenakan adanya protokol kesehatan yang diterapkan di PT Keo San Indonesia. Sehingga untuk peneliti selanjutnya apabila kondisi nya sudah diperbolehkan melakukan penelitian langsung, maka diharapkan untuk dapat menemui dan mendampingi responden secara langsung ## Ucapan terima kasih Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Syarif Ali, M.Si, CHRP dan Bapak Edi Warman, SE, MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bimbingan, dukungan serta arahan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supriatna dan Ibu Maesaroh selaku kedua orang tua dan kepada teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang sudah memberikan semangat, motivasi dan dukungan selama proses penelitian ini . ## References Afandi, P. (2016). Concept & Indicator Resources Management for Management Research . Yogyakarta: Deepublish. Bukit, dkk. (2017). Pengembangan Sumber Daya Manusia Teori, Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi . Yogyakarta: Zahir Publishing. Dheviests, T. A., & Riyanto, S. (2020). The Influence of Work Discipline, Self-Efficacy and Work Environment on Employee Performance in the Building Plant D Department at PT. Gajah Tunggal Tbk. International Journal of Innovative Science and Research Technology , 1062-1069. Duha, T. (2016). Perilaku Organisasi . Yogyakarta: Deepublish. Fahmi, I. (2018). Perlaku Organisasi Teori, Aplikasi, dan Kasus . Bandung: Alfabeta. Farida, U., & Hartono, S. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia II . Ponorogo: Umpo Press. Febbyani, A., & Masman, R. R. (2019). Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi, Dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Apatel. Manajerial dan Kewirausahaan , 725-735. Ferawati, A. (2017). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan . AGORA. Fiqi, M. A. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan pada CV. Tiara Abadi Pamekasan. Ekomadania: Journal of Islamic Economic and Social , 215-252. Ghozali, I., & Latan, H. (2015). Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program Smart PLS 3.0 Edisi 2 . Semarang: Universitas Diponegoro. Hanafi, A., & Zulkifli. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Serta Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Dimensi , 7(2), 406-422. Kawiana, P. I. (2020). Manajemen Sumber Daya Manusia "MSDM" Perusahaan . Bali: (UNHI) Press. Mamesah, dkk., A. M. (2016). Pengaruh Lingkungan Kerja, Disiplin Kerja, dan Loyalitas Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada LPP RRI Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi , 600-611. Mujiasih, E. (2015). Hubungan Antara Persepsi Dukungan Organisasi (Perceived Organizational Support) dengan Keterikatan Karyawan (Employee Engagement). Jurnal Psikologi Undip , 40- 51. Pawirosumanto, dkk. (2018). The Effect of Work Environment, Leadership Style, and Organizational Culture Towards Job Satisfaction and Its Implication Towards Employee Performance In Parador Hotels And Resorts, Indonesia. International Journal of Law and Management , 1337-1358. Raihan. (2017). Metodologi Penelitian . Jakarta: Universitas Islam Jakarta. Razak, dkk. (2018). Effect of Leadership Style, Motivation and Work Dicipline on Employee Performance in PT. ABC Makassar. International Review of Management and Marketing , 67-71. Riyanto, dkk. (2017). The Impact of Working Motivation and Working Environment on Employees Performance in Indonesia Stock Exchange. International Review of Management and Marketing , 342-348. Sarwono, J., & Narimawati, U. (2015). Membuat Skripsi, Thesis, dan Disertasi Menggunakan PLS. Bandung: Andi Publiser. Sinambela, L. P. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta: PT Bumi Aksara. Syahrir, dkk. (2020). A plikasi Metode SEM-PLS (dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan) . Bogor: IPB Press. Yantika, dkk. (2018). Pengaruh Lingkungan Kerja, Etos Kerja, Dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus Pada Pemkab Bondowoso). Manajemen dan Bisnis Indonesia , 174-188. Yudiningsih, dkk., N. D. (2016). Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja terhadap Kinerja Pegawai. Jurnal Mnaajemen Indonesia .
00599018-e572-4214-adeb-a48a86b6ed06
https://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/download/5833/4097
Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , Vol 28, No.1, Juni 2018, p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569 ## PENGARUH PEMBELAJARAN TERBIMBING (GUIDED TEACHING) TERHADAP PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA ## Firosalia Kristin PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga [email protected] ## ABSTRACT The objective of this research was to examine the influence of guided teaching on studentsโ€™ independent learning. This research was an action research / preexperimental design research in RS15A of second year students in Bachelor degree of Primary Education in Satya Wacana Christian University. The instrument to test the studentโ€™s independent learning was tested in RS15B class. The instrument was qualified to be used in the research and it was used for pretest and posttest. The enhancement of studentsโ€™ independent learning was shown by a significant difference between posttests and pretest. The inferential data analisys were performed using independent sample t- tests. The results showed that there were significant differences between pretest and posttest. Moreover, Guided Teaching were able to increase studentsโ€™ independent learning by 59%. Keywords: Guided Teaching, Independent Learning, Basic Concepts of Social Study ## PENDAHULUAN Pendidikan adalah sebagai suatu sistem, yang tidak dapat lepas dari suatu tujuan dan hasil yang diharapkan. Setiap sub sistem yang ada dalam sistem, tersusun dan tidak dapat dipisahkan dari rangkaian unsur-unsur atau komponen- komponen yang berhubungan secara dinamis dalam satu kesatuan. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah salah satunya adalah dengan cara perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan ini dapat mengubah tujuan dan arah pendidikan ke tahap yang lebih baik. Demikian halnya dengan pendidikan disekolah tinggi, dosen dan mahasiswa harus memiliki komunikasi yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Fenomena yang terlihat dalam perkuliahan Konsep Dasar IPS, mahasiswa kurang siap ketika akan mengikuti perkuliahan. Selain itu dosen terlalu dominan dalam kegiatan pembelajaran sehingga mahasiswa sering bergantung pada dosen. Ketika diberikan tugas, mahasiswa tidak mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Terlihat bahwa mahasiswa kurang memiliki kemandirian belajar. Masih kurangnya kesempatan bagi mahasiswa untuk dapat mengembangkan kemandirian Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , Vol 28, No.1, Juni 2018, p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569 belajarnya. Ketergantungan akan keberadaan dosen sangat tinggi. Dalam situasi demikian, peranan mahasiswa dalam mengembangkan belajarnya tidak ada. Hal ini akan mengakibatkan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan hanya sekadar ingin tahu dan pemenuhan kebutuhan jangka pendek tanpa memperhatikan pemenuhan kebutuhan jangka panjang yang berkaitan dengan hasil belajarnya. Padahal jika mahasiswa sendiri dapat mengembangkan kemampuan belajar mandirinya, maka hasil belajar yang dicapai akan lebih bermutu, asli, dan tahan lama (Suarni, 2005). Chaeruman (2007), menyatakan bahwa betapapun guru dan dosen dapat memperbaiki hasil belajar anak didiknya dengan menggunakan model, pendekatan, dan metode mengajar yang tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran dalam kurikulum tetapi mereka belum mampu secara optimal menciptakan kondisi sehingga anak didik bisa belajar dan bagaimana belajar. Pendidik yang baik adalah pendidik yang mampu meningkatkan pemberdayaan anak didiknya sehingga mereka mampu belajar dengan efektif. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengembangkan kemandirian belajar anak didik dalam pembelajaran. Menurut Hoshi (2001), kemandirian belajar melibatkan 2 konsep yaitu otonomi siswa yang belajar dan pengajaran diri sendiri. Dengan mengutip Dickson dikatakan bahwa:โ€ Otonomi siswa merupakan sikap terhadap proses belajar, sedangkan pengajaran diri adalah satu cara belajar. Siswa-siswa yang memiliki otonomi bertanggung jawab mengendalikan apa yang harus dipelajari, bagaimana dan kapan harus belajar.โ€ Lebih lanjut Dickson yang menunjuk pada sikap ini sebagai โ€˜pengajaran diri sendiriโ€™telah menegaskannya sebagai suatu sikap khusus terhadap tugas belajar yang ada, dimana siswa menerima tanggung jawab untuk semua keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya, tetapi tidak selalu melakasanakan keputusan-keputusan terkait. Dengan demikian, siswa yang sepenuhnya mandiri merupakan siswa yang membuat keputusan sendiri meskipun tidak harus melaksanakannya.โ€ Pada akhirnya Hoshi (2001) menyimpulkan: โ€œ Dalam kemandirian belajar siswa bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan- keputusan tersebut. Kemandirian memerlukan kemauan untuk bertindak secara mandiri, tidak tergantung, digabung dengan kemampuan untuk melaksanakan keputusan-keputusan sendiri. Kemampuan ini tergantung pada pengembangan berbagai strategi komunikasi, belajar, kreativitas, kerja mandiri, penciptaan konteks belajar pribadi, dan ekspresi berbagai makna pribadi.โ€ Kemandirian adalah kemampuan untuk bertanggung jawab atas proses belajar untuk diri sendiri. Menurut Little, Kemandirian adalah suatu kapasitas untuk refleksi kritis, membuat keputusan dan menindaklanjuti keputusan itu. Dickinson menyatakan bahwa kemandirian dalam belajar adalah sebuah situasi yang menuntut siswa secara total bertanggung jawab untuk semua keputusan menyangkut proses belajarnya dan melakukan keputusan tersebut. Kemandirian belajar merupakan sebuah kesiapan untuk melayani kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , Vol 28, No.1, Juni 2018, p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569 Slameto (2010), mengemukakan kemandirian belajar mencakup beberapa unsur antara lain: proses dan prosedur yang intensif, tujuan yang menjadi rancangan proses ke mana diarahkan atau menjadi muara sekaligus standard, materi yang dipelajari dengan berbagai teknik yang ilmiah dan kreatif dimana peran siswa yang menjadi tolok ukurnya dibandingkan dengan pihak luar seperti guru, orang tua, dan lain-lain. Dalam melakukannya didorong oleh motivasi diri dan tanggung jawab siswa sendiri dengan kepercayaan diri; dengan demikian kemandirian belajar yang menjadi keinginan dari adanya independent study adalah kemampuan belajar mandiri yang terungkap melalui proses intensive yang dilakukan siswa untuk mencapai tujuan belajar/penguasaan materi pelajaran yang menggunakan berbagai keterampilan dan teknik yang kreative atas prakarsa (inisiatif dan motivasi) siswa yang bersangkutan. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mencoba menerapkan pembelajaran terbimbing (guided teaching) pada saat perkuliahan konsep dasar IPS. Metode ini merupakan aktifitas untuk mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa atau untuk memperoleh hipotesa. Metode ini meminta kepada mahasiswa untuk membandingkan antara jawaban mereka dengan materi yang telah disampaikan oleh dosen, (Slameto dkk, 2016). Langkah-langkah pembelajaran terbimbing (guided teaching) sebagai berikut: 1. Dosen menyampaikan beberapa pertanyaan kepada mahasiswa untuk mengetahui pikiran dan kemampuan yang mereka miliki. 2. Dosen memberi kesempatan beberapa menit kepada mahasiswa untuk menjawab pertanyaan dengan meminta mereka untuk bekerja berdua atau dalam kelompok kecil. 3. Dosen meminta mahasiswa menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian dosen mencatat jawaban-jawaban mereka. 4. Dosen menyampaikan poin-poin utama dari materi, kemudian meminta mahasiswa untuk membandingkan jawaban mereka dengan poin-poin yang telah disampaikan. Setelah itu, dosen mencatat poin-poin yang dapat memperluas bahasan materi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penerapan pembelajaran terbimbing (guided teaching) berperngaruh pada peningkatan kemandirian belajar mahasiswa? ## METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan atau ekperimen lemah yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh guided teaching terhadap kemandirian belajar mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa kelas RS15A. Sedangkan teknik pengumpulan datanya menggunakan teknik tes. Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Teknik Analisa data menggunakan uji sample t-test, kemudian hasilnya dideskripsikan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis deskriptif (data pretest dan posttest), diperoleh hasil skor rata-rata pretest 52,30 dan skor rata-rata posttes 83, 23. Maka dari itu, bila dilihat dari besarnya skor rerata data pretest dan posttest kemandirian belajar Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , Vol 28, No.1, Juni 2018, p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569 mahasiswa dapat dilihat bahwa mengalami peningkatan sebesar 59%. Hal ini berarti penggunaan model pembelajaran guided teaching mampu meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Hoshi (2001) yang mengatakan bahwa individu bertanggung jawab atas pembuatan keputusan yang berkaitan dengan proses belajarnya, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan keputusan-keputusan tersebut. Kemandirian memerlukan kemauan untuk bertindak secara mandiri, tidak tergantung, digabung dengan kemampuan untuk melaksanakan keputusan-keputusan sendiri. Kemampuan ini tergantung pada pengembangan berbagai strategi komunikasi, belajar, kreativitas, kerja mandiri, penciptaan konteks belajar pribadi, dan ekspresi berbagai makna pribadi.โ€ Menurut Sumarmo (2004) karakteristik kemandirian belajar yang termuat dalam pengertian SRL, adalah: (1) Individu merancang belajarnya sendiri sesuai dengan keperluan atau tujuan individu yang bersangkutan; (2) Individu memilih strategi dan melaksanakan rancangan belajarnya: kemudian (3) Individu memantau kemajuan belajarnya sendiri, mengevaluasi hasil belajarnya dan dibandingkan dengan standar tertentu. Proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran guided teaching membuat mahasiswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Mahasiswa lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar tentang konsep dasar IPS. Selain itu dosen bukan sebagai subjek pembelajar tetapi sebagai fasilitator yang membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa dalam belajar. Dengan demikian mahasiswa terbantu untuk mengkonstruk sendiri tentang pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman belajar yang dialaminya, sehingga mahasiswa dapat belajar mandiri tidak bergantung terus dengan dosennya. ## PENUTUP Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan guided teaching terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan posttest, dengan kata lain guided teaching dapat meningkatkan kemandirian belajar mahasiswa sebesar 59%. Disarankan dalam pembelajaran di kelas, model pembelajaran guided teaching dapat diterapkan dengan memperhatikan faktor internal dan faktor eksternal dari individu dalam proses pembelajaran. ## DAFTAR PUSTAKA Chaeruman, U. A. 2007. Suatu Pendidikan Dengan Sistem Belajar Mandiri. Jurnal Teknologi Pendidikan, 6(2): 7-37. Hoshi, M. 2001. Internet-Based English Language Learning by Japanese EFL Learns. http://www/ucalgary.ca/~mhoshi/Thesis.htm. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial , Vol 28, No.1, Juni 2018, p-ISSN: 1412-3835; e-ISSN: 2541-4569 Suarni, N. K. 2005. Perkembangan Kemandirian dengan Optimalisasi Keterlibatan Siswa dalam Mengelola Penilaian Proses dan Hasil Belajar. Laporan Penelitian tidak diterbitkan. Singaraja: IKIPN. Slameto, dkk. 2010. Model Pembelajaran Berbasis Riset. Laporan Hasil Penelitian tidak diterbitkan. Salatiga; UKSW. Sumarmo, U. (2004, July). Kemandirian Belajar: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah pada Seminar Tingkat Nasional. FPMIPA UNY Yogyakarta Tanggal (Vol. 8).
02478757-9209-4cf6-a8b6-f7ae03a0b96d
https://ojs.stie-tdn.ac.id/index.php/TB/article/download/44/40
PENGARUH SELF ASSESSMENT SYSTEM DAN PEMERIKSAAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA MAKASSAR SELATAN. Sitti Mispa (STIEM Bongaya Makassar) [email protected] ## ABSTRACT This study aims to determine the effect of self-assessment system and tax audit on value added tax revenue (VAT) at KPP Pratama Southern Makassar. Data collection is using secondary data. The population is all individual taxpayers and corporate taxpayers registered as taxable entrepreneurs from 2015-2017 in KPP Pratama Southern Makassar, while samples taken for VAT period SPT, Amount of SKPKB issued and Amount of realization of VAT receipts from 2015- 2017. This research uses the classic assumption test in the form of normality assumptions, multicolonity assumptions, and heteroscedasticity assumptions. Data analysis method uses multiple linear regression techniques. The results of this study indicate that the proposed hypothesis is accepted because it shows positive and significant hypothesis test results. This means that the self-assessment system and tax audit have a positive and significant effect on value added tax revenue (VAT). Keywords : Self-Assessment System, Tax Examination, Value Added Tax Revenue. ## I. PENDAHULUAN Pajak merupakan salah satu penerimaan bagi Negara dan juga kewajiban bagi setiap warga negara. Ditinjau dari sudut keuangan negara, pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dalam negeri. Salah satu jenis pajak yang menjadi sumber penerimaan Negara dari sektor perpajakan adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak atas konsumsi dalam negeri Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak tidak langsung sebagai pengganti dari pajak penjualan (Hidayat dan Purnawa, 2017). Untuk lebih memaksimalkan penerimaan pajak terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan pajak diantaranya adalah sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia yaitu Self assessment system menurut (Mardiasmo 2011) yaitu menjelaskan bahwa Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk mematuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakan. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendekteksi adanya kecurangan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dan juga mendorong mereka untuk membayar pajak dengan jujur sesuai ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan juga dilakukan jika fiskus mendapat data dari pihak ketiga atau lawan transaksi dari wajib pajak yang belum dilaporkan oleh wajib pajak itu sendiri (Nindar,dkk. 2010). Pemeriksaan pajak dapat menimbulkan rasa diawasi dan efek jera bagi Wajib Pajak yang melakukan penyimpangan karena akan dikenai sanksi administratif atau sanksi pidana jadi dapat disimpulkan Pemeriksaan pajak menjadi aspek pendorong untuk meningkatkan penerimaan pajak. Dengan demikian pemeriksaan akan mampu meningkatkan tingkat penerimaan pajak pertambahan nilai dengan optimal (Trisnayanti dan Jati, 2015). Terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak yang dikhususkan pada penerimaan PPN, beberapa penelitian telah dilakukan sebelumnya. Diantaranya adalah Trisnayanti dan Jati (2015) yang melakukan penelitian berjudul Pengaruh self assessment system , pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) hasil penelitian ini membuktikan Self assessement system , pemeriksaan pajak dan penagihan pajak berpengaruh positif terhadap PPN. Ayuni, dkk (2012) melakukan penelitian berjudul Self Assessment System dan Ketetapan Pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di KPP Pratama Kedaton Bandarlampung mengemukan hasil penelitiannya secara simultan Self Assesment system dan Ketetapan Pelaporan SPT berpengaruh terhadap Tingkat Penerimaan PPN dan secara parsial self assessment system dan ketetapan Pelaporan SPT berpengaruh terhadap tingkat penerimaan PPN. Sadiq, dkk (2015) melakukan penelitian Pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-bersama variabel bebas yang terdiri jumlah PKP terdaftar, SPT Masa PPN, dan SSP PPN yang merupakan Self assessment system berpengaruh signifikan terhadap PPN dan sedangkan secara parsial PKP terdaftar, SPT Masa PPN, dan SSP PPN berpengaruh tidak signifikan terhadap PPN. Gahara dan Sukmasari (2016) juga melakukan penelitian Pengaruh self assessment system dan penerbitan surat tagihan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Hasil penelitiannya menunjukkan jumlah PKP terdaftar berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PPN, Jumlah SSP disetor berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan PPN, STP PPN yang diterbitkan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan PPN. Nursanti dan Padmono (2013) melakukan penelitian Pengaruh self asssessment system dan surat tagihan pajak terhadap penerimaan PPN pada pengusaha kena pajak hasil penelitiannya secara simultan PKP,SPT, dan STP PPN berpengaruh positif den signifikan terhadap penerimaan PPN dan secara parsial, PKP dan STP PPN berpengaruh negatif dan signifikan terhdap penerimaan PPN. Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui pengaruh Self Assessment System terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Makassar Selatan. 2. Untuk mengetahui pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Makassar Selatan. 3. Untuk mengetahui pengaruh Self Assessment System dan Pemeriksaan pajak secara simultan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada KPP Pratama Makassar Selatan. ## II. TINJAUAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Self Assessment System Pengertian self assessment system menurut Rahayu (2010) menjelaskan bahwa: โ€œSelf Assessment System adalah suatu sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk mematuhi dan melaksanakan sendir i kewajiban dan hak perpajakanโ€. Adapun pengertian self assessment system menurut Mardiasmo (2011) yaitu menjelaskan bahwa: โ€œSelf Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya yang terutangโ€. a. Prinsip Self Assessment System Sebelum UU No. 6 Tahun 1983 lahir, penghitung pajak dilakukan oleh fiskus (aparat pajak). Sistem pemungutannya dikenal dengan istilah official assessment system . Perpindahan dari official assessment ke self assessment system inilah yang kemudian ditandai sebagai reformasi perpajakan. Prinsip self assessment system ini tampak pada Pasal 12 UU KUP. Berikut kutipannya: 1) Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. 2) Jumlah pajak yang terutang menurut surat pemberitahuan yang disampaikan oleh wajib pajak adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b. Indikator Self Assessment System Indikator self assessment system dalam penelitian ini menggunakan dasar pemikiran menurut Rahayu (2010). Pelaksanaan Self Assessment System menyebabkan Wajib Pajak mendapat beban berat karena semua aktivitas pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib Pajak sendiri. Bagi Pengusaha Kena Pajak, fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya terutang. Berdasarkan Indikator self assessment sytem yang diuraikan diatas maka indikator self assessment system dalam penelitian ini jumlah SPT masa PPN di KPP Pratama Makassar Selatan perbulan dari tahun 2015- 2017. ## Pemeriksaan Pajak Pengertian Pemeriksaan Pajak menurut Pasal 1 ayat (25) Undang - undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang - undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan professional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepaatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Sedangkan menurut Rahayu (2010), Pemeriksaan pajak adalah pengawasan pelaksanaan sistem self assessment yang dilakukan oleh wajib pajak harus berpegang teguh undang- undang perpajakan. Adapun Indikator pemeriksaan pajak dalam penelitian ini menggunakan dasar pemikiran menurut Rahayu (2010) adalah sebagai berikut Laporan pemeriksaan pajak merupakan dasar untuk penerbitan suatu produk hukum perpajakan yaitu Surat Ketetapan Pajak (SKP)โ€. Dari hasil penelitian diatas, indikator untuk pemeriksaan pajak adalah penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) dari tahun 2015-2017 pada KPP Pratama Makassar Selatan. ## Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dulu disebut sebagai Pajak Penjualan sejak tanggal 1 April 1985 Pajak Penjualan diganti menjadi Pajak Pertambahan Nilai. Peraturan perundang-undangan yang mengatur Pajak Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa indikator penerimaan pajak pertambahan nilai adalah jumlah realisasi penerimaaan PPN di KPP Pratama Makassar perbulan dari tahun 2015-2017. ## Kerangka Konseptual Adapun Kerangka Konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Indikator: Jumlah SPT masa PPN dari tahun 2015-2017 (Siti Kurnia Rahayu 2010:103) Indikator : 1. Surat Ketetapan Pajak (SKP) ๏‚ท Jumlah SKPKB dari tahun 2015-2017 (Siti Kurnia Rahayu 2010:180) Indikator : Jumlah Realisasi Penerimaan PPN dari tahun 2015-2017 (Mahmudi,2010:143) ## Gambar 1 Kerangka Konseptual ## Catatan: 1. Diagram bentuk ellips : memuat tentang variabel penelitian. 2. Diagram bentuk kotak : memuat tentang indikator variabel. Self Assessment System (X 1 ) Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Y) Pemeriksaan Pajak (X 2 ) ## Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan kerangka pikir atau kerangka konseptual yang telah di uraikan sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H 1 : Self assessment system berpengaruh positif dan signifkan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. H 2 : Pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. H 3 : Self assessment system dan pemeriksaan pajak berpengaruh secara simultan terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. ## III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar selatan di Jl. Urip Sumoharjo KM 4 GKN I. Makassar 441259. Populasi dalam penelitian ini seluruh wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan yang terdaftar sebagai pengusaha kena pajak pada KPP Pratama Makassar Selatan yang diobservasi setiap bulannya dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 yaitu 36 bulan. Sedangkan Sampel dalam penelitian ini adalah data sehubungan dengan self assessment system , jumlah SPT masa PPN. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Jumlah Wajib Pajak Orang pribadi dan Wajib Pajak Badan yang terdaftar sebagai Pengusaha Kena Pajak di KPP Pratama Makassar. Tabel 1. Jumlah PKP yang terdaftar Tahun 2015-2017 Bulan Jumlah PKP terdaftar tahun 2015 Jumlah PKP terdaftar tahun 2016 Jumlah PKP tedaftar tahun 2017 1 3271 3940 4771 2 3325 3988 4795 3 3379 4052 4832 4 3449 4118 2856 b. Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan PPN di KPP Pratama ## Makassar Selatan. Tabel 2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di KPP Pratama Makassar Selatan Tahun Target Penerimaan PPN Realisasi Penerimaan PPN 2015 Rp 685.884.618.949 Rp 613.808.045.693 2016 Rp 842.773.647.071 Rp 690.414.999.972 2017 Rp 726.438.672.500 Rp 779.547.487.174 ## Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Makassar Selatan ## c. Hasil Pengujian Uji Asumsi Klasik ## Uji Normalitas Pengujian dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smimov Test. Tabel 3. Hasil Uji Normalitas 5 3498 4189 4884 6 3558 4189 4897 7 3608 4210 4918 8 3657 4269 4946 9 3702 4314 4960 10 3751 4350 4986 11 3792 4400 5000 12 3845 4445 5025 TOTAL 42835 56870 56870 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 36 Normal Parameters a,b Mean -.0000059 Std. Deviation 27269067737.587 51300 Most Extreme Differences Absolute .084 Positive .084 Negative -.062 Test Statistic .084 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 c,d a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. c. Lilliefors Significance Correction. Hasil pengujian normalitas menunjukan bahwa variabel independen dan dependen memiliki data berdistribusi normal. Hal ini ditunjukan dari nilai probabilitas (asymp. Sig) Kolmogorov- Smimov Test yang di peroleh sebesar 0.200 nilai tersebut lebih besar dari 0.05 dengan demikian pengujian regresi untuk pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) dapat dilanjutkan. ## Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditentukan adanya korelasi antara variable independen. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi di antara varaibel independen. Uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Berikut ini adalah hasil output uji multikolonieritas: Tabel 4. Hasil Uji Multikolonieritas ## Sumber: Hasil olah data Berdasarkan tabel 4 maka dapat diketahui bahwa: a) Berdasarkan variabel self assessment system dengan SPT masa PPN (X1) nilai TOL sebesar 0,999 lebih besar dari 0,10 dan nilai VIF nya d. This is a lower bound of the true significance. Sumber: Hasil olah data Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) - 4826202 8320.17 2 41863409738. 829 -1.153 .257 Self Assessment System 3431157 1.344 14247271.857 .312 2.408 .022 .999 1.001 Pemeriksaan Pajak .965 .209 .598 4.620 .000 .999 1.001 a. Dependent Variable: Penerimaaan PPN 1,001 lebih kecil dari 10,00 sehingga dapat disimpulkan variabel self assessment system tidak terjadi Multikolonieritas. b) Berdasarkan variabel pemeriksaan pajak dengan SKPKB (X2) nilai TOL nya sebesar 0,999 lebih besar dari 0,10 dan nilai VIFnya 1.001 lebih kecil dari 10,00 sehingga dapat disimpulkan variabel pemeriksaan pajak tidak terjadi Multikolonieritas. ## Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, dapat disebut homoskedastisitas dan yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Dasar pengambilan keputusan pada uji Heteroskedastisitas yakni : a. Jika nilai signifikansi > 0,05, kesimpulannya adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. b. Jika nilai signifikansi < 0,05, kesimpulannya adalah terjadi heteroskedastisitas. Tabel 5. Uji Heterokedastisitas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -41579675410.690 21203560696.866 -1.961 .058 Self Assessment System 21947268.388 7217568.922 .466 3.041 .005 Pemeriksaan Pajak -.057 .105 -.083 -.540 .593 a. Dependent Variable: RES2 Sumber: Hasil olah data Berdasarkan Output tersebut diketahui bahwa nilai signifikan variabel Self assessment system (X1) sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05 artinya terjadi heteroskedastisitas pada variabel self assessment system dan nilai signifikan variabel Pemeriksaan pajak (X2) sebesar 0,593 lebih besar dari 0,05 artinya tidak terjadi heteroskedastisitas pada variabel pemeriksaan pajak. Dengan demikian disimpulkan bahwa data ini tidak memenuhi uji asumsi klasik pada uji heteroskedastisitas. ## Statistik Deskriptif Statistik deskriptif, bertujuan untuk menyajikan sebuah ringkasan data yang dapat di artikan sebagai upaya mendeskripsikan data. deskriptif ini dapat memberikan gambaran bagaimana hubungan antara variabel independen dan dependen. Hasil statistik dari masing masing variabel disajikan dalam bentuk sebagai berikut. Tabel 6. Hasil Pengujian Statistik Deskriptif ## Sumber: Hasil olah data Berdasarkan hasil penelitian dari tabel diatas menunjukkan bahwa nilai N atau jumlah data yang valid (sah untuk diproses) adalah 36 sampel dengan Mean (rata-rata) untuk self assessment system sebesar 2916.28, Mean (rata-rata) pemeriksaan pajak sebesar 6302402851.58 dan Mean (rata-rata) penerimaan PPN sebesar 57882514801.08 sedangkan Standar Deviation untuk self assessment system sebesar 333.275, Standar Deviation pemeriksaan pajak sebesar 22728697621.225 dan Standar Deviation penerimaan PPN sebesar 36656283390.199. ## Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh signifikan antara dua atau lebih variabel bebas terhadap variabel terikat baik secarah parsial maupun simultan. ## Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Penerimaaan PPN 57882514801.08 36656283390.119 36 Self Assessment System 2916.28 333.275 36 Pemeriksaan Pajak 6302402851.58 22728697621.225 36 Tabel 7. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda pada ## Sumber: Hasil olah data Berdasarkan tabel 7 diatas diperoleh persamaan model regresi berganda yaitu : Y= -48262028320.172 + 34311571.344 X1 + 0.965 X2 + e Dari tabel 7 persamaan regresi tersebut dapat diinterpretasikan sebagi berikut: 1. Nilai koefisien regresi self assessment system (B1) sebesar 34311571.344 hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan self assessment system akan menyebabkan terjadi peningkatan penerimaan PPN sebesar 34311571.344 . 2. Nilai koefisien regresi pemeriksaan pajak (B2) sebesar 0.965 hasil ini menunjukkan peningkatan pemeriksaan pajak akan menyebabkan terjadinya peningkatan penerimaan PPN sebesar 0.965 . ## Hasil Pengujian Hipotesis ## 1.Uji Parsial (t-test) Uji parsial (individu) digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara individual. Berikut Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardi zed Coefficien ts T Sig. 95.0% Confidence Interval for B Correlations B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Zero- order Parti al Part 1 (Constant) - 482620 28320.1 72 418634 09738.8 29 - 1.153 .257 - 133433 775837. 198 369097 19196.8 54 Self Assessment System 343115 71.344 142472 71.857 .312 2.408 .022 532527 8.803 632978 63.885 .298 .387 .312 Pemeriksaa n Pajak .965 .209 .598 4.620 .000 .540 1.390 .591 .627 .598 a. Dependent Variable: Penerimaaan PPN ini akan dijelaskan pengujian masing-masing variabel secara parsial. - Variabel Self Assessment System (X1) Hipotesis: H0: Self assessment system tidak berpengaruh tehadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. H1: Self assessment system berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. Berdasarkan tabel 8 di atas di peroleh nilai t hitung > t tabel yaitu 2.408 > 2.034. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak. Sedangkan dari tingkat signifikansi terlihat bahwa nilai signifikansi self assessment system yaitu 0.022<0.05 yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa self assessment system berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. - Variabel Pemeriksaan Pajak Hipotesis: H0: Pemeriksaan pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. H2: Pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. Berdasarkan hasil output pada tabel 4.8 diperoleh nilai thitung> ttabel yaitu 4.620 > 2.034 dan hasil ini menunjukkan bahwa H0 di tolak. Hasil tingkat signifikansi pemeriksaan pajak yaitu 0.000 < 0.05, hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H2 diterima. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. ## Uji Simultan (f-test) Pengujian hipotesis secara bersama-sama dilakukan dengan menggunakan Uji F. Uji F dilakukan untuk menguji hubungan signifikansi antara variabel bebas dan variabel terikat secara keseluruhan. Untuk mendapatkan hasil yang menyakinkan maka akan dilakukan pengujian f- hitung dan f-tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 atau 5%. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut. Tabel 9. Uji Simultan (F-test) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Fhitung > Ftabel yaitu 13.315 > 3.284 maka Ho ditolak dengan kata lain terdapat pengaruh antara self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) secara simultan. Selain itu dapat dilihat nilai signifikansi = 0.000 < 0.05 maka Ho ditolak atau dapat dikatakan koefisien regresi signifikan. Koefisien Determinasi (R 2 ) Koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur seberapa besar peranan variabel bebas (independen) yaitu self assessment system dan pemeriksaan pajak secara bersama-sama menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel terikat (dependen). Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut. ## ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 2100283698448 3980000000.00 0 2 105014184922 41990000000. 000 13.315 .000 b Residual 2602607193469 9766000000.00 0 33 788668846506 053500000.00 0 Total 4702890891918 3745000000.00 0 35 a. Dependent Variable: Penerimaaan PPN b. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak, Self Assessment System Sumber: hasil olah data ## Tabel 10. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ## Sumber: hasil olah data Pada hasil perhitungan olah data, diperoleh angka Adjusted R square (R 2 ) adalah 0.413 yang berarti 41,3% penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) di KPP Pratama Makassar Selatan dijelaskan oleh variabel self assessment system dan pemerikasaan pajak. Sedangkan sisanya 58,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. ## Pembahasan Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi telah bebas dari masalah multikolinearitas, heteroskedastisitas dan terlah memenuhi uji asumsi klasik. Berdasarkan nilai koefisien regresi self assessment system (B1) sebesar 34311571.344 hasil ini menunjukkan bahwa peningkatan self assessment system akan menyebabkan terjadi peningkatan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 34311571.344 demikian pula dengan nilai koefisien regresi pemeriksaan pajak (B2) sebesar 0.965 hasil ini menunjukkan peningkatan pemeriksaan pajak akan menyebabkan terjadinya peningkatan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 0.965. Pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak di KPP Pratama Makassar Selatan pada tahun 2015 s/d 2017 menunjukkan nilai T hitung untuk variabel self assessment system (X1) terhadap pajak pertambahan nilai (PPN) (Y) 2.408 lebih besar dari nilai Ttabel (2.034), memiliki tingkat signifikan 0.022 karena tingkat signifikan lebih kecil dari pada Model Summary b Model R R Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .66 8 a .447 .413 28083248 503.442 .447 13.315 2 33 .000 a. Predictors: (Constant), Pemeriksaan Pajak, Self Assessment System b. Dependent Variable: Penerimaaan PPN 0,05 maka hal ini membuktikan bahwa self assessment system berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. Sedangkan nilai Thitung untuk variabel pemeriksaan pajak (X2) terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) (Y) menunjukkan 4.620 lebih besar dari nilai Ttabel 2.034, memiliki tingkat signifikan 0.000 karena tingkat signifikan lebih kecil 0.05 maka hal ini membuktikan bahwa pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) pada KPP Pratama Makassar Selatan. Dari hasil uji simultan diperoleh nilai Fhitung > F tabel yaitu 13.315 dengan tingkat signifikan 0.000 < 0.05. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa self assessment system dan pemeriksaan pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) secara simultan. Koefisien determinasi (R 2 ) adalah 0.447 ini berarti variabel penerimaan PPN dapat dijelaskan oleh variabel self assessment system dan pemeriksaan pajak di KPP Pratama Makassar Selatan sebesar 44,7% sedangkan sisanya 55,3% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian sebelumnya yang berjudul pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak terhadap penerimaan PPN yang dilakukan oleh Trisnayanti dan Jati (2015) yang menunjukkan hasil yang positif dan signifikan sebagaimana telah dijelaskan self assessment system dengan jumlah SPT masa PPN dan pemeriksaan pajak dengan jumlah SKPKB maka penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) akan meningkat. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa sebelum melakukan penelitian dengan self assessment system dan pemeriksaan pajak nilai rata-rata pertumbuhan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) berfluktuatif. Namun setelah melakukan self assessment system dan pemeriksaan pajak akan menyebabkan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) mengalami peningkatan yang optimal. Hasil uji ini juga memberikan gambaran bahwa dengan adanya penerapan self assessment system dan pemeriksaan pajak, dapat meningkatkan wajib pajak orang pribadi dan badan yang terdaftar sebagai pengusaha kena pajak secara sadar melakukan kewajiban perpajakannya dengan baik. ## V. KESIMPULAN DAN SARAN ## Kesimpulan 1. Self assessment system berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai. Artinya self assessment system pada KPP Pratama Makassar Selatan sudah berjalan dengan baik dan menggambarkan bahwa wajib pajak badan sudah menjalankan kewajiban perpajakannya secara mandiri dilihat dari penyampaian SPT wajib pajak terdaftar. 2. Pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhdap penerimaan pajak pertambahan nilai, walaupun wajib pajak badan menunjukkan nilai pemeriksaan pajak yang berfluktuatif, artinya pemeriksaan pajak yang dilakukan KPP Pratama Makassar Selatan terhadap wajib pajak badan yang memiliki tunggakan atau utang pajak belum berjalan dengan maksimal. 3. Self assessment system dan pemeriksaan pajak berpengaruh positif dan signifikan terhdap penerimaan pajak pertambahan nilai. Besarnya pengaruh self assessment system dan pemeriksaan pajak dalam memberikan kontribusi pengaruh terhdap penerimaan pajak pertambahan nilai cukup besar. Jadi semakin tinggi self assessment system dan pemeriksaan pajak, maka semakin tinggi pula penerimaan pajak pertambahan nilai. Saran KPP Pratama Makassar Selatan diharapkan mampu membenahi penerapan Self Assessment System agar berjalan dengan baik dan efektif. Namun disamping itu, Kantor pajak juga diharapkan tetap memberikan pengawasan dan penyuluhan yang berkesinambungan terhadap wajib pajak menganai kesadaran akan kewajibannya dalam perpajakan dan mengenai tata cara dalam menjalankan Self Assessment System, selain itu juga disarankan untuk kantor pajak agar Pemeriksaan Pajak secara rutin bagi wajib pajak untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecurangan atau tax evasion . ## DAFTAR PUSTAKA Ayuni, Putri Dkk. (2012). Pengaruh Self Assessment System dan ketetapan surat pemberitahuan (SPT) Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di KPP Pratama Kedotan Bandarlampung . Jurnal Riset Akuntansi dan manajeman, Vol. 1, No 1. Damayanti, Theresia W dan Supramono. 2009. Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Andi. Erly, Suandy. (2011). Perencanaan Pajak Edisi 5 . Jakarta: Salemba Empat. Fahrul, Ahmad. (2016). Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar: Universitas Hasanuddin. Halim, Abdul, dkk. (2014). Perpajakan: Konsep, aplikasi, contoh dan studi kasus . Jakarta: Salemba Empat. Hidayat, Nurdin dan Purnawa ES, Dedi. (2017). Perpajakan Teori & Praktik . Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Hidayat, Nur. (2013). Pemeriksaan Pajak . Jakarta: Elex Media Komputindo. Nindar, Muhammad R.S.S. Pengemanan, H. Sabijono. 2014. Efektifitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Dan Surat Paksa terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado. Jurnal Emba 1(2). HAL: 1-10 Nursanti, Ika dan Padmono, Y.Y. (2013). Pengaruh Self Assessment System dan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai . Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 1(1) Januari. Mahmudi. 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah . Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011 .Yogyakarta: Andi. Putri ayuni, Dkk. (2012). Pengaruh Self Assessment System dan ketetapan surat pemberitahuan (SPT) Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di KPP Pratama Kedotan Bandarlampung . Jurnal Riset Akuntansi dan manajeman, Vol. 1, No 1. Rahayu, Siti Kurnia. (2010). Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Resmi, Siti. (2014). Perpajakan Teori dan Kasus . Yogyakarta: Salemba Empat. Sari, Diana. (2013). Konsep Dasar Perpajakan . Bandung: Refika Aditama. Sadiq, Melisa LD, Dkk. (2015). Pengaruh Self Asserssment System terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai. Jurnal Perpajakan (JEJAK) Vol. 7 No. 1. Soemitro, R. dan Sugiharti, D. K. (2010). Asas dan Dasar Perpajakan 1. Edisi Revisi . Bandung: Penerbit Refika Aditama. Sugiyono. (2014). Metode Penelitaian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D . Bandung: Alfabeta. Sukardji, Untung. (2015). Pajak Pertambahan Nilai (PPN ). Jakarta: Rajawali Pers. Sukmasari, Dewi dan Gahara, As Shaumi. (2016). Pengaruh Self Assessment System dan Penerbitan Surat Tagihan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Studi Pada KPP Pratama di Kota Bandarlampung). Jurnal Akuntansi dan keuangan. Volume 21 nomor 1. Syahruddin, Herman, Dkk. (2015). Laboratorium Pengelolaan Data . Makassar: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM BONGAYA). Trisnayanti, Ida Ayu dan I Ketut Jati. 2015. Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak dan Penagihan pajak pada Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) . E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana 13.1:292 Undang- Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Perubahan ketiga atas Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan (UU KUP). Undang โ€“ Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan. Undang โ€“ Undang No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Widodo, Widi. 2010. Moralitas, budaya dan kepatuhan pajak . Bandung: Alfabeta
64b5cb8d-9b61-4171-ae41-d9eebe99bf70
http://journal.eng.unila.ac.id/index.php/mech/article/download/170/164
## Potensi Penghematan Energi Pada Industri Farmasi ## Harmen Jurusan Teknik Mesin, UNILA Gedung H Fakultas Teknik, Jl. Sumantri Brojonegoro No. 1 Gedungmeneng. Bandarlampung (35145) Telp.: (0721) 3555519, Fax: (0721) 704947 E-mail: [email protected] ## Abstract This research is focus to identify and calculated energy saving potential in pharmaceutical industry. Energy audit procedure is done by measure electrical power for each electrical industrial devices. Monthly electricity consumption for two years is investigated to know electricity pattern for this industri. Elctricity pattern can be used to measure electricity efficiency of this industry. The result show that this industry is over estimate on power supply from the grid. Itโ€™s investigated that 3.835.178,-IDR/month is loss. By using 200 kW gas/diesel cogeneration engine will be save 65.8 kW power. Keywords: energy saving, audit energy, energy efficiency, cogeneration, pharmaceutical industry. ## PENDAHULUAN Industri merupakan salah satu pengguna energi terbesar. Konsumsi energi final sektor industri berdasarkan data tahun 2010 adalah sebesar 355,756,662 setara barel minyak atau sekitar 32,90% dari total konsumsi energi final Indonesia pada tahun tersebut [1]. Komponen biaya energi industri berkisar antara 10% - 30% dari total biaya produksi. Fluktuatifnya harga energi di pasar global menambah ketidakpastian dalam hal perancanaan biaya produksi dan pentingnya untuk melakukan kegiatan efisiensi energi. Efisiensi energi adalah suatu usaha untuk menggunakan lebih sedikit energi dalam menjalan-kan suatu proses dengan kinerja yang sama[2]. Hal tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, antara lain dengan perilaku pemakaian yang efisien[3], perawatan yang baik, penggunaan peralatan yang hemat energi[4], dan pemanfaatan kembali energi yang terbuang[5]. Besarnya penghematan yang didapat sangat tergantung pada bentuk usaha yang dapat dilakukan. Selain penghematan dalam hal biaya energi, efisiensi energi juga dapat meningkatkan daya saing produk suatu industri[3]. Pada penelitian ini akan dihitung penggunaan energi untuk setiap unit proses dalam setiap alur proses produksi. Audit energi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk menentukan ketidakefisienan yang ada, untuk penyusunan target penghematan, dan penentuan potensi penghematan yang akan dapat dicapai[2]. Setelah audit dilakukan, target yang rasional ditentukan baru kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana aksi dan pengimplementasiaannya. ## METODE Tata langkah dalam melaksanakan audit energi merupakan metode yang dilakukan pada penelitian ini. Audit energi dimulai dengan mendata dan mengukur arus listrik yang mengalir pada mesin-mesin produksi utama dan mengamati aktivitas mesin selama 1 bulan. Aktivitas mesin dicatat baik pada LWBP maupun WBP. Konsumsi listrik diukur melalui pengukuran arus listrik dengan clamp meter untuk tiap mesin dan pada catatan meteran listrik. Arus listrik diukur untuk setiap proses yang ada dalam satu siklus untuk menghasilkan satu produk. Dari data aktivitas mesin selama bulan dan besar konsumsi arus listrik yang diperlukan tiap mesin, dapat dihitung besar daya kVA yang diperlukan tiap mesin dan konsumsi energi listrik saat LWBP dan WBP. Setelah itu dengan data yang tertera pada tagihan dari PLN selama satu tahun juga dilakukan pengamatan pola konsumsi energi listrik. Melalui data pengamatan dan hasil analisa ditentukanlah rekomendasi potensi penghematan yang dapat dilakukan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Industri farmasi yang dijadikan sebagai studi kasus adalah sebuah pabrik farmasi/pembuatan obat yang berlokasi di kota Semarang. Obat yang dihasilkan dapat dikatagorikan kedalam enam jenis, seperti yang diperlihatkan dalam Tabel 1. Pada tabel tersebut juga disertakan informasi mengenai kapasitas produksi, realisasi produksi pada tahun 2007, dan kebutuhan bahan baku Tabel 1. Kapasitas produksi, realisasi produksi, dan kebutuhan bahan baku pembuatan obat. ## Diagram Alir Proses Produksi Diagram alir proses produksi dari salah satu jenis produk yang dihasilkan yaitu, obat jenis sirup berserta sumber energi dan bahan tambahan/ pendukungnya diperlihatkan pada Gambar 1. Weighting ( 1 ) Raw Material Electricity (5 W/h) Preparing Preservative & sweetener solution ( 2b ) Dissolying raw material ( 2a ) 0.75 kW Electricity Steam LPG Hot water Mixing ( 3 ) 0.75 kW Electricity Filling ( 4 ) 0.25 kW Electricity Bottle + cover Labeling ( 5 ) 0.78 kW Electricity Label Packing ( 6 ) Carton Syrup medicine Purch. elect 345 KVA (peak 32.4 MWh/month) Lighting Elect. Equipment. AC Boiler Elect. Water Air Diesel oil Steam (0.5 ton/h) Flue Gas C e n tr a l a ir c o n d it io n e r Air Electricity, 65.8 kW Cold Air 198.733 kW Gambar 1. Diagram alir proses produksi obat jenis sirup dan sumber energinya Balans massa dan energi untuk setiap bagian dari proses produksi belum dapat digambarkan karena sebagian besar proses tidak dilakukan secara kontinu. Namun hal ini tidak mungkin tidak dapat digambarkan. Dengan mengamati lebih rinci setiap proses yang berlangsung pada mesin tertentu, maka jumlah material input, output dan hilang akan dapat ditentukan. Begitupun dengan energinya, besarnya energi/listrik yang dibutuhkan dapat ditentukan dengan mengetahui lamanya pemakaian suatu mesin secara kontinu atau dengan pengukuran langsung terhadap arus yang mengalir selama mesin berjalan. Hasil ini akan bermanfaat sekali khususnya untuk mengetahui kefektifan suatu proses produksi baik itu dari segi keandalan peralatan, produktifitas pekerja, maupun besar energi yang dikonsumsi. ## Pasokan dan Kebutuhan Energi Listrik Energi listrik dibutuhkan sebagai penggerak motor dari pelbagai mesin produksi. Namun dalam industri ini kegiatan masih dapat dilangsungkan bila terjadi pemutusan aliran listrik. Proses produksi manual dapat dilakukan seperti untuk proses pengisian obat batuk hitam atau proses lainnya. Kalau dilihat dari besarnya biaya produksi yang dikeluarkan per tahun 2007, biaya produksi untuk komponen biaya energi (listrik dan minyak solar) berkisar sekitar 1,61% dari total biaya produksi. Sebesar 345 kVA daya listrik dipasok dari jaringan PLN untuk keperluan produksi. Selain untuk mesin produksi, daya ini sebagian besar digunakan untuk menjalankan air handling unit untuk keperluan pengkondisian udara. Total daya yang dibutuhkan untuk proses ini adalah sebesar 74,25 HP atau 55,37 kW. Sebagai pembangkit cadangan digunakan sebuah genset berbahan bakar minyak solar dengan daya output 10 kW. Ini hanya dapat digunakan untuk keperluan kantor bila terjadi pemutusan listrik dari jaringan PLN. Sehingga direncanakan untuk membeli genset baru dengan kapasitas yang lebih besar agar dapat juga digunakan untuk keperluaan produksi. Gambar 3 Konsumsi dan biaya listrik per kWh Konsumsi listrik dan biaya yang dibayarkan per kWh listrik yang dikonsumsi untuk periode 2 tahun (24 bulan) diberikan dalam Gambar 3. Dari gambar tersebut terlihat bahwa selama dua tahun tersebut konsumsi relatif konstan, yaitu rata-rata 27,35 MWh per bulannya. Rata-rata biaya yang dikeluarkan per kWh listrik yang dikonsumsi adalah sebesar Rp 858,6,- per kWh. Nilai ini relatif besar bila dibandingkan dengan rata-rata biaya listrik yang dikeluarkan oleh industri untuk daya terpasang dan golongan tarif yang sama. Sebagai perbandingan, pada Gambar 4 dan Gambar 5 diberikan data konsumsi listrik dan harga per kWh yang dibayar oleh industri farmasi dan dua perusahaan lainnya yang memiliki daya terpasang yang sama dengan industri farmasi dan pola pemakaian yang sama tapi daya terpasang lebih rendah, 197 kVA. Data perbandingan ini juga diberikan dalam bentuk grafik pada. Dari Gambar 4, dan 5 terlihat bahwa harga listrik yang harus dibayar per kWh-nya akan naik seiring dengan dengan turunnya konsumsi perbulannya. Karena, selain membayar tarif akibat pemakaian listrik yang harganya bervariasi tiap bulannya tergantung pada jumlah pemakaian, konsumen juga diharuskan membayar tarif daya terpasang yang nilainya tetap setiap bulan. Semakin tinggi daya terpasang semakin tinggi pula tarifnya. Sehingga konsumen harus peka terhadap hal ini. Bila terjadi over estimasi dalam pemasangan daya maka harga yang harus dibayar per kWh-nya juga akan semakin besar. Hal inilah yang diperkirakan terjadi pada industri farmasi ini. Gambar 4 Perbandingan pemakaian listrik per bulan dan harga per kWh untuk daya terpasang 345 kVA. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, seandainya daya terpasang diturunkan dari 345 kVA ke 240 kVA โ€“ golongan tarif sama (I-3, Rp 29.500,-/kVA) โ€“ maka setiap bulan akan dihemat Rp 3.097.500,-. Dan bila daya terpasang diturunkan menjadi 197 kVA โ€“ golongan tarif menjadi I-2 (Rp 32.500,-/kVA) โ€“ maka untuk pemakaian selama dua tahun dengan pola yang sama dengan pola pemakaian perioda Nopember 2006 โ€“ Oktober 2008 akan dihemat biaya sejumlah Rp 92.044.274,- atau Rp 3.835.178,-/bulan. Gambar 5 Perbandingan pemakaian listrik per bulan dan harga per kWh antara daya terpasang 345 kVA dan 197 kVA ## Analisa Energi pada Unit Boiler Vertical fire tube Boiler Flow: 500 kg/hour Design Pressure: 10 kg/cm 2 Water Steam Fuel Pressure = 6 bar Temperature = 158.83 o C Enthalpy = 670.5 kJ/kg Fuel type: HSD Density: 0.87 kg/litre Net calorified value: 40.89 MJ/kg Flow: 1. GOM 18 litre/0.75 hour 2. CTC 20 litre/1.5 hour Temperature = 25 o C Enthalpy = 105.39 kJ/kg Mass flow = 500 kg/hour Gambar 6 Kesetimbangan energi pada Boiler Pada gambar 6 diatas ada tiga kondisi yang diasumsikan, yaitu temperatur dari steam berserta entalpinya dan laju aliran air atau steam. Berdasarkan data dan asumsi ini dilakukan perhitungan efisiensi dari boiler dan didapatkan efisiensi boiler sama dengan 33.09% saat boiler memproduksi steam untuk keperluan pembuatan GOM dan 59,67% untuk proses pembuatan CTC. Kedua harga efsiensi ini sangat rendah, dan biasanya harga efisiensi suatu boiler akan tetap atau perbedaannya cukup kecil. Sehingga kedua parameter ini harus diketahui untuk keakuratan analisa. Proses produksi steam untuk GOM yang hanya 45 menit juga akan menyebabkan efisiensi yang rendah karena boiler masih dalam kondisi start- up . Efisiensi boiler sangat buruk pada kondisi start-up dan akan terus naik mencapai kondisi optimumnya, sehingga untuk waktu operasi yang kurang dari dua jam diperkirakan boiler belum mencapai kondisi optimumnya. Data tentang jumlah steam yang digunakan belum tersedia. Namun berdasarkan pengamatan di dalam pabrik diperkirakan bahwa konsumsi steam jauh lebih rendah dari 500 kg/jam. Penggunaan steam yang jauh lebih sedikit dari kapasitas yang ada dan penggunaan yang hanya selama 45 โ€“ 90 menit merupakan faktor utama yang menyebabkan buruknya efisiensi boiler. Karena dengan kondisi operasi seperti ini energi dari pembakaran bahan bakar digunakan untuk memanaskan air sesuai dengan kapasitas yang ada, kemudian hanya menggunakan sedikit saja. Sehingga energi yang terkandung dalam air yang telah dipanaskan akan hilang pada proses pendinginan air tersebut. ## Alternatif Teknologi untuk Meningkatkan Efisiensi Energi Alternatif teknologi yang dipaparkan disini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan jika perusahaan memiliki rencana untuk menggunakan sistem pembangkit cadangan yang baru. Namun pertimbangan ekonomis dari alternatif ini belum dapat diberikan karena biaya investasi dan biaya O&M dari kedua sistem ini (sistem pembangkit kogenerasi dan sistem pembangkit konventional) belum lengkap didapatkan. Tabel 2 Jumlah pemakaian listrik per jam saat proses produksi berlangsung. Pada Tabel 2 diberikan data konsumsi listrik yang diambil selama lebih kurang 3 jam melalui pencatatan meteran listrik. Data ini digunakan untuk mengetahui pemakaian listrik selama satu jam. Sehingga akan diketahui besar daya yang diperlukan untuk menghasilkan energi tersebut. Data ini diambil sesuai dengan kondisi operasional pabrik. Nilai kVA didapat dengan mengalikan nilai kW dengan faktor kali 0,85. Pada pemaparan sebelumnya, daya terpasang optimum adalah sebesar 197 kVA, sehingga jika direncanakan untuk menggunakan unit pembangkit cadangan yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan energi listrik saat pabrik beroperasi pemilihan daya terpasang 200 kVA cukup ideal. Selain sistem pembangkit yang hanya dapat menghasilkan energi lisrik, saat ini juga telah tersedia sistem pembangkit yang selain dapat menghasilkan energi listrik juga dapat menghasilkan energi panas berupa steam atau air panas sekaligus[6]. Sistem ini disebut dengan sistem pembangkit kogenerasi atau CHP ( combined heat and power ). Sketsa dari sistem ini dengan teknologi mesin torak ( reciprocating engine ) diperlihatkan pada Gambar 7. Berdasarkan data performance tersebut, dengan menggunakan daya sebesar 200 kW panas yang dihasilkan akan cukup untuk menggerakkan sistem pendingin absopsi dan untuk menghasilkan steam untuk keperluan proses produksi. Sistem pendingin absorpsi ini akan mampu untuk mengantikan atau menjadi back-up sistem pendingin central yang sudah ada dengan kapasitas pendinginan sebesar 170.880 kcal/jam atau 198,773 kW. Dan bila digunakan sebagai pengganti sistem pendingin central, energi sebesar 65.8 kW yang biasanya digunakan untuk menggerakkan fan dan pompa akan dapat ditiadakan. Dan biaya operasional dari boiler juga dapat ditiadakan. Gambar 7 Mesin torak kogenerasi dengan sistem recovery panasnya Gambaran biaya investasi dan O&M costs berdasarkan acuan EPA[6] untuk daya 200 kW biaya investasi adalah 1.300,- US$/kW atau 14.300.000 rupiah per kW maka total biaya investasi adalah 2,86 milyar rupiah. Dengan cara yang sama juga diperkirakan biaya O&M pertahunnya adalah sebesar 67,782 juta rupiah. ## SIMPULAN 1. Untuk memenuhi kebutuhan listriknya, industri farmasi ini menggunakan fasokan listrik dari jaringan PLN dengan daya terpasang sebesar 345 kVA. Dari pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, daya terpasang ini terlalu tinggi bila dibandingankan dengan kebutuhan daya yang diperlukan. Akibatnya harga listrik yang dibayar per kWh menjadi lebih tinggi. Potensi kerugian akibat hal ini adalah sebesar Rp 3.835.178,-/bulan. 2. Kebutuhan steam dipasok dari satu unit boiler jenis pipa api dengan kapasitas 500 liter. Melalui perhitungan diperoleh efisiensi boiler sama dengan 33.09% saat boiler memproduksi steam untuk keperluan pembuatan GOM dan 59,67% untuk proses pembuatan CTC. Kedua harga efsiensi ini sangat rendah. Salah satu penyebab dari rendahnya efisiensi boiler ini adalah jumlah steam yang diperlukan jauh labih rendah dari kapasitas boiler dan jam operasional boiler yang pendek. 3. Berdasarkan kondisi ini potensi penghematan energi dapat dilakukan dengan mengurangi kapasitas daya terpasang listrik dan mengganti boiler juga dengan kapasitas yang lebih rendah. Penggunaan sistem pembangkit kogenerasi dengan penggerak gas/diesel engine juga akan meningkatkan potensi penghematan energi sebesar 65,8 kW. 4. Estimasi biaya investasi dan O&M costs untuk daya 200 kW 67,782 juta rupiah/tahun. ## UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengaturkan terima kasih kepada ProLH โ€“ GTZ Semarang atas segala bantuan fasilitas dan dana penelitian yang diberikan. ## DAFTAR PUSTAKA [1] ____________, 2011, โ€œHandbook of energy and economics statistic of Indonesiaโ€, Head of Center for Energy and Mineral Resources Data and Information, Indonesian Minister of Energy and Human Resources, Tersedia sebagai Electronic version pada www.esdm.go.id. [2] UNEP, 2006, โ€œPedoman Efisiensi Energi untuk industri di Asiaโ€, United Nations Environment Programme, Division of technology, industry, and economics . [3] Liu, Xianbing, et. al., 2012, โ€œA survey study of energy saving activities of industrial companies in Taicangโ€, Journal of Cleaner Production, Vol. 26, 79-89 [4] Jing Ke, et. al., 2012, Chinaโ€™s industrial energy consumption trends and impacts of the Top-1000 Enterprises Energy-Saving Program and the Ten Key Energy-Saving Projects, Journal of Energy Policy, Vol. 50, 562โ€“569. [5] Maarten Neelis, et. al., 2007, โ€œApproximation of theoretical energy- saving potentials for the petrochemical industry using energy balances for 68 key processesโ€, Energy Journal, Vol. 32, 1104โ€“1123 [6] U.S Environmental Protection Agency (EPA), 2002, Catalog of CHP Technologies, tersedia online pada: http://www.epa.gov/chp/basic/ catalog.html . Tanggal di akses 20 Nopember 2011.
c1821f40-de35-43de-b44b-f9ec880f6850
https://jie.pnp.ac.id/index.php/jie/article/download/83/70
e-ISSN 2654 - 4733 Elektron Jurnal Ilmiah Volume 10 Nomor 1 Juni 2018 ## Alat Pengontrol Kekeruhan Air Kolam Dan Pemberi Makan Lele Efrizon 1 , Yulastri 2 ,Ifandi 3 123 Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang [email protected] Kampus Politeknik Negeri Padang, Limau Manis Padang Abstractโ€” Many innovations that have been implemented by catfish breeders, where catfish are of a distinctive taste and make it a very popular thing in catfish lovers. Many farmers compete to get great seeds and are capable of producing good development and fast. This tool designer creates a tool that can be used by catfish farmer through a prototype in order to read and control the level of turbidity and automatic feeder. The level of turbidity is very important for catfish growth, where the level turbidity can band catfish growth. This tool is supported by supporting devices such as turbine sensors, ultrasonic sensors, RTC DS1307, servo motors and Atmega328 microcontrollers. The Turbinity sensor is used to measure the level of water that is going to go out from the fishpond. Furthermore, this research is also facilitated by an automatic feeder that will run according to the time that has been set by a farmer. When the feeding time is comming the servo motor will open the feed valve for a while based on food requirements time. Beside that the automatic feeder is also facilited by ultrasonic sensors that can be used for monitoring the availability of feeds when the feed in minimum the level will be active the buzzer or beeb. Keywords: GE Turbidity Sensor, Ultrasonic Sensor, RTC, ATMega 328 microcontroller Abstrakโ€”Banyak inovasi yang telah diterapkan oleh para peternak lele, yang mana lele adalah salah satu jenis ikan yang sangat digemari oleh orang-orang karena rasa yang khas, banyak para pembudidaya yang bersaing untuk mendapatkan bibit yang bagus dan bisa menghasilkan lele yang dapat berkembang dengan baik dan cepat. Pada alat ini perancang membuat alat yang berguna untuk para pembudidaya ikan lele, yang mana pada alat ini di rakit sebuah prototype untuk mengatur kekeruhan air kolam dan pemberi pakan lele. Dalam pertumbuhan ikan lele diperlukan tingkat kekeruhan air kolam yang mana apabila terlalu keruh dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan ikan. Perangkat yang digunakan pada alat ini yaitu sensor Turbinity, Sensor ultrasonic, RTC DS1307, Servo dan Mikrokontroler Atmega328. Sensor Turbinity berfungsi untuk mengukur tingkat kekeurahan air pada kolam lele. Pada saat air dikeluarkan ketinggian air akan dikontrol oleh sensor ultrasonic. Pada alat ini juga di terapkan alat pemberi makan yang terjadwal, yang mana untuk mendapatkan pertumbuhan ikan lele yang baik dan bagus diperlukan pengontrolan pemberian pakan. Pemberian pakan akan diatur mengunakan RTC, untuk pemberian makan akan terjadwal sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh pembudidaya dan pada saat jam pakan telah datang maka motor servo akan membuka pintu pakan beberapa saat sesuai dengan perhitungan banyak pakan yg dibutuhkan. Dan pada pemberi pakan ikan juga diberikan sensor ultrasonic untuk mengatur ketersediaan pakan. Pada saat pakan dalam kondisi minimum maka buzzer akan aktif. Kata kunci:Sensor GE Turbidity, Sensor Ultrasonic, RTC, Mikrokontroler ATMega 328 ยฉ 2018 Elektron Jurnal Ilmiah ## I. PENDAHULUAN Pesatnya teknologi saat ini khususnya dibidang elektronika sangat berkembang pesat dan berdampak kepada keadaan didunia sekarang seperti pembuatan alat-alat yang canggih yang bekerja secara otomatis dan memiliki ketelitian yang sangat tinggi pula. Di samping itu, teknilogi ini dapat digunakan utuk mencapai keefektifitasan dan keefesienan dalam tujuan tertentu. Pada saat ini ikan lele sangat banyak digunakan dalam dunia kuliner, bukan hanya karna rasa yang khas tetapi dalam budidayanya pun tidak terlalu sulit dalam mengembangkannya karena lele mempunyai daya tahan tubuh yang cukup bagus dan tidak memilih makanan yang akan ia makan. Namun untuk mendapatkan pertumbuhan lele yang baik dan bagus, sebaiknya diberi makanan yang memiliki protein yang tinggi. Seperti larva lalat atau belatung, dan juga rebusan perut ayam. Tetapi saat ini kebanyakan peternak lele memberi makanan berupa pellet. Pada pembudidayaan ikan lele diperlukan adanya pengontrol kekeruhan air, yang mana pada kolam lele air tidak boleh terlalu keruh, karena akan menurunkan tingkat pertumbuhan dan pegembanganbiakan lele tersebut. Oleh karena itu sangatlah penting adanya alat yang dapat mengontrol tingkat kekeruhan air pada kolam yang dapat bekerja sewaktu-waktu dan dapat mengontrol kekeruhan tersebut. Dan pada pembudidayaan ikan lele pemberian makan di anjurkan untuk tepat waktu, karena dapat membantu pertumbuhan lele semakin cepat. Dan oleh sebab itu dibutuhkan juga alat untuk pemberi makan ikan, agar dapat meringankan pekerjaan para pembudidaya. Oleh karena itu pada penelitian ini dikembangkan sebuah alat yang dapat membantu para pembudidaya ikan lele. Alat Pengontrol Kekeruhan Air Kolam Dan Pemberi Makan Lele. ## II. METODE PENELITIAN Pada perancangan dan pembuatan sistem ini akan dijelaskan tentang cara kerja sistem yang terdapat dalam garis besar perancangan sistem dan diikuti dengan penjelasan tentang perangkat keras (hardware) yang terdiri dari beberapa bagian yang berfungsi untuk mengolah data. Kemudian diikuti dengan perancangan dan pembuatan perangkat lunak (software). ## A. Blok Diagram ## Gambar 1. Blok Diagram Alat Berdasarkan blok diagram sistem pada Gambar 1 dapat dideskripsikan prinsip kerja alat yang dibuat pada tugas akhir ini. Alat pemberi makan ikan dan pendeteksi kekeruhan air pada kolam ikan yang bekerja secara otomatis setiap harinya. Pemberian pakan ikan secara otomatis berdasarkan waktu pada RTC yang telah disesuaikan dengan waktu yang sebenarnya. Pada program alat ini, waktu pemberian makan ditentukan 2 kali sehari yaitu pada pukul 07.00 WIB dan 17.00 WIB. Ketika telah mencapai waktu yang ditentukan servo akan membuka katup tempat pakan ikan dengan begitu pakan ikan akan turun . Servo akan aktif selama 3 detik dalam memberi makan ikan.Kondisi pakan pada tempat pakan ikan akan selalu dikontrol oleh sensor ultrasonik HC- SR04. Ketika pakan ikan telah tinggal sedikit ( jarak sensor dengan pakan โ‰ฅ 5 cm) maka sensor HC-SR04 akan memberi informasi pada mikrokontroler dan meneruskan informasi tersebut untuk mengaktifkan Buzzer. Bunyi Buzzer akan memberi tahu pemilik kolam ikan agar mengisi pakan ikan pada tempat penampung pakan ikan. Bunyi Buzzer tidak akan berhenti jika pakan ikan tidak kembali di isi. Pada alat ini juga dipasang sensor kekeruhan air (Turbidity) yang berguna untuk mengontrol kondisi kekeruhan air pada kolam lele. Ketika air kolam terlalu keruh, maka sensor Tubidity akan menginformasikan ke mikrokontroler untuk mengaktifkan pompa air untuk mengeluarkan air kolam dan akan berhenti setelah ketinggian air mencapai batas ter rendah yang didapatkan dari sensor ultrasonic yang mana sensor ultrasonic digunakan unruk mengukur ketinggian air kolam lele, dan ketika sensor ultrasonic telah membaca ketinggian terendah air kolam pompa air akan mati dan akan mengaktifkan solenoid valve untuk memasukan air bersih dan mati ketika mencapai ketinggian yang di inginkan. ## B. Perancangan Perangkat Keras ## Gambar 2, Rangkaian Elektronika Alat Perancangan perangkat keras pada alat ini ada beberapa bagian. Rangkaian Power Supply merupakan sumber tegangan DC untuk menyuplai tegangan semua sistem. RTC DS1307 berfungsi untuk menentukan waktu pemberian makan ikan setiap hari dan tepat pada waktunya. Pin RTC DS1307 yang akan digunakan hanya 4 buah yaitu SDA, SCL, Vcc dan Gnd. Pin SDA dan SCL dihubungkan pada pin analog A4 dan A5 pada mikrokontroler. Sensor HC-SR04 digunakan untuk mengontrol kondisi pakan ikan yang ada didalam tempat pakan ikan. Sensor HC-SR04 terdiri dari 4 pin yaitu Vcc, Trigger, Echo dan Gnd. Pin Trigger dihubungkan ke pin 7 dan pin Echo dihubungkan ke pin 8 pada mikrokontroler. Pada alat ini penulis mengunakan 2 sensor yaitu pada sensor 1 akan membaca jarak antara sensor dengan pakan ikan. Ketika jarak sensor dengan pakan besar sama dari 3cm maka Buzzer akan berbunyi dan itu menginformasikan bahwa pakan ikan tinggal sedikit. Sesuai dengan table 1, dan sensor 2 akan membaca jarak antara sensor dengan ketinggian air kolam.ketika jarak sensor dengan air kolam >=15 maka relay 1 akan aktif dan ketika ketinggian air kolam <=5 maka relay 1 akan mati relay 2 akan aktif sampai ketinggian air 15 relay 2 akan mati. Sesuai dengan tabel 2. Tabel 1. Kondisi makan Ketinggian Makan Buzzer 3 On >3 Off Tabel 2. Kondisi ketinggian air ketinggian air kolam (cm) relay 1 relay 2 5 off On 15 0n Off sensor GE Turbidity. Pin V dihubungkan ke sumber DC dengan tegangan 5 v, pin A dihubungkan ke arduino Port A0 untuk pembacaan keluaran sensor, dan pin G dihubungkan ke ground.Tabel kebenaran dari sensor GE Turbidity dapat di lihat pada tabel 3. Tabel 3. Tabel Kebenaran GE Turbidity Kondisi Pompa (Pompa Untuk Air keluar) Solenoid Jernih Mati Tertutup Keruh Hidup Terbuka Rangkaian arduino ini berfungsi untuk mempermudah menghubung input maupun output yang digunakan pada pin-pin mikrokontroler. Driver motor berfungsi untuk mengontrol arah putaran dan kecepatan motor DC. Driver motor ini akan dikendalikan menggunakan mikrokontroler, sehingga motor dapat diatur arah putaran dan kecepatan motor sesuai keinginan. Pada alat ini motor akan aktif memberi makan ikan ketika waktu pada RTC telah mencapai waktunya. Pin mikrokontroler yang digunakan untuk rangkaian driver motor ini adalah pin 5 dan 6. Motor servo merupakan motor DC yang dapat presisi dalam mengatur sudut penggunaannya. Dengan memanfaatkan karakteristik dari motor servo, pada alat ini motor servo dimanfaatkan sebagai pembuka katup penampung pakan ikan. Ketika telah sampai waktu pemberian makan ikan, motor servo akan membuka katup sebesar 20 derajat selama 3 menit. Pin mikrokontroler yang digunakan untuk pengaktifan motor servo adalah pin 9 dihubungkan ke pin input pada servo, Vcc ke pin Vcc servo dan GND pada GND pada servo. Rangakaian relay pada penelitian ini digunakan sebagai saklar elektronik yang akan mengaktifkan pompa air dan solenoid. Relay 1 digunakan untuk pengaktifan pompa air, relay 2 digunakan untuk buka tutup katup pada solenoid valve. Pin mikrokontroler yang digunakan untuk pengaktifan relay adalah pin 5 dan 6. LCD digunakan untuk menampilkan waktu pada RTC dan data dari hasil pembacaan sensor pH. Rangkaian LCD ini menggunakan modul I2C yang berfungsi untuk mengurangi jumlah pin yang digunakan untuk I/O LCD. Buzzer merupakan suatu komponen yang dapat digunakan sebagai alat peringatan atau alarm. Buzzer berfungsi sebagai indikator untuk memberi tahu bahwa pakan ikan yang ada di dalam tempat pakan ikan tinggal sedikit. Pada saat itulah mikrokontroler memberikan perintah kepada Buzzer agar dapat berfungsi sesuai fungsinya. Buzzer terhubung pada pin 11. ## C. Perancangan Fisik Alat Berikut adalah perancangan fisik dari alat, pada gambar 3 dan 4 tampak samping dan belakang. Gambar 3. Tampak samping Gambar 4. Tampak belakang D Perancangan Perangkat Lunak (Software) Berikut adalah flow chart program dari alat ## D. Cara Pengoperasian Alat Cara pengoperasian alat ini sebagai berikut : 1. Isikan air ke dalam akuarium sampai batas maksimum. 2. Hubungkan slang air masuk ke kran. 3. Siapkan tempat air kotor. 4. Siapkan makanan sampai batas maksimum. 5. Hubungkan kabel supply ke sumber tegangan, tekan tombol ON untuk menghidupkan alat. 6. Alat akan mulai bekerja secara otomatis, jika air berada dalam kondisi keruh maka air akan diganti secara otomatis dan pemberian pakan terjadwal. ## III. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah pembuatan alat selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya yaitu pengujian alat. Pada tahap pengujian alat ini bertujuan agar mengetahui apakah alat bekerja sesuai dengan harapan. Gambar 5 merupakan tampilan fisik alat yang telah dibuat. ## Gamabar 5. Tampilan fisik alat ## A. Pengujian dan Analisa Sensor GE Turbidity Dalam pengujian sensor ini digunakan untuk mengetahui berapa tegangan dan data ADC (analog digital convertion) yang akan dihasilkan dengan keadaan air yang telah ditentukan.Dalam pengujian sensor GE Turbidity ini penguji mengambil data awal dengan kondisi air jernih, Data ADC yang didapat adalah 960 dan tegangan output 4.7V. Pada pengujian dengan mengunakan abu gosok didapatkan data seperti table 4 Table 4. Hasil Pengukuran sensor GE Turbidity NO Tingkat Kekotoran air (sendok) Tegangan output (V) Data ADC Kondisi air NTU 1 1 4.65 940 Bersih 3 2 2 4.63 910 Bersih 6 3 3 4.60 880 Bersih 10 4 4 4.57 856 Bersih 13 5 5 4.55 810 Bersih 15 6 6 4.53 766 Bersih 18 7 7 4.51 724 Bersih 20 8 8 4.49 693 Kotor 24 9 9 4.47 659 Kotor 27 10 10 4.46 616 Kotor 31 Sensor ini bekerja dengan cara menghitung jumlah cahaya yang diterima oleh receiver. Pada saat kondisi air jernih receiver menerima cahaya dari transmitter sensor sehingga tegangan yang di keluarkan pada output sensor maksimal, ketika air ditambahkan 1 sendok abu gosok maka cahaya yang diterima oleh receiver akan berkurang karena cahaya terhalang oleh kotoran yang ada di dalam air sehingga tegangan yang dikeluarkan oleh pada output sensor akan berkurang, ketika air ditambahkan 3 sendok abu gosok maka air akan bertambah keruh sehingga cahaya yang diterima oleh receiver semakin berkurang dan tegangan yang dikeluarkan semakin kecil. Gambar 6 menampilkan grafik tegangan dengan satuan NTU. Gambar 6. Grafik tegangan output sensor dengan satuan NTU. ## B. Pengujian dan Analisa RTC DS1307 Pengujian RTC disini bertujuan untuk mengetahui apakah RTC mampu menjadi pewaktu seperti halnya jam analog ataupun jam digital. Pada pengujian kali ini dilakukan perbandingan jam yang ditampilkan oleh RTC dan jam yang ditampilkan oleh jam digital yang dapat dilihat pada gambar 7. ## Gambar 7. Pengujian waktu pada RTC Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pewaktuan RTC yang dirancang sudah sesuai dengan waktu yang sebenarnya dan dapat digunakan sebagaiamana halnya jam digital. RTC nantinya akan menjadi penentu waktu pemberian makan ikan setiap pagi dan sore. Wakru RTC diatur dimana waktunya akan selalu update setiap saat. Pada modul RTC terdapat sebuah batrai yang fungsinya untuk mensuplai modul agar waktunya selalu update walaupun tidak mendapat suplai dari mikrokontroler. Dari hasil pengujian waktu yang didapat dari waktu RTC dengan waktu yang didapat dari komputer hampir sama keduanya, hanya berbeda 22 detik dari jam yang ada pada laptop. Hasil pengujian ini dapat dilihat tidak ada perbedaan waktu yang terlalu jauh dengan waktu yang sebenarnya. Dengan begitu pemanfaatan RTC ini dapat digunakan sebagai waktu pemberian makan ikan real dengan waktu yang sebenarnya. Pada alat ini RTC akan menjadi pengatur pemberian makan ikan yang terjadwal yang akan bekerja sesuai table 5. Tabel 5 Jadwal makan lele Jam Servo 7:00:00 60 o 7:00:01 -60 o 19:00:00 60 o 19:00:01 -60 o C. Pengujian dan Analisa Sensor HC-SR04 Pengujian sensor ini bertujuan untuk mengetahui keakuratan sensor HC-SR04 dengan jarak sebenarnya. Pengujian dilakukan dengan cara membuat listing program. Kemudian membandingkan data pembacaan sensor dengan menggunakan alat ukur, yaitu menggunakan penggaris.Untuk menentukan persentase kesalahan dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dan dapat dilihat pada table 6 hasil pengukuran serta persentase kesalahan yang didapat : ๐ฝ๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘’๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘Ž๐‘› ๐‘ ๐‘’๐‘›๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ โˆ’ ๐‘—๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘ ๐‘’๐‘๐‘’๐‘›๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž ๐‘—๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘’๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘› ๐‘ ๐‘’๐‘›๐‘ ๐‘œ๐‘Ÿ ๐‘ฅ 100% Tabel 6. Hasil pengukuran sensor HC-SR04 No. Jarak sebenarnya (cm) Jarak sensor (cm) Tegangan sensor Error Trigger Echo 1 1 3 3 mV 5 Mv 66,6 % 2 2 3 3 mV 5 mV 50 % 3 3 3 3 mV 5 mV 0 % 4 4 4 3 mV 5 mV 0 % 5 5 5 3 mV 7 mV 0 % 6 10 10 3 mV 15 mV 0 % 7 15 15 3 mV 24 mV 0 % 8 20 20 3 mV 32 mV 0 % 9 25 25 3 mV 40 mV 0 % 10 30 30 3 mV 50 mV 0 % Pengukuran dilakuan dari 1 cm sampai 30cm. Jarak antara 0 cm sampai 2 cm terjadi error. Sensor HC-SR04 memiliki spesifikasi dapat membaca jarak benda dari 2 - 350 cm. Pada tabel 12 pengukuran pada jarak 2cm masih mengalami error dimana pengukuran yang terbaca oleh sesor adalah 3cm. Setelah melakukan pengujian maka didapatkan hasil pengujian sensor Ultrasonic HC-SR04 pada tabel 12 perbedaan yang terjadi pada saat pembacaan data ketinggian dibawah 3cm, persentase kesalahan mencapai 66,6%. Kesalahan ini terjadi karena batas minimum pembacaan data sensor adalah 2cm, pada saat pengujian jarak dari 3cm sampai jarak 30cm jarak pengujian antara sensor dengan jarak yang yang sebenarnya kesalahannya yaitu 0%. Ketika melakukan pengukuran transmitter (pemancar) akan memancarkan gelombang ultrasonik pada suatu benda yang ada didepan sensor kemudian pantulan gelombang ultrasonik dari benda di depan sensor akan diterima oleh receiver (penerima). Setelah proses tersebut baru didapatkan jarak antara sensor dengan benda. Dari tabel 12 dapat dilihat tegangan pada pin trigger selalu tetap walaupun jarak yang berbeda- beda. Beda halnya dengan tegangan pada pin echo, tegangan pada pin echo selalu berubah-rubah seiring perubahan jarak. Makin jauh jarak yang diukurmaka makin besar juga tegangan pada pin echo. Sinyal ultrasonik yang dipancarkan transmitter dan yang diterima oleh receiver berupa sinyal kotak (pulsa). Sinyal yang diterima oleh receiver akan menjadi data input jarak pada mikrokontroler.Sensor ultrasonic menghitung jarak dengan cara menghitung waktu saat sinyal yang di pancarkan oleh pemancar (trigger) diterima kembali oleh receiver (echo), kemudian waktu tersebut di konversi menjadi jarak.Untuk mengkonversi dari waktu ke jarak digunakan rumus : ๐‘  = ๐‘ฃ ๐‘ฅ (๐‘ก/2) Dimana, s (cm): Jarak ( cm ), t (ยตs): waktu sinyal dari transmitter diterima oleh receiver, v (cm/ ยตs) :348,3 m/s = 0.03483 cm/ ยตs. Karena waktu yang terbaca adalah lama sinyal dari transmitter menuju ke permukaan benda kemudian kembali ke receiver maka pada rumus waktu dibagi 2. Jarak yang terbaca oleh sensor ultrasonik adalah jarak antara sensor dengan permukaan air, jadi untuk mendapatkan ketinggian air di dalam akuarium penulis menggunakan cara di bawah ini : ## Gambar 8. Pengukuran ketinggian air Gambar 8 menampilkan pemasangan sensor ultrasonik HC-SR04 pada akuarium. Berdasarkan gambar diatas maka untuk menentukan ketinggian air akuarium dapat menggunakan rumus sederhana : ## ๐ถ = ๐ด โˆ’ ๐ต Dimana C adalah Ketinggian air di dalam akuarium, dan A Jarak antara sensor ultrasonik dengan dasar akuarium ( 23 cm ), sedangkan B Jarak yang terbaca oleh sensor ultrasonik Ketika keadaan minimum jarak yang terbaca oleh sensor yaitu 18 cm sehingga tinggi air akuarium yaitu : C = A โ€“ B C = 23 โ€“ 18 cm = 5 cm Ketika keadaan maksimum jarak yang terbaca oleh sensor yaitu 8 cm sehingga tinggi air akuarium adalah : C = A โ€“ B C = 23 - 8 C = 15 cm Perbedaan pembacaan tinggi air yang terbaca oleh sensor dengan tinggi air menggunakan alat ukur di sebabkan oleh riak pada permukaan air. ## D. Pengujian dan Analisa Rangkaian Motor Servo Pengukuran tegangan pada motor servo yang dilakukan pada titik-titik pengukuran yang telah ditentukan. Pengujian rangkaian servo ini dilakukan dari sudut 150 sampai dengan sudut 900 . Tujuan pengujian dilakukan untuk melihat sudut berapa yang cocok digunakan untuk membuka katup tempat pakan ikan ketika memberi makan ikan. Tabel 7 adalah pengukuran tegangan dari pengujian servo. Tabel 6. Hasil pengukuran motor servo Sudut Putaran Servo Tegangan (Volt) 15 0 0,14 30 0 0,18 45 0 0,2 60 0 0,25 74 0 0,28 90 0 0,31 Dilihat dari hasil pengukuran tegangan servo, tegangan yang terukur pada servo berubah-ubah seiring sudut putaran servo. Semakin besar sudut putaran servo maka semakin besar juga tegangan yang dibutuhkan untuk sudut putaran servo. Sudut putaran servo dan lama servo terbuka dapat mengatur banyak takaran pakan ikan yang diberikan pada saat pemberian makan. Sudut putaran servo yang dibutuhkan untuk memberi makan ikan adalah 600 dengan lama terbukanya adalah 0.5 detik. Selama terbukanya katup tempat pakan ikan, pakan ikan yang dikeluarkan sebanyak 10 gram dalam sekali pemberian pakan ikan. E. Pengujian dan Analisa Rangkaian Relay Relay digunakan untuk pengaktifan pompa dan solenoid. Ketika relay diaktifkan maka pompa akan aktif dan begitupun sebaliknya. Aktifnya relay tergantung dari data yang dibaca oleh sensor turbidity. Jika nilai kekeruhan kolam ikan < 700 maka relay aktif dengan saat bersamaan pompa air aktif. Berikut titik pengukuran yang dapat dilihat pada gambar 9 Berdasarkan hasil dari pengukuran pada titik pengukuran sesuai dengan gambar 9 dapat dilihat pada tabel 7 adalah sebagai berikut. Tabel 7. Hasil pengukuran transistor rangkaian relay Sensor GE Turbidity Kondisi Picu TP1 TP2 TP3 Pompa 1 Keteran gan ADC <= 940 & ADC >= 700 HIGH 0 Vdc 5 Vdc 0 Vac Mati Volume Air tetap ADC > 940 & ADC < 700 LOW 5 Vdc 0.2 Vdc 220 Vac Hidup Air dibuang dari kolam Rangkaian relay dirancang dengan memanfaatkan transistor sebagai saklar. Apabila transistor diberi tegangan 5 Vdc dengan logika high, maka akan membuat transistor bekerja. Transistor akan bekerja apabila tegangan pada VBE telah mencapai tegangan kerja transistor 0.83 Volt. Ketika transistor bekerja maka anak kontak relay akan mengaktifkan pompa air dan solenoid.Pada transistor bekerja sebagai saklar yang ditandai dengan tegangan yang dihasilkan pada VCE, jika tegangan VCE = Vcc maka tegangan tersebut berada dalam keadaan Cut Off. Sedangkan jika VCE < VCC. Maka tegangan tersebut berada dalam saturasi. ## IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembuatan alat, pengujian dan Analisa alat, maka dapat diambil kesimpulan 1. Ikan lele dapat berkembang dengan baik dalam keadaan air yang bersih dan pertumbuhan akan terhambat dalam keadaan air kotor, yang mana tingkat kebersihan telah ditentukan. 2. Sensor GE Turbidity telah bekerja dengan sebagai mana mestinya, dimana pada saat keadaan air jernih sensor GE Turbidity didapatkan data ADC 960 , pada saat kotor data ADC 699. 3. Sensor ultrasonic bekerja untuk mengukur ketinggian air dan pakan ikan yang mana pada sensor ultrasonic kolam berguna untuk mengatur tinggi minimal dan maksimal air kolam, sama dengan sensor ultrasonic pada pakan ikan dengan output buzzer. 4. Air akan berganti secara otomatis saat data ADC sensor turbidity kecil sama dari 700, katup solenoid akan terbuka untuk membuang air kotor dari dalam akuarium hingga batas minimum ( 5 cm ), kemudian katup akan tertutup dan selenoid akan hidup untuk memasukan air bersih kedalam akuarium hinnga batas maksimum (15 cm). 5. Alat pemberian makan ikan dapat memberi makan ikan secara terjadwal pada waktu 07.00 dan 19.00 setiap harinya. Dalam satu kali pemberian makan ikan, jumlah pakan ikan yang diberikan sebanyak 10 gram. ## REFERENSI [1] W Yeqin. Direct Drive Electrohydraulic Servo Control System Design with SelfTuning Fuzzy PID Controller. TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control). 2013; 11(6): 3374-3382. [2] C Xian-gang, Z Jian-bin. Servo Motor Decoupling Control Based on PI Fuzzy Adaptive Method. TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control). 2013; 11(5): 2612-1618. [3] W Yeqin. Direct Drive Electrohydraulic Servo Control System Design with SelfTuning Fuzzy PID Controller. TELKOMNIKA (Telecommunication Computing Electronics and Control). 2013; 11(6): 3374-3382. [4] YK Lu. Adaptive Fuzzy Integral Sliding Mode Regulator for Induction Motor Using Nonlinear Sliding Surface. IJPEDS International Journal of Power Electronics and Drive Systems. 2015; 5(4): 512-519. [5] Prerana ; Mangalpady R. Shenoy ; Bishnu P. Pal ; Banshi D. Gupta. Design, Analysis, and Realization of a Turbidity Sensor Based on Collection of Scattered Light by a Fiber- Optic Probe. IEEE Sensors Journal ( Volume: 12 , Issue: 1 , Jan. 2012 ) Page(s): 44 โ€“ 50 [6] Mohamad Azrulamin Adzuan, Mohd Hezri Fazalul Rahiman , Ahmad Aftas Azman. Design and development of infrared turbidity sensor for Aluminium Sulfate coagulant process. 2017 IEEE 8th Control and System Graduate Research Colloquium (ICSGRC). Malaysia [7] Azmar. Fahmi. 2012. โ€œPengendalian Kekeruhan Air Pada Akuarium Dengan Tampilan Output Suaraโ€, Politeknik Negeri Padang [8] PERMENKES RI No.416 Tahun 1990. [9] Procedings Seminar Nasional Teknik Elektro (FORTEI 2016)ISBN 978-979-097-420-3 Departemen Teknik Elektro UNDIP. [10] Ilham Ananda. 2017. โ€œPengontrolan Penyaring dan penggantian Air Akuarium Secara Otomatis Berbasis Mikrokontrolerโ€. Politeknik Negeri Padang.
317fcb0a-c0c5-4d2a-8776-bb0aef503181
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM/article/download/1314/1129
## EDUKASI DAN PENGENALAN KEKERASAN SEKSUAL SEJAK DINI MELALUI ROLE PLAY DAN STORY TELLING DI TK PEMBINA 2 Dini Maulinda*, Cindy Febriyeni, M. Zulโ€™ Irfan Program Studi S1 Keperawatan, STIKes Payung Negeri Pekanbaru, Jalan Tamtama No.6, Labuh Baru Timur, Payung Sekaki, Labuh Baru Timur, Pekanbaru Kota, Pekanbaru, Riau 28292, Indonesia *[email protected] ## ABSTRAK Anak usia dini merupakan masa yang sangat penting untuk menunjang perkembangannya di masa depan. Aspek perkembangan itu sendiri harus dirangsang dan juga dilatih agar dapat berkembang secara optimal. Di antara banyak aspek yang harus dikuasai, salah satunya berkaitan dengan perkembangan seksualitas. Pendidikan seks adalah upaya untuk mengajarkan, meningkatkan kesadaran dan memberikan informasi tentang masalah seks. Informasi yang diberikan meliputi informasi tentang fungsi aurat dengan mengajarkan moral, etika, komitmen dan agama agar tidak terjadi โ€œpenyalahgunaanโ€ . Tujuan dari pengabdian ini adalah untuk memberikan informasi, edukasi dan pendidikan kesehatan seperti upaya upaya pencegahan kekerasan seksual itu sendiri melalui sketsa bergambar, video drama dan role play, bernyanyi, dan bercerita yang akan diberikan kepada anak anak usia dini, dengan tujuan agar anak mampu menyikapi, menghadapi, membahayakan dan dan mencurigakan baginya. Waktu pelaksanaan Oktober 2022 - Januari 2023. Peserta kegiatan adalah adalah anak-anak usia 4-6 tahun yang berjumlah 115 orang. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan edukasi dan pengenalan kekerasan seksual melalui role play dan story telling sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media Power Point, video animasi serta kegiatan role play dan story telling mengenai eduaksi kekerasan seksual. Kata kunci: edukasi; kekerasaan seksual; role play; story telling ## EDUCATION AND RECOGNITION OF SEXUAL VIOLENCE FROM EARLY THROUGH ROLE PLAY AND STORY TELLING IN KINDERGARTEN PEMBINA 2 ## ABSTRACT Early childhood is a very important period to support its development in the future. The aspect of development itself must be stimulated and also trained so that it can develop optimally. Among the many aspects that must be mastered, one of them relates to the development of sexuality. Sex education is an effort to teach, raise awareness and provide information about sex issues. The information provided includes information about the function of genitalia by teaching morals, ethics, commitment and religion so that "abuse" does not occur. The purpose of this service is to provide information, education and health education such as efforts to prevent sexual violence itself through illustrated sketches, video dramas and role plays, singing and storytelling which will be given to early childhood, with the aim that children are able to respond , facing, dangerous and and suspicious for him. Implementation time October 2022 - January 2023. Participants in the activity were children aged 4-6 years, totaling 115 people. There are differences in the level of education knowledge and introduction to sexual violence through role play and story telling before and after being given counseling with Power Point media, animated videos as well as role play activities and story telling regarding sexual violence education. Keywords: education; sexual violence; role play; story telling ## Jurnal Peduli Masyarakat Volume 4 Nomor 4, Desember 2022 e-ISSN 2721-9747; p-ISSN 2715-6524 http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM ## Global Health Science Group ## PENDAHULUAN Anak usia dini merupakan suatu periode yang sangat penting guna menunjang perkembangannya dimasa yang akan datang. Aspek perkembangan yang dimiliki perlulah diberikan stimulus dan juga dilatih agar dapat berkembang secara optimal. Dari sekian banyak aspek yang perlu dimiliki, salah satunya adalah mengenai perkembangan seksualitas.(Nadiya & Maemunah, 2022). Usia dini atau periode prasekolah merupakan waktu ketika anak bertemu, belajar dan berkomunikasi pertama kali dengan keluarga dekatnya dan keluarga besar kemudian seluruh lingkungannya. Periode ini merupakan periode yang sangat kritis dimana pembelajaran paling cepat, anak dapat terpengaruh dari lingkungan dan merupakan peluang paling tinggi untuk anak mempertahankan sikap, perilaku dan kebiasaan. Pada periode ini terbentuk kepribadian dasar anak sehingga diperlukan bimbingan. Ratnasari & Alias, 2016). Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan pemberian informasi tentang masalah seksual. Informasi yang diberikan di antaranya pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika, komitmen, agama agar tidak terjadiโ€penyalahgunaanโ€(Juliarti & Ristica, 2019). Harapan yang ingin dicapai yaitu pesan yang disampaikan dapat diterima dengan maksimal. Sehingga dalam penyampaian bimbingan pendidikan seksual sejak dini diterima dengan baik oleh anak. Bimbingan disini dimaksudkan agar anak terhindar dari penyalahgunaan. Penyalahgunaan yang dimaksud salah satunya yaitu kekerasan seksual yang terjadi pada anak-anak baik yang dilakukan oleh anak tersebut, anak yang lebih usianya dan oleh orang dewasa. Kasus pengaduan anak di Indonesia berdasarkan klaster perlindungan anak oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tentang kekerasan seksual tahun 2017 sejumlah 608 kasus dan pada tahun 2019 sejumlah 679 kasus. Hal ini berarti terjadi peningkatan kasus sejumlah 71 kasus.(Lestari & Herliana, 2020). Faktanya, anak yang berusia dini ialah mereka yang memiliki kemungkinan tinggi sebagai korban kekerasan seksual Soesilo dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa penyebab terjadinya penyimpangan seksual pada anak dikarenakan umumnya anak belum memiliki bekal sebaga pertahanan dan keselamatan diri.(Ismiulya et al., 2022). Kekerasan seksual terhadap anak merupakan interaksi antara seorang anak dan seorang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak tersebut dipergunakan sebagai sebuah objek pemuas bagi kebutuhan seksual dari pelaku. Tindakan ini dilakukan secara paksaan, ancaman, suap, tipuan atau tekanan. Kekerasan seksual tersebut melibatkan kontak badan antara pelaku dengan anak. Salah satu bentuk kekerasan seksual adalah perkosaan ataupun pencabulan. Pada usia anak secara alamiah mempunyai rasa ingin tahu terhadap tubuhnya dan anak cenderung dihindarkan dari informasi yang berkaitan dengan seksualitas akibat dari budaya sekitar yang masih tabu memberikan informasi terkait seksualitas, sehingga dapat disimpulkan pengetahuan seksualitas pada anak cenderung rendah yang dapat mengakibatkan terjadinya perilaku kekerasan seksual anak.(Margaretta & Kristyaningsih, 2020). Story telling dapat dilakukan pada semua kelompok umur dengan menggunakan beberapa media yang berbeda tergantung situasi dan keadaan. Pada anak usia dini, mendongeng dapat dilakukan melalui media yang sederhana dan menyenangkan (Dewi & Nani, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Iran, story telling buku cerita animasi diketahui efektif untuk mengurangi Jurnal Peduli Masyarakat, Volume 4 No 4, Desember 2022 Global Health Science Group kecemasan dan gangguan perilaku pasca operasi pada anak usia 4 - 8 tahun (Sekhavatpour et al., 2019). Bermain peran adalah cara memainkan peran sesuai dengan karakter yang dapat ditampilkan, sehingga memungkinkan imajinasi anak muncul dalam peran tersebut (Khoerunnisa, 2015). menciptakan berbagai peristiwa perubahan sosial budaya, peristiwa nyata atau peristiwa yang dapat terjadi, sedangkan keuntungan dari metode bermain peran adalah untuk mengeksplorasi materi pembelajaran dengan cara yang berbeda, untuk memiliki gambaran tentang perilaku yang baru dipelajari, untuk mengeksplorasi emosi. aktor dan untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah ( Sari & Suciana, 2019). Perlu adanya sosialisasi dari pihak pengajar agar tidak mudah terkena bujuk rayu pelaku. Sekali lagi pendidikan harus bisa menyampaikan pentingnya seks sedari dini. Dengan tidak mengertinya anak tentang seks, maka itu akan menyudutkan anak sebagai korban kekerasan seksual (Hanafri et al., 2016). Sosialisasi yang diberikan yaitu berupa kegiatan pengabdian masyarakat dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi menggunakan alat bantu yakni media sketsa bergambar, music dan lagu serta video drama, bercerita dan dilakukannya role play tentang pendidikan sek sualitas dan kekerasan seksual itu. ## METODE Metode kegiatan yang dilakukan berupa pemberian edukasi , waktu pelaksanaan Senin, 28 November 2022 dari pukul 10.00-11.30 wib. Kegiatan ini dilaksanakan di TK Pembina 2 Pekanbaru Jln. Kom. Damai Langgeng No. 6 Sidomulyo Barat Peserta kegiatan ini adalah anak- anak usia 4-6 tahun yang berjumlah 115 orang. Pada pelaksaan ini dimulai dari penjelasan mengenai bagian-bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, menari dan menyanyi terkait pengenalan bagian tubuh tersebut dan bercerita mengenai pengenalan dan pencegahan kekerasan seksual itu diakhiri dengan evaluasi . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan dengan cara tatap muka dan tanya jawab mengenai edukasi dan pengenalan kekerasan seksual melalui role play dan story telling Pertemuan tatap muka dengan metode ceramah/penyuluhan, demonstrasi dan redemonstrasi berupa bagian-bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, menari dan bernyanyi terkait pengenalan tubuh, bercerita tentang pengenalan dan pencegahan dari kekerasan seksul itu. Kegiatan ini dimulai pada bulan Oktober 2022 sampai Januari 2023, dengan rincian masing- masing pelaksanaan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Kegiatan Dilaksanakan pada hari/tanggal Senin, 28 November 2022 dari pukul 10.00-11.30 wib. Kegiatan ini dilaksanakan di TK Pembina 2 Pekanbaru Jln. Kom. Damai Langgeng No. 6 Sidomulyo Barat Peserta kegiatan ini adalah anak-anak usia 4-6 tahun yang berjumlah 115 orang. Pada kegiatan pertama ini dilakukan penjelasan mengenai bagian-bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, menari dan menyanyi terkait pengenalan bagian tubuh tersebut dan bercerita mengenai pengenalan dan pencegahan kekerasan seksual itu diakhiri dengan evaluasi kegiatan. Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilakukan oleh 10 orang mahasiswa Tingkat III Program Studi S1 Keperawatan STIKes Payung Negeri Pekanbaru. Pendidikan/edukasi yang telah diberikan kepada anak-anak usia dini adalah penjelasan dari edukasi dan pengenalan kekerasan seksual melalui role play dan story telling. anak-anak dibekali berupa video animasi tentang bagian-bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh orang lain, dan stimulasi bercerita tentang pengenalan kekerasan seksual serta cara sikap dan pencegahannya agar anak-anak TK dapat lebih memahami tentang materi ajar yang diberikan. Adapun materi penyuluhan Kesehatan pada anak-anak di TK Pembina 2 berupa penyuluhan Kesehatan yang diberikan yaitu tentang penegnalan kekerasan seksual melalui role play dan story telling, dengan sub pokok bahasan sebagai berikut: a. Menjelaskan pengenalan bagian-bagian tubuh yang boleh disentuh orang lain b. Menjelaskan pengenalan bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain 15 c. Menjelaskan dan Mengimplementasikan pengenalan tubuh tersebut melalui menari dan bernyanyi dengan seksama d. Menjelaskan dan Bercerita tentang pengenalan kekerasan seksual serta sikap, peran, dan pencegahan yang dilakukan terhadap kekerasan seksual. Tercapainya penyuluhan kesehatan hendaknya bisa dilihat dengan berkurangnya populasi tentang pengetahuan anak-anak usia dini tentang pentingnya edukasi dan penegenalan kekerasan seksual yang minim sehingga dapat meminimalkan terjadinya kekerasan seksual pada anak-anak usia dini. Anak-anak juga dibekali berupa video animasi dan story telling Pendidikan Kesehatan Tentang Edukasi dan Pengenalan Kekerasan Seksual Melalui Role Play Dan Story Telling agar anak-anak lebih memahami materi yang diajarkan serta dapat menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari, dan cara menyikapi yang benar dan tepat seperti yang kita tahu banyaknya kasus kekerasan seksual pada anak-anak usia dini dikarenakan minimnya dan rendahnya pengetahuan berupa pengenalan yang sesuai dengan bahasa dan pemahamannya, sehingga sangat memudahkan sekali anak-anak tersebut terbujuk rayu oralh orang yang tidak dikenali mulai dari diberikannya hadiah yang ia senangi hingga terjadinya kekerasan seksual itu seperti sentuhan yang tidak boleh dilakukan. Selain dari hal diatas, juga dilihat dari kepuasan anak-anak TK ini terhadap pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini, dengan antusiasnya memberikan menjawab pertanyaan seputar tentang pengenalan bagian-bagian tubuh dan pengenalan kekerasan seksual itu. Kegiatan edukasi dapat dilihat pada gambatr dibawah ini: Gambar 1. Gambar Kegiatan ## Global Health Science Group ## SIMPULAN Pengetahuan anak-anak tentang edukasi kekerasan seksual sebelum pemberian penyuluhan kesehatan tentang edukasi dan pengenalan kekerasan seksual melalui role play dan story telling di TK Pembina 2 Pekanbaru sebagian besar adalah kurang ( 45% ). Pengetahuan anak-anak tentang edukasi kekerasan seksual sebelum pemberian penyuluhan kesehatan tentang edukasi dan pengenalan kekerasan seksual melalui role play dan story telling di Pembina 2 Pekanbaru sebagian besar adalah baik (75% ). Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan edukasi dan pengenalan kekerasan seksual melalui role play dan story telling sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dengan media Power Point, video animasi serta kegiatan role play dan story telling mengenai eduaksi kekerasan seksual. ## DAFTAR PUSTAKA Dewi, M. M., & Nani, N. (2020). Tinjauan Literatur: Manfaat storytelling bagi anak: review artikel. Majalah Kesehatan FKUB , 7 (3), 201-211. https://doi.org/10.21776/ub.majalahkesehatan.2020.007.03.7 Hanafri MI, Mariana AR, Suryana C, Stmik D, Sarana B, Stmik M, et al. (2016). Animasi sex education untuk pembelajaran dan pencegahan pelecehan seksual pada anak usia dini (studi kasus di TK kartini). J Sisfotek Glob. 6(1):51โ€“7 Ismiulya, F., Diana, R. R., Naโ€™imah, N., Nurhayati, S., Sari, N., & Nurma, N. (2022). Analisis Pengenalan Edukasi Seks pada Anak Usia Dini. Jurnal Obsesiโ€ฏ: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 4276โ€“4286. https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2582 Juliarti, W., & Dwienda Ristica, O. . (2021). EDUKASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS DINI PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 69 PEKANBARU PEKANBARU TAHUN 2019. Prosiding Hang Tuah Pekanbaru , 1 (2), 88โ€“94. https://doi.org/10.25311/prosiding.Vol1.Iss2.91 . Khoerunnisa, N. (2015). Optimalisasi metode bermain peran dengan menggunakan alat permainan edukatif dalam mengasah percaya diri anak usia dini. XVIII (1), 77โ€“91 Lestari, N. E., & Herliana, I. (2020). Implementasi Pendidikan Seksual Sejak Dini Melalui Audio Visual. Jurnal Pengabdian Masyarakat Indonesia Maju, 1(01), 29โ€“33. https://doi.org/10.33221/jpmim.v1i01.566 Margaretta, S. S., & Kristyaningsih, P. (2020). Knowledge and How To Prevent Sexual Violence in. 57โ€“61. Nadiya, U., & Maemunah. (2022). Jurnal Care Jcare. Jurnal CARE, 9(2), 1โ€“12. http://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=928447&val=8253&title=PEN GARUH INDONESIAN FOLKLORE TERHADAP PENANAMAN SIKAP PEDULI PADA ANAK TK KELOMPOK A Ratnasari RF, Alias M. (2016). Pentingnya Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini. J Tarbawi Khatulistiwa. 2(2):55โ€“9. 2. http://dx.doi.org/10.29406/.v2i2.251 Sari, D. P., & Suciana, F. (2019). Pengaruh edukasi audio visual dan role play terhadap perilaku siaga bencana pada anak sekolah dasar. Journal Of Holistic Nursing Science , 6 (2), 44-51. https://doi.org/10.31603/nursing.v6i2.2543 Sekhavatpour Z, Khanjani N, Reyhani T, Ghaffari S, Dastoorpoor M. The Effect of Storytelling on Anxiety and Behavioral Disorders in Children Undergoing Surgery: A Randomized Controlled Trial. [Internet]. Pediatr Heal Med Ther. 2019; 2019(10): 61-68. Available from: https://www.dovepress.com/165.215.209.15.
842b1ac1-9163-47a9-8903-cae08731e1dc
https://ojs.uajy.ac.id/index.php/justitiaetpax/article/download/8148/3481
## MODUS OPERANDI PELAKU ILLEGAL FISHING YANG BERDIMENSI TRANSNASIONAL DI INDONESIA I Wayan Budha Yasa Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada Jl. Sosio Yustisia Bulaksumur No.1 Yogyakarta, Indonesia E-mail: [email protected] disampaikan Oktober 2023 โ€“ ditinjau Desember 2023 โ€“ diterima Desember 2023 1 Dyhia Belhabib & Philipe Le Billon, โ€œFish Crime in the Global Oceansโ€, Science Advances , Vol. 8, Issue 12, March 2022, hlm. 1. 2 Ibid . 3 Adam Leonardo & Nowar Deeb, โ€œIllegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing in Indonesia: Problems and Solutionsโ€, IOP Conference Series: Earth and Environmental Science , Vol. 1081, No. 1, 2022, hlm. 1. 4 Ibid . 5 Bellita Tri Ayu Deria, โ€œUrgensi Sinergi Pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing sebagai Kejahatan Transnasional di Perairan Indonesiaโ€, Jurnal Ilmiah Hukum dan Keadilan , Vol. 8, No. 1, 2021, hlm. 93. 6 Adam Leonardo & Nowar Deeb, Op.Cit ., hlm. 4. 7 Ibid . 8 Bellita Tri Ayu Deria, Loc.Cit . 9 DJPSDKP, โ€œDi Tengah Pandemi, KKP Tangani Ratusan Awak Kapal Pelaku Illegal Fishing โ€, https://kkp.go.id/djpsdkp/artikel/19386-di-tengah-pandemi-kkp-tangani-ratusan-awak-kapal-pelaku-illegal- fishing , diakses tanggal 28 Mei 2023. 10 Maesaroh, โ€œIndonesia Tangkap 167 Kapal Pelaku Illegal Fishing Tahun iniโ€, https://katadata.co.id/maesaroh/berita/61b73e5677cfd/indonesia-tangkap-167-kapal-pelaku-illegal-fishing- tahun-ini , diakses tanggal 28 Mei 2023. 11 Ibid . 12 Ibid . 13 Aditya Ramadhan, โ€œKKP Tangkap 83 Kapal Ikan Ilegal Sepanjang 2022โ€, https://www.antaranews.com/berita/3044737/kkp-tangkap-83-kapal-ikan-ilegal-sepanjang-2022 , diakses tanggal 28 Mei 2023. 14 Ibid . 15 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja menjadi Undang-Undang. 16 Agustina Taufiq Adiyanto Merdekawati & Irkham Afnan, โ€œUNCLOS 1982 and The Law Enforcement Against Illegal Fishing in Indonesia: Judgesโ€™ Diverging Perspectivesโ€, Mimbar Hukum , Vol. 33, No. 1, 2021, hlm. 40. 17 Ibid . 18 Sinta Ambarwati, โ€œKKP Lumpuhkan 17 Kapal Penangkap Ikan Ilegal pada Operasi Awal 2023โ€, https://www.antaranews.com/berita/3409293/kkp-lumpuhkan-17-kapal-penangkap-ikan-ilegal-pada-operasi- awal-2023 , diakses tanggal 28 Mei 2023. 19 Ibid . 21 Ina Tessnow-von Wysocki, Dyhia Belhabib & Philippe Le Billon, โ€œUndercurrents: Illegal Fishing and European Union Marketsโ€, Geopolitics of the Illicit. Nomos Verlagsgesellschaft mbH & Co. KG , 2022, hlm. 241. 22 Made Sugi Hartono & Diah Ratna Sari Hariyanto, โ€œKajian Kriminologi terhadap Tindak Pidana Perikanan di Kecamatan Nusa Penidaโ€, Kertha Wicaksana , Vol. 12, No. 1, 2018, hlm. 15. 23 Ibid , hlm. 16. 24 Punik Triesti Wijayanti, Dhea Putri Sri Wahyuniarti & Riska Andi Fitriono, โ€œTindak Pidana Illegal Fishing di Perairan Natuna dalam Perspektif Kriminologiโ€, Aksiologi: Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial , Vol. 2, No. 1, 2021, hlm 17. 25 Eddy Rifai & Khaidir Anwar, โ€œPolitik Hukum Penanggulangan Tindak Pidana Perikananโ€, Jurnal Media Hukum , Vol. 21, No. 2, 2014, hlm 285. 26 Ibid . 27 Ibid . 28 Desia Rakhma Banjarani, Op.Cit . hlm. 153. 29 Philip Nnameziri Ndubueze, 2022, Transnational Crime: Context, Dimensions, and Control , In book: Transnational Crime and the Rehabilitation of Offenders, 3-24, Lagos, University of Lagos Press & Bookshop Ltd, hlm. 4. 30 Ibid . 31 Ibid . 32 Ibid . 33 Putusan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Medan Nomor 3/Pid.Sus.PRK/2019 tentang Acara Pemeriksaan Biasa Tingkat Pertama perkara Montree Sama Ae Alias Ali, Tanggal 9 Mei 2019. 34 Putusan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjung Pinang Nomor 23/Pid.Sus-Prk/2020/PN Tpg tentang Acara Pemeriksaan Biasa Tingkat Pertama perkara Yelwin Oo, 2 September 2020. 35 Putusan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Bitung Nomor 19/Pid.Sus-PRK/2020/PN Bit tentang Acara Pemeriksaan Biasa Tingkat Pertama perkara Joel L. Della Pena, 13 Januari 2021. 36 Putusan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjung Pinang Nomor 01/Pid.Sus-Prk/2022/PN Tpg tentang Acara Pemeriksaan Biasa Tingkat Pertama perkara Danh Ly, 11 Januari 2022. 37 Putusan Pengadilan Perikanan pada Pengadilan Negeri Tanjung Pinang Nomor 8/Pid.Sus-Prk/2023/PN Tpg tentang Acara Pemeriksaan Biasa Tingkat Pertama perkara Toun Tandy, 6 November 2023. 38 Adelia Nur Asshilah, dkk, โ€œUpaya Hukum Keimigrasian dan Peranan Keimigrasian dalam Mengantisipasi Kejahatan Transnasional di Negara Indonesiaโ€, Jurnal Hukum Tora , Vol. 8, No. 1, April 2022, hlm. 74. 39 Dito Permana dan Dini Dewi Heniarti, โ€œPenegakan Hukum terhadap Tindak Pidana Ilegal Fishingโ€, Bandung Conferene Series: Law Studies , Vol. 2, No. 1, 2022, hlm. 681. 40 Natalia Kristhiani Dalinda, โ€œTinjauan Yuridis tentang Kapal Asing yang Melanggar Batas Wilayah Republik Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014โ€, Lex Administratum , Vol. 11, No. 2, 2023, hlm. 9. 41 Desia Rakhma Banjarani, Op.Cit ., hlm. 152. 42 Ibid . 43 I Made Pasek Diantha, 2020, Hukum Pidana Transnasional: Suatu Studi Awal , Jakarta, Kencana, hlm. 55. 44 Rachel Boba, 2005, Crime Analysis and Crime Mapping , USA, Sage Publication, hlm. 116. 45 Nurul Fadillah, 2018, โ€œTinjauan Kriminologis Dampak Penyiaran Berita Kriminal terhadap Modus Operandi Pencurian (Studi Kasus di Kota Makasar Tahun 2015-2017)โ€, Skripsi , Universitas Hasanuddin, hlm. 28. 46 Bryan A. Garner, 2009, Black's Law Dictionary , Ninth Edition , USA, Thomson Reuters, hlm. 1095. 47 Robert D Keppel and William J. Birnes, 2009, Serial violence: analysis of Modus Operandi and Signature Characteristics of Killers , Boca Raton, CRC Press USA, hlm. 4. 48 Ibid . 49 Warisman, dkk, โ€œTinjauan Yuridis Penangkapan Ikan Secara Ilegal (Illegal Fishing) Menurut Undang Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikananโ€, Journal of Education, Humaniora and Social Sciences , Vol. 5, No. 3, Februari 2023, hlm. 1813. 50 Naila, Anindita Radya, Taufiq Akbar Al Falah & Riska Andi Fitriono, โ€œTindakan Illegal Fishing di Indonesia dalam Kriminologiโ€, Intelektiva: Jurnal Ekonomi, Sosial dan Humaniora , Vol. 3, No. 5, Januari 2022, hlm. 58. 51 Robert D Keppel and William J. Birnes, Loc.Cit . 52 Muh. Risnain, โ€œRekonsepsi Model Pencegahan dan Pemberantasan Illegal Fishing di Indonesiaโ€, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum , Vol. 4, No. 2, 2017, hlm. 389. 53 Ibid ., hlm. 389-390. 54 Rochman Nurhakim, โ€œMenakar Illegal Fishing di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)โ€, Makalah yang dimuat pada laman Perpustakaan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, https://kkp.go.id/setjen/perpustakaan/artikel/37852-makalah-menakar-illegal-fishing-di-zona-ekonomi- eksklusif-indonesia-zeei , diakses tanggal 28 Mei 2023. 55 Ibid , hlm. 15-16. 56 Muh. Risnain, Loc.Cit . 57 Rochman Nurhakim, Loc.Cit .
9024ab62-79a9-4002-842c-9907821b7c63
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJIK/article/download/1589/1415
## PENGARUH PELATIHAN PLAIOMETRIK DOUBLE LEG BOUND TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI N. Riang Kharisma Jurusan Ilmu Keolahragaan, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected] Abstrak: Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan plaiometrik double leg bound terhadap peningkatan power otot tungkai. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental research (eksperimental semu) dengan rancangan The Modified Control Group Pretest Posttest Design . Populasi penelitian ini adalah siswa putra kelas VII peserta ekstra kurikuler sepak bola SMP N 3 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 96 orang . Subyek dari pelatihan plaiometrik double leg bound berjumlah 96 orang. Power otot tungkai diukur dengan tes standing broad jump , selanjutnya data dianalisis dengan uji-t independent pada taraf signifikansi (ฮฑ) 0,05 dengan bantuan program SPSS 16.0. Berdasarkan hasil uji-t independent didapatkan hasil untuk variable power otot tungkai, antara hasil gaint score kelompok perlakuan dan kelompok control didapatkan nilai t hitung = 11,391 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi hitung lebih kecil dari nilai ฮฑ (Sig < 0,05), dengan demikian hipotesis penelitian โ€œ pelatihan plaiometrik double leg bound berpengaruh terhadap power otot tungkaiโ€ diterima. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelatihan plaiometrik double leg bound berpengaruh terhadap power otot tungkai siswa putra kelas VII peserta ekstra kurikuler sepak bola SMP N 3 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013. Disarankan bagi pelaku olahraga (pembina, pelatih, guru olahraga dan atlet) untuk menggunakan pelatihan plaiometrik double leg bound sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan power otot tungkai. Abstract: The research aimed to determine the effect of training plaiometrick double leg bound to increase leg muscle power. This research is a quasi experimental research (quasi-experimental) with the design of the Modified Control Group Pretest Posttest Design. The study population was a student of class VII student son football extracurricular participants SMP N 3 Singaraja school year 2012/2013, amounting to 96 people. The subjects of the training plaiometrick double leg bound numbered 96 people. Limb muscle power was measured with a standing broad jump test, then the data were analyzed by independent t-test at significance level ( ฮฑ) of 0.05 with SPSS 16.0. Based on the results of independent t-test results obtained for variable leg muscle power, the results of the treatment group and the gaint score control group obtained the value t hitung = 11.391 with a significance value of 0.000. Calculated significance value smaller than the value of ฮฑ (Sig <0.05), thus the research hypothesis "plaiometrick double leg bound training effect on leg muscle power" acceptable. From the results of this study concluded that plaiometrick double leg bound training effect on limb muscle power class VII student son football extracurricular participants SMP N 3 Singaraja school year 2012/2013. Recommended for sports people (coaches, trainers, athletes and gym teacher) to use the plaiometrick double leg bound training as an alternative to improve leg muscle power. Key words: training plaiometrick double leg bound, leg muscle power. Kebugaran fisik atau kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan suatu tugas rutin dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas yang bersifat mendadak (Nala, 1998:7). Kebugaran jasmani merupakan salah satu tujuan dari berolahraga, dalam pelaksanaan pelatihannya memiliki takaran yang berbeda dan memiliki peranan yang sangat penting di dalam setiap aktivitas olahraga. Dalam setiap aktivitas fisik atau kegiatan olahraga pasti akan melibatkan komponen-komponen kebugaran jasmani, karena komponen-komponen kebugaran jasmani merupakan dasar gerak atau aktivitas fisik dari tubuh manusia. Aktivitas fisik atau kegiatan olahraga yang tidak ditunjang dengan komponen-komponen kebugaran jasmani yang prima akan mengakibatkan hasil yang dicapai tidak maksimal. Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik akan bisa menjalani aktivitasnya sehari-hari dengan baik pula dan juga bisa meraih prestasi dengan lebih mudah. Kondisi fisik dalam olahraga adalah semua kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang realisasinya dilakukan melalui kesanggupan pribadi (kemauan, motivasi) (Yoda, 2006:2). Apabila kodisi fisik baik, maka : 1) akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, 2) terjadi peningkatan dalam kekuatan, daya tahan, kelentukan, kecepatan, dan komponen kondisi fisik lainnya, 3) akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi gerak ke arah yang lebih baik, 4) waktu pemulihan akan lebih cepat, dan 5) respon bergerak lebih cepat apabila dibutuhkan (Yudiana, 2012). Power otot tungkai merupakan komponen kondisi fisik yang sangat berguna untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Menurut Yoda (2006:27) power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Daya ledak atau power merupakan gabungan dari dua unsur biomotor yakni unsur kekuatan dan kecepatan yang dikombinasikan menghasilkan power. Untuk meningkatkan power maka pelatihan yang diberikan haruslah memperhatikan unsur kekuatan dan kecepatan agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam persaingan prestasi olahraga yang semakin berat dewasa ini, pemanfaatan latihan fisik yang ditujukan untuk meningkatkan kondisi fisik secara maksimal perlu terus dikaji dan dikembangkan (Kanca, 2004:1). Masa remaja atau adolesensi merupakan masa yang baik untuk memberikan pembinaan kondisi fisik karena pada masa ini merupakan masa pertumbuhan yang pesat. Pada masa adolesensi ini merupakan saat yang baik untuk pengembangan kebugaran jasmani, dapat dikatakan bahwa anatomi dan fungsi sistem kardiovaskuler berkembang lebih cepat dengan melakukan latihan di masa adolesensi (Sugiyanto, 1998:191). Anak remaja yang duduk pada Sekolah Menengah Pertama yang merupakan masa adolesensi, pada masa ini sangat baik diberikan pembinaan pelatihan. Pada masa adolesensi terjadi perkembangan biologis yang kompleks, yang meliputi percepatan pertumbuhan, perubahan proporsi bentuk tubuh, perubahan dalam komposisi tubuh, kematangan ciri-ciri seks primer dan sekunder, perkembangan pada sistem pernapasan dan kerja jantung, dan perkembangan sistem saraf dan endokrin yang memprakarsai dan mengkoordinasikan perubahan- perubahan tubuh, seksual dan fisiologis (Swadesi, 2009:95). Berdasarkan penjelasan diatas maka perlu memberikan pelatihan olahraga untuk meningkatkan kondisi fisik dan kebugaran jasmani agar bisa meraih prestasi di bidang olahraga. SMP N 3 Singaraja merupakan sekolah berprestasi di bidang olahraga khususnya olahraga sepak bola, tetapi belakangan ini prestasi tersebut mulai menurun mungkin itu dikarenakan tingkat kebugaran jasmani yang kurang baik. Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani harus diberikan agar SMP N 3 Singaraja bisa berprestasi kembali. Pelatihan plaiometrik double leg bound merupakan pelatihan yang sudah dikenal sebagai salah satu gerakan dari plaiometrik yang bermanfaat bagi kebugaran jasmani . Pelatihan plaiometrik double leg bound ini dilakukan dengan cara meloncat ke depan dan ke atas menggunakan ekstensi pinggul dan gerakan lengan untuk mendorong ke depan. Latihan ini mengembangkan power otot-otot tungkai dan pinggul khususnya gluteals, hamstrings, quadriceps, dan gastrocnemius. Otot-otot lengan dan bahu secara tidak langsung juga terlibat. Latihan ini memiliki aplikasi yang luas untuk berbagai cabang olahraga yang melibatkan loncat ataupun lompat, lari, angkat besi dan renang. Karena pelatihan plaiometrik double leg bound ini mudah dilakukan dan bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran jasmani maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul โ€œPengaruh Pelatihan Plaiometrik Double Leg Bound Terhadap Peningkatan Power Otot Tungkaiโ€. ## METODE PENELITIAN Pada prinsipnya latihan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu untuk meningkatkan kualitas fisik, kemampuan fungsional peralatan tubuh dan kualitas psikis anak latih (Sukadiyanto, 2005:1). Pelatihan adalah suatu gerakan fisik dan atau aktivitas mental yang dilakukan secara sistematis dan berulang-ulang (repetitif) dalam jangka waktu (durasi) lama, dengan pembebanan yang meningkat secara progresif dan individual, yang bertujuan untuk memperbaiki sistem serta fungsi fisiologis dan psikologis tubuh agar pada waktu melakukan aktivitas olahraga dapat mencapai penampilan yang optimal (Nala, 1998:1). Pelatihan fisik merupakan bentuk latihan yang terprogram yang ditunjukan untuk meningkatkan kapasitas fungsional dalam berbagai sistem organ tubuh. Dampak dari pelatihan fisik akan memberikan dampak yang nyata pada kemampuan fungsi organ tubuh. Respon tersebut dapat berupa secara langsung pada saat latihan maupun setelah selesai latihan seperti peningkatan denyut jantung, intensitas pernapasan dan terjadinya kontraksi otot. Respon yang terjadi setelah melakukan pelatihan merupakan adaptasi tubuh terhadap program pelatihan yang dilakukan yang mana kadang-kadang respon ini memberikan perubahan struktur dan fungsi yang menetap (presisten) sesudah pengulangan sesi latihan (Kanca, 2004:14). Maka dari itu diperlukan prinsip-prinsip pelatihan dimana nantinya akan mendukung pelatihan olahraga tersebut agar pelatihan olahraga mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan: Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai subyek penelitian yaitu siswa putra kelas VII SMP Negeri 3 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013 yang mengikuti ekstrakurikuler sepak bola dengan umur berkisar antara 12-13 tahun serta sehat jasmani dan rohani ini diketahui melalui wawancara dan pengamatan langsung terhadap subyek penelitian. Subyek penelitian diberikan pelatihan plaiometrik double leg bound untuk kelompok perlakuan, sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan plaiometrik double leg bound . Pelatihan ini dilaksanakan di lapangan agar subyek bisa meloncat dengan leluasa tanpa halangan. Untuk menghindari terjadinya cedera pada saat melaksanakan suatu pelatihan serta mampu menghasilkan manfaat yang maksimal, maka pelatihan tersebut harus dilakukan sesuai dengan sistematika pelatihan. Adapun sistematika pelatihan tersebut yaitu: pelatihan pemanasan (statis dan dinamis), pelatihan inti, dan pelatihan pendinginan. Dalam pemberian pelatihan plaiometrik double leg bound harus memperhatikan prinsip-prinsip pelatihan, adapun prinsip pelatihan tersebut yaitu: prinsip beban berlebih, prinsip tahanan bertambah, prinsip pelatihan beraturan, prinsip pelatihan kekhususan, prinsip pelatihan individu dan prinsip pulih asal. Agar pelatihan dapat memberikan hasil yang lebih baik, dalam pemberian pelatihan tersebut hendaknya memperhatihan intensitas, frekuensi serta lamanya pelatihan. Lamanya pelatihan yang diberikan yaitu selama empat minggu, setiap minggunya dilakukan sebanyak 3 kali pelatihan. Dalam proses pelaksanaanya pelatihan akan diberikan peningkatan repetisi tiap minggunya dan penurunan repetisi pada akhir pelatihan agar pelatihan tersebut mendapat hasil yang efektif yang sesuai dengan sistem yang disebut the step type approach atau sistem tangga. Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar pelatihan, intensitas, frekuensi, lamanya pelatihan serta sistematika pelatihan yang benar maka pelatihan plaiometrik double leg bound diduga dapat meningkatkan power otot tungkai. Berdasarkan paparan tersebut di atas, pelatihan plaiometrik double leg bound diduga dapat meningkatkan power otot tungkai khususnya pada subyek siswa putra kelas VII peserta ekstra kurikuler sepak bola SMP N 3 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013 dengan mengikuti prinsip-prinsip pelatihan dengan baik, memperhatikan intensitas, frekuensi, lamanya latihan dan sitematika pelatihan yang sesuai dengan program pelatihan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental semu ( quasi experimental research ), dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasi semua variabel yang relevan (Kanca, 2010:93). Rancangan penelitian adalah rencana tentang bagaimana cara mengumpulkan, menyajikan, dan Subyek Penelitian Pelatihan plaiometrik double leg bound Peningkatan Power Otot Tungkai Prinsip-prinsip Pelatihan Frekuensi, dan Durasi Intensitas pelatihan Sistematika pelatihan Perubahan motorik saraf dan otot menganalisa data untuk memberi arti terhadap data tersebut secara efektif dan efisien (Kanca, 2010:55). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah โ€œ The modified Control Group Pretest Posttest Designโ€ (Kanca, 2010:94). Berdasarkan rancangan penelitian tersebut, maka penelitian dilakukan sebagai berikut: Subyek penelitian diberikan tes awal atau pre-test (T 1 ) yaitu tes standing broad jump untuk mengukur power otot tungkai. Tes awal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal sehingga pemberian dosis latihan tepat sesuai kemampuan maksimal masing-masing individu. Berdasarkan hasil tes awal subyek penelitian dikelompokkan kedalam dua kelompok penelitian melalui metode ordinal pairing . Kelompok I (K 1 ) diberikan perlakuan pelatihan plaiometrik double leg bound (X) dan kelompok II (K 2 ) tidak diberikan perlakuan khusus, tapi di berikan kesempatan melakukan aktivitas olahraga yang lain (0). Kelompok perlakuan (X) diberikan perlakuan selama 4 minggu atau 12 kali pertemuan sedangkan kelompok kontrol (0) tidak diberikan perlakuan khusus, tapi diberikan kesempatan melakukan aktivitas olahraga yang lain. Setelah program pelatihan berakhir diadakan tes akhir atau post-test (T 2 ) dengan tes standing broad jump untuk mengukur power otot tungkai, setelah anak (subyek) melakukan program latihan yang diberikan. Dengan tes tersebut didapatkan data sebagai bahan untuk menyimpulkan seberapa jauh pengaruhnya program latihan yang telah dilaksanakan selama penelitian. Arikunto (2003:116) menjelaskan bahwa subyek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Subyek penelitian adalah keseluruhan varian yang menjadi bahan penelitian. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas VII peserta ekstra kurikuler sepak bola SMP N 3 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013. Total keseluruhan jumlah subyek penelitian 96 orang. Dari total jumlah subyek penelitian yang berjumlah 96 orang, dibentuk dua kelompok yakni kelompok perlakuan dengan jumlah 48 orang dan kelompok kontrol dengan jumlah 48 orang. Pembentukan kelompok ini dilakukan setelah didapatkan data dari hasil tes awal ( pre-test ) terhadap 96 orang subyek penelitian. Berdasarkan data dari tes awal yaitu tes power otot tungkai dengan instrument standing broad jump , subyek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok dengan menggunakan teknik ordinal pairing yakni pembagian kelompok berdasarkan peringkat hasil pre-test untuk memperoleh kelompok dengan kemampuan yang relatif sama . Kelompok 1 sebagai kelompok perlakuan diberikan pelatihan plaiometrik double leg bound selama 4 minggu (12 kali pelatihan dan tidak termasuk pre- test dan post-test ). Sedangkan kelompok 2 bertindak selaku kelompok kontrol yang tetap hadir dalam pelaksanaan penelitian tetapi tidak diberikan perlakuan khusus hanya diberikan perlakuan secara konvensional. Untuk mengukur power otot tungkai dalam penelitian ini digunakan instrumen tes standing broad jump dengan validitas tes 0,607 dan reliabilitas tes 0,963 (Nurhasan, 2000:131). Petugas pencatat adalah mahasiswa yang membantu dalam penelitian ini. ## TEKNIK ANALISIS DATA Sebelum melakukan analisis data beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa subyek berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk melakukan pengujian normalitas data mempergunakan uji lilliefors kolmogrov-smirnov dengan bantuan program SPSS 16,0 pada taraf signifikansi ฮฑ = 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikan yang diperoleh > ฮฑ, maka subyek penelitian berdistribusi normal, sedangkan jika nilai signifikan yang diperoleh < ฮฑ, maka subyek penelitian tidak berdistribusi normal (Santoso, 2011:190). Jika subyek berasal dari populasi yang berdistribusi normal maka akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik, sedangkan jika subyek berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal maka uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan statistik non- parametrik. Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data subyek berasal dari populasi- populasi yang homogen. Uji homogenitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Levene dengan bantuan SPSS 16.0 pada taraf signifikansi ( ๏ก ) 0,05. Kriteria pengambilan keputusan jika nilai signifikansi Levene > ๏ก , maka subyek berasal dari populasi yang sama atau homogen sedangkan jika signifikansi Levene < ๏ก , maka subyek berasal dari populasi yang tidak sama atau heterogen (Santoso, 2011:193). Jika subyek berasal dari populasi yang sama atau homogen maka akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik, sedangkan jika subyek berasal dari populasi yang tidak sama atau heterogen maka uji hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan statistik non- parametrik. Untuk mengetahui kebenaran dari hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan instrumen uji- t independent . Instrumen uji-t independent digunakan untuk menguji perbedaan dua mean subyek bebas (Santoso, 2011:251). Data penelitian yang diuji adalah data gaint score power otot tungkai dari masing-masing kelompok pada taraf signifikansi ฮฑ = 0,05. Hipotesis ini diuji dengan bantuan SPSS 16,0 pada taraf signifikansi ( ฮฑ ) 0,05. Pada kriteria pengambilan keputusan yaitu jika signifikansi < ฮฑ berarti terdapat pengaruh dari perlakuan yang diberikan, sedangkan jika signifikansi > ฮฑ berarti tidak ada pengaruh dari perlakuan yang diberikan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi data dari hasil penelitian power otot tungkai terdiri dari data pre-test dan post-test . Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subyek penelitian diberikan perlakuan, sedangkan data post-test diambil pada akhir kegiatan penelitian yakni setelah subyek penelitian diberikan perlakuan selama 12 kali pelatihan. Deskripsi data hasil pre-test power otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan plaiometrik double leg bound yaitu diperoleh nilai rata-rata power otot tungkai 158,96, median 166,0, modus 180, rentangan 123, nilai tertinggi 223, nilai terendah 100, standar deviasi 28,85, dan varian sebesar 832,33. Sedangkan data hasil post-test power otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan plaiometrik double leg bound diperoleh nilai rata-rata 179,04, median 184,0, modus 190, rentangan 179, nilai tertinggi 298, nilai terendah 119, standar deviasi 33,58 dan varian sebesar 1.128. Diagram Histogram Data Post-test power otot tungkai pada Kelompok Perlakuan Pelatihan Plaiometrik Double Leg Bound Deskripsi data hasil penelitian power otot tungkai pada kelompok kontrol diambil dari pre- test dan post-test subyek penelitian. Deskripsi data hasil pre-test power otot tungkai pada kelompok kontrol yaitu diperoleh nilai rata-rata power otot tungkai 158,92, median 166,0, modus 180, rentangan 109, nilai tertinggi 214, nilai terendah 105, standar deviasi 28,01, dan varian sebesar 785,05. Sedangkan data hasil post-test power otot tungkai pada kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata 169,90, median 176,0, modus 186, rentangan 118, nilai tertinggi 229, nilai terendah 111, standar deviasi 28,34 dan varian sebesar 803,37. Diagram Histogram Data Post-Test Power Otot Tungkai pada Kelompok Kontrol Deskripsi data dari hasil penelitian gaint score power otot tungkai didapat dari data pre-test dan post-test . Data pre-test diambil pada awal kegiatan penelitian sebelum subyek penelitian diberikan perlakuan, sedangkan data post-test diambil pada akhir kegiatan penelitian yakni setelah subyek penelitian diberikan perlakuan selama 12 kali pelatihan. Dari data pre-test dan post-test tersebut diperoleh data beda ( gaint score ) yang akan dilaksanakan untuk mengadakan uji hipotesis penelitian. Deskripsi data hasil gaint score pre- test dan post-test power otot tungkai pada kelompok perlakuan pelatihan plaiometrik double leg bound yaitu diperoleh nilai rata-rata power otot tungkai 17,94, median 18,0, modus 18, rentangan 14, nilai tertinggi 24, nilai terendah 10, standar deviasi 2,78, dan varian sebesar 7,76. Diagram Histogram Data Gaint Score Power Otot Tungkai pada Kelompok Perlakuan Deskripsi data hasil gaint score pre-test dan post-test power otot tungkai pada kelompok kontrol pelatihan plaiometrik double leg bound yaitu diperoleh nilai rata-rata power otot tungkai 10,98, median 10,50, modus 9, rentangan 13, nilai tertinggi 18, nilai terendah 5, standar deviasi 3,18, dan varian sebesar 10,14. Diagram Histogram Data Gaint Score Power Otot Tungkai pada Kelompok Kontrol Dari hasil uji normalitas data dengan Instrumen Uji Lilliefors Kolmogorof- Smirnov program SPSS 16,0 diperoleh hasil untuk variabel power otot tungkai dengan hasil statistik 0,116 dan signifikansi 0.113 pada kelompok perlakuan pelatihan plaiometrik double leg bound dan statistik 0.122 dengan signifikansi 0.069 pada kelompok kontrol. Signifikansi hitung untuk semua data pada variabel power otot tungkai lebih besar dari pada ฮฑ (sig > 0,05) sehingga data yang diuji merupakan data yang berasal dari subyek yang berdistribusi normal. Dari hasil uji homogenitas menggunakan instrumen uji levene dengan bantuan program SPSS 16.0 pada variabel power otot tungkai diperoleh nilai uji 0,956 dan signifikansi 0,331. Nilai signifikansi levene untuk semua variabel lebih besar dari ฮฑ (sig > 0,05) sehingga data yang diuji berasal dari subyek yang homogen. Dari hasil Uji-t Independent didapatkan nilai t hitung (11,391) dan nilai signifikansi hitung (0,000) lebih kecil dari nilai ฮฑ (Sig < 0,05), sehingga hipotesis penelitian โ€œpelatihan plaiometrik double leg bound berpengaruh terhadap power otot tungkaiโ€ diterima. Hasil analisis data hasil penelitian untuk variabel terikat penelitian menunjukan adanya peningkatan nilai rata-rata ( mean ) untuk masing-masing variabel. Dari deskripsi data variabel power otot tungkai terlihat kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol mengalami peningkatan nilai rata- rata. Nilai pre-test kelompok perlakuan memiliki nilai rata-rata 158,96 dan rata-rata nilai post-test 179,04, dengan demikian nilai rata- rata kelompok kontrol meningkat 20,08. Kelompok kontrol untuk variabel power otot tungkai mengalami peningkatan nilai rata- rata sebesar 10.98 dari 158,92 pada saat pre-test menjadi 169,90 pada saat post-test. Hasil penelitian ini terbatas pada pengaruh pelatihan plaiometrik double leg bound terhadap peningkatan power otot tungkai. Subyek penelitian dalam hal ini adalah siswa putra kelas VII peserta ekstra kurikuler sepak bola SMP N 3 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pelatihan plaiometrik double leg bound berpengaruh terhadap peningkatan power otot tungkai siswa putra kelas VII peserta ekstra kurikuler sepak bola SMP N 3 Singaraja tahun pelajaran 2012/2013. Bagi pembina olahraga, pelatih olahraga, guru penjasorkes dan atlet serta pelaku olahraga lainya disarankan dapat menggunakan pelatihan plaiometrik double leg bound sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan power otot tungkai. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian . Jakarta: PT Renika Cipta. Kanca, I Nyoman. 2004. Desertasi, Pengaruh Pelatihan Fisik Aerobik dan Anaerobik Terhadap Absorpsi karbohidrat dan protein Di Usus Halus rattum Norvegicus Strain Wistar . Surabaya: Universitas Airlangga Surabaya. -------. 2010. Metodologi Penelitian Keolahragaan . Singaraja: Buku Ajar. Nala, Ngurah. 1998. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga . Denpasar: Program Pascasarjana Program Studi Fisiologi Olahraga UNUD. Nurhasan. 2000. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani: Prinsip-prinsip dan Penerapannya. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga. Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS 19 . Jakarta: Gramedia. Sugiyanto. 1998. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sukadiyanto. 2005. Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik . Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Swadesi, Iwan. 2009. Perkembangan dan Belajar Motorik. Singaraja: Buku Ajar. Yoda, Ketut. 2006. Peningkatan Kondisi Fisik . Undiksha: Singaraja. Yudiana Yunyun, dkk. Latihan Fisik . Tersedia pada http://file.upi.edu/Direktori/FPOK/JU R._PEND._OLAHRAGA/196506141 990011- YUNYUN_YUDIANA/Latihan_Kondis i_Fisik.pdf. (diakses tanggal 7 Juli 2012).
0d876dc0-6ed6-4790-aa37-dca3b1405b72
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/teknosains/article/download/1832/1777
## STUDI PENELURUSAN KINERJA PENGELOLAAN SARANA- PRASARANA DAN SISTEM MANAJEMEN LABORATORIUM IPA PADA TINGKAT MADRASAH TSANAWIYAH (MTs) SE- ## KABUPATEN JENEPONTO Muh. Said L. Dosen Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Alauddin Makassar Email: [email protected] Abstract: This research about study sighting of fasility and laboratory management of Natural Sciences. at level of Madrasah Tsanawiyah (MTS) Se-Kabupaten Jeneponto. This formula research internal issue is (1) What is the equipment of laboratory facilities and basic facilities of Natural Sciences. by school of madrasah se-Kabupaten Jeneponto fulfill minimum standard which specified by Institute Standard National Education?; ( 2) How is laboratory management of Natural Sciences by existing MTS se-Kabupaten Jeneponto?; This research have been conducted with a few method intake of data that is observation, admission filling of enquette, direct interview and documentation photograph result of survey. Data analysis in this research is used analytic descriptive method that is intake of quantitative data, then analysed descriptive statistically. Result of research obtained that (1) laboratory facilities and basic facilities of natural sciences by the school of madrasah MTS se- Kabupaten Jeneponto not yet fulfilled minimum standard which specified by Institute Standard National Education and not yet is maximal of management performance meanly; ( 2) Laboratory management system of natural sciences by existing MTs obtained meanly assess the understanding of interest standard lead laboratory that is 3,14 namely good category, but application in streamlining activity of management of laboratory not yet maximal and not yet according of attainment goals. Key words: Laboratory, natural sciences, management system, facilities. Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 291 ## I. PENDAHULUAN ## A. Latar Belakang Praktek pendidikan yang selama ini berlangsung di tingkat madrasah ternyata sangat jauh dari hakikat pendidikan yang sesungguhnya, yaitu pendidikan yang menjadikan peserta didik sebagai manusia yang memiliki kemampuan belajar untuk mengembangkan potensi dirinya dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Menurut Zamroni (dalam Kunandar, 2007: 5) bahwa praktek pendidikan yang demikian mengisolir diri dari lingkungan sekitar dan dunia kerja, serta tidak mampu menjadikan peserta didik sebagai manusia yang utuh dan berkepribadian. Laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu sarana/fasilitas belajar mengajar bagi madrasah/sekolah untuk tercapainya kualitas penjaminan mutu pendidikan serta peningkatan kualitas pembelajaran. Terdapat berbagai alternatif pemecahan masalah dalam pengajaran IPA, salah satu diantaranya adalah alternatif yang memberikan penekanan pada metode pengelolaan laboratorium IPA sebagai bahan pengajaran di madrasah (sekolah). IPA menjadi dasar perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan peradaban manusia. IPA sebagai pengetahuan yang erat kaitannya dengan dunia teknologi wajib dikelola secara seksama dan bertanggung jawab agar laju perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang makin pesat dapat diimbangi. Hal ini tentu membutuhkan pendidikan yang dapat memberikan kecakapan hidup (life skill), yang dapat memberikan keterampilan (psikomotor), kemahiran pengetahuan dan keahlian dengan kompetensi tinggi pada peserta didik untuk menjadikan manusia yang dapat berperan langsung dalam perkembangan IPTEK. Salah satu fungsi utama laboratorium IPA adalah memberikan pengetahuan dasar, menerapkan dan mengaplikasikan konsep, pengujian, produksi, pemeliharaan dan servis. Laboratorium yang baik yaitu jika terdapat sejumlah perkakas sarana-prasarana dan alat yang memadai, jenisnya lengkap dan kualitasnya memenuhi syarat yang distandarkan serta pengelolaan yang baik. Selain sarana dan prasarana laboratorium yang baik juga harus didukung dengan manajemen dan administrasi yang baik pula, diantaranya adalah pengelolaan dan penggunaan alat, aturan tata tertib laboratorium, limbah laboratorium, limbah B3, keselamatan kerja, pencegahan, dan penanggulangan kecelakaan di laboratorium, sistem informasi manejemen laboratorium dan validasi metode yang digunakan. S Pada studi penelusuran laboratorium IPA, hal akan dituangkan dalam bentuk instrumen observasi secara terperinci dalam rangka pengefektifan laboratorium sesuai dengan standar ISO 17025. Fakta di lapangan khususnya di daerah lokasi penelitian yaitu beberapa madrasah baik negeri maupun swasta di Kabupaten Jeneponto banyak kendala dalam pemanfaatan laboratorium sebagai sarana proses pembelajaran telah ditemukan dan ganjal pelaksanaannya bahkan tidak ada fasilitas laboratoriumpun disediakan sama sekali (sumber data primer: hasil observasi langsung tahun 2012). Salah satu faktor diduga menjadi penyebabnya adalah kurangnya tanggapan respon positif bagi penyelenggara pendidikan setempat akan pentingnya pengadaan sarana fasilitas pembelajaran di madrasah dan penganggaran dana sarana-prasarana laboratorium belum diutamakan. Beberapa alasan tersebut dilakukanlah suatu penelitian survey tentang keefektifan laboratorium IPA pada tingkat Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah antara lain sebagai: (1) upaya suatu lembaga penyelenggara pendidikan sesuai standar nasional yang ditetapkan; (2) laboratorium IPA merupakan salah satu sarana pendidikan untuk tercapainya kualitas penjaminan mutu pendidikan; (3) pentingnya praktikum di laboratorium (lapangan) dalam pendidikan IPA sebagai pembuktian teori di kelas; (4) fakta di lapangan banyak kendala pemanfaatan laboratorium sebagai sarana praktikum; (5) perlu perhatian serius khususnya untuk pihak pengelola laboratorium, tenaga fungsional guru bidang studi IPA dan pimpinan pihak madrasah. Oleh karena itu sangat perlu menjadi perhatian yang lebih serius dan matang bagi lembaga suatu penyelenggara pendidikan madrasah, khususnya kepada tenaga fungsional guru bidang studi IPA, pengelola laboratorium IPA dan pihak manajemen sarana dan prasarana yang terkait untuk lebih meningkatkan daya dukung fasilitas laboratorium IPA di tingkat madrasah agar kualitas penjaminan mutu pendidikan dan peningkatan kualitan pembelajaran IPA dapat terjamin lebih baik. Peneliti dalam hal ini berkompeten dibidang IPA mencoba melakukan studi penelusuran fakta langsung di lapangan (field research) tentang kinerja pengelolaan keefektifan laboratorium IPA (Sains) pada tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) baik negeri mapun swasta sebagai bahan masukan bagi penyelenggara pendidikan Kementerian Agama, khususnya Kementerian Agama Kabupaten Jeneponto. Peneliti melakukan kerja sama dengann Kementerian Agama tingkat Kabupaten Jeneponto dan masing-masing madrasah yang jadikan Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 293 sebagai sampel, dalam bentuk studi penelitian lapangan (field research) survey tentang upaya proses pelaksanaan pemberdayaan dan pengelolaan laboratorium IPA sebagai sarana-prasarana kegiatan pembelajaran di madrasah. Studi penulusuran dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan terhadap proses belajar-mengajar serta memantapkan peran dan fungsi guru selaku bidang studi IPA serta laboran/teknisi dalam mengelola laboratorium IPA di tingkat madrasah. ## B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti memfokuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium IPA ditingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kabupaten Jeneponto memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)? 2. Bagaimana manajemen laboratorium IPA yang ada ditingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kabupaten Jeneponto? ## C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia di laboratorium IPA tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kabupaten Jeneponto yang dapat memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2. Mengetahui sistem manajemen laboratorium IPA yang ada ditingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kabupaten Jeneponto ## II. KAJIAN PUSTAKA ## A. Definisi Laboratorium dan Penggolongannya Menurut Direktorat Pendidikan Menengah Umum (1995:7), Laboratorium adalah tempat atau wadah untuk melakukan percobaan dan penyelidikan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka, misalnya kebun. Dalam pengertian yang terbatas laboratorium ialah suatu ruangan yang tertutup tempat melakukan percobaan dan penyelidikan. Selain itu, menurut Widyarti (2005:1) โ€œLaboratorium adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat Laboratorium serta adanya infrastruktur Laboratorium yang lengkapโ€. Kemudian, menurut Wirjosoemarto dkk (2004:40) โ€œpada konteks proses belajar mengajar sains di sekolah-sekolah seringkali istilah laboratorium diartikan dalam pengertian sempit yaitu suatu ruangan yang didalamnya terdapat sejumlah alat-alat dan bahan praktikumโ€. Laboratorium dapat bermacam macam jenisnya. Menurut Wirjosoemarto dkk (2004: 41): di Sekolah Menengah/Madrasah, umumnya jenis laboratorium disesuaikan dengan mata pelajaran yang membutuhkan laboratorium tersebut. Karena itu di sekolah-sekolah untuk pembelajaran IPA biasanya hanya dikenal Laboratorium Fisika, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Biologi. Di Madrasah Tsanawiyah mungkin hanya ada Laboratorium IPA saja. Di Perguruan Tinggi, untuk satu jurusan saja, mungkin terdapat banyak laboratorium. Kadang kadang atas pertimbangan efisiensi, suatu ruangan laboratorium difungsikan sekaligus sebagai ruangan kelas untuk proses belajar mengajar. Laboratorium jenis ini dikenal sebagai Science classroom laboratory. Kelebihan jenis laboratorium ini bersifat multi guna. Menurut Muh. Said L (2011: 9), l aboratorium digolongkan beberapa bagian yaitu: 1. Berdasarkan tujuan prosedural (metode) terdiri atas: a. Laboratorium murni, yaitu khusus digunakan untuk bidang penelitian. b. Classroom laboratory, berfungsi sebagai ruang belajar, selain melakukan penelitian biasa juga pada proses belajar mengajar misalnya metode demonstrasi, metode simulasi dan sebagainya. c. Display laboratory, berfungsi untuk ruang pameran (gambar dan sebagainya). 2. Berdasarkan tujuan ilmiah, dapat digolongkan: Berdasarkan tabel 2.1, laboratorium penelitian dan pengembangan memiliki kategori laboratororium manufaktur yaitu laboratorium untuk pembuatan bahan baku dan termasuk. Sedangkan pada laboratorium analitik termasuk laboratorium pengujian mutu. Kriteria laboratorium pengujian mutu antara lain: hasil pengujiannya akurat, akomodasi yang cukup (pengeluaran yang memadai), memiliki status hukum, sarana lengkap, personil yang cukup, peralatan uji dan pendukung lainnya lengkap, dokumen dan sistem dokumentasi lengkap, struktur organisasinya sangat jelas, pelaporannya jelas dan sistem penjaminan mutunya terjamin. Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 295 ## Tabel 2.1: Penggolongan laboratorium berdasarkan tujuan ilmiah Penggolongan Laboratorium Perbedaan mendasar dilihat dari Aktivitas Penentu proyek Akuntabilitas/ penilai Output Hasil a. Laboratorium ilmu dasar Membuktikan teori-teori ilmiah Praktikan (orang yang melakukan penelitian) Seseorang yang memiliki keahlian di bidang ilmiah Pengertian dan pengetahuan ilmiahnya Berlaku universal (umum) b.Laboratorium ilmu terapan Memberikan solusi (konsep) pada suatu masalah Pencetus masalah Pencetus masalah Ilmu konsep (penyelesaian terhadap permasalahan) Dianggap berhasil dibawah kondisi tertentu c. Laboratorium penelitian dan pengembang an Penelitian dan pengembangaan suatu produk Satu orang/ satu badan usaha/ satu perusahaan yang mepunyai pengaruh pribadi (bersifat resmi) Konsumen (pangsa pasar) Produk (menghasilkan barang) Pengguna, masyarakat, konsumen dengan cara membuatnya d.Laboratorium analitik Memberikan servis terhadap laboratorium lainnya Custumer Custumer Data Tergantung keakuratan data (konsistensinya) ## B. Pentingnya Laboratorium IPA Madrasah dan Pengelolaannya Ilmu IPA (sains) merupakan dasar dari disiplin ilmu eksakta yang didasarkan atas eksperimen sehingga hubungan antara teori dan praktek sangat erat. Untuk membuktikan teori maka dilakukan suatu eksperimen (praktikum) di laboratorium. Praktikum adalah proses kegiatan belajar mengajar dengan cara tatap muka antara dosen (dapat dibantu asisten dan mahasiswa, yang menekankan pada aspek psikomotorik (keterampilan), kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) dengan menggunakan peralatan di laboratorium yang terjadwal. Termasuk dalam katagori ini adalah asistensi dan responsi. Hofstein dan Lunetta (1993) mengemukakan bahwa kegiatan laboratorium merupakan kegiatan menarik yang memungkinkan siswa untuk belajar dengan pemahaman dan melibatkan proses pembangunan pengetahuan tentang sains. Hofstein dan Naaman (2007) juga mengungkapkan bahwa kegiatan laboratorium memiliki peranan khusus dalam kurikulum sains dan tenaga pendidik sains telah menunjukkan bahwa banyak manfaat yang diperoleh dari melibatkan siswa dalam kegiatan laboratorium sains. Hal yang sama juga diungkapkan Yurnani (2010) yang menyatakan bahwa kegiatan laboratorium merupakan kegiatan yang sangat berperan dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar IPA Pengelolaan laboratorium IPA merupakan suatu proses pendayagunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu sasaran yang diharapkan secara optimal dengan memperhatikan keberlanjutan fungsi sumber daya. Pengelolaan hendaknya dijalankan berkaitan dengan unsur atau fungsi- fungsi manajer, yakni perencanaan, pengorganisasian, pemberian komando, pengkoordinasian, dan pengendalian. Sementara Luther M. Gullick (1993) menyatakan fungsi-fungsi manajemen yang penting adalah perencanaan, pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pemberian bimbingan, pengkoordinasian, pelaporan, dan penganggaran. Dalam pengelolaan laboratorium meliputi beberapa aspek yaitu perencanaan, penataan, pengadministrasian, pengamanan, perawatan, dan pengawasan Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium, spesimen biologi, bahan kimia), dan aktivitas yang dilaksanakan di laboratorium yang menjaga keberlanjutan fungsinya. Pada dasarnya pengelolaan laboratorium merupakan tanggung jawab bersama baik pengelola maupun pengguna. Oleh karena itu, setiap orang yang terlibat harus memiliki kesadaran dan merasa terpanggil untuk mengatur, memelihara, dan mengusahakan keselamatan kerja. Mengatur dan memelihara laboratorium merupakan upaya agar laboratorium selalu tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Sedangkan upaya menjaga keselamatan kerja mencakup usaha untuk selalu mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan sewaktu bekerja di laboratorium dan penangannya bila terjadi kecelakaan. Para pengelola laboratorium hendaknya memiliki pemahaman dan keterampilan kerja di laboratorium, bekerja sesuai tugas dan tanggung jawabnya, dan mengikuti peraturan. Pengelola laboratorium di sekolah umumnya sebagai berikut: 1. Kepala Sekolah 2. Wakil Kepala Sekolah 3. Koordinator Laboratorium Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 297 ## 4. Penanggung jawab Laboratorium 5. Laboran. Para pengelola tersebut mempunyai tugas dan kewenangan yang berbeda namun tetap sinergi dalam pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kepala sekolah, pengelola, guru IPA, dan unsur-unsur terkait lainnya harus mampu mengelola dan memanfaatkan laboratorium IPA secara efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar IPA bagi siswa (Sutrisno, 2007). Di da lam laboratorium ada beberapa pihak yang terlibat sebagai pelaksana kegiatan eksperimen (percobaan/penelitian) ( Muh. Said L, 2011: 11) yaitu: a. Pengguna laboratorium adalah seluruh pihak yang memakai jasa laboratorium baik dari pihak internal maupun eksternal peneliti atau orang lain yang membutuhkan. b. Kepala laboratorium (koordinator laboratorium) adalah seorang tenaga edukatif atau fungsional yang ditugaskan menjadi pimpinan tertinggi dalam satuan organisasi laboratorium serta membawahi anggota laboratorium, pembimbing praktikum, laboran, dan asisten praktikum serta bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di laboratorium. c. Pembimbing praktikum adalah staf edukatif yang bertanggungjawab dalam memberikan bimbingan praktikum bagi mahasiswa selaku praktikan untuk matakuliah yang dibinanya. d. Laboran adalah staf laboratorium yang membantu pelaksanaan teknis operasional dalam laboratorium, mempersiapkan peralatan dan bahan untuk kegiatan praktikum dan penelitian di laboratorium serta melaksanakan tugas lainnya yang diperintahkan atasan sesuai dengan kebutuhan laboratorium. e. Asisten praktikum adalah mahasiswa yang diberi tugas oleh anggota laboratorium dan atau pembimbing praktikum untuk membantu kelancaran pelaksanaan praktikum, dan bertanggung jawab kepada pembimbing praktikum atau anggota laboratorium. f. Koordinator asisten praktikum adalah salah seorang dari asisten praktikum yang ditunjuk untuk menjadi pemimpin asisten. Penunjukan koordinator asisten atas kesepakatan dari para asisten serta anggota laboratorium dan atau pembimbing praktikum. g. Peserta praktikum (praktikan) adalah mahasiswa yang telah terdaftar untuk matakuliah yang bersangkutan pada semester berjalan yang ditunjukkan 298 _ Jurnal Teknosains, Volume 8 Nomor 3, November 2014 (Edisi Sains) dengan daftar peserta praktikum prodi/jurusan/ fakultas/institusi perguruan tinggi. ## III. METODOLOGI PENELITIAN ## A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Kabupaten Jeneponto dengan sumber utama data dari Kementerian Kabupaten Jeneponto dan 11 (sebelas) titik lokasi kecamatan dengan masing-masing mewakili madrasah pada setiap tingkatan sebagai berikut: Tabel 3.1: Jumlah sampel Madrasah Tsanawiyah disetiap titik lokasi berdasarkan kecamatan se-Kabupaten Jeneponto Kecamatan Jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) Total Ket. Binamu 3 5 Selatan Turatea 3 5 Selatan Kelara 3 5 Utara Tamalatea 4 8 Barat Arungkeke 2 4 Timur Batang 2 3 Timur Bontoramba 3 5 Utara Bangkala 4 7 Barat Bangkala Barat 3 5 Barat Rumbia 3 5 Utara Taroang 4 7 Timur Jumlah 34 59 ## B. Teknik Pengambilan Data Data yang telah diperoleh pada penelitian ini digunakan dengan beberapa teknik antara lain: 1. Observasi lapangan (pengamatan survey langsung ke titik lokasi penelitian dengan mengambil secara acak). 2. Pengisian angket yang tertera. 3. Wawancara langsung dengan pihak yang terkait sebagai sumber data. 4. Dokumentasi foto hasil survey. Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 299 ## C. Instrumen Penelitian dan Sumber Data Penelitian Instrumen penelitian dalam kegiatan studi penelusuran kinerja pengelolaan laboratorium IPA (sains) pada tingkat madrasah MTs se-Kabupaten Jeneponto Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa lembar pengamatan observasi dan uraian wawancara umum yaitu: 1. Lembar angket untuk Penanggung Jawab Laboratorium IPA (Kepala Laboratorium IPA) terdiri atas: a) Kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPA. b) Kondisi prasarana. 2. Lembar angket Kepala Madrasah berisi: a) Instrumen kinerja Kepala Laboratorium. b) Instrumen standar kompetensi Kepala Laboratorium ## D. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif analitik yaitu pengambilan data-data kuantitatif kemudian dianalisis secara statistik deskriptif. Data hasil validasi tim penilai untuk masing-masing instrumen dianalisis. Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas oleh dua orang pengamat (pada aspek yang sama) pada lembar instrumen yang digunakan, yaitu Interobserver Agreements dengan analisis statistik โ€ Persentage of Agreementโ€ , yaitu: % 100 R x D A A ๏€ซ ๏€ฝ (Borich, 1994: 385) Keterangan: R = Persentage of Agreement (Reliabilitas) A = Agreements (Frekuensi aspek kesesuaian antara dua pengamat) D = Disagreements (Frekuensi aspek ketidaksesuaian antara dua pengamat) Instrumen dikatakan baik jika mempunyai koefesien reliabilitas ๏‚ณ 0,75 atau ๏‚ณ 75% (Borich, 1994: 385). ## E. Alur Penelitian Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka didapat dilihat bagan alir penelitian sebagai berikut: Gambar 3.1: Alur pelaksanaan penelitian ## IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ## A. Kelengkapan Sarana dan Prasarana Laboratorium IPA ditingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) Berikut hasil survey tentang kondisi pengelolaan laboratorium pada setiap kecamatan mewakili madrasah untuk setiap tingkatan madrasah. Kategori kondisi laboratorium IPA yang diobservasi terdiri atas tiga bagian yaitu ketersediaan sarana gedung laboratorium IPA, prasarana (mobiler) dan alat/bahan praktikum untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs). Jumlah madrasah yang telah diobservasi terdiri dari 34 Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau 66,67% yang diteliti dari total Madrasah Tsanawiyah yang ada di Kabupaten Jeneponto. Pengolahan Data dan Analisis Kesimpulan Penelitian Rekomendasi X Observasi lapangan Wawancara Sumber data Pengisian Angket Dokumentasi Foto Survey Studi Pendahuluan Studi literatur tentang Laboratoium IPA Tupoksi Madrasah/Tenaga Fungsional IPA (Guru Bidang Studi IPA, Teknisi Laboran dan Koordinator Laboratorium) MTs Penyusunan Instrumen Penelitian Pengumpulan Data Survey X Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 301 Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa terdapat 8 (delapan) madrasah yang memiliki sarana-prasarana laboratorium IPA dan alat/bahan praktikum, 1 (satu) madrasah yang hanya memiliki sarana gedung laboratorium tanpa prasarana (mobiler) dan 26 madrasah tidak memiliki sarana-prasarana laboratorium IPA dan alat/bahan praktikum. Berdasarkan hasil Survey langsung pada titik lokasi dan hasil wawancara pada Kepala Seksi Mapenda Bagian Sarana- Prasarana (Fasilitas Sumber Daya) Kabupaten Jeneponto dapat dinyatakan tiga kelompok sebagai berikut: 1. Madrasah MTs memiliki sarana gedung laboratorium IPA dan untuk prasarana (mobiler) masih belum diperadakan (alat-alat praktikum yang ada masih kondisi yang lama dan belum ada penambahan). 2. Madrasah MTs belum memiliki sarana gedung laboratorium IPA, prasarana dan alat-alat/bahan praktikum (belum mendapat bantuan sama sekali dari pihak kementerian agama pusat/provinsi/kabupaten dan pemerintah khususnya untuk sarana laboratorium IPA). 3. Madrasah MTs memiliki sarana gedung laboratorium IPA yang layak, memiliki prasarana (mobiler) yang cukup serta alat/bahan praktikum. Madrasah tersebut telah mendapatkan bantuan dari Kementerian Agama Pusat (fisik), bantuan MEDP (fisik dan non fisik) dan bantuan dari USAID Australia khususnya madrasah yang telah terakreditasi (non fisik). Berikut kondisi sarana dan prasarana laboratorium IPA ditingkat Madrasah Tsanawiyah se-Kabupaten Jeneponto dapat dilihat persentase masing-masing kondisi yaitu jumlah Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang memiliki sarana gedung laboratorium praktikum IPA, dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut: Grafik 4.1: Hasil persentase kondisi sarana-prasarana dan alat/bahan praktikum Laboratorium IPA tingkat MTs se-Kabupaten Jeneponto Dari grafik 4.1 menunjukkan bahwa (a) terdapat 76,47% Madrasah Tsanawiyah belum memiliki sarana gedung laboratorium IPA dan prasarana (mobiler) serta alat-alat/bahan praktikum. Madrasah MTs dengan persentase 76,47% belum mendapat bantuan sama sekali dari pihak kementerian agama pusat/provinsi/kabupaten dan pemerintah khususnya untuk bangunan sarana laboratorium IPA), hal ini disebabkan karena pendistribusian bantuan diupayakan pada madrasah yang sudah memenuhi jumlah siswa sebanyak 3 rombel (standar minimal 3 ruangan kelas belajar yang memenuhi kriteria kelayakan dan paten); (b) terdapat 2,86% madrasah MTs yang memiliki sarana gedung laboratorium IPA dan untuk prasarana (mobiler) masih belum diperadakan (alat-alat praktikum yang ada masih kondisi yang lama dan belum ada bantuan). Madrasah tersebut adalah MTs Negeri Binamu Kabupaten Jeneponto; namun sebelum ada bantuan diberikan terdapat satu gedung lama yang berfungsi alih sebagai sarana pembelajaran dan alat-alat praktikumnya sebagian dipindahkan pada gedung laboratorium yang baru, (c) terdapat 20,59% madrasah sudah memiliki sarana gedung laboratorium IPA yang layak, memiliki prasarana (mobiler) yang cukup serta alat/bahan praktikum. Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Mapenda Kementerian Agama Kabupaten Jeneponto bahwa madrasah tersebut telah mendapatkan bantuan dari Kementerian Agama Pusat (dalam bentuk fisik), bantuan MEDP (fisik dan non fisik) dan bantuan dari USAID Australia khususnya madrasah yang telah terakreditasi (non fisik). Adapun bantuan fisik melalui MEDP dapat berupa pembangunan gedung sarana laboratorium IPA, prasarana (mobiler) dan alat/bahan praktikum laboratorium IPA. Sedangkan bantuan non fisik adalah berupa pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru IPA misalnya pelatihan pengelolaan laboratorium IPA di Bandung dan pelatihan penggunaan alat laboratorium di Semarang dan lain-lain. Sedangkan yang diperoleh dari Kementerian Agama Pusat berupa pembangunan sarana RKB (Ruang Kelas Belajar). Untuk bantuan dari USAID Australia diprioritaskan pada madrasah yang telah terakreditasi (bentuk non fisik) misalnya pembinaan guru-guru madrasah, kegiatan ekstrakurikuler guru dan siswa, peningkatan proses belajar mengajar, pendidikan dan pelatihan bagi guru madrasah dan sebagainya. Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 303 ## B. Manajemen Laboratorium IPA Pada Tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) se-Kabupaten Jeneponto Secara grafik dapat dilihat rerata kompetensi yang dimiliki oleh kepala labotorium IPA tingkat MTs sebagai berikut: Grafik 4.2: Hasil penilaian rerata standar kompetensi kepala laboratorium tingkat MTs se-Kabupaten Jeneponto Catatan: I = Kompetensi kepribadian II = Kompetensi sosial III = Kompetensi pengorganisasian guru/laboran/ teknisi IV = Kompetensi pengelolaan dan administrasi V = Kompetensi pengelolaan pemantauan dan evaluasi VI = Kompetensi pengembangan dan inovasi VII = Kompetensi pengelolaan lingkungan dan K3 Berdasarkan grafik 4.2 di atas, diperoleh penilaian pemahaman standar kompetensi kepala laboratorium tingkat MTs berada pada kategori baik. Secara rata-rata diperoleh nilai pemahaman standar kompetensi kepala laboratorium tingkat MTs yaitu 3,14 yakni kategori baik, namun aplikasi dalam penerapanya dalam mengefektifkan kegiatan pengelolaan laboratorium belum maksimal dan belum sesuai dari target pencapaian dimasing-masing madrasah. Hal ini disebabkan antara lain karena: 1. Kepala laboratorium belum menjalankan tugasnya secara baik dan konsisten. 2. Kepala laboratorium memiliki tugas rangkap jabatan yaitu sebagai guru bidang studi IPA dan wakil kepala madrasah. Berdasarkan observasi di lapangan ditemukan terdapat salah seorang guru madrasah ditingkat MTs menjabat sebagai wakil kepala sekolah bagian kurikulum sekaligus guru bidang studi IPA dan sebagai pengelola laboratorium IPA. 3. Tidak adanya instrumen yang jelas tentang tugas dan wewenang kepala laboratorium IPA disetiap madrasah. 4. Pengelolaan laboratorium belum dijadikan sebagai wadah/tempat pembelajaran praktikum eksperimen sebagai pembuktian teori dan konsep. 5. Sistem manajemen laboratorium belum terarah dan jelas dengan baik. 6. Struktur organisasi yang berlaku dalam laboratorium IPA ditingkat madrasah belum terorganisasi dengan baik dan bahkan belum dilaksanakan sesuai tanggung jawab yang ditentukan. 7. Secara rata-rata kepala laboratorium memiliki kewajiban menjalankan tugas 12 jam penuh, namun ini pelaksanaanya tidak maksimal. 8. Belum pernah ada pelatihan kepala laboratorium sekaligus supervisi tentang manajemen laboratorium IPA baik dari Kementerian Agama Kabupaten maupun pusat. ## V. PENUTUP ## A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah diteliti, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium IPA ditingkat madrasah MTs se-Kabupaten Jeneponto secara umum belum memenuhi standar minimal yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan belum maksimal kinerja pengelolaannya secara rata-rata. 2. Sistem manajemen laboratorium IPA yang ada ditingkat madrasah MTs se- Kabupaten Jeneponto dapat dilihat pada kompetensi kepala laboratorium IPA yaitu diperoleh secara rata-rata nilai pemahaman standar kompetensi kepala laboratorium yaitu 3,14 yakni kategori baik, namun aplikasi untuk mengefektifkan kegiatan pengelolaan laboratorium belum maksimal sepenuhnya dan belum sesuai dari target pencapaian yang ditetapkan. ## B. Rekomendasi Beberapa rekomendasi dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: Muh. Said L. , Studi Penelurusan Kinerja Pengelolaan Sarana-Prasarana dan Sistem โ€ฆ _ 305 1. Untuk mengefektifkan pengelolaan laboratorium IPA ditingkat madarasah dibutuhkan kerjasama yang baik dalam satu tim pengelola internal madrasah. 2. Pemerataan bantuan keseluruh madrasah yang harus diutamakan (baik swasta ataupun negeri berhak mendapat bantuan selama memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan). 3. Sistem manajerial bantuan harus transparansi, akuntabilitas dan harus sesuai kapasitas pengelola. 4. Masing-masing unsur/pihak yang terlibat harus disesuaikan bidang keahliannya. 5. Penggunaan sarana laboratorium IPA diupayakan maksimal (pihak internal madrasah memaksimalkan sarana/fasilitas yang ada), tidak boleh menjadikan sarana ruang kelas yang porsinya sudah tetap sebagai sarana laboratorium. 6. Pihak kementerian agama Kabupaten atau seluruh pihak yang terkait mengupayakan para guru IPA madrasah meningkatkan kinerjanya melalui pendidikan dan pelatihan pengelolaan laboratorium IPA. ## DAFTAR PUSTAKA Amich Alhumami. Membangun Universitas Riset, Artikel Unsri, http://www.unsri.ac.id/?act=artikel_detil&id=4 Jeperis Nahampun. 2009. Studi Kompetensi Guru IPA Fisika SMP Negeri Kota Pontianak Dalam Melakukan Praktikum Di Laboratorium. http://jeperis.wordpress.com/ Laboratorium Kalibrasi Kemetrologian, Propinsi Jawa Timur (2009). http://www.metrologi-jatim.com/home.php?page=sejarah Mundilarto. 2007. Pengelolaan Laboratorium IPA, Makalah pada Diklat Laboran IPA LPMP Seluruh Indonesia. PPPPTK IPA, Bandung Omang Wirasasmita. 1989. Pengantar Laboratorium Fisika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tiggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Said L, Muh. 2011. Pengantar Laboratorium Fisika (Alat Ukur dan Ketidakpastian Pengukuran). Makassar: Alauddin University Press. ## Wira Bahari Nurdin. Jurnal: Peranan Laboratorium Fisika di Perguruan Tinggi Dalam Proses Standardisasi Pengukuran Besaran Massa, Panjang dan Waktu di Masyarakat Wasis & Retno Hasanah. 2004. Sistem Satuan dan Pengukuran. Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
bd3712e5-1e7a-4ca4-9251-e6e98d096129
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/PRASI/article/download/43727/22377
VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI ## PROSES FONOLOGIS PADA PIDATO BERBAHASA INDONESIA OLEH DUTA BESAR KOREA SELATAN โ€“ INDONESIA Lia Amelia Nurkhazanah 1 , Lia Maulia Indrayani 2 , Inu Isnaeni Sidiq 3 Magister Linguistik, Universitas Padjajaran Sumedang, Indonesia 1,2,3 e-mail: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 This is an open-access article under the CC BY-SA license. Copyright ยฉ 2022 by Author. Published by Universitas Pendidikan Ganesha. Received : December, 2021 Accepted : June, 2022 Published : June, 2022 ## ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses fonologis pada pidato berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh duta besar Korea Selatan - Indonesia tahun 2019 dan 2020 yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun data diambil melalui video pidato berbahasa Indonesia oleh duta besar Korea Selatan yang memiliki proses fonologis. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Langkah-langkah dalam analisis data dalam penelitian ini yaitu meliputi 1) pengumpulan data penelitian, 2) identifikasi proses fonologis, 3) pengkategorian proses fonologis, dan 4) penjelasan proses fonologis. Hasil identifikasi dalam penelitian ini ditemukan proses-proses fonologis berjumlah 49 buah dan terkategori menjadi asimilasi sebanyak 19 buah, disimilasi 3 buah, modifikasi vokal 8 buah, netralisasi 5 buah, zeroisasi 4 buah, anaptiksis 5 buah, epentesis 1 buah, dan paragog 4 buah. Kata kunci: Proses Fonologis; Korea; Indonesia; Duta Besar ## ABSTRACT The purpose of this study is to determine the phonological process in Indonesian speech that are produced by the ambassadors of South Korea - Indonesia in 2019 and 2020, namely Kim Chang-beom and Park Tae-sung. This research method is descriptive qualitative. The data were taken through Instagram videos regarding Indonesian speeches by the South Korean ambassador which had phonological processes. The technique used in this research are the listening and note-taking technique. The steps in data analysis in this study include 1) collecting research data, 2) identifying phonological processes, 3) categorizing phonological processes, and 4) explaining phonological processes. The results of the identification in this study found 49 phonological processes and categorized into 19 assimilation, 3 dissimilation, 8 vocal modifications, 5 neutralization, 4 zeroization, 5 anapticsis, 1 epenthesis, and 4 paragog. Keywords : Phonological Process; Korea; Indonesia; Ambassador ## PENDAHULUAN Dalam fenomena berbahasa, setiap penutur umumnya memiliki perbedaan dalam pelafalan karena adanya perbedaan latar belakang sosial dan budaya antara individu. Hal tersebut menimbulkan fenomena ketika seseorang asing melafalkan bahasa lain yang ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI bukan bahasa ibunya, ia akan merasa kesulitan karena beberapa bunyi konsonan dan vokal bisa jadi tidak terdapat dalam alofon dalam bahasa ibu mereka. Contoh kasus dalam hal ini dapat terjadi dalam satu negara yang memiliki banyak bahasa daerah karena mereka memiliki kekhasan bunyi fonem masing-masing. Misalnya, banyak masyarakat Jawa Tengah yang melafalkan konsonan /b/, /d/, /g/, dan /j/ yang memiliki proses fonologis dibanding orang Sunda ketika melafalkan konsonan yang sama. Hal ini disebabkan oleh, masyarakat Jawa Tengah akan cenderung melafalkan konsonan tersebut dengan menambahkan konsonan /m/, /n/, /ngg/, atau /j/ pada suatu kata. Contohnya, pada kata โ€˜deliโ€™ yang dilafalkan menjadi /ndeli/. Adanya fenomena ini kemudian dikenal dengan istilah interferensi, yaitu adanya pengaruh bahasa ibu ketika menguasai bahasa kedua (Muhyidin, 2016:210). Disimpulkan dari Maharani, Septianingsih, dkk. (2021:162) fonologi sebagai suatu sistem pengucapan bunyi bahasa dapat merepresentasikan tepat tidaknya seseorang ketika melafalkan bunyi dalam bahasa ibunya atau bahasa lain yang kemudian dapat menghasilkan makna yang berbeda atau yang disebut dengan kesalahan berbahasa. Contoh dari fenomena tersebut dapat ditemukan ketika orang asing berbicara yang bukan bahasa ibunya. Adapun fenomena tersebut terjadi karena setiap negara memiliki ciri khas tersendiri dari proses fonologis yang akhirnya membentuk bunyi fonem yang berbeda. Proses fonologis ini sendiri mempelajari bagaimana bunyi yang dihasilkan dari proses artikulasi akan saling memengaruhi bunyi satu sama lain, sehingga suatu bunyi dapat mempengaruhi bunyi di depan atau belakang dalam melafalkan suatu kata. Melihat hal tersebut, timbul ketertarikan untuk meneliti tentang bagaimana proses fonologis sebagai bukti kesalahan fonologi orang asing yang bertutur bahasa Indonesia yang dalam penelitian ini akan difokuskan pada penutur berbahasa Korea. Adapun dari 28 jenis vokal, vokal bahasa Indonesia hanya menggunakan 10 jenis vokal saja yang sudah termasuk alofonnya. Berikut adalah vocal chart yang terdapat dalam bahasa Indonesia (Setyati, Sumpeno, dkk. 2015:3). Gambar 1. IPA Chart Vokal Indonesia (Setyati, Sumpeno, dkk. 2015:3) Semantara itu, bahasa Indonesia dalam bunyi konsonannya memiliki 21 konsonan tunggal dengan 15 konsonan rangkap dan apabila digambarkan dalam IPA chart adalah sebagai berikut (gambar 2). VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Gambar 2. IPA Chart Konsonan Indonesia (Setyati, Sumpeno, dkk. 2015:3) Adapun Bahasa Korea, disimpulkan dari Azizah (2021:76-78) memiliki 10 buah monoftong, 7 diftong โ€˜-yโ€™, dan 5 vokal diftong โ€˜-wโ€™. Berikut pada gambar 3 ini adalah vokal tunggal dalam bahasa Korea. Gambar 3. IPA Chart Vokal Tunggal Korea (Kang, dalam Azizah 2021:76) Berikut pada gambar 4 adalah vokal diftong โ€˜โ€“yโ€™ dalam bahasa Korea. Gambar 4. IPA Chart Vokal Diftong -y Korea (Kang, dalam Azizah 2021:77) ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Berikut pada gambar 5 adalah vokal diftong โ€˜โ€“wโ€™ dalam bahasa Korea. Gambar 5. IPA Chart Vokal Tunggal Korea (Kang, dalam Azizah 2021:77) Selain itu, bahasa Korea juga mempunyai 21 jenis fonem konsonan yang memiliki gambaran sebagai berikut pada gambar 6. Gambar 6. IPA Chart Konsonan Korea (Cho dan Park, 2006:237) Berdasarkan keterangan di atas, dapat diketahui bahwa bunyi konsonan dan vokal antara bahasa Indonesia dan Korea memiliki ciri khasnya masing-masing dan apabila keduanya disandingkan, kita dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Seperti halnya jumlah vokal bahasa Indonesia dan Korea yang berbeda, disebabkan oleh vokal bahasa Korea banyak memiliki vokal diftong dibandingkan bahasa Indonesia. Selain itu, dalam konsonan, bahasa Indonesia dan Korea pun memiliki perbedaan. Seperti halnya dalam bahasa Korea yang tidak mengenal bunyi voiced (berbunyi) karena alofon bahasa Korea cenderung banyak yang menggunakan voiceless (tidak bersuara). Apabila mengacu pada teori di atas, tidak menutup kemungkinan bahwa penutur bahasa Korea akan mengalami kesulitan saat berbicara dalam bahasa Indonesia karena harus menyesuaikan beberapa bunyi akibat tidak tersedianya beberapa alofon dalam bahasa Korea. Hal yang sama pun dapat terjadi ketika penutur bahasa Indonesia yang ingin mempelajari bahasa Korea. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini, objek penelitiannya adalah proses fonologis yang bersumber dari pidato berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh duta besar Korea Selatan - Indonesia tahun 2019 dan 2020 yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung. Duta besar dipilih sebagai objek karena duta besar VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI merupakan representasi masyarakat suatu negara dan juga sebagai perwakilan presiden sehingga dalam berucap dapat terdeteksi sesuatu yang mewakili ciri khas masyarakat suatu negara. Adapun data diambil melalui empat video instagram dan berfokus pada proses fonologis berbahasa Indonesia yang diproduksi oleh duta besar Korea Selatan. Teknik yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik simak serta teknik catat. Berdasarkan data dan tujuan dari penelitian, diketahui bahwa kaidah proses fonologis digunakan sebagai payung besar penelitian. Proses fonologis merupakan kaidah teori yang mengkaji terjadinya suatu bunyi yang berlangsung secara terus- menerus dan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa segmen yaitu segmental dan suprasegmental. Segemental mengidentifikasi fonem dalam bentuknya yaitu berupa konsonan, vokal, dan diftong. Sementara itu, suprasegmental mengkaji aspek fonologi dari rima, tekanan, dan intonasi (Muhyidin, 2016:210). Adanya proses bunyi bahasa ini, membuat hasil bunyi lantas tak serta merta sama rata diucapkan oleh setiap manusia. Banyak faktor yang dapat memengaruhi perubahan bunyi dalam suatu bahasa, seperti cara artikulasi yang berbeda setiap orang, atau setiap suku daerah yang dilatarbelakangi perbedaan bahasa ibu dan cepat lambatnya seseorang berbicara. Adapun menurut Sulihingtyas (2013:32-33) contohnya adalah di dalam bahasa Belanda bentuk bibir dan durasi memiliki peranan penting dalam proses terjadinya bunyi bahasa yang mana aturan seperti ini tidak didapati oleh setiap bahasa di dunia seperti halnya Indonesia dan Korea. Melalui hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya bunyi dapat menggambarkan karakteristik suatu bahasa dalam suatu daerah. Proses bunyi bahasa ini kemudian mengakibatkan dapat diketahuinya cara transfer bahasa dari bahasa ibu ke bahasa lain ketika mempelajari bahasa baru. Proses mentransfer bahasa adalah suatu kaidah atau teori yang membahas bagaimana pengaruh bahasa ibu ketika mempelajari bahasa asing. Di antara banyak jenis transfer bahasa, transfer fonologis mengarah pada pengaruh keterampilan maupun ilmu pengetahuan menganai tata cara proses bunyi dalam satu bahasa yang bisa memengaruhi persepsi orang ketika memproduksi bunyi dalam bahasa lain. Hal ini kemudian dapat dikaji berdasarkan tataran fonologis yang mana dengan adanya proses ini, kemudian dapat berkembanglah ragam aksen akibat adanya pengaruh bahasa ibu ketika melafalkan bahasa Indonesia (Murcia, 1996; Jarvis dan Pavlenko, 2008:62, dalam Gusdian, 2018). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat fenomena kekeliruan berbahasa yang terjadi akibat banyaknya alasan fonologis. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini, proses fonologis dikaji akibat adanya transfer bahasa. Proses fonologis terjadi saat proses pegucapan fonem berbunyi menjadi tidak berbunyi sebagaimana kaidah kebahasaan seperti huruf /b/ menjadi /p/ dengan berbagai alasan fonologi yang melatarbelakanginya. Proses tersebut juga dapat terjadi ketika adanya gugus bunyi yang mempengaruhi bunyi lain sehingga seseorang dapat memproduksi sebuah kata dalam alat ucapnya tidak sesuai dengan artikulasi. Adapun dalam kesalahan fonologis tersebut dapat ditinjau melalui proses fonologis yang menjadi payung besar teori yang digunakan peneliti. Dalam bahasa tertentu, dijumpai perubahan fonem yang mengubah identitas fonem menjadi kasus perubahan fonem (bunyi), dan termasuk dalam gejala-gejala proses fonologis yaitu sebagai berikut (Muchlis, dalam Asri 2020:40). Pertama adalah asimilasi. Asimilasi adalah berubahnya dua suara yang berbeda menjadi suara atau suara yang serupa atau hampir mirip. Contohnya adalah penggunaan ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI kata sabtu, yang dieja /saptu/, sehingga dapat dilihat bahwa ada perubahan bunyi /b/ menjadi /p/ karena pengaruh /t/ di belakangnya. Adapun menurut Erawati (2012:3), dalam asimilasi dikenal terbagi menjadi asimilasi progresif dan regresif. Asimilasi secara progresif yaitu jika suatu bunyi memengaruhi ke depan. Sedangkan, asimilasi regresif yaitu bunyi yang terpengaruhi berada di sebelah depan bunyi yang memengaruhi. Disimpulkan dari apa yang dikemukakan oleh Himuna (2015:14-15) dalam asimilasi terjadi devoicing dan voicing yang penjelasannya adalah sebagai berikut. Penyuaraan ( voicing ) yaitu asimilasi terjadi ketika voicing (getaran pita suara) asimilator dialihkan ke asimilator tak bersuara. Misalnya gugus konsonan akhir kata tak bersuara /st/ dalam kata โ€˜ test โ€™ dalam bahasa Inggris, berasimilasi menjadi /zd/ bersuara ketika kata itu diikuti oleh suara bersuara ( voiced ). Kemudian, pengawasuaraan (devoicing ) terjadi ketika fitur ketidakbersuaraan (kurangnya getaran pita suara) dari asimilator ditransfer (secara kategoris atau non- kategoris) ke asimilator bersuara. Misalnya, konsonan bersuara /b/ pada kata โ€˜ chliebโ€™ (roti) berasimilasi menjadi tak bersuara /p/ bila kata tersebut diikuti jeda atau konsonan tak bersuara. Proses fonologis selanjutnya adalah disimilasi. Disimilasi yaitu proses dimana dua bunyi yang serupa menjadi berbeda. Contohnya adalah /rapor/ dengan /lapor/. Kemudian, ketiga yaitu terdapat modifikasi vokal yang merupakan proses berubahnya bunyi vokal disebabkan adanya bunyi lain yang mempengaruhi. Contohnya adalah balik diucapkan /baliฬ‘?/, vokal i diucapkan /iฬ‘/ rendah. Keempat, netralisasi. Netralisasi yaitu berubahnya bunyi sebuah fonem dikarenakan adanya lingkungan yang mempengaruhi. Misalnya, /sebab/ menjadi /sebap/ (Muslich, 2012:122). Kelima, zeorisasi. Zeroisasi yaitu proses menghilangnya sebuah bunyi fonem karena menghemat pengucapan suatu kata. Apabila ditinjau dalam bahasa Indonesia, kasus ini dapat ditemukan pada bunyi /tidak/ menjadi /tak/ dan /ndak/ dan berakibat kata tersebut menjadi tidak baku. Keenam yaitu Metatesis. Metatesis yaitu berubahnya urutan dalam suatu bunyi fonem dalam kata menjadi dua kata yang saling bertolak belakang atau merupakan saingannya. Contohnya yaitu pada bunyi /kerikil/ yang berubah menjadi /kelikir/. Ketujuh adalah diftongisasi. Diftongasi merupakan berubahnya bunyi vokal monoftong menjadi vokal diftong yang terurut. Misalnya pada bunyi /teladan/ yang berubah menjadi /tauladan/ dalam hal ini vokal /e/ berubah menjadi /au/. Kedelapan adalah monoftongisasi. Monoftongisasi merupakan fenomena berubahnya dua bunyi vokal diftong menjadi monoftong. Contohnya, /malaysia/ menjadi /malesia/ (Muslich, 2012:126). Kesembilan adalah anaptiksis. Anaptiksis yaitu berubahnya bunyi dengan menambahkan vokal di antara konsonan dengan tujuan pengucapan menjadi lebih mudah. Contohnya adalah pada kata โ€˜putraโ€™ yang dibunyikan menjadi /putera/. Adapun menurut Indrawati (2015:99) zeroisasi mencangkup tiga macam yang terdiri atas afresis, sinkop, dan apokop yang mana penjelasannya adalah sebagai berikut: (1) aferesis yaitu merupakan proses mengilangnya sebuah kata atau bisa lebih pada sebuah fonem di awal kata, (2) sinkop merupakan proses hilangnya fonem sebanyak satu atau lebih pada tengah kata, (3) apokop merupakan hilangnya fonem pada kata di akhir. Selain itu, jenis anaptiksis adalah protesis yang merupakan bertambahnya bunyi di bagian awal sebuah kata yaitu, (1) epentesis yaitu merupakan penambahan pada bagian tengah kata, dan (2) paragog yaitu menambahkan bunyi pada bagian akhir kata VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Beberapa penelitian terdahulu yang relevan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Penelitian pertama adalah milik Firdhani, Indrayani, dkk. (2018) yang berjudul โ€œ The Use of Consonant Elision by Sri Mulyani During Her Interview Session With The Banker โ€ yang bertujuan untuk menganalisis frekuensi penghapusan konsonan yang dilakukan oleh Sri Mulyani. Hasil penelitiannya menemukan bahwa sebanyak 26 penghapusan merupakan fonem /t/ sebanyak 19 kali, /d/ sebanyak lima kali, dan /s/ sebanyak 1 kali. Penelitian Kedua milik Diani dan Azwandi (2021) yang berjudul โ€œ Phonological Change Processes of English and Indonesian โ€, yang bertujuan untuk melihat perbedaan proses fonologis di antara bahasa Indonesia dan Inggris. Dalam penelitian ini dapat terlihat bahwa sebanyak lima tipe perubahan fonologi yang mencakup asimilasi, methesis, epenthesis, epithesis, dan delision. Penelitian ketiga milik Nafisah (2017) yang berujudul โ€œ Proses Fonologis dan Pengkaidahan dalam Kajian Fonologi Generatif โ€ yang menggunakan deskriptif kualitatif juga fonologi generatif. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa fonologi generatif dapat mengungkap proses fonologis bahasa yang berbeda seperti adanya penambahan bunyi, pelesapan bunyi, koalisi, dan asimilasi. Penelitian-penelitian tersebut kemudian memicu peneliti dalam mengkaji proses fonologis berbahasa Indonesia yang dilakukan oleh dua duta besar Korea Selatan Indonesia yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung yang terdapat pada video instagram akun resmi Kedutaan Besar Republik Korea. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran dan wawasan baru mengenai proses fonologis berbahasa Indonesia oleh penutur asli Korea Selatan dan menjadi sebuah perhatian bagi pembelajar kedua bahasa terebut. ## METODE Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong 2021:5), penelitian kualitatif adalah penelitian dengan latar alamiah. Namun, bermaksud untuk menafsirkan sebuah fenomena yang terjadi, kemudian penelitan tersebut dilaksanakan menggunakan berbagai metode yang ada. Sumber data dalam penelitian ini adalah proses fonologis yang diproduksi oleh dua duta besar Korea Selatan Indonesia yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung yang terdapat pada video instagram akun resmi Kedutaan Besar Republik Korea Selatan - Indonesia. Video yang dikaji dalam penelitian ini berjumlah 4 buah, dengan judul 1) โ€œ National Day Official Ceremony. Welcome remaks: Amb . Park Tae-sungโ€, video tersebut diunggah pada 3 Oktober 2020. Adapun video ke 2) berjudul โ€œ Fighting Againts Covid-19 Challenge โ€ dan terunggah pada 24 Maret 2020. Video ke 3) berjudul โ€œSelamat Tahun Baru 2021โ€ diuggah pada 1 Januari 2021, dan video ke 4) berjudul โ€œSelamat Hari Natal dan Selamat Tahun Baru 2020โ€ terunggah pada 23 Desember 2021. Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teknik simak dan catat. Metode simak adalah metode yang dilakukan dengan penyimakan bahasa, di mana dalam bahasa ini peneliti menyimak bunyi bahasa ketika berbahasa Indonesia yang diproduksi oleh Kim Chang-beom dan Park Tae-sung. Kemudian, teknik selanjutnya adalah teknik catat yaitu mencatat bentuk relevan dari penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun, 2011:92-93). Adapun dalam teknik ini, peneliti mencatat proses fonologis berbahasa Indonesia yang dilakukan Kim Chang-beom dan Park Tae-sung. Berdasarkan hal tersebut, teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu meliputi 1) pengumpulan ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI data, 2) pengidentifikasian proses fonologis, 3) pengklasifikasian proses fonologis, 4) mendeskripsikan proses fonologis, dan 5) kesimpulan hasil identifikasi proses fonologis. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Proses fonologis menurut Muslich (2012) merupakan payung besar teori yang digunakan peneliti dalam melakukan analisis kali ini. Selain itu, peneliti juga berpacu pada kaidah bentuk vokal dan konsonan bahasa Indonesia menurut Setyati, Sumpeno et al. (2015) dan bahasa Korea menurut Kang, (Azizah, 2021) dan Junmi Cho serta Haekyeong Park (2021). Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut. ## Frekuensi Proses Fonologis Berdasarkan hasil analisis, terdapat perbedaan dari kecenderungan proses fonologis yang dihasilkan oleh dua duta besar Korea Selatan - Indonesia tahun 2019 dan 2020 yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung. Berdasarkan hasil analisis, diketahui proses fonologis yang teridentifikasi terdiri atas 8 jenis dengan didominasi oleh adanya proses fonologis asimilasi konsonan yang dilakukan baik oleh Park Tae Sung maupun Kim Chang-beom. Apabila berpacu pada teori bunyi konsonan Korea (Cho dan Park, 2006:237) dan konsonan Indonesia (Setyati, Sumpeno, dkk. 2015:3), hal ini terjadi dikarenakan ada beberapa bunyi baik dalam bahasa Indonesia maupun Korea yang tidak terdapat dalam satu sama lainnya. Oleh karenanya, bunyi tersebut cenderung diganti oleh bunyi yang memiliki kemiripan seperti halnya bunyi /r/ alveolar trill dalam bahasa Indonesia yang oleh orang Korea umumnya akan dilafalkan menjadi /l/ alveolar lateral approximant. Perbandingan frekuensi jenis proses fonologis berbahasa Indonesia yang diproduksi oleh dua duta besar Korea Selatan - Indonesia tahun 2019 dan 2020 yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung secara jelas dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Frekuensi Fonologis Jenis Proses Fonologis Park Tae-sung Kim Chang-beom Jumlah Asimilasi 10 9 19 Disimilasi 3 - 3 Modifikasi Vokal 7 1 8 Netralisasi 4 1 5 Zeroisasi 1 3 4 Anaptiksis 4 1 5 Epentesis 1 - 1 Paragog 4 - 4 Jumlah 49 ## Analisis Proses Fonologis Berikut ini adalah hasil analisis dari proses fonologis yang dilakukan oleh duta besar Korea Selatan - Indonesia tahun 2019 dan 2020 yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung. Video yang dikaji dalam penelitian ini berjumlah empat buah. Proses fonologis dianalisis berdasarkan proses pelafalan yang dilakukan oleh kedua duta besar tersebut. VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Dapat dilihat pada hasil data bahwa proses fonologis berbentuk asimilasi berjumlah 19 buah, disimilasi sebanyak 3 buah, modifikasi vokal sebanyak 8 buah, netralisasi sebanyak 5 buah, zeroisasi sebanyak 4 buah, anaptiksis sebanyak 5 buah, epentesis sebanyak 1 buah, dan paragog sebanyak 4 buah. Berikut ini peneliti paparkan hasil data proses fonologis yang kemudian dikaji faktornya berdasarkan letak dan cara artikulasi sebuah fonem dalam satu kata. ## 1. Asimilasi Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa terdapat 19 data proses fonologis asimilasi. Adapun penjelasannya adalah tertera pada tabel 2. Tabel 2. Asimilasi No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1. Republik Korea /republik korea/ /lepublik korea/ 2. Enam Ratus /enam ratus/ /enam latus/ 3. Menyeluruh /mษ™nyษ™luruh/ /mษ™nyeluluh/ 4. Covid /kovid/ /kobid/ 5. Virus /virus/ /birus/ 6. Investasi /investasi/ /inbestasi/ 7. Platform /plat(f)orm/ /ph ษจ letpom/ 8. Batin /batin/ /b h atin/ 9. Mencapai /mentสƒapai/ /mendส’apai/ 10. Dan /dan/ /tan/ 11. Berharap /berharap/ /berha ษน ap/ 12. Anjuran /anjuran/ /anjua ษน an/ 13. Korea /korea/ /ko ษน ea/ 14. Republik Korea /republik korea/ / ษน epublik ko ษน ea/ 15. Berbagai /bษ™rbagai /bษ™ ษน bagai/ 16. November /novembษ™r/ novembษ™ ษน / 17. Bersih /bersih/ /be ษพ sih/ 18. Juga /dส’uga/ / tษ•สฐ uga/ 19. Presiden /presiden/ /pre(z)den/ Data nomor (1) /lepublik korea/ termasuk asimilasi regresif. Hal ini dapat dilihat dari adanya proses fonologis bunyi /r/ alveolar trill menjadi /l/ alveolar lateral approximant. Dalam proses fonologis Korea, bunyi /r/ umumnya diletakan pada onset atau berada di awal kata atau bertemu dengan bunyi vokal. Akan tetapi dikarenakan adanya bunyi /l/ yang mengikuti pada bunyi koda โ€˜-likโ€™ maka /r/ memiliki kecenderungan berubah menjadi bunyi /l/ dikarenakan bunyi tersebut mempengaruhi bunyi /r/ yang masih dalam satu alofon. Pada data (2) /enam latus/ termasuk pada asimilasi dikarenakan adanya kekeliruan penyebutan alveolar trill menjadi alveolar lateral approximant . Hal ini disebabkan dalam bahasa Korea, huruf yang paling mendekati bunyinya dengan /r/ adalah /ษพ/ yang masih satu alofon dengan /l/. Kesamaan alofon /ษพ/ dan /l/ tersebut dalam bahasa Korea, mempengaruhi adanya kekeliruan dalam melafalkan /r/ dalam bahasa Indonesia. Adapun data nomor (3) /menyeluluh/ termasuk asimilasi progresif yang dapat dilihat dari adanya proses fonologis bunyi /r/ alveolar ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI trill menjadi /l/ alveolar lateral approximant. Hal ini sebagaimana kaidah asimilasi di mana terdapat proses fonologis dua bunyi yang tak sama menjadi bunyi serupa karena saling mempengaruhi. Pada kata โ€˜menyeluruhโ€™ terdapat bunyi /l/ alveolar lateral approximant yang bertemu dengan vokal /u/, kemudian diikuti bunyi serupa dengan /r/ alveolar trill . Disebabkan adanya pengaruh pada pengucapan /l/ di sebelumnya, maka penutur asing yang cenderung tak umum menggunakan /r/ dalam pengucapan sehari- hari menjadi terpengaruh menyesuaikan bunyi /r/ menjadi /l/. Data nomor (4) /kobid/ termasuk asimilasi. Pada mulanya, dalam data bahasa Indonesia terdapat bunyi /v/ labiodental fricative yang bertemu vokal /i/. Namun, ketika bunyi tersebut dilafalkan oleh penutur Korea yang tidak mepunyai bunyi /v/ dalam kaidah bunyi bahasanya, terdapat penyesuaian antara bunyi tidak bersuara ( voicelss) /v/ yang diikuti dengan bunyi bunyi bersuara ( voiced ) /d/ alveolar stop , sehinga bunyi tersebut kemudian berubah menjadi bunyi /b/ bilabial stop . Hal ini dapat disimpulkan bahwa dalam bahasa Korea yang tidak terdapat bunyi /v/ labiodental fricative , cenderung diubah menjadi bilabial stop /b/ yang terdapat dalam bahasa Korea. Pada data nomor (5) /birus/ dan (6) /inbestasi/ termasuk ke dalam asimilasi karena adanya proses fonologis dari pengawasuaraan /v/ menjadi penyuaraan /b/. Hal ini dikarenakan pada bahasa Korea tidak terdapat bunyi /v/ labiodental fricative, sehingga cenderung diubah menjadi bilabial stop /b/ yang terdapat dalam bahasa Korea. Pada data nomor (7) /phษจletpom/ termasuk asimilasi progresif dikarenakan adanya pengaruh bunyi sebelumnya yaitu pada onset terdapat bunyi /p/ bilabial stop yang memberikan pengaruh pada penggunaan bunyi /p/ bilabial stop atau bilabial plosive pada koda /pom/ yang seharusnya menggunakan bunyi /f/ labiodental fricative. Data nomor (8) /b h atin/, termasuk asimilasi regresif karena adanya pengaruh dari bunyi setelah bunyi /b/ yang merupakan bunyi bilabial plosive bersuara menjadi terkena proses pengawasuaraan /b h / bilabial aspirated stop disebabkan diikuti konsonan /t/ alveolar plosive yang juga merupakan konsonan tak berusara. Pada data nomor (9) /mendส’apai/, proses fonologis asimilasi dalam kata ini adalah perubahan dari bunyi tak bersuara /tสƒ/ palatal affricative menjadi suara berbunyi /dส’/ palatal approximant. Adapun kedua bunyi ini dalam bahasa Indonesia ditempatkan pada tempat artikulasi yang sama yaitu palatal , sehingga kedua bunyi ini dianggap mempunyai kemiripan bagi pembelajar bahasa Indonesia yang mana membuat termasuk ke dalam asimilasi. Pada data nomor (10) /tan/ termasuk ke dalam asimilasi regresif dikarenakan penggunaan bunyi tidak bersuara /t/ alveolar stop yang seharusnya menggunakan bunyi berusara /d/ alveolar stop . Hal ini disebabkan oleh konsonan tak bersuara /n/ alveolar nasal yang mempengaruhi konsonan /d/. Dari nomor (11) hingga (16) yaitu /berhaษนap/, /anjuaษนan/, /koษนea/, /ษนepublik koษนea/, /bษ™ษนbagai/ dan /novembษ™ษน/ termasuk asimilasi karena pelafalan /r/ lebih dominan kepada /ษน/ disebabkan penutur Korea masih sulit melafalkan /r/ alveolar trill yang baik dan benar, sehingga menggantinya dengan yang mirip yaitu /ษน/ alveolar approximant dalam bahasa Inggris sebagai akibat dari keberagaman dalam pengetahuan bahasa pembelajar atau penutur yang cenderung mempelajari bahasa Inggris terlebih dahulu dari pada bahasa Indonesia. Pada nomor (17) /beษพsih/ Adanya asimilasi pada konsonan karena dalam bahasa Korea tidak ada bunyi /r/ alveolar trill sehingga diubah menjadi yang lebih mirip yaitu bunyi alveolar tap /ษพ/. VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Pada data nomor (18) /tษ•สฐUga/ termasuk proses asimilasi dengan menggunakan konsonan / tษ•สฐ/ post alveolar aspirated affricativ e sebagai pengganti konsonan /dส’/ palatal affricative . Hal ini diakibatkan adanya kekeliruan dalam penggunaan konsonan tak bersuara / tษ•สฐ/, yang mana bunyi ini memiliki kemiripan dengan bunyi /tสƒ/ yang dalam bahasa Indonesia masih satu alofon dengan /dส’/. Pada data nomor (19), /pre(z)den/ terjadi asimilasi regresif pada bunyi /s/ menjadi /z/. Hal ini diakibatkan karena adanya pengaruh bunyi tak bersuara /s/ yang kemudian diikuti bunyi bersuara /d/, yang mana bunyi /d/ tersebut mempengaruhi /s/. ## 2. Disimilasi Pada data tabel 3, dapat dihat bahwa disimilasi terjadi sebanyak tiga kali. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. Tabel 3. Disimilasi No No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1. Ruang /ruang/ /luang/ 2. Khusus /husus/ /xusus ษจ / 3. Khusus /husus/ /kususu/ Disimilasi merupakan proses fonologis dengan menggunakan bunyi yang tidak mirip. Kata (1) /ruang/ seharusnya dieja dengan bunyi /r/ alveolar trill , akan tetapi pada data, bunyi tersebut diganti dikarenakan adanya proses lateral menjadi /l/ alveolar lateral approximant lateral yang menyebabkan adanya perubahan arti. Kemudian, pada data nomor (2) โ€˜khususโ€™ yang dieja menjadi /xususษจ/ termasuk pada disimilasi karena adanya pengucapan yang seharusnya /h/ menjadi /X/, disebabkan pengaruh pada pelafalan secara fonem yang diucapkan secara mentah, tanpa adanya pelesapan fonem /k/ sehingga pelafalannya menjadi /X/, yang pada dasarnya memiliki kemiripan suara dengan /h/. Adapun data nomor (3) โ€˜khususโ€™ yang dilafalkan menjadi /kususu/ termasuk pada disimilasi karena adanya pengucapan yang seharusnya /h/ menjadi /k/, namun keduanya tidak memiliki bunyi yang mirip. ## 3. Modifikasi Vokal Pada data tabel 4, dapat dihat bahwa modifikasi vokal terjadi sebanyak delapan kali. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. Tabel 4. Modifikasi Vokal No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1. Meskipun /mษ™skipun/ /mษจsษ™kipun/ 2. mereka /mษ™reka/ /mษจreka/ 3. berbagai /bษ™rbagai /b ษจ rbagai/ 4. 2020 /dua ribu dua puluh/ /dua ribu dua pulu:h/ 5. 2021 /dua ribu duapuluh satu/ /dua ribu duapuluh shatu:/ 6. itu /itu/ /itu:/ 7. erat /ษ™rat/ /erat/ 8. Memperlebar /Mษ™mpษ™rlรฉbar/ /mษ™mpษ™rlรถbar/ ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Pada data (1) /mษจsษ™kipun/, (2) /mษจreka/, dan (3) /b ษจ rbagai/, merupakan modifikasi vokal karena adanya proses fonologis berubahnya bunyi dari /ษ™/ vokal sentral tengah, menjadi /ษจ/ vokal tinggi tidak bulat. Hal ini dapat dilihat karena adanya pengaruh vokal /ษ™/ yang merupakan vokal tengah berada pada posisi artikulasi dekat bunyi /ษจ/ tersebut. Selain itu, hal ini juga menunjukan bahwa masyarakat Korea masih sulit membedakan kapan mengucapkan /ษ™/ dan /e/ yang benar dalam satu kata bahasa Indonesia karena keduanya memiliki cara artikulasi yang mirip yaitu /ษ™/ pada vokal tengah dan /e/ vokal depan sedikit tertutup. Pada data (4) /dua ribu dua pulu:h/, (5) /dua ribu duapuluh shatu:/, dan (6) /itu:/, termasuk ke dalam modifikasi vokal karena bunyi /u/ pendek dilafalkan menjadi /u:/ dikarenakan posisinya yang berada di koda dan dalam letak artikulasi /u/ di akhir kata memberikan takanan memperpanjang vokal. Pada data nomor (7) /erat/, bunyi /ษ™/ dibunyikan menjadi /e/. Hal ini menunjukan bahwa masyarakat Korea masih sulit membedakan kapan mengucapkan /ษ™/ dan /e/ yang benar dalam satu kata bahasa Indonesia dikarenakan tempat artikulasinya yang hampir serupa yaitu dalam bahasa Korea adalah /e/ vokal depan tengah tidak bulat yang seharusnya dalam bahasa Indonesia /ษ™/ vokal depan sedikit tertutup. Pada data (8) /mษ™mpษ™rlรถbar/, adanya bunyi [รถ] sebagai pengganti /e/ dikarenakan adanya faktor kesulitan masyarakat Korea untuk memedakan bunyi /e/ dan /ษ™/ dalam bahasa Indonesia atau /รถ/ yang umum terdapat dalam vokal bahasa Sunda, yang mana /รถ/ memiliki posisi yang hampir mirip dengan /ษจ/ vokal tinggi belakang tidak bulat. ## 4. Netralisasi Pada data tabel 5, dapat dihat bahwa netralisasi terjadi sebanyak lima kali. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. Tabel 5. Netralisasi No No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1. Bersama-sama /bersama-sama/ /ber สƒ ama- สƒ ama/ 2. 2021 /dua ribu duapuluh satu/ /dua ribu duapuluh สƒ atu:/ 3. pariwisata /pariwisata/ /pariwi สƒ ata/ 4. Bekerja sama /bษ™kษ™rdส’a sama/ /bษ™kษ™rdส’a สƒ ama/ 5. semua /semua/ /semoa/ Pada data nomor (1), /ber สƒ ama- สƒ ama/, (2) /dua ribu duapuluh สƒ atu:/, (3) /pariwi สƒ ata/, (4) /bษ™kษ™rdส’a สƒ ama/, termasuk netralisasi karena adanya pengaruh lingkungan, di mana dalam bahasa Korea alveolar fricative , bunyi /s/ terbagi menjadi menjadi /sโ€™/, kemudian terdapat bunyi /สƒ/ pada post alveolar frivative yang memiliki bunyi yang hampir mirip dengan /s/. Adapun dikarenakan bunyi /สƒ/ dan /s/ memiliki kemiripan dalam pengucapan, maka tak jarang masyarakat Korea ketika menyebutkan /s/ dalam bahasa Indonesia akan terdengar seperti melafalkan /สƒ/ dalam bahasa Korea karena adanya pengaruh lingkungan, yaitu proses pengucapan /สƒ/ yang bertemu vokal. Pada data nomor (5) /semoa/, terdapat netralisasi karena adanya proses fonologis bunyi menjadi tidak mirip karena adanya faktor lingkungan. Pada kata /sษ™mua/ seharusnya dieja vokal /u/ bagian belakang tinggi tertutup, tetapi diganti menjadi /o/ belakang VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI tengah sedikit tertutup. Hal ini dikarenakan letak artikulasinya yang hampir sama sehingga cara pengucapan /u/ hampir mirip dengan /o/. ## 5. Zeroisasi Pada data tabel 6, dapat dihat bahwa zeroisasi terjadi sebanyak empat kali. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. Tabel 6. Zeroisasi No No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1. Tahun /tahun/ /taun/ 2. Karena /karena/ /karna/ 3. Mengucapkan /mengucapkan/ /mษ™ngucakan/ 4. Presiden /presiden/ /pre(z)den/ Pada data nomor (1) /taun/, termasuk kedalam zeroisasi karena ada penghilangan bunyi konsonan /h/ di antara dua vokal /a/ dan /u/ dikarenakan pengucapan /h/ yang tak terlalu jelas untuk penghematan pengucapan. pada data nomor (2) /karna/, terjadi karena adanya penghapusan bunyi vokal /e/ di antara konsonan /r/ dan /n/ karena pengucapan /e/ yang tidak dominan dan tidak berpengaruh pada makna apabila dihapus. Pada data no. (3) /mษ™ngucakan/, dikarenakan adanya penghapusan bunyi /p/ setelah bunyi vokal /a/ dan sebelum konsonan /k/. Hal ini terjadi dikarenakan adanya kesulitan bagi penutur asing apabila ada dua konsonan /p/ dan /k/ bertemu berurutan. Proses fonologis zeroisasi ini dikarenakan adanya faktor belum mahirnya mengucapkan bahasa Indonesia atau kekeliruan tak sengaja saat pengucapan. Selain itu, bunyi yang dihilangkan tersebut pada dasarnya merupakan bunyi yang samar, sehingga terjadi penghematan bunyi. Pada data nomor (4) /pre(z)den/, zeroisasi terjadi dikarenakan adanya penghilangan huruf vokal /i/ sesudah konsonan /z/ (yang seharusnya /s/ dan sebelum vokal /d/ dikarenakan bunyi vokal /i/ tersebut melesap dengan konsonan /z/. ## 6. Anaptiksis Pada data tabel 7, dapat dihat bahwa anaptiksis terjadi sebanyak lima kali. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. Tabel 7. Anaptiksis No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1. Program /program/ /p ษจ rogram/ 2. Platform /platform/ /ph ษจ letpom/ 3. Meskipun /meskipun/ /m ษจ sษ™kipun/ 4. Virtual /virtual/ /virutual/ 5. kemitraan /kษ™mi-traan/ /kษ™mitษ™traan/ Pada data no (1) /p ษจ rogram/, (2) /ph ษจ letpom/, dam (3) /m ษจ sษ™ki-pun, termasuk ke dalam anaptiksis karena proses fonologis berubahnya bunyi dengan cara menambahkan ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI bunyi vokal tertentu di antara dua konsonan untuk memperlancar ucapan. Dalam bahasa Korea, aturan bunyi konsonan tidak bisa berhadapan dengan konsonan, karenanya harus ada vokal bantu /ษจ/ untuk mempermudah pengucapan. Pada data nomor (4) /virutual/, termasuk anaptiksis karena ada penambahan bunyi /u/ untuk mempermudah pelafalan penutur Korea karena /r/ yang tidak bertemu dengan vokal akan menjadi /l/. Pada data nomor (5) /kษ™mitษ™traan/, termasuk ke dalam anaptiksis dikarenakan adanya penambahan bunyi vokal di tengah dua bunyi konsonan untuk mempermudah pengucapan. Hal tersebut dapat dilihat adanya penambahan bunyi /ษ™/ di antara dua bunyi konsonan /t/. ## 7. Epentesis Pada data tabel 8, dapat dihat bahwa epenthesis terjadi sebanyak satu kali. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. Tabel 8. Epentesis No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1 Ucapan /utสƒapan/ /udtสƒapan/ Data nomor (1) termasuk kepada epenthesis karena ada penambahan bunyi konsonan sebelum konsonan /tสƒ/ yaitu /d/. hal ini karena faktor kesalahan pengucapan penutur yang belum lancar atau familiar dengan bunyi /utสƒapan/ dalam kesehariannya. ## 8. Paragog Pada data tabel 9, dapat dihat bahwa paragog terjadi sebanyak empat kali. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut. Tabel 9. Paragog No Kata Pengucapan Bahasa Indonesia Pengucapan Oleh Duta Besar 1. Duta Besar /duta /bษ™sar/ /duta bษ™sar ษจ / 2. Khusus /husus/ /xusus ษจ / 3. Strategis /strategis/ /strategis ษจ / 4. khusus /husus/ /kususu/ Pada data nomor (1) /duta bษ™sar ษจ /, (2) /xusus ษจ /, dan (3) /strategis ษจ /, termasuk paragog karena ada penambahan /ษจ/ di akhir kata untuk mempermudah penyebutan bagi masyarakat Korea yang tidak bisa melafalkan /s/ di akhir sebab apabila ditambahkan vokal lain, contoh pelafalannya akan menjadi /duta bษ™sat/. Hal ini dapat dilihat juga pada data nomor (4) /kususu/ yang memiliki kasus sama. Data nomor 4 termasuk paragog karena ada penambahan /u/ di akhir kata untuk mempermudah penyebutan bagi masyarakat Korea yang tidak bisa melafalkan /s/ di akhir. VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI ## SIMPULAN Berdasarkan tabel tersebut, maka dapat diketahui bahwa proses fonologis yang diproduksi oleh dua duta besar Korea Selatan - Indonesia tahun 2019 dan 2020 yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung terdiri atas asimilasi yang berjumlah 19 buah, disimilasi sebanyak 3 buah, modifikasi vokal sebanyak 8 buah, netralisasi sebanyak 5 buah, zeroisasi sebanyak 4 buah, anaptiksis sebanyak 5 buah, epentesis sebanyak 1 buah, dan paragog sebanyak 4 buah. Proses fonologis tersebut kemudian didominasi oleh proses asimilasi, yaitu perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau hampir sama dengan adanya pengaruh vokal setelah atau sebelumnya, sehingga konsonan kebanyakan berubah dari bersuara menjadi tidak bersuara, begitu pun sebaliknya. Contohnya adalah bunyi /kovid/ dalam data bahasa Indonesia terdapat bunyi /v/ labiodental fricative yang bertemu vokal /i/. Namun, oleh penutur Korea yang tidak mepunyai bunyi /v/ dalam bunyi bahasanya, terdapat penyesuaian antara bunyi tidak bersuara ( voicelss) /v/ yang diikuti dengan bunyi bunyi bersuara ( voiced ) /d/ alveolar stop , sehinga bunyi tersebut berubah menjadi bunyi /b/ bilabial stop. Selain itu, proses fonologis terjadi dikarenakan adanya faktor fonem dalam bahasa Indonesia dan Korea yang cukup berbeda, namun memilki beberapa kemiripan karena masih dalam ruang lingkup alofon yang sama. Contohnya, pada data /enam ratus/ yang dibunyikan menjadi /enam latus/ termasuk pada asimilasi dikarenakan adanya kekeliruan penyebutan alveolar trill menjadi alveolar lateral approximant . Hal ini disebabkan, huruf yang paling mendekati bunyinya dengan /r/ adalah /ษพ/ yang masih satu alofon dengan /l/. Kemudian, jumlah proses fonologis terbanyak selanjutnya adalah modifikasi vokal di mana adanya perubahan bunyi /ษ™/ vokal menjadi /ษจ/ vokal. Hal ini diakibatkan adanya kesulitan bagi penutur Korea untuk membedakan pelafalan dua bunyi tersebut. Contoh pada kata /mษ™reka/ yang dibunyikan menjadi /mษจreka/ karena adanya pengaruh vokal /ษ™/ yang merupakan vokal tengah berada pada posisi artikulasi dekat bunyi /ษจ/ tersebut. Faktor lainnya adalah dapat dilihat dari latar belakang dua duta besar Korea Selatan - Indonesia tahun 2019 dan 2020 yaitu Kim Chang-beom dan Park Tae-sung. Dapat diketahui bahwa Kim Chang-beom memiliki kemahiran dalam melafalkan bunyi bahasa Indonesia lebih fasih daripada Park Tae-sung karena latar belakangnya yang pernah tinggal lama di Indonesia. Adapun Park Tae-sung teridentifikasi belum dapat memiliki pengetahuan melafalkan bunyi bahasa Indonesia dengan sangat fasih dikarenakan faktor bahasa ibu yang masih sangat kental digunakan olehnya. ## DAFTAR PUSTAKA Asri, N. (2020). Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Pada Tataran Fonologi Dalam Dakwah Ustaz Abdul Somad Di Youtube, Universitas Muhammadiyah Mataram. Undergraduate. Azizah, A. (2021). " A Contrastive Analysis Of Korean-Indonesian Phonological Structures ." Jokal: Journal Of Korean Applied Linguistics 1 (Ii): 71-79. Cho, J. And H.-K. Park. (2006). " A Comparative Analysis Of Korean-English Phonological Structures And Processes For Pronunciation Pedagogy In ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Interpretation Training. " Meta: Journal Des Traducteurs/Meta: Translators' Journal 51(2): 229-246. Diani, I. And A. Azwandi. (2021). " Phonological Change Processes Of English And Indonesian ." Joall (Journal Of Applied Linguistics And Literature) 6(1): 133- 148. Erawati, N. K. R. (2012). Asimilasi Fonemis Bahasa Jawa Kuna Salah Satu Tipe Morfofonemik . Udayana University. Firdhani, A. R., Et Al. (2018). " The Use Of Consonant Elision By Sri Mulyani During Her Interview Session With The Banker ." Eltin Journal, Journal Of English Language Teaching In Indonesia 6(2): 53-58. Gusdian, R. I. (2018). "Transfer Fonologis Konsonan Hambat Dari Bahasa Jawa Ke Bahasa Indonesia." Satwika: Kajian Ilmu Budaya Dan Perubahan Sosial 2(2): 130-137. Himuna, L. (2015). An Analysis Of Types Of Assimilation In Speaking Class For Fourth Semester Students Of English Teacher Education Department At Uin Sunan Ampel Surabay a. Pendidikan Bahasa Inggris. Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Undergradiate. Indrawati, D. (2015). "Proses Fonologis Dalam Pengadopsian Kata Bahasa Indonesia Ke Dalam Bahasa Cia-Cia Di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara." Jurnal Pena Indonesia 1(1): 96. Maharani, D., Et Al. (2021). "Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi Pada Grup Band Korea Selatan Super Junior." Kode: Jurnal Bahasa 10 (Ii): 160-169. Mahsun. (2011). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, Dan Tekniknya . Jakarta, Rajawali Pers. Moleong, L. J. (2021). Metodologi Penelitian Kualitatif . P.T. Remaja Rosdakarya. Muhyidin, M. (2016). " Phonological Interference In The English Pronunciation ." Universum: Jurnal Keislaman Dan Kebudayaan 10 (Ii): 209-217. Muslich, M. (2012). Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia, Bumi Aksara. Nafisah, S. (2017). "Proses Fonologis Dan Pengkaidahannya Dalam Kajian Fonologi Generatif." Deiksis 9(01): 70-78. VOL. 17 | No. 01 | June 2022 ISSN: Print 1693-6124 โ€“ Online 2614-1116 Undiksha | DOI: https://doi.org/10.23887/prasi.v17i1.43727 | https://ejournal. undiksha .ac.id/index.php/PRASI Setyati, E., Et Al. (2015). " Phoneme-Viseme Mapping For Indonesian Language Based On Blend Shape Animation ." Iaeng International Journal Of Computer Science 42(3). Sulihingtyas, S. (2013). "Proses Fonologi Bahasa Belanda." Lensa: Kajian Kebahasaan, Kesusastraan, Dan Budaya 3(1): 31-42. ## SUMBER VIDEO 1. [Instagram @koremb.idn]. 3 Oktober 2020. National Day Official Ceremony. Welcome remaks: Amb. Park Tae-sung. Diakses dari: https://www.instagram.com/tv/CF4QTBnpQ-S/ 2. [Instagram @koremb.idn]. 24 Maret 2020. Fighting Againts Covid-19 Challange. Diakses dari: https://www.instagram.com/tv/B-HDDGcnDt1/ 3. [Instagram @koremb.idn]. 1 Januari 2021. Selamat Tahun Baru 2021 Duta Besar Mengucapkan Selamat Tahun Baru 2021 kepada Teman-Teman Indonesia. Diakses dari:https://www.instagram.com/tv/CJfGV0onlyj/ 4. [Instagram @koremb.idn]. 23 Desember 2021. Selamat Hari Natal dan Selamat Tahun Baru 2020. https://www.instagram.com/tv/B6ZnseXn-pC/
667ba81c-1d46-4654-a56f-80f88a12cab1
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/12613/9235
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 4 Nomor 4 Tahun 2024 Page 6451-6464 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative Pengaruh Pengetahuan Sertifikasi Pajak, Penghargaan Finansial, Dan Pertimbangan Pasar Kerja Terhadap Pemilihan Karir Mahasiswa Sebagai ## Konsultan Pajak Dina Septiani 1 โœ‰ , Susy Hambani 2 , Ayi Jamaludin Aziz 3 Akuntansi, Universitas Djuanda Email: [email protected] 1 โœ‰ ## Abstrak Peraturan perpajakan yang kompleks dan terus berkembang seringkali membuat wajib pajak kesulitan memahami kewajiban perpajakannya. Adanya layanan konsultan pajak dapat membantu wajib pajak yang mengalami kesulitan dalam perpajakannya. Akan tetapi di indonesia sampai saat ini untuk profesi konsultan pajak masih dalam jumlah yang rendah apabila dibandingkan dengan peningkatan wajib pajak yang besar. Hal ini menunjukkan bahwa ketertarikan mahasiswa akuntansi untuk memilih karir sebagai konsultan pajak masih rendah. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Digunakan metode penelitian kuantitatif dengan kuesioner sebagai sumber data primer. Mahasiswa jurusan akuntansi semester 6 dan 8 dari lima perguruan tinggi swasta di wilayah Bogor merupakan populasi penelitian ini dengan sampel yang terdiri dari 98 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan sertifikasi pajak berpengaruh signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak, sedangkan variabel penghargaan finansial dan pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Kata Kunci: Pengetahuan Sertifikasi Pajak, Penghargaan Finansial, Pertimbangan Pasar Kerja, Pemilihan Karir Mahasiswa Sebagai Konsultan Pajak. ## Abstract Complex and evolving tax regulations often make it difficult for taxpayers to understand their tax obligations. The existence of tax consultant services can help taxpayers who have difficulties with their taxation. However, in Indonesia, the tax consultant profession still needs to be in higher numbers than the enormous taxpayer increase. This is one of the benchmarks showing that accounting students interest in choosing a career as a tax consultant still needs to be higher. This study, therefore, is of significant importance as it aims to determine the effect of tax certification knowledge, financial rewards, and labor market considerations on student career choices as tax consultants. The research method used is quantitative, using primary data as a questionnaire. The population in this study consisted of accounting majors in the sixth and eighth semesters at five private universities in the Bogor area, with a sample of 98 respondents. The results showed that the tax certification knowledge variable significantly affected student career choices as tax consultants. In contrast, the financial reward variable and labor market considerations had no effect and were insignificant to student career choices as tax consultants. Keywords: Knowledge of Tax Certification, Financial Awards, Labor Market Considerations, Career Selection of Studentsas Tax Consultants ## PENDAHULUAN Pajak yang menjadi salah satu sumber pendapatan negara terbesar mempunyai peran yang signifikan dalam perekonomian di Indonesia (Wardani & Wati, 2018). Dalam melakukan kewajiban perpajakannya baik bulanan maupun tahunan, wajib pajak dapat menemui beragam masalah seperti pelaporan pajak, perhitungan pajak, penyetoran pajak, bahkan sengketa dibidang perpajakan. Damayanti & Kurniawan (2021), Banyaknya undang-undang dan peraturan pelaksanaan perpajakan saat ini sering kali membuat wajib pajak merasa bingung dan mengalami kendala dalam pembayaran pajak sehingga kewajiban perpajakan ini menjadi sulit untuk dilaksanakan. Terlebih lagi, beragamnya metode baru dalam perekonomian, kompleksitas dunia bisnis yang bertambah rumit, dan wajib pajak yang mempunyai tigkat aktivitas yang tinggi dapat terbebani dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh sebab itu, dibutuhkannya jasa konsultan pajak yang dapat membantu memudahkan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak mereka yang sesuai dengan undang-undang yang berlaku, hal ini disebabkan fakta bahwa konsultan pajak memiliki pemahaman yang lebih baik tentang cara pelaksanaan kewajiban pajak (Prasetya & Witono, 2024). Akan tetapi, di indonesia sendiri profesi konsultan pajak sampai saat ini masih terbilang rendah. Berikut jumlah wajib pajak dan jumlah konsultan pajak yang sudah terdaftar di IKPI tahun 2021-2023: Tabel 1 Peningkatan Jumlah Konsultan Pajak dan Wajib Pajak Tahun Jumlah Konsultan Pajak Jumlah Wajib Pajak 2021 5.589 62,3 juta 2022 6.175 66,2 juta 2023 6.685 69,1 juta Sumber: Data diolah, 2024 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah konsultan pajak dan wajib pajak sama- sama mengalami kenaikan. Namun, meskipun jumlah konsultan pajak mengalami peningkatan di setiap tahunnya apabila di bandingkan dengan jumlah peningkatan wajib pajak yang sangat banyak, maka dapat dikatakan bahwa di Indonesia jumlah profesi konsultan pajak masih terbilang rendah dan masih tergolong sedikit jika dibandingkan dengan negara italia dan jepang. Konsultan pajak di Indonesia pada tahun 2021 tercatat berjumlah 5.589, jumlah konsultan pajak tersebut jauh dari Jepang yang mempunyai 78.795 konsultan pajak, bahkan italia yaitu 116.000 konsultan pajak. Rasio konsultan pajak yang didapat terhadap jumlah penduduk di jepang dengan jumlah tersebut adalah 1:1.605 dan italia 1:520 sedangkan rasio di Indonesia masih dalam jumlah besar, yaitu 1:48.417 ( https://pertapsi.or.id/ ). Secara tidak langsung hal ini berhubungan dengan institusi pendidikan yang menghasilkan mahasiswa lulusan program studi akuntansi salah satunya seperti perguruan tinggi (Jayusman & Siregar, 2019). Ketidakseimbangan antara jumlah wajib pajak dan jumlah profesi konsultan pajak yang ada di Indonesia dengan negara lain seperti jepang dan italia dapat menjadi salah satu tolak ukur bahwa masih rendahnya ketertarikan dan keinginan mahasiswa lulusan akuntansi untuk memilih berkarier di bidang pajak yang salah satunya yaitu sebagai konsultan pajak (Lukman & Winata, 2017). Padahal, Berdasarkan data World Bank pada tahun 2014 Indonesia menjadi negara dengan mahasiswa akuntansi terbanyak dengan jumlah kontribusi 45% dari seluruh mahasiswa akuntansi di ASEAN, dan disetiap tahunnya Indonesia meluluskan lebih dari 35.000 mahasiswa akuntansi. Dari pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa berkarir sebagai konsultan pajak tentunya dapat memberikan peluang yang besar dan menawarkan banyak kesempatan bagi mahasiswa akuntansi, namun ketertarikan mahasiswa lulusan akuntansi untuk memilih berprofesi sebagai konsultan pajak masih sangat rendah. Pengetahuan sertifikasi pajak merupakan pengetahuan atau segala sesuatu yang diketahui mengenai sertifikasi berupa pelatihan dalam bidang perpajakan dan dilakukan untuk melatih profesi perpajakan. Lasmana & Kustiana (2020), salah satu faktor yang menjadi pertimbangan seseorang saat memilih karir adalah penghargaan finansial, dimana seseorang yang bekerja pastinya bertujuan untuk mendapatkan penghargaan finansial. Penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianti, dkk (2022), penelitiannya menunjukkan bahwa penghargaan finansial tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai konsultan pajak pada mahasiswa akuntansi di Universitas Pelita Bangsa. Salim, dkk (2019), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa variabel penghargaan finansial berpengaruhh positif dan signifikan pada keputusan untuk berkarir sebagai konsultan pajak. Arismutia (2017), pertimbangan pasar kerja merupakan suatu hal yang dipertimbangkan seseorang dalam memilih sebuah pekerjaan. Damayanti & Kurniawan (2021), Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh terhadap minat mahasiswa program studi akuntansi untuk berkarir sebagai konsultan pajak. Puspitasari & Fajarudin (2023), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pertimbangan pasar kerja terhadap pemilihan karir sebagai konsultan pajak. Tujuan dari penelitian ini yakni ingin mengetahui bagaimana pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja terhadap mempengaruhi keputusan mahasiswa untuk bekerja sebagai konsultan pajak. Terdapatnya perbedaan hasil penelitian sebelumnya, peneliti ingin melakukan penelitian ulang yang di fokuskan pada mahasiswa akuntansi semester 6 dan semester 8 pada lima perguruan tinggi swasta pada wilayah Bogor. Theory of Planned Behavior (TPB) Theory of Reasoned Action (TRA) atau teori tindakan beralasan yang dikembangkan oleh Ajzen menjadi Theory of Planned Behavior (TPB) yang dikenal sebagai teori perilaku terencana yaitu teori konsep yang memberikan penjelasan bahwa salah satu komponen utama yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang adalah niat pada diri mereka sendiri (Binekas & Larasati, 2020). Pengetahuan Sertifikasi Pajak pengetahuan sertifikasi pajak merupakan pengetahuan atau segala sesuatu yang diketahui mengenai sertifikasi berupa pelatihan dalam bidang perpajakan dan dilakukan untuk melatih profesi perpajakan. ## Penghargaan Finansial Aji, dkk (2022), penghargaan finansial adalah balas jasa atau imbalan yang adil yang diberikan kepada pekerja atau karyawan, baik secara langsung maupun tidak langsung atas upaya yang telah mereka lakukan demi mencapai tujuan perusahaan atau organisasi. Pertimbangan Pasar Kerja Arismutia (2017), pertimbangan pasar kerja merupakan suatu hal yang dipertimbangkan seseorang dalam memilih sebuah pekerjaan. Pemilihan Karir Mahayani, dkk (2017), Pemilihan karir merupakan suatu proses ketika seseorang membuat keputusan tentang karir mereka untuk menentukan posisi dalam kehidupannya. Konsultan Pajak Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 111/PMK.03/2014 tentang Konsultan Pajak, menyatakan bahwa konsultan pajak ialah orang yang memberi jasa konsultasi perpajakan kepada wajib pajak dalam rangka melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hipotesis H 1 : pengetahuan sertifikasi pajak diduga berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. H 2 : penghargaan finansial diduga berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. H 3 : pertimbangan pasar kerja diduga berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. H 4 : pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja diduga berpengaruh terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini menganalisis hubungan antara tiga variabel yaitu pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Teknik pengangambilan sampel yang digunakan yaitu teknik proportional random sampling dengan Jumlah sampel sebanyak 98 mahasiswa aktif dari program studi akuntansi Strata 1 (S1) semester 6 dan semester 8 dari lima perguruan tinggi swasta di wilayah Bogor yaitu Universitas Ibnu Khaldun, Universitas Djuanda, Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan, Universitas Pakuan, dan Universitas Binaniaga Indonesia. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada responden melalui google form yang hasilnya akan diuji instrumennya terlebih dahulu dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Setelah itu dilakukan uji-uji lainnya yaitu seperti uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang dibantu dengan alat analisis statistik JASP ( Jeffreyโ€™s Amazing Statistics Program ) dan analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Uji Validitas Tabel 2 Hasil Uji Validitas Variabel Item Pernyataan R hitung R kritis Keterangan Pengetahuan Sertifikasi Pajak (X1) X1.1 0.698 0,3 valid X1.2 0.805 0,3 valid X1.3 0.715 0,3 valid X1.4 0.801 0,3 valid X1.5 0.690 0,3 valid X1.6 0.737 0,3 valid Penghargaan Finansial (X2) X2.1 0,799 0,3 valid X2.2 0,790 0,3 valid X2.3 0,759 0,3 valid X2.4 0,818 0,3 valid X2.5 0,661 0,3 valid Pertimbangan Pasar Kerja (X3) X3.1 0,742 0,3 valid X3.2 0,785 0,3 valid X3.3 0,748 0,3 valid X3.4 0,815 0,3 valid X3.5 0,722 0,3 valid Konsultan Pajak (Y) Y.1 0,684 0,3 valid Y.2 0,778 0,3 valid Y.3 0,769 0,3 valid Y.4 0,779 0,3 valid Y.5 0,793 0,3 valid Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa semua item pernyataan diatas mempunyai nilai Rhitung > 0,3 yang berarti bahwa semua item pernyataan dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. ## Uji Reliabilitas Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Nilai Cronbach โ€™s Alpha R tabel Keterangan Pengetahuan Sertifikasi Pajak (X1) 0,834 0,6 Reliabel Penghargaan Finansial (X2) 0,823 0,6 Reliabel Pertimbangan Pasar Kerja (X3) 0,820 0,6 Reliabel Konsultan Pajak (Y) 0,819 0,6 Reliabel Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa semua variabel memiliki nilai Cronbach โ€™s Alpha > 0,6 yang berarti bahwa seluruh variabel dinyatakan reliabel dan layak digunakan untuk penelitian selanjutnya. Uji Normalitas Sumber: Output JASP, 2024 Gambar 1 Grafik Histogram dan Grafik Normal P-P Plot Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa kurva pada grafik histogram berbentuk seperti lonceng dan tidak condong ke kiri ataupun ke kanan. kemudian jika melihat kepada grafik normal P-P Plot terlihat bahwa titik-titik tersebar disekitaran garis diagonal oleh karna itu dapat dikatakan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi normalitas dan data terdistribusi normal. sehingga data layak untuk digunakan. Uji Multikolinearitas Tabel 4 Hasil Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model Tolerance VIF Hโ‚ (Intercept) Pengetahuan Sertifikasi Pajak 0.590 1.696 Penghargaan Finansial 0.564 1.774 Pertimbangan Pasar Kerja 0.524 1.907 ## Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan tabel 4 dinyatakan pada model regresi tidak memiliki tanda-tanda multikolinearitas sehingga layak dilakukan uji regresi, karena semua variabel tersebut memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10. Sumber: Output JASP, 2024 ## Gambar 2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Berdasarkan gambar 2 dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak menunjukkan heteroskedastisitas. Dalam hal ini terlihat bahwa titik-titik tersebar mengacak, tidak membentuk pola apapun, dan berada baik di bawah maupun di atas angka 0 (nol) pada sumbu Y. ## Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda Model Unstanda rdized Standard Error Standardi zed t p Hโ‚ (Intercept) 5.416 1.672 3.239 0.002 Pengetahuan Sertifikasi Pajak 0.548 0.082 0.624 6.646 < .001 Penghargaan Finansial 0.119 0.086 0.132 1.373 0.173 Pertimbangan Pasar Kerja 0.012 0.083 0.015 0.148 0.883 Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan tabel 5, didapat nilai persamaan regresi yaitu: Y = 5,416 + 0,548 + 0,119 + 0,012 + ษ› Hasil persamaan regresi tersebut diperoleh nilai konstanta (a) yaitu 5,416 yang mempunyai arti apabila semua variabel independen (X1, X2, X3) memiliki nilai 0, maka variabel dependen (Y) memiliki nilai 5,416 atau nilai variabel Y tetap. Selanjutnya variabel X1 yaitu 0,548, yang menunjukkan setiap peningkatan pada variabel X1 sebesar satu - satuan, dengan asumsi variabel independen bebas lainnya bernilai 0, maka menyebabkan meningkatnya variabel Y. Selanjutnya variabel X2 yaitu 0,119, yang menunjukkan setiap peningkatan pada variabel X2 sebesar satu - satuan, dengan asumsi variabel independen bebas lainnya bernilai 0, maka menyebabkan meningkatnya variabel Y. Selanjutnya variabel X3 yaitu 0,012, yang menunjukkan setiap peningkatan pada variabel X3 sebesar satu-satuan, dengan asumsi variabel independen bebas lainnya bernilai 0, menyebabkan meningkatnya variabel Y. ## Koefisien Korelasi Berganda Tabel 6 Hasil Uji Korelasi Berganda Model R R 2 Adjusted R 2 RMSE H 1 0.715 0.511 0.496 1.922 ## Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa nilai R yaitu 0,715, yang menunjukkan bahwa R (0,715) berada di interval nilai R (0,602 โ€“ 0,800) yang menunjukkan tingkat korelasi yang kuat antar variabel. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik peningkatan nilai pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja, maka semakin meningkat pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. ## Koefisien Determinasi Tabel 7 Hasil Uji Korelasi Berganda Model R R 2 Adjusted R 2 RMSE H 1 0.715 0.511 0.496 1.922 Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat nilai R square yaitu 0,511, ini menunjukkan bahwa variabel pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak sebesar 51,1% dapat menjelaskan kemampuan variabel pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja yang kemudian sisanya dipengaruhi dengan variabel lain diluar model yang tidak dibahas pada penelitian ini yaitu sebesar 48,9%. Uji F (Simultan) ## Tabel 8 Hasil Uji F (Simultan) Model Sum of Squares df Mean Square F p Hโ‚ Regression 363.677 3 121.226 32.803 < .001 Residual 347.385 94 3.696 Total 711.061 97 Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (32,803>2.70) dengan nilai p- value atau signifikansi sebesar < .001 < 0,05. maka hal ini menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima, dapat diartikan bahwa pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Uji T (Parsial) Tabel 9 Hasil Uji T (Parsial) Model Unstandar dized Standard Error Standardi zed t p Hโ‚€ (Intercept) 21.776 0.273 79.618 < .001 Hโ‚ (Intercept) 5.416 1.672 3.239 0.002 Pengetahuan Sertifikasi Pajak 0.548 0.082 0.624 6.646 < .001 Penghargaan Finansial 0.119 0.086 0.132 1.373 0.173 Pertimbangan Pasar Kerja 0.012 0.083 0.015 0.148 0.883 ## Sumber: Output JASP, 2024 Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa variabel Pengetahuan Sertifikasi Pajak mempunyai nilai Thitung > Ttabel (6,646 > 1,985) dan nilai signifikansi t <0,001 < 0,05, H 0 ditolak dan Ha diterima, artinya pengetahuan sertifikasi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Selanjutnya variabel Penghargaan Finansial mempunyai nilai Thitung < Ttabel (1,373 < 1,985) dan nilai signifikansi t 0,173 > 0,05, maka H 0 diterima dan Ha ditolak, artinya penghargaan finansial tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Selanjutnya variabel Pertimbangan Pasar Kerja mempunyai nilai Thitung < Ttabel (0,148 < 1,985) dan nilai signifikansi t 0,883 > 0,05, maka H 0 diterima dan Ha ditolak, artinya pertimbangan pasar kerja tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. ## Pembahasan (Uji F) Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai Fhitung > Ftabel (32,803>2.70) dengan nilai p- value atau signifikansi sebesar < .001 < 0,05. maka hal ini menunjukkan bahwa H 0 ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Hal ini sesuai dengan Theory of planned behavior yang menjelaskan bahwa setiap perilaku seseorang bukan sepenuhnya diatur atas dirinya sendiri, melainkan memerlukan juga kontrol lainnya, yaitu seperti ketersediaan sumber daya, kesempatan, bahkan kompetensi yang dipunyai. Hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianti, dkk (2022) yang menyatakan secara simultan pilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak dipengaruhi secara signifikan oleh penghargaan finansial, pengakuan professional, pertimbangan pasar kerja, dan lingkungan kerja. Pembahasan (Uji T) Thitung > Ttabel (6,646 > 1,985) dan nilai signifikansi t <0,001 < 0,05, H 0 ditolak dan Ha diterima, Artinya pengetahuan sertifikasi pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Hasil penelitian ini sejalan dengan Theory of planned behavior yang menjelaskan bahwa dorongan dalam diri seseorang untuk berkarir sebagai konsultan pajak akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya juga pengetahuan sertifikasi pajak yang dimiliki seseorang. Ketika mahasiswa memiliki pemahaman yang baik mengenai sertifikasi pajak maupun perpajakan maka akan mendukung mahasiswa untuk berkarir sebagai konsultan pajak. Thitung < Ttabel (1,373 < 1,985) dengan nilai signifikansi t 0,173 > 0,05, maka H 0 diterima dan Ha ditolak. Artinya penghargaan finansial tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Hal ini menunjukkan bahwa penghargaan finansial merupakan salah satu faktor yang tidak serta merta memisahkan keputusan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. berprofesi sebagai konsultan pajak memerlukan ketrampilan khusus, Keinginan untuk mendapatkan imbalan atau gaji tertentu yang sesuai dengan bidang pekerjaannya sepertinya tidak mendorong mahasiswa akuntansi untuk menjadi konsultan pajak. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yulianti, dkk (2022), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penghargaan finansial tidak berpengaruh terhadap pemilihan karir sebagai konsultan pajak pada mahasiswa akuntansi di Universitas Pelita Bangsa. Thitung < Ttabel (0,148 < 1,985) dengan nilai signifikansi t 0,883 > 0,05, maka H 0 diterima dan Ha ditolak. Artinya pertimbangan pasar kerja tidak mempengaruhi pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. Hal ini mempunyai arti bahwa mahasiswa akuntansi di wilayah bogor tidaklah harus mempertimbangkan pasar kerja saat memilih karir atau menjadi konsultan pajak. Karena kemudahan mendapatkan lowongan pekerjaan bukanlah salah satu jaminan untuk mendapatkan pekerjaan, tetapi hal yang paling penting yaitu kemempuan seseorang untuk menjalankan pekerjaan tersebut. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Damayanti & Kurniawan (2021) dengan hasil bahwa pertimbangan pasar kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap minat mahasiswa program studi akuntansi untuk berkarir sebagai konsultan pajak. ## SIMPULAN 1. Pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. 2. Pengetahuan sertifikasi pajak secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak, sedangkan penghargaan finansial dan pertimbangan pasar kerja secara parsial tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa sebagai konsultan pajak. ## SARAN Untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat memperluas sampel penelitian dan diharapkan dapat menambah variabel independen selain pengetahuan sertifikasi pajak, penghargaan finansial, dan pertimbangan pasar kerja, seperti variabel moderasi sehingga dapat diteliti juga faktor lain yang dapat mempengaruhi mahasiswa dalam pemilihan karir untuk berprofesi sebagai konsultan pajak. ## DAFTAR PUSTAKA Aji, A. W., Ayem, S., & Ratrisna, Y. R. (2022). Pengaruh Persepsi Karir, Pertimbangan Pasar Kerja, Dan Penghargaan Finansial Terhadap Minat Berkarir Dibidang Perpajakan (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa). Jurnal Ilmiah Akuntansi, 89-97. Arismutia, S. A. (2017). Pengaruh Penghargaan Finansial dan Pertimbangan Pasar Kerja Terhadap Minat Mahasiswa Untuk Berkarir Menjadi Akuntan Publik (Studi Pada Mahasiswa Program Studi Akuntansi STIE INABA Bandung). Jurnal Indonesia Membangun. 16(2), 46-69. Binekas, B & Larasati, A. Y. (2020). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat mahasiswa akuntansi universitas jenderal achmad yani cimahi dalam mengikuti peatihan brevet pajak. Jurnal Ekonomi, Bisnis, Manajemen &Akuntansi, 17(1), 1-23. Damayanti, K. & Kurniawan, A. (2021). Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi Minat Mahasiswa Program Studi Akuntansi Untuk Berkarir Sebagai Konsultan Pajak. Jurnal Edukasi (Ekonomi, Pendidikan, dan Akuntansi), 9(1), 43-56. Jayusman, S. F. & Siregar, H. (2019). Analisis Penghargaan Finansial dan Pertimbangan Pasar Kerja Terhadap Pemilihan Karir Sebagai Konsultan Pajak pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah. Prosiding Seminar Hasil Penelitian. 2(2), 1567-1571. Lasmana, A & Kustiana, E. (2020). Pengaruh Penghargaan Finansial, Nilai-Nilai Sosial dan Pertimbangan Pasar Kerja Terhadap Minat Pemilihan Karir Mahasiswa Sebagai Akuntan Publik. Jurnal Akunida, 6(1), 39-51. Lukman, H & Winata, S. (2017). Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Pertimbangan Pasar Kerja, Penghargaan Finansial dengan Pendekatan Theory Of Reasoned Action Model Terhadap Pemilihan Karir Sebagai Konsultan Pajak Bgi Mahasiswa Perguruan Tinggi Di Jakarta. Konferensi Ilmiah Akuntansi IV. Mahayani, N., Sulindawati, N., & Herawati, N. (2017). Pengaruh Persepsi, Motivasi, Minat dan Pengetahuan Mahasiswa Akuntansi Program S1 tentang Pajak Terhadap Pilihan Berkarir Di Bidang Perpajakan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. PERTAPSI. (2021). Perubahan Peraturan Konsultan Pajak Harus Fokus pada Tujuan Strategis. Pertapsi.or.id. diakses pada 23 Maret 2024 Prasetyo, W. D. & Witono, B., (2024). Pengaruh Penghargaan Finansial, Pengakuan Profesional, Dan Pertimbangan Pasar Kerja Terhadap Pemilihan Karir Sebagai Konsultan Pajak Pada Mahasiswa Akuntansi. Journal of Economic, Business and Accounting. 7(3), 4105-4115. Peraturan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor 111/PMK.03/2014 tentang Konsultan Pajak. Puspitasari, W. & Fajarudin (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa Akuntansi Terhadap Pemlihan Karir Sebagai Konsultan Pajak. Jurnal Kompetens Ilmu Sosial. 2(1), 71-81. Salim, C. D. dkk (2019). Pengaruh Minat, Orang Tua, dan Penghargaan Finansial Terhadap Pilihan Berkarier sebagai Konsultan Pajak. JournaL of Business and Ecnomics. 4(2), 44- 50. Wardani, D. W & Wati, E. (2018). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Pengetahuan Perpajakan Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kebumen). Jurnal NOMINAL Barometer Riset Akuntansi dan Manajemen. 7(1), 33-54. Yulianti, Vista. dkk. (2022). Penghargaan Finansial, Pengakuan Professional, Pertimbangan Pasar Kerja, dan Lingkungan Kerja Terhadap Pemilihan Karir Sebagai Konsultan Pajak pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Pelita Bangsa. Jurnal Akuntansi Bisnis Pelita Bangsa. 7(1), 60-74.
82d91010-573c-4427-aefa-c7e5e189392e
https://ejournal.urindo.ac.id/index.php/administrasimanajemen/article/download/187/171
## KORELASI SISTEM KEARSIPAN TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA BALAI BESAR REHABILITASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL LIDO Dewi Puspitasari 1 , Sularto 2 dan Rien Muktiyorini 2 1). Mahasiswa Fakultas Administrasi Niaga 2). Dosen Fakultas Administrasi Niaga Universitas Respati Indonesia Jakarta Jl. Bambu Apus I No. 3 Cipayung Jakarta Timur 13890 Email : [email protected] ## ABSTRAK Kearsipan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan administrasi, karena arsip merupakan pusat ingatan bagi setiap kegiatan dalam suatu kantor yakni sebagai pusat ingatan dan sumber informasi dalam melakukan kegiatan perencanaan, penganalisaan, perumusan, kebijaksanaan, penilaian, pengendalian, dan pertanggung jawaban setepat-tepatnya. Tanpa arsip tidak mungkin seorang petugas arsip dapat mengingat semua catatan dan dokumen secara lengkap. Penelitian ini bertujuan menjelaskan hubungan antara system kearsipan terhadap efektivitas kerja pegawai pada Balai Besar Rehabilasi BNN Lido. Menurut Suraja (2006:20) sistem kearsipan adalah kesatuan beberapa unsur yang diperlukan untuk melakukan pengurusan warkat/ arsip dalam mencapai tujuan kearsipan. Efektivitas kerja merupakan tingkat keberhasilan mencapai sasaran kegiatan yang dibutuhkan sesuai dengan biaya, waktu, dan jumlah personil yang ditentukan. Jenis penelitian kuantitati dengan rancangan crossectional , populasi penelitian sebanyak 50 orang. Wawancara menggunakan kuesioner, uji validitas dan reliabilitas, analisis data dengan Uji t dan regresi. Dari hasil perhitungan, secara keseluruhan kusioner system kearsipan terhadap efektivitas kerja menurut jawaban responden adalah valid. Hal ini diketahui dari perolehan nilai probabilitas masing- masing pernyataan p < 0.05. Untuk Uji Korelasi diperoleh kesimpulan bahwa variabel system kearsipan memiliki tingkat hubungan yang kuat dengan efektivitas kerja dengan nilai korelasi (r) sebesar 0.284 atau 28,4% efektivitas kerja dipengaruhi oleh system kearsipan. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis melalui uji t didapatkan nilai t hitung sebesar7,460 >dari t table sebesar2,011 dengan demikian Ho ditolak dan menerima Ha yang berarti bahwa terdapat pengaruh yang kuat antara system kearsipan terhadap efektivitas kerja pada Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido. Kata Kunci : Sistem Kearsipan, Efektivitas Kerja ## 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perusahaan/organisasi, Salah satu kegiatan yang banyak dilaksanakan diberbagai kantor, baik pemerintah maupun swasta ialah pekerjaan menyimpan warkat, arsip atau dokumen. Kegiatan ini lebih dikenal dengan istilah administrasi kearsipan atau kearsipan. Kearsipan merupakan bagian dari pekerjaan kantor atau tata usaha penting yang banyak dilakukan oleh setiap badan usaha, baik pemerintah maupun swasta. Informasi tertulis yang tepat harus tersedia apabila diperlukan agar kantor dapat memberikan pelayanan yang efektif. Kearsipan mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan administrasi, karena arsip merupakan pusat ingatan bagi setiap kegiatan dalam suatu kantor yakni sebagai pusat ingatan dan sumber informasi dalam melakukan kegiatan perencanaan, penganalisaan, perumusan, kebijaksanaan, penilaian, pengendalian, dan pertanggung jawaban setepat-tepatnya. Tanpa arsip tidak mungkin seorang petugas arsip dapat mengingat semua catatan dan dokumen secara lengkap. Oleh karena itu suatu kantor dalam mengelola kearsipannya harus memperhatikan sistem kearsipan yang sesuai dengan keadaan organisasinya dalam mencapai tujuan. Fungsi arsip sebagai pusat ingatan, pusat informasi dan sumber sejarah perlu dikelola dengan baik, agar dapat memperlancar seluruh kegiatan dan proses pekerjaan kantor yang berhasil guna dan berdaya guna. Dalam hal ini unit kearsipan harus senantiasa siap untuk memberikan pelayanan informasi yang akurat dalam memecahkan masalah administrasi pada umumnya dan dalam manajemen kearsipan khususnya. Efektivitas pengelolaan kearsipan pada suatu kantor dipengaruhi pula oleh pegawai yang bekerja pada unit kearsipan, sarana/fasilitas yang dipergunakan dalam membantu pengelolaan arsip dan dana yang tersedia untuk pemeliharaan arsip tersebut. Untuk dapat mengemban tugas seperti ini, pegawai yang bekerja pada unit kearsipan juga harus dibekali ketrampilan khusus mengenai bidang kearsipan. terlatih baik dan mempunyai ilmu pengetahuan dalam pengelolaan kearsipan. Disamping itu tanggung jawab terhadap pekerjaan yang diberikan harus dijalankan dengan sebaik-baiknya dan sebaiknya ditanamkan rasa cinta terhadap arsip sehingga manusia sebagai faktor penentu dalam pengelolaan kearsipan yang berdaya guna dan berhasil guna dapat tercapai dengan baik. Hal ini menjukkan bahwa salah satu hal yang mempengaruhi efektivitas kerja adalah pengelolaan kearsipan di dalam organisasi tersebut. Kearsipan sebagai salah satu kegiatan pembinaan manajemen perkantoran yang sangat penting harus didasari oleh manajemen dan tenaga-tenaga terampil dalam melaksanakan kegiatan kearsipan tersebut. Pekerjaan-pekerjaan yang dirancang secara efektif dan efisien dapat mendorong pegawai mencapai hasil kerja yang memuaskan.sehingga dapat membantu mempercepat penyelesaiaan tugas.Oleh karena itu perlu diciptakan tata kearsipan yang baik sebagai wujud sistem administrasi yang baik. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ber judul โ€œKorelasi Sistem Kearsipan Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Balai Besar Rehabilitasi BNN Lidoโ€. ## 2.TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui sistem kearsipan dan efektivitas yang dilaksanakan pada Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido. ## 3. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Balai Besar Badan Narkotika Nasional Lido Jl. HR Edi Sukma Km 21 Kel. Wates Jaya Kec.Cigombong kab.Bogor Jawa Barat. Waktu : Maret - Agustus 2015 Penelitian ini kuantitatif, dengan rancangan potong lintang dengan populasi seluruh Karyawan kantor Balai Besar Badan Narkotika Nasiona Lido berjumlah 50 orang. menggunakan kuesioner, observasi, dan uji validitas dan reliabilitas, teknik analisis data menggunakan koefisien korelasi product moment, uji t dan uji regresi sederhana. ## 4. HASIL dan PEMBAHASAN Penyebaran dan pengumpulan kuesioner serta persentasi jawaban yang tidak lengkap dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.1. Distribusi kuesioner dan Pengumpulan data Uraian Aktual Jumlah responden terpilih 50 Jumlah kuesioner yang disebar dan terkumpul 50 Jumlah kuesioner yang diolah 50 persentase 100 Sumber: Data olahan dari kuesioner Dari tabel diatas dapat dilihat, penyebaran 50 kuesioner, terkumpul, dan diolah sebanyak 50 lembar. 1. Karakteristik Responden Tabel 4.2 Identitas Responden (n = 50)Berdasarkan Jenis Kelamin (SEX) Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent V a l i d LAKI-LAKI 16 32.0 32.0 32.0 PEREMPUAN 34 68.0 68.0 100.0 Total 50 100.0 100.0 Sumber Data : Data Olahan SPSS Ver.18 Dari Tabel 4.2 dapat dilihat, mayoritas responden adalah laki-laki: 16 responden (32%) perempuan sebanyak 34 responden (68%) Tabel 4.3 Identitas Responden (n = 50) Berdasarkan Usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 20-30 th 28 56.0 56.0 56.0 31-40 th 18 36.0 36.0 92.0 41-50 th 4 8.0 8.0 100.0 Total 50 100.0 100.0 Sumber Data : Data Olahan SPSS Ver.18 Dari Tabel 4.3, mayoritas responden adalah 20-30 tahun sebanyak 28 responden (56%), usia 31-40 tahun = 18 responden (36%), usia 41-50 tahun = 4 responden (8%.) Tabel 4.4 Identitas Responden (n = 50) Berdasarkan Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid SLTA 11 22.0 22.0 22.0 DIPLOMA 21 42.0 42.0 64.0 S1 17 34.0 34.0 98.0 S2 1 2.0 2.0 100.0 Total 50 100.0 100.0 Sumber Data : Data Olahan SPSS Ver.18 Dari tabel 4.4, mayoritas responden berpendidikan SLTA =11 responden (22%), D3 = 21 responden (42%), Strata Satu (S1) = 17 responden (34%), dan S2 = 1 responden (2%.) Tabel 4.5 Identitas Responden (n = 50) Berdasarkan Lama Bekerja Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 1-5 TAHUN 30 60.0 60.0 60.0 6-10 TAHUN 17 34.0 34.0 94.0 11-15 TAHUN 3 6.0 6.0 100.0 Total 50 100.0 100.0 Sumber Data : Data Olahan SPSS Ver.18 ## A. Hasil Uji Penelitian ## 1. Uji Validitas Instrumen Tabel 4.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel X (Sistem Kearsipan) No T o t a l r table keterangan Pearson correlation Sig. (2-tailed) n (50) SK1 .318 .024 50 0,284 valid SK2 .434 .002 50 0,284 valid SK3 .670 .000 50 0,284 valid SK4 .757 .000 50 0,284 valid SK5 .285 .045 50 0,284 valid SK6 .503 .000 50 0,284 valid SK7 .437 .002 50 0,284 valid SK8 .344 .014 50 0,284 valid SK9 .447 .001 50 0,284 valid SK10 .657 .000 50 0,284 valid SK11 .533 .000 50 0,284 valid SK12 .397 .004 50 0,284 valid SK13 .433 .002 50 0,284 valid SK14 .382 .006 50 0,284 valid SK15 .513 .000 50 0,284 valid SK16 .649 .000 50 0,284 valid SK17 .606 .000 50 0,284 valid SK18 .524 .000 50 0,284 valid SK19 .336 .017 50 0,284 valid SK20 .573 .000 50 0,284 valid SK21 .587 .000 50 0,284 valid SK22 .591 .000 50 0,284 valid SK23 .501 .000 50 0,284 valid SK24 .470 .001 50 0,284 valid SK25 .500 .000 50 0,284 valid SK26 .555 .000 50 0,284 valid SK27 .631 .000 50 0,284 valid SK28 .561 .000 50 0,284 valid SK29 .593 .000 50 0,284 valid SK30 .616 .000 50 0,284 Valid Sumber Data : Diolah dengan SPSS Ver. 18 (terlampir), SK = Pernyataan untuk Sistem Kearsipan Dari uji validitas variabel X ( Sistem Kearsipan ), terlihat semua pernyataan memiliki nilai valid dengan Sig .(probabilitas) <0.05. maka semua pernyataan layak dijadikan instrumen pada penelitian selanjutnya. Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Y (Efektivitas Kerja) No T o t a l r table keterangan Pearson correlation Sig. (2-tailed) n (50) EK1 .326 .021 50 0,284 valid EK2 .396 .004 50 0,284 valid EK3 .540 .000 50 0,284 valid EK4 .666 .000 50 0,284 valid EK5 .647 .000 50 0,284 valid EK6 .593 .000 50 0,284 valid EK7 .627 .000 50 0,284 valid EK8 .650 .000 50 0,284 valid EK9 .550 .000 50 0,284 valid EK10 .646 .000 50 0,284 valid EK11 .604 .000 50 0,284 valid EK12 .640 .000 50 0,284 valid EK13 .619 .000 50 0,284 valid EK14 .566 .000 50 0,284 valid EK15 .785 .000 50 0,284 valid EK16 .646 .000 50 0,284 valid EK17 .366 .009 50 0,284 valid EK18 .604 .000 50 0,284 valid EK19 .690 .000 50 0,284 valid EK20 .616 .000 50 0,284 valid EK21 .714 .000 50 0,284 valid EK22 .569 .000 50 0,284 valid EK23 .611 .000 50 0,284 valid EK24 .607 .000 50 0,284 valid EK25 .598 .000 50 0,284 valid EK26 .519 .000 50 0,284 valid EK27 .627 .000 50 0,284 valid EK28 .299 .035 50 0,284 valid EK29 .628 .000 50 0,284 valid EK30 .539 .000 50 0,284 Valid Sumber Data: Diolah dengan SPSS Ver. 18, EK= Pernyataan untuk Efektivitas Kerja Dari uji validitas variabel Y (Efektivitas Kerja) di atas, terlihat bahwa semua pernyataan memiliki nilai valid dengan nilai Sig (probabilitas) di bawah angka 0.05. Dengan demikian, semua pernyataan layak dijadikan instrumen pada penelitian selanjutnya. ## 2. Uji Reliabilitas Dilakukan uji keandalan dengan melihat nilai Cronbach Alpha . Variabel dikatakan andal jika nilai Cronbach Alpha lebih dari 0,60. Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Sistem Kearsipan) N % Valid Excluded Total 50 0 50 100.0 .0 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure Reliability Statistics Cronbachโ€™s Alpha N of Items .898 30 Data olahan SPSS Ver.18 (terlampir) Dari hasil uji reliabilitas 30 pernyataan untuk variabel X di atas, diperoleh nilai Cronbachโ€™s Alpha sebesar 0.898. Angka ini berada di atas 0.60. Dengan demikian pernyataan- pernyataan kuesioner telah memenuhi syarat reliabilitas (keterandalan). Tabel 4.9Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Efektivitas Kerja) N % Case Valid Excluded Total 50 0 50 100.0 .0 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure Reliability Statistics Cronbachโ€™s Alpha N of Items .927 30 Data olahan SPSS Ver.18 (terlampir) Dari hasil uji reliabilitas 30 pernyataan untuk variabel Y di atas, diperoleh nilai Cronbachโ€™s Alpha sebesar 0.927. Angka ini berada di atas 0.60. Dengan demikian pernyataan- pernyataan kuesioner telah memenuhi syarat reliabilitas (keterandalan). artinya akan menghasilkan hasil yang sama atau mendekati meskipun disebarkan berapa kalipun. ## 3. Uji Korelasi Berikutnya akan dilakukan uji korelasi Rank Spearman , digunakan untuk mengetahui tingkat hubungan di antara variabel-variabel penelitian. Dengan kata lain, untuk mengetahui berapa jumlah koefesien korelasi dari variabel terikat dapat diterangkan oleh variasi variabel bebas, serta untuk mengetahui tingkat hubungan yang ada antara variabel X dan Y. Tabel 4.10 Hasil Uji Korelasi Antara Sistem Kearsipan (X) dengan Efektivitas Kerja (Y) Correlations X Y Sistem Pearson Correlation Kearsipan Sig.(2-tailed) N 1 50 .733 ** .000 50 Efektivitas Pearson Correlation Kerja Sig.(2-tailed) N .733 ** .000 1 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Tingkat hubungan antara variabel Sistem Kearsipan (X) dengan Efektivitas Kerja (Y) adalah 0.733 dengan nilai signifikansi sebesar 0.000. diperoleh Variabel X dengan Y memiliki nilai signifikansi, dibawah 0.05. serta nilai koefesien diatas 0,60. Hal ini menunjukkan tingkat hubungan yang signifikan antara Sistem Kearsipan dengan Efektivitas Kerja. ## 4. Uji t Uji t digunakan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.Diketahui: H 0 : โ€œTidak terdapat pengaruh antara sistem kearsipan terhadap Efektivitas kerjaโ€. H a : โ€œTerdapat pengaruh antara sistem kearsipan terhadapEfektivitas kerjaโ€. Kriteria pengujian : H 0 diterima jika nilai Sig (Probabilitas) < 0.05 H 0 ditolak jika nilai Sig (Probabilitas) > 0.05 Tabel 4.11 Hasil Uji t Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) Y 52.925 .610 10.387 .082 .733 5.096 7.460 .000 .000 a. Dependent variabel: Sistem Kearsipan Nilai regresi dari perhitungan diatas adalah sebesar:Y = 52,925 + 0,610X Artinya nilai 52,925 tidak ada sistem kearsipan maka nilai efektivitas kerja sebesar 52,925. Nilai Koefesien 0,610 memberikan gambaran apabila sistem kearsipan ditingkatkan sebesar 1% maka nilai efektivitas kerja akan meningkat 0,610 persen.Dari perhitungan uji t di atas diketahui:t hitung= 7,460. Nilai Sig. = 0.000. Variabel sistem kearsipan memiliki nilai Sig (probabilitas) di bawah 0.05. Maka, Ho ditolak.Menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara sistem kearsipan terhadap efektivitas kerja. Kesimpulan melalui SPSS di atas akan sama hasilnya jika dilakukan secara manual, yaitu membandingkan hasil t hitung dengan t tabel (ฮฑ = 0 .05, n = 50, df = n - 2 = 50 - 2 = 48, t tabel = 2.011. Jika dibandingkan dengan t tabel maka hasilnya sebagai berikut. t hitung = 7,460 > 2.011 ## 5. KESIMPULAN dan SARAN ## 5.1. Kesimpulan Terdapat hubungan yang sangat kuat dan positif antara variabel Sistem Kearsipan (X) dengan Efektivitas Pegawai (Y), dari nilai perhitungan Koefesien Determinasi sebesar 61,0%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi faktor Sistem Kearsipan terhadap upaya meningkatkan Efektivitas Pegawai adalah 61,0%, sedangkan 39.0% lainnya adalah pengaruh dari faktor lain. Kemudian dari perhitungan Uji Keberartian Koefesien Korelasi (Uji t) diperoleh t hitung = 7,460 dengan propabilitas sebesar 0,000. Dengan demikian Ho ditolak, artinya terdapat hubungan yang berarti (signifikan) antara Sistem Kearsipan terhadap Efektivitas Kerja Pegawai. ## 5.2. Saran Sebaiknya Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi pegawai kearsipan, agar sistem kearsipan dapat dilaksanakan dengan baik guna efektivitas kerja yang efektif dan efisien.Serta dilakukan oleh mereka yang memiliki jabatan fungsional khusus kearsipan ## DAFTAR PUSTAKA -Amsyah, Zulkifli. 2001. Manajemen Kearsipan . Jakarta : Gramedia Pustaka Utama -Atmosoeprapto, Kisdanto. 2002. Menuju Sumber Daya Manusia Berdaya : Dengan Kepemimpinan Efektif & Efisien . Jakarta : PT. Elex Media Komputindo -Barthos, Basir. 1997. Manajemen Kearsipan Untuk Lembaga Negara, Swasta Dan Perguruan Tinggi . Jakarta : Bumi Akasara -Hadi, Sutrisno. 2001. Bimbingan Menulis Skripsi, Tesis . Yogyakarta : Psikologi, Gama -Haryadi, Hendi. 2009. Administrasi Perkantoran Untuk Manejer & Staff .Jakarta : Transmedia Pustaka -Hasibuan, Malayu. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia . Jakarta : Bumi Aksara -M. Steers, Richard. 1980. Efektvitas Organisasi . Jakarta : Erlangga -Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja .Bandung : Mandar Maju -Sudjana, S. 1989. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis. Bandung : Sinar Baru -Sugiyono. 2013. Statistik Untuk Penelitian . Bandung : CV Alfabeta ________. 2006. Statistik Untuk Penelitian . Bandung : CV Alfabeta ________. 2001. Statistik Nonparametis Untuk Penelitian . Bandung : CV Alfabeta -Suraja, Yohanes. 2006. Manajemen Kearsipan . Malang : Dioma -The Liang Gie. 2000. Administrasi Perkantoran . Yogyakarta : Modern -Uchjana Effendy, Onong. 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi . Bandung. PT Remaja Rosdakarya -Umar, Husein. 2000. Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama -Wursanto, Ig. 1991. Kearsipan 1 . Yogyakarta : kanisius
dcf77999-dedd-442b-b32c-d545d072b9d1
https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/pharmacon/article/download/15833/15342
## UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BIJI PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP BAKTERI Pseudomonas aeruginosa ## DAN Staphylococcus aureus Gabriella M. J. Torar 1) , Widya Astuty Lolo 1) , Gayatri Citraningtyas 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ## ABSTRACT Some of Indonesian plants perform the efficacy as a traditional medicine, which can be benefitted to treat diseases and one of them was papaya which known to have antibacterial properties. This study aims to determine the antibacterial activity with different concentrations of ethanol extract of papaya seeds (Carica papaya L.) against Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus. The extraction was done by maceration method using 95% of ethanol. Antibacterial activity test was performing using well agar diffusion method (Kirby and Bauer diffusion modified). The results were statistically analyzed using one-way ANOVA. Anova Data show that extract with the concentrations of 20%, 40%, 60% and 80% had inhibits the growth of test bacteria. The results showed that the antibacterial activity of each series of the concentration of ethanol extract of papaya seeds (Carica papaya L.) exhibit antibacterial activity in the middle category of inhibition against Pseudomonas aeruginosa and Staphylococcus aureus. Keywords : Antibacterial, Papaya, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus. ## ABSTRAK Beberapa tanaman di Indonesia memiliki khasiat sebagai obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang salah satunya ialah pepaya yang diketahui memiliki khasiat sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dengan perbedaan konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya ( Carica papaya L.) terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus . Metode ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Pengujian aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi agar (difusi Kirby dan Bauer yang dimodifikasi) dengan cara sumuran. Hasil uji aktivitas antibakteri dianalisa dengan metode analisa varians satu arah ( one way anova ). Data Anova menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak 20%, 40%, 60% dan 80% telah memberikan aktivitas menghambat pertumbuhan bakteri uji. Hasil pengujian aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa setiap seri konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya ( Carica papaya L.) memiliki aktivitas antibakteri dengan kategori daya hambat sedang terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus . Kata kunci : Antibakteri, Pepaya, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus. ## PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, dimana saat ini tingkat kesehatan menghadapi tantangan yang sangat berat. Hal ini disebabkan oleh tingkat biaya kesehatan yang cenderung meningkat (Nurwidodo, 2006). Salah satu upaya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah melalui pengobatan tradisional (Zulkifli, 2004). Beberapa tanaman di Indonesia memiliki khasiat sebagai obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit, yang salah satunya ialah pepaya. Pepaya merupakan buah yang banyak tumbuh di daerah tropis seperti Indonesia. Seluruh bagian pepaya mulai dari akar sampai ujung daunnya, termasuk bunga, buah dan bijinya memiliki nilai medis yang tinggi (Tietze, 2002). Biji pepaya diketahui mengandung berbagai senyawa seperti tokoferol, terpenoid, flavonoid, alkaloid seperti karpain, dan berbagai enzim seperti enzim papain dan lisozim. Kandungan terpenoid, karpain, dan flavonoid dalam biji pepaya telah diteliti memiliki aktivitas antibakteri yang dapat membunuh bakteri dengan merusak integritas membran sel bakteri itu (Martiasih et al., 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Okoye (2011), telah dilakukan uji aktivitas antibakteri dan antijamur dari ekstrak etanol dan ekstrak air biji pepaya. Diperoleh hasil bahwa biji pepaya muda yang berwarna putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.aureus, P.aeruginosa , S.typhi, E.coli dan anti jamur terhadap A.niger, P.notatum, F.solani, C.albican . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji buah pepaya ( Carica papaya L.) pada konsentrasi 20%, 40%, 60% dan 80% terhadap Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus . ## METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi dan Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015 โ€“ Agustus 2016. Alat-alat yang digunakan ialah : erlenmeyer, gelas ukur, gelas kimia, tabung reksi, rak tabung, pipet tetes, penangas air, blender, ayakan mesh 200, kaca arloji, timbangan analitik, labu ekstraksi, batang pengaduk, stirrer , cawan petri, rotary evaporator, jarum ose, pinset, inkubator, laminar air flow , termometer, pencadang, autoklaf, mikropipet, mistar berskala, kertas saring no.1, kertas label, spidol, aluminium foil dan alat fotografi. Bahan-bahan yang digunakan ialah : biji pepaya ( Carica papaya L.) tua, biakan bakteri uji Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa , aquades steril, etanol 95%, tablet ciprofloxacin 500 mg, Nutrient agar ( Oxoid ), H 2 SO 4 , BaCl 2 .2H 2 O, NaCl 0.9%. ## Persiapan Sampel Biji pepaya yang telah dikumpulkan dibersihkan dari kulit arinya, selanjutnya dicuci di bawah air mengalir sampai bersih, ditiriskan, lalu dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Sampel yang telah kering diserbukkan dengan menggunakan blender, serbuk yang dihasilkan diayak menggunakan ayakan mesh 200 hingga diperoleh serbuk yang halus dan seragam. Hasilnya dimasukkan ke dalam wadah gelas tertutup (Gunawan,2004). ## Pembuatan Ekstrak Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi yaitu sebanyak 85 gram serbuk simplisia biji buah pepaya dimasukkan ke dalam gelas beker lalu direndam dalam pelarut etanol 95% sebanyak 500 ml kemudian wadah ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 4 hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dengan kertas saring sehingga menghasilkan filtrat dan residu. Residu yang ada kemudian direndam lagi (remaserasi) dengan etanol 95% sebanyak 250 ml, selanjutnya wadah ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 2 hari sambil sesekali diaduk. Setelah 2 hari, sampel disaring sehingga menghasilkan filtrat dan residu. Filtrat 1 dan filtrat 2 dicampurkan menjadi satu lalu dievaporasi menggunakan rotary evaporator, lalu diuapkan menggunakan waterbath sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang telah dihasilkan ditimbang dan disimpan dalam wadah gelas tertutup sebelum digunakan untuk pengujian. ## Sterilisasi Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini disterilkan terlebih dahulu dengan cara alat-alat gelas dan media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit sedangkan untuk kawat ose dan pinset disterilkan dengan cara dibakar dengan pembakaran di atas api langsung (Lay,1994). ## Pembuatan Larutan Kontrol Negatif Larutan Kontrol Negatif dibuat dari aquades steril sebanyak 50 ml. ## Pembuatan Larutan Kontrol Positif Kontrol positif dibuat dari sediaan obat tablet Ciprofloxacin 500 mg. Satu tablet Ciprofloxacin digerus, lalu ditimbang dan disetarakan dengan 500 mg. Kemudian serbuk halus Ciprofloxacin dilarutkan dalam aquades steril untuk memperoleh larutan Ciprofloxacin 5 ฮผg/50 ฮผl. ## Pembuatan Larutan Uji Dibuat larutan uji 20%, 40%, 60% dan 80% b/v dengan cara ditimbang 0,2 g; 0,4 g; 0,6 g; dan 0,8 g ekstrak etanol biji pepaya kemudian masing-masing ditambahkan dalam aquades hingga volume 1 ml. ## Pembuatan Media a. Media Agar Miring Nutrient agar sebanyak 0,56 g dilarutkan dalam 20 mL aquades (28g/1000mL) menggunakan erlenmeyer. Setelah itu, dihomogenkan dengan stirrer diatas penangas air sampai mendidih. Sebanyak 5 ml dituangkan masing-masing pada 2 tabung reaksi steril dan ditutup dengan aluminium foil. Media tersebut disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit, kemudian dibiarkan pada suhu ruangan selama ยฑ 30 menit sampai media memadat pada kemiringan ยฑ 30 0 . Media agar miring digunakan untuk inokulasi bakteri. b.Media Dasar dan Media Pembenihan Nutrient agar (NA) sebanyak 7 g dilarutkan dalam 250 ml aquades (28g/1000ml) menggunakan erlenmeyer. Sedangkan media pembenihan dibuat dengan cara ditimbang 7 g dilarutkan dalam 250 ml aquades (28g/1000ml) menggunakan erlenmeyer. Setelah itu, masing-masing media dihomogenkan dengan stirer diatas penangas air sampai mendidih. Media-media yang sudah homogen ini disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit, kemudian didinginkan sampai suhu ยฑ 45- 50 0 C. Media dasar dan media pembenihan digunakan dalam pembuatan media pengujian sebagai lapisan dasar dan lapisan kedua. ## Inokulasi Bakteri pada Media Agar Miring Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan pada media agar miring dengan cara menggores. Selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 0 C selama 24 jam. Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap jenis bakteri uji. Pembuatan Standar Kekeruhan Larutan (larutan Mc.Farland ) Diambil sebanyak 9,5 ml larutan H 2 SO 4 1% lalu dicampurkan dengan 0,5 ml BaCl 2. 2H 2 O1,175% dalam tabung reaksi. Selanjutnya larutan dikocok sampai terbentuk larutan keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan bakteri (Lay, 1994). ## Pembuatan Suspensi Bakteri Uji Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan kawat ose steril lalu disuspensikan ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml larutan NaCl 0,9% sehingga diperoleh kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan larutan Mc.Farland. Perlakuan yang sama dilakukan pada setiap jenis bakteri uji (Djide et al., 2008). ## Pembuatan Media Pengujian Lapisan dasar dibuat dengan menuangkan masing-masing 65 ml NA ke dalam enam cawan petri,lalu dibiarkan sampai memadat. Setelah memadat, pada permukaan lapisan dasar diletakkan 6 pencadang baja yang diatur sedemikian rupa jaraknya agar daerah pengamatan tidak saling bertumpuh. Selanjutnya suspensi bakteri dicampurkan ke dalam media pembenihan NA. Setelah itu, dituangkan 75 ml campuran suspensi dan media pembenihan tersebut ke dalam tiap cawan petri yang diletakkan pencadang sebagai lapisan kedua. Selanjutnya, pencadang diangkat secara aseptik dari cawan petri, sehingga akhirnya terbentuklah sumur- sumur yang akan digunakan dalam uji antibakteri. ## Uji Aktivitas Antibakteri Larutan uji ekstrak etanol biji pepaya dengan berbagai konsentrasi ( 20%, 40%, 60% dan 80%); aquades steril sebagai kontrol negatif; larutan Ciprofloxacin 5ฮผg/50ฮผl sebagai kontrol positif, masing- masing diteteskan pada sumur yang berbeda sebanyak 50 ฮผl. Kemudian cawan petri diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 0 C selama 1x24 jam. ## Pengamatan dan Pengukuran Pengamatan dilakukan setelah 1x24 jam masa inkubasi. Diamati zona hambat/zona bening yang terbentuk disekitar lubang kemudian diukur diameter zona hambat secara horizontal dan vertikal. Diameter zona hambat diukur dalam satuan milimeter (mm) menggunakan mistar berskala dengan cara diameter keseluruhan dikurangi diameter sumuran 7 mm. Kemudian diameter zona hambat tersebut dikategorikan kekuatan daya antibakterinya berdasarkan penggolongan Davis dan Stout (1971). ## Analisa Data Data hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pepaya ( Carica papaya L) terhadap penghambatan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus dianalisa secara statistik menggunakan analisa varians satu arah ( One Way Anova ) dengan program Statistical Product Service Solution dengan taraf kepercayaan 95% atau ฮฑ=0,05. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Hasil Ekstraksi Serbuk biji pepaya diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 95% dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 4 g. Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Biji Pepaya ( Carica papaya L.) terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa. Perlakuan Diameter Zona Hambat (mm) Rata-rata I II III Kontrol (-) 0,00 0,00 0,00 0,00 Kontrol (+) 17,50 16,50 16,00 17,00 P1 5,00 4,50 4,00 5,00 P2 6,50 6,00 5,50 6,00 P3 6,00 6,50 6,00 6,00 P4 6,00 6,50 6,00 6,00 Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Biji Pepaya ( Carica papaya L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. ## Pembahasan Tahap awal proses ekstraksi ialah sampel biji pepaya dibersihkan dibawah air mengalir dengan tujuan untuk membersihkan sampel dari sisa-sisa pengotor dan melepaskan kulit ari/kotiledon yang melekat pada biji pepaya agar senyawa yang didapatkan pada proses ekstraksi merupakan senyawa murni yang terkandung dalam biji pepaya dan bukan dari kulit arinya. Kemudian sampel dihaluskan hingga menjadi simplisia yang halus dan seragam, karena semakin kecil ukuran partikel simplisia maka semakin luas pula permukaan simplisia tersebut, sehingga semakin baik pula pelarut menarik senyawa aktif yang ada pada sampel (Gunawan,2004). Sampel lalu diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Setelah diekstraksi, sampel lalu diuapkan dengan tujuan agar pelarut yang digunakan tidak tersisa pada ekstrak sehingga yang ada hanyalah senyawa-senyawa berkhasiat atau zat aktif yang ada pada sampel dalam bentuk ekstrak kental yang akan digunakan dalam proses pengujian antibakteri (Sastrohamidjojo, 2005). Pengujian antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar dengan media Nutrient Agar (NA) . Sampel yang digunakan ialah ekstrak kental biji pepaya yang dibuat dalam beberapa seri konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60% dan 80 %, dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan ukuran diameter zona hambat yang akan terbentuk. Sebagai kontrol positif digunakan larutan ciprofloxacin 5ยตg/50ยตL, antibiotik ciprofloxacin digunakan karena termasuk dalam antibiotik golongan kuinolon yang berspektrum luas dan tidak resisten terhadap bakteri uji yang digunakan, sebagai kontrol negatif digunakan aquades steril (Ganiswarna,1995). Data pada tabel kekuatan daya antibakteri menunjukkan bahwa masing- masing konsentrasi ekstrak etanol biji pepaya dapat menghambat pertumbuhan Perlakuan Diameter Zona Hambat (mm) Rata-rata I II III Kontrol (-) 0,00 0,00 0,00 0,00 Kontrol (+) 16,00 17,50 17,00 17,00 P1 5,50 6,00 5,50 6,00 P2 5,50 6,50 6,00 6,00 P3 7,00 6,50 6,00 6,00 P4 6,00 7,50 8,00 7,00 bakteri uji Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus , yang dimana hasil pengukuran diameter zona hambat menunjukkan angka 5,00 mm, 6,00 mm dan 7,00 mm yang tergolong dalam kategori sedang sesuai dengan penggolongan Davis dan Stout (1971). Pada proses pengujian aktivitas antibakteri didapatkan hasil bahwa efek antibakteri yang terlihat paling baik ada pada konsentrasi tertinggi yaitu pada konsentrasi 80%, dimana pada konsentrasi ini luas zona hambat ekstrak etanol biji pepaya terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus ialah 7,00 mm. Bahkan pada konsentrasi terendah pun (20%) ekstrak etanol biji pepaya masih dapat menghambat pertumbuhan kedua bakteri. Perbedaan luas zona hambat pada setiap seri konsentrasi ekstrak menunjukkan bahwa masing-masing konsentrasi ekstrak memiliki kemampuan antibakteri yang berbeda-beda, hal ini kemungkinan ditimbulkan oleh resistensi dari bakteri terhadap substansi bioaktif dalam hal ini ialah ekstrak biji pepaya, kadar substansi aktif serta jumlah inokulum bakteri atau kepadatan bakteri uji dalam media. Selain itu adanya ekstrak yang kurang efektif dalam menghambat bakteri karena difusi bahan aktif pada media yang berlangsung lambat dan rendahnya konsentrasi kandungan zat aktif, sehingga ekstrak tersebut tidak dapat menghambat bakteri secara optimal (Cappucino et al .,1978). Luas zona hambat ekstrak etanol biji pepaya terhadap bakteri Staphylococcus aureus lebih besar dibandingkan dengan luas zona hambat pada bakteri Pseudomonas aeruginosa . Hal ini berarti aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pepaya lebih peka dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif ( Staphylococcus aureus ) dibandingkan dengan bakteri Gram negatif ( Pseudomonas aeruginosa ). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan struktur dinding sel dari bakteri Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif mengandung peptidoglikan yang lebih tebal daripada bakteri Gram negatif. Peptidoglikan merupakan lapisan pada dinding sel bakteri yang bersifat polar sehingga ekstrak etanol biji pepaya yang juga bersifat polar lebih mudah menembus dinding sel bakteri Gram positif, selain itu bakteri Gram negatif juga memiliki dinding sel yang banyak mengandung lipopolisakarida (LPS) yang bersifat nonpolar sehingga ekstrak etanol biji pepaya yang bersifat polar lebih sulit menembus dinding sel bakteri Gram negatif. Oleh karena itu efektivitas antibakteri tampak lebih besar pada bakteri Gram positif daripada bakteri Gram negatif. Biji pepaya memiliki aktivitas antibakteri karena mengandung alkaloid (karpain) yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Karpain merupakan alkaloid bercincin laktonat dengan 7 kelompok rantai metilen sehingga ampuh untuk menghambat kinerja beberapa mikroorganisme. Karpain dapat mencerna protein mikroorganisme dan mengubahnya menjadi senyawa turunan bernama pepton. Selain alkaloid biji pepaya juga mengandung senyawa lain yaitu flavonoid (Jaime,2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Maria et al., 2012, biji pepaya mengandung senyawa triterpenoid aldehida yang mempunyai potensi antibakteri. Selain itu juga mengandung minyak yang diketahui memiliki asam-asam lemak seperti asam oleat, asam palmitat, asam linoleat dan asam stearat dalam jumlah yang relatif sedikit. ## KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya L.) memiliki aktivitas antibakteri pada setiap seri konsentrasi ekstrak yaitu 20%, 40%, 60% dan 80% dengan kekuatan tergolong sedang terhadap bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus . ## SARAN Perlu dilakukan uji pra-klinis dan uji toksisitas ekstrak etanol biji pepaya (Carica papaya L. ) untuk mengetahui dosis yang tepat dan aman dalam penggunaannya. ## DAFTAR PUSTAKA Cappucino, J.G., Sherman, N. 1978. Microbiology A Laboratory Manual . Rockland Community Collage, New York. Davis, W.W.,Stout,T.R. 1971. Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic Assay.Microbiology. 22(4).Halaman 659-665. Djide, Sartini. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi Farmasi . Lephas, Makassar. Ganiswarna, G.S.1995. Farmakologi dan Terapi.Edisi IV. Penerbit UI, Jakarta. Halaman 517-518, 571-573, 651-656. Gunawan, D.,Mulyani, S. 2004. Farmakognosi . Swadaya, Jakarta. Jaime, A.2007. Papaya ( Carica papaya L.) Biology and Biotechnology, Global Science Book, (online), http://www.globalsciencebook.info [1 7 Januari 2013]. Lay, B.W.1994. Analisis Mikroba di Laboratorium Edisi 1 .Raja Grafindo Persada, Jakarta. Martiasih Maria, Boy Rahardjo Sidharta, P. Kianto Atmodjo.2012.Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Pepaya terhadap Escherichia coli dan Streptococcus pyogenes . Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya , Yogyakarta. Nurwidodo. 2006. Pencegahan dan Promosi Kesehatan Secara Tradisonal. Jurnal Humanity . 1(2): 96-105. Okoye, E.I.2011. Preliminary Phytochemical Analysis and Antimicrobial Activity of Seed Of Carica Papaya , Journal Of Basic Physical Research , Vol.2 No.1, (online), http://www.jbasicphyress- unizik.org [13 Maret 2012]. Sastrohamidjojo,H.2005. Kimia Dasar edisi 2 .UGM Press, Yogyakarta. Tietze HW.2002. Terapi Pepaya : Sebuah Bentuk Terapi Makanan yang Aman dan Murah . Cetakan Pertama. PT.Prestasi Pustaka Raya, Jakarta. Zulkifli. 2004. Pengobatan Tradisional Sebagai Pengobatan Alternatif harus Dilestarikan. Karya Ilmiah . FKM USU, Medan
56359830-f333-4048-b209-7199192b7669
http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/absis/article/download/2718/2735
Vol. 5., No. 2, November 2023, pp. 82-87 ISSN 2686-0104 (print), 2686-0090 (online) http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/absis/index ## Analisis Kemampuan Komunikasi Matematika dalam Materi Statistika Kelas VIII SMP Eli Setianingsih a,1* , Herry Agus Susanto a,2 , Isna Farahsanti a,3 a Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Sukoharjo, Indonesia 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] * Corresponding Author Diterima 25 February 2015; Disetujui 8 May 2015; Diterbitkan 13 May 2015 A B ST R AC T KEYWORDS This study aims to describe the mathematical communication skills of eighth-grade students of SMP Negeri 2 Jatiroto in statistical material. This research is a qualitative research. The subjects of this study were students of class VIII E SMP Negeri 2 Jatiroto. Data collection techniques used in this study were tests and interviews. Data analysis techniques used are data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study, the subjects selected were 6 students with 2 subjects of high achievement, 2 subjects of moderate achievement, and 2 subjects of low achievement. With high achievement subjects meeting the 5 indicators of mathematical communication ability given, medium achievement subjects meeting 2 indicators of given mathematical communication skills, and low achievement subjects fulfilling 1 indicator of given mathematical communication skills. The conclusions of the study indicate that the mathematical communication skills of class VIII students of SMP Negeri 2 Jatiroto in statistical material are as follows: (1) students with high achievement have good mathematical communication skills, (2) students with moderate achievement have quite good mathematical communication skills, (3) students with low achievement have poor mathematical communication skills. Mathematics communication skills Statistics This is an open-access article under the CC โ€“ BY- SA license ## 1. Pendahuluan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia. Menurut Puspaningtyas et al., (2021) pendidikan merupakan suatu proses menanamkan dan mengembangkan pada diri seseorang berupa pengetahuan yang luas. Pendidikan ditanamkan mulai sejak dini agar anak bisa mengembangkan pola pikirnya. Dalam dunia pendidikan pasti ada pelajaran matematika. Menurut Hidajat et al., (2018) matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang jumlah yang diketahui melalui proses perhitungan dan pengukuran serta terorganisasi. Tujuan pembelajaran matematika menurut Wijaya (2012) adalah memahami konsep matematika, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Dari tujuan tersebut jelas bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan komunikasi matematika. Komunikasi menurut Saepudin et al., (2019) adalah cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Di samping itu, komunikasi matematis adalah suatu cara peserta didik buat menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan juga tertulis, baik pada bentuk gambar, tabel, diagram, rumus, ataupun demonstrasi(Prayitno et al., 2013). Kemampuan komunikasi matematis merupakan kemampuan seseorang mengkomunikasikan ide dan pikiran matematika (Salam, 2017). Menurut Mayasari (dalam Hikmah et al., 2019) kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan dalam menuliskan pernyataan matematika dalam artian menuliskan alasan dan penjelasan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hodiyanto (2017) yang menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika merupakan kemampuan siswa dalam menyampaikan ide matematika baik secara lisan maupun tulisan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematika adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan ide matematika. Alasan pentingnya komunikasi menjadi fokus dalam pembelajaran matematika yaitu matematika pada dasarnya sebuah bahasa bagi matematika itu sendiri, belajar dan mengajar matematika merupakan aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak yaitu guru dan murid. Menurut Purnama & Aldila (2016) komunikasi matematis dapat bermanfaat sebagai sarana bertukar ide dalam memahami topik penyajian data. Dalam penelitian yang dilakukan Sriwahyuni (2018) pada siswa SMP menujukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi segiempat dan segitiga termasuk kategori sangat rendah. Dari hasil penelitian tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan konteks yang sama akan tetapi objek dan materi berbeda. Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dianalisis lebih dalam tentang kemampuan komunikasi matematika dalam materi statistika siswa kelas VIII SMP N 2 Jatiroto. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto dalam materi statistika. Agar bisa mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa, diperlukan beberapa indikator. Adapun indikator kemampuan komunikasi matematika yang dinyatakan oleh para ahli yang diuraikan pada Tabel 1.: ## Tabel 1. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika (Ansari, 2018) (Ariawan & Nufus 2017) (Hendriana et al., 2018) a. Menyatakan ide matematika dengan berbicara, menulis, demonsttrasi dan menggambarkan bentuk visual b. Memahami, menginterpretasi, dan menilai ide matematik yang disajikan dalam bentuk tulisan, lisan, atau bentuk visual c. Menggunakan bahasa, notasi dan struktur matematika untuk menyatakan ide menggambar hubungan dan pembuatan model a. Memodelkan situasi-situasi dengan menggunakan tulisan, baik secara konkret, gambar, grafik, atau metode-metode aljabar b. Menjelaskan ide atau situasi matematis secara tertulis c. Mengungkapkan kembali suatu uraian matematika dalam bahasa sendiri a. Menyatakan benda nyata, situasi dan peristiwa sehari-hari ke dalam bentuk model matematika (gambar, tabel, diagram, grafik, aljabar) b. Menjelaskan ide dan model matematika ke dalam bahasa biasa c. Menjelaskan dan membuat pertanyaan matematika yang dipelajari d. Mendengar, menulis kemudian berdiskusi matematika e. Membaca dengan pemahaman suatu prestasi tertulis Pada penelitian ini, ditentukan lima indikator kemampuan komunikasi matematika yang disaring dari beberapa pendapat ahli dalam Tabel 1., yaitu: (1) menghubungkan benda nyata, gambar ke dalam ide matematika, (2) menjelaskan ide, situasi matematika secara tulisan dan lisan dengan benda nyata, grafik, dan aljabar, (3) menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika, (4) memperjelas dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari, mendengarkan, berdiskusi, menulis tentang matematika, (5) menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan menggunakan rumus matematika. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mendiskripsikan kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki siswa kelas III SMP Negeri 2 Jatiroto. Dengan demikian diharapkan guru dapat memberikan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kenaekaragaman kemampuan komunikasi matematika sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh semua siswa. ## 2. Metode Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian ini memaparkan penjelasan cara siswa menyelesaikan atau memcahkan soal statistika berdasarkan kemampuan komunikasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Jatiroto pada semester genap tahun ajaran 2021/2022 sejumlah 32 siswa. Dari 32 siswa diambil 2 siswa setiap kategori untuk diteliti lebih lanjut. Pembagian kategori tersebut mengacu nilai prestasi akademik mata pelajaran matematika siswa di sekolah tersebut. Dengan rincian pengkategorian prestasi akademik yang disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Kategori Prestasi Akademik Prestasi akademik Batas nilai Tinggi ๐‘ฅ โ‰ฅ ( ๐‘ฅฬ… + SD ) Sedang ( ๐‘ฅฬ… โˆ’ SD ) < ๐‘ฅ < ( ๐‘ฅฬ… + SD ) Rendah ๐‘ฅ โ‰ค ( ๐‘ฅฬ… โˆ’ SD ) Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan tes dan wawancara. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian yang terdiri dari 5 soal. Dari hasil tes akan diselidiki kemampuan komunikasi matematika siswa dengan indikator kemampuan komunikasi matematika seperti yang telah dijelaskan. Pengkategorian kemampuan komunikasi matematika berdasarkan indikator dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: (1) kemampuan komunikasi matematika baik, jika memenuhi 4 sampai 5 indikator, (2) kemampuan komunikasi matematika cukup baik, jika memenuhi 2 sampai 3 indikator, (3) kemampuan komunikasi matematika kurang baik, jika hanya 1 indikator. Wawancara digunakan sebagai teknik pendukung disamping tes yaitu untuk menguatkan data tentang kemampuan komunikasi matematika yang diperoleh dari tes.. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. ## 3. Hasil dan Pembahasan ## 3.1. Hasil Penelitian yang dilakukan ini bertujuan mendiskripsikan kemampuan komunikasi matematika yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto. Subjek dikelompokkan menjadi 3 yaitu siswa dengan prestasi akademik tinggi, prestasi akademik sedang dan prestasi akademik rendah. Berdasarkan perhitungan yang diperoleh pengelompokan siswa VIII E berdasarkan prestasi akademik disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 . Kategori Prestasi Akademik Prestasi Akademik Jumlah Peserta Didik Tinggi (T) 8 Sedang (S) 16 Rendah (R) 8 Jumlah 32 Berdasarkan jumlah keseluruhan kategori tersebut dipilih 6 siswa untuk diteliti lebih lanjut. Siswa tersebut dipilih 2 siswa disetiap kategori prestasi akademik. Subjek tersebut sebagai berikut disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4. Subjek Penelitian Kategori Penyebutan Tinggi Subjek T-1 Tinggi Subjek T-2 Sedang Subjek S-1 Sedang Subjek S-2 Rendah Subjek R-1 Rendah Subjek R-2 Dari hasil tes maupun wawancara terhadap subjek yang terpilih menunjukkan bahwa: ## 3.1.1 Subjek dengan prestasi tinggi Berdasarkan subjek dengan prestasi tinggi (subjek T-1 dan subjek T-2), subjek T-1 pada saat tes hanya bisa memenuhi empat indikator dan yang satu indikator kurang memenuhi akan tetapi saat diwawancarai bisa menjelaskan semua indikator kemampuan komunikasi matematika. Sementara itu subjek T-2 dapat memenuhi semua indikator baik tes maupun wawancara. Subjek dengan prestasi tinggi disimpulkan bahwa dapat memenuhi lima indikator kemampuan komunikasi matematika yang digunakan. Hal tersebut karena siswa mengerjakan soal matematika langkah demi langkah dan ketika ditanyai dapat menjawab dengan tepat. Siswa dengan pengelompokan prestasi tinggi dapat menuliskan representasi matematis. menunjukkan bahasa matematika yang digunakan dengan baik. Dapat menjawab setiap soal dengan benar sesuai dengan yang diharapkan. Siswa dengan pengelompokan prestasi tinggi dapat memberikan alur pikirnya dengan jelas. ## 3.1.2 Subjek dengan prestasi sedang Berdasarkan subjek dengan prestasi sedang (subjek S-1 dan subjek S-2), subjek S-1 saat diberikan soal tes mampu memenuhi dua indikator, dua indikator kurang dan satu indikator tidak memenuhi dan saat diwawancarai mampu memenuhi dua indikator, tiga indikator kurang memenuhi. Sementara itu subjek S-2 saat diberi tes mampu memenuhi tiga indikator, dua indikator kurang, tetapi saat diwawancarai mampu memenuhi dua indikator, tiga indikator kurang. Subjek dengan prestasi sedang disimpulkan bahwa hanya mampu memenuhi dua indikator kemampuan komunikasi matematika. Subjek dengan prestasi sedang terkadang lupa tidak menuliskan secara lengkap jawaban. ## 3.1.3 Subjek dengan prestasi rendah Berdasarkan subjek dengan prestasi rendah (subjek R-1 dan Subjek R-2), subjek R-1 saat diberikan soal tes maupun diwawancarai dapat memenuhi satu indikator, tiga kurang memenuhi dan satu tidak memenuhi indikator yang diberikan. Sementara itu subjek R-2 saat diberi tes dua kurang memenuhi indikator dan tiga tidak memenuhi, sedangkan saat diwawancarai mampu memenuhi satu indikator, dua kurang memenuhi indikator, dua tidak memenuhi indikator. Subjek dengan prestasi rendah dapat disimpulkan bahwa hanya mampu memenuhi satu indikator kemampuan komunikasi matematika saja. Subjek dengan prestasi rendah ketika menjumpai kesulitan dalam mengerjakan soal tidak bertanya kepada guru akan tetapi bertanya kepada temannya mengenai cara mengerjakan. ## 3.2. Pembahasan Berdasarkan hasil yang didapatkan, berikut akan dibahas analisis yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat temuan sebagai berikut: ## 3.2.1 Subjek dengan prestasi tinggi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, Subjek dengan prestasi tinggi ketika diberikan soal berusaha menyelesaikan sendiri dan sebagian dari mereka tidak malu menanyakan kepada guru ketika menjumpai soal yang dianggap sulit. Kemampuan komunikasi matematika subjek dengan prestasi tinggi dapat dikategorikan baik. Itu terlihat pada kemampuan memenuhinya setiap indikator yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian Sulistiani et al., (2021) yang menyatakan bahwa dari subjek yang ditentukan ada seorang siswa dengan kemampuan komunikasi matematika baik. ## 3.2.2 Subjek dengan prestasi sedang Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, Subjek dengan prestasi sedang tidak bertanya kepada guru ketika menemui kesulitan dalam mengerjakan akan tetapi ada yang bertanya kepada temannya. subjek dengan prestasi sedang memiliki pemahaman kurang akan soal maupun dalam memberi jawaban. Kemampuan komunikasi matematika subjek dengan prestasi sedang dapat dikategorikan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan dua indikator kemampuan komunikasi matematika yang diberikan. Hal ini sejalan dengan penelitian (Sulistiani et al., 2021) yang menyatakan bahwa dari subjek yang ditentukan ada tiga orang siswa dengan kemampuan komunikasi matematika cukup baik. ## 3.2.3 Subjek dengan prestasi rendah Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, Subjek dengan prestasi rendah memiliki tingkat pemahaman dalam mengerjakan, menjawab soal maupun dalam memahami materi. Kemampuan komunikasi matematika siswa dengan pengelompokan prestasi rendah dapat dikategorikan kurang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian (Sulistiani et al., 2021) yang menyatakan bahwa dari subjek yang ditentukan ada dua orang siswa dengan kemampuan komunikasi matematika kurang baik. ## 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil simpulan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Jatiroto dalam materi statistika yaitu: (1) siswa dengan prestasi tinggi memiliki kemampuan komunikasi matematika baik, (2) siswa dengan prestasi sedang memiliki kemampuan komunikasi matematika cukup baik, dan (3) siswa dengan prestasi rendah memiliki kemampuan komunikasi matematika kurang baik. ## Referensi Ansari BI. (2018). Komunikasi Matematika Strategi Berfikir dan Manajemen Belajar . yayasan pena. Ariawan, R., & Nufus, H. (2017). 301729-Hubungan-Kemampuan-Pemecahan-Masalah-Mat- 598F71E9 . 1 (2), 82โ€“91. Hendriana, Heris, dkk. (2018). Hard Skill dan Soft Skill Matematik Siswa . PT. Refika Aditama. Hidajat, D., Wulandari, A. A., & Susilowati, D. (2018). Pengaruh Penggunaan Miniatur Mobil Terhadap Prestasi Belajar Matematika. Edudikara, ISSN: 2541-0261 , 3 (1), 14โ€“22. Hikmah, A., Roza, Y., & Maimunah, M. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Smp Pada Soal Spldv. Media Pendidikan Matematika , 7 (1), 29. https://doi.org/10.33394/mpm.v7i1.1428 Hodiyanto, H. (2017). Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika. AdMathEduโ€ฏ: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Ilmu Matematika Dan Matematika Terapan , 7 (1), 9. https://doi.org/10.12928/admathedu.v7i1.7397 Prayitno, S., Suwarsono, S., & Siswono, T. Y. E. (2013). Identifikasi Indikator Komunikasi Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berjenjang pada Tiap-tiap Jenjangnya. Konferensi Nasional Pendidikan Matematika V . Purnama, I. L., & Aldila, E. (2016). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Ditinjau Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Complete Sentence Dan Team Quiz. Jurnal Pendidikan Matematika , 10 (1), 27โ€“42. https://doi.org/10.22342/jpm.10.1.3267.26-41 Puspaningtyas, N., Prasetyo, K. H., & Farahsanti, I. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Dengan Discovery Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi. Absis: Mathematics Education Journal , 2 (1), 11. https://doi.org/10.32585/absis.v2i1.705 Saepudin, F., Prillangga, P., & Zanthy, L. S. (2019). Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP Kelas VIII. Journal On Education , 1 (4). Salam, R. (2017). Efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ( TPS ) untuk meningkatkan kepercayaan diri dan komunikasi. Penelitian Pendidikan INSANI , 20 (2). Sriwahyuni, T. (2018). Analisis kemampuan komunikasi matematis siswa smp pada materi statistika. Jurnal Kajian Pembelajaran Matematika , 1 (6), 1095โ€“1104. Sulistiani, I., Santoso, & Ulya, H. (2021). Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Sekolah Dasar melalui Pembelajaran Daring. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan , 3 (4). Wijaya, A. (2012). pendekatan matematika realistik: suatu alternatif pendekatan matematika . graha ilmu.
328b8594-cef3-4011-9078-2b047a4ef341
https://www.jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jei/article/download/8152/3305
Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(01), 2023, 307-315 Strategi Peningkatan Aset PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Bekasi Nurul Khaerunisa 1*) , Asyari Hasan 2) 1,2 Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta *Email korespondensi: [email protected] ## Abstract Financial circulation at Bank Indonesia has a fluctuating value and is vulnerable to reach. In general, the economic situation at the Bank has problems with the customer's cash deposit factor. BPRS target is the community to help in running the business. The purpose of this research is to help the general public understand the concept of Islamic banking and to provide a conscious overview of the processes and principles of savings and loans in banks. The methodology used in this research is qualitative with methods of collecting observation data, and several banks who are willing to provide information validation guarantees (FGD). The results of the study show that the BPRS system has a greater increase in assets than in previous years, influenced by the development of branches in various cities. BPRS branches develop optimally and provide rules for customers to comply with applicable savings and loan regulations. Several implementation strategies were carried out by the central BPRS to be able to develop branches in other cities as an increase in personal branding for BPRS HIK Bekasi. Principles and sharia belief systems for the public to trust BPRS in assisting business development efforts. The BPRS manages sufficiently increased assets based on the increase in the number of customers with high consumer demand. Banking transactions are increasingly trusted by the public by building awareness in credit to realize smooth capital turnover and increase the management assets of BPRS HIK Bekasi. ## Keywords: Strategy, assets, Islamic people's financing bank Saran sitasi : Khaerunisa, N., & Hasan, A. (2023). Strategi Peningkatan Aset PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Bekasi. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9 (01), 307-315. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i1.8152 DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i1.8152 ## 1. PENDAHULUAN Keuangan di Bank Indonesia pada umumnya bertransaksi melalui sistem simpan pinjam, artinya uang yang dititipkan nasabah ke bank disebut tabungan dan uang yang diberikan untuk nasabah dari bank disebut kredit. (Aliyah & Putra, 2022) sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah (Otoritas Jasa Keuangan, n.d.). aturan manajerial keuangan Negara pada dasarnya sudah diatur berdasarkan UU Bank dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Mekanisme pengelolaan dapat dilakukan dengan cara berbeda antara bank konvensional dengan bank syariah. Nilai tukar rupiah dalam perjalanan sejarah masih dipengaruhi oleh nilai keuangan dolar. (Isnandar et al., 2016) Melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga pertengahan tahun 2015 dengan persentase yang dicatat oleh Bank Indonesia adalah sebesar 4,73% dan terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (2014) sehingga berdampak negatif bagi seluruh industri di Indonesia. Selain itu, lemahnya perekonomian juga menyebabkan melemahnya permintaan secara global, penurunan harga komoditas, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, semakin bertambahnya tingkat pengangguran dan kemiskinan meningkat. Kondisi ekonomi yang tidak stabil menjadi hambatan tumbuhnya sistem perekonomian Indonesia. Perdebatan antara halal dan haram terhadap keuangan bank di Indonesia menjadi keputusan sulit bagi nasabah untuk mengikuti program yang tersedia di bank. Tidak sedikit dari jumlah masyarakat memiliki anggapan bahwa menyimpan uang di Bank konvensional adalah haram karena terdapat untuk jumlah riba yang diperoleh. Sedangkan di Bank syariah sudah pasti aman. Kedua anggapan ini masih belum dapat dipahami dari beberapa aspek perkembangan nilai ekonomi di Indonesia. (Karimah, 2014) PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah sangat serius dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya insani untuk dijadikan sebagai tenaga yang profesional.(Kasus et al., 2022). Visi misi yang terbangun untuk membantu masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan dan membantu modal usaha secara syariah memiliki peran penting pada laju pertumbuhan ekonomi Bank di Indonesia. Perlu kita pahami bahwa nilai profitabilitas bank syariah akan mulai tertekan pada kuartal II 2020. Hal ini kemudian akan berdampak terhadap kinerja keuntungan perbankan tahun ini yang diperkirakan melemah dibandingkan tahun lalu (Purnama Putra, 2022; Sumadi, 2020). Mengingat pandemi covid-19 ini tidak ada yang tahu sampai kapan berakhir, maka industri perbankan syariah tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam kerangka mitigasi manajemen risiko yang kuat untuk mendukung kebijakan- kebijakan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia. Perencanaan dari manajemen risiko dilakukan untuk kehati โ€“ hatian dalam mengatur keuangan supaya tidak terjadi kerugian. Keadaan darurat pada sitem perbangkan syariah merupakan salah satu upaya debitur untuk mengurangi beban masyarakat melalui pembebasan biaya administrasi dan kelonggaran angsuran disetiap bulan. Mengurangi angka risiko kemacetan kredit pada bank membutuhkan kesepakatan bersama antara bank lain. Tujuan adanya bank perkreditan rakyat syariah dihadirkan di masyarakat untuk memberikan kemudahan modal usaha dalam merealisasikan kegiatan pasar konvensional seperti pasar pagi, dagang di kios pasar, atau usaha warung. (Sopyan, 2021) Pemasaran merupakan interaksi pasar untuk merealisasikan pertukaran potensial bertujuan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia. Sebab pelanggan cenderung selalu memenuhi kebutuhannya dengan yang terbaik dan memiliki kualitas yang bagus namun dengan harga produk yang murah dan terjangkau, persaingan usaha tidak dapat dihindari oleh para produsen untuk memenangkan kompetisi dalam menarik minat pelanggan, dengan melakukan strategi menjual dengan harga kompetitif dan kualitas terbaik juga, hal tersebut yang mengakibatkan terjadinya persaingan yang ketat dan tajam diantara produsen. Aktivitas jual beli dipasar menjadi harmonis ketika harga produk yang ditawarkan relative murah dan mudah didapat. Akan tetapi harga pasar seketika terjadi krisis diakibatkan perputaran dagang tersendat menyebabkan nilai rupiah sulit di dapat oleh pedagang karena konsumen tidak memiliki uang cukup untuk transaksi jual beli. Keadaan demikian menjadi wacana kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan kebutuhan primer, sekunder dan tertier. Untuk mencapai semua keadaan tersebut menjadikan pedagang dan penjual kurang bersinergi akibat terjadi krisis. Situasi pasar yang cukup menurun akibat pandemic covid 19 menjadikan perputaran modal di BPR berkurang akibatnya masyarakat memilih untuk mencari keselamatan dan keuntungan sebagai penjual toko online tanpa membayar sewa toko , tanpa modal, pada sistem toko online dijalani mekanisme reseller. Menjual tanpa membutuhkan jumlah modal besar namun memiliki keuntungan. Keuntungan dan kerugian sistem perbankan syariah menjadi salah satu pertimbangan direktur bank pada penempatan kebijakan aturan dan sistem, tata kelola maupun penyaluran dana. Adapun dana darurat pada BPRS digunakan pada situasi darurat dan untuk mengantisipasi kegagalan transaksi. Dana darurat telah disiapkan oleh BPRS pada bagian pengolahan investasi perbankan. Kemajuan suatu perusahaan dapat didukung dari peningkatan kualitas manajemen dan SDM yang memiliki daya saing tinggi, motivasi serta lingkungan kerja kondusif. Kekacauan pada lingkungan kerja menyebabkan situasi kerja memburuk dan kinerja menurun, untuk menyeimbangi lingkungan kerja secara sehat diharapkan bagi pegawai bank mampu meningkatkan kinerja secara profesional. Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan: 1) bagaimana strategi peningkatan yang dilakukan BPRS Bekasi. Apakah aset yang dikembangkan pada BPRS Bekasi memiliki peran terhadap perkembangan cabang di kota lain. ## 2. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di BPRS HIK Bekasi berlokasi di Jl.Jenderal Soedirman A no 19, Rt 001/ Rw, 005 kecamatan medan satria Harapan Mulya Bekasi Jawa Barat. Jenis data yang digunakan data primer dan data sekunder teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling didasarkan atas dasar pengambilan keahlian serta pemahaman responden terhadap topic penelitian. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dari para ahli diantaranya: pihak internal dan pihak eksternal. 1 orang komisaris dari pihak internal 3 orang direksi, 3 orang kepala bagian, (Bisnis remedial, SDI, Audit Internal) dari BPRS HIK Bekasi. Pihak eksternal adalah 1 orang ahli ekonomi syariah Ikatan Ahli Ekonomi Islam. Data sekunder diperoleh dari data keuangan publikasi OJK dan BI, data kementrian koperasi dan UMKM (KKUKM) data statistic perbankan syariah buku literature dan data pendukung yang berhubungan dengan data internal maupun eksternal perusahaan. Pendekatan penelitian dilakukan secara deskriptif melalui studi kasus di BPRS HIK Bekasi merupakan cabang dari kantor pusat Bekasi Cibitung. aspek perbandingan finansial yang dilakukan adalah berdasarkan komponen rasio yang meliputi npf,kpmm,fdr, ROA, ROE, NIM,BOPO. Analisis evaluasi faktor internal berdasarkan lima komponen pada implementasi pencapaian faktor kuantitas harta dan implementasi meningkatkan kualitas keturunan. Berdasarkan aturan BPI No. 9/17/PBI/2007.dan surat edaran Bank Indoensia No. 9/60 tahun 2007. Tentang tingkat kesehatan bank pembiayaan rakyat yang mencakup komponen rasio di dalam analisis CAMEL. Analisis faktor evaluasi faktor eksternal perbandingan dari tiap-tiap faktor secara berpasangan dalam suatu matriks. Analisis posisi strategi perusahaan berdasarkan perhitungan tingkat pertumbuhan pasar. Pada eksternal dan relative. Menggunakan metode matriks the boson counsulting group. Analisis perumusan alternative startegi menggunakan IE (Internal โ€“Eksternal) dan analisis pemilihan strategi planning matriks. Menggunakan metode Kualitatif yang mana dapat mendeskripsikan penelitian dengan kata-kata (apandi aden, 2022). Metode pengumpulan data dengan obervasi, dan wawancara. Analisis terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian diklarifikasi, dianalisis, dan selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Populasi penelitian ini adalah BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Bekasi. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data ditemukan bahwa perputaran keuangan di bank salah satunya di BPRS memiliki sistem baik dari pengelolaan dan pemanfaatan serta nasabah dapat menyatakan dengan jujur pada saat meminjam uang di bank digunakan untuk modal usaha tambahan. Jarang bahkan tidak ditemukan nasabah yang memberikan pemalsuan data dalam pengajuan kepada pihak bank. Karena prosedur yang digunakan cukup ketat dan memiliki nilai ukur sangat tinggi untuk meminimalisir kemacetan dalam setoran dll. Hak ini sudah di tentukan dari pihak terkait dengan menggunakan instrument atau kebijakan secara independent. Salah satunya melalui pengecekan administrasi dan survei validasi data nasabah. (Sholah, 2019) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah (HIK) Cibitung mendapatkan Nilai tertinggi versi Infobank. (Hidajat, 2022) BPR yang memiliki masalah kualitas aset, kerugian terkadang sangat tinggi, bahkan CAR BPR mencapai minus 300 persen dibawah batas ketentuan minimum CAR BPR sebesar 12 persen sesuai dengan POJK No.5/POJK.03/15 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimun BPR. Perolehan data dari Bank Award 2017, BPRS HIK Cibitung meraih penghargaan BPRS terbaik di kelasnya, penilaian yang dilakukan oleh Info bank menggunakan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk membaca laporan bulanan sebagai salah satu instrumen untuk melihat tingkat dan nilai pertumbuhan. Pada penilaian BPRS 2017, yang dikeluarkan oleh Info bank per Desember 2016-2017 dalam kategori BPRS beraset Rp 250 miliar, BPRS HIK Cibitung mendapat nilai total 98,28 atau berada di rangking pertama dari 5 BPRS dengan besaran aset yang sama. Berada di urutan kedua adalah BPRS HIK Parahyangan, dengan nilai total 96,56. Berada di posisi ketiga, BPRS Dinar Ashri dengan nilai mencapai 95,51. Hasil dari pencapaian tersebut menjadikan bagian terpenting untuk data base bank. Prinsipnya sistem manajerial yang sudah di konsep dengan jelas dan terukur dapat mempengaruhi proses capaian keberhasilan program. Setiap BPRS cabang wilayah jawa barat, maupun wilayah lainnya memiliki perencanaan dan perputaran bervariatif. Faktanya masih banyak terjadi kesalahan pada pihak bank yang tidak memahami kondisi nasabah, sehingga proses setor tersendat macet keuangan tidak berputar dengan lancar. Kesalahan nasabah demikian menjadi acuan bagi pihak bank untuk lebih detail perihal pencairan dana kredit. Dengan mekanisme syariah BPR memiliki keunggulan di masyarakat salah satunya jumlah nasabah meningkat dan proses simpan pinjam berjalan. Salah satu pengaruh dari tingginya minat nasabah ke BPRS yaitu nasabah meyakini tingkat keamanan secara agama terhindar dari riba, nasabah merasa tidak dibebani dengan bunga. Sistem BPRS memberikan kemudahan pada nasabah yang memenuhi syarat pinjam usaha. Keunggulan BPRS menjadi nuansa kehidupan baru bagi permodalan pasar konvensional (Aswir & Misbah, 2018) Perkembangan global di bidang ekonomi terutama dengan munculnya bank syariah yang saat ini sudah mulai tumbuh dan berkembang, sangat membantu masyarakat khususnya orang-orang Islam yang tidak ingin melakukan kegiatan yang mengandung unsur ribawi seperti yang ada di perbankan konvensional. Islam yang dengan tegas melarang praktik riba sehingga mau tidak mau maka orang-orang islam harus mencari jalan lain untuk menghindarinya yaitu perbankan syariah. Masyarakat perlu diberikan sosialisasi dan keyakinan untuk menjalin komitmen dengan tepat antara nasabah dengan pihak bank. Pada prinsipnya menurut pendapat (Fabiana Meijon Fadul, 2019) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan lembaga intermediasi keuangan, akan tetapi tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh BPRS versi Undang-Undang Perbankan Syariah diatur dalam Pasal 21, Berdasarkan keputusan direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia Nomor 14/I/KEP.Dir.PBS/2012 tanggal 5 Maret 2012 telah memberikan penetapan penggunaan izin usaha atas nama PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Artha menjadi izin usaha atas nama PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Cibitung. BPRS Harta Insan Karimah Cibitung saat ini memiliki 4 kantor cabang yang berlokasi di Cibitung, Purwakarta, Sukabumi dan Ciamis, serta 2 kantor kas yang berlokasi di Pelabuhan Ratu dan Cikopo, sementara kantor pusat berlokasi di Bekasi. (BPRS HIK Cibitung, 2019). Cabang pada tiap kota memiliki pengembangan sistem sesuai dengan kebutuhan nasabah. Misalnya syarat pinjam dengan beberapa ketentuan yang ada dimasyarakat tersebut. Perluasan kantor cabang di bekasi menjadi salah satu tolak ukur pada keunggulan sistem BPRS di cabang lainnya. Artinya pengolahan dana di bank jangka pendek, menengah, lama menjadi salah satu instrument untuk menentukan hasil keuntungan. Sejalan dengan pengadaan investasi tata kelola yang baik dan benar dapat membantu kemajuan perbankan syariah. Meskipun pada standarisasi minimum perolehan dana yang tersedia di bank menjadi kekuatan utama untuk menjalankan aturan perbankan syariah. Model pengolahan dana yang berbeda dengan bank konvensional menjadi salah satu strategi unggulan dalam mencapai keberhasilan bank di Indonesia khususnya BPRS. (ฮœฮทฯ‡ฮฑฮฝฮนฮบฯ‰ฮฝ et al., 2020) Semakin meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat, peranan lembaga keuangan dapat meningkat. Di antara beberapa perbankan syariah di Indonesia, BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah) salah satu perbankan syariah yang menjadi pilihan masyarakat untuk mengembangkan usaha mikro, kecil dan menengah serta memberikan pembiayaan terhadap masyarakat kecil menengah ke bawah. Perkembangan industri BPR dan BPR Syariah yang terus mengalami peningkatan secara pesat berdasarkan data OJK hingga bulan Juni 2018, ada 168 BPRS yang tersebar dan beroperasi di seluruh wilayah Indonesia Analisis Perbandingan Kinerja Aspek Finansial (Fabiana Meijon Fadul, 2019) Jenis-jenis pembiayaan syariah menurut tujuannya dibedakan menjadi yakni pembiayaan modal kerja syariah, pembiayaan investasi syariah , dan pembiayaan konsumtif syariah. Akad atau prinsip yang menjadi dasar operasional bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan dibedakan menjadi 4 macam, yaitu prinsip jual beli (murabahah, salam dan istishna), prinsip bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), prinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahhiyah bittamlik), dan akad pelengkap (hiwalah, rahn, qardh, wakalah, dan kafalah). Perbandingan rasio pada BPRS dapat diklasifikasikan dari Rasio NIM bisa dipakai sebagai indikator dalam melihat kemampuan bank ketika mendapat pendapatan bunga bersih dari Sumber : Surat Edaran OJK No. 11/SEOJK.05/2020. Perhitungan dan aturan tersebut sudah terbentuk berdasarkan kebijakan pemerintah yang telah dirumuskan. Pendapat dari (Hary Wibowo & Kartika Galuh, 2022) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menge- luarkan kebijakan melaui POJK 11/POJK.03/2020, tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan Countercyclical dapak penyebaran Covid- 19 dengan masa berlaku hingga 31 Maret 2021, yang kemudian diperbaharui dan diperpanjang dengan POJK 48/POJK/03/2020 dengan masa berlaku hingga 31 Maret 2022, dan diper- panjang serta diperbaharui kembali melalui POJK 17/POJK.03/2021 dengan masa berlaku hingga 31 Maret 2023. Kebijakan ini merupa- kan quick respon atas dampak dari penyebaran Covid-19 di Indonesia dan difungsikan guna mengantisipasi dan mendorong optimalisasi. Terdapat di aturan Bank salah satunya dikutip dari (Isnandar et al., 2016) Peraturan BI Nomor 11/23/PBI/2009 menyebutkan bahwa keberadaaan BPRS dimaksudkan untuk dapat memberikan pelayanan perbankan yang cepat, mudah dan sederhana kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di pedesaan maupun perkotaan yang belum terjangkau oleh Bank Umum. BPRS dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pada proses penyaluran dana diberi kemudahan dan toleransi sesuai permasalahan dan kebutuhan nasabah dari debitur pihak bank. (Hidayat, 2017) Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total aset. ROA dapat dihitung dengan rumus: ROA = Laba Bersih Sebelum Pajak รทTotal Aktiva 42. Return on Equity (ROE) adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik dan investor, Berikut rumus dari ROE = Laba Bersih Setelah Pajak รทEkuitas Hasil. Growth Revenue (GR) atau Pertumbuhan Penjualan mencerminkan keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. GR = (Pendapatan tahun ke-t รทPendapatan tahun ke-t- 1) โ€“ 1 x 100%.(Islami, 2022) Pedoman Standar KPB (1) Kebijakan Utama Perkreditan, mencakup: prinsip kehati- hatian dalam perkreditan, organisasi dan pengelolaan perkreditan, kebijakan persetujuan kredit, dokumentasi dan penatausahaan perkreditan, perkreditan. (2) Transparansi. (Kusandi, 2020). Penelitian yang mengkaji mengenai strategi pemasaran dilakukan oleh (Handayani & Rahmawati, 2019); (Hamin, 2017) dan (Atmoko, 2018) yang masing-masing memperoleh hasil berupa strategi pemasaran yang tepat digunakan perbankan dan lembaga keuangan non perbankan untuk menarik minat nasabah melakukan pengajuan kredit. Akan tetapi persaingan yang ketat di industri perbankan syariah, membuat BPRS secara nasional kurang dapat berkembang sebagaimana data OJK pada tahun 2015 mencatat penurunan rasio CAR sebesar 22,53% yang sebelumnya 22,77% (2014), ROA sebesar 2,19% (2015) yang sebelumnya sebesar 2,26% (2014), ROE sebesar 15,27% (2015) tahun sebelumnya sebesar 16,13% (2014). Selain itu, ketidakstabilan perekonomian di Indonesia juga menjadikan bertambahnya pembiayaan macet (bermasalah) pada BRPS secara nasional, berdasarkan rasio NPF nasional pada sebesar 9,33% (2015) yang sebelumnya sebesar 7,89% (2014) dan sebesar 6,50% (2013). Persaingan yang semakin ketat tersebut disebabkan semakin banyaknya LKS yang tersebar di Indonesia, sebagaimana statistik perbankan syariah BI mencatat bahwa saat ini (2015) terdapat 12 BUS, 22 UUS dan 162 BPRS yang tersebar di seluruh Indonesia. (Aliyah & Putra, 2022) penelitian ini mengambil studi pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Cibitung, karena memiliki kinerja keuangan yang cukup baik setiap tahunnya. Dengan menganalisis rasio-rasio keuangan yang terdapat di BPRS Harta Insan Karimah Cibitung, bagaimana perkembangan bank itu sendiri di masa mendatang yang dilihat dari data terdahulu. Data terdahulu yang digunkan adalah 8 tahun atau 32 bulan dengan menggunkan data triwulan, dimulai tahun 2013 sampai dengan 2020, lalu melihat bagaimana perkembangannya selama 5 tahun mendatang dimulai dari tahun 2021 sampai dengan 2025 (per triwulan). (apandi aden, 2022) Aset Tetap menurut Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 (revisi 2011) adalah โ€œSebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada orang lain atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periodeโ€. Santoso (2013:3) mengemukakan โ€œAset Tetap merupakan aset yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam menunjang kegiatan atau operasi utama perusahaan, dimiliki tidak dimaksud untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat jangka panjang (lebih dari satu tahun)โ€.Penggolongan Aset Tetap Martani (2012:271) berdasarkan jenisnya aset tetap dibedakan atas tanah, bangunan, peralatan, Mesin-mesin, perkakas, perabot dan kendaraan. (Bekasi, n.d.) Loan Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio investasi portofolio suatu bank pada investasi sektor riil yang diharapkan memiliki return yang cukup tinggi. Dampak negatif dari LDR adalah resiko kredit. Hal ini akan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok atau bunga dari pinjaman yang diberikannya atas investasi yang dilakukan. (Hidajat, 2022) OJK mengeluarkan kebijakan untuk BPR. NPL BPR terus naik sejak era pandemi virus Covid-19 atau bermula April 2020. Terakhir posisi NPL telah mencapai level 8,34% bulan Juli 2020. Sebelum era pandemi virus Covid- 19, atau pada bulan Maret tahun 2020, NPL BPR adalah sebesar 7,95%. (Wiratmini, 2020b). Menurut Piter Abdullah Redjalam selaku direktur riset CORE Indonesia, (Hidajat, 2022) POJK RI No 62/POJK.03/2020 (Tentang Bank Perkreditan Rakyat, 2020) BPR adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara kovensional yang tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dalam kegiatannya. Modal disetor pendirian BPR paling sedikit 50% (lima puluh persen) wajib diperuntukkan untuk modal kerja. Kegiatan BPR lebih kecil skalanya dari bank umum karena dalam kegiatannya BPR tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan valuta asing, menerima simpanan giro, dan kegiatan perasuransian. Angka kenaikan kredit pada perbankan menjadi salah satu faktor tercapainya tujuan perhitu ngan mekanisme laba dan profit bank, untuk meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat maupun pegawai bank perlu diberikan rekomendasi untuk meningkatkan marketing secara merasa , mengadakan jenis promosi dan peningkatan startegi pemasaran sehingga dapat menarik perhatian masyarakat dengan sasaran nasabah dari UMKM, maupun pengusaha tingkat menengah atas. Hal ini perlu dilakukan kerjasama antara kekuatan pasar modal perbankan dengan memperhatikan perputaran angka kredit yang diberikan untuk jaminan kelancaran dunia usaha. (Islami, 2022) Strategi promosi merupakan hal yang terpenting dalam memasarkan suatu produk. BPR Rama Ganda menggunakan stategi promosi dengan melalui berbagai kegiatan. Kegiatan berupa gebyar undian. Gebyar undian tersebut diperuntukan untuk nasabah yang menggunakan produk tabungan dan deposito. Selain kegiatan gebyar undian BPR Rama Ganda juga melakukan kegiatan sosialisasi ke pasar- pasar dan komunitas UMKM. (Hary Wibowo & Kartika Galuh, 2022) Tabel 8. Hasil Uji Beda CAR Bank Variabel Hasil Keterangan CAR Selama Pandemi Mandiri CAR Signifikan Lebih Rendah Tidak Sig- CAR Selama Pandemi BRI CAR signifikan Lebih Rendah Tidak Sig- CAR Selama Pandemi BNI CAR nifikan Lebih Rendah CAR Selama Pandemi BTN CAR Signifikan Lebih Tinggi Sumber : Output SPSS, diolah (2022). (apandi aden, 2022) Rencana Kerja Tahun 2017 yang diperlukan sebagai acuan pelaksanaan audit secara efektif, efisien, dan mendukung tercapainya rencana strategik perusahaan. Sesuai dengan tujuan audit intern BPRS HIK Bekasi yaitu: Membantu semua tingkat manajemen dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana dari masyarakat.Menjaga,memastikan suatu pergerakan perkembangan bank kearah perkembangan yang wajar dan sehat. Komitmen antara pihak bank dengan nasabah menjadi salah satu acuan penting untuk menyelenggarakan program capaian dunia perbankan syariah. Pada motif pemasaran dan pemerataan secara sadar bahwa peraturan antara bank dan nasabah menjadi salah satu perjanjian awal yang harus diketahui secara transparan. Mekanisme tersebut bisa dilakukan secara sah ketika ada kesepakatan diawal. Beberapa ketentuan ini menjadi keunggulan dalam proses perkreditan syariah secara komprehensif, terukur dan terprogram. Perkembangan aset pada cabang BPRS Bekasi memiliki strategi pemasaran jasa yang berbeda โ€“ beda. Peningkatan jumlah aset pada setiap cabang dipengaruhi dari gaya kepemimpinan direktur cabang, supervisor dan pegawai BPRS. Kecakapan dalam menjalani suatu pekerjaan dan potensi yang dimiliki bagi setiap pegawai memiliki jumlah peningkatan terbesar terhadap kemajuan suatu perusahaan. Prinsipnya kekuatan pasar tertinggi melibatkan seberapa banyak nasabah yang dimiliki oleh BPRS. Strategi implementasi manajerial perbangkan syariah mengacu pada neraca stabilitas modal yang dimiliki sejumlah bank untuk ditawarkan kepada nasabah dengan frekuensi modal tertinggi terhadap pemenuhan modal usaha bagi nasabah UMKM Unsur perputaran bank syariah di Indonesia mendapat pengawasan penuh dari otoritas jasa keuangan dibawah naungan pemerintah secara sah. Legalitas bank pada pengelolaan dana sangat diprioritaskan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Kasus et al., 2022) Lembaga keuangan perbankan mikro di Indonesia disebut Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). OJK mencatat bahwa terjadi ketidakstabilan rasio kinerja keuangan BPRS nasional berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (SPS) selama 5 tahun terakhir dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2020. Hasil tersebut menunjukkan bahwa rasio permodalan (CAR) dan Return On Equity (ROE) pada tahun 2020 terjadi peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya (2019). Peningkatan tersebut dipengaruhi dari faktor pemulihan covid 19 untuk Indonesia tumbuh dan tangguh. Visi misi dan tujuan bersama kemajuan usaha dan bisnis baik secara makro maupun mikro memberikan tantangan besar terhadap kekuatan permodalan Negara. Sehingga hal ini tentu dapat se- linier dengan semakin membaiknya perekonomian di Indonesia pada kuartal 3 tahun 2020. Pemulihan keuangan di Indonesia dapat terjadi sewaktu โ€“ waktu ketika pemerintah pusat memberlakukan aturan terbaru misalnya pada peningkatan pajak 11% Negara memberikan aturan kepada seluruh masyarakat untuk terus berkembang secara potensial dalam perluasan usaha. Kenaikan PPN menjadi pertentangan yang belum bisa diterima oleh masyarakat karena dapat mempengaruhi kenaikan kebutuhan pangan, jasa dan lainnya. Penempatan aturan dan pemberlakuan kekuasaan setara dengan kebijakan pemerintah dalam melibatkan aturan perbankan konvensional atau syariah misalnya pada bank konvensional memiliki batas aturan dan pengawasan daro OJK secara resmi ketentuan demikian dirasakan sama oleh bank syariah. Tidak diberlakukan pembedaan antara konvensional dengan syariah. Strategi pada dasarnya memiliki tiga dimensi yaitu; (1) Analisis intelektual dan aspek pemikiran yang digunakan untuk menemukan arah strategi yang luas, (2) Perkembangan dan pembentukan tindakan khusus dalam mengejar strategi tersebut, dan (3) Implementasi strategi melalui pelaksanaan rencana bisnis (Wirapraja et al., 2021)(Kasus et al., 2022) Perkembangan keuangan BPRS Artha Madani menunjukkan bahwa peningkatan NPF atau rasio pembiayaan (kredit) macet yang sebelumnya pada tahun 2019 adalah sebesar 3,74% menjadi sebesar 4,24% (2020). Selain itu, terjadi penurunan yang sangat signifikan dari rasio ROE yang pada tahun 2019 adalah sebesar 0,91% menjadi -0,61% (2020). Dan terjadi penurunan pula pada Cash Ratio yang sebelumnya pada tahun 2019 adalah sebesar 62,01% menjadi 37,32% (2020). Peningkatan jumlah pembiayaan macet, penurunan profitabilitas bisnis berbanding ekuitas, serta penurunan kemampuan BPRS dalam menggunakan aktiva lancarnya untuk melunasi berbagai tanggung jawab jangka pendeknya memberikan sinyal kuat bahwa BPRS sedang mengalami kerugian. Sejumlah angka kerugian pada bank syariah dirasakan menjadi salah satu hambatan aset tidak berkembang bahkan akan mengalami masa krisis dimana bank tidak memiliki angka normalitas kemajuan dan perkembangan aset dari hasil laba yang diperoleh. Kekuatan pasar nasabah apabila berjalan dengan baik dapat membantu peningkatan modal bagi bank. Perputaran modal pokok bank secara terus menerus dan lancar memberikan kontribusi keuntungan pada jumlah yang cukup besar untuk bertahan. Kepala cabang memiliki kewajiban memberikan kontribusi kemajuan bank dan peningkatan jumlah laba untuk mencapai keberhasilan dalam membangun dan mengembangkan usaha mikro maupun makro. Kepala cabang dapat memberikan strategi kemajuan aset bagi pegawai yang terlibat. Bentuk dari konsep terencana mengacu pada perencanaan modal dan alokasi dana yang akan dijadikan dasar kekuatan pasar. Perencanaan yang dibuat dengan suatu konsep dan kesepakatan bersama antara kepala cabang dan pegawai memberikan peluang bagi kemajuan bank syariah. Pegawai diberi investasi berupa peningkatan kualitas seperti pengembangan SDM melalui pelatihan, workshop, dan seminar pengelolaan dana perbankan syariah. Sosialisasi terhadap kelompok masyarakat dan desa di beberapa kecamatan dan kabupaten menjadi strategi pencapaian pengembangan aset tertinggi. Usaha demikian merupakan sarana dan upaya keberlangsungan jasa bank syariah untuk bergerak secara nyata dalam memulihkan perekonomian rakyat Indonesia . (Sholah, 2019) Infobank per Desember 2016- 2017 dalam kategori BPRS beraset Rp 250 miliar, BPRS HIK Cibitung mendapat nilai total 98,28 atau berada di rangking pertama dari 5 BPRS dengan besaran aset yang sama. Berada di urutan kedua adalah BPRS HIK Parahyangan, dengan nilai total 96,56. Berada di posisi ketiga, BPRS Dinar Ashri dengan nilai mencapai 95,51. Sementara, berada di tempat keempat dan kelima masing-masing adalah BPRS Bhakti Sumekar dengan jumlah nilai 87,79 dan BPRS Al Salaam Amal Salman nilai totalnya 87,69. Jumlah aset di BPRS menjadi sistem perencanaan startegi pengembangan modal terhadap penyaluran dana secara tepat untuk meminimalisir angka kerugian. (Hastasari & Suharini, 2022) Profitabilitas BPR yang dilihat dari ROE pada tahun 2020โ€“2021 mengalami penurunan jika dibandingkan dengan ROE pada tahun 2019. Melihat data yang dipublikasikan OJK pada Statistik Perbankan Indonesia tahun 2021, ROE BPR secara nasional pada bulan November pada tahun 2019 sebesar 20,56%, tahun 2020 sebesar 16,43% dan kembali menurun pada tahun 2021 sebesar 15,71%. Memasuki masa pandemi ketika berbagai aspek ekonomi terimbas dengan kebijakan pembatasan kegiatan ekonomi, maka BPR sebagai organisasi keuangan juga mengalami dampak dalam memperoleh keuntungan. Keynes, menyatakan bahwa inflasi dan nilai tukar mata uang yang berfluktuasi tidak terkendali memiliki hubungan yang erat antara pihak debitur dan kreditur, (Lidyaningsih, 2022) Inti dari mekanisme investasi bagi hasil pada dasarnya adalah terletak pada kerjasama yang baik antara shahibul maal dengan mudharib. Kerjasama atau partnership merupakan karakter dalam masyarakat ekonomi Islam. Kerjasama ekonomi harus dilakukan dalam semua bentuk kegiatan ekonomi, yaitu: produksi, distribusi barang maupun jasa. risiko yang tinggi sehingga ROA yang didapat tidak sesuai yang diharapkan oleh pihak BPRS. Hal ini sejalan dengan penelitian dari (Nawawi, 2018) menunjukan bahwa secara parsial pembiayaan mudharabah berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada BPRS HIK Bekasi kantor cabang Karawang. Menurut (Dharma dan Pristianda, 2018) mudharabah tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) BPRS di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2016. Istilah lain dari BPRS dikenal dengan sebutan unit usaha syariah (UUS) perbankan, PT Bank CIMB Niaga Tbk berhasil menjadi pemenang untuk kategori UUS aset di atas Rp 5 triliun. Sedangkan UUS terbaik dengan aset Rp 5 triliun ke bawah 4 diberikan kepada PT Bank BPD Daerah Istimewa Yogyakarta (Investor.id, 2019). Tabel 1. Perbandingan BPRS Cabang Cibitung, Saleh Arta No Data CAR ROA ROE 1 OJK 2014-2015 22,53% sebelumnya 22,77% (2014) 2,19% (2015) sebelumnya 2,26% (2014) 15,27% (2015) sebelumnya sebesar 16,13% (2014). 2 (OJK, 2015-2019) - 0,06% (2014) naik 0,28% (2017) turun 0,68%.(2018) - 3 BPRS Artha Madani 62,01% menjadi 37,32% 3,74% menjadi sebesar 4,24% (2020). 0,91% menjadi -0,61% (2020). Berdasarkan analisis data perbandingan diketahui dari hasil keterangan sebagai berikut : terdapat perbandingan hasil dari tahun 2014-2015 BPRS mengalami penurunan pada skala nasional dikategorikan kurang berkembang. Berdasarkan data OJK 5 tahun terakhir mengalami peningkatan. BPRS Arta madani mengalami penurunan sesbelum tahun 2019. (Aliyah & Putra, 2022) Desember 2010 BPRS Harta Insan Karimah Cibitung mangambil alih BPRS Saleh Arta, aset awal sebelum diambil alih kurang lebih Rp. 2,5 miliar dan NPF (Non Performing Financing) juga tinggi. Tahun 2012 BPRS Harta Insan Karimah Cibitung baru bisa berkembang dengan total aset sebesar Rp. 23,53 miliar dengan jumlah karyawan hanya 19 orang, dari jumlah tersebut 3 orang dari BPRS Saleh Arta. Setiap tahunnya aset BPRS Harta Insan Karimah Cibitung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pencapaian aset yang terus berkembang hingga mencapai Rp. 542.848 miliar pada akhir tahun 2019.(Sharianews, 2019). ## 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Perkembangan bank konvensional dan bank syariah di Indonesia mengalami persaingan cukup besar terhadap nasabah. Konsep bank syariah dan bank konvesioanal, membuat bank syariah dipercaya untuk memiliki kinerja yang bagus agar dapat besaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di Indonesia. Pada umumnya nasabah dan pihak bank memilih untuk mencari nasabah yang pasti secara status pekerjaan dan status sosial. Nasabah yang tidak memiliki pekerjaan atau usaha dapat menyebabkan kredit macet karena tidak mengalami perputaran keuangan secara sehat. Strategi peningkatan yang dilakukan BPRS Bekasi salah satunya dengan memberi kayakinan kepada nasabah terkait dengan prinsip syariah dan memberi pandangan bahwa BPRS memiliki keunggulan dari Bank lainnya salah satunya memudahkan pada proses pinjaman dengan menyepakati komitmen bersama untuk saling mendukung dan membantu. Aset pada perkembangan BPRS memiliki upaya penuh terhadap peningkatan jumlah aset peningkatan nasabah pada bank. Semakin banyak cabang di kota lain proses perputaran keuangan BPRS akan semakin berkembang dengan prinsip syariah dan menggunakan asas keislaman. Aset yang bertambah memberikan keuntungan besar pada perkembangan BPRS di seluruh cabang Indonesia terdapat di 4 kantor cabang yang berlokasi di Cibitung, Purwakarta, Sukabumi dan Ciamis, serta 2 kantor kas yang berlokasi di Pelabuhan Ratu dan Cikopo, sementara kantor pusat berlokasi di Bekasi. ## 4.2. Saran Untuk meningkatkan jumlah aset dan jumlah nasabah dari tahun ke tahun pihak bank perlu memberikan kesadaran kepada nasabah dalam pembayaran setor bulanan sebaiknya dari pihak BPRS memberikan edukasi sebelum diberikan pinjaman. Kegiatan tersebut berupa pemberian informasi kepada nasabah bahwa hukum membayar hutang adalah wajib. Dengan meningkatkan pemahaman kesadaran pada nasabah diharapkan dapat memberi kemudahan dalam proses penyetoran setiap bulan agenda ini sebagai upaya BPRS dalam meminimalisir risiko kemacetan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan di Bank. ## 5. REFERENSI Aliyah, L. H., & Putra, P. (2022). Analisis Forecasting Dalam Perkembangan Kinerja Keuangan Pada Bprs Harta Insan Karimah Cibitung Periode 2013-2020. MASLAHAH (Jurnal Hukum Islam Dan Perbankan Syariah) , 13 (1), 105โ€“126. https://doi.org/10.33558/maslahah.v13i1.4456 apandi aden, nasution nursanita. (2022). Jurnal Akuntansi STEI Peran Audit Internal terhadap Efektivitas Pengendalian Intern Perolehan Aset Tetap (Studi Kasus BPRS Harta Insan Karimah Bekasi). BPJP) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Jakarta , 05 (01), 1โ€“8. Aswir, & Misbah, H. (2018). No Analisis struktur co- dispersion indikator yang berhubungan dengan kesehatan di pusat rasa subjektif kesehatanTitle. Photosynthetica , 2 (1), 1โ€“13. http://link.springer.com/10.1007/978-3-319- 76887- 8%0Ahttp://link.springer.com/10.1007/978-3- 319-93594- 2%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12- 409517-5.00007- 3%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jff.2015.06.018 %0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41559-019- 0877-3%0Aht Bekasi, D. A. N. (n.d.). Syariah ( Studi Kasus Pada Beberapa Bprs Di Wilayah Tangerang . 1โ€“8. Fabiana Meijon Fadul. (2019). No Title No Title No Title . Hary Wibowo, D., & Kartika Galuh, A. (2022). Perbandingan Kinerja Perbankan Melalui Rasio Keuangan Berdasarkan Aspek Risk Pro- File, Earnings, Dan Capital Sebelum Dan Selama Pandemi Covid-19 (Studi Pada Bank BUMN Konvensional). Contemporary Studies in Economic, Finance, and Banking , 1 (1), 99โ€“111. Hastasari, R., & Suharini. (2022). Pengaruh Inflasi dan Non-Performing Loans (NPL) Terhadap Return on Equity (ROE) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Indonesia. Formosa Journal of Multidisciplinary Research , 1 (3), 331โ€“342. https://doi.org/10.55927/fjmr.v1i3.570 Hidajat, T. (2022). Jurnal Magisma Vol. X No. 2 โ€“ Tahun 2022 | 140 . X (2), 140โ€“150. Hidayat, D. R. (2017). Pengaruh Intellectual Capital (Vaictm)Terhadap Profitabilitas (Roa, Roe Dan Gr). Skripsi Yang Dipublikasi , 105. http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12 3456789/36503/1/DICKY RIZA HIDAYAT- FEB.pdf Islami, V. (2022). Analisis SWOT Dalam Menentukan Strategi Kompetitif Pada BPR Rama Ganda . 3 (3), 382โ€“387. https://doi.org/10.47065/jbe.v3i3.2190 Isnandar, F. R., Firdaus, M., & Maulana, A. (2016). Strategi Peningkatan Aset Pt Bpr Syariah Harta Insan Karimah (Hik) Ciledug. Jurnal Aplikasi Bisnis Dan Manajemen , 2 (1), 12โ€“22. https://doi.org/10.17358/JABM.2.1.12 Karimah, H. I. (2014). Strategi Media Relations Pt . Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ( Bprs ) . http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/1234 56789/26252 Kasus, S., Pt, P., Artha, B., Putri, M. J., & Isnandar, F. R. (2022). Strategi Pengembangan Bisnis Pada Masa Pandemi Covid- . 01 (02), 68โ€“83. Sholah, M. B. (2019). Program studi s1 akuntansi fakultas ekonomi universitas negeri jakarta 2019 . Sopyan, A. (2021). Pengaruh Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Dan Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan Di Pt Bank Pembiayaan Rakyat Syariah โ€ฆ. Secad , Marketing Mix . https://jurnal.asmkencana.ac.id/index.php/SECA D/article/view/5%0Ahttps://jurnal.asmkencana.a c.id/index.php/SECAD/article/download/5/4 ฮœฮทฯ‡ฮฑฮฝฮนฮบฯ‰ฮฝ, ฮค. ฮœ., ฮšฮฟฮบฮบฮนฮฝฮฟฯ…, ฮ•., ฮšฮฑฯฮฑฮผฮฌฮฝฮฟฯ… ฮ‘ฯƒฯ€ฮฑฯƒฮฏฮฑ, ฮ—ฮผฮฟฮบฯฮฑฯ„ฮนฮฑฯƒ, ฮค. ฮ—. ฮฃ. ฮ•., ฮšฮนฮฝฮดฯฮฝฯ‰ฮฝ, ฮ‘., ฮ ฯฮฟฯƒฯ„ฮฑฯƒฮฏฮฑฯ‚, ฮ ., ฮŸฯฮนฯƒฮผฮฟฮฏ, ฮˆ., ฮ—ฮปฮฏฮฑ, ฮ ., ฮ”ฮฑฮฝฮดฮฟฯ…ฮปฮฌฮบฮท, ฮœ., ฮ“ฮฑฯŠฯ„ฮฌฮฝฮท, ฮ™., Veithzal Rivai, D., Thesis, M., Sloane, G. M. T., Prรถbstl-Haider, U., Rogers, A. W., Paciarotti, C., Cesaroni, A., Gorlova, N. I., Troska, Z. A., โ€ฆ Perkins, S. E. (2020). No Analisis struktur co-dispersion indikator yang berhubungan dengan kesehatan di pusat rasa subjektif kesehatanTitle. Kaos GL Dergisi , 8 (75), 147โ€“154.
245edb33-18de-483b-9b61-1e20807d50d4
https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin/article/download/833/566
## Sistem Penunjang Keputusan Pemasaran Pada Koperasi Simpan Pinjam Keluarga Sejahtera dengan Metode AHP Aulia Salma Tammayyusdin, Gardika Sandra, Wika Widya Laureta, Daning Nur Sulistyowat Fakultas Teknologi Informasi, Program Sistem Informasi, Universitas Nusa Mandiri, Jakarta, Indonesia Email: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected], 4,* [email protected] Abstrakโˆ’ Penelitian ini membahas mengenai sistem penunjang keputusan pemasaran pada koperasi simpan pinjam keluarga sejahtera, sebagai sebuah koperasi yang menyediakan pelayanan jasa keuangan yang disediakan oleh masyarakat umum untuk melakukan simpan pinjam dalam meningkatkan kestabilan ekonomi. Dengan adanya sebuah pandemi ini, membuat masyarakat mengalami penurunan dalam faktor keuangan yang mengakibatkan finansial terganggu dan terkendala untuk kehidupan sehari- hari. Dalam penelitian ini masyarakat umum akan mengetahui program yang dilakukan oleh anggota koperasi dalam menyebarkan pemasaran dikalangan masyarakat sekitar atau bahkan ibu-ibu PKK yang memiliki organisasi lingkungan sosialnya. Proses ini dilakukan oleh Koperasi Keluarga Sejahtera teratasi dalam pemilihannya secara terstruktur. Sebagai salah satu sumber informasi mengenai proses yang dilakukan dalam pemasaran untuk memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan angka terbesar dalam banyaknya jumlah masyarakat yang mendapatkan info mengenai Koperasi Keluarga Sejahtera. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengambil sebuah keputusan dalam pemilihan akhir yang di dapat melalui nilai rasio. Penelitian ini dapat bertujuan untuk memberikan penjelasan terkait informasi pemasaran dengan mengguanakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP), agar mendapatkan nilai prioritas pemasaran yang dilakukan Koperasi Keluarga Sejahtera. Hasil yang di dapatkan dalam menggunakan sistem penunjang keputusan pemasaran pada koperasi simpan pinjam keluarga sejahtera dengan metode AHP adalah direct selling kepada masyarakat. Kata Kunci: Sistem Penunjang Keputusan; Pemasaran Koperasi; Pelayanan Jasa Keungan; Masyarakat Umum Abstractโˆ’ This study discusses the marketing decision support system in the prosperous family savings and loan cooperatives, as a cooperative that provides financial services provided by the general public to make savings and loans in increasing economic stability. With this pandemic, people experience a decline in financial factors that result in financial disruption and constraints for daily life. In this study, the general public will know the programs carried out by cooperative members in spreading marketing among the surrounding community or even PKK women who have social environmental organizations. This process is carried out by the Prosperous Family Cooperative, which is resolved in a structured selection. As a source of information about the process carried out in marketing to make it easier for companies to consider the largest number in the number of people who get information about the Prosperous Family Cooperative. The method used in this study was carried out to take a decision in the final selection which was obtained through the ratio value. This study aims to provide an explanation regarding marketing information using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method, in order to get the value of marketing priorities carried out by the Prosperous Family Cooperative. The results obtained in using a marketing decision support system in a prosperous family savings and loan cooperative using the AHP method is direct selling to the public. Keywords: Decision Support System; Cooperative Marketing; Financial Services; General Public ## 1. PENDAHULUAN Dalam kehidupan saat ini dengan munculnya suatu pandemik covid -19 yang terjadi di Indonesia membuat masyarakat mengalami kendala permasalahan di dalam perekonomian. Banyaknya masyarakat yang bekerja pada perusahaan terkena dampak dalam pemutusan hubungan kerja (PHK) yang mengakibatkan faktor ekonomi menjadi salah satu permasalahan. Dengan adanya suatu koperasi dapat membantu masyarakat dalam kestabilan perekonomian yang bersifat sementara untuk meningkatkan kembali faktor ekonomi yang pada sebelumnya mengalami kendala. Namun, koperasi yang dibutuhkan oleh masyarakat harus jelas keberadaannya dan sesuai dengan aturan manajemen yang baik di dalam melakukan kegiatan simpan pinjam untuk masyarakat yang membutuhkan. Menurut UU No 25 tahun 1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berlandaskan pada asas kekeluargaan. Selanjutnya berdasarkan pasal 4 dari UU No 25 tahun 1992, disebutkan bahwa fungsi koperasi meliputi : 1). Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. 2). Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat. 3). Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya. 4). Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi [1]. Strategi pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk keberhasilan usaha perusahaan/koperasi pada umumnya dan bidang pemasaran pada khususnya. Disamping itu strategi pemasaran yang ditetapkan harus ditinjau dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan pasar dan lingkungan pasar. Dengan demikian strategi pemasaran dapat memberikan gambaran dengan jelas dan terarah tentang apa yang perlu dilakukan perusahaan dalam menggunakan setiap kesempatan atau peluang [2]. Sasaran dari program koperasi ini adalah untuk masyarakat yang kurang mampu yang bertujuan untuk memperbaiki perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Koperasi yang merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan kepribadian badan indonesia yang pantas untuk ditumbuh kembangkan sebagai badan usaha penting [3]. Koperasi merupakan organisasi ekonomi yang memiliki ciri yang berbeda jika dibandingkan dengan organisasi ekonomi lain. Perbedaan ini, terletak pada sistem nilai etis yang melandasi kehidupannya dan terjabar dalam prinsip-prinsipnya yang kemudian berfungsi sebagai norma-norma etis untuk mempolakan tata laku koperasi sebagai organisasi ekonomi. Ciri utama koperasi terletak pada kerjasama para anggota dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup bersama. Karakter inilah yang terumus sebagai prinsip self-help atau menolong diri sendiri [4]. Koperasi memiliki karakteristik sebagai kumpulan orang dan bukan kumpulan modal. Demokrasi menjadi salah satu prinsip yang sangat menonjol dari gerakan perkoperasian di dunia maupun di Indonesia. Koperasi dilahirkan oleh para anggota, dikelola dan dibesarkan oleh para anggota dan pada akhirnya manfaatnya diberikan untuk para anggota. Oleh karena itu, tujuan utama pendirian koperasi yaitu untuk mensejahterakan anggota bukan hanya sekedar mengejar keuntungan sebagaimana persekutuan perseroan [5]. Prinsip-prinsip koperasi sebagai keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, Pengelolaan dilakukan secara demokratis, Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing- masing anggota, Pemberian balas jasa tidak terkait besarnya setoran modal, Kemandirian, pendidikan koperasi, dan kerjasama antar koperasi [6]. S ebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tidak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. SPK bertujuan untuk menyediakan informasi, membimbing, memberikan prediksi serta mengarahkan kepada pengguna informasi agar dapat melakukan pengambilan keputusan dengan lebih baik dan implementasi teori-teori pengambilan keputusan yang telah diperkenalkan oleh ilmu-ilmu seperti operation researchdan menegement science, hanya bedanya adalah bahwa jika dahulu untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi harus dilakukan perhitungan iterasi secara manual (biasanya untuk mencari nilai minimum, maksimum, atau optimum) [7]. Membentuk normalized decision matrix dengan menghitung matriks ternormalisasi Topsis memerlukan rating pada setiap data kriteria atau data subkriteria yang sudah dinormalisasi, Membentuk weighted normalized decision matrix Solusi ideal positif A+ dan solusi ideal negatif A- dapat ditentukan berdasarkan rating bobot ternormalisasi (Yij) sebagai menghitung matriks yang terbentuk dari normalisasi bobot. Melakukan perhitungan nilai ternormalisasi bobot dengan mengalikan nilai yang sudah ditentukan pada setiap alternatif dari matrik normalisasi dengan nilai bobot yang ditentukan pengambil keputusan, Mencari hasil nilai solusi ideal positif dan solusi ideal negatif. Solusi ideal positif dan solusi ideal negatif dapat dihitung dari bobot yang sudah dinormalisasi dari hasil langkah sebelumnya, Menenetukan jarak antara nilai setiap data alternatif dengan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif. [8]. Strategi pemasaran merupakan strategi untuk melayani pasar atau segmen pasar yang dijadikan target oleh seorang pengusaha. Oleh karena itu strategi pemasaran merupakan kombinasi dari bauran pemasaran yang akan diterapkan oleh pengusaha untuk melayani pasarnya. Bauran pemasaran ini haruslah diatur sedemikian rupa sehingga akan dapat berfungsi sebagai senjata yang tepat dalam perbandingannya di pasar melawan pesaing- pesaing. Oleh karena itu maka senjata itu harus disesuaikan dengan keadaan pasan serta kondisi persaingan yang dihadapinya [9]. Kegiatan pemasaran selain meningkat-kan profitabilitas juga akan meningkatkannilai merek atau yang biasa disebut ekuitas merek ( brand equity ). Brand equity adalah perbedaan respon konsumen terhadap sua-tu produk atau cara pemasarannya [10]. Strategi dalam pemasaran di definisikan sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan, dengan mengembangkan keunggulan bersaing secara berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki, dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran. Dengan demikian, strategi pemasaran dapat dimaknai sebagai rencana yang diformulasikan secara sistematis mengenai kegiatan pemasaran [11]. Tujuan pemasaran bertujuan agar perusahaan secara obyektif mengetahui kondisi-kondisi internal dan eksternal perusahaan. Oleh karena itu perencanaan strategi pemasaran penting dalam mendapatkan keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan sumber daya pemasaran serangkaian sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dengan rencana, pelaksanaan dan evaluasi yang menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, serta memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan [12]. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yaitu simpan pinjam yang dilakukan masyarakat umum pada Koperasi Keluarga Sejahtera untuk dapat membantu meningkatkan ekonomi yang sedang terjadi pada saat ini, perkembangan pemasaran yang dilakukan oleh Koperasi Keluarga Sejahtera dalam memasarkan suatu program dalam simpan pinjam dilakukan secara direct selling, media cetak dan media sosial. TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 2, No 3, Agustus 2021, Hal 120-128 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kestabilan ekonomi masyarakat umum pada masa pandemi yang terkena pemutusan kerja di perusahaannya masing-masing. Maka dari itu Koperasi Simpan Pinjam memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat umum untuk dapat melakukan peminjaman sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku pada manajemen Koperasi Keluarga Sejahtera. Penelitian terkait dalam penulisan skripsi ini, Manajemen Pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan, mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efisien dan efektif. [13]. Komunikasi pemasaran juga dapat dinyatakan sebagai kegiatan komunikasi yang ditujukan untuk menyampaikan pesan kepada konsumen dan pelanggan dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai saluran yang dapat dipergunakan dengan harapan terjadinya tiga tahapan perubahan, yaitu: perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki [14]. Social media memiliki karakter jaringan sosial. S ocial media terbangun dari struktur sosial yang terbentuk didalam jaringan atau internet. Namun sebagaimana ditekankan oleh Castell , struktur atau organisasi sosial yang terbentuk di internet bedasarkan jaringan informasi yang pada dasarnya beroperasi berdasarkan teknologi informasi dalam mikro elektronik. Jaringan yang terbentuk antarpengguna ( user) merupakan jaringan yang secara teknologi dimediasi oleh perangkat teknologi, seperti computer, telepon genggam, atau tablet [15]. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Analitycal Hierarchy Process (AHP). Metode tersebut dipilih karena metode AHP merupakan suatu bentuk model penunjang keputusan dimana komponen utamanya adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Sifatnya yang fleksible menyebabkan penambahan dan pengurangan kriteria pada suatu hirarki dapat dilakukan dengan mudah dan tidak mengacaukan atau merusak hirarki [16], [17]. AHP digunakan untuk menyelesaikan masalah multikriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian pendapat dari pengambil keputusan, pengambil keputusan lebih dari satu orang, dan ketidakakuratan data yang tersedia [18]. ## 2. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan mencari informasi mengenai Koperasi Keluarga Sejahtera. Dalam metode penelitian ini dilakukan pengumpulan data penelitian dan hasil data yang di dapat akan dibuat kedalam metode Analytical Hierarchy Process (AHP ). Adapun langkah- langkah yang dalam membuat metode metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan menggunakan index random consistency , pairwise comparisons , penyusunan kriteria, sebagai persiapan data dalam metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yaitu membuat data tabel alternatif, membuat data tabel kriteria, membuat data tabel ratio antar kriteria, membuat data tabel hasil akhir metode AHP untuk membentuk perbandingan berpasangan, bobot tiap- tiap kriteria dan matriks preferensi . ## 2.1 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian merupakan tahapan yang dilakukan oleh penulis dalam menyusun penelitian skripsi yang dimulai dari awal perencanaa, tahap pelaksanan dan tahap laporan dalam penulisan penelitian, sebagai berikut : 1. Menentukan Penelitan Kualitatif Dalam persiapan ini akan mengumpulkan seluruh data untuk mendapatkan informasi yang dijelaskan secara deskriptif ke dalam penulisan skripsi. 2. Identifikasi Masalah Merupakan proses yang dilakukan untuk mendefinisikan masalah yang ada pada Koperasi Keluarga Sejahtera untuk menjadi bagian yang paling penting di dalam penelitian. 3. Mengumpulkan Data Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. 4. Wawancara Terhadap Narasumber Melakukan kegiatan Tanya jawab kepada pihak Koperasi Keluarga Sejahtera untuk memperoleh sebuah informasi mengenai Koperasi Keluarga Sejahtera. 5. Menganalisa Data Mengolah data menjadi sebuah informasi agar dapat dipahami dalam penelitian ini. 6. Membuat Laporan Penelitian Proses terakhir yang dilakukan adalah menarik seluruh kesimpulan untuk membuat laporan hasil dalam penelitan yang sudah dilakukan oleh penulis. ## 2.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan penelitian teknik pengumpulan data, sebagai berikut: 1. Observasi TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 2, No 3, Agustus 2021, Hal 120-128 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin Observasi yang dilakukan untuk memperoleh data dan gambaran secara jelas dalam obyek yang sedang diteliti. Tujuan observasi ini untuk mengetahui bagaimana proses yang dilakukan pada Koperasi Keluarga Sejahtera dalam proses kegiatan pemasaran yang dilakukan koperasi. 2. Wawancara Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan zoom meeting dengan memberikan pertanyaan kepada narasumber untuk mengatahui proses pemasaran pada Koperasi Keluarga Sejahtera. 3. Studi Pustaka Studi pustaka yang dilakukan dalam melakukan penelitian dengan cara mengumpulkan data sebagai sumber informasi terhadap referensi yang berkaitan dengan judul skripsi sebagai laporan penulisan yang dapat memecahkan masalah yang ingin dipecahkan sesuai dengan data yang telah di dapat oleh peneliti. ## 2.3 Metode Analitycal Heararchy Process (AHP) Dalam penelitian ini dilakukan analisis menggunakan Analitycal Heararchy Process (AHP) untuk melakukan pengambilan keputusan dalam perbandingan berpasangan yang merupakan komponen kriteria dan alternatif pilihan. Analisis data yang digunakan sebagai berikut: 1. Menentukan tingkat kepentingan relatif dari kriteria yang ada Pada proses analisis ini dapat dilakukan untuk meningkatkan peringkat kriteria ke dalam sebuah sistem berbasis Analitycal Heararchy Process ( AHP). 2. Pairwise Comparison (Perbandingan Berpasangan) Proses analisis yang dilakukan untuk menghitung perbandingn kriteria yang dibandingan dengan yang lain dan dapat di ekspresikan untuk mendapatkan nilai equal,moderate, strong, very strong , dan extreme. 3. Mencari Eigenvector Dalam mencari eigenvector digunakan untuk mendapatkan peringkat untuk menggunakan matriks berpasangan sebagai dasar perhitungan kuadrat matriks berpasangan pada setiap saat yang sedang dilakukan penghitungan dengan keduanya. 4. Menghitung Eigenvector Pertama Untuk menghitung Eigenvector pertama dilakukan untuk menjumlahkan baris dari baris-baris yang ada, dan melakukan normalisasi nilai jumlah dari masing-masing baris tersebut. 5. Menentukan Peringkat Alternatif Dalam menentukan peringkat alternaitf dilakukan dari perbandingn berpasangan terhadap kritria masing-masing. Sebagai judgement dalam proses yang dilakukan berbaris data/informasi alternatif pilihan (Quantitaif Approach) dengan judgemnet dari pakar terkait pemilihan alternatif (Qualitative Approach) . 6. Menghitung index konsistensi CI = ( max - n)/n โ€“ 1 dan menghitung rasio konsistensi CR = CI/IR. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan dalam penelitian yang telah dilakukan dengan cara mencari nilai kriteria dan alternative pilihan dengan menggunakan metode Analitycal Heararchy Process (AHP) untuk mencari hasil perhitungan akhir dalam pemasaran yang dilakukan oleh Koperasi Keluarga Sejahtera dan melakukan penyebaran kuesioner terhadap masyarakat umum untuk mendapatkan informasi dari masing-masing responden yang telah mengisi kuesioner terhadap penelitian ini, Adapun hasil dan pembahasannya sebagai berikut: ## 3.1 Hasil Kuesioner Penelitian dilakukan dengan subyek penelitian adalah masyarakat, Ibu-ibu PKK, dan anggota Koperasi Keluarga Sejahtera itu sendiri. Dikarenakan masih terjadi pandemic penyebaran kuesioner dilakukan secara tidak langsung melalui media sosial seperti Whatsapp menggunakan Google Form . Setelah melakukan penyebaran kuesioner, data kuesioner yang kembali pada peneliti adalah 50 responden. ## 1. Karakteristik Responden Beradasrkan Jenis Kelamin Pada tahap analisis jawaban responden terhadap pertanyaan yang ada dalam kuesioner, karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, pekerjaan, informasi mengenai koperasi, dan status dalam Koperasi Keluarga Sejahtera. Peneliti telah merangkum karakteristik responden secara terperinci yang ditujukkan dalam tabel, sebgai berikut: Tabel 1. Karakteristik Responden Beradasrkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (F) Jumlah Perempuan 27 54% Laki-Laki 23 46% Jumlah 50 100% Dari tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah responden perempuan sebanyak 27 orang responden dengan presesntase 54% dan reponden laki-laki sebanyak 23 orang dengan presentase 46%. Maka hasil yang di dapatkan lebih banyak dari responden adalah perempuan sebesar 54%. 2. Karakteristik Usia Karakteristik usia dilakukan untuk mengetahui usia yang telah mengisi kuesioner. Adapun data yang telah dihasilkan dari kuesioner, sebagai berikut: Tabel 2. Karakteristik Usia Usia Frekuensi (F) Jumlah <20 Tahun 3 6% > 21-30 Tahun 25 50% >31-40 Tahun 11 22% >40 Tahun 11 22% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan usia mayoritas responden mendapatkan hasil usia < 20 tahun sebanyak 3 orang dengan 6%, < 21-30 tahun sebanyak 25 orang dengan 50%, usia > 31-40 tahun sebanyak 11% dengan jumlah 22% dan usia > 40 tahun sebanyak 11 orang dengan 22%. Maka hasil yang di dapatkan berdasarkan usia adalah < 21-30 sebesar 50%. 3. Karakteristik Pekerjaan Karakteristik pekerjaan dilakukan untuk mengetahui pekerjaan masyarakat yang melakukan simpan pinjam pada Koperasi Keluarga Sejahtera yang telah mengisi kuesioner. Adapun data yang telah dihasilkan dari kuesioner, sebagai berikut: Tabel 3. Karakteristik Pekerjaan Pekerjaan Frekuensi (F) Jumlah Aparatur Sipil Negara 11 22% Pegawai Swasta 18 36% Mahasiswa 10 20% Ibu Rumah Tangga 10 20% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 3 di atas, pekerjaan responden aparatur sipil negara mendapatkan 11 orang dengan sebanyak 22%, pegawai swasta mendapatkan 18 orang dengan sebanyak 36%, mahasiswa mendapatkan 10 orang dengan sebanyak 20%, dan ibu rumah tangga mendapatkan 10 orang dengan sebanyak 20%. Maka hasil yang di dapatkan berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah pegawai swasta sebesar 30%. 4. Karakteristik Informasi Koperasi Karakteristik informasi koperasi dilakukan untuk mengetahui mengenai informasi pemasaran kepada masyarakat yang telah mengisi kuesioner. Adapun data yang telah dihasilkan dari kuesioner, sebagai berikut: Tabel 4. Karakteristik Informasi Koperasi Informasi Koperasi Frekuensi (F) Jumlah Direct Selling 41 82% Media Cetak 7 14% Media Sosial 2 4% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 4 di atas, karakteristik informasi koperasi direct selling mendapatkan 41 orang dengan sebanyak 82%, media cetak mendapatkan 7 orang dengan sebanyak 14%, media sosial mendapatkan 2 orang dengan sebanyak 4%. Maka hasil yang di dapatkan berdasarkan karakteristik informasi koperasi terbanyak adalah direct selling sebesar 82%. 5. Karakteristik Status Karakteristik informasi koperasi dilakukan untuk mengetahui mengenai informasi pemasaran kepada masyarakat yang telah mengisi kuesioner. Adapun data yang telah dihasilkan dari kuesioner, sebagai berikut: Tabel 5. Karakteristik Status Pekerjaan Frekuensi (F) Jumlah Masyarakat 33 66% Anggota Koperasi 11 22% Pekerjaan Frekuensi (F) Jumlah Ibu-Ibu PKK 6 12% Jumlah 50 100% Berdasarkan tabel 5 di atas, karakteristik status masyarakat mendapatkan 33 orang dengan sebanyak 66%, anggota koperasi mendapatkan 11 orang dengan sebanyak 22%, ibu-ibu PKK mendapatkan 6 orang dengan sebanyak 12%. Maka hasil yang di dapatkan berdasarkan karakteristik usia yang melakukan simpan pinjam terbanyak adalah masyarakat sebesar 66%. ## 3.2 Penerapan Metode AHP Dalam metode ini menggunakan bagan Analitycal Hierarchy process (AHP) untuk mengetahui kriteria dan alternatif pilihan dalam melakukan pemasaran pada Koperasi Keluarga Sejahtera untuk dapat menyelesaikan suatu proses kerangka pemikiran secara terstruktur, agar proses penelitian yang dilakukan dapat menyelesaikan suatu keputusan dalam melakukan pemasaran, yaitu sebagai berikut: Gambar 1. Analitycal Hierarchy Process (AHP) Dari gambar 2 di atas, memberikan gambaran mengenai struktur Hierarchy dalam strategi pemasaran yang dilakukan oleh Koperasi Keluarga Sejahtera dalam pemilihan alternatif pemasaran kepada masyarakat, anggota koperasi dan ibu-ibu PKK. ## 3.2.1 Menentukan Prioritas Kriteria Dalam menentukan prioritas kriteria dengan melakukan penghitungan pada pilihan kriteria dengan kriteria yang lainnya ke dalam sebuah matriks. Adapun hasil penilaian, yaitu sebagai berikut: 1. Matriks Perbandingan Berpasangan Matriks perbandingan berpasangan dilakukan dengan cara melakukan sebuah perbandingan dengan kriteria yang satu terhadap kriteria yang lainnya. Nilai yang di dapat antar kriteria tersebut di dapat, sebagai berikut: Tabel 6. Nilai Perbandingan Berpasangan Kriteria Direct Selling Media Cetak Media Sosial Direct Selling 1/1 3/1 4/1 Media Cetak 1/3 1/1 2/1 Media Sosial ยผ ยฝ 1//1 Tabel 7. Hasil Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Direct Selling Media Cetak Media Sosial Direct Selling 1,00 3,00 4,00 Media Cetak 0,33 1,00 2,00 Media Sosial 0,25 0,50 1,00 Jumlah 1.58 4.50 7.00 Pada tabel diatas, dapat dijelaskan matriks perbandingan antar kriteri dengan cara, Nilai 1 pada cell Direct Selling didapatkan dari perbandingan kriteria Direct Selling dengan kriteria Direct Selling yang mempunyai kepentingan sama maka dapat dirumuskan dengan 1/1. Nilai 0,33 pada cell Direct Selling Media Cetak didapatkan dari perbandingan kriteria Direct Selling dengan Media Cetak yang mempunyai sedikit lebih kepentingan Direct Selling dibanding Media Cetak dengan rumus perbandingan 1/3. Nilai 0,25 pada cell Direct Selling Media sosial didapatkan dari perbandingan kriteria Direct seling dengan Media sosial yang mempunyai sedikit cukup lebih kepentingan Direct Selling dibanding Media Sosial dengan rumus perbandingan 1/4. Nilai 1 pada cell Media Cetak didapatkan dari perbandingan kriteria Media Cetak dengan kriteria Media Cetak yang mempunyai kepentingan sama maka dapat dirumuskan dengan 1/1. Nilai 2 pada cell Media Sosial Media Cetak didapatkan dari perbandingan kriteria Media Sosial dengan kriteria Media Cetak yang mempunyai cukup kepentingan kriteria Media Sosial dibanding kriteria Media Cetak dengan rumus 2/1. Nilai 1 pada cell Media Sosial didapatkan dari perbandingan kriteria Media Sosial dengan kriteria Media Sosial yang mempunyai kepentingan sama maka dapat dirumuskan dengan 1/1. 2. Matriks Nilai Kriteria Matriks nilai kriteria diperoleh dengan rumus Nilai cell baru = Nilai cell lama/Jumlah masing-masing cell lama. Berikut hasil perhitungannya dan nilai โˆ‘baris didapatkan dengan cara menjumlahkan tiap baris dan โˆ‘prioritas didapat dari hasil rata-rata tiap baris. Tabel 8. Matriks Nilai Kriteria Kriteria Direct Selling Media Cetak Media Sosial โˆ‘Baris โˆ‘Prioritas Direct Selling 0,63 0,67 0,57 1,87 0,62 Media Cetak 0,21 0,22 0,29 0,72 0,24 Media Sosial 0,16 0,11 0,14 0,41 0,14 Jumlah 1,00 1,00 1,00 3,00 1,00 3. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Matriks ini dilakukan dengan cara mengalikan nilai jumlah baris pada setiap baris. Dalam penjumlahan setiap baris dengan matriks perbandingan berpasangan kriteria dengan penjumlahan keseluruhan pada tiap baris, yaitu sebagai berikut: Tabel 9. Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Direct Selling Media Cetak Media Sosial โˆ‘Baris Direct Selling 1,87 5,61 7,48 14,96 Media Cetak 0,24 0,72 1,44 2,39 Media Sosial 0,10 0,21 0,41 0,72 4. Perhitungan Rasio Konsistensi Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) = 0,1. Jika ternyata CR lebih besar dari 0,1 maka matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel berikut. Tabel 10. Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria โˆ‘Baris โˆ‘Prioritas Hasil Direct Selling 1,87 0,62 2,49 Media Cetak 0,72 0,24 0,96 Media Sosial 0,41 0,14 0,55 Jumlah 4,00 5. Nilai Consistency Ratio Kriteria (CR) Pada nilai CR dilakukan dengan melakukan hasil perbandingan Consistency Index (CI) dengan Indeks Random (IR). Oleh karena CR < 0,1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut dapat diterima. Tabel 11. Nilai Consistency Ratio Kriteria Kriteria Rumus Hasil Jumlah โˆ‘Baris + โˆ‘Prioritas 4,00 Jumlah Kriteria (n) Banyaknya Kriteria 3,00 ฮป Maks Jumlah/n 1,33 Consistency Index (CI) (maks-n) -1,67 RI Nilai Random Indeks 1,24 CR CI/RI -1,34 ## 3.3 Potensi Hasil Nilai prioritas kriteria didapat dari kolom โˆ‘Prioritas pada tabel rasio konsistensi kriteria, begitupun nilai prioritas alternatif didapat dari kolom โˆ‘Prioritas pada tabel rasio konsistensi alternatife. Sedangkan nilai jumlah didapatkan dari hasil perkalian prioritas kriteria dengan prioritas alternatif. Jumlah nilai akhir tersebut yang dapat digunakan sebagai dasar untuk merangking pemilihan dalam pemasaran Koperasi Simpan Pinjam Keluarga Sejahtera. Maka didapatkan bahwa Direct Selling lebih banyak digunakan kepada masyarakat dibanding Media Cetak dan Media Sosial. Tabel 12. Matriks Prioritas Kriteria dan Subkriteria Kriteria Prioritas Kriteria Alternatif Prioritas Alternatif Jumlah Direct Selling 0,62 Masyarakat 0,61 0,379579989 TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 2, No 3, Agustus 2021, Hal 120-128 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin Kriteria Prioritas Kriteria Alternatif Prioritas Alternatif Jumlah Media Cetak 0,24 Anggota 0,26 0,063099778 Media Sosial 0,14 Ibu-ibu PKK 0,13 0,017499203 Berdasarkan hasil akhir pada tabel 12 diatas, maka hasil akhir yang di dapat dalam pemasaran pada Koperasi Keluarga Sejahtera mendapatkan hasil tertinggi dalam pemasaran adalah Direct Selling dengan hasil 0,379579989. ## 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan Sistem Penunjang Keputusan Pemasaran Pada Koperasi Simpan Pinjam dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process , merupakan perusahaan yang menyediakan jasa keuangan untuk membantu masyarakat umum dalam kebutuhan ekonomi dengan cara yang cepat sesuai dengan syarat yang diberikan oleh Koperasi Keluarga Sejahtera. Perkembangan pemasaran yang dilakukan untuk mendapatkan hasil yang signifikan di dalam direct selling/media cetak/media sosial. Hal itu bertujuan untuk mempermudah manajeman dalam mendapatkan hasil dalam pemasaran yang dilakukan oleh Koperasi Keluarga Sejahtera. Penelitian ini untuk dapat mengoptimalkan dengan proses pengambilan keputusan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dengan cara yang lebih terstruktur secara jelas, agar data telah dimasukan ke dalam matriks dapat sebagai sebuah perhitungan dalam melakukan pemasaran Koperasi Keluarga Sejahtera. Dengan adanya pemasaran yang disusun dengan menggunakan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dapat meminimalisir waktu untuk pengambilan keputusan supaya lebih efesien dan efektif dalam melakukan simpan pinjam pada Koperasi Keluarga Sejahtera. Hal ini berkaitan dengan hasil akhir yang di dapat dalam melakukan pemasaran adalah direct selling, proses pemasaran yang dilakukan ini akan membutuhkan tenaga yang lebih ekstra lagi untuk melaksanakan pemasaran dengan terjun langsung ke masyarakat umum untuk mendapatkan banyaknya jumlah masyarakat yang ingin melakukan simpan pinjam pada Koperasi Keluarga Sejahtera. Untuk media cetak dan media sosial akan semakin merubah angka secara signifikan dengan program pemasaran terbaru yang dibuat dengan semenarik mungkin. ## UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. : 1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini. 2. Ibu Daning Nur Sulistyowati, M.Kom. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah memberikan ilmu dan arahan selama melaksanakan penelitian ini. 3. Pimpinan perusahaan Koperasi Keluarga Sejahtera beserta karyawan perusahaan. 4. Orang tua kami yang selalu memberikan dukungan semangat selama melaksanakan peneitian. 5. Triyana Dewi sahabat saya yang sudah membantu dalam penelitian ini. 6. Teman seperjuangan di Universitas Nusa Mandiri yang telah memberikan support dalam proses pembuatan penelitian ini hingga selesai. ## REFERENCES [1] K. Simpan and P. Di, โ€œIMPLEMENTASI STRATEGI PEMASARAN SYARIAH DALAM,โ€ vol. 1, no. 2, 2021. [2] D. W. Firdaus and D. Widyasastrena, โ€œPerancangan Sistem Informasi Koperasi dan UMKM Berbasis Technopreneur, Daya Saing dan Pemasaran,โ€ SNIA (Seminar Nas. Inform. dan Apl. , vol. 3, no. September, pp. 27โ€“32, 2018. [3] Ismawati, 17โ€“21. Ilham, MuhIsmawati, Ilham, M., & Nia, M. (2020). Jurnal Online Program Studi Pendidikan Ekonomi. Jurnal Online Program Studi Pendidikan Ekonomi, 5(1), and M. Nia, โ€œJurnal Online Program Studi Pendidikan Ekonomi,โ€ J. Online Progr. Stud. Pendidik. Ekon. , vol. 5, no. 1, pp. 17โ€“21, 2020. [4] T. B. Budiyono and C. M. Indah, โ€œTatakelola Koperasi Di Salatiga,โ€ Masal. Huk. , vol. 46, no. 3, p. 257, 2018. [5] J. Wahyudi, โ€œKontribusi Koperasi Dalam Upaya Pencapaian Tujuan-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Studi Kasus KUD Bahagia Kabupaten Pati),โ€ 6th Univ. Res. Colloq. , pp. 9โ€“16, 2017. [6] S. Tinggi Ilmu Kesuma Negara Blitar Jl Mastrip kepanjen kidul and J. Timur, โ€œANALISIS FAKTOR FAKTOR PENGHAMBAT DAYA SAING KOPERASI Arum Arupi Kusnindar,โ€ J. Ilm. Ekon. Manaj. , vol. 08, no. 02, pp. 49โ€“59, 2017. [7] S. Rokhman, I. F. Rozi, and R. A. Asmara, โ€œPengembangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Ukt Mahasiswa Dengan Menggunakan Metode Moora Studi Kasus Politeknik Negeri Malang,โ€ J. Inform. Polinema , vol. 3, no. 4, p. 36, 2017. [8] J. H. Gurusinga and B. Sinaga, โ€œSistem Pendukung Keputusan Menentukan Prioritas Tujuan Wisata Daerah pada Kabupaten Karo Menggunakan TOPSIS,โ€ J. Nas. Komputasi dan Teknol. Inf. , vol. 3, no. 2, pp. 144โ€“150, 2020. [9] R. (2018) Fitriana, โ€œStrategi Pemasaran Jasa Dalam Meningkatkan Pemasangan Iklan,โ€ Hilos Tensados , vol. 1, no., pp. 1โ€“ 476, 2019. [10] M. T. Kombih and N. Suhardianto, โ€œPengaruh Aktivitas Pemasaran, Kinerja Keuangan, Dan Aset Tidak Berwujud Terhadap Nilai Perusahaan,โ€ EKUITAS (Jurnal Ekon. dan Keuangan) , vol. 1, no. 3, pp. 281โ€“302, 2018. [11] S. Labaso, โ€œPenerapan Marketing Mix sebagai Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan di MAN 1 Yogyakarta,โ€ Manag. J. Manaj. Pendidik. Islam , vol. 3, no. 2, pp. 289โ€“311, 2019. [12] G. Sugiyarti and A. Mardiyono, โ€œStrategi Pemasaran dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing Produk Busana Muslim pada Usaha Kecil Menengah di Kota Semarang,โ€ J. Ilm. Untag Semarang , vol. 2, pp. 36โ€“44, 2017. [13] T. Dewi, P. Y. Wandani, Y. Anggraeni, and E. S. Budi, โ€œSistem Penunjang Keputusan dengan Metode AHP Dalam Strategi Pemasaran Travel Umroh dan Haji Pada PT Jabal Rahmah,โ€ vol. 2, no. 2, pp. 70โ€“78, 2021. [14] E. Hulasoh, โ€œKomunikasi Pemasaran Terpadu Umroh Esq Tour Travel Pt. Fajrul Ikhsan Wisata,โ€ J. Pemasar. Kompetitif , vol. 1, no. 2, pp. 32โ€“44, 2018. [15] K. Basuki, โ€œStrategi Pemasaran Paket Ibadah Haji Dan Umroh Dalam Merekrut Jamaah Di PT. Sela Express Tour Kota Pekanbaru,โ€ ISSN 2502-3632 ISSN 2356-0304 J. Online Int. Nas. Vol. 7 No.1, Januari โ€“ Juni 2019 Univ. 17 Agustus 1945 Jakarta , vol. 53, no. 9, pp. 1689โ€“1699, 2019. [16] D. Gustina and D. Mutiara, โ€œSISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN ROUTER MIKROTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analitycal Hierarchy Process),โ€ J. Ilm. FIFO , vol. 9, no. 1, p. 68, 2017. [17] T. Limbong et al. , Sistem Pendukung Keputusan: Metode & Implementasi . Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020. [18] D. R. Sari, A. P. Windarto, D. Hartama, and S. Solikhun, โ€œDecision Support System for Thesis Graduation Recommendation Using AHP-TOPSIS Method,โ€ J. Teknol. dan Sist. Komput. , vol. 6, no. 1, pp. 1โ€“6, 2018.
c8fdc430-75c6-49e4-8846-147371ae08f1
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/13554/9010
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 4 Nomor 4 Tahun 2024 Page 4058-4067 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative Hubungan Stres Kerja dengan Turnover Intention pada Karyawan PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan Toti Cahya Berlian 1 โœ‰ , Sisca Efnita 2 Universitas Sahid Surakarta Email: [email protected] 1 โœ‰ ## Abstrak Untuk beroperasi, sumber daya manusia penting bagi setiap bisnis untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Karyawan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan, jadi mereka harus dikelola, dijaga, dan dipertahankan. Jika karyawan tidak dikelola dengan benar dan efektif, akan banyak masalah muncul yang bersumber dari karyawan, dan berdampak mengurangi kinerja Perusahaan. Jumlah stres yang dialami oleh karyawan sebagai akibat dari kurangnya perhatian perusahaan terhadap karyawannya dapat dilihat dari tingkat stress yang mereka alami saat bekerja, yang kemungkinan akan mempengaruhi keinginan karyawan untuk turnover intention. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tahu adakah hubungan antara stres kerja dan turnover intention pada karyawan PT.Ciomas Adisatwa unit Pabelan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik penelitian kuantitatif, di sertai non-probability sampling merupakan metode untuk pengambilan sampel pada penelitian ini, dengan metode anccidental sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala likert, serta analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah uji korelasi pearson (Product Momen) dengan programStatistical Package for Social Science (SPSS) versi 29 metode uji korelasi pearson (Product Momen). Kata Kunci: Stres Kerja, Turnover Intention ## Abstract To operate, human resources are important for every business to help achieve company goals. Employees have an influence on the survival of the company, so they must be managed, looked after and retained. If employees are not managed properly and effectively, many problems will arise that originate from employees, and will have an impact on reducing the Company's performance. The amount of stress experienced by employees as a result of the company's lack of attention to its employees can be seen from the level of stress they experience while working, which is likely to influence employees' turnover intention. This research aims to find out whether there is a relationship between work stress and turnover intention in employees of PT. Ciomas Adisatwa Pabelan unit. In this research, quantitative research techniques are used, accompanied by non-probability sampling, which is the method for taking samples in this research, using the incidental sampling method. The data collection technique used was in the form of a questionnaire using a Likert scale, and the analysis used in this research was the Pearson correlation test (Product Moment) with the Statistical Package for Social Science (SPSS) version 29 program, the Pearson correlation test method (Product Moment). ## Keywords: Job Stress, Turnover Intention ## PENDAHULUAN Untuk beroperasi, sumber daya manusia selalu dibutuhkan setiap bisnis untuk membantu mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya non-manusia yang lengkap dan canggih tidak menjamin bahwa suatu perusahaan akan berhasil. Oleh karena itu, perusahaan harus sangat memperhatikan kesejahteraan karyawan. Karyawan berpengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan, jadi mereka harus dikelola, dijaga, dan dipertahankan. Jika terjadi keteledoran dalam pemberdayaan manajemen sumber daya manusia, akan terjadi peningkatan masalah yang bersumber dari karyawan sehingga berdampak pada turunnya kinerja perusahaan. Akibat dari kurangnya manajemen sumber daya manusia adalah inginnya karyawan untuk berpindah atau turnover intention, yang akhirnya menyebabkan karyawan resign dari perusahaan. Baik pekerja outsourcing maupun pekerja dengan perjanjian waktu tertentu (PWKT), turnover intention sudah biasa terjadi di perusahaan. Kondisi ini dapat menguntungkan atau merugikan perusahaan. Menguntungkan apabila mendapatkan karyawan pengganti yang lebih produktif, tetapi juga dapat merugikan perusahaan jika terlalu banyak turnover. Namun, UU Ketenagakerjaan Pasal 162 Ayat 3 mengatur bahwa karyawan mendapatkan hak untuk mengundurkan diri dari pekerjaan, atau resign dengan syarat yang harus dipenuhi. Keinginan untuk berpindah kerja, juga dikenal sebagai turnover intention adalah kecenderungan seseorang untuk meninggalkan pekerjaannya untuk berbagai alasan, salah satunya seperti keinginan untuk posisi yang lebih baik. Dengan melakukan analisis, Fried et al. (2008) menemukan hubungan yang menarik antara stres kerja dan turnover intention. Jika ada stres di tempat karyawan bekerja, karyawan bisa mengalami kondisi psikologis yang buruk karena karyawan tidak puas dengan apa yang mereka kerjakan dan lebih cenderung mengalami kelelahan, yang pada gilirannya akan menyebabkan mereka berhenti. Karyawan PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan tidak jarang mengalami stres kerja. Peneliti menemukan bahwa dalam jangka waktu 18 bulan, terjadi 75 kali resign karyawan. Peneliti ingin mengetahui apakah penyebab turnover intention tersebut terkait dengan stres kerja yang dialami karyawan. Handoko (2010) berpendapat tentang stress bahwasannya stress adalah keadaan tekanan yang berpengaruh terhadap emosi, pola pikir, dan kesehatan fisik pekerja. Studi kasus di Australia oleh Firth et al. (2004) menemukan bahwa stres tidak hanya menyebabkan rasa tidak puas di tempat kerja, tetapi juga merupakan faktor terbesar yang menyebabkan keinginan untuk meninggalkan perusahaan. Stres kerja adalah keadaan yang sangat tidak menyenangkan yang dialami seseorang saat bekerja. Hal ini disebabkan oleh keadaan ketegangan yang mempengaruhi emosi, cara berpikir, dan keadaan fisik seseorang, sehingga menyebabkan berbagai gejala stres fisik dan mental. Namun, apabila stress dapat dikelola dengan tepat, alhasil dapat meningkatkan semangat bekerja pada diri seseorang, tetapi jika terlalu banyak stres di tempat kerja, itu akan mengganggu kesejahteraan. Karyawan dengan stres kerja tinggi mungkin ingin meninggalkan pekerjaan mereka karena terlalu banyak tanggung jawab. Turnover intention adalah usaha kecenderungan dimana karyawan berkeinginan untuk keluar baik secara suka rela maupun tidak karena kurang menariknya perusahaan ataupun sudah mendapatkan alternatif pekerjaan yang lain. Jika seseorang memiliki kendali atas perilaku mereka, intensi yang mendasari perilaku tersebut dapat menjadi perilaku sebenarnya. Individu dapat memilih untuk melakukan perilaku tertentu atau tidak sama sekali (Ajzen, dalam Rahmasari, 2012). Menurut Gumilang dkk. (2014), kecenderungan turnover intention karyawan meningkat menunjukkan bahwa ada penyebab, seperti kondisi pekerjaan dan psikologis setiap karyawan. Dengan melakukan analisis, Fried et al. (2008) menemukan hubungan yang menarik antara stres kerja dengan turnover intention. Jika ada stres dalam bekerja, karyawan dapat mengalami kondisi psikologis yang buruk sebab merasa tidak puas dengan pekerjaannya dan lebih cenderung mengalami kelelahan, yang pada gilirannya akan menyebabkan mereka berhenti. Menurut fenomena di lapangan, turnover intention adalah ketika seseorang tidak puas dengan pekerjaannya, seperti upah bulanan yang rendah, tidak sejalan dengan visi misi perusahaan, atau ketika pekerja sulit beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan. Salah satu faktor yang mempengaruhi keinginan untuk meninggalkan pekerjaan adalah stres, yang muncul ketika seseorang tidak dapat menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik. Fakta bahwa perusahaan ini tidak memiliki stres kerja adalah bahwa karyawan tidak memiliki pekerjaan yang berat karena mereka telah mahir dalam mengerjakan pekerjaannya setiap hari. Akibatnya, karyawan tidak terbebani dengan apa yang mereka kerjakan saat ini. Karena fakta perusahaan ini, stres kerja kerja dinilai masih dalam tahap normal. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti akhirnya tertarik dengan topik penelitian yang diberi judul โ€œHubungan Stres Kerja Dengan Turnover Intention Pada Karyawan PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelanโ€. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mencaritau hubungan stres kerja dengan turnover intention pada karyawan PT. Ciomas Adisatwa Unit Pabelan. Dan diharapkan dapat membantu perkembangan ilmu psikologi industri dan organisasi, serta dapat menjadi referensi dalam melanjutkan penelitian terkait dengan hubungan stres kerja dengan turnover intention pada karyawan. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan informasi. Bagi perusahaan, diharapkan berguna secara teknis untuk memberi refleksi dan masukan bagi perusahaan guna lebih memperhatikan karyawan dalam segi psikologis dengan melihat tingkat stres kerja yang didapat karyawan agar turnover intention tidak sering terjadi dan berdampak kerugian bagi Perusahaan. Peneliti membuat hipotesis bahwa ada korelasi positif antara stres kerja dan turnover intention pada karyawan PT. Ciomas unit Pabelan. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini, angka digunakan secara luas, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data, hingga visualisasi hasil penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan apakah ada atau tidaknya hubungan antara dua atau lebih variabel yang diteliti, yang merupakan kategori penelitian korelasional. Peneliti melakukan penyelidikan tentang hubungan antara stres kerja dan turnover intention pada karyawan berdasarkan latar belakang dan kerangka berfikir yang telah dijelaskan sebelumnya. Variabel dalam penelitian ini adala stres kerja sebagai variabel bebas, sedangkan variabel tergantung yaitu turnover intention. Penelitian ini melibatkan 500 karyawan PT. Ciomas Adisatwa, termasuk pekerja outsourcing. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel non-probability; penentuan sampel bergantung pada kebetulan, yang berarti siapa pun dapat diambil sebagai sampel jika sesuai dengan sumber data (Sugiyono, 2011). Penelitian ini melibatkan 60 karyawan PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan yang bekerja baik setiap hari maupun setiap bulan. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai metode pengumpulan data. Skala yang digunakan adalah Alat ukur intensi turnover yang digunakan adalah Witdrawal Cognition (Foon, Chee Leong & Osman, 2010). Alat ukur tersebut merupakan pengembangan dari alat ukur intensi turnover yang dikembangkan oleh Mobley, Horner dan Hollingsworth (1978). Alat ukur ini diadopsi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Erika Putri Dwi W (2020) dengan judul โ€œPengaruh Job Embeddedness dan Komitmen Organisasi terhadap Intensi Turnover pada Generasi Milenialโ€. Skala intensi turnover ini terdiri dari tiga dimensi yang setiap dimensinya memiliki satu item, yaitu berpikir untuk keluar dari Perusahaan (thinking of quitting), intensi atau dorongan keinginan untuk mencari pekerjaan lain yang lebih baik (intention to search), intensi untuk keluar dari Perusahaan dan pekerjaan (intention to quit). Alat ukur ini memiliki reliabilitas yang kuat yaitu 0,89. Sedangkan stres kerja diukur berdasarkan teori konsep dari Parker dan DeCotiis (1983). Alat ukur yang digunakan adalah Job Stress Scales (JSS). Alat ini di adopsi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Heriza Salva Hasna (2024) yang berjudul โ€œHubungan antara Stres Kerja dan Beban Kerja pada Staf Konsulat Jenderal Republik Indonesia Malaysia di Kota Xโ€. Skala stress kerja ini terdiri dari dua dimensi, yaitu tekanan waktu dan kecemasan. Skala ini memiliki 13 item dengan korelasi total item yang berkisar antara 0.71 โ€“ 0.82 dan nilai reliabilitas 0.85 (Al-Ghamdi, 2017). Kemudian diketahui juga reliabilitas alat ukur yang dihitung oleh peneliti mendapatkan sebesar 0.862. Metode analisis data adalah mengolah data untuk mengevaluasi hasil penelitian guna memvalidasi kesimpulan penelitian. Metode analisis data pada penelitian ini adalah uji korelasi pearson (Product Momen) dengan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 29 metode uji korelasi pearson (Product Momen) digunakan untuk mengetahui hubungan stres kerja dengan turnover intention pada karyawan PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan. Uji asumsi yang harus dipenuhi adalah uji normalitas, uji linearitas, dan uji hipotesis. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Studi ini dilakukan di PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan. Unit tersebut beralamat di Jl. Patimura Km 6, Kauman Lor, Pabelan, Kabupaten Semarang, Getas, Kauman Lor, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Pengumpulan data dilakukan secara online melalui formulir Google, dengan 60 subjek. Data dikumpulkan selama sekitar dua minggu, yaitu dari tanggal 3 Juni 2024 hingga tanggal 17 Juni 2024. Berdasarkan identitas subjek yang ditemukan, deskripsi subjek dapat diidentifikasi dengan hasil: ## Tabel 1. Deskripsi Subjek Penelitian Data Demografi Kategori Jumlah Subjek % Jenis Kelamin Laki-laki 39 65% Perempuan 21 35% Total 60 100% Bagian Pekerjaan Jumlah Subjek % PGA 11 18,33% Marketing 9 15% Ekspedisi 4 6,67% Teknik 2 3,33% Produksi 21 35% PPIC 3 5% FnA 2 3,33% Gudang 1 1,67% QA 4 6,67% IT 1 1,67% Purchasing 2 3,33% Total 60 100% Lama Bekerja Jumlah Subjek % Kurang dari 1 tahun 11 18,33% Kurang dari 5 tahun 33 55% Kurang dari 10 tahun 10 16,67% Lebih dari 10 tahun 9 10% Total 60 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa 65% (39 subjek) dari karyawan yang mengisi kuesioner sebagian besar laki-laki, dan 35% (21 subjek) adalah karyawan produksi. Selain itu, 55% dari 33 subjek yang mengisi kuesioner memiliki masa kerja kurang dari lima tahun. Metode Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk melakukan uji normalitas untuk mengetahui pendistribusian data variabel penelitian normal. Variabel dianggap normal jika nilai signifikansi p lebih besar dari 0,05. Di bawah ini adalah hasil uji normalitas: ## Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Variabel Kolomogorov-Smirnov Sig. Keterangan Stres Kerja 0.137 0.200 Normal Turnover Intention Berdasarkan hasil uji normalitas, skor variable turnover intention dan stres kerja tersebar, dengan nilai signifikansi uji Kolomogorov-Smirnov 0.137 dan signifikansi 0,200 lebih besar dari 0,05. Ini menunjukkan bahwa kedua variabel tersebut mengikuti distribusi normal. Uji linearitas digunakan guna mengetahui pendistribusian data penelitian. Hubungan linear menunjukkan peningkatan atau penurunan jumlah variabel tergantung sesuai dengan perubahan pada variabel bebas. Sebaliknya, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka pendistribusian data tidak normal. Di bawah ini adalah hasil uji linearitas: Tabel 3. Hasil Uji Linearitas Variabel Deviation From Linearity Sig. Keterangan Stres Kerja 1.382 0.192 Linier ## Turnover Intention Menurut hasil uji normalitas terdapat nilai F sebesar 1,382 dan nilai signifikansi sebesar 0,192 untuk korelasi antara variabel stres kerja dan keinginan untuk berpindah. H0 diterima, yang menunjukkan bahwa ada korelasi linear antara variabel stres kerja dan turnover intention. Setelah variabel turnover intention dan stres kerja telah di uji normalitas dan linearitas, uji hipotesis akan dilakukan. Tujuan dilakukan hipotesis adalah untuk menentukan ada atau tidaknya hubungan stres kerja dengan turnover intention pada karyawan. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menjadi dasar untuk pengambilan keputusan apakah hipotesis diterima atau tidak. Hipotesis asosiatif, atau uji hubungan, dan variabel pada skala interval atau persentase diuji melalui metode korelasi product moment pearson. Tabel berikut menunjukkan hasil analisis korelasi: Tabel 4.Hasil Uji Hipotesis Variabel Pearson Correlation Sig. Keterangan Stres Kerja 0.001 0.745 H0 diterima Turnover Intention Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ada korelasi besar antara variabel stres kerja dan turnover intention, dengan korelasi pearson sebesar 0,001 dan nilai signifikansi 0,745. Dengan demikian, terdapat kesimpulan bahwa kedua variabel tersebut memiliki hubungan positif satu sama lain. Penelitian ini mendapatkan hasil korelasi positif antara stres kerja dan turnover intention karyawan PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan. Tingkat signifikansi (p) adalah 0,745, dengan koefisien korelasi 0,001. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah diajukan, yaitu: terdapat hubungan positif antara stres kerja dengan turnover intention pada karyawan di PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan. Diterimanya hipotesis ini menunjukkan bahwa stres kerja menjadi salah satu faktor yang memiliki hubungan dengan turnover intention pada karyawan. Semakin tinggi stres kerja yang dialami karyawan, semakin tinggi keinginan karyawan untuk berhenti bekerja. Temuan ini juga menunjukkan bahwa peningkatan stres kerja pada karyawan secara proporsional akan diikuti dengan peningkatan turnover intention. Menurut Fried et al. (2008), analisis yang dilakukan menunjukkan hubungan yang menarik antara stres kerja dan kecenderungan karyawan untuk meninggalkan pekerjaan. Karyawan akan mengalami kondisi psikologis yang buruk karena mereka merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka dan lebih cenderung mengalami kelelahan, yang dapat menyebabkan karyawan berhenti. Firth et al. (2004) melakukan penelitian sebelumnya di Australia yang menemukan bahwa stres kerja merupakan faktor besar yang mempengaruhi karyawan meninggalkan Perusahaan. Penelitian sebelumnya oleh Lorenza Lua, "Hubungan antara Stres Kerja dengan Turnover Intention Karyawan di PT. X", juga menemukan bahwa ada hubungan positif antara stres kerja dan keinginan untuk mengundurkan diri karyawan di PT. X. Dengan kata lain, semakin banyak stres kerja yang dialami karyawan semakin besar keinginan mereka untuk mengundurkan diri. Studi Mithcom Cholik Umar yang berjudul "Pengaruh Stres Kerja terhadap Intention Turnover pada Karyawan Produksi di PT. SS Tangerang" mendukung penelitian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara stres kerja dan keinginan turnover pada karyawan produksi PT. SS Tangerang. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara stres kerja dengan turnover intention pada karyawan PT. Ciomas Adisatwa unit Pabelan dengan nilai signifikansi 0,745. Berdasarkan hasil yang telah diuraikan dan ada pada pembahasan, diperoleh hasil bahwa stres kerja dan turnover intetion mempunyai hubungan yang positif. Dengan latar belakang tersebut, masih banyak kelemahan dalam penelitian ini yaitu: situasi dan kondisi yang tidak sesuai untuk pengumpulan data karena kurang kondusif. Pendistribusian kuisioner menggunakan Google Forms dilakukan melalui pendistribusian link pada WhatsApp, dan dilakukan pada jam kerja. Sehingga menyebabkan banyak karyawan yang tidak mengisi karena tidak memiliki waktu. Peneliti tidak menyediakan hadiah untuk responden. Beberapa subjek merasa takut untuk mengisi kuesioner karena takut berhubungan dengan Personalia dan kontrak kerja perusahaan. ## DAFTAR PUSTAKA Aโ€™an Diames Muttakin. Hubungan Kepuasan Kerja dengan Intensi Turnover pada Divisi Jasa Kontraktor dan Operasional CV. Buana Pilar Mandiri Medan. Skripsi: Program Studi Psikologi. Universitas Medan Area Medan. 2021. Abdilah, F. 2012. Hubungan Kohesivitas Kelompok dengan Intensi Turnover pada Karyawan. Journal of Social an Industrial Psychology, Vol 1 No 2. ISSN: 2252-6838. Bachroni, M. Asnawi, S. 1999. Stres Kerja. Buletin Psikologi, Vol 7 No 2, ISSN: 0854-7108. Dewi, A., P. Agustina, M., D., P. Pengaruh Kepuasan Kerja dan Stres Kerja terhadap Turnover Intention Karyawan. Widya Amrita: Jurnal Manajemen, Kewirausahaan, dan Pariwisata, Vol 1 No 3. e-ISSN: 2774-7085. Dewi, P., S., A. Sriathi, A., A., A. 2019. Pengaruh Stres Kerja terhadap Turnover Intention yang Dimediasi oleh Kepuasan Kerja. E-Jurnal Manajemen, Vol 8 No 6, ISSN: 2302- 8912. Erika Putri Dwi. Pengaruh Job Embeddedness dan Komitmen Organisasi terhadap Intensi Turnover pada Generasi Milenial. Skripsi : Fakultas Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020. Heriza Salva Hasna. Hubungan antara Stres Kerja dan Beban Kerja pada Staf Konsulat Jenderal Republik Indonesia Malaysia di Kota X. Skripsi : Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah Malang. 2024. Kristuhadi Catur Pamungkas. Pengaruh Stres Kerja terhadap Turnover Intention Dimediasi Job Embededness dan Komitmen Organisasional pada CV Filo Company, Klaten. Skripsi : Program Studi Manajemen . Universitas Pembangunan Nasional โ€œVeteranโ€ Yogyakarta. 2022. Lua, L., Kristianingsih, S., A. 2022. Hubungan antara Stres Kerja dengan Turnover Intention di PT. X. Motiva Jurnal Psikologi, Vol 5 No 2. Naffisya, M., Gumilang, K. 2016. Pengaruh Kepuasan Kerja terhadap Intensi Turnover. Tazkiya Journal of Psychology, Vol 4 No 1. Pranata, G., P. Netra, I., G., S., K. 2019. Pengaruh Stres Kerja terhadap Turnover Intention melalui Mediasi Komitmen Organisasional pada Restoran Queenโ€™s Tandoor Seminyak. E-Jurnal Manajemen, Vol 8 No 6. ISSN: 2302-3559. Rosminawati. Hayati, S. Nurhikmah. 2023. Pengaruh Stres Kerja terhadap Intensi Turnover pada PT.X cabang Makassar. Jurnal Psikologi Karakter, Vol 3 No 2. Siti Sarah. Pengaruh Stres Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Psychological Well-Being Pada Polisi Wanita. Skripsi: Program Studi Psikologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2018. Tett, R., P. Meyer, J., P. 1993. Job Satisfaction, Organizational Commitment, Turnover Intention, and Turnover: Path Analyses Based on Meta-analytic Findings. Personel Psychology. 1993, 46. Tyas Dwi Lestari. Hubungan Stres Kerja dan Intensi Turnover pada Karyawan di PT.X. Skripsi : Program Studi Psikologi. Universitas Brawijaya Malang. 2018 Umar, M., C. Mariyanti, S. M, Safitri. 2020. Pengaruh Stres Kerja terhadap Intention Turnover pada Karyawan Produksi di PT.SS Tangerang. Jurnal JCA Psikologi, Vol 1 No 1. Winda Retno Sari. Hubungan antara Stress Kerja dengan Turnover Intention pada Karyawan di Perusahaan Pembiayaan FIF Group (Federal International Finance) Unit II Tulang Bawang. Skripsi : Program Studi Psikologi Islam. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. 2018. Yenny Duriana Wijaya. Stress Dari Berbagai Sudut Pandang . Modul Manajemen Stres (PSI 340). Universitas Esa Unggul.2018.
0f65438e-f585-435a-99b1-9f4e9abe5cd1
https://jurnal.fkm.untad.ac.id/index.php/preventif/article/download/249/207
ISSN (P) 2088-3536 ISSN (E) 2528-3375 ## PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, UNIVERSITAS TADULAKO http://jurnal.fkm.untad.ac.id/index.php/preventif Hubungan Antara IMT dan Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Petani Padi di Desa Doho, Kabupaten Madiun, Jawa Timur Haura Salsabila Afro* 1 , Indriati Paskarini 1 1 Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga,Surabaya,Indonesia Author's Email Correspondence (*): [email protected] (089510862759) ## ABSTRAK Musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan masalah kesehatan kerja yang terjadi pada petani. Penyebab MSDs diklasifikasikan menjadi faktor individu (usia, durasi kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga dan indeks massa tubuh) dan faktor pekerjaan (postur kerja dan beban kerja). Mayoritas penduduk di Desa Doho bekerja sebagai petani padi dan mengalami keluhan MSDs. MSDs menyebabkan cidera dan menurunkan produktivitas pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kuat hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada petani padi di Desa Doho. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional . Sampel penelitian dipilih menggunakan teknik total populasi sebanyak 33 responden. Variabel penelitian yaitu IMT dan kebiasaan merokok yang didapatkan melalui kuesioner dan wawancara. Sementara keluhan MSDs diukur dengan Nordic Body Map . Data dianalisis menggunakan uji Spearman dan Cramer. Hasil penelitian diperoleh 63.63% perokok, 36.36% bukan perokok, 12.12% kurus ringan, 6% kurus berat, 57.57% normal, 15.15% gemuk ringan dan 9% gemuk berat. Seluruh responden mengalami keluhan MSDs, 60.6% dengan risiko sedang, 7 orang memiliki risiko tinggi (21.2%) dan 6 orang lainnya termasuk dalam risiko sangat tinggi (18.2%). Hasil uji Spearman menunjukkan terdapat hubungan dengan kategori sedang antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs (koefisien korelasi = 0.345) dan hasil uji Cramer menunjukkan bahwa hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs berada dalam kategori sangat lemah (koefisien korelasi = 0.414). Petani padi disarankan untuk melakukan peregangan setiap 30 menit sekali saat bekerja dan mengurangi atau berhenti merokok untuk meminimalisir keluhan MSDs. Apabila keluhan semakin parah sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. Kata Kunci : Kebiasaan merokok, Keluhan MSDs, IMT ## ABSTRACT Musculoskeletal disorders (MSDs) are a significant occupational health problem in farmers. The causes of MSDs are classified into individual factors (age, work duration, smoking habit, exercise habit, and body mass index) and occupational factors (work posture and work load). Most of residents in Doho Village are rice farmers and experiencing MSDs complaints. MSDs cause injuries and reduce worker productivity. This research determine the correlation between (Body Mass Index) BMI and smoking habit with MSDs complaints of rice farmers in Doho Village. This is a descriptive analytic with a cross sectional study design. The sample of this research consist of 33 respondents chosen by using total population technique. BMI and smoking habit variable obtained through questionnaire and interviews. While MSDs complaints were measured by Nordic Body Map. Data was analyzed by Spearman and Cramer test. The result showed 36.36% smokers, 63.63% non smokers, 12.12% light skinny, 6% heavy skinny, 57.57% normal, 15.15% light grease and 9% heavy fat. All respondents have MSDs complaints, 60.6% respondents or 20 people with moderate risk, 7 people were included in high risk (21.2%) and 6 others in very high risk (18.2%). It is known from Spearmanโ€™s test results that there is a moderate correlation between smoking habit with MSDs complaints (coefficient correlation = 0.345) and the Cramerโ€™s test result showed that correlation between BMI with MSDs complaints were include in very weak category (coefficient corelation = 0.414). Suggestions for rice farmers are to stretch every 30 minutes while working and reduce or stop smoking to minimize MSDs complaints. If the complaints are getting worse, they should immerdiately go to a health service facility. Keywords : BMI, MSDs complaints, Smoking habit ## PENDAHULUAN Manusia berperan penting sebagai sumber tenaga untuk melakukan segala jenis pekerjaan di dalam industri. Walaupun pada era revolusi industri 4.0 telah banyak teknologi yang dapat membantu pekerjaan manusia, namun tenaga kerja manusia masih banyak digunakan. Massa otot dalam tubuh manusia memungkinkan mereka untuk melakukan pekerjaan yang melibatkan aktifitas fisik. Akan tetapi, jika otot manusia menerima beban secara terus menerus dengan postur yang salah dan dalam jangka waktu yang lama maka dapat terjadi keluhan pada otot skeletal. Menurut Sumaโ€™mur (1989), pekerjaan yang Published by: Tadulako University Address : Jl.Soekarno Hatta KM 9. Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Phone: +628114120202 Email: [email protected] Article history : Received : 05 05 2021 Received in revised form : 18 05 2021 Accepted : 28 05 2021 Available online 31 03 2022 licensed by Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License . melibatkan aktifitas dan kemampuan fisik berpotensi menimbulkan kerusakan pada otot skeletal (1). Tarwaka (2015) mendefinisikan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) sebagai keluhan yang terjadi pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari adanya keluhan yang sangat ringan sampai keluhan sangat sakit. Apabila keluhan MSDs tidak segera diatasi atau ditangani maka dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja yang menyebabkan kelelahan dan akan menurunkan produktivitas (2). Menurut data dari Labour Force Survey tahun 2019 di Inggris, jumlah total kasus musculoskeletal disorders terkait pekerjaan adalah 480.000, dengan tingkat prevalensi 1.420 per 100.000 pekerja dan 8,9 juta hari kerja hilang. Pada kasus tersebut musculoskeletal disorders sebanyak 44% terjadi pada anggota tubuh bagian atas, 37% pada punggung, dan 19% terjadi pada anggota tubuh bagian bawah. Labour Force Survey melaporkan bahwa salah satu sektor dengan jumlah kasus MSDs terbanyak pada tahun 2017 hingga 2020 adalah pertanian. Di Indonesia, prevalensi penyakit terkait sistem muskuloskeletal berdasarkan pekerjaan, petani, nelayan dan buruh menempati posisi tertinggi sebesar 9,9%. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Utami et al, (2017) yang menunjukkan bahwa terdapat keluhan musculoskeletal disorders pada petani padi di Desa Ahuhu sebesar 67.7% (3). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan musculoskeletal disorders (MSDs) diantaranya adalah peregangan otot yang berlebihan, aktivitas berulang, sikap kerja tidak alamiah. Faktor lain seperti tekanan, getaran, mikroklimat merupakan penyebab sekunder yang apabila terjadi secara bersamaan akan membuat risikonya semakin tinggi. Selain faktor tersebut, karakteristik individu juga mempengaruhi risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal yang meliputi umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kesegaran jasmani, kesegaran jasmani, kekuatan fisik, dan Indeks Massa Tubuh (4). Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki lahan sawah terluas di Indonesia yaitu 1.174.586 hektar (5). Salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur adalah Kabupaten Madiun dengan jumlah petani sebanyak 138,8 ribu orang. Desa Doho merupakan desa agraris yang terletak di Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun dengan komoditas pertanian yang paling dominan yakni padi, tebu dan tembakau. Berdasarkan hasil survey pendahuluan diketahui bahwa seluruh petani padi di Desa Doho mengalami keluhan nyeri pada punggung, lutut, leher, bahu dan pegal-pegal pada lengan. Keluhan tersebut bahkan tidak hilang pada beberapa petani meskipun telah beristirahat. Apabila hal ini tidak segera diatas maka dapat menimbulkan cidera dan mempengaruhi produktivitas petani. Dari hasil pengamatan pada survey pendahuluan, beberapa petani padi di Desa Doho merupakan perokok. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Annuals of Rheumatic Diseases (Croasmun, 2003 dalam Fuady, 2013) terhadap 13.000 perokok dan non perokok dengan rentang umur antara 16 s.d 64 tahun, dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50% lebih besar untuk merasakan MSDs. Hal ini dikarenakan efek rokok akan menciptakan respon rasa sakit atau sebagai permulaan rasa sakit, mengganggu penyerapan kalsium pada tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena osteoporosis, menghambat penyembuhan luka patah tulang serta menghambat degenerasi tulang (6). Adanya keluhan MSDs erat hubungannya dengan lama serta kebiasaan merokok. Semakin lama dan tinggi frekuensi seseorang dalam merokok maka akan semakin tinggi keluhan MSDs yang dirasakan (4). Oleh karena itu, petani padi yang merokok dapat berisiko mengalami keluhan MSDs. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hanif (2020) yang menunjukkan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja angkat angkut (7). Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Oktaviannoor et al, (2015) dimana terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan musculoskeletal disorders dengan p-value sebesar 0,017. Responden penelitian tersebut merupakan petani kelapa sawit yang berjumlah 40 orang (8). Berdasarkan survey pendahuluan pada petani padi di Desa Doho, diketahui terdapat beberapa petani padi yang memiliki berat badan berlebih. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH), berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), dan obesitas telah diidentifikasi sebagai faktor risiko potensial pada keluhan MSDs (9). Orang yang mengalami obesitas dengan massa tubuh >29 kg memiliki risiko 2,5 lebih tinggi dibanding dengan orang yang kurus (massa tubuh <20 kg), khususnya untuk otot kaki (4). Selain itu, orang yang memiliki berat badan berlebih akan berusaha menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Apabila hal tersebut berlangsung terus-menerus maka akan timbul penekanan pada bantalan saraf tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus (10). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sombatsawat (2019) pada petani padi di Thailand menunjukkan adanya hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs(11). Oleh karena itu, kondisi petani padi yang merokok dan memiliki berat badan berlebih dapat menimbulkan terjadinya keluhan MSDs. Oleh karena itu, kondisi petani padi yang memiliki berat badan berlebih dapat menyebabkan keluhan MSDs. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui dan mempelajari kuat hubungan antara IMT (Indeks Massa Tubuh) dan kebiasaan merokok dengan keluhan musculoskeletal disorders pada petani padi di Desa Doho Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. ## METODE Desain penelitian ini merupakan analitik observasional dimana subyek diamati tanpa diberikan intervensi apapun. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional dikarenakan pengukuran dan pengamatan antara variabel independen dan dependen dilakukan pada suatu periode waktu tertentu. Responden dari penelitian ini merupakan petani padi di Desa Doho, Dolopo, Kabupaten Madiun. Penelitian dilakukan pada bulan Januari โ€“ Februari 2021. Populasi pada penelitian ini merupakan petani padi yang tergabung dalam kelompok tani โ€œSido Makmurโ€ di Desa Doho, Dolopo, Madiun sebanyak 33 orang petani. Jumlah sampel sebanyak 33 orang petani padi yang ditentukan menggunakan teknik total sampling . Variabel dependen pada penelitian ini adalah keluhan MSDs dari petani padi yang diukur menggunakan kuisioner Nordic Body Map (NBM). Sementara variabel independennya yaitu IMT (Indeks Massa Tubuh) dan kebiasaan merokok. Data yang digunakan merupakan data primer yang dikumpulkan melalui metode observasi dan wawancara. Data kemudian diolah menggunakan software SPSS serta dilakukan analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi variabel dependen dan independen. Sedangkan analisis bivariat untuk mengetahui kuat hubungan antara variabel dependen dan independen menggunakan uji korelasi Spearman dan Cramer. Data yang telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan narasi. Penelitian ini telah mendapatkan sertifikat etik di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga, Surabaya (No: 017/HRECC.FODM/I/2021). ## HASIL ## Analisis Univariat Berdasarkan distribusi rata-rata usia, berat badan dan tinggi badan responden diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 1 ## Distribusi Rata-rata Usia, Berat Badan, dan Tinggi Badan Responden Karakteristik Responden n Mean Std. Deviasi Usia 33 52.06 13.256 Berat Badan 33 55.58 12.423 Tinggi Badan 33 159 8.166 Sumber : Data Primer, 2021 Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa usia rata-rata dari 33 responden yaitu 52.06 tahun, berat badan rata-rata responden adalah 55.58 kg dan rata-rata tinggi badan responden adalah 159 cm. Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin, Usia, Kebiasaan merokok, IMT dan Keluhan MSDs Pada Petani Padi di Desa Doho Variabel Kategori Frekuensi Persen (%) Jenis Kelamin Laki-laki 26 78.8% Perempuan 7 21.2% Usia Tua (โ‰ฅ40 tahun) 26 78.8% Muda (<40 tahun) 7 21.2% IMT Kurus Berat (<17) 3 9.1% Kurus Ringan 4 12.1% Normal 28 54.5% Gemuk Ringan 5 15.2% Gemuk Berat 3 9.1% Kebiasaan Merokok Merokok 14 42.4% Tidak Merokok 19 57.6% Keluhan MSDs Sedang 26 78.8% Tinggi 7 21.2% Sumber : Data Primer, 2021 Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin laki- laki sebanyak 26 orang (78.78%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 orang (21.21%). Usia dikategorikan menjadi 2 kelompok dan diperoleh data dari 33 responden, 26 orang (78.78%) berusia โ‰ฅ40 tahun dan 7 orang (21.21%) sisanya berusia <40 tahun. Sehingga dapat diketahui, petani yang berusia โ‰ฅ40 tahun lebih banyak daripada petani pada kelompok usia <40 tahun. Tabel 2 menunjukkan IMT dikategorikan menjadi 5 kelompok dan didapatkan data responden dengan IMT <17 sebanyak 3 orang (9.09%), IMT 17-18.4 sebanyak 4 orang (12.12%), IMT 18.5-25 sebanyak 18 orang (54.54%), IMT 25.1-27 sebanyak 5 orang (15.15%) dan IMT >27 sebanyak 3 orang (9.09%). Sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki IMT 18.5-25 atau normal. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa kebiasaan merokok dikategorikan menjadi 2 dan didapatkan hasil sebanyak 14 orang (42.42%) merupakan perokok dan 19 orang (57.57%) tidak merokok. Sehingga dapat diketahui jumlah responden yang tidak merokok lebih banyak daripada responden yang merokok. Diketahui dari Tabel 2, klasifikasi keluhan MSDs terbagi menjadi sedang dan tinggi. Diperoleh hasil bahwa petani yang mengalami keluhan dengan risiko sedang lebih banyak dibandingkan dengan petani yang memiliki risiko tinggi. Jumlah petani padi yang termasuk dalam kategori risiko sedang adalah 26 orang (78.78%) dan sebanyak 7 orang termasuk dalam kategori risiko tinggi (21.21%). ## Analisis Bivariat Tabel 3 Hubungan IMT dan Kebiasaan Merokok dengan Keluhan MSDs Pada Petani Padi di Desa Doho Variabel Keluhan MSDs Total Koefisien Korelasi P-value Sedang Tinggi f % f % f % IMT Kurus Ringan 2 6% 2 6% 4 12% 0.055 0.759 Kurus Berat 1 3% 1 3% 2 6% Normal 5 15.2% 14 42.2% 19 58% Gemuk Ringan 3 9% 2 6% 5 15% Gemuk Berat 3 9% 0 0% 3 9% Kebiasaan Merokok Merokok 8 24.2 6 18.2 14 42.4 0.414 0.009 Tidak Merokok 18 54.5 1 3.03 19 57.6 ## Sumber : Data Primer, 2021 Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat 2 responden dengan IMT kurus ringan mengalami keluhan MSDs pada kategori sedang dan 2 responden memiliki keluhan MSDs dengan kategori tinggi. Responden yang memiliki IMT kurus berat mengalami keluhan MSDs kategori sedang dan tinggi, masing-masing terdapat 1 responden. Terdapat 5 responden dengan IMT normal yang mengalami keluhan MSDs pada kategori sedang dan sebanyak 14 responden dengan IMT normal mengalami keluhan MSDs dengan kategori tinggi. Pada kategori IMT gemuk ringan, terdapat 3 responden mengalami keluhan MSDs dengan kategori sedang dan 2 responden termasuk dalam kategori tinggi. Sebanyak 3 responden mengalami keluhan MSDs dengan kategori sedang dan tidak ada responden yang memiliki IMT gemuk berat yang mengalami keluhan MSDs dengan kategori tinggi. Pada Tabel 3 diketahui hasil analisis statistik menggunakan uji Cramer bahwa antara IMT dengan keluhan MSDs pada petani padi di Desa Doho diperoleh nilai p-value yaitu 0.759. Artinya tidak terdapat hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan adalah 0.055. Hal ini membuktikan bahwa kuat hubungan antara variabel IMT dengan keluhan MSDs termasuk dalam kategori sangat lemah. Dari Tabel 3 diketahui responden yang merokok dan berada pada kategori keluhan MSDs sedang sebanyak 8 orang dan responden yang tidak merokok dan berada pada kategori MSDs sedang sebanyak 18 orang. Sedangkan sebanyak 6 responden merupakan perokok dengan kategori keluhan MSDs tinggi dan terdapat 1 responden yang tidak merokok yang berada pada kategori keluhan MSDs tinggi. Sementara hasil analisis statistik diketahui nilai p-value dari hasil uji statistika kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs menggunakan uji korelasi Spearman adalah 0.009 yang berarti terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs. Nilai koefisien korelasi antara variabel kebiasaan merokok dan keluhan MSDs yaitu 0.414. Hal ini berarti kuat hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs berada pada kategori sedang. ## PEMBAHASAN Keluhan musculoskeletal disorders didefinisikan oleh Tarwaka (2015) sebagai keluhan atau kerusakan pada bagian otot skeletal mulai dari keluhan sangat ringan hingga sangat sakit. Pada umumnya keluhan MSDs berupa nyeri, cidera atau kelainan pada otot rangka yang ada pada jaringan saraf, tendon, ligamen, otot atau sendi, mati rasa, kesemutan, kaku sensi, kehilangan keseimbangan otot, kesulitan bergerak hingga kesemutan (12). Akibat keluhan MSDs apabila tidak segera diatasi dapat menyebabkan ketidakmampuan pekerja untuk melakukan gerakan dan koordinasi gerakan anggota tubuh yang berdampak pada berkurangnya efisiensi kerja dan produktifitas kerja (13). Salah satu faktor yang mempengaruhi keluhan MSDs adalah karakteristik individu yang meliputi usia, jenis kelamin, masa kerja, kekuatan fisik, kesegaran jasmani, kebiasaan merokok dan IMT (Indeks Massa Tubuh). Tingkat keparahan keluhan MSDs pada pekerja dapat diukur melalui metode Nordic Body Map (NBM). Dengan kuesioner NBM dapat diketahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan skala rendah hingga tinggi. Penilaian menggunakan kuesioner NBM dilakukan dengan memberi skor pada setiap bagian tubuh meliputi skor 0 (tidak sakit), skor 1 (agak sakit), skor 2 (sakit) dan skor 3 (sangat sakit). Tingkat keluhan MSDs dikategorikan berdasarkan total skor yakni 0-20 (rendah), 21-41 (sedang), 42-62 (tinggi) dan 63-84 (sangat tinggi). Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh tingkat keluhan mayoritas responden yaitu pada kategori sedang sebanyak 26 responden (78.78%). Sementara kategori risiko tinggi sebesar 21.21% dari total responden atau sebanyak 7 responden. Hasil kuesioner NBM juga menunjukkan bahwa petani padi di Desa Doho mengalami keluhan MSDs paling banyak pada bagian leher, pantat, siku, tangan, kaki dan lengan. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada petani padi di Desa Doho diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki IMT normal. Sebagian besar responden yang memiliki IMT normal mengalami keluhan MSDs dengan kategori tinggi. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi diperoleh 0.055 sehingga disimpulkan kuat hubungan antara IMT dan keluhan MSDs berada pada kategori sangat lemah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Oktaviannoor et al, (2015) pada petani kelapa sawit, dimana nilai dari koefisien korelasi antara IMT dengan keluhan MSDs termasuk pada kategori sangat lemah yakni 0.332(8). Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian yang dilakukan pada pekerja informal yang menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara IMT dengan keluhan MSDs yaitu -0.162 yang berarti kuat hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs adalah sangat lemah (14). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Tarwaka (2015) yang menyatakan bahwa berat badan, tinggi badan dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot (4). Keluhan MSDs terkait dengan IMT disebabkan karena kondisi keseimbangan struktur rangka dalam menerima beban. Setiap orang yang memiliki keadaan gizi yang baik maka kapasitas kerja dan ketahanan tubuh akan baik pula, begitu juga sebaliknya (14). Adanya peningkatan IMT akan mempengaruhi keparahan fungsi muskuloskeletal dan kualitas hidup seseorang. Umumnya seseorang yang memiliki IMT berlebih dianggap mampu melakukan pekerjaan yang lebih berat. Apabila hal tersebut dilakukan sesekali dengan posisi yang benar maka tidak akan terjadi peregangan otot (15). Penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Icsal et al (2016) pada penjahit wilayah Pasar Panjang Kota Kendari dimana didapatkan hasil bahwa IMT memiliki korelasi yang cukup kuat dengan keluhan MSDs berdasarkan nilai koefisien korelasi yang diperoleh yaitu 0.393. Hal tersebut dipengaruhi oleh berat beban yang harus ditopang tubuh secara terus menerus mengakibatkan tubuh merasakan nyeri. Disamping itu, apabila berat badan semakin bertambah maka tulang belakang akan menerima beban berlebih yang menimbulkan stres mekanis pada tubuh sehingga mengakibatkan munculnya reaksi pada jaringan otot untuk menopang berat beban. Kemudian berdampak pada perubahan bentuk sel, membran sel, konsentrasi ion dan munculnya integrin di jaringan (16). Tidak adanya hubungan antara IMT dengan keluhan MSDs pada penelitian ini dapat diakibatkan karena mayoritas responden memiliki IMT normal dan memiliki waktu istirahat yang cukup sehingga berat beban yang ditopang tubuh tidak melebihi kemampuan otot dalam menerima beban. Walaupun IMT merupakan faktor penyebab keluhan MSDs, namun IMT juga perlu didukung oleh faktor yang lain yakni usia, jenis kelamin, masa kerja, kekuatan fisik, kesegaran jasmani, dan faktor pekerjaan. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Hasil penelitian pada petani padi di Desa Doho menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak merokok dan mengalami keluhan MSDs dengan kategori sedang. Berdasarkan uji statistik diketahui bahwa nilai koefisien korelasi antara variabel kebiasaan merokok dan keluhan MSDs yaitu 0.414. Artinya, kuat hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs berada pada kategori sedang. Hasil uji statistik tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Septrianto (2017), diketahui nilai koefisien korelasi antara variabel kebiasaan merokok dan keluhan MSDs adalah 0.48. Sehingga kuat hubungan antara kedua variabel tersebut termasuk kategori sedang (17). Begitu pula hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan pada pekerja angkat angkut UD Maju Makmur Kota Surabaya yang menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs yaitu 0.542. Hal ini berarti hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs termasuk kategori sedang (7). Bernard dalam NIOSH (1997) menyebutkan bahwa orang yang merokok lebih berisiko menderita sakit punggung daripada yang bukan perokok (9). Hal itu dikarenakan batuk akibat terlalu banyak merokok dapat menambah tekanan pada perut sehingga mengakibatkan adanya ketegangan pada tulang belakang atau punggung. Hasil penelitian ini didukung dengan teori Tarwaka (2015) yang menyatakan semakin lama dan sering seseorang merokok maka akan meningkatkan keluhan MSDs yang dirasakan (4). Hal tersebut terjadi karena merokok dapat menurunkan kapasitas paru-paru sehingga berdampak pada menurunnya konsumsi oksigen. Apabila seorang perokok melakukan pekerjaan yang membutuhkan tenaga lebih, maka orang tersebut akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darahnya rendah, pembakaran karbohidrat menjadi terhambat dan terjadi tumpukan asam laktat. Penumpukan asam laktat akan menimbulkan rasa nyeri pada otot. Keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan kebiasaan merokok dimana semakin lama dan sering seseorang merokok maka keluhan MSDs juga akan meningkat. Dimana risiko MSDs akan meningkat sebesar 20% setiap konsumsi rokok sebanyak 10 batang per hari (18). Penelitian yang dilakukan oleh Mutiah et al., (2013) juga mendapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan antara variabel kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs pada bagian tubuh yakni punggung, siku, lutut pada orang yang merokok yang tidak (18). Hal tersebut diakibatkan oleh salah satu kandungan dalam rokok yaitu nikotin. Nikotin merupakan stimulan yang kuat untuk menimbulkan rasa sakit pada respon tubuh dan sebagai penyebab asap rokok merusak kekebalan otot serta jaringan tulang sehingga dapat mengurangi suplai darah ke jaringan, meningkatkan pembekuan darah dan mengurangi aliran nutrisi ke otot dan sendi (8). Berdasarkan penelitian Rahayu (2012) pada pekerja angkat- angkut industri pemecahan batu di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten diketahui pekerja yang merokok berisiko 2,84 kali mengalami keluhan MSDs dibandingkan dengan pekerja yang tidak merokok (19). Namun, hasil penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nuryaningtyas & Martiana (2014) yang menyatkan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara kebiassan merokok dengan keluhan MSDs (p = 1.000)(20). Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian terhadap pekerja pengangkut beras di PT Buyung Poetra Pangan Pegayut Ogan Ilir dimana tidak ditemukan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs dengan nilai p-value yaiitu 0.747 (21). Keluhan MSDs yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok dapat dikurangi atau dicegah dengan cara mengurangi jumlah konsumsi rokok atau atau berhenti merokok dan meningkatkan kebugaran jasmani. ## KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada petani padi di Desa Doho, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun terhadap 33 petani menunjukkan bahwa seluruh pekerja mengalami keluhan MSDs. Sebanyak 78.78% petani mengalami keluhan dengan risiko sedang dan 21.21% termasuk dalam kategori risiko tinggi. Petani padi di Desa Doho mengalami keluhan MSDs paling banyak pada bagian leher, pantat, siku, tangan, kaki dan lengan. Berdasarkan hasil uji kuat hubungan menggunakan tes Cramer diketahui bahwa pada variabel IMT dan keluhan MSDs memiliki kuat hubungan dengan kategori sangat lemah. Mayoritas petani padi memiliki IMT normal yaitu antara 18.5-25 sebanyak 18 orang (54.54%). Sementara berdasarkan hasil uji Spearman diketahui bahwa kebiasaan merokok dengan keluhan MSDs terdapat kuat hubungan dengan kategori sedang. Petani padi yang merokok (36.36%) lebih banyak dibandingkan petani padi bukan perokok (63.63%). Petani padi disarankan untuk melakukan peregangan setiap 30 menit sekali saat bekerja dan mengurangi atau berhenti merokok untuk meminimalisir keluhan MSDs. Apabila keluhan MSDs yang dirasakan petani padi semakin parah sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Sumaโ€™mur. Ergonomi untuk Produktifitas Kerja. Jakarta: CV. Haji Masagung; 1989. 2. Evadarianto N, Dwiyanti E. Postur Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders Pada Pekerja Manual Handling Bagian Polling Mill. Indones J Occup Saf Heal. 2017;6(April):97โ€“106. 3. Utami U, Karimuna SR, Jufri N. Hubungan Lama Kerja, Sikap Kerja dan Beban Kerja Dengan Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Pada Petani di Desa Ahuhu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe Tahun 2017. J Ilm Mhs Kesehat Masy. 2017;2(6):1โ€“10. 4. Tarwaka. Ergonomi Industriโ€ฏ: Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat Ekrja. Edisi II. Harapan Press Solo; 2015. 5. Badan Pusat Statistik Jawa Timur. Luas Lahan Sawah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengairan di Provinsi Jawa Timur (hektar). 2019. 2019. 6. Fuady AR. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pengrajin Sepatu di Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan Kecamatan Cakung. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2013. 7. Hanif A. Hubungan Antara Umur Dan Kebiasaan Merokok Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders ( MSDs ) Pada Pekerja Angkat Angkut UD Maju Makmur Kota Ssurabaya. Med Technol Public Heal J. 2020;4(1):7โ€“15. 8. Oktaviannoor H, Helmi ZN, Setyaningrum R. The Correlation between Smoking Status and BMI with the MSDs Complaints of Palm Farmers. 2015;4(2):2011โ€“5. 9. National Institute for Occupational Safety and Health. Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors. Bernard BP, editor. 1997. 10.Legiran, Suciati T, Pratiwi MR. Hubungan Antara Penggunaan Tas Sekolah Dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Siswa Sekolah Dasar. J Kedokt dan Kesehat. 2018;5(1):1โ€“9. 11.Sombatsawat E. Musculoskeletal Disorders Among Rice Farmers in Phimai District , Nakhon Ratchasima, Thailand. J Heal Res. 2019;33(6):494โ€“503. 12.Fausiyah K. Keluhan MSDs Pada Pekerja Perakitan Mini Bus. Indones J Occup Saf Heal. 2017;6(April):48โ€“58. 13.Bukhori E. Hubungan Faktor Risiko Pekerjaan Dengan Terjadinya Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Tukang Angkat Beban Penambang Emas di Kecamatan Cilograng Kabupaten Lebak Tahun 2010. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta; 2010. 14.Tjahayuningtyas A. Faktor yang Mempengaruhi Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Informal. Indones J Occup Saf Heal. 2019;8(August 2017):1โ€“10. 15.Munir S. Analisis Nyeri Punggung Bawah Pada Pekerja Bagian Final Packing Dan Part Supply di PT. X Tahun 2012. Universitas Indonesia; 2012. 16.Icsal M, Sabilu Y, Pratiwi AD. Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Penjahit Wilayah Pasar Panjang Kota Kendari Tahun 2016. 2016;1โ€“8. 17.Septrianto MR. Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Disorder (MSDs) Pada Pekerja Bagian Mobile Equipment Maintenance (MEM) PT Vale Indonesia. J Penelit Kesehat. 2017;15(1):10โ€“7. 18.Pratama DN. Identifikasi Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Pandai Besi. Indones J Heal Sci. 2017;6(April):78โ€“87. 19.Rahayu WA. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Angkat-Angkut Industri Pemecahan Batu di Kecamatan Karangnongko Kabupaten Klaten. J Kesehat Masy. 2012;1(2). 20.Nuryaningtyas BM, Martiana T. Analisis Tingkat Risiko Muskuloskeletal Disorders (MSDs) Dengan The Rapid Upper Limbs Assessment (RULA) Dan Karakteristik Individu Terhadap Keluhan MSDs. Indones J Occup Saf Heal. 2014;3:160โ€“9. 21.Devi T, Purba IG, Lestari M. Faktor Risiko Keluhan Msculoskeletal Disorders ( MSDs ) Pada Aktivitas Pengangkutan Beras di PT Buyung Poetra Pangan Pegayut. J Ilmu Kesehat Masy. 2017;8(2):125โ€“34.
dab26b06-7319-438f-b91e-ae8278ae94e6
https://adihusada.ac.id/jurnal/index.php/AHNJ/article/download/70/69
## MANFAAT DUKUNGAN SUAMI PADA KESEHATAN IBU HAMIL Diah Indriastuti 1 , Ani Margawati 2 , Nurullya Rachma 3 1 Magister Keperawatan Universitas Diponegoro Semarang. 2 Staf Pengajar Departemen Keperawatan Universitas Diponegoro Semarang. 3 Staf Pengajar Departemen Gizi Universitas Diponegoro Semarang. [email protected] ## ABSTRAK Faktor non medis yang berpengaruh pada kesehatan ibu hamil adalah faktor psikologis, keterbatasan pengetahuan ibu dan ketidakaberdayaan ibu untuk mengambil keputusan. Perempuan membutuhkan dukungan selama kehamilan terutama dari orang terdekat dan terpercaya,salah satunya suami. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review. Artikel yang dikumpulkan adalah artikel kualitatif maupun kuantitatif pendampingan atau dukungan suami untuk ibu hamil dan menunjukkan hasil yang baik dari dukungan yang diberikan suami. artikel yang dianalisis menunjukkan adanya manfaat baik dari dukungan suami terhadap ibu hamil. Suami dapat mengambil perannya untuk memutuskan permasalah istri yang sedang hamil dengan memberikan dukungan positif. Dukungan suami sangat memberikan manfaat untuk ibu hamil. Kehamilan yang lebih terencana akan menempatkan suami pada posisi yang siap mendukung istri dengan segala kemampuan yang dimilikinya tanpa mendapat intervensi dominan dari pihak luar. Kata kunci : dukungan, suami, ibu hamil, bersalin, nifas ## ABSTRACT Non-medical factors that affect of pregnant women โ€™ s healthare psychological factors, the limited knowledge of the mother and the helpless mother to take a decision. Women need support during pregnancy, especially from those closest and reliable, husband. The method used in this study is a literature review. Articles collected are both qualitative and quantitative articles of husband โ€™ s accompaniment or support for pregnant women and show good results from the support provided husband. articles that were analyzed showed good benefits from the support of the husband against pregnant women. The husband can take his role to decide pregnant women โ€˜ s problems by providing positive support. Husband's support gives a lot of beneficial for pregnant women. A planned pregnancy would put husband in a ready position to support a wife with all the capabilities they have without the intervention of an outsider. Keywords: support, husband, pregnant women, childbirth, postpartum ## PENDAHULUAN Faktor non medis yang berpengaruh pada kesehatan ibu hamil adalah faktor psikologis, keterbatasan pengetahuan ibu dan ketidakaberdayaan ibu untuk mengambil keputusan 1,2 . Terlambat mengambil keputusan sangat membahayakan ibu hamil, dimana sering berlanjut pada terlambat membawa ibu ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pertolongan medis 3 . Secara cultural, perempuan kurang memiliki peran dalam pengambilan keputusan, tak terkecuali permasalahan reproduksi 2 . Hal ini dapat memunculkan perasaan cemaspada ibu hamil, diantaranya bayangan kematian, kehilangan anak, keguguran, atau melahirkan anak dengan cacat 1 . Pada 2008, diketahui bahwa kecemasan dialami oleh 373.000.000 ibu hamil dan 107.000.000 ibu bersalin 1 . Perempuan membutuhkan dukungan selama kehamilan terutama dari orang terdekat dan terpercaya, salah satunya suami 1,4 . Dukungan suami secara emosional dapat memberikan kesenangan dan ketenangan pada batin ibu hamil sehingga memberikan pandangan positif akan kehamilannya 4 . Selain itu suami dapat memahami kesulitan dan kesusahan istri selama kehamilan terutama menjelang persalinan 5 . ## METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review dengan pendekatan campuran ( mix method ). Artikel yang dikumpulkan adalah artikel kualitatif maupun kuantitatif mengenai pendampingan atau dukungan suami untuk ibu hamil dan menunjukkan hasil yang baik dari dukungan yang diberikan suami. Evaluative Tool for Mixed Method Studies digunakan sebagai CASP untuk menilai artikel terpilih 6 . Penelusuran dilaksanakan melalui Google Search dan Google Scholar menggunakan keyword , dukungan, pendampingan suami untuk ibu hamil, bersalin dan nifas. Tahun pencarian dibatasi antara tahun 2006-2015 dengan menyertakan paten dan cakupan kutipan. Artikel terpilih adalah artikel berbahasa Indonesia dengan akses fulltext berformat pdf dengan akses free atau tidak berbayar. Ekstraksi data dilaksanakan dengan membuat kelompok data sesuai variabel yang akan diteliti. Sintesis data membantu menghubungkan dukungan suami dengan kesehatan ibu hamil. Peneliti Design Populasi Sample Tindakan Hasil Pevi Primasnia, et al (2013) Analitik (Observasional) dengan pendekatan Case Control Design Ibu hamil yang berencana bersalin di Rumah Bersalin Rahayu Ungaran 46 ibu primigravida dalam fase Kala I Pengumpulan data mengenai kecemasan menghadapi persalinan menggunakan kuosioner Ibu primigravida pada fase persalinan kala I tanpa pendampingan dari suami memiliki kesempatan 6,750 kali mengalami kecemasan. Rima Melati, et al (2012) Korelasi Ibu hamil di Pekanbaru 80 orang ibu hamil Pengumpulan data menggunakan kuosioner untuk menganalisa hubungan antara dukungan sosial suami dengan motivasi dalam menjaga kesehatan selama kehamilan Dijumpai hubungan yang sangat berkaitan erat antara dukungan sosial suami dengan motivasi dalam menjaga kesehatan selama kehamilan. Riza Umami, et al (2007) Observasional dengan pendekatan cross sectional Laki-laki PUS (Pasangan Usia Subur) dengan anak busia โ‰ค dari1 tahun yang tinggal di Kelurahan Bulurejo Kecamatan Diwek Jombang 87 laki-laki 1. Pengumpulan data sekunder dari kantor kelurahan (desa), Pusat kesehatan Masayrakat (Puskesmas) dan Kantor Kecamatan 2. Data primer dikumpulkan dengan pemberian kuisioner untuk mengobservasi peran suami dari masa kehamilan hingga nifas. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa semua variable yang berhubungan dengan peran suami dalam masa kehamilan berkaitan dengan proses bersalin istrinya. Engelina Nabuasa (2006) Kualitatif deskriptif Semua pria dengan kategori PUS (Pasangan Usia Subur) di wilayah kerja Puskesmas 33 orang pria kategori PUS (Pasangan Usia Subur) Wawancara mendalam kepada informan mengenai dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. 1. Terdapat 3 Pola pemecahan masalah tentang rencana kehamilan 2. Bantuan dari suami kepada istri selama kehamilan, Pasir Panjang berupa persiapan kebutuhan dan perlengkapan sebelum dan setelah persalinan. 3. Suami mendampingi istri saat bersalin guna membantu proses persalinan sekaligus memberi dukungan pada ibu 4. Hal baik yang dilakukan suami saat istri bersalin adalah mengambil peran dalam pekerjaan tumah, merawat istri dan anak, serta menyiapkan jamu tradisional yang memulihkan kondisi ibu dengan segera HASIL Artikel yang didapatkan dari penelusuran data adalah sebanyak 9 artikel kemudian setelah dilakukan seleksi awal didapatkan 4 artikel yang sesuai. Artikel tersebut memenuhi kriteria inklusi dan tujuan dari literatur review tentang manfaat dukungan suami pada kesehatan ibu hamil. Artikel pertama menunjukkan hasil uji Chi-Square yang memiliki taraf signifikansi 5% menunjukkan perolehan nilai X 2 hitung sebesar (7,165)>X 2 tabel (3,481). Sementara nilai p value(0,007) < ฮฑ(0,05). Hal ini membuktikan adanya korelasi yang berkaitan erat antara pendampingan suami terhadap tingkat kecemasan ibu hamil primigravida pada fase kala I. Dimana ibu yang didampingi suaminya memiliki kesempatan terbebas dari kecemasan lebih besar yaitu sebanyak 65,2% daripada ibu yang tidak didampingi oleh suaminya sebesar 21,7%. Artikel kedua menampilkan data mengenai dukungan sosial suami pada ibu hamil yang tergolong tinggi yaitu 91,2% (73 orang). Aspek dukungan emosional suamiyang sangat berpengaruh pada motivasi ibu untuk menjaga kehamilan dengan nilai signifikansi sebesar 0,006 (p<0,01). Sementara 95% (76 orang) ibu memiliki motivasi yang tinggi untuk menjaga kesehatan kehamilannnya. Artikel ketiga membahas lebih rinci mengenaiperan suami dalam memberikan dukungan pada ibu hamil. Suami yang memberikan peran baik dalam pendampingan adalah suami dengan: 1. Pendidikan SMU memiliki peran lebih baik (60%) daripada yang berpendidikan SD. 2. Berpengetahuan baik berperan lebih baik (64,1%) daripada yang berpengetahuan kurang. 3. Memiliki istri dengan gangguan saat kehamilan, bersalin dan nifas berperan dalam mendukung lebih baik (60%) dibandingkan yang tidak. 4. Istri yang memiliki paritas lebih dari 3 berperan lebih baik (70%). 5. Penghasilan โ‰ฅ Rp640.000,00 memiliki peran yang baik sebagai suami saat hamil (60,5%) dan saat nifas (67,6%). Hasil uji chi square menunjukkan adanya hubungan semua variabel peran suami sepanjang proses kehamilan hingga nifas. Artikel keempat merupakan penelitian kualitatif yang menguraikan perasaan suami dalam menyikapi perannya selama istri hamil. Suami menyadari perbedaan perannya telah berubah dari seorang bujang menjadi seorang suami yang penuh tanggung jawab. Suami mendukung istri dengan bersama-sama mengambil keputusan mengenai perawatan kehamilan, bersalin, nifas hingga merawat bayi. Tetapi ada beberapa suami yang harus mengikuti perkataan mertua. Sebagian suami yang tidak mampu memberikan peran baik untuk istri, memberikan peran tersebut kepada pihak keluarga dari istri untuk membantunya. ## PEMBAHASAN Kecemasan pada ibu hamil akan sangat berpengaruh buruk bagi kehamilan dan janin karena dapat berkembang menjadi antepartum depression 7 โ€“ 9 . Jika ibu tidak dapat mengatasi permasalahan tersebut, dapat berkembang menjadi ancaman post partum blues dan post natal depression yang sangat berbahaya bagi kesehatan ibu dan bayi hingga di masa depan 8,10 โ€“ 12 . Suami dapat mengambil perannya untuk memutuskan permasalahan istrinya yang sedang hamil dengan memberikan dukungan positif 4 . Dukungan yang dapat diberikan oleh suami dapat berupa dukungan emosional dan motivasi, kesediaan mengantar istri memeriksakan kehamilan, membantu pekerjaan rumah tangga, mencukupi kebutuhan financial, merencanakan kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir 2,4,5 . Tingkat pendidikan suami berpengaruh dalam hal pemberian pendampingan. Hal ini disebabkan karena pengetahuan yang didapatkan suami lebih banyak melalui jenjang pendidikan yang dijalaninya dan mendukung istri untuk mendapatkan ANC serta lebik baik dalam pengambilan keputusan 13 . Keadaan istri yang mengalami gangguan akan meningkatkan kewaspadaan suami dalam mengawasi kesehatan istri karena perasaan cemas apabila terjadi sesuatu yang buruk pada istri dan anak. Suami yang istri dengan pengalaman hamil lebih dari 3 kali menunjukkan pendampingan yang baik karena suami sudah memiliki pengalaman pada proses kehamilan sebelumnya. Sedangkan suami yang memiliki penghasilanbaik akan mudah untukmendapatkan dan memilih akses pelayanan kesehatan serta memutuskan rencana tempat bersalin. Permasalahan yang dihadapi para suami dengan istri hamil primigravida diantaranya belum stabilnya perekonomian, kurangnya pengalaman mendampingi dan pengaruh dari keluarga besar 2,5 . Sebagian suami mengatasi hal ini dengan meminta bantuan dari keluarga istri atau mertua 2 . Namun, cara terbaik adalah suami memberikan dukungan secara langsung kepada istri karena suami adalah orang yang paling dipercaya dan memiliki hubungan emosional dengan janin 1 . Bersama suami, istri akan lebih termotivasi untuk menjalani kehamilan dan dapat mengambil keputusan bersama 2,4 . Dukungan suami sangat memberikan manfaat untuk ibu hamil. ## KESIMPULAN &SARAN Kehamilan yang lebih terencana akan menempatkan suami pada posisi yang siap mendukung istri dengan segala kemampuan yang dimilikinya tanpa mendapat intervensi dominan dari pihak luar. Saran untuk memaksimalkan peran suami sebagai pendamping kehamilan adalah: 1. Pasangan Usia Subur (PUS) lebih baik merencanakan kehamilan dan mencari informasi dari tenaga kesehatan dalam bentuk konsultasi sebelum kehamilan, saat kehamilan,bersalin, nifas dan perawatan bayi lahir. 2. Suami dan istri perlu untuk melibatkan keluarga besar dalam proses kehamilan dari awal hingga akhir, namun keputusan utama berada dalam kendali kebersamaan suami dan istri sendiri. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Primasnia P, Wagiyo, Elisa. (2013). Hubungan pendampingan suami dengan tingkat kecemasan ibu primigravida dalam menghadapi proses persalinan kala I di rumah bersalin kota Ungaran. Pros Konf Nas Ppni Jawa Teng. 2013;212 โ€“ 6. 2. Nabuasa E. (2006). Dukungan suami terhadap istri selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas berdasarkan etnis Studi di wilayah kerja puskesmas pasir panjang kota kupang. MKM.1(Desember):38 โ€“ 50. 3. Haryanti S, Sulastri. (2010). Hubungan dukungan suami terhadap kepatuhan periksa kehamilan di Puskesmas 1 Toroh Kabupaten Grobogan. Publ Ilm UMS.99 โ€“ 104. 4. Melati R, Raudatussalamah. (2012). Hubungan Dukungan Sosial Suami Dengan Motivasi Dalam Menjaga Kesehatan Selama Kehamilan. J Psikol . 2012;8(Desember 2012):111 โ€“ 8. 5. Umami R, Puspitasari N. (2007). Peran Suami selama Proses Kehamilan sampai Nifas Istri. Indones J Public Heal . 3(Maret 2007):101 โ€“ 7. 6. USIR. Evaluation Tool for โ€œ Mixed Methods โ€ Study Designs The โ€œ mixed method โ€ evaluation tool was developed from the evaluation tools for โ€œ quantitative โ€ and โ€œ qualitative โ€ studies, [Internet]. Policy. Salford, Greater Manchester: University of Salford Manchester; 2005. p. 1 โ€“ 3. Available from: http://usir.salford.ac.uk/13070/ 7. Fung J, Gelaye B, Zhong Q-Y, Rondon MB, Sanchez SE, Barrios Y V, et al. Association of decreased serum brain-derived neurotrophic factor (BDNF) concentrations in early pregnancy with antepartum depression. BMC Psychiatry [Internet]. 2015;15:43. Available from: http://www.pubmedcentral.nih.gov/art iclerender.fcgi?artid=4364091&tool= pmcentrez&rendertype=abstract 8. Bjork MH, Veiby G, Reiter SC, Berle J oystein, Daltveit AK, Spigset O, et al. (2015). Depression and anxiety in women with epilepsy during pregnancy and after delivery: A prospective population-based cohort study on frequency, risk factors, medication, and prognosis. Epilepsia . 56(1):28 โ€“ 39. 9. Kurniawan ES, Ratep N, Westa W. (2013). Factors Lead To Depresion During Antenatal Care Every Trimester of Pregnant Mother. E- Jurnal Med Udayana . 2(3):502 โ€“ 14. 10. Indriastuti D, Tahiruddin. (2015). Deteksi Postnatal Depression Menggunakan Edinburg Postnatal Depression Scale (EPDS) pada Kunjungan Rumah Ibu Post Partum. In: Prosiding Seminar Nasional Keperawatan Komunitas โ€œ Peran Perawat Dalam Pelayanan Kesehatan Primer Menuju Masyarakat Ekonomi Asean . โ€ Semarang: Program Studi Magister Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. p. 292. 11. Machmudah. (2010). Pengaruh Persalinan dengan Komplikasi Terhadap Kemungkinan Terjadinya Postpartum Blues di Kota Semarang. Universitas Indonesia. 12. Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas . 4th ed. Anugrah PI, Wijayarini MA, editors. Jakarta: EGC. 13. Soemantri KN. Kajian Kematian Ibu dan Anak di Indonesia . Jakarta: Depkes RI;
71249c2b-73ac-4d27-9edb-f47888e46446
http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal/article/download/2015/1634
Tersedia online di: http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/bawal e-mail:[email protected] BAWAL WIDYA RISET PERIKANAN TANGKAP Volume 8 Nomor 1 April 2016 p-ISSN: 1907-8226 e-ISSN: 2502-6410 Nomor Akreditasi: 620/AU2/P2MI-LIPI/03/2015 ## STRUKTUR KOMUNITAS IKAN DAN TINGKAT TROFIK DI WILAYAH GENANGAN WADUK JATIGEDE PRAINUNDASI, ## KABUPATEN SUMEDANG-JAWA BARAT ( FISH COMMUNITY STRUCTURE AND TROPHIC LEVEL AT JATIGEDE RESERVOIRS AREA PRE INUNDATION, SUMEDANG DISTRIC WEST JAVA ) Andri Warsa *1 Kadarwan Soewardi 2 , Sigid Hariyadi 2 dan Joni Haryadi D 1 1 Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Jalan Jatiluhur PO BOX 01 Purwakarta, Jawa Barat-41152, Indonesia 2 Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Institut Pertanian Bogor, Jalan Agatis, Dramaga, Bogor, Jawa Barat-Indonesia Teregistrasi I tanggal: 18 Nopember 2015; Diterima setelah perbaikan tanggal: 28 Maret 2016; Disetujui terbit tanggal: 01 April 2016 ## ABSTRAK Waduk Jatigede dibangun dengan membendung Sungai Cimanuk dan memiliki luas 4.122 ha serta merupakan waduk multifungsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur komunitas ikan dan pemanfaatan sumber daya makanan oleh beberapa jenis ikan yang terdapat di DAS Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede pra inundasi. Penelitian dilakukan setiap bulan pada Februari-Mei 2015 setiap bulan pada minggu pertama. Sampel ikan diperoleh dengan menggunakan jaring insang, jala, dan pancing. Percobaan penangkapan dilakukan di Sungai Cialing (inlet), Genteng, Cimanuk dan Cinambo (outlet). Ikan yang tertangkap dipisahkan berdasarkan jenisnya dan diukur panjang total serta ditimbang bobotnya. Untuk analisis kebiasaan makan kebiasaan makan, saluran pencernaan diambil dan diawetkan dengan formalin 4%. Untuk identifikasi contoh ikan diawetkan dengan formalin 10%. Ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 11 jenis. Ikan yang dominan adalah lalawak dan genggehek . Rasio biomassa-kelimpahan ikan menujukkan bahwa komunitas ikan di Waduk Jatigede sebelum penggenangan dalam kondisi terganggu. Jenis makanan alami yang dimanfaatkan oleh komunitas ikan di Sungai Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede adalah detritus, krustase, annelida, insekta, moluska, tumbuhan dan fitoplankton. Kata Kunci: Jenis ikan; makanan alami; Sungai Cimanuk; Jatigede; prainudasi ## ABSTRACT Jatigede Reservoir was build with damming of Cimanuk River has about 4.122 ha surface area as wel as multi purpose reservoir. The aim of the research is to known the fish community structure and trophic level by fishes community at Cimanuk River arround Jatigede Reservoir pre inudated. The research was carried out in February-May 2015. Fish sample was obtained by using gillnet, hook and cast net. The experimental fishings were setting at Cialing ( inlet ), Genteng , Cimanuk and Cinambo ( outlet ). Fish sample were separated according speciesand was measured of total lenght. To the analisys of food habits, digestive tract was preserved using formalin 4%. For identification, fish sample was preserved using formalin 10%. About 11 fish species were recorded. Dominan fish catches were Barbonymus balleroides and Mystacoleucus marginatus. According to Abundance-Biomass Comparisson, fish community was under pressure (unstable). Natural feeds observed were detritus, crustacea, annelida, insecta, molusca, plant and phytoplankton. Keyword: Fish species; natural food; Cimanuk River; Jatigede; preinundation ## PENDAHULUAN Waduk Jatigede memiliki luas ยฑ 4122 ha dan terletak di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Waduk ini dibangun dengan membendung Sungai Cimanuk dan merupakan waduk multi fungsi. Fungsi Waduk ini antara lain sebagai pembangkit listrik, irigasi, pengendali banjir dan perikanan. Komunitas ikan yang menghuni waduk pada awalnya merupakan ikan yang berasal dari perairan sungai yang dibendung (Kartamihardja, 2009). Evaluasi mengenai perubahan struktur komunitas ikan akan sangat membantu dalam menganalisis perubahan yang disebabkan oleh degradasilingkungan(Champeau etal .,2009).Strukturkomunitas ikan pada suatu ekosistem ditentukan oleh ketersediaan sumber daya makanan (Moreno & Castro, 1995; Tjahjo & Purnamaningtyas, 2008). Kompetisidan predasimerupakansalah satu faktor yang mempengaruhi pola distibusi ikan baik secara temporal maupun spasial (Akin et al ., 2005). Kebiasaan makan ikan berguna untuk mengetahui hubungan antara setiap jenis ikan dalam memanfaatkan sumber daya makanan alami yang tersedia(Kartamihardja1994).Halinimenjadidasarpertimbangan penebaran dalam rangka peningkatan produksi tangkapan ikan (Tjahjo et al ., 2006). Struktur komunitas ikan merupakan aspek dasar dalampengelolaan sumberdaya ikan (Estrada et al .,2008). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji struktur komunitas ikan dan pemanfaatan sumber daya makanan oleh beberapa jenis ikan yang terdapat di Waduk Jatigede sebelum penggenangan (prainundasi). ## BAHANDANMETODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan pada Februari-April 2015 di wilayah Waduk Jatigede prainundasi dengan interval pengambilan sampel ikan setiap bulan pada minggu pertama. Sampel ikan diperoleh dari percobaan penangkapan menggunakan jaring ingsang ( Gillnet ), pancing ( hook ) dan jala ( cast net ). Pengambilan sampel dilakukan pada empat lokasi yaitu Sungai Cialing, Cimanuk, Genteng dan Cinambo (Gambar 1). Lokasi t e r s e b u t me r u p a k a n wi l a ya h g e n a n g a n Wa d u k Jatigede sehingga ikan yang ada di sungai tersebut akan mengisi p erairan waduk. Sungai Cimanuk merupakan sungai utama sedangkan Cialing dan Cinambo merupakan anak sungai. Jaring insang dengan ukuran mata jaring 1-4 inci dengan interval 0,5 inci yang dipasang pada sore hari dan diangkat pada keesokan paginya. Untuk alat tangkap pancing digunakan untuk penangkapan sore hingga malam hari. Jala digunakan pada pagi hingga siang hari. P a n j a n g t o t a l i k a n d i u k u r d e n g a n p a p a n u k u r k e t e l i t i a n 0 , 1 c m d a n b o b o t n y a d i t i m b a n g menggunakan timbangan digital ketelitian 0,1 mg. Pengukuran panjang total dan penimbangan bobot ikan dilakukan di lokasi penelitian. Sampel ikan yang diperoleh kemudian diawetkan dengan formalin 10% d a n d i i d e n t i fi k a s i d e n g a n me n g g u n a k a n b u k u identifikasi Kotellat et al . (1993). Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel ikan dengan menggunakan berbagai alat tangkap percobaan. Figure 1. Experimental fishing stations. Sampel ikan yang diperoleh kemudian dibedah, diambil saluran pencernaanya dan diawetkan dengan formalin 4%. Untuk mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan maka dilakukan pengamatan terhadap isis saluran pencernaan. Analisis contoh saluran pencernaan dilakukan di Laboratorium Biologi Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Pengamatan organisme jenis makanan secara mikroskopis dan identifikasi memakai buku-buku dari Needham & Needham (1963), Edmonson (1978) dan Sachlan (1982). ## Analisa Data Metode abundance-biomass comparison (ABC) digunakan untuk menganalisis kondisi struktur komunitas ikan (Clarke & Warwick, 2001). ..................................................... (1) dimana: W = indeks ABC (-1 s.d 1) Bi = biomassa spesies ke i Ai = jumlah spesies ke i S = jumlah total spesies Nilai relatif penting jenis ikan yang tertangkap dihitung dengan persamaan De Silva (2001). % IRI = 100* [(%Wi + % Ni)%Fi]/[S((%Wj + %Nj)% Fj)]......................................................................(2) dimana: IRI = nilai indeks relatif penting spesies ikan ke i (%) W = persentase bobot dari spesies ke i dalam total tangkapan (%) N = persentase jumlah dari spesies ke i dalam total tangkapan (%) F = frekwensi keberadaan spesies ke i dalam total tangkapan Kebiasaan makanan ikan dianalisa menggunakan metode indeks bagian terbesar ( index of preponderance ) (Natarajan & Jhingran, 1961) sebagai berikut: ............................................(3) dimana: IP = indeks bagian terbesar ( Index of Preponderance ) Vi = persentase volume makanan ikan jenis ke-i Oi = persentase frekuensi kejadian makanan jenis ke-i n = jumlah organisme makanan ikan (i = 1,2,3,...n) Estimasi tingkat trofik ikan dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikemukan oleh Caddy & Sharp (1986): ................................................... (4) dimana: T t = tingkat trofik T tp = tingkat trofik kelompok makanan ke-p I p = indeks preponderan kelompok makanan ke-p ## HASIL DAN BAHASAN ## Hasil Jenis ikan yang tertangkap selama penelitian sebanyak 11 jenis antara lain ikan sapu-sapu ( pterygoplichthys pardalis ), sengal ( Hemibragus nemurus ), nilem ( Osteochilus vittatus ), nila ( Oreochromis niloticus ), gabus ( Channa striata ), lalawak ( Barbonymus balleroides ), hampal ( Hampala macrolepidota ), kekel ( Glyptothorax platypogon ), berod ( Mystacembalus erythrotaenia ), lele ( Clarias batrachus ), dan genggehek ( Mystacoleucus marginatus ). Ikan yang tertangkap di lokasi penelitian pada umumnya berukuran kecil. ikan genggehek yang tertangkap berukuran panjang 8,0-11,5 cm. Ikan tersebut tertangkap pada gillnet dengan ukuran 1,0 dan 1,5 inci. Pada lokasi Sungai Cimanuk banyak tertangkap ikan lalawak dengan ukuran panjang total berkisar 9-18,8 cm yang tertangkap dengan gillnet. Ikan berod banyak tertangkap dengan alat tangkap pancing. Ikan sapu-sapu merupakan jenis ikan introduksi yang banyak tertangkap di lokasi Cialing. Ikan genggehek dan nila merupakan jenis yang tertangkap pada tiga lokasi penelitian yaitu Stasiun Cimanuk, Cialing dan Cinambo. Ikan yang dominan berdasarkan jumlah dan bobot total adalah ikan genggehek (41 dan 12,7 %) dan lalawak (17,6 % dan 27,4%) (Gambar 2). Hal yang sama juga diperoleh dengan analisa indeks relatif penting dengan nilai masing โ€“ masing 35,8 dan 22,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa, ikan genggehek dan lalawak merupakan ikan dominan berdasarkan bobot, jumlah individu maupun frekwensi tertangkapnya. Ikan berod yang tertangkap memiliki panjang berkisar 21,0-37,5 cm dan banyak tertangkap dengan alat tangkap pancing. Ikan hampal yang tertangkap jala mempunyai ukuran panjang total ikan berkisar antara 15,2-22,5 cm. Hasil analisa menggunakan metode rasio biomassa- kelimpahan ikan menujukkan bahwa komunitas ikan di Waduk Jatigede prainundasi berada dalam keadaan tertekan dengan nilai indeks ABC yaitu -0,017. Hal tersebut terlihat dimana persentase kumulatif jumlah individu berada diatas biomassa ikan yang mengindikasikan ikan di lokasi tersebut mempunyai ukuran yang kecil. ๏ƒฅ ๏€ญ ๏€ญ ๏€ฝ S 1 1) (50(s Ai) (Bi W x100% n 1 i ) i xO i (V i xO i V IP ๏ƒฅ ๏€ฝ ๏€ฝ ๏ƒฅ ๏€ซ ๏€ฝ 100 p xI tp T 1 t T BAWAL Vol.8 (1) April 2016: 29-36 Jenis makanan alami yang dimanfaatkan oleh komunitas ikan di Waduk Jatigede prainundasi antara lain detritus, krustase, cacing, insekta, moluska, tumbuhan dan fitoplankton. Makanan alami yang merupakan makanan utama antara lain tumbuhan, insekta dan anelida (Tabel 1). A ## B Gambar 2. Persentase hasil tangkapan dengan alat tangkap percobaan di Waduk Jatigede berdasarkan A. Bobot dan B Jumlah individu. Figure 2. Percent of catch using experimental fishing in Jatigede Reservoir based on A. Weight and B. Number of individu. ## Tabel 1. Kebiasaan makanan beberapa jenis ikan di Waduk Jatigede pra inundasi Table 1. Food habits of some fishes in Jatigede Reservoir pra inundation Jenis ikan/ Fish species Kelompok makanan/ Food group (%) Tingkat trofik/ Trophic level Fito Tumbh Detri Annelida Molusk Krust Inskt Sapu-sapu 1,68 0,74 97,58 2,00 Sengal 75 25 2,38 Nilem 78,79 21,21 2,21 Nila 18,81 81,18 0,02 2,00 Gabus 100 4,00 Lalawak 94,17 2,6 3,24 2,07 Hampal 100 3,00 Kekel 100 3,00 Berod 19,19 5,81 4,65 13,96 56,39 3,00 Lele 69,23 30,77 3,15 Genggehek 2,44 93,27 0,17 0,02 4,10 2,06 Keterangan/remark: Anelida ( Worm ), Detri:Detritus ( Detritus ), Fito: Fitoplankton ( Phytoplankton ), Tumbh: Tumbuhan ( Plant ), Inskt: insekta ( Insecta ), Molusk: moluska ( Molusca ), Krust: krustase ( crustacea ) Gambar 3. Komposisi kelompok makanan pada beberapa jenis ikan di Waduk Jatigede pra inundasi. Figure 3. Food composition of some fishes in Jatigede Reservoir prainundation . Hasil analisis kebiasaan makanan (Tabel 1 dan Gambar 3) menunjukkan bahwa ikan sapu-sapu, sengal, nilem, nila, lalawak dan genggehek berperan sebagai ikan herbivora dengan nilai tingkat trofik < 2,5. Ikan sapu-sapu memanfaatkan detritus sebagai makanan utamanya sedangkan ikan sengal, nilem nila, lalawak dan genggehek memanfaatkan tumbuhan sebagai makanan utamanya. Kelompok ikan ominivora cenderung karnivora (nilai tingkat trofik adalah 3,00) terdiri dari hampal, kekel dan berod. Ikan hampal memanfaatkan krustase, ikan kekel memanfaatkan anelida sedangkan ikan berod memanfaatkan insekta sebagai makanan utamanya. Ikan lele dan gabus berperan sebagai ikan karnivora dengan nilai tingkat trofik masing-masing adalah 3,15 dan 4,00. Kedua jenis ikan tersebut masing-masing memanfaatkan cacing dan insekta sebagai makanan alaminya. ## Bahasan Jenis ikan yang tertangkap di Sungai Cimanuk selama penelitian banyak tertangkap di beberapa Sungai di Indonesia. Jenis ikan gabus merupakan jenis ikan yang juga banyak ditemukan di Sungai Maro, Merauke (Astuti et al ., 2008). Hampal juga tertangkap di Sungai Suak Putat, Jambi (Nurdawati, 2010). Ikan berod banyak tertangkap di Sungai Musi bagian hilir (Ali & Rais, 2010). Ikan hampal dan genggehek merupakan jenis ikan yang tertangkap cukup banyak di kawasan Pegunungan Muller, Kalimantan Tengah dengan persentase sebesar 5,52 dan 6,21% (Haryono, 2004). Ikan sapu-sapu yang tertangkap di Sungai Cimanuk mempunyai potensi untuk menjadi pesaing bagi ikan-ikan asli (Sjafei et al ., 2001). Ikan nilem dan lalawak merupakan jenis ikan yang banyak tertangkap di perairan sekitar Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, Sulawesi Utara dengan persentase 4,4 dan 15,2% (Haryono et al ., 2003). Ikan yang mengisi waduk yang dibangun dengan membendung suatu sungai umumnya berasal dari sungai tersebut. Ikan mampu beradaptasi dengan perubahan lingkungan akan menjadi dominan (Kartamihardja, 2008). Ikan genggehek, lalawak dan hampal kemungkinan menjadi dominan, dimana hal tersebut juga terjadi di Waduk Jatiluhur (Purnamaningtyas, 1994). Ikan yang tetap ada setelah pembendungan Sungai Citarum antara lain hampal, lalawak, nila, dan sapu-sapu (Hendianto & Purnamaningtyas, 2011). Hal ini disebabkan oleh karena ikan tersebut mampu beradaptasi dengan perubahan habitat dari mengalir menjadi tergenang (Tjahjo & Umar, 1994). Untuk jenis ikan tawes dan genggehek sudah tidak tertangkap lagi (Kartamihardja 2008). Bobot suatu jenis ikan dapat digunakan sebagai suatu dasar penilaian kondisi lingkungan dimana kedua hal tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan makanan (Felix et al ., 2008). Indeks ABC di Waduk Jatigede prainundasi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai indeks ABC di beberapa badan air di Afrika (Yemane et al ., 2005) dan lebih tinggi jika dibandingkan di Situ Panjalu (-0,228) (Warsa & Purnomo, 2012). Lokasi penelitian di wilayah genangan Waduk Jatigede merupakan lokasi yang dekat dengan pemukiman dan lahan pertanian. Tata guna lahan DTA yang berupa lahan pertanian dan pemukiman. Hal ini memungkinkan masuknya bahan pencemaran berupa nutrien, pestisida dan erosi tanah pertanian (Agustiningsih et al ., 2012). Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan kesuburan perairan (Payasiri, 2000). Komunitas ikan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan misalnya kecerahan dan kedalaman serta interaksi dengan faktor biotik lainnya (Suarez et al ., 2001). Kecerahan di Sungai Cimanuk berkisar 24-31,5 cm (Tresna et al ., 2012). Persaingan pemanfaatan sumber daya makanan oleh ikan yang ada pada suatu ekosistem akan berdampak pada keanekaragaman ikan yang ada pada ekosistem tersebut (Mason et al ., 2008). Ikan gabus bersifat predator dimana pada fase dewasa ikan ini banyak memanfaatkan udang, serangga, katak, udang dan ikan (Muflikhah, 2007). Ikan gabus di Rawa Taliwang memanfaatkan ikan sebagai makanan utamanya dan bersifat sebagai predator (Tjahjo & Purnomo, 1998). Makanan alami ikan nilem di sungai wilayah genangan Waduk Jatigede hampir sama dengan ikan nilem di Waduk Penjalin yaitu memanfaatkan tumbuhan (Hedianto et al ., 2013). Makanan utama ikan hampal yang tertangkap selama penelitian berbeda dengan pakan alami ikan hampal di Waduk Jatiluhur. Ikan hampa yang tertangkap di Waduk Jatiluhur memanfaatkan ikan sebagai makanan utamnya (Tjahjo et al , 2009). Terdapat perbedaan pemanfaatan makanan alami oleh ikan di Sungai Cimanuk Bagian Hulu dan Sungai Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede prainundasi. Hasil Penelitian (Tresna et al ., 2012). Di Sungai Cimanuk Bagian hulu, Ikan nilem, genggehek sapu-sapu, sengal dan nila memanfaatkan fitoplankton sebagai makanan utama dengan nilai indeks bagian terbesar masing-masing adalah 79,0; 62,8; 56,4; 62,3 dan 54,1. Tingkat trofik komunitas ikan di Sungai Cimanuk bagian hulu berkisar antara 2,06-2,94. Ikan Sungai Cimanuk yang kemungkinan menghuni perairan Waduk Jatigede kemungkinan akan mengalami perubahan dalam memanfaatkan makanan alami. Pada saat penggenangan ikan nila (Purnomo & Satria, 2003; Purnomo et al ., 2013) dan genggehek (Kartamihardja, 1994) memanfaatkan fitoplankton sebagai makanan utamanya. Ikan sengal (Tjahjo & Umar, 1994), hampal (Herawati, 2013) dan gabus (Tjahjo, 1988) memanfaatkan ikan sebagai pakan alaminya. ## KESIMPULAN Di DAS Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede ditemukan sekitar 11 jenis ikan. Ikan yang dominan adalah BAWAL Vol.8 (1) April 2016: 29-36 genggehek dan lalawak. Komunitas ikan di DAS Cimanuk wilayah genangan Waduk Jatigede berada pada kondisi tertekan. Ikan sengal, nila, lalawak, genggehek dan nilem mempunyai peluang kompetisi yang besar karena memanfaatkan tumbuhan sebagai makanan utamanya. ## PERSANTUAN Tulisan ini adalah bagian dari Tesis dengan judulโ€ Model perencanaan pengelolaan dan optimalisasi waduk berbasis perikanan budidaya dan perikanan alami (Studi kasus: Waduk Jatigede, Sumedang-Jawa Barat)โ€ tahun 2015. ## DAFTAR PUSTAKA Agustiningsih, D. Sasongko, S. B & Sudarno. (2012). Analisa kualitas air dan beban pencemaran berdasarkan penggunaan lahan di sekitar Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. (p. 30-37). Akin, S., Buhan, E., Winemiller, K. O & Yilmaz, H. (2005). Fish assemblage structure of Koycegiz Lagoon โ€“ estuary, Turkey: Spatial and temporal distibution patterns in relation to environmental variation. Estruarine, Coastal and Shelf Science (64), 671 โ€“ 684. Ali, M & Rais, A. H. (2010). Habitat ikan tilan ( Mastacembalus erythrotaenia ) di perairan Sungai Musi Bagian Hilir. Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (p. 1-5). Eds: Djumanto, H. Saksono., N. Probosunu., R. Widaningrum & Suad. Caddy, J. F & Sharp, G. D. (1986). An ecological framework for marine fishery investigation. FAO. Fish. Tech. Pap 283: p. 152. Champeau, T. R., Stevens, P. W & Blewett, D. A. (2009). Comparison of fish community metrics to assess long term changes and hurricane impact at Peace River, Florida. Florida Scient. 72 (4), 289โ€“309. Clarke, K. R & Warwick, R.M. (2001): Change in marine communities: An approach to statistical analysis and interpretation, 2 nd Edn. PRIMERE: Plymouth. Natural Environment Research Council, UK . Colwell, R. K & Futuyma, D. J. (1971). On the measurement of niche breadth and overlap. Ecology . 54(4), 567 โ€“ 576. De Silva, S. S. (2001). Reservoir and culture-based fisheries: biology and management. Proceedings of an International Workshop held in Bangkok , Thailand from 15โ€“18 February 2000. ACIAR Proceedings No. 98. pp. 384. Edmonson, W.T. (1959). Freshwater biology. 2 nd Ed (p.1248). John Wiley & Sonc. Inc. New York. Estrada, J. C. G., Vasconcelos, R & Costa, M. J. (2008). Estimating fish comunity diversity from environmental features in the Tagus Estuary (Portugal): Multiple Regression and Artificial Neural Network approach. J . Appl . Ichthyol. 24, 150-162. Felix, K.K., Dramane, D., Mamadou, O., Allasane, O & Germain, G. (2008). Use of the lenght in determination of indices of diversity and equitability of ichtyofauna. European Journal of Scientific Research . 23(3), 458โ€“ 464. Haryono. (2004). Komunitas ikan suku Cyprinidae di perairan sekitar Butik Batikap kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah. Jurnal Iktiologi Indonesia. 4(2), 79-85. Haryono, A., Tjakrawidjaja, H & Riyanto, A. (2003). Iktiofauna di Perairan Sekitar Gunung Kabela Taman Nasional Bagani Nani Wartabone Sulawesi Utara. Jurnal Iktiologi Indonesia. 2(2), 31-40. Hedianto, D.A & Purnamaningtyas, S. E. (2011). Penerapan kurva ABC (Rasio kelimpahan/biomassa) untuk mengevaluasi dampak introduksi terhadap komunitas ikan di Waduk Ir. H. Djuanda. Dalam Kartamihardja ES. Rahardjo MF & Purnomo K. Prosiding Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan III (p.1-11). Hedianto, D. A., Purnomo, K & Warsa, A. (2013). Interaksi pemanfaatan pakan alami oleh komunitas ikan di Waduk Penjalin, Jawa Tengah. Bawal. 5(1), 33-40. Herawati, T. H., Handa., Purnamaningtyas, S. E. (2013). Peluang keberhasilan restocking beberapa jenis ikan di Waduk Jatiluhur berdasarkan kebiasaan dan luas relung makanannya. Kartamihardja ES, Rahardjo MF, Krismono, Suhora A, Purnomo K. Prosiding Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV: KSP PI 32. Kartamihardja, E. S. (1994). Pembagian sumberdaya pakan diantara lima jenis ikan yang dominan di Waduk Kedungombo, Jawa Tengah. Bul. Penel. Perik. Darat. 12(2) , 133-140. Kartamihardja, E. S. (2008). Perubahan komposisi komunitas ikan dan faktor-faktor penting yang mempengauhi selama empat puluhtahun umur Waduk Djuanda. Jurnal iktiologi Indonesia 8(2), 67-78. Kartamiharja, E. S. (2009). Mengapa ikan bandeng diintroduksi di Waduk Djuanda, Jawa Barat. Prosiding . Forum Pemacuan Sumber daya Ikan II. PI-06 . p. 14. Kottelat, M., Witten, A., Kartikasari, S. N & Wirjoatmodjo, S. (1993). Freshwater fishes of Western Indonesia and Sulawesi (p. 377). Periplus, Hongkong. Mason, N. W. H., Lanoiselee, P. Irz. C., Mouillot, D & Argillier, C. (2008). Evidence thet niche specialization explains species energy relationships in lake fish communities. Journal of Animal Ecology . (77), 285โ€“ 296. Moreno, T & Castro, J. J. (1995). Community structure of the juvenile of coastal pleagic fish species in the Canary Isand waters. Sci. Mar 59 (3), 405 โ€“ 413. Moyle, P.B & Senanayake, F.R. (1984). Resources partitioning among fishes of rain forest streams in Sri Lanka. J. Zool. London. 202, 195-223. Muflikhah, N. (2007). Domestikasi ikan gabus ( Channa striata ). Bawal. 1 (5), 169-175. Natarajan, A.V & Jhingran, A. G. (1961). Index of prponderance- a method of grading the food elements in the stomach analysis of fishes. Indian Journal of fisheries. 8(1), 54-59. Needham, J.G & Needham, P.R. (1963). A guide to the study of freshwater biology. Fifth Edition ( p.180). Revised and Enlarged. Holden Day. Inc. San Fransisco. Nurdawati, S. (2010). Keanekaragaman jenis ikan dan komposisi hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap jermal di Sungai Suak Putat, Jambi. Seminar Nasional Tahunan VII Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan . Eds: Djumanto, H. Saksono., N. Probosunu., R. Widaningrum & Suad: 1-5. Payasiri, S. (2000). Eutrophication and algae bloom problem in Kotmale Reservoirs, Sri Lanka . Edts: Timotius KH & Goltenboth. Tropical Limnology Vol II. Satrya Wacana University Press. Salatiga . Indonesia. Purnomo, K & Satria, F. (2013). Beberapa aspek biologi ikan nila ( Oreochromis niloticus ) di Waduk Malahayu. Kartamihardja ES, Rahardjo MF, Krismono, Suhora A, Purnomo K. Prosiding Nasional Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV: KSP PI 32. Purnomo, K., Warsa,A & Kartamihardja, E. S. (2013). Daya dukung dan potensi produksi ikan Waduk Sempor di Kabupaten Kebumen-Propinsi Jawa Tengah. J. Lit. Perikan. Ind 19(4), 203-212. Purnamaningtyas, S. E. (1994). Pengaruh pembendungan Sungai Citarum terhadap struktur komunitas ikan di Waduk Jatiluhur Jawa Barat. Bul. Penel.Perik. Darat. 12(2), 41-53. Pianka, E. R. (1971). Niche overlap and Diffuse competition. Proc. Nat. Acad. Sci. 71(5), 2141 โ€“ 2145. Sjafei, D. S., Wirjoatmodjo, S., Rahardjo, M. F & Susilo, S. B. (2001). Fauna ikan di Sungai Cimanuk, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 1(1), 1-6. Sachlan, M. (1982). Planktonologi (p.156.) Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro Semarang. Suarez, Y. R., Petrere, Jr. M & Catella, A. C. (2001). Factor determining the structure of fish communities in Pantanal Lagoons (MS, Brazil). Fisheries Management and Ecology. (8), 173โ€“186. Tjahjo, D.W.H. (1988). Kebiasaan makan komunitas ikan di Waduk Saguling Jawa Barat. Bull. Penel. Perik. Darat. 7(1), 86-91. Tjahjo, D.W.H & Umar, C. (1994). Interaksi beberapa jenis ikan di Waduk Jatiluhur, Jawa Barat. Bull. Perik. Darat. 12(2), 67-77. Tjahjo, D. W. H & Purnomo, K. (1998). Studi interaksi pemanfaatan pakan alami antara ikan sepat ( Trichogaster pectoralis ), betok ( Anabas testudineus ), mujair ( Oreochromis mossambicus ), nila ( O. niloticus) dan gabus ( Channa striatus ) di Rawa Taliwang. J.Lit.Perik.Ind . 4(3), 50 โ€“ 59. Tjahjo, D. W. H., Kartamihardja, E. S & Purnamaningtyas, S. E. (2006). Kualitas air, produktivitas primer, dan potensi produksi ikan Waduk Darma untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan udang galah ( Macrobrchium rosenbergii ) yang diintroduksikan. J.Lit.Perikan.Ind. 12(1), 1-12. Tjahjo, D. W. H & Purnamaningtyas, S. E. (2008). Kajian kebiasaan makanan, luas relung, dan interaksi antar jenis ikan di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal Iktiologi Indonesia. 8(2), 59-65. Tjahjo, D. W. H., Purnamaningtyas, S. E & Suryandari, A. (2009). Evaluasi peran jenis ikan dalam pemanfaatan sumberdaya pakan dan ruang di Waduk Ir. H. Djuanda, Jawa Barat. J.Lit.Perikan.Ind. 15(4), 267-276. Tresna, L. K., Dhahiyat, Y & Herawati, T. (2012). Kebiasaan makanan dan luas relung ikan di hulu Sungai Cimanuk Kabupaten Garut, Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3), 163-173. Warsa, A & Purnomo, K. (2012). Struktur komunitas ikan pasca penebaran ikan patin ( Pangasianodon Hypopthalmus ) di Situ Panjalu, Kabupaten Ciamis- Jawa Barat. J. Lit. Perikan. Ind. 18(3), 145-156. Yemane, D., Field, J. G & Leslie,R. W. (2005). Exploring the effect of fishing on fish assemblages using abundance biomass comparison (ABC) curves. ICES Journal of Marine Science. 62, 374โ€“379. Warsa, A., et al / BAWAL Vol. 8 (1) April 2016: 29-36
21c6c44e-5ec0-4dc0-b342-64c710fab326
https://ejournalunb.ac.id/index.php/AGRI/article/download/310/309
ISSN: 2721-8589 (media online) ISSN: 2721-8597 (media cetak) Kosmus Imbiri, Asmanur Jannah, Andi Masnang Program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Nusa Bangsa, Jl. K.H. Sholeh Iskandar Km.4, Tanah Sareal, Kota Bogor, Kode Pos 16166, Indonesia. e-mail : [email protected] e-mail korespondensi: [email protected] e-mail : [email protected] Respon Tanaman Pakcoy ( Brassica rapa L. ) Pada Beberapa Media Tumbuh Organik (Response of Pakcoy Plants (Brassica rapa L) to Organic Growing Media ) ## AGRISINTECH Journal of Agribusiness and Agrotechnology Vol. 2, No. 1 (2021) ## ABSTRACT Planting media is part of the important factors to determine the development and growth of plants. The quality will determine the productivity of the plant. This study aims to examine the effect of a combination of several organic materials, namely husk charcoal, compost, and goat manure as a planting medium on the growth and yield of pakcoy plants and determine the best combination of organic materials. The research was conducted at the Green House of Nusa Bangsa University, Bogor. The time of the study was from April to June 2020. The method in this study used an experimental research method, with seven treatments designed at completely randomized (CRD). The treatments were: 1) P0: soil (control), 2) P1: soil and compost volume ratio 1:1, 3) P2: soil and rice husk charcoal volume ratio 1:1, 4) P3: soil and manure goat manure a mixture of 1:1 content, 5) P4: soil, compost and rice bran charcoal with a volume combination of 1:1:1, 6) P5: soil, humus, and goat manure ratio 1:1:1, 7) P6: soil, compost, rice husk charcoal and goat manure manure mixed volume 1:1:1:1. The experiment was repeated 3 times for each unit. The results of the study showed that the combination of organic materials gave different responses to the progress and yield of pakcoy (Brassica rapa L.). The growth pattern (plant height and leaf quantity) at P3, P5 and P6 were the same. The best treatment was P5 (a combination of soil, humus, goat manure manure with a mix of 1:1:1 (P5) media volume which was as significant as P3 and P6 treatments. Keywords: Pakcoy plant (Brassica rapa L.), growth pattern, planting medium, yield organic material ## ABSTRAK Media tanam adalah bagian dari faktor penting untuk menentukan perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Kualitasnya sangat menentukan produktivitas tanaman . Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh kombinasi beberapa material organik, yaitu arang sekam, kompos, dan rabuk kandang buangan kambing sebagai media tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy dan menentukan kombinasi material organik terbaik. Pelaksanaan penelitian berada di Green House Universitas Nusa Bangsa, Bogor. Waktu penelitian di bulan April sampai dengan Juni 2020. Metode pada kajian menggunakan metode penelitian eksperimental, dengan tujuh perlakuan yang dirancang secara acak lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan adalah: 1) P 0 : tanah (kontrol), 2) P 1 : tanah dan kompos perbandingan volume 1:1, 3) P 2 : tanah dan arang kulit padi perbandingan volume 1:1, 4) P 3 : tanah dan rabuk kandang kotoran kambing perpaduan isi 1:1, 5) P 4 : tanah, kompos dan arang kulit padi dengan perpaduan volume 1:1:1, 6) P 5 : tanah, humus, dan rabuk kandang kotoran kambing perbandingan volume 1:1:1, dan 7) P 6 : tanah, kompos, arang kulit padi dan rabuk kandang kotoran kambing volume perpaduan 1:1:1:1. Percobaan diulang 3 kali untuk setiap unit. Hasil kajian menunjukkan bahwa kombinasi material organik memberikan respon berbeda terhadap kemajuan dan hasil tanaman pakcoy ( Brassica rapa L.). Pola pertumbuhan (tinggi tanaman dan kuantitas daun) pada P 3 , P 5 dan P 6 sama. Perlakuan terbaik adalah P5 (kombinasi tanah, humus, rabuk kandang kotoran kambing dengan pepaduan volume media 1 : 1 : 1 (P 5 ) yang sama nyata dengan perlakuan P 3 dan P 6. Kata kunci: tanaman Pakcoy ( Brassica rapa L .), pola tumbuh, media tanam, material organik hasil ## PENDAHULUAN Sebagian masyarakat Indonesia memasukkan sayuran daun untuk menu konsumsi sehari-hari. Sayuran daun yang banyak dikonsumsi saat ini diantaranya adalah Pakcoy ( Brassica rapa L.), karena kandungan zat gizinya yang lengkap dan memenuhi syarat kebutuhan gizi masyarakat. Konsumsi sayuran pakcoy mengalami peningkatan sebanyak 104 kg/kapita atau 10% dari tahun 2013 hingga tahun 2014 (Susenas, 2016). Produksi Pakcoy tidak lepas dari cara budidaya tanaman. Jenis dan komposisi media tanam merupakan faktor penentu produktivitas tanaman karena sebagai tempat akar mengambil unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Kualitas media sangat menentukan produktivitas tanaman. Disamping itu media tanam juga berfungsi menyimpan air (Jannah dkk, 2020). Kesesuaian media tanam menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan packcoy menjadi optimal (Anjarwati, 2017). Keterbatasan lahan pekarangan di perumahan perkotaan dapat disiati dengan menggunakan media tanam dari berbagai sumber material organik hasil samping dari kegiatan masyarakat. Sehingga kebutuhan terhadap tanah sebagai media tanam dapat dikurangi dan digantikan sebagian atau seluruhnya dengan material organik dari berbagai sumber lain. Penambahan material organik pada media tumbuh akan meningkatkan kualitas sifat fisik, kimia serta biologis. Peningkatan kualitas media tumbuh ini berpengaruh positif pada peningkatan stabilitas agregat tanah, aerasi tanah dan efisiensi penggunaan pupuk (Hayati dkk, 2012). Beberapa material organik tersedia dan dapat dipertimbangkan sebagai media tanam dengan syarat dapat mendukung perubahan tanaman menjadi lebih bagus dan berkelanjutan (Syekhfani, 2000). Setiap material organik mempunyai karakteristik spesifik dan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu setiap material organik akan menghasilkan efek yang berbeda bagi tumbuh kembang tanaman. Sebagai contoh, Lingga (2005) menyatakan bahwa kompos mengandung 0,09% N; 0,36% P; dan 0,81% K. Pupuk kandang selain mengandung N, P, dan K juga mengandung Ca, S, Fe, Zn, Co, dan Mo. Kandungan unsur hara ini sangat menentukan pertumbuhan tanaman (Mayadewi, 2017). Pupuk kandang kambing mengandung kalium yang cukup dan nitrogen yang tinggi (Suhesy dan Adriani, 2011). Triyono (2017) menambahkan bahwa pupuk kandang yang ditambahkan pada tanah dapat meningkatkan jumlah kandungan unsur hara yang dapat diserap akar sehingga berpengaruh pada berat kering tanaman. Arang sekam memiliki beberapa kelebihan, antara lain memiliki porositas besar, ringan, dan tidak kotor. Oleh karena itu, penggunaan arang sekam sebagai media tanam direkomendasikan karena dapat memperbaiki struktur tanah. Namun, arang sekam memiliki kekurangan, yaitu tidak mampu menyerap air dalam jumlah banyak. (Supriyanto & Fidryaningsih 2010). Sejalan dengan pendapat Ernanda (2017), bahwa material organik seperti kompos, pupuk kandang atau lainnya dapat memperbaiki struktur media tanam. Oleh karena itu perlu dikaji penggunaan beberapa material organik untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy. Menurut Illa (2017), pemberian pupuk kompos pada tanah gambut dapat meningkatkan kualitas sifat fisik tanah gambut. Hal tersebut dapat mengoptimalkan penyerapan unsur hara. Arah dari penelitian ini adalah mengkaji pengaruh kombinasi beberapa material organik, yaitu arang kulit padi, kompos, dan rabuk kandang limbah kambing sebagai media tanam terhadap hasil dan perubahan tanaman pakcoy, serta menentukan kombinasi material organik terbaik. ## METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi kajian di Green House Universitas Nusa Bangsa, Bogor, berlangsung dari bulan April sampai dengan Juni 2020. B. Instrumen dan Bahan Penelitian menggunakan instrument seperti cangkul, coret, penggaris/mistar, gembor, buku, pulpen, timbangan, oven, gunting, gelass ukur 1000 ml, tray, label, dan baskom box ukuran 9,6 liter. Bahan yang digunakan sebagai media tanaman adalah tanah, kompos, arang kulit padi, dan rabuk kandang limbah kambing. ## C. Metode Penelitian Penelitian dijalankan dengan metode eksperimental yang mencakup tujuh perlakuan yang dirancang secara acak lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut: 1) P 0 : tanah (kontrol), 2) P 1 : tanah dan rabuk perbandingan volume 1:1, 3) P 2 : tanah dan arang sekam perbandingan volume 1:1, 4) P 3 : tanah dan rabuk kandang limbah kambing perbandingan volume 1:1, 5) P 4 : tanah, kompos dan arang sekam perpaduan volume 1:1:1, 6) P 5 : tanah, humus, dan rabuk kandang limbah kambing perbandingan volume 1:1:1, dan 7) P 6 : tanah, humus, arang kulit padi, dan rabuk kandang limbah kambing volume perpaduan 1:1:1:1. Setiap unit percobaan diulang 3 kali. Data selanjutnya dianalisis menggunakan alat bernama Statistical Tool for Agricultural Research (STAR). Apabila perlakuan berbeda nyata maka penjabaran akan dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) ฮฑ5%. ## D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Wadah Media tanam Wadah media tanam berupa baskom box berukuran panjang 32 centimeter, lebar 25 centimeter, dan tinggi 11 centimeter (kapasitas media tanam 9.600 ๐‘๐‘š 3 atau 9,6 liter). 2. Persiapan media tanam organik Persiapan media tanam diawali dengan mengkombinasikan media tanam kemudian ditempatkan di dalam wadah media tanam (baskom box), dengan perbandingan media tanam berdasarkan volume. Volume total wadah media (baskom box ) 9.600 ๐‘๐‘š 3 (9,6 liter). Volume total media dalam satu wadah 8.000 cmยณ (8 liter), dengan jarak 2 cm antara permukaan media tanam dengan bibir wadah media (baskom box ). 3. Persemaian Benih pakhcoy disemai dengan menggunakan tray yang telah diberi media sebagai wadah semai. ## 4. Penanaman Penanaman dilakukan ketika benih tanaman pakcoy sudah mengeluarkan tangkai daun ketiga atau sudah berumur 2 minggu. 5. Pengamatan Pengamatan dilakukan sejak pindah tanam sampai dengan tanaman berumur 40 hari dengan interval waktu pengamatan 4 hari sekali. 6. Pemanenan Pakcoy dipanen pada umur 40 hari (6 minggu) setelah tanam. ## E. Variabel yang diamati 1. Kuantitas daun Syaratnya daun sudah terbuka ideal. Jumlah daun dihitung setiap empat hari setelah tanam. 2. Tinggi tanaman Pengukuran dimulai dari rataan tanah hingga pucuk atau daun yang belum terbuka sempurna dengan penggaris, pengukuran dilakukan setiap empat hari setelah tanam. 3. Panjang akar Pengukuran panjang akar hanya dilakukan setelah panen. Panjang akar tanaman diukur mulai dari pangkal batang bawah sampai ujung akar tanaman dengan penggaris. 4. Berat Basah Pakcoy saat panen ditimbang menggunakan timbangan digital. 5. Berat kering akar Akar dipanaskan dalam oven dengan suhu 80ยบC selama 24 jam, kemudian ditimbang dengan timbangan digital. 6. Berat kering daun Daun dipanaskan dalam oven suhu 80ยบC selama 24 jam, lalu ditimbang dengan timbangan digital. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pakcoy adalah jenis sayuran yang dikomsumsi bagian daunnya. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan berat basah adalah berat pakcoy saat panen termasuk akarnya. A. Pertumbuhan tanaman pakcoy ( Brassicca rapa L .) Pola pertumbuhan tanaman dapat diperhatikan dari tinggi tanaman dan kuantitas daun selama pertumbuhan. Grafik tinggi tanaman serta jumlah daun pakcoy dipaparkan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2, terlihat bahwa perbedaan pola pertambahan tinggi tanaman dan kuantitas daun pada semua perlakuan yang diujicobakan mulai hari ke-10 sesudah tanam, dimana pada perlakuan P 3, P 5 dan P 6 terlihat lebih tinggi ditimbang dengan dengan empat tindakan lain. Dugaannya adalah zat hara yang terkandung pada sarana tanam yang berisi rabuk kandang limbah kambing (P 3, P 5 dan P 6) efektif diserap oleh tanaman dan tanaman dapat mengekpresikan pengaruh tersebut dalam bentuk penambahan tinggi tanaman dan kuantitas daun. Hasil analisis ragam pada variabel jumlah daun, tinggi tanaman, dan panjang akar memperlihatkan bahwa kombinasi material organik sebagai media tanam memiliki pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy ( Brassica rapa L .). - 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 0 20 40 60 T in g g i tan aman ( cm) hari ke P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Linear (P0) Linear (P1) Linear (P2) Linear (P3) Linear (P4) Linear (P5) Linear (P6) - 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00 0 20 40 60 ju ml ah d au n ( h el ai ) Hari ke P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6 Linear (P0) Linear (P1) Linear (P2) Linear (P3) Linear (P4) Linear (P5) Linear (P6) Sumber: Olahan data primer (2021) Gambar 1. Pola pertambahan tinggi tanaman (cm) selama pertumbuhan Sumber: Olahan data primer (2021) Gambar 1. Pola pertambahan jumlah daun (helai) selama pertumbuhan Imbiri, K., Jannah, A., & Masnang, A. : Respon Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) Pada Beberapa Media Tumbuh Organik (01-08) Hasil uji lanjut dengan BNJ pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata jumlah daun (helai), tinggi tanaman (cm), dan panjang ajar (cm) pertanaman Perla- kuan Jumlah daun (helai) Tinggi tanaman (cm) Panjang akar (cm) P0 7,00 ยฑ 0,43 b 7,67 ยฑ0,58 c 7,00 ยฑ 0,38 d P1 7,42 ยฑ0,79 b 9,50 ยฑ0,63 c 10,67 ยฑ1,23 bcd P2 6,67 ยฑ0,73 b 9,67 ยฑ1,23 bc 13,92 ยฑ0,32 b P3 15,25 ยฑ 1,23a 14,00 ยฑ1,18 a 19,50 ยฑ0,76 a P4 6,42 ยฑ0,17 b 6,42 ยฑ0,30 c 8,92 ยฑ0,33 cd P5 16,42 ยฑ 0,96a 13,75 ยฑ0,25 a 12,92 ยฑ1,30 b P6 13,5 ยฑ 0,66a 13,58 ยฑ0,93 ab 19,25 ยฑ1,81 a Sumber: data primer (2021) Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji BNJ pada taraf 5%. Uji lanjut dengan BNJ ฮฑ 5% menghasilkan kuantitas daun pakcoy paling banyak ada di perlakuan P 5 yaitu kombinasi tanah: kompos; pupuk kandang kotoran kambing. Tidak ditemukan perbedaan nyata jumlah daun antara perlakuan P 5 , P 3 dan P 6 . Hal ini diduga karena adanya pupuk kandang kotoran kambing yang memasok unsur hara dalam media tanam tersebut cukup, terutama unsur hara N bagi tanaman sehingga dapat meningkatkan jumlah daun. Tanaman pakcoy tertinggi terdapat pada perlakuan P 3 yaitu kombinasi tanah dan pupuk kandang kotoran kambing. Hasil ini sama dibandingkan dengan perlakuan P 5 dan P 6, karena semua perlakuan ini mendapat pupuk kandang kotoran kambing yang berisi zat hara makro dan mikro yang diperlukan tanaman. Disamping menambah unsur hara, pupuk kandang kambing juga memperbaiki kondisi sifat dan biologi tanah. Demikian juga dengan porositas tanah, aerasi, kemampuan menyimpan air dan komposisi mikroorganisme tanah dapat ditingkatkan sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik, penyerapan unsur hara meningkat, jumlah akar tanaman meningkat yang pada akhirnya tinggi tanaman pakcoy bertambah (Ernanda, 2017). Timor (2016), menambahkan bahwa phosphor mempunyai peran dalam pertumbuhan perakaran terutama di awal pertumbuhan. B. Hasil Tanaman Pakcoy ( Brassica rapa L.) Hasil analisis ragam terhadap variabel berat basah total, berat kering daun dan berat kering akar menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi material organik sebagai media tanam berpengaruh nyata. Hasil uji lanjut dengan BNJ 5% disajikan pada Tabel 2. Uji lanjut dengan uji beda nyata jujur (BNJ) 5% terhadap variabel bobot basah total, bobot kering daun, dan bobot kering akar ditampilan di Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Berat basah total, Berat kering daun dan Berat kering akar per tanaman Perlaku an Berat basah total (g) Berat kering daun (g) Berat kering akar (g ) P0 3,25 ยฑ 0,50c 0,24 ยฑ0,02 b 0,07 ยฑ 0,05cd P1 7,17 ยฑ2,92 bc 0,49 ยฑ 0,14b 0,21 ยฑ0,04 bc P2 6,00 ยฑ 1,32 bc 0,31 ยฑ0,12 b 0,09 ยฑ0,03 cd P3 53,08 ยฑ12,77 a 2,68 ยฑ0,53 a 0,26 ยฑ0,03 ab P4 3,50 ยฑ0,29 c 0,19 ยฑ0,02 b 0,06 ยฑ0,02 d P5 53,25 ยฑ8,41 a 2,83 ยฑ0,46 a 0,38 ยฑ0,04 a P6 36,25 ยฑ 5,70ab 1,95 ยฑ0,30 a 0,32 ยฑ0,01 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata berdasarkan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Tabel 2 terlihat berat basah pakcoy tertinggi sebesar 53.25 g/tanaman diperoleh pada perlakuan P 5 yaitu kombinasi tanah + kompos + pupuk kandang kotoran kambing, tidak berbeda Imbiri, K., Jannah, A., & Masnang, A.: Respon Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) nyata dengan P 3 (kombinasi tanah + pupuk kandang kotoran kambing) dan P 6 (kombinasi tanah + kompos + arang sekam + pupuk kandang kotoran kambing) . Hal yang sama juga terjadi pada variabel berat kering daun tertinggi pada perlakuan P 5 sebesar 2.38 g per tanaman. Tidak berbeda nyata dengan perlakuan P 3 dan P 6 . Demikian juga halnya dengan berat kering akar tanaman pakcoy, dimana berat tertinggi juga ditemukan pada perlakuan P 5 (0.38 g) dan tidak berbeda nyata dengan P 3 dan P 6 . Jika dicermati, pada ketiga perlakuan ini (P 3, P 5 dan P 6) terdapat material organik yang sama yaitu rabuk kandang limbah kambing. Menurut Hartatik dan Widowati (2006), rabuk kandang limbah kambing yang dikomposkan mempunyai kemampuan memperkaya kandungan hara. Terjadinya peningkatan bobot basah selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman pakcoy dapat diterangkan sebagai berikut : tanaman menyerap unsur hara yang dibutuhan dari media tanam tempatnya tumbuh melalui akar. Selanjutnya unsur hara yang larut dalam air ini ditranslokasikan melalui pembuluh xylem ke daun sebagai tempat terjadinya proses fotosintesis. Proses fotosintesis menghasilkan glukosa (C 6 H 12 O 6 ) yang kemudian diubah menjadi sukrosa (C 12 H 22 O 11 ) yang ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Selanjutnya sukrosa masuk ke dalam metabolism lanjutan untuk menghasilkan senyawa organik yang lebih komplek seperti karbohidrat, lemak dan protein (Advinda, 2018). Sintesis protein akan menambah jumlah dan ukuran sel dalam bentuk bahan kering tanaman (Vivonda, 2016) Ketersediaan unsur hara pada tanah sangat bertumpu pada jenis sarana tanam yang dipakai. Penelitian ini menggunakan tiga material organik dengan karakteristik dan komposisi yang berbeda, yaitu arang sekam, kompos dan pupuk kandang kotoran kambing. Pada Tabel 2 menunjukkan perlakuan P 5 menghasilkan bobot basah, bobot kering daun dan akar tertinggi yang secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan P 3 dan P 6 . Dilihat dari komposisi, ketiga perlakuan tersebut mengandung pupuk kandang kotoran kambing. Hal ini dapat disebabkan potensial kandungan unsur hara makro dan mikro pada pupuk kandang lebih tinggi dan lebih kompleks dibandingkan dengan arang sekam dan kompos. Rabuk kandang limbah kambing lebih superior dibandingkan rabuk limbah sapi atau kuda. Rabuk kandang limbah kambing yang dikomposkan mengandung unsur N (1.85%), P (1.14%), K (2.49%) dengan C/N ratio (11.3%) yang juga lebih tinggi dibandingkan kompos biasa. Selain komposisi unsur hara yang lebih lengkap, pupuk kandang juga memiliki kemampuan โ€œslow realease โ€ dalam melepaskan unsur hara, sehingga kandungan unsur hara tersedia lebih lama bagi tanaman (Hartatik dan Widowati, 2006). Selain hal tersebut, penambahan pupuk kandang kotoran kambing dapat membantu menjaga kesuburan tanah dengan meningkatkan aktivitas mikrobiologi tanah, menaikkan kapasitas tahan air, dan menaikkan nilai kapasitas tukar kation. Rata-rata berat kering daun tertinggi ditemukan perlakuan P5 yaitu kombinasi media tanam tanah + kompos + pupuk kandang kotoran kambing. Hal ini diduga karena kebutuhan unsur hara pada tanaman pakcoy telah terpenuhi dengan baik. Tanaman menyerap unsur hara melalui akar dan melalui proses fotosintesis diubah menjadi karbohidrat, lemak dan protein. Selanjutnya sintesis protein akan menambah jumlah dan ukuran sel dalam bentuk berat kering daun (Vivonda, 2016). ## SIMPULAN Kombinasi material organik memberikan respon berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy ( Brassica rapa L.). Pola pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) pada P 3 , P 5 dan P 6 sama. Perlakuan terbaik adalah P5 (kombinasi tanah, kompos, pupuk kandang kotoran kambing dengan perbandingan volume media 1:1:1 (P 5 ) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan P 3 dan P 6. ## DAFTAR PUSTAKA Advinda, Linda. (2018). Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Buku . Yogyakarta: Penerbit Deepublish (Grup Penerbitan CV Budi Utama). Anjarwati H, Waluyo S, Purwanti S. (2017). Pengaruh Macam Media dan Takaran Pupuk Kandang Kambing Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Sawi Hijau ( Barassica rapa L. ). Vegetalika, 6 (1), 35-45. Ernanda MY. (2017 ). Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Pakcoy (Barassica Rapa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Organik Cair (POC) Urin Sapi (Skripsi). Medan : Universitas Medan Area. Hartatik, W dan Widowati, LR. (2006). Pupuk Kandang dalam Buku โ€œPupuk Organik dan Pupuk Hayati.โ€ 2006. BBSDLP . Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Hayati, E., Sabarudin., & Rahmawati. (2012). Pengaruh jumlah mata tunas dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.). Jurnal Agrista , 16 (3), 129-134. Illa, M., Mukarlina, & Rahmawati. (2017). Pertumbuhan Tanaman Pakcoy ( Brassica chinensis L .) pada Tanah Gambut dengan Pemberian Pupuk Kompos Kotoran Kambing. Protobiont, , 6 (3), 147 โ€“152. Jannah, A., Masnang, A., & Subardja. (2020). Volume dan Interval Pemberian Air Pada Tanaman Kubis Bunga ( Brassica Oleracea L. var botrytis subvar cauliflora DC) di Daerah Dataran Rendah. Jurnal Agrotek Indonesia , 5 (1), 8โ€“15. Lingga, P. (2005). Hidroponik, bercocok tanam tanpa tanah . Jakarta: Penebar Swadaya. Mayadewi. (2017). Pengaruh macam media dan berbagai pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil selada (Lactuca sativa L.) hidroponik. Jurnal Agronomika, 9 (3), 257-264. Nurhasanah, O., (2015). Pemberian Kombinasi Pupuk Hijau Azolla pinnata Dengan Pupuk Guano Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Pakcoy (Brassica chinensis L.) . Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau , 2 (1). Supriyanto & Fidryaningsih (2010) Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) pada Media Subsoil. Jurnal Silvikultur Tropika , 1 (1), 24- 28. Suhesy dan Adriani. (2011). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Jawa Barat: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Jawa Barat. Susenas. (2016). Konsumsi per kapita dalam rumah tangga setahun menurut hasil susenas. Diunduh 27 Maret 2020 dari https://aplikasi2.pertanian.go .id/konsumsi/tampil_susenas_kom2_t h.p hp> Syekhfani. (2000). Pertanian organik: suatu alternatif menuju sistem pertanian berkelanjutan (ditinjau dari aspek kesuburan tanah) . Jawa Timur: Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Jawa Timur. Vivonda T, Armaini, & Yoseva S. (2016). Optimalisasi Pertumbuhan Tanaman Pakcoy ( Bassica rapa L. ) Melalui Aplikasi Beberapa Pupuk Bokasi. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau, 3 (2), 1- 11. Imbiri, K., Jannah, A., & Masnang, A.: Respon Tanaman Pakcoy (Brassica rapa L.) Pada Beberapa Media Tumbuh Organik ( 01-08)
7f8d0ce8-9dd0-4a44-8703-941490a540eb
http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/segmen/article/download/618/600
## UPAYA PEMBERDAYAAN KOPERASI DI INDONESIA Hesti Respatiningsih ## STIE Rajawali Purworejo ## Abstract Cooperative empowering in Indonesia is necessary to be done through the effort which has the capability to build cooperative as a basic power of society and can be reliable. In effort of cooperative empowering can be done: implementing the good corporate governance (GCG) principles, performing cooperative professionally, reconstructing the management of cooperative and creating goodwill and birocracy politicalwill. Keywords: cooperative empowering, good corporate government, goodwill, and politicalwill. ## PENDAHULUAN Krisis moneter yang melanda beberapa negara di kawasan Asia (Korea, Thailand, Indonesia, Ma- laysia ) pada tahun 1997 setidaknya telah menjadi saksi sejarah dan sekaligus juga telah memberikan pelajaran yang sangat berharga, bahwa sesungguhnya pengemba- ngan ekonomi bangsa yang berbasis konglomerasi itu rentan terhadap badai krisis moneter. Sementara itu, pada saat yang sama kita telah menyaksikan bahwa ekonomi kerakyatan (diantaranya adalah koperasi) sangat berbeda jauh karakteristiknya jika dibandingkan dengan ekonomi konglomerasi. Hal ini berarti ia telah mampu menunjukkan daya tahannya terhadap gempuran badai krisis moneter yang melanda Indonesia. Koperasi sebenarnya meru- pakan bagian penting yang mencerminkan kemajuan bagi rakyat Indonesia. Kehadiran ko- perasi sebagai penjelmaan ekonomi kerakyatan merupakan lembaga yang strategis untuk mendukung peningkatan produktivitas, penye- diaan lapangan kerja, dan pe- ningkatan pendapatan bagi masya- rakat miskin. Secara ideologi koperasi di Indonesia mendapat jaminan dari UUD 45 dimana dalam pasal 33 dinyatakan bahwa koperasi adalah pilar ekonomi atau sebagai soko guru perekonomian nasional, karena: 1. Koperasi mendidik sikap self- helping. 2. Koperasi mempunyai sifat kemasyarakatan, dimana kepen- tingan masayarakat harus lebih diutamakan daripada kepen- tingan diri dan golongan sendiri. 3. Koperasi digali dan dikem- bangkan dari budaya asli bangsa Indonesia. 4. Koperasi menentang segala pa- ham yang berbau individualisme dan kapitalisme. Sebagai organisasi kerak- yatan, koperasi merupakan wujud kebersamaan yang dibangun dengan kesamaan tujuan diantara para anggotanya dan tekad pencapaian tujuan disesuaikan dengan kebu- tuhan dan kekuatan sendiri. Ungkapan sederhana bahwa kope- rasi dibentuk dari adanya kebutuhan anggota, diselenggarakan oleh anggota dan karenanya untuk kepentingan anggota itu sendiri. Pada hakekatnya merupakan jabaran semangat kebersamaan, semangat berusaha bersama atau semangat kegotong-royongan. Esensi koperasi inilah sesungguhnya yang menjadi jati diri koperasi dan menjiwai koperasi. ## PEMBAHASAN Permasalahan Koperasi Di Indonesia Dalam era globalisasi eko- nomi sekarang ini, koperasi tetap diha rapkan sebagai soko guru perekonomian nasional. Hal ini tidak terlepas dari jatidiri koperasi itu sendiri yang dalam gerakan dan cara kerjanya selalu mengandung unsur-unsur yang terdapat dalam asas-asas pembangunan. Dalam UU No.25 tahun 1992 tentang perkope- rasian disebutkan bahwa pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang bedasar atas asas kekeluargaan. Berdasarkan batasan kope- rasi ini, Koperasi Indonesia mengandung 5 unsur sabagai berikut: (Sitio dan Tamba, 2003) 1. Koperasi adalah Badan Usaha (Bussiness Enterprise) Sebagai Badan Usaha, maka koperasi harus memperoleh laba. Laba merupakan elemen kunci dalam suatu sistem usaha bisnis, dimana sistem itu akan gagal bekerja tanpa memperoleh laba. 2. Koperasi adalah kumpulan orang-orang dan atau badan- badan hukum koperasi. Ini berarti bahwa, koperasi Indonesia bukan kumpulan modal. Dalam hal ini, UU No- mor 25 tahun 1992 memberikan jumlah minimal orang-orang (anggota) yang ingin memben- tuk organisasi koperasi (minimal 20 orang), untuk koperasi primer dan 3 Badan Hukum Koperasi untuk koperasi sekunder. Syarat lain yang harus dipenuhi ialah bahwa anggota-anggota tersebut mempunyai kepentingan ekonomi yang sama. 3. Koperasi Indonesia adalah koperasi yang bekerja berdasar- kan โ€Prinsip - prinsip koperasiโ€ . Menurut UU Nomor 25 tahun 1992, ada 7 prinsip Koperasi Indonesia dan ini akan diuraikan pada tulisan berikutnya. Secara singkat, prinsip koperasi ini pada dasarnya merupakan jati diri koperasi. 4. Koperasi Indonesia adalah โ€Gerakan Ekonomi Rakyatโ€ Ini berarti bahwa, Koperasi Indonesia merupakan bagian dari sistem perekonomian nasional. Dengan demikian, kegiatan usaha koperasi tidak semata-mata hanya ditujukan kepada anggota, tetapi juga kepada masyarakat umum. 5. Koperasi Indonesia โ€berazas kekeluargaanโ€ Dengan azas ini, keputusan yang berkaitan dengan usaha dan organisasi dilandasi dengan jiwa kekeluargaan. Segala keputusan yang diambil seyogyanya berda- sarkan musyawarah mufakat. Inti dari azas kekeluargaan yang dimaksud adalah adanya rasa keadilan dan cinta kasih dalam setiap aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan berkoperasi. Namun dalam kenyataannya perkembangan koperasi masih jauh dari itu. Koperasi kita tidak lagi tumbuh sebagai organisasi ekonomi yang terbentuk karena kebutuhan rakyat sebagai anggota, melainkan menjadi lembaga yang kebe- radaannya karena dibentuk pemerintah. Rakyat tidak lagi merasa memiliki dan memandang koperasi takubahnya badan usaha pada umumnya, tanpa ikatan batin apapun dengan mereka. Partisipasi koperasi pada gilirannya menjadikan koperasi sebagai korban pembangunan. Koperasi tidak berkembang seperti yang diharapkan. Apakah karena lingkungan di Indonesia memang tidak memungkinkan untuk berkembang atau justru karena pemerintah sudah mengambil posisi bukan lagi sebagai lokomotif pertumbuhan koperasi tetapi fasilitator dan mitra gerakan koperasi. Sebenarnya persoalan men- dasar yang menghambat penge- mbangan koperasi di Indonesia dalam peranannya meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia dapat dilihat dengan menggunakan variabel kinerja koperasi yang terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per propinsi, jumlah koperasi perjenis/kelompok kope- rasi, jumlah koperasi aktif dan non aktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, aset dan sisa hasil usaha. Sedangkan pemasalahan yang paling menonjol yang dihadapi koperasi di Indonesia, adalah: 1. Kurangnya pengetahuan tentang perkoperasian bagi anggota koperasi. 2. Kurangnya keterampilan dan ke- ahlian anggota. 3. Kurang andilnya pengurus dalam kegiatan koperasi. 4. Kurangnya keikutsertaan ang- gota dalam kegiatan koperasi. 5. Masih adanya rasa kurang memiliki terhadap organisasi koperasi. 6. Terbatasnya modal dan ren- dahnya support dari lembaga keuangan dan perbankkan. 7. Tidak adanya lembaga penjamin. Koperasi Sebagai Penjelmaan ## Ekonomi Kerakyatan Ekonomi kerakyatan sebagai suatu sistem ekonomi yang memberikan pemihakan kepada pelaku ekonomi lemah kiranya pantas mendapatkan prioritas utama penanganan. Hal ini bukan saja karena ekonomi kerakyatan memi- liki pijakan konstitusional yang kuat, namun juga karena ia gayut langsung dengan nadi kehidupan rakyat kecil yang secara obyektif perlu lebih diberdayakan agar mampu menjadi salah satu โ€˜engineโ€™ bagi peningkatan kesejahteraan rakyat (social welfare) dan sekaligus alat ampuh untuk lebih memeratakan โ€˜kue pembangunanโ€™ sejalan dengan program pengentasan kemiskinan (poverty allevia- tion).(Handoyo: 2004) Masalah ekonomi di Indonesia secara tegas telah diatur dalam Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1,2,3). Dalam pasal 33 ayat 1 yang berbunyi: โ€perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.โ€ Dan sebagai perwu - judannya adalah koperasi. Koperasi dibentuk untuk ikut membangun dan memberdayakan ekonomi kerakyatan. Artinya koperasi akan secara aktif ambil bagian dalam pembangunan nasional, menekan kemiskinan, menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di pedesaan serta ikut memperbaiki kualitas hidup rakyat miskin. Sebagai penjelmaan ekono- mi kerakyatan, koperasi dapat diandalkan untuk mengatasi kondisi perekonomian nasional yang sedang genting. Pada tahun 2004 terdapat sekitar 11, 6 ribu unit koperasi. Sementara itu, jumlah koperasi pada tahun 2005 telah mencapai 13,3 ribu unit yang telah tersebar di seluruh propinsi di Indonesia, dengan jumlah anggota sebanyak 27,4 juta orang. Ini adalah suatu jumlah yang sangat besar dan potensial untuk dikembangkan. Seandainya dari jumlah tersebut terdapat 20-30% saja yang kinerjanya bagus, tentu peran koperasi bagi perekonomian nasional akan sangat signifikan. Oleh karena itu Koperasi sebagai penjelmaan ekonomi kerakyatan perlu didorong untuk lebih berdaya. ## Upaya Pemberdayaan Koperasi di Indonesia Pemberdayaan koperasi be- rarti membangun ekonomi kerak- yatan, ekonomi jaringan yang menghubung-hubungkan sentra ke- mandirian usaha masyarakat kedalam sistem perekonomian secara makro, serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan ekonomi sehingga akan berdampak pada kesempatan kerja produktif, berkurangnya kemiskinan maupun tercapainya ekonomi yang baik. Pemberdayaan koperasi di Indonesia masih sangat rendah dan sampai saat ini belum dapat menjadi pilar ekonomi nasional. Keper- cayaan masyarakat Indonesia terha- dap eksistensi koperasi semakin menurun. Bahkan pendidikan kope rasi bagi generasi muda masih rendah. Pendidikan koperasi sangat membosankan karena masih ber- bentuk hafalan tanpa kreatifitas untuk membuat generasi muda lebih tertarik terhadap pendidikan koperasi. Pemberdayaan koperasi se- bagai wadah aktivitas ekonomi kerakyatan dapat dilakukan melalui: 1. Penerapan Prinsip-prinsip Good Corporate Government (GCG) Koperasi perlu didorong untuk menerapkan nilai-nilai demo- kratis di bidang usaha yang tercover dalam Good Corporate Government (GCG). Prinsip tersebut memeberi arah yang jelas tentang cakupan kerja masing-masing organ kope- rasi, sehingga tidak saling tumpah tindih (over lapping). Organ kope- rasi meliputi: Rapat Anggota, Pe- ngurus, Pengawas. Prinsip GCG merupakan batasan-batasan yang harus diperhatikan oleh korporasi dalam mengelola bisnis dan prinsip- prinsip tersebut antara lain: a. Transparansi, yaitu nilai-nilai keterbukaan dijunjung tinggi yang mencakup keterbukaan dalam akselerasi dan prosesi pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam menge- mukakan informasi materiil yang relevan mengenai perusahaan. b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan yang menunjuk pada pengelolaan badan usaha secara profesional tanpa melahirkan benturan kepentingan, steril dari pengaruh dan tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. c. Akuntabilitas. Adanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan per- tanggung jawaban organ sehingga pengelolaan peru- sahaan terlaksana secara efektif. d. Pertanggung Jawaban, yaitu ke- sesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang ber- laku dan prinsip-prinsip kor- porasi yang sehat. e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang tim- bul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. ## 2. Pengelolaan Koperasi Secara Profesional a. Kemandirian harus menjadi nyawa koperasi, berdiri dan bergeraknya badan usaha bersama tersebut mengguna- kan modal sendiri, bidang usaha sesuai dengan poten- sinya dan didirikan atas prakarsa sendiri, demikian juga kebutuhan materialnya serta hasil produksinya sesuai dengan permintaan pasar. b. Efisiensi dalam pengelolaan modal usaha, manajemen yang diterapkan yang selalu melihat pangsa pasar dan tidak pernah melakukan aksi coba-coba demikian juga perilaku mark up dan mani- pulasi data diminimalisir. c. Memposisikan birokrasi se- bagai fasilitator, dan bukan sebagai pengarah dalam pengambilan kebijakan ba- dan usaha, sehingga dalam men-jalankan mark-up, ko- lusi, korupsi dan nepotisme dapat diminimalisir. d. Material atau input produksi banyak memanfaatkan potensi-potensi dan bahan- bahan dasar yang ada di lingkungannya. e. Adanya gerakan lebih mencintai produksi sendiri, fenomena ini muncul seiring dengan adanya kemauan melakukan pergeseran para- digma dari lebih bangga ka- lau mengkonsumsi produk dengan label luar negeri dengan harga yang tinggi ke arah produk-produk dome- stik yang harganya relatif dapat dijangkau. ## 3. Pembenahan Manajemen Koperasi a. Peningkatan kualitas SDM koperasi sesuai dengan kualifikasi usaha yang ada. 1) Secara intensif mem- berikan pembinaan, pe- nyuluhan, pelatihan ke- pada pengurus, pengelola dan anggota koperasi dalam hal sistem pengelolaan koperasi, pe- nyusunan laporan keua- ngan yang praktis dan mudah, pemanfaatan teknologi yang tepat, dan peningkatan kualitas pe- ngelola koperasi. 2) Menyediakan dan me- ngembangkan prasarana dan sarana pelatihan, penyuluhan, bimbingan dan konsultasi usaha perkoperasian dan me- nyediakan petugas kon- sultasi lapangan. 3) Meningkatkan pembi- naan dan penyuluhan bagi anggota koperasi untuk membuat kesada- ran akan hak dan kewajiban selaku ang- gota koperasi. 4) Kesungguhan kerja pe- ngurus dan karyawan dalam mengelola kope- rasi. Disamping kerja keras, figur pengurus koperasi hendaknya dipilih orang yang amanah, jujur serta transparan. 5) Pemahaman pengurus dan anggota akan jati diri koperasi (cooperative identity) yang antara lain dicitrakan oleh penge- tahuan mereka terhadap โ€˜tiga serangkaiโ€™ koperasi, yaitu pengertian koperasi (definition of coopera- tive), nilai-nilai koperasi (values of cooperative) dan prinsip-prinsip gera- kan koperasi (principles of cooperative). Pema- haman akan jati diri koperasi merupakan entry point dan sekaligus juga crucial point dalam mengimplementasikan jati diri tersebut pada segala aktifitas koperasi. 6. Dalam menjalankan usa- hanya, pengurus koperasi harus mampu mengiden- tifikasi kebutuhan kolek- tif anggotanya (collective need of the member) dan memenuhi kebutuhan tersebut. Proses untuk menemukan kebutuhan kolektif anggota sifatnya kondisional dan lokal spesifik. Dengan mem- pertimbangkan aspirasi anggota-anggotanya, sangat dimungkinkan kebutuhan kolektif setiap koperasi berbeda-beda. Misalnya di suatu kawasan sentra produksi komoditas pertanian (buah-buahan) bisa saja didirikan koperasi. 7. Kehadiran lembaga ko- perasi yang didirikan oleh dan untuk anggota akan memperlancar pro- ses produksinya, misal- nya dengan menyediakan input produksi, mem- berikan bimbingan teknis produksi, pembukuan usaha, pengemasan dan pemasaran produk. b. Penerapan manajemen kor- porasi modern. Penerapan manajemen kor- porasi modern dapat dilakukan dengan pening- katan mekanisme kerja antar pengurus, pengurus dengan anggota sesuai dengan asas kebersamaan dan keke- luargaan dan pemanfaatan teknologi yang tepat. c. Membangun jaringan kerja- sama (net working) antar koperasi dengan diversifikasi usahanya. d. Membuka jaringan distribusi pasar baru. e. Mangefektifkan promosi produksi. f. Memanfaatkan media elek- tronika modern untuk pema- saran produk sehingga dunia luar dapat mengetahui. g. Pengawasan dan pembinaan terus dilakukan secara efektif dan efisien. 4. Adanya GoodWill dan Politi- calWill Birokrasi. Pemerintah memberikan perla- kukan khusus pada sektor ekonomi kerakyatan dan UKM (usaha ekonomi menengah) dalam hal subsidi dan peluang memperoleh kredit yang lebih mudah dan dalam jumlah nominal yang lebih besar. Pemberdayaan koperasi bukan hanya sebatas member- dayakan koperasi yang berperan sebagai lembaga yang menjalankan usaha saja, namun koperasi bisa menjadi alternatif kegiatan ekonomi yang mampu menyejahterakan anggota serta sekaligus berfungsi sebagai kekuatan pengimbang dalam sistem perekonomian. Dengan kata lain, kita mengharapkan tumbuh berkem-bangnya koperasi yang memiliki competitive advantage dan barganing position yang setara dengan pelaku ekonomi lainnya. Secara operasional, kegiatan produksi dan konsumsi yang jika dikerjakan sendiri-sendiri tidak akan berhasil, maka melalui pem- berdayaan koperasi hal tersebut dapat dilakukan dengan lebih berhasil. Dengan kata lain, kepentingan ekonomi rakyat, terutama kelompok masyarakat yang berada pada aras ekonomi kelas bawah (misalnya petani, nelayan, pedagang kaki lima) akan relatif lebih mudah diperjuangkan ke- pentingan ekonominya melalui wadah koperasi. Semoga koperasi sebagai wadah aktivitas ekonomi kerakyatan yang bersendikan demokrasi ekonomi dapat tumbuh, berkembang dan berdaya guna serta mampu menjadi salah satu pilar penting perekonomian bangsa. ## PENUTUP Koperasi di Indonesia masih berada dalam situasi yang harus diberdayakan terutama pada manajemen dan pengelolanya. Pemberdayaan koperasi sebagai wadah aktivitas ekonomi kerakyatan perlu diberdayakan melalui upaya- upaya yang dapat membangun sistem ekonomi kerakyatan karena koperasi memiliki peluang yang cukup besar mengingat potensi ekonomi anggota koperasi walaupun kecil-kecil tapi sangat banyak dan tersebar, sehingga mampu mem- bentuk kekuatan yang cukup besar, baik dari aspek produksi, konsumsi maupun jasa. Koperasi dapat membentuk kekuatan ekonomi yang dapat diandalkan dengan mem- persatukan masyarakat ekonomi lemah dengan modal terbatas menjadi masyarakat koperasi yang kuat dan sejahtera. Kelemahan pengelola dan manajemen yang membuat koperasi susah berkembang dapat diatasi melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki masyarakat. Selain itu upaya-upaya untuk meningkatkan partisipasi anggota koperasi sendiri perlu dikembangkan secara terus menerus, konsisten, dan bersungguh-sungguh melalui penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. Sedangkan keikutsertaan pemerintah dalam koperasi dibatasi hanya sebagai fasilitator dan regulator, melalui suatu mekanisme yang menempatkan koperasi sejajar dengan perusahaan-perisahaan milik swasta dan perusahaan milik pemerintah. Dengan upaya pember- dayaan yang optimal diharapkan koperasi mampu berperan sebagai lembaga yang menjadi pilar penyangga pemberdayakan ekonomi kerakyatan dalam sistem ekonomi kerakyatan. ## REFERENSI Anaroga Pandji dan Ninik Widiyanti, 2003, Dinamika Koperasi, Jakarta: Penerbit Bina Adiaksara dan Rineka Cipta. Arifin Sitio,Drs, dan Halomoan Tamba, Ir, 2001, Koperasi, Teori dan Praktik, Jakarta: Erlangga. Baswir Revrisond, 2000, Koperasi Indonesia, Yogyakarta: BPFE. Harsoyono Subyakto dan Bambang Tri Cahyono, 1983, Ekonomi Koperasi, Yogyakarta: Liberty. Ign.Sukamdiyo, 1996, Manajemen Koperasi, Jakarta: Erlangga. Mulyo Handoyo Jangkung, 2004, Revitalisasi Ekonomi Kerakyatan Melalui Pemberdayaan Gerakan Koperasi, Jakarta: Inovasi Online.
69d0009e-48ab-4e0d-83e0-25ad7d64fdfc
https://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/download/5542/3447
## PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF ## TIPE TWO STAY TWO STRAY Clara Dwi Alfionita 1 , Tina Yunarti 2 , Caswita 2 [email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika ## ABSTRAK This quasi experimental research aimed to investigate the increasing of studentsโ€™ mathematical communication skill by the implementation of cooperative learning model of TSTS type. The design of this research was the pretest-posttest control group design. The population of this research was all students of grade 8 of SMP Negeri 21 Bandarlampung in academic year of 2013/2014 as many as 192 students which was distributed into 8 classes. This research samples were students of VIIIF and VIIIG class who were taken by purposive sampling technique. Based on the result of hypothesis test, it was found that the increasing of studentsโ€™ mathematical communication skill who followed cooperative learning model of TSTS type was equal to conventional learning. Thus, it could be concluded that the implementation of cooperative learning model of TSTS type couldnโ€™t increase of studentsโ€™ mathematical communication skill. Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Desain penelitian ini adalah the pretest-posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 192 siswa yang terdistribusi ke dalam delapan kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIIF dan VIIIG yang diambil dengan teknik purposive sampling . Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diketahui bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sama dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS tidak dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Kata kunci : komunikasi matematis, konvensional, TSTS ## PENDAHULUAN Pelajaran matematika sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dapat membantu siswa ber- pikir secara logis dan membantu menyelesaikan permasalahan (Depdiknas: 2006). Pembelajaran matematika menuntun siswa mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengomunikasikan berbagai gagasan melalui pembicaraan lisan, tulisan, grafik, peta, maupun diagram. Ke- mampuan tersebut termasuk dalam indikator kemampuan komunikasi matematis. Greenes dan Schulman dalam Ansari (2003: 17) mengemukakan bahwa kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan menyatakan ide matematis melalui ucapan, tulisan, demonstrasi dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami, menafsirkan dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual, mengonstruksi, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam reprentasi ide dan hubungannya. Menurut Izzati dan Suryadi (2010) bahwa komunikasi matematis dipahami sebagai alat bantu dalam transmisi pengetahuan matematika atau sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika sehingga kemampuan komunikasi sangat penting untuk ditingkatkan. Berdasarkan hasil survei internasional terhadap kemampuan bernalar, komunikasi, dan me- mecahkan masalah yang dilakukan oleh OECD tahun 2012, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara peserta dengan rata-rata skor 375 (OECD, 2012). Dengan demikian, hasil survei tersebut menggambarkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia belum memuaskan. Kemampuan komunikasi mate- matis siswa SMP Negeri 21 Bandar Lampung juga perlu ditingkatkan. Hal ini ditunjukkan dari hasil pretest kemampuan komunikasi dalam konsep persamaan kuadrat, hanya 10% siswa yang mampu mengubah soal ke dalam ide-ide dan bahasa matematika. Berdasarkan pengamatan di kelas menunjukkan bahwa siswa belum berani mengungkapkan jawa- ban dari pertanyaan yang diberikan guru. Selain itu, siswa lebih senang untuk bertanya atau berkunjung ke kelompok lain jika ada yang kurang dimengerti daripada bertanya dengan guru dan LKS yang diberikan hanya berupa soal-soal rutin sehingga sebagian besar kemampuan komu- nikasi matematis siswa masih rendah atau belum berkembang secara baik. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa dan menyajikan tugas-tugas dalam bentuk masalah yang menuntun siswa mengubah masalah tersebut ke dalam ide-ide dan bahasa mate- matika sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah model pembelajaran yang mem- berikan kesempatan siswa untuk mendengarkan, berbicara, menulis, membaca, dan mempresentasikan di depan kelas (Shadiq, 2008). Model pembelajaran yang dapat menunjang hal tersebut adalah model pem- belajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah model pem- belajaran berkelompok yang terdiri dari empat orang dengan konsep dua tinggal dan dua berkunjung. Langkah-langkah model pem- belajaran kooperatif tipe TSTS meliputi pembagian kelompok secara heterogen beranggotakan empat orang lalu guru membagikan tugas untuk didiskusikan pada kelompok masing-masing. Pada saat diskusi, siswa saling bertukar ide dalam memecahkan masalah yang dapat dituangkan dalam bahasa matematis seperti simbol ataupun diagram. Dalam tahap ini, siswa dituntun untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya karena siswa bekerjasama mencoba meng- hubungkan ide-ide yang didapat dari masing-masing siswa. Setelah sele- sai berdiskusi, dua orang dari setiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok yang akan dikunjungi. Dalam kunjungan ke kelompok lain, komunikasi matematis siswa juga digunakan karena siswa yang dikunjungi bertanggung jawab menyampaikan hasil diskusi kelom- poknya kepada tamu yang ber- kunjung. Apabila telah selesai, dua orang yang bertugas sebagai tamu kembali ke kelompok masing-masing kemudian membahas serta menco- cokkan hasil kerja dan informasi yang diperoleh. Jadi, diharapkan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan kemam- puan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian di SMPN 21 Bandar Lampung untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran koo- peratif tipe TSTS. Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dikatakan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa apabila peningkatan kemam- puan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. ## METODE PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 21 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 yang terdistribusi dalam delapan kelas. Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan terpilih kelas VIII G sebagai kelas eksperimen yaitu kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan kelas VIII F sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah the pretest- posttest control group design. Data penelitian ini merupakan data tes kemampuan komunikasi matematis siswa yang berupa nilai pretest, posttest, dan gain nilai untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa. Tes yang digunakan dalam penelitian ini harus valid dan reliabel sehingga tes tersebut perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu. Berdasarkan penilaian dari guru mitra instrumen dinyatakan valid. Selanjutnya ins- trumen tes diujicobakan di kelas VIII B untuk mengetahui validitas butir soal dan reliabilitas. Setelah di- lakukan perhitungan diperoleh koefisien validitas setiap butir instrumen lebih besar dari 0,3 yang berarti setiap butir tergolong valid. Selanjutnya, setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh koefisien reliabilitas (r 11 ) sebesar 0,77 sehingga reliabilitas instrumen tes tergolong tinggi. Berdasarkan hasil uji coba dapat diketahui bahwa instrumen tes kemampuan komu- nikasi matematis tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh gain nilai kemampuan komunikasi matematis siswa dari nilai pretest dan posttest seperti yang tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Data Kelas x min x maks ๐’™ s Pre- test TSTS 4,44 51,11 13,17 4,71 Konve 6,67 55,56 10,67 5,65 Post- test TSTS 31,11 84,44 26,83 5,84 Konve 28,89 91,11 23,12 6,40 Gain TSTS 0,20 0,75 0,45 0,14 Konve 0,00 0,85 0,38 0,21 Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa nilai tertinggi baik pretest, posttest, dan gain terdapat pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional namun rata-ratanya lebih tinggi pada kelas yang menggunakan pembelajaran koo- peratif tipe TSTS. Langkah selan- jutnya melakukan analisis terhadap gain nilai untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan kemampuan komunikasi matematis secara signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu di- lakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan uji prasyarat diketahui bahwa data gain nilai kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan pem- belajaran konvensional berdistribusi normal dan tidak homogen ditinjau dari variansnya sehingga uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Berdasarkan kriteria keputusan uji, H 0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata gain nilai kemampuan komunikasi mate- matis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sama dengan rata-rata gain nilai kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Artinya, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS tidak dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2014) yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TSTS berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata kemam- puan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran koo- peratif tipe TSTS lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Penyebab tidak mening- katnya kemampuan komunikasi matematis siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS antara lain soal-soal yang diberikan pada kedua kelas sama. Pada pembelajaran kooperatif tipe TSTS saat berdiskusi, kemampuan komunikasi siswa berkembang dengan baik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru karena siswa mengomunikasikan ide- ide gagasan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ulfah (2010:54) bahwa dengan diskusi kelompok, siswa pada pembelajaran kooperatif tipe TSTS bertukar pendapat dengan teman kelom- poknya dan lebih berani menyam- paikan ide atau pendapat dalam menyelesaikan masalah yang di- berikan. Proses pembelajaran pada pertemuan pertama di kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS cukup sulit sebab siswa belum mengenal model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan masih terbiasa dengan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru yaitu pembelajaran ceramah. Oleh sebab itu, peneliti terlebih dahulu mengenalkan dan menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS secara detail. Pada pertemuan beri- kutnya, siswa sudah mulai mengerti tahapan pembelajaran kooperatif tipe TSTS sehingga kelas mulai terkendali, akan tetapi ketika tahap stray dan presentasi, kemampuan komunikasi siswa kurang ber- kembang karena siswa masih terlihat malu-malu dan sulit menyampaikan pendapatnya kepada siswa lain mengenai hasil diskusi kelom- poknya. Selain itu, pada pem- belajaran tidak semua siswa mem- bawa perlengkapan alat tulis menulis yang lengkap, terutama busur. Oleh karena itu, banyak siswa yang harus bergantian saat mengukur sudut pada lingkaran sehingga kurang efektif dari segi penggunaan waktu dan mengurangi waktu yang digunakan pada tahap stray . Pada pembelajaran konven- sional, siswa langsung mendapatkan materi dan contoh soal kemudian mengerjakan soal yang diberikan oleh peneliti. Proses pembelajaran yang dilaksanakan juga terkadang menggunakan model diskusi, se- hingga kemampuan komunikasi da- lam menyampaikan ide-ide dapat berkembang. Akan tetapi, kemam- puan komunikasi matematis siswa dalam hal mempresentasikan hasil diskusi kurang berkembang karena masih banyak siswa yang ragu dalam menyampaikan hasil pekerjaan mereka. Pada proses pembelajaran konvensional, siswa tidak membawa alat tulis yang lengkap seperti jangka dan busur menyebabkan kondisi kelas menjadi kurang kondusif. Kurang tersedianya alat tulis pada kedua kelas menyebabkan kemam- puan komunikasi matematis kurang berkembang secara optimal dalam hal menyajikan ide-ide matematis ke dalam bentuk gambar, diagram, maupun tabel. Seharusnya dengan alat tulis yang lengkap siswa dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam menggambar, membuat tabel atau diagram dengan baik. Hal ini didukung dengan pendapat Dalyono (1997: 244) bahwa dengan alat pelajaran yang lengkap membuat penyajian pelajaran yang baik. Berdasarkan pengamatan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS tidak dapat diterapkan pada semua karakter siswa. Apabila di dalam kelas yang diteliti terdapat sebagian siswa yang tidak berani atau percaya diri untuk mengung- kapkan jawaban pertanyaan yang diberikan oleh guru, sebaiknya tidak menerapkan model pembelajaran ini karena dapat menghambat proses pembelajaran. Dalam model pem- belajaran kooperatif tipe TSTS, siswa lebih sering beraktivitas untuk mengungkapkan ide-ide mereka kepada tamu yang akan datang pada tahap stray, kemudian siswa dibe- rikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusinya kepada seluruh temannya di depan kelas. Kelemahan-kelemahan yang dirasakan oleh peneliti dalam penelitian ini antara lain keterbatasan waktu penelitian, sehingga data diambil saat pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran koooperatif tipe TSTS masih belum sempurna. Suasana kelas masih belum kondusif. Pada tahap diskusi, beberapa siswa tidak sungguh- sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru secara ber- kelompok. Hal ini dapat dilihat dari beberapa siswa yang sering menye- rahkan tugas yang diberikan kepada salah satu siswa yang dianggap dapat mengerjakannya. Hal ini sesuai pendapat Daryono (2011) bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS memiliki kelemahan di- antaranya: 1) membutuhkan waktu yang relatif cukup lama; 2) siswa cenderung tidak mau belajar kelompok dan menyerahkan tugas kepada satu siswa dalam kelompok tersebut. Selain itu, pada kelas yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS , masih ada siswa yang belum terbiasa dalam pelaksanaan presen- tasi di depan kelas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk mendapatkan hasil yang optimal dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, maka setiap komponen pembelajaran yakni adanya interaksi antarsiswa, interaksi antar siswa dengan guru, dan interaksi antar siswa dengan bahan ajar serta tang- gung jawab siswa. Sesuai dengan pemaparan Slavin (2008) yaitu siswa belajar bersama, saling berbagi ide, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar baik secara individu maupun kelompok. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesim- pulan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS tidak dapat meningkatkan kemam- puan komunikasi matematis siswa. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata gain nilai kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sama dengan rata-rata gain nilai kemampuan komunikasi mate- matis siswa yang mengikuti pem- belajaran konvensional. ## DAFTAR PUSTAKA Ansari, Bansu Irianto. 2003. Menumbuhkembangkan Ke- mampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU Melalui Strategi Think- Talk Write . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dalyono, M. 1997. Psikologi Pen- didikan. Jakarta: Rineka Cipta. Daryono. 2011. Teknik Pem- belajaran Cooperatif Tipe Two Stay Two Stray . [Online] http://ptkguru.com. [6 Novem- ber 2013]. Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah . Jakarta: Depdiknas. Hasanah, Nurul. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Koo- peratif Tipe TSTS Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Izzati, Nur dan Suryadi, Didi. 2010. Komunikasi Matematik dan Pendidikan Matematika. [Online] http://bundaiza.files. wordpress.com. [2 Juni 2014]. OECD. 2012. PISA 2012: Assesment and Analitycal Framework Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy. Secretary- General of OECD . [Online] www.oecd.org. [5 November 2013]. Shadiq, Fadjar. 2008. Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran Matematika SMK . Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pem- berdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Mate- matika. Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Ulfah, Fitriah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Koo- peratif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. [Online] http://repository.uinjkt.ac.id. [11 Juni 2014].
5bf76428-306c-4bb6-ad45-2a177ab00ba1
https://ejournal.upi.edu/index.php/pedagogia/article/download/3877/2752
PENGGUNAAN METODE PECS ( Picture Exchange Communication System ) ## UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS 1) Euis Heryati, 2) Riksma Nurahmi RA, 3) Een Ratnengsih 1 Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Email:[email protected] 2 Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Email:[email protected] 3 Departemen Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Email:[email protected] ## Abstract Qualitative disorders of communication are one of the characteristics possessed by children with autism. In children with autism occurred late speech development and the child is trying to communicate nonverbally. In this study tested method of Pecs (Picture Exchange Communication System) is an approach that can be used as an alternative to training communication autistic children. This method adjusts the communication characteristics and uniqueness of children with autism. This research aims to develop an approach to improve the communication skills of children with autism before and after the intervention and the extent of influence methods of Pecs in improving the communication skills of children with autism. The subjects were two autistic children who experience barriers to communication. The method used is an experimental method with the approach of Single Subject Research design A-B-A. The results showed that the mean level of capability to the subject 1 in the communication capabilities at baseline-A (A-1) of 4.7 in the intervention phase obtaining the mean level of 6.5, while the baseline phase-2 (A-2) after a given intervention get the mean level of 10. the early ability subject 2 in communication skills at baseline-A (A-1) of 5.7 in the intervention phase obtaining the mean level of 7.63, whereas the baseline phase-2 (A-2) after being given intervention to get the mean level of 11. the results of the study the two subjects above results in improved communication skills of children with autism in both subjects. Keywords : Communication Skills, Autistic, Pecs ( Picture Exchange Communication System) ## A. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, oleh karena itu untuk kelangsungan hidupnya manusia membutuhkan interaksi dan komunikasi dengan lingkungannya. Interaksi dan komunikasi terjadi dari semenjak kita dilahirkan, walaupun tidak akan sama proses interaksi bayi, anak-anak dan orang dewasa, karena interaksi dan komunikasi memiliki tahapan tersendiri. Bagi semua anak, tanpa memandang tingkat perkembangannya dan jenis atau derajat kecacatannya, interaksi dan komunikasi merupakan fondasi penting untuk belajar dan berkembang. Perkembangan tidak terjadi secara vakum. Perkembangan terjadi secara simultan dalam semua bidang perkembangan, dan bidang-biang ini saling terkait dan saling mempengaruhi. Anak autis dipahami sebagai anak dengan gangguan perkembangan neurobiologis yang berat sehingga gangguan tersebut mempengaruhi bagaimana anak belajar, berkomunikasi, keberadaan anak dalam lingkungan dan hubungan dengan orang lain. Komunikasi sebagai bagian penting dalam kehidupan sehari-hari dapat terjadi secara verbal maupun nonverbal. Dengan berkomunikasi kita dapat membuat orang lain mengerti apa yang kita inginkan atau butuhkan. Jika kemampuan komunikasi ini tidak ada , tentu sulit bagi orang lain untuk mengerti apa yang kita inginkan. Gangguan kualitatif dalam komunikasi merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh anak autis. Dengan adanya gangguan ini, anak autis seringkali sulit mengungkapkan berbagai hal baik tentang dirinya maupun lingkungan di sekitarnya. Tuntutan agar anak autis terus dilatih bicara lancar tidak hanya muncul dari orang tua saja tapi datang juga dari para pendidik/guru. Para guru menuntut anak autis berbicara lancar karena dengan kepentingan program pembelajaran, diantaranya diharapkan setidaknya anak autis mampu menjawab secara lisan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Memang benar kemampuan bicara penting dalam pembelajaran, namun sesungguhnya yang lebih penting adalah pemahaman terhadap bahasa dan kemampuan untuk berkomunikasi dua arah. Semua pihak (orang tua dan guru) harus menyadari bahwa yang harus ditekankan adalah kemampuan komunikasi tidak hanya bicara, tapi semua aspek komunikasi. Dengan pemikiran seperti itu maka kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak autis. Kita bisa mengembangkan kemampuan komunikasi anak autis karena sesungguhnya mereka masih memiliki potensi untuk berkomunikasi misalnya dengan gerak tubuh atau dengan visualnya. Berdasarkan paparan di atas, maka perlu dipikirkan suatu pendekatan atau metode yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi dan interaksi anak autis, agar potensi yang mereka miliki akan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah PECS ( Picture Exchange Communication System ). PECS ini merupakan suatu pendekatan untuk melatih kemampuan komunikasi dengan menggunakan symbol- simbol verbal. PECS dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi anak autis atau anak-anak yang perkembangan bahasanya tidak menggembirakan dan mereka yang tidak memiliki kemauan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Berkenaan dengan hal tersebut, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: โ€œBagaimana pengaruh penggunaan metode PECS terhadap peningkatan kemampuan komunikasi anak autis?โ€ ## B. KAJIAN LITERATUR Pada anak autis terjadi perkembangan bicara yang terlambat atau dapat sama sekali tidak berkembang dan anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara nonverbal. Bila anak autis dapat bicara maka bicaranya sering tidak dipakai untuk berkomunikasi. Dari semua anak autis, sekitar lebih dari setengahnya tidak memperoleh bahasa yang bermanfaat (Rutter, 1978 dalam Lewis 2003). Semakin terbatasnya kemampuan bahasa pada masa kanak- kanak, maka semakin buruk prognosis perkembangan bahasa anak autis di masa mendatang (Howlin & Rutter, 2000 dalam Lewis 2003). Anak autis mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena mereka mengalami hambatan dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan bahasa merupakan media utama dalam komunikasi. Jadi apabila perkembangan bahasa mengalami hambatan, maka kemampuan komunikasi pun akan terhambat. Berdasarkan kondisi tersebut di atas banyak orang tua anak autis sangat cemas dengan perkembangan kemampuan komunikasi dan interaksi anaknya. Karena itu, para orang tua berusaha untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dengan melatih anak untuk berbicara. Padahal melatih berbicara saja belum tentu tepat, karena hanya melatih berbicara berarti hanya melatih salah satu aspek saja dari komunikasi. Dengan menuntut anak untuk berbicara lancar akan membuatnya semakin tegang dan ketegangan itu menghambatnya untuk berpikir leluasa. PECS dikembangkan untuk anak-anak autis karena kebanyakan anak autis memiliki ingatan visual yang mengherankan, mereka dapat menghafal dengan mudah, mereka pembelajar visual, mereka dapat memproses banyak materi dengan langkah yang cepat, dan sangat teliti dalam mengerjakan tugas-tugas secara sempurna (Heflin et al., 2007). ## C. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan pendekatan sunjek tunggal atau single subject research (SSR). SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan tentang tingkah laku subjek secara individu. Model yang digunakan yaitu model A โ€“ B- A design . Pada model ini digunakan dua kondisi kontrol (baseline) sebelum dan sesudah intervensi. Baseline (A1): sesi pengamatan perilaku subjek penelitian sebelum mendapat intervensi, Intervensi (B): kegiatan-kegiatan intervensi dengan metode PECS. Baseline (A2): kemampuan subjek setelah intervensi. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang anak autis yang mengalami hambatan dalam komunikasi. Pengambilan data penelitian dilakukan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Khusus dan SLB-C Asih Manunggal. ## D. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode PECS ( Picture Exchange Communication System ) merupakan suatu pendekatan yang dapat dijadikan alternative dalam melatih komunikasi anak autis karena secara teoritik metode ini menyesuaikan dengan karakteristik komunikasi dan keunikan-keunikan anak autis. Penelitian yang dillakukan pada 2 orang subjek anak autis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari penerapan metode PECS dalam meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis yang cenderung mengalami hambatan.. Penelitian ini dilakukan kepada dua subjek anak autis dengan setiap subjek melalui tiga fase yaitu baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2). Data hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan komunikasi subjek 1 mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi. Pada fase baseline-1 frekuensi berkomunikasi subjek terendah pada sesi ke-1 yaitu 4 kali, sedangkan frekuensi tertinggi pada sesi ke-2 dan ke-3 yaitu 5 kali. Pada fase intervensi kemampuan komunikasi subjek dapat mencapai frekuensi tertinggi pada sesi ke-11 yaitu 8 kali dan frekuensi terendah yaitu 6 kali. Pada fase baseline-2 kemampuan komunikasi subjek tertinggi mencapai 11 kali pada sesi ke-14 dan terendah 9 kali pada sesi ke-12. Secara visual dapat digambarkan melalui grafik sebagai berikut : Grafik.1 ## Kemampuan Komunikasi Subjek 1 Fase A1-B-A2 Berdasarkan hasil pengolahan data pada fase baseline 1 (A-1), intervensi (B), dan baseline 2 (A-2) didapatkan hasil bahwa penerapan metode PECS memberikan peningkatan pada kemampuan komunikasi anak autis. Hal ini dibuktikan dengan hasil mean level yang diperoleh anak pada setiap fase frekuensi komunikasainya mengalami peningkatan. Data mean frekuensi komunikasi yang diperoleh pada subjek 1 setiap fase yaitu baseline 1 (A-1) sebesar 4,7 mengalami peningkatan pada fase intervensi (B) sebesar 6,5 kemudian meningkat lagi pada fase baseline 2 (A-2) sebesar 10. Adapun jika divisualisasikan sebagai berikut : Grafik 2 Mean Level Kemampuan Komunikasi Subjek 1 Berdasarkan pegambilan data yang dilakukan diperoleh hasil pada fase baseline 1 menunjukan frekuensi anak dalam komunikasi hanya berada pada kisaran 4-6, pada fase intervensi setelah diberikan beberapa kali perlakukan dengan menerapkan metode PECS mengalami perubahan dengan meningkatnya frekuensi komunikasi anak. Peningkatan frekuensi komunikasi dari setiap fase semakin meningkat frekuensinya secara signifikan. Analisis dalam kondisi subjek 1 pada fase baseline 1 (A-1) mengalami perubahan jejak data menaik, menurun, dan mendatar secara tidak stabil sehingga menimbulkan kecenderungan arah yang menaik namun kecil. Pada fase intervensi (B) anak mengalami hal yang sama seperti fase baseline 1 (A-1) namun anak mengalami perubahan dan kecenderugan arah yang menaik dengan frekuensi terdapat penambahan. Pada kondisi baseline-2 (A-2) anak mengalami peningkatatan frekuensi dalam komunikasi hingga akhirnya menimbulkan kecenderungan arah yang menaik. Analisis antar kondisi subjek 1 dari fase baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) tidak mengalami data yang tumpang tindih ( overlap ), begitu pula pada fase intervensi (B) ke baseline 2 (A-2) tidak mengalami data yang tumpang tindih dengan hasil presentase 0%. Sedangkan data hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan komunikasi subjek mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi. Pada fase baseline-1 frekuensi berkomunikasi subjek terendah pada sesi ke-1 yaitu 5 kali, sedangkan frekuensi tertinggi yaitu 6 kali. Pada fase intervensi kemampuan komunikasi subjek dapat mencapai frekuensi tertinggi pada sesi ke-11 yaitu 9 kali dan frekuensi terendah pada sesi ke-4 yaitu 6 kali. Pada fase baseline-2 kemampuan komunikasi subjek tertinggi mencapai 12 kali pada sesi ke 13 dan terendah 10 kali pada sesi ke-12. Secara visual dapat digambarkan melalui grafik sebagai berikut: Grafik.3 Kemampuan Komunikasi Subjek 2 Fase A1-B-A2 Sedangkan data mean frekuensi komunikasi yang diperoleh dari setiap yaitu fase baseline 1 (A-1) sebesar 5,7 mengalami peningkatan pada fase intervensi (B) sebesar 7,63 kemudian meningkat lagi pada fase baseline 2 (A-2) sebesar 11. Adapun jika divisualisasikan sebagai berikut : ## Grafik 4 Mean Level Kemampuan Komunikasi Subjek 2 Hasil yang diperoleh pada fase baseline 1 yaitu frekuensi anak dalam komunikasi hanya berada pada kisaran 5-7, pada fase intervensi setelah diberikan beberapa kali perlakukan dengan menerapkan metode PECS mengalami perubahan dengan meningkatnya frekuensi komunikasi anak. Peningkatan frekuensi komunikasi dari setiap fase semakin meningkat frekuensinya secara signifikan. Analisis dalam kondisi subjek 1 pada fase baseline 1 (A-1) mengalami perubahan jejak data menaik, menurun, dan mendatar secara tidak stabil sehingga menimbulkan kecenderungan arah yang menaik namun kecil. Pada fase intervensi (B) anak mengalami hal yang sama seperti fase baseline 1 (A-1) namun anak mengalami perubahan dan kecenderugan arah yang menaik dengan frekuensi terdapat penambahan. Pada kondisi baseline-2 (A-2) anak mengalami peningkatatan frekuensi dalam komunikasi hingga akhirnya menimbulkan kecenderungan arah yang menaik. Analisis antar kondisi subjek 2 sama dengan subjek 1 yaitu dari fase baseline 1 (A-1) ke intervensi (B) tidak mengalami data yang tumpang tindih ( overlap ), begitu pula pada fase intervensi (B) ke baseline 2 (A-2) tidak mengalami data yang tumpang tindih dengan hasil presentase 0%. Secara keseluruhan dari data yang telah diperoleh dan diolah hasilnya menunjukkan adanya peningkatan dalam kemampuan komunikasi pada kedua anak autis dalam penelitian tersebut. .Dengan demikian penerapan metode PECS ( Picture Exchange Communication System ) memberikan pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi anak autis. Oleh karena itu jika diberikan kepada anak dengan kondisi dan karakteristik yang sama seperti kedua subjek di atas dimungkinkan dapat meningkat kemampuan komunikasinya. ## E. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Penggunakan Metode PECS ( Picture Exchange Communication System ) dapat dijadikan alternative dalam melatih komunikasi anak autis karena metode ini menyesuaikan dengan karakteristik komunikasi dan keunikan-keunikan anak autis. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mean level kemampuan awal subjek 1 dalam kemampuan komunikasi pada baseline -A (A-1) sebesar 4,7 pada fase intervensi memperoleh mean level 6,5, sedangkan pada fase baseline -2 (A-2) setelah diberikan intervensi mendapatkan mean level sebesar 10. Sedangkan kemampuan awal subjek 2 dalam kemampuan komunikasi pada baseline -A (A-1) sebesar 5,7 pada fase intervensi memperoleh mean level 7,63, sedangkan pada fase baseline -2 (A-2) setelah diberikan intervensi mendapatkan mean level sebesar 11. Hasil penelitian kedua subjek di atas menunjukan metode PECS ( Picture Exchange Communication System ) memberikan pengaruh yang signifikan intuk meningkatkan kemampuan kominikasi anak autis. ## F. REFERENSI Bondy, A. & Frost, L. A. (1998). An introduction to PECS: The Picture Exchange Communication System. [video recording]. Newark, DE: Pyramid Educational Consultants. Bondy, A. & Frost, L. A. (1994). PECS: The Picture Exchange Communication System. Cherry Hill, NJ: Pyramid Educational Consultants. Bondy, A. & Frost, L. (2002). The Picture Exchange Communication System Training Manual. (2nd ed.). Newark, DE: Pyramid Educational Products. Delphie, B. (2009). Pendidikan Anak Autistik. Sleman: PT Intan Sejati. Densmore, A.E. (2007). Helping Children with Autism Become More Social;76 ways to use narrative play. USA: Preager Publishers, Greenwood Publishing Group, Inc. Hadis, A. (2006). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus-Autistik. Bandung: Penerbit Alfabeta. Handojo, Y. (2004). Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi untuk Mengajar anak Normal, autis, dan perilaku lain. Jakarta: PT. Bhuana ILmu Populer. Heflin, J. L., & Alaimo, D. F. (2007). Students with autism spectrum disorder: Effective instructional practices. Upper Saddle River, N J: Pearson Howlin, P., Gordon, R. K., Pasco, G., Wade, A. & Charman, T. (2007). The effectiveness of Picture Exchange Communication System (PECS) training for teachers of children with autism: A pragmatic, group randomized controlled trial. Journal of Child Psychology and Psychiatry. 48 (5), 473-481. Jordan, R. and Powel, S. (1995). Understanding and Teaching Children with Autism. New York: Jonh Wiley & Sons. Judarwanto, W. (2006). Deteksi Dini Dan Skrening Autis. Tersedia: http://www.alergianak.bravehost.co m Lewis, V. (2003). Development and Disability. 2 nd edition. UK: Blackwell Publishers Ltd, a Blackwell Publishing Company. Murdock, L.C., Hobbs, J.Q. (2010). Picture Me Playing:Increasing Play Dialogue of Children with Autism Spectrum Disorders. Juornal Of Autism โ€“Develompmental Disorder, published online:25 september 2010. Pamuji.(2007). Model Terapi Terpadu bagi Anak Autisme. Jakarta: Depdiknas, Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Rudi, L.J. (2007). Physical Therapy and Autism, The Basics. Tersedia: http://autism . about. com. Schwartz, I. S., Garfinkle, A. N., & Bauer, J. (1998). The Picture Exchange Communication System: Communicative outcomes for young children with disabilities. Topics in Early Childhood Education. 18(3), 144-159. Vicker, B., (2010). Successfully using PECS with children with ASD. The Reporter, 15(3). Retrieved from http://www.iidc.indiana.edu/index. php!pageID=3285 Wallin, J. M. (2004). Visual supports. Retrieved March 24, 2009 from: http://www.polyxo.com/visualsupp ort/index.html Wenar, C. and Kerig, P. (2006). Developmental Psychology from Infancy through Adolescence. 5 th edition. Boston: McGraw-Hill. Wetherby, A.M. and Prizant, B.M,. (2005). โ€œEnhancing Language and Communication Development in Autism Spectrum Disorder: Assesment and Intervention Guidelinesโ€. Dalam Autism Spectrum Disorde r: Identification, Education, and Treatmen t. Edited by Dianne Zager. 3 rd edition. USA: Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Yoder, P., & Stone, W. L. (2006b). Randomized comparison of two communication interventions for preschoolers with autism spectrum disorders. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 74, 426โ€“ 435. doi:10.1037/0022- 006X.74.3.426
0fa5d122-fb29-4197-a739-0d14f77cc2e2
https://ejournal.upnvj.ac.id/madani/article/download/3563/1460
## PENINGKATAN KAPASITAS GURU DALAM PEMBERIAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN DARING DI SDN PLUIT 01 DAN 05 Clara Ika Sari Budhayanti 1 , Maria Tri Warmiyati DW 2 , Lorensius Noel Praba 3 , Vinny Magdalena 4 1 Fakultas Pendidikan dan Bahasa, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya [email protected]; [email protected] 2 Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya [email protected] 3 Fakultas Pendidikan dan Bahasa, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya [email protected] 4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis , Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya [email protected] Abstrak Salah satu kelemahan pembelajaran daring adalah kurangnya interaksi pembelajaran, baik interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun media dan sumber belajar. Guru cenderung memberikan tugas yang harus diselesaikan secara mandiri oleh siswa. Interaksi belajar hanya terjadi pada saat memberi dan mengumpulkan tugas. Kurangnya interaksi pembelajaran ini mengakibatkan proses pembelajaran berjalan monoton dan kurang bervariasi. Kondisi ini menyebabkan siswa malas belajar dan bosan. Sehingga mereka tidak termotivasi untuk belajar. Jika hal ini dibiarkan terus menerus akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, guru perlu mengubah pola pembelajaran daring dengan mengubah metode pembelajaran, menggunakan berbagai media pembelajaran, dan mengintensifkan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan motivasi siswa. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, dan penugasan yang bertujuan untuk memberikan gambaran dan membantu guru di SDN 01 dan 05 Pluit merancang pembelajaran daring yang menumbuhkan dan meningkatkan motivasi siswa. Hasil dari kegiatan ini cukup baik, sesuai dengan yang diharapkan. Para peserta pelatihan dapat memahami sepenuhnya bagaimana merancang pembelajaran yang memotivasi siswa. Beberapa guru sudah dapat memilih berbagai media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa agar siswa tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Sebagai tindaklanjut disarankan untuk melanjutkan kegiatan ini dengan pendampingan yang lebih intensif kepada guru dalam merencanakan pelaksanaan dan melakukan penilaian pembelajaran. Kata Kunci: kompetensi guru; motivasi belajar; pembelajaran daring; perencanaan pembelajaran; sekolah dasar ## 1. Pendahuluan Pembelajaran daring menjadi alternatif utama penyelesaian masalah pembelajaran yang dapat dilakukan selama pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 mengharuskan guru bekerja dari rumah dan siswa belajar dari rumah untuk mengurangi penularan virus. Pembelajaran yang dilakukan dari rumah mengubah pola interaksi guru dan siswa. Pada pembelajaran daring, interaksi pembelajaran tidak dapat dilakukan secara langsung. Interaksi pembelajaran dilakukan secara virtual menggunakan komputer dengan jaringan internet, karena pembelajaran daring pada hakikatnya merupakan pembelajaran yang dilakukan melalui konferensi video, dimana guru dan para siswa yang berada di tempat yang berbeda dapat berbagi video, suara, teks, file, papan tulis, dan layar komputer (Batubara, 2018). Selain itu, interaksi pembelajaran daring juga dapat dilakukan menggunakan beberapa aplikasi pembelajaran seperti e-classroom, video conference, telepon atau live chat, zoom maupun melalui whatsapp group (Dhull & Sakshi, 2017). Perubahan interaksi pembelajaran ini berdampak pada motivasi belajar siswa. Pembelajaran daring menyebabkan pendidik kesulitan dalam mengontrol serta menjaga iklim belajar, yang menyebabkan motivasi belajar siswa dapat menurun (Cahyani et al., 2020). Pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi Covid-19, pada kenyataannya menimbulkan kebosanan siswa secara berkepanjangan (Mujaddidi, 2020). Senada dengan pendapat Susanti (2021) yang menyatakan bahwa lamanya masa pembelajaran daring menyebabkan siswa bosan karena pembelajaran yang begitu-begitu saja, dan tidak adanya pengawasan dalam pembelajaran. Proses pembelajaran daring yang cenderung terlalu banyak tugas, membuat siswa menjadi bosan dan mengakibatkan menurunnya motivasi belajar siswa. Penurunan motivasi belajar mengakibatkan semangat belajar menurun, hilang keinginan untuk bersaing satu sama lain, dan musnah harapan untuk mengejar prestasi yang tinggi di sekolah (Mujaddidi, 2020). Motivasi merupakan dorongan dan kekuatan dalam diri seseorang untuk melakukan tujuan tertentu yang ingin dicapainya (Uno, 2021). Dalam hal belajar, motivasi merupakan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai (Sardiman, 2007). Hal senada diungkapkan oleh Ahmadi et al. (2008) menjelaskan bahwa motivasi berfungsi untuk menimbulkan, mendasari, mengarahkan suatu perbuatan, dan motivasi juga dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar pula kesuksesannya. Motivasi akan mendorong siswa aktif dalam mencapai targetnya dan motivasi yang tidak terlalu kuat, dapat berpengaruh negatif pada keefektifan belajar siswa (Fauziah et al., 2017). Motivasi belajar siswa merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran daring. Seperti yang diungkapkan oleh Schunk et al. (2014) bahwa salah satu keberhasilan dalam pembelajaran, terkait dengan motivasi yang dimiliki siswa. Motivasi dapat memengaruhi apa yang dipelajari siswa, bagaimana siswa belajar, dan kapan siswa memilih untuk belajar (Schunk & Usher, 2019). Lebih lanjut dijelaskan Harandi (2015), bahwa motivasi menjadi faktor penting untuk keberhasilan belajar termasuk dalam lingkungan belajar daring, sehingga perlunya mempertimbangkan kembali motivasi belajar di lingkungan belajar yang pemanfaatan teknologi. Pemanfaatan teknologi yang tepat dalam pembelajaran daring dapat menjadi salah satu cara menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu tantangan, keingintahuan, kebaruan dan fantasi (Lepper et al., 2005). Namun pada kenyataannya, pembelajaran daring tidak selalu dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan teknologi seperti yang diharapkan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hafiz et al. (2020) menunjukkan bahwa kendala yang dialami selama pembelajaran daring antara lain terkait dengan aplikasi pembelajaran, jaringan internet dan gawai baik dari sisi guru mapun siswa. Selain itu, banyak guru yang belum menguasai teknologi dengan baik sehingga kurang terampil dalam menggunakan dan memanfaatkan aplikasi-aplikasi pembelajaran digital yang berkembang saat ini. Berdasarkan analisis kebutuhan dengan guru-guru di SDN 01 Pluit melalui jajak pendapat, dikatakan bahwa pada masa pandemic Covid-19 ini, siswa cenderung malas belajar, kurang semangat dan sulit konsentrasi, serta kurang memahami pelajaran. Penurunan motivasi belajar siswa ini berdampak pada kualitas pembelajaran yang dilakukan. Palittin et al. (2019) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat keterkaitan antara motivasi belajar dengan hasil belajar siswa. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar (Tukija, 2006). Sebanyak 83% guru SDN 01 Pluit mengakui bahwa belajar mengajar pada masa pandemi tidak banyak membuahkan hasil. Hasil belajar siswa di SDN 01 Pluit tidak lebih baik daripada sebelum pandemi. Interaksi pembelajaran antara guru dan siswa hanya dilakukan melalui whatsapp group untuk pengiriman dan pengumpulan tugas. Hal ini tidak hanya terjadi di SDN 01 dan 05 Pluit saja. Rata-rata proses pembelajaran daring di berbagai sekolah hanya terbatas pada pemberian tugas-tugas. Survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan bahwa mayoritas responden, yaitu 79,9% murid dari 1700 siswa Sekolah Menengah Atas hingga Taman Kanak-kanak mengatakan bahwa proses belajar jarak jauh tidak berlangsung interaktif. Siswa mengaku tidak berinteraksi sama sekali dengan guru kecuali ketika mengumpulkan tugas (CNN, 2020). Interaksi pembelajaran yang hanya dilakukan saat pengiriman dan pengumpulan tugas menjadi salah satu penyebab menurunnya motivasi belajar siswa. Hidi & Harackiewicz (2000) menyebutkan bahwa penyebab menurunnya motivasi belajar siswa dikarenakan tugas-tugas sekolah yang terlalu sulit, tuntutan guru dan orang tua yang terlalu tinggi. Siswa juga lebih menyukai kegiatan-kegiatan non akademik yang lebih menarik dan menantang. Lebih lanjut, terungkap juga bahwa interaksi yang terjadi di whatsapp group kebanyakan bukan siswa sendiri namun melibatkan orang tua juga. Tantangan bagi guru-guru di SDN 01 dan 05 untuk memaksimalkan interaksi pembelajaran menggunakan aplikasi whatsapp group ini. Guru seharusnya dapat memastikan siswa dapat belajar secara menyenangkan meskipun hanya melalui whatsapp group. Karena itulah, guru perlu banyak mengeksplorasi dan memaksimalkan penggunaan whatsapp group bukan hanya untuk mentransfer ilmu dengan cara menarik dan berfokus pada siswa ( student centered learning ), namun juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan tujuan tersebut. Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi dan membantu guru dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran daring. ## Metode Peningkatan kapasitas guru dalam pemberian motivasi belajar pada pelatihan daring ini dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan rincian kegiatan berikut. Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan a. Tahapan Persiapan Pada tahapan persiapan, dilakukan penyusunan kuisioner dan modul pelatihan. Kuisioner disusun dengan beberapa pertanyaan untuk menggali pengetahuan dan pemahaman guru mengenai pemberian motivasi dalam pembelajaran daring. Kuisioner dikemas dengan menggunakan aplikasi gform untuk memudahkan pengumpulan dan pengolahan data. b. Tahapan Pelaksanaan Pada tahapan pelaksanaan, dilakukan melalui pertemuan daring menggunakan aplikasi zoom meeting . Pada tahapan pelaksanaan ini terdiri dari dua subkegiatan yaitu pemaparan materi dan penugasan. Pelatihan dilaksanakan pada 22 Juli 2021 dengan menggunakan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) yang menuntut peserta untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Berbagai metode pembelajaran dipilih antara lain: untuk mengajak peserta mengidentifikasi permasalahan pembelajaran daring menggunakan pemutaran film pendek dilanjutkan dengan ceramah, tanya jawab, dan diakhiri pemberian tugas masing-masing guru untuk perencanaan pembelajaran yang menumbuhkan motivasi belajar siswa. Kegiatan diikuti 26 guru dari SDN 01 dan 05 Pluit yang terdiri dari 17 guru perempuan dan 9 guru laki-laki. ## Persiapan โ€ข Penyusunan kuisioner โ€ข Penyusunan modul pelatihan Pelaksanaan โ€ข Pemaparan materi โ€ข Penugasan Evaluasi โ€ข Review Hasil Tugas โ€ข Wawancara evaluasi kegiatan Diagram 2. Distribusi Frekuensi Peserta Berdasarkan Jenis Kelamin Penugasan diberikan selama kurang lebih satu minggu dengan pendampingan dan monitoring pada 29 Juli 2021. Tugas berupa rancangan pembelajaran dikumpulkan melalui aplikasi gdrive. Sementara pada tahapan evaluasi, dilakukan review terhadap hasil rancangan pembelajaran. c. Tahapan Evaluasi Pada tahapan evaluasi, dilakukan dengan kegiatan review hasil rancangan pembelajaran yang dilaksanakan pada 26 Agustus 2021. Kegiatan ini menggunakan metode diskusi untuk melihat sejauh mana guru dapat merancang kegiatan pembelajaran yang menumbuhkan dan meningkatkan motivasi belajar siswa. ## 2. Hasil dan Pembahasan Kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema peningkatan kapasitas guru dalam pemberian motivasi belajar pada pembelajaran daring dilakukan dengan tiga kali pertemuan tatap maya menggunakan aplikasi zoom meeting . Kegiatan ini juga memanfaatkan aplikasi whatsapp group untuk memudahkan komunikasi dan mengirimkan dokumen yang diperlukan seperti link kuisioner, modul, dan bahan presentasi. Kuisioner diberikan sebelum pertemuan tatap maya melalui zoom meeting dilakukan. Kuisioner ini diberikan bertujuan untuk menggali pengetahuan dan pemahaman awal peserta mengenai motivasi belajar siswa. Kuisioner terdiri dari lima pertanyaan dengan masing-masing empat pilihan jawaban. Hasil analisis data jawaban kuisioner menunjukkan bahwa guru-guru di SDN 01 dan 05 Pluit belum secara benar memahami pengertian motivasi belajar siswa pada pembelajaran daring, namun sudah memahami bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar dan mengevaluasinya. Pada aspek pemahaman pengertian motivasi belajar, hanya 26,92% guru yang dapat memilih jawaban yang benar terkait dengan pengertian motivasi belajar. Motivasi belajar adalah penggerak dalam diri siswa sehingga timbul keinginan siswa untuk belajar (Kiswoyowati, 2011). Utami et al. (2017) serta Rahmi & Rayhana (2020) menyatakan bahwa 35% 65% Laki-laki Perempuan motivasi adalah dorongan untuk memperoleh hasil belajar maksimal. Siswa dengan motivasi tinggi berkeinginan kuat untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan. Kuatnya motivasi menyebabkan siswa lebih giat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu ciri siswa yang termotivasi untuk belajar menurut Sardiman (2007) adalah tidak mudah menyerah dan senang mencari serta memecahkan masalah soal-soal. Meskipun pembelajaran dilaksanakan secara daring, siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar tetap akan mengikuti pembelajaran dengan antusias. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar mandiri dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Hal ini hanya disadari oleh 26,92% guru di SDN 01 dan 05. Karakteristik siswa dengan motivasi tinggi seperti ini luput dari pengamatan guru. Guru lebih banyak mengkawatirkan hal-hal seperti interaksi pembelajaran, tuntutan guru, dan minat siswa kepada hal-hal yang bersifat non akademik. Meskipun kondisi tersebut tidak dipungkiri menjadi salah satu penyebab kurang efektifnya pembelajaran. Jika guru lebih fokus pada kebutuhan siswa, guru akan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang menantang dan menyenangkan sehingga motivasi siswa tumbuh dan meningkat. Hal ini merupakan salah satu cara merancang lingkungan belajar yang dapat memotivasi siswa dan menarik perhatian siswa (Keller, 2010). Pada aspek pengetahuan dan pemahaman, guru-guru di SDN 01 dan 05 Pluit memang masih kurang, namun dalam melaksanakan pembelajaran daring, guru-guru masih berupaya untuk memberikan motivasi kepada siswa-siswanya. Hal ini dibuktikan sebanyak 84,62% peserta dapat memilih jawaban yang menunjukkan contoh kalimat yang dapat memotivasi siswa untuk belajar. Kalimat-kalimat yang dilontarkan kepada siswa harus bermakna positif dan menumbuhkan semangat. Kalimat seperti โ€œtidak ada kata terlambat untuk memulaiโ€, โ€œbelajarlah dari pengalamanโ€, dan โ€œmasa depan bangsa ada di tanganmuโ€ merupakan beberapa contoh kalimat yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa. Kalimat-kalimat tersebut termasuk kategori kalimat yang memberikan penilaian. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharni & Purwanti (2018) yang menyatakan bahwa salah satu upaya meningkatkan motivasi belajar siswa terutama bagi siswa yang memiliki kesulitan belajar adalah memberikan penilaian atau komentar terhadap hasil pekerjaan siswa. Respon dan komentar yang positif dari guru akan membangkitkan semangat siswa untuk lebih baik dalam mengerjakan tugas. Selanjutnya, sebanyak 65,38% guru sudah memahami bagaimana mengevaluasi motivasi belajar siswa. Guru dapat memilih jawaban kuisioner yang menunjukkan aspek-aspek motivasi belajar siswa yang dapat diamati, yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, memiliki cita-cita dan keinginan, serta adanya penghargaan dalam belajar. Uno (2021) menyatakan bahwa indikator motivasi belajar antara lain adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Pertemuan pertama dilakukan pada 22 Juli 2021 yang dihadiri 26 guru dari SDN 01 dan 05 Pluit. Pada pertemuan ini, diberikan paparan materi yang bertema โ€œMenumbuhkan Motivasi Belajar pada Siswaโ€. Paparan materi bertujuan untuk membantu guru-guru memahami permasalahan siswa selama pembelajaran daring dan memahami pentingnya meningkatkan motivasi belajar siswa. Di awal penjelasan, guru diajak menonton cuplikan film cerita pendek yang berjudul โ€œSemangat Belajar di tengah Pandemiโ€ yang diambil dari https://www.youtube.com/watch?v=nQvm-vIwBfc. Setelah menyimak film, dilakukan diskusi melalui tiga pertanyaan berikut, 1. Apa saja masalah yang dihadapi siswa saat belajar online? 2. Apakah masalah demikian juga dijumpai pada siswa Ibu dan Bapak? Mengapa? 3. Apa yang dilakukan oleh Noval dan Rahman? Mengapa? Guru-guru berpendapat bahwa masalah yang dihadapi siswa saat belajar secara daring adalah banyaknya tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini juga dirasakan oleh guru-guru di SDN 01 dan 05 Pluit. Pemberian tugas ini menjadi dilema bagi guru-guru. Jika tugas terlalu banyak, maka siswa dan orang tua akan terbebani, sementara kalau terlalu sedikit, materi pembelajaran tidak tercapai. Strategi pembelajaran sudah diupayakan bervariasi dengan menggunakan penjelasan-penjelasan melalui zoom meeting sehingga siswa lebih tertantang. Berikut pendapat guru SDN 01 Pluit. โ€œMakanya kita juga sebagai guru, kalau ingin memberikan tugas terlalu banyak kadang juga riskan. Ap aini terlalu banyak atau ini kurang. Kadang juga begini bu, kita ngasih tugas terlalu sedikitpun, orang tua, โ€œbu ini tugasnya hanya ini?โ€ kadang begitu. Kadang dikasih banyak, โ€œbanyak banget tugasnyaโ€. Nah, kadang jadi berpikir ini sebenarnya yang ngerjain anaknya atau orang tuanya. Kadang seperti itu sih bu. Alasan kita seperti ini, ya hari ini tugasnya terlalu banyak karena memang materi yang kita sampaikan harus tercapai. Kadang alasannya seperti itu, kita menyampaikannya. Kadang kalau pas sedikit materinya, nah biar tidak terlalu capek mungkin segini aja tugasnya. Kalau masalahnya itu yang kita hadapiโ€ (Rini, SDN 01 Pluit) โ€œSelain tugas yang terlalu banyak, Kembali lagi kita kepada guru yaitu mungkin masalah- masalah dari orang tua dan siswapun guru hanya memberikan tugas jadi masalah juga bu. Jadi alangkah baiknya kita memberikan suatu strategi belajar yaitu dengan menjelaskan. Seperti itu bu. Jadi tidak ada masalah untuk siswanya. Contoh film pendeknya si Noval ini langsung main game padahal kalau misalnya guru memberikan materi misalnya mengadakan zoom atau kuis mungkin itu siswa menjadi lebih tertantang. Jadi tidak bosen karena memberikan tugas sajaโ€ (Euis Cahyati SDN 01 Pluit) Pendapat tambahan dari kepala sekolah menyebutkan bahwa selain banyaknya tugas, masalah yang sering dihadapi adalah tugas yang diberikan seringkali kurang realistis. Guru berkeinginan menggunakan berbagai metode tapi kurang mempertimbangkan kondisi dan situasi siswa dan orang tua. Misalnya tugas membuat video mebaca buku digital. Beberapa siswa atau orang tua belum tentu memiliki perangkat yang cukup memadai untuk melakukan tugas tersebut. โ€œKebetulan anak saya masih SD bu, jadi..ee.. yang ada di video itu sebenernya hampir terjadi di semua anak, gitu ya. Termasuk anak saya. Tapi saya rasa untuk guru-guru Pluit 01 dan 05 tidak memberikan apa.. e.. beban belajar yang mungkin terlalu berat kepada anak-anak, Cuma mungkin begini jadi anak-anak itu kadang karena pertama tugasnya terlalu banyak, atau kemudian ada kejenuhan gitu yak, apa kemudian..e.. main gamenya itu.. e.. dampak kejenuhan kemudian pelariannya adalah mereka mencari sesuatu yang anak-anak sukai gitu. Kemudian itulah yang akhirnya mereka bermain game. Jadi pertama terlalu banyak, kedua kadang juga ada guru yang memberikan tugas tidak atau kurang realistis gitu bu. Itu masa seperti ini buku kebetulan belum dibagi kepada anak nih, nah ada satu guru tapi bukan Pluit 01 atau Pluit 05. Jadi memberikan tugas itu kadang tidak realistis. Guru memberi tugasnya membaca buku digital, otomatisnya hpnya digunakan untuk membaca buku digital tapi kegiatan membacanya harus divideokanโ€ฆ. Artinya itu kan tidak bisa dilakukan.. belum lagi alasannya bisa diprint. Tetapi kan tidak semua siswa, tidak semua orang tua memiliki fasilitas printer gitu. Jadi itu kadang kesatu tugas terlalu banyak, keduanya tugas-tugas yang kadang kurang realistis. Jadi mungkin untuk bapak ibu guru memberi tugasnya perlu dipertimbangkan yang pertama jangan terlalu banyak jangan terlalu membebani, keduanya variative seperti yang disampaikan bu Euis dan bu Rini ini tadi. Kemudian juga yang realistis. Itu barangkali bu, masukan sayaโ€ (Barjono, Kepala Sekolah) Kurangnya variasi metode pembelajaran daring dan beban tugas yang terlalu banyak serta fasilitas yang kurang memadai baik dari sekolah, guru, dan siswa menjadi kendala utama dalam pembelajaran di sekolah dasar. Kendala ini mengakibatkan minimnya interaksi pembelajaran yang dilakukan. Kondisi ini sesuai dengan hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menemukan bahwa mayoritas responden, yaitu 79,9% murid dari 1700 anak Sekolah Menengah Atas hingga Taman Kanak-kanak mengatakan bahwa proses belajar jarak jauh tidak berlangsung interaktif. Mereka mengaku tidak berinteraksi sama sekali dengan guru kecuali ketika mengumpulkan tugas (CNN, 2020). Interaksi pembelajaran yang sangat kurang menyebabkan motivasi belajar siswa menurun. Pekerjaan atau tugas-tugas sekolah yang terlalu sulit, tuntutan guru dan orang tua yang terlalu tinggi membuat siswa lebih tertarik kepada kegiatan-kegiatan non akademik yang lebih menarik dan menantang (Hidi & Harackiewicz, 2000). Motivasi belajar ini menjadi hal penting karena akan terkait dengan prestasi belajar siswa. Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan suatu perbuatan. Motivasi juga dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar pula kesuksesannya (Ahmadi et al., 2008). Semakin tinggi motivasi siswa, maka peluang keberhasilan belajarnya juga akan semakin tinggi. Seperti yang diungkapkan Tukija (2006) bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, yang berarti siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan cenderung dapat memiliki hasil belajar yang tinggi pula. Oleh karena itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa agar siswa berhasil dalam pembelajarannya. Jika siswa termotivasi belajar, maka segala kesulitan yang dihadapi akan mampu diatasinya. Misalnya siswa yang kekurangan dalam hal fasilitas. Jika siswa tersebut memiliki notivasi yang tinggi, maka dia akan dapat memecahkan masalah atau kesulitannya, misalnya dengan belajar bersama teman lain yang lebih memiliki fasilitas. Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno dalam Mudanta et al. (2020)). Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan mengubah pola atau metode pembelajaran yang selama ini dilakukan. Perubahan motivasi belajar dapat terjadi manakala terdapat stimulus yang disiapkan dan adanya respons positif dari siswa. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Farozin (2012) di siswa SMP di Kulon Progo. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa interaksi edukatif, menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, media film dapat meningkatan motivasi belajar siswa. Perubahan motivasi belajar tidak lepas dari peran orang tua dalam mendampingi anaknya. Kerjasama yang baik dengan orang tua perlu dilakukan sekolah. Dari sisi orangtua siswa, orangtua perlu memahami harapan anak dan kesulitan-kesulitan yang dihadapi serta bagaimana kemampuan anaknya. Orang tua juga perlu menjalin hubungan baik dengan guru untuk secara aktif saling berkomunikasi mengenai perkembangan anak. Dari sisi guru, hendaknya guru dapat memilih sarana komunikasi yang sesuai dengan kondisi orang tua. Guru juga harus memberikan tugas yang bervariasi dan membuat jadwal konsultasi orang tua untuk membahas kesulitan anak. Guru juga perlu mengenali keberagaman siswa terkait dengan gaya belajar siswa. Guru juga perlu mengembangkan rasa empati kepada siswa karena setiap siswa merupakan individu yang unik. Pemahaman yang baik atas keberagaman siswa dapat menjadi dasar pemilihan metode dan media pembelajaran yang tepat bagi setiap siswa. Secara keseluruhan guru-guru SDN 01 dan 05 Pluit memahami materi motivasi dan bagaimana menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hal ini tampak dari rancangan pembelajaran yang dibuat guru seperti contoh hasil tugas peserta berikut ini. Pemberian motivasi kepada siswa dilakukan guru dengan memberikan kata-kata positif seperti โ€œanak hebatโ€ menjadi kegiatan rutinitas bagi guru-guru di SDN 01 dan 05 Pluit setiap memulai pembelajaran. Penggunaan bahasa positif ini diharapkan dapat membuat siswa merasa dihargai atas usaha dalam mengerjakan sesuatu dan pemberian bahasa positif ini diharapkan juga dapat memicu peningkatan hasil belajar siswa (Lubis, 2018). Guru bukan hanya memberikan motivasi kepada siswa namun juga kepada orang tua. Pada masa pandemi ini, orang tua juga memerlukan penguatan agar dapat mendampingi siswa belajar dengan baik. Kondisi yang membuat siswa belajar dari rumah, tentu tidak mudah bagi orang tua. Selain harus bekerja, orang tua juga harus membantu dan mendampingi anak dalam belajar. Tanpa kerjasama orang tua dalam pendampingan ini, proses pembelajaran daring dapat dipastikan tidak akan berjalan efektif. Peran orang tua menjadi variabel yang paling berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa (Lukita & Sudibjo, 2021). Anak hebat, hari ini kita akan berkreasi membuat gitar mainan sederhana. Kegiatan ini merupakan penilaian keterampilan kinerja produk. Bagaimana cara membuatnya? Mari kita perhatikan video di bawah ini! https://youtu.be/37rWkOqBZl c Bagaimana anak hebat? Apakah kalian sudah paham cara membuatnya? Pastinya paham ya karena bahan-bahan dan cara membuatnya sangat sederhana. Anak hebat, setelah membuat gitar sederhana dari kardus bekas, presentasikan gitar mainanmu dalam bentuk video dan mainkan. Yogi Adiguna, guru SDN 05 Pluit Selain pemberian motivasi kepada siswa, guru juga mengupayakan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi untuk menarik perhatian siswa. Berikut contoh pemberian motivasi kepada siswa. Penggunaan media pembelajaran yang bervariasi ini dapat dilihat di tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Penelitian-penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media pembelajaran yang bervariasi terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Al Fath & Sugito (2021); Irman (2020)). Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar bukan hanya dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, namun juga membawa pengaruh- pengaruh psikologis terhadap pembelajaran (Febrita & Ulfah, 2019). Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran harus mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Arsyad (2009) mengemukakan bahwa dari segi teori belajar, terdapat beberapa prinsip psikologis yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang salah satunya adalah motivasi belajar. ## 3. Kesimpulan Berdasarkan proses dan hasil kegiatan ini, dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini cukup berhasil dalam membantu menambah pengetahuan dan pemahaman guru terkait dengan pemberian ## Assalamuโ€˜alaikum warohmatullahi wabarokatuh, Selamat pagi, apa kabar Ayah/Bunda? Semoga kita semua selalu dalam keadaan sehat. Mohon bimbingan Ayah/Bunda untuk terus mendampingi ananda dalam melakukan aktivitas pembelajaran di rumah. Ayah/Bunda yang hebat-hebat tetap semangat mendampingi putra putrinya di rumah, kita sama-sama berjuang untuk dapat memberikan pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anak kita tercinta. Ayah/Bunda jangan lupa untuk mengingatkan ananda untuk mematuhi protokol kesehatan dalam melakukan setiap aktivitas dan selalu menjaga kebersihan di lingkungan rumah agar terhindar dari penyebaran virus COVID-19 dan wabah demam berdarah. Terima kasih Yogi Adiguna, guru SDN 05 Pluit 1. Melalui tayangan video dan power point, siswa dapat mengidentifikasi sumber- sumber bunyi dengan cermat. 2. Dengan menonton tayangan video dan power point, siswa dapat mengidentifikasi pecahan yang senilai dengan cermat. 3. Dengan melakukan kuis melalui quizizz, mampu meningkatkan motivasi siswa dalam memahami sumber bunyi dengan baik 4. Dengan Dengan melakukan kuis melalui quizizz, mampu meningkatkan motivasi siswa dalam memahami pecahan Euis Cahyati, guru SDN Pluit motivasi belajar pada pembelajaran daring. Guru dapat memahami apa, mengapa, dan bagaimana cara menumbuhkan motivasi belajar siswa. Keberhasilan kegiatan terlihat dari rancangan pembelajaran yang disusun guru. Rancangan ini sudah memuat penyataan- pernyataan yang bukan hanya dapat memotivasi siswa namun juga orang tuanya. Selain itu dalam rancangan juga terlihat penggunaan media pembelajaran yang lebih variatif, meskipun dalam pelaksanaannya penggunaan media pembelajaran yang membutuhkan kuota data besar, sehingga sering tidak dilakukan karena memberatkan guru dan orang tua. ## Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya bagi Kepala Sekolah dan Guru-guru dari SDN 01 dan 05 Pluit sebagai peserta, dan LPPM Unika Atma Jaya yang telah mendanai kegiatan pengabdian ini. ## Daftar Pustaka Ahmadi, A., Aziz, A. A., Supriyono, W., & Putra, R. M. S. (2008). Psikologi belajar . Rineka Cipta. Al Fath, A. M., & Sugito. (2021). Meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IV melalui media video. Elementary School: Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Ke-SD-An , 8 (2), 219โ€“ 227. https://doi.org/10.31316/esjurnal.v8i2.1394 Arsyad, A. (2009). Media pembelajaran . Raja Grafindo Persada. Batubara, H. H. (2018). Pembelajaran berbasis web dengan moodle versi 3.4 (1st ed.). Deepublish Publisher. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.20230.88643 Cahyani, A., Listiana, I. D., & Larasati, S. P. D. (2020). Motivasi belajar siswa SMA pada pembelajaran daring di masa pandemi covid-19. IQ (Ilmu Al-Qurโ€™an): Jurnal Pendidikan Islam , 3 (01), 123โ€“140. https://doi.org/10.37542/iq.v3i01.57 CNN. (2020, April 27). Survei KPAI: Guru Tak Interaktif selama Belajar dari Rumah. CNN Indonesia . https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200427160228-20-497716/survei- kpai-guru-tak-interaktif-selama-belajar-dari-rumah Dhull, I., & Sakshi, M. (2017). Online Learning. IERJ: International Education & Reasearch Journal , 3 (8), 32โ€“34. https://doi.org/10.4324/9780429355097-7 Farozin, M. (2012). Pengembangan model bimbingan klasikal untuk meningkatan motivasi belajar siswa SMP. Cakrawala Pendidikan: Jurnal Ilmiah Pendidikan , 31 (1), 143โ€“156. https://doi.org/10.21831/cp.v0i1.1472 Fauziah, A., Rosnaningsih, A., & Azhar, S. (2017). Hubungan antara motivasi belajar dengan minat belajar siswa kelas IV SDN Poris Gaga 05 Kota Tangerang. JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar , 4 (2). https://doi.org/10.12928/jpsd.v4i2.9594 Febrita, Y., & Ulfah, M. (2019). Peranan media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Diskusi Panel Nasional Pendidikan Matematika , 181โ€“188. http://proceeding.unindra.ac.id/index.php/DPNPMunindra/article/view/571 Hafiz, M., Desniarti, & Anisa, Y. (2020). Pembelajaran daring yang dihadapi guru Sekolah Menengah Atas. JIP: Jurnal Ilmu Pendidikan , 1 (2), 103โ€“106. https://jurnal- lp2m.umnaw.ac.id/index.php/JIP/article/view/598 Harandi, S. R. (2015). Effects of e-learning on students โ€™ motivation. 3rd International Conference on Leadership, Technology and Innovation Management , 181 , 423โ€“430. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.905 Hidi, S., & Harackiewicz, J. M. (2000). Motivating the academically unmotivated: A critical issue for the 21st Century. Review of Educational Research , 70 (2), 151โ€“179. https://doi.org/10.3102/00346543070002151 Irman. (2020). Penggunaan media realia dalam meningkatkan motivasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Kassi Kota Makassar. JKPD: Jurnal Kajian Pendidikan Dasar , 5 (1), 17โ€“27. https://doi.org/10.26618/jkpd.v5i1.3060 Keller, J. M. (2010). Motivational design for learning and performance: The ARCS model approach (1st ed.). Springer, Boston, MA. https://doi.org/10.1007/978-1-4419-1250-3 Kiswoyowati, A. (2011). Pengaruh motivasi belajar dan kegiatan belajar siswa terhadap kecakapan hidup siswa [Universitas Pendidikan Indonesia.]. http://repository.upi.edu/9516/ Lepper, M. R., Corpus, J. H., & Iyengar, S. S. (2005). Intrinsic and extrinsic motivational orientations in the classroomโ€ฏ: Age differences and academic correlates. Journal of Educational Psychology , 97 (2), 184โ€“196. https://doi.org/10.1037/0022-0663.97.2.184 Lubis, H. (2018). Pemberian penguatan positif oleh guru dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa pada kompetensi dasar hubungan satuan panjang pelajaran matematika kelas VB SD Negeri 067690 Medan Johor. MUKADIMAH: Jurnal Pendidikan, Sejarah, Dan Ilmu-Ilmu Sosial , 2 (2), 58โ€“70. https://doi.org/10.30743/mkd.v2i2.1992 Lukita, D., & Sudibjo, N. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di era pandemi covid-19. AKADEMIKA: Jurnal Teknologi Pendidikan , 10 (1), 145โ€“161. https://doi.org/10.34005/akademika.v10i01. 1271 Submitted: Mudanta, K. A., Astawan, I. G., & Jayanta, I. N. L. (2020). Instrumen penilaian motivasi belajar dan hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar . 25 (2), 101โ€“109. https://doi.org/10.23887/mi.v25i2.26611 Mujaddidi, S. (2020). Menurunnya motivasi belajar siswa selama belajar di rumah secara daring . Kompasiana. https://www.kompasiana.com/syahzindamujaddidi1600/5fa1dda3d541df764c0fb7c4/me nurunnya-motivasi-belajar-siswa-selama-belajar-dirumah-secara-daring-pada-pandemi- covid-19 Palittin, I. D., Wolo, W., & Purwanty, R. (2019). Hubungan motivasi belajar dengan hasil belajar siswa. Magistraโ€ฏ: Jurnal Keguruan Dan Ilmu Pendidikan , 6 (2), 101โ€“109. https://doi.org/10.35724/magistra.v6i2.1801 Rahmi, & Rayhana, O. (2020). Analisis motivasi belajar siswa melalui pembelajaran Think Pair Square. Jurnal Pendidikan Matematika Raflesia , 05 (02), 26โ€“39. https://ejournal.unib.ac.id/index.php/jpmr/article/view/11407/5733 Sardiman, A. M. (2007). Interaksi dan motivasi belajar mengajar . PT Raja Grafindo Persada. Schunk, D. H., Meece, J. L., & Pintrich, P. R. (2014). Motivation in education: Theory, research, and applications (4th ed.). Pearson. Schunk, D. H., & Usher, E. L. (2019). Social cognitive theory and motivation, The Oxford handbook of human motivation (R. M. Ryan (ed.); 2nd ed.). Oxford University Press. https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780190666453.013.2 Suharni, & Purwanti. (2018). Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. G-COUNS: Jurnal Bimbingan Dan Konseling , 3 (1), 131โ€“145. https://doi.org/10.31316/g.couns.v3i1.89 Susanti, A. P. (2021). Inovasi pembelajaran daring. Kompasiana . https://www.kompasiana.com/amaliasanti13/60efc1c906310e221a4f3cc2/inovasi- pemebelajaran-daring Tukija. (2006). Hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa kelas VI sekolah dasar segugus II Kecamatan Samigaluh tahun pelajaran 2005/2006 . Universitas Negeri Yogyakarta. Uno, H. B. (2021). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan . Bumi Aksara. Utami, F. D., Djatmika, E. T., & Saโ€™dijah, C. (2017). Pengaruh model pembelajaran terhadap pemahaman konsep, sikap ilmiah, dan kemampuan pemecahan masalah matematis ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas IV. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, & Pengembangan , 2 (12), 1629โ€“1638. https://doi.org/10.17977/jptpp.v2i12.10304
7422c8e8-72b9-4ff7-9779-f5a09948943d
https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/stikes/article/download/633/290
## KELANCARAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DENGAN OPERASI SESAR Yuni Puji Widiastuti 1 , Riani Pradara Jati 2 1,2 Program Studi Ilmu Keperawatan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal Email: [email protected] ## ABSTRAK Kesehatan Ibu dan Balita merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu bangsa, yang tercermin dari tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Angka kesakitan dan kematian Bayi bisa dicegah dan ditanggulangi dengan pemberian ASI Eksklusive yang merupakan suatu proses alamiah yang dapat memberikan dampak positif untuk bayi maupun ibu. Namun tidak semua ibu mampu memberikan ASI Eksklusive, hal ini disebabkan karena masalah kelancaran produksi ASI terutama pada ibu post operasi sesar. Nyeri yang dialami ibu menghambat produksi prolactin dan oksitosin sehingg berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelancaran produksi ASI pada ibu post partum dengan operasi sesar. Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan rancangan crossectional . Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Oktober 2019 di RSUD Dr. Hsoewondo Kendal dan RSI Kendal. Sampel sebanyak 66 responden, dengan tehnik consequtive sampling. Analisis statistik menggunakan statistic diskriptif. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan cek list kelancaran produksi ASI. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami masalah kelancaran produksi ASI yaitu sebanyak 54 responden (82%) dan 12 responden (18%) dengan produksi ASI yang lancar. Kata Kunci : Kelancaran produksi ASI, Operasi sesar, Post Partum ## ABSTRACT Maternal and under-five health is one of the main indicators of a nation's health status, which is reflected in the high m aternal mortality rate (MMR) and infant mortality rate (IMR). Infant morbidity and mortality rates can be prevented and controlled by exclusive breastfeeding, which is a natural process that can have a positive impact on both babies and mothers. However, not all mothers are able to provide exclusive breastfeeding, this is due to the problem of smooth milk production, especially in post-cesarean section mothers. The pain experienced by the mother inhibits the production of prolactin and oxytocin so that it affects the smooth production of breast milk. This study aims to determine the smooth production of breast milk in post partum mothers by caesarean section. This type of research is a descriptive study with a cross-sectional design. This research was conducted from January to October 2019 at RSUD Dr. H. ## CENDEKIA UTAMA Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat STIKES Cendekia Utama Kudus P-ISSN 2252-8865 E-ISSN 2598-4217 Vol. 9, No. 3 - Oktober, 2020 Tersedia Online: htpp://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id Soewondo Kendal and RSI Kendal. A sample of 66 respondents, with a consequtive sampling technique. Statistical analysis using descriptive statistics. The research instrument used a questionnaire and a check list for the smooth production of breast milk. The results showed that most of the respondents experienced problems with the smooth production of breast milk, as many as 54 respondents (82%) and 12 respondents (18%) with smooth milk production. Keywords : Smooth milk production, Post Partum, Caesarean operation. ## LATAR BELAKANG Kesehatan Ibu dan Balita merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu bangsa, yang tercermin dari tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Indonesia menduduki urutan pertama dengan angka kematian bayi tertinggi di Asia Tenggara Adapun penyebab utama kematian bayi diantaranya adalah diare, kekurangan gizi serta infeksi (Jayani, 2018). Angka kesakitan dan kematian Bayi bisa dicegah dan ditanggulangi dengan pemberian ASI eksklusive yang merupakan suatu proses alamiah yang dapat memberikan dampak positif untuk bayi maupun ibu (Roesli, 2009; Roesli dan Yohwi, 2010; Unicef, 2013). Begitu besar manfaat pemberian ASI bagi ibu dan bayi, akan tetapi fenomena yang ada terkait cakupan pemberian ASI Eksklusive masih sangat memprihatinkan. Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar 36%, sedangkan di Indonesia persentase bayi mendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan sebanyak 29,5 %, Jawa tengah 42,7%, Kabupaten kendal 71,53% (Kemkes RI, 2017). Fenomena yang ada masih banyak ibu yang tidak mampu memberikan ASI eksklusive kepada bayinya dikarenakan kecemasan, kurangnya pengetahuan ibu tentang proses menyusui, perawatan payudara, ketidaksiapan menyusui dan kelancaran produksi ASI (Suradi, 2004). Kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh faktor ibu, faktor bayi, faktor fisik dalam hal ini nyeri post operasi sesar, faktor psikologis dan faktor sosial budaya serta faktor upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kelancaran produksi ASI melalui kompres hangat, pijat payudara, pijat marmet maupun pijat oksitosin serta akupresur (Purwanti, 2010). Terapi akupresur, pijat oksitosin, pijat marmet, pijat payudara bertujuan untuk merangsang otot payudara dan memperlancar peredaran darah serta menginduksi pengeluaran hormone oksitosin, endhorpyn dan prolactin. Hormon prolactin berfungsi untuk memproduksi ASI, sedangkan hormone oksitosin bertanggung jawab untuk mempercepat dan memperlancar pengeluaran ASI pada ibu post partum baik normal maupun dengan operasi sesar. Terapi tersebut juga mampu menstimulasi hipofisis untuk menghasilkan hormone endorphin yang membuat tubuh terasa nyaman dan rilek sehingga tubuh mampu meningkatkan produksi hormone oksitosin dan prolactin (William dan Martha, 2007; Roesli, 2009). Masalah kelancaran Produksi ASI sebagian besar dialami oleh ibu post partum dengan operasi sesar, hal ini disebabkan karena adanya nyeri pada lokasi jahitan menghambat produksi prolactin dan oksitosin (Bobak, 2005). Pengeluaran ASI dikatakan tidak lancar apabila produksi ASI yang ditandai dengan ASI yang tidak keluar atau menetes dan memancar deras saat diisap oleh bayi (Purwanti, 2010). Menurut Kristiyansari (2009) dan Ambarwati (2010) beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumlah ASI lancar atau tidak diantaranya adalah berdasarkan indicator ibu dan bayi. Fenomena yang ada bahwa sebagian besar ibu post partum dengan operasi sesar tidak mampu memproduksi ASI dengan lancar. Hasil studi pendahuluan di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal terhadap 10 Responden didapatkan 9 responden (90%) mengalami produksi ASI yang tidak lancer dan 1 Respondengan produksi ASI yang Lancar. Berdasarkan fenomena dan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang โ€œKelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum dengan Operasi Sesarโ€. ## METODE PENELITIAN Design penelitian ini adalah penelitian diskriptif dengan rancangan crossectional (Arikunto , 2010) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Kelancaran Produksi ASI pada Ibu Post Partum dengan Operasi Sesar. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Oktober 2019 di RSUD Dr. Hsoewondo Kendal dan RSI Kendal. Sampel sebanyak 66 responden, dengan tehnik consequtive sampling (Sugiyono, 2012). Analisis statistik menggunakan statistik diskriptif (Dahlan, 2014). Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan cek list kelancaran produksi ASI. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden mengalami masalah kelancaran produksi ASI yaitu sebanyak 54 responden (82%) dan 12 responden (18%) dengan produksi ASI yang lancar. Gambaran karakteristik responden dan kelancaran produksi ASI secara rinci dapat dilihat pada tabel 1 Berikut ini: ## Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia reproduksi yaitu sejumlah 56 responden (85%) dengan pendidikan SMA dan PT sebanyak 43 responden (65%). Variabel Frekuensi Persentase (%) Usia 20-35 <20 dan >35 Pendidikan SD-SMP SMA โ€“ PT Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja Paritas Primipara Multipara 56 10 23 43 16 50 31 35 85 15 35 65 24 76 47 53 82 18 Kelancaran Produksi ASI Tidak Lancar Lancar 54 12 Berdasarkan tabel 1 juga memperlihatkan bahwa sebagian responden tidak bekerja sebanyak 50 responden (76%), serta 35 responden dari 66 responden yaitu 53% adalah multipara. ## Karakteristik Responden ## Usia Hasil penelitian menunjukakn bahwa sebagian besar dari responden berada pada usia reproduksi yaitu pada rentang usia 20-35 tahun. Perempuan pada usia reproduksi masuk dalam kategori dewasa muda, dimana perempuan mampu untuk mengambil keputusan mandiri dan memberikan yang terbaik pada bayinya (Kodrat, 2010). Menurut Pudjiadi (2005) bahwa ibu yang berada pada usia reproduksi mampu memproduksi ASI lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang berada pada usia resiko reproduksi, yaitu usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun. Hal ini disebabkan karena fisiologi tubuh masih baik dan optimal. Hal senada dikemukakan oleh Soetjiningsih (2005) yang menyatakan bahwa umur merupakan salah satu factor yang mempengaruhi produksi ASI. Ibu yang memilki usia matang akan memberikan yang terbaik untuk bayinya sehingga bayi dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu semakin bertambah usia seseorang maka semakin matang pula kondisi psikologis dan mentalnya (Robbins, 2010). ## Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi ASI. Pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki sesorang, dimana seseorang yang memiliki pendidikan tinggi diharapkan memiliki wacana, pengetahuan yang baik sehingga terbentuk sikap dan perilaku yang positif. Menurut Notoatmodjo (2014), semakin tinggi pendidikan seseorang, maka orang tesebut semakin mudah menerima informasi sehingga meningkat pengetahuannya. Ibu dengan status pendidikan menengah sampai tinggi mampu menerima informasi baru sertra dapat menerima perubahan untuk meningkatkan kesehatan dalam hal ini adalah tentang menyusui atau laktasi. Mereka memiliki motivasi untuk mencari informasi sehingga meningkatkan pengetahuan dan kemampuan terkait laktasi (Hartini, 2014). Tingkat pengetahuan dan pemahamn yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kemampuan dalam menagemen diri dan waktu serta manajemen laktasi sehingga produksi ASI lancar dan mampu memaksimalkan pemberian asi eksklusif. ## Pekerjaan Status pekerjaan responden menunjukkan mayoritas responden tidak bekerja. Pekerjaan ibu erat kaitannya dengan ketersediaan waktu ibu untuk bersama dengan bayinya, ibu tidak bekerja memiliki waktu luang lebih banyak bersama bayinya. Riksani (2011) menyatakan bahwa ibu rumah tangga memiliki cukup waktu untuk istirahat, sehingga ibu tidak terlalu lelah dan akan memengaruhi pelepasan hormon oksitosin dan prolactin yang memperlancar produksi dan pengeluaran ASI. Namun disisi lain meskipun ibu tidak bekerja, setiap hari Ibu melakukan kegiatan keseharian sebagai ibu rumah tangga yang multy task . Tugas seorang ibu rumah tangga sangat banyak diantaranya yitu memasak, mencuci, mengurus anak dan suami. Hal ini terkait beban kerja berlebihan, Apabila tidak ada dukungan atau support dari suami dan keluarga, pekerjaan yang bertumpuk dapat menimbulkan kelelahan atau letih dan stress pada ibu yang memicu penurunan produksi ASI. Ibu yang mengalami stres maka akan terjadi blokade dari refleks letdown. Hal ini disebabkan karena adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah alveoli sehingga akan menghambat produksi oksitosin yang berpengaruh terhadap kelancaran pengeluaran ASI (Soetjiningsih, 2014; Hardiani, 2017). ## Paritas Status paritas responden sebagian besar adalah multypara. Paritas menggambarkan jumlah kelahiran dari seorang wanita. Paritas merupakan salah satu fakor yang tidak berpengaruh secara langsung pada kelancaran produksi ASI. Hal ini disebabkan karena adanya faktor-faktor lain terutama eksternal yang turut mempengaruhi antara lain pengetahuan, budaya dan keyakinan, juga pengalaman sebelumnya yang telah didapat oleh ibu sebelumnya (Khoiriyah dan Prihartini, 2011). Paritas terkait pengalaman ibu selama menyusui, ibu primipara belum memiliki pengalaman yang cukup tentang menyusui. Paritas ada kaitannya dengan arah pencarian informasi tentang pengetahuan ibu dalam menyusui. Pengalaman yang diperoleh ibu dapat memperluas pengetahuan seseorang dalam pemberian ASI. Bahwa pengalaman ibu dalam mengurus anak berpengaruh terhadap pengetahuan tentang ASI eksklusif (Soetjiningsih, 2014). ## Kelancaran Produksi ASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu post partum dengan operasi sesar mengalami ketidaklancaran ASI. Ambarwati (2010) menyatakan bahwa kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh faktor Bayi dan faktor ibu. Adapun Faktor bayi diantaranya adalah kemampuan bayi untuk menghisap. Kemampuan menghisap bayi (reflek menghisap) yang kurang berdampak terhadap produksi hormon prolaktin dan oksitosin yang mempengaruhi kelancaran produksi ASI (Kodrat, 2010). Sedangkan faktor ibu meliputi nutrisi, stress dan kondisi fisik, umur, umur kehamilan saat melahirkan, paritas, rangsang otot dada, faktor psikologis, sosial budaya, dan persepsi tentang menyusui, kurangnya informasi tentang menyusui, kondisi payudara dan puting (Arisman, 2010; Sutomo, 2010; Kodrat, 2010; Ambarwati, 2010). Hal senada dikemukakan oleh (Soetjiningsih, 2005) bahwa kelancaran produksi ASI dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain usia ibu dan paritas, stres dan penyakit akut, Inisiasi Menyusu Dini, merokok, konsumsi alkohol, perawatan payudara, rangsangan pada otot payudara, penggunaan alat kontrasepsi dan status gizi dan frekuensi pemberian ASI, Berat Bayi saat lahir usia kehamilan saat bayi lahir. Kelancaran Produksi ASI akan membantu kesuksesan pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan, sehingga membantu bayi tumbuh dan berkembang dengan baik sesuai rekomendasi dari WHO (Soetjiningsih, 2005; Soetjiningsih, 2010). Proverawati dan Rahmawati (2010) juga menyebutkan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi produksi ASI, antara lain meliputi frekuensi menyusui, berat lahir, umur kehamilan saat melahirkan, stres dan penyakit akut, konsumsi alkohol, pil kontrasepsi, dan metode kelahiran bayi. Menurut Sarwono (2014) metode persalinan merupakan cara atau teknik yang biasa dipilih oleh seorang ibu untuk melahirkan anaknya. Ada beberapa metode persalinan diantaranya persalinan spontan, sectio caesaria, vacum dan forcep. Tindakan vacum, forcep, sectio caesaria pada ibu hamil biasanya ibu mengalami kelelahan, kecapekan, kesakitan dan mengalami kecemasan yang membuat hormon kortisol naik dalam darah. Hormon kortisol yang tinggi akan mempengaruhi laktasi, kortisol yang tinggi menyebabkan produksi hormon oksitosin terhambat sehingga berpengaruh dengan tidak sempurnanya refleks letdown untuk merangsang produksi dan pengeluaran ASI. Indiarti (2015) menambahkan bahwa proses kelahiran dengan C-sectio menjadi penghambat sukses menyusui, terutama di hari-hari awal setelah melahirkan. Ibu post partum dengan section caesarea dalam dua hari pertama masih fokus terhadap diri dan rasa ketidaknyamaannya. Reeder, Martin dan Griffin (2011) juga menyatakan bahwa proses persalinan dengan operasi sesar mempengaruhi proses laktasi. Adapun salah satu penyebabnya adalah adanya nyeri pada insisi post operasi sesar. Selain itu dampak pemberian anastesi pada ibu menyebabkan ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayinya di jam pertama setelah bayi lahir. Meskipun ibu mendapat epidural yang membuatnya tetap sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proses menyusui sedikit terhambat. Hal senada juga dikemukakan oleh Widyatama (2018) menyatakan bahwa keadaan ibu pascaoperasi caesar dapat menimbulkan keterbatasan bagi pergerakan atau posisi tubuh ibu, sehingga bukan tidak mungkin menimbulkan keterbatasan untuk dapat segera menyusui. Akibatnya, produksi ASI berkurang. Sementara itu, bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu, terutama jika ibu mendapatkan obat-obatan penghilang sakit sebelum operasi. Ibu post partum dengan operasi sesar mengalami kecemasan dan adanya nyeri pada luka jahitan yang berdampak terhadap kelancaran produksi ASI. Nyeri, kecemasan dan stress menyebabkan pelepasan adrenalin yang mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah alveoli sehingga menghambat produksi ASI (Jannah, 2011). Kondisi psikologis dan emosi ibu berpengaruh terhadap kelancaran produksi ASI. Apabila ibu merasa tidak nyaman, stres, kondisi tertekan, cemas, sedih dan tegang pasti mempengaruhi kelancaran produksi ASI (Riksani, 2012). Ketidaklancaran produksi ASI kemungkinan disebabkan karena adanya ketidaknyamanan, ketegangan, kecemasan dan nyeri. Nyeri pada ibu post partum dengan operasi sesar timbul akibat luka insisi dan afterpain yang berdampak pada kelancaran ASI (Reeder, Martin dan Griffin, 2012). Pernyataan ini didukung oleh penelitian Hanifa (2015) didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat nyeri post operasi sesar dengan kecepatan pengeluaran ASI (nilai p=0,003). Hal senada dikemukakan oleh Retno et al. , (2016) dalam penelitiannya yang menemukan bahwa alasan ibu tidak melaksanakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah akibat nyeri luka operasi SC (92%), ketidaknyamanan (78%), dan efek anestesi(74%). ## SIMPULAN Adapun simpulan dari penelitian ini, berdasarkan karakteristik responden didapatkan bahwa sebagian besar responden berada pada usia reproduksi yaitu pada rentang usia 20-35 tahun sebanyak 85%, Lebih dari setengah responden dengan pendidikan SMA dan perguruan tinggi sebanyak 65%, dengan status tidak bekerja sebanyak 76% serta multipara sebanyak 53%. Sebagian besar responden mengalami masalah produksi ASI yang tidak lancar yaitu sebanyak 54 responden (82%) dan sisanya sebanyak 12 responden (18%) dengan produksi ASI yang lancar. ## DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, E. R. dan Wulandari, D. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Nifas .Yogyakarta:Mitra Cendekia. Arikunto, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan . Jakarta: Rineka Cipta. Arisman. (2010). Gizi dalam Daur Kehidupan . Jakarta:EGC. Dahlan, S. (2014). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Edisi 6 . Jakarta: Salemba Medika. Hanifa F. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengeluaran air susu ibu setelah tindakan sectio caesarea di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Ar-ruzz media. Hardiani, R.S. (2017). Status Paritas dan Pekerjaan Ibu Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan. Google.com. Diakses pada 16 Oktober 2019. Hartini, S. (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Keberhasila ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 6-12 Bulan di Puskesmas Kasihan II Yogyakarata. Diakses 17 November 2019. Indiarti. (2015). Panduan Terbaik Kehamilan, Persalinan, Dan Perawatan Bayi.Yogyakarta: Indoliterasi Jannah, N. (2011) Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Cetakan I. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media Jayani, D. H. (2018). 10 penyebab utama kematian balita di dunia, diunduh di https://databoks.katadata.co.id/ pada tanggal 28 Oktober 2019 Kemkes RI. (2017). Pemantauan Status Gizi Tahun 2016 . Jakarta: Kemkes RI Khoiriyah, A. & Prihatini, R. 2011. Hubungan Antara Paritas Dengan Keterampilan Menyusui Yang Benar Pada Ibu Nifas. Jurnal Midpro. edisi 2 /2011. Dapat diunduh di http://journal.unisla.ac.id/pdf/196220145.%20Hubungan%20antara%20paritas%20dengan %20ketrampilan%20menyusui%20yg%20 bena r% 20pd%20ibu%20nifas.pdf. Kodrat, L. (2010). Dahsyatnya ASI & Laktasi . Yogyakarta: Media Baca. Kristiyanasari, W. (2011). ASI Menyusui & SADARI . Yogyakarta: Nuha Medika. Notoatmodjo, S. (2014). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Pudjiadi. (2005). Ilmu Gizi Klinis pada anak . Edisi 4. Jakarta: FK UI Riksani, R. (2011). Keajaiban ASI . Jakarta: Dunia Sehat Robbins dan Judge. (2010). Perilaku Organisasi . Edisi Duabelas. Salemba Medika Roesli, U. dan Yohwi E. (2010). Manajemen Laktasi . Jakarta: IDAI. Roesli, U. (2009). Mengenal ASI Eksklusif .Jakarta: Trubus Agriwidya. Soetjiningsih. (2005). ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta:EGC Soetjiningsih. (2010). Breasfeeding Family . Jakarta. IDAI Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung: Alfabeta. Suradi, R dan Hegar. (2010). Indonesia Menyusui . Jakarta: IDAI. Reeder, Martin dan Griffin. (2011). Keperawatan Maternitas : Kesehatan wanita, bayi dan keluarga. Jakarta. EGC. Retno, S. et al. ( 2016). IMD Pada Bayi Yang Lahir Secara Sectio Cesaria ( The Role of Father in Successfulness of Early Breastfeeding Initiation Program to the Newborn with Sectio Cesarea ). Riksani, R. (2012). Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta Timur: Dunia Sehat. Unicef Indonesia. (2013). ASI adalah penyelamat hidup paling murah dan efektif di dunia. http://www.unicef.org/indonesia/id/m edia_21270.html. Diakses pada tanggal 3 September 2019. WHO. (2016). Sustainable Development Global solutions Network (SDGs). Jakarta: United Nation. Widyatama, A. (2018). Operasi Caesar bias mempengaruhi Produksi Asi, Benarkah? . https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3606367/operasi-caesar-bisa-pengaruhi- produksi-asi-benarkah. Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2019. William dan Martha. (2007). The baby book . Jakarta: Sambi Ilmu Semesta.
c60d1fa4-d70d-4e53-86ec-2bff8e072c56
https://jppipa.unram.ac.id/index.php/jpmpi/article/download/592/405
## Original Research Paper Penggunaan Metode Permainan Kartesius Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dasar Anak Usia 6-12 Tahun di Kecamatam Sape Rini Andriani 1* , Nurkomariah 2 , Nurjariati Fadilah 3 , I Gde Mertha 3 1 Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia 2 Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia 3 Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Indonesia DOI: https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.592 Sitasi: . Andriani, R., Nurkomariah., Fadilah, N., & Mertha, I. G. (2020). Penggunaan Metode Permainan Kartesius Dalam Meningkatkan Pengetahuan Dasar Anak Usia 6-12 Tahun di Kecamatam Sape. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 3 (2) ## Article history Received: 25 Oktober Revised: 15 Nopember Accepted: 29 Desember *Corresponding Author: Nur Hayati, Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram, Mataram, Indonesia Email: [email protected] Abstract: Permaianan merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan pembelajaran yang bernuansa aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami dunia, berinteraksi dengan anak lain, mengekspresikan dan mengendalikan emosi, dan mengembangkan kemampuan simbolik sehingga anak aktif membangun pengetahuannya. Perkembangan anak semakin maju jika anak memiliki kesempatan untuk praktik keterampilan-keterampilan yang diperolehnya. Bermain akan banyak melibatkan anak dalam berbagai aktivitas, sehingga konsep-konsep yang diajarkan dapat ditangkap dengan cepat dan mampu bertahan dalam memori anak. Pengabdian ini bertujuan untuk meningkatan kemampuan dasar anak-anak usia 6-12 tahun dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan menggunakan metode permainan bidang kartesius. Kegiatan ini menggabungkan 3 bidang ilmu yaitu IPA, Matematika, dan Bahasa Inggris, dimana Matematika digunakan sebagai media metode permainan bidang kartesius, sedangkan IPA dan Bahasa Inggris menampilkan kumpulan soal disetiap titik pada bidang kartesius. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan penggunaan metode permainan bidang kartesius sangat baik untuk meningkatkan pengetahuan dasar anak karena anak-anak bisa lebih intrekatif. Dengan pembelajaran seperti ini siswa atau anak-anak dapat melaksanakan pembelajaran dengan serius namun menyenangkan serta dapat menghilangkan kejenuhan pada saat pembelajaran karena dalam metode (permainan) ini seluruh siswa atau anak-anak dapat ikut aktif pada setiap permainan yang diadakan. Keywords: Metode Permainan, Bidang Kartesius, Pengetahuan Dasar ## Pendahuluan Pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) memerlukan metode yang bervariasi. Permaianan merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan pembelajaran yang bernuansa PAKEM tersebut. Sebagai salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan PAKEM, metode permaian mempunyai banyak variasi. Banyaknya variasi teknik dalam metode permainan, memungkinkan guru lebih leluasa memilih teknik pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan indikator yang ingin dicapai. Selanjutanya, untuk mewujudkan metode permainan dalam pembelajaran terdapat langkah- langkah penyusunan yang harus dipahami. Permainan merupakan suatu aktivitas untuk Andriani, et al ., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 (2): 302-305 memperoleh suatu keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan (Mardiah, 2015). Menurut Maryatun dan Hayati (2010) dalam Amiron (2016), menyatakan bahwa bermain dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami dunia, berinteraksi dengan anak lain, mengekspresikan dan mengendalikan emosi, dan mengembangkan kemampuan simbolik sehingga anak aktif membangun pengetahuannya. Perkembangan anak semakin maju jika anak memiliki kesempatan untuk praktik keterampilan- keterampilan yang diperolehnya. Bermain akan banyak melibatkan anak dalam berbagai aktivitas, sehingga konsep-konsep yang akan diajarkan dapat ditangkap dengan cepat dan mampu bertahan dalam memori anak. Salah satu aspek yang sangat penting untuk, diketahui dan dipahami dari perkembangan anak usia dasar adalah aspek kognitif. Perkembangan kognitif merupakan suatu perkembangan yang sangat komprehensif yaitu berkaitan dengan kemampuan berfikir, seperti kemampuan bernalar, mengingat, menghafal, memecahkan masalah- masalah nyata, beride dan kreatifitas. Perkembangan kognitif memberikan pengaruh terhadap perkembangan mental dan emosional anak serta kemampuan berbahasa. Sikap dan tindakan anak juga berkaitan dengan kemampuan berfikir anak. Sehingga, perkembangan kognitif dapat dikatakan sebagai kunci dari pada perkembangan- perkembangan yang bersifat non-fisik (Bujuri, 2018). Secara umum kemampuan siswa menyelesaikan atau memahami materi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa merupakan faktor internal yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyelesaikan atau memahami materi. Materi-materi yang terkandung didalamnya tersusun saling mempengaruhi. Faktor disposisi terhadap materi siswa juga berpengaruh terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan dan memahami materi (Sahrul dan Kadir, 2014). Pengetahuan dasar yang dibawa siswa dalam situasi belajar dianggap menjadi faktor penting dalam memfasilitasi proses belajar. Terdapat delapan teori untuk menjelaskan pengaruh pengetahuan dasar pada belajar. Teori-teori ini menawarkan berbagai interpretasi tentang bagaimana pengetahuan dasar memberi pengaruh terhadap belajar melalui berbagai proses sebagaimana dijelaskan berikut ini (Sahrul dan Kadir, 2014): (1) Dalam proses pembelajaran, pengetahuan dasar berfungsi sebagai " category label " yang mempengaruhi cara informasi baru yang diperoleh diatur dan ditambahkan kestruktur pengetahuan yang sudah ada ( the restructuring approach ); (2) Pengetahuan dasar berfungsi sebagai konteks asimilatif di mana materi baru dikaitkan dengan yang telah ada dan akibatnya pengetahuan meningkat dan lebih mudah ditemukan melalui proses elaborasi ( the elaboration approach ); (3) Aktivasi pengetahuan dasar meningkatkan akses ke pengetahuan tersebut selama proses pembelajaran ( the accessibility approach ); (4) Pengetahuan dasar mempengaruhi belajar melalui kesiapan yang telah ada sehingga informasi yang relevan dapat diterima dengan lebih siap ( the selective attention approach ); (5) Pengetahuan dasar mempengaruhi belajar melalui isyarat, semakin banyak pengetahuan dasar yang dimiliki, berarti semakin banyak pengetahuan yang tersedia dalam memori seseorang ( the availability approach ); (6) Pengaktifan pengetahuan dasar ketika mempelajari materi baru dapat meningkatkan daya ingat dan pengambilan informasi dari pengetahuan yang sudah ada ( the retrieval approach ); (7) Pengetahuan dasar disusun malalui skema yang mempengaruhi interpretasi dan pemahaman tentang situasi baru ( the schema-transfer approach ); (8) Pengetahuan dasar yang lebih,berakibat pada pengolahan informasi yang lebih cepat ( representation-saving approach ). Selain materi ajar, pemahaman tentang perkembangan kognitif anak juga menjadi pedoman dalam menentukan strategi, model, metode dan teknik evaluasi dalam pembelajaran. Anak akan mudah paham apabila materi yang disampaikan oleh guru menggunakan metode yang sesuai dengan kemampuan berfkir anak. Misalnya, ketika belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam, guru tidak cukup dengan metode ceramah saja, guru mesti menggunakan metode eksperimen (praktek) atau memberikan contoh langsung terkait objek yang dipelajari (modelling) , sebab kemampuan berfikir anak usia dasar (7- 11 tahun) berada pada level berfikir konkret (nyata) bukan bersifat khayalan atau sesuatu yang abstrak. Dengan demikian, pemahaman tentang perkembangan kognitif anak usia dasar bukan suatu pemahaman yang dapat dianggap remeh, melainkan pemahaman yang sangat penting terhadap keberhasilan suatu proses Andriani, et al ., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 (2): 302-305 KBM khususnya pencapaian pada kompetensi kognitif anak (Bujuri, 2018). Dalam pengabdain ini menggabungkan 3 bidang ilmu yaitu IPA, Matematika dan Bahasa Inggris. dimana matematika digunakan sebagai media yang akan dijadikan sebagai metode permainannya menggunakan bidang kartesius sedangkan IPA dan Bahasa Inggris merupakan kumpulan soal yang terdapat disetiap titik dibidang kartesius yang dibuat. Kegiatan ini berfokus untuk meningkatan kemampuan dasar anak-anak usia 6-12 tahun menggunakan metode permainan bidang kartesius, dan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan untuk anak-anak. ## Metode Metode permainan yang digunakan yaitu menggunakan bidang kartesius, dimana kegiatan dilakukan sebanyak 2 kali. Dalam bidang kartesius yang akan digambarkan terdapat 10 titik pada sumbu X dan 10 titik pada sumbu Y, kemudian untuk sumbu X ke kanan terdapat 5 titik dan sumbu X kekiri sebanyak 5 titik. Disetiap titik terdapat soal-soal IPA dan Bahasa Inggris yang akan dijawab oleh anak-anak. Anak-anak akan mengambil lot untuk mengetahui berapa langkah yang akan mereka lakukan dalam bidang kartecius tersebut, dititik terakhir anak-anak tersebut berhenti terdapat soal yang diacak baik IPA ataupun Bahasa Inggris yang akan mereka jawab. ## Hasil dan Pembahasan Dalam permainan ini digunakan bidang kartesius yang digambarkan diatas lapangan voli menggunakan tali rafia dan disetiap titiknya dilambangkan dengan kertas yang bertuliskan angka sesuai dengan bidang kartesius sebenarnya. Dan terdapat juga lot-lot yang berisikan perintah yang akan dilakukan oleh setiap anak, pertanyaan- pertanyaan yang akan di jawab oleh anak. dimana terdapat 20 pertanyaan yang mana 10 pertanyaan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan 10 pertanyaan untuk IPA. Jumlah anak yang ikut serta dalam permainan ini di batasi. Dalam pengambilan lot ini terdapat 2 ronde agar anak tersebut dapat membandingkan apa yang telah mereka lakukan sebelumnya, dan perlu kita ketahui bahwa bidang kartesius adalah sistem koordinat yang menetapkan setiap titik secara unik dalam bidang dengan serangkaian koordinat numerik, yang merupakan jarak yang bertanda titik dari dua garis berorientasi tegak lurus tetap, diukur dalam satuan panjang yang sama. Setiap garis referensi disebut sumbu koordinat atau hanya sumbu (sumbu jamak) dari sistem, dan titik di mana mereka bertemu adalah asalnya, pada pasangan terurut (0,0). Koordinat juga dapat didefinisikan sebagai posisi proyeksi tegak lurus dari titik ke dua sumbu, yang dinyatakan sebagai jarak yang ditandatangani dari titik asal (Wikipedia, 2020). Berdasarkan pengamatan hasil permainan yang dilakukan setelah mengambil lot anak-anak mengambil langkah berdasarkan petunjuk yang ada di lot tersebut. Di setiap titik terdapat soal-soal yang harus dijawab oleh anak-anak tersebut. anak- anak cukup interakatif, dan cepat tanggap dalam menjawab soal. Soal-soal yang dijawab adalah IPA dan Bahasa Inggris yang tingkat kesulitannya rendah. Gambar 1. Bidang kartesius sebagai media permainan. Kemudian anak-anak mengambil lot yang telah disediakan, dimana lot tersebut berisikan perintah berapa langkah yang akan mereka lakukan. Pengambilan lot dilakukan secara acak. Gambar 2. Pengambilan Lot Andriani, et al ., Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2020, 3 (2): 302-305 Setelah mengambil lot, dan didapat berapa langkah yang harus mereka lakukan, misalnya majulah 3 langkah ke sumbu X, begitu seterusnya. Gambar 3. Melangkah sesuai perintah yang tertera pada lot. Setelah melangkah sesuai perintah yang tertera pada lot. Anak-anak harus menjawab pertanyaan yang telah dibuat. Gambar 4. Menjawab pertanyaan yang diajukan Penerapan metode permainan pada pembelajaran menggunakan media yaitu bidang kartesius yang menjadi bagian dari ilmu matematika anak-anak akan merasa lebih mudah memahami bidang kartesius dalam ilmu matematika yang menjadi momok atau pelajaran yang tidak terlalu disukai oleh anak-anak. selain itu anak-anak bisa menambah pengetahuan dasarnya dibidang IPA dan Bahasa Inggris. Selain itu metode permainan atau bermain sambil belajar adalah suatu kegiatan terpadu antara belajar dan bermain yang diintegrasikan dalam sebuah materi pelajaran. Dengan pembelajaran seperti ini siswa atau anak- anak dapat melaksanakan pembelajaran dengan serius namun menyenangkan serta dapat menghilangkan kejenuhan pada saat pembelajaran karena metode (permainan) ini seluruh siswa atau anak-anak dapat ikut aktif dalam setiap permainan yang diadakan. ## Kesimpulan Penggunaan metode permainan yaitu bidang kartesius dalam meningkatkan pengetahuan dasar anak, sangat baik karena anak-anak bisa lebih intrekatif dan menciptakan kesan pembelajaran yang menyenangkan dibandingkan dengan proses pembelajaran biasa. Dengan pembelajaran seperti ini siswa atau anak-anak dapat melaksanakan pembelajaran dengan serius namun menyenangkan serta dapat menghilangkan kejenuhan pada saat pembelajaran karena metode (permainan) ini seluruh siswa atau anak-anak dapat ikut aktif dalam setiap permainan yang diadakan. ## Ucapan Terima Kasih Terimakasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Mataram atas dukungan dalam kegiatan KKN di Era New Normal tahun akademik 2020-2021 dan anak-anak yang terlibat dalam kegiatan pengabdian. ## Daftar Pustaka Amiran, Salmon. 2016. Efektifitas Penggunaan Metode Bermain Di Paud Nazareth Oesapa. Jurnal Pendidikan Anak 5 (1): 710-716. Bujuri, Dian Adesta. 2018. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan Implikasinya dalam kegiatan Belajar mengajar. Jurnal Literasi IX (1): 37-50. Mardiah. 2015. Metode Permainan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Mitra PGMI 1 (1): 61-77. Sahrul dan Kadir. 2014. Pengaruh Pengetahun Dasar Matematika dan Disposisi Matematik Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal-Soal Limit Fungsi Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Kendari . Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika 2 (2): 151-168. Wikipedia. 2020. Sistem Koordinat Kartesius. Diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koordi nat_Kartesius
47ba7d31-2d0b-4749-9f45-641aac96e1bc
https://ejournals.umma.ac.id/index.php/point/article/download/2255/1271
Volume 6 Nomor 1, Juni 2024 e-ISSN : 2656-775X ## Pengaruh Carbon Emission Disclosure Dan Green Innovation Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi Muhammad Zaikin 1 *, Alimuddin 2 , Nadhirah Nagu 3 , Afdal 4 1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin; [email protected] 2 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin; [email protected] 3 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin; [email protected] 4 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin; [email protected] * Muhammad Zaikin: [email protected] ; Tel.: 0822 9011 8216 ## Abstrak Penelitian ini menyelidiki dampak carbon emission disclosure dan green innovation terhadap nilai perusahaan, dengan good corporate governance sebagai pemoderasi. Metode kuantitatif untuk meneliti perusahaan- perusahaan pertambangan yang terdaftar di (BEI) antara tahun 2018 hingga 2022. Data sekunder dikumpulkan dari laporan tahunan dan laporan keberlanjutan yang dapat diakses di situs web resmi BEI dan situs web resmi perusahaan. Sampel terdiri dari delapan perusahaan dengan 40 observasi. Purposive sampling digunakan untuk memilih sampel. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis regresi dengan bantuan SPSS. Temuan penelitian menyimpulkan adanya dampak positif dan signifikan carbon emission disclosure dan green innovation terhadap nilai perusahaan. GCG mampu memoderasi hubungan antara pengungkapan carbon emission disclosure dan green innovation terhadap nilai perusahaan. Kata kunci: nilai perusahaan, carbon emission disclosure, green innovation, good corporate governance ## Abstract This study investigates the impact of carbon emission disclosure and green innovation on firm value, with good corporate governance as a moderator. The quantitative method examines mining companies listed on the (IDX) between 2018 and 2022. Secondary data was collected from annual reports and sustainability reports that can be accessed on the official IDX website and the company's official website. The sample consists of eight companies with 40 observations. Purposive sampling was used to select the sample. Data analysis was conducted using regression analysis with the help of SPSS. The research findings concluded that there is a positive and significant impact of carbon emission disclosure and green innovation on firm value. GCG is able to moderate the relationship between carbon emission disclosure and green innovation on firm value. Keywords: firm value, carbon emission disclosure, green innovation, good corporate governance ## PENDAHULUAN Laporan keuangan sebagai keluaran dari proses akuntansi sebagai dasar pertimbangan dalam pegambilan keputusan hanya menyajikan informasi akuntansi keuangan sementara informasi akuntansi lingkungan dan sosial cenderung diabaikan. Sehingga diperlukan regulasi sebagai dasar dalam bagi praktir akuntansi ramag lingkungan. Yang saat ini kita kenal dengan CSR yang pelaporannya disebut sebagai laporan keberlanjutan. Pelaporan keberlanjutan telah mendapatkan daya tarik sebagai sarana bagi perusahaan untuk mengatasi kekhawatiran pemangku kepentingan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan mereka (Boiral, 2013). Laporan keberlanjutan cenderung menyerupai alat pemasaran yang bertujuan terutama untuk meningkatkan citra perusahaan dan legitimasi sosial (Duchon & Drake, 2009). Dengan menerbitkan laporan keberlanjutan yang secara transparan menyampaikan kinerja lingkungan dan strategi keberlanjutan mereka, perusahaan secara aktif berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim dan realisasi SDGs (Inayah et al., 2022). Satu hal yang tidak luput dari konteks pelaporan keberlanjutan adalah emisi carbon. Indonesia sebagai kontributor emisi karbon yang terkenal, hampir setiap tahun mengalami peningkatan. Emisi CO2 per kapita Indonesia telah mengalami peningkatan yang luar biasa selama 130 tahun terakhir, mencapai 2,6 ton pada tahun 2022. Kenaikan ini terutama terlihat pada tahun 2022, ketika emisi melonjak menjadi 2,6 ton. Pendorong utama lonjakan ini termasuk pembakaran batu bara, minyak, dan gas, serta produksi semen dan pembakaran gas (Ritchie et al., 2020). Data dari Climate Watch menunjukkan bahwa sektor energi merupakan penghasil emisi gas rumah kaca yang paling signifikan, yaitu 71,5% dari total emisi (36,44 gigaton karbon dioksida ekuivalen (Gt CO2e)). Pembangkit listrik telah muncul sebagai penghasil karbon dioksida (CO2) terbesar di dunia, yang menyumbang 40% dari emisi CO2 global (CNBC Indonesia, 2024). Yang mengkhawatirkan, emisi dari pembangkit listrik mencapai rekor tertinggi sebesar 12.431 juta ton CO2 (mtCO2) pada tahun 2022. Sebagai kontributor terbesar emisi gas rumah kaca, Energy digunakan sebagai pembangkit listrik. Pembangkit listrik telah muncul sebagai penghasil karbon dioksida (CO2) terbesar di dunia, yang menyumbang 40% dari emisi CO2 global (CNBC Indonesia, 2024). Yang mengkhawatirkan, emisi dari pembangkit listrik mencapai rekor tertinggi sebesar 12.431 juta ton CO2 (mtCO2) pada tahun 2022. Ini membuat Indonesia berada di posisi ke-9 sebagai produsen emisi karbon dioksida terbesar di dunia dengan angka mencapai 192,7 mtCO2. Hal ini menandakan bahwa Indonesia masih bergantung pada batubara untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, perusahaan harus terus beroperasi. Seiring dengan meningkatnya aktivitas industri, begitu pula polusi yang ditimbulkan, yang berujung pada pelepasan gas rumah kaca yang memperparah perubahan iklim (Damas et al. , 2021). Selain berorientasi profit , perusahaan juga harus memperhatikan dua hal penting lainnya yaitu people dan planet yang dikenal dengan Tiple Botoom Line . Dampak emisi carbon mendorong banyak pihak termasuk perusahaan untuk mengambil langkah nyata guna mengurangi emisi carbon dan lebih peduli terhadap isu keberlanjutan. Perusahaan yang acuh terhadap lingkungan akan menghadapi berbagai macam tekanan dan protes dari berbagai pihak. Hal tersebut akan memberikan dampak pada citra dan kinerja perusahaan kedepannya. Untuk menghindari hal tersebut, Perusahaan melakukan berbagai upaya. Menerapkan sistem manajemen lingkungan yang diakui dunia dan memproduksi produk ramah lingkungan dari bahan yang berkelanjutan dan proses yang ramah lingkungan berdampak pada peningkatan nilai perusahaan secara keseluruhan (Agustia et al., 2019). Mayoritas negara memberi perhatian lebih pada pemanasan global dan berupaya mencari jalan untuk meminimalisir emisi karbon sehingga perubahan iklim teratasi (Rokhmawati et al., 2017).\. Aspek penting dalam mitigasi perubahan iklim adalah kewajiban perusahaan untuk menyajikan dan mengungkapkan emisi karbon mereka (Rokhmawati et al., 2017). Dengan melaporkan emisi karbon secara transparan, entitas secara aktif berpartisipasi dalam mengatasi tantangan lingkungan dan iklim, terutama isu pemanasan global (Hermawan et al., 2018). Pengungkapan emisi karbon menjadi hal yang penting dikarenakan dapat memberikan keyakinan kepada pemilik perusahaan terkait strategi perusahaan untuk berpartisipasi dan berkontribusi pada pelestarian lingkungan (Firmansyah et al., 2021). Pengungkapan ini tentunya memberi dampak positif bagi reputasi Perusahaan. Banyak penelitian yang telah meneliti pengungkapan emisi karbon dan hubungannya dengan nilai perusahaan. Hardiyansah et al (2021) mengkonfirmasi adanya hubungan positif dan signifikan antara keduanya. Sedangkan Rachmawati (2021) tidak menemukan hubungan tersebut. Kurnia et al., (2021) menyatakan bahwa pengungkapan emisi karbon dapat meningkatkan nilai perusahaan di Indonesia, sedangkan di Australia tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Untuk menghindari reputasi negatif, tuntutan hukum, dan sentimen negatif pasar, perusahaan-perusahaan ternama melakukan upaya bersama untuk mengungkapkan emisi karbon mereka (Hardiyansah et al., 2021). Penghijauan dan inovasi telah menjadi dua faktor paling penting yang menginspirasi transformasi ekonomi dibanyak negara dengan mayoritas perekonomian industri. Inovasi ramah lingkungan telah berkembang secara vertikal dan horizontal di setiap dimensi, mulai dari tingkat usaha mikro hingga tingkat makro nasional, yang mempunyai dampak penting terhadap pengembangan usaha ramah lingkungan di berbagai negara di seluruh dunia. Cara yang tepat untuk mempromosikan inovasi ramah lingkungan dan mempercepat transformasi ramah lingkungan bergantung pada apakah pembangunan ramah lingkungan dapat membawa manfaat lingkungan bagi perusahaan sekaligus membawa manfaat ekonomi dan meningkatkan nilai perusahaan (Zhang et al., 2020). Dalam penelitiannya, Zhang et al.,( 2020) mengatakan bahwa green innovation berdampak pada peningkatan nilai perusahaan. Di sisi lain, manfaat ekonomi dari inovasi ramah lingkungan terancam oleh beberapa kekhasan unik di negara-negara berkembang. Menggunakan data perusahaan manufaktur Tiongkok, Yao et al., (2019) menunjukkan bahwa inovasi produk ramah lingkungan dan inovasi proses ramah lingkungan berhubungan negatif dengan nilai perusahaan. Mereka menunjukkan bahwa kerugian yang nyata, seperti lemahnya perlindungan hak kekayaan intelektual, tidak memadainya personel yang terlatih dan berkualitas, terbatasnya pengetahuan lingkungan hidup dan basis pelanggan produk ramah lingkungan yang lebih kecil di negara-negara berkembang melemahkan manfaat ekonomi dari inovasi ramah lingkungan. Inkonsistensi hasil penelitian sebelumnya, penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Kurnia et al., (2021) dengan menambahkan good corpotare governance sebagai variabel moderasi. GCG adalah sistem pengendalian perusahaan yang memastikan kegiatan manajerial sejalan dengan keinginan pemangku kepentingan (Kusuma & Nuswantara, 2021). Dengan menciptakan pemahaman dan keseimbangan kepentingan, good corporate governance dianggap mampu mempengaruhi hubungan antara carbon emission disclosure , green innovation dengan nilai perusahaan. Terdapat perbedaan dalam hal populasi dan sampel yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia et al., (2021) berfokus pada perusahaan manufaktur, sedangkan penelitian ini berfokus pada perusahaan sektor pertambangan. Berdasarkan penjelasan di atas, perlu perhatian penting terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Dari banyaknya faktor yang telah diteliti, masih terdapat inkonsistensi dari hasil penelitian terdahulu. Sehingga penting bagi penulis untuk meneliti kembali mengenai faktor-faktor tersebut, yaitu carbon emission disclosure , green innovation , dan good corporate governance . ## TINJAUAN LITERATUR ## Signaling Theory Teori sinyal Ross (1977) menyatakan bahwa laporan keuangan yang kuat menandakan operasi perusahaan yang sehat. Teori ini mendukung pengungkapan sukarela perusahaan, seperti yang ditemukan dalam laporan tahunan dan laporan keberlanjutan. Pengungkapan ini bertindak sebagai sinyal, menyampaikan informasi tentang tindakan perusahaan untuk menyelaraskan dengan tujuan pihak-pihak berkepentingan. Teori sinyal Ross (1977) menyatakan bahwa laporan keuangan yang kuat menandakan operasi perusahaan yang sehat. Teori ini mendukung pengungkapan sukarela perusahaan, seperti yang ditemukan dalam laporan tahunan dan laporan keberlanjutan. Pengungkapan ini bertindak sebagai sinyal, menyampaikan informasi tentang tindakan perusahaan untuk menyelaraskan dengan tujuan pihak-pihak berkepentingan.. Sinyal ini bisa berupa keterbukaan informasi karbon. Pengungkapan tersebut merupakan sinyal positif yang diberikan perusahaan kepada prinsipal , sekaligus memberikan informasi bahwa perusahaan peduli terhadap lingkungan. Hal ini dilakukan untuk memikat investor agar berinvestasi, meningkatkan reputasi positif, dan sekaligus meningkatkan nilai perusahaan. ## Stakeholder Theory Stakeholder theory adalah konsep penting dalam memahami hubungan antara perusahaan dan berbagai pihak yang terpengaruh oleh atau dapat memengaruhi perusahaan ( stakeholder ) (Freeman,1983). Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan bukan hanya bertanggung jawab pada pemegang saham, namun juga pada stakeholder yang lain . Freeman (1983) menjelaskan ada dua model dalam teori tersebut, yaitu; (1) model kebijakan dan rencana bisnis; dan (2) model tanggung jawab sosial perusahaan dari manajemen stakeholder . Keduanya membantu dalam memahami dan mengelola hubungan agent dengan principal secara efektif. Dengan memahami kebutuhan dan ekspektasi stakeholder, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih selaras dengan kepentingan semua pihak, dan ultimately meningkatkan keberhasilan jangka panjang perusahaan. Stakeholder theory menurut Donaldson & Preston (1995) dan Fatimah & Rahmah (2022), teori ini membantu organisasi dalam memahami dan mengelola hubungan dengan semua pemangku kepentingan secara efektif, dan ultimately meningkatkan keberhasilan jangka panjang. Ditekankan bahwa teori stakeholder bukan hanya teori, tetapi juga filosofi manajemen Donaldson dan Preston (1995). Mereka merekomendasikan perilaku, struktur, serta praktik yang jika secara bersamaan diterapkan, bisa menghasilkan filosofi manajemen yang lebih komprehensif serta bertanggung jawab. Pengaruh carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan Seiring dengan semakin besarnya ancaman perubahan iklim, pengungkapan emisi karbon menjadi semakin disorot di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, untuk mengatasi dampaknya terhadap keberlanjutan organisasi. Perusahaan dapat secara transparan melaporkan emisi karbon mereka dalam laporan tahunan dan laporan keberlanjutan. Pengungkapan emisi karbon berperan sebagai alat ukur kontribusi perusahaan terhadap pemanasan global (Hermawan et al., 2018). Pengungkapan emisi karbon termasuk bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan. Karena pengendalian emisi karbon dapat menjadi aspek mendasar untuk menjamin keberlanjutan bisnis, perusahaan cenderung mengembangkan struktur organisasi yang dapat mengendalikan emisi karbon, mengevaluasi risiko emisi karbon, dan memecahkan masalah emisi karbon (Kurnia et al., 2021). Investor dapat mempertimbangkan pengungkapan emisi karbon ketika menentukan keputusan investasinya (Blesia et al., 2023). Dalam Teori Sinyal dikatakan bahwa pengungkapan emisi karbon mencerminkan kinerja karbon yang unggul, memberikan sinyal positif untuk investasi (Trimuliani & Febrianto, 2023). Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia et al., (2021) dan Blesia et al., (2023) menunjukkan bahwa pengungkapan emisi karbon di Indonesia berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H1 : Carbon Emission Disclosure berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan Pengaruh Green Innovation terhadap Nilai Perusahaan Meskipun memaksimalkan nilai pemegang saham tetap menjadi tujuan utama, perusahaan semakin menyadari pentingnya menciptakan nilai bagi semua pemangku kepentingan. Teori pemangku kepentingan menganjurkan agar perusahaan memperluas akuntabilitas mereka di luar pemegang saham untuk mencakup semua pihak yang berkepentingan dengan operasi mereka (Freeman,1983). Untuk tercapainya tujuan ini, perusahaan membutuhkan manajer yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola, untuk memastikan masa depan perusahaan yang berkelanjutan (Agustia et al., 2019). Kinerja lingkungan yang dimaksud dapat berupa inovasi hijau. Perusahaan yang menerapkan inovasi hijau dapat berharap untuk mendapatkan keuntungan nilai yang signifikan melalui pemanfaatan sumber daya yang efisien, perluasan pasar, peningkatan daya saing produk, dan pemanfaatan saham perusahaan secara strategis. Inovasi hijau memberdayakan perusahaan untuk terus meningkatkan pangsa pasar mereka (Agustia et al., 2019). Selain itu, penelitian Zhang dkk. (2020) mengkonfirmasi pengaruh positif inovasi hijau terhadap nilai perusahaan. Tujuan umum dari inovasi hijau, bagaimanapun definisinya, berkaitan dengan kemajuan teknologi dengan manfaat lingkungan, yang dapat berupa produk baru atau proses baru yang berkontribusi terhadap keberlanjutan dan perlindungan lingkungan (Oltra & Saint Jean, 2009). Perusahaan yang menerapkan green innovation memberikan keuntungan nilai yang signifikan melalui pemanfaatan sumber daya yang efisien, perluasan pasar, peningkatan daya saing produk, dan pemanfaatan saham perusahaan secara strategis. Inovasi hijau memberdayakan perusahaan untuk terus meningkatkan pangsa pasar mereka (Agustia et al., 2019). Penelitian Zhang et al., (2020) mengkonfirmasi pengaruh positif inovasi hijau terhadap nilai perusahaan. Penelitian Rezende et al., (2019) terhadap 356 perusahaan multinasional di Brazil, menemukan bahwa dampak inovasi hijau terhadap kinerja keuangan perusahaan tidak terlihat pada tahun yang sama tetapi menunjukkan dampak positif yang signifikan pada tahun-tahun berikutnya. Maka hipotesis penelitian ini adalah: H2 : Green Innovation berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan Good corporate governance memoderasi pengaruh carbon emission disclosure terhadap nilai Perusahaan Pengungkapan emisi karbon dapat meningkatkan kepercayaan dan mendorong investor untuk berinvestasi, khususnya pada perusahaan ramah lingkungan (Hsu & Wang, 2013). Sebagai bentuk kepedulian pada lingkungan, perusahaan harus bertanggung jawab atas karbon yang dihasilkan selama kegiatan operasinya (Rahmanita, 2020). Untuk memaksimalkan hal tersebut, diperlukan GCG untuk memberikan nilai tambah bagi para stakeholder . Hal ini karena GCG memungkinkan perusahaan menjalankan pengelolaan yang profesional, transparan, dan efisien dengan meningkatkan transparansi, akuntabilitas, berintegritas, tanggung jawab, dan adil dalam memenuhi hak pemangku kepentingan (Indarti & Extaliyus, 2013). Sejalan dengan stakeholder theory , yaitu perusahaan bukan hanya bertanggung jawab pada stakeholder , namun juga pada berbagai pihak lain seperti karyawan, pelanggan, pemasok, komunitas, serta pemerintah (Freeman, 1983). Jika tata kelola perusahaan lebih baik, maka pengungkapan tanggung jawab sosial juga lebih baik, yang pada akhirnya mempengaruhi nilai Perusahaan (Halimah et al., 2020). Penelitian yang dilakukan oleh Nahda & Harjito (2011) menunjukkan bahwa GCG mempengaruhi hubungan antara pengungkapan sosial dan lingkungan terhadap nilai Perusahaan. Maka hipotesis penelitian ini: H3 : GCG memperkuat pengaruh carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan Good corporate governance memoderasi pengaruh green innovation terhadap nilai perusahaan Inovasi ramah lingkungan telah berkembang dan memberikan banyak dampak positif terhadap pengembangan usaha ramah lingkungan di berbagai negara di seluruh dunia. Namun persaingan pasar yang sangat ketat, dan upaya mencapai inovasi ramah lingkungan saja tidak dapat memenuhi kebutuhan banyak pemangku kepentingan. Semakin banyak perusahaan yang menyadari pentingnya tanggung jawab sosial, dan kedepannya, keduanya banyak memberikan manfaat bagi pembangunan berkelanjutan (Zhang et al., 2020). Inovasi ramah lingkungan adalah cara utama bagi perusahaan untuk membangun keunggulan kompetitif dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan. Penelitian Amore & Bennedsen (2016) menemukan bahwa good corporate governance memiliki efek positif pada inovasi lingkungan dan memiliki peran penting dalam meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan. GCG membantu perusahaan untuk mengidentifikasi, menilai, dan mengelola risiko yang berhubungan dengan green innovation . Sehingga dapat membantu meminimalkan biaya dan memaksimalkan manfaat dari green innovation dan meningkatkan nilai Perusahaan. Penerapan prinsip GCG dapat semakin meningkatkan tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan transparansi lingkungan hidup. Penerapan GCG meningkatkan kinerja perusahaan yang lebih baik sehingga memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan (Iskandar & Riana, 2017). Dengan demikian, hipotesis penelitian ini adalah. H4: GCG memperkuat pengaruh green innovation terhadap nilai perusahaan ## Model Konseptual Ruang ini digunakan untuk deskripsi model konseptual yang dikembangkan dalam penelitian. Gambar dimungkinkan untuk ditambahkan. Gambar 1 : Model Konseptual X 1 Z Y X 2 ## METODE PENELITIAN ## Lokasi dan Desain Penelitian Lokasi penelitian ini di Indonesia, data sekunder dikumpulkan dari laporan tahunan dan laporan keberlanjutan yang dipublikasikan di BEI. Penelitian ini menggunakan pendekatan pengujian hipotesis, mengevaluasi hubungan antara dua variabel atau lebih, dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji secara empiris (Sekaran & Bougie, 2017). ## Populasi dan Sampel Perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI dari tahun 2018 hingga 2022 adalah populasi penelitian ini. Purposive sampling digunakan sebagai teknik memilih sampel. Sehingga diperoleh delapan perusahaan dengan total 40 observasi. ## Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berasal dari data sekunder. Metode dokumentasi digunakan untuk pengumpulan data, yang meliputi pengumpulan, pemeriksaan, dan analisis data sekunder. Nilai perusahaan Nilai perusahaan mencerminkan penilaian kolektif investor mengenai nilai perusahaan secara keseluruhan, berkaitan dengan harga sahamnya. Nilai perusahaan merupakan ukuran penting dari kinerja perusahaan, yang dinilai dengan menganalisis laporan keuangan, termasuk jumlah saham yang beredar, kepemilikan aset, dan kewajiban. Lebih lanjut, nilai perusahaan juga berarti potensi harga jual perusahaan (Kurnia et al., 2021). Penelitian ini menggunakan Tobin's Q untuk mengukur nilai Perusahaan. ๐‘‡๐‘œ๐‘๐‘–๐‘› โ€ฒ ๐‘  ๐‘„ = ๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™ ๐‘š๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘˜๐‘’๐‘ก ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘™๐‘ข๐‘’ + ๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™ ๐‘๐‘œ๐‘œ๐‘˜ ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘™๐‘ข๐‘’ ๐‘œ๐‘“ ๐‘™๐‘–๐‘Ž๐‘๐‘–๐‘™๐‘–๐‘ก๐‘–๐‘’๐‘  / ๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™ ๐‘๐‘œ๐‘œ๐‘˜ ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘™๐‘ข๐‘’ ๐‘œ๐‘“ ๐‘Ž๐‘ ๐‘ ๐‘’ t ## Carbon Emission Disclosure Untuk menilai tingkat pengungkapan emisi karbon, digunakan indeks komprehensif yang mencakup 5 kategori dan total 18 item. Setiap item yang diungkapkan dalam laporan keberlanjutan mendapat skor 1, sedangkan item yang tidak diungkapkan mendapat skor 0 (Choi et al., 2013). ๐ถ๐ธ๐ท = ๐‘—๐‘ข๐‘š๐‘™๐‘Ž โ„Ž ๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘š CED ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘ข๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘Ž๐‘๐‘˜๐‘Ž๐‘› / ๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™ ๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘š ๐‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘› (18) ## Green Innovation Dalam penelitiannya, Agustia et al., (2019) menggunakan empat indikator untuk menilai inovasi hijau: (1) pemanfaatan teknologi mutakhir dalam proses produksi untuk meminimalkan konsumsi energi, air, dan limbah; (2) penggabungan bahan ramah lingkungan dalam produk; (3) adopsi bahan kemasan yang ramah lingkungan; dan (4) daur ulang bahan dan komponen. ๐บ๐ผ = ๐‘—๐‘ข๐‘š๐‘™๐‘Ž โ„Ž ๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘š ๐‘”๐‘Ÿ๐‘’๐‘’๐‘› ๐‘–๐‘›๐‘›๐‘œ๐‘ฃ๐‘Ž๐‘ก๐‘–๐‘œ๐‘› ๐‘ฆ๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘‘๐‘–๐‘ข๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘Ž๐‘๐‘˜๐‘Ž๐‘› / ๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™ ๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘š ๐‘๐‘’๐‘›๐‘”๐‘ข๐‘›๐‘”๐‘˜๐‘Ž๐‘๐‘Ž๐‘› (4) ## Good Corporate Governance Dalam penelitian ini, kami menggunakan Corporate Governance Principle Implementation Index (CGPII) untuk mengukur GCG yang dikembangkan oleh Solikhah B. (2021). Terdiri dari 5 kategori dengan 20 item yang diukur menggunakan skala dikotomis. Diberi nilai 1 jika diterapkan dengan baik dan nilai 0 jika belum diterapkan atau belum diterapkan dengan baik. ๐ถ๐บ๐‘ƒ๐ผ๐ผ = ๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™ ๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘š ๐บ๐บ๐‘ƒ๐ผ๐ผ / ๐‘š๐‘Ž๐‘ฅ๐‘–๐‘š๐‘ข๐‘š ๐‘ก๐‘œ๐‘ก๐‘Ž๐‘™ ๐‘ ๐‘๐‘œ๐‘Ÿ๐‘’ ร— 100% ## Metode Analisis Data ## Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi digunakan untuk mengungkap arah dan kekuatan hubungan antara variabel independen dan dependen. Analisis ini bertujuan untuk menentukan apakah perubahan pada variabel independen menyebabkan perubahan yang sesuai pada variabel dependen, dan apakah perubahan ini bersifat positif atau negatif. Untuk persamaannya: Y = ฮฑ + ฮฒ1X1+ ฮฒ2X2+ e โ€ฆ..(1) Informasi : Y : Nilai perusahaan ฮฑ : Konstanta X1 : Carbon Emission Disclosure X2 : Green Innovation ฮฒ1, ฮฒ2: Koefisien regresi untuk setiap variabel independen ษ› : error ## Moderating Regression Analysis (MRA) MRA berfungsi untuk menguji hipotesis. MRA digunakan untuk mengendalikan pengaruh variabel moderasi melalui pendekatan analitis. Persamaan MRA: Y= ฮฒ1 Z*X1+ ฮฒ2 Z*X2 + ฮฒ3 Z*X3 + ฮฒ4 Z*X4 + ษ› Informasi: Y : Nilai perusahaan X1 : Carbon Emission Disclosure X2 : Green Innovation Z : Good Corporate Governance ฮฒ1, ฮฒ2: Koefisien regresi variabel independen ษ› : error ## Koefisien determinasi (๐‘ ๐Ÿ ) Koefisien ini mengukur sejauh mana variabilitas dalam variabel terikat dapat dijelaskan oleh efek gabungan dari semua variabel independen. Nilai R2 (0-1), nilai R2 yang rendah menandakan bahwa variabel-variabel independen memiliki kemampuan yang terbatas untuk menjelaskan variasi variabel terikat dan sebaliknya (Ghozali, 2016). ## TEMUAN EMPIRIS Statistik Deskriptif Tabel 2. Hasil Analisis Deskriptif Variabel Variabel N Minimu m Maximum Mean Standar Deviasi Carbon Emission Disclosure 40 0,44 1,00 0.7945 0,14683 Green Innovation 40 0,25 1,00 0.6563 0,14640 Good Corporate Governance 40 0,88 1,00 0.9280 0,04232 Nilai Perusahaan 40 0,55 5,44 1,8740 1,16549 Sumber: Data diolah, 2024 Dari tabel2, diketahui bahwa Carbon Emission Disclosure memiliki nilai minimum sebesar o,44 dan nilai maximum 1,00. Adapun mean variabel Carbon Emission Disclosure adalah sebesar 0.7945, dengan standar deviasi 0,14683. Hasil analisis deskriptif pada tabel 2, nilai minimum variabel Green Innovation sebesar 0,25 dan nilai maximum 1,00. Adapun mean variabel Green Innovation adalah sebesar 0.6563 dengan standar deviasi sebesar 0,14640. Hasil analisis deskriptif pada tabel 2, nilai minimum GCG sebesar 0,88 dan nilai maximum 1,00. Adapun mean dari GCG adalah 0,9280, dengan standar deviasi sebesar 0,04232. Hasil analisis deskriptif nilai perusahaan pada tabel 2, nilai minimum nilai perusahaan sebesar 0,55 dan nilai maximum 5,44. Adapun mean dari nilai perusahaan adalah sebesar 1,8740, dengan standar deviasi sebesar 1,16549 . Pengujian Hipotesis Tabel 3 Hasil Uji Regresi Linier Berganda Model Koefisien Tidak Standar Koefisien Standar t Sig. B Std. Kesalaha n Beta 1 (Konstan) 2,031 0,178 11,436 0,000 Carbon Emission Disclosure 3,724 1,350 0,562 2,758 0,009 Green Innovation 2,360 1,300 0,213 2,046 0,021 Sumber: Data diolah, 2024 Dari tabel di atas, diperoleh persamaan berikut. ## Y: 2,031+3,724 +2,360+e 1) Variabel Carbon Emission Disclosure memiliki t hitung lebih besar dari t tabel (3,724 > 1,684) dengan tingkat signifikan 0,009 < 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan, terdapat Volume 6 Nomor 1, Juni 2024 e-ISSN : 2656-775X hubungan positif dan signifikan antara Carbon Emission Disclosure dan nilai perusahaan, maka H1 diterima. 2) Variabel Green Innovation memiliki t hitung lebih besar dari t tabel (2,360 > 1,684) dengan nilai signifikan 0,021 < 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Green Innovation berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, maka H2 diterima Analisis Regresi yang Dimoderasi /MRA Tabel 4 Hasil Uji Regresi Moderasi Koefisiensa Model Koefisien Tidak Standar Koefisien Standar t Siginifi kan B Std. Kesalaha n Beta 1 (Konstan) 2,225 0,202 0,541 11,019 0,000 X1 3,586 1,462 0,743 2,453 0,019 X2 2,909 1,295 0,310 3,702 0,000 X1.Z 5,744 1,320 0,437 4,651 0,021 X2.Z 3,498 0,826 0,541 3,444 0,000 A. Variabel Dependen: Nilai Perusahaan Sumber: Data diolah, 2024 ## Y= 2,225+5,744 (X1* Z) + 3,498 (X2*Z) +e Persamaan tersebut dibuat interpretasi sebagai berikut: 1) Carbon Emission Disclosure yang dimoderasi oleh GCG mempunyai nilai signifikansi sebesar 0,021<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa GCG memperkuat pengaruh Carbon Emission Disclosure terhadap Nilai Perusahaan, maka hipotesis 3 diterima. 2) Green Innovation yang dimoderasi GCG memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000<0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa GCG memperkuat pengaruh Green Innovation terhadap Nilai Perusahaan, sehingga hipotesis 4 diterima. ## Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Tabel 5 Hasil Uji Koefisisen Determinasi R Model 1 Model 2 R Square 0,596 0,610 Dari tabel 5, diketahui nilai R untuk model pertama sebesar 0,596. Berarti bahwa 59,6% nilai perusahaan dipengaruhi oleh Carbon Emission Disclosure dan Green Innovation . Adapun 40,6% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan model kedua memiliki nilai koefisien Volume 6 Nomor 1, Juni 2024 e-ISSN : 2656-775X determinasi sebesar 0,610. Hal ini berarti bahwa 61% nilai perusahaan dipengaruhi oleh Carbon Emission Disclosure , Green Innovation dan variabel moderasi GCG . Adapun 39% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain ## PEMBAHASAN Carbon Emission Disclosure Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan Hasil uji menemukan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara pengungkapan emisi karbon dan nilai perusahaan. Artinya, semakin banyak perusahaan mengungkapkan informasi terkait emisi karbonnya, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut. Temuan ini sejalan dengan penelitian Kurnia et al., (2021) dan Blesia et al., (2023), bahwa pengungkapan emisi karbon di Indonesia berpengaruh terhadap nilai Perusahaan. Namun berbeda dengan penelitian Rachmawati (2021) yang mengatakan bahwa pengungkapan emisi karbon tidak berpengaruh terhadap nilai Perusahaan. ## Green Innovation Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan dari uji, green innovation berdampak positif pada nilai perusahaan. Artinya, perusahaan perlu melakukan dan menerapan green innovation dalam ativitasnya, karena dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi perusahaan. Inovasi hijau membantu perusahaan mengubah produksi limbah menjadi suatu produk yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh Zhang et al., (2020) yang menunjukkan bahwa green innovation berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Rezende et al., (2019) yang melakukan penelitian terhadap 356 perusahaan multinasional di Brazil, menemukan bahwa dampak inovasi hijau terhadap kinerja keuangan perusahaan tidak terlihat pada tahun yang sama tetapi menunjukkan dampak positif yang signifikan pada tahun-tahun berikutnya . Berbeda dengan Yao et al., (2019) yang menunjukkan bahwa inovasi produk ramah lingkungan dan inovasi proses ramah lingkungan berhubungan negatif dengan nilai perusahaan. Good Corporate Governance Memoderasi Hubungan Carbon Emission Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan hasil uji moderasi, GCG mampu memoderasi hubungan antara carbon emission disclosure terhadap nilai perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa GCG dapat memperkuat pengaruh pengungkapan emisi karbon terhadap nilai perusahaan. Dengan GCG yang lebih baik, maka pengungkapan tanggung jawab sosial juga lebih baik, yang pada akhirnya mempengaruhi nilai Perusahaan (Halimah et al., 2020). Penelitian Nahda & Harjito (2011), menunjukkan bahwa GCG mempengaruhi hubungan antara pengungkapan sosial dan lingkungan terhadap nilai Perusahaan. Berbeda dengan Blesia et al (2023) yang menunjukkan hasil yang berbeda. Ia menunjukkan bahwa GCG tidak dapat memperkuat hubungan antara pengungkapan emisi karbon dan nilai perusahaan. Good Corporate Governance Memoderasi Hubungan Green Innovation Terhadap Nilai Perusahaan Berdasarkan hasil uji regresi moderasi, GCG mampu memoderasi hungungan antara green innovation terhadap nilai perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa mekanisme GCG yang efektif dapat mendorong penerapan green innovation untuk meningkatkan keberlanjutan Perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh Dai & Xue (2022), yang menunjukkan bahwa tingkat tata kelola perusahaan memiliki efek moderasi yang positif terhadap hubungan antara inovasi hijau dan nilai perusahaan. ## REFERENSI Agustia, D., Sawarjuwono, T., & Dianawati, W. (2019). The mediating effect of environmental management accounting on green innovation - Firm value relationship. International Journal of Energy Economics and Policy , 9 (2), 299 โ€“ 306. https://doi.org/10.32479/ijeep.7438 Amore, M. D., & Bennedsen, M. (2016). Corporate governance and green innovation. Journal of Environmental Economics and Management , 75 , 54 โ€“ 72. https://doi.org/10.1016/j.jeem.2015.11.003 Choi, B., Lee, D., & Psaros, J. (2013). An analysis of Australian company carbon emission disclosures. Pacific Accounting Review , 25 (1), 58 โ€“ 79. https://doi.org/10.1108/01140581311318968 Blesia, J. U., Trapen, E., & Arunglamba, R. S. (2023). The Moderate Effect of Good Corporate Governance on Carbon Emission Disclosure and Company Value. The Indonesian Journal of Accounting Research , 26 (01), 151 โ€“ 182. https://doi.org/10.33312/ijar.663 Boiral, O. (2013). Sustainability reports as simulacra? A counter-account of A and A+ GRI reports. Accounting, Auditing & Accountability Journal , 26 (7), 1036 โ€“ 1071. https://doi.org/10.1108/AAAJ-04-2012-00998 Dai, D., & Xue, Y. (2022). The Impact of Green Innovation on a Firmโ€™s Value from the Perspective of Enterprise Life Cycles. Sustainability (Switzerland) , 14 (3). https://doi.org/10.3390/su14031226 Damas, D., Maghviroh, R. EL, & Meidiyah, M. (2021). Pengaruh Eco-Efficiency, Green Inovation Dan Carbon Emission Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Moderasi. Jurnal Magister Akuntansi Trisakti , 8 (2), 85 โ€“ 108. https://doi.org/10.25105/jmat.v8i2.9742 Trimuliani, D., & Febrianto, R. (2023). Jurnal Informatika Ekonomi Bisnis Pengungkapan Emisi Karbon dan Kinerja Karbon terhadap Nilai Perusahaan : Moderasi Kepemilikan Negara. Jurnal Informatika Ekonomi Bisnis , 5 (3), 900 โ€“ 906. Donaldson, T., & Preston, L. E. (1995). The Stakeholder Theory of the Corporation: Concepts, Evidence and Implications. The Corporation and Its Stakeholders , 20 (1), 65 โ€“ 91. https://doi.org/10.3138/9781442673496-011 Duchon, D., & Drake, B. (2009). Organizational narcissism and virtuous behavior. Journal of Business Ethics , 85 (3), 301 โ€“ 308. https://doi.org/10.1007/s10551-008-9771-7 Fatimah, A. A. S., & Rahmah, N. A. (2022). Pengaruh NIM, OER, LDR Dan NPL Terhadap Pertumbuhan Laba. Journal of Comprehensive Science (JCS) , 1 (3), 419 โ€“ 438. https://doi.org/10.36418/jcs.v1i3.66 Firmansyah, A., Jadi, P. H., Febrian, W., & Fasita, E. (2021). Respon Pasar Atas Pengungkapan Emisi Karbon Di Indonesia : Bagaimana Peran Tata Kelola Perusahaan? Jurnal Magister Volume 6 Nomor 1, Juni 2024 e-ISSN : 2656-775X Akuntansi Trisakti , 8 (2), 151 โ€“ 170. https://doi.org/10.25105/jmat.v8i2.9789 Freeman, R. E. (1983). Strategic management: A stakeholder approach . Cambridge university press. Ghozali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi Ke-8). Semarang: Badan Penerbit Uviversitas Diponegoro. Halimah, N. P., Irsyanti, A., & Aini, L. R. (2020). The Value Relevance of Sustainability Reporting: Comparison between Malaysia and Indonesia Stock Market. The Indonesian Journal of Accounting Research , 23 (03), 447 โ€“ 466. https://doi.org/10.33312/ijar.502 Hardiyansah, M., Agustini, A. T., & Purnamawati, I. (2021). The Effect of Carbon Emission Disclosure on Firm Value: Environmental Performance and Industrial Type. Journal of Asian Finance, Economics and Business , 8 (1), 123 โ€“ 133. https://doi.org/10.13106/jafeb.2021.vol8.no1.123 Hermawan, A., Aisyah, I. S., Gunardi, A., & Putri, W. Y. (2018). Going green: Determinants of carbon emission disclosure in manufacturing companies in Indonesia. International Journal of Energy Economics and Policy , 8 (1), 55 โ€“ 61. Hsu, A. W., & Wang, T. (2013). Does the market value corporate response to climate change? Omega , 41 , 195 โ€“ 206. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.omega.2011.07.009 Inayah, A., Arifiandi, N. M., Nurafiati, R., Wijaya, H. Y., & Harijanti, L. (2022). Panduan Pelaporan Aspek Lingkungan Hidup Untuk Laporan Berkelanjutan (Sustainability Report) (Issue 51). Indarti, M. K., & Extaliyus, L. (2013). Pengaruh Corporate Governance Preception Index (CGPI), Struktur Kepemilikan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi , 20 (2), 171 โ€“ 183. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Iskandar, D., & Riana. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Corporate Governance Dan Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan. Profita , 10 (3), 409 โ€“ 410. https://media.neliti.com/media/publications/236662-pengaruh-ukuran-perusahaan- corporate-gov-58f41b2a.pdf Kurnia, P., Emrinaldi Nur, D. P., & Putra, A. A. (2021). Carbon emission disclosure and firm value: A study of manufacturing firms in Indonesia and Australia. International Journal of Energy Economics and Policy , 11 (2), 83 โ€“ 87. https://doi.org/10.32479/ijeep.10730 Nahda,K., & Harjito,D.A.(2011). Pengaruh CSR terhadap Nilai Perusahaan dengan Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Siasat Bisnis , 15 . Oltra, V., & Jean, S. M. (2009). Sectoral systems of environmental innovation: An application to the French automotive industry. Technological Forecasting and Social Change , 76 (4), 567 โ€“ 583. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2008.03.025 Rachmawati, S. (2021). Green Strategy Moderate the Effect of Carbon Emission Disclosure and Environmental Performance on Firm Value. International Journal of Contemporary Accounting , 3 (2), 133 โ€“ 152. https://doi.org/10.25105/ijca.v3i2.12439 Rahmanita, S. (2020). Pengaruh Carbon Emission Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kinerja Lingkungan Sebagai Variabel Pemoderasi. Akuntansi : Jurnal Akuntansi Integratif , 6 (01), 54 โ€“ 71. https://doi.org/10.29080/jai.v6i01.273 Rezende, L. de A., Bansi, A. C., Alves, M. F. R., & Galina, S. V. R. (2019). Take your time: Examining when green innovation affects financial performance in multinationals. Journal of Cleaner Production , 233 , 993 โ€“ 1003. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2019.06.135 Ritchie, Hannah, M. R. and P. R. (2020). CO โ‚‚ and Greenhouse Gas Emissions . OurWorldInData. https://ourworldindata.org/co2-and-greenhouse-gas-emissions Rokhmawati, A., Gunardi, A., & Rossi, M. (2017). How powerful is your customersโ€™ reaction to carbon performance? Linking carbon and firm financial performance. International Journal of Energy Economics and Policy , 7 (6), 85 โ€“ 95. Ross, S. A. (1977). The Determination of Financial Structure: The Incentive-Signalling Approach. The Bell Journal of Economics , 8 (1), 23 โ€“ 40. https://doi.org/10.2469/dig.v27.n1.2 Sekaran, U., & Bougie, R. (2017). Metode Penelitian Untuk Bisnis Pendekatan Pengembangan- Keahlian (Edisi 6-B). Salemba Empat. Yao, Q., Liu, J., Sheng, S., & Fang, H. (2019). Does eco-innovation lift firm value? The contingent role of institutions in emerging markets. Journal of Business and Industrial Marketing , 34 (8), 1763 โ€“ 1778. https://doi.org/10.1108/JBIM-06-2018-0201 Zhang, F., Qin, X., & Liu, L. (2020). The interaction effect between ESG and green innovation and its impact on firm value from the perspective of information disclosure. Sustainability (Switzerland) , 12 (6). https://doi.org/10.3390/su12051866
6c929868-8321-4233-aa8a-9e909d2e0301
https://journal.unsika.ac.id/index.php/agrimanex/article/download/5079/2671
Jurnal Agrimanex Vol.1 No.2, Maret 2021; halaman 10-19 ## KINERJA PRODUKSI DAN DAUR HIDUP PRODUK AGROINDUSTRI ANEKA BAKERY DI KOTA CILEGON The Performance of Production and Productsโ€™ Life Cycle of Aneka Bakery Agroindustry in ## Cilegon City Meling Suneli 1)* , Wuryaningsih Dwi Sayekti 2) , Adia Nugraha 3) 1,2,3) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung 35145. Telp.087817306503 * E-mail: [email protected] Diterima: 25 Februari 2021 | Disetujui: 15 Maret 2021 ## ABSTRACT This study aims to determine the production performance and product life cycle of Aneka Bakery. This research uses a case study method. Data collection was carried out in March 2020 with interviews, direct observation, and literature study. The analytical method used is quantitative descriptive analysis to analyze production performance and the product position based on the product life cycle. The results showed that the overall production performance was good. The productivity of baked and fried bread is 119 loaves / hour of work and 110 breads / hour of work with a capacity of> 0.5 and good quality of bread. The total profit of Aneka Bakery Agroindustry per day is Rp.631,067.85 with R / C> 1 (1.50 and 1.37) means that the bread business is profitable.The position of Aneka Bakery Agroindustry in the product life cycle is at the maturity stage. Keywods: agroindustry, peformance production, product life cycle ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja produksi dan siklus hidup produk Aneka Bakery. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Pengumpulan data dilaksanakan pada Maret 2020 dengan wawancara, pengamatan langsung, dan studi pustaka. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif untuk menganalisis kinerja produksi dan posisi produk berdasarkan siklus hidup produk. Kinerja Agroindustri Aneka Bakery secara keseluruhan baik. Produktivitas roti yang dipanggang 119 roti/jam kerja dan produktivitas roti yang digoreng110 roti/jam kerja. Kapasitas >0,5 dengan kualitas roti yang baik. Total keuntungan Agroindustri Aneka Bakery per hari adalah Rp697.222,85 dengan R/C > 1 (1,50 dan 1,37) sehingga Agroindustri Aneka Bakery menguntungkan. Posisi Agroindustri Aneka Bakery dalam siklus hidup produk berada pada tahap kedewasaan. Kata kunci: agroindustri, kinerja produksi, siklus hidup produk ## PENDAHULUAN Agroindustri roti ( bakery ) merupakan bagian dari industri makanan jadi yang memanfaatkan tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam proses produksinya. Roti merupakan makanan yang berbasis tepung terigu yang semula dikonsumsi sebagai makanan selingan, namun dalam perkembangannya, budaya mengkonsumsi roti tidak lagi menjadi hal yang asing bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Meskipun dalam kenyataannya, roti belum bisa menggantikan fungsi nasi sebagai makanan pokok, akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu, roti akhirnya tidak lagi dikaitkan dengan sarapan pagi, tetapi sudah meluas sebagai menu makanan alternatif di segala kondisi dan waktu makan yang diindikasikan oleh pengeluaran untuk roti lebih besar dibandingkan dengan nasi. Data Badan Pusat Statistik tahun 2008 menggambarkan bahwa konsumsi beras per kapita perbulan terjadi penurunan sebesar 4,69 persen dalam kurun waktu 2014-2018. Namun, konsumsi tepung terigu yang merupakan bahan dasar roti mengalami kenaikan sebsesar 98,40 persen dalam kurun waktu 2014-2018. Rata-rata konsumsi nasi putih per kapita seminggu adalah 0,244 porsi dan pengeluran per kapita seminggu untuk nasi putih adalah Rp796,00 pada Maret 2018. Rata-rata konsumsi roti tawar, roti manis, dan roti lainnya per kapita seminggu adalah 1,488 potong dan dan pengeluran per kapita seminggu Rp2.002,00. Data tersebut menggambarkan pengeluaran untuk roti lebih besar dibandingkan dengan nasi. Hal ini menunjukkan bahwa roti semakin digemari banyak orang mulai dari anak- anak sampai orang dewasa karena roti mudah dan praktis penyajiannya, tersedia dalam aneka bentuk maupun pilihan rasa seperti coklat, strawberry , vanila, dan lain- lain serta roti memiliki cita rasa dan tekstur yang khas. Meningkatnya jumlah pengeluaran untuk roti menggambarkan peningkatan permintaan terhadap roti yang merupakan peluang untuk agroindustri roti. Peluang tersebut merupakan faktor pendorong bagi industri roti untuk terus berkembang. Salah satu agroindustri yang mempunyai peluang untuk dikembangkan, yaitu Agroindustri Aneka Bakery di Kota Cilegon. Agroindustri roti terus berkembang memiliki peluang yang cerah di masa depan. Pesaing baru pun semakin bermunculan. Tidak hanya dari perusahaan berskala kecil saja, namun juga perusahaan berskala besar. Oleh sebab itu, agroindustri harus dapat mengoptimalkan fungsi produksi atau operasi, keuangan dan memperhatikan posisi produk dalam siklus hidup produk sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Rumusan masalah penelitian ini yaitu menganalisis kinerja produksi berdasarkan produktivitas, kapasitas, kualitas, dan keuntungan; serta menganalisis kinerja pemasaran berdasarkan bauran pemasaran dan posisi produk dalam siklus hidup produk ( Product Life Cycle ). Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah menganalisis kinerja produksi (produktivitas, kapasitas, kualitas, dan keuntungan), bauran pemasaran, dan posisi produk berdasarkan siklus hidup produk pada Agroindustri Aneka Bakery. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Roti Aneka Bakery memiliki potensi industri yang cukup tinggi sehingga perlu diketahui kinerja produksi dan posisi produk berdasarkan siklus hidup produk ( Product Life Cycle ). ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada Agroindustri Aneka Bakery yang terletak di Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung; dan data sekunder yang diperoleh dari catatan agroindustri, seperti data jumlah produksi, laporan keuangan dan daftar tenaga kerja, serta data yang dikutip dari instansi-instansi pemerintah. Responden penelitian ini adalah pemilik agroindustri dan konsumen akhir roti Aneka Bakery. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret 2020. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Tujuan pertama, Jurnal Agrimanex Vol.1 No.2, Maret 2021; halaman 10-19 yaitu menganalisis kinerja produksi yang bertujuan untuk melihat hasil kerja dari agroindustri yang dilihat dari aspek produktivitas, kapasitas, kualitas, dan keuntungan agroindustri. 1) Produktivitas Pengukuran produktivitas dalam penelitian ini menggunakan cara faktor tunggal. Produktivitas faktor tunggal ( single-factor productivity ) adalah rasio penggunaan satu sumber daya sebagai input (tenaga kerja) terhadap roti yang dihasilkan. Berdasarkan penelitian Danasari et al. (2018) dalam penelitiannya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pada Agroindustri roti di Kota Mataram, pengukuran produktivitas mengacu kepada kuantitas barang dan jasa yang bisa dihasilkan seorang pekerja per jam kerja. Pengukuran produktivitas faktor tunggal dirumuskan sebagai berikut (Render dan Heizer 2009). Produktivitas faktor tunggal = Unit yang diproduksi Tenaga Kerja 2) Kapasitas Kapasitas desain ( design capacity ) adalah output maksimum sistem secara teoretis pada suatu periode waktu tertentu dengan kondisi yang ideal. Kapasitas efektif ( effective capacity ) adalah kapasitas yang diperkirakan dapat dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang ada sekarang (Render dan Heizer 2009). Agroindutri Aneka Bakery memiliki dua alat pemanggang yang kapasitasnya dihitung sebagai kapasitas desain, namun dalam kegiatan produksinya hanya satu alat pemanggang yang digunakan karena menyesuaikan dengan permintaan konsumen dan tenaga kerja yang tersedia yang dihitung sebagai kapasitas efektif. Terdapat dua pengukuran kapasitas yang bermanfaat, yaitu utilisasi dan efisiensi dengan rumus sebagai berikut. Utilisasi = ๐‘‚๐‘ข๐‘ก๐‘๐‘ข๐‘กAktual Kapasitas Desain Efisiensi = ๐‘‚๐‘ข๐‘ก๐‘๐‘ข๐‘กAktual Kapasitas Efektif 3) Kualitas Kualitas roti adalah kesesuain roti yang dihasilkan dari ekspektasi konsumen sehingga roti tersebut dapat diterima oleh target konsumen yang dituju atau secara komersial dapat memberikan keuntungan saat dijual. Kualitas roti dinilai menggunakan kuesioner tertutup berdasarkan preferensi konsumen terhadap ukuran, aroma, rasa, dan tekstur roti yang diukur menggunakan skala Likert. Berikut hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap atribut kualitas roti preferensi konsumen dapat dilihat pada Tabel 1. ## Tabel 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas Roti Preferensi Konsumen No. Atribut Nilai Hasil A. Uji Reliabilitas 0,761 Reliabel B. Uji Validitas 1. Ukuran Roti 0,736 Valid 2. Aroma Roti 0,711 Valid 3. Rasa Roti 0,835 Valid 4. Tekstur Roti 0,774 Valid 4) Analisis Keuntungan Besarnya keuntungan agroindustri dapat dihitung dengan pengurangan antara total pendapatan agroindustri terhadap dua jenis roti, yaitu roti panggang dan roti goreng dengan total biaya yang dikeluarkan untuk proses produksti roti (Kartadinata, 2000). Keuntungan secara matematis dirumuskan sebagai berikut. ฯ€ = TR โˆ’ T Keterangan : ฯ€ = Keuntungan TR = Total pendapatan TC = Total biaya (bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik) p-ISSN 2723-3391, e-ISSN 2723-7702 Tujuan kedua, yaitu menganalisis daur hidup produk ( Product Life Cycle ), dianalisis menggunakan metode Polli and Cook . Metode inijuga digunakan oleh Dalimunthe et al. (2020) dan Sayekti et al. (2018) dalam penelitiannya tentang PLC bihun tapioka. Data yang digunakan dalam metode ini adalah data penjualan dan harga produk dalam periode waktu 12 bulan. Langkah-langkah perhitungan dengan metode Polli and Cook adalah sebagai berikut. (1) Mengurutkan besarnya penjualan perbulan. (2) Menghitung persentase perubahan setiap tahun, kemudian menghitung total dari persentase penjualan yang merupakan nilai harapan ( expected value ) untuk x. x adalah persentase perubahan penjualan pertahun. Untuk melihat persentase tingkat pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun (x) digunakan perhitungan sebagai berikut. Penjualan bulan ini โˆ’ Penjualan bulan lalu Penjualan bulan lalu x 100 (3) Menghitung total rata-rata persentase x atau perubahan sehingga diperoleh besarnya nilai ยต. Kemudian, nilai x dikurangkan dengan ยต setiap periode pengamatan. Perhitungan untuk mencari rata-rata (ยต) dari persentase kenaikan penjualan. ยต= โˆ‘ x n-1 Keterangan : ยต: rata-rata dari persentase perubahan penjualan x: persentase perubahan penjualan per bulan n: banyaknya bulan yang diteliti (4) Perhitungan pada langkah sebelumnya dikuadratkan dan dihitung nilai totalnya, setelah itu dapat dilihat standar devisiasinya ( ๐œŽ 2 ). ๐œŽ 2 = (๐‘ฅ โˆ’ ยต) 2 atau ๐œŽ 2 = 1 ๐‘› โˆ’ 1 โˆ‘(๐‘ฅ โˆ’ ยต ) 2 atau ๐œŽ = โˆšโˆ‘(๐‘ฅ โˆ’ ยต ) 2 (5) Mencari nilaiยต + 0,5 ๐œŽ untuk titik z dan ยต โˆ’ 0,5 ๐œŽ untuk mendapatkan titik y. Apabila hasil perhitungan yang didasarkan rumus tersebut, maka dapat ditemukan tahap siklus hidup produk berdasarkan batasan-batasan sebagai berikut: (1) Tahap pertumbuhan ditandai apabila jumlah nilai persentase perubahan penjualan lebih besar ยต + 0,5 ๐œŽ. (2) Tahap kedewasaan ditandai apabila jumlah nilai persentase perubahan penjualan diantara ยต โˆ’ 0,5 ๐œŽ atau ยต + 0,5 ๐œŽ . (3) Tahap penurunan ditandai apabila jumlah nilai persentase perubahan penjualan kurang dari ยต โˆ’ 0,5 ๐œŽ. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Responden pada penilitian ini adalah pemilik agroindsutri dan konsumen akhir. Pemilik Agroindustri Aneka Bakery berusia 29 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir SMA dan pengalaman kerja selama 8 tahun. Jumlah tanggungan yang dimiliki oleh pemilik Agroindustri ini yaitu sebanyak dua orang. Responden konsumen akhir berjumlah 30 orang. Mayoritas konsumen berusia 31-50 tahun (56,67 persen) dan termasuk dalam kategori usia produktif berdasarkan kategori usia menurut BPS (2020). Konsumen perempuan mendominasi dikarenakan perempuanlah yang membeli kebutuhan sehari-hari Jurnal Agrimanex Vol.1 No.2, Maret 2021; halaman 10-19 termasuk untuk membeli roti sebagai makanan bagi keluarganya. Sebagian besar konsumen memiliki pendapatan berkisar Rp1.000.000,00-Rp3.000.000,00 perbulan. ## Profil Agroindustri Aneka Bakery Agroindustri Aneka Bakery merupakan salah satu agroindustri skala kecil yang memproduksi roti di Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Agroindustri ini didirikan pada tahun 2010. Saat ini Agroindutri Aneka Bakery memiliki tenaga kerja langsung berjumlah 4 orang dan 16 pedagang. Merek roti pada agroindutri ini sebelumnya adalah Aneka Bakery, namun pada awal tahun 2020 merek roti dengan harga jual Rp2.000,00/buah berubah menjadi Delis Bakery. Alasan perubahan nama tersebut untuk memberikan kesan baru dan mudah diingat bagi para konsumen. Perubahan nama tersebut juga diikuti dengan peningkatan kualitas dan komposisi roti. Berdasarkan harga jual, Agroindustri Aneka Bakery memiliki dua jenis roti, yaitu roti dengan harga Rp2.000,00/buah dengan merk dagang Delis Bakery dan roti dengan harga Rp1.000,00/buah dengan merk dagang Aneka Bakery. Roti Aneka Bakery atau disebut jugaRoti Pia hanya memiliki satu varian rasa yaitu, rasa cokelat. Roti Delis Bakery memiliki tiga bentuk, yaitu bulat, kotak, dan lonjong yang masing- masing bentuk memiliki varian rasa yang berbeda-beda. Roti Delis Bakery yang berbentuk bulat terdiri dari rasa cokelat, susu, kelapa, dan srikaya. Roti yang berbentuk kotak terdiri dari rasa cokelat, kelapa, nanas, blueberry, stroberi, dan srikaya. Roti yang berbentuk lonjong terdiri dari rasa cokelat, nanas dan srikaya. Berdasarkan proses pematangannya, Agroindustri Aneka Bakery memiliki dua jenis roti, yaitu roti panggang dan roti goreng. Roti goreng baru diproduksi sendiri oleh Agroindustri Aneka Bakery pada pertengahan bulan Maret. Sebelumnya, roti goreng diproduksi oleh produsen lain. Kinerja Produksi 1) Produktivitas Agroindustri Aneka Bakery berproduksi selama 4 hari dalam seminggu. Bahan baku yang digunakan sebanyak 50 kg tepung terigu per hari yang menghasilkan 1.584 roti yang terdiri dari 1.188 roti panggang dan 396 roti goreng. Nilai produktivitas tenaga kerja untuk roti panggang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produktivitas Tenaga Kerja Agroindustri Aneka Bakery per hari (Roti Panggang) Kegiatan Roti yang dihasilkan (buah) Tenaga kerja (jam kerja) Produktivitas (roti/jam kerja) Persiapan bahan dan pengadonan 1.188 2,00 594 Pengisian selai 1,50 792 Pemanggangan 2,50 475 Pengemasan 4,00 297 Total 1.188 10,00 119 Berdasarkan Tabel 2 produktivitas tenaga kerja untuk roti yang dipanggang sebesar 119 roti/jam kerja, artinya setiap satu jam kerja dapat memproduksi sebesar 119 roti panggang. Selain roti panggang Angroindustri Aneka Bakery juga memproduksi roti goreng. Produktivitas faktor tenaga kerja pada Agroindustri Aneka Bakery untuk roti yang digoreng sebesar 110 roti/jam kerja. Artinya, setiap penggunaan satu jam kerja dapat memproduksi sebesar 110 roti goreng. Berdasarakan penelitian Lantose et. al. (2017) dalam penelitiannya tentang analisis keuntungan usaha roti, produktivitas tenaga kerja sebesar 82 roti/jam kerja. Bila dibandingkan dengan penelitian tersebut, maka produktivitas dari Agroindutri Aneka Bakery dikategorikan lebih baik karena memiliki produktivitas tenag akerja yang lebih besar.Nilai produktivitas tenaga kerja untuk roti goreng dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Produktivitas Tenaga Kerja Agroindustri Aneka Bakery per hari (roti goreng) Kegiatan Roti yang dihasilkan (buah) Tenaga kerja (jam kerja) Produktivitas (roti/jam kerja) Persiapan bahan dan pengadonan 0,80 495 Pengisian selai 0,50 792 Penggorengan 1,00 396 Pengemasan 1,30 305 Total 396 3,60 110 ## 2) Kapasitas Rata-rata produksi roti Agroindustri Aneka Bakery sebanyak 900 buah per hari selama bulan Februari 2020 dengan 16 jam kerja per hari. Agroindustri ini memiliki satu mesin pengaduk adonan, satu mesin pengkalis adonan, dan dua pemanggang yang dapat menghasilkan 1.696 buah per hari yang merupakan kapasitas desain dari Agroindustri Aneka Bakery. Kapasitas efektif dari Agroindustri Aneka Bakery adalah 1.568 buah per hari dengan penggunaan satu mesin pengadon, dua orang pengisi selai, dan satu pemanggangan. Persentase dari output aktual dibagi dengan kapasitas desain dan kapasitas efektif menggambarkan tingkat utilisasi dan efisiensi agroindustri. Kapasitas utilisasi dan efisiensi Agroindustri Aneka Bakery dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kapasitas Utilisasi dan Efisiensi Agroindustri Aneka Bakery per hari No. Keterangan Satuan Nilai 1. Output aktual buah 900 2. Kapasitas desain buah/produksi 1.969 3. Kapasita sefektif buah/produksi 1.568 4. Utilisasi persen (%) 53 5. Efisiensi persen (%) 57 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Husain et.al (2020) dalam penelitiannya tentang analisis kinerja sagu aren, dan Arsita et al. (2020) tentang kinerja produksi jamu bubuk serta menurut Prasetya dan Fitri (2009) dalam penelitian Sari et al. (2015) tentang kinerja produksi emping melinjo; menyatakan jika kapasitas โ‰ฅ 0,5 atau 50 persen, maka agroindustri telah berproduksi secara baik; sebaliknya jika kapasitas < 0,5 atau 50 persen, maka agroindustri berproduksi kurang baik. Besarnya kapasitas utilisasi dan efesiensi Agroindustri Aneka Bakery pada penelitian ini adalah 53 persen dan 57 persen. Berdasarkan nilai tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Agroindustri Aneka Bakery memiliki kapasitas yang tergolong baik. 3) Kualitas Kualitas roti adalah kesesuain roti yang dihasilkan dari ekspektasi konsumen sehingga roti tersebut dapat diterima oleh target konsumen yang dituju atau secara komersial dapat memberikan keuntungan saat dijual. Dilihat dari ukuran roti yang diproduksi Agroindustri Aneka Bakery, sebanyak 20 responden (66,67%) menyatakan bahwa ukuran roti pas berdasarkan porsi dan harga roti tersebut. Ditinjau dari aroma roti, sebanyak 16 responden (53,33%) menyatakan bahwa aroma roti dari Agroindustri Aneka Bakery sedap dengan rasa yang enak menurut 18 responden (60,00%). Sebanyak 17 responden (56,67%) menyatakan bahwa tekstur dari roti yang diproduksi Agroindustri Aneka Bakery empuk. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui bahwa menurut para konsumen,kualitas roti Agronindutri Aneka Bakery sudah baik. Penilaian kualitas dapat dilihat pada Tabel 5. Jurnal Agrimanex Vol.1 No.2, Maret 2021; halaman 10-19 Tabel 5. Penilaian kualitas roti Agroindustri Aneka Bakery perspektif konsumen Atribut Skor penilaian (persen) 1 2 3 4 5 Total Ukuran 0 0 6,67 66,67 26,67 100 Aroma 0 0 36,67 53,33 10,00 100 Rasa 0 0 23,33 60,00 16,67 100 Tekstur 0 0 26,66 56,67 16,67 100 4) Analisis Keuntungan Analisis keuntungan menggambarkan tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha dan keadaan yang akan datang melalui perencanaan yang dibuat. Total pendapatan agroindustri adalah Rp1.980.000,00/produksi dengan rincian pendapatan roti panggang Rp1.485.000,00/produksi dan pendapatan roti goreng sebesar Rp495.000,00/produksi. Total biaya yang dikeluarkan adalah Rp1.282.777,15/produksi dengan biaya roti panggang adalah Rp953.414,86 dan roti goreng sebesar Rp329.362,29. Total biaya diperoleh dari penjumlahan biaya bahan baku, tenaga kerja, biaya bahan tidak langsung, dan biaya tidak langsung yang terdiri dari penyusutan, listrik, dan gas. Total keuntungan Agroindustri Aneka Bakery adalah Rp697.222,85/produksi, dengan keuntungan roti panggang sebesar Rp531.585,14/produksi dan roti goreng sebesar Rp165.637,71/produksi. ## Tabel 6. Analisis Keuntungan Agroindustri Aneka Bakery (per produksi) No. Uraian Per Produksi Roti panggang Roti goreng Satuan Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) Jumlah Harga (Rp) Nilai (Rp) 1. Pendapatan Produksi buah 1.188,00 1.250,00 1.485.000,00 396,00 1.250,00 495.000,00 2. Biaya Produksi a. Biaya Bahan Baku Tepung terigu kg 37,50 5.800,00 217.500,00 12,50 5.800,00 72.500,00 b. Biaya Tenaga Kerja Langsung kg 37,50 5.433,60 203.760,00 12,50 5.433,60 67.920,00 c. Biaya Overhead Pabrik Biaya Bahan Tidak Langsung Gula Kg 9,00 14.000,00 126.000,00 3,00 14.000,00 42.000,00 Mentega Kg 4,50 10.000,00 45.000,00 1,50 10.000,00 15.000,00 Bread Improver Kg 0,24 46.362,50 11.127,00 0,08 46.362,50 3.709,00 Ragi Kg 0,75 29.672,00 22.254,00 0,25 29.672,00 7.418,00 Kalsium Kg 0,15 46.360,00 6.954,00 0,05 46.360,00 2.318,00 Garam Kg 0,30 4.000,00 1.200,00 0,10 4.000,00 400,00 Minyak Goreng liter 1,00 10.500,00 10.500,00 6,33 10.500,00 34.965,00 Air liter 9,00 0 0 3,00 0 0 Selai Kg 1,50 52.500,00 78.750,00 0,50 52.500,00 26.250,00 Label lembar 1.188,00 102,50 121.770,00 396,00 102,50 40.590,00 Plastik kemasan lembar 1.188,00 70,00 83.160,00 396,00 70,00 27.720,00 Biaya Tidak Langsung Lainnya BiayaListrik Rp 10.731,00 3.571,00 Biaya Gas Rp 19.500,00 6.500,00 Penyusutan Rp 29.898,86 9.966,29 d. Total Biaya Rp 988.104,86 360.827,29 3. Keuntungan Rp 496.895,14 134.172,71 4. R-C ratio Rp 1,50 1,37 Berdasarkan perhitungan tersebut, maka pendapatan dan keuntungan roti panggang lebih besar dibandingkan roti goreng.R/C ratio roti panggang, yaitu 1,50 dan R/C ratio roti goreng adalah 1,37. Karena nilaiR/C ratio >1, maka usaha Agroindustri Aneka Bakery menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Hal ini sejalan dengan penelitian Arsita et al. (2020) dalam penelitiannya tentang kinerja produksi agroindustri jamu bubuk,dimana nilai R/C ratio>1yang menunjukkan bahwa agroindustri tersebut menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Keuntungan Agroindustri Aneka Bakery dapat dilihat pada Tabel 6 di atas. ## Daur Hidup Produk (Product Life Cycle) Analisis daur hidup produk ( Product Life Cycle ) pada penelitian ini dianalisis menggunakan metode Polli and Cook . Posisi produk dapat diketahui dengan melihat perubahan persentase pendapatan Aneka Bakery selama setahun. Daur hidup produk yang dianalisis hanya roti panggang dikarenakan roti goreng baru diproduksi oleh Agroindustri Aneka Bakery pada pertengahan bulan Maret. Total persentase nilai perubahan penjualan (X), yaitu sebesar 2,57 persen. Persentase volume penjualan tertinggi pada bulan Februari 2020, yaitu 1,94 persen. Persentase volume penjualan terendah pada bulan November 2019. Hal ini terjadi dikarenakan Agroindustri Aneka Bakery masih menggunakan nama jual yang sebelumnya dan tenaga kerja yang bekerja dengan pemilik sebelumnya. Setelah penurunan penjualan tersebut, merk jual roti dari Aneka Bakery diubah menjadi Delis Bakery pada Januari 2020 serta mengganti komposisi roti dan pekerja yang bertugas dalam proses pengadonan roti. Hasil perhitungan dengan metode Polli and Cook dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil perhitungan dengan metode polli and cook di Agroindustri Aneka Bakery BulanProduksi โˆ†%(X) ยต ฮฃ April-19 (0,79) May-19 0,26 1,05 Juni-19 (0,52) 0,27 Juli-19 0,04 0,83 Agustus-19 (0,63) 0,16 September-19 (0,10) 0,68 Oktiber-19 0,72 1,51 November-19 (0,81) 0,02 Desember-19 0,54 1,32 Januari-20 1,28 2,07 Februari-20 1,94 2,72 Maret-20 (0,15) 0,64 Total 2,57 (0,79) 11,26 Penentuan tahapan PLC didasarkan pada nilai persentase perubahan volume penjualan dengan nilai batas untuk masing- masing tahap. Terdapat tiga tahap pada PLC, yaitu tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan, dan tahap penurunan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, didapat nilai dari rata โ€“ rata persentase perubahan (ยต) dan standar deviasi (ฯƒ) sebesar (0,79) dan 11,26. Perhitungan tersebut didapat nilai batas pertumbuhan (Z) sebesar 4,85 dan nilai batas penurunan (Y) sebesar (6,42) dengan nilai X sebesar 2,57. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan posisi Roti Delis Agroindustri Aneka Bakery berada dalam tahap kedewasaan ( maturity) . Kurva posisi Agroindustri Aneka Bakery dapat dilihat pada Gambar 1. Menurut teori daur hidup produk ( Product Life Cycle ), tahapan kedawasaan terdiri dari tiga tingkatan. Tingkat pertama disebut growth maturity , yaitu pertumbuhan penjualan makin berkurang. Tingkat kedua disebut stable maturity , yaitu penjualan menjadi datar. Tingkatan ketiga adalah decaying maturity , penjualan mulai menurun dan konsumen berpindah ke produk lain atau produk subtitusi. Jurnal Agrimanex Vol.1 No.2, Maret 2021; halaman 10-19 Agroindustri Aneka Bakery sedang berada pada tahap kedewasaan di tingkat pertama yaitu growth maturity dimana penjualan makin berkurang. Tahap kedewasaan (Maturity) : Y < ฦฉฮ”% (X) < Z= (6,42) <2,57<4,85 Gambar 1. Kurva posisi Agroindustri Aneka Bakery Tahap kedewasaan merupakan tahapan terlama dalam PLC. Penjualan pada tahap kedewasaan juga sangat sensitif terhadap perubahan perekonomian seperti yang terjadi saat pandemi ini.Oleh karena itu. perlu adanya strategi pemasaran untuk mempertahankan posisi tersebut. Ada beberapa strategi utama yang dapat diterapkan pada tahap kedewasaan menurut Tjiptono (2015), yaitu offensive strategy, defensive strategy, take-off strategy, dynamic adaption, dan recycle strategy . Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai strategi pemasaran agar dapat mempertahankan posisi produk pada tahapan kedewasaan. ## SIMPULAN Kinerja Agroindustri Aneka Bakery secara keseluruhan sudah baik berdasarkan produktivitas, kapasitas, dan kualitas roti. Produktivitas roti yang dipanggang yaitu 119 roti/jam kerja dan Produktivitas roti yang digoreng adalah 110 roti/jam kerja. Kapasitas >0,5 dengan kualitas roti yang baik. Total keuntungan Agroindustri Aneka Bakery per hari adalah Rp697.222,85 dengan R/C > 1 (1,50 dan 1,37) sehingga Agroindustri Aneka Bakery layak dan menguntungkan. Posisi Roti Delis Agroindustri Aneka Bakery dalam siklus hidup produk ( Product Life Cycle ) berada pada tahap kedewasaan. ## REFERENSI Arsita, M.,Affandi, M. I., dan Situmorang, S. 2020. Kinerja Produksi dan Nilai Tambah Agroindustri Jamu Bubuk di Desa Asto Mulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis Vol 8 (No2) 220, 234-241. https://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php /JIA/article/view/4058. Badan Pusat Statistik. 2018. โ€œPengeluaran Untuk Konsumsi Indonesia 2019.โ€ Badan Pusat Statistik 1(1): 47. BPS. 2020. โ€œKategori Usia Produktif.โ€ Badan Pusat Statistik . Dalimunthe, R. F., Sayekti, W. D., dan Suryani, A. 2020. Analisis Daur Hidup Produk ( Product Life Cycle ) Bihun Tapioka di Provinsi Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis Vol 8 (No 2) 2020, 203-209. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/ JIA/article/view/4054. Danasari, I. F., Suparmin, dan Usman, A. 2018. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Agroindustri Roti di Kota Mataram. Jurnal Agroteksos Vol 26 (No21) 2018, 204-209. https://agroteksos.unram.ac.id/index. php/Agroteksos/article/view/97 Husain, A.H., Murniati, K., dan Nugraha, A. 2020. Kinerja dan Nilai Tambah Agroindustri Sagu Aren di Kanupaten Lampung Selatan. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis Vol. 8 (No 1) 2020, 153- Perkenalan Pertumbuhan Kemunduran Kedewasaan 160. https://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php /JIA/article/view/4359. Kartadinata, A. 2000. Akutansi Dan Analisis Biaya Suatu Pendekatan Terhadap Tingkah Laku Biaya . Jakarta: PT Rineka Cipta. Lantose, L. S., Hadayani, dan Muis, A. 2017. Maksimalisasi Keuntungan Usaha Roti dan Brownis pada Industri Syariah Bakery di Kelurahan Tanamodindi Kecamatan Palu Selatan Kota Palu. Jurnal Agrotekbis Vol. 5(No1) 2017,36-45. http://jurnal.faperta.untad.ac.id/index .php/agrotekbis/article/view/101. Render, B.dan J. Heizer. 2009. Manajemen Operasi . Jakarta: Salemba Empat. Sari, I. R.M., Zakaria, W. A., dan Affandi, M. I.2015. Kinerja Produksi dan Nilai Tambah Agroindustri Emping Melinjo di Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis Vol 3 (No 1) 2015, 18-25. http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/ JIA/article/view/1013. Sayekti, W.D., IsmonoR.H., dan LestariD.A.H.. 2018. Analisis Daur Hidup Produk dan Strategi Pemasaran Bihun Tapioka di Provinsi Lampung . Prosiding Forum Komunikasi Perguruan Tinggi Pertanian Indonesia (FKPTPI). Universitas Syiah KualaBanda Aceh. 477-483. Tjiptono, F. 2015. Strategi Pemasaran . Yogyakarta: ANDI.
f59fc600-8acf-4eee-9a5c-b07ede6bf45d
https://journal.untar.ac.id/index.php/jmts/article/download/6167/4172
## ANALISIS PERBAIKAN TANAH SEBAGAI BENTUK MITIGASI BENCANA LIKUIFAKSI YANG DAPAT DIAPLIKASIKAN MASYARAKAT DI PALU David Manoel Mangunpraja 1 , dan Aniek Prihatiningsih 2 1 Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman No.1 Jakarta Email: [email protected] 2 Program Studi Sarjana Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Jl. Letjen S. Parman No.1 Jakarta Email: [email protected] ## ABSTRAK Likuifaksi dapat terjadi ketika tanah jenuh atau sebagian jenuh secara substansial kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya gempa bumi atau goncangan mendadak, disertai perubahan material yang bersifat padat (solid) menjadi seperti cairan (liquid). Pada insiden di Palu tanah secara tiba-tiba tengelam menjadi larutan air kemudian bergeser seakan-akan berjalan sendiri. Berdasarkan data yang diperoleh korban bencana likuifaksi di Palu, ada 2.256 orang yang meninggal, 1.309 orang hilang, 4.612 orang terluka (Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho). Banyak korban jiwa yang meninggal akibat peristiwa tersebut. Jumlah korban yang signifikan, menimbulkan pertanyaan apakah mungkin likuifaksi adalah hal baru di dunia teknik sipil. Ternyata sudah banyak yang melakukan penelitian mengenai likuifaksi. Apa mungkin likuifaksi tidak memiliki solusi? Karena masalah ini terus menerus terjadi terutama di Indonesia.. Skripsi ini akan menjelaskan mengenai likuifaksi dan bagaimana cara memperbaiki tanah likuifaksi dengan cara yang sederhana. Apakah masyarakat umum mengaplikasikannya? Tentu saja bisa, karena likuifaksi bukanlah sesuatu hal yang membahayakan dan dapat diatasi dengan cara yang tepat. Beberapa solusi sederhana yang bisa diaplikasikan masyarakat adalah: Micropile Bambu, Tanaman Baobab, Piezometer, Sumur Biopori. Kata kunci: Likuifaksi, Micropile Bambu, Tanaman Baobab, Piezometer,Sumur Biopori ## 1. PENDAHULUAN ## Latar Belakang Likuifaksi merupakan peristiwa meningkatnya tekanan air pori tanah akibat tegangan siklik dalam getaran tanah yang diakibatkan oleh gempa. Likuifaksi merupakan gejala peluluhan pasir lepas yang bercampur dengan air akibat goncangan gempa dimana gaya pemicu melebihi gaya yang dimiliki oleh litologi setempat dalam menahan guncangan. Hal ini bisa menyebabkan beberapa kejadian seperti penurunan cepat (quick settlement), fondasi bangunan menjadi miring (tilting) atau penurunan sebagian (differential settlement), dan mengeringnya air sumur yang tergantikan oleh material non kohesif.Likuifaksi merupakan bencana yang bisa merusak kondisi infrastruktur sehingga pengetahuan terhadap potensi dan kerawanan likuifaksi sangat penting terutama dalam merencanakan tata ruang khususnya di daerah Palu dan sekitarnya. Pengetahuan likuifaksi harus juga diberikan bagi warga Palu. Pengetahuan tersebut berupa pengetahuan mitigasi sederhana yang mampu diaplikasikan pada oleh warga sekitar Palu. Oleh sebab itu tujuan penelitian Ini adalah mengetahui Potensi Likuifaksi dan memperkirakan sampai kedalaman berapa likuifaksi itu terjadi berdasarkan data tanah yang ada dan memberikan mitigasi bencana likuifaksi dengan cara yang mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Sehingga bermanfaat untuk masyarakat Palu, diharapkan dapat memberkan usulan perbaikan yang mampu membantu masyarakat Palu dalam mempertimbangkan upaya untuk mengatasi permasalahan likuifaksi yang terjadi, serta diharapkan mendapat inspirasi dan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bahan refrensi bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan ataupun diaplikasikan sebagai metode perbaikan tanah di daerah lain. ## 2. LANDASAN TEORI ## Percepatan Gempa (amax) Gempa bumi adalah getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang menciptakan gelombang seismik. Palu merupakan salah Satu daerah rawan bencana gempa bumi dan likuifaksi di Indonesia. Dari beberapa pemantauan yang dilakukan oleh para ahli, terdapat beberapa kasus likuifaksi yang terjadi di beberapa daerah di Palu. Untuk itu sangat penting untuk menganalisis potensi likuifaksi di daerah palu agar aman terhadap bahaya likuifaksi apabila terjadi gempa besar.Percepatan gempa di batuan dasar dapat dihitung dengan melihat gambar Wilayah Gempa di Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun (SNI 03- 1726-2002). Gambar 1. Wilayah Gempa di Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun (SNI 03-1726-2002). ## Percepatan Gempa di Permukaan Tanah Perubahan percepatan gempa di batuan dasar akan berpengaruh langsung pada percepatan gempa di permukaan tanah.perubahan tersebut dapat dilihat di SNI 03-1726-2002 โ€œTata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedungโ€ ## Likuifaksi Likuifaksi adalah proses berkurangnya kekuatan geser tanah akibat beban seismik ketika terjadi gempa bumi. Menurut Towhata (2008) likuifaksi terjadi pada tanah yang berpasir lepas (tidak padat) dan jenuh air. Kondisi ini dapat dinyatakan sebagai berikut : ฯƒ' = ฯƒ โ€“ u (1) dengan ฯƒ' = tegangan efektif, ฯƒ = tegangan total (berat permukaan tanah) , u = tekanan air pori Seed et al (1975) menyatakan bahwa likuifaksi adalah proses perubahan kondisi tanah pasir yang jenuh air menjadi cair akibat meningkatnya tekanan air pori yang harganya menjadi sama dengan tekanan total oleh sebab terjadinya beban dinamik, sehingga tegangan efektif tanah menjadi nol. Menurut Wang dan Law (1994) faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya likuifaksi dapat dikelompokkan menjadi dua bagian pokok yaitu gaya gempa (intensitas dan arah getaran) serta kondisi tanah dan lingkungan (properti tanah, kondisi topografi, muka air tanah, dsb). ## Parameter-Parameter yang Mempengaruhi Potensi Likuifaksi Pada Tanah Parameter-parameter yang mempengaruhi potensi likuifaksi antara lain adalah: ## Tegangan Vertikal Total ( ๐›”๐›”๐ฏ๐ฏ ) Tegangan vertikal total dapat dihitung dengan rumus : ๐œŽ๐œŽ๐‘ฃ๐‘ฃ = ๐›ด๐›ด ( ๐›พ๐›พ .H) (2) Dengan ๐œŽ๐œŽ๐‘ฃ๐‘ฃ = Tegangan Vertikal Total (kN/m2 ), ๐›พ๐›พ = Berat isi lapisan tanah (kN/m3 ), H = Tebal lapisan tanah (m) ## Faktor Reduksi (CD) Faktor reduksi merupakan nilai yang dapat mempengaruhi tegangan di dalam tanah. Semakin jauh kedalaman tanah maka faktor reduksi akan semakin kecil.faktor reduksi dapat dilihat pada diagram reduksi tegangan geser dengan faktor CD (Seed,dan Idriss.1971) Gambar 2.Diagram reduksi tegangan geser dengan faktor CD (Seed,dan Idriss.1971) Pada dasarnya, analisis potensi likuifaksi adalah mencari 2 parameter utama, yaitu : Cyclic Stress Ratio (CSR) yang merupakan tegangan siklik yang terjadi akibat gempa dibagi dengan tegangan efektif dan Cyclic Resistance Ratio (CRR) yang merupakan ketahanan tanah untuk menahan likuifaksi ## Cyclic Stress Ratio (CSR) Cyclic Stress Ratio adalah tegangan siklik yang terjadi akibat gempa dibagi dengan tegangan efektif. Seed dan Idriss (1971) memformulasikan persamaan untuk rasio tegangan siklik (CSR), yaitu : ๐ถ๐ถ๐ถ๐ถ๐ถ๐ถ = ๐œ๐œ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž ๐œŽ๐œŽ๐‘Ž๐‘Ž๐‘ฃ๐‘ฃโ€ฒ = 0.65 ๏ฟฝ ๐‘Ž๐‘Ž๐‘š๐‘š๐‘Ž๐‘Ž๐‘š๐‘š ๐‘”๐‘” ๏ฟฝ ๏ฟฝ ๐œŽ๐œŽ๐‘Ž๐‘Ž๐‘ฃ๐‘ฃ ๐œŽ๐œŽ๐‘Ž๐‘Ž๐‘ฃ๐‘ฃโ€ฒ ๏ฟฝ ๐ถ๐ถ๐ถ๐ถ (3) Dengan ๐œ๐œ avg = cyclic shear stress rata โ€“ rata, ๐œŽ๐œŽ voโ€™ = overburden stress , a max = Percepatan Gempa Dasar, ๐œŽ๐œŽ vo = total vertical stress , ๐œŽ๐œŽ voโ€™ = vertical stress effective , CD = Faktor reduksi stress, CSR = Cylic Strees Ratio Menurut metode yang disarankan oleh Seed dan Idriss, tegangan geser yang menyebabkan likuifaksi dapat dihitung dari tegangan geser siklik ๐œ๐œ avg yang dihasilkan pada setiap titik pada lapisan tanah, dan dinyatakan dengan rumus : ๐‘‡๐‘‡ ๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž๐‘Ž = 0.65 ๐ถ๐ถ๐ถ๐ถ ๏ฟฝ ๐›พ๐›พ๐›พ๐›พ ๐‘”๐‘” ๏ฟฝ ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐‘Ž๐‘Ž ๐‘š๐‘š๐‘Ž๐‘Ž๐‘š๐‘š (4) Dengan = berat satuan total, D = kedalaman, g = percepatan gravitasi ## Cyclic Resistance Ratio (CRR) Cyclic Resistance Ratio (CRR) yang merupakan ketahanan tanah untuk menahan likuifaksi. Berikut adalah faktor- faktor yang dibutuhkan. ## Mencari Nโ€™ koreksi Setelah menghitung nilai tegangan efektif tanah, untuk menghitung ketahanan tanah terhadap likuifaksi maka nilai Nโ€™ koreksi dengan mencari Faktor C N untuk mengkoreksi nilai SPT C N dapat dicari dengan rumus berikut: ๐ถ๐ถ ๐‘๐‘ = ๏ฟฝ 1 ๐œŽ๐œŽ๐‘Ž๐‘Ž๐‘ฃ๐‘ฃโ€ฒ (5) Dengan N = Nilai N-SPT lapangan., C N = faktor koreksi untuk konversi berat sendiri tanah ( overburden pressure ) ke tekanan 1 ton/ft2., Mencari Ratio ๐‘ป๐‘ป ๐’‰๐’‰ ๐ˆ๐ˆ ๐’—๐’— Setelah mengoreksi nilai N-SPT lapangan maka kita mencari ratio ๐‘‡๐‘‡ โ„Ž ๐œŽ๐œŽ ๐‘Ž๐‘Ž dengan melihat parameter nilai N-SPT korelasi dan magnitude gempa dengan menggunakan Diagram (Seed,1979) Gambar 3. Korelasi Nโ€™ dan M dengan ๐‘‡๐‘‡โ„Ž ๐œŽ๐œŽ๐‘Ž๐‘Ž (Seed,1979) ## Menentukan Potensi Likuifaksi Setelah mendapatkan ratio ๐‘‡๐‘‡โ„Ž ๐œŽ๐œŽ๐‘Ž๐‘Ž๐‘ฃ๐‘ฃโ€ฒ maka ditentukan nilai ๐‘‡๐‘‡ โ„Ž dengan menggunakan tekanan efektif tanah yang dapat dibandingkan dengan nilai ๐œ๐œ avg . Jika nilai ๐œ๐œ avg > ๐‘‡๐‘‡ โ„Ž maka dapat disimpulkan bahwa terjadi likuifaksi. Solusi Likuifaksi yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat Setelah mengetahui potensi likuifaksi didaerah Palu maka kita mencari beberapa solusi yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat Palu. Beberapa solusi yang akan dibahas antara lain adalah micropiles bambu, pemasangan pipa piezometer, pembuatan sumur resapan, dan penanaman tanaman Bambu dan Baobab ( Adansonia digitata). Micropile Bambu ( Salauwe,R., Manoppo,F.J., Monintja,S. 2015) Tiang bambu sebagai pemodelan micro pile merupakan salah satu jenis tiang pancang yang merupakan bagian dari konstruksi yang dapat memperkuat struktur tanah seperti tanah likuifaksi . Fungsi bambu sebagai tiang pancang ini untuk mentransfer beban-beban dari atas kelapisan tanah. Bentuk distribusi beban dapat berbentuk beban vertikal melalui dinding tiang Perhitungan micropiles bambu dimulai denan perhitungan daya dukung tanah sebelum dan saat terjadi likuifaksi. Perhitungan dari daya dukung ini menggunakan persamaan Vesic yang menyatakan bahwa tanah pasir lepas akan terjadi likuifaksi apabila tanah itu mengalami getaran, maka sudut geser dalam akan berkurang dari sudut geser dalam sebelum terjadi likuifaksi. q u = P o x N q x S q x d q x i q x g q x b q (6) Dengan P o = Tegangan overburden, N q = Faktor Kapasitas Daya Dukung , S q = Faktor Bentuk Fondasi , d q = Faktor Kedalaman , i q = Faktor Kemiringan Beban , g q = Faktor Kemiringan Permukaan , b q = Faktor Kemiringan Dasar ## Kapasitas Daya Dukung Tanah Dengan bambu Sebagai micropile Kapasitas daya dukung tiang merupakan jumlah dari kapasitas akhir atau perlawanan ujung dengan perlawanan selimut tiang. Untuk menghitung daya dukung pondasi tiang pancang berdasarkan data SPT dapat digunakan Metode Mayerhof dan Luciano Decourt, adapun rumus yang digunakan antara lain : Daya dukung ujung pondasi tiang dengan Metode Meyerhof : ๐‘„๐‘„ ๐‘๐‘ = 40 ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐‘๐‘ ๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘‡๐‘‡ ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐ด๐ด ๐‘†๐‘† (7) Tahanan geser selimut tiang Metode Meyerhof : ๐‘„๐‘„ ๐‘ ๐‘  = 0.2 ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐‘๐‘ ๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘‡๐‘‡ ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐‘ƒ๐‘ƒ ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐ฟ๐ฟ ๐‘–๐‘– (8) Dengan N SPT = Nilai SPT, A p = Luas Ujung Tiang (m 2 ), P = Keliling Tiang (m), L i = Tebal Lapisan Tanah (m) Daya dukung ujung pondasi tiang dengan Metode Luciano Decourt : Q P = N ๏ฟฝ x K x ๐ด๐ด ๐‘๐‘ dalam (ton/m 2 ) (9) Tahanan geser selimut tiang Metode Luciano Decourt : Q s = ๏ฟฝ ๐‘๐‘๐‘ ๐‘  3 + 1 ๏ฟฝ x ๐ด๐ด ๐‘ ๐‘  dalam (ton/m 2 ) (10) Dengan N ๏ฟฝ = Nilai rata-rata SPT, A p = Luas Ujung Tiang (m 2 ), A s = Luas Selimut Tiang (m 2 ), N s = 3 โ‰ค N โ‰ค 50 , K = Koefisien Karakteristik Tanah (ton/m 2 ) ## Analisis Penurunan Tanah Sebelum, Sesudah dan Dengan bambu Sebagai micropile Jika tanah Elastis (Bowles, 1983) besar penurunan dapat ditentukan dengan persamaan : ๐ถ๐ถ๐‘†๐‘† = ๐‘ž๐‘ž ๐‘ข๐‘ข ๐‘ฅ๐‘ฅ ( ๐›ผ๐›ผ๐ต๐ต โ€ฒ ) ๐‘ฅ๐‘ฅ 1โˆ’๐œ‡๐œ‡๐‘ ๐‘ 2 ๐ธ๐ธ๐‘ ๐‘  ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐ผ๐ผ๐‘ ๐‘  ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐ผ๐ผ๐ผ๐ผ (11) Dengan q u = daya dukung tanah, ๐œ‡๐œ‡๐‘ ๐‘  = Poissonโ€™s ratio tanah, E s = Modulus Elastisitas Tanah, Bโ€™ = B/2 untuk pusat fondasi, Is = faktor bentuk, If = faktor kedalaman. Penurunan ini biasanya terjadi akibat beban bangunan yang didistribusikan terhadap tiang dan sampai ke dalam lapisan tanah, sehingga dapat dihitung penurunan tiang (micropile) berdasarkan persamaan dibawah ini. ๐ถ๐ถ 1 = ( ๐‘„๐‘„๐‘ƒ๐‘ƒ +๐›ผ๐›ผ ๐‘„๐‘„๐‘†๐‘† ) ๐ฟ๐ฟ ๐ด๐ด๐‘ƒ๐‘ƒ๐‘š๐‘š ๐ธ๐ธ๐‘ƒ๐‘ƒ (12) ๐ถ๐ถ 2 = ( ๐‘ž๐‘ž๐‘ค๐‘ค๐‘ƒ๐‘ƒ ๐›พ๐›พ ) ๐ธ๐ธ๐‘†๐‘† ๐‘ฅ๐‘ฅ 1 โˆ’ ๐œ‡๐œ‡๐‘ ๐‘  2 ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐ผ๐ผ ๐‘ค๐‘ค๐‘๐‘ (13) ๐ถ๐ถ 3 = ๐‘„๐‘„๐‘Š๐‘Š๐‘†๐‘† ๐‘†๐‘†๐ฟ๐ฟ ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐›พ๐›พ ๐ธ๐ธ๐‘†๐‘† (1 โˆ’ ๐œ‡๐œ‡๐‘ ๐‘  2 ) ๐‘ฅ๐‘ฅ ๐ผ๐ผ ๐‘ค๐‘ค๐‘ ๐‘  (14) Dengan, S1 =Penurunan batang tiang , S2 = Penurunan tiang akibat beban diujung tiang , S3 =Penurunan tiang akibat beban tersalurkan sepanjang tiang, L = Panjang yang tertanam, E p = Modulus Elastisitas Tiang, Q wp = Beban titik per satuan luas ujung tiang, D = Lebar atau diameter tiang, I wp = Faktor Pengaruh, L = Panjang tiang yang tertanam, I ws = Faktor Pengaruh ## Pipa Piezometer dan Sumur Resapan Salah satu penyebab utama dari peristiwa likuifaksi adalah nilai tekanan air yang tiba-tiba meningkat dan menekan ke segala arah terutama ke atas, akibat terjadinya goncangan akibat gempa di Palu. Dengan pemasangan pipa piezometer dan sumur resapan diharapkan peningkatan tekanan air pori akibat guncangan dapat keluar melalui pipa piezometer dan sumur resapan yang sudah di pasang sehingga tekanan air pori dapat berkurang dan direkayasa. Perhitungan dimulai dengan tegangan vertikal total dan tegangan vertikal efektif . Setelah mendapatkan tegangan vertikal total dan tegangan vertikal efektif maka dapat ditentukan tekanan air pori yang selanjutnya dianalisis untuk mendapatkan tekanan uplift 1 m 2 . Setelah didapatkan maka kita menghitung tekanan uplift yang dialami pipa dengan rumus. Kemudian dapat dianalisis tekanan pipa dan sumur dengan menggunakan rumus. Tekanan uplift pipa = tekanan ๐‘ข๐‘ข๐‘๐‘๐‘ข๐‘ข๐‘–๐‘–๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข luas permukaan pipa (15) P pipa = ๐œŒ๐œŒ . ๐‘”๐‘” . โ„Ž (16) Jumlah pipa = tekanan ๐‘ข๐‘ข๐‘๐‘๐‘ข๐‘ข๐‘–๐‘–๐‘ข๐‘ข๐‘ข๐‘ข ๐‘๐‘๐‘–๐‘–๐‘๐‘๐‘Ž๐‘Ž Tekanan pipa (17) Dengan, ๐œŒ๐œŒ = Berat jenis Air, g = percepatan gravitasi, h = kedalaman ## Akar Tanaman Secara umum tanah terdiri dari 3 komposisi yaitu air,udara, dan tanah. 3 komposisi itu yang membentuk tanah secara keseluruhan. Penanaman pohon mampu menguragi volume udara dalam tanah sehingga rongga-rongga udara berkurang dan juga mampu mengikat tanah sehingga Relative Density tanah meningkat.Berikut adalah tabel yang menjadi korelasi yang dapat digunakan untuk perhitungan akar tanaman. Tabel 1. Tabel Hubungan SPT Relative Density, dan sudut geser di tanah berpasir. (Hsai-Yang.1991) Berikut adalah ilustrasi morfologi akar tanaman bambu dan baobab secara fisik Sementara untuk menghitung menghitung Void Ratio baru setelah melihat morfologi akar tanaman dengan asumsi reduksi akar bambu 0,15 dan baobab 0,1. bisa menggunakan rumus pada buku (Braja M.Das, 1995) ๐ถ๐ถ ๐‘Ÿ๐‘Ÿ = ๐‘’๐‘’๐‘š๐‘š๐‘Ž๐‘Ž๐‘š๐‘š๐‘ ๐‘ โˆ’๐‘’๐‘’ ๐‘’๐‘’๐‘š๐‘š๐‘Ž๐‘Ž๐‘š๐‘š๐‘ ๐‘ โˆ’๐‘’๐‘’๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š๐‘š (18) Dengan, D r = kerapatan Relatif, e = angka pori lapangan, e maks = angka pori dalam keadaan paling lepas e min = angka pori dalam keadaan paling padat Tabel 2. Tabel nilai angka pori, kadar air dan berat volume kering untuk beberapa tipe tanah yang masih dalam keadaan asli (Braja M.Das, 1995) ## 3. METODOLOGI PENELITIAN Gambar 5. Diagram Alir Penelitian. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ## Perhitungan Potensi Likuifaksi Dengan menggunakan rumus untuk menentukan nilai ๐‘‡๐‘‡ โ„Ž dengan menggunakan tekanan efektif tanah yang dapat dibandingkan dengan nilai ๐œ๐œ avg yang merupakan tegangan siklik yang terjadi akibat gempa, maka didapatkan hasil seperti pada tabel dibawah ini. Jika nilai ๐œ๐œ avg > ๐‘‡๐‘‡ โ„Ž maka dapat disimpulkan bahwa terjadi likuifaksi. Tipe Tanah Angka Pori Kadar Air dalam Keadaan Jenuh Berat Volume Kering ๐‘™๐‘™๐‘™๐‘™ / ๐ผ๐ผ๐‘“๐‘“ 3 ๐‘˜๐‘˜๐‘๐‘ / ๐‘š๐‘š 3 Pasir Lepas dengan Butiran Seragam 0.80 30 92 14.5 Pasir Padat dengan Butiran Seragam 0.45 16 115 18 Pasir Berlanau yang Lepas Butiran Bersudut 0.65 25 102 16 Pasir Berlanau yang Padat Butiran Bersudut 0.40 15 121 19 Lempung kaku 0.60 21 108 17 Lempung lembek 0.9-1.4 30-50 73-93 11.5-14.5 Tanah 0.90 25 86 13.5 Lempung organik Lembek 2.5-3.2 90-120 38-51 6-8 Glacial till 0.30 10 134 21 Tabel 3. Hasil Perhitungan Likuifaksi Sulawesi 1 (S-1), Sulawesi 2 (S-2),dan Sulawesi 3 (S-3) Depth NSPT ๐‘ป๐‘ป ๐’‰๐’‰ ๐‰๐‰ avg Potensi Likuifaksi S - 1 S - 2 S - 3 S - 1 S - 2 S - 3 S - 1 S - 2 S - 3 S - 1 S - 2 S - 3 1.5 12 15 15 0.61 0.58 0.80 0.35 0.35 0.35 TIDAK TIDAK TIDAK 3 2 5 2 0.12 0.31 0.13 0.69 0.69 0.69 YA YA YA 4.5 3 2 1 0.20 0.10 0.07 1.02 1.02 1.02 YA YA YA 6 2 5 35 0.12 0.37 2.87 1.35 1.35 1.35 YA YA TIDAK 7.5 12 7 0.97 0.60 1.67 1.67 YA YA 9 5 5 0.43 0.41 1.98 1.87 YA YA 10.5 17 1.67 2.29 YA ## Solusi Likuifaksi yang dapat diaplikasikan oleh masyarakat Berdasarkan perhitungan diatas mengenai potensi likuifaksi, dapat disimpulkan bahwa daerah Palu ditermasuk dalam daerah likuifaksi. Dari 3 titik tersebut berpotensi likuifaksi oleh sebab itu dilanjutkan dengan perhitungan perbaikan tanah yang diusulkan yaitu micropiles bambu, pemasangan pipa piezometer, pembuatan sumur resapan, dan penanaman tanaman Bambu dan Baobab ( Adansonia digitata.) ## Micropile Bambu Perhitungan micropiles bambu dimulai dengan perhitungan daya dukung tanah sebelum dan saat terjadi likuifaksi. Perhitungan dari daya dukung ini menggunakan persamaan Vesic yang menyatakan bahwa tanah pasir lepas akan terjadi likuifaksi apabila tanah itu mengalami getaran, maka sudut geser dalam akan berkurang dari sudut geser dalam sebelum terjadi likuifaksi yang dapat dilihat pada table dibawah ini. Tabel 4.Perhitungan Daya Dukung Tanah Sebelum dan Saat Terjadi Likuifaksi (metode Vesic) Depth (m) Sebelum Likuifaksi Saat Likuifaksi 1.5 65.39 21.80 55.89 18.63 3 147.84 49.28 126.36 42.12 4.5 247.35 82.45 211.41 70.47 6 363.92 121.31 311.04 103.68 7.5 497.54 165.85 425.25 141.75 9 648.23 216.08 554.04 184.68 10.5 815.97 271.99 697.41 232.47 Setelah menganalisis daya dukung tanah sebelum dan saat terjadi likuifaksi maka dibandingkan setelah menggunakan micropile bambu dengan metode Meyerhof dan Luciano Decourt. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 5. ๐‘„๐‘„ ๐‘ข๐‘ข ( kN / ๐‘š๐‘š 2 ) ๐‘„๐‘„ ๐‘ข๐‘ข ( kN / ๐‘š๐‘š 2 ) ๐‘„๐‘„ ๐‘ข๐‘ข All ( kN / ๐‘š๐‘š 2 ) ๐‘„๐‘„ ๐‘ข๐‘ข All ( kN / ๐‘š๐‘š 2 ) Tabel 5. Perhitungan Daya Dukung Fondasi (Meyerhof dan Luciano Decourt) Kedalaman (m) Metode Kawasan 7.5 56.54 Meyerhof SULAWESI 1 7.5 45.20 Luciano Decourt 7.5 32.98 Meyerhof SULAWESI 2 7.5 42.36 Luciano Decourt 6 148.43 Meyerhof SULAWESI 3 6 117.90 Luciano Decourt Kemudian dilakukan analisis terhadap penurunan tanah sebelum dan saat terjadi likuifaksi (Bowles 1983) maka dibandingkan setelah menggunakan micropile bambu dengan metode Meyerhof dan Luciano Decourt. hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6.Perbandingan Penurunan Tanah Penurunan Tanah Metode Kawasan 0.63 Sebelum Likuifaksi SULAWESI 1 0.54 Setelah Likuifaksi 0.46 Meyerhof 0.21 Luciano Decourt 0.46 Sebelum Likuifaksi SULAWESI 2 0.39 Setelah Likuifaksi 0.11 Meyerhof 0.20 Luciano Decourt 0.28 Sebelum Likuifaksi SULAWESI 3 0.24 Setelah Likuifaksi 0.14 Meyerhof 0.23 Luciano Decourt ## Pipa Piezometer dan Sumur Resapan Dalam pemasangan pipa piezometer yang dipasang berdiameter 6 inch,dan sumur resapan dengan diameter 1 m. Dengan mengacu pada landasan teori diatas maka dapat ditentukan jumlah pipa dan sumur yang harus dipasang pada ketiga lokasi tersebut dengan nilai tekanan air pori yang besar. Jumlah pemasangan pipa dilihat pada tabel 7. ๐‘„๐‘„ ๐‘ข๐‘ข All ( kN / ๐‘š๐‘š 2 ) Depth (m) Pore Pressure Test ( Ton/m 2 ) Jumlah Pipa Jumlah Sumur Kawasan 6.00 4.04 4 1 Sulawesi 1 8.00 2.02 4 1 9.50 2.02 4 1 4.00 15.15 18 1 Sulawesi 2 4.50 20.20 21 1 7.50 25.25 16 1 5.00 10.10 10 1 Sulawesi 3 5.50 5.05 5 1 6.00 5.05 4 1 ## Akar Bambu dan Baobab (Adansonia digitata). Perhitungan peningkatan nilai Relative Density tanah akibat void ratio yang terisi dengan akar tanaman dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Peningkatan Relative Density di Sulawesi 1, Sulawesi 2, dan Sulawesi 3. Depth (m) NSPT Relative Density Tanaman Baobab BAMBU Kawasan Angka Pori Peningkatan Angka Pori Relative Density Baru Angka Pori Peningkatan Angka Pori Relative Density Baru 0.50 35 0.58 0.57 0.10 0.83 0.57 0.15 0.96 Sulawesi 1 1.00 7 0.14 0.74 0.08 0.22 0.74 0.10 0.39 1.50 12 0.24 0.70 0.50 0.74 - - - 2.00 5 0.10 0.76 0.25 0.35 - - - 0.50 17 0.28 0.69 0.10 0.38 0.69 0.15 0.66 Sulawesi 2 1.00 2 0.04 0.78 0.08 0.12 0.78 0.10 0.29 1.50 15 0.30 0.68 0.50 0.80 - - - 2.00 5 0.10 0.76 0.25 0.35 - - - 0.50 2 0.03 0.79 0.10 0.13 0.79 0.15 0.41 Sulawesi 3 1.00 2 0.04 0.78 0.08 0.12 0.78 0.10 0.29 1.50 15 0.30 0.68 0.50 0.80 - - - 2.00 2 0.04 0.78 0.25 0.29 - - - ## 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa hal yang disimpulkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kesimpulan yang diperoleh dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Potensi likuifaksi dan pada lokasi 1 dan 2 potensi likuifaksinya masih terus terjadi hingga lebih dari kedalaman 8.5 m, sementara di lokasi Sulawesi 3 potensi likuifaksi hanya sampai di kedalaman 6 m. 2. Daya dukung Tanah menjadi meningkat hingga 2 kali setelah menggunakan micropiles . 3. Penurunan tanah setelah menggunakan micropiles bambu menurun hingga 18 % dari sebelumnya 4. Penggunaan pipa efisien untuk darah sulawesi 1 adalah 4 untuk sulawesi 2 adalah 18 dan sulawesi 3 adalah 7, sementara 1 sumur resapan di setiap daerah. 5. Baobab dan Bambu mampu mengurangi void ratio hingga 10-15 % ## 6. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang dapat dilakukan sebagai bentuk mitigasi bencana likuifaksi selanjutnya. 1. Solusi diusulkan hanya mengurangi kerusakan likuifaksi secara mikro tidak padat menghilangkan potensi likuifaksi secara masif. 2. Pada perhitungan akar tanaman perlu dilakukan penelitian dan uji laboratorium untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal, karena perhitungaan saya mengenai akar tanaman hanya dengan menggunakan pendekatan morfologi akar. 3. Solusi pipa dan sumur kurang relevan jika tekanan air pori terlalu besar. ## DAFTAR PUSTAKA Bowles. Joseph. E. 1983. Analisa dan Desain Pondasi Jilid 1 Edisi ke 3. Jakarta : Erlangga Braja, M.Das.1995.Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknis Jilid 1). Jakarat: Erlangga. Hsai-Yang Fang,1991,Foundation Engineering Handbook. Springer US Peck Ralph. B, Thornburn Thomas H, Hansen Walter E.Teknik Pondasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Salauwe,R., Manoppo,F.J., Monintja,S. (2015) โ€œAnalisa Perkuatan Tanah dengan Bambu Sebagai Micropile Pada Tanah Liquefaction (Proyek PLTU Manokwari).โ€Jurnal Ilmiah Media Engineering Vol. 5 No.2, September 2015 (351-361). Seed, H. B. (1979), "Soil Liquefaction and Cyclic Mobility Evaluation for Level Ground During Earthquakes," J. Geotech. Engng. Div., ASCE, Vol. 105, No. GT2, Feb., pp. 201-255. Seed, H.B. and Idriss, I.M. (1971) Simplified Procedure for Evaluating Soil Liquefaction Potential. Journal of the Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE 97, SM9, 1249-1273. Seed, H. B., Makdisi, F., Idriss, I. M., and Lee, K. L. (1975). The slides in the San Fernando Dams during the earthquake of February, 9, 1971. J. Geotech. Eng. Div. 101:7, 651-688 SNI 03-2847-2002. 2002. Tata Cara Perencanaan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta Towhata, I. (2008) Geotechnical Earthquake Engineering. Springer Science & Business Media, Berlin. Wang, J.G and Law, K.T (1994) Siting in Earthquake Zones, Balkema, Rotterdam.
18d10401-95be-4601-bde9-c5b33dcb8131
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/download/12/190
## MEMBANGUN TATANAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT MADANI MELALUI PEMBIAYAAN PADA BANK SYARIAH * Oleh : Neni Sri Imaniyati ** ## ABSTRAK Merupakan fenomena menarik yang patut disyukuri, seiring dengan tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk membentuk Masyarakat Madani, Di Indonesia,mulai bermunculan bank yang beroperasi berdasarkan syariah Islam. Selain itu banyak minat bank konvensional menggunakan pola usaha berdasarkan prinsip syariah sekaligus konvensional. Hal ini dimungkinkan oleh Undang โ€“ undangan Perbankan. Oleh karena itu penting untuk dikaji salah satu aspek dari tatanan Masyarakat Madani, yaitu aspek ekonomi, khususnya lembaga perbankan yang menjadi pilar pembangunan perekonomian nasional, antara lain berkaitan dengan fungsi dan peran perbankan dalam perekonomian nasional , konsep pembiayaan bank pada Tatanan Perekonomian Masyarakat Madani, dan implementasi pembiayaan Bank Syariah di Indonesia. Dengan menelaah masalah di atas, dapat diketahui bahwa perbankan memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional yaitu sebagai lembaga perantara ( financial intermediary ) pihak yang memiliki dan pihak yang memerlukan dana juga sebagai agent of development, yang mempunyai misi untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Konsep bank pada tatanan perekonoman masyarakat madani harus melihat / mengacu pada tatanan perekonomian pada masa Rosulullah membangun masyarakat Madinah yang dalam seluruh aspek kehidupan berlandaskan Syariah Islam. Konsep Bank Syariah berpegang pada prinsip โ€“ prinsip ekonomi Islam. Dalam konsep Islam pemegang saham, deposan, investor maupun peminjam berperan serta atas dasar mitra usaha bukan sebagai hubungan debitur โ€“ kreditur, sehingga bank dan mitra usahanya sama โ€“ sama memperoleh pembagian hasil / keuntungan dan bersama โ€“ sama pula memikul risiko kerugian.Pembiayaan dengan Sistem bagi hasil merupakan salah satu implementasi konsep Bank Syariah. Sistem bagi hasil ini telah dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia antara lain dalam bentuk Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. Jika dibandingkan dengan Perjanjian kredit pada Bank Konvensional, pembiayaan ini memiliki kesamaan dan perbedaan. Perbedaan yang substansial adalah segi konstruksi hukumnya dan kontra prestasi. Selain itu hal yang cukup signifikan adalah dalam akad perjanjian pembiayaan klausul โ€“ klausul * Juara Harapan I, LKTI Dosen Unisba Tahun Akademik 1999-2000 ** Neni Sri Imaniyati, adalah dosen tetap Fakultas Hukum Unisba mencerminkan nilai โ€“ nilai keadilan, tidak terdapat klausul โ€“ klausul yang merugikan mitra usaha. ## A. PENDAHULUAN a) Latar Belakang Tidak dapat disangka lagi bahwa pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit dan berkesinambungan. Dalam hal pengerahan dana masyarakat tidak dapat dikesampingkan peranan lembaga perbankan. Bank sebagai lembaga yang bekerja berdasarkan kepercayaan masyarakat, memiliki peran dan posisi yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai lembaga perantara keuangan masyarakat (pinancial intermediary), bank menjadi media perantara pihak- pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak kekurangan/ memerlukan dana (lack of funds) 1 . Di Indonesia, lembaga perbankan memiliki misis dan fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat banyak. 2 Bank selain berpengaruh terhadap dunia usaha โ€“ di mana hampir semua dunia usaha mengandalkan jasa pinansial bank โ€“ juga telah banyak menyerap tenaga kerja. Jutaan orang dapat diserap oleh bank dan kantor- kantor cabangnya. Produksi berskala besar dan aktivitas bisnis dewasa ini hampir tidak mungkin dilaksanakan tanpa bantuan atau pemanfaatan jasa bank. Tidak ragu lagi bahwa perbankan menunjukkan pelayanan khusus dan bermanfaat terhadap masyarakat modern yang dapat mencapai kemajuan pesat atau bahwan dapat mempertahankan angka pertumbuhannya tanpa bank. 3 Kaitannya dengan perekonomian nasional, Compton menytakan ketidakmungkinannya memberi gambaran mengenai 1 Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditiya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 67. Menurut Muchdarsyah Sinungan, bankir-bankir yang mengelola banknya menurut sistem dan metoda yang mengacu pada tingkat produktivitas usaha para nasabah (baik industri, pedagang, maupun petani) akan mampu melihak ke depan dan mengambil keputusan gemilang bagi perkembangan ekonomi negaranya. Manajemen Dana Bank, Bina Usaha, Jakarta, 1993, hlm. 1 2 Tujuan Perbankan Nasional seperti yang tertera dalam Pasal 2 UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 3 Afzalur Rahman, Economic Doctrinees of Islam. Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1996, hlm. 338. ekonomi nasional yang berjalan efisien, tumbuh dengan mantap atau bertahan untuk suatu kurun waktu tertentu tanpa dukungan sistem perbankan yang kuat. 4 Sebagai upaya meningkatkan peran serta perbankan dalam pembangunan nasional, pemerintah telah mengeluarkan perangkat kebijakan melalui berbagai dampak bagi perkembangan dunia perbankan, antara lain berupa perkembangan yang pesat industri perbankan, baik dari segi jumlah bank, maupun volume kegiatan. Di antara paket kebijakan yang paling banyak membawa pengaruh terhadap pertumbuhan industri perbankan nasional, adalah PAKTO 88. 5 Akan tetapi di sisi lain, PAKTO 88 telah menabur benih kejahatan di bidang perbankan yang akibatnya dapat dirasakan sekarang. Menurut Munir Fuady, 6 perkembangan perbankan setelah PAKTO 88 ini sangat pesat, tetapi tidak terkontrol sehingga menimbulkan berbagai masalah dalam praktek dan prinsip prudent banking sama sekali diabaikan. Hal yang sama dikemukakan oleh Marulak Pardede, menurutnya di satu sisi tumbuh dan berkembang pesatnya industri perbankan di Indonesia tidak terlepas dari kebijaksanaan Pemerintah di bidang deregulasi dan debiroktarisasi perekonomian kita. Namun di sisi lain, hal tersebut ternyata membawa pengaruh dan dampak dari segi sosial lainnya, yaitu makin meningkatnya pelanggaran maupun kejahatan perbankan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. 7 Seperti telah dimaklumi, bahwa kasus-kasus perbankan yang terjadi dewasa ini baik langsung maupun tidak langsung telah membawa akibat bagi perkembangan perekonomian negara. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan sebagai upaya memulihkan krisis perbankan pemerintah harus menyediakan talangan dana yang tidak kecil, setidaknya 410 trilyun rupiah harus dikeluarkan oleh pemerintah untuk bantuan kredit likuiditas. 8 4 Eric N. Compton. Principle of Banking (Penerjemah Alexander Oey), Jakarta : Akademik Pressindo. 1991, hlm. 330 5 Hal ini dapat dilihat dari dua tahun sejak berlakunya PAKTO 88, jumlah bank bertambah sebanyak 100 lebih dan jumlah kantor cabangnya di atas 2000-an. Mutis Thoby, Pengaruh Lembaga Perbankan terhadap Perekonomian Nasional, Makalah pada Seminar Perkembangan Hukum Perbankan di Indonesia dan Permasalahannya, Fakultas Hukum TRISAKTI, Jakarta, 31 Agustus 1998, hlm. 1 6 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasar UU No. 10 Tahun 1998 Buku I., Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hlm. 30 7 Marulak Pardede. Hukum Pidana Bank., Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 7 8 Pada Februari 1999 posisi minus seluruh bank mencapai 198.019.000.000.000 (Seratus sembilan puluh delapan trilyun sembilan belas milyar). Nidyo Pramono. Mengenal Lembaga Perbankan di Indonesia Sebuah Pendekatan dari Perspektif Hukum Ekonomi., Kondisi perbankan nasional yang demikian telah memberi andil timbulnya kritis perekonomian nasional. Kondisi ini dikeranakan banyak faktor penyebab, salah satunya adalah kebijakan / polici perbankan. Mengenai hal ini Mulai mengatakan bahwa penyebab timbulnya kondisi perbankan yang sangat parah dewasa ini yang secara signifikan memberi andil dalam krisis ekonomi saat ini, di samping akibat dari anomie of succes atau unfortunate ,istake atau business โ€“ malpractice atau human errors atau business ethic atau kombinasi faktor-faktordi atas dan sedikit banyak tidak terlepas dari administrative policy failure. Untuk itu berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk memulihkan perbankan nasional, baik melalui rekafitulasi, pengambil alihan kepemilikan bank pencabutan izin usaha atau pembekuan operasi bank. Selain itu dilakukan penyesuaian peraturan perbankan nasional. Selain untuk memulihkan perbankan nasional, revisi peraturan perbankan dialkukan karena telah diratifikasinya beberapa perjanjian internasional di bidang perdagangan barang dan jasa, sehingga diperlukan penyesuaian terhadap peraturan peundang-undangan di bidang perekonomian, khususnya sektor perbankan, agar peraturan perbankan mengacu pada komitmen Indonesia dalam berbagai forum internasional. 9 Terdapat Lima Pokok Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 dalam UU No. 10 Tahun 1998 10 , salah satunya berkaitan dengan keberadaan Bank Syariah, yaitu : 11 โ€œKemudahan pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan usaha bank, dengan dimungkinkannya Bank Umum untuk menjalan kegiatan usahanya secara konvensional dan sekaligus dapat juga menjalankan pola pembiayaan dan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariahโ€. Dengan diaturnya berbagai hal tentang Bank Syariah dalam UU Perbankan, menunjukkan bahwa Bank Syariah dewasa ini memiliki kedudukan yang mantap dan berdiri sejajar dengan Bank Konvensional. Dengan dimungkinkannya Bank Umum Konvensional 12 menggunakan Makalah pada Penataran Hukum Perdata dan Ekonomi. FH. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta, 23-30 Agustus 1999. 9 Penjelasan Umum UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 10 Penjelasan UU No. 10 tahun 1998 11 Sambutan Menteri Keuangan Berkenaan dengan Disetujuannya RUU No. 10 tahun 1998. 16 Oktober 1998 12 Meminjam istilah Muhammad Syafiโ€™i Antonio untuk menunjukkan bank yang beroperasi tidak menggunakan prinsip syariah. Istilah ini kini digunakan dalam UU Perbankan prinsip syariah, membuka peluang bagi bank-bank konvensional untuk menggunakan prinsip syariah dan bukan prinsip syariah sekaligus. Hal ini terbukti dari banyaknya permohonan bank konvensional kepada Bank Indonesia untuk membuka kantor cabang atau kantor di bawah cabang yang akan melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Di Indonesia, bank yang beroperasi berdasarkan Syariah Islam telah dimulai sejak tahun 1990-an. Setelah sembilan tahun sejak Bank Syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia โ€“ yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI) โ€“ banyak minat bank konvensional menggunakan pola usaha berdasarkan prinsip syariah, 13 hal ini tentu saja merupakan penomena yang menarik yang patut disukuri. Kini seiring dengan tumbuh dan berkembangnya kesadaran masyarakat untuk membentuk Masyarakat Madani, penting untuk dikaji salah satu aspek dari tatanan Masyarakat Madani, yaitu aspek ekonomi, khususnya lembaga perbankan yang menjadi pilar pembangunan perekonomian nasional. Mengingat sangat luasnya ruang lingkup atau kajian mengenai lembaga perbankan dihubungkan dengan tatanan perekonomian Masyarakat Madani, kajian makalah ini di fokuskan pada Lembaga Pembiayaan pada Bank Syariah, khususnya lembaga pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil yang merupakan salah sau usaha Bank Syariah dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. ## b). Identifikasi Masalah Untuk memudahan memahami makalah ini, permasalahan di identifikasi sebagai berikut : a. Bagaimana fungsi dan peran perbankan dalam perekonomian nasional ? b. Bagaimana konsep pembiayaan bank pada Tatanan Perekonomian Masyarakat Madani ? c. Bagaimana implementasi pembiayaan pada Bank Syariah di Indonesia ? B. PEMBAHASAN a). Fungsi dan Peran Perbankan dalam Perekonomian Nasional 13 Bank IFI, Bank BSB, BNI, BTN, BRI dan sejumlah Bank swasta lainnya menunjukkan minatnya mengembangkan Bank Syariah, persiapan pembukaan sejumlah kantor cabang syariah di berbagai kota. Republika, 11 Nopember 1999 Perkembangan perekonomian nasional maupun internasional yang begitu cepat menimbulkan tantangan yang tidak sedikit terhadap lembaga- lembaga keuangan. Demikian halnya terhadap lembaga perbankan. Peran strategis lembaga perbankan yang mengembang tugas utama sebagai wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana secara efektif dan secara efisien, memerlukan penyempurnaan yang terus menerus agar mampu memiliki keunggulan komparatif. Lembaga perbankan mempunyai fungsi dan tanggung jawab yang sangat besar, selain memiliki fungsi tradisional, yaitu untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dalam arti sebagai perantara pihak yang berlebihan dana dan kekurangan dana, yakni fungsi pinancial intermediary, juga berfungsi sebagai sarana pembayaran. Seperti telah dikemukakan, perbankan Indonesia mempunyai fungsi yang di arahkan sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat banyak . 14 Fungsi perbankan ini terdapat dalam UU No. 7 Tahun 1992. Walaupun UU Perbankan tersebut telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998, namun fungsi perbankan tidak mengalami perubahan, terdapat dalam Pasal 3, yaitu : โ€œFungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.โ€ Berkaitan dengan fungsi perbankan di Indonesia sebagai agen pembangunan, secara konsisten oleh pembentuk undang-undang dimasukkan ke dalam pengertian bank. Hal ini membawa pengaruh yang sangat besar dan fundamental, yakni bank di Indonesia sematamata bukan sebagai sarana komersial, akan tetapi membawa misi pembangunan. Dengan adanya perubahan Undang-undang Perbankan, pengertian bank pun mengalami perubahan. Pengertian bank dapat kita lihat Pasal 1 Bab I UU No. 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan: โ€œBank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang.โ€ Pengertian bank pada undang-undang tersebut tidak mencantumkan fungsi bank dalam pembangunan nasional. Sedangkan pengertian bank menurut Pasal 1 angka (1) UU No. 7 Tahun 1992: 14 Muhammad Djumhana, Op. Cit., hlm 77 โ€œBank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.โ€ Pengertian bank tersebut sudah mulai mencantumkan fungsi bank sebagai sarana untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, demikian halnya pengertian bank pada Pasal 1 angka (2) UU No. 10 Tahun 1998, walaupun redaksinya mengalami penambahan, akan tetapi tetap mencantumkan fungsi bank. โ€œBank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka mengangkat taraf hidup rakyat banyak.โ€ Upaya peningkatan taraf hidup rakyat banyak inilah yang merupakan fungsi bank sebagai agen pembangunan. Sesuai dengan sistem ekonomi kerakyatan yang dimuat dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), perbankan nasional berfungsi sarana pemberdayaan dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Untuk mencapai perbankan Indonesia harus memiliki komitmen. Komitmen ini oleh Nyoman Moena diterjemahkan ke dalam bahasa perbankan, yaitu perbankan Indonesia berfungsi sebagai : 15 ๏‚ท Lembaga kepercayaan; ๏‚ท Lembaga pendorong pertumbuhan ekonomi; ๏‚ท Lembaga pemerataan. Dan diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk tanggung jawab, maka bentuk-bentuk tanggung jawab perbankan, adalah : ๏‚ท Tanggung jawabprudential (bank harus sehat); ๏‚ท Tanggung jawab komersial (bank harus untung); ๏‚ท Tanggung jawab finansial (bank harus transparan); ๏‚ท Tanggung jawab sosial (kemampuan mengakomodir hsrspsn stake holderes secara adil). Sedangkan menurut Heru Sopraptomo, sebagai agen dari pembangunan, bank diharapkan dapat memberikan kontribusi pada usaha 15 Nyoman Moena, Rangkuman Sajian Analisis Efisiensi dan Efektifitas Hukum Perbankan, Makalah pada Pertemuan Ilmiah BPHN, Desember 1996, hal. 1-2 mengingatkan tabungan nasional, menumbuhkan kegiatan usaha dan meningkatkan alokasi sumber-sumber perekonomian. 16 Selanjutnya berkenaan dengan Peran Perbankan, Muchdarsyah Sinungan menyebutkan empat peran yang secara umum dapat dilihat dalam hubungan : 17 ๏‚ท Bank dan pembangunan ekonomi; ๏‚ท Bank dan kebijaksanaan moneter; ๏‚ท Bank dan penciptaan uang; ๏‚ท Bank dan ekonomi masyarakat. (b) Konsep Pembiayaan Bank pada Tatanan Perekonomian Masyarakat Madani. Konsep โ€œmasyarakat madaniโ€ pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh Anwar Ibrahim, mantan wakil Perdana Menteri / Menteri Keuangan malaysia pada Seminar dalam Festifal Istiqlal tahun 1995. 18 Mengenai hal ini Dawam Rahardjo mengatakan bahwa berbicara tentang masyarakat madani harus ditarik ke akar sejarahnya yaitu โ€œnegara madinahโ€ yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya Dawam Rahardjo mengatakan bahwa secara historis โ€œMasyarakat madaniโ€ bersifat urban, kota dan โ€“ jika dibandingkan dengan masyarakat baduy selalu berkelana โ€“ berperadaban yang halus (civilized), secara normatif โ€œmasyarakat madaniโ€ boleh juga digambarkan sebagai โ€œkhairu ummahโ€ (umat terbaik). Tetapi sebagai istilah teknis โ€œmasyarakat madaniโ€ dijadikan sama dengan โ€œmasyarakat wargaโ€, yaitu sebagai usaha untuk menterjemahkan konsep civil society. Makalah ini tidak akan banyak membahas mengenai masyarakat madani, namun jika dihubungkan dengan pendapat Dawam Rahardjo bahwa secara historis masyarakat madani adalah masyarakat yang didirikan oleh Nabi Muhammad SAW pada masa pemerintahannya di Kota Madinah โ€“ yang nota bene melaksanakan syariโ€™ah Islam dalam berbagai hal-, makia makalah ini akan membahas salah satu sisi dari masyarakat madani yang sangat berperan dalam kehidupan perekonomian negara, yaitu perbankan yang berdasarkan syariat Islam. 16 Heru Soepraptomo, Analisis Ekonomi Terhadap Hukum Perbankan, Makalah pada Pertemuan Ilmiah tentang Analisa Ekonomi terhadap Hukum dalam Menyongsong Era Globalisasi, BPHN โ€“ Departemen Kehakiman, Jakarta, 10-11 Desember 1996, hlm. 1 17 Muchdarsyah Sinungan, Uang dan Bank, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hlm.1 18 Kata pengantar dari Taufiq Abdullah pada Buku M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani : Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, LP3ES, Jakarta, 1999, hlm. xxii. Kegiatan perbankan sebagai salah satu institusi perekonomian Islam, yaitu Al-Qurโ€™an dan Sunnah. Oleh karenanya perbankan tidak dapat dilepaskan dan tercabut dari nilai-nilai ajaran Islam. Ajaran Islam terdiri dari tiga komponen, yaitu : Aqidah, Syariah dan Akhlaq. Aqidah sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan berbedanya waktu dan tempat. Syriah senantiasa diubah menurut kebutuhan dan taraf peradaban ummat dimana seorang rosul di utus. Asas penetapan syariah Islam adalah menghilangkan keberatan dan tidak menyulitkan, menciptakan kamaslahatan dan menciptakan kadilan. 19 Syariah Islam sebagai suatu syariat yang dibawa oleh rosul terakhir memiliki sifat yang comprehensif dan universal. Comprehensif berarti merangkum seluru aspek kehidupan manusia baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Universitas artinya skema berikut ## ISLAMA COMPREHENSIVE WAY OF LIVE 19 Muhammad Djafar, Pengantar Ilmu Fiqh:Suatu Pengantar tentang Ilmu Hukum Islam dalam Berbagai Mazhob, Jakarta, Kalam Mulia, 1993, hlm. 30-42. ISLAM AKHLAK SPECIAL RIGHTS PUBLIC RIGHTS INTERIOR AFFAIRS EXTERIOR AFFAIRS CRIMINAL LAWS CIVIL LAWS EXTERIOR AFFAIRS ADMINISTRATIVE FINANNCE CONSTITUENCY LEASING BANKING MORTAGE INSURANC E VENTURE ; CAP SYARIAH AQIDAH IBADAH MUAMALAT Dari skema tersebut dapat dilihat bahwa lembaga perbankan adalah suatu institusi perekonomian yang merupakan dari wujud muamalah. Perbankan sebagai salah satu institusi ekonomi dal;am sistim ekonomi islam.sistem ekonomi islam itu sendiri menurut Amin Azis, 21 adalah sistem ekonomi yang kebijakan-kebijakan atau keputusan- keputusan yang diambil dalam melaksanakan kebijakan ekonomi yang dipengaruhi / dilandasi oleh syariah islam. Perekonomia islam berpedoman pada prinsip-prinsip ekonomi islam ,yaitu: 22 (a) Manusia adalah mahluk pengemban amanat Allah untuk memakmurkan kehidupan dibumi, dan diberi kedudukan sebagai khalifah (wakilnya) yang wajib melaksanakan petunjukNya; (b) Bumi dan langit seisinya diciptakan untuk melayani kepentingan hidup manusia, dan ditundukan kepadanya untuk memenuhi amanat Allah.Allah jugalah pemilik mutlak atas semua ciptaanNya; (c) Manusia wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya; (d) Kerja adalah yang sesungguhnya menghasilkan (produktif); (e) Islam menentukan berbagai macam bentuk kerja yang halal dan yang haram, kerja yang halal saja yang dipandang sah; (f) Hasil kerja manusia diakui sebagai miliknya; (g) Hak milik manusia diakui kewajiban โ€“ kewajiban yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat. Hak milik berfungsi sosial; (h) Harta jangan beredar di kalangan kaum kaya saja, tetapi diratakan dengan jalan memenuhi kewajiban-kewjiban kebendaan yang telah 21 Amin Azis, Tantangan ,Prospek dan strategi sistem perekonomian syariah di Indonesia dilihat dari Pengalaman Pengembangan BMT,PINBUK,Jakarta,1996, hlm.2 22 Ahmad Ashar Basyir, artikel pada Berbagai Aspek Ekonomi Islam (editor M Rusli Karim), P3EI-FE UII bekerja sama dengan penerbit Tiara Wacana Yogyakarta,1992, hlm. 13-14. ditetapkan dan menumbuhkan kepedulian sosial berupa anjuran macam shodaqoh; (i) Harta difungsikan bagi kemakmuran bersama tidak hanya ditimbun tanpa menghasilkan sesuatu dengan jalan diperkembangkan secara sah; (j) Harta jangan dihambur โ€“ hamburkan untuk memenuhi kenikmatan melapaui batas. Mensyukuri dan menikmati perolehan usaha hendaklah dalam batas yang dibenarkan saja; (k) Memenuhi kebutuhan hidup jangan berlebihan, jangan dikurang tetapi secukupnya; (l) Kerjasama kemanusiaan yang bersifat saling menolong dalam usaha memenuhi kebutuhan ditegakkan; (m) Nilai keadilan dalam kerjasama kemanusiaan ditegakkan; (n) Nilai kehormatan manusia dijaga dan dikembangkan dalam usaha memperoleh kecukupan kebutuhan hidup; (o) Campur tangan negara dibenarkan dalam rangka penertiban kegiatan ekonomi menuju tercapainya tujuan, terwujudnya keadilan sosial. Salah satu bagian penting dari ilmu ekonomi adalah pembangunan ekonomi yang dalam pandangan Islam pembangunan ekonomi terdapat faktor-faktor yang merupakan determinan โ€“ determinan, yaitu : 23 (a) investible resources; (b) Human resources; (c) Entrepenuership; (d) Technology. Memperhatikan prinsip โ€“ prinsip ekonomi Islam, tampak bahwa Islam menghendaki produktivitas. Oleh karenanya diberikan insentif baik insentif moral maupun insentif ekonomi terhadap usaha-usaha yang produktif. Islam menghargai human resources yang menghendaki kualitas, baik aspek profesi maupun aspek moralnya. Motivasi untuk berusaha secara produktif, memiliki entrepeneurship dalam bentuk kerja yang halal, mencela adanya sumber yang tidak termanfaat dengan baik (ide), melarang segala bentuk penimbunan (hording). Dalam upaya mengalokasikan sumber ekonomi secara efisien inilah Islam menawarkan suatu sistem finansial dengan konsep bagi hasil sebagai built is system yang tercermin dalam produk Al Mudharabah dan Al Musyarakah. Konsep bagi hasil merupakan konsep ekonomi yang berlandasan pada hubungan akad perniagaan dalam konsep ekonomi Islam, yaitu hubungan akad bersyarikat (Syirkah). Selain itu dikenal akad jual beli (Baiโ€™u), akad sewa (Al Ijaroh), akad titipan (Al Wadiโ€™ah), akad kaminan (Al Kafalah), akad perwakilan (Al Joโ€™alah). 23 Dirangkum dari M. Ayafiโ€™i Antonio Op. Cit., hlm. 3 - 10 Kaitannya dengan betuk-bentuk pembiayaan Perbankan Syariah, Al Mudharabah dan Al Musyarakah merupakan produk bank dalam pemberian / penetapan dana kepada masyarakat yang dalam istilah bank konvensional disebut kredit. Penjanjian pembiayaan ini bersumber dari konsep Islam tentang uang, di mana dalam Islam uang bukan sebagai komoditi yang bisa menghasilkan bunga atau laba, selain tujuan bersumber dari konsep perbankan Islam di mana pemegang saham, deposan, investor dan peminjam berperan serta atas dasar mitra usaha. 24 Sehingga dalam perbankan Islam hubungan bank dengan para kliennya / nasabah adalah sebagai mitra investor dan pedagang, bukan hubungan kreditur-debitur. Dewasa ini konsep Bank Syariah, khususnya dan sistem ekonomi Islam umumnya telah menarik banyak negara bahkan negara-negara di mana umat Islam sebagai golongan minoritas seperti di Amerika Serikat dan Inggris, gencar melakukan penelitian dan pertemuan ilmiah untuk memperbincangkan sistem ekonomi Islam, seperti Islamic Finance, Syariโ€™ah Issues in Islamic Finance, Islamic Economic and Finance, selain diperbincangkan di kampus, juga lembaga-lembaga seperti Masyarakat Islam Amerika Utara (Islamic Society of North Amerika โ€“ ISNA ) secara berkesinambungan melakukan rangkaian panjang pembicaraan tentang ekonomi Islam. 25 Di Indonesia Sesuai dengan Sistem Ekonomi Kerakyatan, dalam tatanan ekonomi Masyarakat Madani yang dicita โ€“ citakan, Perbankan Syariโ€™ah bukan saja memberikan kemungkinan terbelanya golongan masyarakat yang rentan, tetapi juga terjaganya dengan baik solidaritas sosial. (c) Implementasi Pembiayaan pada Bank Syariah di Indonesia. Seperti telah diuraikan, bahwa bank syariah dalam beroperasinya menggunakan atau berdasarkan pada konsep akad / perjanjian perniagaan. Pada bagian ini telaah tentang pembiayaan pada Bank Syariah dibatasi hanya pembiayaan yang berdasarkan pada prinsip bagi hasil yang diwujudkan dalam pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. Bank syariโ€™ah di Indonesia mulai beroperasi sejak tahun 1990-an yaitu dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia. 26 Kelahiran Bank Syariah di Indonesia boleh dikatakan terlambat, jika dibandingkan dengan 24 Buku Pedoman Penyaluran Dana Bank, Bank Muamalat Indonesia, Jakarta, 1992, hlm. 2 25 Harian Umum Republika, 12 November 1999. 26 Tanggal 1 November 1999 beroperasi sebuah Bank Syariah lainnya, yaitu Bank Syariah Mandiri, Republika, 11 November 1999. di negara-negara lain. 27 Timbul pro-kontra pada awal berdirinya Bank Muamalat Indonesia. Arfin Siregar โ€“ Menteri Perdagangan pada waktu itu โ€“ menanggapi positif kehadiran Bank Muamalat Indonesia, menurunkan karena selain nasabah tidak dibebani bunga sebagaimana pola operasional bank โ€“ bank kebanyakan sekarang ini, bank ini ditekankan harus mampu menjalin hubungan yang akrab dengan setiap nasabahnya. 28 Sementara J.B. Sumarlin mengatakan bahwa keberadaan BMI sangat baik untuk bisa melengkapi sesuatu yang sekarang belum dijangkau oleh bank biasa, mungkin juga tidak hanya melengkapi tetapi memperbaiki hal-hal yang kurang ditangani bank-bank umum lainnya. 29 Berbeda dengan Arifin Siregar dan J.B. Sumarlin, Prayogo dan James Triady menganggap BMI kurang tepat jika berstatus sebagai bank, menurutnya lebih tepat lembaga modal ventura, seperti yang dikemukakan Prayogo, Jame T Riyady mengatakan bahwa status BMI sebagai bank perlu ditinjau kembali, lembaga keuangan berasaskan Islam ini akan lebih tepat jika dikatagorikan ke dalam bidang usaha modal ventuea. Menurutnya BMI akan menerapkan sistem bagi hasil tidak menerapkan sistem bunga maka lebih tepat modal ventura. 30 Sementara Bomer Pasaribu mengatakan bahwa kehadiran bank dengan sistem profil sharing (bagi hasil) sudah menunjukkan ketangguhannya di Negara Islam termasuk di Negara Jiran Malaysia. 31 Megenai apakah BMI bisa kompetitif dengan bank lain, Kwiek Kian Gie mengatakan bahwa BMI bisa lebih kompetitif dibandingkan dengan bank-bank biasa oleh karena tidak mengenal bunga. Yang menaruh uang di BMI dilandasi oleh suatu keyakinan religius, tidak mencari keuntungan komersial, dengan demikian tidak menuntut in โ€“ itu sebagaimana dengan orang yang menyimpan uang pada bank umum. Dana kolektif yang berhasil dihimpun BMI membawa dampak positif dalam misi pemerataan, karena setiap keuntungan dihitung dari kepentingan untuk orang banyak, tidak terkumpul pada orang seorang. 32 Apa yang dikemukakan Kwiek Kian Gie, belum terbukti seluruhnya, masih perlu waktu untuk dapat melihat Bank Muamalat Indonesia bisa bersaing atau mengungguli bank-bank konvensional lainnya, namun saat ini mana dunia perbankan nasional tengah dilanda krisis, sehingga banyak bank konvensional yang โ€œberguguranโ€ BMI tetap eksis. Selain itu 27 Sebagai perbandingan : Faysal Islamic Bank Sudah berdiri tahun 1407, Dubai Islamic Bank tahun 1975, The Sharia Investmen Service, Genewa tahun 1980, Bahrain Islamic berdiri tahun 1978, Bank Islam Malaysia Berhard tahun 1987. 28 Harian Umum Berita Yudha, 30 Agustus 1991 29 Harian Umum Pelita, 7 November 1991 30 Harian Umum NERACA, 24 Oktober 1991 31 Harian TERBIT, 5 November 1991 32 Harian Umum PELITA, 7 November 1999 banyaknya bak konvensional yang berminat mengembangkan Bank Syariah, hal ini dapat menunjukkan bahwa bank Syariah dapat berdiri sejajar atau bahkan jika diklola dengan baik, dapat mengungguli bank konvensional. Perlu dicatat prestasi BMI dengan penerapan prudential banking, BMI membukukan keuntungan lebih baik dari rata-rata industri perbankan dalam lima tahun pertama. BMI tetap survive melalui gejolak moneter 1997 โ€“ 1998. 33 Bank Syariah kini mendapatkan banyak dukungan. Secara kelembagaan Bank Indonesia menempatkan prioritas tinggi yang pertumbuhan dan pengembangan Bank Syariah. Berbagai bentuk ketentuan dan pendirian badan-badan yang diperlukan serta pengiriman staf senior Bank Indonesia untuk mempelajari perkembangan Bank Syariah ke universitas - universitas terkemuka di luar negeri. 34 Pengertian Perjanjian Pembiayaan adalah : โ€œSuatu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum antara bank dengan nasabah dalam hal bank berjanji untuk memberikan fasilitas kepada nasabah dan pihak nasabah berwenang untuk mengelola pembiayaan tersebutโ€. 35 Sedangkan pengertian yuridis formal terdapat dalam UU No. 10 tahun 1998 Pasal 1 angka 12 โ€œPembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.โ€ Pengertian Pembiayaan Mudharabah, yaitu : โ€œSuatu perjanjian pembiayaan antara bank dengan nasabah, di mana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi usaha kegiatan tertentu dari nasabah. Sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank dan bank mempunyai hak untuk mengajukan usul, melakukan pengawasan serta mendapatkan imbalan atau keuangan yang ditetapkan atas dasar persetujuan kedua bbelah pihak. Apabila terjadi kerugian atas usaha yang dibiayai tersebut, maka kerugian tersebut ditanggung 33 Harian Umum Republika, 11 November 1999. 34 Harian Umum Republika, 11 November 1999 35 Buku Pedoman Hukum Penyaluran Dana Bank Muamalat Indonesia, Jakarta, 1992, hlm. 2 sepenuhnya oleh bank, kecuali kerugian akibat kelalaian dari nasabahโ€. 36 sedangkan Pembiayaan Mudharabah, yaitu : โ€œSuatu perjanjian pembiayaan di mana bank menyediakan sebagai dari pembiayaan bagi usaha tertentu, sebagian lain disediakan oleh nasabah. Bank dapat ikut serta dalam manajemen usaha tersebut serta bank mengadakan kesepakatan tentang pembagian keuntungan dengan mitra usaha atas dasar perjanjian kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung bersama sesuai dengan pangsa pembiayaan masing- masing.โ€ 37 Selanjutnya marilah kita lihat perbedaan substansial antara perjanjian Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah dengan Perjanjian Kredit Bank. Sebagai suatu jenis usaha penyaluran dana perbankan yang beroperasi berdasarkan Undang-undang Perbankan Perjanjian Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah tentu saja memiliki persamaan dengan Perjanjian Kredit Bank. 38 Oleh karena itu sebelum melihat bagaimana perbedaan substansial antara Perjanjian Musyarakah dan Mudharabah dengan Perjanjian Kredit Bank, akan diuraikan terlebih dahulu persamaannya. Perjanjian Kredit bank dan Perjanjian Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah memiliki kesamaan dalam hal sifat perjanjiannya, yaitu bersifat konsensuil โ€“ riel. 39 Bentuk perjanjian tertulis dan menggunakan standar kontrak. 40 Objeknya berupa uang, disyaratkan adanya jaminan dan memiliki unsur kepercayaan, tenggang waktu, risiko, 41 36 Warkum Sumitro Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait. Rajawali Pers. Jakarta. 1997. Hlm 12. 37 Warkum Sumitro, ibid. hlm. 92 38 Karena adanya persamaan ini, banyak orang mengatakan bahwa bank konvensional dan bank Islam sama saja, yang berbeda hanya namanya. 39 Perjanjian bersifat konsensuil artinya perjanjian telah dianggap sah sejak adanya kata sepakat. Sedangkan perjanjian ini. Herlina. Materi Kuliah Hukum Perikatan (Editor Tevieldy Nevawan), Ikatan Mahasiswa Notariat UNPAD. Bandung 1995. Hlm. 16. 40 Perjanjian baku (standar controct) sebagai perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir โ€“ formulir. Mariam Darus Badruzzaman. Perjanjian Kredit Bank. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1998. Hlm. 48 41 Risiko dalam Pembiayaan Musyarakah dan Mudhorobah lebih tinggi, karena bank selain berhak mendapatkan, bagi hasil berupa keuntungan yang diperoleh dari usaha yang didanai dari pembiayaan yang diberikan, juga berkewajiban untuk berbagai kerugian. prestasi dan kontra prestasi. 42 Persamaan lainnya antara Kredit bank dan Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah dapat dilihat dari isi perjanjiannya, yaitu : Jumlah utang, besar bunga/porsi bagi hasil, cara pembayaran, waktu pelunasan, dan agunan. Setelah melihat persamaan-persamaan Kredit Bank dan Pembiayaan Musyarakah dan mudharabah, akan diuraikan perbedaab keduanya. Pada makalah ini akan diuraikan perbedaan kontruksi hukum yang menimbulkan konsekuensi terhadap terhadap perbedaan kontra prestasi. Untuk melihat komtruksi hukum perjanjian Kredit Bank, kita harus melihat pada Undang-Undang Perbankan atau pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk selamjutnya ditulis KUH Perdata). Namun keduanya tidak mengatur secara khusus mengenai hal ini. Undang โ€“ Undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang-Undang No 7 Tahun 1992 Tentang perbankan tidak memberikan definisi Tentang Perjanjian Kredit. Namun memberikan pengertian Tentang Kredit, yaitu : โ€œ Penyediaan uang atau tagiajan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan perjanjian persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjan untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga โ€œ. Kontruksi Perjanjian Kredit dengan mengacu pada Perjajian Pinjam Meminjam ini menimbulkan berbagai pendapat di antara para pakar Marhaenis Abdul Hay berpendapat bahwa Perjajian Kredit Bank identik dengan Perjanjian Pinjam Mengganti yan g diatur dalam BAB XIII KUH Perdata. Sementara Mariam Darus Badrul Zaman, 43 berpemdapat bahwa Perjanjian Kredit bank adalah Perjanjian pendahuluan dari Perjanjian Penyerahan Uang. Perjanjian Pendahuluan ini merupakan hasil pemufakatan antara pemberi dan penerima kredit. Mahkamah Agung RI dari Leputusan โ€“ Keputusan secara apriori telah mamasukan Perjanjian Kredit Bank ke dalam Perjanjian Pinjam Mengganti seperti yang dimaksud dalam Pasal 1754 KUH Perdata. 44 Namun Munir Fuady dan Remy Syahdaeni tidak sepakat denganpendirian Mahkamah Agung dan memasukan Perjanjian Kredit Bank ke dalam Perjanjian Tidak Bernama. Argumentasi yang dikemukakan adalah karena 42 Kontra prestasi pada Kredit Bank berupa bunga sedangkan kontra prestasi pada Pembiayaan Musyarakah dan Mudharabah berupa pembagian hasil keuntungan. Mengenai hal ini akan diuraikan pada bagian berikutnya. 43 Mariam Darus Badrulzaman.Op.Cit.,hlm. 30 035 44 Sutan Remmy Syahdaeni, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang seimbang bagi para pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia. Jakrta . 1993, hlm 156 tidak ada pengaturannya secara khusus dalam KUH Perdata dan KUH Dagang dan yang terutama karena Perjanjian Kredit Bank memiliki karakteristik tertentu yang tidak sama dengan perjanjian-perjanjian khusus yang diatur dalam Bab XIII Buku III KUH Perdata. Karakteristik yang berbeda tersebut antara lain Dalam hal tujuan penggunaan uang, dan cara pengembalian uang. Dari uraian di atas tampaknya bahwa para pakar belum sepakat mengenai konstruksi hukum Perjanjian Kredit Bank. Selanjutnya menenai konstruksi hukum Perjanjian Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah, para pakar seperti Afzaul Rahman sepakat memasukkannya sebagai perjanjian yang didasarkan pada hubungan perniagaan Syirkah 45 (syarikat / persekutuan). Konstruksi hukum Perjanjian Pembiayaan Mudharabah dan pembiayaan Musyarakah yang berdasarkan pada hubungan perniagaan syirkah ini memiliki persamaan dengan perjanjian persekutuan perdata (maatschap) yang diatur dalam pasal 1618 s.d. 1652 KUH Perdata. โ€œPerseroan / maatschap adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih mengingatkan diri untuk mrmberikan sesuatu kedalam persekutuan dengan maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya.โ€ Tujuan perjanjian perseroan / persekutuan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang harus dibagi antara anggotanya. Para pihak melakukan usaha dengan bersama-sama memberikan inbreng pada persekutuan dan para pihak berhak untuk mendapatkan bagian dari keuntungan yangtelah diperoleh dan sama-sama memikul kerugian yang diderita. Unsur-unsur perjanjian perseroan / persekutuan adalah : 46 1. Pemasukan / inbreng,pemasukan/inbreng ini menurut pasal 1619 ayat (2) dapat berupa uang, barang /benda, tenaga kerja, keahlian. 2. Tujuannya untuk mendapatkan keuntungan yang dibagikan kepada para anggotanya. Walopun konstruksi hukum Perjanjian Musyarakah dan Perjanjian Mudharabah memiliki kesamaan dengan Perjanjian Persekutuan/Perseroan, namun terdapat perbedaan dalam hal pembagian hasil keuntungan. Dalam Persekutuan Perdata, pembagian nisbah bagi hasil di atur dalam Pasal 1633 s.d, 1635, Pasal 1633 (1) KUH Perdata menentukan : โ€œjika di dalam persekutuan atau perserikatan tidak telah ditentukan bagian masing-masing persero atau anggota 45 Afzalur Rahman, Op. Cit., hlm. 38 46 Sri Redjeki Hartono, Bentuk-Bentuk Kerjasama dalam Dunia Niaga, Fakultas Hukum Univ. 17 Agustus 1945. Semarang, 1983, Hlm.13. dalam untung ruginya perseroan atau perserikatan, maka bagian masing-masing adalah seimbang dengan apa yang telah dimasukkan dalam perseroan perserikatanโ€. Karakterstik yang berbeda tersebut antara lain Dalam hal tujuan penggunaan uang, dan cara pengembalian uang. Dari bunyi pasal di atas, tampak bahwa pembagian hasil keuntungan diserahkan pada skesempatan bersama. Akan tetapi jika tidak diperjanjikan, maka pembagian keuntungan dilaksanakan secara proporsial. Hal yang secara prinsip berbeda adalah apa yang diatur dalam Pasal 1633 ayat (2) KUH Perdata di mana untuk persero atau anggota yang hanya memasukkan kerajinannya โ€“ dalam arti yang luas adalah tenaga, skill, manajemen โ€“ bagian keuntunan yang akan diperolehnya sama dengan bagian persero yang memasukkan uang atau barang yang paling sedikit. Cara pembagian seperti ini tidak sesuai dengan nilai-nilai keadilan yang dianut Bangsa Indonesia. Pembentuk undang โ€“ undang yang dilandasi oleh pemikiran materalisme kurang menghargai aspek kemanusiaan, yang tenaga kerja, baik fisik maupun pemikiran padahal untuk masa sekarang profesionalisme, skill, kualitas sumber daya manusia merupakan unsur penting dalam proses produksi. Dengan demikian pembagian hasil keuntungan yang diatur dalam Pasal 1633 ayat (2) KUH Perdata tidak memperhatikan asas โ€“ asas kemanusiaan dan keadilan sosial (Sila kedua dan keempat dari Pancasila). 47 Pembagian hasil keuntungan pada Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah ditetapkan oleh para pihak. Dan dalam praktek Pembiayaan Mudharabah, nisba bagi hasil bagi nasabah sebagai enterpreneur yang memasukkan modal berupa tenaga / keahliannya lebih besar dibandingkan dengan Bank yang memasukkan modal 100% berupa uang. Konstruksi hukum yang berbeda antara Perjanjian Kredit dan Perjanjian pembiayaan menimbulkan kontra prestasi yang berbeda. Dalam Perjanjian Kredit Bank, nasabah sebagai debitur harus mengembalikan kreditnya disertai dengan imbalan bunga (Pasal 1 angka 11 UU No. 10 tahun 1998), sementara dalam Perjanjian Pembiayaan Bagi Hasil, nasabah sebagai mitra usaha selain harus mengembalikan uang sejumlah pembiayaan yang telah diberikan, juga disertai pembagian hasil keuntungan merupakan dari usaha yang fundamental yang membedakan Kredit Bank dengan Pembiayaan Berdasarkan Bagi Hasil. Dilihat secara sepintas, tampaknya tidak ada perbedaaan antara bunga dan imbalan atau pembagian hasil keuntungan karena keduanya merupakan kontra yang 47 HMN Purwosutjipto. Hukum Dagang di Indonesia Tentang Perusahaan. harus diberikan debitur kepada bank atas fasilitas yang disediakan oleh bank. Akan tetapi berdasarkan fasilitasnya, secara prinsip hal ini sangat berbeda. Dalam kontra prestasi berupa bunga, besar prosentase bunga telah ditetapkan pada saat Perjanjian Kredit di tandatangani dan berlaku pada perjanjian tersebut dilaksanakan, dengan tidak melihat perkembangan situasi keuangan debitur, apakah usaha debitur mengalami perkembangan, kemunduran atau mungkin dalam keadaan collaps, atau bahkan sampai mengalami pailit. Dalam hal usaha debitur mengalami kemajuan yang pesat, maka debitur sendirilah yang akan menikmatinya sedangkan bank tetap menerima pengembalian pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan yang telah diperjanjiakan sehingga tidak turut serta menikmatinya. Demikian sebaliknya dalam hal usaha debitur mengalami kemunduran atau bahkan sampai pailit, debitur sendirilah yang harus mananggung kerugian tersebut, walaupun misalnya kemunduran usaha tersebut bukan semata โ€“ mata karena kesalahan debitur tetapi misalnya karena adanya perubahan situasi perekonomian โ€“ seperti yang sekarang ini terjadi โ€“ atau karena adanya kebijakan tertentu dari pemerintah. Sehingga dalam keadaan demikian debitur harus membayar pokok pinjaman ditambah dengan bunga bahkan dalam kasus-kasus tertentu jika debitur terlambat melaksanakan kewajibannya seringkali dibebani bunga berbunga yang semakin memberatkan. Hal ini berbeda Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil kedua belah pihak โ€“ bank dengan debitur โ€“ sebagai mitra usahaberdasar atas keadilan dan kebersamaan, bersama โ€“ sama mendapatkan keuntungan jika usaha debitur mengalami kemajuan dan menanggung kerugian jika mengalami kemunduran. Perbedaan berikutnya adalah klausula โ€“ klausula yang terdapat Perjanjian Kredit dan klausula โ€“ klausula dalam Perjanjian Mudharabah dan Musyarakah. Memperhatikan akta Perjanjian Kredit Bank dan Perjanjian Pembiayaan baik Pembiayaan Mudharabah maupun Pembiayaan Musyarakah, maka terdapat klausula โ€“ klausula yang sama di mana klausula โ€“ klausula ini terdapat dalam semua perjanjian tersebut. Tetapi ada beberapa klausula yang terdapat dalam akta Perjanjian Kredit namun tidak terdapat dalam akta Perjanjian Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam tabel di bawah ini. ## Klausula โ€“ klausula dalam Perjanjian Kredit Bank 48 dan dalam Perjanjian Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. No. Klausula dalam akta Perjanjian Perjanjian Kredit Perj.Pembiayaan Mudharabah - Musyarakah 1 Maksimun kredit, jangka waktu, tujuan, izin tarik V V 2 Bunga, commitment fee dan dena kelebihan tarik V V 3 Kuasa bank untuk melakukan pembebanan atas rekening pinjam nasabah debitur. V V 4 Representation and warranties V V 5 Condition precedent V V 6 Agunan dan Asuransi V V 7 Berlakunya syarat โ€“ syarat dan ketentuan berlakunya hubungan rekening koran bagi perjanjian kredit tersebut. V V 8 Affimatife Covenants V V 9 Negative Covenants V V 10 Financial Covenants V V 11 Tindakan yang dapat diambil oleh bank dalam rangka Pengawasan, pengamanan, penyelamatan, penyelesaian kredit macet V V 12 Even of devault V V 13 Arbitrase V V 14 Miscellaneous Provisi V V Keterangan : V = ada/tercantum Sultan Remy Syahdaeni 49 dalam desertasinya mengungkapkan hasil penelitian tentang klausula โ€“ klausula dalam Perjanjian Kredit Bank yang merugikan nasabah yang sehingga kini masih digunakan. Setelah melihat akta Perjanjian Pembiayaan Mudhabrabah dan Musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia, Klausula โ€“ klausula tersebut tidak terdapat dalam Perjanjian Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. 48 Hasanuddin Rahman, Aspek โ€“ Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia (Panduan Dasar : Legal Officer), Citra Aditya Bakti. Bandung, 1995. Hlm. 162 โ€“ 163. 49 Remy Syahdaeni, Op. Cit., hlm. 193 - 239 No. Klausula dalam Perjanjian Kredit Bank Perj. Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah 1 Kewenangan bank untuk sewaktu-waktu tanpa alasan apapun juga dan tanpa pemberitahuan sebelumnya secara sepihak mengetikan kredit V - 2 Bank berwenang secara sepihak menentukan harga jual dari barang dalam hal penjualan barang agunan V - 3 Kewajiban nasabah debitur untuk tunduk pada syarat-syarat dan ketentuan mengenai hubungan rekening koran dari bank ybs namun tanpa sebelumnya nasabah debitur diberi kesempatan untuk mengetahui dan memahami syarat-syarat dan ketentuan hubungan rekening koran tersebut. V - 4 Kuasa nasabah debitur yang tidak dapat dicabut kembali kepada bank untuk dapat melakukan segala tindakan yang dipandang perlu oleh bank V - 5 Kewajiban nasabah debitur untuk tidak pada segala peraturan dan petunjuk bank yang telah ada maupun yang masih akan ditetapkan oleh bank . V - 6 Kuasa nasabah debitur pada bank untuk mewakili dan melaksanakan hak-hak nasabah debitur dalam setiap rapat Umum pemegang saham V - 7 Pembuktian kelalaian nasabah debitur secara sepihak oleh bank semata V - 8 Penetapan perhitungan bunga bank secara sepihak V - 9 Denda keterlambatan merupakan bunga terselubung V - 10 Perhitungan bunga berganda menurut praktik perbankan bertentangan dengan Pasal 1251 KUH perdata V - 11 Pengabdian Pasal 1266 dan 1277 KUH Perdata berkenaan dengan klausula events of default V - 12 Kewajiban perlunasan bunga terlebih dahulu adalah sesuai dengan pasal 1397 KUH Perdata tetapi sangat memberikan nasabah Keterangan : V = ada / tercantum = tida ada / tidak tercantum C. PENUTUP a). Kesimpulan 1. Perbankan memiliki fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan nasional sebagai lembaga perantara (financial intermediary) pihak yang memiliki dan pihak yang memerlukan dana. Sebagai agen of development, bank di Indonesia mempunyai misi untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, yaitu peran bank dalam pembangunan ekonomi, kebijaksaan moneter, penciptaan uang dan kegiatan ekonomi masyarakat. 2. Konsep bank pada Tatanan Perekonomian Masyarakat Madani harus melihat/mengacu pada Tatanan pada masa Rosululloh membangun masyarakat Madinah yang dalam seluruh aspek kehidupan berlandaskan Syariah Islam. Konsep Bank Syariah berpegang pada prinsip-prinsip ekonomi Islam. Dalam konsep Islam pemegang saham, deposan, investor maupun peminjam berperan serta atas dasar mitra usaha bukan sebagai hubungan debitur โ€“ kreditur, sehingga bank dan mitra usahanya sama-sama memperoleh pembagian hasil / keuntungan dan bersama-sama pula memikul resiko kerugian . 3. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil merupakan salah satu implementasi konsep Bank Syariah. Sistem bagi hasil ini telah dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia dalam bentuk Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah. Jika dibandingkan dengan Perjanjian kredit pada Bank Konvensional, pembiayaan ini memiliki kesamaan dan perbedaan. Perbedaan yang substansial adalah segi konstruksi hukumnya dan kontra prestasi. Selain itu hal yang cukup signifikan adalah dalam akad perjanjian pembiayaan klausul-klausul mencerminkan nilai-nilai keadilan, tidak terdapat klausul-klausul yang merugikan mitra usaha. ## b) Saran-saran 1. Salah satu kendala operasional Bank Islam adalah belum tersedianya instrumen moneter berdasarkan Syariah Islam, oleh karena semakin banyaknya bank yang berminat mengembang-kan Bank Syariah, Bank Indonesia harus segera menciptakan instrumen moneter untuk membantu likuiditas Bank Syariah. 2. Dalam praktik perbankan juga dalam banyak lapangan perekonomian, banyak digunakan perjanjian baku. Karena terdapat bargaining position yang tidak seimbang diantara para pihak, perjanjian baku ini sering kali memberatkan salah satu pihak. Untuk memberikan hak yang seimbang,perlu segera disusun Hukum Perjanjian Nasional, Khususnya Undang-Undang tentang perjanjian baku sebagai pedoman bagi perjanjian โ€“ perjanjian di bidang perbankan. 3. Bank Syariah beroperasi berdasarkan prinsip syariah,yaitu hukum Islam yang bersumber pada Al Qurโ€™an dan Sunnah . Untuk memudahkan orang memahami dan melaksanakannya perlu disusun Undang-Undang tentang Perjanjian-Perjanjian pada Bank Syariah. ## DAFTAR PUSTAKA ๏‚ง Badrulzaman, Mariamdarus.1981.Perjanjian Kredit Bank. Bandung : Citra Aditya Bakti. ๏‚ง Bank Muamalat Indonesia. 1992. Buku Pedoman Penyaluran Dana Bank. Jakarta. ๏‚ง Basyir, Ahmad Asyhar. 1992. Berbagai Aspek Ekonomi Islam. (Editor : M. Rusli Karim). Yogyakarta : P3EI-FE UII Kerjasama dengan Tiara Wacana. ๏‚ง Compton, Eric. 1991. Principle Of Banking. (terjemahan Alexander Oey). Jakarta : Akademika Pressindo. ๏‚ง Djumhana, Muhammad. 1993. Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : Citra Aditya Bakti. ๏‚ง Hasanudin. 1995. Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia (Panduan Dasar: Legal Officer). Bandung : Citra Aditya Bakti. ๏‚ง Hartono, Sri redjeki. 1983. Bentuk-Bentuk Kerjasama dalam Dunia Niaga. Semarang. FH. Universitas 17 Agustus 1945. ๏‚ง Fuady, Munir 1996. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek. Buku Kesatu. Bandung. Citra aditya Bakti. ๏‚ง โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..1996. Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek . Buku kedua. Bandung : Citra Aditya Bakti. ๏‚ง โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ..1998. Hukum Perbankan Modern Berdasarkan UU Tahun 1998. Buku Kesatu . Bandung : Citra Aditya Bakti. ๏‚ง Hasan, Juhaendah. 1995 Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda lainyang melekat pada tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas pemisahan Horisontal. Bandung : Citra Aditya Bakti. ๏‚ง Jafar, Muhammad. 1993. Pengantar Ilmu Fiqih : Suatu Pengantar Tentang Ilmu Hukum Islam dalam Berbagai Mazhab. Jakarta : Kalam Hidup. ๏‚ง Pardede, Marulak. 1995. Hukum Pidana Bank. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan ๏‚ง Rahman, Afzalur. 1995. Economi Doctrines of Islam. Yogyakarta : Dana Bakti Wakaf. ๏‚ง Rahardjo, Dawam. 1999. Masyarakat Madani : Agama, Kelas menengah dan perubahan Sosial. Jakarta : LP3ES. ๏‚ง Syahdaeni, Sutan Remi. 1993. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi para pihak dalam perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Jakarta : Institut Bankir Indonesia. ๏‚ง Sumitro, Warkum. 1996. Asas โ€“ Asas Perbankan Islam dan Lembaga โ€“ Lembaga Terkait (BMUI- Takafaul) di Indonesia. Jakarta : Raja Syafindo Persada. ๏‚ง Peraturan Perundang- undangan ๏‚ง Undang-Undang Dasar 1945 ๏‚ง TAP MPR No. IV / TAP/MPR/1988 Tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara ๏‚ง Undang-Undang No 18 Tahun 1998 Tentang Perubahan Undang- Undang No 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan. ๏‚ง Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1992 Tentang Bank Umum Sebagaimana telah Beberapa kali diubah Terakhir dengan PP No 54 Tahun 1998. ๏‚ง Peraturan Pemerintah No 30. Tahun 1999 Tentang Pencabutan Peraturan Pemerintah No 72 Tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Makalah-Makalah ๏‚ง Muladi. Perkembangan Hukum Perbankan di Indonesia dan Permasalahannya. Makalah pada Seminar perkembangan Hukum Perbankan di Indonesia Dan Permasalahnnya. Fakultas Hukum Trisakti. Jakarta. 31 Agustus 1998. ๏‚ง Muthis Thoby. Pengaruh Lembaga Perbankan Terhadap Kondisi Perekonomian Nasional. Makalah pada Seminar Perkembangan Hukum perbankan di Indonesia dan Permasalahannya. Fakultas Hukum Trisakti. Jakarta. 31 Agustus 1998. ๏‚ง Nidyo Pramono. M. Trisakti. Jakarta 31 Agustus 1998. Mengenal Lembaga Perbankan di Indonesia, Sebuah Pendekatan dari Perspektif Hukum Ekonomi. Makalah pada Penataran Hukum Perdata dan Ekonomi. FH. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 23 โ€“ 30 Agustus 1999. ๏‚ง Zainul Arifin 1996. Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Menghadapi Era Globalisasi. Disampaikan pada Seminar Nasional Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Dalam Menghadapi Era Globalisasi. ICMI ORWIL Jawa Barat. Bandung 7 September 1996. ๏‚ง Mohammad Syafiโ€™I Antonio. Bank Muamalat Indonesia sebagai Alternatif Usaha Perbankan dalam Menghimpun dan Pemberian Kredit. Badan Pembinaan Hukum Nasional โ€“ Departemen Kehakiman RI. ๏‚ง ----------------------- Tanpa tahun. Potensi dan Peranan Ekonomi Islam dalam Upaya Pembangunan Ekonomi Islam Nasional. ๏‚ง Nyoman Moena. 1996. Rangkuman Sajian Analisis Efisiensi dan Efektifitas Hukum Perbankan. Disampaikan Pada Pertemuan Ilmiah Analisa Ekonomi Terhadap Hukum. BPHN โ€“ Dep. Keh. Jakarta. ๏‚ง Heru Soepraptomo. 1996. Analisis Ekonomi Pada Hukum Perbankan. Pertemuan Ilmiah Analisis Ekonomi Terhadap Hukum. BPHN โ€“ Dep Keh. Jakarta. ๏‚ง Amin Azis. 1996. Tantangan, Prospek dan Strategi Perekonomian Syariah di Indonesia dilihat dari Pengalaman Pengembangan BMT โ€“ PINBUK. Jakarta Surat Kabar ๏‚ง Harian Umum Republika. 12 November 1999 ๏‚ง Harian Umum Republika. 4 November 1999 ๏‚ง Harian Umum Republika. 11 November 1999 ๏‚ง Harian Umum Pelita. 7 November 1991 ๏‚ง Harian Umum Berita Yudha. 30 Agustus 1991 ๏‚ง Harian Umum Neraca. 24 Oktober 1991 ๏‚ง Harian Umum Terbit. 5 November 1991.
afec539d-764b-4bd0-aae5-a78948a4103b
http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/medicahospitalia/index.php/mh/article/download/208/115
## Korelasi Antara Kadar Serum Leptin, Zinc, dan IgE pada Obesitas Mulyono*, Wistiani*, Dewi Ratih*, Saekhol Bakri ** Latar belakang : Telah diketahui bahwa kadar serum zinc berhubungan dengan kadar serum leptin pada obesitas. Di sisi lain, penelitian terdahulu menunjukkan hubungan antara obesitas dengan IgE, sebagai penanda atopi, masih inkonsisten. Belum terdapat penelitian yang menilai signifikansi korelasi obesitas dengan serum leptin, zinc, and IgE di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menilai korelasi antara kadar serum leptin, zinc, dan IgE pada anak obesitas. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang, dilakukan di Semarang, melibatkan 80 anak obesitas, laki-laki ( n =40) dan perempuan ( n =40), berusia 13โ€“14 tahun, dari Januari hingga Desember 2013, dengan kriteria inklusi anak obesitas dan menyetujui informed consent . Riwayat atopi dinilai menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC). Pemilihan subyek secara consecutive sampling . Sampel darah diambil untuk pemeriksaan kadar zinc serum menggunakan metode AAS, leptin dan IgE serum menggunakan ELISA. Analisis statistik menggunakan Pearson's correlation test . Hasil : Dari 80 subyek, rata-rata kadar serum leptin adalah 10443,15 (SD=4288,76) pg/ml, kadar serum zinc 83,29 (SD=15,56) ng/dl, kadar serum IgE 103,48 (SD=108,36) IU/ml, secara berturutan. Pengujian statistik dengan Pearson's correlation test , secara statistik tidak terdapat hubungan antara kadar serum leptin dan kadar serum zinc, tidak terdapat hubungan antara kadar serum leptin dan kadar serum IgE, dan tidak terdapat hubungan antara kadar serum zinc dan kadar serum IgE dengan nilai r = 0,137, ( p =0,227); r = -0,380, ( p =0,741); dan r = -0,146 ( p =0,195), secara berurutan. Simpulan : Tidak terdapat hubungan antara kadar serum leptin, zinc dan IgE pada anak obesitas. Kata kunci : anak obesitas, leptin, zinc, IgE, korelasi *Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang **Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang ## Abstrak Background : It has been observed that serum zinc levels directly associated with serum leptin levels in obesity. In otherwise, previous study showed the correlation between obesity and IgE, as a marker of atopy, has been inconsistent. There's a few data have reported the correlation between serum leptin, zinc, and IgE in Indonesia. The objectives of this study was to assess the correlations between serum leptin, zinc, and IgE levels in obese children. Methods : We performed a cross-sectional study in the several junior high school in Semarang, involving 80 obese children, male ( n =40) and female ( n =40), aged 13โ€“14 years, from January to December 2014, and who met the inclusion criteria. Subjects were chosen by consecutive sampling. Atopic disease was ascertained by using the International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) validated questionnaire. Blood specimens were collected to examine serum zinc levels by AAS methode, serum leptin and IgE levels by ELISA. Statistical analyze used Pearson's correlation test. Results : From 80 subjects, the mean of serum leptin levels 10443.15 (SD=4288.76) pg/ml, serum zinc levels 83.29 (SD=15.56) ng/dl, serum IgE levels 103.48 (SD=108.36) IU/ml, respectively. Pearson's correlation test revealed no correlations between serum leptin and serum zinc levels, no correlations between serum leptin and serum IgE levels, and no correlation between serum zinc and serum IgE levels with r = 0.137, ( p =0.227); r = -0.380, ( p =0.741); and r = -0.146, ( p =0.195), respectively. Conclusion : There was no correlation between serum leptin, zinc, and IgE levels in obese children. Keywords : obese children, leptin, zinc, IgE, correlations ## Abstract Correlations between serum leptin, zinc, and IgE in obesity ## Original Article Med Hosp 2015; vol 3 (1) : 42โ€“46 ## Medica Hospitalia ## PENDAHULUAN Obesitas telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan termasuk hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, kerentanan terhadap 1 infeksi. Hassin dkk. (2008) menemukan bahwa kadar serum leptin, senyawa adiponektin yang berkaitan dengan keinginan makan, lebih tinggi pada anak obesitas dibandingkan normal ( p =0.000). Hal ini mungkin berhubungan dengan kondisi pada orang obes memiliki jaringan adiposit yang memproduksi leptin beberapa kali 2 lipat dibanding normal. Apandi (2011) mengemukakan kemungkinan bahwa obesitas merupakan faktor predisposisi atau secara umum merupakan faktor yang 3 menyebabkan seorang anak obesitas mengalami atopi. Manifestasi klinis atopi berupa rinitis alergi dan asma, 4,5 dermatitis atopi, dan gastroenteropati. Hubungan antara obesitas dengan kejadian atopi masih kontroversi. Chen dkk tidak menemukan adanya perbedaan kejadian atopi antara anak obesitas dengan 6 normal. Visness melaporkan dalam hasil Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi di Amerika Serikat bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kadar 7 IgE total, atopi dan sensitisasi makanan. Kualitas makan makanan yang buruk akan mempengaruhi status mikronutrien pada penderita obesitas, salah satunya adalah zinc. Marrreiro, dkk. (2001) menemukan konsentrasi plasma zinc pada penderita obesitas kadarnya lebih rendah secara signifikan daripada orang normal. Apabila terjadi kekurangan zinc, maka k e s e i m b a n g a n T h - 1 / T h - 2 t e r g a n g g u , y a n g 8 mengakibatkan pengurangan produksi sitokin Th-1. Sesuai dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kadar serum leptin, zinc, dan IgE pada anak obesitas. ## METODE Penelitian ini adalah penelitian belah lintang, merupakan bagian dari penelitian Pengaruh Suplementasi Zinc terhadap Respon Imun Penderita Obesitas, dilakukan di Semarang, pada bulan Januariโ€“Desember 2013, dan telah mendapat persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/RSUP Dr. Kariadi Semarang No.320/EC/FK/RSDK/2013. Kriteria inklusi adalah anak sekolah berusia 11โ€“14 tahun yang mengalami obesitas berdasarkan kriteria International Obesitasity Task Force (IOTF) IMT โ‰ฅ P 95%, orangtua/wali bersedia menjadi peserta penelitian. Kriteria eksklusi adalah menderita penyakit metabolik/ kronik seperti diabetes, gangguan pencernaan kronik (kolestasis, IBS), menderita penyakit hati. P e m e r i k s a a n y a n g d i l a k u k a n m e l i p u t i pengukuran antropometri dan sampel darah vena untuk pemeriksaan kadar serum leptin, zinc dan IgE. Pengukuran tinggi badan (TB) menggunakan microtoise; berat badan (BB) menggunakan timbangan berat badan SECAยฎ 878. Pada saat pengukuran antropometri, subyek memakai baju olah raga berupa kaos tipis dan celana pendek tanpa alas kaki. Kriteria obesitas didasarkan pada IOTF yaitu seorang anak dikategorikan mengalami obesitas bila indeks massa tubuh (IMT) menurut kurva 9 CDC 2000 >persentil keโ€“95. Seluruh subyek dalam penelitian ini memiliki IMT > persentil 95. ## Pengambilan sampel darah Satu hari sebelum pengambilan sampel darah, anak-anak berpuasa 12 jam. Segera setelah mereka tiba di sekolah diambil sampel darah vena puasa (6 mL dari masing- masing anak) diambil oleh petugas mengenakan sarung tangan polietilen steril sekali pakai, bebas dari bedak atau pelapis lainnya, menggunakan jarum baja stainless vacutainer dengan penggunaan minimal torniket. Darah diambil dalam tabung bebas trace element yang telah didemineralisasi dengan asam nitrat 30% satu hari sebelumnya, dan dibilas dengan aqua yang telah didemineralisasi untuk menghindari kontaminasi mineral lain, tabung dievakuasi tanpa anti-koagulan, menggunakan sumbat silicon. Darah ditempatkan pada es sampai pemisahan dalam waktu dua jam dan dipisahkan antara plasma dan serum aliquoted dalam tabung reaksi Eppendorf. Semua parameter darah dianalisis sesuai dengan protokol standar dan semua peralatan yang digunakan (tidak termasuk barang- barang sekali pakai) didekontaminasi sebelum digunakan. Semua sampel darah diproses di laboratorium GAKY Universitas Diponegoro. ## Pemeriksaan serum leptin Pemeriksaan serum leptin menggunakan Quantikineยฎ Human Leptin Immunoassay , Katalog Nomor DLP00 berdasarkan teknik ELISA. Sebanyak 10 ยตl serum diencerkan 100 kali lipat dengan kalibrator pengencer RD5P. Sensitivitas : dosis terdeteksi minimum serum leptin biasanya kurang dari 7.8 pg/ml. Spesifitas : 50 ng/mL. Nilai normal : 4.760-20.676 pg/ml. ## Pemeriksaan serum zinc Kadar serum zinc ditentukan dengan metode atomic absorption spectroscopy (AAS). Metode ini menggunakan serum yang diencerkan lima kali lipat dan kalibrator dalam matriks gliserol 5%. Konsentrasi zinc ditentukan dengan membandingkan sinyal dari serum yang diencerkan dengan sinyal dari kalibrator berair, yang disiapkan dalam matriks gliserol dilusian (5mL/dL) untuk mensimulasikan viskositas serum yang diencerkan. Koefisien variasi (sd/berarti x 100%) untuk serum zinc adalah 15 mg/dL. Sampel yang digunakan adalah serum sebanyak 1 cc uuntuk pemeriksaan zinc. imun terhadap paparan alergen alami dengan memproduksi antibodi IgE. Pada penelitian ini disebutkan laki-laki obes (36,25%) memiliki frekuensi lebih sering mengalami kejadian atopi dibandingkan perempuan. Hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian Vieria 13 yang menyebutkan perempuan lebih sering mengalami asma dan atopi. Hassin dkk. meneliti 77 anak berusia 11,3 tahun yang memiliki BMI > persentil keโ€“95, mendapatkan kadar serum lebih tinggi pada anak obes dibanding Nilai normal adalah 80โ€“120 ng/dl. ## Pemeriksaan serum IgE Sebanyak 20 ยตL serum darah digunakan untuk pemeriksaan IgE menggunakan reagen Total Human IgE Assay Cat Ref # 1801Z berdasarkan teknik ELISA. Kadar Ig-E yang terdeteksi : 0-800 IU/ml. Spesifitas N/A, sensitifitas 5 IU/mL. Nilai normal : < 100 IU/ml. ## Analisis data Analisis data menggunakan program SPSS for Windows versi 15.0 dengan uji korelasi Pearson's . ## HASIL Dari 80 subyek yang diikutsertakan dalam penelitian, terbagi menjadi 40 subyek laki-laki dan 40 subyek perempuan. Rerata usia subyek yang mengikuti penelitian adalah 13,5 tahun. Terdapat 49 subyek yang memliki riwayat atopi dalam keluarga, terbagi menjadi : 24 subyek (30%) memiliki riwayat dermatitis atopi, 16 subyek (20%) memiliki riwayat rinitis alergi, dan 9 subyek (11,3%) memiliki riwayat asthma (Tabel 1). Rerata kadar serum leptin = 10443,15 (SB : 4288,76) pg/ml, rerata kadar serum zinc = 83,29 ( SB : 15,56) ng/dl, rerata kadar serum IgE = 103,48 (SB : 108,36) IU/ml (Tabel 2). Tabel 3 menunjukkan adanya korelasi positif lemah antara kadar serum leptin dan kadar serum zinc yang secara statistik tidak bermakna ( r : 0,137, p : 0,227), korelasi negatif sedang antara kadar serum leptin dan kadar serum IgE yang secara statistik tidak bermakna ( r : -0,380, p : 0,741), dan korelasi negatif lemah antara kadar serum zinc dan kadar IgE yang secara statistik tidak bermakna (r : -0,146, p : 0,195), secara berurutan. ## PEMBAHASAN Obesitas merupakan faktor predisposisi atau atau secara 2 umum merupakan faktor yang menyebabkan atopi. Terjadinya resistensi leptin pada orang obesitas mungkin merupakan salah satu penyebabnya. Penyebab resistensi leptin pada obesitas belum jelas, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan adanya reseptor defektif, polimorfisme reseptor, ketidakseimbangan leptin bebas dan leptin terikat, dan terhambatnya pensinyalan leptin. Resitensi leptin akan meningkatkan supresi terhadap sitokin Th1, disisi lain meningkatkan sekresi sitokin Th2 seperti IL-4, IL-5, dan IL-13. Sekresi IL-4 menyebabkan limfosit B memproduksi IgE, suatu penanda atopi.1,10,11 Atopi merupakan suatu kecenderungan untuk membentuk antibodi imunoglobulin E (IgE) sebagai 12 respon terhadap paparan alergen dosis rendah. Atopi secara genetik diturunkan untuk memberikan respon ## TABEL 1 Karakteristik subyek Variabel Usia Laki-laki n (%) Perempuan n (%) 13 tahun 14 tahun Rerata Usia (tahun) Riwayat atopi Tidak ada riwayat atopi* Dermatitis atopik Rinitis alergi Asthma 22 (27,5) 18 (22,5) 13,5 23 (28,75) 14 (17,5) 10 (12,5) 5 (6,25) 28 (35) 12 (15) 13,5 8 (10) 10 (12,5) 6 (7,5) 4 (5,0) *Sebanyak 31 subyek tidak memiliki riwayat atopi dalam keluarga, diperkirakan mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar serum leptin, zinc, dan IgE ## TABEL 2 ## Rerata hasil pemeriksaan laboratorium ## Parameter Kadar serum leptin (pg/ml) Rerata (SB) Kadar serum zinc (ng/dl) Kadar serum Ig-E (IU/ml) 83,29 (15,56) ** 103,48 (108,36) *** Keterangan : Nilai normal : *serum leptin : 476โ€“20676 pg/ml, **serum zinc 80-120 ng/dl, ***serum IgE <100 IU/ml 10443,15 (4288,76) * ## TABEL 3 Korelasi antara kadar serum leptin, zinc, dan IgE pada anak obesitas Variabel Kadar serum leptin-serum zinc Koefisien korelasi (r) Kadar serum leptin-serum IgE Kadar serum zinc-kadar IgE -0,380 -0,146 * Pearson's correlation test 0,137 p 0,741* 0,195* 0,227* ## Medica Hospitalia | Vol. 3, No. 1, Mei 2015 normal (38.6 ยฑ 21 ng/ml vs 7.8 ยฑ 6.5 ng/ml). Nolan dkk. dalam penelitiannya memperlihatkan kadar serum leptin lebih tinggi pada anak obesitas dibanding normal (22,89 ยฑ 2 6,4 ng/ml vs 11,13 ยฑ 7,48, p < 0,05). Hasil penelitian kami menunjukkan kadar serum leptin 10,.443 pg/ml, tidak dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penderita obesitas memiliki kebiasaan makan makanan yang tinggi karbohidrat dan lemak yang akan mempengaruhi status mikronutrien zinc. Tascilar (2011) dalam penelitiannya terhadap 34 anak obesitas dengan usia 10,59 ยฑ 2,90 tahun yang dibandingkan dengan 33 anak normal usia 10,71 ยฑ 2,07 tahun, mendapati bahwa kadar zinc dalam plasma 67,45 ยฑ 18,42 ng/dl vs 74,45 ยฑ 14 18,42 ng/dl dengan p =0,186. Marrreiro, dkk. (2001) menemukan konsentrasi zinc plasma pada penderita obesitas kadarnya lebih rendah secara signifikan 15 daripada orang normal. Sedangkan pada penelitian ini, sebanyak 80 subyek penelitian memiliki kadar zinc serum normal rendah (83,29 ยฑ 15,56) ng/dl. Zinc merupakan trace element yang berperan dalam 16 pembelahan, diferensiasi dan pertumbuhan sel. Secara umum respon proliferasi menjadi terbatas setelah terjadi defisiensi zinc. Aspek lain yang terpengaruh adalah polarisasi sel T helper naive menjadi sel limfosit Th1 dan Th2. Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif lemah antara kadar serum leptin dan zinc, namun nilainya tidak bermakna secara statistik ( p >0,05). Chen (2000) mendapatkan kelompok obesitas memiliki kadar leptin yang lebih tinggi pada setiap pengambilan sampel dibandingkan kelompok normal. Terdapat korelasi negatif antara kadar leptin dan zinc dalam plasma ( r : - 0.51, p : 0,012), sehingga disimpulkan bahwa zinc memegang peran pada produksi leptin di jaringan 17 adipose subkutan. Morgan dalam penelitiannya menyebutkan bahwa individu dengan atopi memiliki kadar IgE lebih tinggi daripada orang normal sebagai respon terhadap 18 alergen. Eldin dkk. dalam penelitiannya mendapatkan rerata kadar serum leptin pada penderita obesitas 510,476 ยฑ 366,407 IU/ml. Dalam penelitiannya tersebut, kadar serum leptin memiliki korelasi negatif terhadap IgE yang 2 bermakna secara statistik ( r =-0,289, p =0,049). Pada penelitian ini ditemukan kadar IgE ditemukan lebih tinggi dibanding nilai normal (103,48 ยฑ 108,36 IU/ml). Terdapat korelasi negatif yang lemah antara kadar serum zinc dengan kadar serum IgE, meskipun secara statistik tidak bermakna ( r : -0,146, p : 0,195). Hal ini mungkin dipengaruhi oleh jumlah individu yang memiliki riwayat atopi sebanyak 49 (61,25 %), sehingga mempengaruhi rerata kadar serum IgE sebagai marker atopi pada subyek penelitian ini. Kelemahan penelitian ini adalah desain penelitian belah lintang tidak menjawab kausalitas hasil pengukuran variabel penelitian. Dibutuhkan jumlah sampel yang banyak untuk memahami sebab dan konsekuensi kadar zinc yang rendah pada penderita obes. Pada penelitian ini tidak semua subyek menunjukkan klinis atopi sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. ## SIMPULAN Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara kadar leptin, zinc, dan IgE pada anak obesitas yang diperiksa. Penelitian ke depan lebih difokuskan untuk memeriksa penyebab kadar zinc yang rendah dan korelasi antara kadar zinc yang rendah dengan manifestasi atopi pada penderita obesitas. Perlu penelitian lebih lanjut untuk membedakan respon imun pada kejadian atopi antara penderita obesitas dengan normal. ## Ucapan terima kasih Penelitian ini mendapatkan dana dari Proyek Risbin Iptekdok 2013 dengan No.SK HK.02.04/I.1/1088/2013, No.DIPA 024.11.1.416151/2013. Pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Laboratorium GAKY FK UNDIP, dan seluruh pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. ## DAFTAR PUSTAKA 1. Kral JG.Morbidity of severe obesity.Surg Clin North Am. 2001;8:1039-61. 2. Eldin LB, Algamal HA, El-Dory GF, Rashad M, El-Arab SE,Allella NAA, et.al.Relation between obesity, lipid profile, leptin and atopic disorders in children. Egypt J Pediatr Allergy Immunol.2008; 6(1) : 27-34. 3. Apandi PR,Setiabudiawan B, Sukadi A.Correlation between obesity with atopy and family history of atopy in children.Paediatrica indonesiana. 2011;51:227-33 4. Matarese G, Moschos S, Mantzoros CS. Leptin in immunology.J Immunol. 2005;174:3137-42 5. Yiannakouris N, Yannakoulia M, Melistas L, Chan JL, Klismis- Zacas D, Mantzoros CS.The Q223R polymorphism of the leptin receptor gene is significantly associated with obesity and predicts a small percentage of body weight and body composition variability. Clin Endoc Metab. 2001;86:4434-9 6. Chen Y, Rennie D, Cormier Y, Dosman J. Association between Obesity and Atopy in Adults. Int Arch Allergy Immunol. 2010;153:372-7. 7. Visness CM, Kaufman JS, Liu, London SJ, Daniels JL, Yeatts B, Siega-Riz M.Association of obesity with age and allergy symptoms in children and adolescents: results from NHANES 20052006. J Allergy Clin Immunol. 2009;123:11639 8. Marreiro D,Fisberg M,Cozzolino S.Zinc Nutritional Status in Obesitas Children and Adolescents. Biological Trace Element Reseach. 2002;107-22 9. Barlow SE, The Expert Commitee. Expert committee recommendation regarding the prevention, assessment, and treatment of child and adolescent overweight and obesitasity: summary report. Pediatrics. 2007;120:S164-92. 10. Matarese G, Moschos S, Mantzoros CS. Leptin in immunology.J Immunol. 2005;174:3137-42. 11. Yiannakouris N, Yannakoulia M, Melistas L, Chan JL, Klismis- Zacas D, Mantzoros CS.The Q223R polymorphism of the leptin receptor gene is significantly associated with obesity and predicts a small percentage of body weight and body composition variability. Clin Endoc Metab. 2001;86:4434-9. 12. Kay AB. Allergy and allergic diseases. N Engl J Med. 2001;344:30-7 13. Viera VJ, Ronan AM, Windt MR, Tagliaferro AR.Elevated atopy in healthy obesitas women.Am J Clin Nutr. 2005;82:504-9 14. Tascilar ME, Ozgen IT, Abaci A, Serdar M, Aykut O. Trace element in obesitas Turkish children. Biol Trace Elem Res. 2011;143:188-195 15. Marreiro D,Fisberg M,Cozzolino S.Zinc Nutritional Status in Obesitas Children and Adolescents. Biological Trace Element Reseach. 2002;107-22 16. Maret W, Sandstead HH. Zinc Requirements And The Risks And Benefits Of Zinc Supplementation. J Trace Elem Med Biol. 2006;20:3-18. 17. Chen MD, Song YM, Lin PY.Zinc may be a mediator of leptin production in humans.Life Science. 2000; 66:2143-9. 18. Morgan et al. Correlation between zinc and immunoglobulin E.Journal of Inflammation 2011, 8:36
2d56afbd-c3e2-447e-864c-912c4ede4c57
https://ejournal.unibabwi.ac.id/index.php/BIOSENSE/article/download/3565/2363
Karakteristik Morfometrik Bivalbia Di Kawasan Padat Industri Di Pesisir Langkat Sumutra Utara ## KARAKTERISTIK MORFOMETRIK BIVALBIA DI KAWASAN PADAT INDUSTRI DI PESISIR LANGKAT SUMUTRA UTARA Indri Hariani, Abdul L. Mawardi * , T. Hadi Wibowo Atmaja FKIP, Universitas Samudra Jl, Prof. Dr. Syarief Thayeb, Meurandeh, Kec. Langsa Lama, Kota Langsa, Aceh 24416 Indonesia e-mail: [email protected] ## Abstrak Kawasan pesisir Pangkalan Susu merupakan salah satu tempat dengan biota laut yang bermacam-macam. Pangkalan Susu selain sebagai tempat pemijahan dan sumber nutrisi, wilayah pesisir juga menjadi sumber makanan bagi berbagai biota laut, termasuk gastropoda dan bivalvia. Morfometri yaitu ukuran atau perbandingan ukuran tubuh bagian luar antara satu bagian dengan bagian lainnya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2023 dipesisir Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat. Pengambilan sampel dilakukan dalam plot. Bivalvia dibagi menjadi 3 kelompok ukuran panjang yaitu kelompok ukuran kecil (1,0 cm โ€“ 2,0 cm), ukuran sedang (2,1cm โ€“ 3,0 cm), ukuran besar (>3,1cm). Berdasarkan pengambilan spesies bivalvia pada setiap lokasinya, terdapat 3 spesies bivalvia yang didapatkan. 3 spesies bivalvia yang didapat yaitu Anadara granosa, Placuna placenta dan Atrina pectinata. Semua spesies bivalvia termasuk kedalam ukuran besar. Morfometrik dari ketiga spesies bivalvia menunjukkan hasil lokasi 1 menunjukkan nilai yang lebih tinggi di bandingkan lokasi 1 baik dari panjang jangkang, lebar dan bobot. Kata kunci: Bivalvia; Morfomentrik; Pangkalan Susu. ## Abstract The coastal area of Pangkalan Susu is a place with diverse marine biota. Apart from being a spawning place and source of nutrition, coastal areas are also a source of food for various marine biota, including gastropods and bivalves. Morphometry is the size or comparison of external body size between one part and another. This research was carried out in September 2023 on the coast of Pangkalan Susu, Langkat Regency. Sampling was carried out in plots. Bivalves are grouped into 3 length classes, namely small size (1.0 cm โ€“ 2.0 cm), medium size (2.1cm โ€“ 3.0 cm), large size (>3.1cm). Based on the collection of bivalve species at each location, 3 species of bivalves were obtained. The 3 species of bivalves obtained were Anadara granosa, Placuna placenta and Atrina pectinata. All bivalve species are large in size. Morphometrics of the three bivalve species showed that location 1 showed higher values compared to location 1 in terms of length, width and weight. Keywords: Bivalves; Morphometrics; Pangkalan Susu. ## 1. PENDAHULUAN Pangkalan Susu salah satu kecamatan yang terletak di kabupaten Langkat provinsi Sumatra Utara yang merupakan daerah yang terletak dikawasan pesisir. Kawasan pesisir memiliki karakteristik yang khas yaitu vegetasi tumbuhan yang dihuni oleh tumbuhan manggrove. Mangrove yang hidup pada Kawasan tersebut antara lain family Rhizophoraceae, Sonneratiaceae, Avicenniaceae, Myrsinaceae dan Meliaceae (Akbar et al., 2015). Pangkalan Susu juga merupakan wilayah yang menyediakan nutrisi, tempat pemijahan, dan tempat mencari makan bagi beragam spesies biota laut, seperti gastropoda dan bivalvia (Nurfadilah et al., 2021). Kelas hewan dalam Filum Mollusca yang dikenal sebagai bivalvia memiliki dua cangkang, atau cangkang yang terletak di atas satu sama lain. Invertebrata diklasifikasikan menjadi beberapa spesies. Biota bentik (kerang) merupakan jenis biota yang terus menerus berada di substrat dasar perairan dalam jangka waktu yang cukup lama, biota ini sering digunakan sebagai bioindikator untuk mengukur kualitas air (PAKAYA, 2016). Banyak spesies bivalvia menghuni wilayah pesisir, dengan populasi yang relatif cukup besar tersebar di seluruh substrat habitat tempat tinggalnya. Kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bivalvia. Kehidupan bivalvia dipengaruhi oleh berbagai unsur fisik, antara lain polusi, cuaca, suhu air, dan pH air (Priani et al., 2022). Selain itu, salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi populasi bivalvia di suatu wilayah pesisir adalah aktivitas masyarakat. Pangkalan Susu terdapat banyak destinasi wisata, termasuk pantai, dan dikenal luas sebagai lokasi industri, maka banyak juga aktivitas masyarakat di sana. Ukuran atau perbandingan dimensi bagian luar tubuh antara keduanya dikenal dengan istilah morfometri. Saat ini, pemilihan ciri morfologi untuk upaya konservasi suatu spesies jarang dilakukan khususnya pada kawasan yang padat aktifitas perindustrian seperti yang terdapat di pangkalan susu. Hal ini disebabkan oleh pengujian yang tidak memadai dan kurangnya pengetahuan. Studi morfologi diperlukan karena dapat menjadi landasan untuk memahami ciri-ciri populasi. Oleh karena itu diperlukan identifikasi sebagai data awal. Sebelum melanjutkan ke tahap konservasi berikutnya, informasi tentang morfologi suatu perairan seperti morfometri dan meristik harus Karakteristik Morfometrik Bivalbia Di Kawasan Padat Industri Di Pesisir Langkat Sumutra Utara dipahami (Oto et al., 2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan morfometrik pada bivalvia yang berada diperairan yang berbeda di daerah pesisir Pangakalan Susu, Kabupaten Langkat. ## 2. METODE PENELITIAN ## 2.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pada bulan September 2023 penelitian ini dilaksanakan sepanjang garis pantai Pangkalan Susu di Kabupaten Langkat Lokasi berbeda digunakan untuk pengambilan sampel bivalvia yaitu lokasi yang dekat dengan kawasan perindustrian dan kawasan pantai pariwisata, dengan titik lokasi dipilih menggunakan purposive sampling dan mempertimbangkan keunikan lokasi penelitian [Facrul, 2007]. Karakteristik berikut ini berdasarkan rona lingkungan hidup di lokasi penelitian: Lokasi Kordinat Karakteristik Lingkungan I (Kawasan PLTU) 4ยฐ07'25.2"N 98ยฐ15'42.2"E Lokasi memiliki kawasan manggrove yang dekat dengan PLTU dan salinitas bervariasi II (Kawasan Pantai) 4ยฐ06'22.8"N 98ยฐ17'52.4"E Lokasi II merupakan kawasan pesisir yang dekat dengan tepi pantai yang memiliki salinitas bervariasi Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 1.1 Gambar 1. peta lokasi penelitian ## 2.2 Alat dan bahan Alat yang digunakan pisau, patokan (kayu), penggaris, refrakto meter, Termometer, pH meter, camera digital, timbangan dan alat tulis, sedangkan bahan yang digunakan tali dan spesies bivalvia. ## 2.3 Prosedur penelitian Pada saat air surut, pengambilan sampel bivalvia dilakukan pada pagi hari pukul 08.00-11.00 WIB. Empat plot berukuran 10 m ร— 10 m digunakan untuk proses pengambilan sampel (Mawardi dan Tri, 2017). Empat plot ditempatkan pada alur zigzag di kiri dan kanan transek yang dibuat 50 meter tegak lurus dari pantai. Bivalvia yang telah dikumpulkan kemudian dibersihkan dengan air dan siap diukur dengan penggaris dan timbangan. ## 2.4 Analisis data Bivalvia yang telah didapatkan dibagi menjadi 3 kelompok ukuran panjang yaitu kelompok ukuran kecil (1,0 cm โ€“ 2,0 cm), ukuran sedang (2,1cm โ€“ 3,0 cm), ukuran besar (>3,1cm) dari setiap spesies bvalvia (Mulki, A. B. R., 2014). ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, lokasi yang paling dominan di kumpulkan bivalvia pada kawasan pantai, sedangkan kawasan PLTU di kumpulkan bivalvia relatif lebih rendah. Pengambilan spesies bivalvia pada setiap lokasinya, terdapat 3 spesies bivalvia yang didapatkan. 3 spesies bivalvia yg didapat yaitu Tegillarca granosa , Placuna placenta dan Atrina pectinata . Ketiga spesies bivalvia tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Spesies bivalvia No Family Spesies Lokasi 1 Lokasi 2 Jumlah 1 Arcidae Tegillarca granosa + + 39 2 Placunidae Placuna placenta + + 6 3 Pinnidae Atrina pectinata + + 2 Total 47 Keterangan : + = ada spesies, - = tidak ada ## 1. Tegillarca granosa Ukuran cangkang sedang yakni 3 cm, tekstur cangkang tebal dan berat, warna dasar cangkang putih dan kream, cangkang tidak berbulu, dan habitatnya di tempat berpasir berlumpur dan dapat ditemukan di tempat berlumpur (Ginting et al., 2017). Gambar 2. Tegillarca granosa 2. Placuna placenta Placuna placenta berbentuk bulat, Placuna placenta memperlihatkan ukuran cangkang yang besar dengan bentuk simetris antara katup kiri dan kanan. Cangkangnya transparan dan menunjukkan gradasi warna jika terkena cahaya. (Ginting et al., 2017) Gambar 3. Placuna placenta 3. Atrina pectinata Anggota famili pinnidae, Atrina pectinata , disebut juga kerang kapak, dibedakan dari cangkangnya yang berbentuk trigonal, panjang, ukurannya bisa mencapai 37 cm kali 20 cm, dan berwarna kuning. (Ginting et al., 2017) Karakteristik Morfometrik Bivalbia Di Kawasan Padat Industri Di Pesisir Langkat Sumutra Utara ## Gambar 4 . Atrina pectinata Substrat hidup bivalvia mempengaruhi ketiga spesies ini. Pada awalnya terdapat lumpur, namun pada lokasi 2 hanya terdapat substrat lumpur, koral, dan berpasir. Wilayah pesisir menawarkan berbagai kualitas substrat yang sesuai untuk habitat kerang. Menurut (Nurfadilah et al., 2021), bivalvia dapat ditemukan di berbagai lingkungan, seperti substrat karang, lumpur, dan pasir. Setiap spesies bivalvia beradaptasi dengan substrat dan lingkungannya untuk bertahan hidup. bivalvia juga memanfaatkan lingkungan sebagai sumber nutrisi untuk reproduksi, sehingga meningkatkan jumlah individu di setiap habitat. (Dan et al., 2016) menyimpulkan bahwa untuk bertahan hidup, bivalvia berinteraksi dengan lingkungannya dan biasanya memilih jenis habitat dan faktor lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan dan faktor lingkungan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Berdasarkan dari perhitungan rerata bivalvia yang ditemukan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar diagram berikut. Gambar 5. Morfometri bivalvia berdasarkan lokasi Gambar diagram diatas menunjukkan perbedaan morfomentrik pada ketiga spesies yang ditemukan di lokasi penelitian. Lokasi 2 menunjukkan hasil nilai yang lebih tinggi dibanding lokasi 1. Panjang, lebar dan bobot pada ketiga spesies bibalvia pada lokasi 1 yaitu 4cm untuk panjang cangkang, 2,6cm untuk lebar dan 20,4gr untuk bobot pada spesies Tegillarca granosa . Placuna placenta memiliki panjang cangkang 10cm, lebar 11cm dan bobot 54gr. Pada spesies Atrina pectinata memiliki panjang 10cm, lebar 20cm dan bobot 88gr. Lokasi 2 pada spesies Tegillarca granosa memiliki panjang cangkang 4,3cm, lebar 3 cm dan bobot 26gr. Spesies Placuna placenta memiliki panjang cangkan 10,5cm, lebar 11,6cm dan bobot 69gr. Pada spesies Atrina pectinata memiliki panjang 11,5cm, lebar 21cm dan bobot 91gr. 3.1 Pengukuran fisik lingkungan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Pengukuran Parameter Fisik Lingkungan Parameter Lokasi 1 Lokasi 2 Batas Normal Suhu (Air) 29 0 C โ€“ 30 0 C 28 0 C - 30 0 C 25 0 C โ€“ 31 0 C Ph (Air) 6 โ€“ 7 7 โ€“ 8 5,8 โ€“ 8,3 Salinitas (Air) 25 0 / 00 โ€“ 26 0 / 00 28 0 / 00 - 29 0 / 00 28 0 / 00 -33 0 / 00 Faktor lingkungan di pesisir Pangkalan Susu, terdapat pengukurn suhu, pH dan Salinitas. Adapun pengukuran suhu pada lokasi 1 yaitu 29 0 C - 30 0 C, lokasi 2 yaitu 28 0 C - 30 0 C . Suhu yang baik untuk bivalvia yaitu berkisar antara 25 0 C - 30 0 C. Nilai pH perairan merupakan salah satu parameter yang penting dalam pemantauan kualitas perairan (Mawardi et al., 2023). Pengukuran pH air di lokasi 1 yaitu 6 โ€“ 7 dan di lokasi 2 yaitu 7 โ€“ 8 , sebagian besar biota laut menyukai nilai pH berkisar antar5,0 โ€“ 9,0 (Marpaung et al., 2014). Salinitas pada pesisir Pangkalan Susu di lokasi 1 yaitu 2 0 / 00 - 26 0 / 00 dan lokasi 2 yaitu 28 0 / 00 - 29 0 / 00 . Salinitas umumnya berkisar 28 0 / 00 - 33 0 / 00 (Mawardi et al., 2023). Secara keseluruhan semua pengukuran fisik lingkungan di setiap lokasi mendukung pertumbuhan bivalvia. ## 4. KESIMPULAN DAN SARAN ## 4.1 Kesimpulan Karakteristik morfometri bivalvia di kawasan padat industi di pangakalan susu didapatkan 3 spesies bivalvia di Kabupaten Langkat Sumatra Utara. Morfometrik ketiga spesies bivalvia menunjukan perbedaan ukuran cangkang yang bervariasi berdasarkan lokasi penelitian kawasan pantai lebih tinggi dengan rata-rata ukuran A.granosa dengan panjang 4,3cm, lebar 3 cm dan bobot total 26 gram. Spesies P.placenta dengan panjang 10,5 cm, lebar 11,6 cm dan bobot total 69 gram. A pectinata panjang 11,5 cm, lebar 21 cm dan bobot total 91 gram di bandingkan kawasan perindustrian dengan rata-rata A.granosa dengan panjang 4 cm, lebar 2,6 cm dan bobot total 20,4 gram. Spesies P.placenta dengan panjang 10 cm, lebar 11 cm dan bobot total 54 gram. A pectinata panjang 10 cm, lebar 20 cm dan bobot total 88 gram. ## 4.2 Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai morfometrik pada cangkang bivalvia dari hasil tangkapan masyarakat setempat agar lebih banyak menemukan spesies bivalvia yang beragam untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. ## 5. REFERENSI Dan, D., Kerang, K., Anadara, D., Tekstur, B., Di, S., & Ulee, P. (2016). LHEUE BANDA ACEH Abstrak . 1 (April), 114โ€“123. Ginting, E. D. D., Susetya, I. E., Patana, P., & Desrita, D. (2017). Identification of bivalviain Tanjungbalai Waters,North Sumatera Province. Acta Aquatica: Aquatic Sciences Journal , 4 (1), 13โ€“20. Marpaung, A. A. F., Yasir, I., & Ukkas, M. (2014). Keanekaragaman makrozoobenthos di ekosistem mangrove silvofishery dan mangrove alami di Kawasan Ekowisata Pantai Boe , Kabupaten Takalar , Sulawesi Selatan. In Bonorowo Wetlands (Vol. 4, Issue 1). Mawardi, A. L., Khalil, M., Sarjani, T. M., & Armanda, F. (2023). Diversity and habitat characteristics of gastropods and bivalves associated with mangroves on the east coast of Aceh Province, Indonesia. Biodiversitas , 24 (9), 5146โ€“5154. https://doi.org/10.13057/biodiv/d240959 Mulki, A. B. R., C. A. S. dan J. S. (2014). Variasi Ukuran Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir Kecamatan Genuk Kota Semarang. Journal of Marine Research , 122โ€“ Karakteristik Morfometrik Bivalbia Di Kawasan Padat Industri Di Pesisir Langkat Sumutra Utara 131. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr%0AVariasi Nurfadilah, N., Mawardi, A. L., & Elfrida, E. (2021). Mollusca Diversity Based on Habitate Characteristics on Sujono Beach, Batu Bara District, North Sumatera. Bioedukasi , 19 (2), 65. https://doi.org/10.19184/bioedu.v19i2.24449 Oto, P., Isdradjad, S., A, B. N., & Sri, N. (2016). Karakteristik Morfologi Famili Arcidae di Perairan yang Berbeda (Karangantu dan Labuan , Banten) Characteristics Morphologically of Family Arcidae in Different Coastal Waters ( Karangantu and Labuan , Banten ). Jurnal Teknologi Lingkungan , 17 (1), 29โ€“36. http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JTL/article/viewFile/1462/1254 PAKAYA, F. (2016). Keanekaragaman dan Kelimpahan Bivalvia Pada Ekosistem Mangrove di Desa Mananggu Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. Skripsi , 5 (3), 31โ€“34. https://repository.ung.ac.id/skripsi/show/633410084/keanekaragaman-dan- kelimpahan-bivalviapada-ekosistem-mangrove-di-desa-mananggukecamatan- mananggu-kabupaten-boalemo.html Priani, N. K., Mawardi, A. L., & Elfrida, E. (2022). Dinamika Populasi Bivalvia di Pesisir Kuala Tanjung, Kabupaten Batu Bara. Biologi Edukasi: Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi , 14 (1), 21โ€“25. https://doi.org/10.24815/jbe.v14i1.25471 Puryono, S., Anggoro, S., Suryanti, & Anwar, I. S. (2019). Pengelolaan Pesisir Dan Laut Berbasis Ekosistem. In Academia.Edu . Syahputra, J., Karina, S., & Octavina, C. (2017). Struktur Komunitas Bivalvia di Pesisir Pantai Teluk Nibung Kecamatan Pulau Banyak, Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Dan Perikanan Unsyiah , 2 (4), 504โ€“511.
aa9ea61b-e41c-4209-9b3c-25cc90ccfc80
https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin/article/download/4238/2281
## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 ## Sistem Informasi Jasa Reparasi Gadget Berbasis Website di Toko Light Service Rizal Irfansyah Putra, Titus Kristanto * , Fidi Wincoko Putro Fakultas Teknologi Informasi dan Bisnis, Prodi Rekayasa Perangkat Lunak, Institut Teknologi Telkom Surabaya, Surabaya, Indonesia Email: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrakโˆ’ Toko Light Service merupakan toko yang menyediakan jasa reparasi gadget, seperti handphone Android, iPhone, Macbook, penjualan sparepart gadget, dan sebagainya. Kegiatan di Toko Light Service dimulai ketika pelanggan datang ke counter terkait kendala gadget yang akan diperbaiki, kemudian pelanggan memberikan gadget ke counter untuk direparasi. Pada saat proses perbaikan gadget, pelanggan dapat menanyakan perkembangan gadget yang sedang diperbaiki. Setelah gadget selesai diperbaiki, maka admin menginformasikan kepada pelanggan bahwa gadget telah diperbaiki, kemudian pelanggan melakukan pembayaran. Terdapat permasalahan yang dihadapi yaitu cara pengelolaan pemesanan pelanggan masih konvensional, sehingga pelanggan tidak dapat memantau perkembangan perbaikan gadget. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pemilik toko, maka dibuatkan sistem informasi jasa reparasi gadget berbasis website. Tujuan dari pembuatan sistem informasi jasa reparasi gadget adalah untuk memudahkan pelanggan melakukan monitoring status perbaikan gadget dan mengelola pesanan jasa reparasi. Metode yang digunakan dalam pembuatan sistem informasi jasa reparasi gadget adalah metode Scrum, dimana metode Scrum lebih fleksibel jika terjadi perubahan pada saat proses pengembangan aplikasi dan sesuai dengan keinginan pengguna, karena mendapatkan feedback secara berkala. Pada pengujian website, peneliti menggunakan User Experience Questionnaire (UEQ) dengan menghasilkan nilai kualitas pragmatis sebesar 2.0875, nilai kualitas hedonis sebesar 1.7125, dan nilai keseluruhan sebesar 1.9, sehingga dapat disimpulkan bahwa aplikasi dapat digunakan oleh pengguna dan pemilik toko. Kata Kunci: Sistem Informasi; Reparasi Gadget; Website; Toko Light Service Abstractโˆ’ Light Service Stores are shops that provide gadget repair services, such as Android cellphones, iPhones, Macbooks, selling gadget components, and so on. Activities at the Light Service Store begin when the customer comes to the counter regarding the problem with the gadget to be repaired, and then the customer delivers the gadget to the counter for repair. During the gadget repair process, customers can inquire about the progress of the gadget being repaired. After the gadget has been repaired, the admin informs the customer that the gadget has been repaired, and then the customer makes a payment. There are problems faced, namely that the way to manage customer orders is still conventional, so customers cannot monitor the progress of gadget repairs. Based on the problems faced by shop owners, a website-based gadget repair information system was created. The purpose of creating a gadget repair information system is to make it easier for customers to monitor gadget repair status and manage repair service orders. The method used in making the gadget repair information system is the Scrum method, where the Scrum method is more flexible if changes occur during the application development process and according to the wishes of the user because it gets regular feedback. In testing the website, the researcher used the User Experience Questionnaire (UEQ) to produce a pragmatic quality value of 2.0875, a hedonic quality value of 1.7125, and an overall value of 1.9, so it can be concluded that the application can be used by users and shop owners. Keywords : Information System; Gadget Repair; Website; Light Service Store ## 1. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi mengalami perkembangan yang cepat dan pesat, sehingga membuat pelaku bisnis atau individu memanfaatkan teknologi dalam menunjang aktivitas sehari-hari, seperti mencari informasi dan menjalin komunikasi yang dapat dilakukan dengan adanya teknologi (Sugiyanti & Setia Budi, 2021). Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna perangkat seluler terbanyak. Berdasarkan data pada databoks.katadata.co.id, pada tahun 2018 pengguna ponsel mencapai 56.2% (Nabilah, 2021). Setahun berikutnya pada tahun 2019, sebesar 63.3% masyarakat Indonesia sudah mempunyai perangkat seluler. Prediksi pada tahun 2025, masyarakat Indonesia mempunyai perangkat seluler sebanyak 89.2%. Pada Gambar 1 merupakan perkembangan perangkat seluler di Indonesia. ## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 Toko Light Service merupakan toko yang menyediakan jasa reparasi gadget yang meliputi Android, iPhone, Macbook, laptop, penjualan sparepart gadget, dan sebagainya. Proses bisnis Toko Light Service berjalan secara konvensional, dimana pelanggan konsultasi terkait gadget yang diperbaiki. Pada saat gadget sedang diperbaiki, pelanggan menanyakan progres perbaikan gadget. Jika gadget telah selesai, maka admin toko menginformasikan kepada pelanggan, kemudian pelanggan melakukan perbayaran. Permasalahan yang dihadapi oleh pihak Toko Light Service adalah pengelolaan pesanan pelanggan masih menggunakan kertas yang berpotensi hilang atau rusak. Dari sisi pelanggan, pelanggan tidak dapat memantau status perbaikan gadget, jika pelanggan ingin mengetahui status perbaikan gadget maka pelanggan menanyakan langsung ke pihak toko. Permasalahan lain yang dihadapi adalah pencarian data perbaikan gadget masih dilakukan manual oleh teknisi, sehingga terdapat kerugian pada segi waktu. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh pihak toko dan pelanggan, maka dibuatkan sistem informasi jasa reparasi gadget sesuai kebutuhan pihak toko dan pelanggan. Adapaun tujuan dibuatkan sistem informasi adalah untuk memudahkan melakukan monitoring perbaikan gadget. Hasil dari desain dan implementasi dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengelolaan pesanan pelanggan dan pelanggan dapat memantau proses perbaikan gadget pada Toko Light Service. Sehingga dari pihak Toko Light Service dapat meningkatkan kualitas pelayanan dan kenyamanan bagi pelanggan (Sumual et al., 2021). Pada penelitian, peneliti menggunakan metode Scrum (Hadji et al., 2019). Dimana metode Scrum pada saat implementasi disesuaikan dan dikembangkan untuk kebutuhan pengguna, serta memberikan kualitas produk terbaik sesuai keinginan pengguna baik dari pihak Toko Light Service dan pelanggan (Fahmi & Abtokhi, 2022). Pengujian aplikasi menggunakan Black Box Testing (Ningrum et al., 2019) , dimana black box testing digunakan untuk menguji kualitas perangkat lunak yang berfokus pada fungsionalitas perangkat lunak (Dwi Wijaya & Wardah Astuti, 2021). ## 2. METODE PENELITIAN Pada Gambar 2 merupakan tahapan penelitian dalam pembuatan sistem informasi jasa reparasi gadget menggunakan metode Scrum. Mulai Observasi Studi Literatur Sprint Planning Sprint Review Selesai User Story Wawancara Analisis Data Sprint Product Backlog Testing Fitur Selesai? Belum Selesai User Experience Questionnaire Dokumentasi Kesimpulan dan Saran Gambar 2. Tahapan Metode Penelitian Berikut penjelasan dari Gambar 2 tahapan metode penelitian yang dilakukan dalammembuat system informasi yaitu (Akhsani Setyo Prayoga et al., 2023) : 1. Observasi Peneliti melakukan observasi berupa pengamatan secara langsung di objek penelitian yang beralamat di Jl. Krukah Selatan No. 106, Kota Surabaya. ## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 2. Wawancara Peneliti melakukan wawancara secara langsung ke pemilik Toko Light Service untuk mencari tahu permasalahan dan kebutuhan yang digunakan dalam membangun system informasi. 3. Studi Literatur Peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan referensi studi literatur yang memiliki keterkaitan, kemudian ditinjau langsung terkait proses penelitian. 4. Analisis Data Tahapan analisis data dilakukan pada saat wawancara dengan pemilik usaha untuk menggali informasi yang dibutuhkan pada saat aplikasi dibangun dan sesuai dengan kebutuhan Toko Light Service. 5. User Story Peneliti melakukan user story untuk mengetahui gambaran umum dari proses pengembangan sistem (Amalia et al., 2017). 6. Product Backlog Pada tahapan product backlog menjelaskan tentang berbagai macam task yang dilakukan dan prioritas pengerjaan sesuai dengan tingkat kesulitan pada sistem yang dikembangkan (Nabilal Huda, 2022). 7. Sprint Planning Pada sprint planning bertujuan untuk mengestimasi waktu pengerjaan dan goal pada setiap print yang dilaksanakan untuk menghasilkan produk yang dibuat (Agustina Nugrahani & Nine Amalia, 2022). 8. Sprint Peneliti melakukan sprint berdasarkan waktu implementasi yang telah dibuat pada sprint planning. Sprint memiliki durasi waktu yang konsisten pada saat pengembangan aplikasi (Kurniawan & Rakhmat Sani, 2019). 9. Testing Peneliti melakukan pengujian menggunakan black box testing untuk mengetahui fungsional sistem. Hasil pengujian dilakukan berupa pengambilan keputusan dengan menyesuaikan fitur sudah selsai dibuat atau belum dibuat sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancer. 10. Sprint Review Setelah tahap sprint selesai, maka progres aplikasi direview oleh product owner untuk diuji dan mencari kesalahan system atau bug pada aplikasi yang dikembangkan (Ananda Salsabila, 2022). 11. User Experience Questionnaire Setelah product owner melakukan pengujian perangkat lunak pada setiap fungsional pada sprint, selanjutnya aplikasi diuji oleh pengguna secara langsung untuk memenuhi kriteria penggunaan yang baik dengan menggunakan metode User Experience Questionnare (UEQ) (Handayani, 2021) . Indeks penilaian dari UEQ adalah -3 merupakan nilai paling negatif, dan +3 merupakan nilai paling positif (Cahyani & Sanjaya, 2021). 12. Dokumentasi Peneliti melakukan dokumentasi dari program yang tela dirancang dan dibuat, meliputi cara menggunakan program, tujuan program dibuat, 13. Kesimpulan dan Saran Peneliti melakukan penyimpulan dari hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan dan memberikan saran untuk pengembangan aplikasi selanjutnya. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1 Analisis Permasalahan Toko Light Service masih menggunakan sistem manajemen yang bersifat konvensional, sehingga proses pencatatan dan transaksi menggunakan manual berupa buku dan Microsoft Excel. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Toko Lught Service, maka peneliti mendapatkan gambaran bahwa Toko Light Service memerlukan sebuah aplikasi berbasis website yang dapat diakses dimana saja. ## 3.2 User Story User story digunakan untuk menjelaskan pada pengguna sistemdan mendefinisikan tugas serta tujuan. User story didapatkan setelah menganalisis dari hasil analisis kebutuhan pengguna (Ahmad Iqbal Yunus, 2018). Pada Tabel 1 merupakan user story dari kebutuhan pengguna. Tabel 1. User Story Role Saya ingin โ€ฆ Sehingga โ€ฆ Admin Registrasi pegawai Menambahkan data pegawai ke database, dan teknisi dapat login Login Dapat melihat data pelanggan dan melihat pendapatan Menambah pelanggan Menambahkan informasi pelanggan pada tabel data pelanggan Mengubah detail data pelanggan Mengubah data pelanggan jika terdapat kesalahan input ## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 Role Saya ingin โ€ฆ Sehingga โ€ฆ Menghapus data pelanggan Menghapus data pelanggan Mencari data pelanggan Mencari dan melihat detail data pelanggan Mencetak laporan Dapat mengetahui laporan keuangan Membuat tagihan Agar pelanggan dapat mengetahui biaya estimasi perbaikan Teknisi Memperbarui status perbaikan Agar pelanggan dapat mengetahui status gadget yang sedang diperbaiki Mengelola data kerusakan Teknisi dapat menambah data kerusakan atau mengubah data kerusakan sesuai dengan kondisi gadget Pelanggan Melihat status perbaikan Dapat mengetahui sampai mana progress perbaikan gadget Menambahkan komentar Agar dapat memberi penilaian terkait pelayanan pada Toko Light Service ## 3.3 Use Case Diagram Use Case Diagram merupakan gambaran skenario antara aktor dan sistem (Aji Taufan et al., 2022). Peran aktor yaitu admin, teknisi, dan pelanggan. Pada Gambar 3 merupakan use case diagram pada Toko Light Service. Gambar 3. Use Case Diagram ## 3.4 Implementasi Program Pada Gambar 4 merupakan tampilan login dari perancangan antarmuka. User melakukan login terlebih dahulu, jika sudah berhasil login akan menampilkan ke halaman user, sesuai tingkatan level user masing-masing. Pada level user Admin, menampilkan Dashboard Admin, sesuai Gambar 5. Pada Gambar 6 merupakan tampilan tambah data pegawai. ## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 Gambar 5. Dashboard Admin Gambar 6. Tampilan tambah data pegawai ## 3.5 Pengujian Sistem Pengujian merupakan tahapan penting dalam siklus pengembangan lerangkat lunak. Pengujian dilakukan untuk menjamin kualitas perangkat lunak yang dibangun dan untuk mengetahui fungsionalitas fitur perangkat lunak berjalan dengan baik tanpa adanya bug atau error. Pengujian menggunakan black box testing. Pada Tabel 2 merupakan hasil dari pengujian black box testing. Tabel 2. Hasil pengujian black box testing No Pengujian Skenario Kasus Uji Hasil yang Diharapkan Hasil Pengujian 1 Login 1 Verifikasi login dengan memasukan email dan kata sandi yang terdaftar. Email valid; Kata sandi valid. Berhasil masuk system. Sesuai 2 Login 2 Verifikasi login dengan memasukan email valid, tetapi kata sandi tidak valid. Email Valid; Kata sandi tidak valid. Gagal masuk sistem dan muncul pesan error. Sesuai 3 Registrasi Pegawai 1 Verifikasi fungsi tambah data pegawai dengan memasukan semua data pegawai Admin menuliskan data pegawai; Admin menekan tombol tambah. Berhasil mendaftar dan muncul pada tabel Sesuai 4 Registrasi Pegawai 2 Verifikasi fungsi tambah data pegawai, jika sudah ada data yang tersimpan Admin menuliskan data pegawai yang telah terdaftar (nomor telepon bersifat unique); Admin menekan tombol tambah Muncul pop up gagal menambahkan data pegawai Sesuai 5 Logout Verifikasi fungsi logout Admin menekan tombol dropdown profil; Admin menekan tombol logout. Berhasil keluar dari sistem. Sesuai ## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 ## 3.6 User Experience Questionnaire Setelah melakukan perngujian perangkat lunak pada aspek fungsionalitas, tahap selanjutnya menguji aplikasi oleh pengguna untuk mengetahui kesesuaian kriteria penggunaan yang baik (Rasio Henim & Perdana Sari, 2020). Metode yang digunakan dalam pengujian penerimaan pengguna yaitu metode User Experience Questionnaire (UEQ), dimana metode UEQ melibatkan pengguna berupa 8 pertanyaan menggunakan skala 1 hingga 7 yang diberikan kepada 20 responden, dapat dilihat pada Tabel 3 (Junita Maulani et al., 2021). Tabel 3. Daftar Pertanyaan Kuesioner 1. Apakah aplikasi ini mendukung proses manajemen reparasi gadget? *Aplikasi ini membantu memudahkan toko gadget Light Service dalam mengatur dan melihat data reparasi 1 2 3 4 5 6 7 Menghalangi Mendukung 2. Apakah aplikasi ini rumit untuk digunakan? *Penggunaan aplikasi ini sangat rumit atau mudah 1 2 3 4 5 6 7 Rumit Sederhana 3. Apakah aplikasi ini dapat digunakan dengan efisien? *Aplikasi dapat digunakan untuk mengatur data reparasi gadget (mudah dan efisien) 1 2 3 4 5 6 7 Tidak Efisien Efisien 4. Apakah alur dari pengunaan aplikasi ini mudah dipahami? *Alur mulai dari login, input data servis, dan melihat riwayat transaksi 1 2 3 4 5 6 7 Membingungkan Jelas 5. Bagaimana perasaan anda pada saat menggunakan aplikasi ini dalam jangka waktu lama? 1 2 3 4 5 6 7 Membosankan Mengagumkan 6. Seberapa menarik aplikasi ini untuk digunakan? 1 2 3 4 5 6 7 Tidak Menarik Menarik 7. Apakah aplikasi ini merupakan ide kreatif atau konvensional? *Keterangan: - Konvensional : Ide yang sudah ada sebelumnya dan banyak ditembukan secara umum. - Kreatif : Aplikasi memiliki nilai tambah atau fitur lain dibanding dengan aplikasi serupa 1 2 3 4 5 6 7 Konvensional Kreatif 8. Menurut anda, apakah aplikasi ini memiliki pembaruan *Aplikasi memiliki fitur yang baru dibandingkan aplikasi serupa Keterangan: - Lazim : Umum ditemukan - Terdepan : Terdapat fitur baru 1 2 3 4 5 6 7 Lazim Terdepan Dari 8 pertanyaan yang diberikan kepada 20 responden, seperti terlihat pada Tabel 3, diperoleh perhitungan nilai kualitas pragmatis dan hedonis. Pada skala pengukuran UEQ, elemen seperti attractiveness, perspicuity, efficiency, dan dependability akan digabungkan dan membentuk nilai aspek kualitas pragmatis. Sedangkan pada elemen stimulation dan novelty akan membentuk nilai aspek kualitas hedonis, seperti terlihat pada Tabel 4. ## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 Tabel 4. Nilai Kualitas Pragmatis dan Hedonis Skale means per person Pragmatic Quality Hedonic Quality Overall 2.25 2.50 2.38 2.25 2.75 2.50 1.25 1.00 1.13 3.00 3.00 3.00 2.00 -0.25 0.88 2.75 2.75 2.75 0.00 0.00 0.00 2.00 2.25 2.13 2.50 2.50 2.50 1.50 2.50 2.00 3.00 2.25 2.63 2.50 1.50 2.00 1.25 1.00 1.13 2.25 1.50 1.88 2.25 1.00 1.63 2.50 1.25 1.88 2.25 2.50 2.38 2.75 1.75 2.25 1.25 -0.25 0.50 2.25 2.75 2.50 Perhitungan Mean didapatkan dari rata-rata setiap butir soal, termasuk variance dan standar deviasi. Hasil dari nilai kualitas pregmatis dan hedonis akan ditentukan nilai tersebut baik atau tidak baik, maka hasil nilai rata-rata kualitas pragmatis dan hedonis dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6 hasil skala UEQ. Tabel 5. Perhitungan Mean, Variance, dan Standar Deviasi Item Mean Variance Std. Dev. No. Negative Positive Scale 1 2.4 0.8 0.9 20 menghalangi mendukung Kualitas Pragmatis 2 1.8 0.9 1.0 20 rumit sederhana Kualitas Pragmatis 3 2.2 0.8 0.9 20 tidak efisien efisien Kualitas Pragmatis 4 2.1 0.7 0.9 20 membingungkan jelas Kualitas Pragmatis 5 1.7 1.1 1.0 20 membosankan mengasyikkan Kualitas Hedonis 6 2.1 0.9 1.0 20 tidak menarik menarik Kualitas Hedonis 7 1.6 1.5 1.2 20 konvensional berdaya cipta Kualitas Hedonis 8 1.5 1.9 1.4 20 lazim terdepan Kualitas Hedonis Tabel 6. Skala UEQ Short UEQ Scales Kualitas Pragmatis 2.088 Kualitas Hedonis 1.713 Overall 1.900 Setelah mendapatkan nilai rata-rata dari variabel pragmatis dan hedonis, langkah selanjutnya berupa penentuan tiap item dengan menarik garis perbandingan melalui UEQ Data Analysis Tool, seperti terlihat pada Gambar 6. Berdasarkan nilai perbandingan skala UEQ dengan hasil yang baik, maka nilai pragmatis 2.088, nilai hedonis 1.713, dan rata-rata bernilai 1.900, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa aplikasi dapat digunakan baik oleh pengguna. ## TIN: Terapan Informatika Nusantara Vol 4, No 3, August 2023, page 203-210 ISSN 2722-7987 (Media Online) Website https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin DOI 10.47065/tin.v4i3.4238 ## 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian sistem yang dilakukan, maka didapatkan kesimpulan yaitu aplikasi yang dibuat membantu pihak Toko Light Service dalam pendataan pelanggan, data servis, dan konfirmasi biaya. Pada sisi pelanggan dapat mengetahui status perbaikan gadget dan memberikan komentar untuk meningkatkan pelayanan Toko Light Service. Dari hasil pengujian User Experience Questionnaire (UEQ) didapatkan nilai pragmatis 2.0875, nilai hedonis 1.7124, dan nilai keseluruan 1.90. Sistem informasi jasa reparasi gadget yang dibuat dapat membantu dan memudahkan pihak Toko Light Service untuk mengatur data servis gadget dan mengetahui data pendapatan transaksi. ## REFERENCES Agustina Nugrahani, T., & Nine Amalia, K. (2022). Implementasi Scrum dalam Perancangan Aplikasi Pembelajaran Budaya Nusantara Berbasis Mobile. Informatics Journal , 7 (3), 178. Ahmad Iqbal Yunus. (2018). Perancangan Desain User Interface dan User Experience pada Aplikasi Siakad dengan Menggunakan Metode User Centered Design (UCD) pada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya . Institu Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya. Aji Taufan, M., Sagita Rusdianto, D., & Tri Ananta, M. (2022). Pengembangan Sistem Otomatisasi Use Case Diagram Berdasarkan Skenario Sistem Menggunakan Metode POS Tagger Stanford NLP. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer , 6 (8), 3733โ€“3740. Akhsani Setyo Prayoga, R., Kristanto, T., & Rachmadhi Putra, A. (2023). Penggunaan E-Supply Chain Management pada Produksi Pengolahan Furniture. Jurnal Ilmiah Media Sisfo , 17 (1), 18โ€“25. https://doi.org/10.33998/mediasisfo.2023.17.1.669 Amalia, D., Hartanto, R., & Ferdiana, R. (2017). Scenario Development Method: Literature Review. Prosiding Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK) , 1 , 217โ€“224. Ananda Salsabila, A. (2022). Implementasi Framework Scrum dalam Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Kesantrian Berbasis Odoo ERP (Studi Kasus pada Pondol Pesantren Daruttauhid) . Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Cahyani, I., & Sanjaya, R. (2021). Analisis Pengalaman Pengguna Aplikasi Mobile Payment Menggunakan Usability Testing dan User Experience Questionnaire (UEQ) (Studi Kasusโ€ฏ: Aplikasi GoPay dan OVO). Jurnal Ilmiah Komputasi , 20 (4), 517โ€“528. Dwi Wijaya, Y., & Wardah Astuti, M. (2021). Pengujian Blackbox Sistem Informasi Penilaian Kinerja Karyawan PT INKA (Persero) Berbasis Equivalence Partitions. Jurnal Digital Teknologi Informasi , 4 (1), 22โ€“26. Fahmi, H., & Abtokhi, A. (2022). Pendekatan Metode Scrum dalam Pengembangan Sistem Pengarsipan Penelitian, Pengabdian, dan Publikasi. LibTech: Library and Information Science Journal , 2 (2). https://doi.org/10.18860/libtech.v3i1.15660 Hadji, S., Taufik, M., & Mulyono, S. (2019). Implementasi Metode Scrum pada Pengembangan Aplikasi Delivery Order Berbasis Website (Studi Kasus pada Rumah Makan Lombok Idjo Semarang). Prosiding Konferensi Ilmiah Mahasiswa Unissula (KIMU) 2 . Handayani, V. (2021). Analisis dan Perancangan UI/UX Aplikasi E-Learning Berbasis Gamifikasi dengan Design Science Research Methodology (Studi Kasusโ€ฏ: MIN 4 Jakarta) . Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Junita Maulani, T., Suprapto, & Reza Perdanakusuma, A. (2021). Evaluasi User Experience Menggunakan Metode Usability Testing dan User Experience Questionnaire (UEQ) (Studi Kasus: Website Superprof.co.id dan Zonaprivat.com). Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer , 5 (6), 2639โ€“2645. http://j- ptiik.ub.ac.id Kurniawan, I., & Rakhmat Sani, R. (2019). Pemodelan SCRUM dalam Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan pada Klinik Ar-Rokhim Sragen Kabupaten Sragen. Journal of Information System , 4 (1), 76โ€“86. Nabilah, N. (2021). Pengaruh Persepsi Manfaat, Kemudahan Dan Kemampuan Finansial Terhadap Keputusan Menggunakan Cashless Payment Ovo Di Kota Cirebon . IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Nabilal Huda, A. (2022). Teknik Penentuan Prioritas Product Backlog pada Metode Scrum Menggunakan Pendekatan Program Dinamis. In Makalah IF2211 Strategi Algoritma, Semester II Tahun 2021/2022 (pp. 1โ€“7). Ningrum, F. C., Suherman, D., Aryanti, S., Prasetya, H. A., & Saifudin, A. (2019). Pengujian Black Box pada Aplikasi Sistem Seleksi Sales Terbaik Menggunakan Teknik Equivalence Partitions. Jurnal Informatika Universitas Pamulang , 4 (4), 125โ€“130. Rasio Henim, S., & Perdana Sari, R. (2020). Evaluasi User Experience Sistem Informasi Akademik Mahasiswa pada Perguruan Tinggi Menggunakan User Experience Questionnaire. Jurnal Komputer Terapan , 6 (1), 69โ€“78. https://doi.org/https://doi.org/10.35143/jkt.v6i1.3582 Sugiyanti, & Setia Budi, E. (2021). Sistem Informasi Pengelolaan Data Berbasis Website Pada DPP LSM KPK di Pekanbaru. TINโ€ฏ: Terapan Informatika Nusantara , 2 (4), 237โ€“247. https://ejurnal.seminar-id.com/index.php/tin Sumual, Y. M., Kalangi, J. A. F., & Mukuan, D. D. S. (2021). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan PT Otomoto Mantos. Productivity , 2 (1), 73โ€“78.
e672fd99-2cc1-471e-96cf-4ada8f508bf4
https://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/ekbis/article/download/1855/1597
## PENGARUH PENGALAMAN KERJA DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT SINAR NIAGA SEJAHTERA KOTA LUBUKLINGGAU Suwarno 1 Ronal Aprianto 2 1.2 STIE Musi Rawas, Lubuk Linggau Sumatera Selatan 1 [email protected] 2 [email protected] ## Abstrak Penelitian ini dilakukan di PT Sinar Niaga Sejahtera dengan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pengalaman kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan, apakah pengembangan karir berpengaruh terhadap kinerja pegawai, dan apakah pengalaman kerja dan pengembangan karir berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan sampel penelitian berjumlah 32 orang yang merupakan karyawan PT Sinar Niaga Sejahtera, teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya dari hasil uji hipotesis terdapat pengaruh antara pengembangan karir terhadap kinerja karyawan. ## Kata Kunci: Pengalaman Kerja, Pengembangan Karir dan Kinerja Karyawan ## Abstract This research was conducted at PT Sinar Niaga Sejahtera with the formulation of the problem in this study is whether work experience affects employee performance, whether career development affects employee performance, and whether work experience and career development affect employee performance. The research method used is a quantitative method with a sample of 32 people who are employees of PT Sinar Niaga Sejahtera and the data collection technique used is questionnaires. Data analysis techniques used are multiple regression analysis. The result of the regression that work experience influenced employee performance and the career development influenced employee performance. Keywords: work experience, career development and employee performance ## PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas harus selalu dikelola dan didukung oleh perusahaan untuk dapat mencapai kinerja yang diharapkan. Pencapaian tujuan berbasis manajemen sumber daya manusia akan menunjukan bagaimana seharusnya perusahaan dalam mendapatkan, mengembangkan, membina, mengevaluasi, serta mensejahterakan karyawan. Peran dan fungsi sumber daya manusia tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainya dikarnakan sumber daya manusia merupakan asset organisasi yang sangat penting. Organisasi adalah situasi dimana karyawan melakukan aktivitas setiap harinya. Organisasi yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja secara optimal. Organisasi dapat mempengaruhi emosional karyawan. Jika karyawan menyenangi iklim dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah ditempat kerjanya, melakukan aktivitasnya sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Kinerja akan tinggi dan otomatif prestasi kerja karyawan juga tinggi. Organisasi itu mencakup hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat karyawan bekerja. Kinerja merupakan organisasi menyeluruh tergantung pada pencapaian hasil yang diidentifikasi melalui proses perencanaan. Dalam hal ini kinerja dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang bertujan untuk mencapai hasil dari suatu proses pekerjaan yang dilakukan. Pada umumnya, kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Kinerja adalah kesuksesan seorang dalam melaksanakan tugas. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau masih memiliki masa kerja yang belum terlalu lama. Rata-rata berkisaran antara 1 sampai 2 tahun. Hal ini dapat berpengaruh pada hasil yang akan dikerjakan. Dan berpengaruh pada pengembangan karir karyawan tersebut. Pengembangan karir atau juga sering disebut kecakapan kerja merupakan hasil yang dicapai karyawan dalam malaksankan tugasnya. Pengukuran pengembangan karir sering disebut dengan istilah rating scale (skala penilaian). Skala penilaian yang dilakukan dimaksudkan agar menjadi acuan dalam menilai karyawan mengenai pekerjan dan hasil pekerjaan yang dilakukannya. Pengembangan karir adalah peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir dan peningkatan oleh departemen personalia untuk mencapai suatu rencana kerja sesuai dengan jalur atau jenjang organisasi. Melalui pengembangan karir yang ada di dalam perusahaan tersebut, maka tumbuhnya keinginan dalam diri karyawan untuk memperoleh jabatan yang lebih baik dari sebelumnya. Pengembangan karir ini akan menjadi salah satu jalan bagi karyawan untuk menunjukan kemampuannya dalam bekerja dan kesanggupannya dalam memegang jabatan yang ada. Berdasarkan temuan di PT. Sinar Niaga Sejahtera Lubuklinggau bahwa kinerja karyawan yaitu masih ada karyawan yang belum mencapainya tujuan yang diinginkan perusahaan, hasil pekerjaan belum mencapai standar yang diinginkan yaitu berupa pencapaian target penjualan, dan masih kurangnya sarana dan prasaran untuk meningkatkan kinerja karyawan. Dari hasil pengamatan berkaitan dengan pengalaman kerja yaituMasa kerja karyawan yang belum terlalau lama berkisaran antara 1 sampai 2 tahun, Belum optimalnya tingkat pengetahuan yang dimiliki karyawan, dan kurangnya penguasaan terhadap pekerjaan yang digunakan dalam bidang pekerjaan yang berpengaruh terhadap hasil kerja. Dari sisi pengembangan karir yaituMasih kurangnya peningkatan kemampuan karyawan dalam hal pekerjaan sehingga menghambat proses pengembangan karir, Masih ada karyawan belum puas terhadap pekerjaan yang dilakukan, Masih ada karyawan yang memiliki sikap tidak bertanggung jawab terhadap pekerjaan yang dilakukan. Dalam peneliti ini peneliti mengamati bahwa masih belum maksimalnya pengalaman kerja dan pengembangan karir terhadap kinerka karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau. Pengalaman Kerja . Masa kerja karyawan yang belum terlalu lama berkisaran antara 1 sampai 2 tahun. Belum optimalnya tingkat pengetahuan yang dimiliki karyawan. Kurangnya penguasaan terhadap pekerjaan yang digunakan dalam suatu bidang pekerjaan yang berpengaruh terhadap hasil kerja. Pengembangan karir . Masih kurangnya peningkatan kemampuan karyawan dalam hal pekerjaan sehingga menghambat proses pengembangan karir. Masih ada karyawan belum puas terhadap pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas adalah apakah pengalaman kerja dan pengembangan karir berpengaruh terhdap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau? ## KERANGKA TEORI ## Pengertian Kinerja Menurut Mangkunegara (2013:67) Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawi atau karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawan yang telah diberikan kepadanya. Wibowo (2016:3) menjelaskan bahwa kinerja adalah implementasi dari rencana yang telah disusun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemapuan, komopentensi, motivasi dan kepentinagan. Kasmir (2016:182) mengemukakan kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku kerja seseorang dalam satu periode, biasanya 1 tahun. Kemudian kinerja dapat diukur dari kemampuannya menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan merupakan kesuksesan yang dapat dicapai individu didalam melakukan pekerjaannya dalam suatu organisasi yang dapat meningkatkan kualitas kerja karyawan. ## Indikator Kinerja Menurt Hersey, Blanchard dan Johnson, (Wibowo, 2016:86-88) indikator kinerja yaitu: a. Tujuan Tujuan merupakan suatu keadaan yang lebih baik yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Dengan demikian, tujuan menunjukan arah ke mana kinerja harus dilakukan. Atas dasar arah tersebut, dilakukan kinerja untuk mencapai tujuan. Untuk mecapai tujuan, diperlukan kinerja individu, kelompok, dan organisasi. Kinerja individu maupun organisasi apabila dapat mencapai tujuan yang dinginkan. b. Standar Standar mempunyai arti penting karena memberitahukan kapan sutau tujuan dapat diselesaikan. Standar merupakan suatu ukuran apakah tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Tanpa standar, tidak dapat diketahui kapan suatu tujuan tercapai. c. Umpan balik. Antara tujuan, standar, dan umpan balik bersifat saling terkait. Umpan balik melaporkan kemajuan, baik kualitas maupun kuantitas, dalam mencapai tujuan yang didefinisikan oleh standar. Umpan balik terutama penting ketika mempertimbangkan โ€œreal goalsโ€ atau tujuan sebenarnya. Tujuan yang dapat diterima oleh pekerja malah tujuan yang bermakna dan berharga. d. Alat atau sarana Alat atau sarana merupakan sumber daya yang dapat dipergunakan untuk membantu menyelesaikan tujuan dengan sukses. Alat atu sarana merupakan fator penunjang untuk mecapai tujuan e. Kompetensi Kompentesi merupakan persyaratan utama dalam kinerja. Kompetensi merupakan kemapuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menjalakan pekerjaan yang di berikan kepadanya dengan baik. kompentesi memungkinkan seseorang mewujudkantugas yang berkaitan dengan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. f. Motif Motif merupakan alasan atau pendorong bsgi seseorang untuk melakukan sesuatu. Manajer memfasilitasimotivasi kepada karyawan dengan insentif berupa uang, memberikan pengakuan, menetapkan tujuan menantang, menetapkan standar terjangkau, meminta umpan balik, memberikan kebebasan melakukan pekerjaaan termasuk waktu melakukam pekerjaan, menyediakan sumber daya yang diperlukan dan menghapus tindakan yang mengakibatkan disintensif. g. Peluang Pekerjaan perlu mendapatkan kesempatan untuk menunjukan prestasi kerjanya. Terdapat dua faktor yang menyumbangkan pada adanyan kekukrangan kesempatan untuk berprestasi yaitu ketersediaan waktu dan kemapuan untuk memenuhi syarat. ## Pengalaman Kerja Menurut Sastrohadiwiryo (dalam Jurnal Ratulangi 2016:323) mengatakan pengalaman kerja merupakan salah satu faktor terpenting dalam sebuah perusahaan. Karyawan yang telah banyak memiliki pengalaman kerja akanb dengan sangat mudah beradaptasi dengan pekerjaan yang ada. Pengalaman bekerja merupakan modal utama seseorang untuk terjun dalam bidang tertentu. Pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki karyawan dalam dalam bekerja yang dapat diukur dari masa kerja dan jenis pekerjaan yang pernah dikerjakan karyawan selama periode tertentu (Aristarini, 2014:208) Menurut Basari (2013:45) pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis, perlu mendapatkan pertimbangan dalam menempatkan tenaga kerja. Kenyataan menunjukan makin lama tenaga kerja berkerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki. Sebaliknya, makin singkat masa kerja, makin sedikit pengalam yang diperoleh. Pengalam bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampaln yang diperoleh. Pengalaman bekerja banyak memberikan keahlian dan keterampian kerja. Sebaliknya, terbatsnya pengalaman kerja mengakibatkan tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki makin rendah. Berdasarkan pada definisi pengalaman kerja yang telah dijelaskan tersebut, maka penelitian ini mendefinisikan pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan, pengetahuan, serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan serta keteranpilan yang dimiliknya. ## Indikator Pengalaman Kerja Menurut Foster (dalam Jurnal Sartika, 2015:56) indikator pengalaman kerja adalah: a. Lama waktu/ masa kerja. Ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang sehingga dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. b. Tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan oleh karyawan. Pengetahuan juga mencakup kemampuan untuk memahami dan menerapkan informasi pada tanggung jawab pekerjaan. Sedangkan keterampilan merujuk pada kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas atau pekerjaan. c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan. Tingkat penguasaan seseorang dalam pelaksanaan aspek- aspek teknik peralatan dan teknik pekerjaan. Sedangkan menurut Ratulangi, (2016:327) pengalaman yang dimiliki seseorang, berkaitan dengan pekerjaannya baik masa kerja, pengetahuan dan keterampilan dan kemampuan melaksanakan pekerjaan. Adapun beberapa indikator pengalaman kerja yang dikemukakan oleh Foster (dalam Jurnal Basari, 2013:46) a. Lama kerja/masa kerja b. Tingkat pengetahuan dan keterampialn c. Penguasaan terhadap pekerjaan dan peralatan d. Tingkat keterampilan yang dimiliki ## Pengembangan Karir Menurut pendapat Fubrin (dalam Mangkunegara, 2013:77) Pengembangan Karir adalah aktivitas kepegawaian yang membantu pegawai-pegawai merencanakan karir masa depan mereka di perusahaan agar perusahaan dan pegawai yang bersangkutan dapat mengembangkan diri secara baik. Menurut Kadarisman (2012:322) pengembangan karir adalah proses dan kegiatan mempersiapkan seorang karyawan untuk menduduki jabatan dalam organisasi atau perusahaan, yang akan dilakukan di masa mendatang. Dengan pengembangan tersebut tercakup pengertian bahwa perusahaan atau manajer SDM tersebut telah menyusun perencanaan sebelumnya tentang cara-cara yang perlu dilakukan untuk mengembangkan karir karyawan selama ia bekerja. Pengembangan karir menurut Nawawi (Subekhi dan Jauhar, 2012:167) pengembangan karir adalah a. Suatu rangkaian posisi atau jabatan yang ditepati seseorang salama masa kehidupan tertentu. b. Perubahan nilai-nilai sikap dan motivasi yang terjadi pada seseorang, karena dengan penambahan atau peningkatan usianya akan menjadi semakin matang. c. usaha yang dialakukan secara formal dan berkelanjutan dan difokuskan pada peningkatan dan penambahan seorang pekerja. Menurut Meilan Sugiarto (Sunyoto 2012:58) pengembangan karir adalah salah satu fungsi manajemen karir. Proses mengidentifikasi potensi karir pegawai dan materi serta menerapkan cara-cara yang tepat untuk mengembangkan potensi tersebut. ## Indikator Pengembangan Karir Menurut Burlian (dalam Jurnal Negara 2014:2) yaitu: a. Peningkatan kemampuan Peningkatan kemampuan yaitu segala sesuatu yang menunjang kapasitas fisik maupun mental dari seseorang karyawan pengembangan merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan karyawan dalam menangani bergagai penugasan yang juga menentukan prestasi kerja atau kinerja. b. Kepuasan kerja Kepuasan kerja adalah suatu sikap umum seseorang individu terhadap pekerjaannyayang berhubungan dengan lingkungan kerja, jenis kompensasi, hubungan antar teman kerja, hubungan sosial ditempat kerja sehingga dapat dikatakan bahwa kepuasan kerja adalah dipenuhinya beberapa keinginan dan kebutuhan melalui kegiatan kerja atau bekerja. c. Sikap dan perilaku karyawan Sikap karyawan harus mempelajari dan memiliki nilai-nilai kompetitif yang relative kuat untuk mencapai sukses karirnilai-nilai itu diantaranya ada yang bersifat teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religious yang perlu dijadikan pedoman bagi sikap karyawan terhadap pekerjaannya sehari-hari. Menurut Gomes (dalam Jurnal Muhlis, 2016:152) berbagai indikator yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan karir sebagai berikut: a. Perlakuan yang adil dalam berkarir Perlakuan yang adil itu bisa terwujud apabila criteria promosi didasarkan pada pertimbangan- pertimbangan yang objektif, rasional, dan diketahui secara luas dikalangan karyawan. b. Keperdulian para atasan langsung Para karyawan pada umumnya mendambakan keterlibatan atasan langsung mereka dalam perencanaan karir masing-masing. Salah satu bentuk keperdulian itu adalah memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaan tugas masing-masing sehingga para karyawan tersebut mengetahui potensi yang perlu diatasi. c. Informasi tentang berbagai peluang promosi Para karyawan pada umumnya mengharapkan bahwa mereka memiliki akses kepada informasi tentang berbagai peluang untuk dipromosikan. d. Adanya minat untuk dipromosikan Pendekatan yang tepat digunakan dalam hal menumbuhkan minat para karyawan untuk pengembangan karir ialah pendekatan yang fleksibel danproaktif. e. Tingkat kepuasan Meskipun secara umum dapat dikatakn bahwa setiap orang ingin meraih kemajuan, termasuk dalam meniti karir, ukuran keberhasilan yang digunakan memang berbeda-beda. ## Penelitian Sebelumnya Ratulangi (2016). โ€œPengaruh pengalaman Kerja, Kompetensi, Motivasi terhadap Kinerja Karyawan pada PT. Hasjrat Abadi Tendean Manadoโ€ metode pengambilan sempel yang digunakan pada penelitian ini adalah metode sampling jenuh. Populasi sebanyak 89 karyawan dan jumlah sempel yang sama 89 responden.hasil penelitian menunjukan bahwa pengalaman kerja,kompetensi,motivasi secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. hasjat Abadi Tendean Manado. Berdasarkan hasil perhitungan untuk uji t ditemukan hubungan antara variabel pengalaman kerja dengan variabel kinerja. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara pengalaman kerja terhadap kinerja. Hubungan antara variabel kompetendi terhadap kineja menyatakan ada pengaruh kompetensi terhadap kinerja. Hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan menyatakan bahwa ada pengaruh antara motivasi terhadap kinerja. Michael A. McDaniel (2015) the title โ€œjob experience Correlates of job performanceโ€. The result said are altought measures of job experience are frequently- used screening devices in the selection of employess, personal psychologists have devoted little-attetion to their usefulness. This article quantitatively summarizes data on the relation between job experience and job performance from a total sampel or 16.058. the correlation between job experience and job performance was found to be moderated by two variables: length of experience and job complexity. The highest correlations were obtained in population with low mean levels of job experience and for jobs that place low levels of cognitive demands on employees. Result appear to be consistent with the causal model of job performance proposed by Schmidt, hunter, and outerbridge. This theory may alsoexplain the much large initial difference in the correlation (54 vs 42 at 0-2.99 years of experi ence) in low-complexiity jobs, the initial on the job is critical for the acquisition of job knowledge., the initial rate of learning of job knowledge with experience is very high, and differences in job knowledge between those with little (e.g, 3 months) and those with more (e.g 2 years) experience are very great. The complexity moderator has less impact at higher levels of job experience because employees in both complexity groups are more equal, through experience, in their acquisition of job know ledge. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Pengalaman kerja dan pengembangan karir memiliki pengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau. ## METODE PENELITIAN ## Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau beralamat di Jalan Soekarno Hatta Kelurahan Sumber Agung Kecamatan Lubuklinggau Utara 1 Kota Lubuklinggau. Waktu penelitian proposal ini dari proses perencanaan hingga proses pelaporan selesai, terhitung dari bulan Januari 2018 sampai dengan Bulan Juni 2018. ## Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif yang digunakan yang dilakukan untuk mengetahui nilai masing-masing variabel, baik satu variabel atau lebih sifatnya independent tanpa membuat hubungan maupun pebandingan dengan variabel yang lain. ## Definisi Operasional Variabel Penelitian Menurut Sugiyono, (2013:58) variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa sajayang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga yaitu: Pengalaman Kerja (X 1 ) dan Pengembangan Karir (X 2 ) sebagai variabel bebas dan Kinerja (Y) sebagai variabel terikat. Operasional pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1. Definisi Operasional Variabel No Variabel Definisi Operasional Indikator Skala pengukura n 1 Kinerja (Y) hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawi atau karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawan yang telah diberikan kepadanya. (mangkunegara,2013:67) 1. Tujuan 2. Standar 3. Umpan Balik 4. Alatatau Sarana 5. Kompetensi 6. Motif 7. Peluang Hersey, et al;, (Wibowo, 2014:86- 88) Likert 2 Pengalama nKerja (X 1 ) Pengalaman kerja pada pekerjaan sejenis, perlu mendapatkan pertimbangan dalam menempatkan tenaga kerja. Kenyataan menunjukan makin lama tenaga kerja berkerja, makin banyak pengalaman yang dimiliki. (Basari ,2013:45) 1. Lama Waktu/ Masa Kerja. 2. Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan 3. Penguasaan Terhadap Pekerjaan dan Peralatan Foster Likert (dalam jurnal Sartika, 2015 : 56) 3 Pengembang an Karir (X 2 ) Peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan untuk mencapai suatu rencana karir. Meskipun banyak orang yang gagal mengelolah karir mereka, karena mereka tidak memperhatikan konse-konsep dasar perencanaan karir ini. Sutrisno (2012:165) 1. Peningkatan Kemampuan 2. Kepuasan Kerja 3. Sikap dan Perilaku Karyawan. Burlian(dalam jurnal Negara, 2014:2) Likert Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya Sugiyono (2013:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau sebanyak 32 orang. Terdiri dari 1 orang Ka Depo, 5 orang Admin, 10 orang sales, 1 orang kepala Gudang, 3 orang Helper Gudang, 4 orang driver, 2 orang Ceker, 2 orang Picker Manual, 3 orang Security, dan 1 orang Office Boy. Menurut Sugiyono (2013:116) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode sampel jenuh, yaitu mendata keseluruhan populasi yang ada sebanyak 32 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi, dan kuisioner. ## Uji Instrumen ## Uji validitas Menurut Sujarweni (2015:108) Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df = ndengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka maka valid. Uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment dengan menggunakan rumus seperti yang dikemukakan sebagai berikut: ๐‘Ÿ ๐‘ฅ๐‘ฆ = ๐‘› โˆ‘ ๐‘ฅ๐‘ฆโˆ’(โˆ‘ ๐‘ฅ)(โˆ‘ ๐‘ฆ) โˆš[๐‘› โˆ‘ ๐‘ฅ 2 โˆ’(๐‘ฅ) 2 ][๐‘› โˆ‘ ๐‘ฆโˆ’(โˆ‘ ๐‘ฆ) 2 ] (Suliyanto, 2011:16) Keterangan: r xy =Koefisien korelasi antar variabel X dan Y n = Jumlah Sampel X= Skor Variabel X Y= Skor Variabel Y ## Uji reliabilitas Uji reabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Sujarweni 2015:110). Uji reabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai alpha > 0, 60 maka reliabel, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: r= [ ๐‘˜ (๐‘˜โˆ’1) ] [1 โˆ’ โˆ‘ ๐œŽ ๐‘ 2 (๐œŽ ๐‘ก 2 ) ] (Sujarweni 2015:110) r adalah koefisien reliability instrumen (cronbachalfa), k adalah banyaknya butir pertanyaan, ๐œŽ ๐‘ 2 adalah total varians butir, dan ๐œŽ ๐‘ก 2 adalah total varians. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1. Hasil Penelitian Dalam kegiatan usaha PT Sinar Niaga Sejahtera terus memasarkan produk-produk dengan program kemitraan tersebut, perusahaan mengalami perkembangan usaha yang cukup pesat. Pada pertengahan tahun 2002 PT Sinar Niaga Sejahtera secara alami resmi ditunjuk oleh perusahaan makanan raksasa yang berbasis di Philipina, Universal Robina Coorparation untuk memasarkan produknya di Indonesia kerjasama distribusi tersebut merupakan langka awal PT Sinar Niaga Sejahtera untuk menjadi โ€œintehrated consumen goods distributorโ€ disamping itu juga URC principal lain baik industri makanan maupun non makanan, mulai memanfaatkan jasa dan kekuatan jaringan distribusi PT Sinar Niaga Sejahtera. ## Uji Validitas Menurut Sujarweni (2015:108) Uji validitas sebaiknya dilakukan pada setiap butir pertanyaan di uji validitasnya. Hasil r hitung kita bandingkan dengan r tabel dimana df = n dengan sig 5%. Jika r tabel < r hitung maka maka valid. Uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment . Hasil pengujian valitas berdasarkan variabel penelitian yaitu sebagai berikut: ## Variabel Pengalaman Kerja Dari hasil pengujian menunjukan hasil uji validitas variabel pengalaman kerja (X 1 ) dari 9 (sembilan) pertanyaan dengan sampel sebanyak 20 (dua puluh) responden dengan standar signifikan 0,05 (5%). Dengan demikian maka dapat diketahui pertanyaan pertama sampai dengan pertanyaan kesembilan maka data dinyatakan valid. Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang ada dalam kuisioner tersebut dapat dijadikan sabagai alat ukur yang valid dalam penelitian selanjutnya. ## Variabel Pengembangan Karier Hasil pengujian menunjukan hasil uji validitas variabel pengembangan karir (X 2 ) dari 9 (sembilan) pertanyaan dengan sampel sebanyak 20 (dua puluh) responden dengan standar signifikan 0,05 (5%). Tingkat sig 0,05 maka dapat diketahui pertanyaan pertama sampai dengan pertanyaan kesembilan maka data dinyatakan valid. Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang ada dalam kuisioner tersebut dapat dijadikan sabagai alat ukur yang valid dalam peneliti selanjutnya ## Variabel Kinerja Karyawan Dari hasil pengujiann tabel di atas menunjukan hasil uji validitas variabel kinerja karyawan (Y) dari 21 (dua puluh satu) pertanyaan dengan sampel sebanyak 20 (dua puluh) responden dengan standar signifikan 5% Dengan demikian maka pertanyaan pertama sampai dengan pertanyaan kesembilan maka data dinyatakan valid. Hal ini berarti bahwa semua item pertanyaan yang ada dalam kuisioner tersebut dapat dijadikan sabagai alat ukur yang valid dalam penelitian selanjutnya ## Uji Reliabilitas Menurut (Sujarweni 2015:110) Uji reabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama- sama terhadap seluruh butir pertanyaan. Jika nilai alpha>0,60 maka reliabel, adapun hasil penelitian sesuai dengan variabel penelitian yaitu: Tabel 2. Uji reliabilitas variabel pengalaman kerja Reliability Statistics Cronbach's Alpha r tabel 0.845 0.444 Tabel 2 hasil uji reliabilitas variabel pengalaman kerja (X 1 ) diatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,845 apabila dibandingkan dengan r tabel = 0,444 maka r hitung sebesar 0,845> r tabel sebesar 0,444 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang akan diuji dapat dikatakan reliabel. Tabel 3. Uji reliabilitas variabel pengembangan karir Reliability Statistics Cronbach's Alpha r tabel 0.850 0.444 Tabel 3 hasil uji reliabilitas variabel pengembangan karier (X 2 ) dicatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,850 apabila dibandingkan dengan r tabel = 0,444 maka r hitung sebesar 0,850> r tabel sebesar 0,444 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang akan diuji dapat dikatakan reliabel. ## Tabel 4. Uji reliabilitas variabel kinerja karyawan Reliability Statistics Cronbach's Alpha r tabel 0.942 0.444 Tabel 4 hasil uji reliabilitas variabel kinerja karyawan (Y) diatas, nilai korelasi Cronbach Alpha = 0,942 apabila dibandingkan dengan r tabel = 0,444 maka r hitung sebesar 0,942> r tabel sebesar 0,444 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuisioner yang akan diuji dapat dikatakan reliabel. ## Statistik Deskriptif Tabel 5. Deskripsi Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frequency Percent Laki-laki Perempuan 27 5 84.4 15.6 Total 32 100.0 Berdasarkan tabel di atas bahwa responden adalah laki-laki sebesar 27 responden atau sebesar 84.4% dan perempuan sebanyak 5 responden atau sebesar 15.6% yang merupakan karyawan PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau, maka dominan responden adalah laki-laki dikarenakan karyawan lebih dominan bagian pemasaran dan lapangan. ## Hasil Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Menurut (Sugiyono 2015:271) penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan di analisis harus berdistribusi normal. Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan. Maka terlebih dahulu akan dilakukan uji normalitas data. Terdapat beberapa teknik untuk menguji normalitas data salah satunya adalah Kolmogorov smirnov test yaitu sebagai berikut: Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun normal plot dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola yang tidak menceng ( skewness ) dalam keadaan normal. Sedangkan grafik normal plot terlihat menyebar disekitar garis diagonal, merata yang mana dalam keadaan normal, maka dari hasil identifikasi gambar yang terdapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa berdistribusi normal. ## Tabel 6. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Pengalaman Pengembangan Karier Kinerja Karyawan N 32 32 32 Mean 34.4688 33.4688 83.0000 Normal Parameters a,,b Std. Deviation 4.38461 3.77585 4.85267 Most Extreme Differences Absolute .173 .132 .169 Positive .094 .082 .076 Negative -.173 -.132 -.169 Kolmogorov-Smirnov Z .980 .745 .958 Asymp. Sig. (2-tailed) .292 .636 .318 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Untuk menganalisanya, dapat dilihat garis โ€œAsymp, Sig. (2-tailed)โ€ baris paling bawah. Bila nilai signifikan tiap variabel lebih dari >0,05 maka uji normalitas bisa terpenuhi. Berdasarkan hasil uji normalitas menunjukan bahwa nilai sig pengalaman kerja sebesar 0,292 sig pengembangan karir sebesar 0,636 dan sig kinerja karyawan sebesar 0,318 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai signifikan >0,05 sehingga data dinyatakan normal, dan uji normalitas terpenuhi dan normal. ## 2. Analisis Data Model Regresi Linear Berganda Tabel 7. Koefisien regresi linear berganda Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) 47.6 11 5.010 Pengalama n .354 .175 .320 Pengemban gan Karier .693 .203 .539 Tabel 8. Koefisien Determinasi Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .797 a .635 .610 3.02937 a. Predictors: (Constant), Pengembangan Karier, Pengalaman Berdasarkan kedua tabel tersebut hasil perhitungan koefisien determinasi atau R 2 adalah 0.635 artinya nilai sebesar 63.5% dan sisanya 37.5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian. Masing-masing koefisien korelasi pengalaman 0,354 dan pengembangan karir 0,693. Tabel 9. Hasil uji F ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 463.865 2 231.933 25.273 .000 a Residual 266.135 29 9.177 Total 730.000 31 a. Predictors: (Constant), Pengembangan Karier, Pengalaman b. Dependent Variable: Kinerja Karyawan Nilai tersebut menunjukkan hasil yang signifikan berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh antara pengalaman kerja dan pengembangan karir terhadap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau. ## 3. Pembahasan Penelitian ini dilakukan di PT Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau dengan rumusan masalah apakah pengalaman kerja berpengaruh terhdap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau, apakah pengembangan karir berpengaruh terhdap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau dan apakah pengalaman kerja dan pengembangan karir berpengaruh terhdap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau. ## Korelasi Parsial Uji korelasi parsial antara pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan menunjukan bahwa nilai R 2 sebesar 0.699, maka dapat sesuai dengan kriteria termasuk kriteria kuat. Sedangkan pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja karyawan diperoleh R 2 sebesar 0.764, maka dapat diketahui sesuai dengan kriteria koefisien korelasi yaitu termasuk kriteria kuat. Pengaruh Pengalaman Kerja Dan Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Karyawan Persamaan regresi linear berganda Y=a+b 1 X 1 +b 2 X 2 maka persamaan regresinya adalalah Y =47.611+0.354X 1 +0.694X 2 . Itu artinya persamaan tersebut adalah bahwa nilai konstanta a= 47.611 ini berarti bahwa apabila tidak ada variabel pengalaman kerja dan penngembangan karir maka kinerja karyawan sebesar 47.611 sedangkan nilai koefisien regresi b 1= 0.354 ini artinya terjadinya peningkat pada satuan variabel pengalaman kerja sebesar satu satuan maka akan meningkat kinerja karyawan sebesar 0.354 satuan. Kemudian nilai koefisien regresi b 2 =0.693 ini berarti setiap terjadi peningkatan satu satuan variabel pengembangan karir akan terjadi peningkatan kinerja karyawan sebesar 0,693 satuan. Uji Koefisien Determinasi hasil perhitungan koefisien determinasi di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai R 2 adalah 0.635 artinya nilai sebesar 63.5% dan sisanya 37.5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian. Uji F menunjukkan signifikan yang berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat pengaruh antara pengalaman kerja dan pengembangan karir terhadap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau. ## SIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan penelitian dan analisa penelitian maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja karyawan ada pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja karyawan pada PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau. Setelah melakukan penelitian dan mengetahui analisa penelitian maka peneliti dapat memberikan saran yaitu, diiharapkan PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau dapat mempertimbangkan pengalaman kerja karyawna dalam bekerja untuk dapat meningkatkan kinerja karyawan. PT. Sinar Niaga Sejahtera Kota Lubuklinggau dapat memberikan kesempatan bagi semua karyawan untuk mengembangkan karir agar dapat menghasil kinerja yang maksimal. ## DAFTAR PUSTAKA Aristarini, L. I Ketut Kirya, Ni Nyoman Yulianthini. (2014). Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi Sosial, dan Motivasi Kerja terhadap kinerja Karyawan pada Bagian Pemasaran PT. Adira Finance Singaraja , e-Journal Bisma Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Manajemen , 2(4), 206-213. Basari, Indra. (2013). Disiplin Kerja dan Pengalaman Kerja terhadap kinerja Karyawan pada PT. Central Multi karya Bandung , Jurnal Ilmiah , 41-57. Burlian, Muhammad. (2005). Pengaruh Pengembangan Karir Terhadap Kinerja Pegawai Balai Karantina Ikan Polania di Medan , Tesis (tidak diterbitkan), Universitas Sumatera Utara, Medan. DuBrin, Andrew J. (1982). Contemporary Applied Management , Business Publications, Texas. Foster, Bill. (2001). Pembinaan untuk Peningkatan Kinerja Karyawan , PPM Kansius, Jakarta. Gomes, Faustino C. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia , Andi Offset, Yogyakarta Hersey. Blanchard. (2004). Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources , Prentice Hall, New Jersey. Kadarisman (2012). Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia , Cetakan 1, Rajawali Pers, Jakarta. Kasmir (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik) , Cetakan Ke-2, PT Raja Grapindo, Jakarta Made, Negara Ni. (2014). Pengaruh Pengembangan Karir terhadap Kinerja Pegawai pada PT. POS INDONESIA (persero) Kabupaten Jembrana, Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksa , 4(1), 1-10 Mangkunegara, Anwar Prabu (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaa n, Cetakan ke 11, PT Remaja Rosdakarya, Bandung. McDaniel, Michael A. Frank L Schmidt. John E Hunter. (2015). Job Experience Correltes of Job Performance, Journal of Applied Psychology , 73(2), 327-330 Muhlis. Anhulaila M. Palampanga. Lina Mahardiana (2016). Pengaruh Kepemimpinan dan pengembangan Karir terhadap Kinerja Karyawan PT. Suzuki Finace Indonesia Palu, e Jurnal Katalogis , 4(3), 149-159. Nawawi, Hadari (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif , Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Ratulangi, Soegoto (2016). Pengaruh Pengalaman Kerja, Kompetensi, Motivasi, terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Hasjrat abadi Tendean Monado). Jurnal Embah , 4(4), 322-334. Sartika, Amwiarni (2015). Pengaruh Kompetensi, Disiplin Kerja, dan pengalaman Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas pendapatan, Pengelolahan keuangan dan Aset daerah Kota Palu. Jurnal Kotalogis , . 3(1), 54- 65. Sastrohadiwiryo. Siswanto B. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan Operasional , Bumi Aksara, Jakarta Subekhi, Jauhar (2013). Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) , Cetakan Pertama, Pustakaraya, Jakarta. Sugiyono (2013). Metode Penelitian Bisnis , Cetakan Ke XVII, CV Alfabeta, Bandung. Sugiyono (2015). Metode Penelitian Manajemen , Cetakan Ke IV, CV Alfabeta, Bandung. Sujarweni, Wiratna (2015). Metode Penelitan Bisnis Ekonomi , Cetakan Ke 1, Pustaka Baru Press, Yogyakarta. Suliyanto (2011). Ekonometrika Terapan Teori dan aplikasi dengan SPSS , CV Andi Offset, Yogyakarta. Sunyoto, Danang (2012). Teori, Kuisioner, & Analisis Data Sumber Daya Manusia , Cetakan Pertama. PT Buku Seru, Yogyakarta. Sutrisno, Edy (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia , Edisi Pertama, Prenadamedoa Group, Jakarta. Utomo, Hasto Joko Nur, Meilan Sugiarto (2007) Manajemen Sumber Daya Manusia , Ardana Media, Yogyakarta. Wibowo (2016) Manajemen Kinerja, Edisi Kelima , PT RajaGrafibdo Persada, Jakarta.
9b262fe8-0b0c-4d55-bfb4-232562401394
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/agritepa/article/download/5530/4503
## POTENSI EKSTRAK AIR DARI ORGAN AKAR RATUN TANAMAN SORGUM YANG DIBUDIDAYAKAN DI LAHAN INCEPTISOLS SEBAGAI BIOHERBISIDA POTENTIAL OF AQUEOUS EXTRACTS FROM ROOT ORGANS OF RATOON PLANTS SORGHUM CULTIVATED ON INCEPTISOLS SOIL AS BIOHERBICIDE Andreani Kinata 1) , Edi Susilo 1)* , Hesti Pujiwati 2) 1) Program Studi Agroteknologi, Fakutas Pertanian, Universitas Ratu Samban, Jl. Jenderal Sudirman No. 87 Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara 2) Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakutas Pertanian, Universitas Bengkulu, Jl. WR Supratman Kandang Limun Kota Bengkulu * E-mail: [email protected] ARTICLE HISTORY : Received [12 January 2024] Revised [31 May 2024] Accepted [02 June 2024] ## ABSTRAK Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efek penghambatan terbaik dari ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang ditanam di tanah Inceptisol terhadap perkecambahan tanaman uji. Metodologi : Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap satu faktor dengan empat perlakuan: kontrol, akar Numbu, akar Super 1, dan akar Suri 4. Unit percobaan berupa cawan petri, dan percobaan diulang empat kali. Metode bioassay diterapkan pada cawan petri, dengan 10 ml ekstrak air ditambahkan ke setiap cawan, dan 25 biji kacang hijau Vima 1 diinkubasi selama tiga hari. Hasil : Ekstrak air dari akar ratun Numbu dan Suri 4, serta semua ekstrak akar ratun sorgum lainnya, secara signifikan menghambat perkecambahan tanaman uji dibandingkan dengan kontrol. Temuan : Ekstrak akar ratun sorgum menunjukkan sifat bioherbisida yang kuat. Kebaruan : Penelitian ini memberikan wawasan tentang potensi alelopati dari berbagai varietas sorgum. Originalitas : Studi ini menawarkan analisis mendetail tentang efek bioherbisida dari ekstrak akar ratun sorgum terhadap perkecambahan biji. Kesimpulan : Ekstrak air dari akar ratun sorgum, terutama Numbu dan Suri 4, secara efektif menghambat perkecambahan tanaman uji. Jenis Dokumen : Artikel Penelitian Empiris Kata Kunci : Akar, Bioassay , Ekstrak, Inceptisols , Ratun ## ABSTRACT Purpose : This study aims to determine the best inhibitory effect of water extracts from the ratoon root organs of sorghum plants grown on Inceptisol soil on the germination of test plants. Methodology : The study used a single-factor completely randomized design with four treatments: control, Numbu roots, Super 1 roots, and Suri 4 roots. The experiment units were petri dishes, and the experiment was repeated four times. The bioassay method in petri dishes was applied, with 10 ml of water extract added to each dish, and 25 Vima 1 mung bean seeds were incubated for three days. Results : The water extracts from the ratoon roots of Numbu and Suri 4, as well as all other sorghum ratoon root extracts, significantly inhibited the germination of test plants compared to the control. Findings : Sorghum ratoon root extracts exhibit potent bioherbicidal properties. Novelty : This research provides insights into the allelopathic potential of different sorghum varieties. Originality : The study offers a detailed analysis of the bioherbicidal effects of sorghum ratoon root extracts on seed germination. Conclusions : Water extracts from sorghum ratoon roots, especially Numbu and Suri 4, effectively inhibit test plant germination. Type of Paper : Empirical Research Article Keywords : Roots, Bioassay, Extracts, Inceptisols, Ratoon ## PENDAHULUAN Pengendalian gulma adalah alat yang diperlukan dalam produksi tanaman karena kerugian ekonomi yang luar biasa dalam hasil panen. Jika gulma ada di tempat budidaya, itu akan memengaruhi kualitas dan kuantitas hasil panen. Tanaman bersaing dengan rumput untuk mendapatkan hara, air, dan ruang tumbuh (Little et al., 2021). Selain itu, rumput dapat menyebabkan penurunan hasil panen. Di daerah dengan sedikit penduduk (tenaga kerja) tetapi lahan yang luas, petani sering menggunakan herbisida sintetik untuk mengendalikan gulma. Pada dasarnya, penggunaan herbisida sintetik berdampak negatif terhadap lingkungan karena pengguna tidak memahaminya dan penggunaan terus menerus.Penggunaan herbisida sintetik ini memiliki banyak efek negatif. lingkungan tercemar, ada residu, musuh alami berkurang, dan jumlah organik tanah berkurang (Susanti et al., 2014) Pada saat ini, alternatif yang diperlukan adalah pendekatan pengendalian gulma yang didasarkan pada wawasan lingkungan. Penggunaan alelopati tanaman budidaya atau senyawa kimia sebagai bioherbisida yang dapat digunakan di lapangan adalah alternatif yang dapat dieksplorasi. Alelokimia adalah senyawa tanaman sekunder yang dilepaskan ke lingkungan pencucian, eksudasi akar, penguapan dan sisa tanaman di dalam tanah (Cutler & Cutler, 1999). Penggunaan senyawa alelokimia dari tanaman budidaya adalah aman bagi lingkungan karena tidak meninggalkan sisa residu dan tidak mencemari lingkungan budidaya. Selain itu, akhir-akhir ini terdapat penelitian yang difokuskan pada potensi alelopati tanaman pangan dan tanaman lain untuk mengendalikan gulma (Javaid et al., 2006). Alelokimia tumbuhan umumnya dianggap aman dan bermanfaat bagi lingkungan dan manusia. Ini berbeda dengan herbisida kimia sintetik yang sering digunakan, yang dapat mencemari air dan tanah di ekosistem tanaman (Zarwazi et al., 2016). Sorgum adalah tanaman pangan yang dapat digunakan sebagai bioherbisida. Sorghum ( Sorghum bicolor L. Moench) dari famili poaceae menimbulkan efek alelopati pada tanaman yang diteliti karena pelepasan senyawa kimia alelokimia seperti fenolik (Sรจne et al., 2000; Won et al., 2013). Tanaman sorgum dapat memanfaatkan akar, batang, dan daun sorgum sebagai bioherbisida. Ada bukti bahwa organ-organ tanaman sorgum berbeda-beda selama proses menghasilkan alelokimia. Menurut Macias et al., (2007), ada perbedaan dalam penyebaran porposi alelokimia antar organ tanaman. Hal ini berdampak pada kandungan alelokimia pada organ sebagai bioherbisida. Variasi kandungan alelokimia di antara organ dipengaruhi oleh fase pertumbuhan organ dan lingkungan di mana organ tumbuh. Penelitian tentang kemampuan organ tanaman sorgum untuk menghasilkan zat alelopati baru-baru ini dimulai. Jika organ ratun akar sorgum dapat menghasilkan alelopati dengan menggunakan lahan Inceptisol sebagai lokasi produksinya, maka perlu digali. Seperti yang dinyatakan oleh (Susilo et al., 2021), ekstrak air dari berbagai organ akan menghasilkan reaksi yang berbeda terhadap tanaman uji. Selama beberapa tahun terakhir, penelitian tentang organ tanaman sorgum yang dapat digunakan sebagai sumber bioherbisida hanya berfokus pada tanaman utama. Pada beberapa varietas sorgum yang ditanam di tanah marginal, terutama Inceptisol, organ akar ratun tanaman sorgum belum digali. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan daya hambat terbaik dari ekstrak air organ akar ratun tanaman sorgum yang diproduksi di lahan Inceptisol terhadap perkecambahan test plant . ## METODE PENELITIAN Penelitian diawali dengan persiapan berangkasan yang dilaksanakan di lahan Inceptisols Kandang Mas, Kampung Melayu Kota Bengkulu, Bengkulu. Berangkasan sebagai bahan ekstrak air disiapkan pada bulan Pebruari sampai Juni 2023 dan uji bioassay dilaksanakan pada bulan Juli 2023. Uji bioassay dilaksanakan di Bentiring Permai Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu. Tahapan percobaan yang dilakukan pertama kali yaitu menanam sorgum varietas Numbu, Super 1, dan Suri 4 di lahan Inceptisols pesisir Bengkulu. Penanaman ini dari pertumbuhan sampai fase generatif dan panen. Setelah panen dilakukan, selanjutnya pangkal batang sorgum tersebut dirawat untuk tujuan menghasilkan ratun. Setelah tanaman sorgum utama menghasilkan biji dan batangnya dipotong, tanaman ratun tumbuh tunas. Untuk percobaan ini, tanaman ratun berumur 7 Minggu Setelah Tanam (MST) dipanen. Berangkasan dari akar, batang, dan daun ratun, yang nantinya akan digunakan untuk mengekstrak air. Berangkasan yang telah dipanen dikeringkan selama sepuluh hari di bawah sinar matahari. Potongan berangkasan 3 cm dari setiap bagian organ (akar, batang, dan daun) kemudian dikeringkan selama 70 jam dalam oven pada suhu 75 o C. Organ tanaman yang dihaluskan pada alat penggiling berangkasan. Hasil penggilingan penelitian ini adalah serbuk halus sebagai bahan untuk penelitian ini. Dalam eksperimen ini, pola faktor tunggal dari rancangan acak lengkap digunakan. Percobaan ini menggunakan ekstrak air akar ratun tanaman sorgum yang berasal dari lahan Inceptisols; level yang digunakan adalah kontrol, akar Numbu, akar Super 1, dan akar Suri 4, dan percobaan diulang empat kali. Sebanyak 100 gram (konsentrasi 10%) serbuk kering organ akar sorgum varietas Numbu, Super 1, dan Suri 4 direndam dengan 900 mililiter air aquades untuk mengekstrak air dari organ akar tanaman ratun. Setelah campuran air dan serbuk tercampur, kain dan kertas saring digunakan untuk menyaringnya. Ekstrak air dimasukkan ke dalam botol yang dilabeli. Percobaan ini menerapkan ekstrak air dari beberapa varietas sorgum tersebut. Untuk menguji dengan metode bioassay ekstrak air, kertas saring digunakan pada cawan petri. Tujuannya adalah untuk menentukan seberapa daya hambat ekstrak air terhadap pertumbuhan tanaman uji (benih kacang hijau varietas Vima 1) karena senyawa alelokimia yang larut dalam air. Kertas saring diletakkan di cawan petri 2 rangkap. 25 butir benih kacang hijau ditanam dalam setiap cawan petri dan 10 mililiter ekstrak air sorgum ditambahkan pada konsentrasi 10%. Menurut (Susilo et al., 2021), perkembangan kecambah benih kacang hijau telah dihambat oleh ekstrak air tanaman sorgum mulai pada konsentrasi 10%. Tahap inkubasi, tahap terakhir dari eksperimen, berlangsung selama tiga hari. Persentase kecambah normal (%), persentase kecambah abnormal (%), panjang hipokotil (cm), panjang akar (cm), berat segar hipokotil (g), berat segar akar (g), berat segar endosperma (g), berat segar kecambah (g), dan berat kering hipokotil (g), berat kering akar (g), berat kering endosperma (g), dan berat kering kecambah (g). Diuji dengan uji BNT 5%, data pengamatan diperiksa secara statistik untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang nyata antar rataan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, variabel pengamatan yang digunakan adalah persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, panjang hipokotil, panjang akar, berat segar hipokotil, berat segar akar, berat segar endosperma, berat segar kecambah, dan berat kering hipokotil, akar, endosperma, dan kecambah. Berdasarkan tabel sidik ragam, perlakuan ekstrak air dari organ akar ratun yang dibudidayakan di Inceptisols menunjukkan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal dan berat kering kecambah. ## Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam perkecambahan tanaman uji yang dihasilkan dari ekstrak air dari organ akar ratun sorgum yang ditanam di lahan Inceptisols Variabel pengamatan Perlakuan Koefisien keragaman (%) Persentase kecambah normal 23,00 ** 3,17 Persentase kecambah abnormal 23,00 ** 30,49 Panjang hipokotil 3,46 * 14,76 Panjang radikula 3,83 * 28,13 Berat segar hipokotil 3,43 * 19,47 Berat segar akar 0,20 tn 26,16 Berat segar endosperma 0,16 tn 28,83 Berat segar kecambah 0,43 tn 27,98 Berat kering hipokotil 0,58 tn 20,10 Berat kering akar 3,43 * 22,91 Berat kering endosperma 3,55 * 15,67 Berat kering kecambah 11,49 ** 6,93 * = berbeda nyata ** = berbeda sangat nyata tn = tidak berbeda nyata ## Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2023 Tabel 1 menunjukkan efek nyata dari variabel berat segar akar, berat segar endosperma, berat segar kecambah, dan berat kering hipokotil. Sebaliknya, panjang hipokotil, panjang radikula, berat kering hipokotil, dan berat kering endosperma tidak berpengaruh sama sekali. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diterapkan pada percobaan ini menghasilkan respons dominan yang signifikan. Alelopati merupakan suatu fenomena secara alami dimana keberadaannya tidak terlepas dengan proses produksi dan pelepasan alelokimia atau metabolit sekunder (Farooq et al., 2011). Keberadaan alelopati telah diakui sebagai pengendalian gulma secara alami. Tanaman yang beragam jenis mempunyai alelokimia yang dapat digunakan untuk menghambat gulma yang berbeda pula. Sorgum merupakan salah satu tanaman mengandung alelopati dengan beragam jenis dan jumlah alelokimianya. Ahmad et al., (2000) telah melaporkan pengaruh penghambatan oleh sorgum terhadap jenis gulma yang berbeda. Hasil HPLC menunjukkan bahwa pucuk tanaman sorgum mengandung asam syringic, asam vanillic dan asam ferulic (Naby & Ali, 2020). Tabel 2 menunjukkan pengaruh ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols terhadap persentase kecambah normal. Ekstrak air dari akar ratun Super 1 dan Suri 4 menghasilkan persentase kecambah normal terendah. Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air yang berasal dari akar ratun Super 1 dan Suri 4 mampu menghasilkan respon yang menghambat perkecambahan. Sorgum pada dasarnya mengandung beberapa senyawa fenolik dan senyawa fenolik akan menghambat oksidasi auksin yang diinduksi oleh peroksidasi dan oksidasi, maka memodulasi homeostasis auksin pada jaringan (Cvikrova et al., 1996). Mustafa et al., (2019) menunjukkan penurunan yang sama dalam persentase perkecambahan, pertumbuhan akar dan pucuk beberapa tanaman karena peningkatan konsentrasi dari beberapa ekstrak air tanaman alelopati gulma. Tabel 2. Tanaman ratun sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols memiliki rataan persentase kecambah normal, persentase kecambah abnormal, panjang ipokotil, dan panjang akar Perlakuan Sumber ekstrak Kecambah normal (%) Kecambah abnormal (%) Panjang hipokotil (cm) Panjang akar (cm) Kontrol 100,00 a 0,00 b 5,30 a 3,71 b Akar Numbu 95,01 a 5,01 b 4,02 ab 6,14 ab Akar Super 1 85,02 b 15,03 a 3,73 b 3,71 b Akar Suri 4 83,32 b 16,68 a 4,70 ab 6,80 a Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2023 Keterangan : pada uji BNT 5%, angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berpengaruh Ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols memiliki efek yang signifikan terhadap persentase kecambah yang tidak normal. Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak air dari akar Super 1 dan Suri 4 menghasilkan kecambah yang tidak normal tertinggi. Penemuan ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak air ini dapat menghasilkan respon yang menghambat pertumbuhan pada tanaman uji coba, yang menghasilkan kecambah yang tidak normal lebih banyak daripada jenis perlakuan lainnya. Tanaman tertentu dapat menghambat perkecambahan dan perkembangan tanaman lain dengan mengeluarkan zat racun. Sumber alelopat dari tanaman berbiji merupakan kumpulan senyawa alelopati yang digunakan untuk teknologi pengelolaan gulma. Aktivitas alelopati yang terdapat dalam ekstraksi dari tumbuhan tingkat tinggi dari berbagai organ tumbuhan dapat dideteksi dengan uji bioassay dalam kondisi laboratorium. Uji laboratorium awal terhadap alelokimia berfokus pada perkecambahan biji dan pertumbuhan bibit (Vyryan, 2002). Ditunjukkan bahwa ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols memiliki efek yang signifikan terhadap panjang hipokotil. Meskipun tidak jauh berbeda dengan akar Numbu, ekstrak air dari akar Super 1 menghasilkan panjang hipokotil terendah, seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 2, hasil menunjukkan bahwa ekstrak air dari akar Super 1 mampu menghasilkan respon yang menghambat pertumbuhan terhadap tanaman uji. Pada dasarnya zat penghambat mengandung alelokimia yang membantu pengaturan pembelahan dan pemanjangan sel pada konsentrasi rendah meningkatkan hubungan air, mineralisasi dan serapan unsur hara, serta menyebabkan putusnya dormansi benih serta menginduksi perkecambahan benih. Ekstrak air pucuk sorgum berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan, penghambatan persentase perkecambahan, bobot kering total, penghambatan pertumbuhan semai, bobot kering plumule dan radicle, panjang semai, indeks vigor semai, panjang plumule dan radicle, kecepatan plumule dan kecepatan pemanjangan radikula (Naby & Ali, 2020). Proses metabolisme selama tahap awal pertumbuhan tanaman dapat dihambat oleh ekstrak tumbuhan alelopati karena keberadaan senyawa fenolik (Muzaffar, 2012). Dalam tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols, ekstrak air dari organ akar ratun memiliki pengaruh yang signifikan terhadap panjang akar. Tabel 2 menunjukkan bahwa organ akar sorgum dari varietas Super 1 memiliki panjang akar terendah, tetapi tidak jauh berbeda dengan akar Numbu. Ini menunjukkan bahwa keduanya memiliki potensi untuk menjadi pionir dalam pembuatan bioherbisida tahap awal. Pada dasarnya alelopati merupakan kemampuan tanaman untuk menghambat perkecambahan tanaman lain melalui produksi alelokimianya yang terdapat pada organ tanaman seperti akar, batang, daun. Pentingnya alelopati dalam pengaturan biologis gulma dan produktivitas tanaman telah diketahui dan beberapa teknik telah disarankan untuk mengetahui aktivitas alelopati (Terzi, 2008). Terdapat pengaruh yang nyata bahwa ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols terhadap berat segar hipokotil. Organ akar Numbu memberikan berat segar hipokotil terendah walaupun tidak berbeda dengan akar Super 1 dan akar Suri 4 ditunjukkan Tabel 3. Berdasarkan temuan data tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya semua perlakuan ekstrak mampu memberikan tingkat penghambatan yang nyata terhadap perkecambahan kacang hijau (sebagai test plant ) khususnya berat hipokotil ini. ## Tabel 3. Rata-rata berat segar hipokotil, berat segar akar, berat segar endosperma, dan berat segar kecambah Perlakuan Sumber ekstrak Berat segar hipokotil (g) Berat segar akar (g) Berat segar endosperma (g) Berat segar kecambah (g) Kontrol 0,132 a 0,040 0,076 0,212 Akar Numbu 0,080 b 0,025 0,076 0,180 Akar Super 1 0,108 ab 0,031 0,088 0,231 Akar Suri 4 0,098 ab 0,034 0,083 0,198 Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2023 Keterangan : pada uji BNT 5%, angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berpengaruh. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols mempengaruhi berat segar akar. Namun, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3, ekstrak air dari akar ratun Numbu dan akar Super 1 menghasilkan berat segar akar yang lebih rendah daripada ekstrak air dari tanaman sorgum lainnya. Ekstrak air dari akar ratun Suri 4, ditunjukkan dengan respon variabel atau nilainya yang rendah. Berat endosperma segar tidak dipengaruhi secara signifikan oleh ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang ditanam di lahan Inceptisols. Namun demikian, berat segar endosperma yang dihasilkan oleh ekstrak air yang berasal dari ratun akar Super 1, dan akar Suri 4 lebih tinggi dibandingkan dengan metode lain, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3. Data ini menunjukkan bahwa ekstrak air yang berasal dari ratun akar Super 1, dan akar Suri 4 memiliki potensi untuk berfungsi sebagai bioherbisida. Nilai variabel yang diperoleh menunjukkan hal ini, kecambah yang mengalami stres ekstrak air sorgum pada dasarnya akan menunjukkan endosperma yang tetap tinggi beratnya. Ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols tidak benar-benar mempengaruhi berat segar kecambah; namun, data menunjukkan bahwa ekstrak air dari akar Numbu dan akar Suri 4 menghasilkan berat segar kecambah yang lebih rendah daripada metode lain. Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak air dari akar Numbu dan akar Suri 4 menghasilkan berat segar kecambah yang lebih rendah daripada metode lain. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya nilai dari suatu variabel yang diperoleh. Tidak terdapat pengaruh yang nyata bahwa ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols terhadap berat kering hipokotil. Namun demikian terdapat kecenderungan bahwa organ akar Super 1 menghasilkan berat kering hipokotil terendah ditunjukkan Tabel 4. Berdasarkan temuan data tersebut menunjukkan bahwa pada dasarnya organ akar Ratun Super 1 mempunyai potensi yang baik sebagai herbisida organik pada percobaan ini. Alelokimia dapat mempengaruhi jalur metabolisme tanaman seperti penyerapan mineral, fotosintesis, respirasi sel, dan pengambilan air (Naby & Ali, 2020). Ada perbedaan yang signifikan dalam bagaimana ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols mempengaruhi berat kering akar. Pada dasarnya, jika dibandingkan dengan ekstrak kontrol atau tanpa ekstrak, ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum dapat menghasilkan berat kering akar yang terendah, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa ekstrak akar ratun sorgum berpotensi sebagai bioherbisida yang cukup baik. Bahan kering dan pertumbuhan kedelai terhambat secara signifikan ketika diperlakukan dengan beberapa asam fenolat seperti asam klorogenat, asam caffeic, asam p-coumaric, asam galat, asam ferulic, asam vanillic dan p โ€“hydroxybenzaldehyde (Patterson, 1981). Tabel 4. Rata-rata berat kering hipokotil, berat kering akar, berat kering endosperma, dan berat kering kecambah Perlakuan Sumber ekstrak Berat kering hipokotil (g) Berat kering akar (g) Berat kering endosperma (g) Berat kering kecambah (g) Kontrol 0,0098 0,0024 b 0,0162 b 0,0282 c Akar Numbu 0,0094 0,0041 a 0,0228 ab 0,0362 ab Akar Super 1 0,0084 0,0032 ab 0,0202 ab 0,0321 bc Akar Suri 4 0,0102 0,0042 a 0,0246 a 0,0388 a Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2023 Keterangan : pada uji BNT 5%, angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berpengaruh. Ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang dibudidayakan di lahan Inceptisols memiliki dampak yang signifikan terhadap berat kering endosperma. Menurut Tabel 4, data menunjukkan bahwa ekstrak air dari semua akar ratun, kecuali akar Numbu dan akar Super 1, menghasilkan berat kering endosperma yang lebih rendah daripada perlakuan lainnya. Hal tersebut ditandai dengan tingginya nilai dari suatu variabel berat kering endosperma yang diperoleh. Pada dasarnya, kecambah dengan endosperma yang tetap tinggi beratnya apabila kecambah tersebut mengalami cekaman ekstrak air sorgum. (Almaghrabi, 2012), mengungkapkan bahwa persentase perkecambahan biji oat liar menurun secara signifikan dengan menggunakan empat senyawa fenol sintetik asam salisilat, asam ferulat asam hidroksibenzoat dan asam hidroksipenil asetat yang paling efektif. Tingkat kering kecambah dipengaruhi secara signifikan oleh ekstrak air dari organ akar ratun tanaman sorgum yang ditanam di lahan Inceptisols. Ekstrak air yang berasal dari ratun akar Suri 4 mampu menghasilkan berat kering kecambah yang lebih rendah dibanding dengan perlakuan lainnya walaupun tidak berbeda dengan akar Numbu ditunjukkan Tabel 4. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air yang berasal dari akar Numbu, dan akar Suri 4 mempunyai peluang sebagai bahan bioherbisida yang potensial. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya nilai dari suatu variabel yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak pucuk sorgum dapat menekan perkecambahan dan beberapa parameter pertumbuhan semai karena adanya tiga senyawa asam fenolat efektif yaitu asam syringic, asam vanillic dan asam ferulic yang berperan sebagai herbisida biokimia. Tingkat konsentrasi yang lebih tinggi 45 dan 60% dari ekstrak air sorgum menyebabkan penurunan maksimum untuk perkecambahan. Selain itu, ketiga gulma rumput yang diteliti lebih sensitif dalam membandingkan roti dan gandum durum. Oleh karena itu, hasil ini memungkinkan evolusi herbisida biosintesis selektif untuk mengendalikan gulma dalam produksi tanaman berkelanjutan (Naby & Ali, 2020). ## KESIMPULAN Ekstrak air yang berasal dari ratun akar Numbu dan ratun akar Suri 4 khususnya dan semua perlakuan ekstrak air akar ratun sorgum pada umumnya mampu menghambat perkecambahan test plant tertinggi dibanding dengan kontrol. ## DAFTAR PUSTAKA Ahmad, A., Z., Cheema, A., & Ahamd, R. (2000). Evaluation of sorgaab as natural weed inhibitor in maize. The J. Anim. Plant Sci. 10: 141-146. Almaghrabi, O. A. (2012). Control of wild oat (Avena fatua) using some phenolic compounds I - Germination and some growth parameters. Saudi Journal of Biological Sciences , 19 (1), 17โ€“24. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2011.07.005 Cutler, H., ,G, Cutler, S., J. (1999). Biologically active natural products: pharmaceuticals. CRC Press; Jul 27. Cvikrova, M., Hrubcova, M., Eder, J., & Binarova, P. (1996). Changes in the levels of endogenous phenolics, aromatic monoamines, phenylalanine ammonia-lyase, peroxidase, and auxin oxidase activities during initiation of alfalfa embryogenic and non embryogenic calli. Plant Physiol Biochem 34:853โ€“861 Farooq, M., Habib, M., Wahid, A., & Munir, R. (2011). Employing Aqueous Allelopathic Extracts of Sunflower in Improving Salinity Tolerance of Rice. Journal of Agriculture & Social Sciences , 7 , 75โ€“80. http://www.fspublishers.org Javaid, A., Shafique, S., Bajwa, R., & Shafique, S. (2006). Effect of aqueous extracts of allelopathic crops on germination and growth of Parthenium hysterophorus L. South African Journal of Botany , 72 (4), 609โ€“612. https://doi.org/10.1016/j.sajb.2006.04.006 Little, N. G., Ditommaso, A., Westbrook, A. S., Ketterings, Q. M., & Mohler, C. L. (2021). Effects of fertility amendments on weed growth and weed-crop competition: A review. Weed Science , 69 (2), 132โ€“146. https://doi.org/10.1017/wsc.2021.1 Macรญas, F. A., Molinillo, J. M., Varela, R. M., & Galindo, J. C. (2007). Allelopathy a natural alternative for weed control. Pest Management Science , 3(4), 327-348. Mustafa G, Ali A, Ali S, Barbanti L, Ahmad M. (2019). Evaluation of dominant allelopathic weed through examining the allelopathic effects of four weeds on germination and seedling growth of six crops. Pakistan Journal of Botany . 51(1):269-78. Muzaffar, S., B. Ali, and N. A. W. (2012). Effect of Catechol , Gallic Acid and Pyrogallic Acid on the Germination , Seedling Growth and the Level of Endogenous Phenolics. International Journal of Life Science Biotechnology and Pharma Research , 1 (3), 50โ€“ 55. Naby, K. Y., & Ali, K. A. (2020). Effect of sorghum [Sorghum Bicolor (L.) Moench] aqueous extract on germination and seedling growth of wheat, wild oat, wild barley and canary grass. Journal of Advanced Pharmacy Education & Research| Apr-Jun , 10 (S2), 191. Patterson, D. T. (1981). Effects of Allelopathic Chemicals on Growth and Physiological Responses of Soybean ( Glycine max ) . Weed Science , 29 (1), 53โ€“59. https://doi.org/10.1017/s0043174500025820 Sรจne, M., Dorรฉ, T., & Pellissier, F. (2000). EFFECT OF PHENOLIC ACIDS IN SOIL UNDER AND SEEDLING GROWTH OF PEANUT ( Arachis hypogea ). In Situ , 26 (3), 625โ€“637. Susanti, A. T. A., Isda, M. N., & Fatonah, S. (2014). Potensi Alelopati Ekstrak Daun Gleichenia linearis (Burm.) Underw. Terhadap Perkecambahan Dan Pertumbuhan Anakan Gulma Mikania micrantha (L.) Kunth. Jom Fmipa , 1 (2), 1โ€“7. Susilo, E., Setyowati, N., Nurjannah, U., Riwandi, & Muktamar, Z. (2021). Effect of Swamp Irrigation Pattern and Sorghum Extract Concentration on Sorghum Seed Sprout. Proceedings of the 3rd KOBI Congress, International and National Conferences (KOBICINC 2020) , 14 (Kobicinc 2020), 19โ€“25. https://doi.org/10.2991/absr.k.210621.005 Terzi, I. (2008). Allelopathic effects of Juglone and decomposed walnut leaf juice on muskmelon and cucumber seed germination and seedling growth. African Journal of Biotechnology , 7 (12), 1870โ€“1874. Vyvyan, J., R. (2002). Allelochemicals as leads for new herbicides and agrochemicals. Tetrahedron 58:1631-1646. Won, O. J., Uddin, M. R., Park, K. W., Pyon, J. Y., & Park, S. U. (2013). Phenolic compounds in sorghum leaf extracts and their effects on weed control. Allelopathy Journal , 31 (1), 147โ€“156. Zarwazi, L. M., Chozin, M. A., & Guntoro, D. D. (2016). Potensi Gangguan Gulma pada Tiga Sistem Budidaya Padi Sawah. Jurnal Agronomi Indonesia (Indonesian Journal of Agronomy) , 44 (2), 147. https://doi.org/10.24831/jai.v44i2.13481
9393045c-f050-4cb2-9863-b73f912c5ee3
https://djournals.com/klik/article/download/373/378
## KLIK: Kajian Ilmiah Informatika dan Komputer ISSN 2723-3898 (Media Online) Vol 3, No 1, Agustus 2022 Hal 33-43 https://djournals.com/klik ## Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Abdul Karim * Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi, Universitas Budi Darma, Medan, Indonesia Email: [email protected] Email Penulis Korespondensi: [email protected] Abstrak โˆ’Tujuan dari penelitian ini adalah memafaatkan kecerdasan buatan untuk menganalisa dalam menenetukan desa terbaik di Kabupaten Labuhanbatu penelitian yang akan dibuat adalah menganalisa model pemilihan desa terbaik dengan memanfaatkan data set yang bersumber dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa melalui website. Dengan menggunakan Algoritma Entropy Dan Aras sebagai alat bantu dalam menyelesaikan penelitian ini. Algoritma Entropy adalah nilai informasi yang menyatakan ukuran ketidakpastian (impurity) dari attribut dari suatu kumpulan obyek data dalam satuan bit Dan Aras Adalah Metode yang digunakan untuk perangkingan kriteria secara konsep dengan demikian metode ini sangat cocok dalam memilih desa terbaik di kabupaten labuhanbatu. Proses penelitian ini memiliki beberapa tahap yaitu pelathan dan pengujian untuk mencari hasil yang ditemukan akan menjadi kesimpulan penelitian. Kata Kunci: Desa; Labuhanbatu; SPK; Entropy dan ARAS Abstractโ€“ The purpose of this study is to utilize artificial intelligence to analyze in determining the best villages in Labuhanbatu Regency. The research that will be made is to analyze the best village selection model by utilizing data sets sourced from the Community and Village Empowerment Office via the website. By using the Entropy and Level Algorithm as a tool in completing this research. The Entropy Algorithm is an information value that expresses a measure of the impurity of the attributes of a collection of data objects in units of bits. And Levels is a method used for conceptually ranking criteria, thus this method is very suitable in selecting the best villages in Labuhanbatu district. The research process has several stages, namely training and testing to find the results found will be the conclusion of the research. Keywords: Village; Labuhanbatu; SPK; Entropy and ARAS ## 1. PENDAHULUAN Kabupaten Labuhanbatu dengan Ibukotanya Rantauprapat memiliki luas wilayah 922.318 Ha (9.223,18 KM2) atau setara dengan 12,87% dari luas Wilayah Propinsi Sumatera Utara. Sebagai Kabupaten terluas kedua setelah Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Labuhanbatu memiliki sembilan kecamatan dan 98 Desa [1]. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berbagai motivasi penilaian dilaksanakan pemerintah pada masyarakat desa guna memacu percepatan pembangunan yang merata. Keberhasilan desa didukung penuh seluruh masyarakat dengan perangkat desa[2] Sistem Pendukung Keputusan (SPK) atau Decision Support System (DSS) adalah sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah dengan kondisi semi terstruktur dan tak terstruktur. Sistem ini digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat. Dalam penelitian sistem pendukung dalam menentukan penerima beasiswa mahasiswa berprestasi dengan meggunakan metode waspas. Saat ini perkembangan teknologi di bidang informasi telah berkembang dengan cepat. Salah satu wujud teknologi pendukung sistem informasi ialah komputer. Komputer menjadi media yang penting dalam pemrosesan data menjadi informasi yang siap untuk digunakan[3]-[4] Dengan adanya SPK diharapkan mampu membantu dalam menyelesaikan suatu masalah dan menjadi alternatif bagi penggunannya. Sistem pendukung keputusan merupakan sebuah sistem yang menyediakan kemampuan untuk penyelesaian masalah dan komunikasi untuk permasalahan yang bersifat semi-terstruktur. [5]-[6]-[7] Entropi adalah nilai informasi yang menyatakan ukuran ketidakpastian (impurity) dari attribut dari suatu kumpulan obyek data dalam satuan bit. Metode entropy dapat diguanakan untuk menentukan nilai suatu bobot, pada kriteria dengan variasi nilai tertinggi akan mendapatkan bobot tertinggi. [5]-[6]- Additive Ratio Assessment (ARAS) adalah sebuah metode yang digunakan untuk perangkingan kriteria secara konsep metode ARAS in di gunakan dengan metode lain yang menggunakan konsep perangkingan seperti SAW atau TOPSIS, dimana proses penentuan rangking harus di olah kembali dengan menggunakan metode ARAS sehingga hasil rangkin dengan metode SAW dan metode SAW+ARAS bisa berberda hasilnyahasilnya[4]-[8] Berdasarkan penelitian terdahulu yang dapat dimanfaatkan sebagai acuan pada penelitian ini antara lain yaitu pada. Penelitian yang dilakukan oleh Rima Tamara Aldisa tahun 2022 membahas mengenai Analisis Perbandingan Metode ROC-WASPAS dan Entropy-WASPAS dalam Keputusan Pemberian Reward Kinerja Pegawai Hotel ROC-WASPAS menghasilkan alternatif terbaik dengan nilai 2.958, sedangkan kombinasi menggunakan metode Entropy-WASPAS menghasilkan nilai 2.968. [6] Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Penelitian yang dilakukan oleh andi ernawati tahun 2022 membahas tentang Penerapan Algoritma Entropy Dan Aras Menentukan Penerima Beasiswa Mahasiswa Berprestasi Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu dengan hasil mengindetipikasi 5 mahasiswa yang berhak menerima bantuan dan 5 tidak menerima bantuan. [3] Penelitian di lakukan Saidah Rizki Tanjung, Mesran, Sarwandi, Meryance V Siagian, Tahun 2021 tetang Penerapan Metode COPRAS dan ENTROPY dalam Pemilihan Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (BAWASLU) dengan hasil merengking 10 tertinggi untuk dijadikan acuan. [4] Peneliti yang di lakukan Alex Rizky Saputra1, Supriatin tahun 2022 dengan judul implementasi Algoritma ARASPada SPKuntuk Menentukan Peringkat Dosen Terbaik dengan hasil teradapat 5 dosen dengan nilai tertinggi. [9] ## 2. METODOLOGI PENELITIAN ## 2.1.Algoritma Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logisโ€. Kata Logis adalah kunci dari algoritma. Langkah-langkah didalam algoritma wajib/harus logis dan dapat ditentukan nilanya benar dan salah. Dalam beberapa konteks algoritma adalah urutan langkah-langkah yang spesifikasi dalam melaksanakan pekeraan tertentu[3]-[10]-[11] Algoritma adalah langkah - langkah dalam menyelesaikan masalah, sedangkan program adalah realisasi dari algoritma dalam bahasa pemrograman. Program ditulis dalam bahasa pemrograman dan kegiatan membuat program disebut pemrograman (programming). Orang/user yang menulis coding/program disebut pemrogram (programmer). Setiap langkah Pada program disebut instruksi. Instruksi yang menjadi penghubung dari kode dan sistem ini yang bertanggung jawab untuk memberikam informasi yang tepat untuk dieksekusi. Menurut para ahli defenisi algoritma adalah yaitu:[4] Algoritma adalah urutan langkah-langkah logis penyelesaian masalah yang disusun secara sistematis dan logisโ€. Kata logis merupakan kata kunci dalam algoritma. Langkah-langkah dalam algoritma harus logis dan harus dapat ditentukan bernilai salah atau benar. Dalam beberapa konteks, algoritma adalah spesifikasi urutan langkah untuk melakukan pekerjaan tertentu.[12]-[13] Entropy adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Penjelasan secara umum dari entropy adalah (menurut hukum termodinamika), entropy dari sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah. [2] Berikut merupakan langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan metode ARAS [10] : Langkah 1: Pembentukan Decision Making Matrix ๐‘‹ 01 ๐‘‹ 0 ๐‘— โ‹ฏ ๐‘‹ 0 ๐‘› = [ 1 ๐‘‹๐‘–๐‘— โ‹ฏ ๐‘‹๐‘–๐‘› ] ( ๐‘– = 0, m; โ€ฆ ๐‘— = 1, n ) (1) โ‹ฎ โ‹ฎ โ‹ฑ โ‹ฎ ๐‘‹๐‘› 1 ๐‘‹๐‘š๐‘— โ‹ฏ ๐‘‹๐‘š๐‘› Dimana m = jumlah alternatif n = jumlah kriteria xij = nilai performa dari alternatif i terhadap kriteria j x0j = nilai optimum dari kriteria j Jika nilai optimal kriteria j( ๐‘‹ 0 ๐‘— )tidak diketahui, maka: X0j = ๐‘€๐‘Ž๐‘ฅ . ๐‘‹๐‘–๐‘— . ๐‘–๐‘“ ๐‘€๐‘Ž๐‘ฅ . ๐‘‹๐‘–๐‘— ๐‘–๐‘  ๐‘๐‘Ÿ๐‘’๐‘“๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘๐‘™๐‘’ (2) ๐‘– ๐‘– Xoj = ๐‘€๐‘–๐‘› . ๐‘‹๐‘–๐‘— , ๐‘–๐‘“ ๐‘€๐‘–๐‘› . ๐‘‹๐‘–๐‘— ๐‘–๐‘  ๐‘๐‘Ÿ๐‘’๐‘“๐‘Ž๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘๐‘™๐‘’ (3) ๐‘– ๐‘– Langkah 2: Penormalisasian matriks keputusan untuk semua kriteria Jika kriteria binefical maka dilakukan penormalisasian sebagai berikut : Xij * = โˆ‘ ๐‘š๐‘‹๐‘–๐‘—๐‘‹๐‘–๐‘— (4) ๐‘– =0 Dimana Xij* adalah nilai normalisasi Jika kriteria Non-Binefical maka normalisasi sebagai berikut : Tahap 1: Xij*= 1 (5) ๐‘‹๐‘–๐‘— Tahap 2: Xij* = โˆ‘ ๐‘š๐‘– = ๐‘‹๐‘–๐‘— 0 ๐‘‹๐‘–๐‘—โˆ— โˆ— (6) Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Langkah 3: Menentukan nilai bobot matriks yang sudah dinormalisasi D=[ ๐‘‘๐‘–๐‘— ] ๐‘š๐‘ฅ๐‘› = ๐‘Ÿ๐‘–๐‘— . ๐‘Š๐‘— (4) Dimana Wj= Bobot j Langkah 4: Menentukan nilai dari fungsi nilai optimalisasi (Si) Si =โˆ‘ ๐‘›๐‘— =1 ๐‘‘๐‘–๐‘— ; ( ๐‘– = 1,2 โ€ฆ , ๐‘š : ๐‘— = 1,2 โ€ฆ , ๐‘› ) (5) Dimana Si nilai fungsi optimalisasi alternative i. Nilai terbesar adalah nilai yang terbaik, dan nilai yang paling sedikit adalah nilai yang terburuk. Dengan memperhitungkan proses, hubungan proporsional dengan nilai dan bobot kriteria yang teliti berpengaruh pada hasil akhir. Langkah 5: Menentukan peringkat tingkatan tertinggi dari alternatif ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1. Analisa Penerapan Metode Sebagai langkah awal yang dilakukan agar dapat mengetahui gambaran permasalahan adalah dengan melakukan analisis permasalahan. Dengan melakukan analisis permasalahan diharapkan dapat memberikan solusi yang sesuai dengan permasalahan yang ada. Permasalahan yang sering dialami oleh Bagian pemerintah desa adalah Dimana proses penentuan desa terbaik dikhususkan untuk labuhanbatu Dan pada bagian penyeleksi desa yang layak mendapatkan nilai terbaik membutuhkan ketelitian dan waktu, dimana data desa dibandingkan dengan kriteria yang sudah ditentukan. Adapun kriteria yang ditentukan agar bisa mengikuti proses penilaian adalah Pendidikan masyarakat (K1), Kesehatan Masyarakat (K2), Ekonomi Masyarakat (K3), Keamanan dan Ketertiban (K4), Pemerintahan (K5), Lembaga Kemasyarakatan dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Semester dari kriteria tersebut dilakukan penilaian dan diseleksi dengan cara manual yang mampu mengakibatkan data tidak efektif dan proses kerja menjadi tidak efesien. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diterapkan sistem pendukung keputusan menentukan desa terbaik dengan menerap metode Entropy Dan Aras.maka dengan adanya sistem pendukung keputusan diharapkan dapat membantu pihak kantor Pemerintah Desa mengatasi penentuan desa terbaik sehingga dapat mengurangi kesalahan. ## 3.2 Data Alternatif Dalam penelitian ini digunakan beberapa data alternatif untuk menjadi sampel dalam Penentuan Desa Terbaik di Kabupaten Labuhanbatu dengan menggunakan metode entropy dan Aras . Data Alternatif yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada table di bawah ini.. Tabel 1. Alternatif untuk setiap kriteria Alternatif Nama Alternatif A1 Bandar Tinggi A2 Emplasmen Aek Nabara A3 Gunung Selamat A4 N6 A5 N7 A6 Meranti Paham A7 Sei Tampang A8 Sei Jawi-Jawi A9 Tebing Linggahara A10 Tanjung Medan Tabel 2. Data Kriteria Kriteria Keterangan C1 Pendidikan masyarakat C2 Kesehatan C3 Ekonomi C4 Keamanan Dari data kriteria tabel di atas dapat diproses Ranking dalam Kecocokan setiap kriteria, nilai 25 sampai 100, yaitu seperti tabel 3 dibawah ini: Tabel 3. Rangking Kecocokan Kriteria Nilai Variabel 25 Buruk Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu 50 Cukup 75 Baik 100 Sangat Baik Setelah dapat menentukan rangking dari kecocokan setiap kriteria maka dapat ditentukan bobot dari kriteria yang ada yaitu sebagai berikut: a. Pendidikan Masyarakat Tabel 4. Pendidikan Masyarakat Semester Variabel Nilai 1 -2 Kurang 25 3 โ€“ 4 Cukup 50 5 - 6 Baik 75 7- 8 Sangat Baik 100 b. Kesehatan Tabel 5. Kesehatan Jumlah Tanggungan Variabel Nilai 1 Kurang 25 2 Cukup 50 3 Baik 75 4 sampai 5 Sangat Baik 100 c. Ekonomi Tabel 6. Ekonomi Jumlah Tanggungan Variabel Nilai 1 Kurang 25 2 Cukup 50 3 Baik 75 4 sampai 5 Sangat Baik 100 d. Keamanan Tabel 7. Kemanan Jumlah Tanggungan Variabel Nilai 1 Kurang 25 2 Cukup 50 3 Baik 75 4 sampai 5 Sangat Baik 100 ## 3.3 Penerapan Entropy dalam menentukan penerimaan Beasiswa Kesejahteraan Rakyat Data alternatif yang sudah dibuat sebelumnya, langkah selanjutnya adalah melakukan penentuan rating kecocokan dari data alternatif setiap kriteria seperti tabel 8 dibawah ini. Data rating pada tabel 8 tersebut merupakan data yang telah di bobotkan yang terdapat pada tabel 8. Tabel 8. Rating Kecocokan dari Setiap Alternatif terhadap Setiap Kriteria Alternatif Kriteria C1 C2 C3 C4 A1 75 60 50 100 A2 75 70 75 50 A3 100 73 75 50 A4 100 80 25 25 A5 50 90 100 75 A6 75 54 50 100 A7 75 99 75 50 A8 100 65 75 50 A9 100 78 25 25 A10 50 88 100 75 Nilai dari alternatif di setiap kriteria dilihat pada tabel dibawah ini: Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Tabel 9. Nilai Alternatif dari Setiap Kriteria Alternatif Kriteria Keterangan C1 C2 C3 C4 A1 100 75 50 100 Baik Sekali A2 50 75 75 50 Baik A3 25 100 75 50 Baik A4 25 100 25 25 Baik A5 75 50 100 75 Baik Sekali A6 54 75 50 100 Baik A7 99 75 75 50 Baik Sekali A8 65 100 75 50 Baik A9 78 100 25 25 Baik Sekali A10 88 50 100 75 Baik Sekali Max 100 100 100 25 Baik Sekali W 5 3 1 1 Dalam penerapan metode Entropy ada beberapa tahap yaitu: a. Menentukan entropy awal atau output Diketahui: Jumlah Instance Total = 10 Jumlah Instance Baik Sekali = 6 Jumlah Instance Baik =4 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(S) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 6 10 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 6 10 โˆ’ 4 10 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 4 10 = 0,6 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,6) โˆ’ 0,4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,4) = 0,6 (โˆ’1) โˆ’ 0,4(โˆ’1) = 0,6 + 0,4 = 1 b. Hitung Entropy dan Information Gain tiap atribut untuk menentukan node awal 1. Atribut Pendidikan (C1) Tabel 10. Atribut Pendiikan (C1) Atribut Satus Baik Sekali Baik 100 1 >=75 4 >=50 3 25 2 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(100) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 1 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 1 โˆ’ 0 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 1 = 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (1) โˆ’ 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) = 1 (โˆ’1) โˆ’ 0(โˆ’0) = 1 + 0 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 75) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 4 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 4 4 โˆ’ 0 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 4 = 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (4) โˆ’ 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) = 0,4 (โˆ’1) โˆ’ 0(โˆ’1) = 0,4 + 0 = 0,4 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 50) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 0 3 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 3 โˆ’ 3 3 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 3 3 = 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) โˆ’ 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (1) = 0 (โˆ’1) โˆ’ 1(โˆ’1) = 0 + 1 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(25) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 0 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 2 โˆ’ 2 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 2 2 Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu = 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) โˆ’ 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (1) = 0 (โˆ’1) โˆ’ 1(โˆ’1) = 0 + 1 = 1 Information Gain ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ (๐‘†) โˆ‘ (๐‘ฃ๐‘Ž๐‘™๐‘ข๐‘’(๐ด) |๐‘ ๐‘ฃ| |๐‘ ๐‘ฃ| ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(๐‘†๐‘ฃ)) ๐‘ฃ๐‘’ = 1 1 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 4 10 ๐‘ฅ0,4 โˆ’ 3 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 2 10 ๐‘ฅ1 = 1 โˆ’ 0,1 โˆ’ 0,4 โˆ’ 0,3 โˆ’ 0,2 = 0 2. Atribut Kesehatan(C2) Tabel 11. Nilai (C2) Atribut Satus Baik Sekali Baik Sekali 100 1 4 >=75 2 2 >=50 1 25 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(100) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 1 5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 5 โˆ’ 4 5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 4 5 = 0,5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) โˆ’ 0,4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,4) = 0,1 (โˆ’1) โˆ’ 0,8(โˆ’1) = 0,1 + 0,8 = 0,9 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 75) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 2 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 2 4 โˆ’ 2 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 2 4 = 0,5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) โˆ’ 0,5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) = 0,5 (โˆ’1) โˆ’ 0,5(โˆ’1) = 0,5 + 0,5 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 50) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 1 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 1 โˆ’ 0 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 1 = 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (1) โˆ’ 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) = 1 (โˆ’1) โˆ’ 0(โˆ’1) = 1 + 0 = 1 Information Gain ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ (๐‘†) โˆ‘ (๐‘ฃ๐‘Ž๐‘™๐‘ข๐‘’(๐ด) |๐‘ ๐‘ฃ| |๐‘ ๐‘ฃ| ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(๐‘†๐‘ฃ)) ๐‘ฃ๐‘’ = 1 5 10 ๐‘ฅ0.9 โˆ’ 4 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 1 10 ๐‘ฅ1 = 1 โˆ’ 0.45 โˆ’ 0.4 โˆ’ 0.1 = 0.05 3. Atribut Ekonomi (C3) Tabel 12. Atribut Ekonomi (C3) Atribut Satus Baik Sekali Baik 100 2 >=75 1 3 >=50 1 1 25 1 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(100) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 2 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 2 2 โˆ’ 0 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 2 = 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (1) โˆ’ 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) = 1 (โˆ’1) โˆ’ 0(โˆ’1) = 1 + 0 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 75) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu = 1 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 4 โˆ’ 3 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 3 4 = 0,25 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,25) โˆ’ 0,75 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,75) = 0,25 (โˆ’1) โˆ’ 0,75(โˆ’1) = 0,25 + 0,75 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 50) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 โˆ’ 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 = 0,5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) โˆ’ 0, 5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) = 0,5 (โˆ’1) โˆ’ 0,5(โˆ’1) = 0,5 + 0 ,5 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(25) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 โˆ’ 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 = 0,5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) โˆ’ 0, 5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) = 0,5 (โˆ’1) โˆ’ 0,5(โˆ’1) = 0,5 + 0 ,5 = 1 Information Gain ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ (๐‘†) โˆ‘ (๐‘ฃ๐‘Ž๐‘™๐‘ข๐‘’(๐ด) |๐‘ ๐‘ฃ| |๐‘ ๐‘ฃ| ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(๐‘†๐‘ฃ)) ๐‘ฃ๐‘’ = 1 2 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 4 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 2 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 1 10 ๐‘ฅ1 = 1 โˆ’ 0,2 โˆ’ 0,4 โˆ’ 0,2 โˆ’ 0,1 = 0 3. Atribut Keamanan (C4) Tabel 13. Atribut Keamanan (C4) Atribut Satus Baik Sekali Baik 100 1 1 >=75 2 0 >=50 0 4 25 1 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(100) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 โˆ’ 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 = 0,5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) โˆ’ 0, 5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) = 0,5 (โˆ’1) โˆ’ 0,5(โˆ’1) = 0,5 + 0 ,5 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 75) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 2 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 2 2 โˆ’ 0 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 2 = 1 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (1) โˆ’ 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) = 1 (โˆ’1) โˆ’ 0(โˆ’1) = 1 + 0 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 50) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 0 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 0 4 โˆ’ 4 4 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 4 4 = 0 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0) โˆ’ 1(1) = 0 (โˆ’1) โˆ’ 1(โˆ’1) = 0 + 1 = 1 ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(โ‰ฅ 25) = ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐‘†๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘™๐‘– โˆ’ ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ ๐ฟ๐‘œ๐‘” 2 ๐‘ƒ ๐ต๐‘Ž๐‘–๐‘˜ = 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 โˆ’ 1 2 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 1 2 = 0,5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) โˆ’ 0, 5 ๐‘™๐‘œ๐‘” 2 (0,5) = 0,5 (โˆ’1) โˆ’ 0,5(โˆ’1) = 0,5 + 0 ,5 = 1 Information Gain ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ (๐‘†) โˆ‘ (๐‘ฃ๐‘Ž๐‘™๐‘ข๐‘’(๐ด) |๐‘ ๐‘ฃ| |๐‘ ๐‘ฃ| ๐ธ๐‘›๐‘ก๐‘Ÿ๐‘œ๐‘๐‘ฆ(๐‘†๐‘ฃ)) ๐‘ฃ๐‘’ Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu = 1 2 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 2 10 ๐‘ฅ0,4 โˆ’ 4 10 ๐‘ฅ1 โˆ’ 2 10 ๐‘ฅ1 = 1 โˆ’ 0,2 โˆ’ 0,2 โˆ’ 0,4 โˆ’ 0,2 = 0 Hasil Information Gain semua atribut untuk menentukan node awal adalah sebagai berikut: Tabel 14. Hasil Informasi Gain Semua Atribut Kriteria Keterangan Kesehatan 0.05 Pendidikan 1 Ekonomi 1 Keamanan 0 ## 3.4 Penerapan Metode Additive Ratio Assessment (ARAS) Setelah mendapatkan nilai bobot untuk setiap kriteria, langkah selanjutnya adalah membuat perangkingan untuk setiap alternatif dengan menggunakan metode Aras. Berikut ini adalah langkah-langkah penyelesaian perangkingan dengan menggunakan metode ARAS. Untuk Tabel Normalisasi Keputusan dapat dilihat di Tabel 8. a. Setelah dinormalisasi 100 75 50 100 50 75 75 50 25 100 75 50 25 100 25 25 75 50 100 75 54 75 50 100 99 75 75 50 65 100 75 50 78 100 25 25 88 50 100 75 659 800 650 600 Maka dapat diselesaikan Matrixs Keputusan dengan contoh penyelesaian C1, penyelesaian C1, C2, C3, dan C4 caranya sama ๐ถ1 = ๐‘…01 100 659 = 0,151745068 ๐‘…02 50 659 = 0,075872534 ๐‘…03 25 659 = 0,037936267 ๐‘…04 25 659 = 0,037936267 ๐‘…05 75 659 = 0,113808801 ๐‘…06 54 659 = 0,081942337 ๐‘…07 99 659 = 0,150227618 ๐‘…08 65 659 = 0,098634294 ๐‘…09 78 659 = 0,118361153 ๐‘…10 88 659 = 0,13353566 Maka Dari hasil perhitungan Matrixs Keputusan perhitungan yang ada diatas dapat diperoleh hasil perhitungan perhitungan Matriks keputusan yang telah dinormalisasikan sebagai berikut: Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu 0,151745068 0,09375 0,076923077 0,166666667 0,075872534 0,09375 0,115384615 0,083333333 0,037936267 0,125 0,115384615 0,083333333 0,037936267 0,125 0,038461538 0,041666667 A *= 0,113808801 0,0625 0,153846154 0,125 0,081942337 0,09375 0,076923077 0,166666667 0,150227618 0,09375 0,115384615 0,083333333 0,098634294 0,125 0,115384615 0,083333333 0,118361153 0,125 0,038461538 0,041666667 0,13353566 0,0625 0,153846154 0,125 b. Menentukan Bobot D1 D2 D3 D4 0,151745068 0,09375 0,076923077 0,166666667 0,075872534 0,09375 0,115384615 0,083333333 0,037936267 0,125 0,115384615 0,083333333 0,037936267 0,125 0,038461538 0,041666667 0,113808801 0,0625 0,153846154 0,125 0,081942337 0,09375 0,076923077 0,166666667 0,150227618 0,09375 0,115384615 0,083333333 0,098634294 0,125 0,115384615 0,083333333 0,118361153 0,125 0,038461538 0,041666667 0,13353566 0,0625 0,153846154 0,125 Bobot 0 0.5 1 1 Menentukan Bobot matriks yang sudah dinormalisasi, dengan melakukan perkalian matriks yang telah di normalisasi terhadap bobot kriteria contoh perkalian D1, penyelesaian perkalian D2, D3, D4 ## D1 ๐ท11 = ๐ด โˆ— 11 โˆ— ๐‘Š1 = 0,151745068 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 = ๐ด โˆ— 12 โˆ— ๐‘Š1 = 0,075872534 โˆ— 0 = 0 ๐ท13 = ๐ด โˆ— 13 โˆ— ๐‘Š1 = 0,037936267 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 ๐ท14 = ๐ด โˆ— 14 โˆ— ๐‘Š1 = 0,037936267 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 ๐ท15 = ๐ด โˆ— 15 โˆ— ๐‘Š1 = 0,113808801 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 ๐ท16 = ๐ด โˆ— 16 โˆ— ๐‘Š1 = 0,081942337 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 ๐ท17 = ๐ด โˆ— 17 โˆ— ๐‘Š1 = 0,150227618 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 ๐ท18 = ๐ด โˆ— 18 โˆ— ๐‘Š1 = 0,098634294 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 ๐ท19 = ๐ด โˆ— 19 โˆ— ๐‘Š1 = 0,118361153 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 ๐ท110 = ๐ด โˆ— 110 โˆ— ๐‘Š110 = 0,13353566 โˆ— 0 = 0 ๐ท12 c. Dari perhitungan Perkalian di atas menghasilakan matrtik sberikut: 0 0,046875 0,076923077 0,166666667 0 0,046875 0,115384615 0,083333333 0 0,0625 0,115384615 0,083333333 0 0,0625 0,038461538 0,041666667 0 0,03125 0,153846154 0,125 0 0,046875 0,076923077 0,166666667 0 0,046875 0,115384615 0,083333333 0 0,0625 0,115384615 0,083333333 0 0,0625 0,038461538 0,041666667 0 0,03125 0,153846154 0,125 d. Menentukan nilai dari fungsi optimalisasi, dengan menjumlahkan nilai kriteria pada setiap alternatif dari hasil perkalian matriks dengan bobot yang telah dilakukan sebelumnya: S1= 0+0,046875+0,076923077+0,166666667=0,290464744 S2= 0+0,046875+0,115384615+0,083333333=0,245592949 S3= 0+0,0625+0,115384615+0,083333333=0,261217949 S4= 0+0,0625+0,038461538+0,041666667=0,142628205 S5= 0+0,03125+0,153846154+0,125=0,310096154 S6= 0+0,046875+0,076923077+0,166666667=0,290464744 Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu S7= 0+0,046875+0,115384615+0,083333333=0,245592949 S8= 0+0,0625+0,115384615+0,083333333=0,261217949 S9= 0+0,0625+0,038461538+0,041666667=0,142628205 S10= 0+0,03125+0,153846154+0,125=0,310096154 e. Menentukan tingkatan peringkat tertinggi dari setiap alternatif, dengan cara membagi nilai alternatif terhadap alternatif 1(A1). ๐พ1 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,290464744 2.5 = 0,116185897 ๐พ2 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,245592949 2.5 = 0,098237179 ๐พ3 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,261217949 2.5 = 0,104487179 ๐พ4 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,142628205 2.5 = 0,057051282 ๐พ5 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,310096154 2.5 = 0,124038462 ๐พ6 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,290464744 2.5 = 0,116185897 ๐พ7 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,245592949 2.5 = 0,098237179 ๐พ8 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,261217949 2.5 = 0,098237179 ๐พ9 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,142628205 2.5 = 0,057051282 ๐พ10 ๐‘†1 ๐‘†1 = 0,310096154 2.5 = 0,124038462 Dari Perhitungan diatas dapat diperoleh hasil tabel tingkatan peringkat setiap alternatif sebagai berikut dibawah ini: Tabel 15. Nilai Untuk Masing Masing Alternatif No Nama C1 C2 C3 C4 S K A1 Bandar Tinggi 0,037936 0,125 0,038462 0,041667 0,142628 0,057051 A2 Emplasmen Aek Nabara 0,075873 0,09375 0,115385 0,083333 0,245593 0,098237 A3 Gunung Selamat 0,037936 0,125 0,115385 0,083333 0,261218 0,104487 A4 N6 0,150228 0,09375 0,115385 0,083333 0,245593 0,098237 A5 N7 0,151745 0,09375 0,076923 0,166667 0,290465 0,116186 A6 Meranti Paham 0,113809 0,0625 0,153846 0,125 0,310096 0,124038 A7 Sei Tampang 0,081942 0,09375 0,076923 0,166667 0,290465 0,116186 A8 Sei Jawi-Jawi 0,098634 0,125 0,115385 0,083333 0,261218 0,104487 A9 Tebing Linggahara 0,118361 0,125 0,038462 0,041667 0,142628 0,057051 A10 Tanjung Medan 0,133536 0,0625 0,153846 0,125 0,310096 0,124038 Maka dari hasil perhitungan tingkatan peringkat tertinggi dari alternatif. Dimana nilai dari masing-masing diiurutkan dari nilai yang tertinggi dengan nilai terendah. Tabel 16. Hasil Perankingan yang Baik Sekali dan Baik mendapatkan Beasiswa No Nama C1 C2 C3 C4 S K Ranking Baik Sekali /Baik A1 Bandar Tinggi 0,037936 0,125 0,038462 0,041667 0,142628 0,057051 10 Baik A2 Emplasmen Aek Nabara 0,075873 0,09375 0,115385 0,083333 0,245593 0,098237 8 Baik A3 Gunung Selamat 0,037936 0,125 0,115385 0,083333 0,261218 0,104487 7 Baik A4 N6 0,150228 0,09375 0,115385 0,083333 0,245593 0,098237 6 Baik Sekali A5 N7 0,151745 0,09375 0,076923 0,166667 0,290465 0,116186 2 Baik Sekali Abdul Karim, Penerapan Algoritma Entropy dan Aras Menentukan Desa Terbaik Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu A6 Meranti Paham 0,113809 0,0625 0,153846 0,125 0,310096 0,124038 2 Baik Sekali A7 Sei Tampang 0,081942 0,09375 0,076923 0,166667 0,290465 0,116186 2 Baik Sekali A8 Sei Jawi- Jawi 0,098634 0,125 0,115385 0,083333 0,261218 0,104487 2 Baik Sekali A9 Tebing Linggahara 0,118361 0,125 0,038462 0,041667 0,142628 0,057051 2 Baik Sekali A10 Tanjung Medan 0,133536 0,0625 0,153846 0,125 0,310096 0,124038 1 Baik Sekali ## 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa Penerapan Algoritma Entropy Dan Aras Menentukan Desa Terbaik sangat cocok bagi pemerintah kabupaten Labuhanbatu. Dari hasil di atas bahwa ada tujuh Desa yang Baik Sekali yaitu N6, N7, Meranti Paham, Sei Tampang, Sei Jawi-Jawi. Tebing Linggahara, Tanjung Medan, dan Desa yang Baik yaitu Bandar Tinggi, Emplasmen Aek Nabara, Gunung Selamat. ## REFERENCES [1] Labuhanbatu, โ€œProfil Kab.Labuhanbatu,โ€ 2018. https://labuhanbatukab.go.id/index.php/profil. [2] I. R. Pratiwi, A. S. Sitio, and A. Sindar, โ€œPemilihan Desa Terbaik Di Kecamatan Pagar Merbau Menggunakan Metode Ahp,โ€ vol. 1, no. November, pp. 59โ€“65, 2018. [3] A. Ernawati, โ€œPenerapan Algoritma Entropy Dan Aras Menentukan Penerima Beasiswa Mahasiswa Berprestasi Di Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu,โ€ vol. 3, no. 2, pp. 74โ€“84, 2022. [4] S. R. Tanjung and M. V Siagian, โ€œPenerapan Metode COPRAS dan ENTROPY dalam Pemilihan Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum ( BAWASLU ),โ€ vol. 1, no. 2, pp. 48โ€“59, 2021. [5] R. Sanjaya, โ€œSistem Pengambilan Keputusan Untuk Menentukan Perumahan Terbaik Berdasarkan Kondisi dan Lokasi Menggunakan Metode ENTROPHY dan ARAS,โ€ Semin. Nas. Teknol. Komput. Sains SAINTEKS 2020 , pp. 447โ€“452, 2020. [6] R. T. Aldisa, F. Teknologi, and U. Nasional, โ€œAnalisis Perbandingan Metode ROC-WASPAS dan Entropy-WASPAS dalam Keputusan Pemberian Reward Kinerja Pegawai Hotel,โ€ vol. 4, no. 3, pp. 1212โ€“1223, 2022, doi: 10.47065/bits.v4i3.2562. [7] M. Bobbi, K. Nasution, A. Karim, and S. Esabella, โ€œSistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Ketua Program Studi Menerapkan Metode WASPAS dengan Pembobotan ROC,โ€ vol. 4, no. 1, pp. 130โ€“136, 2022, doi: 10.47065/bits.v4i1.1619. [8] H. Syahputra, M. Syahrizal, S. Suginam, S. D. Nasution, and B. Purba, โ€œSPK Pemilihan Konten Youtube Layak Tonton Untuk Anak-Anak Menerapkan Metode Additive Ratio Assessment (ARAS),โ€ Semin. Nas. Teknol. Komput. Sains , vol. 1, no. 1, pp. 678โ€“685, 2019, [Online]. Available: https://prosiding.seminar-id.com/index.php/sainteks/article/view/215/210. [9] S. Alex Rizky Saputra, โ€œImplementasi Algoritma ARAS Pada SPK untuk Menentukan Peringkat Dosen Terbaik,โ€ Indones. J. Comput. Sci. , vol. 11, no. 1, pp. 578โ€“591, 2022. [10] A. B. Ginting, โ€œImplementasi Metode Additive Ratio Assessment ( ARAS ) Dalam Menentukan Perusahaan Penyalur Tenaga Kerja Terbaik,โ€ vol. 9, pp. 174โ€“182, 2021. [11] A. Karim, S. Esabella, T. Andriani, and M. Hidayatullah, โ€œPenerapan Metode Multi-Objective Optimization on the Basis of Simple Ratio Analysis ( MOOSRA ) dalam Penentuan Lulusan Mahasiswa Terbaik,โ€ vol. 4, no. 1, pp. 162โ€“168, 2022, doi: 10.47065/bits.v4i1.1630. [12] J. Teknologi and U. Mulawarman, โ€œPenerapan Algoritma ID3 Decision Tree Pada Penentuan Penerima Program Bantuan Pemerintah Daerah di Kabupaten Kutai Kartanegara,โ€ vol. 2, no. 2, 2018. [13] I. Sasmita, R. Novita, N. E. Rozanda, M. L. Hamzah, and S. Informasi, โ€œLiterature Reviewโ€ฏ: Trend Penerapan MCDM Metode ELECTRE , EDAS dan ARAS,โ€ vol. 7, no. 1, pp. 24โ€“32, 2021.
428e07cd-79ae-43c4-8ed7-191fabfb9929
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/2302/1643
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 3 Tahun 2023 Page 906-914 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative ## Pembelajaran Berbasis Masalah Terstruktur Dalam Upaya Meningkatkan Kreativitas Matematik Siswa SMP Endah Budiyati Psikologi, Universitas Gunadarma Email: [email protected] ## Abstrak Pembelajaran berbasis masalah terstruktur merupakan pendekatan dinamis yang bertujuan untuk meningkatkan kreativitas matematis siswa sekolah. Dengan memasukkan masalah dunia nyata ke dalam proses pembelajaran, siswa didorong untuk berpikir kritis, menganalisis situasi, dan mengusulkan solusi inovatif. Abstrak ini mengeksplorasi keefektifan pembelajaran berbasis masalah terstruktur dalam meningkatkan kreativitas matematis siswa SMP. Studi ini menyelidiki dampak dari pendekatan dinamis pada kemampuan siswa untuk berpikir di luar kotak, memecahkan masalah yang kompleks, dan menerapkan konsep matematika dalam pengaturan praktis. Dengan melibatkan siswa dalam tugas pemecahan masalah yang otentik, metode pengajaran ini mempromosikan pembelajaran aktif, kolaborasi, dan pengembangan keterampilan abad ke-21 yang penting. Temuan penelitian ini berkontribusi pada pertumbuhan pengetahuan tentang strategi pedagogis inovatif yang mendorong kreativitas matematika di kelas. Selain itu, mereka memberi para pendidik wawasan yang berharga dan pedoman praktis untuk menerapkan pembelajaran berbasis masalah terstruktur untuk mengoptimalkan pengalaman belajar matematika siswa. Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Meningkatkan Kreativitasi, Siswa SMP ## Abstract Structured problem-based learning is a dynamic approach that aims to increase the mathematical creativity of school students. By incorporating real-world problems into the learning process, students are encouraged to think critically, analyze situations and propose innovative solutions. This abstract explores the effectiveness of structured problem-based learning in increasing junior high school students' mathematical creativity. This study investigates the impact of a dynamic approach on students' ability to think outside the box, solve complex problems, and apply mathematical concepts in practical settings. By engaging students in authentic problem-solving tasks, this teaching method promotes active learning, collaboration, and the development of essential 21st century skills. The findings of this study contribute to growing knowledge about innovative pedagogical strategies that encourage mathematical creativity in the classroom. In addition, they provide educators with valuable insights and practical guidelines for implementing structured problem-based learning to optimize students' mathematics learning experiences. Keywords: Problem Based Learning, Increasing Creativity, Middle School Students ## PENDAHULUAN Matematika adalah mata pelajaran penting yang membutuhkan keterampilan pemecahan masalah yang kreatif untuk unggul. Akibatnya, banyak sekolah mulai menerapkan pembelajaran berbasis masalah terstruktur sebagai sarana pengembangan kreativitas siswa dalam matematika. Pendekatan ini menggabungkan pembelajaran berbasis masalah dengan kerangka kerja terstruktur, yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir matematis dan kritis mereka. Di tingkat sekolah menengah pertama, penting untuk memberikan dasar yang kuat dalam matematika yang memungkinkan siswa berhasil dalam studi dan karier mereka di masa depan. Sebuah strategi yang layak untuk mencapai tujuan ini adalah dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah terstruktur, sebuah metode yang telah dibuktikan secara ilmiah untuk meningkatkan kreativitas dalam matematika dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. Dengan terlibat dalam pembelajaran berbasis masalah terstruktur, siswa didorong untuk menggunakan pemikiran kreatif dan logis sambil menangani masalah matematika yang rumit. Selanjutnya, pengembangan pemikiran kreatif dalam matematika merupakan keterampilan penting yang dapat bermanfaat bagi siswa di luar pengejaran akademis mereka. Dalam tulisan ini akan digali manfaat pembelajaran berbasis masalah terstruktur dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada mata pelajaran matematika di tingkat SMP. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengkaji keefektifan pembelajaran berbasis masalah terstruktur dalam meningkatkan kreativitas matematis siswa [1] Fokus kami akan pada keuntungan pembelajaran berbasis masalah dalam mempromosikan kreativitas, peran kerangka kerja terstruktur dalam menambah kemampuan pemecahan masalah, dan pentingnya pemikiran kreatif dalam pendidikan matematika. Mengingat meningkatnya kebutuhan untuk keterampilan pemecahan masalah yang efektif dalam masyarakat kontemporer, sangat penting untuk meneliti cara- cara di mana pembelajaran berbasis masalah terstruktur dapat meningkatkan kreativitas matematika siswa dan membekali mereka dengan kompetensi yang dibutuhkan untuk sukses dalam pengejaran masa depan mereka. Di tingkat sekolah menengah pertama, pembelajaran berbasis masalah terstruktur merupakan strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam matematika. Penelitian yang dilakukan oleh Munahefi, Waluya dan Rohmad pada tahun 2018 menegaskan keefektifan pendekatan ini. Selain itu, pembelajaran berbasis masalah telah banyak digunakan oleh guru matematika di Indonesia untuk memperkenalkan keterampilan berpikir tingkat tinggi di kalangan siswa [2]. Selanjutnya, bukti empiris menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang terdaftar di sekolah menengah pertama [3]. Bukti empiris menunjukkan bahwa memanfaatkan pembelajaran berbasis masalah terstruktur dapat menawarkan metode yang lebih menarik dan manjur untuk mengajar matematika kepada siswa sekolah menengah pertama. Pendekatan pedagogis ini melibatkan membimbing peserta didik melalui tantangan matematika asli, mendorong kreativitas dan penalaran logis mereka. Guru dapat membekali siswa mereka dengan keterampilan pemecahan masalah penting yang dapat diterapkan di luar kelas dan yang mendorong pemikiran kritis, analisis kontekstual, dan penjelasan masalah. Mempekerjakan terstruktur pembelajaran berbasis masalah adalah strategi yang menjanjikan untuk meningkatkan ketajaman matematika siswa dan membekali mereka dengan bakat yang diperlukan untuk sukses dalam usaha masa depan mereka. Kesimpulannya, pembelajaran berbasis masalah terstruktur merupakan pendekatan yang efektif untuk menumbuhkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah di kalangan siswa sekolah menengah pertama. Dengan membenamkan siswa dalam masalah matematika otentik, pendekatan ini mempersiapkan mereka dengan keahlian yang dibutuhkan untuk berkembang dalam masyarakat kontemporer. Singkatnya, terbukti bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah alat yang berharga untuk mengajar matematika kepada siswa di tingkat sekolah menengah pertama. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk terus memanfaatkan pendekatan pembelajaran berbasis masalah terstruktur dalam pembelajaran matematika kepada siswa sekolah menengah pertama. Dengan demikian, mereka dapat membantu siswa mereka mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berhasil memecahkan masalah dunia nyata dan berkembang dalam masyarakat saat ini. ## METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan adalah eksperimen dengan menggunakan desain pretest- posttest control group design. Pemilihan sekolah dilakukan berdasarkan tiga kualifikasi khusus yang menjadi kriteria penelitian utama. Selain itu, konsep pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga kategori berbeda, demikian juga dengan kategorisasi kemampuan matematika umum (kecerdasan matematis) siswa ke dalam tiga kelompok berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. ## A O X1 O A O X2 O ## A O O Dalam penelitian ini, setiap kelompok menerima pemeriksaan pendahuluan (O) sebelum memulai tugas, menjalani intervensi terapeutik, dan selanjutnya menjalani evaluasi (O) yang sebanding dengan pemeriksaan awal. Intervensi yang dimaksud, yaitu open PBM dan structured proses belajar mengajar (PBM) masing-masing disebut sebagai X1 dan X2. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1: Interaksi Kualifikasi Sekolah-Pendekatan Pembelajaran Peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang paling menonjol terlihat pada siswa dengan prestasi akademik baik dan sedang yang mengikuti kelas pembelajaran terbuka. Hal ini diikuti dengan peningkatan yang terlihat pada siswa di kelas pembelajaran terstruktur. Namun, di sekolah dengan kualifikasi akademik yang lebih rendah, peningkatan terbesar terlihat pada siswa di kelas pembelajaran terstruktur, diikuti oleh siswa di kelas pembelajaran terbuka. Peningkatan paling kecil terlihat pada siswa pada kelas pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berperan penting dalam variasi peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa. penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kreatif di antara siswa SMP. Penggabungan pembelajaran berbasis masalah terstruktur ke dalam kurikulum untuk siswa sekolah menengah pertama adalah langkah positif untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif yang diperlukan untuk sukses dalam masyarakat kontemporer. Selanjutnya, penelitian menekankan pentingnya pembelajaran berbasis masalah dalam mendorong pembelajaran mandiri dan keyakinan diri di kalangan siswa. Memasukkan pembelajaran berbasis masalah terstruktur ke dalam kurikulum adalah langkah ke arah yang benar untuk memastikan bahwa siswa sekolah menengah pertama memperoleh keterampilan berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif yang diperlukan untuk sukses di dunia sekarang ini. Selain itu, penelitian menyoroti pentingnya pembelajaran berbasis masalah dalam mempromosikan pembelajaran mandiri dan kepercayaan diri di kalangan siswa. Oleh karena itu, guru matematika di sekolah menengah pertama harus mempertimbangkan untuk mengadopsi pembelajaran berbasis masalah sebagai alat yang berharga dalam metode pengajaran mereka. Dengan menerapkan pendekatan ini, siswa akan memiliki kesempatan untuk terlibat dengan masalah dunia nyata dan mengembangkan keterampilan yang penting untuk memecahkan masalah yang kompleks di masyarakat saat ini. Penelitian ini mengkaji peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat lanjut siswa SMP melalui kegiatan pemecahan masalah yang merupakan bagian integral dari proses pembelajaran matematika. Fitur utama dari pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ini adalah pemanfaatan bahan ajar berbasis masalah yang dirancang untuk merangsang dan mendorong interaksi multi arah dalam komunitas kelas, sehingga mendorong lingkungan belajar dan mengajar yang optimal. Temuan penyelidikan ini menunjukkan bahwa terlibat dalam proses pemecahan masalah, difasilitasi oleh interaksi siswa kooperatif dan intervensi guru yang tepat, mengarah pada peningkatan keterampilan berpikir matematis tingkat tinggi siswa sekolah menengah pertama. Oleh karena itu, temuan dari penelitian ini memvalidasi pemanfaatan pembelajaran berbasis masalah sebagai pendekatan pedagogis untuk mengajar matematika, berpusat pada konstruksi pengetahuan aktif siswa. ## Gambar 2. Tiga Tahap Pengkonstruksian Pengetahuan Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dibimbing melalui proses tiga tahap membangun pengetahuan. Tahap pertama melibatkan eksplorasi masalah, di mana siswa menyelidiki masalah yang diberikan dan mengidentifikasi apa yang mereka ketahui dan tidak ketahui. Tahap kedua adalah konstruksi pengetahuan, dimana siswa bekerja secara kolaboratif untuk mengidentifikasi informasi yang relevan dan mengembangkan pemahaman masalah yang lebih dalam. Akhirnya, pada tahap ketiga konstruksi solusi, siswa menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang baru mereka peroleh untuk memecahkan masalah. Proses tiga tahap ini memungkinkan siswa mengambil kepemilikan atas pembelajaran mereka dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui keterlibatan aktif dengan masalah. Memasukkan pembelajaran berbasis masalah ke dalam kurikulum matematika memungkinkan siswa untuk belajar dengan cara yang lebih menarik dan bermakna, yang mengarah pada peningkatan kinerja akademik. Secara keseluruhan, pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran efektif yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa secara signifikan. Dengan mengadopsi pembelajaran berbasis masalah, guru matematika di sekolah menengah pertama dapat membekali siswanya dengan perangkat yang diperlukan untuk berhasil di dunia yang terus berubah saat ini. ## Meningkatkan Kreativitas Selain itu, penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah memiliki potensi untuk meningkatkan kreativitas matematika siswa di pendidikan menengah, sebagaimana dibuktikan oleh penelitian yang menunjukkan dampaknya terhadap pengembangan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Integrasi pembelajaran berbasis masalah dalam kurikulum matematika menawarkan siswa pengalaman belajar yang lebih menarik dan signifikan, yang pada akhirnya menghasilkan hasil akademik yang lebih baik. Mengingat sifat dinamis masyarakat kontemporer, pentingnya prediksi cuaca yang tepat dan tepat waktu tidak dapat dilebih-lebihkan. Dalam hal ini, pendekatan pembelajaran berbasis masalah memiliki potensi untuk mendukung siswa dalam meningkatkan prestasi akademik mereka sekaligus membekali mereka dengan keterampilan yang diperlukan untuk mengarungi masa depan yang kompleks. Pembelajaran berbasis masalah adalah alat yang ampuh yang dapat membekali siswa sekolah menengah pertama dengan keterampilan pemecahan masalah dan berpikir kritis yang diperlukan untuk berhasil di dunia yang berubah dengan cepat saat ini. Selain itu, penggunaan pembelajaran berbasis masalah juga dapat merangsang kreativitas dalam matematika di kalangan siswa SMP. Hal ini telah dibuktikan melalui berbagai penelitian yang menunjukkan bagaimana pembelajaran berbasis masalah meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan memecahkan masalah siswa. ## Disposisi Matematis Selain kemampuan berpikir kreatif dan problem-solving, disposisi matematis juga merupakan faktor penting dalam keberhasilan siswa di bidang matematika. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dafid Slamet et al, kemampuan siswa dalam berpikir kritis berkorelasi dengan kinerja akademik mereka dalam matematika [4]. Pengajaran yang efektif seharusnya tidak hanya berfokus pada peningkatan keterampilan berpikir kritis tetapi juga keterampilan berpikir kreatif dan disposisi matematis. Dengan kata lain, guru harus berusaha untuk menumbuhkan sikap positif dan percaya diri terhadap matematika di kalangan siswa mereka selain mempromosikan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Hal ini dapat dicapai melalui penggunaan berbagai strategi pengajaran seperti pembelajaran berbasis masalah, yang tidak hanya menumbuhkan pemikiran kritis tetapi juga mendorong siswa untuk menghadapi tantangan matematika dengan pola pikir yang positif. Kesimpulannya, penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam pendidikan matematika sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif di kalangan siswa. Selain itu, memelihara disposisi matematika yang positif sama pentingnya dalam mempersiapkan siswa untuk kesuksesan akademik dan kehidupan di luar kelas. Guru harus menggabungkan pembelajaran berbasis masalah dan strategi pengajaran efektif lainnya dalam pelajaran mereka untuk mengembangkan keterampilan dan disposisi ini di antara siswa sekolah menengah pertama. Dengan demikian, mereka akan membekali siswanya dengan perangkat yang diperlukan untuk berhasil dalam dunia yang semakin kompetitif yang membutuhkan individu yang mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan memiliki sikap positif terhadap matematika. Pada akhirnya, tujuan pendidikan matematika tidak hanya untuk membantu siswa memahami konsep matematika tetapi juga untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan dunia nyata yang membutuhkan pemikiran kritis dan keterampilan pemecahan masalah yang kreatif. Respon siswa memberikan gambaran tentang disposisi matematis mereka yang selanjutnya diperkuat dengan temuan dari observasi yang dilakukan selama kegiatan pembelajaran. Pengamatan mengungkapkan bahwa siswa menunjukkan tingkat keterlibatan yang lebih besar dalam kegiatan belajar dibandingkan dengan kegiatan mengajar guru. Secara keseluruhan, para siswa menunjukkan antusiasme dan ketekunan yang tinggi dalam pemecahan masalah, secara aktif terlibat dalam diskusi kelompok, dan tidak ragu dalam mencari klarifikasi atau bimbingan dari teman sebaya atau guru. ## SIMPULAN Penggunaan pembelajaran berbasis masalah dalam pendidikan matematika sangat penting untuk mempromosikan kemampuan berpikir kritis dan kreatif bagi siswa. Selain itu, pembentukan disposisi matematis yang positif juga sangat penting untuk persiapan siswa dalam meraih kesuksesan akademik dan kehidupan di luar kelas. Guru-guru seharusnya mengintegrasikan pembelajaran berbasis masalah dan strategi pengajaran efektif lainnya dalam pelajaran mereka untuk mengembangkan keterampilan dan disposisi ini pada siswa SMP. Dengan melakukan itu, mereka akan membekali siswa dengan alat yang diperlukan untuk berhasil dalam dunia yang semakin kompetitif dan membutuhkan individu yang mampu berpikir kritis, memecahkan masalah, dan memiliki sikap positif terhadap matematika. Pada akhirnya, tujuan pendidikan matematika bukan hanya membantu siswa memahami konsep matematika tetapi juga mempersiapkan mereka untuk tantangan dunia nyata yang memerlukan keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk memecahkan masalah secara kreatif. ## DAFTAR PUSTAKA A. Mukarromah and E. K. E. Sartono, โ€œAnalysis of Critical Thinking Skills in Problem Based Learning Model Based on Thematic Learning,โ€ in 3rd International Conference on Current Issues in Education (ICCIE 2018), Atlantis Press, 2019, pp. 35 โ€“ 39. A. Mudrikah, N. A. Saefuloh, and A. Gintings, โ€œJurnal Pendidikan MIPA,โ€ Jurnal Pendidikan, vol. 21, no. 2, pp. 109 โ€“ 119, 2020. A. Minarni, โ€œAnalysis of Students Failure in Mathematical Problem Solving Based on Newman Procedure at Middle Secondary School 3 Aceh Tamiang District,โ€ Am J Educ Res, vol. 7, no. 11, pp. 888 โ€“ 892, 2019. D. Setiana, Z. Wijayanto, and I. N. Arcana, โ€œDevelopment of Mathematical Test Instrument to Measure Critical Thinking Ability,โ€ in Proceedings of the 1st International Conference on Science and Technology for an Internet of Things, 20 October 2018, Yogyakarta, Indonesia, 2019.
7d14ec29-a779-4bda-85f6-502cab22f452
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalkmp/article/download/26592/17167
## OPTIMALISASI SMART CITY SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PEMBANGUNAN DI INDONESIA Smart City Optimization as a Development Communication Media in Indonesia Maharani Imran 1 , Iwan Armawan 2 1 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta 2 Fakultas Ekonomi Bisnis Islam (FEBI) Universitas Surya Kencana Cianjur (UNSUR) E-mail: [email protected] ## ABSTRACT Cyber city is one of the modern city concepts based on Information and Communication Technology (ICT) which has been widely applied in big cities around the world. This is a result of the increasing need for people who want to access information and communicate easily and quickly. As part of the modern world community, Indonesia is time to apply the concept of cyber city to meet the needs of its citizens in accessing the internet more broadly and is no longer limited to certain groups. Indonesian citizens are now in the information age where everyone has the same opportunity to communicate widely both nationally and internationally. The implementation of cyber city can also help the community in utilizing the sophistication of information technology to support development. This study discusses the optimization of cyber city as a communication media for development in Indonesia. This study uses a qualitative approach. The data collection technique of the researcher uses the literature study method. Cyber city as a development communication media has an important role in supporting development in Indonesia, it needs to be improved development communication technology innovations that are easy to use and useful for the community and increase protection for people's personal data. Keywords: communication development, cyber city, information and communication technology ## ABSTRAK Cyber city merupakan salah satu konsep kota modern berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang telah banyak diterapkan di kota besar di seluruh dunia. Ini adalah akibat dari meningkatnya kebutuhan masyarakat yang ingin mengakses informasi dan berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Sebagai bagian dari masyarakat dunia modern, Indonesia sudah saatnya menerapkan konsep cyber city untuk memenuhi kebutuhan warganya dalam mengakses internet secara lebih luas dan tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu saja. Warga Indonesia kini berada dalam abad informasi dimana setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjalin komunikasi secara luas baik nasional maupun internasional. Implementasi cyber city juga bisa membantu masyarakat dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk menunjang pembangunan. Penelitian ini membahas optimalisasi cyber city sebagai media komunikasi pembangunan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data peneliti menggunakan metode studi literatur. Cyber city sebagai media komunikasi pembangunan memiliki peranan penting dalam menunjang pembangunan di Indonesia, perlu ditingkatkan inovasi teknologi komunikasi pembangunan yang mudah digunakan dan bermanfaat untuk masyarakat dan peningkatan perlindungan terhadap data pribadi masyarakat. Kata kunci: komunikasi pembangunan, cyber city , teknologi informasi dan komunikasi ## PENDAHULUAN Warga Indonesia kini berada dalam abad informasi dimana setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjalin komunikasi secara luas baik nasional maupun internasional. Implementasi cyber city juga bisa membantu masyarakat dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk menunjang pembangunan. Cyber city merupakan salah satu konsep kota modern berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang telah banyak diterapkan di kota besar di seluruh dunia. Ini adalah akibat dari meningkatnya kebutuhan masyarakat yang ingin mengakses informasi dan berkomunikasi dengan mudah dan cepat. Sebagai bagian dari masyarakat dunia modern, Indonesia sudah saatnya menerapkan konsep cyber city untuk memenuhi kebutuhan warganya dalam mengakses internet secara lebih luas dan tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu saja. ## TINJAUAN PUSTAKA ## Smart City Smart city sebagai sebuah kota yang berbasiskan jaringan, dimana jaringan tersebut dapat memberikan pelayanan public untuk menciptakan nilai social ekonomi bagi para pelaku bisnis serta masyarakat (Dameri, 2012) dalam (Deakin, 2014). Konsep smart city merupakan konsep pembangunan sebuah lingkungan dimana orang yang berada di kawasan regional dapat berinteraksi dan berbagi pengetahuan, pengalaman, dan kepentingan bersama. Selain itu, fungsi konsep smart city untuk mengintegrasikan informasi perkotaan dan menciptakan ruang public melalui sebuah jaringan internet untuk masyarakat yang tinggal atau mengunjungi kota. Dengan menggunakan konsep smart city sebuah kota dapat meringkas (seperti data, informasi, layanan publiK, dan lain sebagainya) untuk memudahkan setiap orang dalam mengambil koputusan (Ishida dan Hiramotsu, 2001) dalam (Deakin, 2014). Kini smart city sudah diterapkan di banyak negara di berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu Indonesia. Implementasi Smart City juga terjadi di sejumlah kota dan daerah di Indonesia (Manguluang, 2016). Penerapan smart city mampu membangun image baru kota tersebut sebagai kota yang berbasiskan ICT. Image tersebut dapat dibangun melalui pengembangan industri-industri berbasis ICT sehingga dapat menjadi daya tarik bagi para pengusaha atau investor untuk menanamkan modalnya di industri tersebut dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat kota tersebut. Seperti Singapura, memiliki inisiatif untuk membangun Singapura sebagai pusat IT terbesar. Negara ini sudah memiliki komunitas bisnis IT yang sangt baik, dan berencana untuk memperluas ke industry ICT bahkan di Singapura saat ini sudah memilki industri animasi yang namanya sudah mendunia dan karya-karyanya sudah banyak dilirik oleh perusahaan-perusahaan animasi di Amerika dan Eropa (McCurtis dan Wimberly, 2002). Smart city menunjukkan daerah yang menggabungkan broadband infrastruktur komunikasi yang fleksibel dengan sistem komputasi yang berorientasi pada layanan. Infrastruktur ini berusaha untuk memastikan pelayanan yang lebih baik bagi pemerintah, masyarakat, konsumen, industri dan bisnis di kawasan tertentu (Komninos, 2008 dalam Deakin, 2014). eISSN 2442-4102 Februari 2019, Volume 17, No. 1 Tujuan dari smart city adalah menciptakan lingkungan untuk berbagi informasi, berbagi pengalaman dan berkolaborasi bagi semua penghuni yang ada di kota tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut sebuah kota yang harus memiliki rencana dan menetapkan tujuan kebijakan publik untuk memberdayakan warganya agar memiliki akses ke jaringan informasi global dengan menggunakan fasilitas publik serta bermitra dengan perusahaan swasta untuk mencapai tujuan tersebut (Yovanof dan Hazapis, 2009 dalam Deakin, 2014). Smart city merupakan konsep pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk semua sektor yang lebih luas dari sekedar e-Gov. Smart city adalah konsep pemanfaatan ICT untuk semua kegiatan di daerah, tidak hanya kegiatan pemerintahan lewat e-Gov namun mencakup banyak hal. Misalnya sistem pengendali lampu lalu-lintas, sistem perparkiran terpadu, sistem pengaturan listrik untuk public-utility, sistem pemantau polusi udara/lingkungan, sistem peringatan dini ( early warning system ) (Mahardy, 2015). ## Komunikasi Pembangunan Menurut Schramm, bahwa untuk meningkatkan kehidupan masyarakat perlu pembangunan. Pembangunan memerlukan keaktifan masyarakat. Supaya masyarakat berpartisipasi, pembangunan harus diinformasikan. Karena itu perlu adanya sarana/saluran informasi dan pembangunan komunikasi (Nasution, 2002:120). Pembangunan komunikasi dapat dilakukan melalui suatu perencanaan komunikasi yang dapat mengaktualisasikan pesan pembangunan dengan cara-cara yang dapat mendorong tercapainya tujuan pembangunan (Hancock, 1978:2). Effendy (2006:92) mengartikan komunikasi pembangunan sebagai proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah. Komunikasi pembangunan merupakan proses interaksi seluruh warga masyarakat (aparat pemerintah, penyuluh, tokoh masyarakat, LSM, individu atau kelompok/organisasi sosial) untuk menumbuhkan kesadaran dan menggerakkan partisipasi melalui proses perubahan terencana demi tercapainya mutu-hidup secara berkesinambungan, dengan menggunakan teknologi atau menerapkan ide-ide yang sudah terpilih (Mardikanto,1987:20). Komunikasi pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi - sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan secara timbal-balik - di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan; terutama antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan (Nasution, 2002:106). Tiap pemimpin daerah harus berpikir maju dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. Pembangunan smart city haruslah menjawab permasalahan kotanya, sehingga setiap pemimpin daerah dan partai politik harus dapat berpikir lebih pintar dalam menghadirkan solusi yang berkelanjutan. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data peneliti menggunakan metode studi literatur. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan Smart City akan ada aplikasi server pelayanan di kelurahan, pelayanan di kecamatan, pelayanan di SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah). Masyarakat bisa cepat menyampaikan keluhan pelayanan publik lebih cepat, untuk selanjutnya ditindaklanjuti SKPD terkait. Lewat Smart City itu nanti ketahuan mana yang paling banyak dikeluhkan dan mana yang tidak ditindaklanjuti. Misalnya, kalau aspirasi yang paling banyak tentang lampu jalan yang rusak atau mati, itu yang diprioritaskan. Otomatis yang dibuat itu juga akan ketahuan mana yang sudah ditindaklanjuti dan yang belum. Dengan begitu pasti ada juga evaluasi (Kurniawan, 2017). Salah satu keuntungan dari konsep smart city adalah dapat menciptakan perencanaan dan pengembangan kota layak huni yang lebih baik di masa depan. Smart city juga membuat sistem transportasi lebih efisien dan terintegrasi sehingga meningkatkan mobilitas masyarakatnya. Konsep itu juga menciptakan rumah dan bangunan yang hemat energi, bangunan ramah lingkungan dan memakai sumber energi terbarukan. Lingkungan juga bisa menjadi lebih lestari karena konsep pengaturan limbah dan pengelolaan air yang lebih maju. Manfaat lain konsep smart city juga berkaitan dengan kesejahteran masyarakatnya karena Smart city akan meningkatkan pelayanan kesehatan (Prabancono, 2015). Dalam Smart City , teknologi informasi secara komprehensif bisa diintegrasikan dan dikemas secara menyatu dan holistik. Masyarakat bisa mengakses sebuah informasi dimana, kemana dan saja yang mereka perlukan. Manfaat dari teknologi informasi Smart City ini bisa didisain sendiri oleh pakar ICT di kota itu, sehingga dapat mengurangi penggunaan teknologi dari luar negeri. Sehingga produk-produk dan informasi dari luar negeri bisa dipilah dan dipilih serta diakses oleh manajemen Smart City secara mandiri, bahkan masyarakat tidak lagi menjadi penonton tetapi sebagai pelaku dan pengelola perkembangan teknologi yang semakin cepat ini. Bahkan, sistem dapat dibangun dengan menu tertentu oleh peneliti dalam negeri, sehingga jaminan akan keamanan informasi dapat diandalkan (Prasetyono, 2016). Tiap pemimpin daerah harus berpikir maju dalam meningkatkan kesejahteraan warganya. Pembangunan smart city haruslah menjawab permasalahan kotanya, sehingga setiap pemimpin daerah dan partai politik harus dapat berpikir lebih pintar dalam menghadirkan solusi yang berkelanjutan. ## KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kajian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Masalah infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi inilah yang menjadi kendala utama bagi pemerintah untuk menerapkan konsep cybercity di Indonesia. 2. Perlu adanya pemimpin daerah yang fokus pada pengembangan smart city yang menjadi media komunikasi interaktif dengan masyarakat untuk kesejahteraan serta Sumber daya aparat yang ada perlu ditingkatkan lagi, baik dari aspek manajerial maupun kemampuan teknis di bidang TIK, serta dukungan dan komitmen pemerintah terhadap konsep smart city . 3. Terintegrasinya data seluruh warga Indonesia berakibat rawan terhadap kebocoran atau penyalahgunaan data, sehingga informasi dan data haruslah dijaga dengan keamanan yang ketat. 4. Setelah masyarakat turut menggunakan smart city , yang paling penting adalah respon, tanggapan, atau solusi yang akan diberikan haruslah lekas terjawab dan terkomunikasikan dengan baik. ## DAFTAR PUSTAKA Deakin, M. 2014. Smart Cities. New York: Routledge. Effendy, Onong Uchyana. 1993. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Alumni. Honcock, Alan. 1977. Communications Planning for Development: An Operational Framework. Seminar Communication Planning. Kuala Lumpur. Kurniawan, D. 2017. Ini Manfaat Program Smart City bagi Masyarakat. <http://medan.tribunnews.com/2017/01/30/ini-manfaat-program-smart-city- bagi-masyarakat>. Diakses tanggal 10 Oktober 2018. Mahardy, D. 2015. Smart City dan e-Government , Apa Bedanya ? <http://tekno.liputan6.com/read/2213171/smart-city-dan-e-government-apa- bedanya>. Diakses tanggal 10 Oktober 2018. Manguluang, A. P. 2016. Persiapan Kota Makassar sebagai Smart City . Skripsi. Program Studi Ilmu Politik. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin. Makassar Mardikanto, Totok. 1987. Komunikasi Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret University Press. McCurtis, M., & Wimberly, S. 2002. The smart city . Retrieved October 10, 2018, from http://www1.american.edu/carmel/sw0143a/cybercities.html. Nasution, Zulkarimen. 2002. Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Prabancono, H. 2015. SMART CITY : Ini Manfaat Smart City untuk Masyarakat. <http://www.solopos.com/2015/11/15/smart-city-ini-manfaat-smart-city- untuk-masyarakat-661295>. Diakses tanggal 10 Oktober 2018. Prasetyono, A. P. 2016. Urgensi Penelitian dan Pengembangan Teknologi di Bidang Smart City. <http://www.dikti.go.id/urgensi-penelitian-dan- pengembangan-teknologi-di-bidang-smart- city/#YD7AmcHcOkChSUwX.99>. Diakses tanggal 10 Oktober 2018.
26829baa-1d18-4568-a7d3-126347c36ceb
https://e-journal.upr.ac.id/index.php/Agp/article/download/163/167
## EKSPLORASI BAKTERI PELARUT FOSFAT DI LAHAN GAMBUT BERENG BENGKEL, KALIMANTAN TENGAH (Phosphate Solubilizing Bacteria Eksploration in Peatland Bereng Bengkel, Central Kalimantan) Krestina, W. 1) 1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya Telp. 081212740040 Email: [email protected] Disetujui :15/08/2018 Disetujui : 09/09/2018 ## ABSTRACT The high availability of organic compounds in peatlands is stored capital and can be converted into elements by soil microbe. The high organic content causes nutrients in the soil cannot be directly utilized by plants. Phosphate solubilizing bacteriaare soil bacteria that capable ofsolubilizingphosphate, turns it into an available form in the soil. The aims of this research are to discover the existence of a phosphate solubilizing bacteriagenus and obtain potential pure isolates from Bereng Bengkel peatland, Central Kalimantan. Bacteria isolation usingselective media Pikovskaya with pour plate method. The isolation results are five phosphate solvent bacterial isolates (BPF1, BPF2, BPF3, BPF4, BPF5) which form hallozone. Based on the characterization results refering to the Bergey's Manual of Determinative of Microorganism through macroscopic observation, microscopic observation and physiological testing. BPF1 and BPF5 isolates were the genus Rhodococcusgenus, BPF2 isolates were theRhizobiumgenus, BPF3 isolates were the Micorococcusgenus, BPF4 isolates were the Serratiagenus Keywords: Phosphate solubilizing bacteria, peatland, soil bacteria ## ABSTRAK Ketersediaan senyawa organik yang tinggi di lahan gambut merupakan modal yang tersimpan dan dapat dilepaskan dalam bentuk unsur dengan menggunakan jasa mikroba tanah. Tingginya kandungan bahan organik menyebabkan unsur-unsur hara yang berada di dalam tanah tidak bisa langsung dimanfaatkan oleh tumbuhan. Bakteri pelarut fosfat merupakan bakteri tanah yang memiliki kemampuan melarutkan fosfat, mengubahnya menjadi bentuk yang tersedia di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan genus dari bakteri pelarut fosfat dan mendapatkan isolat murni yang potensial dari lahan gambut Bereng Bengkel, Kalimantan Tengah. Sampel tanah diambil secara acak dari lahan gambut di Bereng Bengkel. Isolasi dilakukan dengan metode pour plate menggunakan media agar selektif Pikovskaya. Hasil isolasi didapatkan lima isolat murni bakteri pelarut fosfat (BPF1, BPF2, BPF3, BPF4, BPF5) yang membentuk zona bening. Berdasarkan hasil karakterisasi mengacu pada Bergeyโ€™s Manual of Determinative of Microorganism melalui pengamatan makroskopis, pengamatan mikroskopis dan uji fisiologis. Isolat BPF1 dan BPF5 adalah genus Rhodococcus, isolat BPF2 adalah genus Rhizobium, isolat BPF3 adalah genus Micorococcys, isolat BPF4 adalah genus Serratia. Kata kunci : Bakteri pelarut fosfat, lahan gambut, bakteri tanah Jurnal AGRI PEAT, Vol. 19 No. 2 , September 2018 : 102 - 109 ISSN : 1411 โ€“ 6782 (Cetak) 2620-6935 (Elektronik) ## PENDAHULUAN Lahan gambut merupakan ekosistem yang unik dan dapat menjadi penyedia jasa lingkungan yang tinggi.Berdasarkan data Incas Indonesia (2011) Kalimantan Tengah merupakan provinsi yang memiliki lahan gambut terluas di pulau Kalimantan dengan luas gambut 2,659,000 ha.Ketersediaan senyawa organik yang tinggi di lahan gambut merupakan modal yang tersimpan dan dapat dilepaskan dalam bentuk unsur dengan menggunakan jasa mikroba tanah. Mikroba tanah merupakan bagian terpenting darikehidupan di dunia,karena merupakan bagian dari sistembiologi dan kimia, serta kehidupan flora, fauna dan mikrobaitu sendiri. Mikroba tanah seperti Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) juga berperanpenting dalam ekosistemnya sebagai perombak bahanorganik, mensintesis dan melepaskan kembali dalambentuk bahan organik yang tersedia bagi tanaman, sertadapat mempertahankan ekosistem alam (Widawati, 2006).Agar dapat meningkatkan tingkat potensi dan produktivitas lahan gambut di daerah Kalimantan Tengah, maka perlu didukung data dan informasi tentang bakteri tanah. Salah satunya adalah dengan mengeksplorasi bakteri pelarut fosfat pada tanah gambut. Bakteri pelarut fosfat (BPF) merupakan kelompok bakteri tanah yang memiliki kemampuan melarutkan P yang terfiksasi dalam tanah dan mengubahnya menjadi bentuk yang tersedia sehingga dapat diserap tanaman sehingga ketersediaan fosfat bagi tanaman dapat ditanggulangi dengan agen hayati berupa mikroorganisme yang mampu melarutkan fosfat di tanah secara alami (Khan, 2009).Kemampuan bakteri pelarut fosfat dalam menyediakan unsur P telah banyak dilaporkan. Isolat bakteri pelarut fosfat jenis Bacillus pantotheticus, Klebsiella aerogenes, Chromobacterium lividum dan B. megaterium sebagai inokulan padat yang dapat memacu pertumbuhan tanaman caysin (Widawati, 2005), pemberian BPF berpengaruh nyata terhadap tinggi, berat kering tajuk, berat kering akar, persentase polong bernas, persentase polong total, berat 100 biji dan berat biji panen tanaman kacang hijau (Aditya, 2015), Bacillus sp. dan Pseudomonas sp. merupakan kelompok bakteri pelarut fosfat yang dapatmeningkatkan efisiensi pemupukan fosfat dan juga kemampuan produksi antibiotik sehingga dapat menekan penyakit dari jamur patogen Peronosclerospora maydis pada tanaman (Jatnika et al, 2013). Sebagai upaya untuk mengetahui keberadaan bakteri pelarut fosfat pada tanah gambut, maka dilakukan isolasi dan identifikasi BPF. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui keberadaan dan mengidentifikasi genus bakteri pelaru fosfatdi tanah gambut Bereng Bengkel, Kalimantan Tengah. ## BAHAN DAN METODE ## Bahan Sampel tanah yang diambil dari lahan gambut daerah Bereng Bengkel dan media agar Pikovskaya (10 grglukosa; 5 gr Ca 3 (PO 4 ) 2 ; 0.5 gr (NH 4 ) 2 SO 4 ; 0.1 gr MgSO 4 .2H 2 O; MnSO 4 dan FeSO 4 sedikit ; 0.5 gr ekstrak ragi; dan 15 gragar dan 1 L Akuades) (Santosa, 2007) ## Pengambilan Sampel Tanah Pengambilan sampel tanah dilakukan di lahan gambut di daerah Bereng Bengkel, Kalimantan Tengah. Sampel tanah yang diambil secara acak di beberapa area kecil permukaan tanah, sampel diambil pada bagian tanah rizosfer dengan kedalaman 5 cm menggunakan bor tanah kemudian disimpan di dalam wadah steril dan juga dilakukan pengukuran pH pada tanah. Isolasidan Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat Sampel tanah sebanyak 25 g dicampurkan ke dalam 225 ml akuades steril kemudian diencerkan sampai dengan 10 -4 . Suspensi tanah diambil 1ml lalu dituangkan kedalam cawan petri media Pikovskaya dan dihomogenkan lalu diinkubasi pada suhu kamar. Pertumbuhan diamati setiap hari. Koloni yang tumbuh dan mampumembentuk zona bening(hallozone) diindikasikan sebagai isolat yangmampu melarutkan fosfat.Identifikasi dilakukan dengan pengamatan makroskopis, pengamatan mikroskopis dan uji fisiologis.Untuk mengetahui karakter fisiologi masing-masing isolat, setiap jenis bakteri yang diperoleh diidentifikasi dengan menggunakan Kit Microbact 24 E (12E/12A+12B). Isolat murni bakteri pelarut fosfat kemudian diidentifikasi berdasarkan karakteristik yang mengacu pada Bergeyโ€™s Manual of Determina tive of Microorganism . ## HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi bakteri pelarut fosfat dari sampel tanah dari lahan gambut di Bereng Bengkel, Kalimantan Tengah ditandai dengan terbentuknya koloni pada media selektif Pikovskaya, menurut Larasati et al (2018) uji positifadanya bakteri pelarut fosfat terlihat dari terbentuknya zona bening disekitar koloni bakteri yang tumbuh pada media selektif Pikovskayadan terjadi penambahan ukuran pada koloni, zona bening merupakan tanda awal ada atau tidaknya pelarutan fosfat oleh bakteri (Silaen, 2015).Terbentuknya zona bening di sekitar koloni menunjukkan bahwa isolat ini mampu menghasilkan asam-asam organik yang mampu berikatan dengan ion Ca - membentuk senyawa Ca 3 (PO 4 ) 2 dan membebaskan ion H 2 PO 4 - sehingga isolat ini dapat membentuk area yang berwarna lebih jernih pada media Pikovskaya (Sagervansh et al, 2012). Setiap koloni yang tumbuh pada media dipilih yang memiliki bentuk koloni tunggal dan diberi kode isolat BPF. Isolat terpilih diinokulasikan kembali ke media Pikovskaya dalam cawan petri untuk dilakukan pemurnian dengan metode streak. Koloni tunggal yang tumbuh kemudian dipindahkan ke media Pikovskaya miring dan dikarakterisasi. Dari proses isolasi diduga ada 5 jenis isolat yang mengandung bakteri pelarut fosfat. Menurut Dwijoseputro (2005) koloni bakteri memiliki sifat-sifat khusus dalam medium padat, dimana bentuk koloni dapat digambarkan sebagai titik, bulat atau sirkular, filament, dan tak teratur. Permukaan koloni dapat rata, timbul rata, melengkung, mencembung, membukit dan serupa kawah, sedangkan tepian koloni dapat berbentuk utuh, berbelah atau lobate, berbenang atau filamentus, dan keriting. Kelima koloni tersebut diidentifikasi dengan pengamatan makroskopis, pengamatan mikroskopis dan uji fisiologis. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan secara makroskopis (Gambar 1) dan mikroskopis (Gambar 2), dan juga hasil pengamatan pada uji fisiologis (Tabel 1) dapat dilihat jika Isolat BPF1 memiliki koloni berwarna putih kuning, dimana bentuk koloni irregular dengan tepian koloni rata, elevasi flat, optik opaque dengan permukaan berkerut, gram positif, sel berbentuk coccoid dan tidak motil. Isolat BPF2 memiliki koloni berwarna putih, berbentuk rhizoid dengan tepi filament, elevasi flat, optik opaque, permukaanya halus mengkilap, sel berbentuk batang, merupakan gram negatif dan bersifat motil. Isolat BPF3 memiliki koloni yang permukaanya halus mengkilap dengan warna putih kekuningan, memiliki bentuk koloni bulat dengan tepian filament, elevasi flat, optik opaque, merupakan gram positif dengan bentuk coccoid dan bersifat motil. Isolat BPF4 memiliki koloni berwarna putih kuning dengan bentuk bulat, memiliki permukaan yang halus mengkilap dengan tepi yang berfilamen, elevasi flat, optik opaque, gram positif, sel berbentuk batang dan bersifat motil. Isolat BPF5 koloninya berwarna putih berbentuk bulat, memiliki tepi koloni filament dengan permukaanya yang halus mengkilap, elevasi flat, optik opaque, gram positif, sel berbentuk coccoid dan tidak motil. Berdasarkan pengamatan macros- kopis dan uji fisiologis maka didapatkan hasil analisa tingkat kesamaan yang mengacu pada Bergeyโ€™s Manual of Determinative of Microorganism dan didapatkan 4 genus yaitu Rhodococcus, Serratia, Micrococcus dan Rhizobium. Jurnal AGRI PEAT, Vol. 19 No. 2 , September 2018 : 102 - 109 ISSN : 1411 โ€“ 6782 (Cetak) 2620-6935 (Elektronik) (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 1. Isolat Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) Keterangan: (a) Isolat BPF1 (b) Isolat BPF2 (c) Isolat BPF3 (d) Isolat BPF4 (e) Isolat BPF5 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2. SelBakteri Pelarut Fosfat Keterangan: (a) Sel BPF1 (b) Sel BPF2 (c) Sel BPF3 (d) Sel BPF4 (e) Sel BPF5 Tabel 1. Tabel Uji Fisiologis Isolat Bakteri Pelarut Phospat (BPF) 12A dan 12B Uji Fisiologis 12 A Isolat Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) Uji Fisiologis 12B Isolat Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Oksidase + + + + + Gelatin + - - + + Katalase + + + + - Malonat - + - - - Red. Nitrat + + + + + Inositol - + - - - Lysine - + - - - Sorbitol - - - - - Ornithine - - - - - Ramnos - - - - - H 2 S - - - - - Sukrosa - - - - - Glukosa - + - - - Laktosa - - - - - Manitol - - - - - Araginosa + + - + + Xylosa + + + - + Adonitol - + - - - ONPG + - - + - Rafinos - - - - - Indole - - - - - Salisin - + - - - Urease - - + - - Arginin - + - - - VP + - - + - Citrat - - - - - TDA - - - - - Keterangan: + = 90% mendekati positif; - = 90% mendekati negatif ## Rhodococcus didapatkan dari isolat BPF1 dan BPF5, mikroorganisme ini adalah jenis bakteri yang dapat bertumbuh dengan baik pada lingkungan yang mengalami kontaminasi baik pada tanah dan air, mampu bertahan hidup meskipun kondisi lingkungannya memiliki kadar oksigen dan nutrien yang terbatas, mampu merombak substrat yang beragam, dan juga dapat beradaptasi secara ekologi dan fisiologi di lingkungan yang bersifat ekstrim (Alvares, 2010) karena dapat secara alami berada dilingkungan yang mengalami kontaminasi sehingga dapat menjadi kandidat yang menjanjikan sebagai inokulan bioremediasi dan biodegradasi polutan selain itu genus ini dapatberperan sebagai biosurfaktan dan bioflokulan, menurut Ruwaidaet al.(1991). Genus Rhizobium merupakan karakterisasi dari isolat BPF2,Wiratama (2010) melaporkan terdapatgenusRhizobium sebanyak 4075 sel/gpada sampel tanah gambut di Provinsi Riau. Genus ini dapat tumbuh pada tanah dan dapat menunjukkan kinerja simbiotik yang baik di tanah asam (Appunu, 2006), mikroorganisme ini merupakanmikrosimbion fakultatif dimana mikoroorganisme ini dapat hidup dengan baik pada tanah seperti populasi mikroba normal saat tidak hidup bersimbiosis dengan nodul akar pada host legume. Tanah gambut banyak mengandung biomassa tumbuhan sehingga keberadaanya dapat ditemukan, karena selain ditemukan pada nodul akar, rhizobia dapat ditemukan pada permukaan akar bagian rhizoplane, tanah, permukaan akar pada bagian rhizosfer maupun lapisan tanah yang dekat dengan daerah perakaran (Somasegaran, 1994).Menurut Hanafi (2006), isolat Rhizobia yang diisolasi dari tanah gambut memiliki kemampuan infektivitas yang tinggi dalam membentuk bintil akar dan juga memiliki nilai efektivitas yang tinggi dalam berat kering bintil akar dan berat kering tajuk dari kedelai. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa interaksi antara inokulasi Rhizobium indigenous dan takaran pupuk urea berpengaruh nyata dalam meningkatkan nodulasi dan pertumbuhan kacang Nagara pada media tanah gambut (Usman, 2014). Selain aktivitas pengikatan N 2 yang menguntungkan dengan kacang-kacangan, rhizobia dapat memperbaiki nutrisi P tanaman dengan memobilisasi fosfat anorganik dan organik (Alikhani, 2006). Micrococcus merupakan hasil karakterisasi dari isolat BPF3, genus ini mampu menghasilkan enzim katalase dan sifat hidupnya aerob dan anaerob fakultatif. Menurut Madigan et al (2000) Micrococcus dapat hidup secara aerob dan anaerob fakultatif. Marista et al (2013) menemukan 5 genus bakteri pelarut fosfat Jurnal AGRI PEAT, Vol. 19 No. 2 , September 2018 : 102 - 109 ISSN : 1411 โ€“ 6782 (Cetak) 2620-6935 (Elektronik) yaitu Azotobacter, Bacillus, Micrococcus, Pseudomonas, Staphylococcus yang diisolasi dari tanah gambut rhizosfer tanaman pisang.Strainyang diisolasi dari tanah rhizosfer padi diidentifikasi sebagai Enterobacter, Micrococuss,Pseudomonas, Bacillus, Klebsiella dan Serretia dimana isolat ini mampu melarutkan fosfat atau melepaskan fosfat menjadi enzim fosfatase dengan sangat efesien sehingga dapat digunakan sebagai bioinokulan untuk meningkatkan fosfat yang tersedia di dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman padi (Prasanna, 2011).Serratia merupakan genus dari isolat BPF4. Mohamed, 2018 melaporkan bakteripelarut fosfat yang diisolasi dari rizosfer tanaman tomat yaitu Bacillus subtilisdan Serratia marcescens memiliki indeks tertinggi dalam melarutkan fosfat dan juga resisten terhadap pestisida, selain itu Serratia bersifat antagonistik terhadap hama tanaman. Serratiayang diisolasi dari rizosfer tanaman teh menunjukkan sifat biokontrol seperti aktivitas antijamur dan dapat meproduksi enzim litik,senyawa HCN, senyawa IAA, siderophore dan antibiotik (Khan et al, 2017). Bakteri pelarut fosfat merupakan mikrobia tanah yang mempunyai kemampuan dalam melarutkan fosfat, sehingga yang tidak tersedia menjadi tersedia. Selain itu bakteri pelarut fosfat dapat menstimulasi pertumbuhan tanaman melalui beberapa mekanisme seperti produksi fitohormon, fiksasi nitrogen, menghambat mikroorganisme patogen, dan memproduksi siderofor (Bhattacharyya et al, 2012). Mikroorganisme akan tumbuh dengan baik di dalam lingkungannya selama kondisinya menguntungkan bagi pertumbuhan dan untuk mempertahankan dirinya. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap viabilitas suatu bakteri adalah pH (Pelczar, 2005), pertumbuhan bakteri pelarut fosfat ini sangat dipengaruh oleh kemasaman tanah (Simanungkalit et al, 2006). Pemberian isolat bakteri pelarut fosfat yang diisolasi asal tanah sulfat masam Kabupaten Pulang Pisau pada media uji tanah non steril dan steril memberikan pengaruh nyata dalam meningkatkan pH, hal ini dipengaruhi aktivitas mineralisasi oleh mikroorganisme pelarut fosfat (Dewi, 2017).Lahan gambut Bereng Bengkel memiliki nilai pH berkisar pada nilai pH 3 dandidapatkan empat genus bakteri pelarut fosfat dari lahan gambut tersebut yaitu Rhodococcus, Rhizobium, Mircococcus, dan Serratia.. ## KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa didapatkan empat genus dari lima isolat bakteri pelarut fosfat yang telah diuji dengan media selektif Pikovskaya diantaranya isolat BPF1 dan BPF5 adalah Rhodococcus, isolat BPF2 adalah genus Rhizobium, isolat BPF3 adalah genus Micrococcus, dan isolat BPF4 adalah genus Serratia. ## DAFTAR PUSTAKA Abu, R. A.S., Banat I.M., dan Haditirto S. dan Khamis, A. 1991. Nutritional Requirements and Growth Characteristics of aBiosurfactant Producing Rhodococcus Bacterium. World Journal of Microbiology and Biotechnology 7. 53 โ€“ 61. Aditya, M., Idwar, Nurbaiti. 2015. Aplikasi Bakteri Pelarut Fosfat Isolat No. 68 Dengan Berbagai Takaran Batuan Fosfat Pada Medium Gambut dalam Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Kacang Hijau (Vigna Radiata L.) Varietas 129. JOM Faperta Vol. 2 (2) 1-15 Alikhani, H.A., N. S. Rastin, dan H. Antoun. 2006. Phosphate Solubilization Activity Of Rhizobia Native To Iranian Soils. Plant and Soil. Vol 287 pp. 35-41. Alvares M., dan Hector. 2010. Biology of Rhodococcus. Springer Heidelberg Dordrecht London. New York. Appunu, A.O., dan B. Dhar. 2006. Symbiotic Effectiveness Of Acid-Tolerant Bradyrhizobium Strains With Soybean In Low pH. African Journal of Biotechnology 5: 842-845. Santoso, E. 2007. Mikroba Pelarut Fosfat. P 55. dalamSaraswati,Edi H. R.D.M., dan Simanungkalit (eds). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Bhattacharyya, P.N., dan Jha D. K. 2012. Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR): Emergence in Agriculture. World J. Microbiology Biotechnology. 28: 1327-1350 Dewi, R.P., Basuki, dan Widiastuti L. 2017. Uji Potensi Bakteri dan Jamur Pelarut Fosfat dalam Meningkatkan Jumlah P- tersedia Pada Tanah Sulfat Masam. Jurnal Agri Peat Vol 18. No. 1 Dwijoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. Hanafi, A. 2006. Isolasi dan Uji Potensi Rhizobia dari Bahan Asal Tanah Gambut pada Tanaman Kacang Kedelai. Skripsi. Universitas Sumatera Utara: Medan. INCAS Indonesia. 2018. Sekilas Tentang Kalimantan Tengah 2011. http://www.incas- indonesia.org/id/data/central- kalimantan [ 5 Januari 2018] Husen, E. 2007. Metode Analisis Biologi Tanah. P5. dalamSaraswati, Edi HusenR.D.M., dan Simanungkalit (eds). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Jatnika, W., A. L. Abadi dan L. Q. Aini. 2013. Pengaruh Aplikasi Bacillus Sp. Dan Pseudomonas Sp. TerhadapPerkembangan Penyakit Bulai Yang Disebabkan Oleh JamurPatogen Peronosclerospora Maydis Pada Tanaman Jagung. Jurnal HPT Volume 1 Nomor 4. 19-29 Khan, A.A., G. Jilani., M. S. Akhtar, S. M. S. Naqvi, dan M. Rasheed. 2009. Phosphorus Solubilizing Bacteria: Occurrence, Mechanisms and their Role in Crop Production. Journal Agriculture Biological Science. 1:48-58 Khan, A.R., Park G.S., Asaf S., Hong S.J., Jung B.K., dan Shin J.H. 2017. Complete Genome Analysis of Serratia Marcescens RSC-14: A Plant Growth Promoting Bacterium That Alleviates Cadmium Stress In Host Plants. Plos One 12(2). Larasati,D. E., M.G. I. Rukmi,E. Kusdiyantini, dan R. C. B. Ginting. 2018. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat dari Tanah Gambut. Bioma Vol. 20 (1) 1-8. Marista, E., S. Khotimah, dan R. Linda. 2013. BakteriPelarut Fosfat Hasil Isolasi dari Tiga Jenis Tanah Rizosfer TanamanPisang Nipah (Musa paradisiacavar. nipah)di KotaSingkawang. Protobiont 2013Vol 2 (2): 93 -101 Madigan, M. T., Martinko J. M., dan Parker, J. 2000.Brock Biology of microorganism, Prentice Hall Inc. New Jersey Pelczar, M.J., dan E.C.S.Chan. 2005. Dasar- Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta: UI press Prasanna,A., V. Deepa, P. Balakrishna Murthy, M. Deecaraman, R. Sridhar dan P. Dhandapani.2011. Insoluble Phosphate Solubilization by Bacterial Strains Isolated from Rice Rhizosphere Soils from Southern India. International Journal of Soil Science. 6: 134-141. Sagervansh, A., Kumari P., dan A. N Kumar. 2012. Media Optimization for Inorganic Anand Agriculture Soil. International Journal of Life Science & Pharma Research 2 (3) 245-255. Silaen N.R., 2015. Aktivitas Mikroba Pelarut Fosfat dalam Meningkatkan Kelarutan Fosfat Alam dan Memperbaiki Pertumbuhan Sorgum Manis. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor. Simanungkalit, R.D.M., Suriadikarta, D.A. Saraswati, Rasti, Setyorini, Dyah dan Hartatik, W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian: Bogor. Somasegaran P., dan H.J. Hoben. 1994. Handbook of Rhizobia. Springer New York, Inc Usman, H. J., dan Zulhidiani. 2014. Inokulasi Rhizobium Indigenousdan Takaran Jurnal AGRI PEAT, Vol. 19 No. 2 , September 2018 : 102 - 109 ISSN : 1411 โ€“ 6782 (Cetak) 2620-6935 (Elektronik) Pupuk Urea Terhadap Nodulasi Dan Pertumbuhan Kacang Nagara Pada Media Tanah Gambut. Jurnal Agri Peat Vol. 16 (1) 9 โ€“ 19 Widawati, S., Suliasih. 2005. Augmentasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) Potensial sebagai Pemacu Pertumbuhan Caysin (Brasica caventisOed.) di Tanah Marginal. Biodiversitas Vol.7 (1) 10-14 Widawati, S., dan Suliasih. 2006. Populasi Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) di Cikaniki, Gunung Botol, dan Ciptrasa, serta Kemampuannya melarutkan P Terikat di Media Pikovskaya Padat. Biodiversitas Vol.7 (2) 109-113 Wiratama, Ade. 2010. Eksplorasi Bakteri Potensial Sebagai PupukHayati Pada Lahan Gambut Bekas Terbakar dan Lahan Gambut Tidak Terbakar Dari Riau. Skripsi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.
0af2f8df-c707-412f-b1b6-9f7e9259fdc0
https://jurnal.umpwr.ac.id/index.php/jipm/article/download/1646/1027
## Deskripsi Level Kemampuan Berpikir Matematis Berdasarkan Shafer dan Foster dalam Penyelesaian Masalah Materi Pecahan Farida Kurniawati 1* , Mujiyem Sapti 1 , Dita Yuzianah 1 * [email protected] 1 Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo, 54111,Indonesia ## Abstract This study aims to describe the level of mathematical thinking skills based on Shafer and Foster in solving fractional problems. This type of research is descriptive qualitative research, namely by interpreting the existing data with the aim of obtaining information about the level of mathematical thinking skills based on Shafer and Foster in solving fractional problems. The subjects of this study were 3 junior high school students who had taken the fraction material and smart students who could show the highest level so that they were expected to be able to describe the results of their work. The subject selection technique used is a purposive technique. Subject selection was carried out using a mathematical thinking ability test. The data collection method used a mathematical thinking ability test and interview guidelines. The results showed that (1) In solving reproduction level questions students can solve problems according to steps, know the basic rules of number division operations and can apply algebraic material to solve fraction problems (2) In solving connection level questions students can understand information on questions , compiling non-routine solutions, linking problems between solutions, and being able to make formulas for fractional values contained in questions (3) In solving problems at the level of analysis students can convert real problems into mathematical form and communicate the results of the solutions. Keywords : level of thinking ability, mathematical thinking ability, problem solving ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan level kemampuan berpikir matematis berdasarkan Shafer dan Foster dalam penyelesaian masalah materi pecahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yaitu dengan cara menafsirkan data yang ada dengan tujuan untuk mendapatkan informasi tentang level kemampuan berpikir matematis berdasarkan Shafer dan Foster dalam penyelesaian masalah materi pecahan. Subjek penelitian ini sebanyak 3 siswa SMP yang telah menempuh materi pecahan dan siswa pintar yang dapat menunjukkan level tertingginya sehingga diharapkan dapat mendeskripsikan hasil pekerjaannya. Teknik pemilihan subjek yang digunakan adalah teknik purposive. Pemilihan subjek dilakukan menggunakan tes kemampuan berpikir matematis. Metode pengumpulan data menggunakan tes kemampuan berpikir matematis dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pada penyelesaian soal level reproduksi siswa dapat menyelesaikan masalah sesuai langkah-langkah, mengetahui aturan dasar operasi pembagian bilangan dan dapat menerapkan materi aljabar untuk menyelesaikan soal pecahan (2) Pada penyelesaian soal level koneksi siswa dapat memahami informasi pada soal, menyusun penyelesaian tidak rutin, mengeterkaitkan masalah antara penyelesaian, dan dapat membuat rumus nilai pecahan yang terdapat pada soal (3) Pada penyelesaian soal level analisis siswa dapat mengubah masalah nyata menjadi bentuk matematika dan mengkomunikasikan hasil penyelesaiannya. Kata kunci : level kemampuan berpikir, kemampuan berpikir matematis, pemecahan masalah ## 1. Pendahuluan Salah satu mata pelajaran yang diberikan di sekolah adalah matematika. Matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Matematika salah satu ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memberikan bekal dalam penyelesaian masalah di kehidupan sehari-hari, serta mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Permendiknas (2006) menyatakan โ€œdengan belajar matematika, siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerja samaโ€. Alasan lainnya sebagaimana disebutkan dalam Depdiknas (2006) dinyatakan bahwa penalaran ( reasoning ), pemecahan masalah ( problem solving ), dan komunikasi ( communication ) merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah belajar matematika. Sehingga, sejalan dengan belajar matematika membuat siswa berpikir matematis. Berpikir matematis ( mathematical thinking ) menurut Sumarmo (2010) yaitu โ€œcara berpikir berkenaan dengan proses matematika ( doing math ) atau cara berpikir dalam menyelesaikan tugas matematika ( mathematical task ) baik yang sederhana maupun yang kompleksโ€. Menurut Katagiri (2004) โ€œ Mathematical thinking allows for: 1) an understanding of necessity of using knowledge and skills, 2) learning how to learn by oneself, and the attainment of the abilities required for independent learningโ€ berpikir matematis memberikan pemahaman perlunya menggunakan pengetahuan atau pemahaman konsep matematika dan keterampilan dalam memecahkan permasalahan matematika, serta dengan berpikir matematis siswa dapat belajar untuk mencapai kemampuan yang dibutuhkan dalam belajar mandiri (DS. Setiana, 2020). ARTICLE HISTORY : Received: 21 Oktober 2021, Revised: 22 Oktober 2021, Accepted: 28 Oktober 2021, Onlinefirst: 31 Oktober 2021 Pentingnya kemampuan berpikir matematis memudahkan terbentuknya keterampilan belajar matematika dan mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan nyata. Pentingnya kemampuan berpikir matematis menurut Thompson (2011) merupakan kemampuan yang penting untuk dimiliki siswa karena pendekatan sistematis dalam mengevaluasi suatu informasi sangat berguna dalam mendapatkan solusi dari suatu masalah. Sedangkan menurut Katagiri (2004) bahwa โ€œ the most important ability that aritmatic and mathematics sourse need to cultivate order to instill in students to think and make judgment independently is mathematical thinking โ€ yaitu berpikir matematis merupakan kemampuan penting yang perlu ditumbuhkan dalam aritmatika dan pelajaran matematika yang perlu ditanamkan pada siswa agar dapat berpikir dan menentukan keputusan secara mandiri. Pentingnya kemampuan berpikir matematis tersebut yang berperan dalam pendidikan. Dalam pendidikan di Indonesia yang sering dijadikan untuk menentukan level berpikir adalah taksonomi Bloom, taksonomi Anderson, taksonomi SOLO ( The Structure of the Observed Learning Outcome ), dan taksonomi Marzano (Tim Kurikulum Pembelajaran, 2014). Empat taksonomi tersebut menyajikan level berpikir secara umum yang dapat diterapkan untuk berbagai macam mata pelajaran dan lebih fleksibel. Shafer dan Foster mengemukakan perkembangan kemampuan berpikir ke dalam beberapa level yang mengukur kemampuan berpikir matematis. Tiga level tersebut yaitu reproduksi, koneksi, dan analisis menurut (Shafer dan Foster, 1997). Level kemampuan berpikir matematis siswa perlu digali salah satunya pada materi pecahan. Materi pecahan dipelajari dari SD dan kembali dibahas pada kelas VII SMP dan materi pecahan banyak digunakan dalam penerapan kehidupan sehari-hari. Pecahan merupakan salah satu materi dasar dalam mempelajari matematika dan ilmu sains yang berkaitan dengan lingkungan sekitar (Zabeta, Hartono & Putri, 2015). Maka dari itu pecahan salah satu menjadi materi yang penting. Berdasarkan uraian di atas, maka secara teoritis terdapat korelasi yang saling berpengaruh antara kemampuan berpikir matematis dan pentingnya penyelesaian masalah materi pecahan. Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pejagoan berdasarkan Shafer dan Foster dalam penyelesaian masalah materi pecahan. ## 2. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pejagoan pada 11-13 Mei 2020. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang telah menempuh materi pecahan dan siswa kemampuan berpikir matematis tinggi dengan harapan siswa menunjukkan level tertingginya sehingga dapat mendeskripsikan hasil pekerjaannya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan wawancara. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti dibantu dengan instrumen pendukung berupa tes untuk mendapatkan data tertinggi level kemampuan berpikir matematis dalam penyelesaian masalah materi pecahan, dan pedoman wawancara yang digunakan untuk mengklarifikasi jawaban siswa. Teknik analisis data yang digunakan yaitu (1) memeriksa konsistensi antara wawancara dan lembar pekerjaan siswa. (2) mengelompokan data berdasarkan level. (3) mendeskripsikan level tertinggi berdasarkan hasil tes dan wawancara. ## 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir matematis materi pecahan dari 7 siswa dengan kemampuan matematika tinggi terdapat 3 siswa (S1, S2, S3) yang dapat menyelesaikan level kemampuan berpikir matematis tertinggi, selanjutnya diklarifikasi dengan wawancara menggunakan pedoman wawancara untuk mengecek konsistensi antara jawaban siswa dengan pengetahuan siswa dan untuk mengecek indikator yang muncul pada siswa tersebut. Indikator kemampuan berpikir matematis berdasarkan Shafer dan Foster yang digunakan pada penelitian ini adalah (1) level reproduksi yang terdiri dari mengetahui fakta dasar, menerapkan algoritma standar dan keterampilan teknis, (2) level koneksi yang terdiri dari mengintegrasikan informasi, membuat koneksi antar domain matematika, menetapkan rumus yang akan digunakan dan memecahkan masalah tidak rutin, (3) level analisis yang terdiri dari melakukan analisis, melakukan interpretasi, mengembangkan model/strategi sendiri, membuat argumen matematika dan membuat generalisasi. a. Level reproduksi Pada level reproduksi terdapat indikator algoritma standar yang terlihat dari hasil penyelesaian berikut ini. Gambar 1. Contoh penyelesaian siswa untuk soal nomor 1 level reproduksi Terlihat siswa melakukan perkalian terlebih dahulu dan selanjutnya melakukan penjumlahan sesuai urutan untuk melakukan penyelesaian. Dalam hal ini siswa dapat melakukan algoritma standar pecahan yaitu dengan melakukan penyelesaian sesuai urutan/langkah aturan dasar operasi pecahan seperti pada Gambar 1. Pada level reproduksi terdapat indikator fakta dasar masih terkait dengan penyelesaian soal pada Gambar 1 dan dari penyelesaian tersebut dilakukan wawancara guna memperjelas jawaban siswa dalam menyelesaikan soal yang terlihat dari kutipan wawancara berikut ini: P 04 : Apakah kamu yakin hasil dari 9 รท (โˆ’3) adalah โˆ’3 ? S 104 : Yakin mba, karena bila bilangan positif jika dibagi negatif hasilnya negatif. Terlihat dari kutipan wawancara siswa yaitu siswa dapat mengetahui bahwa bilangan bulat positif dibagi bilangan bulat negatif hasilnya adalah negatif, dalam hal ini maka siswa dapat mengetahui fakta dasar operasi hitung pecahan. Pada level reproduksi terdapat indikator keterampilan teknis yang terlihat dari hasil penyelesaian berikut ini: Gambar 2 . Contoh penyelesaian siswa untuk soal reproduksi nomor 2 Terlihat dari Gambar 2 siswa dapat mensubsitusikan a, b dan c ke dalam 27 2 + ๐‘ ร— 4 /siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan lain dan mengetahui informasi yang terdapat pada Gambar 2, selanjutnya dilakukan wawancara guna memperjelas sebagai berikut: P 02 : Informasi apa yang dapat kamu terapkan untuk menyelesaikan soal nomor 2? S 302 : Saya menyelesaikan soal nomor 2 itu menerapkan materi aljabar yang pernah dipelajari mba. Terlihat dari kutipan wawancara siswa dapat menerapkan materi aljabar untuk menyelesaikan soal pecahan tersebut terlihat dari kutipan wawancara yang dilakukan, dalam hal ini siswa dapat menerapkan informasi yang diperoleh menjadi bentuk penyelesaian soal atau dapat mengembangkan keterampilan teknis. b. Level koneksi Pada soal level koneksi terdapat indikator menetapkan rumus ( tools ) yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, penyelesaian siswa untuk menyelesaikan soal sebagai berikut. Gambar 3. Contoh Penyelesaian Siswa untuk Level Koneksi Terlihat siswa dapat menetapkan rumus nilai pecahan pendapatan berdasarkan pendapatan, maka siswa dapat menetapkan rumus ( tools ) yang akan digunakan untuk menentukan nilai pecahan berdasarkan target penjualan. Pada level koneksi terdapat indikator mengintegrasikan informasi dengan menggunakan informasi yang diperoleh untuk menyusun penyelesaian masalah dan selanjutnya dilakukan wawancara untuk memperjelas jawaban siswa sebagai berikut. P 10 : Pada soal ini, informasi apa yang dapat kamu gunakan guna mencari hasil penyelesaiannya? P 110 P 11 P 110 : : : Jadi, bila dilihat pada diagram. Batang 1, batang 2 dan batang 5 itu diagram batang milik kelas 6 karena memiliki pola arsir yang sama. Batang 3 dan batang 5 itu diagram batang milik kelas 7 dan memiliki pola arsir yang sama, dan garis atas itu adalah target penjualannya mba. Selanjutnya bagaimana? Selajutnya dengan informasi tersebut saya bisa menentukan pendapatan kelas 6 maupun kelas 7 mba. Terlihat pada kutipan wawancara siswa dapat memahami informasi yang terdapat pada diagram yaitu batang 1, batang 2 dan batang 5 adalah diagram batang milik kelas 6, batang 3 dan batang 5 adalah diagram milik kelas 7. Dalam hal ini siswa dapat memahami informasi digunakan untuk menyelesaikan masalah yaitu dapat mengintegrasi informasi yang terdapat pada diagram untuk mencari pendapatan. Pada level koneksi terdapat indikator membuat koneksi antara domain matematika dan selanjutnya melakukan wawancara untuk memperjelas penyelesaian yang dilakukan siswa sebagai berikut: P 03 S 303 : : Selanjutnya untuk menghitung pendapatan pada hari ke 1 dan hari lainnya, Apa cara yang kamu lakukan? Saya menghitungnya misal pendapatan hari ke-3 yaitu saya mencari pendapatan kelas 7 pada hari ke-1 adalah 1 4 dari ๐‘…๐‘. 420.000,00 = ๐‘…๐‘. 105.000 dengan hasil itu saya bisa mencari pendapatan kelas 7 pada hari ke-3 yang nilainya 3 kali lebih besar adalah 3 ร— 1 4 dari ๐‘…๐‘. 420.000,00 = ๐‘…๐‘. 315.000,00 mba. Terlihat pada kutipan wawancara siswa membuat koneksi antara domain matematika yang terdapat pada soal yaitu dengan menghubungkan antara pendapatan yang ada pada hari ke 1 untuk mencari pendapatan pada hari ke 3. Pada level koneksi terdapat indikator memecahkan masalah tidak rutin yang diperjelas dengan wawancara sebagai berikut. P 0 4 S 3 04 : : Selanjutnya untuk menentukan pendapatan pada soal nomor 1 dan hari lainnya, apa cara yang kamu lakukan? Saya menghitungnya hari ke-1 dan hari ke-3 biasanya saya biasanya melihat informasi yang terdapat pada diagram kak namun karena tidak ada saya mencari pendapatan dengan melipat kertasnya kak, dengan begitu juga bisa mencari hari lain. Terlihat pada kutipan wawancara yaitu siswa melakukan penyelesaian dengan melipat kertas untuk mencari pendapatan pada hari ke-1 dan pada hari ke-3. c. Level analisis Pada level analisis terdapat enam indikator yaitu dapat matematisasi situasi, melakukan analisis, melakukan interprestasi, mengembangkan model dan strategi sendiri, membuat argumen matematika dan membuat generalisasi. Berikut akan disajikan hasil pekerjaan salah satu subjek dalam menyelesaikan soal analisis. Gambar 4. Contoh Penyelesaian Siswa untuk Level Analisis Terlihat pada Gambar 4 tersebut menunjukkan hasil jawaban tertulis untuk level analisis dari siswa yaitu dapat mengubah pensil dan buku menjadi kalimat matematika yaitu mengubah buku menjadi x dan y serta dapat membuat model matemaika. dalam hal ini siswa dapat mengubah soal nyata ke dalam bentuk matematika/mematematisasi situasi. Pada level analisis terdapat indikator melakukan interpretasi, peneliti selanjutnya melakukan wawancara untuk memperjelas jawaban siswa dalam menyelesaikan soal yaitu sebagai berikut : P 1 S 215 : : Bagaimana cara kamu menyelesaikan soal nomor 1, Jelaskan! Saya misalkan ๐‘ฅ = ๐‘๐‘ข๐‘˜๐‘ข dan ๐‘ฆ = ๐‘๐‘’๐‘›๐‘ ๐‘–๐‘™ , setelah itu saya menentukan ๐‘ฆ = 1 3 ๐‘ฅ . ada 3 buah buku dan 5 pensil dengan harga ๐‘…๐‘. 14.000,00 jadi 3๐‘ฅ + 5๐‘ฆ = ๐‘…๐‘. 14.000,00 lalu harga pensil kan 1 3 dari harga buku jadi ๐‘ฆ = 1 3 ๐‘ฅ setelah itu dimasukan nilai y ke 3๐‘ฅ + 5๐‘ฆ = ๐‘…๐‘. 14.000,00 sehingga 3๐‘ฅ + 5 3 ๐‘ฅ = ๐‘…๐‘. 14.000,00. P 16 S 216 : : Apakah itu sudah selesai ? Belum mba, setelah itu saya jumlahkan dan disamakan penyebutnya terlebih dahulu sehingga 3๐‘ฅ + 5 3 ๐‘ฆ = ๐‘…๐‘. 14.000,00 menjadi 9 3 ๐‘ฅ + 5 3 ๐‘ฅ = ๐‘…๐‘. 14.000,00 dan mendapat hasil ๐‘ฅ = 3.000 serta ๐‘ฆ = 1 3 ๐‘ฅ menjadi ๐‘ฆ = 1 3 ร— 3000 jadi ๐‘ฆ = 1000 . Terlihat hasil kutipan wawancara siswa dapat menjelaskan hasil penyelesaian dengan jelas dari mematematika masalah, membuat model matematika, menggunakan aturan dasar pecahan serta menerapkan pengetahuan aljabar untuk mencari nilai x dan y, dalam hal ini siswa dapat melakukan interpretasi/komunikasikan penyelesaian masalah . ## 4. Simpulan dan Saran Dari penelitian tersebut dapat dilihat bahwa level kemampuan berpikir matematis berdasarkan Shafer dan Foster pada siswa SMP Negeri 1 Pejagoan dalam penyelesaian materi pecahan dapat memenuhi level reproduksi (mengetahui fakta dasar, menerapkan algoritma standar dan melakukan keterampilan teknis), level koneksi (mengintegrasi informasi, membuat koneksi antara domain, menetapkan rumus yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah, memecahkan masalah tidak rutin) dan level analisis (matematisasi situasi dan melakukan interpretasi). Adapun indikator yang tidak terpenuhi pada level analisis yaitu siswa tidak mampu menampilkan indikator menganalisis, tidak dapat mengembangkan model dan strategi sendiri, tidak dapat membuat argument matematika dan tidak dapat membuat generalisasi. Saran yang peneliti sampaikan bagi yang ingin melakukan penelitian sejenis terkait kemampuan berpikir matematis berdasarkan Shafer dan Foster agar dapat melakukan penelitian lanjutan sebaiknya instrumen untuk menggali kemampuan berpikir matematis berdasarkan Shafer dan Foster lebih dikembangkan . ## Daftar Pustaka DS Setiana, RY Purwoko. 2020. Analisis kemampuan berpikir kritis ditinjau dari gaya belajar matematika siswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika. Vol: 7 (2), 163- 177 Depdiknas. 2006. Indonesian Curriculum .2006. Curriculum based Competency. Jakarta: Depdiknas. Katagiri, S. 2004. Mathematical Thinking and How to Teach it. Tokyo. University of Tsukuba. Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Diunduh dari https://www.academia.edu/28437339/lampiran/Permendiknas_no_23_tahun_ 2006_pdf pada tanggal 4 Maret 2020. Shafer, M.C. dan Foster, S. 1997. The Changing Face of Assessment. Principled Practice in Mathematics and Science, Vol 1: 2. Sumarmo, Utari. 2010. Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung. Diunduh dari https://www.aucademia.edu/10346582/Berfikir_ dan_disposisi_matematik__mengapa_dan_bagaimana_dikembangkan_pada_peser ta_didik pada tanggal 22 Februari 2020. Thompson, C. 2011. Critical Thinking Across The Curriculum: Process over Output. International Journal Humanities and Social Science . Vol 1: 9. Tim Kurikulum Pembelajaran. 2014. Buku Kurikulum Pendidikan Tinggi. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Diunduh dari https://luk.staff.ugm.ac .id/atur/kurikulumFinalDraftBukuKurikulumDIKTI18-8-2014.pdf Zabeta, M., Hartono, Y., & Putri, R. I. I. 2015. Desain Pembelajaran Materi Pecahan Menggunakan Pendekatan PMRI di Kelas VII. Beta. Vol 8: 86-99.
5aa303b3-dd00-4afc-b887-7042a7767c68
https://ojs.ummetro.ac.id/index.php/turbo/article/download/641/456
## PEMAMFAATAN LIMBAH PERTANIAN UNTUK PEMBUATAN ARANG DENGAN PROSES PIROLISA ## Untung Surya Dharma Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hajar Dewantara No. 116 Kota Metro (0725) 42445-42454 Email : [email protected] ## ABSTRAK Sumber energi yang berasal dari fosil ( migas ) merupakan sumber bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Dimasa sekarang kebutuhan energi sangat meningkat dikarenakan jumlah penduduk semakin banyak dan revolusi Industri yang menuntut sumber energi semakin tinggi. Hal tersebut merupakan permasalahan yang sangat komplek dikarenakan bahan bakar migas semakin menipis. Pemecahan masalah diatas dapat diatasi dengan cara mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbaharui. Salah satunya dengan memanfaatkan limbah pertanian yang diubah menjadi arang dengan proses pirolisa kemudian dijadikan briket. Pada pengujian ini penulis hanya menggunakan daun mahoni dan sekam padi sebagai bahan baku briket. Hasil yang didapat menunjukkan penggunaan briket sekam padi lebih optimal dibandingkan daun mahoni. Pada pemakaian sekam padi membutuhkan waktu 15 menit untuk mendidihkan air sedangkan daun mahoni membutukkan waktu 20 menit. Hal ini disebabkan suhu yang dihasilkan sekam padi lebih tinggi sehingga air cepat mendidih. Sekam padi mengandung selulosa yang lebih tinggi dibanding daun mahoni sehingga proses pembakaran lebih cepat. Kata Kunci : Retort, Sistem pirolisa, Briket ## PENDAHULUAN Naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) dipastikan memberatkan rakyat, khususnya rakyat miskin dalam mencari sumber energi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Harga yang mahal dan semakin sedikitnya cadangan minyak merupakan persoalan yang perlu diperhatikan. Penggunaan energi yang dapat diperbaharui menjadi alternative yang harus diperhatikan untuk mengganti energi fosil tersebut. Beberapa jenis limbah biomassa dari limbah pertanian dan perkebunan dapat digunakan sebaga sumber energi melalui proses pirolisa pada suatu oven/tungku dengan pemanasan sampai 300 0 C hingga 500 o C [1] . Limbah pertanian tersebut dapat diubah menjadi arang. Arang yang di hasilkan dihancurkan menjadi serbuk kemudian dicampur dengan bahan perekat kemudian dicetak menjadi bricket. Limbah pertanian ini sekaligus merupakan sumber bahan baku yang tak terbatas dan selalu tergantikan (renewable), merupakan bahan berserat dengan komposisi utama 33-44 % selulosa, 19-47 % lignin dan 17-26 % hemisellulosa, jika dibakar dengan oksigen cukup tinggi menghasilkan 13-29 % abu yang mengandung silica cukup tinggi yaitu 87-97 % [2] , jika dibakar dalam kondisi kedap udara akan mengalami pirolisa yang menghasilkan arang sekam dengan kandungan karbon dan silica dalam perbandingan tertentu. Salah satu pemanfaatan arang dengan proses pirolisa dari limbah pertanian dan perkebunan untuk bahan bakar alternative adalah pembuatan briket dengan karakteristik yang lebih baik [3 & 4] . ## TINJUAN PUSTAKA ## Teknik Pembuatan Arang Teknik Pembuatan arang bukanlah sebuah pekerjaan yang terlalu sulit. Akan tetapi untuk menghasilkan arang yang berkwalitas dan sesuai dengan tujuan penggunaannya, maka pembuatan arang tidak lagi sesederhana hanya membakar bahan baku menjadi arang. Sebuah teknik pembakaran untuk bahan baku tertentu tidak begitu saja diterapkan pada bahan baku yang lainnya. Tahapan-tahapan pembuatan arang secara umum [5 & 6] : a. Persiapan : mempersiapkan bahan baku, peralatan kerja yang diperlukan dana memasukkan bahan baku. b. Pembakaran : - Penyalaan : membakar kayu umpan untuk memulai proses pengeringan - Pengeringan : pelepasan kandungan air pada bahan baku sebelum dimulainya proses karbonisasi. Temperatur berkisar antara 100 s/d 105 0 C. - Karbonisasi : merupakan tahap yang sangat penting dalam proses pembuatan arang. Selama proses karbonisasi akan terjadi 3 tahapan yaitu karbonisasi selulosa, karbonisasi hemi selulosa dan karbonisasi ligma. Selama proses karbonisasi temparatur didalam kiln ( oven) terus meningkat secara perlahan dari 240 0 C hingga 400 0 C. - Penyempurnaan : dilakukan setelah proses karbonisasi, tujuannya untuk mengeluarkan gas-gas dan tar dengan mematangkan bagian-bagian arang yang belum sempurna. - Pendinginan : setelah tahap penyempurnaaqn klin ( oven) dapat dimatikan, sehingga temperaturnya akan menurun. ## Gambar 1. Pemanfaatan briket sebagai sumber energi alternatif Tahapan yang paling penting dan sulit adalah tahapan pembakaran. Bagaimana caranya membakar bahan baku supaya tidak menjadi abu. Proses pembakaran dilakukan sedemikian rupa, sehingga bahan baku tidak mengalami kontak dengan oksigen. Pembakaran arang secara tradisional banyak menggunakan kiln (tobong) terbuat dari bata atau tanah liat yang berbentuk kubah. Pda proses ini bahan baku dalam klin dan dibakar dengan cara mengontrol atau membatasi udara yang masuk sehingga hanya sebagian dari kayu yang ada dalam klin tersebut menjadi abu. Panas yang dihasilkan dari pembakaran tadi diserap oleh sisa-sisa kayu yang ada untuk prose pirolisa. ## Proses Pirolisa Proses pirolisa ialah proses pemanasan dengan suhu sekitar 300 0 C hingga 500 o C, sehingga biomassa ( kayu, ranting, daun, dsb ) akan terpecah menjadi dua komponen pokok yaitu gas bakar ( volatile dan non volatile ) Dari berat biomassa keseluruhan, sekitar 70% adalah komponen volatile disebut sebagai tar, sedangkan komponen non volatile disebut arang. Waktu untuk membuat arang secara tradisional ini sekitar 3 hari dan dibutuhkan seorang operator yang selalu mengontrol proses pembakaran dengan membuka atau menutup lubang udara sesuai dengan tahapan waktu yang dibutuhkan. Proses tradisional ini kurang efisien, karena kemungkinan kontak udara (oksigen) dengan bahan baku sangat tergantung keahlian operator, sehingga banyak bahan baku terbakar menjadi abu. Proses dengan menggunakan oven dan retort merupakan proses yang lebih modern dan efisien tinggi untuk pembakaran arang. Proses ini dapat dipakai untuk mengarangkan semua jenis biomassa dengan cara memasukannya ke dalam retort yang terbuat dari logam dan kemudian ditutup. Bahan baku yang sudah ada didalam retort dibakar didalam oven . Pada bagian tutup retort dibuat beberapa lubang yang berfungsi untuk mengalirkan gas pirolisa (tar) yang terbentuk. Dengan proses pirolisis, suhu karbonisasi dapat ditingkatkan, karena dengan menaikan suhu karbonisasi maka kandungan abu semakin menurun akibat terjadi proses devolatisasi [7]. ## Sistem Oven โ€“ Retort Klin (oven) untuk membakar retort mempunyai dua bagian utama yaitu bagian atas untuk tempat menyusun retort dan bagian bawah adalah ruang bakar. Kedua bagian tersebut dipisahkan oleh sarangan (grate), sedangkan bagian atas klin diberi tutup cerobang. Pada waktu klin dinyalakan, panas yang dihasilkan akan membuat biomassa yang ada di dalam retort ter-pirolisa. Gas volatile hasil proses pirolisa di dalam retort akan keluar melalui celah-celah lubang. Biomassa yang sedang diproses terlindungi didalam retort dan tidak mengalami kontak langsung dengan oksigen. Dengan cara ini resiko arang yang terbakar dalam retort tidak akan terjadi, sehingga tidak perlu dilakukan kontrol terhadap udara yang masuk ke dalam klin, tidak diperlukan keahlian khusus sebagaioperator. Kualitas arang yang dihasilkan dengan metode ini lebih tinggi dibandingkan dengan cara tradisional, sebab distribusi panas didalam klin lebih merata. Gas volatile hasil proses pirolisa akan ikut terbakar sehingga tidak menimbulkan polusi udara. Waktu yang diperlukan untuk proses pembuatan arang dengan metode oven dan retort ini lebih singkat dibandingkan dengan cara tradisional, sehingga produktifitas menjadi lebih tinggi. Apabila proses pembuatan arang dengan oven dan retort menggunakan bahan baku limbah pertanian ( dedaunan, jerami, dan sebagainya ) diusahakan dapat dibuat suatu sistem oven- retort yang dapat dibawa (dipindah-pindahkan) ketempat keberadaan bahan limbah pertanian tersebut. Arang hasil pembakaran yang ada di dalam retort, setelah dikeluarkan digiling sampai menjadi serbuk. Dengan bahan perekat tertentu serbuk-serbuk arang di cetak menjadi briket arang yang dapat digunakan sebagai sumber energi [8]. Suatu sistem prosesing oven- retort yang portable biasanya membutuhkan sekitar 20 buah retort untuk menjalankan proses simultan. Sebuah retort dapat menampung 3 kg daun kering untuk menghasilkan 1 kg arang. Lama waktu yang diperlukan untuk proses ini sekitar 50 menit dengan menggunakan bahan bakar berasal dari ranting dan dedaunan. ## METODELOGI PENELITIAN Bahan yang digunakan Bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut : A. Bahan baku arang briket yang digunakan adalah sekam padi dan daun mahoni. B. Bahan untuk membuat oven dan retort Oven yang akan digunakan sebagai tungku pembakaran menggunakan plat, sedangkan retort sebagai tempat proses pirolisa terjadi digunakan tabung pipa yang dibuat sedemikian rupa. a. Sekam Padi b. Daun Mahoni ## Gambar 2. Bahan Baku Arang Briket Peralatan yang digunakan A. Peralatan untuk pembuatan oven dan retrot 1. 1 unit mesin las karbit 2. Tang 3. Kikir 4. Palu 5. Gergaji besi 6. Meteran rol 7. Kaca mata 8. Sarung tangan C. Peralatan pengujian 1. Thermokopel 2. Kabel suply 3. Timbangan ## Proses pembuatan alat uji retrot 1. Siapkan alat dan mesin las karbit 2. Buat 6 buah kepingan plat tebal 2mm deng diameter 204 mm 3. Buat 3 buah pipa diameter 5 inc dengan panjang 30 cm 4. Las 1 pipa dengan 1 kepingan plat yang sudah di lubangi secara teratur, begitu juga dengan 2 pipa lainnya. 5. Sebagai tutup pipa las 1 kepingan plat dengan besi strip dengan lebar 1 cm yang atasnya diberi pengait untuk membuka tutup. ## Gambar 3. Retort ## Proses Pembuatan Oven 1. Siapkan 1 buah plat dengan tebal 2mm untuk membuat oven dengan panjang 179 cm dan lebari 85 cm . Buat plat tersebut menjadi sebuah tabung dengan diameter 57 cm di rol searah dengan panjangnya. 2. Siapkan 2 kepingan plat dengan tebal 2 mm berdiameter 57 cm. 3. Las kepingan plat tersebut dengan tabung diatas. 4. Sebagai tutup tabung las kepingan plat dengan besi strip lebar 2 cm . Sebagai cerobong asap las pipa berdiameter 5 inc dan panjang 2 m diatas tutup tabung yang sudah dilubangi. Gambar 4. Oven Proses pembuatan arang dari daun dan sekam padi 1. Siapkan oven dengan 3 buah retort 2. Masukan daun / sekam ke dalam 3 retrot secara merata dan padat 3. Masukan 3 retrot ke dalam oven dengan posisi 2 di bawah dan 1 diatas. 4. Masukan daun/sekam sedikit dulu sebagai sumber pembakaran awal. 5. Setelah daun/sekam terbakar masukkan seluruh daun/sekam kedalam oven kemudian oven ditutup. 6. Setelah daun/sekam terbakar semua dan oven telah relatif dingin keluarkan retrot dari dalam tungku. 7. Buka retrot dan keluarkan daun/sekam yang telah menjadi arang lalu dinginkan. ## Gambar 5. Arang hasil proses pirolisa ## Proses Pembuatan Briket 1. Siapkan arang daun/sekam 2. Hancurkan arang daun/sekam hingga halus 3. Campurkan lem aci ke dalam bubuk arang /sekam dan aduk hingga merata dan menyatu. 4. Masukkan adukan arang kedalam cetakan secara merata dan padat. 5. Keluarkan arang dari cetakan lalu jemur 6. Arang briket siap dipakai ## Gambar 6. Briket setelah jadi ## Proses Pengujian Briket 1. Siapkan tungku briket 2. Siapkan panci dengan air 1 liter didalamnya 3. Letakkan briket didalam tungku 4. Hidupkan api briket untuk memasak air 5. Hitung waktu pendidihan dan ukur temperatur bara briket 6. Lakukan hal yang sama untuk semua jenis briket. 7. Bandingkan hasil dari kedua briket ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian dengan Briket Daun Mahoni A. Pengujian 1 Tabel 1. Hasil Pengujian 20 Briket Daun Mahoni Jumlah Briket (buah) Waktu (menit) Suhu Briket ( o C) Suhu Air ( 0 C) Hasil 20 15 114 36 Briket telah terbakar, Panci yang berisi air letakkan diatas tungku 20 148 61 Sebagian briket telah menjadi abu 25 183 75 separuh briket telah menjadi abu. 30 218 81 Air belum mendidih. Pada percobaan ini, pengujian dihentikan karena dinilai tidak efektif dari segi waktu. Dapat disimpulkan percobaan ketiga ini belum berhasil. ## B. Pengujian 2 Tabel 2. Hasil Pengujian 25 Briket Daun Mahoni Jumlah Briket (buah) Waktu (menit) Suhu Briket ( o C) Suhu Air ( 0 C) Hasil 25 6 100 36 Briket telah terbakar, Panci yang berisi air letakkan diatas tungku 12 150 50 Sebagian briket telah menjadi abu 18 251 89 Lebih dari separuh briket telah menjadi abu. 23 90 70 Briket telah habis terbakar menyebabkan temperatur api dan air menurun Pada pengujian ini tungku dibongkar dikarenakan suhu yang terus menurun dan dinyatakan pengujian belum berhasil. ## C. Pengujian 3 Tabel 3. Hasil Pengujian 30 Briket Daun Mahoni Jumlah Briket (buah) Waktu (menit) Suhu Briket ( o C) Suhu Air ( 0 C) Hasil 30 6 126 36 Briket telah terbakar, Panci yang berisi air letakkan diatas tungku 12 160 65 Sebagian briket telah menjadi abu 18 253 90 separuh briket telah menjadi abu. 20 261 115 Air mendidih, jumlah abu 15 โ€“ 20 % Pada pengujian ini air dapat mendidih dengan sempurna. Dapat dikatakan pada pengujian ini berhasil. ## Hasil Pengujian Dengan Briket Sekam Padi ## A. Pengujian 1 Tabel 1. Hasil Pengujian 20 Briket Sekam Padi Jumlah Briket (buah) Waktu (menit) Suhu Briket ( o C) Suhu Air ( 0 C) Hasil 20 10 115 36 Briket telah terbakar, Panci yang berisi air letakkan diatas tungku 15 152 67 Sebagian briket telah menjadi abu 20 188 85 separuh briket telah menjadi abu. 25 206 104 Air mendidih, dengan briket terbakar habis. Pada percobaan ketiga ini , pengujian belum optimal dikarenakan waktu yang diperlukan untuk mendidihkan air lebih panjang. ## B. Pengujian 2 ## Tabel 2. Hasil Pengujian 25 Briket Sekam Padi Jumlah Briket (buah) Waktu (menit) Suhu Briket ( o C) Suhu Air ( 0 C) Hasil 25 5 100 36 Briket telah terbakar, Panci yang berisi air letakkan diatas tungku 10 168 70 Sebagian briket telah menjadi abu 15 262 98 Lebih dari separuh briket telah menjadi abu. 20 281 127 Air mendidih dengan sempurna, briket habis terbakar. Pengujian ini dikatakan berhasil dan dapat mendidhkan air pada menit ke-20, sedangkan briket belum seluruhnya menjadi abu. ## C. Pengujian 3 Tabel 3. Hasil Pengujian 30 Briket Sekam Padi Jumlah Briket (buah) Waktu (menit) Suhu Briket ( o C) Suhu Air ( 0 C) Hasil 25 5 130 36 Briket telah terbakar, Panci yang berisi air letakkan diatas tungku 10 175 78 Sebagian briket telah menjadi abu 15 250 132 Air mendidih dan briket masih tersisa 30 % Pengujian ini dinyatakan berhasil dengan suhu yang lebih tinggi dengan waktu 15 menit. ## PEMBAHASAN Dari penelitian ini dapat diketahui pengaruh bahan baku briket, jumlah, dan cara penggunaan briket terhadap hasil pembakaran. Penelitian ini juga menunjukkan masih adanya ketergantungan bahan bakar fosil sebagai pembakaran awal walaupun jumlahnya relatuif sedikit. Untuk bahan bakar briket daun mahoni pada pengujian 1 hasil yang didapatkan belum optimal, pada menit ke 23 briket telah habis terbakar sedangkan air belum mendidih. Hal ini disebabkan pembakaran briket dilakukan secara bersamaan yang menyebabkan bara terbakar seluruhnya dan mati pada saat yang bersamaan. Pengujian ke-dua didapatkan air mendidih sempurna pada menit ke-20. Hal ini disebabkan pembakaran briket dilakukan secara bertahap dan menghasilkan panas yang tinggi dan jumlah briket yang dipakai lebih banyak. Pada pengujian ke-tiga dilakukan percobaan menggunakan kipas manual, ternyata setelah 30 menit air belum mendidih. Karena dinilai tidak efektif pengujian dihentikan. Hal ini disebabkan pasokan udara yang diterima tidak optimal dibandingkan dengan kipas angin. Pada pengujian menggunakan briket sekam padi dihasilkan seluruh air yang dimasak mendidih. Perbedaannya terletak pada lamanya waktu pendidihan dan suhu yang dihasilkan. Pada pengujian pertama air mendidih pada menit 20, pengujian ke-dua air mendidih pada menit ke 15, dan pengujian ketiga air mendidih pada menit ke- 25. Hal ini disebabkan ternyata briket sekam padi lebih mudah terbakar dan suhu yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan briket daun mahoni. Perbedaan hasil yang didapat antara briket daun mahoni dan briket sekam padi disebabkan oleh beberapa hal antara lain kandungan selulosa yang terkandung didalam sekam padi lebih tinggi dibandingkan daun mahoni. Hal ini menyebabkan sekam padi lebih mudah terbakar dan menghasilkan suhu yang lebih tinggi. Pengaruh bahan perekat dalam pembuatan briket juga berpengaruh dalam kwalitas briket itu sendiri, karena apabila bahan perekat yang digunakan masih mengandung air maka pembakaran yang terjadi tidak sempurna. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil dari pengujian yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Limbah pertanian dan perkebunan dapat diolah menjadi sumber bahan bakar alternatif dengan terlebih dahulu diolah menjadi briket melalui proses pirolisa. 2. Pada penggunaan briket daun mahoni dihasilkan pembakaran yang kurang optimal , air mendidih hanya pada pengujian ke-dua yang menggunakan jumlah briket yang banyak dan membutuhkan waktu 20 menit. Hasil ini diperoleh dengan memasukkan briket secara bertahap. 3. Pada penggunaan briket sekam padi semua air yang dimasak ternyata mendidih pada setiap pengujian. Akan tetapi waktu yang diperlukan berbeda- beda dan suhu yang berbeda pula. 4. Waktu yang diperlukan sekam lebih sedikit dibandingkan daun mahoni dalam proses pendidihan air. Hal ini ternyata disebabkan suhu yang dihasilkan sekam padi lebih tinggi dibandingkan daun mahoni. 5. Perbedaan hasil antara sekam padi dan daun mahoni disebabkan kandungan selulosa sekam padi lebih tinggi dari daun mahoni. Sehingga sekam padi lebih mudah terbakar dan menghasilkan suhu yang lebih tinggi. ## DAFTAR PUSTAKA [1] Anischan Gani, 2009, Potensi Arang Hayati โ€œBiocharโ€ sebagai Komponen Teknologi Perbaikan Produktivitas Lahan Pertanian, Jurnal Iptek Tanaman Pangan, Vol. 4, No. 1. [2] Howard. R.L., Abotsi, E., J. Van Rensburg. E.L., and Howard, S. 2003. Lignocellulose Biotechnology : Issue of Bioconversion and Enzyme production. African J. Of Biotech. Vol. 2(12), 602-619. [3] Bambang Sucahyo, 2003, Development of Carbonization Technology, for Community Based Pead Charcoal Industry, International Seminar on Appropriate Tecnology For Biomass Derived Fuel Production, Yokyakarta, Indonesia. [4] Mukunda, 2003, Teknologi Bersih Energi Biomasa, Seminar Internasional Teknologi Tepat Guna untuk Produksi Bahan Bakar dari Biomassa, Yokyakarta, Indonesia [5] Eko Nugroho, 2008, Arang dari Limbah Pertanian, Laporan Penelelitian Hibah Pemerintah Kota Metro, tidak dipublikasikan. [6] Djatmiko, B., S. Ketaren dan S. Setyahartini, 2995, Pengolahan Arang dan kegunaannya. Argo Industri Press, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor. [7] M. Yusuf Thoha, Diana Ekawati Fajrin, 2010, Pembuatan Briket Arang dari Daun Jati, dengan Sagu Aren sebaga Pengikat, Jurnal Teknik Kimia, Vol. 17, No. 1. [8] Daud Patabang, 2012, Karakteristik Thermal Briket Arang Sekam Padi dengan Variasi Bahan Perekat, Jurnal Mekanikal, Vol. 3, No. 2, 286-292.
cf09150e-28b7-4b04-ac7a-1a987e1e6399
https://ejurnal.poltekkes-manado.ac.id/index.php/gizi/article/download/40/29
## KONSUMSI MINUMAN BERALKOHOL DAN KADAR ASAM URAT PADA PRIA DEWASA DI KELURAHAN KOYA KECAMATAN TONDANO SELATAN ## KABUPATEN MINAHASA Ana B. Montolยน, danAgnes Rotinsuluยฒ 1, Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Manado 2 Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bitung ## ABSTRACT Nationally, the prevalence of joint disease (gout arthritis) is 34%. In North Sulawesi, one in four people aged> 15 years suffering from diseases of the joints (gouty arthritis) based on the diagnosis of health professionals and symptoms. Joint disease and the diagnosis is based on symptoms found throughout the district / city where the prevalence varies between 16% - 34.1%. The highest joint disease in South Minahasa District of 34.1%, or about one in three, while the city of Bitung is 28% and the lowest in the city of Manado (16.6%) were at one in six people aged> 15 years. While if it is based on the diagnosis only, the joint disease found in about one in ten people aged> 15 years (11.4%). The highest prevalence was found in Bolaang Mongondow that nearly one in four people aged> 15 years and lowest in Tomohon, four among a hundred people> 15 years (4%). This study aims at knowing the relationship with the consumption of alcoholic beverages uric acid levels in adult males in the village Koya Tondano District South Minahasa regency. This type of research is an observational study with cross sectional design. Number of samples 49 were determined by purposive sampling. The measurement of the consumption of alcoholic drinks and intake of foods high in purine using a food frequency questionnaire and qouestionnaire, while the measurement of uric acid levels is done with laboratory tests. Data analysis using Spearman's rho correlation test. The results obtained by the research sample contained the highest in the age group 41-50 years. After analysis of data consumption of alcoholic beverages with high levels of uric acid test analytic correlation Spearman's known the value of the correlation coefficient of Spearman's rho of 0.284 with a significance level ฯ = 0.048 (ฯ <0.05), while the analysis of the data volume of the alcohol to the uric acid levels using test analytic Spearman's correlation coefficient known Spearman's rho correlation of 0.479 with a significance level ฯ = 0.00 (ฯ <0.01). The conclusion of this research that there is a significant association between the consumption of alcoholic beverages with high levels of uric acid adult males in the village Koya Tondano District South Minahasa regency. Keywords: Consumption of alcoholic beverages, uric acid levels. ## PENDAHULUAN Penyakit gout arthritis merupakan penyakit metabolik, yaitu penyakit yang disebabkan oleh gangguan metabolisme abnormal purin yang di tandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah (Almatsier, 2008).Umumnya yang terserang asam urat adalah para pria usia 40 hingga 50 tahun. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usiaini disebabkan karena pria tidak mempunyai hormon estrogen yang dapat membantu pembuangan asam urat. Pada wanita peningkatan kadar asam urat dimulai sejak masa menopause, karena pada perempuan mempunyai hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine (Kartikawati,2011; Mutia, 2010). Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit asam urat antara lain adalah pola makan, kegemukan, alkoholdan suku bangsa/ras. Hasil penelitian menunjukan bahwa seseorang yang setiap hari menegakan alkohol tradisional (tuak atau tape), faktor resiko menjadi lebih dari 50% akan terkena gout arthritis, sedangkan pada mereka yang minum alkohol lebih dari seminggu sekali faktor resikonya 40% akan terkena gout arthritis. Menurut Choi yang telah meneliti hubungan alkohol dengan arthritis gout selama 12 tahun mendapatkan bahwa konsumsi alkohol 5 gram/hari mempunyai risiko 2,53 kali terkena arthritis gout (Choi, 2004). Dari waktu ke waktu jumlah penderita hiperurisemia cenderung meningkat. Secara nasional, prevalensi penyakit sendi (gout arthritis) adalah 34%. Di Sulawesi Utara, satu dari empat penduduk umur > 15 tahun menderita penyakit sendi (gout arthritis) yang didasarkan pada diagnosis tenaga kesehatan dan gejala. Penyakit sendi yang didasarkan pada diagnosis dan gejala terdapat diseluruh Kabupaten/Kota dengan prevalensi bervariasi antara 16% - 34,1% . Penyakit sendi tertinggi di Kabupaten Minahasa Selatan 34,1% atau sekitar satu di antara tiga, sedangkan Kota Bitung adalah 28% dan terendah di Kota Manado (16,6%) berada pada satu diantara enam penduduk umur >15 tahun. Sementara jika didasarkan pada diagnosis saja maka penyakit sendi ditemukan pada sekitar satu diantara sepuluh penduduk umur > 15 tahun (11,4%). Prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Bolaang Mongondow yakni hampir satu diantara empat penduduk umur > 15 tahun dan terendah di Kota Tomohon, empat diantara seratus penduduk >15 tahun (4%) (Riset Kesehatan Dasar, 2007). Pada Suku Maoris, New Zealand, prevalensi gout dilaporkan 5%, tertinggi pada kelompok usia 65 tahun atau lebih. Peningkatan kadarasam urat banyak dijumpai pada etnis Minahasa, Toraja, dan Batak. Prevalensi tertinggi terdapat pada penduduk pantai dan yang paling tinggi yaitu di daerah Manado-Minahasa, ini karena kebiasaan mereka mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar. Di Minahasa (2003), proporsi kejadian arthritis gout sebesar 29,2% (Nasrin, 2010) . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi minumanberalkohol dengan kadar asam urat pada pria dewasa di Kelurahan Koya Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. ## BAHAN DAN CARA Jenis penelitian ini adalah penelitian Observasionaldengan desain Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pria dewasa yang tinggal di kelurahan Koya kecamatan Tonandano Selatan Kabupaten Minahasa.Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus : Z 1- ๏ก /2 P (1-P) n = d 2 Pengiambilan dilakukan dengan cara purposive sampling, dengan kriteria sampel yaitu pria dewasa umur 20-60 tahun yang pernah mengkonsumsi minuman beralkohol, bersedia menjadi sampel saat penelitian, bukan penderita gout arthritis dan bertempat tinggal di kelurahan Koya kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. Jenis data yang diambil meliputi data identitas responden, data jenis dan frekuensi minum alkohol dan volume alkohol yang dikonsumsi yang diperoleh dengan cara wawancara menggunakan daftar pertanyaan, data asupan makanan yang diperoleh dengan metode FFQ dan kadar asam urat darah sampel yang diperoleh melalui pemeriksaan laboratorium.Analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan analisis univariat kemudian dilanjutkan dengan analisisbivariat menggunakanuji korelasi spearmanโ€™s rho untuk mengetahui hubungan antara konsumsi minumam beralkohol dengan kadar asam urat darah. ## HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Umur responen sebagian besar berkisar antara 41 โ€“ 50 tahun.Penyakit asam urat kebanyakan diderita oleh pria di atas 40 tahun. Kadar asam urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia ini disebabkan karena pria tidak mempunyai hormon esterogen yag dapat membantu pembuangan asam urat (Kartikawati, 2011).Sebagian besar tingkat pendidikan responden adalah tamat SLTA (51,0%). Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan yang rendah akan mempersulit seseorang atau masyarakat menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang disampaikan. Sedangkan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Notoatmodjo, 2003). ## Klasifikasi Hiperurisemia Dari hasil pemeriksaan laboratorium sampel penelitian dapat diketahui bahwa dari 49 responden yang dijadikan sampel terdapat 30 sampel yang memiliki kadar asam urat tinggi yaitu > 7 mg/dl sedangkan 19 sampel memiliki kadar asam urat normal yaitu < 7 mg/dl. Distribusikadar asam urat responden dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4.Distribusi Kadar Asam Urat Responden Kadar Asam Urat n % Kategori < 7mg/ dl 19 38,8 Normal >7 mg/dl 30 61,2 Tinggi Jumlah 49100 Peningkatan kadar asam urat bisa disebabkan oleh produksi asam urat yang berlebihan (karena konsumsi makanan kaya purin) atau turunnya ekskresi (karena adanya kelainan pada ginjal). Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl (Mutia, 2010). Jumlah asam urat dalam tubuh dicerminkan oleh kadar natrium urat dalam serum darah. Bila kadar natrium urat dalam serum melampaui daya larutnya maka serum menjadi sangat jenuh (hiperurisemia) dan dapat menstimulir terbentuknya kristal natrium urat yang dapat mengendap. Daya larut natrium urat dalam serum pada suhu 37 0 C adalah 7 mg/dl, bila melebihi angka ini, keadaan ini disebut hiperurisemia. Pada suhu yang lebih rendah, kelarutan asam urat dalam serum semakin rendah (Bondi dan Rosenberg, 1990). ## Kebiasaan Minum Alkohol 1. Jenis Minuman Beralkohol Pada tabel 5 dibawah ini dapat dilihat bahwa dari 49 sampel, sebagian besar mengkonsumsi minuman beralkohol jenis saguer yaitu sebanyak 31 sampel (63.3%), cap tikus 17 sampel (34.7%) dan bir 1 sampel (2.0%). Jenis minuman beralkohol yang sering dikonsumsi oleh responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5. Distribusi Jenis Minuman Beralkohol No Jenis Minuman Beralkohol Jumlah n % 1 2 3 Cap tikus Bir Saguer 17 1 31 34.7 2.0 63.3 Jumlah 49 100 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jenis minuman beralkohol yang paling sering dikonsumsi oleh responden adalah jenis minuman tradisional yaitu saguer dan cap tikus sedangkan untuk jenis minuman pabrik dalam bentuk bir hitam jarang dikonsumsi.Hal ini disebabkan minuman tradisional mudah didapat dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan minuman pabrik. Menurut Zahron (2001), kandungan alkohol pada berbagai jenis minuman daerah sebesar 5-10%. Alkohol dapat dibuat dari berbagai bahan hasil pertanian, yang secara umum bahan-bahan tersebut dapat dibagi dalam tiga golongan, yaitu bahan yang mengandung turunan gula sebagai golongan pertama, seperti molase, gula tebu, gula bit, dan sari buah yang umumnya adalah sari buah anggur. Golongan kedua adalah bahan-bahan yang mengandung pati, seperti biji-bijian, kentang, tapioka dan golongan terakhir adalah bahan yang mengandung selulosa, seperti kayu dan beberapa limbah pertanian (Saโ€™id, 1987). 2. Frekuensi Minum Alkohol Pada tabel yang dicantumkan pada tabel 6 dapat dilihat bahwa konsumsi alkohol > 4 kali dalam seminggu yaitu 34 orang (69,4%), sedangkan konsumsi alkohol 4 kali seminggu sebanyak 8 orang (16,4%), konsumsi alkohol 1-2 kali seminggu sebanyak 6 orang dan konsumsi alkohol 3 kali seminggu hanya terdapat 1 orang (2,0%). Konsumsi alkohol dalam seminggu dari 49 responden, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Distribusi Konsumsi Alkohol Dalam Seminggu No Konsumsi Alkohol (Perminggu) Jumlah n % 1 2 3 4 1-2 kali 3 kali 4 kali >4 kali 6 1 8 34 12.2 2.0 16.3 69.4 Jumlah 49 100 Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi alkohol dengan frekuensi > 4 kali seminggu, karena berdasarkan keterangan yang diberikan responden hal ini disebabkan pengaruh suhu udara yang dingin di daerah itu sehingga responden sering mengkonsumsi minuman beralkohol untuk menghangatkan tubuh. ## 3. Jumlah Alkohol Pada tabel 7 di bawah ini dapat dilihat bahwa dari 49 sampel, sebagian besar jumlah alkohol yang dikonsumsi dalam seminggu > 60 ml yaitu sebanyak 38 orang (77,6%), jumlah alkohol yang dikonsumsi 30-60 ml dalam seminggu yaitu sebanyak 5 orang (10,2%) dan jumlah alkohol yang dikonsumsi < 10 ml dan 10-30 ml masing-masing sebanyak 3 orang (6,1%). Jumlah/volume alkohol yang dikonsumsi dari 49 responden, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Distribusi Jumlah Alkohol Yang Dikonsumsi Dalam Seminggu No Jumlah Alkohol Jumlah n % 1 2 3 4 < 10 ml 10-30 ml 30-60 ml > 60 ml 3 3 5 38 6.1 6.1 10.2 77.6 Jumlah 49 100 Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mengkonsumsi minuman beralkohol > 60 ml dalam seminggu. Konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyakakan menyebabkan kadar alkohol di dalam tubuh semakin tinggi sehingga dapat meningkatkan resiko terjadinya hiperurisemia. Seseorang yang setiap hari menenggak alkohol tradisional (tuak atau tape), menurut dr. Caecilia factor resiko gout menjadi 50 %. Sedangkan pada mereka yang minum alkohol lebih dari seminggu sekali faktor risikonya menjadi 50% (Mutia, 2010). ## Jenis Dan Frekuensi Penggunaan Bahan Makanan Sumber Purin Jenis makanan sumber purin di golongkan menjadi 3 yaitu purin tinggi (150-1000 mg/100 gr makanan, purin sedang 50-150 mg/100 gr makanan dan purin rendah 0-50 mg/100 gr makanan (Mutia, 2010). penilaian frekuensi makan makanan sumber purin tinggi dan sedang diperoleh dari data Food Frequency Questionnaire (FFQ) yang dikategorikan sering, jarang atau tidak pernah di konsumsi selama 1 bulan terakhir, selengkapnya dapat di lihat pada tabel 8. Dari data yang dicantumkan dalam tabel 8 menunjukan beberapa jenis makanan sumber purin tinggi yang sering di konsumsi oleh responden yaitu jeroan, ikan sarden, kolombi dan alkohol yang di konsumsi dalam satu bulan terakhir. Bahan makanan yang seharusnya dihindari karena sangat berpengaruh dalam peningkatan kadar asam urat dalam darah. Dari tabel di atas dapat dilihat dari 49 responden penelitian terdapat 45 responden (91,8%) yang sering mengkonsumsi alkohol selama satu bulan terakhir, 17 responden (34,7%) yang sering mengkonsumsi ikan sarden, 16 responden (32,6%) yang sering mengkonsumsi jeroan, 14 responden (28,5%) yang sering mengkonsumsi kolombi, 12 responden (24,5%) yang sering mengkonsumsi hati, 10 responden (20,4%) yang sering mengkonsumsi bebek, 4 responden (8,2%) yang sering mengkonsumsi kerang dan 3 responden (6,1%) yang sering mengkonsumsi burung. Tabel 8. Distribusi Frekuensi Penggunaan Bahan Makanan Sumber Purin Tinggi Asam urat dalam darah dapat meningkat karena disebabkan faktor dari luar terutama dari makanan dan minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat. Untuk kasus meningkatnya produksi asam urat, terjadi karena pengaruh makanan dengan kadar purin tinggi. Oleh karena itu, makanan yang perlu dihindari untuk mencegah penaikan kadar asam urat dalam darah yaitu makanan yang banyak mengandung purin tinggi. Makanan dengan kadar purin tinggi antara lain jeroan, sarden dan bacon (Mutia, 2010). Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penggunaan Bahan Makanan Sumber Purin Sedang Makanan Sumber Purin Frekuensi Penggunaan Jumlah sering jarang tidak pernah n % n % n % n % a. Hati 12 24,5 21 42,9 16 32,7 49 100 b. Jeroan 16 32,6 33 67,3 0 0,0 49 100 c. Bebek 10 20,4 27 55,1 12 24,5 49 100 d. Burung 3 6,1 8 16,3 38 77,6 49 100 e. Ikan Sarden 17 34,7 20 40,8 12 24,5 49 100 f. Kerang 4 8,2 15 30,6 30 61,2 49 100 g. kolombi 14 28,5 25 51,0 10 20,4 49 100 h. Alkohol 45 91,8 4 8,2 0 0,0 49 100 i. Udang 7 14,2 30 61,2 12 24,5 49 100 Makanan Sumber Purin Frekuensi Penggunaan Jumlah Sering jarang tidak pernah n % n % n % n % a. Daging Sapi 3 6,1 7 14,3 39 79,6 49 100 b. Daging Babi 27 55,1 21 42,9 1 2,0 49 100 c. Ikan Tuna 6 12,2 10 20,4 33 67,3 49 100 d. Ikan Teri 22 44,9 19 38,8 8 16,3 49 100 e. Daging Ayam 28 57,2 20 40,8 1 2,0 49 100 f. Tahu 42 85,8 5 10,2 2 4,1 49 100 g. Tempe 17 34,6 19 38,8 13 26,5 49 100 h. Kacang- Kacangan 23 47 8 16,3 18 36,7 49 100 i. Bayam 31 63,2 8 16,3 10 20,4 49 100 j. Daun singkong 3 6,1 21 42,9 25 51,0 49 100 k. Kangkung 43 87,8 4 8,2 2 4,1 49 100 l. Buncis 10 20,4 18 36,7 21 42,9 49 100 m. Kopi 36 73,5 4 8,2 9 18,4 49 100 Dari data yang dicantumkan dalam tabel 9 dapat dilihat dari 49 responden penelitian terdapat 43 responden (87,8%) yang sering mengkonsumsi kangkung selama satu bulan terakhir, 42 responden (85,8%) yang sering mengkonsumsi tahu, 36 responden (73,5%) yang sering mengkonsumsi kopi, 31 responden (63,2%) yang sering mengkonsumsi bayam, 28 responden (57,2%) yang sering mengkonsumsi daging ayam, 27 responden (55,1%) yang sering mengkonsumsi daging babi, 23 responden (47,0%) yang sering mengkonsumsi kacang-kacangan, 22 responden (44,9%) yang sering mengkonsumsi ikan teri, 17 responden (34,6%) yang sering mengkonsumsi tempe, 10 responden (20,4%) yang sering mengkonsumsi buncis, 6 responden (12,2%) yang sering mengkonsumsi ikan tuna dan 3 responden (6,1%) yang sering mengkonsumsi daging sapi dan daun singkong. Bahan makanan yang mengandung sedang purin dianjurkan untuk dibatasi dalam penggunannya yaitu sekitar 50 g/hari (Mutia, 2010). Berdasarkan hasil penelitian, beberapa makanan purin tinggi dan purin sedang yang dikonsumsi responden seperti jeroan, hati, bebek, kolombi, daging babi dan kacang- kacangan sering digunakan sebagai pelengkap pada saat mengkonsumsi minuman beralkohol. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan responden sering mengkonsumsi makanan sumber purin seperti kangkung dan kolombi yaitu karena bahan makanan tersebut mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang banyak. Hal ini disebabkan karena daerah tempat responden tinggal sebagian besar terdapat lahan persawahan dan rawa, sehinggabahan makanan tersebut mudah tumbuh dan hidup. Makanan yang mengandung purin tinggi serta beberapa tipe protein dan minuman beralkohol dapat menyebabkan resiko peningkatan kadar asam urat (Mutia, 2010). Pada diet normal, asupan purin biasanya mencapai 600-1000 mg per hari. Namun pada penderita asam urat harus dibatasi menjadi 120-150 mg per hari. Purin merupakan salah satu bagian dari protein. Membatasi asupan purin berarti juga mengurangi konsumsi makanan yang berprotein tinggi. Asupan protein yang dianjurkan bagi penderita asam urat adalah sekitar 50- 70 gram bahan mentah perhari atau 0,8-1 gr/kg berat badan per hari (Syahrazad, 2010). ## Hubungan Frekuensi Minum Alkohol Dengan Kadar Asam Urat Tidak terdapat sampel dengan kadar asam urat tinggi yang mengkonsumsi alkohol 1-2 kali dan 3 kali dalam seminggu , 7 sampel dengan kadar asam urat tinggi yang mengkonsumsi alkohol 4 kali dalam seminggu dan 23 sampel dengan kadar asam urat tinggi yang mengkonsumsi alkohol > 4 kali. Hal ini menunjukan perbedaan yang cukup bermakna. Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji analitik korelasi spearmanโ€™s diketahui nilai koefisien korelasi spearmanโ€™s rho sebesar 0,284 dengan tingkat signifikasi ฯ = 0,048 (ฯ < 0,05), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi konsumsi alkohol dengan kadar asam urat pada pria dewasa di Kelurahan Koya Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. Tabel 10.Distribusi Konsumsi Alkohol Dalam Seminggu Dengan Kadar Asam Urat No Konsumsi Alkohol (Perminggu) Kadar Asam Urat Normal < 7 Tinggi > 7 n % n % 1 2 3 4 1-2 kali 3 kali 4 kali > 4 kali 6 12,2 12,0 12,0 1122,5 0 0 0 0 7 14,3 23 46,9 Jumlah 19 38,7 3061,2 Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat orang yang mengkonsumsi alkohol dengan frekuensi lebih tinggi > 4 kali seminggu mempunyai kadar asam urat lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang mengkonsumsi alkohol < 3 kali seminggu.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan dr.Caecillia yang mengatakan bahwa seseorang yang setiap hari menegakan alkohol tradisional (tuak atau tape), faktor resiko menjadi lebih dari 50% akan terkena gout arthritis, sedangkan pada mereka yang minum alkohol lebih dari seminggu sekali faktor resikonya 40% akan terkena gout arthritis (Mutia, 2010). Konsumsi alkohol merupakan faktor resiko terjadinya pirai pada laki- laki dengan hiperurisemia asimtomatis hal ini karena alkohol mengandung etanol dan menghambat ekskresi asam urat. Peningkatan asam urat terjadi melalui peningkatan produksi dan penurunan ekskresi melalui urin. Penelitian di Jepang menunjukan bahwa sesudah injeksi etanol terjadi peningkatan produksi nukleotide dan asam urat melalui perubahan metabolisme ATP dimana terjadi peningkatan degradasi adenosine triphospat menjadi adenosine monofosfat yang merupakan prekursor asam urat. Konversi alkohol menjadi asam laktat akan menurunkan ekskresi asam urat melalui mekanisme inhibisi kompetitif ekskresi asam urat oleh tubulus proksimal karena penghambatan transportasi urat oleh laktat (Cleveland Clinic Journal of Medicine 2002;69:594-608). ## Hubungan Jumlah Alkohol Yang Dikonsumsi Dengan Kadar Asam Urat Tidak terdapat sampel dengan kadar asam urat tinggi yang mengkonsumsi < 10 ml alkohol, 1 sampel (2,0%) dengan kadar asam urat tinggi yang mengkonsumsi 10-30 ml alkohol, 1 sampel (2,0%) dengan kadar asam urat tinggi yang mengkonsumsi 30-60 ml alkohol dan 28 sampel (57,1%) dengan kadar asam urat tinggi yang mengkonsumsi > 60 ml alkohol. Hal ini menunjukan perbedaan yang cukup bermakna. Tabel 11. Distribusi Volume Alkohol Dengan Kadar Asam Urat No Volume Alkohol Kadar Asam Urat Normal < 7 Tinggi > 7 n% n % 1 2 3 4 < 10 ml 10-30 ml 30-60 ml > 60 ml 3 6,1 2 4,1 48,2 10 20,4 0 0 1 2,0 1 2,0 28 57,1 Jumlah 19 38,8 30 61,1 Setelah dilakukan analisa data dengan menggunakan uji analitik korelasi spearmanโ€™s diketahui nilai koefisien korelasi spearmanโ€™s rho sebesar 0,479 dengan tingkat signifikasi ฯ = 0,00 (ฯ < 0,01), artinya terdapat hubungan yang bermakna antarajumlah alkohol yang dikonsumsi dengan kadar asam urat pada pria dewasa di Kelurahan Koya Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. Dari hasil penelitian sesuai yang dicantumkan dalam tabel 10 menunjukan bahwa jumlah alkohol memiliki pengaruh terhadap peningkatan kadar asam urat.Dimana responden yang mengkonsumsi alkohol > 60 ml dalam seminggu cenderung lebih banyak mengalami peningkatan kadar asam urat. Hal ini juga dapat dihubungkan dengan konsumsi makanan purin tinggi dan purin sedang yang sering digunakan sebagai pelengkap oleh responden pada saat mengkonsumsi minuman beralkohol. Semakin banyak jumlah/volume minuman beralkohol yang dikonsumsi maka akansemakin banyak makanan purin tinggi atau purin sedang yang dikonsumsi oleh reponden. Sehingga jika dilihat dari konsumsi minuman beralkohol ditambah dengan makanan sumber purin maka kadar asam urat dalam darah akan semikin tinggi. Konsumsi minuman beralkohol dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan penurunan bahkan perusakan terhadap fungsi ginjal. Gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan ginjal tidak mampu mengekskresi asam uratsehingga kadar asam urat dalam darah meningkat dan akan menimbulkan hiperurisemia. Alkohol dapat memicu pengeluaran cairan sehingga meningkatkan kadar asam urat di dalam darah. Alkohol yang dikonsumsi dalam jumlah banyak akan meningkatkan asam laktat plasma. Asam laktat ini akan menghambat pengeluaran asam urat dari tubuh. Selain itu, alkohol juga bisa memicu enzim tertentu di dalam liver yang memecah protein dan menghasilkan lebih banyak asam urat(Kartikawati, 2011). ## KESIMPULAN 1. Jenis minuman beralkohol yang paling sering dikonsumsi oleh pada pria dewasa di Kelurahan Koya Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa adalah jenis saguer (63,3%), cap tikus (34,7%) dan bir (2,0%). 2. Terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi minum alkohol dengan kadar asam urat (ฯ < 0,05) pada pria dewasa di Kelurahan Koya Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. 3. Terdapat hubungan yang bermaknaantara jumlah alkohol yang dikonsumsi dengan kadar asam urat (ฯ < 0,01) pada pria dewasa di Kelurahan Koya Kecamatan Tondano Selatan Kabupaten Minahasa. 4. Jenis makanan sumber purin tinggi yang paling sering di konsumsi oleh responden yaitu jeroan, ikan sarden dan kolombi. Konsumsi minuman beralkohol ditambah dengan makanan sumber purin dapat menyebabkan kadar asam urat dalam darah akan semikin tinggi. ## SARAN 1. Perlu diberikan penyuluhan dan konseling gizi untuk meningkatkan pengetahuan responden terhadap makanan sumber purin dan terjadinya hiperurisemia. 2. Kepada Penderita agar dapat mengurangi konsumsi minuman beralkohol dan sedapat mungkin menghindari minuman beralkohol agar tidak merusak kemampuan ginjal dan menghindari peningkatan asam laktat yang dapat menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah. 3. Kepada penderita agar dapat membatasi konsumsi makanan sumber purin setelah mengetahui kadar asam urat dalam darah melebihi batas normal. ## DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2008. Penuntun Diet (Edisi Baru) . Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Bond, Rosenberg, 1990. Ginjal dan Asam Urat dalam Darah. available from : http://doktersehat.com/informasi -asam-urat- penyebabpencegah/#ixzz1idmp 62fh. accessed : 22 Januari 2012, 10:15 wita. Choi HK, Atkinson K, Karlson EW, Willet W, Curhan G. Alcohol intake and risk of incident gout in men : a prospective study. Lancet 2004 Dipiro et al., 2005. Kadar Asam Urat Dalam Darah . available from : http://members6.boardhost.com /thinktanksulut/msg/116638647 8.html . accessed : 15Februari 2012, 08:17 wita. Ganong, 2002. Gout Arthritis . available from : http://dc239.4shared.com/YT9R Huo9/preview.html. accessed : 12 Januari 2012, 15:15 wita. Irawan, S. 2010 . Cara Mudah Menaklukkan Asam Urat . Octopus, Yogyakarta. Kartikawati, 2011. Awas Bahaya Kolesterol dan Asam Urat bagi Kita. Vivo publisher, Yogyakarta. Kelmp P., Stansfield AP,. Levinson DJ. Asymptomatic hyperuricemia to treat or no treat. Cleveland Clinic Journal of Medicine 2002;69:594-608. Laporan Kinerja Pelaksanaan Pemerintahan Kelurahan Koya, 2011. Puskesmas Koya, 2011. Laporan Data Kunjungan penderita Gout Arthritis . Lehninger, 1991. Metabolisme Purin Dalam Tubuh . available from : http://herbalmedicine.wordpress .com/makanan-sehat-asam- urat.html. accessed : 5 Februari 2012, 11:55 wita. Nasrin, 2010. MEDIKA JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA EDISI N0 07 VOLUME XXXVI - 2010 . available from : http://www.jurnalmedika.com/ed isi-tahun-2010/edisi-no-07-vol- xxxvi-2010/205-editorial/327- faktor-risiko-kejadian-arthritis- gout-pada-pasien-rawat-jalan- di-rumah-sakit-dr-wahidin- sudirohusodo-makassar. Notoatmodjo, 2003. Perilaku Kesehatan. http://repository.usu.ac.id//bitsst ream/123456789/279194/ Chapter % 2011.pdf. Diunduh : 25 Agustus 2012, 11.00 Wita. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan . Rineka Cipta. Jakarta RISKESDAS, 2007. Riset Kesehatan Dasar Nasional Provinsi Sulawesi Utara. Mutia, S. 2010. Sehat dan Bugar Tanpa Asam Urat . Araska Publisher, Yogyakarta. Saโ€™id, 1987. Asam Urat. available from : http://www.rumaherbalku.com/ty pography-mainmenu- 26/penyakit/61-asam urat. pdF. Sulaksana, 2004. Metabolisme Asam Urat. available from :http://dc239.4shared.com/ YT9RHuo9/preview.html. accessed : 12 Januari 2012, 15:00 wita. Yohanis N, 2009. Biokimia Metabolisme dan Bioenergitika . Graha Ilmu, Yogyakarta Walker, Edwar, 2003. Prevalensi Gout Arthritis di Amerika. available from : http://content.nejm.org/cgi/conte nt/full/349/17/1647. accessed : 17 Januari 2012, 16:00 wita. Widmann, Frances K. 1995. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. EGC. Jakarta. Zahron, 2011. Asam Urat. available from : http://www.rumaherbalku.com/ty pography-mainmenu- 26/penyakit/61-asam urat. pdF.
632731cd-444b-47ff-96d5-d4180cc10c7f
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/pendas/article/download/669/575
## KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN DAUR HIDUP ORGANISME DENGAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DILIHAT DARI TINGKAT KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SD INKLUSI Oleh : Mila Roysa)* & Fina Fakhriyah)** Dosen PGSD FIKP Universitas Muria Kudus ## ABSTRAK Pendidikan inklusi merupakan suatu pendekatan pendidikan yang inovatif dan strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak penyandang cacat. Adanya sekolah dasar inklusi dapat menjadikan siswa berkebutuhan khusus menjadi terisolir dan merasa didiskriminasikan di dalam pembelajaran di sekolah, karena setiap anak mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan.Pembelajaran mendeskripsikan daur hidup dengan media kartu bergambar dilihat dari kemandirian belajar siswa SD inklusi diharapkan dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA berdasarkan aspek kebahasaan melalui materi daur hidup dan mendeskripsikannya. ## Kata Kunci: Daur Hidup Organisme, Media Kartu, Kemandirian dan SD Inklus ## A. PENDAHULUAN Penyelenggaran model inklusi di sekolah dasar merupakan wujud dari gerakan menyamaratakan beragam kondisi (fisik, sosial, psikologis dan ekonomi) siswa dengan tidak membeda-bedakan keadaan siswa yang mulai diimplementasikan di Indonesia. Dasar dari diselenggarakan sekolah inklusi adalah pandangan tentang menghargai suatu keberagaman kondisi. Siswa yang berkebutuhan khusus biasanya mendapat pembelajaran yang berbeda dari sekolah reguler dan menjadi manusia ekslusif dalam berbagai hal. Namun dengan pendidikan inklusi mereka akan mempunyai hak yang sama dengan anak-anak seusianya. Layanan pendidikan bagi anak luar biasa (anak berkelainan) mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan dalam pendidikan bagi anak berkelainan ini termasuk perubahan dalam kesadaran dan sikap. Layanan pendidikan bagi anak berkelainan ini terus berkembang dan diperjuangkan agar mereka mendapatkan hak yang sama dengan anak pada umumnya. Munculah sistem pendidikan inklusi, yaitu anak dilayani di sekolah umum yang terdekat dengan anak, program pengajarannya juga disesuaikan dengan kebutuhan anak, sehingga anak dapat belajar bersama dengan anak-anak pada umumnya, dalam hal-hal tertentu dengan dibantu oleh teman-temannya dan guru untuk mencapai kebutuhannya. Oleh karena itu, anak berkelainan perlu diberikan kesempatan dan peluang yang sama dengan anak normal untuk mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah SD terdekat. Tentu saja SD tersebut harus dipersiapkan segala sesuatunya untuk menunjang pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi diharapkan dapat memecahkan salah satu persoalan dalam penanganan pendidikan bagi anak berkelainan selama ini. Beberapa prinsip inklusi menurut Foreman diantaranya: keadilan sosial dan hak asasi manusia, normalisasi, kepantasan usia, serta tidak membatasi lingkungan. Prinsip pelaksanaan inklusi disekolah dasar mengandung maksud bahwa siswa diberi kesempatan setara dengan teman-temannya, bukan hanya dari kecacatan fisik akan tetapi mengakomodir kebutuhan belajar siswa lainnya yang memiliki perbedaan dalam bidang kecerdasan ganda (multiple intellegence) , perbedaan latar belakang budaya, perbedaan etnis yang memiliki kebiasaan berbeda. Usaha untuk mengakomodir kebutuhan siswa sekolah inklusi, guru hendaknya mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran IPA secara konsepsional merupakan proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Menurut Bundu (2006) IPA atau Sains merupakan sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi secara sistematis tentang dunia sekitar yang dicirikan dengan nilai-nilai dan sikap para ilmuwan menggunakan proses ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. IPA pada hakikatnya merupakan sebuah produk, proses, aplikasi dan sikap ilmiah (Puskur 2007). Produk IPA meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses IPA meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah, dan cara bersikap. Oleh karena itu, IPA dirumuskan secara sistematis dan lebih didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi. Salah satu media yang dipandang menarik adalah media kartu bergambar. Pemilihan media kartu diharapkan mampu membantu siswa dalam memahami kompetensi tentang daur hidup organisme. Pemilihan media yang tepat diperlukan untuk menghubungkan pengalaman yang telah siswa peroleh dengan konsep yang akan dipelajari menjadi lebih konkrit dan mudah untuk dipahami siswa. Penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran IPA kompetensi daur hidup organisme dalam proses belajar mengajar dapat menarik perhatian siswa dan dalam pembelajaran ini secara tidak langsung tersisipi oleh kompetensi Bahasa Indonesia yaitu tentang membuat dan menyusun kalimat. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungannya, serta penerapan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian menunjukkan adanya kepercayaan akan kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa bantuan khusus dari orang lain dan keengganan untuk dikontrol orang lain. Individu yang mandiri sebagai individu yang dapat berdiri sendiri, dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dan mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga mampu mencapai hasil belajar yang optimal. ## B. KAJIAN PUSTAKA ## Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi merupakan suatu pendekatan pendidikan yang inovatif dan strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus termasuk anak penyandang cacat. Dalam konteks yang lebih luas, pendidikan inklusi juga dapat dimaknai sebagai satu bentuk reformasi pendidikan yang menekankan sikap anti diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan kesempatan, keadilan, dan perluasan akses pendidikan untuk peningkatan mutu pendidikan, upaya strategis dalam menuntaskan wajib belajar 9 tahun, serta upaya mengubah sikap masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus. Menurut Mumpuniarti (2012) paradigma inklusi merupakan sebuah kecenderungan (trend) dalam pendidikan. Kecenderungan untuk menegakkan hak asasi manusia dan memenuhi tuntutan pendidikan yang multikultur, berkeadilan serta kesetaraan yang mampu mengakomodir belajar siswa dengan variasi level maupun kondisinya. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan inklusif merupakan suatu sistem layanan khusus yang dikhususkan untuk melayani anak yang berkebutuhan khusus dapat dilayani di sekolah terdekat. Untuk itu, perlu adanya sarana dan fasilitas pendukung untuk tercapainya pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus bagi setiap anak. Selain itu, pendidikan inklusi juga harus melibatkan peran serta orang tua untuk mendukung berbagai kegiatan positif terutama dalam pembelajaran. ## Media Kartu Bergambar Media kartu bergambar termasuk dalam media visual yang dapat membantu siswa dalam memahami maupun menuliskan ide sekaligus merupakan media yang menarik bagi siswa. Menurut Sadiman (2007) menyatakan bahwa media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar yang dapat menyalurkan informasi dalam proses komunikasi kegiatan belajar mengajar. Edgar Dale (Sanjaya, 2007) menggambarkan peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi siswa dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman ( cone of experience ). Kerucut pengalaman yang dikemukakan Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Penggunaan media kartu bergambar sebagai alat bantu pengajaran harus terpusat pada siswa. Saptono (2003) mengemukakan pendapat bahwa kartu adalah kertas tebal yang berisi gambar-gambar atau tulisan tertentu yang dapat dimanfaatkan dalam mengembangkan pembelajaran IPA dan membantu pemahaman siswa tentang konsep tertentu. Guru dalam pengelolaan kelas juga akan lebih mudah, selain lebih menekankan hasil individu siswa juga diarahkan untuk belajar secara berkelompok. Kartu bergambar yang digunakan adalah kartu yang terbuat dari kertas tebal yang berukuran 12 x 10 cm berisi gambar tentang daur hidup organisme. Kartu ini membantu siswa dalam mendeskripsikan kompetensi daur hidup organisme baik secara berkelompok maupun individu, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa akan lebih baik sesuai dengan pengalaman dan kemandirian belajar mereka masing-masing. Menurut Wasilah (2012) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kartu bergambar sangat baik untuk membangkitkan semangat belajar siswa, melatih kepekaan siswa terhadap suatu objek dan merangsang daya imajinasi sehingga mudah mengenali objek-objek yang ada disekitarnya. ## Tingkat Kemandirian Belajar Menurut Haris Mujimin (2007)โ€œKemandirian belajar dapat dapat diartikan sebagai sifat serta kemampuan yang dimiliki siswa untuk melakukan kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh motif untuk menguasai sesuatu kompetensi yang telah dimiliki.โ€ Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajardan cara pencapaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, cara belajar,tempo belajar, cara belajar,cara belajar, sumber belajar,maupun evaluasi hasil belajar dilakukan sendiri oleh siswa. Menurut Umar Tirtaraharja dan La Sulo (2005) kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnyalebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan disertai rasa tanggungjawab dari diri pembelajar. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Pada dasarnya kemandirian merupakan perilaku individu yang mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan tidak memerlukan pengarahan dari orang lain untuk melakukan kegiatan belajar. Menurut pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah suatu aktivitas/kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa atas kemauannya sendiri dan mempunyai rasa percaya diri tinggi dalam menyelesaikan tugasnya. ## Kemandirian Siswa dalam Belajar Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang berbeda dengan teman-temannya, hal ini disebabkan karena siswa memiliki potensi yang berbeda dengan orang lain. Menurut Hendra Surya (2003), belajar mandiri adalah proses menggerakkan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang belajar untuk menggerakkan potensi dirinya mempelajari objek belajar tanpa ada tekanan atau pengaruh asing di luar dirinya. Dengan demikian belajar mandiri lebih mengarah pada pembentukan kemandirian dalam cara- cara belajar. Dari pengertian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar adalah aktivitas belajar yang di dorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri dan tanggung jawab sendiri tanpa bantuan orang lain serta mampu mempertanggung jawabkan tindakannya. Siswa dikatakan telah mampu belajar secara mandiri apabila ia telah mampu melakukan tugas belajar tanpa ketergantungan dengan orang lain. Ciri-ciri pokok siswa mampu mandiri dalam belajar dapat dilihat dari cara siswa memulai belajarnya, mengatur waktu dalam belajar sendiri melakukan belajar, dan teknik sesuai dengan kemampuan sendiri serta mampu mengetahui kekurangan diri sendiri. Sebagai syarat agar siswa dapat belajar mandiri, siswa tersebut harus memiliki dan melatih metode belajar yang baik, sehingga sejak awal dari pemberian tugas belajar, harus sudah timbul dalam jiwa dan pikiran anak untuk menata kegiatan belajar sendiri berdasarkan metodologi belajar yang baik sehingga siswa mengetahui arah tujuan serta langkah yang harus diperbuatnya dalam menyelesaikan tugasnya. Menurut Chabib Thoha (1996) membagi ciri kemandirian belajar dalam delapan jenis, yaitu (a) mampu berfikir secara kritis, kreatif dan inovatif, (b) tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain, (c) tidak lari atau menghindari masalah,(d) memecahkan masalah dengan berfikir yang mendalam, (d) apabila menjumpai masalah dipecahkan sendiri tanpa meminta bantuan orang lain (e) tidak merasa rendah diri apabila harus berbeda dengan orang lain, (g) berusaha bekerja dengan penuh ketekunan dan kedisiplinan, (h) bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kemandirian belajar pada setiap siswa akan tampak jika siswa telah menunjukkan perubahan dalam belajar. Siswa belajar untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan padanya secara mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. ## Kompetensi Daur Hidup Organisme Kompetensi Daur Hidup Organisme mencakup daur hidup tanpa metamorfosis dan dengan metamorfosis. Materi ini diberikan dikelas IV semseter 1. Kompetensi inti yang diinginkan adalah memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah dan tempat bermain. Sedangkan kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan daur hidup beberapa jenis makhluk hidup (Kemendikbud, 2013). ## C. PEMBAHASAN Paradigma inklusi saat ini merupakan sebuah kecenderungan (trend) dalam bidang pendidikan. Kecenderungan itu didorong oleh fenomena untuk menegakkan hak asasi manusia dan demokrasi. Demikian juga tuntutan untuk memenuhi pendidikan yang multikultur, berkeadilan ( equity ), serta kesetaraan ( equality ). Semua tuntutan tersebut urgensinya pendidikan sekolah harus mampu mengakomodir belajar siswa dengan variasi level maupun kondisinya. Berns (2004) mengemukakan โ€œ Inclusion is the educational phylosophy of being of part of the whole-that chilren are entitied to fully participate in their school and communityโ€. Pernyataan tersebut menandaskan bahwa inklusi sebuah filosofi pendidikan yang sudah mendunia, dan anak- anak berpartisipasi penuh di sekolah dan masyarakat yang merupakan sebuah kenyataan. Untuk itu, paradigma inklusi sebuah filosofi yang perlu dilaksanakan di pendidikan sekolah, dan inklusi sebuah kenyataan dunia tentang pendidikan yang sebenarnya. Konsep yang dikemukakan oleh Wolfensberger (1980) dan Nirje (1985) (Foreman, 2005) bahwa normalisasi mencakup keyakinan bahwa orang yang hidup normal jika mendapat kesempatan di masyarakat mereka dengan gaya hidupnya. Normal dalam konteks ini bahwa orang itu bermakna terhadap orang lain dalam kegiatan budayanya. Untuk itu, siswa yang dipandang cacat perlu diberi kesempatan seluasnya bersekolah dengan teman sebayanya yang tidak cacat. Pada dasarnya bahwa โ€œ it is important that student with a disability are given roles that are valued by the school community โ€ (Foreman, 2005). Kebutuhan dinilai itu ditunjukkan mampu berpartisipasi sehari-hari di sekolah dengan teman-temannya yang tidak cacat. Selanjutnya, mereka jangan ditempatkan di lingkungan yang terbatas dalam institusi. Hal itu juga didasari bahwa orang-orang yang hidup secara terbatas di lingkungan sebuah institusi akan terbatas dalam pilihan-pilihan kebutuhan hidup sehari-hari. Prinsip pelaksanaan inklusi di sekolah mengandung maksud memberi kesempatan setara bagi orang-orang yang dipandang cacat berpartisipasi penuh dengan teman-temannya yang tidak cacat. Pelaksanaan inklusi di sekolah bukan semata-mata untuk mengamodir kebutuhan belajar siswa-siswa lainnya yang memiliki perbedan dalam bidang kecerdasan ganda, perbedaan etnis yang memiliki kebiasaan bervarisai. Inklusi adalah sebuah kenyataan menghadapi dunia yang penuh keberagaman. Keberagaman sebagai sebuah fakta menuntut guru menjawabnya dengan berusaha menyikapi keberagaman itu. Untuk itu, sekolah sebagai agen sosialisasi dari siswa perlu mengondisikan agar tumbuhnya nilai keberagaman di antara siswa-siswa. Keberhasilan guru dalam proses belajar, khususnya mendeskripsikan daur hidup organisme tidak hanya ditentukan oleh ketepatan guru dalam memilih media yang digunakan, akan tetapi tingkat kemandirian belajar siswa dalam proses belajar juga memiliki peranan yang sangat besar. Belajar mandiri bukanlah berarti belajar secara sendiri melainkan belajar yang bertumpu pada kegiatan dan tanggung jawab siswa itu sendiri untuk mencapai keberhasilan belajarnya. Sehingga pembelajaran yang terjadi dalam kelas dapat membantu mengakomodir kebutuhan dan cara belajar siswa baik yang berkebutuhan khusus maupun normal. Dengan media kartu bergambar, diharapkan siswa mampu menemukan fakta baru yang mereka perlukan dalam belajar mandiri. Pelaksanaan inklusi di sekolah bukan semata-mata untuk mengakomodir kebutuhan belajar siswa-siswa yang cacat dengan teman- temannya yang tidak cacat, tetapi juga mengakomodir kebutuhan belajar siswa-siswa lainnya yang memiliki perbedaan dalam bidang kecerdasan ganda, perbedaan latar belakang budaya, perbedaan etnis yang memiliki kebiasaan bervariasi. Dalam pembelajaran mengenai kemampuan mendeskripsikan daur hidup organisme dengan media kartu bergambar dapat mempengaruhi kemampuan siswa saat menyerap materi yang diberikan. Melalui pembelajaran pada kompetensi mendeskripsikan siklus daur hidup organisme dengan menggunakan media kartu bergambar diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif untuk meningkatkan kemandirian siswa dalam mendeskripsikan daur hidup organisme pada siswa di SD inklusi. ## D. SIMPULAN Pelaksanaan pembelajaran mendeskripsikan daur hidup dengan media kartu bergambar dilihat dari kemandirian belajar siswa SD inklusi diharapkan dapat meningkatkan kemandirian siswa dalam pembelajaran IPA berdasarkan aspek kebahasaan melalui materi daur hidup dan mendeskripsikannya. Pembelajaran tersebut adalah dasar untuk penanaman konsep pada anak untuk mendukung perkembangan tahap selanjutnya agar siswa inklusi menjadi lebih mandiri dalam pembelajaran di sekolah. Peran serta orang tua juga menjadi factor pendukung agar siswa inklusi menjadi lebih mandiri dalam berperilaku baik di sekolah maupun di lingkungannya. ## DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan . 2011. Kementerian Pendidikan Nasional. Berns, Roberta M. 2004. Child, Family, School, Community . Australia: Thomson Learning. Bundu, Patta. 2006. Penilaian Ketrampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran Sains SD . Jakarta: Depdiknas. Foreman, P. 2005. Inclusive in Action. Thomson : Nelson Australia Pty limited. Gramedia. Haris, Mujiman. 2009. Manajeman Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri . Yogyakarta: Mitra Cendikia. Mumpuniarti. 2012. Pembelajaran Nilai Keberagaman Dalam Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar Inklusi. Jurnal Pendidikan Karakter 2 (3) : 248-257. Sadiman A. Raharjo, A Haryono & Raharjito. 2007. Media Pendidikan . Jakarta: RajaGrafindo Persada. Saptono. 2003. Pengembangan Model Conceptual Change pada Pembelajaran IPA . Buletin Fasilitator edisi 3, hal 56-58. Jakarta: SEQIP Depdiknas. Wasilah. 2012. Peningkatan Kemampuan Menyimpulkan Hasil Praktikum IPA Melalui Penggunaan Media Kartu.Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. edisi 1 (1), hal 82-90.
c43f4647-ca6a-46be-b982-ccdb8fc775fd
http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/article/download/1798/753
## PENDAMPINGAN TEKNIS KEPADA IKM PENGECORAN LOGAM MITRA PRODUKSI TRAKTOR GENDONG Farid Rizayana 1 ; Muhammad Reza Hermawan 2 ; Rangga Hardiansyah 3 ; Bilal Muflich Rabani 4 1 Universitas Pasundan ## INFO NASKAH Diserahkan 11 Juli 2022 Diterima 12 Desember 2023 Diterima dan Disetujui 17 Desember 2023 Kata Kunci: Alat bantu Produksi, Gearbox, Traktor gendong Keywords: Production tools, Gearbox, Portable Tractor ## ABSTRAK PT. Kiputih Enjinering Inovasi adalah IKM yang memproduksi komponen otomotif dan alat pertanian. IKM ini merupakan salah satu Mitra IKM dalam memproduksi Traktor Gendong yang dihasilkan oleh Universitas Pasundan. Masalah utama dalam produksi Gear Housing komponen Traktor Gendong adalah: hasil yang tidak seragam, tampilan hasil masih kasar, waktu produksi lama dan biaya produksi relatif tinggi. Tahapan kegiatan dimulai dengan review design Gear Housing diikuti dengan merancang cetakan logam bersama Mitra. Simulasi dilakukan tim dan didiskusikan bersama mitra untuk mendapatkan masukan praktis. Hasil cetakan di uji coba dengan memproduksi beberapa gear housing. Hasil dari kegiatan ini adalah peningkatan kualitas produk hasil dan desain alat bantu produksi. Abstract. PT. Kiputih Engineering Innovation is an IKM that produces automotive components and agricultural equipment. This IKM is one of IKM's partners in producing Portable Tractors produced by Pasundan University. The main problems in the production of Gear Housing of Portable Tractor components are: non-uniform results, the display of results is still rough, the production time is long and the production cost is relatively high. The activity stage begins with a review of the Gear Housing design followed by designing a metal mold with IKM. The simulation was carried out by the team and discussed with partners to get practical input. The mold results in trials by producing several gear housings. The result of this activity is an increase in product quality, results and design of production tools. ## 1. PENDAHULUAN Indonesia mengalami penurunan jumlah petani yang signifikan setiap tahunnya. Sebagian besar petani Indonesia adalah petani kecil (Tarolli & Straffelini, 2020) dan ini terjadi di hampir semua negara berkembang (Lowder et al., 2016). Saat ini, sektor pertanian di Indonesia mempekerjakan 40% dari angkatan kerja, turun dari 56% pada tahun 1980 ((FAO), n.d.). Tantangan dalam pertanian antara lain kepemilikan lahan yang terbatas, mekanisasi yang tidak memadai, biaya yang meningkat, sumber daya manusia yang tidak memadai, dan daya jual yang buruk, yang semuanya berkontribusi pada kerentanan petani (Rozaki, 2021). Tantangan untuk meningkatkan standar hidup semua orang, terutama yang paling miskin, yaitu melalui kegiatan yang berkelanjutan baik secara ekonomi, sosial, maupun lingkungan sangat penting bagi masa depan pangan dan pertanian di Indonesia. Lahan miring di Indonesia umumnya tidak dimanfaatkan secara optimal untuk pertanian. Salah satu alasan utamanya adalah banyak petani di Indonesia memiliki kepemilikan lahan yang kecil, dengan lebih dari 50% petani memiliki luas tanah garapan kurang dari 0,5 hektar (Nugroho et al., 2022). Memaksimalkan hasil panen sangat penting bagi petani, dan salah satu cara mereka mencapainya adalah dengan memanfaatkan area miring dan membudidayakannya secara intensif (Shi et al., 2021). Namun, hal ini dapat menyebabkan erosi tanah, yang mengurangi produktivitas lahan (Nasir Ahmad et al., 2020). Selain itu, kesesuaian lahan miring untuk pertanian tergantung pada berbagai faktor, seperti kemiringan lereng dan jenis tanah (Mulyani et al., 2023). Traktor Gendong Multifungsi merupakan alat pertanian yang dikembangkan oleh Universitas Pasundan. Produk ini merupakan cultivator yang dapat dilipat dan digendong oleh satu orang untuk memudahkan mobilisasi dari rumah ke lokasi pertanian, dan dapat memiliki berbagai fungsi lain bila ditambahkan alat tambahan lain (implemen) seperti pompa air, sprayer, pencacah ranting, dan lain-lain. Produk ini sudah didaftarkan patennya (nomor pendaftaran paten S00202109662) dan memiliki TKDN sebesar 78%. Penjualan produk Tractorpack saat ini dominan ke instansi pemerintah yang kemudian distribusikan kepada petani atau kelompok tani. Walaupun petani sangat antusias untuk memiliki produk ini, namun penjualan langsung ke petani sangat minim. Hal ini dikarenakan harga jual produk yang cukup tinggi. Disisi lain, produk yang sudah digunakan oleh petani masih banyak keluhan, mulai dari performance yang kurang memuaskan, sampai komponen yang cepat rusak/aus. Gambar 1. Traktor digendong, dibawa menggunakan sepeda motor, dan di assembling secara cepat untuk dioperasikan Gambar 2. Implemen Pencacah Ranting Pohon Gambar 3. Implemen Sprayer PT. Kiputih Enjinering Inovasi adalah IKM yang memproduksi komponen otomotif dan alat pertanian. Produk utama yang diproduksi adalah gearbox dengan proses Pengecoran Logam. Beberapa produk yang sudah diproduksi adalah sebagai berikut: โ€ข Gear Housing โ€ข Roda Gigi ## โ€ข Komponen Pompa Lokasi kantor IKM ini berada di Jl. Terusan Jakarta no. 175A Kelurahan Antapani Kulon, Bandung sedangkan Workshop berada di Jl. Sukaluyu 97 Bandung. IKM ini merupakan salah satu Mitra IKM dalam memproduksi Traktor Gendong yang dihasilkan oleh Universitas Pasundan. Produk yang dihasilkan oleh IKM ini adalah komponen gear housing. Masalah utama dalam produksi Gear Housing adalah: โ€ข Hasil tidak seragam โ€ข Tampilan hasil masih kasar โ€ข Produksi lama โ€ข Biaya produksi relatif tinggi Gambar 4. Suasana workshop; hasil produksi; produk siap kirim. ## 2. METODE Metode proses produksi gear housing traktor gendong dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5. Metodologi Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program ini adalah melakukan beberapa kali uji coba produksi untuk menghasilkan produk yang diinginkan, yaitu produk yang murah, produksi cepat, kualitas baik dan tampilan lebih halus. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Perancangan proses produksi. Spesifikasi teknis proses produksi diuraikan sebagai berikut: 1) Jenis pengecoran yang digunakan yaitu pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir (Sand Casting). 2) Jenis tungku yang digunakan yaitu tungku krusibel. 3) Jenis almunium yang digunakan yaitu almunium non spesifikasi Gambar 6. Bahan Almunium yang digunakan b. Desain Gear Housing Untuk desain baru yang akan dibuat,memiliki ruang pelumasan yang cukup besar, sehingga gearbox tidak menjadi cepat panas dan kinerja dari gearbox menjadi lebih maksimal. c. Pembuatan Model Dasar dalam pembuatan model adalah gambar pengecoran yang harus sudah memperhitungkan penyusutan, tambahan untuk penyelesaian dengan mesin dan kemiringan model. Selain pertimbangan diatas, perlu juga mempertimbangkan aspek ekonomis dalam pembuatan model. Proses pembuatan model seperti ditunjukan pada Gambar 8 dibawah merupakan pekerjaan membuat bentuk masif dengan memperhitungkan berbagai parameter dalam pengecoran. Oleh karena itu setelah model dibuat, harus dilakukan Pengujian. Pengujian tersebut meliputi pengujian secara visual maupun pengujian dimensional dengan menggunakan alat ukur. Gambar 8. Pembuatan Model d. Pengecoran Logam Pada proses pembuatan gear housing ini menggunakan pengecoran dengan cetakan pasir (Sand Casting). Target temperatur pengecoran logam adalah sebagai berikut: Tabel 1. Target temperatur Sasaran Spesifikasi Titik lebur 645 o C Temperatur Tapping 732 o C Temperatur Pouring 716 o C e. Pengamatan Hasil Pengecoran Logam Pengamatan hasil pengecoran logam dilakukan dengan mengamati produk secara kasat mata. Pengamatan didak dilakukan secara mikroskopis mengingat fasilitas yang belum memenuhi di IKM. Gambar 9. Hasil pengecoran f. Proses Permesinan Proses pemesinan dimaksudkan untuk memastikan kualitas assembling komponen- komponen yang terdapat pada gearbox menjadi lebih baik. Lingkup proses pemesinan ini mencakup pemesinan untuk rumah bearing pada sisi dalam dinding casing, permesinan untuk rumah worm gear baik vertical maupun horizontal menggunakan mesin bubut, pembuatan lubang untuk baut input oli, output oli, dan tutup casing menggunakan mesin bor dan mesin freis untuk meratakan permukaan casing . Gambar10. Proses pembuatan rumah bearing dan rumah worm gear menggunakan mesin bubut. ## 4. SIMPULAN Produk traktor gendong yang dikembangkan oleh Universitas Pasundan merupakan produk inovatif yang di produksi oleh Industri kecil bidang logam (IKM). Salah satu IKM mitra adalah PT. Kiputih Engineering Inovasi merupakan IKM pengecoran logam dengan produk yang dihasilkan berupa gearbox housing yang merupakan salah satu komponen utama dari produk traktor Gendong. Hasil dari kegiatan ini dapat diuraikan sebagai berikut: a. Hasil pengecoran gear housing relatif seragam sehingga kemampuan tukar komponen lebih terjaga. b. Tampilan produk lebih halus dan lebih baik c. Waktu produksi masih lama d. Biaya produksi berkurang 8%. ## DAFTAR PUSTAKA (FAO), F. and A. O. of the U. N. (n.d.). Corporate Private Sector investment in Agriculture in Indonesia . Lowder, S. K., Skoet, J., & Raney, T. (2016). The Number, Size, and Distribution of Farms, Smallholder Farms, and Family Farms Worldwide. World Development , 87 , 16โ€“29. https://doi.org/10.1016/j.worlddev.2015.10.041 Mulyani, A., Mulyanto, B., Barus, B., Panuju, D. R., & Husnain. (2023). Potential Land Reserves for Agriculture in Indonesia: Suitability and Legal Aspect Supporting Food Sufficiency. Land , 12 (5). https://doi.org/10.3390/land12050970 Nasir Ahmad, N. S. B., Mustafa, F. B., Muhammad Yusoff, S. @ Y., & Didams, G. (2020). A systematic review of soil erosion control practices on the agricultural land in Asia. International Soil and Water Conservation Research , 8 (2), 103โ€“115. https://doi.org/10.1016/j.iswcr.2020.04.001 Nugroho, H. Y. S. H., Basuki, T. M., Pramono, I. B., Savitri, E., Purwanto, Indrawati, D. R., Wahyuningrum, N., Adi, R. N., Indrajaya, Y., Supangat, A. B., Putra, P. B., Auliyani, D., Priyanto, E., Yuwati, T. W., Pratiwi, Narendra, B. H., Sukmana, A., Handayani, W., Setiawan, O., & Nandini, R. (2022). Forty Years of Soil and Water Conservation Policy, Implementation, Research and Development in Indonesia: A Review. In Sustainability (Switzerland) (Vol. 14, Issue 5). MDPI. https://doi.org/10.3390/su14052972 Rozaki, Z. (2021). Food security challenges and opportunities in indonesia post COVID-19 (pp. 119โ€“168). https://doi.org/10.1016/bs.af2s.2021.07.002 Shi, C., Qu, L., Zhang, Q., & Li, X. (2021). A systematic review on comprehensive sloping farmland utilization based on a perspective of scientometrics analysis. Agricultural Water Management , 244 , 106564. https://doi.org/10.1016/J.AGWAT.2020.106564 Tarolli, P., & Straffelini, E. (2020). Agriculture in Hilly and Mountainous Landscapes: Threats, Monitoring and Sustainable Management. Geography and Sustainability , 1 (1), 70โ€“76. https://doi.org/10.1016/j.geosus.2020.03.003
9b04b6cc-aac8-4b0a-ad83-f3dc4b94e2ea
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jap/article/download/2362/1852
## PERAN STRATEGIS KAUKUS PEREMPUAN POLITIK INDONESIA KOTA SERANG, PROPINSI BANTEN Yeni Widyastuti, Listyaningsih Program Studi Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Raya Jakarta Km 4 Serang Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Peran Strategis Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Kota Serang Propinsi Banten. Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kota Serang merupakan sebuah organisasi independen yang dijadikan wadah aktivitas dan kreativitas perempuan lintas Partai Politik yang bertujuan untuk melahirkan ide-ide kreatif yang cemerlang sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya semangat juang dan meningkatnya partisipasi perempuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.Metode penelitian yang dipakai adalah metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara,catatan lapangan dan dokumen resmi lainnya yang terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran KPPI Kota Serang msih belum maksimal karena pertama, keterbatasan anggaran, kedua, belum maksimal dalam melakukan sosialisasi untuk memotivasi perempuan sampai di tataran terbawah dan ketiga,belum adanya program kerja yang terstruktur. Namun disisi lain KPPI Kota Serang turut terlibat dalam pembuatan Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 5 tahun 2011 tentang Keterwakilan dan Partisipasi Perempuan dalam Proses Pembangunan di Kota Serang. Rekomendasi yang diberikan antara lain,penguatan kapasitas anggota KPPI serta mengadakan program advokasi dan bantuan ahli ( technical assistance ) bekerjasama dengan akademisi, bagi tiap-tiap perempuan anggota parlemen yang baru agar kinerja mereka dalam memperjuangkan kebijakan yang pro perempuan lebih maksimal. (*Kata Kunci: Partisipasi, Perempuan, Politik) Masyarakat modern dewasa ini menuntut tiadanya perbedaan dalam segala aspek, artinya di masa lampau, dalam tradisi, kepercayaan dan agama, serta praktek-praktek budaya lainnya, posisi dan peranan perempuan dan laki-laki adalah sama. Namun yang sering terjadi adalah bahwa posisi perempuan masih diartikulasikan sebagaimana di masa lampau, bahwa perempuan berada dalam konteks tradisional, tercermin melalui keberadaannya yang marginal, dekat dengan keterbelakangan dan ketidakmampuan. Untuk itu, salah satu tujuan gerakan perempuan adalah berkaitan dengan kesamaan hak-hak, sipil, ekonomi dan sosial, dengan laki-laki. Perempuan pada saat ini telah berhasil mencapai hal ini dan perempuan telah mempunyai hak suara, hak untuk mendapatkan pendidikan yang sama dengan kaum laki-laki, dan sebagainya. Untuk mencapai partisipasi yang sejajar, kondisi sosial dan ekonomi harus dipenuhi, tetapi perubahan itu sendiri tidaklah mencukupi. Perempuan secara politis harus tetap aktif jika ingin mempertahankan hak-hak yang mereka peroleh serta tetap berjuang untuk memperoleh hak-haknya yang lain. Indikator baru yang digunakan dalam kerangka membangun perspektif keberpihakan dan kepedulian politik termasuk pembangunan pemberdayaan perempuan adalah Millenium Development Goalโ€™s (MDGs). Dalam MDGs terdapat delapan indikator yaitu: a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan b. Memenuhi pendidikan dasar untuk semua c. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan d. Menurunkan angka kematian balita e. Meningkatkan kualitas kesehatan ibu melahirkan f. Memerangi HIV/AID, malaria serta penyakit menular lainnya g. Menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Perspektif keberpihakan terhadap perempuan dalam MDGs bisa terlihat dari beberapa komponen yaitu: a. Memiliki keterkaitan dengan gambaran berbagai masalah kesejahteraan sosial yaitu kemiskinan, ketidakberdayaan, eksploitasi, kekerasan dan diskriminasi b. Komitmen dan rasa tanggung jawab c. Perlunya keterlibatan perempuan pada pengambilan keputusan mengenai berbagai kebijakan yang menyangkut kesejahteraan masyarakat d. Pemberdayaan politik perempuan sebagai sebuah pilihan bagi tercapainya tujuan pembangunan yang lebih demokratis Cita-cita kesamaan, kesetaraan, kesederajatan atau tiadanya pembedaan, adalah juga cita-cita yang ingin diwujudkan dalam demokrasi. Semua warga negara mempunyai hak yang sama tanpa membedakan status, struktur sosial, dan lain sebagainya. Hal ini juga tertuang dalam salah satu pasal dalam UUD 1945 menyatakan bahwa โ€œsetiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilanโ€ (Pasal 28 Huruf H ayat 2). Selain UUD 1945 tertuang pula dalam peraturan perundangan yang lainnya yang meregulasi peluang perempuan dalam kegiatan dan aktivitas publik. Peraturan perundangan dimaksud antara lain: a. Undang-undang RI No.39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang antara lain menegaskan bahwa hak wanita adalah HAM b. Undang-undang RI No.31 tahun 2002 tentang Partai Politik yang menyebutkan bahwa kepengurusan Partai Politik dipilih demokratis, musyawarah sesuai dengan AD/ART dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender c. Undang-undang RI No.12 tahun 2003 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD yang menyebutkan bahwa UU ini memberikan peluang bagi perempuan untuk menjadi anggota legislatif d. Undang-undang RI No.22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu yang menentuan bahwa komposisi keanggotaan Komisi Pemilihan Umum (KPU) baik di tingkat Nasional, Propinsi dan Kabupaten/Kota serta Kecamatanmemperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. Selain itu komposisi keanggotaan Bawaslu dan Panwaslu memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%. e. Undang-undang RI No.10 tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD menunjukkan kemajuan perjuangan yang lebih signifikan karena dalam peraturan perundang- undangan ini menegaskan hal-hal sebagai berikut: (i) Daftar bakal calon anggota legislatif (caleg) paling sedikit 30% keterwakilan perempuan (pasal 53) (ii) Daftar caleg disusun berdasarkan nomor urut (pasal 55 ayat 3) (iii) Daftar caleg setiap tiga orang terdapat sekurang- kurangnya satu orang perempuan (pasal 55 ayat 2). Ketentuan-ketentuan itu sama spiritnya dengan pasal 2 ayat 5 Undang-undang no.5 tahun 2008 tentang Partai Politik yang menegaskan persyaratan menyertakan paling rendah 30% keterwakilan perempuan kepengurusan tingkat pusat. Kaukus Perempuan Politik Indonesia merupakan sebuah wadah aktivitas dan kreativitas perempuan lintas Partai Politik, LSM dan Ormas yang bertujuan untuk melahirkan ide-ide kreatif yang cermelang sekaligus sbagai pendorong tumbuhnya semangat juang dan meningkatnya partisipasi perempuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Propinsi Banten merupakan propinsi yang memiliki keterwakilan perempuan yang dianggap bersejarah karena dipimpin oleh seorang gubernur perempuan yang dipilih melalui Pilkada tahun 2006 yang lalu. Keterwakilan ini menunjukkan semakin terlibatnya perempuan ranah publik terutama dalam proses kebijakan publik. Dalam Pilkada yang terjadi sepanjang tahun 2005- 2006 masyarakat juga telah menyadari untuk memilih pemimpin yang beberapa diantaranya adalah perempuan, yang menunjukkan bahwa kehidupan demokrasi di Indonesia sangat membuka peluang terhadap partisipasi perempuan di segala bidang pembangunan. Di Propinsi Banten juga telah lahir organisasi-organisasi yang mengusung dan memperjuangkan persamaan perempuan antara lain Gabungan Organisasi Wanita (GOW), Badan Koordinasi Organisasi Wanita (BKOW) termasuk juga Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI). Namun dalam pemilihan umum anggota tahun 2009 perempuan hanya menempati 15 kursi dari 85 kursi yg ada. Sementara di Kota Serang hanya 8 kursi dari 45 kursi yg tersedia. Di sisi lain, terpilihnya kembali Hj.Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten periode 2012-2016 dalam Pemilukada Banten 2011 menunjukkan bahwa peran perempuan dalam ranah publik semakin kuat ditambah dengan tingkat partisipasi politik pemilih perempuan yang lebih tinggi dari pemilih laki-laki juga memperlihatkan bahwa ada awareness yang tinggi dari kaum perempuan untuk memperkuat perannya dalam pembangunan.Untuk itu maka penelitian ini mengambil tema tentang Peran Strategis Kaukus Perempuan Politik (KPPI) Kota Serang, Provinsi Bante nโ€ . ## 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan tema diatas maka penelitian ini memfokuskan perhatian terhadap peran strategis perempuan dalam pembangunan, terutama partisipasi perempuan di ranah politik khususnya, sehingga perumusan masalahnya adalah โ€œBagaimana peran Kaukus Perempuan Politik Indonesia (KPPI) Kota Serang Provinsi Banten?โ€ ## 2.1. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kiprah perempuan dengan semakin terbukanya peluang dan peraturan pendukung termasuk affirmative action di Kota Serang, Propinsi Banten, terutama dalam kegiatan dan aktivitas publik dengan analisis yang dikembangkan oleh Sara H.Longwe. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis peran strategis dari Kaukus Politik Perempuan Indonesia (KPPI) Kota Serang dalam mengawal berbagai kebijakan pembangunan yang pro rakyat dan pro perempuan khususnya, di Kota Serang. 2.2. MANFAAT PENELITIAN a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pemerintah dalam pembuatan kebijakan yang terkait dengan Gender. b. Penelitian dapaat menambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaaca mengenai peran strategis KPPI di Banten. 3.1. Kesetaraan Gender dan Peran Perempuan 3.1.1 Konsep Gender: Perbedaan dan Masalah Ketidakadilan Makna kata gender yang muncul di kamus adalah penggolongan gramatikal terhadap kata-kata benda dan kata-kata lain yang berkaitan dengannya, yang secara garis besar berhubungan dengan dua jenis kelamin serta ketiadaan jenis kelamin atau kenetralan ( Sumiarni, E. 2004:1). Dalam buku saku Profil Gender Provinsi Banten yang diterbitkan oleh Biro Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah (Biro Kesra Sekda) Provinsi Banten tahun 2003 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan jender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya yang dapat berubah dan atau diubah sesuai dengan kemajuan jaman. Websterโ€™s New World Dictionary (dalam Sumiarni, E. 2004:1) mengartikan gender sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku ( The apparent disparity between man and woman in values and behavior ). Kementrian Urusan Peranan Wanita, dalam buku yang sama, menyatakan gender sebagai interpretasi mental dan kultural terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan. Perbedaan antara seks dan jender dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 5 Perbedaan antara Seks dan Gender Seks atau Jenis Kelamin Gender 1. Bersumber dari nature (natural) 1. Bersumber dari cultural 2. Identifikasi laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi 2. Identifikasi laki-laki dan perempuan dari segi sosial budaya 3. Berkonsentrasi pada aspek biologi seperti anatomi fisik, reproduksi, komposisi kimia dan hormon dalam tubuh, dan karakteristik biologi lainnya 2. Dipengaruhi oleh aspek sosial budaya, psikologis dan aspek-aspek non biologis lainnya. Menyangkut perkembangan maskulinitas dan feminitas seseorang. 3. Bawaan / Kodrati 3. Terbentuk karena kebiasaan (learned behavior) 4. Tidak dapat diubah 4. Dapat dirubah/ berubah 5. Tidak bervariasi 5. Bervariasi, sesuai dengan sistem sosial budaya masyarakat ( Diolah dari berbagai sumber ) Pengertian Kesetaraan dan ## Keadilan gender Kesetaraan gender berarti kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional (hankamnas), serta kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Kesetaraan gender juga meliputi penghapusan diskriminasi dan ketidak adilan struktural, baik terhadap laki-laki maupun perempuan. Keadilan gender adalah suatu proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki. Dengan keadilan gender berarti tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki. Terwujudnya kesetaran dan keadilan gender ditandai dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses, kesempatan berpartisipasi, dan kontrol atas pembangunan serta memperoleh manfaat yang setara dan adil dari pembangunan. Memiliki akses dan partisipasi berarti memiliki peluang atau kesempatan untuk menggunakan sumber daya dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap cara penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Memiliki kontrol berarti memiliki kewenangan penuh untuk mengambil keputusan atas penggunaan dan hasil sumber daya. Sehingga memperoleh manfaat yang sama dari pembangunan. ## 3.3. Level Pemerataan Menurut Teori Sara H.Longwe Kriteria untuk mengukur seberapa jauh pembangunan perempuan di berbagai bidang kehidupan sosial dapat digunakan lima level pemerataan sebagaimana dikembangkan oleh Sara.H. Longwe. Kelima level pemerataan itu adalah sebagai berikut (dalam Sastriyani,dkk. 2008: 561-563): ## 1. Kesejahteraan ( Welfare ) Tingkat kesejahteraan materi pada perempuan meliputi kebutuhan dasar seperti pangan, pendapatan dan layanan kesehatan. Level pemerataan ini murni mengenai tingkat kesejahteraan relatif antara perempuan dan laki-laki dan tidak melihat lebih dalam apakah perempuan sendiri yang menjadi penghasil aktif barang atau kebutuhan mereka. 2. Akses ( Access ) Ini merupakan peluang dalam menggunakan atau memanfaatkan sumberdaya tanpa memiliki wewenang untuk mengambil keputusan terhadap penggunaan dan hasil sumber daya tersebut. Akses perempuan setara dengan laki-laki: kesetaraan akses terhadap tanah, lapangan kerja, kredit, pelatihan, fasilitas pemasaran dan semua layanan masyarakat yang tersedia dan juga manfaat- manfaatnya. Kesenjangan gender disini merujuk pada kurangnya akses perempuan. Sehingga pemerataan akses diartikan sebagai pemerataan kesempatan. Disini pemberdayaan perempuan berarti dengan memperoleh akses maka perempuan dimampukan untuk mendapat bagian yang adil terhadap faktor produksi atau sumber daya, baik dalam lingkup rumah tangga maupun publik atau yang disediakan negara. Yang perlu diingat, pembangunan perempuan tidak cukup hanya pada pemerataan akses karena kurangnya akses perempuan bukan saja merupakan isu gender tetapi juga akibat dari diskriminasi gender. Oleh karena itu, proses pemberdayaan perempuan bergerak selangkah lebih maju ke tingkat pemerataan penyadaran. 3. Penyadaran ( Consciensation ) Adalah kesadaran perempuan terhadap isu dan kebutuhan perempuan, diskriminasi terhadap perempuan, kemampuan menganalisis isu sejalan dengan hak serta kepentingan perempuan. Pemahaman terhadap perbedaan antara peranan seksual dan peranan gender, bahwa peranan gender bersifat kultural dan dapat berubah. Penyadaran juga meyakini bahwa pembagian kerja seksual seharusnya adil dan dapat diterima kedua pihak. Selain itu juga tidak ada dominasi ekonomi maupun politik oleh salah satu jenis kelamin. Persamaan antara laki- laki dan perempuan didasarkan pada kesadaran gender ( gender awareness ) dan mndasarkan untuk partisipasi kolektif dalam proses pemberdayaan perempuan. Kesenjangan gender di sini bukan sesuatu yang empiris tetpi kesadaran akan kesenjangan menyadari bahwa kedudukan sosial ekonomi perempuan yang lebih rendah dan pembagian kerja gender yang tradisional adalah sesuatu yang sudah ditakdirkan demikian. Pemberdayaan adalah memahami hal tersebut dan menolaknya, ini berarti bahwa subordinasi perempuan bukanlah sesuatu yang normal dan bukan suatu takdir. Tetapi hal itu disebabkan oleh diskriminasi yang merupakan konstruksi sosial dan itu dapat berubah. 4. Partisipasi ( Participation ) Ini merupakan peran serta perempuan maupun laki-laki sebagai individu maupun kelompok dalam meningkatkan upaya untuk mencapai tujuannya. Perempuan berpartisipasi aktif artinya pemerataan partisipasi perempuan dalam proses penetapan keputusan yaitu partisipasi dalam proses perencanaan penentuan kebijakan dan administrasi. Partisipasi merupakan keterlibatan atau keikutsertaan aktif sejak dalam penetapan kebutuhan, formulasi proyek, implementasi dan monitoring serta evaluasi. Persamaan partisipasi artinya melibatkan perempuan dalam komunitas yang terkena oleh putusan kebijakan yang diambil dan melibatkan mereka pada pengembilan keputusan. Partisipasi dapat dibedakan partisipasi kuantitatif dan partisipasi kualitatif. 5. Penguasaan ( Control ) Level ini meliputi bukan hanya partisipasi perempuan dalam proses pengembilan keputusan, akan tetapi juga penggunaan partisipasi melalui penyadaran dan mobilisasi untuk mencapai persamaan penguasaan terhadap faktor-faktor produksi dan distribusi manfaat. Persamaan kontrol berarti suatu keseimbangan penguasaan antara perempuan dan laki-laki sehingga tidak ada suatu pihak pun yang dipapankan pada posisi dominan atau subordinatif. ## Gambar 1. Pemerataan dan Pemberdayaan Longwe (Dikutip dari: Sastriyani,dkk. 2008:563) ## 3.6. Perempuan, Partisipasi dan Pemberdayaan Angka kemiskinan di dunia menunjukkan bahwa 2/3 perempuan di dunia termasuk kategori miskin. Perempuan masih menjadi pihak yang dirugikan oleh kemiskinan dan dipinggirkan oleh proses pembangunan. Dalam bidang pendidikan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan formal masih lebih banyak diberikan kepada laki โ€“ laki dibanding perempuan Dalam pembangunan keterlibatan perempuan, masih lebih banyak di sektor domestik dibandingkan dalam sektor publik. Perempuan, terutama dari kalangan miskin seringkali menjadi penerima informasi kedua karena tidak pernah terlibat dalam rembug โ€“ rembug yang diselenggarakan untuk memecahkan permasalahan masyarakat. Memang di beberapa tempat kehadiran perempuan dalam penentuan keputusan terjadi walaupun jumlahnya relatif kecil, akan tetapi seringkali suaranya kalah dengan suara laki โ€“ laki yang jumlahnya cukup besar, bahkan kadang โ€“ kadang mereka hanya ikut hadir tetapi tidak bisa memberikan Peningkatan Pemampuan Peningkatan Pemerataan Kontrol Partisipasi/Participation Penyadaran/Conscientisation Akses/Access Kesejahteraan /Welfare suaranya. Padahal rembug โ€“ rembug yang dilakukan warga merupakan aset yang besar sebagai modal sosial untuk melibatkan masyarakat dalam proses memecahkan persoalan kehidupan mereka. Kerangka Berpikir Latar Belakang: 1. Isu-isu ketidaksetaraan gender: CEDAW , Konferensi Perempuan Sedunia, M DGโ€™s , KKG, PUG 2. Ketidaksetaraan gender di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan kesempatan kerja , politik 3. Pemberdayaan perempuan untuk meningkatkan peran dalam pembangunan, khususnya partisipasi politik perempuan, melalui organisasi kewanitaan yaitu melalui Kaukus Politik Perempuan Indonesia (KPPI) ## ANALISIS 5 (lima) level pemerataan Sara H. Longwe: 1. Kesejahteraan (Welfare) 2. Akses (Access) 3. Penyadaran (Consciensation) 4. Partisipasi (Partisipation) 5. Penguasaan (Control) Konsep Pemberdayaan: 1. PUG (Pengarusutamaan Gender) 2. KKG (Kesetaraan dan Keadilan Gender) 3. GAP (Gender Analysis Pathway) 4. Melalui KPPI yang berperan untuk meningkatkan partisipasi politik dan peran perempuan dalam pembangunan PEMBAHASAN PERAN STRATEGIS KPPI KOTA SERANG ## SIMPULAN DAN REKOMENDASI ## 4.1 Desain Penelitian Fokus penelitian ini adalah mengetahui dan menjelaskan bagaimana peran Kaukus Perempuan Politik Indonesia di Kota Serang, Propinsi Banten. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan dengan metode kualitatif. Maka pendekatan penelitian yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif. ## 5.2. Gambaran Umum Partisipasi Politik Kota Serang Realitas partisipasi politik kaum perempuan di lembaga legislatif sejak tahun 1999 hingga 2004 yang baru berkisar pada angka 8,8% di tingkat pusat, 6,6% di tingkat Provinsi, dan 2% di tingkat Kabupaten/kota, merupakan gambaran nyata partisipasi perempuan dalam lembaga-lembaga politik formal yang sering digunakan sebagai dasar argumentasi pentingnya penguatan peran mereka melalui kebijakan-kebijakan yang besifat affirmatif terhadap potensi yang dimiliki kaum perempuan tersebut. Angka tersebut sedikit meningkat di tahun 2009 yaitu sebesar 11 % di pusat dan 18,8 % di tingkat Provinsi Banten, serta pada tingkat kabupaten dan kota rata-rata 13,7 %. (Bappeda Prov. Banten, 2010) Menurut sumber Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Banten (2009), diperoleh gambaran mengenai jumlah perempuan yang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)di lembaga pemerintahan di lingkungan Provinsi Banten hampir 50 % dari jumlah pegawai laki-laki (1079:2202). Namun sangat sedikit pegawai perempun yang menduduki jabatan struktural. Dari data kepegawaian provinsi Banten tahun 2009 menunjukkan bahwa hanya 148 dari 1079 pegawai yang menduduki eselon I,II,III dan IV. Sementara jumlah laki-laki jauh lebih banyak yaitu sebesar 710 dari 2202 orang yang menduduki jabatan eselon I,II,III,dan IV. Dalam konteks politik di Provinsi Banten, berdasarkan hasil Pemilihan Umum tahun 2009 diperoleh gambaran yang kurang lebih sama dengan realitas di atas, dimana ditemukan kenyataan proporsi anggota DPRD laki-laki jauh lebih besar (82,4%) bila dibandingkan dengan jumlah perempuan yang hanya berkisar pada angka 17,7%. Demikian juga pada kabupaten/kota yang ada di wilayah provinsi Banten. Di Kabupaten Pandeglang perempuan yang duduk dalam lembaga legislatif hanya sebesar 10%, Kabupaten Tangerang sebesar 8%, Kota Tangerang sebesar 12%, Kota Cilegon sebesar 20%, Kabupaten Lebak sebesar 16%, Kota Serang sebesar17,8%, Kabupaten Serang sekitar 8%, dan Tangerang Selatan sebesar 15,6 %. Jumlah ini tentu sangat ironis bila dibandingkan dengan jumlah pemilih perempuan yang hampir setara dengan pemilih laki-laki (49,46% dan 50,54%) pada tahun 2009. (Bappeda Provinsi Banten 2010) Kondisi inilah yang kemudian sering menimbulkan prasangka sosial adanya ketimpangan gender dalam pembangunan, yang direfleksikan dari realitas keterwakilan perempuan secara fisik dalam lembaga legislatif yang sangat minim, yang kemudian berpeluang pada tidak terwakilinya aspirasi kaum perempuan dalam proses perumusan kebijakan publik yang sensitif gender atau berpihak pada kepentingan perempuan maupun isu-isu yang terkait langsung dengan kehidupan dan hak-hak kaum perempuan. Isu-isu ini yang kemudian dikenal dengan isu-isu soft-politics atau conventional politics , yang dianggap menjadi domain kaum perempuan dan hanya dapat dipahami dan diempati oleh kaum perempuan. Isu- isu ini secara politik memang seringkali dianggap bukan sebagai isu politik sehingga nyaris tidak masuk dalam ranah kehidupan dan cara berpikir politik kaum laki-laki, yang antara lain menyangkut masalah-masalah: kesejahteraan anak, perlindungan terhadap hak reproduksi perempuan dan sebagainya. Dalam konteks inilah keyakinan terhadap keterlibatan perempuan secara lebih luas dalam politik menjadi sangat penting guna mengurangi kesenjangan antara isu- isu conventional politics dan hard politics. Hal ini cukup beralasan mengingat bahwa sikap politik kaum perempuan umumnya lebih cenderung mementingkan isu-isu conventional politics daripada hard politics. Sehingga sangat diperlukan sebuah kajian ilmiah mengenai partisipasi perempuan dalam politik dan pembangunan di Banten. Jadi dalam konteks aspek partisipasi, di Banten sudah cukup terpenuhi dimana selain Gubernur juga terdapat beberapa jabatan politik yang dipegang oleh perempuan sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 11 Peran Strategis Perempuan di Ranah Politik No Nama Jabatan Politik 1 Hj. Ratu Atut Chosiyah, SE Gubernur Banten 2 Hj. Ratu Tatu Chasanah, SE Wakil Bupati Serang 3 Hj. Heryani Wakil Bupati Pandeglang 4 Hj. Nuraeni, S.Sos Ketua DPRD Kota Serang 5 Hj. Adde Rosi Khoerunnisa, S.Sos Wakil Ketua DPRD Kota Serang 6 Hj. Airin Rachmi Diani, SH.,MH Walikota Tangerang Selatan (Sumber: Diolah dari berbagai sumber,2011) Kenyataan tersebut di atas memang cukup menggembirakan. Hal ini menunjukkan untuk level akses, partisipasi, penyadaran kritis dan kontrol, peran startegis perempuan di Banten sudah cukup baik. Propinsi Banten juga sudah memiliki perda tentang Pengarus Utamaan Gender (PUG) serta senantiasa meningkatkan jumlah anggaran responsive gender dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun perlu menjadi perhatian kita bersama juga bahwa untuk level-level yang lainnya masih perlu adanya upaya peningkatan peran strategis perempuan. Dalam level kesejahteraan kita masih perlu membuat program pembangunan yang tepat untuk mengatasi tingginya angka kemiskinan, angka kematian ibu melahirkan serta partisipasi angkatan kerja perempuan yang belum mendapatkan tempat yang layak. Tabel 12 Struktur Dewan Pengurus Daerah Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kota Serang Propinsi Banten 2009 -2013 No Jabatan Nama Partai Politik 1 Dewan Kehormatan 1) Walikota Serang 2) Kepala Kesbang Linmas BPPMD 2 Ketua Hj.Nurโ€™aeni, S.Sos Partai Demokrat 3 WK Bid.Organisasi WK Bid.Advokasi WK Bid.Diklat WK Bid. Sos Kemasy WK Bid.Media WK Bid.Kajian Litbang Hj.Adde Rosi Haerunnisa, S.Sos Hj.Ratna Komalasari Hj.Suwarini Euis Rahmawati Julaeha Munjiah Golkar Golkar Marhaenisme PKS Partai Demokrat PKB 4 Sekretaris Wakil Sekretaris Encop Sofia Susi Widiyanti Iip Fariudin Gerindra PAN 5 Bendahara Wakil Bendahara Dra.Muajah Sukamti Partai Demokrat Partai Demokrat 6 Divisi-divisi Divisi Pengemb.Org Divisi Advokasi Divisi Diklat Divisi Sos Kemasy Divisi Media Divisi Kajian Litbang Sari Yulianti Ely Rohanah Rohmawati Eka Ema Yuningsih Nina Hermina Lailatunnuroh Lilis Maemunah Mamah Marhamah Eko Dia Widiasari Dra.Nursehat Melasari PKS PKB Marhaenisme PPP PAN Gerindra Republikan PAN PBR PDI Hanura PPP (Sumber: KPPI Kota Serang, 2011) Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kota Serang merupakan sebuah organisasi independen yang dijadikan wadah aktivitas dan kreativitas perempuan lintas Partai Politik yang bertujuan untuk melahirkan ide-ide kreatif yang cemerlang sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya semangat juang dan meningkatnya partisipasi perempuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Namun karena KPPI Kota Serang baru berdiri selama kurang lebih satu tahun (lihat profil) maka peran serta KPPI Kota Serang masih belum dapat dikatakan maksimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini adalah: Pertama, Keterbatasan anggaran yang dimiliki untuk melakukan fungsi KPPI. Hal ini disebabkan karena KPPI adalah organisasi yang sifatnya independen dan untuk mendapatkan anggaran dari daerah perlu persyaratan yaitu lembaga yang bersangkutan telah berdiri selama minimal tiga tahun. Untuk kegiatan yang telah dilakukannya selama ini KPPI bermitra dengan organisasi- organisasi perempuan yang selama ini telah ada yaitu Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di Kota Serang, dan organisasi masyarakat yang berbasis perempuan lainnya. Kedua, KPPI belum mampu menyentuh lapisan masyarakat yang paling bawah dalam memberikan motivasi dan sosialisasi mengenai partisipasi politik perempuan. Selama ini KPPI hanya melalukan sosialisasi di tingkat organisasi wanita di Kota Serang. Hal ini diakui oleh Ketua KPPI Kota Serang,โ€ karena organisasi ini masih sangat muda ditambah dengan keterbatasan anggaran, maka belum banyak program yang dikerjakan. Baru menyentuh organisasi perempuan saja, dan belum menyentuh ke lapisan masyarakat luas. โ€ Ketiga, KPPI belum membuat program kerja secara terstruktur selama kepengurusannya. Sehingga kegiatan-kegiatannya pun masih bersifat insidental artinya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di Kota Serang. Namun demikian, meskipun belum menyentuh tataran bawah, KPPI bersama-sama dengan Kaukus Perempuan Parlemen Kota Serang telah berhasil memberikan pengaruh kepada dewan legislatif untuk membuat sebuah kebijakan yang setidaknya dapat mendorong partisipasi perempuan di bidang politik. Perda yang dimaksud yaitu Peraturan Daerah Kota Serang tentang Partisipasi dan Keterwakilan Perempuan dalam Politik di Kota Serang. Hal ini diakui oleh Ketua Kaukus Perempuan Politik Kota Serang โ€œ Alhamdulillah, kami bersama kaukus perempuan Parlemen yang ada di Kota Serang berhasil mempengaruhi anggota dewan yang lain dan menghasilkan sebuah produk kebijakan yang sangat mendukung partisipasi perempuan โ€ ( wawancara tanggal 21 November 2011 di DPRD Kota Serang). Karena KPPI sebagai Mitra Kerja pemerintah maka diharapkan Pemkot Serang untuk bisa memberikan kesempatan dan memfasilitasi terutama dalam hal pengambilan keputusan tentang kebijakan publik serta dalam tahapan-tahapan praktek penyelenggaraan pembangunan seperti dalam pembahasan poldas, propeda, penyusunan APBD, monitoring dan evaluasi pembangunan dan lainnya. Dikatakan, Partai Politik sebagai salah satu wadah penyaluran aspirasi dan pengembangan potensi perempuan ini, diharapkan dapat lebih meningkatkan peran serta perempuan. Sebab peningkatan peran perempuan telah menjadi agenda nasional sehingga kini menjadi tanggung jawab bersama bagi segenap komponen bangsa. ## 5.6. Analisis Peran Strategis KPPI dalam Pembuatan Perda Kota Serang Nomor 5 tahun 2011 tentang Keterwakilan Partisipasi Perempuan dalam Pembangunan Daerah Menyadari begitu besarnya potensi yang dapat dikembangkan oleh kaum perempuan di Kota Serang, Kaukus Perempuan Politik Kota Serang bersinergis dengan Kaukus Perempuan Politik Kota Serang dalam pembuatan perda yang mengatur tentang keterwakilan perempuan dalam pembangunan daerah. Artinya Kaukus sudah mulai memikirkan bagaimana mempermudah akses perempuan dalam mengekspresikan dirinya di segala bidang pembangunan tidak hanya di bidang politik saja. Berikut ini beberapa pasal yang menggambarkan bahwa sudah saatnya mulai dibukanya akses yang seluas-luasnya bagi perempuan dalam berkontribusi dalam pembangunan di Kota Serang. ## Pasal 3 Maksud Peraturan Daerah ini adalah: a. Pelaksanaan partisipasi perempuan dalam proses pembangunan daerah dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang berperspektif gender; b. Upaya untuk menegakkan hak- hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat; c. Peningkatan keterwakilan dan partisipasi kaum perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan, sehingga Pemerintah Daerah ataupun lembaga kemasyarakatan dapat bekerja lebih efisien dan efektif dalam mengeluarkan kebijakan publik yang adil dan berperspektif gender. Dari pasal di atas dapat kita lihat bahwa KPPI Kota Serang berkomitmen untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama di masyarakat. Propinsi Banten merupakan salah satu propinsi yang mendapatkan Anugerah Parahita Eka Praya selama dua tahun berturut-turut yaitu tahun 2009 dan 2010. Hal ini juga menunjukkan besarnya perhatian pemerintah daerah terhadap terwujudnya kesetaraan gender di segala bidang, termasuk sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 3 ayat ยฉ diatas yang melibatkan perempuan untuk turut serta atau berpartisipasi dalam pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan. Dengan posisi KPPI Kota Serang maka hal ini dapat dilakukan dengan mulai melakukan advokasi, networking , mentoring dan coaching bagi para perempuan di Kota Serang untuk terlibat dalam proses pembangunan. Pasal 4 Tujuan pelaksanaan Peraturan Daerah ini adalah sebagai berikut: a. Memberikan acuan bagi aparatur Pemerintah Daerah dalam menyusun strategi pengintegrasian gender yang dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan penganggaran, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di Daerah dengan menekankan pentingnya keterwakilan dan partisipasi perempuan; b. Mewujudkan perencanaan berperspektif gender melalui pengintegrasian pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan laki- laki dan perempuan; c. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan berkeluarga, berbangsa dan bernegara; d. Mewujudkan pengelolaan anggaran daerah yang berperspektif gender; e. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan; f. Meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan; g. Memberdayakan perempuan dalam mengejar ketertinggalannya untuk menuju setara dengan kaum laki-laki. Jika dikaitkan dengan analisis dari Sara J.Longwe maka dalam pasal ini dapat kita lihat bahwa KPPI Kota Serang menempatkan perempuan mulai dari tingkat penyadaran ( conscientation ) dan partisipasi ( participation ) dengan memberikan acuan bagi pihak pemerintah daerah untuk mengintegrasikan seluruh pengalaman, aspirasi, kebutuhan, potensi dan penyelesaian permasalahan laki-laki dan perempuan. Dalam konteks partisipasi maka tujuan untuk meningkatkan kesetaraan dan keadilan dalam kedudukan, peranan dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai insan dan sumberdaya pembangunan, meningkatkan peran dan kemandirian lembaga yang menangani pemberdayaan perempuan, memberdayakan perempuan dalam mengejar ketertinggalannya untuk menuju setara dengan kaum laki-laki merupakan salah satu bentuk partisipasi yang diharapkan. Hal inipun ditegaskan dalam pasal selanjutnya dari Perda Nomor 5 tahun 2011 ini yaitu: ## Pasal 5 Ruang lingkup Peraturan Daerah ini meliputi: a. Keterwakilan perempuan dalam Pemerintahan Daerah dan Organisasi Kemasyarakatan di Daerah; b. Partisipasi perempuan baik perorangan, kelompok maupun organisasi pada keseluruhan proses pengambilan keputusan dan pembangunan di Daerah, meliputi perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program pembangunan di Daerah. Salah satu masalah kritis perempuan yang didukung kaukus perempuan politik adalah mendorong kemajuan kesetaraan gender, terutama berjuang melawan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan. ## Pasal 6 Kewenangan Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan di Daerah meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Penetapan kebijakan daerah untuk pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan di Daerah; b. Koordinasi, fasilitasi dan mediasi pelaksanaan kebijakan keterwakilan dan partisipasi perempuan; c. Fasilitasi penguatan kelembagaan dan pengembangan mekanisme keterwakilan dan partisipasi perempuan pada lembaga pemerintahan, pusat studi wanita, lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga non pemerintah; d. Koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan yang responsif gender; e. Pemberian bantuan teknis, fasilitasi pelaksanaan PUG dengan memastikan keterwakilan dan partisipasi perempuan; f. Pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan yang terkait dengan bidang pembangunan terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, hukum dan hak asasi manusia dan politik; g. Fasilitasi penyediaan data terpilah menurut jenis kelamin; h. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan keterwakilan dan partisipasi perempuan. Pasal diatas sangat sesuai dengan tujuan pembentukan kaukus yaitu melakukan sosialisasi isu affirmative action yang membawa perubahan wacana masyarakat tentang keterlibatan perempuan dalam politik, membangun jaringan kerja,peningkatan posisi strategis perempuan di Partai Politik. Sedangkan keterwakilan perempuan juga ditegaskan dalam peraturan daerah ini yaitu dalam Bab VI Keterwakilan Perempuan dalam Pemerintahan Daerah dan Organisasi Kemasyarakatan Daerah sebagaimana pasal-pasal berikut: ## Pasal 16 Walikota dalam mengangkat pejabat struktural dan fungsional perlu memperhatikan keterwakilan perempuan paling sedikit 30 % (tiga puluh persen) berdasarkan peraturan perundang-undangan . Pasal 17 (1) Organisasi Kemasyarakatan Daerah dapat bermitra dengan Pemerintah Daerah. (2) Kepengurusan Organisasi Kemasyarakatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , harus memperhatikan keterwakilan dan partisipasi perempuan baik dari program kegiatan, anggaran serta keangotaannya dengan memperhatikan keterwakilan perempuan paling sedikit 30 % (tiga puluh persen) dari keseluruhan jumlah kepengurusan Organisasi Kemasyarakatan Daerah. Organisasi Kemasyarakatan Perempuan ## Pasal 18 Pemerintah Daerah memiliki kewajiban untuk membina lembaga atau kelompok atau organisasi perempuan baik formal maupun non formal. Selanjutnya dalam Bab VII tentang Partisipasi Perempuan dalam Proses Pembangunan Daerah: ## Pasal 19 (1) Pemerintah Daerah perlu memperhatikan keterwakilan perempuan baik secara perseorangan, kelompok maupun organisasi dalam proses pembangunan di Daerah. (2) Keterwakilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk: a. Saran dan masukan secara lisan maupun tertulis; b. Keterwakilan langsung dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Daerah. ## Pasal 20 (1) Perumusan dan pengambilan keputusan terhadap kebijakan publik yang menyangkut kepentingan masyarakat, perlu memperhatikan keterwakilan perempuan baik secara perseorangan, kelompok maupun organisasi. (2) Kebijakan publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); b. Penataan ruang daerah; c. Pendidikan, kesehatan, kesejahteraan masyarakat, hukum dan hak azasi manusia. Pasal di atas menegaskan bahwa Pemkot Serang dalam menetapkan APBD haruslah responsif jender, begitu juga setiap SKPD yang ada di Kota Serang harus responsif jender.Penggunaan anggaran inipun juga menunjukkan agenda pro perempuan misalnya dalam konteks penataan ruang daerah, pembuatan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang peka jender. Mendudukan dan memberikan kesempatan secara adil pada perempuan dalam berbagai bidang pembangunan. Pasal diatas mengamanatkan bahwa perempuan perlu belajar dan bertindak srategis bagaimana mengawal kebijakan yang pro rakyat dan pro perempuan. Separuh dari warga negara Indonesia adalah perempuan yang meletakkan harapan di pundak perempuan anggota dewan saat ini, juga menaruh harapan pada para perempuan yang duduk di posisi legislatif, eksekutif dan yudikatif agar keadilan gender dapat diwujudkan. Untuk Propinsi Banten umumnya dan di Kota Serang khususnya telah terbukti bahwa terdapat beberapa posisi strategis dalam pemerintahan yang dimiliki oleh kaum perempuan. Maka sudah saatnya untuk menunjukkan partisipasi yang nyata dan menjalankan peran kontrolnya dengan baik, untuk menjalankan program pembangunan yang pro rakyat dan pro perempuan. ## 6.1. Simpulan Kaukus Perempuan Politik Indonesia Kota Serang merupakan sebuah organisasi independen yang dijadikan wadah aktivitas dan kreativitas perempuan lintas Partai Politik yang bertujuan untuk melahirkan ide-ide kreatif yang cemerlang sekaligus sebagai pendorong tumbuhnya semangat juang dan meningkatnya partisipasi perempuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Namun karena KPPI Kota Serang belum lama berdiri maka peran serta KPPI Kota Serang masih belum dapat dikatakan maksimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini adalah: Pertama, Keterbatasan anggaran yang dimiliki untuk melakukan fungsi KPPI. Hal ini disebabkan karena KPPI adalah organisasi yang sifatnya independen dan untuk mendapatkan anggaran dari daerah perlu persyaratan yaitu lembaga yang bersangkutan telah berdiri selama minimal tiga tahun. Untuk kegiatan yang telah dilakukannya selama ini KPPI bermitra dengan organisasi- organisasi perempuan yang selama ini telah ada yaitu Gabungan Organisasi Wanita (GOW) di Kota Serang, dan organisasi masyarakat yang berbasis perempuan lainnya. Kedua, KPPI belum mampu menyentuh lapisan masyarakat yang paling bawah dalam memberikan motivasi dan sosialisasi mengenai partisipasi politik perempuan. Selama ini KPPI hanya melalukan sosialisasi di tingkat organisasi wanita di Kota Serang. Ketiga, KPPI belum membuat program kerja secara terstruktur selama kepengurusannya. Sehingga kegiatan-kegiatannya pun masih bersifat insidental artinya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada di Kota Serang. Namun demikian, meskipun belum menyentuh tataran bawah, KPPI bersama-sama dengan Kaukus Perempuan Parlemen Kota Serang telah berhasil memberikan pengaruh kepada dewan legislatif untuk membuat sebuah kebijakan yang setidaknya dapat mendorong partisipasi perempuan di bidang politik. Perda yang dimaksud yaitu Peraturan Daerah Kota Serang tentang Partisipasi dan Keterwakilan Perempuan dalam Politik di Kota Serang. ## 6.2. Rekomendasi 1. Para anggota KPPI Kota Serang harus mulai menyadari perannya dan perlu belajar dan bertindak srategis bagaimana mengawal kebijakan yang pro rakyat dan pro perempuan. Sebagai anggota dewan yang duduk di posisi legislatif, eksekutif dan yudikatif agar keadilan gender dapat diwujudkan. 2. KPPI Kota Serang perlu berjejaring dengan berbagai pihak misalnya organisasi kewanitaan yang lain dan juga para akademisi dalam rangka untuk menyerap aspirasi masyarakat sehingga kebutuhan dan isu yang terjadi di masyarakat, terutama kaum perempuan dapat direspon dengan cepat. 3. KPPI Kota Serang harus sering melakukan dialog dengan kelompok perempuan agar program legislasi yang tanggap gender bisa diperjuangkan bersama-sama. Dan untuk memaksimalkan komunikasi, diharapkan agar seluruh perempuan anggota dewan mengaktifkan email sebagai sarana komunikasi yang murah untuk bertukar informasi dengan rekan-rekan jaringan. 4. KPPI Kota Serang harus memaksimalkan peran strategis mereka dengan cara menguatkan kapasitas anggota dalam rangka menguatkan perjuangan legislasi yang adil gender. 5. Membuat riset untuk peningkatan kapasitas anggota KPPI bekerjasama dengan akademisi serta mengadakan program advokasi dan bantuan ahli ( technical assistance ) bagi tiap-tiap perempuan anggota parlemen yang baru agar kinerja mereka dalam memperjuangkan kebijakan yang pro perempuan lebih maksimal. ## DAFTAR PUSTAKA Alfian, 1990. Masalah dan Prospek Pembangunan Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta Arna,A. Rubrik Fokus Swara Agenda Perempuan dan Reformasi, PBB, Kompas 10 Maret 2006 Satriyani, dkk, 2008. Human In Public Sector , Pusat Studi Wanita, UGM dan Tiara Wacana, Yogyakarta Sumiarni, E, 2004. Gender dan Feminisme , Wonderfull Public Company, Yogyakarta Bapeda Propinsi Banten 2010 Perda Nomor 5 Tahun 2004 tentang Partisipasi Perempuan Dalam Pembangunan Daerah
3c26a9ff-d43e-4411-961a-2dc50c2baca1
https://journal.um-surabaya.ac.id/pgsd/article/download/9121/4872
## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] ## PROBLEMATIKA SISWA KELAS VI DALAM PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN IPA PADA MASA PANDEMI Tina Mardiyana, Anatri Desstya, Achmad Fathoni Magister Pendidikan Dasar Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia [email protected], [email protected], [email protected] ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan, problematika, dan upaya mengatasi problematika media pembelajaran IPA kelas VI masa pandemi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Sumber data penelitian yaitu siswa, guru, dan orang tua kelas VI serta kepala SDN 4 Pulutan Kulon, Wonogiri. Penelitian ini dilakukan pada semester 2 tahun pembelajaran 2020/2021. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif Miles and Huberman. Uji keabsahan menggunakan triangulasi sumber, metode dan teori. Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) Pemanfaatan media pembelajaran IPA kelas VI telah bervariasi dan tepat guna. 2) Problematika pemanfaatan media pembelajaran yang dialami siswa meliputi kendala jaringan internet, keterbatasan kepemilikan gawai, perbedaan lingkungan sekitar, kurangnya minat terhadap video yang tersedia, keterbatasan peralatan praktikum, dan kurangnya pendampingan orang tua. 3) Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika melalui kerjasama dengan orang tua, membentuk kelompok kecil siswa, memilih video pembelajaran animasi, dan menggunakan bahan praktikum yang mudah untuk ditemukan. Kata kunci : Problematika, Media, IPA, Masa Pandemi ## Abstract This study aims to describe the utilization, problematika, and efforts to overcome the problematika science learning media class VI pandemic. The research uses a qualitative approach to the design of case studies. The research data sources are students, teachers, and grade VI parents as well as principals. This research was conducted in the 2nd semester of learning year 2020/2021. Data collection techniques through observation, interview, and documentation. Data analysis techniques using Miles and Huberman interactive analysis. Test validity using triangulation of sources, methods and theories. This study concluded that 1) The utilization of science learning media class VI has been varied and appropriate. 2) Problems of the utilization of learning media experienced by students include internet network constraints, limitations in device ownership, differences in the surrounding environment, lack of interest in available videos, limitations of practicum equipment, and lack of parental assistance. 3) Efforts are made to overcome problems through cooperation with parents, forming small groups of students, choosing animated learning videos, and using practical materials that are easy to find. Keywords: Problematic, Media, Science, Pandemic Period ## PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan sebuah kegiatan belajar antara siswa dan guru beserta sumber belajar yang digunakan (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003). Menurut Permendikbud Nomor 35 Tahun 2018 muatan IPA atau Ilmu ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang dipelajari di Sekolah Dasar. Pembelajaran IPA merupakan sebuah upaya mempelajari alam sekitar melalui observasi pada objek, menggunakan metode yang tepat sehingga hasilnya dapat disimpulkan (Susanto, 2013: 167). Pembelajaran IPA sangat penting dan berperan dalam perkembangan teknologi serta kehidupan sehari-hari. Melalui pengetahuan-pengetahuan pada IPA guru berharap siswa dapat menerapkannya pada aktivitas sehari-hari sehingga masalah yang berhubungan dengan IPA dapat dipecahkan. Hasil belajar merupakan tolak ukur berhasil tidaknya proses pembelajaran. Komponen yang sangat diperlukan dalam pembelajaran adalah media pembelajaran yang sesuai. Taufik (2014: 140) menyatakan bahwa hasil belajar yang optimal diharapkan dapat dicapai dengan menerapkan media pembelajaran yang mendukung. Gagne dalam Sadiman (2003: 6) mengungkapkan media pembelajaran merupakan bagian-bagian lingkungan yang memberi stimulus siswa dalam kegiatan belajar. Jika pembelajaran memanfaatkan media pembelajaran dengan baik maka menurut Naz & Akbar (2008: 36) akan memberikan banyak manfaat, diantaranya terhindar dari pemborosan waktu, motivasi belajar bertambah, memusatkan ketertarikan, memperjelas gagasan, konsep dan menguatkan memori berpikir anak. Sejak tanggal 24 Maret 2020 pemerintah memberikan kebijakan bahwa pembelajaran dilakukan dalam jaringan. Kebijakan ini mewajibkan anak mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh. Hal ini merupakan langkah pemerintah dalam menekan penyebaran virus corona. Langkah kebijakan tersebut tertuang pada Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19) dan Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi kelas VI SDN 4 Pulutan Kulon telah berusaha menggunakan media pembelajaran jarak jauh. Akan tetapi masih ditemukan berbagai macam kendala khususnya dalam pembelajaran muatan IPA. Pembelajaran IPA ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] yang didalamnya mengandung materi praktikum tidak tersampaikan dengan baik. Permasalahan dalam pemanfaatan media pembelajaran ini ditemukan dari guru, peserta didik dan orang tua. Pesatnya teknologi dalam dunia pendidikan mengharuskan guru, siswa maupun orang tua agar mampu mengikutinya. Keberagaman tingkat pendidikan orang tua juga memberikan pengaruh dalam problematika penggunaan media pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan mempelajari materi yang disampaikan dan kurang termotivasi untuk belajar. Penelitian permasalahan pembelajaran dalam jaringan pada masa pandemi telah dilakukan sebelumnya. Penelitian pertama dilakukan oleh Yustinus Budi Hermanto dan Veronika Agustini Srimulyani (2021) menyatakan bahwa siswa, guru, sumber belajar dan media yang digunakan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan. Penelitian kedua oleh Al Ikhwanah (2020) bahwa faktor penghambat dalam pembelajaran dalam jaringan dimasa pandemi covid-19 baik SD maupun MI di Palembang berasal dari sisi pelaksana yaitu guru, siswa, orang tua, dan sisi media. Ketidaksiapan guru, sekolah dan media dalam pembelajaran daring membuat pembelajaran kurang efektif pada materi IPA praktikum sehingga anak menjadi malas dan jenuh. Kondisi ini menyebabkan anak kurang semangat dan mandiri dalam belajar sehingga belum mencapai target yang diinginkan. Penelitian ketiga dilaksanakan Hendry Aditia Rigianti (2020) menyimpulkan bahwa hambatan pembelajaran online Sekolah Dasar di Kabupaten Banjarnegara meliputi media, akses internet, manajemen, monitoring dan evaluasi. Penelitian keempat yang dilakukan oleh Unik Hanifah Salsabila, dkk (2020) menyatakan bahwa ketersediaan media pembelajaran berbasis teknologi informasi berperan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran masa pandemi Covid-19. Penelitian kelima oleh Yanuari Dwi Puspitarini and Muhammadi Hanif (2019) menyatakan bahwa diperlukan alternatif lain dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar yang berupa media pembelajaran. Paparan tersebut menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam problematika pembelajaran jarak jauh baik dari guru, siswa, maupun orang tua. Problematika ini berdampak pada pembelajaran yang kurang menarik sehingga siswa malas dan jenuh. ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] Berdasarkan paparan diatas, kendala yang dihadapi lebih mengarah pada sisi siswa. Jika dilihat dari sisi lain, media pembelajaran merupakan sarana yang sangat penting. Media yang baik adalah yang menunjang proses pembelajaran jarak jauh. Akan tetapi, analisis problematika dalam pengunaan media dalam pembelajaran IPA masa pandemi belum pernah dilaksanakan. Maka dari itu perlu dilaksanakan penelitian mendalam untuk menjabarkan problematika dan pemanfaatan media pembelajaran IPA di masa pademi covid-19. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini memiliki tujuan dalam mendeskripsikan pemanfaatan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam masa pandemi, problematika yang dihadapi siswa dalam pemanfaatan media pembelajaran IPA pada masa pandemi, dan upaya dalam mengatasi problematika pemanfaatan media pembelajaran IPA pada masa pandemi. ## METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif desain studi kasus. Penelitian ini untuk mengeksplorasi secara mendalam mengenai pemanfaatan, problematika dan upaya mengatasi problematika dalam penggunaan media pembelajaran IPA masa pandemi pada siswa kelas VI SDN 4 Pulutan Kulon Wonogiri. Tempat penelitian yaitu di SDN 4 Pulutan Kulon Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Lokasi penelitian ini dipilih karena di Sekolah Dasar tersebut mengalami masalah mengenai pemanfaatan media pembelajaran IPA kelas VI sehingga perlu dieksplorasi melalui penelitian. Penelitian dilakukan saat semester 2 Tahun Pelajaran 2020/2021. Ketika penelitian sedang dilaksanakan, Indonesia masih mengalami pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan data kualitatif pemanfaatan, permasalahan dan cara mengatasi permasalahan media pembelajaran IPA kelas VI selama pandemi. Sumber data penelitian ini meliputi sumber primer dan sekunder. Data primer bersumber dari pernyataan guru, siswa dan orang tua wali kelas VI. Data sekunder bersumber dari dokumen perangkat pembelajaran kelas VI. Narasumber meliputi siswa, guru dan wali ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] murid kelas VI serta kepala sekolah SDN 4 Pulutan Kulon, Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Data dikumpulkan melalui teknik observasi atau pengamatan, wawancara serta dokumentasi. Observasi dilakukan untuk mengamati pemanfaatan media pembelajaran muatan IPA pada siswa kelas VI SDN 4 Pulutan Kulon. Objek penelitian yang diamati adalah siswa dalam mengikuti pembelajaran daring masa pandemi. Melalui observasi ini peneliti dapat mengetahui pemanfaatan dan problematika penggunaan media IPA di SDN 4 Pulutan Kulon pada saat melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh khususnya siswa kelas VI. Wawancara digunakan untuk menggali informasi mengenai problematika pemanfaatan media pembelajaran siswa kelas VI masa pandemi. Wawancara yang digunakan berupa pokok-pokok pertanyaan masalah yang diteliti. Berikut butir pertanyaan yang disampaikan dalam penelitian. Tabel 1. Butir Pertanyaan Wawancara No Butir pertanyaan 1 Apa sajakah media pembelajaran IPA yang digunakan dalam masa pandemi? 2 Apa sajakah kendala penggunaan media pembelajaran IPA selama pandemi? 3 Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala penggunaan media pembelajaran IPA selama pandemi? Butir pertanyaan tersebut dikembangkan sesuai dengan informasi yang digali. Wawancara dilakukan pada kepada siswa, guru, kepala sekolah dan orang tua siswa. Dokumentasi yang digunakan berupa foto, data sekolah, dan perangkat pembelajaran. Teknik analisis yang digunakan berupa teknik interaktif. Kegiatan analisis meliputi merangkum, menemukan fokus hal penting, mencari pola dan meneliti hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Hasil reduksi kemudian ditampilkan dalam bentuk teks, tabel dan gambar. Temuan yang diperoleh dari data yang disajikan selanjutnya akan disimpulkan. Penelitian ini menggunakan pemeriksaan keabsahan data dilakukan melalui triangulasi sumber, metode dan teori. Triangulasi sumber dengan mencocokan data yang didapat dari sumber-sumber penelitian. Triangulasi metode digunakan sebagai pemeriksa keabsahan data dari berbagai metode penelitian. Triangulasi teori dilakukan dengan ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] mencocokkan data dengan teori-teori yang berlainan. Triangulasi teori dilakukan dengan mencocokkan permasalahan dengan perspektif yang berbeda. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## 1) Pemanfaatan Media Pembelajaran IPA Berdasarkan hasil observasi pembelajaran jarak jauh muatan Ilmu Pengetahuan Alam kelas VI tanggal 5 April 2021, wawancara dengan siswa melalui video call whatsapp maupun wawancara guru kelas VI tanggal 7 s/d 9 April 2021 serta study dokumentasi melalui Perangkat Pembelajaran kelas VI diketahui bahwa pada pembelajaran jarak jauh khususnya pembelajaran muatan Ilmu Pengetahuan Alam, guru telah memanfaatkan beberapa media. Berikut media selama masa pandemi untuk memperjelas materi mutan pembelajaran IPA. Tabel 2. Pemanfaatan Media Pembelajaran Muatan IPA Masa Pandemi No Materi Media yang digunakan Jenis Media 1 Perkembangbiakan tumbuhan dan hewan Lingkungan sekitar Media realia 2 Ciri pubertas Diri sendiri Gambar anak laki-laki dan perempuan Media realia Media visual 3 Cara makhluk hidup menyesuaikan diri Video pembelajaran Media audio visual 4 Sifat-sifat magnet Video pembelajaran Media audio visual 5 Komponen listrik dan fungsinya Lingkungan sekitar Gambar Video pembelajaran Media realia Media visual Media audio visual 6 Sistem tata surya Gambar Video pembelajaran Media visual dan audio visual 7 Peristiwa rotasi dan revolusi bumi Video pembelajaran Media audio visual Berdasarkan temuan tersebut guru kelas VI telah memanfaatkan media pembelajaran pada muatan IPA. Media pembelajaran sangat diperlukan pada masa pandemi. Siswa tidak dapat belajar secara langsung dengan guru di sekolah. ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] Pentingnya media pembelajaran khususnya pada materi IPA telah dibuktikan pada penelitian sebelumnya. Penelitian ini dilakukan oleh Rizki Wahyuningtyas dan Bambang Suteng Sulasmono (2020) yang menyimpulkan bahwa media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang digunakan berkontribusi pada kemampuan memahami materi IPA sebagai hasil pengalaman belajar yang bermakna. Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa media pembelajaran pada muatan IPA selama pandemi covid-19 kelas VI di SDN 4 Pulutan Kulon bervariasi dan berfungsi dengan tepat. Pemilihan media tepat sesuai prinsip menurut Saud (2009: 97) yaitu variatif dalam merangsang keaktivan belajar siswa serta tepat guna sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi media pembelajaran IPA yang sering dimanfaatkan yaitu lingkungan sekitar. Media lingkungan sekitar ini termasuk kedalam media realia. Menurut Enoch Hidayat (2008: 7) media realia memiliki manfaat dalam kegiatan pembelajaran yaitu: menyamakan persepsi materi yang dipelajari, pembelajaran menyenangkan, pemhaman atas suatu materi bertambah, menciptakan suasana kondusif, guru lebih semangat berkarya, pembelajaran lebih bersifat kontekstual. Penelitian yang dilakukan oleh Encep Andriana, Suci Ramadayanti, dan Tri Esti Noviyanti (2020) yang menyimpulkan bahwa pengalaman bermakna sangat diperlukan untuk mencari pengetahuan sendiri hingga mencapai tujuan pembelajaran. Anak akan menemukan informasi dan konsep materi secara luas dan lengkap. 2) Problematika Siswa dalam Memanfaatkan Media Pembelajaran IPA Hasil wawancara siswa dan guru kelas VI SDN 4 Pulutan Kulon menemukan bahwa terdapat problematika siswa dalam memanfaatkan media pembelajaran IPA. Problematika tersebut adalah sebagai berikut. a. Terkendala jaringan internet Siswa kesulitan mengakses media pembelajaran IPA khususnya dalam bentuk video maupun gambar yang dikirimkan. Letak Sekolah Dasar yang berada pada pedesaan menyebabkan akses jaringan sering terganggu. Jaringan-jaringan internet ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] hanya dapat diakses pada tempat-tempat tertentu saja. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan dalam mengakses video pembelajaran IPA baik yang dikirimkan oleh guru melalui Whatsaap Group maupun melalui link youtube. Selain itu kendala jaringan juga berpengaruh pada terhambatnya siswa dalam mendownload gambar yang dikirimkan guru. Salah satu anak menceritakan pengalamannya saat mendownload gambar rangkaian tata surya dari WA Group ia harus mencari tempat yang sedikit jauh dari rumahnya. Siswa juga mengalami kesulitan dalam mengirimkan tugas-tugas yang berupa gambar dan video. b. Keterbatasan kepemilikan gawai Sebagian siswa tidak memiliki HP sendiri sehingga media yang disediakan oleh guru tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh siswa. Hal ini terjadi hampir pada setiap materi IPA yang menggunakan media pembelajaran berupa video. Sebagai contoh pada saat siswa akan mempelajari materi tentang kemagnetan yang disajikan dalam bentuk video, terdapat siswa yang belum dapat mendownloadnya karena HP masih dibawa oleh ibu bekerja. Akibatnya siswa yang harusnya mengikuti kegiatan tanya jawab setelah melihat video tersebut belum dapat mengikuti tanya jawab dengan baik karena harus menunggu ibu pulang dari bekerja. c. Lingkungan sekitar siswa berbeda beda Lingkungan sekitar anak merupakan media penting dalam melaksanakan pembelajaran IPA. Materi yang bersifat abstrak dan hanya bisa dibayangkan saja melalui lingkungan sekitar materi dapat tersaji secara konkrit dan siswa mudah memahaminya. Akan tetapi penerapan media lingkungan sekitar masih menemui banyak kendala. Sebagai contoh dalam pembelajaran IPA mengetahui ciri-ciri atau bagian-bagian bunga. Saat mempelajari bunga sempurna menggunakan bunga sepatu, ada anak yang memiliki bunga sepatu di sekitarnya dan ada pula anak yang tidak menemukan bunga sepatu. Hal ini berakibat pada terhambatnya proses pembelajaran dan guru harus sesegera mungkin mencari cara agar siswa dapat memahami materi muatan pembelajaran IPA dengan mudah. ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] d. Anak kurang tertarik melihat video yang dikirimkan guru Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, awalnya mereka sangat tertarik melihat video pembelajaran IPA yang dikirimkan oleh guru. Akan tetapi seringnya guru dalam mengirimkan video berdampak pada adanya siswa yang enggan untuk membuka video tersebut. Mereka kurang begitu tertarik dengan video pembelajaran IPA yang dikirimkan guru. Kendala jaringan yang terjadi juga semakin membuat anak malas membuka video pembelajaran. e. Anak mengalami kesulitan karena tidak mendapatkan arahan guru secara langsung dalam memanfaatkan media pembelajaran IPA Siswa kelas VI yang terbiasa mendapat bimbingan dan arahan guru secara langsung sebelum pandemi, kini harus terbiasa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Hal ini menyebabkan anak sulit melakukan aktivitas pembelajaran di rumah. Masalah ini ditemukan dari hasil wawancara dengan guru bahwa siswa sering bertanya pada guru langkah-langkah yang harus dilakukan. Sebagai contoh ketika anak mempelajari perkembangbiakan hewan dari lingkungan sekitar mereka merasa kesulitan. f. Praktikum yang dilaksanakan anak terbatas karena alat dan bahan tidak tersedia di lingkungan sekitar Praktikum dilaksanakan anak dengan benda-benda seadanya di lingkungan sekitar. Sebagai contoh praktikum mengetahui sifat kemagnetan benda. Siswa tidak bisa melakukan praktikum seperti di kelas pada umumnya. Jika di kelas alat dan bahan sudah tersedia lengkap, di rumah siswa hanya memanfaatkan alat dan bahan seadanya saja dan kurang lengkap. g. Beberapa orang tua sibuk bekerja sehingga tidak dapat membantu siswa dalam menyiapkan media. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas VI, pendampingan orang tua menyiapkan media kurang. Anak merasa kesulitan ketika tidak ada orang tua yang membantu siswa dalam menyiapkan media pembelajaran. Sebagai contoh ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] praktikum kemagnetan dengan benda lingkungan sekitar, anak kesulitan mencari magnet di rumahnya walaupun telah diberi arahan guru. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara problematika pemanfaatan media pembelajaran IPA di masa pandemi meliputi kendala jaringan untuk mengakses media yang digunakan, lingkungan sekitar sebagai media pembelajaran IPA yang berbeda- beda, kurang pendampingan orang tua, siswa mudah jenuh dengan video pembelajaran yang sering disajikan, kegiatan praktikum terbatas dan siswa kesulitan melaksanakannya karena tidak ada arahan dari guru secara langsung. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Novia Amarta Handayani dan Jumadi (2021) yaitu hal-hal yang mempengaruhi kegiatan belajar seperti media pembelajaran, motivasi belajar, dan pendampingan orang tua. Salah satu kendala atau permasalahan dalam melaksanakan pembelajaran masa pandemi adalah keterbatasan media yang digunakan dalam hal ini termasuk fasilitas Teknoligi Informasi dan Komunikasi. Hal ini sesuai dengan penelitian R. Nurliani, P Sinaga dan D Rusdiana (2020) yang menyimpulkan bahwa ada beberapa kendala dalam pembelajaran online diantaranya keterbatasan kegiatan tanya jawab kepada teman atau guru secara langsung, banyak tugas, dan minimnya fasilitas TIK. Permasalahan keterbatasan gawai pada siswa mengakibatkan keterlambatan siswa dalam menyelesaikan tugasnya seperti penelitian Novita Sari (2020) dengan kesimpulan masih terdapat anak yang belum memiliki gawai sendiri, sehingga menunggu orang tua pulang bekerja. Hal ini mengakibatkan keterlambatan informasi dan penyelesaian soal oleh siswa. Pendampingan orang tua juga menjadi permasalahan yang sangat penting. Selfi Lailiyatul Iftitah dan Mardiyana Faridhatul Anawaty (2020) menyatakan bahwa pada masa pandemi orang tua tidak hanya menanamkan pendidikan karakter berupa nilai dan norma tetapi juga mendampingi anak saat belajar di rumah. Orang tua berperan dalam menemani anak, memberikan motivasi, menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, sebagai tempat diskusi, mengembangkan potensi anak dan menciptakan pembelajaran kondusif selama belajar dari rumah. ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] ## 3) Upaya Mengatasi Problematika Berdasarkan wawancara dengan guru dan siswa upaya mengatasi problematikan pemanfaatan media pembelajaran telah dilakukan. Hal ini untuk mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi. Kendala jaringan yang mengakibatkan siswa kesulitan mengakses media pembelajaran maupun mengirim tugas diatasi dengan memberi kesempatan siswa waktu untuk mencari tempat-tempat yang mudah untuk mengakses jaringan internet, memberi kelonggaran batasan waktu pengumpulan tugas, serta berkerjasama dengan orang tua. Tugas dapat dikumpulkan secara luring dalam waktu yang sudah ditentukan. Saat pengumpulan tugas guru mengirimkan video pembelajaran sehingga dapat diakses siswa secara ofline. Kurang maksimalnya pemanfaatan media pembelajaran IPA yang disediakan oleh guru karena siswa tidak memiliki gawai sendiri diatasi dengan memberi kesempatan siswa untuk menunggu orang tuanya bekerja sehingga tugas dapat dikumpulkan malam hari pada hari yang sama. Guru juga memerikan pemberitahuan sebelumnya agar orang tua dapat mengatur waktu anak untuk menggunakan gawai miliknya. Lingkungan sekitar siswa yang berbeda-beda menyebabkan siswa kesulitan mengikuti pembelajaran IPA. Langkah guru dalam mengatasi hal ini yaitu dengan membentuk kelompok kecil agar anak saling berbagi info mencari lingkungan sekitar untuk melakukan pembelajaran IPA. Guru memberikan arahan lingkungan sekitar yang sekiranya tidak menyulitkan siswa tetapi materi tetap dapat tersampaikan dengan baik. Anak kurang tertarik melihat video IPA yang dikirimkan oleh guru. Telalu sering mengirimkan media pembelajaran berupa video mengakibatkan siswa mengalami kejenuhan. Guru mengatasinya dengan memilih video pembelajaran IPA yang menarik perhatian anak. Video tersebut didalamnya berisi animasi dan praktik-praktik. Guru juga menggunakan media lain seperti gambar dan modul agar siswa tidak jenuh. Anak mengalami kesulitan karena tidak mendapatkan arahan guru secara langsung dalam memanfaatkan media pembelajaran IPA. Hal ini diatasi dengan membuatkan lembar kerja peserta didik disertai langkah-langkah pembelajaran IPA. Guru juga ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] mengirimkan video tutorial agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam memanfaatkan media pemebelajaran IPA. Praktikum yang dilaksanakan anak terbatas karena alat dan bahan tidak tersedia di lingkungan sekitar. Problematika ini diatasi dengan Guru membentuk kelompok kecil agar anak dapat bekerjasama menyiapkan peralatan praktikum Jika tidak ada dan tidak memungkinkan untuk dilakukan praktikum maka media pembelajaran yang digunakan adalah video praktikum. Rencana praktikum diumumkan jauh-jauh hari sehingga ada kesempatan siswa untuk menyiapkan alat dan bahan praktikum. Sebagian besar orang tua sibuk bekerja sehingga tidak bisa mendampingi atau membantu siswa dalam menyiapkan media. Rencana pembelajaran IPA yang membutuhkan bantuan orang diumumkan jauh-jauh hari sehingga ada kesempatan orang tua mendampingi dan menyiapkan media siswa. Guru memilih media yang mudah dijangkau sehingga orang tua juga tidak kesulitan untuk menyiapkan hal-hal mendukung pembelajaran IPA bagi siswa. Hasil observasi, wawancara dan dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diketahui bahwa upaya mengatasi problematika dalam pembelajaran muatan IPA telah dilakukan dengan kerjasama dengan orang tua, pengiriman video pembelajaran secara luring dengan jadwal tertentu, pemilihan media pembelajaran yang lebih bervariasi seperti video yang lebih menarik dan beranimasi. Guru juga menyediakan lembar kerja peserta didik dan video tutorial praktikum IPA sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran IPA dengan lancar. Kerjasama orang tua dan guru sesuai penelitian Samaโ€™, Syaiful Bahri, dan Fajar Budiyono (2020) yang menyatakan bahwa kolaborasi orang tua dan guru sangat diperlukan pada pembelajaran dari masa pandemic covid- 19. Guru berperan dalam menyiapkan materi dan media yang dapat diterima siswa dan orangtua. Sedangkan orang tua berperan dalam mendampingi, menyediakan fasilitas dan mengatasi masalah anak dirumah. Pemilihan alat dan bahan praktikum yang mudah didapat sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taโ€™imul Sholikah dkk (2020) studi eksplorasi ini memberikan hasil bahwa praktikum sederhana tetap dilaksanakan dengan alat dan ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] bahan yang mudah ditemukan. Memilih video-video pembelajaran yang menarik seperti mengandung animasi. Menurut Viviantini, Amram Rede dan Sahrul Saehana (2015) ada pengaruh signifikan pembelajaran menggunakan media video animasi terhadap minat dalam belajar siswa kelas VI SDN 6 Kayumalue Ngapa. ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran IPA kelas VI telah bervariasi dan tepat guna. Keberagaman media pembelajaran tersebut meliputi media visual berupa gambar, audio visual berupa video dan realia berupa lingkungan sekitar. Media pembelajaran yang digunakan telah tepat guna karena telah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Problematika pemanfaatan media pembelajaran yang dialami siswa meliputi 1) keterbatasan jaringan jaringan internet pada tempat tinggal siswa; 2) kepemilikan gawai siswa yang terbatas karena gawai hanya dimiliki oleh orang tua; 3) keberagaman lingkungan sekitar siswa, 4) kurangnya minat siswa terhadap video pembelajaran yang disediakan, 5) keterbatasan alat dan bahan untuk praktikum di rumah, dan 6) kurangnya pendampingan orang tua dalam pembelajaran IPA. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi problematika pemanfaatan media IPA masa pandemi yaitu 1) menjalin kerjasama dengan orang tua seperti pemberian video pembelajaran secara luring dan terjadwal, 2) membentuk kelompok kecil sebagai upaya untuk tutor sebaya, 3) memilih video pembelajaran yang menarik baik berupa animasi maupun video pembelajaran menarik lainnya, dan 4) memilih alat dan bahan pembelajaran yang mudah ditemukan seperti benda-benda yang ditemukan di lingkungan sekitar. Saran dari penelitian ini adalah sebaiknya seorang guru mempertimbangkan problematika yang terjadi pada pembelajaran IPA untuk menentukan media yang akan digunakan. Guru juga perlu memperkaya pengetahuan-pengetahuan mengenai penggunaan media pembelajaran IPA beserta cara mengatasinya jika terjadi kendala. Hal ini agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] ## DAFTAR PUSTAKA Al Ihwanah . 2020. Problematika Pembelajaran Daring Di Sekolah Dasar Pada Era Pandemi Covid-19. Journal of Islamic Education at Elementary School . 1(2): 44- 51. Andriana, Encep, Ramadayanti, S. dan Noviyanti, T.S. 2020. Pembelajaran IPA di SD pada Masa Covid 19. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKI . Banten (Indonesia): Universitas Sultan Ageng Tirtayasa p. 409-413. Depdiknas. 2003. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional . Diakses pada 21 April 2021. https://pusdiklat.perpusnas.go.id Handayani, N. A. dan Jumadi. 2021. Analisis Pembelajaran IPA secara Daring pada Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia . 9(2): 217-233. Hermanto, Y.B dan Srimulyani, V.A. (2021) .The Challenges of Online Learning During the Covid-19 Pandemic. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran . 54(1): 46- 57. Hidayat, E. dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD . Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Kemdikbud. 2018. Permendikbud Nomor 35 Tahun 2018 tentang Struktur Kurkulum 2013 Tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTS). Diakses pada 8 April 2021. https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/35%20TAHUN%202018.pdf. Kemdikbud. 2020. Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Coronavirus Disease (Covid-19). Diakses pada 21 April 2021. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/05/se-sesjen-pedoman- penyelenggaraan-belajar-dari-rumah-dalam-masa-darurat-penyebaran-covid19. Kemdikbud. 2020. Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19. Diakses pada 21 April 2021. https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2020/03/se-mendikbud-pelaksanaan- kebijakan-pendidikan-dalam-masa-darurat-penyebaran-covid19. Naz, A. A. & Akbar R. Al. (2008). Use of Media for Effective Instruction its Importance: Some Consideration. Jurnal of Elementary Education . 18(1): 6-11. Nurliani, R. Sinaga, P. and Rusdiana, D. Problems of online learning and the use of information and communication technology (ICT) in physics learning at Sumedang, West Java. Journal of Physics . 1806( 012043 ): 1-6. ## ELSE (Elementary School Education Journal) Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar Volume 6 Nomor 1 Februari 2022 P-ISSN: 2581-1800 dan E-ISSN: 2597-4122 Email: [email protected] Pembelajaran Daring Pada Masa Covid-19 di Kecamatan Kalianget. Prosiding Diskusi Daring Tematik Nasional 2020 . Malang (Indonesia): Universitas Muhammadiyah Malang p. 62-66. Puspitarini, Y. D. and Hanif, M. (2019). Using Learning Media to Increase Learning Motivation in Elementary School. Anatolian Journal of Education . 4(2): 53-60. Rigianti, H.A. 2020. Kendala Pembelajaran Daring Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Banjarnegara. Elementary School 7 . 7(2): 297-302. Sadiman. 2003. Media Pendidikan . Jakarta: Raja Grafindo Persada. Salsabila, U.H. dkk. (2020). Pemanfaatan Teknologi Media Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Trapsila: Jurnal Pendidikan Dasar . 2(2): 1-3. Samaโ€™, Syaiful Bahri, dan Fajar Budiyono. (2020) . Sinergitas Guru dan Orang Tua dalam Pembelajaran Daring pada Masa Covid-19 di Kecamatan Kalianget. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi. Sumenep, 5 September. 2020. Sumenep (Indonesia). STKIP PGRI Sumenep. p. 62-66. Sari, N. 2020. Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Daring Masa Pandemic Covid-19 di MIN 3 Medan. Journal of Education and Teaching Learning (JETL). 2(3): 44- 57. Saud, Udin Syaefuddin. 2009. Pengembangan Profesi Guru . Bandung: Alfabeta. Selfi Lailiyatul Iftitah dan Mardiyana Faridhatul Anawaty. 2020. Peran Orang Tua dalam Mendampingi Anak di Rumah Selama Pandemi Covid-19 . Journal of Childhood Education . 4(2): 71-81. Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar . Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Taโ€™imul Sholikah dkk. 2020. Studi Eksplorasi Kegiatan Praktikum Sains Saat Pandemi Covid-19. Indonesian Journal of Science Learning . 1(2): 68-75. Taufik. 2014. Pembelajaran Bahasa Arab MI (Metode Aplikatif dan Inovatif Berbasis ICT) . Surabaya: PMN. Viviantini, Rede, A. dan Saehana, S. 2015. Pengaruh Media Video Pembelajaran terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 6 Kayumalue Ngapa. Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako . 4(1): 66-71 .
9225fc39-ab94-4627-8bd0-239da2b319bd
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/insight/article/download/1315/1068
## Faktor Penyebab Siswa Membolos (Survey Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 232 Jakarta) 1 Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, [email protected] 2 Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, [email protected] Dosen Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, [email protected] ## FAKTOR PENYEBAB SISWA MEMBOLOS (Survey pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 232 Jakarta) ## Oleh: Hety Yulianthi 1 Dra. Gantina Komalasari, M.Psi 2 Dra. Michiko Mamesah, M.Psi 3 Abstrak Tujuan penelitian ini untuk memperoleh data empirik faktor penyebab membolos pada siswa kelas VIII SMP Negeri 232 Jakarta tahun ajaran 2011/2012. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dalam jenis survey. Teknik pengum- pulan data berupa angket faktor penyebab siswa membolos pada siswa kelas VIII SMP Ne- geri 232 Jakarta tahun ajaran 2011/2012. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 165 siswa. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 74 siswa dengan menggunakan purposive sampling. Teknik analisis menggunakan analisis faktor dengan menggunakan program SPSS versi 16. Analisis ini di gunakan untuk mendapatkan sejumlah faktor yang memiliki sifat-sifat yang mampu menerangkan keragaman data. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penyebab dominan siswa membolos adalah faktor pengaruh media dan fasilitas rekreasi dengan component matrix 808. Faktor penyebab kedua adalah tekanan kelompok teman sebaya dengan component matrix 750. faktor ketiga adalah diri sendiri dengan component matrix 612. Faktor keempat adalah sekolah dan lingkungan sekolah dengan component matrix 554. Terakhir adalah lingkungan dan hubungan keluarga dengan component matrix 387. Saran dalam penelitian ini hendaknya pihak sekolah menyediakan sarana media yang dapat menjadi media pembelajaran dan hiburan bagi siswa sehingga mendukung siswa untuk dapat menikmati fungsi media yang sebenarnya. Kata kunci : membolos Pendahuluan Sekolah adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk pengajaran siswa atau murid di bawah penga- wasan guru. Sekolah memiliki pengaruh yang be- sar bagi anak-anak dan remaja. Pergi ke sekolah bagi remaja merupakan suatu hak sekaligus kewa- jiban sebagai sarana mengenyam pendidikan dalam rangka meningkatkan kehidupan yang lebih baik. Sayang, kenyataannya banyak remaja yang enggan melakukannya tanpa alasan yang dapat dipertang- gungjawabkan. Banyak yang akhirnya membolos. Cerita membolos sewaktu pelajaran sudah tak asing lagi bagi sebagian kalangan murid ataupun masyarakat. Bolos atau meninggalkan jam pelajaran saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung di sekolah, itu merupakan hal yang sering dilakukan oleh para pelajar. Sebagian siswa beranggapan bah- wa membolos adalah hal yang menyenangkan, bah- Faktor Penyebab Siswa Membolos (Survey Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 232 Jakarta) kan ada yang menganggap sekolah tanpa membolos tidak menyenangkan dan dianggap kurang gaul. Siswa yang membolos tidak menyadari akibat yang akan diterimanya. Kartono (1991), menjelas- kan bahwa membolos (ketidak-hadiran) dapat meng- akibatkan anak kurang belajar, dan sering juga ber- akibat kegagalan dalam belajar. Selain mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan menga- lami marginalisasi atau perasaan tersisihkan oleh te- man-temannya. Fenomena seperti ini juga yang ter- jadi di SMP Negeri 22 Jakarta. Dari data absensi kelas VIII shift siang yang diambil dari bulan Ju- li 2012 sampai dengan Maret 2012, terjadi kasus membolos siswa sebanyak 1229 kasus. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor penyebab apa yang melatarbelakangi siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Jakarta membolos dari sekolah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi membolos pa- da siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Jakarta tahun ajaran 2011/2012. Kajian Teori Dorothy Keiter (Kartono, 1991) menyatakan bahwa membolos adalah ketidakhadiran peserta di- dik tanpa alasan yang tepat. Khanna (Mathew, 2006) mendefinisikan membolos adalah anak umur antara 6 sampai dengan 18 tahun yang dengan sengaja atau karena ajakan dari teman sekelas di sekolah atau te- man yang lain di sekitar lingkungan sekolah berke- liaran pada jam pelajaran sekolah, atau tidak ma- suk sekolah setelah beberapa lama tanpa ada sebab yang jelas atau tanpa ada alasan yang jelas untuk meninggalkannya. Sharma (Mathew, 2006), dalam Encyclopedic Dictionary of Sociology menyebutkan membolos adalah anak yang tidak masuk ke sekolah tanpa alasan atau tanpa sepengetahuan dari orang tua atau diam-diam. Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa membo- los adalah perilaku murid yang dengan sengaja atau karena ajakan dari teman sekelas di sekolah atau te- man yang lain di sekitar lingkungan sekolah, pergi meninggalkan sekolah tanpa ijin dan berkeliaran pa- da jam pelajaran sekolah, atau siswa yang secara di- am-diam tidak masuk sekolah tanpa ada sebab atau alasan yang jelas. Penyebab siswa membolos menurut Ken (1999), yaitu siswa tidak menyukai sekolah, kondisi seko- lah membosankan, tidak menyelesaikan pekerjaan rumah, menghindari ujian, tidak menyukai guru, ti- dak menyukai mata pelajaran, dipaksa memakai se- ragam sekolah, tidak menyukai teman dalam ke- las, merasa jenuh di sekolah. Penyebab membolos menurut Kartono (1991), yaitu orang tua meman- dang bahwa pendidikan tidak penting, anggapan pendidikan bagi anak laki-laki lebih penting dari- pada anak perempuan, faktor sosial ekonomi orang tua yang rendah, perasaan diri tidak mampu dan ta- kut akan gagal, siswa yang ditolak oleh teman-te- man sekelasnya, masyarakat tempat ia hidup tidak beranggapan bahwa pendidikan penting bagi se- tiap orang, kondisi sekolah tidak menarik. Penyebab membolos menurut Mathew (2006), yaitu kemiskin- an yang ada pada keluarga, kurangnya akomodasi dan fasilitas untuk belajar, kondisi dalam keluarga yang tidak nyaman, kondisi sekolah yang tidak me- narik, pengaruh teman sebaya, pengaruh media dan fasilitas rekreasi. Dalam penelitian ini, berdasar- kan pemikiran dari ketiga ahli dapat disimpulkan terdapat 6 faktor penyebab membolos yaitu; Ling- kungan dan hubungan keluarga, diri sendiri, sekolah dan lingkungan sekolah, tekanan kelompok teman sebaya, pengaruh media dan fasilitas rekreasi, dan lingkungan masyarakat Klasifikasi Membolos menurut Khanna (Mathew, 2006), ada tiga kategori yaitu, Casual Truants, Ha- bitual Truants dan Residivistic Truants. Akibat perilaku membolos menurut Kartono (1991), yaitu putus sekolah, kenakalan, negatif efek pada siswa lain. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMP Ne- geri 22 yang beralamat di Jalan Gading Raya No.16 Jakarta Timur. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 โ€“ Mei 2012. Penelitian ini di- lakukan pada kelas VIII shift siang karena prosen- tase siswa membolos pada siswa kelas VIII shift siang lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas lain. Metode penelitian yang digunakan dalam pene- litian ini adalah metode deskriptif dalam jenis sur- vey. Penelitian survei menurut Margono (200: 29), yaitu penelitian yang berusaha mengamati atau me- Faktor Penyebab Siswa Membolos (Survey Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 232 Jakarta) nyelidiki secara kritis untuk mendapatkan keterang- an yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa ke- las VIII shift siang SMP Negeri 22 Jakarta yang berjumlah 16 siswa. Penelitian ini menggunakan instrument kuesioner untuk mengungkapkan fak- tor-faktor penyebab membolos disusun sendiri oleh peneliti. Pemberian skor untuk setiap item dilaku- kan dengan menggunakan skala penilaian dengan dua alternatif pilihan yaitu ya dan tidak, kemudian akan diberikan respon tegas yang bergerak dari satu untuk ya (Y) sampai nol untuk tidak (T). Teknik analisis penelitian dilakukan melalui analisis faktor dengan menggunakan program SPSS versi 16. Menurut Dillon (Hidayat, 2011) anali- sis faktor merupakan metode yang digunakan un- tuk mendapatkan sejumlah faktor yang memiliki si- fat-sifat yang mampu menerangkan keragaman da- ta. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ; KMO dan Bartlettโ€™s Test, Anti Image Matri- ces, dan Component Matrix. Hasil dan Pembahasan Hasil Penelitian ; berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh data lengkap mengenai faktor- faktor penyebab membolos sebagai berikut : ## Tabel Component Matrix Data tersebut diatas menunjukkan bahwa fak- tor lingkungan dan hubungan keluarga, diri sendiri, sekolah dan lingkungan sekolah, tekanan kelompok teman sebaya, pengaruh media dan fasilitas rekreasi memberikan kontribusi dalam hal siswa membolos. Dari kelima faktor tersebut terlihat faktor terting- gi yang paling berpengaruh adalah pengaruh media dan fasilitas rekreasi. Kemudian faktor kedua adalah tekanan kelompok teman sebaya. ## Pembahasan Pada kenyataannya pengaruh media dan fasilitas rekreasi yang meliputi media elektronik dan fasilitas hiburan dapat memicu siswa untuk membolos seko- lah. Peran media massa sangat berpengaruh terha- dap perkembangan anak usia remaja. Bahkan, di era globalisasi ini, tak sedikit remaja yang menjadikan tren di media massa sebagai reverensi pola hidup mereka. Santrock (200), menjelaskan fungsi media bagi remaja mencakup hiburan, informasi, sensa- si, membantu menghadapi masalah, model peranan gender dan identifikasi budaya orang muda. Rema- ja menghabiskan sepertiga atau lebih waktu terjaga mereka bersama media massa. Menjamurnya wa- rung internet (warnet) dan rental-rental Play Station (PS), dapat membuat pelajar (siswa) kecanduan ber- main game. Mathew (2006), mengemukakan bahwa media elektronik modern, televisi dan bioskop dapat men- jadi sumber informasi dan sumber edukasi jika dapat digunakan dengan baik dan dipahami dengan benar. Jika tidak digunakan dengan baik dan dipahami de- ngan benar, dapat akan merusak perkembangan ke- pribadian manusia. Namun hampir semua kalang- an pengguna internet mengalami kebosanan dalam browsing dan mereka beralih ke hal yang lebih me- merlukan tantangan dengan sebuah game. Bahkan hal ini dimanfaatkan perusahaan-perusahaan game online untuk memenuhi kebutuhan pasar. Warung internet (warnet) yang menyediakan game online maupun rental Play Station (PS) yang seharusnya dibutuhkan hanya untuk hiburan saja tetapi akhir- nya malah menjadi suatu kebiasaan. Mereka rela meninggalkan bangku sekolah hanya untuk bermain game online ataupun Play Station (PS). Demikian juga dengan konser -konser musik penyanyi atau group band terkenal. Musik memenuhi beberapa ke- butuhan pribadi dan sosial remaja. Kebutuhan pri- badi yang paling penting adalah pengendalian pe- rasaan dan pengisian keheningan. Musik yang dinik- mati remaja adalah dimensi yang penting dalam bu- daya mereka. Tidak sedikit siswa yang mengaku memilih un- tuk melihat konser dari penyanyi/band idola mereka. Faktor ini berkaitan erat dengan faktor kedua yaitu pengaruh tekanan kelompok teman sebaya. Faktor ini meliputi ajakan teman sebaya dan ancaman te- ## Faktor Penyebab Siswa Membolos (Survey Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 232 Jakarta) man sebaya. Mathew (2006) mengemukakan penga- ruh teman sekelas atau teman sekolah adalah salah satu penyebab dari membolos. Ketika salah satu te- man dari kelompok dia mempunyai kecenderungan membolos, maka teman yang memiliki kecende- rungan membolos itu akan mempengaruhi dia untuk ikut membolos sekolah. Tidak sedikit siswa yang membolos karena ter- pengaruh oleh teman mainnya. Mereka rela mening- galkan bangku sekolah hanya untuk menonton per- tunjukan musik karena ajakan teman sebaya. Ketika salah satu teman dari kelompok dia mempunyai ke- biasaan membolos, maka teman yang memiliki ke- biasaan membolos itu akan mempengaruhi teman yang lain untuk ikut membolos sekolah. Salah sa- tu tugas perkembangan masa remaja adalah berhu- bungan dengan penyesuaian sosial. Menurut Hur- lock (1999), untuk mencapai tujuan dari pola sosi- alisasi dewasa, remaja harus membuat banyak pe- nyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit yaitu meningkatnya pengaruh kelompok sebaya. Kare- na remaja lebih banyak berada diluar rumah ber- sama dengan teman-teman sebaya sebagai kelom- pok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh te- man-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar dari pada pe- ngaruh keluarga. Dapat disebutkan bahwa klasifikasi membo- los di kelas VIII SMP Negeri 22 Jakarta ini ter- masuk dalam Habitual Truants . Khanna (dalam Mathew,2006) menjelaskan bahwa membolos di klasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu Casual Truant, Habitual Truants, dan Residivistic Truants . Klasifikasi membolos di SMP Negeri 22 Jakarta ini termasuk dalam Habitual Truants karena frekue- nsi membolos siswa kelas VIII SMP Negeri 22 Ja- karta berkisar antara 11-0 % dari total hari ma- suk sekolah. Mereka memilih meninggalkan seko- lah dan lebih suka bergabung dengan teman-teman kelompok mereka dan mempengaruhi anak yang dalam kategori casual truants untuk mengikuti apa yang mereka lakukan. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan yang diambil dalam penelitian adalah secara umum faktor-faktor penyebab siswa membolos, yaitu lingkungan dan hubungan kelu- arga, diri sendiri, sekolah dan lingkungan sekolah, tekanan kelompok teman sebaya, pengaruh media dan fasilitas rekreasi memberikan kontribusi dalam hal siswa membolos. Berdasarkan kelima faktor tersebut terlihat penyebab tertinggi siswa membolos adalah pengaruh media dan fasilitas rekreasi. Faktor penyebab kedua adalah faktor pengaruh tekanan ke- lompok teman sebaya. Saran yang diberikan dalam penelitan ini adalah pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana beru- pa media pembelajaran bagi siswa sehingga men- dukung siswa untuk dapat menikmati fungsi media yang sebenarnya, sebagai sumber informasi serta sumber edukasi bagi siswa. guru bimbingan konse- ling dapat membuat program prefentif berupa bim- bingan klasikal dan bimbingan kelompok serta prog- ram kuratif dengan konseling kelompok pendeka- tan behavioral. Orang tua hendaknya menyediakan waktu bagi anaknya untuk diskusi tentang dampak positif dan negatif dari media dan fasilitas hiburan, serta memberikan pemahaman kepada anak menge- nai penggunaan media secara positif. ## Daftar Pustaka Abdurrahman, Maman dan Muhidin, Sambas Ali. 2011. Pan- duan Praktis Memahami Penelitian (Bidang Sosial-Admi- nistrasi-Pendidikan) . Bandung : Pustaka Setia. Kartono, Kartini. 1991. Bimbingan bagi Anak dan Remaja Ber- masalah . Jakarta : Rajawali Pers. Gunarsa, Singgih dan Gunarsa, Singgih Yulia. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja . Jakarta : Gunung Mulia. Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan . Jakarta : Er- langga. Mathew Parampukattil, George. 2006. Truancy : A Sociological Study . New Delhi : Krishan Mittal. Reid, Ken. 200. Truancy and School . New York : Routledge. Santoso Singgih. 2011. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivari- at . Jakarta : Elex media Komputindo. Santrock, John W. 200. Adolescence Perkembangan Remaja . Jakarta : Erlangga. Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja : prevensi, rehabilitasi dan resosialisasi . Jakarta : Rineka Cipta.
346ffa24-f584-46a7-87be-8e25b229296c
https://jurnal.uns.ac.id/SHES/article/download/66074/37180
Increasing Activities and Learning Outcomes in Information Courses Applying Media Blended Learning with Discovery Learning Approach in Class XI MIPA 1 Bae Kudus SHS 2021/2022 Academic Year 2021/2022 ## Muqorobin SMAN 1 Bae Kudus [email protected] Article History accepted 1/8/2021 approved 17/8/2021 published 1/9/2021 ## Abstract This study aims to improve the activities and learning outcomes of students in the Informatics subject at 1 Bae Kudus SHS. This study used the Classroom Action Research (CAR) method which was carried out in two cycles. The subjects in this study were 36 students of class XI. The object of research is the activity and learning outcomes. Data analysis used a comparative descriptive analysis technique with percentages. The average score of increased activity and learning outcomes in the initial conditions was 55.56. In terms of minimum completeness criteria (KKM) in pre-action students who achieve KKM (75) are 55.56%, in the first cycle it increases to 82.35% and in the second cycle it increases to 88.76% while the percentage increase in learning activities in the second cycle I 82.35% increase in the second cycle to 88.76%. The results of this study indicate that there is an increase. Keywords: Activities, learning outcomes, blended learning, discovery learning ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran Informatika materi Teknik Jaringan dilaksanakan dengan media pembelajaran Blended Learning yaitu daring dan luring dengan pendekatan Discovery Learning di SMAN 1 Bae Kudus. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI 36 siswa. Objek penelitian adalah aktivitas dan hasil belajar. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif dengan presentase. Skor rata-rata peningkatan aktivitas dan hasil belajar kondisi awal sebesar 55,56. Pada siklus I meningkat menjadi 85,44 dan pada siklus II meningkat dengan nilai rata- rata 88,76. Dari segi kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada pratindakan siswa yang mencapai KKM (75) sebesar 55,56%, pada siklus I meningkat menjadi 82,35% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 88,76% sedangkan persentase peningkatan aktivitas belajar pada siklus I 82,35% meningkat pada siklus II menjadi 88,76%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan. Kata kunci: Aktivitas, hasil belajar, blended learning, discovery learning Social, Humanities, and Education Studies (SHEs): Conference Series https://jurnal.uns.ac.id/shes p-ISSN 2620-9284 e-ISSN 2620-9292 SHEs: Conference Series 4 (5) (2021) 684โ€“ 689 ## PENDAHULUAN Blended Learning adalah pola pembelajaran campuran antara pembelajaran tatap muka maupun secara daring (Lestari & Siskandar, 2020:20). Pembelajaran Blended Learning di masa new normal ini menggunakan media online dengan memanfaatkan multimedia baik sinkron ( synchronous ) dan asinkron ( asynchronous ) (Dhawan, 2020). Pembelajaran synchronous merupakan bentuk pembelajaran dengan interaksi langsung antar siswa dan guru sekaligus menggunakan formulir online seperti konferensi dan obrolan online, sedangkan asynchronous merupakan salah satu bentuk pembelajaran secara tidak langsung (tidak pada waktu yang bersamaan) dengan menggunakan pendekatan belajar mandiri (Borup, Chambers, & Srimson, 2019; Richardson, Lingat, Hollis, College, & Pritchard, 2020). Blended Learning memiliki karakteristik ruang belajar yakni, sinkron secara langsung, sinkron secara virtual, asinkron kolaboratif dan asinkron mandiri. Pembelajaran Blended Learning memiliki tiga tahapan yakni: (1) Seeking of information , pencarian informasi dari berbagai sumber informasi (2) Acquisition of information menemukan, memahami, serta mengkonfrontasikannya dengan ide atau gagasan yang telah ada dalam pikiran kemudian menginterprestasikan (3) Synthesizing of knowledge , mengkonstruksi atau merekonstruksi pengetahuan melalui proses asimilasi dan akomodasi bertolak dari hasil analisis, diskusi dan perumusan kesimpulan dari informasi yang diperoleh kembali dan menginterpretasikan ide-ide dan hasil interprestasinya secara synchronous virtual dan asynchronous mandiri (Chaeruman & Maudiarti, 2018; Lestari & Siskandar, 2020). Pembelajaran dengan Discovery Learning dapat sejalan dengan pembelajaran blended learning . Penerapan model pembelajaran daring sebenarnya telah dilaksanakan di negara-negara maju namun untuk satuan pendidikan menengah di Indonesia masih merupakan hal yang baru bahkan juga menimbulkan permasalahan baru bagi peserta didik maupun pendidik. Tenaga pendidik yang kurang menguasai IT juga merasakan beban yang sangat berat dalam menyampaikan proses pembelajaran,bahkan masih bingung mencari cara/model menyampaikan pembelajaran yang akhirnya anak hanya diberi tugas mengerjakan LKS melalui pesan Whatsap. Pembelajaran luring guru memberikan tugas melibatkan aktifitas peserta didik secara langsung dalam tahapan pembelajaran untuk diamati. Rendahnya aktifitas peserta didik dapat berpengaruh terhadap hasil belajar. Kurangnya aktivitas dan motivasi peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung berdampak pada rendahnya hasil belajar. Untuk itu seorang pendidik dituntut untuk bisa menciptakan pembelajaran sesuai keadaan dengan memanfaatkan IPTEK. Perlu adanya upaya perubahan yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran daring dan luring,diantaranya adalah penerapan media pembelajaran yang tepat dan meningkatkanaktivitasyang mudah teramati. SMAN 1 Bae telah menyediakan aplikasi โ€œ Ruang Edukas iโ€ yang sangat lengkap untuk mendukung proses pembelajaran jarak jauh. Dalam aplikasi Ruang Edukasi SMAN 1 Baeโ€ guru dapat menyampaikan bahan ajar dalam berbagai pilihan seperti: format Ms word, format PDF, format Excel, format Power point, video, link artikel dan gambar (format jpg), yang tentunya lebih bervariasi dan menyenangkan bagi peserta didik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang penerapan aplikasi โ€œRuang Edukasi SMAN 1 Baeโ€ sebagai media pembelajaran jarak jauh di SMAN 1 Bae Kudus. Dampak dari pandemi Covid 19 yang sudah hampir 1 tahun, dalam dunia pendidikan mengharuskan memasuki tatanan kehidupan baru yang disebut New Normal dengan pola menerapkan protokol kesehatandapat melaksanakan pembejaran tatap muka (luring). Dengan penelitian ini, diharapkan penerapan media pembelajaran Blended Learning sebagai media pembelajaran daring dan luring dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa mata pelajaran Informatika di kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Bae Kudus semester gasal tahun pelajaran 2021/2022. ## METODE Prosedur penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Rancangan yang digunakan adalah model rancangan yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Mc.Taggart dengan menggunakan dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi (pengamatan), dan (4) Refleksi. Berikut ini adalah gambar rancangan penelitian tindakan kelas menurut Stephen Kemmis dan McTaggart. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dengan langkah-langkah penelitian yang telah direncanakan menggunakan siklus 1 dan 2. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Bae Kudus berjumlah 36 siswa. Obyek penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian tindakan kelas ini adalah menggunakan tes dan observasi. Teknik analisis data pada penelitian tindakan kelas ini adalah diskriptif kuantitatif dan kualitatif. Dimana data hasil belajar siswa dianalisis dengan cara menjumlahkan skor perolehan dibagi dengan skor maksimal kemudian dikalikan 100. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kondisi Awal Keadaan atau kondisi awal siswa, dimana proses pembelajaran masih menggunakan kontekstual atau ceramah, aktivitas belajar siswa melalui pengamatan saat proses belajar mengajar berlangsung didapatkan hasil sebagai berikut: untuk kategori siswa beraktivitas rendah terdapat 26 anak dari jumlah seluruh 36 anak (72,22%), siswa beraktivitas sedang 8 anak (22,22%) dan siswa beraktivitas tinggi 2 anak (5,56%). ## Tabel 3. Data hasil penilaian aktivitas belajar siswa kondisi awal No Rentang Nilai Kondisi awal Prosentase Kategori 1. โ‰ค 75 26 anak 72,22 Rendah 2. 76 โ€“82 8 anak 22,22 Sedang 3. 83 โ€“89 2 anak 5,56 Tinggi 4. 90-100 0 anak 0 Sangat Tinggi Jumlah 36 anak 100 - Rata-rata 70,29 65,29 Rata-rata Klasikal 20 55,56 Hasil belajar peserta didik pada awal pembelajaran jarak jauh (daring) dimana pembelajaran masih menggunakan pesan singkat lewat Whatsap masih menunjukkan kualifikasi cukup rendah yaitu dengan rata-rata kelas sebesar 55,56. Hasil belajar siswa aspek kognitif kondisi awal menunjukkan rata-rata hasil belajar sebelum tindakan sebesar 65,29 dan prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal masih di bawah KKM sebesar 41,18%. Faktor utama penyebab rendahnya hasil belajar peserta didik adalah rendahnya aktifitas peserta didik yang disebabkan oleh proses pembelajaran jarak jauh yang belum maksimal, kejenuhan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran jarak jauh karena pembelajaran hanya menggunakan pesan singkat whatsaap. Untuk mengatasi permasalahan di atas, pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning terutama pada pembelajaran tatap muka ( luring ). ## Deskripsi Tindakan Siklus I Siklus I yang berlangsung sebanyak 2 kali daring serta luring bergantian dan 1 pertemuan penilaian pembelajaran, ternyata aktivitas belajar siswa dari pertemuan ke- 1 dan pertemuan yang ke-2 diperoleh hasil pengamatan semua siswa dalam kelompok, terjadi peningkatan aktivitas belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut: kategori sedang terdapat 6 anak dari jumlah seluruh 36 anak (16,67%), kategori tinggi terdapat 17 anak (47,22%) dan kategori sangat tinggi terdapat 13 anak (36,11%), sedangkan rata-rata kelas 85,44 dan rata-rata klasikal 82,35%. Berdasarkan data di atas, aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan kondisi awal, sebesar rata-rata kelas 85,44 - 70,29 = 15,15, dan rata-rata klasikal 82,35%-55,56% = 26,79%. ## Deskripsi Tindakan Siklus II Siklus II yang berlangsung sebanyak 3 kali pertemuan pembelajaran, aktivitas belajar siswa dari pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 diperoleh hasil pengamatan semua siswa dalam kelompok, terjadi peningkatan aktivitas belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai aktivitas belajar siswa adalah sebagai berikut: kategori sedang terdapat 2 anak dari jumlah seluruh 36 anak (5,56%), kategori tinggi terdapat 11 anak (30,56%) dan kategori sangat tinggi terdapat 23 anak (63,89%), sedangkan rata-rata kelas 88,76 dan rata-rata klasikal 94,12%. Hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus II, yaitu: a) Daya Serap Perorangan. Indikator kinerjanya, bahwa daya serap perorangan yang merupakan hasil belajar siswa, dimana seseorang dikatakan tuntas belajar apabila telah memperoleh nilai sekurang-kurangnya 75 atau telah mencapai skor 75%. Siswa yang telah tuntas sebesar 88,24% dan siswa yang belum tuntas sebesar 11,76%. b). Daya serap klasikal. Hasil belajar seluruh siswa yang telah tuntas mencapai 88,24% berarti sudah di atas kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan sebesar Walaupun hasil tes kognitif dalam siklus II ini telah mengalami peningkatan namun masih ada beberapa siswa yang masih di bawah KKM (75) atau belum tuntas, namun dapat diartikan rata- rata klasikal hasil tes kognitifr pada siklus II sudah di atas target 85% yaitu telah mencapai 88,24%. Kondisi siklus II ini menunjukkan hasil belajar siswa tes kognitif dan peran aktif siswa dalam proses p embelajaran sudah cukup tinggi. ## Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan pada kelas XI MIPA 1 SMAN 1 Bae Kudus semester gasal tahun pelajaran 2021/2022 dengan pemanfaatan pembelajaran Blended Learning sebagai media pembelajaran daring dan luring mata pelajaran Informatika melalui pendekatan Problem Solving menunjukkan adanya peningkatan dari sebelum tindakan rata-rata kelas hanya sebesar 50,42 dan prosentase ketuntasan sebesar 45,83 dengan kualifikasi kurang. Kemudian setelah tindakan pada siklus I mencapai rata-rata hasil belajar sebesar 65,29 dengan kualifikasi cukup baik dan ketuntasan belajar klasikal telah mencapai 58,82% berarti masih ada 16 anak dari jumlah 36 peserta didik yang tidak tuntas . Kemudian dilakukan upaya perbaikan di siklus II dan hasilnya rata-rata hasil belajar peserta didik telah mencapai peningkatan yaitu sebesar 85,44 dan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 88,24%. Maka jika kita bandingkan rata-rata hasil belajar dan ketuntasan belajar sejak pra siklus. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan dengan media Blended Learning dan pendekatan pembelajaran Discovery Learning oleh Arsinda Damayanti Arasy (2020), menerapkan model pembelajaran Blended Learning pada mata pelajaran Pemesanan dan Perhitungan Tarif Penerbangan (PPTP) di Kelas XI UPW SMKN 8 Makassar Tahun Ajaran 2020/2021 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a). Peningkatan pada Siklus I dalam hal kehadiran, pengumpulan tugas dan keaktifan mengalami perubahan yang sangat bagus hasil yang diperoleh adalah 75% dari kegiatan awal yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran Blended Learning yaitu 66,25%. b). Interaksi peserta didik pada Siklus II mengalami peningkatan dengan menerapkan model pembelajaran Blended Learning yaitu sebesar 79,38% dari hasil yang ditunjukkan pada Siklus I yaitu 75%. Dengan demikian penelitian pada Siklus II ini untuk meningkatkan interaksi peserta didik dalam hal kehadiran, pengumpulan tugas, dan keaktifan baik sinkron ataupun asinkron sebesar 4,38% dan jika dibandingkan dengan awal percobaan menerapkan Blended Learning yaitu sebesar 13,13%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan metode pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi siswa pada mata pelajaran Perawatan Kelistrikan Kendaraan Ringan. Hal tersebut dapat dilihat dari: (1) adanya peningkatan keaktifan siswa pada tiap siklus. Keaktifan siswa pada siklus I sebesar 40.13%, dan siklus II sebesar 76.16%; (2) adanya peningkatan rata-rata kelas dan ketuntasan belajar siswa. Rata-rata kelas pada siklus I sebesar 75.74, dan siklus II sebesar 87.33. Ketuntasan belajar siswa yang diukur dengan tes kompetensi kognitif pada siklus I sebesar 67.74%, dan siklus II sebesar 93.33%. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil analis dan pembahasan tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Blended Learning dengan pendekatan Discovery Learning sebagai media pembelajaran daring dan luring mata pelajaran Informatika pada kelas XI MIPA 1SMA Negeri 1 Bae Kudus semester gasal tahun pelajaran 2021/2022 terbukti dapat meningkatkan aktifitas anak dalam pembelajaran sebesar 94,12%- 55,56% = 38,56 dan rata-rata hasil belajar peserta didik secara signifikan yaitu dari pratindakan70,29, kemudian pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 85,44 dan pada tahap akhir siklus II meningkat menjadi 88,76. Dengan demikian pembelajaran dengan Blended Learning dengan pendekatan Discovery Learning sebagai media pembelajaran daring dan luringsangat efektif sebagai media pembelajaran mata pelajaran Informatika di SMAN 1 Bae Kudus. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.,dkk. (2008). Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta: Bumi Aksara. Arsinda Damayanti Arasy. (2020). Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning dapat Meningkatkan Interaksi Peserta Didik pada Mata Pelajaran Pemesanan dan Perhitungan Tarif Penerbangan (PPTP) Kelas XI UPW di SMK Negeri 8 Makassar dalam Proses Pembelajaran Daring Tahun Ajaran 2020/2021 . Skripsi: Universitas Negeri Medan. https://files1.simpkb.id/guruberbagi/rpp/171545- 1620207876.pdf Borup, J., Chambers, C., & Srimson, R. (2019). Online teacher and on-site facilitator perceptions of parental engagement at a supplemental virtual high school. International Review of Research in Open and Distance Learning , 20 (2), 79 โ€“95. https://doi.org/10.19173/irrodl.v20i2.4237. Chaeruman, U. A., & Maudiarti, S. (2018). Quadrant of Blended Learning: a Proposed Conceptual Model for Designing Effective Blended Learning . Jurnal Pembelajaran Inovatif, 1(1), 1 โ€“5. https://doi.org/10.21009/jpi.011.01 Dhawan, S. (2020). Online Learning: A Panacea in the Time of COVID-19 Crisis. Journal of Educational Technology , 49 (1), 5-22. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2012). Strategi belajar mengajar . Jakarta: Rineka Cipta. Doni Setiawan Pramono. (2018). Penggunaan Metode Discovery Learning untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kompetensi Siswa Pada Mata Pelajaran Perawatan Kelistrikan Kendaraan Ringan Kelas XI TKR 3 di SMK Negeri 2 Yogyakarta . Skripsi. https://eprints.uny.ac.id/60841/1/14504241046- Hanafiah, N. (2012). Konsep Strategi Pembelajaran . Bandung: Rafika Aditama. Jauharul. (2016). Pengembangan Aplikasi Evaluasi Pembelajaran Online Untuk Pendidikan jarak Jauh . Lestari, H., & Siskandar, R. (2020). Literasi Sains Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning Dengan Blog. NATURALISTIC: Jurnal Kajian Penelitian Pendidikan, 4(2), 597 โ€“604. Nidia Hidayati (2021). Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Blended Learning Berbantuan Media Bongkar Pasang Pada Materi Tatanama Senyawa di SMA Negeri 1 Bandar Baru . Skripsi. Banda Aceh https://repository.arraniry.ac.id.
5f8c951d-cbb8-4752-b05c-b0687304b07b
https://ejournal.uika-bogor.ac.id/index.php/ASTONJADRO/article/download/840/679
## ANALISIS TREND HIDROGRAF TERHADAP SIMULATOR HUJAN SATU MODEL DAS DENGAN METODE HSS GAMA I ## Muslim Pati Alam, Muhamad Lutfi Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Ibn Khaldun Bogor [email protected] ## ABSTRAK Dari siklus hidrologi terlihat bahwa air yang berada di bumi baik langsung maupun tidak langsung berasal dari air hujan. Air hujan yang jatuh ke permukaan akan membentuk limpasan yang besarannya tergantung dari lama dan derasnya hujan. Limpasan air yang besar memiliki potensi menimbulkan kerusakan pada sarana penunjang kehudupan. Maka penyajian data pengalih ragaman air hujan menjadi limpasan (hidrograf) dibutuhkan dalam proses perencanaan untuk mengantisipasi kerusakan tadi. Dengan simulasi melalui pembuatan simulator hujan dalam sebuah model DAS dengan menggunakan alat ukur ketinggian air Thompson pada ujungnya dapat memberikan gambaran langsung proses tersebut. Dari grafik hidrograf hasil simulasi 15 kali percobaan dengan volume air 5 varian, yaitu 20 liter, 30 liter, 40 liter, 50 liter dan 60 liter diketahui limpasan air hujan mencapai debit tertingginnya hanya membutuh waktu yang singkat, untuk volume 60 liter dan 50 liter air debit puncak terjadi pada menit ke-3 dari lamanya waktu aliran masing-masing yaitu, 15 menit dan 13 menit. Sedangkan untuk volume 40 liter dan 30 liter air debit puncak terjadi pada menit ke-2 dari lamanya waktu aliran yang sama yaitu, 11 menit. Dan untuk volume 20 liter air debit puncak terjadi pada menit pertama dari lamanya waktu aliran yaitu, 10 menit. Dan dari kondisi debit tertinggi sampai limpasan air habis membutuhkan waktu yang sangat lama sesuai dengan lamanya waktu aliran masing-masing. Trend seperti ini serupa dengan trend hasil perhitungan hidrograf sintetik dengan menggunan metode HSS Gama 1 terhadap parameter model DAS. Dimana air mencapai debit puncak hanya dalam waktu singkat yaitu 1,8 menit, sedangkan dari kondisi debit puncak sampai limpasan air habis membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu 31,7 menit. Kata kunci : Perbandingan, Trend Hidrograf, Simulasi ## 1. PENDAHULUAN ## 1.1 Latar Belakang Dari daur (siklus) hidrologi terlihat bahwa air yang berada di bumi baik langsung maupun tidak langsung berasal dari air hujan. Tidak semua air hujan yang turun akan jatuh langsung ke permukaan tanah yang akan meresap, terperangkap di dalam cekungan yang ada di permukaan atau membuat limpasan permukaan, tetapi ada dari sebagian air hujan yang ditangkap oleh tanaman, bangunan-bangunan lain di atas bumi sebagai air yang terintersepsi. Apabila hujan yang jatuh banyak, maka kehilangan air akibat intersepsi dan tampungan cekung sudah tidak ada lagi, sehingga air hujan yang jatuh akan mengalir sebagai overlandflow dan menjadi limpasan ( runoff ) yang selanjutnya ke sungai. Akan tetapi jika hujan jatuh deras dan lama, maka kelebihan limpasan permukaan menjadi lebih besar, saluran-saluran dan sungai tidak dapat menampung seluruh air yang datang, yang mengakibatkan terjadinya luapan air atau bahkan banjir (Sri Harto, 1993). Maka dalam perencanaan bendungan, irigasi, jembatan dan drainase jalan raya, perlu memperkirakan debit air hujan y an g mungkin terjadi dalam suatu periode tertentu, sehingga tahap konstruksi bangunan dapat di optimalkan dan dapat megurangi baik kerusakan konstruksi maupun genangan yang akan terjadi. Dengan demikian diperlukan sebuah penyajian data yang memuat informasi mengenai gambaran berbagai kondisi yang ada di DAS secara bersama-sama yang dipengaruhi oleh sifat hujan yang terjadi sehingga debit air yang nantinya akan memiliki potensi berubah menjadi banjir dapat diketahui (Sri Harto, 1993). Semua itu dapat disajikan dalam bentuk grafik data yang disebut dengan Hidrograf. 1.2 Rumusan Masalah Dengan melakukan simulasi melalui pembuatan simulator hujan dalam sebuah model DAS dengan menggunakan alat ukur ketinggian air Thompson pada ujungnya dapat memberikan gambaran langsung proses pengalihragaman hujan menjadi limpasan. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah membuat perbandingan trend hidrograf melalui hidrograf terukur dengan melakukan 15 kali percobaan dengan volume air 5 varian, yaitu 20 liter, 30 liter, 40 liter, 50 liter dan 60 liter terhadap simulator hujan lalu membandingkannya dengan trend hidrograf hasil perhitungan hidrograf sintetis dengan menggunakan metode Sri Harto (HSS Gama I) terhadap model DAS. ## 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu kepada rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Memperoleh trend hidrograf terhadap model DAS. 2) Memperoleh perbandingan trend hidrograf terukur dengan hidrograf sintetik terhadap model DAS. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrograf Hidrograf dapat digambarkan sebagai penyajian grafis antara salah satu unsur aliran dengan waktu. Hidrograf ini menunjukkan tanggapan menyeluruh DAS terhadap masukan tertentu. Sesuai dengan sifat dan perilaku DAS yang bersangkutan, hidrograf aliran selalu berubah sesuai dengan besaran dan waktu terjadinya masukan (Sri Harto, 1993). ## 2.2 Model Sri Harto mengartikan model hidrologi sebagai integrasi dari semua proses hidrologi, mensimulasikan transformasi hujan menjadi limpasan, yang diperlukan untuk analisis, perencanaan, perancangan, perkiraan jangka panjang dan peramalan, terutama sekali apabila data yang tersedia terbatas. Model dalam hidrologi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu model fisik ( physical model ), model analog ( analog model ), dan model matematik ( mathematical model ). Model fisik adalah representasi fisik dari prototipe (DAS), sederhana dalam komponen dan struktur, akan tetapi memiliki kemiripan sifat dengan prototipnya, misalnya DAS experimental atau simulator hujan ( rainfall simulation ). Model analog adalah model yang disusun dengan similaritas sifat-sifat alat elektronik yang menyerupai sifat tanggapan masing- masing unsur penyusun DAS, atau masing- masing proses dalam transformasi hujan menjadi aliran. Model matematik merupakan abstraksi dari sifat dan struktur sisitem DAS yang ideal (Sri Harto, 1993). ## 2.3 Hidrogran Satuan Sintetik Gama I Hidrograf Satuan Sintetis Gama I (HSS Gama I), ini dikembangkan berdasarkan perilaku hidrologik 30 DAS di Pulau Jawa, akan tetapi belakangan terbukti berfungsi dengan baik pula untuk berbagai daerah lain di Indonesia. Dengan tidak mengabaikan parameter- parameter DAS yang telah dikembangkan sebelumnya, HSS Gama I mengusulkan beberapa parameter DAS baru yang ternyata pengaruhnya sangat menonjol dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran. Parameter DAS yang diperlukan untuk membuat hubungan antara pengalihragaman hujan menjadi debit adalah (Sri Harto, 1993): 1) Faktor sumber atau Source Factor (SF) Perbandingan antara jumlah panjang sungai-sungai tingkat satu dengan jumlah panjang sungai-sungai semua tingkat. 2) Frekuensi sumber atau Source Frequency (SN) Perbandingan antara jumlah orde sungai- sungai tingkat satu dengan jumlah orde sungai-sungai semua tingkat. 3) Faktor lebar atau Width Frequency (WF) Perbandingan antara lebar DAS yang diukur pada titik sungai yang berjarak 0,75 L dengan lebar DAS yang dukur pada titik di sungai yang berjarak 0,25 L dari stasiun hidrometri. 4) Rasio luas DAS bagiah hulu atau Relatif Upper Area (RUA) Perbandingan antara luas DAS yang diukur di hulu garis yang ditarik tegak lurus garis hubung antara stasiun hidrometri dengan titik yang paling dekat dengan titik berat DAS di sungai, melewati titik tersebut (Au) dengan luas total DAS (A). 5) Faktor simetri atau Symmetry Factor (SIM) Hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan luas DAS bagian hulu (RUA). 6) Jumlah pertemuan sungai atau Joint Frequency (JN) Jumlah semua pertemuan sungai di dalam DAS tersebut. Jumlah ini tidak lain adalah jumlah orde sungai tingkat satu dikurangi satu. 7) Kerapatan jaringan drainase atau Drainage Density (D) Jumlah panjang sungai semua tingkat tiap satuan luas DAS. 8) Kemiringan rata-rata DAS/ Slope (S) Perbandingan selisih antara ketinggian titik tertinggi dan ketinggian titik keluaran ( outlet ) pada sungai utama, dengan panjang sungai utama yang tetletak pada kedua titik tersebut. 9) Panjang sungai utama (L) Panjang sungai utama yang diukur mulai dari outlet sampai ke hulu. 10) Luas total DAS (A). Komponen hidrograf satuan sintetik Gama 1 terdiri dari 4 (empat) variabel pokok, yaitu: waktu naik/ time to rise (TR) ditunjukkan pada Persamaan (1), debit puncak/ peak discharge (QP) ditunjukkan pada Persamaan (2.2), waktu dasar/ time to base (TB) ditunjukkan pada Persamaan (2.3), dan koefisien tampungan (K), ditunjukkan pada Persamaan (4): ( ) (1) (2) (3) (4) dengan: L = Panjang sungai [km] SF = Faktor sumber SIM = Faktor simetri A = Luas DAS [ JN = Jumlah titik pertemuan sungai S = Kemiringan rata-rata DAS SN = Frekuensi sumber RUA = Rasio luas DAS bagian hulu D = Kerapatan jaringan drainase [km] Sedangkan sisi resesi dinyatakan dalam bentuk persamaan eksponensial ditunjukkan pada Persamaan (2.5): โ„ (5) dengan: = Debit dihitung setelah [ ] = Debit puncak [ ] K = Koefisien tampung Gambar 1. Struktur Hidrograf Satuan Sintetik Gama 1 ## 2.4 Durasi Hujan Durasi hujan adalah lama kejadian hujan (menitan, jam-jaman, harian) diperoleh dari hasil pencatatan. Dalam perencanaan hujan ini sering dikaitkan dengan waktu konsentrasi (Sri Harto, 1993). ## 3. TATA KERJA 3.1 Bahan dan Alat Bahan yang diperlukan adalah simulator hujan. Sedangkan alat yang digunakan adalah: 1) Form pencatatan data ketinggian air, 2) Stopwatch, dan 3) Ballpoint ## 3.2 Metode Pengambilan data ketinggian limpasan air hujan melalui alat ukur Thompson diambil setiap 60 detik dalam setiap percobaan dengan menggunakan stopwatch dan langsung dicatat di form pencatatan data. Dipilih alat ukur Thompson karena alat ukur ini dianggap memiliki tingkat akurasi yang lebih baik dari pada alat ukur ketinggian air lainnya semisal ambang lebar dan romyn jika digunakan untuk saluran kecil, oleh karena itu Thompson sering digunakan untuk saluran tersier dalam jaringan irigasi. Pengambilan data ketinggian air dilakukan sebanyak 15 kali dengan volume air 5 varian, yaitu 20 liter, 30 liter, 40 liter, 50 liter dan 60 liter, dengan masing masing varian diambil data sebanyak 3 kali. Hal itu dilakukan untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pengambilan data dan untuk melihat apakah perbedaan tekanan akibat perbedaan ketinggian volume air memberikan pengaruh terhadap trend hidrograf terukur. Setelah trend hidrograf terukur diketahui kemudian dibandingkan dengan trend hidrograf sintetis dengan HSS Gama I terhadap morfometri model DAS. ## 4. HASIL DAN BAHASAN 4.1 Hidrograf Terukur Setelah melakukan 15 kali percobaan dengan volume air 5 varian, yaitu 60 liter, 50 liter, 40 liter, 30 liter dan 20 liter dengan masing masing varian diambil sebanyak 3 kali, maka didapatkan hasil sebagai berikut: 1) Percobaan 60 liter air Tabel 1. Data ketingian air hasil pengukuran 60 liter air Waktu (detik) Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) 0 0 0 0 60 1,8 1,8 1,8 120 2,2 2,2 2 180 2,3 2,3 2,3 240 2,2 2,2 2,2 300 2 2 2 360 1,8 2 2 420 1,8 1,8 1,9 480 1,7 1,7 1,8 540 1,2 0,9 1 600 0,8 0,6 0,6 660 0,5 0,5 0,4 720 0,4 0,3 0,3 780 0,1 0,1 0,1 840 0 0,1 0 900 0 0 0 Gambar 2. Grafik Hidrograf terukur kapasitas 60 liter air 2) Percobaan 50 liter air Tabel 2. Data ketingian air hasil pengukuran 50 liter air Waktu (detik) Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) 0 0 0 0 60 1,8 1,8 2 120 2 2 2 180 2,2 2,2 2,2 240 2 2 2 300 1,8 1,8 1,8 360 1,8 1,8 1,8 420 1,8 1,2 1,1 480 1 0,8 0,6 540 0,7 0,5 0,4 600 0,5 0,3 0,2 660 0,3 0,2 0,1 720 0,1 0,1 0,1 780 0 0 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 60 1 2 0 1 8 0 2 4 0 3 0 0 3 6 0 4 2 0 4 8 0 5 4 0 6 0 0 6 6 0 7 2 0 7 8 0 8 4 0 9 0 0 ## HIDROGRAF 60 LITER AIR Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) Gambar 3. Grafik Hidrograf terukur kapasitas 50 liter air 3) Percobaan 40 liter air Tabel 3. Data ketingian air hasil pengukuran 40 liter air Waktu (detik) Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) 0 0 0 0 60 1,8 1,8 1,8 120 2,2 2,2 2,2 180 2 2 2 240 1,9 1,8 1,8 300 1,8 1,2 1,4 360 0,9 1 0,7 420 0,6 0,7 0,5 480 0,4 0,4 0,3 540 0,2 0,3 0,2 600 0,1 0,2 0,1 660 0 0 0 Gambar 4. Grafik Hidrograf terukur kapasitas 40 liter air 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 60 1 2 0 1 8 0 2 4 0 3 0 0 3 6 0 4 2 0 4 8 0 5 4 0 6 0 0 6 6 0 7 2 0 7 8 0 ## HIDROGRAF 50 LITER AIR Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 60 1 2 0 1 8 0 2 4 0 3 0 0 3 6 0 4 2 0 4 8 0 5 4 0 6 0 0 6 6 0 ## HIDROGRAF 40 LITER AIR Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) Tabel 4. Data ketingian air hasil pengukuran 30 liter air Waktu (detik) Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) 0 0 0 0 60 1,8 1,8 1,8 120 2 2 2 180 1,8 1,8 1,8 240 1,4 1,4 1,7 300 1 1 0,9 360 0,8 0,7 0,6 Tabel 4. Data ketingian air hasil pengukuran 30 liter air (lanjutan) Waktu (detik) Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) 420 0,6 0,6 0,5 480 0,5 0,5 0,4 540 0,3 0,3 0,2 600 0,2 0,2 0,2 660 0 0 0 Gambar 5. Grafik Hidrograf terukur kapasitas 30 liter air 5) Percobaan 20 liter air Tabel 5. Data ketingian air hasil pengukuran 20 liter air Waktu (detik) Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) 0 0 0 0 60 2 2 2 120 1,8 1,8 1,8 180 1,2 1,4 1,3 240 0,9 0,8 0,8 300 0,6 0,6 0,5 360 0,5 0,5 0,4 420 0,4 0,4 0,3 480 0,2 0,3 0,2 540 0,1 0,2 0,2 600 0 0 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 60 1 2 0 1 8 0 2 4 0 3 0 0 3 6 0 4 2 0 4 8 0 5 4 0 6 0 0 6 6 0 ## HIDROGRAF 30 LITER AIR Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) Gambar 6. Grafik Hidrograf terukur kapasitas 20 liter air Dari grafik hidrograf hasil simulasi 15 kali percobaan dengan volume air 5 varian, yaitu 20 liter, 30 liter, 40 liter, 50 liter dan 60 liter diketahui limpasan air hujan mencapai debit tertingginnya hanya membutuh waktu yang singkat, untuk volume 60 liter dan 50 liter air debit puncak terjadi pada menit ke-3 dari lamanya waktu aliran masing-masing yaitu, 15 menit dan 13 menit. Sedangkan untuk volume 40 liter dan 30 liter air debit puncak terjadi pada menit ke-2 dari lamanya waktu aliran yang sama yaitu, 11 menit. Dan untuk volume 20 liter air debit puncak terjadi pada menit pertama dari lamanya waktu aliran yaitu, 10 menit. Dan dari kondisi debit tertinggi sampai limpasan air habis membutuhkan waktu yang sangat lama sesuai dengan lamanya waktu aliran masing-masing. 4.2 Hidrograf Satuan Sintetis Gama I Dari hasil perhitungan terhadap kondisi morfometri model DAS, maka didapatkan nilai- nilai parameter HSS Gama I yaitu, luas DAS (A) = ; panjang DAS (L) = ; kemiringan rata-rata DAS (S) = 0,013, frekuensi sumber (SN) = 0,93; faktor sumber (SF) = 0,405; faktor lebar (WF) = 1; rasio luas DAS bagiah hulu (RUA) = 0,5; faktor simetri (SIM) = 0,5; kerapatan jaringan drainase (D) = ; dan jumlah pertemuan sungai (JN) = 5. Dengan memasukan besaran nilai parameter HSS Gama I berdasarkan model DAS diatas ke Persamaan (2.1) dan Persamaan (2.3), maka didapatkan besaran nilai parameter bentuk hidrograf berupa TR ( time to rise ) selama 1,81 menit dan TB ( time to base ) selama 33,5 menit, dengan perhitungan sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Setelah nilai TR dan TB diketahui, maka debit maksimum (QP) limpasan dapat dicari. Dari perhitungan dengan menggunakan Persamaan (2.2) maka diperoleh nilai debit puncak sebesar โ„ โ„ , dengan perhitungan sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) โ„ โ„ Untuk mencari besaran debit resesi dari HSS Gama I terhadap model DAS, maka perlu dicari terlebih dahulu besaran koefisen tampung. Besaran koefisien tampung dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (2.4). Dari hasil perhitungan didapat nilai koefisien tampung sebesar 0,17, dengan perhitungan sebagai berikut: ( ) ( ) ( ) ( ) 0 0,5 1 1,5 2 2,5 0 60 1 2 0 1 8 0 2 4 0 3 0 0 3 6 0 4 2 0 4 8 0 5 4 0 6 0 0 ## HIDROGRAF 20 LITER AIR Ketinggian Air Percobaan 1 (mm) Ketinggian Air Percobaan 2 (mm) Ketinggian Air Percobaan 3 (mm) Setelah besaran nilai koefisien tampung diketahui, maka besaran debit resesi dapat dicari. Dari hasil perhitungan menggunakan Persamaan (2.5) dengan waktu pengamatan setiap 60 detik, maka didapat nilai debit resesi sebesar โ„ โ„ , dengan perhitungan sebagai berikut: โ„ โ„ โ„ โ„ Setelah besaran nilai variabel pokok yang merupakan komponen pembentuk HSS Gama 1 diketahui, maka dihasilkan grafik hidrograf yang ditunjukkan pada Gambar 7. Gambar 7. Grafik Hidrograf Satuan Sintetis Gama I Dari grafik hidrograf yang dihasilkan berdasarkan kondisi morfometri model DAS didapatkan hasil limpasan air mencapai debit tertinggi di menit ke 1,8 sebesar โ„ โ„ dan membutuhkan waktu selama 31,7 menit dari debit puncak sampai debit air terus berimpit dengan titik nol (asimtot), dengan debit resesi sebesar โ„ โ„ . ## 5. KESIMPULAN Dari hasil 15 kali percobaan dengan volume air 5 varian, yaitu 20 liter, 30 liter, 40 liter, 50 liter dan 60 liter diketahui bahwa sejak hujan turun kemudian menjadi limpasan sampai mencapai debit tertingginnya hanya membutuh waktu yang singkat. Untuk volume 60 liter dan 50 liter air debit tertinggi terjadi pada menit ke 3 dari lamanya waktu aliran masing-masing yaitu, 15 menit dan 13 menit. Sedangkan untuk volume 40 liter dan 30 liter air debit tertinggi terjadi pada menit ke 2 dari lamanya waktu aliran yang sama yaitu, 11 menit. Dan untuk volume 20 liter air debit tertinggi terjadi pada menit pertama dari lamanya waktu aliran yaitu, 10 menit. Dan dari kondisi debit tertinggi sampai limpasan air habis membutuhkan waktu yang sangat lama sesuai dengan lamanya waktu aliran masing-masing. Trend grafik hidrograf terukur serupa dengan trend grafik hasil perhitungan hidrograf sintetik dengan menggunan metode HSS Gama 1 terhadap parameter model DAS, dimana sejak hujan turun kemudian menjadi limpasan sampai mencapai debit tertingginnya hanya membutuh waktu yang singkat yaitu hanya dalam 1,8 menit. Sedangkan dari kondisi debit tertinggi sampai limpasan air habis membutuhkan waktu yang sangat lama yaitu 31,7 menit. ## 6. DAFTAR PUSTAKA Prof. Dr. Ir. Sri Harto Br., Dip. H. 1993. Hidrologi, Teori, Masalah dan Penyelesaian. Sri Harto. 1985. Pengkajian Sifat Dasar Hidrograf Satuan Sungai-sungai di Pulau Jawa Untuk Perkiraan Banjir. Desertasi Program Doktoral. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Ir. Hadi Susilo. Bahan ajar rekayasa hidrologi . Dantje K. Natakusumah. 2011. Jurnal Teknik Sipil: Prosedur Umum Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetis dengan Cara ITB dan Beberapa Contoh Penerapannya. Institut Teknologi Bandung. 0 0,00001 0,00002 0,00003 0,00004 0,00005 0,00006 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 HSS Gama I Q Robert J. Kodoatie, Ph. D, Roestam Sjarief, Ph. D. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Yogyakarta: Andi. Ir. Iman Subarkah. 1980. Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air . Bandung: Idea Dharma. Soemarto, C.D. 1986. Hidrologi Teknik.. Surabaya: Usaha Nasional.
0dc601a9-a569-43fa-92e4-a120365f621a
https://jceh.org/index.php/JCEH/article/download/15/27
Journal of Community Engagement in Health | Vol. 2 No. 2 September 2019 | pp. 19 โ€“ 26 p-ISSN: 2620-3758 | e-ISSN: 2620-3766 DOI: 10.30994/jceh.v2i2.15 ## Pendidikan Kesehatan Bahaya Narkoba bagi Kesehatan Mental pada Siswa SMK Al Huda Kota Kediri Lingga Kusuma Wardani 1 , Aan Sektiany 2 , Agustinus Bali Matkusa 3 , Ayu Budi Lestari 4 , Deni Widiana 5 , Elga Lela Nanda 6 , Evi Lusita 7 , Intan Ayu Kusuma 8 , Koriโ€™atun Niโ€™mah 9 , Leni Agusti Wijayanti 10 , Lesni B. R. B. L. Gadung 11 , Liemazara Decky R. 12 , Mita Dwi Rahmawati 13 , M. Ali Asadulloh 14 , Jimri Herman Saudale 15 , Mega A. D. Takubak 16 1 Dosen Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16 Mahasiswa Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia * [email protected] Received 12 January 2019; Accepted 28 August 2019; Published 5 September 2019 ## ABSTRAK Bahaya narkoba dan jumlah pengguna narkoba di Indonesia terus meningkat, sebagian besar penggunanya adalah para remaja. Dari masalah yang sudah banyak terjadi sekarang ini, banyak. Namun karena banyak penyalahgunaan narkoba jenis ini, akhirnya di dunia pengobatan tidak lagi digunakan. Jenis narkoba yang sering disalahgunakan dan menyebabkan ketergantungan. Banyak orang yang tidak menyadari dampak narkoba terhadap kesehatan jiwanya. Narkoba tersebut tidak hanya mengakibatkan gangguan jiwa bahkan bisa mengakibatkan kematian. Orang yang biasanya menggunakan narkoba adalah, orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin. Laporan ini dibuat dengan menjabarkan apa itu bahaya narkoba, faktor penyebab narkoba di kalangan remaja, upaya mengatasi penggunaan narkoba dan Hasil penulisan menunjukan bahwa: faktor yang menyebabkan para remaja menyalahgunakan narkoba di antara faktor keluarga yang kurang memperhatikan anaknya,dan juga faktor lingkungan juga dapat berpengaruh besar. Dengan pendidikan dan pendidikan agama adalah sebagai tembok paling luar mencegah penyalagunaan narkoba. Kata kunci: Bahaya narkoba, kesehatan mental, upaya penanggulangan This is an open-acces article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. ## PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat di televisi orang yang mengalami gangguan ke jiwaan akibat menggunakan narkoba. Narkoba tersebut tidak hanya mengakibatkan gangguan jiwa bahkan bisa mengakibatkan kematian. Orang yang biasanya menggunakan narkoba adalah, orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin. Banyak orang yang tidak menyadari dampak narkoba terhadap kesehatan jiwanya, padahal apabila kita memahami mengenai dampak penggunaan narkoba tersebut kita dapat melakukan pencegahan dengan menghindari penggunaan narkoba. Pencegahan dilakukan dengan maksud agar terjaminnya kesehatan tubuh. Untuk menghindari dari penggunaan narkoba tersebut kita harus selalu berdoa kepada tuhan yang Maha Esa dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin agar kehidupan kita menjadi harmonis tanpa menggunakan narkoba. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain โ€œnarkobaโ€, istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini, baik โ€œnarkobaโ€ atau napza, mengacu pada sekelompok zat yang umumnya mempunyai risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan narkoba sebenarnya adalah psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioparasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini presepsi itu disalah gunakan akibat pemakaian yang telah di luar batas dosis. Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah. Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu meraja rela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba. ## KESEHATAN JIWA Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan "Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut: "Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain". ## NARKOBA Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan terutama rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga dada dan rongga perut, juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan.Yang dimaksud Narkotika dalam UU No. 22 /1997 adalah Tanaman Papever, Opium mentah, Opium masak, seperti Candu, Jicing, Jicingko, Opium obat, Morfina, Tanaman koka, Daun koka, Kokaina mentah, Ekgonina, Tnaman Ganja, Damar Ganja, Garam-garam atau turunannya dari morfina dan kokaina. Sehingga dapat disimpulkan, Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran, atau pembiusan, menghilangkan rasa nyeri dan sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stupor, serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan, dan yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan sebagai Narkotika. (Mardani, 2008). ## MACAM โ€“MACAM NARKOBA Narkotika adalah zat atau obat yang dapat menyebabkan perubahan atau penurunan kesadaran, hilang rasa, mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan ketergantungan. Baik itu yang berasal dari tanaman ataupun tanaman, sintetis maupun semi sintetis. Contoh Narkotika : Golongan I :Ganja, heroin, kokain, morfin, opium, Tembakau gorila, DMT, MDPV dll Golongan II: Benzetidin, betametadol, petidin dan turunannya dll Golongan III: kodein dan turunannya, metadon, naltrexon Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Contoh Psikotropika: Golongan I : MDMA/ekstasi, LSD dan STP dll Golongan II : Amfetamin, metilfenidat atau ritalin. Dll Golongan III :Umibal, buprenorsina, pentobarbital, Flunitrazepam Golongan IV : nitrazepam, Aminorex , dumolid, diazepam dan lain Bahan Adiktif lainnya adalah zat-zat atau bahan lain non-narkotika dan psikotropika yang memiliki pengaruh pada kinerja otak dan dapat menimbulkan ketergantungan. Contoh Narkoba Jenis Bahan Adiktif: Alkohol, Thinner, Lem Kayu dll. ## METODE ## BAHAYA PEMAKAIAN NARKOBA a. Otak dan syaraf dipaksa untuk bekerja diluar kemampuan yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak wajar b. Peredaran darah dan Jamtung dikarenakan pengotoran darah oleh zat-zat yang mempunyai efek yang sangat keras, akibatnya jantung di rangsang untuk bekerja di luar kewajiban. c. Pernapasan tidak akan bekerja dengan baik dan cepat lelah sekali d. Penggunaan lebih dari dosis yang dapat ditahan oleh tubuh akan mendatangkan kematian secara mengerikan. e. Timbul ketergantungan baik rohani maupun jasmani sampai timbulnya keadaan yang serius karena putus obat. ## AKIBAT PENYALAHGUNAAN NARKOBA ## 1. Bagi Dirinya Sendiri a. Dampak Fisik ๏‚ท Mengganggu sistem kerja jantung dan pembuluh darah ( kardiovaskuler ) seperti: infeksi akut pada otot-otot jantung, serta mengalami gangguan pada sistem peredaran darah. ๏‚ท Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal pada remaja (mudah lupa, sulit konsentrasi). ๏‚ท Mengalami gangguan pada paru-paru ( pulmoner ) seperti: tertekannya fungsi pernapasan, kesulitan dalam bernafas, serta pengerasan jaringan dalam paru-paru. ๏‚ท Sering mengalami sakit kepala, mual dan muntah, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan kesulitan tidur ( insomnia ). ๏‚ท Mengalami dampak negatif pada kesehatan reproduksi dimana pemakai mengalami gangguan pada endokrin , seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi ( estrogen, progesteron, testosteron ), serta gangguan fungsi seksual. ๏‚ท Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid). ๏‚ท Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya. ๏‚ท Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian. ๏‚ท Gangguan pada sistem syaraf ( neurologis ) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan, kesadaran, kerusakan syaraf tepi. b. Dampak Psikis/Mental ๏‚ท Lamban Kerja, ceroboh kerja, sering teganggu dan gelisah. ๏‚ท Hilang kepercayaan diri, apathis, sering berkhayal, penuh curiga. ๏‚ท Agitatif, menjadi ganas, dan berperilaku brutal. ๏‚ท Sulit konsentrasi, perasaan kesal dan tertekan. ๏‚ท Cenderung menyakiti diri sendiri, tidak aman bahkan bunuh diri. ๏‚ท Sopan santun hilang, tidak lagi peduli dengan orang lain, jadi orang asosial. ## 2. Bagi Keluarga Suasana nyaman dan ketentraman terganggu. Keluarga resah karena barang-barang berharga di rumah hilang. Anak berbohong, mencuri, menipu, bersikap kasar, acuh tak acuh dengan urusan keluarga, tak bertanggung jawab, hidup semaunya, dan asosial. ## 3. Bagi Sekolah Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses belajar. Siswa penyalahguna mengganggu suasana belajar-mengajar. Prestasi menurun drastis, penyalahgun sering membolos lebih besar daripada siswa lain. ## 4. Bagi masyarakat, bangsa dan negara Mafia perdagangan gelap selalu berusaha memasok narkoba. Terjalin hubungan antara pengedar atau bandar dan korban sehigga tercipta pasar gelap. Oleh karena itu, sekali pasar terbentuk, sulit untuk memutus mata rantai peredarannya. Masyarakat yang rawan dengan narkoba tidak memiliki daya tahan, sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita kerugian, karena masyarakatnya tidak produktif dan tingkat kejahatan meningkat, belum lagi sarana dan prasarana yang harus disediakan, disamping itu merusak generasi penerus bangsa. ## 5. Akibat Lain Berkaitan Dengan Pemakaian Narkoba Makin tinggi dosis narkoba yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat gejala sakitnya. Sakaw adalah gejala putus zat karena pemakaian putaw (heroin). Gejala sakit karena putus putaw pada umumnya berlangsung hingga 4-5 hari stelah pemakaian dihentikan. Akan tetapi, pada beberapa jenis zat lain dapat berlangsung berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. ## CARA MENGHINDARI ## 1. Selektif dalam Pergaulan Bergaullah dengan teman-teman yang memiliki perilaku positif. Jika anda banyak bergaul dengan teman-teman yang memiliki perilaku positif maka anda akan mudah terbawa untuk berfikir dan bersikap positif pula. Sebaliknya, jika anda bergaul dengan teman-teman yang berperilaku negatif maka anda akan mudah terbawa untuk berpikir dan berperilaku negatif. ## 2. Hindari Keluyuran Malam Menghindari keluyuran malam adalah salah satu cara untuk menjauhi narkoba. Remaja yang terbiasa keluyuran malam sangat mudah tergoda untuk melakukan kebiasaan buruk karena mereka merasa memiliki waktu bebas tanpa ada yang mengawasi. Hal ini menyebabkan mereka berani mencoba hal- hal ekstrim seperti minum alkohol, berjudi, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya. ## 3. Jangan Melawan Nasehat Orangtua Pada dasarnya setiap orangtua menghendaki anaknya menjadi anak yang memiliki akhlak mulia. Dengarkan dan patuhi nasehat orangtua. Saat anda terbiasa melawan nasehat orangtua, anda akan cenderung memiliki rasa percaya diri untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Hal ini memudahkan anda terbujuk untuk melakukan tindakan yang melanggar norma termasuk menggunakan narkoba. ## 4. Miliki Hobby dan Aktivitas Positif Isilah masa remaja yang penuh antusiasme dengan menyalurkan hobby yang positif misalnya dengan olahraga, melukis, menulis, dan lain sebagainya. Hal ini selain meningkatkan keterampilan, juga membatasi lingkungan pergaulan pada orang-orang yang memiliki ide dan kreasi yang positif pula. Orang yang tidak memiliki kesibukan lebih mudah untuk diajak melakukan hal-hal yang negatif termasuk menggunakan narkoba. ## 5. Jangan Takut Kehilangan Teman Remaja seringkali berani melakukan hal ekstrim karena diajak oleh teman. Jangan menyalahkan orang lain saat anda berbuat salah. Jangan takut kehilangan teman jika ia cenderung mengajak anda untuk melakukan hal tak terpuji termasuk menyalahgunakan narkoba. ## 6. Selesaikan Masalah Anda Setiap orang pasti pernah memiliki masalah dalam hidupnya. Selesaikan masalah anda agar anda dapat menjalani hidup dengan lebih tegar. Sekali anda lari dari masalah, anda akan selalu menghindar dari masalah dengan cara yang buruk, salah satunya adalah dengan penyalahgunaan narkoba. ## 7. Bentengi Diri dengan Agama Bentengi diri anda dengan agama agar terhindar dari perbuatan tercela dan merugikan diri sendiri atau orang lain. Mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Kuasa akan menjauhkan seseorang dari perbuatan terlarang dan merugikan diri sendiri atau orang lain. Penyalahgunaan narkoba umumnya dilakukan oleh remaja yang tidak memiliki ketaatan dalam beragama. ## 8. Ingat Masa Depan Menyalahgunakan narkoba dapat menghancurkan masa depan. Orang yang kecanduan narkoba tidak dapat berpikir sehingga tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini akan menghancurkan masa depan. Orang yang kecanduan narkoba cenderung memiliki perilaku kriminal karena ia tidak mungkin dapat belajar, bersekolah, atau bekerja. ## 9. Jangan Mencoba Kesalahan terbesar semua remaja pengguna narkoba adalah mereka pernah mencoba. Sekali anda mencoba, anda telah menjadi pengguna dan akan kecanduan. Anda tidak akan pernah menjadi pecandu narkoba jika anda tidak pernah mencoba. Oleh karena itu jangan pernah mencoba menggunakan narkoba. ## 10. Jadilah Anak Berbakti pada Orangtua Jadilah anak yang berbakti pada orangtua dengan memenuhi harapannya. Setiap orangtua ingin anaknya sukses dalam hidupnya dan memiliki ahklak yang terpuji. Memiliki perilaku buruk seperti menyalahgunakan narkoba hanya akan membuat orangtua kecewa dan malu. ## 11. Nikmati Kebersamaan dalam Keluarga Pengguna narkoba seringkali adalah remaja yang tidak betah di rumah sehingga mereka lebih suka berada di luar rumah tanpa tujuan sampai akhirnya terlibat dalam pergaulan yang salah. Temukan dan lakukan banyak hal yang positif di rumah yang dapat membuat anda banyak menghabiskan waktu luang di rumah dan bukan di jalanan. ## 12. Fokus pada Hal-Hal Positif Banyak hal-hal positif yang dapat menyibukkan anda dan memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Lakukan hal-hal positif yang dapat mendukung cita-cita anda, membuat bangga orangtua, meningkatkan kebugaran, meningkatkan keterampilan, dan lain sebagainya. Hindari membuang waktu dengan nongkrong, begadang, keluyuran, atau aktivitas tanpa tujuan lainnya. ## HASIL Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat di televisi orang yang mengalami gangguan kejiwaan akibat menggunakan narkoba. Narkoba tersebut tidak hanya mengakibatkan gangguan jiwa bahkan bisa mengakibatkan kematian. Menurut Undang-undang No 3 Tahun 1966 yang dimaksud dengan "Kesehatan Jiwa" adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan sebagai berikut: "Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain". Cara mencegah penyalahgunaan narkoba pada remaja ada di bawa ini. Namun, haruslah disesuaikan dengan kondisi dari remaja tersebut. Antara lain: 1. Selektif dalam Pergaulan 2. Hindari Keluyuran Malam 3. Jangan Melawan Nasehat Orangtua 4. Miliki Hobby dan Aktivitas Positif 5. Jangan Takut Kehilangan Teman 6. Selesaikan Masalah Anda 7. Bentengi Diri dengan Agama 8. Ingat Masa Depan 9. Jangan Mencoba 10. Jadilah Anak Berbakti pada Orangtua 11. Nikmati Kebersamaan dalam Keluarga 12. Fokus pada Hal-Hal Positif. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan mengenai bahaya narkoba bagi kesehatan mental pada remaja. Untuk proses dan hasil, semua peserta 100% mengikuti kegiatan ini dari awal hingga akhir acara, selama proses kegiatan ini berlangsung peserta mengikuti seluruh kegiatan secara tertib dan aktif. Dari kegiatan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut : ## Status tingkat pengetahuan Tabel 1. Status tingkat pengetahuan pada siswa SMK AL-HUDA KOTA KEDIRI NO PENILAIAN FREKUENSI PROSENTASE (%) 1 Baik 32 80 2 Kurang Baik 2 20 Jumlah 100 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai bahaya narkoba bagi kesehatan mental pada remaja, yaitu sebanyak 32 responden (80%), sedangkan sebagian lainnya masih kurang dalam tingkat pengetahuan mengenai bahaya narkoba bagi kesehatan mental pada remaja, yaitu sebanyak 2 responden (20%). ## Penilaian sikap ## Tabel 2. Hasil penilaian sikap pada siswa SMK AL-HUDA KOTA KEDIRI NO PENILAIAN FREKUENSI PROSENTASE (%) 1 Kurang Baik 3 20 2 Cukup Baik 13 35 3 Sangat Baik 18 45 Jumlah 100 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki sikap yang sangat baik dalam penggunaan pengetahuan terkait bahaya narkoba bagi kesehatan mental pada remaja, yaitu sebanyak 18 responden (45%), dan sebagian besar lainnya memiliki sikap yang cukup baik dalam penggunaan pengetahuan terkait bahaya narkoba bagi kesehatan mental pada remaja, yaitu sebanyak 13 responden (35%), sedangkan sedikit responden memiliki sikap yang kurang baik dalam penggunaan pengetahuan terkait bahaya narkoba bagi kesehatan mental pada remaja, yairu sebanyak 3 responden (20%). ## PEMBAHASAN Penyuluhan yang dilakukan pada hari Kamis-Sabtu tanggal 27 - 29 September 2018 berjalan dengan lancar, hal ini terlihat ketika proses penyuluhan berlangsung. Untuk struktur dalam penyuluhan mulai dari persiapan yang dilakukan 30 menit sebelum penyuluhan berlangsung, media yang di gunakan yaitu, persiapan tempat, koordinasi peserta, persiapan konsumsi bagi peserta penyuluhan dan pengoorganisasian dalam penyuluhan lengkap dan mahasiswa bertugas dengan tugasnya masing- masing. Pelaksanaan penyuluhan di tempat tersebut di ikuti oleh siswa kelas XI TKJ di sekolah SMK Al-Huda Kota Kediri. Peserta memperhatikan materi penyuluhan yang disampaikan. Terdapat pertanyaan dari peserta penyuluhan yang di sampaikan kepada pemateri.dari hal-hal di atas, dapat di laporkan bahwa peserta penyuluhan Bahaya Narkoba Bagi Kesehatan Mental. Pengabdian masyarakat yang dilakukan pada siswa-siswa SMK Al-Huda Kota Kediri sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan dengan mengajukan pertanyaan dan mengikuti Jargon yang di peragakan instruksi dari teman-teman STIKes Surya Mitra pada tanggal 27 - 29 September 2018. ## KESIMPULAN Narkoba adalah zat-zat (obat) yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan saraf sentral. Dalam definisi ini sudah termasuk jenis candu dan turunan candu (morphine, codein, heroine) dan candu sintesis (meperidine dan methadone). Bisa dikatakan bahwa dampak kejiwaan dari narkoba adalah mematikan akal sehat para penggunanya, terutama yang sudah dalam tahap kecanduan. Ini semua membuktikan bahwa penyakit adiksi adalah penyakit yang licik, dan sangat berbahaya. ## DAFTAR PUSTAKA Mardani. H. 2008, Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam Dan Hukum Pidana Nasional, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada Marhenyantoz. 2012. 7 Langkah Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. http://marhenyantoz.wordpress.c om.2012/02/28/7-langkah- pencegahan penyalahgunaan- narkoba/. Diakses pada 09 September 2018. Maโ€™sum,Suwarno, 2003, penanggulangan Bahaya Narkotika Dan Ketergantungan Obat, Jakarta, CV. Mas Agung Waresniwiro, Sudarianto. 2012. Penyalagunaan Narkoba. http.//bnnpsulsel.com/penyalahg una- narkoba/akibatdampak- langsung-dan-tidak-langsung- penyalahgunaan-narkoba-pada- kehidupan- kesehatan-manusia/. Diakses pada tanggal 09 September 2018. William Banton, Ensiklopedia Bronitica, USA 1970, volume 16, h. 23. Lihat juga: Mardani, Penyalahgunaan narkoba: dalam Perspektif Hukum Islam dan Pidana nasional (Jakarta: Rajawali press, 2008).
71e5ad0c-e28c-4d45-bd3b-e824a291bbc9
http://journal-nusantara.com/index.php/EKOMA/article/download/3620/2928
## EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Vol.3, No.4, Mei 2024 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. ISSN : 2828-5298 (online) ## Analisis Dampak Galian C Terhadap Perekonomian Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi Moh Irsyat Arrosidik R. Abd Karim 1 , Santi Yunus 2 , Rita Yunus 3 , Failur Rahman 4 , Meity Ferdiana Paskual 5 1,2,3,4,5 Universitas Tadulako E-mail: [email protected] Article History: Received: 05 Mei 2024 Revised: 21 Mei 2024 Accepted: 23 Mei 2024 Abstract: Kecamatan Marawola merupakan salah satu daerah yang memiliki sumberdaya alam galian C (pasir), Keberadaan tambang galian ditengah-tengah masyarakat membawa dampak bagi kehidupan sehari-hari yaitu sebagai bentuk wujud usaha masyarakat dalam mempertahankan hidupnya melalui usaha meningkatkan pendapatan. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti dampak dari penambangan pasir (Galian C) terhadap perekonomian desa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak galian C terhadap kondisi perekonomian masyarakat, menggunakan tipe penelitian analisis korelasi deskriptif. Lokasi penelitian dipinggiran Sungai Desa Sunju. Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer dan data sekunder. dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dampak galian C memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Pernyataan dibuat berdasarkan hal mendasar yang dirasakan oleh setiap informan mengenai keberadaan tambang pasir (Galian C) salah satu hal yang paling menguntungkan yaitu dengan adanya galian C membuka peluang kerja atau usaha baru, namun galian C ini pun dapat menimbulkan kerusakan pada akses jalan, olehsebab itu diperlukan arahan dari pemerintah setempat dalam mengambil aturan/regulasi dan kebijakan yang tepat. Keywords: Dampak, Galian C, Kehidupan Ekonomi ## PENDAHULUAN Indonesia ialah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan beragam yang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin demi keberlangsungan hidup masyarakat Indonesia. Salah satu sumber daya alam yang ada di Indonesia ialah bahan galian golongan C yakni tanah, pasir, kerikil, dansebagainya. Tingkat eksploitasi sumber daya alam seperti bahan tambang galian C berupa pasir, kerikil, tanah, dan sebagainya dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk. Adanya peningkatan pendudukdapat meningkatkan pula permintaan konsumen terhadap sumber daya alam yang ada untuk pembuatan jalan, perumahan, pusat pembelanjaan, perkantoran dan masih banyak lagi. Keberadaan sumber daya alam tentunya dapat membuka lapangan pekerjaan juga meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar. Hal ini lah yang terjadi di Desa Sunju, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah di berbagai sector khususnya di sektor penambangan pasir yang didukung dengan adanya aliran sungai yang dijadikan tempat penambangan pasir baik secara manual ataupun menggunakan alat yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat desa untuk meningkatkan pendapatan demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mulanya, masyarakat Desa Sunju mayoritas berprofesi sebagai petani. Namun karena adanya kekeringan yang menyebabkan banyak panen yang gagal, sehingga mereka beralih profesi sebagai penggali pasir demi mempertahankan kelangsungan hidup. Kegiatan ini dilakukan sudah bertahun- tahun. Awalnya penambangan pasir dilakukan secara manual menggunakan alat sederhana seperti,sekop dan cangkul yang kemudian diangkut menggunakan ember. Seiring berjalannya waktu, pemerintah akhirnya membuka mata untuk lebih memperhatikan hal ini demi meningkatkan pendapatan masyarakat. Dengan adanya campur tangan dari pemerintah, penambangan pasir (galian c) ini dilakukan secara modern dengan menggunakan mesin penyedot pasir yang kemudian diangkut menggunakan truk. Sebelum adanya campur tangan dari pemerintah, pekerja dipenambangan pasir ini masih banyak dari daerah luar Sunju. Namun setelah adanya campur tangan dari pemerintah, pekerja sudah mayoritas masyarakat Desa Sunju. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan lebih dalam mengenai Dampak Keberadaan Galian C Terhadap Perekonomian Masyarakat Desa Sunju Kecamatan Marawola Kabupaten Sigi. ## LANDASAN TEORI Dampak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) merupakan pengaruh yang dapattimbul karena suatu akibat (baik positif atau negatif). Secara ekonomi memiliki makna yakni pengaruhsuatu pelaksanaan terhadap kondisi perekonomian di suatu negara. Dampak merupakan perubahanyang terjadi dilingkungan karena adanya aktifitas manusia (Suratmo, 2004: 24). Menurut Salim, (2014) Penambangan pasir atau yang lazim di sebut dengan penambangan galian C adalah merupakan kegiatan usaha penambangan rakyat yang harus memiliki Izin Pertambangan Rakyat (IPR). Izin Pertambangan Rakyat adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah usaha pertambangan merupakan usaha untuk melakukan kegiatan eksplorasi, eksploitasi, produksi, pemurnian, dan penjualan. Usaha pertambangan itu di lakukan dengan menggunakan alat-alat yang bersahaja namun, tidak menggunakan teknologi canggih, sebagaimana halnya dengan perusahaan pertambangan yang mempunyai modal yang besar dan menggunakan teknologi canggih. Kegiatan pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat denganluas wilayah dan investasi secara terbatas. Ekonomi atau economic dalam banyak literatur ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani yaitu kata Oikos atau Oiku dan Nomos yang berarti peraturan rumah tangga. Dengan kata lain pengertian ekonomi adalah semua yang menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan perikehidupan dalam rumah tangga tentu saja yang dimaksud dan dalam perkembangannya kata rumah tangga bukan hanya sekedar merujuk pada satu keluarga yang terdiri dari suami,isteri dan anak-anaknya, melainkan juga rumah tangga yang lebih luas yaitu rumah tangga bangsa, negara dan ## EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Vol.3, No.4, Mei 2024 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. ISSN : 2828-5298 (online) dunia (Iskandar, 2010) ## Penelitian Terdahulu Penelitian pertama ialah penelitian dengan judul Kondisi Sosial Ekonomi dan Lingkungan Bagi Masyarakat di Sekitar Lokasi Pertambangan Bahan Galian Golongan C Ilegal (Studi di Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah) yang dilakukan oleh Haediana Bayati, Solikatun, & Khalifatul Syuhada. Penelitian ini dilakukan di Desa Karang Sidemen, KecamatanBatukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah dengan sampel 97 orang. Metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, angket, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sosial dari kegiatan pertambangan yaitu ada tingkat pendidikan, hubungan antar individu serta keikutsertaan dalam kegiatan sosial, dan konflik.Kondisi ekonomi dari adanya pertambangan yaitu dapat meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di sekitar lokasi pertambangan, ada jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, rumah yang ditempati, alat transportasi yang dimiliki, sumber air dan jumlah pengangguran. Kondisi lingkungan dari adanya pertambangan yaitu kerusakan lingkungan seperti kondisi sumber air, terganggunya sumber air, kondisi kesuburan tanah, kondisi jalan, kondisi kenyamanan berlalu lintas, kondisi polusi udara dampak kebisingan, dan penghilangan vegetasi alami. Penelitian kedua ialah penelitian yang berjudul Dampak Pengelolaan Galian C Terhadap Kehidupan Ekonomi Dan Sosial Masyarakat di Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, KabupatenTabanan, yang dilakukan oleh I Putu Agung Wijaksara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuisystem pengelolaan galian C, dampaknya bagi kehidupan ekonomi dan social masyarakat desa tibubiu, dan penanggulangan dampak yang ditimbulkan dari penambangan galian C. Metode yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling dan ditunjang juga dengan studi kepustakaan dan pencatatan dokumen. Data yang diperoleh dianalisis seobjektif mungkin menggunakan teknik deskriptif kualitatif.Dari hasil penelitian ditemukan bahwa penambangan galian C dikelola dengan sistem sekaa dimana para penambang yang berasal dari tiap banjar memiliki sekaa masing-masing untuk mempermudah pengelolaannya.disamping itu tiap sekaa memiliki urak yaitu sebuah alat yang digunakan untuk memberitahu setiap penambang agar menjadi penjaga jika ada mobil pengankut yang datang untuk mengambil hasil galian dan memungut retribusi. Dengan adanya penambangan tersebut kehidupan ekonomi masyarakat berangsur-angsur meningkat dan kehidupan sosialnya pun semakin harmonis antara penambang satu dengan yang lainnya. Selain itu dampak yang mungkin diakibatkan oleh adanya kegiatan penambangan juga dapat dicegah oleh warga dengan metode tertentu sehingga dapat meminimalisir kerusakan lingkungan. Penelitian ketiga ialah penelitian yang dilakukan oleh Kuspriyanto dengan judul Dampak Penambangan Galian C (Pasir) Di Pinggiran Sungai Brantas Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penambangan galian c (pasir) dipinggiran sungai Brantas Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei. Lokasi penelitian Lokasi penelitian di pinggiran sungai Brantas Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Sampel dalam penelitian ini adalah KK (kepala keluarga) yang terdampak sekitar tambang pasir. Data primer maupun data sekunder dihimpunmelalui wawancara kepada responden dengan panduan kuisioner, observasi, dan dokumentasi, yang kemudian akan dianalisis dengan skala likert menggunakan teknik analisis deskriptif dengan prosentase. Hasil penelitian mengenai dampak penambangan galian c (pasir) di pinggiran sungai brantas Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung ini telah memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat sekitar tambang, Pernyataan dibuat berdasarkan hal mendasar yang dirasakan setiap responden mengenai keberadaan tambang pasir. Hasil penelitian menyebutkan 32 responden masuk dalam kategori skala penskoran โ€œSedangโ€ dan 15 responden masuk dalam kategori skala penskoran โ€œTinggiโ€. ## METODE PENELITIAN Dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian Kualitatif. Menurut Sugiyono (2014), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif menekankan pada makna dari pada generalisasi. Tipe penelitian yang digunakan ialah deskriptif, yaitu tipe penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan secara jelas tentang dampak galian C terhadap perekonomian masyarakat Desa Sunju Kecamtan Marawola Kabupaten Sigi. Penelitian deskriptif dilakukan dengan menganalisis dan menyajikan data-data serta fakta-fakta secara sistematis sehingga dapat dipahami dan disimpulkan. Teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Lokasi penelitian ini bertempat di Desa Sunju, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada fenomena yang terjadi, dimana di Desa Sunju terdapat sungai yang digunakan untuk penambangan pasir. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul akandianalisis setiap waktu secara induktif selama penelitian berlangsung dengan mengolah bahan empirik. Analisis induktif dimulai dengan merumuskan terlebih dahulu permasalahan utama yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah. Namun demikian, perlu digali beberapa pertanyaan-pertanyaan spesifik melalui wawancara bebas dan mendalam atau observasi, kemudian langkah analisis data yang dilakukan secara bertahap, yakni: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ## A. Gambaran Galian C Di Desa Sunju Penambangan galian C di Desa Sunju telah dimulai dari tahun 80an. Hal ini bermula ketika masyarakat menyadari bahwa sungai di sekitar desa memiliki sumber daya alam yang bisa dieksploitasi guna memenuhi kebutuhan hidup. Bermula menggunakan peralatan sederhana seperti sekop dan cangkul yang kemudian diangkut menggunakan ember dan ditampung ditepisungai. Seiring berjalannya waktu pekerja mengubah dari peralatan manual ke mesin agar dapat mempermudah pengambilan pasir. Hal ini menyebabkan pemerintah melirik kalau sungai yang berada di Desa Sunju memiliki potensi terhadap perekonomian masyarakat desa, sehingga pemerintah mengizinkan penambang agar dapat mengangkut pasir lebih banyak dan juga dapatmembuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat desa. Dalam memperoleh izin dari Pemerintah Desa terkait galian C, masyarakat harus menyetujui persyaratan yang telah di tetapkan oleh pemerintah dengan catatan yang mengelolapenambangan dikhususkan oleh masyarakat lokal yakni masyarakat Desa Sunju dengan persyaratan yang telah di tentukan antara lain, penambang harus memperhatikan dampak yang di hasilkan oleh Galian C seperti kekeruhan air, rusaknya akses jalan, dan ## EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Vol.3, No.4, Mei 2024 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. ISSN : 2828-5298 (online) menimbulkan polusi. Dan bagi mayarakat yang berprofesi sebagai penambang harus lebih memperhatikan keselamatan kerja. Adapun pendapatan dari adanya galian C di Desa Sunju sampai saat ini hanya bisa dinikmati oleh para penambang sendiri. Dengan kata lain Pemerintah Desa tidak mencampuri pendapatan tersebut. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya pendapatan yang dihasilkan oleh penambang, sehingga hanya bisa mencukupi biaya hidup penambang sehari- hari. ## B. Aktivitas Galian c di Daerah Aliran Sungai Desa Sunju 1) Proses Penambangan Galian C Aktivitas galian C di aliran sungai Desa Sunju dilakukan oleh mayoritas masyarakat Desa Sunju. Sesuai penentuan sistem dan tata cara penambangan serta penentuan jenis peralatan yang akan dipakai, dipertimbangkan beberapa faktor penentu, antara lain: Sasaran produksi pertambangan bahan galian, jumlah deposit, bentuk, jenis, kedudukan, dan penyebaran deposit serta kondisi topografi. Dengan mempertimbangkan hal tersebut maka sistem galian C Desa Sunju yang digunakan adalah aktivitas galian C terbuka atau pertambangan terbuka. Perlu diketahui bahwa aktivitas galian C di Daerah Aliran Sungai Desa Sunju sudah dilakukan dengan menggunakan alatmodern. Aktivitas galian C di Daerah Aliran Sungai Sunju dilakukan dalam tiga tahapan yakni persiapan penambangan, penggalian, dan pengangkutan. 2) Penghasilan Penambang Pasir Tingkat penghasilan penambang yang dimaksud disini adalah penghasilan penambang yang diperoleh setiap hari dalam bentuk uang dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Penghasilan penambang ini diperoleh sesuai dengan tingkat kemampuan mengumpulkan pasir dalam waktu sehari. Penambang memperoleh penghasilan per-hari sesuai dengan volume pasir yang terkumpulkan, harga satuan pasir dihitung per-reit dan tergantung pada waktu lembur. Jika tidak lembur penghasilan penambang yaitu Rp130.000 per-reit yang kemudian dibagi kepada tigapekerja (pemilik mesin Rp50.000, pekerja yang turun langsung ke sungai Rp50.000, dan pekerja yang meratakan pasir diatas truk Rp30.000). Pada saat lembur penambang dapat menghasilkan Rp180.000 per reit (pemilik mesin Rp70.000, pekerja yang turun langsung kesungai Rp70.000, dan pekerja yang meratakan pasir Rp50.000). a. Dampak Galian C di Daerah Aliran Sungai Desa Sunju Terhadap Perekonomian Desa Sunju 1) Dampak Positif Aktivitas galian c di aliran sungai Desa Sunju memiliki dampak positif terkhusus bagi masyarakatyang berprofesi sebagai penambang yakni dengan adanya penambangan pasir dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat Desa Sunju, khususnya masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebelumnya. Seperti masyarakat yang susah mendapatkan pekerjaan apalagi masyarakat yang hanya berpendidikan SMA-kebawah yang susah akan mendapatkan pekerjaan. 2) Dampak Negatif Adapun dampak negatif yang di akibatkan oleh adanya galian c di Desa Sunju yaitu antara lain: ๏ƒ˜ Terkikisnya tepi sungai yang diakibatkan dengan tingginya volume air dan penyedotan pasir secara besar-besaran. ๏ƒ˜ Polusi udara yang disebabkan oleh truk-truk pengangkut pasir yang beraktivitas di DesaSunju sehingga dapat mengakibatkan kondisi jalan di sekitar desa tidak asri lagi. ๏ƒ˜ Dampak pertambangan Galian C terhadap pencemaran kerusakan lingkungan sepertipencemaran Air. b. Izin Usaha Pertambangan Galian C Pertambangan galian C di Desa Sunju memiliki izin dari pemerintah desa dengan persyaratan yang mengelola pertambangan ialah masyarakat asli Desa Sunju. Pemerintah desa jugamengharapkan dengan adanya galian C bisa membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun walaupun sudah adanya izin dari Pemerintah Desa terkait adanya aktivitas galian C di Desa Sunju, pendapatan yang dihasilkan oleh aktivitas ini belum dapat dialokasikan kepada Pemerintah Desa, dengan kata lain pendapatan dari galian C di Desa Sunju hanya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari parapenambang. Hal ini disebabkan oleh masih minimnya pendapatan yang dihasilkan oleh aktivitas galian C tersebut. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu: 1. Penambangan pasir di Desa Sunju sudah berlangsung sejak tahun 1980-an, dimulai dengan alat sederhana hingga akhirnya menggunakan mesin penyedot pasir. Penambangan/Galian C Desa Sunju sudah menjadi pekerjaan tetap bagi sebagian masyarakat desa untuk keberlangsungan hidup. 2. Penambangan pasir (Galian C) telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan perekonomian Desa Sunju, seperti membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat. 3. Penambangan pasir (Galian C) di Desa Sunju juga memberikan dampak negatif yakni terkikisnya tepi sungai, polusi udara disekitar desa dan tercemarnya air. 4. Galian C di Desa Sunju sudah mendapatkan izin dari Pemerintah Desa namun pendapatan dari pertambangan belum dapat dialokasikan ke desa yang dikarenakan masih minimnya pendapatan yang dihasilkan dari galian C di Desa Sunju. ## DAFTAR REFERENSI Bayati, H., Solikatun, S., & Syuhada, K. (2023, April). Kondisi Sosial Ekonomi dan Lingkungan BagiMasyarakat di Sekitar Lokasi Pertambangan Bahan Galian Golongan C Ilegal (Studi di Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah). In Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Sosiologi (Vol. 1, No. 1, pp. 150-162). Dilapanga, H., Masinambow, V. A., & Kawung, G. M. (2023). Dampak Pertambangan Batuan Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di Sekitar Kawasan Pertambangan (Desa Kobo Kecil danDesa Bungko). Jurnal Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Daerah, 24(3), 336-350. Di Pinggiran, D. P. G. C. P. Dampak Penambangan Galian C (Pasir) di Pinggiran Sungai BrantasKecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung. Hakim, M. F. (2017). Kajian Sosial Ekonomi Pada Penambangan Bahan Galian C di Desa Candimulyo dan Pagerejo Kecamatan Kertek Wonosobo. SPEKTRA: Jurnal Kajian Pendidikan Sains, 3(1), 151-156. IFTITAH, N. (2023). Analisis Dampak Lingkungan dan Ekonomi Pada Pertambangan Galian C di Desa Tiromanda.(Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo). Iskandar Putong, Economics Pengantar mikro dan Makro, (Jakarta,Mitra Wacana Media,2010) Kalangi, K. (2018). Kedudukan Amdal Tentang Eksploitasi Pertambangan Menurut ## EKOMA : Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akuntansi Vol.3, No.4, Mei 2024 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. ISSN : 2828-5298 (online) ## 1410 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup. LexPrivatum, 6(1). Kurniawan, B. T. (2019). Dampak sosial ekonomi masyarakat akibat pengembangan Lingkar Wilis di Kabupaten Tulungagung. Jurnal Agribis, 5(1), 55-85. Maya, N. (2016). Dampak Penambangan Bahan Galian Golongan C Terhadap Sosial Ekonomi dan Lingkungan di Desa Sidorejo Kecamatan Kemalang Kabupaten Klaten Tahun 2015 (Doctoral dissertation, Universitas Widya Dharma). Nyompa, S., Dewi, N. A. S., & Sideng, U. (2020). Dampak Keberadaan Tambang Pasir Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Cimpu Utara Kecamatan Suli Kabupaten Luwu. LaGeografia, 18(2). Salim HS, (2014), Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, Jakarta,Sinar garafika. Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta. Suratmo, Gunawan. (2004). Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah mada University Press Wijaksara, I. P. A. (2018). Dampak Pengelolaan Galian C Terhadap Kehidupan Ekonomi Dan Sosial Masyarakat di Desa Tibubiu, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Undiksha, 6(3), 46-56.
e0698bc4-7213-4fb9-a301-9cd2b6df8bcf
https://bestjournal.untad.ac.id/index.php/kovalen/article/download/6049/4795
## REDUKSI ION KALSIUM DALAM AIR TANAH MENGGUNAKAN ADSORBEN DARI KULIT PISANG KEPOK ( Musa normalis L .) ## [REDUCTION OF CALSIUM IONS IN GROUND WATERS USING ADSORBENT FROM KEPOK BANANA PEELS ( Musa normalis L .) ] Rismawaty Sikanna * *Jurusan Kimia Universitas Tadulako Palu. Diterima 18 Desember 2015, Disetujui 22 Januari 2016 ## ABSTRAK Telah dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui reduksi ion kalsium dalam air tanah menggunakan adsorben dari kulit Pisang Kepok ( Musa Normalis L.). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan adsorben yang diaktivasi (H 2 SO 4 3 M) dan tanpa aktivasi, dengan variasi waktu pengadukan selama 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit. Hasil penelitian menunjukkan % reduksi ion kalsium dari masing-masing perlakuan berturut-turut tanpa aktivasi yaitu 2,65; 3,03; 3,79; 4,17; 4,54; 6,44; dan dengan aktivasi yaitu 15,15; 16,67; 19,32; 21,59; 22,73 dan 23,48. Kata kunci : reduksi ion kalsium, air tanah, kulit pisang Kepok ## ABSTRACT It had been done a research with the aim to investigate the reduction of calcium ion in the soil water using adsorbents from Kepok banana ( Musa Normalis L.) peel. This research used activated adsorbents with H 2 SO 4 3 M and unactivated, with the various time of mixed until 10, 20, 30, 40, 50 and 60 minutes. The results showed that the reduction % of calcium ion of unactivated adsorbents were 2.65; 3.03; 3.79; 4.17; 4.54; 6.44; and activated were 15.15; 16.67; 19.32; 21.59; 22.73 and 23.48 respectively. Keywords: Reduction of calcium ion, soil water, Kepok banana peel. ## LATAR BELAKANG Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air selain air sungai dan air hujan. Air tanah juga mempunyai peranan yang sangat penting terutama dalam menjaga keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Adanya kalsium di dalam air terjadi secara alami, merupakan hasil pelarutan dari mineral seperti batu kapur, dolomit, gibs dan sebagainya. Kalsium juga merupakan faktor penyebab kesadahan air di samping ion magnesium dan besi, karena di dalam air kalsium umumnya berada dalam bentuk ion kalsium (Ca 2+ ). Konsentrasi kalsium dalam air dapat bervariasi mulai dari nol sampai beberapa ratus mg/L bergantung antara lain dari asal air tersebut (Lenntech, 2015). Umumnya ion kalsium (Ca 2+ ) dan ion magnesium (Mg 2+ ) berada dalam bentuk garam karbonat, bikarbonat maupun sulfat. Air sadah dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi malah membentuk suatu gumpalan soap scum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan. Perlu dilakukan suatu upaya mengatasi kesadahan air akibat adanya kalsium dalam air tanah. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah mereduksi ion kalsium tersebut dengan menggunakan kulit pisang kepok ( Musa Normalis L.) sebagai adsorben. Penggunaan kulit pisang sebagai biosorben telah dikaji sebelumnya oleh Buanarinda dkk. (2014) dan Kaewsarn et al., (2008). Khusus untuk kulit pisang kepok telah digunakan sebagai adsorben ion logam Cr(VI), dimana sebelumnya telah diaktivasi dengan asam (Sherly & Cahyaningrum, 2014). Menurut Gufta (1998) aktivasi adsorben dengan asam paling umum dilakukan terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kapasitas efesiensi dari adsorben. Pada saat diaktivasi dengan asam, Gugus NH 2 mengalami protonasi menjadi NH 3+ , gugus -OH mengalami protonasi menjadi H 3 O + sehingga dengan kalsium yang berbentuk ion dapat berikatan secara elektrostatik, selain itu terdapat juga gugus -COOH yang dapat mengadsorpsi ion kalsium dengan cara pertukaran ion. Dalam penelitian ini dilakukan variasi waktu pengadukan sampel air tanah dengan menggunakan serbuk kulit pisang kepok ( Musa normalis L.) yang diaktivasi dan tanpa aktivasi, dan selanjutnya ditentukan reduksi konsentrasi ion kalsium dalam air tanah. ## METODE PENELITIAN ## Bahan dan Peralatan Bahan yang digunakan adalah serbuk kulit Pisang kepok ( Musa normalis L.), sampel air tanah, Larutan Eriochrom Black-T (EBT), Larutan Buffer pH 10, Larutan induk Ca 1000 ppm, H 2 SO 4 3 M dan akuades. Alat yang digunakan adalah Spektrofotometer UV-Vis merek Perkin- Elmer Lamd25: Labu ukur 25 mL, Pipet Volume 2 mL dan 10 mL Labu semprot, Gelas ukur 5 mL dan pipet tetes. ## Prosedur Penelitian ## Pembuatan larutan Induk EBT Melarutkan 1 g EBT dalam 100 mL etanol (dalam labu ukur), lalu pindahkan ke dalam botol yang berwarna gelap dan simpan di tempat yang dingin dan gelap. ## Pembuatan larutan Kerja EBT Memipet 10 mL larutan induk EBT ke dalam labu ukur 100 mL, lalu encerkan dengan etanol sampai tanda batas. Pembuatan larutan Buffer pH 10 Melarutkan 1 gr NH 4 Cl ke dalam 100 mL larutan NH 4 OH 12,5%. ## Pembuatan larutan standar Ca 100 ppm Ke dalam labu ukur 100 ml dipipet 10 ml larutan induk Ca 1000 ppm, lau diencerkan dengan akuades sampai tanda batas. ## Preparasi sampel 50 mL sampel air ditambahkan 0,2 g adsorben yang diaktivasi dan tanpa aktivasi. Masing-masing larutan diaduk selama 10, 20, 30, 40, 50 dan 60 menit. Lalu disaring dan filtrat ditampung untuk dianalisis. ## Analisis ion Kalsium Ke dalam labu ukur 25 mL dipipet 10 ml sampel air. Lalu ditambahkan 4 mL larutan kerja EBT, 4 mL larutan buffer pH 10. Kemudian diencerkan dengan akuades sampai tanda batas, lalu dihomogenkan. Sampel diukur pada panjang gelombang 580 nm. ## Analisis Data Data absorban sampel yang terukur ditentukan konsentrasinya menggunakan perbandingan: Keterangan: A = Absorban C = Konsentrasi ## HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini diperoleh konsentrasi awal ion kalsium yang terdapat pada air tanah sebesar 28,2712 mg/L yang dianalisis pada panjang gelombang 580 nm. Tabel 1. Analisis reduksi ion kalsium menggunakan adsorben serbuk pisang kepok (Musa normalis L.) tanpa aktivasi, dengan faktor pengenceran sampel = 5. Waktu peng- adukan (menit) Tanpa Aktivasi Simplo (A 1 ) Duplo (A 2 ) Konsen- trasi sisa (ppm) Konsen- trasi tereduksi (ppm) % Reduksi ion Ca 2+ 10 0,0129 0,0128 27,4690 0,7482 2,65 20 0,0128 0,0128 27,3621 0,8551 3,03 30 0,0127 0,0127 27,1483 1,0688 3,79 40 0,0127 0,0126 27,0414 1,1757 4,17 50 0,0126 0,0126 26,9345 1,2826 4,54 60 0,0124 0,0123 26,4001 1,8170 6,44 Besarnya konsentrasi ion kalsium dalam air tanah yang direduksi menggunakan adsorben pisang kepok ( Musa normalis L .) tanpa dan dengan aktivasi dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Dari hasil pengukuran absorban larutan standar kalsium 100 ppm diperoleh 0,2239. Tabel 2. Analisis reduksi ion kalsium menggunakan adsorben serbuk pisang kepok ( Musa normalis L.) dengan aktivasi Waktu peng- adukan (menit) Dengan Aktivasi Simplo (A 1 ) Duplo (A 2 ) Konsen- trasi sisa (ppm) Konsen- trasi tereduksi (ppm) % Reduksi ion Ca 2+ 10 0,0112 0,0113 23,9418 4,2753 15,15 20 0,0110 0,0111 23,5143 4,7029 16,67 30 0,0107 0,0106 22,7661 5,4510 19,32 40 0,0103 0,0104 22,1248 6,0923 21,59 50 0,0101 0,0103 21,8042 6,4130 22,73 60 0,0101 0,0100 21,5904 6,6268 23,48 Reduksi kandungan ion kalsium secara signifikan terjadi pada waktu pengadukan selama 30 menit dengan menggunakan adsorben serbuk pisang kepok yang teraktivasi dengan % reduksi ion kalsium sebesar 19,32, sedangkan untuk reduksi ion kalsium menggunakan adsorben tanpa aktivasi terjadi secara signifikan setelah waktu pengadukan 60 menit dengan % reduksinya yang lebih kecil yaitu 6,44. Hal ini terjadi karena pada adsorben yang teraktivasi memiliki situs- situs aktif yang dapat melakukan pertukaran ion secara elektrostatik dengan ion kalsium pada air tanah sehingga ion kalsium yang dapat direduksi dalam jumlah yang lebih besar dan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan adsorben tanpa aktivasi. Setelah 30 menit pengadukan masih terjadi peningkatan reduksi ion kalsium hingga 60 menit, namun peningkatan ini tidak terjadi secara signifikan. Hal tersebut dapat disebabkan situs-situs aktif yang bertukaran sudah mulai penuh ataupun jenuh sehingga peningkatan reduksi ion kalsium dalam air tanah dengan menggunakan adsorben teraktivasi tidak sebanyak yang terjadi setelah waktu pengadukan 30 menit tersebut. ## KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa reduksi ion kalsium terjadi secara signifikan adalah dengan menggunakan adsorben dari kulit pisang kepok yang teraktivasi dengan % reduksi lebih besar dan waktu pengadukan yang lebih cepat yaitu 19,32 % selama pengadukan 30 menit, dibandingkan dengan menggunakan adsorben tanpa aktivasi dengan nilai reduksi ion kalsium 6,44 % selama pengadukan 60 menit. Disarankan untuk melakukan penelitian dengan membandingkan efektivitas reduksi ion kalsium menggunakan aktivator yang berbeda seperti NaOH dan ZnCl 2 . ## DAFTAR PUSTAKA Buanarinda, T.P., N.Rahmawati, I. Ainun, Arysta dan R. Hidayah. 2014. Pembuatan Biosorben Berbahan ## Dasar Sampah Kulit Pisang Kepok ( Musa acuminate ) yang Dikemas Seperti Teh Celup. Peningkatan SDM dan SDA dalam Pendidikan Kimia dan Kimia Untuk Kemandirian Bangsa. Prosiding Seminar Nasional Kimia . Surabaya, 20 September 2014. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA UNESA. Hlm 61-63. Lenntech . 2015. Calsium and water . (http://www.lenntech.com/periodic/ water/calcium/calcium-and- water.htm), diakses 9 November 2015). Day, R.A. dan Underwood, A.L.1986. Analysis Quantitative . New York: Prentice Hall. Gufta FK. 1998. Utilization of bagasse fly ash generated in the sugar industry for removal and recovery of phenol and p-Nitrophenol from wastewater. J Chem Technol Biotechnol. 70: 180- 186. Kaewsarn, Pairat, Wanna Saikaew dan Surachai Wongcharee. 2008 . Dried Biosorbent Derived from Banana Peel: A Potential Biosorbent for Removal of Cadmium Ions from Aqueous Solution. The 18 th Thailand Chemical Engineering and Applied Chemistry Conference. Pattaya Thailand, October 20-21,2008. Thailand: Department of Chemical Engineering, Mahidol University, Nakhon Pathom. Sherly, A., S.E. Cahyaningrum. 2014. Aktivasi Kulit Pisang Kepok (Musa acuminate l.) dengan H 2 SO 4 dan Aplikasinya sebagai Adsorben Ion Logam Cr(VI). UNESA Journal of Chemistry . 3(1):23-25.
5c2e9deb-a898-4713-9032-76eb85ec7342
https://ic-mes.org/jurnal/index.php/jurnalICMES/article/download/30/31
PB Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 1 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan PB Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman ## Efek CNN dalam Perang Yaman Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 1 Program Studi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran e-mail: [email protected] ## Abstract This article is a study of the involvement of the United States (US) in the Yemeni War thas has already taken place since 2015 by using the โ€˜CNN Effectโ€™ theory. The authors analyzed documents and mass media coverage and conducted discourse analysis on US mainstream media news, namely CNN and the New York Times. The result of this research shows that CNN and the New York Times did not report the Yemeni War proportionally so that public opinion ignored this war and did not encourage further action from the US government and United Nations to stop the war. This way of reporting is in line with USโ€™ economic-political interests in Yemen and US support for the Saudi Arabia. Keywords : CNN Effect Theory, Houthi, Saudi Arabia, United States of America, Yemen war ## Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterlibatan Amerika Serikat (AS) dalam Perang Yaman yang telah terjadi sejak 2015 dengan menggunakan teori โ€˜Efek CNNโ€™. Dalam makalah ini, peneliti menganalisis dokumen dan pemberitaan media massa serta melakukan analisis wacana terhadap berita media arus utama AS, yaitu CNN dan New York Times. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CNN dan New York Times tidak melakukan pemberitaan yang proporsional mengenai 1 Paper telah dipresentasikan dalam Dynamic Media, Communication, and Culture Conference, President University, Jakarta (Oktober, 2018) 2 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 3 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 2 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 3 Efek CNN dalam Perang Yaman Perang Yaman sehingga opini publik tidak banyak menghiraukan perang ini dan tidak mendorong adanya tindakan lebih lanjut dari pemerintah AS untuk menghentikan perang. Hal ini sejalan dengan adanya kepentingan ekonomi- politik AS di Yaman serta dukungan AS kepada Arab Saudi. Kata Kunci: Amerika Serikat, Arab Saudi, Houthi, Perang Yaman, Teori Efek CNN. ## Pendahuluan Sejak tanggal 26 Maret 2015, Arab Saudi bersama beberapa negara yang bergabung dalam sebuah koalisi militer memulai sebuah operasi penyerangan terhadap Yaman yang diberi nama Operation Decisive Storm ( โ€˜Amaliyyat โ€˜ฤ€sifat al- Hazm). Dalam operasi ini, koalisi Arab Saudi mengirimkan 100 jet tempur, 150.000 tentara , dan beberapa unit angkatan laut. Koalisi Arab Saudi menargetkan basis-basis militer, pusat pertahanan udara, situs rudal, dan kamp-kamp milik Houthi di Yaman. Dalam agresi militer ini, negara anggota koalisi Arab Saudi seperti Bahrain, Mesir, Kuwait, Maroko, Yordania, Uni Emirat Arab, Pakistan, dan Somalia juga mengirimkan berbagai bantuannya dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Setelah beberapa minggu dijalankan, Operation Decisive Storm diakhiri pada 21 April 2015 (Cabural, 2015) lalu dilanjutkan dengan Operation Restoring Hope yang terus berlangsung hingga saat ini. Meski telah berlangsung lebih dari tiga tahun, perang di Yaman belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Serangan yang bertubi-tubi dirasakan oleh warga sipil terus berlanjut. Menurut Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR), sejak awal terjadinya Perang Yaman, hingga bulan Oktober tahun 2017 saja, setidaknya 4.125 warga sipil tewas, dan lebih dari 7.207 lainnya mengalami luka (OHCHR, 2017). Kebanyakan dari mereka menjadi korban serangan udara yang dilakukan oleh koalisi Arab Saudi. Berdasarkan data yang terus diperbaharui oleh Amnesti Internasional, lebih dari 15.000 warga menjadi korban, baik tewas maupun luka (Amnesty International, 2015). Lebih lanjut, Amnesti Internasional menyebutkan bahwa perang ini juga mengakibatkan 22,2 juta warga Yaman kesulitan dalam mendapatkan berbagai kebutuhan hidup, sehingga kehidupan mereka semakin sengsara. Kondisi warga Yaman semakin diperparah oleh aksi koalisi Arab Saudi yang memblokade semua jalur masuk ke Yaman melalui laut dengan alasan mencegah pengiriman senjata api menuju Houthi. Akibatnya, pasokan makanan, obat-obatan, Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 3 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 2 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman dan bahan bakar pun menjadi terhalang. Padahal, suplai makanan dan obat- obatan ke Yaman lebih dari 85%-nya dikirim melalui jalur laut. Koalisi Arab Saudi menghentikan pelayaran kapal-kapal menuju Yaman selama beberapa minggu, dan menghasilkan pertempuran di daerah pelabuhan besar seperti di Hodeida, dan mengakibatkan situasi yang semakin buruk. Terhentinya pasokan bahan bakar yang dibutuhkan untuk mengolah limbah, mengakibatkan air limbah mengalir ke kanal dan menyebar ke berbagai sungai di kota Sanaโ€™a. Air kotor tersebut mulai menyebar ke daerah pertanian, sehingga mengkontaminasi hasil pertanian. Sayangnya, produk pertanian tersebut tetap dijual di pasar sekitar Sanaโ€™a yang mengakibatkan mewabahnya penyakit diare di kota tersebut. Tidak hanya penyakit diare, blokade koalisi Saudi juga mengakibatkan masalah lain seperti penyakit kolera yang mulai mewabah di Sanaโ€™a sejak Oktober tahun 2016 dan mulai menyebar ke berbagai provinsi di Yaman. Pada bulan April tahun 2017 saja, kolera sudah menyebar ke 18 provinsi dari 23 provinsi yang ada di Yaman. Dalam kurun waktu dua minggu saja, lebih dari 20.000 orang terinfeksi kolera dan menewaskan 242 di antaranya. sejak bulan Mei tahun 2017, UNICEF langsung bergerak untuk membantu dan mengurangi penyebaran wabah kolera (Allana, 2017). Tindakan blokade yang dilakukan oleh koalisi Arab Saudi telah merugikan kedua pihak yang bertikai, yaitu Houthi dan kubu Mansour Hadi yang didukung oleh koalisi Arab Saudi. Berdasarkan laporan dari The Lancet , sebanyak 67.346 kasus kolera terjadi di wilayah kekuasaan kubu Mansour Hadi, dan sebanyak 339.061 kasus kolera dialami populasi di kawasan yang dikontrol Houthi. Berdasarkan laporan dari PBB, jumlah masyarakat yang terinfeksi wabah kolera di Yaman mencapai angka 900.000 (Allana, 2017). Di tengah situasi yang sangat buruk ini, dunia melihat bahwa PBB dan negara- negara besar, seperti Amerika Serikat dan Inggris, tidak melakukan langkah konkrit untuk menghentikan perang. Bahkan pemberitaan mengenai Yaman tidak banyak mewarnai media massa mainstream (Barat) sehingga perang di sana tidak mendapatkan banyak perhatian dari masyarakat internasional. Hal ini jauh berbeda dengan pemberitaan mengenai Suriah, misalnya, dimana seiring dengan masifnya pemberitaan media massa Barat, pemerintah AS juga segera melakukan aksi konkrit. Pada bulan April 2018, ketika terjadi serangan senjata kimia di Douma, Suriah, media AS secara masif memberitakannya. Lima hari kemudian AS, Inggris, dan Perancis melakukan serangan bom ke beberapa posisi militer Suriah dengan alasan untuk melindungi warga Suriah (New York Times, 2018). Berdasarkan latar belakang ini, penulis mengajukan pertanyaan penelitian, mengapa media mainstream di AS tidak banyak mengekspos perang Yaman dan 4 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 5 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 4 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 5 Efek CNN dalam Perang Yaman apa kepentingan AS di Yaman? Dalam menganalisis, peneliti menggunakan teori Efek CNN ( CNN Effect ) yang menyatakan bahwa media mainstream berperan dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri dengan cara membentuk opini publik. Penelitian ini dilakukan dengan menelaah berbagai dokumen dan pemberitaan media massa. Penulis juga melakukan analisis wacana terhadap sejumlah berita mengenai Yaman di CNN dan New York Times. Makalah ini selanjutnya akan dibagi dalam 5 bagian, yaitu (1) sekilas kronologi perang Yaman, (2) teori Efek CNN, (3) analisis pemberitaan CNN dan New York Times, (4) aliansi AS-Arab Saudi dan kepentingan ekonomi AS di Yaman, dan (5) kesimpulan. ## Sekilas Kronologi Perang Yaman Situasi yang memanas di Yaman dimulai sejak tahun 2011, seiring dengan terjadinya โ€˜ Arab Springโ€™ di berbagai negara Arab. Pada masa itu, warga di Mesir, Tunisia, Libya, Bahrain dan warga di berbagai negara-negara Arab lainnya berdemo besar-besaran untuk menuntut demokratisasi. Warga Yaman juga menuntut hal yang sama, terlebih karena presiden saat itu, Ali Abdullah Saleh telah memerintah lebih dari tiga dekade. Selama pemerintahannya, Yaman tidak beranjak dari posisi sebagai salah satu negara termiskin di dunia, sementara miliaran Dollar AS hasil penjualan minyak tersia-sia. Saat itu, 40% populasi Yaman hidup dengan penghasilan di bawah 2 Dollar AS per hari (Al Jazeera, 2017). Menyusul aksi protes besar-besaran warga Yaman, Ali Abdullah Saleh mundur dan digantikan oleh Abed Rabbo Mansur Hadi. Kelompok Houthi, yang mendirikan front perlawanan bernama โ€˜Ansarullahโ€™ , adalah salah satu dari banyak faksi yang berdemo melawan Saleh. Pasca mundurnya Saleh, diadakan Konferensi Dialog Nasional yang merekomendasikan agar Yaman dipecah menjadi 6 wilayah. Houthi menentang pemecahan wilayah ini. Konferensi ini dihadiri 565 delegasi dari berbagai lapisan masyarakat Yaman dan saat itu Houthi mendapatkan jatah wakil 35 orang, yang menandai masuknya Houthi dalam arus utama politik Yaman (Batati, 2014). Pemerintahan Abed Rabbo Mansur Hadi tidak berjalan mulus, berbagai tuntutan reformasi belum berhasil terpenuhi. Pada musim panas 2014, menyusul pencabutan subsidi bahan bakar yang dilakukan pemerintah, warga Yaman kembali melakukan aksi demonstrasi besar-besaran terjadi di Sanaโ€™a, ibu kota Yaman, yang dimotori oleh kelompok Houthi. Houthi juga mengancam apabila pemerintah gagal memenuhi tuntutan para demonstran, mereka akan melakukan โ€˜langkah lebih lanjutโ€™. Houthi juga menuntut dibentuknya pemerintahan yang lebih representatif sebagaimanya Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 5 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 4 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 5 Efek CNN dalam Perang Yaman yang telah disepakati dalam National Dialogue Conference . Pada awal terjadinya demonstrasi tersebut, Hadi telah mengundang Houthi untuk berdialog dan mengundang mereka untuk bergabung dalam pemerintahan Yaman yang baru. Kedua belah pihak akhirnya sepakat untuk bertemu dan mereka menandatangani perjanjian damai dan ditengahi oleh utusan PBB untuk Yaman, Jamal Benomar. Kubu Hadi menuntut agar Houthi mundur dari Sanaโ€™a dan menghentikan provokasi di provinsi lain sebagai syarat agar tuntutan mereka dipenuhi. Tetapi Houthi tidak mematuhi perjanjian damai tersebut dan mulai mengambil alih kota pelabuhan strategis Hodeida di Laut Merah dan menguasai provinsi lain. Kemudian pada bulan Oktober 2014, Presiden Hadi menunjuk diplomat Yaman untuk Amerika Serikat, Khaled Bahah, sebagai perdana menteri. Pada awalnya Houthi menyambut baik keputusan itu, namun tensi memanas pada bulan Januari 2015, ketika rancangan konstitusi mencantumkan rencana pembagian Yaman menjadi enam wilayah. Houthi menolak pembagian wilayah ini, sementara Hadi berkeras pada rencana tersebut. Kelompok Houthi kemudian menyerang istana kepresidenan Yaman dan menuntut pengunduran diri Hadi dari kursi kepresidenan. Mereka juga melakukan penahanan rumah pada Hadi, perdana menteri, dan dua menteri. Pada bulan Februari 2015, Houthi mendeklarasikan bahwa Hadi digantikan oleh Dewan Presidensil sementara yang beranggotakan lima orang. Hadi kemudian melarikan diri ke kota Aden pada 21 Februari 2015 dan menyatakan diri sebagai presiden yang sah. Sebulan kemudian, Arab Saudi mulai mengebomi Yaman dan memberikan suaka kepada Hadi. Selain serangan bom, koalisi Arab Saudi juga memberlakukan blokade laut dan udara, sehingga pasokan bahan makanan, obat-obatan, air, dan bahan bakar terhambat. Akibatnya kini warga Yaman mengalami apa yang disebut PBB sebagai โ€œbencana kemanusiaan terburuk di duniaโ€ (McKenzie, 2018) ## Teori โ€œEfek CNNโ€ Dalam bagian kata pengantar The CNN Effect in Action: How the News Media Pushed the West Toward War in Kosovo , Babak Bahador menjelaskan latar belakang kemunculan teori โ€œEfek CNNโ€. Teori ini berkembang setelah Perang Teluk 1991 untuk menjelaskan pengaruh jaringan televisi global baru seperti CNN terhadap kebijakan luar negeri, terutama yang berhubungan dengan perang. Mengutip Stech (1994), Bahador menjelaskan bahwa pada saat kejadian tersebut (17 Januari 1991), American Broadcasting Company (ABC) dan National Broadcasting Company (NBC) yang 6 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 7 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 6 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 7 Efek CNN dalam Perang Yaman melaporkan langsung dari Baghdad dengan menggunakan jaringan komunikasi Irak tiba-tiba berhenti setelah diikuti tembakan misil. Namun, Cable News Network (CNN) yang ditransmisikan dengan sirkuit khusus yang dipasang sebelum perang ternyata berhasil bertahan, dan menjadi jaringan penyiaran televisi Amerika satu-satunya yang memberitakan Perang Teluk dalam dua minggu setelah itu. Steven Livingston dalam tulisannya Clarifying the CNN Effect: An Examination of Media Effects According Type of Military Intervention menyebutkan bahwa efek CNN ( CNN effect ) atau CNN curve atau CNN factor adalah dampak dari media real-time global yang baru dalam diplomasi dan kebijakan luar negeri (Livingston, 1997). Bagi Piers Robinson, frasa โ€˜efek CNNโ€™ merujuk pada teknologi komunikasi real-time yang dapat mendorong respon yang besar dari masyarakat domestik dan elit politik terhadap fenomena global (Robinson, 1999). Sementara, bagi Joseph Nye, efek CNN dipandang sebagai dampak dari peningkatan arus bebas informasi penyiaran dan siklus berita yang dipersingkat terhadap opini publik di dalam masyarakat (Nye, 1999). Dalam memandang efek CNN, menurut Livingston dapat lihat sebagai: (1) alat agenda-setting kebijakan, (2) hambatan ( impediment ), dan (3) akselerator dalam pembuatan keputusan kebijakan (Livingston, 1997). Pertama, media dipandang sebagai akselerator. Dengan adanya media real-time global, memungkinkan untuk memangkas waktu respon dalam pembuatan keputusan. Livingston mengutip Nicholas Burns, juru bicara Amerika pada saat itu, mengatakan, Instantaneous reporting of events often demands instant analysis by governmentsโ€ฆ in our day, as events unfold half a world away, it is not unusual for CNN State Department correspondent Steve Hurst to ask me for a reaction before weโ€™ve had a chance to receive a more detailed report from our embassy and consider carefully our options. Dari pernyataan ini dapat terlihat peranan media real-time global yang memungkinkan kondisi dimana pemerintah belum mendapatkan informasi lebih detail dari kedutaan luar negerinya, namun media sudah menagih tanggapan saat itu juga. Selanjutnya, media dapat dilihat sebagai hambatan ( impediment ). Lebih lanjut lagi, hal ini dapat dibagi menjadi dua. Pertama, media sebagai penghambat emosi. Hal ini dapat terlihat bagaimana pasca kemenangan militer Amerika di Teluk Persiaโ€”Presiden Bush dengan antusiasnya berkata, โ€œ By God, weโ€™ve kicked the Vietnam syndrome once and for all โ€. Maksud dari Vietnam syndrome atau sindrom Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 7 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 6 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman Vietnam di sini adalah bagaimana pemberitaan media dapat mengurangi dukungan publik terhadap suatu operasi dan mengikis moral tantara di lapangan. Karena itu, kontrol terhadap reporter sangat penting dalam kerja-kerja militer untuk membatasi potensi kerusakan dalam hubungan dengan publik. Livingstion mengutip Powell bahwa bagaimana menakjubkannya pemerintah Amerika dalam usahanya untuk memberikan โ€˜penjelasanโ€™โ€”meminjam istilah Powellโ€”yang kredibel, sehingga publik percaya bahwa tindakan ini โ€œlayak dilakukanโ€. Kedua, media juga dapat menjadi suatu ancaman dalam operasi keamanan. Pernyataan ini berangkat dari fakta bahwa beberapa operasi yang sangat sensitif terhadap pemberitaan media. Dalam keadaaan ini, media memiliki teknologi untuk menghalangi beberapa tipe operasi hanya dengan mencoba untuk membongkarnya. Sebab, media dapat memperlihatkan informasi yang mengarah pada hal-hal yang tidak diinginkan dan bahkan dapat berujung pada gagalnya suatu misi. Terakhir, media sebagai alat agenda-setting yakni bagaimana konten berita dari suatu media menjadi suatu cerminan dari agenda kebijakan luar negeri suatu negara. Hal ini juga berpengaruh terhadap pemberitaaan mengenai krisis kemanusiaan yang terjadi di berbagai belahan dunia, dan bagaimana respon (media) Amerika terhadapnya. Livingston menggarisbawahi indikasi bagaimana media Amerika memiliki kecenderungan dalam memberi perhatian yang tak seimbang terhadap krisis kemanusiaan. Fenomena ini dapat dilihat pada kasus Liberia, Sierra Leone, dan selanjutnnya Tajikistan yang sangat minim mendapat perhatian dari perwakilan media Amerika yang ada di sana. Selanjutnya, Livingston menjelaskan hubungan lebih jauh antara berbagai macam efek yang memungkinkan dan berbagai tipe kebijakan yang dibuat. Hal ini untuk membaca bagaimana interaksi antara kebijakan dan media. Analisis Livingston dapat diperhatikan di dalam tabel di bawah. ## Gambar 5. ## Jenis Intervensi dan Pertimbangan Media yang Menyertainya Tujuan Kebijakan & Objektif Kemungkinan Minat Media Kebijakan Pemerintah Kemung- kinan Efek Media Opini Publik Penggunaan Kekuatan 8 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 9 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 8 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 9 Efek CNN dalam Perang Yaman Peperangan Konvensional Penghancuran musuh dan kemampuan perangnya. Sangat tinggi Tingkat yang tinggi dalam perobaan kontrol media .Berita โ€œterindeksโ€ Akseleratif, Terdapat ha- langan(jenis keduanya). Minat publik yang tinggi dan perhatian untuk itu Pencegahan Strategis Mempertahan kan status quo. Contoh : perang dingin, semenan - jung korea Minat yang sedang dan tinggi. Pelipu - tan bersifat rutin Interaksi berita yang bersifat rutin White House, DoD, State - briefings, dll. Selama stabilitas, sedikit efek. Menjadi cepat selama periode keti - dakstabilan Hanya diperiksa oleh publik yang penuh perhatian. Perluasan basis- selama ketidak - stabilan Pencegahan Taktis Menemukan tantangan untuk status quo. Contoh: Desert Shield. RRC-Tai- wan, Maret 1996. Minat yang se- dang ke tinggi Tapi bersifat episodik. Terkendali tetapi koper- atif. Kekuatan pengganda. Ketiga efek, tapi belum tentu berba- haya. Pengawasan publik yang penuh perhatian. Opini publik yang terpendam mem- buat kekhawa- tiran pembuat kebijakan SOLIC (Spe- cial operations and low-inten - sity conflict) Penanggulangan Terorisme, penye - lamatan sandera, operasi khusus. Minat tinggi, khususnya be- berapa situasi, Sandera,teror - isme Rahasia. Pencegahan dalam segala akses Halangan (Keamanan operasional- berisiko). Sedikit, bahkan atau tidak ada kesadaran publik- di sebagian besar kasus. Pembuatan Perdamaian Pengenaan pihak ketiga sebagai - solusi politik yang menggunakan kekuatan bersen- jata. Contoh: Ter- lambat Somalia, Yugoslavia. Minat tinggi pada awal- tahapan op- erasi. Variasi sesudahnya tergantung pada level stabilitas. Kondisi yang mudah men- guap. Bahaya dalam pel- aporan. Akses dengan risiko. Hambatan (keduanya jenis) Pengawasan publik yang penuh per- hatian. Opini publik yang terpendam- membuat kekhawati - ran pembuat kebijakan P e n j a g a a n Perdamaian Menunjang solusi politis yang diteri - ma dari kehadiran pihak ketiga Minat yang moderat kec- uali terdapat kesepakatan yang mengala- mi destablisasi Umumnya tidak dibata - si akses ke teater operasi Hambatan (hambatan emosional- cenderung terjadi). Pengawasan publik yang penuh perhatian. Opini publik yang terpendam mem- buat kekhawa- tiran pembuat kebijakan 8 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 9 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 8 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 9 Efek CNN dalam Perang Yaman Operasi Ke - manusiaan yang Dipak - sakan Tegas, kebijakan bantuan yang apolitis Minat yang rendah / rata-rata ke- cuali terdapat kekerasan Kondisi yang mudah menguap dan repor- tase bersifat beresiko Hambatan (hambatan emosional- cenderung terjadi). Pengawasan publik yang penuh per- hatian. Opini publik yang terpendam membuat kekhawati - ran pembuat kebijakan Operasi Ke - manusiaan yang memili - ki konsensus Bantuan kema- nusiaan yang disepakati. Operasi awal yang memiliki minat yang rendah dan rata-rata Tidak dibata- si, bahkanme - dia yang di- dorong untuk melakukan peliputan. Efek media tidak dapat dipercaya Pengawasan pub- lik yang penuh perhatian ## Sumber: Livingston, 1997 Dari tabel di atas, pertama-tama dapat diuraikan mengenai tipe-tipe intervensi militer yang dilakukan oleh suatu negara seperti, conventional warfare , strategic deterrence , tactical deterrence , SOLIC, peace-making , peace-keeping , imposed humanitarian operations , dan consensual humanitarian operations . Dengan adanya analisis ini, suatu kebijakan intervensi militer suatu negara dapat diuraikan dalam relasinya dengan media. ## Analisis Pemberitaan CNN dan New York Times Dalam menganalisis pemberitaan CNN dan New York Times, peneliti akan menggunakan analisis wacana kritis, yaitu upaya pemaknaan bahasa di dalam hubungan kekuasaan dan sosial, dengan meneliti bagaimana makna diciptakan dalam konteks sosial-politik tertentu (Haryatmoko, 2016). Konteks sosial-politik yang dimaksud dalam makalah ini adalah bagaimana AS sebagai kekuatan dominan dalam hubungan internasional sangat berperan dalam terjadinya sebuah perang atau konflik. CNN merupakan salah satu dari media arus utama ( mainstream ) di dunia yang memiliki efek dan pengaruh besar dalam membentuk opini publik, baik domestik (di Amerika Serikat) maupun internasional. Fenomena dan keadaan politik yang ada di Timur Tengah saat ini, memiliki korelasi yang menarik jika dikaitkan dengan media. 10 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 11 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 10 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 11 Efek CNN dalam Perang Yaman CNN dalam sejarahnya telah berperan besar dalam membentuk opini publik yang dapat berujung pada pengambilan aksi tertentu bagi para pemangku kebijakan, seperti intervensi Amerika ke Somalia tahun 1992 dan Irak tahun 2003. Dalam tulisan ini peneliti mencoba untuk menganalisis pemberitaan-pemberitaan CNN serta New York Times (NYT) terhadap perang yang terjadi di Yaman. Pertama, peneliti melihat dari jumlah intensitas pemberitaan CNN dan NYT serta membandingkannya dengan berita Al-Jazeera terhadap perang Yaman. Rentang waktu yang diambil adalah 15 hari sebelum dan sesudah kejadian pengeboman terhadap sebuah bus sekolah anak-anak di Dahyan pada tanggal 9 Agustus 2018. Akibat serangan bom tersebut, 51 orang tewas (mayoritas anak-anak) dan 79 luka- luka. Di lokasi ledakan ditemukan bom jenis Raytheon Mark 82 buatan AS yang biasa digunakan Arab Saudi (Sekarwati, 2018). Lalu peneliti akan mengulas nada berita yang diunggah CNN dan NYT mengenai pemberitaan seputar perang dan kejadian yang terjadi di Yaman. Pada rentang waktu 25 Juli-8 Agustus 2018 (15 hari sebelum peristiwa pengeboman Dahyan) terdapat 3 berita yang dimuat dalam website CNN. Pada tangal 9 Agustus 2018, yaitu hari ketika pengeboman Dahyan terjadi, CNN hanya memuat 1 berita yang kemudian diperbarui pada tanggal 10 agustus. Kemudian dalam rentang 15 hari setelah pengeboman Dahyan (10-24 Agustus) CNN memuat 10 berita yang memberitakan tentang kejadian di Yaman. Total artikel yang dimuat CNN dalam pemberitaan mengenai Yaman berjumlah 13 berita. Sementara itu, di portal NYT dalam kurun waktu 25 Juli-8 Agustus 2018 terdapat 3 berita mengenai Yaman. Pada tanggal 9 Agustus 2018 hari ketika pengeboman Dahyan terjadi, NYT juga hanya memuat 1 berita. Lalu, dalam periode 10-24 10 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 11 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 10 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman Agustus, NYT memuat 2 berita terkait Yaman. Bila dibandingkan, terlihat perbedaan mencolok: dalam periode waktu yang sama, CNN memberitakan 13 berita, NYT 6 berita, sementara Aljazeera 24 berita. Peneliti membandingkan CNN-NYT dengan Aljazeera dengan alasan bahwa Aljazeera adalah media terkemuka non-AS. Berikut ini grafik yang menggambarkan pembandingan jumlah berita mengenai Yaman. Selanjutnya peneliti akan melakukan analisis wacana untuk mengetahui tendensi pemberitaan CNN dan NYT terkait Yaman. Peneliti mengkategorikan isi pemberitaan itu adalah tiga jenis nada ( tone ): datar (berita ditulis secara datar atau netral), memosisikan Arab Saudi sebagai antagonis, atau memosisikan Houthi sebagai aktor antagonis. ## CNN 25 Juli-8 Agustus (Sebelum Pengeboman Dahyan) No Tanggal Judul Berita Analisis wacana 1 2/7/2018 Rare drone footage captures life amid the rubble in war-torn city Datar 2 3/8/2018 Yemen at risk of third cholera epidemic, health officials warn Datar 3 7/8/2018 In Yemen, UAE tries to manage optics as well as its military offensive Memposisikan Houthi se- bagai antagonis CNN 9 Agustus (Hari Pengeboman Dahyan) No Tanggal Judul Berita Analisis Wacana 1 10/8/2018 Saudi-led strike kills dozens of children on school field trip in Yemen Datar CNN 25 10-24 Agustus (Setelah Pengeboman Dahyan) No Tanggal Judul Berita Analisis Wacana 1 10/8/ 2018 5 things for August 10: Mideast airstrike, anthem protests, Puerto Rico, immigra- tion Datar 12 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 13 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 12 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 13 Efek CNN dalam Perang Yaman 2 10/8/2018 UN chief calls for investigation into Sau- di-led strike that killed Yemen children Datar 3 11/8/ 2018 Yemenโ€™s parents search through the dead for their children after strike Memosisikan Houthi se- bagai antagonis 4 13/8/2018 Pompeo, Trump mum on Saudi-led air- strike that hit Yemen school bus Datar 5 14/8/2018 State Department says Pompeo did dis- cuss Yemen strike with Saudi prince Datar 6 14/8/2018 Americaโ€™s silence makes it complicit in Saudi bombing of Yemeni children Memosisikan Arab Saudi sebagai antagonis 7 14/8/2018 The schoolboys on a field trip in Yemen were chatting and laughing. Then came the airstrike Datar 8 19/8/2018 Why this World Humanitarian Day could be the grimmest of all Memosisikan Arab Saudi sebagai antagonis 9 24/8/2018 Yemen airstrike kills 22 children fleeing earlier bombing, rebels say Datar ## Sumber grafik: hasil olahan peneliti Dari total 13 berita yang dimuat CNN dalam jangka waktu 1 bulan, terdapat 9 berita bernada datar, 2 berita memosisikan Houthi sebagai antagonis, 2 berita memposisikan Arab Saudi sebagai antagonis. ## Berita Bernada Datar Pada tanggal 2 Agustus 2018 CNN mengunggah artikel yang berjudul Rare drone footage captures life amid the rubble in war-torn city. Artikel tersebut sedikit banyak bercerita tentang keadaan di ibu kota Yaman, Sanaโ€™a yang sedang mengalami kehancuran. Artikel tersebut pada bagian pembukaannya, tepatnya pada paragraf kedua menyatakan : โ€œThe footage shows the damage wrought to some of the buildings, but also its enduring beauty and how life goes on amid the rubble and carnageโ€ (Gabriel Chaim & Nick Paton Walsh, 2018). Frasa โ€œIts enduring beauty and how life goes onโ€ sangat kontradiktif karena Yaman berada dalam krisis kemanusiaan terburuk sepanjang sejarah dunia modern. PBB memprediksi bahwa 22.2 juta orang membutuhkan bantuan 8.4 juta orang berada di jurang kelaparan dan diprediksi akan ada 10 juta orang yang akan berada pada kategori yang sama di akhir tahun 2018 PBB serta PBB telah melabeli krisis tersebut menjadi krisis kemanusiaan terburuk (UN News, 2018). 12 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 13 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 12 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman Pada tanggal 9 Agustus 2018 hari dimana kejadian pengeboman Dahyan terjadi, CNN mengunggah satu berita yang kemudian diperbarui pada tanggal 10 agustus 2018. Artikel CNN yang diunggah pada kejadian pengeboman tersebut berjudul Saudi-led strike kills dozens of children on school field trip in Yemen. Berita ini bernada datar, tidak ada tuduhan maupun kritik yang kuat terhadap koalisi Saudi Arabia yang saat itu diduga kuat sebagai pelaku (berdasarkan informasi yang beredar luas di hari yang sama di media sosial dan berbagai media non-mainstream). Di awal berita CNN menyajikan informasi terbaru mengenai korban pengeboman yang dibawah umur baik dari aspek jumlah korban dan keadaan penanganan para korban. Foto- foto korban anak-anak yang terluka dimuat. Lalu CNN, memasukan kalimat yang meragukan keabsahan foto-foto para korban tersebut : โ€œHouthi media broadcast graphic footage appearing to show the bodies of children. CNN has not independently verified these imagesโ€ (Hakim Almasmari & Qiblawi, 2018). CNN juga menulis pernyataan tentang ketidakpastian siapa pelaku pengeboman (terlepas dari fakta bahwa selama 3 tahun terakhir, koalisi Arab Saudi hampir setiap hari melakukan pengeboman ke Yaman). CNN menulis, โ€œOther stills from the Houthi-run Al-Masirah TV footage showed wounded Yemeni children lying on beds receiving treatment following the alleged Saudi-led airstrike Thursdayโ€. Masih pada pemberitaan yang sama, CNN memasukkan pernyataan dari Agensi Pres Arab Saudi yang menyatakan bahwa aksi pengeboman di Dahyan merupakan aksi militer yang legal, โ€œThe targeting that happened today in Saada province was legal military action...โ€ Pada rentang waktu 15 hari setelah pengeboman Dahyan terdapat 6 berita yang bernada datar. CNN meyajikan pernyataan yang meminta adanya investigasi lebih lanjut serta mengutip berulang-ulang pernyataan dari Arab Saudi bahwa โ€˜pengeboman yang dilakukan Arab Saudi ditujukan pada target yang sah dan tepat.โ€™ Berikut ini kutipan berita dari CNN yang memperlihatkan nada datar (seolah netral) dengan menyajikan pernyataan koalisi Saudi atau pejabat AS yang meredam tragedi pengeboman terhadap puluhan anak sekolah itu. No Tanggal Judul Berita Pernyataan 1 10/8/ 2018 5 things for August 10: Mideast airstrike, anthem protests, Puer- to Rico, immigration The coalition said the missile was not aimed at the bus but at a โ€œlegit- imate target.โ€ That did little to quell outrage over the deaths 14 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 15 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 14 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 15 Efek CNN dalam Perang Yaman 2 10/8/2018 UN chief calls for investigation into Saudi-led strike that killed Yemen children US State Department spokeswom- an Heather Nauert said Washing- ton did not have the โ€œfull details of what happened on the ground,โ€ but said โ€œweโ€™re concerned about these reports.โ€ 4 13/8/2018 Pompeo, Trump mum on Sau- di-led airstrike that hit Yemen school bus At the time, she said the US is โ€œcer- tainly concernedโ€ by reports of the deadly strike, but that she could not confirm the โ€œall the details because we are not there on the ground. 5 14/8/2018 State Department says Pompeo did discuss Yemen strike with Saudi prince Our current position is for an inves- tigation to take place,โ€ she added while saying that the State Depart- ment favored a Saudi-led investiga- tion 7 14/8/2018 The schoolboys on a field trip in Yemen were chatting and laughing. Then came the air- strike No, this is not children in the bus,โ€ he said. โ€œWe do have high standard measures for targeting. ## Berita yang Memosisikan Houthi sebagai Aktor Antagonis Berita yang dimuat CNN pada tanggal 7 Agustus 2018 adalah berita pertama dalam kurun waktu sebulan yang bernada memosisikan Houthi sebagai tokoh antagonis. Berita tersebut memberitakan tentang bantuan yang dikirim oleh Arab Saudi dan koalisi untuk Yaman yang macet atau terkendala karena ulah dari Houthi. Di pembukaan berita tersebut dipaparkan bahwa koalisi Arab Saudi sedang melakukan hal yang terbaik dan melipatgandakan usaha mereka untuk menolong setiap orang, bahkan pada orang yang tinggal di pedesaan sekalipun. Lalu pada pertengahan berita, CNN menjelaskan bahwa Houthi merupakan penyebab halangan dan penundaan dari bantuan-bantuan tersebut. โ€œThe Riyadh-based coalition spokesman made a habit of publicizing the flow of ships to the port facilitated by the coalition, and blames the Houthis for any obstruction or delay of aid.โ€ Selanjutnya pada pemberitaan tanggal 11 Agustus 2018 CNN menggunakan susunan kalimat berikut ini: โ€œMore than 10,000 civilians have died and 40,000 have been wounded in the war, which reportedly has left 15 million Yemenis without access to clean water. 14 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 15 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 14 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman Also Friday, Saudi Arabiโ€™s air force intercepted two ballistic missiles fired by the Houthis over the kingdomโ€™s Jizan province, according to the Saudi Press Agency. The Houthi-controlled defense ministry confirmed it had fired several missiles while aiming for several vital Saudi military targets in Jizan.โ€ (Waffa Munayyer & Said- Moorhouse, 2018) Penyusunan kalimat-kalimat tersebut diawali oleh data jumlah korban perang Yaman. Selanjutnya disajikan catatan serangan-serangan Houthi yang membuat seakan korban yang berjumlah sangat besar tersebut disebabkan oleh Houthi saja. ## Berita yang Memosisikan Arab Saudi sebagai Aktor Antagonis CNN mengunggah 2 berita yang bernada memosisikan Arab Saudi sebagai aktor antagonis, yaitu pada 14 dan 19 Agustus 2018. CNN terlihat memosisikan Arab Saudi sebagai antagonis karena penggunaan bahasa yang cukup kuat dibanding berita- berita lainnya. โ€œSaudi Arabia is an unapologetic violator of human rights, within its own borders and outside of them. In Yemen, the Saudi government has not only killed thousands in bombings, but it blocked humanitarian aid and other imports, triggering a massive famine and the worst cholera outbreak in history.โ€ (Filipovic, 2018). ## Analisis Terhadap Pemberitaan New York Times NYT 25 Juli-8 Agustus (Sebelum Pengeboman Dahyan) No Tanggal Judul Berita Analisis Wacana 1 2/8/ 2018 Saudis Escalate Siege of Port in Yemen, Alarming Aid Groups Datar 2 3/8/ 2018 Saudis Deny Role in Attacks That Killed Ci- vilians in Yemeni Port Memposisikan Arab Saudi sebagai antagonis 3 6/8/2018 Dozens of Dead in Yemen, and Blame Pointing in Both Directions Datar NYT 9 Agustus (Hari Pengeboman Dahyan) No Tanggal Judul Berita Analisis Wacana 1 9/8/2018 Saudi Coalition Airstrike Hits School Bus in Yemen, Killing Dozens Datar 16 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 17 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 16 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 17 Efek CNN dalam Perang Yaman NYT 10-24 Agustus (Setelah Pengeboman Dahyan) No Tanggal Judul Berita Analisis Wacana 1 15/8 2018 44 Small Graves Stir Questions About U.S. Policy in Yemen Datar 2 23/8/2018 Hidden Wounds of Yemenโ€™s War Memposisikan Arab Saudi sebagai antagonis New York Times dalam kurun waktu 1 bulan mengunggah total 6 berita, 4 berita di antaranya memiliki nada datar dan 2 berita memosisikan Arab Saudi sebagai aktor antagonis. ## Berita Bernada Datar Dua dari berita yang diunggah oleh NYT menyatakan bahwa perang yang terjadi antara kelompok Houthi melawan Arab Saudi adalah 2 kekuatan yang seimbang. In June, the Saudi-led coalition launched the battle for Al Hudaydah in an effort to tip the power balance against the Houthis, ignoring a diplomatic outcry over concern for the safety of the cityโ€™s residents and the threat that fighting could pose to humanitarian supply lines. (Mohammed Ali Kalfood, 2018) The attack on Thursday took place in Sada Province, the Houthisโ€™ ancestral homeland, which the Saudi-led coalition has bombed heavily since the start of the war, reducing much of it to rubble. It is also the area from which Houthi fighters frequently launch attacks on Saudi Arabia. (Shuaib Almosawa, 2018). Fakta menunjukkan bahwa Perang Yaman adalah perang asimetris, yang dilakukan antara dua kubu yang jauh berbeda kekuatannya. Arab Saudi merupakan sebuah negara berdaulat dan kaya, sedangkan Houthi merupakan kelompok insurgensi dari sebuah negara termiskin di dunia. Arab Saudi didukung oleh memiliki koalisi negara- negara Arab yang sangat kaya seperti UAE, Kuwait, Bahrain, dan beberapa negara lain, serta didukung negara-negara kaya non-Arab seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Australia (McNeill, 2017). Meskipun Yaman dikabarkan mendapatkan dukungan dari Iran dan baru-baru ini Houthi mendapat bantuan dari Qatar. (Egypt Today, 2017) ## Berita yang Memosisikan Arab Saudi sebagai Aktor Antagonis 16 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 17 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 16 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman Berita dari NYT yang memiliki nada memosisikan Arab Saudi sebagai antagonis diunggah pada tanggal 3 dan 23 Agustus 2018. Kedua pemberitaan tersebut memiliki karakter dan cara yang berbeda dalam memosisikan Arab Saudi sebagai tokoh antagonis. Berita tanggal 3 Agustus menggunakan bahasa yang keras dan menyudutkan Arab Saudi. โ€œThe Red Cross on Friday reported a near doubling of the death toll from attacks on a rebel-held Yemeni seaport under siege by a Saudi-led coalition, describing the killings and destruction as a horrific disregard of international lawโ€ (Gladstone, 2018). Kalimat mengenai buruknya serangan yang dilakukan oleh Arab Saudi dan koalisi diatas ditempatkan pada baris paling awal berita. Selanjutnya beberapa paragraf setelahnya NYT mengutip hujatan dari Komite Internasional Palang Merah โ€œThe scenes coming from Hudaydah are horrific,โ€ the statement said. โ€œThe disregard of international humanitarian law in Yemen cannot be tolerated. While the statement did not say who was behind the attacks, it said that โ€œthis lack of respect for civilian life and civilian property is reprehensible.โ€ (Gladstone, 2018) Berita kedua NYT yang memosisikan Arab Saudi sebagai aktor antagonis diunggah pada tanggal 23 Agustus. Pertama, berita tersebut menjelaskan bahwa aksi militer Arab Saudi telah terjadi selama 3 tahun dan menjadikan orang Yaman jatuh pada kemiskinan dan berdampak pada adanya krisis kemanusiaan terbesar di dunia (Almosawa, 2018). Lalu, di dalam berita tersebut diberikan penjelasan detail mengenai dampak serangan Arab Saudi selama 3 bulan terakhir yang membuat Arab Saudi muncul sebagai aktor antagonis. Kesimpulan umum dari analisis terhadap pemberitaan CNN dan New York Times dalam Perang Yaman adalah: minimnya jumlah pemberitaan dan nada datar yang mendominasi berperan dalam membuat opini publik tidak banyak menaruh perhatian terhadap perang ini. Akibatnya, rakyat AS juga tidak tergerak untuk mendorong pemerintah mereka mengambil tindakan. Sebagaimana diungkapkan dalam teori Efek CNN, media arus utama dapat berfungsi sebagai alat agenda-setting kebijakan, hambatan ( impediment ), dan akselerator dalam pembuatan keputusan kebijakan (Livingston, 1997). Dalam kasus Yaman, media justru meredam perang ini sehingga tidak ada agenda setting untuk menghentikan perang, media justru melakukan hambatan emosi (meredam emosi publik) dengan pemberitaan yang cenderung datar. Hal 18 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 19 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 18 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 19 Efek CNN dalam Perang Yaman ini memunculkan pertanyaan selanjutnya, apa kepentingan AS di Yaman sehingga pemerintah AS tidak mengambil kebijakan luar negeri yang signifikan untuk menghentikan perang ini? ## Aliansi AS-Arab Saudi Serta Kepentingan Ekonomi AS di Yaman Agresi koalisi Arab Saudi ke Yaman yang sudah berlangsung lebih dari tiga tahun memunculkan pertanyaan penting: apakah kepentingan Arab Saudi dan Amerika Serikat dalam perang ini? Karena perang memakan biaya yang sangat mahal, sulit diabaikan adanya faktor ekonomi di baliknya. Catherine Shakdam menyebutkan bahwa alasan Arab Saudi mengintervensi perang Yaman adalah kekayaan alam. Yaman merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang sangat kaya, tanah yang subur dibandingkan negara Timur Tengah lain, dan air yang melimpah. Selain itu, dari segi geostrategis, Yaman merupakan jalur kunci dalam rute minyak dunia melalui selat Bab-el-Mandeb yang juga berbatasan dengan Yaman, dan dapat menjadi alternatif lain menuju Selat Hormuz dan kemudian melalui pembangunan pipa minyak di provinsi Hadramaut Timur, Yaman (Shakdam, 2016). Alain Gresh dalam (The New Arab, 2015) menjelaskan bahwa alasan Arab Saudi berperan cepat dikarenakan kepentingan mereka terhadap geopolitik Yaman yang tidak dapat diabaikan. Yaman merupakan negara yang mengontrol gerbang masuk ke Laut Merah (menuju Terusan Suez) dan Selat Bab-el-Mandeb, meskipun tidak begitu berpengaruh dibandingkan Selat Hormuz. Selain itu, Yaman merupakan negara awal dalam perjalanan minyak dan gas menuju Eropa. Sehingga Yaman selalu menjadi prioritas utama Arab Saudi dalam menjaga keamanan di Timur Tengah. Di saat yang sama, AS juga berperan dalam perang ini. Dalam operasi militer yang dilakukan Saudi, serangan dilakukan tanpa henti dengan target sasaran basis- basis Houthi. Dalam hal ini, koalisi Arab Saudi tidak hanya bekerja sendiri, melainkan didukung oleh bantuan-bantuan dari negara lain. Salah satunya ialah AS. Sejak operasi dimulai pada tahun 2015, koalisi Arab Saudi meminta bantuan dalam bentuk material dan militer kepada AS dalam melancarkan operasi militer mereka. Presiden AS pada saat itu, Barrack Obama menyetujui permintaan koalisi Arab Saudi dan AS bersedia membantu kelancaran operasi militer dalam hal logistik hingga intelejen. Pemerintahan Obama akhirnya membentuk suatu Badan Perencanaan Bersama dengan Arab Saudi untuk mengoordinasikan dukungan militer dan intelijen AS. Personel U.S. CENTCOM kemudian dikerahkan untuk memberikan dukungan terkait dan dukungan dari ASdimulai sejak April 2015 (Sharp, 2018). 18 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 19 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 18 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman Lebih lanjut lagi, Jeremy M. Sharp dan Christopher M. Blanchard menjelaskan bahwa AS berperan besar dalam membantu operasi yang dilakukan oleh koalisi Arab Saudi, ASmenyediakan berbagai layanan pertahanan dalam membantu melancarkan operasi militer, termasuk pengisian bahan bakar pesawat militer, dukungan intelijen tertentu. dan saran militer, termasuk saran mengenai kepatuhan terhadap hukum perang bersenjata dan praktik terbaik untuk mengurangi risiko korban yang berasal dari masyarakat sipil (Blanchard, 2018). Pemerintahan AS pada era kepresidenan Obama secara resmi menjelaskan bahwa keterlibatan AS dalam operasi militer koalisi Arab Saudi di Yaman sebagai salah satu bentuk dukungan kepada negara sahabatnya dan juga sebagai peringatan bagi Iran bahwa AS mengawasi mereka (Marshall, 2015). Peran AS yang mendukung koalisi Arab Saudi dalam menjalankan operasi militernya di Yaman dibuktikan dengan dukungan nyata AS dalam melindungi Yaman dari campur tangan Iran. Juru bicara Gedung Putih, Joshua Earnest pada konferensi pers tanggal 20 April tahun 2015, menjelaskan bahwa AS berhasil mengagalkan upaya pengiriman senjata api dari Iran kepada Houthi. Menurutnya, Iran diduga melanggar Resolusi Dewan Keamanan PBB 2216, yang berisikan embargo senjata terhadap Houthi. Angkatan Laut AS mengirim kapal induk USS Theodore Roosevelt ke Yaman pada 20 April 2015 untuk meningkatkan keamanan dan bergabung dengan kapal AS lainya yang disiapkan untuk mencegat setiap kapal Iran yang membawa senjata ke Houthi (Ministry of Foreign Affairs Kingdom of Saudi Arabia, 2017). Era kepresidenan AS pun berganti, namun tidak dengan hubungan dengan koalisi Arab Saudi di Yaman. Presiden baru AS, Donald Trump, tetap mendukung langkah-langkah yang diambil oleh koalisi Arab Saudi di Yaman. Presiden Donald Trump sedang mempertimbangkan permintaan dari koalisi Arab Saudi untuk bantuan militer langsung AS untuk merebut kembali pelabuhan utama Yaman dari pemberontak Houthi. Pelabuhan Hodeidah adalah saluran utama untuk bantuan kemanusiaan di Yaman, dan pertempuran yang berkepanjangan bisa menjadi bencana bagi jutaan warga sipil yang bergantung pada bantuan yang mulai menipis. Mohamad Bazzi menjelaskan, dukungan militer AS terhadap agresi koalisi Arab Saudi di Yaman semakin meningkat pada era Presiden Donald Trump. Trump secara terbuka menyuarakan dukungan penuh bagi koalisi Arab Saudi dan melemparkan kritik yang tajam kepada Iran. Hubungan AS dan Saudi juga semakin erat pada era Trump. Hal ini dibuktikan dengan dipilihnya Arab Saudi sebagai destinasi pertama bagi perjalanan luar negeri perdana Presiden Trump pada Mei 2017. Para pemimpin di Arab Saudi menyambut kedatangan Donald Trump dengan sambutan yang 20 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 21 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 20 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 21 Efek CNN dalam Perang Yaman megah hingga memberikan Donald Trump sebagai tamu kehormatan tertinggi kerajaan. Hal ini sebagai wujud terimakasih Arab Saudi terhadap AS yang senantiasa mendukung operasi militer koalisi Arab Saudi di Yaman (Bazzi, 2018). Keterkaitan antara AS dan koalisi Arab Saudi bukanlah sesuatu yang baru dalam politik internasional khususnya di kawasan Yaman. Kebijakan luar negeri AS mulai menaruh perhatian pada Yaman ketika kapal perang milik AS dibom pada tanggal 12 Oktober tahun 2000, oleh kelompok teroris yang menamakan dirinya sebagai Al Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP). Ancaman yang terus ditujukan oleh Al Qaeda pada ASmulai meningkat, seperti dengan serangan terhadap Kedutaan Besar ASdi Sanaโ€™a pada September 2008 yang memakan 18 korban tewas dan 16 korban luka. Tidak berhenti sampai situ saja, pada November tahun 2013, AQAP mengklaim akan membunuh Duta Besar AS, Matthew Tueller, akan tetapi serangan berhasil digagalkan setelah ditemukan dua bom yang belum meledak. Sejak adanya ancaman yang dirasakan oleh AS di Yaman, maka kepedulian mereka terhadap keamanan Yaman dan Arab Saudi menjadi prioritas AS di Timur Tengah (Ministry of Foreign Affairs Kingdom of Saudi Arabia, 2017). Selain dalam rangka memerangi terorisme, kepentingan nasional AS di Yaman sangat terkait dengan keamanan jalur distribusi minyak sebesar 3-4 juta barrel perl hari yang melewati Selat Bab-el-Mandeb. Kapal perang AS juga sering disandarkan di laut dekat Yaman untuk mencegah ancaman dari militer maupun teroris yang dapat menganggu jalur pengiriman laut. Pemerintahan yang stabil di Yaman merupakan hal penting bagi negara-negara di Timur Tengah yang mewaspadai bantuan militer dan pengaruh dari Iran untuk Houthi. Negara-negara di Timur Tengah merasa terancam dengan kehadiran militer Iran di Timur Tengah, kekhawatiran tersebut dapat memperburuk hubungan yang sudah tegang dengan Iran karena ancaman program nuklirnya yang sering ditunjukan di wilayah tersebut (Martinez, 2016). Hal senada disampaikan Shakdam (2016) yang menulis bahwa Perang Yaman merupakan bagian dari proxy war yang semata-mata hanya mementingkan persoalan kekuasaan di Bab-el-Mandeb. Bab-el-Mandeb merupakan alternatif bagi Selat Hormuz. Bila Saudi berhasil membangun pipa minyak di provinsi Hadramaut menuju Bab-el-Mandeb, pasokan minyak dunia tidak terlalu bergantung pada Selat Hormuz yang dikuasai Iran. Nafeez Ahmed seorang jurnalis dari Middle East Eye juga menyatakan bahwa perang yang terjadi di Yaman semata-mata bagian dari โ€˜fantasi AS dengan ambisi mengenai saluran pipa minyak dan gasโ€™ (Ahmed, 2016). 20 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 21 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 20 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman Sumber grafik: Angus McDowall, 2016 ## Bisnis Militer AS Perang Yaman juga sangat terkait dengan bisnis militer Amerika Serikat. Arab Saudi merupakan negara yang menjadi pelanggan utama berbagai jenis senjata hasil produksi Amerika . AS juga bertugas untuk memenuhi pelayanan untuk tentara nasional Arab Saudi termasuk perawatan alat militer hingga pelatihan militer. Sebagai contoh, Vinnell Arabia, yang kini menjadi bagian dari Northrop Grumman, terlibat dalam sebuah kesepakatan bernilai 4 miliar Dollar AS dengan tugas untuk melatih dan melengkapi Tentara Nasional Arab Saudi, yang menurut International Institute for Strategic Studies , divisi ini telah memainkan peran kunci dalam agresi Arab Saudi ke Yaman (International Institute for Strategic Studies, 2016). Berikut ini adalah grafik yang menunjukkan peningkatan pengiriman senjata dari AS ke Arab Saudi sejak era Presiden Nixon hingga Obama. 22 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 23 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 22 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 23 Efek CNN dalam Perang Yaman Pemerintahan Obama pada tahun 2009 mencatatkan rekor sebesar 115 miliar Dollar AS dalam penjualan peralatan militer ke Arab Saudi, jauh lebih besar dibandingkan pemerintahan sebelumnya (Bazzi, 2018). Kesepakatan besar juga terjadi pada tahun 2012 dengan angka yang mencapai 35,1 miliar Dollar AS. Tidak hanya itu, sejak saat itu juga AS telah menjadi negara pemasok berbagai kebutuhan militer, dari mulai senjata kecil dan amunisinya, howitzer , tank dan kendaraan anti- peluru, hingga kebutuhan militer lain di udara maupun laut (Defense Security Cooperation Agency, 2015). Setelah operasi militer koalisi Arab Saudi diluncurkan, kebutuhan alutsista Arab Saudi kemudian meningkat, hingga Arab Saudi membuat kesepakatan baru untuk membeli 153 tank. Kesepakatan itu juga termasuk senapan mesin, peluncur granat, perangkat penglihatan malam, hingga amunisi. Kesepakatan pembelian tank yang bernilai sebesar 1,15 miliar Dollar AS, merupakan pembelian yang ketiga setelah sebelumnya terjadi pada Juli 2015 sebesar 500 juta Dollar AS dalam bentuk amunisi kepada Angkatan Darat Kerajaan Saudi (RSLF) dan pembelian pada November 2015 senilai 1,29 miliar Dollar AS bom dan rudal untuk Angkatan Udara Kerajaan Saudi (RSAF) (Hartung, 2016). Dimulai dari era presiden Obama, hubungan AS dan Arab Saudi semakin erat. Dalam hal operasi militer koalisi Arab Saudi di Yaman, AS menjamin, bahwa setiap peralatan yang hilang ataupun rusak, maka akan diganti dengan yang baru, sehingga hal tersebut memberikan kemudahan bagi Arab Saudi untuk terus mempertahankan kekuatanya di Yaman (Hartung, 2016). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa AS memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang besar dalam Perang Yaman. ## Kesimpulan Perang di Yaman yang berlarut-larut terjadi seiring dengan sepinya pemberitaan media massa arus utama ( mainstream ) . Selama ini, media mainstream seringkali menjadi corong Pemerintah Amerika Serikat untuk meyakinkan publik bahwa tindakan mereka benar, misalnya dalam kasus agresi militer AS ke Irak pada era pemerintahan Bush. Dalam kasus Perang Yaman, media mainstream (CNN dan NYT) sangat minim memberitakannya sehingga opini publik baik di AS maupun di dunia internasional tidak banyak menaruh perhatian. Akibatnya, rakyat AS juga tidak tergerak untuk mendorong pemerintah mereka mengambil tindakan. Sebagaimana diungkapkan dalam teori Efek CNN, media arus utama dapat berfungsi sebagai alat agenda-setting 22 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 23 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 22 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 23 Efek CNN dalam Perang Yaman kebijakan, hambatan ( impediment ), dan akselerator dalam pembuatan keputusan kebijakan (Livingston, 1997). Dalam kasus Yaman, media justru meredam perang ini sehingga tidak ada agenda setting untuk menghentikan perang, media justru melakukan hambatan emosi (meredam emosi publik) dengan pemberitaan yang cenderung datar. Hal ini terjadi karena AS berkepentingan dalam berlanjutnya Perang Yaman, terutama kepentingan ekonomi. Koalisi Arab Saudi merupakan pelanggan terbesar alutsista produksi Amerika Serikat yang artinya memberikan sumbangan amat besar pada pendapatan Amerika Serikat. Selain itu, posisi strategis yang dimiliki Yaman sebagai jalur utama minyak dan gas menuju Eropa menjadi alasan penting lainnya bagi Amerika Serikat untuk ikut serta mendukung koalisi Arab Saudi untuk melawan Houthi. Faktor Iran juga menjadi alasan lain bagi Amerika Serikat untuk terlibat dalam perang Yaman. ## Daftar Pustaka Ahmed, N. (2016). Saudi war for Yemen oil pipeline is empowering al-Qaeda. Middle East Eye, [Online] Dalam: https://www.middleeasteye.net/essays/saudi-war- yemen-oil-pipeline-empowering-al-qaeda-1386143996. [Diakses 10 Oktober 2018]. Al Jazeera. (2017). Yemen: Who was Ali Abdullah Saleh?. Aljazeera, [Online] Dalam: https:// www.aljazeera.com/indepth/spotlight/yemen/2011/02/201122812118938648. html. [Diakses 11 Oktober 2018]. Allana, A. (2017). How War Created the Cholera Epidemic in Yemen. New York Times, [Online] Dalam: https://www.nytimes.com/2017/11/12/opinion/cholera-war- yemen.html. [Diakses 10 Oktober 2018]. Almasmari, S. E. S. Hakim., & Qiblawi, T. (2018). Saudi-led strike kills dozens of children on school field trip in Yemen. Edition, [Online] Dalam:https://edition.cnn. com/2018/08/09/middleeast/yemen-bus-intl/index.html. [Diakses 9 Oktober 2018]. Almosawa, S. (2018). Hidden Wounds of Yemenโ€™s War. New York Times, [Online] Dalam: https://www.nytimes.com/2018/08/23/opinion/sana-houthis-saudi-emirates- yemen-bombing-poverty-war.html. [Diakses 10 Oktober 2018] 24 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 25 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 24 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 25 Efek CNN dalam Perang Yaman Almosawa, B. H. Shuaib. (2018). Saudi Coalition Airstrike Hits School Bus in Yemen, Killing Dozens. New York Times, [Online] Dalam: https://www.nytimes. com/2018/08/09/world/middleeast/yemen-airstrike-school-bus-children.html [Diakses 17 September 2018]. Amnesty International. (2015). Yemen: The Forgotten War. Amnesty, [Online] Dalam: https://www.amnesty.org/en/latest/news/2015/09/yemen-the-forgotten-war/ [Diakses 2 Oktober 2018] Batati, S. A. (2014). Who Are the Houthis in Yemen?. Aljazeera, [Online] Dalam: https://www.aljazeera.com/news/middleeast/2014/08/yemen-houthis-hadi- protests-201482132719818986.html. [Diakses 24 April 2017]. Bazzi, M. (2018). The War in Yemen is disastrous. America is only making things worse. The Guardian, [Online] Dalam: https://www.theguardian.com/ commentisfree/2018/jun/11/trump-yemen-saudi-arabi-war-us-involvement- worsening-crisis. [Diakses 8 Oktober 2018]. Blanchard, J. M. S. a. C. M. (2018). The War in Yemen: A Compilation of Legislation in the 115th Congress. Congressional Research Service. Cabural, M. (2015). Yemen Conflict: Which Countries Support And Oppose Saudi Arabia. Valuewalk, [Online] Dalam: https://www.valuewalk.com/2015/03/yemen- vs-saudi-arabia/ [Diakses 14 September 2018]. Chaim, W. M. Gabriel., & Walsh, Nick Paton. (2018). Rare drone footage captures life amid the rubble in war-torn city. Edition, [Online] Dalam: https://edition.cnn. com/2018/08/02/middleeast/yemen-sanaa-drone-footage-intl/index.html. [Diakses 9 Oktober 2018]. Defense Security Cooperation Agency. (2015). Kingdom of Saudi Arabia (KSA) โ€“ Ammunition for the Royal Saudi Land Forces (RSLF). [Online] Dalam: http://www. dsca.mil/major-arms-sales/kingdom-saudi-arabia-ksa-ammunition-royal-saudi- land-forces-rslf. [Diakses 9 Oktober 2018]. Egypt Today. (2017). How did Qatar back the Houthis in Yemen?. Egypt Today, [Online] Dalam: https://www.egypttoday.com/Article/2/15264/How-did-Qatar-back-the- Houthis-in-Yemen. [Diakses 9 Oktober 2018]. Filipovic, J. (2018). Americaโ€™s silence makes it complicit in Saudi bombing of Yemeni children. Edition, [Online] Dalam: https://edition.cnn.com/2018/08/14/opinions/ 24 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 25 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 24 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri Efek CNN dalam Perang Yaman mike-pompeo-saudi-bombing-of-yemen-children-filipovic/index.html. [Diakses 9 Oktober 2018]. Gladstone, R. (2018). Saudis Deny Role in Attacks That Killed Civilians in Yemeni Port. New york Times, [Online] Dalam: https://www.nytimes.com/2018/08/03/world/ middleeast/saudi-yemen-port-attack.html. [Diakses 9 Oktober 2018]. Hartung, W. D. (2016). U.S. Arms Transfers to Saudi Arabia and the War in Yemen, Washington, D.C,: Center for International Policy. Haryatmoko. (2016). Critical Discourse Analysis: Landasan Teori, Metodologi, dan Penerapan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. International Institute for Strategic Studies, (2016). The Military Balance 2016. London: Routledge Press. Kalfood, M. C. Mohammed Ali.(2018). Dozens of Dead in Yemen, and Blame Pointing in Both Directions. New York Times, [Online] Dalam: https://www.nytimes. com/2018/08/06/world/middleeast/yemen-port-attack.html [Diakses 11 Oktober 2018]. Livingston, S. (1997). Clarifying the CNN Effect: An Examination of Media Effect According to Type of Military Intervention. Cambridge: The Joan Shorenstein Center Research on the Press. Marshall, R. (2015). Why Exactly Is the US at War in Yemen?. Truthout, [Online] Dalam: https://truthout.org/articles/why-exactly-is-the-us-at-war-in-yemen/ [Diakses 8 Oktober 2018]. Martinez, E. M. a. L. (2016). The US Role in Yemen: What You Need to Know. ABC News, [Online] Dalam: https://abcnews.go.com/International/us-role-yemen/ story?id=42780004 [Diakses 11 Oktober 2018]. McKenzie, D. N. a. S. (2018). The Yemen war is the worldโ€™s worst humanitarian crisis, UN says. Edition, [Online] Dalam: https://edition.cnn.com/2018/04/03/middleeast/ yemen-worlds-worst-humanitarian-crisis-un-intl/index.html [Diakses 11 Oktober 2018]. McNeill, S. (2017). Joint exercise with Saudis during Yemen blockade โ€˜taintsโ€™ Australian Navy, say aid groups. ABC, [Online] Dalam: http://www.abc.net.au/news/2017- 11-15/ran-exercise-with-saudis-criticised/9152438 [Diakses 11 Oktober 2018]. 26 Firda Rosyana RA, Windy Dermawan, Akim 27 Pendekatan Negosiasi Konflik dalam Resolusi Konflik di Sudan Selatan 26 Hilal Kholid Bajri, Nugrah Nurrahman, Muhammad Fakhri 27 Efek CNN dalam Perang Yaman Ministry of Foreign Affairs Kingdom of Saudi Arabia. (2017). Saudi Arabia and The Yemen Conflict, Riyadh: ministry of foreign affairs kingdom of saudi arabia. Munayyer, N. E. Waffa., & Said-Moorhouse, L. (2018). Yemenโ€™s parents search through the dead for their children after strike. Edition, [Online] Dalam: https://edition.cnn. com/2018/08/10/middleeast/yemen-airstrike-father-intl/index.html [Diakses 18 September 2018]. Nye, J. S. (1999). Redefining NATOโ€™s Mission in the Information Age. NATO Review (Web Edition), pp. 12-15. OHCHR. (2017). Yemen. [Online] Dalam: https://www.hrw.org/world-report/2017/ country-chapters/yemen [Diakses 2 Oktober 2018]. Robinson, P. (1999). The CNN Effect: Can the News Media Drive Foreign Policy?. Review of International Studies, pp. 301-309. Sekarwati, S. (2018). Bom yang Menyerang Bus Sekolah di Yaman Buatan Amerika Serikat. Tempo, [Online] Dalam: https://dunia.tempo.co/read/1116557/bom- yang-menyerang-bus-sekolah-di-yaman-buatan-amerika-serikat [Diakses 12 Oktober 2018]. Shakdam, C. (2016). Saudi Arabiaโ€™s Slaughter of Yemen Fueled By Oil Interests Not Democracy. Mint Press News, [Online] Dalam: https://www.mintpressnews.com/ saudi-arabias-slaughter-yemen-fueled-oil-interests-not-democracy/215207/ [Diakses 17 September 2018]. Sharp, J. M. (2018). Yemen: Civil War and Regional Intervention. Congressional Research Service. The New Arab. (2015). A tangle of conflicts and geopolitical ambitions in Yemen. Al Araby, [Online] Dalam: https://www.alaraby.co.uk/english/comment/2015/4/5/a- tangle-of-conflicts-and-geopolitical-ambitions-in-yemen [Diakses 18 September 2018]. UN News. 2018. Yemen: Tackling the worldโ€™s largest humanitarian crisis. [Online] Dalam: https://news.un.org/en/story/2018/09/1020232 [Diakses 18 September 2018].
c09e51c7-b3f3-473e-9658-bd484d140581
https://www.jurnal.bkstm.org/index.php/jtmi/article/download/173/94
## Pengaruh shoulder plunge depth dan panjang pin terhadap sifat fisik dan kekerasan pada sambungan friction stir spot welding aluminium 1100 dengan penambahan serbuk Zn David Lukmanto 1 , Nurul Muhayat 2 , Triyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Sebelas Maret 2 Staf Pengajar, Program Studi Teknik Mesin, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No.36 A, Pucangsawit, Kec. Jebres, Surakarta 57126 Email korespondensi: [email protected] ## Abstrak Friction Stir Spot Welding (FSSW) adalah proses penyambungan benda padat yang menggunakan gaya gesek terhadap material sebagai sumber panas. Friction Stir Spot Welding (FSSW) secara luas digunakan di industri otomotif untuk mendapatkan produk yang ringan dengan kekuatan yang baik. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menentukan panjang pin dan kedalaman penetrasi shoulder pada kekerasan dari FSSW AA110. Variasi yang digunakan adalah panjang pin 1,5, 1,7, 2 mm dan kedalaman penetrasi 0,5, 0,75, 1 mm. Kajian ini menggunakan dan tanpa tambahan partikel Zn. Kecepatan putaran spindel adalah 1600 rpm, waktu dwell adalah 7 detik, partikel Zn 0,2 mm, diameter shoulder adalah 12 mm, dan diameter pin adalah 5 mm. Karakteristik fisik dianalisis melalui pengamatan makro dan mikrostruktur, sedangkan karakteristik kekerasan melalui uji kekerasan vickers. Hasil dari kajian ini menunjukkan semakin bertambahnya panjang pin dan kedalaman penetrasi shoulder maka nilai kekerasan semakin meningkat. Variasi dengan penambahan Zn memiliki memiliki kekerasan yang lebih baik dibandingkan tanpa penambahan Zn. Kata kunci : FSSW, AA1100, panjang pin, kedalaman penetrasi shoulder, partikel Zn, Hardness Micro Vickers. ## Abstract Friction Stir Spot Welding (FSSW) is a solid-state jointing process that uses tool friction against the material as a heat source. Friction Stir Spot Welding (FSSW) is widely used in the automotive industry to get lightweight products with the best strength. The purpose of this research is to determine the pin length and shoulder plunge depth penetration on hardness of FSSW AA110. The variations used are pins 1.5, 1.7, 2 mm long and plunge depth of 0.5, 0.75, 1 mm. The study was conducted with and without the addition of Zn particles. Spindle rotation speed 1600 rpm, dwell time 7 s, Zn particles 0.2 mm, shoulder diameter 12 mm, and pin diameter 5 mm. Physical characteristics were analyzed through observation of macro and microstructures, while hardness characteristics through vickers hardness testing. The results of this study indicate that the increasing the pin length and the depth of shoulder penetration, the higher the hardness value. The variation with the addition of Zn has a better hardness than without the addition of Zn. Keywords: FSSW, AA1100, pin length, shoulder plunge depth, Zn particle, Hardness Micro Vickers. ## 1. Pendahuluan Material paduan ringan dewasa ini sudah menjadi tren penggunaan di dalam industri manufaktur sebagai pengganti baja. Penggunaan material paduan ringan untuk bodi mobil mengarah pada penurunan berat kendaraan guna mendapatkan pengurangan bahan bakar, emisi gas buang dan peningkatan kinerja [1]. Desain dan produksi pada bodi mobil menggunakan material ringan menjadi inovasi manufaktur yang sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan di industri otomotif. Material paduan ringan pada kendaraan bermotor memberikan manfaat seperti efisiensi energi yang lebih besar, konsumsi energi yang lebih sedikit, ergonomi yang lebih baik, keamanan yang lebih baik, pengoperasian yang lebih baik dan efektivitas biaya yang lebih tinggi [2]. FSSW adalah proses penyambungan solid-state yang menggunakan gesekan tool terhadap material sebagai sumber panas. Pengelasan ini memanfaatkan gesekan dari putaran tool yang diberikan tekanan pada kedua permukaan material yang akan disambung. Gesekan antara tool dan material akan menimbulkan panas awal proses pengelasan [3]. FSSW dapat dikatakan sebagai teknik pengelasan dengan biaya yang lebih kecil jika dibandingkan dengan teknik pengelasan busur karena FSSW tidak menggunakan filler metal dalam proses pengelasannya. Hasil pengelasan FSSW tergolong memiliki sifat mekanik yang baik karena heat input yang rendah dan HAZ yang sempit sehingga membuat residual stress yang dihasilkan sangat kecil. Pengelasan ini sepenuhnya aman bagi lingkungan karena tidak menggunakan gas pelindung dan aman dari radiasi sinar ultraviolet [4]. Kelemahan pengelasan FSSW adalah terjadi penurunan kemampuan sambungan. Penurunan sambungan disebabkan sebagian permukaan mengalami lengkungan yang disebut hook regions [5]. Kegagalan sambungan terjadi adanya tumpang tindih di daerah yang tersambung dan sifat kegagalan sambungan itu sendiri juga dipengaruhi oleh karakter daerah hook yang terbentuk [6]. Untuk menanggulangi permasalahan tersebut dilakukan dengan menambahkan partikel pada kedua permukaan material [7]. Kajian yang dilakukan oleh Xu [8] menyatakan Zn partikel dan substrat Mg dapat berdifusi di antara keduanya, membentuk intermetalik Mg-Zn. Kekuatan sambungan meningkat karena cacat hook berkurang dan area zona sambungan membesar. Balamsundaram dkk [9] menyatakan pada sambungan ultrasonic spot welded Al dan Cu dengan partikel Zn, adanya pembentukan struktur eutektik seperti bunga spiral yang menunjukkan fase padat Al-Zn yang terbukti dengan tingginya kandungan Al dan Zn pada pengujian SEM. Data tersebut dikonfirmasi dengan pengujian X-ray diffraction untuk menentukan senyawa intermetalik. Penggunaan tool sangat berpengaruh pada hasil pengelasan dan terbentuknya hook defects [10]. Penggunaan pin pada tool pada sambungan las AA2024-T3 menunjukkan tidak semua hook defects dapat dihilangkan, tetapi penggunaan pin pada tool dapat mempengaruhi meningkatkan kekuatan tarik sambungan [11] dan tool silinder dapat memperbaiki terbentuknya hook defects [10]. Oleh karena itu, dalam kajian ini akan membahas tentang pengelasan FSSW aluminium dengan penambahan partikel Zn dengan parameter shoulder plunge depth dan panjang pin, proses FSSW ditunjukkan pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Ilustrasi proses FSSW. ## 2. Metode Kajian FFSW ini menggunakan material plat aluminium alloy 1100 dengan penambahan partikel Zn. Plat dipotong dengan ukuran 125 mm x 40 mm x 2 mm seperti pada Gambar 2. Di permukaan tengah antara plat diberikan partikel Zn berbentuk serbuk seperti pada Gambar 3. Partikel Zn memiliki ketebalan 0,2 mm dan berat 0,3 gram. Gambar 2. Skema ukuran spesimen FSSW. Setiap spesimen dengan dan tanpa partikel Zn dilakukan pengelasan di bagian tengah plat seperti pada Gambar 2. Parameter yang digunakan adalah panjang pin 1,5, 1,7, 2 mm dan shoulder plunge depth 0,5, 0,75, 1 mm. Pengujian kekerasan spesimen menggunakan mesin uji Micro Vickers dengan load sebesar 0,1 kg dan dwell time selama 10 detik. Gambar 3. Skema penempatan partikel Zn. Pengujian struktur makro dilakukan untuk mengamati persebaran partikel Zn dan zona Stir Zone pada setiap variasi panjang pin dan shoulder plunge depth . Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui perbedaan butir pada daerah Stir Zone . Dugaan aliran Zn yang tersebar pada sambungan FSSW akan dibuktikan melalui pengujian SEM dan EDS. Perbedaaan komposisi antara dengan dan tanpa partikel Zn dibuktikan dengan pengujian XRD. ## 3. Hasil dan Pembahasan ## Hasil Uji Vickers Pengujian Vickers atau kekerasan bertujuan untuk mengetahui kekerasan pada pengelasan FSSW dan mengetahui perbedaan kekerasan pada spesimen partikel Zn dengan tanpa partikel Zn. Pengambilan titik pada pengujian kekerasan diambil dengan interval 1 mm pada tiap titik. Pengujian kekerasan ini menggunakan holding time 10 detik dan beban 100 gf. Pemetaan pengujian Vickers ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut. Gambar 4. Pemetaan pengujian kekerasan Vickers. Gambar 5 menunjukkan grafik data hasil kekerasan variasi panjang pin 1,5 mm dan penetrasi shoulder 0,5 mm sampai 1 mm dengan penambahan dan tanpa partikel Zn. Tingkat kekerasan tertinggi diperoleh sebesar 82,9 HVN pada variasi penetrasi shoulder 1 mm dengan penambahan partikel Zn. Tingkat kekerasan terendah didapatkan sebesar 24 HVN pada variasi penetrasi shoulder 0,5 mm tanpa penambahan partikel Zn. Gambar 5. Kekerasan pada panjang pin 1,5 mm. Gambar 6 merupakan grafik data hasil kekerasan variasi panjang pin 1,7 mm dan penetrasi shoulder 0,5 mm sampai 1 mm dengan penambahan dan tanpa partikel Zn. Tingkat kekerasan tertinggi diperoleh sebesar 92,7 HVN pada variasi penetrasi shoulder 1 mm dengan penambahan partikel Zn. Tingkat kekerasan terendah didapatkan sebesar 26 HVN pada variasi penetrasi shoulder 0,5 mm tanpa penambahan partikel Zn. Gambar 6. Kekerasan pada panjang pin 1,7 mm. Gambar 7 merupakan grafik data hasil kekerasan variasi panjang pin 2 mm dan penetrasi shoulder 0,5 mm sampai 1 mm dengan penambahan dan tanpa partikel Zn. Tingkat kekerasan tertinggi diperoleh sebesar 104,3 HVN pada variasi penetrasi shoulder 1 mm dengan penambahan partikel Zn. Tingkat kekerasan terendah didapatkan sebesar 29,3 HVN pada variasi penetrasi shoulder 0,5 mm tanpa penambahan partikel Zn. Gambar 7. Kekerasan pada panjang pin 2 mm. Hasil pengujian diperoleh nilai kekerasan tertinggi di daerah Stir zone pada titik 3 sebesar 104,3 HVN. Stir zone (SZ) adalah zona pengelasan yang terekristalisasi penuh dan teraduk akibat panas yang dihasilkan oleh tool . Daerah tersebut mengalami gesekan antara tool dengan spesimen, efek gesekan akan menimbulkan panas dan merubah struktur butir pada material menjadi halus. Stir zone merupakan daerah yang terkena deformasi paling tinggi karena penekanan dari tool yang kuat mengakibatkan struktur butir menjadi lebih halus dari daerah lainya [12]. Hasil pengujian kekerasan pada daerah HAZ, TMAZ, BM memiliki nilai kekerasan 34,3 HVN, 36,4 HVN, 47,5 HVN. Base metal (BM) adalah zona area material yang berada jauh dari daerah lasan yang tidak mengalami deformasi. HAZ dan TMAZ merupakan daerah yang masih terkena efek panas dari pengelasan. HAZ dan TMAZ adalah daerah yang hanya terkena efek panas serta sedikit deformasi dari desakan tool . [1]. Daerah tersebut ditunjukkan titik -7 sampai -5 dan 5 sampai 7. Daerah ini mengalami penurunan kekerasan karena efek panas yang membuat ukuran butir lebih kasar dibandingkan dengan SZ. Pengujian vickers dengan partikel Zn menghasilkan peningkatan nilai kekerasan signifikan dibandingkan tanpa partikel Zn. Hal ini disebabkan pada partikel Zn terjadi reaksi solid solution antara Al dan Zn. Solid solution adalah pencampuran homogen yang terjadi antara dua atau lebih atom (logam) yang terjadi pada keadaan padat. Di mana ketika proses pengelasan, saat Zn sudah melewati titik leleh dan alumunium mulai melunak, atom-atom Zn akan menyisip ke celah-celah dari atom aluminium [13]. Dengan semakin bertambahnya panjang pin dan penetrasi shoulder maka butir yang terbentuk semakin halus dan memperbanyak batas butir sehingga menghambat pergerakan dislokasi. Banyaknya batas butir akan merubah arah bidang slip sehingga slip tidak mudah terdeformasi [14]. Hasil pengujian dari semua variasi menunjukkan trend line nilai kekerasan yang sama, dimana nilai kekerasan terus meningkat seiring bertambahnya panjang pin dan kedalaman penetrasi tool . Variasi tanpa partikel Zn untuk parameter panjang pin 2 mm dan kedalaman penetrasi shoulder 1 mm memiliki kekuatan yang lebih besar dari pada variasi tanpa partikel Zn untuk parameter panjang pin 1,5 mm dan kedalaman penetrasi shoulder 0,5 mm. Hal ini disebabkan penetrasi pin yang paling panjang menghasilkan heat input yang paling besar. Heat input yang besar menyebabkan area Metalurgical bonded zone (MBD) juga besar sehingga kekuatan meningkat. Kekuatan sambungan meningkat seiring dengan semakin besarnya ukuran nugget . Dengan semakin meningkatnya nilai kekuatan sambungan FSSW maka nilai kekerasan juga akan semakin meningkat [15]. ## Hasil Foto Makro Hasil observasi makroskopik pengelasan FSSW dapat diamati pada Tabel 1 yang menunjukkan perbedaan hasil sambungan pada tiap variasi pengelasan yang telah dilakukan. Observasi makroskopik menunjukkan bahwa panjang pin dan shoulder plunge depth memiliki pengaruh terhadap hasil sambungan. Aliran Zn tampak berwarna lebih gelap dari daerah sekitarnya. Semakin meningkatnya panjang pin dan shoulder plunge depth pada parameter pengelasan FSSW maka semakin banyak juga partikel Zn yang tersebar pada daerah MBD. Dengan persebaran partikel Zn di daerah sambungan maka akan semakin meningkatkan kekuatan mekanik sambungan [15]. Tabel 1. Aliran Zn pada daerah lasan dengan partikel Zn. Penetrasi shoulder akan memberikan tekanan yang besar pada daerah stirring sehingga aliran material di bawah tool mengalir secara radial karena gaya sentrifugal dari putaran tool [16]. Shoulder plunge depth dengan kedalaman 0,5 mm memiliki luasan MBD paling kecil dibandingkan dengan variasi 0,75 mm dan 1 mm. Semakin bertambahnya kedalaman shoulder maka semakin banyak material dari bagian atas yang terdorong ke bagian bawah, kemudian material dari bagian bawah diekstrusi ke bagian atas dan bercampur disebabkan tekanan shoulder [17]. Material bagian atas akan ikut teraduk dan tercampur dengan lapisan bagian bawah sehingga menjadikan kedua material membentuk ikatan berupa sambungan las. Semakin bertambahnya panjang pin dan kedalaman penetrasi shoulder maka heat input yang dihasilkan semakin besar. Hal tersebut menyebabkan daerah pengadukan semakin luas seiring bertambahnya panjang pin dan kedalaman penetrasi shoulder . ## Hasil Foto Makro Data observasi struktur mikro pada stir zone yang diperlihatkan pada Tabel 2 menunjukkan perbedaan setiap variasi pengaruh panjang pin dan kedalaman penetrasi shoulder terhadap distribusi partikel Zn. Pada Tabel 2 menunjukkan variasi kedalaman penetrasi shoulder 1 mm memiliki batas butir yang terlihat lebih jelas dibandingkan variasi 0,5 mm dan 0,75 mm. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambahnya kedalaman penetrasi shoulder bentuk butir yang dihasilkan semakin halus. Pada variasi panjang pin 2 mm memiliki batas butir yang tampak lebih jelas dibandingkan variasi 1,5 mm dan 1,7 mm. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambahnya kedalaman penetrasi shoulder bentuk butir yang dihasilkan semakin halus. Bentuk butir seperti ini disebabkan oleh area yang terdeformasi oleh gesekan dari putaran pin [18]. Sampel uji mikro dilakukan di area MBD pada daerah stir zone sambungan las FSSW. Tabel 2. Data hasil uji mikro SZ dengan penambahan partikel Zn. Hasil observasi mikroskopik menunjukkan bagian HAZ memiliki batas butir yang lebih besar dibandingkan dengan bagian SZ. HAZ menerima efek panas yang lebih sedikit dibandingkan SZ dari putaran tool yang mengenainya sehingga butir HAZ lebih besar dibandingkan dengan SZ. Daerah HAZ ini terkena panas dari proses pengelasan tetapi tidak mengalami deformasi. Seperti yang disebutkan oleh Yamamoto, HAZ hanya mengalami siklus termal pengelasan yang menyebabkan butiran kasar [19]. Hasil uji mikro HAZ dengan penambahan partikel Zn ditampilkan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Data hasil uji mikro HAZ dengan penambahan partikel Zn. Bertambahnya panjang pin dan penetrasi shoulder akan meningkatkan energi panas yang dihasilkan. Bertambahnya energi panas menyebabkan lambatnya proses pendinginan sehingga butir-butir aluminium ikut membesar. Semakin lama proses pendinginan maka butir-butir akan semakin mudah mengikat satu sama lain dan membentuk butir yang semakin besar [20]. Hal tersebut menyebabkan butir-butir HAZ pada variasi panjang pin 1.5 mm dan SPD 0,5 mm tampak lebih besar dibandingkan variasi lainya. ## Hasil Uji SEM dan EDS Tabel 4 menunjukkan bagian cacat hook yang terisi aliran Zn dari proses pengelasan FSSW. Tabel 4. Hasil uji SEM cacat hook. Gambar 8 (a) menunjukkan hasil uji SEM pada daerah stir zone dengan partikel Zn, sedangkan pada Gambar 8 (b) menunjukkan hasil uji SEM pada daerah stir zone tanpa partikel Zn. Gambar 8. Uji SEM daerah stir zone, (a) variasi dengan partikel Zn, (b) variasi tanpa partikel Zn [15]. Gambar 8 (a) berbentuk seperti struktur lamellar karena dipengaruhi oleh Zn. Hal tersebut menunjukkan adanya Al dan Zn yang berdifusi di daerah stir zone sehingga mengghasilkan struktur butir seperti lamellar [16]. Gambar 9 merupakan hasil uji EDS dari spesimen hasil FSSW. Uji EDS dilakukan untuk membuktikan bahwasanya gambar berwarna gelap pada MBD di Tabel 1 merupakan unsur Zn yang mengalir ke bagian tepi stir zone . Gambar 9 menunjukkan bahwa warna abu-abu terang yang terdapat pada tepi stir zone merupakan unsur Zn. Titik-titik hasil EDS menunjukkan bahwa Zn mengalir keatas dimulai dari titik 1 pada bagian bawah. Zn mengalir karena pergerakan tool pada interface saat proses stirring . Presentae Zn pada titik 1 sebesar 11,7 % pada titik 2 yakni 11,9 % dan titik 3 sebesar 10,8%. Gambar 9. Pengujian EDS point SZ. ## Hasil Uji XRD Pengujian X-Ray Diffraction (XRD) menggunakan radiasi Cu-Ka. Hasil dari pengujian XRD bertujuan untuk mengetahui fasa apa saja yang terdapat pada sambungan FSSW [22]. Dalam pengujian XRD dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian pada interface sambungan FSSW dengan partikel Zn dan tanpa partikel Zn. Gambar 10 merupakan hasil dari pengujian XRD pada pengelasan FSSW dengan variasi panjang pin 1,7 mm dan penetrasi shoulder 0,75 mm tanpa partikel Zn. Gambar tersebut menunjukkan komposisi fasa dari interface penampang melintang pada hasil pengelasan FFSW. Komposisinya terdiri dari Al dan Al 2 CuO 4 . Gambar 10. Hasil uji XRD tanpa menggunakan partikel Zn. Hasil pengujian XRD pada interface sambungan pengelasan FSSW dengan menggunakan partikel Zn dapat dilihat pada Gambar 11. Perbedaan pengujian XRD antara pengelasan tanpa partikel Zn dan dengan partikel Zn dapat ditunjukkan dengan adanya unsur Zn dan senyawa Al 2 O 4 Zn. Hal ini disebabkan pada partikel Zn terjadi reaksi solid solution antara Al dan Zn [21]. Dimana ketika proses pengelasan, saat Zn sudah melewati titik leleh dan aluminium mulai melunak, atom-atom Zn akan menyisip ke celah-celah dari atom aluminium [13]. Selain itu dengan bertambahnya penetrasi shoulder memperbanyak terjadinya solid solution , membuat butir di daerah reaksi tersebut menjadi semakin halus. Sehingga bertambahnya penetrasi shoulder akan membuat semakin keras, karena halusnya ukuran butir akan menghambat pergerakan dislokasi di daerah solid solution [18]. Gambar 11. Hasil uji XRD dengan menggunakan partikel Zn. ## 4. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari kajian ini adalah area MBD meningkat seiring bertambahnya panjang pin dan kedalaman shoulder sehingga cacat hook menjauh dari titik lasan. Al dan Zn dapat berdifusi dengan cara solid solution dan membentuk butir yang semakin halus seiring bertambahnya panjang pin dan kedalaman shoulder . Sambungan AA1100 dengan penambahan partikel Zn memiliki butir yang lebih halus dibandingkan sambungan AA1100 tanpa penambahan partikel Zn. Partikel Zn juga berhasil mengisi celah cacat hook sehingga cacat hook berkurang. Kekerasan sambungan meningkat seiring bertambahnya panjang pin dan kedalaman shoulder . Terjadi peningkatan kekerasan pada sambungan AA1100 dengan penambahan partikel Zn dibandingkan sambungan AA1100 tanpa penambahan partikel Zn. Partikel Zn efektif dalam meningkatkan kekerasan. ## Daftar Pustaka [1] J. M. Piccini and H. G. Svoboda, 2015, โ€œEffect of the tool penetration depth in Friction Stir Spot Welding ( FSSW ) of dissimilar aluminum alloys,โ€ Procedia Mater. Sci., vol. 8, pp. 868โ€“ 877. [2] H. T. Zhang, X. Y. Dai, and J. C. Feng, 2014, โ€œJoining of aluminum and magnesium via pre- roll-assisted A-TIG welding with Zn interlayer,โ€ Mater. Lett., vol. 122, pp. 49โ€“51. [3] L. Zhang, E. Han, Y. Wu, X. Wang, D. Wu, 2018, "Surface decoration of short-cut polyimide fibers with multi-walled carbon nanotubes and their application for reinforcement of lightweight PC/ABS composites," Applied Surface Science, vol. 442, pp. 124โ€“137. [4] T. Liyanage, J. Kilbourne, A. P. Gerlich, and T. H. North, 2009, โ€œJoint formation in dissimilar Al alloy/steel and Mg alloy/steel friction stir spot welds,โ€ Sci. Technol. Weld. Join., vol. 14, no. 6, pp. 500โ€“508. [5] W. Yuan et al. , 2005, โ€œEffect of tool design and process parameters on properties of Al alloy 6018 friction stir spot welds,โ€ J. Mater. Process. Technol., vol. 211, no. 6, pp. 972โ€“977, 2011. [6] R.S. Mishra a , Z.Y. Ma, โ€œFriction stir welding and processing,โ€ J. Manuf. Process., vol. 19, pp. 108โ€“119. [7] W. Li, J. Li, Z. Zhang, D. Gao, W. Wang, and C. Dong, 2014, โ€œImproving mechanical properties of pinless friction stir spot welded joints by eliminating hook defect,โ€ Mater. Des., vol. 62, pp. 247โ€“254. [8] C. D. Cox, B. T. Gibson, A. M. Strauss, and G. E. Cook, 2014, โ€œEnergy input during friction stir spot welding,โ€ J. Manuf. Process., vol. 16, no. 4, pp. 479โ€“484. [9] J. Y. Cao, M. Wang, L. Kong, and L. J. Guo, 2016, โ€œHook formation and mechanical properties of friction spot welding in alloy 6061-T6,โ€ J. Mater. Process. Technol., vol. 230, pp. 254โ€“262. [10] R. Z. Xu, D. R. Ni, Q. Yang, C. Z. Liu, and Z. Y. Ma, 2015, โ€œInfluencing mechanism of Zn interlayer addition on hook defects of friction stir spot welded Mg-Al-Zn alloy joints,โ€ Mater. Des . , vol. 69, pp. 163โ€“169. [11] M. Miyagawa, K., Tsubaki, M., Yasui, T., Fukumoto, 2008, โ€œSpot Welding between Aluminum Alloy and Zn Coated Steel by Friction Stirring,โ€ J. Japan Inst. Light Met. 23, pp. 131โ€“136. [12] R. Z. Xu, D. R. Ni, Q. Yang, C. Z. Liu, and Z. Y. Ma, 2015, โ€œInfluencing mechanism of Zn interlayer addition on hook defects of friction stir spot welded Mg-Al-Zn alloy joints,โ€ Mater. Des., vol. 69, pp. 183โ€“189. [13] R. S. Mishra, M. W. Mahoney, and R. S. Company, 2007, โ€œChapter 1โ€. [14] R. Balasundaram, V. K. Patel, S. D. Bhole, and D. L. Chen, 2018, โ€œEffect of zinc interlayer on ultrasonic spot welded aluminum-to-copper joints,โ€ Mater. Sci. Eng. A, vol. 607, pp. 277โ€“ 286. [15] S. Hirasawa, H. Badarinarayan, K. Okamoto, T. Tomimura, and T. Kawanami, 2010, โ€œAnalysis of effect of tool geometry on plastic flow during friction stir spot welding using particle method,โ€ J. Mater. Process. Technol., vol. 210, no. 11, pp. 1855โ€“1863. [16] M. K. Bilici and A. I. Yรผkler, 2018, โ€œInfluence of tool geometry and process parameters on macrostructure and static strength in friction stir spot welded polyethylene sheets,โ€ Mater. Des., vol. 33, no. 1, pp. 185โ€“192. [17] R. S. Mishra and M. W. Mahoney, 2007, โ€œFriction Stir Welding and Processing,โ€ ASM Int., p. 368. [18] M. Dr. Ir. I KT. Suarsana, 2017, Ilmu Material Teknik. [19] W. Callister and D. Rethwisch, 2007, Materials science and engineering: an introduction, vol. 94. [20] Adhi, P., N. Muhayat, and Triyono, 2018, Pengaruh Panjang pin dan Penetrasi shoulder pada sambungan FSSW AA 1100 dengan intrlayer Zn. Mekanika. 1-6. [21] A. Boucherit and R. Taillard, 2017, โ€œEffect of a Zn interlayer on dissimilar FSSW of Al and Cu,โ€ Mater. Des . , vol. 23, no. 124, pp. 87โ€“99. [22] Y. C. Lin and J. N. Chen, 2015, โ€œInfluence of process parameters on friction stir spot welded aluminum joints by various threaded tools,โ€ J. Mater. Process. Technol., vol. 225, pp. 347โ€“ 356.
6035c130-f07f-4b95-bfa3-75e00bbc135a
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/wahana-akuntansi/article/download/22373/13031
Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, dan Laba Operasi Terhadap Audit Report Lag Aisya Tulfitri 1) , Emma Lilianti 2) , Mursalin 4) Universitas PGRI Palembang [email protected] ARTICLE INFO ABSTRACT Article History: Received: August 7, 2021 Accepted: November 31, 2021 Published: December 01, 2021 This observasion activity intends to determine the impact of several background aspects such as company size, audit opinion, operating profit which has a direct influence on audit report lag. The population chosen by the researcher is to take advantage of all of the property and real estate companies that have joined the IDX, in the 2017-2019 period, consisting of 61 companies. Sampling is with purposive sampling method, a final sample of 20 companies. Then perform an analysis data that utilizes multiple linear regression using the SPSS program. So the results obtained in this study conclude that company size and audit opinion basically do not affect audit report lag. However, it was found the effect of operating profit on audit report lag. If viem simultaneously the whole starting from the size of the company, opinion and operating profit have an impact on audit report lag. Keyword: Audit Opinion, Audit Report Lag, Company Size, and Operating Profit. ## ABSTRAK Correponding Author: Aisya Tulfitri [email protected] Kegiatan observasi ini bermaksud untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari beberapa aspek yang melatarbelakangi seperti ukuran perusahaan, opini audit, dan laba operasi yang memberikan pengaruh langsung kepada audit report lag. Populasi yang dipilih oleh peneliti ialah memanfaatkan keseluruhan dari perusahaan bidang Properti dan Real Estat yang sudah tergabung dalam BEI 2017-2019 terdiri dari 61 perusahaan. Pengambilan sampel ialah dengan metode purposive sampling, jumlah sampel akhir 20 perusahaan. Kemudian melakukan penganalisaan data dengan memanfaatkan analisis regresi linear berganda menggunakan program SPSS. Sehingga hasil yang didapat dalam riset ini menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan serta opini audit pada dasarnya tidak memengaruhi audit report lag. Namun ditemukan pengaruh laba operasi kepada audit report lag. Jika ditinjau dengan cara simultan maka keseluruhan dimulai dari ukuran perusahaan, opini, serta laba operasi memberi dampak kepada audit report lag. ## How to Cite: Tulfitri, A., Emma, L., & Mursalin. (2021). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, dan Laba Operasi terhadap Audit Report Lag. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi , 16(2), 175-190 https:// doi.org/10.21009/wahana-akuntansi/16.023 http://journal.unj/unj/index.php/wahana-akuntansi ISSN: 2302 โ€“ 1810 ## PENDAHULUAN Laporan keuangan ialah penggunaan yang bertujuan untuk mengukur keadaan yang terjadi dalam sebuah perusahaan mengenai kondisi keuangan. Kartikahadi dkk., (2016:13) menyatakan โ€œLaporan keuangan yang dibentuk manajemen perusahaan, ditujukan bagi pemangku kepentingan untuk dilaporkan serta dipergunakan untuk pengambil putusan ekonomi. Kualitas laporan keuangan agar lebih bermanfaat harus dapat dipahami, materialistis, relevan, dan dapat dibandingkanโ€. Di Indonesia perusahaan go public diharuskan menyusun dan menyajikan laporan keuangan teraudit oleh akuntan publik berdasar pada Peraturan UU Republik Indonesia No.5 Tahun 2011 pada pasal 3 ayat 1 mengenai Akuntan Publik, yang menjelaskan pemberian jasa audit oleh akuntan publik atas informasi keuangannya. Serta perlu melakukan pengauditan sebelum menyajikan hasil laporan keuangan yang dilaksanakan auditor independen guna memberikan informasi tentang perusahaan dan agar tidak terjadi kesalahan pada pencatatan laporan keuangan, baik itu dengan penuh kesadaran atau tanpa adanya kesadaran. Apabila pada saat pelaporan tidak dilakukan audit maka akan membuat kepercayaan stakeholder dan investor akan menurun mengenai tingkat kewajaran dari data yang tertera pada laporan keuangan itu. Agoes (2016:2) berpendapat bahwa โ€œlaporan keuangan akan memiliki nilai lebih dimata pengguna laporan tersebut apabila telah melakukan pengauditan, sehingga pihak akuntan publik akan menyampaikan argumentasi terkait kewajaran posisi keuangan, perubahan ekuitas, pendapatan usaha, serta arus kasโ€. Auditor semakin dituntut untuk meningkatkan kualitas audit dengan kriteria yang ada. Semakin banyak audit yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur standar audit, akan berdampak terhadap perpanjangan waktu dalam penyelesaian kegiatan auditnya. Jangka waktu dalam proses penyajian laporan auditor disebut audit report lag. Jika proses audit berlangsung cepat maka manajemen perusahaan juga akan semakin cepat untuk melaporkan laporan keuangan tersebut. Berdasar data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) 30 Juni 2020, 42 perusahaan belum memberikan pelaporan hasil keuangan per 31 Desember 2019 dan tidak membayar denda terkait keterlambatan proses publikasi keuangannya. Merujuk pada ketentuan II.6.2, No 1-H terkait kebijakan pemberian sanksi, dan diberikan peringatan yang bersifat tertulis II diikuti denda yang harus dibayar sejumlah Rp 50.000.000 terhadap 42 perusahaan yang tidak melaksanakan kewajiabannya. Meski perusahaan yang terlambat telah diberi sanksi oleh Bursa Efek Indonesia, kejadian ini masih sering terjadi disetiap tahunnya. Seperti pada kasus pembekuan saham tahun 2017 oleh BEI pada Perusahaan bidang Properti dan Real Estat yaitu PT Ciputra Surya Tbk & Lamicitra Nusantara Tbk. Hal tersebut mendasari Bursa Efek Indonsia memberikan rekomendasi pada perusahaan, agar meningkatkan disiplin dalam penyampaian laporan keuangannya. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan perusahaan yang tercatat go public harus mematuhi peraturan No.29/POJK.04/2016, agar perusahaan menerbitkan laporan keuangan tepat waktu, yaitu paling lambat bulan ke-empat pada akhir pembukuan. Perkembangan yang terjadi dari setiap perusahaan hingga ke berbagai daerah terus meluas sehingga dalam menentukan suatu keputusan perlu adanya pertimbangan yang dilakukan oleh investor mengenai ukuran dalam sebuah perusahaan, karena lebih berpengalaman pada proses penyampaian laporan keuangan dengan tepat waktu. Ketepatan pelaporan keuangan merupakan fungsi yang dikenakan dalam penentuan ukuran perusahaan, kecenderungan kecepatan yang diperoleh sebuah perusahaan dalam menyampaikan laporan keuangan biasanya ditentukan oleh besarnya perusahaan yang dimiliki (Megayanti, 2020), ini menandakan bahwa terjadinya suatu kondisi yang menunjukkan besarnya sebuah perusahaan menjadi penentu audit report lag. Pengukuran suatu perusahaan sendiri dihitung dari total aset dengan rumus (Ln Total Aset). Pemilihan total aset sebagai tolak ukur karena dibandingkan nilai pasar serta penjualan yang terus berubah sesuai permintaan dan penawaran, nilai total aset lebih stabil. Untuk menentukan kewajaran yang dimiliki dalam sebuah laporan keuangan maka dalam pengukurannya digunakan opini audit itu sendiri. Laporan yang baik akan mendapat opini wajar tanpa pengecualian. Sebaliknya jika terdapat masalah serta menandakan terjadinya ketidakwajaran akan diberi opini selain WTP. Permasalahan yang muncul baik yang disengaja ataupun tidak, maka akan berdampak terhadap lambatnya seluruh kegiatan audit. Laba menunjukan kemampuan perusahaan dalam mendapat keuntungan. Ketika kondisinya menunjukkan bahwa dalam sebuah perusahaan berada pada kondisi yang laba maka dapat dipastikan proses penyampaian laporan keuangan dalam kegiatan audit yang berjalan dalam perusahaannya berjalan dengan cepat dan hal tersebut juga berlaku sebaliknya apabila waktu yang ditempuh dalam menyampaikan laporan keuangan berjalan secara lama ini menandakan perusahaan berada dalam keadaan rugi. Perhitungan ini dengan melihat laporan laba rugi sebagai aspek dalam pengukuran. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menunjukan perusahaan mengalami laba atau rugi. Ditemukan banyak para peneliti sebelumnya memanfaatkan isu audit report lag. Bahkan tak jarang ditemui ketidak sesuaian yang dikemukakan dari beberapa peneliti menngenai pembuktian dari data, seperti Megayanti (2016) ditemukan dampak ukuran perusahaan kepada audit report lag. Diikuti penelitian Tannuka (2018) tidak ditemukan adanya dampak ukuran perusahaan kepada audit report lag. Riset yang didapat Aristika (2016) menunjukan opini audit tidak memberikan dampak kepada audit report lag. Bertolak belakang dengan hasil riset Arifuddin (2017) yang melaporkan bahwa opini audit memberi dampak bagi ARL. Riset Noviasari (2020) menunjukan tidak adanya dampak laba rugi bagi audit report lag. Hasil riset itu berbanding terbalik dengan Megayanti (2016) yang menyatakan adanya dampak negatif bagi audit report lag dari laba rugi. Dari pembahasan diatas riset ini betujuan agar dapat mengetahui apakah seluruh variabel tersebut memberikan dampak yang signifikan pada audit report lag ditinjau berdasarkan ukuran perusahaan,opini audit serta laba operasi. ## TINJAUAN PUSTAKA Audit โ€œSuatu pemeriksanaan oleh pihak independen secara kritis dan sistematis atas laporan keuangan. Dalam hal ini yang dilihat adalah bukti pembukuan serta bukti pendukungnya, sehingga dapat diketahui tingkat kewajaran yang diperoleh disebut auditingโ€ (Ardianingsih, 2019:2). Sedangankan menurut Tuanakotta (2016:4) โ€œauditing bersifat analitis, yaitu memeriksa dengan memecah menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Proses ini dimulai dari laporan keuangan kemudian berlanjut ke bukti dasarโ€. Secara umum ada tiga jenis audit, diantaranya audit keuangan. Tujuan dari audit ini ialah menilai dan menentukan pihak manajemen perusahaan telah menyampaikan laporan tersebut dengan etika akuntansi yang berlaku umum serta memastikan kesesuaian mengenai standar yang ditetapkan. Mengkaji kembali apakah tidak ada kesalahan yang akan berdampak pada keseluruhan laporan keuangan (Ardianingsih, 2019:4). ## Standar Audit Terjadi perubahan yang ditetapkan pada standar yang ditetapkan dalam audit berlaku sejak tahun 2013 yaitu International Standars on Auditing (ISA) dan ketetapan itu digunakan bagi perusahaan emiten per 1 Januari 2013 serta perusahaan nonemitan per 1 Januari 2014. Tuanakotta (2013:12) berpendapat โ€international Standars on Auditing (ISA) adalah standar kompetensi untuk profesional yang bekerja di bidang auditโ€. Sedangkan Ardianingsih (2019:8) menyatakan โ€œInternational Standars on Auditing (ISA) adalah ketentuan yang memberikan orientasinya terhadap dunia merupakan bagian dari organisasi profesi akuntan dan pihak yang mengeluarkannya ialah International Auditing Practices Commite (IAPC) dari International Federation Of Accountans (IFAC)โ€. Setiap auditor menjalankan pekerjaanya masing- masing sehingga agar dapat menyesuaikan terhadap proses itu ditetapkan standar dalam audit. Pihak yang berwenang menentukan ketetapan tersebut ialah organisasi profesi audit, serta ketentuan yang diberlakukan sebagai syarat yang bersifat paling utama harus dimiliki auditor dalam proses pemeriksaan disebut standar audit. ## Ukuran Perusahaan Perlunya untuk mengetahui bagaimana tingkatan yang dimiliki dalam sebuah perusahaan dengan mengetahui besaran atau kecilnya suatu perusahaan tersebut maka digunakanlah tolak ukur yang disebut dengan ukuran perusahaan namun hal tersebut dapat diinterpretasikan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti nilai equity, jumlah dari total aset dan penjualan (Riyanto, 2013:93). Menurut Hartono (2015:282) โ€œtolak ukur perusahaan yaitu dengan Ln (Total Aset), yaitu upaya yang dapat dilakukan agar membuat data menjadi lebih halus dan menghindari atau meminimalisasi terjadinya data yang mengalami naik turun secara berlebihan maka dapat dimanfaatkan sebuah logaritma naturalโ€ ## Opini Audit โ€œOpini audit diuraikan sebagai hasil kesimpulan kewajaran yang didapat oleh audit dalam proses pengamatan pada sebuah laporan keuangan yang ada dalam perusahaan. Apabila terdapat kepastian mumpuni dalam pelaporan tersebut lengkap infomasinya maka dinyatakan wajarโ€ (Halim, 2015:79). Ketika terdapat kewajaran dalam sebuah perusahaan publikasi keuangan akan berjalan cepat jika melakukan perbandingan terhadap beberapa perusahaan yang mendapat keragu-raguan. Merujuk pada ISA terbagi ke dalam dua opini dari audit itu sendiri dan tanpa adanya modifikasi serta adanya modifikasi (Ardianingsih, 2019:157). Opini audit diukur dengan melihat laporan auditor independen, dengan kriteria jika perusahaan memperoleh nilai 1 maka Unqualified Opinion , namun akan mendapat nilai 0 apabila kondisi selain Unqualified Opinion (Asih, 2017:8). ## Laba Operasi Untuk mengetahui apakah dalam sebuah perusahaan telah menjalankan fungsinya dengan baik dengan melihat seberapa besar kinerja yang diberikan dalam perusahaan maka hal yang perlu diketahui adalah laba yang didapatkan dalam perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan dimana ia sangat diminati oleh investor ketika laba yang dimilikinya dalam jumlah yang tinggi, hal tersebut didasari oleh keinginan investor untuk memperoleh deviden dari saham yang dipunyainya dalam suatu perusahaan (Utari, 2014:67). Terkait dengan laba dan rugi yang terjadi dalam sebuah perusahaan dilihat pada tahun berjalan, hal tersebut digunakan guna mengetahui tingkat laba dan rugi yang didapat dalam sebuah perusahaan pada kondisi yang telah ditentukan, adapun penetapan kriteria yang dilekatkan terhadap kondisi yang menunjukkan perusahaan dalam keadaan laba dan rugi ialah ketika nilai 1 maka perusahaan dalam keadaan laba, sementara kebalikannya jika nilainya adalah 0 maka perusahaan dalam keadaan rugi (Noviasari, 2020:42). ## Audit Report Lag Auditor tentunya membutuhkan waktu dalam proses pengauditan laporannya yang biasa disebut audit report lag. Adapun penetapan tanggal yang digunakan dalam pengukuran tersebut ialah dimulai dari 31 Desember hingga tanggal yang telah ditentukan yang tertera dalam laporan auditor independen, perhitungan tersebut adalah Jumlah keseluruhan dari perhitungan hari yang akan dimanfaatkan oleh auditor dalam proses kegiatan penyelesaian audit laporan keuangan (Islahuzzaman, 2012:47). Adapun yang membuat sebuah perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangannya berada dalam kondisi yang lambat maka terdapat tiga kriteria didalamnya ialah total lag, auditor signature lag, preliminary lag. Dari Peraturan OJK Nomor 20/POJK.04/2016 terkait Laporan Tahunan Emiten sebagaimana yang terdapat dalam pasal 7, mengenai perusahaan publik, waktu yang akan digunakan dalam penyampaian hasil laporan yaitu terhitung empat bulan atau 120 hari dan hal tersebut berlaku berdasarkan perhitungan dari penutupan buku yang dijalankan untuk membuat perusahaan publik seharusnya menjalankan kewajibannya. ## Hubungan Antara Variabel Pengaruh Ukuran Perusahaan (X1) terhadap Audit Report Lag (Y) Kecenderungan yang harus dilakukan sebuah perusahaan dengan ukuran yang besar maka ketepatan waktu dalam mempublikasikan laporan keuangan menjadi satu hal yang paling utama, disebabkan eksistensi yang dimilikinya menjadi relevan paling penting dan lebih transparan ditunjukkan terhadap stakeholder. Sesuai riset Megayanti (2016) yang menyebutkan manfaat yang dimiliki dalam sebuah perusahaan ialah bagaimana ia menjalankan kinerjanya untuk publikasi laporan pada waktu yang telah ada. Penyampaian laporan keuangan harus lebih tepat waktu guna menghindari dampak negatif dari ketidaktepatan waktu penyampaian laporannya ditujukan bagi perusahaan dengan ukuran yang besar. Pihak intern perusahaan besar berkemampuan mengendalikan dengan baik sehingga dalam menyajikan laporan tidak ditemukan kesalahan, hal tersebut lebih mempermudah kegiatan pengauditan laporan keuangan. ## Pengaruh Opini Audit (X2) terhadap Audit Report Lag (Y) Pemberian opini dari auditor terhadap sebuah laporan akan berdampak bagi audit report lag. Aristika (2016) dalam penelitiannya berpendapat ketika perusahaan mendapati kondisi tidak wajar ini menandakan bahwa audit report lag yang berada dalam perusahaan berpotensi lebih panjang hal tersebut berbanding terbalik dibandingkan dengan apabila perusahaan mendapatkan opini yang wajar sehingga membuat audit report lag dalam perusahaan tersebut menjadi lebih singkat. Hal tersebut dikarenakan konsultasi bersama rekan senior audit serta negosiasi dengan klien mengenai pembagian opini yang tidak wajar. Sedangkan proses pemberian opini yang termasuk dalam kategori wajar akan memakan waktu lebih pendek audit report lagnya karena tidak ada pengecualian signifikan atas kewajaran laporan keuangannya. ## Pengaruh Laba Operasi (X3) terhadap Audit Report Lag (Y) Perusahaan dalam keadaan berhasil yaitu dengan mengetahui tingkat laba. Megayanti (2016) menyatakan perusahaan dalam keadaan laba mendapat berita baik. Sehingga dalam proses penyampaian laporan keuangan akan lebih cepat jika perusahaan tersebut mengalami laba dibandingkan dengan perusahaan yang mengalami keadaan rugi akan membuat prosesnya menjadi lebih lambat.. Sebab hal tersebut akan menunjukkan pengaruh positif yang ditimbulkan dari keberadaan laba sehingga dapat meningkatkan kinerja yang dimiliki dalam sebuah perusahaan. ## Penelitian yang Relevan ## Tabel 1. Penelitian yang Relevan No Nama Peneliti (Tahun) Judul Artikel Metode Analisis Hasil 1 Aristika (2016) Pengaruh opini audit,ukuran perusahaan,umur perusahaan, dan laba rugi terhadap audit report lag Analisis regresi linear berganda Berdasarkan hasil perolehan dalam penelitian tersebut menyebutkan yang tidak memberikan pengaruh yang begitu signifikan ialah opini audit serta umur perusahaan namun jika ditinjau berdasarkan ukuran perusahaan serta laba rugi memberikan dampak yang bersifat negatif kepada audit report lag. 2 Megayanti (2016) Pengaruh pergantian auditor, ukuran perusahaan, laba rugi dan jenis perusahaan pada audit report lag Analisis regresi linear berganda Hasil perolehan yang didapatkan dengan melakukan penganalisisan dari data yang ditemukan menyatakan ada beberapa indikator seperti ukuran perusahaan, laba serta jenis perusahaan memberikan dampak yang negatif kepada ARL. sementara itu kepada ARL tidak akan memberikan dampak yang begitu signifikan apabila terjadinya pergantian auditor. 3 Tannuka (2018) Pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, likuiditas, dan ukuran kap terhadap audit report lag Analisis regresi linear berganda Berdasarkan perolehan dari penelitian tersebut menggambarkan yang memberikan pengaruh yang bersifat Intens kepada auditor report lag profitabilitas serta ukuran KAP. Kemudian diketahui yang tidak memberikan pengaruh kepada auditor report lag ialah ukuran perusahaan serta solvabilitas dan likuiditas. 4 Arifuddin (2017) Company Size,Profitability, and Auditor Opinion Influence to Audit report lag Multiple linear regresion Based on the results obtained, the audit report lag originating from the size of the company has such an intense impact, then followed by profitability in a company that also has an impact on audit report lag, and auditors also have an impact on audit report lag. then when reviewed based on several factors simultaneously, these have an impact on audit report lag, including company size, profitability and auditor's opinion. 5 Asih (2017) Pengaruh opini audit, ukuran KAP , komite audit, auditor switching, profitabilitas, ukuran perusahaan terhadap audit report lag Analisis regresi linear berganda Berdasarkan dari hasil tersebut memaparkan potensi dari ukuran KAP pada dasarnya membawa dampak kepada audit report lag, begitupun beberapa hal lainnya juga tidak memberikan pengaruh kepada Audit report lag mulai dari opini audit, komite audit,auditor switching, profitabilitas,ukuran perusahaan. ## Kerangka Penelitian ## Gambar 1. Kerangka Penelitian Sumber: data diolah, 2021 ## Hipotesis Penelitian Dari kerangka penelitian, hipotesis yang diajukan untuk menjadi jawaban sementara, yaitu: H 1 = Ada dampak signifikan ukuran perusahaan kepada audit report lag. H 2 = Ada dampak signifikan terhadap audit report lag H 3 = Laba Operasi berdampak signifikan terhadap audit report lag H 4 = Ukuran perusahaan, opini audit dan laba operasi berdampak signifikan kepada audit report lag. ## METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi kepustakaan yang diperoleh dari data laporan keuangan perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di BEI tahun 2016-2019. Metode penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka dan analisis dilakukan dengan statistik. Olah data pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 25. ## Tabel 2. Hasil Pemilihan Sampel No Kriteria Total Perusahaan 1 Jumlah perusahaan bidang Properti dan Real Estat yang terdaftar di BEI selama periode 2017-2019 61 2 Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria 41 3 Jumlah sampel terpilih 20 4 Jumlah tahun diamati 3 Jumlah sampel periode penelitian (20x3) 60 Sumber: data sekunder diolah, 2021 โ€œTeknik yang digunakan untuk mendapatkan data dalam rangka mengungkapkan informasi yang berasal dari responden yang terpilih dengan menyesuaikan topik penelitian disebut teknik pengumpulan data (Sujarweni, 2020:93)โ€. Perolehan data ini yaitu dengan memanfaatkan teknik analisis dokumen yaitu untuk menganalisis pada bukti konkret seperti laporan keuangan, artikel, dan buku-buku (Sujarweni, 2020:95). Data yang digunakan bersumber dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia, dan diikuti sumber resmi seperti website BEI yaitu ww.idx.co.id yang dilakukan dari bulan Januari s/d April 2021. Teknik analisis data dalam riset ini melalui uji asumsi klasik yang didalammya menentukan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi. Analisis regresi linear berganda. Koefisien determinasi (R 2 ), uji Ukuran Perusahaan (X 1 ) Audit Report Lag (Y) Opini Audit (X 2 ) Laba Operasi (X 3 ) H 1 Nama Peneliti (th) H 2 Nama Peneliti (th) H 3 H 4 statistik t, dan uji statistik F. Persamaan linear berganda yang digunakan yaitu: Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 โ€“ ฮตโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ(1) Keterangan : Y = Audit report lag X 1 = Ukuran Perusahaan X 2 = Opini Audit X 3 = Laba Operasi a = Konstanta b 1 b 2 b 3 = Koefisien regresi e = Variabel pengganggu ## HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Sumber: data sekunder diolah, 2021 Dari uji diatas menggambarkan nilai Asymp sig (2 -tailed) semua variabel > 0,05, yaitu ukuran perusahaan (0,183), opini audit (0,215), laba operasi (0,227) serta audit report lag (0,169). Ini menunjukan data terdistribusi secara normal karena model sudah mencapai standar penelitian. ## Uji Multikolinearitas ## Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas Sumber : data sekunder diolah, 2021 Melihat tabel diatas menunjukan semua model memiliki nilai VIF berkisar 1- 10 yaitu sebesar 1.009 pada ukuran perusahaan, opini audit sebesar 1.331 dan laba operasi sebesar 1.324. Sedangkan ditinjau dari nilai tolerance semua variabel tersebut > 0,10 yaitu ukuran perusahaan (0,991), opini audit (0,751) dan laba operasi (0,755). Dari hasil pengujian multikolinearitas ini bisa diambil kesimpulan jika model regresi bebas dan tidak ditemukan adanya gejala multikolinearitas. ## Uji Heteroskedastisitas Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas Tabel 3. Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardi zed Residual Ukuran Perusahaan Opini Audit Laba Operasi Audit Report Lag N 60 60 60 60 60 Normal Parameters a,b Mean .0000000 28.1095 .7000 .8667 4.4000 Std. Deviation .26154011 2.91459 .46212 .34280 .29931 Most Extreme Difference s Absolute .060 .068 .053 .051 .073 Positive .060 .068 .053 .051 .073 Negative -.041 -.045 -.094 -.045 -.071 Test Statistic .060 .473 .325 .291 .561 Asymp. Sig. (2-tailed) .200 c,d .183 c .215 c .227 c .169 c a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Coefficients a Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Ukuran Perusahaan .991 1.009 Opini Audit .751 1.331 Laba Operasi .755 1.324 a. Dependent Variable: Audit Report Lag Gambar 2 menunjukan hasil grafik plot tidak terdapat pola yang menentu. Jika dilihat berdasarkan titik-titik yang tersebar, ini menandakan bahwa model bebas dan di dalamnya tidak terdapat heteroskedastisitas serta dapat digunakan uji dari kedua variabel yang memberikan pengaruh . ## Uji Autokorelasi Tabel 5. Hasil Uji Autokorelasi Sumber : data sekunder diolah, 2021 Hasil uji dw ini menunjukan nilai sebesar 1.863, dan jika dilihat dari nilai tabel dw yaitu n = 60, k = 4, nilai dL = 1,444 dan nilai dU = 1,727. Jadi bisa disimpulkan nilai D-W berada diantara 1,727 < 1,863 < 2,273 atau angka D-W diantara -2 < 1,863 < 2 yang berarti tidak terjadi autokorelasi. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi Sumber : data sekunder diolah, 2021 Dilihat dari tabel 6 Adjust R. Square didapat hasil R 2 sebesar 0,196. Ditinjau dari ukuran perusahaan, opini audit dan laba operasi memberi dampak audit report lag sebesar 19,6%, 80,4% sisanya dipengaruhi faktor lain. ## Uji T Tabel 7. Hasil Uji T Sumber : data sekunder diolah, 2021 Dari hasil tabel t, berikut: a. Variabel ukuran perusahaan memperoleh nilai Sig 0,059 > 0,05 serta dari perbandingan t hitung memperoleh nilai sebesar -1,925 < dari t tabel sebesar 2,004, artinya tidak ditemukan dampak signifikan ukuran perusahaan kepada audit report lag. Maka, H 1 ditolak. b. Variabel opini audit memperoleh nilai Sig 0,153 > 0,05 dan dari perbandingan t hitung diperoleh nilai sebesar -1,449 < dari t tabel sebesar 2,004, artinya tidak adanya dampak yang diberikan opini audit kepada audit report lag . Maka, H 2 ditolak. c. Variabel laba operasi memeperoleh nilai Sig 0,033 < 0,05 serta dari perbandingan t hitung memperoleh nilai sebesar -2,187 > dari t tabel sebesar -2,004, artinya ada pengaruh signifikan laba operasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .486 a .236 .196 .26845 1.863 a. Predictors: (Constant), Laba Operasi, Ukuran Perusahaa, Opini Audit b. Dependent Variable: Audit Report Lag Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .486 a .236 .196 .26845 a. Predictors: (Constant), Laba Operasi, Ukuran Perusahaan, Opini Audit b. Dependent Variabel : Audit Report Lag Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 5.363 .352 15.229 .000 Ukuran Perusahaan -.023 .012 -.226 -1.925 .059 Opini Audit -.126 .087 -.195 -1.449 .153 Laba Operasi -.257 .117 -.294 -2.187 .033 a. Dependent Variable: Audit Report Lag yang menyebabkan audit report lag . Maka, H 3 diterima. Uji F Tabel 8. Hasil Uji F ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 1.250 3 .417 5.781 .002 b Residual 4.036 56 .072 Total 5.286 59 a. Dependent Variable: Audit Report Lag b. Predictors: (Constant), Laba Operasi, Ukuran Perusahaan, Opini Audit Sumber : data sekunder diolah, 2021 Dari tabel 8 dapat dilihat nilai bahwa nilai Fhitung sebesar 5,781 > dari Ftabel yaitu 2,77, serta Sig 0,002 < 0,05. Sehingga ini menyatakan penolakan dalam H0 , menandakan secara simultan ukuran perusahaan, opini audit dan laba operasi memengaruhi audit report lag. Pembahasan Penelitian Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Audit Report Lag Dari hasil uji t, diketahui ukuran perusahaan memperoleh nilai signifikan sebesar 0,059 > 0,05 serta berdasarkan perbandingan t hitung dan t tabel memperoleh nilai sebesar t hitung -1,925 < t tabel 2,004. Maka dapat disimpulkan bahwa H 1 ditolak, menandakan bagi audit report lag tidak membawa pengaruh jika ditinjau dari ukuran perusahaan . Perolehan tersebut menunjukan menolak teori yang ada, karena terlepas dari bagaimanapun komdisi yang dimiliki perusahaan dari segi ukuran bukan menjadi jamninan perusahaan tersebut dapat menyingkat waktu audit report lagnya. Pasalnya Perusahaan yang sudah tercatat di BEI akan dimonitor oleh investor beberapa pihak yang mempunyai wewenang dalam pengurusan terhadap laporan keuangan. Oleh karenanya, perusahaan akan segera menyelesaikan proses audit laporan keuangan dan melaporkan tepat waktu sebagaimana yang telah ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hasil riset tersebut sesuai dengan hasil riset Tannuka (2018) yang memberikan pernyataan audit report lag tidak dipengaruhi ukuran perusahaan. Berbeda dengan Megayanti (2016) serta Aristika (2016) yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan tidak menjadi tolak ukur dalam menentukan audit report lag yang berada dalam perusahaan sehingga dapat dipastikan bahwa dampak yang ditimbulkan bersifat negatif. Hal ini dapat diperkuat dengan melihat ukuran perusahaan pada sampel perusahaan yang memiliki jumlah aset lebih kecil dari perusahaan sub sektor yang lain, tetapi tetap tidak mengalami audit report lag melebihi batas ketetapan OJK karena manajemen perusahaan sampel tersebut mampu mengolah laporan keuangannya dengan baik dan hanya memakan waktu yang singkat proses pengauditannya Pengaruh Opini Audit terhadap Audit Report Lag Dari hasil uji t mendapat nilai signifikan opini audit 0,153 > 0,05 dan dari perbandingan diperoleh nilai t hitung -1,449 < t tabel 2,004. Jadi bisa disimpulkan bahwa H 2 ditolak, artinya pengaruh yang ditimbulkan terhadap ARL tidak memberikan pengaruh berdasarkan opini auditnya. Hal ini menunjukan dalam perusahaan meski antara klien dan auditor ada potensi bernegosiasi serta diskusi, akan tetapi komunikasinya tidak butuh waktu yang lama. Auditor juga sudah memperoleh bukti audit yang cukup untuk menentukan opini yang diberikan adalah opini dengan modifikasi atau opini tanpa modifikasi (ISA 705.6), sehingga tidak menyebabkan audit report lag meningkat serta perusahaan tetap dapat melaporkan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Hasil riset tersebut didukung penelitian terdahulu Aristika (2016) yang menyimpulkan bahwa tidak ada dampak opini audit terhadap ARL. hal tersebut bersebrangan dengan hasil Arifuddin (2017) yang mengemukakan terdapat pengaruh negatif atas perolehan opini kepada arl . Hal ini dibuktikan pada sampel perusahaan yang diberikan opini tidak wajar, perusahaan tidak menunjukan bahwa terjadi audit report lag . Artinya tidak semua perolehan opini dengan modifikasi akan panjang waktu auditnya. ## Pengaruh Laba Operasi terhadap Audit Report Lag Berdasarkan hasil riset didapat nilai signifikan variabel laba operasi sebesar 0,033 < 0,05 serta dari perbandingan thitung memperoleh nilai sebesar -2,187 > ttabel -2,004. Dapat disimpulkan H3 diterima, artinya laba operasi berpengaruh siginifikan kepada audit report lag . Perolehan laba yang tinggi ini menunjukan jangka penyelesaian audit report lag nya akan berjalan dengan cepat. Penyebabnya karena perusahaan yang mendapat laba artinya mendapatkan good news, tentunya berita baik itu tidak akan menunda publikasi karena akan mendatangkan daya tarik bagi para investor, hal tersebutlah yang mendukung proses yang memuat jangka waktu yang singkat terhadap audit report lag . Berbanding terbalik dengan apabila perusahaan medapat kerugian yang akan akan mengundur waktunya dalam publikasi laporannya dan mengakibat waktu yang ditempuh lebih lama. Perolehan dalam riset ini sependapat dengan Megayanti (2016) yang menyebutkan laba operasi memberikan dampak signifikan pada hasil yang didapat dalam audit report lag . Pernyataan tersebut bertentangan dengan Noviasari (2020) yang berpendapat tidak adanya pengaruh laba operasi yang diberikan kepada audit report lag . Hasil ini dapat dilihat pada perusahaan sampel dengan kode yaitu BIPP, DART, MORE, dan LPKR yang mengalami kerugian dalam proses auditnya sangat panjang. Hal ini mengakibatkan keterlambatan pada publikasi laporan keuangannya . Pengaruh Ukuran Perusahaan, Opini Audit, dan Laba Operasi terhadap Audit Report Lag Berdasarkan hasil uji F, diperoleh F hitung 5,781 > dari F tabel yaitu 2,77, serta nilai Sig 0,002 < 0,05. Ini menandakan penolakan terhadap H 0 , artinya jika tinjau berdasarkan simultan ukuran perusahaan,opini audit,laba operasi memiliki dampak berarti terhadap audit report lag. Hal ini tentu saja bisa terjadi karena sebuah perusahaan yang mengalami kerugian bersamaan dengan mendapat opini tidak wajar tentu akan memberikan perubahan negatif bagi perusaahaan itu sendiri, oleh karenanya mengakibatkan meningkatnya waktu untuk penyelesaian audit. Hasil perolehan ini sesuai dengan Noviasari (2020) yang menyebutkan beberapa faktor seperti ukuran perusahaan, opini audit, pergantian auditor, laba operasi dan solvabilitas berpengaruh secara bersama- sama pada audit report lag . Hasil ini juga mendukung riset Aristika (2016) yang menyatakan beberapa hal yang disebutkan sebagai faktor memberikan pengaruh secara simultan kepada audit report lag . ## KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil riset ini, dapat ditarik kesimpulan: (1) Tidak ada dampak berarti ukuran perusahaan dan opini audit kepada audit report lag. (2) Laba operasi berdampak berarti kepada audit report lag. (3) Dengan cara simultan ukuran perusahaan, opini, serta laba berdampak berarti kepada audit report lag. ## Saran Dari simpulan, beberapa saran yang dapat diberikan : (1) Perusahaan hendaknya tetap menjaga kinerja manajemen perusahaan dengan tujuan dapat memberikan kontrol terhadap kegiatan audit, dengan demikian besar kecilnya ukuran perusahaan tidak mengakibatkan lambatnya dalam publikasi laporan keuangan . (2) Perusahaan harus mempertahankan penyusunan laporan keuangan sesuai kerangka yang berlaku serta bebas dari salah saji agar mendapat opini WTP sehingga tidak menyebabkan audit report lag di masa mendatang. (3) Perusahaan hendaknya meningkatkan aset yang mereka miliki dengan demikian penggunaan aset dapat dilakukan dengan tepat, serta dapat membawa keuntungan dimasa depan sehingga dapat berkontribusi besar terhadap penekanan tingkat audit report lag perusahaan. (4) Diharapkan peneliti selanjutnya dapat memberikan tambahan variabel lain yang berbeda serta menunjukan pengaruh bagi audit report lag, memperpanjang periode penelitian, dan menggunakan data sampel dari berbagai sektor perusahaan lainnya. ## DAFTAR PUSTAKA Agoes, S. (2016). Auditing Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat. Ardianingsih, A. (2019). Audit Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara. Arifuddin. (2017). Company Size, Profitability, and Auditor Opinion Influence to Audit Report Lag on Registered Manufacturing Company in Indonesia Stock Exchange. International Journal of Applied Business and Economic Research , 15 (19), 353-367. Aristika, M. N. (2016). Pengaruh Opini Audit, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, dan Laba Rugi Terhadap Audit Report Lag. Publikasiilmiah.ums.ac.id Universitas Muhammadiyah Surakarta , 559-568. Halim, A. (2015). Auditing (Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan) Edisi Kelima. Yogyakarta: UPP STM YKPN. Hartono, J. (2015). Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi Kelima. Jakarta: Rajawali Pers. Islahuzzaman, D. (2012). Istilah-Istilah Akuntansi & Auditing. Jakarta: Bumi Aksara. Kartikahadi, H., Sinaga, R. U., Syamsul, M., Siregar, S. V., Wahyuni, E. T. (2016). Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS Edisi Kedua. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia. Megayanti, P., & Budiartha, I. K. (2016). Pengaruh Pergantian Auditor, Ukuran Perusahaan, Laba Rugi dan Jenis Perusahaan Pada Audit Report Lag. Jurnal Akuntansi Universitas Udayana , 14 (2), 1481-1509. Noviasari, P. (2020). Pengaruh Pergantian Auditor, Opini Audit, Ukuran Perusahaan, Laba Rugi, Dan Solvabilitas Terhadap Audit Report Lag (Studi Empiris Pada Perusahaan Insfrastruktru, Utilitas dan Transportasi Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. repository.uin-suska.ac.id Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau , 1-101. Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia. Republik Indonesia. (2011). Undang- Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik. Riyanto, B. (2013). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Sujarweni, V. W. (2020). Metode Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS. Tannuka, S. (2018). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas, dan Ukuran KAP Terhadap Audit Report Lag (Studi Empiris Pada Perusahaan Properti, Real Estate, dan Kontruksi Bangunan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015). Jurnal Muara Ilmu Ekonomi dan Bisnis , 2 (2), 354-368. Tuanakotta, T. M. (2016). Audit Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat. Utari, D., Purwanti, A., & Prawironegoro, D. (2014). Kajian Praktik dan Teori Dalam Mengelola Keuangan Organisasi Perusahaan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
9655b7b7-72fe-4fb6-bf01-042509119271
http://journal-nusantara.com/index.php/J-CEKI/article/download/4750/3748
J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 ## Pengaruh Media Buku Cerita Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III di SDN 1 Kalibuntu Wulan Sari 1 , Nugraha Permana Putra 2 , Asih Wahyuningsih 3 1,2,3 Universitas Muhammadiyah Cirebon E-mail: : [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ## PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu perantara dalam penyampaian informasi yang dilakukan oleh seorang guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan di indonesia merupakan salah satu program utama dalam pembangunan nasional, kemajuan dan kemunduran bangsa bisa dilihat dan dapat ditentukan dengan keadaan pendidikan yang dilaksanakannya. Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan tersebut maka pemerintah mengatur dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Article History: Received: 20 Juli 2024 Revised: 05 Agustus 2024 Accepted: 07 Agustus 2024 Abstract: Learning activities are designed to provide new experiences and provide learning for students, to build mental and physical through interactions between students, teachers and the school environment and other learning resources, in order to achieve basic competencies. Teachers are the determining factor for the level of success in classroom learning. Some teachers still use classic and undeveloped learning methods, so that it affects the results that are less than optimal. The purpose of this study was to determine how the effect of Indonesian language learning with storybook media on reading comprehension of grade III students at SDN 1 Kalibuntu. This research design uses the one group research method where the research is conducted with one class. The research was conducted at SDN 1 Kalibuntu on grade III students with a sample size of 26 students. In the even semester, the researcher conducted a study which began by giving an initial test (pretest) and then applying the Indonesian language learning method using storybook media and after that the final test (posttest) was carried out. The results of this study show a sig value (2-Tailed) of 0.000 while the significance level is 5% or 0.05 or sig value 0.05 then H1 is accepted. So it can be concluded that learning Indonesian using storybook media has a significant effect on students' reading comprehension skills in class III at SDN 1 Kalibuntu. Keywords: Storybook Media, Reading Comprehension Outcomes . 3698 J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 Agar dapat mencapai fungsi dan tujuan tersebut, pemerintah menyediakan lembaga- lembaga pendidikan berupa sekolah yang terbagi kepada beberapa tingkatan, mulai dari Sekolah Dasar (SD/MI) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah tersebut diajarkan bermacam-macam mata pelajaran dan keterampilan yang peserta didik harus kuasai demi tercapainya tujuan pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat vital dalam melakukan interaksi sosisal individu lainnya. Secara langsung kemampuan berbahasa juga terkait dengan pendidikan, karena berbahasa adalah salah satu alat untuk berfikir sehingga bahasa adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam proses belajar khususnya pada anak-anak yang masih duduk dibangku sekolah. Perkembangan berbahasa perlu untuk dikembangkan karena bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi sehingga anak dapat mengungkapkan ide, gagasan dan perasaannya kepada orang lain. Di sekolah, pengajaran bahasa pada prinsipnya bertujuan agar para siswa ahli dalam berbahasa, yaitu ahli dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat aspek tersebut, kemampuan menyimak merupakan kemampuan paling awal sebelum anak dapat berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak adalah salah satu aspek penting dalam perkmbangan berbahasa. Jika anak terbiasa menyimak hal-hal baik, maka anak mendapatkan berbagai informasi sehingga memudahkan dalam pengembangan aspek-aspek berbahasa lainnya. Membaca merupakan kemampuan yang kompleks. Membaaca adalah upaya mengubah lambang-lambang yang dilihatnya itu menjadi lambang-lambang yang bermakna baginya yang diungkapkan dengan bahasa lisan. Kemampuan membaca adalah salah satu aspek penting dalam pendidikan karena dengan membaca seseorang akan memperoleh pengetahuan yang luas tentang apa yang dibacanya. Membaca dapat dinilai dalam beberapa hal. Ditinjau dari segi kemampuan yang menjadi sasaran, sejumlah kemampuan yang dapat diukur dengan tes membaca meliputi empat tingkatan dalam pemahaman membaca yaitu: pemahaman literal, interpretatif, kritis dan kreatif. Adapun dalam kajian ini memfokuskan pada kemampuan membaca pemahaman literal saja. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang paling dasar yang harus dikuasai oleh anak-anak sejak di usia dini terutama di tingkat dasar (SD) karena disinilah awal dari pembentukan keterampilan berbahasa anak-anak. Dalam pelaksanan proses pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas seringkalu mengalami masalah di antaranya siswa sering tidak fokus pada materi ajar yang diberikan sehingga keberadaan guru kurang mendapatkan perhatian dari siswa. Oleh karena itu, seorang guru harus kreatif dalam menyelenggarakan proses pembelajaran, baik itu dari segi materi, metode maupun media yang digunakan. Kreativitas guru dalam mengajar dapat dilihat salah satunya dari metode mengajar dan penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran sangat perlu dan dapat membantu guru dalam menyampaikan pesan pendidikan. Menurut Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) dengan media pembelajaran adalah โ€œbentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya yang dapat dmanipulasi, dilihat, didengar, dan dibacaโ€ (Azhar Arsyad, 2013). Media yang digunakan seorang guru harus menarik adar dapat menarik minat siswa untuk giat dalam belajar di sekolah. Tujuan akhir dari membaca yaitu untuk memahami isi bacaan. Seperti yang telah dijelaskan oleh Dalman (2015) bahwa, membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna melalui bacaan. Pemahaman siswa penting dalam pembelajaran yang terkait dengan membaca, karena membaca pemahaman merupakan aspek penting dalam kemampuan berbahasa siswa disekolah. Melalui kegiatan membaca siswa dapat memperoleh informasi secara J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 aktif. Agar tujuan yang diinginkan tercapai guru harus kreatif dalam menyajikan pembelajaran terutama dalam memilih buku pembelajaran untuk dapat memaksimalkan pemahaman membaca siswa. Dalam penelitian ini, media yang digunakan yaitu media buku cerita. Salah satu media yang cocok dan dapat dimanfaatkan untuk diterapkan pada siswa sekolah dasar diantaranya adalah media buku cerita. Karena setiap anak suka dengan cerita, selain itu media buku cerita juga merupakan salah satu media yang relatif murah dan mudah di cari. Buku yang baik memiliki bahasa yang unik yang dapat menyenangkan dan dapat membangun pengetahuan anak yang mendengarkannya. Dari buku anak ditunjukkan tentang bagaimana kehidupan yang berbeda dari kehidupannya sehingga membuat mereka dapat memahami dan mengerti dirinya dan juga orang lain. ## LANDASAN TEORI Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media media berasal dari bahasa Latin medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Umar, 2013). Lebih lanjut Rahardjo (Umar, 2013) menyebutkan bahwa media mmerupakan saran penyalur pesan atau informasi belajar yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. Ramayulis (2013), mengatakan, โ€œmedia pembelajaran adalah sarana pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektivitas dan efesiensi dalam menacapai tujuan pembelajaranโ€. Jenis-jenis media pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran terdiri dari buku, tape, recorder, kaset, video, kamera, film, slide (gambaran bingkai), foto, gambar, televisi, dan komputer. Dengan kata lain, media asalah suatu komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi intruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran adalah sarana pengantar pesan atau wahana dari pesan yang mengundang rasa ingin belajar anak yang berasalh dari pesan yang disampikan seorang guru dan diteruskan kepada penerima pesan yaitu peserta didik agar saat proses pembelajaran berlangsung dengan komunikasi yang lebih objektif dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. 2. Pengertian Buku Cerita buku cerita bergambar sangat disukai dikalangan anak-anak karena tampilannya yang menarik perhatian. โ€œCerita anak adalah cerita berbagai kejadian yang sesuai dan dapat dijangkau dan dipahami oleh pembaca anak-anakโ€ (Nurjanah, 2018). Proses pembuatan buku cerita bergambar harus sesuai dengan tujuan yang sudah dirancang sejak awal. Untuk dapat memahami mengapa buku bergambar harus menjadi bagian yang sangat penting dari lingkungan anak-anak, penting untuk mengidentifikasi beberapa tujuan yang mereka layani (Stewig, 2013). Mitchhell (2013) menyatakan bahwa โ€œbuku cerita bergambar adalah buku yang menampilkan gambar dan teks secara bersamaan dan saling terkait. Gambar dan cerita yang disajikan secara sendiri-sendiri belum cukup untuk mengungkapkan isi cerita, keduanya saling membutuhkan dan saling melengkapi agar isi cerita menjadi lebih menarikโ€. Berdasarkan pendapat diatas tentang buku cerita, maka dapat dismpulkan bahwa buku cerita adalah buku yang menyediakan cerita dengan menggunakan ilustrasi gambar yang menarik. Gambar adalah tiruan barang, binatang, tumbuhan dan lainnya. Gambar adalah 3700 J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 sesuatu yang di wujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan pikiran seseorang. Kemampuan membaca dan pemahaman 1. Pengertian Membaca Hodgson (dalam Tarigan, 2015) mendefinisikan โ€membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulisโ€. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Lado (dalam Tarigan, 2015) mendefinisikan โ€œmembaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnyaโ€. Kemudian menurut Tarigan (dalam Dalman, 2017) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata. Dari beberapa pendapat diatas kesimpulannya yaitu membaca adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan informasi melalui buku bacaan membaca adalah aktivitas visual yang melibatkan fikiran. Sebagai aktivitas visual membaca juga merupakan aktivitas penerjemah simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai aktivitas berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif. Pemahaman anak-anak diajarkan secara bertahap pada pembelajaran membaca, jika anak sudah mampu membaca pemahaman literal maka pada jenjang berikutnya, anak akan mempelajaru membaca pemahaman interpretasi dan seterusnya sampai ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Somadayo (2011) menyebutkan bahwa indikator membaca pemahaman terdiri dari: (1) menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan (2) menyebutkan contoh ide/isi bacaan dalam kehidupan sehari-hari (3) menentukan kalimat utama setiap paragraf, dan (4) menemukan ide pokok setiap paragraf. Adapun menurut Nurhidayah (2017) menjelaskan beberapa indikator membaca pemahaman adalah sebagai berikut: a. Kemampuan untuk menemukan gagasan utama setiap paragraf Diharapkan siswa dapat menemukan pokok bahasan utama dan membedakan antara pokok bahasan dan penjelasan agar bacaan dapat dipahami dengan jelas. Gagasan utama harus dipahami. b. Kemampuan untuk menemukan makna dari kata-kata sulit dan membuat kalimat dari kata sulit tersebut Siswa dapat menerjemahkan kata-kata yang sulit dimengerti atau tidak memiliki penjelasan umum dari yang awalnya tidak mengerti menjadi mengetahui apa arti kata tersebut c. Kemampuan untuk menjawab pertanyaan secara komperhesif dari bahan bacaan d. Kemampuan untuk menceritakan kembali bahan bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri e. Kemampuan untuk menyimpulkan bahan bacaan ## METODE PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SDN 1 Kalibuntu, pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan bulan Februari sampai Juni 2024. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif eksperimen dengan J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 desain penelitian tipe one group pretest-posttest. Dan sampel yang digunakan siswa kelas III yang berjumlah 26 siswa. ## Analisis Data Analisis data diartikan sebagai proses pengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis. Uji analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji hipotesis, dan uji n-gain yang dilakukan dengan bantuan aplikasi SPSS 25. ## Teknik dan Instrumen Penelitian Teknik Penelitian dilakukan secara langsung di SDN 3 Sumber melalui observasi Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah dan wawancara yang dilakukan kepada Ibu Ade Imanah selaku wali kelas 3. Dan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi, soal tes, dan dokumentasi. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SDN 1 Kalibuntu, pengumpulan data menggunakan lembar observasi, tes, dan dokumentasi. Peneliti mewawancarai guru kelas 3 yakni Ibu Ade Imanah untuk berkonsultasi mengenai materi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 3. Teknik yang digunakan yaitu metode kuantitatif eksperimen dengan desain penelitian pre eksperimental tipe one group pretest-posttest. Dengan jumlah sampel 26 siswa yang dilakukan di SDN 1 Kalibuntu Kabupaten Cirebon. 1. Penggunaan Media Buku Cerita Terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Pada Mata Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas III Media pembelajaran buku cerita pada penelitian ini dibuat khusus untuk mengetahui pemahaman membaca siswa siswa kelas III pada mata pembelajaran bahasa indonesia. Media buku cerita dibuat dengan sebuah teks yang mudah dibaca siswa dan gambar-gambar yang menarik agar siswa lebih bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dan memudahkan siswa untuk lebih fokus untuk memahami sebuah bacaan pada buku cerita. Pada pelaksanaan proses pembelajaran siswa di kelas III, guru memberikan media pembelajaran berupa buku cerita kepada setiap siswa. Kemudian guru memperkenalakan media buku cerita yang telah dibuat dan menjelaskan isi cerita dalam buku cerita. Para siswa menjadi ingin tahu yang tinggi terhadap alur cerita dalam buku cerita yang dijelaskan guru, kemudian guru pun menjelaskan isi cerita dan menjelaskan ide pokok yang terdapat dalam buku cerita, menunjukan kosa kata yang sulit dimengerti, menjelaskan arti dari kosa kata sulit, setelah membaca buku cerita guru menceritakan kembali isi cerita yang terdapat dalam buku cerita dan menentukan pesan moral yang terkandung dalam buku cerita. Para siswa pun memperhatikan penjelasan materi pada media buku cerita. Setelah penjelasan kalimat utama dalam sebuah paragraf dan ide pokok paragraf, mencari pesan yang terkandung dalam sebuah cerita legenda danau toba dengan menggunakan media buku cerita, guru meminta siswa maju satu-persatu untuk membaca buku cerita dan menceritakan kembali isi cerita yang terdapat pada buku cerita menggunakan bahasa sendiri, kemudian guru membagikan lembar kerja peserta didik yang harus dikerjakan oleh setiap kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Selanjutnya guru memberikan evaluasi terhadap materi yang telah dipelajari. Ketika pembelajaran berlangsung siswa sangat antusias dan mampu memahami 3702 J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 materi yang dijelaskan oleh guru karena menggunakan media buku cerita dengan desain yang menarik. Berdasarkan penjelasan hasil observasi diatas penggunaan media pembelajaran yang menarik dan inovatif dapat membuat siswa senang karena media buku cerita yang di desain dengan sangat menarik membuat siswa tidak merasa jenuh dan menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karena itu, dapat terbukti bahwa media yang digunakan guru dengan membuat media buku cerita legenda rakyat untuk membantu siswa dalam memahami suatu bacaan berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa. 2. Hasil belajar sebelum dan sesudah penggunaan media buku cerita terhadap kemampuan membaca pemahaman pada mata pembelajaran bahasa indonesia siswa kelas III a. Pretest Peneliti melakukan pretest terlebih dahulu untuk melihat seberapa besar kemampuan membaca pemahaman siswa terhadap materi yang akan diberikan sebelum siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan media buku cerita. Tabel 1. Hasil analisis deskriptif pretest Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang diteliti berjumlah 26 siswa dengan perolehan nilai maksimal 73, nilai minimal 50, dan nilai rata-rata 63,62 dengan jumlah keseluruhan total 1654 dan nilai simpangan baku (standar deviation) 7.206. Dari perolehan hasil analisis nilai pretest diketahui bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan media buku cerita masih rendah. b. Posttest Setelah diberikan perlakuan serupa kegiatan pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran buku cerita dan setelahnya diberikan posttest . ## Tabel 2. Hasil statistic deskriptif posttest Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation posttest 26 35 65 100 2134 82.08 8.694 Valid N (listwise) 26 Berdasarkan tabel hasil analisis desskriptif, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang diteliti adalah 26 siswa dengan perolehan nilai maksimal 100, nilai minimal 65, nilai rata-rata 82.08, dengan total nilai keseluruhan 2134 dan nilai standar deviation 8.694. hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kemampuan membaca siswa setelah diberikan perlakuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media buku cerita dalam pembelajaran cukup berpengaruh terhadap peningkatan nilai kemampuan membaca pemahaman Bahasa Indonesia siswa kelas III di SDN 1 Kalibuntu. ## Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation pretest 26 23 50 73 1654 63.62 7.206 Valid N (listwise) 26 J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 3. Uji Normalitas Data Pengujian ini digunakan untuk mengetahui informasi yang didapatkan berdistribusi normal atau tidak normal. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS dengan analisis statistik nonparametrik one sample Kolmogorov-smirnov. ## Tabel 3. Uji normalitas data Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Pretest .142 26 .189 .915 26 .034 Posttest .132 26 .200 * .971 26 .653 a. Lilliefors Significance Correction Dapat diambil kesimpulan bahwa residual data yang didapat tersebut menikuti distribusi dimana hal tersebut dapat dinyatakan normal dengan hasil Kolmogorov-Smirnov a 0,189 0,05 pada hasil pretest dan mempunyai hasil Kolmogorov-Smirnov 0,200 005 padahasl uji normalitas posttest. Dengan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa distribusi mengenai penerapan pengunaan buku cerita pada setiap pembelajaran Bahasa Indonesia terdistribusi secara normal dikelas III di SDN 1 Kalibuntu. Berikut histogram uji normalitas. ## Gambar 1. Histogram uji normalitas Berdasarkan histogram uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data hasil pretest dan posttest berdistribusi normal. ## KESIMPULAN Berdasarkan penggunaan media buku cerita terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas III yang telah dilakukan pada penelitian ini dianggap sudah efektif. Hal ini terlihat dari pelaksanaan proses pembelajaran mengenai kemampuan membaca pemahaman siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia meningkat. Dan siswa merasa senang dan ikut terlibat dalam menggunakan media pembelajaran buku cerita, karena dengan adanya media buku cerita dapat mempengaruhi semangat belajar siswa dan kemampuan membaca pemahaman siswa. Pengaruh media buku cerita terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa kelas III di SDN 1 Kalibuntu. Pada hasil Uji coba pretest dan posttest pada 26 siswa dan menujukan hasil nilai dengan rata โ€“ rata 63,61pada ujian awal dan 82,07 pada ujian akhir. Nilai minimum 50-65 dan nilai maksimum 73 โ€“ 100 dengan ketuntasan pada pretest 27% dan 92% pada pretest. Dimana saat dilakukan ujian awal banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM presentasenya 27%, dimana menunjukan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa cukup rendah sebelum dilakukan penelitian menggunakan media baca buku cerita, dan setelah dilakukan pembelajaran bahasa 3704 J-CEKI : Jurnal Cendekia Ilmiah Vol.3, No.5, Agustus 2024 โ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ.. ISSN : 2828-5271 (online) indonesia dengan media baca buku cerita siswa memiliki ketuntasan KKM yaitu 92% presentase tersebut menunjukan kenaikan yang signifikan dan berpengaruh terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa. ## DAFTAR REFERENSI Azhar Arsyad. 2013. Media Pembelaran . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Dalman. 2015. " Keterampilan Menulis ". Jakarta: Raja Grafindo Persada. Dalman. 2017. " Keterampilan Membaca ". Jakarta: Rajawali Pers. Mcelmeel, Sharoon L. 2014. Chaearcter education, A Book Guide For Theacher, Librarians, And Parents, Teacher Ideas . Press, Green Wood Village, Colorado Nurjanah, Ayu Putri. 2018. Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 5-6 Tahun . Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol 5 (1), 1-7. Nurhidayah, I., Mulyasari, E., Robandi, B. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman . Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2 (4), 42-51. Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika Keguruan . Jakarta: Kalam Mulia Somadayo, S. (2011). Strategi Dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu. Stewig, J.W. 2013. Children and Literature . Chicago: Mc. Nally College Publishing. Tarigan, Hendry Guntur. 2015. Membaca Sebagai Suatu Keterangan Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Umar. 2013. Media Pendidikan Jurnal Tarbawijayah . Volume 10 Nomer 2 : (135-136)
d2f4264d-bf82-462d-8453-cda296dc6525
https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/article/download/38/30
## Journal of Computer and Information Systems Ampera https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index ## 99 This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License . ## Pengembangan Aplikasi Pengenalan Aksara Komering Menggunakan Metode Deep Learning Berbasis Android Mahmud 1 , Yesi Novaria Kunang* 2 1 Informatics Departement , Bina Darma University, Palembang, Indonesia 2 Information System Departement, Bina Darma University, Palembang, Indonesia Email: [email protected] 1 , [email protected] 2 ## Abstrak Penggunaan aksara Komering dari waktu ke waktu mulai ditinggalkan di kalangan masyarakat suku Komering dengan banyaknya budaya luar masuk ke Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melestarikan dan menghidupkan kembali aksara Komering beserta bahasanya dengan menggunakan pemanfaatan teknologi Deep learning yang dibenamkan kedalam aplikasi android. Teknologi DL yang merupakan suatu sub ilmu dari bidang Machine Learning yang dikembangkan atas dasar cara berfikir dari struktur otak manusia sehingga dapat menghasilkan klasifikasi yang lebih baik. Salah satu algoritma dari DL yang terkenal baik dalam mengenali gambar ialah Convolutional Neural Network. Pada penelitian ini percobaan pengklasifikasian gambar aksara Komering dilakukan dengan data sebanyak 1540 gambar, 29 class. Hasil yang didapatkan dari data testing dengan data asli yaitu 58%, sedangkan untuk testing data augmented 80%. Persentase dalam pengujian aplikasi android melalui kamera 84,14%, galeri 87,58% dan penulisan 93,79%. Kata Kunci : Aksara Komering, CNN, Deep Learning, Android ## 1. PENDAHULUAN Aksara Komering merupakan Aksara dari Bahasa Komering yang berasal dari Suku Komering di Kabupaten OKU Provinsi Sumatera Selatan. Aksara ini ialah salah satu aksara turunan dari aksara โ€˜Kagangaโ€™ sehingga terdapat beberapa aksara yang memiliki kesamaan, terdiri atas 29 huruf dan terbagi atas 19 konsonan dan 10 vokal den gan awalan โ€˜Kโ€™[1]. Dalam penerapannya, Aksara Komering pada era sekarang mulai menurun dikarenakan banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Selain itu minimnya pembelajaran serta pelestarian aksara dari bahasa ## Journal of Computer and Information Systems Ampera Vol. 1, No. 2, May 2020 e-ISSN: 2775-2496 https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index daerah sehingga membuat generasi penerus buta akan bahasa dan aksara Komering yang menjadi salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia. Teknologi merupakan suatu alat bukti nyata yang digunakan untuk mempermudah segala aktifitas masyarakat. Pada penelitian ini pemanfaatan teknologi untuk melestarikan bahasa dan aksara Komering dapat dijadikan suatu alat untuk memulai kembali mengingat sekaligus mempelajari kembali bahasa dan aksara Komering yang ada. Adapun teknologi yang akan digunakan pada penelitian ini ialah Deep Learning. Deep learning (DL) merupakan cabang dari Machine Learning yang dapat dikatakan sebagai Neural Network (NN) yang terdiri atas banyak parameter dan layer. Beberapa Algoritma yang ada pada DL bekerja seperti jaringan syaraf otak manusia yang terdiri atas sebuah neuron atas penambahan fungsi aktifasi, jumlah bobot dan vector masukan. Adapun salah satu implementasi dari teknologi DL terdapat pada algoritma Convolutional Neural Network (CNN)[2]. CNN merupakan salah satu algoritma DL yang hampir sama dengan NN yang tersusun atas neuron dan bias. Berbeda dengan algoritma NN yang hanya fokus bagaimana informasi dari input direpresentasikan melalui banyak fungsi nonlinear, dalam CNN terdapat suatu fungsi yang bernama convolutional layers (CL). CL berfungsi secara khusus untuk mengekstrak gambar menjadi suatu angka berupa array multi-dimensional, dengan menggunakan suatu operasi dot perkalian antara input dan filter yang telah ditetapkan. Dengan adanya proses CL tersebut maka model CNN. akan menghasilkan prediksi yang lebih akurat dan efektif untuk pemrosesan berbentuk gambar dibanding dengan jenis NN lainnya. Penelitian yang pernah dilakukan yaitu Recognizing Handwritten Japanese Characters Using Deep Convolutional Neural Networks, menggunakan data Electrotechnical Laboratory (ETL) berjumlah jutaan dataset gambar yang terbagi atas 3 tipe yang berbeda diantaranya ialah hiragana, katakana, dan kanji. Dengan pembagian data training sebesar 80% dan data testing sebesar 20% didapat dari 3 tulisan tersebut aksara hiragana memiliki akurasi sebesar 96.55%, aksara katakana memiliki akurasi 98.19% dan aksara kanji sebesar 99.64%[3]. Penelitian tersebut berhasil menerapakan model tersebut ke dalam aplikasi android dengan menggunakan library tensorflow. Dengan adanya penggunaan teknologi DL khususnya Algoritma CNN dalam pengklasifikasian suatu gambar, maka dapat diimplemetasikan dengan melihat pengenalan aksara. Penelitian ini nantinya akan berfokus pada 29 aksara komering yang ## Journal of Computer and Information Systems Ampera https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index Mahmud, Yesi Novaria Kunang | 101 nantinya data aksara akan diuji dengan model CNN dengan didapatkannya suatu akurasi dari penelitian ini. Penerapan CNN akan dikembangkan kedalam aplikasi Android yang dimana nantinya pengenalan aksara dapat di deteksi melalui kamera, file gambar, dan penulisan. ## 2. METODOLOGI PENELITIAN ## 2.1 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dari aksara Komering melalui 50 responden, dimana setiap responden akan menuliskan 29 aksara komering di kertas yang telah disediakan. Selain itu, metode pengumpulan data berasal dari studi literature dari buku maupun jurnal yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. ## 2.2 Pengembangan Model CNN Tahapan ini dimulai dari pengumpulan dataset, pelabelan, augmentation hingga proses training model . adapun tahapan-tahapan tersebut ialah sebagai berikut. 1) Tahapan Pengumpulan Dataset Penelitian ini akan mengumpulkan dataset dari responden sebanyak 50 orang, responden nantinya akan menulis 29 aksara komering dari lembar yang telah disediakan. 2) Pelabelan Dataset Setelah mendapatkan data dari responden, pelabelan dari setiap aksara yang sudah digenerate. Pada proses ini dilakukan dengan cara crop setiap bagian aksara menjadi bagianbagian kecil yang terpisah. Selain pelabelan dalam tahapan ini melakukan pembagian antara dataset untuk proses training dan testing. 3) Data Augmentation Proses Data augmentation dilakukan untuk memperbanyak dataset dengan melakukan proses rotation, translation, contrass dan saturation terhadap dataset. 4) Data Prepocesing Tahapan ini berfungsi untuk melakukan pengecekan posisi, resize, grayscale terhadap dataset baik training maupun testing. 5) Training Model Tahapan dimana pengembangan model atau bisa di sebut dengan proses training model. 6) Pengujian model Tahapan pengujian model memiliki tujuan untuk melihat akurasi dari model yang telah di kembangkan. Dengan ## Journal of Computer and Information Systems Ampera Vol. 1, No. 2, May 2020 e-ISSN: 2775-2496 https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index melakukan pengujian model, maka akan diketahui apakah suatu model dapat diimplementasikan ke dalam aplikasi. ## 2.3 Implementasi CNN Android Setelah melakukan pengembangan model CNN yang dimana pengujian dilakukan dengan mengikuti tahapan-tahapan yang ada, akan dilanjutkan pengembangan Aplikasi dengan mengimplementasikan CNN kedalam Android sekaligus pengujian tingkat akurasi pada aplikasi tersebut. 1) Konversi Model Proses ini dilakukan agar model dapat digunakan dalam pemrograman berbasis javascript. Hal tersebut dilakukan karena proses training model dilakukan dengan bahasa python sedangkan server side dibuat dengan menggunakan bahasa javascript sehingga diperlukan konversi model. 2) Pengembangan dan pengujian Aplikasi pengembangan aplikasi android serta aplikasi server (rest api) yang berguna untuk menghubungkan aplikasi dengan model yang berada dilingkungan server. Pengujian dilakukan ketika model sudah diimplementasikan kedalam aplikasi. Aplikasi akan dilakukan pengujian untuk mengklasifikasikan data baru dari beberapa Aksara Komering. ## 3. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 3.1 Pengumpulan Dataset Pengumpulan dataset dari aksara Komering dilakukan oleh 50 responden dengan melakukan generate aksara Komering secara menulisnya ke dalam 1 lembar kertas bertabel. Dari hasil generate aksara tersebut, peneliti mendapatkan 50 kertas yang berisi aksara sebanyak 1450 gambar yang terbagi atas 29 aksara Komering. Berikut sampel gambar dari pengumpulan dataset dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Sampel Data Responden ## Journal of Computer and Information Systems Ampera https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index ## 3.2 Pelabelan Dataset Tahapan pelabelan dari setiap gambar aksara yang sudah digenerate. Proses croping dilakkuan satu persatu dari setiap bagian sehingga menjadi bagian bagian kecil yang terpisah. Berikut gambar 2. Pemisahan aksara komering. Gambar 2. Pemisahan Aksara Setelah proses croping selesai, proses selanjutnya ialah proses pelabelan dataset. Proses pelabelan ini dilakukan secara manual dengan mengelompokan aksara yang sama kedalam suatu folder yang mana penamaan dari folder tersebut didapat dari nama ejaan dari suatu aksara yang akan dikelompokkan. Dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pelabelan aksara Komering 3.3 Build Model Proses Pengembangan model ini dilakukan dengan menggunakan keras yang ditenagai oleh library Tensorflow backend. Dengan menggunakan dataset asli serta dataset yang dilakukan proses augmented, penulis melakukan proses training yang dilakukan dengan menggunakan epoch sebanyak 120 dan 36 batch size. jika data training berjumlah 1044 maka dalam ## Journal of Computer and Information Systems Ampera Vol. 1, No. 2, May 2020 e-ISSN: 2775-2496 https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index setiap putaran epoch akan terdiri atas 29 gambar aksara yang akan diproses kedalam convolution. Adapun tabel arsitektur dapat dalam pembuatan model dapat dilihat pada tabel 1. ## 3.4 Hasil Pengujian Model Proses pengujian model memiliki tujuan utama untuk melihat apakah model dapat mengenali aksara Komering dengan baik atau tidak. Proses pengujian terhadap model dilakukan dengan menggunakan library sklearn terhadap data asli maupun dataset asli yang sudah dilakukan proses augemented. Bentuk pengujian model yang dilakukan peneliti yaitu mengetahui nilai confusion matrix dari hasil prediksi data testing ## Journal of Computer and Information Systems Ampera https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index Mahmud, Yesi Novaria Kunang | 105 sebagai nilai awal untuk menentukan besaran akurasi testing, nilai precision ,recall hingga f1-score. ## 3.4.1 Hasil Testing Data Asli Pengujian model menggunakan dataset asli dilakukan dengan jumlah dataset testing sebanyak 5 gambar aksara. Kelima gambar aksara tersebut merupakan data testing yang mewakili setiap aksara, sehingga jumlah keseluruhan data testing ialah sebanyak 145 (29x5) gambar aksara. Adapun hasil pengujian dari data testing yang dilakukan dapat dilihat pada gambar 4 confusion matrix. Gambar 4 . Confussion Matrix Data Asli ## Journal of Computer and Information Systems Ampera Vol. 1, No. 2, May 2020 e-ISSN: 2775-2496 https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index Peneliti membagi 3 kelompok aksara berdasarkan hasil nilai pengujian dataset testing. Ketiga kelompok digunakan untuk mengelompokkan aksara-aksara dari data testing yang diklasifikasikan dengan nilai sangat baik yaitu jumlah TP 4 sampai 5, baik dengan jumlah TP 3, sedangkan kurang baik dengan jumlah TP 0 hingga 2. Proses pengelompokan aksara dilakukan dengan menyeleksi dari besaran jumlah TP yang didapat pada confusion matriks. Adapun gambar dari confusion report yang meliputi precision, recall, f1-score dari setiap aksara yang dilakukan pengujian dengan menggunakan dataset asli dapat dilihat pada gambar 5. Gambar 5 . Classification Report Data Testing Asli Hasil keseluruhan yang didapati penulis dalam pengujian dengan menggunakan data asli, nilai rata-rata pada precision ialah sebanyak 57%, sedangkan rata-rata recall sebanyak 57%, dan f1-score dengan rata-rata 55%. ## Journal of Computer and Information Systems Ampera https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index ## 3.4.2 Hasil Testing Data Augmented Pengujian ini dilakukan dengan data asli yang telah dilakukan proses augmented. Dari proses augmented tersebut menghasilkan dataset baru yang digunakan untuk testing ยฑ96 dalam setiap aksara atau ยฑ 2765 secara keseluruhan. Dari hasil pengujian model yang dilakukan dengan menggunakan dataset yang telah dilakukan proses augmented, peneliti mendapatkan hasil confusion matrix yang dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6 . Confussion Matrix Data Augmented Dalam Confusion matrix Data Augmented juga dibagi menjadi 3 pengelompokan, dimana Jumlah TP yang melebihi nilai 80 dikatakan sangat baik, untuk jumlah TP 60-79 dikatakan baik, sedangkan jumlah TP dibawah 60 dapat dikatakan kurang baik. Adapun untuk Classification Report dapat dilihat pada gambar 7. ## Journal of Computer and Information Systems Ampera Vol. 1, No. 2, May 2020 e-ISSN: 2775-2496 https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index 108 | Pengembangan Aplikasi Pengenalan Aksara Komering ..... Gambar 7 . Classification Report Augmented Hasil pengujian yang didapati dengan menggunakan data augmented, nilai rata-rata precision ialah sebesar 80% dengan rata-rata recall sebesar 79%, dan f1-score sebesar 79%. Jika dibandingkan dengan pengujian data asli, persentase yang didapatkan pada pengujian data augmented lebih tinggi. ## 3.5 Hasil Pengujian Aplikasi Dalam implementasi pengujian di aplikasi dapat melalui dengan 3 cara yaitu kamera, galeri gambar, dan ditulis. Berikut gambar-gambar aplikasi yang dapat dilihat pada gambar 8-9. ## Journal of Computer and Information Systems Ampera https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index Mahmud, Yesi Novaria Kunang | 109 Gambar 8. Gambar klasifikasikan dan Aksara Komering Gambar 9. Hasil klasifikasi aksara ## Journal of Computer and Information Systems Ampera Vol. 1, No. 2, May 2020 e-ISSN: 2775-2496 https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index Adapun hasil pengujian dari aplikasi dengan 5 kali percobaan melalui kamera, galeri, dan penulisan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Pengujian Melalui Aplikasi ## Journal of Computer and Information Systems Ampera https://journal-computing.org/index.php/journal-cisa/index Mahmud, Yesi Novaria Kunang | 111 Dari tabel diatas didapatkan yaitu 84,14% dari seluruh pengujian yang dilakukan dengan menggunakan kamera dapat diklasifikasikan dengan benar, sedangkan 15,86% diklasifikasikan dengan salah. Adapun pengujian yang dilakukan dengan menggunakan galery, persentase melebihi persentase yang dilakukan dengan kamera dimana jumlah benar dari pengujian ini mencapai 87,58% sedangkan aksara diklasifikasikan dengan salah sebanyak 12,41%. Dan untuk hasil dari proses pengujian aksara dengan menulis secara langsung kedalam aplikasi yaitu sebanyak 93,79% gambar dapat diklasfiikasikan dengan benar dan 6,21% aksara kenali dengan salah. ## 4. KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dalam pengenalan aksara Komering dengan menggunakan metode DL algoritma CNN yaitu 2. Tingkat akurasi testing dari proses training model dengan menggunakan data augmented jauh lebih baik dibanding tingkat akurasi dengan menggunakan data asli. Akurasi testing dari training data asli didapat sebanyak 57%, sedangkan akurasi testing dengan data augmented sebanyak 80%. Adapun pada implementasi aplikasi data yang digunakan sebanyak 5 hampir mendapatkan akurasi yang bervariasi dengan persentase penggunaan kamera 84,14%, galeri 87,58% dan penulisan 93,79%. ## DAFTAR PUSTAKA [1] H.M. Hatta Ismail, & H.M. Arlan Ismail. (2002). ADAT PERKAWINAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN (1st ed.). Unanti Press Palembang. [2] Josh Patterson and Adam Gibson. (2017). Deep Learning A Practitionerโ€™s Approach (1st ed.). Oโ€™Reilly Media, Inc., 1005 Gravenstein Highway North, Sebastopol, CA 95472. http://oreilly.com/catalog/errata.csp?isbn=9781491914250 [3] Charlie Tsai. (2016). Recognizing Handwritten Japanese Characters Using Deep Convolutional Neural Networks. 1 โ€“ 7. [4] Monden, Y., 1993. Toyota Production System: An Integrated Approach to Just-in-Time, 2nd ed., Industrial Engineering and Management Press, Norcross, GA.
9f64d4e4-3e14-4ef2-824d-a928743145cb
https://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/lantanida/article/download/6306/4524
Lantanida Journal, Vol. 8 No. 1 (2020) 1-95 ## KEMAMPUAN PENALARAN ILMIAH SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DISERTAI DIAGRAM BERPIKIR MULTIDIMENSI Fiska Anjani 1 *, Supeno 1 , Subiki 1 1 Program Studi Pendidikan Fisika, FKIP Universitas Jember Email: [email protected] ## ABSTRACT Scientific reasoning is an ability to argue the concept of knowledge using scientific principles to build a deep understanding. Scientific reasoning is one of the essential skills in the 21st century as a provision in facing global challenges. Scientific reasoning is also one of the skills needed in learning physics because, in essence, physics learning requires a deep understanding of concepts. The fact shows that the scientific reasoning skills of students are still low. Students tend to solve problems without recognizing ideas and have a tendency to plug and chug as much as they remember, so learning is needed that can improve scientific reasoning skills. This scientific reasoning skill can be applied by combining guided inquiry learning models with multidimensional thinking diagram aids that are packaged in the form of student worksheets. Implementing the guided inquiry learning model will help students in the reasoning process because each process directs students to follow several methods and practices that are similar to scientists in building knowledge. Multidimensional thinking diagrams can help students in each inquiry process and assist students in analyzing and solving problems. Guided inquiry accompanied by multidimensional thinking diagrams can improve scientific reasoning skills. Keywords: Guided Inquiry, Scientific Reasoning, Multidimensional Thinking Diagram. ## PENDAHULUAN Pembelajaran pada abad ke-21 yang bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi menuntut siswa harus selalu terlibat secara aktif dalam setiap proses pembelajaran. Namun, salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran (Maryani, 2018). Hasil observasi yang dilakukan peneliti sebelumya diperoleh data bahwa salah satu penyebab rendahnya keterlibatan siswa diakibatkan karena kurang adanya ketepatan dalam implementasi model pembelajaran sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa (Muliardi, Supeno, dan Bektiarso, 2018; Puspitaningrum, Astutik, dan Supeno, 2018). Pada proses pembelajaran, siswa difasilitasi dengan lingkungan belajar yang tepat agar mendapatkan pengalaman belajar. Pengalaman belajar tersebut berupa semua proses, peristiwa, dan aktivitas yang dialami siswa secara riil sehingga terjadi proses pembelajaran yang bermakna (Virani, Supeno, dan Supriadi, 2018) untuk mendapatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pemerintah telah menetapkan standar proses dalam pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran sebagaimana tertuang dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia saat ini merupakan salah satu usaha pemerintah dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan tuntutan abad ke-21 yang akuntabel dan relevan. Siswa dituntut untuk memiliki berbagai keterampilan agar dapat menghadapi tantangan globalisasi. Salah satu keterampilan yang menjadi tuntutan kurikulum 2013 adalah keterampilan bernalar ( scientific reasoning ) sebagaimana tertuang dalam Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Tuntutan pada kompetensi keterampilan menyatakan bahwa peserta didik harus dapat menunjukkan keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri keilmuwan (Supeno, Kurnianingrum, dan Cahyani, 2018; Erlina, Supeno, dan Wicaksono, 2016; Andani, Prastowo, dan Supeno, 2018). Siswa harus dapat mengembangkan kemampuan bernalar secara ilmiah menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah (Fitriyani, Supeno, dan Maryani, 2019; Mujakir, 2017; Supeno, Prastowo, Rahayu, 2020). Penalaran ilmiah merupakan salah satu keterampilan berpikir yang menjadi tuntutan abad 21 dan diharapkan dapat diajarkan di kelas sains sebagai upaya untuk mempersiapkan siswa agar mereka mampu menghadapi tantangan global (Shofiyah, Supardi, dan Jatmiko, 2013; Utami, Supeno, Bektiarso, 2019). Hanson (2016) menyatakan bahwa penalaran ilmiah ( scientific reasoning ) adalah proses dimana prinsip-prinsip logika diterapkan untuk proses ilmiah, yaitu mencari permasalahan, perumusan hipotesis, membuat prediksi, solusi dan masalah, menciptakan percobaan, kontrol variabel dan analisis data. Fakta yang ada menunjukkan bahwa keterampilan penalaran ilmiah siswa Indonesia masih dalam kategori kurang memuaskan. Hasil studi PISA tahun 2015 menunjukkan bahwa siswa Indonesia menempati urutan kesembilan terbawah dari seluruh negara yang tergabung dalam PISA dengan nilai rata-rata sebesar 403. Nilai tersebut termasuk sangat jauh tertinggal dari nilai tetapan PISA sebesar 493. Hal ini menunjukkan bahwa siswa Indonesia termasuk dalam kategori yang memiliki pengetahuan ilmiah terbatas dan kinerja sains yang rendah serta tidak dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk mempresentasikan data dan menarik kesimpulan yang valid (OECD, 2016). Hasil studi PISA tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa kemampuan penalaran ilmiah siswa masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya lebih untuk dapat meningkatkan keterampilan penalaran ilmiah siswa (Kirana, Supeno, dan Maryani, 2019). Kemampuan penalaran ilmiah siswa dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses penemuan dan konstruksi suatu konsep karena penguasaan konsep berhubungan dengan penalaran ilmiah (Rimadani, Parno, dan Markus, 2017; Wardani, Supeno, dan Subiki, 2018). Sutarno (2014) menyatakan bahwa salah satu model pembelajaran sains yang berorientasi pada metode ilmiah dan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah siswa adalah pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri sebagai bentuk penyelidikan dan membentuk pengetahuan yang mendalam dapat meningkatkan kemampuan bernalar siswa dalam mengevaluasi kesimpulan yang diperoleh dari fakta penyelidikan (Daryanti, Rinanto, dan Dwiastuti, 2015; Dewi, Supeno, Bektiarso, 2019). Hal ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar (Alfieri, dkk., 2011; Rasyidah, Supeno, dan Maryani, 2018; Safitri, Subiki, dan Supeno, 2019) Namun demikian, dalam praktiknya model pembelajaran inkuiri selama ini dinilai sering mengalami kendala. Salah satu kendalanya, yaitu siswa sering mengalami kesulitan dalam menjalani setiap proses inkuiri (Karmila, Supeno, dan Subiki, 2019; Kollar, Fischer, dan Slotta, 2007; Kirschner, Sweller, dan Clark, 2006) . Banyak siswa tidak tahu bagaimana merumuskan hipotesis, rendahnya kemampuan bernalar, dan kesulitan dalam mengintegrasikan bukti atau data dengan pengetahuan yang mereka dapatkan serta dengan hipotesa yang dirumuskan (Zimmerman, Raghavan, & Sartoris, 2003). Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan adanya alat bantu untuk mendukung proses pembelajaran inkuiri. Peneliti sebelumnya mengembangkan alat bantu untuk meningkatkan penalaran ilmiah siswa, salah satu contohnya alat bantu yang dikembangkan oleh Chen, dkk. (2018) berupa grafik berpikir tiga dimensi. Penelitiannya terhadap efek dari grafik berpikir tiga dimensi dalam mendukung pembelajaran inkuiri menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan bantuan grafik berpikir tiga dimensi lebih baik kemampuan penalaran ilmiah dibandingkan dengan siswa yang tidak menggunakan grafik berpikir tiga dimensi dalam model pembelajaran inkuiri. Penelitian mengenai analisis proses pembelajaran yang dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah terutama dalam ilmu fisika masih jarang dilakukan. Umumnya peneliti hanya melakukan penelitian mengenai hasil akhir setelah proses pembelajaran diterapkan. Peneliti perlu mendeskripsikan proses pembelajaran yang diterapkan, karena dari proses pembelajaran tersebut nantinya dapat teridentifikasi hal-hal yang membuat penalaran ilmiah meningkat. Hal ini yang mendasari peneliti untuk melakukan analisis proses pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan diagram berpikir multidimensi untuk meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah siswa. ## METODE PENELITIAN Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai diagram berpikir multidimensi untuk membelajarkan keterampilan penalaran ilmiah siswa kelas XI MIPA di SMA pada materi fisika tentang fluida statis. Proses pembelajaran dilakukan pada tiga topik bahasan materi fluida statis, yaitu: tekanan hidrostatis, hukum Pascal, dan hukum Archimedes. Setiap topik bahasan dibelajarkan dalam waktu 90 menit. Dalam setiap pertemuan, siswa melakukan eksperimen sesuai dengan topik bahasannya pada pertemuan tersebut. Pada setiap pertemuan, setiap siswa diberi lembar kerja yang digunakan untuk menuliskan hasil eksperimen dan membantu siswa dalam proses inkuiri serta meningkatkan penalaran siswa. Dalam lembar kerja siswa tersebut terdapat suatu diagram berpikir multidimensi yang membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan penalaran ilmiah. Instrumen untuk mendapatkan data berupa tes penalaran ilmiah berbentuk essai sejumlah 5 butir soal. Setiap butir soal mengandung beberapa indikator pola penalaran. Indikator kemampuan penalaran ilmiah yang digunakan mengacu pada Lawson Classroom of Scientific Reasoning (LCTSR) yang mencakup enam aspek, yaitu penalaran konservasi, penalaran probabilistik, penalaran korelasi, penalaran proporsional, pengontrolan variabel, dan penalaran hipotesis deduktif. Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum pelaksanaan pembelajaran ( pre-test ) dan sesudah pembelajaran menggunakan diagram berpikir dimensi ( post-test ). Pre-test dilakukan untuk memperoleh data kemampuan scientific reasoning siswa sebelum pembelajaran dan mengetahui kemampuan scientific reasoning siswa sebelum dilaksanakan pembelajaran, sedangkan post-test dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data kemampuan scientific reasoning siswa setelah proses pembelajaran serta mengetahui kemampuan scientific reasoning siswa setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan diagram berpikir multidimensi. Seluruh data kemampuan scientific reasoning yang diperoleh dianalisis dengan mengkalkulasikan hasil skor tiap indikator penalaran yang diperoleh siswa, sehingga tiap siswa memiliki 5 total skor dari 5 penalaran yang diuji dalam penelitian ini. Dari kelima skor tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pembelajaran inkuiri terbimbing disertai diagram berpikir multidimensi yang dikemas dalam lembar kerja siswa diharapkan mampu memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan penalaran ilmiah ( scientific reasoning ) serta dapat membimbing siswa pada saat penyelidikan kelompok. Diagram berpikir multidimensi mengintegrasikan tiga jenis representasi dalam satu gambar. Tiga jenis representasi tersebut terdiri dari tabel data, peta konsep dan peta penalaran. Tabel data mencantumkan data hasil percobaan yang dilakukan peserta didik. Peta konsep terdiri dari konsep-konsep pengetahuan yang mendasari masalah dan hubungan antara konsep-konsep. Peta penalaran adalah gambaran dari hubungan bukti antara hipotesis dan data serta teori, masing-masing hipotesis didukung atau ditolak oleh bukti-bukti dari data dan teori. Sebelum dilaksanakan pembelajaran, peneliti memberikan tes ( pre-test ) untuk mengetahui kemampuan awal scientific reasoning siswa. Terdapat enam langkah pembelajaran inkuiri terbimbing (Arends, 2015) dan disertai diagram berpikir multidimensi, yaitu 1) tahap mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses inkuri, 2) penyajian masalah, 3) membuat hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) merumuskan penjelasan dan kesimpulan, serta 6) refleksik terhadap proses berpikir yang digunakan dalam penyelidikan. Implementasi setiap tahapan selama proses pembelajaran dan bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran diuraikan dalam beberapa bagian berikut ini. ## Mendapatkan perhatian dan menjelaskan proses inkuiri Pada tahap ini, siswa diberi pertanyaan oleh guru sebagai bentuk motivasi terkait materi yang akan dipelajari. Pada awal pembelajaran, motivasi siswa masih rendah dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Banyak siswa belum memahami maksud dari pertanyaan yang diajukan. Namun, pada pertemuan selanjutnya, siswa sudah mulai memahami maksud dari pertanyaan yang diberikan. Selain itu, guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan prosedur inkuiri yang akan dilakukan. Setelah itu, siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dimana setiap kelompok beranggotakan 5 siswa. Selanjutnya, siswa duduk bersama siswa lain dalam kelompok yang telah ditentukan. ## Menyajikan permasalahan Pada tahap kedua ini, terlebih dahulu siswa memperhatikan penjelasan singkat materi yang disampaikan oleh guru. Setelah itu siswa diberikan permasalahan yang harus diselesaikan secara kelompok yang terdapat pada lembar kerja siswa. Permasalahan yang diberikan berupa fenomena fisika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang mampu menuntut siswa untuk berpikir logis, sehingga siswa mampu memahami permasalahan berdasarkan pengalaman atau peristiwa yang pernah terjadi. Setelah siswa menganalisis fenomena yang ada pada lembar kerja siswa, kemudian siswa menjawab permasalahan sesuai dengan teori yang berkaitan dengan permasalahan tersebut. Jawaban dari permasalahan tersebut nantinya menjadi hipotesis atau jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya. Kemampuan siswa dalam menganalisis suatu permasalahan dan mengaitkannya dengan fenomena yang ada di sekitar masih tergolong rendah. Hal ini, terbukti dari jawaban siswa yang masih monoton dan kurang bervariasi dalam memberikan contoh nyata keadaan sekitar yang berkaitan dengan permasalahan yang diberikan. ## Membuat Hipotesis Pada tahap ini, siswa dibimbing oleh guru untuk menentukan atau membuat hipotesis setelah sebelumnya mengidentifikasi permasalahan di lembar kerja siswa. Jawaban atas pertanyaan yang tertera dalam permasalahan sekaligus menjadi dugaan sementara atau hipotesis yang diajukan oleh siswa. Hipotesis tersebut menjadi bagian dari diagram berpikir multidimensi yang nantinya akan didukung maupun ditolak oleh bukti-bukti yang didapatkan. Hipotesis ini ditulis pada bagian peta penalaran dalam diagram berpikir multidimensi. Siswa diperbolehkan mengajukan hipotesis lebih dari satu. Adapun contoh letak penulisan hipotesis pada diagram berpikir multidimensi ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Peta penalaran Tahap membuat hipotesis ini mampu melatih kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, serta siswa dapat mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan pada permasalahan. Tahap pengajuan hipotesis ini juga mampu melatihkan kemampuan probabilistic reasoning atau penalaran probabilistik, dimana penalaran probabilistik merupakan salah satu domain kemampuan penalaran ilmiah ( scientific reasoning ). Siswa menjawab pertanyaan dalam permasalahan dengan mengaitkan fenomena yang ada di sekitar. Sebagian besar siswa masih kesulitan menjawab pertanyaan dengan mengaitkan fenomena yang ada di sekitar. Sebagian besar siswa mengemukakan pendapat yang sama antara satu dengan yang lain. Kurangnya variasi dalam mengemukakan pendapat mencerminkan bahwa siswa masih rendah dalam mengidentifikasi kemungkinan- kemungkinan pada permasalahan. ## Mengumpulkan dan menganalisis data Pada tahap ini, siswa dibimbing oleh guru untuk mampu melakukan praktikum dengan tepat guna membuktikan kebenaran hipotesis serta menemukan jawaban dari permasalahan. Siswa melakukan praktikum bersama teman satu kelompoknya sesuai dengan langkah-langkah praktikum yang ada di lembar kerja siswa. Data hasil dari eksperimen ditulis pada tabel data dalam diagram berpikir multidimensi. Tahap ini melatih siswa mampu berkomunikasi, berkolaborasi dan bertanggung jawab terhadap tugas individu dalam kelompoknya, sehingga praktikum berjalan dengan baik dan siswa mampu mengumpulkan data serta memahami konsep dengan benar. ## Merumuskan penjelasan dan kesimpulan Setelah siswa menuliskan data hasil praktikum pada tabel data, selanjutnya siswa menuliskan pengetahuan yang telah dimiliki tentang materi yang sedang dibahas. Siswa menuliskan pengetahuannya pada peta konsep dalam diagram berpikir multidimensi. Tahap ini dapat menunjukkan seberapa besar kemampuan yang dimiliki siswa mengenai materi yang sedang dibahas. Siswa mengisi peta konsep dengan cukup baik. Namun, siswa tidak menggunakan kalimat sendiri dalam mengisi peta konsep. Setelah mengisi peta konsep, siswa melanjutkan aktivitas dengan mengisi peta penalaran. Dalam peta penalaran sudah terdapat hipotesis yang siswa tuliskan pada saat tahap kedua, yaitu tahap pengajuan hipotesis. Dari data hasil percobaan yang telah diperoleh sekaligus data teori pada peta konsep, siswa dapat menganalisis kebenaran hipotesis yang telah diajukan sebelumnya. Siswa yang memiliki kemampuan menganalisis berarti telah mengembangkan kemampuan berpikirnya (Sabarudin, 2019; Supeno, dkk. 2019). Pada saat inilah kemampuan penalaran ilmiah siswa dilatih. Siswa dapat menarik kesimpulan yang masuk akal mengenai permasalahan yang sudah disajikan di awal dan dapat mengevaluasinya. Setelah menganalisis data yang telah diperoleh, siswa mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas. Presentasi ini bertujuan untuk memperoleh kesepakatan dari apa yang dibahas pada permasalahan tersebut. Setelah melakukan presentasi, selanjutnya guru melakukan evaluasi atau meluruskan hal-hal yang dirasa perlu untuk menambah pengetahuan siswa. Setiap tahap dalam inkuiri dirancang untuk melatih kemampuan penalaran ilmiah siswa. Setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry disertai diagram berpikir multidimensi diharapkan kemampuan penalaran ilmiah siswa tentang materi fluida statis dapat meningkat karena setiap proses inkuiri tergambar dalam diagram berpikir multidimensi. Selain itu siswa lebih terlatih dalam menganalisis permasalahan riil yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh gambaran level penalaran penalaran ilmiah siswa. Pada butir soal pertama merupakan pertanyaan mengenai hukum Archimedes, yang mengukur pola penalaran identification and control of variable , diperoleh pola penalaran ilmiah siswa sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Pola penalaran ilmiah identification and control of variable Jenis Tes Kategori Penilaian Jumlah Siswa TM (0) I (1) Ide (2) R (3) Cl (4) Pre -test 6 27 1 - - 34 Post-test 1 14 15 4 - 34 TM = Tidak Menjawab, I = Intuitive, Id = Identification, R = Relation, Cl = Control Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 siswa pada saat pre-test , sebanyak 6 siswa yang tidak menjawab soal pertama, 27 siswa menjawab dengan kategori I ( intuitive ), dan hanya 1 siswa yang menjawab soal dengan kategori identification . Hasil ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang kemampuan bernalar ilmiah khususnya pada pola penalaran identification and control of variable masih dalam kategori kurang memuaskan. Setelah dilakukan pembelajaan selama 3 kali pertemuan pembelajaran, siswa sudah memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan bernalarnya. Hal ini dibuktikan dari hasil post-test siswa pada butir soal pertama. Siswa yang tidak menjawab soal dengan pola penalaran ilmiah identification and control of variable menurun dari yang awalnya 6 siswa menjadi 1 orang siswa. Siswa yang menjawab dengan kategori Id ( Identification ) sebanyak 15 siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa mampu mengidentifikasi dan memisahkan variabel-variabel tetapi belum mampu menjelaskan hubungan antar variabel. Siswa yang menjawab dengan kategori Relation (R) sebanyak 4 siswa, dimana dalam kategori ini siswa tidak hanya mampu mengidentifikasi dan memisahkan variabel, tetapi juga mampu menjelaskan hubungan antar variabel. Di sisi lain juga tidak ada jawaban siswa yang berkategori Control (Cl), dimana dalam kategori ini, siswa mampu mengendalikan variabel yang mempengaruhi uji hipotesis. Butir soal kedua merupakan pertanyaan berkategori pola penalaran ilmiah correlational reasoning . Hasil kemampuan penalaran ilmiah siswa dalam butir soal kedua ditunjukkan Tabel 2. Tabel 2. Pola penalaran ilmiah correlational reasoning Jenis Tes Kategori Penilaian Jumlah siswa TM (0) I (1) NR (2) OC (3) TC (4) C (5) Pre-test - 13 17 4 - - 34 Post-test - 8 12 14 1 - 34 TM = Tidak Menjawab, I = Intuitive, NR = No Relation, OC = One Cell, TC = Two cell, C = Correlation Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 siswa saat pre-test , yang menjawab pertanyaan dengan kategori I ( intuitive ) sebanyak 13 siswa, 17 siswa menjawab dengan kategori NR ( No Relation ), dan hanya 4 siswa yang menjawab pertanyaan dengan kategori OC ( One Cell ). Hal ini berarti banyak siswa yang masih belum bisa menghubungkan kejadian-kejadian di sekitar dengan ilmu pengetahuan yang ada. Setelah dilakukan pembelajaran selama 3 kali pertemuan, siswa sudah memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan penalaran ilmiahnya. Sebanyak 8 siswa dari 34 siswa menjawab soal dengan kategori I ( intuitive ), sedangkan siswa yang menjawab dengan kategori NR sebanyak 12 siswa yang berarti masih ada siswa yang menjawab tanpa mengaitkan alasan dan penjelasan saat memberikan jawaban. Banyak siswa yang menjawab soal tanpa mengeksplorasi mengenai informasi dalam permasalahan yang diberikan. Siswa hanya sekedar meneruskan informasi dasar yang pernah ditangkapnya. Siswa yang menjawab kategori OC sebanyak 14 siswa. Kategori ini menggambarkan kemampuan siswa dalam memberikan jawaban beserta alasan dan mengaitkannya pada satu permasalahan. Jadi siswa belum mampu memberikan alasan dengan menjelaskan keterkaitan pada lebih dari satu permasalahan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya (Rimadani, dkk, 2017) yang menyatakan bahwa pada pola penalaran ilmiah correlational reasoning yang berada pada tingkatan kategori NR ( No Relationship ) masih tergolong rendah, dimana siswa masih berada pada tingkatan ke-2 dari maksimal 5 tingkatan. Kategori NR berarti kemampuan dalam menghubungkan jawaban dengan alasan. Kemampuan correlational reasoning merupakan salah satu komponen penting dalam interaksi sosial dan sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran sehingga siswa mampu menerima hubungan yang valid maupun tidak valid (Ross & Smyth, 1995). Butir soal ketiga merupakan pertanyaan berkategori pola penalaran conservation reasoning. Hasil kemampuan penalaran ilmiah siswa dalam butir soal ketiga ditunjukkan Tabel 3. Tabel 3. Pola penalaran ilmiah conservation reasoning Jenis Tes Kategori Penilaian Jumlah Siswa TM (0) I (1) NR (2) Cp (3) Pre-test - 27 2 5 34 Post-test - 1 10 23 34 TM = Tidak Menjawab, I = Intuitive, NR = No Relation, Cp = Concept Hasil penelitian menunjukkan pada saat pre-test, lebih dari 50% siswa yang menjawab dengan kategori I ( intuitive ). Sedangkan siswa yang menjawab dengan kategori pada level tertinggi yaitu Cp ( concept ) jauh dari 50% yaitu hanya 5 siswa. Setelah dilakukan pembelajaran selama 3 kali pertemuan menggunakan diagram berpikir multidimensi, diperoleh data bahwa dari 34 siswa yang menjawab pertanyaan pada tingkat ke-3 atau pada kategori Cp paling banyak dari kategori yang lain, yaitu sebanyak 23 siswa, dari yang sebelumnya hanya 5 siswa pada saat pre-test . Hal ini berarti bahwa banyak siswa yang sudah memiliki kemampuan penalaran ilmiah conservation reasoning , yaitu kemampuan mempertahankan konsep pengetahuan meskipun tampilan objek berubah. Butir soal keempat merupakan soal dengan tipe pola penalaran ilmiah proportional reasoning . Hasil kemampuan penalaran ilmiah siswa dalam butir soal ini ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Pola penalaran ilmiah proportional reasoning Jenis Tes Kategori Penilaian Jumlah siswa TM (0) I (1) Ad (2) Tr (3) R (4) Pre-test 3 17 6 8 - 34 Post-test - 1 11 17 5 34 TM = Tidak Menjawab, I = Intuitive, Ad = Aditive, Tr = Transitional, R = Ratio Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 siswa saat pre-test, kategori yang paling banyak dalam jawaban siswa adalah kategori I ( intuitive ), yaitu sebanyak 17 siswa, 3 orang siswa tidak menjawab pertanyaan, 6 siswa menjawab dengan kategori Ad ( additive ), dan 8 siswa menjawab dengan kategori Tr ( transition ). Tidak ada siswa yang memberikan jawaban yang berada pada tingkat ke-4 atau pada kategori R ( ratio ). Hasil tersebut berbeda dengan hasil post-test siswa yang menunjukkan bahwa dari 34 siswa, jawaban siswa paling banyak berada pada kategori Tr ( Transitional ), yaitu sebanyak 17 siswa, dimana siswa menjawab soal dengan membuktikan secara kuantitatif. Selain itu, terdapat siswa yang menjawab pertanyaan dengan kategori R ( Ratio ) sebanyak 4 siswa. Siswa yang menjawab dengan kategori ini sudah dapat menerapkan dan menggunakan strategi persamaan dengan perbandingan atau rasio dan menentukan nilai secara tepat. Sedangkan siswa yang menjawab dengan kategori Ad ( Aditive ) sebanyak 11 siswa, artinya siswa menggunakan strategi penyelesaian, tetapi fokus pada hal yang berbeda. Siswa hanya menyimpulkan hasil praktikum tanpa memberikan bukti. Butir soal kelima merupakan soal dengan tipe pola penalaran ilmiah probabilistic reasoning . Hasil kemampuan penalaran ilmiah siswa dalam butir soal kelima ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Pola penalaran ilmiah probabilistic reasoning Jenis Tes Kategori Penilaian Jumlah Siswa TM (0) I (1) Ap (2) Qn (3) Pre-test 2 29 3 - 34 Post-test - 19 15 - 34 TM = Tidak Menjawab, I = Intuitive, Ap = Approximate, Qn = Quantitative Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 34 siswa saat pre-test, kategori yang paling banyak dalam jawaban siswa adalah kategori I ( intuitive ) sebanyak 29 siswa, dan hanya 3 orang yang menjawab kategori Ap ( approximate ). Hal ini berarti hanya 3 orang siswa yang mampu menjawab pertanyaan dengan penjelasan secara kualitatif, tetapi belum mampu menjelaskan secara kuantitatif atau dalam bentuk persamaan-persamaan. Hasil post-test menunjukkan bahwa sebanyak 19 siswa dari 34 siswa menjawab pertanyaan dengan kategori I ( Intuitive ). Hanya 15 siswa yang menjawab dengan kategori Ap ( Approximate ), dimana siswa memberikan penjelasan dan alasan dengan deskripsi kualitatif. Kemampuan penalaran ilmiah ( scientific reasoning ) siswa pada setiap indikator mengalami peningkatan yang berbeda. Hanya 2 indikator dari 5 indikator yang mengalami peningkatan yang cukup tinggi, yaitu conservation reasoning, dan proportional reasoning . Kedua kemampuan penalaran ilmiah tersebut meningkat karena siswa melaksanakan pembelajaran menggunakan metode praktikum, sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang diajarkan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Rimadani, dkk (2017) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan kemampuan penalaran ilmiah jika pembelajaran diterapkan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam mengkonstruksi suatu pemahaman konsep, karena penguasaan konsep berhubungan dengan penalaran ilmiah. Kemampuan penalaran ilmiah pada indikator correlational, probabilistic dan identification of variable mengalami peningkatan yang kurang tinggi. Tahapan tersebut memberikan kesempatan bagi siswa dan guru untuk secara bersama mengidentifikasi variabel, dimana guru terlebih dahulu mendemonstrasikan fenomena nyata terkait hubungan antar variabel dan mengenalkan variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan variabel sehingga masih harus dilatihkan secara intensif. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan Arief (2015) yang menyatakan bahwa belum ada siswa yang mampu menjawab dengan tepat dalam mengidentifikasi variabel-variabel percobaan. Hasil penelitian Pratama (2014) juga menemukan bahwa sebanyak 94% siswa (76 dari 80 siswa) melakukan kesalahan dalam menentukan variabel yang termuat dalam soal yang berbentuk cerita/pernyataan. Hal lain yang menyebabkan kemampuan correlational reasoning, dan probabilistic rendah adalah dikarenakan selama pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing dilakukan dengan melaksanakan praktikum yang menuntut siswa meluangkan waktu lebih selama pembelajaran untuk menyelesaikan pengambilan data praktikum sehingga siswa memiliki waktu yang terbatas untuk memahami setiap pertanyaan dalam analisis data yang menuntun kepada pengisian diagram berpikir multidimensi. Beberapa peneliti menyatakan bahwa dalam pembelajaran inkuiri siswa memerlukan banyak waktu untuk merumuskan masalah, merencanakan penelitian, dan mengumpulkan data. Abraham dan Miller (2008) dalam penelitiannya telah mengamati dua puluh lima pembelajaran dengan kegiatan laboratorium dan menemukan bahwa pembelajaran tersebut umumnya tidak efektif dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran sebagaimana dimaksud. Hal lain yang menjadi faktor lemahnya ketiga indikator tersebut adalah keterlambatan siswa pada saat masuk laboratorium serta keterbatasan waktu yang dimiliki peneliti dalam menerapkan proses pembelajaran. Selain itu, siswa kurang kondusif selama pembelajaran sehingga dapat mengganggu konsentrasi siswa lain pada saat mengerjakan diagram berpikir multidimensi. Serta keterbatasan media dan kurangnya efektifitas kerja kelompok siswa dan hanya sebagian anak saja yang bekerja. ## KESIMPULAN Berdasarkan data yang diperoleh pada hasil dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing disertai diagram berpikir multidimensi dapat meningkatkan kemampuan scientific reasoning siswa, khususnya pada domain proportional dan conservation reasoning . Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan jawaban siswa yang paling pada tiap-tiap pola penalaran ilmiah. Pada pola penalaran ilmiah identification and control of variable, siswa hanya berada pada level ke-2 dari maksimal 4 level di tiap soal. Pada pola penalaran ilmiah correlational reasoning , siswa berada pada level ke-3 dari 5 level pada tiap soal. Sedangkan pada pola penalaran ilmiah conservation reasoning, siswa berada pada level 3 dari 3 level maksimal di tiap soal. Pada pola penalaran ilmiah proportional reasoning, sebagian besar jawaban siswa berkategori Tr ( Transitional ) sebanyak 17 siswa. Selanjutnya, pada pola penalaran ilmiah probabilistic reasoning sebagian besar jawaban siswa berada pada level terendah. ## DAFTAR PUSTAKA Abraham, I., dan Miller, R.. 2008. Does practical work really work? a study of the effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school science. International Journal of Science Education , 30 (14), 1945-1969. Alfieri, L., Brooks, P. J., Aldrich, N. J., dan Tenenbaum, H. R. 2011. Does discovery- based instruction enhance learning?. Journal of Educational Psychology , 103, 1โ€“ 18. Andani, I. D., Prastowo, S. H. B., & Supeno, S. 2018. Identifikasi kemampuan penalaran hipotesis-deduktif siswa SMA dalam pembelajaran fisika materi hukum Newton. Quantum: Seminar Nasional Fisika, Dan Pendidikan Fisika , 562โ€“568. Arends, R. I. 2015. Learning to Teach , Tenth Edition . New York: McGraw-Hill Education. Arief, M., K. 2015. Penerapan Levels of Inquiry dalam Pembelajaran IPA pada Tema Pemanasan Global untuk Meningkatkan Domain Kompetensi dan Domain Pengetahuan Literasi saintifik Siswa SMP (Tesis Program Studi Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan). Chen, J., Wang, M., Grotzer, T. A., dan Dede, C. 2018. Using a three dimensional thinking graph to support inquiry learning . Journal of Research in Science Teaching , 55 (9), 1239-1263 . Daryanti, E. P., Rinanto, Y., dan Dwiastuti, S. 2015. Peningkatan kemampuan penalaran ilmiah melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi sistem pernapasan manusia. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III. 2, 163- 168. Dewi, F. F., Supeno, S., & Bektiarso, S. 2019. Lembar kerja siswa berbasis inkuiri disertai argumentative problems untuk melatihkan kemampuan argumentasi siswa SMA. FKIP e-Proceeding , 3 (2), 60โ€“64. Erlina, N. Supeno, dan I. Wicaksono. 2016. Penalaran Ilmiah dalam Pembelajaran Fisika. Prosiding Seminar Nasional 2016, 23, 473โ€“480. Fitriyani, R. V., Supeno, dan Maryani, (2019). Pengaruh LKS kolaboratif pada model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan pemecahan masalah fisika siswa SMA. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika , 7 (2), 71-81. Hanson, S.T. 2016. The Assessment of Scientific Reasoning Skills of High School Science Student: A Standardized Assessment Instrumen. Thesis and Dissertations . Paper 506. Karmila, D. D., Supeno, dan Subiki. 2019. Keterampilan inkuiri siswa SMA dalam model pembelajaran inkuiri berbantuan virtual laboratory. Jurnal Pembelajaran Fisika, 8 (3), 151-158. Kirschner, P. A., Sweller, J., dan Clark, R. E. 2006. Why minimal guidance during instruction does not work: an analysis of the failure of constructivist, discovery, problem-based, experiential, and inquiry-based teaching. Educational Psychologist . 41 (2), 75-86. Kirana, A. D., Supeno, dan Maryani. 2019. Diagram scaffolds untuk membelajarkan kemampuan scientific explanation siswa SMA pada pembelajaran fisika. FKIP e- Proceeding , 3 (2), 82โ€“88. Kollar, I., Fischer, F., dan Slotta, J. D. 2007. Internal and external scripts in computer- supported collaborative inquiry learning. Learning and Instruction , 17 (6), 708โ€“ 721. Maryani. 2018. Pengaruh LKS dengan strategi inkuiri terbimbing berbasis penalaran terhadap keterampilan pengambilan keputusan siswa SMA pada materi energi terbarukan. Jurnal Pembelajaran Fisika , 7 (1), 93-99. Mujakir. 2017. Pemanfaatan bahan ajar berdasarkan multi level representasi untuk melatih kemampuan siswa menyelesaikan masalah kimia larutan. Lantanida Journal , 5 (2), 183-196. Muliardi, M. W. R., Supeno, S., & Bektiarso, S. 2018. Lembar kerja siswa scientific explanation untuk melatihkan kemampuan penjelasan ilmiah siswa SMA dalam pembelajaran fisika. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Fisika (Vol. 3, pp. 33โ€“38). Retrieved from https://jurnal.unej.ac.id/index.php/fkip- epro/article/view/7366 OECD. 2016. PISA 2015 Result :Exchellence and Equity in Education ( Volume 1 ),. PISA, OECD. Pratama, S. 2014. Kesalahan Siswa Kelas VIII SMP dalam Aljabar dan Upaya Mengatasinya Menggunakan Scaffolding. Tesis tidak diterbitkan: Malang: PPs UM. Puspitaningrum, H. Z., Astutik, S., & Supeno, S. 2018. Lembar kerja siswa berbasis collaborative creativity untuk melatihkan kemampuan beargumentasi ilmiah siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional Quantum. Rasyidah, K., Supeno, dan Maryani. 2018. Pengaruh guided inquiry berbantuan Phet simulations terhadap hasil belajar siswa SMA pada pokok bahasan usaha dan energi. Jurnal Pembelajaran Fisika, 7 (2), 129-134. Rimadani, E., Parno., dan Markus. D.2017. Identifikasi kemampuan penalaran ilmiah siswa sma pada materi suhu dan kalor. Jurnal Pendidikan : Teori, Penelitian, dan Pengembangan , 2 (6), 833-839. Ross, J. A. and Smyth, E. 1995. Thinking Skills for Gifted Students: The Case for correlational reasoning, Roeper Review , 17 (4), 239-243. Sabarudin. 2019. Penggunaan model pemecahan masalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir analisis peserta didik pada materi gravitasi Newton. Lantanida Journal , 7 (1), 25-37. Safitri, W. O., Subiki, dan Supeno. 2019. Pengaruh LKS berbasis scientific reasoning terhadap keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik MAN di Jember. FKIP e-Proceeding , 3 (2), 94-100. Shofiyah, N., Supardi, Z. A. I., dan Jatmiko, B. 2013. Mengembangkan Penalaran ilmiah ( scientific reasoning ) siswa melalui model pembelajaran 5E pada siswa kelas X SMAN 15 Surabaya. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia , 2 (1), 83-87. Supeno, Kurnianingrum, A. M., dan Cahyani, M. U. 2017. Kemampuan penalaran berbasis bukti dalam pembelajaran fisika. Jurnal Pembelajaran dan Pendidikan Sains , 2 (1), 64-78. Supeno, Prastowo, S. H. B., dan Rahayu, M. P. 2020. Karakteristik Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Well dan Ill Structured Problems pada Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi , 6 (1), 63-72. Supeno, S. Astutik, S. Bektiarso, A. D. Lesmono, & L. Nuraini. (2019). What can students show about higher order thinking skills in physics learning? IOP Conference Series: Earth and Environmental Science , 243 (1), 12127. IOP Publishing. Sutarno. 2014. Profil Penalaran Ilmiah Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Bengkulu Tahun Akademik 2013/2014. Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Bidang MIPA. 361-371. Utami, P., Supeno, dan Bektiarso, S. 2019. Lembar kerja siswa (LKS) berbasis inkuiri berbantuan scaffolding konseptual untuk meningkatkan keterampilan penalaran ilmiah fisika siswa SMA. FKIP e-Proceeding , 4 (1), 134-140. Wardani, P. O., Supeno, dan Subiki. 2018. Identifikasi kemampuan penalaran ilmiah siswa SMK tentang rangkaian listrik pada pembelajaran fisika. FKIP e-Proceeding , 3 (1), 183-188. Virani, W. S., Supeno, dan Supriadi, B. 2018. Kajian kinematika gerak pada jalur lokasi kecelakaan berisiko tinggi ( blackspot ) sebagai sumber belajar fisika di SMA. Jurnal Riset & Kajian Pendidikan Fisika , 5 (1), 22-29. Zimmerman, C., Raghavan, K., & Sartoris, M. L. 2003. The impact of the MARS curriculum on studentsโ€™ ability to coordinate theory and evidence. International Journal of Science Education , 25 (10), 1247โ€“1271.
64b0b2f3-f1f4-480e-a156-d23fdf291c5f
https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/7225/4905
INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research Volume 3 Nomor 6 Tahun 2023 Page 5969-5982 E-ISSN 2807-4238 and P-ISSN 2807-4246 Website: https://j-innovative.org/index.php/Innovative Pengaruh Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar Siswa Sub Tema 2 Manusia Dan Lingkungan Kelas V SD Negeri ## 094155 Rambung Merah T.A.2023/2024 Natasya Delila Natasya 1 โœ‰ , Eva Pasaribu 2 , Osco P. Sijabat 3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas HKBP Nommensen Pematang Siantar, Indonesia Email: [email protected] 1 โœ‰ ## Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe teams games tournament (tgt) terhadap hasil belajar siswa sub tema 2 manusia dan lingkungan kelas v sd negeri 094155 rambung merah t.a.2023. Pra-eksperimen (Pre-Eksperimental Design) adalah komponen metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, sampelnya terdiri dari semua siswa kelas VB SD Negeri 094155 Rambung Merah yang berjumlah 28 orang, laki- laki berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 15 orang. Penetapan Sampel didasarkan pada teknik Purposive Sampling. Berdasarkan hasil penelitian di atas dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan model Teams Games Tournament (TGT) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sub Tema 2 Manusia dan Lingkungan Kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. Dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak, maka Ha di terima yang berarti ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkat hasil belajar siswa Sub Tema 2 Manusia dan Lingkungan Kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. . Dengan penggunaan model ini dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar 72% siswa yang memperoleh nilai โ‰ฅ75 . Kata kunci: Model Kooperatif, Eams Games Tournament (Tgt), Hasil Belajar Siswa ## Abstract The aim of this research is to determine the effect of the cooperative model of teams games tournament (tgt) type on student learning outcomes in sub-theme 2 humans and the environment for class V of SD Negeri 094155 Rambung Merah in 2023. Pre-experiment (Pre-Experimental Design) is a component of the quantitative research method used in this research. In this study, the sample consisted of all 28 students in class VB at SD Negeri 094155 Rambung Merah, 13 men and 15 women. Sample determination is based on the Purposive Sampling technique. Based on the results of the research above and the discussion that has been carried out, it can be concluded that learning using the Teams Games Tournament (TGT) model can improve student learning outcomes in Sub Theme 2 Humans and the Environment Class V at SD Negeri 094155 Rambung Merah. With a significant value of 0.000 < 0.05 so that Ho is rejected, then Ha is accepted which means there is an influence of using the Teams Games Tournament (TGT) learning model in increasing student learning outcomes in Sub Theme 2 Humans and the Environment Class V of SD Negeri 094155 Rambung Merah. . Using this model can help teachers improve student learning outcomes with 72% of students achieving a score of โ‰ฅ75 . Keyword: Cooperative Model, Eams Games Tournament (Tgt), Student Learning Outcomes ## PENDAHULUAN Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan keterampilan dan menjadikan potensinya semakin berkembang. Maka sudah pasti bahwa pendidikan harus memiliki kualitas yang baik. Sistem pendidikan nasional dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri (Salehoddin, 2021) Peralihan ke era pendidikan abad 21 saat ini, menurut Huda (2013), menuntut paradigma pendidikan untuk mengubah metodologi pembelajaran dari yang awalnya fokus pada bimbingan guru (teacher-centered) menjadi fokus pada pengembangan siswa. kemampuan (berpusat pada siswa). Penting bagi guru untuk membantu siswa memahami konsep, menganalisis masalah, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam pengalaman atau pelajaran bermakna yang mempersiapkan mereka untuk menggunakan apa yang telah mereka pelajari dalam situasi dunia nyata (Simaremare & Purba, 2021). Keterkaitan K13 dengan pembelajaran tematik sangat erat sejalan dengan penerapan praktik Kurikulum 2013. Pembelajaran pada umumnya dilakukan secara tematik terpadu dalam Kurikulum 2013, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menghubungkan beberapa mata pelajaran melalui tema untuk memberikan pengalaman belajar yang kaya kepada siswa (Utari et al., 2018). Sebagai seorang guru, harus bisa menggunakan berbagai macam teknik mengajar yang disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Agar berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, penting untuk menggunakan berbagai teknik pengajaran agar siswa tidak bosan (Zulfira et al., 2019). Dalam penelitian yang dilakukan Surya (2020) mengemukakan bahwa banyak faktor, seperti terus menggunakan metode pengajaran tradisional dan kurangnya adopsi model pembelajaran inovatif oleh guru, berkontribusi terhadap buruknya kinerja siswa dalam penilaian pembelajaran tematik. Akibatnya mereka menjadi bosan dan kurang termotivasi untuk belajar. Makna dari pernyataan tersebut adalah Istilah "hasil pembelajaran" mengacu pada apa yang telah dipelajari siswa pada akhir sesi belajar mereka. Secara teoritis, hasil belajar dapat menampilkan berbagai pengetahuan, kemampuan, dan perilaku. Hasil belajar dapat memberikan gambaran umum mengenai kemampuan khusus, seperti bagaimana bertindak, berpikir kritis, berpikir dan menganalisis, serta memperhatikan orang lain (Agustina et al., 2020). Oleh karena itu, pendidik perlu mengetahui cara mengidentifikasi dan memilih taktik pengajaran yang akan meningkatkan pembelajaran aktif dan mandiri siswa. Namun, pada umumnya guru masih kesulitan menentukan pendekatan mana yang akan digunakan untuk melaksanakan pembelajaran, khususnya di kelas. (Denpykora et al., 2018). Dalam Teams Games Tournament (TGT) adalah sejenis pembelajaran kooperatif, siswa dibagi menjadi kelompok belajar yang terdiri dari lima sampai enam orang dengan tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda-beda (Slavin 2010). Model kooperatif TGT mempunyai keunggulan tersendiri. Hasil belajar kelompok eksperimen lebih unggul dibandingkan hasil kelompok kontrol, hal ini terlihat dari hasil selisih rata-rata skor kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Siswa yang menerima pembelajaran dengan paradigma pembelajaran Teams Games Tournament meningkatkan rata-rata hasil belajarnya secara lebih besar dan signifikan dibandingkan kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran TGT dibandingkan model pembelajaran konvensional akan meningkatkan hasil belajar siswa (Yahya & Bakri, 2019). Lalu jurnal yang ditulis oleh Nur Endah Hikmah Fauziyah, Indri Anuraheni (2020) dengan judul โ€œPengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasarโ€. (Firman et al., 2019). Setelah menerapkan paradigma pembelajaran TGT, rata-rata nilai postest siswa adalah 74,12. Permainan akademis menawarkan kesempatan yang sama bagi siswa yang berprestasi tinggi dan rendah untuk sukses (Slavin, 1990). Model pembelajaran kooperatif TGT mendorong siswa untuk bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru sekaligus mempersiapkan anggota timnya untuk mengikuti permainan akademik bergaya turnamen di akhir sesi (Wardana et al., 2020). Dengan demikian, pembelajaran tematik dengan model kooperatif TGT akan mendorong siswa untuk meningkatkan kerjasama tim dan komunikasi guna membekali anggotanya untuk berjaya dalam kompetisi. Oleh karena itu, pembelajaran dengan metode ini akan lebih menarik, seru, dan menyenangkan. Kemampuan tim untuk bekerja sama secara lebih efektif dan berkomunikasi secara lebih terbuka juga akan mempengaruhi seberapa baik siswa belajar (Siahaan & Wahyuni, 2018a). Untuk mengatasi permasalahan tersebut dan mencapai tujuan pembelajaran, diharapkan akan digunakan model kooperatif TGT yang dimasukkan ke dalam pembelajaran tematik (Seran et al., 2018). ## METODE PENELITIAN Pra-eksperimen (Pre-Eksperimental Design) adalah komponen metode penelitian kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini . Menurut (Ahyar et al. 2020) metode eksperimen dengan desain metode pre-eksperimental tipe one-group pre-test- post-test design merupakan metode eskperimen yang dilakukan hanya satu perlakuan atau satu kelompok saja tanpa ada kelompok pembanding (Putra et al., 2021). One Group Pretest-Posttest Design adalah jenis metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Desain ini melibatkan pemberian pretest sebelum perlakuan dan posttest setelah sampel menyelesaikan proses pembelajaran.. Pada awal kegiatan pembelajaran, siswa akan diberikan tes ( pretest) untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap pembelajaran tematik pada Tema 1 โ€œOrgan Gerak Hewan dan Manusiaโ€ Sub Tema 2 โ€œManusia dan Lingkunganโ€ sebelum diberikan treatment. Kemudian siswa diberikan perlakuan/ treatment berupa pembelajaran tematik pada Tema 1 โ€œOrgan Gerak Hewan dan Manusiaโ€ Sub Tema 2 โ€œManusia dan Lingkunganโ€, difokuskan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS menggunakan metode model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Setelah diberikan perlakuan/treatment, di akhir pembelajaran siswa diberikan tes (posttest) untuk mengetahui kemampuan akhir siswa terhadap pembelajaran tematik pada Tema 1 โ€œOrgan Gerak Hewan dan Manusiaโ€ Sub Tema 2 โ€œManusia dan Lingkunganโ€. Sampel adalah komponen ukuran dan susunan populasi. Peneliti dapat menggunakan sampel yang diperoleh dari suatu komunitas jika komunitas tersebut besar dan tidak mampu menyelidiki seluruh populasi, misalnya karena kurangnya sumber daya, waktu, atau tenaga (Sugiyono, 2016: 118). Dalam penelitian ini, sampelnya terdiri dari semua siswa kelas VB SD Negeri 094155 Rambung Merah yang berjumlah 28 orang, laki- laki berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 15 orang (Amni et al., 2021). Teknik sampling atau sampel merupakan sub dari perangkat elemen populasi yang dipilih untuk di pelajari. Dalam penelitian ini proses pengambilan sampel merupakan cara kita dalam memilih sampel untuk studi tertentu. Prosesnya terdiri dari beberapa tahapan : 1) Memilih Populasi, 2) Memilih Unit-unit Sampling, 3) Memilih Kerangka Sampling, 4) Memilih Desain Sampling, 5) Memilih Ukuran Sampel, 6) Memilih Rancangan Sampling, 7) Memilih Sampel (Mukrimaa et al. 2016). Penetapan Sampel didasarkan pada teknik Purposive Sampling. Dalam penelitian ini, adapun kriteria yang ditentukan menjadi sampel penelitian ini yaitu: Siswa yang berada di tingkat kelas VB, Bersekolah di SD Negeri 094155 Rambung Merah, Berstatus aktif sebagai siswa. Hadi (2000) menegaskan bahwa tujuan metode pengumpulan data yang digunakan dalam proyek penelitian adalah untuk memberikan informasi tentang variabel yang diteliti. Tergantung pada jenis data yang diperlukan, berbagai metode pengumpulan data digunakan. Data kegiatan yang dikumpulkan pada penelitian adalah hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model Teams Games Tournament (TGT). Sedangkan untuk memperoleh data akan dilakukan tes hasil belajar (Ismah & Ernawati, 2018). Metode analisis data merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan untuk mengolah data hasil penelitian. Teknik pengelolaan data dan analisis data menggunakan pengolahan data statistik dengan menggunakan program SPSS versi 26.0 for windows. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik untuk menguji hipotesis penelitian adalah Uji t, Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dan uji normalitas. ## HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil Uji Coba Instrumen Uji validitas adalah uji untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur, uji validitas bertujuan untuk menguji kevalidan suatu butir tes yang akan diujikan. Butir soal terdiri dari 30 soal pilhan berganda dan hasil dari data mempunyai 35 responden. Untuk menguji validitas soal tes pada penelitian ini, suatu instrument dikatakan valid bila r hitung > r tabel. r tabel pada penelitian ini yaitu sesuai jumlah siswa 35 orang dengan kode r tabel 0,3338. Jadi instrumen dikatakan valid bila r hitung > 0,3338. . Berdasarkan hasil dari validasi soal tes di atas diketahui angka r hitung untuk nomor 1,3,4,5,6,7,9,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,23,24,25,26,27,28, dan 30 lebih besar dari 0,3338 sehingga soal-soal tersebut dinyatakan valid. Sedangkan untuk nomor 2,8,10,22, dan 29 diketahui angka r hitungnya lebih kecil dari 0,3338 sehingga soal-soal tersebut dinyatakan tidak valid. Perhitungan reliabilitas dilakukan terhadap instrumen pertanyaan valid yang berjumlah 25 pertanyaan, setelah uji validasi selesai. Ketergantungan instrumen dinilai dengan menggunakan tes ini. Peneliti menggunakan metode Cronbachโ€™s Alpha dengan kriteria suatu instrumen penelitian dianggap reliabel jika koefisien reliabilitasnya lebih dari 0,6 untuk menguji validitas soal tes dalam penelitian ini. Perhitungan SPSS 26.0 digunakan untuk mendukung perhitungan tersebut. Untuk mengetahui apakah setiap butir soal termasuk dalam kategori terlalu mudah, cukup, dan sulit digunakan tes tingkat kesukaran soal. Jika tingkat kesulitan standar soal tes turun antara 0,00 - 0,29, maka dianggap sukar. Jika soal tes memiliki standar kesukaran 0,30 - 0,69 dianggap cukup. Dan jika standar kesulitan suatu soal antara 0,70 - 1,00, maka diberi label mudah. Hasil Analisis Data Uji Homogenitas Data Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan program SPSS statistik 26.0 dengan taraf signifikan 0,05. Jika Sig > 0,05, maka data homogen dan apabila Sig < 0,05, maka data tidak homogen. Hasil uji homogenitas seperti di bawah ini: Tabel 1. Hasil Uji Homogenitas Karakteristik Hasil Uji Homogenitas Hasil Kesimpulan Sig 0,597 Sig>ฮฑ Homogen A 0,05 Hasil pengujian homogenitas dengan taraf signifikan (ฮฑ) = 0,05, dapat disimpulkan sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji Normalitas Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Rumus Shapiro Wilk digunakan untuk melakukan uji normalitas. Tingkat signifikan menjadi dasar kriteria pengambilan keputusan. Sig 2- tailed > 0,05 menunjukkan residu berdistribusi normal, sedangkan Sig 2-tailed<0,05 menunjukkan residu berdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas sebagai berikut: Gambar 1. Hasil Uji Normalitas Pre-Test Gambar 2. Hasil Uji Normalitas Post-Test Berdasarkan nilai signifikansi pretest nilai sig (0,485) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Sedangkan nilai signifikansi Posttest nilai sig (0,138) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan shapiro wilk dapat disimpulkan bahwa nilai pretest dan posttest memiliki sebaran data berdistribusi normal. Uji N-Gain Tujuan dari uji N-Gain ini adalah untuk mengevaluasi seberapa baik model Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah diketahui bahwa pre-test dan post-test saling mempengaruhi secara signifikan. Berikut hasil output deskriptif perhitungan N-Gain dalam bentuk persentase (%) dengan menggunakan SPSS 26.0: ## Tabel 2.Hasil Perhitungan Uji N-Gain Berdasarkan kategori diatas, diketahui nilai rata-rata N-Gain adalah 0,6219, maka termasuk kategori Sedang. Dapat disimpulkam bahwa model Teams Games Tournament (TGT) efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. ## Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t untuk mengukur hubungan model Teams Games Tournament terhadap hasil belajar siswa. Adapun kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. Ha : Ada pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan model pembelajaran ikooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil ibelajar siswa di kelas V SD Negeri 094155 Rambung iMerah Hasil nilai signifikannya ditunjukkan pada tabel di atas adalah karena Sig (0,000) < 0,05 maka nilai signifikan kurang dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil uji hipotesis mendukung kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa, dan seluruh asumsi menggunakan metode analisis uji homogenitas, uji normalitas, uji n-gain, dan uji t terpenuhi. ## Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 094155 Rambung Merah. Lokasi penelitian di Rambung Merah, Pematang Simalungun, Kec.Siantar, Kab.Simalungun Prov.Sumatera Utara. Peneliti memilih judul ini untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan baik di lingkungan sekolah. Penelitian dilakukan secara tatap muka pada kelas VB SD Negeri 094155 Rambung Merah yang berjumlah 28 Siswa (Siahaan & Wahyuni, 2018b). Dalam penelitian ini, peneliti menyiapkan pre-test post-test yang akan diberikan kepada siswa yang sebelumnya sudah divalidkan terlebih dahulu. Test yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 094155 Rambung Merah dengan memberi tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang benar. Adapun banyak soal test yang digunakan dalam uji coba instrument yang akan disebar untuk uji validitas dan reliabilitas adalah sebanyak 30 pertanyaan (Pitriani et al., 2022). Model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 094155 Rambung Merah Bahsampuran. Hal ini dapat dilihat dari nilai post-test yang telah disebarkan peneliti. Hasil belajar siswa meningkat ketika guru dapat melakukan model pembelajaran yang sesuai dalam melaksanakan pembelajaran serta memahami kemampuan setiap siswanya (Situmorang & Pangaribuan, 2021). Berikut ini hasil dari beberapa perhitungan persentase,uji homogenitas, uji normalitas, uji n-gain , dan uji t dan nilai rata-rata untuk mengetahui pengaruh dari penerapan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil pengujian homogenitas dengan taraf signifikan (ฮฑ) = 0,05, dapat disimpulkan sampel berasal dari populasi yang homogen (Armidi, 2022) Hasil uji normalitas berdasarkan perhitungan menggunakan spss 26.0 dengan nilai signifikansi pretest nilai sig (0,485) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Sedangkan nilai signifikansi Posttest nilai sig (0,138) > 0,05 maka data berdistribusi normal. Dari hasil pengujian normalitas dengan menggunakan shapiro wilk dapat disimpulkan bahwa nilai pretest dan posttest memiliki sebaran data berdistribusi normal (Megati et al., 2021). Hasil uji N-Gain untuk mengetahui efektivitas penggunaan model Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan keaktifan belajar peserta didik. Diketahui nilai rata-rata N-Gain adalah 0,6219, maka termasuk kategori Sedang. Dapat disimpulkam bahwa model Teams Games Tournament (TGT) efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik (Ulfia & Irwandani, 2019). Hasil uji t digunakan untuk menguji nilai rata-rata sebelum dan sesudah diberikan perlakuan apakah ada pengaruh yang signifikan atau tidak (Nurhasanah, 2018). Hasil nilai signifikan yaitu nilai signifikannya kurang dari 0,05 yaitu Sig.(0,000) < 0,05 sehingga Ho ditolak, maka Ha di terima yang berarti ada pengaruh saat diberikan perlakuan. Pada pertemuan pertama peneliti melakukan tes awal (pretest) yang terdiri dari 25 soal pilihan berganda (multiple choice) sebelum pembelajaran Tema 1 Sub Tema 2 menggunakan model Teams Games Tournament (TGT). Tujuan dilakukan tes awal untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan. Hasil belajar siswa dengan nilai belum tuntas sebanyak 23 orang dengan nilai terendah didapatkan nilai 40 oleh Wefli Yohannes Manik. Sedangkan hasil belajar siswa dengan nilai tuntas sebanyak 5 orang dengan nilai tertinggi didapatkan nilai 84 oleh Nurin Najwa Khairani dan Muhammad Novriansyah (Mukminah et al., 2020). Setelah selesai melakukan tes awal, siswa selanjutnya memberikan perlakuan atau pembelajaran menggunakan model Muhammad Novriansyah. Dalam pembelajaran menggunakan model Teams Games Tournament (TGT), hasil belajar siswa tes akhir (posttest) dengan nilai belum tuntas sebanyak 3 orang dengan nilai terendah didapatkan nilai 68 oleh Filza Azira Siregar. Sedangkan hasil belajar siswa dengan nilai tuntas sebanyak 25 orang dengan nilai tertinggi didapatkan nilai 100 oleh Lintang Abizar dan Annisa Zahra. Hasil dari penelitian yang relevan yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Cooperative Learning Tipe TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Siswa Sekolah Dasar, oleh Indah T Kusumah, D Wahyudin, dan Srie Mulyani (2021) yang dimana Dari hasil data penelitian siswa kelas V SDN 1 Ciririp, dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen memiliki hasil nilai rata-rata pretest sebesar 71,17 serta memiliki nilai hasil rata- rata posttest sebesar 84,70.Sedangkan pada kelompok control memiliki hasil nilai rata-rata sebesar 72,50 dan memiliki nilai hasil rata-rata posttest sebesar 83,33. Kenaikan nilai rata- rata hasil belajar siswa yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament menjadi lebih baik dan unggul daripada kelompok kontrol. Dapat diartikan bahwa penerapan dari model pembelajaran TGT terdapat peningkatan hasil belajar siswa daripada menggunakan model pembelajaran konvensional (Hardiana, 2022). Pada hasil penelitian penulis berbeda yang dimana penulis tidak menggunakan kelas kontrol bebas melainkan hanya menggunakan satu kelas sebagai sampel dengan metode One-Group Pretest-Posttest Design dan hasil nilai rata-rata pre-test adalah 17,85 dan rata- rata post-test adalah 72,00 sehingga model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa (Herlina et al., 2019). Kemudian penulis membandingkan dengan jurnal yang ditulis oleh Nur Endah Hikmah Fauziyah, Indri Anuraheni (2020) dengan judul โ€œPengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis pada Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasarโ€. Dari hasil data siswa kelas V SDN Blotongan 03 dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan hasil rata-rata nilai pre-test dan post-test terdapat peningkatan pencapaian rata-rata nilai kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan model pembelajaran TGT. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai pre-test siswa sebelum menggunakan model pembelajaran TGT sebesar 63,27. Kemudian rata-rata nilai post-test siswa setelah menggunakan model pembelajaran TGT menjadi 74,12. Hal ini dibuktikan melalui hasil analisis data one sample T-test menggunakan teknik one samples test diperoleh hasil t hitung 60,208 > t tabel 1,698 dan nilai signifikansi pada kolom Sig. (2- tailed) < 0,05 (0,000 < 0,05). Maka Ha diterima dan Ho ditolak . Sementara, penulis mengambil judul penelitian Pengaruh Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap Hasil Belajar Siswa Sub Tema 2 Manusia dan Lingkungan Kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. Bertujuan untuk mengetahui pengaruh model kooperatif tipe teams games tournament (tgt) terhadap hasil belajar siswa sub tema 2 manusia dan lingkungan kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah Tahun Ajaran 2023/2024. Berdasarkan hasil output SPSS peneliti yaitu Uji T-Test Hasil nilai signifikannya kurang dari 0,05 yaitu Sig (0,000) < 0,05 sehingga Ho ditolak, maka Ha diterima. Keputusan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa Ada pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. Semua asumsi dengan menggunakan metode analisis uji homogenitas, uji normalitas dan uji t terpenuhi dan terdapat pengaruh model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkatkan hasil belajar siswa. ## SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di atas dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan model Teams Games Tournament (TGT) ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa Sub Tema 2 Manusia dan Lingkungan Kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. Dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 sehingga Ho ditolak, maka Ha di terima yang berarti ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dalam meningkat hasil belajar siswa Sub Tema 2 Manusia dan Lingkungan Kelas V SD Negeri 094155 Rambung Merah. Dengan penggunaan model ini dapat membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa dengan ketuntasan belajar 72% siswa yang memperoleh nilai โ‰ฅ75. ## DAFTAR PUSTAKA Agustina, A. A., Misdalina, M., & Lefudin, L. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Terhadap Pemahaman Konsep Peserta Didik Pada Pembelajaran Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika, 8(2), 186. Https://Doi.Org/10.24127/Jpf.V8i2.2673 Armidi, N. L. S. (2022). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ips Pada Siswa Kelas Vi Sd. Journal Of Education Action Research, 6(2). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.23887/Jear.V6i2.45825 Firman, F., Nurmiati, N., & Nurfitrayani, N. (2019). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (Tgt) Berbantuan Media Kokami Terhadap Hasil Belajar Siswa. Indonesian Journal Of Educational Science (Ijes), 2(1), 57 โ€“ 63. Https://Doi.Org/10.31605/Ijes.V2i1.529 Hardiana, L. (2022). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament Dengan Permainan Kapal Perang Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jp3m (Jurnal Penelitian Pendidikan Dan Pengajaran Matematika), 8(1), 1 โ€“ 8. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.37058/Jp3m.V8i1.4195 Herlina, M., Sulaiman, E., & Widiastuti, R. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (Tgt) Dengan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Di Sman 5 Bengkulu Utara. Jurnal Ipa Terpadu, 3(1). Https://Doi.Org/10.35580/Ipaterpadu.V3i1.11167 Ismah, Z., & Ernawati, T. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas Viii Smp Ditinjau Dari Kerjasama Siswa. Jurnal Pijar Mipa, 13(1), 82 โ€“ 85. Https://Doi.Org/10.29303/Jpm.V13i1.576 Megati, A., Nisa, K. R., Pio, F., & Pale, A. F. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Teams Game Tournament Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Kelas X. Chemur, 4(1), 1 โ€“ 6. Mukminah, M., Fitriani, E., Mahsup, M., & Syaharuddin, S. (2020). Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Justek : Jurnal Sains Dan Teknologi, 2(2), 1. Https://Doi.Org/10.31764/Justek.V2i2.3533 Nurhasanah, A. (2018). Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas V Sdn 2 Purwawinangun Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan. Pedagogi: Jurnal Penelitian Pendidikan, 5(1). Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.25134/Pedagogi.V5i1.1587 Pitriani, N. N., Noviati, P. R., & Juanda, R. Y. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Berbasis Media Corong Berhitung Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Perkalian Di Sekolah Dasar. Pi-Math-Jurnal Pendidikan Matematika Sebelas April, 1(1), 1 โ€“ 10. Putra, D. A., Refdinal, R., Edidas, E., & Fadhilah, F. (2021). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament Terhadap Hasil Belajar Bimbingan Tik. Qalamuna: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 13(2), 895 โ€“ 904. Https://Doi.Org/10.37680/Qalamuna.V13i2.1200 Salehoddin, S. (2021). Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Ppkn Tema 7 Tentang Keberagaman Sosial Budaya Masyarakat Melalui Time Games Tournament (Tgt) Pada Siswa Kelas V. Jurnal Pembelajaran Dan Ilmu Pendidikan, 1(1), 28 โ€“ 36. Seran, E. B., Ladyawati, E., & Susilohadi, S. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tgt (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Buana Matematika: Jurnal Ilmiah Matematika Dan Pendidikan Matematika, 8(2), 115 โ€“ 120. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.36456/Buanamatematika.V8i2:.1749 Siahaan, H. R., & Wahyuni, I. (2018a). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (Tgt) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Inpafi (Inovasi Pembelajaran Fisika), 6(1), 1 โ€“ 9. Https://Doi.Org/10.24114/Inpafi.V6i1.9489 Siahaan, H. R., & Wahyuni, I. (2018b). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (Tgt) Terhadap Hasil Belajar Siswa. Inpafi (Inovasi Pembelajaran Fisika), 6(1). Https://Doi.Org/10.24114/Inpafi.V6i1.9489 Simaremare, J. A., & Purba, N. (2021). Metode Cooperatif Learning Tipe Jigsaw Dalam Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia. Situmorang, D. N. R., & Pangaribuan, W. (2021). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games And Tournament (Tgt) Terhadap Hasil Belajar Dasarlistrik Dan Elektronika. Jevte: Journal Of Electrical Vocational Teacher Education, 1(2), 123. Https://Doi.Org/10.24114/Jevte.V1i2.29383 Ulfia, T., & Irwandani, I. (2019). Model Pembelajaran Kooperative Tipe Teams Games Tournament (Tgt): Pengaruhnya Terhadap Pemahaman Konsep. Indonesian Journal Of Science And Mathematics Education, 2(1), 140 โ€“ 149. Https://Doi.Org/10.24042/Ijsme.V2i1.4220 Utari, F. D., Barlian, I., & Deskoni, D. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Sma Muhammadiyah 2 Palembang. Jurnal Profit Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, 5(1), 40 โ€“ 49. Https://Doi.Org/10.36706/Jp.V5i1.5635 Wardana, M. K. K., Adi, I. P. P., & Suwiwa, I. G. (2020). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (Tgt) Terhadap Hasil Belajar Passing Control Sepakbola. Jurnal Penjakora, 7(2), 126. Https://Doi.Org/10.23887/Penjakora.V7i2.26403 Yahya, A., & Bakri, N. W. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Dengan Aplikasi Qr Code Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Math Educator Nusantara: Wahana Publikasi Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Matematika, 5(01), 90. Https://Doi.Org/10.29407/Jmen.V5i01.12023 Yunita, A., Juwita, R., & Kartika, S. E. (2020). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa. Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika, 9(1), 23 โ€“ 34. Https://Doi.Org/10.31980/Mosharafa.V9i1.606 Zulfira, V., Anggereini, E., & Sadikin, A. (2019). Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (Tgt) Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Materi Keanekaragaman Hayati Di Sma Negeri 1 Batang Hari. Biodik, 5(3), 273 โ€“ 285. Https://Doi.Org/10.22437/Bio.V5i3.8418
5714e374-e5db-4402-99dd-7b630d1007ea
https://jurnal.syntaxliterate.co.id/index.php/syntax-literate/article/download/355/496
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia โ€“ ISSN : 2541-0849 e-ISSN : 2548-1398 Vol. 3, No 3 Maret 2018 ## FENOMENA MARAKNYA KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DILIHAT DARI PERSPEKTIF SOSIOLOGI HUKUM ## Montisa Mariana Universitas Swadaya Gunung Jati Email: [email protected] ## Abstrak Kekerasan Dalam rumah tangga (selanjutnya disebut KDRT) merupakan fenomena yang umum terjadi dalam kehidupan masyarakat. KDRT banyak terjadi karena berbagai faktor, apakah itu perbedaan sudut pandang, atau masalah ekonomi, dan lain sebagainya. Pada umumnya KDRT ini terjadi pada pasangan wanita. Secara konsepsi budaya, di Indonesia sendiri memiliki cara pandang budaya patriarki. Budaya yang lebih mengunggulkan nasab laki-laki dan laki-laki sebagai penentu kebijakan dalam rumah tangga. Namun demikian, dalam masalah kekerasan, Pemerintah sendiri sudah berupaya untuk mengurangi angka KDRT dengan kebijakan UU no 23 Tahun 2004 mengenai Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Namun sepertinya upaya ini belum maksimal karena angka kekerasan cenderung. Latar belakang diberlakukannya UU Nomor 23 Tahun 2004 tersebut adalah sebagai bentuk antisipasi pemerintah dalam menekan angka kekerasan pada perempuan. Persoalan Rumah Tangga merupakan ranah privat, sehingga Kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga sering tidak terekpose kepada pihak keluar, akibatnya kurang tertangani karena orang atau pihak terkait tidak mengetahui bahwa telah terjadi kekerasan. Selain karena faktor privat, ada faktor lain yang menyebabkan masalah kekerasan tersebut tidak sampai tertangani yaitu kuatnya budaya patriarki pada masyarakat Indonesia. Kata Kunci: Kekerasan, Rumah Tangga, Perempuan ## Pendahuluan Manusia sebenarnya diciptakan Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar. Potensi yang dimiliki tersebut menjadi manusia sebagai makhluk yang memiliki kehendak dan pemikiran. Melalui kemampuan berpikir manusia dapat belajar dari pengalaman dan memiliki ilmu pengetahuan. Melalui kehendaknya juga manusia dapat mengarahkan prilakunya agar menjadi positif dan baik. Sarana lain dalam meningkatkan pengalaman dan ilmu pengetahuan manusia adalah melalui pengalaman logika. Sementara mengenai sarana dalam memperbaiki prilaku adalah melalui etika dan estetika. Bertumpu pada masalah logika, maka manusia merupakan makhluk berpikir yang akan senantiasa mencari kebenaran melalui cara berpikir yang sistematis dan komprehensif. (Soekanto, 1985:5) Bertumpu pada teori dasar kemampuan manusia tersebut, maka pada pada dasarnya manusia memiliki nilai-nilai dan kaedah-kaedah yang melekat pada kehidupa masyarakat. Namun, tidak jarang juga nilai-nilai idealis tersebut tidak sesuai dengan kondisi atau kenyataan dilapangan. Hal tersebut menyebabkan timbulnya pertentangan antara harapan dan kenyataan. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kant, yakni tentang perbedaan antara apa yang ada (Fakta das sein) dan apa yang seharusnya (fakta das sollen). (Theo, 1995:45) Di dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya manusia harus diperlakukan secara sama dan seimbang, tanpa perlu melihat latar belakang atau jenis kelamin. Karena manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan dengan berbagai macam keistimewaan, salah satunya adalah hak memiliki kebebasan. Menurut JJ Rosseau, dalam keadaan alamiah, manusia itu bebas dan berdaulat atau otonom, artinya ia tidak taat kepada siapapun. Kebebasan adalah hak milik setiap manusia sejak pertama ia dilahirkan dan menghirup udara yang memberinya kehidupan, tidak ada hukum manusia satupun yang dapat merampas hak nya itu. Sebab hak nya itu didapatkannya dari hukum alam. Oleh karenanya, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan manusia menerima keharusan. Pertama, jika keharusan itu dari luar dirinya, maka pastilah berasal dari Tuhan sendiri atau dari sesama manusia. Sebab, tidak sesuatu hal pun yang lain yang kedudukannya lebih rendah daripada manusia dapat memaksakan keharusan baginya. Jika keharusan itu dari luar dirinya, maka pastilah berasal dari sesama manusia yang secara politis terorganisir dalam suatu Negara, atau berasal dari tuntutan hidup bersama masyarakat atau Negara. Immanuel Kant menyatakan bahwa kewajiban itu berasal dari diri sendiri. Ini dapat terjadi karena setiap individu memiliki kehendak baik, yaitu kehendak berbuat atas dasar motivasi kewajiban. Kewajiban ini perlu untuk berbuat sesuai hukum yang berlaku. (Sumaryono, 1987: 69) Adanya hak manusia untuk mendapatkan kebebasan secara penuh akan hilang ketika ia berbenturan kepentingan dengan orang lain atau terikat kewajiban, entah kebebasan itu akan hilang sedikit atau banyak atau bahkan hilang seluruhnya. Suatu contoh misalnya dalam masyarakat kita, hilangnya kebebasan seorang laki-laki atau perempuan ketika ia terikat dalam suatu perkawinan. Perkawinan membuat dua kepentingan menjadi satu, menyelaraskan antara keduanya sehingga dapat menghasilkan hasil atau keadaan yang positif bagi kedua belah pihak. Yang menjadi permasalahan adalah, tidak setiap perkawinan dapat memadukan dua kepentingan berhasil dengan baik. Banyak sekali penyebab mengapa perkawinan bisa gagal. Salah satu sebabnya adalah kuatnya budaya patriarki di Indonesia yang mengakibatkan terjadinya kesewenang-wenangan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan. Indonesia sendiri menganut system budaya patriarki, yaitu menarik garis keturunan dari pihak laki-laki. Hal ini mempunyai banyak implikasi baik positif maupun negatif. Apabila kita runut, terjadinya kesewenang-wenangan terhadap perempuan, memang terjadi karena budaya patriarki tersebut. Hal tersebut sudah sangat lama terjadi, dan salah satu tandanya adalah perbedaan yang diberikan sangat jelas terhadap laki - laki dan perempuan. Pada zaman dulu, laki-laki mempunyai peluang untuk melanjutkan pendidikan, sementara perempuan tidak mempunyai kesempatan dan hanya diam dirumah karena nasibnya sudah ditentukan. Cara pandang tersebut didasari oleh adanya pemahaman bahwa seorang perempuan seberapa pun tingginya pendidikan akan tetap menjadi ibu yang hanya mengurusi rumah tangganya. Walaupun ada perubahan di zaman RA Kartini, dimana beliau sudah memperjuangkan kepentingan kaum perempuan agar perempuan dapat mengapresiasikan diri dan mensejajarkan diri dengan laki-laki, dengan tetap tidak melupakan kodratnya sebagai seorang ibu atau lainnya. Kuatnya budaya Patriarki juga terlihat pada salah satu pasal dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Di dalam sebuah perkawinan, seorang suami diperbolehkan untuk mempunya pasangan istri lebih dari satu (poligami) namun dalam keterangan tersebut dilanjutkan dengan syarat-syarat tertentu. Syarat tersebut diantaranya adalah seorang istri tidak bisa menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri misalnya dikarenakan sang istri sakit berat atau mendapat cacat badan, atau hal lain seperti tidak dapat memberikan keturunan. Secara tegas istri dituntut untuk dapat melakukan pelayanan secara sempurna terhadap suami. Jika istri mendapat cacat badan atau sakit berat maka fungsi pelayanannya menjadi tidak maksimal. Jika istri tidak dapat memberikan keturunan anak, maka fungsi reproduksi terganggu dan istri lagi-lagi dianggap tidak mampu melayani suaminya dengan baik. Tentu hal tersebut bertentangan dengan ketentuan yang menyatakan bahwa suami istri haruslah saling setia dan menerima kelebihan serta kekurangan masing-masing. Laki โ€“ laki dapat beristri lebih dari satu apabila terjadi hal- hal seperti yang penulis uraikan di atas, namun di dalam UU ini tidak diatur, bagaimana jika lelaki yang berada di dalam posisi sakit atau tidak dapat memberikan keturunan? Kuatnya budaya patriarki dan sifat perempuan yang terbisaa menerima dan pasrah, membuat seorang perempuan terkadang tidak memiliki posisi tawar di dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan rumah tangga. Akibatnya, banyak terjadi kasus KDRT yang dilakukan seorang suami terhadap istri. Di Akhir tahun 2016, Komnas Perempuan Indonesia mencatat adanya 259.150 kasus kekerasan terhadap perempuan. (BBC.com) Dimana didalam ranah personal/rumah tangga, kekerasan yang tertinggi yaitu kekerasan terhadap istri 5.784 kasus, kekerasan dalam pacaran atau KDP mencapai 2.171 kasus, kasus kekerasan anak perempuan 1.799 kasus, yang lainnya adalah kekerasan yang dilakukan mantan suami, pacar serta terhadap pekerja rumah tangga. Meninjau lebih lanjut data tersebut maka, kekerasan terhadap perempuan di Indonesia yang sangat memprihatinkan. Tinggi kasus kekerasan terhadap perempuan menandakan bahwa hal ini haruslah mendapat perhatian serius. Data ini merupakan peristiwa kekerasan yang berhasil dilaporkan, namun ternyata lebih banyak lagi kasus yang tidak dilaporkan ke aparat berwenang oleh korban karena berbagai macam alasan. Karena itulah, penulis ingin membahas mengapa KDRT banyak terjadi, apa penyebabnya dan bagaimana cara pencegahannya dilihat dari sudut sosiologi hukum. ## Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif sebagai metodologinya. Metode kualitatif merupakan metode yang diperoleh melalui data-data yang sudah terkumpul dan diinventarisir seseuai dengan kebutuhan masalah penelitian. Pengumpulan data sendiri dilakukan dengan pendekatan studi literatur. Studi literatur sendiri adalah pendekatan penelitian yang bisa bilang wajib, mengingat studi literatur sendiri dibutuhkan untuk pengumpulan data ilmiah di luar kegiatan pengumpulan data primer. Studi literatur peneliti lakukan dengan mengumpulkan sumber literatur seperti buku, majalah, paper, hingga karya tulis yang bersinggungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Data yang diperoleh kemudian penulis analisis menggunakan analisis deskriptif. Analisis ini dilakukan dengan memberi gambaran atas hasil penelitian. Hasil-hasil tersebut penulis gambarkan guna mencari kesimpulan penelitian. ## Hasil dan Pembahasan Manusia hidup di dalam masyarakat. Selama manusia hidup bersama sebagai sekumpulan individu-individu, tentunya manusia haruslah menaati aturan-aturan atau norma-norma yang dianut masyarakat. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, Ia membutuhkan manusia lain dalam menjalani kehidupannya. Karena itu sebagai makhluk sosial, kehidupan manusia dituntuk untuk saling bekerja sama dalam bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan bentuk kontrak sosial yang satu sama lain membutuhkan, karena itu dalam menjalaninya membutuhkan kerjasama. Dua jenis laki-laki dan perempuan telah Tuhan ciptakan, agar manusia saling membantu dalam memenuhi kebutuhannya. Mereka diberikan anugerah untuk saling memberi dan menerima dalam masalah kasih dan sayang atau kongkritnya perkawinan yang syah. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan social yang dinamis, menyangkut hubungan antara satu individu dengan individu lain, ataupun antara satu kelompok dengan kelompok lain. Kontak social tidak mungkin akan terjadi apabila terjadi dua hal, diantaranya : a. Adanya Kontak Sosial b. Adanya Komunikasi Di dalam kasus KDRT tentunya yang terjadi adalah kontak sosial yang negatif. Mengapa negatif.? Karena kekerasan terjadi dalam ruang domestik dan tidak dikehendaki oleh satu pihak lainnya. Tentunya kontak sosial negatif tersebut merugikan pihak lain khususnya yang menjadi korban yang dalam hal ini adalah perempuan. Kontak sosial yang terjadi diantara suami dan istri yang hidup di dalam satu rumah tangga, oleh sosiologi disebut juga sebagai pertentangan atau pertikaian. Dalam kontak sosial, mesti akan bertemu dengan masalah ataupun pertikaian, dimana pertikaian akan melibatkan dua orang atau kelompok, mereka berusaha untuk mencapai kepentingannya dengan jalan melawan pihak yang menjadi ancaman atau hambatannya. Akar-akar masalah dari terjadinya pertentangan antara lain: 1. Perbedaan antara orang-perorangan . Perbedaan pendirian dan cara pandangan bisa juga menjadi menyebabkan bentrokan antara orang-perorangan.. 2. Perbedaan kebudayaan . Perbedaan kepribadian adalah salah satu pemicu lainnya pertentangan. Pada dasarnya kepribadian itu adalah masalah lingkungan dan latar belakang individu. Kepribadian seseorang dapat terbentuk oleh adanya situasi- kondisi masyarakat, norma atau budaya dalam bentuk pemikiran atau lainnya yang terjadi di lingkungannya. Hal inilah yang menjadi penyebab pertentangan diantara kedua kepribadian yang berbeda latar belakang. 3. Bentrokan antara kepentingan-kepentingan . Bentrokan-bentrokan kepentingan orang-perorangan maupun kelompok-kelompok individu adalah hal lain yang menjadi sumber pertentangan. Kepentingan tersebut dapat bermacam- macam perwujudannya, misalnya kepentingan dalam ekonomi, politik, pendidikan, dan seterusnya. Majikan dan buruh misalnya, mungkin bertentangan satu dengan lainnya karena perbedaan kepentingan masing-masing pihak. 4. Perubahan-perubahan sosial . Perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat, untuk sementara waktu mengubah nilaiโ€“nilai dalam masyarakat tadi dan menyebabkan terjadinya golongan-golongan yang berbeda dengannya. Perbedaan mengenai system nilai-nilai sebagai akibat perubahan-perubahan sosial menyebabkan suatu disorganisasi dalam masyarakat. Adanya dua kepribadian yang dijadikan satu di dalam suatu ikatan pernikahan tentunya bukan tanpa masalah. Adanya dua kepribadian yang dijadikan satu di dalam suatu ikatan pernikahan tentunya bukan tanpa masalah. Dua orang yang berbeda latar belakang, budaya, status social dan lain sebagainya tentu akan saling bergesekan cepat atau lambat. Perbedaan kepribadian merupakan satu alasan awal terjadinya pertikaian, ditambah lagi adanya perbedaan budaya dan pola asuh yang tentunya berbeda apabila mereka berasal dari wilayah yang tidak sama. Sebagaimana penjelasan sebelumnya, salah satu faktor dari penyebab terjadinya KDRT adalah kuatnya budaya patriarki yang dipercayai oleh masyarakat. Mengapa demikian? Sebab, laki-laki yang merasa sejak awal mempunyai banyak keistimewaan dibandingkan perempuan, akhirnya mengakibatkan adanya perasaan berkuasa yang berlebihan pada diri laki-laki. Ketika perasaan lebih berkuasa tersebut tidak didampingi dengan perasaan welas asih terhadap perempuan, maka yang akan terjadi adalah kesewenang-wenangan yang berujung pada terjadinya kekerasan. Tidak ada pola yang jelas untuk menggambarkan atau meramalkan karakteristik perempuan yang menjadi korban KDRT. Begitupun juga dengan karakteristik laki-laki, tidak ada ciri khusus yang menjadi pelaku KDRT. Namun begitu terjadi KDRT di Indonesia merupakan fenomena yang bisa saja terjadi diberbagai kondisi atau budaya, artinya masalah tersebut merupakan fenomena lintas kelas, lintas suku dan lintas agama. Menurut data LBH APIK Jakarta, bahwa perempuan yang mengalami kekerasan dari suami memiliki latar belakang yang sangat beragam. Namun demikian, kaum perempuan dari kelas sosial menengah maupun atas lebih mengetahui bagaimana cara mendapatkan pengaduan KDRT. Selain itu, kanyataan yang ada menjelaskan meski perempuan bekerja mencari nafkah, tidak berarti bahwa ia telah mandiri secara emosional dan social dari pasangan hidupnya. Cukup banyak perempuan bekerja yang ternyata mengalami ketergantungan secara sosial dan emosional pada pasangan hidupnya sehingga tidak dapat melepaskan diri dari kekerasan yang dialaminya. Sedangkan umumnya menjadi subyek kekerasan, pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik umum, yaitu: a. Menolak mengakui bahwa ia sedang dalam atau melakukan kekerasan, serta cenderung mengurangi, menghilangkan detail penting, berbohong mengenai frekuensi dan keparahan tindak kekerasannya. b. Tidak mampu berefleksi dan melihat kesalahan dan kekurangan diri, sibuk menyalahkan pihak-pihak lain di luar dirinya, terutama istri atau pasangan hidup yang menjadi korban kekerasannya. Dengan sendirinya hampir semua pelaku juga tidak merasa bertanggung jawab atas perbuatannya maupun akibat dari tindakannya. c. Melihat prilaku yang ditampilkannya sebagai suatu hal yang wajar, seharusnya, tidak perlu dipertanyakan, benar dan sesuai. Tindakannya merupakan konsekwensi wajar dari tidak ditaatinya kemauannya, atau tidak terpenuhinya keinginannya. d. Menginternalisasi peran tradisional (eksesif) laki-laki yang harus menjadi kepala keluarga, dalam arti, harus didengar, ditaati dan diikuti kata-kata nya. Ia bereaksi sangat cemas sekaligus marah bila pasangan atau anak menyatakan pandangan berbeda. Ia kemudian melakukan langkahโ€“langkah apapun, termasuk caraโ€“cara kekerasan untuk mengendalikan mereka. Cukup banyak pelaku kekerasan yang menganggap istri dan anak adalahhak milik yang dapat diperlakukan sesuai dengan kemauannya. e. Hampir semua bentuk emosi negative dipahami dan diekspresikan dalam bentuk kemarahan. Kecemasan akan terlihat kelemahannya ditutupi dengan perilaku agresif dan kemarahan. Menurut teori sosiologi, pembentukan kepribadian individu dipengaruhi oleh faktor-faktor kebudayaan, organisme biologis, lingkungan alam dan lingkungan sosial individu tersebut. Laki-laki yang tinggal bersama ibu nya yang merupakan single parents mungkin akan berprilaku baik terhadap perempuan karena melihat perjuangan ibu nya dalam membesarkan dia. Namun sebaliknya, lakillaki yang dari kecil hanya tinggal bersama ayahnya karena misalnya ibunya meninggalkan dia, akan membentuk kepribadian laki-laki tersebut menjadi keras dan akan membentuk pemikiran negatif di kepalanya tentang seorang perempuan. Dari uraian penulis di atas, dapat terlihat bahwa lakiโ€“laki yang melakukan kekerasan terhadap istrinya adalah lakiโ€“laki yang tidak memiliki rasa percaya diri, entah karena istrinya memiliki karir atau kehidupan yang lebih cemerlang dibanding dirinya atau karena alasan lain. Selain itu perempuan yang menjadi korban kekerasan pun, pada intinya sudah terikat terlalu dalam dengan budaya bahwa perempuan di bawah laki-laki, bahwa ketika terjadi pertengkaran rumah tangga, semuanya terjadi karena kesalahan perempuan. Pola pikir yang benar-benar harus diubah. Maraknya kasus KDRT, membuat Pemerintah menaruh perhatian lebih serius dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, karena selama ini persoalan kekerasan hanya mengacu pada satu kodifikasi hukum pidana Indonesia yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). KUHP adalah peninggalan colonial Belanda yang diadopsi sebagai suatu Undang-Undang. Dengan latar masalah tersebut, sudah tentu banyak kepentingan perempuan yang tidak terakomodir di dalamnya. Indonesia belum memiliki perangkat hukum lain, sehingga semua persoalan KDRT masih dialami kaum perempuan, karena mengacu pada Kitab Undangโ€“Undang Hukum Pidana ( KUHP ), mulai dari persoalan pelecehan seksual, KDRT, perkosaan, perdagangan perempuan sampai dengan persoalan aborsi. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 memberikan satu harapan baru bagi masyarakat khususnya perempuan. Walaupun tidak selalu obyek kekerasan tersebut adalah perempuan, namun mau tidak mau harus diakui bahwa korban kekerasan tersebut didominasi oleh perempuan dengan adanya berbagai macam latar belakang. Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004, KDRT terbagi menjadi 4 hal : 1. Kekerasan Fisik 2. Kekerasan Psikis 3. Kekerasan Ekonomi, dan 4. Kekerasan Seksual Dengan adanya Undang-Undang ini, pemerintah berupaya mengurangi tindak atau kasus KDRT yang biasa dialami oleh perempuan. Upaya ini diharapkan sebagai bentuk perlindungan dan antisipasi terhadap maraknya kasus kekerasan atau KDRT. Melalui UU penulis harapkan agar masalah tersebut dapat diselesaikan dan berimplikasi pada kerukukan hidup baik di keluarga maupun masyarakat. Namun didalam implementasi dan praktiknya, ternyata Undang-Undang tersebut belum maksimal. Artinya KDRT masih cukup banyak terjadi di masyarakat kita. Karena jika mengacu pada angka kasus KDRT masih cenderung meningkat. Undang-Undang ini ternyata belum dapat menekan angka kekerasan karena persoalan rumah tangga selama ini dipercaya sebagai persoalan domestik yang terjadi dibalik sekat. Sehingga banyak orang yang tidak ikut campur bahkan menganggap itu adalah ranah pribadi. Ketidaktahuan dan ketidakpedulian ini pada akhirnya menambah korban-korban kekerasan di dalam rumah tangga, khususnya perempuan. ## Kesimpulan KDRT yang umumnya terjadi pada perempuan, merupakan fenomena yang banyak terjadi. Lahirnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 yang diharapkan dapat menekan maraknya kasus kekerasan ternyata belum maksimal. KDRT masih sering terjadi dan angka kejadian kasus tersebut masih cenderung banyak. Banyak hal yang menjadi faktor penyebab kasus KDRT itu terjadi, namun apapun alasannya KDRT harus tetap direspon sebagai masalah yang perlu ditanggulangi. Sulitnya akses informasi KDRT dikarenakan masalah tersebut berada pada area domestik keluarga. Sehingga sulit sekali untuk terekspos kepada pihak luar. Terkadang banyak orang tidak tahu bahwa terjadi kekerasan di dalam keluarga. Selain itu, budaya patriarki yang kuat juga menyebabkan banyak perempuan menjadi obyek kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ## BIBLIOGRAFI Eugenius Sumaryono. 1987. Filsafat Hukum Sebuah Pengantar Singkat. Ctk.Pertama, Universitas Atmajaya. Yogyakarta. Gillian, Gillin. 1954. Cultural Sociology, a revision of An Introduction to Sociology. cetakan ke-3. The Macmillan Company: New York. Kimball Young, Raymond, W. Mack. 1959. Sociology and Social Life. American Book Company: New York. Komnas Perempuan. 2004. Peta Kekerasan Pengalaman Perempuan Indonesia. ctk.Pertama. Ameepro: Jakarta. Leopold von Wiese, Howard Becjer. 1932. Systematic Sociology. John R. Wiley Sons: New York. Sistem Peradilan Pidana Terpadu Yang Berkeadilan Gender dalam Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan Soerjono Soekanto. 1974. Faktor โ€“ Faktor Dasar Interaksi Sosial dan Kepatuhan Pada Hukum โ€“ Hukum Nasional . Rajawali: Jakarta. ______________. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar, ctk.Pertama. Rajawali: Jakarta. Theo Huijbers. 1995. Filsafat Hukum. ctk.Ketiga. Kanisius: Yogyakarta. Undang โ€“ Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan Undang โ€“ Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
8e44434a-7ea1-4d36-97e0-a0e40724a6dc
https://dinastirev.org/JIHHP/article/download/2246/1432
DOI: https://doi.org/10.38035/jihhp.v4i5 Received: 10 Juni 2024, Revised: 29 Juli 2024, Publish: 30 Juli 2024 https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ ## Pemberlakuan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU- XXI/2023 ## Lidya 1 1 Fakultas Hukum, Universitas Al-Azhar, Jakarta, Indonesia, [email protected] Corresponding Author: [email protected] Abstract: The State and the Constitution are like two sides of an inseparable coin. The constitution serves as the main legal foundation of a country. The urgency of the constitution makes a country must have a special institution that oversees it. In Indonesia, that institution is called the Constitutional Court (MK). As a constitutional judicial institution, the Constitutional Court has responsibilities that are clearly stipulated in the constitution. These include examining laws against the 1945 Constitution (UUD 1945) or what is known as judicial review, adjudicating disputes over election results and the like. The controversial decision of the Constitutional Court in 2023 regarding the age limitation of presidential and vice presidential candidates raised a debate regarding the minimum age requirement for presidential / vice presidential candidates under 40 years and the decision-making process which was laden with the interests of the chairman of the Constitutional Court at that time because he had a family relationship with potential candidates or parties who were strongly suspected of having an interest in the granting of the application. The problem formulation of this research is 1. When did the Constitutional Court Decision become effective? 2. Is the implementation of the Constitutional Court Decision Number 90/PUU-XXI/2023 in accordance with the Provisions of the Laws and Regulations? The formulation of the problem is answered using normative juridical research methods. The results showed that the impact of the Constitutional Court's decision on the registration of presidential and vice presidential candidates in the 2024 elections was filled with negative suspicions because the process of adjusting PKPU to the Constitutional Court's decision was carried out โ€œrecklesslyโ€. Keyword: Constitutional Court of Indonesia, Electoral Justice System, Age Limitation for Presidential and Vice Presidential Candidates. Abstrak: Negara dan Konstitusi ibarat dua sisi keping mata uang yang tak terpisahkan. Konstitusi berperan sebagai landasan hukum utama bagi negara. Karena pentingnya peran konstitusi, setiap negara wajib memiliki lembaga khusus yang menjaga dan mengawalnya. Di Indonesia, lembaga itu bernama Mahkamah Konstitusi (MK). Sebagai lembaga peradilan konstitusi, MK memiliki berbagai tanggung jawab yang diatur secara jelas dalam konstitusi, seperti menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) atau yang sering dikenal dengan istilah judicial review , memutuskan perselisihan hasil pemilihan umum dan sejenis lainnya. Putusan kontroversial MK pada 2023 mengenai pembatasan usia calon presiden dan calon wakil presiden menimbulkan perdebatan berkenaan dengan syarat usia minimal Capres/ Cawapres di bawah 40 tahun dan proses pengambilan putusan yang sarat akan kepentingan ketua MK kala itu karena memiliki hubungan keluarga dengan kandidat potensial atau pihak yang diduga kuat berkepentingan atas dikabulkannya permohonan tersebut. Penelitian ini merumuskan beberapa pertanyaan penting: 1. Kapan Putusan MK mulai efektif diberlakukan? 2. Apakah pemberlakuan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan?. Pertanyaan ini dijawab dengan menggunakan metode penelitian yuridis normatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa putusan MK memiliki dampak yang signifikan terhadap pendaftaran Capres dan Cawapres dalam pemilu tahun 2024. Namun, proses penyesuaian PKPU terhadap putusan MK tersebut penuh dengan dugaan negatif karena dilakukan dengan cara yang โ€•ugal-ugalanโ€–. Kata Kunci: Mahkamah Konstitusi Indonesia, Sistem Peradilan Pemilu, Pembatasan Usia Capres Cawapres. ## PENDAHULUAN Menerjemahkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) ke dalam tindakan nyata merupakan sebuah proses kompleks. Di balik pertanyaan "Bagaimana putusan MK diberlakukan?",terdapat berbagai rintangan dan pertimbangan yang perlu diurai. Pertama, muncul pertanyaan krusial: Apa saja tolok ukur yang mendasari putusan MK, khususnya di konteks Indonesia? Hal ini erat kaitannya dengan hubungan tak terpisahkan antara negara dan konstitusi. Konstitusi, sebagai fondasi hukum utama, memuat prinsip-prinsip fundamental dalam tata kelola pemerintahan. Prinsip-prinsip ini, yang tertuang dalam hukum tertinggi negara, menjadi landasan penting dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu instrumen krusial untuk mengukur tercapainya keadilan, demokrasi, dan perlindungan hak-hak pemilih adalah peraturan hukum, terutama yang terkait dengan pemilu. Aspek-aspek ini menjadi parameter esensial dalam menilai kualitas demokrasi. Dalam menjalankan tugasnya, Mahkamah Konstitusi (MK) berpijak pada dasar hukum yang kuat. Pasal-pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), seperti Pasal 7 ayat (1) sampai (5) dan Pasal 24C ayat (2), menjadi alasan pokok kekuasaan Mahkamah Konstitusi. Kewenangan tersebut diperkuat dengan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Nomor 24 Tahun 2003 tentang MK. Pasal-pasal tersebut menetapkan peran MK dalam menangani dugaan pelanggaran oleh Presiden atau Wakil Presiden secara jelas. Pelanggaran yang dimaksud, sesuai dengan ketentuan UUD 1945, bisa berupa konspirasi jahat terhadap negara, tindakan merusak, atau pelanggaran hukum lainnya, serta perilaku tidak layak yang dilakukan demi kepentingan pribadi. Pendelegasian fungsi ini kepada MK , sebagai badan hukum dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mencerminkan kokohnya standar hukum dan ketertiban dalam konstitusi pasca-revisi. Ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki mekanisme yang kuat untuk menjaga integritas pemimpin tertingginya melalui pengawasan konstitusional yang ketat. Hal ini menunjukkan tanggung jawab bangsa Indonesia untuk menjaga kualitas regulasi dan pemerataan yang tiada tara dalam kerangka otoritas publik. Menyerahkan posisi ini kepada Pengadilan yang Didirikan merupakan tahap penting untuk menjamin tanggung jawab dan keterusterangan dalam otoritas publik. MK sebagai lembaga yang bebas diharapkan dapat melaksanakan kewajibannya secara tidak memihak dan ahli, sehingga putusan-putusan selanjutnya dapat diterima oleh semua pihak dan memperkuat sistem aturan mayoritas di Indonesia. Melalui posisinya, Mahkamah Konstitusi (MK) mempunyai peran penting dalam menjaga kualitas konstitusi yang tiada tara di Indonesia, khususnya menjamin setiap peraturan dan pedoman sesuai dengan standar yang dilindungi.Selain kewenangan yang dimiliki, Mahkamah Konstitusi memiliki tujuan yang utama yaitu mengawasi dan mencegah pelanggaran konstitusi oleh lembaga negara lainnya. Tentu saja dalam menjalankan fungsinya, MK harus menjaga keseimbangan antara menegakkan supremasi konstitusi dan menghindari penyalahgunaan kekuasaan yang dapat mengarah pada dominasi dalam proses legislasi. MK juga berperan sebagai menyelesaikan permasalahan pengambilan keputusan politik dan perdebatan kewenangan antar lembaga negara. Putusan-putusan MK, khususnya yang bersifat imajinatif, sering kali berdampak pada elemen-elemen yang sudah mapan. 2 Meskipun demikian, beberapa keputusan MK terkadang menuai kontroversi dan dianggap mencolok oleh sebagian masyarakat. Hal ini menuntut MK untuk selalu mengedepankan transparansi, akuntabilitas, dan independensi dalam menjalankan tugasnya. Tahun 2023 telah menjadi panggung drama politik yang penuh gejolak, dipicu oleh Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023. Keputusan ini memantik obrolan hangat, terutama seputar batasan usia bagi calon wakil presiden yang memiliki kebiasaan tidak ideal, yaitu di bawah 40 tahun. Perbincangan ini semakin memanaskan suhu politik menjelang pemilihan presiden tahun 2024. Bermula dari Kajian Hukum Peraturan Politik yang sedapat mungkin diperuntukkan bagi Cawapres, putusan MK ini membuka pintu terbuka bagi kepala daerah yang berusia di bawah 40 tahun untuk memilih dirinya sebagai pesaing resmi, mengingat mereka mempunyai wawasan sebagai pemimpin otoritas daerah. Meskipun demikian, penyegaran yang sangat dibutuhkan ini disertai dengan gelombang positif dan negatif. Dari satu sudut pandang, beberapa pihak mengundang putusan ini sebagai sebuah langkah ke arah yang tepat dalam membuka ruang bagi generasi muda untuk turut serta dalam administrasi publik. Mereka berargumen bahwa batasan usia yang kaku dapat menghambat talenta-talenta muda yang kompeten dan berpotensi. Di sisi lain, tak sedikit yang mempertanyakan relevansi batasan usia dan potensi nepotisme, mengingat salah satu hakim MK yang terlibat dalam persidangan memiliki hubungan keluarga dengan cawapres yang diuntungkan oleh putusan tersebut. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) seringkali memicu beragam tanggapan dan analisis dari para ahli hukum. Berikut beberapa contohnya ialah Zainal Arifin Mochtar, pakar hukum UGM, menekankan dampak signifikan putusan MK terhadap reputasi lembaga itu sendiri dan sistem hukum Indonesia secara keseluruhan. Denny Indrayana, pakar hukum tata negara, mengecam putusan Mahkamah Konstitusi terkait usia cawapres karena ketidaksempurnaan mendasar yang dilindungi. Muchamad Ali Safa'at, Pengajar Peraturan Perundang-undangan Universitas Brawijaya, menyoroti betapa memalukannya putusan Mahkamah Konstitusi dalam menguji keabsahan Pasal 169 huruf q UU Pemilu. Sadli Isra, hakim konstitusi, menekankan bahwa setiap sistem pemilu memiliki kekurangan yang dapat diperbaiki tanpa mengubah sistem secara keseluruhan. Menurutnya, fokus harus pada aspek- aspek seperti partisipasi parpol, budaya politik, kesadaran pemilih, dan hak berekspresi. Salah satu contoh kontroversi terkait putusan MK adalah keberlakuan Pasal 3 ayat (7) Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) yang menyatakan bahwa pasangan calon dengan suara terbanyak langsung ditetapkan sebagai pemenang dalam Pilpres dengan dua pasangan calon. Aturan ini digugat karena dinilai bertentangan dengan Pasal 416 Undang-Undang Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2017 tentang ambang batas pencalonan presiden dan wakil presiden (Presidential Threshold). Kasus ini menunjukkan kompleksitas isu-isu yang dihadapi MK dan beragam perspektif yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Dari latar belakang penelitian diatas membawa pada perumusan permasalahan penelitian yang menjadi pokok utama di dalam penelitan ini yaitu Kapan sebuah Putusan Mahkamah Konsitusi mulai efektif diberlakukan?, selanjutnya ialah Apakah Pemberlakuan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang- Undangan?. Melalui rencana permasalahan ini, semacam eksplorasi yuridis pembakuan dilakukan dengan tujuan untuk melihat susunan peraturan dan pedoman yang berkaitan dengan permasalahan pengambilan keputusan politik, baik yang bersifat pasti maupun dalam pedoman tambahan yang khusus. Penelitian bertujuan untuk tidak hanya mengidentifikasi permasalahan hukum Pemilu yang ada, tetapi juga melakukan analisis menyeluruh dan merumuskan rekomendasi konkret untuk revisi hukum Pemilu. ## METODE Penelitian ini akan menggunakan pendekatan normatif dengan fokus pada analisis produk hukum dan dokumen terkait Pemilu. Analisis ini mencakup undang-undang, peraturan, keputusan, putusan MK dan MA terkait sengketa Pemilu, serta putusan Bawaslu dan DKPP, juga peraturan dan kebijakan KPU dan Bawaslu. Melalui telaah mendalam terhadap dokumen-dokumen tersebut, penelitian ini juga mengakui pentingnya bahan-bahan non-hukum, seperti berita, artikel media, laporan penelitian, dan dokumen sejarah. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa prinsip-prinsip hukum sering kali dapat diungkapkan melalui materi non-hukum yang relevan dan penting untuk melengkapi analisis. Dengan memadukan sumber-sumber ini, diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan rekomendasi yang komprehensif dan berdampak positif bagi pengembangan hukum Pemilu di Indonesia. Selain pendekatan normatif, penelitian ini juga memperkaya pemahaman dengan mengintegrasikan bahan-bahan non-hukum yang relevan. Materi-materi ini mencakup hasil eksplorasi dari berbagai disiplin ilmu, seperti teori politik, implementasi kebijakan, ilmu sosial, dan aspek keuangan, yang dapat memberikan wawasan lebih luas mengenai situasi spesifik dan konsekuensi hukum terkait dengan isu-isu keputusan politik. Contoh materi tidak sah yang akan dikoordinasikan dalam pemeriksaan ini termasuk hasil eksplorasi, artikel berita dan media, serta laporan dan informasi terukur. Kombinasi materi non-hukum diyakini akan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai persoalan ras politik. Contoh permasalahan yang akan dikonsentrasikan dengan mempertimbangkan materi non-hukum termasuk permasalahan uang tunai pemerintahan, faktor non-formal, dan pembelian suara. ## HASIL DAN PEMBAHASAN ## Mahkamah Konstitusi Perjalanan MK dimulai dari perubahan penting yang disetujui melalui Sidang MPR pada tahun 2001. Revisi ini menegaskan peran vital Mahkamah Konstitusi dalam UUD 1945 yang diatur dalam Pasal 24 ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B. Sebelum MK beroperasi secara resmi, Mahkamah Agung menjalankan sementara fungsi Pengadilan Konstitusi sesuai dengan Pasal III Ketentuan Peralihan UUD 1945 pasca Amandemen Keempat. Pada tanggal 13 Agustus 2003, DPR dan Pemerintah sepakat terhadap Rancangan Undang-Undang Pembentukan MK, yang kemudian diundangkan sebagai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Dua hari setelahnya, pada tanggal 15 Agustus 2003, Presiden secara resmi mengalihkan tugas tersebut. MK mulai beroperasi resmi pada 15 Oktober 2003, setelah menerima pelimpahan kasus dari MA. Sejak saat itu, MK telah memainkan peran penting dalam menjaga aturan dan menyelesaikan berbagai sengketa tata negara. Meskipun Mahkamah Konstitusi (MK) baru mulai beroperasi setelah amandemen UUD 1945, konsep judicial review sebenarnya sudah lama diperdebatkan. Salah satu tokoh yang mendorong gagasan ini adalah Prof. Muhammad Yamin, yang percaya bahwa dibutuhkan sebuah lembaga khusus dengan kewenangan untuk menguji undang-undang berdasarkan konstitusi. Namun, idenya mendapatkan perlawanan dari Soepomo, yang berargumen bahwa UUD 1945 tidak menganut prinsip trias politica ala Montesquieu. Sebagai alternatif, Soepomo mengusulkan pembentukan sebuah pengadilan khusus atau constitutioneelhof, untuk melaksanakan tugas pengujian undang-undang terhadap UUD 1945, mengambil inspirasi dari model yang diterapkan di negara-negara seperti Austria, Cekoslowakia, dan Jerman.6 Alasan tersingkirnya pemikiran Yamin dan Soepomo saat itu adalah akibat langsung dari ketidakmampuan parlemen yang menetapkan MPR sebagai lembaga negara tertinggi yang ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Mahkamah Konstitusi (MK) adalah organisasi penting dalam kerangka berbasis demokrasi di Indonesia. Pengenalan MK didorong oleh kemajuan pemikiran sah dan kenegaraan saat ini pada abad ke-20, di mana kebutuhan akan sebuah organisasi yang memiliki kekuatan untuk menyaring pembelaan peraturan dan pedoman serta menyelesaikan perdebatan antar lembaga negara semakin terasa. Perkembangan MK di Indonesia diramaikan oleh pemikiran Hans Kelsen, seorang pakar hukum asal Austria. Kelsen menerima bahwa pelaksanaan konstitusi harus benar-benar dipastikan dengan asumsi ada lembaga di luar badan legislatif yang mempunyai kewenangan untuk menguji keabsahan peraturan dan mempunyai hak untuk membatalkan peraturan tersebut dengan asumsi peraturan tersebut dianggap tidak pantas. Hal ini merekomendasikan pendirian badan-badan yang unik, misalnya pengadilan luar biasa yang disebut Mahkamah Konstitusi.7 Pendahuluan Peraturan MK ini menegaskan bahwa berdirinya Mahkamah Konstitusi (MK) merupakan suatu prestasi yang sangat berarti dalam perjalanan negara Indonesia. Mahkamah Konstitusi hadir sebagai jawaban terhadap kebutuhan akan adanya lembaga otonom yang secara eksplisit menangani perkara-perkara mapan yang menjadi ranah penyelenggaraan negara. Kehadiran Mahkamah Konstitusi menandakan periode lain sepanjang keberadaan pemerintahan mayoritas di Indonesia. Di masa lampau, penafsiran konstitusi seringkali simpang siur dan menimbulkan berbagai perdebatan. Mahkamah Konstitusi hadir untuk meluruskan tafsir konstitusi dan memastikan bahwa konstitusi dijalankan dengan teguh, sesuai dengan aspirasi rakyat dan nilai-nilai demokrasi. Mahkamah Konstitusi memiliki peran sentral dalam menjaga stabilitas pemerintahan dan memastikan terwujudnya supremasi hukum. Kewenangannya dalam mengadili perkara konstitusional, termasuk memutus sengketa antar lembaga negara, menjadikannya sebagai penjaga keseimbangan dan penengah dalam sistem politik Indonesia. Mahkamah Konstitusi bukan hanya sebagai lembaga peradilan, tetapi juga sebagai penjaga nilai-nilai mendasar bangsa yang tercermin dalam konstitusi. Untuk menjalankan tugas ini, MK memiliki beragam kewenangan yang diberikan oleh UUD 1945. Kewenangan Mahkamah Konstitusi mencakup lima pokok utama. Salah satu peran utamanya adalah memastikan bahwa Undang-Undang tidak bertentangan dengan UUD 1945, di mana MK berfungsi mengawasi agar peraturan yang dibuat oleh DPR dan Presiden sesuai dengan konstitusi. MK juga memainkan peran penting dalam menyelesaikan perbedaan pandangan mengenai kekuasaan antar lembaga-lembaga negara. Secara spesifik, MK berperan dalam menetapkan argumen terkait hubungan kekuasaan antar lembaga negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945. Selain itu, MK turut menangani disintegrasi partai politik, termasuk berwenang membubarkan partai politik yang melanggar konstitusi atau pedoman hukum. Kewenangan selanjutnya ialah penutup dari perdebatan mengenai Hasil Pemilihan Umum yaitu MK mempunyai wewenang untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan hasil pemilihan umum, seperti tuduhan penyajian yang keliru atau pelanggaran. Memberikan kesimpulan kepada DPR atas teguran Presiden dan Wakil Presiden, khususnya MK mempunyai kedudukan memberikan anggapan kepada DPR selama ini untuk menyalahkan Presiden dan Wakil Presiden. Pemberian kekuasaan yang luas ini menjadikan Mahkamah Konstitusi sebagai organisasi yang vital dalam kerangka pemungutan suara di Indonesia. Mahkamah Konstitusi berperan sebagai penjaga konstitusi dan menjamin bahwa segala peraturan dan pedoman serta kegiatan lembaga negara sesuai dengan konstitusi. Kehadiran Mahkamah Konstitusi merupakan sebuah langkah maju dalam memperkuat kualitas regulasi yang tiada tara dan mengakui kesetaraan yang sakral. Satu lagi kewenangan yang digerakkan oleh Mahkamah Konstitusi adalah menyimpulkan perbedaan pendapat mengenai hasil pemilu yang tidak lepas dari Pasal 22E ayat (2) UUD 1945 yang menggarisbawahi tugas Mahkamah Konstitusi (MK) dalam menjaga ketertiban. kesopanan dan keterusterangan dalam mengambil keputusan. MK mempunyai posisi untuk menentukan perbedaan pendapat mengenai hasil Pemilu termasuk berbagai pertemuan, termasuk pasangan Capres dan Cawapres. MK dapat menentukan perdebatan yang berkaitan dengan hasil pemungutan suara pilpres, seperti klaim pemerasan atau pelanggaran. Stephen A. Siegel, pakar hukum terkemuka, menggarisbawahi bahwa memasukkan pemungutan suara dalam pemilu mungkin merupakan tindakan yang paling sering dilakukan di suatu negara, jauh lebih tua daripada banyak hal lain dalam hukum tata negara. Penegasan ini menggarisbawahi tugas utama pemungutan suara mengingat landasan sistem aturan mayoritas yang selama beberapa waktu telah ditetapkan sepanjang keberadaan peradaban manusia.8 Kelompok ideologi yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, khususnya dalam Mahkamah Konstitusi (MK), bisa mempengaruhi seputar perolehan suara dalam pemilihan umum. Sebagai lembaga penting, MK berperan besar dalam menyelesaikan sengketa suara calon anggota DPD. Biasanya, konflik terkait hasil Pemilu dituntaskan melalui jalur hukum. Pihak-pihak yang merasa dihalangi dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri untuk ditangani dan dipilih. Selain itu, KPU dan Panwaslu turut berperan penting dalam mengawasi dan mengatur proses ini. KPU bertugas melaksanakan keputusan pemilu, sementara Panwaslu memastikan pelaksanaannya berjalan adil dan jujur. Kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menyimpulkan perbedaan pendapat mengenai hasil Pemilu merupakan salah satu landasan penting dari kerangka berbasis demokrasi di Indonesia. Hal ini menjamin bahwa keputusan diambil secara wajar, lugas dan akuntabel, dan bahwa hasil pemilu yang sesungguhnya dapat diterima oleh semua pihak. Dalam menjalankan posisinya, Mahkamah Konstitusi (MK) berpegang pada standar- standar fundamental. Standar-standar ini menjadi alasan bagi Mahkamah Konstitusi untuk menguraikan dan menguji realitas peraturan positif, serta mendesak undang-undang untuk mencapai keadilan sejati. Mahkamah Konstitusi memegang teguh prinsip dasar Supremasi Konstitusi. Ini berarti bahwa Undang-Undang Dasar merupakan norma hukum tertinggi di Indonesia. Setiap aturan dan pedoman yang berlaku harus selaras dengan konstitusi tersebut. Keadilan yang Cukup Besar dan Sedang, atau setidaknya, peraturan harus menyesuaikan masyarakat, bukan masyarakat yang tunduk pada peraturan. Hukum harus terus menciptakan dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman untuk mencapai keadilan yang lebih tidak memihak. Pemahaman Tunggal terhadap Konstitusi, yaitu MK mempunyai kekuasaan tunggal untuk menguraikan konstitusi. Eksekutif Hukum Non-Progresif, khususnya MK tidak bergantung pada pengadilan yang berbeda, dan putusannya bersifat konklusif dan membatasi. Mahkamah Konstitusi menggunakan beragam pendekatan dalam melaksanakan tugas, seperti teknik otentik, tercetak, dan relatif. Mahkamah memastikan bahwa undang-undang yang disusun oleh DPR dan Presiden selalu sejalan dengan konstitusi, sehingga hukum dijalankan dengan kesadaran penuh, menghormati keinginan individu dan aturan mayoritas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kehadiran Mahkamah Konstitusi (MK) pasca amandemen UUD 1945 menjadi bukti nyata penguatan konstitusionalisme dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. MK berperan sebagai penjaga konstitusi, memastikan bahwa setiap kekuasaan negara berjalan di jalurnya dan tidak melampaui batas kewenangan yang telah ditentukan. MK juga hadir sebagai perwujudan mekanisme kontrol tersebut, bertugas mengawasi dan memastikan bahwa setiap penyimpangan penggunaan kewenangan dapat dikembalikan kepada posisi normatif atau sesuai dengan amanat konstitusi. ## Pemberlakuan Putusan Mahkamah Konstitusi Mahkamah Konstitusi (MK) bukan sekedar lembaga peradilan biasa, melainkan adalah penjaga konstitusi, penegak keadilan, dan pendorong demokrasi di Indonesia. Putusannya yang mengikat memiliki kekuatan hukum yang luas dan berdampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat. Mahkamah Konstitusi memastikan konstitusi ditegakkan, keadilan ditegakkan, dan hak asasi manusia dilindungi. Melalui Putusan MK, tidak hanya menyelesaikan sengketa, tetapi juga memengaruhi sistem hukum, tata negara, dan kehidupan sosial sehingga menjadi preseden penting dan mendorong perubahan hukum yang lebih adil. Mahkamah Konstitusi memastikan setiap lembaga negara tidak memiliki kekuasaan mutlak dan semuanya harus patuh pada konstitusi. Putusan Mahkamah Konstitusi dapat mengubah hukum serta kebijakan publik, memengaruhi hak dan kewajiban masyarakat, serta mendorong perubahan sosial dan politik. Putusan MK dalam menguji undang-undang terhadap UUD 1945 mempunyai kekuatan legitimasinya yang sangat besar. Putusan ini bersifat konklusif dan membatasi, artinya tidak dapat diuji atau diubah oleh pihak mana pun. Kekuasaan sah putusan MK diarahkan pada Peraturan MK: Pasal 47: Putusan MK bersifat final dan mengikat sejak dibacakan. Pasal 57: Jika putusan MK menyatakan suatu undang- undang tidak sesuai dengan UUD 1945, materi undang-undang tersebut kehilangan kekuatan hukum. Pasal 10: MK memiliki kewenangan final dalam putusan yang bersifat deklaratif dan konstitutif, yang berarti putusan tersebut memiliki kekuatan eksekutorial tanpa perlu amandemen undang-undang Dalam menjalankan kewenangannya untuk meninjau peraturan (UU) terhadap UUD 1945, Mahkamah Konstitusi bisa membuat berbagai keputusan yang membawa akibat hukum berbeda. Keputusan ini bisa berkisar dari memberikan izin sepenuhnya, hingga menolak dengan tegas. mengakui sampai batas tertentu. , diberhentikan, sampai tidak diakui. Setiap jenis putusan memiliki hasil yang berbeda-beda. Misalnya, jika putusan tersebut mengabulkan permohonan, hal ini mengakibatkan pembatalan standar yang saat ini tidak sah secara hukum. Sesuai dengan Pasal 24C ayat (1) UUD 1945, Mahkamah Konstitusi memiliki wewenang akhir dalam menguji peraturan terhadap UUD, menjadikannya keputusan yang final dan mengikat. Ini berarti keputusan Mahkamah Konstitusi tak bisa diganggu gugat atau diubah oleh siapapun. Berbeda dengan putusan badan hukum lainnya yang masih membuka ruang untuk upaya hukum seperti permohonan, kasasi, atau peninjauan kembali. Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki kekuatan legitimasi yang tinggi. Putusan ini bersifat final dan mengikat karena telah melalui proses pemeriksaan yang dilakukan secara transparan di hadapan publik.10 Artinya, putusan Mahkamah Konsitusi tidak dapat diuji atau diubah oleh pihak manapun, dan harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh penguasa umum, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan masyarakat pada umumnya. Dari kekuatan legitimasi putusan MK cenderung diartikan bahwa putusan Mahkamah Konstitusi mempunyai akibat yang tegas, yaitu Final dan Membatasi, artinya tidak dapat diganggu gugat atau bahkan dibeda-bedakan oleh pihak manapun. Akibat selanjutnya adalah hilangnya kekuasaan legitimasi, apalagi jika putusan Mahkamah Konstitusi menyatakan suatu peraturan tidak sesuai dengan UUD 1945, maka materi undang-undang tersebut pada saat itu tidak substansial. Kemudian hasil selanjutnya bersifat eksutorial, yang mengandung arti bahwa putusan Mahkamah Suci yang bersifat definitif dan dilindungi dapat dilaksanakan dengan cepat tanpa perlu adanya koreksi hukum. Mahkamah Konsitusi juga mempunyai beberapa dampak penting, yaitu menjamin bahwa peraturan yang berlaku di Indonesia sesuai dengan UUD 1945, sehingga mencegah penyalahgunaan kekerasan dan pelanggaran kebebasan individu. Konsekuensi lainnya adalah Mahkamah Konstitusi berubah menjadi pembela hak-hak istimewa individu, menjamin bahwa kebebasan dasar mereka terjamin dan terlindungi dari pelanggaran oleh peraturan atau strategi yang tidak sesuai dengan konstitusi. Jadi kekuasaan sah dari putusan MK merupakan komponen penting dalam menjaga keberlangsungan konstitusi di Indonesia, yang berperan sebagai penjaga gerbang sistem aturan mayoritas dan keadilan yang sakral serta menjamin bahwa konstitusi dihormati dan dilaksanakan untuk memahami konstitusi. tujuan negara yang adil, makmur, dan sejahtera. Bayangkan sebuah situasi di mana Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa sebuah undang-undang bertentangan dengan UUD 1945, memiliki kekuatan hukum yang membatasi. Tantangan ini harus ditangani melalui prosedur legitimasi sesuai ketentuan yang diatur dalam Pasal 10 ayat (1) dari Undang-Undang Pedoman Administrasi. Prosedur regulasi ini melibatkan beberapa tahap, salah satunya adalah DPR RI menyampaikan usulan peraturan baru (RUU) kepada DPR RI. RUU ini harus memuat perubahan-perubahan penting untuk menyesuaikan undang-undang tersebut dengan putusan MK. Kemudian, DPR RI membahas RUU tersebut dan kemudian disahkan menjadi peraturan. Tata cara selanjutnya adalah Presiden menandatangani undang-undang dan selanjutnya undang-undang tersebut diumumkan dalam Surat Kabar Negara Republik Indonesia. Dengan adanya proses Legitimasi, diharapkan perubahan Undang-Undang dapat dijalankan dengan cermat dan mengikuti prosedur yang benar. Proses ini menjamin transparansi, memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam memberikan masukan, serta mempromosikan diskusi yang konstruktif untuk mencapai kesepakatan antara pihak-pihak terkait. Dengan hadirnya Mahkamah Konstitusi yang mempunyai peranan penting dalam mengatur dan mengendalikan siklus administrasi yang dilakukan oleh DPR. Pekerjaan ini terbantu melalui kewenangannya untuk meninjau peraturan yang bertentangan dengan UUD 1945. MK dapat membatalkan seluruh atau sebagian peraturan yang dianggap tidak sesuai dengan konstitusi. Hal ini dilakukan melalui putusan yang berbeda, misalnya benar, pada tingkat tertentu mengakui, menolak, atau tidak cocok. Dalam beberapa kasus, MK juga memberikan ijtihad atau putusan baru untuk menjaga regulasi dan keadilan. Putusan-putusan tersebut dapat menjadi acuan penting bagi perbaikan regulasi di Indonesia. Setiap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki dampak hukum yang bervariasi. Khususnya, putusan yang mengabulkan permohonan dapat membatalkan suatu standar dan menghilangkan kekuatan hukumnya. Selain itu, putusan MK memiliki kekuatan mengikat yang berlaku di seluruh wilayah negara atau dikenal dengan istilah "erga omnes". Ini berarti semua pihak wajib mematuhi dan melaksanakan keputusan tersebut. Putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi dihasilkan dalam Rapat Permusyawaratan Hakim (RPH) yang wajib dihadiri oleh minimal tujuh Hakim. Setelah putusan dibuat, pengumuman dilakukan dalam sidang terbuka yang juga dihadiri oleh minimal tujuh Hakim. Berikut adalah Putusan Mahkamah Konstitusi atas permohonan pengujian hukum Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat dibaca sebagai berikut: Mengumumkan bahwa permohonan dari pihak Penggugat ditolak karena tidak mematuhi ketentuan yang diatur dalam Pasal 56 ayat (1) dari Peraturan No. 24 Tahun 2003. Menerima permohonan Advokat dan menyatakan bahwa beberapa ayat, pasal, dan bagian tertentu dari undang-undang bertentangan dengan UUD 1945 Republik Indonesia. Menemukan bahwa elemen-elemen tersebut tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, dengan asumsi penerapannya bergantung pada alasan yang dijelaskan dalam Pasal 56 ayat (2), ayat (3), dan Pasal 57 ayat (1) dari Peraturan Nomor 24 Tahun 2003. "Menyetujui permohonan Pengacara", "Menunjukkan bahwa proses penyusunan undang-undang tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945", "Menyatakan bahwa undang-undang tersebut tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat", jika permohonan tersebut memiliki alasan yang diharapkan sesuai dengan Pasal 56 ayat (4) dan Pasal 57 ayat (2). Menolak permohonan Pemohon jika undang-undang yang diuji tidak melanggar UUD 1945, baik dari segi pembuatan maupun isinya, berdasarkan Pasal 56 ayat (5) dalam UU Nomor 24 Tahun 2003 Selain mengeluarkan putusan, Mahkamah Konstitusi (MK) juga berwenang untuk mengeluarkan ketetapan dalam proses pengujian undang-undang (UU). Ketetapan ini digunakan untuk mengatur berbagai hal terkait dengan proses pengujian UU, seperti: Menyatakan tidak berwenangnya MK untuk mengadili permohonan: "MK menyatakan tidak memiliki kewenangan untuk menangani permohonan Pemohon karena permohonan tersebut berkaitan dengan perselisihan pilkada, yang bukan dalam lingkup tugas MK." Mendapatkan penarikan banding: "Mahkamah Konstitusi mengakui penarikan permintaan Pengacara dan meminta pusat Pendaftaran untuk menyimpan penarikan banding dalam Buku Daftar Kasus yang Telah Ditetapkan." Meskipun Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki otoritas untuk menyatakan bahwa norma-norma dalam undang-undang bertentangan dengan UUD 1945, MK tidak memiliki kekuasaan sah yang membatasi. Meskipun demikian, MK tidak dapat menyangkal atau mengubah undang-undang tersebut sepenuhnya dengan alasan tidak mempunyai kedudukan untuk โ€•audit regulatifโ€–. Artinya, MK tidak dapat membuat peraturan baru atau mengubah peraturan yang sudah ada. Bagaimanapun, Mahkamah Konstitusi (MK) hanya mempunyai kewenangan untuk menyatakan suatu norma dalam suatu peraturan (UU) yang pada saat itu tidak sah (tidak sah dan batal) karena bertentangan dengan UUD 1945. Kewenangan tersebut tercantum dalam Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 dan Pasal 58 Undang โ€“ Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Putusan Mahkamah Konstitusi dalam meninjau peraturan memiliki dampak sah dan bersifat prospektif, yang tidak berlaku surut.13 Artinya, putusan MK hanya berlaku pada kejadian-kejadian yang terjadi setelah putusan Mahkamah Konstitusi dibacakan, dan tidak membuat perbedaan terhadap kejadian-kejadian yang terjadi di bawah pengawasan ketat putusan Pengadilan yang Diteliti. Hingga Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa suatu undang-undang bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, undang-undang tersebut tetap berlaku dan dapat dijalankan. Ini menunjukkan bahwa MK tidak memiliki wewenang untuk segera menghentikan pemberlakuan sanksi terhadap undang-undang tersebut. Meski begitu, putusan Mahkamah Konstitusi yang memberikan permohonan uji hukum UUD 1945 bersifat โ€•konstitutif definitifโ€–. Artinya, putusan Mahkamah Konstitusi yang memberikan permohonan uji hukum UUD 1945 bersifat โ€•konstitutif yang menentukanโ€–. Jadi, ketika Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa suatu undang-undang tidak sesuai dengan UUD 1945, putusan tersebut benar-benar memiliki konsekuensi nyata, yaitu undang-undang tersebut dibatalkan. Oleh karena itu, putusan Mahkamah Konstitusi yang mendukung permohonan pengkajian hukum dapat menghasilkan peraturan baru atau membatalkan aturan yang sudah ada. Hal ini dimungkinkan karena Mahkamah Konstitusi mempunyai kedudukan untuk menguraikan UUD 1945 dan memutuskan apakah suatu peraturan sesuai dengan UUD 1945 atau tidak. Dalam situasi khusus ini, Hakim Suci berperan sebagai "administrator negatif". Artinya, mereka tidak serta merta membuat peraturan baru, namun bisa saja membatalkan peraturan yang sudah ada dengan asumsi peraturan tersebut bertentangan dengan UUD 1945. Dilihat dari peraturan penyidikan, MK mempunyai kekuasaan yang cukup besar yang bergantung pada beberapa hal: Mahkamah Konstitusi memegang peran penting dalam sistem kehakiman Indonesia, di mana ia memiliki otoritas untuk menilai kesesuaian Undang-Undang dengan UUD 1945. Melalui fungsi pengawasan tersebut, Mahkamah memastikan bahwa berbagai institusi negara melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka sesuai dengan amanat konstitusi. Peran vital Mahkamah Konstitusi dalam memantau penerapan konstitusi tidak dapat diabaikan. Dengan otoritasnya, Mahkamah menjamin bahwa setiap lembaga negara melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan semangat UUD 1945. Relevansi peran Mahkamah Konstitusi sebagai Negative Legislator adalah menonjolkan fungsinya dalam meninjau dan mengoreksi undang-undang yang ada. Mahkamah tidak merumuskan undang-undang baru, melainkan memiliki kewenangan untuk membatalkan undang-undang yang dinilai bertentangan dengan UUD 1945. Meskipun Mahkamah Konstitusi (MK) tidak mempunyai kedudukan langsung untuk membatalkan peraturan perundang-undangan (UU), namun tugasnya dalam menjaga konstitusi dan menjaga keadilan tidak dapat dipertanyakan. Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan suatu peraturan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak sah, meskipun tidak serta merta membatalkan undang-undang, mempunyai kekuatan sah dan harus dipatuhi oleh semua pihak. Penegasan kekuatan hukum putusan MK ini dimaksudkan untuk memastikan kepatuhan dan efektivitasnya dalam menjaga konstitusi. Hal ini diwujudkan dengan aturan yang mewajibkan pengumuman putusan MK dalam Berita Negara. Dengan pengumuman ini, seluruh masyarakat dan institusi terkait menjadi aware dan terikat untuk mematuhi putusan MK. Dengan kewenangan dan perannya yang strategis, MK menjadi benteng terakhir dalam menjaga konstitusi dan menegakkan keadilan. ## Pemberlakuan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 Sebelum membahas implementasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU- XXI/2023, penting untuk memahami konteks hukum yang melatarbelakanginya. Pada tanggal 16 Oktober 2023, Mahkamah Konstitusi mengeluarkan 11 keputusan Pengujian Undang- Undang (PUU) sekaligus. Dua di antara putusan tersebut, yaitu PUU 90/2023 dan PUU 91/2023, membahas tentang batasan usia jangka panjang bagi calon presiden dan calon wakil presiden yang diatur dalam Pasal 169 huruf q Peraturan 7/2017 tentang Pemilihan Umum. Sebelum pengambilan keputusan terjadi, terdapat serangkaian peristiwa yang menunjukkan adanya peluang rencana penarikan dan penghapusan penerapan PUU 90/2023. Hal ini tergantung pada kesesuaian data yang disajikan oleh Advokat dan Kandidat Utama dalam kedua kasus tersebut (Kasus 90/2023 dan 91/2023), meskipun faktanya peluang awal untuk menegaskan penarikan/penarikan permohonan adalah unik. . Hal ini menunjukkan bahwa pencabutan dan pencoretan pencabutan perkara tersebut dilakukan dengan sengaja dan sangat diatur. Almas Tsaqibbirru Re A menguji Pasal 169 huruf (q) UU Ras melalui sistem survei hukum di Mahkamah Suci (MK). Tujuan dari klaim tersebut adalah untuk membantu Gibran Rakabuming Raka, Pimpinan Balai Kota Surakarta periode 2020-2025, yang dinilai Almas mempunyai eksekusi positif dalam meningkatkan pembangunan keuangan Solo hingga 6,25 persen. Almas menilai, Gibran berhak maju sebagai pesaing resmi pada pemilu 2024. MK sedikit banyak mengabulkan permohonan Almas. Dalam putusannya, Mahkamah Konstitusi menegaskan bahwa Pasal 169 huruf (q) dari UU Pemilu bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang sah, kecuali jika diinterpretasikan sebagai "berusia minimal 40 tahun atau pernah/dalam masa jabatan yang dipilih melalui pemilu, termasuk sebagai kepala daerah." Almas Tsaqibbirru Re A memberikan kepercayaan kepada tim kuasa hukum, yang terdiri dari H. Arif Sahudi, S.H., M.H., Utomo Kurniawa, S.H., Georgius Limart Siahaan, S.H., Dwi Nurdiansyah Santoso, S.H., dan Ilyas Satria Agung, S.H., untuk menangani usulan yang diajukannya. demi dalam siklus pemeriksaan hukum Pasal 169 huruf (q) Peraturan Keputusan Politik di Mahkamah Konstitusi (MK). Rombongan pengacara yang merupakan perseorangan dari Afiliasi Pemandu Sah Equity Care ini beralamat di Jalan alun-alun Utara Nomor 1 Surakarta. Permohonan diajukan melalui surat kuasa tertanggal 2 Agustus 2023, di mana Almas Tsaqibbirru Re A memberikan otoritas kepada tim kuasa hukum yang terdiri dari H. Arif Sahudi, S.H., M.H., Utomo Kurniawa, S.H., Georgius Limart Siahaan, S.H., Dwi Nurdiansyah Santoso, S.H., dan Ilyas Satria Agung, S.H., untuk mengurus kasusnya. Permohonan mereka diterima oleh Mahkamah Konstitusi pada 7 Agustus 2023 setelah diajukan pada 3 Agustus 2023. Kemudian, permohonan tersebut dicatat dalam Buku Pendaftaran Perkara Konstitusi Elektronik pada 15 Agustus 2023 dengan nomor 90/PUU- XXI/2023 dan mengalami revisi pada 12 September 2023. Setelah permohonan Almas Tsaqibbirru didaftarkan, MK mengadakan konsultasi pada tanggal 5 dan 19 September 2023 untuk memeriksa permohonan dan memperbaikinya. Pada tanggal 29 September 2023, Mahkamah Konstitusi mengakui permohonan Almas untuk mencabut perkara tersebut, namun Almas membatalkannya pada tanggal 30 September 2023. Setelah melalui rapat musyawarah hakim, Mahkamah Konstitusi menugaskan kembali majelis hakim untuk memimpin sidang penegasan atas permohonan Almas pada 3 Oktober 2023. Dalam persidangan, Almas dengan tegas menyatakan keinginannya untuk melanjutkan permohonan audit hukum. Atas dasar itu, Mahkamah Konstitusi memutuskan untuk mengabaikan permohonan pencabutan perkara. Mereka akan mempertimbangkan permintaan Almas untuk menguji Pasal 169 huruf (q) dari Peraturan Pemilihan Umum. Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023, terkait dengan Peraturan Pemilu, ditegaskan bahwa peraturan ini adalah komponen krusial dalam sistem hukum publik di Indonesia. Setiap regulasi yang diberlakukan haruslah bersifat utuh dan konsisten, berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila yang merupakan dasar dari seluruh aturan hukum di negara ini sesuai Pasal 2 Perpres Nomor 12 Tahun 2011. Selain itu, UUD 1945 memiliki posisi otoritatif sebagai landasan fundamental pengembangan seluruh peraturan (Pasal 3 (1) PP 12/2011). Peraturan Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penyusunan Pedoman Administrasi (Peraturan Cipta Kerja) menggarisbawahi bahwa cara paling umum untuk membentuk pedoman otoritatif yang sukses harus diarahkan oleh beberapa standar kejelasan arah, landasan atau kerangka kewenangan yang tepat, kewajaran antar jenis, progresif sistem dan materi konten, kapasitas eksekusi, keunggulan dan kelangsungan hidup. Pemanfaatan standar-standar tersebut dalam penyusunan peraturan perundang-undangan ras politik akan menjamin bahwa peraturan ras politik selanjutnya akan sesuai dengan pokok-pokok Pancasila, UUD 1945, dan standar penyelenggaraan pemerintahan yang baik. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 menggarisbawahi peran vital Peraturan Pemilu dalam kerangka hukum publik Indonesia. Setiap peraturan harus konsisten dan menyeluruh, berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar hukum tertinggi di negara ini, merujuk pada Pasal 2 Perpres Nomor 12 Tahun 2011. Sebagai fundamen penting, UUD 1945 memainkan peran otoritatif dalam penyusunan semua regulasi (Pasal 3 (1) PP 12/2011). Kemudian ada peristiwa terkait dengan penetapan jadwal dan persyaratan bagi calon presiden dan wakil presiden di Pemilu 2024, informasi tambahan bisa ditemukan dalam PKPU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Tahapan dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilu. Untuk tahun 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan jadwal tahapan Pemilu Politik 2024 melalui sebuah keputusan bersama.14 Jika memperoleh suara lebih dari 50%, akan ada putaran kedua dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu Serentak ini menguji peran serta partisipasi publik, serta keputusan politik oleh lembaga-lembaga seperti KPU, Bawaslu, dan DKPP. Menariknya, di periode yang hampir bersamaan juga akan dilaksanakan Pilkada Serentak untuk memilih pemimpin di tingkat daerah, termasuk kepala daerah dan pejabat kota, menjadikan tahun ini masa krusial bagi proses demokrasi di Indonesia. Hal ini memunculkan ketidakseimbangan di panggung pemilu antara kedua kandidat, yang mungkin memperbesar tanggung jawab bagi koordinator dalam pengambilan keputusan politik. Walaupun demikian, hingga kini semua tahapan dalam Putusan Pemilu Serentak Tahun 2024 berjalan lancar sesuai rencana. Tahapan yang diikuti meliputi pendataan warga, pengecekan kelompok ideologi, penetapan jumlah kursi dan wilayah konstituen, serta proses seleksi calon anggota DPD, penetapan calon anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD kota/kabupaten Tak hanya Rencana Penetapan Pemilu Tahun 2024, tahapan Pemilu 2024 juga tidak bisa dilepaskan dari penyusunan program dan rencana keuangan serta penyiapan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan pemilu, penyegaran informasi warga dan pengumpulan catatan pemilih, pendaftaran. Tahap selanjutnya melibatkan konfirmasi afiliasi politik anggota, penentuan kebijakan politik, distribusi kursi, dan pembagian wilayah, yang kemudian dilanjutkan dengan pemilihan presiden dan wakil presiden, serta anggota DPR, DPD, dan DPRD di tingkat provinsi dan kota/kabupaten. Tahapan ini meliputi periode kampanye dan masa tenang, pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara, verifikasi hasil, serta pengambilan sumpah jabatan bagi presiden, wakil presiden, dan anggota legislatif pada berbagai tingkat. Tahap selanjutnya yang sudah dimulai adalah tahap pemilihan presiden dan wakil presiden. Kelompok-kelompok ideologis secara efektif membentuk aliansi untuk menunjuk pejabat-pejabat mereka yang memiliki kebiasaan buruk dan pendatang baru. Selain itu, perlombaan politik rencananya akan terjadi pada November 2023 hingga Februari 2024. Misi tersebut ingin lebih terbatas dari sebelumnya, diyakini akan benar-benar ingin menampilkan adu mimpi, pemikiran, dan proyek yang bermanfaat bagi masyarakat. Tahap selanjutnya yang sudah dimulai adalah tahap pemilihan presiden dan wakil presiden. Kelompok-kelompok ideologis secara efektif membentuk aliansi untuk menunjuk pejabat-pejabat mereka yang memiliki kebiasaan buruk dan pendatang baru. Selain itu, perlombaan politik rencananya akan berlangsung pada November 2023 hingga Februari 2024. Misi yang dimaksudkan lebih terbatas dari sebelumnya, diyakini justru ingin menampilkan persaingan mimpi, pemikiran, dan proyek yang bernilai bagi masyarakat. Peraturan Nomor 7 Tahun 2023 ini cenderung menetapkan penetapan capres dan cawapres yang akan datang 15 hari sebelum periode visi dan misi atau biasa yang disebut kampanye.15 Untuk sementara, penetapan calon legislatif diselesaikan 25 hari sebelum periode visi dan misi atau biasa yang disebut kampanye. Berdasarkan PKPU 3/2022, pendaftaran para calon untuk Pemilu 2024 akan dimulai dari tanggal 19 Oktober hingga 25 November 2023, diikuti dengan presentasi rencana dan misi pada tanggal 28 November 2023. Dengan demikian, tahapan pelaksanaan Pemilu 2024 ini diatur dalam PKPU Nomor 3 Tahun 2020 yang mencakup jadwal dan tahapan pemilu secara menyeluruh. Lalu apa yang bisa dikatakan mengenai Putusan Putusan Mahkamah Nomor 90/PUU- XXI/2023, dimana disadari bahwa MK mengesahkan sebagian dari putusan tersebut, hal ini dapat digambarkan sebagai gambaran yang masuk akal akan adanya hubungan yang harmonis antara DPR dan Mahkamah Konstitusi. Hubungan ini mencerminkan upaya bersama yang disepakati kedua lembaga dalam menjaga kualitas regulasi yang tiada tara dan mengakui kesetaraan di Indonesia. DPR sebagai lembaga resmi dipercaya untuk menetapkan peraturan dan pedoman yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan konstitusi. Barang sah ini kemudian diserahkan ke MK untuk melalui proses survei hukum. MK sebagai penjaga konstitusi mempunyai kewenangan untuk memeriksa kesesuaian peraturan dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 menunjukkan besarnya tugas MK dalam menjamin sahnya produk hukum DPR sesuai dengan konstitusi. Hal ini mencerminkan hubungan kerja sama dimana DPR dan MK saling mengandalkan dan memperkuat. DPR membuat peraturan, dan MK menjamin perlindungan peraturan tersebut. Upaya bersama ini merupakan landasan utama keseluruhan undang- undang di Indonesia, yang menjamin keadilan dan kepastian hukum bagi semua individu. Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki peran penting sebagai "negative legislator" sesuai dengan Pasal 57 (2a) UU MK. Dalam kapasitas ini, MK memiliki wewenang untuk membatalkan peraturan yang dianggap bertentangan dengan hukum. Tugas ini dijalankan demi memastikan bahwa semua aturan yang berlaku di Indonesia tetap berlandaskan pada UUD 1945. 16 Meskipun Mahkamah Konstitusi bukanlah lembaga yang berwenang untuk membuat peraturan seperti legislatif, perannya dalam menjaga keselarasan hukum tetap sangat penting. Keterkaitan khas antara kedua lembaga ini memainkan peran krusial dalam mewujudkan tatanan hukum yang adil dan bermartabat di Indonesia. Salah satu gambaran substansial mengenai kiprahnya sebagai โ€•anggota parlemen yang negatifโ€– atau yang biasa disebut "negative legislator" terdapat dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 6/PUU-V/2007. Putusan ini membatalkan beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pelanggar Hukum (KUHP) yang dianggap bertentangan dengan peluang artikulasi dan penilaian yang dijamin UUD 1945. Dengan kemampuan ini, Mahkamah Konstitusi di Indonesia berfungsi sebagai badan unik yang menjamin terlaksananya pengaturan yang dilindungi secara meyakinkan. MK juga menjamin bahwa peraturan dan pedoman yang dibuat oleh badan yang berwenang tidak menyimpang dari landasan yang dilindungi. Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 menjadi pusat perhatian karena terdapat beberapa kejanggalan, salah satunya KPU yang muncul belakangan ini. Hal ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat umum mengenai kredibilitas dan kapasitas KPU dalam menyelenggarakan pemilu yang adil dan berdasarkan popularitas. Mengingat Pasal 8 ayat (1) huruf c Peraturan Nomor 15 Tahun 2011 tentang Koordinator Pemilihan Umum, KPU mempunyai tugas dan kedudukan untuk menyiapkan dan menetapkan aturan khusus pada setiap tahapan pengambilan keputusan Politik. Selain itu, KPU juga mempunyai kewenangan untuk merencanakan pedoman KPU dan putusan KPU sebagai pedoman hukum pelaksanaan, sebagaimana diatur dalam Pasal 119 ayat (1) Peraturan Nomor 15 Tahun 2011. Kontroversi yang dihadapi KPU dikhawatirkan dapat mengganggu kelancaran dan kredibilitas penyelenggaraan Pemilu. Masyarakat pun mulai mempertanyakan kemampuan KPU dalam menjalankan tugas dan kewenangannya dengan penuh integritas dan profesionalisme. Penting bagi KPU untuk segera menyelesaikan berbagai kontroversi yang ada dan memulihkan kepercayaan publik. Keterusterangan dan tanggung jawab menjadi kunci utama untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap KPU. Selain itu, KPU perlu memperkuat koordinasi dan korespondensi dengan berbagai pihak terkait, seperti Bawaslu, kelompok ideologi, dan masyarakat umum. Hal ini penting untuk menjamin pelaksanaan keputusan yang lancar dan efektif. Menyelenggarakan Pemilu yang berkualitas adalah salah satu titik dukungan yang signifikan dalam membangun kekuatan utama bagi KPU. Oleh karena itu, KPU harus menjalankan kewajiban dan kewenangannya dengan penuh tanggung jawab dan keterampilan yang luar biasa untuk mewujudkan pemilu yang adil, jujur, dan bertanggung jawab. Mahkamah Konstitusi (MK) baru saja menegaskan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menjalankan putusan dengan tepat sesuai Putusan MK Nomor 90/PUU- XXI/2023 mengenai pejabat dan calon pejabat yang memiliki rekam jejak kurang baik, tanpa mengubah Pedoman KPU (PKPU) Nomor 19 Tahun 2023. Dalam Putusan MK tersebut, ditegaskan bahwa kegiatan KPU tidak melanggar hukum. Data terkini dari pemeriksaan awal menunjukkan bahwa KPU telah bertindak dengan niat tulus dan mengikuti panduan yang tepat dalam melaksanakan putusan ini. Upaya proaktif KPU juga jelas terlihat dari langkah mereka mengirim surat kepada para ketua kelompok ideologi yang akan berpartisipasi dalam Pemilu 2024 pada 17 Oktober 2023, segera setelah mempertimbangkan Putusan MK. Surat tersebut memuat data mengenai tahapan-tahapan berikut sehubungan dengan putusan MK. Selain itu, KPU juga menunjukkan tanggung jawabnya dengan mengajukan surat tuntutan kuasa hukum kepada DPR pada 23 Oktober 2023. Maksudnya adalah mengkaji penyesuaian terhadap pedoman KPU terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023. Meski KPU sudah berupaya maksimal, namun rapat konferensi dengan DPR ditunda karena DPR sedang menjalani masa reses. Hal ini menunjukkan bahwa KPU telah berupaya untuk kembali ke putusan MK secepat mungkin. Mohon diingat bahwa putusan MK bersifat konklusif dan membatasi, sehingga KPU wajib menyetujuinya. Penegasan kembali konklusivitas putusan Mahkamah Konstitusi ini diyakini akan memberikan kepastian hukum dan soliditas politik dalam penyelenggaraan Pemilu Tahun 2024. Pada Senin, 22 April 2024, Mahkamah Konstitusi membacakan putusannya terhadap Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Presiden (PHPU) Pilpres Tahun 2024. Permulaan sidang pendahuluan persoalan keputusan politik resmi diakhiri dengan pemukulan palu oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Suhartoyo pada pukul 08.59 WIB. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait langkah-langkah yang diambil oleh KPU serta syarat-syarat kandidat presiden dan wakil presiden menjadi dasar krusial dalam Pemilu 2024. Namun, penerapan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) yang bersifat mundur menimbulkan kontroversi. Ini menimbulkan perdebatan sengit tentang prinsip non-retroaktif. Prinsip hukum ini menegaskan bahwa undang-undang berlaku untuk masa depan dan tidak surut ke belakang. Artinya, tindakan seseorang harus dinilai berdasarkan peraturan yang berlaku saat itu (lex temporis delicti). Penggunaan PKPU secara mundur dalam konteks Pemilu 2024 dikhawatirkan melanggar asas non-retroaktif. Sebab, PKPU tersebut mengubah aturan yang sudah ada sebelumnya, sehingga dapat merugikan pihak-pihak yang telah mendaftar dan memenuhi syarat berdasarkan aturan lama. Ketidakpastian hukum yang muncul akibat perubahan aturan ini dapat menghambat proses Pemilu 2024. Di sisi lain, mematuhi Putusan MK juga penting untuk menjaga kredibilitas dan supremasi hukum. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 90/PUU-XXI/2023 mengawali pembahasan mengenai penggunaan Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) sebagai alasan untuk memberikan toleransi terhadap pendaftaran capres dan cawapres . Kontroversi ini bermula dari PKPU Nomor 19 Tahun 2023 yang menetapkan usia minimum untuk pendaftaran sebagai 40 tahun, yang kemudian ditanggapi oleh KPU dengan mengeluarkan Pedoman KPU Nomor 23 Tahun 2023 tentang Koreksi Putusan Politik Umum. Pedoman terbaru ini menambahkan syarat usia minimal pencalonan menjadi 40 tahun atau telah menduduki posisi kepala daerah melalui pemilihan. Perubahan persyaratan ini menimbulkan perdebatan karena dianggap bertentangan dengan ketentuan PKPU Nomor 19 Tahun 2023. Meski demikian, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa pelaksanaan dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 sudah sesuai dengan peraturan dan pedoman yang berlaku. Beberapa poin penting terkait perdebatan dan pelaksanaan putusan tersebut menjadi sorotan dalam konteks ini: Dasar Kontroversi: Penggunaan PKPU sebagai dasar penerimaan pendaftaran bakal pasangan calon, Perbedaan antara PKPU Nomor 19 Tahun 2023 dan Peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2023 Tanggapan Mahkamah Konstitusi : MK menegaskan bahwa penerapan Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan juga Perubahan dalam Peraturan KPU Nomor 23 Tahun 2023 merupakan konsekuensi dari Putusan Mahmakah Konstitusi Implikasi : Putusan MK membuka peluang bagi calon presiden dan wakil presiden yang belum berusia 40 tahun untuk mencalonkan diri jika mereka memenuhi alternatif syarat pencalonan, Kontroversi ini menunjukkan kompleksitas dalam penafsiran dan penerapan peraturan perundang-undangan terkait Pemilu. Mahkamah Konstitusi (MK) mengeluarkan pernyataan kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait beberapa skenario yang berhubungan dengan Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023. Pernyataan ini penting karena ada penjelasan khusus yang mendasari keputusan politik yang ketat. MK menegaskan bahwa meskipun ada putusan dari MKMK Nomor 2/MKMK/L/11/2023, yang menyebutkan adanya pelanggaran moral serius dalam penetapan Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023, hal ini tidak cukup membuktikan adanya nepotisme yang mengarah pada penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden dalam mengubah kriteria pelamar. Selain itu, MK menyatakan bahwa hasil akhir dari Putusan MKMK Nomor 2/MKMK/L/11/2023, yang dicantumkan dalam Putusan MK Nomor 141/PUU-XXI/2023, menunjukkan bahwa MKMK tidak memiliki wewenang untuk membatalkan legitimasi Putusan MK. Dugaan pelanggaran moral oleh DKPP tidak dapat dijadikan dasar oleh MK untuk membatalkan konsekuensi pengesahan dan kepastian terhadap koordinator pemohon yang tidak ditetapkan oleh KPU. ## KESIMPULAN Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) memiliki kekuatan hukum yang signifikan. Pasal 47 dalam Undang-Undang Mahkamah Konstitusi menegaskan bahwa keputusan MK berlaku segera setelah diumumkan dalam sidang terbuka. Ketika MK menguji undang- undang terhadap UUD 1945, hasilnya mengikat semua warga negara, mencerminkan prinsip erga omnes. Keputusan yang bersifat final dan mengikat ini menempatkan MK sebagai pelindung utama konstitusi. Karena konstitusi adalah hukum tertinggi yang harus dipatuhi oleh semua pihak, keputusan MK memastikan konstitusi dihormati dan hak asasi manusia dilindungi. Meskipun keputusan MK tidak dapat diubah dan harus diikuti, sering kali muncul dilema dan kontroversi di lapangan. Contohnya adalah Putusan MK Nomor 90/PUU- XXI/2023 tentang syarat usia minimal bagi calon presiden dan wakil presiden, yang memicu berbagai perdebatan dari segi substansi dan proses pengambilannya. Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuka pendaftaran calon presiden dan wakil presiden pada 19 Oktober 2023 sesuai dengan PKPU Nomor 19 Tahun 2023, yang menetapkan usia minimal 40 tahun. Namun, pada 3 November 2023, aturan ini direvisi melalui PKPU Nomor 23 Tahun 2023, setelah proses pendaftaran sudah berjalan. Penerapan retroaktif ini mendapat kritikan tajam karena dianggap melanggar prinsip non-retroaktif, yaitu peraturan tidak boleh berlaku surut. Situasi ini menimbulkan pertanyaan mengenai keabsahan pendaftaran calon, serta bagaimana putusan final MK dapat disesuaikan dengan peraturan yang dibuat oleh KPU. Meski KPU selalu patuh pada jadwal pemilu yang ketat, keputusannya untuk mengubah persyaratan calon presiden dan wakil presiden berdasarkan Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023 dapat dimengerti. Namun, sorotan muncul ketika terdapat pelanggaran etik dalam proses putusan tersebut berdasarkan Putusan MKMK Nomor 2/MKMK/L/11/2023. Putusan MKMK ini tidak otomatis membatalkan keputusan MK tersebut, dan MK tidak memiliki kewenangan untuk membatalkan putusan MKMK. Dugaan nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden menambah kompleksitas, tetapi MK tidak menemukan bukti kuat untuk mendukung tuduhan tersebut. Akhirnya, MK memutuskan untuk tetap memberlakukan Putusan Nomor 90/PUU-XXI/2023 dengan alasan kesesuaian dengan hukum yang berlaku, mempertimbangkan keterbatasan waktu dan pentingnya penyelenggaraan pemilu yang demokratis. Putusan MK diharapkan mendorong akuntabilitas dan transparansi dalam prosedur pendaftaran dan verifikasi calon presiden dan wakil presiden. Untuk mencapai akuntabilitas dan transparansi dalam pemilu, diperlukan langkah-langkah strategis seperti sinergi dan koordinasi intens antara KPU, DPR, dan pemerintah, peningkatan keterbukaan informasi kepada publik, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, partisipasi aktif dari masyarakat sipil, serta penegakan hukum yang ketat terhadap pelanggaran pemilu. Upaya- upaya ini diharapkan dapat menjadikan putusan MK sebagai dasar yang kuat untuk menciptakan pemilu yang lebih terbuka, akuntabel, dan demokratis. Kekuatan hukum MK, dedikasinya dalam menjaga konstitusi, serta komitmennya terhadap akuntabilitas dan transparansi pemilu, menempatkan MK sebagai institusi penting dalam demokrasi Indonesia. Dengan terus memperkuat perannya dan menumbuhkan kepercayaan publik, MK dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang adil, makmur, dan sejahtera. ## REFERENSI A. Mukthie Fadjar, Hukum Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi , Jakarta, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan MK RI, 2006 Bambang Sutiyoso . "Pembentukan Mahkamah Konstitusi Sebagai Pelaku Kekuasaan Kehakiman di Indonesia." Jurnal Konstitusi Volume 7. Nomor 6, 2010. Daniel S. Lev, Hukum dan Politik di Indonesia , Jakarta: LP3ES, 1990. Huda, Niโ€Ÿmatul. โ€œPutusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 dan Pelanggaran Kode Etik Hakim Konstitusi.โ€ Dalam Wajah Hukum dan Demokrasi di Indonesia. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, 2023. Mantry Sonny, M. A. hakim, et al. Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Optik Politik Hukum . CV Nuswantara, 2021 Muhadam Labolo dan Teguh Ilham, Partai Politik dan Sitem Pemilihan Umum di Indonesia , Rajawali Pers, Jakarta, 2017 Parluhutan Daulay, Ikhsan Rosyada. Mahkamah Konstitusi Memahami Keberadaannya dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia . Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Radita Ajie . "Batasan Kebijakan Pembentuk Undang - Undang (Open Legal Policy) dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan berdasarkan Tafsir Putusan Mahkamah Konstitusi." Jurnal Legislasi Indonesia 13, no. 2 (2016) Rio Subandri. "Tinjauan Yuridis Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 90/PUU-XXI/2023 Tentang Persyaratan Batas Usia Pencalonan Presiden Dan Wakil Presiden." Jaksa: Jurnal Kajian Ilmu Hukum dan Politik Volume 2. Nomo 1, 2024 Samsudin, Muhammad Iqbal. โ€œA Comparison of Judicial Review in Indonesian Constitutional Court and French Constitutional Council.โ€ Indonesian Comparative Law Review 5, no. 2 (2022). Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI. Hukum Acara Mahkamah Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, 2010. โ€”โ€”โ€”. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (2017). โ€”โ€”โ€”. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (2003) .
c9aa1b5e-00e5-48d4-8ef1-d054119ac004
https://ejournals.umn.ac.id/index.php/Akun/article/download/2628/1271
PENGARUH DANA ZAKAT DAN ISLAMIC CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIโ€™AH (PADA BANK DEVISA SYARIAH BERDASARKAN ISR INDEX) Eko Setiawan 1 Fakultas Ekonomi Universitas Lampung [email protected] Yuliansyah 2 Fakultas Ekonomi Universitas Lampung [email protected] Rindu Rika Gamayuni 3 ## Fakultas Ekonomi Universitas Lampung [email protected] ## Diterima 25 Mei 2022 Disetujui 24 Juni 2022 Abstract - This study discusses banking that is engaged in services, therefore public trust is very important for smooth business, Islamic banking needs to be supported by good bank performance because if financial performance in this study is proxied by ROA and ROE which are reported to be good, it will add information for potential investors so that potential investors will invest their funds. The purpose of this study was to determine the effect of zakat funds and Islamic Corporate Social Responsibility on financial performance in Islamic foreign exchange banks. This study uses Islamic Foreign Exchange Banks as the research sample. The data used is the annual financial report of the Islamic Foreign Exchange Bank for the period 2011-2018 which was obtained from the official website of each bank. The sample used is 32 financial statements. The sampling technique uses a saturated sampling technique, namely the determination of the sample when all members of the population are used as samples. The hypothesis test carried out was the T test using spss v 20. The results showed that the data were normally distributed. The results of the coefficient of determination test showed that statistically the independent variables namely zakat and ICSR were able to explain the dependent variable ROA of 8.60% while the remaining 91.40% explained by other variables that were not included in this study while the ROE of 9.30% the remaining 90.70% was explained by other variables that were not included in this study. The results of the t-test of zakat funds and Islamic Corporate Social Responsibility have no effect on the financial performance of Islamic Foreign Exchange Banks. Keywords: i Zakat i Funds; Islamic i Corporate i Social i Responsibility i (ICSR); i Return i On i Assets i (ROA); i Return i On i Equity i (ROE) ## 1. PENDAHULUAN ## 1.1 Latar Belakang Dalam i pasal i 1 i angka i 1 i Undang-Undang i No. i 21 i Tahun i 2008, i tentang i โ€œperbankan i syariah i menjelaskan i Perbankan i syariah i adalah i segala i sesuatu i yang i menyangkut i tentang i bank i syariah i dan i Unit i Usaha i Syariah, i mencakup i kelembagaan, i kegiatan i usaha, i serta i cara i dan i proses i dalam i melaksanakan i kegiatan i usahanya i hal i itu i berarti i perbankan i syariah i terdiri i dari i Bank i Umum i Syariah i (BUS), i Unit i Usaha i Syariah i (UUS) i dan i Bank i Pembiayaan i Rakyat i Syariah i (BPRS)โ€ i ( Undang-Undang i Perbankan i Syariah , i 2009). i Perbankan i syariah i ialah i โ€œperbankan i yang i dimana i bentuk i operasionalnya i mengikuti i aturan i syariah i yaitu i sesuai i dengan i hukum i ekonomi i Islam, i perbankan i syariโ€™ah i harusnya i memberikan i perbedaan i dengan i perbankan i konvensional i yaitu i dengan i membayar i zakatโ€. i Zakat i adalah i โ€œbagian i dari i konsep i CSR i yang i akan i memberikan i panduan i pada i perbankan i untuk i memperhatikan i kepentingan i sosial i disamping i kepentingan i perbankan i itu i sendiriโ€. i jika i menejemen i zakat i dilakukan i dengan i baik, i transparan, i dan i bertanggung i jawab, i maka i banyak i persoalan i sosial i dan i ekonomi i masyarakat i dapat i terpecahkan. i Salah satu cara untuk mengembangkan perusahaan adalah dengan menjadikan kedermawanan perusahaan atau Corporate Social Responsibility sebagai jantung strategi. Corporate Social Resposibility merupakan tanggung jawab perusahaan dalam peran serta terhadap lingkungan dan masyarakat. CSR dan Zakat memberikan kesimpulan bahwa selain mengalokasikan dana sosial, bank syariah pun mengalokasikan dananya untuk zakat perusahaan atau zakat Corporate sebagai wujud kewajiban badan hukum. Program i Corporate i Social i Responsibility i sangat i bermanfaat i jangka i panjang, i yang i dimaksud i adalah i program-program i yang i memiliki i dampak i positif, i untuk i kemajuan i masyarakat i dan i relasi i antara i masyarakat i dengan i perusahaan i dalam i jangka i waktu i yang i panjang, i bahkan i jika i memungkinkan i dapat i menciptaan i sebuah i hubungan i psikologis i seumur i hidup. i Sehingga, i dengan i terjalinnya i hubungan i antara i masyarakat i dengan i perbankan i hal i itu i akan i membuat i masyarat i lebih i mengenal i dan i menggunakan i jasa i atau i produk i perbankan i tersebut. i Terdapat banyak indikator yang dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan antara lain Cash flow atau aliran dana per transaksi, profitabilitas, likuiditas, struktur keuangan dan investasi atau rasio keuangan. Rasio profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan dalam periode akuntansi. Laba merupakan gambaran mengenai kinerja yang diperoleh dari proses transaksi umum yang dilakukan perusahaan selama periode tertentu. Laba dijadikan indikator bagi para stakeholder untuk menilai sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan. Tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dapat dilihat dan diukur dengan cara menganalisa laporan keuangan melalui rasio Profitabilitas (Rika Amelia Septian, 2012). Profitabilitas digunakan sebagai alat untuk mengukur kinerja keuangan yang di proxi kan menggunakan ROA dan ROE. Berikut merupakan gambaran mengenai pertumbuhan rasio ROA dan ROE Bank Umum Syariah di Indonesia. ## Tabel 1 Return On Asset dan Return On Equity BUS tahun 2014-2018 Ket 2014 2015 2016 2017 2018 ROA 0,41 0,49 0,63 0,63 1,28 ROE 19.585 23.409 27.153 31.108 36.764 Sumber: statistik perbankan syariah OJK Selain i kinerja i keuangan i Bank i Umum i Syariah, i terdapat i hal i lain i yang i harus i diperhatikan i adalah i kinerja i sosial i Bank i Umum i Syariah. i Antara i lain i kinerja i sosial i yang i dilaksanakan i oleh i Bank i Umum i Syariah i adalah i program i tanggung i jawab i sosial i perusahaan i atau i Corporate i Social i Responsibility i (CSR). i Terlaksananya i program i CSR i ini i didasari i oleh i beberapa i peraturan i pemerintah i antara i lain: i UU. i No.47 i tahun i 2012 i tentang i โ€œPerseroan i Terbatasโ€. i Beberapa i instrumen i yang i digunakan i dalam i program i CSR i yaitu i zakat. i Sesuai i dengan i pengertian i zakat i yaitu i โ€œsejumlah i harta i tertentu i yang i diwajibkan i oleh i Allah i diserahkan i kepada i orang-orang i yang i berhak i disamping i berarti i mengeluarkan i jumlah i tertentu i itu i sendiriโ€. Zakat i dan i Corporate i Social i Responsibility i diharapkan i mampu i meningkatkan i โ€œ image i perusahaan i karena i perusahaan i dapat i memberikan i infomasi i mengenai i kinerja i keuangan, i sehingga i transaksi i bisnis i perusahaan i dapat i mangalami i peningkatan. i Zakat i dapat i dijadikan i pendorong i untuk i mendapatkan i laba. i Para i investor i berinvestasi i untuk i memperoleh i return i yang i tinggi, i dikarenakan i informasi i mengenai i kinerja i keuangan i ini i diperlukan i untuk i mendapatkan i informasi i yang i akurat. i Perusahaan i yang i kinerjanya i rendah i tentu i tidak i dapat i menarik i minat i para i investor, i tidak i menutup i kemungkinan i bagi i para i investor i yang i telah i memberikan i modalnya i akan i menarik i kembali i modalnya. i Begitu i juga i sebaliknya, i apabila i dalam i perusahaan i mempunyai i kinerja i yang i bagus i maka i investor i akan i tertarik i untuk i menanamkan i modalnya. Namun i realita i data i dana i zakat i yang i diambil i dari i laporan i tahunan i masing-masing i Bank i Devisa i Syariah i ditemukan i kesenjangan i yang i tidak i sesuai i dengan i teori i diatas. Tabel i 2 i Kesenjangan i Zakat i dengan i ROA Bank i Syariah Tahun i Laporan Zakat ROA Muamalat. 2012 i โ€“ i 2013. Rp. 10.535.000.000 โ€“ Rp. 18.509.000.000 1.54% i - 1.37% 2014 i โ€“ i 2015. Rp. 22.723.300.000 โ€“ Rp. 12.533.076.000 0.17% - 0.20% BSM. 2014 i โ€“ i 2015. Rp. 50.794.078.580 โ€“ Rp. 31.284.753.079 0.17% i - 0.56% Sumber: data diolah (Annual Report) Dalam i riset i Rika i Febi i Ramadhani i dan i Nurani i Arradini i dkk, i โ€œtingkat i dana i zakat i berpengaruh i signifikan i terhadap i kinerja i CSR i yang i diproxykan i dengan i Return i On i Asset i (ROA) i pada i Bank i Umum i Syariโ€™ah i di i Indonesia i Berdasarkan i ISR i Indexโ€, menyatakan bahwa Zakat berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan yang di proxikan dengan ROA pada bank umum syariah di Indonesia; pengungkapan ICSR dalam laporan keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap reputasi perusahaan dan ROE, pengungkapan ICSR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Pada i riset i lain i Bahrul i Ilmi i Muhammad i juga i mengungkapkan i โ€œTingkat i pengungkapan i Corporate i Social i Responsibility i (CSR) i di i laporan i tahunan i perusahaan i yang i diukur i dari i Corporate i Social i Disclosure i Index i (CSDI) i dan i zakat i perusahaan i secara i simultan i berpengaruh i positif i dan i signifikan i namun secara parsial zakat tidak berpengaruh terhadap ROE. Sedangkan i pada i riset i lain, i Kadek i Rosiliana, i dkk i memberikan i hasil i bahwa: i Corporate i social i responsibility i berpengaruh i negatif, i akan i tetapi i tidak i signifikan i terhadap i ROE i ( Return i On i Equity ); corporate i social i responsibility i berpengaruh i positif i dan i signifikan i terhadap i ROA i ( Return i On i Asset ); i dan i corporate i social i responsibility i berpengaruh i positif i dan i signifikan i terhadap i ROS i ( Return i On i Sales ). i Hasil i penelitian i kadek, i dkk i berbanding i terbalik i dengan i hasil i penelitian i Bahrul i Ilmi i Muhammad i yang i menyatakan i ROE i berpengaruh i positif. i Syurmita, Miranda Junisar Fircarina, 2020 tentang โ€œPengaruh Zakat, Islamic Corporate Social Responsibility dan Penerapan Good Governance Bisnis Syariah terhadap Reputasi dan Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesiaโ€ menjelaskan bahwa bahwa zakat berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja perusahaan, namun tidak berpengaruh signifikan terhadap reputasi perusahaan. Islamic Corporate Social Responsibility (ICSR) berpengaruh positif signifikan terhadap reputasi dan kinerja perusahaan, namun pengaruh Good Governance Bisnis Syariah (GGBS) terhadap reputasi dan kinerja perusahaan tidak ditemukan dalam penelitian ini. Riset yang di lakukan oleh Yolanda Septian, dkk, 2022 โ€œZakat, Islamic Corporate Social Responsibility Dan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Indonesiaโ€ Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah zakat berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah. Dan Islamic Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah dikarenakan semakin besar nilai pengungkapan ICSR dalam suatu Bank Umum Syariah tidak membuat kinerja keuangan Bank Umum Syariah menjadi baik ataupun buruk dan begitu juga sebaliknya Dari i hasil i penelitian i lain, i penulis i terdorong i untuk i membuat i penelitian i pada i bank i syariโ€™ah i devisa i di i Indonesia, i karena i bank i syariah i devisa i dari i sisi i aset, i modal, i SDM i dan i kegiatan i operasional i lebih i unggul i dari i pada i bank i umum i syariah i non i devisa. i Sehingga, i seharusnya i kinerja i keuangannya i sudah i serasi i dengan i item-item i penilaian i yang i ada i pada i โ€œ Islamic i Corporate i Social i Responsibility i berdasarkan i ISR i Indexโ€. Oleh karena itu, peneliti ingin memberikan pandangan kepada investor akan bagaimana menilai prospek jangka panjang i pada i bank i syariโ€™ah i devisa setelah diungkapkannya dana zakat dan โ€œ Islamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€. Selain itu penelitian ini mereplikasikan dari penelitian yolanda septian, dkk. Perbedaan penelitian terletak pada proksi kinerja keuangan yang hanya menggunakan ROE sedangkan penelitian ini menggunakan ROA dan ROE, perbedaan ke dua terletak pada tahun penelitian yaitu tahun 2016-2019 dalam penelitian ini menggunakan tahun 2011-2018 dengan sampel hanya 4 bank syariah yaitu Bank i Muammalat i Indonesia, i Bank i Syariโ€™ah i Mandiri, i Bank i Mega i Syariโ€™ah, i dan i Bank i Negara i Indonesia i Syariโ€™ah. ## 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh dana zakat terhadap kinerja keuangan Pada Bank Devisa Syariah? 2. Adakah pengaruh Islamic Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan pada Bank Devisa Syariah? ## 1.3 Telaah Literatur dan Hipotesis 1.3.1 Agency i Theory Menurut i (Jensen i & i Meckling, i 1976), i teori i keagenan i adalah i gambaran i suatu i hubungan i kontrak i antara i โ€œprincipal i dengan i agentโ€. i Dimana i dalam i mengemukakan i wewenang i tanggung i jawab, i โ€œ principalโ€ i diwakili i dengan i pemilik i perusahaan i sedangkan i โ€œagentโ€ i diwakili i dengan i manajemen i perusahaan. i Principal i sendiri i yaitu i pihak i pemberi i tanggung i jawab i kepada i manajemen. i Agent i sendiri i adalah i pihak i pelaksana i dari i tanggung i jawab i yang i diberikan i oleh i pemilik i perusahaan. i Seiring i berjalannya i waktu i dalam i dunia i bisnis, i demi i meningkatkan i nilai i suatu i entitas, i tidak i terhindar i dari i adanya i perbedaan i pendapat i dan i akhirnya i menimbulkan i konflik i antar i pihak i yang i bersangkutan i (Hill i & i Jones, i 1992). i Di i satu i sisi i pemilik i perusahaan i mempunyai i tujuan i bersama i untuk i kesejahteraan i para i investor. i Berbanding i terbalik i dengan i โ€œagentโ€ i atau i manajer i dimana i tujuannya i berfokus i pada i kepentingan i pribadi i diluar i dari i wewenang i yang i diberikan i oleh i principal i (Ayu i & i Emrinaldi, i 2017). i Adanya i perbedaan i pendapat i dan i tujuan i dari i kedua i pihak i atau i lebih i dapat, i memberikan i efek i yang i kurang i baik i bagi i keberlangsungan i operasional i suatu i entitas, i sehingga i teori i keagenan i digunakan i dalam i penelitian i guna i memberikan i keseimbangan i tujuan i dalam i pelaksanaan i kegiatan i bisnis i antara i pemilik i perusahaan i dengan i manajemen. 1.3.2 Theory i Signaling Berbanding i terbalik i dengan i โ€œagentโ€ i atau i manajer i dimana i memiliki i tujuan i berfokus i pada i kepentingan i pribadi i diluar i dari i wewenang i yang i diberikan i oleh i โ€œprinsipalโ€ i (Ayu i & i Emrinaldi, i 2017). i Teori i Sinyal i merupakan i tanda i yang i diberikan i suatu i entitas i yang i ditujukan i kepada i investor i untuk i petunjuk i dari i kinerja i suatu i entitas. i Kondisi i dimana i adanya i sinyal i yang i diberikan i oleh i suatu i entitas i guna i kepentingan i investornya i (Spence, i 1973). i Dalam i artian i lainnya, i sinyal i itu i sendiri i menjadi i petunjuk i untuk i investor i guna i pertimbangan i investasinya. i Dengan i pengertian i lain, i sinyal i tersebut i menjadi i petunjuk i dari i suatu i entitas i kepada i investor i untuk i mendapatkan i gambaran i mengenai i bagaimana i prospek i keberlangsungan i perusahaan i untuk i ke i depannya i ditinjau i dari i informasi i yang i diberikan. i Informasi i yang i diberikan i oleh i suatu i perusahaan i sudah i semestinya i tertera i lengkap i serta i akurat i untuk i memenuhi i kebutuhan i calon i investornya, i andaikan i petunjuk i yang i diberikan i oleh i suatu i entitas i dinilai i baik i dan i menjanjikan, i maka i investor i tidak i akan i ragu i dalam i berinvestasi i dengan i perusahaan i tersebut. i Teori i sinyal i pun i sangat i memberikan i dampak i yang i besar i dimata i pelaku i pasar, i jika i informasi i yang i diberikan i bernilai i baik, i maka i nilai i perusahaan i berarti i dalam i keadaan i yang i baik. 1.3.3 Dana i Zakat i Terhadap i Kinerja i Keuangan i pada i Bank i Devisa i Syariโ€™ah 1.3.3.1 Dana Zakat Terhadap ROA Bank Devisa Syariโ€™ah Zakat i artinya i sejumlah i harta i tertentu i yang i diwajibkan i allah i diserahkan i kepada i orang i yang i berhak i menerimanya, i berarti i mengeluarkan i jumlah i tertentu i itu i sendiri. i Zakat i memberikan i pengaruh i yang i positif i terhadap i kinerja i perusahaan, i Hal i ini i sesuai i dengan i riset i yang i di i lakukan i oleh i Rhamadhani i Rika i Febby, i hasil i penelitian i mengatakan i โ€œterdapat i pengaruh i signifikan i antara i zakat i terhadap i kinerja i perusahaan i dimana i kinerja i keuangan i di i proxy i kan i dengan i ROA i pada i bank i umum i syariah i di i Indonesiaโ€. H 1 i = i Zakat i berpengaruh i terhadap i ROA i Bank i Devisa i Syariโ€™ah 1.3.3.2 Dana Zakat Terhadap ROE Bank Devisa Syariโ€™ah Zakat i adalah i bentuk i jaminan i pemerintahan i islam i atas i nasib i orang i miskin, i artinya i hak i orang i miskin i yang i menempel i pada i orang i kaya. i Dana i zakat i memiliki i pengaruh i terhadap i ROE i perbankan i syariโ€™ah, i sesuai i dengan i hasil i penelitian i Sidik i Ikhwan i dan i Reskino i yang i mengatakan i bahwa i โ€œzakat i memiliki i pengaruh i yang i positif i dan i signifikan i terhadap i kinerja i perusahaan i yang i dimana i kinerja i diproxykan i menggunakan i โ€œReturn i On i Equityโ€ i (ROE)โ€. H 2 i = i Zakat i berpengaruh i terhadap i ROE i Bank i Devisa i Syariโ€™ah 1.3.4 โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i (ICSR) i terhadap i Kinerja i Keuangan i Bank i Devisa i Syariโ€™ah 1.3.4.1 โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i terhadap i ROA i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i (ICSR) i adalah i sebuah i konsep i CSR i yang i menekankan i pada i pendekatan i kerohanian i sebagai i dasar i dari i kewajiban i perusahaan i untuk i memiliki i tanggung i jawab i sosial i kepada i lingkungan i sekitarnya, i baik i lingkungan i alam i maupun i masyarakat. i โ€œ Islamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i memiliki i pengaruh i positif i terhadap i ROA i dan i ROE, i riset i ini i sesuai i dengan i penelitian i yang i dilakukan i oleh i Arifin i Johan i dan i Wardani i Eke i Ayu, i yang i membuktikan i bahwa i aktivitas i pengungkapan i โ€œ Islamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i dalam i laporan i keuangan i berpengaruh i positif i signifikan i terhadap i kinerja i keuangan i yang i di i proxikan i dengan i ROE, i sementara i pengungkapan i โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i tidak i berpengaruh i secara i signifikan i terhadap i ROA. H 3 i = i โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i berpengaruh i terhadap i ROA i Bank i Devisa i Syariah. 1.3.4.2 โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i terhadap i ROE i Bank i Devisa i Syariโ€™ah Dana i zakat i dan i ICSR i berpengaruh i terhadap i kinerja i perbankan i syariโ€™ah, i hal i ini i sesuai i dengan i hasil i riset i Rosiliana i Kadek, i Yuniarta i Gede i Adi, i dan i Darmawan i Nyoman i Ari i Surya i yang i membuktikan i bahwa i tanggungjawab i sosial i atau i โ€œ Corporate i Social i Responsibilityโ€ i berpengaruh i terhadap i Return i On i Equity i (ROE) i namun i tidak i signifikan. H 4 i = i โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i berpengaruh i terhadap i ROE i i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. ## 1.3.5 Model Penelitian ## Gambar 1. Model Penelitian ## 2. METODOLOGI DAN ANALISIS DATA ## 2.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian secara kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, data penelitian berupa angka-angka, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sifat penelitian ini adalah asosiatif . metode asosiatif yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya serta menguji dan menggunakan kebenaran suatu masalah atau pengetahuan. ## 2.2 Teknik i Pengambilan i Sampel Populasi i dalam i riset i ini i yaitu i seluruh i Bank i Devisa i Syariโ€™ah i yang i ada i di i Indonesia. i Antara i lain i laporan i keuangan i tahunan i Bank i Devisa i Syariah i periode i 2011-2018. i Kemudian, i dari i seluruh i populasi i diambilah i sampel i untuk i memudahkan i riset i ini. i Pengambilan i sampel i dalam i riset i ini i menggunakan i teknik i โ€œ Sampling i Jenuhโ€ i dimana i teknik i tersebut i yaitu i teknik Al-Qurโ€™an ., Agency Theory ., Signaling Theory ., Zakat (X1) . ICSR . (X2) Kinerja Keuangan , (Y1, Y2) , i penentuan i sampel i bila i semua i anggota i populasi i digunakan i sebagai i sampel. i Adapun i sampel i dalam i riset i ini i antara i lain, i bank i yang i termasuk i kedalam i Bank i Devisa i Syariโ€™ah; i โ€œBank i Muammalat i Indonesia, i Bank i Syariโ€™ah i Mandiri, i Bank i Mega i Syariโ€™ah, i dan i Bank i Negara i Indonesia i Syariโ€™ahโ€. ## 2.3 Penelitian ## 2.3.1 Variabel Dependen Variabel i yang i dipengaruhi i dalam i riset i ini i yaitu: i Kinerja i keuangan i perbankan i syariโ€™ah. i Kinerja i keuangan i perbankan i syariโ€™ah i merupakan i tolak i ukur i keberhasilan i suatu i perbankan i setelah i mengeluarkan i dana i zakat i melalui i โ€œIslamic i corporate i social i responsibilityโ€ . i Pada i riset i ini i kinerja i keuangan i perbankan i syariโ€™ah i diproxykan i dalam i bentuk i pencapaian i ROA i ( โ€œReturn i On i Assetโ€ ) i dan i ROE i ( โ€œReturn i On i Equityโ€ ). Adapun i rumus i dari i ROA i sebagai i berikut: Adapun i rumus i ROE i sebagai i berikut: . ## 2.3.2 Variabel Independen 1. Zakat Asset i wajib i zakat i yaitu i akuntansi i zakat, i merupakan i piutang i bersih i yang i dapat i diharapkan i pengembaliannya. i Dimana i aktiva i lancar i harus i dikurangi i dengan i kewajiban i lancar i atau i hutang i lancar. i Menghitung i zakat i sesuai i dengan i ketentuan i yang i telah i berlaku i sesuai i dengan i prinsip i akuntansi i PSAK i (โ€œPernyataan i Standar i Akuntansi i Keuanganโ€) i nomor i 109 i tentang i โ€œakuntansi i zakat i dan i infaq/sedekahโ€ i yang i disahkan i pada i bulan i mei i 2008 i oleh i Dewan i Standar i Akuntansi i Indonesia. . 2. โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibility i i Islamicโ€ โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i merupakan i โ€œCorporate i Social i Responsibilityโ€ i yang i merujuk i kepada i praktik i bisnis i yang i tanggungjawab i etis i secara i islami, i perusahaan i memberikan i norma-norma i agama i islam i yang i ditandai i adanya i komitmen i ketulusan i dalam i menjaga i kontrak i sosial i di i dalam i praktik i bisnisnya. i Riset i ini, i data i yang i penulis i pakai i pada i variabel i โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i adalah i hasil i pengungkapan i CSR i masing-masing i bank i yang i diungkapkan i ISR i indeks. Penghitungan i menggunakan i ISR i Index i yang i digunakan i penulis i karena i perbankan i yang i diteliti i yaitu i Bank i Devisa i Syariโ€™ah, i sehingga i pengukuran i menggunakan i ISR i Index i dipercaya i sesuai i dengan i perspektif i islam. i Index i ISR i yaitu, i item-item i pengungkapan i yang i digunakan i sebagai i indikator i dalam i pelaporan i kinerja i Sosial i atau i Institusi i Bisnis i Syariโ€™ah. Untuk i menentukan i index i ISR i antara i lain, i dengan i konten i analisis i pada i laporan i tahunan i perusahaan i dengan i memberikan i tanda i checklist i pada i setiap i item i yang i mengungkapkan ROA = x 100% Laba Setelah Pajak X 2,5% i tanggung i jawab i socialnya. i Jika i terdapat i salah i satu i item i yang i diungkapkan i maka i akan i mendapat i skor i โ€œ1โ€, i dan i jika i tidak, i maka i mendapatakan i skor i โ€œ0โ€. Rumus i dari i ICSR: . ## 2.4 Teknik Pengumpulan Data Data yang dipakai dalam penelitian adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber publikasi pihak lain yaitu berupa laporan keuangan bank devisa syariโ€™ah (Bank Muammalat, Bank Mandiri Syariโ€™ah, Bank Mega Syariโ€™ah Dan Bank Negara Indonesia Syariโ€™ah) melalui situs website resmi Bank Indonesia ( https://www.bi.go.id ), dan juga laporan Annual Report yang didapatkan dari website resmi masing-masing Bank. ## 2.5 Teknik Analisis Data Riset i ini i menggunakan i metode i regresi i linear i berganda, i dimana i dalam i pengolahan i data i menggunakan i aplikasi i IBM i SPSS. i Peneliti i memilih i pengujian i yang i akan i diuji i berupa i analisa i statistika i deskriptif. i Selanjutnya, i pengujian i dari i asumsi i klasik i antara i lain: i uji i normalitas i yang i menggunakan i โ€œOne i Sample i Kolmogorov-Smirnovโ€ i dimana i jika i besaran i โ€œasymp i sig i 2-tailedโ€ i melebihi i 0.05 i maka, i data i terbukti i terdistribusi i dengan i normal, i uji i multikolinearitas i dilihat i dari i nilai i โ€œtoleranceโ€ i serta i VIF. i Dimana i standar i dalam i besar i dari i 0.05 i maka i data i terbukti i terdistribusi i normal, i uji i multikolinearitas i dilihat i dari i nilai i โ€œtoleranceโ€ i dan i VIF. i Dimana i standar i dalam i nilai i โ€œtoleranceโ€ i adalah i melebihi i 0.10 i serta i besaran i nilai i VIF i sendiri i tidak i lebih i besar i dari i 10, i uji i heteroskedastisitas i melihat i pada i grafik i โ€œScatterplotโ€ i dimana i nilai i variance i (ZPRED) i dengan i nilai i residual i (SRESID), i uji i autokorelasi i menggunakan i uji i โ€œDurbin i Watsonโ€ i dengan i cara i membandingkan i nilai i pada i dU i serta i dL i yang i tercantum i pada i tabel i DW i dan i besaran i nilai i tersebut i didasarkan i dari i banyaknya i sampel i serta i variabel i independen i yang i digunakan i dalam i model i ini, i serta i uji i hipotesis i seperti i uji i โ€œkoefisien i determinasiโ€ i yang i melihat i semakin i besar i nilai i pada i R2 i maka, i variabel i independen i mampu i menjelaskan i variabel i dependen, i Uji i Statistik i F i yang i dilihat i dari i nilai i โ€œsignifikansiโ€ i 0.05, i apakah i variabel i independen i memiliki i pengaruh i secara i bersamaan i dan i uji i t i dilihat i dari i signifikansi i 0.05, i apakah i variabel i independen i secara i individu i mempengaruhi i variabel i dependen. ## 3. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI ## 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah industri perbankan yaitu bank devisa syariah. Pada saat ini, perbankan syariah di indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat dimana bank-bank syariah sudah banyak tersebar di hampir seluruh penjuru Indonesia. Sampel penelitian ini adalah Bank Muamalat, Bank Syariah Mandiri, Bank BNI Syariah Dan Bank Mega Syariah dengan menggunakan laporan keuanganan ( Annual Report ) Bank Devisa Syariah dari periode 2011-2018. Berikut nama-nama perbankan syariah yang menjadi objek penelitian ini: ## Tabel 3. Objek Penelitian No. Nama Bank Devisa Annual Report 1 Bank Muamalat Indonesia 2011-2018 2 Bank Syariah Mandiri 2011-2018 3 Bank BNI syariah 2011-2018 4 Bank Mega Syariah 2011-2018 Sumber: Bank Indonesia, ## 3.2 Statistik Deskriptif Hasil statistik deskriptif ke-empat variabel dalam penelitian ini menunjukkan hasil seperti pada Tabel 4 berikut ini: Tabel 4. Hasil Statistik Deksriptif N Mean Std. i Deviation Minimum Maximum Zakat 32 13874275725.7188 11856696033,96700 392800.00 50794078580.00 ICSR 32 0.6420 0.14977 0.27 0.90 ROA 32 1.1922 0.84570 0.08 3.81 ROE 32 13.6500 15.10832 0.87 64.84 ## Sumber: Output SPSS yang diolah Statistik deskriptif pada Tabel 4 menunjukkan variabel ROA dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus laba setelah pajak dibagi total aset dikali 100%. Nilai rata-rata ( mean ) sebesar 1,1922 dan nilai standar deviasi atau simpangan baku adalah sebesar 0,84570 lebih kecil dari nilai mean yang berarti bahwa tingkat sebaran ROA memiliki variasi yang kecil atau bisa dikatakan data tersebut homo. Variabel ROE dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus laba setelah pajak dibagi modal sendiri dikali 100%. Nilai rata- rata ( mean ) sebesar 13,6500 dan nilai standar deviasi atau simpangan baku adalah sebesar 15,10832 lebih besar dari nilai mean yang berarti bahwa tingkat sebaran ROE memiliki variasi yang besar atau bisa dikatakan data tersebut hetero. Variabel Dana zakat dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan laba bersih setelah pajak dikali 2,5%. Memiliki nilai rata-rata 13874275725,7188 dan standar deviasi atau simpangan baku adalah sebesar 11856696033,96700 lebih kecil dari nilai mean yang berarti bahwa tingkat sebaran zakat memiliki variasi yang kecil atau bisa dikatakan data tersebut homo. Variabel ICSR dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan indeks ISR dengan total item pengungkapan sebanyak 48 item. Memiliki nilai rata-rata 0,6420 dan standar deviasi atau simpangan baku adalah sebesar 0,14977 lebih kecil dari nilai mean yang berarti bahwa tingkat sebaran ICSR memiliki variasi yang kecil atau bisa dikatakan data tersebut homo. ## 3.3 Uji Asumsi Klasik 3.3.1 Uji Normalitas Tabel 5. Hasil Uji Normalitas i Kolmogorov-Smirnov ROA ROE N 31 31 Asymp.sig ,176 ,055 Sumber: Output SPSS yang diolah Dari i table i di i atas, i uji i normalitas i dapat i dipertegas i dengan i hasil i pengujian i โ€œKolmogorov-Smirnovโ€ i dimana i nilai i semua i variabel i p>0,05 i yang i artinya, i semua i variabel i terdistribusi i secara i normal. ## 3.3.2 Uji Heteroskedastisitas Tabel 6 Uji Glejser pada Variabel ROA Model Sig. 1 Constant. .03 Lag_Zakat. 0.924 Lag_ICSR. 0.75 Sumber: Output SPSS yang diolah Dapat i dilihat i dari i tabel i 6, i hasil i uji i โ€œglejserโ€ i yang i di i dapat i pada i variabel i dependen i ROA i adalah i nilai i Sig. i pada i variabel i independen i Zakat i adalah i sebesar i 0.924 i (sig>0.05) i dan i nilai i sig. i pada i variabel i independen i ICSR i adalah i sebesar i 0.75 i (sig>0,05) i yang i berarti i bahwa i pada i riset i ini i tidak i terjadi i heteroskedastisitas i pada i model i regresi. Tabel i 7 i Uji i Glejser i pada i Variabel i ROE Model Sig. 1. Constant. .026 Lag_Zakat. .148 Lag_ICSR. .456 Sumber: Output SPSS yang diolah Pada i tabel i 7 i menunjukan i hasil i dari i uji i โ€œGlejserโ€ i pada i variabel i dependen i ROE i adalah i nilai i Sig. i dari i variabel i independen i zakat i sebesar i 0.148 i (sig>0.05) i dan i nilai i Sig. i pada i variabel i independen i ICSR i 0.456 i (sig>0.05), i berarti i bahwa i data i pada i riset i ini i tidak i terjadi i heteroskedastisitas. 3.3.3 Uji i Multikoliniaritas Tabel i 8 Uji . Multikolinearitas ROA Model Collinearity i statistics. Tolerance. VIF. Constant. ICSR .887 1.128 Zakat .887 1.128 Sumber: Output SPSS yang diolah Tabel 9 Uji Multikolinearitas ROE Model Collinearity i statistics. Tolerance. VIF Constant ICSR .887 1.128 Zakat .887 1.128 Sumber: Output SPSS yang diolah i Berdasarkan i tabel i 8 i dan i 9 i berikut: i dapat i dilihat i bahwa i nilai i โ€œVariance i Inflation i Factorโ€ i (VIF) i sebesar i 1.128 i atau i kurang i dari i 10 i dan i nilai i โ€œ Toleranceโ€ i sebesar i 0.887 i atau i lebih i dari i 0.01 i maka i dapat i artikan i bahwa i tidak i terdapat i masalah i multikolinearitas. I 3.3.4 Uji i Autokorelasi Pada i uji i autokorelasi i riset i ini i nilai i k i (jumlah i variabel i independen), i yaitu i 2 i dan i n i (jumlah i sampel), i adalah i 32. i Dalam i data i tersebut i maka i diperoleh i nilai i du= i 1.5736 i dan i d L =1.3093. i Tabel I 10 Uji I Autokorelasi I ROA Model Durbin-Watson 1 1.530 Sumber: Output SPSS yang diolah Dilihat i dari i tabel i 10 i di i atas i dengan i menggunakan i uji i โ€œDurbin i Watsonโ€ i maka, i nilai i sebesar i 1.530, i artinya i nilai i DW i < i DU i maka, i harus i di i tes i menggunakan i uji i runs i test. i Tabel 11 Uji Runs Test Unstandardized i Reside Test i Value. -0.00243 Cases i < i Test i Value. 15 Cases i > i = i Test i Value. 16 Total i cases. 31 Number i of i runs. 12 Z. -1.457 Asymp.sig. i (2-tailed). 0.145 Sumber: Output SPSS yang diolah i i Berdasarkan i uji i โ€œruns i testโ€ i maka, i didapat i nilai i โ€œAsymp.sig. i (2-tailed)โ€ i sebesar i .145 i nilai i ini i menunjukan i > i 0.05 i maka, i angka i tersebut i menunjukan i tidak i ada i masalah i autokorelasi. Tabel I 12 I UjiAutokorelasi I ROE Model. Durbin-Watson. 1 1.722 Sumber: Output SPSS yang diolah Pada i tabel 12 i terdapat i nilai i Durrbin_Watson i sebesar i 1.722 i yang i terletak i antara i (1.5736 i โ€“ i 2.4264) i maka, i tidak i ada i masalah i autokorelasi. 3.4 Regresi i Linear i Berdanda 3.4.1 ROA Pada i uji i analisis i regresi i linear i berganda i diatas i maka i dijelaskan i sebagai i berikut: a. Konstanta i sebesar i 0.784 i artinya, i bahwa i jika i variabel-variabel i independen i (Zakat i dan i ICSR) i diasumsikan i tidak i mengalami i perubahan i Constant i maka, i nilai i Y1 i (ROA), i yaitu i sebesar i 784 i satuan; b. Nilai i koefisiensi i variabel i zakat, i (X1) i sebesar i -2.231 i berarti i setiap i kenaikan i variabel i zakat i sebesar i 1 i satuan, i maka i ROA i akan i turun i sebesar i -2.231 i satuan i dengan i asumsi i variabel i lain i tidak i mengalami i perubahan i atau i Constant; c. Nilai i koefisien i variabel i ICSR, i (X2) i sebesar i 0.665 i berarti i setiap i kenaikan i variabel i ICSR i sebesar i 1 i satuan, i maka i ROA i akan i turun i sebesar i 0.665 i satuan i dengan i asumsi i variabel i lain i tidak i mengalami i perubahan i atau i konstan. Tabel 13 I Analisis I Regresi I Berganda I untuk I Variabel I ROA Model Unstandardized i Coefficients. standardized i. Coefficients T Sig. B Std. i Eror Beta . Constant .784 .542 1.446 .159 Zakat -2.321E-011 .000 -.312 -1.626 .115 ICSR .665 1.169 .109 .569 .574 Sumber: Output SPSS yang diolah 3.4.2 ROE Dari i hasil i uji i analisis i regresi i linear i berganda i tersebut i di i atas i maka, i dapat i dijelaskan i sebagai i berikut: a. Nilai i konstanta i sebesar i 12.125 i menunjukan i bahwa, i jika i variabel-variabel i independen i (zakat i dan i ICSR) i diasumsikan i tidak i mengalami i perubahan i atau i konstan i maka, i nilai i Y2 i (ROE) i adalah i sebesar i 12.125 i satuan. Y1. = 784 - 2.231E - 011X1 + 665X2 Y2 = 12.125 โ€“ 4.391E - 010X1 + 4.384X2 b. Nilai i koefisien i variabel i zakat i (X1) i sebesar i -4.391E-010 i artinya, i setiap i kenaikan i variabel i zakat i sebesar i 1 i satuan, i maka i ROE i akan i turun i sebesar i -4.391 i satuan i dengan i asumsi i variabel i lain i tidak i mengalami i perubahan i atau i konstan. c. Nilai i koefisien i variabel i ICSR i (X2) i sebesar i 4.384 i berarti i setiap i kenaikan i variabel i ICSR i sebesar i 1 i satuan, i maka i ROE i akan i turun i sebesar i 4.384 i satuan i dengan i asumsi i variabel i lain i tidak i mengalami i perubahan i atau i konstan. Tabel I 14 I Analisis I Regresi I Berganda I untuk I Variabel I i ROE Model Unstandardized . i Coefficients standardized i Coefficients T Sig. B Std. i Error Beta Constant 12.125 10.091 1.202 .240 Zakat -4.391E-010 .000 -.316 -1.653 .110 ICSR 4.384 21.748 .039 .202 .842 Sumber: Output SPSS yang diolah ## 3.5 Koefisiensi i Determinan Tabel 15. Hasil Uji Koefisien Determinasi Untuk ROA Model R R . Square Adjusted . R i Square Std. Eror of i the estimate 1 .294 a .086 .021 .78400 Sumber: Output SPSS yang diolah Dari i tabel i 15 i diatas, i hasil i uji i regresi i pada i variabel i ROA i diperoleh i koefisiensi i korelasi i (R) i sebesar i 0.294 i dan i koefisiensi i determinasi i (R 2 ) i sebesar i 0.086 i yang i artinya i bahwa i secara i statistik i variabel i independen i yaitu i zakat i dan i ICSR i mampu i menjelaskan i variabel i dependen i ROA i sebesar i 8.60% i sedangkan i 91.40% i sisanya i dijelaskan i oleh i variabel i lain i yang i tidak i dimasukkan i dalam i riset i ini. Tabel 16. Hasil Uji Koefisien Determinasi Untuk ROE Model . R R . Square Adjusted . R i Square Std. Eror of i the i estimate 1 .305 a .093 .028 14.59169 Sumber: Output SPSS yang diolah Sedangkan i untuk i hasil i uji i variabel i ROE i diperoleh i uji i koefisiensi i determinan i (R 2 ) i sebesar i 0.305 i dan i koefisiensi i determinan i (R 2 ) i sebesar i 9.30% i i artinya i secara i statistik i variabel i independen i zakat i dan i ICSR i hanya i bisa i menjelaskan i variabel i dependen i ROE i sebesar i 9.30% i sisanya i 90.70% i dijelaskan i oleh i variabel i lain i yang i tidak i dimasukan i dalam i riseet i ini. 3.6 Uji i Hipotesis Maka i digunakan i uji i t i pada i riset i ini, i dimana i โ€œdegree i of i freedomโ€ i = i t i (a/2 i ; i n-k-1), i n= i 32, i k i = i 4, i sehingga i t. tabel i = i 0.05/2 i : i 32 i โ€“ i 4 i โ€“ i 1, i jadi i t .tabel = i (0.025 i : i 27) i =2.05183. Tabel i 17 i Uji . Statistik i t Hipotesis . t. tabel t. hitung i (t) P-value i Sig. ฮ’ Hasil . H1 2.05183 -1.626 .115 -2.231E-011 Tidak i. berpengaruh H2 2.05183 -1.653 .110 -4.391E-010 Tidak i. berpengaruh H3 2.05183 .569 .574 .665 Tidak i. berpengaruh H4 2.05183 .202 .582 4.384 Tidak i. berpengaruh Sumber: Output SPSS yang diolah 3.7 Pembahasan 3.7.1 Dana i zakat i terhadap i kinerja i keuangan i Bank i Devisa i Syariโ€™ah a. Dana i zakat i terhadap i โ€œ Return i On i Assetโ€ i Bank i Devisa i Syariโ€™ah Riset i ini i pada i Bank i Devisa i Syariโ€™ah i memperoleh i hasil i berdasarkan i tabel i 17 i pada i H1 i diperoleh i t. hitung i = i -1.626 i dan i nilai i koefisiensi i beta i = i -2.231E-011 i dengan i P-value i = i .005. i Artinya i menunjukan i bahwa i t. hitung i < i t. tabel i sehingga i H0 i diterima i yaitu i โ€œzakat i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i yang i diproxykan i menggunakan i ROAโ€ i sedangkan i H1 i ditolak. i Suatu i hipotesis i akan i diterima i apabila i t. hitung i > i t. tabel. i i selanjutnya i i nilai i P-value i pada i riset i ini i lebih i besar i dari i tarif i signifikansi i yang i ditentukan i yaitu i 0.05 i sehingga i tidak i signifikan. Dalam riset ini zakat tidak berpengaruh terhadap ROA hal ini terjadi karena berdasarkan Annual Report sumber dana zakat terdiri atas zakat dari dalam dan luar Perbankan Syariah. zakat dari dalam entitas perbankan syariah merupakan pengeluaran zakat oleh perbankan syariah atas aset yang dimiliki, sedangkan zakat dari luar entitas merupakan zakat yang berasal dari nasabah dan umum. Jumlah zakat yang dikeluarkan oleh perbankan syariah masih sangat minim atau dengan kata lain bank devisa syariah tidak mengeluarkan seluruh sumber dana zakat yang dimiliki untuk disalurkan kepada masyarakat yang berhak menerima zakat, dana yang digunakan sebagian besar didominasi oleh zakat dari luar entitas perbankan. Hal ini mengakibatkan jumlah pembayaran zakat tidak mempengaruhi kinerja perbankan syariah. b. Dana i zakat i terhadap i โ€œReturn i On i Equityโ€ i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. Berdasarkan i tabel i 17, i H2 i diperoleh i t. hitung i = i -1.653 i dan i nilai i koefisiensi i beta i = i -4.391E- 010 i dengan i P-value i = i ,110. i Artinya i menunjukan i bahwa i t. hitung i < i t. tabel i sehingga i H0 i diterima i dan i nilai i P-value i lebih i besar i dari i tarif i signifikansi i yang i ditentukan i yaitu i 0.05 i sehingga i tidak i signifikan. i Hasil i ini i menunjukan i bahwa, i setiap i naik i atau i turunnya i jumlah i zakat i yang i dikeluarkan i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i yang i di i proxykan i menggunakan i ROE. i Hal i ini i disebabkan i karena i pada i bank i Bank i Syariah i Mandiri i pada i tahun i 2011 i mengeluarkan i zakat i paling i rendah i pada i bank i devisa i syariโ€™ah i dalam i periode i 2011 i - i 2018 i yaitu i hanya i sebesar i Rp i 392.800.000 i adapun i ROE i pada i bank i Bank i Syariah i Mandiri i tahun i 2011 i menjadi i ROE i paling i tinggi i selama i 8 i tahun i terakhir i pada i bank i devisa i syariโ€™ah i yaitu i sebesar i 64.84%. 3.7.2 โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i terhadap i kinerja i keuangan i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. a. โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i terhadap i โ€œReturn i On i Assetโ€ i i Bank i Devisa i Syariโ€™ah Berdasarkan i tabel i 17, i H3 i diperoleh i t. hitung i = i 0.569 i dan i nilai i โ€œkoefisiensi i betaโ€ i = i 0.665 i dengan i P-value i = i 0.574, i artinya i menunjukan i bahwa i t. hitung i < i t. tabel i , i sehingga i H0 i diterima i dan i nilai i P-value i lebih i besar i dari i tarif i signifikansi i yang i ditentukan i yaitu i 0.05 i sehingga i tidak i signifikan. i Hasil i ini i menunjukan i bahwa i naik i atau i turunnya i jumlah i โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i yang i dikeluarkan i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i yang i di i proxykan i menggunakan i ROA. i Return On Asset mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai Return On Asset yang tinggi, maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Perusahaan yang menghasilkan laba cenderung akan melakukan pengungkapan laporan keuangan dengan jelas dan lebih luas. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tingkat pengungkapan Islamic Corporate Social Responsibility tidak mempengaruhi Return On Asset . Hal ini terjadi karena pada bank devisa syariah informasi yang diungkapkan dalam Islamic Corporate Social Responsibility tidak banyak dikaitkan dengan aktivitas perolehan laba atas aktiva yang digunakan. Untuk memetik manfaat dari CSR yang dijalankan agar dapat menciptakan value bagi perusahaan memerlukan waktu yang relatif panjang sebagai contoh yaitu apabila perusahaan melakukan program CSR dalam bentuk bantuan kesehatan kepada masyarakat yang kurang mampu, maka perusahaan tidak akan mendapatkan keuntungan secara langsung dalam waktu yang singkat. Selain itu, kesadaran perusahaan dalam melakukan kegiatan CSR yang semakin banyak akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan semakin besar sehingga akan menjadi beban keuangan bagi perusahaan dalam hal ini bank devisa syariah. b. โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i terhadap i ROE i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. Berdasarkan i tabel i 17 i pada i H4 i diperoleh i t. hitung i = i 0.202 i dan i nilai i โ€œkoefisiensi i betaโ€ i = i 4.384 i dengan i P-value i = i 0.582 i artinya i menunjukan i bahwa i t. hitung i < i t. tabel i sehingga i H0 i diterima i dan i juga i nilai i P-value i lebih i besar i dari i tarif i signifikansi i yang i ditentukan i yaitu i 0.05 i sehingga i tidak i signifikan. i Hasil ini menunjukan bahwa naik atau turunnya jumlah Islamic Corporate Social Responsibility yang dikeluarkan bank devisa syariah tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan yang di proxikan menggunakan ROE. Hal ini terjadi karena pada bank devisa penyaluran Islamic Corporate Social Responsibility sudah di kelola oleh instansi terkait misalnya pada bank muamalat penyaluran CSR dan zakatnya melalui Baitul Mal Muamalat, pada bank BSM melalui LAZNAZ, pada bank BNI Syariah disalurkan melalui Yayasan Hasanah dan pada Bank Mega Syariah penyaluran CSR dan zakatnya melalui Zakat korporasi yang ada di daerah-daerah. Sehingga penyalurannya kepada masyarakat umum tidak tepat sasaran atau dengan kata lain yang mendapatkan bantuan CSR dari bank devisa syariah hanya kelompok tertentu yang telah terdaftar di dalam calon penerima CSR setiap tahunnya. ## 4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan a. Dana i zakat i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. i 1. Dana i zakat i tidak i berpengaruh i terhadap i ROA i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. i Karena. i โ€œDana i zakat i yang i dikeluarkan i akan i mengurangi i aset i perbankan i bukan i untuk i bertambah i secara i materiโ€; 2. Dana i zakat i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i Bank i Devisa i Syariโ€™ah i yang i di i proxykan i dengan i ROE. i Karena, i โ€œpada i bank i BSM i pada i tahun i 2011 i mengeluarkan i zakat i paling i rendah i pada i bank i devisa i syariโ€™ah i dalam i periode i 2011 i - i 2018 i adalah i hanya i sebesar i Rp i 392.800.000, i sedangkan i ROE i pada i bank i BSM i tahun i 2011 i menjadi i ROE i paling i tinggi i selama i 8 i tahun i terakhir i pada i bank i devisa i syariโ€™ah i yaitu i sebesar i 64.84%โ€. b. Islamic i Corporate i Social i Responsibility i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i Bank i Devisa i Syariโ€™ah. 1. Islamic i Corporate i Social i Responsibility i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i Bank i Devisa i Syariโ€™ah, i yang i di i proxykan i dengan i ROA. i karena i pada i bank i devisa i syariโ€™ah i informasi i yang i diungkapkan i dalam i โ€œ Islamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i tidak i banyak i dikaitkan i dengan i aktivitas i perolehan i laba i atas i aktiva i yang i digunakan. i Oleh i karena i iu i untuk i memetik i manfaat i dari i CSR i yang i dijalankan i agar i dapat i menciptakan i โ€œvalueโ€ i bagi i perusahaan i memerlukan i waktu i yang i relatif i panjang. i Selain i itu, i kesadaran i perusahaan i dalam i melakukan i kegiatan i CSR i yang i semakin i banyak i akan i terjadi i biaya i yang i dikeluarkan i semakin i besar i sehingga i akan i menjadi i beban i keuangan i bagi i perusahaan i dalam i hal i ini i bank i devisa i syariโ€™ah. 2. Islamic i Corporate i Social i Responsibility i tidak i berpengaruh i terhadap i kinerja i keuangan i perbankan i syariโ€™ah i yang i di i proxykan i dengan i ROE. i Karena, i pada i bank i devisa i penyaluran i โ€œIslamic i Corporate i Social i Responsibilityโ€ i sudah i di i kelola i oleh i instansi i terkait. i Sehingga i penyalurannya i kepada i masyarakat i umum i tidak i tepat i sasaran i atau i dengan i kata i lain i yang i mendapatkan i bantuan i CSR i dari i Bank i Devisa i Syariโ€™ah i hanya i kelompok i tertentu i yang i telah i terdaftar i di i dalam i calon i penerima i CSR i setiap i tahunnya. ## 4.2 Keterbatasan Terdapat beberapa hal yang membatasi penelitian ini yaitu: a. Penelitian ini menggunakan 4 bank umum syariah dengan rentang waktu 8 tahun yaitu dari tahun 2011-2018 sehingga masih relatif sedikit. b. Sumber informasi dalam penelitian ini hanya menggunakan laporan keuangan tahunan perusahaan sehingga tidak semua item pada daftar pengungkapan tanggung jawab social dengan menggunakan indeks ISR sebagai pengukuran ICSR diungkapkan dengan jelas. c. Pada variabel kinerja, pengukuran yang digunakan hanya Return On Assets, Return On Equity, menurut peneliti masih banyak lagi pengukuran kinerja keuangan. d. 4.3 Saran a. Penelitian i selanjutnya i dapat i menambahkan i variabel i Penelitian i misalnya i Profit i Margin, i BOPO, i OIROI, i dan i lain i sebagainya i yang i memiliki i keterkaitan i untuk i mengoptimalkan i kinerja i bank i syariah. Dan agar mempertimbangkan untuk menggunakan indikator maqashid syariah dalam mengukur kinerja dan reputasi perusahaan. b. Disarankan i dapat i memperluas i pemilihan i sampel i dari i berbagai i sektor i perbankan i syariah i yang i belum i di i gunakan i dalam i penelitian i ini i agar i dapat i merepresentasikan i secara i luas. i ditambah pada tahun 2019 bank devisa syariah sudah menjadi satu dengan kata lain marger yaitu menjadi bank syariah indonesia (BSI) maka dari itu untuk penelitian selanjutnya lebih memperhitungkan sampel-sampel ataupun variabel yang akan dipilih. Agar hasil dari marger tersebut bisa meyakinkan para investor/ pembaca lebih tertarik. ## 4.4 Implikasi Penelitian a. Bagi i perbankan i syariah, i berdasarkan i Annual i Report i pengungkapan i ISR i banyak i yang i hanya i mengungkapkan i bagian i tata i kelola i perusahaan, i diharapkan i di i dalam i Annual i Report i bank i lebih i memperhatikan i item i pengungkapan i tema i karyawan i dan i tema i lingkungan. i Karena i apabila i karyawan i sejahtera i dan i perusahaan i bisa i mengelola i dan i tidak i melakukan i pencemaran i lingkungan i maka i akan i berdampak i pada i positifnya i pandangan i masyarakat i terhadap i perbankan i tersebut i sehingga i kinerja i keuangan i yang i bagus i dan i apabila i laporan i annual i report i bank i syariah i sudah i mengikuti i item i pengungkapan i ISR i maka i investor i akan i lebih i mudah i memberikan i keputusan i untuk i menginvestasikan i dananya i atau i tidak. b. Bagi i calon i investor, i untuk i menilai i bank i dalam i kategori i baik i atau i tidaknya i dan i dalam i mengambil i keputusan i untuk i menanamkan i modal i pada i suatu i perbankan i sebaiknya i tidak i hanya i melihat i dari i indikator i kinerja i keuangannya i saja, i lebih i baik i melihat i apakah i perbankan i tersebut i sudah i melaksanakan i tugasnya i membayar i zakat i atau i belum i karena i dengan i perbankan i membayar i zakat i terbukti i suatu i perusahaan i dapat i bertahan i lama i misalnya i seperti i bank i devisa i syariah. ## 5. REFERENSI Agung i Hendratmoko. i Abdul i Muid, i Pengaruh i Profitabilitas, i Ukuran i Perusahaan, i Dan i Pertumbuhan i Penjualan i Terhadap i Pengungkapan i ICSR i Lembaga i Keuangan i Syariah i Di i Indonesia, i Volume i 6, i Nomor i 4, i 2017. I Andrianto, & Firmansyah, A. (2019). Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori dan Praktik). CV Penerbit Qiara Media. Budi i Iswanto. i Peran i Corporate i Social i Responsibility i (CSR) i Dalam i Etika i Bisnis i Dan i Zis, i Jurnal i Shar-E i (Kajian i Syariah i , i Hukum, i dan i Ekonomi), i Volume i III i No. i 6 i Juli i โ€“ i Desember i 2017. I Clarashinta i Canggih. i Potensi i Dan i Realisasi i Dana i Zakat i Indonesia, i Jurnal i Al- Uqud: i Journal i Of i Islamic i Economics, i Volume i 1 i Nomor i 1, i Januari i 2017. Desy i Retma i Sawitri. i Ahmad i Juanda, i A i Waluya i Jati, i Analisis i Pengungkapan i Corporate i Social i Responsibility i Perbankan i Syariah i Indonesia i Berdasarkan i Islamic i Social i Reporting i Index, i Jurnal i Ilmiah i Akuntansi:Kompartemen, i Volume. i XV i No.2, i September i 2017. Hadinata, S. (2019). Islamic Social Reporting Index dan Kinerja Keuangan Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Ekbis: Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2(1), 72โ€“95. Hartono i Jogiyanto. i Hubungan i Teori i Signaling i Dengan i Underpricing i Saham i Perdana i Di i Bursa i Efek i Jakarta , i Volume i 5 i No. i 1, i 2005. I Ichwan i Sidik i dan i Reskino , i Pengaruh i Zakat i Dan i ICSR i Terhadap i Reputasi i Dan i Kinerja, i Simposium i Nasional i Akuntansi i XIX , i Lampung, i 2016. Ihyaul i Ulum. i Intellectual i Capital: i Model i Pengukuran, i Framework i Pengungkapan i & i Kinerja i Organisasi, i Malang: i Universitas i Muhammadiyah i Malang, i 2017. Ilmi, N., Fatimah, S., & Sumarlin. (2020). Pengaruh Islamic Corporate Social Responsibility (ICSR) dan Zakat Perusahaan Terhadap Kinerja Perbankan dengan Ukuran Perusahaan sebagai Variabel Moderating Pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode 2015-2019). IBEF: Islamic Banking, Economic and Financial Journal, 1(1), 95โ€“118. Indrayani, & Risna. (2018). Pengaruh Islamic Corporate Social Responsibility (ICSR) dan Sharia Governance Terhadap Kinerja Perusahaan โ€œ(Studi Empiris Bank Umum Syariah Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2017). Jurnal Akuntansi, Keuangan, Dan Perpajakan Indonesia (JAKPI), 6(01), 68โ€“80 Johan i Arifin. i Eke i Ayu i Wardani, i Islamic i Corporate i Social i Responsibility i Disclosure i , i reputasi, i dan i kinerja i keuangan: i Studi i pada i bank i syariah i di i Indonesia, i Jurnal i Akuntansi i & i Auditing i Indonesia, i Volume. i 20 i No. i 1, i Juni i 2016. Kadek i Rosiliana, i Gede i Adi i Yuniarta, i Nyoman i Ari i Surya i Darmawan, i Pengaruh i Corporate i Social i Responsibility i Terhadap i Kinerja i Keuangan i Perusahaan, i Jurnal i Akuntansi, i Volume i 02 i No. i 1 i Tahun i 2014. I Luciana i SpicaAlmilia i dan i Dwi i Wijayant, i Pengaruh i Environmental i Performane i Dan i Environmental i Disclosure i Terhadap i Economic i Performance, i proceeding i the i 1st i Accounting i conference , i Depok i 7-9 i November i 2007. i Muhamad i Turmudi. i Pemanfaatan i Dan i Corporate i Social i Responsibility i Bank i Syariah i Mandiri i Cabang i Kendari. i Volume i 13 i nomor i 1 i mei, i 2018. I Muhammad i Bahrul i Ilmi. i Pengaruh i Zakat i Sebagai i Tanggung i Jawab i Social i Perusahaan i Terhadap i Kinerja i Perusahaan i Pada i Bank i Syariah i di i Indonesia . i Jurnal i Graduasi, i Volume.26 i Edisi i November i 2011. Ni i Luh i Putri i Setyastrini,dan i I i Gde i Ary i Wirajaya. i Intensitas i Pengungkapan i Corporate i Social i Responsibility: i Pengujian i Dengan i Manajemn i Laba i Akrual i Dan i Riil , i Volume.19 i Nomor i 1, i april i 2017. I Nikmatul i Masruroh, i dan i Faikatul i Ummah. i Upaya i Pengembangan i Corporate i Social i Responsibility i Perspektif i Ekonomi i Islam, i Volume. i 4 i No. i 1, i Juni i 2018. I Nur i Imam i Arifanto, i Analisis i Pengaruh i Agency i Cost i Terhadap i Dividend i Payout i Ratio, i Jurnal i Akuntansi , i Volume i 2 i Nomor i 1 i Maret i 2010. Nurani i Arradini, i et. i al. i Pengaruh i Tingkat i Dana i Zakat i Terhadap i Kinerja i Corporate i Social i Responsibility, i Jurnal i prosiding i keuangan i dan i perbankan i syariah, i Volume i 3, i No i 1, i Tahun i 2017. I R.A. i Septiana, i dan i DP, i E.N, i โ€œPengaruh i Implementasi i Corporate i Social i Responsibility i Terhadap i Profitabilitas i Perusahaanโ€ i (Studi i Pada i Perusahaan i Manufaktur i Yang i Listing i di i BEI i 2007 i s.d i 2009 ), i Pekbis i Jurnal, i Volume.4, i No.2, i Juli i 2012. Rika i febby i Ramadhani, i Pengaruh i Zakat i Terhadap i Kinerja i Perusahaan, i Volume. i 13, i No. i 2, i Desember i 2016. i Syurmita, Miranda Junisar Fircarina (2020), Pengaruh Zakat, Islamic Corporate Social Responsibility dan Penerapan Good Governance Bisnis Syariah terhadap Reputasi dan Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia, Jurnal Al Azhar Indonesia Seri Ilmu Sosial Vol. 1, No. 2, Agustus 2020. Taufikur i Rahman. i Akuntansi i Zakat, i Infak i Dan i Sedekah i (Psak i 109) i Upaya i Peningkatan i Transparansi i Dan i Akuntabilitas i Organisasi i Pengelola i Zakat i (Opz), i Volume i 6, i Nomor i 1, i Juni i 2015. i Yusuf i Qardawi. i hukum i zakat, i Bogor: i PT i putaka i litera i antarNusa, i 2007. Yolanda Septian, Any Eliza dan M. Yusuf Bahtiar (2022), Zakat, Islamic Corporate Social Responsibility Dan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Indonesia, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam Volume 10 (1) April 2022, hlm. 5-30
af7e91ba-28b5-46bc-a8ce-01ab04fd3312
https://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/edu/article/download/26/17
## KINERJA KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI SMP AL-KHAIRAAT KALUMPANG KOTA TERNATE ## Anwar Ismail Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Khairun ## Abstract The purpose are (1) to know the school committee to improve the quality of education at SMP Al-Khairaat Kalumpang Ternate; ( 2 ) to know the work achievement of school committee to improve the education quality at SMP Al-Khairaat Kalumpang Ternate.The approaches used in this research is a qualitative approach. Research result indicates that ( 1 ) a school committee at SMP Al-Khairaat Kalumpang Ternate has formed by 2012 in accordance with the decree no. 325 / B-III / SMP.BP. Alkh / 11 / 2010 and has the school committee structure, namely; chief; secretaries, and the treasury; ( 2 ) the school committee meeting periodically, that is four times in a year. Involved in the talks is the principal, the teacher, student parents, Al- Khairaat foundation and the school committee. Things had been spoken in the meeting are; the school fee, standards graduation, the school programs plan ; ( 3 ) the school committee does not make a written report yet orally. This is a form of violations Kepmendiknas number 044 / u / 2002 about the school committee.( 4 ) the school committee ' s active, this could influence the development of education at SMP Al-Khairaat Kalumpang Tenate.It is a part breach Kepmendiknas number 044 / u / 2002 about the school committee. The keywords: performance, the quality, the school committee ## PENDAHULUAN Peningkatan mutu pendidikan pada pendidikan formal dibutuhkan suatu Komite Sekolah yang akan memberikan sumbangsih pemikiran dan kontrol terhadap pelaksanaan pendidikan. Selain itu diperlukan pula suatu perencanaan pendidikan yang akurat dan sistimatis terhadap perkembangan pendidikan melalui kerjasama dengan tokoh masyarakat, melalui suatu wadah formal yang disebut dengan komite sekolah. Di dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 044/u/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah dijelaskan bahwa Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah. Sedangkan Nama badan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing- masing satuan pendidikan, seperti Komite Sekolah, Komite Pendidikan, Komite Pendidikan Luar Sekolah, Dewan sekolah, Majelis Sekolah, Majelis Madrasah, Komite TK, atau nama lain yang disepakati. Hubungan atau kerjasama antara sekolah dan masyarakat perlu ditingkatkan, dengan tujuan untuk mencapai tiga hal: (1) sekolah memiliki komunitas peserta didik yang berdomisili tidak terlalu jauh dari lokasi sekolah, sehingga terjadi proses rayonisasi berdasarkan domisili. Adanya rayonisasi fungsional akan menciptakan sinkronisasi antara kegiatan sekolah dengan kegiatan kemasyarakatan, (2) rayonisasi fungsional akan muncul kaitan emosional antara masyarakat dengan sekolah, dan (3) kaitan emosional dapat menggugah partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan pemberdayaan pada khususnya. Di dalam Pasal 188 (2) PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, peran serta masyarakat telah dirumuskan sebagai berikut. Masyarakat menjadi sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Oleh karena itu, masyarakat mempunyai peran dalam bentuk (a) penyediaan sumber daya pendidikan, (b) penyelenggaraan satuan pendidikan, (c) penggunaan hasil pendidikan, (d) pengawasan penyelenggaraan pendidikan, (e) pengawasan pengelolaan pendidikan, (f) pemberian pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada pemangku kepentingan pendidikan pada umumnya; dan/atau (g) pemberian bantuan atau fasilitas kepada satuan pendidikan dan/atau penyelenggara satuan pendidikan dalam menjalankan fungsinya. Cukup banyak dan beragam kemungkinan peran yang dapat ditunaikan oleh masyarakat dalam urusan pendidikan. Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan komite sekolah di SMP Al-Khairaat Kalumpang, Kota Ternate berjalan dengan baik, namun pengurus dan anggota komite sekolah realatif belum aktif dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yakni masih kurang dalam memberikan pertimbangan, masukan dan rekomendasi, mendukung, mengontrol serta masih kurang dalam menjadi mediator antara pemerintah dengan masyarakat. Masih relatif kurang dalam melaksanakan fungsinya yaitu masih rendah dalam mendorong partisipasi masyarakat terhadap peningkatan kinerja sekolah, masih kurang dalam kerjasama dan evaluasi terhadap kinerja sekolah. Apa itu Komite Sekolah? Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan (BP3). Secara substansi kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami perbedaan. Yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat dalam mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar sekolah (Kepemendiknas nomor: 044/U/2002). Sedangkan badan yang seperti Bp3, komite sekolah dan/atau majelis sekolah yang sudah ada dapat memperluas fungsi, peran, dan keanggotaan sesuai dengan acuan ini. sedangkan di dalam PP no 17 tahun 2010 kedudukan ini tidak berubah, artinya bahwa Komite Sekolah tetap sebagai lembaga yang mandiri yang dibentuk guna mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, perbedaannya dalam PP no 17 tahun 2010 ini disebutkan bahwa komite sekolah selain mandiri juga harus profesional. Artinya Komite sekolah harus benar-benar dapat menjalankan peran dan fungsi, tidak hanya menjadi alat pelengkap di sekolah, atau bahkan hanya menjadi โ€tukang stempel: atas kebijakan kepala sekolah. Peran dan Fungsi Komite Sekolah a. Peran Komite Sekolah Dalam Kepmendiknas nomor 044/U/2002, komite sekolah berperan: 1. Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; 2. Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud financial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; 3. Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; 4. Mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sedangkan dalam PP nmor 17 tahun 2010 pada pasal 205 fungsi pengawasan komite sekolah lebih dipertegas lagi. Dalam pasal ini dijelaskan : a. Komite sekolah/madrasah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan;. b. Hasil pengawasan oleh komite sekolah/madrasah dilaporkan kepada rapat orang tua/wali peserta didik yang diselenggarakan dan dihadiri kepala sekolah/madrasah dan dewan guru. ## b. Fungsi Komite Sekolah Dalam Kepmendiknas nomor 044/U/2002 dijelaskan bahwa Komite Sekolah berfungsi: 1. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/ organisasi/ dunia usaha/ dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 3. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; 4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan; 6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Secara prinsip fungsi ini tidak berbeda dengan PP nomor 17 tahun 2010, artinya fungsi yang dijelaskan dalam PP ini masih relevan dilaksanakan. Hal yang berbeda dari PP ini adalah tentang keanggotaan komite sekolah. Dalam Kepmendiknas nomor 044/U/2002 dijelaskan bahwa jumlah anggota komite sekolah sekurang-kurangnya adalah 9 (sembilan) orang dan jumlahnya adalah gasal, sedangkan dalam PP nomor 17 tahun 2010 keanggotaan komite sekolah ditetapkan sebanyak 15 (lima belas) orang. Unsur-unsur yang dapat menjadi anggota komite sekolah juga berubah, Kepmendiknas nomor 044/U/2002 menjelaskan bahwa anggota komite sekolah dapat berasal dari unsur orang tua/wali peserta didik; tokoh masyarakat; tokoh pendidikan; dunia usaha/industri; organisasi profesi tenaga pendidikan; wakil alumni; wakil peserta didik. Sedangkan dalam PP nor 17 tahun 2010, keanggotaan komite. Sekolah terdiri dari orang tua/wali peserta didik paling banyak 50% (lima puluh persen); tokoh masyarakat paling banyak 30% (tiga puluh persen); dan pakar pendidikan yang relevan paling banyak 30% (tiga puluh persen) dengan demikian yang berubah adalah ditiadakannya anggota komite sekolah dari unsur alumni dan peserta didik. Masa keanggotaan komite sekolah juga mengalamai perubahan. Dalam Kepmendiknas nomor 044/U/2002 setelah pembentukan pertama kali oleh sekolah, maka masa keanggotaan komite sekolah diatur berdasar anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) komite sekolah, sehingga dimungkinkan masa jabatan anggota komite sekolah bisa lebih dari tiga tahun. Dalam PP nomor 17 tahun 2010 pasal 197 ditegaskan bahwa keanggotaan komite sekolah adalah 3 tahun dan dapat dipilih kembali setelah satu kali masa jabatan. ## Tujuan Pembentukan Komite Sekolah Tujuan dari pembentukan komite sekolah, yaitu: 1. Untuk menyalurkan dan mewadahi aspirasi masyarakat untuk melahirkan suatu kebijakan operasional serta program pendidikan dalam satuan pendidikan. 2. Untuk meningkatkan peran dan tanggung jawab masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan 3. Untuk menciptakan 4. Kondisi dan suasana yang transparan, demokratis dan akuntabilitas di dalam pelayanan dan juga penyelenggaraan pendidikan yang lebih baik dan bermutu. Sementara fungsi dari komite sekolah itu sendiri yakni: 1. Bekerja sama dengan semua pihak untuk menyelenggarakan mutu pendidikan yang berkualitas; 2. Untuk mendorong tumbuhnya komitmen dan perhatian masyarakat akan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas; 3. Untuk menganalisa maupun menampung ide, aspirasi maupun berbagai keperluan pendidikan yang akan diajukan masyarakat. Adapun beberapa hal yang diuraikan mengenai peranan komite sekolah terhadap penyelenggaraan sekolah adalah: 1. Memperlancar penyelenggaraan suatu kegiatan belajar mengajar di dalam sekolah, baik itu sarana maupun prasarana pendidikan 2. Melakukan pembinaan perilaku dan sikap siswa 3. Membantu siswa yang kurang mampu dengan mencarikan sumber pendanaan 4. Memberikan suatu penghargaan terhadap keberhasilan pengelolaan sekolah 5. Melakukan penilaian sekolah guna pengembangan dalam pelaksanaan kurikulum 6. Melakukan pembahasan mengenai usulan RAPBS 7. Meminta sekolah supaya mengadakan suatu rapat untuk keperluan tertentu menurut UU RI nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, komite sekolah/madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orang tua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. Dapat disimpulkan bahwa komite sekolah terdiri atas unsur: orang tua siswa, wakil tokoh masyarakat (bisa ulama/rohaniwan, budayawan, pemuka adat, pakar atau pemerhati pendidikan, wakil organisasi masyarakat, wakil dunia usaha dan industri, bahkan kalau perlu juga wakil siswa, wakil guru โ€“ guru, dan kepala sekolah. Tugas utama komite sekolah adalah membantu penyelenggaraan pendidikan sekolah dalam kapasitasnya sebagai pemberi pertimbangan, pendukung program, pengontrol, bahkan mediator. Untuk memajukan pendidikan di sekolah, komite sekolah membantu penyelenggaraan proses belajar mengajar, manajemen sekolah, kelembagaan sekolah, sarana dan prasarana sekolah, pembiayaan pendidikan, dan mengkoordinasikan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Kedudukannya sebagai mitra sekolah. Peranan komite sekolah sendiri di dalam peningkatan mutu pendidikan tentunya perlu memperoleh dukungan dari semua komponen pendidikan termasuk kepala sekolah guru, siswa, wali murid, intitusi pendidikan maupun masyarakat dengan begitu perlu sebuah koordinasi dan kerjasama yang erat antara seluruh komponen pendidikan tersebut sampai usaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang dilakukan bisa lebih efektif dan efisien. ## METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis data penelitian terdiri atas tiga, yaitu (a) data transkripsi wawancara, (b) data catatan lapangan, dan (c) data dokumen. Data transkripsi wawancara bersumber dari hasil wawancara dengan informan/subjek penelitian (komite sekolah, kepala sekolah dan guru) berkaitan dengan keaktifan kinerja dan peran Komite Sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah. Data catatan lapangan bersumber dari hasil pengamatan/observasi di lapangan yang menyangkut deskrispi keadaan, ruang peralatan, para pelaku dan juga aktivitas sosial yang sedang berlangsung dan yang berhubungan dengan kinerja Komite Sekolah. Data dokumen bersumber dari tulisan (laporan kegiatan) Komite Sekolah. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam penelitian, karena data yang terkumpul akan dijadikan sebagai bahan analisis penelitian. Teknik pengumpulan data erat kaitannya dengan masalah penelitian yang akan dipecahkan. Dalam penelitian teknik maupun alat pengumpulan data yang tepat (sesuai) dapat membantu pencapaian hasil (pemecahan masalah) yang valid dan reliabel. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara dan dokumentasi terhadap subjek penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (nonstatistik) yaitu analisis data deskriptif artinya dari data yang diperoleh melalui penelitian tentang keaktifan kinerja Komite dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah akan dilaporkan apa adanya kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada. Hal ini dilakukan karena penelitian ini tidak mencari hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Nasution (1996) analisis data yang dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah yang masih bersifat umum, yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian atau display data dan (3) pengambilan kesimpulan. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pembahasan ini, dibahas berdasarkan data hasil peneltian. Pembahasan dimulai dari kepala sekolah, guru, orang tua siswa dan komite sekolah. ## 1. Kepala Sekolah Berdasarkan data yang diperoleh dengan cara mewawancarai kepala sekolah SMP Alhairaat Kalumpang Ternate. Kepala sekolah mengatakan bahwa struktur Komite Sekolah SMP Al-Khairaat telah dibentuk pada tahun 2012 berdasarkan Surat Keputusan No: 325/B-III/SMP.BP. Alkh/11/2012. Struktur komite sekolah yaitu; ketua, sekretaris, bendahara dan anggota (6 orang). Anggota Komite Sekolah dibagi dalam enam (6) bidang dan memiliki tanggungjawab masing. Bidang-bidang itu adalah; bidang pemerhati pendidikan, bidang pengendali sumber dana, bidang pengendali mutu pendidikan, bidang pemeliharaan sarana dan prasarana, dan bidang kerohanian. Komite Sekolah melakukan pertemuan secara berkalah, yaitu empat (4) kali bersama dengan dewan guru, pihak yayasan dan orang tua siswa. Pertemuan itu membahas tentang hasil belajar siswa dan hal-hal lainya. Komite Sekolah juga terlibat dalam pembahasan program sekolah bersama-sama dengan sekolah, yayasan dan orang tua siswa. Di dalam pekerjaannya, komite sekolah tidak memberikan laporan secara berkala dan tidak terlalu aktif dalam setiap kegiatan sekolah. Pihak sekolah akan berencana melakukan evaluasi kinerja komite sekolah secara menyeluruh bersama-sama dengan yayasan dan orang tua siswa secepatnya. Akhirnya dapat disimupulkan bahwa komite sekolah SMP Al-Khairaat Kota Ternate secara struktural memang ada tetapi tidak terlalu aktif dalam kegiatan sekolah baik fisik maupun non fisik. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa kinerja Komite Sekolah SMP Al-Khairaat Kalumpang Ternate belum terlalu aktif bekerja untuk peningkatan kualitas di sekolah. Ini dibuktikan dengan apa yang disampaikan oleh kepala sekolah di atas. ## 2. Guru Di dalam data hasil wawancara dengan tiga guru SMP Al-Khairaat yang mewakili setiap kelas, yaitu kelas 1, 2 dan 3 tentang kinerja Komite Sekolah untuk peningkatan kualitas pendidikan. Mereka mengatakan informasi atau data yang hampir sama antara satu dengan yang lain. Di mana mereka mengatakan bahwa komite sekolah telah terbentuk. Ada guru yang mengatakan bahwa komite sekolah aktif dalam kegiatan sekolah baik langsung maupun tidak langsung, tetapi belum terlalu maksimal bentuk partisipasinya. Maka dari itu, dia menyarankan bahwa dalam hal kinerja, komite sekolah harus lebih ditingkatkan lagi kinerjannya di masa yang akan datang, misalnya keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan program bersama sekolah, orangtua siswa dan yayasan sehingga peningkatan mutu pendidikan di sekolah semakin maju di masa yang akan datang. Ada juga guru yang menyatakan bahwa di dalam perencanaan program sekolah, saya tidak tahu keterlibatan pihak komite sekolah. Dia tidak melihat laporan secara tertulis dari komite sekolah secara berkala. Secara keseluruhan dia menyampaikan bahwa peran komite sekolah belum aktif dalam pengembangan sekolah. Oleh karena itu, dia menyarankan kepada pihak sekolah dan yayasan untuk mengevaluasi kinerja komite sekolah kedepannya. Sehingga komite sekolah lebih aktif dalam membuat program dan kegiatan yang dapat mengembangkan kualitas pendidikan di SMP Al- Khairaat. Hal ini juga dikatakan oleh guru yang lain mengatakan bahwa dalam pelaksanaan tugas sebagai komite sekolah, mereka menjadi aktif tetapi belum maksimal, perlu ditingkatkan lagi ke depannya. Harapannya adalah peran komite sekolah di sekolah lebih ditingkatkan lagi kinerjanya seperti membuat laporan tertulis secara berkala; bulanan atau mingguan. Sehingga bisa membantu sekolah meningkatkan kualitasnya di masa yang akan datang. Dengan demikian secara formal komite sekolah telah ada di sekolah, namun dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagai komite sekolah belum terlalu maksimal. Jika hal ini terjadi maka akan dapat menghambat perkembangan kualitas atau mutu pendidikan di sekolah. ## 3. Orang Tua Siswa Wawancara tentang hal yang sama juga dilakukan pada tiga orang tua siswa yang mewakili keterwakilan kelas 1, 2 dan 3. Mereka memberikan informasi tentang kinerja komite sekolah di SMP Al-Khairaat. Dari ketiga guru yang telah diwawancarai telah memberikan informasi yang hampir sama. Mereka mengatakan bahwa komite sekolah telah terbentuk sejak lama. Komite mengadakan pertemuan empat kali dalam setahun, dalam pertemuan itu diikuti oleh pihak sekolah, yayasan dan kami sebagai orang tua siswa. Hal yang dibahas dalam pertemuan itu adalah menyangkut dengan uang SPP, uang komite, dan kegiatan sekolah lainnya. Tetapi dalam pelaksanaan tugas sebagai komite sekolah, mereka belum terlalu aktif dalam pengembagan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung. Mereka (orang tua siswa) menyarankan akan kedepannya komite sekolah lebih aktif lagi dalam kegiatan sekolah sehingga sekolah dapat lebih maju. ## 4. Komite Sekolah Sesuai dengan hasil wawancara dengan tiga komite sekolah di SMP Al-Khairaat Kalumapang Ternate. Mereka memberikan informasi bahwa komite sekolah telah dibentuk dan memiliki struktrur yang jelas. Struktur itu terdiri ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Selama ini, kami telah melakukan tugas bersama dengan pihak sekolah. Melakukan pertemuan secara berkala yaitu 4 kali dalam setahun dan membahas tentang penentuan uang SPP, partisipasi bimbingan belajar bagi kelas IX, sosialisasi standar kelulusan dan pemabahasan penyusunan RKAS. Mereka melakukan kegiatan seperti disebutkan di atas, namun mereka tidak memberikan laporan secara tertulis, hanya memberikan laporan secara ke pihak sekolah dan yayasan. Berdasarkan Kepmendiknas nomor 044/U/2002 dijelaskan bahwa Komite Sekolah berfungsi: 1. Melakukan kerjasama dengan masyarakat (perorangan/organisasi/ dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2. Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 3. Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai: kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan; dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; 4. Mendorong orangtua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 5. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan disatuan pendidikan; 6. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Dari pembahasan yang telah dibahas di atas menunjukkan bahwa Komite Sekolah tidak menggunakan fungsi-fungsinya sebagai Komite Sekolah. Sehingga tugas dan perannya sebagai Komite Sekolah SMP Al- Khairaat Kalumpang Ternate tidak berjalan secara maksimal. ## KESIMPULAN Berdasarkan pada data hasil dan pembahasan di atas yang berkaitan dengan keatifan kinerja komite sekolah SMP Al-Khairaat Kalumpang Ternate, maka disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Komite Sekolah SMP Al Khairat Kalumpang Ternate telah terbentuk pada tahun 2012 berdasarkan surat keputasan Surat Keputusan No: 325/B-III/SMP.BP. Alkh/11/2012 dan telah memiliki struktur komite sekolah, yaitu; ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. 2. Komite sekolah mengadakan pertemuan secara berkala, yaitu empat kali dalam setahun. Yang terlibat dalam pertemuan itu adalah kepala sekolah, dewan guru, orang tua siswa, komite sekolah dan yayasan Al- Khairaat. Hal-hal yang dicarakan dalam pertemuan tersebut adalah; penentuan uang SPP, sosialisasi standar kelulusan, penyusunan program RKAS. 3. Komite sekolah tidak membuat laporan secara tertulis tetapi secara lisan. Ini merupakan sebuah bentuk pelanggaran Kepmendiknas nomor 044/U/2002 tentang fungsi Komite Sekolah. 4. Kinerja Komite Sekolah belum terlalu aktif, hal ini dapat mempengaruhi perkemabangan kualitas perkembangan pendidikan di SMP Al-Khairaat Kalumpang Tenate. Ini juga merupakan bagian dari pelanggaran Kepmendiknas nomor 044/U/2002 tentang fungsi Komite Sekolah. ## DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Edisi Revisi IV. Rineke Cipta. Bogdan, Robert C. dan Sari Knopp Biklen. 1998. Qualitative Research for Education. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Moleong, Lexy J. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution, S. 1996. Metodologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Kepmendiknas Nomor: 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite ## Sekolah Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
cbd12586-8569-4e65-95d7-978c158e8abc
https://ejournal.unma.ac.id/index.php/bernas/article/download/5493/3306
BERNAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 4 No 3, 2023, pp. 2174-2178 DOI: https://doi.org/10.31949/jb.v4i3.5493 ## Pelatihan Desain Branding Indonesia Next Good Brand Bagi UMKM di Kota Semarang Lianna Wijaya 1* , Rini Kurnia Sari 1 , Noor Udin 2 , Taufiq Annas 2 , Hendri Hartono 2 1 Management Department, BINUS Online Learning, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 2 Visual Communication Design, School of Design, Bina Nusantara University, Semarang, Indonesia *e-mail korespondensi: [email protected] ## Abstract Branding serves to provide a product identity that is easily recognized by customers. In the MSME competition, MSME products need to have a unique brand identity so that they can always compete superiorly. This product branding training is one of the community service activities carried out by the 2023 initiative project from Bina Nusantara University Semarang. The training was held in March 2023, went smoothly, and was attended by 25 MSMEs in the city of Semarang. As for the results of this service, it is hoped that MSME actors can create product identities that can stick in the hearts of customers and constantly innovate in developing MSME products. Keywords: Product Branding, UMKM, Training ## Abstrak Branding berfungsi untuk memberikan identitas produk yang mudah dikenal oleh pelanggan. Dalam persaingan UMKM, produk UMKM perlu memiliki identitas yang unik agar senantiasa dapat berkompetisi unggul. Pelatihan branding produk ini merupakan salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh proyek inisiatif 2023 dari Universitas Bina Nusantara Semarang. Pelatihan dillakukan pada bulan Maret 2023, berjalan lancar, dan diikuti oleh 25 pelaku UMKM di kota Semarang. Adapun hasil dari pengabdian ini diharapkan pelaku UMKM dapat menciptakan identitas produk yang dapat melekat di hati pelanggan dan senantiasa berinovasi dalam mengembangkan produk UMKM. Kata Kunci: Branding Produk, UMKM, Pelatihan Accepted: 2023-05-30 Published: 2023-07-19 ## PENDAHULUAN Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memberikan peran besar pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sebagai salah satu langkah untuk memulihkan kondisi ekonomi yang berdampak karena pandemi Covid-19, maka pemerintah mendukung kebangkitan UMKM di Indonesia dengan telah menganggarkan dana anggaran sebesar Rp34,15T untuk subsidi kredit bagi 60,66 juta rekening penerima bantuan (www.kominfo.go.id, 2020). Negara Indonesia saat ini memiliki jumlah UMKM yang terbanyak di kawasan regional Asia Tenggara sebanyak 65,5 juta. Dimana saat pandemi, tahun 2021, sektor UMKM mampu menyerap 97% tenaga kerja, menyumbang 60,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), serta berkontribusi 14,4% terhadap ekspor nasional (Adi Ahdiat, 2022). Walaupun memiliki jumlah UMKM terbanyak, kinerja UMKM di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga (Darnilawati, 2018). Sebagai salah satu sektor berkontribusi bagi perekonomian, UMKM memiliki hambatan dalam perkembangannya. Kebanyakan dari UMKM di Indonesia adalah usaha tradisional, umumnya dengan tingkat produktivitas yang rendah dan kualitas produk yang buruk, serta melayani pasar lokal yang kecil. Menggunakan sedikit atau tidak ada teknologi dalam usahanya. Sebagian besar dari UMKM ini bersusah payah mencari modal (Tambunan, 2008). Selain masalah modal, UMKM beberapa kendala internal dan eksternal seperti msalah kualitas produk, akses pasar, pemasaran, pengetahuan, hingga ketersediaan bahan baku, dan sarana prasarana (Adawiyah, 2014). Kemajuan Teknologi Informasi (TI) membuat pelaku UMKM mesti memiliki keunggulan dalam berkompetisi. Semenjak pandemi Covid-19, pelaku UMKM melakukan adaptasi yang cepat dengan teknologi ini dan beralih ke sistem digital. Beberapa artikel Pengabdian Kepada Masyarakat, khususnya terkait pelaku UMKM di Indonesia setelah pandemi Covid-19 berfokus pada peningkatan literasi digital pelaku UMKM, kegiatan pemasaran yang menggunakan media sosial, hingga mempraktikan konsep bisnis digital (Ambarwari et al., 2022; Arumsari et al., 2022; Dwanita Widodo et al., 2022; Susanti, 2020). Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang, pada tahun 2020 tercatat jumlah UMKM sebanyak 11.959 usaha (semarangkab.bps.go.id, 2020). Pemerintah pusat dan daerah berupaya memberikan bantuan kepada pelaku UMKM seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Selain itu, pelaku UMKM juga mendapatkan pelatihan dan pendampingan dari beberapa instansi pemerintah dan swasta. Salah satu bentuk fostering dan empowering yang dilakukan Universitas Bina Nusantara di Semarang yaitu mengadakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) dengan pelatihan product branding UMKM. Branding produk UMKM sangat penting dan hal ini terkadang diabaikan dalam implementasinya karena langkah ini merupakan upaya untuk memperkuat suatu merek produk maupun jasa. Pelaku UMKM pada umumnya memperhatikan pemasaran dan penjualan produk atau jasa dan melupakan branding merek. Dari survei yang dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2023, disimpulkan mayoritas pelaku UMKM tidak memahami konsep branding dengan tepat dan tidak mengetahui manfaat branding. Berikut ini beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi selama survei, yaitu: 1. Pelaku UMKM belum memiliki pengetahuan branding produk 2. Pelaku UMKM tidak mengetahui manfaat dari branding produk 3. Kurangnya pelatihan atau sosialiasi tentang branding produk Dari permasalahan yang diidentifikasi di atas maka pada bulan Maret 2023, pelatihan branding produk UMKM bertajuk "Indonesia Next Good Brand" bagi UMKM di Kota Semarang dilakukan oleh Tim Program Proyek Inisiatif yang dipimpin oleh Bapak Nur Udin dari Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara Semarang. ## METODE Penelitian ini dikaji menggunakan pendekatan secara kualitatif dengan metode deskriptif. Dimana penelitian dilakukan dengan memahami fenomena yang menjadi subjek penelitian dalam hal ini terkait pelaku UMKM di Semarang dan branding produk. Pelatihan dilakukan dengan pemaparan menggunakan presentasi terkait branding produk. Dalam kegiatan pelatihan branding produk ini diikuti oleh 25 pelaku UMKM di kota Semarang. Kegiatan pelatihan branding produk terbagi atas beberapa kegiatan, yaitu: 1. Pre-pelatihan: Peserta melakukan pendaftaran pelatihan branding produk 2. Pelatihan: Peserta mengikuti kegiatan pelatihan branding produk Tim Program Proyek Insiatif Universitas Bina Nusantara Semarang bekerja sama dengan Komunitas Media Sosial Teman Kreasi Indonesia Semarang Raya dan Smartfren Community Semarang mengadakan pelatihan di Resto Pringsewu Kota Lama Semarang dengan menghadirkan 2 narasumber, yaitu Bapak Nur Udin dari Universitas Bina Nusantara Semarang dan Bapak Dani Aklyar dari Smartfren Semarang. Pelatihan bertopik Indonesia Next Good Brand: Biarkan Desain yang Bicara, dijadwalkan pada hari Jumat, tanggal 3 Maret 2023 jam 13:00 โ€“ 16:00 waktu setempat. Peserta pelatihan melakukan pendaftaran dengan membayar tiket sebesar Rp. 25.000 per orang dan akan mendapatkan fasilitas berupa kartu perdana Smartfren, ilmu, snack, makan siang, dan networking. Dimana juga ada pendampingan gratis brand UMKM untuk peserta yang terpilih. Informasi pelatihan ini disebarkan melalui media sosial dan untuk mengoptimalkan target pelatihan, maka maksimal kuota peserta pelatihan adalah 25 pelaku UMKM di kota Semarang. ## Gambar 1 . Informasi Pelatihan di Media Sosial ## HASIL DAN PEMBAHASAN Pengabdian kepada masyarakat berupa pelatihan terkait branding produk telah dilaksanakan sesuai jadwal yang direncanakan. Para peserta pelatihan sangat antusias mengikuti pelatihan ini. Melalui pelatihan ini diharapkan peserta yang merupakan pelaku UMKM di Kota Semarang dapat memperkuat branding produk UMKM mereka, sehingga dapat meningkatkan penjualan produk dan mendapatkan pelanggan yang loyal. Dalam presentasi yang dipaparkan oleh Bapak Nur Udin menerangkan bahwa langkah awal menentukan branding produk yaitu dengan menetapkan manfaat produk tersebut. Tujuan utama suatu branding produk adalah memberikan manfaat kepada pelanggannya. Produk yang memiliki niat positif dan selalu kreatif berinovasi dengan memberikan manfaat bagi pelanggannya maka akan membuat produk tersebut lekat di pikiran pelanggan tersebut dan memiliki akhir yang baik juga nantinya. Kebaikan dan manfaat produk merupakan kunci kesuksesan suatu produk. Dalam menentukan branding produk, pelaku UMKM diharapkan memahami bahwa pada umumnya terdapat empat dimensi dalam branding produk, yaitu brand sebagai individu, brand sebagai produk, brand sebagai simbol, dan brand sebagai sebuah organisasi. Dimensi brand sebagai individu menjelaskan bahwa pelaku UMKM memberikan brand usahanya berhubungan dengan identitas dan kepribadian pemilik atau pelaku UMKM. Pelaku UMKM memberikan nama usahanya menggunakan nama suami, istri, anak, orang tua, atau hewan kesayangan. Dimensi brand sebagai produk menunjukkan bahwa pelaku UMKM ingin berfokus pada produk yang dijualnya. Seringkali, pelaku UMKM memberikan nama usahanya dengan identitas unik sehingga memberikan identitas tersendiri yang menonjol di antara merek pesaing lainnya. Dimensi brand sebagai simbol menunjukkan bahwa pelaku UMKM menggunakan desain logo dan warna sebagai identitas dari produk mereka. Simbol brand akan diingat oleh pelanggan dan menciptakan pengakuan merek yang unik. Misalnya kedai kopi dengan logo warna hijau, identik dengan brand Starbucks. Platform e- commerce yang berwarna oranye identik dengan brand Shopee. Dimensi terakhir yaitu brand sebagai sebuah organisasi menunjukkan bahwa pelaku UMKM menanamkan nilai-nilai organisasi pada brand secara keseluruhan sehingga brand akan mencerminkan organisasi yang memiliki visi misi. Gambar 2. Pelatihan Brand Produk UMKM Gambar 3. Pemateri dan Peserta Pelatihan ## KESIMPULAN Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan oleh Proyek Inisiatif 2023 Universitas Bina Nusantara Semarang kepada pelaku UMKM di Kota Semarang memberikan manfaat kepada pelaku UMKM yang relatif baru memiliki usaha. Berikut ini kesimpulan, yaitu: 1. Pelaku UMKM menyambut baik pelatihan ini dan merasakan manfaat dari pelatihan branding produk UMKM 2. Pelaku UMKM memikirkan konsep dan merek produk dengan baik sebelum menjual produk ke pelanggan 3. Produk yang baik adalah produk yang selalu diingat oleh pelanggan. ## DAFTAR PUSTAKA Adawiyah, W. R. (2014). Faktor Penghambat Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM): Studi di Kabupaten Banyumas. JKMP (Jurnal Kebijakan Dan Manajemen Publik), 2(2), 165. Adi Ahdiat. (2022). Indonesia Punya UMKM Terbanyak di ASEAN, Bagaimana Daya Saingnya? https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/11/indonesia-punya-umkm-terbanyak- di-asean-bagaimana-daya-saingnya Ambarwari, A., Widyawati, D. K. (2022). Pendampingan Digital Marketing Pada Pelaku Umkm Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Penjualan Di Era Transisi Menuju Endemi. Jurnal Pengabdian, 3(2), 109โ€“117. https://jurnal.polinela.ac.id/JPN/article/view/2770 Arumsari, N. R., Lailyah, N., & Rahayu, T. (2022). Peran Digital Marketing dalam Upaya Pengembangan UMKM Berbasis Teknologi di Kelurahan Plamongansari Semarang. SEMAR (Jurnal Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Dan Seni Bagi Masyarakat), 11(1), 92. https://doi.org/10.20961/semar.v11i1.57610 Darnilawati, D. (2018). Kesiapan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Dalam Menghadapi Pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jurnal Ekonomi, 26(1), 107โ€“123. Dwanita Widodo, Z., Eni Maryanti, I., Harsono, M., Darmaningrum, K., Adiyani, R., & Wijiastuti, S. (2022). Pendampingan Digitalisasi Kewirausahaan Umkm Terdampak Covid-19. Primaโ€ฏ: Portal Riset Dan Inovasi Pengabdian Masyarakat, 1(3), 51โ€“58. https://doi.org/10.55047/prima.v1i3.198 semarangkab.bps.go.id. (2020). Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang. https://semarangkab.bps.go.id/indicator/100/330/1/jumlah-jenis-usaha-umkm-menurut- kecamatan-di-kabupaten-semarang.html Susanti, E. (2020). Pelatihan Digital Marketing Dalam Upaya Pengembangan Usaha Berbasis Teknologi Pada Umkm Di Desa Sayang Kecamatan Jatinangor. Sawalaโ€ฏ: Jurnal Pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa Dan Masyarakat, 1(2), 36. https://doi.org/10.24198/sawala.v1i2.26588 Tambunan, T. (2008). SME development, economic growth, and government intervention in a developing country: The Indonesian story. Journal of International Entrepreneurship, 6(4), 147โ€“167. https://doi.org/10.1007/s10843-008-0025-7 www.kominfo.go.id. (2020). Perlindungan UMKM, Program Pemulihan Ekonomi Nasional. Www.Kominfo.Go.Id. https://www.kominfo.go.id/content/detail/32192/perlindungan-umkm- program-pemulihan-ekonomi-nasional/0/artikel_gpr
79a1d3bc-021c-4e2c-b9cb-8b18f5e3c1d4
https://jurnalmiqotojs.uinsu.ac.id/index.php/jurnalmiqot/article/download/145/134
## GERAKAN PEMBAHARUAN PEMIKIRAN ISLAM DI INDONESIA ## Suaidi Asyari Fakultas Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jl. Arif Rahman Hakim Telanaipura, Jambi, 36124 e-mail: [email protected]. Abstrak: Cepatnya perubahan yang terjadi di tengah kehidupan sosial kemasyarakatan di era globalisasi ini seringkali tidak seimbang dengan upaya pembaharuan pemikiran di kalangan umat Islam. Tampaknya, hal ini disebabkan oleh keyakinan bahwa karya- karya pemikiran ulama masa lalu dianggap sakral, sudah menjawab setiap tantangan yang ada sepanjang sejarah umat Islam dan karena itu dianggap final. Karenanya, setiap upaya untuk mengkritisinya dianggap sebagai โ€œmakar akademisโ€ dan pelakunya bahkan dapat dituduh murtad. Akhirnya, timbul kekhawatiran di kalangan praktisi akademis untuk melakukan pembaharuan yang berakibat pada stagnasi pemikiran. Tulisan ini adalah sebuah upaya untuk mendiskusikan problem-problem pembaruan pemikiran Islam di Indonesia lebih detail dan upaya-upaya solutif terhadap problem- problem tersebut. Abstract: Islamic Thought Reform Movement in Indonesia: From Part of Problem to be Part of Solution. The rapid development of social life in the era of globalization has often been run unparallel with the effort for thinking reform within the Muslim community. It appears that this may have arisen from the belief that the works of the past scholars of Islam are regarded to be sacred, capable of responding to any challenges in the span of the history of Muslim community and thus regarded final. Similarly, any attempt to criticize such views is seen as an academic assault the actor of whom may be accused of doing an act of apostasy. At the end, this lead to anxiety within the academicians to carry out reform that would have a logical consequence of thinking to be stagnant. This essay is an attemp to discuss the problems of Islamic thought reform in Indonesia in details as well as find solution to such problems. Kata Kunci: pembaharuan pemikiran Islam, Indonesia ## Pendahuluan Beberapa tahun terakhir ini telah terjadi kelesuan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia yang luar biasa. Para aktivis pembaharu terlihat sangat khawatir untuk menge- mukakan gagasan barunya. Tulisan-tulisan di media masa berkaitan dengan pembaharuan sudah jarang muncul. 1 Diskusi-diskusi hanya dilakukan di ruang terbatas dan monolog serta homogen. Meskipun di sana sini terlihat ada gejala pemikiran umat Islam tertentu yang muncul melalui media khutbah misalnya, tetapi terkesan berjalan di tempat atau bahkan mundur beberapa langkah. Upaya kelembagaan juga dilakukan seperti apa yang dilakukan apa yang dilakukan oleh Kementerian Agama melalui Annual Conference of Islamic Studies . 2 Tetapi hal ini pun tidak luput dari tantangan yang disebutkan di atas. Salah satu contohnya adalah gagalnya Nasr Abu Zayd untuk menghadiri acara penting tersebut ketika dilaksanakan di Riau dan pada seminar internasional Islam, Democracy and Good Governance in Indonesia yang dilakasanakan oleh IAIN Riau pada tanggal 21-24 November 2007 dan Seminar Internasional dengan tema Muslim Intelectuals as Agents of Change oleh UNISMA Malang pada tanggal 27-29 November 2007 di Batu Malang. Pada saat itu, dari berbagai media diketahui bahwa penyebab gagalnya Nasr Abu Zayd menghadiri kedua acara tersebut, meskipun yang bersangkutan sudah sampai di Indonesia, adalah akibat adanya tekanan dari gerakan anti pembaharuan Islam oleh sejumlah gerakan Islam. 3 Munculnya gagasan-gasan lama untuk mengembalikan kehidupan umat Islam ke abad-abad yang silam adalah pertanda jelas tantangan pembaharuan dalam Islam itu. 4 Mengapa semua ini terjadi? Apa penyebab utamanya? Apa kemungkinan akibatnya bagi masa depan Islam yang semakin hari semakin berat tantangan yang dihadapinya? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu barangkali akan lebih baik untuk dibicarakan logika mengapa terjadi benturan dalam lalu lintas pemikiran yang bermuara kepada kelesuan, pemandegan, stagnansi pembaharuan pemikiran saat ini. Seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai aktivitas membangun pemikiran dan mengkritisi sebuah wacana tidak ubahnya seperti seseorang yang sedang menggunakan jalan raya (ruang publik). Ada begitu banyak orang yang simpang siur menggunakan jalan raya sesuai dengan asal dan tujuan serta kepentingannya masing-masing. Karena begitu banyak pengguna jalan, maka diperlukan seperangkat aturan atau rambu-rambu atau setidaknya etika, sehingga setiap orang bisa mengguna jalan dengan baik, aman bagi dirinya dan bagi orang lain. Dia 1 Lihat misalnya opini-opini yang muncul di harian Kompas, Media Indonesia, Republika, dan lain-lain terbitan tiga tahun terakhir ini di bandingkan dengan masa-masa setelah kejatuhan Orde Baru. 2 Salah satu publikasi dari proceeding annual conference ini lihat misalnya, Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, Proceeding the 9 th Annual Conference on Islamic Studies 2009 , Surakarta: 2009. Meskipun secara umum harus diappresiasi bahwa annual conference ini adalah salah satu upaya wahana bagi pembaharuan pemikiran dalam Islam di Indonesia, akan tetapi dari segi siapa yang diundang untuk berbicara terlihat tidak begitu representative. Karena relatif mereka adalah orang- orang yang belum mempunyai reputasi yang luas. Dari sekitar 50 paper yang disajikan, tidak sampai 10 persen pembicaranya yang sudah mempunyai pengaruh di mata akademisi Indonesia. 3 Lihat misalnya komentar Henri Shalahuddin, โ€œPembelokan Makna ACIS,โ€ dalam http:// insists.multiply.com/., diunduh tanggal 12 Maret 2011. 4 Hal ini khususnya apabila dikaitkan dengan gerakan-gerakan anti bidโ€™ah yang menghambat munculnya pemikiran-pemikiran yang mengkritisi pendapat para pemikir (ulama) masa lalu. bisa sampai kepada titik yang ditujunya dan orang lain tidak merasa terganggu untuk mencapai titik yang dia tuju baik sama atau berbeda dengan tujuan pengguna jalan lainnya. Sesungguhnya, untuk berangkat dari satu titik menuju ke titik lain di setiap jengkal bumi dengan menggunakan kendaraan, seseorang harus menggunakan jalan yang juga digunakan oleh orang lain. Pada umumnya, jalan raya yang digunakan oleh publik yang beragam mempunyai peraturan dalam menggunakannya untuk menciptakan keselamatan bagi pengguna jalan itu sendiri. Meskipun jalan yang hanya digunakan oleh kalangan terbatas mungkin tidak diperlukan adanya aturan, karena potensi terjadinya tabrakan tidak terlalu signifikan atau dikhawatirkan, tetapi tetap saja diperlukan etika penggunaan ruang publik. Artinya, peraturan atau rambu-rambu dibuat untuk menghindari adanya pengguna jalan yang mengambil jalur orang lain dengan arah yang berlawanan atau semaunya saja. Pertama, di setiap negara di dunia ini ada peraturan yang mengharuskan bahwa seorang yang mengendarai kendaraan, baik roda dua atau roda empat dan seterusnya, harus menggunakan lajur sebelah kiri di sejumlah negara dan lajur sebelah kanan di sejumlah negara lainnya. Ketentuan ini berlaku permanen dan bersifat umum, terkecuali dalam kondisi yang sangat darurat. Di negara-negara Eropa dan Australia serta negara yang pernah dijajah oleh Inggris, pengendara menggunakan lajur kiri. Sementara di Amerika, mereka menggunakan lajur kanan. Siapapun yang menggunakan lajur yang berlawanan akan berpotensi kuat menciptakan kecelakaan yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain yang berlawanan arah. Kedua, meskipun seseorang menggunakan lajur yang sama, ketika dia harus men- dahului orang lain dengan menggunakan kecepatan yang lebih dari orang yang akan didahuluinya, maka dia harus menggunakan rambu-rambu dengan lampu sign -nya. Ini dilakukan ketika berada pada kondisi jalan yang memungkinkan seperti jalan lurus dan tidak ada pengendara yang berada dari arah yang berlawanan. Pengendara yang ada di depannya harus memberinya jalan selama itu memungkinkan. Tidak ada alasan bagi pengguna jalan yang untuk lamban menghambat dan tidak memberikan ruang bagi pengemudi lain yang ingin sampai lebih cepat ke tempat tujuannya. Ketiga, meskipun seseorang boleh menggunakan kecepatan tingggi untuk sampai pada tujuan yang ditujunya, pengendara yang bersangkutan tidak boleh menggunakan jalan semaunya, misalnya melebihi kecepatan yang dibolehkan, atau mengemudikan kendaraan dengan zig-zag yang berpotensi kuat terjadinya kecelakaan atau setidaknya mengkhawatirkan orang lain. Karena itu, di setiap negara, ada ketentuan kecepatan tertentu di jalan raya (tol atau high way ). Tidak boleh terlalu cepat, karena berpotensi kecelakaan seperti menabrak kendaraan di depannya atau tidak boleh terlalu lambat, karena menghambat orang lain yang ingin lebih cepat. Jika seorang pengemudi tidak bisa menjalankan kendaraan- nya dengan cepat sesuai aturan kecepatan yang ada di jalan tol, maka pengemudi tersebut dipersilakan menggunakan jalan biasa. Keempat, semakin banyak kendaraan, maka jalan yang digunakan juga seharusnya semakin diperlebar atau peraturan penambahan kendaraan yang diperketat. Keduanya ini dilakuan untuk menghindari kemacetan. Akibat langsung dari kemacetan merupakan penghambat orang untuk mempercepat sampainya pengendara pada tujuannya. Sementara akibat tidak langsung munculnya penyakit stress, dan bahkan bisa dimanfaatkan oleh pihak ketiga seperti pelaku kriminal di jalan raya. Demikian juga halnya dengan aktivitas pemikiran, di mana seseorang yang menyam- paikan sebuah wacana, pemikiran atau merespons pemikiran orang lain, sesungguhnya dia sedang menggunakan ruang publik yang juga digunakan oleh orang lain. Seabstrak apapun pemikiran itu, ketika ia memasuki ruang publik karena ia ditulis, dibaca, didengar dan disampaikan oleh atau kepada orang lain, maka ia akan bersentuhan dengan pemikiran orang lain, baik yang sependapat maupun yang tidak sependapat. Ada lalu lintas abstrak ibarat jalan raya tadi. Sesungguhnya, keruwetan arus lalu lintas pemikiran jauh melebihi arus lalu lintas pengguna jalan raya di atas tadi. Karena secara kuantitas, hampir semua orang mempunyai potensi aktif untuk menyampaikan gagasannya. Sementara, kendaraan ber- motor di jalan raya hanya dimikili oleh kalangan terbatas saja. Dapat diasumsikan potensi tabrakan pemikiran jauh lebih besar dari pada tabrakan di jalan raya. Meskipun dengan argumen demokrasi bahwa setiap orang bebas menyatakan pendapat- nya, tetapi apabila pendapat itu jelas akan berdampak negatif bagi kehidupan orang banyak, maka penyampaian pendapat seperti itu harus ada etika atau rambu-rambu. Dia juga harus memperhatikan rambu-rambu atau etika menggunakan ruang publik untuk itu. Jika tidak, maka hal yang sama yang tidak diinginkan dengan pengguna jalan di atas juga bisa terjadi, seperti tabrakan pemikiran. Rambu-rambu pengguna ruang publik ini seharusnya adalah rambu yang dibuat bersama dan untuk kepentingan bersama. Bukan rambu yang dibuat sekelompok orang terbatas yang hanya menguntungkan sekelompok orang dan merugikan atau bahkan menakutkan bagi orang lain. Jika orang-orang yang berpotensi baik untuk menyampaikan dan mengembangkan wacana pemkiran dalam rangka memperbaiki kehidupan sosial kemasyarakatan merasa ketakutan menggunakan ruang publik di atas, maka terjadilah kelesuan pemikiran. Inilah yang terjadi di Indonesia beberapa tahun terakhir. Ada sekelompok orang yang ingin menggunakan dan menyampaikan gagasan pemikiran pembaharuan tanpa batas (semaunya mungkin?) di satu pihak. Ada juga orang yang membuat rambu-rambu dan etika pengguna ruang publik ini semaunya juga. Ada sekelompok orang yang membuat rambu-rambu sendiri, yang tujuan mungkin saja baik, tetapi cara dan rambu-rambu yang dibuat tidak adil, karena merugikan pihak lain. Sebagai contoh adalah penghalalan darah orang tertentu setelah yang terakhir ini menyampaikan gagasan pemikirannya. Kebebasan seseorang menyampaikan pendapat tanpa batas yang disebutkan di sini dalam konsep Isaiah Berlin 5 disebut dengan negative liberty (kebebasan negatif). Menurut Berlin, ada dua konsep kebebasan yaitu kebebasan positif ( positive liberty ) dan kebebasan negatif ( negative liberty ). Negative liberty adalah kebebasan yang dinikmati seseorang untuk melakukan apa saja yang dia kuasa dan inginkan untuk melakukannya, tanpa ada hambatan dan aturan dari orang lain. Ringkasnya, negative liberty adalah kebebasan semaunya untuk berbuat tanpa aturan. Sedangkan positive liberty merupakan kebebasan yang bisa dinikmati seseorang untuk mengekspresikan dirinya dalam berbuat dan menyampaikan pendapat demi kemaslahatan publik dengan mengikuti aturan, sehingga kebebasan ini betul-betul demi kemaslahatan, kebaikan atau kepentingan orang banyak. Ringkasnya, positive liberty adalah kebebasan di mana seseorang bebas untuk memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya untuk melakukan sesuatu dengan menggunakan rambu-rambu. 6 Negative liberty, baik digunakan dalam ruang publik kongkrit seperti jalan raya di atas, maupun dalam ruang publik abstrak seperti pemikiran yang menjadi fokus tulisan ini, sama-sama berpotensi bagi terciptanya tabrakan atau setidaknya ketidaknyamanan publik. Karena itulah perlu ada rambu-rambu atau etika di mana seseorang harus membatasi diri ketika ruang publik yang dia pakai dengan kebebasan yang dia nikmati berpotensi menciptakan ketidaknyamanan bagi pengguna ruang publik lainnya. Meskipun demikian, ini tidak bisa diartikan pembatasan kebebasan berpikir, tetapi lebih tepat dan dapat diartikan sebagai pengaturan lalu lintas ruang berpikir yang dapat diistilahkan dengan ruang bagi positive liberty. ## Alternatif Logika Pembaharuan Pemikiran dalam Islam Menarik mengutip dua pendapat tokoh berikut. David Dean Commins berkata โ€œ return to the Quran and the Sunnah, and understand them as the pious forefathers had. Call Muslims to act according to their religionโ€™s teachings. Warn Muslims against polytheism in its various forms. Revive free Islamic thought within the bounds of Islamic principles. Set up an Islamic society and implement Godโ€™s law on earth. โ€ 7 Ziauddin Sardar berkata โ€œ all reformist work must start with recognition of the world as it is. We must see and understand the world as it exists and not as we would like it to be. Only when we appreciate the true dimensions of contemporary reality can we contemplate reforms that will create the world we want.โ€ 8 Dua kutipan di atas merepresentasikan dua pilihan yang telah dilakukan seorang 5 Isaiah Berlin, Four Essays on Liberty (Oxford: Oxford University Press: 1969) 6 Untuk lebih lanjut lihat Isaiah Berlin, Four Essays on Liberty (Oxford: Oxford University Press: 1969); Ian Carter, โ€œPositive and Negative Liberty,โ€ The Stanford Encyclopedia of Philosophy (Edisi Spring 2003). 7 David Dean Commins, Islamic Reform: Politics and Social Change in Late Ottoman Syria (New York, Oxford: Oxford University Press, 1990), h. vii. 8 Ziauddin Sardar, Islam, Postmodernism and Other Futures: A Ziauddin Sardar Reader (London: Pluto Press, 2003), h. 106. ## MIQOT Vol. XXXV No. 2 Juli-Desember 2011 pemikir pembaharu dalam Islam. Pilihan pertama apa yang mungkin disebut dengan. Sedangkan dari kutipan kedua dapat disebut reform or Islamisation, therefore, cannot be undertaken in isolation . 9 Dalam kaitannya dengan arti penting adanya keragaman pemikiran dalam umat Islam, Ziauddin Sardar menyatakan: Ciri ketiga dunia kita adalah keragaman yang adalah esensi kelangsungan hidup. Ber- tentangan dengan mitos Darwin, bukan yang terkuat yang bertahan hidup, tetapi mereka yang menggunakan pluralitas berarti. Monokultur mendominasi, mengisolasi, meng- asingkan, megurangi dan akhirnya melahirkan diri kematian dengan keseragaman. Analogi ini paling jelas ditunjukkan dalam pertanian: terlalu berat ketergantungan pada tanaman tunggal berakhir di kelaparan; monokultur memiliki masa depan yang terbatas. Namun banyaknya tanaman menghasilkan kelimpahan. Demikian pula, masya- rakat plural memiliki kesempatan yang lebih tinggi kelangsungan hidup budaya dan biasanya berkembang. 10 Cukup jelas apa yang dimaksudkan oleh Sardar di atas, bahwa beragamnya pemikiran dalam sebuah masyarakat akan menyebabkan masyarakat bisa dinamis dan bertahan lama. Karena itu, untuk menjadikan Islam sebagai rahmat li alโ€˜รขlamรฎn, membuktikan universalitas sistem nilainya, serta menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang sekarang bergerak super cepat, maka kontinuitas pembaharuan pemikiran berbagai aspek oleh pemikir dari berbagai latar belakang berbeda dalam Islam adalah sebuah keniscayaan yang tidak boleh ada tawar menawar, harga mati. Segala upaya untuk menggagalkannya dapat dianggap sebagai tindakan yang merusak makna hakiki kehadiran Islam sebagai agama rahmat li al-โ€˜รขlamรฎn ini. Ada fakta bahwa sebagian besar masyarakat Muslim berpendidikan rendah adalah kelompok yang sangat rentan menjadi korban dari arus negatif globalisasi. Bagi umat Islam yang masih mementingkan agama sebagai pedoman utama dalam hidupnya, globalisasi bisa menjadi batu ujian yang sangat berat. Karena, melalui arus globalisasi bisa mengalir berbagai budaya yang bisa ber- tentangan dengan nilai-nilai agama. Fakta lain adalah legasi sejarah bahwa pada kurun tertentu dari perjalanan sejarah Islam, umat Islam hanyut dalam taklid halal-haram oriented, ketimbang aspek pengembangan pemikiran. Setiap ada persoalan yang muncul masyakat Islam, dibiasakan merespons dengan melihat apa hukumnya, apakah halal atau haram. Bukan pertanyaan seperti mengapa dila- kukan seperti yang dilihat, bukan dengan cara lain yang lebih progresif. Adanya periode tertentu dari sejarah Islam yang terlalu menekankan fiqih sebagai jawaban terhadap sebagian besar aspek kehidupan, telah memformat cara pikir umat Islam seperti itu. Di samping itu, tentu saja anggapan pintu ijtihad telah ditutup dan kampanye anti bidโ€™ah adalah faktor 9 Ibid. , h. 107. 10 Ibid . lain yang tidak boleh dianggap kecil tanggungjawabnya terhadap petaka ketertinggalan Islam dari peradaban lain atau mungkin lebih tepat ketertinggalan Muslim dari nilai- nilai Islami dalam kehidupannya. Kembali mewabahnya gerakan anti pembaharuan di berbagai negara Islam, baik melalui lembaga pendidikan maupun kegiatan-kegiatan dakwah lainnya, jika tidak diimbangi oleh adanya keberanian untuk mengimbanginya, akan bisa berdampak besar bagi kelesuan kemandulan pemikiran dalam Islam. Lambat laun di suatu masa yang akan datang akan bisa memunculkan adanya generasi yang pemikirannya diamputasi, sebagaimana pengalaman sejarah pasca munculnya pendapat bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Akan tetapi, apa saja yang harus diperbaharui, sejauh mana hal itu dapat dilakukan serta bagaimana cara terbaik untuk memperbaharuinya adalah ruang yang amat luas dan mungkin tidak bertepi. Di sinilah sebenarnya, letak batu sandung besar penghambat gerakan pembaharuan pemikiran di dunia Islam, khususnya di Indonesia dewasa ini. Dalam komunitas umat Islam saat ini, ada bukti yang jelas bahwa di satu pihak ada keinginan luhur untuk memperluas ruang gerak bagi pemikiran Islam demi penyelarasan nilai-nilai Islam dalam kehidupan super Modern ini. Di samping tentu saja dalam rangka menghadapi kelesuan dan kemandulan internal sebagaimana disebutkan di atas. Namun di pihak lain, ada kekhawatiran yang luar biasa bahwa jika pembaharuan pemikiran dijalankan tanpa kendali (partner?), maka ia bisa keluar dari koridor yang mungkin bukan merupakan tujuan gerakan pembaharuan. Sulit untuk disangkal bahwa liberalisasi pemikiran โ€œabsolutโ€ telah menjadi salah satu batu sandung besar yang seakan sekarang membuat gerakan pemikiran seperti terhenti. 11 Namun liberalisasi โ€œabsolutโ€ ini pun tidak boleh dijadikan satu-satunya kambing hitam, tanpa adanya pemikiran rigid yang ada pada sudut โ€œabsolutโ€ lain, yaitu sikap anti pembaharuan. Hasil pemikiran fiqih, misalnya, sudah dianggap sesuci al-Qurโ€™an, tidak bisa diganggu gugat lagi. Karena itu, tidak boleh dikaji apalagi dikritisi untuk diberi pen- dapat baru terhadap sebuah masalah yang belum ada jawaban tuntas dalam karya-karya fiqih Klasik. Terlepas dari ketidakmampuan, kemalasan semata atau apakah karena alasan keyakinan tertentu, sikap sebagian ulama dan pemikiran Muslim yang antipati terhadap gagasan pembaharuan adalah kutub lain dari penghambat gerakan pembaharuan saat ini. Di samping itu, perlu juga dicatat bahwa pada dalam sejumlah perguruan tinggi Islam di Indonesia, seperti UIN, IAIN, STAIN atau universitas Islam lainnya, juga terlihat adanya semacam disorientasi mahasiswa dalam mengambil program Sarjana (S1) Magister (S2) atau program Doktor (S3), yaitu pragamatis dan akademis instan. Tentu saja, harus diakui 11 Dalam berbagai disuksi mata kuliah โ€œPerkembangan Pemikiran Modern dalam Islam (PPMDI) dengan mahasiswa S2 di PPs IAIN STS Jambi, seringkali muncul kritik bahwa gerakan pemikiran yang mengkritisi keberadaan al-Qurโ€™an atau ayat-ayatnya merupakan gerakan pemikiran โ€œliberalisasi absolutโ€ yang dicurigai untuk mengkritisi Islam itu sendiri, bukan pema- haman atau tafsiran terhadap kita sucinya. bahwa problem ini tidak hanya problem perguruan tinggi agama Islam saja. Gelar magister dikejar bukan lagi untuk kepentingan keilmuan, tetapi lebih banyak untuk kepentingan pangkat, jabatan atau status sosial lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya tuntutan supaya para guru atau dosen harus memperoleh sertifikat magister sebagai salah satu syarat untuk meningkatkan karir mengajar mereka. Demikian juga sejumlah calon atau anggota legislatif dan eksekutif yang tujuannya jauh sekali dari kepentingan akademis. Kehadiran mahasiswa pragmatis dan instan ini sungguh telah mengganggu idealisme akademis di sejumlah perguruan tinggi Islam. Selain itu, adanya sebagian dosen berlatar belakang pendidikan Malaysia dan Timur Tengah dengan gagasan salafiyah radikalnya, juga sering menjadi penghambat munculnya gagasan pemikiran pembaharuan, karena dianggap menyimpang dari Islam. Akibatnya, pemikiran pembaharuan tidak lagi menjadi sesuatu yang menarik untuk dilirik. Bahkan mungkin bisa dianggap mereka sebagai suguhan basi yang perlu disingkirkan. Gerakan pembaharuan pemikiran Islam dianggap sebagai bagian dari problem, bukan sebagai solusi terhadap problem yang dihadapi umat. Sejarah pembaharuan pemikiran di dunia Islam (Arab, Mesir, India, Turki, Iran, Indonesia, Syria dan Tunisia) telah bergulir sejak abad 18 atau awal abad 19. Di tanah Arab ditandai dengan gerakan Muhammad bin โ€˜Abd al-Wahhab dengan semangat pemurnian akidahnya. Gerakan pemurnian ini merupakan respon โ€˜Abd al-Wahhab terhadap realitas umat Islam yang menurutnya bertentangan dengan Islam yang pahaminya. 12 Kemudian, di Mesir dilanjutkan dengan trio al-Afghanรฎ-Muhammad โ€˜Abduh-Rasyid Ridhรข. Gerakan Pan-Islamisme yang diusung al-Afghanรฎ merupakan responsnya terhadap dominasi Eropa di satu pihak, dan melemahnya persatuan umat Islam di pihak lain. Sementara, โ€™Abduh mengambil langkah pemurnian yang juga digabungkan dengan pembaharuan sistem pendidikan di Universitas al-Azhar. 13 Hal ini bergulir ke berbagai negara Islam lain sampai beberapa dekade belakangan ini. Sebagian dari gerakan pembaharuan ini dapat dikatakan bukanlah bersifar refleksi-inisiatif murni yang muncul atas penggalian terhadap sumber Islam, yakni al-Qurโ€™an. Di Indonesia, gerakan pembaharuan Islam secara kelembagaan atau organisasi keagamaan sudah dimulai sejak pergantian abad 20 ke abad 21 yang lalu. Salah satu organisasi yang paling berjasa dalam hal ini adalah Muhammadiyah yang didirikan pada tahun 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah memulai pembaharuannya dengan mendirikan sekolah-sekolah. Tetapi perkembangan terakhir menunjukkan bahwa peran pemikir muda Muhammadiyah telah memberikan kontribusi yang amat besar bagi pem- baharuan pemikiran di Indonesia. Sedangkan gerakan pembaharuan pemikiran secara perorangan dan signifikan baru dimulai pada pertengahan kedua dari abad ke 20. Nama-nama yang perlu disebutkan 12 Commins, Islamic Reform, h. 34. 13 Indira Falk Gesink, Islamic Reform And Conservatism: Al-Azhar And The Evolution of Modern Sunni Islam (London-New York: I.B. Tauris Publishers, 2010). di antaranya Harun Nasution, Nurcholish Madjid, Munawir Sjazali, dan Abdurrahman Wahid. 14 Namun, sesungguhnya gerakan pemikiran yang menjadi pemicu utama gerakan pembaharuan belakangan ini adalah muara dari tragedi 9/11 2002, pengebomam World Trade Center (WTC), yang melenyapkan ribuan masyarakat sipil tidak berdosa. Gerakan Islam teroris telah dianggap satu-satunya yang bertanggungjawab terhadap petaka kemanusiaan itu. Ada paksaan untuk memilih โ€œ you are either with us or with our enemy, the terorists โ€ kata George W. Bush. Tentu saja tidak dapat dipungkiri adanya kesadaran kolektif, baik dari luar Islam maupun dari dalam Islam sendiri, bahwa ada persoalan dalam masyarakat Islam dalam memahami dan mengimplementasikan nilai-nilai Islam yang mereka yakini. Mengapa Islam yang salah satu pengertiannya โ€œdamaiโ€ bisa menjadi begitu brutal?. Islam yang begitu luwes dan lapang, mengapa seringkali dia menjadi begitu rigit dan sempit. Nilai Islam yang universal telah dijadikan mentalitas ghetto-parochialis (mentalitas sempit yang hanya senang berdiskusi dan bergaul dengan komunitas terbatas yang mempunyai gagasan tunggal saja). Gerakan pemikiran yang diusung oleh sejumlah aktivis pemikiran Islam di Indonesia belakang ini, seperti Islam Progresif, JIL (Jaringan Islam Liberal), the Wahid Institute, JIMM (Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah) dan saudara-saudaranya, berawal dari respons terhadap adanya gerakan-gerakan yang membela Islam dengan mentalitas di atas, setelah kran demokrasi dibuka lebar pasca kejatuhan rezim Soeharto dengan Orde Barunya. Dorongan untuk melakukan gerakan juga diperkuat oleh faktor eksternal, ketika terjadi kritik terhadap Islam pasca tragedi pengeboman World Trade Center 2001 di Amerika. Bahwa masing-masing gerakan ini menggunakan nama dan lembaga yang berbeda adalah persoalan pilihan saja. Dengan kata lain, pendirian gerakan-gerakan pembaharuan ini lebih banyak bersifat reaktif-responsif vis-ร -vis reflektif-kontemplatif. Salah satu watak gerakan pemikiran reaktif-responsif adalah mudahnya muncul kejenuhan atau kelambanan, ketika terjadi kurangnya aksi berlawanan atau kurangnya daya respon dari masyarakat luas. Ketika gerakan pembaharuan pemikiran ini menampakkan dirinya secara terang- terangan sebagai respons terhadap mentalitas ghetto dan rigid Islam radikal, maka reaksi balik dengan perlawanan sengit bahkan brutal muncul. Fatwa menghalalkan darah pengusung gerakan pembaharuan adalah bentuk kekesalan yang telah mencapai puncaknya. Contoh yang paling tepat untuk hal ini adalah fatwa yang dikeluarkan oleh pihak yang menghalalkan darah Ulil Absar Abdalla pada tahun 2004. Bentuk kekesalan ini juga ditunjukkan dengan cara penghinaan terhadap pembicara tertentu di ruang publik atau di sejumlah forum ilmiah. Jadi, ada aksi, reaksi serta reaksi kembali. Di sini terlihat relatif jelas bahwa yang terjadi adalah permusuhan akademis (untuk tidak mengatakan permusuhan sesungguhnya), 14 Dalam pengertian yang lebih luas, sebenarnya ada banyak nama tokoh dan organisasi Islam yang juga memberikan kontribusi penting dalam gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, namun untuk menyesuaikan dengan tema tulisan ini, maka nama-nama di atas ini dianggap lebih relevan untuk dimasukkan. bukan partner akademis. Perlu juga dimasukkan di sini adalah adanya sejumlah Islam yang sesungguhnya tidak mau memikirkan Islam (dengan bertaklid buta terhadap hasil pemikiran ulama Klasik), tetapi selalu memusuhi orang-orang yang berusaha berpikir sesuatu tentang Islam. Mengiringi peristiwa ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri mengeluarkan fatwa haramnya sejumlah gerakan pembaharuan pemikiran di Indonesia, termasuk apa yang dilakukan oleh Ulil Abshar Abdalla. 15 Menurut Ziauddin Sardar dalam Islam, Postmodernism and Other Futures: A Ziauddin Sardar Reader , setiap gerakan pembaharuan seharusnya dimulai dengan pengakuan terhadap dunia sebagaimana adanya, tidak sebagaimana yang diinginkan. Hanya dengan merekognisi dimensi sesungguhnya dari realitas kontemporer sebuah masyarakat, barulah seorang pembaharu dapat mengkontemplasikan pembaharuan yang akan menciptakan dunia sebagaimana yang diinginkan. 16 Meskipun ada kesan agak terlambat, beberapa tema workshop yang pernah dilakukan bisa dilihat sebagai pengakuan terhadap realitas as it is itu. Ini merupakan pertanda adanya kemajuan yang sangat berarti dan sangat penting bagi keberlanjutan gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia. Secara implisit, diketahui bahwa para pengusung gerakan pembaharuan di Indo- nesia melalui network LSAF, Yayasan Paramadina, the Wahid Institut, Jaringan Islam Liberal (JIL) dan Rahima, 17 menyadari adanya problem yang sedang dihadapi oleh gerakan pem- baharuan pemikiran Islam di Indonesia. Pertama, kesadaran bahwa gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia sedang mengalami stagnansi. Kedua, perlu ada upaya untuk menjawab pertanyaan mengapa terjadi stagnansi?. Ketiga, langkah atau solusi apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi stagnansi itu? Keempat, siapa saja atau jaringan mana saja yang mungkin dapat dilibatkan untuk mencari solusi terhadap problem tersebut? Serta pertanyaan lain sebagai turunan dari pertanyaan-pertanyaan ini. Bertolak dari pertanyaan-pertanyaan ini, akan dielaborasi lebih lanjut problem-problem yang dihadapi oleh gerakan pembaharuan pemikiran Islam di atas. Problem-problem ini juga berdasarkan pada asumsi bahwa gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia disadari sedang mengalami stagansi atau lebih tepat time out, setelah mendapat tantangan sengit, baik dari gerakan yang berseberangan maupun dari masyarakat luas yang men- dukung gerakan yang berseberangan itu. Dari elaborasi ini, tulisan ini juga akan berusaha untuk menawarkan solusi alternatif untuk memecahkan kebekuan gerakan pembaharuan pemikiran di Indonesia. 15 Tentang aksi dan reaksi terhadap fatwa ini, lihat Budhy Munawar-Rachman, Reorientasi Pembaruan Islam: Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme Paradigma Baru Islam Indonesia (Jakarta: Paramadina, 2010), h. 5-12. Buku ini membahas dengan mendalam tentang problem yang dihadapi oleh perkembangan pemikiran Islam dari perspektif pelakunya dalam dekade terakhir di Indonesia. 16 Sardar, Islam, Postmodernism and Other Futures, h. 106. 17 Charles Kurzman (ed.). Liberal Islam: A Sourcebook (Oxford and New York: Oxford University Press, 1998). ## Berbagai Problem Pembaharuan Pemikiran Jika sebuah gerakan pembaharuan diandaikan sebagai obat terhadap sebuah penyakit, maka diagnosa terhadap penyakit apa yang sedang diderita pasien menjadi sangat penting dan harus dilakukan dengan cara akurat. Hal ini dilakukan supaya menghindari meng- obatan yang salah terhadap penyakit yang sesungguhnya diderita pasien. Pengakuan terhadap adanya penyakit setelah didiagnosa dan adanya keinginan untuk sembuh merupakan sesuatu yang lebih penting lagi. Dari sinilah titik tolak yang lebih jelas terhadap keberlanjutan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia, yaitu penguraian problemnya dan mendiskusikan serta menindaklanjuti solusi yang mungkin ditawarkan. ## Problem Definisi dan Orientasi Problem pertama dalam pembaharuan pemikiran di dunia Islam adalah problem definisi kedirian gerakan pembaharuan pemikiran itu sendiri, atau lebih tepatnya batasan wilayah kerja pembaharuan sejauh hubungannya dengan al-Qurโ€™an atau dalam batas tertentu juga sunnah Nabi Muhammad SAW. Maksudnya, terlihat adanya kekaburan antara penafsiran dan mempertanyakan eksistensi dari kedua atau sebagian dari konten sumber sakral dan utama dalam Islam itu. Ada perbedaan yang sangat jelas antara pembaharuan terhadap Islam itu sendiri dengan pembaharuan pemikiran tentang Islam, dalam hal ini penafsiran terhadap al-Qurโ€™an dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Di dunia Barat-Kristen, ketika terjadi kritik keras dari gerakan sekularisme, penafsiran maupun eksistensi sumber dan konten keduanya menjadi sasaran dan wilayah kerjanya, tidak terbatas pada wilayah penafsiran saja. Kemenangan gagasan sekularisme dalam banyak wilayah kehidupan publik tidak lagi hanya menambah sistem nilai gereja yang ada, tetapi menggantinya. Substansi sistem nilai dari Injil dan gereja digantikan dengan sistem nilai sekuler. Gereja, kitab suci dan para gerejawan secara perlahan dimarjinalkan dari kehidupan publik, atau setidaknya distigmatisasi di ruang publik yang menyebabkan- nya sering lumpuh tidak berkutik lagi. Sementara, di dalam atau terhadap kedua sumber sakral itu (al-Qurโ€™an dan Hadis) dan apa yang dapat atau harus diperbaharui adalah problem kedua terpenting yang perlu didudukkan dalam rangka memperkecil resistensi dari gerakan anti pembaharuan yang bermuara pada stagnansi tersebut. Dengan teori hudud- nya (keterbatasan), Muhammad Shahrur menghimbau dengan nyaring para intelektual Islam pendukung gerakan pem- baharuan untuk membuka ruang penafsiran setiap ayat al-Qurโ€™an dengan mengabaikan istilah ayat-ayat qathโ€˜iyyah yang selama ini diyakini oleh sebagian besar mufassir. Semua ayat al-Qurโ€™an terbuka untuk ditafsirkan. Namun pada saat yang sama, Shahrur juga mengingatkan bahwa kerja pembaharuan ini dilakukan dalam batas wilayah penafsiran, bukan menggugat eksistensi teks al-Qurโ€™an. Hal ini tentu sangat bertentangan dengan ## MIQOT Vol. XXXV No. 2 Juli-Desember 2011 apa yang dilakukan oleh Irsyad Manji dengan The Trouble with Islam- nya. 18 Manji di sejumlah tempat secara jelas menggugat eksistensi ayat-ayat al-Qurโ€™an. Hal seperti ini juga kelihat- annya telah menginspirasi sebagian aktivis pembaharuan pemikiran di Indonesia. Gerakan-gerakan yang disebutkan terakhir ini lebih tepat disebut sebagai gerakan pembaharuan terhadap โ€œIslamโ€ itu sendiri, karena esensi dari sakralitas Islam terdapat pada kitab sucinya, al-Qurโ€™an. Di sinilah diperlukan diskusi tentang definisi dan batasan pembaharuan ini. Jika yang dikritik adalah keberadaan โ€œIslamโ€ itu sendiri, bukan pemahaman terhadapnya atau terhadap kitab sucinya, maka inilah salah satu faktor munculnya resistensi keras dari sejumlah gerakan dalam Islam. Jika upaya pembaharuan yang dilakukan bertujuan untuk menggantikan Islam dengan โ€œnilai-nilai kebebasan liberal dan sekulerโ€ mutlak, yang bermuara pada menggantikan Islam dengan โ€œsistem,โ€ โ€œnilaiโ€ atau โ€œkeyakinanโ€ lain, ini bukan tujuan dari diskusi dalam tulisan ini. Problem definisi ini juga bisa dilihat dari perspektif โ€œ modernization โ€ versus โ€œ revivalization โ€, pembaharuan modernis versus pembaharuan kembali. 19 Modern reformis lebih banyak diinspirasi oleh Europeanisasi atau Westernisasi murni. Meskipun banyak dinilai yang dibawa gerakan ini dapat dijustifikasi oleh al-Qurโ€™an sebagai huda, namun pelabelan gerakan yang Eurocentrisme atau Westernisme itu sangat sering menjadi persoalan. Pelabelan ini telah menyebabkan pengabaian terhadap substansi pembaharuan dan sangat pentingnya konten gerakan yang dilakukan bagi perbaikan umat Islam secara keseluruhan. Bukankah lebih baik kebebasan tanpa batas itu tidak perlu diberi embel-embel โ€œIslamโ€. Sebab penggunaan Islam bisa merupakan plat form yang membatasi ruang gerak kebebasan berpikir. Termasuk problem besar dalam definisi ini adalah orientasi atau tujuan gerakan pembaharuan. Sebagian gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia saat ini dapat dikatakan sporadis, responsif dan reaktif, ketika gerakan-gerakan itu secara eksplisit sebagai upaya untuk menjadi lawan tanding dari gerakan radikal dalam Islam. Bahkan lebih problematis lagi, ketika gerakan itu hanya merupakan respons terhadap pemikiran sempit seorang tokoh Islam radikal. Gerakan pembaharuan tidak didasarkan nilai-nilai Islam universal yang berawal dari problem masyarakat Islam dalam konteks lebih luas sebagai warga masyarakat peradaban global. Ringkasnya, sebagian dari gerakan pembaharuan pemikiran di dunia akademis Islam tidak ubahnya seperti hulu sungai tanpa muara. Tidak ada tujuan akhir yang jelas dan secara definitif reachable (dapat terjangkau dan terukur) , dapat dicapai dengan cara dalam batas tertentu untuk target-target tertentu. 18 Irsyad Manji, The Trauble with Islam (Australia: Random House, 2003). 19 Fazlur Rahman, Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism, edited by Ebrahim Moosa (Oxford: One-world Publications, 2000); John O. Voll, โ€œRenewal and Reform in Islamic History.โ€ In Voices of Resurgent Islam, edited by John L. Esposito, 32โ€“47 (New York: Oxford University Press, 1983); Seyyed Vali Reza Nasr, Mawdudi and The Making of Islamic Revivalism (New York dan Oxford: Oxford University Press, 1996); Charles Kurzman, Modernist Islam, 1840โ€“1940: A Sourcebook ( Oxford and New York: Oxford University Press, 2002). ## Problem Pendekatan Bagaimana cara memperbaharui serta apa tujuan pembaharuan dalam Islam adalah problem berikutnya yang perlu didiskusikan dari waktu ke waktu. Yang lebih diperlukan dalam pembaharuan pemikiran adalah diskusi bukan debat kusir, seperti perebutan pengaruh publik sebelum Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah). Diskusi dapat di- follow-up sampai sebuah gagasan dapat menciptakan perubahan sosial lebih luas. Diskusi bisa bermuara pada kesepakatan atau kesalingmengertian antara peserta diskusi. Meskipun tidak harus selalu terjadi kesepakatan. Sebaliknya, debat hampir selalu bermuara pada upaya mem- pertahankan diri atau apoligistik, ketimbang melihat kebenaran sebuah pemikiran. Pihak yang kalah dan lemah argumen dalam sebuah diskusi bisa saja bergabung dan mendukung argumen yang lebih unggul dan rasional. Sebaliknya, dalam sebuah debat, pihak yang menang bisa mengeliminasi pihak yang kalah sampai pada pengambil-alihan keberpihakan audiens yang tadinya lebih banyak berlaku pasif. Dalam sebuah perdebatan, pada umumnya yang lebih jernih mengambil kesimpulan adalah pendengar. Sedangkan dalam diskusi, baik partner diskusi maupun pendengar sama-sama bisa mengambil kesimpulan yang jernih. Di samping itu, dalam sebuah debat yang dicari adalah keunggulan sepihak untuk mengalah pihak lain yang bermuara pada ujung yang berbeda. Sedangkan dalam sebuah diskusi, fokus utama adalah mencari titik temu. Meskipun ada kalanya titik temu itu sendiri adalah kesepakatan untuk berbeda pendapat. Ciri lain dari debat adalah mempunyai keterbatasan waktu apabila sudah ada pihak yang lebih unggul atau memang masing-masing sepakat untuk mengakhiri. Sedang diskusi bisa saja menjadi sebuah serial yang berkembang sesuai dengan kondisi yang diciptakan. Dalam sebuah debat, audiens lebih banyak sebagai pendengar pasif yang bisa terpengaruh untuk mengambil sikap meskipun isu yang diperdebatkan bisa saja merupakan kepentingan mereka. Sedangkan dalam sebuah diskusi, audiens bisa terlihat secara aktif baik topik yang didiskusikan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka atau tidak. Salah satu etika diskusi adalah mengakui keunggulan argumen partner dikusi, apabila didukung oleh argumen dan fakta yang kuat. Hal ini jarang terjadi dalam sebuah perdebatan. Fenomena debat antara pengusung pembaharuan Islam dan penolaknya dalam wacana pembaharuan pemikiran di Indonesia kelihatannya diilhami oleh apa yang terjadi di sebagian besar negara Barat yang sekarang sekuler ketika mereka dulu mengalahkan argumen Gereja yang menguasai ruang publik. Apa yang terjadi di dunia Barat se yang dapat disaksikan pada hari ini adalah marginalisasi agama dari ruang publik, sampai akhirnya ruang publik hanya diisi oleh sekularisme murni. Agama menjadi sesuatu yang aneh yang seharusnya perlu masuk penangkalan, namun didesak sedemikian rupa, sehingga harus mencari tempat keluar dari wilayahnya. Jika sebagian besar pendekatan yang digunakan debat disebabkan oleh pengaruh tertentu, baik apa yang terjadi antara pihak Gereja dan sekularis di Barat maupun pengaruh pendekatan Timur Tengah masih dapat ditolerir, maka sebagian dari pendekatan yang ## MIQOT Vol. XXXV No. 2 Juli-Desember 2011 digunakan di Indonesia tidak jauh beda dari UFC ( Ultimate Fighting Championship ) yang sering bermuara pada kuncian mati, sehingga pihak yang kalah bertekuk lutut sampai tidak bisa berbuat apa-apa dalam sebuah forum. Padahal seharusnya, tidak ada istilah menang mutlak dalam sebuah pertarungan pemikiran. Karena, kebenaran pemikiran bersifat relatif yang sangat tergantung pada situasi ruang dan waktu. Stagnasi gerakan pemikiran beberapa tahun terakhir ini bisa dilihat dalam konteks ini, ketika gerakan yang berlawanan mendapat applous yang semakin kuat dan tempat yang semakin luas dalam masyarakat. Jika gerakan pembaharuan pemikiran mendapat giliran ketika vendulum sejarah lebih mendekatinya suatu saat nanti, maka tidak tertutup kemungkinan apa yang dilakukan oleh penentang pembaharuan ini menjadi watak gerakan pembaharuan juga. ## Problem Penamaan Gerakan Salah satu problem lain yang memperlambat pengaruh pembaharuan pemikiran dan menyempitnya ruang publik yang dapat digunakan adalah pekerjaan rumah yang belum sepenuhnya selesai, yaitu antara substansi dan formalitas. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Nurcholish Madjid (Cak Nur) pernah mengingatkan para pengusung Islamis untuk tidak terlalu terfokus pada simbol โ€œIslamโ€ dan mengabaikan substansi. Ajaran moralitas tidak perlu diberi nama apapun, termasuk juga moralitas berbasis Islam, jika ia mau dijadikan moralitas universal. Sebenarnya, jika pengusung gerakan pembaharuan pemikiran bisa mengoreksi diri, maka apa yang diingatkan kedua tokoh pemikir ini terhadap gerakan yang berseberangan dengan โ€œIslamisโ€ juga bisa dijadikan salah satu hal yang perlu direnungkan. Sebagian penyebab munculnya resistensi, seperti dikemukakan di atas adalah kesalah- pahaman yang muncul akibat simbol formalitas penamaan gerakan, seperti kata โ€œliberalโ€. Seringkali sesungguhnya, ada substansi yang bisa dijadikan titik temu. Sudah sejak zaman penjajahan dulu, istilah โ€œliberalโ€ menghadapi problem di Indonesia. Meskipun sebagian besar masyarakat Muslim Indonesia yang โ€œterdidikโ€ ada yang sudah dapat mengabaikan nama-nama asing yang bisa diidentikkan apa yang pernah dilakukan penjajah dulu. Seringkali sebuah gerakan dukungan atau penolakan sesungguhnya tidak terlalu besar, tetapi kemudian mendapat dukungan semakin besar dari masyarakat hanya karena hal yang tidak substantif itu, yaitu karena nama yang tidak familiar di tengah masyarakat. Mengapa sejumlah nama jurnal yang menyuarakan suara โ€œliberal,โ€ tapi dengan nama lebih ke-Arab-an tidak men- dapat penolakan sebesar โ€œliberalโ€ belakangan ini, barangkali adalah contoh terbaik untuk direnungkan. Siapa saja bisa berargumen bahwa apalah arti sebuah nama. Namun, ketika sebuah nama yang betul-betul merupakan refleksi dari apa yang menjadi spirit dari sebuah gerakan pemikiran, maka sesungguhnya nama itu adalah gerakan itu sendiri. Mengapa sejumlah gerakan pembaharuan dalam Islam menggunakan istilah seperti pembaharuan kembali ke al-Qurโ€™an dan Hadis Nabi Muhammad, seperti yang pernah dilakukan oleh Muhammadiyah, padahal tidak jarang juga membawa sistem nilai yang sesungguhnya bermuara dari Barat, tetapi mendapat dukungan luas?. Jawaban yang dekat adalah karena sedalam-dalam atau sekeras-keras kritik diajukan terhadap sebuah realitas, namun muaranya akan tetap mempertahankan Islam (al-Qurโ€™an dan Hadis Nabi Muhammad SAW.) Yang akan ditinggalkan atau dipinggirkan adalah tafsir atau pemahaman dan praktik keislaman yang diyakini tidak sesuai dengan tujuan utama Islam diturunkan sebagai sebuah agama yang mempunyai misi universal. ## Problem Spirit Motivasi dan semangat yang melatar belakangi sebuah gerakan atau karya pemikiran pembaharuan bisa dilihat sebagai sebuah pedang bermata dua, bisa berdampak positif dan negatif. Jika seorang pembaharu dilatarbelakangi oleh โ€œpaksaanโ€ agenda dari luar, maka ini bisa bermuara pada menyenangkan orang lain dan โ€œdimusuhiโ€ orang Muslim sendiri. Meskipun di sini bisa terjadi perdebatan panjang. Namun, seringkali terlihat kegiatan gerakan pembaharuan ketika motivasi tidak murni kepentingan internal Islam, setidaknya ada alasan untuk dicurigai. Salah contoh bisa dikemukan, ketika sebuah gagasan pemba- haruan yang lebih sering disuarakan di hadapan audiens non-Muslim. Pada hal yang perlu diperbaharui adalah realitas yang ada dalam tubuh Islam. Di sinilah sering muncul tuduhan bahwa seolah gerakan pembaharuan merupakan agen luar yang dimasukkan ke Islam, sebuah tuduhan yang tidak selamanya atau belum tentu benar sama sekali. Problem lain yang bisa diasosiasikan dengan sikap dan karakter ini adalah apa yang disebut Ziauddin Sardar sebagai ghetto mentality , yaitu sebuah mentalitas senang berkumpul dengan orang-orang yang satu gagasan saja tanpa kritik. Ghetto mentality sesungguhnya bukan penyakit dari pengusung Islam radikal saja, tetapi juga secara tidak sadar merupakan mentalitas dari pengusung sejumlah gerakan pembaharuan. Upaya yang dilakukan JIL dengan melaksanakan kerjasama dengan berbagai perguruan tinggi untuk diskusi tematis sangat perlu diapresiasi. Namun, hal ini perlu dikembangkan dengan melibatkan gerakan serupa yang lebih luas dengan mengikutsertakan gerakan yang berbeda pada saat yang sama. Ketika animo masyarakat tidak besar terhadap kegiatan ini, maka pertanyaan โ€œmengapaโ€ sangat perlu untuk diajukan, untuk selanjutnya dicari jalan keluarnya melalui self-critics . Tidak malah menyerah dengan kenyataan dan bertahan pada cara yang tadinya tidak mendapat respons baik dari masyarakat, seperti yang terjadi sejak lebih kurang tiga tahun terakhir ini. ## Problem Keterbatasan Ruang dan Waktu untuk Gagasan Besar Ketidakarifan atau mungkin keterpaksaan penggunaan ruang dan waktu sempit yang tidak seimbang dengan besar atau beratnya gagasan atau isu yang menjadi fokus wacana juga merupakan problem dan penghambat berjalannya pemikiran pembaharuan ## MIQOT Vol. XXXV No. 2 Juli-Desember 2011 di Indonesia. Seringkali pengusung pemikiran pembaharuan menggunakan ruang yang terbatas, seperti koran, talkshow baik TV maupun radio dan diskusi lepas, dibandingkan dengan penulisan sebuah buku yang โ€œtuntasโ€ ketika mendiskusikan isu-isu berat yang membutuhkan ruang yang memuaskan untuk menuntaskan sebuah topik pembicaraan. Seringkali pengusung pembaharuan pemikiran tidak sepenuhnya menyadari sudah masuk ke dalam skenario kerja jurnalis yang sering lebih mengutamakan popularitas dibandingkan menuntaskan pemahaman. Salah satu contoh terakhir adalah apa yang dilakukan oleh Teater Hutan Kayu satu hari setelah workshop โ€œMenata Kembali Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia.โ€ Pada diskusi serial JIL ini, Ulil Absar Abdalla menyampaikan papernya dengan judul โ€œDoktrin- doktrin yang kurang perlu dalam Islamโ€. Pada dasarnya, apa yang disampaikan Ulil dalam paper (pokok pikiran)-nya itu tidak begitu jauh dengan dengan kampanye anti bidโ€™ah ala gerakan โ€œsalafiโ€. Tapi, dasar pemikiran yang disampaikan Ulil yang melandasi pemikirannya itu tidak dimuat dalam pokok pikirannya itu. Padahal, sebelas poin yang disampaikan Ulil adalah isu-isu yang sangat memerlukan landasan pemikiran yang kuat. 20 Karena itu, sangat perlu disertai dalam pokok pikirannya itu, tidak dimuat secara terpisah. Demikian juga, sejumlah gagasan gerakan pembaharuan pemikiran yang pernah disampaikan Ulil sebelumnya seperti tentang haji, jilbab dan sebagainya. Argumen-argumen yang bersumber dari ayat-ayat al-Qurโ€™an atau Hadis Nabi Muhammad SAW yang sering dijadikan alasan oleh penantang pembaharuan pemikiran dalam Islam sama sekali tidak disentuh oleh Ulil. Sebagai contoh argumen bahwa Nabi Muhammad adalah nabi penutup ( khatam al-nabiyyรฎn ) berdasarkan Q.S. al-Ahzab/33: 40. Sekiranya Ulil bisa membahas lebih jauh tentang tafsiran khatam al-nabiyyรฎn, maka tentu akan terjadi diskusi dan adu argumen. Ketika Ulil menyatakan kurang perlunya doktrin bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir/penutup dalam Islam, sehingga memungkinkan penganut Islam tertentu, seperti Ahmadiyah, berhak hidup di Indonesia, tidak begitu kuat ketika argumen yang mendukung doktrin ini tidak secara tuntas dijelaskan. Demikian juga doktrin-doktrin lain yang disampaikan oleh Ulil dalam pokok pikirannya tentang โ€œDoktrin yang tidak perlu dalam Islamโ€ itu. Terlalu sempit ruang yang disediakan untuk gagasan atau isu-isu yang sangat penting dan besar itu. ## Problem Kelembagaan Meskipun masih memerlukan data dan kajian lebih lanjut, namun dari berbagai diskusi lepas dan korespondensi dengan berbagai teman, baik dalam maupun manca negara, dapat dikatakan bahwa faktor kelembagaan merupakan salah satu problem dalam pem- 20 Untuk lebih jelasnya tentang pokok-pokok pemikiran Ulil Abashar ini, lihat โ€œDoktrin- doktrin yang Kurang Perlu dalam Islamโ€, disampaikan pada Dikuski serial JIL (Jaringan Islam Leberalโ€, Teather Hutan Kayu, Jakarta tanggal 30 Desember 2010. baharuan pemikiran di Indonesia. 21 Pertama, bahwa keberadaan dari sejumlah gerakan pembaharuan pemikiran di Indonesia yang berbasis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang sebagaian besar pendanaan programnya tergantung pada penyandang dana, baik dalam maupun luar negeri, kemungkinan bagian dari penyebab lain tidak stabilnya perjalanan gerakan pembaharuan pemikiran yang dilakukan. Sebagai LSM, setidaknya ada empat faktor yang menentukan perjalanannya; adanya Sumber Daya Manusia, adanya program, adanya dana untuk menjalankan program dan adanya penyandang dana baik yang bersifat permanen maupun yang bersidat indisentil. Terlepas apakah dapat dibuktikan atau tidak, keberadaan sejumlah LSM berlabel Islam yang dibiayai luar negeri atau penyandang dana tertentu dari dalam negeri, sudah lama dicurigai mempunyai tujuan dan agenda yang โ€œdipesan,โ€ bukan egenda murni sebagai refleksi dari analisa problem masyarakat. Kedua, keberadaan LSM gerakan pemikiran Islam yang terkadang terlihat kasat mata berhubungan dengan lembaga-lembaga politik praktis juga dianggap bahwa LSM terkait sebenarnya mempunyai kepentingan-kepentingan praktis dan instan. Itulah salah satu sebab lain yang terkadang membuat idealisme gerakan pembaharuannya berjalan tersendat-sendat. ## Penutup Berdasarkan uraian di atas, maka langkah prioritas dalam menata kembali pembaharuan pemikiran dalam Islam Indonsia sebagai bagian terhadap kontribusi global adalah dengan menjadikan gerakan pembaharuan sebagai gerakan membangun โ€œperadaban masyarakat universalโ€ berbasis nilai-nilai yang bersumber dari Islam. Hal ini dilakukan atas pertimbangan keyakinan universalitas nilai-nilai Islam. Dengan demikian, ghetto mentality yang menye- babkan nilai Islam menjadi sempit, bringas, radikal, termasuk teror fisik maupun mental, dapat dihindari melalui perbaikan agenda dan perubahan pendekatan. Respons-respons sporadis terhadap gerakan yang berseberangan akan lebih baik dialihkan pada perhatian terhadap masyarakat luas, di mana gerakan yang berseberangan seringkali memperoleh dukungan. Menggunakan ruang publik dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh publik luas sebagaimana yang digunakan oleh gerakan anti-pembaharuan menjadi hal yang sangat perlu dipertimbangkan kembali. Dalam konteks inilah, kesan elitis gerakan pembaharuan pemikiran di Indonesia harus melihat situasi dan kondisi. Meskipun kesan elit dan arogansi akademis perlu dipertahankan pada saat tertentu, namun ada situasi dan kondisi tertentu di mana gerakan pembaharuan harus menanggalkan keelitisannya. Namun perlu diingat, bahwa gagasan dan perjalanan globalisasi saat ini hampir tidak memungkinkan adanya satu kontributor tunggal untuk membangun peradaban universal, tidak juga Barat yang sudah sangat maju itu. 21 Salah satu korespondensi penting dalam tulisan ini adalah dengan Munโ€™im A. Asirry yang sependapat dalam hal ini. Hal ini didukung oleh perbandingan yang dia buat antara Indonesia dan di Amerika. Dalam gagasan membangun peradaban (atau lebih tepatnya meneruskan) bangunan pondasi kemanusian global, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, sifat gerakan yang permanen, terus menerus dan menyeluruh. Artinya, para pengusung dan pejuang pembaharuan pemikiran Islam sangat dituntut untuk mendata problem masyarakat, membangun atau mencari teori untuk mengatasinya, serta melibatkan per- orangan atau lembaga tertentu dalam mengatasi problem terkait. Kedua, program dan tema-tema gerakan disesuaikan dengan problem masyarakat yang diperoleh dari hasil pene- litian tentang realitas kehidupan masyarakat. Dalam konteks semua inilah, membangun kerja sama yang โ€œpermanenโ€ dengan lembaga perguruan tinggi menjadi sangat penting, dan mungkin niscaya. Lembaga peguruan tinggi adalah lembaga yang harus bertanggung jawab untuk mengantisipasi dan merekayasa perubahan sosial. Rekayasa perubahan sosial ini salah satu titik temu antara gerakan pem- baharuan pemikiran Islam yang ada di luar kampus. Namun dalam membangun kerjasama dengan perguruan tinggi, tentu ada persyaratan-persyaratan awal yang harus dipenuhi dan disepakati. Karena bagaimanapun perguruan tinggi tentu dalam hal ini mempunyai posisi bargaining yang lebih besar, karena ia bersifat permanen. Di sinilah perlu untuk diambil langkah-langkah mengantisipasi, menghindari dan mengatasi problem-problem yang disebutkan di atas. Pekerjaan menata kembali gerakan pembaharuan pemikiran Islam di Indonesia ini tidak mudah, tetapi jika pemikiran adanya stagnansi gerakan pemikiran di Indonesia dibenarkan, dan upaya untuk mengatasinya disepakati, maka pokok-pokok pikiran di atas menjadi sangat perlu dijadikan salah satu pintu masuk mengatasi stagnansi itu. ## Pustaka Acuan Berlin, Isaiah. Four Essays on Liberty . Oxford: Oxford University Press: 1969. Carter, Ian. โ€œPositive and Negative Liberty,โ€ dalam The Stanford Encyclopedia of Philosophy , Spring 2003. Commins, David Dean. Islamic Reform: Politics and Social Change in Late Ottoman Syria . New York, Oxford: Oxford University Press, 1990. Gesink, Indira Falk. Islamic Reform And Conservatism: Al-Azhar And The Evolution of Modern Sunni Islam . London-New York: I.B. Tauris Publishers, 2010. Kurzman, Charles (ed.). Liberal Islam: A Sourcebook . Oxford and New York: Oxford University Press, 1998. Kurzman, Charles. Modernist Islam, 1840โ€“1940: A Sourcebook. Oxford and New York: Oxford University Press, 2002. Nasr, Seyyed Vali Reza. Mawdudi and the Making of Islamic Revivalism . New York dan Oxford: Oxford University Press, 1996. Rahman, Fazlur. Revival and Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism, edited by Ebrahim Moosa. Oxford: One-world Publications, 2000. Sardar, Ziauddin. Islam, Postmodernism and Other Futures: A Ziauddin Sardar Reader . London: Pluto Press, 2003. Shalahuddin, Henri. โ€œPembelokan Makna ACIS,โ€ dalam http://insists.multiply.com/. Voll, John O. โ€œRenewal and Reform in Islamic History,โ€ In John L. Esposito (ed.), Voices of Resurgent Islam. New York: Oxford University Press, 1983.
fad501de-b7f3-48dc-97c8-dc38db01588a
https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jinop/article/download/18924/10988
## JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran) P-ISSN 2443-1591 E-ISSN 2460-0873 Volume 8, Nomor 1, Mei 2022, pp. 20-32 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jinop Moodle, digital board dan video conference: Inovasi media pembelajaran Bahasa Inggris selama emergency remote teaching di masa pandemi Covid-19 Lina Septianasari 1 ) * 1 Pendidikan Bahasa Inggris, STKIP Muhammadiyah Bogor, Jl. Raya Leuwiliang No. 106, Bogor, Indonesia [email protected] * * Penulis Koresponden ## ABSTRAK Inovasi penggunaan media pembelajaran ditengah pengajaran jarak jauh darurat atau Emergency Remote Teaching (ERT) merupakan hal yang sangat diperlukan, khususnya dalam pengajaran Bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh dosen Bahasa Inggris, serta perspektif mahasiswa terkait inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh dosen selama ERT. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif statistik digunakan sebagai desain penelitian dari studi ini. Purposive sampling digunakan dalam penelitian ini, dikombinasikan dengan kuesioner dan wawancara sebagai instrumen untuk mengumpulkan data. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan software LISREL dan pendekatan kualitatif deskriptif untuk menghitung data statistik dari kuesioner dan mendeskripsikan data dari wawancara. Temuan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Learning Management System (LMS) yang digunakan bersamaan dengan digital board dan video conference , memperoleh respons yang positif dari mahasiswa dari segi materi, self-efficacy, dan kegunaan. Inovasi yang dilakukan oleh dosen dalam memadukan media pembelajaran dapat membantu dosen untuk memastikan ketercapaian kegiatan pembelajaran selama ERT. Kata Kunci: Emergency Remote Teaching (ERT); LMS; LISREL; Inovasi Pembelajaran ## ABSTRACT Innovation in the use of learning media amid an Emergency Remote Teaching (ERT) is indispensable, especially in teaching English as a foreign language. This study aims to document learning innovations carried out by English Lecturers and investigate studentsโ€™ perspectives regarding learning innovations carried out by their classroom lecturers during ERT. Statistical quantitative and qualitative approaches were used in the research design of this study. Purposive sampling combined with questionnaires and interviews as instruments to collect data. The data were analyzed by using LISREL software supported with a descriptive qualitative approach to calculate statistical data from the questionnaire and to describe data from interviews. The findings indicate that the LMS combined with digital boards and video conference platforms have received quite a positive response from students in terms of material, self-efficacy, and usability. The innovations made by lecturers in integrating learning media can help the lecturers to maintain the achievement of learning activities during ERT. Keywords: Emergency Remote Teaching (ERT); LMS; LISREL; Learning Innovation diunggah: 2021/12/01, direvisi: 2022/03/09, diterima:2022/04/27, dipublikasi: 2022/05/31 Copyright (c) 2022 Septianasari This is an open access article under the CCโ€“BY license Cara Sitasi: Septianasari, L. (2022). Moodle, digital board dan video conference: Inovasi media pembelajaran Bahasa Inggris selama emergency remote teaching di masa pandemi Covid-19. JINoP (Jurnal Inovasi Pembelajaran) , 8(1). https://doi.org/10.22219/jinop.v8i1.18924 ## PENDAHULUAN Teknologi digital menjadi kunci untuk menjembatani keberlangsungan pelaksanaan pendidikan selama pandemi. Espino-Diaz et al. (2020) mengemukakan bahwa simbiosis antara Information and Communication Technology (ICT) dan neuroedukasi dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam pergeseran paradigma pendidikan seperti yang tengah terjadi saat ini. Dalam pada itu, para pendidik dituntut untuk berinovasi dan mengasah kreativitasnya dalam mengajar agar capaian pembelajaran tetap dapat dimaksimalkan meskipun terjadi perubahan sistem pembelajaran dari tatap muka ke daring ( Mishra et al., 2020 ; Succar et al., 2022) . Implementasi perkuliahan daring dengan persiapan yang sangat singkat ini tentunya cukup menantang, baik bagi dosen maupun mahasiswa. MacIntyre et al., (2020) telah mengkaji perihal kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh para pengajar bahasa selama masa pandemi berlangsung. Mereka mengemukakan bahwa perubahan sistem pembelajaran darurat dari tatap muka di kelas menjadi pertemuan daring pada awalnya memicu timbulnya stres bagi para pengajar bahasa. Pada keadaan darurat seperti ini, para pengajar bahasa tentunya dituntut untuk berinovasi dengan memanfaatkan berbagai macam teknik pembelajaran agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan baik ( Espino-Diaz et al., 2020 ; Vu et al., 2020 ). Pembelajaran daring di masa pandemi ini tidak hanya menjadi tantangan bagi para pengajar, pada kenyataannya para pemelajar juga merasakan hal serupa ( Mulyono & Saskia, 2020 ; Usher et al., 2021 ). Baik Dosen maupun mahasiswa perlu Bersama-sama melakukan inovasi pembelajaran untuk menghadapi tantangan yang muncul selama pembelajaran daring. Atmojo & Nugroho (2020) menyatakan bahwa minimnya fasilitas, kurangnya literasi digital, dan belum familiernya sistem pembelajaran daring menjadi sumber tantangan tersendiri bagi mahasiswa di Indonesia ( Andriani & Daroin, 2022 ; Ferri et al., 2020 ; Gillett-Swan, 2017 ; Xhaferi & Xhaferi, 2020 ). Pembelajaran jarak jauh di masa pandemi atau yang lebih lazim diistilahkan dengan Emergency Remote Teaching (ERT) ini sedikit berbeda dengan pembelajaran daring yang sebelumnya sudah dilaksanakan di beberapa perguruan tinggi sebelum COVID-19 mewabah ( Fadhilah et al., 2021 ; Hamid et al., 2020 ; Haryadi & Mahmudah, 2021 ). Pada ERT, pendidik dan Lembaga Pendidikan hanya memiliki waktu yang singkat untuk mempersiapkan media pembelajaran, perangkat pembelajaran dan lainnya. Evaluasi dan umpan balik sangat diperlukan untuk terus meningkatkan kualitas pelaksanaan ERT mengingat beragam tantangan yang mungkin dihadapi oleh pendidik dan peserta didik selama pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas virtual. Oleh karena itu, inovasi yang dilakukan oleh pengajar terkait penggunaan media pembelajaran akan sangat mempengaruhi hasil akhir dari proses pembelajaran yang dilaksanakan selama semester berjalan. Terkait pelaksanaan ERT selama pandemi, Shim & Lee, (2020) menginvestigasi pengalaman para mahasiswa selama mengikuti perkuliahan ERT di Korea Selatan. Temuan penelitian mereka menunjukkan bahwa kualitas interaksi antara Dosen dan mahasiswa cenderung bergantung pada pola interaksi dan teknologi yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi pemilihan media ajar selama perkuliahan daring memiliki peran yang cukup penting dalam aktivitas pembelajaran di kelas. Lebih lanjut lagi, Iglesias-Pradas et al., (2021) juga melakukan penelitian serupa dengan berfokus pada performa akademik mahasiswa selama ERT. Penelitian tersebut menyatakan bahwa dukungan dari organisasi penyelenggara Pendidikan berpengaruh pada kesuksesan performa akademik mahasiswa. Pada kasus yang berbeda, Cahyadi et al. (2021) menyatakan bahwa design pembelajaran pada situasi krisis seperti ERT bersifat dinamis dan terbuka terhadap adanya perbaikan dengan berdasarkan pada sejumlah aspek, seperti pertimbangan sosio-ekonomi, infrastruktur teknologi, dan kesiapan baik dari Dosen maupun mahasiswa. Banyaknya tantangan pembelajaran yang dihadapi di masa pandemi tentunya mendorong pengajar untuk berinovasi. Rahmi (2020) , pada penelitiannya terkait inovasi pembelajaran di masa pandemi, mengemukakan bahwa inovasi sistem pembelajaran dari rumah yang dilaksanakan selama ERT ini membuka peluang bagi sekolah dan orang tua untuk berkolaborasi menjaga kualitas pendidikan peserta didik. Di lain pihak, Rahmawati & Hasanah (2021) menelaah inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh Guru SD di masa pandemi. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik dititik-beratkan pada penyesuaian kurikulum dan bahan ajar yang dituangkan dalam video pembelajaran serta model media yang lainnya. Inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh para pendidik di masa pandemi ini meningkatkan efikasi ICT yang dapat memfasilitasi mereka untuk terus berinovasi dalam melaksanakan pembelajaran ( Yu et al., 2021 ). Khotimah (2021) menyatakan bahwa perubahan model pembelajaran dari tatap muka ke daring selama pandemi ini dapat dijembatani dengan melakukan inovasi pada penggunaan media pembelajaran. Dalam penelitiannya, (Khotimah, 2021) menggunakan platform WhatsApp sebagai bagian dari inovasi media pembelajaran yang dilakukan. Strategi dan inovasi penggunaan media pembelajaran perlu dipertimbangkan agar aktifitas pembelajaran ERT tidak terasa membosankan atau mengalami penurunan kualitas (Fidiantara et al., 2021 ; Huwaidi et al., 2021 ; Marini & Milawati, 2020) . Pengajaran Bahasa Inggris di masa pandemi memiliki tantangan dan kompleksitasnya tersendiri (Cheung, 2021) . Kreativias dan inovasi yang dilakukan pendidik akan sangat mempengaruhi pemerolehan Bahasa dan capaian pembelajaran peserta didik. Kelas Bahasa Inggris selama ERT tentu menghadirkan berbagai macam tantangan karena Dosen dan mahasiswa tidak bisa melakukan kegiatan pembelajaran secara tatap muka di luar jaringan (Derakhshan et al., 2021 ; Meirovitz et al., 2022) . Dosen Bahasa dituntut untuk berinovasi dalam pemilihan bahan ajar dan media pembelajaran yang mampu meningkatkan pemerolehan Bahasa mahasiswa selama mengikuti perkuliahan daring (Back et al., 2021 ; Klimova, 2021) . Berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini berfokus pada pengkajian inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh Dosen Bahasa Inggris di masa pandemi, khususnya pada implementasi media pembelajaran untuk peningkatan skill berbicara dan menulis mahasiswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi bentuk-bentuk inovasi yang dilakukan oleh dosen Bahasa Inggris dalam mengembangkan media pembelajaran di kelas, seperti penggunaan LMS ( Moodle ) untuk penyiapan bahan ajar dan tugas, penggunaan video conference melalui Zoom dan Google Meet untuk pelatihan dan penilaian kemampuan berbicara, serta penggunaan Digital Board seperti Whiteboard dan Jamboard untuk pelatihan dan penilaian kemampuan menulis. Para mahasiswa dilibatkan sebagai partisipan dalam penelitian ini untuk mengukur ketercapaian inovasi yang dilakukan oleh dosen kelas. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan perspektif baru bagi pengajar Bahasa, khususnya terkait inovasi pemilihan media pembelajaran yang tepat di kelas Bahasa selama ERT ini. ## METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk menguraikan data penelitian. Selain itu, populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa dan dosen dari perguruan tinggi di Jawa Barat. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling . Adapun kriteria dari sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang mengambil mata kuliah Bahasa Inggris di tahun ajaran 2020/2021 dan dosen yang menggunakan LMS serta platform pembelajaran daring lainnya untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Dalam studi ini, 96 mahasiswa dan tiga Dosen diperbantukan sebagai partisipan penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua instrumen, yakni kuesioner dan wawancara. Kuesioner diberikan kepada 96 responden mahasiswa, sedangkan wawancara dilakukan dengan tiga Dosen yang bersedia menjadi partisipan penelitian. Kuesioner berisi dua belas butir pertanyaan dengan menggunakan skala Likert (sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju). Peneliti membagikan 12 pertanyaan kepada 96 responden mahasiswa melalui kuesioner yang disebarkan dengan menggunakan google form . Terdapat tiga indikator yang diukur melalui kuesioner ini, yakni terkait persepsi mahasiswa mengenai materi yang diberikan oleh dosen, self-efficacy mahasiswa, dan nilai guna dari LMS ( Moodle ) dan platform pembelajaran daring lainnya ( Zoom, Google Meet, Whiteboard, dan Jamboard ) yang telah digunakan oleh dosen. Kuisioner ini dibagikan kepada mahasiswa untuk mengukur persepsi mereka terhadap inovasi media pembelajaran yang digunakan oleh dosen kelas selama ERT. Daftar pertanyaan dalam kuesioner yang telah dibagikan kepada responde dapat dilihat pada Tabel 1 . Lebih lanjut, instrumen berupa wawancara terstruktur juga diberikan kepada responden Dosen untuk mencapai tujuan penelitian. Analisis data kuesioner dilakukan dengan menggunakan perangkat LISREL. LISREL merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk uji statistik. Perangkat ini digunakan untuk mengukur validitas, reliabilitas, serta model fit dari data yang diperoleh melalui sebaran kuesioner. Validitas instrumen diukur dengan pengukuran validitas konstruk dengan first order CFA (Confirmatory Factor Analysis). Uji reliabilitas instrumen dilanjutkan dengan pengujian koefisien Cronbachโ€™s Alpha dengan menggunakan perangkat yang sama. Lebih lanjut, kecocokan data ( Goodness of Fit ) dari kuesioner juga diukur dengan menggunakan perangkat yang sama. Sementara itu, data yang diperoleh dari hasil wawancara dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Terdapat lima pertanyaan yang secara terstruktur diajukan kepada partisipan wawancara. Jawaban dari hasil wawancara ini yang kemudian dianalisis guna mencari temuan sesuai dengan perumusan masalah dalam penelitian ini. ## Tabel 1. Indikator Instrumen pada Kuesioner Variabel Indikator Kode item Pertanyaan Peran LMS (Moodle) dan platform pembelajaran lainnya (Zoom, Google Meet, Whiteboard, dll) dalam perkuliahan Bahasa Inggris di masa Emergency Remote Learning Materi (MAT) MAT 1 Materi yang tersedia di LMS (Moodle) membantu Saya memahami mata kuliah yang Saya ambil. MAT 2 Materi yang disampaikan oleh Dosen di kelas sinkronis (via Zoom, GMeet, dll.) membantu saya memahami materi dan proyek yang harus saya kerjakan. MAT 3 Materi di kelas sinkronis dan asinkronis membantu Saya untuk meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris saya. MAT 4 Materi yang disiapkan di LMS (Moodle) membantu saya untuk memiliki kemampuan literasi digital yang lebih baik. Self-Efficacy (SE) SE 1 Saya merasa menikmati dan termotivasi untuk belajar Bahasa Inggris dengan menggunakan LMS (Moodle) dan platform lainnya SE 2 LMS (Moodle) dan platform pembelajaran lain yang digunakan membantu Saya untuk menjadi pemelajar mandiri SE 3 Saya bisa mengumpulkan tugas tepat waktu di LMS (Moodle) SE 4 LMS (Moodle) membantu saya untuk fokus mempelajari materi perkuliahan dengan baik Kegunaan/ Usefulness (US) US 1 Pengumpulan tugas di kelas tatap muka lebih efisien dibandingkan dengan pengumpulan tugas di LMS (Moodle) US 2 LMS (Moodle) dan platform daring lainnya (Zoom, Whiteboard, dll) mempermudah Saya dalam mempelajari dan mempraktikkan Bahasa Inggris Saya. US 3 LMS (Moodle) dan platform daring lainnya (Zoom, Whiteboard, dll) mempermudah saya dalam penyelesaian proyek-proyek mata kuliah. US 4 LMS (Moodle) mempermudah saya dalam mengumpulkan tugas dan mendokumentasikan tugas-tugas yang sudah saya kerjakan selama 1 semester ## HASIL DAN PEMBAHASAN Data kuesioner yang telah diisi oleh 96 responden kemudian dianalisis menggunakan software LISREL untuk mengukur validitas, reliabilitas dan Goodness of Fit (GOT). Pada Gambar 1 di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran validitas konstruk dari data kuesioner pada first order CFA yang menunjukkan ada keterikatan antar indikator. Berikut ini merupakan hasil analisis data dari sebaran kuesioner. ## Gambar 1. Deskripsi CFA Kuisioner Peran LMS Uraian perhitungan hasil validitas konstruk dari kuesioner dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Hasil Validitas Konstrak 1 st order CFA Indikator Kode Item Estimasi Loading Factor Critical Loading Factor Keputusan MAT MAT1 0,86 CLF > 0,5 Valid MAT2 0,76 CLF > 0,5 Valid MAT3 0,62 CLF > 0,5 Valid MAT4 0,96 CLF > 0,5 Valid SE SE1 0,95 CLF > 0,5 Valid SE2 0,73 CLF > 0,5 Valid SE3 1,01 CLF > 0,5 Valid SE4 0,65 CLF > 0,5 Valid US US1 0,38 CLF > 0,5 Tidak valid US2 0,73 CLF > 0,5 Valid US3 0,88 CLF > 0,5 Valid US4 0,87 CLF > 0,5 Valid Berdasarkan analisis data kuesioner dengan menggunakan perangkat LISREL, diketahui bahwa item kuesioner dengan kode US1 menunjukkan hasil tidak valid. Hal ini dikarenakan hasil estimasi loading factor dari data di item US 1 kurang dari 0,5 atau berada di kisaran 0,38. Item US1 sendiri dibuat untuk menganalisis tanggapan responden mengenai nilai guna pengumpulan tugas melalui LMS dengan pembandingnya, yakni pengumpulan tugas secara langsung yang biasa dilakukan di kelas tatap muka. Meski pengumpulan tugas di LMS sudah dirancang sedemikian rupa, terlihat bahwa responden lebih memilih pengumpulan tugas secara langsung seperti yang biasa dilakukan di kelas tatap muka. Lebih lanjut, item lainnya dalam kuesioner menunjukkan hasil validitas yang cukup baik sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 2 . Sejalan dengan hal tersebut, Horvat et al. (2015) mengemukakan bahwa usia dan tahun angkatan mempengaruhi mahasiswa dalam memersepsikan penggunaan LMS pada kelas virtual. Tentunya diperlukan penelitian lebih lanjut apakah faktor tersebut juga berpengaruh terhadap pengukuran indikator nilai guna ( usefulness ) pada penelitian ini. Beberapa penelitian sebelumnya juga mengemukakan bahwa pada pengukuran nilai guna LMS, mahasiswa sering dihadapkan pada beberapa tantangan, seperti akses fitur yang berat, fitur-fitur pada LMS yang tidak dimanfaatkan, tantangan lain terkait akses internet, kestabilan mental, dan lain sebagainya (Al-Sharhan et al., 2020 ; Maqableh & Alia, 2021 ; Saha et al., 2021) . Perhitungan reliabilitas pada ketiga faktor yang diteliti melalui kuesioner menunjukkan hasil yang baik. Tabel 3 merupakan hasil penghitungan reliabilitas data kuesioner dengan LISLER. ## Tabel 3. Estimasi Reliabilitas Indikator Koefisien Cronbach Alpha Keterangan MAT 0,756 Reliabel SE 0,764 Reliabel US 0,613 Reliabel Hasil penghitungan reliabilitas data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ketiga indikator yang digunakan dalam pengukuran melalui kuesioner cukup reliabel . Angka reliabilitas terendah ada pada indikator US atau usefulness (kegunaan) dan angka reliabilitas tertinggi ada pada indikator SE atau Self-efficacy. Analisis Goodness of Fit (GOF) data kuesioner juga diolah dengan menggunakan perangkat LISREL. Untuk lebih jelasnya, hasil analisis GOF dapat dilihat pada tabel berikut ini. ## Tabel 4. Goodness of Fit Ukuran GOF Hasil Estimasi Kriteria Kesimpulan Statistics x 2 df = 51 0 โ‰ค x 2 โ‰ค 2 df Fit x 2 = 30,69 P - Value 0,98917 0,05 โ‰ค p โ‰ค 1,00 Fit RMSEA 0,000 RMSEA โ‰ค 0,08 Fit PGFI 0,62 Mendekati 1 Tidak fit Berdasarkan Tabel 4 di atas, terlihat bahwa ukuran GOF pada Statistics x 2 , P โ€“ Value , dan RSMEA menunjukkan hasil yang fit. Hasil Statistics x 2 dinyatakan fit karena hasil dari x 2 berada di kisaran 30,69, di mana angka tersebut cukup memenuhi kriteria yang ditentukan. Hal serupa juga berlaku pada pengukuran P- Value dan RMSEA. Di lain pihak, hasil pengukuran GOF pada model PGFI disimpulkan pada kategori tidak fit dikarenakan hasil akhir tidak mendekati 1. Meskipun demikian, hasil estimasi GOF tersebut menunjukkan hasil kesimpulan fit yang lebih banyak dibanding dengan hasil yang tidak fit. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa model pengukuran sudah fit di mana matriks kovarian sampel tidak jauh berbeda dengan matriks kovarian estimasi. Hasil perhitungan data kuesioner di atas menunjukkan bahwa respon dari mahasiswa terhadap inovasi media pembelajaran yang dilakukan oleh dosen cukup berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan statistic dari responden yang cukup memuaskan. Integrasi antara bahan ajar dan media ajar yang dipilih selama ERT di kelas Bahasa inggris mendorong mahasiswa untuk mengikuti inovasi pembelajaran bersama-sama dengan dosen kelas. Wawancara juga dilakukan terhadap tiga dosen yang mengampu mata kuliah Bahasa Inggris di kelas virtual selama pandemi Covid-19 ini. Hal ini ditujukan untuk menginvestigasi lebih lanjut terkait inovasi-inovasi yang dilakukan oleh Dosen Bahasa Inggris dalam memilih media pembelajaran. Hasil dari wawancara dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Uraian Hasil Wawancara dengan Tiga Responden No. Pertanyaan Jawaban Responden R1 R2 R3 1. Platform apa saja yang biasa Anda gunakan dalam mengajar Bahasa Inggris di kelas virtual? Google Meet, Zoom, Moodle, Whiteboard, Jamboard Google Meet, Zoom, WA, LMS (Moodle), Whiteboard, Google Jamboard Google Meet, LMS (Moodle), Padlet, Whiteboard 2. Menurut Anda, apakah LMS ( Moodle ) yang Anda gunakan sudah cukup membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran? Cukup baik LMS yang digunakan sudah cukup membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran Cukup membantu dengan catatan mahasiswa sudah terbiasa belajar mandiri 3. Bagaimana cara Anda melakukan penilaian pada skill kebahasaan di kelas virtual? Secara tertulis dan lisan (dengan LMS/ Moodle, Zoom, Whiteboard dan Jamboard ) Listening skill dengan Zoom dan Google Form . Speaking skill dilakukan dengan mahasiswa membuat video speaking (direkam dengan Zoom atau Google Meet) dan diunggah ke Youtube. Writing skill melalui LMS. Melalui sesi presentasi (dengan Zoom/ Google Meet ) untuk speaking skill dan mengukur pemahaman materi, serta menulis paper untuk writing skill (dengan Whiteboard atau Jamboard ) 4. Adakah kendala yang Anda alami dalam penggunaan LMS di kelas virtual? Kondisi geografis peserta didik yang menyebabkan KBM terhambat (karena koneksi internet) Kendala yang saya alami dalam penggunaan LMS adalah jaringan internet sehingga penggunaan video conference via laman LMS sering terganggu. Jika mahasiswa belum terbiasa belajar/membaca mandiri, maka cukup sulit memberikan pemahaman mengingat pertemuan via LMS cukup terbatas dalam menyampaikan materi Tabel 5 di atas menunjukkan hasil wawancara dari tiga dosen yang mengampu mata kuliah Bahasa Inggris selama ERT pada masa Pandemi Covid-19 ini. Hasil jawaban dari pertanyaan pertama menunjukkan bahwa platform pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran virtual adalah Zoom , Whiteboard dan Google Meet , khususnya untuk pembelajaran sinkronus. Sementara itu, LMS ( Moodle ) dan Jamboard juga sering digunakan dalam kelas virtual ini, khususnya untuk mendukung pembelajaran asynchronous . Lebih lanjut, berdasarkan jawaban pada pertanyaan kedua juga dapat disimpulkan bahwa para responden cukup terbantu dengan adanya platform pembelajaran daring sebagai bagian inovasi penggunaan media pembelajaran pada ERT atau kelas virtual mereka selama pandemi. Proses penilaian juga dijabarkan oleh responden pada data hasil pertanyaan yang ketiga. Komponen skill yang menjadi acuan penilaian rata-rata adalah skill menulis ( writing ) dan berbicara ( speaking ). Peran media pembelajaran digital dan media sosial seperti YouTube cukup signifikan dalam pembelajaran ERT karena platform tersebut memudahkan transfer data dan penilaian antara dosen dan peserta didik. Data hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa Dosen kelas melakukan inovasi pada penggunaan media pembelajaran untuk penilaian. Keterbatasa situasi pandemi tidak memungkinkan dosen dan mahasiswa bertemu tatap muka untuk pelaksanaan penilaian kemampuan berbicara. Oleh karena itu, Zoom dan Google Meet dijadikan sebagai media alternatif dalam ERT. Begitu pula untuk pelaksanaan penilaian menulis, kertas dan pena tidak lagi digunakan sebagai bagian dari media penilaian. Dosen berinovasi dengan memilih media pembelajaran yang bisa menjamin otentikasi pelaksanaan penilaian menulis dengan menggunakan Whiteboard dan Jamboard sebagai media. Meskipun demikian, terdapat beberapa kendala dalam penggunaan LMS dan platform pembelajaran lain selama ERT, salah satunya terkait gangguan koneksi internet. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa inovasi pembelajaran yang dilakukan oleh Dosen Bahasa Inggris ini dapat dilihat dari penggunaan media pembelajaran yang adaptif serta dapat digunakan dalam penyampaian materi ataupun untuk melakukan penilaian otentik. Capaian pembelajaran untuk kemampuan menulis dan berbicara dapat tetap dilakukan meskipun kegiatan pembelajaran bersifat ERT. Dosen kelas cukup kreatif dan inovatif dalam memilih media pembelajaran yang dapat diterima dengan baik oleh mahasiswa, seperti LMS ( Moodle ), Zoom dan Google Meet untuk penilaian berbicara, serta Whiteboard , dan Google Jamboard untuk penilaian keterampilan menulis. Kendala yang lazim ditemui pada penggunaan media belajar tersebut adalah perbedaaan kestabilan jaringan internet peserta didik yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Hal inilah yang kemudian mempengaruhi persepsi mahasiswa terkait kegunaan media pembelajaran daring di kelas. Sejumlah penelitian terkait inovasi pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi di Indonesia juga menunjukkan hasil yang serupa di mana kendala yang paling lazim ditemukan adalah ketidak-stabilan internet (Lumbantobing et al., 2020 ; Nastiti & Hayati, 2020 ; Sadikin & Hamidah, 2020 ; Surahman et al., 2020) . Namun demikian, pada para mahasiswa yang tidak mengalami kendala tersebut menunjukkan perspektif yang positif terhadap pelaksanaan perkuliahan daring selama ERT. LMS dan platform yang digunakan oleh Dosen cukup membantu proses pembelajaran yang berlangsung selama ERT. Adanya pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia kedepannya tentu akan membantu untuk memaksimalkan penggunaan LMS dan platform pembelajaran lainnya pada kelas virtual. Terlepas dari kendala teknis yang dihadapi, inovasi yang dilakukan Dosen dalam memadukan pemilihan media pembelajaran digital dan materi ajar terlihat cukup kreatif. Inisiasi Dosen untuk berinovasi dilakukan dengan penyesuaian antara jenis media pembelajaran daring (Moodle, Zoom, Jamboard , dll.) dengan tujuan pembelajaran yang dimiliki. Dikarenakan pengajaran Bahasa harus difokuskan pada peningkatan kemampuan dasar seperti berbicara, mendengar, menulis, dan membaca, penggunaan satu platform saja sebagai media ajar tidak akan cukup. Inovasi penggunaan media pembelajaran di tengah pandemi seperti ini sangat diperlukan untuk menjaga performa mahasiswa selama mengikuti perkuliahan. Aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan inovasi tersebut harus disesuaikan dengan materi ajar yang ingin disampaikan, peningkatan self- efficacy mahasiswa, serta nilai guna dari inovasi yang harus mampu menjaga ketercapaian Course Learning Outcome (CLO). Berinovasi dengan memanfaatkan teknologi yang ada untuk mendukung kesuksesan kegiatan selama ERT merupakan suatu keharusan. Para pengajar perlu terus berlatih untuk meningkatkan kemampuan mengajarnya dan terus berinovasi dengan teknologi sebagai pendukung atau media ajar di tengah pandemi (Rayuwati, 2020) . ## SIMPULAN Hambatan yang paling dominan muncul dalam kegiatan pembelajaran daring adalah kestabilan internet, seskipun mahasiswa menunjukkan respons yang positif terhadap materi yang disiapkan dosen. Persepsi mahasiswa tentang efikasi dan kegunaan media pembelajaran daring juga menunjukkan hasil yang positif. Tim dosen juga memvariasikan penggunaan platform pembelajaran yang dirasa cocok untuk digunakan selama pelaksanaan kelas daring. Dapat disimpulkan bahwa inovasi yang dilakukan oleh dosen berupa pemilihan dan penggunaan media pembelajaran daring menggunakan Moodle, Video Conference , dan Digital Board menunjukkan keberhasilan yang cukup baik. ## DAFTAR PUSTAKA . Al-Sharhan, S., Al-Hunaiyyan, A., Alhajri, R., & Al-Huwail, N. (2020). Utilization of Learning Management System (LMS) Among Instructors and Students . https://doi.org/10.1007/978-981-15-1289-6_2 Andriani, D. N., & Daroin, A. D. (2022). Analisis Faktor Keberhasilan Pembelajaran Menggunakan Learning Management System (LMS). JPE (Jurnal Pendidikan Edutama , 9 (1). http://ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/JPE Atmojo, A. E. P., & Nugroho, A. (2020). EFL Classes Must Go Online! Teaching Activities and Challenges during COVID-19 Pandemic in Indonesia. Register Journal , 13 (1). https://doi.org/10.18326/rgt.v13i1.49-76 Back, M., Golembeski, K., Gutiรฉrrez, A., Macko, T., Miller, S., & Pelletier, D. โ€™Lanie. (2021). โ€œWe were told that the content we delivered was not as important:โ€ disconnect and disparities in world language student teaching during COVID-19. System , 103 , 102679. https://doi.org/10.1016/j.system.2021.102679 Cahyadi, A., Hendryadi, Widyastuti, S., Mufidah, V. N., & Achmadi. (2021). Emergency remote teaching evaluation of the higher education in Indonesia. Heliyon , 7 (8), e07788. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e07788 Cheung, A. (2021). Synchronous online teaching, a blessing or a curse? Insights from EFL primary studentsโ€™ interaction during online English lessons. System , 100 , 102566. https://doi.org/10.1016/j.system.2021.102566 Derakhshan, A., Kruk, M., Mehdizadeh, M., & Pawlak, M. (2021). Boredom in online classes in the Iranian EFL context: Sources and solutions. System , 101 , 102556. https://doi.org/10.1016/j.system.2021.102556 Espino-Diaz, L., Fernandez-Caminero, G., Hernandez-Lloret, C. M., Gonzalez- Gonzalez, H., & Alvarez-Castillo, J. L. (2020). Analyzing the impact of COVID-19 on education professionals. Toward a paradigm shift: ICT and neuroeducation as a binomial of action. Sustain , 12 (14), 1โ€“10. Fadhilah, A. R., Fitri, R. R., & Wibowo, Y. S. (2021). Distance education di masa covid-19: tinjauan terhadap sistem, kebijakan, dan tantangan e-education di sekolah. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan , 9 (2), 171โ€“188. https://doi.org/10.21831/jamp.v9i1.42648 Ferri, F., Grifoni, P., & Guzzo, T. (2020). Online Learning and Emergency Remote Teaching: Opportunities and Challenges in Emergency Situations. Societies , 10 (4). https://doi.org/10.3390/soc10040086 Fidiantara, F., Lestari, A., Juniati, N., Syukur, A., & Jamaluddin, J. (2021). Innovation of learning methods during the covid-19 pandemic at junior high school in Mataram City and West Lombok Regency. Jurnal Pijar Mipa , 16 (4), 479โ€“485. https://doi.org/10.29303/jpm.v16i4.2749 Gillett-Swan, J. (2017). The Challenges of Online Learning: Supporting and Engaging the Isolated Learner. Journal of Learning Design , 10 (1). https://doi.org/10.5204/jld.v9i3.293 Hamid, R., Sentryo, I., & Hasan, S. (2020). Online learning and its problems in the Covid-19 emergency period. Jurnal Prima Edukasia , 8 (1), 86โ€“95. https://doi.org/10.21831/jpe.v8i1.32165 Haryadi, D., & Mahmudah, F. (2021). Implementasi Kurikulum Darurat COVID- 19. Journal EVALUASI , 5 (2), 94. https://doi.org/10.32478/evaluasi.v5i2.595 Horvat, A., Dobrota, M., Krsmanovic, M., & Cudanov, M. (2015). Student perception of Moodle learning management system: a satisfaction and significance analysis. Interactive Learning Environments , 23 (4). https://doi.org/10.1080/10494820.2013.788033 Huwaidi, F., Nandiyanto, A. B. D., & Muhammad, N. (2021). The Urgency of Online Learning Media during the Covid-19 Pandemic at the Vocational School in Indonesia. Indonesian Journal of Educational Research and Technology , 1 (2), 35โ€“40. https://doi.org/10.17509/ijert.v1i2.33368 Iglesias-Pradas, S., Hernรกndez-Garcรญa, ร., Chaparro-Pelรกez, J., & Prieto, J. L. (2021). Emergency remote teaching and studentsโ€™ academic performance in higher education during the COVID-19 pandemic: A case study. Computers in Human Behavior , 119 , 106713. https://doi.org/10.1016/j.chb.2021.106713 Khotimah, S. K. S. H. (2021). Pemanfaatan Media Pembelajaran, Inovasi di Masa Pandemi Covid-19. EDUKATIFโ€ฏ: JURNAL ILMU PENDIDIKAN , 3 (4), 2149โ€“ 2158. https://doi.org/10.31004/edukatif.v3i4.857 Klimova, B. (2021). An Insight into Online Foreign Language Learning and Teaching in the Era of COVID-19 Pandemic. Procedia Computer Science , 192 , 1787โ€“1794. https://doi.org/10.1016/j.procs.2021.08.183 Lumbantobing, M. T., Samosir, A., & Tarigan, D. R. B. (2020). Tantangan pembelajaran daring selama pandemi COVID-19. Educational Journal of Elementary School , 1 (2), 33โ€“36. MacIntyre, P. D., Gregersen, T., & Mercer, S. (2020). Language teachersโ€™ coping strategies during the Covid-19 conversion to online teaching: Correlations with stress, wellbeing and negative emotions. System , 94 (102352). Maqableh, M., & Alia, M. (2021). Evaluation online learning of undergraduate students under lockdown amidst COVID-19 Pandemic: The online learning experience and studentsโ€™ satisfaction. Children and Youth Services Review , 128 . https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2021.106160 Marini, S., & Milawati, M. (2020). Distance Learning Innovation Strategy in Indonesia During the COVID-19 Pandemic. Proceedings of the 5th Annual International Seminar on Transformative Education and Educational Leadership (AISTEEL 2020) . https://doi.org/10.2991/assehr.k.201124.085 Meirovitz, T., Russak, S., & Zur, A. (2022). English as a foreign language teachersโ€™ perceptions regarding their pedagogical-technological knowledge and its implementation in distance learning during COVID-19. Heliyon , 8 (4), e09175. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e09175 Mishra, L., Gupta, T., & Shree, A. (2020). Online teaching-learning in higher education during lockdown period of COVID-19 pandemic. International Journal of Educational Research Open , 1 , 100012. https://doi.org/10.1016/j.ijedro.2020.100012 Mulyono, H., & Saskia, R. (2020). Dataset on the effects of self-confidence, motivation and anxiety on Indonesian studentsโ€™ willingness to communicate in face-to-face and digital settings. Data in Brief , 31 . https://doi.org/10.1016/j.dib.2020.105774 Nastiti, R., & Hayati, N. (2020). Pembelajaran Daring pada Pendidikan Tinggi: Tantangan Bagi Mahasiswa dan Dosen di Tengah Pandemi. INOBIS: Jurnal Inovasi Bisnis Dan Manajemen Indonesia , 3 (3). https://doi.org/10.31842/jurnalinobis.v3i3.145 Rahmawati, P. N., & Hasanah, E. (2021). Kreativitas dan Inovasi Guru Dalam Pembuatan Materi Guru Pada Masa Pandemi. Jurnal Administrasi Pendidikan , 28 (1), 113โ€“124. Rahmi, R. (2020). INOVASI PEMBELAJARAN DI MASA PANDEMI COVID- 19. AL-TARBIYAH: Jurnal Pendidikan (The Educational Journal) , 30 (2). https://doi.org/10.24235/ath.v30i2.6852 Rayuwati, R. (2020). How educational technology innovates distance learning during pandemic crisis in remote areas in Indonesia? International Research Journal of Management, IT and Social Sciences , 7 (6), 161โ€“166. https://doi.org/10.21744/irjmis.v7n6.1032 Sadikin, A., & Hamidah, A. (2020). Pembelajaran Daring di Tengah Wabah Covid- 19. BIODIK , 6 (2). https://doi.org/10.22437/bio.v6i2.9759 Saha, A., Dutta, A., & Sifat, R. I. (2021). The mental impact of digital divide due to COVID-19 pandemic induced emergency online learning at undergraduate level: Evidence from undergraduate students from Dhaka City. Journal of Affective Disorders , 294 . https://doi.org/10.1016/j.jad.2021.07.045 Shim, T. E., & Lee, S. Y. (2020). College studentsโ€™ experience of emergency remote teaching due to COVID-19. Children and Youth Services Review , 119 , 105578. https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2020.105578 Succar, T., Beaver, H. A., & Lee, A. G. (2022). Impact of COVID-19 pandemic on ophthalmology medical student teaching: educational innovations, challenges, and future directions. Survey of Ophthalmology , 67 (1), 217โ€“225. https://doi.org/10.1016/j.survophthal.2021.03.011 Surahman, E., Santaria, R., & Setiawan, E. I. (2020). Tantangan pembelajaran daring di Indonesia. Kelola: Journal of Islamic Education Management , 5 (2), 89โ€“98. Usher, M., Barak, M., & Haick, H. (2021). Online vs. on-campus higher education: Exploring innovation in studentsโ€™ self-reports and studentsโ€™ learning products. Thinking Skills and Creativity , 42 , 100965. https://doi.org/10.1016/j.tsc.2021.100965 Vu, C.-T., Hoang, A.-D., Than, V.-Q., Nguyen, M.-T., Dinh, V.-H., Le, Q.-A. T., Le, T.-T. T., Pham, H.-H., & Nguyen, Y.-C. (2020). Dataset of Vietnamese teachersโ€™ perspectives and perceived support during the COVID-19 pandemic. Data in Brief , 31 . https://doi.org/10.1016/j.dib.2020.105788 Xhaferi, B., & Xhaferi, G. (2020). Online Learning Benefits and Challenges During the COVID 19 - Pandemic-Studentsโ€™ Perspective from SEEU. SEEU Review , 15 (1). https://doi.org/10.2478/seeur-2020-0006 Yu, H., Liu, P., Huang, X., & Cao, Y. (2021). Teacher Online Informal Learning as a Means to Innovative Teaching During Home Quarantine in the COVID- 19 Pandemic. Frontiers in Psychology , 12 . https://doi.org/10.3389/fpsyg.2021.596582
3ef9dc71-ebb1-48a5-aa0d-6d9c23e0f75f
https://owner.polgan.ac.id/index.php/owner/article/download/129/79
## Pengaruh Perputaran Aktiva, Perputaran Kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Return on Asset (ROA) pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2013-2017 Mahmuddin Syah Lubis Universitas Prima Indonesia [email protected] Isna Asdiani Nasution Universitas Prima Indonesia [email protected] Mery Universitas Prima Indonesia [email protected] Jenvony Universitas Prima Indonesia [email protected] Vini Yulia Universitas Prima Indonesia [email protected] Vivi Devika Universitas Prima Indonesia [email protected] Vivi Novera Universitas Prima Indonesia [email protected] ## ABSTRACT This study aims to test and analyze the effect of asset turnover, cash turnover and the Loan to Deposit Ratio (LDR) on Returns on Assets (ROA) in Banking listed on the Indonesia Stock Exchange in 2013-2017. This study uses a quantitative research approach, the type of descriptive research and the nature of research is causal relationships. The population of this study was 43, the study sample was 23 with 5 years of observation so that the samples obtained were as many as 115. The analytical method used was multiple linear regression, F test and T test. The partial results of the study were influential and significant asset turnover and cash turnover towards Return On Assets (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) has an effect to Return On Assets (ROA). Simultaneously asset turnover, cash turnover and Loan to Deposit Ratio (LDR) have an effect on and significant to Return On Assets (ROA) Keywords: Asset Turnover, Cash Turnover, Loan to Deposit Ratio (LDR) and Retrun On Asset (ROA). ## ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh perputaran aktiva, perputaran kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, jenis penelitian deskriptif dan sifat penelitian yaitu hubungan kausal. Populasi penelitian ini adalah 43, sampel penelitian sebanyak 23 dengan 5 tahun pengamatan sehingga sampel yang diperoleh yaitu sebanyak 115. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, uji F dan uji T. Hasil penelitian secara parsial adalah perputaran aktiva dan perputaran kas berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh Terhadap Return On Asset (ROA) .Secara simultan perputaran aktiva, perputaran kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Kata Kunci : Perputaran aktiva, perputaran kas, Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Return On Asset (ROA). ## I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan dipandang sebagai inti dari sistem perekonomian di setiap negara dimana arus ekonomi dan keuangan mengalir di dalamnya. Hal ini terkait dengan fungsi utama bank sebagai penghimpun dana dari masyarakat yang selanjutnya akan disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk penanaman dana melalui kredit. Faktor penentu ROA ( Return On Asset ) dapat dilihat dari faktor internalnya yang meliputi kecukupan modal, efisiensi operasional, likuditas dan ukuran aset. Karena dari faktor internal menggambarkan kondisi bank dan kinerja bank selama menjalankan aktifitasnya Perusahaan perbankan memiliki aktiva yang dipergunakan untuk membayar kewajiban perusahaannya. Aktiva itu dibagi menjadi dua yaitu: aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva tetap dibagi menjadi dua golongan yaitu, aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud. Aktiva ini yang akan digunakan perusahaan untuk memperoleh return on asset (ROA). Perputaran kas merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan karena merupakan rasio- rasio yang digunakan dalam mengukur efisiensi modal kerja dalam sebuah perusahaan. Adanya modal kerja yang cukup atau cukupnya kas dalam perusahaan akan memudahkan perusahaan tersebut dalam melakukan aktifitas sehingga tidak menimbulkan masalah. Rasio Loan To Deposit Ratio (LDR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada deposannya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank, jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka akan menyebabkan bank tersebut rugi. Jumlah kredit yang diberikan semakin besar, maka akan membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank. Loan to Deposit Ratio (LDR) dijadikan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat dalam bentuk kredit, dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. ## 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian yang telah ada sebelumnya dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh perputaran aktiva Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh perputaran kas Terhadap Return OnAsset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. 3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. 4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh perputaran aktiva, perputaran kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013- 2017. ## 1.3 Permasalahan Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indriyani, Panjaitan dan Yenfi (2017) yang melakukan penelitian dengan judul โ€œAnalisis Pengaruh Current Ratio dan Total Asset Turnover Terhadap Return On Asset (Studi Kasus Pada PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pangkalbalam)โ€. Secara parsial menunjukkan pengaruh negatif antara Current Ratio terhadap Return On Asset dan Total Asset Turnover berpengaruh positif terhadap Return On Asset. Secara simultan Current Ratio dan Total Asset Turnover berpengaruh terhadap Return On Asset . Yulistiani dan Suryantini (2016) yang melakukan penelitian dengan judul โ€œPengaruh Perputaran Kas, Kecukupan Modal Dan Risiko Operasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Di BEIโ€. Secara parsial Perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Kecukupan modal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas. Risiko operasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan Perputaran kas, kecukupan modal dan risiko operasi berpengaruh terhadap profitabilitas. Agustiningrum (2013) yang melakukan penelitian dengan judul โ€œAnalisis Pengaruh Car, NPL, LDR Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankanโ€. Secara parsial NPL berpengaruh negatif dan LDR berpengaruh positif terhadap profitabilitas, sedangkan CAR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. ## II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perputaran aktiva Menurut Hery (2016:99) perputaran total aset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keefektifan total aset yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan penjualan, atau dengan kata lain untuk mengukur berapa jumlah penjualan yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Menurut Suartika, dkk (2013:90), aktiva tetap dalam hal ini secara parsial berpengaruh signifikan terhadap laba, karena aktiva tetap merupakan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan dengan nilai yang cukup besar dan tidak untuk dijual kembali serta dominan harus diperhitungkan oleh perusahaan, karena aktiva tetap juga mampu menghasilkan laba jika dapat digunakan secara efisien. ## 2.2 Perputaran kas Menurut Halim (2015:166), cash turnover merupakan berapa kali uang kas berputar selama suatu periode. Semakin besar cash turnover , semakin kecil jumlah kas yang dibutuhkan dalam operasional perusahaan. Menurut Riyanto (2016:94), kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. 2.3 Loan to deposit ratio Menurut Pandia (2012:128) Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang menyatakan seberapa jauh bank telah menggunakan uang para penyimpan (depositor) untuk memberikan pinjaman kepada para nasabahnya. Dengan kata lain jumlah uang yang dipergunakan untuk member pinjaman adalah uang yang berasal dari titipan para penyimpan. Menurut Kasmir (2013:242), bagi perbankan atau lembaga keuangan lainnya bahwa kemampuan untuk menyalurkan dana melalui pinjaman merupakan suatu keharusan, hal ini disebabkan bahwa kegiatan perbankan memang memberikan pinjaman. Jadi, apabila perusahaan tidak mampu memberikan atau meningkatkan jumlah pinjaman maka akan membahayakan kehidupan bank. ## 2.4 Return on asset Menurut Fahmi (2015:185), ROA atau sering juga disebut dengan return on Assets adalah rasio ini melihat sejauhmana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. ## III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2012:13), Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3.2 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Sanusi (2012:13), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi yang berasal dari subjek atau objek penelitian. Penelitian deskrtiptif berfokus pada penjelasan sistematis tentang fakta yang diperoleh saat penelitian dilakukan. 3.3 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat explanatory . Menurut Zulganef (2013:11), penelitian explanatory adalah penelitian yang bertujuan menelaah kausalitas antar variabel yang menjelaskan suatu fenomena tertentu. ## 3.4 Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2012:115) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah 43 Perbankan yang terdaftar di BEI Pada Tahun 2013-2017. Menurut Sugiyono (2012:116) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penarikan sampel dilakukan dengan purposive sampling method. Menurut Sugiyono (2012:122) Purposive sampling method adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini, kriteria yang ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Perbankan yang terdaftar di BEI Pada Tahun 2013-2017. 2. Perbankan menerbitkan laporan keuangan auditor independen selama tahun 2013-2017. 3. Perbankan yang memiliki laba selama tahun 2013-2017. Tabel 1. Kriteria Pengambilan Sampel Penelitian No Kriteria Jumlah Sampel 1. Perbankan yang terdaftar di BEI Pada Tahun 2013- 2017. 43 2 Perbankan tidak menerbitkan laporan keuangan auditor independen selama tahun 2013-2017. (13) 3 Perbankan yang tidak memiliki laba selama tahun 2013-2017. (7) Jumlah Sampel Perusahaan 23 Total Sampel (5 x 23 ) 115 3.5 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Tinjauan pustaka berupa buku- buku yang dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam penelitian ini. Menurut Sanusi (2012:32) buku-buku teks merupakan sumber utama yang pada umumnya menjadi sasaran peneliti untuk memperoleh informasi ilmiah yang relevan dengan masalah penelitian. Buku- buku teks ini biasanya tersimpan di perpustakaan di lembaga pendidikan maupun lembaga pemerintahan dan lembaga bisnis. 2. Menurut Sugiyono (2012:422) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi berupa dokumen yang diperoleh dari situs www.idx.co.id yakni laporan keuangan Perbankan yang terdaftar di BEI Pada Tahun 2013- 2017. ## 3.6 Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2012:18), penelitian kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat/kausal, sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut Sugiyono (2012:402), Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Sumber data yang digunakan peneliti adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan Perbankan yang terdaftar di BEI Pada Tahun 2013- 2017 dengan website www.idx.co.id. 3.7 Definisi Operasional Variabel Variabel dependen dalam Penelitian ini adalah Return On Asset (ROA). Menurut Pandia (2012:71) rumus Return on assets yang digunakan adalah : Variabel dependen dalam penelitian ini adalah: 1. Perputaran Aktiva Menurut Kasmir (2011:186) rumus untuk mencari total asset turnover adalah sebagai berikut : 2. Perputaran kas Menurut Hery (2012:24), untuk menghitung perputaran kas dapat digunakan rumus sebagai berikut : 3. Loan to deposit ratio Menurut Pandia (2012:128), penilaian kesehatan likuiditas bank yang berupa LDR sebagai berikut : ## 3.8 Kerangka Konseptual Berdasarkan uraian yang telah ada sebelumnya dapat digambarkan kerangka konseptual yang dapat dilihat : Gambar 1 Kerangka Konseptual Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut : H 1 : Perputaran aktiva berpengaruh Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang H 1 H 2 H 3 H 4 ROA = Laba sebelum pajak Total aktiva x 100% LDR = Kredit Dana pihak ketiga x 100% Perputaran kas = Penjualan bersih Rata-rata kas dan setara kas Perputaran aktiva = Penjualan Total aktiva Perputaran Aktiva Perputaran Kas Loan to Deposit Ratio Return on Asset terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013- 2017. H 2 : Perputaran kas berpengaruh Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013- 2017. H 3 : Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. H 4 : Perputaran aktiva, perputaran kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. ## IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ## 4.1 Statistik Deskriptif Sampel pada penelitian ini adalah berjumlah 23 dengan periode penelitian dari tahun 2013-2017 sehingga data yang diperoleh adalah berjumlah 115 data penelitian. ## Tabel 2. Statistik Deskriptif Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) 4.2 Uji Asumsi Klasik 1. Uji normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,residual memiliki distribusi normal. Hasil uji normalitas dapat berupa tabel statistik Kolmogorov Smirnov. Dalam uji ini, pedoman yang digunakan dalam pengambilan keputusan adalah : a. Jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05 maka distribusi normal. b. Jika nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 maka distribusi tidak normal. Tabel 3. Uji Normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) 2. Uji multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Cara pengambilan keputusan yaitu : a. Nilai tolerance โ‰ค 0.10 b. Nilai VIP โ‰ฅ10. Tabel 4. Uji Multikolinearitas Coefficients a Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) ## 3. Uji autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t- 1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW- test). Berikut hasil uji auto korelasi dengan uji Durbin-Watson : a. Bila angka DW < - 2 berarti ada autokorelasi yang positif b. Bila angka DW - 2 sampai dengan + 2 berarti tidak adaautokorelasi c. Bila angka DW > + 2 berarti ada autokorelasi yang negatif. Tabel 5. Uji Autokorelasi dengan ## Durbin Watson Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) 4. Uji heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitas berguna untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksian ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji glejser. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Tabel 6. Hasil Pengujian Heterokedastisitas dengan Uji Glejser Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) 4.3 Hasil Analisis Data Penelitian 1. Model penelitian Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. ## Tabel 7. Model Penelitian Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut : ROA= -0,426 + 15,620 Perputaran Aktiva โ€“0,040 Perputaran Kas + 0,016 LDR Adapun makna dari persamaan regresi linier berganda diatas adalah : a. Nilai a sebesar -0,426 satuan menyatakan bahwa jika variabel perputaran aktiva, perputaran kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) bernilai nol maka Return On Asset (ROA) adalah sebesar - 0,426 satuan. b. Nilai koefisien variabel perputaran aktiva sebesar 15,620 satuan dan bernilai positif menyatakan bahwa setiap kenaikan perputaran aktiva 1 satuan akan menyebabkan kenaikan Return On Asset (ROA) sebesar 15,620 satuan. c. Nilai koefisien variabel perputaran kas adalah -0,040 satuan dan bernilai positif menyatakan bahwa setiap peningkatan perputaran kas 1 satuan akanmenyebabkan penurunan Return On Asset (ROA) sebesar 0,040 satuan. d. Nilai koefisien variabel Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah 0,016 satuan dan bernilai positif menyatakan bahwa setiap kenaikan Loan to Deposit Ratio (LDR) 1 satuan akan menyebabkan kenaikan Return On Asset (ROA) sebesar 0,016 satuan. 2. Koefisien determinasi Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan pengaruh variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka semakin baik kemampuan varian dan variabel bebas menerangkan variabel terikat. Tabel 8. Koefisien Determinasi Hipotesis Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) Hasil nilai adjusted R Square (R2) koefisien determinasi sebesar 0,189 atau sama dengan 18,9%. Dengan tingkat 18,9%, jadi variabel independen berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 18,9%. Dan sisanya 81,1% dipengaruhi oleh variabel lain seperti Net Interest Margin, Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional. ## 3. Uji F Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan keputusan sebagai berikut : a. Jika Fhitung > Ftabel atau sig < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima b. Jika Ftabel โ‰ค Fhitung, atau sig โ‰ฅ 0,05, maka Ha ditolak dan H0 diterima c. Tabel 9. Uji Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) Hasil Fhitung adalah sebesar 9,859> nilai Ftabel (115-4= 111) adalah sebesar 2,69 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 sehingga Perputaran aktiva, perputaran kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013- 2017. ## 4. Uji t Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen secara individal mempengaruhi variabel dependen Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai signifikasi dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika โ€“ttabel โ‰ค thitung โ‰ค ttabel atau Sig โ‰ฅ ฮฑ = 0,05, maka Ha ditolak dan H0 diterima. b. Jika thitung > ttabel atau -thitung โ‰ค โ€“ttabel atau Sig โ‰ฅ ฮฑ = 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima. c. Tabel 10. Uji T Sumber : Hasil Pengolahan data Penulis (2019) Dimana : a. Perputaran Aktiva mempunyai nilai thitung adalah sebesar 3,109 > 1,981 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan nilai signifikan 0,002< 0,05 sehingga Perputaran aktiva berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. b. Perputaran Kas mempunyai nilai thitung adalah sebesar -3,805 < - 1981 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan nilai signifikan 0,000<0,05 sehingga Perputaran kas berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. c. Loan to Deposit Ratio (LDR) mempunyai nilai thitung adalah sebesar 2,241 > 1,981 maka Ho ditolak dan Ha diterima dengan nilai signifikan 0,027< 0,05 sehingga Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013- 2017. 4.4 PEMBAHASAN Pengaruh perputaran aktiva terhadap return on asset Perputaran aktiva berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013- 2017. Hasil penelitian sejalan dengan penelitian Indriyani, Panjaitan dan Yenfi (2017), yang menyatakan Total Asset Turnover dengan Return On Asset terdapat pengaruh yang positif. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Rangkuti (2012:334- 335), karena perusahaan semakin dapat memanfaatkan setiap rupiah aktiva untuk menghasilkan penjualan. ## Pengaruh perputaran kas terhadap return on asset Perputaran kas berpengaruh dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. Hasil penelitian ini sejalan dengan replikasi penelitian Yulistiani dan Suryantini (2016) yang menyatakan Perputaran kas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil penelitian tidak sesuai dengan teori Riyanto (2016:94), kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya. Ini berarti bahwa perusahaan mempunyai risiko yang lebih kecil untuk tidak dapat memenuhi kewajiban finansialnya. Pengaruh loan to deposit ratio terhadap return on asset Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. Hasil penelitian ini sejalan dengan replikasi penelitian Agustiningrum (2013) yang menyatakan LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil penelitian sesuai dengan teori Kasmir (2013:242), bagi perbankan atau lembaga keuangan lainnya bahwa kemampuan untuk menyalurkan dana melalui pinjaman merupakan suatu keharusan, hal ini disebabkan bahwa kegiatan perbankan memang memberikan pinjaman. Jadi, apabila perusahaan tidak mampu memberikan atau meningkatkan jumlah pinjaman maka akan membahayakan kehidupan bank, demikian pula sebaliknya apabila mampu memenuhi target kredit yang disalurkan baik jumlah dana maupun jumlah debiturnya, maka merupakan keberhasilan, bagi perusahaan tersebut. ## V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan hasil penelitian ini adalah : 1. Perputaran aktiva berpengaruh secara parsial terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013- 2017. 2. Perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. 3. Loan to Secara Parsial Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara parsial Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. 4. Perputaran aktiva, perputaran kas dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh secara simultan terhadap Return On Asset (ROA) Pada Perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia Pada Tahun 2013-2017. ## Saran Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah: 1. Pihak manajemen perusahaan sebaik meningkatkan Return On Asset (ROA) perbankan dengan cara meningkatkan perputaran aktiva yang dimiliki perusahaan, mempercepat perputaran kas dan meningkatkan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang disalurkan ke masyarakat. 2. Bagi peneliti selanjutnya menggunakan variabel independen lain yang mempengaruhi Return On Asset (ROA) dan memperpanjang tahun pengamatan serta mengganti perusahaan pengamatan. 3. Sebaiknya hasil penelitian dapat menjadi tambahan bahan kepustakaan di Universitas Prima Indonesia dan berguna menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lainnya. ## DAFTAR RUJUKAN Agustiningrum, Riski. 2013. Analisis Pengaruh Car, NPL, LDR Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana, p-ISSN:2302-8912. Defri. 2012. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI. Jurnal Manajemen, Volume 01, Nomor 01, September 2012. Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Perbankan Konvensional & Syariah. Jakarta : Penerbit Mitra4 Wacana Media. Halim, Abdul. 2015. Manajemen Keuangan Bisnis Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media. Hery. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Indriyani, Panjaitan dan Yenfi. 2017. Analisis Pengaruh Current Ratiodan Total Asset Turnover Terhadap Return On Asset (Studi Kasus Pada PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pangkalbalam). Jurnal Ilmiah Akuntansi Bisnis & Keuangan (JIABK),Volume 10, Nomor 2, November 2017. Pangkal Pinang : STIE-IBEK Bangka Belitung. Kasmir. 2013. Pengantar Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Jakarta : Penerbit Kencana. Pandia, Frianto. 2012. Manajemen Dana Dan Kesehatan Bank. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Rangkuti, Freddy. 2012. Studi Kelayakan Bisnis & Investasi Studi Kasus. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Riyanto, Bambang. 2016. Dasar- dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Cetakan Keenam. Yogyakarta : Penerbit BPFE Yogyakarta. Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Ketiga. Jakarta : Penerbit Salemba Empat. Suartika, dkk. 2013. Pengaruh Aktiva Tetap, Hutang Jangka Panjang, dan Modal terhadap Laba Bersih Perusahaan Agribisnis Indeks LQ 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Agribisnis. Vol. 1, No. 2, Oktober 2013. ISSN: 2355- 0759. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Manajemen. Jakarta : Penerbit CV Alfabeta. Yulistiani dan Suryantini. 2016. Pengaruh Perputaran Kas, Kecukupan Modal Dan Risiko Operasi Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Di BEI. E-Jurnal Manajemen Unud. Bali : Universitas Udayana (Unud). Zulganef. 2013. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis , Ed. 1 Cetakan kedua. Yogyakarta : Graha Ilmu.
bb386cc3-de44-4096-b9a4-6c9ecaf813c3
http://jurnal.bsi.ac.id/index.php/reputasi/article/download/45/3
Volume 1 No. 1 Mei 2020 E-ISSN 0000-0000 ## Analisa Sistem Informasi Penjualan Obat Andhika Novandya 1 , Saferis Goawasa 2 1,2 Universitas Bina Sarana Informatika e-mail: 1 [email protected], 2 [email protected] Abstrak - Penelitian ini mengambil studi kasus sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan dan distribusi obat-obatan serta alat kesehatan, dimana pengolahan data penjualan obat masih menggunakan system pencatatan manual. Ada beberapa permasalahan yang ditemukan dalam sistem informasi penjualan obat, diantaranya terlambatnya pelaporan sebagai hasil akhir dari sebuah transaksi. Adanya disintegerasi alur penjualan yang terdapat dalam program aplikasi dengan aturan main standar operasional perusahaan yang tertera dalam Buku SOP. Adanya tabel-tabel penyusun program aplikasi dalam database yang memiliki field yang sama sehingga memungkinkan terjadinya redudansi data. Oleh karena itu dengan penelitian ini penulis menyarankan beberapa solusi untuk memperbaiki sistem penjualan obat. Terdapat beberapa form dan subform dalam program aplikasi yang tidak digunakan dalam alur penjualan tunai perusahaan. Penerapan program pada sistem informasi penjualan obat merupakan suatu pemecahan masalah dalam mengatasi kesalahan โ€“ kesalahan yang terjadi karena faktor sumber daya manusia ( Human Error ), namun diperlukan adanya pengembangan sistem tersebut untuk mempercepat akses data dan mempermudah transaksi yang dilakukan. Kata Kunci: analisa sistem, penjualan obat, sistem penjualan obat Abstract - This study takes a case study of a company engaged in the sale and distribution of drugs and medical devices, where data processing of drug sales still uses a manual recording system. There are several problems found in the drug sales information system, including late reporting as a result of a transaction. There is a disintegration of the sales flow contained in the application program with the company's standard operating rules as stated in the SOP Book. The existence of the application program compiler tables in the database that have the same fields so as to allow data redundancy. Therefore, with this study the authors suggest several solutions to improve the drug sales system. There are several forms and subforms in the application program that are not used in the company's cash sales flow. The application of the program in the drug sales information system is a solution to problems in overcoming errors that occur due to human resource factors (Human Error), but it is necessary to develop such a system to speed up data access and facilitate transactions made. ## Keywords: system analysis, drug sales, drug sales system ## PENDAHULUAN Sebagaimana teori dari salah seorang pakar ekonomi bernama Paul Zane Philzer yang meramalkan bahwa perusahaan yang bergerak dalam industri kesehatan akan mengalami kemajuan yang pesat di era globalisasi ini, Sebuah perusahaan yang tengah mencoba untuk menjadi perusahaan penyalur ( distributor ) obat-obatan nomor satu di Indonesia. Perusahaan yang memiliki visi untuk menjadi pilihan utama bagi prinsipal ini telah memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan. Perusahaan berperan sebagai penyalur produk dari prinsipal tersebut hingga sampai kepada pihak yang berhadapan langsung kepada konsumen seperti toko obat, apotek, dan rumah sakit. Karena hal tersebut, perusahaan memiliki omzet penjualan yang cukup besar. Hal ini menarik untuk mempelajari, menganalisa dan membahas tentang sistem penjualan tunai pada perusahaan tersebut Berdasarkan latar belakang permasalahan dan beberapa kondisi yang sudah disebutkan diatas maka yang menjadi pokok permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan sebuah sistem penjualan obat berbasis komputer. Untuk mempermudah aktifitas penjualan sehingga berjalan dengan lancar dan tepat waktu. Permasalahan penulis rumuskan sebagai berikut: a. Bagaimana mengantisipasi tingginya tingkat kerumitan program aplikasi yang digunakan. b. Bagaimana mencari penyelesaian terhadap disintergrasi alur penjualan dalam program aplikasi dan aturan main standar operasional perusahaan. c. Bagaimana menghilangkan redudansi data dalam database yang sudah ada. d. Form dan subform apa saja yang dibutuhkan dalam membangun aplikasi, sehingga bisa mengurangi form yang tidak digunakan. e. Bagaimana membangun sebuah program penjualan untuk mempermudah kegiatan transaksi penjualan, sehingga bisa menyajikan laporan yang tepat waktu dan tepat guna. Penelitian ini memiliki ruang linngkup permasalahan tentang penjualan obat agar pembahasan bisa lebih fokus. Pembahasan dimulai dari penerimaan pesanan, entry faktur , persiapan barang, pengiriman barang, pembayaran, sampai dengan pembuatan laporan yang akan menghasilkan output berupa Buku Penjualan. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisa permasalahan yang terjadi pada sistem penjualan obat, lalu membuat usulan sebagai alternatif pemecahan masalah. 2. Membuat sebuah aplikasi yang bisa membantu dalam mengatasi permasalahan yang terjadi pada sistem penjualan obat 3. Mengimplementasikan Sistem usulan secara berkala. 4. Mendalami pemahaman atas mekanisme kerja sebuah sistem dalam suatu perusahaan dan menambah pengetahuan mengenai sistem penjualan obat. Menurut Albahra menyatakan โ€Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur โ€“ prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersamaโ€“sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang tertentuโ€. Mengenali adanya kebutuhan Pembangunan sistem Pemasangan Sistem Pengoperasian Sistem Sistem menjadi Usang Gambar 1. Daur Hidup Sistem Beberapa tahapan dari daur hidup suatu sistem menurut Sutabri adalah : 1. Mengenali adanya kebutuhan Sebelum segala sesuatunya terjadi, timbul suatu kebutuhan atau problema yang harus dapat dikenali sebagaimana adanya. Kebutuhan dapat terjadi sebagai hasil perkembangan organisasi. Volume kebutuhan itu meningkat melebihi kapasitas dari sistem yang ada, pembangunan sistem akan kehilangan arah dan efektivitasnya. 2. Pembangunan sistem Suatu proses atau seperangkat prosedur yang harus diikuti guna menganalisis kebutuhan yang timbul dan membangun sutu sistem untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 3. Pemasangan sistem Setelah tahap pembangunan sistem selesai, sistem kemudian akan dioperasikan. Pemasangan sistem merupakan tahap yang penting dalam daur hidup sistem, dimana peralihan dari tahap pembangunan menuju tahap operasional adalah pemasangan sistem., yang merupakan langkah akhir dari suatu pembangunan sistem. 4. Pengoperasian sistem Program-program komputer dan prosedur- prosedur pengoperasian yang membentuk suatu sistem informasi semuanya. Bersifat statis, sedangkan organisasi yang ditunjang oleh sistem informasi selalu mengalami perubahan karena pertumbuhan kegiatan, perubahan peraturan dan kebijaksanaan ataupun kemajuan teknologi. Untuk mengatasi perubahan- perubahan tersebut, sistem harus diperbaiki atau diperbaharui. 5. Sistem menjadi usang Kadang-kadang perubahan yang terjadi begitu drastis sehingga tidak dapat diatasi hanya dengan melakukan perbaikan pada sistem yang sedang berjalan. Tiba saat dimana secara ekonomis dan teknis, sistem yang ada sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan dan sistem yang baru perlu dibangun untuk menggantikannya. ## METODE PENELITIAN Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup metode pengamatan langsung (observasi), metode wawancara dan metode kepustakaan. Masing-masing metode akan penulis jabarkan sebagai berikut: 1. Pengamatan ( Observasi ) Peneliti melakukan pengamatan di PT. Kimia Farma Trading & Distribution Kantor Pusat dan Cabang yang menangani penjualan perusahaan untuk mendapatkan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada sistem penjulan obat. 2. Wawancara ( Interview ) Peneliti melakukan wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung ke sejumlah karyawan dan pimpinan Perusahaan PT. Kimia Farma Trading & Distribution berkaitan dengan permasalahan yang terjadi terhadap Sistem Penjualan Obat. 3. Studi Pustaka Peneliti membaca, mempelajari, dan mengutip buku-buku tentang sistem penjualan obat yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam penelitian ini ## HASIL DAN PEMBAHASAN Objek penelitian berdasarkan studi kasus pada perusahaan lebih menonjol dalam bidang perdagangan, terlihat dari data tahun ketahun, komposisi penjualan kepada institusi baik melalui tender atau langsung, lebih dominan dari pada penjualan reguler, yang mencerminkan kepada bisnis distribusi. Prosedur sistem untuk sistem penjualan obat sebagai berikut : 1. Proses Pendaftaran Customer memberikan Data Customer dengan mendafatarkan diri/perusahaan kedalam program aplikasi yang secara otomatis akan tersimpan di dalam database. 2. Proses Pemesanan Customer melihat Data Barang pada melalui program aplikasi dan mengisi Data Pesan ke dalam program aplikasi. 3. Proses Pembayaran Customer mengisi Data Transfer pada program aplikasi. Dalam proses pembayaran, Bagian Gudang mengambil Data Pesan untuk memvalidasi Data Pesan tersebut. Kemudian Administrator mengambil Data Pesan dan Data Transfer untuk di proses ke dalam proses pengiriman. 4. Proses Pengiriman Barang erdasarkan Data Pesan dan Data Transfer, Bagian Pengiriman membuat Data Faktur melalui program aplikasi. Kemudian mencetak Faktur tersebut dan memberikannya kepada Customer bersamaan dengan pengiriman barang. 5. Proses Laporan Kepala Cabang mengambil Buku Penjualan dalam program aplikasi yang dibuat berdasarkan Data Faktur. Berdasarkan penjabaran, maka dokumen masukan yang ada pada system informasi penjualan obat antara lain: data produk obat dan data customer. Sedangkan dokumen keluaran yaitu invoice, faktur, laporan penjualan obat. Rancangan database menggunakan normalisasi untuk sistem informasi penjualan obat yang dilakukan secara tunai. Normalisasi dimulai dengan menganalisa kebutuhan dokumen masukan dan dokumen keluaran dari sistem informasi penjualan obat. Lalu dibuatlah bentuk tidak normal, normal kesatu, normal kedua dan normal ketiga. Berikut ditampilkan normalisasi bentuk ketiga. Gambar 2. Rancangan Database Dengan Normalisasi Pada rancangan database menggunakan normalisasi dapat dilihat ada table customer, table produk, table invoice, table detail invoice, table faktur, dan table konfirmasi bayar yang nantinya akan menampung semua transaksi yang terjadi pada system informasi penjualan obat. Berdasarkan rancangan database tersebut dapat disusun spesifikasi file. Spesifikasi ini adalah dengan menggunakan PhpMyAdmin dengan nama database penjualan_obat.sql, sebagai berikut: Tabel 1. Spesifikasi File Customer Tabel 2. Spesifikasi File Produk Obat Tabel 3. Spesifikasi File Invoice Tabel 4. Spesifikasi File Detail Invoice Tabel 5. Spesifikasi File Konfirmasi Bayar Tabel 3. Spesifikasi File Faktur Rancangan hierarchy input proses output sistem informasi penjualan obat adalah alat yang digunakan sebagai dokumentasi program, sebagai alat desain dan teknik dokumentasi dalam siklus pengembangan program. HIPO dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan macam-macam pemakai yang menggunakan dokumentasi untuk tujuan-tujuan yang berbeda. Gambar 3. HIPO Gambar hierarchy input proses output memperlihatkan struktur menu yang ada dalam system informasi penjualan obat. Mulai dari menu login lalu akan menampilkan menu utama. Dalam menu utama akan tampil kolom produk yang berisi data produk obat-obatan. Invoice untuk input data transaksi penjualan obat, Faktur untuk menampilkan dan cetak faktur. Konfirmasi bayar untuk menampilkan konfirmasi pembayaran obat. ## KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat peneliti sampaikan mengenai sistem penjualan obat, diantaranya : 1. Perusahaan menggunakan sistem penjualan obat dengan sebuah program aplikasi 2. Program aplikasi yang digunakan dibuat dari bahasa pemograman yang dikoneksikan dengan jaringan internet sehingga dapat terhubung dan tersebar di beberapa wilayah dan setiap terjadi transaksi maka data yang dimasukkan dalam program aplikasi akan langsung tersimpan pada komputer server di kantor pusat. 3. Terjadi disintegrasi alur sistem penjualan yang diterapkan dalam Buku SOP dengan alur sistem penjualan dalam aplikasi. 4. Terdapat beberapa field yang sama dalam beberapa table pembentuk program aplikasi sehingga memungkinkan terjadinya redudansi data. 5. Ditemukan beberapa form dan subform dalam program aplikasi yang tidak digunakan. 6. Diharapkan sistem informasi penjualan obat dapat diterapkan. ## REFERENSI Chayo Yosafat. 2007. Buku Latihan Microsoft Visual Foxpro 9.0. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Jogiyanto, HM. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi. Jogiyanto, H.M. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi, Pendekatan Terstruktur: Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis . Penerbit: ANDI, Yogyakarta. Kadir, Abdul. 2003. Pengenalan Sistem Informasi .Yogyakarta: ANDI. Kusrini. 2007. Strategi Perancangan dan Pengolahan Basis Data. Yogyakarta: Andi. Ladjamudin, Al Bahra Bin. 2005. Analisa dan Desain Sistem Informasi . Jakarta: Graha Ilmu. Marlinda, Linda. 2004. Sistem Basis Data. Yogyakarta: Andi. Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Yogyakarta:Bagian Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi TKPN. Mulyanto, Agus. 2009. Sistem Informasi Konsep & Aplikasi .Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Soemarso, S.R. 2002. Akuntansi Suatu Pengantar. Bekasi: Salemba Empat. Stefhen A.Moscove dan Mark G.Simkin. 2001. Analisa Desain Sistem Informasi Bekasi: Salemba Empat. Sutabri, Tata. 2004. Sistem Informasi Akuntansi . Yogyakarta: ANDI
26a44d4f-da84-4a5f-8497-7676b4935889
https://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/MEKANIKA/article/download/11677/6909
## MEKANIKA : JURNAL TEKNIK MESIN Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 10 No. 1 (2024) ISSN: 2460-3384 (p); 2686-3693 (e) ## ANALISIS PENGARUH VARIASI KEMIRINGAN SUDUT VARIATOR (PRIMARY PULLEY), UKURAN V-BELT DAN BERAT ROLLER TERHADAP DAYA PADA MOTOR MATIC MIO J 110CC Royyan Firdaus 1 , Supardi 1 , I Made Kastiawan 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Jalan Semolowaru No. 45 Surabaya 60118, Tel. 031-5931800, Indonesia email: [email protected] ## ABSTRAK Sistem transmisi otomatis pada kendaraan matic merupakan transmisi otomatis pengoperasiannya tidak menggunakan perpindahan roda gigi melainkan menggunakan pulley dan belt yang dikenal dengan CVT. Sistem CVT (Continuous Variable Transmission) adalah siste i m transmisi daya dari me i sin me i nuju roda be i lakang me i lalui V-be i lt yang me i nghubungkan antara drive i pulle i y untuk me i ngge i rakkan drive i n pulle i y me i nggunakan gaya se i ntrifugal yang te i rjadi pada kompone i n-kompone i nnya, CVT (Continuosly Variable i Transmission ) te i rdiri dari drive i pulle i y dan drive i n pulle i y. Pada pully prime i r te i rdapat spe i e i d gove i rnor yang be i rfungsi me i rubah be i sar ke i cilnya diame i te i r pully prime i r yang se i bagai rumahan dari rolle i r se i ntrifugal yang akan me i ne i rima gaya se i ntrifugal akibat putaran crankshaf. Pada pully prime i r te i rdapat spe i e i d gove i rnor yang be i rfungsi me i rubah be i sar ke i cilnya diame i te i r pully prime i r yang se i bagai rumahan dari rolle i r se i ntrifugal. pe i ngge i rak pada se i pe i da motor matic ialah salah satu kompone i n yang pe i nting pada se i pe i da motor se i bagaimana pada matic yang be i rfungsi se i bagai pe i mindah ke i ce i patan se i suai rpm me i sin se i cara otomatis dan tidak mamakai gigi transmisi namun me i nggunakan sabuk V-be i lt se i bagai pe i ne i rus atau pe i nghubung putaran antara ke i dua pulle i y. Puli se i bagai kompone i n yang be i rfungsi untuk me i ngatur be i rat ke i cilnya diame i te i rpuli yang be i rhubungan de i ngan pe i rbandingan re i duksi putaran me i sin, se i lain itu puli juga be i rfungsi untuk me i ngatur akse i le i rasi pada se i pda motor. Be i rdasarkan hasil pe i ne i litian te i ntang analisa pe i ngaruh variasi ke i miringan sudut variator (primary pulle i y), ukuran v-be i lt dan be i rat rolle i r te i rhadap akse i le i rasi dan pe i rforma pada motor matic mio j 110cc dapat disimpulkan, untuk daya maksimal yang dapat dicapai di motor Yamaha Mio J 110cc te i rle i tak pada variasi pulle i y 130 de i ngan rolle i r 10gram dan me i nggunakan V-be i lt variasi be i rnilai 7,855 Hp, untuk daya maksimal yang dapat dicapai di motor Yamaha Mio J 110cc te i rle i tak pada variasi pulle i y 130 de i ngan rolle i r 8 gram dan me i nggunakan V-be i lt original de i ngan nilai 7,555 Hp. Kata kunci: daya,rolle i r,pulle i y,otomasi, v be i lt ## ABSTRACT On automatic motorbike i s, the i transmission syste i m use i s an automatic transmission. In ve i hicle i s that use i an automatic transmission, the i ope i ration doe i s not use i ge i ar shifting but inste i ad use i s a pulle i y and be i lt, known as a CVT. The i CVT (Continuous Variable i Transmission) syste i m is a powe i r transmission syste i m from the i e i ngine i to the i re i ar whe i e i ls via a V-be i lt that conne i cts the i drive i pulle i y to move i the i drive i n pulle i y using ce i ntrifugal force i that occurs in its compone i nts, CVT (Continuously Variale i Transmission) consists of the i drive i pulle i y and drive i n pulle i y. On the i primary pully the i re i is a spe i e i d gove i rnor whose i function is to change i the i diame i te i r of the i primary pully which is the i housing of the i ce i ntrifugal rolle i r which will re i ce i ive i ce i ntrifugal force i due i to crankshaf rotation. On the i primary pully the i re i is a spe i e i d gove i rnor whose i function is to change i the i diame i te i r of the i primary pully which is the i housing of the i ce i ntrifugal rolle i r. The i drive i on an automatic motorbike i is one i of the i important compone i nts on a motorbike i , as the i automatic motorbike i functions as a spe i e i d shifte i r according to the i e i ngine i rpm automatically and doe i s not use i transmission ge i ars but use i s a V-be i lt as a succe i ssor or rotation link be i twe i e i n the i two pulle i ys. The i pulle i y is a compone i nt that functions to re i gulate i the i we i ight of the i pulle i y diame i te i r which is re i late i d to the i e i ngine i spe i e i d re i duction ratio, apart from that the i pulle i y also functions to re i gulate i acce i le i ration on the i motorbike i . Base i d on the i re i sults of re i se i arch re i garding the i analysis of the i influe i nce i of variations in the i angle i of the i variator (primary pulle i y), v-be i lt size i and rolle i r we i ight on acce i le i ration and pe i rformance i on the i Mio J 110cc automatic motorbike i , it can be i conclude i d. The i maximum powe i r that can be i achie i ve i d on the i Yamaha Mio J 110cc motorbike i is base i d on the i 130 pulle i y variation with a 10gram rolle i r and use i s a V-be i lt variation with a value i of 7,855 hp. The i maximum torque i that can be i achie i ve i d on the i Yamaha Mio J 110cc motorbike i is base i d on the i 130 pulle i y variation with an 8gram rolle i r and use i s the i original V-be i lt with a value i is 7,555 hp. Ke i ywords: automatic, rolle i r, pulle i y,powe i r, v-be i lt PE I NDAHULUAN Pe i rke i mbangan te i knologi yang pe i sat de i wasa ini me i nimbulkan dampak yang be i sar pada dunia te i knologi khususnya dunia otomotif. Banyaknya pe i rmintaan konsume i n dalam pe i nggunaan se i pe i da motor ini produse i n se i pe i da motor be i rlomba-lomba dan be i rinovasi me i lucurkan se i pada motor be i rtransmisi otomatis atau yang se i ring dise i but de i ngan motor matic. Pe i nggunaan transmisi otomatis me i mungkinkan motor dapat me i laju de i ngan stabil dan ke i ce i patan re i ndah ke i ke i ce i patan tinggi tanpa me i mindahkan gigi transmisi se i pe i rti halnya pada se i pe i da motor 4 tak atau 2 tak yang be i rtransmisi manual[1][2]. Pe i rbe i daan motor matic de i ngan motor manual pada umumnya adalah syste i m transmisi dan pe i mindahan gaya. Pada motor manual syste i m transmisi dipindahkan se i cara manual yaitu de i ngan gigi rasio, hal ini me i mungkinkan motor manual untuk me i ncapai top spe i e i d, dan pe i mindah gaya dari me i sin ke i roda me i nggunakan sprocke i t dan rantai roda, se i dangkan pada motor matic untuk me i ncapai top spe i e i d tidak pe i rlu me i mindahkan transmisi, kare i na putaran me i sin langsung digunakan untuk me i ngge i rakkan puli prime i r- skunde i r-tranmisi-roda, se i dangkan untuk pe i mindah gaya dari me i sin ke i roda me i nggunakan drive i be i lt dan puli.Dari pe i rubahan ke i miringan sudut kontak variator(Pimary Pulle i y) diharapkan dapat dike i tahui pe i rubahan be i sarnya daya dan torsi yang dihasilkan se i pe i da motor Yamaha Mio J[3]. Dunia modifikasi motor dan balap motor juga se i makin e i ksis dikalangan pe i muda di Indone i sia baik itu motor matic ataupun manual, ole i h kare i na itu dipe i rlukannya motor de i ngan akse i le i rasi yang te i pat dan ce i pat, di pe i ngujian ini ditujukan khusus untuk me i nge i tahui akse i le i rasi dari motor matic khususnya motor yamaha mio j 110cc, de i ngan me i lakukan pe i ngubahan be i sar sudut pulle i y, be i rat rolle i r, dan ukuran v-be i lt diharapkan bisa me i nge i tahui akse i le i rasi motor yang te i rbaik dan te i pat untuk konsumsi balap motor matic[3]. โ€œRolle i r adalah bantalan ke i se i imbangan gaya be i rat yang be i rguna untuk me i ne i kan dinding dalam puli prime i r se i waktu te i rjadi putaran tinggiโ€. Le i bih lannut han me i ngatakan bahwa te i rdapat be i rbagai macam varian dan be i rat rolle i r se i suai de i ngan kondisi pe i makaiannya Pada transmisi otomatis te i rdapat kompone i n yang be i rnama rolle i r yang be i rfungsi me i rubah be i sar ke i cilnya diame i te i r pulle i y be i rdasarkan putaran dari me i sin ke i ndaraan. Be i rat rolle i r se i ntrifugal sangat be i rpe i ngaruh te i rhadap ke i mampuan ke i ndaraan untuk be i rakse i le i rasi dan me i nghasilkan kine i rja traksi yang paling baik, kare i na pada ke i ce i patan re i ndah dibutuhkan ke i mampuan akse i le i rasi yang be i sar[4]. CVT (Continuously Variable i Transmission) adalah salah satu je i nis transmisi yang scara ke i rjanya me i nggunakan bantuan dari dua buah puli yang dihubungkan de i ngan V-be i lt (Subandrio, 2009:19). Me i nurut Jama dan Wagino, (2008: 335) โ€œCVT me i rupakan transmisi otomatis yang me i nggunakan sabuk untuk me i mpe i role i h pe i rbandingan gigi yang be i rvariasi.โ€ Dari be i be i rapa pe i ndapat te i rse i but maka dapat disimpulkan bahwa CVT adalah salah satu je i nis transmisi otomatis dimana te i rdiri dari dua buah puli pe i ngubah mome i n yang dihubungkan de i ngan V-be i lt dari me i sin ke i roda. Continuous Variable i Transmission adalah siste i m transmisi tidak manual se i hingga pe i ngope i rasiannya motor te i rse i but le i bih praktis dan ke i ce i patan me i sin le i bih stabil dan pe i nggunaan bahan bakar pada me i sin le i bih irit kare i na tidak ada pe i rubahan daya pada saat pe i rpindahan ke i ce i patan putar. Adapun salah satu ke i kurangan dari pada se i pe i da motor matic ini adalah pada saat tarikan awal dipe i rlukan daya yang be i sar se i hinga apabila digunakan untuk lomba balap se i pe i da motor pe i rlu re i kayasa. Se i pe i da motor matic adalah salah satu je i nis ke i ndaraan yang me i nggunakan transmisi je i nis CVT. Pada se i pe i da motor je i nis ini tidak dipe i rlukan pe i rse i ne i ling untuk me i mindahkan gigi. Me i nurut Subandrio (2009:20) CVT adalah suatu siste i m transmisi yang be i ke i rja saling be i rkaitan dan me i miliki tiga kompone i n utama yaitu primary she i ave i , se i condary she i ave i dan ge i ar re i duksi.โ€ Me i nurut Se i mbiring (2017:5) Ke i le i bihan utama siste i m CVT daripada transmisi manual adalah: Ke i le i bihan utama siste i m CVT dapat me i mbe i rikan pe i rubahan ke i ce i patan dan pe i rubahan torsi dari me i sin ke i roda be i lakang se i cara otomatis. De i ngan pe i rbandingan ratio yang sangat te i pat tanpa harus me i mindah gigi, se i pe i rti pada motor transmisi konve i nsional. De i ngan se i ndirinya tidak te i rjadi he i ntakan yang biasa timbul pada pe i mindahan gigi pada me i sin-me i sin konve i ntional. Pe i rubahan ke i ce i patan sangat le i mbut de i ngan ke i mampuan me i ndaki yang baik. Siste i m CVT te i rdiri puli primary dan puli se i condary yang dihubungkan de i ngan V-be i lt[5]. Rangakaian Rute i Te i naga pada siste i m transmisi otomatis dimulai dari putaran crankshaft. โ€œSe i pe i rti pada se i pe i da motor lainnya, untuk me i mutarkan porose i ngkol me i nggunakan dua cara, yaitu me i nggunakan e i le i ctric starte i r digunakan motor listrik be i rte i naga bate i rai te i rle i bih dahulu me i ngidupkan starte i r whe i e i l, se i lanjutnyame i mutarkan crankshaft. Pada kick starte i r, se i be i lum putaran sampai pada crankshaft, te i naga e i takan dari kick crank te i rle i bih dahulu me i le i wati kopling (One i Way Clucth)โ€ (Jama dan Wagino, 2008: 340). Siste i m cara ke i rja CVT me i nurut Subandrio (2009:25) se i pe i da motor matic dimulaidari putaranstasione i r hingga putaran tinggi. Siste i m cara ke i rja CVT se i pe i da motor matic diuraikanse i bagai be i rikut: 1. Putaran Statione i r Ke i tika putaran stasione i r (langsam), putaran dari crankshaft dite i ruskan ke i puli prime i r, ke i mudian putaran dite i ruskan ke i puli se i kunde i r yang dihubungkan ole i h V-be i lt. ke i mudian dari puli se i kunde i r dite i ruskan ke i kopling se i ntrifugal, maka putaran me i sin te i rhe i nti. Me i nurut Se i tiawan (2009:35) pada saat kondisi ini kopling se i ntrifugalnya be i lum me i nge i mbang kare i na putaran be i lum me i ncukupi dan roda pun be i lum be i rputar. 2. Saat Mulai Be i rjalan Putaran re i ndah/saat mulai be i rjalan posisikatup gas di atas stasione i r gas = 0 - 1/8 (Arifianto, 2011). Pada saat putaran me i sin se i dikit dinaikkan namun masih te i rmasuk ke i dalam putaranre i ndah, saat me i sin be i rputar pada putaran re i ndah, yaitu 2000 rpm (Jama dan Wagino, 2008:292). Se i pe i da motor matic baru bisa be i rjalan kalau putaran me i sinme i ncapai putaran2400 rpm, se i dangkan se i pe i da motor konve i nsional sudahbisa be i rjalan di atas putaran 1500 rpm (Warju, 2008). Me i nurut Subandrio (2009: 25) pada kondisi ini, posisi V-be i ltpada bagian puli prime i r be i rada pada diame i te i r bagian dalam puli dan pada bagian puli se i kunde i r, diame i te i r V- be i lt be i rada pada bagian luar. Gambar 1 Ilustrasi CVT saat mulai be i rjalan Putaran re i ndah/saat mulai be i rjalan posisikatup gas di atas stasione i r gas = 0 - 1/8 (Arifianto, 2011). Pada saat putaran me i sin se i dikit dinaikkan namun masih te i rmasuk ke i dalam putaranre i ndah, saat me i sin be i rputar pada putaran re i ndah, yaitu 2000 rpm (Jama dan Wagino, 2008:292). Se i pe i da motor matic baru bisa be i rjalan kalau putaran me i sinme i ncapai putaran2400 rpm, se i dangkan se i pe i da motor konve i nsional sudahbisa be i rjalan di atas putaran 1500 rpm (Warju, 2008). Me i nurut Subandrio (2009: 25) pada kondisi ini, posisi V-be i ltpada bagian puli prime i r be i rada pada diame i te i r bagian dalam puli dan pada bagian puli se i kunde i r, diame i te i r V- be i lt be i rada pada bagian luar. Gambar 2 Ilustrasi CVT saat putaran me i ne i ngah Pada saat posisi handle i gas di atas 1/8 sampai 3/4, dan pada tingkatan ini kompone i n yang be i rpe i ngaruh hanyalah coakan ske i p dan posisi tinggi jarum ske i pnya (Arifianto, 2011). Me i sin be i rputar pada putaran me i ne i ngah, yaitu pada 4000 rpm (Jama dan Wagino: 2008:294). Ke i tika me i sin be i rada pada putaran tinggi, diame i te i r V-be i lt pada puli prime i r le i bih be i sar daripada V-be i lt pada puli se i kunde i r. Hal ini dise i babkan gaya se i ntrifugal pe i mbe i rat se i makin me i ne i kan sliding she i ave i . Akibatnya V-be i lt te i rle i mpar ke i arah sisi luar puli prime i r (Subandrio, 2009:26). Jarak putaran dari re i ndah ke i tinggi le i bih le i bar yaitu 500 - 10000 rpm. (Jama dan Wagino: 2008:68). Gambar 3 Ilustrasi CVT saat putaran tinggi Daya adalah be i sarnya ke i rja motor pe i rsatuan waktu. Satuan daya yaitu KW (KiloWatt). Daya adalah indikator adalah sumbe i r te i naga pe i rsatuan waktu ope i rasi me i sin untuk me i ngatasi se i mua be i banme i sin. Dayapada se i pe i da motor dapat diukur de i ngan me i nggunakan alat dynamome i te i r, se i hingga untuk me i nghitung daya poros dapat dike i tahui de i nganme i nggunakan rumus: Ne i = T x ฯ‰ Dimana Ne i : dayaporos Nm/s (Watt) T : torsi (N.m) ฯ‰ : Ke i ce i patansudut putar (rpm) Se i tidaknya te i rdapat be i be i rapa kompone i n yakni yang pe i rtama adalah primary pulle i y.Pulle i y adalah kompone i n yang be i rfungsi untuk me i ngatur ke i ce i patan se i pe i da motor be i rdasar gaya yang dipe i role i h dari rolle i r. Pulle i y prime i r atau dise i but juga pulle i y te i tap, yaitu kompone i n CVT yang me i nyatu de i ngan poros e i ngkol (crankshaft). Pulle i y prime i r be i ke i rja akibat adanya putaran putaran dari me i sin me i lalui poros e i ngkol. Ke i tika putaran me i sin me i ningkat, we i ight rolle i r akan te i rte i kan ke i atas ole i h slide i pie i ce i yang te i rle i tak pada ramp plate i . Akibat gaya se i ntrifugal, we i ight rolle i r akan me i ne i kan movable i drive i face i , se i higga ce i lah ke i dua pulle i y me i nye i mpit. Hal ini me i ngakibatkan pe i rubahan diame i te i r drive i be i lt.Yang ke i dua adalah V-be i lt be i rfungsi se i bagai pe i nyalur te i naga dari me i sin ke i roda le i wat pe i rantara siste i m transmisi [5]. Sabuk atau be i ltpada dasarnya be i rfungsi se i bagai pe i nghubung antara puli prime i r dan puli se i kunde i r te i rbuat dari kare i t be i rkualitas tinggi yang tahan te i rhadap panas dan ge i se i kan [6] Dise i but V-be i lt kare i na me i miliki potongan se i pe i rti huruf v, V-be i lt te i rbuat dari canvas, rubbe i r dan cord, V-be i lt banyak digunakan untuk me i mindah be i ban antara pulle i y yang be i rjarak pe i nde i k. Gaya je i pit ditimbulkan ole i h be i ntuk alur v. Gaya tarik atau load yang le i bih be i sar me i nghasilkan gaya je i pit yang kuat. Ke i tiga adalah rolle i r. Rochadi (2009) me i ngatakan โ€œRolle i r adalah bantalan ke i se i imbangan gaya be i rat yang be i rguna untuk me i ne i kan dinding dalam puli prime i r se i waktu te i rjadi putaran tinggiโ€. Me i nurut Thong Ye i n Han (2010) Rolle i r me i miliki be i rbagai macam varian dan be i rat rolle i r, se i suai de i ngan kondisi pe i makaiannya. Rolle i r se i pe i da motor matic te i rdapat di dalam rangkaian pulle i y prime i r. rolle i r standar dari MPCr20 atau se i je i nis plastik re i sin di mana 30% bahannya me i rupakan fibe i rglass dan be i rbe i ntuk tabung.Di dalam Lamtio fratomo (2013) Prinsip ke i rja rolle i r adalah se i makin be i rat rolle i rnya maka dia akan se i makin ce i pat be i rge i rak me i ndorong movable i drive i face i pada drive i pulle i y se i hingga bisa me i ne i kan be i lt ke i posisi te i rke i cil, namun supaya be i lt dapat te i rte i kan hingga maksimal butuh rolle i r yang be i ratnya se i suai. Artinya jika rolle i r te i rlalu ringan maka tidak dapat me i ne i kan be i lt hingga maksimal, e i fe i knya te i naga te i ngah dan atas akan be i rkurang[7]. PROSE I DUR E I KSPE I RIME I N Langkah- langkah pe i ngujian yang dilakukan mulai dari bongkar pasang cvt hingga prose i s pe i ngujian dyno te i st, Be i rikut adalah rangkaian prose i s pe i ngujian: 1. Pe i rsiapan alat dan bahan mulai dari mate i rial yang digunakan, ke i ndaraan, alat dynote i st, alat untuk bongkar pasang cvt, dan alat pe i nunjang blainnya. 2. Dilakukan pe i mbongkaran cvt de i ngan tujuan me i ngubah pulle i y, be i rat rolle i r, dan V-be i lt. Lakukan pe i ngubahan variasi te i rse i but de i ngan be i rurutan se i suai pe i ngambilan data yang dipe i rlukan. 3. Motor dinaikkan ke i me i sin dynote i st, roda de i pan dimasukkan ke i dalam slot roda lalu dilakukan pe i nye i te i lan panjang motor te i rhadap rolle i r me i sin dynote i st. Pe i nye i te i lan panjang motor dise i suaikan sampai poros roda se i garis de i ngan poros rolle i r. 4. Kabe i l se i nsor rpm dipasang pada kabe i l koil. 5. Prose i s pe i ngujian dan pe i ncatatan de i ngan me i nggunakan monitor de i ngan me i ne i kan tombol start yabg ve i rsanaab de i ngan naiknya trote i l HASIL DAN PE I MBAHASAN Pe i ngujian dilakukan de i ngan pe i ngambilan data me i nggunakan alat yang be i rnama Dyno Te i st. Dilakukannya re i se i t pada are i a CVT dilakukan untuk me i nge i tahui nilai maksimal Daya&Torsi yang dapat dicapai ole i h motor Yamaha Mio J 110CC se i te i lah dilakukannya pe i rgantian part diare i a CVT yang me i liputi (Pulle i y prime i r,Rolle i r&V-be i lt). Bahan bakar yang digunakan pada saat pe i ngujian adalah pe i rtalit de i ngan nilai oktan 90 dan rasio kompre i si standart yaitu 9,3:1. Adapun hasil pe i rhitungan ditunjukkan ole i h tabel 1 be i rikut. Tabe i l 1 Re i kapitulasi pe i rhitungan daya pada masing-masing variasi Gambar 4 Grafik daya maksimal pada se i tiap variasi Be i rdasarkan gambar 4 diatas dapat dike i tahui bahwa daya maksimal yang dapat dicapai di motor Yamaha Mio J 110cc te i rle i tak pada variasi pulle i y 13โฐ de i ngan rolle i r 10gram dan me i nggunakan V-be i lt variasi. 6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 P O W ER (Hp) Grafik daya maksimal dari setiap variasi V Belt Original V Belt Variasi V-be i lt Pulle i y + Rolle i r Max Daya (hp) Rpm 6000-7000 P = 814mm L = 18,8mm 13ยฐ + 8gr 4.156,9 13ยฐ + 10gr 4.125,7 13ยฐ + 12gr 5.014,4 14ยฐ + 8gr 4.707,6 14ยฐ + 10gr 4.646,1 14ยฐ + 12gr 4.811,3 15ยฐ + 8gr 4.252,4 15ยฐ + 10gr 4.683,5 15ยฐ + 12gr 4.349,1 P = 832mm L = 21,8mm 13ยฐ + 8gr 4.376,9 13ยฐ + 10gr 4.343,2 13ยฐ + 12gr 3.943,9 14ยฐ + 8gr 4.711,1 14ยฐ + 10gr 3.958,9 14ยฐ + 12gr 4.828,6 15ยฐ + 8gr 4.763,9 15ยฐ + 10gr 4.606,4 15ยฐ + 12gr 3.518,2 Gambar 5 Pe i rbandingan daya V be i lt orisinal dan variasi pada variasi sudut 13ยฐ Gambar 6 Pe i rbandingan daya V be i lt orisinal dan variasi pada variasi sudut 14ยฐ Gambar 7 Pe i rbandingan daya V be i lt orisinal dan variasi pada variasi sudut 15ยฐ Ke i simpulan dari hasil grafik pada gambar 5- gambar 7 me i nunjukkan torsi maksimal pada variasi pulle i y 13 0 yang dapat dicapai di motor Yamaha Mio J 110cc te i rle i tak pada variasi pulle i y 13 0 de i ngan rolle i r 8gram dan me i nggunakan V-be i lt original. untuk torsi maksimal pada variasi pulle i y 14 0 yang dapat dicapai di motor Yamaha Mio J 110cc te i rle i tak pada variasi pulle i y 14 0 de i ngan rolle i r 8gram dan me i nggunakan V-be i lt Original. untuk daya maksimal pada variasi pulle i y 15 0 yang dapat dicapai di motor Yamaha Mio J 110cc te i rle i tak pada variasi pulle i y 15 0 de i ngan rolle i r 10gram dan me i nggunakan V-be i lt original Analisa se i lanjutbya digunakan untuk me i nghitung be i rdasarkan be i rat rolle i r yang ditunjukkan de i ngan gambar be i rikut. 6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 8gr 10gr 12gr P ow er (Hp) Grafik daya maksimal pada pulley 13ยฐ V Belt Original V Belt Variasi 6.000 6.500 7.000 7.500 8.000 8gr 10gr 12gr P ow er (Hp) Grafik daya maksimal pada pulley 14ยฐ V Belt Orriginal V Belt Variasi 6.600 6.800 7.000 7.200 7.400 8gr 10gr 12gr P ow er (Hp) Grafik daya maksimal pada pulley 15ยฐ V Belt Original V Belt Variasi Gambar 8 Pe i rbandingan V be i lt orisinal dan variasi pada variasi be i ban 8 gram Gambar 9 Pe i rbandingan V be i lt orisinal dan variasi pada variasi be i ban 10 gram Gambar 10 Pe i rbandingan V be i lt orisinal dan variasi pada variasi be i ban 12 gram Pe i rhitungan rolle i r 8 gram 1. V-be i lt Original, Pulle i y 13 0 Rolle i r 8gram = 4,156 ๐‘๐‘š Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.156.9ร—60 2ร—3,14ร—6000 = 249.414,2 37.805,6 = 6,59 ๐‘๐‘š/๐‘  2. V-be i lt Original, Pulle i y 14 0 Rolle i r 8gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.707,6ร—60 2ร—3,14ร—6000 6.000 7.000 8.000 13ยฐ 14ยฐ 15ยฐ P ow er (Hp) Grafik daya maksimal pada roller 8 gram V Belt Original V Belt Variasi 6.500 7.000 7.500 8.000 13ยฐ 14ยฐ 15ยฐ P ow er (Hp) Grafik daya maksimal pada roller 10 gram V-belt original V-belt variasi 6.400 6.600 6.800 7.000 7.200 13ยฐ 14ยฐ 15ยฐ P ow er (Hp) Grafik daya Maksimal pada roller 12 gr V Belt Original V Belt Variasi = 282.461,2 34.602,8 = 8,16 ๐‘๐‘š/๐‘  3. V-be i lt Original, Pulle i y 15 0 Rolle i r 8gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.881,3ร—60 2ร—3,14ร—6000 = 255.144 37.680 = 6,77 ๐‘๐‘š/๐‘  4. V-be i lt Variasi, Pulle i y 13 0 Rolle i r 8gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.376,35ร—60 2ร—3,14ร—6325 = 262.617,354 39.721 = 6.661 ๐‘๐‘š/๐‘  5. V-be i lt Variasi, Pulle i y 14 0 Rolle i r 8gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.711,14ร—60 2ร—3,14ร—5285 = 282.668,432 33.189,8 = 8.516 ๐‘๐‘š/๐‘  6. V-be i lt Variasi, Pulle i y 15 0 Rolle i r 8 gram = 4.763,926 ๐‘๐‘š Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.763,926ร—60 2ร—3,14ร—5400 = 285.835,613 33.912 = 6.954 ๐‘๐‘š/๐‘  Gambar 11 Grafik daya maksimal pada rolle i r 8gr Pe i rhitungan rolle i r 10 gram 1. V-be i lt Original, Pulle i y 13 0 Rolle i r 10gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.125,9 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 5425 = 247.542 34.069 = 7,26 ๐‘๐‘š/๐‘  2. V-be i lt Original, Pulle i y 14 0 Rolle i r 10gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.646,1 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 5.213 = 278.766 32.750,2 = 8,51 ๐‘๐‘š/๐‘  3. V-be i lt Original, Pulle i y 15 0 Rolle i r 10gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.683,5 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 5.580 = 281.014 35.042,4 = 8,0 ๐‘๐‘š/๐‘  4. V-be i lt Variasi, Pulle i y 13 0 Rolle i r 10gram Daya : ๐‘ƒ = 2ร—๐œ‹ร—๐‘›ร—๐‘‡ 60 Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.343,248 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 6740 = 260.594,88 42.327,2 = 6.150 ๐‘๐‘š/๐‘  0 1 2 3 4 5 6 13ยฐ 14ยฐ 15ยฐ P ow er (Hp) Grafik daya maksimal pada roller 8 gram V Belt Original V Belt Variasi 5. V-be i lt Variasi, Pulle i y 14 0 Rolle i r 10gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 3.958,97 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 6.420 = 237.538,488 40.317,6 = 5.891,6 ๐‘๐‘š/๐‘  6. V-be i lt Variasi, Pulle i y 15 0 Rolle i r 10gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.606,4260 2 ร— 3,14 ร— 6570 = 276.385,656 34.979,6 = 7.910 ๐‘๐‘š/๐‘  Gambar 12 Grafik torsi maksimal pada rolle i r 10 gr Pe i rhitungan rolle i r 12 gram 1. V-be i lt Original, Pulle i y 13 0 Rolle i r 12gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 5.102,4 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 4.735 = 306.144 29.735 = 10,2 ๐‘๐‘š/๐‘  2. V-be i lt Original, Pulle i y 14 0 Rolle i r 12gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.811,3 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 4,505 = 288.678 28.219,4 = 10,2 ๐‘๐‘š/๐‘  3,4 3,6 3,8 4 4,2 4,4 4,6 4,8 13ยฐ 14ยฐ 15ยฐ P ow e r (H p ) Grafik daya maksimal pada roller 10 gram V belt original V Belt Variasi 3. V-be i lt Original, Pulle i y 15 0 Rolle i r 12gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.349,1 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 4,915 = 260.946 30.866,2 = 8,45 ๐‘๐‘š/๐‘  4. Variasi V-be i lt Variasi, Pulle i y 13 0 Rolle i r 12gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 3,943,92 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 4.735 = 236.635.424 39.721 = 5.957 ๐‘๐‘š/๐‘  5. V-be i lt Variasi, Pulle i y 14 0 Rolle i r 12 gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 4.828,66 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 4.753 = 9.642 ๐‘๐‘š/๐‘  6. V-be i lt Variasi, Pulle i y 15 0 Rolle i r 12 gram Torsi : ๐‘‡ = ๐‘ƒร—60 2ร—๐œ‹ร—๐‘› = 3,918,20 ร— 60 2 ร— 3,14 ร— 6760 = 235.092,585 42.452,8 = 5.537 ๐‘๐‘š/๐‘  Gambar 13 Grafik torsi maksimal pada rolle i r 12 gr Adapun hasil pe i rhitungan diatas dire i kapitulasi dalam tabe i l 1 be i rikut. Tabe i l be i rikut me i nje i laskan hasil pe i rhitungan untuk masing masing variasi. 0 1 2 3 4 5 6 13ยฐ 14ยฐ 15ยฐ P ow er (Hp) Grafik daya maksimal pada roller 12 gram V Belt Original V Belt Variasi2 Tabe i l 1 hasil re i kapitulasi hasil pe i rhitungan torsi ## KE I SIMPULAN Hasil ke i simpulan se i rta analisis data yang didapat pada pe i ne i litian ini me i ngacu adalah se i bagai be i rikut yakni torsi maksimal yang dapat dicapai di motor Yamaha Mio J 110cc te i rle i tak pada variasi pulle i y 130 de i ngan rolle i r 8gram dan me i nggunakan V-be i lt original de i ngan nilai 7,555 hp dan 6,57Nm. ## DAFTAR PUSTAKA [1] AhmatN., Sri M., Agung N. 2022. ANALISIS PE I NGARUH MODIFIKASI BE I RAT ROLLE I R TE I RHADAP PE I RFORMA PADA MOTOR MATIC 110 CC DE I NGAN ME I TODE I PE I NGUJIAN DYNOTE I ST., Se i marang 51585, Indone i sia., Vol. 8 No. 2 [2] De i dik A., K Rihe i ndra D., 2021., Analisis Pe i ngaruh Be i ntuk Slidding Rolle i r Te i rhadap Torsi dan Daya Ke i ndaraan Be i rbasis Continously Variable i Transmission., Unive i rsitas Pe i ndidikan Gane i sha, Singaraja, Indone i sia., Vol. 2 No. 2, Hal 52-58 [3] Gunawan, Q. 2009. Pe i mbuatan Alat Pe i ragaโ€™Transmisi Otomatis Se i pe i da Motor. Dise i rtasi. Program Pasca Sarjana Unive i rsitas Se i be i las Mare i t. Surakarta. [4] Jama, J., dan Wagino. 2008. Te i knik Se i pe i da Motor. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. [5] Sembiring, R. 2017. โ€™Analisis Variasi Berat Roller CVT Terhadap Konsumsi Bahan Bakar. Jurnal Ilmiah โ€œIntegritasโ€ 3(2), 5-8. [6] Abidin, A., & Pamungkas, N. S. (2020). Pengaruh variasi massa roller CVT terhadap karakteristik performa motor matic 110 Cc dan 150 Cc menggunakan dynamometer. J- proteksion: Jurnal Kajian Ilmiah dan Teknologi Teknik Mesin, 4(13), 1-6. [7] Aher, S. S., & Shelke, P. R. S. (2018). Cone Ring ## HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN